PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN PENANDA KOHESI DALAM TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh: Rinaldus Beatus Jo 101224082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN PENANDA KOHESI DALAM TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh: Rinaldus Beatus Jo 101224082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: Almamater Universitas Sanata Dharma Keluarga Bapak Gaspar Malafu, Mama Martha Josephina Bete, Kakak Maria Jo (almarhumah), Adik Angela Merici Jo, Adik Kayetanus Jo. Orang Tua Wali Bapak Willibrodus Lay dan Ibu Lidwina Viviawaty sekeluarga. Para Sahabat Karib Bernardus Tube, Gusti Dinda Damarsasi, Ade Supiyanto, Etik Safilah, Sr. Maria Fatima Kontesa, Leonardus Yudi, Agustinus Datu Linggi, Yustina Dahuk Bria, Nikolaus Subandi, Ignasius Dwi Cahyo Nugroho, Subandi Rumalean, Viktor Wisnu Bayu Barata.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
"Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang." - Amsal 23:18 "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya" - Pengkhotbah 3:11a -
“Seseorang akan melahirkan kembali dirinya lewat setiap karyanya. Seperti halnya menulis skripsi ini. Ketika selesai, karya ini adalah si penulis itu sendiri.” - dari catatan harian penulis -
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sejujur-jujurnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Januari 2015 Penulis
Rinaldus Beatus Jo
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Rinaldus Beatus Jo
Nomor Induk Mahasiswa
: 101224082
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN PENANDA KOHESI DALAM TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal: 16 Januari 2015 Yang menyatakan
Rinaldus Beatus Jo
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Jo, Rinaldus Beatus. 2015. Jenis Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi dalam Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi yang terdapat dalam tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data dengan teknik dokumentasi. Selanjutnya, data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik pengodean terbuka. Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis-jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi yang ditemukan meliputi (1) kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal dan (2) kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal. Kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal terdiri dari (1) referensi, (2) substitusi, (3) elipsis, dan (4) konjungsi. Kesalahan penggunaan konjungsi terbagi lagi menjadi konjungsi cara, konjungsi pembatasan, konjungsi pemilihan, konjungsi penambahan, konjungsi penyebaban, konjungsi pengakibatan, konjungsi pengurutan, konjungsi penjelas, konjungsi penyamaan, konjungsi perlawanan, konjngsi syarat, konjungsi tujuan, konjungsi waktu, dan konjungsi simpulan. Kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal yang ditemukan hanya berupa kesalahan repetisi. Adapun saran bagi dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia agar lebih sering memberikan latihan-latihan penggunaan penanda kohesi dalam ragam bahasa tulis bagi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma. Data-data yang peneliti gunakan dalam skripsi ini dapat dijadikan sebagai contoh-contoh kesalahan yang dapat dibetulkan oleh mahasiswa. Dengan demikian diharapkan tumbuh pemahaman dan kepekaan mahasiswa untuk menggunakan penanda kohesi secara benar dan tepat. Di samping itu, para dosen pembimbing juga perlu lebih cermat dalam mengoreksi tulisan ilmiah mahasiswa. Usaha ini sekiranya dapat membantu mengurangi kesalahan penggunaan bahasa tulis di kalangan akademisi. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti tentang kesalahan koherensi dalam karya ilmiah mahasiswa. Saran ini diberikan atas alasan bahwa keterpahaman sebuah wacana tidak hanya bergantung pada perpaduan bentuk melainkan juga keutuhan maknanya.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Jo, Rinaldus Beatus. 2015. Types of Errors in the Use of Cohesion Markers in Final Projects of 2013 Graduates of Electrical Engineering Study Program Sanata Dharma University. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education. Teacher’s Training Faculty. Sanata Dharma University. This descriptive qualitative research was aimed to describe the types of errors in the use of cohesion markers that could be found in the final projects of 2013 graduates of Electrical Engineering Study Program Sanata Dharma University. Before describing the findings, firstly the researcher collected the data by making documentary. Then, the collected data were analyzed using opencoding technique. In accordance with the problem formulation, this research had two findings. The types of errors of the use of cohesion markers were (1) errors in the use of grammatical cohesion markers and (2) error in the use of lexical cohesion markers. The errors in the use of grammatical cohesion markers consisted of (1) references, (2) substitutions, (3) ellipsis, and (4) conjunctions. The errors in the use of conjunctions were again divided into conjunction of manners, conjunction of restrictions, conjunctions of elections, conjunction of additions, conjunction of causes, conjunction of effects, conjunction of orders, conjunction of explanatory, conjunction of equations, conjunction of contrary, conjunction of conditions, conjunction of goals, conjunction of times, and conjunction of conclusions. The error in the use of lexical cohesion markers was only the error in using repetitions. There was a suggestion for the lecturer of Bahasa Indonesia in order to give more written practices on using cohesion markers for the students of Electrical Engineering Study Program Sanata Dharma University. The data used by the researcher in this thesis could be used as examples to be corrected by students. Thus, the students should understand and more sensible to use cohesion markers correctly. Besides, thesis supervisors should correct students’ scientific writing more carefully. It could hopefully reduce the academic’s writing errors. For other researchers, they could do research on coherence errors in students’ research writing. The suggestions were given since comprehending a passage does not only depend on the form combination but also depends on the integrity of meaning.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Atas rahmat dan penyertaan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Namun, di balik alasan syarat kelulusan itu terdapat realitas pemakaian bahasa
yang mengajak penulis untuk
bersumbangsih dalam ilmu pengetahuan bahasa Indonesia. Akhir-akhir ini, tidak jarang dalam beberapa paper, makalah, bahkan tugas akhir atau skripsi mahasiswa ditemukan penggunaan unsur-unsur kebahasaan yang tidak semestinya atau menyimpang dari kaidah. Memang beberapa di antaranya adalah kekeliruan semata. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang dapat diklaim sebagai kesalahan. Ketika masih berstatuskan calon peneliti, penulis sempat merefleksikan masalah tersebut. Siapakah yang harus bertanggung jawab atas ketidakpatuhan dalam penggunaan berbahasa Indonesia? Sebagai jawaban, penulis bisa menunjuk para pengajar bahasa Indonesia. Sebagai ilmuwan, merekalah yang bertanggung jawab dalam pembentukan kompetensi dan kepekaan berbahasa Indonesia peserta didik. Penulis mungkin juga akan melemparkannya ke arah rekan-rekan mahasiswa. Kadang-kadang mereka tidak memahami atau pada dasarnya memang bersikap apatis terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Akan tetapi, hal ini tidak penulis lakukan. Ada yang lebih bermanfaat untuk penulis lakukan ketimbang mencari dalang masalah. Yang harus bertanggung jawab pun bukan hanya para pengajar bahasa Indonesia dan rekanrekan mahasiswa. Sebagai akademisi penulis mempunyai andil dalam upaya mengembalikan pemakaian bahasa Indonesia pada kaidah yang sebenarnya. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan sebuah penelitian tentang kesalahan berbahasa. Karena beberapa kesalahan berbahasa terjadi akibat kurangnya kemampuan merangkai gagasan, ranah yang akan dijamah dalam penelitian ini adalah kesalahan penggunaan penanda kohesi. Akhirnya penulis
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dapat menuangkannya dalam skripsi berjudul Jenis Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi dalam Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi ini juga dapat terselesaikan berkat peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kepada pihak-pihak tersebut, seperti yang disebutkan baik secara langsung maupun tidak langsung sebagaimana berikut ini. 1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku dosen pembimbing I dan Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah menuntun dan memotivasi penulis selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum. selaku triangulator yang telah menguji keabsahan data penelitian ini. 3. Ketua Program Studi dan para Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah menerima, mendidik, dan memotivasi penulis selama proses perkuliahan, baik dalam hal akdemis maupun nonakademis. 4. Karyawan Sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan berbagai layanan administrasi. 5. Kedua orang tua saya, Bapak Gaspar Malafu dan Mama Martha Josephina Bete yang telah melahirkan dan membesarkan saya sebagai pribadi yang unik, beserta kakak Maria Jo (almarhumah), adik Angela Merici Jo dan Kayetanus Jo yang telah mendoakan saya agar sehat, sabar dan sukses selama kuliah. 6. Kedua orang tua wali saya, Bapak Wilibrodus Lay dan Ibu Lidwina Viviawaty yang telah menyekolahkan, mendoakan, menasihati dan memotivasi saya untuk menjadi manusia yang berguna sekarang dan kemudian hari. 7. Para sahabat karib: Bernardus Tube, Gusti Dinda Damarsasi, Ade Supiyanto, Etik Safilah, Sr. Maria Fatima Kontesa, Leonardus Yudi,
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Agustinus Datu Linggi, Yustina Dahuk Bria, Nikolaus Subandi, Ignasius Dwi Cahyo Nugroho, Subandi Rumalean, Viktor Wisnu Bayu Barata. 8. Teman-teman angkatan 2010 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan rekan-rekan lain yang tidak sempat penulis sebutkan dalam apresiasi ini.
Yogyakarta, 16 Januari 2015
Penulis
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv MOTTO ...........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ....................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................
5
1.5 Batasan Istilah ............................................................................................
6
1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI ..........................................................................
9
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ...........................................................
9
2.2 Kajian Teori ............................................................................................... 11 2.2.1 Kesalahan Berbahasa .............................................................................. 11 2.2.2 Jenis Kesalahan Berbahasa ..................................................................... 12 2.2.3 Analisis Kesalahan Berbahasa ................................................................ 14 2.2.4 Analisis Kesalahan Berbahasa pada Tataran Wacana ............................. 18
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.5 Penggunaan Penanda Kohesi .................................................................. 20 2.2.5.1 Pengertian Kohesi ................................................................................ 20 2.2.5.2 Jenis-Jenis Kohesi ................................................................................ 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 46 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 46 3.2 Sumber Data Penelitian .............................................................................. 47 3.3 Instrumen Penelitian ................................................................................... 47 3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 48 3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 49 3.6 Triangulasi Data ......................................................................................... 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 51 4.1 Deskripsi Data ............................................................................................ 51 4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ......................................................... 52 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 101 5.1 Simpulan .................................................................................................... 101 5.2 Saran ........................................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104 LAMPIRAN ..................................................................................................... 107 BIODATA PENULIS ...................................................................................... 206
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Manusia menggunakan bahasa tulis sebagai salah satu alat komunikasinya.
Berbeda dengan bahasa lisan, ragam bahasa ini disampaikan dalam bentuk tulisan. Tulisan dihasilkan melalui aktivitas menulis. Menulis itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses kreatif dalam menuangkan gagasan atau pikiran kepada pembaca melalui bahasa tulis. Gagasan atau pikiran tersebut bisa berupa luapan perasaan, pendapat, kehendak dan pengalaman. Melalui menulis, penulis mewujudkan beberapa tujuannya. Secara umum Tarwotjo (Wiyanto, 2004: vii) mengemukakan bahwa dengan menulis seseorang dapat mewariskan intelektualnya kepada pembaca. Secara lebih spesifik tujuan menulis menurut Nurjamal, Sumirat dan Darwis (2011: 69), adalah “mengajak, menginformasikan, meyakinkan, membujuk, atau menghibur pembaca.” Dengan menulis, beberapa jenis tulisan akan dihasilkan. Nurjamal, Sumirat dan Darwis (2011: 69-70) menguraikan bahwa berdasarkan keobyektifan masalah yang disajikan, ada tiga jenis tulisan, yakni (1) tulisan ilmiah, (2) tulisan populer, dan (3) tulisan fiktif. Contoh dari tulisan ilmiah, yakni skripsi, tugas akhir, projek akhir, makalah, laporan praktikum, tesis, buku teks, dan disertasi. Contoh tulisan populer seperti opini, ulasan, profil, dan sebagainya. Tulisan fiktif itu sendiri misalnya puisi, cerpen, novel, drama dan skenario film. Dari antara
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
ketiganya, salah satu jenis tulisan yang sering dijumpai adalah tulisan ilmiah. Karakteristik tulisan ilmiah, yaitu permasalahan dipaparkan secara obyektif. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan penelitian secara seksama, baik di lapangan, laboratorium, maupun dengan mengkaji buku-buku sumber yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Selain itu, tulisan ilmiah juga disajikan dengan bahasa sistematis, logis, dan lugas. Artinya, ketika menulis ilmiah, seseorang akan mengemas idenya dalam bentuk rangkaian kalimat-kalimat. Rangkaian kalimat-kalimat tersebut kemudian membentuk paragraf . Paragraf atau beberapa paragraf tersebut akan membentuk wacana yang utuh, tertata apik, dapat dan mudah untuk dipahami. Pada kenyataannya, menulis ilmiah bukanlah hal yang mudah. Banyak penulis memiliki ide cemerlang tetapi sulit untuk menuangkannya dengan baik dan benar. Di kalangan mahasiswa, masalah ini menjadi keprihatinan tersendiri. Salah satu kendala yang biasanya dihadapi adalah bagaimana merangkai kalimat menjadi padu atau kohesi. Penggunaan jenis penanda kohesi pun masih terbatas dan juga terkadang kurang tepat. Hal ini dapat diamati pada skripsi-skripsi atau tugas-tugas akhir mahasiswa. Sebagai contoh, perhatikanlah kutipan kesalahan berikut! Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. (Dos Santos, 2013: xi) Kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam kutipan tersebut berupa peletakan konjungsi dan di awal kalimat. Menurut Chaer (1990: 60), konjungsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
dan diletakkan di antara dua buah klausa dalam kalimat majemuk setara. Artinya, dan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Agar menjadi kalimat yang kohesif, konjungsi dan harus ditiadakan. Data tersebut dapat dibetulkan seperti berikut ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Contoh lain: Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor. (Chrismatsy, 2013: 46) Kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam kutipan tersebut berupa peletakan konjungsi karena mengikuti konjungsi disebabkan. Padahal keduanya sama-sama menyatakan hubungan penyebaban (Chaer, 2009: 97). Dengan kata lain, penambahan salah satu dari antara keduanya dianggap tidak perlu. Agar menjadi kalimat yang kohesif, salah satu dari antara kedua konjungsi tersebut harus ditiadakan. Kesalahan berikutnya adalah penggunaan ganda konjungsi dan serta dan dalam satu kalimat. Sebenarnya peneliti bermaksud menyatakan hubungan penambahan. Namun, alangkah lebih baik lagi jika hubungan tersebut dinyatakan dengan konjungsi penambahan yang berbeda, misalnya serta. Kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam paragraf tersebut juga terletak pada konjungsi dengan yang diikuti kata cara. Konjungsi dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
sesungguhnya bermakna cara (Badru, 2003: 38). Oleh karena itu kata cara dalam kalimat tersebut sebaiknya ditiandakan. Pembetulannya adalah sebagai berikut. Hal ini karena pada perancangan awal bab III, pengukuran dilakukan dengan meletakkan (+) dan GND multimeter pada data serta GND sensor fototransistor. Keadaan seperti inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang kesalahan berbahasa dalam penggunaan penanda kohesi. Pada penelitian-penelitian penanda kohesi terdahulu, subyek penelitiannya adalah buku pelajaran siswa, karangan siswa, dan artikel surat kabar. Pada kesempatan ini peneliti memilih tugas akhir mahasiswa sebagai subjek penelitian. Selain itu, jika dalam penelitian-penelitian terdahulu para peneliti memfokuskan penelitiannya pada penggunaan penanda kohesi dan koherensi, dalam penelitian ini peneliti berkonsentrasi pada jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi. Alasannya, penggunaan penanda kohesi akan semakin tepat jika jenis kesalahannya terlebih dahulu dievaluasi. Ketika jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi telah diketahui, penulis akan memiliki pemahaman tentang bagaimana menggunakannya secara tepat. Subjek yang diteliti adalah tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Sebagai pencipta atau pengembang alat tertentu, tidak jarang mahasiswa Program Studi Teknik Elektro menguraikan
berbagai
rumus-rumus
perhitungan,
komponen
dan
cara
perancangannya, serta cara kerja alat yang dirancang. Salah satu tujuan uraianuraian tersebut adalah agar gagasan dan temuan dapat diimplementasikan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, faktor kebahasaan menjadi salah satu penentunya. Gagasan dan temuan yang disampaikan perlu dimengerti oleh masyarakat. Oleh karena itu, gagasan dan temuan tersebut perlu disampaikan dengan bentuk wacana yang padu dan tertata rapi. Selanjutnya, peneliti memilih untuk meneliti tugas akhir di tahun lulusan 2013 dengan maksud untuk melihat kekinian kemampuan berbahasa mahasiswa Program Studi Teknik Elektro, terutama dalam penggunaan penanda kohesi.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apa saja
jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi yang terdapat dalam tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi yang terdapat di dalam tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
(1) Memberikan evaluasi terhadap mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma tentang penggunaan penanda kohesi yang tepat dalam penulisan karya ilmiah. (2) Memberikan perbendaharaan materi pengajaran bahasa Indonesia berupa contoh-contoh kesalahan penggunaan penanda kohesi yang dapat digunakan oleh para dosen pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. (3) Memberikan gambaran dan motivasi bagi peneliti selanjutnya yang bermaksud untuk meneliti tentang kesalahan berbahasa, khususnya peneliti yang akan meneliti tentang jenis kesalahan atau penyebab kesalahan penggunaan penanda kohesi maupun koherensi.
1.5
Batasan Istilah Beberapa istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(1) jenis, (2) kesalahan berbahasa, (3) penanda (4) kohesi, (5) tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. (1) Jenis diartikan sebagai klasifikasi kesalahan penggunaan penanda kohesi berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu. (2) Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati, 2010: 15). (3) Penanda diartikan sebagai subjek yang menandai suatu kesalahan dalam penggunaan kohesi. (4) Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang apik atau koheren (Badru, 2003: 19). (5) Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013 Universitas Sanata Dharma merupakan karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Strata 1 di universitas yang bersangkutan. Secara umum karya tulis ini berisi uraian tentang berbagai rumus-rumus perhitungan, rangkaian serta cara pembuatan komponen, dan cara kerja alat yang dirancang. Karya tulis tersebut diselesaikan pada tahun 2013.
1.6
Sistematika Penyajian Penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan
pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan 6 sub bab yakni: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori. Dalam bab ini diuraikan 2 subbab, yakni: (1) penelitian terdahulu yang relevan, dan (2) kajian teori. Bab III merupakan metodologi penelitian. Dalam bab
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
ini diuraikan 6 subbab, yakni: (1) jenis penelitian, (2) sumber data, (3) instrumen penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data dan (6) triangulasi. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini diuraikan 2 subbab, yakni: (1) deskripsi data, serta (2) hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan penutup. Dalam bab ini diuraikan 2 subbab, yakni (1) simpulan dan (2) saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Penelitian Terdahulu yang Relevan Hartanti Yuanita, (2007) menuangkan hasil penelitiannya dalam skripsi
berjudul Kohesi dan Koherensi dalam Wacana pada Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X Karangan Dawud, dkk. Terbitan Erlangga Tahun 2004. Lewat penelitian deskriptif kualitatif tersebut, beliau menarik beberapa kesimpulan. Pertama, kohesi yang ditemukan dalam buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X karangan Dawud, dkk. terbitan Erlangga tahun 2004 menggunakan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang digunakan meliputi: (1) referensi, (2) substitusi, (3) ellipsis, dan (4) konjungsi. Kohesi leksikal meliputi: (1) repetisi, (2) sinonim, (3) antonimi, (4) hiponimi, dan (5) ekuivalensi. Kedua, koherensi yang ditemukan dalam buku teks tersebut yakni koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda. Piranti pembentuk koherensi berpenanda meliputi: (1) koherensi kausalitas, (2) koherensi kontras, (3) koherensi aditif, (4) koherensi temporal, (5) koherensi peruntutan, dan koherensi intensitas. Peranti pembentuk koherensi tidak berpenanda meliputi: (1) perincian, (2) perian, dan (3) wacana dialog. Penelitian serupa dilakukan oleh Antonius Nesi (2011). Dalam skripsinya yang berjudul Kohesi dan Koherensi Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar: Studi Kasus Wacana Berita Utama dan Surat Pembaca Kompas, Republika,
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Kedaulatan Rakyat dan Bernas Jogja Edisi Agustus 2009, disimpulkan beberapa hasil temuan. Pertama, jenis kohesi yang ditemukan adalah kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal meliputi (1) referensi, (2) substitusi, (3) pelesapan, dan (4) konjungsi. Kohesi leksikal meliputi (1) pengulangan, (2) sinonimi, (3) antonimi, (4) hiponimi, (5) ekuivalensi, dan (6) kolokasi. Kedua, jenis koherensi yang ditemukan adalah koherensi kontekstual, koherensi kotekstual dan koherensi logis. Koherensi kontekstual meliputi (1) koherensi wacana promotif dan (2) koherensi wacana normatif. Koherensi ko-tekstual meliputi, (1) koherensi ko-tekstual endofora anaforis, dan (2) koherensi kotekstual endofora kataforis. Koherensi logis meliputi (1) loherensi kausalitas, (2) koherensi pegontrasan, (3) koherensi definisi, dan (4) koherensi simpulan. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Yunita Christantri (2012). Pada kripsinya yang berjudul Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Pengudi Luhur St. Louis IX Sedayu Tahun Ajaran 2010/2011, dipaparkan beberapa simpulan. Pertama, kohesi yang ditemukan dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I adalah kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Kohesi leksikal meliputi: (1) repetisi, (2) sinonimi, (3) hiponimi, (4) antonimi, dan (5) ekuivalensi. Kohesi gramatikal meliputi: (1) referensi dan (2) konjungsi. Kedua, koherensi yang ditemukan dalam karangan deskripsi siswa kelas X semester I adalah koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda. Koherensi berpenanda meliputi: (1) koherensi kausalitas, (2) koherensi kronologis, dan (3) koherensi intensitas. Koherensi tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
berpenanda meliputi: (1) koherensi perincian dan (2) koherensi perian. Penelitian ini juga merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Demikianlah beberapa penelitian relevan terdahulu yang peneliti jadikan sebagai landasan dalam penelitian ini. Pada dasarnya, ketiga penelitian terdahulu tersebut berfokus pada penemuan jenis-jenis kohesi dan koherensi yang digunakan dalam buku pelajaran, artikel media massa maupun karangan bebas. Berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu tersebut, dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah jenis dan penyebab kesalahan penggunaan penanda kohesi. Selain itu, jika pada penelitian-penelitian terdahulu subjek penelitiannya berupa buku pelajaran, artikel media massa maupun karangan bebas, pada penelitian ini peneliti memilih skripsi mahasiswa sebagai subjek penelitian.
2.2
Kajian Teori
2.2.1
Kesalahan Berbahasa Tarigan & Tarigan (1988: 141) mengartikan kesalahan berbahasa sebagai
suatu bentuk penyimpangan dalam berbahasa. Menurut beliau kesalahan berbahasa
merupakan
bagian-bagian
konversasi
atau
komposisi
yang
menyimpang dari norma baku atau norma terpilih performansi bahasa orang dewasa. Pendapat serupa dinyatakan oleh Setyawati (2010: 15) dengan menekankan kesalahan berbahasa sebagai penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi, atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
norma kemasyarakatan dan kaidah tata bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi atau norma kemasyarakatan bukanlah berbahasa Indonesia yang baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia juga bukanlah berbahasa yang benar. Selanjutnya ditegaskan oleh Tarigan & Tarigan (1988: 75) bahwa istilah kesalahan berbahasa berbeda dengan kekeliruan berbahasa. Istilah kesalahan sepadan dengan kata error dalam bahasa Inggris sedangkan kekeliruan itu sendiri sepadan dengan mistake. Kesalahan berbahasa tejadi karena ketidakpahaman si pengguna bahasa kesalahan berbahasa biasanya terjadi secara konsisten. Jika tidak ada yang memperbaikinya, kesalahan akan terjadi berulang-ulang kali. Kekeliruan berbahasa itu sendiri disebabkan oleh faktor keterbatasan ingatan atau lupa. Jika kesalahan berbahasa terjadi secara konsisten, kekeliruan berbahasa terjadi secara acak. Kekeliruan berbahasa dapat diperbaiki sendiri saat pengguna menyadarinya. Dengan demikian, batasan kesalahan berbahasa yang digunakan oleh peneliti adalah penggunaan bahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia.
2.2.2
Jenis Kesalahan Berbahasa Berdasarkan sudut pandang linguistik, jenis diartikan sebagai klasifikasi
kata berdasarkan ciri-ciri atau penanda tertentu (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 579). Jika jenis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kesalahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
berbahasa, pengertian tersebut dapat dispesifikasikan menjadi klasifikasi kesalahan penggunaan bahasa (penanda kohesi) berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu. Tarigan (Setyawati 2010: 19) mengklasifikasikan kesalahan berbahasa dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik dan wacana. Berdasarkan kegiatan atau keterampilan berbahasa, kesalahan dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan kesalahan berbahasa dapat berwujud lisan dan tertulis. Berdasarkan pemetaan ini, peneliti menentukan sasaran analisisnya pada tataran wacana. Analisis terhadap wacana difokuskan pada kutipan kalimatkalimat yang mengandung kesalahan. Jenis wacana yang dikaji adalah wacana tulis. Wacana tulis yang dimaksud adalah tugas akhir mahasiswa. Unsur wacana yang akan dianalisis adalah kohesifitas intra dan antarkalimat dengan mencermati setiap
kesalahan
penggunaan
penanda
kohesinya.
Kesalahan-kesalahan
penggunaan penanda kohesi tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenisjenis penanda kohesi itu sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.3
14
Analisis Kesalahan Berbahasa Ellis (Tarigan & Tarigan, 1988: 68) mendefinisikan analisis kesalahan
berbahasa sebagai suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa. Sebagai suatu prosedur kerja, analisis kesalahan berbahasa harus melalui serangkaian prosedur yang sistematis. Oleh Tarigan rangkaian prosedur yang
sistematis
tersebut
dimulai
dari
(1)
pengumpulan
sampel,
(2) pengidentifikasian kesalahan, (3) penjelasan kesalahan, (4) pengklasifikasian kesalahan, (5) pengevaluasian kesalahan (Tarigan & Tarigan, 1988: 67). Tahapantahapan tersebut dilalui pengajar atau peneliti bahasa untuk mencapai tujuan (1) memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk membuat atau menarik kesimpulan mengenai hakikat proses belajar bahasa, dan (2) memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para pengembang kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran yang paling sukar diproduksi oleh para pelajar secara baik dan benar, serta tipe kesalahan mana yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif (Dulay dalam Tarigan & Tarigan, 1988: 142). Adapula manfaat dari analisis kesalahan berbahasa. Tarigan & Tarigan (1988: 142) mengutarakan bahwa analisis kesalahan berbahasa terkhusus dalam lingkup pelajar mendatangkan beberapa keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut, yakni (1) mengetahui sebab-musabab (atau penyebab) kesalahan itu, (2) memahami latar belakang kesalahan tersebut, (3) memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar, (4) mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
pada waktu yang akan datang, agar para pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Pendapat serupa disampaikan pula oleh Setyawati, bahwa analisis kesalahan berbahasa dapat sangat berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan pada permulaan dapat membuka pikiran guru, perancangan kursus bahasa, penulis buku pelajaran, atau pun pemerhati bahasa untuk mengatasi karuwetan bidang bahasa yang dihadapkan pada siswa (Setyawati 2010: 19). Analisis kesalahan berbahasa dapat dilakukan dengan mencermati perubahan pada bentuk-bentuk permukaan bahasa, seperti kata, frase dan klausa. Perubahan bentuk permukaan bahasa yang dimaksud terdiri dari (1) penghilangan, (2) penambahan, (3) salah formasi, (4) salah susun Tarigan (1988: 148). Keempatnya akan dijelaskan sebagai berikut.
(1) Penghilangan Penghilangan
merupakan
tindakan
menghilangkan
atau
yang
menyebabkan ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam tulisan yang baik dan benar. Contoh penghilangan yang tidak tepat adalah sebagai berikut. Karena selalu mencacah naik, maka [ ] dapat digunakan sebagai pewaktu presisi. (II/TE/2013/K7/P3/K3) Pada contoh ini terdapat penghilangan frase mode ini. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki subjek. Agar memiliki subjek, frase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
mode ini perlu ditambahkan pada induk kalimat atau klausa kedua kalimat tersebut. Pembetulan dari data kesalahan tersebut adalah sebagai berikut. Karena selalu mencacah naik, mode ini dapat digunakan sebagai pewaktu presisi.
(2) Penambahan Kebalikan dari penghilangan, penambahan diartikan sebagai tindakan menambahkan atau menyebabkan hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak muncul dalam tulisan yang baik dan benar. Contoh penambahan yang tidak tepat adalah sebagai berikut. Namun, peneliti tersebut tidak membuat sebuah alat ukur sendiri yang digunakan khusus hanya untuk mengetahui kadar kurkumin. (I/TE/2013/Hviii/P1/K3) Pada contoh ini terjadi penggunaan konjungsi pembatasan secara berlebihan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh penambahan kata hanya setelah kata khusus. Keduanya sama-sama menyatakan makna pembatasan. Agar menjadi kohesif, cukup salah satu saja yang digunakan, entah itu khusus atau hanya. Pembetulan dari data kesalahan tersebut adalah sebagai berikut. Namun, peneliti tersebut tidak membuat sebuah alat ukur yang digunakan khusus untuk mengetahui kadar kurkumin. (3) Salah Formasi Salah formasi merupakan perpaduan beberapa unsur bahasa yang tidak seharusnya atau tidak sepadan. Contoh formasi yang tidak tepat adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur dan spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori (I/TE/2013/H60/P4/K3). Salah formasi tampak pada perpaduan antara kata baik dan konjungsi dan. Kata baik tidak dapat disandingkan dengan konjungsi dan karena keduannya bukan merupakan satu formasi. Kata baik hanya dapat disandingkan dengan kata maupun. Agar menjadi kohesif, konjungsi dan dalam kalimat tersebut harus diganti dengan kata maupun. Pembetulan dari data kesalahan tersebut adalah sebagai berikut. Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur maupun spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori. (4) Salah Susun Salah susun dapat diartikan sebagai peletakan suatu unsur tidak pada tempatnya. Contoh salah susun adalah sebagai berikut. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya (II/TE/2013/Hxi/P1/K3). Pada contoh ini konjungsi dan dikatakan mengalami salah susun karena diposisikan sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi dan bukan merupakan penghubung antarkalimat, melainkan penghubung intrakalimat. Pembetulan dari data kesalahan tersebut adalah sebagai berikut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.4
18
Analisis Kesalahan Berbahasa pada Tataran Wacana Menurut Tarigan (1987: 27), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan
tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, mempunyai awal dan akhir nyata, yang disampaikan secara lisan atau tertulis. Secara terperinci beliau (1987: 25) menjabarkan
unsur-unsur
penting
wacana,
yakni
(a)
satuan
bahasa
(b) terlengkap/terbesar/tertinggi, (c) di atas kalimat/klausa, (d) teratur/tersusun rapi/rasa koherensi, (e) berkesinambungan/kontinuitas, (f) rasa kohesi/rasa kepaduan, (g) lisan/tulis, (h) awal dan akhir yang nyata. Selanjutnya, Kridalaksana (Setyawati, 2010: 145) menambahkan, wacana dapat direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat lengkap. Berdasarkan
media
penyampaiannya,
wacana
dibedakan
menjadi
(1) wacana lisan, dan (2) wacana tertulis. Wacana lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance) (Mulyana, 2005: 52). Contoh jenis wacana ini adalah dialog, tanya jawab dalam wawancara, percakapan jual beli, ceramah, khotbah, diskusi, rapat, musyawarah, pembicaraan lewat telepon, dan obrolan. Berbeda dengan wacana tulis. Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan Mulyana (2005: 51). Sependapat dengan itu, Baryadi menegaskan bahwa wacana tulis adalah wacana yang diwujudkan secara tertulis. Untuk menerima dan memahaminya, si penerima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
harus membacanya. Wacana ini sering dikaitkan dengan wacana noninteraktif (noninteractive discourse) karena proses produksinya tidak dapat langsung ditanggapi oleh komunikan (Baryadi, 2002: 11). Wacana tertulis dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan yang utuh (Mulyana, 2005: 52). Contoh jenis wacana ini seperti surat, telegram, pengumuman tertulis, cerita pendek, novel, puisi, naskah drama, petunjuk untuk melakukan suatu perbuatan, naskah undang-undang, dan iklan tertulis, (Baryadi, 2002: 11). Berdasarkan isi, wacana dibedakan menjadi (1) wacana politik, (2) wacana olahraga, (3) wacana ekonomi, (4) wacana ilmiah, (5) wacana pendidikan (Baryadi, 2002: 10). Dari kelima jenis wacana tersebut, yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah wacana ilmiah, berupa tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Adapula wacana ilmiah dijelaskan sebagai bahasan secara lisan maupun tertulis seputar studi ilmiah secara obyektif, analitatif, kualitatif atau kuantitatif, dan validitatif. Wacana ilmiah ditandai dengan topik, ide, kata, kalimat dan istilahistilah ilmiah. Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa dalam tataran wacana dapat meliputi (a) kesalahan dalam kohesi, dan (b) kesalahan dalam koherensi (Setyawati, 2010: 145). Dari kedua lingkup tersebut, yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kesalahan berbahasa dalam kohesi. Kesalahan yang diteliti mencakup kesalahan penggunaan penanda kohesi itu sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.5
20
Penggunaan Penanda Kohesi
2.2.5.1 Pengertian Kohesi Kohesi adalah kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaksikal (Moeliono, 1988: 34). Badru (2003: 19) menambahkan bahwa kohesi dapat diartikan sebagai keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang apik atau koheren. Menurut Alwi (2003: 427) hubungan antarunsur tersebut dinyatakan secara eksplisit. Selanjutnya, Halliday dan Hassan (1979) menyebut kohesi sebagai suatu satuan sistematis yang direalisasikan ke dalam tiga strata sistem bahasa, yaitu 1) makna (meaning) sebagai sistem semantis, 2) bentuk (wording) sebagai sistem leksiogramatikal, dan 3) bunyi dan tulisan (sounding/writing) sebagai sistem fonologis dan morfologis (Badru, 2003: 19).
2.2.5.2 Jenis-Jenis Kohesi Halliday & Hassan membagi kohesi menjadi dua bentuk, yakni (1) kohesi gramatikal, dan (2) kohesi leksikal (Baryadi, 2002: 17). Kedua kohesi tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Penjabarannya adalah sebagai berikut.
2.2.5.2.1
Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal merupakan hubungan bentuk yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa (Rani, 2006: 97). Kohesi gramatikal di bedakan lagi menjadi, (1) referensi, (2) substitusi, (3) elipsis, dan (4) konjungsi. Keempatnya akan dijelaskan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
(1) Referensi Kridalaksana (Badru, 2003: 39) mendefinisikan referensi sebagai hubungan antara referen dengan lambang yang dipakai untuk mewakilinya. Dengan kata lain referensi merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Kohesi referensi ditandai oleh adanya kata, frasa atau satuan gramatikal lain yang menunjuk kata, frasa, atau satuan gramatikal lainnya yang telah disebut sebelumnya (Sumadi, 1998: 10). Selanjutnya, Halliday dan Hassan (Rani, 2006: 97) membedakan referensi menjadi dua macam, yakni (a) referensi eksofora dan (b) referensi endofora.
a.
Referensi Eksofora Referensi eksofora adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa
(ekstratekstual), seperti manusia, hewan, alam sekitar, atau acuan kegiatan (Rani, 2006: 98). Anteseden itu sendiri secara linguistik diartikan sebagai informasi dalam ingatan atau konteks yang ditunjukkan oleh suatu ungkapan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 75). Contoh penggunaan referensi eksofora adalah sebagai berikut. Cara menggunakan alat ukur kadar kurkumin monokromator kisi difraksi ini dimulai dengan menekan tombol on/off yang berada pada bagian depan alat. (Chrismatsy, 2013: 47). Terlihat pada contoh, penggunaan referensi eksofora ditandai oleh frasa monokromator kisi difraksi ini. Frasa tersebut mengacu pada monokromator kisi difraksi ini yang ada dalam pikiran peneliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
22
Referensi Endofora Referensi endofora adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di
dalam teks (intratekstual), dengan menggunakan pronomina, baik pronomina persona, pronomina demonstratif, maupun pronomina komparatif. Selanjutnya, berdasarkan arah acuannya, oleh Halliday dan Hassan, referensi endofora dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) referensi anafora dan (2) referensi katafora (Rani, 2006: 98). Purwo (1984) menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan referensi anafora dan katafora, persyaratan bagi suatu konstituen untuk dapat disebut anafora dan katafora adalah bahwa konstituen itu harus berkoreferensi (memiliki referen yang sama) dengan konstituen yang diacu (Badru, 3003: 40). Ada pula yang dimaksud dengan konstituen adalah unsur bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar; bagian dari atau pendukung konstruksi (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 727).
1) Referensi Anafora Referensi anafora adalah pengacuan oleh pronomina terhadap anteseden yang terletak di sebelah kiri. Dengan kata lain, dikatakan referensi anafora jika yang diacu (anteseden) lebih dahulu dituturkan atau ada pada kalimat terdahulu sebelum pronomina (Rani, 2006: 99). Contoh penggunaan referensi anafora adalah sebagai berikut. LCD yang sering digunakan adalah jenis LCD M1632. M1632 merupakan modul LCD dengan tampilan 2 x 16 (2 baris, 16 kolom) dengan konsumsi daya rendah. Modul tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus untuk mengendalikan LCD. Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang berfungsi sebagai pengendali LCD memiliki CGROM (Character General Read Only Memory), CGRAM (Character General Random Access Memory), dan DDRAM (display Data Random Access Memory). LCD tipe ini memungkinkan pemrogram untuk mengoperasikan komunikasi data 8 bit atau 4 bit. (Chrismatsy, 2013: 17). Terlihat pada contoh, referensi anafora ditandai oleh frase LCD bertipe ini. Frase tersebut mengacu pada anteseden yang terdapat dalam kalimat sebelum atau sebelah kirinya, yakni LCD yang sering digunakan adalah jenis LCD M1632 dan M1632 merupakan modul LCD dengan tampilan 2 x 16 (2 baris, 16 kolom) dengan konsumsi daya rendah.
2) Referensi Katafora Referensi katafora adalah pengacuan pronomina terhadap anteseden yang terletak di kanan. Dengan kata lain, disebut referensi katafora apabila anteseden ditemukan sesudah pronomina. (Rani, 2006: 100). Contoh penggunaan referensi katafora adalah sebagai berikut. Jika menggunakan jalur data 4 bit, akan ada 7 jalur data (3 untuk jalur kontrol & 4 untuk jalur data). Jika menggunakan jalur data 8 bit, akan ada 11 jalur data (3 untuk jalur kontrol & 8 untuk jalur data). Tiga jalur kontrol ke LCD ini adalah EN (Enable), RS (Register Select) dan R/W (Read/Write) (Chrismatsy, 2013: 17). Terlihat pada contoh, referensi anafora ditandai oleh frase 3 untuk jalur control. Frase tersebut mengacu pada anteseden yang terdapat dalam frase sesudahnya, yakni EN (Enable), RS (Register Select) dan R/W (Read/Write).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Baik referensi anafora maupun referensi katafora, keduanya menggunakan (a) pronomina persona, (b) pronomina penunjuk, dan (c) pronomina komparatif.
a) Pronomina Persona Pronomina persona adalah deiktis yang mengacu pada orang secara berganti-ganti bergantung pada “topeng” yang sedang diperankan oleh partisipan wacana. Pronomina persona diperinci lagi menjadi (i) pronomina takrif, dan (ii) pronominal tidak takrif. i.
Pronomina Takrif Pronomina takrif adalah pengacuan persona dengan batasan orang pertama, kedua atau ketiga, serta tunggal atau jamak. Tunggal Persona Pertama saya, aku
Jamak kami, kita
Persona Kedua
kamu, engkau, anda
kalian, kamu sekalian
Persona Ketiga
dia, ia, beliau
Mereka
ii. Pronomina Tidak Takrif Pronomina tidak takrif adalah pengacuan persona tanpa terikat pada batasan tertentu. Pengacuan dengan menggunakan pronominal tidak takrif ditandai dengan kata-kata seperti beberapa, sejumlah, sesuatu, suatu, seseorang, para, masing-masing, dan siapa-siapa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
b) Pronomina Penunjuk (Demonstratif) Pronomina demonstratif adalah kata deiktis yang dipakai untuk menunjuk (menggantikan) nomina. Dilihat dari segi bentuknya, pronominal demonstratif dibedakan menjadi (1) pronomina demonstratif tunggal, (2) pronomina demonstratif turunan, (3) pronomina demonstratif gabungan, dan (4) pronomina demonstratif reduplikasi. i.
Pronomina Demonstratif Tunggal Pronomina demonstratif tunggal adalah pengacuan terhadap anteseden dengan menggunakan kata ganti ini dan itu.
ii. Pronomina Demonstratif Turunan Pronomina demonstratif turunan adalah pengacuan terhadap anteseden dengan menggunakan kata turunan berikut dan sekian. iii. Pronomina Demonstratif Gabungan Pronomina
demonstratif
gabungan
adalah
pengacuan
terhadap
anteseden dengan menggunakan frasa kerangan di sana, di sini, di situ, dan di sana-sini. iv. Pronomina Demonstratif Reduplikasi Pronomina demonstratif reduplikasi adalah pengacuan terhadap anteseden dengan menggunakan keterangan menyerupai begitu-begitu dan begini-begini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
c) Pronomina Komparatif Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bagian bagi antesedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu, selain, berbeda dan sebagainya.
(2) Substitusi Menurut Halliday dan Hassan (1979), substitusi merupakan penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lainnya yang acuannya tetap sama dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa dan klausa. Substitusi merupakan hubungan leksiogramatikal, yakni hubungan yang terdapat pada level tatabahasa dan kosakata; dengan alat penyulihan berupa kata, frase, atau klausa yang maknanya berbeda dari unsur substitusinya (Rani, 2006: 105). Sugono (1991) menjabarkan bahwa kohesi subtitusi melibatkan dua unsur, yaitu unsur penggantian dan unsur terganti. Berdasarkan kategori sintaksis unsur penggantinya, substitusi dapat dibedakan menjadi dua, yakni (1) substitusi pronomina persona dan (2) substitusi pronomina nonpersona (Sumadi, 1998: 13).
a.
Substitusi Pronomina Persona Pronomina persona (kata ganti orang) yang berfungsi sebagai penanda
kohesi substitusi adalah pronomina persona ketiga, yaitu ia, dia dan mereka yang dapat bermakna „tunggal‟ (menggantikan orang yang berjumlah satu) ataupun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
„jamak‟ (menggantikan lebih dari satu orang) (Sumadi, 1998: 13). Contoh penggunaan substitusi pronomina persona adalah sebagai berikut. Para peneliti terdahulu telah mencoba untuk menciptakan komponen tersebut. hanya saja apa yang mereka lakukan belum berhasil. Terlihat pada contoh, substitusi pronomina persona ditandai oleh kata ganti orang ketiga jamak mereka yang menggantikan frase para peneliti terdahulu.
b. Substitusi Pronomina Nonpersona Substitusi
pronomina
nonpersona
adalah
substitusi
yang
unsur
penggantinya berupa selain pronominal persona atau kata ganti orang. Unsur pengganti itu berupa pronomina demostratif (kata ganti penunjuk), yaitu ini, dan itu; pronomina lokatif (kata ganti tempat), yaitu situ dan begitu yang menggantikan kata, frasa, atau satuan gramatikal yang lebih besar dan menyatakan „perbuatan‟ (Sumadi, 1998: 14). Contoh penggunaan substitusi pronomina nonpersona adalah sebagai berikut. Tegangan keluaran dari fototransistor masih sangat kecil untuk dipakai secara langsung. Tegangan ini perlu diperkuat oleh sebuah rangkaian penguat tegangan. Rangkaian penguat yang dipakai adalah sebuah penguat operasional yang dikonfigurasikan sebagai penguat tidak-pembalik (non-inverting). Dalam perancangan ini, penulis menggunakan IC LM741, yang dapat dilihat pada Gambar 3.8. (Lering, 2013: 31) Terlihat pada contoh, substitusi pronomina nonpersona ditandai oleh pronomina demonstratif ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
(3) Elipsis Elipsis merupakan pelesapan unsur bahasa yang maknanya telah diketahui berdasarkan konteksnya. Menurut Halliday dan Hassan (1979), pada dasarnya elipsis dapat dianggap sebagai substitusi dengan bentuk kosong atau zero. Unsurunsur yang dilesapkan itu dapat berupa nomina, verba atau klausa (Badru, 2003: 42-43). Oleh Ramlan (1984) elipsis disebut juga penghilangan, sedangkan Sugono (1991) menyebutnya sebagai pelesapan (Sumadi, 1998: 16). Contoh penggunaan pelesapan unsur bahasa adalah sebagai berikut. Halogen merupakan golongan non-logam yang sangat reaktif, sehingga unsur-unsurnya tidak dijumpai pada keadaan bebas. Pada umumnya [ ] ditemukan di alam dalam bentuk senyawa garamgaramnya. (Chrismatsy, 2013: 10) Terlihat pada contoh, pelesapan unsur bahasa terdapat pada kalimat pada umumnya ditemukan di alam dalam bentuk senyawa garam-garamnya. Jika tidak mengalami pelesapan, kalimat yang sebenarnya adalah pada umumnya halogen ditemukan di alam dalam bentuk senyawa garam-garamnya.
(4) Konjungsi Konjungsi berfungsi untuk merangkai atau mengikat beberapa proposisi dalam wacana sehingga perpindahan dalam wacana terasa lembut. Sesuai dengan fungsinya,
konjungsi
dalam
bahasa
Indonesia
dapat
digunakan
untuk
merangkaikan ide, baik dalam satu kalimat (intrakalimat) maupun antarkalimat (Rani, 2006: 107). Kesimpulannya bahwa penggunaan konjungsi sebagai piranti kohesi bermaksud untuk mempertimbangkan dan melancarkan logika berpikir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Piranti kohesi berupa konjungsi dibedakan lagi menjadi 21 jenis. Jenisjenis konjungsi tersebut, yakni (1) konjungsi penambahan (aditif), (2) konjungsi perlawanan (kontrastif), (3) konjungsi pemilihan (alternatif), (4) konjungsi waktu, (5) konjungsi tujuan, (6) konjungsi konsesif/alahan, (7) konjungsi penyebaban, (8) konjungsi pengakibatan, (9) konjungsi penjelasan, (10) konjungsi cara, (11) konjungsi syarat, (12) konjungsi pengutamaan/intensitas, (13) konjungsi rangkasan/simpulan, (14) konjungsi misalan/contoh, (15) konjungsi keraguraguan (dubtatif), (16) konjungsi perbandingan (komparatif), (17) konjungsi similiaritas/serasian, (18), konjungsi ketidakserasian, dan (19) konjungsi harapan (obtatif).
a.
Konjungsi Penambahan Menurut Alwi (2003: 400), yang konjungsi penjumlahan merupakan jenis
kata penghubung yang menyatakan makna penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa atau proses. Konjungsi aditif berfungsi menghubungkan dua unsur bahasa yang mempunyai kedudukan yang sama (Badru, 2003: 30). Dua unsur bahasa yang menggambarkan hubungan penjumlahan pada umumnya ditandai oleh pemakaian kata penghubung dan, serta, kemudian, lalu, pula, juga, selanjutnya, selain itu, di samping itu, dan tambahan lagi. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan penjumlahan adalah sebagai berikut. Cahaya polikromatik jika dilewatkan pada prisma akan terurai menjadi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kumpulan cahaya warna tersebut disebut spektrum. Lembar spektrum yang dihasilkan oleh prisma tergantung pada selisih sudut deviasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
antara cahaya ungu dan cahaya merah yang disebut dengan sudut disperse (Ferryandi, 2013: 13). Terlihat pada contoh, hubungan penjumlahan ditandai oleh kata penghubung dan.
b.
Konjungsi Pertentangan Konjungsi pertentangan oleh Alwi (2003: 401) didefinisikan sebagai kata
penghubung yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Sependapat dengan Alwi, Rani (2006: 120) menegaskan hubungan pertentangan terjadi apabila ada dua ide atau proposisi yang menunjukkan kebalikan atau kekontrasan. Hubungan perlawanan tersebut ditandai dengan adanya kata penghubung tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, dan sebaliknya. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan perlawanan atau pertentangan adalah sebagai berikut. Namun, jika dibandingkan antara hasil pengukuran spektrofometer standar dengan perhitungan manual yaitu 0,939, hasil yang diperoleh alat yang dibuat tidak sesuai dengan spektrofometer standar (Chrismatsy, 2013: 60). Terlihat pada contoh, hubungan perlawanan atau pertentangan ditandai oleh kata penghubung namun.
c.
Konjungsi Pemilihan Alwi (2003: 403) mendefinisikan konjungsi pemilihan sebagai kata
penghubung yang berfungsi menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Kata penghubung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
yang digunakan untuk menghubungkan dua pernyataan tersebut adalah atau. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan pemilihan adalah sebagai berikut. Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi yang lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi (Chrismatsy, 2013: 8). Terlihat pada contoh, hubungan pemilihan ditandai oleh kata penghubung atau.
d.
Konjungsi Waktu Konjungsi waktu menghubungkan waktu atau saat terjadinya sebuah
kejadian atau tindakan yang terdapat dalam beberapa klausa atau kalimat (Chaer, 2009: 102). Hubungan waktu dapat dibedakan lagi menjadi empat, yaitu (i) waktu batas permulaan, (ii) waktu bersamaan/kesamaan waktu, (iii) hubungan waktu berurutan, dan (iv) waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan (Badru, 2003: 31-33). .
i.
Waktu Batas Permulaan Hubungan batas waktu permulaan pada umumnya menggunakan kata penghubung sejak, semenjak, dan sedari. Contoh penggunaan konjungsi waktu yang menyatakan hubungan batas waktu permulaan adalah sebagai berikut. Penyusunan tugas akhir ini berawal dari sebuah keinginan penulis untuk membuat alat yang bisa membantu pekerjaan ibu rumah tangga di dapur, yang terkadang repot untuk mencuci berbagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
macam perlengkapan setelah makan dan memasak. (Ariyanto, 2013: 1)
Terlihat pada contoh, hubungan batas waktu permulaan ditandai oleh kata berawal dari.
ii.
Waktu Bersamaan Hubungan yang menunjukkan waktu bersamaan menggunakan kata penghubung ketika, tatkala, pada waktu, dan saat. Contoh penggunaan konjungsi waktu yang menyatakan hubungan waktu bersamaan adalah sebagai berikut. Ketika tombol tidak ditekan, output berlogika 1 (HIGH) dan ketika tombol ditekan, output berlogika 0 (LOW) (Chrismatsy, 2013: 34). Terlihat pada contoh, hubungan waktu bersamaan ditandai oleh kata penghubung ketika.
iii.
Waktu Berurutan Hubungan yang menunjukkan waktu berurutan ditandai oleh kata penghubung sebelum, sesudah, dan setelah. Contoh penggunaan konjungsi waktu yang menyatakan hubungan waktu berurutan adalah sebagai berikut. Dari pantulan tersebut cahaya monokromatis akan diterima oleh sensor foto transistor setelah melewati larutan berwarna terlebih dahulu. (Chrismatsy, 2013: 2). Terlihat pada contoh, hubungan waktu berurutan ditandai oleh kata penghubung setelah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iv.
33
Waktu Batas Akhir Hubungan batas waktu akhir biasanya menggunakan kata penghubung hingga. Contoh penggunaan konjungsi waktu yang menyatakan hubungan batas waktu akhir adalah sebagai berikut. Sampai saat ini masih ada beberapa beberapa kelompok petani penghasil rimpang kunyit (Curcuma domestica) yang masih mengalami permasalahan dalam pengukuran kadar kurkumin yang terkandung dalam rimpang kunyit. (Santos, 2013: viii). Terlihat pada contoh, hubungan batas waktu akhir ditandai oleh kata penghubung sampai saat ini.
e.
Konjungsi Tujuan Konjungsi tujuan adalah hubungan yang menyatakan maksud yang
terkandung pada klausa pertama (Chaer, 2009: 99). Selain itu, dapat dikatakan juga bahwa hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Kata penghubung yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan itu antara lain adalah supaya, agar, biar dan untuk. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan adalah sebagai berikut. Untuk rangkaian dalam kotak akan diisi minimum system ATmega8535, serta penyerahan 12V. pada samping kotak terdapat saklar seperti pada gambar 3.12 serta kipas DC untuk mendinginkan cahaya halogen (Chrismatsy, 2013: 35). Terlihat pada contoh, hubungan tujuan ditandai oleh kata penghubung untuk.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
f.
34
Konjungsi Konsesif Konjungsi konsesif merupakan kata penghubung yang menyatakan keadaan
dan kondisi yang berlawanan dengan sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama. Menurut Alwi (1993), hubungan konsesif terdapat dalam sebuah kalimat yang klausa subordinatifnya memuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama (Badru, 2003: 34). Rani (2006: 113) menyebut hubungan ini dengan sebutan „hubungan alahan‟. Menurut beliau hubungan alahan menyatakan sebuah peristiwa atau hal yang biasa menyebabkan peristiwa lain itu ternyata tidak berlaku seperti biasanya. Hubungan alahan juga terjadi apabila ada suatu peristiwa atau hal yang tidak biasa menyebabkan peristiwa lain, tetapi muncul dalam hal itu. Kata penghubung yang dipakai sebagai penanda adalah walau(pun), meski(pun), meski(pun) demikian, begitu, kendati(pun) demikian, kendatipun begitu, sekalipun, biar(pun), biarpun demikian, biarpun begitu dan sungguh(pun). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan konsesif atau perlawanan adalah sebagai berikut. Sejumlah besar celah paralel yang berjarak sama disebut kisi difraksi, walaupun istilah “kisi interferensi” mungkin lebih sesuai. (Chrismatsy, 2013: 11). Terlihat pada contoh, hubungan konsesif atau perlawanan ditandai oleh kata penghubung walaupun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
g.
35
Konjungsi Penyebaban Konjungsi penyebaban adalah jenis penghubung yang menyatakan sebab
terjadinya keadaan atau peristiwa pada klausa utama (Chaer, 2009: 97). Dalam hubungan penyebaban, klausa subordinatif menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama (Badru, 2003: 34). Kata penghubung yang biasanya dipakai untuk menghubungkan kedua klausa tersebut antara lain, karena, karena itu, oleh karena itu, sebab dan sebab itu. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan penyebaban adalah sebagai berikut. Perancangan ini mengalami perubahan di mana ADC yang digunakan menggunakan resolusi 10 bit dikarenakan rentang bit yang dihasilkan oleh 8 bit kecil. Perubahan ini dilakukan karena alat ukur menampilkan hasil data keluaran sensor pada LCD menggunakan tiga angka di belakang koma. (Chrismatsy, 2013: 46) Terlihat pada contoh, hubungan penyebaban ditandai oleh kata penghubung dikarenakan dan karena.
h.
Konjungsi Pengakibatan Konjungsi pengakibatan merupakan kebalikan dari konjungsi penyebaban.
Konstituen yang mengikuti konjungsi pengakibatan merupakan akibat dari tuturan yang terdapat pada bagian sebelumnya (Badru, 2003: 35). Hubungan pengakibatan ini ditandai oleh kata penghubung sehingga, maka, maka itu, dan maka dari itu. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan pengakibatan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotor, sehingga timbul elektromagnetik GGL atau tegangan induksi. (Joni, 2013: 9) Terlihat pada contoh, hubungan pengakibatan ditandai oleh kata penghubung sehingga.
i.
Konjungsi Penjelasan Konjungsi penjelasan memberikan hubungan penjelasan di mana klausa
kedua berlaku sebagai penjelas terhadap keadaan, peristiwa atau hal pada klausa pertama (Chaer, 2009: 95). Hubungan penjelasan ditandai dengan penggunaan kata penghubung bahwa, artinya, yang dimaksud dan dengan kata lain. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan penjelasan adalah sebagai berikut. Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. (Chrismatsy, 2013: 8) Terlihat pada contoh, hubungan penjelasan ditandai oleh penghubung yang dimaksud.
j.
Konjungsi Cara Konjungsi cara merupakan jenis kata penghubung untuk menghubungkan
klausa subordinatif yang menyatakan cara pelaksanaan atau bagaimana melaksanakan apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Untuk menggabungkan dua klausa seperti itu digunakan kata penghubung dengan (Badru, 2003: 38).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan cara adalah sebagai berikut. ADC dapat digunakan dengan memberikan masukan tegangan pada port ADC yaitu port A.0 sampai dengan port A.7. (Chrismatsy, 2013: 16). Terlihat pada contoh, hubungan cara ditandai oleh kata penghubung dengan.
k.
Konjungsi Syarat Konjungsi syarat adalah jenis penghubung yang menyatakan makna kriteria
terhadap penempatan atau terlaksanannya suatu unsur. Hubungan syarat terjadi dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama. Hubungan syarat ditandai oleh penggunaan kata penghubung jika, jikalau, kalau, asal(kan), bila, dan bilamana (Badru, 2003: 38). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan syarat adalah sebagai berikut. Apabila diberi arus listrik sesuai dengan jalur yang telah dirancang pada konstruksi LCD, Liqiud Crystal akan berpendar menghasilkan suatu cahaya dan cahaya tersebut akan membentuk suatu karakter tertentu (Chrismatsy, 2013: 17). Terlihat pada contoh, hubungan syarat ditandai oleh kata penghubung apabila.
l.
Konjungsi Pengutamaan/Intensitas Dalam hubungan ini persyaratan yang diungkapkan dalam kalimat pertama
ditegaskan lagi dalam kalimat kedua. Hubungan ini ditandai dengan kata penghubung bahkan, malahan (Badru, 2003: 39). Dengan nama yang berbeda, Sumadi menyebut hubungan ini sebagai konjungsi intensitas. Konjungsi intensitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
adalah konjungsi yang menyatakan makna „penyangatan‟. Kata penghubung yang menandainya adalah bahkan, justru, terlebih, apalagi (Sumadi, 2003: 44). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan pengutamaan adalah sebagai berikut. Lampu merah akan menyala ketika tombol on ditekan. Begitupun sebaliknya, lampu merah akan padam ketika tombol off yang ditekan. Terlihat pada contoh, hubungan pengutamaan atau intensitas ditandai oleh kata penghubung begitupun.
m.
Konjungsi Ringkasan/Simpulan Konjungsi simpulan merupakan jenis kata penghubung yang berfungsi
menghubungkan menyimpulkan (Chaer, 2009: 96). Konjungsi simpulan berguna untuk mengantarkan kalimat-kalimat sebelumnya yang berisi uraian menuju suatu simpulan akhir (Rani, 2003: 123). Hubungan simpulan ditandai dengan kata penghubung jadi, berarti, singkatnya, pendeknya, pada umumnya, kesimpulannya, dengan ringkasnya, dan sebagainya. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan ringkasan atau simpulan adalah sebagai berikut. Dengan demikian, pengukuran kadar kurkumin harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar supaya tidak mengalami perubahan kadar kurkumin. (Chrismatsy, 2013: 60) Terlihat pada contoh, hubungan ringkasan atau simpulan ditandai oleh kata penghubung dengan demikian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
n.
39
Konjungsi Contoh/Misalan Konjungsi contoh atau misalahan adalah jenis penghubung yang berguna
untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian lain yang menunjukkan contoh atau misalan (Rani, 2006: 124). Penandanya adalah kata contoh, dan misalnya. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan misalan atau contoh adalah sebagai berikut. Misalnya, suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spectrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spectrum sinar tampak (Chrismatsy, 2013: 8). Terlihat pada contoh, hubungan contoh ditandai oleh kata penghubung misalnya.
o.
Konjungsi Pengandaian Konjungsi pengandaian berfungsi menyatakan andaian akan terlaksananya
apa yang diangan-angankan. Hubungan ini ditandai oleh kata penghubung seandainya, andaikan, andaikata, dan seumpama (Alwi dkk, 2003: 407). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan pengandaian adalah sebagai berikut. Andaikan percobaan tersebut gagal, akan muncul tulisan ERROR pada LCD perangkat kerja. Terlihat pada contoh, hubungan pengandaian ditandai oleh kata penghubung andaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
p.
40
Konjungsi Keragu-Raguan (Dubtatif) Konjungsi keragua-raguan merupakan penghubung yang digunakan untuk
mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Kata penghubung yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya (Rani, 2006: 125). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan keragu-raguan adalah sebagai berikut. Kisi pantulan juga mungkin dapat dibuat dengan menambahkan garisgaris halus pada permukaan logam atau kaca darimana cahaya dipantulkan dan dianalisis (Chrismatsy, 2013: 11). Terlihat pada contoh, hubungan keragu-raguan ditandai oleh kata penghubung mungkin.
q.
Konjungsi Perbandingan (Komparatif) Konjungsi komparatif menyatakan makna „perbandingan‟ (Sumadi, 1998:
48). Dalam perbandingan dapat diketahui perbedaan dan persamaan. Penghubung yang menandainya adalah daripada, sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, lebih dari itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu. Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan perbandingan adalah sebagai berikut. Suhu keseluruhan bola lampu harus lebih tinggi daripada lampu pijar biasa untuk membuat reaksi tersebut. (Ferryandi, 2013: 9) Terlihat pada contoh, hubungan perbandingan ditandai oleh kata penghubung daripada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
r.
41
Konjungsi Pembatasan Konjungsi pembatasan adalah jenis penghubung yang menyatakan makna
pengecualian atau pengkhususan. Penandanya adalah kecuali dan hanya (Chaer, 2009: 91). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan pembatasan adalah sebagai berikut. Transfusi hanya bisa dilakukan bila golongan darah antara penerima dan pendonor sejenis. Golongan darah manusia dibagi empat yaitu A,B, O dan AB. (Lering, 2013: viii) Terlihat pada contoh, hubungan pembatasan ditandai oleh kata penghubung hanya.
s.
Konjungsi Penyamaan Konjungsi penyamaan adalah jenis penghubung yang menyatakan
kesamaan makna antara dua klausa atau klausa dengan bagian klausa. Kata penghubung yang menandainya, yakni adalah, ialah, yaitu, dan yakni (Chaer, 2009: 93). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan penyamaan adalah sebagai berikut. Motor induksi satu fasa adalah alat untuk mengubah energy listrik menjadi energy mekanik secara induksi [8]. (Joni, 2013: 7) Terlihat pada contoh, hubungan penyamaan ditandai oleh kata penghubung adalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
t.
42
Konjungsi Harapan Konjungsi obtatif merupakan jenis penghubung yang menyatakan harapan
atau angan-angan. Konjungsi yang biasa disebut juga sebagai obtatif ini terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat yang klausa utamanya menyatakan „harapan‟ agar apa yang dinyatakan dalam klausa subordinatif dapat terjadi. Subordinator yang lazim digunakan adalah semoga, moga-moga dan mudah-mudahan (Alwi dkk, 2003: 414). Contoh penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan harapan adalah sebagai berikut. Oleh karena itu, dirancanglah alat pencuci piring yang diharapkan dapat membantu mengurangi pekerjaan di dapur. (Ariyanto, 2013: viii)
Terlihat pada contoh, hubungan harapan ditandai oleh kata diharapkan.
2.2.5.2.2
Kohesi Leksikal
Hubungan antara kalimat pembentuk wacana dapat dinyatakan dengan pertalian antarunsur leksikal yang terdapat dalam kalimat-kalimat itu. Pertalian antarleksikal itu ada lima jenis, yaitu (1) hiponimi, (2) sinonimi, (3) antonimi, (4) repetisi, (5) kolokasi (Sumadi, 1998: 54).
(1) Hiponimi Hiponimi adalah hubungan antara unsur bahasa yang bermakna spesifik dan unsur bahasa yang bermakna generik. Unsur bahasa yang bermakna spesifik disebut hiponim dan unsur bahasa yang bersifat generik disebut superordinat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Keutuhan wacana naratif dapat dibentuk dengan kohesi hiponimi (Sumadi, 1998: 54). Contoh penggunaan hiponimi adalah sebagai berikut. Motor Induksi dapat dioperasikan sebagai generator dengan memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan sinkronnya dan mesin bekerja pada slip negatif (s<0). Prime mover digunakan sebagai penggerak utama generator induksi agar generator berputar diatas kecepatan sinkron. (Joni, 2013: 17) Terlihat pada contoh, penggunaan hiponimi ditandai oleh kata generator dan penggerak utama generator induksi di mana masing-masing merupakan makna spesifik dari kata motor induksi dan prime mover.
(2) Sinonimi Sinonimi adalah sarana pengutuhan wacana yang ditentukan oleh adanya hubungan antara unsur bahasa yang mirip atau sama maknanya. Unsur bahasa tersebut terdapat di antara kalimat-kalimat pembentuk wacana (Sumadi, 1998: 56). Contoh penggunaan sinonimi adalah sebagai berikut. Sebuah generator dapat bekerja apabila rotor yang terdapat pada generator diputar oleh penggerak utama. Prime mover harus dapat memutar rotor pada saat generator induksi belum dibebani maupun setelah dibebani, sehingga generator induksi dapat bekerja dengan baik. Prime mover dibagi dalam dua kelompok yaitu untuk highspeed generator dan low-speed generator. (Joni, 2013: 13) Terlihat pada contoh, penggunaan sinonimi ditandai oleh frasa penggerak utama dan prime mover. Keduanya memiliki arti yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
(3) Antonimi Untuk mewujudkan wacana yang padu, alinea dapat dikembangkan dengan menggunakan kata-kata atau frasa yang maknanya berlawanan atau antonimi (Sumadi, 1998: 58). Contoh penggunaan antonimi adalah sebagai berikut. Slip mula-mula motor induksi adalah 0,6%. Hal tersebut membuktikan bahwa motor induksi yang digunakan sebagai sitem generator induksi tidak berputar pada kecepatan sinkron. Motor induksi berputar pada kecepatan sinkron saat kecepatan rotor sama dengan kecepatan medan putar yang dihasilkan stator atau motor dalam keadaan diam, sehingga slip motor sebesar 0%. (Joni, 2013: 26) Terlihat pada contoh, penggunaan antonimi ditandai oleh klausa motor induksi tidak berputar pada kecepatan sinkron dan motor induksi berputar pada kecepatan sinkron.
(4) Repetisi Repetisi ialah pengulangan kata-kata yang sama atau hampir sama. (Sumadi, 1998: 61). Contoh penggunaan repetisi adalah sebagai berikut. LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah suatu komponen elektronik yang tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. LED saat ini sudah banyak dipakai, seperti untuk penggunaan lampu permainan anak-anak, untuk rambu-rambu lalulintas, lampu indicator peralatan elektronik hingga ke industry, untuk lampu emergency, untuk televise, computer, pengeras suara (speaker), hard disk eksternal, proyektor, LCD, dan berbagai perangkat elektronik lainnya sebagai indicator bahwa system sedang berada dalam proses kerja, dan biasanya berwarna merah atau kuning LED ini banyak digunakan karena konsumsi daya yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan beragam warna yang ada dapat memperjelas bentuk atau huruf yang akan ditampilakan (Chrismatsy, 2013: 19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Terlihat pada contoh, penggunaan repetisi ditandai oleh pengulangan singkatan LED secara berkali-kali.
(5) Kolokasi Kolokasi ialah pertautan makna antara suatu kata dengan kata lain di dalam lingkungan yang sama (Sumadi, 1998: 68). Contoh penggunaan kolokasi adalah sebagai berikut. Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator yang diam. (Joni, 2013: 8) Terlihat pada contoh, penggunaan kolokasi ditandai oleh kata rotor dan stator. Kedua kata tersebut merupakan dari frasa motor induksi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto (2000:
309), penelitian deskriptif merupakan tindakan pengumpulan informasi mengenai status gejala secara apa adanya pada saat suatu penelitian berlangsung. Penelitian yang peneliti lakukan ini relevan dengan definisi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data kesalahan penggunaan penanda kohesi yang terdapat dalam tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Data-data tersebut kemudian dideskripsikan secara apa adanya atau sesuai dengan fenomena yang tampak. Seperti yang dikatakan Arikunto (2000: 310), perlu ditegaskan pula bahwa penelitian deskriptif ini tidak ditujukan untuk menguji hipotesis tetapi hanya untuk mengetahui keadaan data kesalahan penggunaan penanda kohesi yang sebenarnya. Adapun penelitian kualitatif adalah model penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian. Fenomena yang dimaksud dapat berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya. Fenomena-fenomena tersebut diteliti secara holistik, berlangsung dalam konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Perlu dipahami pula bahwa data penelitian kualitatif dideskripsikan dalam bentuk katakata dan bahasa (Moleong, 2000: 6), atau bukan melalui prosedur statistik dan
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
bentuk hitungan lain (Basrowi & Suwandi, 2008: 20). Karena itu, dalam penelitian ini kesalahan penggunaan penanda kohesi sebagai fenomena yang terdapat pada subjek penelitian semata-mata dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata.
3.2
Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto 2010: 172). Beberapa contoh sumber data antara lain alam, masyarakat, instansi, perorangan, arsip, perpustakaan, dan sebagainya (Sangadji & Sopiah 2010: 169). Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber data penelitian ini adalah tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Data yang diteliti berupa kata, frase dan klausa penanda kohesi yang terdapat pada kalimat dalam tugas akhir tersebut.
3.3
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Moleong menegaskan
bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2006: 168). Guba dan Lincoln memperjelas ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen, yakni (1) responsif, (2) dapat menyesuaikan diri, (3) menekankan keutuhan,
(4) mendasarkan diri atas
perluasan pengetahuan, (5) memproses data secepatnya, (6) memanfaatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kesempatan
untuk
mengklarifikasikan
dan
mengikhtisarkan,
48
dan
(7) memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan idiosinkratik (Moleong, 2006: 169).
3.4
Teknik Pengumpulan Data Arikunto (2000: 134) mengartikan teknik pengumpulan data sebagai cara
atau metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Menurut beliau teknik
pengumpulam
data
dapat
berupa
(1)
angket,
(2)
wawancara,
(3) pengamatan/observasi, (4) ujian atau tes, dan (5) dokumentasi. Dari kelima jenis teknik pengumpulan data tersebut, yang akan peneliti gunakan adalah teknik dokumentasi. Penggunaan teknik dokumentasi menyarankan peneliti untuk mencatat temuan secara sistematis. Teknik ini diwujudkan dengan menggunakan instrumen berupa tabel (2000: 145). Adapun beberapa langkah pengumpulan data yang peneliti tempuh. Proses pengumpulan data dimulai dari (1) mengunduh semua tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013 dari http://www.library.usd.ac.id/ (2) secara acak mengambil 5 tugas akhir yang akan diteliti, (3) membaca dan menandai data-data kesalahan penggunaan penanda kohesi, (4) mencatat data-data kesalahan penggunaan penanda kohesi ke dalam tabel, dan (5) memberi kode pada setiap data kesalahan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.5
49
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dapat diartikan sebagai metode atau cara yang
digunakan untuk mengorganisasikan dan membahas data (Moleong, 2006: 280). Berkaitan dengan jenis penelitian ini, teknik analisis data deskriptif kualitatif bertujuan memberikan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan (Arikunto, 2000: 351). Sepadan dengan teori tersebut, melalui analisis data penelitian ini, peneliti bermaksud mengorganisasikan temuan secara sistematis dan membahas kesesuaiannya dengan teori-teori yang ada. Tujuan ini akan dicapai dengan menggunakan teknik pengodean terbuka (open coding). Pengodean terbuka merupakan teknik analisis data yang berhubungan dengan penamaan dan pengategorian melalui pengujian data secara teliti. Tahapan analisis datanya meliputi (1) pelabelan fenomena, (2) penemuan kategori, (3) penamaan sebuah kategori, dan (4) pemaknaan kategori (Emzir, 2012: 139). Adapun langkah-langkah analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yakni (1) membaca dan mempelajari data kesalahan penggunaan penanda kohesi yang telah ditabulasikan, (2) mengidentifikasi kesalahan penggunaan penanda kohesi dari setiap data, (3) menandai kata-kata kunci kesalahan penggunaan penanda kohesi, (4) menemukan kesesuaian data dengan teori-teori yang digunakan, (5) melakukan analisis dan perbaikan terhadap data kesalahan berdasarkan teori yang digunakan, dan (6) menyerahkan analisis dan perbaikan data kesalahan kepada triangulator untuk diuji keabsahannya, (7) melakukan beberapa perbaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
sesuai dengan saran triangulator, (8) menarik beberapa kesimpulan umum berdasarkan hasil triangulasi.
3.6
Triangulasi Data Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data-data penelitian.
Melalui teknik ini data penelitian akan dicek, dikoreksi dan dipastikan kebenarannya. Pemeriksaan keabsahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan sarana berupa sumber, metode, penyidik, dan teori. Sesuai dengan kebutuhannya, seorang peneliti boleh menggunakan salah satu atau beberapa sarana pemeriksa keabsahan tersebut. Dalam
penelitian
ini
pemeriksaan
keabsahan
dilakukan
dengan
menggunakan triangulasi penyidik. Adapun yang dimaksud dengan triangulasi penyidik yakni pemanfaatan peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekkan kembali tingkat keakuratan data (Moleong, 1989: 195). Pemanfaatan peneliti atau pengamat lain sangat membantu dalam upaya mengurangi kesalahan atau kekeliruan terhadap data-data penelitian. Untuk itu peneliti meminta kesediaan salah seorang dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, yaitu Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. untuk melakukan pengecekan terhadap data penelitian ini. Peneliti mempercayai beliau untuk menjadi trianggulator dengan alasan pengalaman dan kompetensi beliau dalam pengajaran bahasa Indonesia terutama dalam bidang tulis-menulis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Data penelitian ini berupa kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Terdapat lima tugas akhir yang peneliti gunakan sebagai sumber data. Tugas akhir pertama berjudul Alat Ukur Kadar Kurkumin Menggunakan Monokromator Kisi Difraksi, ditulis oleh Lian Christmatsy. Tugas akhir yang kedua berjudul Mesin Pencuci Piring, ditulis oleh Yonathan Abi Putra Ariyanto. Tugas akhir yang ketiga berjudul Penentuan Jenis Golongan Darah Manusia Berbasis Mikrokontroler AT-Mega 8535, ditulis oleh Sturminus Theofanus Lering. Tugas akhir yang keempat berjudul Pengujian IC TTL Berbasis Mikrokontroler, ditulis oleh Yohanes Hermawan. Tugas akhir yang kelima berjudul Pemanfaatan Motor Induksi Satu Fasa sebagai Generator, ditulis oleh Alpensus Joni. Dari kelima tugas akhir tersebut ditemukan beberapa jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi. Secara umum, jenis-jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi yang ditemukan meliputi (1) kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal dan (2) kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal. Kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal terdiri dari (1) referensi, (2) substitusi, (3) elipsis, dan (4) konjungsi. Kesalahan penggunaan konjungsi
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
masih terbagi lagi menjadi (1) konjungsi cara, (2) konjungsi pembatasan, (3) konjungsi pemilihan, (4) konjungsi penambahan, (5) konjungsi penyebaban, (6) konjungsi pengakibatan, (7) konjungsi pengurutan, (8) konjungsi penjelas, (9) konjungsi penyamaan, (10) konjungsi perlawanan, (11) konjngsi syarat, (12) konjungsi tujuan, (13) konjungsi waktu dan (14) konjungsi simpulan. Berikutnya, kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal yang ditemukan hanya berupa kesalahan repetisi.
4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan Berdasarkan data yang ditemukan, peneliti melakukan analisis terhadap kesalahan-kesalahan penggunaan penanda kohesi tersebut. Tidak semua data kesalahan dibahas di sini. Dari semua data kesalahan, hanya beberapa data yang peneliti ambil untuk mewakili setiap jenis kesalahan penggunaan penanda kohesi. Data kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam penelitian ini meliputi (1) kohesi gramatikal, dan (2) kohesi leksikal.
(1) Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal merupakan hubungan bentuk yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa (Rani, 2006: 97). Unsur-unsur kaidah bahasa tersebut meliputi penunjukkan terhadap kata, frase atau klausa; penggantian kata, frase atau klausa dengan kata atau frase; penghilangan kata atau frase; dan penghubungan antara kata dan kata, kata dan klausa, klausa dan klausa. Berdasarkan definisi tersebut, dalam penelitian ini ditemukan 226 data kesalahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
penggunaan penanda kohesi gramatikal. Adapula data kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal yang peneliti temukan terdiri dari (1) referensi, (2) substitusi, (3) elipsis, dan (4) konjungsi.
(a) Referensi Kridalaksana (Badru, 2003: 39) mendefinisikan referensi sebagai unsur bahasa yang digunakan untuk menunjukkan unsur lain di dalam atau di luar bahasa, yang terletak sebelum atau sesudahnya. Kohesi referensi ditandai oleh adanya kata atau frasa yang menunjuk kata, frasa, atau satuan gramatikal lainnya. Berdasarkan definisi tersebut, dalam penelitian ini ditemukan 8 data kesalahan penggunaan referensi. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Minimum sistem ATmega8535 pada perancangan ini digunakan untuk mengetahui port-port I/O yang digunakan pada perancangan alat ini. (I/TE/2013/H45/P2/K1) Pada contoh ini terjadi kesalahan penggunaan referensi endofora, anafora pronomina demostratif tunggal. Kesalahan tersebut terjadi akibat adanya penambahan frase pada perancangan ini. Penambahan ini dianggap sebagai tindakan yang tidak diperlukan dalam kalimat tersebut (Tarigan, 1988: 151). Sesungguhnya, dalam kalimat tersebut telah ada frase yang serupa, yakni pada perancangan alat ini. Keduanya digunakan secara bersamaan dalam satu kalimat. Padahal frase-frase tersebut sama-sama mengacu pada anteseden yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
sama, yang telah dinyatakan sebelumnya, yakni alat ukur kadar kurkumin menggunakan monokromator kisi difraksi. Agar kalimat tersebut menjadi kohesif, salah satu pengacuan harus ditiadakan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan referensi endofora, anafora pronomina demostratif tunggal pada perancangan ini dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Minimum sistem ATmega8535 dimanfaatkan untuk mengetahui portport I/O yang digunakan pada perancangan alat ini. Contoh 2: Berdasarkan pada perancangan bab III terlihat pada tabel 3.1, tabel 3.2 dan tabel 3.3 menunjukkan bahwa sensor memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan 0,001mV tiap ppm-nya. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan hasil pada tabel 4.1 yang memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan 0,005mV tiap ppm-nya. Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor. (I/TE/2013/H46/P1/K1-3) Sama halnya dengan contoh 1, pada contoh ini terdapat kesalahan penggunaan referensi endofora, anafora pronomina demonstratif tunggal. Kesalahan tersebut disebabkan oleh penambahan frase hal ini. Frase tersebut digunakan secara berturut-turut pada dua kalimat. Masing-masing frase memang mengacu pada anteseden yang berbeda. Frase hal ini pada kalimat kedua mengacu pada tabel 3.1, tabel 3.2 dan tabel 3.3 menunjukkan bahwa sensor memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan 0,001mV tiap ppm-nya, sedangkan frase hal ini pada kalimat ketiga mengacu pada perbedaan antara hasil tabel 3.1, 3.2, 3.3 dan hasil tabel 4.1. Namun, penambahan frase hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
tetap dikatakan sebagai sesuatu yang tidak seharusnya hadir dalam kalimat tersebut (Tarigan, 1988: 151) karena dapat digantikan dengan kata lain yang lebih tepat, yakni penyebabnya. Dengan demikian, akan menjadi lebih kohesif jika salah satu pengacuan tersebut dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat yang bersangkutan. Pembetulan dari kesalahan penggunaan referensi endofora, anafora pronomina demonstratif tunggal hal ini dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan hasil pada tabel 4.1 yang memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan 0,005mV tiap ppm-nya. Penyebabnya yakni pada perancangan awal bab III, pengukuran dilakukan dengan meletakkan (+) dan GND multimeter pada data serta GND sensor fototransistor. Contoh 3: Untuk lebih jelasnya pemilihan bit saluran pembacaan ADC dapat dilihat pada Tabel 2.4. (III/TE/2013/H14/Nc) Kesalahan penggunaan referensi juga ditemukan pada contoh 3. Kesalahan tersebut berupa penggunaan referensi endofora, anafora pronomina persona takrif –nya. Partikel –nya di sini seharusnya menunjuk pada anteseden berupa pronomina persona III tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, partikel –nya dalam kalimat tersebut tidak jelas menunjuk anteseden mana. Partikel –nya dianggap sebagai penambahan yang tidak diperlukan atau tidak seharusnya ada (Tarigan, 1988: 151). Oleh karena itu, sebaiknya partikel –nya ditiadakan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan referensi endofora, anafora
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
pronomina persona takrif –nya dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut ini. Agar lebih jelas, pemilihan bit saluran pembacaan ADC dapat dilihat pada tabel 2.4.
(b) Substitusi Substitusi merupakan penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lainnya yang acuannya tetap sama. Alat penyulihannya sendiri berupa kata, frase, atau klausa yang maknanya berbeda dari unsur substitusinya (Rani, 2006: 105). Dalam penelitian ini, hanya ditemukan 1 data kesalahan penggunaan substitusi. Data kesalahan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Contoh: Penguat pembalik adalah rangkaian penguat operasional yang paling dasar. Ia menggunakan umpan balik negatif unutk menstabilkan perolehan tegangan secara keseluruhan. (III/TE/2013/H16/P2/K1-2) Contoh ini menunjukkan penggunaan substitusi secara tidak tepat. Pronomina persona ia seharusnya digunakan untuk menggantikan anteseden berupa orang pertama tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya (Sumadi, 1998: 13). Namun, pronomina ia dalam kalimat tersebut digunakan untuk menggantikan penguat pembalik yang merupakan anteseden benda atau non persona. Artinya, telah terjadi salah formasi pada pronomina persona tersebut (Tarigan, 1988: 154), di mana penggunaan kata ganti ia tidak sesuai dengan padanan yang dimaksud. Oleh karena itu, pronomina persona ia sebaiknya diganti dengan pronomina non
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
persona rangkaian ini. Dengan demikian, kesalahan penggunaan substitusi pronominal persona ia dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Penguat pembalik adalah rangkaian penguat operasional yang paling dasar. Rangkaian ini menggunakan umpan balik negatif untuk menstabilkan perolehan tegangan secara keseluruhan.
(c) Elipsis Elipsis merupakan pelesapan atau penghilangan unsur bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkan konteks. Unsur-unsur yang dilesapkan itu dapat berupa nomina, verba atau klausa (Badru, 2003: 42-43). Berdasarkan definisi tersebut, dalam penelitian ini ditemukan 5 data kesalahan penggunaan elipsis. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya upaya membuat perancangan suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada [ ] dengan instrumentasi dengan standar laboratorium akan memerlukan biaya yang cukup tinggi. (I/TE/2013/H1/P3/K1) Kesalahan penggunaan elipsis pada contoh ini disebabkan oleh penghilangan kata kunyit yang seharusnya mengikuti preposisi pada. Akibatnya, ide yang ingin disampaikan melalui kalimat tersebut menjadi tidak untuh. Berdasarkan teori, preposisi pada digunakan untuk menyatakan tempat. Karena itu preposisi pada harus diikuti kata benda (Chaer, 1990: 29) Secara sederhana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
pula, kesalahan tersebut dapat ditunjukkan dengan pertanyaan kandungan kurkumin pada apakah yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut? Pertanyaan tersebut bisa terjawab jika ditambahkan kata kunyit pada kerumpangan itu. Penggunaan penanda kohesi dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan upaya merancang suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna, yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada kunyit dengan menggunakan instrumentasi standar laboratorium tanpa memerlukan banyak biaya. Contoh 2: Karena selalu mencacah naik, maka [ ] dapat digunakan sebagai pewaktu presisi. (II/TE/2013/K7/P3/K3) Serupa dengan contoh 1, kesalahan penggunaan elipsis pada contoh ini disebabkan oleh penghilangan frase mode ini. Telah dikatakan Tarigan, bahwa penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu unsur yang seharusnya hadir dalam tulisan yang baik dan benar (1988: 149). Akibatnya, induk kalimat atau klausa kedua bahkan kalimat majemuk bertingkat itu sendiri tidak memiliki subjek. Agar memiliki subjek, frase mode ini perlu ditambahkan pada induk kalimat atau klausa kedua kalimat tersebut. Dengan demikian, kesalahan penggunaan elipsis dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Karena selalu mencacah naik, mode ini dapat digunakan sebagai pewaktu presisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
(d) Konjungsi Menurut Chaer (1990: 53), konjungsi adalah kata atau gabungan kata yang digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan bagian-bagian ujaran, baik berupa kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dan kalimat. Berdasarkan definisi tersebut, dalam penelitian ini ditemukan 214 data kesalahan penggunaan konjungsi. Adapun kesalahan penggunaan konjungsi yang peneliti temukan meliputi (1) konjungsi cara, (2) konjungsi pembatasan, (3) konjungsi pemilihan, (4) konjungsi penambahan, (5) konjungsi pengakibatan, (6) konjungsi pengurutan, (7) konjungsi penjelasan, (8) konjungsi penyamaan, (9) konjungsi penyebaban, (10) konjungsi perlawanan, (11) konjungsi simpulan, (12) konjungsi syarat, (13) konjungsi tujuan, dan (14) konjungsi waktu.
1) Konjungsi Cara Konjungsi cara merupakan penghubung untuk menghubungkan klausa subordinatif yang menyatakan cara pelaksanaan atau bagaimana melaksanakan apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Untuk menggabungkan dua klausa seperti itu digunakan konjungsi dengan (Badru, 2003: 38). Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 35 data kesalahan penggunaan konjungsi cara. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya upaya membuat perancangan suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada dengan instrumentasi dengan standar laboratorium akan memerlukan biaya yang cukup tinggi. (1/TE/2013/H1/P3/K1) Pada contoh ini konjungsi dengan ditambahkan secara berlebihan. Sebenarnya kata instrumentasi dan frase standar laboratorium dapat langsung digabungkan menjadi satu frase atau tanpa perlu dihubungkan dengan konjungsi dengan. Konjungsi dengan dalam kalimat tersebut sebaiknya digunakan secukup saja atau tidak perlu ditambahkan beberapa jika kehadirannya tidak diperlukan (Tarigan, 1988: 151). Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi cara dengan dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan upaya merancang suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna, yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada kunyit dengan instrumentasi standar laboratorium tanpa memerlukan banyak biaya. Contoh 2: Pengujian dilakukan dengan cara menghalangi sinar yang dipancarkan oleh LED infra merah menuju fototransistor menggunakan benda padat sehingga perbedaaan nilai tegangan yang diukur dapat diketahui. (III/TE/2013/H40/P1/K4) Contoh ini memperlihatkan penambahan unsur yang tidak seharusnya ada (Tarigan, 1988: 151), di mana konjungsi dengan diikuti lagi oleh kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara (Badru, 2003: 38). Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara. Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi cara dengan dalam contoh data ini adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Pengujian dilakukan dengan menghalangi sinar yang dipancarkan oleh LED infra merah menuju fototransistor menggunakan benda padat sehingga perbedaaan nilai tegangan yang diukur dapat diketahui.
Contoh 3: Penyimpulan hasil percobaan dapat dilakukan dengan membandingkan kinerja sistem secara keseluruhan antara perancangan dengan hasil kinerja sistem untuk melihat ketercapaian tingkat kebersihan sebuah piring. (II/TE/2013/H3/Ne/K3) Berbeda dengan contoh 2, contoh ini memperlihatkan salah formasi antara preposisi antara dan konjungsi dengan. Perpaduan ini merupakan gabungan dua unsur bahasa yang tidak tepat (Tarigan, 1988: 154). Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan, bukan dengan konjungsi dengan (Chaer, 1990: 32). Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan. Kesalahan penggunaan konjungsi cara dengan dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Penyimpulan hasil percobaan dapat dilakukan dengan membandingkan kinerja sistem secara keseluruhan antara perancangan dan hasil kinerja sistem untuk melihat ketercapaian tingkat kebersihan sebuah piring.
Contoh 4: Dengan satu motor digunakan sebagai prime mover dan yang lain digunakan sebagai generator. (V/TE/2013/H2/Nc/K2) Kesalahan penggunaan konjungsi yang diperlihatkan contoh tersebut berupa salah susun, di mana suatu unsur bahasa diletakkan pada posisi yang tidak seharusnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
(Tarigan, 1988: 157). Penyimpangan tersebut tampak pada penggunaan konjungsi dengan sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi dengan bukan merupakan penghubung antrakalimat, melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi dengan seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa (Chaer, 1990: 60). Agar menjadi kohesif, konjungsi dengan harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi cara dengan dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Satu motor digunakan sebagai prime mover dan yang lain digunakan sebagai generator.
2) Konjungsi Pembatasan Konjungsi pembatasan adalah jenis penghubung yang menyatakan makna pengecualian atau pengkhususan. Penandanya adalah kecuali dan hanya (Chaer, 2009: 91). Dalam penelitian ini, hanya ditemukan 2 data kesalahan penggunaan konjungsi pembatasan. Kedua data kesalahan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh: (1) Namun, peneliti tersebut tidak membuat sebuah alat ukur sendiri yang digunakan khusus hanya untuk mengetahui kadar kurkumin. (I/TE/2013/Hviii/P1/K3) (2) Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya sebuah alat ukur yang digunakan khusus hanya untuk mengetahui kandungan kadar kurkumin serta untuk membantu para petani kunyit tanpa harus mengujinya di laboratorium. (I/TE/2013/H1-2/P4/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Kesalahan penggunaan konjungsi pembatasan dalam contoh tersebut terlihat pada penulisan kata khusus dan konjungsi hanya secara berikutan. Keduanya sama-sama menyatakan makna pembatasan (Chaer, 2009: 91) sehingga disimpulkan bahwa salah satu antara kata khusus dan konjungsi hanya merupakan penambahan yang tidak diperlukan. Agar menjadi kohesif, cukup salah satu saja yang digunakan, entah itu khusus atau hanya. Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi pembatasan dalam kedua contoh data ini adalah sebagai berikut. (1) Namun, peneliti tersebut tidak membuat sebuah alat ukur yang digunakan khusus untuk mengetahui kadar kurkumin. (2) Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan sebuah alat ukur yang digunakan khusus untuk mengetahui kandungan kadar kurkumin serta membantu para petani kunyit tanpa harus mengujinya di laboratorium.
3) Konjungsi Pemilihan Alwi (2003: 403) mendefinisikan konjungsi pemilihan sebagai bentuk kata hubung yang menyatakan pilihan antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Penanda yang lazim digunakan adalah atau. Dalam penelitian ini, kesalahan konjungsi pemilihan yang peneliti temukan hanya berjumlah 3 data kesalahan. Ketiga data kesalahan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Contoh 1: Cahaya (Spektrum optik, atau spektrum terlihat atau spektrum tampak) adalah bagian dari spektrum elektromagnet yang tampak oleh mata manusia. (I/TE/2013/H7/P3/K1) Penambahan konjungsi atau secara berlebihan diperlihatkan oleh contoh ini. Seharusnya frase spektrum optik dan spektrum terlihat tidak perlu dihubungkan dengan konjungsi atau. Keduanya merupakan rincian yang menjelaskan kata cahaya. Oleh karena itu, antara keduanya cukup diberi tanda koma (,) (Perpustakaan Nasional, 2009: 57). Agar menjadi kohesif, konjungsi atau dalam kalimat tersebut digunakan secukupnya saja. Penggunaan konjungsi pemilihan atau dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Cahaya (spektrum optik, spektrum terlihat atau spektrum tampak) adalah bagian dari spektrum elektromagnet yang tampak oleh mata manusia.
Contoh 2: Berdasarkan grafik kurva baku yang ditunjukkan pada Gambar 4.13 jika dibandingkan dengan grafik pada Gambar 4.14, linearitas yang didapatkan antara absorban alat ukur dan spektrofometer standar mempunyai selisih yang sedikit atau sekitar 0,005. (I/TE/2013/H51/P2/K1) Penyebab kesalahan penggunaan penanda kohesi pada contoh ini adalah ketidaktepatan penggunaan atau salah susun konjungsi atau. Maksudnya, konjungsi atau diletakkan pada posisi yang tidak tepat atau tidak seharusnya (Tarigan, 1988: 157). Kata sedikit dijelaskan oleh frase sekitar 0,005 dan frase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
sekitar 0,005 dijelaskan oleh kata sedikit. Artinya, keduanya memiliki hubungan penyamaan (Chaer, 2009: 93), bukan hubungan pilihan. Oleh karena itu, konjungsi yang tepat untuk menghubungkan keduanya adalah konjungsi yakni. Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi pemilihan atau dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Berdasarkan grafik kurva baku yang ditunjukkan pada gambar 4.13, jika dibandingkan dengan grafik pada gambar 4.14, linearitas yang didapatkan antara absorban alat ukur dan spektrofometer standar mempunyai selisih yang sedikit yakni sekitar 0,005.
Contoh 3: Sama halnya dengan pengecekan motor, pengecekan pompa air dilakuakan dengan cara memberi tegangan 5v dari vcc mikrokontroler, pengecekan ini berhasil [ ] sesuai dengan yang diinginkan. (II/TE/2013/H35/N4.3/K2) Contoh ini menunjukkan penghilangan konjungsi atau. Penghilangan ini dikatakan sebagai tindakan yang tidak semestinya (Tarigan, 1988: 149). Dalam konteks tersebut frase sesuai dengan yang diinginkan merupakan bentuk atau pilihan makna lain yang serupa dengan kata berhasil. Begitupun sebaliknya, kata berhasil dapat digantikan oleh pilihan makna lain, yakni sesuai dengan yang diinginkan. Agar menjadi kohesif, keduanya harus dihubungkan dengan konjungsi yang menyatakan makna pemilihan, yakni atau (Alwi, 2003: 403). Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi pemilihan atau dalam contoh data ini adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Sama halnya dengan pengecekan motor, pengecekan pompa air dilakuakan dengan memberi tegangan 5v dari vcc mikrokontroler. Pengecekan ini berhasil atau sesuai dengan yang diinginkan.
4) Konjungsi Penjumlahan Menurut Alwi (2003: 400), konjungsi penjumlahan adalah jenis penghubung yang menyatakan makna penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa atau proses. Konjungsi penjumlahan disebut juga dengan istilah aditif. Konjungsi aditif berfungsi menghubungkan dua unsur bahasa yang mempunyai kedudukan sama (Badru, 2003: 30). Dua unsur bahasa yang menggambarkan hubungan penambahan pada umumnya ditandai oleh pemakaian konjungsi dan, serta, kemudian, lalu, pula, juga, selanjutnya, selain itu, di samping itu, dan tambahan lagi. Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 15 data kesalahan penggunaan konjungsi penambahan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Perancangan perangkat keras ini terdiri dari rangkaian I/O minimum sistem mikrokontroler, LCD 2x16 karakter, sensor fototransistor dan regulator 5VDC. Selain itu, juga terdapat dua tombol push-on untuk mengukur larutan sampel kurkumin dan mengulang program serta indikator LED (I/TE/2013/H43/P1/K1-2). Contoh data kesalahan di atas memperlihatkan penggunaan konjungsi juga mengikuti konjungsi selain itu. Konjungsi selain itu dan juga sama-sama menyatakan makna penjumlahan (Badru, 2003: 30). Kesalahan ini merupakan bentuk salah penambahan karena kehadiran konjungsi juga sesungguhnya tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
diperlukan dalam kalimat tersebut (1988: 151). Agar menjadi kohesif, pada kalimat tersebut tidak perlu ditambahkan lagi konjungsi juga. Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi penjumlahan dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Perancangan perangkat keras ini terdiri dari rangkaian I/O minimum sistem mikrokontroler, LCD 2x16 karakter, sensor fototransistor dan regulator 5VDC. Selain itu, terdapat dua tombol push-on untuk mengukur larutan sampel kurkumin dan mengulang program serta indikator LED. Contoh 2: Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor (I/TE/2013/H46/P1/K3). Pada contoh ini konjungsi dan digunakan secara monoton. Penambahannya secara berulangkali dianggap sebagai kesalahan karena seharusnya dapat digunakan secara bergantian dengan variasi konjungsi penjumlahan lainnya, seperti serta (Chaer, 2009: 84). Penggunaan konjungsi penjumlahan dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Penyebabnya yakni pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data serta GND sensor fototransistor.
Contoh 3: Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur dan spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori (I/TE/2013/H60/P4/K3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Kesalahan penggunaan konjungsi pada contoh ini terjadi akibat salah formasi antara kata baik dan konjungsi dan. Kata baik tidak dapat disandingkan dengan konjungsi dan karena keduannya bukan merupakan satu formasi. Kata baik hanya dapat disandingkan dengan kata maupun (Chaer, 1990: 59). Agar menjadi kohesif, konjungsi dan dalam kalimat tersebut harus diganti dengan kata maupun. Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi penjumlahan dan dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur maupun spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori. Contoh 4: Berdasarkan hasil pengujian modul miyako pada tabel 4.13 dapat diketahui bahwa hasil tegangan modul miyako pada saat dihubungkan dengan sumber cahaya halogen, dan kipas DC atau tidak, tegangan yang dihasilkan oleh modul miyako stabil dan tidak mengalami penurunan tegangan yang besar. (I/TE/2013/H63/P3/K1) Penyimpangan penggunaan konjungsi pada contoh ini berupa oleh salah susun, di mana konjungsi dan diletakkan pada posisi yang tidak semestinya (Tarigan, 1988: 157). Dalam konteks tersebut frase tidak mengalami penurunan tegangan yang besar merupakan bentuk atau pilihan makna lain yang serupa dengan kata stabil. Oleh karena itu, keduanya seharusnya dihubungkan dengan konjungsi yang menyatakan makna pemilihan, yakni atau (Alwi, 2003: 403). Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi penjumlahan dan dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Berdasarkan hasil pengujian modul miyako pada tabel 4.13, dapat diketahui bahwa hasil tegangan modul miyako pada saat dihubungkan atau tidak dihubung kan dengan sumber cahaya halogen dan kipas DC stabil atau tidak mengalami penurunan tegangan yang besar.
Contoh 5: Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya (II/TE/2013/Hxi/P1/K3). Pada contoh ini konjungsi dan digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Perlu ditegaskan bahwa konjungsi dan bukan merupakan penghubung antarkalimat. Konjungsi dan adalah penghubung intrakalimat (Badru, 2003: 30). Oleh karena itu, penggunaan konjungsi dan dalam kalimat tersebut dianggap sebagai salah susun atau penempatan pada posisi yang tidak seharusnya (Tarigan, 1988: 157) dan harus ditiadakan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi penjumlahan dan dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Contoh 6: Secara keseluruhan mesin pencuci piring tersusun atas rangkaian relay, rangkaian transistor, rangkaian sistem minimum ATmega 8535, rangkaian LED, [ ] rangkaian buzzer (II/TE/2013/30/P3/K1). Pada contoh ini terdapat penghilangan konjungsi dan. Penghilangan konjungsi dan dianggap sebagai sesuatu yang tidak semestinya terjadi karena kehadiran konjungsi tersebut dibutuhkan oleh frase yang bersangkutan (1988: 149). Frase rangkaian relay, rangkaian transistor, rangkaian sistem minimum ATmega 8535, rangkaian LED, rangkaian buzzer merupakan komponen-komponen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
mesin pencuci piring serta memiliki kedudukan yang setara dalam kalimat tersebut. Oleh karena itu, perlu diselipkan konjungsi dan untuk menyatakan hubungan penjumlahan (Badru, 2003: 30). Penggunaan konjungsi penjumlahan dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Secara keseluruhan mesin pencuci piring tersusun atas rangkaian relay, rangkaian transistor, rangkaian sistem minimum ATmega 8535, rangkaian LED, dan rangkaian buzzer.
5) Konjungsi Penyebaban Konjungsi penyebaban adalah jenis penghubung yang menyatakan sebab terjadinya keadaan atau peristiwa pada klausa utama (Chaer, 2009: 97). Dalam hubungan penyebaban, klausa subordinatif menyatakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama (Badru, 2003: 34). Konjungsi yang biasanya dipakai untuk menghubungkan kedua klausa tersebut antara lain, karena, karena itu, oleh karena itu, sebab dan sebab itu. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan 6 data kesalahan penggunaan konjungsi penyebaban. Kesalahan-kesalahan tersebut dipaparkan melalui contoh-contoh berikut. Contoh 1: Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor (II/TE/2013/H46/P1/K3). Contoh ini memperlihatkan penambahan konjungsi penyebaban di mana kata disebabkan diikuti oleh konjungsi karena. Padahal, keduanya sama-sama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
menyatakan makna penyebaban (Badru, 2003: 34). Dengan kata lain, penambahan salah satu dari antara kedua unsur tersebut sebenarnya tidak diperlukan. Seandainya salah satunya dihilangkan makna kalimat pun tidak akan berubah (Tarigan, 1988: 151). Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi penyebaban dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Hal ini disebabkan, pada perancangan awal bab III, pengukuran dilakukan dengan meletakkan (+) dan GND multimeter pada data serta GND sensor fototransistor.
Contoh 2: Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di laboratorium (III/TE/2013/H1/P1/K3) Kesalahan penggunaan konjungsi pada contoh ini tampak pada pemakaian konjungsi oleh karena itu sebagai penghubung intrakalimat. Kesalahan tersebut dinyatakan sebagai bentuk salah susun karena terjadi penempatan unsur bahasa pada posisi yang tidak semestinya (Tarigan, 1988: 157). Oleh karena itu bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi oleh karena itu harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa (Badru, 2003: 34). Penggunaan konjungsi penyebaban oleh karena itu dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di laboratorium.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Contoh 3: Tegangan umpan balik yang berlawanan ini mengurangi V2 karena itu, meskipun AOL naik, V2 turun, dan keluaran akhir naik kira-kira sama dengan tanpa umpan balik negatif (III/TE/2013/H16/P3/K2). Sama seperti contoh 2, kesalahan yang terjadi pada contoh ini adalah salah susun (Tarigan, 1988: 157). Konjungsi karena itu digunakan sebagai penghubung intrakalimat. Padahal, konjungsi karena itu bukan merupakan penghubung intrakalimat melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi karena itu harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa. Jika ingin menghubungkan klasusa dengan klausa, konjungsi yang lebih tepat digunakan adalah karena (Badru, 2003: 34). Penggunaan konjungsi penyebaban karena itu dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Tegangan umpan balik yang berlawanan ini mengurangi V2, karena meskipun AOL naik, V2 turun, dan keluaran akhir naik, hasilnya kirakira sama dengan tanpa umpan balik negatif.
Contoh 4: Hasil pengujian IC tipe 7408 sudah dikatakan “ BERHASIL” dikarenakan setelah melakukan 4 pengujian gerbang logika hasilnya “GOOD” jadi IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND. (IV/TE/2013/H43/K1) Contoh ini memperlihatkan salah susun dalam penggunaan kata dikarenakan (Tarigan, 1988: 153). Kedudukan klausa setelah melakukan 4 pengujian gerbang logika hasilnya “GOOD” bukan sebagai penyebab klausa hasil pengujian IC tipe 7408 sudah dikatakan “BERHASIL”, melainkan sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
syarat. Artinya, kedua klausa tersebut tidak dapat dihubungkan dengan hubungan penyebaban, karena (Badru, 2003: 34). Agar menjadi kohesif, kedua klausa dalam kalimat tersebut lebih tepat dihubungkan dengan konjungsi syarat, yakni apabila (Badru, 2003: 38). Dengan demikian, kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Hasil pengujian IC tipe 7408 dikatakan “BERHASIL” apabila telah dilakukan 4 pengujian gerbang logika dan hasilnya “GOOD”. Jadi, IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND.
6) Konjungsi Pengakibatan Konjungsi pengakibatan merupakan kebalikan dari konjungsi penyebaban. Pada konjungsi pengakibatan, konstituen yang mengikutinya merupakan akibat dari tuturan yang terdapat pada bagian sebelumnya (Badru, 2003: 35). Hubungan pengakibatan ini ditandai dengan konjungsi sehingga, maka, maka itu, dan maka dari itu. Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 81 data kesalahan penggunaan konjungsi pengakibatan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh: (1) Karena LED adalah salah satu jenis dioda maka LED memiliki 2 kutub yaitu anoda dan katoda. (I/TE/2013/H19/P2/K1) (2) Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka LED akan terbakar. (I/TE/2013/H19/P2/K6) (3) Dengan sembarang titik yang terletak pada absis x terhadap ordinat y, maka dapat ditentukan persamaan garis kelinearitasannya serta absis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
x dan ordinat y yang bersifat linear atau dapat dikatakan segaris. (I/TE/2013/H21/P1/K2) (4) Supaya motor dapat berputar terus dengan baik, maka perlu ditambah jumlah kumparan yang digunakan (II/TE/2013/H9/P3/K3). (5) Setelah darah dan anti reagen dicampur pada masing-masing titik, maka sampel darah pada kaca preparat ditempatkan pada setiap sensor. (III/TE/2013/H50/P1/K1) (6) Untuk mengetahui ada tidaknya kaca preparat pada sensor maka dibuat batasan maksimum nilai ADC pada program, masing-masing sensor memiliki batasan nilai maksimum ADC yang berbeda. (III/TE/2013/H55/P1/K4) (7) Jika diinginkan keluaran bernialai 0, maka semua masukan harus dalam keadaan 0. (IV/TE/2013/H6/P1/K2) (8) Bila dilepas dari sumber listrik, maka medan magnet yang ada dikumparan stator hilang, namun medan magnet di rotor masih ada yang biasa disebut dengan remanensi. (V/TE/2013/H12/P1/K3) Kesalahan penggunaan penanda kohesi pada contoh (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7) dan (8) terjadi akibat penambahan konjungsi maka pada klausa kedua kalimat yang besangkutan, sementara klausa pertama telah diberi konjungsi karena, apabila, dengan, supaya, setelah, untuk, jika, dan bila. Perlakuan ini mengakibatkan kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat (Arifin, 2009: 141). Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi pengakibatan maka dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. (1) Karena merupakan salah satu jenis dioda, LED memiliki 2 kutub yaitu anoda dan katoda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
(2) Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA, LED akan terbakar. (3) Dengan sembarang titik yang terletak pada absis x terhadap ordinat y, dapat ditentukan persamaan garis kelinearitasannya serta absis x dan ordinat y yang bersifat linear atau segaris. (4) Supaya motor dapat terus berputar dengan baik, jumlah kumparan yang digunakan perlu ditambah. (5) Setelah darah dan anti reagen dicampur pada masing-masing titik, sampel darah pada kaca preparat ditempatkan pada setiap sensor. (6) Untuk mengetahui ada tidaknya kaca preparat pada sensor, dibuat batasan maksimum nilai ADC pada program, masing-masing sensor memiliki batasan nilai maksimum ADC yang berbeda. (7) Jika menginginkan keluaran bernialai 0, semua masukan harus dalam keadaan 0. (8) Bila dilepas dari sumber listrik, medan magnet yang ada dikumparan stator akan hilang, tetapi masih ada medan magnet di rotor yang biasa disebut dengan remanensi. Contoh 9: Maka transfusi darah dapat dilakukan seperti terlihat dalam Gambar 2.2. (III/TE/2013/H6/P1/K2) Pada contoh ini dapat diamati bahwa kesalahan dikarenakan konjungsi maka digunakan sebagai penghubung antarkalimat. dengan kata lain konjungsi tersebut mengalami salah susun atau ditempatkan pada posisi yang tidak seharusnya (Tarigan, 1988: 157). Konjungsi maka bukan merupakan penghubung antarkalimat, melainkan penghubung intrakalimat (Badru, 2003: 35). Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
demikian, kesalahan penggunaan konjungsi pengakibatan maka dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Transfusi darah dapat dilakukan seperti yang terlihat dalam gambar 2.2.
7) Konjungsi Pengurutan Konjungsi pengurutan adalah penghubung yang digunakan untuk menghubungkan klausa dan klausa dalam urutan beberapa kejadian atau peristiwa secara kronologis (Chaer, 2009: 92). Hubungan ini ditandai oleh konjungsi kemudian, lalu, selanjutnya. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan 3 data kesalahan penggunaan konjungsi pengurutan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: setelah nilai absorban larutan kunyit didapatkan kemudian dengan persamaan 4.7 digunakan untuk mencari absorban larutan kunyit alat ukur yang sudah dikalibrasi (y) (I/TE/2013/H56/P2/K2). Pada contoh ini tampak bahwa konjungsi pengurutan digunakan secara berlebihan. Setelah dan kemudian adalah konjungsi yang sama-sama menyatakan makna urutan berikutnya (Chaer, 2009: 92). Selain itu, kalimat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Penyebabnya adalah setiap klausa diawali dengan konjungsi (Sugono, 2009: 141). Jadi, penambahan konjungsi kemudian di situ sebenarnya tidak diperlukan (Tarigan, 1988: 151). Agar menjadi kohesif, konjungsi kemudian harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
ditiadakan dari kalimat tersebut. Penggunaan konjungsi pengurutan dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Setelah nilai absorban larutan kunyit didapatkan, digunakan persamaan 4.7 untuk mencari absorban larutan kunyit alat ukur yang sudah dikalibrasi (y).
Contoh 2: Keberhasilan dalam membersihkan, dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara melihat dan meraba, [ ] bisa dikatakan bersih jika tidak ada kotoran yang menempel,tidak berbau amis dan permukaan piring tidak licin (II/TE/2013/H3/Nd3). Adanya penghilangan yang tidak semestinya terhadap konjungsi pengurutan diperlihatkan oleh contoh ini. Klausa pertama dan klausa kedua merupakan rangkaian proses dan membutuhkan hubungan pengurutan. Dengan kata lain, unsur yang dihilangkan sesungguhnya dibutuhkan dalam kalimat tersebut (Tarigan, 1988: 149). Agar menjadi kohesif, kedua klausa perlu dihubungkan dengan konjungsi kemudian (Chaer, 2009: 92). Pembetulan dari kesalahan penghilangan konjungsi pengurutan dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Pengujian tingkat keberhasilan dalam membersihkan dilakukan secara manual, yaitu dengan melihat dan meraba, kemudian bisa dikatakan bersih jika tidak ada kotoran yang menempel, tidak berbau amis dan permukaan piring tidak licin. 8) Konjungsi Penjelasan Konjungsi penjelasan memberikan hubungan penerangan di mana klausa kedua berlaku sebagai penjelas terhadap keadaan, peristiwa atau hal pada klausa pertama (Chaer, 2009: 95). Hubungan penjelasan tersebut ditandai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
penggunaan kata bahwa, artinya, yang dimaksud dan dengan kata lain. Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan menemukan 9 data kesalahan penggunaan konjungsi penjelasan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara (II/TE/2013/H13/P1/K2). Penyimpangan penggunaan konjungsi yang pada contoh ini merupakan bentuk salah susun. Frase akan menghasilkan suara tidak bermaksud menjelaskan frase udara bergetar, melainkan menjelaskan klausa setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik. Dengan kata lain, frase udara bergetar dan frase akan menghasilkan suara sama-sama menjelaskan klausa setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik dalam bentuk hubungan pengurutan. Oleh karena itu, kedua frase tersebut lebih tepat jika dihubungkan dengan konjungsi pengurutan kemudian (Chaer, 2009: 95). Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi penjelasan yang dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Pada dasarnya, prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker. Jadi, buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
elektromagnet. Kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma, setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar, kemudian akan menghasilkan suara.
Contoh 2: Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan satu sampel etanol klinis dan lima sampel kurkumin yang mempunyai lima konsentrasi yang berbeda yaitu 1-5ppm. (II/TE/2013/H47/P5/K1) Pada contoh ini kesalahan penggunaan penanda kohesi disebabkan oleh penambahan konjungsi yang secara berlebihan atau sebenarnya tidak diperlukan kehadiran salah satunya (Tarigan, 1988: 151). Frase yang mempunyai lima konsentrasi dan kata berbeda di sini sama-sama merupakan satu kesatuan yang berfungsi menjelaskan frase lima sampel kurkumin. Oleh karena itu, konjungsi yang di antara frase dan kata tersebut harus ditiadakan. Penggunaan konjungsi penjelasan yang dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan satu sampel etanol klinis dan lima sampel kurkumin yang mempunyai lima konsentrasi berbeda, yaitu 1-5ppm. Contoh 3: Data berupa tegangan [ ] dikonversi ke dalam ADC (Vin), akan dibandingkan dengan tegangan yang telah ditetapkan (Vref) di dalam Mikrokontroler AT-Mega8535. (III/TE/2013/H38/P1/K3) Dalam contoh ini terdapat penghilangan konjungsi yang. Fungsi dari konjungsi yang adalah menghubungkan subyek atau obyek dengan keterangannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Keterangan pada subyek atau obyek itu bersifat menentukan atau membatasi subyek atau obyek itu sendiri (Chaer, 1990: 101). Subyek kalimat tersebut adalah data berupa tegangan, sedangkan dikonversi ke dalam ADC (Vin) adalah keterangannya. Agar menjadi kohesif, keduanya perlu dihubungkan dengan konjungsi yang. Dengan demikian, batasan subyek kalimat tersebut menjadi jelas, bahwa data berupa tegangan yang dimaksudkan di sini adalah yang dikonversi ke dalam ADC (Vin). Dengan demikian, kesalahan penghilangan konjungsi penelasan yang dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Data berupa tegangan yang dikonversi ke dalam ADC (Vin), akan dibandingkan dengan tegangan yang telah ditetapkan (Vref) di dalam Mikrokontroler AT-Mega8535. Contoh 4: Pengujian yang dilakukan dengan menyamakan tabel kebenaran dari gerbang AND. (IV/TE/13/48/2/2) Contoh ini menunjukkan penggunaan konjungsi yang secara tidak tepat. Pemberian konjungsi yang di antara kata pengujian dan frase dilakukan dengan menyamakan tabel kebenaran dari gerbang AND membentuk kedua unsur tersebut menjadi frase benda. Akibatnya, kalimat tersebut hanya terdiri dari subyek (Chaer, 1990: 101). Agar menjadi kohesif, konjungsi yang harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi penjelasan yang dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Pengujian dilakukan dengan menyamakan tabel kebenaran dari gerbang AND.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
9) Konjungsi Penyamaan Konjungsi penyamaan adalah jenis penghubung yang menyatakan kesamaan makna antara dua klausa atau klausa dengan bagian klausa. Kata-kata penandanya, yakni adalah, ialah, yaitu, dan yakni (Chaer, 2009: 93). Dalam penelitian ini, hanya ditemukan 1 data kesalahan penggunaan konjungsi penyamaan. Kesalahan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh: Kunyit (Curcuma domestica), dengan kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri, berfungsi untuk pengobatan berbagai penyakit seperti yaitu anti inflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi[1]. (I/TE/2013/H6/P1/K1) Kesalahan penanda kohesi pada contoh ini berupa penambahan, di mana sesungguhnya kehadiran konjungsi yaitu tidak diperlukan (Tarigan, 1988: 151) atau sebenarnya akan lebih tepat jika hanya digunakan konjungsi seperti. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa anti inflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi bukan penyamaan, melainkan contoh dari beberapa penyakit yang dapat diobati dengan kunyit (Curcuma domestica), yang memiliki kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri. Agar menjadi kohesif, frase-frase tersebut cukup dihubungkan dengan konjungsi pencontohan seperti (Rani, 2006: 124). Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi penyamaan yaitu dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Kunyit (Curcuma domestica), dengan kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri, berfungsi untuk pengobatan berbagai penyakit, seperti anti inflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi[1] 10) Konjungsi Pertentangan Hubungan pertentangan oleh Alwi (2003: 401) didefinisikan sebagai hubungan yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Sependapat dengan Alwi, Rani (2006: 120) menegaskan hubungan pertentangan terjadi apabila ada dua ide/proposisi yang menunjukkan kebalikan atau kekontrasan. Hubungan perlawanan tersebut ditandai dengan adanya konjungsi tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, dan sebaliknya. Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 23 data kesalahan penggunaan konjungsi perlawanan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut. .
Contoh 1: Penyearah 12V ini terdiri dari dioda bridge untuk menghasilkan gelombang penuh, kapasitor 2200uF dan 100nF, [ ] IC7812 dan IC7912 digunakan untuk menghasilkan tegangan arus searah keluaran sebesar +12 volt, -12 volt (I/TE/2013/H34-35/P2/K2). Kutipan kalimat ini merupakan contoh kesalahan penggunaan penanda kohesi akibat penghilangan unsur yang sebenarnya dibutuhkan kehadirannya, yaitu konjungsi sedangkan. Klausa kedua kalimat tersebut mempertentangkan klausa pertama. Oleh karena itu, keduanya perlu dihubungkan dengan konjungsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
pertentangan sedangkan (Rani, 2006: 120). Pembetulan dari kesalahan penghilangan konjungsi pertentangan dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Penyearah 12V ini terdiri dari dioda bridge untuk menghasilkan gelombang penuh, kapasitor 2200uF dan 100nF, sedangkan IC7812 dan IC7912 digunakan untuk menghasilkan tegangan arus searah keluaran sebesar +12 volt, -12 volt.
Contoh 2: Pada diode biasa, energi dikeluarkan dalam bentuk panas. Tetapi pada LED, energi dikeluarkan dalam bentuk sinar (II/TE/2013/H12/P1/K3). Kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa salah susun, di mana konjungsi tetapi ditempatkan sebagai penghubung antarkalimat (Tarigan, 1988: 157). Konjungsi tetapi bukan merupakan penghubung antarkalimat, melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi tetapi tidak dapat diletakkan di antara kalimat dan kalimat. Konjungsi tetapi seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa (Chaer, 2011: 145). Selain itu, subyek kedua kalimat tersebut berupa dua hal yang berbeda. Subyek pertama adalah diode biasa dan subyek kedua adalah LED. Oleh karena itu, untuk mempertentangkan dua klausa yang memiliki subyek berbeda, lebih tepat jika digunakan konjungsi sedangkan (Rani, 2006: 120. Dengan demikian, kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Pada diode biasa, energi dikeluarkan dalam bentuk panas, sedangkan pada LED, energi dikeluarkan dalam bentuk sinar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Contoh 3: LCD karakter adalah LCD yang tampilannya terbatas pada tampilan karakter, khususnya karakter ASCII (seperti karakter-karakter yang tercetak pada keyboard komputer). Sedangkan LCD grafik, adalah LCD yang tampilannya tidak terbatas, bahkan dapat menampilkan foto. (III/TE/2013/H22/P2/K2-3) Kesalahan penanda kohesi pada contoh tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Dengan kata lain konjungsi sedangkan mengalami salah susun, seperti yang terjadi pada contoh 2. Konjungsi sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat (Chaer, 2009: 88). Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi pertentangan sedangkan dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. LCD karakter adalah LCD yang tampilannya terbatas pada tampilan karakter khususnya karakter ASCII (seperti karakter-karakter yang tercetak pada keyboard komputer) sedangkan LCD grafik adalah LCD yang tampilannya tidak terbatas, bahkan dapat menampilkan foto.
Contoh 4: Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan pengujian menggunakan kapasitor 6μF dan 8μF, namun arus buta yang dihasilkan sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil.(V/TE/2013/H31/P1/K3) Dalam contoh ini konjungsi namun mengalami salah susun. Sebenarnya konjungsi namun bukan merupakan penghubung intarkalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi namun harus diletakkan di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa (Chaer, 2009: 87). Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi pertentangan namun dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan pengujian menggunakan kapasitor 6μF dan 8μF. Namun, arus buta yang dihasilkan sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil.
11) Konjungsi Syarat Konjungsi syarat adalah penghubung yang menyatakan makna kriteria terhadap penempatan atau terlaksanannya suatu unsur. Hubungan syarat terjadi dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama. Hubungan syarat ditandai dengan penggunaan konjungsi jika, jikalau, kalau, asal(kan), bila, dan bilamana (Badru, 2003: 38). Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 2 data kesalahan penggunaan konjungsi syarat. Kedua data kesalahan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh 1: Jika kedua bit tersebut bernilai 0, maka Ocn berfungsi sebagai pin biasa, apabila salah satu bit bernilai 1, maka fungsi dari Ocn bergantung pada pengaturan bit WGMn. (II/TE/2013/H7/P2/K2. Kesalahan penggunaan penanda kohesi pada contoh tersebut berupa salah susun konjungsi apabila, di mana kata penghubung tersebut ditempatkan sebagai penghubung intrakalimat. Pada konteks kalimat serumit itu, konjungsi apabila sebaiknya tidak digunakan sebagai penghubung intrakalimat. Agar setiap unsur kalimat dapat terpetakan dengan jelas, konjungsi apabila diposisikan sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
penghubung antarkalimat. Penggunaan konjungsi syarat apabila dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Jika kedua bit tersebut bernilai 0, OCn berfungsi sebagai pin biasa. Apabila salah satu bit bernilai 1, fungsi dari OCn bergantung pada pengaturan bit WGMn.
Contoh 2: Pada pengujian berbeban dengan variasi kapasior 4μF, 6μF, dan 8μF, jika semakin besar beban yang diberikan pada generator, maka lampu pijar beban akan semakin redup. (V/TE/2013/H36/P3/K1) Kesalahan penggunaan penanda kohesi dalam contoh tersebut berupa penambahan maka di depan klausa induk, lampu pijar beban akan semakin redup. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat (Arifin, 2009: 141). Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Pembetulan dari kesalahan penggunaan konjungsi syarat dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Pada pengujian berbeban dengan variasi kapasior 4μF, 6μF, dan 8μF, jika semakin besar beban yang diberikan pada generator, lampu pijar beban akan semakin redup. 12) Konjungsi Tujuan Konjungsi tujuan adalah hubungan yang menyatakan maksud yang terkandung pada klausa pertama (Chaer, 2009: 99). Selain itu, dapat dikatakan juga bahwa hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Konjungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan itu antara lain adalah supaya, agar, biar dan untuk (Badru, 2003: 33). Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 28 data kesalahan penggunaan konjungsi penjelasan. Kesalahankesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Dengan demikian pengukuran kadar kurkumin harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar supaya tidak mengalami perubahan kadar kurkumin (I/TE/2013/H60/P3/K3). Kesalahan penanda kohesi pada contoh ini dikarenakan penggunaan konjungsi agar dan supaya secara bersamaan. Penambahan salah satu di antara keduanya sebenarnya tidak diperlukan karena keduanya sama-sama menyatakan makna tujuan (Chaer, 2009: 99). Oleh karena itu, cukup salah satu saja yang digunakan, entah itu agar atau supaya. Penggunaan konjungsi tujuan dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Dengan demikian, pengukuran kadar kurkumin harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar tidak mengalami perubahan kadar kurkumin. Contoh 2: Untuk perancangan ini menggunakan rangkaian tombol dengan logika tinggi ditunjukkan pada Gambar 3.7 (II/TE/2013/H19/P1/K4). Kesalahan penanda kohesi pada contoh ini terjadi akibat penambahan konjungsi untuk di depan frase perancangan ini. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
akhirnya tidak memiliki subyek. Dengan kata lain, sebenarnya tidak diperlukan penambahan konjungsi untuk pada posisi tersebut. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi tujuan untuk dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Perancangan ini menggunakan rangkaian tombol dengan logika tinggi seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.7.
Contoh 3: Untuk jumlah pilihan kotak ada tiga yaitu untuk kotak pertama yang diinisialisasikan start1, kotak kedua diinisialisaikan start2, kotak ketiga diinisialisasikan start3 (II/TE/2013/H28/P2/K1). Contoh ini memiliki kesalahan yang sama dengan contoh 2. Kesalahan penanda kohesi disebabkan oleh penambahan konjungsi untuk di depan frase jumlah pilihan kotak ada tiga. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Dengan kata lain, sebenarnya tidak diperlukan penambahan konjungsi untuk pada posisi tersebut. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan lainnya adalah penambahan konjungsi untuk sebagai penunjuk kotak pertama …, kotak kedua …, dan kotak ketiga … Konjungsi untuk menyatakan makna tujuan, bukan sebagai penunjuk (Chaer, 2009: 99). Agar kalimat tersebut menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari frase-frase tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi tujuan untuk dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Jumlah pilihan kotak ada tiga, yaitu kotak pertama yang diinisialisasikan start1, kotak kedua diinisialisaikan start2, dan kotak ketiga diinisialisasikan start3. Contoh 4: Proses pengujian ini bertujuan untuk mengetahui slip mula-mula generator induksi. (V/TE/2013/H25/P4/K1) Kesalahan penanda kohesi pada contoh ini dikarenakan penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan (Chaer, 2009: 99), (Arifin, 2009: 108). Oleh karena itu, penambahan kata bertujuan dinilai tidak diperlukan dalam konteks tersebut. Dengan kata lain, konjungsi untuk tidak boleh didahului lagi oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya. Penggunaan konjungsi tujuan dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. Proses pengujian ini bertujuan mengetahui slip mula-mula generator induksi.
13) Konjungsi Waktu Konjungsi waktu menghubungkan waktu atau saat terjadinya sebuah kejadian atau tindakan yang terdapat dalam beberapa klausa atau kalimat (Chaer, 2009: 102). Konjungsi waktu ditandai oleh kata penghubung sejak, semenjak, sedari, ketika, tatkala, pada waktu, saat, sebelum, sesudah, setelah dan hingga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Dalam penelitian ini, hanya ditemukan 2 data kesalahan penggunaan konjungsi waktu. Kedua data kesalahan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Contoh 1: Dari pantulan tersebut cahaya monokromatis akan diterima oleh sensor fototransistor setelah sebelumnya melewati larutan berwarna terlebih dahulu (I/TE/2013/1/H2/P2/K1). Kesalahan penggunaan penanda kohesi yang diperlihatkan contoh tersebut terletak pada penggunaan konjungsi setelah, sebelumnya dan terlebih dahulu secara bersamaan. Dua dari antara ketiga konjungsi waktu tersebut adalah penambahan yang tidak semestinya karena ketiganya sama-sama menyatakan hubungan waktu berurutan (Alwi, 2003: 406). Agar kalimat tersebut menjadi kohesif cukup salah satu saja yang digunakan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi waktu dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Dari pantulan tersebut, cahaya monokromatis akan diterima oleh sensor fototransistor setelah melewati larutan berwarna. Contoh 2: Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode: b. Studi kasus terhadap alat yang telah dibuat sebelumnya. Tahap ini dilakukan guna memahami prinsip kerja dari alat yang telah dibuat sebelumnya. (I/TE/2013/H3/N1.4b) Kesalahan penggunaan penanda kohesi yang diperlihatkan contoh tersebut disebabkan oleh konjungsi telah dan sebelumnya secara bersamaan. Keduanya sama-sama menyatakan hubungan waktu berurutan (Alwi, 2003: 406). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penambahan salah satu dari anatara keduanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
sebenarnya tidak diperlukan. Agar kalimat tersebut menjadi kohesif, dari antara keduannya, cukup salah satu saja yang digunakan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan konjungsi waktu dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode: b. studi kasus terhadap alat yang dibuat sebelumnya. Tahap ini dilakukan guna memahami prinsip kerja dari alat yang telah dibuat.
14) Konjungsi Simpulan Konjungsi simpulan adalah kata hubung yang berfungsi menghubungkan menyimpulkan (Chaer, 2009: 96). Konjungsi simpulan berguna untuk mengantarkan kalimat-kalimat sebelumnya yang berisi uraian menuju suatu simpulan akhir (Rani, 2003: 123). Hubungan simpulan ditandai dengan kata jadi, berarti, singkatnya, pendeknya, pada umumnya, kesimpulannya, dengan ringkasnya, dan sebagainya. Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 4 data kesalahan penggunaan konjungsi simpulan. Kesalahan-kesalahan tersebut dipaparkan pada contoh-contoh berikut.
Contoh: (1) Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. (I/TE/2013/H13/P1/K2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
(2) Ujung kanan R1 adalah ground tegangan, jadi besarnya tegangan masukan adalah … (rumus). (III/TE/2013/H17/P1/K2) (3) Hasil pengujian IC tipe 7408 sudah dikatakan “ BERHASIL” dikarenakan setelah melakukan 4 pengujian gerbang logika hasilnya “GOOD” jadi IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND. (IV/TE/2013/H43/K1) (4) Generator adalah mesin pembangkit tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik, jadi generator berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik. (V/TE/2013/H4/P1/K1) Kesalahan penggunaan penanda kohesi pada contoh-contoh tersebut berupa salah susun konjungsi jadi di mana kata penghubung tersebut digunakan pada posisi yang tidak semestinya yakni sebagai penghubung intrakalimat. Padahal, jadi bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi jadi harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa (Chaer, 2009: 96). Penggunaan konjungsi simpulan jadi dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut. (1) Pada dasarnya, prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker. Jadi, buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet. Kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma, setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar dan akan menghasilkan suara. (2) Ujung kanan R1 adalah ground tegangan. Jadi besarnya tegangan masukan adalah … (rumus) (3) Hasil pengujian IC tipe 7408 dikatakan “BERHASIL” apabila telah dilakukan 4 pengujian gerbang logika dan hasilnya “GOOD”. Jadi, IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
(4) Generator adalah mesin pembangkit tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik. Jadi, generator berfungsi mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik.
(2) Kohesi Leksikal Kohesi leksikal didefinisikan sebagai keterikatan leksikal antara bagianbagian wacana (Baryadi, 2002: 18). Hubungan antara kalimat pembentuk wacana dapat dinyatakan dengan pertalian antarunsur leksikal yang terdapat dalam kalimat-kalimat itu. Unsur leksikal yang dimaksud adalah berupa kata, frase dan klausa. Data kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal yang peneliti temukan hanya berupa kesalahan penggunaan repetisi, yang terdiri dari 6 data kesalahan. Berikut ini adalah uraian tentangnya.
(a) Repetisi Repetisi ialah pengulangan kata-kata yang sama atau hampir sama yang berfungsi sebagai pengutuh wacana (Sumadi, 1998: 61). Berdasarkan definisi tersebut, ditemukan 6 data kesalahan penggunaan repetisi. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
Contoh 1: Pada perancangan awal pada bab III menunjukkan bahwa ADC menggunakan resolusi 8 bit (I/TE/2013/H46/P2/K1). Kesalahan penggunaan penanda kohesi pada contoh ini berupa penambahan kata depan pada secara berlebihan. Kata depan pada pertama mendahului frase benda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
perancangan awal bab III yang seharusnya menjadi subyek kalimat tersebut. Akibatnya, kalimat tersebut kehilangan subyek. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peletakan kata depan pada di depan frase perancangan awal bab III merupakan penambahan yang tidak seharusnya atau salah (Tarigan, 1988: 148). Agar menjadi kohesif, kalimat tersebut cukup menggunakan kata depan pada di depan frase bab III. Pembetulan dari kesalahan penggunaan repetisi dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Perancangan awal pada bab III menunjukkan bahwa ADC menggunakan resolusi 8 bit. Contoh 2: Cara menggunakan alat ukur kadar kurkumin menggunakan monokromator kisi difraksi ini dimulai dengan menekan tombol on/off yang berada pada bagian depan alat (I/TE/2013/H47/P1/K1). Kesalahan penanda kohesi pada contoh ini terjadi karena adanya penambahan kata kerja menggunakan secara berlebihan atau tidak seharusnya. Dikatakan sebagai kesalahan akibat penambahan karena jika kata menggunakan yang kedua dihilangkan, makna kalimat tersebut tidak akan berubah atau sama seperti yang dimaksud penulis dan yang dipahami oleh pembaca (Tarigan, 1988: 151). Di lain sisi, makna kalimat tersebut pun tidak akan berubah seandainya kata menggunakan yang terakhir ditiadakan. Oleh karena itu, kata menggunakan yang kedua sebaiknya ditiadakan. Penggunaan repetisi dalam contoh data ini akan lebih tepat jika dibetulkan seperti berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Cara menggunakan alat ukur kadar kurkumin monokromator kisi difraksi ini dimulai dengan menekan tombol on/off yang berada pada bagian depan alat.
Contoh 3: Pengukuran sampel kunyit ini dilakukan pada lima sampel kunyit dari daerah yang berbeda (I/TE/2013/H55/P4/K2). Contoh ini memperlihatkan kesalahan penggunaan penanda kohesi akibat penambahan frase benda sampel kunyit secara berlebihan atau tidak seharusnya demikian. Dikatakan sebagai kesalahan akibat penambahan karena seandainya frase sampel kunyit yang pertama tidak digunakan, makna kalimat tersebut tidak akan berubah (Tarigan, (1988: 151). Meskipun langsung ditulis pengukuran ini, pembaca sudah memahami yang dimaksud penulis. Pronomina demonstratif ini bersifat menunjuk (Rani, 2006: 103). Yang ditujuk adalah anteseden pengukuran sampel kunyit. Oleh karena itu, frase tersebut sebaiknya ditiadakan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan repetisi dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Pengukuran ini dilakukan pada lima sampel kunyit dari daerah yang berbeda. Contoh 4: Pengujian alat ukur dapat dinyatakan berhasil karena alat ukur dapat membedakan besar absorban yang didapat baik absorban sampel kurkumin dengan absorban larutan kunyit sesuai dengan urutan absorban spektrofotometer standar. (I/TE/2013/H61/P2/K3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Kesalahan penggunaan penanda kohesi pada contoh ini berupa penambahan frase alat ukur dan kata dapat. Frase dan kata tersebut digunakan secara berlebihan. Jika frase alat ukur ditiadakan, makna kalimat pun tidak akan berubah karena melalui kalimat-kalimat sebelumnya pembaca telah mengetahui bahwa pengujian yang dimaksud adalah pengujian terhadap alat ukur. Kata keterangan dapat juga bisa diganti dengan sinonimnya, yakni mampu, sehingga tidak terjadi pengulangan kata yang sama secara berlebihan. Dengan demikian, kesalahan penggunaan repetisi dalam contoh data ini dapat dibetulkan seperti berikut. Pengujian dinyatakan berhasil karena alat ukur mampu membedakan besar absorban yang didapat, baik absorban sampel kurkumin maupun absorban larutan kunyit sesuai urutan absorban spektrofotometer standar.
Contoh 5: Perolehan penguatan tegangan (AV) diperoleh dengan membagi Vout dengan Vin. (III/TE/2013/H17/P1/K4) Kesalahan penanda kohesi pada contoh ini berupa pengulangan kata benda perolehan menjadi diperoleh. Keduanya sama-sama menyatakan makna dapat/peroleh. Penambahan salah satu dari antara keduanya dikatakan tidak perlu. Oleh karena itu, cukup salah satu saja yang digunakan dalam kalimat tersebut. Pembetulan dari kesalahan penggunaan repetisi dalam contoh data ini adalah sebagai berikut. Penguatan tegangan (AV) diperoleh dengan membagi Vout dengan Vin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Demikian analisis terhadap data kesalahan penggunaan penanda kohesi yang peneliti temukan. Pada bagian analisis data ini tampak bahwa kesalahan penggunaan penanda kohesi paling sering terjadi pada kohesi gramatikal. Kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal itu sendiri meliputi (1) referensi, (2) substitusi, (3) elipsis, dan (4) konjungsi. Kesalahan penggunaan konjungsi terbagi lagi menjadi konjungsi cara, konjungsi pembatasan, konjungsi pemilihan,
konjungsi
penambahan,
konjungsi
penyebaban,
konjungsi
pengakibatan, konjungsi pengurutan, konjungsi penjelas, konjungsi penyamaan, konjungsi perlawanan, konjungsi syarat, konjungsi tujuan, konjungsi waktu, dan konjungsi simpulan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II bahwa kohesi gramatikal terbentuk dari unsur-unsur kaidah bahasa (Rani, 2006: 97). Perkataan Rani ini secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa menyimpangnya penggunaan penanda kohesi gramatikal disebabkan oleh minimnya penguasaan terhadap kaidah-kaidah bahasa. Dari contoh-contoh data kesalahan dapat dilihat bahwa dalam konteks penelitian ini, kaidah-kaidah bahasa yang belum dipahami mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013 meliputi (1) penggunaan referensi, (2) penggunaan substitusi, (3) penggunaan elipsis, dan (4) penggunaan konjungsi. Di sisi lain, tampak pula bahwa kohesi gramatikal, khususnya konjungsi terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Setiap jenis memiliki piranti atau penanda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
yang bervariasi. Kesalahan yang tidak jarang terjadi adalah penggunaan penanda kohesi yang sama secara berulang-ulang dalam satu kalimat. Kasus seperti ini dapat dilihat pada kedua contoh berikut ini. (1) Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor (I/TE/2013/H46/P1/K3). (2) Namun, peneliti tersebut tidak membuat sebuah alat ukur sendiri yang digunakan khusus hanya untuk mengetahui kadar kurkumin. (I/TE/2013/Hviii/P1/K3) (3) Dengan demikian pengukuran kadar kurkumin harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar supaya tidak mengalami perubahan kadar kurkumin (I/TE/2013/H60/P3/K3). Pada contoh (1) terjadi kesalahan penggunaan konjungsi panambahan, dan. Pada contoh tersebut konjungsi dan digunakan berulang kali. Padahal, konjungsi dan yang terakhir dapat diganti dengan serta (Chaer, 2009: 84). Berikutnya, pada contoh (2) terjadi kesalahan penggunaan konjungsi pembatasan khusus atau hanya. Keduanya sama-sama menyatakan hubungan pembatasan. Oleh karena seharusnya hanya salah satu dari antara keduanya yang boleh digunakan. Demikian juga dengan contoh (3). Agar dan supaya sama-sama merupakan konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan, sehingga cukup salah satu saja yang digunakan. Data seperti yang tampak pada contoh-contoh ini menunjukkan bahwa kesalahan penggunaan penanda kohesi disebabkan juga oleh kurangnya perbendaharaan penanda kohesi dan kemahiran penulis dalam menggunakannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Kurangnya perbendaharaan penanda kohesi dapat berdampak pada penggunaan penanda kohesi secara terbatas atau berlebihan. Selain kohesi gramatikal, ada juga kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal. Jumlah kesalahan penggunaan kohesi leksikal tidak sebanyak yang terjadi pada kohesi gramatikal. Namun, dari data kesalahan penggunaan repetisi dapat ditemukan penyebab kesalahannya. Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa kohesi leksikal merupakan bentuk hubungan antarkalimat yang memanfaatkan unsur leksikal (Sumadi, 1998: 54). Unsur leksikal yang dimaksud adalah kata-kata yang membentuk suatu kalimat atau beberapa kalimat. Karena kohesi leksikal berhubungan dengan katakata, kesalahan penggunaannya dapat disebabkan oleh kurangnya kosakata penulis. Selain itu, kemahiran menggunakan kosakata dalam menyusun kalimat pun turut menentukan keefektivan kalimat. Adapun kalimat efektif yang dimaksud ditandai oleh kesamaan pemahaman pembaca dengan yang dimaksud oleh penulis (Razak, 1986: 2) Akhirnya dapat ditegaskan kembali bahwa penyebab kesalahan berbahasa adalah bukan terletak pada bahasa yang digunakan melainkan pengguna bahasa yang bersangkutan. Beberapa faktor penyebabnya, yakni (1) terpengaruh oleh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, (2) kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, (3) pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna Setyawati (2010: 15). Oleh karena itu, ke depannya pengajaran bahasa perlu memperhatikan aspek kohesivitas antarkalimat sebagai salah satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma. Usaha ini tentunya tidak sekedar meningkatkan kualitas pengajaran program studi yang bersangkutan. Lebih dari itu, mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma akan lebih mahir dalam menyusun gagasan mereka menjadi suatu wacana yang utuh dan dapat dipahami pembaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1
Simpulan Berdasarkan analisis data yang peneliti uraikan di bab IV dapat ditarik
simpulan sebagai berikut. Macam-macam kesalahan penggunaan penanda kohesi yang ditemukan meliputi (1) kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal dan (2) kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal. Dari kedua macam kohesi tersebut kohesi gramatikal memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan yang terdapat pada kohesi leksikal. Sesuai dengan data kesalahan yang ditemukan, kesalahan penggunaan penanda kohesi gramatikal meliputi (1) referensi, (2) substitusi, (3) elipsis, dan (4) konjungsi. Kesalahan penggunaan konjungsi terbagi lagi menjadi konjungsi cara, konjungsi pembatasan, konjungsi pemilihan, konjungsi penambahan, konjungsi penyebaban, konjungsi pengakibatan, konjungsi pengurutan, konjungsi penjelas, konjungsi penyamaan, konjungsi perlawanan, konjungsi syarat, konjungsi tujuan, konjungsi waktu, dan konjungsi simpulan. Kesalahan penggunaan penanda kohesi leksikal yang ditemukan hanya berupa kesalahan repetisi.
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.2
102
Saran Di akhir penelitian ini, disampaikan beberapa saran yang perlu untuk
diperhatikan bersama, yakni sebagai berikut.
(1) Bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma. Dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia disarankan agar lebih sering memberikan latihan-latihan penggunaan penanda kohesi dalam ragam bahasa tulis kepada mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma. Data-data yang peneliti gunakan dalam skripsi ini dapat dijadikan sebagai contoh-contoh kesalahan yang dapat dibetulkan oleh mahasiswa. Dengan demikian diharapkan tumbuh pemahaman dan kepekaan mahasiswa untuk menggunakan penanda kohesi secara benar dan tepat.
(2) Bagi Dosen Pembimbing Para dosen pembimbing diharapkan untuk lebih cermat dalam mengoreksi tulisan-tulisan ilmiah mahasiswa. Kecermatan tersebut tentunya dapat membantu mengurangi kesalahan bahasa tulis kaum akademisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
(3) Bagi Peneliti Lain Keterpahaman sebuah wacana tidak hanya bergantung pada perpaduan bentuk, melainkan juga keutuhan maknanya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang kesalahan penggunaan penanda koherensi. Subjek yang diteliti pun diharapkan tetap tentang karya ilmiah mahasiswa. Sebagai kaum akademisi, mahasiswa adalah pelopor penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Agar maksud tersebut dapat tercapai, perlu ada evaluasi terus-menerus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan penelitian ilmiah tentang kesalahan penggunaan penanda koherensi dalam karya ilmiah mahasiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E. Zainal dk. 2009. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademi Pressindo. Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2010. Prosedur Yogyakarta: Rineka Cipta.
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.
Badru, Syahidin dkk. 2003. Pemahaman dan Penguasaan Siswa Kelas VI SD DKI Jakarta Terhadap Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Baryadi, Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1990. Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah. ___________. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Christantri, Yunita. 2012. Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Pengudi Luhur St. Louis IX Sedayu Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Emir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Remadja Karya CV. ___________. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Nesi, Antonius. 2011. Kohesi dan Koherensi Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar: Studi Kasus Wacana Berita Utama dan Surat Pembaca Kompas, Republika, Kedaulatan Rakyat dan Bernas Jogja Edisi Agustus 2009. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Nurjamal, dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta. Perpustakaan Nasional. 2009. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Yogyakarta: Pustaka Timur. Rahardi R. Kunjana. 2010. Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. Ramlan, M. 1993. Paragraf Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset. Rani, Abdul dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Razak, Abdul. 1986. Kalimat Efektif Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: Gramedia. Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi. Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Tarigan, Djago. 1987. Membina Keterampilan Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
Menulis
Paragraf
dan
Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. dk. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Palmerah. Yuanita, Hartanti. 2007. Kohesi dan Koherensi dalam Wacana pada Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X Karangan Dawud, dkk. Terbitan Erlangga Tahun 2004. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
Sumber Data Penelitian Ariyanto, Yonathan Abi Putra. 2013. Mesin Pencuci Piring. Tugas Akhir. Yogyakarta: Teknik Elektro. Chrismatsy, Lian. 2013. Alat Ukur Kadar Kurkumin Menggunakan Monokromator Kisi Difraksi. Tugas Akhir. Yogyakarta: Teknik Elektro. Hermawan, Yohanes. 2013. Pengujian IC TTL Berbasis Mikrokontroler. Tugas Akhir. Yogyakarta: Teknik Elektro. Joni, Alpensus. 2013. Pemanfaatan Motor Induksi Satu Fasa sebagai Generator. Tugas Akhir. Yogyakarta: Teknik Elektro. Lering, Sturmius Theofanus. 2013. Penentuan Jenis Golongan Darah Manusia Berbasis Mikrokontroler AT-Mega 8535. Tugas Akhir. Yogyakarta: Teknik Elektro.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
TRIANGULASI DATA Data-data berikut merupakan trianggulasi dari penelitian berjudul “Tipe-Tipe Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi dalam Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013”. Trianggulator dimohon untuk memberikan tanda √ pada kolom Ya jika analisis kesalahan penggunaan penanda kohesi telah benar. Sebaliknya, trianggulator dimohon untuk memberikan tanda √ pada kolom Tidak jika analisis kesalahan penggunaan penanda kohesi belum benar.
Keterangan: I
II
III
: Tugas Akhir 1 Judul Tugas Akhir
: Alat Ukur Kadar Kurkumin Menggunakan Monokromator Kisi Difraksi
Penulis
: Lian Chrismatsy
: Tugas Akhir 2 Judul Tugas Akhir
: Mesin Pencuci Piring
Penulis
: Yonathan Abi Putra Ariyanto
: Tugas Akhir 3 Judul Tugas Akhir
: Penentuan Jenis Golongan Darah Manusia Berbasis Mikrokontroler AT-Mega 8535
Penulis
: Sturmius Theofanus Lering
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
IV
V
: Tugas Akhir 4 Judul Tugas Akhir
: Pengujian IC TTL Berbasis Mikrokontroler
Penulis
: Yohanes Hermawan
: Tugas Akhir 5 Judul Tugas Akhir
: Pemanfaatan Motor Induksi Satu Fasa sebagai Generator
Penulis
: Alpensus Joni
TE
: Teknik Elektro
2013
: Tahun Lulusan
H
: Halaman
P
: Paragraf
K
: Kalimat
N
: Nomor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
A. KOHESI GRAMATIKAL
I. No.
Referensi Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
1.
Minimum sistem ATmega8535 pada perancangan ini digunakan untuk mengetahui port-port I/O yang digunakan pada perancangan alat ini. (I/TE/2013/H45/P2/K1)
2.
Berdasarkan pada perancangan bab III terlihat pada tabel 3.1, tabel 3.2 dan tabel 3.3 menunjukkan bahwa sensor memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan 0,001mV tiap ppm-nya. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan hasil pada tabel 4.1 yang
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pengacuan pada perancangan ini dan pada perancangan alat ini. Kedua-duanya digunakan secara bersamaan dalam satu kalimat, padahal sama-sama mengacu pada anteseden yang sama, yang telah dinyatakan sebelumnya, yakni alat ukur kadar kurkumin menggunakan monokromator kisi difraksi. Agar kalimat tersebut menjadi kohesif, salah satu pengacuan harus diliadakan.
Minimum sistem ATmega8535 dimanfaatkan untuk mengetahui port-port I/O yang digunakan pada perancangan alat ini.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan paragraf tersebut berupa penggunaan pengacuan, yakni frase hal ini pada dua kalimat yang berikutan. Masing-masing memang mengacu pada anteseden yang berbeda. Hal ini pada kalimat kedua mengacu pada tabel 3.1, tabel 3.2 dan tabel 3.3 menunjukkan bahwa sensor memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan hasil pada tabel 4.1 yang memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan 0,005mV tiap ppm-nya. Penyebabnya yakni pada perancangan awal bab III, pengukuran dilakukan dengan
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
memiliki rentang hasil keluaran dengan perubahan tegangan 0,005mV tiap ppm-nya. Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor.
0,001mV tiap ppm-nya, sedangkan hal ini pada kalimat ketiga mengacu pada perbedaan antara hasil tabel 3.1, 3.2, 3.3 dan hasil tabel 4.1. Akan tetapi, akan lebih kohesif jika salah satu pengacuan tersebut dihilangkan dengan catatan tanpa merubah makna kalimat yang bersangkutan.
meletakkan (+) dan GND multimeter pada data serta GND sensor fototransistor.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan referensi endoforis, pronomina persona takrif –nya. –Nya di sini seharusnya menunjuk pada anteseden berupa pronomina persona III tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, –nya dalam kalimat tersebut tidak jelas menunjuk anteseden mana. Oleh karena itu, sebaiknya –nya ditiadakan dari kalimat tersebut.
Agar lebih jelas, pemilihan bit saluran pembacaan ADC dapat dilihat pada tabel 2.4.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan referensi endoforis, pronomina persona takrif –nya. –Nya di sini seharusnya menunjuk pada anteseden berupa pronomina persona III tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, –nya dalam
Supaya lebih jelas, simbol penguat operasional dapat dilihat pada gambar 2.7.
(I/TE/2013/H46/P1/K1-3) 3.
Untuk lebih jelasnya pemilihan bit saluran pembacaan ADC dapat dilihat pada Tabel 2.4. (III/TE/2013/H14/Nc)
4.
Untuk lebih jelasnya simbol penguat operasional dapat dilihat pada Gambar 2.7. (III/TE/2013/H15/P1/K5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
kalimat tersebut tidak jelas menunjuk anteseden mana. Oleh karena itu, sebaiknya –nya ditiadakan dari kalimat tersebut. 5.
Tegangan pada terminal keluaran op-amp merupakan perkalian antara selisih tegangan di antara masukan pembalik (V-) dan non-pembalik (V+) dengan besarnya gain yang dimiliki.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan referensi endoforis, pronomina persona takrif –nya. –Nya di sini seharusnya menunjuk pada anteseden berupa pronomina persona III tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, –nya dalam kalimat tersebut tidak jelas menunjuk anteseden mana. Oleh karena itu, sebaiknya –nya ditiadakan dari kalimat tersebut.
Tegangan pada terminal keluaran op-amp merupakan perkalian antara selisih tegangan di antara masukan pembalik (V-) serta nonpembalik (V+), dan besar gain yang dimiliki.
Agar lebih jelas, penguat rangkaian pembalik dapat dilihat pada gambar 2.8.
(III/TE/2013/H16/P2/K4)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan referensi endoforis, pronomina persona takrif –nya. –Nya di sini seharusnya menunjuk pada anteseden berupa pronomina persona III tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, –nya dalam kalimat tersebut tidak jelas menunjuk anteseden mana. Oleh karena itu, sebaiknya –nya ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jarak antara fototransistor, kaca preparat, dan LED infra merah masing-masing adalah 3 cm, lebih jelasnya jarak sensor dengan kaca
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan referensi endoforis, pronomina persona takrif –nya. –Nya di sini seharusnya menunjuk pada anteseden berupa
Jarak antara fototransistor, kaca preparat, dan LED infra merah masing-masing adalah 3 cm. Supaya lebih jelas, jarak sensor
(III/TE/2013/H15/P2/K1) 6.
7.
Untuk lebih jelasnya penguat rangkaian pembalik dapat dilihat pada Gambar 2.8.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
preparat dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan jarak antara sensor seperti terlihat pada Gambar 3.5. (III/TE/2013/H27/P1/K2) 8.
Untuk lebih jelasnya batas nilai tegangan referensi saat tidak terjadi proses aglutinasi dan saat terjadi proses aglutinasi dapat dilihat pada Tabel 4.7. (III/TE/2013/H52/P1/K3)
pronomina persona III tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, –nya dalam kalimat tersebut tidak jelas menunjuk anteseden mana. Oleh karena itu, sebaiknya –nya ditiadakan dari kalimat tersebut.
dengan kaca preparat dapat dilihat pada gambar 3.4 dan jarak antara sensor seperti terlihat pada gambar 3.5.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan referensi endoforis, pronomina persona takrif –nya. –Nya di sini seharusnya menunjuk pada anteseden berupa pronomina persona III tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, –nya dalam kalimat tersebut tidak jelas menunjuk anteseden mana. Oleh karena itu, sebaiknya –nya ditiadakan dari kalimat tersebut.
Agar lebih jelas, batas nilai tegangan referensi saat tidak terjadi proses aglutinasi dan saat terjadi proses aglutinasi dapat dilihat pada tabel 4.7.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
II. Substitusi No. 9.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Penguat pembalik adalah rangkaian penguat operasional yang paling dasar. Ia menggunakan umpan balik negatif unutk menstabilkan perolehan tegangan secara keseluruhan. (III/TE/2013/H16/P2/K1-2)
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan substitusi secara tidak tepat. Pronomina persona ia seharusnya digunakan untuk menggantikan anteseden berupa orang pertama tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Namun, pronomina ia dalam kalimat tersebut digunakan untuk menggantikan penguat pembalik yang merupakan anteseden benda atau non persona. Oleh karena itu, pronomina persona ia sebaiknya diganti dengan pronomina non persona rangkaian ini.
Penguat pembalik adalah rangkaian penguat operasional yang paling dasar. Rangkaian ini menggunakan umpan balik negatif untuk menstabilkan perolehan tegangan secara keseluruhan.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
III. Elipsis No. 10.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penghilangan kata kunyit. Akibatnya, ide yang ingin disampaikan melalui kalimat tersebut menjadi tidak untuh. Secara sederhana, kesalahan tersebut dapat ditunjukkan dengan pertanyaan kandungan kurkumin pada apakah yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut? Pertanyaan tersebut bisa terjawab dengan menambahkan kata kunyit.
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan upaya merancang suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna, yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada kunyit dengan instrumentasi standar laboratorium tanpa memerlukan banyak biaya.
Karena selalu mencacah naik, maka Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat [ ] dapat digunakan sebagai tersebut berupa penghilangan frase mode ini. pewaktu presisi. Akibatnya, induk kalimat atau klausa kedua bahkan kalimat majemuk bertingkat itu sendiri (II/TE/2013/K7/P3/K3) tidak memiliki subyek. Agar memiliki subyek, frase mode ini perlu ditambahkan pada induk kalimat atau klausa kedua tersebut.
Karena selalu mencacah naik, mode ini dapat digunakan sebagai pewaktu presisi.
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya upaya membuat perancangan suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada [ ] dengan instrumentasi dengan standar laboratorium akan memerlukan biaya yang cukup tinggi.
(I/TE/2013/H1/P3/K1) 11.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
12.
Limit switch adalah salah satu sensor yang akan bekerja jika pada bagian actuator nya tertekan suatu benda, baik dari samping kiri ataupun kanan, [ ] mempunyai micro switch dibagian dalamnya yang berfungsi untuk mengontakkan atau sebagai pengontak, gambar batang yang mempunyai roda itu namanya actuator lalu diikat dengan sebuah baud, berfungsi untuk menerima tekanan dari luar, roda berfungsi agar pada saat limit switch menerima tekanan , bisa bergerak bebas, kemudian mempunyai tiga lubang pada body nya berfungsi untuk tempat dudukan baud pada saat pemasangan di mesin.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penghilangan frase sensor ini. Akibatnya, kalimat tersebut tidak memiliki subyek. Agar memiliki subyek, frase sensor ini perlu ditambahkan pada kalimat tersebut.
Limit switch adalah salah satu sensor yang akan bekerja jika pada bagian actuatornya tertekan suatu benda, baik dari samping kiri ataupun kanan. Sensor ini mempunyai micro switch di bagian dalamnya yang berfungsi untuk mengontakkan atau sebagai pengontak. Terlihat pada gambar, batang yang mempunyai roda itu adalah actuator yang kemudian diikat dengan sebuah baud untuk menerima tekanan dari luar. Roda berfungsi untuk menerima tekanan pada saat limit switch, bisa bergerak bebas. Tiga lubang pada bodynya berfungsi untuk tempat dudukan baud pada saat pemasangan di mesin.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penghilangan frase REFS [1..0]. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki subyek. Agar memiliki subyek, frase REFS [1..0] perlu ditambahkan pada kalimat tersebut.
REFS [1..0] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC AT-Mega8535. REFS [1..0] memiliki nilai awal 00 sehingga referensi tegangan berasal dari pin AREF..
(II/TE/2013/H13/K2) 13.
a. REFS [1..0] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC AT-Mega8535. [ ] Memiliki nilai awal 00 sehingga referensi tegangan berasal dari pin AREF.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
(III/TE/2013/H13/Na) 14.
Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator [ ] yang diam. (V/TE/2013/H8/P1/K2)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Rotor merupakan bagian yang tersebut berupa penghilangan frase merupakan bergerak, sedangkan stator bagian. Akibatnya, subyek dan predikat dari merupakan bagian yang diam. klausa kedua menjadi tidak jelas. Agar menjadi jelas, frase merupakan bagian perlu ditambahkan pada klausa kedua dari kalimat tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
IV. KONJUNGSI 1. No. 15.
Konjungsi Cara: dengan, tanpa Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya upaya membuat perancangan suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada dengan instrumentasi dengan standar laboratorium akan memerlukan biaya yang cukup tinggi.
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan secara berlebihan. Sebenarnya kata instrumentasi dan frase standar laboratorium dapat langsung digabungkan menjadi satu frase atau tanpa perlu dihubungkan dengan konjungsi dengan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut sebaiknya digunakan secukupnya saja.
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan upaya merancang suatu alat ukur yang menerapkan teknologi tepat guna, yang sederhana, efisien, serta aplikatif untuk membantu kelompok petani kunyit dalam mengetahui kandungan kurkumin pada kunyit dengan instrumentasi standar laboratorium tanpa memerlukan banyak biaya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata
Analisa data dilakukan dengan mengecek keakuratan data. …. Penyimpulan hasil perancangan dapat dilakukan dengan menghitung galat error yang
(1/TE/2013/H1/P3/K1) 16.
Analisa data dilakukan dengan cara mengecek keakuratan data. …. Penyimpulan hasil perancangan dapat dilakukan dengan cara menghitung galat error yang
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
terjadi.
cara.
terjadi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Perubahan resistansinya dapat diketahui dengan mengukur perubahan tegangan keluarannya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengambilan data pengukuran dilakukan dengan looping 100 kali pengukuran dalam program, kemudian diambil rata-ratanya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Berdasarkan gambar 4.15, diperoleh hubungan kalibrasi antara absorban kurva baku alat ukur hasil perancangan dan absorban kurva baku spektrofotometer standar.
(1/TE/2013/H3/Nf) 17.
Perubahan resistansinya dapat diketahui dengan cara mengukur perubahan tegangan pada keluarannya. (1/TE/2013/H14/P1/K2)
18.
Pengambilan data pengukuran dilakukan dengan cara looping 100 kali pengukuran dalam program, kemudian diambil rataratanya.
(1/TE/2013/H47/P5/K3) 19.
Berdasarkan Gambar 4.15 diperoleh hubungan kalibrasi antara absorban kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar. (1/TE/2013/H52/P1/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
20.
Error hasil kalibrasi antara alat ukur dengan spektrofometer standar pada sampel kurkumin 1 ppm mempunyai error lebih dari +5%.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Error hasil kalibrasi antara alat ukur dan spektrofometer standar pada sampel kurkumin 1 ppm mempunyai error lebih dari +5%.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Berdasarkan gambar 4.18, diperoleh hubungan kalibrasi antara absorban kurva baku alat ukur hasil perancangan dan absorban kurva baku spektrofotometer standar.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Besar error yang terjadi antara absorban hasil kalibrasi kurva baku alat ukur hasil perancangan dan absorban kurva baku spektrofotometer standar dihitung dengan persamaan 4.7.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan
Berdasarkan tabel 4.5, error hasil kalibrasi antara alat ukur dan
(1/TE/2013/H52/P2/K1) 21.
Berdasarkan Gambar 4.18 diperoleh hubungan kalibrasi antara absorban kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar.
(1/TE/2013/H54/P4/K1) 22.
Besar error yang terjadi antara absorban hasil kalibrasi kurva baku alat ukur hasil perancangan dengan absorban kurva baku spektrofotometer standar dihitung dengan persamaan 4.7.
(1/TE/2013/H55/P2/K1) 23.
Berdasarkan tabel 4.5, error hasil kalibrasi antara alat ukur dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
spektrofotometer standar pada sampel kurkumin pada rentang 2-5 ppm mempunyai error tidak melebihi dari +5%.
konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
spektrofotometer standar pada sampel kurkumin pada rentang 25 ppm mempunyai error tidak melebihi dari +5%.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Kurva baku kalibrasi perbandingan antara alat ukur hasil perancangan dan spektrofotometer standar pada rentang 2-5 ppm ini digunakan sebagai kurva baku untuk mencari (y) kalibrasi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Setelah didapatkan kurva baku hasil perbandingan antara nilai absorban alat ukur yang dibuat dan spektrofotometer standar sudah sesuai, dilakukan pengukuran absorban sampel kunyit.
(1/TE/2013/H55/P3/K1) 24.
Kurva baku kalibrasi perbandingan antara alat ukur hasil perancangan dengan spektrofotometer standar pada rentang 2-5 ppm ini digunakan sebagai kurva baku untuk mencari (y) kalibrasi.
(1/TE/2013/H55/P3/K2) 25.
Setelah didapatkan kurva baku hasil perbandingan antara nilai absorban alat ukur yang dibuat dengan spektrofotometer standar sudah sesuai, maka dilakukan pengukuran absorban sampel kunyit. (1/TE/2013/H55/P4/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
26.
Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7, nilai (y) kalibrasi antara alat ukur dan y spektrofotometer kemudian digunakan untuk menghitung error (y) kalibrasi antara alat ukur dengan y spektrofotometer.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7, nilai (y) kalibrasi antara alat ukur dan y spektrofotometer kemudian digunakan untuk menghitung error (y) kalibrasi antara alat ukur dan y spektrofotometer.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Hasil perhitungan error kalibrasi antara (y) alat ukur dan spektrofotometer dapat dilihat pada tabel 4.8.
Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.10, dari hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer standar dan hasil pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan, didapatkan nilai error yang cukup besar.
(1/TE/2013/H60/P2/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan untuk menghubungkan dua frase benda. Konjungsi dengan seharusnya diletakkan di antara dua kata kerja, sedangkan untuk menghubungkan dua kata atau frase benda digunakan konjungsi dan. Agar menjadi kohesif, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa urutan besar kadar
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan
Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui bahwa urutan besar
(1/TE/2013/H57/P3/K1) 27.
Hasil Perhitungan error kalibrasi antara (y) alat ukur dengan spektrofotometer dapat dilihat pada tabel 4.8. (1/TE/2013/H57/P3/K2)
28.
29.
Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.10, hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer standar dengan hasil pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan didapatkan nilai error yang cukup besar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
kurkumin mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil antara alat ukur dengan spektrofotometer standar sudah sesuai.
konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
kadar kurkumin mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil antara alat ukur dan spektrofotometer standar sudah sesuai.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Saat pengukuran pada sampel kunyit dilakukan dengan memasukkan dan mengeluarkan kuvet, hasil keluaran tegangan yang didapatkan akan berbeda.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Pengujian absorban alat ukur antara absorban sampel kurkumin dan absorban larutan kunyit dapat dinyatakan berhasil karena menghasilkan serapan yang berbeda.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan
Pengujian regulator 5VDC dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran penyearah
(1/TE/2013/H60/P4/K1) 30.
Berbeda saat pengukuran pada sampel kunyit dilakukan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan kuvet, hasil keluaran tegangan yang didapatkan akan berbeda.
(1/TE/2013/H61/P1/K4) 31.
Pengujian absorban alat ukur antara absorban sampel kurkumin dengan absorban larutan kunyit dapat dinyatakan berhasil karena dapat menghasilkan serapan yang berbeda.
(1/TE/2013/H61/P2/K1) 32.
Pengujian regulator 5VDC dilakukan dengan cara mengukur tegangan keluaran penyearah ketika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
regulator dihubungkan dengan minimum sistem dan tidak dihubungkan dengan minimum sistem.
sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
ketika regulator dihubungkan dan tidak dihubungkan dengan minimum sistem.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengujian modul power supply dispenser miyako dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran modul ketika modul dihubungkan dan tidak dihubungkan dengan sumber cahaya halogen serta kipas DC.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengujian ini dilakukan dengan menguji, apakah sensor fototransistor dapat menghasilkan tegangan keluaran yang stabil atau tidak.
(1/TE/2013/H62/P2/K1) 33.
Pengujian modul power supply dispenser miyako dilakukan dengan cara mengukur tegangan keluaran modul ketika modul dihubungkan dengan sumber cahaya halogen dan kipas DC, serta tidak dihubungkan.
(1/TE/2013/H63/P2/K1) 34.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menguji sensor fototransistor dapat menghasilkan tegangan keluaran yang stabil atau tidak. (1/TE/2013/H69/P2/K2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
35.
Penyimpulan hasil percobaan dapat dilakukan dengan membandingkan kinerja sistem secara keseluruhan antara perancangan dengan hasil kinerja sistem untuk melihat ketercapaian tingkat kebersihan sebuah piring.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Penyimpulan hasil percobaan dapat dilakukan dengan membandingkan kinerja sistem secara keseluruhan antara perancangan dan hasil kinerja sistem untuk melihat ketercapaian tingkat kebersihan sebuah piring.
Pengguna dapat memilih lama waktu pencucian yang digunakan dengan menekan tombol pilihan.
(II/TE/2013/H19/P1/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengecekan dilakukan dengan cara memberi tegangan 5v pada rangkaian transistor langung melalui vcc mikrokontroler, dan ketika motor berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengecekan dilakukan dengan memberi tegangan 5v pada rangkaian transistor secara langung melalui vcc mikrokontroler dan ketika motor berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan
Sama halnya dengan pengecekan motor, pengecekan pompa air
(II/TE/2013/H3/Ne/K3) 36.
37.
Pengguna dapat memilih lamanya waktu pencucian yang digunakan dengan cara menekan tombol pilihan.
(II/TE/2013/H35/N4.3/K1) 38.
Sama halnya dengan pengecekan motor, pengecekan pompa air
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
dilakuakan dengan cara memberi tegangan 5v dari vcc mikrokontroler, pengecekan ini berhasil sesuai dengan yang diinginkan.
diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
dilakuakan dengan memberi tegangan 5v dari vcc mikrokontroler. Pengecekan ini berhasil atau sesuai dengan yang diinginkan.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengecekan push button dilakukan dengan mengukur tegangan pada kaki-kakinya. Ketika push button ditekan, tegangan yang terukur 5v, namun ketika pushbutton tidak ditekan, tegangan 0.
Setelah itu, aktifkan pilihan interupsi yang akan gunakan dengan membuat bit kontrol registernya menjadi enable secara individu.
(III/TE/2013/H10/P1/Na/K2)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Perubahan resistansinya dapat diketahui dengan cara mengukur perubahan tegangan pada
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan
Perubahan resistansinya dapat diketahui dengan mengukur perubahan tegangan pada
(II/TE/2013/H35/N4.3/K2) 39.
Pengecekan push button dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada kakikakinya, ketika push button ditekan maka tegangan yang terukur 5v namun ketika pushbutton tanpa ditekan tegangan 0.
(II/TE/2013/H35-36/N4.3/K3) 40.
41.
Setelah itu, mengaktifkan pilihan interupsi yang akan gunakan dengan cara bit kontrol registernya dibuat enable secara individu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
keluarannya (III/TE/2013/H21/P1/K6) 42.
43.
Pengujian dilakukan dengan cara menghalangi sinar yang dipancarkan oleh LED infra merah menuju fototransistor menggunakan benda padat sehingga perbedaaan nilai tegangan yang diukur dapat diketahui. (III/TE/2013/H40/P1/K4) Dan koneksi yang benar dapat diwujudkan dengan cara mengetahui pin-pin antarmuka yang dimiliki oleh LCD karakter tersebut.
sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
keluarannya
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengujian dilakukan dengan menghalangi sinar yang dipancarkan oleh LED infra merah menuju fototransistor menggunakan benda padat sehingga perbedaaan nilai tegangan yang diukur dapat diketahui.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Koneksi yang benar dapat diwujudkan dengan mengetahui pin-pin antarmuka yang dimiliki oleh LCD karakter tersebut.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Motor induksi dapat dioperasikan sebagai generator dengan memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan sinkronnya sehingga mesin bekerja pada slip negatif (s<0) [1].
(IV/TE/2013/H20/P1/K2) 44.
Motor induksi dapat dioperasikan sebagai generator dengan cara memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan sinkronnya dan mesin bekerja pada slip negatif (s<0) [1].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
(V/TE/2013/H1/P4/K1) 45.
Dengan satu motor digunakan sebagai prime mover dan yang lain digunakan sebagai generator. (V/TE/2013/H2/Nc/K2)
46.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan perbandingan yang berbeda pada puli-puli penggerak utama dan generator induksi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan sebagai penghubung antarkalimat. konjungsi dengan bukan merupakan penghubung antrakalimat melainkan penghubung intrakalimat. Oleh karena itu, konjungsi dengan harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Satu motor digunakan sebagai prime mover dan yang lain digunakan sebagai generator.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan memberikan perbandingan yang berbeda pada puli-puli penggerak utama dan generator induksi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Analisa data dilakukan dengan meninjau kinerja generator berdasarkan tegangan output, arus dan frekuensi generator serta besaran beban yang dapat dilayani oleh generator induksi.
(V/TE/2013/H3/Nd/K1) 47.
Analisa data dilakukan dengan cara meninjau kinerja generator berdasarkan tegangan output, arus dan frekuensi generator serta besaran beban yang dapat dilayani oleh generator induksi. (V/TE/2013/H3/Ne/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
48.
Arus rotor motor induksi satu fasa bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator [10].
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pemaduan preposisi antara dan konjungsi dengan. Preposisi antara seharusnya berpadu dengan konjungsi dan. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut harus digantikan dengan konjungsi dan.
Arus rotor motor induksi satu fasa bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator [10].
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan diikuti kata cara. Sebenarnya konjungsi dengan sudah menyatakan makna cara. Oleh karena itu, konjungsi dengan tidak boleh diikuti lagi kata cara.
Pengujian tanpa beban dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator dan memberikan variasi kapasitor pada generator induksi.
(V/TE/2013/H7/P3/K2) 49.
Pengujian tanpa beban dilakukan dengan cara mengukur tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator dan memberikan variasi kapasitor pada generator induksi. (V/TE/2013/H28/P5/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
2. No. 50.
Konjungsi Pembatasan: khusus, hanya Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Namun, peneliti tersebut tidak membuat sebuah alat ukur sendiri yang digunakan khusus hanya untuk mengetahui kadar kurkumin. (I/TE/2013/Hviii/P1/K3)
51.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya sebuah alat ukur yang digunakan khusus hanya untuk mengetahui kandungan kadar kurkumin serta untuk membantu para petani kunyit tanpa harus mengujinya di laboratorium. (I/TE/2013/H1-2/P4/K1)
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan kata khusus dan konjungsi hanya secara bersamaan. Keduanya sama-sama menyatakan makna pembatasan. Oleh karena itu, dalam kalimat tersebut. cukup salah satu saja yang digunakan.
Namun, peneliti tersebut tidak membuat sebuah alat ukur yang digunakan khusus untuk mengetahui kadar kurkumin.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan kata khusus dan konjungsi hanya secara bersamaan. Keduanya sama-sama menyatakan makna pembatasan. Oleh karena itu, dalam kalimat tersebut. cukup salah satu saja yang digunakan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan sebuah alat ukur yang digunakan khusus untuk mengetahui kandungan kadar kurkumin serta membantu para petani kunyit tanpa harus mengujinya di laboratorium.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
3. No.
Konjungsi Pemilihan: atau Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
52.
Cahaya (Spektrum optik, atau spektrum terlihat atau spektrum tampak) adalah bagian dari spektrum elektromagnet yang tampak oleh mata manusia. (I/TE/2013/H7/P3/K1)
53.
Berdasarkan grafik kurva baku yang ditunjukkan pada Gambar 4.13 jika dibandingkan dengan grafik pada Gambar 4.14, linearitas yang didapatkan antara absorban alat ukur dan spektrofometer standar mempunyai selisih yang sedikit atau sekitar 0,005.
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi atau secara berlebihan. Sebenarnya frase spektrum optik dan spektrum terlihat tidak perlu dihubungkan dengan konjungsi atau melainkan cukup diberi tanda koma. Oleh karena itu, konjungsi dengan dalam kalimat tersebut digunakan secukupnya saja.
Cahaya (Spektrum optik, spektrum terlihat atau spektrum tampak) adalah bagian dari spektrum elektromagnet yang tampak oleh mata manusia.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa ketidaktepatan penggunaan konjungsi atau. Kata sedikit bermakna sekitar 0,005 dan frase sekitar 0,005 bermakna sedikit. Artinya, keduanya memiliki makna sama dengan. Oleh karena itu, konjungsi yang tepat untuk menghubungkan keduanya adalah konjungsi yakni yang menyatakan hubungan penyamaan.
Berdasarkan grafik kurva baku yang ditunjukkan pada Gambar 4.13, jika dibandingkan dengan grafik pada Gambar 4.14, linearitas yang didapatkan antara absorban alat ukur dan spektrofometer standar, mempunyai selisih yang sedikit yakni sekitar 0,005.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan kunjungsi atau.
Sama halnya dengan pengecekan motor, pengecekan pompa air
(I/TE/2013/H51/P2/K1) 54.
Sama halnya dengan pengecekan motor, pengecekan pompa air
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
dilakuakan dengan cara memberi tegangan 5v dari vcc mikrokontroler, pengecekan ini berhasil [ ] sesuai dengan yang diinginkan. (II/TE/2013/H35/N4.3/K2)
Frase sesuai dengan yang diinginkan merupakan bentuk atau pilihan makna lain yang serupa dengan kata berhasil dalam konteks tersebut. begitupun sebaliknya, kata berhasil dapat digantikan oleh pilihan makna lain, yakni sesuai dengan yang diinginkan. Agar menjadi kohesif, keduanya harus dihubungkan dengan konjungsi yang menyatakan makna pemilihan, yakni atau.
dilakuakan dengan memberi tegangan 5v dari vcc mikrokontroler. Pengecekan ini berhasil atau sesuai dengan yang diinginkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
4. No. 55.
Konjungsi Penambahan: dan, serta, pula, juga, selain itu, di samping itu, tambahan lagi Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Di samping itu juga terdapat indikator (LED warna hijau) untuk memasukkan kuvet yang memudahkan pengguna dalam mengetahui alat sudah siap digunakan atau belum, konektor AC 220volt dan tombol on/off.
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi penjumlahan secara berlebihan. Konjungsi di samping itu sudah menyatakan makna penjumlahan. Oleh sebab itu, pada kalimat tersebut tidak perlu ditambahkan lagi konjungsi juga.
Di samping itu, terdapat indikator (LED warna hijau) untuk memasukkan kuvet yang memudahkan pengguna untuk mengetahui alat sudah siap digunakan atau belum serta mengetahui konektor AC 220volt dan tombol on/off.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi penjumlahan secara berlebihan. Konjungsi selain itu sudah menyatakan makna penjumlahan. Oleh sebab itu, pada kalimat tersebut tidak perlu ditambahkan lagu konjungsi juga.
Perancangan perangkat keras ini terdiri dari rangkaian I/O minimum sistem mikrokontroler, LCD 2x16 karakter, sensor fototransistor dan regulator 5VDC. Selain itu, terdapat dua tombol push-on untuk mengukur larutan sampel kurkumin dan mengulang program serta indikator LED.
(I/TE/2013/H42/P1/K3) 56.
Perancangan perangkat keras ini terdiri dari rangkaian I/O minimum sistem mikrokontroler, LCD 2x16 karakter, sensor fototransistor dan regulator 5VDC. Selain itu, juga terdapat dua tombol push-on untuk mengukur larutan sampel kurkumin dan mengulang program serta indikator LED. (I/TE/2013/H43/P1/K1-2)
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
57.
Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dan secara berlebihan. Konjungsi dan seharusnya dapat digunakan secara bergantian dengan variasi konjungsi penjumlahan lainnya, seperti serta.
Penyebabnya yakni pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data serta GND sensor fototransistor.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan kata baik yang dipadukan dengan konjungsi dan. Kata baik tidak dapat dipadukan dengan konjungsi dan. Kata baik hanya bisa dipadukan dengan konjungsi maupun. Oleh karena itu, konjungsi dan dalam kalimat tersebut harus diganti dengan konjungsi maupun.
Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur maupun spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dan. Frase tidak mengalami penurunan tegangan yang besar merupakan bentuk atau pilihan makna lain yang serupa dengan kata stabil dalam konteks tersebut. Oleh karena itu, keduanya seharusnya dihubungkan dengan konjungsi yang menyatakan makna pemilihan, yakni atau.
Berdasarkan hasil pengujian modul miyako pada tabel 4.13, dapat diketahui bahwa hasil tegangan modul miyako pada saat dihubungkan atau tidak dihubung kan dengan sumber cahaya halogen dan kipas DC stabil atau tidak mengalami penurunan tegangan yang besar.
(I/TE/2013/H46/P1/K3) 58.
Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, nilai persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur dan spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori.
(I/TE/2013/H60/P4/K3) 59.
Berdasarkan hasil pengujian modul miyako pada tabel 4.13 dapat diketahui bahwa hasil tegangan modul miyako pada saat dihubungkan dengan sumber cahaya halogen, dan kipas DC atau tidak, tegangan yang dihasilkan oleh modul miyako stabil dan tidak mengalami penurunan tegangan yang besar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
(I/TE/2013/H63/P3/K1) 60.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kepada bapak ibu, dan kedua kakakku Daniel Ari Purwanto dan Andreas Ari Dwinanto atas dukungan moril dan materiil, doa, cinta, perhatian, darah dan keringat yang tiada henti.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dan secara berlebihan. Konjungsi dan seharusnya dapat digunakan secara bergantian dengan variasi konjungsi penjumlahan lainnya, seperti serta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. bapak ibu, dan kedua kakakku Daniel Ari Purwanto serta Andreas Ari Dwinanto atas dukungan moril dan materiil berupa doa, cinta, perhatian, darah serta keringat yang tiada henti.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dan sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi dan bukan merupakan penghubung antarkalimat. Konjungsi dan adalah penghubung intrakalimat. Oleh karena itu, penggunaan konjungsi dan dalam kalimat tersebut menjadi tidak tepat dan harus ditiadakan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi penjumlahan secara berlebihan. Dan dan juga adalah sama-sama merupakan konjungsi penjumlahan. Oleh karena itu, yang digunakan
Oleh karena itu, mesin pencuci piring ini biasanya hanya digunakan di restauran, hotel, dan acara-acara besar.
(II/TE/13/Hx/P2/N1) 61.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. (II/TE/2013/Hxi/P1/K3)
62.
Oleh karena itu, mesin pencuci piring ini biasanya hanya digunakan di restauran, hotel, dan juga acara-acara besar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
63.
(II/TE/2013/H1/P2/K6)
dalam kalimat tersebut cukup salah satu saja.
Ketika actuator dari Limit switch tertekan suatu benda baik dari samping kiri ataupun kanan sebanyak 45 derajat atau 90 derajat ( tergantung dari jenis dan type limit switch ) maka, actuator akan bergerak dan diteruskan ke bagian dalam dari limit switch, sehingga mengenai micro switch dan menghubungkan kontakkontaknya, pada micro switch terdapat kontak jenis NO dan NC seperti juga sensor lainnya, kemudian kontaknya mempunyai beban kerja sekitar 5 A, untuk dihubungkan ke perangkat listrik lainnya, dan begitulah seterusnya, selain itu limit switch juga mempunyai head atau kepala tempat dudukan actuator pada bagian atas dari limit switch dan posisinya bisa dirubahrubah sesuai dengan kebutuhan.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi juga dan selain itu. Frase sensor lainnya merujuk pada klausa pada micro switch terdapat kontak jenis NO dan NC. Oleh karena itu keduanya cukup diberi konjungsi yang menyatakan hubungan perbandingan, yakni seperti. Berikutnya, konjungsi selain itu bukan merupakan konjungsi intrakalimat. Selain itu adalah konjungsi antarkalimat. Oleh karena itu konjungsi tersebut harus diletakaan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
(II/TE/13/H14/P1)
Ketika actuator dari limit switch tertekan suatu benda baik dari samping kiri ataupun kanan sebanyak 45 derajat atau 90 derajat (tergantung dari jenis dan type limit switch), actuator akan bergerak dan diteruskan ke bagian dalam dari limit switch, sehingga mengenai micro switch dan menghubungkan kontakkontaknya. Pada micro switch terdapat kontak jenis NO dan NC seperti sensor lainnya. Kontakkontak itu mempunyai beban kerja sekitar 5 A untuk dihubungkan ke perangkat listrik lainnya, dan begitulah seterusnya. Selain itu, limit switch juga mempunyai head atau kepala tempat dudukan actuator pada bagian atas dari limit switch. Posisinya bisa dirubah-rubah sesuai dengan kebutuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
64.
Proses start akan berjalan ketika ada masukan 1, jika ada masukan pada strat 1 maka nilainya akan berubah menjadi 100, jika start2 di beri masukan maka nilainya akan menjadi 010, jika start3 diberi masukan maka akan menjadi 001. Dan ketika ada masukan nilainya akan dijumlahkan sehingga ketika ada dua yang diberi masukan maka yang akan diperoses hanya dua kotak.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dan sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi dan bukan merupakan penghubung antarkalimat. Konjungsi dan adalah penghubung intrakalimat. Oleh karena itu, penggunaan konjungsi dan dalam kalimat tersebut menjadi tidak tepat dan harus ditiadakan.
Proses start akan berjalan ketika ada masukan 1. Jika ada masukan pada strat1, nilainya akan berubah menjadi 100. Jika start2 di beri masukan, nilainya akan menjadi 010. Start3 diberi masukan maka akan menjadi 001. Ketika ada masukan, nilainya akan dijumlahkan sehingga ketika ada dua yang diberi masukan, yang akan diperoses hanya dua kotak.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan konjungsi dan. Frase rangkaian relay, rangkaian transistor, rangkaian sistem minimum ATmega 8535, rangkaian LED, rangkaian buzzer merupakan komponen-komponen mesin pencuci piring serta memiliki kedudukan yang setara dalam kalimat tersebut. Oleh karena itu, perlu diselipkan konjungsi dan untuk menyatakan hubungan penjumlahan.
Secara keseluruhan mesin pencuci piring tersusun atas rangkaian relay, rangkaian transistor, rangkaian sistem minimum ATmega 8535, rangkaian LED, dan rangkaian buzzer.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi selain itu
Piranti otomatis dapat membuat pekerjaan lebih cepat dan efisien.
(II/TE/2013/H28/P2/K2-3) 65.
Secara keseluruhan mesin pencuci piring tersusun atas rangkaian relay, rangkaian transistor, rangkaian sistem minimum ATmega 8535, rangkaian LED, [ ] rangkaian buzzer. (II/TE/2013/30/P3/K1)
66.
Piranti otomatis dapat membuat pekerjaan lebih cepat dan efisien,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
selain itu sistem otomatis akan menekan biaya tenaga kerja. (IV/TE/2013/Hix/P1/K4)
67.
Dan koneksi yang benar dapat diwujudkan dengan cara mengetahui pin-pin antarmuka yang dimiliki oleh LCD karakter tersebut. (IV/TE/2013/H20/P1/K2)
68.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. (V/TE/2013/Hx/P2/K3)
69.
Penggunaan mesin pembangkit energi listrik seperti genset, diesel dan mesin-mesin generator yang
sebagai penghubung intrakalimat. Konjungsi selain itu bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Oleh karena itu, penggunaan konjungsi selain itu dalam kalimat tersebut akan lebih tepat jika diletakkan di awal kalimat.
Selain itu sistem otomatis akan menekan biaya tenaga kerja.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dan sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi dan bukan merupakan penghubung antarkalimat. Konjungsi dan adalah penghubung intrakalimat. Oleh karena itu, penggunaan konjungsi dan dalam kalimat tersebut menjadi tidak tepat dan harus ditiadakan.
Koneksi yang benar dapat diwujudkan dengan mengetahui pin-pin antarmuka yang dimiliki oleh LCD karakter tersebut.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dan sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi dan bukan merupakan penghubung antarkalimat. Konjungsi dan adalah penghubung intrakalimat. Oleh karena itu, penggunaan konjungsi dan dalam kalimat tersebut menjadi tidak tepat dan harus ditiadakan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Penggunaan mesin pembangkit tersebut berupa penggunaan konjungsi di samping energi listrik seperti genset, diesel itu sebagai penghubung intrakalimat. Konjungsi dan mesin-mesin generator yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
berbahan bakar minyak dipandang tidak efektif mengingat perekonomian warga yang kurang mampu, disamping itu harga bahan bakarnya relatif mahal. (V/TE/2013/H1/P1/K4)
di samping itu bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Oleh karena itu, penggunaan konjungsi di samping itu dalam kalimat tersebut akan lebih tepat jika diletakkan di awal kalimat.
berbahan bakar minyak dipandang tidak efektif mengingat perekonomian warga yang kurang mampu. Di samping itu harga bahan bakarnya relatif mahal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
5. Konjungsi Penyebaban: karena, sebab, lantaran, karena itu, oleh karena itu, sebab itu No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
70.
Hal ini disebabkan karena pada perancangan awal bab III pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan (+) dan GND multimeter pada Data dan GND sensor fototransistor.
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi disebabkan dan karena secara bersamaan. Keduanya sama-sama menyatakan hubungan penyebaban. Oleh karena itu, salah satu dari antara keduanya harus ditiadakan.
Hal ini disebabkan, pada perancangan awal bab III, pengukuran dilakukan dengan meletakkan (+) dan GND multimeter pada data serta GND sensor fototransistor.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi oleh karena itu sebagai penghubung intrakalimat. Oleh karena itu bukan merupakan penghubung intrakalimat melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi oleh karena itu harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di laboratorium.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi karena itu
Tegangan umpan balik yang berlawanan ini mengurangi V2,
(II/TE/2013/H46/P1/K3) 71.
Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di laboratorium. (III/TE/2013/H1/P1/K3)
72.
Tegangan umpan balik yang berlawanan ini mengurangi V2
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
karena itu, meskipun AOL naik, V2 turun, dan keluaran akhir naik kira-kira sama dengan tanpa umpan balik negatif. (III/TE/2013/H16/P3/K2)
73.
Fototransistor memiliki batas arus maksimal dan batas tegangan yang tergantung pada datasheet jenis fototransistor yang digunakan, oleh karena itu untuk tingkat keamanan fototransistor tahanan pembatas (resistor) perlu dipakai [6].
sebagai penghubung intrakalimat. Karena itu bukan merupakan penghubung intrakalimat melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi karena itu harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa. Jika ingin menghubungkan klasusa dengan klausa, konjungsi yang lebih tepat digunakan adalah karena.
karena meskipun AOL naik, V2 turun, dan keluaran akhir naik, hasilnya kira-kira sama dengan tanpa umpan balik negatif.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi oleh karena itu sebagai penghubung intrakalimat. Oleh karena itu bukan merupakan penghubung intrakalimat melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi oleh karena itu harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
Fototransistor memiliki batas arus maksimal dan batas tegangan yang tergantung pada datasheet jenis fototransistor yang digunakan. Oleh karena itu, untuk tingkat keamanan fototransistor, tahanan pembatas (resistor) perlu dipakai [6].
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi oleh karena itu sebagai penghubung intrakalimat. Oleh karena itu bukan merupakan penghubung intrakalimat melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi oleh karena itu harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran untuk perbaikan tugas akhir ini sangat penulis harapkan.
(III/TE/2013/H21/P2/K1) 74.
Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan tugas akhir ini sangat diharapkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
75.
(IV/TE/2013/Hxi/P3/K1)
antara klausa dan klausa.
Hasil pengujian IC tipe 7408 sudah dikatakan “ BERHASIL” dikarenakan setelah melakukan 4 pengujian gerbang logika hasilnya “GOOD” jadi IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND. . (IV/TE/2013/H43/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dikarenakan secara tidak tepat. Kedua klausa dalam kalimat tersebut lebih tepat dihubungkan dengan konjungsi syarat, yakni apabila.
Hasil pengujian IC tipe 7408 dikatakan “ BERHASIL” apabila telah dilakukan 4 pengujian gerbang logika dan hasilnya “GOOD”. Jadi, IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142
6. Konjungsi Pengakibatan: sehingga, maka, maka itu, maka dari itu No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
76.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya sebuah alat ukur yang digunakan khusus hanya untuk mengetahui kandungan kadar kurkumin serta untuk membantu para petani kunyit tanpa harus mengujinya di laboratorium.
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan sebuah alat ukur yang digunakan khusus untuk mengetahui kandungan kadar kurkumin serta membantu para petani kunyit tanpa harus mengujinya di laboratorium.
Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.
(I/TE/2013/H9/P1/K2)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika menggunakan jalur data 4 bit, maka akan ada 7 jalur data (3
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan
Jika menggunakan jalur data 4 bit, akan ada 7 jalur data (3 untuk
(I/TE/2013/H1-2/P4/K1) 77.
78.
Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143
untuk jalur kontrol & 4 untuk jalur data). (I/TE/13/H17-18/P3/K6)
79.
Jika menggunakan jalur data 8 bit, maka akan ada 11 jalur data (3 untuk jalur kontrol & 8 untuk jalur data). (I/TE/13/H17-18/P3/K7)
80.
Karena LED adalah salah satu jenis dioda maka LED memiliki 2 kutub yaitu anoda dan katoda. (I/TE/2013/H19/P2/K1)
81.
maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
jalur kontrol & 4 untuk jalur data).
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika menggunakan jalur data 8 bit, akan ada 11 jalur data (3 untuk jalur kontrol & 8 untuk jalur data).
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Karena merupakan salah satu tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan jenis dioda, LED memiliki 2 maka secara bersamaan dalam satu kalimat. kutub yaitu anoda dan katoda. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Pemasangan kutub LED tidak boleh Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat terebalik karena apabila terbalik tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila kutubnya maka LED tersebut tidak dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat.
Pemasangan kutub LED tidak boleh terbalik, karena apabila kutubnya terbalik, LED tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144
akan menyala. (I/TE/2013/H19/P2/K3)
82.
Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka LED akan terbakar. (I/TE/2013/H19/P2/K6)
83.
Apabila mencari nilai resistor maka: R = V/I R =(Vs-Vd) / I (I/TE/2013/H21/K3)
84.
Dengan sembarang titik yang terletak pada absis x terhadap ordinat y, maka dapat ditentukan persamaan garis kelinearitasannya
Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
tidak akan menyala.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA, LED akan terbakar.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Apabila ingin mencari nilai resistor: R = V/I R =(Vs-Vd) / I
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut
Dengan sembarang titik yang terletak pada absis x terhadap ordinat y, dapat ditentukan persamaan garis kelinearitasannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145
serta absis x dan ordinat y yang bersifat linear atau dapat dikatakan segaris.
tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
serta absis x dan ordinat y yang bersifat linear atau segaris.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Dari rumus di atas dapat diterangkan bahwa untuk mencari besarnya nilai slope b, diperlukan beberapa nilai variabel, di antaranya variabel N sebagai banyak data, variabel xi sebagai deretan data pada sumbu x dan variabel yi sebagai deretan data pada sumbu y.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Dengan diperoleh nilai y dan telah diketahui nilai variabel a dan b dari pengukuran ini, besar kadar kurkumin akan diperoleh pada larutan (x) sesuai persamaan kurva baku di atas.
(I/TE/2013/H21/P1/K2) 85.
Dari rumus di atas dapat diterangkan bahwa untuk mencari besarnya nilai slope b maka diperlukan beberapa nilai variabel diantaranya variabel N sebagai banyak data, variabel xi sebagai deretan data pada sumbu x dan variabel yi sebagai deretan data pada sumbu y.
(I/TE/2013/H21/P2/K1) 86.
Dengan diperoleh nilai y dari pengukuran ini dan nilai variabel a dan b telah diketahui, maka akan diperoleh besar kadar kurkumin pada larutan (x) sesuai persamaan kurva baku di atas. (I/TE/2013/H26/P2/K5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146
87.
Karena arus maksimal fototransistor sebesar 4mA dan tegangan yang dibutuhkan adalah 5V maka dibutuhkan resistor agar perubahan resistansinya dapat diketahui. (I/TE/2013/H31/P2/K3)
88.
Karena resistor dengan nilai 1250 Ω tidak dijual dipasaran maka pada perancangan ini menggunakan resistor yang mendekati nilai tersebut. (I/TE/2013/H31/P3/K1)
89.
Karena resistor dengan nilai 240 Ω tidak dijual dipasaran maka pada perancangan ini menggunakan resistor yang mendekati nilai tersebut. (I/TE/2013/H33/P1/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Karena arus maksimal fototransistor sebesar 4mA dan tegangan yang dibutuhkan adalah 5V, diperlukan resistor agar perubahan resistansinya dapat diketahui.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Karena resistor dengan nilai 1250 Ω tidak dijual di pasara, pada perancangan ini digunakan resistor yang mendekati nilai tersebut.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Karena resistor dengan nilai 240 Ω tidak dijual dipasaran, pada perancangan ini digunakan resistor yang mendekati nilai tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147
90.
Jika pengukuran tidak berhasil maka akan diulangi kembali. (I/TE/2013/H37/P3/K2)
91.
Untuk mengetahui perangkat keras dan perangkat lunak dapat bekerja dengan baik maka diperlukan adanya pengujian terhadap perangkat keras atau perangkat lunak tersebut. (I/TE/2013/H41/P1/K2)
92.
Setelah tombol on/off ditekan maka secara otomatis tiap rangkaian yang berada di dalam alat akan menyala, yaitu sumber cahaya halogen, modul power supply dispenser miyako, I/O minimum sistem mikrokontroler, LCD karakter, sensor fototransistor dan LED.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika tidak berhasil, pengukuran tersebut akan diulangi kembali.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Untuk mengetahui perangkat keras dan perangkat lunak dapat bekerja dengan baik, diperlukan pengujian terhadap perangkat keras atau perangkat lunak tersebut.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Setelah tombol on/off ditekan, secara otomatis tiap rangkaian yang berada di dalam alat, yaitu sumber cahaya halogen, modul power supply dispenser miyako, I/O minimum sistem mikrokontroler, LCD karakter, sensor fototransistor dan LED akan menyala.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148
(I/TE/2013/H47/P1/K2) 93.
Setelah alat dapat menyala dengan baik maka LED indikator akan menyala dengan delay 10 detik pada kuvet pertama dan 15 detik pada kuvet kedua menandakan bahwa kuvet siap dimasukkan dalam alat.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Setelah alat dapat menyala dengan baik, LED indikator akan menyala dengan delay 10 detik pada kuvet pertama dan 15 detik pada kuvet kedua yang menandakan bahwa kuvet siap dimasukkan dalam alat.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Karena error yang didapatkan melebihi yang ditentukan, pada rentang 2-5 ppm digunakan kurva baku seri larutan kurkumin.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat
Setelah didapatkan kurva baku hasil perbandingan antara nilai absorban alat ukur yang dibuat dan spektrofotometer standar sudah sesuai, dilakukan pengukuran absorban sampel kunyit.
(I/TE/2013/H47/P2/K1) 94.
Karena error yang didapatkan melebihi error yang ditentukan, maka kurva baku menggunakan kurva baku seri larutan kurkumin pada rentang 2-5 ppm. (I/TE/2013/H52/P2/K2)
95.
Setelah didapatkan kurva baku hasil perbandingan antara nilai absorban alat ukur yang dibuat dengan spektrofotometer standar sudah sesuai, maka dilakukan pengukuran absorban sampel kunyit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149
tersebut. (I/TE/2013/H55/P4/K1) 96.
Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, dengan menggunakan persamaan 4.1 maka diperoleh error perbandingan hasil persentase kadar kurkumin alat ukur dan spektrofotometer standar yang diperlihatkan pada tabel 4.11.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Berdasarkan tabel 4.9 dan tabel 4.10, dengan menggunakan persamaan 4.1, diperoleh error perbandingan hasil persentase kadar kurkumin alat ukur dan spektrofotometer standar yang diperlihatkan pada tabel 4.11.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika I/O minimum sistem ini bekerja dengan benar, hasil penulisan program yang telah dibuat akan ditampilkan pada LCD karakter.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat
FOCn (Force Output Compare) hanya aktif pada mode non-PWM. Jika nilainya 1, operasi compare match akan terpaksa.
(I/TE/2013/H59/P3/K1) 97.
Jika I/O minimum sistem ini bekerja dengan benar maka hasil penulisan program yang telah dibuat akan ditampilkan pada LCD karakter. (I/TE/2013/H61/P3/K3)
98.
FOCn (Force Output Compare) hanya aktif pada mode non-PWM, jika 1 maka akan memaksakan operasi compare match. (II/TE/2013/H7/P1/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150
tersebut. 99.
Jika kedua bit tersebut bernilai 0, maka OCn berfungsi sebagai pin biasa, apabila salah satu bit bernilai 1, maka fungsi dari OCn bergantung pada pengaturan bit WGMn.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika, apabila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat (II/TE/2013/H7/P2/K2) tersebut. . 100. Karena selalu mencacah naik, Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat maka dapat digunakan sebagai tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan pewaktu presisi. maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut (II/TE/2013/H7/P3/K3) tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika kedua bit tersebut bernilai 0, OCn berfungsi sebagai pin biasa. Apabila salah satu bit bernilai 1, fungsi dari OCn bergantung pada pengaturan bit WGMn.
102. Cara kerja dari mode ini yaitu akan membandingkan antara OCRn sama dengan TCNTn, jika sama maka pencacahan timer dimulai dari awal lagi.
Cara kerja mode ini yaitu membandingkan antara OCRn dan TCNTn. Jika sama, pencacahan timer dimulai dari awal lagi.
(II/TE/2013/H7/P3/K4)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Karena selalu mencacah naik, mode ini dapat digunakan sebagai pewaktu presisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151
103. Kumparan ABCD terletak dalam medan magnet serba sama dengan kedudukan sisi aktif AD dan CB yang terletak tepat lurus arah fluks magnet. Sedangkan sisi AB dan DC ditahan pada bagian tengahnya, sehingga apabila sisi AD dan CB berputar karena adanya gaya Lorentz, maka kumparan,maka kumparan ABCD akan berputar.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Kumparan ABCD yang terletak dalam medan magnet serba sama dengan kedudukan sisi aktif AD dan CB yang terletak tepat lurus arah fluks magnet, sedangkan sisi AB dan DC ditahan pada bagian tengahnya. Apabila sisi AD dan CB berputar karena adanya gaya Lorentz, kumparan ABCD akan ikut berputar.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi supaya dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Supaya motor dapat terus berputar dengan baik, jumlah kumparan yang digunakan perlu ditambah.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif,
Dengan pertimbangan teknis, kumparan-kumparan yang berputar tersebut dililitkan pada suatu alat yang disebut jangkar sehingga lilitan kumparan itu disebut lilitan jangkar.
(II/TE/2013/H9/P1/K2) 104. Supaya motor dapat berputar terus dengan baik, maka perlu ditambah jumlah kumparan yang digunakan. (II/TE/2013/H9/P3/K3)
105. Dengan pertimbangan teknis, maka kumparan-kumparan yang berputar tersebut dililitkan pada suatu alat yang disebut jangkar, sehingga lilitan kumparan itupun disebut lilitan jangkar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152
(II/TE/2013/H9/P3/K5) 106. Agar transistor dapat berfungsi sebagai saklar dengan baik, maka denyut sudut (trigger pulse) perlu setinggi : (II/TE/2013/H10/K3)
107. Kalau beban inductor bersifat induktif, maka diperlukan dioda, guna menghubungkan singkat tegangan induksi yang biasanya muncul disaat saklar dalam keadaan off, sehingga dapat menghindarkan kerusakan pada transistor.
konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi agar dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Agar transistor dapat berfungsi sebagai saklar dengan baik, denyut sudut (trigger pulse) perlu setinggi:
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi kalau dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Kalau beban inductor bersifat induktif, diperlukan dioda guna menghubungkan singkat tegangan induksi yang biasanya muncul di saat saklar dalam keadaan off sehingga dapat menghindarkan kerusakan pada transistor.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif,
Pada dasarnya, prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker. Jadi, buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus
(II/TE/2013/H10/K5) 108. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 153
menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.
konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
sehingga menjadi elektromagnet. Kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma, setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar dan akan menghasilkan suara.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi ketika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Cara kerja rangkaian yaitu ketika pencucian sudah berahir, mikrokontroler memberi logika 1 pada salah satu pin I/O pada port B.4 tersebut.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif,
Jika tegangan keluaran dari pin I/O ini sebesar 4,8V dan arusnya sebesar 20mA, dengan mengetahui besarnya nilai V��� dan arus dari mikrokontroler, besarnya nilai R yang digunakan
(II/TE/2013/H13/P1/K2) 109. Cara kerja rangkaian yaitu ketika pencucian sudah berahir maka mikrokontroler memberi logika 1 pada salah satu pin I/O pada port B.4 tersebut. (II/TE/2013/H23/P1/K3)
110. Jika tegangan keluaran dari pin I/O ini sebesar 4,8V dan arusnya sebesar 20mA, maka dengan mengetahui besarnya nilai V��� dan arus dari mikrokontroler maka besarnya nilai R yang digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 154
pada rangkaian LED yaitu: … (II/TE/2013/H23/P1/K4) 111. Pilihan velocity terdapat slow dan fast ketika salah satu pilihan di tekan maka proses pencucian mulai berjalan dan buzzer akan berbunyi ketika proses pencucian telah selesai. (II/TE/2013/H25/P1/K4) 112. Pengecekan push button dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada kakikakinya, ketika push button ditekan maka tegangan yang terukur 5v namun ketika pushbutton tanpa ditekan tegangan 0.
konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. .
pada rangkaian LED yaitu: …
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi ketika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Pilihan velocity terdapat slow dan fast. Ketika salah satu pilihan di tekan, proses pencucian mulai berjalan dan ketika proses pencucian telah selesai buzzer akan berbunyi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi ketika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Pengecekan push button dilakukan dengan mengukur tegangan pada kaki-kakinya. Ketika push button ditekan, tegangan yang terukur 5v, namun ketika pushbutton tidak ditekan, tegangan 0.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri
Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya penurunan jumlah hemoglobin dari yang semestinya, transfusi darah perlu dilakukan.
(II/TE/2013/H35-36/N4.3/K3) 113. Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya penurunan jumlah hemoglobin dari yang semestinya, maka transfusi darah perlu dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 155
(III/TE/2013/Hviii/P1/K2)
114. Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya penurunan jumlah hemoglobin dari yang semestinya, maka transfusi darah perlu dilakukan. (III/TE/2013/H1/P1/K5)
115. Untuk merancang dan membuat suatu perangkat keras dengan hasil yang cukup teliti dan akurat dalam menentukan jenis golongan darah manusia, maka perancang menggunakan metode seperti berikut ini :
dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya penurunan jumlah hemoglobin dari yang semestinya, transfusi darah perlu dilakukan.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Untuk merancang dan membuat suatu perangkat keras dengan hasil yang cukup teliti dan akurat dalam menentukan jenis golongan darah manusia, perancang menggunakan metode seperti berikut ini:
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi agar dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri
Agar tidak terjadi aglutinasi, pada transfusi, penderita harus diberi darah yang sama golongannya.
(III/TE/2013/H3/P1/K1) 116. Agar tidak terjadi aglutinasi, maka pada transfusi, penderita harus diberi darah yang sama golongannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 156
(III/TE/2013/H6/P1/K1)
117. Maka transfusi darah dapat dilakukan seperti [ ] terlihat dalam Gambar 2.2. (III/TE/2013/H6/P1/K2)
118. Apabila terjadi suatu interupsi yang dipicu oleh hardware, maka bit harus dibuat clear dan bit tidak akan mengizinkan terjadinya interupsi, serta instruksi RETI akan melakukan set bit. (III/TE/2013/H10/N1a/K3) 119. Jika masukan pembalik (V-) memiliki potensial yang lebih tinggi, maka tegangan keluaran akan menjadi lebih negatif. (III/TE/2013/H15/P2/K3)
dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi maka sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi maka bukan merupakan penghubung antarkalimat, melainkan penghubung intrakalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Transfusi darah dapat dilakukan seperti yang terlihat dalam gambar 2.2.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Apabila terjadi suatu interupsi yang dipicu oleh hardware, bit harus dibuat clear agar bit tidak akan mengizinkan terjadinya interupsi serta instruksi RETI akan melakukan set bit.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat
Jika masukan pembalik (V-) memiliki potensial yang lebih tinggi, tegangan keluaran akan menjadi lebih negatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 157
tersebut. 120. Demikian juga jika masukan non pembalik (V+) memiliki potensial yang lebih tinggi, maka tegangan keluaran op-amp akan menjadi lebih positif. (III/TE/2013/H16/K1)
121. Dengan adanya sebuah virtual ground pada masukan pembalik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8, maka perhitungan tegangan dapat dituliskan sebagai berikut: (III/TE/2013/H17/P1/K1) 122. Karena tegangan umpan balik berlawanan dengan tegangan masukan, maka op-amp menghasilkan umpan balik negatif. (III/TE/2013/H18/P1/K8)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Demikian juga, jika masukan non pembalik (V+) memiliki potensial yang lebih tinggi, tegangan keluaran op-amp akan menjadi lebih positif.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Dengan adanya sebuah virtual ground pada masukan pembalik seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8, perhitungan tegangan dapat dituliskan sebagai berikut:
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi karena dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Karena tegangan umpan balik berlawanan dengan tegangan masukan, op-amp menghasilkan umpan balik negatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158
123. Apabila sambungan tersebut dikenai cahaya melalui lensa yang membuka pada bungkus transistor, maka timbul aliran arus kontrol yang menghidupkan transistor ON. (III/TE/2013/H21/K1)
124. Apabila cahaya mengenai sambungan PN kolektor-basis, maka arus basis yang dihasilkan berbanding langsung dengan intensitas cahaya. (III/TE/2013/H21/P2/K3)
125. Setelah nilai aman arus LED infra merah (IR1) didapat, maka perhitungan nilai resistor LED infra merah (R1) adalah: (III/TE/2013/H31/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Apabila sambungan tersebut dikenai cahaya melalui lensa yang membuka pada bungkus transistor, timbul aliran arus kontrol yang menghidupkan transistor ON.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Apabila cahaya mengenai sambungan PN kolektor-basis, arus basis yang dihasilkan berbanding langsung dengan intensitas cahaya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Setelah nilai aman arus LED infra merah (IR1) didapat, perhitungan nilai resistor LED infra merah (R1) adalah:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 159
126. Jika bukan golongan darah A, maka proses dilanjutkan dengan pengecekan golongan darah lainnya, tetapi jika data yang dimasukkan sesuai maka hasil akan ditampilkan pada LCD. (III/TE/2013/H37/P1/K4) 127. Jika Vin>=Vref maka data tersebut berlogika 1 sedangkan jika Vin
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika bukan golongan darah A, proses dilanjutkan dengan pengecekan golongan darah lainnya, tetapi jika data yang dimasukkan sesuai, hasil akan ditampilkan pada LCD.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika Vin>=Vref, data tersebut berlogika 1, sedangkan jika Vin
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Untuk mendapatkan nilai tegangan rata-rata setiap sensor, dilakukan pengambilan data dari keluaran fototransistor sebanyak 10 kali pengujian.
(III/TE/2013/H38/P1/K4) 128. Untuk mendapatkan nilai tegangan rata-rata setiap sensor maka dilakukan pengambilan data dari keluaran fototransistor sebanyak 10 kali pengujian. (III/TE/2013/H40/P4/K8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 160
129. Setelah darah dan anti reagen dicampur pada masing-masing titik, maka sampel darah pada kaca preparat ditempatkan pada setiap sensor. (III/TE/2013/H50/P1/K1)
130. Ketika darah tidak mengalami proses aglutinasi maka tegangan dari sensor akan mengecil, begitupun sebaliknya ketika terjadi proses aglutinasi maka tegangan dari sensor akan membesar. (III/TE/2013/H50/P3/K1) 131. untuk menentukan nilai tegangan referensi setiap sensor, maka diambil nilai tengah setiap sensor saat terhalang dan tidak terhalang. (III/TE/2013/H50/P3/K3)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Setelah darah dan anti reagen dicampur pada masing-masing titik, sampel darah pada kaca preparat ditempatkan pada setiap sensor.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi ketika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Ketika darah tidak mengalami proses aglutinasi, tegangan dari sensor akan mengecil. Begitupun sebaliknya, ketika terjadi proses aglutinasi, tegangan dari sensor akan membesar.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Untuk menentukan nilai tegangan referensi setiap sensor, diambil nilai tengah setiap sensor saat terhalang dan tidak terhalang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 161
132. Maka perhitungan nilai tegangan referensi sensor A1 adalah sebagai berikut : (III/TE/2013/H51/K6)
133. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.7, jika darah mengalami proses aglutinasi maka nilai tegangan keluaran sensor A1 akan melebihi batas nilai tegangan referensi yaitu sebesar 1,3 Volt dan jika nilai tegangan keluaran sensor A1 kurang dari 1,30 volt maka sampel darah tidak mengalami proses aglutinasi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi maka sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi maka bukan merupakan penghubung antarkalimat, melainkan penghubung intrakalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Perhitungan nilai tegangan referensi sensor A1 adalah sebagai berikut:
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Seperti yang terlihat pada Tabel 4.7, jika darah mengalami proses aglutinasi, nilai tegangan keluaran sensor A1 akan melebihi batas nilai tegangan referensi yaitu sebesar 1,3 Volt. Jika nilai tegangan keluaran sensor A1 kurang dari 1,30 volt, sampel darah tidak mengalami proses aglutinasi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat
Setelah didapat nilai ADC tegangan referensi, mikrokontroler AT-Mega 8535 dapat memproses data sehingga dapat ditampilkan pada penampil LCD 16x2.
(III/TE/2013/H52/P2/K2) 134. Setelah didapat nilai ADC tegangan referensi, maka mikrokontroler AT-Mega 8535 dapat memproses data sehingga dapat ditampilkan pada penampil LCD 16x2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 162
(III/TE/2013/H54/P1/K4) 135. Apabila tejadi proses aglutinasi pada sensor A1 maka nilai ADC akan lebih dari 266 dan jika tidak mengalami proses aglutinasi maka nilai ADC akan kurang dari 266. (III/TE/2013/H55/P1/K2)
136. Sama seperti pada sensor A2, jika terjadi aglutinasi maka nilai ADC akan lebih dari 235 dan jika tidak terjadi proses aglutinasi maka nilai ADC kurang dari 235. (III/TE/2013/H55/P1/K3)
137. Untuk mengetahui ada tidaknya kaca preparat pada sensor maka dibuat batasan maksimum nilai ADC pada program, masingmasing sensor memiliki batasan nilai maksimum ADC yang berbeda.
tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan jika bersamaan dengan konjungsi maka dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Apabila tejadi proses aglutinasi pada sensor A1, nilai ADC akan lebih dari 266 dan jika tidak mengalami proses aglutinasi, nilai ADC akan kurang dari 266.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Sama seperti pada sensor A2, jika terjadi aglutinasi, nilai ADC akan lebih dari 235. Jika tidak terjadi proses aglutinasi, nilai ADC kurang dari 235.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Untuk mengetahui ada tidaknya kaca preparat pada sensor, dibuat batasan maksimum nilai ADC pada program, masing-masing sensor memiliki batasan nilai maksimum ADC yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 163
(III/TE/2013/H55/P1/K4) 138. Ketika nilai ADC yang masuk dari setiap sensor melebihi batas maksimum maka mikrokontroler akan menampilkan karakter “X” yang artinya tidak terdapat kaca preparat pada perangkat keras. (III/TE/2013/H55/P1/K6) 139. Setelah dilakukan pengujian alat maka didapatkan kesimpulan tentang sistem ini,diantaranya adalah : (III/TE/2013/H60/P1/K1)
140. Untuk menghemat pengeluaran dalam pembelian IC yang tidak murah harganya, maka dibutuhkan suatu alat atau piranti yang memberikan solusi untuk semua ini. (IV/TE/2013/H1/P2/K3)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi ketika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Ketika nilai ADC yang masuk dari setiap sensor melebihi batas maksimum, mikrokontroler akan menampilkan karakter “X” yang artinya tidak terdapat kaca preparat pada perangkat keras.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Setelah dilakukan pengujian alat, tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah dan didapatkan kesimpulan tentang maka secara bersamaan dalam satu kalimat. sistem ini, di antaranya adalah: Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Untuk menghemat pengeluaran dalam pembelian IC yang tidak murah harganya, dibutuhkan suatu alat atau piranti yang memberikan solusi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 164
141. Jika diinginkan keluaran bernialai 0, maka semua masukan harus dalam keadaan 0. (IV/TE/2013/H6/P1/K2)
142. Sebaliknya jika ada sebuah logika 0 pada sembarang masukan pada gerbang NAND, maka keluaran akan bernilai 1 dapat dilihat pada tabel kebenaran 2.5. (IV/TE/2013/H7/P1/K3)
143. Jika diininkan keluarannya bernilai 1, maka semua masukannya harus dalam keadaan 0. (IV/TE/2013/H9/P1/K3)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika menginginkan keluaran bernialai 0, semua masukan harus dalam keadaan 0.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Sebaliknya, jika ada sebuah logika 0 pada sembarang masukan gerbang NAND, keluaran akan bernilai 1.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika menginginkan keluaran bernilai 1, semua masukan harus dalam keadaan 0.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 165
144. Gerbang XOR juga gerbang Exclusive OR dkarenakan hanya mengenali sinyal yang memiliki bit 1 (tinggi) dalam jumlah ganjil untuk menghasilkan sinyal keluaran bernilai tinggi (1). Sehingga, supaya lebih mudah diingat, gerbang X-OR kita samakan dengan pembeda.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sehingga sebagai penghubung antarkalimat. Konjungsi sehingga bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat.. Agar menjadi kohesif, konjungsi sehingga harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Gerbang XOR juga merupakan gerbang Exclusive OR karena hanya mengenali sinyal yang memiliki bit 1 (tinggi) dalam jumlah ganjil untuk menghasilkan sinyal keluaran bernilai tinggi (1). Supaya lebih mudah diingat, gerbang X-OR kita samakan dengan pembeda.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Artinya, jika kita mermberikan input dengan nilai 1, output yang dihasilkan adalah 0.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi bila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat
Bila tombol reset ditekan, pin RESET akan mendapat input logika rendah, sehingga mikrokontroler akan mengulang proses eksekusi program dari awal.
(IV/TE/2013/H10/P1/K3) 145. Artinya, jika kita mermberikan input dengan nilai 1, maka output yang dihasilkan adalah 0. (IV/TE/2013/H12/P1/K3)
146. Bila tombol reset ditekan, maka pin RESET akan mendapat input logika rendah, sehingga mikrokontroler akan mengulang proses eksekusi program dari awal. (IV/TE/2013/H26/P2/K2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 166
tersebut. 147. Jika tidak ada masukan dari dip switch yang masuk, maka dip switch dapat digunakan untuk mengaktifkan mode normal. (IV/TE/2013/H28/P2/K4)
148. Jika tidak ada masukan dari user, maka mikrokontroler tidak akan bekerja. (IV/TE/2013/H28/P3/K1)
149. Jadi apabila ada masukan tipe IC yang tidak sesuai dengan dalam program, maka program yang ada pada mikrokontroler akan mengabaikan. Jika masukan dip Switch sesuai dengan tipe, maka mikrokontroler akan bekerja memproses masukan kode tipe ic
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika tidak ada masukan dari dip switch, dip switch dapat digunakan untuk mengaktifkan mode normal.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika tidak ada masukan dari user, mikrokontroler tidak akan bekerja.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila dan jika bersamaan dengan konjungsi maka dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jadi, apabila ada masukan tipe IC tidak sesuai, program yang ada pada mikrokontroler akan mengabaikannya. Jika masukan dip switch sesuai dengan tipe, mikrokontroler akan bekerja memproses masukan kode tipe IC kemudian lcd akan menampilkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 167
dan lcd akan menampilkan tipe IC yang sesuai dengan masukan dari user.
tipe IC yang sesuai dengan masukan dari user.
(IV/TE/2013/H29/P1/K2-3) 150. Jika kumparan kutub diberi arus searah maka pada permukaan kutub akan timbul medan magnet searah yang berputar dan kecepatannya sama dengan kecepatan kutub yang menginduksi lilitan stator [6].
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika kumparan kutub diberi arus searah, pada permukaan kutub akan timbul medan magnet searah yang berputar dan kecepatannya sama dengan kecepatan kutub yang menginduksi lilitan stator [6].
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, akan terjadi perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor.
152. Jika kumparan stator motor induksi Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat dihubungkan ke sumber listrik, tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka akan timbul medan magnet maka secara bersamaan dalam satu kalimat.
Jika kumparan stator motor induksi dihubungkan ke sumber listrik, akan timbul medan magnet
(V/TE/2013/H6/P2/K2) 151. Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. (V/TE/2013/H6/P3/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 168
putar pada lilitan stator (hukum Oerstad).
Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
putar pada lilitan stator (hukum Oerstad).
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi bila dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Bila dilepas dari sumber listrik, medan magnet yang ada dikumparan stator akan hilang, tetapi masih ada medan magnet di rotor yang biasa disebut dengan remanensi.
Jika generator induksi langsung dihubungkan ke jala-jala, daya reaktif disediakan oleh jala-jala. Jika generator induksi bekerja sendiri, diperlukan penyedia daya reaktif.
(V/TE/2013/H14/P3/K1-2)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
155. Jika kapasitor tidak dapat memenuhi daya reaktif, maka tegangan generator akan built-up atau tidak dapat menghasilakan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut
Jika kapasitor tidak dapat memenuhi daya reaktif, tegangan generator akan built-up atau tidak dapat menghasilkan tegangan
(V/TE/2013/H12/P1/K1)
153. Bila dilepas dari sumber listrik, maka medan magnet yang ada dikumparan stator hilang, namun medan magnet di rotor masih ada yang biasa disebut dengan remanensi. (V/TE/2013/H12/P1/K3) 154. Jika generator induksi langsung dihubungkan ke jala-jala maka daya reaktif disediakan oleh jalajala. Jika generator induksi bekerja sendiri maka diperlukan penyedia daya reaktif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 169
tegangan listrik [1]. (V/TE/2013/H14/P3/K4)
156. Dengan menggunakan besaran daya keluaran optimal generator, maka dapat dihitung efisiensi generator induksi berdasarkan persamaan 2.10. (V/TE/2013/H22/K2)
157. Jika terjadi lonjakan arus pada beban generator akibat adanya hubung singkat, maka MCB akan secara otomatis memutuskan aliran arus listrik yang dihasilkan generator. (V/TE/2013/H24/K1/P3)
tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
listrik [1].
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi dengan dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Dengan menggunakan besaran daya keluaran optimal generator, dapat dihitung efisiensi generator induksi berdasarkan persamaan 2.10.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi maka harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Jika terjadi lonjakan arus pada beban generator akibat adanya hubung singkat, MCB akan secara otomatis memutuskan aliran arus listrik yang dihasilkan generator.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 170
7. Konjungsi Pengurutan: kemudian, lalu, selanjutnya No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
158. Setelah didapatkan besar pengenceran campuran larutan, kemudian dengan perbandingan dalam 1 =
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi pengurutan secara berlebihan. Setelah dan kemudian adalah konjungsi yang sama-sama menyatakan makna urutan berikutnya. Selain itu, kalimat tersebut digunakan untuk mencari isi larutan tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dalam setiap ppm. dari anak kalimat. Penyebabnya adalah setiap klausa diawali dengan konjungsi. Agar kalimat (I/TE/2013/H23/P3/K1) tersebut menjadi kohesif, konjungsi kemudian harus ditiadakan.
159. setelah nilai absorban larutan kunyit didapatkan kemudian dengan persamaan 4.7 digunakan untuk mencari absorban larutan kunyit alat ukur yang sudah dikalibrasi (y). (I/TE/2013/H56/P2/K2)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi pengurutan secara berlebihan. Setelah dan kemudian adalah konjungsi yang sama-sama menyatakan makna urutan berikutnya. Selain itu, kalimat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Penyebabnya adalah setiap klausa diawali dengan konjungsi. Agar kalimat tersebut menjadi kohesif, konjungsi kemudian harus ditiadakan.
Perbaikan Setelah didapatkan besar pengenceran campuran larutan, perbandingan dalam 1 = digunakan untuk
mencari isi larutan dalam setiap ppm.
Setelah nilai absorban larutan kunyit didapatkan, digunakan persamaan 4.7 untuk mencari absorban larutan kunyit alat ukur yang sudah dikalibrasi (y).
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 171
160. Keberhasilan dalam membersihkan, dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara melihat dan meraba, [ ] bisa dikatakan bersih jika tidak ada kotoran yang menempel,tidak berbau amis dan permukaan piring tidak licin. (II/TE/2013/H3/Nd3)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan konjungsi pengurutan. Klausa pertama dan klausa kedua memiliki hubungan pengurutan. Agar menjadi kohesif, kedua klausa perlu dihubungkan dengan konjungsi kemudian.
Pengujian tingkat keberhasilan dalam membersihkan dilakukan secara manual, yaitu dengan melihat dan meraba, kemudian bisa dikatakan bersih jika tidak ada kotoran yang menempel, tidak berbau amis dan permukaan piring tidak licin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 172
8. Konjungsi Penjelasan: bahwa, artinya, yang, yang dimaksud, dengan kata lain No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
161. Kumparan ABCD [ ] terletak dalam medan magnet serba sama dengan kedudukan sisi aktif AD dan CB yang terletak tepat lurus arah fluks magnet. (II/TE/2013/H9/P1/K1)
162. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan konjungsi yang. Fungsi yang adalah menghubungkan subyek dengan keterangannya. Subyek kalimat tersebut adalah kumparan ABCD, sedangkan keterangan subyek adalah terletak dalam medan magnet. Agar menjadi kohesif, kedua frase tersebut harus dihubungkan dengan konjungsi yang sehingga kumparan ABCD (subyek) yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut menjadi jelas, yakni kumparan ABCD yang terletak dalam medan magnet.
Kumparan ABCD yang terletak dalam medan magnet serba sama dengan kedudukan sisi aktif AD dan CB yang terletak tepat lurus arah fluks magnet.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi yang. Frase akan menghasilkan suara tidak bermaksud menjelaskan frase udara bergetar, melainkan menjelaskan klausa setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolakbalik. Dengan kata lain, frase udara bergetar dan frase akan menghasilkan suara sama-sama menjelaskan klausa setiap gerakan kumparan
Pada dasarnya, prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker. Jadi, buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet. Kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 173
dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.
akan menggerakkan diafragma secara bolakbalik dalam bentuk hubungan pengurutan. Oleh karena itu, kedua frase tersebut lebih tepat jika dihubungkan dengan konjungsi pengurutan kemudian.
arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma, setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar, kemudian akan menghasilkan suara.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi yang secara berlebihan. Frase yang mempunyai lima konsentrasi dan kata berbeda di sini sama-sama merupakan satu kesatuan yang berfungsi menjelaskan frase lima sampel kurkumin. Oleh karena itu, konjungsi yang di antara frase dan kata tersebut harus ditiadakan.
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan satu sampel etanol klinis dan lima sampel kurkumin yang mempunyai lima konsentrasi berbeda, yaitu 1-5ppm.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penempatan konjungsi penjelas yang secara tidak tepat. Fungsi dari konjungsi yang adalah menghubungkan subyek atau obyek dengan keterangannya. Keterangan pada subyek atau obyek itu bersifat menentukan atau membatasi subyek atau obyek itu sendiri. Subyek kalimat tersebut adalah besar absorban larutan kunyit dari lima daerah berbeda sedangkan
Besar absorban larutan kunyit dari lima daerah berbeda yang menggunakan spektrofotometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.7.
(II/TE/2013/H13/P1/K2) 163. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan satu sampel etanol klinis dan lima sampel kurkumin yang mempunyai lima konsentrasi yang berbeda yaitu 1-5ppm. (II/TE/2013/H47/P5/K1)
164. Besar absorban larutan kunyit yang berasal dari lima daerah yang berbeda B [ ] menggunakan spektrofotometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.7. (II/TE/2013/H57/P2/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 174
menggunakan spektrofotometer standar adalah keterangannya. Agar menjadi kohesif, keduanya perlu dihubungkan dengan konjungsi yang. Dengan demikian, batasan subyek kalimat tersebut menjadi jelas, bahwa besar absorban larutan kunyit dari lima daerah berbeda yang dimaksudkan di sini adalah yang menggunakan spektofotometer standar. 165. Maka transfusi darah dapat dilakukan seperti [ ] terlihat dalam Gambar 2.2. (III/TE/2013/H6/P1/K2)
166. Data berupa tegangan [ ] dikonversi ke dalam ADC (Vin), akan dibandingkan dengan tegangan yang telah ditetapkan (Vref) di dalam Mikrokontroler ATMega8535. (III/TE/2013/H38/P1/K3)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan konjungsi yang. Tanpa konjungsi yang, obyek atau benda yang ingin dicontohkan oleh konjungsi seperti menjadi tidak jelas. Agar menjadi kohesif, kalimat tersebut harus ditambahkan konjungsi yang.
Transfusi darah dapat dilakukan seperti yang terlihat dalam gambar 2.2.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan konjungsi yang. Fungsi dari konjungsi yang adalah menghubungkan subyek atau obyek dengan keterangan. Keterangan pada subyek atau obyek itu bersifat menentukan atau membatasi subyek atau obyek itu sendiri. Subyek kalimat tersebut adalah data berupa tegangan, sedangkan dikonversi ke dalam ADC (Vin) adalah keterangannya. Agar menjadi kohesif, keduanya perlu dihubungkan dengan konjungsi yang. Dengan demikian, batasan subyek kalimat tersebut
Data berupa tegangan yang dikonversi ke dalam ADC (Vin), akan dibandingkan dengan tegangan yang telah ditetapkan (Vref) di dalam Mikrokontroler AT-Mega8535.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 175
menjadi jelas, bahwa data berupa tegangan yang dimaksudkan di sini adalah yang dikonversi ke dalam ADC (Vin) 167. Rangkaian LCD 16x2 [ ] digunakan untuk menampilkan data golongan darah manusia yang mampu menampilkan 16 kolom dan 2 baris karakter . (III/TE/2013/H45/P2/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan konjungsi yang. Fungsi dari konjungsi yang adalah menghubungkan subyek atau obyek dengan keterangan. Keterangan pada subyek atau obyek itu bersifat menentukan atau membatasi subyek atau obyek itu sendiri. Subyek kalimat tersebut adalah rangkaian LCD 16x2 sedangkan digunakan untuk menampilkan data golongan darah manusia adalah keterangannya. Agar menjadi kohesif, keduanya perlu dihubungkan dengan konjungsi yang. Dengan demikian, batasan subyek kalimat tersebut menjadi jelas, bahwa rangkaian LCD 16x2 yang dimaksudkan di sini adalah yang digunakan untuk menampilkan data golongan darah manusia. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut juga berupa kesalahan penempatan konjungsi yang. Yang mampu menampilkan 16 kolom dan 2 baris karakter adalah rangkaian LCD 16x2, bukan data golongan darah manusia. Oleh karena itu, konjungsi yang tersebut harus ditiadakan.
Rangkaian LCD 16x2 yang digunakan untuk menampilkan data golongan darah manusia mampu menampilkan 16 kolom dan 2 baris karakter.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 176
Pengujian yang dilakukan dengan menyamakan tabel kebenaran dari gerbang AND. (IV/TE/13/48/2/2)
168. Pengujian yang dilakukan dengan menyamakan tabel kebenaran dari gerbang NAND. (IV/TE/13/43/1/2)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi penjelas yang secara tidak tepat. Akibatnya, kalimat tersebut hanya terdiri dari subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi yang harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Pengujian dilakukan dengan menyamakan tabel kebenaran dari gerbang AND.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi penjelas yang secara tidak tepat. Akibatnya, kalimat tersebut hanya terdiri dari subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi yang harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Pengujian dilakukan dengan menyamakan tabel kebenaran dari gerbang NAND.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 177
9. Konjungsi Penyamaan: adalah, ialah, yaitu, yakni No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
169. Kunyit (Curcuma domestica), dengan kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri, berfungsi untuk pengobatan berbagai penyakit seperti yaitu anti inflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi[1]. (I/TE/2013/H6/P1/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi yaitu. Anti inflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi adalah contoh dari beberapa penyakit yang dapat diobati dengan kunyit (Curcuma domestica), yang memiliki kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri. Agar menjadi kohesif, frase-frase tersebut cukup dihubungkan dengan konjungsi pencontohan seperti.
Perbaikan Kunyit (Curcuma domestica), dengan kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri, berfungsi untuk pengobatan berbagai penyakit, seperti anti inflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi[1].
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 178
10. Konjungsi Konsesif (Perlawanan): tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, sebaliknya, sedangkan, padahal No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
170. Pada mode single conversion, pengguna harus mengaktifkan setiap kali ADC akan digunakan. Sedangkan pada mode free running, pengguna cukup sekali mengaktifkan, sehingga ADC akan terus mengkonversi tanpa henti. (I/TE/2013/H16-17/P2/K5-6) 171. Subsistem perangkat keras terdiri dari minimum sistem untuk mikrokontroler AVR ATmega8535, LCD Karakter, Penyearah 12V, indikator LED, tombol on/off, tombol reset serta dimensi dan ukuran tempat alat ukur. Sedangkan untuk subsistem perangkat lunak, berhubungan dengan program yang akan digunakan untuk menjalankan sistem ini.
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan tidak dapat diletakkan di antara kalimat dan kalimat. Konjungsi sedangkan seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa.
Pada mode single conversion, pengguna harus mengaktifkan setiap kali ADC akan digunakan, sedangkan pada mode free running, pengguna cukup sekali mengaktifkan, sehingga ADC akan terus mengkonversi tanpa henti.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan tidak dapat diletakkan di antara kalimat dan kalimat. Konjungsi sedangkan seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa.
Subsistem perangkat keras terdiri dari minimum sistem untuk mikrokontroler AVR ATmega8535, LCD Karakter, Penyearah 12V, indikator LED, tombol on/off, tombol reset serta dimensi dan ukuran tempat alat ukur, sedangkan subsistem perangkat lunak berhubungan dengan program yang akan digunakan untuk menjalankan sistem ini.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 179
(I/TE/2013/H25/P2/K2-3) 172. Minimum sistem yang berisi mikrokontroler ATmega8535 digunakan untuk mengolah data analog yang diterima oleh sensor fototransistor menuju data digital melalui ADC sebelum ditampilkan ke layar LCD. Sedangkan indikator LED digunakan untuk mengetahui tempat kuvet sudah siap digunakan atau belum.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan tidak dapat diletakkan di antara kalimat dan kalimat. Konjungsi sedangkan seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa.
Minimum sistem yang berisi mikrokontroler ATmega8535 digunakan untuk mengolah data analog yang diterima oleh sensor fototransistor menuju data digital melalui ADC sebelum ditampilkan ke layar LCD, sedangkan indikator LED digunakan untuk mengetahui tempat kuvet sudah siap digunakan atau belum.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa kekurangan konjungsi sedangkan. Klausa kedua kalimat tersebut mempertentangkan klausa pertama. Oleh karena itu, keduanya perlu dihubungkan dengan konjungsi pertentangan sedangkan.
Penyearah 12V ini terdiri dari dioda bridge untuk menghasilkan gelombang penuh, kapasitor 2200uF dan 100nF, sedangkan IC7812 dan IC7912 digunakan untuk menghasilkan tegangan arus searah keluaran sebesar +12 volt, -12 volt.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan
Dalam kotak akan diisi dengan halogen, lensa cembung, kisi
(I/TE/2013/H26-27/P5/K1-2) 173. Penyearah 12V ini terdiri dari dioda bridge untuk menghasilkan gelombang penuh, kapasitor 2200uF dan 100nF, [ ] IC7812 dan IC7912 digunakan untuk menghasilkan tegangan arus searah keluaran sebesar +12 volt, -12 volt.
(I/TE/2013/H34-35/P2/K2) 174. Dalam kotak akan diisi dengan halogen, lensa cembung, kisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 180
difraksi, kuvet, dan fototransistor. …. Sedangkan untuk rangkaian dalam kotak akan diisi minimum sistem ATmega8535, serta penyearah 12V. (I/TE/2013/H35/P1/K2,4) 175. Pengukuran saat ada kuvet berisi kurkumin akan dilakukan 5 kali memasukkan kuvet sehingga diperlukan tombol reset yang digunakan untuk mengaktifkan kembali pengukuran sampel kurkumin. Sedangkan pengukuran saat tidak ada kuvet sudah otomatis akan disimpan.
sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan tidak dapat diletakkan di antara kalimat dan kalimat. Konjungsi sedangkan seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa.
difraksi, kuvet, dan fototransistor, sedangkan untuk rangkaian dalam kotak akan diisi minimum sistem ATmega8535, serta penyearah 12V.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan tidak dapat diletakkan di antara kalimat dan kalimat. Konjungsi sedangkan seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa.
Pengukuran saat ada kuvet berisi kurkumin akan dilakukan 5 kali memasukkan kuvet sehingga diperlukan tombol reset yang digunakan untuk mengaktifkan kembali pengukuran sampel kurkumin, sedangkan pengukuran saat tidak ada kuvet secara otomatis akan disimpan.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Kumparan ABCD yang terletak dalam medan magnet serba sama dengan kedudukan sisi aktif AD dan CB yang terletak tepat lurus arah fluks magnet sedangkan sisi AB dan DC yang ditahan pada bagian tengahnya, apabila sisi AD dan CB berputar karena adanya
(I/TE/2013/H37/P3/K3-4) 176. Mesin pencuci piring yang telah ada hanya menyemprotkan air dan sabun tanpa menggosok permukaan piring [2]. Sedangkan menurut penulis cara ini tidaklah efektif dengan jenis makanan di Indonesia yang rata-rata bersifat lengket dan tidak mudah dihilangkan, misalnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 181
nasi maupun sambal kacang.
gaya Lorentz, kumparan ABCD akan ikut berputar.
(II/TE/2013/H1/P2/K3-4) 177. Tujuan perancangan ini adalah membuat alat pencuci piring semi otomatis yang dilengkapi dengan penggosok permukaan piring. Sedangkan manfaat alat ini membantu dan memudahkan pekerjaan ibu rumahtangga maupun UKM dibidang kuliner, karena dilakukan secara semi otomatis.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Tujuan perancangan ini adalah membuat alat pencuci piring semi otomatis yang dilengkapi dengan penggosok permukaan piring, sedangkan manfaat alat ini yakni membantu dan memudahkan pekerjaan ibu rumahtangga maupun UKM di bidang kuliner, karena dapat dioperasikan secara semi otomatis.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Kumparan ABCD yang terletak dalam medan magnet serba sama dengan kedudukan sisi aktif AD dan CB yang terletak tepat lurus arah fluks magnet, sedangkan sisi AB dan DC ditahan pada bagian tengahnya. Apabila sisi AD dan CB berputar karena adanya gaya Lorentz, kumparan ABCD akan ikut berputar.
(II/TE/2013/H2/P1/K1-2) 178. Kumparan ABCD [ ] terletak dalam medan magnet serba sama dengan kedudukan sisi aktif AD dan CB yang terletak tepat lurus arah fluks magnet. Sedangkan sisi AB dan DC ditahan pada bagian tengahnya, sehingga apabila sisi AD dan CB berputar karena adanya gaya Lorentz, maka kumparan, maka kumparan ABCD akan berputar. (II/TE/2013/H9/P1/K1-2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 182
179. Pada diode biasa, energi dikeluarkan dalam bentuk panas. Tetapi pada LED, energi dikeluarkan dalam bentuk sinar. (II/TE/2013/H12/P1/K3)
180. Besarnya kapasitansi, disesuaikan dengan spesifikasi rekomendasi datasheet ATmega8535 yaitu 22pF. Sedangkan kristal yang digunakan adalah 12 MHz. (II/TE/2013/H18/P2/K1)
181. Tombol pilihan ini akan diproses di dalam mikrokontroler. Sedangkan tombol pilihan dirancang juga sebagai tombol start yang berfungsi
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi tetapi sebagai penghubung antarkalimat. Tetapi bukan merupakan penghubung antarkalimat, melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi tetapi tidak dapat diletakkan di antara kalimat dan kalimat. Konjungsi akan tetapi seharusnya diletakkan di antara klausa dan klausa. Selain itu, subyek kedua kalimat tersebut berupa dua hal yang berbeda. Subyek pertama adalah diode biasa dan subyek kedua adalah LED. Oleh karena itu, untuk mempertentangkan dua klausa yang memiliki subyek berbeda, lebih tepat jika digunakan konjungsi sedangkan.
Pada diode biasa, energi dikeluarkan dalam bentuk panas, sedangkan pada LED, energi dikeluarkan dalam bentuk sinar.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Besarnya kapasitansi, disesuaikan dengan spesifikasi rekomendasi datasheet ATmega8535 yaitu 22pF sedangkan kristal yang digunakan adalah 12 MHz.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat
Tombol pilihan ini akan diproses di dalam mikrokontroler, sedangkan tombol pilihan dirancang juga sebagai tombol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 183
untuk memulai proses. (II/TE/2013/H19/P1/K3)
182. Hasil implementasi pada alat yang dirancang ini menggunakan enam buah motor dan enam buah pompa air yang biasa digunakan di akuarium. Sedangkan untuk mengaktifkan motor menggunakan rangkaian transistor yang digunakan sebagai pengaktif. Untuk mengedalikan pompa air menggunakan rangkaian relay.
melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
start yang berfungsi untuk memulai proses.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Hasil implementasi pada alat yang dirancang ini menggunakan enam buah motor dan enam buah pompa air yang biasa digunakan di akuarium, sedangkan untuk mengaktifkan motor digunakan rangkaian transistor sebagai pengaktif.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Sama halnya dengan pengujian rangkaian resistor, rangkaian relay menggunakan dua buah resistor 10k untuk membagi tegangan sehingga masukan untuk rangkaian relay menjadi 5V seperti terlihat di gambar 4.4, sedangkan gambar 4.5 menunjukan resistor yang berfungsi sebagai pembagi
(II/TE/2013/H30/K2) 183. Sama hal nya dengan pengujian rangkaian resistor, rangkaian relay menggunakan dua buah resistor 10k untuk pembagi tegangan sehingga masukan untuk rangkaian relay menjadi 5V.seperti terlihat di gambar 4.4. Sedangkan gambar 4.5 menunjukan resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan sehingga masukan untuk relay menjadi 5V.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 184
tegangan sehingga masukan untuk relay menjadi 5V.
(II/TE/2013/H34/P2/K2-3) 184. Pengecekan push button dilakukan dengan cara mengukur tegangan pada kakikakinya, ketika push button ditekan maka tegangan yang terukur 5v namun ketika pushbutton tanpa ditekan tegangan 0.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi namun sebagai penghubung intrakalimat. Namun bukan merupakan penghubung intarkalimat melainkan penghubung antrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi namun harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
Pengecekan push button dilakukan dengan mengukur tegangan pada kaki-kakinya. Ketika push button ditekan, tegangan yang terukur 5v. Namun ketika pushbutton tanpa ditekan, tegangan 0.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Sub sistem ini terkadang tidak bekerja dikarenakan ada kabel yang tidak terhubung dengan baik, sedangkan untuk menjalankan motor, pompa sabun, pompa air telah bekerja dengan baik.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di
LCD karakter adalah LCD yang tampilannya terbatas pada tampilan karakter khususnya karakter ASCII (seperti karakterkarakter yang tercetak pada keyboard komputer) sedangkan
(II/TE/2013/H35-36/N4.3/K3) 185. Sub sistem ini terkadang tidak bekerja dikarenakan adanya kabel yang tidak terhubung dengan baik. Sedangkan untuk menjalankan motor, pompa sabun, pompa air telah bekerja dengan baik. (II/TE/2013/H37/N5.1/K1) 186. LCD karakter adalah LCD yang tampilannya terbatas pada tampilan karakter, khususnya karakter ASCII (seperti karakter-karakter yang tercetak pada keyboard komputer). Sedangkan LCD grafik, adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 185
LCD yang tampilannya tidak terbatas, bahkan dapat menampilkan foto.
antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
LCD grafik adalah LCD yang tampilannya tidak terbatas, bahkan dapat menampilkan foto.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi sedangkan harus diletakkan di antara klausa dan klausa, bukan di antara kalimat dan kalimat.
Pada Gambar 4.19 sampel darah sensor B menunjukan terjadinya proses aglutinasi pada titik 2 sehingga jenis golongan darah sampel “Cornelius Florry S” adalah golongan darah B sedangkan Gambar 4.20 sampel “Totok Dwi A” yang terdapat pada sensor D, tidak terjadi aglutinasi pada kedua titik sehingga golongan darah yang ditampilkan adalah golongan darah O.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi namun sebagai penghubung intrakalimat. Namun bukan merupakan penghubung intarkalimat melainkan penghubung antrakalimat. Oleh karena itu konjungsi namun harus diganti dengan penghubung intrakalimat yang juga menyatakan
Peralatan otomatis yang sekarang ini digunakan tidak hanya terbatas pada mesin-mesin pada perusahan saja tetapi hampir semua alat yang digunakan manusia adalah suatu peralatan otomatis yang siap pakai dalam kehidupan sehari-
(III/TE/2013/H22/P2/K2-3) 187. Pada Gambar 4.19 sampel darah sensor B menunjukan terjadinya proses aglutinasi pada titik 2 sehingga jenis golongan darah sampel “Cornelius Florry S” adalah golongan darah B. Sedangkan Gambar 4.20 sampel “Totok Dwi A” yang terdapat pada sensor D, tidak terjadi aglutinasi pada kedua titik sehingga golongan darah yang ditampilkan adalah golongan darah O.
(III/TE/2013/H58/P1/K1-2) 188. Peralatan otomatis yang digunakan sekarang ini tidak hanya terbatas pada mesin-mesin pada perusahan saja, namun hampir semua alat yang digunakan manusia adalah suatu peralatan otomatis yang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 186
hubungan perlawanan, yakni tetapi.
hari.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Oleh karena itu konjungsi sedangkan harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Posisi jangkar pada gambar 2.3 (b), akan menghasilkan tegangan induksi nol.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi namun sebagai penghubung intrakalimat. Namun bukan merupakan penghubung intarkalimat melainkan penghubung antrakalimat. Oleh karena itu konjungsi namun harus diganti dengan penghubung intrakalimat yang juga menyatakan hubungan perlawanan, yakni tetapi.
Bila dilepas dari sumber listrik, medan magnet yang ada dikumparan stator akan hilang, tetapi masih ada medan magnet di rotor yang biasa disebut dengan remanensi.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi sedangkan sebagai penghubung antarkalimat. Sedangkan bukan merupakan penghubung antarkalimat melainkan penghubung intrakalimat. Oleh karena itu konjungsi sedangkan harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
MCB ke 2 digunakan sebagai sistem keamanan pada motor induksi atau penggerak utama.
(IV/TE/2013/H1/P1/K5) 189. Sedangkan posisi jangkar pada Gambar 2.3 (b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. (V/TE/2013/H6/P3/K5)
190. Bila dilepas dari sumber listrik, maka medan magnet yang ada dikumparan stator hilang, namun medan magnet di rotor masih ada yang biasa disebut dengan remanensi. (V/TE/2013/H12/P1/K3) 191. Sedangkan MCB ke 2 digunakan sebagai sistem keamanan pada motor induksi atau penggerak utama. (V/TE/2013/H24/P1/K4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 187
192. Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan pengujian menggunakan kapasitor 6μF dan 8μF, namun arus buta yang dihasilkan sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil. (V/TE/2013/H31/P1/K3)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi namun sebagai penghubung intrakalimat. Namun bukan merupakan penghubung intarkalimat melainkan penghubung antrakalimat. Dengan kata lain, konjungsi namun seharusnya diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan pengujian menggunakan kapasitor 6μF dan 8μF. Namun, arus buta yang dihasilkan sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 188
11. Konjungsi Syarat: jika, jikalau, kalau, asal(kan), bila, bilamana, apabila
No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
193. Jika kedua bit tersebut bernilai 0, maka Ocn berfungsi sebagai pin biasa, apabila salah satu bit bernilai 1, maka fungsi dari Ocn bergantung pada pengaturan bit WGMn. (II/TE/2013/H7/P2/K2) 194. Pada pengujian berbeban dengan variasi kapasior 4μF, 6μF, dan 8μF, jika semakin besar beban yang diberikan pada generator, maka lampu pijar beban akan semakin redup. (V/TE/2013/H36/P3/K1)
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi apabila sebagai penghubung intrakalimat. Apabila bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi apabila tidak diletakkan di antara klausa dan klausa. Konjungsi apabila diletakkan di antara kalimat dan kalimat.
Jika kedua bit tersebut bernilai 0, OCn berfungsi sebagai pin biasa. Apabila salah satu bit bernilai 1, fungsi dari OCn bergantung pada pengaturan bit WGMn.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jika dan maka secara bersamaan dalam satu kalimat. Akibatnya, kalimat majemuk bertingkat tersebut tidak memiliki induk kalimat atau hanya terdiri dari anak kalimat. Agar menjadi kohesif, konjungsi jika harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Pada pengujian berbeban dengan variasi kapasior 4μF, 6μF, dan 8μF, semakin besar beban yang diberikan pada generator, maka lampu pijar beban akan semakin redup.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 189
12. Konjungsi Tujuan: supaya, agar, biar, untuk, guna No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya.
Perancangan sistem hardware dan software. Tahap ini bertujuan mencari suatu sistem yang akan dibuat dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang telah ditentukan.
Perhitungan persentase kadar kurkumin pada perancangan ini bertujuan mendapatkan persentase kadar kurkumin yang sesuai dengan spektrofotometer standar yang telah ada.
(I/TE/2013/H22/P4/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya.
197. Dengan demikian pengukuran kadar kurkumin harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar supaya tidak
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi agar dan supaya secara bersamaan. Kedua-duanya samasama menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu,
Dengan demikian, pengukuran kadar kurkumin harus segera dilakukan setelah ekstrak kunyit dibuat agar tidak mengalami
195. Perancangan sistem hardware dan software. Tahap ini bertujuan untuk mencari suatu sistem yang akan dibuat dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang telah ditentukan. (I/TE/2013/H1/P3/Nc) 196. Perhitungan persentase kadar kurkumin pada perancangan ini bertujuan untuk mendapatkan persentase kadar kurkumin yang sesuai dengan spektrofotometer standar yang telah ada.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 190
mengalami perubahan kadar kurkumin.
cukup salah satu saja yang digunakan, entah itu agar atau supaya.
perubahan kadar kurkumin.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata tujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata tujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata tujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya.
Pengujian kestabilan sistem dilakukan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase perancangan ini. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Perancangan ini menggunakan rangkaian tombol dengan logika tinggi seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.7.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului
Selama proses pengerjaan alat, terjadi perubahan perancangan di mana ditambahkan toggle untuk memilih kotak yang akan dihidupkan. Hal ini dilakukan
(I/TE/2013/H60/P3/K3) 198. Pengujian kestabilan sistem dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak. (I/TE/2013/H69/P2/K1) 199. Untuk perancangan ini menggunakan rangkaian tombol dengan logika tinggi ditunjukkan pada Gambar 3.7. (II/TE/2013/H19/P1/K4)
200. Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan perancangan dimana ditambahkan toggle untuk memilih kotak yang akan dihidupkan, hal ini bertujuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 191
untuk penghematan agar hanya oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika kotak yang digunakan saja yang ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi aktif. untuk tidak perlu mengikutinya.
untuk penghematan, agar hanya kotak yang digunakan saja yang aktif.
(II/TE/2013/H19/K2) 201. Untuk diagram alur perancangan utama dapat dilihat pada gambar 3.14. (II/TE/2013/H24/P2/K1)
202. Untuk jumlah pilihan kotak ada tiga yaitu untuk kotak pertama yang diinisialisasikan start1, kotak kedua diinisialisaikan start2, kotak ketiga diinisialisasikan start3. (II/TE/2013/H28/P2/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Diagram alur perancangan utama tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di dapat dilihat pada gambar 3.14. depan frase diagram alur perancangan utama. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase jumlah pilihan kotak ada tiga. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan lainnya adalah penggunaan konjungsi untuk sebagai penunjuk kotak pertama …, kotak kedua …, dan kotak ketiga … Konjungsi untuk menyatakan makna tujuan, bukan sebagai penunjuk. Agar kalimat tersebut menjadi kohesif,
Jumlah pilihan kotak ada tiga, yaitu kotak pertama yang diinisialisasikan start1, kotak kedua diinisialisaikan start2, dan kotak ketiga diinisialisasikan start3.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 192
konjungsi untuk harus ditiadakan. 203. Proses awal program dimulai dengan penginisialisasi port-port dan variabel-variabel yang digunakan, ketika masuk ke checking start untuk memilih kotak mana yang akan digunakan telah berhasil, maka akan mengecek keproses pengecekan velocity yang bertujuan untuk memilih waktu yang akan digunakan. Pilihan velocity terdapat slow dan fast ketika salah satu pilihan di tekan maka proses pencucian
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya.
Proses awal program dimulai dengan penginisialisasi port-port dan variabel-variabel yang digunakan. Ketika masuk ke checking start untuk memilih kotak mana yang akan digunakan telah berhasil, pengecekan akan berlanjut ke velocity untuk memilih waktu yang akan digunakan. Pilihan velocity terdapat slow dan fast ketika salah satu pilihan di tekan, proses pencucian akan dimulai.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk diikuti kata sifat lebih jelas. Konjungsi untuk lazim diikuti kata atau frase kerja, bukan kata atau frase sifat. Oleh karena itu konjungsi untuk sebaiknya diganti dengan konjungsi agar atau supaya. Ketiganya memang sama-sama menyatakan makna tujuan. Namun, agar atau supaya lazim diikuti kata atau frase sifat dan benda.
Agar lebih jelas, pemilihan bit saluran pembacaan ADC dapat dilihat pada tabel 2.4.
(II/TE/2013/H36/N4.3/K5) 204. Untuk lebih jelasnya pemilihan bit saluran pembacaan ADC dapat dilihat pada Tabel 2.4. (III/TE/2013/H14/Nc)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 193
205. Untuk lebih jelasnya simbol penguat operasional dapat dilihat pada Gambar 2.7. (III/TE/2013/H15/P1/K5)
206. Untuk lebih jelasnya penguat rangkaian pembalik dapat dilihat pada Gambar 2.8. (III/TE/2013/H16/P2/K4)
207. Perancangan rangkaian reset bertujuan untuk memaksa proses kerja pada mikrokontroler dapat diulang dari awal. (III/TE/2013/H34/P1/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk diikuti kata sifat lebih jelas. Konjungsi untuk lazim diikuti kata atau frase kerja, buka kata atau frase sifat. Oleh karena itu konjungsi untuk sebaiknya diganti dengan konjungsi agar atau supaya. Ketiganya memang sama-sama menyatakan makna tujuan. Namun, agar atau supaya lazim diikuti kata atau frase sifat dan benda.
Supaya lebih jelas, simbol penguat operasional dapat dilihat pada gambar 2.7.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk diikuti kata sifat lebih jelas. Konjungsi untuk lazim diikuti kata atau frase kerja, bukan kata atau frase sifat. Oleh karena itu konjungsi untuk sebaiknya diganti dengan konjungsi agar atau supaya. Ketiganya memang sama-sama menyatakan makna tujuan. Namun, agar atau supaya lazim diikuti kata atau frase sifat dan benda.
Agar lebih jelas, penguat rangkaian pembalik dapat dilihat pada gambar 2.8.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika
Perancangan rangkaian reset bertujuan memaksa proses kerja pada mikrokontroler dapat diulang dari awal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 194
ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya. 208. Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan sistem yang diimplementasikan telah memenuhi spesifikasi yang telah direncanakan sebelumnya. (III/TE/2013/H39/P1/K2)
209. Untuk persamaan perhitungan nilai tegangan referensi sensor adalah sebagai berikut : (III/TE/2013/H51/K4)
210. Untuk lebih jelasnya batas nilai tegangan referensi saat tidak terjadi proses aglutinasi dan saat terjadi proses aglutinasi dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata tujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata tujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata tujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya.
Tujuan pengujian ini adalah membuktikan sistem yang diimplementasikan telah memenuhi spesifikasi yang direncanakan sebelumnya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase persamaan perhitungan nilai tegangan referensi sensor. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Persamaan perhitungan nilai tegangan referensi sensor adalah sebagai berikut:
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk diikuti kata sifat lebih jelas. Konjungsi untuk lazim diikuti kata atau frase kerja. Oleh karena itu, konjungsi untuk harus diganti dengan konjungsi agar atau supaya. Ketiganya memang sama-sama
Supaya lebih jelas, batas nilai tegangan referensi saat tidak terjadi proses aglutinasi dan saat terjadi proses aglutinasi dapat dilihat pada tabel 4.7.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 195
(III/TE/2013/H52/P1/K3)
211. Batas nilai maksimum ADC sensor A1 sebesar 550 dan untuk sensor A2 sebesar 500. (III/TE/2013/H55/P1/K5)
212. Untuk perhitungan nilai tegangan dan pengubahan kedalam nilai ADC dapat dilihat pada Tabel 4.11. (III/TE/2013/H56/P1/K5)
213. Untuk sensor D pada titik 1 dan titik 2 mendapatkan nilai tegangan yang kurang dari tegangan referensi sehingga hasil untuk sensor D adalah golongan darah O. (III/TE/2013/H57/P1/K6)
menyatakan makna tujuan. Namun, agar atau supaya lazim diikuti kata atau frase benda dan sifat. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk. Kalimat tersebut tidak membutuhkan penghubung yang menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu, sebaiknya konjungsi untuk ditiadakan dari kalimat tersebut.
Batas nilai maksimum ADC sensor A1 sebesar 550 dan sensor A2 sebesar 500.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase perhitungan nilai tegangan dan pengubahan kedalam nilai ADC. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Perhitungan nilai tegangan dan pengubahan kedalam nilai ADC dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase sensor D pada titik 1 dan titik 2. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk
Sensor D pada titik 1 dan titik 2 mendapatkan nilai tegangan yang kurang dari tegangan referensi sehingga hasil untuk sensor D adalah golongan darah O.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 196
harus ditiadakan dari kalimat tersebut. 214. Untuk hasil pengujian golongan darah manusia pada penampil LCD 16x2 dapat dilihat pada Gambar 4.18. (III/TE/2013/H57/P1/K7)
215. Untuk Pembuktian pengujian sampel darah manusia secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.12. (III/TE/2013/H58/P1/K3)
216. untuk penjelasan input-output gerbang ini lihat datasheet dalam lampiran. (IV/TE/2013/H7/P1/K4)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase hasil pengujian golongan darah manusia pada penampil LCD 16x2. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Hasil pengujian golongan darah manusia pada penampil LCD 16x2 dapat dilihat pada gambar 4.18.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase pembuktian pengujian sampel darah manusia secara keseluruhan. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut.
Pembuktian pengujian sampel darah manusia secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di depan frase penjelasan input-output gerbang ini. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak
Penjelasan input-output gerbang ini dapat dilihat pada datasheet dalam lampiran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 197
memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut. 217. untuk penjelasan input-output gerbang ini lihat datasheet dalam lampiran. (IV/TE/2013/H9/P1/K4)
218. untuk penjelasan inputoutput gerbang ini lihat datasheet dalam lampiran. (IV/TE/2013/H10/P1/K6)
219. Selain itu, tersedia juga fasilitas reset yang bertujuan untuk memaksa proses kerja pada mikrokontroler diulang dari awal. (IV/TE/2013/H26/P2/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Penjelasan input-output gerbang tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di ini dapat dilihat pada datasheet depan frase penjelasan input-output gerbang dalam lampiran. ini. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Penjelasan input-output gerbang tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk di ini dapat dilihat pada datasheet depan frase penjelasan input-output gerbang dalam lampiran. ini. Frase tersebut seharusnya menjadi subyek kalimat. Namun, karena telah didahului oleh konjungsi untuk, kalimat tersebut akhirnya tidak memiliki subyek. Agar menjadi kohesif, konjungsi untuk harus ditiadakan dari kalimat tersebut. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi
Selain itu, tersedia juga fasilitas reset yang bertujuan mengulang proses kerja pada mikrokontroler dari awal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 198
untuk tidak perlu mengikutinya. 220. Dengan adanya listrik, daerah-daerah tersebut tidak ketinggalan dalam memperoleh informasi yang bertujuan untuk memajukan daerah dan dapat meningkatkan produktifitas masyarakatnya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya.
Dengan adanya listrik, daerah-daerah tersebut tidak ketinggalan dalam memperoleh informasi yang bertujuan memajukan daerah dan dapat meningkatkan produktivitas masyarakatnya.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi untuk tidak perlu mengikutinya.
MCB 1 dihubungkan dengan instalasi beban yang bertujuan mencegah kerusakan beban.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi untuk mengikuti kata bertujuan. Sebenarnya, konjungsi untuk sudah menyatakan makna tujuan. Oleh karena itu konjungsi untuk tidak boleh didahului oleh kata bertujuan. Begitupun sebaliknya, jika ingin menggunakan kata bertujuan, konjungsi
Proses pengujian ini bertujuan mengetahui slip mula-mula generator induksi.
(V/TE/2013/H1/P2/K2) 222. MCB 1 dihubungkan dengan instalasi beban yang bertujuan untuk mencegah kerusakan beban. (V/TE/2013/H24/P1/K2)
223. Proses pengujian ini bertujuan untuk mengetahui slip mula-mula generator induksi. (V/TE/2013/H25/P4/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 199
untuk tidak perlu mengikutinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 200
13. Konjungsi Waktu: setelah, sebelumnya, terlebih dahulu, telah No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
224. Dari pantulan tersebut cahaya monokromatis akan diterima oleh sensor fototransistor setelah sebelumnya melewati larutan berwarna terlebih dahulu. (I/TE/2013/1/H2/P2/K1) 225. Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode: b. Studi kasus terhadap alat yang telah dibuat sebelumnya. Tahap ini dilakukan guna memahami prinsip kerja dari alat yang telah dibuat sebelumnya. (I/TE/2013/H3/N1.4b)
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi setelah, sebelumnya dan terlebih dahulu secara bersamaan. Ketiganya sama-sama menyatakan hubungan waktu berurutan. Agar kalimat tersebut menjadi kohesif, dari antara ketiganya, cukup salah satu saja yang digunakan.
Dari pantulan tersebut, cahaya monokromatis akan diterima oleh sensor fototransistor setelah melewati larutan berwarna.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi telah dan sebelumnya secara bersamaan. Keduanya samasama menyatakan hubungan waktu berurutan. Agar kalimat tersebut menjadi kohesif, dari antara keduannya, cukup salah satu saja yang digunakan.
Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode: b. studi kasus terhadap alat yang dibuat sebelumnya. Tahap ini dilakukan guna memahami prinsip kerja dari alat yang telah dibuat.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 201
14. Konjungsi Simpulan: jadi, berarti, singkatnya, pendeknya, pada umumnya, kesimpulannya No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
226. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.
Analisis Ya Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jadi sebagai penghubung intrakalimat. Jadi bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi jadi harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
Pada dasarnya, prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker. Jadi, buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet. Kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma, setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar dan akan menghasilkan suara.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jadi sebagai penghubung intrakalimat. Jadi bukan
Ujung kanan R1adalah ground tegangan. Jadi besarnya tegangan masukan adalah … (rumus)
(I/TE/2013/H13/P1/K2) 227. Ujung kanan R1adalah ground tegangan, jadi besarnya tegangan masukan adalah … (rumus)
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 202
(III/TE/2013/H17/P1/K2)
merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi jadi harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
228. Hasil pengujian IC tipe 7408 sudah dikatakan “ BERHASIL” dikarenakan setelah melakukan 4 pengujian gerbang logika hasilnya “GOOD” jadi IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND. . (IV/TE/2013/H43/K1)
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jadi sebagai penghubung intrakalimat. Jadi bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi jadi harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
Hasil pengujian IC tipe 7408 dikatakan “ BERHASIL” apabila telah dilakukan 4 pengujian gerbang logika dan hasilnya “GOOD”. Jadi, IC tersebut tidak rusak dan sesuai dengan tabel kebenaran AND.
229. Generator adalah mesin pembangkit tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik, jadi generator berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa penggunaan konjungsi jadi sebagai penghubung intrakalimat. Jadi bukan merupakan penghubung intrakalimat, melainkan penghubung antarkalimat. Dengan kata lain, konjungsi jadi harus diletakkan di antara kalimat dan kalimat, bukan di antara klausa dan klausa.
Generator adalah mesin pembangkit tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik. Jadi, generator berfungsi mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga listrik.
(V/TE/2013/H4/P1/K1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 203
B. KOHESI LEKSIKAL
I. REPETISI No.
Data Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi
Analisis Ya Keterangan
230. Pada perancangan awal pada bab III menunjukkan bahwa ADC menggunakan resolusi 8 bit. (I/TE/2013/H46/P2/K1)
231. Cara menggunakan alat ukur kadar kurkumin menggunakan monokromator kisi difraksi ini dimulai dengan menekan tombol on/off yang berada pada bagian depan alat. (I/TE/2013/H47/P1/K1)
Perbaikan
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat Perancangan awal pada bab III tersebut berupa pengulangan kata depan pada. menunjukkan bahwa ADC Kata depan pada pertama mendahului frase benda menggunakan resolusi 8 bit. perancangan awal bab III yang seharusnya menjadi subyek kalimat tersebut. Akibatnya, kalimat tersebut kehilangan subyek. Agar menjadi kohesif, kalimat tersebut cukup menggunakan kata depan pada yang kedua. Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pengulangan kata kerja menggunakan. Kata tersebut digunakan secara berlebihan sehingga melanggar prinsip penghematan kata. Makna kalimat tersebut pun tidak akan berubah seandainya kata menggunakan tidak digunakan. Oleh karena itu, kata tersebut sebaiknya ditiadakan.
Cara menggunakan alat ukur kadar kurkumin monokromator kisi difraksi ini dimulai dengan menekan tombol on/off yang berada pada bagian depan alat.
Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 204
232. Pengukuran sampel kunyit ini dilakukan pada lima sampel kunyit dari daerah yang berbeda. (I/TE/2013/H55/P4/K2)
233. Berbeda saat pengukuran pada sampel kunyit dilakukan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan kuvet, hasil keluaran tegangan yang didapatkan akan berbeda. (1/TE/2013/H61/P1/K4) 234. Pengujian alat ukur dapat dinyatakan berhasil karena alat ukur dapat membedakan besar absorban yang didapat baik absorban sampel kurkumin dengan absorban larutan kunyit sesuai dengan urutan absorban
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pengulangan frase benda sampel kunyit. Frase tersebut digunakan secara berlebihan sehingga melanggar prinsip penghematan. Makna kalimat tersebut pun tidak akan berubah seandainya frase sampel kunyit tidak digunakan. Meskipun langsung ditulis pengukuran ini, pembaca sudah memahami bahwa yang dimaksud adalah pengukuran sampel kunyit. Oleh karena itu, frase tersebut sebaiknya ditiadakan.
Pengukuran ini dilakukan pada lima sampel kunyit dari daerah yang berbeda.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pengulangan kata sifat berbeda. Kata tersebut digunakan secara berlebihan sehingga melanggar prinsip penghematan kata. Selain itu, berbeda yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah hasil keluaran tegangan, bukan cara pengukuran yang dilakukan. Oleh karena itu, kata sifat tersebut sebaiknya ditiadakan.
Saat pengukuran pada sampel kunyit dilakukan dengan memasukkan dan mengeluarkan kuvet, hasil keluaran tegangan yang didapatkan akan berbeda.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pengulangan frase benda alat ukur dan kata keterangan dapat. Frase dan kata tersebut digunakan secara berlebihan sehingga melanggar prinsip penghematan. Jika frase alat ukur ditiadakan, makna kalimat pun tidak akan berubah karena melalui kalimat-kalimat
Pengujian dinyatakan berhasil karena alat ukur mampu membedakan besar absorban yang didapat, baik absorban sampel kurkumin maupun absorban larutan kunyit sesuai urutan absorban spektrofotometer
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 205
spektrofotometer standar. (I/TE/2013/H61/P2/K3)
235. Perolehan penguatan tegangan (AV) diperoleh dengan membagi Vout dengan Vin (III/TE/2013/H17/P1/K4)
sebelumnya pembaca telah mengetahui bahwa pengujian yang dimaksud adalah pengujian terhadap alat ukur. Kata keterangan dapat juga bisa diganti dengan sinonimnya, yakni mampu, sehingga tidak terjadi pengulangan kata yang sama secara berlebihan.
standar.
Kesalahan penanda kohesi dalam kutipan kalimat tersebut berupa pengulangan kata benda perolehan menjadi diperoleh. Keduanya samasama menyatakan makna dapat/peroleh. Oleh karena itu, cukup salah satu saja yang digunakan dalam kalimat tersebut.
Penguatan tegangan (AV) diperoleh dengan membagi Vout dengan Vin.
Yogyakarta, 16 Oktober 2014
(
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIODATA PENULIS
Rinaldus Beatus Jo lahir di Halilulik pada tanggal 16 Oktober 1990. Memulai pendidikan formal di SDI Tulamalae Atambua pada tahun 1996. Pada tahun 2002, setelah
menamatkan
pendidikan
sekolah
dasar,
melanjutkan masa pendidikan ke SMPK Don Bosco Atambua hingga tahun 2005. Memulai masa pendidikan calon imam di SMA Seminari Sta. Maria Immaculata Lalian pada tahun 2005 dan dinyatakan lulus pada tahun 2009. Sempat meneruskan masa pendidikan calon imam di Seminari Berthinianum MSF Salatiga hingga tahun 2010. Mengambil konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma pada tahun 2010 dan dinyatakan lulus pada tahun 2015 dengan skripsi berjudul Jenis Kesalahan Penggunaan Penanda Kohesi Dalam Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013.
206