PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI DALAM MENGIKUTIPELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD SANG TIMUR, SD JOANNES BOSCO, DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Maria Gabriela Kale NIM: 101124040
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dari hati yang tulus, kupersembahkan skripsi ini kepada Hati Terkudus Tuhan Yesus, Guru dan Sahabatku, Pendamping dan Penolong Utama dalam penulisan skripsi ini. Bunda Maria Penolong Abadi yang selalu setia membimbing, menuntun, menopang dan menguatkanku dalam penulisan skripsi ini. Kedua orangtuaku, bapak Philipus Meze dan ibu Philomena Maja pada usia perkawinan mereka yang ke-25 tahun, 17 April 2015. Kedua adikku, Melkior Kaju dan Kristoforus Talo atas doa dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. Dominikus Duli Kalang, yang dengan cinta dan perhatiannya telah membantu dan mendukung selama penulisan skripsi ini. Kepada para dosenku yang selalu setia membimbing dan menuntun saya selama studi di Universitas Sanata Dharma. Kepada kampusku, rumah keduaku tempat aku merajut masa depan. Kepada Tata Mia Kalang, para sahabatku Sr. Auxilia, CIJ, Fransisca Anida Dyan Kusuma, Veronica Dwi Lestari, Bernadetha Linda K., Franciska Arindika, Florentina Hastriyani, Anselina Mabin, Maria Vinsensia, Serviana Mea, Susana Hoar, dan Lukas Lito Wato atas dukungan dan semangat yang mereka berikan.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Tuhan... jika hidupku adalah salib, dan Salib adalah lambang kemenangan, maka aku akan menjadikan hidupku sebagai sebuah kemenangan bagi-Mu, hanya demi kemuliaan nama-Mu.
Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu (Lukas 1:38)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Agung atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul
PENGARUH
KOMPETENSI
PEDAGOGIK
GURU
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD SANG TIMUR, SD JOANNES BOSCO DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai bentuk keikutsertaan penulis sebagai calon guru PAK akan perkembangan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di masa mendatang. Tidak dapat dipungkiri bahwa guru PAK belum maksimal terutama dalam menguasai kompetensi pedagogik yang berakibat pada menurunnya minat belajar siswa terhadap pelajaran PAK. Maka melalui penguasaan kompetensi pedagogik seperti yang penulis paparkan, diharapkan guru PAK semakin mampu meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap pelajaran PAK, serta tujuan PAK semakin dapat didekati dan dicapai secara maksimal. Penulis percaya bahwa terselesainya skripsi ini berkat kebaikan Tuhan melalui dukungan dan perhatian banyak pihak. Maka, menyadari semua itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, terutama kepada:
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK.,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabaran, ketelitian dan kesetiaannya dalam membimbing penulis selama masa penulisan skripsi ini. 2. Romo, Dr. B.A. Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mendampingi penulis selama masa perkuliahan. 3. Bapak L. Bambang Hendarto, M.Hum., yang telah memberi dukungan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Para dosen, petugas sekretariat dan staf perpustakaan serta seluruh karyawan IPPAK yang telah mendampingi, memberi kemudahan dan perhatian selama penulis belajar di IPPAK. 5. Kedua orangtuaku yang berbahagia, bapak Philipus Meze dan ibu Philomena Maja yang dengan segala doa, cinta kasih dan pengorbanannya mengantar penulis hingga pada jenjang pendidikan S1. Terimalah kasih dan doaku selalu. 6. Kedua adikku, Melkior Kaju dan Kristoforus Talo untuk segenap cinta dan dukungannya yang memampukan penulis untuk terus melangkah dan berkarya. 7. Dominikus Duli Kalang yang dengan penuh kesabaran, perhatian, cinta dan doa yang mendukung penulis untuk menyelesaikan penulisan karya agung ini. 8. Kakak suster terkasih, Auxilia, CIJ (Benedikta Boleng Kelen) yang dengan segala kemurahan hatinya membantu dan memotivasi penulis agar tetap setia dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................
iv
MOTTO ..............................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............................................
ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xx BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................... ...........
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
10
C. Tujuan Penulisan .............................................................................
10
D. Manfaat Penulisan ...........................................................................
11
E. Metode Penulisan ............................................................................
12
F. Sistematika Penulisan ......................................................................
12
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ............................................
14
A. Guru Pendidikan Agama Katolik .................................................................
14
1. Pendidikan Agama Katolik....................................................
14
a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah ......................
14
b. Ruang Lingkup Materi PAK ........................................
16
c. Proses PAK Di Sekolah................................................
17
d. Tujuan PAK Di Sekolah ..............................................
18
2. Guru PAK Di Sekolah ............................................................
19
a. Guru PAK sebagai Pendidik Iman ...............................
21
b. Guru PAK sebagai Pewarta Iman ................................
23
1)Spiritualitas Guru PAK ..........................................
23
2) Kepribadian Guru PAK ........................................
26
3) Pengetahuan Guru PAK.........................................
27
4) Kemampuan Berkomunikasi Guru PAK ..............
28
B. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik ..............................
31
1. Kompetensi Guru Secara Umum ...........................................
31
a) Kompetensi Pedagogik Guru .......................................
33
b) Kompetensi Kepribadian ..............................................
49
c) Kompetensi Profesional ...............................................
52
d) Kompetensi Sosial .......................................................
53
2. Kompetensi Pedagogik Guru PAK ........................................
55
a)Kompetensi Pedagogik Guru PAK menurut Undang-Undang ..........................................................
xiv
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b)Kompetensi Pedagogik Guru PAK Menurut Dokumen Gereja .............................................................
63
C. Makna Belajar dan Minat Belajar................................................................
72
1. Makna Belajar ......................................................................
72
2. Pengertian Minat ...................................................................
76
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ...............
78
4. Peranan Minat dalam Belajar ...............................................
79
5. Minat Mengikuti PAK ...........................................................
80
D. Penelitian yang Relevan ...............................................................................
80
E. Kerangka Pikir dan Hipotesis .......................................................................
82
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
84
A. Jenis Penelitian ..........................................................................................
84
B. Disain Penelitian ..........................................................................................
84
C. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................
85
1. Tempat Penelitian ..................................................................
85
2. Waktu Penelitian ...................................................................
86
D. Populasi dan Sampel ....................................................................................
86
E. Variabel Penelitian........................................................................................
87
1)Identifikasi Variabel ...............................................................
87
2) Definisi Konseptual Variabel ................................................
88
3) Definisi Operasional Variabel ...............................................
89
F.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .....................................................
89
1) Teknik Pengumpulan Data ....................................................
89
2) Instrumen Penelitian..............................................................
90
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3) Kisi-Kisi Penelitian ..............................................................
91
4) Pengembangan Instrumen ....................................................
94
G. Uji Persyaratan Analisis .................................................................
98
H. Uji Hipotesis .................................................................................. 100
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................
101
A. Hasil Penelitian
.....................................................................................
101
1. Uji Persyaratan Analisis .......................................................
101
a. Uji Normalitas .............................................................
102
b. Uji Linearitas...............................................................
106
c. Uji Homokedastisitas ..................................................
118
2. Deskripsi Data ......................................................................
110
a. Kompetensi Pedagogik Guru PAK .............................
110
b. Minat Belajar Siswa ........................................................121 B. Uji Hipotesis ......................................................................................129 C. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................
136
D. Refleksi Kateketis ........................................................................
143
1)Pengertian Katekese .................................................................143 2) Tujuan Katekese ...................................................................
143
3) Isi Katekese .........................................................................
145
4) Tugas dan Peranan Katekese ................................................
146
5) Aspek Kateketis dalam kompetensi Guru ............................
146
6) Aspek Kateketis dalam Minat Belajar Siswa .......................
150
E. Keterbatasan Penelitian .................................................................
152
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................
153
A. Kesimpulan
.........................................................................................
153
..................................................................................................
156
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
158
LAMPIRAN ..................................................................................................
160
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................
(1)
Lampiran 2 : Instrumen Penelitian ..................................................................
(4)
Lampiran 3 : Contoh Instrumen Penelitian .....................................................
(8)
B. Saran
Lampiran 4 : Hasil Analisis Variabel Kompetensi Pedagogik Guru PAK .... (12) Lampiran 5 : Hasil Analisis Variabel Minat Belajar Siswa .........................
(16)
Lampiran 6 : Hasil Analisis SPSS .................................................................
(20)
Lampiran 7 : Keseluruhan Data Variabel X dan Y ........................................ (22) Lampiran 8 : Tabel nilai-nilai r Product Moment .........................................
xvii
(23)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Responden ................................................................................
87
Tabel 2 Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y ..........................................
90
Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik Guru PAK .......
91
Tabel 4 Kisi-kisi instrumen Variabel Minat Belajar Siswa ...............................
92
Tabel 5 Reliability Statistics...............................................................................
96
Tabel 6 Kriteria Kategori Variabel X.................................................................
97
Tabel 7 Kriteria Kategori Variabel Y.................................................................
98
Tabel 8 Test of Normality ................................................................................... 103 Tabel 9 Anova
........................................................................................... 107
Tabel 10 Rangkuman Statistik Deskripsi Kompetensi Pedagogik Guru PAK .. 110 Tabel 11 Statistik Mengelola Proses Belajar-Mengajar ..................................... 111 Tabel 12 Deskripsi Mengelola Proses Belajar-Mengajar................................... 112 Tabel 13 Statistik Memahami Perkembangan Peserta Didik ............................. 113 Tabel 14 Deskripsi Memahami Perkembangan Peserta Didik ........................... 114 Tabel 15 Statistik Memanfaatkan Strategi, model, media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK ........................ 116 Tabel 16 Deskripsi Memanfaatkan Strategi, model, media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK ..................... 117 Tabel 17 Statistik Mengevaluasi Proses Pembelajaran PAK ............................. 118 Tabel 18 Deskripsi Mengevaluasi Proses Pembelajaran PAK ........................... 119 Tabel 19 Rangkuman Statistik Minat Belajar Siswa pada PAK ........................ 121 Tabel 20 Statistik Rasa ingin tahu terhadap PAK .............................................. 122 Tabel 21 Deskripsi Rasa ingin tahu terhadap PAK ............................................ 123 Tabel 22 Statistik Senang Belajar PAK ............................................................. 125 Tabel 23 Deskripsi Senang Belajar PAK ........................................................... 126 Tabel 24 Statistik Mau belajar sesuatu yang baru dari PAK ............................. 127 Tabel 25 Deskripsi Mau belajar sesuatu yang baru dari PAK ........................... 128 Tabel 26 Descriptive Statistics ........................................................................... 130
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 27 Model Summary .................................................................................. 130 Tabel 28 Anovab ................................................................................................. 132 Tabel 29 Coefficientsa ........................................................................................ 133 Tabel 30 Correlations ........................................................................................ 135
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG PENULISAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Konsep ini mengandung beberapa hal penting yaitu pertama, guru adalah tenaga pendidik yang profesional, artinya seorang guru adalah tenaga pengajar yang sungguh-sungguh menguasai bidang kerjanya yang diperoleh dengan menempuh berbagai jenjang pendidikan yang menunjang keahliannya. Kedua, tugas utama seorang guru adalah mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik lewat proses mengajarnya. Ketiga, guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan dan peningkatan mutu pendidikan peserta didik melalui berbagai proses pengajaran yang dilaksanakan di sekolah, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Kondisi tenaga pendidik di negeri ini, khususnya pada beberapa tahun terakhir belum sesuai dengan ketentuan dan harapan undang-undang di atas. Penyebab ketidaksesuaian harapan undang-undang dengan tenaga pendidik di Indonesia, di antaranya: pertama karena asas sentralisme dan sistem kekuasaan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
penyelenggaraan pendidikan nasional selama ini cenderung menuruti garis petunjuk dari atas atau indoktrinasi. Segala sesuatu telah disiapkan dalam bentuk petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sehingga tidak ada tempat untuk berpikir alternatif (Kompas, 10 Oktober 1998). Sejumlah tokoh pendidikan mengkritik secara tajam sistem pendidikan di Indonesia yang serba seragam, baik dalam kurikulum, ujian akhir, maupun kegiatan belajar mengajar di sekolah yang berakibat pada kurang optimalnya peran guru dalam merealisasikan kompetensikompetensi yang dimilikinya (Kompas, 26 Juni 1998). Kedua, guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu Komarudin Hidayat berpendapat bahwa “yang paling menentukan keberhasilan sebuah sekolah adalah kualitas guru. Guru yangmenguasai materi bidang studi, guru masuk kelas dengan antusias dan cinta, serta kreatif dalam menerapkan dan menggali metode yang cocok untuk kondisi kelasnya” (Kompas, 6 Desember 2005:7). Maka dari itu kemajuan pendidikan ada pada kualitas guru, yang kemudian akan berandil besar pada kemajuan bangsa. Sebaliknya rendahnya kualitas guru akan mengakibatkan keterpurukan mutu pendidikan dan akan menjadi bumerang besar bagi bangsa. Ketiga, dalam harian Kompas, 5 September 2001, diberitakan bahwa Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) yang pada waktu itu dijabat oleh Abdul Malik Fajar mengaku kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia. Penilaian tersebut merupakan hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC). Dari 12 negara yang disurvei oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, menyebutkan bahwa Korea
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Selatan memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina dan Malaysia. Indonesia menduduki urutan ke-12 di bawah Vietnam. (Suparno, 2002:9). Masalah-masalah dalam dunia pendidikan timbul dari berbagai faktor. Faktor pertama adalah pemerintah. Dalam menyikapi masalah kependidikan, pemerintah telah berupaya memperbaiki mutu pendidikan yang masih rendah dengan mengeluarkan Undang-undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan membentuk BSNP (Badan Standarisasi Nasional Pendidikan, Kompas 6 Desember 2005:7). Namun upaya standarisasi ujian dan kelulusan secara nasional justru menimbulkan masalah karena tingkat pendidikan di tanah air amat beragam. Penetapan standarisasi ujian nasional untuk peningkatan mutu pendidikan tersebut melahirkan berbagai pandangan dan bahkan penolakan terhadap Ujian Nasional (UN) sendiri. Menurut Udin S.Winataputra, Dekan FIKIP UT, pendidikan yang serba seragam itu perlu dikaji ulang karena tidak sesuai dengan kemampuan manusia yang tidak seragam dan keadaan daerah yang tidak sama. Sementara Abdul Hadi, seorang sastrawan, berpendapat bahwa “pendidikan yang serba seragam itu tidak perlu. Pendidikan harus menghargai keberagaman, termasuk kurikulum.” Selain itu keterbatasan kemampuan dan wawasan pengajar serta perbedaan fasilitas pendidikan di pusat dan di daerah telah menyebabkan hasil kegiatan belajar pun berbeda (Kompas, 22 Oktober 2005:12). Banyak orang atau lembaga menilai keberhasilan peserta didik diukur menurut hal-hal yang mudah diamati: seperti nilai rapor, STTB, dan NEM.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
Mereka banyak melupakan hal-hal yang mengembangkan rasa, kepekaan hati, imajinasi, unsur sosial: solidaritas dan keterlibatan. Bila peserta didik tidak memperoleh nilai yang tinggi dikatakan tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Keadaan ini semakin sulit dibenahi oleh karena suasana kreatif dan bebas berpikir tidak dikondisikan di sekolah. Dari pihak siswa, tidak ada usaha bertanya, atau menantang pelajaran. Prestasi peserta didik terbatas pada memproduksi informasi yang telah didapat. Akibatnya peserta didik tidak termotivasi belajar mandiri. Proses semacam ini bukan merupakan cara untuk membantu peserta dalam mengembangkan diri, membebaskan diri dan menjadi dirinya sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Oleh karena itu, H.Moh.Ansyar (Kompas 3/4-1998) mengatakan bahwa “Proses belajar-mengajar di sekolah dari pendidikan dasar hingga sekolah menengah umum di Indonesia, belum menciptakan cara belajar yang bermakna. Kurikulum hanya dilihat sebagai substansi pengetahuan, tidak sebagai proses untuk mengetahui, sehingga yang dihasilkan dunia pendidikan hanya jago hafal”. Selanjutnya dikatakan: “Kurikulum kita berpusat pada deposito pengetahuan dan mengabaikan perhatian pada upaya belajar sendiri. Proses belajar-mengajar yang berwarna indoktrinasi dan otoriter yang mengakibatkan tertanamnya sikap bahwa materi yang diajarkan dalam buku teks seolah-olah merupakan suatu kebenaran tanpa syarat. Guru di sini bukan sebagai tenaga pendidik tetapi hanya sebagai pemberi informasi. Selain pemerintah dengan kurikulum yang diberlakukannya, keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
kemaksimalan peran dan fungsi setiap komponen pendidikan yang terlibat di dalamnya. Salah satu komponen yang berpengaruh di antaranya adalah guru sebagai pengelola dan pelaksana pendidikan itu sendiri. Itu berarti bahwa guru memiliki peran dan pengaruh yang besar dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena guru menjadi “garda depan” yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam proses pelaksanaan pendidikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik pribadipribadi manusia dengan nilai-nilai konstruktif (Janawi, 2012:10). Untuk melaksanakan tugasnya secara baik, guru perlu menguasai berbagai kompetensi terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya di samping kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang juga penting. Guru dalam proses belajar harus memiliki kompetensi tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Untuk itu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru semestinya harus dapat membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional dalam setiap proses pembelajaran. Dalam membina kemampuan peserta didik, seorang guru harus memiliki kompetensi tersendiri. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain kompetensi personal, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Namun dari keempat kompetensi ini yang menjadi sorotan penulis dalam penulisan ini adalah kompetensi pedagogik karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
kompetensi ini merupakan jenis kompetensi yang sangat melekat pada diri seorang guru dan memiliki daya pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan proses pendidikan. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan pengelompokkan kompetensi pedagogik ini, maka seorang guru memiliki tugas yang sangat berat. Realita membuktikan bahwa dalam menjalankan tugas itu tidak semua guru dapat menjalankan tugas pengajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat dan daya serap siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dan tidak menunggu. Guru harus memiliki ide dan kritis dengan situasi yang ada, bergerak dinamis dan peka terhadap perkembangan zaman (Suparno, 2004:vii) Upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru dimaksud agar guru dapat mengetahui kompetensi dirinya sehingga kemampuan yang dimiliki dapat diterapkan dalam gaya mengajar yang mampu mempengaruhi dan mmperkembangkan siswa dalam belajar. Untuk mencapai kemahiran dan keterampilan mengajar yang profesional, maka diharapkan guru mampu menghasilkan siswayang berkualitas sehingga dapat memasuki dunia kerja yang penuh kompetensi. Tuntutan untuk meningkatkan kualitas kompetensi pedagogik guru dimaksudkan agar guru mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan perubahan kurikulum yang harus menjadi perhatian khusus para tenaga pendidik jika menginginkan para siswa tetap menaruh minat pada mata pelajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
yang diikutinya. Strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang lama perlu diubah agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Materi pelajaran yang dirasa sulit dan abstrak perlu dikemas dan disajikan dengan menyesuaikan pada tingkat kemampuan siswa untuk menerima pelajaran. Kita dapat melihat contoh kenyataan di dalam kelas ketika guru menjelaskan materi, siswa ribut dan asyik ngobrol dengan temannya, atau sering keluar kelas dengan alasan pergi ke toilet, dan lain sebagainya, kita dapat menarik kesimpulan bahwa materi dan metode penyajian mata pelajaran atau strategi guru tidak lagi diminati dan menarik perhatian siswa. Materi yang disajikan jauh dari pengalaman hidup harian siswa, metode penyajian klasikal yang membuat siswa tidak tertarik dan merasa jenuh. Cara mengajar guru yang lebih menekankan kepenuhan keinginan dan minat guru, kini harus diubah dengan menekankan pentingnya memperhatikan minat dan kebutuhan siswa dalam belajar. Menjawab kebutuhan siswa dalam belajar menjadi orientasi dasar, karena siswa bukanlah bank tempat menampung segala macam ilmu yang ditransfer oleh guru-gurunya. Kritikan Paulo Freire, seorang pemerhati pendidikan yang melihat kenyataan bahwa dalam proses belajar sering terjadi konsep bankingmasih terjadi di sekolah-sekolah jaman ini. Konsep ini menekankan bahwa guru adalah segala-galanya di dalam kelas. Proses pembelajaran disajikan dengan mentransfer ilmu dari guru kepada siswa. Guru lebih banyak berperan dan mengesampingkan kebutuhan siswa yang adalah subyek dalam kelas. Di sini bukan kebutuhan siswa yang dipenuhi tetapi minat dan kebutuhan guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
Pada umumnya, proses pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah masih berjalan secara klasikal. Seorang guru harus menghadapi sejumlah besar siswa dalam waktu, dengan materi dan metode yang sama (Suryobroto, 1986:141). Dalam sistem klasikal tidak mudah bagi guru untuk memperhatikan perbedaan (keunikan setiap siswa) secara lebih cermat. Oleh karena itu seorang guru sebaiknya berusaha menemukan perbedaan siswanya seawal mungkin sehingga dapat menindaklanjutinya dengan cepat dan tepat, sehingga dalam proses pembelajaran siswa memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk aktif berpartisipasi karena mereka tahu bahwa guru mereka mempertimbangkan kebutuhan mereka sebagai individu. Patut disadari bahwa siswa adalah seorang pribadi yang memiliki keunikan dan kekhasan baik yang berasal dari diri sendiri maupun latar belakangnya. Peserta didik sebagai seorang individu berbeda dalam banyak hal. Sisi ini sebenarnya yang harus mendapat perhatian dari para guru. Pengakuan penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan individual anak ini tentunya akan membawa konsekuensi lebih lanjut yaitu bahwa pendidikan harus memperhatikan perbedaan-perbedaan itu dan mengembangkan sejauh mungkin apa yang dimiliki oleh anak itu (Suryobroto, 1986:143). Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang memadai, peran seorang guru diharapkan memungkinan siswa dapat menaruh minat pada proses pembelajaran yang dilaksanakan. Demikian juga pada mata pelajaran pendidikan agama Katolik. Guru agama Katolik harus menempatkan peserta didik sebagai subyek bukannya obyek belajar. Thomas Groome menekankan tiga hakikat pendidikan iman yang salah satunya adalah kegiatan yang bersifat ontologis yakni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
pendidikan harus berpusat pada pribadi manusia. Oleh karena itu, pendidikan iman harus sungguh bersifat manusiawi dan sekaligus ilahi sehingga diharapkan dapat memperkembangkan nilai-nilai kemanusiaan, artinya memanusiakan manusia dan memperjuangkan budaya kehidupan (budaya pro life). Hal ini berarti, pendidikan sedapat mungkin memberdayakan peserta didik agar dapat mencapai kepenuhan dan kesempurnaan hidup seperti yang dikehendaki Allah sendiri (bdk. Yoh. 10:10b). Kepenuhan hidup berarti segala kerinduan terpenuhi, mereka bahagia karena dapat dengan bebas menumbuhkembangkan seluruh aspek hidupnya secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan agama di sekolah hendaknya dilaksanakan
untuk
memperkembangkan
memberdayakan
peserta
didik
agar
mereka
dapat
head (kepala: intelek, pemikiran, akal budi, kehendak,
keyakinan, pengakuan iman), heart (hati: nilai estetis, perasaan, afeksi, kesadaran) dan hand (tangan yang bergerak melakukan tindakan, keterampilan, komitmen, solidaritas).Intinya adalah mendorong siswa untuk menemukan makna atas materi yang dipelajarinya (Groome, 2003:11-14). Oleh karena itu penulis merasa perlu mengkaji sejauh mana penguasaan kompetensi pedagogik itu dapat menarik minat siswa dalam mengikuti PAK yang dipaparkan dalam skripsi dengan judul: PENGARUH
KOMPETENSI
PEDAGOGIK
GURU
PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD JOANNES BOSCO, SD SANG TIMUR, DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penulisan di atas ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik kelas VI di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta? 2. Bagaimana minat belajar siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada mata pelajaran pendidikan agama Katolik? 3.Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta?
C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Menguraikan pengertian kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta. 2. Mendeskripsikan bagaimana kompetensi pedagogik guru PAK dapat menarik minat siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
D. MANFAAT PENULISAN Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik Memberikan sumbangan gagasan dan menambah pemahaman tentang minat belajar para siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi guru Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sehingga dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran PAK. 2. Bagi Lembaga Pendidikan Agama Katolik Prodi IPPAK Menambah wawasan mahasiswa-mahasiswi IPPAK mengenai perlunya menguasai kompetensi pedagogik dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran pendidikan agama Katolik, sehingga tujuan dan fungsi pendidikan agama Katolik dapat tercapai dan dapat memperkaya para calon guru PAK agar kompetensi pedagogik yang dimiliki dapat diterapkan dalam proses pembelajaran PAK di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
3. Bagi Penulis Membantu penulis untuk semakin memahami kompetensi pedagogik sehingga dapat mengembangkan diri untuk menjadi seorang guru yang sungguhsungguh profesional dalam proses pembelajaran PAK. 4. Bagi Universitas Sanata Dharma Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma, sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.
E. METODE PENULISAN Dalam menulis skripsi ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah usaha penulis menganalisis bukubuku sebagai sumber bahan, dan membahasakan kembali gagasan secara deskriptif dalam bentuk tulisan. Hal yang sama penulis lakukan dalam menggali konteks pembahasan permasalahan seputar pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap minat belajar PAK siswa. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAK, penulis melakukan penelitian sederhana dengan metode penelitian regresi sederhana terhadap siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Sang Timur, dan SD Pangudi Luhur. Hasil penelitian akan dijadikan dasar dalam mengembangkan profesionalitas guru di sekolah.
G. SISTEMATIKA PENULISAN Skripsi ini mengambil judul PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PAK DI SD JOANNES BOSCO, SD SANG TIMUR, DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Judul tersebut akan diuraikan dalam lima bab sebagai beikut: Bab I adalah pendahuluan. Pada bab yang pertama ini penulis menguraikan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II penulis akan menguraikan kajian pustaka dan hipotesis tentang hal ikhwal kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru pada umumnya, kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik, Pendidikan Agama Katolik, dan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran PAK sebagai landasan teori dalam penulisan skripsi ini. Bab III penulis memaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, desain penelitian tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, uji persyaratan analisis serta uji hipotesis. Bab IV penulis memaparkan hasil penelitian yang mendeskripsikan hasil penelitian, uji hipotesis, pembahasan hasil penelitian, dan refleksi kateketis serta keterbatasan dalam penelitian. Bab V adalah penutup. Dalam penutup ini penulis menguraikan dua hal yaitu pertama, tentang kesimpulan yang berisikan gagasan-gagasan pokok dari penulisan skripsi dan kedua, mengenai saran-saran yang kiranya dapat membantu guru PAK dalam meningkatkan minat belajar siswa pada proses pembelajaran PAK di SD Joannes Bosco, SD Sang Timur, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Fokus pembahasan bab kedua ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama penulis membahas mengenai kompetensi pedagogik guru PAK yang terdiri dari Guru PAK, PAK, kompetensi guru, kompetensi pedagogik, dan kompetensi pedagogik guru PAK. Sedangkan bagian kedua membahas mengenai minat siswa dalam mengikuti PAK yang terdiri dari minat belajar, dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran PAK. A. Guru Pendidikan Agama Katolik 1. Pendidikan Agama Katolik a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah Berkenaan dengan pendidikan agama Katolik, negara mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa negara dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa serta berakhlak mulia, dan Gereja mewujudkannya dalam rangka pewartaan Injil. Semua itu demi membantu orangtua selaku pendidik pertama dan utama putera-puteri mereka. Muara dari semua pemikiran itu ialah peserta didik (Dapiyanta, 2008:1). Pendidikan agama Katolik secara operasional ialah komunikasi iman atau tukar pengalaman beriman (penghayatan iman) sebagai bentuk dari kesaksian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
iman antara guru dan para siswa dan antar sesama siswa melalui proses pembelajaran berdasar pendekatan tertentu dengan bantuan materi, metode, dan media, yang bertitik tolak dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik. Melalui kesaksian hidup yang terjadi diharapkan baik guru maupun siswa dapat saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Tekanan utamanya terletak pada penghayatan iman, namun pengetahuan tidak dilupakan. Untuk itulah pembelajaran di kelas diadakan. Tujuan utama pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Pada akhirnya peserta didik diharapkan memiliki akhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama, serta peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
b. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Katolik Ruang lingkup materi pembelajaran pendidikan agama Katolik mencakup empat aspek, yakni: 1) Pribadi peserta didik Dalam aspek peserta didik, dibahas tentang bagaimana peserta didik memahami diri mereka sebagai makhluk ciptaan Allah, sebagai pria dan wanita yang diciptakan untuk saling mengasihi, menjaga, dan menghargai satu sama lain. Sebagai makhluk Allah yang paling mulia, manusia diciptakan berbeda dari makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Meskipun demikian, pria dan wanita memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam dirinya sehingga peserta didik diharapkan dapat saling menghargai dalam berelasi dengan sesama, dan ikut ambil bagian dalam merawat dan melestarikan alam sekitar.
2) Yesus Kristus Dalam aspek Yesus Kristus dibahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah. Pokok pewartaan kabar gembira adalah Yesus Kristus sendiri. Yesus yang adalah Tuhan dan juga manusia adalah tokoh utama dalam cerita Kitab Suci. Ia tidak hanya menggambarkan kepada manusia betapa besarnya kasih Allah kepada manusia, namun Ia juga telah membuktikannya sendiri dengan memberikan diri-Nya bagi manusia. Oleh karena itu baik guru PAK maupun peserta didik diharapkan dapat mengenal, mencintai dan meneladani Yesus secara pribadi dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
3) Gereja Dalam aspek Gereja dibahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari. Gereja hadir di dunia melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah kepala Gerejanya. Iman tidak hanya dihayati ketika sedang mengikuti perayaan ekaristi atau perayaan misa kudus, namun lebih dari itu bahwa iman yang nyata adalah ketika diwujudkan dalam pikiran, perkataan, dan tindakan dalam hidup manusia seharihari. Oleh karena itu iman diharapkan tidak hanya menjadi buah bibir, tetapi benar-benar menjadi dasar hidup peserta didik dan guru PAK itu sendiri.
4) Kemasyarakatan Dalam aspek kemasyarakatan dibahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai dengan firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja. Perintah utama Yesus adalah kasih. Kasih yang dihayati oleh orang Kristiani adalah kasih yang diwujudkan kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun, sehingga misi pewartaan Yesus yang adalah menghadirkan Kerajaan Allah di dunia sungguh-sungguh akan terwujud.
c. Proses PAK di Sekolah Guru PAK harus menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah harus berorientasi pada proses bukan pada penyelesaian materi. Ini berarti proses tidak dapat dipaksakan. Proses mesti menyediakan kesempatan sedemikian rupa hingga apa yang dipelajari sungguh meresap dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
hati. Dalam memproses PAK itu sendiri, guru diharapkan dapat membangun komunikasi, keakraban, dan keterlibatan aktif siswa sehingga apa yang menjadi kebutuhan dalam belajar dan minat siswa dalam PAK dapat terjawab dan terpenuhi. Segi lain dalam proses PAK ialah bahwa pendidikan agama Katolik lebihlebih mengembangkan perspektifnya (iman) dari pada objek kehidupannya. Ini berarti mengembangkan kemampuan refleksi dan relasi dengan Yesus yang adalah tujuan dan pusat pengalaman iman yang dialami dan dihayati oleh guru maupun peserta didik dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik di sekolah, keluarga, lingkungan bermain, maupun dalam hidup bermasyarakat. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru PAK harus terbuka pada aspek proses dalam PAK yang berkaitan dengan pendekatan yang bermanfaat dalam pembelajaran. Artinya guru tidak terpancang pada satu pendekatan saja, melainkan mencari dan menemukan sedemikian rupa pendekatan yang mendukung proses pembelajaran PAK. Beberapa contoh pendekatan seperti pendekatan
belajar
keterampilam
bersikap
iman,
pendekatan
mempertanggungjawaban iman dan sebagaimana, dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengelola pelajaran agama Katolik (Komkat KWI, 1989, 106-119). d. Tujuan PAK di Sekolah Pendidikan agama Katolik yang dilaksanakan di sekolah memiliki dua arah yang dirumuskan secara luas dan sempit. Menurut Dapiyanta, secara luas arah pendidikan agama Katolik adalah memperluas pengetahuan, memperteguh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
pergulatan iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman dalam pelbagai bentuk serta memperkembangkan relasi dalam dialog dengan orang yang beragama lain. Dengan pengetahuan, orang dapat menghayati imannya. Sedangkan secara sempit arah pendidikan agama Katolik di Indonesia dirumuskan membantu anak menggulati hidupnya dari sudut pandang Kristen. Dengan itu ia memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman dalam kehidupannya (Dapiyanta, 2008:23).
2. Guru PAK Di Sekolah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Berdasarkan undang-undang tersebut, guru agama Katolik adalah seorang pribadi yang memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar dan memiliki wewenang mengajar secara khusus mata pelajaran pendidikan agama katolik baik di sekolah swasta maupun negeri. Memenuhi kualifikasi artinya untuk menjadi seorang guru agama katolik, seseorang harus memiliki kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan agama katolik. Dan wewenang mengajar adalah kuasa mengajar yang diperoleh karena telah memenuhi kualifikasi sebagai guru pendidikan agama katolik. Dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
demikian guru agama Katolik memiliki hak dan kewajiban layaknya profesi guru pada umumnya. Guru PAK di sekolah adalah seorang yang memiliki pekerjaan utama sebagai seorang pengajar/pendidik iman. Ia mengajar dan menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan agama Katolik. Dalam hal ini guru agama tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja tetapi juga menjadi saksi Kristus di lingkungan sekolah (Setyakarjana, 1997:69). Guru PAK di sekolah adalah orang beriman kristiani yang dipanggil secara khusus dan diutus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonicadari Gereja terutama ikut ambil bagian dalam karya pewartaan Gereja untuk memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan iman peserta didik di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Dalam mengemban tugas pewartaan itu seorang guru PAK di sekolah berperan sebagai: penafsir, pewarta, pendamping, penggerak, fasilitator, dan pemberdaya yang profesional (Komkat KWI, 2005:133). Guru PAK adalah pembina iman yang mengkhususkan diri untuk pembinaan peserta didik melalui pembelajaran agama Katolik di sekolah (Marinus Telaumbanua, 1997:4). Adapun beberapa tugas guru PAK disekolah yang uraikan oleh Marinus (1997:164) adalah diantaranya: tugas pertama, mengajar dan mendidik; yaitu menyampaikan ajaran agama dan tujuan pewartaan yang berkisar pada pengetahuan, supaya peserta didik mengetahui baik ajaran Gereja Katolik maupun Gereja reformasi. Tugas kedua, mengantar peserta didik ke alam liturgi dan praktek hidup beragama dengan cara membimbing peserta didik untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
memahami isi perayaan liturgi. Tugas ketiga, mengisahkan sejarah suci dengan memperkenalkan harta kekayaan iman Gereja. Tugas keempat, mengajarkan katekismus. Dalam menjalankan tugasnya, selain sebagai seorang tenaga pendidik, guru PAK di sekolah adalah seorang pewarta Sabda Allah. Oleh karena itu, dalam pribadi seorang guru PAK harus ada iman, pengharapan, dan cinta kasih. Iman seorang guru PAK (1997:173) dapat dipupuk melalui: (a) pembiasaan diri berkontemplasi, (b) memiliki cita rasa biblis, (c) Memiliki cita rasa liturgis, (d) memiliki cita rasa teologis. Pengharapan seorang guru PAK dihasilkan dari; (a) perjuangannya di hadapan Allah, (b) bergulat dengan diri sendiri. Cinta kasih seorang guru PAK bertujuan pada mengusahakan kemuliaan Allah dengan jalan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Ia mewartakan sabda Allah kepada manusia yang merupakan hasil dari; (a) refleksi atas iman guru PAK sendiri, (b) refleksi atas pengharapan guru PAK, (c) refleksi atas cinta kasih guru PAK. Identitas dan kekhasan peran guru PAK di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Guru PAK Sebagai Pendidik Iman Seorang guru PAK di sekolah dapat dipandang sebagai seorang pendidik iman bagi para peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya, sebagai seorang pendidik berarti guru PAK membentuk alam pikir dan nilai-nilai hidup, membimbing ke arah kebebasan, serta membantu untuk memiliki kemampuan mengambil keputusan sehingga pada akhirnya ia mampu memberikan penilaian secara individu dan dewasa (CT, 18). Guru PAK di sekolah harus menempatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
Kristus sebagai pusat dan dasar seluruh proses pembelajaran agama dan memperkenalkan Kristus kepada para peserta didik. Selain itu, guru PAK juga membimbing peserta didik menuju kepada pertobatan sejati yang berarti menjalin relasi yang mendalam dengan Kristus sendiri. Sebagai seorang pendidik iman, maka segala upaya yang dilaksanakan dalam proses mencapai tujuan PAK haruslah bermuara pada iman, yakni mengantar orang untuk sampai kepada iman akan Allah yang telah mewahyukan diri kepada manusia. Jawaban atas wahyu ini secara konkret mesti terwujud dalam bentuk penyerahan diri manusia secara menyeluruh dan bebas kepada Allah Pewahyu: “Supaya iman ini ada, perlu uluran tangan dan bantuan rahmat Allah serta pertolongan batin Roh Kudus, yang menggerakkan dan mengarahkan hati kepada Allah, membuka mata budi serta memberikan kepada semua orang kenikmatan dalam menyetujui dan mengimani kebenaran” (DV No.5). Iman merupakan perjumpaan rahmat Allah yang tak terselami dan misteri kebebasan manusia. Di satu sisi perlu diakui bahwa dalam kenyataan iman terdapat tindakan atau keterlibatan manusia dalam suasana kebebasan. Di sisi lain, pertumbuhan dan perkembangan iman merupakan anugerah cuma-cuma Allah kepada manusia. Iman merupakan rahmat yang penuh misteri. Dalam hal ini, guru PAK di sekolahlah yang mempunyai proses sentral untuk mendidik dan membimbing para murid sampai kepada Allah dengan iman yang mantap.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
b.Guru PAK sebagai Pewarta Iman Sebagai pendidik iman para peserta didik, guru PAK di sekolah memiliki tanggung jawab membina iman peserta didik di sekolah. Seorang pembina iman harus memiliki kualifikasi atau kemampuan dengan beberapa syarat mutlak yaitu: pengetahuan, pemahaman, pengalaman iman yang memadai serta kemampuan untuk mengkomunikasikan iman tersebut kepada para peserta didik atau orangorang yang dijumpainya (Setyakarjana, 1997:69). Selain sebagai pendidik iman, aspek lain yang lebih mendasar ialah guru PAK di sekolah adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus dan diutus Allah serta mendapat penugasan dari Gereja untuk mewartakan Injil. Karena itu, guru PAK sendiri mesti memiliki disposisi batin atau komitmen tetap sebagai seorang pewarta Injil atau saksi Kristus. Ada empat pilar penting yang menentukan efektivitas pewartaan Injil guru PAK di sekolah, yakni spiritualitas, kepribadian, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi.
1) Spiritualitas Guru PAK Spiritualitas seorang katekis bersumber pada katekis ulung yakni Yesus Kristus. Dialah
Guru sejati, sang gembala agung yang mengajar dengan
sempurna baik perkataan dan perbuatan serta hidup-Nya. Sesuai dengan arti dasarnya, spirit yang berarti roh, spiritualitas menunjuk pada kehidupan yang berpusat pada dan digerakkan oleh Roh Kudus. Karena itu, spiritualitas memberikan identitas religius kepada seorang guru PAK. Seorang guru PAK di sekolah haruslah seorang beriman, menyadari dirinya dipanggil Tuhan menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
pewarta Injil-Nya. Panggilan ini dihayati dengan penuh kegembiraan bahkan menjadi sumber kegembiraan itu sendiri. Ia juga seorang yang rela berkorban, mencintai tugas, mau berkontemplasi dan bersaksi, memiliki daya pikat dan daya tahan, bersemangat dalam mencari dan terus mencari pengetahuan (enrichment) melalui proses pembelajaran tanpa henti agar menjadi pribadi yang berwawasan luas (Komkat KWI, 2005:152). Di satu pihak hal ini merupakan konsekuensi logis dari orientasi PAK sebagai proses pendidikan dan pembinaan sikap kristiani. Di lain pihak pendidikan iman kristiani mengisyaratkan pentingnya sikap-sikap dasar yang perlu dimiliki oleh guru PAK, yakni: setia kepada Allah dan setia kepada manusia. Dengan setia kepada Allah, guru PAK dalam tugasnya senantiasa perlu meneladani Kristus, sang Guru Sejati dalam mengemban tugas perutusan-Nya (Yoh 5:36; 4:34; 9:4). Di samping setia kepada Allah, guru PAK harus setia juga pada panggilan, yakni ikut serta dalam karya Allah sebab sekarang pun Allah masih bekerja (Yoh 5:17). Penghayatan ini akan menumbuhkan pengharapan bahwa, daya kerja rahmat Allah akan bekerja dalam diri anak didik yang akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya. Komisi Kateketik KWI (2005:134-135) dengan jelas menyebut beberapa aspek spiritualitas, terutama menyangkut spiritualitas kenabian: a). Memiliki relasi erat dengan Allah Tritunggal dan mampu menafsirkan kehendak-Nya bagi Gereja dan dunia. b). Memiliki relasi dengan umat beriman dan umat lain serta masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
c). Mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus, memiliki kegembiraan dalam menjalankan panggilan dan perutusan. d). Memiliki daya pikat, keteladanan dan daya juang. e). Mau belajar terus-menerus dan terbuka terhadap perkembangan zaman yang cepat berubah. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa spiritualitas guru agama Katolik adalah meneladani Yesus Kristus Sang Guru Sejati. Berkat sakramen baptis, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan dirahmati sekaligus diundang untuk mengambil bagian di dalam tugas pengutusan Yesus Kristus membangun Kerajaan Allah. Berkat sakramen Krisma kita dimampukan dengan bantuan Roh Kudus untuk melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia. Panggilan-Nya dapat ditanggapi dengan berbagai macam bentuk pelayanan. Bagi kita, panggilan itu kita tanggapi antara lain dengan melaksanakan proses pembelajaran sebagai seorang guru PAK di sekolah dan sebagai katekis di lingkungan jemaat serta pelayanan kelompok profesi di lingkup atau lingkungan lainnya. Profesi kehidupan itu kita hayati sebagai panggilan Allah. Di samping profesi guru PAK di sekolah kita memahami bahwa profesi guru PAK adalah suatu jalan hidup untuk menjadi muridNya. Dengan mengaktualisasikan semua potensi diri sehingga berdasar rahmatNya hidup para peserta didik dan jemaat yang kita layani serta hidup kita sendiri dapat berkembang mencapai kepenuhannya di dalam Allah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
2) Kepribadian Guru PAK Menjadi guru PAK di sekolah adalah suatu panggilan yang istimewa dan kudus. seorang guru PAK adalah perantara untuk menyampaikan firman Tuhan kepada semua makhluk. Dengan kata lain ia harus mewartakan firman Tuhan kepada setiap peserta didik dan membimbing mereka untuk melaksanakan kehendak Allah. Kepribadian guru PAK di sekolah merupakan pilar yang menentukan kredibilitas pewartaan tersebut. Allah sendiri, melalui pewahyuanNya, telah menyatakan diri berpihak dan bersatu dengan manusia. Demikian juga, guru PAK dalam pewartaannya perlu juga berpihak pada manusia (peserta didik). Untuk itu, hidup dan kepribadian guru PAK di sekolah sendiri mesti konsisten dengan apa yang diwartakan. Dan sebelum, meminta peserta didik untuk melaksanakan isi pewahyuan Allah, guru PAK haruslah terlebih dahulu memberikan teladan. Oleh karena itu guru PAK di sekolah harus memiliki kepribadian yang matang dan peka sehingga peserta didik bisa dan lebih mudah menerima dan menjalankan isi pewartaannya. Dokumen-dokumen magisterium Gereja yang memuat tentang pewartaan Injil oleh guru agama menuntut pembinaan dan pendidikan umum maupun pembinaan dan pendidikan khusus untuk katekis termasuk guru PAK di sekolah. Dikatakan umum, karena didalamnya ada pengertian bahwa seluruh watak kepribadian mereka perlu dikembangkan. Dikatakan khusus, karena tugas khusus yang dituntut dari mereka yaitu mewartakan sabda, baik kepada orang-orang Kristen maupun bukan Kristen, memimpin umat, memimpin doa-doa liturgi. Dengan tuntuan tersebut, tampaklah bahwa aspek manusiawi dari guru PAK di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
sekolah, terutama menyangkut kematangan pribadi amat diperlukan. Kepribadian yang baik dan matang akan membuat pewartaan Injil lebih dipercaya, dan dengan demikian mempermudah misi Gereja yang lebih luas (Komkat KWI, 1997:43). Selain itu guru PAK di sekolah sebagai tenaga profesional juga dituntut untuk memiliki kriteria kepribadian sebagaimana yang dimiliki oleh tenaga guru profesional pada umumnya. Oleh karena itu, guru PAK perlu dipersiapkan melalui proses pembinaan dan pendidikan secara formal. Terbentuknya kepribadian seorang guru PAK bagaimanapun akan dipengaruhi oleh seberapa intens pembinaan dan pendidikan yang dialami, terutama yang berkaitan dengan kepribadian seorang guru.
3) Pengetahuan Guru PAK Kepentingan pelayanan dalam Gereja oleh bantuan para katekis/guru agama diketahui secara resmi semasa Konsili Vatikan II (1962-1965). Salah satu dokumen Vatikan II yang menekankan pentingnya pelayanan katekis adalah dekrit tentang tugas pastoral para uskup dalam Gereja “Christus Dominus”. Dokumen ini menegaskan bahwa hendaklah para uskup mengusahakan, supaya para katekis/guru agama disiapkan dengan baik untuk tugas mereka, sehingga mereka mengenal ajaran Gereja dengan jelas, baik secara teoritis maupun praktis mempelajari kaidah-kaidah psikologi dan pedagogi (CD, art.14). Selain memiliki spiritualitas yang mantap dan kepribadian yang matang, guru PAK di sekolah juga harus memiliki pengetahuan yang memadai. Pengetahuan merupakan pilar penting dalam pendidikan iman. Dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang dapat mempertanggungjawabkan imannya. Guru PAK di sekolah bertugas membantu siswa agar memiliki pengetahuan tentang iman yang cukup. Oleh karena itu guru PAK dituntut memiliki pengetahuan yang luas (Komkat KWI, 2005:134-135). Lebih dari itu guru PAK di sekolah selayaknya belajar terus-menerus untuk menambah pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pengetahuan keagamaan, terutama hal-hal yang aktual. Pengetahuan yang memadai dan sikap peka perkembangan zaman (up to date) yang dimiliki akan menunjang tugas panggilannya sebagai guru PAK di sekolah. Selain bidang agama, beberapa bidang pengetahuan lain yang relevan diantaranya, ilmu-ilmu gerejawi (Kateketik, Pastoral, Teologi, Moral, Kitab Suci, Hukum Gereja, Liturgi) dan ilmu-ilmu manusia/human sciences (Sosiologi, Psikologi, Pedagogi).
4) Kemampuan Berkomunikasi Guru PAK Spiritualitas, kepribadian dan memiliki pengetahuan yang memadai merupakan kunci dalam tugas pewartaan guru PAK di sekolah. Ketiganya menentukkan otentisitas dan kredibilitas guru PAK di sekolah. Persoalannya sekarang adalah bagaimana pewartaan disampaikan kepada peserta didik. Disinilah guru PAK perlu memiliki keterampilan lain yakni, keterampilan berkomunikasi. Keterampilan ini sangat penting mengingat PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman antara guru dengan peserta didik maupun sesama peserta didik. Kemampuan berkomunikasi yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
baik akan membawa dampak yang baik pula bagi perkembangan iman peserta didik. Karena itu guru PAK harus mampu mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan peserta didik sehingga sampai pada suatu tindakan nyata. Guru PAK di sekolah sendiri harus mampu mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan. Kemampuan berkomunikasi berkaitan juga dengan kemampuan menciptakan suasana yang akan memudahkan peserta didik mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman iman orang lain. Selain keterampilan berkomunikasi, guru PAK di sekolah juga harus memiliki keterampilan berefleksi. Keterampilan ini dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mengkaji dan mencermati dinamika pengalamannya untuk menemukan nilai-nilai manusiawi yang bermakna dari pengalaman/peristiwa hidup sehari-hari, (2) mampu membandingkan serta mengkonfrontasikan pengalaman hidup dengan Kitab Suci, ajaran gereja serta tradisi
Kristiani
serta
Tradisi
iman
Kristiani,
(3)
menggumuli
atau
menginternalisasi nilai-nilai Kristiani tersebut sebagai suatu mentalitas/sikap dasar dalam kehidupan konkrit (Kristianto, 2004). Keterampilan berkomunikasi juga ditekankan oleh Komisi Kateketik KWI (2005:134-135) yang menegaskan bahwa pentingnya katekis termasuk guru PAK di sekolah memilikinya. Dengan keterampilan ini, maka diharapkan guru PAK disekolah dapat menyajikan pelajaran agama menjadi menarik/menyenangkan, efektif dan membuat pelajaran agama bermakna bagi hidup siswa. Beberapa hal penting yang perlu dimiliki guru PAK di sekolah adalah sebagai berikut: a) Keterampilan berkomunikasi dan membangun dialog
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
b) Keterampilan berefleksi c) Keterampilan menganalisa d) Keterampilan menggeluti tanda-tanda zaman dalam terang Kitab Suci e) Keterampilan menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program katektik dan pastoral f) Keterampilan dalam kepemimpinan dan menajemen. Dari beberapa uraian tentang spiritualitas, kepribadian, pengetahuan, dan komunikasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru PAK di sekolah diharapkan: a) Memiliki cinta berkobar untuk mewartakan Injil Yesus Kristus kepada semua orang. b) Memiliki cinta berkobar kepada umat beriman, khususunya jemaat yang dilayaninya. c) Memiliki wawasan tentang ajaran Gereja yang memadai secara sistematis, dan setia kepada Kitab Suci, ajaran dan Tradisi Gereja. d) Memiliki
keterampilan
dalam
menyampaikan
pewartaan
iman
dan
pendampingan jemaat. e) Memiliki perikehidupan dan keteladanan iman yang mantap, terutama tampak dalam kesaksian hidup rohani dan kehidupan pribadi/keluarga dan sosialnya. f) Memiliki kematangan pribadi sebagai seorang Kristen dewasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
B. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik 1) Kompetensi Guru secara Umum Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan
dikuasai
guru
atau
dosen
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalannya. Konsep ini berarti dalam melaksanakan proses pembelajaran, diharapkan guru nantinya tidak hanya menghasilkan lulusan siswa yang memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya, tetapi juga lulusan yang memiliki serangkaian keterampilan serta berbagai sikap dan nilai penting, yang tidak hanya berguna untuk melanjutkan pendidikan tetapi juga (terutama) untuk hidup dan bekerja di masyarakat. Lefrancois (dalam Asmani, 2009:37) mengatakan bahwa kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi adalah sesuatu yang berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu. Sementara itu, Majid (2008:5) mengatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Selanjutnya Majid mengungkapkan bahwa standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk
memenuhi
spesifikasi
tertentu
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan. Performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati, tetapi juga meliputi perihal yang tidak tampak (Hamzah B. Uno, 2008: 61). “Competence consists of one's possessing knowledge or expertise of a particular subject. If a teacher is to be perceived as competent, he or she is perceived to know what he or she is talking about” (Teven & Hanson, 2004: 39). Menurut Teven & Hanson, kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap berkompeten, dia dianggap mengetahui apa yang dia bicarakan. Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya mengajar dan mendidik, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Guru harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
teladan bagi siswa, mampu memberi nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya (Oemar Hamalik, 2008: 40). a. Kompetensi Pedagogik Guru Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pegagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Mengelola pembelajaran mengandung arti bahwa guru yang memiliki kompetensi pedadogik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara interaktif, efektif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Daryanto, 2009: 208). Janawi (2011: 65-96) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik berhubungan dengan menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, mengembangkan kurikulum pembelajaran,
menyelenggarakan
memanfaatkan
Tujuan
pembelajaran
Instruksional
Khusus
yang (TIK)
dan rancangan
mendidik untuk
dengan
kepentingan
pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar, memanfaatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Secara rinci setiap sub-kompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial, sebagai berikut: 1) Menguasai Karakteristik Peserta Didik Menguasai karakteristik peserta didik berhubungan dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi anak didik. Peserta didik dalam dunia pendidikan harus diposisikan subyek dalam proses pembelajaran. Diposisikan sebagai subyek berarti bahwa anak merupakan sosok individu yang membutuhkan perhatian dan sekaligus berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari segi minat, bakat, motivasi, dayas erap mengikuti pelajaran, tingkat perkembangan, tingkat inteligensi, dan perkembangan sosial tersendiri (Janawi, 2011: 66-67). Menurut Conny R. Semiawan, manusia belajar, tumbuh dan berkembang dari pengalaman yang diperolehnya. Setiap anak dilahirkan dengan perbedaan kemampuan, bakat, minat. Faktor-faktor ini ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Untuk itu, jika anak diberi kesempatan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam belajar, anak dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya masing-masing. Untuk itu guru harus memahami dan menguasai teori-teori psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Kedua bidang keilmuan yang saling berkaitan tersebut dapat membantu guru untuk mengetahui dan memahami tentang anak dan tahap-tahap perkembangannya. Pada setiap tahap perkembangan, anak memiliki karakteristik tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan inilah yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
menjadi landasan mengapa guru harus menguasai teori-teori psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Selain itu, dalam proses belajar mengajar, guru harus menempatkan peserta didik sebagai fokus perhatiannya sekaligus menjadi individu yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran (Janawi, 2011: 67).
2) Menguasai Teori dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Janawi (2011:68) menjelaskan bahwa tujuan mengajar ialah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak. Dengan pengajaran, dapat membuat seorang anak menjadi orang lain, dalam hal apa yang ia lakukan dan yang dapat dicapainya. Perubahan ini biasanya disebabkan oleh orang yang berada di luar dirinya, seperti seorang guru. Oleh karena peserta didik memiliki tahap perkembangan yang berbedabeda, maka diharapkan guru dapat menggunakan pendekatan yang berbeda untuk setiap peserta didik. Di satu sisi guru harus memberikan perhatian kepada seluruh anak yang ada dalam proses pembelajaran di kelas, namun di sisi lain guru harus memberikan perhatian khusus kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu guru harus menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik (Janawi, 69). Janawi menegaskan bahwa, beberapa asas yang perlu dikuasai oleh guru, diantaranya adalah asas perhatian, asas aktivitas, asas apersepsi, asas peragaan, asas ulangan, asas korelasi, asas konsentrasi, asas individualisasi, asas sosialisasi, dan asas evaluasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
1) Asas Perhatian Asas perhatian adalah asas membangkitkan perhatian peserta didik pada pelajaran yang disampaikan guru di kelas atau di luar kelas. Asas ini digunakan untuk membangkitkan minat belajar anak, karena tidak semua anak memiliki perhatian yang sama terhadap materi pelajaran yang sama. Dalam asas ini dikenal dua jenis perhatian, yakni perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian sengaja, dan perhatian yang timbul dari peserta didik disebut perhatian spontan. Dasar dilakukannya perhatian terhadap peserta didik adalah dasar psikologis. Perhatian adalah suatu gejala kejiwaaan yang ada hubungannya dengan dorongan minat dan aktivitas itu sendiri. Kemudian perhatian adalah suatu keadaan, sikap untuk memusatkan kesadaran yang diarahkan pada suatu obyek tertentu yang disertai reaksi-reaksi organis yang selanjutnya dapat memungkinkan pengamatan secara tajam dan jelas terhadap obyek tersebut. Perhatian memungkinkan adanya kesan, tanggapan, pengertian, dan pendapat yang semakin tajam dan jelas (Janawi, 2011: 69-70). 2) Asas Aktivitas Asas aktivitas adalah asas yang mengaktifkan jasmani dan rohani peserta didik. Proses belajar dianggap baik apabila interaksi belajar terjalin antara pendidik dan peserta didik dan antar sesama peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya tidak bersifat verbalis tetapi peserta didik harus dilatih untuk beraktifitas baik jasmani maupun rohani. Piaget dalam Tim Didaktik Metodik Malang (1987: 25) menjelaskan bahwa seorang anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar ia berpikir sendiri ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Secara psikologis, segala pengetahuan harus diperoleh siswa dari pengamatan sendiri dan pengalamannya sendiri. Karena jiwa bersifat dinamis, memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif yang didorong oleh kebutuhankebutuhan. Dalam hal ini peran guru adalah merangsang keaktifan dengan cara menyajikan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik sendiri sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang masingmasing. Hal ini sebabkan karena belajar adalah suatu proses di mana anak-anak harus aktif (Janawi, 2011: 70-71). 3) Asas Apersepsi Asas apersepsi adalah asas yang digunakan guru ketika guru akan memulai proses pembelajaran. Apersepsi adalah proses pertautan gejala jiwa yang dialami sebagai proses kesadaran dengan kesan baru yang diterima. Dalam hal ini peran guru adalah menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan peserta didik sebelumnnya. Dari sudut pandang psikologis, apersepsi adalah proses pertautan gejala jiwa lama dengan gejala jiwa baru. Kesan lama dinamakan bahan apersepsi dan bahan apersepsi itu membangkitkan minat peserta didik. Aplikasinya, sebelum memberi materi pelajaran yang baru, guru harus memperhatikan materi yang menghubungkan sesuatu dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya (Janawi, 2011: 71-72).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
4) Asas Peragaan Asas peragaan adalah asas memperagakan. Asas ini selalu dikaitkan dengan media atau teknologi pendidikan baik dengan memanfaatkan miniatur dengan cara mendemonstrasikan gerak tangan, tubuh dan lainnya dalam proses pembelajaran. Agar peserta didik dapat mengerti dengan baik materi yang hendak disampaikan, maka materi pelajaran haruslah diperagakan sekonkrit mungkin bagi pengamatan mereka. Peragaan dapat dengan peragaan langsung maupun peragaan tak langsung. Peragaan langsung dapat ditampilkan dengan cara memperlihatkan sesuatu yang akan diperagakan, sedangkan peragaan tak langsung dengan cara menunjukkan benda-benda tiruan, misalnya gambar, film, dan lainnya. Melalui asas peragaan, pembelajaran akan berawal dari pengalaman dan pengamatan yang membutuhkan alat-alat indera (Janawi, 2011: 72).
5) Asas Ulangan Asas ulangan adalah asas mengadakan latihan-latihan secara periodik yang mempermudah reproduksi tanggapan
yang membutuhkan asosiasi antar
tanggapan-tanggapan yang muncul. Latihan-latihan ini dapat berupa ulangan harian, pekerjaan rumah, atau tugas lainnya. Asas ini perlu dipertimbangkan secara matang dan dilakukan secara teratur, agar peserta didik tidak merasa jenuh dengan tugas-tugas yang diberikan guru. Ulangan dibagi dalam dua kategori yaitu: ulangan okasional bersifat kebetulan dan ulangan sistematis(Janawi, 2011: 7273).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
6) Asas Korelasi Asas korelasi merupakan asas mengadakan hubungan dengan pelajaran lain. Guru dalam hal ini harus mampu menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya. Misalnya pelajaran agama dengan pelajaran kewarganegaraan, pengetahuan sosial, dan sebagainya. Secara psikologis, asosiasi dan apersepsi menggali kesadaran anak agar dapat membangkitkan minat belajar anak. Aplikasinya, pelajaran akan mudah diterima bila guru menghubungkan pelajaran dengan masalah-masalah pokok dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. 7) Asas Konsentrasi Asas konsentrasi adalah pemusatan pada pokok suatu permasalahan tertentu. Fokus tertentu mendorong munculnya perhatian pemusatan pada pokok masalah tertentu. Asas ini memiliki tiga tahap, yaitu tahap inisisasi, pengembangan, dan kulminasi. Pada tahap inisisasi, guru berusaha menstimulasi peserta didik melalui alat peraga untuk menarik perhatian peserta didik dan peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok. Tahap pengembangan, masingmasing kelompok mengumpulkan data sesuai dengan data yang ingin dikumpulkan, dan tahap kulminasi, masing-masing kelompok menyampaikan laporannya dan diberi kesempatan bagi setiap kelompok untuk menanggapinya (Janawi, 2011: 73). 8) Asas Individualisasi Asas individualisasi merupakan asas penyesuaian pada minat dan bakat masing-masing peserta didik. Seorang guru dalam proses pembelajaran, harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
mampu memberikan perhatian khusus terhadap peserta didik, karena pesera didik memiliki minat, bakat, dan irama perkembangan sendiri. Proses pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan keadaan sifat, bakat, minat, kemampuan peserta didik masing-masing. 9) Asas Sosialisasi Asas sosialisasi adalah asas menciptakan atau menyesuaikan pada lingkungan sekitar. Sosialisasi dibutuhkan karena, selain peserta didik sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membutuhkan suasana hidup bersama, bekerja bersama, dan berinteraksi dengan sesamanya. Dalam hal ini, guru hendaknya membantu para siswa unutk mengembangkan sifat sosialnya melalui pembentukan kelompok sehingga suasana soail dapat tercipta. 10) Asas Evaluasi Asas evaluasi merupakan asas pengadaan penilaian yang obyektif. Evaluasi dilakukan secara periodik dan menjadi feed back (umpan balik) dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan cara yang bervariasi sesuai dengan tuntutan zaman dan evaluasi yang dibutuhkan. Evaluasi dapat berguna bagi guru, yakni sebagai dasar penilaian mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap proses pembelajaran tertentu, dan juga bagi peserta didik yakni mereka dapat menilai kemampuannya sehingga dapat menilai dirinya. Secara psikologis, evaluasi dan penilaian diberikan secara obyektif guna mengetahui daya serap (penguasaan) anak terhadap pelajaran yang disampaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
oleh gurunya. Evaluasi dapat dilakukan dengan memberi tes (ujian) agar peserta didik mengetahui hasil belajarnya. Hasil penilaian perlu didokumentasikan demi kepentingan melihat sejauh mana tingkat perkembangan kemampuan anak (Janawi, 2011: 74-75).
3) Mengembangkan Kurikulum Menurut Zamroni, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah mempertimbangkan dua model, yaitu memperkuat hidden curriculum dan mengembangkan teknik refleksi diri (self-reflection) (Zamroni, 2000: 79). Hidden curriculum adalah proses penanaman nilai-nilai dan sifat-sifat pada diri peserta didik. Proses tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu dalam hal ini guru hendaknya melakukan proses pembelajaran yang baik, menjadi panutan bagi peserta didik, dan rekan sejawat. Sedangkan self-reflection adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan untuk memperoleh umpan balik (Janawi, 2011: 75-76). Guru dalam melaksanakan pembelajaran, harus sungguh-sungguh mencermati kurikulum yang berlaku dan bersiap menghadapi perubahan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Perubahan kurikulum menuntut guru untuk selalu menerima perubahan yang membawa perbaikan dalam berbagai aspek pembelajaran. Oleh karena perubahan zaman lebih cepat dibandingkan dengan proses penyesuaian dan dinamika pendidikan, maka dunia pendidikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
harus mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan zaman, terutama tuntutan dan kebutuhan zaman (Janawi, 2011: 80). Perubahan kurikulum selalu menimbulkan rumor di masyarakat bahwa “Ganti Menteri Pendidikan Ganti Kurikulum”. Bahkan perubahan kurikulum kadang-kadang cenderung menjadi konsumsi politis. Sebagai konsekuensinya perubahan kurikulum menuntut penyediaan anggaran yang cukup besar. Namun, bila
perubahan kurikulum dilihat dari sudut pandang non-politis, pergantian
kurikulum merupakan suatu hal yang biasa dan suatu kemutlakan dalam rangka merespon perkembangan masyarakat yang cepat.
4) Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik Buber dalam Conny R. Semiawan (2002: 5) menyatakan bahwa paham psikologi kontemporer memahami belajar sebagai sebuah proses konstruktivisme. Belajar adalah mengkonstruksikan pengetahuan yang terjadi from within. Belajar dilakukan dengan proses dialog dan bercirikan pengalaman dua sisi (two sided experiences). Belajar tidak semata-mata mentransformasikan pengetahuan ke dalam kepala anak. Artinya, penekanan belajar tidak lagi pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar anak mampu menggunakan peralatan mentalnya (otaknya) secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif (Janawi, 2011: 85). Goleman mengisyaratkan bahwa manusia memiliki dua segi mental: pertama, berasal dari kepala (head) dengan ciri kognitif, dan kedua, berasal dari hati sanubarinya (heart), dengan ciri afektif. Antara kehidupan kognitif dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
kehidupan afektif ada hubungan erat. Dalam struktur otak neuron sel otak yang menghubungkan dua kehidupan ini disebut extended amygdala. Penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien merupakan hasil dari proses interaktif yang dinamis dengan lingkungan. Ciri-cirinya mencakup segi fisik, mental dan emosional yang mengakibatkan integrasi yang terakselerasikan dari fungsi otak dan berakibat terhadap pemekaran kemampuan manusia secara optimal. Secara makro (Semiawan 2002:6), pembelajaran ditinjau dari adanya analisis dua jalur dalam pendekatan sistemnya yang disebut analisis dua jalur (two road analysis). Jalur pertama (front-end: muka belakang) yaitu mencakup tiga komponen; target group analysis (siapa dan context analysis). Berkaitan dengan bagaimana upaya menyelaraskan sasaran dan relevansinya, analisis pekerjaan dapat dilakukan dari muka (front), ke belakang (end), atau sebalikya. Oleh karena itu untuk menyeimbangkan proses pembelajaran perlu dilakukan rancangan pembelajaran (instructional planning). Faktanya menunjukkan bahwa permasalahan pendidikan dan persiapan guru menjadi pusat yang paling penting dan tantangan permasalahan yang paling serius. Muhammad Hamid (1980: 116) dalam tulisannya menyatakan bahwa “the education and preparation of teachers’ is the central, most crucial and most challengging problem involved in the reconstruction of any educational system”. Permasalahan pembelajaran identik dengan persiapan guru dalam merekonstruksi sistem pendidikan. Lebih khusus lagi, guru memiliki peran besar dalam proses pembelajaran yang dimulai dari proses pembelajaran di kelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
Proses pembelajaran yang mendidik adalah proses yang selalu berorientasi pada pengembangan potensi anak. Kegiatan belajar mengajar tersebut menurut Masnur Muslich (2007: 48-50) menitikberatkan pada proses pemberdayaan potensi anak. Prinsip-prinsip yang perlu dipertahankan seperti: Pertama, kegiatan yang berpusat pada anak; kedua, belajar melalui berbuat; ketiga, mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial; dan keempat, belajar sepanjang hayat.
5) Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik berarti membantu pengembangan diri dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Conny R. Semiawan mengulas, bahwa manusia belajar, tumbuh dan berkembang dari pengalaman yang diperolehnya melalui kehidupan di mana ia berada (Semiawan, 2002: 10). Namun perkembangan manusia tidak dimulai dari perkembangan tabularasa, melainkan mengandung sumber daya yang memiliki kondisi sosial kultural, fisik dan biologis yang berbeda-beda, yang tidak dapat dilihat terlepas dari kondisi sosial, kultural, dan biologis dalam lingkungannya. Dengan kata lain dalam dunia persekolahan, guru dan sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkembangkan potensi anak. Anak merupakan sentral dari seluruh proses pendidikan. pemahaman ini dapat dilacak dari teori-teori yang telah dikembangkan oleh pendidikan Erop Kontinental. Teori-teori yang berkembang sampai sekarang ini terdapat kesamaan pandangan yakni pada esensinya, yitu usaha pendidikan yang berfungsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
mengantarkan anak agar tumbuh dan berkembang menuju kematangan, kemandirian, kedewasaan (Supriadi, 2005: 40).
6) Berkomunikasi Efektif, Empatik, dan Santun dengan Peserta Didik Dalam proses pembelajaran, komunikasi dibutuhkan ketika seorang guru akan menyampaikan pesan (the body of materials) kepada anak didik. Levine dan Adelman dalam Deddy Mulyana mengartikan komunikasi sebagai “proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal” (Mulyana, 2005: 3). Jalaludin Rakhmat (1991: 4-6), mengartikan komunikasi sebagai proses penyampaian energi dari alat indera ke otak. Pesan yang diberikan menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu yang lain. komunikasi ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi. Di samping itu, komunikasi merupakan peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Defini tersebut menggambarkan bahwa komunikasi dapat bersifat intrapersona dan ekstrapersona. Deddy Mulyana menyebutkan, komunikasi terjadi setidaknya melalui suatu sumber yang dapat membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan. Bentuknya berupa tanda atau simbol, baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk non-verbal (non kata-kata), tanpa harus mamastikan terlebih dahulu bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama (Mulyana, 2007: 3). Dengan demikian, komunikasi dapat terjadi antar pribadi, kelompok, masyarakat, bahkan lintas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
budaya. Komunikasi juga terjadi melalui suatu proses, berdasarkan suatu tujuan, dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Menurut Bobbi de Porter dkk, ada empat prinsip komunikasi ampuh, yaitu timbulkan citra (munculkan kesan), arahkan fokus, inklusif, dan spesifik (De Porter,
2000:
117).
Komunikasi
dalam
proses
pembelajaran
perlu
mempertimbangkan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menimbulkan kesan pada anak. Ketika komunikasi telah menimbulkan kesan, maka perhatian siswa akan terfokus. Proses seperti inilah yang dimaksud dengan memindahkan energi. Berkomunikasi efektif, empatik dan santun terhadap anak didik merupakan komunikasi yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Bahasa yang empatik dan santun membuat suasana pembelajaran lebih harmonis. Guru tidak diperbolehkan menggunakan bahasa yang tidak mendidik, karena guru sebagaimana diungkapkan sebelumnya adalah sosok yang digugu dan ditiru. Oleh karena itu guru harus menjadi teladan. Sebagai teladan, komunikasi yang dibangun dalam proses pembelajaran adalah komunikasi simpatik dan persuasif. Perkataan guru menimbulkan asosiasi spesifik. Dalam proses belajar mengajar, komunikasi empatik, persuasif, dan menarik akan berdampak pada terjadinya proses pembelajaran yang kontruktif. Komunikasi antara pendidik dan peserta didik diharapkan berlangsung menarik. Komunikasi dalam proses pembelajaran perlu mengadopsi lebih dari satu arah (one way) tetapi multi ways communication. Komunikasi tersebut terjadi antara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
guru dan anak didik. Siklus ini perlu dipertahankan dan disesuaikan dengan konteks waktu dan kebutuhan.
7) Menyelenggarakan dan Memanfaatkan Evaluasi Evaluasi atau penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi tentang peserta didik (Supranata dan Hatta, 2004: 3). Evaluasi dapat dijadikan sebagai proses umpan balik (feedback process). Pertama, evaluasi menadi dasar untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan anak baik pada tiap proses pembelajran, semester, dan tahunan. Melalui evaluasi inilah, tujuan pembelajaran dapat diketahui berhasil atau tidaknya, mencapai sasaran atau tidak. Kedua, evaluasi menjadi umpan balik baik bagi pendidik maupun anak didik. Howard Kingsley dalam Nana Sudjana membagi hasil belajar ke dalam tiga kategori, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne menguraikan hasil belajar dalam lima kategori yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Dalam proses pelaksanaannya, evaluasi tujuan pendidikan nasional tetap berorientasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2006: 22). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang dapat dikelompokkan menjadi
enam
aspek,
yaitu
pengetahuan
atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Dua aspek pertama disebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya digolongkan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek masuk dalam raah psikomotoris yaitu gerakan
reflek,
keterampilan
gerakan
dasar,
kemampuan
perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan imperatif.
Tabel: Ranah Penilaian dan Aspeknya Kognitif
Afektif
Psikomotoris
Pengetahuan/Ingatan
Penerimaan
Reflek
Pemahaman
Jawaban/reaksi
Keterampilan
gerakan
dasar Aplikasi
Penilaian
Kemampuan perseptual
Analisis
Organisasi
Keharmonisan
atau
ketepatan Sintesis
Internalisasi
Gerakan
keterampilan kompleks
Evaluasi
Gerakan ekspresif
Evaluasi dapat dilakukan terhadap program, proses dan hasil. Evaluasi program bertujuan untuk menilai efektivitas program yang dilaksanakan. Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
8) Melakukan Tindakan Reflektif Tindakan reflektif sesungguhnya adalah kelanjutan dari proses evaluasi sebagai akhir proses pembelajaran. Reflektif dapat dipahami sebagai tindakan introspeksi dan me-review proses belajar mengajar yang telah dilakukan dan berakhir dengan memunculkan perubahan-perubahan baik pada tataran paradigma pendidikan, konsep pendidikan, strategi dan pendekatan yang lebih edukatif dilaksanakan di dunia pendidikan, perubahan paradigma kurikulum, dan lainnya. Melalui tindakan reflektif, semua komponen harus menyadari bahwa perubahan dan peningkatan mutu pendidikan tidak dilakukan secara parsial. Akhir dari tindakan reflektif adalah proses evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh dan berpegang pada prinsip kontinuitas. Dalam makna yang sederhana tindakan reflektif merupakan proses perenungan kegiatan belajar mengajar. Tindakan ini sebagai akhir proses pembelajaran menjadi ciri proses akhir belajar mengajar – selain eksplorasi, interaksi, dan komunikasi – yang diarahkan pada proses membangun gagasan dan menciptakan suasana berpikir (Janawi, 2012: 96).
b. Kompetensi Kepribadian Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Ini berarti kompetensi kepribadian ini ditandai dengan memiliki kepribadian mantap dan stabil, dewasa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
arif, berwibawa, dan akhlak mulia sehingga dapat menjadi teladan. Kepribadian mantap dan stabil memiliki karakteristik menaati peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya, menunjukkan perilaku disiplin; bertindak sesuai dengan norma sosial dengan ciri bertutur kata secara santun, berpenampilan (fisik) secara sopan, dan berperilaku santun; bangga sebagai pendidik, menunjukkan komitmen terhadap tugas sebagai pendidik, dan menjaga kode etik profesi pendidik; serta memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri mentaati tata tertib secara konsisten dan memiliki disiplin diri secara konsisten. Kemampuan kepribadian adalah kemampuan yang stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, dan berakhlak mulia. Guru sebagai teladan akan mengubah perilaku siswa, guru adalah panutan. Guru yang baik akan dihormati dan disegani oleh siswa. Jadi guru harus bertekad mendidik dirinya sendiri lebih dahulu sebelum mendidik orang lain. Pendidikan melalui keteladanan adalah pendidikan yang paling efektif. Guru yang disenangi, otomatis mata pelajaran yang ia ajarkan akan disenangi oleh siswa, dan siswa akan bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran tersebut. Sebaliknya guru yang dibenci oleh murid, akan tidak senang dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru, dan membentuk sikap anti pati terhadap mata pelajaran yang dipelajari tersebut (Buchari Alma, 2008: 141). Kepribadian dewasa memiliki karakteristik menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dengan ciri melaksanakan tugas secara mandiri, mengambil keputusan secara mandiri, dan menilai diri sendiri (refleksi diri); serta memiliki etos kerja sebagai pendidik dengan ciri bekerja keras, melaksanakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
tugas secara bertanggung jawab, dan mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik. Kepribadian yang arif memiliki karakteristik menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, bertindak atas dasar kemanfaatan sekolah, dan bertindak atas dasar kemanfaatan masyarakat; serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak dengan ciri menerima kritik dan saran untuk perbaikan dan menempatkan diri secara proporsional. Kepribadian yang berwibawa memiliki karakteristik perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik ditandai dengan mengemukakan pendapat yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan menunjukkan tindakan yang berpengaruh positif terhadap peserta didik; serta memiliki perilaku yang disegani dengan ciri berperilaku yang dihormati oleh peserta didik, berperilaku yang dihormati oleh sejawat, dan berperilaku yang dihormati oleh masyarakat. Kepribadian memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki karakteristik bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) yang ditandai menghargai ajaran agama yang dianut maupun agama lain, menerapkan ajaran agama yang dianut, menerapkan norma kejujuran, dan menunjukkan keikhlasan; serta memiliki perilaku yang dapat diteladani peserta didik dengan ciri bertutur kata sopan sehingga menjadi teladan bagi peserta didik dan berperilaku terpuji sehingga menjadi teladan bagi peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
c. Kompetensi Profesional Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.Konsep ini mengandung arti bahwa kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Wina Sanjaya berpendapat bahwa, ”Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan” (Wina Sanjaya, 2006: 145). Kompetensi profesional ini memiliki karakteristik menguasai materi ajar yang luas dan mendalam, serta menguasai struktur dan metode keilmuan bidang studi yang diajarkan. Materi yang dikuasai bukan hanya sekedar materi ajar yang diajarkan di sekolah/sesuai sebaran dalam kurikulum sekolah, melainkan pula materi yang memayunginya. Dengan menguasai materi dan memayungi, maka diharapkan guru akan mampu menjelaskan materi ajar dengan baik, dengan ilustrasi jelas dan landasan yang mapan, dan dapat memberikan contoh yang kontekstual. Di samping itu, dikuasai pula struktur keilmuan dari bidang keahliannya. Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan (Buchari Alma, 2008: 142).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Kompetensi profesional guru ditunjukkan pula oleh kemampuan guru dalam mengembangkan materi studi yang diajarkan dalam bentuk penelitian, dan secara nyata menghasilkan karya-karya produktif seperti penulisan bahan ajar, termasuk menulis buku yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Kompetensi-kompetensi lainnya adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya ketiga jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Diantara ketiga jenis kompetensi yang saling menjalin secara terpadu dalam diri guru. Guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Ketiga kompetensi tersebut terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru (Oemar Hamalik, 2008: 34).
d. Kompetensi Sosial Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Konsep ini hendak menjelaskan bahwa kompetensi sosial ini memiliki karakteristik berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
peserta didik, teman sejawat, dan lingkungan sekitar. Kompetensi berkomunikasi secara efektif mencakup: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sejawat, dan orang tua/wali dengan ciri: mengkomunikasikan pesan (message) secara lisan, memaknai pesan (message) lisan, mengkomunikasikan pesan (message) secara tertulis, dan memaknai pesan (message) tertulis; berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat dengan ciri: mengkomunikasikan pesan (message) secara lisan, memaknai pesan (message) lisan, mengkomunikasikan pesan (message) secara tertulis, dan memaknai pesan (message) tertulis. Kemampuan sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha untuk mengembangkan komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada umumnya (Buchari Alma, 2008: 142). Bergaul secara efektif mencakup mengembangkan hubungan secara efektif dengan peserta didik, sejawat, orang tua/wali, dan masyarakat dengan ciri: mengembangkan
hubungan
atas
dasar
prinsip
saling
menghormati,
mengembangkan hubungan atas dasar prinsip keterbukaan, dan mengembangkan hubungan berasaskan asah, asih, asuh; serta bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, sejawat, orang tua/wali, dan masyarakat dengan ciri: bekerja sama atas dasar prinsip saling menghormati, bekerja sama atas dasar prinsip keterbukaan, dan bekerja sama atas dasar prinsip saling memberi dan menerima (Musaheri, 2007: 23).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
2. Kompetensi Pedagogik Guru PAK a. Kompetensi Pedagogik Guru PAK Menurut Undang-Undang Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 10, ayat 1) menyatakan yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Konsep ini mengandung beberapa hal penting yaitu pertama, guru harus mengetahui dan memahami
tahap-tahap
perkembangan
peserta
didik
sehingga
mampu
menciptakan suasana yang menjadikan siswa siap mental sekaligus menimbulkan perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kedua, guru menguasai materi sehingga mampu menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir dan sistemik. Ketiga, guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, inovatif dan kreatif. Keempat, guru berusaha untuk mengoptimalkan kemampuan menjelaskan materi melalui pemberian pertanyaan kepada siswa. Kelima, guru dapat memberi penguatan yakni suatu respons secara positif yang diberikan guru kepada siswa yang melakukan perbuatan baik atau kurang baik. Keenam, guru mampu membuat variasi, yakni guru dapat menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui gaya mengajar, penggunaan media, pola interaksi kegiatan siswa dan komunikasi nonverbal (suara, mimik, kontak mata, dan semangat). Ketujuh, guru dapat mengakhiri proses pembelajaran dengan baik. Sementara itu, Asmani (2009: 59-60) mengatakan bahwa kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pembelajaran yang dilakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Guru harus belajar secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik ini secara teori dan praktek. Dari sinilah, perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan pesat dan produktif. Selanjutnya Asmani mengemukakan 10 indikator kompetensi pedagogik, yang m enurut penulis dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran PAK di sekolah, yakni: 1.
Menguasai cakupan materi pelajaran PAK dengan baik, utuh, dan menyeluruh Guru PAK diharapkan menguasai bidang kajian materi tentang bahan ajar
yang akan disampaikan kepada siswanya. Cakupan materi yang dimaksud adalah tentang pengenalan secara mendalam terhadap pribadi peserta didik, Yesus Kristus dan Gereja serta bagaimana bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari bersama masyarakat. Dalam lokakarya di Malino, ditegaskan bahwa materi/bahan merupakan sarana, bukan tujuan. Bahan ditentukan sejauh membantu pergulatan dan penghayatan hidup beriman. Ini berarti proses pembelajaran PAK tidak menitikberatkan pada penyelesaian bahan, melainkan pada kemendalaman pemahaman, sehingga diharapkan bahan ditentukan sangat minimal (sangat mungkin terselesaikan dalam waktu yang tersedia dengan proses yang mendalam) atau bahan disediakan sedemikian rupa sehingga mewakili seluruh aspek kehidupan peserta didik, namun tidak hanya itu, semampunya para guru agama memilih bahan yang relevan dengan situasi kelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Meskipun bahan merupakan sarana namun bukan berarti bahan itu bahan mati, abstrak dan tidak menyentuh kehidupan peserta didik. Guru PAK harus mengolah bahan menjadi bahan hidup yang mendukung siswa dalam pergulatan dan penghayatan hidup beriman, maka bahan dikemukakan sebagai yang bersaksi atas hidup beriman. Bahan yang hidup dapat menjadi partner dialog. Bahan yang dipilih pun harus memuat dan menampilkan nilai-nilai, sehingga terjadi pergulatan pilihan nilai dalam diri peserta didik beserta akibat-akibat pilihannya. 2. Memahami Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Memahami psikologi pendidikan misalnya tentang tahapan perkembangan siswa, memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, serta teori-teori belajar dan mengajar. Selain itu guru PAK harus mengenal fungsi dan program bimbingan dan konseling di sekolah. Seorang guru PAK tidak diharapkan menjadi seorang konselor yang profesional, namun diharapkan dia dapat memberikan pelayanan agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat mereka. Adapun fungsi pelayanan bimbingan dan konseling antara lain: a. Pencegahan, yakni mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran PAK. b. Penyaluran, yakni membantu peserta didik mendapat penyaluran diri ke arah kegiatan yang dapat menunjang perkembangan dirinya. c. Penyesuaian, yakni membantu terciptanya penyesuian diri peserta didik dengan mata pelajaran yang ditekuni.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
d. Perbaikan, yakni membantu peserta didikmemecahkan masalah yang berkaitan dengan pelajaran PAK. e. Pengembangan, yakni membantu peserta didik mengembangkan keseluruhan pribadinya secara terarah dan berkelanjutan.
3. Mengembangkan Kurikulum yang Terkait dengan PAK Guru PAK diharapkan memiliki keterampilan dalam merencanakan, menyusun dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan tuntuan kurikulum yang berlaku. Guru mampu menyusun dan menentukan langkahlangkah pembelajaran yang sistematis dan mencakup keseluruhan bidang kajian PAK sehingga para siswapun dapat menerima penyampaian bahan ajar PAK dengan baik. Guru PAK dalam mengembangkan kurikulum PAK, harus memperhatikan tiga unsur pokok pendidikan iman., yaitu pengalaman hidup peserta, visi dan kisah hidup kristiani serta komunikasi antara pengalaman hidup peserta dengan visi dan kisah hidup kristiani. Ketiga unsur ini saling terkait dan merupakan syarat yang bersifat konstitutif (yang harus ada) supaya suatu kegiatan dapat disebut sebagai pendidikan iman. Selain itu, ketiga unsur ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan unsur-unsur yang harus ada di dalam persiapan dan proses penyelenggaraan pendidikan iman di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
a. Pengalaman Hidup Peserta Pengalaman hidup peserta mencakupi segala kegiatan hidup harian, termasuk kegiatan rohani mereka seperti hidup doa, perayaan iman, dll. Di samping itu, di dalamnya terdapat permasalahan, kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup mereka, tetapi juga kegembiraan, sukses, cita-cita serta harapan mereka. Dengan kata lain, pengalaman hidup mencakup seluruh kenyataan hidup peserta. Kenyataan hidup yang menjadi salah satu unsur kontitutif pendidikan iman menggarisbawahi pengertian dasar pendidikan dalam iman sebagai komunikasi pengalaman. Kehidupan konkret peserta menjadi titik tolak dan sekaligus medan bagi peserta didik untuk menghayati imannya. Melalui refleksi terhadap pengalaman hidupnya, peserta didik mengenali kehadiran Allah yang menyatakan diri dan mengundang mereka untuk menanggapinya. Melalui interpretasi dan hermeneutik peserta didik dibantu menemukan makna dari pergualatan hidupnya, dan dibantu juga untuk menempatkan iman di dalam pergualatan hidup sehari-hari. Berangkat dari pengalaman hidup yang berbedabeda yang menjadi titik tolak dalam pergulatan hidup selama mengikuti proses pembelajaran PAK, diharapkan pembelajaran PAK menjadi relevan dan menyentuh kehidupan peserta.
b. Visi dan Kisah Hidup Kristiani Visi dan kisah hidup kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan pengalaman
hidup
konkret
peserta,
agar
peserta
menyadari
makna
pengalamannya, dan mereka dihantar untuk sampai pada pengakuan iman kristiani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
yang lebih personal dan otentik. Visi dan kisah hidup kristiani dapat menjadi peneguh, kritik, dan dapat merupakan dorongan inspiratif ke arah perkembangan baru yang lebih baik. Visi dan kisah hidup kristiani digali dari sumber utamanya yaitu Kitab Suci dan harta kekayaan iman Gereja (tradisi). Kedua sumber ini karena penting, maka harus digunakan secara serentak. Tradisi dipahami sebagai pengalaman jemaat yang menghidupi dan menghayati sabda Tuhan yang hidup. Menjadi kerangka penafsiran, karena visi dan kisah hidup kristiani yang bersifat normatif (di dalamnya terkandung nilai-nilai pengalaman dasar kristiani yang bersifat
kumulatif)
membantu
peserta
untuk
memantapkan
identitas
kekristianiannya dan sekaligus memperteguh rasa memiliki mereka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jemaat kristiani.
c. Komunikasi Kehidupan Konkret Peserta dengan Visi dan Tradisi Kristiani Pendidikan iman menjadi kegiatan yang bernilai edukatif dan transformatif kalau pengalaman hidup konkret didialogkan dengan visi dan tradisi kristiani. Dialog ini membantu peserta didik agar menghayati imannya di dalam kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Melalui interpretasi peserta dibantu untuk menafsirkan pengalamannya sendiri maupun harta kekayaan iman kristiani. Dari sini, peserta dibantu untuk sampai pada penghayatan iman yang otentik yang membawa mereka pada kedewasaan iman. Salah satu tugas utama PAK adalah mendialogkan, mempertemukan antara pengalaman hidup dengan harta kekayaan iman kristiani. Di dalam fungsi ini PAK dapat dipahami sebagai proses interpretasi pada keduanya dengan maksud supaya diketemukan maknanya yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
bersifat transformatif. Menemukan makna merupakan kegiatan mendasar dari hidup manusia.
4. Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis; Guru PAK diharapkan mampu mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran. Guru mampu mengelola program pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung secara “Paikem”, yakni “Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan”. Guru PAK diharapkan terus menemukan aneka model pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didiknya, sehingga peserta didik yang adalah subyek belajar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Mampu membentuk interaksi dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Seorang guru harus memahami hakekat belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, bagaimana proses belajar berlangsung dan ciri-ciri belajar dalam berbagai bidang yakni pengetahuan, pemahaman, minat, sikap, nilai, dan keterampilan. Dengan demikian ia akan mampu menentukan jenis interaksi yang bagaimana dan pola interaksi yang seperti apa yang sekiranya dapat menarik minat anak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
5. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru
PAK dapat memanfaatkan media dan sumber belajar yang
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Media dan sumber belajar dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dalam proses belajar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
termasuk pembelajaran PAK (Sadiman, 2008: 13). Media tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu guru dalam mengajar, tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan kepada siswa-siswi. Sehingga diharapkan baik guru maupun media dapat memberikan kemudahan belajar bagi siswa guna memperoleh pengetahuan yang luas, mendalam, jelas, sistematis, dan menarik.
6. Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik Guru PAK harus menyadari bahwa peserta didik bukanlah botol kosong yang siap menampung apa saja dari proses pembelajaran. Peserta didik adalah pelaku belajar itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pewartaan iman, Santo Yakobus menuliskan kepada kita bahwa “Hendaklah kamu menjadi pelaku firman” (Yak 1:22). Oleh karena subyek belajar adalah peserta didik itu maka sudah sepantasnyalah proses pembelajaran PAK dikelola untuk memenuhi kebutuhan dalam hal ini minat siswa itu sendiri, agar mereka sungguh-sungguh tumbuh dalam iman dan penghayatan hidup beriman.
7. Menyelenggarakan Penilaian, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Guru PAK diharuskan untuk mampu melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian serta evaluasi prestasi peserta didik secara bertanggung jawab, sehingga
guru
dapat
memperoleh
umpan
balik
yang
berharga
untuk
pengembangan pengajaranya dan perkembangan peserta didiknya serta dapat memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran PAK.
demi peningkatan kualitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
8. Melakukan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Seorang guru PAK tidak hanya mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa, namun juga dapat mengevaluasi kinerjanya sendiri demi peningkatan kualitas dan keberhasilannya dalam mengajarkan PAK. Penekanannya pada apakah guru PAK telah berhasil melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana ataukah belum, apa saja yang perlu diperbaiki. Selain itu guru agama dapat mengikuti kegiatan ret-ret atau rekoleksi guna menyegarkan kembali panggilan yang dijalani dan tugas yang diembannya sehingga guru PAK tetap bersemangat dalam menjalankan misi Gereja di dunia.
b. Kompetensi Pedagogik Guru Agama Katolik menurut Dokumen Gereja Dokumen Gereja menggarisbawahi pentingnya pendidikan untuk siapa saja, khususnya bagi generasi muda yang masih harus berkembang, tetapi juga bagi orang dewasa dalam arti pendidikan seumur hidup. Ditegaskan bahwa pedidikan merupakan hak azasi setiap orang, karena siapa saja berhak memperkembangkan dan menyempurnakan hidup menuju kepada kepenuhannya. Pendidikan merupakan jalannya. Pendidikan juga merupakan cara bagi manusia untuk menemukan dan memantapkan identitas dirinya di tengah-tengah perubahan dan perkembangan zaman. Dengan begitu manusia diharapkan dapat lebih berperan aktif di dalam kehidupan sosial mengusahakan kesejahteraan bersama (Gravissimum Educationis, art. 1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Gereja di dalam sejarah hidupnya berperan aktif dalam bidang pendidikan dengan maksud untuk mengambil bagian di dalam memperkembangkan kehidupan (memperjuangkan budaya kehidupan [budaya pro life]) untuk mengalahkan budaya kematian. Dengan cara itu Gereja mewartakan Injil kehidupan yaitu Kristus yang membebaskan dan menyelamatkan. Gereja menggarisbawahi dua tujuan pendidikan yang saling berkaitan erat: pertama, memperkembangkan pribadi manusia dan kedua, memperjuangkan kesejahteraan umum. Gereja sangat menyetujui arah pendidikan yaitu demi memperkembangkan dan menyempurnakan hidup manusia di dalam segala aspeknya. Dengan pendidikan manusia diharapkan menyadari kemandiriannya (otonomi, hak-hak azasinya, misalnya berpikir, mempertimbangkan, memilih dan memutuskan secara bebas nilai hidup yang diyakini). Tetapi perlu juga dipahami bahwa kemandirian manusia bersifat relasional. Ini berarti, orang akan semakin menjadi dirinya sendiri kalau ia secara terbuka dan tulus berkomunikasi dengan sesamanya, semakin ia membuka diri maka jalan unutk menjadi dirinya sendiri semakin terbuka. Setiap manusia di satu pihak, merupakan pribadi yang bersifat otonom, tetapi di lain pihak, juga bersifat sosial. Pendidikan berusaha mewujudkan tercapainya keseimbangan dan keterpaduan keduanya. Yang jelas, siapapun berhak untuk hidup bahagia dan menyempurnakan kehidupannya sesuai dengan maksud ia diciptakan. Oleh karena itu Gereja menegaskan bahwa setiap orang Kristen berhak menerima pelayanan kerohanian dan moral dari Gereja. Dari kacamata lain,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
Gereja menyadari kewajibannya unutk menyelenggarakan reksa rohani dan moral bagi semua warganya agar mereka dapat memperkembangkan kehidupannya berdasar pada nilai-nilai injili (nilai-nilai yang mengacu pada hidup Yesus Kristus sendiri). Gereja menyadari bahwa tanggungjawab penyelenggara pendidikan Kristen yang pertama adalah orang tua (keluarga). Peranan mereka sangat perlu dihormati dan memang tidak tergantikan. Di samping itu, Gereja mengakui peranan/kewajiban pemerintah (masyarakat) untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakatnya demi mencerdaskan bangsa dan memperjuangkan kesejahteraan umum (bonum commune). Pemerintah juga berkewajiban untuk menghormati dan membantu terselenggaranya pendidikan bagi kaum muda terutama yang telah diusahakan oleh orang tua dan lembaga-lembaga pendidikan swasta lainnya. Ditegaskan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menghormati prinsip subsidiaritas. Selain itu juga ditekankan peranan Gereja sendiri. Gereja memiliki
kompetensi
untuk
mewartakan
dan
memperjuangkan
keselamatan,mengkomunikasikan hidup dalam kesatuan dengan Yesus Kristus. Gereja bercita-cita supaya hidup setiap orang beriman Kristen diresapi oleh semangat dan sikap Yesus Kristus sendiri (Gravissimum Educationis, art. 3). Gereja berkeyakinan bahwa katekese dalam arti pendidikan di dalam iman merupakan upaya yang khas untuk mewujudkan tujuan pendidikan Katolik. Di samping itu, Gereja juga berusaha ikut aktif dalam komunikasi sosial dan di dalam kelompok-kelompok kaum muda dan terutama sekolah-sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Dalam dokumen Gravissimum Educationis, ditegaskan bahwa salah satu unsur pokok yang perlu ditekankan oleh sekolah-sekolah Katolik adalah dimensi religius, tentu saja menyusut iman kristiani. Segi ini bagi sekolah menjadi cara hidup yang perlu senantiasa diusahakan supaya mereka dapat mendidik siswasiswinya menurut nilai-nilai kristiani, dimensi tersebut terdapat dalam: suasana pendidikan, perkembangan pribadi semua peserta didik (personal dan komunal), hubungan yang terjalin erat antara kebudayaan dan Injil, serta penerangan segala pengetahuan oleh cahaya iman. Dimensi religius menjadi serangkaian usaha yang terus diupayakan Gereja dalam tugas pewartaannya. Dalam hal ini, dimensi ini ingin diwujudkan dalam proses pembelajaran, yakni pembelajaran pendidikan agama di sekolah. Pembelajaran
pendidikan
agama
di
sekolah
harus
sungguh-sungguh
memperhatikan suasana belajar yang harus diciptakan, yakni suasana yang sungguh-sungguh Katolik. Suatu suasana yang dijiwai oleh Roh cinta kasih dan kebebasan injili, suasana belajar yang diresapi oleh semangat dan sikap hidup Yesus sendiri (Gravissimum Educationis, art. 25). Suasana belajar semacam ini akan membuat para peserta didik merasa martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya dipahami, pertanyaan dan keluhannya diperhatikan. Mereka juga dibantu untuk menemukan identitas dan perannya di dalam kehidupan bersama. Di samping itu, proses pembelajaran yang diharapkan tidak hanya dibatasi pada perkembangan segi intelektual tetapi juga menyangkut perkembangan perasaan, dan tindakan konkret. Hal ini membantu peserta didik untuk berkembang ke arah kebijaksanaan hidup, pendidikan yang bersifat utuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Dokumen Gereja Katolik memang tidak secara ekspilisit menjelaskan kompetensi pegagogik seorang guru agama/katekis. Namun, profesi guru agama dapat dilihat dari sudut pandang panggilan kaum awam dalam hal ini untuk menjadi guru agama/katekis yang muncul dalam Sakramen Permandian, dan dikuatkan oleh Sakramen Krisma. Melalui kedua sakramen ini, kaum awam mengambil bagian dalam “pelayanan Tri tugas Kristus sebagai imam (menguduskan), nabi (mengajar), dan raja (menggembalakan)” dengan bantuan Roh Kudus (Budi Kleden, 2005:49). Tri tugas Kristus ini menyatu dalam tugas mengajar oleh Gereja yang dilaksanakan oleh para guru agama di sekolah agar siswa yang mendapat pengajaran dapat berkembang dalam iman dan menjadi pewarta menurut kesaksian hidupnya dan semakin mengenal Kristus serta dimampukan untuk tumbuh dalam iman dan menjadi saksi-Nya yang hidup. Karena ciri khas status hidup kaum awam yakni: hidup di tengah masyarakat dan urusan-urusan duniawi, maka mereka dipanggil oleh Allah, untuk dijiwai semangat kristiani, ibarat ragi, menunaikan kerasulan mereka di dunia (Apostolicam Actuositatem, art. 2). Dalam Gereja terdapat perbedaan dalam hal pelayanan tetapi satu tubuh. Dari Kristus “seluruh Tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh uraturat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya” (Kol 2:9). Tuhan membagi-bagikan karunia-karunia pelayanan dalam tubuhNya (Lumen Gentium art. 7). Satu dari karunia pelayanan yang dianugerahkan dan diawali oleh Yesus sendiri ialah katekese. Pelayanan katekese tidak boleh dipisahkan dengan Gereja dan merupakan hati kepada semua pelayanan dalam Gereja. Dokumen Gereja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 tentang katekese, “Catechesi Tradendae” menyatakan bahwa dalam semua pelayanan Gereja, katekese mendapat tempat yang paling utama dan istimewa (CT art. 13). Katekese merupakan kegiatan pendampingan iman yang mempersiapkan umat Allah untuk hidup dalam komunitas dan mengambil bagian secara aktif di dalam kehidupan misi Gereja. Berdasarkan beberapa dokumen Gereja, didapat beberapa penjelasan siapakah katekis dan peranannya. Pertama, Catechesi Tradendae (1977): Katekis adalah umat awam yang telah melalui pembentukan/kursus dan hidup sesuai Injil. Maksudnya katekis adalah seorang yang telah diutus oleh Gereja, sesuai dengan keperluan setempat, yang tugasnya adalah untuk membawa umat untuk lebih mengenali, mencintai dan mengikuti Yesus. Kedua, Redemptoris Missio (1990): Menggambarkan katekis sebagai “pelayan, saksi, penginjil dan tulang punggung Komunitas Kristiani, terutama bagi Gereja-Gereja yang masih muda”. Ketiga, General Directory for Catechesis (1997): Katekis sebagai guru, pendidik, dan saksi iman (Boli Kotan, 2011:17-18). Sebagai seorang pendidik iman, guru PAK di sekolah diharapkan mampu menempatkan peserta didik sebagai subyek dalam proses pembelajaran. Adapun hal yang harus diperhatikan dan menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran PAK di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Guru PAK Membantu Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri Peserta Didik Sebagai pendidik kita wajib meneguhkan sifat dasar peserta didik yang sungguh baik. Dengan tulus guru Pak harus menghormati martabat mereka
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
mulia, menghargai segala talenta dan keunikan mereka serta mempercayai (mengagumi) kemampuan mereka. Sikap meneguhkan dan menghormati
kita
jadikan sebagai sikap dasar untuk mendorong dan memberdayakan mereka agar mereka sendiri dapat memperkembangkan hidupnya. Kita pun sebagai guru PAK, dapat membantu mereka agar mereka memiliki peluang yang selebar-lebarnya untuk
dapat
memiliki
warisan
kekayaan
ilmu,
kebudayaan,
nilai-nilai
kemanusiaan, seni, dan kebijaksanaan. Guru PAK harus mampu memadukan antara sikap
mempercayai dan menghormati dengan sikap memberdayakan dan
menantang. Di sini kita dapat memfokuskan perhatian kita kepada kemampuan dan bakat-bakat, minat mereka, bukan kepada kekurangan, kesalahan dan kelemahan serta kenakalan mereka. Sikap sebagai seorang guru PAK, bila menghadapi peserta didik adalah bermurah hati, memiliki hati untuk mendampingi dan selalu ada untuk peserta didik.
b. Tetap Yakin dan Penuh Harap pada Peserta Didik Seorang guru PAK adalah pribadi yang tidak pernah kehilangan kesabaran dan keyakinan bahwa peserta didiknya semua dapat
berkembang sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan, yang mereka terima dari-Nya, mereka semua dapat sampai pada hidup di dalam kelimpahan dan kepenuhan. Tentu lebih mudah bagi kita untuk mengelompokkan para peserta didik menurut kategori pandai dan sangat berbakat, cukup dan
dapat lulus, sisanya tidak ada harapan dan hampir
pasti gagal. Tetapi pengelompokkan ini sering berat sebelah, tidak adil dan penuh prasangka, yang akhirnya sangat merugikan proses belajar peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
c. Mengasihi Semua Peserta Didik Tanpa Terkecuali Meneguhkan berarti mempercayai peserta didik, yakin dan penuh harap bahwa mereka dapat berkembang, juga yang tidak kalah pentingnya adalah mengasihi mereka. Beriman, berharap dan mengasihi para peserta didik
itulah
yang menjadi sikap, tekad, kesadaran yang wajib kita wujudkan dalam menunaikan tugas panggilan sebagai seorang guru agama di sekolah. Dengan kasih yang sedia berkorban, guru agama dapat menjadikan Yesus sebagai teladan dalam mengasihi semua manusia. Kasih Yesus mendatangkan mukjizat seperti penyembuhan, pertobatan dan pembebasan. Dengan cinta yang bersifat agapik tersebut, guru menyatukan diri dengan hidup peserta didik; guru berada bersama mereka dalam kesulitan, kekurangan, juga dalam pengharapan dan kegembiraan serta
cita-cita mereka. Kasih juga dapat kita wujudkan dengan jalan menuntut,
menantang dan memberdayakan mereka. Tetapi segala yang keras dan berat itu tetap dialami sebagai ungkapan kasih guru kepada peserta didiknya.
d. Menghormati Peserta Didik Sebagai Subyek Guru PAK harus memperlakukan peserta didik sebagai subyek, bukan obyek dalam proses pembelajaran. Dengan memperlakukan mereka sebagai subyek, berarti guru PAK mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik, bukan relasi subyek dengan obyek tetapi subyek dengan subyek. Relasi ini disebut relasi intersubyektivitas, yaitu reasi antara Aku dan Engkau. Inilah relasi personal antar pribadi, relasi mendalam yang membebaskan
dan
memperkembangkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Sebagai seorang pendidik iman, guru PAK tidak boleh memperlakukan peserta didik sebagai benda atau obyek yang perlu diisi melainkan sebagai pribadi yang kita percayai dan kasihi. Dalam membangun relasi tersebut yang diharapkan oleh peserta didik bukan semata-mata isi pelajaran, tetapi ilham, inspirasi, teladan dari gurunya. Relasi subyek dengan subyek juga diwujudkan di antara sesama peserta didik, sehingga mereka semua dapat menjadi pelaku pendidikan yang aktif, kreatif serta realistis. Relasi tersebut memampukan pendidik untuk berdialog, mendorong peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri serta mempercayai kemampuan mereka. Dengan suasana belajar yang intersubyektivitas, PAK diharapkan mampu membantu peserta didik memperkembangkan dirinya secara utuh, bukan hanya intelektual tetapi juga perasaan, emosi, hati, dan perilaku sehingga pembelajaran menjadi proses perkembangan diri peserta didik secara seimbang, utuh dan menyeluruh.
e. Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggunjawab Peserta Didik Pendidikan yang bersifat konatif, artinya pendidikan yang menyatukan antara segi intelektual, afektif dan perilaku. Guru PAK dalam
hal ini tidak
bersifat memaksa tetapi sebaliknya sungguh menghormati kebebasan
setiap
peserta didik untuk berpikir sendiri, untuk memilih dan memutuskan yang disadarinya sebagai yang paling baik. Namun kebebasan sejati tidak bersifat individualistis dan semata-mata dipahami secara negatif. Kebebasan sejati mengalir dari kesatuan manusia dengan yang Ilahi yang menolong manusia untuk secara bebas memilih yang benar, bertanggungjawab, berbuat yang benar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
sehingga mendatangkan kebaikan bagi hidupnya sendiri dan kesejahteraan bagi hidup sesamanya. Dengan
menghormati kebebasan dan hak semua peserta
didik, diharapkan proses pembelajaran PAK yang diselenggarakan sungguh bersifat membebaskan. Memandang peserta didik dengan sikap dan kacamata positif, di samping membuat guru PAK sebagai pendidik merasa bahagia, juga menjadikan para peserta didik akan merasa diterima kehadirannya, dihargai keunikan dan pribadinya, dijadikan pihak yang penting, dan diberdayakan kemampuan serta bakat-bakatnya. Proses pembelajaran akan dapat mengantarkan mereka kepada kebenaran yang telah Allah letakkan pada inti hidup mereka semua. Proses pembelajaran PAK juga akan membantu mereka memperkembangkan diri secara utuh sehingga mereka dapat ambil bagian di dalam mewujudkan kehadiran nilainilai kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka. Dengan demikian guru PAK pun dimampukan untuk semakin mencintai profesi (panggilan) hidupnya “orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Dan 12:3).
C. Makna Belajar dan Minat Belajar 1. Makna Belajar Drs. Daryanto, dalam bukunya Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan inovatif, pengertian belajar secara psikologis yaitu merupakan suatu proses perubahan. Yakni, perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam aspek tingkah laku. Sedangkan pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara
keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. (Daryanto, 2009: 2). Daryanto (2009:2) menyatakan bahwa perubahan tingkah laku banyak sekali sifatnya maupun jenisnya. Namun tidak semua dikatakan bahwa itu merupakan hasil dari proses belajar. Adapun perubahan tingkah laku yang merupakan hasil dari belajar, memiliki ciri sebagai berikut: a. Perubahan Terjadi Secara Sadar Seseorang yang sedang dalam proses belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, misalnya pengetahuannya bertambah, keterampilannya bertambah, dan kebiasaan baiknyapun bertambah. b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Kontinyu dan Fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan dinamis. Misalnya anak belajar menulis, dari tidak tahu menulis hingga dapat menulis dengan lengkap dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
sempurna dan keterampilannya bertambah. Ia dapat menulis indah, menulis surat, menyalin catatan, dll. c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam. d. Perubahan dalam Belajar bukan bersifat sementara Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat tetap. e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku Perubahaan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
Menurut Winkel (1996: 53) bahwa belajar pada manusia dirumuskan sebagai berikut: ”suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan,
dan
nilai-sikap.
Namun
pada
kenyataannya tidak semua perubahan yang terjadi pada seseorang merupakan hasil dari suatu proses belajar. Hal ini dipertegas oleh R. Gagne yang memberikan dua definisi mengenai belajar yaitu: 1) belajar ialah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku, 2) belajar adalah penguasaan pengetahuan yang diperoleh dari instruksi. Sejak bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungan, tetapi dalam bentuk “sensori-motor coordination” (Daryanto, 2009: 13-14). Gagne menyatakan pula bahwa sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yang disebut “The danains of learning” yakni: keterampilan motoris, informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif dan sikap. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari belum bisa menulis, membaca, menjadi bisa menulis, membaca, yang dialami seseorang baik melalui interaksi dengan sesama, lingkungan maupun melalui pengalaman yang dialaminya dalam hidup seharihari. Hal ini dapat dilihat melalui sikap dan kebiasaan rajin membaca, menulis,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
berani mencoba hal yang baru, aktif dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan demi perkembangan dirinya secara utuh.
2. Pengertian Minat Keberhasilan dalam proses belajar PAK, selain ditentukan oleh guru sebagai tenaga pendidik, pihak lain yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar ialah peserta didik. Peserta didik dapat berhasil jika dalam dirinya tumbuh minat atau ketertarikan pada mata pelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah. Minat dibutuhkan dalam proses belajar untuk mengukur sejauh mana siswa mengetahui apa yang dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Hilgard merumuskan minat sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy same activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati oleh seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, peserta tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bahan pelajaran yang menarik minat lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Daryanto, 2009: 53). Slameto (2014: 180) menjelaskan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat untuk mengetahui dan memahami. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek atau pelajaran tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek atau pelajaran tersebut. Suatu “minat” telah diterangkan sebagai “sesuatu dengan apa anak mengidentifikasikan keberadaan pribadinya” (Hurlock, 1978: 114-118). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan ketertarikan akan sesuatu objek yang berasal dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa minat yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil dari proses pemikiran, emosi, serta pembelajaran sehingga menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau mungkin suatu kegiatan tertentu. Oleh karena itu minat pada masing-masing orang bisa berbeda meskipun berada dalam lingkungan yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi minat diantaranya: (a) kesiapan belajar; Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Oleh karena itu, adalah tugas seorang guru tidak hanya mempersiapkan bahan ajar, melainkan mempersiapkan siswa juga dalam memproses pembelajaran, (b) kesempatan belajar; dalam proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan kelas yang kondusif sehingga minat peserta didik terbangun dan terealisir, (c) pengaruh budaya: di sini dapat dilihat bahwa minat peserta didik dapat dipengaruhi oleh budaya yang sedang berkembang. Guru yang mempunyai peran penting sebagai pengikat pendidikan dan merupakan pelaku perubahan (agent of change) harus benar-benar paham sungguh dan mengikuti perkembangan zaman juga perkembangan siswa, sehingga metode, strategi, dan bahan ajar tidak ketinggalan zaman, dan (d) Minat memiliki bobot emosional; bobot emosional – aspek afektif –
dari
minat
menentukan
kekuatannya.
Bobot
emosional
yang
tidak
menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya. Oleh karena itu guru diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran yang partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, dan memotivasi peserta didik. Menurut Bernard (dalam Sardiman 2000:74), minat timbul tidak secara tiba-tiba/spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar. Artinya minat belajar siswa dapat dikembangkan oleh guru melalui proses pembelajaran (pengetahuan), partisipasi (pengalaman) dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
tindakan langsung (kebiasaan) yang dialami dan dilaksanakan peserta didik sehari-hari di sekolah. 4. Peranan Minat dalam Belajar Salah satu cara untuk memotivasi peserta didik selama pelajaran berlangsung adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Ini tidak selalu mudah: ada kalanya peserta didik menguasai mata pelajaran namun tidak berminat pada pelajaran tersebut. Minat siswa dapat merupakan bagian dari metode mengajar (Sri, 2006: 365). Contoh yang diberikan oleh Sylvia Ashton Warner (1973), menggambarkan satu sistem untuk mengajar membaca dengan menggunakan cerita-cerita yang dibuat oleh siswa sendiri dengan topik-topik yang diminati mereka. Dalam sistem ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan minat mereka sesuai dengan ketertarikan mereka akan suatu tempat, benda, atau peristiwa. Dalam pelajaran, minat sangat diperlukan. Belajar haruslah dengan minat. Minat membantu peserta didik untuk menemukan diri mereka sendiri, menemukan apa yang mereka rasa penting dan berarti tentang dunia yang mengelilingi mereka (Sri, 2006:184). Oleh karena itu, guru haruslah tahu apa yang diminati siswa ketika melaksanakan pembelajaran. Materi-materi mana yang menarik minat siswa, metode dan model-model pembelajaran mana yang merangsang keingintahuan siswa. Dengan mengetahui minat peserta didik, serta penyajian materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, maka tujuan pembelajaran dari suatu mata pelajaran dapat tercapai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
5. Minat Mengikuti Pendidikan Agama Katolik Demikian halnya dengan minat peserta didik terhadap pelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah. Jika guru PAK di sekolah sungguh memiliki dan merealisasikan kompetensi pedagogik dalam proses belajarmengajar PAK dengan baik, maka sosok guru PAK dapat membangkitkan minat belajar peserta didik untuk mengikuti pembelajaran agama Katolik, sehingga tujuan pembelajaran PAK dapat tercapai. Akhirnya, setelah mengikuti PAK, peserta didik diharapkan dapat memiliki komitmen untuk merasakan betapa perlunya mengikuti pendidikan agama. Dan diharapkan komitmen ini akan mempengaruhi sikap dan kepribadian peserta didik guna mewujudkan nilai-nilai hidup dan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan mereka sehari-hari.
D. Penelitian yang Relevan Kompetensi guru yang memadai dan minat siswa sebagaimana telah diuraikan di atas merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses dan hasil Pendidikan Agama di sekolah. Ada beberapa penelitian yang mencoba untuk melihat hubungan antara minat dan kompetensi guru. Ada hubungan erat antara minat belajar siswa dan kompetensi pedagogik dalam proses pembelajaran PAK. Clark (dalam Sudjana, 1998:39) mengemukakan bahwa hasil belajar di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki siswa dan 30% merupakan pengaruh lingkungan. Kemampuan yang dimiliki siswa seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor sosial ekonomi, faktor psikis dan fisik. Sudjana (1998:41) mengemukakan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
pengaruh dari lingkungan (30%) sebagian besar yaitu 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberika sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,58% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberi sumbangan 8,60%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tentu kompetensi pedagogik guru sangat relevan bagi pengembangan pendidikan PAK di sekolah. Implikasinya adalah bahwa untuk meningkatkan minat belajar anak, para guru harus sungguh memiliki dan menguasai kompetensi pedagogik yang dimiliki, karena kompetensi guru memberi sumbangan yang besar terhadap minat belajar dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu diharapkan para guru PAK mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Ketertarikan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAK, sudah seharusnya mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu, penulis berusaha mencari dan menemukan faktor lain yang mempengaruhi minat peserta didik dalam mengikuti PAK. Di sinilah penulis melihat kemungkinan bahwa minat dan prestasi belajar siswa akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru. Studi ilmiah tampaknya belum sampai pada pemikiran ini. Karena itu penulis merasa tertantang untuk meneliti seberapa besar hubungan antara kompetensi pedagogik yang dimiliki guru PAK dengan minat belajar peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
E. Kerangka Pikir dan Hipotesis Dari uraian mengenai kompetensi pedagogik guru PAK dan minat peserta didik mengikuti Pendidikan Agama Katolik di atas, maka dapat digambarkan suatu figur dari hubungan kedua faktor tersebut, sebagai berikut: 1. Gambar
X Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Y Minat Mengikuti PAK
Keterangan: X: Kompetensi Pedagogik Guru PAK Y: Minat Mengikuti PAK
2. Hubungan antar Variabel Gambar di atas terbentuk dari dua variabel: satu variabel bebas yakni kompetensi pedagogik guru PAK (X) dan satu variabel terikat yakni minat mengikuti PAK (Y). Secara konseptual, kompetensi pedagogik dilihat sebagai variabel bebas karena hendak diposisikan sebagai faktor yang mempengaruhi variabel terikat. Sedangkan minat mengikuti PAK dipandang sebagai variabel terikat karena hendak dilihat sebagai faktor yang mendapatkan pengaruh dari faktor bebas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
Dari gambar di atas yang hendak ditunjukkan adalah hubungan searah antara kompetensi pedagogik guru PAK terhadap Minat mengikuti PAK. Dalam proses belajar mengajar, kompetensi pedagogik guru PAK merupakan faktor eksternal sementara minat mengikuti PAK merupakan faktor internal. Dengan demikian, gambar di atas menjelaskan hubungan antara faktor eksternal (Kompetensi Pedagogik Guru PAK) yang mempengaruhi faktor internal (Minat mengikuti PAK) dalam proses belajar mengajar.
3. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: a. H0: Tidak ada pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap Minat mengikuti PAK di sekolah b. H1: Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap Minat mengikuti PAK di sekolah Hipotesis tersebut di atas diajukan pada taraf signifikan 0,05.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan, metodologi penelitian meliputi disain penelitian, variabel penelitian, pengontrolan variabel yang meliputi materi dan evaluasi yang diberikan. bab ini membahas pula mengenai perlakuan, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan teknik analisis data. Secara singkat hal-hal di atas akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresional. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data yang diperoleh, sampai pada penyajian data, yaitu untuk menunjukkan pengaruh antara variabel x (kompetensi pedagogik guru PAK) terhadap variabel y (minat mengikuti PAK).
B. Disain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan prinsip dasar penelitian Ex Post Fakto, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat kembali faktor-faktor yang relevan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
mempengaruhi kejadian atau peristiwa tersebut (Sugiyono, 1997:7). Pemikiran dasarnya sama dengan penelitian eksperimen, yaitu jika X maka Y, hanya saja penelitian ini tidak ada menipulasi (treatment) terhadap variabel bebas (independen). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
X
Y
Keterangan: X
: Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Y
: Minat mengikuti PAK
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa sekolah dasar di kota Yogyakarta. Sekolah Dasar ini dipilih karena peneliti melihat bahwa kompetensi guru PAK sangat berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAK di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015. Penelitian ini menggunakan waktu yang telah disediakan oleh pihak sekolah bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.
D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Dasar Joannes Bosco Baciro, Sekolah Dasar Sang Timur, dan Sekolah Dasar Pangudi Luhur Yogyakarta. Dari ketiga sekolah, siswa kelas VI yang akan menjadi sampel penelitian. Oleh karena anggota sampel dari populasi sangat banyak, maka peneliti menentukan 90 siswa dari ketiga sekolah untuk menjadi sampel. Penelitian ini menggunakan teknik Cluster Sampling (Sugiyono, 2011: 83). karena obyek yang digunakan sebagai sumber data sangat banyak sehingga peneliti hanya menentukan masing-masing 30 siswa kelas VI (enam) dari setiap sekolah.Berdasarkan data yang diperolah dari pihak sekolah, jumlah populasi yang diperoleh sebanyak 90 dengan perincian sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
Tabel 1: Jumlah Responden dari Tiga Sekolah Katolik Di Kota Yogyakarta
Sekolah
SD Joannes Bosco
SD Pangudi Luhur
SD Sang Timur
Jumlah
30 siswa
30 siswa
30 siswa
90 siswa
Populasi
Pada penelitian ini, siswa kelas VI dipilih sebagai sampel dalam penelitian karena siswa kelas VI sudah cukup memiliki kemampuan untuk mengetahui dan memahami apakah guru PAK di sekolah sungguh memiliki kompetensi pedagogik yang memadai dan apakah dengan demikian, kompetensi pedagogik yang dimiliki guru PAK dapat mempengaruhi minat belajar mereka dalam mengikuti proses pembelajaran PAK. E. Variabel Penelitian 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur. Terdiri dari variabel bebas atau independent variabel (X) dan variabel terikat atau dependent variabel (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Kompetensi pedagogik guru PAK” sedangkan variabel terikatnya adalah “minat mengikuti PAK” siswa di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
Kedua variabel tersebut di atas dapat diukur melalui instrumen berdasarkan masing masing variabel.Hasil data yang diperoleh dari kedua variabel tersebut dianalisis untuk menguji hipotesis melalui penelitian kuantitatif model regression linear atau regresi sederhana dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.
2. Definisi Konseptual Variabel Berdasarkan kajian pustaka yang dipaparkan pada bab II, maka dapat dirumuskan definisi konseptual dari kedua variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Kompetensi Pedagogik Guru PAK Kompetensi pedagogik guru PAK sebagai variabel bebas (X) merupakan kemampuan yang dimiliki oleh guru agama Katolik, meliputi pengetahuan tentang landasan pendidikan agama Katolik, yang terintegrasi dalam sikap dan keterampilan sehingga dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah.
b. Minat Belajar Anak Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Minat belajar siswa-siswi sebagai variabel terikat (Y) merupakan suatu dorongan atau semangat yang muncul dalam diri peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran PAK di sekolah yang tampak pada sikap lebih tertarik pada pembelajaran PAK.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
3. Definisi Operasional Variabel a.Kompetensi Pedagogik Guru PAK Kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik adalah aktivitas guru dalam
proses
mengajar pendidikan
Agama Katolik,berkemampuan
dalammengelola proses pembelajaran peserta didik guna mencapai tujuan dalam pembelajaran PAK di sekolah.
b. Minat Mengikuti PAK Minat belajar dalam mengikuti pendidikan agama Katolik adalah suatu rasa lebihtertarik pada pelajaran agama Katolik yang menggerakan peserta didik untuk menjadi lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaranPAK di sekolah.
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran angket dan studi dokumen. Penyebaran angket dilakukan secara cross sectional yaitu data diperoleh pada saat yang sama. Instrumen yang didistribusikan kepada siswa kelas VI pada tiga sekolah ini digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Setelah diisi angket langsung dikembalikan kepada peneliti di hari yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dengan bentuk skala likert. Skala likert berisikan serangkaian karakteristik untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang suatu kejadian, atau keadaan atau gejala (Riduwan, 2009:87). Instrumen ini bersifat tertutup, artinya jawaban untuk masing-masing pertanyaan yang ada sudah disediakan di kolom jawaban. Responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaannya. Instrumen skala Likert meliputi pernyataan tertulis mengenai kompetensi pedagogik guru PAK (X) dan Minat mengikuti PAK (Y). Adapun rincian pertanyaan setiap variabel yaitu sebanyak 20 pernyataan. Terdapat satu alternatif jawaban pada pernyataan variabel x dan y pada skala likert, yaitu: sangat setujusetuju dan tidak setuju-sangat tidak setuju dengan bobot nilai berjenjang 4,3,2,1 Jadi nilai maksimum yang dapat diperoleh tiap satu item pernyataan adalah 4 poin dan terendah adalah 1 poin.
Tabel 2. Skor alternatif jawaban variabel x dan y Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Skor 4 3 2 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
3. Kisi-kisi Penelitian Tabel 3: Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru Agama Katolik dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Katolik No. Item 1, 2
Jlh. Item 2
3, 4, 5, 6
4
7, 8
2
- Guru membangun relasi yang baik dan suasana belajar yang dialogis
9, 10, 11
3
- Guru memberi peluang terciptanya pembelajaran yang partisipatif.
12, 13
2
- Guru menggunakan koran, majalah, internet dan media lainnya sebagai sarana belajar PAK.
14, 15, 16,
3
- Guru menggunakan metode dan model-model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
17, 18
2
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Kompeten si Pedagogik Guru PAK
Mengelola proses belajar-mengajar pendidikan agama Katolik
- Guru menguasai tujuan pembelajaran pendidikan agama Katolik - Guru dapat menjelaskan materi Pendidikan Agama Katolik kepada peserta didik
Memahami perkembangan peserta didik.
Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
- Guru memahami perbedaan karakter masing-masing peserta didik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
- Melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran
-Guru melakukan evaluasi mengenai proses pembelajaran PAK yang telah dilaksanakan bersama peserta didik di dalam kelas.
19, 20
Jumlah
2
20
Tabel 4: Kisi-kisi Minat belajar siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik No. Item 21, 22,
Jlh Item 2
Peserta didik aktif dalam belajar PAK
23, 24, 25
3
Peserta ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran PAK
26, 27, 28
3
- Peserta didik memiliki semangat untuk menambah pengetahuan tentang PAK
29, 30, 31, 32
4
Mendengarkan penjelasan guru
33, 34
2
Mengerjakan tugas dengan tekun
35, 36, 37
3
Mendapatkan manfaat belajar PAK
38, 39, 40
3
Variabel
Sub Variabel
Minat Belajar Pendidika n Agama Katolik
- Rasa ingin tahu tentang pendidikan agama Katolik
- Peserta didik rajin mengikuti pembelajaran PAK
Senang belajar pendidikan agama Katolik
- Mau belajar sesuatu yang baru
Jumlah
Indikator
20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Setelah instrumen dalam penelitian ini mendapat persetujuan dari dosen pembimbing untuk disebarkan kepada responden maka peneliti menyebarkan instrumen ini kepada responden sesuai dengan jumlah populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yakni siswa-siswa kelas VI dari SD Pangudi Luhur Yogyakarta, SD Joannes Bosco Yogyakarta, dan SD Sang Timur Yogyakarta, kemudian instrumen tersebut diisi oleh sampel dalam penelitian ini secara terbimbing sesuai dengan waktu yang telah diberikan oleh kepala sekolah dalam mengisi instrumen penelitian ini. Sebelum penelitian ini dilaksanakan peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa usaha yakni: a. Menghubungi guru agama Katolik SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta untuk membicarakan penelitian di tempat tersebut serta memohon izin dan meminta bantuan dalam rangka mengadakan penelitian. b. Menentukan banyaknya angket yang digunakan untuk penelitian. c. Mengkonsultasikan angket kepada dosen pembimbing. d. Menentukan waktu penelitian dengan guru agama Katolik dari ketiga sekolah dasar, yakni SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur. e. Menyerahkan surat permohonan izin
pada
gur-guru agama dari ketiga
sekolah. Setelah instrument dalam penelitian ini mendapat persetujuan dari dosen pembimbing untuk didistribusikan kepada responden, maka pada Senin, 26 Januari 2015 instumen penelitian ini langsung serahkan oleh peneliti kepada guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
agama Katolik SD Sang Timur dan SD Joannes Bosco Yogyakarta, sesuai dengan jumlah populasi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini yakni 30 siswa kelas VI SD Sang Timur, dan 30 siswa kelas VI SD Joannes Bosco Yogyakarta. Pada hari Rabu, 28 Januari 2015 peneliti menemui kepala sekolah dan guru agama Katolik SD Pangudi Luhur serta menyerahkan 30 angket yang akan diisi oleh 30 siswa kelas VI SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Kemudian instrumen tersebut diisi oleh responden, dengan memberi tanda centang ( ) pada salah satu alternatif pilihan yang dianggap sesuai dengan pengalamannya. Instrumen yang didistribusikan kepada responden untuk diisi berjumlah 90 dengan harapan akan dikembalikan berjumlah 90. Pada Kamis, 29 Januari 2015 peneliti mengambil instrumen yang telah diisi oleh responden. Instrumen yang kembali sebanyak 85, sedangkan instumen yang tidak kembali sebanyak 5 karena siswanya sakit dan ijin tidak masuk sekolah. 4. Pengembangan Instrumen a) Uji Coba Terpakai Pengembangan instrumen dalam penelitian ini dilaksanakan dengan uji coba terpakai. Data dari instrumen yang diperoleh melalui angket yang telah dikerjakan oleh responden sebelum diolah untuk uji hipotesis terlebih dahulu digunakan untuk uji validitas dan reliabilitasnya. Dari uji validitas dan reliabilitas dapat diketahui item-item dari angket yang valid atau tidak valid. Instrumen yang tidak valid digunakan untuk uji hipotesis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 b) Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu validitas isi dan validitas kriteria (Masidjo, 1995: 243-245). Validitas isi digunakan dengan pengembangan instrumen berdasarkan kisi-kisi yang divalidasi oleh pembimbing skripsi. Sedangkan vailditas kriteria dilakukan dengan cara membandingkan r hitung
dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N 85 orang, r tabel 0,213. Hasil validitas butir pada instrumen kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Katolik dari 20 butir semuanya layak dipakai dalam penelitian karena memiliki koefisien korelasi lebih besar dari nilai 0,215 yakni 0,299-0,726. Sedangkan hasil validitas butir pada instrumen minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dari 20 butir semuanya juga layak dipakai dalam penelitian ini karena memiliki koefisien korelasi lebih besar dari nilai 0,213 yakni 0,244-0,782. Pengolahan ini menggunakan jasa komputer Microsoft Office Excel 2007. Hasil validitas kompetensi pedagogik guru agama Katolik dan minat belajar siswa dalam mengikuti pendidikan agama Katolik.
c) Uji Reliabilitas Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010: 213). Uji reliabilitas dalam penelitian ini mengukur konsistensi internal yaitu apakah item-item dari skala yang dipakai berhubungan satu dengan yang lainnya. Semakin tinggi koefisien korelasi berarti menunjukkan tingkat reliabilitas semakin konsisten (Azwar, 2006: 8). Besar koefisien reliabilitas berkisar antara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 0,00 sampai 1,00 dan tidak ada patokan yang pasti. Tetapi jika koefisien reliabilitas semakin mendekati 1,00 itu berarti hasil ukur mendekati taraf sempurna. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula Alpha Cronbach menggunakan program SPSS 16.0 for windows.
Tabel 5 : Hasil Uji Reliability Statistics
Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's Alpha Based on
Alpha
Standardized Items .892
N of Items .892
2
Dari hasil analisis di atas terdapat nilai Alpha sebesar 0,892 lebih besar dari 0,213 yang merupakan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut reliabel.
d) Deskripsi Data Analisis deskripsi dilakukan untuk memperoleh nilai rerata variabel dengan mengklasifikasikan data variabel 4 tingkat. Deskripsi data dalam penelitian ini adalah data interval. Deskripsi data tersebut meliputi rata-rata (mean), standar deviasi, rentang skor (range), skor minimum dan maksimum, nilai tengah (median) serta nilai yang sering muncul dalam data kompetensi dan minat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 (mode), skor total (sum), frekuensi dari skala yang digunakan dalam penelitian ini. Agar nilai-nilai itu dapat dideskripsikan, terlebih dahulu ditentukan kategori dari setiap variabel.
1. Variabel Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik Penentuan kategori butir ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Smak- Smin n
Keterangan : Smak : skor maksimal Smin :skor minimal N : rentang skala tiap item instrumen Dari 20 butir soal dengan skala 1-4 dari instrumen yang ada diperoleh skor tertinggi adalah 80, skor terendah adalah 20, sedangkan intervalnya adalah 4. Maka : (80 – 20)/4 = 60/4= 15 Tabel 6 : Kriteria Kategori Variabel X Kategori
Interval
Sangat baik
66-80
Baik
51-65
Cukup baik
36-50
Kurang baik
20-35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
2. Variabel Minat Belajar Siswa kelas VI pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Dari 20 soal dengan skala 1-4 dari instrumen yang ada, diperoleh skor tertinggi adalah 80, skor terendah 20, sedangan interval adalah 4. Maka : (80 – 20)/4 =60/4 = 15
Tabel 7 : Kriteria Kategori Variabel Y Kategori
Interval
Sangat baik
66-80
Baik
51-65
Cukup baik
36-50
Kurang baik
20-35
G. Uji Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan uji normalitas data dari P-P Plot, uji linearitas regresi, dan homocedastisitas. 1) Uji Normalitas Data Uji normaliatas digunakan untuk mengetahui apakah data variabel berdistribusi normal atau tidak. Sampel dianggap normal apabila hasil uji menunjukkan titik-titik nilai data terletak dalam satu garis lurus (Uyanto, 2006: 35). Uji normalitas ini juga menjadi salah satu indikator untuk mengetahui bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
data yang diperoleh dari hasil penelitian benar-benar representatif, sehingga dapat diterapkan untuk populasi. 2) Uji Liniaritas Regresi Uji liniaritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang linear atau tidak (Riduwan, 2010: 220). Liniaritas hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilakukan melalui uji F dengan taraf signifikan 0,05. Dalam analisis kali ini, uji liniritas akan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows, dengan kriteria jika nilai linearity di bawah atau sama dengan 0,05 maka keliniaran terpenuhi. 3) Uji Homokedastisitas Uji homokedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui keseimbangan varians di antara variabel bebas. Homokedastisitas menghendaki agar distribusi hasil pengukuran setiap variabel memiliki nilai varians yang sama antar kelompok atas kelompok yang berada di awah garis linier. Uji homokedastisitas dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.0 for windows dengan melihat tabel scatterplot. Apabila sebaran titik-titik data tidak membentuk pola atau terakumulasi padaa satu titik tertentu dan data tersebar di antara titik 0 pada sumbu x dan y maka homokedastisitas data terpenuhi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
H. Uji Hipotesis Teknik dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows dengan melihat nilai signifikansi pada table Anova dan Coefficients kemudian membandingkannya dengan taraf signifikansi ( α ) 5% (0,05). Kriteria penguji signifikansi adalah sebagai berikut: bila signifikansi kurang dari atau sama dengan (≤) 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dan apabila signifikansi lebih dari (0,05 (>) maka Ha ditolak dan Ho diterima. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel bebas (X) yaitu kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik dengan variabel terikat (Y) yaitu minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar di kota Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat beberapa hal berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan, yang mencakup uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji linearitas, dan uji homokedastisitas, deskripsi data yang terdiri dari kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar-mengajarPendidikan Agama Katolik dan minat belajar siswa sekolah dasarkelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.
A. Hasil Penelitian 1. Uji Persyaratan Analisis Uji persyaratan analisis ini terdiri dari satu variabel independent(bebas) yaitu kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik dengan sub variabelnya mengelola proses belajar-mengajar PAK, memahami perkembangan peserta didik, memanfaatkan strategi, model, media, dan metode pembelajaran yang seuai dengan perkembangan peserta didik, dan melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran PAK dan satu variabel dependent (terikat) yaitu minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Katolik dengan sub variabel rasa ingin tahu tentang pendidikan agama Katolik, senang belajar PAK dan mau belajar sesuatu yang baru dari PAK.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Uji persyaratan analisis mencakup tiga hal yakni uji normalitas, uji linieritas, dan uji homokedastisitas. Uji persyaratan analisis tersebut dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 16.0 for Windows untuk mengetahui hasil uji normalitas yang mengacu pada tabel Normal P-P Plot Kompetensi Pedagogik Guru PAK dan Normal P-P Plot Minat belajar siswa kelas VI pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik, uji linieritas yang mengacu pada tabel anova, dan uji homokedastisitas yang mengacu tabel scatterplot.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini menjadi salah satu indikator untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh dari sampel penelitan benar-benar representatif terhadap populasi. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan Normal Probability Plot diperoleh data variabel kompetensipedagogik guru PAK sebagai berikut: jika sampel data variabel kompetensi berasal dari suatu populasi yang terdistribusi normal, maka titik-titik nilai data akan terletak kurang lebih dalam garis lurus. Dari gambar di atas terlihat bahwa sebaran data variabel kompetensi terletak sekitar garis lurus dan titik-titik data membentuk linear sehingga konsisten dengan distibusi normal. Oleh karena itu diperoleh bahwa data-data yang ada pada variabel kompetensipedagogik guru PAK dapat dikatakan berdistribusi normal. Selain itu juga untuk mengetahui normalitas dari variabel minat belajar siswa dalam mengikuti PAK dapat dilihat melalui tabel Test of Normalityberikut:
Tabel 8.Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Minat Belajar Siswa
.120
df
Sig.
85
.004
Shapiro-Wilk Statistic
.962
df
Sig.
85
.013
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil uji normalitas terlihat bahwa Minat belajar siswa memiliki Pvalue = 0,004 untuk Uji Normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) dan P-value = 0,013 untuk uji normalitas Shapiro-Wilk. Kedua P-value lebih kecil dari α = 0,05 sehingga Ho: data yang berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
Dari hasil uji normalitas berdasarkan tabel di atas (teknik KolmogorovSmirnov dan Shapiro -Wilk) di ketahui bahwa variabel minat belajar siswa berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, untuk menganalisis normalitas data variabel minat belajar siswa dalam analisis data dan pembahasan selanjutnya, peneliti menggunakan teknik Bloom yang dapat dilihat dalam grafik P – P Plot berikut ini:
Dari hasil pengujian normalitas berdasarkan Normal Probability Plot terlihat bahwa sebaran data disekitar garis lurus dan titik-titik data membentuk pola linear sehingga berdistribusi normal. Dengan demikian data pada variabel minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat dikatakan berdistribusi normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
Untuk mengetahui normalitas juga dapat diketahui melalui grafik Detrended Normal Q-Q Plot sebagai berikut:
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa titik-titik nilai data tidak berbentuk pola tertentu dan terkumpul di sekitar garis mendatar yang melalui titik nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel minat belajar siswa kelas VI berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Untuk menganalisis normalitas data variabel kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik melalui teknik Bloom yang dapat dilihat dalam grafik P-Plotdi bawah ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
Hasil uji coba daya dengan Normal Probability Plot didapatkan bahwa data kompetensi pedagogik guru Agama Katolik berasal dari suatu populasi berdistribusi normal karena titik-titik data variabel kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik terletak di garis lurus dan membentuk pola linear sehingga konsisten dengan distribusi normal.
b. Uji Liniaritas Uji liniaritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Pengujian liniaritas kompetensi dan minat dilakukan dengan analisis regresi linear. Adapun hipotesis yang diuji adalah: Ho: kelinieran tidak dipenuhi jika signifikan yang diperoleh > p
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
Ha: kelinieran dipenuhi jika signifikansi yang diperoleh < p. Syarat kelinieran yakni jika hasil uji signifikansi untuk taraf signifikan tertentu yakni 0,05 berarti kelinieran dipenuhi. Jika hasil uji tidak signifikansi berarti berarti kelinieran tidak dipenuhi. Tabel 9: Anova
ANOVA Table Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Minat belajar Between (Combined) 5063.261 27 187.528 6.880 .000 siswa* Groups Linearity 4290.922 1 4290.922 157.414 .000 Kompetensi Deviation pedagogik guru from 772.339 26 29.705 1.090 .383 PAK Linearity Within Groups
1553.751 57
Total
6617.012 84
27.259
Dari hasil uji liniearitas di atas, maka hasil dapat dicermati pada kolom F pada baris Deviation fromLinearity. Jika nilai pada F-Deviation from Linearitytidak signifikan (p>0,05), maka data dapat dikatakan berpola linier. Pada tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan antar variabel telah memenuhi asumsi linier karena F-Deviation from Linearity berada pada rentang tidak signifikan (F=1,090, p>0,05. Dari data di atas pula dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa terdapat nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,000. Karena signifikansi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa terdapat hubungan yang linear.
c. Uji Homokedastisitas Homokedastisitas adalah kondisi ketika nilai residu pada tiap nilai prediksi bervariasi
dan
variasinya
cenderung
konstan
atau
tetap.
Pengujian
homokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot. Apabila sebaran titik-titik yang menunjukkan hubungan antara prediksi dan residu tidak membentuk pola, maka homokedastisitas terpenuhi. Sebaliknya jika sebaran titik-titik membentuk suatu pola maka data bersifat heterokedastisitas. Di dalam menganalisis data untuk analisis regresi, heterokedastisitas perlu dihindari karena pada prinsipnya residu adalah variabel yang bersifat acak. Jika antara nilai prediksi dan residu memiliki keterkaitan (membentuk pola), berarti keduanya adalah variabel yang sama, dalam hal ini sama sekali tidak masuk akal. Ketika hal itu terjadi, maka analisis regresi tidak diterapkan. Hasil uji coba homokedastisitas melalui program SPSS 16.0 for windows dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
Dari scatterplot antara standardized residual *ZRESID dan standardized predicted value *ZPRED tidak membentuk suatu pola dan tersebar di antara titik nol (0) pada sumbu x dan y, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nilai residu dan nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan. Dengan demikian homokedastisitas terpenuhi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
2. Deskripsi Data a. Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik
Tabel 10: Rangkuman Statistik Deskriptif Kompetensi Pedagogik Guru PAK
Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik N Valid ∑ Instrumen
85 20
Mean
66.1059
Median
68.0000
Mode Std. Deviation Variance
68.00 8.63413 74.548
Range
36.00
Minimum
43.00
Maximum
79.00
Sum
5619.00
Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen 20 butir diketahui bahwa rata-rata kompetensi pedagogik guru dengan harga mean 66,1059 standar deviasi 8,63413. Untuk range adalah 36 dengan skor minimum adalah 43 dan skor maksimum adalah 79. Sedangkan nilai tengah (median) adalah 68 serta nilai yang sering muncul (mode) adalah 68,00 dan sum adalah 5619.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
Data kompetensi pedagogik guru PAK akan dideskripsikan berdasarkan sub variabel seperti mengelola proses belajar-mengajar PAK, memahami perkembangan peserta didik, memanfaatkan strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembanga IPTEK, serta melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran PAK. 1) Mengelola Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Katolik Tabel 11: Statistik Mengelola Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Katolik
Mengelola Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Katolik N Valid ∑ Instrumen
85 6
Mean
20.6353
Median
21.0000
Mode Std. Deviation
22.00 2.23525
Variance
4.996
Range
10.00
Minimum
14.00
Maximum
24.00
Sum
1754.00
Data Kompetensi pedagogik guru pada sub variabel mengelola proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid 85 dengan jumlah instrumen 6 butir. Jumlah mean sebesar 20, 63, median sebesar 21,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
standar deviasi sebesar 2,23, rangesebesar 10, serta mode sebesar 22, skor minimum 14, skor maksimum 24, dan sum sebesar 1754. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria
yang
sudah
ditentukan
per
sub
variabel,
maka
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 12: Deskripsi Mengelola Proses Pembelajaran Pendidikan AgamaKatolik Kriteria
Interval
Jumlah Anak
Presentase
19,8-24
67
79%
Setuju
15,1-19,5
16
19%
Tidak Setuju
10,6-15,0
2
2%
6-10,5
0
0%
85
100%
Sangat Setuju
Sangat Tidak Setuju Jumlah
Deskripsi Mengelola Proses Pembelajaran PAK
Mengelola Proses Pembelajaran PAK Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
2% 0% 19%
79%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru guru pada sub variabel mengelola proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang dinilai oleh siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 67 orang (79%) sangat setuju berpendapat bahwa guru Pendidikan Agama Katolik dapat mengelola pembelajaran PAK dengan sangat baik, berjumlah 16 orang (19%) berpendapat setuju bahwa guru PAK dapat mengelola pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, yang berpendapat tidak setuju bahwa guru PAK dapat mengelola proses pembelajaran (2%), dan yang berpendapat bahwa guru sangat tidak dapat mengelola proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik tidak ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik oleh guru PAK dikategorikan sangat setuju.
2) Memahami Perkembangan Peserta Didik Tabel 13: Statistik Memahami perkembangan peserta didik
Memahami Perkembangan Peserta Didik N Valid ∑ Instrumen
85 7
Mean
23.8471
Median
25.0000
Mode Std. Deviation
25.00 3.19786
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
Variance
10.226
Range
15.00
Minimum
13.00
Maximum
28.00
Sum
2027.00
Pada tabel statistik tentang sub variabel memahami perkembangan peserta didik dapat diketahui bahwa N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen 7 butir. Harga mean23,84, median 25,00, mode 25, standar deviasi 3,19, variance 10,226, range 15, skor minimum13, skor maksimum 28 dan sum 2027. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 14: Deskripsi Memahami Perkembangan Peserta Didik Kriteria
Interval
Jumlah Anak
Presentase
Sangat Setuju
22,78-28,00
68
80%
Setuju
17,51-22,75
12
14%
Tidak Setuju
12,26-17,50
5
6%
Sangat Tidak Setuju
7-12,25
0
0%
85
100%
Jumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
Memahami Perkembangan Peserta Didik
Memahami Perkembangan Peserta Didik Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
0% 14%
6%
80%
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru PAK pada sub variabel memahami perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh guru dan dinilai oleh siswa kelas VI SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bosco dan SD Sang Timur Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 68 orang (80%) berpendapat bahwa guru PAK sangat memahami perkembangan peserta didik, berjumlah 12 orang (14%) berpendapat bahwa guru memahami perkemabangan peserta didik,
berjumlah 5 orang siswa (6%),
berpendapat bahwa guru tidak memahami perkembangan peserta didik, dan tidak ada yang berpendapat bahwa guru sangat tidak memahami perkembangan peserta didik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAK memahami perkembangan peserta didik pada kategori sangat setuju.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
3. Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK Tabel 15: Statistik Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan Perkembangan IPTEK 85 N Valid ∑Instrumen 5 Mean
15.0588
Median
15.0000
Mode Std. Deviation Variance Range
19.00 3.20102 10.246 15.00
Minimum
5.00
Maximum
20.00
Sum
1280.00
Pada tabel statistik tentang sub variabel Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK dapat diketahui bahwa N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen 5 butir. Harga mean15,05 median 15,00, mode 19, standar deviasi3,20, variance 10,24, range 15, skor minimum5, skor maksimum20 dan sum 1280.
Di bawah ini akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 16:Memanfaatkan strategi, media, metode dan modelpembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK Kriteria
Interval
Jumlah Anak
Presentase
Sangat Setuju
16,26-20
32
39%
Setuju
12,51-16,25
36
42%
Tidak Setuju
8,76-12,50
14
16%
Sangat Tidak Setuju
5-8,75
3
3%
85
100%
Jumlah
Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3% 16%
42%
39%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru PAK pada sub variabel Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK yang dilakukan oleh guru dan dinilai oleh siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Pangudi Luhur dan SD Joannes Bosco Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 32 orang (39%) berpendapat sangat setuju bahwa guru PAK Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, berjumlah 36 orang (42%) berpendapat setuju bahwa guru PAK Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, berjumlah 14 orang siswa (16%) berpendapat tidak setuju bahwa guru Memanfaatkan strategi,
media, metode dan model
pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan yang berpendapat sangat tidak setuju bahwa guru Memanfaatkan strategi,
media,
metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK berjumlah 3 orang siswa (3%). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru Memanfaatkan strategi, media, metode dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK dikategorikan setuju. 4. Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran Tabel 17: Statistik Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran
Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran N Valid ∑ Instrumen
85 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
Mean
6.5294
Median
7.0000
Mode
7.00
Std. Deviation
1.08659
Variance
1.181
Range
5.00
Minimum
3.00
Maximum
8.00
Sum
555.00
Pada tabel statistik tentang sub variabel Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran dapat diketahui bahwa N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen 2 butir. Harga mean6,52 median 7,00, mode 7,00,standar deviasi1,08, variance 1,18, range 5, skor minimum3, skor maksimum8 dan sum 555. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 18: Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran Kriteria
Interval
Jumlah Anak
Presentase
Sangat Setuju
6,6-8
49
56%
Setuju
5,1-6,5
24
28%
Tidak Setuju
3,6-5,0
13
15%
Sangat Tidak Setuju
2-3,5
1
1%
85
100%
Jumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran
Melakukan Evaluasi terhadap Proses Pembelajaran Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 1%
15%
28%
56%
Tabel di atas menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik guru PAK pada sub variabel melakukan evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan dinilai oleh siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Pangudi Luhur dan SD Joannes Bosco Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 49 orang (56%) berpendapat sangat setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi proses pembelajaran, berjumlah 24 orang (28%) berpendapat setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi proses pembelajaran, berjumlah 13 orang siswa (15%) berpendapat tidak setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi proses pembelajaran, dan yang berpendapat sangat tidak setuju bahwa guru melakukan evaluasi proses pembelajaran berjumlah 1 orang siswa (1%). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru melakukan evaluasi proses pembelajaran dikategorikan sangat setuju.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
b. Minat Belajar SiswaKelas VI pada Mata Pelajaran PAK Tabel 19: Rangkuman Statistik Deskriptif Minat Belajar SiswaKelas VI pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik
Minat Belajar SiswaKelas VI pada Mata Pelajaran PAK N Valid ∑ Instrumen
85 20
Mean
62.1529
Median
64.0000
Mode Std. Deviation Variance
65.00 8.87547 78.774
Range
40.00
Minimum
37.00
Maximum
77.00
Sum
5283.00
Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 85 siswa dengan jumlah instrumen 20 butir diketahui bahwa rata-rata minat belajar siswa kelas VI SD harga mean62,15, standar deviasi 8,87. Untuk range adalah 40 dengan skor minimum adalah 37 dan skor maksimum adalah 77. Sedangkan nilai tengah (median) adalah 64,00 serta nilai yang sering muncul (mode) adalah 65 dan sum adalah 5283. Dari hasil penelitian menunjukkan nilai mean62,15, yang menunjukkan bahwa minat belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik masuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
dalam kategori sangat berminat. Hal ini dapat diketahui melalui sub variabel dari minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang meliputi rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik dengan mean6,04, yang menunjukkan bahwa siswa sangat berminat dalam
dalam belajar Pendidikan
Agama Katolik, senang belajar Pendidikan Agama Katolik dengan mean 18,64, yang menunjukkan bahwa siswa sangat senang belajar Pendidikan Agama Katolik, senang belajar Pendidikan Agama Katolik, mau belajar tentang sesuatu yang baru dengan mean 37,47, yang menunjukkan bahwa siswa sangat mau belajar tentang sesuatu yang baru dalam pembelajaran PAK. Data minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik akan dideskripsikan berdasarkan sub variabel seperti rasa ingin tahu tentang PAK, senang belajar Pendidikan Agama Katolik, dan Mau belajar sesuatu yang baru dalam PAK.
1). Rasa Ingin Tahu Tentang Pendidikan Agama Katolik Tabel 20: Statistik Rasa ingin tahu tentang pendidikan agama Katolik
Rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik N Valid ∑Instrumen
85 2
Mean
6.0471
Median
6.0000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
Mode
6.00
Std. Deviation
1.34435
Variance
1.807
Range
5.00
Minimum
3.00
Maximum
8.00
Sum
514.00
Data minat belajar siswa
pada sub rasa ingin tahu tentang
Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid 85 dengan jumlah instrumen 2 butir. Jumlah mean sebesar 6,04 , median sebesar 6,00, standar deviasi sebesar 1,34, rangesebesar 5, serta mode sebesar 6, skor minimum 3, skor maksimum8, dan sum sebesar 514. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria
yang
sudah
ditentukan
per
sub
variabel,
maka
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 21 : Deskripsi Rasa Ingin Tahu tentang Pendidikan Agama Katolik Kriteria
Interval
Jumlah Anak
Presentase
6,6-8
33
40%
Setuju
5,1-6,5
23
27%
Tidak Setuju
3,6-5,0
26
30%
2-3,5
3
3%
85
100%
Sangat Setuju
Sangat Tidak Setuju Jumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
Deskripsi Rasa Ingin Tahu tentang Pendidikan Agama Katolik Rasa Ingin Tahu terhadap PAK Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 3%
30%
40%
27%
Tabel di atas menunjukkan tingkat minat belajar siswa kelas VI pada sub variabel rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik oleh siswa dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 33 orang (40%) menyatakan sangat setuju bahwa siswa ingin mengetahui lebih banyak tentang Pendidikan Agama Katolik, 23 orang (27%) menyatakan setuju bahwa siswa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik, 26 orang (30%) menyatakan bahwa tidak ingin tahu tentang PAK dan ada 3 orang (3%) yang menyatakan sangat tidak ingin tahu tentang PAK. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa sangat ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik yang dikategorikan sangat setuju.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
2). Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik Tabel 22: Statistik Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik
Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik N Valid ∑ Instrumen Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum
85 6 18.6471 19.0000 20.00 3.20975 10.303 16.00 8.00 24.00 1585.00
Data minat belajar siswa kelas VI SD pada sub variabel senang dalam belajar Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid 85 dengan jumlah instrumen 6 butir. Jumlah mean sebesar 18,64, median sebesar 19,00, standar deviasi sebesar 3,20, range sebesar 16, serta mode sebesar 20, skor minimum8, skor maksimum24, dan sum sebesar 1585. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria
yang
sudah
ditentukan
diklasifikasikan sebagai berikut:
per
sub
variabel,
maka
dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
Tabel 23: Deskripsi senang belajar Pendidikan Agama Katolik Interval
Jumlah Anak
Presentase
19,7-24
38
45%
Setuju
15,1-19,5
28
33%
Tidak Setuju
10,6-15,0
17
20%
6-10,5
2
2%
85
100%
Kriteria Sangat Setuju
Sangat Tidak Setuju Jumlah
Deskripsi Senang Belajar Pendidikan Agama Katolik Senang Belajar PAK Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
2% 27%
41%
30%
Tabel di atas menunjukkan tingkat minat belajar siswa pada sub variabel senang dalam belajar Pendidikan Agama Katolik oleh siswa VI SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bosco, dan SD Sang Timur Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 38 orang (45%) menyatakan sangat setuju bahwa siswa sangat senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 28 orang (33%) menyatakan setuju belajar Pendidikan Agama Katolik menyenangkan, 17 orang
(20%)
tidak
setuju
bahwa
belajar
Pendidikan
Agama
Katolik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
menyenangkan, dan 2 orang (2%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa belajar Pendidikan Agama Katolik menyenangkan. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa
senang dalam belajar Pendidikan Agama Katolik
dikategorikan sangat setuju. 3) Mau Belajar Tentang Sesuatu yang Baru Tabel 24: Statistik Mau Belajar Tentang Sesuatu yang Baru
Mau Belajar Tentang Sesuatu yang Baru N Valid ∑ Instrumen
85 12
Mean
37.4706
Median
38.0000
Mode Std. Deviation Variance
38.00a 5.27029 27.776
Range
24.00
Minimum
22.00
Maximum
46.00
Sum
3185.00
Data minat belajar siswa pada sub variable mau belajar sesuatu yang baru pada pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat diketahui bahwa N valid 85 dengan jumlah instrumen 12 butir. Jumlah mean sebesar 37,47, median sebesar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
38,00, standar deviasi sebesar 5,27, range sebesar 24, serta mode sebesar 38, skor minimum22, skor maksimum46, dan sum sebesar 3185. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 25: Deskripsi Mau Belajar tentang Sesuatu yang Baru Dalam PAK Jumlah Kriteria
Interval
Presentase Anak
Sangat Setuju
40-48
24
29%
Setuju
31-39
47
55%
Tidak Setuju
22-30
14
16%
Sangat Tidak Setuju
12-21
0
0%
85
100%
Jumlah
Mau Belajar tentang Sesuatu yang Baru dalam PAK Mau Belajar Sesuatu yang Baru dalam PAK Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 0%
16%
55%
29%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
Tabel di atas menunjukkan tingkat minat belajar siswa pada sub variabel mau belajar tentang sesuatu yang baru dalam Pendidikan Agama Katolik oleh siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta dengan frekuensi sebagai berikut. Dari 85 siswa, berjumlah 24 orang (29%) menyatakan bahwa sangat setuju bahwa siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam PAK, 47 orang (55%) menyatakan bahwa siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 14 orang (16%) menyatakan tidak setuju bahwa bahwa siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam Pendidikan Agama Katolik, dan tidak ada yang menyatakan bahwa siswa tidak mau belajar sesuatu yang baru dalam dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, dikategorikan setuju dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik. B. Uji Hipotesis Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel bebas (x) yaitu kompetensi pedagogik guru PAK terhadap (y) yaitu minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Hipotesis diuji dengan menggunakan taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria penguji signifikansi adalah sebagai berikut : jika Fhitung≥ Ftabel maka Ho ditolak yang berarti signifikansi, jika Fhitung≤Ftabel maka Ho diterima yang berarti tidak signifikan (Riduwan, 2010: 236). Pengujian hipotesis sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
Tabel 26: Descriptive Statistics Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Kompetensi Pedagogik
85
66.1059
8.63413
Minat Belajar Siswa
85
62.1529
8.87547
Pada tabel descriptive statistics di atas menunjukkan mean variabel minat belajar siswa sebesar 62, 15 dan standar deviasi sebesar 8,87. Sedangkan mean variabel kompetensi pedagogik guru PAK sebesar 66, 10 dan standar deviasi sebesar 8,63 untuk banyaknya responden (N) adalah 85.
Tabel 27: Model Summaryb Model Summary Std. Error of the Model
R
R Square
Adjusted R Square Estimate
1
.805a
.648
.644
5.29388
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik b. Dependent Variable: Minat Belajar
Berdasarkan tabel model summary tersebut dapat mengetahui seberapa kuat variabel bebas (kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
dapat mempengaruhi variabel terikat (minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik). Jika nilai standar error of the estimate< nilai standar deviasi variabel terikat, maka variabel bebas baik untuk dijadikan prediktor dan sebaliknya. Dari tabel tersebut diketahui nilai standar error of the estimate= 5.29388, sementara nilai standar deviasi variabel minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (Tabel 17) = 8,875, berarti standar error of the estimate< nilai standar deviasi, sehingga variabel bebas baik dijadikan sebagai prediktor untuk variabel terikat. Kolom R menunjukkan seberapa baik variabel bebas memprediksikan hasil. Kisaan nilai R adalah 0-1. Semakin nilai R mendekati angka 1, maka semakin kuat variabel bebas memprediksikan variabel terikat. Dari tabel tersebut diketahui nilai R = 0,850 yang berarti variabel bebas kuat dalam memprediksikan variabel terikat. Nilai R square sebesar 0,648, jika dikalikan 100% maka akan diketahui seberapa besar variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hal ini, kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik berpengaruh sebesar 64,8% terhadap minat belajar siswa SD kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bosco dan SD Sang Timur Yogyakarta. Sedangkan 35,2% (100% - 64,8%) dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel bebas(kompetensi pedagogik Pendidikan Agama Katolik).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132 Tabel 28: Anovab ANOVAb Sum of Model
Df
Mean Square
F
Sig.
153.109
.000a
Squares
1
Regression
4290.922
1
4290.922
Residual
2326.090
83
28.025
Total
6617.012
84
a. Predictors: (Constant), Kompetensi b. Dependent Variable: Minat
Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Jika nilai Fhitung> Ftabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitasnya (0,05) maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dari tabel anova dapat kita lihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X) kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap variabel terikat (Y) minat belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
Tabel 29 : Coefficients Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
7.432
4.460
Kompetensi
.828
.067
t
Sig.
1.666
.099
12.374
.000
Beta
1 .805
a. Dependent Variable: Minat
Pada tabel coefficients di atas nilai B constant adalah 7,432 dan nilai B kompetensi pedagogik guru sebagai prediktor adalah 0,828 maka persamaan garis regresi antara variabel kompetensi pedagogik guru PAK (x) dan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (y) adalah: Y = 7,432 + 0, 828 X. Persamaan regresi di atas dapat digunakan untuk melakukan estimasi bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajarmengajar Pendidikan Agama Katolik terhadapminat belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Misalnya nilai kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik yang diberikan sebesar 50, maka nilai minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik seperti berikut: Y = 7,432 + (0,828 × 50) = 48,832
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
Dari hasil persamaan regresi di atas maka dapat diketahui bahwa estimasi nilai minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik sebesar 48,832 dengan nilai kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik sebesar 50. Oleh karena itu, dari persamaan regresi dapat diartikan bahwa setiap penambahan nilai kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik sebesar 1 poin, maka nilai minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bertambah 7,432 + 0, 828. Bila setiap nilai kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik bertambah 10 maka nilai minat belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik akan bertambah 7,432 + 8,28. Hasil uji hipotesis dapat diketahui dengan melihat signifikansi pada tabel coefficients. Ketentuan penerimaan atau penolakan dengan ketentuan bila signifikansi ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Begitu pula sebaliknya, bila signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dari tabel coefficients di atas dapat diketahui bahwa signifikansi adalah 0,000. Oleh karena itu, Ha diterima dan Ho ditolak. Maka kesimpulannya adalah ada pengaruh dari kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelasVI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
Tabel 30: Correlations Correlations Kompetensi
Minat
1
.805
Pearson Correlation Kompetensi
Minat
Sig. (1-tailed)
.000
N
85
85
Pearson Correlation
.805
1
Sig. (1-tailed)
.000
N
85
85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Tabel correlation di atas merupakan matrik interkorelasi antara variabel kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik dan minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Peneliti menggunakan korelasi Pearson (korelasi product moment). Besarnya korelasi yang terdapat pada tabel di atas 1,000 untuk kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa. Sedangkan untuk korelasi kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa sebesar 0,805. Banyaknya N yang terolah program adalah 85 kasus dengan menggunakan uji satu pihak atau one tiled. Dalam menguji hipotesis diuji berdasarkan ketentuan bila signifikansi ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Begitu pula sebaaliknya, bila signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. Nilai kompetensi pedagogik guru PAK pada matrik korelasi menunjukkan angka sebesar 0,805. Oleh karena itu Ha diterima dan Ho ditolak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh korelasi yang signifikan antara variabel bebas (kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa Pendidikan Agama Katolik) dan variabel terikat (minat belajar siswa kelas VI SD pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik). C. Pembahasan Hasil Penelitian Dari pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari kompetensi pedagogik guru PAK terhadap minat belajar siswa kelas VI SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bosco, SD Sang Timur Yogyakarta, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Pada tabel model summary diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,648. Ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel kompetensi pedagogik guru PAK sebesar 64,8%, sedangkan 35,2% dipengaruhi variabel lain selain kompetensi pedagogik guru PAK seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lain sebagainya. Dari hasil penelitian, secara teoritis kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik bila dibandingkan dengan variabel lainnya yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 64,8%. Oleh karena itu, kajian secara ilmiah menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki kekuatan dari segi variabel bebas atau independen yaitu kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik yang memiliki pengaruh yang cukup besar dan signifikan terhadap variabel terikat dependen yaitu minat belajar siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Pangudi Luhur, SD Joannes Bocso, dan SD Sang Timur Yogyakarta. Dari hasil deskripsi data menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik dengan jumlah mean sebesar 66,1059, median sebesar 68,00, standar deviasi sebesar 8,63413, range sebesar 36,00 serta mode sebesar 68, skor minimum 43, skor maksimum 79, dan sum sebesar 5619, memberi pengaruh untuk minat belajar siswa. Semakin guru PAK menguasai kompetensi pedagogik, maka siswa akan semakin berminat pada pelajaran pendidikan agama katolik. Hal ini ditunjukkan pada tabel coefficients yang menghasilkan persamaan regresi Y = 7, 432 + 0,828 X yang menunjukkan hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Hal ini karena di dalam kompetensi pedagogik guru pendidikan agama katolik terdapat unsur mengelola proses pembelajaran PAK, memahami perkembangan peserta didik, memanfaatkan model, metode, strategi mengajar yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan melaksanakan evaluasi proses pembelajaran bersama peserta didik. Salah satu tujuan dari menguasai kompetensi pedagogik guru PAK adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama katolik. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil mean dari deskripsi data per sub variabel pada mengelola proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mean sebesar 20,6. Dari 85 siswa, 67 orang siswa (79%) menyatakan sangat setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
bahwa guru PAK dapat mengelola proses pembelajaran PAK dengan sangat baik, 16 orang siswa (19%) menyatakan setuju bahwa guru PAK dapat mengelola proses pembelajaran PAK dengan baik, 2 orang siswa (1%) menyatakan tidak setuju bahwa guru PAK dapat mengelola pembelajaran PAK, dan tidak ada yang menyatakan bahwa guru PAK sangat tidak mampu mengelola pembelajaran PAK. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAK dapat mengelola proses pembelajaran PAK dengan sangat baik. Pada sub variabel memahami perkembangan peserta didik dengan mean 23,8471. Dari 69 orang siswa (80%) menyatakan sangat setuju bahwa guru PAK memahami perkembangan peserta didik, 12 orang siswa (14%) yang menyatakan setuju bahwa guru PAK memahami perkembangan peserta didik, 5 orang siswa (6%) menyatakan tidak setuju bahwa guru PAK memahami perkembangan peserta didik, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa guru PAK memahami perkembangan peserta didik. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAK sangat memahami perkembangan peserta didik. Pada sub variabel memanfaatkan strategi, media, metode, dan model pembelajaran PAK yang sesuai dengan perkembangan IPTEK dengan mean sebesar 15, 0588. Dari 32 orang siswa (39%) menyatakan sangat setuju bahwa guru PAK memanfaatkan berbagai macam strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK,36 orang siswa (42%) menyatakan setuju bahwa guru memanfaatkan berbagai macam strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, 14 orang siswa (16%) menyatakan tidak setuju bahwa guru memanfaatkan berbagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
macam strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEKdan 3 orang siswa (3%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa guru memanfaatkan berbagai macam strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru sering memanfaatkan berbagai macam strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pada sub variabel melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran dengan mean 6,5294. Dari 49 orang siswa (56%) menyatakan sangat setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, 24 orang siswa (28%) yang menyatakan setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, 13 orang siswa (15%) menyatakan tidak setuju bahwa guru PAK melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran, dan ada 1 orang siswa (1%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa guru melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa guru PAK selalumelakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran Hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik di SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur, dan SD Sang Timur Yogyakarta sudah sangat baik. Dengan pengelolaan proses pembelajaranyang baik, pemahaman terhadap perkembangan peserta didik, pemanfaatan media dan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
IPTEK
dan
juga
melakukan
evaluasi
terhadap
proses
pembelajaran, dapat meningkat minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
pendidikan agama Katolik sehingga pencapaian tujuan pembelajaran PAK dapat tercapai. Dalam analisis deskriptif mengenai variabel terikat yaitu minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat diukur dari 3 sub variabel yaitu rasa ingin tahu Pendidikan Agama Katolik, senang belajar Pendidikan Agama Katolik, dan mau belajar seautu yang baru dalam PAK. Dari sub variabel rasa ingin tahu tentang pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mean sebesar 6,0471. Dari 85 siswa diperoleh 33 orang siswa (40%) menyatakan sangat setuju bahwa para siswa memiliki rasa ingin tahu tentang pelajaran PAK, 23 orang siswa (27%) menyatakan setuju bahwa para siswa memiliki rasa ingin tahu tentang pelajaran PAK, 26 orang siswa (30%) menyatakan tidak setuju bahwa siswa ingin tahu tentang pelajaran PAK, dan 3 orang siswa (3%) menyatakan sangat tidak setuju bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu tentang pelajaran pendidikan agama katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sub variabel senang belajar Pendidikan Agama Katolik dengan mean 18,6471. Dari 85 siswa diperoleh 38 orang siswa (45%) menyatakan sangat sangat setuju bahwa para siswa senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 28 orang siswa (33%) menyatakan setuju bahwa para siswa senang belajar Pendidikan Agama Katolik, 17 orang siswa (20%) menyatakan tidak setuju bahwa para siswa senang senang belajar Pendidikan Agama Katolik dan 2 orang siswa (2%) yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa para siswa senang belajar Pendidikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
Agama Katolik. Uraian ini menunjukkan bahwa para siswa sangat senang dalam belajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sub variabel mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan mean 37, 4706. Dari 85 siswa diperoleh 24 orang siswa (29%) menyatakan sangat setuju bahwa para siswa mau belajar seautu yang baru dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 47 orang siswa (55%) menyatakan setuju bahwa para siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, 14 orang siswa (16%) menyatakan tidak setuju bahwa para siswa mau belajar sesuatu yang baru dalam pelajaran PAK, dan tidak ada yang menyatakan bahwa para siswa sangat tidak mau belajar sesuatu yang baru dari pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ini menunjukkan bahwa para siswa yang mengikuti pembelajaran pendidikan agama Katolik memiliki keinginan untuk mencari dan mendapatkan seautu yang baru dalam pelajaran pendidikan agama Katolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan variabel kompetensi pedagogik guru PAK dengan minat belajar siswa yang dihitung dengan korelasi cukuplah besar yakni 0,805. Hal ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan hasil signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05. Maka korelasi antara kompetensi pedagogik guru PAK dengan minat belajar sangatlah jelas. Dengan kata lain semakin tinggi kompetensi pedagogik guru PAK semakin tinggi pula minat belajar siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142
Untuk
mengetahui
seberapa
besar
presentase
pengaruh
variabel
kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik maka digunakan R Square. Dari tabel 27 modelsummary di atas diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,648, yang menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas (X): kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik terhadap variabel terikat (Y): minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah 64,8% (0,648 x 100%). Sedangkan 35,2% (100% - 64,8%) dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel bebas : kompetensi pedagogik guruPendidikan Agama Katolik. Dengan demikian hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa antara variabel kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik dengan variabel minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut. Hal ini ditunjukkan pula dengan persamaan regresi yang diperoleh yaitu: Y = 7,432 + 0,828 X. Persamaan ini menunjukkan hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik (X) terhadap minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (Y). Oleh karena itu, semakin tinggi kompetensi pedagogik guru PAK dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di kelas maka minatbelajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik juga semakin tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143
D. Refleksi Kateketis 1. Pengertian Katekese Dalam anjuran apostolik Catechesi Tradendae artikel 1, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa: Katekese adalah usaha dalam Gereja atau suatu bentuk pelayanan kenabian Gereja
untuk memperoleh murid-murid, untuk
membantu umat mengimani bahwa Yesus itu adalah Putra Allah, supaya dengan beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama-Nya dan membina serta mendidik mereka dalam perihidup itu dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus dalam hidup sehari-hari. Dipertegas pula pada artikel 18, katekese adalah suatu tahap evangelisasi bagi pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen. 2. Tujuan Katekese Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae, menguraikantujuan katekeseyaitu: a. Dalam
artikel
5,
dikatakan
bahwa
melalui
katekese
bukan
saja
menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundang mereka untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra dengan-Nya. b. Dalam artikel 19, melalui katekese sebagai momen awal Injil yang mengantar kepada pertobatan, mempunyai sasaran yakni mematangkan iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan kita Yesus Kristus. c. Dalam artikel 20, tujuan khas katekese adalah berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144
mengembangkannya menuju kepenuhannya serta semakin memantapkan perihidup umat beriman, muda maupun tua. Yang berarti merangsang, pada taraf pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan melalui pewartaan awal, dan yang dikurniakan secara efektif melalui baptis. d. Dalam artikel 25, melalui katekese mengembangkan, mematangkan, meneguhkan iman maupun bagi kesaksian umat Kristen di tengah masyarakat, tujuannya adalah mendampingi umat Kristen untuk meraih kesatuan iman serta pengertian akan Putera Allah, kedewasaan pribadi manusia dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, melalui perjumpaan dengan Yesus Kristus. Dengan kata lain maksud dari keempat artikel yang diuraikan ini, katekese ingin mengembangkan pemahaman orang beriman terhadap misteri Kristus, agar lebih tekun dan serius dalam menghayati imannya di dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka secara utuh dapat mengikuti Kristus. Tujuan katekese secara khusus bertujuan untuk mendewasakan iman, memelihara, merawat, dan mempertumbuhkan iman dalam pengetahuan dan dalam hidup Kristen pada umumnya, serta ingin mengembangkan pemahaman orang beriman terhadap misteri Kristus, dan sekaligus mendorong mereka agar lebih tekun dan serius menghayati imannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari (Heryatno, 2013: 51). Dengan kata lain tujuan katekese adalah membantu umat mengembangkan atau mendewasakan hidup berimannya baik secara individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145
maupun persekutuan, agar umat sungguh-sungguh mengenal, mencintai, dan setia mengikuti Yesus Kristus di dalam seluruh hidup mereka. 3. Isi Katekese Katekese dipahami sebagai momen penting dalam pewartaan, maka isi katekese tidak berbeda dengan isi pewartaan Injil. Isi katekese yang paling pokok adalah kabar gembira Yesus Kristus yang mewartakan dan mewujudkan keselamatan manusia. Katekese harus bersifat Kristosentris yaitu berpusat pada Yesus Kristus. Di dalam katekese harus mendedikasikan dan mengabdikan diri pada Kristus bukan pada gagasan dan pandangan sendiri. Yang dikomunikasikan adalah Kristus, bukan dirinya sendiri. Untuk dapat mewartakan Kristus yang diimani dan diwartakan oleh Gereja, maka para pewarta harus akrab dengan Kitab Suci dan memahami Tradisi Gereja, karena keduanya merupakan salah satu sumber utama dalam katekese. Isi pokoknya adalah seluruh misteri hidup Yesus Kristus, mulai dari peristiwa inkarnasi, seluruh karya dan sabda-Nya, terutama sampai peristiwa Paskah-Nya: wafat dan kebangkitan-Nya (Catechesi Tradendae artikel 6). Karena yang menjadi pusat, pelaku utama adalah Yesus Kristus sebagai pusat atau jantung dalam katekese. Oleh karena itu para pewarta harus mengimani, mengikuti teladan dan sikap hidup-Nya dalam kehidupan sehari-hari, agar terwujud sifatnya yang Kristosentris dalam mempersatukan manusia secara mesra dengan-Nya. Yesus Kristus sendirilah sabda yang menjelma dan sebagai Anak Allah, Dia yang membimbing kita dalam Roh Kudus dan membantu kita mengambil bagian dalam Tritunggal Mahakudus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 146
4. Tugas dan Peranan Katekese Heryatno (2013:70) menegaskan bahwa tugas katekese adalah membantu mendidik dan meneguhkan identitas umat sebagai jemaat, menghilangkan keraguan, ketidakpastian, dan kebingungan yang muncul sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman, serta diharapkan membantu jemaat agar tetap bergembira dan teguh di dalam imannya. Tugas utama katekese yakni: a. Katekese memberitakan sabda Allah yang hadir secara penuh di dalam diri Yesus Kristus. Katekese mewartakan Kristus agar jemaat semakin mengenal, mencintai dan mengikuti-Nya, serta semakin peka mengenali kehadiran-Nya di dalam hidup sehari-hari, oleh karena itu katekese harus bersifat Kristosentris. b. Katekese mendidik jemaat supaya semakin beriman. Peranan katekese membantu, menyemangati, dan meneguhkan jemaat supaya makin beriman. c. Katekese mengembangkan Gereja, tidak hanya dilakukan oleh katekese tetapi juga oleh liturgi, pewartaan, dan pelayanan Gereja lainnya karena Gereja merupakan tanggungjawab seluruh jemaat.
5. Aspek Kateketis dalam Kompetensi Guru Berkat sakramen baptis, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan dirahmati sekaligus dipanggil untuk mengambil bagian di dalam tugas perutusan Yesus Kristus membangun kerajaan kasih Allah. Panggilan-Nya dapat ditanggapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147
dengan berbagai macam bentuk pelayanan kemuridan. Bagi kita, panggilan-Nya itu kita tangggapi antara lain dengan penyelenggaraan pendidikan sebagai guru Katolik di sekolah dan sebagai katekis di lingkungan jemaat serta pelayanan kelompok profesi di lingkup (lingkungan) lainnya (Heryatno, 2010: 80). Menghadapi pergolakan zaman saat ini, Gereja berusaha terus-menerus mewartakan Kristus sesuai dengan keadaan dan perkembangan hidup orang zaman ini. Katekese harus mengangkat dan menyapa dunia dan permasalahan yang dihadapi pada saat ini khusunya kaum muda. Maka pembaharuan katekese suatu keharusan sesuai dengan metode dan bahasanya (Catechesi Tradendae artikel 17), agar katekese dapat diterima oleh kaum muda, maka perlu menggunakan metode, model, dan media yang cocok sehingga dapat membangkitkan minat kaum muda di dalam berkatekese yang tidak lain untuk membimbing, membantu, mengarahkan, menghayati dan memberi dasar pendidikan iman yang sejati berupa pewahyuan Yesus Kristus sebagai sahabat dan teladan yang dapat dikagumi dan diteladani. Maka sebagai calon katekis harus siap membantu perkembangan iman umat dan sebagai mercusuar yang menyinari perjalanan (memberi jalan) bagi anak-anak, remaja, kaum muda dan orang dewasa yang penuh dengan tantangan, masalah dalam perubahan sosial. Sebagai pelayanan pendidikan yang dijalankan oleh para pendidik dengan bersumber pada kasih Yesus membentuk spiritualitas sebagai guru agama Katolik yang menghayati tugas tesebut dengan cara sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148
a. Menyadari bahwa setiap peserta didik adalah pribadi yang dikasihi Tuhan, diciptakan menurut citra dan gambarnya. Sebagai pribadi yang dikasihi, Tuhan telah melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya pada mereka untuk mengetahui, mencintai, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Semua karya Tuhan adalah baik, dengan kata lain tak ada dari antara para peserta didik yang bodoh. Oleh karena itu, peranan sebagai pendidik adalah membantu mereka untuk memperkembangkan setiap bakat (talenta) yang telah dilimpahkan oleh Tuhan. b. Bekerja atas dasar kasih sehingga dalam kehidupan sehari-hari di sekolah terjalin relasi dari hati ke hati (personal), relasi yang dekat dengan sesama khususnya dengan rekan kerja guru dan terutama dengan para peserta didik. Pelayanan berdasar hati perlu kita tanam dalam diri kita. Karena hatilah yang menjadi inti kehidupan sekaligus tempat di mana Allah bersemayam. Pendidikan hati inilah yang akan memberikan segala kegiatan di sekolah dengan buah-buah Roh yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, pengampunan dan penguasaan diri (Gal 5: 22-23). c. Bukan hanya hati yang dikembangkan, tetapi juga pikiran dan ketrampilan (perilaku). Pikiran, hati, dan perilaku merupakan bagian pokok yang membentuk pendidikan menjadi bersifat utuh. Inilah model pendidikan yang sungguh memberi ilham yang mendorong setiap peserta didik dapat berkembang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya sendiri.Dengan kata lain isi yang baik tidak dipisahkan dari proses dan suasana penyelenggaraannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149
yang harus bersifat kondusif bagi semua siswa agar dapat memperkembangkan hidupnya. Pendidik juga
perlu mempercayai
mereka dan
berusaha
menciptakan suasana yang penuh kegembiraan dan kebebasan agar semua peserta didik dapat menemukan cara yang sesuai dalam memperkembangkan hidupnya sendiri. d. Memberikan diri, melayani siapa saja yang membutuhkan terutama peserta didik yang lemah. Karena disinilah pendidik harus peka pada mereka yang paling
membutuhkan,
sehingga
menghindari
kompetisi
yang
selalu
menguntungkan, mendahulukan yang pandai dan mengabaikan yang lemah. e. Memiliki kesediaan dan menyadari bahwa dirinya diundang untuk berkembang menuju persatuan yang personal dengan Kristus, sehingga mampu mendampingi peserta didik menuju perkembangannya yang utuh. f. Melalui kesaksian hidup membawa Yesus Kristus kepada seluruh rekan kerja dan peserta didik. Kesaksian hidup dan keteladanan menjadi cara yang utama untuk menghayati spiritualitas sebagai pendidik (guru agama Katolik) di sekolah. g. Dengan penuh dedikasi dan dengan semangat cinta para pendidik menyadari bahwa Yesus sendiri di dalam Roh Kudus-Nya menjadi guru utama dan pertama. Pendidik mengenakan apa yanma. Pendidik mengenakan apa yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh 3: 30).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150
6. Aspek Kateketis dalam Minat Belajar Siswa Sesuai dengan keprihatinan Deklarasi pendidikan Kristen, refleksi yang dilakukan oleh konggregasi suci untuk pendidikan Kristen memiliki perhatian khusus pada kaum muda. Dewasa ini kaum muda karena mudahnya mendapat informasi mengetahui banyak hal. Tetapi mengetahui banyak tidak berarti kaum muda dimampukan untuk bersifat kritis, selektif, mempertimbangkan serta mengambil makna positif dari fenomena dan dan peristiwa-peristiwa yan sedang berlangsung. Oleh karena itu sekolah harus merupakan lingkungan yang kondusif bagi setiap peserta didik untuk memperkembangkan hidupnya. Pendidikan juga harus memperkembangkan kedalaman batin, mengundang dan menyemangati anak untuk kreatif dan berpikir sendiri.Maka dari itu kelas seharusnya menumbuhkan suasana bebas, kepercayaan, kekeluargaan. Maksudnya supaya mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan bakat-bakat serta minat yang mereka miliki. Belajar seharusnya merupakan tindakan yang menyenangkan, bukan merupakan siksaan. Dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Katolik, salah satu unsurpokok yang perlu ditekankan oleh sekolah-sekolah Katolik adalah dimensi religius, tentu saja menurut iman kristiani. Segi ini bagi sekolah Katolik menjadi cara yang perlu senantiasa diusahakan supaya mereka dapat disebut sebagai sekolah Katolik yang hendak mendidik para siswa-siswinya menurut nilai-nilai kristiani.
Dimensi-dimensi
tersebut
terdapat
dalam
suasana
pendidikan,
perkembangan pribadi semua peserta didik (individu dan persekutuan), hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151
yang terjalin erat antara kebudayaan dan injil, penerangan segala pengetahuan oleh cahaya iman (Heryatno, 2010: 15) Dalam Deklarasi Konsili Vatikan II,GEartikel 25 dikatakan bahwa sekolah Katolik mengusahakan suatu suasana sekolah yang dijiwai oleh Roh cinta kasih dn kebebasan injili, yang diresapi oleh semangat dan sikap hidup Yesus sendiri. Suasana sekolah semacam ini akan membuat para peserta didik merasa martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya dipahami, pertanyaan dan keluhannya diperhatikan. Sekolah juga perlu mengusahakan suasana kekeluargaan antara guru dengan peserta didik, orang tua dengan para guru dan sekolah, lebihlebih antar para peserta didik sendiri sungguh tercipta. Dengan suasana sekolah semacam ini sangat membantu para peserta didik merasa aman, krasan, diterima, menyenangkan karena semua pihak saling memperhatikan dan membantu. Untuk mewujudkan harapan-harapan itu sekolah-sekolah Katolik berusaha untuk mengubah gambaran dirinya dari sekolah sebagai lembaga menjadi sekolah sebagai komunitas. Gambaran sekolah semacam ini hendak menjauhi semangat kompetisi yang tidak sehat, yang meyebabkan yang kuat selalu menang, sedangkan yang bodoh selalu disingkirkan. Untuk itu, sekolah Katolik menekankan pentingnya dibangun kerjasama antara sekolah, orang tua, Gereja, dan kelompok-kelompok yang mengusahakan pendidikan bagi kaum muda. Di samping itu, pendidikan tidak dibatasi pada perkembangan segi intelektual tetapi juga menyangkut perkembangan perasaan, dan tindakan konkret. Pendidikan Katolik mengusahakan pendidikan yang bersifat holistik, utuh dan menyeluruh ke arah kebijksanaan hidup dan kehidupan peserta didiknya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152
E.Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa tantangan, kekurangan dan keterbatasan sebagai berikut: 1. Data yang diperoleh diasumsikan bahwa responden menjawab sesuai dengan keadaan dan pengalaman yang sebenarnya sehingga kebenaran data dapat diukur dengan baik. Bila responden dalam mengisi angket tidak sesuai dengan realita dan pengalaman yang sebenarnya, kesimpulan dapat berbeda dan kebenaran data tidak dapat diukur dengan baik. 2. Dalam mengisi angket tentang kompetensi pedagogik guru PAK di kelas, responden menilai berdasarkan pengalaman, sehingga tidak sesuai dengan indikator yang peneliti maksudkan. 3. Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga saat pengisian angket, peneliti tidak ikut mengawasi responden. Petunjuk yang ada dalam angket bisa kurang dimengerti oleh responden, sehingga jawaban angket bisa keliru. 4. Peneliti mengalami keterbatasan waktu untuk mengadakan penelitian di lapangan, karena terbentur dengan agenda sekolah yakni pendalaman materi di SD Sang Timur. 5. Sampel yang digunakan terbatas pada siswa-siswa kelas VI dari SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur, yang masing-masing sekolah diambil 30 orang siswa, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk siswa-siswi kelas VI.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 153
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari keseluruhan permasalahan skripsi ini, kesimpulan lebih berkaitan dengan rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasannya, juga merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan sebelumnya. Sedangkan saran akan mengemukakan usulan yang berkaitan dengan pengembangan pendidikan agama Katolik di masa mendatang. A. Kesimpulan Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi Pedagogik guru PAK Kompetensi
pedagogik
guru
pendidikan
agama
Katolik
adalah
kemampuan guru pendidikan agama Katolik yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengajar dan mendidik para peserta didik pada pelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah agar menjadi pribadi yang utuh, sungguh kristiani, matang dalam iman. Oleh karena itu, guru agama Katolik harus memiliki kompetensi pedagogik dalam mengajar dan mendidik para siswa guna mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu proses pembelajaran pendidikan agama Katolik. 2. Minat Belajar Minat belajar merupakan suatu rasa tertarik yang lebih pada suatu hal yang muncul dalam diri atau yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar diri yang membuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 154
siswa memiliki rasa ingin tahu yang lebih tentang sesuatu yang membuat tertarik, senang belajar, dan mampu mengatasi masalah belajar dalam suatu proese pembelajaran. 3. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean dari kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik sebesar 66,10 yang menunjukkan bahwa guru sudah sangat berkompeten dalam mengajar dan mendidik peserta didik dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Katolik di SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur. Hal ini dapat diketahui melalui sub variabel dari kompetensi pedagogik guru PAK yang meliputi mengelola pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, memahami perkembangan peserta didik, memanfaatkan strategi, media, metode, dan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan melakukan evaluasi pelajaran PAK. Pada masing-masing sub variabel mencapai nilai rata-rata (mean) sebesar 20,6353 untuk mengelola pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, 23,8471 untuk memahami perkembangan peserta didik, 15,0588 untuk memanfaatkan strategi, media, model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, dan 6,5294 untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik di SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta adalah cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta memiliki minat belajar yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 155
cukup tinggi, meskipun ada beberapa siswa yang secara umum berada di bawah standar. Dari tabel data deskriptif diperoleh bahwa minat belajar siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 62,15. Minat belajar siswa ditandai dengan rasa ingin tahu tentang Pendidikan Agama Katolik mencapai nilai rata-rata (mean) sebesar 6,04 yang terwujud dalam sikap senang untuk belajar. Senang belajar nilai rata-rata (mean) sebesar 18,04 yang terwujud dalam sikap rajin belajar, mau belajar tentang sesuatu yang baru dari Pendidikan Agama Katolik nilai rata-rata (mean) sebesar 37,47 yang terwujud
dalam sikap memperhatikan dan
mendengarkan saat guru mengajar. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa-siswi kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta. Dari hasil uji regresi diperoleh bahwa kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik berpengaruh terhadap minat belajar siswa-siswi. Pengaruh tersebut dinyatakan dalam nilai sebesar 0,648 atau 64,8% yang merupakan hasil perhitungan regresi data kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik sebagai variabel X dan minat belajar siswa sebagai variabel Y. Rumus persamaan regresinya yaitu Y = 7,432 + 0,828 X. Artinya setiap penambahan nilai kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik sebesar 1 poin, maka nilai minat belajar siswa 7,432+828.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 156
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta: 1. Bagi Sekolah SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta Mengingat kompetensi pedagogik guru PAK sangat penting untuk meningkatkan minat belajar siswa, sangat diharapkan dari pihak sekolah dapat bekerjasama dengan instansi pemerintah atau yayasan swasta yang ada di daerah kota Yogyakarta untuk mempersiapkan tenaga pendidik yang profesional dalam bidangnya, mengikuti kursus atau pelatihan-pelatihan bila ada
kesempatan
maupun
yang
diselenggarakan
oleh
yayasan
yang
bersangkutan. 2. Bagi Guru Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa minat belajar siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur Yogyakarta masuk dalam kategori sangat berminat dalam belajar Pendidikan Agama Katolik, maka dengan demikian guru mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pedagogiknya dengan baik sehingga semakin lebih meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Pangudi Luhur dan SD Sang Timur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 157
Setiap selesai proses belajar-mengajar guru hendaknya mengadakan evaluasi atas seluruh proses kegiatan dalam pembelajaran sehingga dapat mengetahui hasil belajar dan sebagai landasan peningkatan mutu pembelajaran.
3. Bagi Mahasiswa IPPAK Sebagai calon guru Agama Pendidikan Katolik dan katekis, kompetensi pedagogik merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengajar dan berkatekese. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa calon guru agama Katolik, diharapkan terlibat aktif dalam mencari dan menemukan media kreatif, mengikuti seminar-seminar yang berkaitan dengan profesi dan memperluas wawasan ilmu keguruan, menjalin relasi yang baik dengan mahasiswa dari program studi lain guna menambah pengetahuan untuk menjadi guru profesional, dengan demikian banyak hal baik yang dapat diambil sebagai proses mematangkan kompetensi pedagogik kita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, J. M. (2009). Tujuh Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta: Power Books (Ihdina) Boli Kotan, Daniel. (2009). Keterampilan Guru Agama Katolik, Praedicamus. Volume VIII, Nomor 27, edisi Juli-September _________. (2009). Menjadi Guru Agama/Katekis Profesional Lewat Proses Pendidikan. Praedicamus, Volume VIII, Nomor 27, Edisi Juli-September Budi Kleden, Paul. (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan Zaman. Jakarta: KOMKAT KWI Buchari Alma. (2008). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta Dapiyanta, F.X. (2008). Pendidikan Agama Katolik Pada Tingkat Dasar.Diktat pada mata kuliah PAK Pendidikan Dasar.Yogyakarta: USD Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher Groome, Thomas.(2003). Horizons and Hopes. New York: Paulist Press. Hamzah B. Uno. (2008). Profesi kependidikan (problema, solusi, dan reformasi pendidikan di Indonesia. Cetakan ketiga. Jakarta: Bumi Aksara Wina, Sanjaya. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group HeryatnoW.W. FX. (2010). Pengantar PAK Sekolah. Diktat pada Mata Kuliah Pengantar PAK Sekolah. Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Janawi.(2011). Kompetensi Guru. Bandung: Alfabeta Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana R, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komkat KWI Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya Masnur Muslich. (2007). Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara Musaheri. (2007). Pengantar pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD Oemar Hamalik. (2008). Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Eko Jaya ________. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: CV Eko Jaya ________.(2005). Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Paulus, Yohanes, II. (1993). Catechesi Tradendae (terjemahan R. Hardawiryana, SJ). Jakarta: Dokpen KWI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 159
________.(1990). Redemptoris Missio(terjemahan Frans Borgias dan Alfon Suhardi). Jakarta: Dokpen KWI Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta Setyakarjana, J.S. (1997). Kateketik Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Pusat Kateketik Slameto. (2014). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suparno, P. (2004). Guru Demokratis Di Era Reformasi. Jakarta: PT. Grasindo Suryobroto, B. (1986). Mengenal Metode Pengajaran si Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Beajar-Mengajar. Yogyakarta: Amarta Telaumbanua, Marinus. (1997). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor Teven, J.J. & Hanson, T.L. (2004). The impact of teacher immediacy and perceived caring on teacher competence and trustworthiness. Vol. 52, Iss. 1 ; pg. 39, 15 pgs. Diakses pada tanggal 12Agustus 2014, Darihttp://proquest.umi.com/pqdweb?index=12&did=624344541&SrchM ode=1&sid=29&Fmt=4&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VNam e=PQD&TS=1245554275&clientId=68516.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 2. INSTRUMEN PENELITIAN
KUESIONER UNTUK SISWA
Identitas Responden Nama
:..........................
Kelas/Nilai Raport
:..........................
PETUNJUK: a. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Kemudian tentukan sejauh mana Anda mengalami dan merasakan apa yang dimaksud dari pernyataan tersebut. Alternatif jawaban adalah sebagai berikut: SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Contoh: No Pernyataan 1. Saya tertarik pada pelajaran PAK
SS √
S
TS
STS
Keterangan: Dengan memberikan tanda √ pada kolom SS berarti responden “Sangat Setuju” terhadap pernyataan yang ada.
b. Jawablah semua pernyataan dan periksalah kembali jawaban Anda sebelum dikumpulkan. SS
:Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Kompetensi Pedagogik Guru PAK Guru PAK Memiliki Kompetensi sebagai Pendidik N O 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12.
13.
14.
15.
16. 17.
PERNYATAAN Sebelum mulai pembelajaran, guru agama Katolik mengadakan tanya jawab tentang pelajaran yang sudah dipelajari Guru dapat menjawab pertanyaan peserta didik berkaitan dengan materi yang diberikan Penjelasan materi dari guru dapat dimengerti dan dipahami dengan sangat baik Guru memberi contoh-contoh yang dapat dipahami Guru PAK dapat menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah dipahami Materi pelajaran tidak jauh dari kenyataan hidup sehari-hari Guru PAK mengenal peserta didik satu per satu Guru menghargai kebebasan siswa dalam berpendapat Suasana belajar PAK sangat menyenangkan karena komunikasi antara siswa dan guru tercipta sangat baik Guru PAK memberikan perhatian kepada semua siswa secara adil/tidak pilih kasih Semua siswa mencintai guru PAK karena guru PAK memiliki sikap yang menyenangkan Teladan baik yang diberikan oleh guru PAK sangat mempengaruhi sikap setiap siswa di sekolah Guru PAK sangat konsekuen dengan nilai-nilai hidup yang diajarkan kepada peserta didik di sekolah Guru selalu menggunakan media belajar yang bervariasi sehingga memudahkan siswa untuk memahami pelajaran PAK Guru PAK memanfaatkan internet untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran PAK Guru PAK memanfaatkan berita televisi untuk semakin memahami pelajaran PAK Pelajaran PAK menjadi menyenangkan karena guru menggunakan model-model belajar yang menyenangkan
(5)
SS
S
TS
ST S
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18. Guru PAK meminta siswa berkunjung ke perpustakaan untuk mencari informasi dan menambah wawasan tentang pendidikan agama Katolik 19. Guru PAK mengajak siswa untuk evaluasi bersama dalam kelas mengenai pembelajaran PAK 20. Guru PAK dan siswa secara bersama menemukan nilai-nilai terbaik sehingga pelajaran PAK semakin memperkembangkan guru dan peserta didik
B. Minat Mengikuti PAK Tertarik dan Senang Mengikuti Proses Belajar Mengajar PAK NO 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
31.
32.
PERNYATAAN Jika pelajaran PAK saya hadir lebih awal di dalam kelas Saya merasa rugi bila tidak mengikuti PAK Belajar PAK membuat saya rajin bertanya tentang PAK Meskipun materi PAK terasa sulit saya tetap mengikuti dengan senang hati PAK merupakan mata pelajaran yang menyenangkan Saya mendengarkan penjelasan guru dan tidak sibuk sendiri Saya mencatat hal-hal yang penting ketika guru menjelaskan Saya senang bila mendapat tugas dari guru PAK dan mengerjakannya dengan seanng hati Saya membawa Kitab Suci setiap kali belajar PAK Saya tertarik membaca buku-buku pengetahuan rohani untuk menambah wawasan tentang PAK Saya rajin membuka internet, membaca majalah rohani dan mendengarkan siaran di televisi untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin yang membantu saya memahami pelajaran PAK Materi PAK sangat menginspirasi dan menyenangkan
(6)
SS
S
TS
ST S
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Saya merasa bahwa teman-teman di kelas ini senang mengikuti pelajaran PAK Saya mempraktekkan apa yang saya dapatkan dalam pelajaran PAK Tugas-tugas PAK saya kumpulkan tepat pada waktunya Saya merasa bahwa teman-teman di kelas ini senang mengikuti pelajaran PAK Saya menapat nilai tinggi pada pelajaran PAK Pelajaran PAK membantu saya untuk lebih menghargai sesama Pelajaran PAK membuat saya semakin menghormati kedua orangtua saya Dengan mengikuti PAK, saya semakin yakin bahwa Tuhan selalu ada dalam hidup seharihari
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(15)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(17)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(18)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 6. HASIL ANALISIS SSPS HASIL ANALISIS SPSS
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Kompetensi Pedagogik
85
66.1059
8.63413
Minat Belajar Siswa
85
62.1529
8.87547
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.805a
.648
.644
5.29388
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Pedagogik b. Dependent Variable: Minat Belajar
ANOVAb Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
4290.922
1
4290.922
153.109
.000a
Residual
2326.090
83
28.025
Model
1
Total 6617.012 84 a. Predictors: (Constant), Kompetensi b. Dependent Variable: Minat
(20)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
(Constant)
7.432
4.460
Kompetensi
.828
.067
Standardized Coefficients
t
Sig.
1.666
.099
12.374
.000
Beta
.805
a. Dependent Variable: Minat
Correlations
Pearson Correlation Kompetensi
Minat
Kompetensi
Minat
1
.805
Sig. (1-tailed)
.000
N
85
85
Pearson Correlation
.805
1
Sig. (1-tailed) N
.000 85
85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
(21)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(22)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(23)