PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN “Studi Kasus PT Kanisius” SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika
Oleh : Yohanes Prasetya Jati 105314018
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE ANALYSIS OF PERFORMANCE WLAN “Case Study PT Kanisius”
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain The Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering Study Program
By : Yohanes Prasetya Jati 105314018
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2015
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO Saat kau jatuh dan tak berdaya, lakukan saja yang terbaik, dan Tuhan akan mengurus sisanya -Mat 6:25-34Apakah saya gagal atau sukses Bukanlah hasil perbuatan orang lain. Sayalah yang menjadi pendorong diri sendiri. -Elaine Maxwell-
Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik -Evelyn Underhill-
Skripsi ini dipersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus, Dosen, Keluarga dan Teman-teman Terima Kasih
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat dan menggunakan hasil karya atau sebagian dari hasil karya orang lain, kecuali yang tercantum dan disebutkan dalam kutipan serta daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Januari 2015 Penulis
Yohanes Prasetya Jati
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yohanes Prasetya Jati NIM
: 105314018
Demi pengembanhan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN Studi Kasus PT Kanisius” Bersama perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalty kepada saya selama mencantumkan saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Januari 2015 Penulis
Yohanes Prasetya Jati
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Wireless LAN(WLAN) merupakan jaringan lokal yang menggunakan gelombang radio sebagai media penghubungnya, sehinga mempermudah mobilitas akses internet tanpa harus menggunakan kabel. Teknologi ini sangat dibutuhkan karyawan PT Kanisius untuk bekerja menggunakan device mereka, Maka dibutuhkan kualitas layanan jaringan yang baik untuk mendukung pekerjaan karyawan. Untuk mengetahui kualitas layanan jaringan WLAN perlu dilakukan pengukuran,yang meliputi Hotspot Environment, Site Coverage, dan Performa jaringan. Dalam tugas akhir ini, dilakukan pengukuran dan penghitungan pada jaringan WLAN yang dimiliki oleh PT Kanisius. PT Kanisius menerapkan teknologi WDS (Wireless Distribution System) dengan satu Access point sebagai pemancar, dan tiga repeater sebagai penguat sinyal. Penelitian diawali dengan pengumpulan data berupa peta gedung dan jumlah access point yang telah terpasang. Setelah data tersebut diperoleh dilakukan site survey untuk mengetahui letak dan persebaran access point dan repeater. Kemudian melakukan pengukuran coverage setiap access point dan repeater. Selanjutnya menguji performa access point dan repeater serta jaringan dengan parameter throughput, jitter, packet loss menggunakan tools Iperf dengan cara mengirimkan paket TCP dan UDP berdasarkan degradasi kategori kualitas sinyal. Hasil yang akan didapat dari analisis beberapa skenario pengujian adalah kesesuaian jaringan WLAN PT Kanisius dengan teori membangun jaringan hotspot, pemetaan coverage seluruh access point dan
repeater berdasarkan
kategori degradasi kualitas sinyal , channel overlapping dan performa perangkat WLAN dan jaringan WDS. Kata Kunci: Wireless LAN(WLAN), Wireless Distribution System(WDS), Iperf, Coverage, Throughput, Jitter, Packet Loss.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Wireless LAN (WLAN) is a local network that uses radio waves as a connecting medium , so that it facilitates the mobility of internet access without using cables. This technology is needed by the employee of PT Kanisius for working by using their own device. The employees need a good quality network services to support their job. To determine the quality of WLAN network service, the measurement which includes Hotspot Environment, Site Coverage, and network performance are needed. In this thesis, measurement and calculation of the WLAN network owned by PT Kanisius were done. PT Kanisius applied WDS technology (Wireless Distribution System) with one Access Point as the transmitter and three repeaters as the signal amplifier. This research was started by collecting the data such as map of the building and the number of access points that have been installed. After those data were collected, site survey was done to determine the location and distribution of the access point and repeater. The next step was testing the performance of the access point and repeater as well as network with parameter throughput, jitter, packet loss using Iperf tools by sending TCP and UDP packages based on the degradation of signal quality category. The result to be obtained from the analysis of multiple test scenarios is the suitability of WLAN network of PT Kanisius with theory building hotspot network , mapping coverage of the entire access point and repeater based on the category of degradation of signal quality, overlapping channel, and WLAN device and WDS network performance.
Key words: Wireless LAN (WLAN), Wireless Distribution System (WDS), Iperf, Coverage, Throughput, Jitter, Packet Loss.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN “Studi Kasus PT Kanisius”. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana komputer program studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari dalam penyusunan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika 4. Bapak B. Herry Suharto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran waktu, kebaikan, dan motivasi. 5. Bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T. dan Bapak St. Yudianto Asmoro, S.T., M.Kom selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan. 6. Ibu Agnes Maria Polina S.Kom., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 7. Seluruh dosen yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan berharga selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 8. Pihak sekretariat dan laboran yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 9. Kedua orang tua tercinta Ambrosius Purwantara dan C. Tutik Marwati. Terimakasih untuk setiap doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang selalu diberikan kepada saya.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10. Adik saya William Dito yang telah memberikan doa dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 11. Mbah Karno dan Mbah Mariyam serta Mbah Senu kakung putri yang telah memberikan doa dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 12. Bulik, Om, Pakdhe, Budhe yang selalu memberikan dukungan dan doa. 13. Lucia Dian Rosita yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 14. Yohanes Adityas Putra, Terimakasih atas kerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini. 15. Sahabat-sahabatku: Rendy, Bayox, Rendra, Kampret, Sibrox, Pendol, Terimakasih telah memberikan semangat kepada saya. 16. Seluruh teman-teman kuliah Teknik Informatika 2010 (@_HMPS) Aan, Apen, Anonk, Bendot, CB, Duwek, Limpunk, Lutvi, Ndhupan, Very, Codot, Jacky, Kejut, Mendo, Agung Surono, Yulius, Lia, Tita, Ika, Festi dan lain-lain. Terimakasih untuk kebersamaan kita selama menjalani masa perkuliahan. 17. Keluarga besar Kos Antaxena: Mas Liyus, Ajik, Mas Budi, Irna, Lucky, Hendra, Tepik, Mas Eko, Dondon. 18. PT Kanisius yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, Khususnya Pak Totok dan Pak Denny yang membantu dalam pengumpulan data. 19. Semua pihak dan teman-teman yang telah membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi pernaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Yogyakarta, 23 Januari 2015 Penulis
Yohanes Prasetya Jati
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ............................................. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................
3
1.5 Batasan Masalah ..................................................................................
3
1.6 Metodologi Penelitian ..........................................................................
3
1.7 Sistematika Penulisan ..........................................................................
5
BAB 2 LANDASAN TEORI .........................................................................
6
2.1 Jaringan Wireless LAN ........................................................................
6
2.1.1 Wireless Distribution System (WDS) ..........................................
6
2.1.2 Standar 802.11 a/b/g/n ................................................................
10
2.2. Model TCP/IP .....................................................................................
14
2.2.1 TCP (Transmision Control Protocol) .........................................
15
2.2.2 UDP (User Datagram Protocol) .................................................
17
2.2.3 IP (Internet Protocol) ..................................................................
19
2.3 Membangun Wireless Hotspot .............................................................
20
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.3.1 Hotspot Environment ..................................................................
20
2.3.2 Site Coverage ..............................................................................
22
2.3.3 Memilih Perangkat Wireless .......................................................
24
2.3.4 Otentikasi ....................................................................................
26
2.4 Antena WiFi .........................................................................................
31
2.4.1 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) ......................................
32
2.4.2 Gain.............................................................................................
33
2.4.3 Polarisasi .....................................................................................
34
2.4.4 Beamwidth...................................................................................
37
2.4.5 Tipe Antena .................................................................................
38
2.5 Signal Strength .....................................................................................
42
2.6 Satuan dB .............................................................................................
43
2.7 Parameter Quality of Service................................................................
45
2.8 Komponen Pengujian ..........................................................................
49
BAB III METODOLOGI ..............................................................................
52
3.1 Langkah Penelitian ...............................................................................
52
3.2 Survey Lokasi .....................................................................................
53
3.3 Rencana Pengujian ...............................................................................
54
3.3.1 Langkah Pengukuran Coverage Access Point dan Repeater ......
54
3.3.2 Langkah Pengujian Performa Access Point dan Repeater ..........
55
3.3.3 Langkah Pengujian Performa Jaringan WDS .............................
57
3.3.4 Langkah Pengujian Kecepatan Internet ......................................
58
BAB IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN .........................
59
4.1 Topologi Jaringan ................................................................................
59
4.1.1 Topologi Fisik .............................................................................
59
4.1.2 Pemetaan Wifi .............................................................................
60
4.1.3 Topologi Logik ...........................................................................
61
4.2 Analisa Data .........................................................................................
62
4.2.1 Hasil Pengukuran Coverage Area ...............................................
62
4.2.1.1 Coverage Access Point Utama ............................................
63
4.2.1.2 Coverage Repeater 1 ...........................................................
64
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.1.3 Coverage Repeater 2 ...........................................................
65
4.2.1.4 Coverage Repeater 3 ...........................................................
66
4.2.1.5 Pemilihan Channel ..............................................................
67
4.2.2 Analisis Performa Jaringan dengan TCP dan UDP ....................
68
4.2.2.1 Performa access point dan repeater ....................................
68
4.2.2.1.1 Access Point utama .....................................................
69
4.2.2.1.2 Repeater 1 ..................................................................
73
4.2.2.1.3 Repeater 2 ...................................................................
77
4.2.2.1.4 Repeater 3 ...................................................................
80
4.2.2.2 Performa Jaringan WDS ......................................................
83
4.2.2.2.1 Jaringan WDS 1 ..........................................................
84
4.2.2.2.2 Jaringan WDS 2 ..........................................................
87
4.2.2.2.3 Jaringan WDS 3 ..........................................................
91
4.2.3 Hasil Pengujian Kecepatan Internet .............................................
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
95
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................
95
5.2 Saran ....................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
99
LAMPIRAN ..................................................................................................... 101
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Point to Point Wireless Bridge .....................................................
8
Gambar 2.2 Point to Multi Point Wireless Bridge ...........................................
8
Gambar 2.3 Wireless Repeater.........................................................................
9
Gambar 2.4 Pembagian channel 802.11b/g/n ..................................................
14
Gambar 2.5 Proses Pembuatan koneksi TCP (Three-way Handshake) ...........
16
Gambar 2.6 Layout untuk tiga channel ............................................................
23
Gambar 2.7 Polarisasi Antena.........................................................................
35
Gambar 2.8 Polarisasi Vertikal ........................................................................
35
Gambar 2.9 Polarisasi Horisontal ....................................................................
36
Gambar 2.10 Polarisasi Circular .....................................................................
36
Gambar 2.11 Polarisasi Cross ..........................................................................
37
Gambar 2.12 BeamwidthAntena ......................................................................
38
Gambar 2.13 Antena Omnidirectional .............................................................
38
Gambar 2.14 Pola radiasi antenna omni ..........................................................
39
Gambar 2.15 Antena Grid ................................................................................
39
Gambar 2.16 Pola radiasi antenna grid ............................................................
40
Gambar 2.17 Antena parabolic ........................................................................
40
Gambar 2.18 Pola radiasi antenna parabolic ....................................................
40
Gambar 2.19 Antena sectoral ...........................................................................
41
Gambar 2.20 Pola radiasi antenna sectoral ......................................................
42
Gambar 2.21 Screenshoot hasil pengukuran speedtest ....................................
49
Gambar 2.22 Screenshot Vistumbler................................................................
50
Gambar 2.23 output TCP .................................................................................
51
Gambar 2.24 output UDP ................................................................................
51
Gambar 3.1 Alur Pengujian .............................................................................
52
Gambar 3.2 Rencana pengukuran coverage pada setiap access point .............
54
Gambar 3.3 Rencana pengujian performa Access Point dan Repeater ............
55
Gambar 3.4 Rencana pengujian performa jaringan WDS................................
57
Gambar 3.5 Rencana pengujian kecepatan internet .........................................
58
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4.1 Topologi fisik WLAN PT Kanisius .............................................
59
Gambar 4.2 Peta lokasi peletakan Access Point ..............................................
60
Gambar 4.3 Topologi logik WLAN PT Kanisius ............................................
61
Gambar 4.4 Coverage access point utama .......................................................
63
Gambar 4.5 Coverage repeater 1 .....................................................................
64
Gambar 4.6 Coverage repeater 2 .....................................................................
65
Gambar 4.7 Coverage repeater 3 .....................................................................
66
Gambar 4.8 Hasil scanning channel ................................................................
67
Gambar 4.9 Channel overlapping ....................................................................
67
Gambar 4.10 Grafik rata-rata throughput access point utama .........................
71
Gambar 4.11 Grafik rata-rata jitter access point utama ...................................
72
Gambar 4.12 Grafik rata-rata packet loss access point utama .........................
73
Gambar 4.13 Grafik rata-rata throughput repeater 1 .......................................
74
Gambar 4.14 Grafik rata-rata jitter repeater 1 .................................................
75
Gambar 4.15 Grafik rata-rata packet loss repeater 1 .......................................
76
Gambar 4.16 Grafik rata-rata throughput repeater 2 ......................................
78
Gambar 4.17 Grafik rata-rata jitter repeater 2 ................................................
79
Gambar 4.18 Grafik rata-rata packet loss repeater 2 ......................................
80
Gambar 4.19 Grafik rata-rata throughput repeater 3 .......................................
81
Gambar 4.20 Grafik rata-rata jitter repeater 3 .................................................
82
Gambar 4.21 Grafik rata-rata packet loss repeater 3 .......................................
83
Gambar 4.22 Grafik rata-rata throughput WDS 1 ...........................................
85
Gambar 4.23 Grafik rata-rata jitter WDS 1 .....................................................
86
Gambar 4.24 Grafik rata-rata packet loss WDS 1 ...........................................
87
Gambar 4.25 Grafik rata-rata throughput WDS 2 ...........................................
88
Gambar 4.26 Grafik rata-rata jitter WDS 2 .....................................................
89
Gambar 4.27 Grafik rata-rata packet loss WDS 2 ...........................................
90
Gambar 4.28 Grafik rata-rata throuhput WDS 3 .............................................
92
Gambar 4.29 Grafik rata-rata jitter WDS 3 .....................................................
93
Gambar 4.30 Grafik rata-rata packet loss WDS ..............................................
94
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Standart Jaringan 802.11 .................................................................... 12 Tabel 2.2 Pembagian channel 2,4 GHz menurut ITU ............................................... 13 Tabel 2.3 Kategori kekuatan sinyal WLAN menurut cisco ................................ 42 Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt........................................................................... 43 Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt........................................................................... 44 Tabel 2.6 Persentase packet loss ......................................................................... 47 Tabel 2.7 Tabel Standar jitter ............................................................................. 48 Tabel 4.1 Rata-rata Throughput access point utama........................................... 70 Tabel 4.2 Rata-rata Jitter access point utama ..................................................... 71 Tabel 4.3 Rata-rata Packet Loss access point utama .......................................... 72 Tabel 4.4 Rata-rata throughput repeater 1 ......................................................... 74 Tabel 4.5 Rata-rata jitter repeater 1 ................................................................... 75 Tabel 4.6 Rata-rata packet loss repeater 1 .......................................................... 76 Tabel 4.7 Rata-rata throughput repeater 2 ......................................................... 77 Tabel 4.8 Rata-rata jitter repeater 2 ................................................................... 78 Tabel 4.9 Rata-rata jitter repeater 2 ................................................................... 79 Tabel 4.10 Rata-rata throughput repeater 3 ....................................................... 80 Tabel 4.11 Rata-rata jitter repeater 3 ................................................................. 81 Tabel 4.12 Rata-rata packet loss repeater 3 ........................................................ 82 Tabel 4.13 Rata-rata throughput WDS 1 ............................................................ 84 Tabel 4.14 Rata-rata jitter WDS 1 ...................................................................... 85 Tabel 4.15 Rata-rata packet loss WDS 1 ............................................................ 86 Tabel 4.16 Rata-rata throughput WDS 2 ............................................................ 88 Tabel 4.17 Rata-rata jitter WDS 2 ...................................................................... 89 Tabel 4.18 Rata-rata packet loss WDS 2 ............................................................ 90 Tabel 4.19 Rata-rata throughput WDS 3 ............................................................ 91 Tabel 4.20 Rata-rata jitter WDS 3 ...................................................................... 92 Tabel 4.21 Rata-rata packet loss WDS 3 ............................................................ 93
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang telekomunikasi berkembang dengan cepat selaras dengan perkembangan masyarakat modern yang memiliki mobilitas yang tinggi. Hal ini membuat manusia berinovasi melahirkan teknologi yang mudah dan praktis. Dalam mengakses internet kini perkembangan dalam bidang telekomunikasi telah mengarah pada penggunaan teknologi tanpa kabel atau dikenal dengan istilah Wireless LAN(WLAN). WLAN merupakan jaringan lokal yang menggunakan teknologi gelombang radio sebagai media penghubungnya[1]. Kini teknologi wireless yang berkembang sangat membantu masyarakat untuk terkoneksi pada jaringan internet dengan device mereka. Sebagai perusahaan penerbitan dan percetakan, PT Kanisius sadar betul akan kebutuhan teknologi tersebut. Teknologi ini sangat dibutuhkan karyawan PT Kanisius untuk bekerja menggunakan device mereka. Sehinga fasilitas tersebut mempermudah mobilitas akses internet tanpa harus menggunakan kabel. PT Kanisius menerapkan teknologi Wireless Distribution System (WDS) dengan Access Point utama sebagai pemancar sinyal dan tiga repeater di beberapa titik sebagai alat yang berfungsi untuk memperluas jangkauan sinyal, sehingga diharapkan internet dapat diakses di titik manapun. Namun beberapa kendala di lapangan masih ditemui, yaitu koneksi
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
internet yang lambat dan sinyal WLAN tidak stabil sehingga pengguna merasa kesulitan karena tiba-tiba koneksi internet terputus saat sedang bekerja. Upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan menggunakan manajemen sehingga hanya karyawan yang bekerja di kantor yang memiliki hak akses dan bisa terhubung dengan internet sedangkan karyawan bagian gudang dan produksi tidak disediakan hak akses dan membatasi akses pengguna ke beberapa situs seperti youtube dan situs jejaring sosial. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis jaringan WLAN di PT Kanisius. Analisis berkaitan dengan seberapa baik kualitas jaringan WLAN di PT Kanisius. Penulis akan menganalisa skenario yang berkaitan dengan kecepatan internet yang didapat PT Kanisius dari ISP, jangkauan sinyal dari access point dan repeater untuk mengetahui kesesuaian dengan panduan membangun Hotspot yang baik, meliputi Hotspot Environment, Site Coverage, Pemilihan perangkat dan Kualitas layanan jaringan..Hasil dari Analisis diharapkan memberikan data yang dapat menjadi acuan untuk perbaikan jaringan WLAN di PT Kanisius. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu:
1. Apa penyebab internet pada jaringan WLAN PT Kanisius lambat? 2. Bagaimana kualitas layanan jaringan WLAN PT Kanisius? 3. Bagaimana solusi untuk perkembangan performansi kinerja jaringan WLAN di PT Kanisius?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Mencari sumber dari masalah WLAN PT Kanisius. 2. Mengetahui kualitas layanan jaringan WLAN PT Kanisius. 3. Memberikan rekomendasi atau acuan untuk perbaikan jaringan WLAN di PT Kanisius, sehingga kualitas internet dapat tercapai. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah agar PT Kanisius dapat mengetahui informasi
tentang
kualitas
unjuk
kerja
jaringan
WLAN,
untuk
mengoptimalkan menjadi lebih baik dalam pelayanan terhadap karyawan. 1.5 Batasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, penulis akan membatasi dalam penulisan dengan hal-hal berikut: 1. Jaringan yang dibahas hanya jaringan WLAN PT Kanisius. 2. Parameter yang diuji hanya mencakup kecepatan internet, Coverage, dan kualitas jaringan WLAN PT Kanisius. 3. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan WLAN. 4. Pengujian menggunakan Speedtest, Vistumbler, dan software Iperf. 5. Kondisi cuaca saat penelitian tidak diperhitungkan. 1.6 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
1. Studi Kasus Mewawancarai karyawan PT Kanisius tentang permasalahan pada jaringan WLAN dan mewawancarai staff teknik untuk mengetahui topologi jaringan WLAN PT Kanisius. 2. Studi literatur Mempelajari tentang arsitektur WLAN dan parameter performansi jaringan dengan mengumpulkan jurnal, buku, dan referensi lainnya yang dapat mendukung topik ini. 3. Model Sistem Penelitian dilakukan berdasarkan arsitektur jaringan WLAN yang telah berjalan pada PT Kanisius. 4. Metode pengumpulan data Data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa coverage WiFi pada setiap access point dan repeater, kecepatan internet, dan pengukuran throughput, packet loss,dan jitter pada jaringan WLAN. 5. Metode Analisis Data Penulis menganalisis hasil penelitian yang telah didapat dengan melakukan perbandingan terhadap data dari beberapa pengambilan data dan dicari penyebab terjadinya perbedaan pada data tersebut. Dari hal-hal tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang kinerja jaringan WLAN tersebut sudah baik atau belum dan memberikan saran jika ingin memperbaiki kinerjanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan judul/rumusan masalah di tugas akhir. BAB III METODOLOGI Bab ini menjelaskan tentang topologi jaringan serta spesifikasi perangkat WLAN dan metode pengambilan data. BAB IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN Bab ini berisi tentang pelaksanaan pengujian dan hasil pengujian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan atas analisa dan saran berdasarkan hasil yang telah dilaksanakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Wireless LAN Jaringan Wireless LAN adalah jaringan yang mengkoneksikan dua komputer atau lebih menggunakan frekuensi radio sebagai media transmisi data[1]. Proses komunikasi tanpa kabel ini dimulai dengan munculnya alatalat berbasis gelombang radio seperti, walkie talkie, remote control, dan perangkat radio lainnya. Hal ini muncul pengembangan teknologi wireless untuk jaringan komputer. Sehingga pengguna dapat langsung terhubung pada jaringan di area WLAN tanpa menggunakan kabel. Dengan WLAN ini siapapun yang berada pada area WLAN dapat dengan mudah terhubung pada jaringan tanpa harus terhubung secara fisik ke dalam jaringan. WLAN mempunyai fleksibilitas, mendukung mobilitas, menawarkan efisiensi dalam waktu dan biaya penginstalan karena apabila ingin memperluas atau memindah jaringan tidak merlu menarik kabel atau memindahkan kabel yang sudah ada. 2.1.1 Wireless Distribution System(WDS) Wireless Distribution System (WDS) memungkinkan jaringan wireless dikembangkan menggunakan beberapa access point tanpa harus memerlukan backbone kabel jaringan untuk menghubungkan mereka, seperti cara tradisional[5]. Keuntungan yang bisa kelihatan dari WDS dibanding solusi lainnya adalah bahwa dengan WDS, header MAC address dari paket traffic tidak berubah antar link access point. Tidak seperti pada proses
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
enkapsulasi misalnya pada komunikasi antar router yang selalu menggunakan MAC address pada hop berikutnya.Suatu access point bisa menjadi sebuah station utama, relay, atau remote base station. Suatu base station utama pada umumnya dihubungkan dengan system Ethernet. Semua base station dalam WDS
harus dikonfigurasi menggunakan
channel radio yang sama, methoda inkripsi (tanpa inkripsi, WEP, atau WAP) dan juga kunci inkripsi yang sama. Mereka bisa dikonfigure dengan menggunakan SSID (service set identifiers)yang berbeda sebagai identitas. WDS juga mengharuskan setiap base station untuk bisa melewatkan kepada lainnya didalam system. . WDS memungkinkan membuat jaringan dua wireless yang besar dengan cara membuat link beberapa wireless access point dengan WDS links. WDS pada dasarnya digunakan untuk membangun jaringan yang besar dimana tidak memungkinkan untuk menarik kabel, bisa disebabkan karena mahal atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan. WDS bisa digunakan dalam dua jenis mode konektivitas antar access point 1. Wireless Bridging dimana komunikasi access points WDS hanya satu dengan lainnya (antar AP) dan tidak membolehkan wireless clients lainnya atau Station(STA) untuk mengaksesnya. 2. Wireless repeater dimana access point berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan wireless Station (STA)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
WDS Link AP1
AP2
AP3
W D
S
Li nk
Gambar 2.1 Point to Point Wireless Bridge
AP1
WD S
Lin k AP2
Gambar 2.2 Point to Multi Point Wireless Bridge
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
W D
S
Li nk
AP3
AP1
WD S
Lin k AP2
Gambar 2.3 Wireless Repeater WDS bisa direferensikan sebagai mode repeater karena dia bisa tampak sebagai bridge dan juga menerima wireless clients pada saat bersamaan (tidak seperti sistem bridge tradisional). Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa throughput dalam metoda ini adalah menjadi setengahnya untuk semua clients yang terhubung secara wireless pada repeater. Salah satu alasan WDS bekerja dengan baik karena menggunakan MAC untuk membangun link WDS. WDS hanya dapat mendistribusikan paket
menggunakan
alamat
MAC,
oleh
karenanya
hanya
perlu
mengimplementasikan lapisan layer satu dan dua saja, yaitu physical layer dan Data link layer. Untuk berkomunikasi pada layer physical, perangkat wireless harus beroperasi pada channel dan protokol yang sama. 802.11a
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
akan berkomunikasi dengan 802.11a, 802.11b berkomunikasi pada 802.11b. Ketika kedua perangkat wireless dikonfigurasi dengan protocol yang sama pada channel yang sama, maka perangkat wireless siap berkomunikasi pada Data link layer. 2.1.2 Standar 802.11 a/b/g/n Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11. Peralatan yang sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4GHz, dan kecepatan transfer data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11b. Kecepatan transfer data teoritis maksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan data sebesar ini sebanding dengan Ethernet tradisional (IEEE 802.3 10Mbps atau 10Base-T). Peralatan yang menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4Ghz. Salah satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini adalah kemungkinan terjadinya interferensi dengan cordless phone, microwave oven, atau peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada frekuensi sama. Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yang menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps. Gelombang radio yang dipancarkan oleh peralatan 802.11a sukar menembus dinding atau penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio lebih pendek dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
dengan 802.11a. Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware yang membuat peralatan yang mendukung kedua standar tersebut. Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi kode 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4Ghz dengan kecepatan transfer data teoritis maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan 802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan. Misalkan saja sebuah yang menggunakan kartu jaringan 802.11g dapat memanfaatkan access point 802.11b, dan sebaliknya. Pada tahun 2006, 802.11n dikembangkan dengan menggabungkan teknologi 802.11b, 802.11g. Teknologi yang diusung dikenal dengan istilah MIMO (Multiple Input Multiple Output) merupakan teknologi Wi-Fi terbaru. MIMO dibuat berdasarkan spesifikasi Pre-802.11n. Kata ”Pre-” menyatakan “Prestandard versions of 802.11n”. MIMO menawarkan peningkatan throughput, keunggulan reabilitas, dan peningkatan jumlah klien yang terkoneksi. Daya tembus MIMO terhadap penghalang lebih baik, selain itu jangkauannya lebih luas sehingga Anda dapat menempatkan laptop atau klien Wi-Fi sesuka hati. Access Point MIMO dapat menjangkau berbagai perlatan Wi-Fi yang ada disetiap sudut ruangan. Secara teknis MIMO lebih unggul dibandingkan saudara tuanya 802.11a/b/g. Access Point MIMO dapat mengenali gelombang radio yang dipancarkan oleh adapter Wi-Fi 802.11a/b/g. MIMO mendukung kompatibilitas mundur dengan 802.11 a/b/g. Peralatan Wi-Fi MIMO dapat menghasilkan kecepatan transfer data sebesar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
108Mbps. Hingga saat ini tipe 802.11n telah mampu mencapai kecepatan 300Mbps. Tabel 2.1. Standart Jaringan 802.11
Approximate Indoor range
Approximate outdoor range
(m)
(ft)
(m)
(ft)
20
66
100
330
35
115
120
390
--
--
5,00 0
16,00 0
DSSS
38
125
140
460
1
OFDM, DSSS
38
125
140
460
70
230
250
820
4
OFDM 70
230
250
820
802.11 Protocol
Freq (GHz)
Bandwidth (Mhz)
Data rate per stream (Mbit/s)
Allowable MIMO streams
Modulation
---
2,4
20
1,2
1
DSSS, FHSS
20
6,9,12,18,24,3 6, 48,54
1
OFDM
5.5,11
1
5 a 3,7 b
2,4
20
g
2,4
20
n
2,4/5
20 40
6,9,12,18,24,3 6, 48,54 7.2, 14.4, 21.7, 28.9, 43.3, 57.8, 65, 72.2
Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) adalah teknik yang memodulasi sinyal informasi secara langsung dengan kode-kode tertentu (deretan kode Pseudonoise/PN dengan satuan chip). Menggunakan carrier yang fix pada pita freq tertentu. Transmisi dengan DSSS lebih kebal terhadap interferensi karena saat mengirim dan merangkai ulang dengan benar hanya ada 1 dari 10 sinyal redundan yang dibutuhkan. Membagi satu saluran untuk banyak multiple user. DSSS memiliki keunggulan pada kapasitas tetapi sangat sensitif terhadap lingkungan apakah itu noise, pantulan dan lain-lain. Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) adalah teknik transmisi dengan banyak frekuensi (multicarrier). mengandung makna hubungan matematis antara frekuensi-frekuensi yang digunakan. Pemakaian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
frekuensi yang saling orthogonal pada OFDM memungkinkan overlap antar frekuensi tanpa menimbulkan interferensi satu sama lain. 802.11b/g/n menggunakan frekuensi 2,4GHz atau memiliki range mulai dari 2,4 GHz – 2,5 GHz. Frekuensi tersebut dibagi menjadi 13 channel mulai dari channel 1 yaitu 2,412GHZ sampai dengan channel 13 yaitu 2,472 GHz. Channel ke-14 sebelumnya digunakan di Jepang namun sudah tidak terpakai lagi. Tabel 2.2 Pembagian channel 2,4 GHz menurut ITU Channel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Frekuensi (GHz) 2,412 2,417 2,422 2,427 2,432 2,437 2,442 2,447 2,452 2,457 2,462 2,467 2,472 2,484
Setiap channel memiliki lebar 22MHz, ini mengakibatkan sinyal dari sebuah channel masih akan dirasakan oleh channel lainnya yang bertetangga. Misalnya pada channel 1 masih akan terasa di channel 2,3,4, dan 5. Karena rentang frekuensi yang saling overlapping (tumpang tindih) maka penggunaan channel yang berdekatan akan mengakibatkan gangguan interference. Secara lengkap gambaran interfensi yang akan terjadi dapat dilihat pada gambar berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1
2
3
2,412
2,417
2,422
4
5
2,427 2,432
6
7
2,437 2,442
8
9
10
2,447 2,452 2,457
11
12
13
2,462
2,467
2,472
14
Gambar 2.4 Pembagian channel 802.11b/g/n Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa interferensi channel akan terhindar jiga menggunakan aturan +5 atau -5 dengan frekuensi yang sudah digunakan. Sebagai contoh, channel 1 tidak akan overlapping dengan channel 5 dan 11. 2.2 Model TCP/IP Arsitektur
protocol
Protocol(TCP/IP) pengembangan
Transmission
merupakan
dilakukan
pada
hasil
dari
jaringan
Control penelitian percobaan
Protocol/Internet protocol
dan
packet-switched,
ARPANET, yang didanai DARPA, dan secara umum ditujukan sebagai satu set protokol TCP/IP[9]. Set protocol ini terdiri atas sekumpulan besar protocol yang telah diajukan sebagai standart internet oleh Internet Architectur Board(IAB). Model TCP/IP terdiri atas lima layer yaitu: 1. Application Layer, merupakan layer program aplikasi yang menggunakan protokol TCP/IP. Beberapa diantaranya adalah: Telnet, FTP (File Transfer Protocol), SMTP (Simple Mail transport Protocol), SNMP (Simple Network Management
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Protocol), HTTP (Hypertext Transfer Protocol), DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) dan DNS(Domian Name System) . 2. Transport Layer, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi antar dua komputer. Pada layer ini terdiri atas dua protokol, yaitu: TCP (Transport Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol). 3. Internet Layer, berfungsi untuk menangani pergerakan paket data dalam jaringan dari komputer pengirim ke komputer tujuan. Protokol yang berada dalam fungsi ini antara lain: IP(Internet Protocol),ICMP(Internet Control Message Protocol),dan IGMP (Internet Group Management Protocol). 4. Network Layer, merupakan layer paling bawah yang bertanggung jawab mengirim dan menerima data dari dan ke media fisik 2.2.1 TCP (Transmision Control Protocol) TCP merupakan protokol yang berada pada layer transport dari layer TCP/IP[10]. TCP adalah protokol yang bersifat byte stream, connection-oriented
dan
menggunakan komunikasi
reliable
dalam
byte-stream,
pengiriman
yang berarti
data.
TCP
bahwa data
dinyatakan sebagai suatu urutan-urutan byte. Connecton-oriented berarti sebelum terjadi proses pertukaran data antar komputer terlebih dahulu harus dibentuk suatu hubungan. Hal ini dapat doanalogikan dengan proses pendialan nomor telepon dan akhirnya terbentuk hubungan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Kehandalan TCP dalam mengirimkan data didukung oleh mekanisme yang disebut Positive Acknowledgement with Re-transmission (PAR). Data yang dikirim dari layer aplikasi akan dipecah-pecah dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan diberi nomor urut sebelum dikirim ke layer berikutnya. Unit data yang sudah dipecah-pecah tadi disebut segment. TCP selalu meminta konfirmasi setiap kali selesai mengirimkan data, apakah data tersebut sampai pada komputer tujuan dan tidak rusak. Jika data berhasil sampai tujuan, TCP akan mengirimkan data urutan berikutnya. Jika tidak berhasil, maka TCP akan melakukan pengiriman ulang urutan data yang hilang atau rusak tersebut. Dalam kenyataannya TCP menggunakan sebuah acknowledgement (ACK) sebagai suatu pemberitahuan antara komputer pengirim dan penerima. Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan Three-way Handshake . Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP Window. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut: SYN SYN, ACK
` ACK
Komputer Klien
Server
Gambar 2.5 Proses Pembuatan koneksi TCP (Three-way Handshake)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Keterangan dari gambar 2.5 adalah sebagai berikut: 1. Host pertama (yang ingin membuat koneksi) akan mengirimkan sebuah segmen TCP dengan flag SYN diaktifkan kepada host kedua (yang hendak diajak untuk berkomunikasi). 2. Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan segmen dengan acknowledgment dan juga SYN kepada host pertama. 3. Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data dengan host kedua. TCP menggunakan proses handshake yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah diterima dengan baik. Itulah sebabnya, mengapa TCP disebut dengan koneksi yang reliable. 2.2.2 UDP (User Datagram Protocol) UDP merupakan protokol yang juga berada pada layer transport selain TCP[10]. Protokol ini bersifat connectionless dan unreliable dalam pengiriman data. Connectionless berarti tidak diperlukannya suatu bentuk hubungan terlebih dahulu untuk mengirimkan data. Unreliable berarti pada protokol ini tidak dijamin akan sampai pada tujuan yang benar dan dalam kondisi yang benar pula. Kehandalan pengiriman data pada protokol ini menjadi tanggung jawab dari program aplikasi pada layer atasnya. Jika dibandingkan dengan TCP, UDP adalah protokol yang lebih sederhana dikarenakan proses yang ada didalamnya lebih sedikit. Dengan demikian aplikasi yang memanfaatkan UDP sebagai protokol transport dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
mengirimkan data tanpa melalui proses pembentukan koneksi terlebih dahulu. Hal ini pun terjadi pada saat mengakhiri suatu koneksi, sehingga dalam banyak hal proses yang terjadi sagatlah sederhana dibanding jika mengirimkan data melalui protokol TCP. Protokol UDP akan melakukan fungsi ultiplexing/demultiplexing seperti yang dilakukan protokol TCP, bila suatu program aplikasi akan memanfaatkan protokol DP untuk mengirimkan informasi dengan menentukan nomor port pengirim (source port) dan nomor port penerima (destination port), kemudian menambahkan sedikit fungsi koreksi kesalahan lalu meneruskan segmen yang terbentuk ke protokol layer internet. Pada layer Internet segmen tersebut ditambahi informasi dalam bentuk datagram IP dan keudian ditentukan cara terbaik untuk mengantarkan segmen tersebut ke sisi penerima. Jika segmen tersebut tiba pada sisi penerima, protokol UDP menggunakan nomor port informasi IP pengirim dan penerima untuk mengantarkan data dalam segmen ke proses program aplikasi yang sesuai. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika suatu program aplikasi akan menggunakan protokol UDP sebagai protokol transport: 1)
Tidak ada pembentukan koneksi. Protokol UDP hanya mengirim informasi begitu saja tanpa melakukan proses awal sebelumnya.
2)
Tidak ada pengkondisian koneksi. Protokol UDP tidak melakukan penentuan kondisi koneksi yang berupa parameter-parameter seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
buffer kirim dan terima, kontrol kemacetan, nomor urutan segmen, dan acknowledgement. 3)
Memiliki header kecil. Protokol UDP meiliki 8 byte header dibanding 20 header byte pada TCP.
4)
Tidak ada pengaturan laju pengiriman. Protokol UDP hanya menekankan kecepatan kirim pada laju program aplikasi dalam menghasilkan data, kemampuan sumber kirim (berdasarkan CPU, laju pewaktuan, dan lain-lain) dan bandwidth akses menuju Internet. Jika terjadi kemacetan jaringan, sisi penerima tidak perlu menerima seluruh data yang dikirim. Dengan demikian laju penerimaan data dibatasi oleh faktor kemacetan jaringan yang terjadi, walaupun pada sisi kirim tidak memperhatikannya.
2.2.3 IP (Internet Protocol) IP merupakan protokol yang paling penting yang berada pada layer Internet TCP/IP. Semua protokol TCP/IP yang berasal dari layer atasnya mengirimkan data melalui protokol IP ini. Seluruh data harus dilewatkan, diolah oleh protokol IP dan dikirimkan sebagai datagram IP untuk sampai ke sisi penerima. Dalam melakukan pengiriman data, protokol IP ini bersifat unreliable, connectionless dan datagram delivery service. Unreliable berarti protokol IP tidak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tujuan. Protokol IP hanya melakukan cara terbaik untuk menyampaikan datagram yang dikirim ke tujuan. Jika pada perjalanan datagram tersebut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
(putusnya jalur, kemacetan, atau sisi penerima yang dituju sedang mati), protokol IP hanya memberikan pemberitahuan pada sisi kirim kalau telah terjadi permasalahan pengiriman data ke tujuan melalui protokol ICMP. Connectionless berarti tidak melakukan pertukaran kontrol informasi (handshake) untuk membentuk koneksi sebelum mengirimkan data. Datagram delivery service berarti setiap datagram yang dikirim tidak tergantung pada datagram yang lainnya. Dengan demikian kedatangan datagram pun bisa jadi tidak berurutan. Metode ini dipakai untuk menjamin sampainya datagram ketujuannya, walaupun salah satu jalur menuju tujuan mengalami masalah. 2.3 Membangun Wireless Hotspot 2.3.1 Hotspot Environment 1. Ukuran Fisik Ukuran
fisik
lokasi
adalah
faktor
kunci
pertama
untuk
dipertimbangkan. Hal ini merupakan salah satu unsur (bersama dengan kepadatan pengguna) yang akan menentukan berapa banyak access point (AP) harus dipasang. Sebuah AP dapat menjangkau area melingkar sekitar 300 meter ke segala arah. Beberapa AP diharapkan dapat mencakup untuk area yang luas. 2. Jumlah Pengguna Faktor kunci berikutnya dalam menentukan tata letak HotSpot adalah jumlah pengguna dan kepadatan pengguna: jumlah pengguna per area. Jumlah pengguna (bersama dengan pola penggunaan mereka) akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
menentukan bandwidth yang dibutuhkan untuk memberikan kepuasan pengguna. Target minimum untuk bandwidth 100Kbps per pengguna aktif. Anda akan perlu untuk menentukan dari model penggunaan berapa banyak pengguna yang terhubung akan aktif bersamaan. Sebagai contoh, sebuah area dengan 5 pengguna aktif akan membutuhkan 500Kbps atau konektivitas internet yang lebih baik. Jumlah pengguna di daerah tertentu dapat mempengaruhi jumlah AP diperlukan karena keterbatasan kemampuan dari AP. Pada area dengan banyak pengguna, seperti convention hall, mungkin diperlukan lebih banyak AP untuk menangani beban, meskipun AP tunggal dapat menyediakan cakupan untuk daerah fisik: pengguna 20-25 per AP adalah pedoman yang baik. 3. Model penggunaan Faktor kunci ketiga adalah jenis aplikasi pengguna yang akan berjalan saat terhubung ke HotSpot. Penggunaan yang diharapkan akan berbeda di lokasi yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah kedai kopi yang pengguna biasa mungkin pemilik usaha kecil dan rumah dan mahasiswa, sementara hotel mungkin akan memiliki lebih banyak kelas enterprise pelancong bisnis. Siswa akan lebih mungkin untuk menjalankan aplikasi seperti on-line chat, game internet dan audio streaming sementara pelancong bisnis lebih mungkin untuk terhubung ke intranet perusahaan untuk membaca email dan menjalankan aplikasi bisnis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yang perlu ditentukan adalah bandwidth
minimum
22
yang
diperlukan untuk menyediakan pengguna menjalankan aplikasi di lokasi, dengan kapasitas yang cukup untuk mendapatkan kualitas yang baik. Jumlah ini, dikalikan dengan jumlah pengguna secara simultan, menentukan bandwidth internet minimum yang diperlukan. Sebagai contoh, jika Anda menentukan penggunaan di situs Anda memerlukan 200Kbps bandwidth untuk kinerja yang memadai dan Anda berharap ada pengguna lebih dari 5 secara aktif menggunakan bandwidth yang ini pada satu waktu (dari populasi yang berpotensi besar pengguna terhubung), akan diperlukan koneksi internet 1Mbps. 2.3.2 Site Coverage 1. Ukuran AP cell, tata letak, dan penempatan Banyak yang memecahkan masalah cakupan situs dengan menambahkan lebih banyak access points, perawatan harus selalu dilakukan sebelum membuat keputusan tersebut. Dalam banyak kasus, jaringan nirkabel yang digunakan untuk menarik orang ke tempat usaha. Jika ini adalah strategi, menempatkan access point di dekat dinding eksterior atau jendela dapat menyebabkan pengguna tidak diinginkan duduk di luar dan menggunakan, atau lebih buruk lagi, hacker jaringan[14].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1
6
11
1
11
6
23
6
1
11
Gambar 2.6 Layout untuk tiga channel Penempatan access point perlu dipertimbangkan dengan cermat dengan menggunakan data dari survei RF ditambah dengan pertimbangan keamanan untuk menempatkan access points di tempat yang paling tepat. Ketika menerapkan access points, harus mempertimbangkan tata letak saluran dan ukuran cell. Karena sifat membatasi band ISM hanya ada 3 non-interfering (non-overlapping) saluran yang tersedia untuk penggunaan di 802.1b. Pola yang dihasilkan perlu menyerupai gambar ada saluran yang sama AP tumpang tindih. Dalam rangka menerapkan tata letak saluran yang sesuai Anda harus terbiasa dengan bidang RF yang dipancarkan oleh access point yang diberikan. 2. AP density Dalam lingkungan kecil seperti rumah, ukuran cell tidak menjadi perhatian utama, daerah penggunaan biasanya tercakup dengan baik dan backhaul yang paling sering menjadi faktor pembatas, bukan throughput AP. Dalam lingkungan instalasi besar seperti hotel, bandara, dan kantor, kepadatan AP mungkin perlu ditingkatkan untuk memungkinkan lebih banyak AP untuk melayani lebih banyak pengguna. Ini harus selalu dicek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
dua kali dalam survei situs dan implementasi. Dalam banyak kasus menurunkan output daya access point akan memungkinkan peningkatan jumlah AP di daerah tertentu, memungkinkan untuk lebih banyak pengguna untuk dilayani dengan throughput yang lebih tinggi[14]. 2.3.3 Memilih Perangkat Wireless Secara umum berikut ini fitur access point yang ideal diterapkan pada sebuah jaringan WLAN[14]. 1. RF Power Dalam banyak access points fitur ini tidak tersedia. Kurangnya fitur ini menyebabkan masalah dalam menerapkan lingkungan multi-AP. Biasanya, sebuah AP Enterprise akan mendukung berbagai kekuatan 5100 milliWatts. 2. Antena Access point harus mempunyai konektor antenna eksternal, sehingga bisa dipasang berbagai tipe antenna agar sesuai dengan kebutuhan. Beberapa AP bahkan memiliki antena tertanam, sehingga mustahil untuk beralih ke antena model lain. 3. Power over Ethernet(PoE) PoE dapat menjadi perbedaan antara biaya yang efektif implementasi HotSpot dan satu tidak efektif. PoE memungkinkan menyalurkan power secara langsung ke perangkat remote melalui kabel CAT5 Ethernet. Karena access points sering dimasukkan ke tempat di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
mana sulit untuk mendapatkan listrik (langit-langit dan lorong-lorong panjang). PoE menjadi pilihan karena dengan memasang kabel power tambahan akan menyebabkan biaya tinggi di sebabkan pemborosan kabel, karena tiap perangkat membutuhkan dua kabel yaitu kabel UTP untuk data dan kabel listrik untuk powernya, lalu dengan adanya PoE cukup menggunakan satu kabel yaitu kabel UTP dimana transfer data dan aliran listrik terjadi dalam satu kabel. Umumnya PoE yang di gunakan mengacu ke standar IEEE 802.3af dimana maksimum power per port adalah 15.4W, kemudian standar ini di perbaharui oleh IEEE 802.3at dimana maximum power per port adalah 34.2W, ini disebabkan banyak perangkat baru yang membutuhkan supplay power lebih tinggi, 4. Long and Short Preamble Support Generasi pertama dari 802,11 menunjukkan penggunaan 144-bit preamble
yang
digunakan
untuk
membantu
wireless
receiver
mempersiapkan akuisisi wireless sinyal. Sebagai 802.11 ditujukan tingkat transmisi yang lebih tinggi dan model penggunaan baru seperti VoIP, pendek, lebih efisien 56-bit preamble juga diperkenalkan. Setelah pengenalan preambles pendek, AP pertama dan NIC di pasar termasuk pilihan konfigurasi untuk menggunakan long dan short preambles. Hal ini menyebabkan
masalah
interoperabilitas
untuk
pengguna
Mobile
Station(MS) yang tidak menawarkan pilihan tersebut. Jika AP diaktifkan menggunakan short preamble dan MS menggunakan long preamble maka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
keduanya tidak bisa terhubung. Maka dari itu diciptakan pilihan long atau short preamble, produsen hardware mengembangkan sistem yang secara otomatis bisa mendukung baik pengaturan. Dalam proses ini, option untuk user menghilang dari interface konfigurasi perangkat. Saat ini masih ada hardware yang dapat dikonfigurasi menggunakan long atau short preamble. 2.3.4 Otentikasi Jenis otentikasi terikat dengan Service Set Identifier (SSID) yang dikonfigurasi untuk access point. Jika Anda ingin melayani berbagai jenis perangkat klien dengan access point yang sama, mengkonfigurasi beberapa SSID. Sebelum perangkat wireless client dapat berkomunikasi pada jaringan Anda melalui access point, harus terotentikasi ke access point dengan menggunakan otentikasi terbuka atau shared-key authentication. Untuk keamanan maksimum, perangkat klien juga harus otentikasi ke jaringan menggunakan
MAC-address
atau Extensible Authentication
Protocol
(EAP)[14]. Kedua jenis otentikasi ini bergantung pada server otentikasi pada jaringan 1. Open System Authentication Pada open sistem otentikasi ini, bisa dikatakan tidak ada ”otentikasi” yang terjadi karena client bisa langsung terkoneksi dengan AP (access point). Setelah client melalui proses open system authentication dan association, client sudah diperbolehkan mengirim data melalui AP
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
namun data yang dikirim tidak akan dilanjutkan oleh AP kedalam jaringannya bila keamanan WEP diaktifkan, maka data-data yang dikirim oleh client haruslah dienkripsi dengan WEP Key. Bila ternyata seting WEP Key di client berbeda dengan setting WEP Key di AP (Access Point) maka AP tidak
akan menggenal data yang dikirim oleh client yang
mengakibatkan data tersebut akan di buang (hilang). Jadi walaupun client diijinkan untuk mengirim data, namun data tersebut tetap tidak akan bisa melalui jaringan AP bila WEP Key antara Client dan AP ternyata tidak sama. 2. Shared Key Authentication (WEP) Lain
halnya
open
system
authentication,
Shared
Key
Authentication mengharuskan client untuk mengetahui lebih dahulu kode rahasia (passphare key) sebelum mengijinkan terkoneksi dengan AP. Jadi apabila client tidak mengetahui ”Key” tersebut maka client tidak akan bisa terkoneksi dengan AP. Pada Shared Key Authentication, digunakan juga metode keamanan WEP. Pada proses otentikasi, Shared Key akan ”meminjamkan” WEP Key yang digunakan oleh level keamanan WEP, client juga harus mengaktifkan WEP untuk menggunakan Shared Key Authentication. WEP menggunakan algoritma enkripsi RC4 yang juga digunakan oleh protokol https. Algoritma ini terkenal sederhana dan mudah diimplementasikan karena tidak membutuhkan perhitungan yang berat sehingga tidak membutuhkan hardware yang terlalu canggih. Pengecekan WEP Key pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
proses shared key authentication dilakukan dengan metode challenge and response sehingga tidak ada proses transfer password WEP Key. Metode yang dinamakan Challenge and Response ini menggantikan pengiriman password dengan pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan password yang diketahui. Prosesnya adalah client meminta ijin kepada server untuk melakukan koneksi. Server akan mengirim sebuah string yang dibuat secara acak dan mengirimkanya kepada client. Client akan melakukan enkripsi antara string/nilai yang diberikan oleh server dengan password yang diketahuinya. Hasil enkripsi ini kemudian dikirimkan kembali ke server. Server akan melakukan proses dekripsi dan membandingkan hasilnya. Bila hasil dekripsi dari client menghasilkan string/nilai yang sama dengan string/nilai yang dikirimkan oleh server, berarti client mengetahui password yang benar. 3. WPA Pre-Shared Key (WPA Personal) Metode Keamanan WEP memiliki banyak kelemahan sehingga badan IEEE meyadari permasalahan tersebut dan membentuk gugus tugas 802.11i untuk menciptakan keamanan yang lebih baik dari WEP.Sebelum hasil kerja dari 802.11i selesai, aliansi Wi-Fi membuat metode keamanan baru yang bisa bekerja dengan hardware yang terbatas kemampuannya, maka muncullah Wi-Fi Protected Access (WPA) pada bulan April 2003. Standar Wi-Fi ini untuk meningkatkan fitur keamanan pada WEP.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Teknologi ini di desain untuk bekerja pada produk Wi-Fi eksisting yang telah memiliki WEP (semacam software upgrade). Kelebihan WPA adalah meningkatkan enkripsi data dengan teknik Temporal Key Integrity Protocol (TKIP). enkripsi yang digunakan masih sama dengan WEP yaitu RC4, karena pada dasarnya WPA ini merupakan perbaikan dari WEP dan bukan suatu level keamanan yang benar – benar baru, walaupun beberapa device ada yang sudah mendukung enkripsi AES yaitu enkripsi dengan keamanan yang paling tinggi. TKIP mengacak kata kunci menggunakan ”hashing algorithm” dan menambah Integrity Checking Feature, untuk memastikan kunci belum pernah digunakan secara tidak sah. 4. WPA2 Pre-Shared Key (WPA2 Personal) Group 802.11i akhirnya menyelesaikan metode keamanan yang awalnya ditugaskan dari IEEE. Level keamanan ini kemudian dinamakan sebagai WPA2. WPA2 merupakan Level keamanan yang paling tinggi. Enkripsi utama yang digunakan pada WPA2 ini yaitu enkripsi AES. AES mempunyai kerumitan yang lebih tinggi daripada RC4 pada WEP sehingga para vendor tidak sekedar upgrade firmware seperti dari WEP ke WPA. Untuk menggunakan WPA2 diperlukan hardware baru yang mampu bekerja dengan lebih cepat dan mendukung perhitungan yang dilakukan oleh WPA2. Sehingga tidak semua adapter mendukung level keamanan WPA2 ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
5. WPA Enterprise / RADIUS ( 802.1X / EAP ) Metode keamanan dan algoritma enkripsi pada WPA Radius ini sama saja dengan WPA Pre-Shared Key, tetapi authentikasi yang digunakan berbeda.Pada WPA Enterprise ini menggunakan authentikasi 802.1X atau EAP (Extensible Authentication Protocol ). EAP merupakan protokol layer 2 yang menggantikan PAP dan CHAP. Spesifikasi yang dibuat oleh IEEE 802.1X untuk keamanan terpusat pada jaringan hotspot Wi-fi. Tujuan standar 8021x IEEE adalah untuk menghasilkan kontrol akses, otentikasi, dan manajemen kunci untuk WLAN. Spesifikasi ini secara umum sebenarnya ditunjukan untuk jaringan kabel yang menentukan bahwa setiap kabel yang dihubungkan ke dalam switch harus melalui proses auntetikasi terlebih dahulu dan tidak boleh langsung memperbolehkan terhubung kedalam jaringan. Pada spesifikasi keamanan 802.1X, ketika login ke jaringan wireless maka server yang akan meminta username dan password dimana ”Network Key” yang digunakan oleh client dan AP akan diberikan secara otomatis sehingga Key tersebut tidak perlu dimasukkan lagi secara manual. Setting security WPA enterprise/corporate ini membutuhkan sebuah server khusus yang berfungsi sebagai pusat auntentikasi seperti Server RADIUS (Remote Authentication Dial-In Service) . Dengan adanya Radius server ini, auntentikasi akan dilakukan per-client sehingga tidak perlu lagi memasukkan passphrase atau network key yang sama untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
setiap client. “Network key” di sini diperoleh dan diproses oleh server Radius tersebut. Fungsi Radius server adalah menyimpan user name dan password secara terpusat yang akan melakukan autentikasi client yang hendak login kedalam jaringan.Sehingga pada proses authentikasi client menggunakan username dan password. Jadi sebelum terhubung ke wireless LAN atau internet, pengguna harus melakukan autentikasi telebih dahulu ke server tersebut. proses Authentikasi 802.1X / EAP ini relatif lebih aman dan tidak tersedia di WEP. 2.4 Antena WiFi Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pelepas energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai penerima energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian yang penting dalam sistem komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada pesawat televisi, telepon genggam, radio, dan lain-lain. Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran transmisi yang tak berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang uniform sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubungsingkat maka akan muncul gelombang berdiri yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang dengan gelombang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni. Konsentrasi konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi listrik seluruhnya ke energi maknet total dua kali setiap periode gelombang itu. 2.4.1
Voltage Standing Wave Ratio(VSWR) VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri
(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang
dikirimkan
(V0+)
dan
tegangan
yang
direfleksikan
(V0-).
Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan (г)[15], yaitu :
Γ= = ZL adalah impedansi beban ( load ) dan Z0 adalah impedansi saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (г) memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari г adalah nol, maka : a. : г = -1 refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat. b. : г = 0 tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna. c. : г = -1 refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah:
S= Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤2 2.4.2
Gain
Gain(directive gain) adalah karakter antena yang terkait dengan kemampuan antena mengarahkan radiasi sinyalnya, atau penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt,ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah decibel [12]. Gain dari sebuah antenna adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil daripada penguatan tersebut yang dapat dinyatakan dengan:
Gain=G=k.D Dimana: k=efisiensi antenna, 0 ≤k ≤ 1 Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada main lobe dan membandingkan powernya dengan power pada antena referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi ataupun dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena diukur dalam dBd. “d” di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
sini mewakili dipole, jadi gain antena diukur relative terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi adalah sebuah isotropic, jadi gain antena diukur relatif terhadap sebuah antena isotropic. Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang diketahui gainnya.Maka dapat dituliskan pada Persamaan
G=
Decibel (dB) merupakan satuan gain antena. Decibeladalah perbandingan dua hal. Decibel ditetapkan dengan dua cara, yaitu : a.Ketika mengacu pada pengukuran daya. XdB=10log10( ) b.Ketika mengacu pada pengukuran tegangan. XdB=20log10( ) 2.4.3
Polarisasi Polarisasi
antena
merupakan
orientasi
perambatan
radiasi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena dimana arah elemen antena terhadap permukaan bumi sebagai referensi lain. Energi yang berasal dari antena yang dipancarkan dalam bentuk sphere, dimana bagian kecil dari sphere disebut dengan wave front. Pada umumnya semua titik pada gelombang depan sama dengan jarak antara antena. Selanjutnya dari antenna tersebut, gelombang akan membentuk kurva yang kecil atau mendekati. Dengan mempertimbangkan jarak, right
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
angle
ke
arah
dimana
gelombang
tersebut
dipancarkan,
35
maka
polarisasidapat digambarkan sebagaimana gambar 2.7:
(https://www.academia.edu/6571522/Sis_Kom_Ber)
Gambar 2.7 Polarisasi Antena Ada empat macam polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal, polarisasi horizontal, polarisasi circular, dan polarisasi cross [15]. 1. Polarisasi Vertikal Radiasi gelombang elektromagnetik dibangkitkan olehmedan magnetik dan gaya listrik yang selalu berada di sudut kanan. Kebanyakan gelombang elektromagnetik dalam ruang bebas dapat dikatakan berpolarisasi linier. Arah dari polarisasi searah dengan vektor listrik. Bahwa polarisasi tersebut adalah vertikal jika garis medan listrik yangdisebut dengan garis E berupa garis vertikal maka gelombang dapat dikatakan sebagai polarisasi vertikal.
(https://www.academia.edu/6571522/Sis_Kom_Ber)
Gambar 2.8 Polarisasi Vertikal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
2. Polarisasi Horisontal Antena dikatakan berpolarisasi horisontal jika elemen antena horisontal terhadap permukaan tanah. Polarisasi horizontal digunakan pada beberapa jaringan wireless.
(https://www.academia.edu/6571522/Sis_Kom_Ber)
Gambar 2.9 Polarisasi Horisontal 3. Polarisasi Circular Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa jaringan wireless. Dengan antena berpolarisasi circular, medan electromagnet berputar secara konstan terhadap antena.
(https://www.academia.edu/6571522/Sis_Kom_Ber)
Gambar 2.10 Polarisasi Circular
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
4. Polarisasi Cross Polarisasi cross terjadi ketika antena pemancar mempunyai polarisasi
horizontal,
sedangkan
antena
penerima
mempunyai
polarisasi vertikal atau sebaliknya.
(https://www.academia.edu/6571522/Sis_Kom_Ber)
Gambar 2.11 Polarisasi Cross 2.4.4
Beamwidth
Beamwidth Adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobeutama [12]. Besarnya beamwidth adalah sebagai berikut : B= Dimana: B= 3dB beamwidth(derajat) f= frekuensi(GHz) d=diameter antenna(m) Apabila beamwidth mengacu kepada perolehan pola radiasi, maka beamwidthdapat dirumuskan sebagai :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
β = θ2-θ1 Gambar dibawah ini menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama (main lobe,nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor dua), dan lobe sisi belakang (back lobe, nomor 3). Half Power Beamwidth (HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titiktitik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama. First Null beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.
(https://www.academia.edu/6571522/Sis_Kom_Ber)
Gambar 2.12 BeamwidthAntena 2.4.5
Tipe Antena
1. Antena Omnidirectional
(teknologi.kompasiana.com/internet/2010/08/20/macam-macam-antena-233481.html)
Gambar 2.13 Antena Omnidirectional
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Antena omni mempunyai sifat umum radiasi atau pancaran sinyal 360º yang tegak lurus ke atas. Omnidirectional antena secara normal Mempunyai gain sekitar 3-12 dBi. Antena ini akan melayani atau hanya memberi pancaran sinyal pada sekelilingnya atau 360 derjat, sedamgkan pada bagian atas antena tidak memiliki sinyal radiasi[13].
(http://www.scribd.com/doc/248115590/Teori-Macam-Antena-Media-Transmisi#scribd)
Gambar 2.14 Pola radiasi antenna omni 2. Antena Grid
(teknologi.kompasiana.com/internet/2010/08/20/macam-macam-antena-233481.html)
Gambar 2.15 Antena Grid Antenna Grid Wifi 2,4 GHz dengan Gain 21 Db, sangat cocok digunakan untuk Antena Wifi. Bisa digunakan untuk Point to Point, atau Point to multi point. Antena grid memiliki kekuatan sinyal hingga 24 dB. Menambah gain antena, namun akan membuat pola pengarahan antena menjadi lebih sempit[13].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
(http://www.scribd.com/doc/248115590/Teori-Macam-Antena-Media-Transmisi#scribd)
Gambar 2.16 Pola radiasi antenna grid 3. Antena Parabolik Antena Parabolik Dipakai untuk jarak menengah atau jarak jauh dan Gain-nya bisa antara 18 sampai 28 dBi.
(teknologi.kompasiana.com/internet/2010/08/20/macam-macam-antena-233481.html)
Gambar 2.17 Antena parabolik
(http://www.scribd.com/doc/248115590/Teori-Macam-Antena-Media-Transmisi#scribd)
Gambar 2.18 Pola radiasi antenna parabolic
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
4. Antena Sektoral
(teknologi.kompasiana.com/internet/2010/08/20/macam-macam-antena-233481.html)
Gambar 2.19 Antena sectoral Antena sektoral hampir mirip dengan antenna omnidirectional. Antena ini digunakan untuk access point to serve a Pont-to-MultiPoint(P2MP). Antena sektoral mempunyai gain jauh lebih tinggi dibanding omnidirectional antena di sekitar 10-19 dBi. Yang bekerja pada jarak atau area 6-8 km. Sudut pancaran antenna ini adalah 45-180 derajat[13]. Tingkat ketinggian pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat kerugian dalam penangkapan sinyal. Pola pancaran yang horisontal kebanyakan memancar ke arah mana antenna ini di arahkan sesuai dengan jangkauan dari derajat pancarannya, sedangkan pada bagian belakang antenna tidak memiliki sinyal pancaran.Antenna sectoral ini jika di pasang lebih tinggi akan menguntungkan penerimaan yang baik pada suatu sector atau wilayah pancaran yang telah di tentukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
(http://www.scribd.com/doc/248115590/Teori-Macam-Antena-Media-Transmisi#scribd)
Gambar 2.20 Pola radiasi antenna sectoral 2.5 Signal Strength Semakin
kuat
sinyal
maka
semakin
baik
dan
handal
konektivitasnya. Satuan kekuatan sinyal WiFi ditunjukkan dengan satuan dBm. Rentang kuat sinyal WiFi di antara -10 dBm sampai kurang lebih 99 dBm. Sinyal yang nilainya mendekati angka positif maka semakin kuat sinyal tersebut. Pada buku “Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Client Adapters (CB21AG and PI21AG) Installation and Configuration Guide” disebutkan pengkategorian sinyal sebagai berikut[7]: Tabel 2.3 Kategori kekuatan sinyal WLAN menurut cisco Category Excellent Good Fair Poor
Signal Strength Colour Green Green Yellow Red
Range -57 to -10 dBm -75 to -58 dBm -85 to -76 dBm -95 to -86 dBm
Percentage 75 – 100% 40 – 74% 20 – 39% 0 – 19%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
2.6 Satuan dB 1. dB (Decibel) Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya huruf "B" merupakan huruf besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu signal. 2. dBm (dB milliWatt) Merupakan satuan kekuatan signal atau daya pancar (Signal Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW (milliWatt) beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka negatif (contoh: -90 dBm).Formula perhitungan dari mW ke dBM adalah sebagai berikut: mW = 10dBm/10 milliwatt (mW) adalah satu per seribu watt (W), atau 1000 milliwatts = 1 watt. watt adalah Standar Unit International dari daya (power). 1 watt = 1 joule energi per detik. Rumus untuk menghitung dari dBm ke mWatt : dBm (mW)*10 Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt dBm Watts dBm Watts dBm 1.0 mW 40 mW 0 16 32 1.3 mW 50 mW 1 17 33 1.6 mW 63 mW 2 18 34 2.0 mW 79 mW 3 19 35 2.5 mW 100 mW 4 20 36 3.2 mW 126 mW 5 21 37 4 mW 158 mW 6 22 38 5 mW 200 mW 7 23 39
= log10
Watts 1.6 W 2.0 W 2.5 W 3.2 W 4.0 W 5.0 W 6.3 W 8.0 W
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dBm 8 9 10 11 12 13 14 15
Watts
dBm 24 25 26 27 28 29 30 31
6 mW 8 mW 10 mW 13 mW 16 mW 20 mW
25 mW 32 mW
Watts 250 mW 316 mW 398 mW 500 mW 630 mW 800 mW 1.0 W 1.3 W
dBm 40 41 42 43 44 45 46 47
44
Watts 10 W 13 W 16 W 20 W 25 W 32 W 40 W 50 W
36 dBm 4.00 watts ( Batas Maximum ERP yang diperbolehkan FCC di Amerika) 23 dBm 200 milliwatts (Daya keluaran yang umum pada WLAN 915MHz) 20 dBm 100 milliwatts ( Batas Maximum ERP yang diperbolehkan E.T.S.I. di Europe) Daya kurang dari 0 dBm: Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt dBm -1 -5 -10 -20 -30
Watts 0,79 mW 0,32 0,1 0,01 0,001
mW mW mW mW
dBm -40 -50 -60 -70 -80
Watts 0,0001 mW 0,00001 mW 0,000001 mW 0,0000001 mW 0,00000001mW
80- dBm 0.00000001 milliwatts {Batas kemampuan penerimaan WLAN secara umum) 3. dBi Satuan ini merupakan penguatan dari sebuah antenna terhadap suatu antenna standard imaginari (isotropic antenna) adalah teori isotropic. Teori isotropic untuk antenna tidak dapat di wujudkan tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
berguna untuk menghitung secara teoritis coverage dan fade area. Penguatan (Gain) dari antenna (diatas 1 Ghz) biasanya menggunakan satuan dBi. Sebuah Antenna Grid 24 dBi memiliki penguatan (Gain) sebesar 24 dBi terhadap antenna standard imaginari 0 dBi (isotropic antenna). 2.7 .
Parameter Quality of Service Quality of Service(QoS) didefinisikan sebagai suatu pengukuran tentang seberapa baik suatu jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu layanan[6]. Tujuan QoS adalah untuk memenuhi layanan yang berbeda yang menggunakan infrastruktur yang sama. Kinerja jaringan dapat bervariasi akibat dari beberapa masalah, seperti bandwith, delay, jitter, thoughput, dan packet loss yang dapat membuat efek yang cukup besar bagi beberapa aplikasi. Sebagai contoh adalah Video streaming dan VoIP. Beberapa alas an yang menyebabkan QoS penting adalah: a. Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis. b. Memaksimalkan investasi jaringan. c. Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan. d. Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive terhadap delay.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
1. Throughput Throughput adalah ukuran dari kecepatan dimana data dapat dikirim melewati jaringan dalam (bit per second bps). Kemampuan throughput dalam menopang hardware (perangkat keras) disebut dengan bandwidth.Ada kenyataanya, istilah bandwidth kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari throughput. Jika tp adalah Throughput, dz adalah ukuran data yang dikirim, dan t adalah waktu yang dibutuhkan, maka rumus untuk menentukan throughput adalah: Throughput = 2. Packet Loss Packet Loss merupakan parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang saat transmisi. Packet Loss diukur dalam persen(%). Paket dapat hilang karena disebabkan oleh collision pada jaringan. Jika terjadi congestion yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan tidak bisa menampung data baru yang akan diterima, sehingga mengakibatkan paket selanjutnya hilang. Adapun table untuk menunjukkan presentase packet
loss
untuk
jaringan
berdasarkan
standar
TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network)..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Tabel 2.6 Persentase packet loss[4] Katagori Degradasi
Packet Loss
Sangat Bagus
0
Bagus
1-3%
Sedang
4-15%
Jelek
16-25%
Packet loss = Pd adalah jumlah paket yang mengalami drop. Dan Ps adalah jumlah paket yang dikirim. 3. Delay(Latency) Delay merupakan waktu yang dibutuhkan oleh data atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan data atau informasi tersebut dikirim. Delay pada suatu jaringan akan menentukan langkah apa yang akan kita ambil ketika kita memenejemen suatu jaringan. Ketika Delay besar, dapat diketahui jaringan tersebut sedang sibuk atau kemungkinan yang lain adalah kapasitas jaringan tersebut yang kecil sehingga bisa melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi overload. Misalkan dengan memindahkan
sebagian
aliran
data
ke
jalur
lain
atau
memperbesarkapasitas jaringan kita. 4. Bandwith Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Dalam kerangka ini, bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi sinyal dapat diukur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
dalam satuan Hertz. Didalam jaringan komputer, bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk kecepatan transfer data yaitu jumlah data yang dibawa dari sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu. Jenis bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bits per second). 5. Jitter Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin. Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan versi TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network) [4], yaitu : Tabel 2.7 Tabel Standar jitter Kategori Degradasi Sangat Bagus Bagus Sedang Jelek
Peak Jitter 0 ms 0 s/d 75 ms 75 s/d 125 ms 125 s/d 225 ms
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
2.8 Komponen Pengujian 1. Speedtest Speedtest merupakan tools untuk mengecek kecepatan internet yang digunakan. Dengan melakukan pengujian dengan speedtest user akan mengetahui seberapa kecepatan internet yang didapatkan dari ISP(Internet Service Provider) sesuai dengan yang ditawarkan. Pengukuran
dilakukan
dengan
menggunakan
speedtest
online
menggunakan browser firefox atau lainnya, kemudian masukkan alamat http://www.speedtest.net. Ketika sudah masuk pada halaman web tersebut jalankan aplikasi dengan klik pada Begin Test. Setelah pengukuran selesai maka akan didapat hasil pengukuran. Dari hasil pengukuran dapat diambil kesimpulan apakah sudah mendapatkan kecepatan yang sesuai dengan paket langganan pada ISP.
Gambar 2.21 Screenshoot hasil pengukuran speedtest
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
50
Vistumbler Vistumbler merupakan salah satu software yang tidak asing lagi
bagi pengguna yang berhubungan langsung dengan wireless. Vistumbler menampilkan kekuatan sinyal (live scanning) berupa grafik. Selain itu Vistumbler juga mampu memberikan tampilan informasi yang detail tentang channel yang digunakan, MAC Address dari access point, SSID, presentase sinyal, sinyal tertinggi (High RSSI), RSSI, Authentication, Encryption, Network Type, fungsi GPS, dan Manufacturer.
Gambar 2.22 Screenshot Vistumbler Pada penelitian ini difokuskan pada kolom RSSI untuk mengetahui kekuatan sinyal sebuah access point yang didapat dari tempat tertentu untuk menentukan coverage access point tersebut. Identitas access point sendiri dapat dilihat pada kolom SSID dan Mac Address. 3.
Iperf Iperf merupakan program yang berfungsi untuk menghasilkan paket
secara otomatis. Paket yang dapat dihasilkan oleh Iperf adalah paket TCP dan UDP. Program Iperf dijalankan di ujung-ujung jaringan yang akan diukur performanya[8].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
1. TCP Setelah menjalankankan iperf dengan mengirimkan paket TCP maka didapatkan output seperti pada gambar. Throughput jaringan dapat dilihat pada kolom bandwidth.
Gambar 2.23 output TCP 2. UDP Setelah menjalankan iperf dengan mengirimkan paket UDP maka didapatkan output seperti pada gambar. Pada pengukuran dengan paket UDP didapatkan data jitter dan packet loss.
Gambar 2.24 output UDP
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI 3.1 Langkah Penelitian Penulis akan memakai beberapa langkah penelitian, Adapun flowchart penelitian sebagai berikut
Mulai
Pemetaan topologi fisik, topologi logik, dan pemetaan wifi
Pengukuran Coverage Pengukuran Performa Perangkat dan Jaringan
Tidak
Pengujian Selesai Ya Analisis Data
Kesimpulan dan Saran
Selesai Gambar 3.1 Alur Pengujian
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
3.2 Survey Lokasi Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencari masalah yang sedang di hadapi. Untuk itu, yang dilakukan adalah mewawancarai karyawan PT Kanisius yang setiap hari menggunakan fasilitas WLAN di PT Kanisius. Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi pengguna di PT Kanisius, langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan topologi fisik, topologi logik, dan topologi wifi untuk mengetahui kondisi jaringan WLAN yang sudah diterapkan PT Kanisius. Adapun langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pemetaan topologi fisik Dalam melakukan pemetaan topologi fisik langkah yang dilakukan adalah melakukan wawancara dengan staff teknik PT Kanisius tentang model jaringan yang digunakan dan perangkat WLAN apa saja yang digunakan. Setelah mendapatkan gambaran tentang model jaringan yang digunakan kemudian melakukan pengamatan di lingkungan PT Kanisius untuk mengetahui pemasangan perangkat secara real. 2. Pemetaan wifi Dalam melakukan pemetaan wifi, langkah yang dilakukan adalah pengamatan di lingkungan PT Kanisius bersama staff teknik yang menunjukkan lokasi-lokasi pemasangan access point dan repeater. Kemudian menggambarkan pada cetak biru PT Kanisius untuk mengetahui jarak antara access point dan repeater berdasarkan skala pada cetak biru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
3. Pemetaan topologi logik Dalam melakukan pemetaan topologi logik langkah yang dilakukan adalah wawancara dengan staff teknik staff teknik PT Kanisius tentang aliran data dan fungsi perangkat pada jaringan WLAN di PT Kanisius. 3.3 Rencana Pengujian Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengujian dengan beberapa skenario. Yang dilakukan pertama kali adalah menguji jaringan WLAN secara fisik. Skenario pertama yang dilakukan adalah
melakukan site survey untuk
mengetahui coverage sinyal di lingkup PT Kanisius. Setelah mendapatkan gambaran pemetaan coverage, dilanjutkan menguji kualitas jaringan WLAN PT Kanisius pada setiap access point dan repeater kemudian menguji jaringan WDS. Setelah selesai menguji jaringan WLAN PT Kanisius kemudian melakukan pengujian kecepatan internet. 3.3.1 Langkah Pengukuran Coverage Access Point dan Repeater Utara
Barat Laut
Timur Laut
Barat
Timur
Barat Data Tenggara
Selatan
Gambar 3.2 Rencana pengukuran coverage pada setiap access point
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Keterangan: Skenario pengukuran ini menggunakan tools Vistumbler yang diinstall pada sebuah laptop untuk mengetahui kekuatan sinyal. Pengukuran dilakukan pada delapan penjuru mata angin dari access point yang akan diukur. Pengukuran dilakukan dari jarak yang paling dekat dengan access point dengan kategori sinyal excellent. Kemudian berjalan menjauhi access point, saat sinyal memasuki kategori good diberi tanda pada peta perbatasan sinyal excellent dan good. Dilakukan hal yang sama pada saat memasuki kategori sinyal fair dan poor hingga benar-benar tidak menangkap sinyal. Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk peta coverage dengan warna sesuai dengan kualitas sinyal seperti yang sudah dituliskan pada bab II. 3.3.2 Langkah Pengujian Performa Access Point dan Repeater
server
client
Gambar 3.3 Rencana pengujian performa Access Point dan Repeater
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Keterangan: Pengujian kualitas jaringan dilakukan dengan mengirimkan paket TCP dan UDP dari laptop client ke laptop server. Parameter yang diambil dari pengujian ini adalah throughput jaringan, persentase packet loss, dan jitter. Alasan pemilihan parameter tersebut karena pada protokol TCP nilai throughput
sangat
berpengaruh terhadap pengiriman paket
data.
Sedangkan pada protokol UDP nilai jitter dan persentase packet loss yang tinggi menunjukkan kondisi jaringan yang buruk karena protokol UDP sensitif terhadap jitter dan packet loss Skenario ini menguji kualitas masing-masing access point dan ketiga repeater menggunakan tools Iperf sebagai paket generator akan mengirimkan paket TCP dan UDP sebanyak-banyaknya selama rentang waktu tertentu (60s). Iperf di-install pada sisi server dan client. Pada sisi server, laptop dihubungkan pada access point atau repeater menggunakan kabel, kemudian pada sisi client, laptop terhubung pada access point menggunakan wifi. Client melakukan pengiriman paket ke server mulai dari dari kualitas sinyal excellent hingga poor. Pengujian dilakukan selama enam hari kerja. Pengambilan data dilakukan pada tiga kondisi. Pada kondisi sibuk pada pukul 07.30 WIB sampai pukul 11.30 WIB, pada kondisi normal pukul 12.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, dan pada kondisi sepi pukul 15.00 WIB keatas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
3.3.3 Langkah Pengujian Performa Jaringan WDS
Client
W D
S
1
Mikrotik Groove A52HPn
WDS 2
Server
Mikrotik RB 411AH
Mikrotik Groove A52HPn
Client
D W S 3 Mikrotik Metal 2SHPn
Client
Gambar 3.4 Rencana pengujian performa jaringan WDS Keterangan: Skenario ini menguji kualitas WDS menggunakan tools Iperf sebagai paket generator akan mengirimkan paket TCP dan UDP sebanyakbanyaknya selama rentang waktu tertentu (60s). Iperf di-install pada sisi server dan client. Pada sisi server, laptop dihubungkan pada access point utama menggunakan kabel, kemudian pada sisi client, laptop terhubung pada repeater menggunakan wifi. Client melakukan pengiriman paket ke server mulai dari dari kualitas sinyal excellent hingga poor. Pengujian dilakukan selama enam hari kerja. Pengambilan data dilakukan pada tiga kondisi. Pada kondisi sibuk pada pukul 07.30 WIB sampai pukul 11.30 WIB, pada kondisi normal pukul 12.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, dan pada kondisi sepi pukul 15.00 WIB keatas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
3.3.4 Langkah Pengujian Kecepatan Internet
Mikrotik Groove A52HPn
Client
W D
S
1
internet
WDS 2
Management Mikrotik OS
Mikrotik RB 1100AH
Mikrotik RB 411AH
Mikrotik Groove A52HPn
Client
D W S 3
Pengukuran dengan speedtest
Mikrotik Metal 2SHPn
Client
Gambar 3.5 Rencana pengujian kecepatan internet Keterangan: Menguji kecepatan internet menggunakan speedtest pada router yang menerima koneksi internet dari ISP. PT Kanisius berlangganan dari ISP Sat Net dengan kapasitas 5Mbps. Skenario ini untuk mengetahui apakah kecepatan internet yang didapat sesuai yang ditawarkan oleh ISP. Pengujian dilakukan pada saat kondisi internet PT Kanisius tanpa pengakses.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN 4.1 Topologi Jaringan 4.1.1 Topologi Fisik Hasil dari survey dan pengamatan jaringan WLAN di PT Kanisius maka dapat digambarkan topologi fisik sebagai berikut:
internet
Client
W DS
1
Mikrotik Groove A52HPn
WDS 2
Mikrotik RB 1100AH
Management Mikrotik OS
Mikrotik RB 411AH
Mikrotik Groove A52HPn
Client
DS W 3 Mikrotik Metal 2SHPn
Gambar 4.1 Topologi fisik WLAN PT Kanisius Gambar 4.1 menunjukkan topologi fisik jaringan WLAN yang dimiliki oleh PT Kanisius. PT Kanisius menggunakan Jaringan Wireless Distribtion System (WDS) menghubungkan access point utama dengan tiga buah repeater di dalam lingkup PT Kanisius.
59
Client
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
PT Kanisius menggunakan Internet Service Provider Sat Net dengan bandwidth sebesar 5Mbps. Router utama menggunakan Mikrotik RB1100AH. Manajemen hotspot menggunakan sebuah PC yang terinstal Mikrotik OS. Access point utama menggunakan Mikrotik RB411AH sebagai pemancar sinyal, Untuk memperluas area coverage sinyal yang diharapkan maka digunakan tiga repeater. Repeater menggunakan dua Mikrotik Groove A 52HPn dan satu Mikrotik Metal 2SHPn. 4.1.2 Pemetaan Wifi Survey lokasi penempatan Access Point dan repeater di PT Kanisius dapat dipetakan sebagai berikut:
Showroom
Staff Teknik
Gudang
Produksi
Repeater 1 Repeater 3
D W
3
30
m
m
S 1
W DS
60
Gedung Tengah
Gedung Selatan
2 W DS
60
m
Access point utama
Repeater 2 Redaksi Direksi
Gambar 4.2 Peta lokasi peletakan Access Point
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Access point utama sebagai pemancar sinyal diletakkan di tengah pada sebuah tower setinggi 20 meter, repeater 1 ditetakkan di bagian utara komplek PT Kanisius diharapkan dapat menjangkau bagian showroom, repeater 2 diletakkan di bagian selatan komplek PT Kanisius, diharapkan dapat menjangkau bagian redaksi, direksi dan gedung selatan, repeater 3 diletakkan di bagian atas ruang produksi diharapkan dapat menjangkau bagian staff teknik. Pada pemetaan wifi dapat dilihat bahwa jumlah access point belum sesuai dengan pedoman pembangunan WiFi. Pedomannya setiap access point melayani 20-25 pengguna. Namun dalam keadaan sibuk, di PT Kanisius repeater 1 harus melayani sekitar 41 orang, repeater 2 harus melayani sekitar 47 orang. Sedangkan repeater 3 sudah sesuai dengan pedoman yaitu melayani sekitar 20 orang. Jumlah tersebut tidak seluruhnya terkoneksi dengan internet dalam waktu bersamaan. 4.1.3 Topologi Logik
repeater
internet
firewall
Manajemen hotspot
AP master
Gambar 4.3 Topologi logik WLAN PT Kanisius
repeater
repeater
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Gambar 4.3 menunjukkan topologi logik jaringan WLAN yang dimiliki oleh PT Kanisius. Internet diperoleh dari ISP melalui wireless. Kemudian masuk ke firewall di sini menjalankan fungsi NAT agar seluruh user dapat terhubung dengan internet hanya dengan satu IP public. Pada jaringan WLAN, manajemen dilakukan untuk efektivitas penggunaan internet. Untuk hari kerja hanya karyawan yang bekerja di kantor yang mempunyai username dan password sebagai hak akses internet, karena pekerjaan menuntut mereka untuk menggunakan internet. Sedangkan pada bagian produksi dan gudang tidak diberikan hak akses karena pekerjaan mereka tidak menuntut menggunakan internet. Akses internet ke beberapa situs seperti youtube dan sosial media juga dibatasi untuk efektifitas penggunaan bandwidth dan agar tidak mengganggu pekerjaan.
4.2 Analisa Data 4.2.1 Hasil Pengukuran Coverage Area Dalam skenario yang sudah disebutkan pada bab III, akan dilakukan pengukuran coverage area menggunakan tools vistumbler untuk mengetahui kekuatan sinyal. Kemudian dipetakan sesuai dengan kategori kualitas sinyal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
4.2.1.1 Coverage Access Point utama Access Point utama yang berfungsi sebagai pemancar terletak di bagian tengah PT Kanisius di atas tower setinggi 20 meter. Access Point utama diharapkan dapat menjangkau ketiga repeater dan gedung selatan. Berdasarkan pengukuran terhadap kuat sinyal didapat hasil pemetaan coverage pada gambar 4.4. Hasil pemetaan coverage menunjukkan bahwa coverage Access Point utama sudah baik. Bagian luar ruangan dapat dijangkau, namun bagian dalam ruangan di gedung selatan sudah masuk pada kategori fair dengan jarak yang sama dengan luar ruangan.
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Excellent : -57 to -10 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Good : -75 to -58 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Fair : -85 to -76 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Poor : -95 to -86 dBm
Gambar 4.4 Coverage access point utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
4.2.1.2 Coverage repeater 1 Repeater 1 yang berfungsi memperluas jangkauan access point utama terletak di bagian depan PT Kanisius. Repeater ini dipasang diatas atap bagian selatan gudang diharapkan menjangkau bagian showroom dan gedung tengah, Hasil pemetaan coverage di bagian dalam showroom dan gedung selatan hanya mendapat kualitas sinyal fair. Sinyal excellent dan good hanya menjangkau bagian luar gedung.
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Excellent : -57 to -10 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Good : -75 to -58 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Fair : -85 to -76 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Poor : -95 to -86 dBm
Gambar 4.5 Coverage repeater 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
4.2.1.3 Coverage repeater 2 Repeater 2 berfungsi memperluas jangkauan access point utama diletakkan dibagian selatan PT Kanisius di atap teras bagian redaksi barat, sehingga diharapkan dapat menjangkau bagian ruang direksi, gedung selatan, dan bagian redaksi. Hasil pemetaan coverage menunjukkan hasil yang cukup bagus pada ruang direksi dan bagian redaksi, namun pada gedung selatan selatan hanya mendapatkan kualitas sinyal fair.
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Excellent : -57 to -10 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Good : -75 to -58 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Fair : -85 to -76 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Poor : -95 to -86 dBm
Gambar 4.6 Coverage repeater 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
4.2.1.4 Coverage repeater 3 Repeater 3 diletakkan di bagian atas plafon ruang produksi, diharapkan menjangkau bagian produksi dan staff teknik. Hasil pemetaan coverage menunjukkan hasil yang sangat baik di bagian produksi yang mendapatkan kualitas sinyal excellent dan pada staff teknik mendapaktan kualitas sinyal good. Teteapi ini dirasa kurang tepat, karena karyawan di bagian produksi tidak mendapatkan hak akses internet.
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Excellent : -57 to -10 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Good : -75 to -58 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Fair : -85 to -76 dBm
Kualitas sinyal Kuat sinyal
: Poor : -95 to -86 dBm
Gambar 4.7 Coverage repeater 3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
4.2.1.5 Pemilihan Channel Seluruh access point dan repeater
WLAN PT Kanisius
menggunakan channel 3, karena untuk membangun koneksi antar repeater dan access point harus menggunakan channel yang sama. Berikut ini adalah hasil scanning channel di PT Kanisius.
Gambar 4.8 Hasil scanning channel
Gambar 4.9 Channel overlapping Dari gambar hasil scanning channel diatas maka channel 3 yang menjadi channel jaringan WDS PT Kanisius terjadi overlapping (tumpang tindih) dengan channel yang berdekatan, sehingga mengakibatkan gangguan interferensi dari HotSpot lainnya. Interferensi dari channel 1,2, 6, dan 7 masih dirasakan di channel 3.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
4.2.2 Analisis Performa Jaringan dengan TCP dan UDP Dalam skenario yang sudah di sebutkan pada bab III, akan dilakukan pengiriman paket TCP dan UDP sebanyak-banyaknya dari client ke server dalam waktu 60s. Pengujian menggunakan paket generator Iperf yang dapat menghasilkan dan mengirimkan paket-paket TCP dan UDP dengan ketentuan sesuai scenario pengujian. Berikut adalah sintaks yang digunakan untuk pengujian ini. 1.Pengiriman paket TCP Server
Client
2. Pengiriman paket UDP Server Client
4.2.2.1 Performa access point dan repeater Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan paket TCP dan UDP pada semua access point dan repeater satu persatu. Server dihubungkan pada access point dan repeater menggunakan kabel, client terhubung pada access point dan repeater meggunakan WiFimengirimkan paket berpindah tempat sesuai dengan kualitas sinyal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
TCP dan UDP adalah dua protocol yang banyak digunakan dalam jaringan internet berbasis IP. Keduanya dibuat dengan tujuan yang berbeda. TCP (Transmission Control Protocol) misalnya, bersifat connection oriented, artinya protocol ini memiliki kemampuan untuk menjamin transfer dan control data hingga node tujuan. Sebaliknya UDP (User Datagram Protocol). Bersifat connectionless oriented, yang berarti protokol ini tidak memiliki mekanisme yang dapat menjamin sampainya paket ke node tujuan. Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP akan menghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram [8]. Pada pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim. Data lengkap hasil pengujian dapat di lihat di lampiran. 4.2.2.1.1 Access Point utama Access Point utama merupakan master jaringan wireless yang terdapat di PT Kanisius. Access point ini terletak di tower di bagian tengah PT Kanisius setinggi 20 meter.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
1. Throughput Berdasarkan hasil pengujian berdasarkan kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius, besarnya rata-rata throughput access point utama dapat digambarkan pada gambar 4.10. Throughput yang dihasilkan pada kualitas sinyal Excellent paling besar, semakin buruk kualitas sinyal throughput yang dihasilkan semakin kecil Tabel 4.1 Rata-rata Throughput access point utama Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Throughput(Mbps) Sepi 3.9 3 1.828 0.558
Normal Sibuk 3.435 2.838 2.692 2.593 1.75 0.782 0.252 0.218
Kondisi kesibukan pengguna juga mempengaruhi besarnya throughput. Semakin sibuk kondisi pengguna, semakin kecil throughput yang didapat. Hasil pengujian throughput pada access point utama dengan hasil terbaik didapat pada saat kondisi sepi dengan kualitas sinyal excellent hanya mendapatkan throughput sebesar 3.9Mbps. Tetapi masih jauh di bawah standar throughput 802.11g secara teoritis yaitu 54Mbps dan throughtput penerapan +20Mbps[11].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Throughput (Mbps)
Throughput AP Utama 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Throughput(Mbps) Sepi Throughput(Mbps) Normal Throughput(Mbps) Sibuk
Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.10 Grafik rata-rata throughput access point utama 2. Jitter Dari hasil pengujian didapatkan rata-rata jitter access point utama pada setiap kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius. Tabel 4.2 menunjukkan data berupa rata-rata jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Tabel 4.2 Rata-rata Jitter access point utama Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Sepi 3.354 6.247 14.778 37.946
Jitter(ms) Normal 6.200 12.606 36.848 74.590
Sibuk 7.453 24.297 58.231 91.151
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa besar jitter ikut berubah saat kualitas sinyal berubah. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa jitter akan semakin besar seiring dengan semakin buruknya kualitas sinyal dan semakin sibuk kondisi pengguna internet di PT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Kanisius. Sesuai dengan standar TIPHON, hasil pengujian jitter pada repeater 1 masuk pada kategori bagus dengan besar kurang dari 75 ms, hanya pada saat kondisi sibuk dengan kualitas sinyal poor jitter yang didapat mencapai 91.151ms masih dalam kategori sedang.
Jitter(ms)
Jitter AP utama 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Jitter(ms) Sepi Jitter(ms) Normal Jitter(ms) Sibuk
Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.11 Grafik rata-rata jitter access point utama 3. Packet Loss Hasil pengujian packet loss pada tabel 4.3 menunjukkan perbedaan packet loss terhadap kualitas sinyal dan kondisi kesibukan pengguna yang berbeda. Tabel 4.3 Rata-rata Packet Loss access point utama Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Packet Loss(%) Normal Sibuk 0 0 0 0 0 0 0.412 1.235 2.15 0.547 1.85 4.1
Sepi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
.Untuk kualitas sinyal excellent dan good pada kondisi sepi hingga sibuk sangat bagus sesuai standar TIPHONdengan packet loss 0%. Untuk kualitas sinyal fair mulai ada packet loss, hingga pada kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk, packet loss mencapai 4.1% yang masuk pada kategori sedang.
Packet Loss (%)
Packet Loss AP utama 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Packet Loss(%) Sepi Packet Loss(%) Normal Packet Loss(%) Sibuk
Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.12 Grafik rata-rata packet loss access point utama 4.2.2.1.2 Repeater 1 1. Throughput Berdasarkan hasil pengujian berdasarkan kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius, besarnya rata-rata throughput repeater 1 dapat digambarkan pada gambar 4.13. Throughput yang dihasilkan pada kualitas sinyal Excellent paling besar, semakin buruk kualitas sinyal throughput yang dihasilkan semakin kecil.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Tabel 4.4 Rata-rata throughput repeater 1 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Throughput(Mbps) Sepi Normal Sibuk 22.083 17.483 9.303 13.7 8.422 5.752 2.918 2.125 1.747 0.909 0.525 0.462
Kondisi kesibukan pengguna juga mempengaruhi besarnya throughput. Semakin sibuk kondisi pengguna, semakin kecil throughput yang didapat. Hasil pengujian throughput pada repeater 1 dengan hasil rata-rata terbaik pada kondisi sepi dengan kualitas sinyal excellent sebesar 22.083Mbps sudah sangat baik untuk standard penerapan teknologi 802.11g.
Throughput Repeater 1 Throughput(Mbps)
25 20 Throughput(Mbps) Sepi
15
Throughput(Mbps) Normal
10 5
Throughput(Mbps) Sibuk
0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.13 Grafik rata-rata throughput repeater 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
2. Jitter Dari hasil pengujian didapatkan rata-rata jitter access point utama pada setiap kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius. Tabel 4.5 menunjukkan data berupa rata-rata jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Tabel 4.5 Rata-rata jitter repeater 1 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Sepi 2.541 6.421 13.260 39.479
Jitter(ms) Normal 5.449 12.054 35.316 73.161
Sibuk 7.909 21.818 53.378 90.972
Sesuai dengan standar TIPHON, hasil pengujian jitter pada repeater 1 masuk pada kategori bagus dengan besar kurang dari 75 ms, hanya pada kualitas sinyal poor dengan kondisi pengguna sibuk masuk dalam kategori sedang dengan besar jitter 90.972 ms.
Jitter (ms)
Jitter Repeater 1 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Jitter(ms) Sepi Jitter(ms) Normal Jitter(ms) Sibuk
Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas sinyal
Gambar 4.14 Grafik rata-rata jitter repeater 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
3. Packet Loss Hasil pengujian packet loss pada tabel 4.6 menunjukkan perbedaan packet loss terhadap kualitas sinyal dan kondisi kesibukan pengguna yang berbeda. Tabel 4.6 Rata-rata packet loss repeater 1 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Packet Loss(%) Sepi Normal Sibuk 0 0 0 0 0 0 0.064 1.217 1.517 0.393 1.617 3.55
Untuk kualitas sinyal excellent dan good pada kondisi sepi hingga sibuk sangat bagus sesuai standar TIPHON dengan packet loss 0%. Untuk kualitas sinyal fair mulai ada packet loss, hingga pada kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk, packet loss mencapai 3.55% yang masuk pada kategori bagus.
Packet Loss Repeater 1 4
Packet Loss(%)
3.5 3 2.5 Packet Loss(%) Sepi
2 1.5
Packet Loss(%) Normal
1
Packet Loss(%) Sibuk
0.5 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.15 Grafik rata-rata packet loss repeater 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
4.2.2.1.3 Repeater 2 1. Throughput Berdasarkan hasil pengujian berdasarkan kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius, besarnya rata-rata throughput repeater 2 dapat digambarkan pada gambar 4.16. Throughput yang dihasilkan pada kualitas sinyal Excellent paling besar, semakin buruk kualitas sinyal throughput yang dihasilkan semakin kecil Tabel 4.7 Rata-rata throughput repeater 2 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Throughput(Mbps) Sepi Normal Sibuk 21.183 13.633 9.07 11.938 7.387 5.407 2.625 2.087 1.707 0.592 0.421 0.204
. Kondisi kesibukan pengguna juga mempengaruhi besarnya throughput. Semakin sibuk kondisi pengguna, semakin kecil throughput yang didapat. Hasil pengujian throughput pada repeater 2 dengan hasil rata-rata terbaik pada kondisi sepi dengan kualitas sinyal excellent sebesar 21.183Mbps sudah sangat baik untuk standard penerapan teknologi 802.11g.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Throughput Repeater 2 Throughput (Mbps)
25 20 Throughput(Mbps) Sepi
15
Throughput(Mbps) Normal
10 5
Throughput(Mbps) Sibuk
0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.16 Grafik rata-rata throughput repeater 2 2. Jitter Tabel 4.8 menunjukkan data pengukuran rata-rata jitter selama 6 hari. Pengujian dilakukan berdasarkan kategori kualitas sinyal dan kondisi kesibukan pengguna. Tabel 4.8 Rata-rata jitter repeater 2 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Sepi 3.891 6.734 14.370 45.997
Jitter(ms) Normal 5.672 12.663 38.646 76.650
Sibuk 8.494 22.685 52.804 90.733
Sesuai dengan standar TIPHON, hasil pengujian jitter pada repeater 2 masuk pada kategori bagus dengan besar kurang dari 75 ms, hanya pada kualitas sinyal poor dengan kondisi pengguna normal mulai masuk dalam kategori sedang dengan besar jitter 76.650 ms dan kondisi sibuk dengan besar jitter 90.733ms.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Jittter (ms)
Jitter Repeater 2 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Jitter(ms) Sepi Jitter(ms) Normal Jitter(ms) Sibuk
Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.17 Grafik rata-rata jitter repeater 2 3. Packet Loss Hasil pengujian packet loss pada tabel 4.9 menunjukkan perbedaan packet loss pada kualitas sinyal yang berbeda. Tabel 4.9 Rata-rata jitter repeater 2 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Packet Loss(%) Sepi Normal Sibuk 0 0 0 0 0 0 0.355 1.732 1.767 0.655 2.067 3.75
Untuk kualitas sinyal excellent dan good pada kondisi sepi hingga sibuk sangat bagus sesuai standar TIPHON dengan packet loss 0%. Untuk kualitas sinyal fair mulai ada packet loss, hingga pada kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk, packet loss mencapai 3.75% yang masuk pada kategori bagus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Packet Loss Repeater 2 4
Packet Loss(%)
3.5 3 2.5 Packet Loss(%) Sepi
2 1.5
Packet Loss(%) Normal
1
Packet Loss(%) Sibuk
0.5 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas sinyal
Gambar 4.18 Grafik rata-rata packet loss repeater 2 4.2.2.1.4 Repeater 3 1. Throughput Berdasarkan hasil pengujian berdasarkan kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius, besarnya rata-rata throughput repeater 2 dapat digambarkan pada gambar 4.19. Throughput yang dihasilkan pada kualitas sinyal Excellent paling besar, semakin buruk kualitas sinyal throughput yang dihasilkan semakin kecil Tabel 4.10 Rata-rata throughput repeater 3 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
.
Throughput(Mbps) Sepi Normal Sibuk 17.6 12.917 8.472 10.623 7.102 5.265 2.305 1.833 1.533 0.516 0.353 0.172
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Kondisi kesibukan pengguna juga mempengaruhi besarnya throughput. Semakin sibuk kondisi pengguna, semakin kecil throughput yang didapat. Hasil pengujian throughput pada repeater 2 dengan hasil rata-rata terbaik pada kondisi sepi dengan kualitas sinyal excellent sebesar 17.6Mbps sudah cukup baik untuk standard penerapan teknologi 802.11g.
Throughput(Mbps)
Throughput Repeater 3 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Throughput(Mbps) Sepi Throughput(Mbps) Normal Throughput(Mbps) Sibuk
Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.19 Grafik rata-rata throughput repeater 3 2. Jitter Tabel 4.11 menunjukkan data pengujian rata-rata jitter selama 6 hari. Pengujian dilakukan berdasarkan kategori kualitas sinyal dan kondisi kesibukan pengguna. Tabel 4.11 Rata-rata jitter repeater 3 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Sepi 4.221 7.581 15.943 48.272
Jitter(ms) Normal 6.301 14.720 41.321 79.092
Sibuk 8.616 24.361 53.214 96.669
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Sesuai dengan standar TIPHON, hasil pengujian jitter pada repeater 3 masuk pada kategori bagus dengan besar kurang dari 75 ms, hanya pada kualitas sinyal poor dengan kondisi pengguna normal mulai masuk dalam kategori sedang dengan besar jitter 79.092 ms dan kondisi sibuk dengan besar jitter 96.669ms.
Jitter Repeater 3 120.000
Jitter (ms)
100.000 80.000 60.000
Jitter(ms) Sepi
40.000
Jitter(ms) Normal Jitter(ms) Sibuk
20.000 0.000 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas sinyal
Gambar 4.20 Grafik rata-rata jitter repeater 3 3. Packet Loss Hasil pengujian packet loss pada tabel 4.12 menunjukkan perbedaan packet loss pada kualitas sinyal yang berbeda Tabel 4.12 Rata-rata packet loss repeater 3 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Packet Loss(%) Sepi Normal Sibuk 0 0 0 0 0 0 0.442 1.833 2.317 0.717 2.35 3.9
Untuk kualitas sinyal excellent dan good pada kondisi sepi hingga sibuk sangat bagus sesuai standar TIPHON dengan packet
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
loss 0%. Untuk kualitas sinyal fair mulai ada packet loss, hingga pada kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk, packet loss mencapai 3.9% yang masuk pada kategori bagus.
Packet Loss (%)
Packet Loss Repeater 3 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Packet Loss(%) Sepi Packet Loss(%) Normal Packet Loss(%) Sibuk
Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.21 Grafik rata-rata packet loss repeater 3 4.2.2.2. Performa Jaringan WDS Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan paket TCP dan UDP pada jaringan WDS PT Kanisius. Pengujian dilakukan menggunakan server yang dihubungkan pada access point utama menggunakan kabel dan client yang terhubung pada repeater akan mengirim paket TCP dan UDP. Client mengirim paket berpindah tempat sesuai dengan kualitas sinyal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
4.2.2.2.1 Jaringan WDS 1 Jaringan WDS 1 adalah jaringan wireless yang terhubung pada access point utama dengan jarak +- 60 meter. Repeater terletak di bagian depan PT Kanisius di sebelah selatan gudang. 1. Throughput Berdasarkan hasil pengujian jaringan WDS berdasarkan kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius, besarnya ratarata throughput access point utama dapat digambarkan pada gambar 4.22. Throughput yang dihasilkan pada kualitas sinyal Excellent paling besar, semakin buruk kualitas sinyal throughput yang dihasilkan semakin kecil Tabel 4.13 Rata-rata throughput WDS 1 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
throughput(Mbps) Sepi Normal Sibuk 2.885 2.475 1.823 1.982 2.35 0.847 0.815 0.530 0.411 0.294 0.179 0.119
Pada tabel 4.13 dapat dilihat pada kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi hanya mendapatkan rata-rata throughput sebesar 2.885Mbps jauh di bawah standar 802.11g. Hal ini dikarenakan throughput access point utama dibawah standar dan pengaruh jaringan WDS. Repeater 1 harus re-transmit informasi selama terjadi komunikasi antara dua belah sisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Throughput WDS 1 3.5 Throughput (Mbps)
3 2.5
throughput(Mbps) Sepi
2 1.5
throughput(Mbps) Normal
1
throughput(Mbps) Sibuk
0.5 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.22 Grafik rata-rata throughput WDS 1 2. Jitter Tabel 4.14 menunjukkan data pengujian rata-rata jitter jaringan WDS 1 selama 6 hari. Pengujian dilakukan berdasarkan kategori kualitas sinyal dan kondisi kesibukan pengguna. Tabel 4.14 Rata-rata jitter WDS 1 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Sepi 3.636 10.922 21.095 39.696
Jitter(ms) Normal 6.321 14.892 37.889 71.698
Sibuk 8.852 31.872 61.214 96.415
Sesuai dengan standar TIPHON, hasil pengujian jitter pada jaringan WDS 1 masuk pada kategori bagus dengan besar kurang dari 75 ms, hanya pada kualitas sinyal poor dengan kondisi pengguna sibuk masuk dalam kategori sedang dengan besar jitter 96.415ms.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Jitter WDS 1 120
Jitter(ms)
100 80 60
Jitter(ms) Sepi
40
Jitter(ms) Normal Jitter(ms) Sibuk
20 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.23 Grafik rata-rata jitter WDS 1 3. Packet Loss Hasil pengujian packet loss pada tabel 4.15 menunjukkan perbedaan packet loss pada kualitas sinyal yang berbeda Tabel 4.15 Rata-rata packet loss WDS 1 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Packet Loss(%) Sepi Normal 0.178 0.168 0.268 0.473 1 1.700 1.933 2.950
Sibuk 0.245 1.570 2.433 4.450
Dengan kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi hingga sibuk sangat bagus sesuai standar TIPHON dengan packet loss dibawah 1%. Pada kondisi sepi dan normal dengan kualitas sinyal good masuk dalam kategori sangat bagus sedangkan kondisi sibuk masuk dalam kategori bagus dengan packet loss 1.570%. Untuk packet loss pada kualitas sinyal fair hingga pada kualitas sinyal poor pada kondisi normal masuk dalam kategori bagus, sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
packet loss pada kualitas sinyal poor kondisi sibuk mencapai 4.450% yang masuk pada kategori bagus.
Packet Loss WDS 1 5 PAcket Loss(%)
4 3 Packet Loss(%) Sepi 2
Packet Loss(%) Normal Packet Loss(%) Sibuk
1 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.24 Grafik rata-rata packet loss WDS 1
4.2.2.2.2 Jaringan WDS 2 Jaringan WDS 2 adalah jaringan wireless yang terhubung pada access point utama dengan jarak +- 60 meter. Repeater terletak di bagian selatan PT Kanisius di depan bagian redaksi. 1. Throughput Berdasarkan hasil pengujian jaringan WDS berdasarkan kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius, besarnya ratarata throughput access point utama dapat digambarkan pada gambar 4.25. Throughput yang dihasilkan pada kualitas sinyal Excellent paling besar, semakin buruk kualitas sinyal throughput yang dihasilkan semakin kecil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Tabel 4.16 Rata-rata throughput WDS 2 throughput(Mbps) Sepi Normal Sibuk 2.64 2.543 1.745 1.940 2.308 0.830 0.776 0.529 0.385 0.285 0.186 0.118
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Pada tabel 4.16 dapat dilihat pada kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi hanya mendapatkan rata-rata throughput sebesar 2.64Mbps jauh di bawah standar 802.11g. Hal ini dikarenakan throughput access point utama dibawah standar dan pengaruh jaringan WDS. Repeater 2 harus re-transmit informasi selama terjadi komunikasi antara dua belah sisi.
Throughput WDS 2 Throughput(Mbps)
3 2.5 2
throughput(Mbps) Sepi
1.5 throughput(Mbps) Normal
1
throughput(Mbps) Sibuk
0.5 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.25 Grafik rata-rata throughput WDS 2 2. Jitter Tabel 4.17 menunjukkan data pengujian rata-rata jitter jaringan WDS 1 selama 6 hari. Pengujian dilakukan berdasarkan kategori kualitas sinyal dan kondisi kesibukan pengguna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Tabel 4.17 Rata-rata jitter WDS 2 Kualitas Sinyal
Sepi 4.0117 11.111 21.428 40.354
Excellent Good Fair Poor
Jitter(ms) Normal 6.714 14.971 37.349 73.719
Sibuk 9.062 32.817 64.002 96.845
Sesuai dengan standar TIPHON, hasil pengujian jitter pada jaringan WDS 1 masuk pada kategori bagus dengan besar kurang dari 75 ms, hanya pada kualitas sinyal poor dengan kondisi pengguna sibuk masuk dalam kategori sedang dengan besar jitter 96.845 ms.
Jitter WDS 2 120
Jitter (ms)
100 80 60
Jitter(ms) Sepi
40
Jitter(ms) Normal Jitter(ms) Sibuk
20 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.26 Grafik rata-rata jitter WDS 2 3. Packet Loss Hasil pengujian packet loss pada tabel 4.18 menunjukkan perbedaan packet loss pada kualitas sinyal yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Tabel 4.18 Rata-rata packet loss WDS 2 Packet Loss(%) Sepi Normal 0.192 0.173 0.192 0.585 1.018 1.750 1.867 3.033
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Sibuk 0.228 1.055 2.500 4.850
Dengan kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi hingga sibuk sangat bagus sesuai standar TIPHON dengan packet loss dibawah 1%. Pada kondisi sepi dan normal dengan kualitas sinyal good masuk dalam kategori sangat bagus sedangkan kondisi sibuk masuk dalam kategori bagus dengan packet loss 1.055%. Untuk packet loss pada kualitas sinyal fair hingga pada kualitas sinyal poor pada kondisi normal masuk dalam kategori bagus, sedangkan packet loss pada kualitas sinyal poor kondisi sibuk mencapai 4.850% yang masuk pada kategori sedang.
Packet Loss WDS 2 6
Packet Loss (%)
5 4 3
Packet Loss(%) Sepi
2
Packet Loss(%) Normal Packet Loss(%) Sibuk
1 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.27 Grafik rata-rata packet loss WDS 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
4.2.2.2.3 Jaringan WDS 3 Jaringan WDS 3 adalah jaringan wireless yang terhubung pada access point utama dengan jarak +- 30 meter. Repeater terletak di bagian atas plafon ruang produksi. 1. Throughput Berdasarkan hasil pengujian jaringan WDS berdasarkan kualitas sinyal dan kondisi kesibukan PT Kanisius, besarnya ratarata throughput access point utama dapat digambarkan pada gambar 4.28. Throughput yang dihasilkan pada kualitas sinyal Excellent paling besar, semakin buruk kualitas sinyal throughput yang dihasilkan semakin kecil Tabel 4.19 Rata-rata throughput WDS 3 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
throughput(Mbps) Sepi Normal Sibuk 2.588 2.502 1.725 1.865 2.2 0.807 0.786 0.509 0.378 0.282 0.174 0.111
Pada tabel 4.19 dapat dilihat pada kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi hanya mendapatkan rata-rata throughput sebesar 2.588Mbps jauh di bawah standar 802.11g. Hal ini dikarenakan throughput access point utama dibawah standar dan pengaruh jaringan WDS. Repeater 3 harus re-transmit informasi selama terjadi komunikasi antara dua belah sisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Throughput WDS 3 Throughput (Mbps)
3 2.5 2
throughput(Mbps) Sepi
1.5 throughput(Mbps) Normal
1
throughput(Mbps) Sibuk
0.5 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.28 Grafik rata-rata throuhput WDS 3 2. Jitter Tabel 4.20 menunjukkan data pengujian rata-rata jitter jaringan WDS 1 selama 6 hari. Pengujian dilakukan berdasarkan kategori kualitas sinyal dan kondisi kesibukan pengguna. Tabel 4.20 Rata-rata jitter WDS 3 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Sepi 4.167 11.198 22.006 39.845
Jitter(ms) Normal 7.049 15.042 40.339 75.421
Sibuk 9.625 33.463 61.527 95.418
Sesuai dengan standar TIPHON, hasil pengujian jitter pada repeater 3 masuk pada kategori bagus dengan besar kurang dari 75 ms, hanya pada kualitas sinyal poor dengan kondisi pengguna normal mulai masuk dalam kategori sedang dengan besar jitter 75.421 ms dan kondisi sibuk dengan besar jitter 95.418 ms.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Jitter WDS 3 120
Jitter (ms)
100 80 60
Jitter(ms) Sepi
40
Jitter(ms) Normal Jitter(ms) Sibuk
20 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.29 Grafik rata-rata jitter WDS 3 3. Packet Loss Hasil pengujian packet loss pada tabel 4.21 menunjukkan perbedaan packet loss pada kualitas sinyal yang berbeda Tabel 4.21 Rata-rata packet loss WDS 3 Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Packet Loss(%) Sepi Normal 0.167 0.165 0.348 0.638 1.1 1.633 1.883 3.083
Sibuk 0.233 1.130 2.317 5.233
Dengan kualitas sinyal excellent pada kondisi sepi hingga sibuk sangat bagus sesuai standar TIPHON dengan packet loss dibawah 1%. Pada kondisi sepi dan normal dengan kualitas sinyal good masuk dalam kategori sangat bagus sedangkan kondisi sibuk masuk dalam kategori bagus dengan packet loss 1.130%. Untuk packet loss pada kualitas sinyal fair hingga pada kualitas sinyal poor pada kondisi normal masuk dalam kategori bagus, sedangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
packet loss pada kualitas sinyal poor kondisi sibuk mencapai 5.233% yang masuk pada kategori sedang
Packet Loss WDS 3 6
Packet Loss (%)
5 4 3
Packet Loss(%) Sepi
2
Packet Loss(%) Normal Packet Loss(%) Sibuk
1 0 Excellent
Good
Fair
Poor
Kualitas Sinyal
Gambar 4.30 Grafik rata-rata packet loss WDS 3 4.2.3. Hasil Pengujian Kecepatan Internet Skenario pertama yang dilakukan adalah menguji kualitas internet di PT Kanisius. PT Kanisius menggunakan Internet Service Provider (ISP) Sat Net. PT Kanisius berlangganan bandwidth pada ISP sebesar 5Mbps. Dari 30 kali pengujian didapatkan rata-rata download 4.745 Mbps dan rata-rata upload sebesar 4.487 Mbps sehingga kualitas internet PT Kanisius sudah baik, sesuai dengan layanan dari Sat Net. Sedangkan pengukuran rata-rata latency 17.467ms dalam kategori sangat bagus. Pengukuran dilakukan saat jaringan LAN maupun WLAN PT Kanisius dalam kondisi tanpa pengakses.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pengujian dan analisis kinerja jaringan WLAN di PT Kanisius yang sudah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah: 1. Jumlah access point dan repeater belum memenuhi jumlah pengguna, pada pedoman pembangunan WiFi satu access point dapat melayani 20-25 pengguna, namun di PT Kanisius setiap repeater melayani sekitar 40 pengguna. 2. Coverage seluruh access point dan repeater sudah menjangkau hampir seluruh bagian PT Kanisius, tetapi di dalam ruangan sebagian besar hanya mendapatkan kualitas sinyal fair sedangkan kualitas sinyal excellent dan good hanya menjangkau luar ruangan. Pengguna WLAN sebagian besar berada di dalam ruangan, sehingga coverage sinyal belum sesuai dengan yang di harapkan. 3. Channel 3 yang digunakan pada jaringan WDS PT Kanisius menunjukkan terjadi overlapping dengan channel hotspot yang ada di sekitar PT Kanisius yaitu channel 1, 2, 6, dan 7. Channel 1 dan 7 menunjukkan sinyal yang paling kuat dari channel lainnya. 4. Access point utama yang berfungsi sebagai master jaringan Wireless Distribution Service (WDS) menunjukkan performa yang kurang, hanya mendapatkan throughput rata-rata 3.9 Mbps. teknologi yang digunakan adalah 802.11g, secara teoritis throughput yang didapat pada teknologi ini mencapai 54 Mbps dan throughput dalam penerapan mencapai ±20 Mbps.
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Jitter yang didapat pada access point utama masuk dalam kategori bagus dan sedang menurut standar TIPHON. Sedangkan packet loss menurut standar TIPHON pada kondisi sibuk dengan kualitas poor masih masuk kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal yang lebih baik masuk dalam kategori excellent dan good. 5. Repeater 1, repeater 2, dan repeater 3 menunjukkan performa yang baik. Throughput rata-rata terbaik yang di dapat repeater 1, repeater 2, dan repeater 3 berada pada kisaran 20 Mbps, sehingga sudah sesuai dengan standar penerapan teknologi 802.11g. Ketiga repeater mendapatkan ratarata jitter hampir sama menurut standar TIPHON masuk dalam kategori bagus, hanya pada kondisi sibuk dengan kualitas sinya poor yang masuk dalam kategori sedang. Sedangkan packet loss menurut standar TIPHON pada kondisi sibuk dengan kualitaas poor masih masuk kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal yang lebih baik masuk dalam kategori excellent dan good. 6. Jaringan Wireless Distribution Service (WDS) PT Kanisius menunjukkan performa yang kurang. Throughput rata-rata terbaik yang di dapat WDS 1 yang diakses client dari repeater 1 2.885 Mbps, WDS 2 yang diakses client dari repeater 2 2.64 Mbps, dan WDS 3 yang diakses client dari repeater 3 2.588 Mbps, ini disebabkan karena access point utama yang menjadi master WDS memiliki performa yang kurang. Sehingga sangat berpengaruh pada seluruh jaringan WDS PT Kanisius. Jitter yang didapat dari ketiga repeater menurut standar TIPHON
masuk kategori bagus
hanya pada kualitas sinyal poor masuk dalam kategori sedang. Pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
jaringan WDS sudah terdapat packet loss pada kualitas sinyal Excellent dan good tetapi menurut TIPHON masih dalam kategori sangat bagus, yaitu dibawah 1%. Untuk kualitas sinyal fair dan poor masih masuk dalam kondisi bagus yaitu diantara 1-3%, Hanya pada kondisi sibuk dengan kualitas sinyal poor yang masuk dalam kategori sedang. 7. Kualitas internet PT Kanisius yang didapat dari Internet Service Provider (ISP) Sat Net sudah baik sesuai dengan layanan dari ISP Sat Net sebesar 5Mbps. 5.2. Saran Terdapat beberapa saran dari penulis guna perbaikan kualitas jaringan PT Kanisius. Adapun saran tersebut adalah: 1. Menambahkan access point di dalam gedung tengah, gedung selatan, dan showroom untuk memenuhi standar pembangunan hotspot yang sesuai dengan banyaknya pengguna dan untuk melayani bagian-bagian yang belum mendapatkan kualitas sinyal yang baik. 2. Menyesuaikan channel agar tidak terjadi overlapping dengan hotspot yang ada di sekitar PT Kanisius. Jika dilihat dari hasil scan dengan vistumbler, hampir semua channel sudah dipakai, namun channel 1 dan 7 menunjukkan sinyal paling kuat. Maka sebaiknya memilih channel 12 atau 13 agar terbebas dari interferensi. 3. Melakukan maintenance pada perangkat jaringan WLAN secara berkala untuk menjaga kinerja jaringan, karena letak perangkat berada di outdoor sehingga rawan dengan kerusakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
4. Pembaruan access point utama dengan yang sudah menggunakan standar wireless 802.11n, Bisa mengganti miniPCI bawaan Mikrotik RB411AH dengan mengganti miniPCI R52Hn, atau bisa menggunakan Mikrotik Metal dan Mikrotik Groove. Access point sebaiknya menggunakan merk yang sama, karena jika menggunakan perangkat dengan merk berbeda kemungkinan tidak kompatibel. Ketiga repeater sudah menggunakan perangkat dengan standar wireless 802.11n sehingga tidak perlu mengganti repeater.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA [1]
Syamsudi. M. 2010. “Cara Cepat Belajar Infrastriktur Jaringan Wireless(Tutorial Singkat Jaringan Wireless)”. Yogyakarta: Gava Media.
[2]
Unknown, “Pengertian Wireless Distribution System (WDS)” http://www.transiskom.com/2012/10/pengertian-wireless-distributionsystem.html (diakses tanggal 24 Juli 2014)
[3]
S,to. 2007. “Wireless Kung Fu :Networking & Hacking”. Jasakom.
[4]
Tiphon.”Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network (TIPHON) General aspects of Quality of Service”, DTR/TIPHON05006 (cb0010cs.PDF).1999.
[5]
Pratama, Andri Yudha. (2013). ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM(WDS) “STUDI KASUS RUMAH SAKIT GRHASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Skripsi, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
[6]
Dhani, Thomas, 2012, “Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN”, Skripsi, Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
[7] Cisco. 2006. Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Client Adapters (CB21AG and PI21AG) Installation and Configuration Guide, USA. [8]
Mark Gate, et al, “Iperf User Docs”, Maret 2003, http://www.netcheif.com/downloads/iperf.pdf, (diakses tanggal 20 Agustus 2014)
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
[9]
100
Kusmayadi, Dede,2012,” Perancangan Dan Implementasi PC Router Dengan Sistem Pengaturan Berbasis Web”, Skripsi, Teknik Komputer, Unikom,
[10] Yanto, 2013, “ ANALISIS QOS (QUALITY OF SERVICE) PADA JARINGAN INTERNET (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA)”, Jurnal, Universitas Tanjungpura. [11] Unknown, “What is the actual real-life speed of wireless networks ?”, http://www.speedguide.net/faq/what-is-the-actual-real-life-speed-ofwireless-374, (diakses tanggal 2 desember 2014) [12] Wowok. 2008. ”Antena Wireless Untuk Rakyat”. Yogyakarta : Penerbit Andi. [13] Unknown.” Introduction to Wi-Fi Antennas” http://www.systerra.de/documents/MOXA_WLAN_Antennas_DS.pdf, (tanggal 2 desember 2014) [14] Hammond,J.,Kessler,B.,Rivero,J.,Skinner,C., & Sweeney,T.2003."Wireless Hotspot DeploymentGuide".Mobile Platforms Group - WVP.Intel Corporation.. [15] Putra, Agung Permana,2010,” Rancang Bangun Antena Bazoka 1,9 GHZ Untuk Memperkuat Penerimaan Sinyal EV-DO”, Skripsi, Universitas Sumatra Utara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN Spesifikasi Perangkat WLAN Spesifikasi perangakat WLAN yang diigunakan di PT Kanisius adalah sebagai berikut: 1. Router Router induk pada jaringan di PT Kanisius menggunakan Mikrotik RB1100AH. Router ini berfungsi membagi koneksi internet dari ISP dan sebagai firewall.
(http://routerboard.com/RB1100AH)
Gambar Mikrotik RB1100AH
Product Code Architecture CPU Current Monitor Main Storage/NAND RAM SPP Ports LAN Ports Gigabit Switch Chip
RB1100AH PPC Freescale P2010 1066MHz No 64MB 1.5GB 0 13 Yes 2
MiniPCI Integrated Wireless MiniPCIe SIM Card Slots USB
0 No 0 No No
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Memory Cards
1
Memory Card Type
MicroSD
Power Jack
110/220V
802.3af Support POE Input POE Output Serial Port Voltage Monitor Temperature Sensor Dimentions Operating System Temperature Range RouterOS License
No 10-24VDC No DB9/RS232 Yes Yes 1Ucase:45x75x440mm RouterOS -20C .. +45C Level6
102
Tabel Spesifikasi Mikrotik RB1100AH 2. Access Point Untuk mengaplikasikan WDS pada jaringan WLAN memerlukan perangkat yang mendukung WDS. Semua Access point dan repeater yang digunakan di PT kanisius adalah mikrotik, karena WDS bisa tidak berfungsi jika access point dan repeater berbeda merk. Access point utama yang digunakan di PT Kanisius adalah mikrotik RB411AH, Access point ini sudah mendukung WDS dengan RouterOS level 4.
(http://mikrotik.co.id/produk_lihat.php?id=198)
Gambar mikrotik RB411AH
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Product Code Architecture CPU Current Monitor Main Storage/NAND RAM SPP Ports LAN Ports Gigabit Switch Chip MiniPCI Integrated Wireless Wireless Standarts Wireless Tx Power MiniPCIe SIM Card Slots USB Memory Cards Power Jack 802.3af Support POE Input POE Output Serial Port Voltage Monitor Temperature Sensor Dimentions Operating System Temperature Range RouterOS License
103
RB411AH MIPS-BE AR7161 680MHz No 64MB 64MB 0 1 No No 1 No 802.11 b/g 28dbm 0 No No No 10-28V No 10-28V No DB9/RS232 No No 105mmx105mm RouterOS -30C .. +60C Level4
Tabel Spesifikasi mikrotik RB411AH 3. Repeater Untuk memperluas jangkauan sinyal dari access point utama digunakan tigah buah repeater, yang terdiri dari satu repeater Mikrotik Metal 2SHPn dan dua Mikrotik Groove A 52HPn.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Mikrotik Metal 2SHPn
(http://mikrotik.co.id/produk_lihat.php?id=332)
Gambar Mikrotik Metal 2SHPn Product Code Architecture CPU Current Monitor Main Storage/NAND RAM SPP Ports LAN Ports Gigabit Switch Chip MiniPCI Integrated Wireless Wireless Standarts Wireless Tx Power Integrated Antenna MiniPCIe SIM Card Slots USB Memory Cards Power Jack 802.3af Support POE Input POE Output Serial Port Voltage Monitor Temperature Sensor Dimentions Operating System Temperature Range RouterOS License
Metal 2SHPn MIPS-BE AR7241 400MHz No 64MB 64MB 0 1 No No 0 Yes 802.11 b/g/n 32dBm No 0 No No No No No 9-30V No No Yes Yes 177x44x44mm RouterOS -30C .. +70C Level4
Tabel Spesifikasi Mikrotik Metal 2SHPn
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Mikrotik Groove A 52HPn
(http://www.mikrotik.co.id/produk_lihat.php?id=349)
Gambar Mikrotik Groove A 52HPn
Product Code Architecture CPU Current Monitor Main Storage/NAND RAM SPP Ports LAN Ports Gigabit Switch Chip MiniPCI Integrated Wireless Wireless Standarts Wireless Tx Power
GrooveA52HPn MIPS-BE AR9342 600MHz No 128MB 64MB 0 1 No No 0 Yes 802.11 b/g/n 27dBm
Integrated Antenna MiniPCIe SIM Card Slots USB Memory Cards Power Jack 802.3af Support POE Input POE Output Serial Port Voltage Monitor Temperature Sensor Dimentions Operating System Temperature Range RouterOS License
No 0 No No No No No 9-30V No No Yes Yes 177x44x44mm RouterOS -30C .. +70C Level4
Tabel Spesifikasi Mikrotik Groove A 52HPn
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
4. Antenna Untuk
memperluas
jangkauan
sinyal
Access
point
dan
repeaterdigunakan antena Omni Hyperlink HG2415U-Propada seluruh access point dan repeater.
(http://haffytech.indonetwork.co.id/2237492/antenna-omni-hyperlink-hg2415u-pro.htm)
Gambar Omni Hyperlink HG2415U-Pro Frequency
2400-2500 MHz
Gain
15 dBi
Polarization
Vertical
Vertical Beam Width
8°
Horizontal Beam Width
360°
Impedance
50 Ohm
Max. Input Power
100 Watts
VSWR
1.5:1 or Less
Lightning Protection
DC Short
Weight Antenna
3.3 lbs (1.5kg)
Length
40.5 in. (1.03m)
Base Diameter
1.69 in. (42.9mm)
Radome Diameter
1.52 in. (38.6mm)
Radome Material
Gray Fiberglass Weatherproof
Mounting
2.0” diameter mast max.
Wind Survival
up to 150 MPH
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Operating Temperature
-40° C to 85° C (-40° F to 185° F)
RoHS Compliant
Yes
Connector
Integral N-Female
107
Tabel Spesifikasi Omni Hyperlink HG2415U-Pro Hasil Pengujian Kualitas Unjuk Kerja Access Point dan Repeater Data Mentah Access Point Utama Kondisi Sepi
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 3.77 3.29 1.73 0.549
1 3.148 5.446 14.686 32.499
1 0 0 0.29 0.29
2 4.54 3.45 2.51 0.897
AP Utama(Sepi) Throughput(Mbps) 3 4 5 4.03 3.69 3.67 3.35 2.62 2.59 2.15 1.53 1.32 0.629 0.516 0.337
2 1.193 4.167 12.215 29.042
AP Utama(Sepi) Jitter(ms) 3 4 5 2.298 3.366 5.228 4.185 6.754 9.696 13.968 14.76 17.507 31.787 33.355 52.444
2 0 0 0.12 0.13
AP Utama(Sepi) Packet Loss(%) 3 4 5 0 0 0 0 0 0 0.23 0.37 0.75 0.25 0.56 1.1
6 rata-rata 3.7 3.9 2.7 3 1.73 1.828 0.419 0.558
6 4.892 7.233 15.531 48.546
rata-rata 3.354 6.247 14.778 37.946
6 rata-rata 0 0 0 0 0.71 0.412 0.95 0.547
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
Kondisi Normal
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 3.46 2.52 1.72 0.261
1 6.214 12.159 33.912 73.432
1 0 0 1.2 1.7
2 3.69 3.31 2.61 0.351
AP Utama(Normal) Throughput(Mbps) 3 4 5 3.56 3.51 2.94 3.17 2.7 2.06 1.91 1.58 1.23 0.326 0.267 0.14
2 4.752 10.936 28.119 67.786
AP Utama(Normal) Jitter(ms) 3 4 5 5.776 5.614 7.497 11.295 13.206 14.455 33.828 37.571 45.736 68.525 73.968 82.144
2 0 0 0.11 1.2
AP Utama(Normal) Packet Loss(%) 3 4 0 0 0 0 1.1 1.4 1.3 2
6 rata-rata 3.45 3.435 2.39 2.692 1.45 1.75 0.164 0.252
6 7.346 13.583 41.923 81.682
rata-rata 6.200 12.606 36.848 74.590
5 0 0 1.9 2.6
6 rata-rata 0 0 0 0 1.7 1.235 2.3 1.85
AP Utama(Sibuk) Throughput(Mbps) 3 4 5 3 2.94 2.3 2.65 2.54 2.43 0.927 0.763 0.505 0.263 0.219 0.123
6 rata-rata 2.76 2.838 2.61 2.593 0.636 0.782 0.157 0.218
Kondisi Sibuk
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 2.98 2.47 0.87 0.243
2 3.05 2.86 0.992 0.304
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 7.371 23.953 54.298 97.764
1 0 0 1.7 2.8
2 6.177 18.714 47.804 88.827
2 0 0 1.4 2.6
AP Utama(Sibuk) Jitter(ms) 3 4 6.417 7.715 22.842 23.958 51.316 57.712 85.953 94.497
AP Utama(Sibuk) Packet Loss(%) 3 4 0 0 0 0 1.6 2.1 3.4 5.1
5 8.715 29.896 73.441 93.954
6 8.32 26.417 64.815 85.912
109
rata-rata 7.4525 24.297 58.231 91.151
5 0 0 3.4 5.4
6 rata-rata 0 0 0 0 2.7 2.15 5.3 4.1
Repeater 1(Sepi) Throughput(Mbps) 3 4 5 23.5 21.2 18.7 15.2 13.1 11.9 3.78 2.49 2.13 1.6 0.541 0.409
6 rata-rata 21.3 22.083 12.4 13.7 2.37 2.918 0.422 0.909
Data Mentah Repeater 1 Kondisi Sepi
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 22.9 13.4 2.89 0.702
1 2.423 5.366 12.385 36.524
2 24.9 16.2 3.85 1.78
2 1.504 3.761 10.441 27.976
Repeater 1(Sepi) Jitter(ms) 3 4 1.148 3.037 4.137 7.521 11.126 13.326 31.421 41.509
5 3.91 9.592 17.957 51.772
6 3.224 8.146 14.322 47.673
rata-rata 2.541 6.421 13.260 39.479
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 0 0 0.019 0.23
110
2 0 0 0 0.15
Repeater 1(Sepi) Packet Loss(%) 3 4 5 0 0 0 0 0 0 0 0.076 0.18 0.18 0.43 0.8
6 rata-rata 0 0 0 0 0.11 0.064 0.57 0.393
2 20.4 11.5 3.01 0.944
Repeater 1(Normal) Throughput(Mbps) 3 4 5 18.5 17.2 15 9.35 7.89 6.39 2.74 1.88 1.47 0.607 0.437 0.27
6 rata-rata 16.5 17.483 7.07 8.422 1.58 2.125 0.295 0.525
2 4.118 10.13 25.677 67.595
Repeater 1(Normal) Jitter(ms) 3 4 5 5.095 5.53 6.889 10.354 12.429 14.653 31.052 36.922 43.585 67.845 73.432 79.782
Kondisi Normal
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 17.3 8.33 2.07 0.594
1 5.225 11.103 32.423 72.54
1 0 0 1.1 1.3
2 0 0 0.5 1
Repeater 1(Normal) Packet Loss(%) 3 4 0 0 0 0 1 1.3 1.2 1.8
5 0 0 1.8 2.3
6 5.836 13.653 42.238 77.771
rata-rata 5.449 12.054 35.316 73.161
6 rata-rata 0 0 0 0 1.6 1.217 2.1 1.617
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Kondisi Sibuk
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 9.46 5.92 1.89 0.582
1 7.604 21.562 52.112 97.172
1 0 0 1 3.3
Repeater 1(Sibuk) Throughput(Mbps) 3 4 5 10.9 9.22 6.29 6.14 5.89 4.93 2.06 1.78 1.26 0.645 0.381 0.165
2 12.3 6.18 2.2 0.732
2 6.197 18.08 47.464 80.525
2 0 0 1.1 2.1
Repeater 1(Sibuk) Jitter(ms) 3 4 7.475 8.136 21.267 22.644 51.444 54.638 91.873 88.909
5 9.255 23.677 58.735 90.841
Repeater 1(Sibuk) Packet Loss(%) 3 4 5 0 0 0 0 0 1.4 1.6 2.2 2.9 3.4 4.9
6 rata-rata 7.65 9.303 5.45 5.752 1.29 1.747 0.267 0.462
6 8.787 23.677 55.875 96.509
rata-rata 7.909 21.818 53.378 90.97
6 rata-rata 0 0 0 0 1.8 1.517 4.7 3.55
Data Mentah Repeater 2 Kondisi Sepi
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 21.8 12.6 2.58 0.514
2 22.5 15.2 3.69 1.16
Repeater 2(Sepi) Throughput(Mbps) 3 4 22.4 21.3 13.1 11.9 3.02 2.42 0.763 0.469
5 19.2 8.63 1.78 0.311
6 rata-rata 19.9 21.183 10.2 11.938 2.26 2.625 0.335 0.592
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 3.25 5.64 13.625 43.206
1 0 0 0.1 0.22
Repeater 2(Sepi) Jitter(ms) 3 4 2.816 4.419 5.214 7.536 11.712 14.545 33.108 49.138
2 1.827 4.448 11.103 32.809
2 0 0 0 0.17
5 5.554 8.816 18.713 62.904
Repeater 2(Sepi) Packet Loss(%) 3 4 0 0 0 0 0 0.32 0.76 0.89
5 0 0 0.91 0.99
6 5.482 8.752 16.52 54.815
112
rata-rata 3.891 6.734 14.370 45.997
6 rata-rata 0 0 0 0 0.8 0.355 0.9 0.655
Kondisi Normal
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 13.1 8.15 2.42 0.463
1 5.43 12.193 35.526 73.497
2 16.9 10.3 2.9 0.738
Repeater 2(Normal) Throughput(Mbps) 3 4 5 15.9 13 11.3 8.52 7.07 4.78 2.69 1.61 1.31 0.542 0.341 0.158
2 4.781 10.129 31.686 67.845
Repeater 2(Normal) Jitter(ms) 3 4 5 4.879 5.707 7.148 11.42 12.897 15.451 35.64 38.371 46.169 71.205 81.682 83.526
6 rata-rata 11.6 13.633 5.5 7.387 1.59 2.087 0.282 0.421
6 6.085 13.888 44.482 82.144
rata-rata 5.672 12.663 38.646 76.650
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 0 0 1.6 1.9
113
2 0 0 0.69 1.4
Repeater 2(Normal) Packet Loss(%) 3 4 0 0 0 0 1.2 1.8 1.5 2.1
5 0 0 2.7 3
6 rata-rata 0 0 0 0 2.4 1.732 2.5 2.067
2 11.3 6.59 2.44 0.302
Repeater 2(Sibuk) Throughput(Mbps) 3 4 5 10.4 8.25 6.74 6.28 5.4 4.43 2.07 1.53 1.04 0.242 0.159 0.136
6 rata-rata 7.9 9.07 4.55 5.407 1.22 1.707 0.151 0.204
Kondisi Sibuk
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 9.83 5.19 1.94 0.232
1 8.304 22.644 52.312 90.096
1 0 0 1.5 3.5
2 6.981 18.715 44.377 87.201
2 0 0 1.2 2.7
Repeater 2(Sibuk) Jitter(ms) 3 4 7.655 8.505 21.347 23.333 48.152 56.497 84.671 90.379
5 9.871 25.759 58.906 98.842
Repeater 2(Sibuk) Packet Loss(%) 3 4 5 0 0 0 0 0 0 1.3 2 2.4 3.1 3.8 5
6 9.645 24.309 56.582 93.206
rata-rata 8.494 22.685 52.804 90.733
6 rata-rata 0 0 0 0 2.2 1.767 4.4 3.75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Data Mentah Repeater 3 Kondisi Sepi
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 18.1 10.7 2.15 0.473
1 3.38 7.439 15.205 42.973
1 0 0 0.23 0.75
2 19.9 12.6 3.03 0.994
Repeater 3(Sepi) Throughput(Mbps) 3 4 5 6 rata-rata 18.7 17.5 15.2 16.2 17.6 11.8 9.82 9.19 9.63 10.623 2.85 1.94 1.89 1.97 2.305 0.732 0.365 0.233 0.298 0.516
Repeater 3(Sepi) Jitter(ms) 3 4 5 2.182 4.525 7.111 7.466 8.345 9.051 13.698 16.062 20.342 38.371 43.255 70.287
2 1.935 4.795 12.925 33.108
2 0 0 0.11 0.29
Repeater 3(Sepi) Packet Loss(%) 3 4 0 0 0 0 0.16 0.45 0.36 0.82
5 0 0 0.95 1.1
6 6.195 8.391 17.423 61.64
rata-rata 4.221 7.581 15.943 48.272
6 rata-rata 0 0 0 0 0.75 0.442 0.98 0.717
Kondisi Normal
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 12.4 7.9 1.96 0.459
2 16.5 9.64 2.58 0.607
Repeater 3(Normal) Throughput(Mbps) 3 4 5 15.2 11.5 10.9 8.29 6.28 4.72 2.04 1.83 1.24 0.512 0.234 0.14
6 rata-rata 11 12.917 5.78 7.102 1.35 1.833 0.165 0.353
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 5.787 12.883 39.989 78.49
1 0 0 1.7 2.3
Repeater 3(Normal) Jitter(ms) 3 4 5 5.483 6.889 7.774 12.761 14.776 18.959 38.954 43.217 47.673 75.294 82.341 85.043
2 4.821 11.384 33.12 69.963
2 0 0 1.2 2.2
Repeater 3(Normal) Packet Loss(%) 3 4 0 0 0 0 1.5 2 1.6 2.1
6 7.052 17.558 44.973 83.422
115
rata-rata 6.301 14.720 41.321 79.092
5 0 0 2.5 3.1
6 rata-rata 0 0 0 0 2.1 1.833 2.8 2.35
2 11.1 6.22 2.3 0.225
Repeater 3(Sibuk) Throughput(Mbps) 3 4 5 9.91 7.81 6.19 6.19 5.33 3.93 1.81 1.36 1.02 0.221 0.154 0.116
6 rata-rata 6.28 8.472 4.09 5.265 1.18 1.533 0.128 0.172
2 7.044 21.562 45.51 92.252
Repeater 3(Sibuk) Jitter(ms) 3 4 5 6 7.498 8.741 11.024 9.645 22.904 23.559 27.881 26.79 47.406 56.248 59.95 57.844 91.583 94.799 101.973 97.638
Kondisi Sibuk
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 9.54 5.83 1.53 0.188
1 7.744 23.47 52.326 101.771
rata-rata 8.616 24.361 53.214 96.669
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal
1 0 0 2.2 3.6
Excellent Good Fair Poor
Repeater 3(Sibuk) Packet Loss(%) 2 3 4 0 0 0 0 0 0 1.6 1.8 2.5 2.6 3.8 4
5 0 0 3.1 5.1
116
6 rata-rata 0 0 0 0 2.7 2.317 4.3 3.9
Hasil Pengujian Kualitas Unjuk Kerja Jaringan WDS Data Mentah WDS 1 Kondisi Sepi
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 2.83 1.99 0.808 0.315
1 3.265 10.132 20.435 32.954
1 0.17 0.37 0.34 1.1
2 3.36 2.27 1.15 0.419
WDS 1 (Sepi) Throughput(Mbps) 3 4 5 3.25 2.73 2.52 2.2 1.89 1.68 0.839 0.734 0.629 0.345 0.241 0.21
2 1.173 9.015 17.403 29.75
WDS 1(Sepi) Jitter(ms) 3 4 5 2.298 3.493 6.434 9.609 11.271 13.068 18.632 22.775 23.812 32.511 44.054 50.45
2 0.2 0.22 1.2 2.8
WDS 1(Sepi) Packet Loss(%) 3 4 5 0.13 0.21 0.25 0.23 0.15 0.21 0.67 0.89 1.5 1.9 1.6 2.5
6 rata-rata 2.62 2.885 1.86 1.982 0.729 0.815 0.235 0.294
6 5.154 12.437 23.511 48.454
rata-rata 3.636 10.922 21.095 39.696
6 rata-rata 0.11 0.178 0.43 0.268 1.4 1 1.7 1.933
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Kondisi Normal
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 2.52 2.28 0.571 0.185
1 6.628 14.049 32.265 68.414
1 0.12 0.17 1.3 3.6
2 2.94 2.8 0.745 0.291
WDS 1 (Normal) Throughput(Mbps) 3 4 5 2.68 2.41 2.1 2.62 2.25 1.96 0.653 0.426 0.384 0.224 0.148 0.104
2 4.208 12.047 31.173 62.044
WDS 1(Normal) Jitter(ms) 3 4 5 4.681 6.889 8.309 13.493 15.096 17.859 33.709 41.886 45.602 68.629 71.94 84.81
WDS 1(Normal) Packet Loss(%) 2 3 4 0.11 0.15 0.21 0.45 0.67 0.22 1.2 2.4 1.4 2.3 1.4 2.6
5 0.17 0.79 2.2 3.5
6 rata-rata 2.2 2.475 2.19 2.35 0.402 0.530 0.124 0.179
6 7.209 16.809 42.697 74.352
rata-rata 6.321 14.892 37.889 71.698
6 rata-rata 0.25 0.168 0.54 0.473 1.7 1.700 4.3 2.950
Kondisi Sibuk
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 1.83 0.86 0.41 0.124
2 2.28 0.993 0.576 0.148
WDS 1 (Sibuk) Throughput(Mbps) 3 4 5 1.89 1.79 1.47 0.916 0.801 0.748 0.475 0.392 0.288 0.128 0.113 0.096
6 rata-rata 1.68 1.823 0.766 0.847 0.323 0.411 0.106 0.119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 8.449 31.587 54.815 93.429
1 0.18 1.5 1.7 3.5
2 7.499 24.823 52.85 86.623
WDS 1(Sibuk) Jitter(ms) 3 4 5 8.348 9.146 10.161 28.021 33.466 39.027 53.846 62.203 72.744 92.252 94.548 107.597
6 9.506 34.309 70.827 104.043
118
rata-rata 8.852 31.872 61.214 96.415
2 0.11 0.72 2.7 2.8
WDS 1(Sibuk) Packet Loss(%) 3 4 5 0.14 0.22 0.48 1.3 2 1.6 2.4 1.8 3.1 3.1 4.6 7.5
6 rata-rata 0.34 0.245 2.3 1.57 2.9 2.433 5.2 4.450
2 3.15 2.31 0.96 0.396
WDS 2 (Sepi) Throughput(Mbps) 3 4 5 2.83 2.52 2.31 2.1 1.78 1.73 0.855 0.748 0.621 0.359 0.259 0.201
6 rata-rata 2.41 2.64 1.76 1.94 0.629 0.776 0.221 0.285
Data Mentah WDS 2 Kondisi Sepi
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 2.62 1.96 0.843 0.273
1 3.478 10.148 21.266 35.718
2 1.84 9.078 18.455 29.945
WDS 2(Sepi) Jitter(ms) 3 4 5 2.342 3.702 6.911 9.731 11.422 13.845 18.693 22.111 23.709 32.742 44.19 52.919
6 5.797 12.442 24.335 46.607
rata-rata 4.012 11.111 21.428 40.354
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 0.13 0.3 0.56 1.2
2 0.12 0.18 1.2 2.8
WDS 2(Sepi) Packet Loss(%) 3 4 0.22 0.18 0.38 0.21 0.38 0.67 1.1 1.5
5 0.17 0.65 1.7 2.4
119
6 rata-rata 0.33 0.192 0.27 0.332 1.6 1.018 2.2 1.867
Kondisi Normal
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 2.65 2.39 0.565 0.194
1 6.756 14.338 35.096 70.827
1 0.14 0.25 1.5 4.2
2 2.83 2.7 0.76 0.275
WDS 2 (Normal) Throughput(Mbps) 3 4 5 2.73 2.75 1.99 2.67 2.14 1.89 0.63 0.463 0.327 0.221 0.172 0.119
WDS 2(Normal) Jitter(ms) 2 3 4 5 4.054 5.701 7.297 9.105 12.674 13.929 15.165 17.46 33.091 34.823 41.587 46.032 66.593 68.316 72.744 87.189 WDS 2(Normal) Packet Loss(%) 2 3 4 0.13 0.23 0.11 0.86 0.59 0.49 1.3 1.6 1.5 2.4 1.8 2.4
5 0.22 0.79 2.4 3.6
6 rata-rata 2.31 2.543 2.06 2.308 0.429 0.529 0.135 0.186
6 7.372 16.258 33.466 76.644
rata-rata 6.714 14.971 37.349 73.719
6 rata-rata 0.21 0.173 0.53 0.585 2.2 1.750 3.8 3.033
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
Kondisi Sibuk
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 1.81 0.838 0.457 0.115
1 8.998 32.954 58.448 93.017
1 0.14 1.3 2.2 3.6
2 2.18 0.962 0.53 0.146
WDS 2 (Sibuk) Throughput(Mbps) 3 4 5 1.83 1.76 1.25 0.913 0.796 0.712 0.476 0.341 0.237 0.126 0.121 0.096
2 7.633 27.973 52.2 87.201
WDS 2(Sibuk) Jitter(ms) 3 4 5 8.645 9.13 10.52 28.629 33.173 39.753 56.782 69.128 74.81 92.086 93.873 113.31
6 rata-rata 1.64 1.745 0.759 0.83 0.271 0.385 0.104 0.118
6 9.444 34.422 72.644 101.583
rata-rata 9.062 32.817 64.002 96.845
2 0.12 0.23 2.3 3.2
WDS 2(Sibuk) Packet Loss(%) 3 4 5 0.17 0.27 0.45 0.34 1.8 0.56 3.1 2.1 2.8 3.4 4.8 7.7
6 rata-rata 0.22 0.228 2.1 1.055 2.5 2.500 6.4 4.850
2 2.94 2.2 0.944 0.33
WDS 3 (Sepi) Throughput(Mbps) 3 4 5 2.73 2.5 2.33 1.99 1.86 1.57 0.835 0.775 0.602 0.321 0.259 0.219
6 rata-rata 2.41 2.588 1.68 1.865 0.752 0.786 0.252 0.282
Data Mentah WDS 3 Kondisi Sepi
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 2.62 1.89 0.81 0.313
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 3.736 10.719 22.456 36.964
1 0.21 0.21 1.3 1.1
121
2 2.083 9.104 18.414 30.498
WDS 3(Sepi) Jitter(ms) 3 4 5 2.511 4.233 6.861 9.778 11.759 13.36 19.662 22.993 24.823 32.842 41.267 51.23
2 0.18 0.32 0.22 2.7
WDS 3(Sepi) Packet Loss(%) 3 4 5 0.12 0.11 0.21 0.23 0.47 0.49 1.2 0.78 1.6 1.1 1.5 2.7
6 rata-rata 0.17 0.167 0.37 0.348 1.5 1.1 2.2 1.883
2 2.81 2.63 0.676 0.252
WDS 3 (Normal) Throughput(Mbps) 3 4 5 2.76 2.52 2.2 2.59 1.94 1.82 0.634 0.437 0.329 0.203 0.151 0.11
6 rata-rata 2.1 2.502 1.88 2.2 0.421 0.509 0.127 0.174
6 5.58 12.465 23.687 46.268
rata-rata 4.167 11.198 22.006 39.845
Kondisi Normal
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 2.62 2.34 0.557 0.199
1 6.805 14.36 36.417 71.339
WDS 3(Normal) Jitter(ms) 2 3 4 5 4.28 5.225 7.774 9.444 12.531 13.621 15.152 17.729 34.449 34.91 48.119 44.309 70.205 72.106 72.631 89.599
6 8.763 16.857 43.828 76.644
rata-rata 7.049 15.042 40.339 75.421
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 0.15 0.76 1 4.2
WDS 3(Normal) Packet Loss(%) 2 3 4 0.11 0.18 0.12 0.49 0.66 0.57 1.4 1.6 1.5 2.6 1.7 2.7
5 0.23 0.89 2.3 3.4
122
6 rata-rata 0.2 0.165 0.46 0.638 2 1.633 3.9 3.083
Kondisi Sibuk
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
Kualitas Sinyal Excellent Good Fair Poor
1 1.82 0.83 0.368 0.101
1 9.332 32.842 55.038 93.418
1 0.16 1.4 2.1 4.1
2 2.1 0.933 0.518 0.141
WDS 3 (Sibuk) Throughput(Mbps) 3 4 5 1.86 1.73 1.31 0.839 0.794 0.692 0.464 0.334 0.252 0.127 0.106 0.093
6 rata-rata 1.53 1.725 0.751 0.807 0.33 0.378 0.095 0.111
2 7.808 27.829 46.607 86.768
WDS 3(Sibuk) Jitter(ms) 3 4 5 9.105 9.545 11.423 28.207 35.718 38.437 52.922 66.009 76.644 92.466 92.499 109.161
6 10.539 37.746 71.94 98.193
2 0.11 0.38 2.2 3.3
WDS 3(Sibuk) Packet Loss(%) 3 4 5 0.13 0.25 0.42 0.65 1.6 0.75 1.6 2.3 3 3.6 5.9 7.6
rata-rata 9.625 33.463 61.527 95.418
6 rata-rata 0.33 0.233 2 1.130 2.7 2.317 6.9 5.233