PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI CAIR-CAIR DAN ULTRASONIKASI UNTUK PEMISAHAN PIRANTEL PAMOAT DARI SEDIAAN SUSPENSI MERK “X”®
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh: Victor Purnama Agung FanggidaE NIM: 098114129
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI CAIR-CAIR DAN ULTRASONIKASI UNTUK PEMISAHAN PIRANTEL PAMOAT DARI SEDIAAN SUSPENSI MERK “X”®
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh: Victor Purnama Agung FanggidaE NIM: 098114129
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI CAIR-CAIR DAN ULTRASONIKASI UNTUK PEMISAHAN PIRANTEL PAMOAT DARI SEDIAAN SUSPENSI MERK “X”®
Skripsi yang diajukan oleh: Victor Purnama Agung FanggidaE NIM: 098114129
telah disetujui oleh:
tanggal 31 Mei 2013
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaiman layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 31 Mei 2013 Penulis
Victor Purnama Agung FanggidaE
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Victor Purnama Agung FanggidaE Nomor Mahasiswa : 098114129 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI CAIR-CAIR DAN ULTRASONIKASI UNTUK PEMISAHAN PIRANTEL PAMOAT DARI SEDIAAN SUSPENSI MERK “X”® beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Mei 2013 Yang menyatakan
(Victor Purnama Agung FanggidaE)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk: Tuhanku, Juruselamatku, Penolongku, Yesus Kristus Papa tersayang, ibunda tercinta, dan kakak-kakakku terkasih Teman-temanku, sahabat-sahabatku Almamaterku terhormat, Universitas Sanata Dharma
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena begitu besar kasih setia, rahmat dan bimbingan tangan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Metode Ekstraksi Cair-cair dan Ultrasonikasi Untuk Pemisahan Pirantel Pamoat Dari Sediaan Suspensi Merk “X"®” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini telah membantu, mendorong, memotivasi dan memberikan saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing, memberikan masukan, kritik, solusi, dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Bapak Ipang Djunarko M.Sc, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini.
4.
Bapak Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini.
5.
PT KONIMEX, Indonesia atas pemberian bahan baku pirantel pamoat yang berguna bagi penelitian.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Ibu Rini Dwi Astuti, M.Sc, Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7.
Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan pengalaman yang berharga sehingga berguna dalam proses penyusunan skripsi.
8.
Seluruh staff laboratorium, staff keamanan, dan kebersihan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terutama Mas Bimo, Pak Parlan, Mas Ottok, dan Mas Kunto, serta Mas Kethul.
9.
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas koleksi buku-buku serta akses internetnya sehingga penulis memperoleh bahan-bahan yang cukup lengkap dalam penulisan skripsi ini
10. Kedua orang tuaku, Bapak Christoffel Jusuf FanggidaE dan Ibu Marselina Yohana Lay-FanggidaE atas doa, kasih sayang, dan dukungan semangat yang diberikan kepada penulis. 11. Kakak-kakakku, Jeremi Herzon FanggidaE, Ronald Richard FanggidaE, Justus Amardin FanggidaE, Robinson Gunawan FanggidaE dan Rianto Panca Putra FanggidaE atas semangat dan inspirasi kesuksesan kalian sehingga memacu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Agnes Mutiara Kurniawan dan Novia Sarwoning Tyas selaku teman seperjuangan selama penelitian dan penyusunan skripsi. 13. Bernadetta Arum Wijayanti yang selalu mendukung penulis belajar menjadi lebih baik, memberikan saran dan kritik, dan memberikan dorongan semangat dalam menyusun skripsi ini.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14. Mas Dika, Ko Frank, Cik Lia, Mas Toni, Om Ridho yang telah meluangkan waktu untuk memberikan diskusi terkait penelitian dan semangat yang diberikan kepada penulis. 15. Teman-teman skripsi bimbingan Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. S., Apt. : Shinta, Metri, Sasya atas kerjasama dan dukungannya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 16. Teman-teman sepenelitian di laboratorium: Jimmy, Rachel, Gunggek, Jo, Nety, Saka, Felix, Jati, Leo, Ina, Topan, Agus, Febrin, Ozy, Wisnu atas kebersamaan, tawa, keceriaan dan semangat yang diberikan. 17. Teman-teman kos “Khrisna House” yang menjadi teman seperjuangan di Yogyakarta. 18. Liverpool FC, yang telah memberikan inspirasi dan motivasi lewat video tentang arti perjuangan dan kerja keras kepada penulis
sehingga tidak
menyerah untuk menyelesaikan rangkaian skripsi ini. 19. Teman-teman FST & FKK 2009 atas pengalaman, keceriaan, dan kebersamaan yang tak akan terlupakan. 20. Semua teman-teman, baik di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma maupun lainnya, terima kasih atas kebersamaannya. 21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membantu penulis dalam perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.
Penulis
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
PRAKATA ..................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xviii
INTISARI ....................................................................................................
xx
ABSTRACT ..................................................................................................
xxi
BAB I. PENGANTAR ................................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................
1
1. Permasalahan .............................................................................
3
2. Keaslian penelitian ....................................................................
3
3. Manfaat penelitian .....................................................................
4
a. Manfaat metodologis .....................................................
4
b. Manfaat praktis ..............................................................
4
B. Tujuan Penelitian .............................................................................
4
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .........................................................
5
A. Pirantel Pamoat ................................................................................
5
B. Suspensi ...........................................................................................
6
C. Ekstraksi ..........................................................................................
8
D. Ekstraksi Cair-cair ...........................................................................
9
E. Spektrofotometri Ultraviolet ............................................................
16
F. Landasan Teori ................................................................................
24
G. Hipotesis ..........................................................................................
26
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................
27
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................
27
B. Variabel Penelitian ...........................................................................
27
1. Variabel bebas ............................................................................
27
2. Variabel tergantung ....................................................................
27
3. Variabel pengacau terkendali .....................................................
27
C. Definisi Operasional .......................................................................
28
D. Bahan Penelitian ..............................................................................
28
E. Alat Penelitian ..................................................................................
28
F. Tata Cara Penelitian .........................................................................
29
1.
Pembuatan larutan stok baku pirantel pamoat (1 mg/mL) ........
29
2.
Penentuan panjang gelombang maksimum pirantel pamoat ....
29
3.
Pembuatan larutan seri baku dan kurva baku pirantel pamoat ..
29
4.
Penetapan kadar pirantel pamoat dalam sampel sediaan suspensi pirantel pamoat merk “X” ®.......................................
xii
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Pembuatan larutan induk sampel pirantel pamoat xxx xx (0,5 mg/mL) .................................................................
30
b. Ekstraksi pirantel pamoat dengan metode ekstraksi caircair menggunakan corong pisah ........................................
30
c. Ekstraksi pirantel pamoat dengan metode ekstraksi Caircair menggunakan ultrasonikator .....................................
30
d. Penetapan kadar pirantel pamoat dalam sampel sediaan suspensi pirantel pamoat merk “X”® ................................. G. Analisis hasil ....................................................................................
31 32
1. Panjang gelombang maksimum .............................................
32
2. Metode ekstraksi optimum .......................................................
32
a. Presisi ...................................................................................
32
b. Akurasi .................................................................................
33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
34
A. Pembuatan Larutan Baku Pirantel Pamoat ......................................
34
B. Optimasi Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pirantel Pamoat .............................................................................................
35
C. Pembuatan Kurva Baku Pirantel Pamoat .......................................
38
D. Preparasi Sampel .............................................................................
40
E. Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah .............................
40
F. Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator ...........................
43
G. Penetapan Kadar Pirantel Pamoat ....................................................
44
H. Perbandingan Metode Ekstraksi ......................................................
45
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
I. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Pirantel Pamoat dengan Proses Ekstraksi pada Suspensi dan Tanpa Proses Ekstraksi pada Tablet ..........
48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN . ...................................................
52
A. Kesimpulan ......................................................................................
52
B. Saran ................................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
53
LAMPIRAN ................................................................................................
57
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................
68
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Hasil Pengukuran Kurva Baku Pirantel Pamoat ....................
39
Tabel 2.
Data Indeks Polaritas Berbagai Macam Pelarut .....................
42
Tabel.3.
Hasil Pengukuran dan Penghitungan Recovery Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah ...............
Tabel.4.
Hasil Pengukuran dan Penghitungan Recovery Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator ...............
Tabel.5.
46
Hasil Analisis Varian Data Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah dan Ultrasonikator ....................
Tabel.8.
46
Hasil Analisis Normalitas Data Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator .................................................
Tabel.7.
45
Hasil Analisis Normalitas Data Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah ...................................................
Tabel.6.
44
47
.Hasil Analisis T Independent Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah dan Ultrasonikator ....................
48
Tabel.9.
Data Penimbangan Baku Pirantel Pamoat ..............................
59
Tabel.10.
Data Perhitungan Kadar Pirantel Pamoat ...............................
60
Tabel.11.
Data Pengukuran Serapan Larutan Baku Pirantel Pamoat .....
60
Tabel.12. .Hasil Scanning Panjang Gelombang Maksimum Pirantel Pamoat pada 3 Konsentrasi ..................................................... Tabel.13.
62
Hasil Pengukuran Recovery Pirantel Pamoat pada Sediaan Tablet .......................................................................................
xv
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Struktur Pirantel Pamoat ........................................................
5
Gambar 2.
Proses Terjadinya Kavitasi ....................................................
14
Gambar 3.
Skema Cara Kerja Ekstraksi dengan Bantuan Ultrasonik .....
15
Gambar 4.
Diagram Energi Tingkat Transisi Elektron ............................
18
Gambar 5.
Spektrofotometer Single Beam ..............................................
22
Gambar 6.
Spektrofotometer Double Beam ............................................
22
Gambar 7.
Skema Penetapan Kadar Pirantel Pamoat ..............................
32
Gambar.8.. Spektra Serapan Maksimum yang Terbentuk Pada 3 ...Konsentrasi ...........................................................................
36
Gambar.9.. Gugus Kromofor dan Auksokrom Pada Struktur Pirantel ...Pamoat ..................................................................................
37
Gambar.10.. Hubungan Antara Konsentrasi dengan Serapan Pirantel ....Pamoat Replikasi I ...............................................................
39
Gambar.11.. Pola Spektra Pirantel Pamoat Tanpa Ekstraksi Pada Sediaan ..Tablet ...................................................................................
49
Gambar.12.. Pola Spektra Pirantel Pamoat Hasil Ekstraksi Menggunakan ..Ultrasonikator dalam Pelarut Metanol ................................
50
Gambar.13.. Pola Spektra Pirantel Pamoat Hasil Ekstraksi Menggunakan ..Corong Pisah dalam Pelarut Metanol ..................................
50
Gambar.14. .Hubungan Antara Konsentrasi Pirantel Pamoat dengan ..Serapan Replikasi II ...........................................................
xvi
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar.15. .Hubungan Antara Konsentrasi Pirantel Pamoat dengan
Gambar 16.
..Serapan Replikasi III ..........................................................
62
Hasil Scanning Blanko DMSO-Metanol .............................
64
Gambar.17. Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Menggunakan Corong ..Pisah dalam Pelarut Metanol ...............................................
65
Gambar.18. Hasil Scanning Fase Non Polar Ekstraksi Menggunakan ..Corong Pisah dalam Pelarut Heksan ...................................
65
Gambar.19. Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Menggunakan ..Ultrasonikator dalam Pelarut Metanol ................................
66
Gambar.20. Hasil Scanning Fase Non Polar Ekstraksi Menggunakan ..Ultrasonikator dalam Pelarut Heksan ..................................
xvii
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat Analisis Baku Pirantel Pamoat ................................
58
Lampiran.2..Data Penimbangan Baku Serta Contoh Perhitungan Seri Konsentrasi Baku .................................................................
59
a. Skema Pembuatan ................................................................
59
b. Penimbangan Baku Pirantel Pamoat ....................................
59
c. Perhitungan Seri Konsentrasi Pirantel Pamoat ....................
59
d. Pengukuran Serapan Larutan Baku Pirantel Pamoat ...........
60
e. Perhitungan Persamaan Kurva Baku Pirantel Pamoat Menggunakan Regresi Linear ..............................................
61
f. Kurva Baku Pirantel Pamoat ................................................
61
Lampiran.3..Hasil Scanning Panjang Gelombang Maksimum Pirantel Pamoat ..................................................................................
62
Lampiran.4..Data Perhitungan Pencuplikan Pirantel Pamoat yang Setara 50,0 mg ................................................................................ Lampiran.5. Hasil Scanning Blanko DMSO-Metanol ...............................
63 64
Lampiran.6..Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah ........................................................................
65
Lampiran.7..Hasil Scanning Fase Non Polar Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah ................................................
65
Lampiran.8. Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator .........................................................................
xviii
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran.9..Hasil Scanning Fase Non Polar Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator .................................................
66
Lampiran.10. Hasil Penghitungan Recovery Pirantel Pamoat pada Sediaan Tablet ......................................................................................
xix
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Pirantel pamoat berkhasiat sebagai antelmintik dan paling sering digunakan sebagai pengobatan mandiri untuk mengatasi cacingan. Salah satu produk yang mengandung zat aktif pirantel pamoat yaitu suspensi pirantel pamoat merk “X”®. Perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kebenaran kandungan zat aktif pirantel pamoat dalam sediaannya. Tahapan penting dalam analisisnya yakni adanya ekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari sediaannya. Dalam penelitian ini metode ekstraksi yang diperbandingkan adalah metode ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dan ultrasonikator untuk kemudian ditetapkan kadarnya menggunakan spektrofotometer UV. Ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali (@ 10 mL) selama 1 menit, sedangkan pada ultrasonikator ekstraksi berlangsung selama 15 menit dengan perbandingan volume pelarut 1:3. Heksan berperan sebagai pelarut kedua pada kedua metode ekstraksi. Fungsinya untuk mengekstrak bahan tambahan sehingga diperoleh pirantel pamoat tetap berada pada pelarut pertama dan terbebas dari gangguan bahan tambahan lain. Kedua metode tersebut memiliki recovery yang memenuhi syarat, dimana ekstraksi dengan corong pisah berada pada rentang 98,38-101,29% sedangkan dengan ultrasonikator berada pada rentang 99,29-100,96%. Ditemukan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik diantara kedua metode tersebut pada uji T tak berpasangan dengan taraf kepercayaan 95% menggunakan software R statistic version 2.14.1. Kata kunci : pirantel pamoat, ekstraksi, corong pisah, ultrasonikator, spektrofotometer UV
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Pyrantel pamoate have efficacy as anthelmintic and most often used as a self-treatment to overcome intestinal worms. One of the products that contain the pyrantel pamoate active substance which is brand “X” ® pyrantel pamoate suspension. Analysis is needed to determine the truth of the pyrantel pamoate active ingredients content in the preparations. . Important step in the analysis is the extraction of active ingredient pyrantel pamoate from the preparations. The method of extraction were compared is a liquid-liquid extraction method using a separating funnel and ultrasonicator to subsequently established the content using UV spectrophotometer. Liquid-liquid extraction using a separating funnel and the extraction of as much as 3 times (@ 10 mL) for 1 min, whereas the extraction ultrasonicator lasted for 15 minutes with the solvent volume ratio 1:3. Hexane acts as second solvent in both extraction methods. The function is to extract other ingredients so obtained pyrantel pamoate remain on the first solvent and free from the interferences. Both of these methods have a qualified recovery, where the extraction of the separating funnel is at the range 98,38-101,29% whereas the ultrasonicator are on the range 99,29-100,96 %. Found that the difference was not statistically significant between the two methods is the unpaired t test with a 95% of confidence level using the R statistical software version 2.14.1. Key words : pyrantel pamoate, extraction, separating funnel, ultrasonicator, UV spectrophotometer
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Merupakan suatu pengetahuan umum bahwa masa anak-anak adalah masa yang paling rentan mengalami berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang paling sering dialami adalah penyakit cacing atau biasa dikenal dengan cacingan. Selain berefek pada gizi, kecerdasan, kesehatan dan konsentrasi pun menjadi manifestasi lain yang harus dialami penderitanya. Kecenderungan terjadinya penyakit ini tinggi, khususnya pada penduduk dengan tingkat ekonomi yang rendah (Anonima, 2006). Berbagai macam obat cacing yang beredar di pasaran, salah satu yang paling sering digunakan adalah yang mengandung zat aktif pirantel pamoat. Sediaan tersebut dapat berupa tablet ataupun suspensi dan sangat mudah didapatkan di apotek-apotek sehingga sering dikonsumsi oleh penderita sebagai suatu jalan untuk pengobatan mandiri mengatasi cacingan. Pirantel pamoat berkhasiat sebagai antelmintik dan efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh cacing di usus (Sukarban, 1995). Kandungan zat aktif pirantel pamoat yang tertera di dalam label kemasan sediaannya adalah 125 mg/5 mL. Penggunaan pirantel pamoat sebagai antelmintik sesuai dosisnya akan memberikan efek farmakologis yang optimum. Dosis yang tepat dapat dipastikan dengan melihat kesesuaian antara kadar senyawanya dengan dosis yang tertera pada label kemasan. Penggunaan produk obat ini
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
sebagai pengobatan mandiri dalam masyarakat mendorong untuk dilakukannya analisis sebagai suatu proses penjaminan mutu untuk memastikan kebenaran kandungan zat aktif pirantel pamoat di dalamnya. Pada penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan berbagai macam analisis untuk menetapkan kadar pirantel pamoat. Dalam Farmakope Indonesia edisi IV dan USP (United States Pharmacopoeia) XXX tahun 2007 dijabarkan bahwa penetapan kadarnya dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) serta pada Farmakope Internasional (International Pharmacopoeia) edisi IV tahun 2008 dijelaskan penetapan kadarnya secara kromatografi lapis tipis (KLT). Metode KCKT dan KLT memiliki kekurangan, yakni alat dan biaya operasional yang mahal, serta kedua metode ini juga membutuhkan waktu analisis yang lama. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode analisis baru yang relatif murah, waktu analisis yang cepat serta dapat memberikan hasil dan presisi yang baik. Metode analisis yang dipilih adalah metode spektrofotometri UV, yang memiliki kelebihan cepat dan mudah dalam penggunaannya, memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik untuk penetapan kadar senyawa tunggal serta merupakan metode dengan instrumen yang umum dimiliki laboratorium di Indonesia. Salah satu tahap dalam analisis penetapan kadar menggunakan spektrofotometri UV adalah tahap optimasi metode ekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari bentuk sediaan suspensinya. Tahap penelitian ini merupakan salah satu dari rangkaian tahap untuk menuju tahap validasi dan penetapan kadarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan penulis, belum ditemukan adanya penelitian khusus mengenai metode ekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari bentuk sediaannya. Metode yang akan dioptimasi adalah metode ekstraksi cair-cair (liquidliquid extraction) menggunakan corong pisah dan metode ultrasonikasi. Sistem metode ekstraksi yang digunakan dalam analisis ini belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga diperlukan suatu optimasi metode. Optimasi ini penting dilakukan terlebih dahulu agar didapatkan metode ekstraksi yang memberikan hasil paling optimum dalam memisahkan zat aktif pirantel pamoat dari bentuk sediaannya karena sangat berpengaruh terhadap hasil penetapan kadarnya dengan metode spektrofotometri UV. 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang muncul adalah metode manakah diantara metode ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction) dan metode ultrasonikasi yang paling optimum digunakan untuk mengekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari sediaan suspensi merk “X”® ? 2. Keaslian penelitian Penelitian mengenai pirantel pamoat yang pernah dilakukan sebelumnya adalah tentang Penetapan Kadar Pirantel Pamoat dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri
Ultraviolet
(Agustina,
2010)
dan
Spectrophotometric
Determination of Pyrantel Pamoate Bulk Samples and Pharmaceutical Formulations (Forcier, Mushinsky and Wagner, 1971). Sejauh sepenelusuran pustaka yang dilakukan penulis, belum pernah dilakukan penelitian mengenai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
perbandingan metode ekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari sediaan suspensi merk “X”® dengan teknik ekstraksi cair-cair dan ultrasonikasi. Penelitian lainnya menggunakan metode KCKT, yaitu Determination of Fenbendazole, Praziquantel and Pyrantel Pamoate in Dog Plasma by HighPerformance Liquid Chromatography (Morovján, Csokán and Makranszki, 1998), High-Performance Liquid Chromatographic Determination of Oxantel and Pyrantel Pamoate (Allender, 1988), serta Simultaneous Determination of Mebendazole and Pyrantel Pamoate from Tablets by High-Performance Liquid Chromatography-Reverse Phase (RP-HPLC) (Argekar, Raj and Kapadia, 1997). 3. Manfaat penelitian a.
Manfaat metodologis. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi
suatu metode yang baru dalam melakukan ekstraksi zat aktif pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk “X”®. b.
Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu acuan metode bagi pihak industri untuk digunakan dalam analisis penetapan kadar pirantel pamoat dalam sediaan tunggal menggunakan metode spektrofotometri UV. B. Tujuan Penelitian Mendapatkan metode yang optimum dalam ekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari sediaan suspensi merk “X”® menggunakan metode spektrofotometri UV.
agar dapat ditetapkan kadarnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pirantel Pamoat Pirantel pamoat (gambar 1) merupakan turunan tetrahydropirimidine dengan khasiat sebagai antelmintik pada saluran pencernaan dan mampu mengobati infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis cacing di usus, seperti cacing kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbricoides), serta cacing Trichostrongylus colubriformis dan Trichostrongylus orientalis (Sukarban, 1995). Obat ini menjadi salah satu referensi obat yang sering digunakan dalam mengatasi cacingan karena produknya yang mudah ditemukan di pasaran.
Gambar 1. Struktur Pirantel Pamoat (Anonimb, 2013)
Pirantel pamoat mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H
14N2
S . C23H16 O6, dihitung terhadap zat anhidrat (Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Pemeriannya berupa serbuk kristal kuning sampai coklat. Zat ini praktis tidak larut dalam air, metanol, dan etanol; larut dalam dimetil sulfoksida; serta sukar larut dalam dimetil formamida (Dibbern, Muller and Wirbitzki, 2002).
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Pirantel pamoat memberikan serapan maksimum pada dua panjang gelombang, yakni pada panjang gelombang 300 nm dengan nilai
sebesar
366 dan nilai Ɛ sebesar 21770 M-1.cm-1, serta pada 288 nm dengan nilai sebesar 370 dan nilai Ɛ sebesar 22000 M-1.cm-1 (Moffat, Osselton and Widdop, 2005). B. Suspensi Suspensi merupakan suatu sediaan yang mengandung zat aktif ataupun bahan obat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi tetap terdispersi dalam pelarutnya. Selain zat aktif, bahan tambahan pada suspensi umumnya digunakan untuk semakin meningkatkan kestabilannya, salah satu yang paling penting adalah adanya suspending agent. Dibandingkan dengan bentuk sediaan kapsul atau tablet, bahan aktif dalam sediaan suspensi memiliki keuntungan, yakni akan lebih cepat penyerapannya oleh karena bentuk partikel yang lebih kecil dan bioavailabilitasnya pun baik (Nanizar dan Joenoes, 1990). Pirantel pamoat yang diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi oral harus terdapat dalam cairan pembawa yang sesuai, dan terutama mengandung basa pirantel (C11H14N2S) tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada label kemasan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan POM RI, 1979). Beberapa komponen yang pada umumnya terdapat dalam sediaan suspensi adalah sebagai berikut: 1. Suspending agent Berfungsi untuk mendispersikan partikel zat aktif yang tidak larut dalam larutan pembawa serta meningkatkan viskositas sehingga kecepatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
sedimentasi diperlambat. Bahan yang umum digunakan adalah bentonit, CMC-Na, tragakan dan avisel. 2. Penyedap rasa dan aroma Hal ini dimaksudkan untuk menutupi aroma yang tidak enak dari zat aktif. Bahan yang umum digunakan adalah minyak aromatik (minyak piperin dan minyak lemon), mentol dan peppermint. 3. Pemanis Berfungsi untuk menutupi rasa yang tidak enak dalam suspensi tersebut. Sukrosa adalah gula yang paling sering dipakai sebagai dalam formulasi suatu suspensi, ataupun dapat diganti oleh gula yang lain seperti dekstrosa, atau pengganti gula seperti sorbitol, gliserin dan propilen glikol. 4. Larutan penyangga (buffer) Pemakaian buffer yang tepat tergantung pada pH dan kapasitas larutan penyangga yang diperlukan. Sistem buffer yang paling dapat diterima secara farmasi adalah sistem yang didasarkan pada karbonat, sitrat, glukonat, laktat dan fosfat. Buffer dalam suspensi berguna untuk menjaga pH larutan yang telah diformulasikan agar terjadi keseimbangan antara pH yang secara fisiologis diterima dengan pH kelarutan dan stabilitas maksimum. 5. Pewarna Untuk menambah daya tarik suspensi digunakan bahan pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan. Pewarna yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
digunakan umumnya larut dalam air dan kompatibel dengan bahan tambahan lain, seperti eritrosin dan tartrazin. 6. Pengawet Pengawet diperlukan untuk melindungi adanya pertumbuhan mikroorganisme pada suspensi dengan air sebagai media pertumbuhannya. Pengawet yang paling sering digunakan dalam suspensi dengan kadar yang efektif adalah asam benzoat (batas maksimum 1 g/kg, natrium benzoat (batas maksimum 1 g/kg) dan berbagai kombinasi metil-, propil-, dan butil paraben (Ansel dan Howard, 1989). C. Ekstraksi Ekstraksi adalah metode pemisahan komponen dari suatu campuran menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan senyawa organik dari larutan yeng bersifat polar (pada umumnya air) dengan larutan non polar (pada umumnya larutan organik) yang tidak saling campur dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan yang kemudian dapat dipisahkan. Zat terlarut akan terdistribusi dalam kedua lapisan tersebut berdasarkan kelarutan relatifnya (Gandjar dan Rohman, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: 1. Tipe persiapan sampel 2. Waktu ekstraksi 3. Kuantitas pelarut 4. Suhu pelarut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Tipe pelarut
9
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan POM
RI, 1979). D. Ekstraksi Cair-Cair Ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction) digunakan jika pemisahan dengan teknik lainnya tidak dapat dicapai, antara lain seperti distilasi, evaporasi dan kristalisasi. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fase cair ke fase cair lainnya berdasarkan kelarutan relatifnya. Teknik ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu : 1. Kontak antara pelarut dengan fase cair yang mengandung komponen yang akan diambil (solute), kemudian solute akan berpindah dari fase umpan (diluen) ke fase pelarut. 2. Pemisahan dua fase yang tidak saling melarutkan, yaitu fase yang banyak mengandung pelarut disebut fase ekstrak dan fase yang banyak mengandung umpan disebut fase rafinat (Laddha and Degalesan, 1976). Prinsip dasar ekstraksi cair-cair mengikuti Hukum Distribusi Nernst atau disebut juga Hukum Partisi yang menyatakan bahwa “apabila suatu analit dilarutkan ke dalam dua pelarut yang tidak saling campur, maka analit akan terdistribusi dalam proporsi yang sama (merata) diantara dua pelarut yang tidak saling campur”. Perbandingan konsentrasi pada kesetimbangan diantara dua pelarut yang tidak saling campur disebut koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD), yang ditulis dengan persamaan berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KD =
10
............................................................................................(1)
Corg dan Caq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase pertama dan dalam fase kedua. Semakin besar konsentrasi analit dalam fase pertama maka akan semakin besar nilai koefisien distribusinya. Sebaliknya, semakin kecil konsentrasi analit dalam fase pertama maka akan semakin kecil nilai koefisien distribusinya. Namun dalam kenyataannya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda karena adanya disosiasi (ionisasi), protonasi dan kompleksasi atau polimerisasi sehingga definisinya dapat disebut rasio distribusi (D) atau rasio partisi, yang ditulis dengan persamaan berikut: D=
............................................................................................(2)
(Cs)1 dan (Cs)2 masing-masing merupakan konsentrasi total analit (dalam segala bentuk) dalam fase pertama dan fase kedua. Jika tidak ada interaksi antar analit yang terjadi pada kedua fase tersebut maka nilai KD dan D adalah sama (Gandjar dan Rohman, 2007). Salah satu teknik ekstraksi cair-cair yang paling sering digunakan adalah teknik ekstraksi berulang menggunakan corong pisah. Caranya paling sederhana, yakni dengan hanya menambahkan pengekstrak yang tidak saling campur dengan pelarut awal, kemudian dilakukan penggojogan hingga terjadi kesetimbangan analit dalam kedua fase, didiamkan dan dipisahkan. Kelemahan ekstraksi ini yakni kurang praktis, dan ada kemungkinan besar hilangnya analit selama proses ekstraksi (Khopkar, 1990).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Dalam proses ekstraksi cair-cair, efisiensi ekstraksi (E) merupakan parameter penting yang mendukung kesempurnaan ekstraksi tersebut. Efisiensi ekstraksi tergantung pada nilai distribusi analit (D) dan volume relatif kedua fase. Secara teoritis dapat dihitung jumlah analit yang terekstraksi dengan persamaan sebagai berikut: E=
........................................................................................(3)
V1 dan V2 masing-masing merupakan volume fase pertama dan fase kedua yang digunakan; dan D merupakan rasio distribusi. Secara teoritis, dilakukannya ekstraksi berulang (bertingkat) dengan pelarut yang selalu
baru akan
meningkatkan nilai efisiensi ekstraksi. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan persamaan berikut (Caq)n = Caq
]n .................................................................(4)
Keterangan : (Caq)n : banyaknya analit dalam fase air setelah n kali ekstraksi (Caq) : banyaknya analit dalam fase air mula-mula V1.
: banyaknya volume fase organik
V2 . : banyaknya volume fase air n
: banyaknya ekstraksi
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Teknik ekstraksi cair-cair yang mulai dikembangkan akhir-akhir ini adalah menggunakan ultrasonikator. Dalam penelitian-penelitian terdahulu, metode ekstraksi dengan bantuan ultrasonikator digunakan untuk mengekstraksi nikotin dari permen karet yang hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Hal ini tentu saja lebih efisien dibandingkan ekstraksi dengan metode konvensional yang memerlukan waktu setidaknya 24 jam untuk mendapatkan hasil yang sama. Dalam penelitian yang dilakukan Cameron and Wang (2006) dibuktikan bahwa rendemen pati jagung yang diperoleh dari proses ultrasonik selama 2 menit adalah sekitar 55,2-67,8%, hampir sama dengan rendemen yang didapat dari pemanasan dengan air selama 1 jam, yaitu 53,4%. Prinsip dasar penggunaan metode ultrasonikasi yaitu dengan mengamati sifat akustik gelembung ultrasonik yang dirambatkan melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang intensif terhadap proses ekstraksi dan akan meningkatkan osmosis atau penetrasi dari senyawa dengan pelarut sesuai dengan sifatnya sehingga akan meningkatkan proses ekstraksi (Keil cit., Alupului, Calinescu and Lavric 2009). Cara kerja metode ultrasonik dalam mengekstraksi adalah sebagai beikut: 1.
Gelombang ultrasonik terbentuk dari pembangkitan ultrason secara lokal dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang diekstraksi sehingga akan terjadi pemanasan bahan tersebut dan membantu proses penetrasi senyawa ekstrak sesuai dengan sifat pelarut pengekstrak.
2.
Terdapat efek ganda yang dihasilkan yaitu pemecahan dinding sel sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada di dalamnya dan pemanasan lokal pada cairan serta meningkatkan difusi ekstrak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
13
Energi kinetik dilewatkan ke seluruh bagian cairan yang diikuti dengan munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga meningkatkan transfer massa antara permukaan padat-cair.
4.
Efek mekanik yang ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel dan meningkatkan transfer massa (Keil cit., Alupului, Calinescu and Lavric 2009). Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir
sehingga membentuk gelembung-gelembung uap yang disebabkan karena berkurangnya tekanan cairan tersebut sampai titik jenuh uapnya. Bila suatu cairan diiradiasi dengan gelombang ultrasonik maka tekanan di dalam cairan akan mengembang hingga tumbuh gelembung mikro (micro bubble). Jika amplitudo yang dipacu gelombang akustik relatif besar, ketidakhomogenan lokal di dalam cairan terjadi dan menimbulkan pertumbuhan gelombang secara serentak dalam dimensi makroskopik. Gelembung tersebut tidak stabil pada kondisi konsentrasi energi yang besar berakibat pertumbuhan yang tidak stabil sehingga menyebabkan pecahnya gelembung. Faktor yang mempengaruhi kemampuan ekstraksi pada penerapan gelombang ultrasonik dalam ekstraksi cair-cair adalah peningkatan temperatur dalam skala molekuler, pencampuran akustik, timbulnya kavitasi dan tegangan permukaan pada gelembung mikro, serta terbentuknya bintik panas berupatekanan dan suhu tinggi sesaat pada dimensi molekuler (Susilo, Hawa dan Hermanto, 2010). Liu, Yang, Zhang, and Majetich (2010) menyatakan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
kavitasi ultrasonik menghasilkan daya yang akan memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer material.
Gambar 2. Proses Terjadinya Kavitasi (Anonimc, 2010).
Keuntungan yang diperoleh dari metode ekstraksi dengan bantuan ultrasonik yakni: 1.
Mempercepat waktu reaksi
2.
Efisiensi dalam penggunaan pelarut
3.
Tidak ada kemungkinan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi menguap sampai kering
4.
Aman digunakan karena prosesnya tidak mengakibatkan perubahan yang signifikan pada struktur kimia, partikel dan senyawa bahan-bahan yang digunakan.
5.
Meningkatkan ekstraksi lipid dan protein dari biji tanaman, seperti kedelai (misalnya, tepung kedelai atau yang dihilangkan lemak) atau bibit minyak lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Kekurangan dari metode ekstraksi dengan bantuan ultrasonik yakni membutuhkan biaya yang relatif mahal serta dapat menimbulkan bunyi yang bising (Santos, Lodeiro, and Capelo-Martinez, 2009).
Gambar 3. Skema cara kerja ekstraksi dengan bantuan ultrasonik (Santos, Lodeiro, and Capelo-Martinez, 2009).
Beberapa penelitian yang telah menggunakan metode ultrasonik dalam proses ekstraksi ataupun kepentingan lainnya, seperti pemanfaatan teknologi sonikasi tak langsung dalam rangka produksi kitosan (Arifin, 2012), studi penggunaan ultrasonik untuk transesterifikasi minyak (Susilo, 2007), dan optimised ultrasonic-assisted extraction of flavonoids from folium eucommiae and evaluation of antioxidant activity in multi-test systems in vitro (Huang, Xue, Niu, Jia and Wang, 2009). Selain itu, dalam perkembangannya aplikasi ultrasonik juga digunakan dalam pengolahan makanan, stabilisasi emulsi minyak, pengurangan ukuran partikel, sistem penyaringan untuk partikel yang tersuspensikan, homogenisasi, atomisasi, proteksi lingkungan, degassing suatu cairan dan transfer massa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
E. Spektrofotometri Ultraviolet Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Analisis secara spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan serapan radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai serapan (A) dan transmitan dengan satuan persen (%) T. Jika radiasi elektromagnetik dikenakan terhadap suatu zat yang dengan intensitas radiasi datang (I0), maka hal yang terjadi radiasi tersebut dapat diserap (Ia), diteruskan (It), dan dipantulkan (Ir) sehingga terdapat persamaan: I0 = Ia + It + Ir ..........................................................................................(5) Namun, nilai Ir (± 4%) dapat diabaikan karena digunakan larutan pembanding dalam pengerjaannya sehingga persamaannya menjadi: I0 = Ia + It .................................................................................................(6) Untuk mendapatkan suatu korelasi matematik antara transmitan atau serapan terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal yang menyerap, maka didapatkan persamaan oleh Bouguer, Lambert dan Beer yang dinyatakan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
T=
17
= 10-Ɛbc ..........................................................................................(8)
A = log = Ɛbc .......................................................................................(9) Keterangan:
T ..= persen transmitan I0 = intensitas radiasi yang datang It = intensitas radiasi yang diteruskan A = serapan Ɛ = daya serap molar (M-1cm-1)
Persamaan di atas dapat dijabarkan dengan asumsi sebagai berikut: 1. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium penyerap pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecil akan meneruskan intensitas berkas. 2. Jika suatu cahaya monokromatis mengenai pada medium yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya. 3. Intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat penyerap bertambah (Khopkar, 1990). Hubungan antara nilai
dengan daya serap molar (Ɛ) adalah sebagai
berikut: Ɛ=
x
M-1 cm-1 ........................................................................(10)
Nilai Ɛ merupakan daya serap molar atau koefisien ekstingsi molar. Nilai Ɛ tiap molekul atau ion dalam pelarut tertentu memiliki karakter masing-masing, pada panjang gelombang tertentu serta tidak dipengaruhi oleh konsentrasi dan panjang gelombang lintasan radiasi (Sastrohamidjojo, 2001). Nilai Ɛ sangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
mempengaruhi puncak spektrum yang dihasilkan suatu zat. Beberapa karakteristik nilai Ɛ yang berpengaruh terhadap puncak spektrum adalah sebagai berikut: 1-10 M-1.cm-1: sangat lemah; 10-102 M-1.cm-1: lemah; 102-103 M-1.cm-1: sedang; 103104 M-1.cm-1: kuat; 104-105 M-1.cm-1: sangat kuat (Mulja dan Suharman, 1995). Daya serap oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibel tergantung dari struktur elektronik molekul itu sendiri. Keadaan dasar suatu molekul organik mengandung elektron-elektron valensi dalam tiga jenis orbital molekul utama, yaitu orbital sigma (σ), orbital pi () dan orbital elektron bebas (n). Baik orbital σ maupun orbital dibentuk dari tumpang tindih dua orbital atom atau hibrid. Oleh karena itu, masing-masing orbital molekul ini mempunyai suatu orbital σ* atau * antiikatan yang berkaitan dengannya. Jika suatu molekul dikenai oleh radiasi elektromagnetik maka akan mengakibatkan adanya eksitasi atau transisi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi. Transisi-transisi elektron mencakup promosi suatu elektron dari salah satu dari tiga keadaan dasar (σ; ; atau n) ke salah satu dari dua keadaan eksitasi (σ* atau *). Terdapat empat transisi yang mungkin, seperti diagram berikut :
Gambar 4. Diagram Energi Tingkat Transisi Elektron (Anonimd, 2013)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Dalam proses penyerapan cahaya, kromofor memegang peranan penting sebagai gugus yang berfungsi sebagai penjerap cahaya. Dalam transisi σ σ* kromofor yang berperan adalah yang mempunyai elektron pada orbital molekul σ. Molekul tersebut merupakan organik jenuh yang tidak mempunyai atom dengan pasangan elektron bebas, seperti alkana (C-C dan C-H). Terjadi pada daerah ultraviolet jauh (sekitar 150 nm) dan membutuhkan energi terbesar. Transisi n σ* terjadi pada ultraviolet jauh, diperankan oleh kromofor dalam senyawa dengan molekul organik jenuh yang mempunyai satu atau lebih atom dengan pasangan elektron, seperti karbonil (C=O), C-S, C-N dan C-Cl. Transisi * terjadi pada daerah ultraviolet jauh (sekitar 200 nm), diberikan oleh senyawa yang hanya memiliki orbital molekul (alkena dan alkuna), seperti CC dan C=C (Anonimd, 2013). Secara garis besar, terdapat tiga teknik untuk melakukan pengukuran kuantitatif secara spektrofotometri, yakni sebagai berikut: 1. Analisis kuantitatif zat tunggal Dilakukan pengukuran serapan menggunakan panjang gelombang maksimum atau pada panjang gelombang minimum jika dilakukan pengukuran % transmitan. Terdapat empat cara pelaksanaan analisis kuantitatif zat tunggal, yaitu: a. Membandingkan serapan zat yang akan dianalisis dengan serapan reference standard pada panjang gelombang maksimum. Persyaratannya, pembacaan nilai serapan sampel dan reference standard tidak berbeda jauh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
b. Menggunakan kurva baku yang dipersiapkan dari larutan reference standard dengan pelarut tertentu pada panjang gelombang maksimum. Lalu dibuat sistem koordinat Cartesian dimana sebagai ordinat adalah serapan dan sebagai absis adalah konsentrasi. c. Menghitung nilai serapan jenis larutan sampel (
) pada pelarut tertentu
dan dibandingkan dengan serapan jenis yang dianalisis, yang tertera pada buku resmi. d. Menggunakan perhitungan nilai ekstingsi molar (serapan molar Ɛ) sama dengan cara (c) hanya saja perhitungan serapan molar lebih tepat karena melibatkan massa molekul relatif. 2. Analisis kuantitatif campuran dua komponen zat Merupakan pengembangan metode dari analisis kuantitatif zat tunggal. Pada prinsipnya, dicari serapan atau beda serapan dari masing-masing komponen zat yang memiliki korelasi linear dengan konsentrasi tertentu dan dihitung kadar masing-masing komponen zat atau salah satu komponen zat yang terdapat dalam campuran. 3. Analisis kuantitatif campuran tiga macam atau lebih zat Prinsipnya dicari beda serapan antara masing-masing komponen kemudian dikurangi dengan serapan yang dimiliki larutan standarnya masingmasing (Mulja dan Suharman, 1995). Dalam analisis kuantitatif zat tunggal pada spektrofotometri ditentukan terlebih dahulu panjang gelombang maksimum yang didapatkan melalui pengukuran serapan senyawa pada panjang gelombang yang memberikan serapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
yang maksimum. Alasan digunakannya panjang gelombang maksimum adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kepekaan yang maksimal karena pada panjang gelombang maksimum terjadi perubahan serapan untuk setiap satuan konsentrasi paling besar. 2. Pada daerah sekitar panjang gelombang maksimum akan memiliki bentuk kurva serapan yang linear (datar) sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. 3. Akan memberikan kesalahan pengukuran yang kecil jika dilakukan pada panjang gelombang maksimum (Gandjar dan Rohman, 2007). Penggunaan pelarut yang tepat merupakan salah satu titik krusial dalam analisis menggunakan metode spektrofotometri. Secara umum pelarut-pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri harus melarutkan analit, meneruskan radiasi dalam daerah panjang gelombang yang dikehendaki, tidak memiliki sistem ikatan rangkap terkonjugasi, tidak berwarna dan kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis tinggi. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah polaritas pelarut karena akan mempengaruhi pergeseran spektrum yang dianalisis. Beberapa pelarut yang sering digunakan dalam daerah-daerah ultraviolet dan visibel adalah aseton, benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dioksan, sikloheksan, isopropanol, diklorometan, etanol, etil, eter, metanol dan air (Sastrohamidjojo, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Secara umum rangkaian komponen penyusun spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5. Spektrofotometer Single Beam (Anonime, 2013)
Gambar 6. Spektrofotometer Double Beam (Clark, 2006)
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis, yaitu spektrofotometer single beam dan spektrofotometer double beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut terdapat pada pemberian cahaya, dimana pada single beam cahaya hanya melewati satu arah dan yang diperoleh hanya nilai serapan dari larutan yang dimasukkan. Berbeda dengan spektrofotometer double beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan nilai serapan larutan yang diinginkan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satunya melewati blanko (reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (sample beam). Spektrofotometer double beam memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan spektrofotometer single beam karena nilai serapan larutannya yang telah mengalami pengurangan nilai terhadap nilai serapan blanko. Selain itu, pada spektrofotometer double beam juga dapat mengatasi kelemahan pada spektrofotometer single beam seperti adanya perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase sumber sinar. Kelemahan spektrofotometer double beam yakni lebih rumit dan harganya lebih mahal, dibandingkan dengan spektrofotometer single beam yang lebih sederhana dan lebih murah (Sastrohamidjojo, 2001) Fungsi beberapa bagian yang terdapat dalam rangkaian spektrofotometer adalah sebagai berikut: 1.
Sumber cahaya: Sumber cahaya yang ideal untuk pengukuran serapan harus menghasilkan spektrum yang terus-menerus dengan intensitas yang sama pada kisaran panjang gelombang yang dijangkau. Sumber cahaya ultraviolet yang biasa digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium, sedangkan untuk visibel digunakan lampu filamen tungsten atau wolfram.
2.
Monokromator: Berfungsi untuk mengubah cahaya polikromatis yang dipancarkan sumber cahaya menjadi monokromatis (panjang gelombang tunggal) dan memisahkannya menjadi jalur-jalur yang sempit. Juga terdapat penyaring
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
yang mampu meneruskan radiasi pada daerah panjang gelombang tertentu dan menyerap radiasi pada panjang gelombang yang lain. 3.
Tempat cuplikan: Cuplikan yang digunakan ditempatkan pada suatu sel atau yang dikenal sebagai kuvet. Untuk daerah ultraviolet biasanya digunakan Quartz atau sel dari silika yang dilebur, sedangkan untuk daerah visibel digunakan gelas biasa atau Quartz.
4.
Detektor: Berfungsi untuk memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang dan mengubah tenaga tersebut untuk dapat diukur secara
kuantitatif
yang
dicatat
oleh
meter
pencatat
(recorder)
(Sastrohamidjojo, 2001). F. Landasan Teori Berdasarkan karakteristik dan struktur pirantel pamoat, maka dapat dilakukan analisis mengenai penetapan kadar pirantel pamoat, baik secara metode spektrofometri maupun metode kromatografi. Hal ini telah dilaporkan dalam jurnal-jurnal penelitian terdahulu tentang analisisnya. Metode penetapan kadar pirantel pamoat dapat didahului dengan adanya ekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari bentuk sediaannya. Terdapat 2 metode ekstraksi yang bisa digunakan, yakni ekstraksi cair-cair (liquid-liquid extraction) menggunakan corong pisah dan ultrasonikator. Ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah memiliki kelebihan yaitu teknik ekstraksinya yang sederhana, tetapi kurang praktis, kemungkinan pirantel pamoat yang hilang selama proses ekstraksi besar, hasil ekstraksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan dan volume pelarut yang digunakan. Dalam penelitian ini ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dilakukan selama 1 menit dengan pengulangan menggunakan pelarut yang baru sebanyak 3 kali. Sedangkan pada ekstraksi menggunakan ultrasonikator, berlangsung selama 15 menit, dimana pada prinsip kerjanya gelombang ultrasonik yang dirambatkan melalui medium air akan menghasilkan getaran yang dapat berperan sebagai pengadukan yang intensif sehingga kontak antara analit dan pelarut lebih sering dan konstan. Efek lain yang dapat ditimbulkan karena adanya getaran tersebut adalah peningkatan temperatur secara molekuler yang akan mengakibatkan pecahnya gelembung-gelembung analit menjadi kecil (kavitasi) sehingga memperbesar luas permukaan kontak analit dengan pelarut yang sesuai dengan kelarutannya. Semakin besar luas permukaan kontak antara analit dan pelarut, maka akan makin besar pula proses transfer material atau kelarutan analit pada pelarut yang sesuai. Hal ini tentu saja akan dapat meningkatkan hasil ekstraksi. Kelebihan lainnya, yakni lebih banyak dalam mengekstraksi pirantel pamoat, lebih praktis dan tidak mengakibatkan perubahan struktur kimia dari senyawa target. Namun, dalam pengerjaannya dapat menimbulkan kebisingan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
G. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegakkan hipotesis bahwa cara ekstraksi cair-cair menggunakan ultrasonikator akan lebih banyak mengekstraksi bahan tambahan lain dalam sampel dibandingkan menggunakan corong pisah sehingga dapat menghilangkan bahan-bahan tambahan yang bisa saja dapat mengganggu dalam pengukuran zat aktif pirantel pamoat menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental murni karena adanya perlakuan terhadap subyek uji serta dilakukan randomisasi saat pengambilan sampel. B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dan ultrasonikator. 2. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar pirantel pamoat yang terekstraksi. 3. Variabel pengacau terkendali Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah bahan baku pirantel pamoat yang digunakan memiliki kemurnian yang tinggi, pengotorpengotor yang berasal dari alat-alat gelas yang digunakan dikendalikan dengan mencuci alat menggunakan asam pencuci, pengaruh paparan cahaya yang mempengaruhi stabilitas pirantel pamoat sehingga dalam preparasinya ditutup menggunakan alumunium foil, dan pelarut yang digunakan adalah pelarut dengan derajat pro analysis yang memiliki kemurnian yang tinggi.
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
C. Definisi Operasional 1. Baku pirantel pamoat yang dianalisis adalah baku pirantel pamoat yang diperoleh dari P.T. Konimex, Indonesia (Certificate of Analysis pada lampiran 1). 2. Optimasi dilakukan dengan membandingkan dua metode ekstraksi sehingga diperoleh metode yang paling optimum untuk menetapkan kadar pirantel pamoat. 3. Metode ekstraksi yang optimum dapat diketahui dari parameter presisi dan akurasi. D. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku pirantel pamoat (PT Konimex) dengan kemurnian 102,3 % secara HPLC, Metanol, Heksan, Dimethyl sulfoxide dried (max 0,05 % H2O), (p.a., E.Merck), kertas saring, kapas, akuades (Laboratorium Kimia Analisis Instrumental USD), suspensi oral “X”® yang mengandung pirantel pamoat. E. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi spektrofotometer UV-Vis merk Shimadzu UV-1800, kuvet UV merk Hellma, neraca analitik merk Ohaus dengan kepekaan 0,1 mg (4 angka di belakang koma, satuan g), hot plate merk LabTech, mikropipet skala 100-1000 µL merk Socorex, vortex merk Genie, ultrasonikator merk Retsch UR-275, corong pisah merk Pyrex dan seperangkat alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
F. Tata Cara Penelitian 1.
Pembuatan larutan stok baku pirantel pamoat (1 mg/mL) Ditimbang saksama kurang lebih 100,0 mg baku pirantel pamoat,
dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 mL, larutkan dengan DMSO sebanyak 8 mL dan encerkan dengan metanol hingga batas tanda. 2.
Penentuan panjang gelombang maksimum pirantel pamoat Dipipet 100; 200; dan 300 µL larutan stok baku pirantel pamoat 1 mg/mL,
dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL dan encerkan dengan metanol hingga batas tanda sehingga diperoleh kadar seri baku 10; 20; dan 30 µg/mL. Larutan discan pada spektrofotometer UV-Vis antara panjang gelombang 200-400 nm sehingga diperoleh spektrum serapan dan panjang gelombang maksimum. 3.
Pembuatan larutan seri baku dan kurva baku pirantel pamoat Dipipet 100; 150; 200; 250; dan 300 µL dari larutan stok baku pirantel
pamoat 1 mg/mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 mL. Encerkan dengan metanol hingga batas tanda sehingga diperoleh kadar seri baku sebesar 10; 15; 20; 25; dan 30 µg/mL. Serapannya diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dibuat kurva regresi linear antara kadar pirantel pamoat dan serapannya, kemudian tentukan persamaan garis regresi linear dan nilai koefisien korelasinya. Suatu metode dikatakan memiliki linearitas yang baik apabila memenuhi syarat, yakni memiliki nilai koefisien korelasi (r)-nya ≥ 0,999, terutama untuk penetapan kadar senyawa tunggal (Snyder, Kirkland, and Glajch, 1997).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
30
Penetapan kadar pirantel pamoat dalam sampel sediaan suspensi pirantel pamoat merk “X”® a.
Pembuatan larutan induk sampel pirantel pamoat (0,5 mg/mL). Dipipet sampel sediaan suspensi pirantel pamoat merk “X”® yang setara dengan 50,0 mg pirantel pamoat. Suspensi yang telah dipipet dilarutkan dengan dimethyl sulfoxida (DMSO) sebanyak 6,0 mL, kemudian encerkan dengan metanol dalam labu takar hingga volume tepat 100,0 mL. Larutan kemudian disaring dengan melewatkan larutan sampel melalui corong dengan kertas saring dan kapas sebagai penyaring.
b. Ekstraksi
pirantel
pamoat
dengan
metode
ekstraksi
cair-cair
menggunakan corong pisah. Dipipet 10,0 mL filtrat yang diperoleh (larutan 4.a), kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan 10,0 mL heksan dan lakukan ekstraksi selama 1 menit. Fase heksan dipisahkan dan ditampung dalam flakon. Lakukan ekstraksi berulang sebanyak 3 kali dengan heksan sebanyak 10,0 mL. Fase metanol yang telah diekstraksi ditampung dalam beaker glass, kemudian diuapkan menggunakan hot plate sampai kering di lemari asam. c.
Ekstraksi
pirantel
pamoat
dengan
metode
ekstraksi
cair-cair
menggunakan ultrasonikator. Dipipet 10,0 mL filtrat yang diperoleh (larutan 4.a), kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass. Tambahkan heksan
sebanyak
30,0
mL.
Lakukan
ekstraksi
menggunakan
ultrasonikator yang telah diisi air sebelumnya selama 15 menit. Fase heksan dipisahkan dan ditampung dalam flakon. Fase metanol ditampung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
dalam beaker glass dan uapkan menggunakan hot plate sampai kering di lemari asam. d. Penetapan kadar pirantel pamoat dalam sampel sediaan suspensi pirantel pamoat merk “X”®. Hasil isolasi dengan cara ekstraksi menggunakan corong pisah (4.b) dan dengan cara ekstraksi menggunakan ultrasonikator (4.c) yang telah diuapkan kemudian masing-masing dilarutkan dengan metanol dalam labu takar hingga volume tepat 25,0 mL. Larutan kemudian dipipet masing-masing 1,5 mL dan encerkan dengan metanol dalam labu takar sampai volume tepat 10,0 mL. Ukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Lakukan 6 kali replikasi untuk masing-masing metode ekstraksi sehingga diperoleh 6 data. Hitung nilai coefficient of variation (CV) dari serapan yang dihasilkan. Tentukan kadar yang diperoleh menggunakan persamaan kurva baku, kemudian hitung persen perolehan kembali (recovery) yang diperoleh masing-masing metode.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Gambar 7. Skema Penetapan Kadar Pirantel Pamoat
G. Analisis Hasil Hasil optimasi perbandingan metode ekstraksi pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk “X”® dapat dilihat dari: 1.
Panjang gelombang maksimum Panjang gelombang maksimum yang dipilih adalah panjang gelombang
dimana pirantel pamoat memberikan serapan yang paling besar. 2.
Metode ekstraksi optimum a. Presisi. Metode ekstraksi optimum yang dipilih adalah metode ekstraksi yang menghasilkan serapan yang reprodusibel dengan nilai coefficient of variation (CV) berada dalam rentang kriteria yang berlaku. CV =
x 100 % ..........................................................(12)
Kriteria presisi yang diterima untuk kadar zat analit 100 % adalah CV ≤ 1,3 % (AOAC cit.,Gonzales and Herrador, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
b. Akurasi. Akurasi metode analisis dinyatakan dengan % perolehan kembali (recovery) yang dihitung dengan cara sebagai berikut: % recovery =
x 100 % ......................................................(13)
Kriteria akurasi yang diterima untuk kadar zat analit 100 % adalah pada kisaran rentang 98-102 % (AOAC cit., Gonzales and Herrador, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Larutan Baku Pirantel Pamoat Larutan baku pirantel pamoat digunakan untuk optimasi metode ekstraksi pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk “X®” sebagai pembanding untuk memastikan analit yang terkandung dalam sampel adalah pirantel pamoat. Kepastian mengenai analit yang terdapat di dalam sampel benar adalah analit yang dimaksud dapat dilihat dari kesamaan spektra serapan yang diperoleh serta mampu memberikan serapan paling besar pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan. Pelarut yang digunakan dalam penelitian adalah dimetil sulfoksida (DMSO) karena analit dapat larut dengan baik dalam DMSO, serta metanol p.a. dengan kemurnian tinggi (99,85%) karena panjang gelombang maksimum yang dihasilkan analit pada literatur menggunakan pelarut metanol (Moffat, Osselton and Widdop, 2005). Konsentrasi larutan stok baku pirantel pamoat yang dibuat dalam penelitian ini sebesar 100 µg/mL, yang kemudian digunakan untuk membuat 3 tingkat konsentrasi larutan seri baku pada penentuan panjang gelombang maksimum, yaitu 10; 20; dan 30 µg/mL serta 5 tingkat konsentrasi untuk memperoleh kurva baku, yakni 10; 15; 20; 25 dan 30 µg/mL
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
B. Optimasi Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pirantel Pamoat Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang dimana pirantel pamoat memberikan nilai serapan yang paling besar untuk dibaca oleh detektor spetktrofotometri UV-Vis. Analisis dilakukan pada panjang gelombang maksimum agar meningkatkan sensitivitas alat dalam mendeteksi suatu analit, dimana pada daerah sekitar puncak kurva panjang gelombang maksimum memiliki fluktuasi atau ketidakstabilan nilai serapan yang minimal sehingga kesalahan pembacaan oleh detektor dapat diminimalkan. Selanjutnya, panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh digunakan untuk mengukur serapan pirantel pamoat yang dianalisis. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan menggunakan 3 seri kadar dengan tujuan untuk mengetahui keterulangan respon analit jika konsentrasinya ditingkatkan serta meyakinkan hasil yang diperoleh benar-benar panjang gelombang serapan maksimum pirantel pamoat. Seri kadar yang digunakan adalah 10; 20; dan 30 µg/mL. Seri kadar tersebut mewakili seri kadar rendah, sedang dan tinggi. Pembacaan serapan (scanning) dilakukan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm disebabkan karena panjang gelombang maksimum pirantel pamoat berada pada rentang panjang gelombang tersebut. Berikut ditampilkan spektra hasil pengukuran panjang gelombang maksimum:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Gambar 8. Spektra Serapan Maksimum yang Terbentuk Pada 3 Konsentrasi
Menurut Dibbern, Muller and Wirbitzki (2002), panjang gelombang maksimum teoritis dari pirantel pamoat dalam pelarut metanol adalah 288 nm dan 300 nm. Sementara itu, rentang pergeseran panjang gelombang maksimum yang diperbolehkan untuk daerah ultraviolet yakni sebesar ± 1 nm dari panjang gelombang yang ditentukan pada alat yang telah dikalibrasi (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979). Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu pada 301 nm. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa panjang gelombang hasil pengukuran tidak menyimpang lebih dari 1 nm dari panjang geombang teoritis (300 nm) sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa tersebut merupakan pirantel pamoat. Digunakan panjang gelombang 300 nm sebagai acuan karena pada panjang gelombang tersebut tidak mendapat gangguan yang disebabkan adanya serapan pelarut yang digunakan. Pelarut yang digunakan yakni dimetil sulfoksida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
(DMSO) yang memiliki serapan (UV cut-off) pada 268 nm dan metanol dengan nilai serapan (UV cut-off) 205 nm (Snyder, Kirkland and Glajch, 1997). Adanya perbedaan panjang gelombang hasil pengukuran dengan panjang gelombang teoritis dapat disebabkan karena kondisi penelitian yang berbeda, baik dari spesifikasi alat yang digunakan serta bahan-bahan yang digunakan selama penelitian. Syarat suatu senyawa dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet yakni memiliki gugus kromofor dan gugus auksokrom. Pirantel pamoat memiliki gugus kromofor yang bertanggung jawab terhadap penyerapan radiasi sinar. Gugus auksokrom berperan dalam pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum suatu senyawa. Gugus kromofor dan auksokrom dari pirantel pamoat ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 9. Gugus Kromofor dan Auksokrom Pada Struktur Pirantel Pamoat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
C. Pembuatan Kurva Baku Pirantel Pamoat Pembuatan kurva baku pirantel pamoat bertujuan untuk mendapatkan persamaan regresi linear sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Kurva baku menyatakan hubungan antara konsentrasi dengan nilai serapan dimana dengan meningkatnya konsentrasi yang digunakan maka akan meningkatkan nilai serapan yang dihasilkan secara proporsional. Persamaan regresi linear dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran analit minimal lima level (macam) konsentrasi analit (Anonimf, 2005). Pada penelitian ini menggunakan 5 seri konsentrasi larutan baku pirantel pamoat, yakni sebesar 10; 15; 20; 25 dan 30
yang masing-masing
dilakukan replikasi sebanyak 3 kali (Snyder, Kirkland, and Glajch, 1997). Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali bertujuan untuk mendapatkan kurva baku dengan nilai koefisien korelasi (r) yang paling baik. Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kurva baku beberapa replikasi yaitu berdasarkan pada nilai r terhitung, dimana suatu metode dikatakan memiliki linearitas yang baik jika memiliki nilai r > 0,999 (Snyder, Kirkland, and Glajch, 1997). Dalam penelitian ini persamaan regresi linear yang digunakan untuk menetapkan kadar pirantel pamoat dalam sampel yakni y = 0,0400 x - 0,0344, dengan nilai r sebesar 0,9998.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kurva Baku Pirantel Pamoat
Replikasi 1
No.
Konsentrasi Pirantel Pamoat
Replikasi III
Replikasi II Konsentrasi Pirantel Pamoat (
Serapan
(
Serapan
Konsentrasi Pirantel Pamoat (
Serapan
1
10,230
0,367
10,230
0,398
10,240
0,384
2
15,345
0,587
15,345
0,593
15,360
0,588
3
20,460
0,787
20,460
0,823
20,480
0,800
4
25,575
0,991
25,575
1,038
25,601
1,001
5
30,690
1,188
30,690
1,217
30,721
1,180
I.
y = 0,0400 x – 0,0344; r = 0,9998
II.
y = 0,0407 x – 0,0194; r = 0,9992
III.
y = 0,0392 x – 0,0114; r = 0,9996 Replikasi I
1,4 1,2
Serapan
1
y = 0,0400 x - 0,0344 r = 0,9998
0,8 0,6 0,4 0,2 0 0
5
10
15
20
25
30
35
Konsentrasi Pirantel Pamoat (µg/mL) Gambar 10. Hubungan Antara Konsentrasi Pirantel Pamoat dengan Serapan Replikasi I
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
D. Preparasi Sampel Sediaan suspensi oral pirantel pamoat yang digunakan sebagai sampel berasal dari merk tertentu dan sebelum dilakukan pencuplikan sampel terlebih dahulu digojog selayaknya penggunaan suspensi oral pada umumnya agar kandungan zat aktifnya dapat terhomogenkan. Sampel yang telah dicuplik kemudian dilarutkan dengan DMSO dan diencerkan dengan metanol. Berdasarkan hasil orientasi, dalam pengencerannya tidak digunakan akuades karena dapat menyebabkan terbentuknya kembali suspensi dari sampel yang telah terlarut sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan ekstraksi cair-cair, dimana salah satu syarat penting dalam melakukan ekstraksi cair-cair adalah analit dapat terlarut dalam solven. Oleh karena itu, digunakan metanol yang mampu menjaga kondisi larutan tetap stabil. Larutan sampel tersebut kemudian disaring menggunakan corong dan kertas saring yang telah diberi kapas untuk menghilangkan bahan-bahan tambahan selain analit yang tidak terlarut sehingga tidak mengganggu untuk dilakukan ekstraksi cair-cair. E. Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah Pada penelitian ini prinsip metode ekstraksi yang dipilih adalah ekstraksi cair-cair. Hal ini dikarenakan dari sisi kondisi sampel yang berupa suatu larutan (liquid) sehingga cocok untuk dilakukan ekstraksi cair-cair. Menurut Snyder, Kirkland, and Dolan (2010), untuk sampel yang berupa larutan dapat dilakukan ekstraksi secara ekstraksi cair-cair ataupun Solid Phase Extraction (SPE). Kelebihan ekstraksi cair-cair dibandingkan SPE adalah prosedur yang sederhana, cepat dan mudah dilakukan, memiliki reprodusibilitas pelarut yang baik serta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
relatif lebih murah, dibandingkan dengan SPE yang relatif lebih mahal, memiliki tahap prosedur pengerjaan yang panjang, variasi yang cukup besar pada kolom (cartridge) yang dijual serta kemungkinan adsorpsi bolak-balik pada kolom SPE (Gandjar dan Rohman, 2007). Selain itu, juga terdapat dasar pertimbangan lain untuk pemilihan metode ekstraksi, yakni feasibility (kemungkinan untuk dikerjaan), product value (jumlah analit yang terekstraksi), product quality dan selectivity yang menjadi dasar peneliti untuk lebih memilih menggunakan prinsip metode ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair dikenal juga dengan ekstraksi berulang. Prinsip ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah yaitu berdasarkan kelarutan senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur dan dapat dipisahkan keduanya dalam corong pisah sesuai massa jenis masing-masing pelarut. Ekstraksi ini dilakukan agar didapatkan analit yang akan diukur kadarnya dalam bentuk tunggal. Sampel yang akan digunakan merupakan campuran homogen dari zat aktif dan bahan tambahan (ingredient) lain yang umumnya digunakan dalam formulasi sediaan suspensi. Dalam ekstraksi ini, sampel yang digunakan bersifat lebih polar dari fase organik pengekstraknya. Berdasarkan hasil orientasi, fase organik yang tepat untuk digunakan dalam proses ekstraksi adalah heksan. Hal ini karena ketika dilakukan penggojogan tidak saling campur dengan fase polarnya, yakni metanol, dibandingkan dengan fase organik lain seperti kloroform, toluen dan aseton. Heksan memiliki nilai indeks polaritas yang sangat kecil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
dibandingkan lainnya sehingga dapat tidak saling campur dengan metanol (Tabel.2). Tabel 2. Data Indeks Polaritas Berbagai Macam Pelarut (Snyder, Kirkland and Dolan, 2010)
Tidak seperti ekstraksi cair-cair pada umumnya yang mengekstraksi senyawa target menggunakan pelarut kedua, dalam ekstraksi ini heksan berperan untuk menarik bahan-bahan tambahan lain (ingredient) yang bersifat non polar dalam sampel sehingga tidak mengganggu dalam penetapan kadar pirantel pamoat. Prosedur di atas berdasarkan pertimbangan bahwa pirantel pamoat hanya dapat terlarut dalam DMSO, yang mana merupakan pelarut dengan rentang polaritas yang sangat luas sehingga mampu melarutkan senyawa lain juga yang berada jauh dari nilai indeks polaritasnya. Oleh karena itu, tidak memungkinkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
untuk menjadikan DMSO sebagai pelarut kedua karena juga akan mampu menarik pengotor lainnya dalam sampel sehingga proses ekstraksi tidak menjadi sempurna. Selain itu, dalam menentukan efisiensi partisi juga tidak berdasarkan nilai koefisisen distribusi zat dalam kedua pelarut yang digunakan. Hal ini dikarenakan pirantel pamoat yang hanya dapat terlarut dalam DMSO, sehingga pada proses ekstraksi ini DMSO berperan sebagai pelarut perantara agar dapat diencerkan dengan metanol yang berperan sebagai fase polar. Oleh karena itu, efisiensi partisi dalam ekstraksi ini dapat dilihat dari nilai recovery pada saat penetapan kadarnya. F. Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator Pada metode ekstraksi cair-cair menggunakan ultrasonikator tidak dilakukan langkah-langkah seperti menggunakan corong pisah karena proses ekstraksinya tidak dipengaruhi gaya dari luar seperti penggojogan yang dilakukan sehingga komponen senyawa dapat terlarut pada kedua fase. Ekstraksi ini dipengaruhi oleh adanya kavitasi atau getaran (energi kinetik) yang ditimbulkan oleh gelombang ultrasonik yang merambat melalui mediumnya. Getaran tersebut akan berperan seperti pengadukan yang intensif dan dapat menimbulkan pemanasan lokal pada cairan sehingga memudahkan penetrasi senyawa ke pelarut sesuai kelarutannya dan akan meningkatkan transfer material. Prosedur ekstraksi ini lebih praktis dibandingkan menggunakan corong pisah karena hanya dengan menyiapkan ultrasonikator, mengisi air sebagai medium perantaranya, pelarut dan sampel yang telah dimasukkan dalam beaker glass diletakkan dalam medium air, penghitung waktu dihidupkan maka ekstraksi akan berjalan dengan sendirinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
G. Penetapan Kadar Pirantel Pamoat Penetapan kadar zat aktif pirantel pamoat dalam sampel suspensi merk “X®” dilakukan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 301 nm. Pada penetapan kadar ini diharapkan hanya serapan dari pirantel pamoat yang terbaca sehingga mudah untuk menetapkan kadarnya. Berdasarkan hasil ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dicapai perolehan kembali (recovery) dalam rentang 98,38-101,29%, sedangkan untuk ekstraksi menggunakan ultrasonikasi berada dalam rentang 99,29-100,96%. Hasil pengukuran dan perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Pengukuran dan Penghitungan Recovery Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah
Replikasi ke1 2 3
Serapan serapan 1,147 1,161 1,170
Kadar Pirantel Pamoat Terukur ( ) 29,535 29,885 30,110
Kadar Pirantel Pamoat Teoritis ( )
4 5
1,182 1,178
30,410 30,310
6
1,172
30,160
100,46
Rata-rata SD CV (%)
30,068 0,317 1,055
Rentang recovery antara 98,38-101,29%
30,02244
Recovery (%) Recovery 98,38 99,54 100,29 101,29 100,96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Tabel 4. Hasil Pengukuran dan Penghitungan Recovery Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator
Replikasi ke1 2
Serapan serapan 1,165 1,158
Kadar Pirantel Pamoat Terukur ( ) 29,985 29,810
Kadar Pirantel Pamoat Teoritis ( )
3 4 5
1,159 1,150 1,178
29,835 29,610 30,310
6
1,159
29,835
99,37
Rata-rata SD CV (%)
29,897 0,235 0,786
Rentang recovery antara 99,29-100,96%
30,02244
Recovery (%) recovery 99,87 99,29 99,37 99,63 100,96
H. Perbandingan Metode Ekstraksi Untuk membandingkan recovery antara kedua metode ekstraksi tersebut digunakan analisis secara statistik dengan bantuan software R statistic version 2.14.1. Pada langkah awal sampel data dari masing-masing metode ekstraksi diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas dimaksudkan untuk melihat distribusi data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak secara analitis. Dalam penelitian ini, analisis kenormalan datanya menggunakan ShapiroWilk karena menggunakan sampel data yang sedikit, yakni kurang atau sama dengan dari 50 (Dahlan, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Tabel 5. Hasil Analisis Normalitas Data Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah
Tabel 6. Hasil Analisis Normalitas Data Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan ultrasonikator
Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil bahwa semua data pada kedua metode ekstraksi tersebut terdistribusi normal. Distribusi data dikatakan normal secara analisis dengan Shapiro-Wilk jika nilai p > 0,05 (Dahlan, 2012). Selanjutnya dilakukan uji varian data menggunakan Levene’s Test. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data mempunyai varians yang sama atau tidak. Nilai p > 0,05 berarti distribusi beberapa set data yang dibandingkan memiliki varian yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Tabel 7. Hasil Analisis Varian Data Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah dan Ultrasonikator
Berdasarkan hasil uji di atas, menunjukkan bahwa varian data yang dibandingkan memiliki varian yang sama karena nilai p yang dihasilkan sebesar 0,4642. Kesamaan varian adalah syarat yang tidak mutlak untuk 2 kelompok tidak berpasangan (Dahlan, 2012). Kemudian dilakukan uji T Independent (tidak berpasangan atau saling bebas). Digunakan uji T Independent karena untuk membandingkan data dengan skala variabel numerik, jumlah kelompok data yang tidak lebih dari 2 dan tidak berpasangan. Dikatakan tidak berpasangan karena kedua kelompok yang diperbandingkan tersebut tidak saling mempengaruhi. Jika diperoleh nilai p < 0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna diantara keduanya (Dahlan, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Tabel 8. Hasil Analisis T Independent Metode Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong Pisah dan Ultrasonikator
Berdasarkan hasil analisis sampel data, diketahui bahwa nilai p yang diperoleh sebesar 0,3162, sehingga secara statistik hasil perbandingan metode ekstraksi caircair menggunakan corong pisah dan ultrasonikator adalah berbeda tidak bermakna atau berbeda tidak signifikan. I. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Pirantel Pamoat dengan
Proses Ekstraksi pada Suspensi dan Tanpa Proses Ekstraksi pada Tablet Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa metode ekstraksi cair-cair dan ultrasonikasi memiliki kemampuan yang sama baiknya dalam mengekstraksi pirantel pamoat dari sediaan suspensi merk “X”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2010) tentang penetapan kadar pirantel pamoat dalam sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet. Pada penelitian tersebut tidak dilakukan ekstraksi seperti penelitian yang dilakukan penulis sehingga prosedur penelitian yang dilakukan pun berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Agustina (2010), digunakan panjang gelombang maksimum pada 289 nm dan memiliki pola spektra pirantel pamoat seperti pada gambar berikut.
Gambar 11. Pola Spektra Pirantel Pamoat Tanpa Ekstraksi Pada Sediaan Tablet (Agustina, 2010)
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa pola spektra pirantel pamoat hasil pengukuran oleh Agustina (2010) memiliki kemiripan dengan pola spektra pirantel pamoat hasil ekstraksi yang dilakukan peneliti, baik pada ekstraksi caircair menggunakan corong pisah maupun ultrasonikator seperti pada gambar 12 dan 13 berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Gambar 12. Pola Spektra Pirantel Pamoat Hasil Ekstraksi Menggunakan Ultrasonikator dalam Pelarut Metanol
Gambar 13. Pola Spektra Pirantel Pamoat Hasil Ekstraksi Menggunakan Corong Pisah dalam Pelarut Metanol
Perbedaan panjang gelombang maksimum yang digunakan oleh peneliti dan Agustina (2010) dapat terjadi karena pirantel pamoat memang memiliki dua panjang gelombang maksimum teoritis, yakni pada 288 dan 300 nm. Pemilihan panjang gelombang maksimum yang digunakan sudah tepat karena sesuai dengan kriteria rentang panjang gelombang maksimum yang dipersyaratkan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Farmakope Indonesia III, yakni ± 1 nm dari panjang gelombang teoritis pada alat yang telah dikalibrasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2010) diperoleh rata-rata nilai perolehan kembali (recovery) sebesar 98,50%, sedangkan recovery yang diperoleh pada penelitian ini antara 98,38-101,29% untuk ekstraksi menggunakan corong pisah, sedangkan untuk ekstraksi menggunakan ultrasonikasi berada dalam rentang 99,29-100,96%. Recovery yang dihasilkan, baik oleh Agustina (2010) maupun penulis berada dalam rentang yang dipersyaratkan, yakni sebesar 98102% untuk kadar zat analit 100% (AOAC cit., Gonzales and Herrador, 2007). Berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil teknik ekstraksi pirantel pamoat dari sediaan suspensi merk “X”®, baik menggunakan corong pisah maupun ultrasonikator sudah tepat karena memiliki kesamaan pola spektra dan nilai recovery yang diperoleh sudah berada dalam rentang yang berlaku dibandingkan dengan penetapan kadar pirantel pamoat dalam sediaan tablet tanpa adanya ekstraksi yang dilakukan oleh Agustina (2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis yang digunakan maka dapat disimpulkan bahwa baik metode ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah maupun ultrasonikator memiliki kemampuan yang sama baiknya dalam mengekstraksi zat aktif pirantel pamoat dari sediaan suspensi merk “X” ®. B. Saran Dapat dipilih salah satu dari metode ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah ataupun ultrasonikator agar dilakukan validasi penetapan kadar pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk “X”® sehingga diperoleh metode yang
valid
dan
dapat
digunakan
spektrofotometri UV.
52
untuk
penetapan
kadarnya
secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
DAFTAR PUSTAKA Agustina, N., 2010, Penetapan Kadar Pirantel Pamoat dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan, hal. 44-48. Allender, W.J., 1988, High-Performance Liquid Chromatographic Determination of Oxantel and Pyrantel Pamoate, J. Chrom.Sci., 26 (9), 470-472. Alupului, A., Calinescu, I. and Lavric, V., 2009, Ultrasonic Vs. Microwave Extraction Intensification of Active Principles From Medicinal Plants, AIDIC Conference Series, 9, (1-8). Anonima, 2006, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 424. Anonimb, 2013, Pyrantel Pamoate, http://www.scbt.com/datasheet-205823pyrantel-pamoate.html, diakses tanggal 3 Mei 2013. Anonimc, 2010, Ultrasound is Not Just for Cleaning, http://pcbdesign007.iconnect 007.net/pages/zone.cgi?a=57265&artpg=1&topic=42, diakses tanggal 18 Mei 2013. Anonimd, 2013, Spektroskopi, http://staff.uny.ac.id/sites/default /files/bahan%20 ajar-Konsep%20dasar%20spektroskopi.pdf, diakses tanggal 29 April 2013. Anonime, 2013, Aplikasi Spektrofotometri , http://www.chem-is-try.org/materi_ kimia/instrumen_analisis/spektrum_ultraviolet1/aplikasi-spektometri-absorp si-ultraviolet/, diakses pada tanggal 3 Mei 2013. Anonimf, 2005, Validation of Analitycal Procedures: Text And Methodology Q2(R1), International Conference of Harmonization of Technical Requirements For Registration of Pharmaceuticals For Human Use, 8. Ansel, C. and Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, University of Indonesia Press, Jakarta, hal. 328-335. Argekar, A.P., Raj, S.V. and Kapadia, S.U., 1997, Simultaneous Determination of Mebendazole and Pyrantel Pamoate from Tablets by High-Performance Liquid Chromatography-Reverse Phase (RP-HPLC), Talanta, 44 (11), 1959-1965. Arifin, Z., 2012, Pemanfaatan Teknologi Sonikasi Tak Langsung Dalam Rangka Produksi Kitosan, Konversi, 1 (1), 1-6.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Cameron, D.K. and Wang, Y.J., 2006, Application of protease and high-intensity ultrasound in corn starch isolation from degermed corn flour, Cereal Chem. 83, 505-509. Clark, J., 2006, A Double Beam UV Absorption Spectrometer, http://www.chemguide.co.uk/analysis/uvvisible/spectrometer.html, diakses pada tanggal 3 Mei 2013. Dahlan, S. M., 2012, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi V, Salemba Medika, Jakarta, hal. 1-55. Dibbern, H.W., Muller, R.M. and Wirbitzki, E., (Eds.), 2002, UV and IR Spectra : Pharmaceutical Substances (UV and IR) and Pharmaceutical and Cosmetic Excipients (IR), Edition Cantor Aulendorf, Germany, pp. 230-234. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope Indonesia, jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 773, 1026-102. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 719-720, 1374-1376. Forcier, G.A., Mushinsky, R.F. and Wagner, R.L., 1971, Spectrophotometric Determination of Pyrantel Pamoate Bulk Samples and Pharmaceutical Formulations, J. of Pharm. Sci., 60 (1), 111-113. Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Analisis Farmasi, Edisi I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 46-49. Gonzales, A.G. and Herrador, M.A., 2007, A Practical Guide to Analytical Method Validation, Including Measurement Uncertainty and Accuracy Profiles, Trends Anal. Chem., 26 (3), 232-234. Huang, W., Xue, A., Niu, H., Jia, Z. and Wang, J., 2009, Optimised UltrasonicAssisted Extraction of Flavonoids From Folium Eucommiae and Evaluation Of Antioxidant Activity In Multi-Test Systems In Vitro, Food. Chem., 114, 1147-1154. Khopkar, S.M., 1990, Prinsip Dasar Kimia Analitik, University of Indonesia Press, Jakarta, hal. 90-101. Laddha, G.S. and Degalesan, T. E., 1976, Transport Phenomena in Liquid Exctraction, Mc Graw-Hill Publishing Co. Ltd., New Delhi, pp. 57-59. Liu, Q.M., Yang, X.M., Zhang, L. and Majetich, G., 2010, Optimization of Ultrasonic-assisted extraction of chlorogenic acid from Folium
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
eucommiae and evaluation of its antioxidant activity, J. of Med. Plants Res., 4 (23), 2503-2511. Moffat, A.C., Osselton, M.D. and Widdop, B., (Eds), 2005, Clarke‘s Analysis Of Drug And Poisons, 3rd edition, Pharmaceutical Press. Electronic version, London. Morovján, G., Csokán, P. and Makranszki, L., 1998, Determination of Fenbendazole, Praziquantel and Pyrantel Pamoate in Dog Plasma by HighPerformance Liquid Chromatography, J. Chromatogr. A., 797 (1-2), 237244. Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 10-11, 26-34. Nanizar, Z. dan Joenoes, 1990, Resep yang Rasional, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 142. Santos, H.M., Lodeiro, C. and Capelo-Martinez, J.L, 2009, The Power of Ultrasound, http://www.wiley-vch.de/books/sample/3527319344_ c01.pdf, diakses pada tanggal 3 Mei 2013. Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta, hal. 1-43. Snyder, L.R., Kirkland, J. J. and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method Development, 2nd ed., John Wiley & Sons, Inc., New York, pp. 67-68, 161, 687-691. Snyder, L.R., Kirkland, J. J. and Dolan, J.W., 2010, Introduction To Modern Liquid Chromaography, 3rd ed., John Wiley & Sons, Inc., New York, pp. 883. Sukarban, S., 1995, Antelmintik dalam Farmakologi dan University of Indonesia Press, Jakarta, hal. 530.
Terapi, Edisi V,
Susilo, B., 2007, Studi Penggunaan Ultrasonik Untuk Transesterifikasi Minyak, Konferensi Nasional, 130-137. Susilo, B., Hawa, L.C. dan Hermanto, M.B., 2010, Model Kavitasi Irradiasi Gelombang Ultrasonik Pada Transesterifikasi Minyak Tanaman Menjadi Biodiesel, Laporan Hasil Penelitian Fundamental Tahun II, Universitas Brawijaya, Malang United States Pharmacopeial Convention, 2007, The United States Pharmacopoeia, 30th edition, United States Pharmacopeial Convention Inc., Rockville, pp. 2346-2350.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
World Health Organization, 2008, The International Pharmacopoeia, 4th edition, World Health Organization Electronic Version, Geneva, pp. 278-280.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.
Sertifikat Analisis Baku Pirantel Pamoat
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.
59
Data Penimbangan Baku Serta Contoh Perhitungan Seri Konsentrasi Baku
a. Skema Pembuatan Kurang lebih 100 mg baku pirantel pamoat ditimbang saksama ↓ Larutkan dengan DMSO 6 mL, masukkan dalam labu takar 100 mL dan encerkan dengan metanol hingga volume tepat 100 mL (Larutan induk) ↓ Pipet 100; 150; 200; 250 dan 300 µL larutan stok pirantel pamoat, masukkan ke dalam labu takar 10 mL ↓ Encerkan dengan metanol hingga volume tepat 10 mL ↓ Ukur serapannya pada panjang gelombang 301 nm ↓ Lakukan replikasi sebanyak 3 kali b. Penimbangan Baku Pirantel Pamoat Tabel 9. Data Penimbangan Baku Pirantel Pamoat
Replikasi I (g)
Replikasi II (g)
Replikasi III (g)
Berat kertas
0,1063
0,0893
0,0984
Berat kertas + zat
0,2065
0,1895
0,1985
Berat kertas + sisa
0,1065
0,0895
0,0984
Berat zat
0,1000
0,1000
0,1001
Pirantel pamoat (g)
c. Perhitungan Seri Konsentrasi Baku Pirantel Pamoat Bobot baku pirantel pamoat hasil penimbangan =
100 mg (Rep I)
Kadar pirantel pamoat dalam 100 mL metanol .= .= ..=
1,023 mg/mL 1023 µg/mL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Dengan perhitungan : V1 × C1 = V2 × C2 0,10 mL × 1023 µg/mL = 10 mL × C2 C2 = 10,23 µg/mL Tabel 10. Data perhitungan kadar pirantel pamoat
Perhitungan Kadar Pirantel Pamoat
Seri Kadar 1 2 3 4 5
(Dilakukan cara penghitungan yang sama untuk replikasi II dan III) d. Pengukuran Serapan Larutan Baku Pirantel Pamoat Tabel 11. Data Pengukuran Serapan Larutan Baku Pirantel Pamoat
Replikasi 1 No. Konsentrasi Pirantel Pamoat ( 1 10,230
Replikasi II
0,367
Konsentrasi Pirantel Pamoat ( 10,230
Serapan
Replikasi III
0,398
Konsentrasi Pirantel Pamoat ( 10,2402
Serapan
Serapan
0,384
2
15,345
0,587
15,345
0,593
15,3603
0,588
3
20,460
0,787
20,460
0,823
20,4805
0,800
4
25,575
0,991
25,575
1,038
25,6006
1,001
5
30,690
1,188
30,690
1,217
30,7207
1,180
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e. Perhitungan Persamaan Kurva Baku Menggunakan Regresi Linear
61
Pirantel Pamoat
Replikasi I.
y = 0,0400 x – 0,0344; r = 0,9998
Replikasi II
y = 0,0407 x – 0,0194; r = 0,9992
Replikasi III y = 0,0392 x – 0,0114; r = 0,9996 f. Kurva Baku Pirantel Pamoat
Replikasi II 1,4 1,2
Serapan
1
y = 0,0407x - 0,0194 r = 0,9992
0,8 0,6
0,4 0,2 0 0
5
10
15
20
25
30
Konsentrasi Pirantel Pamoat (µg/mL)
Gambar 14. Hubungan Antara Konsentrasi Pirantel Pamoat dengan Serapan Replikasi II
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Replikasi III 1,4 1,2
Serapan
1
y = 0,0392x - 0,0114 r = 0,9996
0,8
0,6 0,4 0,2 0 0
5
10
15
20
25
30
35
Konsentrasi Pirantel Pamoat (µg/mL) Gambar 15. Hubungan Antara Konsentrasi Pirantel Pamoat dengan Serapan Replikasi III
Lampiran 3.
Hasil Scanning Panjang Gelombang Maksimum Pirantel Pamoat
Tabel 12. Hasil Scanning Panjang Gelombang Maksimum Pirantel Pamoat pada 3 Konsentrasi
Konsentrasi Pirantel Pamoat (µg/mL)
10
Panjang Gelombang Maksimum (nm)
301
20
301
30
301
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4.
63
Data Perhitungan Pencuplikan Pirantel Pamoat yang Setara 50,0 mg
Klaim yang tertera pada label sediaan = tiap 5 mL mengandung pirantel pamoat yang setara dengan 125 mg pirantel base Perbandingan mol pirantel pamoat dan pirantel base (C11H14N2S . C23H16O6 : C11H14N2S) Jumlah teoritis pirantel pamoat yang terdapat dalam sampel = = Massa Pirantel Pamoat
= 0,3603 g/5 mL = 360,3 mg/5 mL
Massa Pirantel Pamoat tiap mL = 72,1 mg/mL Pencuplikan setara 50 mg
= 0,6936 mL
Karena jumlah tersebut tidak dapat diambil secara tepat maka dibulatkan menjadi 0,694 mL = 694 µL yang dapat diambil menggunakan mikropipet Jika diambil 0,694 mL 0,694 mL x 72,1 mg/mL = 50,0374 mg Pengenceran yang dilakukan hingga konsentrasi pengukuran yakni: (I)
= 0,500374 mg/mL = 500,374 µg/mL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(II)
V1.C1 = V2.C2 (10 mL).(500,374 µg/mL) = (25 mL).(C2) C2 = 200,1496 µg/mL
(III)
V1.C = V2.C2
(1,5 mL).(200,1496 µg/mL) = (10 mL).(C2) C2 = 30,02244 µg/mL
Lampiran 5.
Hasil Scanning Blanko DMSO-Metanol
Gambar 16. Hasil Scanning Blanko DMSO-Metanol
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6.
65
Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Corong pisah
Gambar 17. Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Menggunakan Corong Pisah dalam Pelarut Metanol
Lampiran 7.
Hasil Scanning Fase Non Menggunakan Corong pisah
Polar
Ekstraksi
Cair-cair
Gambar 18. Hasil Scanning Fase Non Polar Ekstraksi Menggunakan Corong Pisah dalam Pelarut Heksan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8.
66
Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Cair-cair Menggunakan Ultrasonikator
Gambar 19. Hasil Scanning Fase Polar Ekstraksi Menggunakan Ultrasonikator dalam Pelarut Metanol
Lampiran 9.
Hasil Scanning Fase Non Menggunakan Ultrasonikator
Polar
Ekstraksi
Cair-cair
Gambar 20. Hasil Scanning Fase Non Polar Ekstraksi Menggunakan Ultrasonikator dalam Pelarut Heksan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Lampiran 10. Hasil Penghitungan Recovery Pirantel Pamoat pada Sediaan Tablet (Agustina, 2010) Tabel 13. Hasil Pengukuran Recovery Pirantel Pamoat pada Sediaan Tablet
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Perbandingan Metode Ekstraksi Cair-cair
dan Ultrasonikasi
Untuk
Pemisahan Pirantel Pamoat Dari Sediaan Suspensi Merk “X”®” memiliki nama lengkap Victor Purnama Agung FanggidaE. Penulis lahir di Dili, Timor-Timur pada tanggal 12 Agustus 1991 sebagai putra keenam pasangan Christoffel Jusuf FanggidaE dan Marselina Yohana Lay-FanggidaE. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK Ratu Damai (19951997), SD Perumnas Bairopite Dili (1997-1999), SD Inpres Bertingkat Kelapa Lima 2 Kota Kupang (1999-2003), SMP Negeri 2 Kota Kupang (2003-2006), SMA Negeri 1 Kota Kupang (2006-2009), kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi, antara lain anggota Panitia Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi (2010), Ketua Panitia Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi (2011), anggota Panitia Sumpahan Apoteker (2010 dan 2011), Ketua Panitia Temu Alumni Akbar Fakultas Farmasi (2012), Ketua UKF Sepakbola
“Squadra Viola” (2011), Ketua kelompok Program
Kreativitas Mahasiswa yang didanai (2012) dan relawan bencana Merapi di Stadion Maguwoharjo, Sleman (2010). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah praktikum Spektroskopi (2011).