PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH MUSIK KLASIK KONTEMPORER “YANNI” TERHADAP KEMAMPUAN SPASIAL TEMPORAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Teresa Laura Kristi NIM: 109114019
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan, kamu impikan. Kamu hanya perlu menjadi yang terbaik diantara orang-orang yang ada disekitarmu. Hanya itu. Simple.” - Devonisme –
“Tuhan selalu membimbing dan membantu anak-anaknya yang sedang berjuang. Percayalah Ia tak pernah membiarkan kau sendiri” - Romo Tata –
“A busy life makes prayer harder. But prayer makes a busy life easier” - Anonysmus -
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH MUSIK KLASIK KONTEMPORER “YANNI” TERHADAP KEMAMPUAN SPASIAL TEMPORAL Teresa Laura Kristi ABSTRAK Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik kontemporer Yanni terhadap kemampuan spasial pada remaja. Penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya membuktikan bahwa musik memberikan pengaruh terhadap kognisi manusia. Gardner (1993) mengutarakan bahwa musik dapat membantu orang untuk mengorganisir cara berpikir dan bekerja sehingga membantu mereka berkembang dalam pemikiran spasial. Salim (2010) menyatakan bahwa bangunan otak memang telah terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik yang di dalamnya termasuk komponen spasial. Champbell (2001) mengungkapkan bahwa musik klasik mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Kemampuan spasial sangat berperan yang penting di berbagai bidang kehidupan. Musik dapat menjadi media yang efektif untuk mengembangkan kecerdasan spasial. Sampel penelitian adalah siswi kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta (N = 32). Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Subjek dibagi ke dalam dua kelompok secara random, yakni ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode pengambilan data menggunakan desain Kontrol Group Posttest-Only Design. Pada tahap posttest semua subjek dalam kedua kelompok penelitian dikondisikan dalam keadaan yang sama, baik itu perlengkapan tes, materi tes, dan juga instruksi tes. Analisis data menggunakan teknik uji beda „t‟ selisih skor (d) kedua kelompok. Hasil t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan pada kemampuan spasial antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (F: 0.059, sig: 0.809 ≥ 0.5 dan ttest: 8.009, sig: 0.00 ≤ 0.05). Rerata kemampuan spasial subjek yang diberikan perlakuan mendengarkan musik Yanni (Xeksperimen: 41, 81), terbukti lebih baik daripada rerata kemampuan spasial subjek yang tidak diberikan perlakuan mendengarkan musik Yanni (X kontrol: 28,31). Kata kunci: kemampuan spasial temporal, musik kontemporer Yanni
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE EFFECT OF YANNI’S CONTEMPORARY CLASSICAL MUSIK TOWARDS SPATIAL-TEMPORAL ABILITY Teresa Laura Kristi ABSTRACT This experimental study intended to find out the effect of contemporary classical musik towards spatial ability for teens. Gardner (1993) explain that musik can helps people to organize their ways of thinking and works to assist them develops in spatial thinking. Salim (2010) declare that the brain structures it is indeed specialized to build musikal blocks which had spatial component inside. Don Champbell (2001) showed that classical musik may improved memory concentration and spatial perception. Spatial ability have role in many area in recent living. Musik can be an effective medium for developing spatial intelligence. Participants was taken from students of E class grade ten at Stella Duce 2 Senior High School of Yogyakarta (N = 32). Selection of subjects in this research using purposive sampling technique. Subjects were divided into two groups randomly, into the experimental group and the kontrol group. The data was taken with the Kontrol Group Posttest-Only Design. In the posttest phase, all subjects in both groups was conditioned in the same state, be it equipment tests, material tests, and test instructions. Data analysis was conducted by using t-test procedure to compare means of the difference (d) between two sample of cases. The result showed that there was significant difference spatial ability scores between experimental group and kontrol group (F: 0.059, sig: 0.809 ≥ 0.5 and ttest: 8.009, sig: 0.00 ≤ 0.05). Spatial ability means scores from the subjects who participated in musikal training (Xexperiment: 41, 81) have proven better than means scores from the subjects who did not given treatment to listen to Yanni’s musik (Xkontrol: 28,31). Keywords: spatial ability, Yanni‟s classical contemporary musik.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Teresa Laura Kristi
Nomor Mahasiswa
: 109114019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengaruh Musik Klasik Kontemporer Yanni Terhadap Kemampuan Spasial Temporal Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 25 Juli 2014
Yang menyatakan. (Teresa Laura Kristi)
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Aku ucapkan syukur yang sebesar-besarnya untuk Tuhan Yesus, Bunda Maria, serta Santo Yosef yang selalu ada dan memberikan petunjuk, pengetahuan, peristiwa, dan segalanya
yang pada akhirnya berhasil membimbingku
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Yang ingin penulis sampaikan adalah rasa terima kasih yang amat besar kepada orang-orang terkasih yang sungguh memberikan andil yang sangat besar sehingga karya ini dapat terwujud sebagai bagian dari suatu proses untuk mencapai tujuan yang lebih besar lagi. Dengan segala hormat: Bapak V. Didik Suryo, yang selama kurang lebih 4 bulan dengan sabar membimbing saya, memberikan arah dan petunjuk, menuntun saya selangkah demi selangkah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan karya ini. Terima kasih bapak karena telah memberikan “pencerahan” sehingga gagasan yang ingin saya berikan dapat terwujud nyatakan dalam karya ini. Bapak Djohan Salim, sang “Psikolog Musik Indonesia” yang dari awal saya memulai menulis karya ini hingga akhirnya karya ini dapat terwujud selalu membimbing saya dengan sabar. Terima kasih bapak karena telah meluangkan waktu yang begitu berarti untuk saya disela-sela kesibukan bapak yang begitu luar biasa. Terima kasih berkat bimbingan bapak saya dapat menemukan gagasan baru untuk penulisan karya ini. Sejuta terima kasih untuk MAMA! Yang setiap waktu selalu memberikan perhatian yang amat sangat hangat, terutama saat proses pembuatan hasil karya ini. Walaupun mama terlihat cuek, tapi mama selalu memberikan perhatianperhatian kecil yang selalu menjadi energi dan semangat buat saya. Terutama untuk segala doanya. Tak pernah bosan-bosan mama berdoa untuk segala usaha yang saya lakukan. Juga untuk almarhum PAPA! Walaupun saya tidak mampu melihatnya, namun saya yakin papa selalu membantu saya, menemani saya,
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bahkan secara langsung meminta kepada Tuhan Yesus untuk melancarkan segala usaha saya. Terima kasih mama dan papa, I love you! Untuk kakak-kakak, Mbak Aci, Mas Ugo. Terima kasih untuk dukungan serta doanya, juga untuk keponakan-keponakan lucuku yang selalu memberikan tawa disaat tante Laura merasa jenuh. Untuk Dea, Deva, dan Vincent. Sahabat-sahabat PASSIONku: Yunk Tita, Yunk Fili, Bunda Lusi, dan Sandra Gentong. Terima kasih untuk kerja samanya selama ini. Terima kasih buat segala bantuannya, segala semangat, segala dukungan dan segala tempat untuk menumpahkan segalanya. Hahahaha. Terima kasih untuk “mahkota”nya, untuk selempang macaroni pedes, juga untuk piala Teh Kotaknya. Terutama terima kasih untuk Yunk Tita yang sangat berperan dalam menyelesaikan karya ini. Mulai dari bertukar ide, ngobrol topik kesana kesini, mbantuin ambil data, nemenin nyiapin ini itu. I heart yall! Untuk teman seperjuangan penggiat skripsi, khususnya Anin dan Sandi. Terima kasih karena telah berproses bersama, berbagi wawasan dan ilmu untuk menyelesaikan karya kita ini. Khususnya untuk Anin, pasangan penggiat skripsi sejati. Terima kasih sudah membantu, berproses bersama, terutama sudah menemani saat saya “terjatuh”. Did you remember? Wkwkw. Selamat ya kawan, kita sudah selangkah didepan! Untuk adek-adekku “Kapak Nyonya”: Arnold “Anot”, Fanny, dan juga Rita. Terima kasih karena selalu mendukung dan selalu menyemangati, terima kasih juga karena selalu menemani nonton konser apapun untuk menghilangkan jenuh saat proses pembuatan karya tulis ini. Terima kasih karena sudah mengajak “ikut kuliah” di kampus selatan a.k.a Institut Seni Indonesia, demi bisa bertemu dengan Bapak Djohan Salim. Hehehehe. Super love youuuu. Untuk teman-teman ISI (Institut Seni Indonesia). Untuk Adong, terima kasih banyak Adong, karenamu aku bisa bertemu dan berdiskusi dengan Pak Djohan. Terima kasih karena telah mempertemukanku dengan dosen walimu yang sungguh membanggakan itu. Untuk mbak Mira, yang beberapa kali kita sempat x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
berdiskusi bersama tentang topik kita. Hahaha terima kasih sharingnya ya mbak. Yuk buruan dikelarin skripsinya! Untuk mas-mas yang maaf-saya-lupanamanya, anak musikologi yang sudah menghibahkan buku Psikologi Musiknya untuk saya. Terima kasih sekali mas karena buku tersebut menjadi kunci karya tulis saya ini hehehe. Juga untuk dukungan teman-teman yang lain, terima kasih! Untuk keluarga SIBELIUSchamber-ku yang selalu mendukung. Untuk Elgar yang selalu memberikan semangat untuk maminya ini hahaha. Terutama untuk Cik Yoshua yang sudah menjadi mentor yang hebat untuk aku. Sumpah cik, mungkin kalau ga ada kamu, aku pahpoh dalam ngerjain karya tulis ini. Terima kasih untuk saran-saran jurnalnya, untuk les privatnya. Big thanks for you cik, you such a big help. Tunggu tanggal maen konser kita selanjutnya ya hhihihi. Untuk cah 6: Ratih, Putri “Ib”, Ayu “Bulldog”, Kiki “Paus”, dan jg Helga “Gondhes”. Terima kasih karena sudah saling mendukung. Mungkin kita emang jarang ketemu, tapi terima kasih karena selalu berusaha ada di momentmoment penting kita bersama. Sudah lebih dari 7 tahun kita bersahabat, dan akan berlanjut 70 tahun lagi ya, guys! Juga untuk bibib aku Tyas “Atun” yang kitabaru-deket-waktu-akhir-kuliah-ini-ya hahaha. Terima kasih karena selalu manut setiap diajak kemanapun aku mau, diajakin ngerjain skripsi dimanapun aku suka. Kamu loveable bgt, besok aku traktir sate ayam ya! Keluarga besar SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA. Untuk ibuku tercinta ibu Tutik yang sudah memberikan kesempatan kepada saya sehingga saya dapat melakukan penelitian di SMA STERO, walaupun pada dasarnya di semester genap STERO tidak menerima penelitian apapun. Oh ibu, jasamu sungguh berarti untuk saya. Terima kasih ibu! Juga untuk ibu Siwi, yang suka ngomel-ngomel tapi dengan sepenuh hati membantu saya hehehe. Terima kasih ibuku yang iwel-iwel, maaf ya banyak ngrepotin ibu. Khususnya untuk adik-adik di kelas X E yang telah bersedia menjadi partisipan penelitian ini. Terima kasih ya dik, terima kasih juga karena kitapun menjadi lebih akrab sampai
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sekarang. Juga untuk segala tawa canda yang saya dapatkan setiap kali saya berkunjung ke STERO: bang satpam, bapak-ibu kantin, semuanya. Terima kasih! Terakhir untuk keluarga besar kantor Lembaga Psikologi Gloria Edukasindo. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk saya sehingga dapat banyak belajar. Terima kasih banyak terutama untuk Kak Christi, kakakku di kantor yang amat super baik. Selalu membantu, bahkan membantu latihan sebelum ujian pendadaran dimulai. Juga untuk yang lainnya, yang selalu care walaupun terkadang dengan cara menggoda dan membully. Tetapi itulah tanda kedekatan diantara kita. Hahahaha. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang turut membantu namun tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu. Harapan penulis, semoga karya ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis namun juga berguna bagi seluruh pembaca.
Yogyakarta, 19 Agustus 2014 Penulis Teresa Laura Kristi
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi ABSTRACT .......................................................................................................... vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10 BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 12 A. Kemampuan Spasial ................................................................................ 12 1. Definisi .............................................................................................. 12 2. Aspek-Aspek ..................................................................................... 15
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Alat Ukur........................................................................................... 20 4. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Kecerdasan Spasial ................ 24 B. Musik Klasik Kontemporer ..................................................................... 28 1. Pengertian Umum Musik .................................................................. 28 2. Pengertian dan Ciri Musik Klasik ..................................................... 29 a. Definisi Musik Klasik ................................................................. 29 b. Ciri-Ciri Musik Zaman Klasik .................................................... 32 3. Musik Klasik Kontemporer ............................................................... 32 a. Pengertian .................................................................................... 32 b. Ciri-Ciri Musik Klasik Kontemporer .......................................... 33 4. Komposisi Musik Yanni “Acroyali/Satnding In Motion” ................ 34 C. Pengaruh Musik ...................................................................................... 36 1. Terapi Musik ..................................................................................... 36 2. Pengaruh Musik Secara Fisiologis .................................................... 38 3. Penelitian-Penelitian Sebelumnya ..................................................... 39 D. Kerangka Berpikir ................................................................................... 42 E. Hipotesis.................................................................................................. 44 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 45 A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 45 B. Variabel Penelitian .................................................................................. 46 C. Definisi Operasional................................................................................ 47 D. Subjek Penelitian..................................................................................... 48 E. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 49
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 50 G. Alat Ukur (Tes Kemampuan Spasial) ..................................................... 51 H. Analisis Data ........................................................................................... 52 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 54 A. Orientasi Kancah ..................................................................................... 54 B. Persiapan Penelitian ................................................................................ 54 C. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 56 D. Analisis Data ........................................................................................... 57 E. Pembahasan ............................................................................................. 62 BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 70 A. Kesimpulan ............................................................................................. 70 B. Saran-Saran ............................................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Uji Normalitas………………………………………………………58 TABEL 2. Uji Homogenitas……………………………………………………58 TABEL 3. Uji Hipotesis………………………………………………………..60
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. SKOR POST-TEST KEL EKSPERIMEN DAN KONTROL…78 1. Skor Post-Test Kelompok Eksperimen…………………………………..79 2. Skor Post-Test Kelompok Kontrol……………………………………….80 LAMPIRAN B (UJI ASUMSI)……………..……………………………………81 1. Uji Normalitas (Variabel Kemampuan Spasial Post-Test)……..………..82 a) Kelompok Kontrol…………………………………………..……….82 b) Kelompok Eksperimen………………………………………..……..82 2. Grafik Normalitas…………………………………………………..…....84 a) Kelompok Kontrol……………………………………………….…..84 b) Kelompok Eksperimen…………………………………………........85 3. Normal Q-Q Plot……………………………………………….………...86 a) Kelompok Kontrol………………………………………….………..86 b) Kelompok Eksperimen……………………………………….………87 LAMPIRAN C (Uji Homogenitas)………………………………………..……..88 1. Uji Homogenitas………………………………………………………....89 2. Means Plot Uji Homogenitas……………………………………….…....90 LAMPIRAN D (Uji Hipotesis)…………………………………………….…….91 1. Uji Hipotesis T-Test……………………………………………….……..92
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berhadapan dengan situasi menjelaskan letak suatu barang pada orang lain. Menurut S, Nora & Janellen, H (2004) anak-anak maupun orang dewasa seringkali berhadapan dengan permintaan dari orang lain untuk menjelaskan tentang letak suatu barang yang hilang, misalnya kunci rumah, kacamata, atau dimana mereka meletakkan sepatu mereka untuk terakhir kalinya. Menjelaskan letak suatu barang tersebut melibatkan kemampuan yang berhubungan dengan spasial atau keruangan. Kemampuan spasial merupakan konsep abstrak, meliputi persepsi spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi sampai pada kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta rotasi mental. Didalamnya diperlukan adanya pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual (Hegarty, 2005). Kemampuan spasial digunakan dalam aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan. Misalnya ketika sedang berada di luar kota yang sebelumnya belum pernah dikunjungi, dibutuhkan peta untuk melihat dimana saja tempat-tempat yang ingin dikunjungi di kota tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Demikian halnya ketika melakukan orientasi diri terhadap lingkungan yang baru. Misalkan, baru saja pindah ke sekolah yang baru lalu mencoba untuk berjalan mengelilingi gedung sekolah tersebut. Dalam aktivitas – aktivitas seperti itulah dibutuhkan kemampuan spasial yang tinggi (Hegarty, 2005). Kita juga seringkali berada dalam suasana lalu-lintas yang crowded sehingga membuat kita berkeinginan untuk memilih jalan lain untuk menghindari kemacetan. Saat itulah kemampuan spasial yang kita miliki bekerja. Selain itu, saat harus mengemas sebuah paket, kita berpikir apakah kotak tertentu cukup besar untuk sebuah objek yang dimasukkan ke dalamnya. Lebih lanjut Hegarty (2005) menyampaikan bahwa dalam keseharian, hampir tidak pernah lepas dari penggunaan kemampuan spasial, contohnya saja saat bercermin. Dalam dunia pendidikan, kemampuan spasial sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam menerapkan ilmu yang didapatkan, contohnya pada ilmu matematika, ilmu alam, teknik, ekonomi, meteorologi, dan juga arsitektur. Dalam bidang meteorologi, seorang astronom harus dapat memvisualisasi struktur tata surya dan gerakan benda-benda yang ada di dalamnya. Dalam bidang arsitek, seorang insinyur harus mampu bervisualisasi tentang interaksi bagian-bagian yang ada dalam mesin. Ahli radiologi harus mampu menafsirkan gambar pada medical X-ray. Dalam sub-kimia-formula juga dapat dilihat sebagai model abstrak molekul dengan sebagian besar informasi spasial yang dihapus,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
ketrampilan spasial penting dalam memulihkan informasi bahwa model mental yang lebih rinci dari molekul diperlukan (S, Nora & Janellen, H, 2004). Dalam pendidikan matematika dan sains, fitur penting dari kemampuan spasial telah menjadi ketrampilan yang dibutuhkan untuk membangun model mental yang efisien dari objek dari deskripsi verbal buku teks/instruksi. Kemampuan spasial ini menjadi sangat penting dengan adanya pengembangan teknologi baru, seperti: pencitraan, komputer grafis, visualisasi data, dan juga supercomputing (S, Nora & Janellen, H, 2004). Di bidang teknologi komputer grafis, kemampuan spasial yang kuat digunakan untuk membuat gambar visual yang kompleks dari proses yang terjadi di alam. Teknik ini digunakan untuk menggambarkan cara kerja yang rumit dari sistem kekebalan tubuh, interaksi meteorologi kompleks yang terjadi dalam mengembangkan badai, angin topan, tornado, atau hubungan atom dan molekul dalam kimia (S, Nora & Janellen, H, 2004). Meskipun penting dalam berbagai bidang, dalam pendidikan ilmu pengetahuan, ketrampilan spasial jarang bekerja berelasi dengan kemampuan lain. Contohnya seperti penalaran logis, pengambilan memori yang efisien, dan kemampuan verbal (Hegarty, 2005) Piaget dan Inhelder (1971) menyebutkan bahwa kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang di dalamnya meliputi hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang), juga hubungan proyektif (kemampuan untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang). Selain itu juga termasuk di dalamnya terdapat konservasi jarak (kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi spasial (kemampuan untuk
merepresentasikan
hubungan
spasial
dengan
memanipulasi
secarakognitif), rotasi mental (membayangkan perputaran objek dalam ruang). Kemampuan spasial ini sangat penting karena kemampuan spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum. Kemampuan spasial ini juga dapat membantu dalam proses belajar mengajar serta mengenali lingkungan sekitarnya. S, Nora & Janellen, H (2004) mengatakan bahwa dengan mempunyai kecerdasan spasial yang baik, maka anak dapat tumbuh kreatif dan inovatif. Kemampuan spasial yang tidak terolah dengan baik akan berdampak pada kesulitan belajar yang dialami oleh seorang individu. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh Baurnel dan Harvell (2004) yang memberikan beberapa ciri-ciri kelemahan dalam persepsi visual terhadap penelitiannya pada kemampuan spasial anak. Kekurangan pada bagian persepsi spasial dapat dikenali karena anak nampak bermasalah untuk mempelajari abjad dan sering terbalik melihat huruf tertentu seperti b/d, p/q, m/w dan juga angka. Konsep membaca dan mengejanya juga lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
lambat dibandingkan yang lain. Gerakan yang dilakukan juga menjadi canggung, mudah terantuk dan jatuh, sukar memahami konsep kiri-kanan, atas-bawah, depan belakang, pertama-terakhir juga merupakan ciri yang paling khas pada kelemahan hubungan antara kemampuan spasial dan kesadaran tubuh. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kemampuan spasial dapat ditingkatkan secara temporal dengan musik Mozart. Yaitu dengan cara mendengarkan musik Mozart, yang disebut Efek Mozart. Penelitian dilakukan pada 36 mahasiswa perguruan tinggi yang kecerdasan spasialnya meningkat secara temporal setelah mendengarkan Sonata Mozart
selama
10 menit.
Dengan
mendengarkan
musik,
dapat
membangkitkan neuron yang juga digunakan untuk kinerja spasial, yang dalam hal ini merupakan kemampuan seseorang untuk merotasi mental benda 3 dimensi (Rauscher, Shaw, & Ky 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Martin H. Jones, Stephen D. West dan David B. Estell (2006) dari Indiana membuktikan bahwa Efek Mozart mampu mengaktifkan jalur syaraf yang digunakan untuk kemampuan spasial. Argumen ini menjelaskan bahwa Efek Mozart pertama kali datang dari model Trion Cerebal Cortex (Leng dan Shaw, 1991). Model trion tersebut adalah representasi matematis dari model kolumnar cerebal cortex (Mountcastle, 1978). Dalam model ini, pola penembakan syaraf yang serupa terjadi selama adanya tugas spasial dan kognisi musik. Leng dan Shaw (1991) menghipotesiskan bahwa mendengarkan musik mungkin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
dapat mengaktifkan neuron sebelum menyelesaikan tugas spasial. Artinya, mendengarkan musik meningkatkan kinerja spasial dengan mengaktifkan neuron tertentu yang ada dalam cerebal cortex. Penelitian Rauscher, Shaw, dan Ky (1995) mendukung alasan biologis tersebut dengan adanya peningkatan skor kecerdasan spasial pada 36 mahasiswa setelah mereka mendengarkan musik Mozart “Sonata for Two Pianos in D Major, K.448”selama 10 menit. Seluruh mahasiswa berpartisipasi pada treatment yang berbeda selama 10 menit (musik Mozart, relaksasi, dan diam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart Sonata menghasilkan skor spasial paling tinggi. Para penulis mencatat bahwa perbaikan spasial berlangsung selama 10 – 15 menit setelah mendengarkan musik. Hipotesis yang kedua adalah Mozart meningkatkan mood (suasana hati), gairah, dan juga performansi. Steele, Bass, dan Crook (1991) memberikan hipotesis bahwa musik mengubah suasana hati seseorang, yang
mana
hal
tersebut
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
berperformansi dalam tes kecerdasan spasial. Untuk pengujian hipotesis, peneliti membandingkan antara 2 genre musik yang berbeda (sebuah lagu dari Philip Glass & musik Mozart). Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam kinerja spasial. Tetapi mereka yang mendengarkan lagu dari Philip Glass dilaporkan memiliki skor yang lebih tinggi dalam hal kemarahan dan ketegangan. Steele (2000) kemudian mengklaim bahwa mendengarkan musik dapat mempengaruhi suasana hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
dan meningkatkan gairah, yang mana akan mempengaruhi kemampuan spasial. Pada hipotesis terakhir dikatakan bahwa individu yang menyukai (preference) terhadap musik Mozart, jenis musik yang lainnya, atau bahkan
dalam
keadaan
diam
dapat
mengoptimalkan
hasil
tes
performansinya. Nantais dan Schellenberg (1999) menyampaikan bahwa peningkatan kinerja spasial mungkin karena hasil stimulus yang disukai, bukan karena perubahan biologis yang sementara dalam kemampuan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja spasial menjadi lebih baik saat mendengarkan musik Mozart daripada kelompok kontrol yang hanya dalam situasi diam. Para peneliti juga telah mencatat preferensi dari para partisipan baik untuk musik Sonata Mozart atau membaca sebuah novel berjudul “The Last Rung On The Ladder” karya Stephen King. Skor spasial menjadi lebih tinggi ketika para partisipan menyukai stimulus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stimuli yang disukai dapat meningkatkan tes performansi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin H. Jones, Stephen D. West dan David B. Estell (2006) menunjukkan bahwa terdapat efek yang positif dari mendengarkan musik Mozart, meskipun gairah dijadikan sebagai mediasi dari hubungan ini. Namun, tidak ada efek preferensi yang tampak jelas. Ketertarikan terhadap musik Mozart tersebut tidak tampak jelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Penelitian yang dilakukan oleh Simon dan Chabris (1999) menunjukkan bahwa otak manusia menggunakan area distribusi yang luas untuk mendengarkan musik. Rhytm dan pitch cenderung diproses di sebelah kiri, sedangkan timbre dan melodi di sebelah kanan. Bagian – bagian dari otak yang kita gunakan untuk tugas-tugas spasial/temporal sebenarnya tumpang tindih dengan bagian pengolahan musik. Pada tahun 1999 neoruscientist Harvard, Christopher memeriksa 16 studi secara terpisah dan menemukan memang adanya peningkatan kreativitas pada remaja. Christopher juga melihat adanya penelitian yang menunjukkan peningkatan kreativitas dalam kelompok siswa yang telah membaca novel Stephen King/mendengarkan musik Yanni. Penjelasan Christopher untuk hasil tersebut adalah aktivitas yang menyenangkan mampu merangsang dan mengaktifkan daerah kreatif otak (Simons, 1999). Pendekatan korelasional paling banyak ditemukan dalam teori-teori Piaget (1957), misalnya penelitian terhadap anak pra sekolah yang tidak dapat melaksanakan tugas operasional konkret termasuk angka dan sulit mengombinasikan suara musik ke dalam memorinya. Pemahaman anak terhadap meter/metris dalam musik akan meningkat sesuai dengan kemajuan yang dicapai dalam tahapan perkembangannya. Beberapa ahli perkembangan juga menemukan korelasi yang positif dalam teori Piaget. Hasil uji korelasional terhadap teori tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kreativitas dalam musik secara signifikan berkorelasi dengan kemampuan spasial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Sebuah penelitian eksperimen juga dilakukan kepada hewan tikus. Tikus yang diberikan musik Yanni “Acroyali Standing In Motion” dapat melampaui labirin lebih cepat daripada tikus yang hanya diperdengarkan suara-suara
lirih,
tidak
diperdengarkan
apa-apa,
maupun
yang
diperdengarkan musik yang minimalis. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa musik Yanni Acroyali ini memang memiliki efek mendalam pada otak. Tikus yang dibesarkan dengan rutinitas diperdengarkan musik Yanni Acroyali dapat berjalan melalui labirin dengan cepat dan akurat (dalam Chabris, 1999). Musik klasik kontemporer diperkirakan dapat menjadi media yang cukup efektif untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan spasial. Walaupun secara teoretis dinyatakan bahwa musik klasik kontemporer Yanni dapat meningkatkan kemampuan spasial, namun pada kenyataannya penelitian dalam bidang psikologi musik belum banyak dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian apakah musik klasik kontemporer Yanni mampu menjadi media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan spasial secara temporal. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh dari musik klasik kontemporer yang dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah komposisi “Acroyali/Standing In Motion” dari seorang komposer bernama Yanni terhadap kemampuan spasial. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
klasik kontemporer. Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan spasial. B. Rumusan Masalah Apakah musik klasik kontemporer Yanni memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan spasial temporal?
C. Tujuan Penelitian Mengidentifikasi pengaruh musik klasik kontemporer Yanni terhadap peningkatan kemampuan spasial temporal.
D. Manfaat Penelitian a. Teoretis Hasil penelitian ini mampu memberikan masukan untuk ranah psikologi pendidikan dan eksperimen terutama dalam pembahasan mengenai efek musik Yanni terhadap kemampuan spasial temporal. b. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh musik terhadap kemampuan spasial, terutama bagi para pendidik di lingkungan pendidikan. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pembelajaran siswa untuk mengembangkan kemampuan spasialnya dengan memanfaatkan media musik. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu membantu lembaga pendidikan untuk menyediakan media pendukung untuk cara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
belajar yang berbeda, serta membantu lembaga pendidikan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang berhubungan dengan kemampuan spasial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Spasial 1. Definisi Thurstones (1938), menyatakan bahwa intelegensi manusia tersusun atas beberapa faktor kemampuan spesifik yang independen dan tidak hanya terdiri dari satu faktor kemampuan secara umum. Salah satu faktor kemampuan spesifik yang dihasilkan dari usahanya dikenal dengan nama “space”, yaitu kecakapan untuk memiliki gambaran atau bayangan mental
dan
secara
membalikkannya
ke
mental suatu
dapat posisi
menggulung, yang
memutar,
berbeda,
atau
kemudian
menyesuaikannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Inilah yang kemudian menjadi istilah pertama dalam definisi kemampuan spasial. Lohman (1988) berpendapat bahwa kemampuan spasial dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan, menguasai, dan memanipulasi gambaran visual. Lohman (1993) mendefinisikan kemampuan visual spasial merupakan kemampuan untuk menghasilkan, menyimpan, mengambil, dan mengubah gambar visual yang terstruktur dengan baik. Piaget dan Inhelder (1971) menyebutkan bahwa kemampuan spasial adalah konsep abstrak yang di dalamnya meliputi hubungan spasial (kemampuan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
mengamati hubungan posisi objek dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan untuk melihat objek dari berbagai
sudut
pandang),
konservasi
jarak
(kemampuan
untuk
memperkirakan jarak antara dua titik), representasi spasial (kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif), rotasi mental (membayangkan perputaran objek dalam ruang). Gardner (1983) mengutarakan bahwa kecerdasan spasial dapat diartikan sebagai kecerdasan gambar dan visualisasi. Kemampuan mempersepsi dan mentransformasikan dunia spasial-visual secara akurat. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi atau kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam 3 cara dimensi. Kecerdasan spasial memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik. Menurut S, Nora (2003) kecerdasan spasial tidak hanya berkaitan dengan kemampuan mengenal arah dan lokasi, namun juga menyusun rancang bangun dan struktur masalah. Kecerdasan spasial juga sangat berkaitan dengan pemecahan masalah dan aktivitas sehari-hari, misalnya dalam hal mengukur mana yang lebih besar dan kecil, lebih jauh dan dekat, lebih tinggi dan pendek, dan lain-lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Salim
(2010)
mendefinisikan
bahwa
kemampuan
14
spasial
merupakan kapasitas kemampuan yang berkaitan dengan penalaran atau memanipulasi mental terhadap hubungan keruangan. Kognisi spasial banyak digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan tipe-tipe proses mental seraya melibatkan perbedaan atau pengelompokan tugas. Kemampuan spasial telah didefinisikan ke dalam cara yang berbeda-beda. Namun biasanya sulit dicari ketepatan dari makna definisi tersebut untuk digunakan sebagai satu definisi yang komprehensif. Diketahui pula bahwa orang dengan kemampuan spasial yang kuat bisa membayangkan bentuk dari sudut pandang yang berbeda, dapat lebih cepat memahami apa yang mungkin terlihat seperti sesuatu yang tidak pas, atau mungkin lebih efektif mengingat dan menciptakan gambar dan urutan gambar. Berdasarkan dari definisi kemampuan spasial yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan spasial adalah kemampuan untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang, yang berkaitan dengan penalaran dan manipulasi mental terhadap sifat – sifat hubungan keruangan, dengan menggunakan kemampuan untuk membayangkan suatu objek (visual imagery) di dalam kepala
tanpa
menggunakan
merepresentasikannya.
suatu
peraga,
dan
kemudian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
2. Aspek-Aspek Whiteborn dan Slater (dalam Salim, 2010) membagi aspek-aspek kecerdasan spasial ke dalam 2 bagian, yaitu: a. Bagian yang berhubungan dengan relasi spasial, terdiri dari: -
Kemampuan untuk menentukan hubungan antara stimulus dan respon yang ditata secara spasial.
-
Kecakapan menyusun elemen-elemen ke dalam bentuk suatu stimulus visual.
b. Bagian yang berkaitan dengan visualisasi, terdiri dari: -
Kemampuan
untuk
membayangkan
atau
mengimajinasikan
perputaran objek lukisan. -
Kemampuan untuk melipat dan membuka lipatan, membungkus dan membuka bungkusan pola-pola datar.
-
Kemampuan untuk mengenali perubahan relative posisi suatu objek di dalam ruang.
Menurut Lohman (1979), pada tingkat yang paling dasar, pemikiran spasial membutuhkan kemampuan untuk memberi kode, mengingat, mengubah, dan mencocokkan stimulus spasial. Variabel-variabel yang ada dalam kemampuan spasial contohnya seperti closure speed (kecepatan dalam mencocokan stimuli spasial yang belum sempurna dengan gambaran ingatan jangka panjang), perceptual speed (kecepatan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mencocokkan
stimuli
visual)
dan
kinesthetic
(kecepatan
16
untuk
membedakan kanan-kiri). Lohman (1979) mengusulkan penegasan atas tiga aspek dasar dari kemampuan spasial, yakni: a. Spatial Relation. Faktor ini ditegaskan melalui tes seperti cards, flags, dan fgures b. Spatial Orientation. Faktor ini mencakup kemampuan untuk membayangkan bagaimana sebuah stimulus hadir dari perspektif lain (perspective taking). c. Visualization. Faktor ini terdapat dalam bermacam-macam tes, seperti Paper Folding, Form Board, WAIS Block Design, dan Hidden Figures. Kemudian Lohman (1979) mengembangkan lagi aspek-aspek tersebut menjadi berikut: a. Vz/ Gv (Visualization atau General Visualization) dapat diukur dengan tes Paper Folding, Paper Form Board, Surface Development, Block
Design,
Shepard-Metzler
Mental
Rotation,
Mechanical
Principles. b. SO (Spatial Orientation) dapat diukur dengan tes Aerial Orientation dan Chair-Window Test. c. Cf (Flexibility of Closure) dapat diukur dengan tes Embedded Figure Test. d. SR (Spatial Relation) dapat diukur dengan tes Cards, Flogs, Figures.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
e. Ss (Spatial Scanning) dapat diukur dengan tes Maze Tracing, Choosing a Path. f. Ps (Perceptual Speed) dapat diukur dengan tes Identical Forms. g. SI (Serial Integration) dapat diukur dengan tes Succesive Perception III, Picture Identification. h. Cs (Closure Speed) dapat diukur dengan tes Street Gestalt, Harsman Figure, Close Ups. i. Vm (Visual Memory) dapat diukur dengan tes Memory of Design. j. K (Kinesthetic) dapat diukur dengan tes Hands. French (1951) memaparkan 9 aspek yang dianggap sebagai ranah kemampuan spasial: a. S: Space, kemampuan untuk merasakan pola spasial secara akurat dan membandingkannya dengan pola lain (faktor ini terkorelasi dengan faktor VZ, Visualization) b. SO: Space Orientation, kemampuan untuk tidak mengalami kebingungan dalam memahami pola spasial dengan bentuk penyajian yang berbeda. c. Vi:
Visualization,
kemampuan
memahami
pergerakan
bayangan dalam ruang 3 dimensi atau kemampuan untuk memanipulasi
objek
dalam
imajinasi
(faktor
ini
berkorespondensi dengan faktor SR, Spatial Rotation) d. GP: Gestalt Perception, kemampuan untuk menyatukan stimuli visual yang tidak jelas, menjadi suatu keutuhan yang memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
makna (faktor ini berkorespondensi dengan faktor CS, Closure Speed dan SI, Serial Integration) e. GF: Gestalt Flexibility, kemampuan untuk memanipulasi dua konfigurasi secara serempak dan merangkainya dalam suatu urutan (faktor ini berkorespondensi dengan faktor CF, Closure Flexibility) f. P: Perceptual Speed, kemampuan untuk menemukan suatu konfigurasi dalam suatu material yang dikacaukan, dimana konfigurasi tersebut sebelumnya sudah diperkenalkan kepada subjek (faktor ini berkorespondensi dengan faktor P, Perceptual Speed) g. LE: Length Estimation, kemampuan untuk membandingkan panjang suatu garis atau jarak pada secarik kertas. h. PA: Perceptual Alternations, kemampuan untuk mencari alternative persepsi visual i. FI: Figure Ilusions, kemampuan untuk memahami ilusi pola geometrical. Selain aspek, ada juga beberapa ahli yang menyebutkan dengan sebutan faktor. Caroll (1993) melakukan analisis ulang terhadap faktor-faktor kemampuan spasial yang telah diajukan oleh French (1951) dan Lohman (1979). Dari hasil analisisnya, Caroll menetapkan beberapa aspek utama dari kemampuan spasial, yakni:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
a. VZ (Visualization): Kemampuan untuk memanipulasi pola spasial yang dinyatakan lewat keberhasilan menyelesaikan tingkat yang sulit dan kompleks dari suatu materi stimulus spasial tanpa memperhitungkan faktor kecepatan dalam menjawabnya. b. Sr (Speeded Rotation): Kecepatan memanipulasi pada pola visual yang sederhana (mental rotation, transformation, atau yang lainnya) c. CS (Closure Speed): Kecepatan memahami dan mengidentifikasi sebuah pola visual tanpa mengetahui terlebih dahulu pola yang harus dipahami dan diidentifikasi. d. CF (Flexibility of Closure): Kecepatan untuk menemukan, memahami dan mengidentifikasi sebuah pola spasial, dengan terlebih dahulu mengetahui pola spasial yang harus dipahami (saat pola tersebut tersembuyi dan disamarkan dengan cara tertentu) e. SR (Spatial Relation): Kemampuan untuk memanipulasi pola spasial, dan menemukan hubungan-hubungan antar pola. f. P (Perceptual Speed): Kecepatan untuk menemukan pola spasial yang sudah dikenali sebelumnya, membandingkan satu pola atau lebih, secara akurat, dalam sebuah bidang visual yang mana pola tersebut tidak disamarkan. Caroll (1993) juga menambahkan tentang keberadaan beberapa bukti dari sejumlah faktor lain mengenai kemampuan visual. Faktor-faktor tersebut adalah:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
a. PI (Perceptual Integration): Kemampuan untuk memahami dan mengidentifikasi pola visual saat bagian dari pola tersebut dihadirkan secara berurutan dengan kecepatan yang tinggi. b. SS (Spatial Scanning): Kecepatan dalam mengikuti jalur yang ditunjukkan lewat pola spasial secara akurat. c. IM (Imagery): Kemampuan untuk membentuk gambaran mental internal dari pola visual untuk memecahkan masalah spasial. d. LE (Length Estimation): Kemampuan untuk membuat perkiraan yang tepat atau perbandingan atas suatu jarak visual. Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 aspek utama dalam kecerdasan spasial, yakni: Visualisasi Spasial (Vz) dan Orientasi Spasial (SO), dan Relasi Spasial (SR).
3. Alat Ukur Kemampuan Spasial Untuk mengukur kemampuan spasial, terdapat berbagai macam alat ukur yang disesuaikan dengan aspek dari kemampuan spasial yang ingin diukur. Alat-alat ukur tersebut yakni: a. Tes Stanford – Binet Tes ini bertujuan untuk mengukur penalaran verbal, penalaran kuantitatif, memori jangka pendek, dan juga penalaran abstrak/visual. Subtes yang mengukur penalaran abstrak/visual
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
adalah subtes paper folding, paper form board, dan juga block test. Misalkan partisipan diinstruksikan untuk mencoba memecahkan masalah 17 kertas lipat dan pertanyaan tentang memotong. Tugas
yang
diberikan
melibatkan
partisipan
untuk
membayangkan sebuah kertas yang dilipat beberapa kali dan dipotong menjadi bentuk dari lipatan tersebut. Partisipan kemudian menggunakan kemampuan spasial mereka dengan merotasi mental dan membuka kertas imajiner. Partisipan harus memilih kertas apa dan bagaimana seharusnya kertas itu terlihat ketika dibuka. Tes ini ditujukan untuk anak dengan rentang usia 3 – 13 tahun. b. The Card Rotation Tes ini mengukur kecepatan memanipulasi pola spasial yang sederhana (speeded orientation). Setiap soal dalam tes ini terdiri dari 1 kartu di sebelah kiri garis vertical dan delapan kartu di sebelah kanan. Tugas dari partisipan adalah memutuskan apakah masing-masing delapan kartu yang berada di sebelah kanan sama atau berbeda dengan kartu yang berada di sebelah kiri. Partisipan diminta untuk menandai kotak disamping S jika itu sama, dan diminta menandai kotak disamping D jika itu berbeda. c. Cube Comparison Test Tes ini juga mengukur kecepatan dalam memanipulasi pola spasial
seperti
mental
rotation,
transformation
(speeded
orientation). Setiap item soal dalam tes ini menginstruksikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
partisipan untuk memperhatikan bagaimana posisi benda yang telah berubah dalam gambar kedua dari posisi aslinya pada gambar pertama. Setelah itu, partisipan diminta untuk menandai bagaimana perpindahan posisi benda tersebut dengan menggunakan pilihan yang ada disamping kartu. d. GATB (General Aptitude Test Battery) Tes GATB merupakan test yang digolongkan sebagai test special aptitude, yang mana dikhususkan untuk mengukur bakat secara spesifik. Aptitude yang diukur dengan tes ini adalah: Aptitude G: Intelligence (kemampuan belajar secara umum), Aptitude V: Verbal Aptitude (kemampuan untuk mengerti arti dari beberapa kata dan penggunaan kata secara efektif), N: Numerical Aptitude (Kemampuan melakukan operasi angka secara cepat dan tepat), Aptitude S: Spatial Aptitude (Kemampuan untuk berpikir secara
visual
pada
bentuk
geometris,
kemampuan
untuk
menangkap objek tiga dimensi dan kemampuan mengingat hubungan yang dihasilkan dari gerakan suatu objek dalam ruang), P: Form Perception Aptitude (Mengukur kemampuan untuk melihat bagian dari benda, gambar dan grafik), Q: Clerical Perseption
Aptitude
(Mengukur
kemampuan
untuk
mengungkapkan objek klerikal (angka dan huruf), K: Motor kordination Aptitude (kemampuan mengordinasikan gerakan otot mata, tangan dan jari dengan terampil dan teliti dalam gerakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
yang cepat dan tepat), F: Finger Dexterity Aptitude (kemampuan gerakan jari-jemari, memanipulasi objek kecil secara terapil dan teliti), M: Manual Dexterity (kemampuan menggerakkan tangan dengan mudah dan terampil, dan mengukur kemampuan bekerja dengan tangan dalam menempatkan dan memindahkan). Di dalam tes ini terdapat subtes Tes Ruang Bidang (Three Dimentional Space) yang bertujuan untuk mengukur kemampuan untuk berpikir secara visual pada bentuk-bentuk geometris dan kemampuan untuk menangkap objek tiga dimensi (visualization, space relation). e. DAT (Differential Aptitude Test) Tes ini bertujuan untuk mengukur berbagai macam faktor kemampuan mental. Subtes dari tes DAT ini yang mengukur kemampuan spasial adalah subtes Tes Pola (Space Relation). Tes pola ini mengukur kemampuan mengenal benda-benda konkrit melalui proses penglihatan khususnya mengenal benda secara 3 dimensi. Butir-butir soal dibuat agar testi dapat mengkonstruksikan benda dengan pola yang tersedia secara tepat. Jadi testi harus dapat memanipulasi secara mental, mempunyai kreasi terhadap struktur benda tertentu dengan perencanaan yang baik (spatial relation). Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas, diketahui bahwa terdapat 3 aspek utama dalam kecerdasan spasial, yakni Visualisasi Spasial (Vz) dan Orientasi Spasial (SO), dan Relasi Spasial (SR).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Peneliti tertarik untuk memfokuskan penelitian pada aspek visualisasi dan relasi spasial. Peneliti berpendapat bahwa aspek visualisasi dan relasi merupakan aspek yang paling dekat dengan kegiatan sehari-hari seorang individu. Contohnya ketika seseorang insinyur harus mampu bervisualisasi dengan bagian-bagian mesin dalam pekerjaannya, seorang desain interior harus mampu menyesuaikan isi perabot rumah dengan bentuk rumahnya, dan juga seorang arsitek harus mampu bervisualisasi untuk membentuk suatu rancang bangunan. Oleh sebab itu peneliti menggunakan alat ukur GATB (General Aptitude Test Battery) subtes Tes Ruang Bidang (Three Dimentional Space) yang mana alat ukur tersebut menekankan pengukuran kemampuan untuk berpikir secara visual pada bentuk-bentuk geometris dan kemampuan untuk menangkap objek 3 dimensi, serta kemampuan untuk mengingat hubungan yang dihasilkan dari gerakan objek dalam suatu ruang.
4. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Kecerdasan Spasial a. Nature (faktor biologis) Sebagian besar penelitian yang menjelaskan perbedaan gender dalam hal faktor biologis, berfokus pada 2 bidang utama: hormone dan kematangan otak. Studi mengenai kelainan hormonal menunjukkan
bahwa
kadar
hormone
berkaitan
dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
perkembangan kemampuan spasial (Levy dan Heller, 1992). Misalnya wanita yang memiliki androgen yang tinggi selama perkembangan janin dan usia dini mempunyai kemampuan spasial yang tinggi daripada yang lainnya (Hampson, Rovelt, dan Altman, 1998). Paparan pra-lahir untuk androgen diduga menjadi faktor penting dalam pengembangan kemampuan spasial. Otak manusia dibagi menjadi 2 belahan, yang mendasari otak kiri adalah bahasa dan kemampuan verbal sedangkan otak kanan mendasari ketrampilan visual-spasial. Hal tersebut telah diketahui, bahwa belahan otak kanan pada laki-laki lebih besar dan berkembang lebih cepat daripada perempuan (De Lacoste, Hovarth dan Woodward, 1991), yang diduga berhubungan dengan ketrampilan spasial pada laki-laki (Levine et al, 1999). Selain itu, Pakkenberg dan Gundersen (1997) menginformasikan bahwa lakilaki memiliki neuron neokorteks lebih banyak daripada perempuan (sebesar 16%) dan hal tersebut dapat mengakibatkan lebih banyak koneksi sinaptik dan mempengaruhi perbedaan kognitif. b. Nurture Hegarty (2000) menuturkan bahwa kecerdasan spasial juga dipengaruhi oleh lingkungan. Tingkat kinerja seseorang cenderung berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut didapatkan melalui praktek, pelatihan, dan pembelajaran. Aktivitas-aktivitas seperti melukis dapat meningkatkan kemampuan spasial. Sesorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
dapat kehilangan tingkat kemampuan spasial yang mulanya lebih tinggi dari orang lain, jika orang lain tersebut memperoleh lebih banyak pengalaman yang mendukung kinerja mereka dan membuat kemajuan lebih dalam perkembangan intelektualnya. Oleh karena itu, untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan kemampuan spasialnya, seseorang harus mengasahnya melalui praktek, pelatihan, dan juga pembelajaran. Dalam komputer kontemporer juga banyak menawarkan fasilitas untuk melatih kemampuan spasial. Bahkan komputer game yang tidak dikembangkan dengan maksud eksplisit untuk memberikan pelatihan tersebut, seperti Block Out atau Tetris, telah ditemukan berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan spasial temporal (Martin, 2009). Penggunaan video visual dalam proses pembelajaran di sekolah juga mampu meningkatkan performa kemampuan spasial pada individu yang mempunyai kapasitas kemampuan spasial yang rendah. Selain itu, aktivitas musik juga dapat mempengaruhi kinerja spasial seseorang. Dari beberapa hasil penelitian dapat diketahui bahwa aktivitas musik mempunyai hubungan dengan proses spasial temporal. Karena dalam aktivitas musik, elemenelemen musik diorganisir baik secara spasial maupun secara temporal (menyusun jarak antar pitch, pola irama). Memainkan atau mendengarkan sebuah melodi lagu termasuk rekonstruksi dari pola-pola spasial temporal karena mengorganisir elemen nada ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
dalam kode spasial yang khusus. Sehingga melodi yang terdengar tersebut merupakan rekognisi dari sejumlah pitch melalui proses spasial temporal. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa irama sebuah lagu dapat mempengaruhi medan dimensi spasial secara bebas. Lingkungan sosial budaya yang mencakup isu-isu seperti bermain, peran gender, sosial, harapan orang tua, dan pengalaman pendidikan juga membawa pengaruh. Pengalaman masa kanakkanak
dianggap
memiliki
pengaruh
pada
perkembangan
kemampuan spasial (Saucier, McGeary, dan Saxberg 2002). Pada usia 1 tahun, anak laki-laki bermain dengan kendaraan dan blok yang melibatkan manipulasi spasial, sedangkan anak perempuan bermain dengan boneka yang mengembangkan ketrampilan sosial (Etaugh dan Liss, 2002). Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spasial seorang individu, yakni faktor nature dan nurture. Faktor nurture yang paling berperan terhadap kecerdasan spasial seorang individu. Contohnya dengan banyak melakukan aktivitas yang menggunakan
kemampuan
spasial,
seperti
bermain
game
Tetris/Block Out, pembelajaran dengan menggunakan video visual, dan juga dengan aktivitas musik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
B. Musik Klasik Kontemporer 1. Pengertian Umum Musik Menurut Salim (2010) kata musik berasal dari kata Yunani muse. Dalam mitologi Yunani dikenal bahwa Sembilan Muse, dewi – dewi bersaudara yang menguasai nyanyian, puisi, kesenian, dan ilmu pengetahuan, merupakan anak Zeus (Raja Para Dewa) dengan Mnemosyne (Dewi Ingatan). Dengan demikian, musik merupakan anak cinta ilahiah yang keanggunan, keindahan, dan kekuatan penyembuhannya yang misterius itu sangat erat hubungannya dengan tatanan maupun ingatan surgawi tentang asal-usul dan takdir kita. Bernstein dan Picker (dalam Salim 2010) menuturkan bahwa musik adalah suara yang diorganisir ke dalam waktu. Musik juga bentuk seni
tingkat
tinggi yang dapat mengakomodir
interpretasi dan kreativitas individu. Sekelompok orang dalam kegiatan musik tidak akan pernah menunjukkan adanya 2 orang yang mengekspresikan musik dengan cara yang mutlak sama. Lebih jelas lagi Campbell (2001) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul disemua tingkat pendapatan, kelas sosial, dan pendidikan. Musik berbicara kepada setiap orang dan kepada setiap spesies.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Dari penulis-penulis di Indonesia di antaranya dapat dijumpai sejumlah definisi tentang musik (dalam Salim, 2010). Jamalus berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi
dalam
bentuk
lagu
atau
komposisi
musik
yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satuan kesatuan. Sama halnya dengan Rina, berpendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyibunyian. Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa musik adalah salah satu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
2. Pengertian Musik Klasik a. Definisi Musik Klasik Istilah musik klasik terdiri dari 2 kata, yaitu musik dan klasik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik adalah seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
kesatuan dan kesinambungan. Sementara kata klasik, menurut KBBI yaitu karya sastra yang bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolok ukur atau karya sastra zaman kuno yang bernilai kekal. Jadi musik klasik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan yang merupakan suatu karya sastra zaman kuno yang bernilai tinggi. Musik klasik dapat diartikan sebagai berikut: musik yang berasal dari masa lalu, namun tetap disukai hingga kini; musik yang berasal dari masa sekitar akhir abad ke 18, semasa hidup Hayden dan Mozart, yang jadi dikenal sebagai periode klasik; musik yang perbuatan dan penyajiannya memakai bentuk, sifat, dan gaya dari musik yang berasal dari masa lalu (Dagun dalam Yuhana, 2010) Menurut Utomo (dalam Yuhana, 2010) musik klasik adalah jenis musik yang menggunakan tangga nada diatonis, yakni sebuah tangga nada yang menggunakan aturan dasar teori perbandingan serta musik klasik telah mengenal harmoni yaitu hubungan nada – nada dibunyikan serempak dalam akord-akord serta menciptakan struktur musik yang tidak hanya berdasar pada pola-pola ritme dan melodi. Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks dan menidurkan. Selain itu musik klasik berfungsi mengatur hormon-hormon yang berhubungan dengan stress antara lain ACHT,
prolactin,
dan
hormon
pertumbuhan
serta
dapat
mengurangi nyeri (Campbell, 2001) Musik klasik mempunyai perangkat musik yang beraneka ragam, sehingga didalamnya terangkum warna-warni suara yang rentang variasinya sangat luas. Dengan kata lain variasi bunyi pada musik klasik jauh lebih kaya daripada variasi bunyi musik lainnya. Karenanya musik klasik menyediakan variasi stimulasi yang sedemikian luasnya bagi pendengar. Menurut
Hughes
dan
Fino
(2000)
musik
klasik
kontemporer Yanni mempunyai tempo, struktur, melodi, serta harmoni konsonan dan prediktabilitas yang mirip dengan musik Mozart, sehingga frekuensi-frekuensinya yang tinggipun mampu merangsang daya kreatif otak. Berdasarkan definisi para ahli mengenai musik klasik yang telah dijabarkan diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa musik klasik merupakan jenis musik yang berasal dari masa sekitar akhir abad 18, menggunakan tangga nada diatonic dan mengoptimalkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang dapat memberikan variasi stimulasi pada pendengarnya.
b. Ciri – Ciri Musik Zaman Klasik Salim (2010) menyebutkan ciri-ciri musik zaman klasik sebagai berikut: -
Penggunaan dinamika dalam lagu dari yang bersifat keras/lantang (cressendo) berubah menjadi bersifat lembut (decressendo).
-
Perubahan tempo dalam lagu dari yang bersifat accelerando (semakin cepat), kemudian berubah menjadi Ritarteando (semakin lembut).
-
Pemakaian Ornamentik dibatasi. Ornamentik merupakan nada indah yang terdapat satu atau beberapa nada berfungsi untuk memperindah suatu melodi, baik yang dilaksanakan secara improvisasi oleh seorang pemain (opera jaman Handel), dan di tulis dengan lambang khusus. Contoh: Glissando; cara main dengan menggelincirkan jajaran nada beruntun, baik kromatik maupun diatonic.
-
Penggunaan Akord 3 nada, seperti akor C dimainkan dengan memencet tuts C, E, dan G.
3. Musik Klasik Kontemporer a. Pengertian Musik klasik kontemporer ada sejak tahun 1975 hingga saat ini. Pada akhir abad 20, komposer musik klasik bereksperimen dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
disonansi dan pitch, yang kadang-kadang menghasilkan potongan atonal. Setelah perang dunia ke-2, composer kontemporeris berusaha untuk mencapai tingkat yang lebih besar dalam proses komposisi mereka (misalnya dengan penggunaan tekhnik 12 nada). Komposer yang terkenal pada abad ini adalah Pierre Boulez, Luigi Nono, Karlheinz Stockhausen, Yanni, John Cage, dll (Tom, 2013). Musik klasik kontemporer merupakan jenis musik jaman klasik yang memiliki berbagai macam variasi birama, dinamika, tempo dan juga jenis tangga nada yang berfokus pada disonansi dan pitch.
b. Ciri-ciri Musik Klasik Kontemporer Tom (2013) menyebutkan ciri-ciri Musik Klasik Kontemporer sebagai berikut: -
Memiliki berbagai macam gaya, yang meliputi minimalis dan eksperimentalisme
-
Jenis birama yang digunakan tidak terpaku pada 1 birama saja
-
Dinamika dan tempo bervariasi
-
Penggunaan instrument yang beragam
-
Jenis tangga nada yang digunakan bervariasi
-
Penggunaan tekhnik nada yang lebih rumit daripada periode musik yang sebelumnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
4. Komposisi Musik Yanni “Acroyali/Standing In Motion” Albor (2014) mendeskripsikan mengenai struktur komposisi repertoar “Acroyali/Standing In Motion” sebgai berikut: Dalam gerakan pertama dari "Prague", setelah irama yang megah, kemudian diperpanjang dan pengenalan Haydnesque (terdapat studi tersendiri). Bagian pertama dari eksposisi (disebut Frase "A") berisi 3 gagasan tematik yang berbeda dan disajikan satu demi satu, memungkinkan menyebutnya kemudian A1, A2, dan A3. A1 dinyatakan sebagai pola iringan satu catatan sinkopasi (pada tonic) dan terdiri dari catatan panjang (semibreve) pada tingkat 5 dan kemudian diikuti oleh dua catatan pendek (minim dan not seperempat) pada tingkat 6 dan 7 berubah menjadi datar, kemudian diulang, dan kembali lagi ke tingkat 5. Setelah itu terarah mulus ke A2 yang disajikan dengan harmoni subdominant (seperti yang diharapkan, mengingat perubahan datar ditingkat 7). Tema ini sedikit lebih aktif berirama, yang terdiri dari not seperdelapan dan not seperenam belas, dan berfungsi untuk menyelesaikan kembali ke tonic, di mana titik A3 sebuah kemeriahan yang melompat satu oktaf dari tonic, dan kemudian jatuh dengan lembut kembali menggunakan skalar pola, yang menjadi penutupan pada tonic. Menurut John (2000), meskipun ini hanya eksposisi, ini merupakan tema penting, yang menjaga telinga terbuka untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
digunakan dalam pengembangan di mana Yanni melakukan beberapa tulisan kontrapungtal dengan itu. Yanni mengulangi Frase A dimulai dengan A1, namun telah muncul dengan kontra-tema yang indah dari oboe (A4), yang meluas melalui pengulangan A2. Selanjutnya, dititik A3 Yanni menyajikan tema baru, setelah itu dititik A5 yang disertai dengan variasi yang sama dengan variasi dititik A3. 5 unsur tematik yang berbeda, dan bahkan belum termodulasi. Sebelum memodulasi ke dominan, Yanni mengusulkan 3 ide-ide yang lebih tematik. Ketiganya akan ditempatkan menjelang akhir eksposisi sebagai penutup. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa musik klasik kontemporer Yanni “Acroyali/Standing In Motion” adalah jenis musik yang memiliki berbagai macam gaya, menggunakan dinamika, jenis tangga nada dan tempo yang bervariasi, serta menggunakan instrument musik yang berbagai macam. “Acroyali/Standing In Motion” memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Pengembangan dimulai dari perpanjangan dititik A3. Seperti disebutkan, ada dua bagian untuk gerakan awal, dan kemudian lompat ke atas satu oktaf, diikuti dengan pola skala ke bawah. Yanni menyajikan bagian pertama diserasikan dengan bagian kedua, setiap kali langkah ke atas. Yanni membuat komposisi tersebut terdengar seperti elemen baru melalui manipulasi timbre. Komposisi yang terdapat dalam Musik Yanni dinilai mirip
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dengan musik Mozart dalam tempo, struktur, melodi, serta harmoni konsonan dan prediktabilitasnya.
C. Pengaruh Musik 1. Terapi Musik Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal yang baru. Setiap daerah dan budaya di dunia memiliki musik yang khusus diperdengarkan atau dimainkan pada saat peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup anggota masyarakatnya. Ada musik yang dimainkan untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran seorang anak, ada juga musik yang khusus mengiringi upacara-upacara tertentu seperti pernikahan dan kematian. Musik juga menjadi pendukung utama untuk melengkapi dan menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya (Salim, 2010). Musik yang merupakan kombinasi dari ritme, harmoni, dan melodi sejak dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan. Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen
musik
oleh
seorang
terapis
untuk
meningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional, dan spiritual. Terapi musik merupakan suatu proses multidisipliner yang harus dikuasai oleh seorang terapis, namun elemen dasarnya adalah musik itu sendiri. Seorang terapis harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
menguasai teori, melakukan observasi, mengetahui teknik evaluasi dan pengukuran, mengetahui metode riset dan materi musik. Di samping itu seorang terapis diwajibkan menguasai setidaknya satu alat musik pokok dan satu pilihan lainnya (Salim, 2010). Gagasan untuk menggunakan musik sebagai alat penyembuh dan perubahan perilaku sudah dimulai sejak zaman Phytagoras dan Plato (Salim, 2010). Phytagoras sudah memahami apa yang diketahui para ilmuwan saat ini bahwa musik bisa mengubah perilaku. Phytagoras menganggap jagad raya sebagai alat musik. Dia percaya adanya getaran kosmos yang bias memasuki manusia dan pikiran. Orang yang selaras dengan getaran kosmos tersebut adalah orang yang sehat (Salim, 2010). Sejak dahulu kala penggunaan musik untuk menyembuhkan penyakit telah banyak dilakukan. Banyak contoh dari berbagai macam kebudayaan yang berbeda telah didokumentasikan dengan baik yang menyatakan bahwa musik merupakan kekuatan kuratif dan preventif. Musik tradisi Shamanistik yang menggunakan alat pukul dan bunyibunyian perkusi, lagu dan himne untuk menghantar diri seseorang pada kondisi diluar kesadaran (trance), sehingga dimungkinkan untuk mengakses kekuatan dan spirit atau roh penyembuhan menjadi inspirasi bagi terapis musik dalam menciptakan dalam menciptakan dan mengembangkan teknik terapi dan interaksi (Salim, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Seiring
dengan
berubahnya
zaman,
ketertarikan
38
akan
penggunaan musik dan pengaruhnya terhadap kesehatan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Terapi musik telah digunakan untuk menolong para veteran dan korban Perang Dunia I dan II (Salim, 2010). Dengan penggunaan terapi musik ini, para veteran dan korban dilaporkan lebih cepat dipulihkan dan sembuh.
2. Pengaruh Musik Secara Fisiologis Musik sangat berpengaruh dalam kehidupan apalagi selain dapat diperdengarkan, dimainkan dan dipentaskan, juga dapat dipelajari secara ilmiah. Pythagoras, pada abad ke 6 SM telah mengupas suatu gejala dalam musik. Yakni, bila seutas direnggangkan, 50 % akan menyebabkan nada yang dihasilkan menjadi satu oktaf lebih tinggi. Untuk saat ini yang dipelajari bukan hanya analisis nada dan perbandingan getaran dua nada yang matematis, namun juga pengaruhnya terhadap manusia. Hal tersebut dimulai dari penelitian yang memperdengarkan baik musik secara lengkap atau hanya irama tertentu saja. Respons yang terjadi adalah perubahan denyut nadi, kecepatan bernafas, tahanan listrik terhadap kulit, dan sirkulasi darah si pendengar. Bahkan terbukti bahwa denyut jantung secara otomatis akan menyesuaikan diri dengan irama yang didengarnya. Irama musikal dengan kecepatan ¾ perdetik hamper sama cepatnya dengan pelbagai macam irama alam. Irama tersebut sama cepatnya dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
denyut jantung (rata-rata 0,8 detik). Waktu 0,8 detik ini sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk berbagai proses sederhana dalam otak. Musik pertama-tama akan diproses oleh auditory cortex dalam bentuk suara agar dapat dinikmati oleh otak kanan. Otak kiri akan memproses lirik dalam musik tersebut. Efek selanjutnya adalah pada system limbic (otak mamalia) yang menangani memori jangka panjang. System limbic ini menangani respon terhadap musik dan emosi (Salim, 2010).
3. Penelitian – Penelitian Sebelumnya Rauscher, Shaw, dan Ky (1995) melakukan percobaan selama lima hari berturut-turut kepada partisipan yang ditempatkan dalam tiga kelompok, dan masing-masing kelompok diberikan pretest memotong kertas dan melipat. Grup 1 (kelompok silent) menerima treatment keheningan setiap hari selama 10 menit. Grup 2 (kelompok Mozart) menerima treatment Mozart's Sonata For Two Pianos In D major setiap hari. Grup 3 (kelompok campuran) terdiri dari kondisi campuran di mana partisipan menerima satu dari kondisi berikut setiap harinya: diperdengarkan sepotong musik minimalis dari Philip Glass, audio rekaman cerita, atau musik dansa secara berulang-ulang. Kelompok Mozart memiliki skor tertinggi pada hari ke-tiga hingga hari ke-lima. Namun, kelompok silent dan kelompok Mozart tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
memiliki skor yang berbeda secara signifikan, dan kelompok campuran selalu memiliki skor terendah. Rideout dan Laubach (1996) meneliti korelasi antara EEG dan efek Mozart. 3 tiga menit pengetesan dengan EEG diambil dari masing-masing peserta. Desain tersebut dibuat sebagai penyeimbang. Peserta menerima relaksasi selama sepuluh menit, diikuti dengan kombinasi dari sepuluh menit relaksasi dan sepuluh menit musik, dilanjut dengan pemberian sepuluh menit musik, dan kemudian dua puluh menit relaksasi. Setelah itu, Tes Stanford-Binet subtes melipat kertas dan pemotongan bentuk diberikan kepada para peserta. Hasil yang signifikan ditemukan untuk kondisi Mozart. Ketika peserta mendengar musik Mozart mereka memiliki perbedaan tinggi pada frekuensi puncak dibandingkan dengan baseline EEG mereka. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kecil, tapi signifikan secara statistic. Perbedaan dalam pola penembakan otak “ketika peserta mendengar musik”. Dari penelitian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa mendengarkan Mozart's Sonata For Two Pianos In D major dapat
meningkatkan
kemampuan
spasial-temporal,
namun
peningkatan ini tidak dapat dipastikan dari waktu ke waktu. Upaya untuk menentukan mekanisme otak yang terlibat dalam efek Mozart telah menunjukkan peningkatan kecil tapi signifikan secara statistik dalam frekuensi puncak selama kondisi musik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Pada tahun 1999, neuroscientist Harvard bernama Christopher Chabris memeriksa 16 studi secara terpisah dan menemukan memang ada peningkatan IQ untuk sesuatu yang disebut penalaran spasialtemporal. Chabris juga melihat adanya penelitian yang menunjukkan peningkatan kemampuan spasial temporal dalam kelompok siswa yang mendengarkan musik Yanni. Penjelasan Chabris untuk hasil tersebut adalah kenikmatan gairah dari aktivitas yang menyenangkan mampu merangsang otak dalam melakukan tugas-tugas penalaran spasial-temporal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Martin H. Jones, Stephen D. West, and David B. Estell (2006) mengenai Efek Mozart: gairah, preferensi, dan kemampuan spasial. Dari studi terhadap 41 mahasiswa ini didapatkan hasil bahwa terdapat efek yang positif dari mendengarkan musik Mozart terhadap kemampuan spasial seseorang, meskipun gairah dijadikan sebagai mediasi dari hubungan ini. Namun, tidak terdapat efek preferensi yang nampak secara jelas. Penelitian lanjutan yang juga dilakukan oleh Martin H. Jones dan David B. Estell (2007) mengenai eksplorasi Efek Mozart diantara murid-murid Sekolah Menengah Atas dan dilakukan terhadap 86 anak SMA juga menunjukkan hasil bahwa kelompok Mozart mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada kelompok lainnya (kelompok kontrol) dalam pengetesan yang diberikan. Dalam studi tersebut, peneliti berusaha untuk memberikan wawasan lebih jauh ke dalam fenomena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
yang dikenal sebagai Efek Mozart. Peneliti berusaha untuk mengevaluasi hipotesis neurologis dan gairah kepada populasi baru yakni: siswa SMA.
D. Kerangka Berpikir Intelegensi spasial relevan dengan kerja musik serta kinerja spasial temporal. Kedua domain tersebut memiliki relevansi yang tinggi, karena efek musik terhadap kinerja spasial terimplikasi secara jelas dalam kemampuan belajar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rauscher dan Shaw (1995) dapat diketahui bahwa anak yang mengikuti pelajaran bernyanyi setiap hari selama 30 menit dan pelajaran keyboard selama 10 – 15 menit perminggu mencatat nilai 80 % lebih tinggi dalam ketrampilan memasangkan objek daripada siswa yang tidak mendapatkan pelajaran musik (Salim, 2003). Pada penelitian lain disebutkan bahwa terjadi peningkatan hasil tes kognisi spasial pada anak usia 6 tahun setelah mereka diberi pelatihan musik dengan metode Kolady. Sehingga metode pendidikan musik dari Kolady dianggap dapat merangsang pemikiran konseptual dan abstrak yang berhubungan dengan kreativitas. Dari beberapa penelitian juga diketahui bahwa aktivitas musik memiliki hubungan dengan proses spasial temporal. Karena dalam aktivitas musik, elemen-elemen musik diorganisir baik secara spasial ataupun temporal (menyusun jarak antar pitch, pola irama).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Memainkan sebuah melodi lagu termasuk dari pola-pola spasial temporal karena mengorganisir elemen nada ke dalam kode spasial temporal yang khusus. Sehingga melodi yang terdengar tersebut merupakan rekognisi dari sejumlah pitch melalui proses spasial temporal. Penelitian dalam bidang neurobiologi juga menunjukkan adanya pengaruh musik terhadap kualitas spasial temporal. Teori neurobiologi mengatakan bahwa bangunan otak memang telah terspesialisasi
untuk
membangun
blok-blok
musik
termasuk
komponen spasial (melodi) dan temporal (irama). Di dalam otak terdapat sel-sel khusus yang memproses bentuk-bentuk melodi dan pola artesis. Sel-sel neuron tersebut terletak dalam korteks audiotori yang bertugas mengoperasikan hubungan harmoni yang spesifik seperti pembalikan dalam sebuah harmonisasi. Dalam bidang neurobiologi juga diinformasikan bahwa intelegensi musik mungkin sudah ada sejak manusia dilahirkan. Hipotesisnya adalah: ada hubungan kausal antara kognisi dan kemampuan spasial karena adanya struktur model neural dari korteks yang disebut model trion. Teori model trion ini mengatakan bahwa aktivitas musik dapat memperkuat pola-pola cetusan neural yang terorganisir dari kode-kode spasial temporal dalam wilayah korteks. Dalam model ini, pola pengaktivasian syaraf yang serupa terjadi selama adanya tugas spasial dan kognisi musik. Mendengarkan musik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
mungkin juga dapat mengaktifkan neuron sebelum menyelesaikan tugas spasial. Dengan kata lain, mendengarkan musik meningkatkan kinerja spasial dengan mengaktifkan neuron tertentu yang ada dalam cerebal cortex (Leng & Shaw, 1991). E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh dari musik klasik kontemporer Yanni terhadap peningkatan kemampuan spasial temporal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian eksperimen. Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experiment design, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan (Latipun, 2002). Yang dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok yang tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah model desain posttest only kontrol group design. Subjek dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Dalam design ini terdapat 2 group yang dipilih secara random. Adapun tahap-tahap atau prosedur pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Membagi partisipan secara random menjadi 2 kelompok: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Memberikan
tugas
kepada
partisipan
untuk
mengerjakan
46
tes
kemampuan spasial. Item tes kemampuan spasial berasal dari Tes Ruang Bidang (Three Dimentional Space). Kelompok eksperimen mengerjakan tes kemampuan spasial dengan diberikan perlakuan mendengarkan musik klasik kontemporer Yanni “Acroyali/Standing In Motion”, sedangkan kelompok kontrol mengerjakan tes kemampuan spasial tanpa mendapatkan perlakuan apapun.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung Variabel tergantung adalah suatu variabel yang variasi nilainya dipengaruhi oleh variasi variabel lain (Azwar, 2007). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kemampuan spasial. Pada penelitian ini menekankan pada aspek visual-spasial sehingga menggunakan Tes Ruang Bidang (Three Dimentional Space) sebagai alat pengukurannya. 2. Variabel Bebas Variabel bebas adalah sesuatu yang divariasi nilainya dan mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya nilai variabel lain (Azwar, 2007). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian musik klasik kontemporer.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
C. Definisi Operasional 1. Kemampuan Spasial Merupakan kemampuan untuk remaja dalam memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang, yang berkaitan dengan penalaran terhadap sifat – sifat hubungan keruangan. Penalaran tersebut dengan menggunakan kemampuan untuk membayangkan suatu objek (visual imagery) di dalam kepala tanpa menggunakan suatu peraga, dan kemudian merepresentasikannya. Aspek-aspek yang diteliti yakni: aspek Visualisasi (Vz) yakni kemampuan untuk memanipulasi pola spasial yang dinyatakan lewat keberhasilan menyelesaikan tingkat yang sulit dan kompleks dari suatu materi stimulus spasial dan aspek Relasi Spasial (SR) yakni kemampuan untuk memanipulasi pola spasial dan menemukan hubungan-hubungan antar pola. Aspek-aspek tersebut diteliti menggunakan alat ukur GATB. 2. Musik Klasik Kontemporer Yanni Merupakan jenis musik beraliran klasik bergaya kontemporer dimana dalam struktur komposisi lagu “Acroyali/Standing In Motion” yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai tingkat kompleksitas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 32 siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Usia berkisar antara 16 – 18 tahun. Dipilihnya subjek dengan usia berkisar antara 16 – 18 tahun, karena berdasarkan buku Psikologi Musik (Salim, 2010), dikatakan bahwa bakat musik pada anak usia 10 tahun lebih berkorelasi dengan kemampuan verbal daripada kemampuan spasial. Namun, korelasi antara kemampuan musik dan keruangan akan meningkat dengan semakin bertambahnya usia. Pada saat menginjak usia remaja, barulah kemampuan spasial menjadi faktor penting dalam kaitannya dengan faktor musik. Biasanya, anak yang berbakat dalam hal keruangan mulai menunjukkan kemampuan yang baik dalam mengorganisir materi auditif. Karena, dalam usia-usia ini kemampuan musik tidak hanya berhubungan dengan kemampuan verbal, tetapi juga spasial. Oleh sebab itu, usia remaja merupakan usia yang peka dalam menentukan kegiatan mereka, karena terkait dengan kedua ketrampilan tersebut. Dari keseluruhan partisipan kemudian dibagi ke dalam 2 kelompok, yakni: kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol. Metode pemilihan subjek penelitian menggunakan metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009), metode purposive sampling adalah metode pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dengan arti lain, subjek dalam penelitian ini adalah orang yang belum pernah mendengar/tidak mengerti/tidak familiar dengan musik klasik kontemporer
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Yanni. Cara mengetahui bahwa partisipan belum pernah mendengar/tidak mengerti/tidak familiar dengan musik klasik kontemporer Yanni adalah dengan cara memperdengarkan cuplikan dari musik tersebut dan partisipan dipersilahkan untuk mengisi sebuah angket yang berisi pertanyaan apakah sudah pernah mendengarkan musik tersebut sebelumnya atau belum.
E. Metode Pengambilan Data Pada penelitian ini, metode pengambilan data menggunakan metode posttest only control group design. Dalam metode ini subjek dibagi menjadi dua kelompok secara random, perlakuan diberikan pada satu kelompok, dan satu kelompok sebagai kontrol. Dalam penelitian ini tidak menggunakan pretest terlebih dahulu sebelum posttest dikarenakan pemberian stimulus musik klasik kontemporer Yanni dilakukan pada saat partisipan mengerjakan soal-soal tes kemampuan spasial. Hal tersebut dilakukan karena belum ditemukan adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa setelah mendengarkan suatu jenis musik, efek musik tersebut mampu bertahan lama dan memberikan pengaruh untuk pengerjaan suatu tugas. Setelah waktu yang ditentukan, dilakukan pengukuran terhadap kedua kelompok. Perbandingan hasil antara kedua kelompok menunjukkan efek perlakuan (Latipun, 2002).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Skema desain eksperimen ini sebagai berikut:
KE : R (X) --> Y1 KK : R (-) --> Y2
Keterangan : KE
: kelompok eksperimen
KK
: kelompok kontrol
R
: randomisasi subjek
(X)
: pemberian perlakuan
(-)
: tanpa perlakuan
Y1
: skor kelompok eksperimen
Y2
: skor kelompok kontrol
Materi post-test (tes kemampuan spasial) yang diberikan berasal dari 60 item tes Ruang Bidang (Three Dimentional Space). Tes kemampuan spasial ini dilaksanakan secara klasikal.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Peneliti mengonfirmasikan kepada partisipan, bahwa penelitian ini akan mengukur hubungan antara mendengarkan musik dan memecahkan masalah. Partisipan mengisi kuesioner demografi secara singkat. Peneliti kemudian membagi partisipan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara random. Kelompok eksperimen meninggalkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
ruang kelas dan pindah ke laboratorium bahasa, sedangkan kelompok kontrol tetap tinggal di dalam kelas. Peneliti memberitahukan kepada kelompok eksperimen bahwa mereka akan mengerjakan soal tes kemampuan spasial diringi dengan musik. Partisipan yang berada di kelompok eksperimen kemudian mengerjakan soal tes kemampuan spasial diringi dengan musik klasik kontemporer Yanni “Acroyali/Standing In Motion”. Peneliti memutarkan musik pada stereo yang sudah berada di dalam laboratorium komputer dan peneliti memastikan musik dapat didengarkan oleh seluruh partisipan yang ada di dalam ruang laboratorium bahasa. Dalam waktu yang sama, partisipan kelompok kontrol tetap tinggal di dalam kelas dan mengerjakan soal tes kemampuan spasial tanpa diberikan perlakuan apapun. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014 di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
G. Alat Ukur (Tes Kemampuan Spasial) Tes kemampuan spasial merupakan salah satu instrument yang memiliki fungsi vital pada penelitian ini. Suatu tes layak digunakan apabila memiliki reliabilitas dan validitas yang baik. Penelitian ini menggunakan alat tes intelegensi yang dianggap sah dalam dunia psikologi, mengandung unsur pengukuran spasial, dan mempunyai metode pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan serta diakui oleh ilmu psikologi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Pada penelitian ini menggunakan Tes Ruang Bidang Seri GATB yang mempunyai nama asli Three Dimentional Space. Tes ini mengukur kemampuan berpikir secara visual dari bentuk geometris memahami gambar dari dua dimensi untuk menjadi bentuk 3 dimensi (mengukur aspek visualisasi) dan kemampuan untuk mengingat hubungan yang dihasilkan dari gerakan objek dalam suatu ruang (mengukur relasi spasial). Berdasarkan manual GATB, koefisien validitas GATB yang diperoleh untuk subtes kemampuan spasial adalah 0,369 dengan N = 160, ternyata tes tersebut valid dengan t.s 1 %. Adapun koefisien reliabilitas tes ini adalah r.tb = 0,873 dengan N = 160, tes tersebut reliabel pada t.s 1 %. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas. H. Analisis Data Sebelum melakukan uji hipotesis T-Test, maka disyaratkan untuk melakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Wilk, sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene Statistic. Untuk melihat perbedaan antara 2 kelompok, dalam penelitian ini menggunakan uji “t” T-Test (Azwar, 2007). Penelitian eksperimen ini akan mencoba mencari perbedaan ratarata skor hasil tes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji beda dilakukan dengan terlebih dahulu mencari selisih skor post-test dari subjek di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rata-rata dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
selisih hasil post-test merupakan indikator peningkatan kemampuan spasial hasil eksperimen (p < 0.05). Adanya perbedaan secara signifikan menunjukkan indikasi bahwa musik klasik kontemporer Yanni mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kemampuan spasial secara temporal. Pengolahan data dilakukan menggunakan analisis SPSS 18.0.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah Penelitian ini dilaksanakan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berada dibawah naungan Yayasan Tarakanita. SMA Stella Duce 2 terletak di Jl. Dr. Sutomo no 16, Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswi dari kelas X E dengan jumlah keseluruhan 32 siswi. B. Persiapan Penelitian 1. Perijinan Peneliti mengurus perijinan untuk melakukan penelitian di SMA Stella Duce 2 pada tanggal 19 Mei 2014, yang diajukan kepada Dekan Fakultas Psikologi. Setelah surat ijin untuk melakukan penelitian disetujui, peneliti memberikan surat tersebut kepada Kepala Tata Usaha SMA Stella Duce 2 Yogyakarta pada tanggal 20 Mei 2014 untuk meminta ijin melakukan penelitian terhadap 32 siswi. Pada tanggal 26 Mei peneliti datang kembali untuk menanyakan kepastian perijinan melakukan penelitian. Kepala sekolah memberikan ijin untuk melakukan penelitian terhadap 32 siswi, dan peneliti diminta langsung menemui guru BK
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
(Bimbingan Konseling) untuk menentukan hari dan waktu pelaksanaan penelitian. 2. Persiapan Alat Penelitian a) Alat Tes GATB Subtes Ruang Bidang (Three Dimentional Space) Sebelumnya, peneliti telah mengonsultasikan beberapa alat tes psikologi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan spasial remaja kepada dosen pembimbing. Dari beberapa pilihan alat tes, akhirnya peneliti memilih alat tes GATB (General Aptitude Test Battery) dengan subtes Tes Ruang Bidang (Three Dimentional Space). Seleksi terhadap 8 subtes yang terdapat di dalam Tes GATB dilakukan dengan cara melihat petunjuk dari buku manual tes, yang menyebutkan bahwa Tes Ruang Bidang yang mengandung pengukuran aspek kemampuan spasial. Peneliti kemudian mengurus perijinan peminjaman penggunaan 1 buah alat tes GATB yang ada di Laboratorium Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Alat tes ini akan digunakan pada saat post-test dalam proses
eksperimen.
Untuk
kepentingan
penelitian,
peneliti
meminjam 34 buah buku soal Tes Ruang Bidang, 32 buku soal untuk partisipan, 2 buku soal untuk peneliti dan asisten peneliti. Pihak laboratorium Fakultas Psikologi USD menyediakan lembar jawaban Tes Ruang Bidang sebanyak 32 lembar, sehingga peneliti cukup menyediakan bolpoint sebagai alat tulis untuk mengerjakan soal Tes Ruang Bidang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
b) Media Musik dan Perlengkapan Berdasarkan rumusan penelitian yang telah disusun oleh peneliti,
maka
peneliti
“Acroyali/Standing
In
menggunakan Motion”.
Selain
CD itu
musik peneliti
Yanni juga
menggunakan 1 set speaker untuk digunakan pada saat proses eksperimen. Untuk CD musik Yanni, dimiliki oleh peneliti sendiri, sedangkan untuk 1 set speaker disediakan oleh SMA Stella Duce 2. Pada saat proses eksperimen juga didokumentasikan dalam bentuk foto. 3. Asisten Penelitian Agar penelitian ini
dapat
terlaksana dengan baik,
dibutuhkan faktor pendukung lain yaitu sumber daya manusia. Untuk itu peneliti mempunyai 1 asisten untuk membantu dalam proses eksperimen, yakni bertugas menjaga dan mengawasi kelompok kontrol. Asisten peneliti adalah mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. C. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 31 Mei 2014. Pelaksanaan penelitian dimulai dari pukul 09:00 dan diakhiri pada pukul 10:00. Pelaksanaan penelitian dilakukan di 2 ruangan. Kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
eksperimen ditempatkan di laboratorium komputer dan kelompok kontrol ditempatkan di ruang kelas X E. Tes GATB diberikan kepada 32 subjek penelitian ke kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Proses pemberian tes kepada subjek dilaksanakan secara klasikal. Tidak terdapat gangguan yang muncul saat proses penelitian dilaksanakan, seperti: suara gaduh yang berasal dari luar ruangan pengetesan. Hal tersebut dikarenakan ruangan pengetesan telah dikondisikan untuk tertutup rapat, sehingga dapat meminimalisir distorsi yang berasal dari luar. Selain itu, juga dikarenakan ruang kelas X E dan laboratorium komputer yang digunakan untuk proses eksperimen berada di pojok kompleks sekolah, sehingga tidak banyak siswi lain yang hilir mudik melewatinya. D. Analisis Data Subjek yang terdaftar dan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 subjek. Jumlah subjek yang terdapat dalam kelompok kontrol adalah 16 orang, begitu pula dengan subjek yang terdapat dalam kelompok eksperimen adalah 16 orang. 1. Uji Asumsi Ada beberapa asumsi yang mendasari uji beda, yakno normalitas dan homogenitas (Howell, 1994). Kedua asumsi tersebut perlu diuji sebelum t-test dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
a) Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov. Suatu data mengikuti distribusi kurve normal jika harga p dari nilai K-Sz lebih besar dari 0.1 (p>0.1) Tabel 1
Ringkasan Uji Normalitas P Uji Normalitas e Tes
N
SW
Signifikansi
Keterangan
32
0,947
0,121
Normal
Kolmogorov-
d Smirnov P
Pedoman pengambilan keputusan: -
Nilai signifikansi (probabilitas) ≤ 0.1; distribusi data tidak normal
-
Nilai signifikansi (probabilitas) ≥ 0.1; distribusi data normal Nilai probabilitas data post-test berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai 0.121 Nilai probabilitas ini berada diatas nilai taraf kepercayaan 0.1 sehingga dapat dikatakan distribusi kedua data tersebut adalah normal.
b) Uji Homogenitas Homogenitas varians mempunyai arti bahwa varians dalam setiap kelompok relatif homogen. Suatu data penelitian dapat dikatakan homogen apabila harga p dari nilai F lebih besar dari 0.05 (P>0.05). F = 0.059 P =
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
0.809 (P>0.05). Homogenitas varians diuji menggunakan analisis uji Levene.
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Uji Levene Untuk Statistik
Derajat
Derajat
Kesetaraan Varians
Kebebasan
Kebebasan
1
2
1
30
Varians
Levene
0,59
Signifikansi
0,809
Diasumsikan Setara
Pedoman pengambilan keputusan: -
Nilai signifikansi (probabilitas) ≤ 0.05; varians tidak homogen.
-
Nilai signifikansi (probabilitas) ≥ 0.05 varians data homogen.
Uji Levene menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.809 atau berada di atas probabilitas 0.05. Nilai ini menunjukkan bahwa varians data penelitian untuk variabel post-test memenuhi asumsi homogenitas.
2. Uji Hipotesis a) Analisis uji beda Post-test Tahap akhir analisis data yang menggunakan One Group PostTest Design ialah dengan mencari selisih skor post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selisih harga post test
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
ditunjukkan dengan nilai mean. Uji beda selisih post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan untuk melihat apakah kemampuan spasial antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara nyata. Adanya perbedaan yang signifikan merupakan indikasi adanya pengaruh dari mendengarkan Musik Yanni terhadap kemampuan spasial kelompok eksperimen. Analisis uji beda dilakukan dengan menggunakan metode t-test independent sample pada selisih skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 3 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Uji Hipotesis
Kelompok Eksperimen
Kontrol
N
16
16
Rerata
41, 8125
28,3125
Perbedaan Rerata
13,5
Derajat Kebebasan
29,562
(df) Nilai t
8,009
Signifikansi
0,000
Keterangan
P > 0,05 (signifikan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Pedoman pengambilan keputusan: -
Ho = Tidak ada perbedaan rerata tes kemampuan spasial antara kelompok kontrol dan eksperimen.
-
Jika probabilitas ≤ 0.05 maka Ho ditolak
-
Jika probabilitas ≥ 0.05 maka Hi diterima Tabel diatas menunjukkan data statistik deskriptif skor post-test
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan juga menunjukkan hasil uji beda t selisih nilai post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai mean menunjukkan bahwa skor test yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi daripada skor test yang diperoleh kelompok kontrol. Nilai mean yang diperoleh kelompok eksperimen sebesar 41.8125, sedangkan nilai mean yang diperoleh kelompok kontrol sebesar 28.3125. Nilai F hitung menunjukkan 0.059 dengan signifikansi 0.809 atau berada diatas nilai probababilitas 0.05. Fakta ini mengasumsikan bahwa varians perbedaan hasil post-test untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda. Fakta kedua didasarkan pada analisis uji-t untuk asumsi varians yang tidak sama (equal variances not assumed). Nilai uji-t yang diperoleh adalah 8.009 dengan nilai signifikansi 0.809 atau berada diatas nilai probabilitas 0.05. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa nilai post-test untuk kelompok eksperimen dan kontrol terbukti berbeda secara signifikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Hasil analisis uji-t selisih nilai post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Kemampuan spasial pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan spasial yang terdapat pada kelompok kontrol. E. Pembahasan Dalam analisis diatas ditemukan bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki perbedaan nilai uji t yang signifikan. Uji t post-test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (Fhitung: 64,147. F: 0.059 P: 0.809 (P>0.05) dan ttest: 8.009, P ≤ 0.05). Kemampuan spasial pada kelompok eksperimen terbukti lebih baik secara signifikan dibandingkan kemampuan spasial pada kelompok kontrol. Perbedaan kemampuan spasial pada kelompok eksperimen yang tampak lebih tinggi daripada kelompok kontrol, juga terlihat perbedaannya yang signifikan secara statistik. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya indikasi pengaruh mendengarkan musik Yanni terhadap kemampuan spasial kelompok eksperimen. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa kelompok yang mendapatkan perlakuan mendengarkan musik Yanni (kelompok eksperimen) akan memiliki kemampuan spasial yang lebih baik daripada kelompok yang tidak mendengarkan musik Yanni (kelompok kontrol) terbukti. Hal ini terlihat dari signifikansi nilai t yang diperoleh ketika menguji perbedaan antara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
kemampuan spasial kelompok yang diberi perlakuan mendengarkan Musik Yanni dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan mendengarkan Musik Yanni. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh dari mendengarkan musik Yanni terhadap kemampuan spasial. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang diajukan oleh Gardner (1983) bahwa musik dapat membantu sebagian orang untuk mengorgnisir cara berpikir dan bekerja sehingga membantu mereka berkembang dalam hal pemikiran spasial. Salim (2003) juga mengatakan bahwa musik juga berpengaruh sebagai alat untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan kepribadian yang meliputi aspek kemampuan kognitif, penalaran, intelegensi, dan kreatifitas. Selain itu, musik memiliki dimensi kreatif dan memiliki bagian yang identik dengan proses belajar secara umum. Dalam musik terdapat analogi melalui persepsi,
visual,
auditori,
pemikiran
induktif-deduktif,
memori,
konsentrasi, dan juga logika. Hal ini juga berlaku pada saat proses penelitian, pada saat kelompok eksperimen mengerjakan soal tes Ruang Bidang sambil diperdengarkan Musik Yanni. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor tes kemampuan spasial pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, karena dalam menyelesaikan tugas spasial tersebut, dibutuhkan kemampuan kognitif serta penalaran yang baik. Dari segi neurobiologi dikatakan bahwa bangunan otak memang telah terspesialisasi untuk membangun blok-blok musik yang di dalamnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
termasuk komponen spasial temporal. Salim (2003) mengatakan bahwa didalam otak terdapat sel-sel khusus yang memproses bentuk-bentuk melodi dan pola arsis-tesis. Sel-sel neuron tersebut terletak dalam korteks auditori yang bertugas memproses hubungan harmoni yang spesifik atau seperti pembalikan dalam sebuah harmonisasi. Salim (2003) juga mengatakan bahwa terdapat hubungan kausal antara kognisi musik dan kemampuan spasial karena adanya struktur model neural dari korteks yang disebut model trion. Leng dan Shaw (1991) mengenai teori model trion ini menjelaskan bahwa aktivitas musik dapat memperkuat pola-pola cetusan neural yang terorganisir dari kode-kode spasial temporal pada wilayah korteks. Rauscher dan Shaw (1995) juga mendeskripsikan hal ini seperti representasi matematika model Mountcastle pada cerebal korteks. Dalam model ini, pola pengaktivasian syaraf yang serupa terjadi selama adanya tugas spasial dan kognisi musik. Leng & Shaw menghipotesiskan bahwa mendengarkan musik mungkin dapat mengaktifkan neuron sebelum menyelesaikan tugas spasial. Dengan kata lain, mendengarkan musik meningkatkan kinerja spasial dengan mengaktifkan neuron tertentu yang ada dalam cerebal cortex. Hal tersebut tercermin pada penelitian ini, dimana pada saat pengerjaan soal tes kemampuan spasial, kelompok eksperimen yang mengerjakan dengan diiringi Musik Yanni. Musik Yanni mengaktifkan jalur syaraf yang serupa antara kognisi musik dan kognisi spasial, sehingga ketika musik Yanni mengaktifkan jalur syaraf kognisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
musik, maka secara otomatis kognisi yang bertugas untuk menyelesaikan tugas-tugas spasialpun juga akan aktif. Hal tersebut menyebabkan kelompok eksperimen mendapatkan skor kemampuan spasial yang lebih tinggi daripada skor tes yang diperoleh kelompok kontrol. Salim (2003) mengatakan bahwa berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa aktivitas musik memiliki hubungan dengan proses spasial temporal. Dalam aspek ini, elemen-elemen musik diorganisir baik secara spasial maupun temporal (menyusun jarak antara pitch, pola irama). Lebih lanjut, Salim (2003) menambahkan bahwa aktivitas musik termasuk rekonstruksi dari pola-pola spasial temporal berupa perorganisasian elemen-elemen nada ke dalam kode spasial temporal yang khusus. Sehingga melodi yang terdengar tersebut merupakan rekognisi dari sejumlah pitch dalam proses spasial temporal. Beberapa penelitian menemukan bahwa kemampuan analisis verbal dan kemampuan ruang berkorelasi dengan kemampuan musik. Ketrampilan kognitif seperti klasifikasi, menyusun urutan, pengertian ruang dan hubungan waktu dapat ditingkatkan dengan mendengarkan musik (Salim, 2003). Rauscher et al. (1995) menyimpulkan bahwa efek Mozart memberikan pengaruh, meskipun mereka tidak menunjukkan bahwa efek itu dapat diandalkan dari waktu ke waktu. Mereka menyarankan bahwa electroencelphagram (EEG) harus dilakukan untuk memeriksa mekanisme yang mendasari kerja efek Mozart di otak para partisipan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Martin H. Jones, Stephen D. West, and David B. Estell (2006) yang mendapatkan hasil bahwa terdapat efek yang positif dari mendengarkan musik Mozart terhadap kemampuan spasial seseorang, meskipun gairah dijadikan sebagai mediasi dari hubungan ini. Namun, tidak terdapat efek preferensi yang nampak secara jelas. Hasil penelitian tersebut juga tercermin pada hasil penelitian ini. Kelompok yang diperdengarkan musik Yanni pada saat mengerjakan tes kemampuan spasial, memperoleh hasil tes skor yang signifikan lebih tinggi daripada kelompok yang tidak diperdengarkan Musik Yanni pada saat mengerjakan soal tes kemampuan spasial. Hasil penelitian juga telah menunjukkan bahwa otak manusia menggunakan area distribusi yang luas untuk mendengarkan musik. Rhytm dan pitch cenderung diproses disebelah kiri, sedangkan timbre disebelah kanan. Bagian-bagian dari otak yang digunakan untuk tugastugas spasial temporal sebenarnya tumpang tindih dengan bagian pengolahan musik. Mendengarkan musik akan mengaktiviasi daerahdaerah otak yang berkaitan dengan penalaran spasial (Salim, 2010) Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan ranah spasial biasanya membutuhkan dukungan imajinasi yang aktif, membangun image mental (visualisasi), rekognisi hubungan antar objek, dan memori visual, yang mana kesemuanya itu merupakan aspek-aspek dari kecerdasan spasial (Gardner, 1983).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Ditinjau dari segi kekreativitasan yang dimiliki oleh seorang individu, Mihaly (2006) mengungkapkan bahwa individu yang kreatif terlihat luar biasa karena kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan hampir semua situasi dan membuat hubungan dengan apa pun yang di tangan untuk mencapai tujuan mereka. Hal ini membuat orang-orang kreatif berbeda dari orang-orang pada umumnya. Perbedaan kepribadian yang dimiliki oleh orang kreatif ini disebut sebagai kompleksitas. Mihaly (2006) juga menjelaskan mengenai kompleksitas ini, bahwa otak manusia bekerja meniru pola-pola yang ada di luar, pola-pola yang ada di lingkungannya. Semakin kompleks stimulus yang ada di lingkungannya, maka otak manusiapun semakin terpola untuk berpikir secara kompleks. Dalam penelitian ini, partisipan berada dalam lingkungan yang terdapat sebuah musik dengan struktur yang kompleks, yakni musik Yanni Acroyali. Secara otomatis, otak partisipan akan menyesuaikan kondisi musik tersebut, sehingga pola otak partisipan terbentuk untuk berpikir secara kompleks. Pola berpikir secara kompleks inilah yang membantu partisipan untuk menyelesaikan tugas-tugas spasial dalam tes kemampuan spasial mereka. Ditinjau dari segi lain, dari segi emosi, Frederickson (2001) mengungkapkan bahwa emosi yang bersifat positif mampu memperluas pikiran yang sifatnya sementara (temporari), yang pada gilirannya berfungsi untuk membangun pertahanan sumber daya mereka secara pribadi. Mulai dari pertahanan fisik dan intelektual ke sumber daya sosial
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
dan psikologis. Kapasitas seseorang untuk mengalami emosi yang positif dapat menjadi pusat dasar kekuatan manusia untuk mempelajari suatu hal dalam perkembangannya. Emosi yang bersifat positif ini berfungsi sebagai penanda dalam suatu perkembangan atau kesejahteraan yang optimal. Dalam kehidupannya, seorang individu ditandai dengan emosi yang positif seperti kegembiraan, minat, kepuasan, kasih, dan sebagainya. Saat-saat dimana mereka tidak terganggu oleh emosi negatif seperti kecemasan, sedih, marah, dan juga putus asa. Berdasarkan pernyataan ini, dapat dilihat dalam proses penelitian eksperimen, bahwa Musik Yanni Acroyali mampu untuk mempengaruhi emosi partisipan sehingga emosi tersebut berubah menjadi emosi yang bersifat positif. Emosi tersebut baik perasaan gembira, menaruh minat pada jenis musik ini, atau kepuasan yang dihasilkan dari mendengarkan musik tersebut. Sehingga emosi yang bersifat positif ini mampu memperluas kapasitas pikiran partisipan, yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan intelegensi mereka, dalam hal ini adalah kemampuan spasial. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, kita telah mendapatkan penjelasan bahwa intelegensi spasial mempunyai relevansi dengan domain kerja musik serta kinerja spasial. Musik menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan spasial seseorang. Hal ini terlihat dari hasil penelitian eksperimen terhadap 32 subjek remaja yang menunjukkan bahwa kelompok yang mendapatkan perlakuan mendengarkan musik Yanni mendapatkan skor lebih tinggi secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
signifikan pada tes GATB pada sub tes Tes Ruang Bidang yang mengukur ranah kemampuan spasial dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan mendengarkan musik Yanni saat mengerjakan tes Ruang Bidang. Dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa paparan jenis kompleks musik memicu jalur syaraf yang sama sehingga otak dapat berpikir secara kompleks juga dan menciptakan kemampuan penalaran spasial-temporal, kemampuan untuk membayangkan dan memutar gambar dalam pikiran dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik uji beda terhadap remaja di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut berbeda secara signifikan (t = 8.009 ; p = 0.809). Hasil perbandingan mean pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (41, 8125 > 28,3125). Artinya, terdapat pengaruh positif yang signifikan dari mendengarkan Musik Yanni “Acroyali/Standing In Motion” terhadap kemampuan spasial temporal. Dengan mendengarkan Musik Yanni “Acroyali/Standing In Motion” dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan spasial temporal secara signifikan. B. Saran-Saran Ada beberapa saran dari peneliti menyangkut penelitian yang telah dilakukan. Musik yang digunakan sebagai media dalam penelitian ini merupakan salah satu hal yang diminati oleh hampir seluruh remaja, dan kemampuan spasial merupakan salah satu aspek intelegensi yang penting. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, dan tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
hanya untuk kepentingan peneliti saja. Berdasarkan pelaksanaan penelitian dan hasil data yang ada, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang menaruh minat untuk membahas mengenai pengaruh musik klasik kontemporer Yanni terhadap kemampuan spasial, peneliti menyarankan untuk lebih memperhatikan aspek lain, seperti variabel ekstra yang dapat memberikan kontribusi terhadap hasil pengukuran. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat mempertimbangkan rentang waktu penelitian sehingga dapat melihat perbedaan hasil pengukuran sebelum pemberian perlakuan dan hasil pengukuran sesudahnya (adanya pre-test dan post-test), dari sebab itu peneliti menyarankan agar pelaksanaan penelitian mempergunakan jangka waktu yang lebih lama. Peneliti lain yang hendak menggunakan metode musik disarankan untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai unsure-unsur dalam bidang musik. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan ketersediaan peralatan audio dan media musik yang digunakan lebih baik dari segi kualitas. 2. Bagi praktisi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi para praktisi pendidikan yang mempunyai tanggung jawab terhadap anakanak didiknya. Perlu dipertimbangkan agar mulai memprakarsai aktivitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
musik kepada peserta pendidikan. Musik menjadi salah satu media yang menarik untuk peserta pendidikan. Bila sumber ketertarikan ini mendapatkan respon yang baik, maka akan dapat mendukung pengasahan kemampuan spasial tersebut. Kemampuan spasial saat ini telah memegang peranan penting di banyak bidang pekerjaan dan kehidupan yang dipenuhi dengan teknologi dalam bidang visual, sehingga dapat disejajarkan dengan kemampuan lain yang dianggap penting dalam dunia pendidikan konvensional seperti kemampuan matematika dan bahasa. Pengaplikasian unsur musik Yanni Acroyali ini sebaiknya tidak bersifat pasif (hanya diperdengarkan saja), namun juga perlu dirancang agar peserta dapat mempraktekkan unsur-unsur musik yang akan diberikan sekaligus sebagai rangsangan untuk meningkatkan kemampuan spasialnya. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu pihak-pihak yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan pengasuhan dalam menangani peserta didik yang mempunyai kelemahan dalam persepsi spasialnya. Karena musik klasik kontemporer Yanni “Acroyali/Standing In Motion” mempunyai pengaruh yang positif terhadap kemampuan spasial, maka para praktisi pendidikan dapat menggunakan metode ini dalam kegiatan pengajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
DAFTAR PUSTAKA
Albor, Myky. 2014. Yanni: How People Critic His New Musik. NY: Yanni‟s Musik Forum. Azwar, Saifuddin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Baurnel
and
Harvell.
2004.
Learning
Disability.
www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/2/27/ce2.html
Campbell, D. 2001. Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Penerjemah T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Carrol, J.B. 1993. Human Cognitive Ability: A Survey Of Faktor-Analytic Studies. New York: Press Syndicate of the University Of Cambridge. Chabris, Christopher. 1999. The Yanni Effect. Harvard University. Csikszentmihalyi, Mihaly. 2006. Creativity. http://www.sagepub.com/upmdata/11443_01_Henry_Ch01.pdf De Lacoste, M. C, Horvath, D. S., & Woodward, D. J. 1991. Possible Sex Differences In The Developing Human Fetal Brain. Journal of Clinical and Experimental Neuropsychology. Etaugh and Liss. 2002. Handbook of the Psychology of Women and Gender. San Diego: Academic Press.
Frederickson, Barbara L. 2001. The Role of Positive Emotions in Positive Psychology. NIH Pubblic Access.
French, J.W. 1951. The Description of Aptitude and Achievement Test In Terms of Rotated Faktors. Psychometric Monograph: No. 5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Gardner, H. 1993. Multiple Intelligence: The Theory in Practice. New York: Basic Books. Gardner, H. 1983. Multiple Intelligence: The Theory of Multiple Intelligence. New York: Basic Books. Hegarty, M. & Waller, D. (2005). Individual Differences In Spatial Abilities. New York, NY: Cambridge University Press. Hergarty, M. 2001. A Dissociation Between Object Manipulation Spatial Ability and Spatial Orientation Ability. Memory and Cognition. Hampson, E., Rovet, J. F., & Airman, D. 1998. Spatial Reasoning In Children With Congenital Adrenal Hyperplasia Due to 21-hydroxylase Deficiency. Developmental Neuropsychology. Howell, D.C. 1994. Statistical Methods for Psychology. Wadsworth, Belmont, California. Hughes JR, Fino JJ. 2000. The Mozart Effect. Distinctive Aspects Of The Musik-a clue to brain coding?. Clin Electroencephologi. Jamalus, 1998. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Houston-TX: P2LPTK & University Of Houston. Jones, Martin H.; West, Stephen D.; Estell, David B. 2006. The Mozart Effect: Arousal, Preference, and Spatial Performance. American Psychological Association. Latipun. 2002. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. Leng, X., & Shaw, G. L. 1991. Toward a Neural Theory of Higher Brain Function Using Musik as a Window. Concepts in neuroscience, Levi & Heller. Sex Differences: Developmental and Evolutionary Strategies. San Diego: Academic Press.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Lewine, S. C., Huttenlocher, J., Taylor, A., & Langrock, A. 1999. Early sex differences in spatial skill. Developmental Psychology
Lewis, M. 1976. Origins Of Intelligence: Infancy And Early Childhood. New York: Plenum Press. Lohman, D.F. 1993. Spatial Ability & G. USA: The University of Lowa.
Lohman, D.F. 1988. Spatial Abilities as Traits, Processes and Knowledge. Hillsdale. NJ: LEA. Lohman, D.F. 1979. Spatial Ability: A Review and Reanalysis Of The Correlation a Literature. Stanford University, School Of Education: Aptitude Research Project. Martín-Gutiérrez, J., et al. 2009. Do video games improve spatial abilities of engineering students?. International Journal of Engineering Education, 25. Martin H. Jones, Stephen D. West, and David B. Estell. 2007. Exploring The Mozart Effect Among High School Students. Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts Copyright 2007 by the American Psychological Association. Martin H. Jones, Stephen D. West, and David B. Estell. 2006. The Mozart Effect: Arousal, Preference, and Spatial Performance. Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts Copyright 2006 by the American Psychological Association 2006, Vol. S, No. 1, 26 –3. McGuigan, F.J. 1993. Experimental Psychology. Methods of Research (6th eds). Engelwood Cliffs, N.J: Prentice Hall. Nora S, Janellen H. 2004. The Development Of Spatial Representation and Reasoning. 1st MIT Press Paperack Edition Massachusetts Institute Of Technology.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Pakkenberg, B., Gundersen, H.J.G., 1997. Neocortical Neuron Number In Humans: Effect Of Sex and Age. J. Comp. Neurolpsychologist. Piaget, J. 1957. Construction of reality in the child. London: Routledge & Kegan Paul. Piaget, J. dan Inhelder, B. 1971. Mental Imagery in Child. New York: Basic Books. Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rauscher, F.H., Shaw, G.L., & Ky, K.N. (1993). Musik and Spatial Task Performance. Nature: 365 Rauscher, F.H., Shaw, G.L., & Ky, K.N. (1995). Listening to Mozart enhances spatial-temporal
reasoning:
towards
a
neurophysiological
basis.
Neuroscience Letters: 18. Rideout BE, Laubach CM. 1996. EEG Correlates Of Enhanced Spatial Performance Following Exposure to Musik. Percept Motor Skill. Salim, Salim. 2010. Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik. Saucier, D. M., McCreary, D. R., & Saxberg, . K. (2002). Does Gender Role Socialization Mediate Sex Differences In Mental Rotations? Personality & Individual differences. Service, Tom. 2013. Contemporary Classical Musik Guide Round-Up. The Guardian Musik. Simons, D.J., & Chabris, C.F. 1999. Gorillas in our midst: Sustained Inattentional Blindness for Dynamic Events. Perception, 28: 1059-1074 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Thurstone , L.L. 1938. Primary mental abilities, Psychometric Monograps. Chicago: University of Chicago Press. Whiteborn (1945) and Slater (1940). http://www.ul.ie/~mearsa/9519211/ Yuhana, Evi. 2009. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN A SKOR POST TEST KELOMPOK EKSPERIMEN & KONTROL
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
1. Skor Post-Test Kelompok Eksperimen No
Kelompok Eksperimen
Skor Tes
1
Natasya Nora Rubiyo
47
2
Clarita Angelina
42
3
Lusia Odilia Frianti
46
4
Try Yulwanti
37
5
Brigitta Josephine B
37
6
Theresia Vania Untoro
41
7
Bernadetta Ragam Puspita
46
8
Bibiana Pritarini
40
9
Monika Dewanty
34
10
Jean Brebeuf Iryani Andamari
40
11
Maria Rosaria Dewi R
49
12
Hilaria Katya Utama
48
13
Rahmadevi Ayu Tiffany
32
14
Franca Adelia Irmadita
43
15
Scholasrica Puan M
41
16
Adeltruda Dwita Pangesti
46 Mean
41, 81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
2. Skor Post-Test Kelompok Kontrol No
Kelompok Kontrol
Skor Tes
1
Ermawita Yadasarah Simbolon
27
2
Adelia Parasmaya
21
3
Christophora Klementia N N
25
4
Martha Christina K
25
5
Chrestella Hana G
25
6
Niken Kumala Sari
24
7
Theresia Befiranita Utami
31
8
Rhema Sulistya Cahayani
25
9
Angela Vernanda
36
10
Merryska Devi A
31
11
Shilpia Defa Widayani
34
12
Preciselia Esista
34
13
Indri
24
14
Rosa Charin Tara
28
15
Anna Nuarita Ima Priasti
30
16
Cornelia Deriyanti S
33 Mean
28,31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN B UJI ASUMSI 1. Uji Normalitas 2. Grafik Normalitas 3. Normal Q-Q Plot
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Uji Normalitas Variabel Kemampuan Spasial (Post Test) a) Kelompok Kontrol
NPar Tests Descriptive Statistics N Kontrol
Mean 16
Std. Deviation
28.3125
4.46794
Minimum
Maximum
21.00
36.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR00002 N
16
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
28.3125
Std. Deviation
4.46794
Absolute
.208
Positive
.208
Negative
-.105
Kolmogorov-Smirnov Z
.833
Asymp. Sig. (2-tailed)
.491
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
b) Kelompok Eksperimen
NPar Tests Descriptive Statistics N Eksperimen
Mean 16
41.8125
Std. Deviation 5.04934
Minimum 32.00
Maximum 49.00
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR00002 N Normal Parameters
16 a,b
Most Extreme Differences
Mean
41.8125
Std. Deviation
5.04934
Absolute
.172
Positive
.080
Negative
-.172
Kolmogorov-Smirnov Z
.686
Asymp. Sig. (2-tailed)
.734
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Grafik Normalitas a) Kelompok Kontrol
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b) Kelompok Eksperimen
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Normal Q-Q Plot a) Kelompok Kontrol
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b) Kelompok Eksperimen
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN C UJI HOMOGENITAS
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
1. Uji Homogenitas Descriptives POSTTEST 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
kontrol
16
28.3125
4.46794
1.11699
25.9317
30.6933
21.00
36.00
eksperimen
16
41.8125
5.04934
1.26233
39.1219
44.5031
32.00
49.00
Total
32
35.0625
8.30832
1.46872
32.0670
38.0580
21.00
49.00
Test of Homogeneity of Variances POSTTEST Levene Statistic
df1
.059
df2 1
Sig. 30
.809
ANOVA POSTTEST Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
Df
Mean Square
1458.000
1
1458.000
681.875
30
22.729
2139.875
31
F 64.147
Sig. .000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Means Plot Uji Homogenitas
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN D UJI HIPOTESIS
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
1. Uji Hipotesis T-Test
[DataSet0] Group Statistics Treatment SkorTes
N
Mean
eksperi
Std. Deviation
Std. Error Mean
16
41.8125
5.04934
1.26233
16
28.3125
4.46794
1.11699
men dimension1
kontrol
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
F SkorTes
Equal
Sig. .059
.809
t
Df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Difference Lower
Upper
8.009
30
.000
13.50000
1.68557
10.05761
16.94239
8.009
29.562
.000
13.50000
1.68557
10.05547
16.94453
variances assumed Equal variances not assumed