PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
GAMBARAN DARI DAMPAK PENGGUNAAN METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA MURID TUNARUNGU KELAS VI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Halida Elkhusna NIM: 079114129
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skripsi ini saya persembahkan untuk Mama, Papa, Suami, dan Kakak – kakak tersayang yang selalu mendoakan dan mendukung saya sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini.
“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga.” (HR. Muslim).
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
GAMBARAN DARI DAMPAK PENGGUNAAN METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA MURID TUNARUNGU KELAS VI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA Halida Elkhusna
ABSTRAK Anak tunarungu mengalami kesulitan berkomunikasi karena adanya keterbatasan bahasa sehingga mereka akan menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri untuk berkomunikasi. Metode Maternal Reflektif (MMR) merupakan salah satu metode pengajaran yang diharapkan dapat mengembangan kemampuan berbahasa anak tunarungu sehingga dapat berkomunikasi menggunakan bahasa oral. Kondisi tersebut melatarbelakangi penelitian yang berfokus pada “bagaimana perkembangan bahasa dan komunikasi berdasarkan penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.” Fokus utama dari penelitian ini terdiri dari: (1) bagaimana perkembangan bahasa murid tunarungu yang dilihat dari tugas, tipe, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa; dan (2) bagaimana penggunaannya dalam berkomunikasi. Hal tersebut berdasarkan penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) sebagai metode pengajarannya di kelas. Penelitian ini melibatkan empat orang murid tunarungu kelas VI yang berasal dari SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. Untuk menggambarkan situasi yang terjadi pada subjek penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian yang dikumpulkan berupa hasil observasi, wawancara, dan data dokumentasi. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa: (1) Metode Maternal Reflektif (MMR) telah berperan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan mengenalkan bahasa oral pada murid – murid, tetapi belum optimal; (2) murid – murid hanya menggunakan bahasa oral ketika mereka sedang mengikuti pelajaran di kelas atau ketika berkomunikasi dengan guru. Namun, mereka akan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika mereka berada di luar kelas atau ketika berkomunikasi dengan teman – temannya. Kata – kata kunci: perkembangan bahasa, komunikasi, Metode Maternal Reflektif (MMR), murid tunarungu
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
OVERVIEW OF THE IMPACT MATERNAL REFLECTIVE METHOD (MMR) USED TO DEVELOPMENT LANGUAGE AND COMMUNICATION TO THE DEAF STUDENTS IN CLASS VI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA Halida Elkhusna
ABSTRACT The deaf children have difficulty to communicate due to language barrier so they will use their own sign language to communicate. Maternal Reflective Method (MMR) is a method of teaching that expected to develop proficiency in the deaf children so they can communicate using oral language. Under these conditions the background research focusing on "how the language and communication development based on Maternal Reflective Method (MMR) in the sixth grade deaf students SLB B Karnnamanohara Yogyakarta." Primary focus of this study consists of: (1) how the language development of the deaf children based on task, type, and factor that influence the language development, and (2) how its implementation in communication. It based on the use of Maternal Reflective Method (MMR) as a teaching method in the classroom. This study involved four deaf students from sixth grade SLB B Karnnamanohara Yogyakarta. To describe the situation on the subject of research, this study used a descriptive qualitative approach. The research data were collected in the form of observations, interviews, and data documentation. The result of this research are: (1) Maternal Reflective Method (MMR) has been engaged to develop language skills and to introduce oral language in the students, but yet optimal; (2) the students only using oral language as they were following the lessons in the classroom or when communicating with teachers. However, they would use oral language combined with gestures when they were out of class or when communicating with their friends. Keywords: language development, communication, Maternal Reflective Method (MMR), the deaf students
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana, pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., S.Psi., M.Si. sebagai pembimbing yang selalu sabar dalam menuntun penulis untuk menyelesaikan penelitian dan selalu memberikan pengetahuan kepada penulis. 2. Ibu Sri Kumorowati, S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB B Karnnamanohara Yogyakarta dan Bapak Hikmawan Cahyadi, S.Pd selaku Wali Kelas VI yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian. 3. Nadia, Lintang, Danu, dan Saifi yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. Terimakasih sekali yaa adik – adik baruku. 4. Mama Elmy dan Papa Agus yang selalu mendoakan dan mendukung penulis, terutama dukungan moral dan finansial. 5. Mas Elang, Mba Vienna, Mba Nana, Mas Ical, Raefa, Fahesh, Fadia, Ayu, Sri, dan semua keluarga yang juga mendorong penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Alip Arfiyan Denata yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 7. Sahabat – sahabat penulis: Vidya, Theista, Manda, Ayu, Heni, Danang DAL, Lily, Rani, dan Santa, serta nama – nama yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungan dan bantuannya. 8. Berbagai pihak yang turut mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Psikologi, terutama studi tentang anak luar biasa, khususnya anak tunarungu.
Yogyakarta, 22 Januari 2013
Halida Elkhusna
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ..........................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................
v
ABSTRAK …..……………………………………………………………..
vi
ABSTRACT …...…………………………………………………………….. vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. viii KATA PENGANTAR …....………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI …......………………………………………………………… xi BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................
1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................
7
C. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................
7
D. MANFAAT PENELITIAN ..............................................................
7
1. Manfaat Teoritis ..........................................................................
7
2. Manfaat Praktis ...........................................................................
8
BAB II.LANDASAN TEORI .......................................................................
9
A. ANAK TUNARUNGU .....................................................................
9
1. Pengertian Anak Tunarungu .......................................................
9
2. Klasifikasi Anak Tunarungu .......................................................
10
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Karakteristik Anak Tunarungu ...................................................
11
B. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK TUNARUNGU .....
13
1. Pengertian Bahasa .......................................................................
13
2. Tugas – tugas Perkembangan Bahasa ........................................
13
3. Tipe Perkembangan Bahasa ........................................................
14
4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu ...................................................................................
15
C. KOMUNIKASI PADA ANAK TUNARUNGU ..............................
15
1. Pengertian Komunikasi ...............................................................
15
2. Metode Komunikasi pada Anak Tunarungu ...............................
16
D. METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) ...............................
17
1. Pengertian Metode Maternal Reflektif (MMR) ..........................
17
2. Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) .......................
18
E. PENELITIAN – PENELITIAN TERDAHULU ..............................
19
F. DINAMIKA MATERNAL
DAMPAK
PENGGUNAAN
REFLEKTIF
(MMR)
METODE TERHADAP
PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA MURID TUNARUNGU ...................................................................
22
BAB III.METODE PENELITIAN ...............................................................
24
A. PENDEKATAN PENELITIAN .......................................................
24
B. SUBJEK PENELITIAN ....................................................................
24
C. BATASAN ISTILAH .......................................................................
25
1. Perkembangan Bahasa ................................................................
25
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Komunikasi .................................................................................
25
3. Metode Maternal Reflektif (MMR) ............................................
26
4. Anak Tunarungu .........................................................................
25
D. METODE PENGUMPULAN DATA ...............................................
26
1. Observasi .....................................................................................
26
2. Wawancara ..................................................................................
27
3. Studi Dokumentasi ......................................................................
27
E. ANALISIS DATA ............................................................................
27
1. Mengorganisasikan Data .............................................................
28
2. Pengkodean .................................................................................
28
3. Menguji Dugaan ..........................................................................
28
F. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ........................................
28
1. Kepercayaan (credibility) ............................................................
29
2. Keteralihan (transferability) .......................................................
29
3. Kebergantungan (dependability) .................................................
30
4. Kepastian (confirmability) ..........................................................
30
BAB
IV.
HASIL
PENELITIAN,
PEMBAHASAN,
DAN
KETERBATASAN PENELITIAN ..................................................
31
A. HASIL PENELITIAN ......................................................................
31
1. Orientasi Kancah .........................................................................
31
2. Pelaksanaan Pengambilan Data ..................................................
34
3. Subjek Penelitian ........................................................................
34
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Metode Pengajaran Bahasa pada Murid Kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta .....................................................
36
5. Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) Dalam Pengajaran
Bahasa
pada
Murid
Kelas
VI
SLB
B
Karnnamanohara Yogyakarta .....................................................
41
6. Penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) Dalam Berkomunikasi pada Murid Kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ..................................................................................
44
7. Analisis Data ...............................................................................
49
B. PEMBAHASAN ...............................................................................
62
C. KETERBATASAN PENELITIAN ..................................................
72
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
73
A. KESIMPULAN .................................................................................
73
B. SARAN .............................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
78
LAMPIRAN ..................................................................................................
80
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dan pelayanan pendidikan yang layak dan berkualitas sesuai dengan kebutuhannya, termasuk dengan anak penyandang cacat atau anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut dijelaskan pada pasal 5 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 yang menjamin bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pada ayat 4 juga menjamin bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Menurut data WHO pada tahun 2007, jumlah anak penyandang cacat atau anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0 – 18 tahun atau sebesar 6.230.000 jiwa. Sebelumnya, menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003, jumlah anak penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7% atau sebanyak 1.480.000 jiwa dari jumlah penduduk sebesar 211.428.572 jiwa. Dari jumlah tersebut, 24,45% atau 361.860 jiwa diantaranya adalah anak-anak usia 0 – 18 tahun dan 21,42% atau 317.016 jiwa merupakan anak cacat usia sekolah (5 – 18 tahun). Namun, hanya sekitar 66.610 jiwa (14,4% dari 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
seluruh anak penyandang cacat) yang terdaftar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Selain itu, menurut data dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2009, jumlah anak penyandang cacat yang bersekolah meningkat menjadi 85.645 jiwa dengan rincian sebanyak 70.501 jiwa bersekolah di SLB (Taman Kanak – kanak sampai Sekolah Menengah Pertama) dan sebanyak 15.144 jiwa bersekolah di sekolah inklusif (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2010 : 10). Salah satu jenis kecacatan yang dialami oleh anak di Indonesia adalah tunarungu. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pada organ pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar, mulai dari tingkatan yang ringan sampai yang berat yang diklasifikasikan ke dalam tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Hallahan dan Kauffman (dalam Hernawati, 2007 : 101) mengemukakan bahwa orang yang tuli (a deaf person) adalah orang yang mengalami ketidakmampuan mendengar sehingga mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid). Sementara itu, orang yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah orang yang biasanya menggunakan
alat
bantu
dengar,
sisa
pendengarannya
cukup
memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan alat bantu dengar, maka orang tersebut masih dapat menangkap pembicaraannya melalui pendengarannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Anak tunarungu akan mengalami kesulitan dalam berbahasa sehingga segala hal yang ingin disampaikannya menjadi sulit dimengerti oleh orang – orang di sekitarnya. Hal tersebut disebabkan anak tunarungu mengalami masalah dalam menghasilkan suara, memiliki kualitas suara yang buruk, ketidakmampuan dalam membedakan nada, serta adanya masalah yang berkaitan dengan konten dan struktur bahasa (Oyers & Frankman, 1975 dalam Suran & Rizzo, 1979). Selain itu, anak tunarungu juga akan mengalami kesulitan dalam memahami pembicaran oleh orang yang mendengar. A. Van Uden (dalam Bunawan & Yuwati, 2000 : 27) menyatakan bahwa anak tunarungu mempunyai sifat egosentris yang lebih besar daripada anak yang mendengar. Dunia penghayatan anak tunarungu yang sempit membuat mereka mengalami kesulitan dalam menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan orang lain serta kurang menyadari efek perilakunya terhadap orang lain. Keterbatasan yang dimiliki anak tunarungu juga menyebabkan mereka kesulitan untuk mengadakan interaksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal tersebut membuat anak tunarungu cenderung menafsirkan sesuatu secara negatif. Anak tunarungu menjadi kurang mandiri, menutup diri, dan bertindak agresif karena komunikasi hanya dapat dilakukan dengan dirinya sendiri. Keterbatasan – keterbatasan yang dialami oleh anak tunarungu seharusnya mendapatkan perhatian yang positif dari orang lain, khususnya orang – orang yang mendengar agar kemampuan yang ada dalam diri anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
tunarungu dapat dikembangkan secara optimal, mandiri, dan mampu bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu metode pengajaran khusus untuk anak – anak tunarungu untuk memperoleh kemampuan berbahasa. Namun, metode pengajaran tersebut
dapat
berlangsung
efektif
apabila
adanya
komunikasi.
Komunikasi pun dapat terjadi apabila antara guru dan murid yang tunarungu memiliki bahasa. Dengan demikian, mengenalkan dan mengajarkan aturan – aturan bahasa untuk anak tunarungu di sekolah harus dimulai sedini mungkin agar tingkat keberhasilannya lebih optimal dan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu. Salah satu bentuk metode pengajaran khusus agar mengembangkan kemampuan bahasa anak tunarungu sehingga dapat melakukan komunikasi adalah dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR). Metode Maternal Reflektif (MMR) merupakan metode mengajar yang dikembangkan oleh A. Van Uden dari lembaga pendidikan anak tunarungu St. Michielgestel Belanda. A. Van Uden (dalam Bunawan & Yuwati, 2000 : 71 - 72) menjelaskan bahwa prinsip utama dari MMR adalah “apa yang ingin kau katakan, katakanlah begini.” Metode ini juga sering disebut dengan metode percakapan antara ibu dan anak (bayi). Metode Maternal Reflektif (MMR) diharapkan dapat membantu anak tunarungu untuk memperlancar komunikasi dengan orang lain, dapat melatih perkembangan bicara anak, dan mengurangi penggunaan bahasa isyarat, serta cara penyampaian bahasanya pun lebih sistematik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
SLB B Karnnamanohara Yogyakarta adalah suatu lembaga pendidikan yang melayani anak – anak tunarungu dengan menggunakan Metode
Maternal
Reflektif
(MMR)
sebagai
metode
pengajarannya. Sekolah ini mendidik anak tunarungu sejak usia dini (mulai usia 1,8 tahun). Pendidikan pada usia 1,8 tahun diharapkan agar mereka dapat segera diperkenalkan dan diajarkan dengan aturan – aturan bahasa sehingga kemampuan berbahasa mereka dapat berkembang dan mampu berkomunikasi dengan lain. SLB B Karnnamanohara Yogyakarta merupakan satu – satunya sekolah khusus bagi anak tunarungu di Yogyakarta yang masih mempertahankan penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) sebagai metode pengajaran pada murid – murid di kelas. Menurut hasil wawancara awal, hal tersebut dilakukan agar murid – murid tunarungu dapat beradaptasi dan berkomunikasi seperti anak – anak yang mendengar. Pada kenyataannya, telah banyak metode – metode pengajaran lain yang makin berkembang, misalnya dengan metode komunikasi total atau dengan menggunakan metode bahasa isyarat. Hampir seluruh sekolah – sekolah khusus untuk anak tunarungu di Yogyakarta menggunakan metode komunikasi total sebagai metode pengajarannya. Namun, penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta dapat berperan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dengan mengenalkan aturan – aturan bahasa, khususnya dalam penggunaan bahasa oral ketika pelajaran Bahasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Pelajaran Bahasa sangat penting diajarkan karena pelajaran tersebut dapat membuat murid – muridnya memperoleh, menguasai, dan menggunakan bahasa sehingga dapat berkomunikasi dengan orang – orang di sekitarnya, terutama pada murid kelas VI. Hal tersebut karena murid kelas VI merupakan kelas tertinggi pada pendidikan dasar. Murid – murid kelas VI seharusnya telah memperoleh bahasa sehingga dapat melakukan komunikasi menggunakan bahasa oral, baik pada guru, teman – teman, maupun orang – orang di sekitarnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiana (2011) dan Astutik (2010), penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) telah memberikan dampak positif terhadap kemampuan berbicara dan berkomunikasi pada murid tunarungu. Murid tunarungu yang menjadi subjek penelitian mereka dapat berbicara dan berkomunikasi seperti anak yang mendengar. Selain itu, pengajaran dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR) telah dapat meningkatkan membuat konsentrasi dan prestasi murid – murid. Meskipun demikian, penelitian – penelitian tersebut belum menjelaskan mengenai pencapaian setiap tahapan perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu dengan guru maupun teman temannya. Di samping itu, setiap murid akan berbeda tahap pencapaian dalam perkembangan berbahasanya sehingga tidak semua murid memiliki kemampuan yang sama dalam berkomunikasi secara oral. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa tertarik untuk mendeskripsikan dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN Secara umum, penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan pada Anak Luar Biasa, khususnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
pada anak tunarungu dan Psikologi Perkembangan mengenai dampak yang terjadi pada perkembangan kemampuan berbahasa dan komunikasi melalui penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) pada murid tunarungu sebagai metode pengajarannya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan
mengenai
gambaran
secara
langsung
mengenai
pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) di kelas pada murid tunarungu serta dijadikan referensi untuk mengembangkan Metode Maternal Reflektif (MMR) sebagai metode pengajaran sehingga dapat lebih meningkatkan kemampuan berbahasa dan komunikasi pada murid tunarungu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. ANAK TUNARUNGU 1. Pengertian Anak Tunarungu Tunarungu adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indera pendengaran. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai pengertian anak tunarungu. Dwidjosumarto (dalam Somantri, 1996 : 74) mengemukakan bahwa “Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu, tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).” Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sementara itu, kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami
kerusakan,
tetapi
masih
dapat
berfungsi
untuk
mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid). Selain itu, Somad dan Hernawati (1996 : 27) menyatakan bahwa anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat 9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pendengarannya
sehingga
ia
tidak
dapat
menggunakan
10
alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari – hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu
adalah
anak
yang
mengalami
kekurangan
atau
kehilangan kemampuan mendengar suara yang disebabkan adanya
kerusakan
pada
indera
pendengaran
sehingga
pendengarannya tidak berfungsi lagi atau masih dapat berfungsi mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid).
2. Klasifikasi Anak Tunarungu Menurut Mangunsong (2009 : 83), klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut : a. Hilangnya pendengaran yang ringan (20 – 30 dB) Anak dengan gangguan pendengaran ini mampu berkomunikasi dengan menggunakan pendengarannya. Gangguan ini merupakan ambang
batas
(borderline)
antara
anak
yang
sulit
mendengar dengan anak normal. b. Hilangnya pendengaran yang marginal (30 – 40 dB) Anak dengan gangguan pendengaran ini sering mengalami kesulitan untuk mengikuti suatu pembicaraan pada jarak beberapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
meter. Pada kelompok ini, anak – anak masih dapat menggunakan telinganya untuk mendengar, tetapi harus dilatih. c. Hilangnya pendengaran yang sedang (40 – 60 dB) Dengan bantuan alat bantu dengar dan bantuan mata, anak – anak ini masih dapat belajar berbicara dengan mengandalkan alat – alat pendengarannya. d. Hilangnya pendengaran yang berat (60 – 75 dB) Anak – anak ini tidak dapat belajar berbicara tanpa menggunakan teknik – teknik khusus. Pada gangguan ini, mereka sudah dianggap sebagai 'tuli secara edukatif'. Mereka berada pada ambang batas antara sulit mendengar dengan tuli. e. Hilangnya pendengaran yang parah ( > 75 dB) Anak – anak dalam kelompok ini tidak dapat belajar bahasa hanya semata – mata dengan mengandalkan telinga, meskipun didukung dengan alat bantu dengar.
3. Karakteristik Anak Tunarungu Menurut Somad dan Hernawati (1996), karakteristik anak tunarungu sebagai berikut: a. Karakteristik dalam segi intelegensi Pada umumnya anak tunarungu memiliki intelegensi normal atau rata – rata, tetapi anak tunarungu akan menampakkan intelegensi yang rendah karena mereka kesulitan dalam mengikuti pelajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
yang diverbalisasikan. Selain itu, perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan anak yang mendengar karena mereka tidak belajar dari apa yang didengarnya sehingga tidak berjalannya proses latihan berfikir. b. Karakteristik dalam segi bahasa dan lisan Kemampuan berbahasa anak tunarungu kurang dapat berkembang karena mereka tidak mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasanya sehingga kemampuan berbicara mereka akan jauh tertinggal dengan anak yang mendengar. Di sisi lain, kemampuan bicara anak tunarungu baik suara, irama, dan tekanan suara akan terdengar monoton. Hal tersebut disebabkan kurangnya mendapatkan
umpan
balik
untuk
mengontrol
suara
dan
pengucapannya sendiri melalui pendengarannya. c. Karakteristik dalam segi emosi dan sosial Ketunarunguan dapat anak terasing dari pergaulan atau peraturan sosial yang berlaku dalam masyarakat tempat tinggal sehingga akan mengakibatkan egosentrisme anak tunarungu akan melebihi anak yang mendengar, perhatian mereka akan lebih sukar dialihkan, tetapi mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas sehingga akan memunculkan sikap ketergantungan dengan orang lain. Anak tunarungu umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana, dan tanpa beban. Meskipun demikian, mereka akan lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
B. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK TUNARUNGU 1. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat adalah untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan (Chaer & Agustina, 2010). Yusuf (2010) juga mengungkapkan bahwa bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Selain itu, menurut Wibowo (2001), bahasa merupakan suatu sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi yang dihasilkan oleh alat ucap, serta bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi yang bermakna dan berartikulasi dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan.
2. Tugas – tugas Perkembangan Bahasa Dalam berbahasa, anak – anak dituntut untuk mengusai empat tugas pokok yang saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
satu tugas, maka ia juga dapat menguasai tugas yang lainnya (Yusuf, 2010). Keempat tugas – tugas tersebut antara lain : a. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. b. Pengembangan Pembendaharaan Kata. Pembendaharaan kata anak akan mengalami peningkatan pada usia pra-sekolah dan akan terus meningkat setelah masuk sekolah. c. Penyusunan Kata – kata Menjadi Kalimat, pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. d. Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata – kata merupakan hasil belajar melalui imitasi terhadap suara – suara yang didengar anak dari orang lain.
3. Tipe Perkembangan Bahasa Menurut Yusuf (2010 : 210), ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu : a. Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri. b. Socialized Speech, yaitu terjadi ketika berlangsungnya kontak antara anak dengan temannya atau lingkungannya. Perkembangan ini terbagi ke dalam lima bentuk : (a) adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
request (permintaan), dan threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu Menurut
Carrol
(1986
:
65),
faktor
mendasar
yang
mempengaruhi perkembangan bahasa anak tunarungu, yaitu : a. Tingkat kerusakan pendengaran. b. Status pendengaran orang tua (apakah normal atau tunarungu). c. Usia diperkenalkan pada sistem komunikasi tertentu serta konsistensi latihan berkomunikasi.
C. KOMUNIKASI PADA ANAK TUNARUNGU 1. Pengertian Komunikasi Secara luas, komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain sedangkan secara sempit, komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima (Supratiknya, 1995 : 30). Rogers
dan
Kincaid
(dalam
Cangara,
1998
:
20)
mengungkapkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Selain itu, menurut Berelson & Steiner (dalam Mulyana, 2005 : 68), komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dengan menggunakan simbol – simbol seperti, perkataan, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi, gagasan, emosi, keterampilan dengan menggunakan simbol – simbol, seperti perkataan, gambar, figur, grafik, dan sebagainya antara dua orang atau lebih, baik secara verbal maupun nonverbal.
2. Metode Komunikasi pada Anak Tunarungu Menurut Bunawan dan Yuwati (2000 : 72), metode komunikasi bagi anak tunarungu dapat dibedakan menjadi bahasa verbal dan bahasa manual (isyarat). Bahasa verbal dapat dibedakan antara metode yang menggunakan media komunikasi lisan/oral, yang dikenal sebagai metode oral, dan metode yang menggunakan media tulisan. Sementara bahasa manual (isyarat) yang merupakan metode dengan menggunakan gerak tangan dibedakan antara Abjad Jari (Dactylologi), Isyarat konseptual (Bahasa Isyarat), dan Isyarat struktural (Sistem Isyarat).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
D. METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) 1. Pengertian Metode Maternal Reflektif (MMR) Menurut Bunawan dan Yuwati (2000), Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah suatu metode pengajaran bahasa dengan mengikuti cara – cara anak mendengar sampai pada penguasaan bahasa ibu dengan tekanan pada berlangsungnya percakapan antara ibu dan anak sejak bayi, tetapi bukan pada program pengajaran tentang aturan bahasa. Selain itu, menyajikan bahasa yang sewajarnya pada anak, baik secara ekspresif maupun represif, serta menuntun anak agar secara bertahap mampu menemukan sendiri aturan/bentuk bahasa melalui refleksi terhadap segala pengalaman berbahasanya. Selanjutnya, Djatun (2007 : 34) mengemukakan bahwa Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah suatu metode pengajaran dengan menggunakan percakapan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa sehingga anak mampu menemukan sendiri aturan/bentuk bahasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
2. Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) Menurut Dewan Nasional Indonesia Kesejahteraan Sosial (2009), pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah: a. Percakapan dari Hati ke Hati (Perdati) Perdati
adalah
proses
pembelajaran
bahasa
yang
berlangsung dalam percakapan yang wajar, saling mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasan, ide/gagasan murid – murid tentang suatu topik. Kegiatan Perdati dilakukan dengan membebaskan murid – murid untuk mengungkapkan pengalaman atau peristiwa yang dialami oleh dirinya sendiri lalu ditanggapi oleh teman – teman dan gurunya sehingga terjadi sebuah percakapan. b. Percakapan Membaca Ideovisual (Percami) Membaca
ideovisual
merupakan
kegiatan
membaca
ide/gagasan sendiri yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan atau grafis sehingga dapat ditangkap secara visual. Kegiatan Percami dilakukan dengan menuliskan hasil percakapan kedalam sebuah bacaan yang telah dilakukan murid – murid di papan tulis oleh guru. Kemudian, guru membacakan bacaan di papan tulis dan meminta murid – murid untuk mengikutinya sampai mereka dapat menangkap dan memahami bacaan tersebut. c. Percakapan Membaca Transisi (Percamsi) Percamsi merupakan strategi dan perantara antara dunia diri sendiri menuju memahami dunia orang lain. Murid – murid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
diharapkan dapat memahami isi wacana mengenai pengalaman dirinya sendiri, kelompoknya, atau orang lain yang terjadi pada masa lampau atau yang belum terjadi. Kegiatan Percamsi dilakukan dengan memberikan materi tentang kejadian di masa lampau atau pengalaman orang lain dalam bentuk sebuah bacaan yang telah dituliskan di papan tulis. Murid – murid lalu diminta untuk membacanya sehingga mereka dapat memahami isi bacaan tersebut. d. Percakapan Latihan Refleksi (Perlatsi) Perlatsi merupakan latihan mengontrol penggunaan bahasa dengan cara mengadakan percakapan tentang isi wacana mengenai pengalaman sendiri sehingga sistem bahasa yang benar dan yang salah, yang mungkin atau tidak mungkin disadarinya. Kegiatan Perlatsi antara lain dilakukan dengan meminta murid – murid untuk memberikan tanggapan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai sebuah bacaan yang telah dituliskan oleh guru di papan tulis.
E. PENELITIAN – PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Setiana (2011) menyatakan bahwa kemampuan berkomunikasi pada dua subjek tunarungu di SLB B Santi Rama Jakarta sama seperti anak yang mendengar. Mereka mampu merespon instruksi, pertanyaan, dan pernyataan yang diajukan secara lisan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
serta dapat membaca ujaran. Selain itu, mereka mampu melakukan percakapan dengan wajar dan spontan, melafalkan kata – kata dengan artikulasi yang jelas dan mudah dipahami, serta dapat membuat kalimat dengan baik. Di samping itu, penelitian yang dilakukan Astutik (2010) juga menjelaskan bahwa Metode Maternal Reflektif membuat lima subjek tunarungu kelas III SLB B Widya Bhakti Semarang menjadi semakin aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan keberanian berbicara, bertanya, dan menanggapi percakapan orang lain, serta dapat meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar. Dari hasil penelitian – penelitian tersebut, diketahui bahwa murid – murid tunarungu yang diajarkan menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR) telah mampu untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya merespon pertanyaan dan pernyataan secara lisan, serta dapat membaca ujaran. Mereka juga mampu melakukan percakapan dengan artikulasi yang jelas dan mudah dipahami. Hal tersebut membuat mereka dapat berkomunikasi seperti anak yang mendengar. Pengajaran dengan Metode Maternal Reflektif (MMR) juga telah dapat meningkatkan membuat konsentrasi dan prestasi murid – murid. Penelitian – penelitian sebelumnya secara umum bertujuan untuk mengetahui efektivitas dalam Metode Maternal Reflektif (MMR) sebagai metode pengajaran pada murid tunarungu sehingga berdampak pada peningkatan kemampuan berbicara dan komunikasi anak tunarungu. Selain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
itu, menjelaskan bahwa penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) telah cukup efektif dan memberikan kontribusi yang positif pada kemampuan berbicara dan komunikasi pada anak tunarungu. Namun, pada penelitian yang pertama, subjek penelitiannya cukup terbatas, yaitu dua murid yang dipilih secara acak dan hanya mengamati proses pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) di kelas. Di sisi lain, pada penelitian yang kedua hanya mengumpulkan informasi – informasi mengenai kemampuan berbahasa dan berkomunikasi murid – murid melalui sebuah tes yang dilakukan sebanyak dua kali serta dari nilai hasil belajar murid – murid. Pada penelitian kedua pun, pengamatan yang dilakukan hanya berdasarkan keaktifan murid – murid di kelas dalam menerima pelajaran sehingga interaksi dengan teman – temannya tidak diamati. Sementara itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dalam penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) yang terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu. Faktor yang membedakan penelitian ini dengan penelitian – penelitian sebelumnya adalah selain untuk mengamati metode pengajaran di kelas menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR) dan kemampuan berkomunikasi pada murid tunarungu, tetapi peneliti juga ingin mengamati perkembangan bahasanya. Penelitian ini akan menjelaskan mengenai dampak yang terjadi dalam penggunaan Metode Maternal Reflektif terhadap perkembangan bahasa anak tunarungu yang meliputi tugas – tugas, tipe – tipe, dan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasanya serta kegiatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
murid – murid ketika berkomunikasi dengan guru dan teman – temannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
F. DINAMIKA DAMPAK PENGGUNAAN METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA MURID TUNARUNGU Anak tunarungu mengalami gangguan pada organ pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar dan kesulitan dalam berbahasa. Meskipun mereka memiliki intelegensi normal, tetapi anak tunarungu tidak dapat mendengar informasi dari luar, maka mereka mengalami kelainan dalam perkembangan bahasa. Hal tersebut membuat mereka kesulitan untuk melakukan komunikasi sehingga mereka tidak dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, maupun pengalaman yang dimilikinya. Selain itu, anak tunarungu masih sering menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri untuk berkomunikasi, padahal tidak semua orang, khususnya orang yang mendengar dapat memahami maksud mereka. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan mengatasi hambatan komunikasi, anak tunarungu memerlukan metode pengajaran bahasa secara teratur, agar keterbatasan bahasa yang dialami anak tunarungu tidak menghambat kehidupan jiwa dan sosialnya. Salah satu metode pengajaran bahasa adalah dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR). SLB B Karnnamanohara Yogyakarta merupakan sebuah lembaga pendidikan bagi anak – anak tunarungu dengan menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Metode Maternal Reflektif (MMR) dalam pengajarannya. Metode tersebut diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak tunarungu sehingga dapat menggunakan bahasa oral untuk berkomunikasi dengan orang – orang disekitarnya. Meskipun demikian, tidak semua murid memiliki kemampuan yang sama untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik menggunakan metode tersebut. Hal tersebut membuat murid – murid masih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat untuk berkomunikasi, terutama ketika berkomunikasi dengan teman – teman sesama tunarungu. Dengan demikian, dinamika yang telah dijelaskan di atas dapat digambarkan di bawah ini :
Sebelum
Sesudah
menerapkan
menerapkan
MMR:
MMR:
Murid – murid masih
Menggunakan bahasa
menggunakan bahasa
oral meskipun sambil
isyarat.
berisyarat.
Gambar. Perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Bungin (2007 : 68) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, mode, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti mendeskripsikan perkembangan bahasa dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR) yang ditinjau dari tugas, tipe, faktor perkembangan bahasa anak, dan penggunaanya dalam komunikasi sehari – hari pada murid – murid tunarungu.
B. SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa B Karnnamanohara, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah murid – murid kelas VI SLB B Karnnamanohara, Yogyakarta. Hal tersebut karena murid kelas VI merupakan kelas tertinggi pada pendidikan dasar. Murid – murid kelas VI seharusnya telah dapat menguasai dan menggunakan bahasa untuk 24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
berkomunikasi, baik pada guru, teman – teman, maupun orang – orang disekitarnya.
C. BATASAN ISTILAH 1.
Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa anak dalam penelitian ini terdiri dari tugas perkembangan bahasa dan tipe perkembangan bahasa. Tugas perkembangan bahasa merupakan tugas – tugas pokok yang saling berkaitan dalam berbahasa yang menuntut anak – anak untuk dapat menguasai tugas – tugas tersebut, yaitu tahapan pemahaman, pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan kata – kata menjadi kalimat, dan ucapan. Sedangkan tipe perkembangan bahasa dibagi menjadi egocentric speech, yaitu kegiatan anak yang berbicara dengan dirinya sendiri (monolog) dan socialized speech yang terjadi ketika adanya kontak antara anak dengan lingkungannya.
2.
Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi, gagasan, atau emosi antara dua orang atau lebih, baik secara verbal atau nonverbal. Dalam penelitian ini, komunikasi tersebut terjadi antara murid – murid, baik dengan guru, teman sekelas, maupun teman dari kelas lain selama berada di dalam dan di luar kelas. Komunikasi tersebut dapat berupa bahasa oral, bahasa oral sambil berisyarat, bahasa isyarat, bahkan berupa ekspresi wajah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
26
Metode Maternal Reflektif (MMR) Metode Maternal Reflektif (MMR) merupakan suatu metode pengajaran dengan menggunakan percakapan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Dalam penelitian ini, guru selalu menggunakan bahasa oral dan menerapkan langkah – langkah yang telah disesuaikan dengan pelaksanaan MMR ketika mengajarkan pelajaran Bahasa.
4.
Anak Tunarungu Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami kekurangan atau keidakmampuan dalam mendengar suara. Dalam penelitian ini, subjek penelitian merupakan murid – murid yang termasuk dalam kategori hilangnya pendengaran yang marginal dan sedang.
D. METODE PENGUMPULAN DATA Menurut Hasan (2002 : 86 – 88), pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan lima teknik, antara lain angket (kuesioner), wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan analisis isi. Peneliti menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data, yaitu: 1.
Observasi Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme sesuai dengan tujuan – tujuan empiris. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengamati perilaku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
murid – murid di dalam dan di luar kelas selama dan setelah proses belajar mengajar. 2.
Wawancara Wawancara mengajukan
adalah
pertanyaan
teknik langsung
pengumpulan oleh
data
dengan
pewawancara
dengan
responden, dan jawaban – jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur untuk melengkapi data observasi. 3.
Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa rekaman video dan foto selama proses belajar mengajar berlangsung. Hal tersebut dilakukan untuk mengamati kesesuaian dengan hasil observasi.
E. ANALISIS DATA Menurut Patton (dalam Hasan, 2002 : 97), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Menurut
Poerwandari
menganalisis data adalah:
(2005),
langkah
–
langkah
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
1. Mengorganisasikan Data Data yang telah diperoleh yaitu, berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, selanjutnya disusun secara sistematis, rapi, dan selengkap mungkin. 2. Pengkodean Langkah berikutnya adalah membubuhkan kode – kode pada data yang telah diperoleh agar data dapat lebih terorganisir dan sistematis sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang akan diteliti. 3. Menguji Dugaan Setelah topik penelitian ditemukan maka, akan memunculkan dugaan – dugaan yang merupakan kesimpulan sementara dari data – data yang telah diperoleh. Kemudian, dilakukan perbandingan antara teori – teori yang telah didapatkan sebelumnya sehingga dapat mempertajam temuan data.
F. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA Menurut Moleong (2006), dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data yang dilakukan atas empat kriteria, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
1. Kepercayaan (credibility) Kepercayaan berfungsi untuk membuktikan kesesuaian antara hasil – hasil penemuan dengan kenyataan yang sedang diteliti. Oleh karena itu, peneliti melakukan teknik triangulasi data Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005), untuk meningkatkan kepercayaan penelitian kualitatif adalah dengan melakukan triangulasi. Triangulasi dapat dibedakan menjadi empat macam, anatara lain triangulasi data, peneliti, teori, dan metode. Peneliti menggunakan dua triangulasi, yaitu: a. Triangulasi data Menggunakan sumber data yang berbeda – beda, misalnya menggunakan catatan lapangan (observasi), wawancara dengan guru, dan dokumentasi. b. Triangulasi metode Menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda, misalnya metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. 2. Keteralihan (transferability) Keteralihan berfungsi untuk menyamakan konteks antara pengirim dan penerima pada suatu bentuk persoalan empiris. Dengan demikian, peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks berupa data deskriptif secukupnya. Oleh karena itu, peneliti melakukan observasi berulang – ulang lalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
menyamakan dengan hasil wawancara dengan guru mengenai perilaku dan pencapaian murid – murid dalam menerima pelajaran di kelas. 3. Kebergantungan (dependability) Kebergantungan berfungsi untuk menghindari kesalahan dalam mengolah data hasil penelitian. Oleh karena itu, pentingnya mengulang pengambilan data dalam suatu kondisi yang sama. Peneliti melakukan observasi sebanyak enam kali dan dua kali wawancara. 4. Kepastian (confirmability) Kepastian berfungsi untuk menekankan penelitian ilmiah bukan pada kesepakatan atau pendapat orang seorang, melainkan pada data dari hasil penelitian. oleh karena itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti sepenuhnya berdasarkan hasil observasi di lapangan yang didukung dengan hasil wawancara dengan guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Orientasi Kancah Pada tanggal 23 Februari 1999, sebuah lembaga pendidikan bagi penyandang tunarungu usia dini didirikan oleh Yayasan Tunarungu Yogyakarta di daerah Pakem, Sleman. Lembaga tersebut lalu ditetapkan sebagai Biro Konsultasi Tunarungu yang telah melatih tiga anak tunarungu. Kemudian, orangtua dari ketiga anak tersebut meminta agar biro konsultasi tersebut menjadi sekolah khusus bagi anak tunarungu. Yayasan Tunarungu Yogyakarta pun mengabulkan permohonan tersebut dan menfasilitasi perintisan sekolah yang akhirnya diberi nama SLB B Karnnamanohara dengan meminjamkan tempat
untuk
kegiatan
belajar
mengajar.
Sekarang,
SLB
B
Karnnamanohara terletak di Jalan Pandean 2 Gang Wulung, Codongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. SLB B Karnnamanohara Yogyakarta menggunakan metode pengajaran dengan Metode Maternal Reflektif (MMR) yang diadaptasi dari SLB B Santi Rama Jakarta. Metode Maternal Reflektif (MMR) merupakan
metode
yang
menekankan
pentingnya
percakapan
menggunakan bahasa oral untuk meminimalkan penggunaan bahasa 31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
isyarat agar murid – murid dapat memahami bahasa oral sehingga mereka dapat berkomunikasi seperti anak yang mendengar. Namun, SLB B Karnnamanohara hanya menerima anak tunarungu dengan kategori normal atau tidak mengalami gangguan lain melalui tes pendengaran dan tes intelegensi. Sistem layanan yang diberikan SLB B Karnnamanohara (dalam Brosur Sekolah) adalah sebagai berikut : a. Play Group (Kelas Latihan) 1) Play Grop A merupakan kelompok anak – anak yang berusia antara 3 – 4 tahun atau yang telah dapat duduk tenang dan konsentrasi mata terbentuk untuk belajar. Play Group A dimulai pada pukul 08.00 – 11.00 WIB dari hari Senin sampai Jumat. 2) Play Grop B merupakan kelompok anak – anak yang berusia antara 1,8 – 3 tahun atau yang telah lolos observasi, belum dapat duduk tenang, konsentrasi mata belum terbentuk untuk belajar. Play Group B dimulai pada pukul 13.00 – 15.00 WIB dari hari Senin sampai Jumat. b. Kelompok Taman Kanak – Kanak 1) TK 1 (usia 4 – 5 tahun) adalah anak – anak yang telah lulus dari Play Group B. Program pembelajaran masih berfokus pada bahasa (berbicara, menulis, dan membaca) pada taraf identifikasi, imitasi, dan pengenalan berhitung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
2) TK 2 (usia 5 – 6 tahun) adalah anak – anak yang telah menyelesaikan program di TK 1. Program pembelajaran masih berfokus pada bahasa (berbicara, menulis, dan membaca) pada taraf membaca teknik, pemahaman, dan berhitung. 3) TK 3 (usia 6 – 7 tahun) adalah anak – anak yang telah menyelesaikan program TK 2. Program pembelajaran fokus pada bahasa (berbicara, menulis, dan membaca) pada taraf membaca teknik, pemahaman, dan berhitung. Kelompok TK 1, 2, dan 3 dimulai pada pukul 08.00 – 15.00 WIB dari hari Senin sampai Jumat. c. Sekolah Dasar 1) Sekolah Dasar Kecil untuk kelompok kelas I – III. Kemampuan berbahasa pada kelompok ini masih dalam lingkup diri sendiri. 2) Sekolah Dasar Tengah untuk kelompok kelas IV – V. Kemampuan berbahasa pada kelompok ini masih transisi antara pengalaman diri dan pengalaman orang lain. Namun, telah dapat membaca dan memahami bacaan. 3) Sekolah Dasar Besar untuk kelompok kelas VI. Kelompok ini telah mengalami penguasaan membaca, memaknai, dan mempersepsi bacaan. d. Sekolah Menengah Pertama Pada kelompok ini, anak – anak tidak hanya dibekali dengan pendidikan akademis, tetapi diberikan juga keterampilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
hidup. Keterampilan tersebut meliputi pengolahan hasil pertanian dan peternakan. Tujuannya adalah untuk memberikan pembiasaan hidup yang terampil, kreatif, dan menggunakan peluang.
2. Pelaksanaan Pengambilan Data Tabel Pelaksanaan Pengambilan Data Tanggal
Waktu
12 September 2011
08.00 – 09.15 WIB
Kegiatan Observasi,
Wawancara,
dan Dokumentasi. 19 September 2011
08.00 – 10.30 WIB
Observasi,
Wawancara,
dan Dokumentasi. 6 Oktober 2011
08.00 – 10.30 WIB
Observasi.
21 November 2011
08.00 – 10.30 WIB
Observasi Dokumentasi.
24 November 2011
08.00 – 10.30 WIB
Observasi.
1 Desember 2011
10.30 – 11.30 WIB
Observasi.
3. Subjek Penelitian Subjek 1 Inisial
: NA
Usia
: 12 tahun
Masuk kelas Latihan
: 2 tahun
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Klasifikasi ketunarunguan
35
: Kehilangan pendengaran marginal
Subjek 2 Inisial
: LI
Usia
: 12 tahun
Masuk kelas Latihan
: 2 tahun
Klasifikasi ketunarunguan
: Kehilangan pendengaran sedang
Riwayat kesehatan
: Awalnya LI termasuk anak yang mengalami
gangguan
pendengaran
marginal. Namun, ketika kelas I LI mengalami gangguan pada matanya dan harus dioperasi. Hal tersebut makin mempengaruhi
gangguan
pendengaran
LI
diklasifikasikan
menjadi
mengalami sedang.
sehingga anak
kehilangan
Selain
itu,
pada LI yang
pendengaran
LI
mengalami
kemunduran dalam mengikuti pelajaran. Hal
ini
dikarenakan
LI
tertinggal
pelajaran beberapa bulan selama proses penyembuhan dijalaninya.
operasi
mata
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
Subjek 3 Inisial
: DA
Usia
: 13 tahun
Masuk kelas Latihan
: 3 tahun
Klasifikasi ketunarunguan
: Kehilangan pendengaran marginal
Subjek 4 Inisial
: SA
Usia
: 14 tahun
Masuk kelas Latihan
: 4 tahun
Klasifikasi ketunarunguan
: Kehilangan pendengaran marginal
4. Metode Pengajaran Bahasa pada Murid Kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta Menurut hasil observasi di kelas, diketahui bahwa metode pengajaran Bahasa di kelas sebagai berikut : a. Guru membuka percakapan dengan murid – muridnya (mp1.kdk.1). b. Guru membebaskan murid – murid untuk melanjutkan percakapan (mp1.kdk.2). c. Guru membantu murid – murid dalam mengutarakan pendapatnya (mp1.kdk.3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
d. Guru menuliskan sebuah bacaan di papan tulis yang sesuai dengan hasil percakapan murid – murid (mp1.kdk.4). e. Guru membacakan bacaan di papan tulis dan menyuruh murid – murid mengulanginya lalu mengulangi tanpa bantuan guru (mp1.kdk.5). f. Guru memberikan pertanyaan atau menyuruh murid – muridnya untuk membuat kalimat yang sesuai dengan bacaan yang telah dituliskan di papan tulis (mp1.kdk.6). g. Terkadang, guru memberikan materi yang berasal dari hasil percakapan kelas lain pada waktu yang telah lalu (mp1.kdk.7). h. Guru selalu berusaha untuk membuat murid – muridnya untuk aktif mengutarakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang telah diberikan (mp1.kdk.8). Metode pengajaran Bahasa oleh guru di kelas yang telah disebutkan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, guru selalu diawali dengan membiasakan murid – muridnya untuk berdoa bersama dan mengucapkan salam (sm1.kdk.1). Guru lalu membuka percakapan dengan murid – muridnya mengenai pengalaman, peristiwa, atau kejadian yang ada disekitar mereka (mp1.kdk.1). Kedua, guru membebaskan murid – muridnya untuk mengembangkan percakapan tersebut dengan saling bertanya satu sama lain (mp1.kdk.2). Ketiga, guru pun tak segan untuk membantu murid – muridnya yang kesulitan dalam mengutarakan maksud yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
ingin disampaikan oleh murid – muridnya (mp1.kdk.3). Meskipun tak jarang, guru juga kesulitan untuk memahami maksud yang ingin disampaikan oleh murid – muridnya sehingga guru meminta bantuan pada salah satu murid yang mampu menyampaikannya pada guru (m1.kdk.11). Keempat,
setelah
percakapan
berlangsung,
guru
lalu
menuliskan hasil percakapan antara guru dengan murid – muridnya maupun antara murid yang satu dengan murid yang lain menjadi sebuah bacaan di papan tulis (mp1.kdk.4) (Foto 01). Terkadang, guru menambahkan beberapa percakapan yang mendukung. Kelima, guru membacakan bacaan tersebut sesuai dengan lengkung frase yang telah dibuat oleh guru dan menyuruh murid – murid untuk mengulanginya bersama – sama (mp1.kdk.5) (Foto 02). Guru membacakan bacaan tersebut secara perlahan dan jelas agar murid – murid dapat mengucapkannya dengan benar. Guru pun menyuruh murid – muridnya untuk mengulangi bacaan tersebut secara bersama – sama tanpa bantuan dari guru. Keenam, guru menyuruh murid – muridnya untuk membuat kalimat yang telah ditentukan guru yang sesuai dengan bacaan tersebut (mp1.kdk.6). Sebelumnya, guru memberikan sebuah contoh kalimat terlebih dahulu. Guru lalu menyuruh murid – muridnya untuk membuat kalimat secara lisan secara bergantian. Kemudian, menyuruh mereka untuk menuliskannya di papan tulis (mp1.kdk.8) (Foto 03).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Guru lalu menyuruh murid – muridnya untuk meneruskan membuat beberapa kalimat di buku mereka masing – masing. Guru pun membebaskan murid – muridnya untuk bertanya satu sama lain dalam pembuatan kalimat. Terkadang, selama murid – murid mengerjakan tugasnya, guru kembali menuliskan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan bacaan yang telah dituliskannya di papan tulis. Kemudian, murid – murid diminta untuk menjawabnya (mp1.kdk.6). Namun terkadang, guru kembali menuliskan bacaan yang lain di papan tulis, tetapi dengan tema yang tidak jauh berbeda dari bacaan sebelumnya. Selain itu, guru juga terkadang menggunakan materi yang berasal dari hasil percakapan kelas lain pada waktu yang telah lalu (mp1.kdk.7). Setelah murid – murid selesai menulis, guru kembali menyuruh murid – muridnya untuk membaca bacaan di papan tulis secara bersama – sama. Terkadang, tanpa bantuan dari guru untuk membacakannya terlebih dahulu. Guru lalu memberikan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan bacaan secara lisan dan menyuruh murid – murid untuk menjawabnya. Guru pun menyuruh murid – muridnya untuk maju ke papan tulis dan menunjukkan kalimat yang merupakan jawaban atas pertanyaan guru . Terakhir, guru selalu berusaha agar setiap muridnya untuk aktif merespon setiap pertanyaan guru (mp1.kdk.8). Awalnya, guru tidak menunjuk salah satu murid untuk menjawab dan menunggu murid
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
yang secara sukarela untuk menjawabnya. Namun, apabila tidak ada satu pun murid yang mau menjawab, guru lalu menunjuk murid – muridnya untuk menjawab secara bergantian dengan pertanyaan yang berbeda. Kemudian, guru menyuruh murid – muridnya untuk menuliskan bacaan tersebut di buku mereka masing – masing. Guru juga menentukan buku yang berbeda untuk menuliskan bacaan, menuliskan kalimat, maupun untuk menuliskan pertanyaan. Selain itu, menurut hasil wawancara dengan guru (WWC 1), pencapaian yang diharapkan dari metode pengajaran dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah agar murid – muridnya dapat mengenali pengalaman, peristiwa, atau kejadian yang terjadi, baik pada diri mereka ataupun dari luar diri mereka. Metode ini juga diharapkan dapat membuat murid – murid mampu menyebutkan kembali kalimat atau mengucapkan kalimat dan menuliskan kalimat. Selain itu, murid – murid diharapkan dapat memahami dan mengulangi cerita dari bacaan yang telah dituliskan di papan tulis agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru serta memiliki kemampuan untuk mengulangi ucapan dari guru maupun teman – temannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Pelaksanaan Pengajaran
Metode Bahasa
Maternal pada
Reflektif
Murid
Kelas
(MMR) VI
41
dalam SLB
B
Karnnamanohara Yogyakarta a. Pelaksanaan percakapan dari hati ke hati (Perdati) Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan dari hati ke hati (Perdati), dapat diketahui bahwa materi pembelajaran tidak dipersiapkan oleh guru sepenuhnya. Materi yang diberikan merupakan pengalaman, peristiwa, atau kejadian yang dialami oleh murid – muridnya. Guru hanya memulai untuk membuka percakapan dan percakapan selanjutnya diserahkan pada murid – muridnya (OBS I, OBS II, dan OBS IV). Murid – murid bebas mengutarakan segala bentuk pertanyaan dan pernyataan pada murid yang lain, baik dengan menggunakan bahasa oral maupun bahasa isyarat. Namun terkadang, guru juga membantu murid – muridnya yang kesulitan untuk kembali memulai percakapan atau memahami pertanyaan maupun pernyataan dari murid yang lain. Setelah percakapan dirasa telah cukup maka, kegiatan selanjutnya adalah membuat percakapan menjadi sebuah tulisan dalam bentuk bacaan di papan tulis. Pelaksanaan Perdati merupakan upaya guru untuk mengembangkan proses perolehan bahasa murid – murid dan melatih mereka agar membiasakan diri untuk berbicara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
b. Pelaksanaan percakapan membaca ideovisual (Percami) Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan membaca ideovisual (Percami) dapat diketahui bahwa guru membacakan bacaan yang telah dituliskan di papan tulis sesuai dengan lengkung frase yang telah dibuat oleh guru lalu menyuruh murid – murid untuk mengulanginya. Lengkung frase dilakukan dengan cara memenggal kelompok kata dalam kalimat dan berguna untuk membantu murid – murid agar dapat membaca secara berirama. Kemudian, guru menyuruh siswa untuk mengulangi membaca bacaan tersebut tanpa bantuan guru (OBS I, OBS II, OBS III, dan OBS IV). Guru lalu memberikan pertanyaan mengenai bacaan tersebut dan menyuruh murid – muridnya untuk menunjukkan kalimat yang dalam bacaan sesuai dengan jawaban mereka (OBS II).
Pelaksanaan
Percami
merupakan
upaya
guru
untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa murid – murid agar dapat menangkap dan memahami suatu bacaan. c. Pelaksanaan percakapan membaca transisi (Percamsi) Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan membaca transisi (Percamsi), dapat diketahui bahwa materi yang diberikan oleh guru adalah berasal dari hasil percakapan kelas lain pada waktu yang telah lalu, misalnya hasil percakapan dari kelas V.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Murid – murid tetap diminta untuk membacanya agar mereka dapat memahami isi bacaan tersebut dengan dan tanpa bantuan dari guru. Kemudian, guru memberikan pertanyaan mengenai keterangan waktu yang terdapat dalam bacaan. Guru lalu mengaitkan waktu yang terdapat dalam bacaan dengan waktu terjadinya percakapan untuk memperjelas mengenai konsep waktu yang telah lampau (OBS III). Pelaksanaan Percamsi merupakan upaya guru untuk membantu murid – muridnya memahami dunia orang lain dan menjelaskan pada mereka tentang konsep waktu lampau. d. Pelaksanaan percakapan latihan refleksi (Perlatsi) Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan latihan refleksi (Perlatsi), dapat diketahui bahwa kegiatan ini dilakukan guru dengan cara meminta murid – muridnya untuk membuat kalimat atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau yang terdapat dalam bacaan, lalu menunjukkan kalimat yang menjadi jawabannya. Selain itu, murid – murid diminta untuk mengutarakan pendapat maupun pertanyaan pada guru atau teman – temannya. (OBS I, OBS II, OBS III, OBS IV, dan OBS V). Pelaksanaan Perlatsi merupakan upaya guru untuk membuat murid – muridnya aktif mengutarakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang telah diberikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Penggunaan
Metode
Maternal
Reflektif
(MMR)
44
dalam
Berkomunikasi pada Murid Kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta Menurut observasi yang dilakukan di kelas pada tanggal 12 dan 19 September, 6 Oktober, serta 21 dan 24 November 2011 serta 1 Desember 2011 pada NA, LI, DA, dan SA, dapat diketahui bahwa penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) dalam berkomunikasi pada murid – murid kelas VI SLB B Karnnamanohara adalah sebagai berikut : a. Di dalam kelas 1) NA NA menggunakan bahasa oral dalam merespon pertanyaan
dari
guru
dan
dalam
mengungkapkan
pertanyaan maupun pernyataannya (m1.kdk.1). Terkadang, NA mengalami kesulitan dalam merespon pertanyaan dari guru (m1.kdk.4). Namun, dalam berkomunikasi dengan teman – temannya, NA menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan menggunakan tangannya (m1.kdk.2). NA juga telah cukup menguasai beberapa arti kata (m1.kdk.10a & b). Di sisi lain, NA dapat membantu guru dalam mengungkapkan kata – kata atau memperjelas pertanyaan dan pernyataan dari teman – temannya yang kurang dipahami oleh guru (m1.kdk.11). NA juga dapat membantu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
teman – temannya dalam mengeja sebuah kata (m1.kdk.12) (Foto 04) maupun membantu dalam merespon pertanyaan dari guru (m1.kdk.13). 2) LI LI menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan tangan maupun ekspresi wajahnya dalam merespon pertanyaan dari guru dan teman – temannya (m2.kdk.1). Terkadang, ketika mengungkapkan pertanyaan (m2.kdk.3) atau melakukan percakapan dengan teman – temannya (m2.kdk.2), LI lebih sering menggunakan bahasa isyarat. Meskipun demikian, LI masih mengalami kesulitan dalam memahami dan merespon pertanyaan dari guru maupun teman – temannya (m2.kdk.4). Di samping itu, LI mengalami kesulitan dalam mengucapkan (m2.kdk.6), mengulangi (m2.kdk.7), mengeja, maupun menuliskan (m2.kdk.8) sebuah kata atau kalimat. LI juga masih mengalami kesulitan dalam membuat sebuah kalimat (m2.kdk.9). 3) DA DA menggunakan bahasa oral dalam merespon pertanyaan
dari
pertanyaan
dan
demikian,
DA
guru
serta
pernyataan masih
dalam
mengungkapkan
(m3.kdk.1).
mengalami
Meskipun
kesulitan
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
memahami maupun merespon pertanyaan dari guru (m3.kdk.4). DA juga masih menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika berkomunikasi dengan teman – temannya
(m3.kdk.2)
dan
dalam
mengungkapkan
pertanyaannya (m3.kdk.3). Sementara itu, DA telah cukup menguasai banyak arti kata (m3.kdk.10a & b). Namun, DA mengalami kesulitan dalam memahami (m3.kdk.5) dan menuliskan (m3.kdk.7) sebuah kata atau kalimat. Selain itu, DA juga mengalami kesulitan dalam membuat sebuah kalimat (m3.kdk.9). 4) SA SA menggunakan bahasa oral dalam merespon pertanyaan
dari
pertanyaan
dan
guru
serta
pernyataan
dalam
mengungkapkan
(m4.kdk.1).
Meskipun
terkadang, SA mengalami kesulitan dalam memahami dan merespon pertanyaan dari guru (m4.kdk.4). Namun, SA masih menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan tangannya ketika berkomunikasi dengan teman – temannya (m4.kdk.2). SA telah cukup menguasai banyak arti kata. Meskipun demikian, SA masih mengalami kesulitan dalam memahami (m4.kdk.5), menuliskan, dan mengulangi (m4.kdk.7) sebuah kata atau kalimat. SA juga masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengalami
kesulitan
dalam
mengeja
sebuah
47
kata
(m4.kdk.8). b. Di luar kelas 1) NA NA sering menghabiskan waktunya di luar kelas. NA bermain bersama teman – teman sekelasnya maupun dari kelas lain misalnya, murid kelas V (m1.klk.1). Sesekali, NA hanya duduk di dalam kelas sambil mengobrol dengan teman sekelasnya. Meskipun terkadang masih menggunakan oral sambil bahasa isyarat (m1.klk.2) tetapi,
NA
berusaha
membiasakan
diri
untuk
berkomunikasi secara oral (m1.klk.3). NA akan berisyarat apabila lawan bicaranya tidak memahami ucapan NA. NA juga selalu menggunakan bahasa oral ketika berkomunikasi dengan guru lain. 2) LI LI lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kelas (m2.klk.1a), misalnya makan bekal yang dibawanya atau merapikan rambutnya, baik ketika menggunakan jilbab maupun tidak. Sesekali, LI keluar kelas untuk bermain bersama
teman
–
temannya
(m2.klk.1b).
Saat
berkomunikasi, LI lebih sering menggunakan bahasa isyarat (m2.klk.2) dibandingkan menggunakan bahasa oral.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Hal tersebut karena LI tidak memahami ucapan lawan bicaranya. Meskipun terkadang ditegur oleh guru maupun guru lain agar LI berbicara, tetapi LI sering tidak memperdulikannya. 3) DA DA
menghabiskan
waktunya
untuk
bermain
bersama teman – temannya, terutama teman laki – laki, dengan bermain bola (m3.klk.1). Terkadang, DA juga mengobrol dengan teman – temannya menggunakan bahasa isyarat (m3.klk.3). Namun, DA lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya (m3.klk.2). Sesekali, DA bercanda dengan temannya dengan hanya menggunakan ekspresi wajahnya (m3.klk.2). 4) SA SA lebih sering bercengkrama dengan teman – temannya di dalam luar kelas, misalnya ikut bermain bola bersama teman – temannya (m4.klk.1). Saat berkomunikasi dengan teman – temannya, SA lebih sering menggunakan bahasa isyarat (m4.klk.3). Meskipun terkadang, SA akan berbicara
sambil
tangannya (m4.klk.2).
berisyarat
dengan
menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
7. Analisis Data Menurut hasil penelitian yang telah dipaparkan, dapat dilakukan analisis data berdasarkan tugas perkembangan bahasa, tipe perkembangan bahasa, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa sebagai berikut: a. Tugas perkembangan bahasa (Yusuf, 2010) merupakan tugas – tugas pokok yang saling berkaitan dalam berbahasa yang menuntut anak – anak untuk dapat menguasai tugas – tugas tersebut, yaitu tahapan
pemahaman,
pengembangan
pembendaharaan
kata,
penyusunan kata – kata menjadi kalimat, dan ucapan. 1)
Pemahaman Tahapan pemahaman dalam tugas perkembangan bahasa dapat didefinisikan sebagai kemampuan anak dalam memahami makna ucapan orang lain. Pemahaman pada anak tunarungu dapat dilihat dari kemampuan anak untuk memahami setiap pertanyaan atau pernyataan dari guru atau teman – temannya. Selain itu, dapat tampak dari kemampuan anak untuk dapat merespon setiap pertanyaan atau pernyataan sehingga dapat dikatakan bahwa anak tersebut telah memahami ucapan dari guru maupun teman – temannya. NA telah menguasai tahapan pemahaman. Hal ini tampak ketika NA dapat segera merespon pertanyaan dari guru maupun teman – temannya. Selain itu, NA merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
murid yang paling cepat memahami setiap pelajaran yang diberikan di kelas. Di sisi lain, NA masih kebingungan ketika harus membedakan antara “awal bulan” dan “akhir bulan”. Namun, NA dapat langsung memahami penjelasan dari guru. LI belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman. Pemahaman LI akan tampak apabila diberikan penjelasan berulang – ulang atau membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut terlihat ketika LI akan diam saja dan tersenyum apabila LI tidak memahami pertanyaan atau pernyataan guru dan
meminta
guru
untuk
mengulanginya.
LI
juga
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menjawab pertanyaan dari guru atau teman – temannya. Sebaliknya, DA dan SA telah dapat menguasai tahapan pemahaman. Meskipun terkadang, DA dan SA memerlukan penjelasan yang berulang – ulang mengenai pelajaran atau pertanyaan dari guru maupun teman – temannya. 2)
Pengembangan pembendaharaan kata Tahapan
pengembangan
pembendaharaan
kata
umumnya akan terus mengalami peningkatan setelah anak memasuki usia sekolah. Pengembangan pembendaharaan kata pada anak tunarungu dapat meliputi pengusaan anak dalam mengenali arti sebuah kata serta dapat menuliskan dan mengucapkannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
NA
telah
menguasai
tahapan
51
pengembangan
pembendaharaan kata. Hal ini dikarenakan NA hampir tidak pernah bertanya pada guru mengenai arti dari sebuah kata. Namun, LI, DA, dan SA belum sepenuhnya mengusai tahapan pengembangan pembendaharaan kata. LI masih kesulitan dalam mengulangi dan mengucapkan kata “minta maaf”, kesulitan dalam menuliskan “periksa”, kesalahan dalam menuliskan “makan” menjadi “motor”. DA masih kesulitan dalam menuliskan kata “herpes”, kesalahan dalam mengartikan “buta” menjadi “botak”, kesalahan dalam menempatkan awalan “di - ...” dengan “ke ...”. Sedangkan SA masih kesulitan menuliskan kata “pintar” menjadi “pitar”. SA juga masih membutuhkan bantuan guru dan temannya untuk mengulangi kata – kata di papan tulis. 3)
Penyusunan kata – kata menjadi kalimat Tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat pada anak tunarungu biasanya masih berupa kalimat tunggal. Hal tersebut akan tampak ketika anak dapat membuat sebuah kalimat dengan kata – kata yang tersusun dengan benar. Selain itu, akan terlihat ketika anak dapat mengembangkan sebuah kata menjadi sebuah kalimat. NA dan SA telah mengusai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat. Hal tersebut tampak dari NA dan SA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
yang telah lancar dan dapat menggunakan kalimat yang benar ketika berkomunikasi dengan guru maupun teman – temannya. Meskipun terkadang, SA masih kebingungan mengenai suatu arti kata. Namun, LI dan DA belum sepenuhnya menguasai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat. LI masih membutuhkan bantuan NA untuk menyusun sebuah kalimat. LI merasa tidak yakin dengan kalimat yang telah dibuatnya sedangkan DA masih kesulitan dalam menyusun kalimat ketika menggunakan kata “minta maaf” dari pertanyaan gurunya. 4)
Ucapan Tahapan ucapan merupakan kemampuan anak – anak untuk mengucapkan kata – kata yang berasal dari hasil belajar melalui imitasi (peniruan). Tahapan ini akan tampak pada anak tunarungu ketika sedang berkomunikasi dengan guru maupun teman – temannya. Meskipun terkadang masih disertai dengan penggunaan bahasa isyarat apabila ada anak yang tidak mengetahui ucapan tertentu. NA telah menguasai tahapan ucapan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan NA dalam melakukan komunikasi menggunakan bahasa oral dengan guru dan teman – temannya. Meskipun terkadang, NA akan menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
bahasa oral sambil berisyarat ketika teman – temannya tidak mengetahui maksud ucapan NA dan membantu teman – temannya mengungkapkan kata – kata dari gurunya. Sementara itu, LI masih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika berkomunikasi. DA dan SA telah menguasai tahapan ucapan. DA dan SA dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa oral dengan guru dan teman – temannya. Terkadang, DA dan SA masih menggunakan bahasa oral sambil berisyarat atau DA terkadang
menggunakan
ekspresi
wajahnya
ketika
berkomunikasi dengan teman – temannya. Berdasarkan tugas perkembangan bahasa yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa NA telah menguasai tahapan pemahaman. Namun, LI, DA, dan SA belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman. NA juga telah menguasai tahapan pengembangan pembendaharaan kata. Sebaliknya, LI, DA, dan SA belum sepenuhnya mengusai tahapan pengembangan pembendaharaan kata pada suatu kata tertentu. Di sisi lain, NA dan SA telah mengusai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat. Namun, LI dan DA belum sepenuhnya menguasai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat sehingga masih membutuhkan bantuan dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
guru maupun teman – temannya dalam menyusun suatu kalimat dengan kata – kata tertentu. NA, DA, dan SA juga telah menguasai tahapan ucapan sedangkan LI lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat. Terkadang, NA, DA, dan SA juga akan berbahasa oral sambil berisyarat ketika sedang berkomunikasi dengan teman - temannya. Berdasarkan analisis tersebut, pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) yang meliputi Perdati, Percami, Percamsi, dan Perlatsi yang mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan bahasa NA, LI, DA, dan SA. Pelaksanaan Perdati dan Perlatsi membuat murid – murid dapat belajar untuk mengenali arti sebuah kata serta dapat menuliskan dan mengucapkannya,
yaitu
tahapan
pengembangan
pembendaharaan. Pelaksanaan perdati juga membuat murid – murid belajar untuk dapat membuat kalimat dengan kata – kata yang tersusun dengan benar, yaitu tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat, serta untuk berkomunikasi dengan guru dan teman – temannya, yaitu tahapan ucapan. Selain itu, pelaksanaan Percami dan Percamsi membuat murid – murid dapat belajar untuk memahami makna ucapan orang lain atau suatu bacaan tertentu, yaitu tahapan pemahaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
b. Tipe perkembangan bahasa (Yusuf, 2010) dibagi menjadi dua, yaitu egocentric speech dan socialized speech. 1)
Egosentric speech Egocentric speech merupakan kegiatan anak yang berbicara pada dirinya sendiri (monolog). NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri. Hal tersebut tampak dari sikap NA, LI, DA, dan SA yang akan marah atau tertawa sendiri ketika melakukan kesalahan dalam menuliskan sesuatu di buku atau di papan tulis. Terkadang, NA, LI, DA, dan SA akan berbicara sendiri ketika sedang tidak melakukan apapun di kelas.
2)
Socialized speech Socialized speech terjadi ketika adanya kontak antara anak dengan lingkungannya. Tipe perkembangan socialized speech terdiri dari lima bentuk, yaitu adapted information; critism; command, request, dan threat; question; answer. Pada bentuk adapted information, NA, DA, dan SA dapat melakukan percakapan pada guru dan teman – temannya untuk saling bertukar gagasan atau untuk menyampaikan maksud tertentu baik menggunakan bahasa oral maupun sambil berisyarat. Namun, LI terkadang masih harus membutuhkan bantuan dari teman – temannya dalam menjelaskan maksudnya. Bentuk critism, NA dan DA dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
mengutarakan pendapat atau penilaian terhadap ucapan temannya sedangkan LI dan SA terkadang mengalami kesulitan dalam memberikan pendapat atau penilainnya terhadap ucapan temannya sehingga harus diulangi berkali – kali. LI dan SA terkadang kesulitan untuk menyusun kalimat untuk mengutarakan pendapatnya. Bentuk command, request, dan threat, NA, LI, DA, dan SA dapat menyuruh dan meminta sesuatu pada guru dan teman – temannya. Bentuk question, NA termasuk sering dalam mengutarakan pertanyaannya pada guru atau teman – temannya. Sementara itu, LI, DA, dan SA tampak jarang mengutarakan pertanyaan pada guru dan memilih untuk diam serta lebih sering bertanya pada teman yang lain. Pada bentuk answer, NA, DA, dan SA terkadang masih mengalami kesulitan dalam merespon atau menjawab pertanyaan dari guru sehingga memerlukan penjelasaan berulang agar NA, DA, dan SA dapat memahami pertanyaan guru. Di samping itu, LI masih sering mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan guru sehingga memerlukan penjelasaan berulang
dan
membutuhkan
bantuan
dari
temannya,
khususnya NA. Meskipun demikian, NA, LI, DA, dan SA dapat langsung merespon dan menjawab setiap pertanyaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
temannya yang lain baik menggunakan bahasa oral maupun sambil berisyarat. Berdasarkan tipe perkembangan bahasa yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan egocentric speech, yaitu melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri. Hal tersebut tampak dari sikap NA, LI, DA, dan SA yang akan marah atau tertawa sendiri ketika melakukan kesalahan dalam menuliskan sesuatu di buku atau di papan tulis. Terkadang, NA, LI, DA, dan SA akan berbicara sendiri ketika sedang tidak melakukan apapun di kelas. Selain itu, NA, LI, DA, dan SA juga telah dapat melakukan socialized speech yang terdiri dari adapted information; critism; command, request, dan threat; question; answer, tetapi dengan pencapaian yang berbeda – beda. NA, DA, dan SA dapat melakukan bentuk adapted information, tetapi terkadang LI masih membutuhkan bantuan dari teman – temannya. Di sisi lain, NA dan DA dapat melakukan bentuk critism, tetapi terkadang LI dan SA masih mengalami
kesulitan
dalam
menyusun
kalimat
untuk
mengutarakan pendapatnya sehingga harus diulangi berkali – kali. Meskipun demikian, NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan bentuk command, request, dan threat. Namun, hanya NA yang lebih aktif melakukan bentuk question
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sedangkan
LI,
DA,
dan
SA
tampak
kurang
58
sering
melakukannya. Selain itu, NA, DA, dan SA terkadang masih kesulitan melakukan bentuk answer, tetapi LI masih memerlukan penjelasaan berulang dan membutuhkan bantuan dari temannya, khususnya NA. c. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa Menurut Carrol (1986), perkembangan bahasa pada anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu tingkat kerusakan pendengaran, status pendengaran orangtua, dan usia diperkenalkan sistem komunikasi. 1)
Tingkat kerusakan pendengaran Menurut Mangunsong (2009), NA, LI, DA, dan SA mengalami kehilangan pendengaran marginal, yaitu kesulitan untuk mengikuti suatu pembicaraan pada jarak beberapa meter, tetapi masih dapat menggunakan telinganya untuk mendengar. Namun, ketika kelas I, gangguan pendengaran LI menjadi kehilangan pendengaran sedang, yaitu masih dapat belajar berbicara dengan mengandalkan alat bantu dengar (hearing aid), tetapi LI memilih untuk tidak menggunakan alat bantu dengar. Tingkat kerusakan pendengaran pada anak tunarungu akan membuat kurang berkembangnya kemampuan berbahasa mereka. Anak tunarungu tidak belajar dari apa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
didengarnya sehingga mereka akan mengalami kesulitan dan waktu yang lebih lama untuk mengenali aturan – aturan bahasa daripada anak yang mendengar. Hal tersebut membuat lebih berkembangannya kemampuan bahasa NA, DA, dan SA dibandingkan dengan LI. 2)
Status pendengaran orangtua Orangtua NA, LI, DA, dan SA termasuk orang yang mendengar atau tidak mengalami gangguan pendengaran. Status pendengaran orangtua yang mendengar membuat perkembangan bahasa NA, LI, DA, dan SA tidak terlalu mengalami ketertinggalan. Hal tersebut karena NA, LI, DA, dan SA tetap dapat belajar mengenali berbagai makna kata ketika sedang berkomunikasi dengan orangtua di rumah.
3)
Usia diperkenalkan sistem komunikasi NA dan LI lebih dulu masuk kelas Latihan, yaitu pada usia 2 tahun. Sedangkan DA pada usia 3 tahun, dan SA pada usia 4 tahun. Sebaiknya, anak tunarungu telah diperkenalkan pada suatu sistem komunikasi tertentu sejak dini karena mereka dapat belajar lebih cepat dan lebih banyak mengenali aturan – aturan bahasa. Hal tersebut tampak dari kemampuan berbahasa dan komunikasi NA yang lebih menonjol. Berdasarkan faktor perkembangan bahasa yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa status
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
pendengaran NA, DA, dan SA yang mengalami kehilangan pendengaran marginal membuat kemampuan bahasa mereka lebih berkembang dibandingkan dengan LI yang mengalami kehilangan
pendengaran
sedang.
Di
sisi
lain,
status
pendengaran orangtua yang mendengar atau tidak mengalami gangguan pendengaran membuat perkembangan bahasa NA, LI, DA, dan SA tidak terlalu mengalami ketertinggalan karena mereka tetap dapat belajar mengenali berbagai makna kata ketika sedang berkomunikasi dengan orangtua di rumah. Selain itu, NA dan LI masuk kelas Latihan pada usia dua tahun, DA pada usia tiga tahun, sedangkan SA pada usia empat tahun. Hal tersebut membuat kemampuan berbahasa NA yang lebih menonjol. d. Metode komunikasi (Bunawan dan Yuwati, 2000) anak tunarungu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa verbal dan bahasa manual (isyarat). 1)
Bahasa verbal NA, LI, DA, SA telah dapat mengusai dan menggunakan bahasa oral ketika berkomunikasi dengan guru dan teman – temannya. NA lebih sering menggunakan bahasa oral, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, LI, DA, SA menggunakan bahasa oral hanya ketika berada di dalam kelas ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2)
61
Bahasa manual (isyarat) NA, LI, DA, dan SA terkadang masih menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika berkomunikasi dengan teman – temannya. NA menggunakan bahasa oral sambil berisyarat
ketika
temannya
tidak
mengetahui
maksud
ucapannya atau ketika sedang menjelaskan maksud ucapan guru pada teman. Sedangkan DA dan SA terkadang menggunakan
bahasa
oral
sambil
berisyarat
ketika
berkomunikasi di luar kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, LI masih sering menggunakan bahasa isyarat ketika di dalam kelas meskipun telah ditegur oleh guru. Berdasarkan metode komunikasi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa NA, LI, DA, dan SA dapat menggunakan bahasa verbal (oral) dan bahasa manual (isyarat). NA lebih sering menggunakan bahasa oral, tetapi akan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika temannya tidak mengetahui maksud ucapannya atau ketika sedang menjelaskan maksud ucapan guru pada teman. DA dan SA menggunakan bahasa oral hanya ketika berada di dalam kelas dan akan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat ketika berada di luar kelas sedangkan LI lebih sering menggunakan bahasa isyarat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
B. PEMBAHASAN Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kesulitan dalam berbahasa sehingga segala hal yang ingin disampaikannya menjadi sulit dimengerti oleh orang lain dan anak tunarungu pun akan mengalami kesulitan dalam memahami pembicaraan oleh orang yang mendengar. Namun, masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak tunarungu sehingga mereka dapat melakukan komunikasi dengan orang – orang disekitarnya. Menurut hasil analisis data mengenai perkembangan bahasa dan komunikasi berdasarkan penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta dapat dibahas sebagai berikut: Salah
satu
bentuk
pengajaran
yang
diharapkan
dapat
mengoptimalkan perkembangan bahasa dan kemampuan berkomunikasi bagi anak tunarungu adalah menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR). SLB B Karnnamanohara Yogyakarta merupakan satu – satunya sekolah khusus untuk anak tunarungu di Yogyakarta yang menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR) sebagai metode pengajarannya. Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah metode pengajaran dengan menggunakan percakapan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak tunarungu sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain, seperti yang dikemukakan oleh A. Van Uden dalam Bunawan dan Yuwati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
(2000 : 71 - 72) bahwa prinsip utama Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah “Apa yang ingin kau katakan, katakanlah begini”. Hal tersebut didukung oleh penjelasan Djatun (2007 : 34) bahwa Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Metode Maternal Reflektif (MMR) di SLB B Karnnamanohara diberikan sejak anak berusia 1,8 tahun agar mereka dapat segera diperkenalkan dan diajarkan dengan aturan – aturan bahasa sehingga kemampuan berbahasa mereka dapat berkembang sejak dini dan mampu berkomunikasi dengan lain. Meskipun demikian, SLB B Karnnamanohara hanya menerima anak tunarungu yang tidak mengalami gangguan lain. Pendidikan anak tunarungu dimulai pada kelas Latihan dan selanjutnya kelas Taman yang masing – masing dibagi menjadi tiga kelas. Kemudian, dilanjutkan dengan kelas setingkat sekolah dasar yaitu, kelas I sampai VI dan yang terakhir kelas setingkat sekolah menengah pertama yaitu, kelas VII sampai IX. Kelas VI merupakan kelas tertinggi pada pendidikan dasar yang seharusnya telah dapat menguasai dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) telah diterapkan agar dapat mengembangkan kemampuan berbahasa murid – murid, khususnya murid kelas VI. Metode pengajaran Bahasa yang dilakukan di kelas telah sesuai dengan Metode Maternal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Reflektif (MMR) pada umumnya yang mencakup Perdati, Percami, Percamsi,dan Perlatsi. Materi pengajaran yang dilakukan guru pada murid – murid kelas VI merupakan materi khusus untuk anak tunarungu yang telah disesuaikan dengan kemampuan anak, tetapi tidak jauh berbeda dengan materi yang diberikan pada murid – murid kelas VI di sekolah umum. Menurut Somad dan Hernawati (1996), anak – anak tunarungu sebenarnya memiliki intelegensi normal atau rata – rata. Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) di kelas telah cukup banyak berperan dalam perkembangan bahasa murid – murid meskipun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan besarnya tuntutan pelajaran atau materi yang diberikan oleh guru yang harus sesuai dengan pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR). Namun, kemampuan dari masing – masing murid tidak sama dalam mencapai tujuan pemberian materi. Yusuf (2010) menjelaskan bahwa anak – anak dituntut untuk mengusai tugas – tugas pokok yang saling berkaitan dalam berbahasa, yaitu pemahaman, pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan kata – kata menjadi kalimat, dan ucapan. NA hampir sepenuhnya telah menguasai tahapan – tahapan dari tugas pekembangan bahasa. Hal ini disebabkan dari adanya rasa ingin tahu dan sikap yang aktif dalam diri NA. NA selalu bertanya pada guru ketika ada materi yang kurang dimengerti olehnya. NA juga selalu aktif menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru padanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Sebaliknya LI, DA, dan SA belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman, yaitu penguasaan anak untuk memahami makna ucapan orang lain. Hal tersebut membuat LI, DA, dan SA membutuhkan waktu yang cukup lama dan penjelasan yang berulang dari guru maupun teman, khususnya NA. Pada tahapan pengembangan pembendaharaan kata, LI, DA, dan SA pun belum sepenuhnya menguasai. LI, DA, dan SA akan mengalami kesulitan dalam menuliskan, mengulangi, atau mengeja suatu kata tertentu. Selanjutnya, pada tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat, SA lebih menguasai dibandingkan dengan LI dan DA. LI dan DA masih membutuhkan bantuan dari guru maupun temannya ketika kesulitan dalam membuat kalimat. Perbedaan
yang
terjadi
pada
tahapan
pengembangan
pembendaharaan kata dan tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat antara LI, DA, dan SA dikarenakan kurangnya rasa ingin tahu dan sikap aktif. LI, DA, dan SA jarang bertanya atau berpendapat di kelas apabila tidak dimulai terlebih dahulu oleh guru atau temannya yang lain. Di sisi lain, LI termasuk anak yang kurang bergaul. LI lebih sering menghabiskan waktunya di kelas. Hal ini membuat LI jarang berkomunikasi dengan teman
–
temannya
yang
lain
sehingga
kurang
berkembangnya
pembendaharaan kata dan kemampuan membuat kalimat. Pada tahapan ucapan, DA dan SA telah dapat menguasainya dibandingkan dengan LI. DA dan SA dapat menggunakan bahasa oral ketika berkomunikasi dengan guru maupun teman – temannya. Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tersebut
dikarenakan
adanya
keharusan
murid
–
murid
66
untuk
menggunakan bahasa oral ketika berkomunikasi dengan guru. Komunikasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar pun selalu menggunakan bahasa oral. DA dan SA juga termasuk murid yang aktif berbicara, meskipun bukan mengenai pelajaran sedangkan LI lebih sering diam dan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat. Terkadang, NA, SA, dan DA juga
akan
menggunakan
bahasa
oral
sambil
berisyarat
ketika
berkomunikasi dengan teman – temannya. Selain itu, Yusuf (2010) juga menjelaskan mengenai tipe perkembangan bahasa anak yang dibagi menjadi egocentric speech, yaitu melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri dan socialized speech, yaitu adanya kontak antara anak dengan lingkungannya. NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan egocentric speech, yang ditunjukkan dari sikap NA, LI, DA, dan SA yang akan marah atau tertawa sendiri ketika melakukan kesalahan dalam menuliskan sesuatu di buku atau di papan tulis. Terkadang, NA, LI, DA, dan SA akan berbicara sendiri ketika sedang tidak melakukan apapun di kelas. Perkembangan pada tipe egocentric speech sangat dipengaruhi dari Pada tipe perkembangan socialized speech terdiri dari lima bentuk, yaitu : (a) adapted information, NA, DA, dan SA dapat melakukan percakapan pada guru dan teman – temannya untuk saling bertukar gagasan atau untuk menyampaikan maksud tertentu baik menggunakan bahasa oral maupun sambil berisyarat. LI terkadang masih membutuhkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
bantuan dari teman dalam menjelaskan maksudnya; (b) critism, NA dan DA dapat mengutarakan pendapat atau penilaian terhadap ucapan temannya sedangkan LI dan SA terkadang mengalami kesulitan dalam memberikan pendapat atau penilaiannya terhadap ucapan temannya sehingga harus diulangi berkali – kali bahkan LI dan SA terkadang kesulitan untuk menyusun kalimat untuk mengutarakan pendapatnya. Perkembangan pada bentuk adapted information dan critism sangat dipengaruhi dari adanya kebebasan murid – murid untuk mengutarakan pendapatnya dan saling bercakap – cakap antara guru maupun teman – temannya; Selanjutnya (c) command, request, dan threat, NA, LI, DA, dan SA dapat menyuruh dan meminta sesuatu pada guru dan teman – temannya. Hal ini ditunjukkan selama proses belajar mengajar maupun ketika di luar kelas;
(d)
question,
NA
termasuk
sering
dalam
mengutarakan
pertanyaannya pada guru atau teman – temannya. Sementara itu, LI, DA, dan SA tampak jarang mengutarakan pertanyaan pada guru dan memilih untuk diam serta lebih sering bertanya pada teman yang lain; (e) answer, NA, DA, dan SA terkadang masih mengalami kesulitan dalam merespon atau menjawab pertanyaan dari guru sehingga memerlukan penjelasaan berulang agar NA, DA, dan SA dapat memahami pertanyaan guru. Namun, LI masih sering mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan guru sehingga memerlukan penjelasaan berulang dan membutuhkan bantuan dari temannya, khususnya NA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perkembangan
pada
bentuk
question
dan
answer
68
sangat
dipengaruhi dari adanya kebebasan murid – murid untuk saling berkomunikasi baik dengan guru maupun teman – temannya. Selain itu, guru selalu meminta murid – muridnya untuk aktif bertanya, berpendapat, dan menjawab ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Perkembangan pada tipe socialized speech cukup memberikan peranan dalam mengembangkan kontak sosial dan kepekaan antara murid – murid dengan lingkungannya, khususnya ketika di sekolah bersama guru dan teman – temannya. Peran guru dalam mengajarkan Metode Maternal Reflektif (MMR) pada murid – murid juga telah cukup efektif. Hal ini ditunjukkan dari kebiasaan guru yang selalu menerapkan pelaksanaan Metode Maternal Reflektif
(MMR)
di
kelas.
Namun,
masih
adanya
perbedaan
perkembangan bahasa dari masing – murid sebenarnya dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan berbahasa anak tunarungu dalam memahami makna kata atau aturan bahasa. Hal tersebut membuat mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar dan berbicara sehingga mereka tidak belajar dari sesuatu yang didengarnya. Menurut Carrol (1986), ada tiga faktor yang menentukan perkembangan bahasa pada anak tunarungu, yaitu tingkat kerusakan pendengaran, status pendengaran orangtua, dan usia diperkenalkan pada sistem komunikasi tertentu serta konsistensi latihan berkomunikasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
NA, DA, dan SA termasuk dalam kategori anak yang mengalami kehilangan pendengaran marginal. Mangunsong (2009) menjelaskan bahwa anak dengan gangguan pendengaran marginal (30 – 40 dB) masih dapat mendengar dan mengikuti pembicaraan hanya pada jarak beberapa meter. Sebenarnya, LI juga termasuk dalam kategori anak yang mengalami kehilangan pendengaran marginal, tetapi LI yang mengalami gangguan pada matanya ketika kelas I sehingga semakin mempengaruhi gangguan pada pendengarannya. LI pun dikategorikan menjadi anak yang yang mengalami kehilangan pendengaran sedang, seperti yang dijelaskan oleh Mangunsong (2009) bahwa anak dengan gangguan pendengaran sedang (40 – 60 db) dapat belajar membaca dengan menggunakan bantuan mata dan alat pendengaran (hearing aid). Namun, LI memilih untuk tidak menggunakan bantuan alat pendengaran (hearing aid) sehingga LI masih sering mengalami kesulitan ketika mengikuti pembicaraan guru dan teman – temannya tanpa menggunakan bahasa isyarat. Kerusakan pendengaran pada anak tunarungu akan mempengaruhi kurang berkembangnya kemampuan berbahasa mereka. Anak tunarungu tidak belajar dari apa yang didengarnya sehingga mereka akan mengalami kesulitan dan waktu yang lebih lama untuk mengenali aturan – aturan bahasa daripada anak yang mendengar. Hal tersebut membuat lebih berkembangannya kemampuan bahasa NA, DA, dan SA dibandingkan dengan LI. Perbedaan tingkat kerusakan pendengaran telah mempengaruhi penguasaan perkembangan bahasa NA, LI, DA, dan SA. Meskipun NA,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
DA, dan SA termasuk dalam kategori kehilangan pendengaran yang sama, tetapi NA merupakan murid memiliki kemampuan berbahasa yang lebih bekembang. Hal tersebut dikarenakan NA aktif mengutarakan pertanyaan dan
pernyataannya
di
kelas
sehingga
semakin
memperkaya
pembendaharaan kata dan melatih kemampuan berkomunikasinya. Selain itu, NA sering membantu guru dalam memperjelas pertanyaan atau pernyataan dari teman – temannya. NA juga membantu teman – temannya memahami penjelasan dari guru. Orangtua NA, LI, DA, dan SA termasuk orangtua dengan pendengaran normal, yaitu orangtua mereka tidak mengalami gangguan pendengaran atau tunarungu sehingga status pendengaran orangtua tidak berpengaruh terhadap gangguan pendengaran pada NA, LI, DA, dan SA. Status pendengaran orangtua yang mendengar membuat perkembangan bahasa NA, LI, DA, dan SA tidak terlalu mengalami ketertinggalan. Hal tersebut karena NA, LI, DA, dan SA tetap dapat belajar mengenali berbagai makna kata ketika sedang berkomunikasi dengan orangtua di rumah. Di sisi lain, NA, LI, DA, dan SA memiliki perbedaan usia ketika diperkenalkan dengan sistem komunikasi melalui Metode Maternal Reflektif (MMR). Hal ini dapat mempengaruhi proses penerimaan pelajaran mengenai aturan - aturan bahasa. Sebaiknya, anak tunarungu telah diperkenalkan pada suatu sistem komunikasi tertentu sejak dini karena mereka dapat belajar lebih cepat dan lebih banyak mengenali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
aturan – aturan bahasa. Hal tersebut tampak dari kemampuan berbahasa dan komunikasi NA yang lebih menonjol. NA dan LI mulai masuk kelas Latihan atau kelas paling awal sekolah pada usia dua tahun, sedangkan DA pada usia tiga tahun, dan SA pada usia empat tahun sehingga membuat kemampuan berbahasa mereka tidak sama. Meskipun telah masuk kelas Latihan lebih awal, tetapi LI mengalami kemunduran dalam mengikuti pelajaran (WWC 2). LI harus tertinggal pelajaran beberapa bulan selama proses penyembuhan operasi mata yang dijalaninya. Padahal, LI termasuk murid yang cukup pintar sejak duduk di kelas Latihan. Meskipun mengalami kemunduran, tetapi LI tetap mengikuti kelas – kelas selanjutnya tanpa mengulangi kelas I. Hal tersebut karena LI sangat bergantung dengan NA sehingga LI tetap naik kelas bersama NA. Sesuai dengan telah dijelaskan oleh Somad dan Hernawati (1996) bahwa anak tunarungu memiliki sikap ketergantungan dengan orang lain. Meskipun
demikian,
kurang
berkembangnya
kemampuan
berbahasa yang dialami oleh NA, LI, DA, dan SA tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh tingkat kerusakan pendengaran, status pendengaran orangtua, dan usia diperkenalkan pada sistem komunikasi saja. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya dukungan dan peran serta orangtua untuk melatih kemampuan berbahasa anak di rumah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
C. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai prosedur penelitian, tetapi dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Jumlah observer yang sangat terbatas dalam melakukan observasi selama proses belajar mengajar dikelas. Dengan demikian, peneliti menggunakan media video sebagai pembanding dalam melakukan observasi. 2. Waktu wawancara yang terbatas dengan guru. Tidak tersedianya waktu tersendiri untuk wawancara dengan guru membuat peneliti melakukan wawancara sambil melakukan observasi di kelas. 3. Pengambilan data penelitian kurang maksimal karena murid kelas VI akan melaksanakan ujian akhir semester sehingga pengambilan data observasi hanya dilakukan sebanyak enam kali dan data wawancara sebanyak dua kali.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Gambaran dari dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta” dapat disimpulkan sebagai berikut: Penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) sebagai metode pengajaran di kelas telah berperan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa murid – murid kelas VI dengan mengajarkan aturan – aturan bahasa dan mengenalkan bahasa oral. Meskipun demikian, penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) belum sepenuhnya optimal. Hal ini disebabkan adanya keharusan menggunakan bahasa oral selama proses belajar mengajar berlangsung. Padahal, tidak semua murid dapat mengenal makna kata tertentu apabila menggunakan bahasa oral karena sebelum menggunakan bahasa oral, murid – murid telah menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri. Materi pengajaran pun harus sesuai dengan pelaksanaan
Metode
Maternal
Reflektif
(MMR)
meskipun
telah
dsesuaikan dengan kemampuan belajar murid. Hal ini membuat perkembangan bahasa murid – murid, yang meliputi tugas – tugas dan tipe – tipe perkembangan bahasa antara murid yang satu dengan yang lain berbeda tahap pencapaiannya. 73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Selain itu, dalam berkomunikasi pun murid – murid belum sepenuhnya menggunakan bahasa oral. Murid – murid menggunakan bahasa oral hanya ketika berada di dalam kelas atau ketika sedang berinteraksi dengan guru. Murid – murid lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan tangan maupun ekspresi wajahnya ketika bersama teman – temannya atau ketika mereka berada di luar kelas. Berdasarkan tugas perkembangan bahasa, NA telah menguasai tahapan pemahaman. Namun, LI, DA, dan SA belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman. NA juga telah menguasai tahapan pengembangan pembendaharaan kata sedangkan LI, DA, dan SA belum sepenuhnya mengusai tahapan pengembangan pembendaharaan kata pada suatu kata tertentu. Selain itu, NA dan SA telah mengusai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat, tetapi LI dan DA belum sepenuhnya menguasai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat. LI dan DA masih membutuhkan bantuan dari guru maupun teman – temannya dalam menyusun suatu kalimat dengan kata – kata tertentu. NA, DA, dan SA juga telah menguasai tahapan ucapan sedangkan LI lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat. Terkadang, NA, DA, dan SA juga akan berbahasa oral sambil berisyarat ketika sedang berkomunikasi dengan teman - temannya. Selanjutnya, berdasarkan tipe perkembangan bahasa, NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan egocentric speech, yaitu melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri. Di samping itu, NA, LI, DA, dan SA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
juga telah dapat melakukan socialized speech. NA, DA, dan SA dapat melakukan bentuk adapted information, tetapi terkadang LI masih membutuhkan bantuan dari teman – temannya. Di sisi lain, NA dan DA dapat melakukan bentuk critism, tetapi terkadang LI dan SA masih mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat untuk mengutarakan pendapatnya sehingga harus diulangi berkali – kali. Meskipun demikian, NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan bentuk command, request, dan threat. Namun, hanya NA yang lebih aktif melakukan bentuk question sedangkan LI, DA, dan SA tampak kurang sering melakukannya. NA, DA, dan SA juga terkadang masih kesulitan melakukan bentuk answer, tetapi LI masih memerlukan penjelasaan berulang dan membutuhkan bantuan dari temannya, khususnya NA. Di samping itu, guru telah melaksanakan Metode Maternal Reflektif (MMR) dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya pelajaran Bahasa, pada murid – murid kelas VI dengan cukup efektif. Metode pengajaran tersebut selalu mencakup pelaksanaan percakapan dari hati ke hati (Perdati) kemudian pelaksanaan percakapan membaca ideovisual (Percami). Terkadang, kegiatan belajar mengajar juga diselingi dengan pelaksanaan percakapan membaca transisi (Percamsi) dan yang terakhir, pelaksanaan percakapan latihan refleksi (Perlatsi). Hal tersebut membuat Metode Maternal Reflektif (MMR) berperan dalam perkembangan bahasa murid – murid antara lain murid – murid telah menguasai banyak kosakata serta mampu memahami dan berkomunikasi dengan orang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
menggunakan bahasa oral, meskipun terkadang masih menggunakan bahasa oral sambil berisyarat.
B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diungkapkan maka, peneliti merekomendasikan beberapa saran agar pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) dapat berjalan secara efektif sehingga murid – murid dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasinya. Saran – saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membentuk kerja sama antara orangtua murid dan guru untuk menerapkan komunikasi menggunakan bahasa oral ketika berada di rumah atau di luar lingkungan sekolah. 2. Mengadakan kegiatan belajar mengajar di luar sekolah atau kegiatan yang melibatkan interaksi dengan orang lain, khususnya orang yang mendengar. 3. Mengembangkan metode pengajaran yang telah diterapkan di sekolah dengan disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid – murid. 4. Membuat evaluasi mengenai proses belajar mengajar secara berkala dan berkelanjutan oleh guru agar kelihatan proses pengajaran yang perlu ditambahkan atau diperbaiki. Selain
itu,
untuk
penelitian
lebih
lanjut,
maka
peneliti
menyarankan untuk melakukan pengamatan atau mengambil informasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
dari lingkungan di luar sekolah, misalnya ketika bersama orangtua, saudara, atau teman – teman bermain di rumah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, E.P. (2010). Metode maternal reflektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak tunarungu kelas 3 SLB B widya bhakti Semarang. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Bunawan, L. & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan bahasa anak tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama. Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cangara, H. (1998). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Carrol, David W. (1986). Psychology of language. Pacific Grove-California: Brooks/Cole Publishing Company. Diunduh dari http://www.jurnallingua.com/edisi-2006/4-vol-1-no-1/26-proses-pemerolehanbahasa-dari-kemampuan-hingga-kekurangmampuan-berbahasa.html. Chaer, A. & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Bina Kesehatan Anak. (2010). Pedoman layanan kesehatan anak di sekolah luar biasa (SLB) bagi petugas kesehatan. Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Diunduh dari http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/PEDOMAN-YANKES-ANAK-DI-SLBBAGI-PETUGAS-KESEHATAN.pdf. Djatun, R. (2007). Metode maternal reflektif. Surakarta: Penelitian Dikti Hibah Bersaing. DNIKS. (2009). Petunjuk pelaksanaan metode maternal reflektif di sekolah luar biasa yayasan pembina anak cacat provinsi Aceh. Aceh: Tim PPMP. Hasan, I. (2002). Pokok – pokok materi metodologi penelitian dan aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hernawati, T. (2007). Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara anak. Jurnal JASSI_anakku, 7(1), hlmn. 101 - 110. Diunduh dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196302081987 032-TATI_HERNAWATI/jurnal.pdf. Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Depok: LPSP3 UI. 78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Moleong, L. J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2005). Ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poerwandari, K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: LPS3 UI. Republik Indonesia. Undang – Undang Dasar 1945. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Setiana, E. (2011). Pelaksanaan metode maternal reflektif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi siswa tunarungu di SDLB B santi rama Jakarta. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Somad, P. & Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik anak tunarungu. Bandung: Depdikbud. Somantri, S. (1996). Psikologi anak luar biasa. Jakarta: Depdikbud. Supratiknya, A. (1995). Yogyakarta: Kanisius.
Tinjauan
psikologis,
komunikasi
antarpribadi.
Suran, B. G. & Rizzo, J. V. (1979). Special children: an integrative approach. USA: Scott Foresman & Co. Wibowo, W. (2001). Manajemen bahasa. Jakarta: Gramedia. Yusuf, S. (2010). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI NA menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa. NA dapat melakukan egocentric dan socialized speech. LI belum sepenuhnya menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa. LI dapat melakukan egocentric speech, tetapi masih membutuhkan bantuan guru atau teman dalam socialized speech.
Perkembangan Bahasa : NA menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa. LI, DA, dan SA belum sepenuhnya menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa. NA, LI, DA, dan SA dapat melakukan egocentric speech. NA juga dapat melakukan socialized speech, tetapi LI, DA, dan SA masih membutuhkan bantuan guru atau teman.
DA menguasai tahapan ucapan, tetapi belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman, pengembangan pembendaharaan kata, dan penyusunan kata – kata menjadi kalimat pada tugas – tugas perkembangan bahasa. DA dapat melakukan egocentric speech, tetapi terkadang masih membutuhkan bantuan guru atau teman dalam socialized speech SA menguasai tahapan penyusunan kata – kata menjadi kalimat dan ucapan, tetapi belum sepenuhnya menguasai tahapan pemahaman dan pengembangan pembendaharaan kata pada tugas – tugas perkembangan bahasa. SA dapat melakukan egocentric speech, tetapi terkadang masih membutuhkan bantuan guru atau teman dalam socialized speech.
NA dapat menggunakan bahasa oral.
Komunikasi :
LI lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat. DA dapat menggunakan bahasa oral, tetapi terkadang menggunakan bahasa oral sambil berisyarat atau ekspresi wajahnya.
NA, DA, dan SA dapat menggunakan bahasa oral sedangkan LI lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat.
SA dapat menggunakan bahasa oral, tetapi terkadang menggunakan bahasa oral sambil berisyarat.
Kesimpulan Akhir : NA telah menguasai semua tahapan tugas – tugas perkembangan bahasa sedangkan LI, DA, dan SAbelum sepenuhnya menguasai semua tahapan. NA, LI, DA, dan SA telah dapat melakukan egocentric speech. NA juga telah dapat melakukan dan socialized speech, tetapi LI, DA, dan SA masih membutuhkan bantuan guru atau teman. NA, DA, dan SA dapat menggunakan bahasa oral sedangkan LI lebih sering menggunakan bahasa oral sambil berisyarat. Namun terkadang, NA, DA, dan SA menggunakan bahasa oral sambil berisyarat atau ekspresi wajahnya.
Gambar. Kesimpulan tiap subjek dan kesimpulan akhir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
OBS I
Catatan Lapangan (Observasi) Hari tersebut merupakan hari pertama murid – murid masuk sekolah setelah libur memperingari hari raya Idul Fitri. Sebelum memulai pelajaran, murid – murid yang semua beragama Islam, selalu dibiasakan untuk membaca doa bersama – sama dan kemudian murid - murid mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.” Saat itu, Nadia tidak hadir karena sakit. Guru memulai percakapan dengan murid – murid dan menjelaskan bahwa mereka baru saja merayakan lebaran lalu, mengajukan pertanyaan, “Apa yang kalian lakukan ketika lebaran?” Awalnya murid – murid kebingungan dan saling menatap satu sama lain dan mengobrol dengan menggunakan bahasa oral sambil menggunakan bahasa isyarat. Kemudian, guru menegur murid – muridnya dan memperjelas pertanyaannya dengan mengatakan “Apakah kalian meminta maaf kepada bapak dan ibu ketika lebaran?”. Guru pun menyuruh Danu untuk menjawabnya. Danu mengatakan bahwa ia bersalam – salaman dan meminta maaf kepada bapak dan ibu. Saifi lalu ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang juga diajukan oleh Danu. Saifi mengatakan bahwa ia juga meminta maaf pada bapak dan ibunya. Saifi juga mengatakan bahwa ia mengunjungi neneknya. Lintang yang mendapat giliran berikutnya untuk menjawab
Koding
sm1.kdk.1
mp1.kdk.1
sm1.kdk.2
mp1.kdk.3
m3.kdk.1
m4.kdk.1 m2.kdk.1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tetapi, Lintang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Guru pun meminta Lintang untuk menjawab, Lintang mengatakan bahwa ia mengunjungi makam ibunya dan berdoa. Guru lalu menuliskan hasil percakapan mereka menjadi sebuah percakapan di papan tulis dengan tema “Minta Maaf”. Selama guru menulis di papan tulis, murid – murid tampak asyik mengobrol. Saat berkomunikasi, murid – murid menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri, meskipun terkadang menggunakan bahasa oral. Setelah guru selesai menulis di papan tulis, guru langsung meminta murid – murid untuk mengulangi ucapan guru untuk membaca bacaan di papan tulis. Kemudian, guru menyuruh murid – murid untuk mengulangi membaca bacaan tersebut tanpa bantuan guru. Murid – murid pun membaca bacaan di papan tulis bersama – sama, dengan maupun tanpa bantuan guru terlebih dahulu. Guru lalu meminta murid – murid untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata “minta maaf” dengan perintah yang diulang – ulang untuk memperjelas apa yang dikatakan oleh guru sebelum guru menuliskan perintahnya di papan tulis. Guru pun menuliskan beberapa contoh kalimat yang harus dibuat oleh murid – murid sendiri. Namun sebelumnya, murid – murid diminta untuk membaca contoh kalimat tersebut bersama – sama tanpa bantuan guru. Kemudian, guru meminta murid – murid yang lain untuk ikut mencoba membuat kalimat. Guru lalu menunjuk Danu. Namun, Danu
mp1.kdk.4
sm1.kdk.2 mp1.kdk.5
sm1.kdk.3 mp1.kdk.6
mp1.kdk.6 mp1.kdk.8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tampak kebingungan. Guru pun membantu Danu dengan memberikan sebuah permisalan, yaitu “Bagaimana kalau Danu memukul? Danu harus berkata apa?” Danu menjawab, “Minta maaf” tetapi, ketika Danu diminta untuk membuat kalimatnya, Danu tampak kesulitan sehingga guru yang secara perlahan dan berulang – ulang memberikan contoh kalimatnya dan Danu mengulanginya. Meskipun demikian, Danu masih tampak kesulitan dalam mengulangi kata – kata dari guru. Saat menulis di papan tulis, Danu juga masih harus dibantu oleh guru dalam menuliskan kalimat yang telah dicontohkan oleh guru. Guru lalu memberikan sebuah pertanyaan kepada Lintang, “Kalau Lintang terlambat, Lintang berkata apa?” Namun, Lintang terlihat diam saja dan hanya tersenyum. Guru pun mengulangi pertanyaannya beberapa kali tetapi, Lintang masih tidak menjawabnya dan sesekali menggelengkan kepalanya dan tampak kebingungan. Kemudian, guru menanyakan pada Saifi dan Danu. Namun, Danu justru menjawab “Mohon maaf lahir dan batin”. Guru pun membantu dengan kalimat yang mendukung pertanyaannya tetapi, murid – murid masih terlihat kebingungan. Namun akhirnya, Danu dapat menjawab dengan kalimat yang dimaksud oleh guru meskipun, Danu tampak ragu – ragu dalam mengucapkannya. Kemudian, guru menunjuk Lintang untuk mengulangi kalimat Danu tetapi, Lintang tetap diam dan hanya tersenyum. Guru pun meminta Saifi yang mengulanginya meskipun dengan bantuan guru, Saifi dapat mengulangi kalimat yang diucapkan oleh guru dan menuliskannya di
m3.kdk.9
m3.kdk.9
mp1.kdk.8 m2.kdk.4
mp1.kdk.8 sm1.kdk.4
m3.kdk.1
mp1.kdk.8 m2.kdk.7 m4.kdk.7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
papan tulis. Saat Saifi sedang menulis di papan tulis, Lintang mencoba untuk m2.kdk.7 mengulangi kata “minta maaf” tetapi, karena pengucapannya yang salah, guru lalu mengulangi ucapannya berkali – kali sampai Lintang dapat mengucapkannya dengan benar. Setelah Danu selesai menulis di papan tulis, guru lalu meminta mp1.kdk.6 murid – murid untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata “minta maaf” di buku tulis mereka masing – masing. Pelajaran hari tersebut berhenti hanya sampai jam 09.15 WIB karena adanya kegiatan halal bihalal setelah memperingati hari raya Idul Fitri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
OBS II
Catatan Lapangan (Observasi) Hari tersebut, murid yang hadir baru Nadia dan Saifi. Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.” Tak lama kemudian, Lintang datang terlambat dan guru meminta Lintang untuk berdoa sendiri. Namun, Lintang hanya tersenyum dan guru membantu Lintang untuk berdoa dan akhirnya Lintang berdoa sampai selesai. Guru lalu memulai percakapan dengan murid – murid. Selain itu, guru juga meminta murid – murid untuk saling bertanya satu sama lain. Meskipun terkadang, murid – murid masih menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri untuk berkomunikasi tetapi, guru langsung menegurnya dan meminta murid – murid untuk berbicara. Saat guru dan murid – murid yang lain sedang melakukan percakapan, Danu masuk kelas. Guru pun meminta Danu untuk berdoa sendiri tetapi, Danu ternyata tidak hafal. Guru lalu meminta Nadia untuk membaca doa dan menyuruh Danu mengulanginya. Percakapan antara guru dan murid – murid pun dilanjutkan. Kemudian, guru menuliskan hasil percakapan menjadi sebuah bacaan di papan tulis. Lintang yang tampak kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata pun akhirnya dibantu oleh guru dalam pengucapannya dan menyuruh
Koding sm1.kdk.1
mp1.kdk.1 mp1.kdk.2 sm1.kdk.2
mp1.kdk.4 m2.kdk.6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lintang mengulanguinya. Namun terkadang, kata – kata yang diucapkan Lintang tidak dimengerti oleh guru sehingga guru meminta bantuan Nadia untuk menjelaskan apa yang dikatakan oleh Lintang. Guru lalu membacakan percakapan yang telah ditulisnya di papan tulis yang sebagian besar menggunakan kata tanya “Apakah”. Guru mulai membaca satu kalimat dan murid – murid diminta untuk mengulanginya. Begitu seterusnya sampai selesai. Murid – murid pun kalimat – kalimat di papan tulis bersama – sama, dengan maupun tanpa bantuan guru terlebih dahulu. Guru juga menuliskan beberapa contoh kalimat pertanyaan menggunakan kata tanya “Apakah”. Guru kembali meminta murid – murid untuk membaca bersama – sama contoh kalimat yang telah ditulisnya tanpa bantuan guru. Setelah itu, guru menyuruh murid – murid untuk membuat pertanyaan menggunakan kata tanya “Apakah” dan juga menuliskan jawabannya di buku masing – masing. Dalam membuat pertanyaan, murid – murid dibebaskan untuk bertanya pada teman – temannya yang lain. Tak lama kemudian, Lintang bertanya pada guru untuk menuliskan kata – kata tertentu misalnya, kata “mahasiswa” dan “bekerja”. Hal ini dikarenakan mungkin Lintang jarang memakai kata tersebut dalam percakapan sehari – harinya. Lintang lalu bertanya lagi pada guru mengenai jawaban atas pertanyaan yang telah ditulisnya untuk Nadia. Guru pun menyuruh
m1.kdk.11 mp1.kdk.5
sm1.kdk.3
mp1.kdk.6
mp1.kdk.8 m2.kdk.8
m2.kdk.4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lintang bertanya langsung pada Nadia tetapi, Lintang merasa belum yakin apakah kalimat tanya yang dibuatnya sudah benar sehingga guru membantu Lintang dalam membuat kalimat tanya yang benar. Danu juga bertanya pada guru mengenai kalimat tanya yang akan ditanyakannya pada Saifi. Namun, Danu masih belum dapat merangkai kalimat dengan benar misalnya, Danu berkata, “Apakah Saifi sudah terlambat?” Guru lalu membenarkan kalimat Danu dan meminta Danu mengulangi kalimat yang sudah dibenarkan oleh guru serta, menyuruh Danu langsung bertanya pada Saifi. Lintang juga masih mengalami kesulitan dalam menuliskan kata “periksa”. Kemudian, guru mengucapkan kata tersebut berkali – kali tetapi, Lintang masih belum dapat menuliskannya sehingga guru menuliskan di buku Lintang. Saifi pun terlihat meminta bantuan Nadia dalam mengeja sebuah kata, huruf demi huruf. Guru lalu menuliskan sebuah bacaan di papan tulis. Saat guru meminta Lintang untuk pindah tempat duduk di depan papan tulis, Lintang menolak dan justru mengambil kayu (sebagai penunjuk papan tulis) guru. Guru lalu meminta Nadia untuk mengalah dan duduk di depan papan tulis. Guru menyuruh murid – murid membaca bacaan yang telah ditulis guru di papan tulis bersama – sama tanpa bantuan guru. Kemudian, guru meminta murid – murid untuk membaca bacaan tersebut dalam hati.
m2.kdk.9
m3.kdk.9
m2.kdk.8
m4.kdk.8 ; m1.kdk.12
mp1.kdk.5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Saat murid – murid menyatakan bahwa mereka telah selesai membaca, guru menyuruh murid – murid memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh guru. Guru memberikan pertanyaan pada murid – murid secara lisan dan meminta murid – murid untuk menjawabnya. Saat pertanyaan kedua, hanya Nadia yang dapat menjawabnya dengan benar dan lancar. Guru meminta Nadia untuk mengulangi jawabannya agar teman – temannya dapat mengetahui jawabannya. Setelah murid – murid mengetahui jawabannya, guru meminta murid – murid menunjukkan kalimat yang merupakan jawaban di papan tulis. Namun, tetap saja murid – murid terlihat kebingungan. Guru menunjuk Saifi untuk maju, Saifi pun tampak kebingungan dan mencoba bertanya pada Nadia. Saat Saifi salah menunjukkan kalimat di papan tulis, guru meminta Nadia untuk mengulangi jawabannya tetapi, tetap saja Saifi belum dapat menunjukkannya. Guru pun bertanya pada murid – murid yang lain tetapi, murid – murid juga tidak tahu dan mereka justru bertanya pada Nadia. Namun akhirnya, Lintang dapat menunjukkan kalimat yang menjadi pertanyaan guru dan mengucapkannya meskipun sambil berisyarat. Guru melanjutkan pertanyaannya. Di tengah pelajaran, Lintang tampak sedang asyik mengikat rambutnya tanpa memperdulikan teguran gurunya. Guru yang tampak kesal karena Lintang tampak tidak memperhatikannya lalu menyuruh murid – murid menulis bacaan di papan tulis pada buku masing – masing.
mp1.kdk.6 m1.kdk.1
sm1.kdk.4 m4.kdk.5 m1.kdk.13 sm1.kdk.4 m2.kdk.1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selama murid – murid menulis, guru membuat hasil bacaan dan membuat beberapa pertanyaan. Setelah murid – murid menulis, guru menyuruh murid – murid menjawab pertanyaan yang telah dituliskan oleh guru di papan tulis. Pertanyaan yang dibuat oleh guru merupakan pertanyaan yang tentang arti kata, lawan kata, dan persamaan kata. Murid – murid diminta untuk mencari di kamus yang telah disediakan di meja guru apabila tidak mengetahui jawabannya. Beberapa murid tampak kebingungan dan kembali bertanya pada Nadia. Nadia pun memberikan jawabannya. Namun, ketika teman – temannya hampir menanyakan semua jawaban dari semua soal, Nadia tampak kesal dan tidak mau memberitahukan jawabannya. Selain itu, Lintang masih belum dapat menuliskan kata yang dimaksud dengan benar misalnya, Lintang ingin menuliskan kata “makan” tetapi, Lintang justru menuliskan kata “motor”. Lintang juga masih kesulitan dalam mengeja suatu kata sehingga Lintang bertanya huruf per huruf pada teman atau gurunya. Danu juga masih kesulitan dalam menuliskan kata “herpes” padahal guru telah mengulangi ucapannya berkali – kali dan menuliskannya di papan tulis. Setelah murid – murid selesai mengerjakan tugasnya untuk menjawab pertanyaan yang ditulis di papan tulis, guru meminta murid – murid mengumpulkan buku mereka. Bel istirahat pun berbunyi. Murid – murid pun keluar kelas dan tampak asyik mengobrol
mp1.kdk.6 mp1.kdk.6
sm1.kdk.4 m1.kdk.13
m2.kdk.8 m2.kdk.8
m3.kdk.7
sm1.klk.1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dengan murid – murid dari kelas lain. Lintang, Danu, dan Saifi masih m2.klk.2 ; m3.klk3. m4.klk3 tampak menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi tetapi terkadang, Danu dan Saifi menggunakan bahasa oral sambil berisyarat m3.klk.2 ; m4.klk.2 menggunakan tangannya. Nadia berusaha untuk menggunakan bahasa oral ketika m1.klk.3 berkomunikasi dengan teman – temannya di luar kelas. Nadia hanya akan berisyarat ketika temannya tidak memahami ucapan Nadia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
OBS III
Catatan Lapangan (Observasi) Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi. Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.” Guru lalu menuliskan sebuah percakapan di papan tulis dengan tema “Bom Bunuh Diri.” Tema tersebut diambil dari percakapan murid – murid kelas V yang dilakukan pada hari Selasa, 27 September 2011. Selama guru menulis, tampak murid – murid sedang asyik mengobrol satu sama lain menggunakan bahasa isyarat meskipun terkadang, kembali menggunakan bahasa oral kerena guru menegurnya. Setelah selesai menulis, guru lalu membacakan bacaan per kalimat dan meminta murid – murid mengulanginya. Saat murid – murid yang lain tengah membaca, Lintang justru menyandarkan dagunya di meja dan tidak membaca. Namun, guru segera menegurnya dan meminta Lintang untuk membaca sendiri tetapi, Lintang diam saja dan akhirnya membaca dengan terputus – putus setelah guru memarahinya. Kemudian, guru meminta murid – murid mengulai bacaan di papan tulis tanpa bantuan guru secara bersama – sama.
Koding
sm1.kdk.1 mp1.kdk.7
sm1.kdk.2 sm1.kdk.3 mp1.kdk.5 sm1.kdk.3 m2.kdk.6
mp1.kdk.1 sm1.kdk.3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Murid – murid pun membaca bacaan di papan tulis bersama – sama tanpa bantuan guru terlebih dahulu. Guru lalu memberikan beberapa pertanyaan lisan mengenai bacaan di papan tulis misalnya, “Kapan peristiwa itu terjadi?” Namun, hanya Nadia yang menjawabnya. Nadia pun bertanya mengenai arti kata “saksi mata” yang terdapat dalam bacaan. Guru pun menjelaskannya. Pertanyaan dari guru berlanjut tetapi, tetap saja Nadia yang aktif menjawab. Meskipun sesekali, Danu dan Saifi juga ikut menjawab. Guru yang melihat Lintang hanya diam saja pun lalu memberikan pertanyaan pada Lintang tetapi, Lintang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawabnya meskipun pada akhirnya, Lintang menjawab. Meskipun murid – murid menjawab pertanyaan dari guru tetapi, mereka kebingungan dengan arti kata kemarin yang lalu. Menurut guru, arti kata kemarin yang lalu adalah waktu sebelum kemarin atau 2 hari yang lalu atau lebih. Murid – murid tidak dapat memakai kata “ … yang lalu” misalnya, kemarin yang lalu atau dua hari yang lalu. Namun, hanya Nadia yang langsung dapat mempergunakan kata tersebut setelah guru menjelaskannya sekali. Sedangkan Saifi, Danu, dan Lintang masih tampak kebingungan. Guru lalu menjelaskan mengenai waktu yang lampau terutama, menggunakan kata “… yang lalu” kembali dan memberikan pertanyaan di papan tulis dan meminta murid – murid untuk
mp1.kdk.6 m1.kdk.1 m1.kdk.10a mp1.kdk.8 ; sm1.kdk.3 m2.kdk.4
sm1.kdk.5
m1.kdk.1 sm1.kdk/4
mp1.kdk.6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menjawabnya dan mengisikan secara bergantian. Awalnya, murid – murid tampak kebingungan dan tidak bisa menjawab tetapi, guru membantunya sampai akhirnya mereka dapat menjawabnya sendiri. Saat guru bertanya,”Tanggal 25 September itu awal bulan, tengah bulan, atau akhir bulan?” Namun, tidak ada satu pun murid yang menjawab. Guru lalu mengambil kalender dan menunjukkan tanggal 25 September tetapi, masih tidak ada yang menjawab. Kemudian, guru meminta Danu untuk menjawab tetapi, Danu hanya menggelengkan kepalanya. Guru menegur Danu untuk mengatakan “tidak tahu” apabila Danu tidak dapat menjawabnya. Setelah itu, Guru meminta Saifi untuk menjawab, Saifi lalu menjawab hari Minggu. Guru lalu menegur Saifi bahwa pertanyaannya bukan itu. Guru lalu mengulangi pertanyaannya tetapi, Saifi tidak menjawab. Tak lama, Nadia menjawab, “Awal bulan!” Guru pun mengatakan bahwa jawaban Nadia salah dan karena tidak ada satu pun berhasil menjawab pertanyaan maka, guru memberitahukan jawabannya bahwa tanggal 25 itu merupakan akhir bulan. Kemudian, guru menjelaskan tanggal berapa sampai tanggal berapa saja yang merupakan awal, tengah, dan akhir bulan. Guru lalu mengulangi beberapa pertanyaan yang sama dengan menunjuk pada angka – angka tertentu dalam kalender. Murid – murid pun dapat
sm1.kdk.4
sm1.kdk.4
sm1.kdk.4 mp1.kdk.8 m3.kdk.4
mp1.kdk.8 ; m4.kdk.4
m1.kdk.4
mp1.kdk.8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menjawabnya meskipun, Lintang tetap terlihat paling enggan untuk berbicara apapun. Lintang hanya tampak sesekali berbicara untuk menjawab pertanyaan dari guru. Danu lalu bertanya pada guru mengenai arti kata “buta” pada guru. Guru menjawab “Buta masa ga tau, hayoo apa?” Danu tampak menggaruk – garukkan kepalanya lalu, menunjuk rambutnya. Guru tertawa karena Danu justru menganggap “buta” sebagai “botak”. Guru lalu bertanya pada murid – murid yang lain mengenai arti kata “buta”. Nadia menjawab, “Tidak bisa melihat”. Kemudian, guru meminta murid – murid menuliskan di buku mereka bacaan yang ada di papan tulis. Guru lalu menuliskan pertanyaan di papan tulis dan meminta murid – murid menuliskan dan menjawabnya pada buku. Saat sedang menulis, Lintang justru sibuk berjalan ke meja Danu yang terletak dua meja di sebelah kanan meja Lintang. Lintang lalu mengambil penyerut pensil tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada Danu. Guru lalu menegur Lintang untuk meminta ijin tetapi, Lintang tidak memperdulikannya. Saifi juga terlihat tengah bertanya pada Nadia mengenai jawaban atas pertanyaan yang telah ditulisnya dengan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya. Setelah selesai menulis, bel istirahat pun berbunyi. Lintang langsung keluar kelas sedangkan Nadia, Danu, dan Saifi masih tampak di dalam kelas.
m3.kdk.10a
m3.kdk.10a mp1.kdk.8 m1.kdk.10b
m1.kdk.2 ; m4.kdk.2
sm1.kdk.2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nadia, Danu, dan Saifi terlihat sedang asyik mengobrol dan bercanda di dalam kelas. Saat berkomunikasi, mereka tetap menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya. Meskipun terkadang, guru menegurnya dan meminta murid – murid m1.klk.2 untuk berbicara. Kemudian, Nadia keluar kelas dan tampak mengobrol menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan murid dari kelas m3.klk.1 ; m4.klk.1 lain dan tertawa sambil berjalan menuju temannya yang lain. m2.klk.1a Danu dan Saifi pun menyusul keluar, bergabung bersama teman – temannya yang lain untuk bermain bola. Sedangkan Lintang masih berada di dalam kelas memakan bekal yang dibawanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
OBS IV
Catatan Lapangan (Observasi) Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi. Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama sm1.kdk.1 – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.” Saat itu, murid – murid akan melaksanakan ulangan harian. Soal ulangan harian berjumlah 40 soal dan bentuk soal berupa bacaan serta beberapa soal yang berasal dari pertanyaan sehari – hari. Murid – murid mengerjakan ulangan harian dengan tenang tanpa berusaha bertanya satu sama lain. Meskipun terkadang, mereka tampak kesulitan tetapi, mereka berusaha untuk mengerjakan sendiri. Setengah jam kemudian, Nadia telah selesai terlebih dahulu. Guru lalu memeriksanya dan ketika terdapat kesalahan pada pekerjaan Nadia, guru segera memberitahukannya dan meminta Nadia untuk membaca bacaan terlebih dahulu sebelum menjawab soal. Lintang yang tampak kesulitan, sesekali berusaha melihat pekerjaan Nadia yang sedang dipegang oleh guru yang duduk berhadapan dengan Lintang. Namun, guru menegur Lintang dan menyuruh Lintang mengerjakan sendiri. Kemudian, Lintang yang telah selesai mengerjakan menyerahkan pada guru untuk memeriksa pekerjaannya. Namun, belum lama guru memeriksa pekerjaan Lintang, guru memberitahukan pada Lintang
Koding
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bahwa Lintang tidak menyimak bacaan terlebih dahulu sehingga beberapa jawaban Lintang terdapat kesalahan. Meskipun demikian, guru tidak memberitahukan semua kesalahan pada pekerjaan Nadia dan Lintang. Lintang pun memperbaiki pekerjaannya. Saat Lintang tengah membaca, Lintang bertanya pada guru tetapi, guru tidak mengerti dengan ucapan Lintang. Kemudian, guru meminta bantuan Nadia untuk mengulangi ucapan Lintang. Guru lalu meminta Danu dan Saifi untuk membaca bacaan yang tersedia untuk menjawab soal ulangan serta menyuruh mereka untuk mengoreksi kembali pekerjaan mereka. Danu pun selesai mengerjakan ulangan, disusul dengan Saifi. Kemudian, guru memulai percakapan tentang kehadiran murid – murid pada hari jumat yang lalu dan memberikan pertanyaan mengenai siapa saja yang tidak berangkat sekolah dan yang mereka lakukan ketika tidak berangkat sekolah. Danu menjawab bahwa semua murid datang ke sekolah tetapi, Nadia mengoreksi dan mengatakan bahwa Lintanglah yang tidak datang pada hari jumat. Nadia pun menanyakan pada Lintang mengapa Lintang tidak datang. Lintang lalu mengucapkan jawabannya sambil berisyarat menggunakan tangannya bahwa ia sakit batuk dan demam sehingga tidak berangkat sekolah. Kemudian, Danu menanyakan pada apakah Lintang sudah sembuh
m1.kdk.11
mp1.kdk.1 mp1.kdk.2
m1.kdk.1 ; m3.kdk.1
m2.kdk.2
m2.kdk.2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tetapi, Lintang menggelengkan kepalanya. Nadia pun menepuk pundak Lintang dan menanyakan kembali pertanyaan Danu. Lintang pun menjawab dengan tidak bersemangat dan justru menyandarkan dagunya di meja. Nadia kembali menanyakan apakah Lintang pergi ke dokter tetapi, Lintang mengungkapkan bahwa ia tidak pergi ke dokter dan hanya minum obat yang diberikan ayahnya. Lintang mengungkapkan jawabannya pada Nadia dengan menggunakan bahasa isyarat dan sesekali berbicara. Guru lalu menuliskan hasil percakapan mereka menjadi sebuah bacaan di papan tulis. Setelah selesai menulis, guru lalu membacakan bacaan per kalimat dan meminta murid – murid mengulanginya. Namun, Lintang tampak tidak ikut membaca. Kemudian, guru meminta murid – murid mengulai bacaan di papan tulis tanpa bantuan guru secara bersama – sama lalu, menyuruh murid – murid untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata depan ke – … Danu lalu mengucapkan sebuah kalimat dan menuliskannya di papan tulis tetapi, Danu tampak kebingungan. Danu menanyakan pada guru tentang lanjutan kalimatnya, apakah ia harus menulis di –… atau ke –…, padahal kalimat Danu benar ketika mengucapkannya. Nadia pun mendapat giliran berikutnya, Saifi selanjutnya. Meskipun, Saifi tampak kebingungan ketika menulis tetapi, Saifi dapat
m2.kdk.4
m2.kdk.2
mp1.kdk.4
mp1.kdk.5 mp1.kdk.6
m3.kdk.5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menyelesaikannya. Saat Lintang ditunjuk untuk maju, awalnya Lintang tidak mau tetapi, guru memaksa dan mengatakan akan membantunya. Lintang pun akhirnya mau. Kemudian, guru meminta murid – murid untuk melanjutkan membuat kalimat di buku tulis masing – masing. Saat sedang mengerjakan, Lintang tampak kesulitan dalam membaca tulisan di papan tulis dan meminta bantuan Nadia. Guru lalu menghampiri Lintang dan membantu Lintang. Guru pun menyuruh Lintang untuk menulis di atas kursi lipat tepat di depan meja Nadia sehingga Lintang dapat membaca tulisan di papan tulis lebih jelas. Guru lalu meminta ijin untuk ke kantor guru sebentar. Saat sedang mengerjakan, Saifi terlihat berjalan menuju meja Lintang untuk meminjam penyerut pensil. Murid – murid pun mengobrol satu sama lain dengan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya. Murid – murid pun kembali mengobrol satu sama lain masih dengan menggunakan bahasa oral dan berisyarat menggunakan tangannya. Tak lama kemudian, peneliti yang duduk dekat dengan Saifi melihat kesalahan ketika Saifi menuliskan kata “pitar” yang seharusnya “pintar”, peneliti lalu mengeja kata yang benar tetapi, Saifi masih tampak kebingungan sehingga akhirnya peneliti menuliskannya. Saat peneliti menanyakan pada murid – murid yang lain apakah ada
mp1.kdk.6
sm1.kdk.2
sm1.kdk.2
m4.kdk.7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kata yang tidak bisa ditulis, murid – murid yang lain selain Saifi mengatakan tidak ada tetapi, Lintang terlihat tidak menjawab. Setelah selesai mengerjakan, secara tertib, murid – murid mengumpulkan buku mereka di meja guru. Bel istirahat pun berbunyi. m1.klk.2 ;m4.klk.2 Danu dan Lintang keluar kelas sedangkan Nadia dan Saifi sedang asyik mengobrol dengan menggunakan komunikasi oral meskipun terkadang, masih menggunakan bahasa isyarat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
OBS V
Catatan Lapangan (Observasi) Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi. Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.” Guru lalu menanyakan pada Lintang mengapa Lintang tidak berangkat sekolah pada hari jumat. Namun, Lintang diam saja. Guru pun menyuruh Lintang untuk menjawab karena teman – temannya ingin mengetahuinya. Lintang lalu menjawabnya dengan suara yang terdengar seperti membentak dan menjawab bahwa ia bangun kesiangan. Danu pun menanyakan mengapa Lintang bisa bangun kesiangan. Guru lalu menyuruh Danu untuk langsung bertanya pada Lintang. Lintang justru menjawab jam delapan. Guru pun meminta Danu untuk mengulangi pertanyaannya tetapi, Lintang menggelengkan kepala. Kemudian, guru berusaha untuk memperjelas pertanyaan Danu agar Lintang dapat menjawabnya dengan benar. Danu menanyakan lagi pada Lintang tentang kegiatan Lintang sebelum tidur. Meskipun disertai dengan bahasa isyarat tetapi, Danu berusaha untuk berkomunikasi secara oral. Lintang pun menjawab bahwa ia menonton acara televisi sampai jam sepuluh. Setelah itu, guru menasehati Lintang untuk tidak tidur
Koding
sm1.kdk.1 mp1.kdk.1
mp1.kdk.2 m2.kdk.4
mp1.kdk.3
m3.kdk.3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
larut malam agar Lintang tidak kesiangan sehingga dapat berangkat sekolah tepat waktu. Tiba – tiba Nadia menanyakan pada Lintang apakah Lintang mempunyai ibu tiri sambil berisyarat. Lintang pun menjawab tidak mempunyai ibu lagi sambil tersenyum. Guru yang mendengar pertanyaan Nadia tentang ibu tiri pun tertawa menanyakan pada Nadia darimana Nadia tahu tentang “ibu tiri”. Nadia lalu menjawab dari acara di televisi. Peneliti juga menanyakan pada Saifi dan Danu, apakah mereka tahu tentang ibu tiri. Danu mengangguk sedangkan Saifi menggelengkan kepalanya. Guru lantas menjelaskan pada murid – murid tentang arti “ibu tiri”. Kemudian, guru menuliskan hasil percakapan mereka menjadi sebuah bacaan di papan tulis. Selama guru menulis, tampak murid – murid tengah asyik mengobrol dan bercanda dengan lebih banyak menggunakan bahasa isyarat daripada bahasa oral. Suara Lintang yang sedang mengobrol dengan Nadia terdengar cukup keras. Guru lalu memarahi Lintang karena mengobrol terus dan mengatakan bahwa Lintang kalu ngomong sendiri mau tetapi, kalau disuruh ngomong tidak pernah mau. Setelah selesai menulis, guru menceritakan pada peneliti tentang saudara atau kakak yang dimiliki oleh murid – murid. Saat guru menanyakan pada Danu dimana kakaknya bersekolah. Danu menjawab bahwa kakaknya sudah kerja. Guru lalu kembali bertanya,
m2.kdk.1
m1.kdk.10b m3.kdk.10b m3.kdk.10a
mp1.kdk.4 sm1.kdk.2
m3.kdk.4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Loh kan kakakmu masih kecil kuq sudah bekerja”. Namun, Danu mengisyaratkan bahwa kakaknya tinggi. Guru pun menjelaskan bahwa yang tinggi itu badan. Saat guru menanyakan kakaknya bekerja dimana pun Danu tidak tahu. Guru lalu mengatakan pada Danu, apabila Danu tidak tahu maka, Danu harus bertanya. Kemudian, guru mulai menjelaskan tentang bentuk kata ulang. Guru mengelompokkan kata ulang tersebut menjadi empat kelompok yaitu, kata ulang murni, berimbuhan, semu, dan kata ulang berubah bunyi. Lintang yang tampak kurang mengerti dengan penjelasan guru pun bertanya pada Nadia. Nadia lalu menjelaskan pada Lintang dengan menggunakan bahasa isyarat sambil diselingi dengan bahasa oral. Guru pun memberikan contoh dan menyuruh murid – murid untuk menyebutkan kata – kata yang termasuk kata ulang serta meminta murid – murid untuk mengelompokkannya. Murid – murid dapat menyebutkannya satu per satu secara bergantian tetapi, guru masih membantu mereka dalam mengelompokkannya. Meskipun Nadia lebih aktif tetapi, murid – murid yang lain tetap berusaha untuk menyebutkannya. Kemudian, guru menyuruh satu per satu muridnya menulis kata ulang yang telah mereka sebutkan di papan tulis secara bergantian sekaligus mengelompokkannya meskipun, masih dengan bantuan dari guru untuk mengelompokkannya. Nadia, Danu, dan Saifi menuliskannya secara bergantian di papan
m3.kdk.4
m1.kdk.2 ; m2.kdk.2 mp1.kdk.6
mp1.kdk.2
mp1.kdk.8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tulis. Guru pun menyuruh Lintang berkali – kali untuk maju tetapi, Lintang tampak sedang bertanya dengan Nadia menggunakan bahasa isyarat. Guru lalu memarahi Lintang untuk berbicara dan mengatakan bahwa Lintang mempunyai mulut sehingga Lintang harus berbicara tidak boleh menggunakan isyarat. Lintang pun akhirnya maju untuk menuliskannya di papan tulis. Guru pun menyuruh murid – murid untuk mencarinya di buku tulis mereka untuk mencari kata ulang yang pernah mereka tulis. Kemudian, secara bergantian murid – murid menuliskannya di papan tulis bahkan mereka semua pun maju ke depan. Setelah itu, guru memerintahkan murid – murid untuk menuliskan kata – kata ulang tersebut pada satu halaman kertas yang memuat satu kelompok kata sehingga mereka tidak memerlukan penggaris. Namun, Lintang tampak tidak mengerti dengan baik perintah dari guru. Lintang justru meminta Danu untuk mengambilkan penggaris yang terdapat di lemari yang terletak di sebelah Danu. Guru lalu menegur Lintang dan mengulangi perintahnya secara perlahan – lahan. Kemudian, guru memohon ijin untuk keluar kelas dan meminta murid – murid untuk menyelesaikannya. Lintang tampak masih kebingungan dalam menuliskan sebuah kata sehingga Nadia membantu Lintang mengejanya menggunakan bahasa isyarat.
m2.kdk.3
m2.kdk.4
m2.kdk.8 m1.kdk.12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Murid – murid juga sesekali mengobrol dan bercanda satu sama lain. Setelah selesai, murid – murid pun segera mengumpulkan buku m2.klk.1b mereka di atas meja guru. Bel istirahat pun berbunyi. m1.klk.2 ; m3.klk.2 ; m4.klk.2 Lintang keluar kelas sedangkan Danu sedang membaca sebuah buku di kursi yang berada tepat di depan papan tulis. Selain itu, Saifi dan Nadia masih asyik mengobrol dan bercanda. Sesekali Danu meledek Saifi dan Nadia dan mengatakan pada peneliti bahwa mereka m3.klk.2 berdua berpacaran. Danu keluar dan bercanda bersama temannya dari kelas lain hanya dengan menggunakan ekspresi wajahnyaa lalu, tertawa bersama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
OBS VI
Catatan Lapangan (Observasi) Koding Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi. Murid – murid lalu membaca doa bersama – sama dan sm1.kdk.1 mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.” Namun, hari tersebut tidak diadakan kegiatan belajar mengajar karena tanggal 5 Desember murid – murid akan melaksanakan ujian semester. Kegiatan diganti dengan membersihkan dan merapikan ruangan kelas dan di luar kelas. Semua murid mengikuti instruksi guru meskipun terkadang, Lintang tampak sedikit mengeluh. Saifi dan Danu terlihat sedang bercanda lalu tak lama ditegur oleh guru. Setelah selesai berbenah, murid – murid dibebaskan untuk bermain di luar kelas. m3.klk.1 ; m4.klk.1 Danu dan Saifi keluar kelas dan bermain bola bersama teman – m1.klk.2 ; m2.klk.2 temannya yang lain. Sedangkan Nadia dan Lintang tampak sedang mengobrol dengan murid dari kelas lain di dalam kelas. Tepat pukul 11.30 WIB, kegiatan di sekolah pun berakhir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CATATAN LAPANGAN (OBSERVASI) OBS I
Hari, tanggal
: Senin, 12 September 2011
Waktu
: 08.00 – 09.15 WIB
Jumlah murid
: 4 orang
Hari tersebut merupakan hari pertama murid – murid masuk sekolah setelah libur memperingati hari raya Idul Fitri.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid yang semua beragama Islam, selalu dibiasakan untuk membaca doa bersama – sama dan kemudian murid - murid mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Saat itu, Nadia tidak hadir karena sakit.
Guru memulai percakapan dengan murid – murid dan menjelaskan bahwa mereka baru saja merayakan lebaran lalu, mengajukan pertanyaan, “Apa yang kalian lakukan ketika lebaran?” Awalnya murid – murid kebingungan dan saling menatap satu sama lain dan mengobrol dengan menggunakan bahasa oral sambil menggunakan bahasa isyarat.
Kemudian, guru menegur murid – muridnya dan memperjelas pertanyaannya dengan mengatakan “Apakah kalian meminta maaf kepada bapak dan ibu ketika lebaran?”. Guru pun menyuruh Danu untuk menjawabnya. Danu mengatakan bahwa ia bersalam – salaman dan meminta maaf kepada bapak dan ibu.
Saifi lalu ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang juga diajukan oleh Danu. Saifi mengatakan bahwa ia juga meminta maaf pada bapak dan ibunya. Saifi juga mengatakan bahwa ia mengunjungi neneknya. Lintang yang mendapat giliran berikutnya untuk menjawab tetapi, Lintang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pun meminta Lintang untuk menjawab, Lintang mengatakan bahwa ia mengunjungi makam ibunya dan berdoa.
Guru lalu menuliskan hasil percakapan mereka menjadi sebuah percakapan di papan tulis dengan tema “Minta Maaf”.
Selama guru menulis di papan tulis, murid – murid tampak asyik mengobrol. Saat berkomunikasi, murid – murid menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri meskipun terkadang, menggunakan bahasa oral.
Setelah guru selesai menulis di papan tulis, guru langsung meminta murid – murid untuk mengulangi ucapan guru untuk membaca bacaan di papan tulis. Kemudian, guru menyuruh murid – murid untuk mengulangi membaca bacaan tersebut tanpa bantuan guru.
Murid – murid pun membaca bacaan di papan tulis bersama – sama, dengan maupun tanpa bantuan guru terlebih dahulu.
Guru lalu meminta murid – murid untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata “minta maaf” dengan perintah yang diulang – ulang untuk memperjelas apa yang dikatakan oleh guru sebelum guru menuliskan perintahnya di papan tulis.
Guru pun menuliskan beberapa contoh kalimat yang harus dibuat oleh murid – murid sendiri. Namun sebelumnya, murid – murid diminta untuk membaca contoh kalimat tersebut bersama – sama tanpa bantuan guru.
Kemudian, guru meminta murid – murid yang lain untuk ikut mencoba membuat kalimat. Guru lalu menunjuk Danu. Namun, Danu tampak kebingungan. Guru pun membantu Danu dengan memberikan sebuah permisalan, yaitu “Bagaimana kalau Danu memukul? Danu harus berkata apa?” Danu menjawab, “Minta maaf” tetapi, ketika Danu diminta untuk membuat kalimatnya, Danu tampak kesulitan sehingga guru yang secara perlahan dan berulang – ulang memberikan contoh kalimatnya dan Danu mengulanginya. Meskipun demikian, Danu masih tampak kesulitan dalam mengulangi kata – kata dari guru. Saat menulis di papan tulis, Danu juga masih harus dibantu oleh guru dalam menuliskan kalimat yang telah dicontohkan oleh guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru lalu memberikan sebuah pertanyaan kepada Lintang, “Kalau Lintang terlambat, Lintang berkata apa?” Namun, Lintang terlihat diam saja dan hanya tersenyum. Guru pun mengulangi pertanyaannya beberapa kali tetapi, Lintang masih tidak menjawabnya dan sesekali menggelengkan kepalanya dan tampak kebingungan. Kemudian, guru menanyakan pada Saifi dan Danu. Namun, Danu justru menjawab “Mohon maaf lahir dan batin”.
Guru
pun
membantu
dengan
kalimat
yang
mendukung
pertanyaannya tetapi, murid – murid masih terlihat kebingungan. Namun akhirnya, Danu dapat menjawab dengan kalimat yang dimaksud oleh guru meskipun, Danu tampak ragu – ragu dalam mengucapkannya.
Kemudian, guru menunjuk Lintang untuk mengulangi kalimat Danu tetapi, Lintang tetap diam dan hanya tersenyum. Guru pun meminta Saifi yang mengulanginya meskipun dengan bantuan guru, Saifi dapat mengulangi kalimat yang diucapkan oleh guru dan menuliskannya di papan tulis.
Saat Saifi sedang menulis di papan tulis, Lintang mencoba untuk mengulangi kata “minta maaf” tetapi, karena pengucapannya yang salah, guru lalu mengulangi ucapannya berkali – kali sampai Lintang dapat mengucapkannya dengan benar.
Setelah Danu selesai menulis di papan tulis, guru lalu meminta murid – murid untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata “minta maaf” di buku tulis mereka masing – masing.
Pelajaran hari tersebut berjenti hanya sampai jam 09.15 WIB karena adanya kegiatan halal bihalal setelah memperingati hari raya Idul Fitri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CATATAN LAPANGAN (OBSERVASI) OBS II
Hari, tanggal
: Senin, 19 September 2011
Waktu
: Pukul 08.00 WIB – 10.30 WIB
Jumlah murid
: 4 orang
Hari tersebut, murid yang hadir baru Nadia dan Saifi.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Tak lama kemudian, Lintang datang terlambat dan guru meminta Lintang untuk berdoa sendiri. Namun, Lintang hanya tersenyum dan guru membantu Lintang untuk berdoa dan akhirnya Lintang berdoa sampai selesai.
Guru lalu memulai percakapan dengan murid – murid. Selain itu, guru juga meminta murid – murid untuk saling bertanya satu sama lain. Meskipun terkadang, murid – murid masih menggunakan bahasa isyarat mereka sendiri untuk berkomunikasi tetapi, guru langsung menegurnya dan meminta murid – murid untuk berbicara.
Saat guru dan murid – murid yang lain sedang melakukan percakapan, Danu masuk kelas. Guru pun meminta Danu untuk berdoa sendiri tetapi, Danu ternyata tidak hafal. Guru lalu meminta Nadia untuk membaca doa dan menyuruh Danu mengulanginya.
Percakapan antara guru dan murid – murid pun dilanjutkan. Kemudian, guru menuliskan hasil percakapan menjadi sebuah bacaan di papan tulis.
Lintang yang tampak kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata pun akhirnya dibantu oleh guru dalam pengucapannya dan menyuruh Lintang mengulanginya. Namun terkadang, kata – kata yang diucapkan Lintang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tidak dimengerti oleh guru sehingga guru meminta bantuan Nadia untuk menjelaskan apa yang dikatakan oleh Lintang.
Guru lalu membacakan percakapan yang telah ditulisnya di papan tulis yang sebagian besar menggunakan kata tanya “Apakah”. Guru mulai membaca satu kalimat dan murid – murid diminta untuk mengulanginya. Begitu seterusnya sampai selesai.
Guru
juga
menuliskan
beberapa
contoh
kalimat
pertanyaan
menggunakan kata tanya “Apakah”. Guru kembali meminta murid – murid untuk membaca bersama – sama contoh kalimat yang telah ditulisnya tanpa bantuan guru.
Murid – murid pun kalimat – kalimat di papan tulis bersama – sama, dengan maupun tanpa bantuan guru terlebih dahulu.
Setelah itu, guru menyuruh murid – murid untuk membuat pertanyaan menggunakan kata tanya “Apakah” dan juga menuliskan jawabannya di buku masing – masing.
Dalam membuat pertanyaan, murid – murid dibebaskan untuk bertanya pada teman – temannya yang lain.
Tak lama kemudian, Lintang bertanya pada guru untuk menuliskan kata – kata tertentu misalnya, kata “mahasiswa” dan “bekerja”. Hal ini dikarenakan mungkin Lintang jarang memakai kata tersebut dalam percakapan sehari – harinya.
Lintang lalu bertanya lagi pada guru mengenai jawaban atas pertanyaan yang telah ditulisnya untuk Nadia. Guru pun menyuruh Lintang bertanya langsung pada Nadia tetapi, Lintang merasa belum yakin apakah kalimat tanya yang dibuatnya sudah benar sehingga guru membantu Lintang dalam membuat kalimat tanya yang benar.
Danu juga bertanya pada guru mengenai kalimat tanya yang akan ditanyakannya pada Saifi. Namun, Danu masih belum dapat merangkai kalimat dengan benar misalnya, Danu berkata, “Apakah Saifi sudah terlambat?” Guru lalu membenarkan kalimat Danu dan meminta Danu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengulangi kalimat yang sudah dibenarkan oleh guru serta, menyuruh Danu langsung bertanya pada Saifi.
Lintang juga masih mengalami kesulitan dalam menuliskan kata “periksa”. Kemudian, guru mengucapkan kata tersebut berkali – kali tetapi, Lintang masih belum dapat menuliskannya sehingga guru menuliskan di buku Lintang.
Saifi pun terlihat meminta bantuan Nadia dalam mengeja sebuah kata, huruf demi huruf.
Guru lalu menuliskan sebuah bacaan di papan tulis.
Saat guru meminta Lintang untuk pindah tempat duduk di depan papan tulis, Lintang menolak dan justru mengambil kayu (sebagai penunjuk papan tulis) guru. Guru lalu meminta Nadia untuk mengalah dan duduk di depan papan tulis.
Guru menyuruh murid – murid membaca bacaan yang telah ditulis guru di papan tulis bersama – sama tanpa bantuan guru. Kemudian, guru meminta murid – murid untuk membaca bacaan tersebut dalam hati.
Saat murid – murid menyatakan bahwa mereka telah selesai membaca, guru menyuruh murid – murid memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh guru. Guru memberikan pertanyaan pada murid – murid secara lisan dan meminta murid – murid untuk menjawabnya.
Saat pertanyaan kedua, hanya Nadia yang dapat menjawabnya dengan benar dan lancar. Guru meminta Nadia untuk mengulangi jawabannya agar teman – temannya dapat mengetahui jawabannya.
Setelah murid – murid mengetahui jawabannya, guru meminta murid – murid menunjukkan kalimat yang merupakan jawaban di papan tulis. Namun, tetap saja murid – murid terlihat kebingungan.
Guru menunjuk Saifi untuk maju, Saifi pun tampak kebingungan dan mencoba bertanya pada Nadia. Saat Saifi salah menunjukkan kalimat di papan tulis, guru meminta Nadia untuk mengulangi jawabannya tetapi, tetap saja Saifi belum dapat menunjukkannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru pun bertanya pada murid – murid yang lain tetapi, murid – murid juga tidak tahu dan mereka justru bertanya pada Nadia. Namun akhirnya, Lintang dapat menunjukkan kalimat yang menjadi pertanyaan guru. Guru melanjutkan pertanyaannya.
Di tengah pelajaran, Lintang tampak sedang asyik mengikat rambutnya tanpa memperdulikan teguran gurunya.
Guru
yang
tampak
kesal
karena
Lintang
tampak
tidak
memperhatikannya lalu menyuruh murid – murid menulis bacaan di papan tulis pada buku masing – masing.
Selama murid – murid menulis, guru membuat hasil bacaan dan membuat beberapa pertanyaan.
Setelah murid – murid menulis, guru menyuruh murid – murid menjawab pertanyaan yang telah dituliskan oleh guru di papan tulis.
Pertanyaan yang dibuat oleh guru merupakan pertanyaan yang tentang arti kata, lawan kata, dan persamaan kata. Murid – murid diminta untuk mencari di kamus yang telah disediakan di meja guru apabila tidak mengetahui jawabannya.
Beberapa murid tampak kebingungan dan kembali bertanya pada Nadia. Nadia pun memberikan jawabannya. Namun, ketika teman – temannya hampir menanyakan semua jawaban dari semua soal, Nadia tampak kesal dan tidak mau memberitahukan jawabannya.
Selain itu, Lintang masih belum dapat menuliskan kata yang dimaksud dengan benar misalnya, Lintang ingin menuliskan kata “makan” tetapi, Lintang justru menuliskan kata “motor”. Lintang juga masih kesulitan dalam mengeja suatu kata sehingga Lintang bertanya huruf per huruf pada teman atau gurunya.
Danu juga masih kesulitan dalam menuliskan kata “herpes” padahal guru telah mengulangi ucapannya berkali – kali dan menuliskannya di papan tulis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Setelah murid – murid selesai mengerjakan tugasnya untuk menjawab pertanyaan yang ditulis di papan tulis, guru meminta murid – murid mengumpulkan buku mereka. Bel istirahat pun berbunyi.
Murid – murid pun keluar kelas dan tampak asyik mengobrol dengan murid – murid dari kelas lain. Lintang, Danu, dan Saifi masih tampak menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi tetapi terkadang, Danu dan Saifi menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya.
Nadia berusaha untuk menggunakan bahasa oral ketika berkomunikasi dengan teman – temannya di luar kelas. Nadia hanya akan berisyarat ketika temannya tidak memahami ucapan Nadia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CATATAN LAPANGAN (OBSERVASI) OBS III
Hari, tanggal
: Kamis, 6 Oktober 2011
Waktu
: Pukul 08.00 WIB – 10.30 WIB
Jumlah murid
: 4 orang
Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Guru lalu menuliskan sebuah percakapan di papan tulis dengan tema “Bom Bunuh Diri.”
Tema tersebut diambil dari percakapan murid – murid kelas V yang dilakukan pada hari Selasa, 27 September 2011.
Selama guru menulis, tampak murid – murid sedang asyik mengobrol satu sama lain menggunakan bahasa isyarat meskipun terkadang, kembali menggunakan bahasa oral kerena guru menegurnya.
Setelah selesai menulis, guru lalu membacakan bacaan per kalimat dan meminta murid – murid mengulanginya.
Saat murid – murid yang lain tengah membaca, Lintang justru menyandarkan dagunya di meja dan tidak membaca. Namun, guru segera menegurnya dan meminta Lintang untuk membaca sendiri tetapi, Lintang diam saja dan akhirnya membaca dengan terputus – putus setelah guru memarahinya.
Kemudian, guru meminta murid – murid mengulai bacaan di papan tulis tanpa bantuan guru secara bersama – sama.
Murid – murid pun membaca bacaan di papan tulis bersama – sama tanpa bantuan guru terlebih dahulu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru lalu memberikan beberapa pertanyaan lisan mengenai bacaan di papan tulis misalnya, “Kapan peristiwa itu terjadi?” Namun, hanya Nadia yang menjawabnya. Nadia pun bertanya mengenai ari kata “saksi mata” yang terdapat dalam bacaan. Guru pun menjelaskannya.
Pertanyaan dari guru berlanjut tetapi, tetap saja Nadia yang aktif menjawab. Meskipun sesekali, Danu dan Saifi juga ikut menjawab.
Guru yang melihat Lintang hanya diam saja pun lalu memberikan pertanyaan pada Lintang tetapi, Lintang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjawabnya meskipun pada akhirnya, Lintang menjawab.
Meskipun murid – murid menjawab pertanyaan dari guru tetapi, mereka kebingungan dengan arti kata kemarin yang lalu. Menurut guru, arti kata kemarin yang lalu adalah waktu sebelum kemarin atau 2 hari yang lalu atau lebih.
Murid – murid tidak dapat memakai kata “ … yang lalu” misalnya, kemarin yang lalu atau dua hari yang lalu. Namun, hanya Nadia yang langsung dapat mempergunakan kata tersebut setelah guru menjelaskannya sekali. Sedangkan Saifi, Danu, dan Lintang masih tampak kebingungan.
Guru lalu menjelaskan mengenai waktu yang lampau terutama, menggunakan kata “… yang lalu” kembali dan memberikan pertanyaan di papan tulis dan meminta murid – murid untuk menjawabnya dan mengisikan secara bergantian.
Awalnya, murid – murid tampak kebingungan dan tidak bisa menjawab tetapi, guru membantunya sampai akhirnya mereka dapat menjawabnya sendiri.
Saat guru bertanya,”Tanggal 25 September itu awal bulan, tengah bulan, atau akhir bulan?” Namun, tidak ada satu pun murid yang menjawab.
Guru lalu mengambil kalender dan menunjukkan tanggal 25 September tetapi, masih tidak ada yang menjawab. Kemudian, guru meminta Danu untuk menjawab tetapi, Danu hanya menggelengkan kepalanya. Guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menegur Danu untuk mengatakan “tidak tahu” apabila Danu tidak dapat menjawabnya.
Setelah itu, Guru meminta Saifi untuk menjawab, Saifi lalu menjawab hari Minggu. Guru lalu menegur Saifi bahwa pertanyaannya bukan itu. Guru lalu mengulangi pertanyaannya tetapi, Saifi tidak menjawab.
Tak lama, Nadia menjawab, “Awal bulan!” Guru pun mengatakan bahwa jawaban Nadia salah dan karena tidak ada satu pun berhasil menjawab pertanyaan maka, guru memberitahukan jawabannya bahwa tanggal 25 itu merupakan akhir bulan.
Kemudian, guru menjelaskan tanggal berapa sampai tanggal berapa saja yang merupakan awal, tengah, dan akhir bulan. Guru lalu mengulangi beberapa pertanyaan yang sama dengan menunjuk pada angka – angka tertentu dalam kalender. Murid – murid pun dapat menjawabnya meskipun, Lintang tetap terlihat paling enggan untuk berbicara apapun. Lintang hanya tampak sesekali berbicara untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Danu lalu bertanya pada guru mengenai arti kata “buta” pada guru. Guru menjawab “Buta masa ga tau, hayoo apa?” Danu tampak menggaruk – garukkan kepalanya lalu, menunjuk rambutnya. Guru tertawa karena Danu justru menganggap “buta” sebagai “botak”.
Guru lalu bertanya pada murid – murid yang lain mengenai arti kata “buta”. Nadia menjawab, “Tidak bisa melihat”.
Kemudian, guru meminta murid – murid menuliskan di buku mereka bacaan yang ada di papan tulis.
Guru lalu menuliskan pertanyaan di papan tulis dan meminta murid – murid menuliskan dan menjawabnya pada buku.
Saat sedang menulis, Lintang justru sibuk berjalan ke meja Danu yang terletak dua meja di sebelah kanan meja Lintang. Lintang lalu mengambil penyerut pensil tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada Danu. Guru lalu menegur
Lintang
memperdulikannya.
untuk
meminta
ijin
tetapi,
Lintang
tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Saifi juga terlihat tengah bertanya pada Nadia mengenai jawaban atas pertanyaan yang telah ditulisnya dengan menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya.
Setelah selesai menulis, bel istirahat pun berbunyi. Lintang langsung keluar kelas sedangkan Nadia, Danu, dan Saifi masih tampak di dalam kelas.
Nadia, Danu, dan Saifi terlihat sedang asyik mengobrol dan bercanda di dalam kelas. Saat berkomunikasi, mereka tetap menggunakan bahasa oral sambil berisyarat menggunakan tangannya. Meskipun terkadang, guru menegurnya dan meminta murid – murid untuk berbicara.
Kemudian, Nadia keluar kelas dan tampak mengobrol menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan murid dari kelas lain dan tertawa sambil berjalan menuju temannya yang lain.
Danu dan Saifi pun menyusul keluar, bergabung bersama teman – temannya yang lain untuk bermain bola. Sedangkan Lintang masih berada di dalam kelas memakan bekal yang dibawanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CATATAN LAPANGAN (OBSERVASI) OBS IV
Hari, tanggal
: Senin, 21 November 2011
Waktu
: Pukul 08.00 WIB – 10.30 WIB
Jumlah murid
: 4 orang
Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Saat itu, murid – murid akan melaksanakan ulangan harian. Soal ulangan harian berjumlah 40 soal dan bentuk soal berupa bacaan serta beberapa soal yang berasal dari pertanyaan sehari – hari.
Murid – murid mengerjakan ulangan harian dengan tenang tanpa berusaha bertanya satu sama lain. Meskipun terkadang, mereka tampak kesulitan tetapi, mereka berusaha untuk mengerjakan sendiri.
Setengah jam kemudian, Nadia telah selesai terlebih dahulu. Guru lalu memeriksanya dan ketika terdapat kesalahan pada pekerjaan Nadia, guru segera memberitahukannya dan meminta Nadia untuk membaca bacaan terlebih dahulu sebelum menjawab soal.
Lintang yang tampak kesulitan, sesekali berusaha melihat pekerjaan Nadia yang sedang dipegang oleh guru yang duduk berhadapan dengan Lintang. Namun, guru menegur Lintang dan menyuruh Lintang mengerjakan sendiri.
Kemudian, Lintang yang telah selesai mengerjakan menyerahkan pada guru untuk memeriksa pekerjaannya. Namun, belum lama guru memeriksa pekerjaan Lintang, guru memberitahukan pada Lintang bahwa Lintang tidak menyimak bacaan terlebih dahulu sehingga beberapa jawaban
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lintang
terdapat
kesalahan.
Meskipun
demikian,
guru
tidak
memberitahukan semua kesalahan pada pekerjaan Nadia dan Lintang.
Lintang pun memperbaiki pekerjaannya. Saat Lintang tengah membaca, Lintang bertanya pada guru tetapi, guru tidak mengerti dengan ucapan Lintang. Kemudian, guru meminta bantuan Nadia untuk mengulangi ucapan Lintang.
Guru lalu meminta Danu dan Saifi untuk membaca bacaan yang tersedia untuk menjawab soal ulangan serta menyuruh mereka untuk mengoreksi kembali pekerjaan mereka.
Danu pun selesai mengerjakan ulangan, disusul dengan Saifi.
Kemudian, guru memulai percakapan tentang kehadiran murid – murid pada hari Jumat yang lalu dan memberikan pertanyaan mengenai siapa saja yang tidak berangkat sekolah dan yang mereka lakukan ketika tidak berangkat sekolah.
Danu menjawab bahwa semua murid datang ke sekolah tetapi, Nadia mengoreksi dan mengatakan bahwa Lintanglah yang tidak datang pada hari jumat.
Nadia pun menanyakan pada Lintang mengapa Lintang tidak datang. Lintang lalu mengucapkan jawabannya sambil berisyarat menggunakan tangannya bahwa ia sakit batuk dan demam sehingga tidak berangkat sekolah.
Kemudian, Danu menanyakan pada apakah Lintang sudah sembuh tetapi, Lintang menggelengkan kepalanya. Nadia pun menepuk pundak Lintang dan menanyakan kembali pertanyaan Danu. Lintang pun menjawab dengan tidak bersemangat dan justru menyandarkan dagunya di meja.
Nadia kembali menanyakan apakah Lintang pergi ke dokter tetapi, Lintang mengungkapkan bahwa ia tidak pergi ke dokter dan hanya minum obat yang diberikan ayahnya. Lintang mengungkapkan jawabannya pada Nadia dengan menggunakan bahasa isyarat dan sesekali berbicara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru lalu menuliskan hasil percakapan mereka menjadi sebuah bacaan di papan tulis.
Setelah selesai menulis, guru lalu membacakan bacaan per kalimat dan meminta murid – murid mengulanginya. Namun, Lintang tampak tidak ikut membaca.
Kemudian, guru meminta murid – murid mengulai bacaan di papan tulis tanpa bantuan guru secara bersama – sama lalu, menyuruh murid – murid untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata depan ke –…
Danu lalu mengucapkan sebuah kalimat dan menuliskannya di papan tulis tetapi, Danu tampak kebingungan. Danu menanyakan pada guru tentang lanjutan kalimatnya, apakah ia harus menulis di –… atau ke –…, padahal kalimat Danu benar ketika mengucapkannya.
Nadia pun mendapat giliran berikutnya, Saifi selanjutnya. Meskipun, Saifi
tampak
kebingungan
ketika
menulis
tetapi,
Saifi
dapat
menyelesaikannya. Saat Lintang ditunjuk untuk maju, awalnya Lintang tidak mau tetapi, guru memaksa dan mengatakan akan membantunya. Lintang pun akhirnya mau.
Kemudian, guru meminta murid – murid untuk melanjutkan membuat kalimat di buku tulis masing – masing.
Saat sedang mengerjakan, Lintang tampak kesulitan dalam membaca tulisan di papan tulis dan meminta bantuan Nadia. Guru lalu menghampiri Lintang dan membantu Lintang.
Guru pun menyuruh Lintang untuk menulis di atas kursi lipat tepat di depan meja Nadia sehingga Lintang dapat membaca tulisan di papan tulis lebih jelas.
Guru lalu meminta ijin untuk ke kantor guru sebentar.
Saat sedang mengerjakan, Saifi terlihat berjalan menuju meja Lintang untuk meminjam penyerut pensil. Murid – murid pun mengobrol satu sama
lain
dengan
menggunakan
menggunakan tangannya.
bahasa
oral
sambil
berisyarat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Murid – murid pun kembali mengobrol satu sama lain masih dengan menggunakan bahasa oral dan berisyarat menggunakan tangannya.
Tak lama kemudian, peneliti yang duduk dekat dengan Saifi melihat kesalahan ketika Saifi menuliskan kata “pitar” yang seharusnya “pintar”, peneliti lalu mengeja kata yang benar tetapi, Saifi masih tampak kebingungan sehingga akhirnya peneliti menuliskannya.
Saat peneliti menanyakan pada murid – murid yang lain apakah ada kata yang tidak bisa ditulis, murid – murid yang lain selain Saifi mengatakan tidak ada tetapi, Lintang terlihat tidak menjawab.
Setelah
selesai
mengerjakan,
secara
tertib,
murid
–
murid
mengumpulkan buku mereka di meja guru. Bel istirahat pun berbunyi. Danu dan Lintang keluar kelas sedangkan Nadia dan Saifi sedang asyik mengobrol dengan menggunakan bahasa oral meskipun terkadang, masih menggunakan bahasa isyarat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CATATAN LAPANGAN (OBSERVASI) OBS V
Hari, tanggal
: Kamis, 24 November 2011
Waktu
: Pukul 08.00 WIB – 10.30 WIB
Jumlah murid
: 4 orang
Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi.
Sebelum memulai pelajaran, murid – murid membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Guru lalu menanyakan pada Lintang mengapa Lintang tidak berangkat sekolah pada hari Jumat. Namun, Lintang diam saja. Guru pun menyuruh Lintang untuk menjawab karena teman – temannya ingin mengetahuinya. Lintang lalu menjawabnya dengan suara yang terdengar seperti membentak dan menjawab bahwa ia bangun kesiangan.
Danu pun menanyakan mengapa Lintang bisa bangun kesiangan. Guru lalu menyuruh Danu untuk langsung bertanya pada Lintang. Lintang justru menjawab jam delapan. Guru pun meminta Danu untuk mengulangi pertanyaannya tetapi, Lintang menggelengkan kepala. Kemudian, guru berusaha untuk memperjelas pertanyaan Danu agar Lintang dapat menjawabnya dengan benar.
Danu menanyakan lagi pada Lintang tentang kegiatan Lintang sebelum tidur. Meskipun disertai dengan bahasa isyarat tetapi, Danu berusaha untuk berkomunikasi secara oral.
Lintang pun menjawab bahwa ia menonton acara televisi sampai jam sepuluh. Setelah itu, guru menasehati Lintang untuk tidak tidur larut malam agar Lintang tidak kesiangan sehingga dapat berangkat sekolah tepat waktu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tiba – tiba Nadia menanyakan pada Lintang apakah Lintang mempunyai ibu tiri sambil berisyarat. Lintang pun menjawab tidak mempunyai ibu lagi sambil tersenyum.
Guru yang mendengar pertanyaan Nadia tentang ibu tiri pun tertawa menanyakan pada Nadia darimana Nadia tahu tentang “ibu tiri”. Nadia lalu menjawab dari acara di televisi.
Peneliti juga menanyakan pada Saifi dan Danu, apakah mereka tahu tentang ibu tiri. Danu mengangguk sedangkan Saifi menggelengkan kepalanya. Guru lantas menjelaskan pada murid – murid tentang arti “ibu tiri”.
Kemudian, guru menuliskan hasil percakapan mereka menjadi sebuah bacaan di papan tulis. Selama guru menulis, tampak murid – murid tengah asyik mengobrol dan bercanda dengan lebih banyak menggunakan bahasa isyarat daripada bahasa oral. Suara Lintang yang sedang mengobrol dengan Nadia terdengar cukup keras.
Guru lalu memarahi Lintang karena mengobrol terus dan mengatakan bahwa Lintang kalu ngomong sendiri mau tetapi, kalau disuruh ngomong tidak pernah mau.
Setelah selesai menulis, guru menceritakan pada peneliti tentang saudara atau kakak yang dimiliki oleh murid – murid. Saat guru menanyakan pada Danu dimana kakaknya bersekolah. Danu menjawab bahwa kakaknya sudah kerja. Guru lalu kembali bertanya, “Loh kan kakakmu masih kecil kuq sudah bekerja”. Namun, Danu mengisyaratkan bahwa kakaknya tinggi. Guru pun menjelaskan bahwa yang tinggi itu badan. Saat guru menanyakan kakaknya bekerja dimana pun Danu tidak tahu. Guru lalu mengatakan pada Danu, apabila Danu tidak tahu maka, Danu harus bertanya.
Kemudian, guru mulai menjelaskan tentang bentuk kata ulang. Guru mengelompokkan kata ulang tersebut menjadi empat kelompok yaitu, kata ulang murni, berimbuhan, semu, dan kata ulang berubah bunyi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lintang yang tampak kurang mengerti dengan penjelasan guru pun bertanya pada Nadia. Nadia lalu menjelaskan pada Lintang dengan menggunakan bahasa isyarat sambil diselingi dengan bahasa oral.
Guru pun memberikan contoh dan menyuruh murid – murid untuk menyebutkan kata – kata yang termasuk kata ulang serta meminta murid – murid untuk mengelompokkannya.
Murid – murid dapat menyebutkannya satu per satu secara bergantian tetapi, guru masih membantu mereka dalam mengelompokkannya. Meskipun Nadia lebih aktif tetapi, murid – murid yang lain tetap berusaha untuk menyebutkannya.
Kemudian, guru menyuruh satu per satu muridnya menulis kata ulang yang telah mereka sebutkan di papan tulis secara bergantian sekaligus mengelompokkannya meskipun, masih dengan bantuan dari guru untuk mengelompokkannya.
Nadia, Danu, dan Saifi menuliskannya secara bergantian di papan tulis. Guru pun menyuruh Lintang berkali – kali untuk maju tetapi, Lintang tampak sedang bertanya dengan Nadia menggunakan bahasa isyarat.
Guru lalu memarahi Lintang untuk berbicara dan mengatakan bahwa Lintang mempunyai mulut sehingga Lintang harus berbicara tidak boleh menggunakan isyarat. Lintang pun akhirnya maju untuk menuliskannya di papan tulis.
Guru pun menyuruh murid – murid untuk mencarinya di buku tulis mereka untuk mencari kata ulang yang pernah mereka tulis. Kemudian, secara bergantian murid – murid menuliskannya di papan tulis bahkan mereka semua pun maju ke depan.
Setelah itu, guru memerintahkan murid – murid untuk menuliskan kata – kata ulang tersebut pada satu halaman kertas yang memuat satu kelompok kata sehingga mereka tidak memerlukan penggaris.
Namun, Lintang tampak tidak mengerti dengan baik perintah dari guru. Lintang justru meminta Danu untuk mengambilkan penggaris yang terdapat di lemari yang terletak di sebelah Danu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru lalu menegur Lintang dan mengulangi perintahnya secara perlahan – lahan.
Kemudian, guru memohon ijin untuk keluar kelas dan meminta murid – murid untuk menyelesaikannya.
Lintang tampak masih kebingungan dalam menuliskan sebuah kata sehingga Nadia membantu Lintang mengejanya menggunakan bahasa isyarat.
Murid – murid juga sesekali mengobrol dan bercanda satu sama lain.
Setelah selesai, murid – murid pun segera mengumpulkan buku mereka di atas meja guru. Bel istirahat pun berbunyi.
Lintang keluar kelas sedangkan Danu sedang membaca sebuah buku di kursi yang berada tepat di depan papan tulis. Selain itu, Saifi dan Nadia masih asyik mengobrol dan bercanda. Sesekali Danu meledek Saifi dan Nadia dan mengatakan pada peneliti bahwa mereka berdua berpacaran.
Danu keluar dan bercanda bersama temannya dari kelas lain hanya dengan menggunakan ekspresi wajahnyaa lalu, tertawa bersama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CATATAN LAPANGAN (OBSERVASI) OBS VI
Hari, tanggal
: Kamis, 1 Desember 2011
Waktu
: Pukul 10.30 – 11.30 WIB
Jumlah murid
: 4 orang
Hari tersebut, murid yang hadir ada 4 orang yaitu, Danu, Lintang, Nadia, dan Saifi.
Murid – murid lalu membaca doa bersama – sama dan mengucapkan “Selamat pagi, pak Wawan.”
Namun, hari tersebut tidak diadakan kegiatan belajar mengajar karena tanggal 5 Desember murid – murid akan melaksanakan ujian semester.
Kegiatan diganti dengan membersihkan dan merapikan ruangan kelas dan di luar kelas.
Semua murid mengikuti instruksi guru meskipun terkadang, Lintang tampak sedikit mengeluh.
Saifi dan Danu terlihat sedang bercanda lalu tak lama ditegur oleh guru.
Setelah selesai berbenah, murid – murid dibebaskan untuk bermain di luar kelas.
Danu dan Saifi keluar kelas dan bermain bola bersama teman – temannya yang lain.
Sedangkan Nadia dan Lintang tampak sedang mengobrol dengan murid dari kelas lain di dalam kelas.
Tepat pukul 11.30 WIB, kegiatan di sekolah pun berakhir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HASIL WAWANCARA WWC 1
Hari, tanggal
: Senin, 12 September 2011
Waktu
: Antara pukul 08.00 – 09.15 WIB
Tanya (T) :
“Metode pengajaran seperti apa seh Pak yang diterapkan di kelas
ini?” Jawab (J) :
“Intinya yaa metode percakapan, Mbak. Kan percakapan di kelas
tuh bisa jadi bekal murid – murid memperoleh bahasa. Jadi yaa hampir tiap pelajaran bahasa Indonesia, saya selalu mengutamakan percakapan dan bacaan yang berisi percakapan. Anak – anak sebisa mungkin dibiasain ngomong seperti orang normal, orang mendengar. Biar mereka tuh bisa komunikasi sama siapa aja, ga pakai bahasa isyarat” T : “Metode pengajarannya berasal dari mana, Pak?” J : “Awalnya dulu pendiri sekolah ini tuh mantan guru dari SLB B Santi Rama Jakarta, Mbak. Katanya seh prihatin dengan anak – anak tunarungu di sini, trus juga kan sempet pindah – pindah tempat, Mbak. Jadi yaa meteodenya hampir persis diadaptasi dari sana.” T : “Apakah setiap murid atau orangtua diberikan silabus, misalnya materi apa saja yang akan diajarkan, Pak?” J : “Silabus seh sebenarnya ada, Mbak. Tapi yaa ga sepenuhnya mengatur kegiatan pengajaran di kelas. Ngikutin kemampuan anak aja laa, ga bisa dipaksain juga, kasian kalau belum mampu.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
T : “Apakah buku panduan atau buku paketnya disamakan dengan murid – murid kelas VI untuk anak – anak SD yang normal atau anak yang mendengar, Pak?” J : “Wah kalau di sini jarang pakai buku, Mbak. Tapi yaa kadang – kadang saya ngambil materi dari buku – buku SD normal kan buat panduan saya juga. Yaa disesuaikan kemampuan anak – anak juga.” T : “Pencapaian seperti apa yang diharapkan dari murid – murid melalui metode pengajaran di kelas ini, Pak?” J : “Yaa kira – kira mereka tuh antara lain bisa menyebutkan kembali atau mengucapkan kalimat, menuliskan kalimat, mengulangi ucapan, memahami bacaan, menjawab pertanyaan, trus bisa mengulangi cerita dari teks bacaan, Mbak.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HASIL WAWANCARA WWC 2
Hari, tanggal
: Senin, 19 September 2011
Waktu
: Antara pukul 08.00 – 09.15 WIB
T : “Bagaimana seh Pak kemampuan dan pencapaian murid – murid dalam kelas selama ini ketika mengikuti pelajaran atau berkomunikasi?” J : “Hmm.. Lintang yaa Mbak, sebenarnya Lintang dari kelas latihan tuh anak yang cukup pintar loh. Tapi, pas umur enam tahun, kalau ga salah pas kelas I, Lintang kena virus trus dioperasi. Kata bapaknya yaa virus tuh bikin fungsi pendengarannya makin menurun. Sekarang dia yaa jadi agak mengalami kemunduran laa. Dulu kalau dengar bel sekolah kan masi bisa tapi sekarang cuma ngandelin gerak bibir orang aja. Kasian juga saya sama dia, ibunya kan uda ga ada, sekarang tinggal yaa sama papahnya sama kakak laki – lakinya. Tapi dia yaa ngerti, apa – apa sendiri, yaa kadang – kadang aja dia manja sama saya.Tapi yaa tuh kadang suka ngeyel, kalau disuruh sekali dua kali ga mau haha.” “Laa kalau Nadia tuh memang yang paling menonjol, anaknya pintar, berani juga. Kalau ditanya sekali yaa kadang selalu ngerti, nanggepin laa. Dia tuh dulu cuma satu semester di kelas II, langsung naik kelas III. Nadia juga sering bantu teman – temannya, yaa ngejain kata, nulis, kalau ndaak yaa bantu saya Mbak, yaa tuh ngartiin yang diomongin Lintang kalau ga jelas. “Danu sama Saifi yaa termasuk wajar laa Mbak, kadang yaa cepet kalau disuruh baca atau nulis, tapi yaa tuh masi agak susah ngomongnya, tapi jelas laa, bisa dimengerti omongannya. Kalau Danu agak cerewet yaa kadang – kadang, mau Tanya gituu, Mbak.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DOKUMENTASI (FOTO – FOTO)
Foto 01
Foto 02
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Foto 03
Foto 04
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Foto 05
Foto 06