PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
EVALUASI PERESEPAN KASUS PEDIATRI DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BETHESDA YANG MENERIMA RESEP RACIKAN DALAM PERIODE JULI 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Novi Listyani Wibowo NIM: 048114020
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
EVALUASI PERESEPAN KASUS PEDIATRI DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BETHESDA YANG MENERIMA RESEP RACIKAN DALAM PERIODE JULI 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh: Novi Listyani Wibowo NIM: 048114020
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia” Amsal 2 : 6-8
“Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku” Mazmur 138 : 3
Kupersembahkan karya ini untuk yang terkasih : Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing, menyertai dan memampukanku melalui hari-hariku. Papa Harry dan mama Titien sebagai tanda cinta dan wujud baktiku. Ko Eko, Ko Andre, Ci Vivi, Ko Hansen, dan Agung atas doa, dukungan, bantuan serta semangat yang selalu diberikan. Almamater yang akan selalu kukenang dan kubanggakan. v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Berkat dan kasihNya yang senantiasa menyertai sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas)” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sejak penelitian mulai dilakukan hingga penyusunan skripsi diselesaikan, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan pengarahan, serta semangat yang diberikan selama penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Aris Widayati, M.Si., Apt. dan Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., serta Dra. L. Endang Budiarti, M. Pharm. Apt., selaku penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Kepala dan Staf Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda yang banyak membantu dalam proses pengambilan data.
4.
Bu Wiwin selaku kepala perawat bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan semua perawat serta pramurukti yang bertugas di bangsal anak Rumah Sakit
vi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Bethesda atas bantuan dan kerjasama yang baik sehingga proses pengambilan data dapat berjalan dengan lancar. 5.
Adik-adik pasien pediatri yang secara tidak langsung telah membantu dan mendukung penelitian ini.
6.
Teman seperjuangan: Amanda, untuk semangat, kerja sama, dan bantuan yang telah diberikan.
7.
Teman sepenanggungan: Tata dan Erline untuk kerja sama, kebersamaan, dan kekompakan selama penelitian ini dilakukan.
8.
Teman-teman angkatan 2004 FKK: Made, Rina, Reni, Atin, Sisca, Wida, Anna, Nur, Rissa, Henny, Bosco, Liza, Pipin, Rosa, Limdra atas kebersamaan dalam suka-duka selama kuliah maupun praktikum.
9.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terwujudnya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dalam penyusunannya masih banyak
memiliki kekurangan. Untuk itu, semua saran dan kritik yang dapat membangun sangatlah diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.
Yogyakarta, Januari 2008 Penulis
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI
Pasien pediatri merupakan salah satu kelompok populasi yang sangat rentan. Banyak obat dibutuhkan tetapi tidak tersedia dalam bentuk sediaan yang sesuai sehingga memerlukan modifikasi bentuk sediaan. Hal ini membutuhkan jaminan keamanan penggunaan obat tersebut. Salah satu penyebab utama kematian bayi di Indonesia adalah gangguan sistem saluran nafas. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, kajian kasus gangguan sistem saluran nafas. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Secara umum bertujuan mengevaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007. Secara khusus bertujuan mengetahui alasan atau latar belakang pemilihan dan atau penggunaan obat racikan, mengetahui profil kasus, dan pola peresepan kasus pediatri yang menerima resep racikan, serta mengetahui kerasionalan dan dampak terapi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas, dilihat berdasarkan studi literatur. Langkah penelitian dibagi dalam 3 tahap, yaitu tahap orientasi, pengambilan data, dan penyelesaian data. Hasil penelitian menunjukkan 99 kasus pediatri menerima resep racikan. Persentase kasus paling banyak kelompok umur >1–6 tahun 62,6%; berjenis kelamin laki-laki 59,6%; satu diagnosis terbanyak gangguan sistem saluran cerna 30,3%; diagnosis kedua terbanyak gangguan sistem saluran nafas 15,2%. Penggunaan satu jenis obat racikan 54,5%, paling sering digunakan parasetamol dan fenobarbital 39,4%. Penggunaan obat non racikan terdiri 8 kelas terapi, paling banyak obat sistem saluran cerna 91,9%. Obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah 85,9%; antiinfeksi 80,8%; kortikosteroid 64,6%; obat sistem saluran nafas 58,6%; analgesik 29,3%; antihistamin 25,3%; obat sistem saraf pusat 21,2%. Evaluasi Drug Related Problems pada 25 kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas menunjukkan 23 kasus obat tanpa indikasi, 21 kasus dosis terlalu rendah, 17 kasus dosis terlalu tinggi, dan 1 kasus butuh terapi obat tambahan (bersifat aktual). Sebanyak 23 kasus efek obat merugikan dan interaksi obat bersifat potensial. Ratarata lama tinggal pasien di rumah sakit 5 hari, dan keluar dalam kondisi sembuh 92%. Kata kunci: pasien pediatri, resep racikan, Drug Related Problems (DRPs).
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Pediatric patients are one of the population group which is very susceptible. Many medicines are needed, but not all of them are available in the appropriate form, so modification dosage form is needed. Thus, we need a safety using those medicines. One of the major infant mortality in Indonesia is respiratory tract disorder. Based on that reason, we have already evaluated pediatric case prescription in pediatric ward of Bethesda Hospital that receives compounding prescription during July 2007. This is a non experimental, prospectively evaluational-descriptive case study. In general, the objective of this study is to evaluate pediatric case prescription in pediatric ward of Bethesda Hospital that receives compounding prescription during July 2007. Specially, the objective of this study is to know the reason or the background of choosing and using compounding medicines, to know cases profile, and prescription pattern of pediatric cases, and to know the rasionalization and therapy impact of pediatric cases with respiratory tract disorder, based on literature study. This study is divided into 3 stages, which are orientation, data collecting, and data finalizing stage. The outcome indicates that 99 pediatric cases receive compounding prescription. Most of them are >1-6 years old (62%); male (59,6%); most of the diagnose is gastrointestinal tract disorder (30,3%), and the second of the most is respiratory tract disorder (15,2%). Single type compound comprising 59,6% prescription, most of them contain paracetamol and phenobarbital (39,4%). The using of non compounding medicines consist of 8 therapy classes, mostly are gastrointestinal tract medicines (91,9%). The amount of medicines that influence blood and nutrition are 85,9%; anti infections are 80,8%; corticosteroids are 64,6%; respiratory tract medicines are 58,6%; analgesics are 29,3%; anti histamines are 25,3%; and central nervous system medicines are 21,2%. Evaluation of Drug Related Problems to 25 pediatric cases with respiratory tract disorder shows 23 cases unnecessary drug therapy, 21 cases dose too low, 17 cases dose too high, and 1 case needs for additional drug therapy (actual characteristic). There are 23 cases adverse drug reaction and drug interaction with potential characteristic. The average length of stay (LOS) patient in hospital is about 5 days, and out patient in a cured condition is about 92%. Keywords: pediatric patient, compounding prescription, Drug Related Problems (DRPs).
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….......
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………
v
PRAKATA…………………………………………………………………....
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………
viii
INTISARI…………………………………………………………………..…
ix
ABSTRACT………………………………………………………………………….…
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………….....
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………
xviii
BAB I. PENGANTAR……………………………………………………......
1
A. Latar Belakang……………………………………………………….......
1
1. Permasalahan……………………………………………………….....
4
2. Keaslian penelitian…………………………………………………....
4
3. Manfaat penelitian…………………………………………………….
5
B. Tujuan Penelitian………………………………………………………...
6
1. Tujuan umum…………………………………………………………
6
2. Tujuan khusus…………………….…………………………………..
6
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………..……………….
7
A. Pediatri………………………………………………….………………..
7
1. Pengertian…………………………………………………………......
7
2. Farmakokinetika obat pada pasien pediatri……………………….......
8
3. Peresepan kelompok anak…………………………………………….
10
B. Sistem Saluran Nafas………………………………………………….....
11
1. Sistem saluran nafas atas………..…………………………………….
13
2. Sistem saluran nafas bawah…………………………………………...
13
C. Gangguan Sistem Saluran Nafas……………………………………........
14
1. Asma………………………………………………………………......
14
2. Faringitis………………………………………………………………
16
3. Bronkitis akut…………………………………………………………
20
4. Bronkiolitis………………………………………………………........
22
5. Pneumonia………………………………………………………….....
24
D. Drug Related Problems (DRPs)………………………………………….
27
E. Keterangan Empiris………………………………………………………
30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….
31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………….
31
B. Definisi Operasional……………………………………………………...
31
C. Subyek Penelitian…………………………………………………….......
33
D. Bahan Penelitian………………………………………………………….
34
E. Tempat Penelitian………………………………………………………...
34
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
F. Tata Cara Penelitian……………………………………………………...
34
1. Tahap orientasi……………………………………………………......
35
2. Tahap pengambilan data………………………………………………
35
3. Tahap penyelesaian data………………………………………………
35
G. Tata Cara Analisis Hasil………………………………………………….
36
H. Kesulitan Penelitian……………………………………………………...
37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….....
39
A. Alasan / Latar Belakang Pemilihan dan / atau Penggunaan Obat Racikan pada Pasien Pediatri yang Dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda………………………………………………………………….
39
1. Dokter anak…………………………………………………………...
39
2. Apoteker………………………………………………………............
40
3. Perawat dan orang tua pasien………………………………………....
41
B. Profil Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007………………….......
42
1. Persentase kasus berdasarkan umur…………………………………..
42
2. Persentase kasus berdasarkan jenis kelamin………………………….
43
3. Persentase kasus berdasarkan diagnosis…………………………......
44
C. Pola Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Julli 2007, meliputi Obat Racikan dan Non Racikan……………………………………………......
45
1. Pola peresepan obat racikan…………………………………………..
45
2. Pola peresepan obat non racikan……………………………………...
49
xiii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
D. Evaluasi Kerasionalan Terapi dan Dampak Terapi Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007……………………...
58
1. Evaluasi kerasionalan terapi…………………………………………..
58
2. Dampak terapi………………………………………………………...
65
E. Rangkuman Pembahasan…………………………………………………
67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….
69
A. Kesimpulan……………………………………………………………....
69
B. Saran…………………………………………………………………..….
70
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
71
LAMPIRAN……………………………………………………………..……
74
BIOGRAFI PENULIS………………………………………..……………….
118
xiv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Halaman Rumus yang digunakan dalam perhitungan dosis untuk pediatri…. 11
Tabel II.
Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs)………………
28
Tabel III.
Keterangan kelas signifikansi interaksi……………………………
29
Tabel IV.
Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan diagnosis………………………….…………………..
45
Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima satu jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..
46
Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima dua jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..
47
Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima tiga jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..
48
Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima empat jenis racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..
48
Golongan dan jenis obat sistem saluran cerna yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………
50
Golongan dan jenis obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…
51
Golongan dan jenis obat antiinfeksi yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………….
53
Golongan dan jenis obat kortikosteroid yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………
53
Tabel V.
Tabel VI.
Tabel VII.
Tabel VIII.
Tabel IX.
Tabel X.
Tabel XI.
Tabel XII.
xv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XIII.
Golongan dan jenis obat sistem saluran nafas yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………
54
Golongan dan jenis obat analgesik yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………….
56
Golongan dan jenis obat antihistamin yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………….
56
Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………
57
DRPs kasus 1 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…
59
Tabel XVIII. DRPs kasus 2 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…
60
Tabel XIV.
Tabel XV.
Tabel XVI.
Tabel XVII.
Tabel XIX.
DRPs kasus 5 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…
61
DRPs kasus 17 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…
62
DRPs kasus 24 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…
63
DRPs kasus 25 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…
64
Tabel XXIII. Jenis DRPs yang ditemukan pada kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………
65
Tabel XXIV. Kondisi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas saat pulang dari bangsal anak Rumah Sakit Bethesda………………….
67
Tabel XX.
Tabel XXI.
Tabel XXII.
xvi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Halaman Sistem saluran nafas………………………………………………. 12 Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan umur………………………………………………….
43
Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan jenis kelamin………………………………………....
44
Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan banyaknya jenis racikan yang diperoleh……………..
46
Kelas terapi obat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007…………………………………………………..
49
Lama tinggal kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dalam periode Juli 2007………………………………………………………………..
66
xvii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Hasil Wawancara Terhadap Dokter Anak, Apoteker Rawat Inap, Perawat, dan Orang Tua Pasien…………………………………... 74 Lampiran 2 Golongan dan Jenis Obat yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007………………………………….
82
Lampiran 3 Data Kasus Pediatri dengan Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007………………………………….
87
Lampiran 4 Ringkasan DRPs yang Ditemukan pada Kasus Pediatri dengan Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007 112
xviii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Pasien pediatri merupakan salah satu kelompok populasi yang rentan terhadap Adverse Drug Reaction (ADR). Penelitian di beberapa Rumah Sakit di USA menunjukkan sejumlah pasien pediatri harus dirawatinapkan karena ADR penggunaan obat meskipun persentasenya tidak sebesar kejadian pada orang tua (Mitchell, Lacouture, Sheehan, Kauffman, and Shapiro, 1988). Penelitian lain menyebutkan adverse effect akibat penggunaan obat pada anak di bawah 2 tahun menimbulkan kematian yang signifikan (Moore, Weiss, Kaplan, and Blaidel, 2002). Adanya
variasi
dalam
absorpsi
pada
pengobatan
dari
saluran
gastrointestinal, lokasi injeksi intramuskular, dan kulit sangat penting pada pasien pediatri, terutama bagi bayi yang baru lahir dan bayi prematur. Perkembangan fungsi organ, distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat berbeda tidak hanya antara pasien pediatri dengan pasien dewasa, tetapi juga antar kelompok umur pada pasein pediatri (Nahata and Taketomo, 2005). Penggunaan obat yang paling banyak adalah untuk pasien pediatri, namun hanya seperempat obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) yang memiliki indikasi spesifik untuk digunakan pada pasien pediatri. Data farmakokinetik, farmakodinamik, efikasi, dan keamanan obat pada bayi dan anakanak sangatlah jarang dilaporkan (Nahata and Taketomo, 2005).
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
Hasil pertemuan World Health Organization (WHO) yang ke-60 pada bulan April 2007 mengatakan bahwa terdapat kekurangan dalam pengobatan untuk anakanak yaitu karena tidak adanya bentuk sediaan yang cocok untuk anak-anak. Anak di bawah umur 3 tahun lebih cocok menggunakan bentuk sediaan sirup atau tablet kunyah karena lebih mudah untuk ditelan. Dilaporkan juga bahwa anak kecil kadang kala mengalami penyumbatan pada saluran nafas sehingga menimbulkan sesak nafas pada saat menelan tablet yang besar. Awal tahun ini ditemukan 4 anak yang berumur di bawah 36 bulan meninggal akibat tersumbat tablet albendazol (Anonim, 2007b). Banyak obat dibutuhkan oleh pasien pediatri tetapi tidak tersedia dalam bentuk sediaan yang sesuai. Oleh karena itu, bentuk sediaan yang ditujukan untuk pasien dewasa dimodifikasi untuk pasien bayi dan anak-anak, sehingga membutuhkan jaminan potensi dan keamanan dari penggunaan obat tersebut (Nahata and Taketomo, 2005). Proses peracikan dan interaksi obat dalam racikan dapat mengakibatkan perubahan sifat obat. Sebagai akibat pencampuran obat dalam peracikan, beberapa hal yang dapat berubah adalah khasiat dan keamanan obat, misalnya timbulnya sifat toksik obat, berkurangnya dosis zat aktif, dan sebagainya. Hasil penelitian terhadap semua kasus kematian yang ditemukan dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, diperoleh gambaran proporsi penyebab utama kematian bayi yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebanyak 36%, dalam SKRT tahun 1995 sebab utama kematian bayi adalah karena penyakit sistem pernafasan sebanyak 29,5%. Sedangkan dalam Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, penyakit sistem pernafasan menjadi penyebab kedua kematian bayi di Indonesia yaitu sebanyak 27,6%.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
Tahap orientasi dan analisis situasi dilakukan di Rumah Sakit Bethesda selama 1 minggu. Dari tahap orientasi ini dapat diketahui kapasitas tempat tidur yang tersedia di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda berjumlah 42 buah. Rata-rata jumlah pasien yang dirawat di bangsal anak tersebut tiap harinya sebanyak 28 pasien. Pasien paling banyak mengalami gangguan sistem saluran cerna dan urutan kedua terbanyak mengalami gangguan sistem saluran nafas. Rata-rata jumlah pasien yang mendapat resep racikan dalam tiap harinya sebanyak 18 pasien, dengan resep racikan yang paling banyak digunakan adalah parasetamol dan fenobarbital. Jumlah pasien pediatri yang menerima resep racikan di bangsal anak cukup tinggi, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap peresepan pasien pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan. Karena sebagian besar pasien mengalami gangguan sistem saluran nafas, maka perlu juga dilihat dan dievaluasi apakah terapi yang diberikan pada pasien pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas telah sesuai dengan standar terapi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit tersebut maupun oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bethesda, dimana rumah sakit ini termasuk dalam rumah sakit swasta tipe utama dengan akreditasi ISO 9000 dan merupakan salah satu rumah sakit swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini mempunyai 8 apoteker yang telah menjalankan beberapa kegiatan pelayanan farmasis klinis dan yang menonjol dari rumah sakit ini adalah apoteker rumah sakit telah menjalin hubungan yang baik dengan dokter khususnya dokter di bangsal anak. Penelitian ini juga terlaksana karena adanya kerjasama antara Rumah Sakit Bethesda dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4
1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun permasalahan seperti dinyatakan di bawah ini. a.
Apakah alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan di Rumah Sakit Bethesda oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua pasien?
b.
Seperti apakah profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi umur, jenis kelamin, dan diagnosis?
c.
Seperti apakah pola peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi obat racikan dan non racikan?
d.
Seperti apakah kerasionalan terapi dan dampak terapi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, dilihat berdasarkan studi literatur?
2. Keaslian penelitian Penelitian yang terkait dengan pasien pediatri telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, antara lain: a.
Evaluasi Peresepan Obat Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Atas Non Komplikasi pada Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000 (Sutriatmoko, 2001)
b.
Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001 (Yusriana, 2002)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
c.
5
Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada Pasien Asma Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002 (Kusuma, 2004)
d.
Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006 (Nugraha, 2006) Penelitian yang dilakukan pada saat ini berbeda dalam hal objek penelitian,
tempat penelitian dan waktu penelitian. Penelitian ini ingin mengevaluasi peresepan kasus pediatri yang menerima resep racikan di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dalam bulan Juli 2007, dengan kajian kasus gangguan sistem saluran nafas. 3. Manfaat penelitian a.
Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai peresepan dan penggunaan sediaan racikan pada pasien pediatri. b.
Manfaat praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
evaluasi bagi rumah sakit dalam melaksanakan terapi pada pasien pediatri sehingga bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan efektivitas penatalaksanaan terapi pada pasien pediatri, khususnya dalam hal pemberian obat racikan di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6
A. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007. 2.
Tujuan khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
a.
Mengetahui alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan di Rumah Sakit Bethesda oleh dokter, apoteker, perawat, dan orang tua pasien.
b.
Mengetahui profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi umur, jenis kelamin, dan diagnosis.
c.
Mengetahui pola peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, meliputi obat racikan dan non racikan.
d.
Mengetahui kerasionalan terapi dan dampak terapi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, dilihat berdasarkan studi literatur.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pediatri 1. Pengertian Istilah pediatri berasal dari dua kata Yunani kuno, paidi yang berarti "anak" dan iatros yang berarti "dokter". Secara umum, pediatri diartikan sebagai spesialisasi kedokteran yang berkaitan dengan bayi dan anak. Menurut The British Paediatric Association (BPA), kelompok anak dibagi dalam beberapa kategori menurut perubahan biologis yang terjadi sebagai berikut: neonatus adalah awal kelahiran sampai usia 1 bulan (dengan subseksi tersendiri untuk bayi yang lahir saat usia kurang dari 37 minggu dalam kandungan), bayi adalah usia 1 bulan sampai 2 tahun, anak-anak adalah usia 2 tahun sampai 12 tahun, dengan subseksi bahwa anak usia di bawah 6 tahun memerlukan bentuk sediaan yang sesuai, remaja 12 sampai 18 tahun. Perubahan yang diwakili tiap rentang waktu tersebut adalah bahwa pada neonatus terjadi perubahan klimakterik yang sangat penting, bayi merupakan masa awal pertumbuhan yang sangat pesat, anak-anak adalah masa pertumbuhan secara bertahap, dan remaja merupakan akhir tahap perkembangan secara pesat hingga menjadi orang dewasa (Prest, 2003). Soetjiningsih (1995) membagi tahap tumbuh kembang anak di Indonesia dibagi menjadi: a.
Masa pranatal 1)
Masa embrio: konsepsi–8 minggu
7
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2) a.
8
Masa janin/fetus: 9 minggu-lahir
Masa bayi: usia 0-1 tahun 1) Masa neonatal: usia 0-28 hari 2) Masa paska neonatal: 29 hari-1 tahun
b.
Masa prasekolah: usia 1-6 tahun
c.
Masa sekolah: usia 6-18/20 tahun 1) Masa pra-remaja: usia 6-10 tahun 2) Masa remaja: a) Masa remaja dini (1)
Wanita, usia 8-13 tahun
(2)
Pria, usia 10-15 tahun
b) Masa remaja lanjut (1)
Wanita, usia 13-18 tahun
(2)
Pria, usia 15-20 tahun
1. Farmakokinetika obat pada pasien pediatri Terdapat perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik antara pasien pediatri dengan pasien dewasa. Keadaan fisiologis anak akan mendekati dewasa setelah anak berumur 2-3 tahun, maka keadaan ini akan berpengaruh pada daya absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. a.
Absorbsi Sejak neonatus sampai remaja dijumpai berbagai faktor yang mempengaruhi
daya absorbsi obat. Faktor-faktor yang berpengaruh pada daya absorbsi obat adalah pH lambung, daya pengosongan lambung, perfusi gastrointestinal dan luas
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9
permukaan saluran gastrointestinal. Setelah umur 3 tahun, ekskresi asam lambung per kilogram berat badan sama dengan ekskresi pada dewasa. Sedangkan daya pengosongan lambung pada neonatus lebih rendah dari dewasa (Hadinegoro, 2002). b.
Distribusi Segera setelah obat diabsorbsi akan disebarkan ke beberapa bagian tubuh,
obat tersebut akan diikat oleh protein plasma atau akan tetap berada dalam sirkulasi sampai diekskresi oleh ginjal. Faktor-faktor yang berpengaruh pada distribusi obat dalam tubuh adalah maturitas daya ikat protein plasma, jumlah cairan tubuh, jumlah lemak tubuh dan daya ikat jaringan. Jumlah dan komposisi protein plasma berubah sesuai dengan perubahan umur. Kadar albumin baik pada neonatus maupun dewasa sama tinggi, walaupun demikian pada neonatus terdapat perbedaan afinitas berbagai obat terhadap albumin. Jumlah cairan tubuh terhadap berat badan bayi kecil lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa, berturut-turut 80-90% dan 55-60%, sedangkan jumlah lemak terhadap berat badan pada anak rendah sekitar 10-15% (Hadinegoro, 2002). Hal ini menurunkan distribusi obat yang larut dalam lemak menuju jaringan dan organ tubuh, sehingga menyebabkan tingginya kadar obat dalam darah. Untuk obat yang larut air, distribusi meningkat sehingga kadar obat dalam darah lebih rendah (Levine and McLaughlin, 2001). c.
Metabolisme dan Ekskresi Kapasitas metabolisme obat dan ekskresi obat selama tahun pertama
kehidupan terlalu rendah. Sebagai akibatnya, eliminasi obat terjadi secara lambat dan durasi aksi obat menjadi lebih lama. Penurunan metabolisme dan ekskresi obat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
10
sangat jelas terlihat pada neonatus dan bayi. Setelah tahun pertama, metabolisme dan ekskresi obat secara perlahan menjadi sama seperti orang dewasa (Levine and McLaughlin, 2001). Kemampuan metabolisme dan ekskresi obat pada anak besar lebih sempurna, tercermin dari fungsi ginjal dan klirens ginjal pada anak besar dan dewasa hampir sama. Ginjal dan hati merupakan dua organ pembersih dalam tubuh, yang akan mengekskresi hasil metabolit obat setelah obat menjadi non-polar dan mengalami konjugasi (Hadinegoro, 2002). 2. Peresepan kelompok anak Kelompok anak mempunyai risiko yang cukup tinggi terhadap kejadian medication error. Beberapa faktor berkontribusi terhadap hal tersebut termasuk penentuan regimen dosis obat yang terkait dengan berat badan pasien anak, ketersediaan obat-obatan dalam bentuk sirup atau yang sesuai untuk anak, hambatan komunikasi dengan pasien anak, kegagalan pemberian obat sesuai dengan aturan pakainya, fungsi fisiologi yang belum optimal terkait dengan ADR yang kemungkinan muncul dalam proses farmakokinetikanya seperti fungsi ginjal dan fungsi hepar (Kausal, Jaggi, Walsh, Fortescue, and Bates, 2004). Selain faktor farmakokinetika, beberapa masalah penggunaan obat pada anak adalah dosis, pemilihan preparat atau bentuk sediaan, rute pemberian dan kepatuhan anak minum obat (Hughes, 1998). Dosis pada anak tidak dapat diekstrapolasikan dari dosis dewasa karena anak bukan orang dewasa yang berukuran kecil. Dosis anak harus ditetapkan dengan seksama merujuk pada panduan dosis anak atau dihitung menggunakan rumus.
11
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Perhitungan dosis pada pediatri dapat didasarkan pada umur, luas permukaan tubuh (LPT), dan berat badan. Beberapa rumus yang digunakan dalam perhitungan dosis untuk pediatri dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Rumus yang digunakan dalam perhitungan dosis untuk pediatri (Levine and McLaughlin, 2001) Variabel Pembanding Rumus Keterangan Umur Young: n = umur (tahun)
Danak Umur
n Ddewasa n 12
Fried:
m = umur (bulan)
Danak Berat Badan
m Ddewasa 150
Clark:
W = berat badan (kg)
W Ddewasa 70 LPT Ddewasa 1,7
Danak Luas Permukaan Tubuh
Danak
2
LPT =Luas Permukaan Tubuh (m )
Pemilihan bentuk sediaan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu rute pemberian yang diinginkan, usia anak, ketersediaan bentuk sediaan, pengobatan lain yang sedang dijalani dan kondisi penyakit. Rute pemberian secara oral cukup mudah dilakukan dengan bentuk sediaan cair untuk anak yang kurang dari 6 tahun. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan tablet. Pemberian tablet dengan menggerus harus dipertimbangkan apakah akan merusak tujuan formulasi bentuk sediaannya, misalnya, sustained release atau tablet salut tidak tepat apabila digerus untuk dibuat puyer atau racikan (Prest, 2003).
B. Sistem Saluran Nafas Fungsi utama sistem saluran nafas adalah menyediakan oksigen bagi tubuh untuk metabolisme energi dan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pertukaran gas
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
1.
13
Sistem saluran nafas atas Sistem saluran nafas atas terdiri dari hidung, faring, laring, dan trakea.
Udara masuk melalui hidung, dimana hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan, serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru. Faring atau batang tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif. Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago
yang
menghubungkan faring dan trakea,
dan berfungsi untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi dan melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing. Sedangkan trakea disebut juga batang tenggorok, ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus (Iwan, 2007). 2.
Sistem saluran nafas bawah Sistem saluran nafas bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus, bronkiolus
terminalis, bronkiolus respiratori, duktus alveolar dan sakus alveolar, alveoli, paru, dan pleura. Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri yang disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 lobus). Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lender dan silia). Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkus respiratori yang dianggap sebagai saluran transisional antara jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
14
kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli yang merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2 (Iwan, 2007)
A. Gangguan Sistem Saluran Nafas Gangguan pada saluran nafas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa proses inflamasi atau alergi maupun infeksi. Infeksi saluran nafas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran nafas atas dan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsillitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran nafas bawah meliputi infeksi pada bronkus, alveoli seperti bronkitis, bronkiolitis, pneumonia (Anonim, 2005). 1.
Asma Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi
berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau keluarganya. Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut (Setiawati, 2006). Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi asma episodik jarang, asma episodik sering dan asma persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi serangan asma ringan, sedang dan berat (Setiawati, 2006).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
a.
15
Patofisiologi Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus,
udema mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil, makrofag) dan deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator inflamasi seperti histamin, lekotrien C4, D4 dan E4, Platelet Activating Factor (PAF) yang mengakibatkan adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus yang kental dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata di seluruh paru. Hiperinflasi paru menyebabkan penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks (Setiawati, 2006). b.
Terapi
1) Tujuan terapi a) Mencegah dan mengurangi gejala-gejala asma yang muncul b) Mencegah dan mengurangi terjadinya bronkospasme c) Menghambat atau mengurangi peradangan (inflamasi) saluran pernafasan d) Memulihkan obstruksi saluran nafas e) Mengurangi frekuensi terjadinya asma dan mencegah keparahan asma 2) Sasaran terapi a) Gejala-gejala asma b) Bronkospasme atau kejang bronki c) Peradangan (inflamasi) saluran pernafasan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
16
d) Obstruksi saluran nafas e) Frekuensi dan keparahan asma 3) Strategi terapi a) Non-farmakologis (1) Menghindari alergen dan polutan yang merupakan penyebab asma, seperti debu, asap rokok, udara dingin, serta perlu menghindari stress (Scruggs, 2004). (2) Mengontrol lingkungan sekitar, seperti membersihkan karpet dan sprei setiap minggunya dan menggunakan penyaring khusus (Scruggs, 2004). b) Farmakologis Serangan asma ringan diberikan obat pereda (reliever) berupa β agonis secara inhalasi/oral, atau adrenalin 1/1000 subkutan 0,01 ml/kgBB/kali dengan dosis maksimal 0,3 ml/kali. Serangan sedang diberikan obat seperti di atas ditambah dengan pemberian oksigen, cairan intravena, kortikosteroid oral, dan dirawat di ODC (one day care = ruang rawat sehari). Pada serangan berat, selain obat di atas, diberikan aminofilin secara inisial dan rumatan. Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena. Steroid oral dosis 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 3 diberikan selama 3-5 hari. Steroid yang dianjurkan adalah prednison dan prednisolon (Supriyatno dkk, 2004). 2.
Faringitis Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke
jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
17
rhinitis, dan laringitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 tahun di daerah dengan iklim panas (Anonim, 2005). a.
Etiologi Agen terpenting yang menyebabkan faringitis adalah virus dan group A β-
hemolytic Streptococcus (GABHS). Organisme lain yang terkadang menyertai faringitis meliputi group C Streptococcus, Arcanobacterium haemolyticum, Francisella tularensis, Mycoplasma pneumoniae, Neisseria gonorrhoeae, dan Corynebacterium diphtheriae. Bakteri lain seperti Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae dapat diisolasi dari tenggorokan anak yang mengalami faringitis, tetapi peranan bakteri tersebut belum dapat dibuktikan (Hayden, 2004). b.
Patogenesis Kolonisasi faring oleh GABHS dapat menghasilkan infeksi akut atau
asiptomatik. Protein M merupakan faktor utama yang sangat berbahaya dari GABHS dan memudahkan perlawanan untuk fagositosis oleh neutrofil polimorfonuklear. Imunitas spesifik berkembang selama infeksi dan menyediakan imunitas yang bersifat protektif terhadap infeksi selanjutnya dengan serotip M (Hayden, 2004). b.
Terapi
1) Tujuan terapi a) Memperbaiki atau meniadakan simptom b) Membatasi penyebaran infeksi c) Mencegah komplikasi 2) Sasaran terapi a) Simptom yang muncul
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
18
b) Kemungkinan penyebaran infeksi c) Komplikasi 3) Strategi terapi a) Non-farmakologis (1) Istirahat yang cukup. (2) Banyak minum air putih, setidaknya 8 gelas per hari. Lebih banyak minum apabila demam tinggi. (3) Berkumur menggunakan larutan salin hangat secara simptomatis mengurangi nyeri tenggorokan pada anak. Untuk anak yang lebih kecil, inhalasi uap dapat menghasilkan pengaruh yang serupa. (Griffith, 1989) b) Farmakologis Faringitis biasanya disebabkan virus, oleh karena itu tidak ada terapi spesifiknya. Terapi simptomatik seperti penggunaan antipiretik atau analgesik oral (asetaminofen atau ibuprofen) dapat mengurangi demam dan nyeri tenggorokan. Semprotan anestesi dan tablet hisap (mengandung benzokain, fenol, atau mentol) dapat mengurangi rasa sakit lokal (Hayden, 2004). Penggunaan antibiotik harus berpedoman pada hasil uji deteksi antigen atau biakan, kecuali jika ada dasar klinis dan epidemiologi yang kuat untuk mencurigai infeksi streptokokus (Arnold, 1996). Penisilin merupakan drug of choice untuk faringitis streptokokus. Antibiotik ini memiliki efikasi dan keamanan, aktivitas spektrum sempit dan harga lebih murah. Kesembuhan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
19
biasanya terjadi pada pemberian 250 mg penisilin V, 2-4 kali sehari. Sekitar 10% pasien alergi terhadap penisilin (Scruggs, 2004). Antibiotika pilihan lain: (1) Amoksisilin (a) Pada anak-anak, amoksisilin diberikan 1 kali sehari selama 10 hari, sama dengan penisilin V. Absorpsi amoksisilin tidak berpengaruh dengan adanya proses pecernaan makanan. (b) Amoksisilin lebih murah dan memiliki aktivitas antimikroba yang lebih sempit. Meskipun demikian, efek samping pada saluran pencernaan dan skin rash lebih biasa terjadi pada penggunaan amoksisilin. (2) Makrolid (a) Eritromisin direkomendasikan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Eritromisin diabsorpsi lebih baik jika diberikan bersama dengan makanan. Sekitar 15-20% pasien tidak dapat menahan efek samping eritromisin pada saluran pencernaan. (b) Azitromisin merupakan antibiotik pemberian satu kali sehari dan pengobatan pendek selama 5 hari. Azitromisin berhubungan dengan timbulnya efek samping yang kecil pada saluran pencernaan. (3) Sefalosporin (a) Pemberian sefalosporin selama 10 hari lebih baik daripada penisilin. Keseluruhan kesembuhan bakteriologik oleh sefalosporin sebanyak 92%, dibandingkan dengan penisilin sebanyak 84%.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
20
(b) Sefalosporin memiliki aktivitas yang lebih luas dibandingkan dengan penisilin V. Berbeda dengan penisilin, sefalosporin tahan terhadap degradasi dari beta laktamase. (c) Sefalosporin disediakan untuk pasien dengan faringitis streptokokus yang mengalami kekambuhan atau pengulangan. (4) Amoksisilin klavulanat Amoksisilin klavulanat tahan terhadap degradasi beta laktamase. Amoksisilin
klavulanat
sering
digunakan
untuk
mengobati
faringitis
streptokokus yang mengalami pengulangan. Efek samping utama obat ini adalah diare (Scruggs, 2004). 3.
Bronkitis akut Bronkitis merupakan kondisi inflamasi pada bagian dari trakeobronkial.
Proses inflamasi ini tidak meluas hingga alveoli. Bronkitis diklasifikasikan menjadi akut dan kronik. Bronkitis akut terjadi pada semua usia dan ditandai dengan batuk, demam, dan seringkali mengi. Keadaan ini merupakan tampilan umum dari influenza dan batuk rejan. Bronkitis kronik tidak terjadi pada anak-anak (Meadow, 2005). a.
Patogenesis Bronkitis akut terutama merupakan penyakit self-limiting dan jarang
menyebabkan kematian. Infeksi trakea dan bronki menyebabkan hiperemi dan edema membran mukosa dengan peningkatan sekresi bronkial. Perusakan epitel respiratori dapat terjadi dari ringan sampai berat dan mempengaruhi fungsi mukosiliar bronkial. Peningkatan sekresi bronkial dapat menjadi kental dan lengket, kemudian dapat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
21
merusak aktivitas mukosiliar. Bronkitis akut kemungkinan dapat meyebabkan kerusakan permanen pada saluran nafas (Glover, 2005). b.
Terapi
1) Tujuan terapi a) Mencegah dan mengurangi gejala-gejala yang muncul b) Mengurangi dehidrasi dan gangguan saluran pernafasan 2) Sasaran terapi a) Gejala-gejala bronkitis b) Dehidrasi dan gangguan saluran pernafasan 3) Strategi terapi a) Non-farmakologis (1) Istirahat yang cukup. (2) Pasien sebaiknya banyak minum untuk mencegah dehidrasi dan untuk menurunkan viskositas sekret pada saluran pernafasan (Glover, 2005). (3) Pemberian uap atau meningkatkan kelembaban udara dalam kamar anak (Griffith, 1989). b) Farmakologis Tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak masalah, tanpa pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru dipermudah dengan cara sering melakukan pergeseran posisi. Batuk iritatif dan paroksismal dapat menyebabkan distres berat dan mengganggu tidur. Walaupun
penekanan
batuk
dapat
menambah
kemungkinan
supurasi,
penggunaan penekan batuk yang bijaksana (termasuk kodein) mungkin memadai
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
22
untuk pengurangan gejala. Antihistamin, yang mengeringkan sekresi tidak boleh digunakan, dan ekspektoran tidak menolong. Antibiotik tidak memperpendek lamanya penyakit virus atau menurunkan insidens komplikasi bakteri; walaupun pada kenyataannya penderita dengan episode berulang kadang-kadang dapat membaik dengan pengobatan demikian, hal ini memberi kesan bahwa ada beberapa infeksi bakteri sekunder (Stern, 1996). 4.
Bronkiolitis Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran
nafas kecil (bronkiolus) yang terjadi pada anak kurang dari 2 tahun dengan insidensi tertinggi pada usia sekitar 2-6 bulan dengan penyebab tersering Respiratory Sincytial Virus (RSV), diikuti dengan parainfluenza dan adenovirus. Penyakit ditandai oleh sindrom klinik yaitu, napas cepat, retraksi dada dan wheezing (Setiawati, 2006). a.
Patofisiologi Mikroorganisme masuk melalui droplet akan mengadakan kolonisasi dan
replikasi di mukosa bronkioli terutama pada terminal bronkiolus sehingga akan terjadi nekrosis sel-sel bersilia pada bronkioli. Respon imun tubuh yang terjadi ditandai dengan proliferasi limfosit, sel plasma dan makrofag. Akibat dari proses tersebut akan terjadi edema sub mukosa, kongesti serta penumpukan debris dan mukus sehingga terjadi penyempitan lumen bronkioli. Penyempitan ini mempunyai distribusi tersebar dengan derajat yang bervariasi (total/sebagian). Gambaran yang terjadi adalah atelektasis yang tersebar dan distensi yang berlebihan (hyperaerated) sehingga dapat terjadi gangguan pertukaran gas serius, gangguan ventilasi/perfusi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23
dengan akibat akan terjadi hipoksemia (Pa O2 turun) dan hiperkapnea (Pa CO2 meningkat). Kondisi yang berat dapat terjadi gagal nafas (Setiawati, 2006). b.
Terapi
1) Tujuan terapi a) Membunuh mikroorganisme penyebab bronkiolitis b) Mengurangi gejala bronkiolitis yang muncul c) Meningkatkan sistem imun tubuh 2) Sasaran terapi a) Mikroorganisme penyebab bronkiolitis b) Gejala bronkiolitis c) Sistem imun tubuh 3) Strategi terapi a) Non-farmakologis (1) Istirahat yang cukup. (2) Menjaga ketahanan tubuh terutama pada musim dingin. (3) Menghindari sumber iritasi seperti debu, polusi udara, dan asap rokok. (4) Menjaga kelembaban udara pada kamar anak. (5) Banyak minum air putih. Hindari minum susu karena dapat meningkatkan kekentalan sekresi mukus (Griffith, 1989). b) Farmakologis Anak dengan bronkiolitis ringan bisa dirawat di rumah, untuk bayi perlu dilakukan observasi yang baik dan pemberian cairan yang cukup.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
24
Pengobatan terdiri: (1) Antibiotik tidak perlu diberikan. Namun bila diperkirakan perlu misalnya pada keadaan berat dan ada kemungkinan infeksi sekunder bakteri, antibiotik yang sesuai dapat diberikan. (2) Peran bronkodilator masih kontroversial, maksud pemberian untuk memperbaiki pertukaran gas. Bila perlu ipratropium bromida, obat simpatomimetik, atau teofilin; yang terbukti memberikan manfaat pada beberapa penderita dapat dicoba untuk diberikan. (3) Pemberian kortikosteroid juga belum dapat dibuktikan bermanfaat. (4) Pemberian antivirus seperti ribavirin dapat dipertanggungjawabkan, terutama
untuk
bayi
risiko
tinggi
yaitu
dengan
sistik
fibrosis,
bronchopulmonari diplasia, imunodefisiensi, dan penyakit jantung bawaan. Obat ini terbukti efektif untuk pasien dengan ventilator. (5) Imunoterapi masih dalam penelitian, terutama immunoglobulin untuk infeksi SRV (Supriyatno dkk, 2004). 5.
Pneumonia Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan
oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch). a.
Patofisiologi Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi partikel di
hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25
refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia: aspirasi, gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik, benda asing atau disfungsi silier. Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan gagal nafas (Setiawati, 2006). b.
Terapi
1) Tujuan terapi a) Membunuh mikroorganisme penyebab pneumonia b) Mengurangi gejala pneumonia yang muncul c) Meningkatkan sistem imun tubuh 2) Sasaran terapi a) Mikroorganisme penyebab pneumonia b) Gejala pneumonia c) Sistem imun tubuh
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
26
3) Strategi terapi a) Non-farmakologis (1) Istirahat yang cukup. (2) Banyak minum air putih, minimal 1 gelas air setiap jam. Cairan yang cukup akan membantu mengencerkan sekret sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. (3) Meningkatkan kelembaban udara di sekitar anak. (Griffith, 1989) b) Farmakologis Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering, yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza. Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Usia lebih dari 3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin (Supriyatno dkk, 2004). Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab pneumonia adalah Staphylococcus aureus, kloksasilin dapat diberikan. Bila alergi terhadap penisilin, diberikan sefazolin, klindamisin, atau vankomisin. Lama pengobatan untuk stafilokok adalah 3-4 minggu (Supriyatno dkk, 2004).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
27
B. Drug Related Problems (DRPs) Drug Related Problems (DRPs) atau Drug Therapy Problems adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dialami pasien berkaitan dengan terapi obat yang diperolehnya, dan bertentangan dengan tujuan terapi yang ingin dicapai. Ada tujuh kategori dan penyebab terjadinya DRPs, yaitu butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy), obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), salah obat (wrong drug), dosis terlalu rendah (dose too low), efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat, dosis terlalu tinggi (dose too high), ketaatan pasien (compliance)/gagal menerima obat (Cipolle, 2004). Sebagai pengemban tugas pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care), farmasis memiliki tanggung jawab dalam mengidentifikasi, menyelesaikan, dan mencegah terjadinya DRPs. Untuk lebih memahami DRPs, pada tabel II disajikan DRP dan penyebabnya. Interaksi antar obat dapat terjadi pada pemberian obat kombinasi dan menghasilkan respon farmakologis atau klinik yang berbeda dari respon farmakologis masing-masing obat tersebut apabila diberikan secara tunggal. Hasil klinis dari interaksi antar obat dapat berefek antagonisme, sinergisme, atau idiosinkrasi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
28
Tabel II. Penyebab-penyebab drug related problems (DRPs) (Strand, Morley, and Cipolle, 1998)
No
Jenis DRP
1
Butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy)
2
Obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)
3
Salah obat (wrong drug)
4
Dosis terlalu rendah (dose too low)
5
Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat
6
Dosis terlalu tinggi (dose too high)
7
Ketaatan pasien (compliance)/gagal menerima obat
Contoh Penyebab DRP Timbulnya kondisi medis baru memerlukan tambahan obat baru Kondisi kronis memerlukan terapi lanjutan terus-menerus Kondisi yang memerlukan terapi kombinasi Pasien potensial timbul kondisi medis baru yang perlu dicegah atau terapi profilaksis Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu Terapi dengan dosis toksik Penyalah-gunaan obat, merokok, dan alkohol Terapi sebaiknya non-farmakologi Polifarmasi yang sebaiknya terapi tunggal Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman Obat yang digunakan bukan yang efektif atau bukan yang paling efektif Pasien alergi atau kontraindikasi Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman Obat sudah resisten terhadap infeksi Kondisi sukar sembuh dengan obat yang sudah pernah diperoleh perlu mengganti obat Kombinasi obat yang salah Dosis terlalu rendah Waktu pemberian yang tidak tepat, misalnya profilaksis antibiotika untuk operasi Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien Obat diberikan terlalu cepat Risiko yang sudah teridentifikasi karena obat tertentu Pasien alergi atau reaksi indiosinkrasi Bioavalibilitas atau efek obat diubah oleh obat lain atau makanan Interaksi obat karena induksi atau inhibisi enzim, penggeseran dari tempat ikatan, atau dengan hasil laboratorium Dosis terlalu besar, kadar obat dalam plasma melebihi rentang terapi yang diharapkan Dosis dinaikkan terlalu cepat Obat akumulasi karena terapi jangka panjang Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien Dosis dan interval pemberian misalnya analgesik bila perlu diberikan terus Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error Pasien tidak menuruti aturan yang ditetapkan secara sengaja maupun karena tidak mengerti maksudnya Pasien tidak sanggup menebus obat karena biaya
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29
Dalam mengevaluasi interaksi obat, perlu diperhatikan adalah signifikansi interaksi. Signifikansi berhubungan dengan jenis dan besarnya efek yang menentukan kebutuhan monitoring pasien dan perlu tidaknya pengubahan terapi untuk mencegah efek yang merugikan. Menurut Tatro (2001), signifikansi klinik meliputi kelas signifikansi, onset dari efek interaksi, dan tingkat keparahan interaksi. 1. Kelas Signifikansi 2
: Interaksi yang berbahaya dan telah terbukti
5
: Kemungkinan terjadi interaksi namun belum ada bukti yang jelas Tabel III. Keterangan kelas signifikansi interaksi
Kelas Signifikansi 1 2 3 4 5
2.
Tingkat Keparahan Berat Sedang Ringan Berat/sedang Ringan Tidak terjadi
Bukti Sudah ada bukti Sudah ada bukti Sudah ada bukti Mungkin terjadi Mungkin terjadi Belum ada bukti
Onset
Cepat : Efek terjadi dalam 24 jam setelah pemberian obat yang saling berinteraksi. Tertunda : Efek obat tidak terjadi hingga obat yang saling berinteraksi tersebut diberikan selama beberapa hari atau minggu. 3.
Tingkat keparahan
Berat
: Efek yang terjadi dapat mengancam jiwa atau dapat menyebabkan kerusakan permanen.
Sedang : Efek yang terjadi dapat menyebabkan kondisi klinis pasien menurun. Ringan : Efek yang terjadi biasanya ringan dan dapat mengganggu, tetapi tidak signifikan mempengaruhi outcome terapi. Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
30
C. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 serta memberikan informasi tentang kerasionalan terapi pada kasus pediatri yang menerima resep racikan dengan gangguan sistem saluran nafas.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subyek uji. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan yang terjadi kemudian mengevaluasi data dari rekam medis yang diperoleh berdasarkan studi literatur (Pratiknya, 1986). Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan mengikuti perkembangan kasus berdasarkan data lembar catatan rekam medik kasus.
B. Definisi Operasional 1.
Kasus adalah kasus pada pasien pediatri yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan menerima resep racikan dalam periode Juli 2007.
2.
Pediatri adalah pasien anak yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan menerima resep racikan dalam periode Juli 2007.
3.
Juli 2007 adalah periode pengambilan data di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda, yaitu tanggal 4 Juli 2007-4 Agustus 2007.
4.
Alasan/latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan adalah hasil wawancara terhadap 4 dokter anak, 1 apoteker rawat inap, 5 perawat di bangsal
31
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
32
anak, dan 13 orang tua pasien tentang alasan pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan pada pasien pediatri yang diberikan oleh dokter anak, apoteker, perawat, dan orang tua pasien. 5.
Karakteristik kasus meliputi jumlah kasus, distribusi umur, jenis kelamin, dan diagnosis.
6.
Lembar rekam medik adalah lembar catatan dokter dan perawat yang berisi data klinis pasien pediatri yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dalam periode 4 Juli-4 Agustus 2007.
7.
Peresepan dalam pembahasan penelitian ini bila tidak disebutkan lebih rinci berarti meliputi resep racikan dan resep non racikan.
8.
Obat racikan adalah obat dengan komposisi campuran (lebih dari satu jenis obat) yang disiapkan/diproduksi/diracik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda.
9.
Pola peresepan obat adalah gambaran penggunaan obat meliputi jenis racikan, kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat yang digunakan pada pasien pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan.
10. Jenis obat adalah nama generik masing-masing komposisi dalam obat racikan dan nama generik obat non racikan, serta nama paten obat kombinasi. 11. Evaluasi kerasionalan terapi adalah melihat ulang dan menyimpulkan mengenai kesesuaian antara terapi yang diberikan pada pasien pediatri dengan diagnosis utama maupun sekunder gangguan saluran pernafasan, dibandingkan dengan standar terapi, dan kemungkinan adanya Drug Related Problems (DRPs). 12. Drug Related Problems yang diamati pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda meliputi: butuh terapi obat tambahan (need for additional drug
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
33
therapy), obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), salah obat (wrong drug), dosis terlalu rendah (dose too low), efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat, serta dosis terlalu tinggi (dose too high). Ketaatan pasien (compliance) tidak dapat diamati. 13. Standar terapi adalah Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda dan Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 14. Interaksi obat ialah reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia (obat lain) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat, yang digunakan bersamaan dalam pengobatan pada pasien pediatri baik dalam bentuk racikan maupun non-racikan. 15. Adverse drug reactions (efek samping obat) yang timbul akibat terapi obat selama pasien dirawat di rumah sakit. 16. Dampak terapi (outcome) dalam penelitian ini dievaluasi berdasarkan Length of Stay (LOS) pasien dan kondisi pasien dengan gangguan sistem saluran nafas saat keluar dari rumah sakit (sembuh, perbaikan, atau tambah parah).
B. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang digunakan adalah pasien pediatri yang dirawat inap di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan menerima resep racikan dalam periode 4 Juli-4 Agustus 2007. Kriteria inklusi subyek adalah pasien yang menerima 1 atau lebih resep racikan selama dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda pada periode tersebut.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34
Sebanyak 99 kasus dari 169 kasus pediatri yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda menerima resep racikan, dan digunakan sebagai subyek penelitian pada permasalahan alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan, profil kasus, dan pola peresepan kasus pediatri. Kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas yang menerima resep racikan dalam periode 4 Juli–4 Agustus 2007 terdapat sebanyak 25 kasus yang kemudian digunakan sebagai subyek penelitian pada permasalahan kerasionalan dan dampak terapi.
C. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan rekam medik kasus pediatri yang dirawat inap di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dan menerima resep racikan, serta hasil wawancara dengan dokter anak, apoteker rawat inap, perawat, dan orang tua pasien.
D. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda, yang terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 70, Yogyakarta.
E. Tata Cara Penelitian Ada tiga tahapan yang dijalani dalam penelitian ini, yaitu tahap orientasi, tahap pengambilan data, dan tahap penyelesaian data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5.
35
Tahap orientasi Pada tahap ini penelitian dimulai dengan mencari informasi mengenai
penggunaan sediaan racikan pada kasus pediatri di bangsal anak dan mencari teknik pengambilan data yang sesuai di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Tahap ini dilakukan selama 1 minggu. 6.
Tahap pengambilan data
a.
Pengumpulan data Pada proses ini, subyek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria inklusi
secara prospektif selama periode 4 Juli-4 Agustus 2007. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti perkembangan kasus melalui catatan rekam medis kasus. Data yang dikumpulkan meliputi identitas, lama tinggal di rumah sakit, riwayat penyakit, riwayat keluarga, dan riwayat pengobatan, data medis berupa diagnosis dan terapi, dan data laboratorium (Rovers, Currie, Hagel, McDonough, and Sobotka, 2003 dan Tietze, 2004). b.
Wawancara Pada proses ini dilakukan wawancara terhadap dokter, apoteker rawat inap,
perawat, dan orang tua pasien. Data ini merupakan data penunjang untuk mendeskripsikan tindakan medik yang dilakukan di bangsal. 7.
Tahap penyelesaian data
a.
Pengolahan data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk gambar dan tabel dengan
beberapa keterangan, yaitu tabel tentang golongan obat, dosis serta tanggal pemberian obat, data laboratorium, tanda vital, serta jenis obat yang diberikan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
36
kepada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Data tersebut dicatat setiap hari selama 1 bulan. Data untuk analisis Drug Related Problems disajikan sama seperti yang telah dikemukakan di atas. b.
Evaluasi data Data yang diperoleh tersebut kemudian dievaluasi kerasionalannya
berdasarkan Drug Related Problems (DRPs) yang ditemukan berdasarkan pembanding standar yang bersumber dari Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda, Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nelson Textbook of Pediatrics (Behrman, Kliegman, and Jenson, 2004), Drug Information Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, and Lance, 2006), Drug Interaction Facts (Tatro, 2001), dan untuk penggolongan obat digunakan British National Formulary– 52 (Anonim, 2006). Data bagian kerasionalan terapi dievaluasi secara kasus per kasus.
F. Tata Cara Analisis Hasil Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan tabel atau gambar. 1.
Persentase jenis kelamin kasus dikelompokkan menjadi 2, yaitu kasus pediatri berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus pediatri yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.
2.
Persentase umur kasus dikelompokkan dalam umur <1 tahun (masa bayi), >1 tahun – 6 tahun (masa prasekolah), >6 tahun – 10 tahun (masa praremaja), >10
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
37
tahun (masa remaja), dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok umur dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus pediatri yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%. 3.
Persentase jenis penyakit dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus setiap jenis penyakit kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus pediatri yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.
4.
Persentase jenis resep racikan, kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara menghitung berapa kali jenis resep racikan, kelas terapi, golongan obat, dan jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri, dibagi jumlah keseluruhan kasus pediatri yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.
5.
Persentase dampak terapi yang terjadi dihitung dengan cara menjumlahkan berapa kali dampak terapi tersebut terjadi pada kasus pediatri dibagi jumlah keseluruhan kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas yang dirawat dan mendapatkan resep racikan kemudian dikalikan 100%.
6.
Mengevaluasi
pola
peresepan
dan
kerasionalan
terapi,
dengan
cara
mengidentifikasi DRPs yang terjadi terkait penggunaan resep racikan. 7.
Mengevaluasi dampak terapi dengan membandingkan persentase dampak terapi yang terjadi dari penggunaan resep racikan.
G. Kesulitan Penelitian Dalam proses pengambilan data pada penelitian mengenai evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
38
resep racikan dalam periode Juli 2007, peneliti mengalami beberapa kesulitan, diantaranya kurangnya pengalaman peneliti dalam membaca catatan rekam medik pasien sehingga terjadi kesulitan dalam membaca tulisan dokter maupun perawat yang terdapat pada rekam medik dan kurang mengerti lokal terminologi yang sering digunakan oleh dokter maupun perawat. Selain itu peneliti juga terkadang mengalami kesulitan dalam mencari rekam medik yang dibutuhkan karena sedang digunakan oleh perawat atau dokter. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti mencoba bertanya kepada perawat yang pada saat itu sedang berjaga di bangsal jika ada hal yang kurang dimengerti dari catatan rekam medik, serta peneliti mencari waktu yang tepat dimana rekam medik pasien sudah tidak digunakan oleh perawat. Dalam proses evaluasi data terdapat banyak keterbatasan, dimana data yang diambil dari rekam medik tidak semuanya lengkap, seperti terkadang tidak terdapat diagnosis dari dokter, maupun anamnese lain yang tidak dituliskan pada lembar catatan rekam medik. Proses evaluasi terapi pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda ini hanya berdasarkan pada catatan yang terdapat dalam rekam medik kasus yang bersangkutan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Obat racikan banyak digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda. Selama periode Juli 2007, terdapat 169 kasus pediatri yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda. Dari 169 kasus tersebut, terdapat 99 kasus yang menerima resep racikan. Hasil dan pembahasan penelitian ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama membahas alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan pada kasus pediatri. Bagian kedua membahas profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan. Bagian ketiga membahas pola peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan. Bagian keempat membahas kerasionalan terapi dan dampak terapi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan.
A. Alasan / Latar Belakang Pemilihan dan/atau Penggunaan Obat Racikan pada Pasien Pediatri yang Dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda
Alasan atau latar belakang pemilihan dan penggunaan obat racikan pada kasus pediatri yang dirawat di bangsal anak diperoleh dari data wawancara terhadap dokter anak, apoteker rawat inap, perawat di bangsal anak, dan orang tua pasien. 1. Dokter anak Dokter memiliki pertimbangan sendiri dalam memberikan obat racikan kepada pasien pediatri, yaitu dengan alasan anak-anak belum bisa menelan tablet,
39
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40
obat racikan memiliki dosis yang sesuai untuk pasien pediatri, memudahkan pemberian, dan pasien merasa lebih nyaman. Dosis ditentukan berdasarkan berat badan dan umur pasien. Dalam satu jenis racikan, obat yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dengan prinsip jumlah obat seminimal mungkin, dan maksimal satu orang pasien memperoleh 2-5 jenis racikan. Obat yang dicampur dalam satu racikan adalah obat yang memiliki regimen dosis dan aturan pakai yang sama, dan juga dipertimbangkan apakah kemungkinan terjadi interaksi antar obat yang satu dengan yang lainnya. Dokter memiliki peranan penting dalam proses pelayanan kesehatan khususnya dalam melaksanakan pengobatan melalui pemberian obat kepada pasien. Interaksi obat yang terjadi di dalam tubuh yaitu interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik sering kali lolos dari pengamatan dokter. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila terjalin komunikasi yang baik antara pihak dokter dengan farmasis sehingga interaksi obat dan kesalahan lain yang mungkin terjadi dapat diminimalkan. 1. Apoteker Apoteker rawat inap mempertimbangkan kemungkinan adanya interaksi antar obat dalam satu racikan, akan tetapi tidak semua resep dapat termonitor oleh apoteker karena kendala jumlah apoteker yang masih sedikit. Apabila ditemukan adanya interaksi atau perlunya penggantian obat dengan zat aktif sama, maka hal tersebut dikomunikasikan terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan. Selama ini apoteker belum dapat memberikan informasi secara langsung tentang penggunaan obat kepada orang tua pasien yang dirawat di bangsal anak karena adanya kendala jumlah apoteker yang masih sangat terbatas sehingga
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
41
apoteker belum dapat keliling ke bangsal. Oleh karena itu, informasi disampaikan melalui perawat yang bertugas di bangsal anak. Menganggapi tentang obat racikan, apoteker sendiri berpendapat bahwa sebaiknya resep racikan tidak ada karena dilihat dari beberapa segi. Dari segi bentuk sediaan obat racikan, reformulasi bentuk sediaan obat menyalahi aturan dalam kefarmasian, misalnya penggerusan obat enteric coated yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Dari segi ketepatan dosis, proses peracikan kemungkinan menghasilkan dosis yang kurang tepat, serta perlu diperhatikan tentang kebersihan dalam proses pembuatan. Obat racikan juga kurang menguntungkan dari segi efisiensi tenaga, waktu, dan kerasionalan terapi. Alangkah baiknya apabila industri farmasi mengeluarkan produk-produk yang khusus ditujukan untuk anak-anak baik per oral maupun parenteral, sehingga proses peracikan tidak dibutuhkan lagi. Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah apoteker yang terbatas menjadi salah satu kendala dalam praktek farmasi klinik, terutama dalam memonitor pengobatan atau terapi yang diberikan kepada pasien. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara apoteker dengan dokter menjadi faktor penting dalam usaha mengurangi kesalahan terapi yang mungkin dapat terjadi pada pasien pediatri, terutama dalam penggunaan obat racikan. 2. Perawat dan orang tua pasien Hasil wawancara yang dilakukan terhadap perawat dan orang tua pasien memberikan informasi bahwa orang tua tidak bermasalah dengan adanya obat racikan, bahkan sebagian besar terbantu dengan adanya obat racikan. Hal ini dikarenakan pasien pediatri belum dapat menerima obat dalam bentuk sediaan tablet,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
42
sehingga obat racikan yang berupa puyer atau sirup lebih menguntungkan. Rasa yang kurang enak seperti rasa pahit menyebabkan beberapa anak mengalami muntah pada saat meminum obat racikan. Apabila mereka muntah pada saat minum obat racikan, maka sebagian besar perawat dan orang tua pasien akan memberikan obat yang sama untuk menggantikan obat yang telah dimuntahkan sebelumnya. Akan tetapi ada pula yang tidak memberikan obat yang sama kembali, dengan alasan ada sebagian obat yang telah masuk. Untuk mencegah terjadinya muntah, maka pemberian obat racikan oleh perawat biasanya bersama air putih, air teh, madu, gula, atau sirup. Pemberian obat racikan oleh perawat atau orang tua pasien sebaiknya disertai dengan informasi dari dokter ataupun apoteker tentang penggunaan obat tersebut, terutama informasi apabila anak muntah saat minum obat racikan, apakah obat yang telah dimuntahkan perlu untuk diulang kembali pemberiannya atau tidak. Hal ini akan mempengaruhi kadar obat dalam tubuh pasien dan kemudian akan mempengaruhi efek yang ditimbulkan. A. Profil Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007
1. Persentase kasus berdasarkan umur Selama periode Juli 2007, terdapat 99 kasus pediatri yang mendapatkan resep racikan. Rata-rata umur yang menerima resep racikan adalah 2,9±2,9 (x±SD) atau rentang antara 0 tahun-5,8 tahun. Dari 99 kasus tersebut, jumlah kasus pediatri yang mendapat resep racikan paling banyak adalah kelompok umur >1 tahun-6 tahun, yaitu sebanyak 62 kasus atau 62,6%. Hal ini sesuai literatur yang mengatakan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
43
bahwa anak di bawah umur 6 tahun susah untuk menelan tablet. Oleh karena itu, kelompok umur ini masih wajar mendapatkan obat racikan dalam bentuk puyer. Kasus dengan rentang umur >6 tahun-10 tahun dan >10 tahun yang menerima resep racikan sebesar 8,1% dan 5,1%. Pasien pediatri dalam rentang umur ini sudah mulai dapat menelan tablet sehingga seharusnya penggunaan obat racikan pada kelompok umur ini mulai dikurangi.
8,1%
5,1%
24,2%
<1th
>1th - 6th
62,6%
>6th - 10th
>10th
Gambar 2. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan umur
1. Persentase kasus berdasarkan jenis kelamin Dalam penelitian tentang evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli diperoleh bahwa kelompok yang lebih banyak terkena penyakit dan menerima resep racikan adalah dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 59 orang atau 59,6%. Pada penelitian ini, penggunaan obat racikan tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin pasien pediatri. Persentase kasus berdasarkan jenis kelamin ini digunakan untuk menggambarkan pola penyakit dan kondisi kasus pediatri.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
44
40,4% Laki-laki
59,6% Perempuan
Gambar 3. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan jenis kelamin
2. Persentase kasus berdasarkan diagnosis Diagnosis yang diberikan oleh dokter pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda didominasi oleh gangguan saluran pencernaan dan gangguan saluran pernafasan. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Diagnosis terbanyak dalam periode penelitian ini adalah gangguan sistem saluran cerna, yaitu 30,3%. Diagnosis kedua terbanyak adalah gangguan sistem saluran nafas, yaitu 15,2%. Satu kasus kemungkinan memiliki diagnosis lebih dari satu macam. Macam diagnosis dapat dilihat dalam tabel IV.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
45
Tabel IV. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan diagnosis No. Diagnosis Utama Jumlah Kasus Persentase (%) Dengan satu diagnosis Gangguan saluran pernafasan 1. Faringitis akut 1 1,0 2. Tonsilitis kronis 1 1,0 3. Asma 1 1,0 4. Bronkitis 7 7,1 5. Bronkiolitis 1 1,0 6. Pneumonia 4 4,0 Gangguan saluran pencernaan 7. Diare akut 20 20,0 8. Diare disentriform 9 9,1 9. Stomatitis 1 1,0 Lain-lain 10. Febris 5 5,1 11. Kejang demam 2 2,0 12. Epilepsi 1 1,0 13. Demam dengue 2 2,0 14. Demam berdarah dengue (DHF) 2 2,0 15. Infeksi virus tidak khas 11 11,1 16. Infeksi non spesifik 1 1,0 17. Infeksi Saluran Kencing (ISK) 2 2,0 18. Obs. trauma capitis 1 1,0 Dengan dua diagnosis 19. ISPA + diare akut 1 1,0 20. Bronkitis + diare akut 1 1,0 21. Bronkitis asmatis + Cor Pulmonal 1 1,0 22. Pneumonia + asma 1 1,0 23. PKTB + Demam dengue 1 1,0 24. Kejang demam + diare akut 1 1,0 25. Cephalgia + diare akut 1 1,0 Dengan empat diagnosis 26. Bronkitis + diare akut dehidrasi + DHF + kejang 1 1,0 19 19,2 Tidak ada diagnosis JUMLAH 99 100,0
A. Pola Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007, meliputi Obat Racikan dan Non Racikan 1.
Pola peresepan obat racikan Obat racikan yang digunakan memiliki jenis yang bervariasi. Masing-masing
pasien dapat menerima obat racikan lebih dari satu jenis, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Dari hasil penelitian, rata-rata jenis racikan yang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
46
diterima pasien sebanyak 1,6±0,8 (x±SD) atau 1-2 jenis racikan. Paling banyak pasien menerima obat dengan satu jenis racikan, yaitu sebanyak 54 kasus atau 54,5%. Jenis racikan yang paling banyak digunakan adalah parasetamol dan fenobarbital, sebanyak 39 kasus atau 39,4%. Jenis racikan yang digunakan pada masing-masing kasus dapat lebih jelas dilihat pada tabel V, VI, VII, dan VIII.
6,1% 4%
Mendapat 1 jenis racikan Mendapat 2 jenis racikan
35,4%
54,5% Mendapat 3 jenis racikan Mendapat 4 jenis racikan
Gambar 4. Persentase kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 berdasarkan banyaknya jenis racikan yang diperoleh
Tabel V. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima satu jenis racikan dalam periode Juli 2007 Jumlah Persentase No. Jenis Racikan Kasus (%) 1. Parasetamol + Fenobarbital 39 39,4 2. Siproheptadin + Cobazim® 3 3,0 3. Parasetamol + Deksametason + Karbamazokrom Na sulfonat + Vit. K 2 2,0 4. Ketotifen + Siproheptadin 1 1,0 5. Parasetamol + Metilprednisolon + Kodein 1 1,0 6. Kolistin + Fenobarbital + Strocain® 1 1,0 7. Kotrimoksazol + Setirizin + Tiamin 1 1,0 8. Prokaterol + Dekstrometorfan + Klorfeniramin maleat 1 1,0 9. Prokaterol + Dekstrometorfan + Eritromisin 1 1,0 10. Metilprednisolon + Homoklorsiklizin + Salbutamol 1 1,0 11. Aminofilin + Ambroxol 1 1,0 12. Kotrimoksazol + Metronidazol 1 1,0 13. Kanamisin + Tanalbin® 1 1,0 JUMLAH 54 54,5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
47
Tabel VI. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima dua jenis racikan dalam periode Juli 2007 Jumlah Persentase No. Jenis Racikan Kasus (%) 1. Parasetamol + Fenobarbital 11 11,1 Ketotifen + Siproheptadin 2. Parasetamol + Fenobarbital 6 6,1 Kolistin + Tiamin 3. Parasetamol + Fenobarbital 3 3,0 ® Siproheptadin + Cobazim 4. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Parasetamol + Diazepam 5. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Parasetamol + Deksametason + Karbamazokrom Na sulfonat + Vit. K 6. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Kotrimoksazol + Setirizin + Tiamin 7. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Kotrimoksazol + Setirizin + Ketotifen 8. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Ketotifen + Setirizin + Prokaterol 9. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Ketotifen + Siproheptadin + Setirizin 10. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Sefiksim + Tiamin 11. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Isoniazid + Rifampisin 12. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Eritromisin + Homoklorsiklizin + Tiamin 13. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Salbutamol + Metilprednisolon + Homoklorsiklizin + Ambroxol 14. Parasetamol + Fenobarbital 1 1,0 Salbutamol + Metilprednisolon + Pseudoefedrin + Homoklorsiklizin + Ambroxol 15. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K 1 1,0 Ketotifen + Mebhidrolin napadisilat 16. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K 1 1,0 Sefadroksil + Dimenhidrinat 17. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K 1 1,0 ® Kanamisin + Tanalbin 18. Ketotifen + Setirizin 1 1,0 ® Siproheptadin + Cobazim JUMLAH 35 35,4
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
48
Tabel VII. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima tiga jenis racikan dalam periode Juli 2007 Jumlah Persentase No. Jenis Racikan Kasus (%) 1. Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Siproheptadin 1 1,0 Parasetamol + Diazepam 2. Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Siproheptadin 1 1,0 Metilprednisolon +Homoklorsiklizin 3. Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Setirizin 1 1,0 Prokaterol + Ambroxol 4. Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Setirizin 1 1,0 Kolistin + Tiamin 5. Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Setirizin + Pseudoefedrin 1 1,0 Kolistin + Tiamin + Homoklorsiklizin 6. Parasetamol + Fenobarbital Kolistin + Tiamin 1 1,0 Ranitidin + Tiamin JUMLAH 6 6,1
Tabel VIII. Jenis racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima empat jenis racikan dalam periode Juli 2007 Jumlah Persentase No. Jenis Racikan Kasus (%) 1. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K ® Mebhidrolin napadisilat + Ketotifen + Terbutalin sulfat + Syr.Thymi 1 1,0 Parasetamol + Fenobarbital Aminofilin + Prokaterol 2. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K Mebhidrolin napadisilat + Ketotifen + Terbutalin sulfat + Kodein 1 1,0 Mebhidrolin napadisilat + Ketotifen + Terbutalin sulfat Difenilhidantoin + Fenobarbital 3. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K Aminofilin + Prokaterol 1 1,0 ® Syr. Thymi + Deksametason + Salbutamol Metronidazol + Kotrimoksazol + Tanalbin® 4. Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vit. K ® Metronidazol + Tanalbin 1 1,0 Kotrimoksazol + Metoklopramid Metionin + Kurkuma + Dimenhidrinat JUMLAH 4 4,0
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
1.
49
Pola peresepan obat non racikan Obat non racikan yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak
Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan ditemukan ada sebanyak 8 kelas terapi obat. Jumlah kasus dihitung berdasarkan banyaknya kasus yang menggunakan obat dalam masing-masing kelas terapi tersebut.
100 90 80 70 60
Obat sistem saluran cerna
91,9% 85,9%
Obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah
80,8% 64,6%
Antiinfeksi
58,6% Kortikosteroid
50 40 30
Obat sistem saluran nafas
29,3%
25,3%
21,2%
Analgesik
20 Antihistamin
10 0
Obat sistem saraf pusat
Gambar 5. Kelas terapi obat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan kelas terapi, obat yang paling banyak digunakan adalah obat sistem saluran cerna, yaitu sebanyak 91 kasus atau 91,9%; obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah 85,9%; antiinfeksi 80,8%; kortikosteroid 64,6%; obat sistem saluran nafas 58,6%; analgesik 29,3%; antihistamin 25,3%; dan obat sistem saraf pusat 21,2%. Obat sistem saluran cerna paling banyak digunakan karena sesuai dengan persentase terbesar diagnosis pasien, yaitu dengan gangguan sistem saluran cerna.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
a.
50
Obat sistem saluran cerna Obat sistem saluran cerna yang digunakan terbagi menjadi 8 golongan obat,
yaitu golongan antagonis reseptor H2, antasida, antidiare, antimual dan vertigo, antimuskarinik, khelator, pencahar, probiotik, dan obat kombinasi. Golongan dan jenis obat sistem saluran cerna dapat dilihat lebih jelas pada tabel IX. Tabel IX. Golongan dan jenis obat sistem saluran cerna yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Antagonis reseptor H2 Ranitidin 2 2,0 ® 2. Antasida 1 1,0 Polycrol ® 1 1,0 Strocain 3. Antidiare Dioktahedrol smektil 3 3,0 4. Antimual dan vertigo Domperidon 33 33,3 Metoklopramid 1 1,0 5. Antimuskarinik Hiosin butilbromida 1 1,0 6. Khelator Sukralfat 2 2,0 7. Pencahar Bisakodil 3 3,0 ® 8. Probiotik 41 41,4 Lacto-B ® 9. Kombinasi 2 2,0 Tanalbin ® 1 1,0 Prolacta
Obat sistem saluran cerna yang paling banyak digunakan adalah golongan probiotik, yaitu Lacto-B® sebanyak 44 kasus atau 44,4%. Lacto-B® merupakan makanan pelengkap berupa serbuk yang mengandung Lactic Acid Bacteria (LAB) yang membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah terjadinya diare, dan untuk bayi yang menderita lactose intolerance. b. Obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah Kelas terapi obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan pasien di samping pemberian makanan. Dalam kelas terapi ini terdiri dari 10 golongan obat, yaitu golongan antianemia, cairan dan elektrolit, hemostatik, hepatoprotektor, immunomodulator, mineral, multivitamin,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
51
nutrisi parenteral, panambah nafsu makan, dan vitamin. Golongan dan jenis obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah dapat dilihat lebih jelas pada tabel X. Tabel X. Golongan dan jenis obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) ® 1. Antianemia 2 2,0 Ferlin ® 2 2,0 Maltiron 2. Cairan dan elektrolit Kalium klorida 4 4,0 Sodium bikarbonat 2 2,0 Oralit 1 1,0 3. Hemostatik Karbamazokrom Na-Sulfonat 8 8,1 ® 4. Hepatoprotektor 2 2,0 Curliv plus ® 5. Immunomodulator 13 13,1 Imboost ® 1 1,0 Stimuno 6. 7.
Mineral Multivitamin
8.
Nutrisi parenteral
9.
Panambah nafsu makan
10.
Vitamin
Osteocare syr. ® Lyvit ® Divens ® Glostrum ® MV syr. ® Supradyn ® Aminofusin Asam amino ® Curmunos ® Curvit CL ® Neurobion Tiamin ® Alinamin F
®
1 6 3 1 1 1
1,0 6,1 3,0 1,0 1,0 1,0
12 1 13 1
12,1 1,0 13,1 1,0
5 4 1
5,1 4,0 1,0
Golongan obat yang paling banyak digunakan dalam kelas terapi ini adalah golongan immunomodulator dan penambah nafsu makan, yaitu masing-masing sebanyak 14 kasus atau 14,0%. Immunomodulator sering digunakan pada pengobatan karena merupakan suplemen atau terapi pendukung yang berfungsi untuk meningkatkan sistem imun tubuh sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien. Dalam kondisi sakit, seringkali pasien pediatri tidak memiliki nafsu makan. Kesulitan makan pada anak yang terjadi dalam jangka waku lama dapat menimbulkan pengaruh yang tidak baik pada berbagai organ dan fungsi tubuh, dan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
52
dapat mengakibatkan komplikasi beberapa penyakit seperti kekurangan protein, karbohidrat, vitamin, maupun mineral. Oleh karena itu, penambah nafsu makan sangat dibutuhkan untuk pasien pediatri. c.
Antiinfeksi Kelas terapi antiinfeksi digunakan untuk mencegah dan mengatasi
terjadinya infeksi pada pasien. Ada beberapa kondisi penyakit maupun obat yang dapat memberikan gejala/tanda yang mirip dengan infeksi. Oleh karena itu, sebelum memulai terapi dengan antibiotika sebaiknya dipastikan terlebih dahulu apakah infeksi benar-benar ada. Pemakaian antibiotika tanpa didasari bukti infeksi dapat menyebabkan meningkatnya insiden resistensi pada pasien tersebut. Bukti infeksi dapat berupa adanya tanda infeksi seperti demam, leukositosis, inflamasi di tempat infeksi, produksi infiltrat dari tempat infeksi, maupun hasil kultur. Kelas terapi antiinfeksi yang digunakan terdiri sub kelas terapi antibakteri, antifungal, antiprotozoa, dan anthelmintik. Golongan dan jenis obat antiinfeksi dapat dilihat pada tabel XI. Sub kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah antibakteri sebanyak 49 kasus atau 49,5%, dengan penggunaan antibakteri terbanyak golongan sefalosporin generasi ketiga seperti sefotaksim, seftriakson, seftazidim, dan sefiksim. Yang paling banyak digunakan adalah sefotaksim. Sefalosporin termasuk antibiotik beta laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif dan gram negatif, tapi spektrum antimikroba masing-masing derivat bervariasi. Sefalosporin generasi ketiga umumnya kurang aktif terhadap kokus gram positif dibandingkan dengan generasi pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
53
Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Sebaiknya agen ini disimpan untuk mengatasi infeksi nosokomial yang melibatkan pseudomonas. Tabel XI. Golongan dan jenis obat antiinfeksi yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 No. Golongan Antiinfeksi Jenis Obat Jumlah Persentase (%) Antibakteri 1. Beta Laktam a. Penisilin Amoksisilin trihidrat 1 1,0 Amoksisilin & asam klavulanat 4 4,0 b. Sefalosporin (gen 2) Sefaklor 2 2,0 c. Sefalosporin (gen 3) Sefotaksim 33 33,3 Seftriakson 4 4,0 Seftazidim 3 3,0 Sefiksim 1 1,0 ® d. Kombinasi 1 1,0 Sulperazon 2. Makrolid Spiramisin 1 1,0 3. Aminoglikosida Amikasin 8 8,1 Gentamisin 1 1,0 Streptomisin 1 1,0 4. Derivat Sulfonamid Kotrimoksazol 9 9,1 5. Polimiksin Kolistin 2 2,0 Antifungal 6. Imidazol Ketokonazol 4 4,0 7. Polien Nistatin 2 2,0 Antiprotozoa 8. Amubisid Metronidazol 1 1,0 Anthelmintik 9. Pirantel pamoat 2 2,0
d.
Kortikosteroid Kortikosteroid yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak ini
adalah deksametason, flutikason propionat, dan metilprednisolon. Deksametason merupakan kortikosteroid yang paling banyak digunakan dalam pengobatan, yaitu sebanyak 60 kasus atau 60,6%. Golongan dan jenis kortikosteroid yang digunakan dapat dilihat lebih jelas pada tabel XII. Tabel XII. Golongan dan jenis obat kortikosteroid yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) Kortikosteroid Deksametason 60 60,6 Flutikason propionat 3 3,0 Metilprednisolon 1 1,0
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
54
Deksametason yang digunakan di bangsal anak ini sebagian besar untuk indikasi gangguan sistem saluran nafas, dimana kortikosteroid memiliki aksi antiinflamasi, meningkatkan respon reseptor beta-2 terhadap obat eksogen dan endogen, serta mengurangi udem mukosa dan mengurangi produksi mukus. Obat ini digunakan untuk efek profilaksis dan mengurangi hiperaktivitas bronkus. e. Obat sistem saluran nafas Obat sistem saluran nafas yang digunakan terdiri dari 7 golongan, yaitu golongan adrenoseptor, antitusif, ekspektoran, mukolitik, nasal dekongestan, teofilin, dan obat kombinasi. Golongan yang paling banyak digunakan adalah golongan ekspektoran dan teofilin, sebanyak 15 kasus atau 15,2%. Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah aminofilin. Aminofilin sebagian besar digunakan untuk terapi infeksi pernafasan bawah pada kasus bronkitis kronik yang disertai obstruksi pernafasan, dengan bekerja sebagai bronkodilator yang baik. Aminofilin memiliki indeks keamanan yang sempit sehingga perlu monitoring kadar plasma. Golongan dan jenis obat sistem saluran nafas yang digunakan dapat dilihat pada tabel XIII. Tabel XIII. Golongan dan jenis obat sistem saluran nafas yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Agonis adrenoseptor Salbutamol 11 11,1 ® 1 1,0 Fartholin 5 5,1 Prokaterol HCl 2. Antitusif Kodein 1 1,0 3. Ekspektoran Noscapin 7 7,1 ® 4 4,0 Allerzin exp. ® 4 4,0 Ventolin exp. 4. Mukolitik Bromheksin 2 2,0 ® 5. Nasal dekongestan 1 2,0 Rhinofed ® 1 1,0 Actifed 6. 7.
Teofilin Kombinasi
Aminofilin ® Combivent ® Comtusi
15 5 1
15,2 5,1 1,0
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
55
Bronkodilator lainnya yang banyak digunakan adalah golongan agonis adrenoseptor, yaitu salbutamol, yang memiliki aksi intermediet. Salbutamol dapat diberikan secara per oral atau secara inhalasi, dimana efek yang ditimbulkan melalui inhalasi lebih cepat dibanding per oral. Salbutamol yang banyak digunakan di bangsal anak ini terdapat dalam bentuk larutan yang diuapkan dengan bantuan nebulizer. Hal ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kadar obat dalam mencapai paru, sehingga efek yang ditimbulkan lebih cepat. f.
Analgesik Obat anagesik yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak hanya
terdiri dari satu golongan, yaitu analgesik non opioid. Golongan dan jenis obat analgesik yang digunakan dapat dilihat lebih jelas pada tabel XIV. Dalam penelitian ini yang paling banyak digunakan adalah Xylomidon® sebanyak 21 kasus atau 21,2%. Xylomidon® banyak digunakan untuk mengatasi demam tinggi yang terjadi pada pasien pediatri, terutama pada pasien yang pernah mengalami kejang demam sebelumnya. Radang yang terjadi pada pasien biasanya membuat pasien merasa tidak nyaman seperti pusing, demam sehingga harus diobati. Jenis analgesik antipiretik yang biasa digunakan adalah parasetamol yang memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik dengan sedikit efek antiinflamasi. Parasetamol menjadi pilihan karena merupakan obat yang relatif aman dan mempunyai efek samping yang relatif ringan. Namun bila penggunaannya lama dapat menimbulkan kerusakan ginjal dan dosis yang sangat berlebihan dapat menimbulkan gagal hati. Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
56
aril yang hepatotoksik (menjadi racun untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Tabel XIV. Golongan dan jenis obat analgesik yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) ® Analgesik non-opioid 21 21,2 Xylomidon 7 7,1 Parasetamol 1 1,0 Ketoprofen
g.
Antihistamin Pemberian antihistamin merupakan salah satu upaya mengobati pasien yang
alergi terhadap suatu alergen. Pada penelitian ini ditemukan dua golongan antihistamin, yaitu antihistamin non sedatif dan antihistamin sedatif. Golongan dan jenis antihistamin yang digunakan dapat dilihat lebih jelas pada tabel XV. Tabel XV. Golongan dan jenis obat antihistamin yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Antihistamin non sedatif Setirizin 2 2,0 Desloratadin 1 1,0 2. Antihistamin sedatif Difenhidramin 21 21,2 Ketotifen 1 1,0
Reaksi alergi dapat menyebabkan lendir keluar terus-menerus dan hidung menjadi tersumbat. Zat aktif golongan antihistamin bekerja untuk menghambat pengeluaran histamin, yakni senyawa yang akan muncul pada kondisi dimana terjadi reaksi alergi. Pada penelitian ini, yang paling banyak digunakan adalah antihistamin sedatif, yaitu difenhidramin, sebanyak 21 kasus atau 21,2%. Obat ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan gangguan saluran cerna bila digunakan dalam kurun waktu yang lama.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
57
h. Obat sistem saraf pusat Obat sistem saraf pusat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak terdiri dari tiga golongan, yaitu golongan antiepilepsi, antipsikotik, dan aktivator serebral. Yang paling banyak digunakan adalah antiepilepsi, yaitu fenitoin sebanyak 7 kasus atau 7,1%. Fenitoin menekan penyebaran lepas muatan listrik dan fokus epileptik ke korteks normal di sekitarnya. Efek ini diduga karena fenitoin mengurangi kadar natrium intraseluler sehingga mengurangi iritabilitas neuron bersangkutan terutama di sel-sel piramidal dan sel-sel neuron perantara. Dalam penelitian ini, fenitoin banyak digunakan untuk pengobatan kejang demam dimana sebenarnya obat ini lebih efektif untuk pengobatan epilepsi umum, terutama jenis tonik-klonik, juga untuk jenis fokal dan psiko-motor, dan tidak efektif untuk kejang demam. Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat lain yang digunakan dapat dilihat lebih jelas pada tabel XVI. Tabel XVI. Golongan dan jenis obat sistem saraf pusat yang digunakan pada kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Persentase (%) 1. Antiepilepsi Fenitoin 7 7,1 Fenobarbital 2 2,0 Karbamazepin 2 2,0 Klonazepam 2 2,0 Diazepam 1 1,0 Okskarbazepin 1 1,0 Asam valproat 1 1,0 2. Antipsikotik Klorpromazin 4 4,0 3. Aktivator serebral CO-dergokrin mesilat 1 1,0
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
58
A. Evaluasi Kerasionalan Terapi dan Dampak Terapi Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007 1.
Evaluasi kerasionalan terapi Evaluasi kerasionalan dan dampak terapi dilakukan pada kasus gangguan
sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat kemungkinan terjadinya Drug Related Problems (DRPs) dengan membandingkan terapi yang diterima masing-masing kasus dengan standar acuan. Pada penelitian ini ditemukan 25 kasus gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007. Dari 25 kasus ini, semuanya ditemukan mengalami DRPs. Rincian evaluasi terhadap terapi yang diberikan pada pasien pediatri dibuat dengan melihat tindakan yang dilakukan terhadap pasien, yang dilihat dari catatan rekam medik pasien. Setelah melakukan penilaian pada tiap kasus, dapat ditentukan jenis DRPs pada masing-masing kasus. DRPs yang terjadi pada tiap kasus dapat dilihat pada tabel XVII–XXII.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
59
Tabel XVII. DRPs kasus 1 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007
KASUS 1 Subyektif Inisial : DP No. RM : 00807173 Jenis kelamin : perempuan Umur : 1 tahun BB : 11 kg Masuk rumah sakit tanggal 12/07/2007 dan keluar tanggal 14/07/2007 Lama perawatan: 3 hari Keluhan: sesak nafas, batuk Diagnosis: asma dalam serangan Obyektif Tanggal periksa Parameter: 12/07/2007 Hb (gr%) 13,20 Hct (%) 40,1 AL (ribu/mmk) 21,76 Basofil (%) 0,6 Segmen (%) 81,4 Limfosit (%) 13,5 AT (ribu/mmk) 383,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36ºC – 36,8ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 22 – 24 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 120 – 124 kali per menit
Nilai normal 12,00 – 18,00 36,0 – 49,0 4,10 - 13,00 0,0 – 0,1 25,0 – 70,0 20,0 – 85,0 140,0 – 440,0
Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan ketotifen 0,25 mg + siproheptadin 0,5 mg 1x1; prokaterol HCl 2x0,5 sendok teh; deksametason 3x2,5 mg intravena; nebulizer Ventolin® 2 kali per hari; dan aminofilin 3 ml dalam larutan infus. Penilaian 1. Pasien mengalami kenaikan angka leukosit yang cukup tinggi, terutama segmen. Hal ini menandakan terjadinya infeksi bakteri. Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi infeksi bakteri tersebut. DRP yang terjadi: butuh terapi obat tambahan. 2. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg, seharusnya 2x0,5 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg, seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah. 3. Dosis aminofilin yang diberikan 208,8 mg per hari melebihi dosis terapi. Dosis yang seharusnya diberikan adalah 15 mg/kgBB/24 jam. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi. Rekomendasi 1. Pasien diberi antibiotik yang sesuai. 2. Dosis ketotifen dinaikkan menjadi 2x0,5 mg dan siproheptadin menjadi 3x0,92 mg. 3. Dosis aminofilin yang diberikan diturunkan menjadi 165 mg per hari. 4. Perlu dilakukan Therapeutic Drug Monitoring (TDM) karena aminofilin memiliki indeks terapi yang sempit.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
60
Tabel XVIII. DRPs kasus 2 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007
KASUS 2* Subyektif Inisial : BR No. RM : 00805762 Jenis kelamin : laki-laki Umur : 2 tahun 10 bulan BB : 14 kg Masuk rumah sakit tanggal 17/07/2007 dan keluar tanggal 19/07/2007 Lama perawatan: 3 hari Keluhan: sesak nafas, batuk Diagnosis: asma dalam serangan Obyektif Tanggal periksa Parameter: 18/07/2007 Hb (gr%) 12,90 Hct (%) 41,8 AL (ribu/mmk) 17,41 Basofil (%) 0,7 AT (ribu/mmk) 299,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36ºC – 37,6ºC Nafas (x/menit) 24 kali per menit Nadi (x/menit) 120 kali per menit
Nilai normal 12,00 – 18,00 36,0 – 49,0 4,10 – 13,00 0,0 – 0,1 140,0 – 440,0
Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan parasetamol 150 mg + fenobarbital 15 mg 3x1, ketotifen ® 0,5 mg + siproheptadin 1 mg 1x1; deksametason 3x2,5 mg intravena; nebulizer Ventolin 2 kali per hari; dan aminofilin 3 ml dalam larutan infus. Penilaian 1. Pasien mendapatkan fenobarbital yang diracik dengan parasetamol, sedangkan berdasarkan pengamatan data rekam medis tidak ditemukan indikasi yang sesuai (seperti riwayat kejang) untuk pemakaian fenobarbital. DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi. 2. Dosis aminofilin yang diberikan 216 mg per hari lebih dari dosis terapi. Dosis yang seharusnya diberikan adalah 15 mg/kgBB/24 jam. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi. 3. Pemberian fenobarbital memungkinkan terjadinya interaksi dengan parasetamol, deksametason, dan aminofilin. Interaksi antara fenobarbital dengan parasetamol memiliki signifikansi 4, interaksi antara fenobarbital dengan deksametason memiliki signifikansi 2, dan interaksi antara fenobarbital dengan aminofilin memiliki signifikansi 2. Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol, deksametason, dan aminofilin. Ketiga interaksi ini memiliki onset yang tertunda dan tingkat keparahan sedang. DRP yang terjadi: interaksi obat. Rekomendasi 1. Fenobarbital tidak perlu diberikan. 2. Dosis aminofilin yang sebaiknya diberikan sebesar 210 mg per hari. Selain itu perlu juga dilakukan TDM karena aminofilin memiliki indeks terapi yang sempit.
*DRP yang sama terjadi pada kasus 3, 4
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
61
Tabel XIX. DRPs kasus 5 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 KASUS 5* Subyektif Inisial : AP No. RM : 00153567 Jenis kelamin: perempuan Umur : 11 tahun 5 bulan BB : 30 kg Masuk rumah sakit tanggal 31/07/2007 dan keluar tanggal 03/08/2007 Lama perawatan: 4 hari Keluhan: sesak nafas, batuk, pilek Riwayat: asma Diagnosis: asma dalam serangan Obyektif Tanggal periksa Parameter: 31/07/2007 Hb (gr%) 12,40 Hct (%) 36,0 AL (ribu/mmk) 9,40 Segmen (%) 90,0 Limfosit (%) 7,0 AT (ribu/mmk) 195,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36ºC – 37,5ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 22 - 24 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 112 - 132 kali per menit
Nilai normal 12,00 – 18,00 36,0 – 49,0 4,10 - 13,00 25,0-70,0 20,0-85,0 140,0 – 440,0
Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan salbutamol 3 mg + metilprednisolon 3 mg + homoklorsiklizin 7,5 mg 3x1; bromheksin 3x1,5 sendok teh; prokaterol HCl 2x12,5 mcg; sefotaksim 3x500mg intravena; metilprednisolon ® 2x1 ampul secara intravena; nebulizer Ventolin dan flutikason propionat 2 kali per hari; dan aminofilin 6ml dalam larutan infus. Penilaian 1. Pasien mendapatkan homoklorsiklizin yang diracik dengan salbutamol dan metilprednisolon. Berdasarkan data pengamatan rekam medis, tidak ditemukan indikasi yang sesuai (reaksi alergi) untuk pemakaian obat tersebut. DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi. 2. Pasien mendapatkan metilprednisolon yang diberikan secara intravena dan per oral secara bersamaan. Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian yang berbeda ini dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi. 3. Dosis prokaterol secara per oral yang diberikan 2x12,5 mcg dan dosis aminofilin yang diberikan secara intravena 201,6 mg per hari. Dosis yang prokaterol yang seharusnya diberikan sebesar 2x25 mcg, sedangkan dosis aminofilin sebesar 15 mg/kgBB/24 jam. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah. 4. Pasien diberi antibiotik sefalosporin generasi ketiga, yaitu sefotaksim dengan dosis 3x500 mg secara intravena. Golongan sefalosporin termasuk antibiotik time dependent, dimana sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah. 5. Pemberian aminofilin memungkinkan terjadinya interaksi dengan salbutamol. Interaksi antara aminofilin dengan salbutamol memiliki signifikansi 5. Pemberian aminofilin secara intravena dan salbutamol secara per oral secara bersamaan dapat menurunkan konsentrasi aminofilin. Interaksi ini memiliki onset cepat dan tingkat keparahan rendah. DRP yang terjadi: interaksi obat. Rekomendasi 1. Homoklorsiklizin tidak perlu diberikan. 2. Metilprednisolon secara per oral tidak perlu diberikan. 3. Dosis prokaterol yang seharusnya diberikan adalah 1 tablet (25 mcg), 2 kali per hari dan dosis aminofilin yang seharusnya diberikan sebesar 450 mg per hari. 4. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x500 mg) secara intravena. 5. Salbutamol per oral tidak perlu diberikan untuk menghindari terjadinya interaksi dengan aminofilin yang diberikan secara intravena. 6. Perlu dilakukan TDM untuk aminofilin karena memiliki indeks terapi yang sempit. *DRP yang sama terjadi pada kasus 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
62
Tabel XX. DRP’s kasus 17 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007
KASUS 17* Subyektif Inisial : AD No. RM : 00577230 Jenis kelamin : laki-laki Umur : 1 tahun 6 bulan BB : 12 kg Masuk rumah sakit tanggal 08/07/2007 dan keluar tanggal 12/07/2007 Lama perawatan: 5 hari Keluhan: demam tinggi, batuk, pilek Diagnosis: bronkitis Obyektif Tanggal periksa Parameter: 08/07/2007 10/07/2007 11/07/2007 Hb (gr%) 13,00 14,4 Hct (%) 39,7 42,2 39,0 AL (ribu/mmk) 4,67 19,63 Basofil (%) 0,4 Monosit (%) 20,3 AT (ribu/mmk) 192,0 140,0 85,0 Eosinofil total (L/mmk) 30 Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2ºC – 38,8ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 24 – 28 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 124 – 132 kali per menit
Nilai normal 12,00 – 18,00 36,0 – 49,0 4,10 - 13,00 0,0 – 0,1 0,0 – 9,0 140,0 – 440,0 40 – 440
Penatalaksanaan Pasien mendapatkan obat racikan parasetamol 125 mg + fenobarbital 15 mg 3x1; ketotifen 0,25 mg + siproheptadin 0,5 mg 1x1; noscapin 2x2 tetes; deksametason 3x2,5 mg ® ® intravena; Xylo-Della intramuskular; nebulizer Ventolin 2 kali sehari. Penilaian 1. Pasien mendapatkan fenobarbital yang diracik dengan parasetamol, sedangkan berdasarkan pengamatan data rekam medis tidak ditemukan indikasi yang sesuai (seperti riwayat kejang) untuk pemakaian fenobarbital. DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi. 2. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg, seharusnya 2x0,5 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg, seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah. 3. Pemberian fenobarbital bersamaan dengan parasetamol memungkinkan terjadinya interaksi. Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol. Interaksi antara fenobarbital dengan parasetamol memiliki signifikansi 4. Interaksi ini memiliki onset yang tertunda dan tingkat keparahan sedang. DRP yang terjadi: interaksi obat. Rekomendasi 1. Fenobarbital tidak perlu diberikan. 2. Dosis ketotifen dinaikkan menjadi 2x0,5 mg dan dosis siproheptadin dinaikkan menjadi 3x1 mg.
*DRP yang sama terjadi pada kasus 18, 19, 20, 21, 22, 23
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
63
Tabel XXI. DRP’s kasus 24 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 KASUS 24 Subyektif Inisial : HN No. RM : 01902239 Jenis kelamin : laki-laki Umur : 3 bulan BB : 4 kg Masuk rumah sakit tanggal 28/06/2007 dan keluar tanggal 05/07/2007 Lama perawatan: 8 hari Keluhan: demam, sesak nafas, batuk, pilek Diagnosis: bronkopneumonia, asma Obyektif Tanggal periksa Parameter: Nilai normal 28/06/2007 Hb (gr%) 13,50 – 17,50 10,0 Hct (%) 41,0 – 53,0 29,1 AL (ribu/mmk) 4,10 – 10,90 14,0 AT (ribu/mmk) 140,0 – 440,0 104,1 Eritrosit (juta/mmk) 4,50 – 5,90 3,39 Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2ºC – 39,6ºC Nafas (x/menit) Berkisar antara 30 – 60 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 136 – 144 kali per menit Penatalaksanaan Terapi Pasien mendapatkan obat racikan ambroxol 2 mg + aminofilin 10 mg 3x1; parasetamol 3x50 mg; fenitoin 3x7,5 mg; sefotaksim 3x150 mg secara intravena; deksametason 3x1,5 mg secara intravena; nebulizer Combivent® 2x ½ nebule; Xylo-Della® @ 0,2 ml; aminofilin 2 ml dalam larutan infus. Pada tanggal 29/06/2007, pasien mendapatkan stesolid per rektal ½ tube. Penilaian 1. Pasien diberi antibiotik sefalosporin generasi ketiga, yaitu sefotaksim dosis 3x150 mg secara intravena. Golongan sefalosporin termasuk antibiotik time dependent. Sefotaksim seharusnya diberikan 4x/hari. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu rendah. 2. Pasien mendapatkan aminofilin yang diberikan secara intravena dan per oral secara bersamaan. Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian yang berbeda ini dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi. 3. Dosis fenitoin yang diberikan 3x7,5 mg, seharusnya 5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi. Dosis diazepam yang diberikan 2,5 mg, seharusnya 0,3-0,5 mg/kgBB. Dosis tersebut lebih dari dosis terapi. DRP yang terjadi: dosis terlalu tinggi. 4. Pemberian fenitoin bersamaan dengan parasetamol, deksametason, dan aminofilin memungkinkan terjadinya interaksi. Interaksi antara fenitoin dengan parasetamol, deksametason dan aminofilin memiliki signifikansi 2. Fenitoin dapat mengurangi efek terapi parasetamol. Deksametason dapat mengurangi efek terapi fenitoin. Pemberian fenitoin dan aminofilin secara bersamaan dapat menurunkan efek farmakologi keduanya. Interaksi ini memiliki onset yang tertunda dan tingkat keparahan sedang. DRP yang terjadi: interaksi obat. Rekomendasi 1. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) secara intravena. 2. Aminofilin secara per oral tidak perlu diberikan. 3. Dosis fenitoin diturunkan menjadi 10 mg 2 kali sehari; dan dosis diazepam menjadi 1,2 – 2 mg. 4. Pemberian fenitoin diganti dengan karbamazepin dengan dosis 13,3 -26,67 mg 3 kali sehari. Interaksi terjadi antara karbamazepin dengan parasetamol dan aminofilin, namun kemungkinan interaksinya lebih kecil (memiliki signifikansi 4 dengan onset tertunda dan tingkat keparahan sedang) dibandingkan dengan interaksi antara fenitoin dengan parasetamol dan aminofilin. Interaksi antara karbamazepin dan deksametason tidak terjadi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
64
Tabel XXII. DRP’s kasus 25 gangguan sistem saluran nafas di Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007
KASUS 25 Subyektif Inisial : EN No. RM : 01903119 Jenis kelamin: perempuan Umur : 10 bulan BB : 7,2 kg Masuk rumah sakit tanggal 19/07/2007 dan keluar tanggal 23/07/2007 Lama perawatan: 5 hari Keluhan: demam, batuk, pilek, mual, diare lendir. Diagnosis: GEA , ISPA Obyektif Tanggal periksa Parameter: Nilai normal 19/07/2007 Hb (gr%) 14,50 – 22,50 12,00 Hct (%) 45,0 – 67,0 36,9 AL (ribu/mmk) 13,00 – 38,00 10,72 AT (ribu/mmk) 100,0 – 400,0 426,0 Suhu (ºC) Berkisar antara 36,2ºC – 38ºC Nafas (x/menit) 24 kali per menit Nadi (x/menit) Berkisar antara 120 – 128 kali per menit Penatalaksanaan Pasien mendapatkan racikan eritromisin + dekstrometorfan 2,5 mg + prokaterol HCl 3x1; parasetamol 3x90 mg; Lactobacillus 2x1 sachet. Penilaian Pasien menerima prokaterol HCl. Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian obat tersebut (pasien tidak mengalami sesak nafas). DRP yang terjadi: obat tanpa indikasi. Rekomendasi Prokaterol HCl tidak perlu diberikan. Drug Related Problems (DRPs) yang ditemukan dalam penelitian ini yang bersifat aktual antara lain obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), dosis terlalu rendah (dose too low), dosis terlalu tinggi (dose too high), dan butuh terapi obat tambahan. Sedangkan yang bersifat potensial adalah efek obat merugikan (adverse drug reaction) serta interaksi obat. Ringkasan masing-masing DRPs tersebut dapat dilihat di bagian lampiran 4.
65
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel XXIII. Jenis DRPs yang ditemukan pada kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan periode Juli 2007
Jenis DRPs Obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy) Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat Dosis terlalu rendah (dose too low) Dosis terlalu tinggi (dose too high) Butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy)
Jumlah (kasus) 23 23 21 17 1
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, DRPs yang paling sering ditemukan adalah obat tanpa indikasi (bersifat aktual) serta efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat (bersifat potensial), yaitu terdapat dalam 23 kasus. Banyaknya obat yang diberikan pada pasien pediatri sangat memungkinkan terjadinya interaksi antar masing-masing obat. Oleh karena itu, penggunaan kombinasi obat yang memungkinkan terjadinya interaksi sebaiknya dihindari. Dalam penelitian ini DRPs obat tanpa indikasi dan interaksi obat paling banyak disebabkan oleh penggunaan fenobarbital yang diracik dengan parasetamol. Berdasarkan data rekam medik tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian fenobarbital, seperti pasien tidak mengalami kejang sehingga penggunaan fenobarbital termasuk obat tanpa indikasi. Metabolisme dan ekskresi obat pada neonatus dan bayi (kurang dari 2 tahun) berjalan lambat. Hal ini menyebabkan ekskresi fenobarbital pun berjalan lambat. Pemberian fenobarbital potensial terjadi interaksi dengan parasetamol. Fenobarbital
merupakan inducer enzim
sitokrom hati.
Akibatnya,
proses
metabolisme parasetamol dipercepat dan pembuangan dari tubuh pun berlangsung lebih cepat, sehingga efek analgesik dan antipiretik parasetamol menjadi berkurang. Di sisi lain, rangsangan terhadap enzim sitokrom hati oleh fenobarbital ini menyebabkan terbentuknya metabolit parasetamol yang bersifat hepatotoksik.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
66
Pemberian parasetamol bersamaan dengan fenobarbital menyebabkan pembentukan metabolit hepatotoksik berlangsung lebih cepat. Resiko ini potensial terjadi apabila pasien mengkonsumsi parasetamol dan fenobarbital berlebihan atau jangka panjang. Efek samping penggunaan fenobarbital apabila digunakan pada anak antara lain adalah hiperkinesia, yaitu anak menjadi hiperaktif. Oleh sebab itu, untuk menghindari potensial efek obat merugikan dan interaksi obat akibat fenobarbital sebaiknya fenobarbital tidak perlu diberikan, cukup parasetamol saja. 2.
Dampak terapi Pasien menjalani rawat inap selama beberapa hari di rumah sakit dengan
harapan membaik dari sakit yang diderita atau bahkan sembuh. Dampak terapi dapat dilihat dari lama tinggal pasien/Length of Stay (LOS), peningkatan kondisi kesehatan pasien yang terlihat dari pemeriksaan fisik maupun hasil laboratorium, serta keadaan pasien saat keluar rumah sakit (apakah sembuh atau dalam kondisi perbaikan). Kondisi pasien pediatri saat pulang dapat menentukan keberhasilan terapi yang dilakukan di bangsal tersebut. Dari hasil penelitian, rata-rata lama tinggal pasien adalah 5,2 ± 2,2 (x ± SD) atau dalam rentang 3 hari–7 hari.
4% 4% 4%
20%
3 hari
4 hari
5 hari
6 hari
7 hari
8 hari
9 hari
12 hari
12% 4%
20% 32%
Gambar 6. Lama tinggal kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda dalam periode Juli 2007
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
67
Tabel XXIV. Kondisi kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas saat pulang dari bangsal anak Rumah Sakit Bethesda
Kondisi Saat Pasien Pulang Sembuh Perbaikan Jumlah
Jumlah kasus (n = 25) 23 2 25
Persentase (%) 92 8 100
Sebagian besar pasien pulang dengan kondisi sembuh setelah menjalani perawatan beberapa hari di bangsal, yaitu sebesar 92%. Terdapat 2 kasus yang pulang dengan kondisi perbaikan. Hal ini disebabkan orang tua meminta untuk pulang, kemungkinan dikarenakan pasien merasa tidak nyaman tinggal di rumah sakit sehingga tidak mendukung proses penyembuhan, atau karena faktor ekonomi sehingga pasien tidak dapat melanjutkan rawat inap.
A. Rangkuman Pembahasan Alasan atau latar belakang pemilihan dan/atau penggunaan obat racikan yang diberikan oleh dokter adalah karena anak-anak belum bisa menelan tablet. Selain itu, obat racikan memiliki dosis yang sesuai untuk pasien pediatri, memudahkan pemberian, serta pasien sendiri merasa lebih nyaman. Apoteker kurang setuju dengan adanya obat racikan karena kurang menguntungkan dari segi kerasionalan terapi, efisiensi tenaga dan waktu. Perawat dan orang tua pasien memilih penggunaan obat racikan karena pasien pediatri belum dapat menerima obat dalam bentuk sediaan tablet, sehingga obat racikan berupa puyer lebih menguntungkan. Rasa kurang enak seperti rasa pahit menyebabkan beberapa anak muntah saat meminum obat racikan. Apabila mereka muntah pada saat minum obat racikan, maka obat yang sama akan diberikan kembali untuk menggantikan obat
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
68
yang telah dimuntahkan sebelumnya. Untuk mencegah hal tersebut, pemberian obat racikan oleh perawat biasanya bersama air putih, air teh, madu, gula, atau sirup. Profil kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 dengan presentase terbesar kelompok umur > 1 tahun-6 tahun sebanyak 62,6%; berjenis kelamin laki-laki 59,6%; dengan satu diagnosis terbanyak adalah gangguan sistem saluran cerna, yaitu 30,3%. Diagnosis kedua terbanyak adalah gangguan sistem saluran nafas, yaitu 15,2%. Profil pengobatan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 terdiri dari jenis obat racikan dan non racikan. Sebagian besar pasien menerima obat dengan satu jenis racikan, sebanyak 54 kasus atau 54,5%. Jenis racikan yang paling banyak digunakan adalah parasetamol dan fenobarbital, sebanyak 39 kasus atau 39,4%. Penggunaan obat non racikan terdiri dari 8 kelas terapi obat. Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat sistem saluran cerna sebanyak 91,9%. Obat yang mempengaruhi nutrisi dan darah 85,9%; antiinfeksi 80,8%; kortikosteroid 64,6%; obat sistem saluran nafas 58,6%; analgesik 29,3%; antihistamin 25,3%; obat sistem saraf pusat 21,2%. Dalam evaluasi DRPs pada pasien pediatri dengan gangguan saluran pernafasan ditemukan 23 kasus obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), 23 kasus efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat, 21 kasus dosis terlalu rendah (dose too low), 17 kasus dosis terlalu tinggi (dose too high), dan 1 kasus butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy). Rata-rata lama tinggal di rumah sakit adalah 5,2±2,2 (x±SD) atau dalam rentang 3 hari-7 hari; dan keluar rumah sakit dalam kondisi sembuh sebanyak 92%.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian evaluasi peresepan kasus pediatri di bangsal anak Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007, dapat diambil kesimpulan, yaitu: 1.
Alasan atau latar belakang pemilihan dan atau penggunaan obat racikan yang diberikan oleh dokter, perawat, dan orang tua adalah karena anak-anak belum bisa menelan tablet. Dokter juga mengatakan bahwa dosis obat racikan sesuai untuk pasien pediatri, memudahkan dalam pemberian, serta pasien sendiri merasa lebih nyaman. Sedangkan apoteker kurang setuju dengan adanya obat racikan karena kurang menguntungkan dari segi kerasionalan terapi, efisiensi tenaga dan waktu.
2.
Kasus pediatri paling banyak dalam kelompok umur >1–6 tahun 62,6%; berjenis kelamin laki-laki 59,6%; satu diagnosis terbanyak gangguan sistem saluran cerna 30,3%; diagnosis kedua terbanyak gangguan sistem saluran nafas 15,2%
3.
Penggunaan satu jenis obat racikan 54,5% dengan jenis racikan yang paling sering digunakan parasetamol dan fenobarbital 39,4%. Penggunaan obat non racikan terdiri 8 kelas terapi obat. Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat sistem saluran cerna 91,9%.
4.
Dalam evaluasi DRPs kasus pediatri dengan gangguan sistem saluran nafas ditemukan 23 kasus obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), 23 kasus
69
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
70
efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat, 21 kasus dosis terlalu rendah (dose too low), 17 kasus dosis terlalu tinggi (dose too high), dan 1 kasus butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy). Rata-rata lama tinggal pasien adalah 5,2±2,2 (x±SD) atau dalam rentang 3 hari-7 hari, dan keluar rumah sakit dalam kondisi sembuh sebanyak 92%.
A. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah : 1.
Industri farmasi sebaiknya mengeluarkan produk-produk yang khusus ditujukan untuk anak-anak (sesuai bentuk sediaan maupun dosisnya) baik per oral maupun parenteral, sehingga proses peracikan tidak dibutuhkan lagi.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai farmakoekonomi penggunaan sediaan racikan dibandingkan dengan non racikan.
3.
Rumah Sakit Bethesda sebaiknya mencantumkan rentang dosis terapi untuk pasien pediatri pada standar terapi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
71
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Standar Pelayanan Medis Kelompok SMF Anak Rumah Sakit Bethesda, 41-45, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Anonim, 2001, Profil Kesehatan Indonesia, http://bankdata.depkes.go.id/, diakses pada tanggal 21 September 2007. Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan, 1,16, 22, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2006, British National Formulary–52, BMJ Publishing Group Ltd and RPS Publishing, Great Britain. Anonim, 2007a, Sixtieth World Helath Assembly, http: //www.who.int/gb/ebwha/pdf files/WHA60/A60 25-en.pdf, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007. Anonim, 2007b, WHO Stresses Need to Ensure The Safety of Children's Medicines, http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2007/pr51/en/, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007. Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice, The Clinician’s Guide, 178-179, McGraw-Hill Companies, Inc. Cohen, B.J., and Wood, D.L., 2000, Memmler’s The Human Body in Health and Disease, 9th Edition, Lippincott-Raven, Philadelphia. Glover, M.L., and Reed, M.D., 2005, Lower Respiratory Tract Infections, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, 1945-1946, McGraw-Hill Medical Publishing Division. Griffith, H.W., 1989, Complete Guide to Pediatric Symptoms, Illness and Medications, 1st Edition, 126-127, 172-175, 654-655, 674-675, Stern Sloan, Inc., USA. Hadinegoro, S.R.H., 2002, Pemakaian Antibiotik di Bidang Pediatri, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi I, 71-72, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hayden, G.F., and Turner, R.B., Acute Pharyngitis, dalam Behrman, R.E., Kliegman, R.M., and Jenson H.B., Nelson Textbook of Pediatrics, 17th Edition, 13931394, Elsevier Science, USA. Hughes, J., 1998, Paediatrics, in: Hughes, J., Donnelli, R., James – Chatgilaou, G. (Eds)., Clinical Pharmacy A Practical Approach, 36 -49, SHPA, Australia.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
72
Iwan, 2007, Kebutuhan Oksigenasi, http://iwansain.wordpress.com/2007/08/22/ kebutuhan -oksigenasi/, diakses pada tanggal 25 Oktober 2007. Kausal, R., Jaggi, T., Walsh, K., Fortescue, E.B., and Bates, D.W., 2004, Pediatric Medication Errors: What Do We Know? What Gaps Remain?, Ambulatory Pediatrics, Volume 4, Nomor 1, 73-81. Kusuma, H.R.T., 2004, Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada Pasien Asma Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta. Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th Edition, Lexi-comp, Ohio. Levine, S.R., and McLaughlin, A., 2001, Pharmacology in Respiratory Care, 33-55, McGraw-Hill Companie Medical Publishing Division. Meadow, R., and Newell, S., 2005, Lecture Notes Pediatrika, 7th Edition, 154-155, Penerbit Erlangga, Jakarta. Mitchell, A.A., Lacouture, P.G., Sheehan, J.E., Kauffman R.E., and Shapiro S., Adverse Drug Reactions in Children Leading to Hospital Admission, J Pediatr 1988;82:24-29, htpp://www.pediatrics.org, diakses pada tanggal 19 Februari 2007. Moore, T.J., Weiss,SR., Kaplan S., and Blaidel, C.J., Reported Adverse Drug Events in Infants and Children under 2 Years of Age, J Pediatr 2002;110:53-, htpp://www.pediatrics.org.or http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/110/ 5/e53, diakses pada tanggal 18 Februari 2007. Nahata, M.C., and Taketomo, C., 2005, Pediatrics, dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, 91, McGraw-Hill Medical Publishing Division. Arnold, J.E., 1996, Saluran Pernapasan Atas, dalam Nelson, W.E., Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics), diterjemahkan oleh Wahab, A.S., Edisi 15, 1458-1459, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Nugraha, I.G.B.S.M, 2006, Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
73
Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 13, CV Rajawali, Jakarta. Prest, M., 2003, Penggunaan Obat Pada Anak–Anak, dalam: Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (Eds), Farmasi Klinis Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 191 – 199, Gramedia, Jakarta. Rovers, J.P., Currie,J.D., Hagel,H.P., McDonough, R.P., and Sobotka, J.L., 2003, A Practical Guide to Pharmaceutical Care, 2nd Edition, American Pharmaceutical Association, Washington. Scruggs, K., and Johnson, M.T., 2004, Pediatric Treatment Guideliness, www.ccspublishing.com/ccs, Current Clinical Strategies Publishing, USA. Setiawati, L., 2006, Asma, Bronkitis, Bronkiolitis, http://www.pediatrik.com/, diakses pada tanggal 3 Agustus 2007. Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, 17, Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Stern, R.C., 1996, Bronkitis, dalam Nelson, W.E., Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics), diterjemahkan oleh Wahab, A.S., Edisi 15, 1483, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Strand, L.M., Morley, P.C., and Cipolle R.J., 1998, Pharmaceutical Care Practice, McGraw-Hill Co., New York. Supriyatno, B., Darmawan, Yangtjik, K., Kartasasmita, C.B., Wasatoro, D., Naning, R., dan Chandra, M.S., 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I, 335-366, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sutriatmoko, 2001, Evaluasi Peresepan Obat Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Atas Non Komplikasi pada Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta. Tatro, D.S. (Ed), 2001, Drug Interaction Facts, Facts & Comparison, Wolters Kluwer, St. Louis. Tietze, K.J., 2004, Clinical Skills for Pharmacists, A Patient-Focused Approach, 2nd Edition, Mosby, St. Louis. Yusriana, C.S., 2002, Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001, Skripsi, Fakulas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
74
LAMPIRAN 1 Hasil Wawancara Terhadap Dokter Anak, Perawat, Apoteker Rawat Inap, dan Orang Tua Pasien No. 1.
Pertanyaan Apakah dasar pertimbangan (alasan) dokter memberikan obat dalam bentuk racikan untuk pasien anak?
2.
Apakah alasan dokter dalam menggabungkan 2 atau lebih jenis obat dalam satu bentuk sediaan?
3.
Menurut pendapat dokter, dalam 1 sediaan racikan maksimal terdiri atas berapa macam obat? Menurut pengalaman dokter, satu pasien anak biasanya mendapat racikan berapa banyak/jenis?
4.
Dokter A Jika racikan, dokter sudah mengetahui dosisnya.
Dokter B Memudahkan pemberian, efisien, untuk kenyamanan pasien. Secara empiris jika berdiri sendiri-sendiri biasanya tidak sebaik bila dicampur. Dilihat ada tidaknya interaksi dan Tergantung penyakitnya. potensiasi.
Dilihat tujuannya, tidak ada maksimal dan minimal. Prinsipnya seminimal mungkin. Seminimal mungkin tapi tetap tepat sasaran (paling banyak 3-4 item). Satu pasien biasanya mendapat 2 jenis yaitu sirup dan puyer. Berdasar berat badan dan umur. Dilihat beratnya overweight atau tidak, pakai hitungan standard umurnya.
5.
Apakah dasar pertimbangan dokter dalam menentukan dosis obat dari setiap jenis obat dalam sediaan racikan?
6.
Untuk durasi berapa lamakah resep racikan biasanya diresepkan?
Antibiotik biasanya 5 hari, obat alergi secukupnya biasanya 2-3 hari.
7.
Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda regimen dosis, aturan, dan durasi pemakaiannya. Manakah yang dipilih sebagai regimen dosis racikan tersebut? Apakah dokter mempertimbangkan terjadinya interaksi obat sewaktu meresepkan sediaan racikan? Apakah dokter mempertimbangkan stabilitas obat sewaktu meresepkan sediaan racikan?
Disendirikan
8.
9.
Pasti, kalau ada interaksi cari yang lain. Tidak. Farmasi seharusnya memberitahukan jika terjadi ketidakstabilan obat.
Tergantung penyakitnya, terutama pada penyakit asma membutuhkan dari 5. Rata-rata 3, kadang lebih tergantung penyakitnya.
Berdasarkan berat badan, yang paling baik luas permukaan tubuh, tapi sulit menghitungnya. Berat badan lebih baik daripada umur. Untuk obat rutin biasanya 1 bulan, misalnya untuk TBC, kejang, epilepsy, asma. Untuk pengobatan batuk biasanya 3 hari. Dipisah
Dokter C Dosisnya tepat, sesuai berat badan, kondisi atau keadaan penyakit .
Dokter D Anak-anak belum bisa menelan tablet, sedangkan pemberiaan obat sirup biayanya lebih mahal.
Tergantung dari dosis pemakaian, ada tidaknya kontraindikasi, sesuai farmakodinamiknya. Sesuai kebutuhan.
Agat praktis, misalnya pamol dan luminal diberikan pada pasien demam agar demam turun dan anak tidak rewel. Maksimal 3 jenis obat.
Satu sampai 5 macam.
Maksimal 2 jenis racikan.
Berdasarkan berat badan, kondisi atau keadaan berat ringannya penyakit, dan kesulitan minum obat.
Umur dan berat badan.
Antibiotik 5 hari sampai 1 Akut 3 hari, kemudian control minggu. Anti kejang 1 bulan, lagi. TBC 2 minggu sampai 1 bulan. Dipisah
Dari pengalaman terhadap pasien Ya ada beberapa obat yang tidak bisa dicampur. Ada beberapa obat yang jika Ya. Misalnya dilantin bersifat dicampur akan menjadi kental. higroskopis.
Yang dicampur yang sama.
Kadang-kadang, kalau ada interaksi biasanya pihak farmasi akan memberi konfirmasi. Bagian farmasi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
75
Hasil Wawancara Terhadap Perawat No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertanyaan Apakah pemberian obat kepada pasien selalu dilakukan oleh perawat? Jika tidak, obat apa sajakah yang pemberiannya dilakukan oleh perawat dan obat apa sajakah yang biasanya ditinggal di kamar pasien? Apabila ada obat yang ditinggal di kamar pasien, apakah Anda memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut kepada orang tua pasien? Informasi apa sajakah yang Anda dapatkan dari Apoteker pada saat pengambilan obat?
Perawat A Seharusnya dilakukan oleh perawat. Apabila orang tua pasien dapat memberikan sendiri, obat dapat ditinggal di kamar tetapi tetap diawasi oleh perawat. Informasi yang diberikan adalah aturan pakai dan waktu pemakaian. Selain itu sudah terdapat label pada obat tersebut. Yang mengambil obat adalah pramurukti.
Jika karena sesuatu hal Apoteker mengganti obat tertentu dengan obat lain, apakah Anda mendapat informasi tentang penggantian obat tersebut? Jika karena sesuatu hal Apoteker memisah obat yang seharusnya diracik, apakah Anda mendapatkan informasi atau penjelasan tentang hal tersebut? Bagaimana pengalaman Anda dalam memberikan obat racikan kepada pasien anak? Apabila ada pasien yang muntah pada saat diberi obat racikan, apa yang Anda lakukan dan bagaimana cara pengatasannya?
Perawat B
Perawat C Tergantung dari orang tua pasien.
Perawat D Jika obat sirup dapat ditinggal di kamar, jika puyer diberikan oleh perawat.
Perawat E Jika obat sirup dapat ditinggal di kamar, jika bentuk sediaan yang lain diberikan oleh perawat.
Iya, waktu pertama kali penggunaan obat tersebur.
Iya, informasi yang diberikan tentang aturan pakai dan jika obat habis lapor kepada perawat.
Informasi yang diberikan adalah aturan pakai dan dosis.
Informasi yang diberikan adalah dosis dan waktu pemberian.
Tidak.
Tidak karena sudah ada labelnya. Jika obat baru, perawat yang bertanya.
Biasanya tidak, langsung diberikan saja.
Iya, tetapi konfirmasi terlebih dahulu dengan dokternya.
Iya.
Kadang-kadang.
Iya, biasanya diberi tahu lewat telepon atau ditulis pada label obat.
Biasanya tidak, langsung diberikan. Jika tidak tahu, perawat yang bertanya. Iya.
Jarang terjadi, tetapi jika ada, perawat diberi tahu.
Iya, jika baru pertama kalinya.
Iya.
Iya, ditulis pada etiket.
Iya, biasanya diberi tahu lewat telepon.
Biasanya diberikan lewat samping (miring) dan dicampur dengan air putih atau teh. Diberikan lagi selang beberapa waktu, termasuk antibiotik.
Biasanya diberikan bersama air putih.
Biasanya dicampur air putih, teh, madu, atau gula, tergantung kebiasaan minum obat. Jika obat yang dimuntahkan adalah obat penurun panas, dan selang beberapa waktu pasien masih demam, maka obat diulang lagi. Antibiotik tidak diulang.
Biasanya dicampur dengan air putih atau sirup.
Sedikit dipaksa, dengan memegangi kepala dan tangan pasien.
Langsung diberikan lagi, termasuk antibiotik.
Jika muntah saat itu juga, obat langsung diberikan lagi. Jika muntah selang beberapa waktu, obat tidak diberikan lagi.
Diberikan lagi selang beberapa jam. Misal obat parasetamol, diulang lagi pemberiannya jika pasien masih demam.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
76
Hasil Wawancara Terhadap Apoteker Rawat Inap
1. Berapa rata-rata distribusi obat racikan yang diberikan di bangsal anak dalam tiap harinya? Jawab: Dalam tiap harinya, minimal ada 10 pasien yang menerima resep racikan, dimana setiap pasien diasumsikan mendapat 1 jenis racikan.
2. Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi, stabilitas, maupun dosis (besar, lama dan frekuensi pemberian, obat harus habis atau tidak habis) antar masingmasing komponen dari obat racikan yang diresepkan oleh dokter? Jawab: Masing-masing komponen obat racikan dilihat inkompatibilitas dari segi farmasetika dan farmakokinetikanya. Sedangkan untuk signa, sudah secara otomatis dapat ditentukan karena sudah terbiasa di lapangan. Apabila ada dosis atau aturan pakai yang tidak seperti biasanya, baru dicari tahu penyebabnya. Misalnya: Biasanya diminum 3x sehari, akan tetapi diresepkan 5x sehari. Sefotaksim 1mg per kapsul. Aturan minumnya 2 x 1 kapsul, padahal BB pasien hanya 5 kg. Kelemahannya: tidak semua dapat termonitor oleh Apoteker, karena belum adanya suatu sistem yang baik. Apoteker memiliki banyak kewajiban yang tidak memungkinkan untuk selalu berada di tempat. Hal inilah yang menyebabkan tidak semua resep dapat termonitor oleh Apoteker. Yang diharapkan adalah adanya suatu sistem komputerisasi sehingga lebih memungkinkan Apoteker untuk dapat memonitor semua resep yang diberikan kepada pasien.
3. Apakah Anda memperhatikan adanya interaksi antar obat racikan dengan obat lain dari resep yang diberikan oleh dokter? Jawab: Adanya interaksi antar obat racikan dengan obat lain dari resep yang diberikan oleh Dokter juga diperhatikan, sejauh dapat teramati. Sampai saat ini, interaksi yang mungkin terjadi dapat disiasati dengan pengaturan minumnya.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
77
4. Apakah pernah terjadi efek samping pada penggunaan obat racikan di bangsal anak? Bagaimana cara pengatasannya? Jawab: Efek samping pernah terjadi pada penggunaan obat racikan. Biasanya diketahui pada saat obat dikembalikan ke farmasi, atau pada saat keliling dan melihat pasien tersebut. Cara pengatasannya: a. Mengindentifikasi apakah benar yang dialami pasien merupakan efek samping dari obat tersebut atau bukan. Dapat dilihat dari durasi minumnya dan timbul gejalanya kapan. b. Mencari tahu apakah obat tersebut memang harus digunakan atau tidak, dan dapat disesuaikan dengan indikasinya. c. Apakah Dokter menyarankan obat pengganti lain, atau kita yang harus aktif menyarankan obat penggantinya.
5. Jika dalam resep ada obat racikan dan non racikan yang penggunaannya tidak rasional, apakah Anda memberitahukannya kepada dokter tersebut? Jawab: Obat yang rasional adalah obat yang ada evidence based’nya. Apabila ditemukan dalam resep ada obat racikan dan nonracikan yang penggunaannya tidak rasional, maka kita melihat terlebih dahulu apakah Dokter yang meresepkan tersebut dapat diajak komunikasi atau tidak. Apabila Dokter yang meresepkan dapat diajak komunikasi, maka kita akan menghubungi Dokter tersebut. Sedangkan apabila Dokter yang bersangkutan susah untuk diajak berkomunikasi, maka Dokter tersebut tidak perlu dihubungi karena hanya akan membuang-buang waktu saja.
6. Jika dalam resep ada obat yang tidak tersedia, apakah Anda mengganti obat tersebut dengan obat lain yang zat aktifnya sama? Apakah Anda memberitahu dokter tentang penggantian obat tersebut? Jawab: Apabila dalam resep ada obat yang tidak tersedia, maka obat akan diganti dengan obat lain yang memiliki zat aktif yang sama. Rumah sakit swasta
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
78
memiliki suatu formularium. Oleh karena itu kita berusaha untuk menggunakan formularium yang sudah ada tersebut.
7. Bagaimana pemberian informasi tentang penggunaan obat untuk pasien yang dirawat di bangsal anak? Apa saja informasi yang diberikan? Jawab: Pemberian informasi tentang penggunaan obat untuk pasien di bangsal anak sampai saat ini belum banyak dapat dilakukan, karena farmasi belum arround ke bangsal. Informasi diberikan oleh Apoteker kepada perawat, dan kemudian perawatlah yang menyampaikan informasi tersebut kepada orang tua pasien. Kami terjun ke bangsal apabila misalnya, didapati resep obat dengan bentuk sediaan yang tidak biasa, contohnya inhalasi. Biasanya kami menghubungi perawat atau orang tua pasien terlebih dahulu apakah sudah pernah menggunakan bentuk sediaan tersebut atau belum. Apabila baru pertama kalinya menggunakan sediaan inhalasi, maka kami terjun ke bangsal untuk memberikan informasi penggunaan obat tersebut.
8. Bagaimana pula pemberian informasi kepada pasien jika ada obat yang dibawa pulang? Jawab: Karena jumlah Apoteker hanya sedikit, maka pemberian informasi kepada pasien untuk obat yang dibawa pulang tidak dapat dilakukan. Informasi tersebut biasanya disampaikan oleh Apoteker kepada perawat, dan perawatlah yang kemudian menyampaikannya kepada orang tua pasien.
9. Apakah Anda menyampaikan informasi kepada perawat jika misalnya ada obat racikan yang harus dipisah? Jawab: Apabila ada obat racikan yang harus dipisah, maka informasi tersebut disampaikan oleh Apoteker kepada perawat. Yang sering terjadi adalah attapulgit.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
a.
79
Apabila ada obat antibiotika dan simptomatik dicampur, maka dilihat terlebih dahulu penggunaannya. Misalnya untuk antibiotika pada ISPA digunakan tidak terlalu lama, sehingga dapat dicampur dengan obat lain seperti dekongestan, yang digunakan selama 3-4 hari. Jika durasi tidak lama, maka pencampuran antibiotik dan obat lain masih dapat ditoleransi.
b. Apabila ada perbedaan aturan pakai antara obat yang satu dengan yang lain yang dicampur, maka dilihat terlebih dahulu obatnya, dan menanyakan kepada perawat apa diagnosanya. Setelah mengetahui diagnosa, maka obat dicocokkan dengan diagnosanya. c. RS Bethesda memiliki resep racikan standar. Ada juga obat yang diresepkan bukan termasuk dalam racikan standar, akan tetapi presentasenya kecil. Kortikosteroid tidak mungkin dijadikan standar, yang mungkin hanyalah obatobat simptomatik seperti antihistamin, profilas. d. Ada juga obat racikan yang dicampur dengan antibiotika, untuk pengobatan jangka panjang. Untuk menjadikan suatu resep racikan sebagai racikan standar, terlebih dahulu dilakukan studi kasus, kemudian dilihat frekuensinya seberapa banyak, serta dilihat efektivitas dan benefit’nya. Setelah itu didiskusikan dengan dokter yang bersangkutan. e. Obat racikan standar sudah diperhatikan kerasionalannya oleh Apoteker. Yang dilihat
biasanya
dari
segi
farmakokinetikanya,
sedangkan
dari
segi
farmakodinamikanya jarang dilihat, karena susah. Juga dilihat dari frekuensi konsumsi serta dari ilmu kefarmasian sendiri. Apabila frekuensi penggunaan hanya sedikit, maka obat tersebut di’cut’ dari resep racikan standar. Dari tahun ke tahun resep racikan standar juga diperhatikan karena kemungkinan dapat berubah dalam penggunaannya.
10. Masalah-masalah apa saja yang Anda hadapi yang berhubungan dengan resep racikan di bangsal anak? Jawab: Masalah-masalah yang dihadapi berhubungan dengan resep racikan antara lain:
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
80
a. Dari segi bentuk sediaan obat, resep racikan sebaiknya tidak ada karena menyalahi aturan dalam kefarmasian. Misalnya, obat enteric coated tidak boleh digerus, maka sebaiknya sediaan yang diberikan adalah sirup. b. Dari segi ketepatan dosis, dan kebersihan dalam pembuatan. c. Dari segi efisiensi tenaga, waktu, dan kerasionalan terapi. d. Perlu dicari tahu apakah memang harus ada resep racikan. Karena dalam ilmu kedokteran sendiri sepertinya tidak menganjurkan penggunaan resep racikan. e. Sebaiknya BPOM dan industri-industri farmasi mengeluarkan produk-produk yang khusus ditujukan untuk anak-anak.
Hasil Wawancara Terhadap Orang Tua Pasien Bentuk sediaan apa yang dapat diterima dan disukai oleh anak Ibu / Bapak? 1.
Racikan, sirup
2.
Puyer
3.
Tablet
4.
Tidak suka semua
5.
Semua jenis suka, kecuali tablet (belum bisa menelan)
6.
Semua bisa, kecuali tablet
7.
Sirup manis
8.
Sirup manis. Jika mendapat jenis serbuk, maka diberi madu
9.
Sirup
10.
Semua suka
11.
Sirup. Jika mendapat puyer, maka dicampur dengan sirup
12.
Puyer, sirup
13.
Semua suka
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
81
Pernahkah anak Ibu / Bapak muntah saat minum sediaan racikan? Bagaimana pengatasannya? 1.
Jika muntah sekali, maka obat diberikan lagi.
2.
Tidak muntah, tetapi disembur-sembur, maka obat diberikan lagi.
3.
Tidak muntah jika dicampur air.
4.
Jika muntah, obat diberikan lagi, dan dicampur dengan air putih.
5.
Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.
6.
Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih atau air gula.
7.
Jika muntah, maka obat diberikan lagi.
8.
Jika muntah, maka obat diberikan lagi. Biasanya obat dicampur dengan madu.
9.
Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.
10. 11.
Jika muntahnya banyak, maka obat diberikan lagi. Jika muntah, obat tidak langsung diberikan lagi. Obat baru diberikan selang beberapa jam. Biasanya puyer dicampur dengan sirup.
12.
Jika muntah, obat diberikan lagi, dan dicampur dengan air putih.
13.
Tidak pernah muntah, minumnya dicampur dengan air putih.
Apakah Ibu / Bapak bermasalah dengan adanya obat racikan? 1.
Tidak masalah
2.
Tidak masalah, malah cukup membantu
3.
Tidak masalah
4.
Tidak masalah
5.
Tidak masalah karena anak mudah meminumnya.
6.
Tidak masalah, percaya kepada dokter yang menangani.
7.
Kalau jenis CTM, tidak bisa.
8.
Ya, susah meminumnya.
9.
Tidak masalah
10.
Tidak masalah, daripada menggerus sendiri.
11.
Tidak masalah
12.
Tidak masalah
13.
Tidak masalah
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
82
LAMPIRAN 2 Golongan dan Jenis Obat yang Digunakan pada Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007
Obat Sistem Saluran Cerna No. 1. 2.
Golongan Obat Antagonis reseptor H2 Antasida
3. 4.
Antidiare Antimual dan vertigo
5. 6. 7. 8. 9.
Antimuskarinik Khelator Pencahar Probiotik Kombinasi
Jenis Obat Ranitidin Metilpolisiloksan, Mg-hidroksida, Al-hidroksida koloidal Eksetazaina + polimigel Dioktahedrol smektil Domperidon Metoklopramid Hiosin butilbromida Sukralfat Bisakodil Lactobacillus Scumpii DHA
Nama Dagang Rantin® Polycrol® Strocain® Smecta® Vometa® Primperan® Buscopan plus® Inpepsa® Dulcolax suppo® Lacto B® Tanalbin® Prolacta®
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
83
Obat yang Mempengaruhi Nutrisi dan Darah No. 1.
2.
Golongan Obat Antianemia
Cairan dan elektrolit
3. 4.
Hemostatik Hepatoprotektor
5.
Immunomodulator
6. 7.
Mineral Multivitamin
8. 9.
10.
Nutrisi parenteral Panambah nafsu makan
Vitamin
Jenis Obat Fe, vitamin B1, B6, B12, asam folat Vitamin A, D, B1, B2, B6, B12, C, nikotinamida, Ca-pantotenat, biotin, besi (III) fumarat, Cakarbonat, tembaga (II) sulfat, Mn-sulfat, Mgoksida, Zn-sulfat, Na-tetraborat, Ca-sulfat, Namolibdat, K-iodida, Kalium klorida Sodium bikarbonat Oralit Karbamazokrom Na-Sulfonat Schizandrae fructus ext., Curcumae xanthorrhizae ext., Liquiritiae radix ext., kolin bitartrat, vitamin B6 Metionin Echinacea, Zn pikolinat Ekstrak Phyllanthi herba Phyllantus niruri L herbs extr. Ca, Mg, Zn, vitamin D3 Vitamin A, D, B1, B2, B6, B12, nikotinamida, dpantenol, vitamin C, lisina-HCl Kolustrum bovin, vitamin A, D, kolekalsiferol, vitamin B1, B2, B6, B12, nikotinamid, kalsium pantotenat, DHA, taurin, seng, kalsium. Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, nikotinamid, Ca-pantotenat, biotin, asam folat, Ca, Mg, besi, mangan, fosfor, tembaga, seng, molibden. Asam amino, vitamin, elektrolit Echinacea, kurkumin, kolostrum bovin, lisin HCl, DHA, vitamin A, D, B1, B2, B6, nikotinamid, deksphantenol Cod liver oil, ekstrak kurkuma, asam arakidonat, DHA, FOS, Ca hipofosfit. Kurkumin Tiamin Vitamin K Koenzim B12 Vitamin B1, B6, B12 Fursultiamin + vitamin B2
Nama Dagang Ferlin®
Maltiron®
Bic Natric® Meylon® Adona® Curliv plus® Methicol® Imboost® Stimuno® Divens® Osteocare syr® Lyvit® Glostrum®
Supradyn® Aminofusin® Curmunos® Curvit CL® Curcuma® Cobazim® Neurobion® Alinamin F®
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Antiinfeksi No. Golongan Antiinfeksi Antibakteri 1. Beta Laktam a. Penisilin b. Sefalosporin (gen 1) c. Sefalosporin (gen 2) d. Sefalosporin (gen 3)
Jenis Obat
Amoksisilin trihidrat Amoksisilin, asam klavulanat Sefadroksil Sefaklor Sefotaksim Seftriakson Seftazidim
2.
e. Kombinasi Makrolid
Sefiksim Sulbaktam Na, sefoperazon Na Spiramisin
Aminoglikosida
4.
Derivat Sulfonamid
Kolistin Isoniazid Rifampisin Ketokonazol Mikonazol Nistatin
Daktarin Oral Gel® Mycostatin®
Metronidazol
Flagyl®
Pirantel pamoat
Combantrin®
Amikasin Gentamisin Streptomisin Kanamisin Kotrimoksazol
5. 6.
Polimiksin Antituberkulosis
Antifungal 7. Imidazol 8. Polien Antiprotozoa 9. Amubisid Anthelmintik 10.
Yefamox® Clavamox® Cloracef® Claforan® Fortum® Ceftum® Cefspan® Sulperazon® Spiradan® Erysanbe® Erythrocin® Mikasin® Pyogenta® Kanamycin® Bactricid® Ottoprim® Yekaprim® Colistine® Pehadoxin® -
Eritromisin 3.
Nama Dagang
Kortikosteroid No. 1.
Golongan Obat Kortikosteroid
Jenis Obat Deksametason Flutikason propionat Metilprednisolon
Nama Dagang Cortidex® Indexon® Kalmethason® Flixotide® Medixon®
84
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Obat Sistem Saluran Nafas No. 1.
Golongan Obat Agonis adrenoseptor
Jenis Obat Salbutamol Terbutalin sulfat Salbutamol sulfat, guaifenesin
2.
Antitusif
3.
Ekspektoran
4.
Mukolitik
Prokaterol HCl Dekstrometorfan Kodein Noscapin Prometazin HCl, gliseril guaiakolat, ipekak tingtur Ekstrak thymi Ambroxol hidroklorida Bromheksin
5.
6. 7.
Nasal dekongestan
Teofilin Lain-lain
Pseudoefedrin, terfenadin Tripolidin HCl, pseudoefedrin HCl Aminofilin Ipratropiumbromida, salbutamol sulfat Oksomemazin, gliseril Guaiakolat
NamaDagang Ventolin® Salbron® Bricasma® Fartolin exp® Ventolin exp® Meptin ® Mercotine® Allerzin exp® Thymi® Mucopect ® Mucosulvan® Bisolvon® Rhinofed® Actifed® Combivent® Comtusi®
Golongan dan Jenis Analgesik No. 1.
Golongan Obat Analgesik non-opioid
Jenis Obat
Ketoprofen Dipiron Antalgin, piramidon, lidokain
Nama Paten Pamol® Sanmol® Profenid® Novalgin® Xylomidon®
Jenis Obat Setirizin Desloratadin Difenhidramin Dimenhidridrinat Ketotifen Klorfeniramin Maleat (CTM) Siproheptadin Mebhidrolin napadisilat Homoklorsiklizin hidroklorida
NamaDagang Histrine® Aerius® Delladril® Dramamine® Profilas® Pronicy® Interhistin® Homoklomin®
Parasetamol
Antihistamin No. 1.
Golongan Obat Antihistamin non sedatif
2.
Antihistamin sedatif
85
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Obat Sistem Saraf Pusat No. 1.
Golongan Obat Antiepilepsi
2. 3.
Antipsikotik Aktivator serebral
Jenis Obat Difenilhidantoin Fenitoin Fenobarbital Karbamazepin Klonazepam Diazepam Okskarbazepin Asam valproat Klorpromazin CO-dergokrin mesilat
Nama Dagang Diphantoin® Dilantin® Luminal® Rivotril® Stesolid® Trileptal® Depakene® Xepadergin®
86
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 87
KASUS 1 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: DP
12-Jul 13-Jul 14-Jul
Anamnese
Hasil Lab
Nilai Normal
Tgl keluar:
sesak napas
Hb
12,00 - 18,00
13,20
36,0 - 49,0
40,1
No. RM:
Hct (%)
00807173
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
21,76
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
383,0
4,10 - 5,30
4,87
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,2
Perempuan
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,6
Segmen (%)
25,0 - 70,0
81,4
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
13,5
Umur: 1th BB: 11 kg
D. utama:
Monosit (%)
0,0 - 9,0
4,3
Asma dalam
LED 1 jam (mm)
3,0 - 14,0
32,0
LED 2 jam (mm)
-
80,0
serangan Tanda Vital
Tgl masuk: 12 Juli 2007 pk 10:32
D. sekunder: -
Suhu (ºC)
D. keluar: -
Tanda Vital :
-
Suhu (ºC)
36,7
36,8
36
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
24
22
24
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
120
124
124
Radiologi Dokter: D
14 Juli 2007
12 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax AP
Pemberian Profilas 0,25 mg
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara
dibawa pulang
1 x 1 p.o.
√
√
√
√
Kesan:
Pronicy 0,5 mg
Radiologis gamb. Bronchitis,
Meptin sirup
2 x 1/2 cth p.o.
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
2x
√
1x
Nebulizer Ventolin
2 x /hari
S
S
P
1250
1450
stop
√
adanya proses spesifik belum bisa dikesampingkan.
Obat yang
12-Jul 13-Jul 14-Jul
Besar cor: normal.
Infus KAEN 3B+aminofilin 3 cc
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 88
KASUS 2 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: BR
Anamnese
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
IGD: No. RM:
Mulai malam ini
00805762
sesak nafas,
Neb. Ventolin I
2x/hari
Flexotide I
17-Jul 18-Jul 19-Jul Hasil Lab
Nilai Normal
Hb
12,00 - 18,00
12,90
36,0 - 49,0
41,8
Hct (%)
Tgl keluar:
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
17,41
batuk. Sudah
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
299,0
Jenis
minum alerzin
Eritrosit (juta/mmk)
4,10 - 5,30
4,77
kelamin:
exp dan ventolin
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
3,8
Laki-laki
nebule, demam.
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,7
Segmen (%)
25,0 - 70,0
66,9
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
19,9
Monosit (%)
0,0 - 9,0
8,7
Umur: 2th10bl 13hr
D. utama:
19 Juli 2007
D. keluar: -
ISPA + asma BB: 14 kg
attack
Tanda Vital Suhu (ºC)
Tgl masuk: 17Juli 2007 pk 22:49
D. sekunder: -
Tanda Vital :
38
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
28
Nafas (x/menit)
24
24
Nadi (x/menit) :
100
Nadi (x/menit)
120
120
Nama Obat
37,6
Pamol 150 mg
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Dokter: D
36
17-Jul 18-Jul 19-Jul
3 x 1 p.o.
√
√
2x
1 x 1 p.o.
√
√
√
Luminal 15 mg Profilas 0,5 mg Pronicy 1 mg
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
√
√
Nebulizer Ventolin
2 x /hari
√
√
Infus KAEN 3B+Aminofilin 3 cc
500
1500
Obat yang dibawa pulang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 89
KASUS 3 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Nama Obat
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: AW
No. RM:
Anamnese
Indexon
3 x 0,5 cc i.v.
31-Jul 1-Aug 1-Aug 2-Aug 3-Aug Hasil Lab
Nilai Normal
Panas, batuk,
Hb (gr%)
12,00 - 18,00
12,10
pilek
Hct (%)
36,0 - 49,0
39,8
01903581
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
3,54
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
245,0
4,10 - 5,30
4,64
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,8
Laki-laki
Basofil (%)
0,0 - 0,1
2,5
Segmen (%)
25,0 - 70,0
55,8
Umur: 2th 7bl 27hr
D. utama:
Warna
kuning
Dengue fever
BJ
1,030
pH
5,00
Lekosit gelap
1-2
Tgl masuk:
D. sekunder:
Tanda Vital
31 Juli 2007
ISPA
Suhu (ºC)
Dokter: A
(mlm)
Tgl keluar:
29,0
36,0
150,0
155,0 140,0
3 Agustus '07 32,0 D. keluar: -
URINE RUTIN
BB: 15 kg
pk 18:34
(pagi)
Tanda Vital :
37,6
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit) Nama Obat
36,5 - 37,5
37,6 20
24
22
24
60 - 100
124
120
120
124
36,8
3 x 1 p.o.
36
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 166,7 mg
37
31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug 1x
√
Obat yang dibawa pulang √
Luminal 15 mg Comtusi
3 x 1 cth p.o.
1x
√
√
√
Divens
2 x 1 cth p.o.
1x
3x
√
√
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
1x
2x
2x
Infus KAEN 3B + Adona 75 mg Infus RL + Adona 75 mg Infus KAEN
1x 850
750 1050
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 90
KASUS 4 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: MA
4-Aug 5-Aug 6-Aug 7-Aug 8-Aug 9-Aug #####
Anamnese
Hasil Lab
Nilai Normal
Tgl keluar:
12,00 - 18,00
10,70
36,0 - 49,0
35,0
Panas, batuk,
Hb (gr%)
No. RM:
pengobatan rutin
Hct (%)
01900455
TB
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
16,15
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
145,0
0,0 - 8,0
0,3
Jenis
Eosinofil (%)
kelamin:
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,9
Laki-laki
Segmen (%)
25,0 - 70,0
48,1
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
44,7
Umur: 1th 4bl 11hr
BB: 8 kg
162,0
230,0
D. keluar:
D. utama:
Warna
-
kuning
Dengue fever
BJ
-
1,010
PKTB
pH
-
7,50
Lekosit gelap
-
2 -- 3
D. sekunder:
Tanda Vital
4 Agustus 07
Asmatis
Suhu (ºC)
Dokter: A
28,0
-
URINE RUTIN
Tgl masuk:
pk 11:45
10 Agustus '07 26,0
Tanda Vital :
38
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
30
24
22
26
22
24
24
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
124
122
124
120
124
124
124
Nama Obat
39
37,8
38
36,6
3 x 1 p.o.
37
36
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 100 mg
39
4-Aug 5-Aug 6-Aug 7-Aug 8-Aug 9-Aug 10-Aug 2x
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
2x
2x
2x
950
1500
1300
Obat yang dibawa pulang
Luminal 10 mg Pehadoxin 100 mg
1 x 1 p.o.
√
Rifampicin 100 mg Clavamox sirup
3 x 1 cth p.o.
Ventolin exp.
3 x 3/4 cth p.o.
Pyogenta
2 x 20 mg
Xylo-Della
1/4 : 1/4 i.m.
Infus KAEN 3B
√
S
M
800
1200
1750
√ stop
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 91
KASUS 5 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Nama Obat
Dosis & Cara Pemberian
Nama: AP
Anamnese
Metilprednisolon
2 x I amp i.v.
Neb. Ventolin I
3 x/hari
Batuk, sesak, No. RM:
pilek
00153567
Perawatan di Bangsal
Flexotide I
Tanggal Pemeriksaan Gol. Darah: A
31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug
Hasil Lab
Nilai Normal
Hb
12,00 - 18,00
12,40
36,0 - 49,0
36,0
Hct (%)
Tgl keluar:
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
9,40
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
195,0
Jenis
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,0
kelamin:
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,0
Perempuan
Segmen (%)
25,0 - 70,0
90,0
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
7,0
Umur:
D. utama:
Tanda Vital
11th 5bl 27hr
Serangan asma
Suhu (ºC)
BB: 30 kg D. sekunder: Tgl masuk:
-
Dokter: C
D. keluar: -
Tanda Vital -
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
:
30
Nafas (x/menit)
Nadi (x/menit) :
100
Radiologi
31 Juli 2007
Nadi (x/menit) Nama Obat
Jenis px: Thorax
31 Juli 2007 pk 03:29
3 Agustus '07
37,5
37
36,8
36
22
22
22
24
132
120
112
112 Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug
Obat yang dibawa pulang
Salbutamol 3 mg 3 x 1 p.o.
√
√
√
1x
√
√
Ro:
Medixon 3 mg
Corakan bronchovasculer kasar,
Homoclomin 7,5 mg
dengan air bronchogram
Cetirizin
1 x 1 p.o.
√
minimal, susp. bronchitis,
Codein
3 x 1/2 p.o.
1x
asthmatoid, oligemia perifer (+)
Meptin mini
2 x 1/2 p.o.
Besar cor: dalam batas normal.
Mucosulvan
3 x 2 cth p.o.
Bisolvon sy.
3 x 1,5 cth p.o.
√
√
√
Cefotaxim
3 x 500 mg i.v.
1x
2x
2x
Metilprednisolon
2 x 1 amp i.v.
1x
2x
2x
3x/hari
P/S
P/S
P
700
700
Nebulizer Ventolin
1x
Flexotide Infus KAEN 3B + aminofilin 6 cc Infus D5% + aminofilin 6 cc
1600
√ 1x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 92
KASUS 6 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: IG
Anamnese
Xylo-Della
26-Jul 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul
0,3 : 0,3 cc i.m. Hasil Lab Hb (gr%)
Nilai Normal
Tgl keluar:
12,00 - 18,00
10,60
36,0 - 49,0
32,4
11 Juli 2007
No. RM:
Hct (%)
01903388
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
9,58
D. keluar:
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
398,0
sembuh
Jenis
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,3
kelamin:
Basofil (%)
0,0 - 0,1
1,0
Perempuan
Segmen (%)
25,0 - 70,0
67,5
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
24,5
Monosit (%)
0,0 - 9,0
6,7
Umur: 0th 5bl 29hr
D. utama:
Tanda Vital Suhu (ºC)
BB: 6 kg
Tgl masuk: 26 Juli 2007
D. sekunder: -
Tanda Vital :
39
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
36
Nafas (x/menit)
48
32
30
24
20
24
Nadi (x/menit) :
148
Nadi (x/menit)
148
132
128
124
124
124
Radiologi
Nama Obat
Jenis px: Thorax AP
pk 15:56
Dokter: C
26 Juli 2007
39,5
Radiologis bronchiolitis
Luminal 10 mg
perihielr dan paracardial
Salbutamol 0,7 mg
dextra.
Medixon 0,5 mg
Cor dalam batas normal.
Mucopect 5 mg
37
37,2
37,2
3 x 1 p.o.
36,2
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 75 mg
36
26-Jul 27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul 1x
3 x 1 p.o.
Obat yang dibawa pulang
√
√
√
√
√
√ (KP)
1x
√
√
√
√
√
Homoclomin 1,25 mg Imboost
2 x 1 cth
√
√
√
√
√
√
Lacto B 2 x 1
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
1x
2x
√
2x
2x
1x
Bactricid sy.
Cefotaxim
2 x 150 mg i.v.
1x
1x
2x
1x
2x
2x
2 x 1/2 cth
Xylo-Della
0,3 : 0,3 cc i.m.
Nebulizer Combivent
2x/hari P/S
750
750
Infus KAEN 3B Aminofilin 2 cc
P/S 700
900
750
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 93
KASUS 7 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Dosis & Cara
Nama Obat
Pemberian Nama: YD
Perawatan di Bangsal Tanggal Pemeriksaan Gol. Darah: A
21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul
Anamnese
Hasil Lab
Nilai Normal
Tgl keluar:
14,50 - 22,50
13,10
45,0 - 67,0
40,7
Demam 2 hari,
Hb (gr%)
No. RM:
pilek, batuk,
Hct (%)
01903172
muntah bila
AL (ribu/mmk)
13,00 - 38,00
11,51
minum air.
AT (ribu/mmk)
100,0 - 400,0
232,0
Ibu: asma
Jenis
Eos. Total (/mmk)
40 - 440
75
kelamin:
LED 1 jam (mmk)
1,0 - 10,0
51,0
Laki-laki
LED 2 jam (mm)
-
82,0
IgE total (IU/mL)
0,0 - 138,0
11,6
Umur: 0th 9bl 15hr BB: 9 kg
Tanda Vital D. utama:
Suhu (ºC)
38,6
Suhu (ºC)
Bronkopneu-
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
monia
Nadi (x/menit) :
-
21 Juli 2007 pk 02:38
Dokter: C
D. sekunder:
D. keluar: -
Tanda Vital :
Radiologi Tgl masuk:
25Juli 2007
Nadi (x/menit) 21 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax: BKB
-
37,2
36
37
36,4
32
28
28
26
20
136
120
124
120
120 Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 100 mg
39,2
4 x 1 p.o.
21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 3x
√
3x
3x
Obat yang dibawa pulang
√
Ro:
Luminal 10 mg
Corakan bronchovasculer kasar,
Salbutamol 1 mg
dengan air bronchogram (+)
Medixon 0,8 mg
infiltrat peribronchial (+), susp.
Rhinofed 3 mg
bronchitis, dd- bronchiolitis
Homoclomin 2 mg
oligemia perifer.
Mucopect 6 mg
Besar cor: dalam batas normal.
Profilas sirup
2 x 1/2 cth p.o.
√
√
√
√
√
Cefotaxim
2 x 200 gr i.v.
1x
√
√
√
1x
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
2x
1x
Nebulizer Combivent
1/2 : 1/2 ap
Xylo-Della
1/4 : 1/4 i.m.
Homoclomin+ 3 x 1 p.o.
1x
√
√
√
√
Mucopect 3 x 1 p.o.
Infus KAEN 3B + Aminofilin 2 cc Infus D5% + Aminofilin 2 cc
√
√
1x
P/S
P/S
P/S
1500
1200
1300
√ 1400
√
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 94
KASUS 8 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: SL
Anamnese
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
Neb. Ventolin
2x1
Panas, batuk, No. RM:
mencret, kejang.
10-Jul Hasil Lab Hct (%)
01902742
11-Jul
13-Jul
12-Jul
14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul 18-Jul 19-Jul
Nilai Normal
Tgl keluar:
45,0 - 67,0
AL (ribu/mmk)
13,00 - 38,00
AT (ribu/mmk)
100,0 - 400,0
30,0
34,2
27,0
25,0
23,0
24,0
25,0
21 Juli 2007
11,40 77,0
62,0
49,0
90,0
68,0
128,0 185,0
D. keluar:
Calcium (mmol/L)
2,02 - 2,60
Jenis
SGOT (AST) (U/I)
0,0 - 37,0
116,0
kelamin:
SGPT (ALT) (U/I)
0,0 - 41,0
130,8
Perempuan
Anti Dengue IgG
neg
Anti Dengue IgM
pos
Umur: 0th 4bl 27hr
BB: 5,6 kg
Tgl masuk: 10 Juli 2007 pk 13:14
D. utama:
1,97
-
Anti CMV IgG
14,9 (AU/mL)
pos
Anti CMV IgM
0,500 (AU/mL)
neg
Bronkitis, GEA
Tanda Vital
dehidrasi, DHF,
Suhu (ºC)
38,2
Nafas (x/menit)
28
34
28
24
30
30
34
34
30
32
26
28
kejang.
Nafas (x/menit) :
60
Nadi (x/menit)
128
128
128
124
128
136
132
132
124
132
120
128
D. sekunder:
Nadi (x/menit) :
-
-
Suhu (ºC) :
Radiologi
Nama Obat 10 Juli 2007
Jenis px: Abdomen 3 posisi
38,2
38,8
38,2
38,8
38,5
38
37,8
37,7
37,5
37,3
36
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
CTM 0,5 mg +Mep-
37,8
Obat yang
10-Jul 11-Jul 12-Jul 13-Jul 14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul dibawa pulang
3 x 1 p.o.
1x
√
√
√
√
√
√
1x
√
√
tin 5 mg + DMP 2mg Dokter:
Hasil foto:
Pamol 83,3 mg
3 x 1 p.o.
1x
√
1x
√
√
√
A/F
Ada distensi usus, tidak ada
Luminal 10 mg
3 x 1 p.o.
1x
√
1x
√
√
√
airfluid level, tidak ada udara
Dilantin 7,5 mg
3 x 1 p.o.
1x
√
bebasa, tak tampak penebalan
KCL 100 mg
3 x 1 p.o.
1x
√
√
√
dinding usus, properitoneal-fat
Curliv plus (di kmr)
2 x 1/2 cth p.o.
√
tak tampak, cavum pelvis
Cefspan 20 mg
2 x 1 p.o.
√
mengabur.
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
1x
√
√
2x
2x
√
2x
Ceftum
2 x 150 mg
√
√
√
√
1x
1x
√
Kesan:
Meylon
7,5 cc
Curiga peritonitis
Plasma
100 cc
√
√
√
550
850
920
960
850
700
700
Infus KAEN 1B + Adona 75 mg
stop
√
1x 1x
stop
500
400
√
700
700
stop
-
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 95
KASUS 9 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Dosis & Cara
Nama Obat
Pemberian Nama: GN
No. RM:
Anamnese
Perawatan di Bangsal
Neb. Ventolin
Tanggal Pemeriksaan Gol. Darah: A
28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul
Hasil Lab
Nilai Normal
Batuk, demam
Hb
12,00 - 18,00
10,90
t = 39,2ºC
Hct (%)
36,0 - 49,0
34,5
01903450
Tgl keluar:
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
6,97
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
238,0
4,10 - 5,30
4,35
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
1,6
Laki-laki
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,6
Segmen (%)
25,0 - 70,0
53,0
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
35,9
Monosit (%)
0,0 - 9,0
8,9
Umur: 6th 9bl 8hr
D. utama:
31 Juli 2007 31,4 D. keluar: 225,0
sembuh
Bronkitis akut BB: 16 kg
Tgl masuk: 28 Juli 2007 pk 00:35
Dokter: D
D. sekunder: -
Tanda Vital Suhu (ºC)
Tanda Vital :
37,5
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
22
22
20
24
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
124
124
120
112
Nama Obat
39,6
36,6
37,2
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 125 mg
37
3 x 1 p.o.
28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul √
√
Obat yang dibawa pulang
√
√
√
√
√
√
Luminal 15 mg Profilas 0,5 mg
1 x 1 p.o.
Pronicy 1 mg Meptin sirup
2 x 1 cth p.o.
Xylo-Della
0,5 : 0,5 cc i.m.
Infus KAEN 3B + Neurobion II amp
√
3x
√
1100
1400
stop
√
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 96
KASUS 10 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: EA
Anamnese
3 x 0,5 cc i.v.
Kalmethason
Tiga hari batuk, No. RM:
sejak kemarin
00553017
panas dan seseg
Neb. Ventolin
4-Jul Hasil Lab
Nilai Normal
Hb
12,00 - 18,00
10,60
36,0 - 49,0
33,6
Hct (%) AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
6,24
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
354,0
4,10 - 5,30
4,40
0,0 - 8,0
0,6
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
Perempuan
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,5
Segmen (%)
25,0 - 70,0
61,0
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
23,2
Monosit (%)
0,0 - 9,0
14,7
3th 2bl 23hr
BB: 12 kg
Tgl masuk: 4 Juli 2007
D. utama: Bronkitis
Tanda Vital
asmatis
Suhu (ºC)
D. sekunder: -
6 Juli 2007
D. keluar: -
Tanda Vital :
-
Suhu (ºC)
37
36
36
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
20
24
20
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
124
120
116
Nama Obat
pk 15:31
Dokter: B
6-Jul Tgl keluar:
Jenis
Umur:
5-Jul
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
5-Jul
6-Jul
dibawa pulang
√
√
√
√
√
√
3 x 1 p.o.
√
√
√
3 x 1 p.o.
√
√
√
Ketokonazol
1 x 1 p.o.
√
√
√
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
IGD
√
2x
Infus KAEN 3B
16-20 tts/mnt
700
1200
PDAK
3 x 1 p.o.
Thymi sirup cs.
3 x 1 cth p.o.
Aminofilin 30 mg
4-Jul
Obat yang
√
Meptin 10 mcg Metronidazol 150 mg Cotrimoxazol 150 mg Tanalbin 150 mg
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 97
KASUS 11 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: AO
Anamnese
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
Batuk, demam No. RM:
Neb. Ventolin
22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul Hasil Lab
Nilai Normal
Hb (gr%)
12,00 - 18,00
10,50
36,0 - 49,0
32,5
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
14,16
D. keluar:
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
644,0
sembuh
4,10 - 5,30
4,43
0,0 - 8,0
0,7
Hct (%)
00986593 O2
1 L/menit
Tgl keluar: 26 Juli 2007
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
Perempuan
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,6
Segmen (%)
25,0 - 70,0
75,5
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
18,2
Monosit (%)
0,0 - 9,0
5,0
36,5 - 37,5
38
38
37,2
37,2
37,2
24
24
26
24
24
124
128
124
124
124
Umur: 1th 9bl 6hr
D. utama: Bronkitis
Tanda Vital
BB: 10 kg
Tgl masuk: 22Juli 2007
Suhu (ºC)
D. sekunder: -
Tanda Vital 37,8
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
:
-
Nafas (x/menit)
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit) Nama Obat
pk 03:04
Pemberian Pamol 100 mg
Dokter: D
60 - 100
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara
3 x 1 p.o.
22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul √
1x
Obat yang dibawa pulang
√
√
2x
√
√
√
√
√
√
√
Luminal 10 mg Profilas 0,25 mg
1 x 1 p.o.
Pronicy 0,5 mg Curvit CL
1 x 1 cth p.o.
Sefotaksim
2 x 250 mg i.v.
Sefotaksim
2 x 500 mg i.v.
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
Nebulizer Ventolin
2 x 1 P/S
Infus KAEN 3B + 3 cc aminofilin Infus KAEN 3B + Neurobion II
√
√
√
2x
√
2x
1x
S
P/S
P/S
P/S
1400
950 1450
stop
√
√
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 98
KASUS 12 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Dosis & Cara
Nama Obat
Pemberian Nama: AA
No. RM:
Perawatan di Bangsal Tanggal Pemeriksaan Gol. Darah: A
31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug
Anamnese
Hasil Lab
Nilai Normal
Batuk berulang,
Hb
12,00 - 18,00
12,70
takipneu
Hct (%)
36,0 - 49,0
40,2
00571939
Tgl keluar:
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
8,93
D. keluar:
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
232,0
sembuh
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
4,10 - 5,30
4,80
kelamin:
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,1
Perempuan
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,4
Segmen (%)
25,0 - 70,0
78,2
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
14,9
Umur: 4th 5bl 21hr
D. utama:
Monosit (%)
0,0 - 9,0
6,4
Bronkitis
LED 1 jam (mm)
3,0 - 14,0
60,0
LED 2 jam (mm)
-
101,0
Eos total (/mmk)
40 - 440
10
LED 2 jam (mm)
0,0 - 138,0
18,2
BB: 15 kg
Tgl masuk: 31 Juli 2007 pk 16:38
Dokter: D
D. sekunder: -
Tanda Vital Suhu (ºC)
3 Agustus '07
Tanda Vital :
-
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
Radiologi
31 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax AP
16 - 24
Kesan:
Luminal 15 mg
Radiologis suspected primer
Profilas 0,5 mg
TB. Besar cor: normal.
Pronicy 1 mg
36,5
36,9
36
24
25
22
24
120
120
120
120 Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 150 mg
36,5
31-Jul 1-Aug 2-Aug 3-Aug
3 x 1 p.o.
1 x 1 p.o.
√
√
√
√
√
3x
3x
Meptin sirup
2 x 1 cth p.o.
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
1x
√
stop
Nebulizer Ventolin
2x/hari P/S
S
P/S
P/S
700
1000
stop
Infus KAEN 3B + Aminofilin 3 cc
Obat yang dibawa pulang √
√
√
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 99
KASUS 13 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: AH
Anamnese
2 x /hari
Neb. Ventolin
Batuk, sesak No. RM:
napas, takipneu
Kalmethason
3-Jul
5-Jul
6-Jul
7-Jul
Hasil Lab
Nilai Normal
Hb
14,50 - 22,50
10,90
10,70
45,0 - 67,0
35,5
33,8
Hct (%)
01902465
4-Jul
13,00 - 38,00
5,32
5,28
D. keluar:
AT (ribu/mmk)
100,0 - 400,0
132,0
595,0
sembuh
4,00 - 8,60
3,87
3,89
kelamin:
Eosinofil (%)
0,0 - 3,0
1,3
0,8
Laki-laki
Basofil (%)
0,0 - 4,0
1,5
0,9
Segmen (%)
45,0 - 75,0
29,7
37,8
Limfosit (%)
20,0 - 55,0
59,8
48,9
D. utama:
Monosit (%)
3,0 - 16,0
7,7
Aspirasi
FECES RUTIN
BB: 6,3 kg
9 Juli 2007
AL (ribu/mmk)
Eritrosit (juta/mmk)
0th 2bl 5hr
9-Jul Tgl keluar:
Jenis
Umur:
8-Jul
11,6 neg
pneumonia Tanda Vital
Tanda Vital
Tgl masuk:
D. sekunder:
Suhu (ºC)
37
Suhu (ºC)
37
37,5
38,2
37,4
36,8
36,9
36
3 Juli 2007
ISPA
Nafas (x/menit) :
:
cepat
Nafas (x/menit)
24
32
78
32
36
28
24
pk 20:50
Asmatis
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
130
136
140
120
130
132
128
Radiologi Dokter: D
3 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 75 mg
Tanggal Pemberian
3 x 1 p.o.
Pemeriksaan:
Luminal 10 mg
Radiologis bronchopneumonia
Mercotin
2 x 1 tetes p.o.
paracardial. Sinus dan
Claforan
3 x 150 mg i.v.
diaphragma normal.
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
Cor dalam batas normal.
Nebulizer Ventolin
P/S
4-Jul
5-Jul
6-Jul
7-Jul
8-Jul
9-Jul
dibawa pulang
1x
√
√
√
√
√
√
-
√
2x
1x
√
dupleks, perihiler dan
Flexotid
1x
2x
√
1x
2x
√
√
2x
1x
IGD
-
P
P/S
P/S
P
√
√
1100
stop
1/2 ap malam
Infus KAEN 3B + 2 cc aminofilin
Obat yang
3-Jul
250
1100
1100
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 100
KASUS 14 Riwayat Terapi Pemeriksaan
Data Diri
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: CA
Anamnese
Kalmethason
17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul
3 x 0,5 cc i.v.
Hasil Lab
Batuk, demam No. RM:
tinggi, takipneu
PRODIA Neb. Ventolin I
01903027
2 x /hari
Flexotide I
Hb (g/dL) Hct (%)
O2
Jenis
Tgl keluar:
Nilai Normal
2 L/menit
21 Juli 2007 11,5 - 13,5
10,50
34 - 40
30,0
D. keluar:
AL (ribu/µL)
6,0 - 17,0
18,1
sembuh
AT (ribu/µL)
150 - 450
408,00
kelamin:
Eritrosit (10^6/mL)
3,9 - 5,3
3,84
Perempuan
Neutrofil (%)
50 - 70
91,40
0,045 - 0,44
0,006
Eos.Absolut (ribu/µL) Umur: 5th 1bl 17hr BB: 14 kg
Tanda Vital
Tanda Vital
D. utama:
Suhu (ºC)
36,8
Suhu (ºC)
44
40
36,8
36,7
36,7
Bronkopneumo-
Nafas (x/menit) :
:
-
Nafas (x/menit)
22
25
22
24
20
nia
Nadi (x/menit) :
-
120
126
124
124
116
Radiologi Tgl masuk: 17 Juli 2007 pk 10:57
Dokter: D
D. sekunder:
Nadi (x/menit) 17 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax AP
-
Pemberian Pamol 150 mg
17-Jul 18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul √
√
√
√
√
√
2 x 1 cth p.o.
√
√
√
3 x 1 cth p.o.
√
√
√
2x
2x
2x
1x
stop
2x
2x
2x
2x /hari
1x
√
3 : 3 strip i.m.
√
√
2 L/menit
√ 1550
stop
3 x 1 p.o.
Kesan:
Luminal 15 mg
Radiologis gamb. Broncho-
Profilas 0,5 mg
pneumonia dextra dengan
Pronicy 1 mg
pemadatan ringan kel. hilus
Lacto B
3 x 1 p.o.
(post primer TB?);
Meptin
Besar cor: normal.
Imboost Yefamox
3x250 mg p.o.
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
Cefotaxim
3 x 250 mg i.v.
Nebulizer Ventolin Xylo-Della O2
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara
2x
1 x 1 p.o.
Infus KAEN 3B + aminofilin 2 cc
1200
1100
dibawa pulang
√
√
√
√
√
1550
Obat yang
101
KASUS 15 Riwayat Terapi
Perawatan di Bangsal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI TERPUJI Dosis & Cara Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksaan
Data Diri
Nama Obat
Pemberian Nama: SA
Anamnese
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
Neb. Ventolin I
2 x /hari
Batuk beberapa No. RM:
hari, setelah
00978482
tersedak bersin
Flexotide I
sesak nafas
18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul Hasil Lab
Nilai Normal
Hb (gr%)
12,00 - 18,00
Tgl keluar: 11,40
26 Juli 2007
Hct (%)
36,0 - 49,0
34,5
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
18,34
D. keluar:
Eritrosit (juta/mmk)
sembuh
4,10 - 5,30
3,91
Jenis
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,2
kelamin:
Segmen (%)
25,0 - 70,0
85,2
Laki-laki
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
10,7
LED 1 jam (menit)
1,0 - 10,0
52,0
LED 2 jam (menit)
-
96,0
Umur: 1th 6bl 8hr
BB: 9,3 kg
Tgl masuk: 18Juli 2007 pk 00:57
Dokter: B
D. utama:
Tanda Vital
Bronkitis
Suhu (ºC)
asmatis CP D. sekunder:
Tanda Vital :
-
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
28-30
Nafas (x/menit)
32
32
32
28
30
30
30
21
24
Nadi (x/menit) :
120
Nadi (x/menit)
124
130
136
132
128
128
128
124
126
Nama Obat
-
39,8
38,6
38,2
38,9
38,2
37,2
37,7
37,2
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
37,6
Obat yang
18-Jul 19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul 2x
√
√
2x
√
√
√
1x
PDAK
3 x 1 p.o.
Aminofilin
3 x 1 KP p.o.
Trileptal
2 x 1 p.o.
√
3x
√
√
√
√
-
√
3x
3 x 1 p.o.
2x
√
√
√
√
√
√
√
√
3 x 1 p.o.
2x
√
√
√
√
√
√
√
√
Xepadergin 0,2 mg
3 x 1 p.o.
2x
√
√
√
√
√
√
√
√
Rivotril 0,1 mg
3 x 1 p.o.
2x
√
√
√
√
√
√
√
√
Cefotaxim 200mg
2 x 1 p.o.
√
√
√
1x
√
√
1x
stop
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
1x
√
2x
1x
√
2x
2x
stop
Xylo-Della
1/4 : 1/4 cc i.m.
2x
Nebulizer Flexotide I
2 x / hari P/S
P/S
S
P/S
S
P
√
√
2x
√
√
Diphantoin 15 mg
-
Luminal 15 mg Karbamazepin 25 mg
P
Interhistin 8,3 mg 3 x 1 p.o.
√
Cloracef 75 mg
3 x 1 p.o.
√
√
√
√
√
Streptomisin 100 mg
1 x 1 i.v.
√
√
√
√
√
√
Spiradan 150 mg
3 x 1 p.o.
√
√
Profilas 0,2 mg
dibawa pulang
√
Bricasma 0,4 mg Kodein 25 mg
√
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 102
KASUS 16 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: Sln
21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul 27-Jul
Anamnese
Pamol 1/6
Hasil Lab
Nilai Normal
Tgl keluar:
Panas, mencret
Luminal 10 mg
Hb (gr%)
14,50 - 22,50
9,80
8,60
45,0 - 67,0
32,2
26,0
No. RM:
Hct (%)
01902742
AL (ribu/mmk)
13,00 - 38,00
13,74
AT (ribu/mmk)
100,0 - 400,0
276,0
27 Juli 2007
D. keluar: -
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
4,00 - 8,60
4,28
kelamin:
Eosinofil (%)
0,0 - 3,0
0,4
Perempuan
Monosit (%)
3,0 - 16,0
5,7
SGOT (AST) (U/I)
0,0 - 37,0
60,0
SGPT (ALT) (U/I)
0,0 - 41,0
45,4
Umur: 0th 5bl 7hr
BB: 4,7 kg
Tgl masuk: 21 Juli 2007
D. utama:
Tanda Vital
Bronkitis
Suhu (ºC)
:
-
Suhu (ºC)
GEA
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
16 - 24
40
42
34
36
26
25
24
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
60 - 100
132
136
120
132
132
128
128
D. sekunder: -
Tanda Vital
Radiologi
10 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: USG Abdomen
pk 20:19
36,5 - 37,5
36,2
37
36,6
36,6
21-Jul 22-Jul 23-Jul 24-Jul 25-Jul 26-Jul 27-Jul
3 x 1 p.o.
√
√
2 x 1 p.o.
1x
1x
Luminal 5 mg
Dokter:
Eksplorasi abdomen: struktur
Profilas 0,2 mg
A
intestinal peristaltik usus
Histrin 1/10 tb
meningkat. Tampak kontur
Meptin 4 mcg
usus sebagian dengan fekal
Mucopec 2 mg
materia, sebagian cairan. Tak
Lacto B
1 x 1 p.o.
tervisualisasi gamb. Invaginasi.
Bactricid
2 x 1/2 cth p.o.
Tak tampak distensi lumen
Maltiron sirup
1 x 1/2 cth p.o.
proksimal yang prominen/
Mikasin inj.
2 x 37,5 mg i.v.
1x
ekstrim.
Xylo-Della
2 strip i.m.
1x
Nebulizer Combivent
1/2 amp P/S
Infus KAEN 1B
38,2
Tanggal Pemberian
Hasil:
Saran: follow up
38,2
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 75 mg
39,5
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
250mg
S
P/S
P/S
1100
1000
1100
√
900
dibawa pulang
√
2 x 1 p.o. √
Obat yang
1x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 103
KASUS 17 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: AD
No. RM:
Anamnese
8-Jul
3 : 3 strip i.m. Hasil Lab
Xylo-Della
Batuk + demam
Hb
tinggi
Hct (%)
00577230
9-Jul
10-Jul 11-Jul 12-Jul
Nilai Normal
Tgl keluar:
12,00 - 18,00
13,00
14,4
36,0 - 49,0
39,7
42,2
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
4,67
19,63
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
192,0
85,0
4,10 - 5,30
4,97
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,4
Laki-laki
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,4
Segmen (%)
25,0 - 70,0
48,1
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
30,8
D. utama:
Monosit (%)
0,0 - 9,0
20,3
Bronkitis
Eosinofil tot (L/mmk)
40 - 440
30
0,0 - 138,0
14,4
Umur: 1th 6bl 26hr BB: 12 kg
IgE total (IU/mmk) Tanda Vital
Tgl masuk: 8 Juli 2007 pk 18:16
D. sekunder: -
Suhu (ºC)
D. keluar: 140,0
-
Tanda Vital :
-
Suhu (ºC)
38,8
38
36,5
36,5
36,2
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
28
26
24
24
24
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
132
124
124
128
124
Radiologi Dokter: D
12 Juli 2007 39,0
9 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax AP
Pemberian Pamol 125 mg
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara 8-Jul
9-Jul √
3 x 1 p.o.
Kesan:
Luminal 15 mg
Radiologis gamb. Bronchitis,
Profilas 0,25 mg
adanya PKTB belum bisa
Pronicy 0,5 mg
dikesampingkan.
Mercotin drop
2 x 2 tts
1x
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
1x
Xylo-Della
1/4 : 1/4 i.m.
1x
Nebulizer Ventolin
P/S
1 x 1 p.o.
10-Jul 11-Jul 12-Jul √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Besar cor: dbn.
Infus KAEN 3B
1000
750
Obat yang dibawa pulang
√
1x
P/S
P
1350
stop
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 104
KASUS 18 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: LF
27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul
Anamnese
Hasil Lab
Nilai Normal
Tgl keluar:
12,00 - 18,00
11,80
36,0 - 49,0
38,0
Batuk, demam
Hb
No. RM:
tinggi t = 38ºC,
Hct (%)
00616653
sesak nafas
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
16,29
D. keluar:
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
329,0
sembuh
4,10 - 5,30
4,27
0,0 - 8,0
2,1
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
Perempuan
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,4
Segmen (%)
25,0 - 70,0
76,9
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
15,3
Monosit (%)
0,0 - 9,0
5,3
Umur: 2th
D. utama: Bronkiolitis
BB: 9,6 kg
Tgl masuk: 27 Juli 2007 pk 10:47
Tanda Vital Suhu (ºC)
D. sekunder: -
Tanda Vital :
-
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
Nadi (x/menit) :
-
Radiologi
Nadi (x/menit) 28 Juli 2007
Nama Obat
37,6
38
37,2
36,6
36
20
26
20
24
24
120
128
124
124
120 Tanggal Pemberian
Dosis & Cara
Jenis px: Thorax
Pemberian Pamol 100 mg
Dokter: D
31 Juli 2007
27-Jul 28-Jul 29-Jul 30-Jul 31-Jul
3 x 1 p.o.
1x
√
√
√
1 x 1 p.o.
√
√
√
√
Ro:
Luminal 10 mg
Corakan bronchovasculer kasar,
Profilas 0,5 mg
dengan air bronchogram
Pronicy 0,8 mg
minimal, susp. bronchitis,
Mercotin drop
2 x 2 tts p.o.
√
√
dd - bronchiolitis
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
1x
√
√
1x
Lnn hilus tidak tampak
Sefotaksim
3 x 150 mg i.v.
prominen.
Nebulizer Ventolin
2x / hari P/S
2x
√
1x
P/S
P
P
P
1600
1400 1000
500
Besar cor: dalam batas normal.
Infus RL + aminofilin 2 cc
dibawa pulang
√ √
hiperlusen.
Infus KAEN 3B + aminofilin 2cc
Obat yang
P
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 105
KASUS 19 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: RB
5-Jul
6-Jul
Anamnese
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
Hasil Lab
Nilai Normal
Panas 2 hari,
Xylo-Della
3 strip i.m.
Hb
14,50 - 22,50
11,00
45,0 - 67,0
33,7
Tgl keluar:
No. RM:
kejang 5 menit,
Hct (%)
00996348
batuk, pilek 3
AL (ribu/mmk)
13,00 - 38,00
27,11
hari. Riwayat
AT (ribu/mmk)
100,0 - 400,0
297,0
Jenis
kejang subyek -
Eritrosit (juta/mmk)
4,00 - 8,60
3,98
kelamin:
Riwayat kejang
Eosinofil (%)
0,0 - 3,0
0,0
Laki-laki
pada keluarga +
Basofil (%)
0,0 - 4,0
0,0
(ayahnya)
Segmen (%)
45,0 - 75,0
48,0
Limfosit (%)
20,0 - 55,0
50,0
Monosit (%)
3,0 - 16,0
20,0
Umur: 1th 3bl
D. utama:
7-Jul
7 Juli 2007
D. keluar: -
Kejang demam BB: 11 kg
Tgl masuk:
D. sekunder:
Tanda Vital
5 Juli 2007
ISPA
Suhu (ºC)
pk 23:30
Asmatis
Dokter: A
Tanda Vital :
40
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
20
24
22
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
128
127
124
Nama Obat
40
36,4
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 166,7 mg
36
3 x 1 p.o.
5-Jul
6-Jul
7-Jul
dibawa pulang
1x
2x
√
-
Luminal 15 mg Clavamox sirup
3 x 1 cth p.o.
√
Dilantin
3 x 15 mg p.o.
√
Ventolin exp.
3 x 3/4 cth p.o.
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
Infus KAEN 3B
Obat yang
√
√
IGD
2x
1x
700
1200
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 106
KASUS 20 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: Eap
Anamnese
Neb. Ventolin I
Panas, batuk, No. RM:
2 x /hari
Flexotide I
seseg
7-Jul
O2
2 L/menit
Nilai Normal
Tgl keluar:
Hb
12,00 - 18,00
12,40
36,0 - 49,0
36,0
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
10,20
D. keluar:
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
425,0
sembuh
Jenis
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,0
kelamin:
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,0
Perempuan
Segmen (%)
25,0 - 70,0
59,0
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
32,0
Monosit (%)
0,0 - 9,0
9,0
Umur: 3th 2bl 23hr
BB: 12 kg
Tgl masuk: 4 Juli 2007 pk 15:31
Dokter: A
9-Jul 10-Jul 11-Jul
Hasil Lab
Hct (%)
00553017
8-Jul
11 Juli 2007
D. utama:
Tanda Vital
Bronkitis
Suhu (ºC)
:
-
Suhu (ºC)
asmatis
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
22
20
24
22
24
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
124
124
122
124
128
D. sekunder: -
Tanda Vital
Radiologi
10 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax
37,6
Pamol 166,7
Ro:
Luminal 15 mg
Corakan bronchovasculer kasar,
PDAK
dengan air bronchogram
Aminophilin 30 mg
minimal, oligemia perifer. Tak
Meptin 10 mcg
tampak perselubungan infiltrat.
Thymi sirup
Lnn hilus tidak tampak
Interhistin
prominen. Besar cor; dalam
Profilas
batas normal.
Bricasma
37
Infus KAEN 3B
36
Tanggal Pemberian
3 x 1 p.o.
7-Jul
8-Jul
1x
stop
9-Jul 10-Jul 11-Jul
Obat yang dibawa pulang
3 x 1 p.o.
√
√
√
√
√
3 x 1 p.o.
√
√
√
√
√
3 x 1 cth p.o.
2x
√
√
2 x 250 mg i.v.
1x
1x
√
1750
1500
1400
√
√
Dulcolax suppo Sefotaksim
36,4
Dosis & Cara Pemberian
Thorax: bronchitis asthmatis
37,4
1250
1x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 107
KASUS 21 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: RC
Anamnese
Neb. Ventolin
1 amp
12-Jul 13-Jul 14-Jul Hasil Lab
Nilai Normal
Tgl keluar:
12,00 - 18,00
9,00
36,0 - 49,0
28,0
Batuk ber-
Hb
No. RM:
minggu-minggu,
Hct (%)
00615603
demam, 3 hari
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
11,80
D. keluar:
mencret, muntah.
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
175,0
perbaikan
Jenis
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,0
kelamin:
Basofil (%)
0,0 - 0,1
0,0
Perempuan
Segmen (%)
25,0 - 70,0
32,0
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
66,0
Monosit (%)
0,0 - 9,0
2,0
Umur: 8bl
D. utama: Bronkitis akut
BB: 8,5 kg
Faeces Rutin Tanda Vital Suhu (ºC)
Tgl masuk: 13 Juli 2007 pk 11:19
15 Juli 2007
D. sekunder: -
neg
Tanda Vital :
37,8
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
16
Nafas (x/menit)
16
24
20
Nadi (x/menit) :
110
Nadi (x/menit)
110
124
128
Radiologi
13 Juli 2007
Nama Obat
Jenis px: Thorax Dokter: D
37,8
36,4
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 83,3 mg
37
3 x 1 p.o.
Ro:
Luminal 10 mg
Corakan bronchovasculer kasar,
Profilas 0,25 mg
dengan air bronchogram (+),
Pronicy 0,7 mg
susp. bronchitis. Lnn hilus
Mercotin drop
2 x 1 tts p.o.
tidak tampak prominen.
Lacto B
2 x 1 p.o.
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
11-Jul 12-Jul 13-Jul
dibawa pulang
√
2x
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
2x
2x
1 x 1 p.o
√
Besar cor: dbn.
Infus KAEN 3B Aminofilin 2 cc
Obat yang
1000
1200
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 108
KASUS 22 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Dosis & Cara
Nama Obat
Pemberian Nama: EB
Anamnese
Perawatan di Bangsal Tanggal Pemeriksaan Gol. Darah: A
14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul
Xylo-Della
1/4 : 1/4 i.m.
Hasil Lab
Nilai Normal
Hb
12,00 - 18,00
11,90
Hct (%)
36,0 - 49,0
39,8
Demam, kejang,
Dilantihn inj.
30 mg i.v.
No. RM:
riwayat keluarga:
Kalmethason
3 x 0,5 cc i.v.
01902900
kakak kandung + Stesolid rectal
5 mg
Tgl keluar:
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
8,87
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
228,0
Jenis
Eosinofil (%)
0,0 - 8,0
0,2
kelamin:
Basofil (%)
0,0 - 0,1
1,0
Perempuan
Segmen (%)
25,0 - 70,0
55,3
Limfosit (%)
20,0 - 85,0
34,6
Monosit (%)
0,0 - 9,0
8,9
Umur: 1th 4bl 16hr
D. utama:
Tanda Vital
Faringitis akut
Suhu (ºC)
BB: 10,4 kg
Tgl masuk: 14 Juli 2007 pk 09:28
D. sekunder:
17 Juli 2007 35,0 D. keluar: 230,0
-
Tanda Vital :
39,4
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
-
Nafas (x/menit)
22
24
20
20
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
128
128
124
120
Nama Obat
-
39,5
37
37
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Pamol 125 mg
36,7
3 x 1 p.o.
14-Jul 15-Jul 16-Jul 17-Jul √
√
√
Obat yang dibawa pulang
√
Luminal 15 mg Dokter: C
Curmunos
2 x 1 cth p.o.
√
Dilantin
2 x 20 mg p.o.
1x
√
Dilantin
2 x 20 mg i.v.
√
1x
p.o.
Fortum
2 x 250 mg i.v.
√
Kalmethason
3 x 0,5 cc
1x
2x
2x
1600
1600
1200
Infus KAEN 3B + B1 1amp
1x
√
√ 1x
√
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 109
KASUS 23 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: FL
Anamnese
Neb. Ventolin
1-Aug 2-Aug 3-Aug 4-Aug 5-Aug Hasil Lab
Nilai Normal
Tgl keluar:
12,00 - 18,00
13,30
36,0 - 49,0
41,3
Demam , batuk,
Hb
No. RM:
pilek, sesak
Hct (%)
01903633
nafas
AL (ribu/mmk)
4,10 - 13,00
6,85
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
242,0
5 Agustus '07
D. keluar: -
Jenis
Basofil (%)
0,0 - 0,1
2,9
kelamin:
Monosit (%)
0,0 - 9,0
14,7
Laki-laki
LED 1 jam (mm)
1,0 - 10,0
35,0
LED 2 jam (mm)
-
75,0
Umur: 2th 6bl 13hr
D. utama: -
BB: 9 kg D. sekunder: Tgl masuk:
-
Tanda Vital Suhu (ºC)
Tanda Vital 38,5
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
:
20
Nafas (x/menit)
Nadi (x/menit) :
100
Nadi (x/menit)
Radiologi 1 Agustus 2007 Jenis px: Thorax
1 Agustus 07 pk 22:27
Dokter: C
Nama Obat
16 - 24
Pamol 1/5 Luminal 10 mg
Peribronchial infiltrat perihiler
Profilas 0,25 mg
dan paracardial. Pembesaran
Pronicy 0,5 mg
Lnn hilus. Cor tak membesar,
Medixon 0,8 mg
configurasi normal.
Homoclomin 1,7 mg
39
37,8
37,3
36,6
24
23
24
26
26
124
124
120
124
128 Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Hasil Pemeriksaan:
38,5
1-Aug 2-Aug 3-Aug 4-Aug 5-Aug
3 x 1 p.o.
1x
√
1 x 1 p.o.
1x
√
√
√
dibawa pulang
√
√
1x
√
√
1x
√
√
√
√
√
1x
2x
2x
2x
3 x 1 p.o.
Obat yang
√
Ventolin exp. Sirup
3 x 1 cth
Kesan:
Mycostatin drop
4 x 0,2 cc p.o.
Bronchopneumonia duplex
Kalmethason
3 x 0,3 cc i.v.
Cefotaxim
2 x 200 mg i.v.
1x
√
√
1x
Combivent
P/S
P/S
P/S
P/S
P
Dulcolax suppo.
Infus KAEN 3B + Aminofilin 3 cc Infus D5% + Aminofilin 2 cc
√
I 700
1100
1000
1400
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 110
KASUS 24 Riwayat Terapi Data Diri
Pemeriksaan
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Nama Obat
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian
28-Juni 29-Juni 30-Juni 1-Jul
Anamnese
Deksametason
3 x 0,3 cc i.v.
Hasil Lab
Panas, batuk,
Meylon
4 cc i.v.
RSUD Sleman
No. RM:
sesak nafas,
Aminofilin
2 cc / inj.
Hb
01902239
cor; dbn, pulmo
Nama: HN
Hct (%)
41,0 - 53,0
29,1
AL (ribu/mmk)
4,10 - 10,90
14,0
Jenis
AT (ribu/mmk)
140,0 - 440,0
104,1
kelamin:
Eritrosit (juta/mmk)
4,50 - 5,90
3,39
Laki-laki
Eosinofil (%)
0,0 - 5,0
0
BB: 4 kg
Basofil (%)
0,0 - 2,0
0
Segmen (%)
47,0 - 80,0
68
D. utama:
Limfosit (%)
13,00 - 40,00
21
Bronkopneu-
Monosit (%)
2,0 - 11,0
11
Tgl masuk: 28 Juni 2007 pk 18:07
monia
Tanda Vital
Asmatis
Suhu (ºC)
D. sekunder: -
5-Jul
D. keluar: -
Tanda Vital :
37,5
Suhu (ºC)
Nafas (x/menit) :
60
Nafas (x/menit)
60
40
34
38
36
35
32
30
Nadi (x/menit) :
-
Nadi (x/menit)
136
136
140
144
136
138
140
136
Radiologi
Nama Obat -
Dokter: A
4-Jul
5 Juli 2007 10,0
0th 3bl 10hr
3-Jul
Nilai Normal 13,50 - 17,50
Umur:
2-Jul
37,5
39,6
38
38,1
37,8
37,5
36,2
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
Mucopect 2 mg
39,1
28-Juni 29-Juni 30-Juni 1-Jul
3 x 1 p.o.
2x
√
√
Obat yang
2-Jul
3-Jul
4-Jul
5-Jul
2x
√
√
√
Amoxicillin 3 x 75 mg / XV
Aminofilin 10 mg Pamol 50 mg
3 x 1 p.o.
Dilantin 7,5 mg
3 x 1 p.o.
Cefotaxim
3 x 150 mg i.v.
Dexametason
3 x 0,3 cc i.v.
Xylo-Della
1 : 1 strip i.m.
Nebulizer Combiven
2 x 1/2 amp
Stesolid
dibawa pulang
√
√
1x
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
2x
2x
2x
2x
2x
√
√
2x
2x
1x
1x
2x
1x
1/2 tube
√
√
P/S
P/S
P/S
P
P
stop
650
1100
800
600
900
√
perectal Infus KAEN 1B + 2 cc aminofilin
100
850
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 111
KASUS 25 Riwayat Terapi Pemeriksaan
Data Diri
Nama Obat
Perawatan di Bangsal
Dosis & Cara
Tanggal Pemeriksaan
Pemberian Nama: EN
No. RM:
19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul
Anamnese
Hasil Lab
Nilai Normal
Panas, batuk,
Hb (gr%)
14,50 - 22,50
12,00
pilek
Hct (%)
45,0 - 67,0
36,9
AL (ribu/mmk)
13,00 - 38,00
10,72
AT (ribu/mmk)
100,0 - 400,0
426,0
4,00 - 8,60
4,57
0,0 - 3,0
0,5
01903119
Tgl keluar:
Jenis
Eritrosit (juta/mmk)
kelamin:
Eosinofil (%)
Perempuan
Basofil (%)
0,0 - 4,0
0,7
Segmen (%)
45,0 - 75,0
59,6
Limfosit (%)
20,0 - 55,0
30,1
Monosit (%)
3,0 - 16,0
9,1
Umur: 0th 10bl 20hr
BB: 7,2 kg
Tgl masuk:
D. utama: ISPA
Tanda Vital
GEA
Suhu (ºC)
D. sekunder:
19 Juli 2007
-
23 Juli 2007
D. keluar: -
Tanda Vital 37,5
Suhu (ºC)
37
38
37,5
36,8
36,2
Nafas (x/menit) :
:
20
Nafas (x/menit)
24
24
24
24
24
Nadi (x/menit) :
110
Nadi (x/menit)
120
124
124
128
120
Nama Obat
pk 19:27
Tanggal Pemberian
Dosis & Cara Pemberian
19-Jul 20-Jul 21-Jul 22-Jul 23-Jul
Eritromisin Dokter: A
3 x 1 p.o.
1x
√
Sanmol
3 x 3/4 cth p.o.
1x
√
Lacto B
2 x 1 p.o.
1x
√
Dekstrometorfan
√
2x
√
√
1250
1500
Meptin
Infus KAEN 3B
Keterangan:
√ P S M
: sesuai dengan dosis dan cara pemberian : pagi : sore : malam
750
stop
Obat yang dibawa pulang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
112
LAMPIRAN 4 Ringkasan DRPs yang Ditemukan pada Kasus Pediatri dengan Gangguan Sistem Saluran Nafas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007 DRPs: Obat tanpa indikasi (unnecessary drug therapy) Kasus Obat Problem Penilaian 2, 3, 4, 9, 11, Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian 12, 13, 16, 17, Fenobarbital fenobarbital (pasien tidak kejang). 18, 22 Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian Fenobarbital fenobarbital (pasien tidak kejang). 14, 21 Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian Siproheptadin siproheptadin (pasien tidak menunjukkan adanya alergi). Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian adona Adona (pasien tidak mengalami perdarahan). 10, 20 Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian vitamin Vitamin K K (pasien tidak mengalami perdarahan). Tidak ada indikasi untuk pemakaian homoklorsiklizin 5 Homoklorsiklizin (pasien tidak menunjukkan adanya alergi). Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian Fenobarbital fenobarbital (pasien tidak kejang). 6 Pasien mendapatkan metilprednisolon per oral (p.o.) dan Metilprednisolon deksametason intravena (i.v.) yang memiliki efek terapi yang sama. Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian Fenobarbital fenobarbital (pasien tidak kejang). Pasien mendapatkan metilprednisolon p.o. dan 7 Metilprednisolon deksametason i.v. yang memiliki efek terapi yang sama. Tidak ada indikasi untuk pemakaian homoklorsiklizin Homoklorsiklizin (pasien tidak menunjukkan adanya alergi). Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian Fenobarbital fenobarbital (pasien tidak kejang). 8 Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian Prokaterol HCl prokaterol HCl (pasien tidak mengalami sesak nafas). Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian adona Adona (pasien tidak mengalami perdarahan). Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian vitamin Vitamin K K (pasien tidak mengalami perdarahan). Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian 15 Sefaklor sefaklor. Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian Streptomisin streptomisin. Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian Spiramisin spiramisin. Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian Fenobarbital fenobarbital (pasien tidak kejang). 19 Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian Clavamox® Clavamox® Tidak ditemukan indikasi yang sesuai untuk pemakaian Fenobarbital fenobarbital (pasien tidak kejang). Pasien mendapatkan metilprednisolon p.o. dan 23 Metilprednisolon deksametason i.v., yang memiliki efek terapi sama. Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian nistatin Nistatin (pasien tidak terinfeksi fungi) Tidak ada indikasi yang sesuai untuk pemakaian 25 Prokaterol HCl prokaterol HCl (pasien tidak mengalami sesak nafas).
Rekomendasi Fenobarbital tidak perlu diberikan. Fenobarbital tidak perlu diberikan. Siproheptadin tidak perlu diberikan. Adona tidak perlu diberikan. Vitamin K tidak perlu diberikan. Homoklorsiklizin tidak perlu diberikan. Fenobarbital tidak perlu diberikan. Metilprednisolon p.o. tidak perlu diberikan. Fenobarbital tidak perlu diberikan. Metilprednisolon p.o. tidak perlu diberikan. Homoklorsiklizin tidak perlu diberikan. Fenobarbital tidak perlu diberikan. Prokaterol HCl tidak perlu diberikan. Adona tidak perlu diberikan. Vitamin K tidak perlu diberikan. Sefaklor tidak perlu diberikan. Streptomisin tidak perlu diberikan. Spiramisin tidak perlu diberikan. Fenobarbital tidak perlu diberikan. Clavamox® tidak perlu diberikan. Fenobarbital tidak perlu diberikan. Metilprednisolon p.o. tidak perlu diberikan. Nistatin tidak perlu diberikan. Prokaterol HCl tidak perlu diberikan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
113
DRPs: Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat Kasus 3, 9, 16, 17, 21 11, 12, 13
Obat Problem Fenobarbital Parasetamol Fenobarbital Parasetamol Aminofilin 2, 14, 18 Fenobarbital Parasetamol Aminofilin Deksametason 6, 7, 23 Fenobarbital Parasetamol Aminofilin Deksametason Salbutamol 19, 22 Fenobarbital Parasetamol Deksametason Fenitoin
4
5
8
10 15
20 24
Penilaian Rekomendasi Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi Fenobarbital tidak perlu diberikan. parasetamol. Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi Fenobarbital tidak perlu diberikan. parasetamol dan aminofilin. Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi Fenobarbital tidak perlu diberikan. parasetamol, aminofilin, dan deksametason. Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi parasetamol, aminofilin, dan deksametason. Selain itu, salbutamol juga dapat mengurangi efek terapi aminofilin.
Fenobarbital tidak perlu diberikan. Selain itu, salbutamol sebaiknya diberikan dengan nebulizer untuk menghindari terjadinya interaksi dengan aminofilin secara i.v. Fenobarbital dan fenitoin dapat Fenobarbital tidak perlu diberikan. mengurangi efek terapi parasetamol. Fenitoin diganti dengan karbamazepin. Deksametason akan mengurangi kadar Interaksi antara karbamazepin dengan fenitoin, dan fenitoin akan meningkatkan parasetamol tetap terjadi, namun serum fenobarbital. kemungkinannya lebih kecil dibanding interaksi fenitoin dengan parasetamol. Fenobarbital Fenobarbital dapat mengurangi efek terapi Fenobarbital tidak perlu diberikan. Parasetamol parasetamol. Rifampisin akan menurunkan Isoniazid efek terapi parasetamol dan fenobarbital. Rifampisin Interaksi isoniazid dengan rifampisin dan Perlu dilakukan monitoring fungsi hati. parasetamol mengakibatkan hepatotoksik. Salbutamol Pemberian salbutamol secara p.o. Salbutamol sebaiknya diberikan dengan Aminofilin bersamaan dengan aminofilin secara i.v. nebulizer, untuk menghindari interaksi dapat menurunkan konsentrasi aminofilin. dengan aminofilin secara i.v. Fenobarbital Fenobarbital dan fenitoin mengurangi efek Fenobarbital tidak diberikan. Fenitoin Parasetamol terapi parasetamol. Fenitoin meningkatkan diganti karbamazepin 18,7-37,3 mg Fenitoin konsentrasi fenobarbital. Klorfeniramin 3x/hari. Interaksi karbamazepin dengan Klorfeniramin maleat dapat meningkatkan kadar fenitoin parasetamol tetap terjadi, namun maleat dalam serum serta meningkatkan efek kemungkinannya lebih kecil dibanding farmakologi sekaligus efek toksik fenitoin. interaksi fenitoin dengan parasetamol. Deksametason Deksametason memiliki efek samping Perlu monitoring kadar enzim meningkatkan enzim transaminase. transaminase dalam darah. Peningkatan SGPT dan SGOT pasien dapat disebabkan penggunaan deksametason. Ketokonazol Ketokonazol dapat mengurangi efek Ketokonazol tidak perlu diberikan. Teofilin farmakologi teofilin. Fenobarbital Fenobarbital dan karbamazepin Fenobarbital tidak perlu diberikan. Parasetamol mengurangi efek parasetamol. Fenobarbital Aminofilin mengurangi konsentrasi serum Terbutalin sulfat karbamazepin dan aminofilin. Terbutalin Karbamazepin sulfat mengurangi konsentrasi aminofilin. Aminofilin Terbutalin sulfat dapat mengurangi Aminofilin p.o.sebaiknya diganti Terbutalin sulfat konsentrasi aminofilin. dengan secara i.v. Fenitoin Fenitoin dapat mengurangi efek terapi Fenitoin diganti dengan karbamazepin Parasetamol parasetamol. Deksametason dapat dosis 13,3 -26,67 mg 3x/hari. Interaksi Deksametason mengurangi efek terapi fenitoin. Pemberian terjadi antara karbamazepin dengan Aminofilin fenitoin dan aminofilin secara bersamaan parasetamol dan aminofilin, namun dapat menurunkan efek farmakologi kemungkinannya lebih kecil keduanya. dibandingkan interaksi antara fenitoin dengan parasetamol dan aminofilin. Interaksi antara karbamazepin dan deksametason tidak terjadi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
114
DRPs: Dosis terlalu rendah (dose too low) Kasus Obat Problem Prokaterol HCl Aminofilin 5 Sefotaksim
Sefotaksim 6 Aminofilin Sefotaksim 7 Pseudoefedrin Seftazidim 8 Fenitoin Parasetamol 9
Ketotifen Siproheptadin Kotrimoksazol
10
Prokaterol HCl Aminofilin Sefotaksim
11
Ketotifen Siproheptadin Aminofilin
12
Ketotifen Siproheptadin Sefotaksim
13 Noscapin
Penilaian Dosis prokaterol yang diberikan 2x12,5 mcg. Dosis seharusnya 25 mcg, 2 kali sehari. Dosis aminofilin yang diberikan 201,6 mg/hari secara i.v. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Dosis sefotaksim yang diberikan 2x500 mg secara i.v. Interval yang kurang tepat akan menyebabkan kadar obat dalam jaringan rendah, sehingga potensial menyebabkan resistensi mikroba terhadap obat tersebut. Sefalosporin merupakan antibiotika β–laktam yang termasuk kelompok time dependent, sehingga interval pemberiannya harus tepat. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. Dosis sefotaksim yang diberikan 2x150 mg secara i.v. Golongan sefalosporin termasuk antibiotik time dependent, dimana sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Dosis tersebut kurang dari dosis terapi. Dosis aminofilin yang diberikan 72 mg per hari. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Dosis sefotaksim yang diberikan 2x200 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Dosis pseudoefedrin yang diberikan 3x3 mg. Dosis seharusnya 4 mg/kgBB/hari, dalam dosis terbagi tiap 6 jam. Dosis seftazidim yang diberikan 2x150 mg secara i.v. Dosis seharusnya 30-50 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam. Dosis fenitoin yang diberikan 3x7,5 mg. Dosis seharusnya 15-20 mg/kgBB, 3 kali sehari. Dosis parasetamol yang diberikan 3x125 mg. Dosis seharusnya 10-15 mg/kgBB/dosis, tiap 4-6 jam. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 2x1 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x1 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis kotrimoksazol yang diberikan 3x150 mg. Dosis seharusnya 4 mg trimetoprim/kgBB dan 20 mg sulfametoksazol/kgBB. Dosis prokaterol yang diberikan 3x10 mcg. Dosis seharusnya 1-1,25mcg/kgBB, 2x/hari. Dosis aminofilin yang diberikan 3x30 mg. Dosis seharusnya 6mg/kgBB, 3 kali sehari. Dosis sefotaksim yang diberikan 2x250 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg. Dosis seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis aminofilin yang diberikan 144 mg per hari. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya 1 mg 2 kali sehari. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x1 mg. Dosis seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis sefotaksim yang diberikan 3x150 mg secara i.v. Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. Noscapin yang diberikan 2x1 tetes. Noscapin yang seharusnya diberikan sebanyak 2 tetes, 3-4 kali sehari.
Rekomendasi Dosis prokaterol yang diberikan 2x25 mcg. Dosis aminofilin yang diberikan 450 mg per hari. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x500 mg) secara i.v.
Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) secara i.v.
Dosis aminofilin dinaikkan menjadi 90 mg per hari. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x200 mg) i.v. Dosis pseudoefedrin dinaikkan menjadi 9 mg, 4 kali sehari. Seftazidim yang diberikan 168– 280 mg, 3 kali sehari. Dosis fenitoin menjadi 28–37,3 mg, 3 kali sehari. Dosis parasetamol yang diberikan 160–240, mg 4xsehari. Dosis ketotifen yang diberikan 2x1 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 3x1,3 mg Dosis kotrimoksazol yang diberikan 2x720 mg. Dosis prokaterol menjadi 12-15 mcg, 2 kali sehari. Dosis aminofilin yang diberikan 3x72 mg. Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x250 mg) iv. Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,5 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 3x0,8 mg Dosis aminofilin yang diberikan 225 mg per hari. Dosis ketotifen yang diberikan 2x1 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 3x1,25 mg Sefotaksim diberikan 4 kali sehari (4x150 mg) i.v. Dosis noscapin yang diberikan 2 tetes, 3-4 kali sehari
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Kasus Obat Problem
14
15
16
17
18
19 20
21
22
23
24
115
Penilaian Rekomendasi Dosis sefotaksim yang diberikan 3x250 mg secara i.v. Sefotaksim diberikan 4 kali Sefotaksim Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. sehari (4x250 mg) i.v. Dosis aminofilin yang diberikan 148,8 mg per hari. Dosis Dosis aminofilin yang Aminofilin seharusnya 15 mg/kgBB/hari. diberikan 210 mg sehari. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis seharusnya Dosis ketotifen yang diberikan Ketotifen 1 mg 2 kali sehari. 2x1 mg. Dosis sefotaksim yang diberikan 2x200 mg secara i.v. Sefotaksim diberikan 4 kali Sefotaksim Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. sehari (4x200 mg) i.v. Dosis fenobarbital yang diberikan 3x15 mg. Dosis Dosis fenobarbital yang Fenobarbital seharusnya 2 mg/kgBB, 3 kali sehari. diberikan 3x18,6 mg. Dosis interhistin yang diberikan 3x8,3 mg per hari. Dosis Interhistin yang diberikan Interhistin seharusnya 50-100 mg sehari. sebanyak 1-2 tablet sehari. Dosis ketotifen yang diberikan 2x0,2 mg per hari. Dosis Dosis ketotifen yang diberikan Ketotifen seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari. 2x0,5 mg. Dosis prokaterol yang diberikan 2x4 mcg. Dosis seharusnya Dosis prokaterol menjadi 4,7Prokaterol HCl 1-1,25mcg/kgBB, 2x/hari. 5,9 mcg, 2 kali sehari. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg. Dosis Dosis ketotifen yang diberikan Ketotifen seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari. 2x0,5 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis Dosis siproheptadin yang Siproheptadin seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi. diberikan 3x1 mg Dosis sefotaksim yang diberikan 3x150 mg secara i.v. Sefotaksim diberikan 4 kali Sefotaksim Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. sehari (4x150 mg) i.v. Dosis aminofilin yang diberikan 134,4 mg per hari. Dosis Dosis aminofilin yang Aminofilin seharusnya 15 mg/kgBB/hari. diberikan 144 mg sehari. Dosis fenitoin yang diberikan 3x15 mg. Dosis seharusnya Dosis fenitoin menjadi 55-73,3 Fenitoin 15-20 mg/kgBB, 3 kali sehari. mg, 3 kali sehari. Dosis sefotaksim yang diberikan 2x250 mg secara i.v. Sefotaksim diberikan 4 kali Sefotaksim Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. sehari (4x250 mg) i.v. Dosis parasetamol yang diberikan 3x83,3 mg. Dosis Dosis parasetamol yang Parasetamol seharusnya 10-15 mg/kgBB/dosis, tiap 4-6 jam. diberikan 85-127,5 mg 4xsehari. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg per hari. Dosis Dosis ketotifen yang diberikan Ketotifen seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari. 2x0,5 mg. Noscapin yang diberikan 2x1 tetes. Noscapin yang Dosis noscapin yang diberikan Noscapin seharusnya diberikan sebanyak 2 tetes, 3-4 kali sehari. 2 tetes, 3-4 kali sehari. Dosis aminofilin yang diberikan 115,2 mg per hari. Dosis Dosis aminofilin yang Aminofilin seharusnya 15 mg/kgBB/hari. diberikan 127,5 mg sehari. Dosis seftazidim yang diberikan 2x250 mg secara i.v. Seftazidim diberikan 4 kali Seftazidim Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. sehari (4x250 mg) i.v. Dosis fenitoin i.v. yang diberikan 2x20 mg, dan fenitoin p.o. Dosis fenitoin i.v. yang yang diberikan 3x20 mg. Dosis fenitoin i.v. yang seharusnya diberikan 52-69,3 mg 3x/hari, Fenitoin diberikan 15-20 mg/kgBB dalam 3 dosis terbagi, sedangkan dan fenitoin p.o. yang diberikan dosis fenitoin p.o. 5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi. 26 mg, 2x/hari. Dosis sefotaksim yang diberikan 2x200 mg secara i.v. Sefotaksim diberikan 4 kali Sefotaksim Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. sehari (4x200 mg) i.v. Dosis ketotifen yang diberikan 1x0,25 mg. Dosis Dosis ketotifen yang diberikan Ketotifen seharusnya 0,5 mg 2 kali sehari. 2x0,5 mg. Dosis siproheptadin yang diberikan 1x0,5 mg. Dosis Dosis siproheptadin yang Siproheptadin seharusnya 0,25 mg/kgBB/hari, dalam 2-3 dosis terbagi. diberikan 3x0,75 mg. Dosis sefotaksim yang diberikan 3x150 mg secara i.v. Sefotaksim diberikan 4 kali Sefotaksim Sefotaksim seharusnya diberikan 4 kali sehari. sehari (4x150 mg) i.v.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
116
DRPs: Dosis terlalu tinggi (dose too high) Kasus Obat Problem 1 2 3
4
5 6
7
8 9
10
11
12
13
14
15 16
24
Penilaian Dosis aminofilin yang diberikan 208,8 mg per hari melebihi Aminofilin dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Dosis aminofilin yang diberikan 216 mg per hari melebihi Aminofilin dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Adona yang diberikan 75 mg dalam 1 flabot larutan infus, Adona melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 5,4-21,4 mg dalam 1 flabot larutan infus. Clavamox® yang diberikan sebanyak 1 sendok teh, 3 kali Clavamox® sehari (3x5 ml), melebihi dosis terapi. Dosis isonoazid yang diberikan 1x100 mg melebihi dosis Isoniazid terapi. Dosis seharusnya 5-10 mg/kgBB/hari. Metilprednisolon diberikan secara i.v. dan p.o. bersamaan. Metilprednisolon Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian berbeda dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah. Dosis ambroxol yang diberikan 3x5 mg melebihi dosis terapi. Ambroxol Dosis seharusnya 2,6 mg 3 kali sehari. Dosis ambroxol yang diberikan 3x6 mg melebihi dosis terapi. Ambroxol Dosis seharusnya 3,9 mg 3 kali sehari. Dosis aminofilin yang diberikan 144 mg per hari melebihi Aminofilin dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Dosis deksametason yang diberikan 3x2,5 mg melebihi dosis Deksametason terapi. Dosis seharusnya 0,5-1 mg/kgBB/hari, tiap 6-8 jam. Neurobion yang diberikan sebanyak 2 ampul, melebihi dosis Neurobion terapi. Neurobion yang seharusnya diberikan 1 ampul/hari. Dosis metronidazol yang diberikan 3x150 mg melebihi dosis Metronidazol terapi. Dosis seharusnya 15-35 mg/kgBB/hari, 3 kali sehari. Deksametason diberikan secara i.v. dan p.o. bersamaan. Deksametason Pemberian obat yang sama dengan jalur pemberian berbeda dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah. Neurobion yang diberikan sebanyak 2 ampul, melebihi dosis Neurobion terapi. Neurobion yang seharusnya diberikan 1 ampul/hari. Dosis aminofilin yang diberikan 72 mg per hari melebihi Aminofilin dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Dosis prokaterol yang diberikan 2x25 mcg melebihi dosis Prokaterol HCl terapi. Dosis seharusnya 1-1,25mcg/kgBB, 2 kali sehari. Dosis deksametason yang diberikan 3x2,5 mg, melebihi dosis Deksametason terapi. Dosis seharusnya 0,5-1 mg/kgBB/hari, tiap 6-8 jam. Dosis aminofilin yang diberikan 105,6 mg per hari melebihi Aminofilin dosis terapi. Dosis seharusnya 15 mg/kgBB/hari. Dosis amoksisilin trihidrat yang diberikan 3x250 mg, Amoksisilin melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 20-50 mg/kgBB/hari, trihidrat dalam dosis terbagi tiap 8-12 jam. Dosis prokaterol yang diberikan 2x25 mcg melebihi dosis Prokaterol HCl terapi. Dosis seharusnya 1-1,25 mcg/kgBB, 2 kali sehari. Dosis kodein yang diberikan 3x25 mg melebihi dosis terapi. Kodein Dosis seharusnya 1-1,5 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam. Dosis parasetamol yang diberikan 3x75 mg melebihi dosis Parasetamol terapi. Dosis seharusnya 10-15 mg/kgBB/dosis, tiap 4-6 jam. Dosis fenitoin yang diberikan 3x7,5 mg melebihi dosis terapi. Fenitoin Dosis seharusnya 5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis terbagi. Diazepam yang diberikan sebanyak 0,5 tube (2,5 mg) Diazepam melebihi dosis terapi. Dosis seharusnya 0,3-0,5 mg/kgBB. Pasien mendapatkan aminofilin yang diberikan secara i.v. dan p.o. secara bersamaan. Pemberian obat yang sama Aminofilin dengan jalur pemberian yang berbeda ini dapat menyebabkan kadar yang terlalu tinggi di dalam darah.
Rekomendasi Dosis aminofilin menjadi 165 mg/hari. Dosis aminofilin menjadi 210 mg/hari. Adona menjadi 5,4-21,4 mg dalam 1 flabot larutan infus. Clavamox® menjadi 0,5 sdt 3x/hari (3x2,5 ml). Dosis isoniazid menjadi 40-80 mg/hari. Metilprednisolon secara p.o. tidak perlu diberikan. Dosis ambroxol menjadi 3x2,6 mg. Dosis ambroxol menjadi 3,9 mg 3 kali sehari. Dosis aminofilin menjadi 135 mg/hari. Dosis deksametason 0,9-1,9 mg 3x/hari. Neurobion yang diberikan 1 ampul/hari. Dosis metronidazol 60140 mg, 3x/hari. Deksametason secara p.o. tidak perlu diberikan. Neurobion yang diberikan 1 ampul/hari. Dosis aminofilin menjadi 150 mg sehari. Dosis prokaterol 1518,75 mcg 2x/hari. Dosis deksametason 1,1-2,1 mg 3x/hari. Dosis aminofilin menjadi 94,5 mg sehari. Dosis amoksisilin trihidrat menjadi 93,3233,3 mg, 3 kali sehari. Dosis prokaterol 1417,5 mcg 2x/hari. Dosis kodein diturunkan menjadi 3,1-4,7 mg, 3 kali sehari. Dosis parasetamol 4770,5 mg 3x/hari. Dosis fenitoin menjadi 2x10 mg. Dosis diazepam menjadi 1,2-2 mg sehari. Aminofilin secara p.o. tidak perlu diberikan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
117
DRPs: Butuh terapi obat tambahan (need for additional drug therapy) Kasus Obat Problem 1
Penilaian Pasien mengalami kenaikan angka leukosit yang Obat golongan cukup tinggi, terutama segmen. Hal ini menandakan antiinfeksi terjadinya infeksi bakteri. Pasien tidak mendapatkan obat untuk mengatasi infeksi bakteri tersebut.
Rekomendasi Pasien diberi antibiotik yang sesuai.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI