PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KORELASI BODY MASS INDEX TERHADAP HbA1c PADA PRIA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh: Kristi Natalia NIM: 128114106
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KORELASI BODY MASS INDEX TERHADAP HbA1c PADA PRIA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh: Kristi Natalia NIM: 128114106
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pcilrttnisil Pe,utruHry
KOmI/f$ WDY IIASS^AYDE)TTERHADAP trbAlc ?ADA PRIA DEWASA SEEAT I}I I}ESA KEHUTANJO KECAMATAN CANGKRIilCAI{ SI,EIIfiAN
YOGYAI(ARTA
dieiuh KristiNelb
Sldpoi ymg
oleh :
NIM:12t1141tr
tclahdfuEffijui oletu:
Pembimhingums
(dr. Featy, !vLKs.,
SpPIt)
tsagg:sl"
ff
Januui 2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengeehau S*rlpci Beriudul
KORELASI BOD:Y *TASSI?VDtrTERIIADAP HbAIc PADA PRIA I}E}YASA sEIrAr rlr DESA cArrrcKRrNGAN SLEMAN
or*f;"H,m;fl
Oleh: Kristi Natalia NIM:128114106 Dipertahankan di hdapan Panitia Penguji Slaipsi Fakultas Farmasi Universitas Sanara Dhema Yogyakarta Januari 2015
to*ry
tahui, Farmasi
Ph.D., Apt.
1.
dr. Feoty,
2. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. 3. Dita Maria
Virgriq
M.Sc.,
Apt
lu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kupersembahkan karya ini untuk : Tuhan Yesus sumber kekuatan hidupku Bapak, mama, kakak, abang dan janu penyemangat hidupku Sahabat dan teman-teman yang selalu setia membantuku Keluarga besar dan almamaterku
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNTATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan demgan sesungguhnya bahwa stripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lairu kectrali yang telah disebutkan dalam
htipm
dao daftar pustdr& sebog&imma tayaknya kaqxa
ilmi&.
Apabila di kemtdian hari ditem*an inOitasi plagiarisme dalam naskah ini maka saya bersedia m€nanggung segala sanksi sesuai p€raturan psrundangudangan yang berlalu.
Yogyakarta, l0 Janrroi 2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PER}IYATAA}I PERSETUJUAIT PT'BLIKASI KARYA ILMIAH T]NTT]K KEPENTINGAI\I AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharrra :
Nama Nomor
:
Kristi Natalia
Mahasiswa : 1281 14106
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KORELASI BODY MASS II$DH( TT,RIIADAP lfbAlc PADA PRIA DEWASA SEHAT DI DESA KEPUIIAR.IO KECAMATAN CAI{GKRINGAI\I SLEMAN YOGYAKARTA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhamra hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lai& mengelolanya dalam bentuk pangkalan data. mendistribusikan secaraterbatas, danmempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memkrikan royalti kepada saya selamatetap mencantumkan narna saya sebagai penulis.
Demikian perryataan ini saya buat dengan sebenamya Dibuat di Yogyakarta Padatanggal : 15 Februari 2016 Yang menyatakan
(I{risti Natalia)
vl
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Fuji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala berkat, iahmaq dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat *Korelasi Body Mass Index terhadap menyelesaikan skripsi berjudul
HbAlc
pada
Pria Dewasa Sehat di Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta"
sebagai syarat memperoleh gelar sarjana farrnasi (S.Farm)
di Universitas
Sanata
Dharma Yogyakarta. Pada Kesempatan
ini, penulis ingin menyanrpaikan rasa terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis melalui dukungan tenaga, pikiran, waktu,
dan memberikan banyak nasihat agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Rasa terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada
l.
:
dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membanfu dalam berbagi
itnu,
pengetatuan, dan wawasan, serta bersedia
meluangkan waktu, tenag4 dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan penulis dalaur penyusuum skripsi ini.
2.
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharrna serta selaku dosen ponguji atas semua saran dan dukungan yang
membangun.
3.
Dita Maria Virgioiq M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang membangun.
vll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Kepalas Desa Kepuharjo yang memberikan
ijin
kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian dan penganrbilan data.
5. Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Madq yang telah memberikan
ijin untuk melakukan
penelitian.
6.
Laboratorium Pramitha Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam menganalisis darah untuk kepentingan penelitian.
7.
Masyarakat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangtringan, Slemarq Yogyakana yang tetah bersedia terlibat dalam penelitian sebagai responden.
8.
Selunrh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.
9.
Bapak, mama, kakak, abang, janu yang terkasih dan tercinta, sumber semangatku, yang tiada pemah berhenti memhrikan kasih
syilg,
cint4
dukungan, perhatian" kesabaran dalar.n membimbingku hingga saat ini.
10. Teman-teman Sanggar Bukonk Betajq keluarga keduaktr" sekolah hidup dan pengalamankq yang tiada lelah mendukung dan menyernangatiku.
11. Semua sahabat-salrabatku Dindq Widi, Osalq Bertha Astri4 Cica, Noven, Tika Tiwi, Tata, Nuri, dan Lisa yang selalu mendukungku.
vru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Teman-teman
fKK B 20t2,
dan semua angkatan 2Al2 yang telatr bersama-sama
berproses dan.berbagi suka duka di Fakultas Farmasi Sanata
Dharrra
13. Teman-teman seperjuangan skripsiku "Lisq Noven, Nuri, Ven4 Mithq
Atih
Vani, Siti, Ida yang selalu hrsama-sama berjuang dan memberikan semaugat kepadaku.
14. Semua pihak yang telah membantukq yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skxipsi serta masih
ini
masih terdapat banyak
jauh dari kesempumaan. Penulis sangat mengharapkan kxitik dan saran
yang membangun de,mi sempurnanya skripsi
ini.
Semoga skripsi
ini
dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetatruan.
*ffi Penulis
lX
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………..…iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..………….iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………...……vi PRAKATA..................................................................................................................vii DAFTAR ISI.................................................................................................................x DAFTAR TABEL......................................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xvi INTISARI.................................................................................................................xviii ABSTRACT.................................................................................................................xix BAB I. PENGANTAR...................................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................................1 1.
Perumusan Masalah....................................................................................4
2.
Keaslian Penelitian.....................................................................................4
3.
Manfaat Penelitian......................................................................................8
B. Tujuan................................................................................................................8 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...........................................................................9
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A. Antropometri......................................................................................................9 1. Body Mass Index (BMI).............................................................................10 B. Obesitas............................................................................................................11 C. Diabetes Melitus Tipe 2...................................................................................12 D. Hemoglobin.....................................................................................................14 E. HbA1c………………………..........................................................................15 F. Penyakit Kardiovaskular..................................................................................17 G. Landasan Teori................................................................................................18 H. Hipotesis……………………………………………………………………..20 BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................................21 A. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................................21 B. Variabel Penelitian...........................................................................................21 C. Definisi Operasional........................................................................................22 D. Responden Penelitian.......................................................................................23 E. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................27 F. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................27 G. Teknik Pengambilan Sampel...........................................................................29 H. Instrumen Penelitian........................................................................................29 I. Tata Cara Penelitian.........................................................................................30 1. Observasi Awal..........................................................................................30 2. Permohonan Ijin dan Kerjasama................................................................30
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Pembuatan Informed Consent dan Leaflet.................................................31 4. Pencarian Responden.................................................................................32 5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian.........................................33 6. Pengukuran Parameter...............................................................................33 7. Penyerahan hasil pemeriksaan kepada responden.....................................34 8. Pengolahan data.........................................................................................34 J. Analisis Data....................................................................................................34 K. Keterbatasan Penelitian...................................................................................36 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................37 A. Profil Karakteristik Responden........................................................................37 1. Usia............................................................................................................38 2. Body Mass Index (BMI)............................................................................40 3. Hemoglobin...............................................................................................43 4. HbA1c……………………………………………………………………45 B. Perbandingan Rerata HbA1c pada Kelompok Body Mass Index ≥25kg/m2 dan Body Mass Index <25kg/m2.............................................................................47 C. Korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c....................................................49 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................54 A. Kesimpulan......................................................................................................54 B. Saran................................................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................55
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN................................................................................................................63 BIOGRAFI..................................................................................................................86
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I. Keaslian Penelitian........................................................................................5 Tabel II. Klasifikasi Body Mass Index ……………………….................................10 Tabel III. Klasifikasi Nilai HbA1c............................................................................15 Tabel IV. Penelitian Korelasional Antara BMI terhadap HbA1c.............................20 Tabel V. Interpretasi Hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi..............................................................................................35 Tabel VI. Profil Karakteristik Responden.................................................................37 Tabel VII. Hasil Perbandingan rerata HbA1c pada kelompok body mass index ≥25kg/m2 dan body mass index <25kg/m2 ..............................................47 Tabel VIII. Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap kadar HbA1c ....................51
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Pencarian Responden.................................................................26 Gambar 2. Bagan Kajian Penelitian Payung...........................................................28 Gambar 3. Grafik Distribusi Usia Responden.........................................................38 Gambar 4. Grafik Distribusi Body Mass Index Responden.....................................41 Gambar 5. Grafik Distribusi Hemoglobin Responden............................................43 Gambar 6. Grafik Distribusi HbA1c Responden………………………………….45 Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi Body Mass Index dengan Kadar HbA1c Responden……………………………………………………………50
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ethical Clearence..........................................................................64 Lampiran 2. Surat Ijin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Yogyakarta.........65 Lampiran 3. Surat Ijin Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta........................66 Lampiran 4. Sertifikat Lisensi Analisa Data Statistik…………………………….…67 Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Responden……….............................68 Lampiran 6. Leaflet Tampak Depan............................................................................69 Lampiran 7. Leaflet Tampak Belakang.......................................................................69 Lampiran 8. Informed Consent ...................................................................................70 Lampiran 9. Pedoman Wawancara..............................................................................71 Lampiran 10. Form Pengukuran Antropometri...........................................................72 Lampiran 11. Sertifikat Peneraan Timbangan Berat Badan........................................73 Lampiran 12. Sertifikat Peneraan Pengukur Tinggi Badan ........................................74 Lampiran 13. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian..............................75 Lampiran 14. Data Pemeriksaan darah Responden……….........................................76 Lampiran 15. SOP Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan.................................78 Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia, BMI, HbA1c, Hb Responden......79
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c pada Kelompok Body Mass Index ≥25kg/m2 dan <25kg/m2............................................................82 Lampiran 18. Uji Komparatif antara HbA1c pada kelompok Body Mass Index ≥25kg/m2 dan <25kg/m2......................................................................84 Lampiran 19. Uji Korelasi Pearson antara Body Mass Index dengan HbA1c……....85
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Antropometri merupakan metode sederhana, mudah, dan murah yang dapat digunakan sebagai indikator kesehatan dan status nutrisi seseorang. Pengukuran Body Mass Index (BMI) adalah salah satu metode antropometri yang sering digunakan dan dapat memprediksi adanya obesitas. Obesitas dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan diabetes melitus tipe 2 yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara body mass index terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat pada lingkup masyarakat pedesaan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 46 responden berjenis kelamin lakilaki yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Variabel yang diukur adalah nilai BMI dan kadar HbA1c. Analisis data dengan uji normalitas Shapiro-Wilk, uji komparatif Mann-Whitney, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata karakteristik responden yaitu rerata usia 49,72±6,58 tahun; rerata BMI 24,44±2,98 kg/m2; rerata HbA1c 5,51±0,30%; serta rerata Hb 14,80±1,01 g/dL. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi yang tidak bermakna, berkekuatan lemah dengan arah korelasi positif antara BMI terhadap HbA1c (r=0,237; p=0,112) pada pria dewasa sehat di desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta. Kata kunci : Body Mass Index, HbA1c, Pria Dewasa Sehat
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Anthropometry is a simple method, easy, and inexpensive that can be used as an indicator of the health and nutritional status of a person. Measurement of Body Mass Index (BMI) is one of the frequently used anthropometric methods and can predict the presence of obesity. Obesity leads to insulin resistance. Insulin resistance causes diabetes mellitus type 2, which is a risky factor for cardiovascular disease. This study aims to determine the correlation between Body Mass Index on HbA1c in healthy adult males in rural communities. This study is an observational analytic study with cross-sectional design. The selection of respondents is done in a non-random purposive sampling technique. The number of respondents are 46 male respondents who have met the inclusion and exclusion criteria. The measured variable is the value of BMI and HbA1c levels. The analysis of data uses the Shapiro-Wilk normality test, comparative test of MannWhitney and Pearson correlation test with 95% confidence level. The results shows the average value of respondents’ characteristics, profile of age 49,72 ± 6,58 years; BMI 24,44 ± 2,98 kg/m2; HbA1c 5,51 ± 0,30%; and Hb 14,80±1,01 g/dL. The conclusion of this study is that there is no significant correlation, weak strength with the direction of a positive correlation between BMI on HbA1c (r = 0,237; p = 0,112) in healthy adult males in Kepuharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta.
Keywords: Body Mass Index, HbA1c, Healthy Adult Males
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit seluruh
kardiovaskular merupakan penyebab kematian paling umum di
dunia. Penyakit kardiovaskular menyebabkan hampir 40% kematian di
negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang (Gaziano, 2008). Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang berhubungan dengan pola perilaku modern sehingga penyakit ini tidak hanya menyerang masyarakat di negara-negara maju tetapi sudah menjadi ancaman bagi masyarakat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. World Health Organization melaporkan sebanyak 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2008 dan diprediksikan pada tahun 2030 akan meningkat hingga 23,3 juta orang (WHO, 2013). Diabetes melitus merupakan suatu sindroma kronik gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat insufisiensi sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat (Dorland, 2010). Sekitar 90% dari jumlah keseluruhan pengidap diabetes, mengidap diabetes melitus tipe 2 dengan lebih dari 80% hidup dan tinggal di negara miskin dan berkembang (WHO, 2013). Prevalensi diabetes melitus di seluruh dunia pada semua tingkat umur diperkirakan meningkat dari 2,8% pada tahun 2000 yaitu sekitar 177 juta orang menjadi 4,4% pada tahun 2030 yaitu sekitar 366 juta orang, sedangkan di
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Indonesia diperkirakan prevalensi diabetes melitus mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 (Wild, Roglic, Green, Sicree, and King, 2004). Menurut Schalkwijk and Stehouwer (2005) diabetes melitus dapat menyebabkan
komplikasi
makrovaskular
dan
mikrovaskular.
Komplikasi
makrovaskular dapat menyebabkan percepatan pembentukan aterosklerosis yang dapat mengganggu fungsi kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian diantara pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Faktor risiko penyakit kardiovaskular pada penyandang diabetes melitus meliputi obesitas, hipertensi, overweight, dan dyslipidemia. Indikator overweight, adalah Body Mass Index (BMI) 25,0–29,9 kg/m2 sedangkan indikator obesitas adalah BMI ≥ 30 kg/m2 (WHO, 2013). Obesitas
merupakan
akumulasi
lemak
abnormal
berlebihan
yang
mengakibatkan beberapa risiko penyakit seperti hipertensi, hyperlipidemia, resistensi insulin, serta hiperurisemia yang akan memperburuk kardiovaskular (Zang, et al., 2013). Sebanyak 7,1% kelompok umur dewasa yang overweight menderita diabetes melitus dan sebanyak 12,1% kelompok umur dewasa yang obesitas menderita diabetes melitus (Chan, et al., 2009). Obesitas merupakan faktor risiko yang penting terhadap terjadinya penyakit diabetes melitus. Pada seseorang yang obesitas, karena masukan makanan yang berlebih, kelenjar pankreas akan bekerja lebih keras untuk menormalkan kadar glukosa darah akibat masukan makanan yang berlebihan. Mulamula kelenjar pankreas masih mampu mengimbangi dengan memproduksi insulin yang lebih banyak, sehingga kadar glukosa darah masih dapat dijaga agar tetap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
normal. Tetapi pada suatu ketika sel beta kelenjar pankreas tidak mampu lagi untuk memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi kelebihan masukan kalori. Akibatnya kadar glukosa darah akan tinggi dan akan mengalami toleransi glukosa terganggu yang akhirnya akan menjadi diabetes melitus (Waspadji, 2007). Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan salah satu faktor risiko pengembangan penyakit kardiovaskular sehingga peningkatan HbA1c dapat menjadi indikator tercetusnya risiko penyakit kardiovaskular. Nilai HbA1c merupakan cermin rata-rata kadar gula darah dalam beberapa bulan dan merupakan prediktor kuat terhadap komplikasi diabetes melitus. Nilai HbA1c ≤ 7 % telah terbukti menurunkan komplikasi mikrovaskular dan pemeriksaan nilai HbA1c rutin dapat menurunkan risiko jangka panjang makrovaskular (Sacks, et al., 2011; Stratton, Adler, and Neil, 2000; ADA, 2012). Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu upaya yang dapat memprediksi risiko penyakit diabetes melitus tipe 2. Salah satu cara yang paling sederhana, mudah, dan murah di aplikasikan adalah pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran body mass index, berat tubuh ideal, rasio lingkar pinggang panggul, skinfold thickness, presentase massa lemak, dan massa muskular total. Body mass index merupakan pengukuran antropometri yang menggunakan nilai pengukuran dari berat dan tinggi badan. Nilai body mass index dapat digunakan untuk menentukan seseorang yang mengalami obesitas atau tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
obesitas (Tamus and Bourdon, 2006). Semakin tinggi nilai body mass index seseorang maka semakin berisiko pula orang tersebut untuk mengalami obesitas dimana hal tersebut berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan daripada seseorang dengan body mass index normal (Centers for Disease Control and Prevention of United States, 2011). Oleh karena itu, penelitian yang berjudul “Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta”
ini bertujuan untuk
mengetahui korelasi antara Body Mass Index terhadap HbA1c pada masyarakat pria dewasa sehat di daerah pedesaan sebagai deteksi dini atau upaya pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. 1. Perumusan Masalah Apakah terdapat korelasi yang bermakna antara Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta? 2. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c, dapat dinyatakan belum pernah dilakukan penelitian ini sebelumnya, namun terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini seperti penelitian yang juga melihat korelasi antara Body Mass Index dan HbA1c ataupun penelitian yang menggunakan salah satu variabel yang terdapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
pada penelitian ini baik itu Body Mass Index atau HbA1c, walaupun demikian terdapat perbedaan pada penelitian ini dan penelitian-penelitian lainnya seperti pada jumlah responden, rentang usia, lingkup penelitian dan jenis kelamin responden yang terlibat pada penelitian. Tabel I. Keaslian Penelitian
Judul Penelitian “Glycated Hemoglobin and Associated Risk Factors in Older Adults”(Martins, Jones, Cumming, Silva, Teixeira, and Verrissimo, 2012).
Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi yang bermakna namun lemah antara pengukuran body mass index tehadap kadar HbA1c (p=0,01; r=0,3).
Persamaan Pada penelitian ini meneliti korelasi antara salah satu pengukuran antropometri yaitu body mass index terhadap HbA1c.
Perbedaan Responden yang terlibat berjumlah 118 responden yang terdiri dari 72 responden wanita dan 46 responden pria dengan rentang usia 65-95 tahun.
“Hubungan Obesitas dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung”(Putri dan Larasati, 2013).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara obesitas menurut BMI terhadap HbA1c pasien diabetes melitus tipe 2, analisis data dengan uji Fisher menghasilkan p-value sebesar 1,000 (2-tail) dan 0,579(1-tail), hasil yang diperoleh adalah p-value > α.
Pada penelitian ini menggunakan pengukuran body mass index untuk menilai obesitas pada responden yang kemudian dilihat korelasinya terhadap HbA1c.
Responden yang terlibat berjumlah 46 responden yang terdiri dari 19 responden pria dan 27 responden wanita dengan rentang usia 45-54 tahun. Responden penelitian yang terlibat merupakan responden yang telah didiagnosa diabetes melitus tipe 2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel I. Lanjutan
Judul Penelitian “Correlation among BMI, fasting plasma glucose, and HbA1c levels in subjects with glycemic anomalies visiting Diabetic Clinics of Lahore”(Farasat, Cheema, and Khan, 2009).
Hasil Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat korelasi antara glukosa darah puasa dengan BMI (r=-0,0091; p>0,05) namun terdapat korelasi yang bermakna dengan HbA1c (r=0,298; p<0,005) pada pasien impaired glucose tolerance. Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara glukosa darah puasa dengan BMI (r=-0,0093; p>0,05) namun terdapat korelasi yang bermakna dengan HbA1c (r=0,460; p<0,005) pada pasien diabetes melitus.
Persamaan Pada penelitian ini menggunakan metode antropometri yaitu body mass index dan menggunakan nilai HbA1c untuk melihat korelasi.
Perbedaan Responden yang terlibat berjumlah 508 responden yang terdiri dari 228 responden pria dan 280 responden wanita dengan rentang usia 27-87 tahun. Responden penelitian yang digunakan merupakan responden yang telah didiagnosa Diabetes melitus dan IGT.
“Korelasi Lingkar Pinggang Panggul Terhadap HbA1c Pada Karyawan Pria Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma” (Darmayanti, 2014).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi positif bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar HbA1c (r=0,296; p=0,016), serta antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kadar HbA1c (r=0,327; p=0,007).
Pada penelitian ini meneliti korelasi antara salah satu pengukuran antropometri terhadap HbA1c. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara nonrandom purposive sampling.
Responden yang terlibat adalah pria dewasa sehat dengan rentang usia 40-50 tahun. Ruang lingkup penelitian yaitu pada masyarakat perkotaan yang bekerja. Metode antropometri yang digunakan: pengukuran lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang panggul (RLPP).
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel I. Lanjutan
Judul Penelitian “Korelasi Bodi Mass Index terhadap HbA1c pada Staf Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” (Pramudyo, 2014).
Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan profil karakteristik rerata usia responden 44,08±3,14; rerata BMI responden 25,31±3,29; serta rerata HbA1c responden 5,52±0,47. Terdapat korelasi yang tidak bermakna, berkekuatan sangat lemah dengan arah korelasi negatif antara BMI terhadap HbA1c (r = -0,039 ; p =0,781).
Persamaan Pada penelitian ini meneliti korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara nonrandom purposive sampling.
Perbedaan Responden yang terlibat adalah wanita sehat dengan rentang usia 40-50 tahun. Ruang lingkup penelitian yaitu pada mayarakat perkotaan yang bekerja.
Korelasi Abdominal Skinfold Thickness dan Body Mass Index Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Kabupaten Temanggung (Ludji, 2014).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi yang tidak bermakna antara skinfold thickness terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria (p=0,330; r=-0,160) namun terdapat korelasi yang bermakna pada responden wanita (p=0,002; r=0,190). Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara BMI terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria (p=0,248; r=-190) dan pada responden wanita (p=0,957; r=0,007).
Pada penelitian ini juga menggunakan salah satu metode antropometri yaitu pengukuran dengan menggunakan BMI. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara nonrandom purposive sampling.
Responden yang terlibat berjumlah 98 orang yang terdiri dari 39 responden pria dan 59 responden wanita yang telah diagnosa diabetes melitus tipe 2 dengan usia diatas 40 tahun.
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta dan dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian yang serupa lainnya. b. Manfaat Praktis. Pengukuran BMI diharapkan mampu memberikan gambaran awal kepada masyarakat mengenai obesitas dan kadar HbA1c sebagai upaya pendeteksian dini terhadap penyakit diabetes melitus. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya korelasi antara Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Antropometri Antropometri berasal dari kata Yunani “anthropo” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti ukuran (Cahyono, 2008). Antropometri adalah pengukuran tubuh manusia yang meliputi berat badan, tinggi badan, dan ukuran tubuh, termasuk ketebalan lipatan kulit (skinfold thickness), lingkar pinggang (circumferences), panjang, dan luas (breadths). Hasil pengukuran antropometri dapat menggambarkan dan mengevaluasi status gizi dan status kesehatan seseorang atau suatu populasi, sesuai dengan indikator antropometri yang diinginkan (NHANES, 2007). Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang sederhana, mudah dan sedikit adanya paparan radiasi (Bush, et al., 2010). Pada umumnya antropometri digunakan sebagai prediktor untuk berbagai macam penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, dan dyslipidemia (Chadha, Singh, Kharbanda, Vasdev, and Ganjo, 2006). Salah satu pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah pengukuran Body Mass Index (BMI). Pengukuran body mass index ini berhubungan dengan pengukuran tinggi dan berat badan. Metode pengukuran body mass index sering digunakan sebagai prediktor obesitas ataupun tidak obesitas. BMI merupakan metode yang murah dan mudah untuk melakukan skrining kategori berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC, 2009; WHO, 2000).
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Tabel II. Klasifikasi Body Mass Index berdasarkan Central for Disease Control and Prevention (CDC, 2012). BMI (kg/m2) <18,5 18,5 – 24,9 25,0 – 29,9 ≥30
Kategori Rendah Normal Overweight/Pre Obesitas Obesitas
1. Body Mass Index (BMI) Pengukuran Body Mass Index (BMI) didapat dengan perhitungan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam meter persegi (m2) (Wildman, Gu, Reynolds, Duan, and He, 2004). berat badan (kg) Body Mass Index (BMI) = tinggi badan (m2) Body Mass Index (BMI) secara luas diterima sebagai alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. BMI merupakan indikator yang cukup handal dari obesitas bagi kebanyakan orang. BMI tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa BMI berkorelasi dengan lemak tubuh pada manusia dimana dapat menggambarkan status berat badan seseorang. Disamping kelebihan BMI sebagai indikator overweight dan obesitas, BMI juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu kurang tepat digunakan pada orang dewasa yang mempunyai volume otot yang besar, dan pada orang lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas. Penggunaan BMI juga tidak dapat diterapkan pada bayi, ibu hamil, olahragawan dan dalam keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
asites, dan hepatomegaly (WHO, 2000; Roberts, Uterberger, Kuhnlein and Egeland, 2005; Fajar, Bakri, dan Supariasa, 2002). B.Obesitas Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan beberapa faktor biologik spesifik dan secara fisiologis terjadi akumulasi jaringan lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Soegondo, 2007). Obesitas terjadi ketika asupan energi melebihi pengeluaran energi. Tiga faktor utama yang memodulasi berat badan, yaitu: faktor metabolik, diet, dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang berkurang dapat menjadi faktor yang paling penting sebagai penyebab meningkatnya prevalensi obesitas (Atikah, 2007). Body mass index merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak. Nilai BMI yang berada di antara 2529,9 kg/m2 disebut kelebihan berat badan (overweight) sedangkan nilai BMI ≥30 kg/m2 disebut obesitas (WHO, 2013). Secara umum, massa lemak berhubungan dengan penurunan sensitivitas insulin tubuh. Bila lemak di tubuh berlebih (obesitas), akan berdampak terjadinya intoleransi glukosa dan perlawanan terhadap aksi insulin. Hal ini berkaitan dengan jaringan adiposa abdomen yang berlebih kemudian akan berakibat hiperglikemia bahkan diabetes melitus (Steyn, et al., 2004). Beberapa pengaruh keadaan obesitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
terhadap sensivitas insulin dimana sebagai penanda terjadinya diabetes melitus tipe 2, meliputi : 1. Pada kondisi obesitas terjadi penurunan produksi adiponektin dan adipokin. Adiponektin berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas reseptor terhadap insulin dengan meningkatkan efek insulin. Jika produsen adiponektin dan adipokin menurun maka insulin menjadi kurang sensitif untuk berikatan dengan reseptor insulin akibatnya efek insulin menjadi lemah. 2. Pada kondisi obesitas terjadi peningkatan jumlah jaringan lemak. Jaringan lemak sendiri berperan dalam menghasilkan hormon resistin yang dapat memicu terjadinya resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin. 3. Pada kondisi obesitas juga terjadi peningkatan produksi asam-asam lemak bebas akibat meningkatnya jumlah jaringan lemak. Asam-asam lemak tersebut lambat laun data menumpuk secara abnormal pada otot sehigga hal tersebut dapat mengganggu kerja dari insulin (Sherwood, 2011). C. Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (Soegondo, 2009). Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
berkurang. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk mengatasi kenaikan kadar gula darah. Pada tahap ini, kemugkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa (tahap prediabetes), tetapi belum memenuhi kriteria penderita diabetes melitus. Kondisi resistensi insulin akan terus berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Akhirnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah bertambah berat. Perubahan proses toleransi glukosa, mulai dari kondisi normal, toleransi glukosa terganggu dan diabetes melitus tipe 2 dapat dilihat sebagai keadaan yang berkesinambungan (Soewondo, 2007). Gejala yang sering muncul pada penderita diabetes melitus adalah polyuria (sering buang air kecil), polodipsia (merasakan haus yang berlebihan), dan poliofagia (merasakan lapar yang berlebihan). Kriteria diagnostik untuk diabetes melitus mencakup: glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL, gejala diabetes plus glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL atau kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL setelah pemberian 75g glukosa per oral (uji toleransi glukosa oral) (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005). Diabetes melitus tipe 2 yang cenderung diderita oleh orang dewasa ini berkorelasi dengan obesitas, aktivitas fisik, maupun riwayat keluarga yang memberikan sumbangan hingga 90% terjadinya diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti penyakit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
kardiovaskular, peripheral vascular, ocular, neurologic, abnormalitas renal yang menyebabkan penyakit jantung, stroke, kebutaan, kerusakan saraf ginjal hingga kematian (Ceriello and Motz, 2004). Diabetes United Kingdom memperkirakan 7590% penderita diabetes menderita diabetes melitus tipe 2, disebabkan 80% kelebihan berat badan atau obesitas. Diabetes melitus tipe 2 mulai meningkat pada BMI 23 kg/m2, risiko hipertensi, dyslipidemia, aterosklerosis, dan kematian dini akibat penyakit kardiovaskular semua meningkat dengan meningkatnya obesitas pada penderita diabetes melitus tipe 2. Risiko kematian dini dapat terjadi sepuluh kali lipat pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan BMI diatas 36 kg/m2. Sebaliknya, penurunan berat badan yang disengaja antara 8-13 kg bisa mengurangi angka kematian sebesar 33% pada penderita diabetes melitus dengan obesitas (Frost, Domhorst, and Moses, 2003). D. Hemoglobin Hemoglobin merupakan zat warna darah yang menyebabkan warna merah pada eritrosit. Hemoglobin adalah suatu protein majemuk yang tersusun atas protein sederhana (globin) dan radikal prostetik hem. Salah satu fungsi terpenting hemoglobin yaitu mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru (Sumardjo, 2009). Seseorang yang kekurangan hemoglobin dapat mengalami anemia. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap mililiter kubik darah dalam tubuh manusia. Anemia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
biasanya ditandai dengan penurunan daya tahan tubuh, kepucatan pada tubuh dan penurunan kerja fisik (Amaylia, 2012). Menurut International Expert Committee (2009) HbA1c merupakan bagian dari hemoglobin keseluruhan sehingga setiap perubahan jumlah eritrosit, kadar dan susunan hemoglobin dapat mempengaruhi kadar HbA1c misalkan perubahan masa hidup eritrosit (perdarahan, anemia, hemolysis, kekurangan zat besi ataupun kelainan hemoglobin) sehingga diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan lain pada keadaan tersebut. Pada keadaan gagal ginjal, pengaruh zat yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan obat-obatan juga dapat mempengaruhi kadar HbA1c seseorang.
E. HbA1c HbA1c atau yang dikenal dengan hemoglobin glikat adalah salah satu fraksi hemoglobin di dalam tubuh manusia yang berikatan dengan glukosa secara enzimatik. Hal ini dapat pula diartikan bila kadar glukosa yang berlebih akan selalu terikat di dalam hemoglobin, juga dengan kadar yang tinggi (Acton, 2013). Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu selama 120 hari, yang merupakan rentang hidup sel darah merah. HbA1 terdiri dari atas tiga molekul, HbA1a, HbA1b dan HbA1c sebesar 70%, HbA1c dalam bentuk 70% terglikosilasi (mengabsorbsi glukosa). Jumlah hemoglobin yang terglikolisasi bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin (Sumardjo,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
2009). Kriteria HbA1c menurut American Diabetic Association dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel III. Klasifikasi nilai HbA1c berdasarkan American Diabetes Association (ADA, 2014) Klasifikasi Nilai HbA1c (%) Normal <5,7 Prediabetes 5,7-6,4 Diabetes ≥6,5
Kadar
HbA1c
merupakan
kontrol
glukosa
jangka
panjang
yang
menggambarkan kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu eritrosit 120 hari. Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan diabetes melitus yang tidak terkendali dan berisiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang seperti nefropati, retinopati, atau kardiopati. Penurunan 1% dari HbA1c akan menurunkan komplikasi sebesar 35%. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien diabetes melitus, pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian (American Diabetic Association, 2014). Faktor-faktor yang menjadi alasan pendukung penggunaan HbA1c sebagai alat skrining dan diagnosis diabetes antara lain pemeriksaan dapat dilakukan kapan saja, dapat memperkirakan keadaan glukosa darah dalam waktu yang lebih lama serta tidak dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup jangka pendek, lebih stabil dalam penyimpanan, serta HbA1c berkorelasi dengan komplikasi diabetes. Faktor-faktor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
yang menjadi kekuranggan HbA1c sebagai alat skrining atau diagnosis antara lain perubahan karena faktor-faktor selain glukosa misalnya perubahan masa hidup eritrosit dan etnis, pengujian HbA1c belum tersedia di beberapa laboratorium di dunia, dan biaya yang mahal (Sacks, 2011). F. Penyakit Kardiovaskular Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang menyerang sistem peredaran darah manusia, terutama organ jantung dan pembuluh darah. Penyebab penyakit kardiovaskular adalah adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan jantung akan darah teroksigenasi sehingga menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan suatu keadaan menebalnya lumen pembuluh darah yang disebabkan oleh penumpukkan lipid. Pada beberapa penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini membuktikan tingginya prevalensi obesitas pada masyarakat usia lanjut menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Kumar, et al., 2010; Gotera, Aryana, Suastika, Santosa, dan Kuswardhan, 2006). Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada pasien diabetes melitus yang merupakan salah satu penyulit makrovaskular pada diabetes melitus. Penyulit makrovaskular ini bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital seperti jantung dan otak. Penyebab aterosklerosis pada pasien diabetes melitus tipe 2 bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia, hyperlipidemia, stress,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
oksidatif, penuaan dini dan hiperinsulinemia serta perubahan-perubahan dalam proses koagulasi dan fibrinolysis. Pada pasien diabetes melitus risiko payah jantung kongestif meningkat 4 sampai 8 kali dibanding dengan pasien lain (Shahab, 2007). G. Landasan Teori Antropometri adalah pengukuran tubuh manusia yang meliputi berat badan, tinggi badan, dan ukuran tubuh, termasuk ketebalan lipatan kulit (skinfold thickness), lingkar pinggang (circumferences), panjang, dan luas (breadths). Hasil pengukuran antropometri dapat menggambarkan dan mengevaluasi status gizi dan status kesehatan seseorang atau suatu populasi, sesuai dengan indikator antropometri yang diinginkan (NHANES, 2007). Salah satu pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah pengukuran Body Mass Index (BMI). Pengukuran body mass index ini berhubungan dengan pengukuran tinggi dan berat badan. Metode pengukuran body mass index sering digunakan sebagai prediktor obesitas ataupun tidak obesitas (CDC, 2009). Nilai BMI yang berada di antara 25-29,9 kg/m2 disebut kelebihan berat badan (overweight) sedangkan nilai BMI ≥30 kg/m2 disebut obesitas(WHO, 2013). Bila lemak di tubuh berlebih (obesitas), akan berdampak terjadinya intoleransi glukosa dan perlawanan terhadap aksi insulin. Hal ini berkaitan dengan jaringan adiposa abdomen yang berlebih kemudian akan berakibat hiperglikemia bahkan diabetes melitus (Steyn, et al., 2004). Diabetes melitus tipe 2 yang cenderung diderita oleh orang dewasa ini berkorelasi dengan obesitas, aktivitas fisik, maupun riwayat keluarga yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
memberikan sumbangan hingga 90% terjadinya diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti penyakit kardiovaskular, peripheral vascular, ocular, neurologic, abnormalitas renal yang menyebabkan penyakit jantung, stroke, kebutaan, kerusakan saraf ginjal hingga kematian (Ceriello and Motz, 2004). HbA1c adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah penyakit diabetes melitus terkendali dengan baik atau tidak. HbA1c dapat digunakan untuk memperkirakan kadar rata-rata glukosa darah seseorang selama 3 bulan terakhir (Reinhold and Earl, 2014). Kadar HbA1c yang rendah bukan berarti penderita DM bebas dari risiko komplikasi, namun tingkat risiko akan lebih rendah dibanding penderita DM dengan kadar HbA1c yang tinggi, oleh sebab itu International Expert Comitte menetapkan pentingnya pemeriksaan HbA1c dalam skrining diagnosis penyakit diabetes melitus (American Diabetic Association, 2014). Pada tabel di bawah ini terdapat tabel penelitian korelasional antara BMI terhadap HbA1c, hal ini menunjukkan bahwa sebelum penelitian ini dilakukan telah terdapat penelitian yang serupa pernah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna antara BMI terhadap HbA1c yang dapat menguatkan hipotesis peneliti. Pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya terdapat perbedaanperbedaan misalnya dari jenis kelamin responden yang digunakan, jumlah responden, tempat penelitian di lakukan hingga rentang usia responden yang dilibatkan dalam penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Tabel IV. Penelitian Korelasional antara BMI terhadap HbA1c
Peneliti
Judul
Ismail, et al. (2011)
Control of glycosylated haemoglobin (HbA1c) among type 2 diabetes mellitus patients attending an urban health clinis in Malaysia Evaluation of HbA1c as an objective marker for monitoring blood glucose control for Diabetes patients on Treatment at Dormaa Prebyterian Hospital Glycated hemoglobin and associated risk factors in older adults
Dofuor (2013)
Martins, et al. (2012)
Rancangan Responden Penelitian Cross 307 responden sectional (177 laki-laki dan 190 perempuan) berusia diatas 18 tahun
Hasil Penelitian Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara BMI terhadap HbA1c dengan nilai p=0,387
Cross Sectional
150 responden yang telah terdiagnosa diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 2186 tahun
Terdapat korelasi yang tidak bermakna antara BMI terhadap HbA1c dengan korelasi negative sangat lemah (r= -0,1112; p=0,705)
Cross sectional
118 responden (46 laki-laki dan 72 perempuan) dengan rentang usia 65-95 tahun
Terdapat korelasi yang bermakna namun lemah antara nilai BMI terhadap HbA1c dengan nilai p=0,01 dan r=0,31
H. Hipotesis Terdapat korelasi yang bermakna antara Body Mass Index (BMI) terhadap kadar HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah jenis penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi antara faktor risiko dan faktor efek. Faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya suatu efek, sedangkan faktor efek adalah akibat dari adanya faktor risiko (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai hubungan antara pengukuran antropometri yaitu Body Mass Index yang sebagai faktor risiko dan HbA1C sebagai faktor efek pada pria
dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Pendekatan rancangan pada penelitian ini dilakukan secara cross sectional yang berarti penelitian dimana variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dilakukan pengumpulan data pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas: Body Mass Index (BMI) 2. Variabel tergantung: HbA1c
21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
3. Variabel Pengacau: a. Terkendali: usia, jenis kelamin dan hemoglobin b. Tidak Terkendali: keadaan patologis, gaya hidup responden C. Definisi Operasional 1. Responden penelitian adalah pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkirngan, Sleman, Yogyakarta yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini, serta telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. 2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan yang kemudian dihitung ialah BMI. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dianalisis ialah HbA1c.
3. Pengukuran Body Mass Index adalah perhitungan dari penimbangan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter persegi (m2).
4. Kadar HbA1c diperoleh dari hasil pemeriksaan di Laboratorium Pramitha Yogyakarta yang dinyatakan dalam persen (%).
5. Kriteria kadar HbA1c berdasarkan American Diabetes Association (2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
6. Kriteria Body Mass Index berdasarkan Central For Disease Control and Prevention (2012) dengan cut-off Body Mass Index normal <25 kg/m2 dan Obesitas ≥25 kg/m2.
D. Responden Penelitian Responden penelitian yaitu pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Pemilihan responden penelitian di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu kemudahan dalam berinteraksi dengan responden terkait lokasi yang dekat dan untuk meningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dalam lingkup masyarakat pedesaan. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah reponden pria yang berusia antara 40-60 tahun dan bersedia menandatangani informed consent, serta bersedia berpuasa selama 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah responden tidak hadir saat pengambilan data, mengidap penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular, keadaan oedem dan mengkonsumsi obat-obatan rutin seperti obat-obatan terkait penyakit diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, dyslipidemia dan hipertensi. Pada penelitian ini subjek dipilih secara non-random yang artinya tidak semua subjek mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi responden penelitian dan berdasarkan teknik purposive sampling dimana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
sampel atau subjek yang dipilih berdasarkan suatu kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian. Pemilihan Kecamatan Cangkringan pada penelitian ini dikarenakan responden yang diinginkan adalah masyarakat pedesaan sehingga dipilihlah Kecamatan Cangkringan yang merupakan Kecamatan yang menurut peta persebaran penduduk merupakan
Kecamatan
pedesaan,
selanjutnya
Kecamatan
Cangkringan
merekomendasikan Desa Kepuharjo karena Desa Kepuharjo sesuai dengan kriteria pada penelitian ini. Jumlah calon responden penelitian diperoleh dengan cara mengetahui data jumlah keseluruhan warga setiap Padukuhan di Desa Kepuharjo yang ikut terlibat di dalam penelitian. Desa kepuharjo terdiri dari 7 Padukuhan, antara lain: Padukuhan Kepuh, Padukuhan Kaliadem, Padukuhan Pagerjurang, Padukuhan Batur, Padukuhan Kopeng, Padukuhan Petung, dan Padukuhan Manggong. Padukuhan yang diambil datanya dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 Padukuhan, antara lain: Padukuhan Kepuh, Padukuhan Pagerjurang, Padukuhan Kaliadem, Padukuhan Petung, dan Padukuhan Batur sementara sisanya sebanyak 2 Padukuhan, yaitu: Padukuhan Manggong dan Padukuhan Kopeng tidak diikutsertakan dalam pengambilan data penelitian ini dikarenakan responden dari padukuhan tersebut telah digunakan untuk subyek validasi kuesioner. Data warga pada 5 Padukuhan yang digunakan pada penelitian didapatkan dari pendataan di Kantor Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yaitu sebanyak 2209 orang, selanjutnya data yang diperoleh tersebut dipilih lagi berdasarkan usia yaitu 40–60 tahun dan kriteria inklusi yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
kemudian diperoleh populasi sebanyak 120 orang, namun hanya 100 orang yang bersedia menandatangani inform consent dan bersedia melakukan pengambilan darah, dengan jumlah responden pria yang menandatangani inform consent dan bersedia untuk diambil darah adalah 50 responden. Sebanyak 4 orang diekslusi setelah dilakukan pengambilan darah karena didapatkan nilai HbA1c >6,5 % sehingga didapatkan jumlah responden pria dewasa sehat yang digunakan dalam penelitian yaitu 46 responden. Pengambilan data sampel dilakukan sebanyak tiga kali. Pengambilan data pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2015 di Balai Desa Kepuharjo dengan total responden yang terdata sebanyak 44 orang dengan jumlah responden pria yang terdata adalah 16 orang. Pengambilan data kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2015 di Balai Desa Kepuharjo dengan total responden yang terdata sebanyak 36 orang dengan jumlah responden pria yang terdata adalah 24 orang. Pengambilan data ketiga dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2015 di Gedung Serbaguna Padukuhan Huntap Pagerjurang, Desa Kepuharjo dengan total responden yang terdata sebanyak 21 orang dengan jumlah responden pria yang terdata adalah 10 orang. Total responden yang terdata secara keseluruhan adalah 100 orang dengan total responden pria sebanyak 50 orang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
Dipilih berdasarkan usia 40-60 tahun
Jumlah penduduk dari 5 Padukuhan 2.209 orang
120 responden
6 orang tidak hadir saat pengambilan data 3 orang menderita hipertensi 1 orang menggunakan Pil KB
100 responden pria dan wanita
50 responden wanita 50 responden pria
9 orang sudah menopouse 1 orang takut jarum suntik
Gambar 1. Skema Pencarian Responden
46 responden pria dewasa sehat tanpa diabetes melitus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
E. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali dengan perincian waktu penelitian sebagai berikut : a. Tanggal 30 Mei 2015 bertempat di Balai Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta, pukul 08.00-13.00. b. Tanggal 18 Juni 2015 bertempat di Balai Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta, pukul 08.00-13.00. c. Tanggal 19 Juni 2015 bertempat di Gedung Serbaguna Padukuhan Huntap Pagerjurang,
Desa
Kepuharjo,
Kecamatan
Cangkringan,
Sleman,
Yogyakarta, pukul 13.00-17.00. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Antropometri dan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Masyarakat Pedesaan” dan telah memperoleh ijin dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor Ref: KE/FK/502/EC. Penelitian payung ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara pengukuran antropometri terhadap faktor risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota 10 orang dengan kajian yang berbeda – beda. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya mengkaji korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c pada pria dewasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini sebagai berikut:
Pria Body Mass Index
HbA1c HbA1c
Wanita hs-CRP
Pria
HbA1c HbA1c
LP & RLPP Wanita
lp(a) hs-CRP
Pria
Body Fat Percentage
HbA1c HbA1c
Wanita lp(a)
Gambar 2. Bagan Kajian Penelitian Payung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
G. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara non-random dengan jenis purposive sampling. Teknik non-random sampling merupakan cara pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Teknik purposive sampling berarti dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan suatu tujuan yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Jenis purposive sampling merupakan teknik yang berdasarkan pada ciri/sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri/sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya sehingga ciri/sifat yang spesifik dalam populasi tersebut digunakan sebagai kunci untuk pengambilan sampel (Notoatmodjo, 2010). H. Instrumen Penelitian Instrumen pada penelitian ini adalah timbangan berat badan dengan merek Idealine® dan alat pengukur tinggi dengan merek Height® dimana hasil dari pengukuran tersebut digunakan untuk menghitung Body Mass Index. Pengukuran kadar HbA1c menggunakan Cobas C 501® dan dilakukan dengan menggunakan metode Turbidimetric inhibition im.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah penduduk di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, serta mencari tempat atau lokasi yang tepat untuk melakukan penelitian. Pencarian laboratorium yang tepat untuk menganalisis darah responden juga dilakukan kemudian dipilihlah Laboratorium Pramitha Yogyakarta untuk menganalisis sampel darah pasien karena laboratorium tersebut telah terakreditasi dan merupakan salah satu laboratorium yang terpercaya di Yogyakarta.
2.
Permohonan izin dan kerjasama Permohonan izin pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Ethical clearance dibutuhkan karena di dalam penelitian ini menggunakan sampel darah manusia serta agar hasil penelitian dapat dipublikasikan. Ethical clearance diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor Ref: KE/FK/502/EC.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Permohonan izin selanjutnya diteruskan kekantor Kecamatan Cangkringan agar dapat memperoleh izin untuk melibatkan penduduk yaitu pria dan wanita di Kecamatan Cangkringan dalam penelitian. Permohonan izin terakhir ditujukan kepada kantor Kepala Desa Kepuharjo dimana penelitian akan dilakukan di Desa ini yang melibatkan warga desa pria dan wanita yang memenuhi kriteria penelitian. Permohonan kerjasama pertama diajukan ke bagian Laboratorium Pramitha Yogyakarta untuk pengambilan dan analisis darah. Permohonan kerjasama selanjutnya diajukan kepada calon responden penelitian dengan menggunakan informed consent. 3. Pembuatan informed consent dan leaflet Informed consent merupakan bukti tertulis pernyataan kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian ini. Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden yang bersedia bekerja sama dalam penelitian ini selanjutnya mengisi informed consent berupa nama lengkap, usia, tanggal lahir, alamat dan menandatangani informed consent tersebut sebagai tanda persetujuan. Leaflet digunakan untuk membantu responden dalam memahami gambaran penelitian ini. Konten/isi dari leaflet yaitu tujuan penelitian,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
manfaat penelitian bagi responden, pengukuran antropometri meliputi pengukuran body mass index serta pemeriksaan HbA1c. 4. Pencarian responden Waktu pencarian responden dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kecamatan Cangkringan. Kecamatan Cangkringan merekomendasikan Desa Kepuharjo terkait kriteria penduduk yang diinginkan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti meminta izin langsung ke Kantor Kepala Desa Kepuharjo dan didapatkan informasi mengenai jumlah penduduk Desa Kepuharjo serta Padukuhan-Padukuhan yang terdapat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Peneliti kemudian berkoordinasi dengan kepala Dukuh masing-masing Padukuhan untuk mengetahui persebaran rumah penduduk dan batas-batas padukuhan yang kemudian setiap calon responden didatangi satu persatu ditiap-tiap rumah (door to door) yang selanjutnya diwawancarai sesuai kriteria inklusi dan ekslusi yang digunakan pada penelitian. Calon responden yang masuk dalam kriteria inklusi rumahnya ditandai untuk memudahkan peneliti dalam memberikan undangan untuk pengambilan sampel darah. Calon responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian akan diberikan informed consent, yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden sebagai bukti kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Responden juga kemudian diberi informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, dan diingatkan untuk berpuasa selama 10-12 jam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
5. Validasi, reabilitas, dan kalibrasi instrumen penelitian Pengujian reabilitas dilakukan pada alat timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan dengan replikasi pengukuran sebanyak lima kali. Pada pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan pengukuran sebanyak lima kali berturut-turut oleh subyek yang sama (pria berumur 53 tahun) dengan nilai CV pada alat timbangan berat badan adalah 0,0415481% sedangkan nilai CV pada alat pengukur tinggi badan adalah 0,151918%. Alat timbangan berat badan dan alat pengukur tinggi badan dikatakan reliable karena nilai CV yang diperoleh yaitu ≤ 5%. Alat timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan ini juga dapat dikatakan valid karena telah dikalibrasi oleh Badan Meterologi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat Cobas C 501® yang digunakan untuk mengukur kadar HbA1c juga telah divalidasi oleh Laboratorium Pramitha Yogyakarta. 6. Pengukuran parameter antropometri dan pengambilan darah untuk pengukuran kadar Hb dan HbA1c a. Parameter antropometri. Pengukuran antropometri diperoleh dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Berat badan, responden menimbang berat badan dengan timbangan yang telah disediakan, responden harus melepas alas kaki untuk mengurangi faktor koreksi. Responden harus berdiri dengan posisi tegak lurus dan pandangan kearah depan di atas timbangan. Tinggi badan, responden diukur tinggi badan dengan menempelkan meteran pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
dinding datar. Responden harus melepas alas kaki untuk mengurani faktor koreksi, berdiri tegak lurus sampai meteran menyentuh ujung kepala responden. b. Pengambilan darah responden yang sebelumnya telah berpuasa 8-12 jam. Pengambilan darah untuk pengukuran nilai Hb dan HbA1c ini dilakukan oleh tenaga ahli dari Laboratorium Pramitha Yogyakarta. 7. Penyerahan hasil pemeriksaan kepada responden Hasil pengukuran antropometri serta hasil analisis sampel darah dari Laboratorium Pramitha Yogyakarta diberikan kepada responden kemudian peneliti memberikan penjelasan mengenai hasil pengukuran antropometri dan analisis darah responden disertai dengan memberikan saran mengenai perbaikan atau perubahan gaya hidup responden. 8. Pengolahan data Pada pengolahan data langkah pertama yang dilakukan yaitu menyusun data yang sejenis yang kemudian digolongkan kedalam kategori yang telah ditetapkan, yaitu BMI, Hb, HbA1c, dan usia. Proses terakhir yang diakukan yaitu analisis data. J. Analisis Data Penelitian Data diolah secara statistik dengan taraf keperayaan 95% menggunakan program SPSS versi 17. Proses analisis data yang pertama kali dilakukan adalah uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data. Pengujian dilakukan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena responden yang terlibat sebanyak 46 orang. Suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika nilai p>0,05. Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji komparatif. Uji komparatif dilakukan pada dua kelompok data yaitu HbA1c dengan body mass index ≥25 kg/m2 dan HbA1c dengan body mass index <25 kg/m2. Dalam hasil yang diperoleh terdapat satu kelompok data yang tidak terdistribusi normal, maka uji komparatif yang digunakan yaitu uji MannWhitney. Pada uji komparatif, kelompok data dikatakan tidak berbeda bermakna jika p>0,05. Tahap terakhir dalam analisis data adalah uji korelasi, pada penelitian ini data BMI dan HbA1c terdistribusi normal, sehingga digunakan uji Pearson. Suatu korelasi dianggap bermakna jika nilai p<0,05 (Ahmad, 2011; Dahlan, 2014). Tabel V. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi (Dahlan, 2014)
Parameter
Nilai
Interpretasi
Kekuatan korelasi (r)
0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 p< 0,05
Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel
p>0,05
Tidak terdapat korelasi bermakna antara dua variabel
+(positif)
Searah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula variabel lainnya Berlawanan arah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil variabel lainnya
Nilai (p)
Arah korelasi
-(negatif)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
K. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang dialami peneliti adalah kesulitan mencari responden dikarenakan harus mencari calon responden satu-persatu yang kemudian harus diwawancarai langsung terkait kriteria dalam penelitian. Selain itu juga kesulitan dalam bertemu warga dikarenakan warga yang sebagian bekerja disawah atau ladang sehingga jarang berada di rumah pada siang harinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penelitian Responden pada penelitian ini merupakan pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman Yogyakarta yang berusia 40-60 tahun. Terdapat 46 orang yang bersedia terlibat di dalam penelitian dimana responden tersebut telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Jumlah responden dalam penelitian ini telah melebihi batas minimum sampel yaitu 30 sampel untuk penelitian korelasional (Spiegel and Stephens, 2007). Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik data responden dari hasil penelitian. Profil karakteristik yang dianalisis yaitu usia, body mass index, dan HbA1c. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-random sampling, apabila data terdistribusi normal maka profil karakteristik data yang disajikan dalam mean ± SD, sedangkan jika data tidak terdistribusi normal maka profil karakteristik data yang disajikan adalah median (minimum-maksimum). Uji normalitas data yaitu ShapiroWick karena jumlah data penelitian kurang dari 50 responden (Dahlan, 2014).
No. 1 2 3 4
Tabel VI. Profil Karakteristik Responden Karakteristik Profil (n=46) Usia 48,50(40-60)** Body Mass Index 24,44 ± 2,98 * Hb 15,00(12,10-16,00)** HbA1c 5,50(5,00-6,20) **
p 0,005 0,233 0,001 0,041
* Nilai signifikansi >0,05 berarti terdistribusi normal (mean±SD). ** Nilai signifikansi <0,05 berarti data tidak terdistribusi normal (median(minimum-maksimum)).
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
1. Usia Pada penelitian ini responden yang terlibat adalah pria dewasa sehat yang berusia 40-60 tahun. Uji normalitas responden menggunakan ShapiroWilk dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan signifikansi 0,005 yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan usia dinyatakan dalam median yaitu 48,50 serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 40-50. Distribusi usia responden dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik distribusi usia responden
Menurut Santrock (2004), rentang usia yang tergolong dalam kategori dewasa pertengahan atau middle adulthood adalah dari usia 40-60 tahun. Middle adulthood merupakan usia transisi antara usia dewasa dini dengan usia dewasa lanjut. Responden yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
dalam kategori middle adulthood dimana dalam periode ini mulai terjadi penurunan fungsi organ, penurunan kekuatan fisik hingga penurunan daya ingat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyoroga (2012), kelompok usia ≥45 tahun lebih berisiko menderita diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan kelompok usia <45 tahun (p=0,026). Peningkatan kejadian diabetes melitus tipe 2 sangat erat kaitannya dengan peningkatan usia karena lebih dari 50% diabetes melitus tipe 2 terjadi pada kelompok umur lebih dari 60 tahun (Goldstein and Muller 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tekade dan Srijampana (2012) pada masyarakat urban di India yang melibatkan 613 responden (323 laki-laki dan 290 perempuan) menunjukkan bahwa 26,3% perempuan dan 31,03% laki-laki berada pada risiko tertinggi peningkatan diabetes melitus tipe 2 dimana risiko tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan oleh Sujaya (2009) menemukan bahwa kelompok usia yang paling banyak menderita diabetes melitus tipe 2 adalah kelompok usia 45–52 tahun (47,5%). Peningkatan risiko diabetes seiring dengan usia, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Penelitian yang dilakukan oleh Jalal, Indrawaty, Susanti, dan Oenzil (2008) juga menemukan bahwa usia memegang peranan penting dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
kejadian sindrom metabolik karena semakin meningkatnya usia, maka prevalensi sindrom metabolik semakin meningkat. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka fungsi organ tubuh semakin menurun. Menurut American Diabetic Association (2014) semakin bertambah tua usia manusia, semakin menambah berkembangnya risiko penyakit diabetes. Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektivitas insulin. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes melitus tipe 2 dibandingkan laki-laki karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan index masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopause
membuat
distribusi
lemak
tubuh
menjadi
mudah
terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita lebih berisiko menderita diabetes melitus tipe 2 (Irawan, 2010). 2. Body Mass Index (BMI) Nilai body mass index yang diperoleh pada penelitian ini adalah perhitungan terhadap hasil pengukuran berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) responden. Uji normalitas body mass index menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% yang menghasilkan signifikansi sebesar 0,233 yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Ukuran pemusatan body mass index dinyatakan dalam mean yaitu 24,44 serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar deviasi yaitu 2,98. Distribusi body mass index responden dapat dilihat pada gambar 4.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Gambar 4. Grafik distribusi Body Mass Index responden
Pada penelitian ini, dari 46 responden pria didapatkan 26 responden memiliki body mass index normal (18,5-24,9 kg/m2), 18 responden memiliki body mass index pre obesitas (18,5-24,9 kg/m2), dan 2 responden memiliki body mass index obesitas (≥30 kg/m2). Body mass index merupakan variabel penting terhadap kejadian diabetes melitus hampir disemua penelitian dengan model prediksi. Obesitas merupakan faktor risiko yang penting terhadap terjadinya penyakit diabetes melitus. Mekanismenya terjadi karena pankreas harus bekerja keras untuk menormalkan kadar gula darah yang tinggi akibat masukan makanan yang berlebih dengan cara memperbanyak produksi insulin sampai akhirnya sel beta kelenjar pankreas tidak mampu lagi untuk memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi kelebihan masukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
kalori sehingga mengalami toleransi glukosa terganggu yang akhirnya menyebabkan diabetes melitus (Waspadji, 2007). Nilai BMI berkorelasi dengan lemak tubuh dan risiko beberapa penyakit di masa yang akan datang. Seseorang yang memiliki nilai BMI yang tinggi (≥25 kg/m2) lebih berisiko mengalami obesitas dimana berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan daripada seseorang dengan nilai BMI normal (Centers for Disease Control and Prevention of United State, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Hermita (2006) menyatakan bahwa orang yang mengalami kegemukan (BMI 25-29,9 kg/m2) memiliki risiko 1,59 kali (OR=1,59;95% CI 1,21-2,08) dan pada orang yang mengalami obesitas (BMI ≥30 kg/m2) beresiko 1,90 kali (OR=1,90;955 CI 1,45-2,49) menderita diabetes dibandingkan dengan orang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rumiyati (2008) dimana orang yang mengalami kegemukan berisiko 2,01 kali (OR=2,01;95% CI 1,24-3,26) dibandingkan dengan orang normal. Menurut Kumar (2013), presentase penderita diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas sentral lebih tinggi daripada obesitas general, hal ini menunjukkan bahwa deteksi dini dan pengendalian pada obesitas sentral lebih penting dilakukan daripada obesitas general dalam populasi Asia. Pada penelitian yang melibatkan 240 responden pria penderita diabetes melitus tipe 2 berusia 30 -70 tahun di Punjabi menunjukkan bahwa kondisi overweight dan obesitas terjadi pada 73,3% responden. Penelitian yang dilakukan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Kamath, Shivaprakash, dan Adhikari (2011) yang dilakukan pada 446 responden dengan diabetes melitus tipe 2 di India Selatan juga mendapatkan bahwa responden dengan diabetes melitus tipe 2 sebagian besar memiliki obesitas sentral (68,1%) dibandingkan dengan obesitas general (48,9%). 3. Hemoglobin Uji normalitas HbA1c menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
Distribusi nilai Hb
responden dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Grafik Distribusi Hb responden
Ukuran pemusatan data HbA1c dinyatakan dalam median yaitu 15,00 serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 12,10-16,00.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Penelitian yang dilakukan oleh Adeoye, et al. (2014) menunjukkan pengaruh yang signifikan pada tes HbA1c ketika nilai hemoglobin responden <6g/dl atau >16g/dl, pada penelitian ini tidak ada pasien yang memiliki nilai hemoglobin lebih kecil ataupun lebih besar dari rentang yang ditunjukkan dalam penelitian tersebut, sehingga tidak ada risiko kesalahan ataupun pengaruh dari kadar hemoglobin pasien. Penelitian ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Koga dan Kasayama (2010) yang menyatakan bahwa nilai HbA1c tidak akurat digunakan untuk mendeteksi kontrol glikemik seseorang jika seseorang memiliki penyakit tertentu seperti anemia dan kondisi lain. Pada penelitian ini kadar hemoglobin responden pria, ratarata lebih tinggi daripada responden wanita hal ini terjadi karena kemungkinan adanya responden pria yang merokok, menurut Adamson (2005) peningkatan kadar hemoglobin darah pada perokok berat terjadi karena reflek dari mekanisme kompensasi tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akibat digeser oleh karbonmonoksida yang mempunyai afnitas terhadap hemoglobin yang lebih kuat. Maka, tubuh akan meningkatkan proses hematopoiesis lalu meningkatkan produksi hemoglobin akibat rendahnya tekanan parsial oksigen di dalam tubuh, hal inilah yang menyebabkan tingginya kadar hemoglobin pada sebagian besar responden pria.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
4. HbA1c Uji normalitas HbA1c menggunakan Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,040 yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
Gambar 6. Grafik Distribusi HbA1c responden
Ukuran pemusatan data HbA1c dinyatakan dalam median yaitu 5,50 serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu 5,00-6,20. Pemeriksaan nilai HbA1c merupakan suatu uji sampel darah yang memberikan informasi mengenai rata-rata kadar glukosa darah seseorang selama 3 bulan terakhir. Tes HbA1c merupakan tes utama yang digunakan untuk manajemen diabetes melitus. Hasil tes HbA1c dinyatakan dalam presentase dimana semakin tinggi persentase HbA1c maka kadar glukosa darah seseorang semakin tinggi pula, nilai normal HbA1c ialah dibawah 5,7% (National Institute of Health, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab kenaikan kadar HbA1c di dalam darah. Obesitas dapat mengakibatkan gangguan pada proses uptake glukosa ke dalam sel sehingga mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pengujian terhadap HbA1c dapat membantu memprediksi kemungkinan terjadinya diabetes dimasa depan, nilai prediktif HbA1c merupakan tes yang berguna untuk skrining diabetes secara periodik sehingga pasien dengan HbA1c tinggi yang tidak memiliki diabetes mungkin perlu lebih berhati-hati untuk mengurangi risiko diabetes, terutama jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. (Sherwood, 2011; Edelman, Olsen, Dudley, Harris, and Oddone, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Gao, Matthews, and Sargeant, (2008) pada 1139 responden laki-laki dan perempuan yang berusia 69 tahun keatas, menyatakan bahwa penyebab kematian seperti penyakit kardiovaskular dan penyakit jantung iskemik meningkat seiring dengan meningkatnya kadar HbA1c pada responden. Penelitian yang dilakukan oleh Nishimura, Nakagami, Sone, Ohashi and Tajima (2011) juga menemukan bahwa risiko dari penyakit kardiovaskular meningkat pada pada responden dengan nilai HbA1c ≥6,5% dibandingkan responden dengan nilai HbA1c <6% sehingga nilai HbA1c ini seharusnya dapat dimasukkan kedalam test dalam prediksi risiko penyakit kardiovaskular. Pengontrolan nilai HbA1c dibutuhkan untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular pada pasian diabetes dengan nilai HbA1c yang tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
B. Perbandingan Rerata HbA1c pada Kelompok Body Mass Index ≥ 25 kg/m2 dan Body Mass Index< 25 kg/m2 Uji komparatif atau perbandingan bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara dua kelompok yaitu HbA1c pada kelompok BMI ≥ 25 kg/m2 dengan HbA1c pada kelompok BMI <25 kg/m2. Pada penelitian ini, klasifikasi nilai BMI berdasarkan Central For Disease Control and Prevention (2012). Jumlah responden yang memiliki nilai BMI ≥ 25 kg/m2 sebanyak 20 responden, sedangkan jumlah responden yang memiliki nilai BMI <25 kg/m2 sebanyak 26 responden.
Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah data dari masing-masing kelompok ≤ 50. Hasil dari uji normalitas kedua kelompok adalah pada kelompok BMI ≥ 25 kg/m2 (n=20) terdistribusi normal (p=0,997), sedangkan pada kelompok BMI <25 kg/m2 (n=26) tidak terdistribusi normal (p=0,020). Berdasarkan hasil uji normalitas, maka uji komparatif yang digunakan adalah MannWhitney karena terdapat satu kelompok yang tidak terdistribusi normal. Pada uji komparatif apabila nilai p > 0,05 maka menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna antara kedua kelompok data (Dahlan, 2014). Berikut ini adalah hasil dari uji komparatif rerata HbA1c pada dua kelompok data. Tabel VII. Hasil Perbandingan rerata HbA1c pada kelompok body mass index ≥ 25 kg/m2 dan <25 kg/m2 Body mass index ≥ 25 Body mass index < p kg/m2 (n=20) 25 kg/m2 (n=26) 5,57±0,30 5,46±0,30 0,163 HbA1c
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Hasil uji komparatif pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara dua kelompok yaitu HbA1c pada kelompok BMI ≥ 25 kg/m 2 dengan HbA1c pada kelompok BMI < 25 kg/m2 yang dapat dilihat dari nilai p = 0,163. Hasil penelitian yang menyerupai penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Elochukwu, et al. (2015) pada 100 responden yang terdiri dari 40 lakilaki dan 60 perempuan dengan rentang usia 20-45 tahun di Nigeria, dimana hasil uji perbandingan kadar HbA1c pada kelompok responden obesitas ( BMI ≥ 30,0 kg/m2; 8,13±2,76) dan kelompok responden non obesitas ( BMI 18,5-24,9 kg/m2; 5,34±1,15) adalah terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p=0,543). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bhale (2013) juga menyerupai penelitian ini, penelitian dilakukan pada 90 responden yang telah terdiagnosa diabetes melitus tipe 2 pada rentang usia pasien 30-60 tahun, hasil uji perbandingan kadar HbA1c pada kelompok responden non obesitas (BMI 18,5-25 kg/m2; 8,9±1,53) dan kelompok responden obesitas (BMI >25 kg/m2; 9,93±2,02) terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kadar HbA1c pada responden non obesitas dan responden obesitas dengan nilai p=0,215. Hasil penelitian lain yang menyerupai penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Onal, Atasayan, Gurbuz, Hepkaya and Nuhoglu (2014) penelitian yang dilakukan pada 130 responden anak sehat menemukan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,451) antara kadar HbA1c pada responden anak obesitas (5,46±0,50) dan responden anak non obesitas (5,38±0,52).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Hasil penelitian saat ini tidak menyerupai penelitian yang dilakukan oleh Lukich, Gavish and Shargorodsky (2014) penelitian yang dilakukan pada 285 responden yang terdiri dari 185 responden wanita dan 100 responden pria didapatkan perbedaan yang bermakna (p=0,008) antara kadar HbA1c pada pasien diabetes melitus tipe 2 non obesitas (7,4±1,4) dan responden diabetes melitus tipe 2 obesitas (8,1±1,7). Hasil penelitian Lukich, Gavish and Shargorodsky ini tidak menyerupai hasil penelitian sekarang dikarenakan pada penelitian ini responden yang digunakan adalah responden yang telah positif mengalami diabetes melitus tipe 2 sedangkan pada penelitian ini responden yang digunakan adalah responden pria sehat yang tidak mengalami diabetes melitus tipe 2 maupun penyakit degeneratif lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya BMI pada kondisi responden sehat tidak menimbulkan perbedaan rerata kadar HbA1c yang bermakna antara kedua kelompok responden, sedangkan pada penelitian lain dimana kedua kelompok responden menderita diabetes melitus tipe 2, tinggi rendahnya BMI menimbulkan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok responden penelitian.
C. Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c Uji korelasi pada penelitian ini dilakukan antara BMI terhadap kadar HbA1c responden. Uji korelasi menggunakan uji Pearson karena terdapat data yang terdistribusi normal dalam uji normalitas. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi positif lemah dengan nilai koefisien sebesar 0,237 antara BMI dengan kadar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
HbA1c responden. Diagram sebaran korelasi antara BMI dengan kadar HbA1c dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram sebaran korelasi antara Body Mass Index dengan Kadar HbA1c
Hasil korelasi positif lemah dapat disebabkan karena terdapat
beberapa
responden yang memiliki nilai BMI yang besar serta kadar HbA1c yang tinggi pula ataupun sebaliknya. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi korelasi yang dihasilkan. Nilai p = 0,112, menunjukkan hasil korelasi yang tidak bermakna antara nilai BMI dengan kadar HbA1c. Pada gambar diagram sebaran korelasi dapat dilihat persebaran titik-titik yang menunjukkan kekuatan korelasi, jika persebaran titik-titik ini semakin mendekati garis linear maka korelasinya akan semakin kuat (Dahlan, 2014). Pada penelitian ini banyak titk-titik yang menjauhi garis linear korelasi sehingga kekuatan variabel dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
body mass index dan kadar HbA1c memiliki korelasi yang lemah. Hasil sebaran menunjukkan korelasi positif artinya semakin besar nilai body mass index responden, maka kadar HbA1c semakin meningkat pula. Koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini adalah 0,056. Nilai R2 menunjukkan bahwa sebesar 5,6% variasi dari HbA1c (variabel tergantung) dapat dijelaskan oleh BMI (variabel bebas), sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh BMI terhadap HbA1c adalah 5,6%. Tabel VIII. Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c Variabel Korelasi (r) Signifikansi (p) R2 0,237 0,112 0,056 BMI
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Larasati (2013) pada
46
responden dengan rentang usia 45-54 tahun, menyerupai penelitian saat ini yang menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas yang diukur melalui body mass index responden terhadap kadar HbA1c dengan analisis data menggunakan uji Fisher yang menghasilkan p-value sebesar 1.000 (2-tail) dan 0,579 (1-tail). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail, et al. (2011) pada 307 responden dengan usia diatas 18 tahun juga menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara body mass index dan kadar HbA1c responden dengan nilai p=0,348. Hasil penelitian yang dilakukan Lipoeto, Yerizel, Edward dan Widuri (2007) juga memiliki hasil yang menyerupai dengan penelitian ini dimana hasil pengukuran body mass index responden dengan kadar HbA1c didapat nilai yang sangat rendah (r=0,186 dan p>0,05).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martins, et al. (2012) penelitian yang dilakukan pada 118 responden yang terdiri dari 46 laki-laki dan 72 perempuan dengan rentang usia 65-95 tahun menunjukkan korelasi yang bermakna antara nilai BMI terhadap kadar HbA1c dengan nilai p=0,01 dan r=0,31. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andersson, et al. (2012) pada responden dengan rentang usia 51-86 tahun juga menunjukkan adanya hubungan antara kelebihan berat badan pasien yang diukur dengan body mass index yang berhubungan dengan peningkatan kadar HbA1c yang juga berasosisasi dengan penyakit kardiovaskular. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsenkova, Carr, Schoeller, and Ryff (2010) juga tidak sejalan dengan penelitian saat ini dimana terdapat korelasi yang bermakna antara kadar HbA1c dengan BMI pada responden non diabetes (r = 0,156 p = 0,001). Perbedaan hasil penelitian tersebut dengan penelitian sekarang dikarenakan adanya perbedaan usia responden yang tentukan dalam penelitian. Pada penelitian tersebut, rentang usia reponden yang digunakan yaitu 35-86 tahun dengan jumlah responden sebanyak 938 orang, sedangkan pada penelitian sekarang rentang usia responden yaitu 40-60 tahun dengan jumlah responden sebanyak 46 orang. Perbedaan rentang usia tersebut mampu mempengaruhi profil glukosa darah atau HbA1c responden penelitian, selain itu perbedaan responden yang sangat signifikan juga mempengaruhi keakuratan suatu penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara body mass index terhadap HbA1c. Hal ini menunjukkan bahwa nilai body mass
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
index belum bisa dijadikan sebagai skrining untuk memprediksi apakah responden mengalami resistensi insulin atau tidak yang dapat berkembang menjadi penyakit diabetes melitus tipe 2. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyakit diabetes melitus tipe 2 menggunakan nilai BMI pada orang sehat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi yang tidak bermakna, berkekuatan lemah dengan arah korelasi positif antara Body Mass Index terhadap HbA1c pada pria dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. B. Saran 1. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat meningkatkan jumlah responden penelitian. 2. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan kriteria sehat pada responden tidak hanya dilakukan dengan wawancara, tetapi bisa juga didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan memperketat kriteria inklusi dan ekslusi,
salah
satunya
pertimbangan
pengaruhnya terhadap HbA1c.
54
pada
responden
perokok
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Acton, A., 2013, Blood Proteins Advances in Research and Application, Scholarly Editions, Atlanta, p. 293. Adamson, J.W., 2005, Harrison’s Principle of Internal Medicine, 16th Edition, McGraw Hill, USA, pp. 586-592. Adeoye, S., Abraham, S., Erlikh, I., Sarfraz, S., Borda, T., Yeung, Lap., 2014, Anemia and Haemoglobin A1c level; Is There a Case For Redefining Reference Ranges and Theraupetic goals?, British Journal of Medical Practitioners, 7(1), 706-719. Amaylia, O., 2012, Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia, Continuing Medical Education, Bandung, 39(6), 407-413. American Diabetes Association, 2014, A1C Test, ADA http://www.diabetesforecast.org/diabetes-101/a1c-test.html , diakses 14 Juni 2015. Ahmad, M.S., 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Epidemiologi Indonesia, Jakarta, hal, 45. Andersson, C., Gaal, L.V., Caterson, I.D., Weeke, P., James, W.P.T., Couthino, W., Finer, N., Sharma, A.M., Maggioni, A.P., Pedersen, C.T., 2012, Relationship between HbA1c Levels and Risk of Cardiovaskular Adverse Outcomes and All Cause Mortality in Overweight and Obese Cardiovascular High Risk Woman and Men with type 2 Diabetes, Diabetologia, 55, 2348-2355. American Diabetes Association, 2012, Standards of Medical Care in Diabetes, Diabetes Care, 1(35), 11-13. Atikah, F.D., 2007, Efek Intervensi Diet dan Aktivitas Fisik terhadap Profil Lipid Anak dengan Obesitas, Tesis, 8, Universitas Sumatera Utara, Medan. Bhale, D.V., 2013, Comparative Study of Blood Glucose, Glycosylated Hemoglobin, Serum Cholesterol, Triglycerides and H.D.L. Levels in Lean, Nonobese and Obese Type 2 Diabetes Mellitus, International Journal of Recent Trends in Science and Technology, 8(3) 209-211.
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Bush, N.C., Alvarez, J.A., Hunter, G.R., Brock, D.W., Chandler-Laney, P.C., Gower, B.A., 2010, Etnicity-specific Anthropometric Predictors of Metabolic Risk in Woman, Int J Body Compos, 8(3), 1-10. Cahyono, 2008, Gaya Hidup dan Penyakit Modern, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal. 68-69. CDC, 2012, Anthropometry Procedures Manual, National Health and Nutrion Examination Survey, United States, pp. 80-87. Centers for Disease Control and Prevention of United States, 2011, Body Mass Index : Considerations for Practitioners, http://www.cdc.gov/obesity/downloads/bmiforpractitioners.pdf, diakses tanggal 5 Oktober 2015. Chadha, Singh, G., Kharbanda, P., Vasdev, V., Ganjo, R.K., 2006, Anthropometric Correlation of Lipid Profile in Healthy Aviators, India Journal Aerospace Med, 50(2), 32-37. Chan, J.C.N., Malik, V., Jia, W., Kadowaki, T., Yajnik, C.S., Yoon, K.H., Hu, F.B., 2009, Diabetes in Asia: Epidemiology, Risk Factors, and Pathophysiology, The Journal of the American Medical Association, 301(20), 2129-2140. Ciric, V. and Djindjic, B. 2008, Relationship Between Obesity and Quality of Glicemic Control in Postmenopausal Women with Type 2 Diabetes, Acta Medica Medianae, 47(2), 20-24. Darmayanti, D., 2014, Korelasi Lingkar Pinggang Panggul Terhadap HbA1c Pada Karyawan Pria Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma, Skripsi, 40-41, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dahlan, M., 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal. 64-78. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp content/uploads/2014/02/PCDM.pdf, diakses 14 Oktober 2015. Dofour, A.K., 2013, Evaluation of HbA1c as an objective marker for monitoring blood glucose control for Diabetes patients on treatment at Dormaa Prebyterian Hospital, Thesis, 47-48, Kwame Nkrumah University of Science and Technology, Kumasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Dorland, N., 2010, Kamus Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 594 -596. Edelman, D., Olsen, M.K., Dudley, T.K., Harris, A.C., Oddone, E.Z., 2005, Utility of Hemoglobin A1c in Predicting Diabetes Risk, J Gen Intern Med, 19(12), 1175-1180. Elochukuwu, A.C., Uchenna, E.A., Nasir, I.A., Faith, E.A., Babayo, A., Udoh, A.E., 2015, Evaluation of Fasting Lipid Profile and Glycated Hemoglobin in Obese Subjects at Unioversity of Calabar Teaching Hospital Nigeria, International Journal of Biomedical Research, 6(03), 200-209. Fajar, I., Bakri, B., Supariasa, I.D.N., 2002, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta, hal. 36-38. Farasat, T., Cheema, A., Khan, M., 2009, Correlation among BMI, Fating Plasma Glucose and HbA1c Levels in Subjects with Glycemic Anomalies Visiting Diabetic Clinics of Lahore, Pakistan J. Zool, 41(3), 173-178. Frost, G., Domborst, A., Moses, R., 2003, An Introduction to Type 2 Diabetes: Nutrional Management of Diabetes Mellitus, John Wiley & Sons, Chichester, pp. 85-90. Gao, L., Matthews, F.E., Sargeant, L.A., Brayne, C., 2008, An Investigation of the Population Impact of Variation in HbA1c Levels in Older People in England and Wales: From a Population Based Multi-Centre Longitudinal Study, BMC Public Health, 8-54. Gaziano, T.A., Gaziano, J.M., 2008. Epidemiology of Cardiovaskular Disease. In: Fauci, A.S., et al., eds. Horrisons’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill, p. 1375. Gibson, R. S., 2005, Principle of Nutrional Assesment, 2nd Edition, Oxford University Press, New York, pp. 261 – 262. Ginis, Z., Ozturk, G., Sirmali, R., Yalcindag, A., Dulgeroglu, Y., Delibasi, T., et al, 2012, The role of HbA1c as a screening and diagnostic test for diabetes mellitus in Ankara, Turk J Med Sci, 42(2), 1430-1436. Goldstein, B.J., Muller, D., 2008, Type 2 Diabetes Principles and Practice, Second Edition, New York: Informa Healthcare, p. 207.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Gotera, W., Aryana, S., Suastika, K., Santosa, A., Kuswardhan, T., 2006, Hubungan antara Obesitas Sentral dengan Adiponektin pada Pasien Geriatri dengan Penyakit Jantung Koroner, Jurnal penyakit dalam, 100-106. Hermita, B.U., 2006, Faktor Determinan Kejadian Diabetes pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Data Sekunder SKRT 2004), Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta. International Expert Committee, 2009, Role of the A1C Assay in the Diagnosis of Diabetes, Diabetes Care, 32(7), 1327-1334. Irawan, Dedi., 2010, Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007), Tesis, Universitas Indonesia. Ismail, H., Hanafiah, M., Saadiah., Salmiah, M. S., Yunus, M., Control of Glycosylated Haemoglobin (HbA1c) among Type 2 Diabetes Mellitus Patients Attending an Urban health Clinic in Malaysia, Medical and Health Science Journal, 9, 58-65. Jalal, F., Indrawaty, N., Susanti, N., dan Oenzil, F., 2008, Lingkar pinggang, Kadar Glukosa Darah, Trigliserida, dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman Sumatra Barat, M Med Indo, 43(3), 129-136. Kamath, A., Shivaprakash, G., Adhikari, P., 2011, Body Mass Index and Waist Circumference in Type 2 Diabetes Mellitus Patients Attending Diabetec Clinic, International Journal of Biological & Medical Research, 2(3), 636638. Koga, M., Kasayama, S., 2010, Clinical Impact of Glycated Albumin as Another Glycemic Control Marker, Endocrine Journal, 57(9), 751-762. Kumar, A., 2013, Prevalence of Glicemic Status, Obesity & Waist Circumference in Punjabi Type 2 Diabetics, Journal of Exercise Science and Physiotherapy, 9(1), 1-5. Lanchman, M., 2001, Handbook of Midlife Development, John Wiley & Sons, San Fransisco, p. 356.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Lipoeto, N., I., Yerizel, E., Edward, Z., Widuri, I., 2007, Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang. Lodico, M., Spaulding, D., Voegtle, K., Methods n Educational Research : from Theory to Practice, John Wiley & Sons, San Fransisko, p.321. Ludji, L., 2014, Korelasi Abdominal Skinfold Thickness dan Body Mass Index Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung, Skripsi, 44-45, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Lukich, A., Gavish, D., Shargorodsky, M., 2014, Normal Weight Diabetic Patients versus Obese Diabetics: Relation of Overall and Abdominal Adiposity to Vascular Health, Cardiovascular Diabetology, 13(141), 1-7. Martins, R., Jones, J.G., Cumming, S.P., Silva, M.J., Teixeira, A.M., Verissimo, M.T., 2012 Glycated hemoglobin and Associated risk factors in older adults, Cardiovascular Diabetology, 11(13), 1-8. National Health and Nutrition Examination Survey, 2007, Anthropometric Reference Data for Children and Adults: United States 2007-2010, US Departement of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention National Center for Health Statistics, USA, pp. 1-2. National Institutes of Health, 2011, The A1c Test and Diabetes, http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/A1CTest/, diakses tanggal 6 Oktober 2015. Nishimura, R., Nakagami, T., Sone, H., Ohashi, Y., Tajima, N., 2011, Relationship between Hemoglobin A1c and Cardiovaskular Disease in Mild to Moderate Hypercholesterolemic Japanese Individuals: Subanalysis of a Large Scale Randomized Controlled Trial, Cardiovascular Diabetology, 50-58. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 37-45. Onal, Z.E., Atasayan, V., Gurbuz, T., Hepkaya, E., Nuhoglu, C., 2014, Association of Glycosylated Hemoglobin (HbA1c) Levels with Insulin Resistance in Obese Childreen, African Health Science, 14(3), 533-538.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Putri, A.E.V., Larasati, T.A., 2013, Hubungan Obesitas dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung, Medical Journal of Lampung University, 2 (4), 9-18. Pramudyo, B. S., 2014, Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c pada Staf Wanita Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi, 44, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Reinhold, J.A., Earl, G., 2014, Clinical Therapeutic Primer: Link to the Evidence for the Ambulatory Care Pharmacist, Jones & Bartlett Learning, Burlington, pp. 153-155. Roberts, G.C., Uterberger, H.S., Kuhnlein, H.V., Egeland, G.M., 2005, Body Mass Index May Overestimate the Prevalence of Overweight and Obesity Among the Inuit, International Journal of Circumpolar Health, 64(2), 163-169. Rumiyati, 2008, Hubungan aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Lima Wilayah DKI Jakarta Tahun 2006, Thesis, FKMUI, Jakarta. Sacks, D.B., 2011, A1c Versus Glucose Testing: A Comparison, Diabetes Care, 34(2), 518-523. Sacks, D.B., Bruns, D.E., Goldstein, D.E., Mclaren, N.K., McDonal, J.M., Parrott, M., 2011, Guideline and Recommendation for Laboratory Analysis in the Diagnosis and Management of Diabetes Melitus, Clin Chem, 48:436-472. Saikumar, P., Sudha, D., and Chandraselvi, E., 2014, Body Mass Index Changes in Patients with Type 2 Diabetes Mellitua, World Applied Sciences Journal, 30(10), 1238-1242. Santrock, J., 2004, Life-Span Development, 9th Edition, Mc Graw-Hill Company, New York, pp. 202-206. Shahab, A., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Penyakit Jantung Koroner, Edisi Keempat-Jilid III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal. 32. Schalkwijk, C., Stehouwer, C., 2005, Vascular Complications In Diabetes Melitus: The Role Of Endothelial Dysfunction, Clinical Science, 109, 143-159.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Sherwood, L., 2011, Fisiologi Manusia : Dari sel ke sistem, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.786-789. Sheth, J., Shah, A., Sheth, F., Trivedi, S., Nabar, N., Shah, N., Thakor, P., Vaidya, R., (2015), The Association of Dyslipidemia and Obesity with Glycated Hemoglobin, Clinical Diabetes and Endocrinology, 1-7. Soegondo, S., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Obesitas, Edisi Keempat-Jilid III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal. 25-30. Soegondo, S., 2009, Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu: Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini, Edisi ke-2, Catatan ke-7, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal. 43. Soewondo, P., 2007, Hidup Sehat dengan Diabetes sebagai Panduan Penyandang Diabetes dan Keluarga serta Petugas Kesehatan Terkait, Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal 29. Spiegel, M., Stephens, L., 2007, Statistik, edisi ketiga, diterjemahkan oleh Kastawan, W., Hermein, I., Erlangga, Jakarta, hal. 150. Stratton, I.M., Adler, A.L., Neil, H.A., 2000, Association of Glycemic with Macrovascular and Microvascular Complication of Type 2 Diabetes, BMJ, 321:405-412. Steyn, N.P., Mann, J., Bennett, P.H., Temple, N., Zimmet, P., Tuomilehto, J., Lindstrom, J., Louheranta, A., 2004, Diet, Nutrition, and the Prevention of Type 2 Diabetes, Public Health Nutrition, 7(1A), 147-165. Stump, C.S., Clark, S.E., Sowers, J.R., 2005, Oxidative Stresss in Insulin Resistant Conditions: Cardiovascular Implications, Treat Endocrinol, 4, 343-351. Sumardjo, D., 2009, Pengantar Kimia: Mahasiswa Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta, hal. 18-20. Sujaya, I Nyoman, 2009, Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai Faktor Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan, Jurnal Skala Husana, 6(1), 75-78. Tamus, E., and Bourdon, E., 2006, Anthropometric Evaluations of Body Composition of Undergraduate Students at the University of La Reunion, AdvPhysiolEduc, 30, 248-253.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Tekade, A.P., and Srijampana, V.V.G.R., 2012, Diabetes and Hypertension in the Age Group of 18-40 Years in South Indian Population and its Relation to Indian Diabetes Risk Scores (IDRS) and Anthropometric Measures, International Journal of Biological & Medical Research, 3(4), 2324-2327. Trisnawati, S.K., Setyorogo, S., 2013, Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 6-11. Tsenkova, V.K., Carr, D., Schoeller, D.A., Ryff, C.D., 2010, Perceived Weight Discrimination Amplifies the Link Between Central Adiposity and Nondiabetic Glycemic Control (HbA1c), Ann. Behav. Med. (Springer), 10(1007), 1-9. Waspadji, Sarwono, 2007, Hidup Sehat dengan Diabetes sebagai Panduan Penyandang Diabetes dan Keluarga serta Petugas Kesehatan Terkait, Cetakan Kedua, Pusat Diabetes dan Lipid RSCM FKUI, Jakarta, p. 65. Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., King, H., 2004, Global Prevalence of Diabetes, Diabetes Care, 27:1047-1053. Wildman, R,P., Gu, D., Reynolds, K., Duan, X., and He, J., 2004, Appropriate Body Mass Indexand Waist Circumference Cut off for Categorization of Overweight and Central Adiposity Among Chinese Adult, The American Journal of Clinical Nutrition, 80, 1129-1136. World Health Organization, 2000, The Asia-Pasific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment, International Obesity TaskForce, International Association for the Study of Obesity TaskForce, Wester Pasific Region, pp. 17-22. World
Health Organization, 2013, Cardiovascular Disease, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317en/, diakses pada tanggal 5 Mei 2015.
World
Health Organization, 2013, Diabetes, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f312/en/, diakses pada tanggal 8 Mei 2015.
Zhang, Z-q., Deng, J., He, L-p., Ling, W-h., Su, Y-x., Chen, Y-m., 2013, Comparisan of various Anthropometric and Body Fat Indices in Identifying Cardiometabolic Disturbances in Chinese Men an Woman, Plos One, 8(8),1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Surat Ethical Clearence
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Lampiran 2. Surat Ijin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Yogyakarta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Surat Ijin Kecamatan Cangkringan Sleman Yogyakarta
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Sertifikat Lisesnsi Analisa Data Statistik
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Responden LAB.09-FRM-PU-03.1/02 Rev.00
Penanggung jawab : dr. Windarwati, Sp.PK (K), M.Sc.
Jl. Cik Ditiro No. 17 Yogyakarta
*156050021AA*
NO. REG
: 156050021AA
NAMA
: Ny. DEDREK ORY
TANGGAL REG
DOKTER
: dr. -
NO. PELANGGAN
PENGIRIM
: FAK. FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
JENIS KELAMIN
:
ALAMAT
: FAK. FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
USIA
: 41 Tahun 1 Bulan 10 Hari
NO. TLP. / HP.
:
JENIS PEMERIKSAAN
: :
18-06-2015
2741150602262 Perempuan
HASIL
NILAI RUJUKAN
SATUAN
METODE
10,8
11,5 - 16,5
g/dL
Yang diinginkan : < 200
mg/dL CHOD PAP
HEMATOLOGI
HEMATOLOGI RUTIN Hemoglobin
*
SLS Hemoglobin
KIMIA KLINIK
PROFIL LEMAK Profil Lemak Lengkap Cholesterol (*)
170
Batas tinggi : 200 - 239 Tinggi : > 239 Trigliserida (*)
108
Normal : < 150
mg/dL GPO PAP
Batas tinggi : 150 - 199 Tinggi : 200 - 499 Sangat tinggi : >= 500 HDL Cholesterol (*)
37 *
Rendah : < 40
mg/dL DIRECT CHOD PAP
Tinggi : >= 60 LDL Cholesterol Direct (*)
122
Optimal
: < 100
mg/dL DIRECT CHOD PAP
Mendekati Optimal: 100-129 Batas tinggi Tinggi
: 130-159
: 160-189
Sangat tinggi : > 190 Ratio LDL/HDL
3,3
Calculation
CARDIO RISK INDEX (CRI) < 3 : Resiko rendah 3 - 5 : Moderat > 5 : Resiko tinggi
GULA DARAH · Glukosa Darah Puasa (*)
99
< 100
mg/dL HEXOKINASE
Diagnosis DM >= 126 HbA1c
5,5
Target Pengendalian DM : < 7,0 Cutoff Diagnosis DM ≥ 6,5
-1/2-
%
TURBIDIMETRIC INHIBITION IMMUNOASSAY
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Leaflet Tampak Depan
Lampiran 7. Leaflet Tampak Belakang
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Lampiran 8. Informed Consent PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Jenis Kelamin : Usia/Tanggal Lahi r : Alamat : No.Telp/HP : Menyatakan bahwa: 1. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang berjudul: “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap HbA1c, hs_CRP dan Lipoprotein A pada pria dan wanita dewasa sehat di Kecamatan Muntilan Yogyakarta.” 2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadraan dan tanpa paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian dengan kondisi: a. Secara sukarela bersedia untuk berpuasa 10-12 jam, diambil darahnya, dan melakukan pengukuran antropometri serta digunakan data mediknya untuk kepentingan penelitian. b. Bata yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. 3. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa menyatakan alasan apapun. Dengan pernyataan ini saya buat sejujur- jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada saya sebagai suatu tindakan deteksi dini untuk kesehatan pribadi saya.
Saksi
(...............................)
Yogyakarta, ............................... Yang membuat pernyataan,
(....................................)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA “Korelasi Antropometri dan Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular Pada Masyarakat Pedesaan” a. Identitas Nama : ______________________________________________________ Jenis Kelamin : _______________________________________________ Tempat / Tanggal Lahir : ________________________________________ Usia : ______ tahun Pekerjaan : ___________________________________________________ b. Kondisi Kesehatan *) 1. Riwayat penyakit a. Tidak ada b. Ada, sebutkan______________________________________________ 2. Status menopause (Untuk perempuan) a. Sudah b. Belum 3. Menggunakan KB a. Tidak b. Ya, sebutkan _______________________________________________ 4. Konsumsi obat-obatan rutin a. Tidak b. Ya, sebutkan _______________________________________________ 5. Kondisi hamil (Untuk perempuan) a. Tidak b. Ya *) Lingkari salah satu
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 10. Form Pengukuran Antropometri
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 11. Sertifikat Peneraan Timbangan Berat Badan
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12. Sertifikat Peneraan Pengukur Tinggi Badan
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Lampiran 13. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
No 1 2 3 4 5 No 1 2 3 4 5
Timbangan Berat Badan (kg) 59.70 59.95 60.00 60.30 59.70
Mean
SD
CV%
59.93
0.248998
0.415481%
Pengukur Tinggi Badan (cm) 151.50 151.20 151.70 151.50 151.80
Mean
SD
CV%
151.54
0.230217
0.151918%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 14. Data Pemeriksaan Darah Responden No.
No. Lab
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
155080003AA 155080005AA 155080006AA 155080007AA 1550800014AA 1550800019AA 1550800025AA 1550800027AA 1550800030AA 1550800038AA 1550800040AA 1550800042AA 1550800043AA 1550800044AA 1550800045AA 156050002AA 156050005AA 156050004AA 156050006AA 156050008AA 156050010AA 156050009AA 156050011AA 156050012AA 156050013AA 156050014AA 156050017AA 156050016AA 156050020AA 156050023AA 156050024AA 156050027AA 156050028AA 156050029AA 156050030AA
JUMADI SAKIJO ALI MAJANI PARJIONO BAMBANG SUNYOTO RANTONIYONO SUDARMANTO MARNO SRIYANTO PONIMAN SUWABI PRIYO WIDIYARSONO ENDI SUTRISNO SUMARDI YOSO SUMARJONO PONIMIN ARIS BUDI SUTARDI ASRODIN SUWARNO NARYANTO SUBARDI ROHADI WALIMIN NURYANTO TUKIMAN SAMUJI MARLAN PANGGUNG W. SUNARTO DWIYANTO SLAMET BENU H. SARIJO
HbA1c (%) 5.8 5.2 5.3 5.3 5.6 5.7 5.6 5.4 5.7 5.2 5.5 5.3 6.2 6.2 6 5.5 5.3 5.9 5.3 5.6 5.2 5 5.2 5.3 5.4 5.6 5.5 5.6 5.3 5.5 5.5 5.5 5.8 5.5 5.2
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46.
136050032AA 156050036AA 156050037AA 156050039AA 156050040AA 156050042AA 156050044AA 156050043AA 156050047AA 156050050AA 156050052AA
SUGIHARTONO PURNAMA SUTARNO YATNO TARNO SUTRISNO MINTOJIYONO MITRO S UNIF NAHROWI KAMSIDI SAIMAN
5 5.1 5.6 6.2 5.4 5.2 5.1 5.6 6 5.9 5.4
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Lampiran 15. SOP Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan
SOP Pengukuran Berat Badan : 1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara mengatur penunjuk angka tepat di angka “nol”. 2. Meminta responden melepas alas kaki dan meletakkan barang bawaan di meja. 3. Meminta responden naik ke atas timbangan, dengan posisi tegak lurus. 4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak lurus dengan angka, kemudian mencatat hasil pengukuran pada kartu status antropometri. SOP Pengukuran Tinggi Badan : 1. Pengukur tinggi badan ditempelkan pada dinding datar. 2. Meminta responden melepas alas kaki dan berdiri dengan posisi tegak lurus pada dinding. 3. Pengukur tinggi badan ditarik hingga menyentuh ujung kepala responden, kemudian mencatat hasil pengukuran pada kartu status antropometri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia, BMI, HbA1c dan Hb Responden Descriptives Statistic UMUR
Mean 95% Confidence Interval for Mean
49.72 Lower Bound
47.76
Upper Bound
51.67
5% Trimmed Mean
49.69
Median
48.50
Variance
6.582
Minimum
40
Maximum
60
Range
20
Interquartile Range
10
Skewness Kurtosis Mean
.229
.350
-1.244
.688
24.4410
.43901
95% Confidence Interval for
Lower Bound
23.5568
Mean
Upper Bound
25.3252
5% Trimmed Mean
24.3252
Median
23.9891
Variance Std. Deviation
.970
43.318
Std. Deviation
BMI (kg/m2)
Std. Error
8.866 2.97752
Minimum
19.56
Maximum
32.83
Range
13.26
Interquartile Range
3.95
Skewness
.545
.350
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurtosis HbA1c (%)
Mean
80
-.012
.688
5.5130
.04511
95% Confidence Interval for
Lower Bound
5.4222
Mean
Upper Bound
5.6039
5% Trimmed Mean
5.5027
Median
5.5000
Variance
.094
Std. Deviation
.30595
Minimum
5.00
Maximum
6.20
Range
1.20
Interquartile Range
.33
Skewness Kurtosis
.606
.350
-.018
.688
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
UMUR
.127
46
.061
.923
46
.005
BMI (kg/m2)
.107
46
.200*
.968
46
.233
HbA1c (%)
.149
46
.012
.948
46
.041
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Descriptives Statistic Hb (g/dL)
Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean
14.8087 Lower Bound
14.5074
Upper Bound
15.1100 14.8816
Std. Error .14958
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Median
81
15.0000
Variance
1.029
Std. Deviation
1.01452
Minimum
12.10
Maximum
16.00
Range
3.90
Interquartile Range
1.53
Skewness Kurtosis
-.827
.350
.077
.688
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Hb (g/dL)
df
.177
a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk
Sig. 46
Statistic .001
df .907
Sig. 46
.001
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c pada kelompok Body Mass Index ≥ 25 kg/m2 dan <25 kg/m2 Descriptives CBMI HbA1c (%)
Normal
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
5.4654 Lower Bound
5.3413
Upper Bound
5.5895
5% Trimmed Mean
5.4491
Median
5.4000
Variance
.06024
.094
Std. Deviation
.30717
Minimum
5.00
Maximum
6.20
Range
1.20
Interquartile Range
Tidak normal
Std. Error
.32
Skewness
1.036
.456
Kurtosis
1.003
.887
5.5750
.06723
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
5.4343
Upper Bound
5.7157
5% Trimmed Mean
5.5722
Median
5.5500
Variance Std. Deviation
.090 .30066
Minimum
5.00
Maximum
6.20
Range
1.20
Interquartile Range
.47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skewness Kurtosis
83
.151
.512
-.230
.992
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova CBMI HbA1c (%)
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Normal
.177
26
.036
.904
26
.020
Tidak normal
.117
20
.200*
.984
20
.977
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Lampiran 18. Uji Komparatif antara HbA1c pada kelompok Body Mass Index ≥ 25 kg/m2 dan < 25 kg/m2
Test Statisticsa HbA1c (%) Mann-Whitney U
197.500
Wilcoxon W
548.500
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: CBMI
-1.395 .163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 19. Uji korelasi Pearson antara Body Mass Index dengan HbA1c
Correlations BMI (kg/m2) BMI (kg/m2)
Pearson Correlation
HbA1c (%) 1
Sig. (2-tailed) N HbA1c (%)
.237 .112
46
46
Pearson Correlation
.237
1
Sig. (2-tailed)
.112
N
46
46
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama lengkap Kristi Natalia. Penulis lahir di Kedukul, 26 Desember 1994, serta merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Maximus Sandong dan Laurina. Pendidikan awal penulis dimulai di SDN 02 Kedukul (2000-2006), SMPN 01 Mukok (2006-2009), SMAN 01 Sanggau (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan di kampus maupun di luar kampus. Penulis mengikuti beberapa kegiatan di dalam kampus seperti anggota seksi dekorasi dan dokumentasi Pharmacy Performance Road to School tahun 2013, anggota divisi Dana dan Usaha pada acara Pengobatan Gratis dalam Rangka Dies Natalis XIX Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan anggota Sie Konsumsi pada Pelayanan Kesehatan Gratis Dies Natalis ke 59 Universitas Sanata Dharma. Penulis juga aktif sebagai penari di Sanggar Bukonk Betaja dan meraih penata busana terbaik tahun 2015 serta juara 1 dalam lomba tari kreasi dayak tahun 2013, 2014 dan 2015 pada Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan, penulis juga terlibat sebagai kemitraan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia pada kegiatan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia dan Indonesia Channel 2015.