PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH FERMENTASI DENGAN BAKTERI Lactobacillus TERHADAP TIMBAL (Pb) YANG DISEMPROTKAN PADA DAUN MURBEI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PAKAN CACING Lumbricus rubellus
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Rachelia Octavia Endrastiana NIM: 098114008
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH FERMENTASI DENGAN BAKTERI Lactobacillus TERHADAP TIMBAL (Pb) YANG DISEMPROTKAN PADA DAUN MURBEI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PAKAN CACING Lumbricus rubellus
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Rachelia Octavia Endrastiana NIM: 098114008
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pemetujuan Pcmbimbtng
PENGAIIUE Frn$f;SI{TA$I'nm{CA}{ SAIilgRI Lactubaeiltus TERruDAP ?ril&AL (fbl {c DBEil{rRO:Ir(AN PADA DAIIN MIJRBEI YAIIG DIGT NAKAIY:"ffif* PaKAI{ CACINGIslr b?icas
Y
Slripsi yang dieiukaa oleh: Raehdia OEtavia
N&{:
M*ians
@8114S08
telah diset$ui olefu:
Pembimbirqg
(Prof.Dr" Sri Noegreei, ABt.)
tsoggst
{t
Juti zol3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7) Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13) Tidak tahukanh kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! (1 Korintus 9:24)
Kupersembahkan untuk: Orangtua dan adikku terkasih Sahabat & almamaterku
iv
F
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perayataan Keaslian Karye
Sayamenyatalmn dongan sesmgguhnya bahwa slgip*i yang sayatulis ini
tidak memuat karya atau bagiaa karya orang tain, keeuali telah disebutkan dalarrr kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layalrrya karya ilmiah.
Yogyakata l8 Juli 2013 Penulis
-&uu Oetavia Endrastiana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PER}TYATAAI\ PERSETUJUAN PT]BLIKASI KARYA ILMIAII IINTI'K KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama Nomor
: Rachelia Octavia Endrastiana
Mahasiswa : 0981 14008
Demi pengembangan ilmu pengetatruan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUII FERMENTASI DENGAI\I BAKTEHI Lactobocillus TERIIADAP TIMBAL (Pb) YANG DISEMPROTKAI\T PADA I}AT]N MURBEI YAIIG DIGUNAKAFI SEBAGAI PAKAIY CACII\IG Lumbricus rubellas Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Samta Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media laiq mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Padatanggal: l8 Juli 2013 Yang menyatakan
@,
(Rachelia Octavia Endrastiana)
VI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Fermentasi dengan Bakteri Lactobacillus terhadap Timbal (Pb) yang Disemprotkan pada Daun Murbei yang Digunakan sebagai Pakan Cacing Lumbricus rubellus” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Prof. Dr. Sri Noegrahati Apt, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran, nasehat serta dukungan sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini. 3. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. dan Enade Perdana Istyastono, Ph. D., Apt. selaku dosen penguji atas segala masukan dan bimbingannya. 4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan serta ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Pak Sanjaya atas segala masukan yang telah diberikan kepada penulis. 6. Segenap dosen yang telah berkenan membagikan ilmu kepada penulis selama belajar di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 7. Mas Bimo, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Kethul Ismadi, Mas Ottok dan seluruh staf laboratorium Fakultas Farmasi serta staf keamanan dan kebersihan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya. 8. Staf sekretariat Farmasi: Mas Dwi, Pak Sarwanto, dan Mas Narto. 9. Teman seperjuangan skripsi: A.A. Istri Yulianty S dan Jimmy Pieter Chua untuk dukungan serta canda tawa maupun suka duka yang boleh dirasakan bersama. 10. Teman-teman satu kelompok bimbingan: Ina Juni, Leonardus, Topan Pamungkas, Kristina Nety, serta Johanes Dharma. 11. Teman seperjuangan di laboratorium Kimia Analisis Instrumental maupun Kimia Organik: Novia, Agnes, Viktor, Sisilia, Metri, dan Shinta. 12. Benyamin Adi Gunawan atas dukungan serta semangat yang diberikan baik dari awal penelitian sampai penyusunan skripsi. 13. Kiki, Yosafat, Yunia dan Sekar selaku sahabat, teman berbagi cerita atas semangat dan dukungan yang diberikan. 14. Teman-teman FSM A dan FST A 2009 atas dukungan serta kebersamaan yang boleh dirasakan penulis, khususnya Kenny, Jenny, Denny, Dina dan Nety. Semoga pengalaman yang telah kita lalui bersama bisa menjadi bekal untuk perjuangan hidup kita kelak.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15. Teman-teman angkatan 2009 yang berjuang bersama untuk mencapai garis finish, terima kasih atas kebersamaan, bantuan serta canda tawanya selama perkuliahan. 16. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi, yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Adanya masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna bagi dunia ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 18 Juli 2013
Rachelia Octavia Endrastiana
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………..
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………...
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………………...
v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA…………………….….….…….
vi
PRAKATA……………………………………………………………….….….……
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….….….…….
x
DAFTAR TABEL………………………………………………………..….….……
xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….….….….… xvi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..….….…… xvii INTISARI………………………………………………………………..….….……. xviii ABSTRACT………………………………………………………………….….….…
xix
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………...….….……
1
A. Latar Belakang………………………………………………….….….….…..
1
1. Perumusan masalah …………………………………………….….……
5
2. Keaslian Penelitian …………………………………………..….….……
5
3. Manfaat penelitian …………………………………………….….……...
6
B. Tujuan Penelitian ……………………………………………….….….….….
6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA …………………………………...….….……
7
A. Cacing Tanah Lumbricus rubellus…………………..……………….….……
7
1. Klasifikasi…….…………………………………………………………..
7
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Kandungan Cacing Lumbricus rubellus………………………………….
8
3. Manfaat Cacing Lumbricus rubellus untuk Kesehatan………………….
9
B. Pencemaran logam berat…………………………………………………….
9
C. Timbal………………………………….……………………………………..
10
1. Definisi …………………………………..………………………..….….
10
2. Keracunan timbal………. ………………………………………..……..
10
D. Pengaruh timbal pada tanaman……………………………………………….
11
E. Daun Murbei…………………………………………………………............
13
F. Effective Microorganism-4 (EM-4) …………………………………………
14
G. Analisis Kandungan Timbal (Pb) dalam Daun...….…..…..…..…..…..…..….
16
1. Destruksi..………………………………………………………………..
16
a.
Dry ashing/ Destruksi kering………………………………………
16
b.
Wet ashing/ Destruksi basah ……………………………………….
17
H. Spektrofotometer Serapan Atom…………………………………………….
17
1. Sumber cahaya..………………………………………………………….
17
2. Pembakar…………………………………………………………………
19
3. Pengabut………………………………………………………………….
20
4. Monokromator……………………………………………………………
20
5. Detektor…………………………………………………………………..
20
6. Readout…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..…..……….
21
I. Parameter Validasi Metode Analisis…………………………………………. 21 1. Linearitas…………………………………………………………............
22
2. Akurasi…………………………………………………………………… 22
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Presisi…………………………………………………………………….. 23 4. Rentang…………………………………………………………………...
23
5. Batas Deteksi (LOD) …………………………………………………….
23
6. Batas Kuantifikasi………………………………………………………... 23 J. Landasan Teori. ……………………………………………………………… 25 K. Hipotesis……………………………………………………………………… 26 L. Rancangan penelitian…………………………………………………………
26
Bab III. Metode Penelitian …………………………………………………………... 27 A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………………
27
B. Variabel Penelitian…………………………………………………………...
27
C. Definisi Operasional……………………………………………..…………..
28
D. Bahan Penelitian……………………………………………………………...
28
E. Alat Penelitian…………………………………………….………………….
29
F. Tata Cara Penelitian…………………………………….…………………….
29
1. Pembuatan Asam Pencuci………………………………………….…….
29
2. Pencucian Wadah dan Preparasi Peralatan ……………………….……...
29
3. Pembuatan Pelarut Asam Nitrat (HNO3)1 M ……………………..……..
29
4. Penetapan Bobot Kering…………………………………………..……...
30
c.
Bobot Tetap Wadah………………………………………….……..
30
d.
Bobot Kering Sampel Daun ………………………………………..
30
5. Pembuatan Larutan Baku………………………………………….……...
31
a.
Pembuatan Larutan Stok Baku Pb 1000 µg/mL (Stock Solution)…
31
b.
Pembuatan Larutan Intermediet Pb 100 µg/mL……………...…….
31
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
Pembuatan Seri Larutan Baku Pb untuk Adisi. ……………..….….
31
d.
Pembuatan Seri Larutan Baku Pb untuk Kurva Baku………..…….
31
6. Validasi…………………………………………………………….….….
31
a.
Destruksi Basah (Wet Ashing). ………………………………..…
33
b.
Penyaringan Sampel………………………………………...……..
34
7. Penetapan Kadar…………………………………………………...……..
34
a.
Pembuatan Larutan Pb 10 µg/mL yang akan disemprotkan pada daun……………………………………………………….…..…...
34
b.
Pembuatan Cairan Pemfermentasi EM-4…………………….….
35
c.
Perlakuan Sampel…………………………………………...….….
35
d.
Penetapan kadar Pb dalam air……………………………….….…
35
e.
Penetapan kadar Pb dalam Daun Murbei…………………….….
35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………..….….
38
A. Pembuatan Asam Pencuci dan Preparasi Peralatan……………………….…
38
B. Penetapan Bobot Kering………………………………………………..….…
40
C. Pembuatan Larutan Baku Pb…………………………………...………….…
42
D. Destruksi Basah (Wet Ashing)………………………………………….....….
42
E. Validasi Metode……………………………………………………….…..….
46
1. Akurasi……………..………………………………………………….….
47
2. Presisi………………………………………………………………….….
49
3. Linearitas ………………..………………..………………………..….…
50
4. Rentang………..…………………..…………………..…………...….….
51
5. Sensitivitas………………..………………..………………………….….
52
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Pengaruh prosedur analisis terhadap sampel…………………….….……
53
F. Penetapan Kadar……………………………………………………….….….
55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………...….…….…
62
A. Kesimpulan ……………………………………………………..….…….…..
62
B. Saran…………………………………………………………………………
63
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….…….…
64
LAMPIRAN ……………………………………………………………..….…….…
69
BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………….….…….…..
89
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I
Komposisi kandungan asam amino pada cacing tanah…..…
8
Tabel II
Parameter validasi untuk tiap kategori analisis……….….…
22
Tabel III
Kondisi optimum spektrofotometer serapan atom (SSA)......
32
Tabel IV
Hasil perolehan kembali (%recovery) baku Pb(NO 3 ) 2 ……..
48
Tabel V
Kriteria presisi.........................…...…..…………….............
49
Tabel VI
Hasil presisi baku Pb(NO 3 ) 2 ...............……………………...
49
Tabel VII
Hasil LOQ pada masing-masing replikasi……………….....
53
Tabel VIII
Hasil uji-F standar deviasi baku dan adisi………………….
53
Tabel IX
Hasil uji –t signifikansi kurva baku dan kurva adisi..............
54
Tabel X
Hasil uji F absorbansi daun terfermentasi dengan daun nonfermentasi (α = 0,05) .............................................................
Tabel XI
59
Hasil uji signifikansi daun terfermentasi dengan nonfermentasi...................................................................................
xv
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Bagian tubuh cacing….………………………………….
7
Gambar 2.
Pengaruh timbal (Pb) pada tanaman………………………
12
Gambar 3.
Daun murbei………………………………………………
13
Gambar 4.
Effective Microorganism-4………………………………
14
Gambar 5.
Kategori validasi menurut USP………………………….
46
Gambar 6.
Persyaratan % recovery…………………………………
48
Gambar 7.
Kurva baku dengan rentang 0,1-3 µg/mL………………
51
Gambar 8.
Permukaan exopolysaccharide (EPS) sebelum terjadi penyerapan timbal (Pb) ………………………………...
Gambar 9.
Permukaan exopolysaccharide (EPS) sebelum terjadi penyerapan timbal (Pb) …………………………………
Gambar 10.
60
60
Bakteri Lactobacillus yang sebelum menyerap logam berat timbal (kiri) dan bakteri Lactobacillus yang setelah menyerap logam berat timbal (kanan) ……………............
xvi
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
COA 70 Pb(NO 3 ) 2 …………………………………………........
Lampiran 2.
Pembuatan asam pencuci ………………………………….
71
Lampiran 3.
Penetapan bobot kering…..………………………………...
71
Lampiran 4.
Pengenceran HNO 3 65% p.a menjadi HNO 3 1 M ………...
74
Lampiran 5.
Pembuatan larutan baku…………………………………...
74
Lampiran 6.
Data optimasi SSA. ………………………………………...
76
Lampiran 7.
Perhitungan persamaan regresi dan linearitas kurva baku dengan program powerfit…………………………………
76
Lampiran 8.
Perhitungan LOD ……………………..……….…………....
77
Lampiran 9.
Data absorbansi validasi metode.............................................
78
Lampiran 10.
Perhitungan recovery…………………………………….....
79
Lampiran 11.
Data presisi dan contoh perhitungannya ………………........
81
Lampiran 12.
Perhitungan LOQ………………………………..………......
81
Lampiran 13.
Perhitungan kadar sampel sebenarnya…………………........
83
Lampiran 14.
Perhitungan uji-t …………………………………………...
83
Lampiran 15.
Kurva baku yang digunakan untuk penetapan kadar ……....
85
Lampiran 16.
Absorbansi pada penetapan kadar……….……….……….....
86
Lampiran 17.
Uji-t pada daun yang terfermentasi dengan daun nonfermentasi……………………………………………………
87
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH FERMENTASI DENGAN BAKTERI Lactobacillus TERHADAP TIMBAL (Pb) YANG DISEMPROTKAN PADA DAUN MURBEI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PAKAN CACING Lumbricus rubellus
INTISARI Cacing Lumbricus rubellus mulai dilirik untuk pengobatan. Cacing ini diberi makan daun murbei yang telah disemprot dengan timbal (Pb) kemudian direndam dalam cairan pemfermentasi EM-4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh fermentasi dengan bakteri Lactobacillus terhadap timbal (Pb) yang disemprotkan pada daun murbei. Penelitian ini mengikuti rancangan penelitian eksperimental pola acak dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Parameter validasi metode pada penelitian ini meliputi akurasi, presisi, linearitas, LOD, dan LOQ. Perolehan nilai rentang persen recovery dan %RSD pada konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 µg/mL adalah 82,4–102,75 % dengan %RSD 0,000-3,8678 %. Regresi linier yang diperoleh adalah y = 0,0141x-0,0015 dengan koefisien korelasi (r) 0,9990. LOD yang diperoleh 0,1233 µg/mL dan LOQ sebesar 16,872 µg/g. Kadar timbal tertinggi pada daun 7.208 µg/g dan kadar terendah 3,604 µg/g. Sedangkan kadar timbal tertinggi pada air 0,4955 µg/mL dan kadar terendah 0,1802 µg/mL. Diketahui kadar timbal yang hilang sebesar 7.039,5 µg pada penetapan kadar diduga karena timbal ikut tersedimentasi dalam cairan pemfermentasi akibat bakteri Lactobacillus dan terdapat perbedaan signifikan antara kadar timbal (Pb) pada daun terfermentasi dengan non-fermentasi.
Kata kunci : cacing, daun murbei, fermentasi, spektrofotometer serapan atom (SSA), validasi metode, kadar timbal.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DETERMINATION OF IMPACT FERMENTATION WITH Lactobacillus BACTERIA ON SPRAYED LEAD (Pb) HEAVY METAL UPON MULBERRY LEAVES AS THE FOOD FOR Lumbricus rubellus WORMS
ABSTRACT
Lumbricus rubellus as a variety of earthworm has increasingly become a prominent way of medication. This kind of worms have been fed with the mulberry leaves that previously has been sprayed with the lead (Pb) heavy metal and soaked in the fermented water in combination with the soluble EM4. This analysis wants to know about any certain impact of fermentation process with the Lactobacillus bacteria on the strawberry leaves after a spraying step with the lead (Pb) heavy metal. This research has followed the rule of experimental design and has applied the method of random sampling system, whereas the atomic absorption spectro-photometry has also been installed with a comparison of acetylene flow versus air = 3:2 L/minute and the height of combustor is 1.2 cm. A proper method of validation to its parametric values in this research has properly covered to its accurate value, its precision, linearity, the LOD, and the LOQ. Results of its findings show about a percentage of recovery span and the RSD with several concentrated levels of consecutively 0, 2, 4, 6, 8, and 10 µg/mL is 82,4-102,75 % with % RSD of 0.000-3.8678%. Its linear regression value is y=0,0141x-0,0015 with a regression correlation coefficient (r) of 0.9990. The value of LOD is 0,1233 µg/mL where LOQ is 16,872 µg/g. The highest rate of lead (Pb) heavy metal in the leaves is 7.208 µg/g and for the least one is 3,604 µg/g. Meanwhile in the mixed water have found that the highest one is 0,4955 µg/mL and for the least is 0,1802 µg/mL. In this process of determination analysis can be found that the content level of lead (Pb) has lost as much as 7.039,5 µg. It is supposed that the lead (Pb) has been sedimented by chance in the fermentation fluid because of the presence of the Lactobacillus bacteria. There is significant difference between the content of lead (Pb) in fermented leaves and another one without a fermented process.
Keywords: earthworm, mulberry leaves, fermentation, AAS (atomic absorption spectrophotometry), method of validation, level of lead (Pb) heavy metal.
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A.
Latar Belakang
Cacing tanah merupakan hewan yang tidak bertulang belakang (invertebrata) dan bertubuh lunak. Hewan ini banyak ditemukan di tanah yang lembap, gembur serta terlindung dari sinar matahari. Cacing tanah juga seringkali ditemukan di serasah. Sebagian orang menganggap hewan ini menjijikan dikarenakan bentuk dan tubuhnya yang mengandung banyak lendir (Pangkulun, 2010). Priosoeryanto (2001) menyebutkan bahwa cacing tanah khususnya Lumbricus rubellus L. mengandung protein cukup tinggi yaitu sekitar 64-76% dari berat keringnya serta mengandung 20 jenis asam amino. Ekstrak cacing tanah jenis ini juga mengandung zat antipurin, antipiretik, antidotum, vitamin dan beberapa enzim seperti lumbrokinase, peroksidase, katalase dan selulose yang berkhasiat untuk pengobatan. Di samping itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di luar negeri, diperoleh informasi bahwa cacing tanah juga menghasilkan zat pengendali bakteri yaitu lumbricin. Lumbricin mempunyai aktifitas antimikroba berspektrum luas, yaitu dapat menghambat bakteri gram negatif, bakteri gram posistif dan beberapa fungi (Damayanti, 2000). Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila saat ini Lumbricus rubellus L. mulai banyak dilirik untuk pengobatan.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Negara-negara Asia Timur seperti Cina, Jepang dan Korea serta beberapa daerah di Indonesia telah lama menggunakan cacing Lumbricus rubellus sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan tifus dan diare. Dengan perkembangan teknologi terkini, penggunaan cacing Lumbricus rubellus tidak lagi hanya digunakan sebagai pengobatan tradisional namun sudah mulai dikembangkan untuk pengobatan modern. Ekstrak cacing Lumbricus rubellus dilaporkan memiliki sejumlah enzim protease fibrinolitik (lumbrokinase) yang berpotensi untuk pengobatan kasus trombosis akut seperti stroke, aterosklerosis, dan emboli paru (Mihara et al., 1991). Meskipun timbal (Pb) bukan merupakan elemen yang penting untuk suatu tanaman, timbal (Pb) dapat dengan mudah terabsorbsi dan terakumulasi pada beberapa bagian tanaman (Sharma dan Dubey, 2005). Pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tanaman dapat terjadi melalui udara ataupun karena penyerapan logam berat timbal (Pb) yang ada di dalam tanah oleh tanaman yang tumbuh di atasnya. Kandungan timbal (Pb) dapat bervariasi dalam satu tanaman, Antosicwicz (1992) menyebutkan kandungan timbal (Pb) dalam berbagai macam organ tamanan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah sebagai berikut: akar > daun > batang > susunan bunga yang terdapat pada tangkai > biji. Dalam pemeliharaannya, cacing Lumbricus rubellus yang telah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan tifus dan diare, diberi makan berupa daun murbei yang difermentasi dengan cairan pemfermentasi EM4. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat nasib logam berat timbal (Pb) yang disemprotkan
pada
daun
murbei
sebelum
difermentasi
dengan
cairan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
pemfermentasi EM-4 serta melihat kemungkinan terjadinya perpindahan timbal (Pb) pada daun murbei ke dalam air pemfermentasi. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian untuk melihat kemungkinan asal kandungan timbal (Pb) yang terdapat pada kapsul cacing Lumbricus rubellus L. (Suryasmi, 2013) dan pada cacing Lumbricus rubellus L. (Chua, 2013). Hal ini juga digunakan untuk memperkirakan kadar timbal (Pb) yang terkandung agar tidak melebihi batas yang dipersyaratkan oleh BPOM yaitu tidak lebih dari 10 ppm (BPOM, 2008). Pada proses penetapan kadar timbal (Pb) dalam daun murbei yang digunakan sebagai pangan cacing diperlukan suatu metode yang tervalidasi. Pemilihan metode analisis kuantitatif yang memiliki sensitivitas, liniearitas, akurasi dan presisi yang baik merupakan suatu aspek yang sangat penting agar diperoleh hasil yang acceptable (dapat diterima). Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode SSA (Spektrofotometer Serapan Atom). Dasar pemilihan metode SSA pada penelitian ini adalah karena instrumen ini sangat sensitif. Instrumen ini menggunakan lampu katoda dimana lampu ini hanya dapat mendeteksi 1 jenis logam saja sehingga metode ini dapat menentukan kadar logam tanpa dipengaruhi oleh keberadaan logam yang lain. Selain itu metode ini cocok untuk pengukuran unsur-unsur logam dalam jumlah kecil (trace) dan sangat kecil (ultrace). Sebab cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak bergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Metode ini cocok untuk analisis logam dalam jumlah kecil karena dapat menentukan kadar logam dengan kepekaan yang tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
(batas deteksi dengan konsentrasi yang sangat kecil, yaitu kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana dan interfensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
5
Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan
sebagai berikut : a.
Apakah penetapan kadar logam berat timbal (Pb) pada daun murbei
yang digunakan sebagai pangan cacing Lumbricus rubellus dan air rendaman daun murbei setelah proses fementasi dengan menggunakan SSA (Spektrofotometer Serapan Atom) telah memenuhi persyaratan validitas yang baik? b.
Apakah terjadi kemungkinan perpindahan logam berat timbal (Pb)
pada daun murbei ke dalam air pemfermentasi? c.
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar logam
berat timbal (Pb) pada daun yang difermentasi dengan yang tidak difermentasi?
2.
Keaslian penelitian Penelitian mengenai keberadaan logam berat timbal (Pb) yang telah
dilakukan adalah Analisis Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Cacing Tanah Secara Spektrofotometri Serapan Atom (Syarifah, 2010); Analisa Kandungan
Kalsium
dan
Magnesium
dalam
Cacing
Tanah
Secara
Spektrofotometri Serapan Atom (Nesti, 2012); Analisis Logam Berat Pb dan Cd dalam Sampel Ikan dan Kerang secara Spektrofotometri Serapan Atom (Supriatno dan Lelifajri, 2009); Kandungan Timbal pada Daun Tanaman di Kota Cebu, Filipina (Mendoza dan Hipe, 2008). Berdasarkan studi pustaka di atas, maka belum pernah ada penelitian mengenai Pengaruh Fermentasi dengan Bakteri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Lactobacillus terhadap Timbal (Pb) yang Disemprotkan pada Daun Murbei yang Digunakan sebagai Pakan Cacing Lumbricus rubellus.
3.
Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi tentang kemungkinan terkandungnya logam berat timbal (Pb) pada daun yang digunakan sebagai pangan cacing Lumbricus rubellus. 2.
Manfaat praktis. Dengan adanya penelitian ini diharapkan farmasis
dapat lebih teliti dan berhati-hati dalam memberikan pengobatan tradisional yang berasal dari bahan alam kepada pasien.
B.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui apakah penetapan kadar logam berat timbal (Pb) pada daun murbei yang digunakan sebagai pangan cacing Lumbricus rubellus dan air rendaman daun murbei setelah proses fementasi dengan menggunakan SSA (Spektrofotometer Serapan Atom) telah memenuhi persyaratan validitas yang baik. 2. Mengetahui apakah terjadi kemungkinan perpindahan logam berat timbal (Pb) pada daun murbei ke dalam air pemfermentasi. 3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar logam berat timbal (Pb) pada daun yang difermentasi dengan yang tidak difermentasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. 1.
Cacing Tanah Lumbricus rubellus
Klasifikasi Cacing tanah Lumbricus rubellus tergolong dalam kelompok binatang
avertebrata (tidak bertulang belakang) sehingga sering disebut binatang lunak. Seluruh tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin sehingga digolongkan dalam filum Annelida. Di setiap segmen terdapat rambut yang keras yang berukuran pendek yang disebut seta. Oleh karena jumlah seta pada tubuh cacing Lumbricus rubellus sangat sedikit maka cacing ini dimasukkan dalam kelas Oligochaeta. Istilah cacing tanah (earthworm) sendiri hanya ditunjukkan pada binatang kelas Oligochaeta ini (Pangkulun, 1999). Kelas Oligochaeta dibagi menjadi 12 famili yang satu di antaranya adalah Lumbricidae yang merupakan famili cacing Lumbricus rubellus. Genus Lumbricus ini sangat menyukai bahan organik yang berasal dari kotoran ternak dan sisa-sisa tumbuhan. Itulah sebabnya cacing ini juga disebut dekomposer karena dapat mengubah bahan organik menjadi kompos (Pangkulun, 1999).
Gambar 1. Bagian tubuh cacing (Khairuman dan Amri, 2009)
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
8
Kandungan Cacing Lumbricus rubellus Kandungan protein yang dimiliki cacing Lumbricus rubellus mencapai
64-76% dan dinyatakan lebih tinggi dibanding sumber protein lainnya. Protein yang terkandung dalam tubuh cacing Lumbricus rubellus terdiri dari setidaknya ada sembilan macam asam amino esensial serta empat macam asam amino nonesensial. Sembilan macam asam amino esensial tersebut meliputi arginin, histidin, leusin, isoleusin, valin, metionin, fenilalanin, lisin dan treonin. Sedangkan asam amino non-esensial yang terkandung pada cacing Lumbricus rubellus ialah sistein, glisin, serin dan tirosin (Pangkulun, 1999). Banyaknya asam amino yang terkandung pada cacing Lumbricus rubellus dapat memberikan indikasi bahwa cacing tersebut juga mengandung enzim yang sangat berguna bagi kesehatan manusia (Pangkulun, 2010). Tabel I. Komposisi kandungan asam amino pada cacing tanah (Pangkulun, 1999)
Asam Amino Asam Amino Esensial Arginin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Metionin Fenilalanin Treonin Valin Asam Amino Non-esensial Sistein Glisin Serin Tirosin
Komposisi (%) 4,13 1,56 2,58 4,84 4,33 2,18 2,25 2,95 3,01 2,29 2,92 2,88 1,36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
9
Manfaat Cacing Lumbricus rubellus untuk Kesehatan Beberapa manfaat cacing Lumbricus rubellus yang telah diketahui untuk
kesehatan manusia adalah sebagai: a. Antipiretik. Pemanfaatan cacing sebagai antipiretik lebih aman karena komponen kimia cacing tanah tidak menimbulkan efek toksik bagi manusia. Senyawa aktif yang berfungsi sebagai antipiretik adalah senyawa golongan alkaloid (Khairuman dan Amri, 2009). b. Obat diare dan pelancar aliran darah. Senyawa aktif dalam cacing tanah diketahui mampu melumpuhkan bakteri patogen khususnya Eschericia colli yang merupakan penyebab diare. Selain itu cacing juga mengandung enzim seperti peroksidase, katalase, dan selulose yang berguna untuk memperbaiki proses fisiologi tubuh dan melancarkan sirkulasi darah (Khairuman dan Amri, 2009). c. Obat stroke dan hipertensi. Ekstrak cacing Lumbricus rubellus dilaporkan memiliki sejumlah enzim protease fibrinolitik (lumbrokinase) yang berpotensi untuk pengobatan kasus trombosis akut seperti stroke, aterosklerosis, dan emboli paru (Mihara et al., 1991).
B.
Pencemaran Logam Berat
Terdapat dua sumber kontaminan logam berat, yaitu lewat pencemaran udara dan bahan makanan. Pencemaran udara sebagai sumber kontaminan yang utama adalah berasal dari asap buangan kendaraan bermotor. Logam berat merupakan istilah yang digunakan untuk unsur-unsur transisi yang mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
massa jenis atom lebih besar dari 6 g/cm3. Merkuri (Hg), timbal (Pb), tembaga (Cu), kadmium (Cd) dan strontium (Sr) adalah merupakan contoh logam berat yang berupa kontaminan yang berasal dari luar tanah dan perlu diperhatikan karena berhubungan erat dengan pertanian, ekotoksikologi serta dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Darmono, 1995).
C. 1.
Timbal (Pb)
Definisi Timbal lebih dikenal dengan nama timah hitam dan dalam bahasa
ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini dilambangkan dengan Pb. Dalam tabel periodik unsur kimia, logam ini termasuk kedalam kelompok logamlogam golongan IV–A. Timbal mempunyai nomor atom 82 dan berat atom 207,2. Timbal merupakan suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Timbal (Pb) bisa larut dalam asam nitrat, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 1994). 2.
Keracunan Timbal Kelebihan timbal didalam tubuh dapat memberikan efek toksik
multisistemik melalui tiga mekanisme, yaitu melalui aktivitas hambatan enzim, sebagai konsekuensi ikatan pada gugus sulfuhidril (-SH); dengan mempengaruhi aksi kation esensial, terutama kalsium, zat besi dan seng; dan mengubah struktur reseptor serta membran sel (Katzung, 2004). Charlena (2004) menyatakan bahwa timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran penafasan ataupun saluran pencernaan kemudian menuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan seperti ginjal, hati, otak, syaraf dan tulang. Keracunan timbal dinyatakan dengan 3P yaitu pallor (pucat), pain (sakit) dan paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi dapat berupa keracunan kronis maupun keracunan akut. Keracunan timbal kronis ditandai dengan gejala seperti depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, serta sulit tidur. Sedangkan gejala yang timbul apabila seseorang mengalami keracunan akut adalah mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal, bahkan kematian yang dapat terjadi dalam waktu 1-2 hari.
D.
Pengaruh Timbal pada Tanaman
Kandungan logam berat dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam berat pada tanaman yang tumbuh di atasnya. Secara alamiah, kandungan logam berat didalam tanah sangat rendah, kecuali tanah tersebut sudah tercemar. Sebagian besar timbal (Pb) akan terakumulasi pada daun, batang, akar dan umbi-umbian. Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman dipengaruhi oleh komposisi dan pH tanah (Charlena, 2004). Tanaman dapat menyerap logam timbal pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini, logam berat akan terlepas dari tanah dan akan bergerak bebas pada larutan tanah dalam bentuk ion. Jika logam lain tidak dapat menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan logam timbal oleh akar tanaman (Charlena, 2004).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Kandungan timbal (Pb) pada masing-masing organ tanaman dapat bervariasi dalam satu tanaman, Antosicwicz (1992) menyebutkan kandungan timbal (Pb) dalam berbagai macam organ tamanan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah sebagai berikut: akar > daun > batang > susunan bunga yang terdapat pada tangkai > biji. Daun memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengakumulasi kadar timbal (Pb). Kandungan timbal terbesar ditemukan pada daun yang masih muda dan daun yang tua (Godzik, 1993). Timbal (Pb) yang masuk ke dalam sel tanaman meskipun dalam jumlah yang kecil, dapat menimbulkan efek yang merugikan pada proses fisiologi tanaman. Timbal yang tekandung pada tanaman dapat menghambat aktivitas enzim, mengganggu keseimbangan air pada tanaman serta merubah status hormonal dan merubah permeabilitas membran (Sharma dan Dubey, 2005). Pada konsentrasi tinggi, timbal seringkali dapat mengakibatkan kematian sel tanaman (Ernst, 1998).
Gambar 2. Pengaruh timbal (Pb) pada tanaman (Sharma dan Dubey, 2005)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
13
Daun Murbei
Gambar 3. Daun Murbei
Keng (1969) menyebutkan klasifikasi tanaman murbei adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledone
Ordo
: Urticales
Family
: Moraceae
Genus
: Morus
Species
: Morus sp. Kandungan protein kasar daun murbei (Morus alba L.) 22-23% lebih
tinggi dibandingkan tanaman hijau lainnya seperti rumput raja (8,2%), star grass (8,9%) serta rumput gajah yang hanya mengandung 9% protein (Boschini, 2002). Kandungan lain yang terdapat dalam daun murbei adalah asam amino, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, asam folat dan mineral. Komposisi nutrien yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
lengkap serta produksi yang tinggi menjadikan tanaman murbei potensial dijadikan bahan pakan ternak (Parakkasi, 1999). Daun murbei juga disebutkan memiliki kandungan fitokimia berupa saponin, fenol, alkaloid, flavonoid, tanin, oksalat, serta penghambat tripsin (Omidiran, Baiyewu, Ademola, Fakorede, Toyinbo, Adewumi, dan Adekule, 2012).
F. Effective Microorganism-4 (EM-4)
Gambar 4. Effective Microorganism-4
Konsep dan teknologi EM-4 dalam bidang pertanian telah diterapkan oleh petani organik di Jepang. EM-4 dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan cara: 1. Melarutkan kandungan unsur hara dari batuan induk yang kelarutannya rendah, misalnya batuan fosfat. 2. Mereaksikan logam-logam berat dari senyawa-senyawa untuk menghambat penyerapan logam berat oleh pertukaran tanaman. 3. Menyediakan molekul-molekul organik sederhana agar dapat diserap langsung oleh tanaman, misalnya asam amino. 4. Menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
5. Memacu pertumbuhan tanaman dengan cara mengeluarkan zat pengatur tumbuh. 6. Memperbaiki dekomposisi bahan organik, residu tanaman serta memperbaiki ulang unsur hara. Apabila seluruh pengaruh yang menguntungkan tersebut bekerja secara sinergis, maka tanaman dapat tumbuh dengan optimal walaupun tanpa menggunakan pupuk dan pestisida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EM-4 dapat memfermentasikan bahan organik yang terdapat dalam tanah dengan melepaskan hasil fermentasi berupa alkohol, gula, vitamin, asam amino dan senyawa organik lainnnya. Menurut Wididana dan Higa (1996), jenis mikroorganisme yang terkandung dalam EM-4 adalah genus Lactobacillus (bakteri asam laktat) serta sejumlah bakteri fotosintetik, streptomyces dan ragi. Penggunaan Lactobacillus (bakteri asam laktat) saat ini mulai dikembangkan untuk menghilangkan logam berat yang ada pada lingkungan. Penggunaan Lactobacillus sebagai penjerap alami logam berat dinilai memberikan hasil performa yang lebih baik, selain itu murah serta tersedia dalam jumlah banyak. Sebenarnya proses penghilangan logam berat pada lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode yang sudah ada, yaitu dengan presipitasi, flokulasi, ion exchange dan filtrasi membran, namun harganya yang relatif mahal serta tidak efektif apabila digunakan untuk menghilangkan logam dalam konsentrasi kecil dan meninggalkan sisa yang harus dibuang (Rayes, 2012). Lactobacillus menghasilkan exopolysaccharide (EPS) yang dapat digunakan sebagai penjerap logam berat karena permukaannnya yang luas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Penyerapan logam berat oleh exopolysaccharide (EPS) menunjukkan interaksi antara kation logam yang dijerap dengan muatan negatif yang ada pada exopolysaccharide (EPS) (Perez, Ribera, Quesada, Aguilera, Cormenzana, Sanchez, 2008). Exopolysaccharide (EPS) terdiri dari beberapa gugus seperti karboksil, hidroksil dan gugus fosfat. Oleh sebab itu, bakteri asam laktat dapat membentuk ligan yang terjadi karena ikatan dengan kationik seperti kadmium (Cd) dan timbal (Pb) (Halttunen, Salminen, dan Tahvonen, 2006). Dengan demikian, timbal (Pb) yang disemprotkan pada daun murbei diperkirakan dapat berpindah dari daun kedalam cairan pemfermentasi.
G.
Analisis Kandungan Timbal (Pb) dalam Daun
1. Destruksi Jaringan hewan serta tanaman, cairan biologis, dan komponen organik biasanya diuraikan dengan destruksi basah, baik menggunakan asam tunggal maupun campuran asam atau dengan pengabuan kering pada temperatur tinggi (400-700 C°) pada tungku api. Hasil dari proses destruksi basah yang dilakukan pada suatu senyawa adalah karbon dioksida, air, dan zat lain yang mudah menguap, yang akan didorong keluar, meninggalkan garam atau asam dari konstituen inorganik. (Christian, 2004). a.
Dry ashing/ Destruksi kering
Destruksi kering merupakan destruksi dari matriks sampel tanpa menggunakan pelarut. Destruksi kering memberikan keuntungan lebih dibanding destruksi microwave yaitu dapat menggunakan sampel dalam jumlah banyak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Namun destruksi kering ini juga memiliki kekurangan yaitu terdapat kemungkinan kehilangan sampel logam yang dapat terjadi baik karena penguapan maupun terjadi penyerapan (absorpsi) sampel oleh wadah (Cantle, 1982). b.
Wet ashing/ Destruksi Basah
Destruksi basah dengan menggunakan campuran dari asam nitrat dan asam sulfat adalah prosedur oksidasi yang paling sering dipakai. Biasanya sejumlah kecil dari asam sulfat digunakan dengan volume asam nitrat yang lebih besar (20-30 mL). Destruksi basah biasanya dilakukan dengan labu Kjehdahl. Asam nitrat menghancurkan zat organik, tetapi tidak cukup panas untuk menghancurkan semuanya. Asam nitrat akan menguraikan sebagian besar materi organik namun tidak mencapai suhu yang cukup untuk merusak semua materi organik karena terlebih dahulu menguap dan yang tertinggal adalah asam sulfat. Saat asam nitrat mulai menguap, asam sulfat masih akan tersisa didalam erlenmeyer kemudian asap tebal SO 3 akan mulai terbentuk dan memenuhi erlenmeyer. Asam sulfat akan menguraikan bahan organik yang tersisa di dalam erlenmeyer tersebut. Destruksi dilanjutkan sampai cairan jernih (Christian, 2004).
H.
Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer serapan atom (SSA) merupakan salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk analisis logam dan mineral, secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam spektrofotometer serapan atom, sumber garis-garis spektrum untuk eksitasi atom adalah hollow cathode lamp (lampu katoda berongga). Lampu katoda berongga memiliki garis spektrum yang spesifik untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tiap
unsur.
Prinsip
yang
mendasari
analisis
kuantitatif
18
menggunakan
spektrofotometer serapan atom adalah dengan mengukur besarnya serapan sinar dari transmitan. Dimana besarnya serapan yang dihasilkan sebanding dengan jumlah atom yang terdapat didalam sampel. Sampel yang berbentuk cairan diubah dalam bentuk kabut, kemudian diubah ke dalam bentuk atom didalam nyala api. Dalam spektrofotometer serapan atom terdapat sumber sinar berupa lampu katoda (hollow cathode lamp), yang memiliki panjang gelombang (λ) tertentu untuk setiap unsur (Khopkhar, 1990). Atom-atom pada keadaan dasar mampu menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansinya khas untuk setiap atom. Jika cahaya dengan panjang gelombang (λ) resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung atomatom logam, maka sebagian cahaya itu akan diserap dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Inilah asas yang mendasari spektrofotometer serapan atom (Khopkhar, 1990). Instrumentasi dari spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut: 1.
Sumber cahaya Ada dua jenis lampu yang digunakan yaitu hollow cathode lamp dan
electroda-discharge lamp. Hollow cathode lamp atau lampu katoda berongga mempunyai sebuah katoda pemancar yang dibuat dari senyawa yang sama dengan yang dianalisis dengan lampu tersebut. Electroda-discharge lamp atau lampu discas tak berelektroda terdiri dari tabung kuarsa yang mengandung unsur yang diperlukan atau garamnya (Pudjaatmaka, 1994). Sumber sinar yang biasa digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung anoda dan katoda. Katoda berbentuk silinder yang berongga, terbuat dari logam atau dilapisi logam tertentu. Tabung pada katoda ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan yang rendah (10-15 torr). Kelemahan penggunaan lampu katoda adalah satu lampu hanya digunakan untuk satu unsur. Namun saat ini sudah banyak dijumpai lampu katoda berongga kombinasi, yaitu satu lampu dilapisi dengan beberapa unsur sehingga dapat digunakan untuk analisis beberapa unsur sekaligus (Watson, 2007). 2.
Pembakar Sampel yang akan dianalisis dengan Spektofotmeter Serapan Atom
(SSA) harus diuraikan menjadi atom-atom netral. Untuk mengubah sampel menjadi bentuk netral dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flamless). Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya serta berfungsi untuk atomisasi (Watson, 2007). Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka sebab atom dapat gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk kedalam nyala terlalu besar dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh sebab itu, pengatoman dengan tanpa nyala dapat digunakan sebagai pengganti teknik pengatoman dengan nyala (Gandjar dan Rohman, 2007). Ketika sampel yang telah berubah menjadi uap dibawa menuju api, pelarut akan menguap di primary combustion zone. Hasil dari tahap ini adalah pemisahan partikel padat yang dibawa menuju interzonal region. Daerah ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
merupakan daerah dengan suhu tertinggi, disini gas atom dan ion akan terbentuk dari partikel padat. Eksitasi dari spektra emisi atom juga terjadi di daerah ini. Tahap terakhir, atom dan ion akan dibawa menuju lapisan terluar atau secondary combustion zone dimana akan terjadi oksidasi sebelum hasil atomisasi dibuang melalui atomik (Khopkhar, 1990). 3.
Pengabut Fungsi pengabut adalah untuk menghasilkan kabut atau aerosol larutan
uji. Larutan yang akan dikabutkan ditarik kedalam pipa kapiler oleh kerja venturi dari semprotan udara yang bertiup melintasi ujung kapiler. Untuk mengkabutkan sampel yang berupa cairan diperlukan gas bertekanan tinggi untuk menghasilkan aerosol yang halus. Aerosol kemudian dibawa kedalam nyala, dimana logamlogam dalam larutan sampel akan diubah ke dalam bentuk atom. 4.
Monokromator Fungsi monokromator adalah untuk menyempitkan lebar pita radiasi
sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang dipancarkan oleh lampu katoda rongga. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan interferensi oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala, dari unsur-unsur lain dalam sampel (Watson, 2007). 5.
Detektor Detektor berguna untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman (Watson, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
21
Readout Readout merupakan system pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan
dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbansi. Hasil pembacaan dapat berupa angka ataupun kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).
I.
Parameter Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis merupakan suatu proses pembuktian bahwa suatu metode analisis mampu menghasilkan data yang dapat diterima dan terpercaya, sehingga dapat digunakan untuk tujuan analisis tertentu (Christian, 2004). Menurut Snyder, Kirkland, dan Dolan (2010), metode analisis dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu: • Kategori 1, merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengukur komponen utama/ jumlah besar (termasuk bahan pengawet) atau bahan aktif obat dari suatu sediaan. • Kategori 2, merupakan metode analisis untuk penentuan impurities bahan obat dan degradasi produk obat, termasuk penentuan kuantitatif dan uji batas. • Kategori 3, merupakan metode analisis yang digunakan untuk menentukan karakteristik sediaan farmasi. • Kategori 4, merupakan metode analisis untuk identifikasi secara kualitatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Setiap kategori metode analisis memiliki persyaratan validitas yang berbeda-beda seperti tercantum pada tabel II berikut. Tabel II. Parameter validasi untuk tiap kategori analisis (Snyder, Kirkland, Galjh, 2010)
Kategori 2 Parameter Kategori I Validasi Kuantitatif Uji Batas Akurasi Ya * Ya Presisi Ya Tidak Ya Spesifisitas Ya Ya Ya LOD Tidak Tidak Ya LOQ Tidak Ya Tidak Linearitas Ya Ya Tidak Rentang Ya Ya Tidak *Mungkin dibutuhkan, tergantung dari tipe uji. 1.
Kategori 3
Kategori 4
* Ya * * * * *
Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Linearitas Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh
hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linearitas suatu metode menggambarkan seberapa baik kurva kalibrasi yang nmenghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x) (Gandjar dan Rohman, 2007). 2.
Akurasi Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Data diperoleh sebagai persentase perolehan kembali (Chan, Lam, Lee, dan Zhang, 2004).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
23
Presisi Presisi adalah pengukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil beberapa seri pengujian yang diperoleh dari sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Ahuja dan Rasmussen, 2007). 4.
Rentang Rentang metode adalah penyataan batas terendah dan tertinggi analit
yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004). 5.
Batas Deteksi (LOD) Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko, batas deteksi merupakan uji batas. LOD dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan :
𝐿𝑂𝐷 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
Sa = standar deviasi dari intercept b = slope yang menggambarkan arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva baku antara respon terhadap kadar. 6.
Batas Kuantifikasi (LOQ) Batas kuantfikasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang
masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Gandjar dan Rohman, 2007). LOQ dapat dihitung dengan rumus: 𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Keterangan : Sa = standar deviasi dari intercept b = slope yang menggambarkan arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva baku antara respon terhadap kadar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
J.
25
Landasan teori
Cacing tanah L.rubellus tergolong dalam kelompok binatang avertebrata (tidak bertulang belakang) yang sering digunakan untuk sebagai obat alternatif untuk mengobati penyakit tipus dan demam (Priosoeryanto, 2001). Dengan perkembangan teknologi terkini, penggunaan cacing Lumbricus rubellus tidak lagi hanya
digunakan
sebagai
pengobatan
tradisional
namun
sudah
mulai
dikembangkan untuk pengobatan modern. Dalam pemeliharaannya, cacing Lumbricus rubellus yang telah lama digunakan sebagai obat tifus dan diare ini, diberi makan berupa daun murbei yang difermentasi terlebih dahulu dengan cairan pemfermentasi EM-4 (Pangkulun, 2010). Pada penelitian ini, daun murbei diberi perlakuan dengan disemprot timbal (Pb) untuk menggambarkan adanya pencemaran timbal (Pb) pada daun tersebut sehingga diharapkan nasib timbal (Pb) pada daun murbei dengan adanya proses fermentasi dapat diketahui. Dalam menentukan kandungan logam berat timbal (Pb) pada pangan cacing Lumbricus rubellus berupa daun murbei dengan adanya proses fermentasi digunakan spektrofotometer serapan atom (SSA). Instrumen ini dapat dengan spesifik mendeteksi keberadaan timbal (Pb) (Gandjar dan Rohman, 2007). Parameter validasi metode yang akan diukur meliputi akurasi, presisi, linearitas, sensitifitas, yang ditentukan dengan LOD dan LOQ.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
K.
26
Hipotesis
1.
Timbal diduga berpindah dari daun ke dalam cairan pemfermentasi.
2.
Apabila proses fermentasi sangat berpengaruh, kadar logam berat timbal (Pb) pada daun yang difermentasi dengan yang tidak difermentasi akan berbeda signifikan.
L.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian untuk membuktikan hipotesis digambarkan sebagai berikut:
Daun murbei (bobot kering)
Fermentasi
Air
Proses destruksi untuk validasi metode
Daun (destruksi)
Perpindahan timbal (Pb)
Perbedaan kadar timbal (Pb) dalam daun murbei (fermentasi dan non-fermentasi)
Hipotesis 1 Hipotesis 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengikuti rancangan penelitian eksperimental pola acak.
B. 1.
Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi timbal (Pb) yang disemprotkan pada daun murbei yang akan difermentasi, kadar seri larutan baku Pb(NO 3 ) 2 dan lamanya fermentasi daun murbei yang digunakan sebagai pangan cacing.
2.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah absorbansi serta kadar timbal (Pb) yang diperoleh.
3.
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah: a.
Lokasi pengambilan sampel daun murbei yang didapatkan sepanjang jalan Godean km. 6,5.
b.
Cara pemberian larutan Pb terhadap daun murbei yang akan difermentasi, dilakukan dengan cara disemprotkan pada daun murbei yang akan digunakan sebagai pangan cacing.
c.
Operator alat Spektrofotometer Serapan Atom.
d.
Kemurnian pelarut, digunakan pelarut yang memiliki grade pro analysis.
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. 1.
28
Definisi Operasional
Bahan pakan cacing tanah adalah daun murbei yang diperoleh dari satu pohon yang sama yang terletak di jalan Godean km 6,5 dan telah diberi perlakuan dengan disemprot dengan cairan timbal (Pb) dan difermentasi dengan cairan pemfermentasi EM-4.
2.
Cemaran logam berat yang ingin diteliti adalah cemaran logam berat timbal (Pb) pada pangan cacing Lumbricus rubellus yang berupa daun murbei, yang diukur dengan spektrofotometri serapan atom (SSA) dan dinyatakan dalam µg/mL.
D.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Pb(NO 3 ) 2 p.a (E.Merck), kalium bikomat (teknis), asam nitrat (HNO 3 ) 65% p.a (E.Merck), asam sulfat (H 2 SO 4 ) 92-95% p.a (E.Merck), aquabides, cairan pemfermentasi EM-4 (produksi PT. Songgolangit Persada Jakarta), sampel berupa daun murbei yang diambil dari satu pohon yang sama yang terletak di jalan Godean km 6,5, daun yang sudah difermentasi, serta air hasil fermentasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
29
Alat Penelitian
Seperangkat alat Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) (merek Perkin Elmer 3110), oven (merek Memmert), neraca analitik Ohaus Carat Series PAJ 1003 (max 60/120 g, min 0,001g, d = 0,01/0,1 mg), hotplate merk LabTech®, pompa vakum, corong Buchner, kertas saring Whatman® (Filter Paper Circle, 589/3 Blue Ribbon ashless, ϕ90mm Schleircher&Schuell, Dassel, Germany), seperangkat alat gelas merk Pyrex® (Erlenmeyer, labu hisap, beker glass, pengaduk, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, termometer, corong).
F. 1.
Tata Cara Penelitian
Pembuatan Asam Pencuci Asam pencuci yang digunakan adalah campuran kalium bikromat 1 %
dalam 500 mL asam sulfat p.a (AOAC, 2007). 2.
Pencucian Wadah dan Preparasi Peralatan Peralatan dan wadah yang akan digunakan untuk analisis dibilas dengan
asam pencuci selama kurang lebih 15 menit, kemudian didiamkan pada lemari asam selama 24 jam lalu dibilas dengan aquabides. Setelah kering, peralatan dan wadah preparasi dimasukkan dalam kantong plastik dan disimpan dalam ruang bebas debu (Edward, 2013). 3.
Pembuatan Pelarut Asam Nitrat (HNO 3 ) 1 M Diambil 34,879 mL ≈ 35 mL larutan asam nitrat (HNO3) 65% p.a
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan dilarutkan dengan aquabides sampai tanda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
30
Penetapan Bobot Kering a.
Bobot Tetap Wadah. Wadah yang digunakan untuk menimbang
sampel dibuat dengan cara mencetak alumunium foil pada flakon bebas timbal (Pb) agar bentuk alumunium foil mengikuti bentuk flakon. Wadah alumunium foil kemudian ditimbang dan dicatat hasil penimbangannya lalu wadah tersebut dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam. Setelah satu jam wadah dikeluarkan dan didinginkan sampai mencapai suhu kamar di dalam desikator. Setelah itu wadah ditimbang sambil dicatat hasil penimbangannya kemudian wadah alumunium foil dipanaskan kembali dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam, didinginkan kembali di dalam desikator serta ditimbang kembali sambil dicatat hasil penimbangannya. Cara ini dilakukan berulang kali sampai diperoleh bobot tetap. Bobot tetap berarti selisih dua kali penimbangan sampel berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang (Depkes RI, 1974). b.
Bobot Kering Sampel Daun murbei. Sampel berupa daun murbei
dicuci dengan air kemudian dipotong menjadi kecil-kecil. Daun yang telah dipotong kecil-kecil tadi dimasukkan ke dalam wadah alumunium foil. Wadah alumunium foil yang berisi sampel kemudian ditimbang dan dicatat hasil penimbangannya lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam. Setelah satu jam dikeluarkan dan didinginkan sampai mencapai suhu kamar di dalam desikator. Setelah itu wadah yang berisi sampel tadi ditimbang sambil dicatat hasil penimbangannya kemudian dipanaskan kembali dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam, didinginkan kembali di dalam desikator serta ditimbang kembali sambil dicatat hasil penimbangannya. Cara ini dilakukan berulang kali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
sampai diperoleh bobot tetap. Bobot tetap berarti selisih dua kali penimbangan sampel berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang (Depkes RI, 1974). 5.
Pembuatan Larutan Baku a.
Pembuatan Larutan Stok Baku Pb 1000 µg/mL (Stock Solution).
Lebih kurang 0,31970 g Pb(NO 3 ) 2 ditimbang , lalu dimasukkan ke dalam labu takar 200 mL dan dilarutkan dengan HNO 3 1 M hingga batas tanda pada labu. b.
Pembuatan Larutan Intermediet Pb 100 µg/mL. Sebanyak 10 ml
larutan stok baku Pb diambil, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan HNO 3 1 M hingga tanda. c.
Pembuatan Seri Larutan Baku Pb untuk Adisi. Dibuat 6 seri larutan
baku Pb dengan konsentrasi 0 (blangko), 2, 4, 6, 8, dan 10 µg/mL dengan cara mengambil larutan intermediet Pb 100 µg/mL sebanyak 0, 200, 400, 600, 800 dan 1000 μL dengan menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian diencerkan dengan HNO 3 1 M hingga tanda. d.
Pembuatan Seri Larutan Baku Pb untuk Kurva Baku. Kurva baku
dibuat dari 6 seri konsentrasi yaitu 0,1 ; 0,5 ; 1 ; 2 ; 2,5 ; dan 3 µg/mL dengan cara mengambil larutan intermediet Pb 100 µg/mL sebanyak 10, 50, 100, 200, 250 dan 300 μL dengan menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian diencerkan dengan HNO 3 1 M hingga tanda. 6.
Validasi Validasi dilakukan dengan menggunakan instrumen Spektrofotometer
Serapan Atom pada kondisi optimum. Kondisi optimum analisis timbal (Pb)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
diperoleh dengan cara mengukur serapan maksimum pada panjang gelombang optimum pada setiap perubahan parameter arus lampu, lebar celah, laju alir asetilen, laju alir udara dan tinggi pembakar, seperti disajikan pada Tabel III sebagai berikut: Tabel III. Kondisi optimum spektrofotometer serapan atom (SSA) Garis resonansi 283,3 nm Arus lampu katoda 10 mA Lebar celah 0,7 mm Laju alir asitilen 3 L/menit Laju alir udara 2 L/menit Tinggi pembakar 1,2 cm Validasi metode analisis yang ditentukan pada penelitian ini meliputi : •
Akurasi Akurasi metode analisis dinyatakan dengan persen perolehan
kembali (recovery). Untuk akurasi dengan metode penambahan baku/adisi dapat dihitung dengan cara berikut: % 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = •
Presisi
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 − 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑏 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑜 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑏 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
× 100 %
Presisi dinyatakan dalam % RSD (Relative Standart Deviation) dapat dihitung dengan rumus: % 𝑅𝑆𝐷 =
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑆𝐷) x 100 % 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
•
33
Limit of quantitation (LOQ) Limit of quantitation (LOQ) merupakan konsentrasi terkecil dari
analit yang dapat dikuantifikasi dan dapat memenuhi akurasi dan presisi. LOQ dapat dihitung dengan rumus: 𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
dimana Sa = standar deviasi dari intercept kurva adisi dan b = slope. •
Pengaruh prosedur analisis terhadap sampel. Dilihat untuk mengetahui apakah ada pengaruh proses terhadap
hasil analisis, yaitu dengan cara mengeplotkan kedua kurva tersebut kemudian dilihat signifikansi perbedaan slope-nya dengan menggunakan ujiT. a.
Destruksi Basah (Wet Ashing). Sebanyak kurang lebih 2,5 g sampel
daun murbei (bobot kering) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan 7,5 mL H 2 SO 4 pekat, 12,5 mL HNO 3 pekat diikuti oleh masingmasing seri larutan baku adisi ke dalam masing-masing erlenmeyer kemudian pada bagian mulut erlenmeyer diletakkan kelereng. Sampel dipanaskan pada suhu ± 130°C (mendidih) sampai terbentuk asap cokelat-kuning. Setelah asap cokelatkuning hilang, asap putih hasil peruraian H 2 SO 4 akan muncul. Sampel pada erlenmeyer akan berwarna lebih gelap dibandingkan sebelumnya. Ditambahkan setetes demi setetes HNO 3 pekat secara perlahan-lahan dan pemanasan dilanjutkan sampai larutan menjadi jernih. Jika larutan yang terbentuk masih gelap warnanya, ditambahkan lagi setetes demi setetets HNO 3 dan didihkan lagi. Proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
ini diulangi sampai larutan jernih. Sampel kemudian dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Dilakukan tiga kali replikasi (AOAC, 2007). b.
Penyaringan Sampel. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan
kertas saring Whatman yang telah dijenuhkan dengan HNO 3 1 M. Kertas saring Whatman kemudian diletakkan pada bagian dalam corong Buchner yang diletakkan pada labu hisap dan kemudian dihubungkan dengan pompa vakum. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang masih tertinggal pada erlenmeyer, sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam erlenmeyer kemudian saring kembali. Prosedur ini dilakukan sebanyak tiga kali hingga tidak ada sampel yang tertinggal di erlenmeyer. Sedangkan untuk mengantisipasi adanya sampel yang tertinggal pada kertas saring dan corong, 5 mL HNO 3 1 M dituangkan ke dalam labu hisap melewati kertas saring tersebut. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali. Setelah sampel tersaring semua, sampel dituang ke dalam labu ukur 50 mL. Untuk menghindari adanya sampel yang tertinggal pada labu hisap, sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam labu hisap. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali sampai tidak ada sampel yang tertinggal di labu hisap. Setelah itu tambahkan HNO 3 1 M hingga batas tanda. Labu ukur kemudian ditutup lalu digojog. Larutan siap diujikan ke AAS pada kondisi optimum (AOAC, 2007). 7.
Penetapan Kadar a.
Pembuatan Larutan Pb 10 µg/mL yang akan disemprotkan pada daun
murbei. Dibuat larutan Pb 10 µg/mL dengan mengambil 10 mL larutan stok Pb 1000 µg/mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL dan diencerkan dengan HNO 3 1 M hingga tanda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
35
Pembuatan Cairan Pemfermentasi EM-4. Sebanyak 10 mL larutan
EM-4 dilarutkan ke dalam 1000 mL air. c.
Perlakuan Sampel. Sampel daun murbei sebanyak kurang lebih 2,5 g
(bobot kering) untuk tiap-tiap hari perlakuan disemprot dengan larutan Pb 10 µg/mL sambil dibolak-balik dan dianginkan untuk sementara waktu sampai sampel diperkirakan sudah kering. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam ember yang berisi cairan pemfermentasi EM-4. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-0 (blangko), 1, 2, 3, 4, 5, 6, sampai hari ke-7. d.
Penetapan kadar Pb dalam air. Sampel diambil sebanyak 10 mL pada
hari ke-0 (blangko), 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman yang telah dijenuhkan dengan HNO 3 1 M. Kertas saring Whatman kemudian diletakkan pada bagian dalam corong Buchner yang diletakkan pada labu hisap dan kemudian dihubungkan dengan pompa vakum. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang tertinggal di dalam bekker gelas dan kertas saring, HNO 3 0,1 M dituangkan ke dalam bekker gelas kemudian dituang kembali ke labu ukur melewati kertas saring. Sedangkan untuk menghindari adanya sampel yang tertinggal pada labu hisap, HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam labu hisap. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali sampai tidak ada sampel yang tertinggal di labu hisap. Setelah sampel tersaring semua, sampel dituang ke dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan HNO 3 1 M hingga batas tanda. Dilakukan dua kali replikasi. e.
Penetapan kadar Pb dalam Daun murbei. Diambil sampel untuk tiap-
tiap hari perlakuan yang meliputi hari ke-0 (blangko), 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan 7,5 mL H 2 SO 4 pekat, 12,5 mL HNO 3 pekat ke dalam masing-masing erlenmeyer kemudian pada bagian mulut erlenmeyer diletakkan kelereng. Sampel dipanaskan pada suhu ± 130°C (mendidih) sampai terbentuk asap cokelat-kuning. Setelah asap cokelat-kuning hilang, asap putih hasil peruraian H 2 SO 4 akan muncul. Sampel pada erlenmeyer akan berwarna lebih gelap dibandingkan sebelumnya. Ditambahkan setetes demi setetes HNO 3 pekat secara perlahan-lahan dan pemanasan dilanjutkan sampai larutan menjadi jernih. Jika larutan yang terbentuk masih gelap warnanya, ditambahkan lagi setetes demi setetets HNO 3 dan didihkan lagi. Proses ini diulangi sampai larutan jernih. Sampel kemudian dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah sampel jernih, dilakukan tahap selanjutnya yaitu penyaringan sampel. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatman yang telah dijenuhkan dengan HNO 3 1 M. Kertas saring Whatman kemudian diletakkan pada bagian dalam corong Buchner yang diletakkan pada labu hisap dan kemudian dihubungkan dengan pompa vakum. Untuk mengantisipasi adanya sampel yang masih tertinggal pada erlenmeyer, sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam erlenmeyer kemudian saring kembali. Prosedur ini dilakukan sebanyak tiga kali hingga tidak ada sampel yang tertinggal di erlenmeyer. Sedangkan untuk mengantisipasi adanya sampel yang tertinggal pada kertas saring dan corong, 5 mL HNO 3 1 M dituangkan ke dalam labu hisap melewati kertas saring tersebut. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali. Setelah sampel tersaring semua, sampel dituang ke dalam labu ukur 50 mL. Untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
menghindari adanya sampel yang tertinggal pada labu hisap, sebanyak 5 mL HNO 3 1 M dituangkan kembali ke dalam labu hisap. Lakukan prosedur ini sebanyak dua kali sampai tidak ada sampel yang tertinggal di labu hisap. Tambahkan HNO 3 1 M hingga batas tanda. Labu ukur kemudian ditutup lalu digojog. Larutan siap diujikan ke AAS pada kondisi optimum. Dilakukan sebanyak 2 kali replikasi (AOAC, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nasib timbal (Pb) yang disemprotkan pada daun murbei serta melihat pengaruh fermentasi dengan bakteri Lactobacillus terhadap timbal (Pb) yang disemprotkan pada daun murbei tersebut. Daun murbei disini merupakan daun yang digunakan sebagai pangan cacing Lumbricus rubellus.
A.
Pembuatan Asam Pencuci dan Preparasi Peralatan
Pencucian dengan asam pencuci pada alat-alat gelas yang akan digunakan dalam penelitian merupakan suatu hal yang harus dilakukan agar alatalat gelas yang digunakan tidak tercemar oleh bahan-bahan lain yang masih tertinggal dalam alat-alat gelas tersebut. Apabila alat-alat gelas yang akan digunakan tidak dicuci dengan menggunakan asam pencuci terlebih dahulu, dikhawatirkan masih adanya bahan-bahan lain yang tertinggal dalam alat-alat gelas tersebut yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Asam pencuci yang digunakan adalah campuran kalium bikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) 1 % dalam 500 mL asam sulfat p.a. Kalium bikromat ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan ke dalam bekker gelas lalu ditambahkan dengan sedikit asam sulfat p.a sambil diaduk untuk mempermudah kelarutannya. Setelah larut, larutan tersebut dituang ke dalam labu ukur 500 mL dan ditambah asam sulfat p.a hingga tanda kemudian digojog perlahan agar tercampur dengan
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
sempurna. Penggojokan tidak boleh dilakukan dengan keras sebab reaksi dari larutan ini bersifat eksotermis. Digunakan asam pencuci berupa campuran kalium bikromat dalam asam sulfat adalah karena campuran kalium bikromat dan asam sulfat merupakan agen pengoksidasi yang banyak digunakan dan sangat efektif untuk menghilangkan bekas dari bahan-bahan organik yang mungkin masih menempel pada alat-alat gelas yang akan digunakan dalam penelitian (Edward, 2013). Alat-alat gelas yang akan digunakan dalam penelitian kemudian dicuci dengan menggunakan asam pencuci selama 15 menit dengan cara diputar-putar agar seluruh permukaan alat gelas terbasahi dengan asam pencuci. Setelah itu, alat-alat gelas dibiarkan terendam dengan asam pencuci selama satu malam dengan tujuan agar kotorankotoran yang berupa bahan organik yang masih menempel pada alat-alat gelas dapat hilang. Selama melakukan pencucian alat-alat gelas dengan menggunakan asam pencuci dilakukan di dalam lemari asam. Setelah alat-alat gelas direndam selama satu malam, asam pencuci dituang kembali ke dalam labu ukur 500 mL untuk digunakan pada pencucian alat-alat gelas berikutnya. Namun apabila asam pencuci sudah berubah warna dari coklat-kemerahan menjadi hijau atau menjadi sangat cair setelah digunakan, asam pencuci tidak boleh digunakan lagi sebab berarti daya pengoksidasinya sudah berkurang sehingga tidak baik lagi apabila masih digunakan untuk mencuci alat-alat gelas (Anonim, 2013). Alat-alat gelas kemudian dikeluarkan dari lemari asam lalu dibilas dengan aquabides selama 3 kali untuk menghilangkan kemungkinan adanya kotoran yang masih tertinggal di dalam alat gelas. Aquabides merupakan air yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
mengalami destilasi ganda sehingga tidak terkandung mineral di dalamnya. Digunakan aquabides pada penelitian ini karena yang akan ditetapkan adalah kandungan logam timbal (Pb) sehingga diharapkan tidak ada mineral lain yang dapat mengganggu pengukuran logam timbal (Pb). Setelah dibilas dengan aquabides, alat-alat gelas tersebut kemudian disimpan dalam kantong plastik sampai saatnya alat-alat gelas tersebut akan digunakan agar terbebas dari debu dan kotoran (Edward, 2013).
B.
Penetapan Bobot Kering
Pada umumnya, semua zat (baik alat maupun bahan) yang disimpan pada ruangan memiliki kecenderungan untuk menyimpan lembab (air) dari udara. Oleh sebab itu perlu dilakukan kuantifikasi terlebih dahulu supaya bobot zat yang akan kita gunakan dapat diketahui secara akurat. Penetapan bobot tetap wadah dan bobot kering sampel dilakukan dengan prinsip penimbangan bobot berulang kali sampai diperoleh bobot tetap. Wadah yang digunakan pada penelitian ini berupa alumunium foil yang dicetak pada flakon sehingga bentuk alumunium foil mengikuti bentuk dari flakon tersebut. Tujuan digunakan alumunium foil sebagai wadah adalah agar perolehan bobot tetap dari wadah mudah didapatkan karena bobot alumunium foil yang ringan. Setelah wadah dipanaskan dalam oven, wadah dikeluarkan dan didinginkan sampai mencapai suhu kamar di dalam desikator. Desikator merupakan suatu wadah yang terbuat dari bahan gelas yang kedap udara dan terdapat desikan pada bagian bawahnya untuk menarik lembab. Desikator
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
umumnya digunakan untuk menyimpan sampel agar tetap kering selama proses pendinginan dan sebelum sampel ditimbang kembali. (Christian, 2004). Wadah selanjutnya ditimbang untuk diketahui bobotnya setelah pengeringan dengan oven dan desikator. Proses ini dilakukan berulang kali hingga diperoleh selisih bobot yang tidak lebih dari 0,5 miligram tiap gram sisa yang ditimbang (Depkes RI, 1974). Berdasarkan hasil kuantifikasi diperoleh bahwa pada penimbangan kedua sudah diperoleh bobot tetap untuk masing-masing replikasi yaitu dengan selisih kedua penimbangan untuk masing-masing replikasi sebesar 0,2304; 0,4391; dan 0,4918 mg. Pada penetapan bobot kering sampel daun, daun dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air biasa. Tujuan sampel dicuci dengan air biasa adalah untuk menyamakan perlakuan seperti yang dilakukan oleh peternak cacing dalam mencuci daun-daunan yang digunakan untuk pangan cacing dengan menggunakan air biasa. Setelah sampel dicuci, sampel dipotong kecil-kecil dengan tujuan untuk memperluas permukaan dari daun agar daun cepat kering setelah pencucian serta untuk mempermudah daun dalam menyerap larutan Pb yang akan disemprotkan pada saat perlakuan sampel. Selain itu, perlakuan ini juga mengikuti perlakuan yang dilakukan oleh peternak cacing dimana daun yang digunakan untuk pakan cacing diberikan dalam bentuk potongan-potongan halus atau diblender. Cacing akan lebih mudah memakan serta mencerna apabila daun diberikan sudah dipotong-potong atau diblender. Sampel kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 1050 C sampai diperoleh bobot tetap. Depkes RI, 1974 mensyaratkan bahwa selisih bobot yang tidak lebih dari 0,5 miligram tiap gram sisa yang ditimbang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Berdasarkan hasil penetapan bobot kering daun diperoleh bahwa pada penimbangan kelima sudah diperoleh bobot tetap untuk masing-masing replikasi yaitu dengan selisih kedua penimbangan untuk masing-masing replikasi sebesar 0,3219 ; 0,2914 ; 0,3056 mg.
C.
Pembuatan Larutan Baku Pb
Larutan baku Pb yang dibuat dalam penelitian ini meliputi larutan stok baku (stock solution), larutan intermediet, serta seri larutan baku yang nantinya digunakan untuk adisi. Larutan baku Pb dibuat dengan cara melarutkan sejumlah tertentu baku Pb dalam pelarut yaitu asam nitrat. Setelah dilakukan pembuatan larutan stok baku Pb dengan konsentrasi 1000 ppm, dibuat juga larutan intermediet Pb dengan konsentrasi 100 ppm. Tujuan dibuat larutan intermediet adalah agar larutan stok tidak mudah rusak dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama. Setelah itu dibuat 6 konsentrasi baku Pb larutan intermediet yang akan diadisikan pada sampel yaitu konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 µg/mL serta dibuat 6 konsentrasi baku yang digunakan untuk pembuatan kurva adisi yaitu 0,1; 0,5; 1; 2; 2,5 dan 3,5 µg/mL.
D.
Destruksi Basah (Wet Ashing)
Dalam melakukan analisis suatu logam atau mineral pada suatu sampel, sampel tersebut harus dihancurkan atau didestruksi terlebih dahulu untuk memutus ikatan antara senyawa organik dengan logam yang akan dianalisis. Proses destruksi yang biasa dilakukan yaitu destruksi kering, destruksi basah dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
destruksi microwave. Pemilihan proses destruksi yang akan digunakan harus didasarkan pada mineral yang akan dianalisis, sifat sampel, serta sifat anorganik maupun sifat organik dalam sampel. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah destruksi basah. Destruksi basah merupakan metode untuk analisis elemen yang melibatkan degradasi kimia dari matriks sampel dalam larutan, biasanya dengan kombinasi asam untuk meningkatkan kelarutan (Twyman, 2005). Dasar pemilihan metode destruksi basah pada penelitian ini adalah untuk menghindari kehilangan sampel karena temperatur yang digunakan rendah selain itu waktu yang dibutuhkan juga cepat. Disamping itu, metode ini juga digunakan cocok untuk analisis mineral spesifik dan keracunan logam (Nielsen, 2010). Sampel berupa daun murbei yang sebelumnya sudah ditetapkan bobot keringnya kemudian didegesti dengan menggunakan asam sebagai agen pengoksidasinya. Asam yang digunakan untuk destruksi basah ini dapat berupa asam tunggal ataupun campuran asam. Larutan asam yang biasa digunakan untuk proses destruksi meliputi asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat serta asam klorida. Pemilihan penggunaan larutan asam harus mempertimbangkan apakah larutan asam tersebut mampu untuk mengoksidasi sampel yang akan dianalisis. Pada penelitian ini digunakan campuran asam sebab hasil oksidasi yang dihasilkan lebih cepat dan lengkap dibandingkan dengan penggunaan asam tunggal apabila digunakan untuk analisis material organik (Nielsen, 2010). Campuran asam yang digunakan pada penelitian ini adalah asam nitrat dan asam sulfat pekat. Digunakan asam nitrat sebab asam nitrat panas dapat melarutkan semua logam kecuali alumunium dan kromium serta mudah untuk mengoksidasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
banyak senyawa sedangkan asam sulfat dapat menguraikan dan melarutkan banyak senyawa karena titik didihnya yang tinggi (3400C) dan dapat digunakan untuk dehidrasi dan oksidasi sampel organik (Skoog, 1975). Asam nitrat akan menguraikan sebagian besar materi organik namun tidak mencapai suhu yang cukup untuk merusak semua materi organik karena terlebih dahulu menguap dan yang tertinggal adalah asam sulfat. Saat asam nitrat mulai menguap, asam sulfat masih akan tersisa didalam erlenmeyer kemudian asap tebal SO 3 akan mulai terbentuk dan memenuhi erlenmeyer. Asam sulfat akan menguraikan bahan organik yang tersisa di dalam erlenmeyer tersebut. Asap putih akan muncul menujukkan bahwa asam sulfat mulai terurai. Oleh sebab itu perlu ditambahkan asam nitrat ditambahkan untuk memperpanjang proses destruksi. Reaksi oksidasi yang terjadi pada sampel dengan campuran asam: H2 SO4
3 Pb + 8 HNO 3 �⎯⎯⎯� 3 Pb2+ + 6 NO 3 - + 2 NO ↑ + 4 H 2 O
Pemanasan pada proses destruksi basah ini berfungsi untuk memberikan energi untuk memutus ikatan antara sampel dengan timbal (Pb) sehingga timbal (Pb) akan tertinggal dan larut dalam larutan asam kuat dalam bentuk kation logam (Dewi, 2012). Asam nitrat dan perklorat memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan dengan campuran asam sulfat dan nitrat namun penggunaan asam perklorat dihindari sebab dapat menyebabkan ledakan (Nielsen, 2010). Proses destruksi dilakukan dengan menambahkan asam pengoksidasi disertai perendaman selama satu malam. Destruksi tidak dilakukan sesaat setelah penambahan asam pengoksidasi sebab terjadi ledakan-ledakan kecil yang mengakibatkan sebagian sampel tersembur keluar. Perendaman sampel dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
asam pencuci selama semalam dapat mengurangi terjadinya ledakan-ledakan tersebut sebab perendaman selama semalam memberikan pelepasan dan kelarutan secara perlahan-lahan logam timbal (Pb) dari sampel. Hal ini mungkin dapat berpengaruh juga pada recovery sampel, dimana sampel yang direndam dengan asam pencuci selama semalam memberikan hasil recovery yang lebih baik (Laing, Filip, Verloo, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
46
Validasi Metode
Validasi metode analisis merupakan suatu proses pembuktian bahwa suatu metode analisis mampu menghasilkan data yang dapat diterima dan terpercaya, sehingga dapat digunakan untuk tujuan analisis tertentu. Konsep dari proses validasi didasarkan pada dua aspek yaitu masalah dan persyaratan data yang diperoleh serta metode yang akan digunakan dan karakteristik performanya (Christian, 2004). Langkah awal dari proses validasi metode adalah menentukan tujuan dan kriteria minimum dari parameter validasi metode yang akan diuji. Pada penelitian ini validasi metode yang dilakukan tergolong validasi metode kategori II, yaitu validasi metode yang diperuntukkan untuk menentukan campuran dalam substansi bahan baku atau komponen sisa pada produk akhir farmasetika. Pada penelitian ini, timbal (Pb) merupakan campuran yang terdapat dalam daun murbei yang digunakan sebagai pangan cacing. Parameter validasi yang diuji pada penelitian ini meliputi akurasi, presisi, linearitas dan rentang. Sensitivitas yang ditunjukkan dengan batas kuantifikasi dan batas deteksi juga dihitung sebagai parameter validasi.
Gambar 5. Kategori validasi menurut USP (Huber, 2007)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
1. Akurasi Kemampuan suatu metode untuk memberikan hasil pengukuran yang sama atau mendekati ukuran yang sesungguhnya disebut dengan akurasi. Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali (recovery). Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan persen perolehan kembali, yaitu dengan metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan dengan metode penambahan baku (standard addition method). Metode penambahan baku dilakukan dengan manambahkan sejumlah tertentu analit ke dalam sampel. Selisih kedua hasil kemudian dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (Harmita, 2004). Metode ini biasanya dilakukan apabila matriks sampel tidak diketahui atau tidak dapat dibuat plasebonya, sehingga diperlukan penyesuaian antara matriks standar/baku dengan matriks sampel (Harvey, 2000). Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah daun murbei, matriks dari daun murbei ini tidak dapat diketahui kandungan maupun komposisi senyawa-senyawa didalamnya serta tidak dapat dibuat juga daun murbei placebo yang tidak mengandung timbal. Oleh sebab itu perlu dilakukan metode panambahan baku untuk melihat apakah didalam matriks sampel, metode dapat memberikan respon yang sama baiknya dengan analit pada matriks baku. Metode penambahan baku dilakukan dengan cara menambahkan 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 µg/mL baku Pb(NO 3 ) 2 ke dalam sampel dan dilakukan replikasi tiga kali. Hasil perolehan kembali (recovery) yang diperoleh dari hasil penelitian pada masing-masing replikasi adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Tabel IV. Hasil persen perolehan kembali (% recovery) baku Pb(NO 3 ) 2
Konsentrasi (µg/mL) 0 2 4 6 8 10
Replikasi 1 82,750 99,875 87,500 83,312 82,400
Recovery (%) Replikasi 2 Replikasi 3 82,750 82,500 99,875 102,750 95,417 92,083 91,187 86,750 91,850 83,000
Pada Tabel IV dapat dilihat hasil persen perolehan kembali (recovery) baku Pb(NO 3 ) 2 pada masing-masing replikasi. Berdasarkan Gonzalez dan Herrador (2004) untuk konsentrasi analit sebenarnya yang berada pada range 100 ppb-1 ppm, rentang persen recovery yang dipersyaratkan adalah 80-110%.
Gambar 6. Pesyaratan % recovery (Gonzalez dan Herrador, 2007)
Berdasarkan hasil penelitian, persen recovery penambahan baku adisi terendah yang diperoleh adalah 82,400 sedangkan persen recovery penambahan baku adisi tertinggi adalah 102,750. Persen recovery tersebut memenuhi kriteria yang dipersyaratkan sehingga terbukti bahwa metode analisis yang digunakan memiliki akurasi yang baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
2. Presisi Presisi dari suatu metode menunjukkan apakah metode analisis dapat memberikan hasil yang sama atau mirip apabila dilakukan pengulangan. Presisi dilihat melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata saat prosedur diterapkan secara berulang (Harmita, 2004). Presisi ditentukan melalui persen relative standar deviation (% RSD). Suatu metode analisis untuk sampel dengan konsentrasi sebenarnya yang terletak pada rentang 100 ppb–1 ppm dikatakan memenuhi kriteria presisi apabila memiliki % RSD <16 menurut Horwitz dan < 11 menurut AOAC (Gonzalez dan Herrador, 2007). Tabel V. Kriteria presisi (Gonzalez dan Herrador, 2007)
Hasil yang diperoleh dari penelitian ditunjukkan sebagai berikut: Tabel VI. Hasil presisi baku Pb(NO 3 ) 2
Konsentrasi (µg/mL) 0 2 4 6 8 10
Kadar (µg/mL) Rata-rata kadar (µg/mL) Rep. I Rep. II Rep. III 1,072 1,072 1,049 1,064 1,403 1,403 1,379 1,395 1,871 1,871 1,871 1,871 2,122 2,217 2,154 2,164 2,405 2,531 2,437 2,458 2,720 2,909 2,725 2,785
SD
%RSD
0,0133 0,0139 0,0000 0,0172 0,0655 0,1077
1,2476 0,9933 0,0000 0,8065 2,6648 3,8678
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa % RSD baku Pb(NO 3 ) 2 untuk masing-masing konsentrasi memenuhi persyaratan presisi sehingga terbukti bahwa metode analisis yang digunakan memiliki presisi yang baik untuk menetukan kadar timbal (Pb) dalam daun murbei sebagai pangan cacing L. rubellus.
3. Linearitas Linearitas merupakan kemampuan prosedur analisis untuk memperoleh hasil percobaan yang berbanding lurus dengan konsentrasi analit didalam sampel (Huber, 2007). Hubungan yang linier ini dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) yang menyatakan korelasi antara jumlah analit/konsentrasi dengan absorbansi yang dihasilkan. Suatu metode dikatakan memiliki linearitas yang baik jika memiliki nilai r > 0,9985 atau R2> 0,997 (Chan et al., 2004). Pada penelitian ini nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0.9990. Nilai tersebut memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu lebih dari 0,9985. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini memiliki linearitas yang baik bila digunakan untuk penetapan kadar timbal (Pb) dalam daun murbei sebagai pangan cacing.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
absorbansi
Kurva baku hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi Pb(NO3)2 pada kisaran 0,1- 3 µg/mL 0,0450 0,0400 0,0350 0,0300 0,0250 0,0200 0,0150 0,0100 0,0050 0,0000 -0,0050 0
y = 0.0141x - 0.0015 r= 0.9990
Series1 Linear (Series1)
1
2 3 konsentrasi (µg/mL)
4
Gambar 7. Kurva baku dengan rentang 0,1-3 µg/mL
4. Rentang Rentang (range) merupakan batas terendah dan batas tertinggi dari konsentrasi baku dimana metode dapat memenuhi kriteria validasi metode. Pada penelitian ini rentang dilihat dari batas konsentrasi baku Pb(NO 3 ) 2 adisi yang memenuhi kriteria akurasi dan presisi. Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi baku Pb(NO 3 ) 2 terendah pada ketiga replikasi yang memenuhi persyaratan akurasi dan presisi adalah 0 µg/mL dengan recovery 82,5-82,75 % dan % RSD 1,2476. Sedangkan konsentrasi tertinggi baku Pb(NO 3 ) 2 pada ketiga replikasi yang memenuhi kriteria akurasi dan presisi adalah 10 µg/mL dengan recovery 82,4-91,85 % dan % RSD 3,8678. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan pada penelitian memenuhi kriteria validasi metode pada rentang konsentrasi baku Pb(NO 3 ) 2 0-10 µg/mL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
5. Sensitivitas Sensitivitas dinyatakan dalam batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ). LOD atau batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan respon blangko. Sedangkan LOQ atau batas kuantifikasi adalah kadar terkecil suatu analit yang masih dapat dianalisis dengan hasil yang tetap memenuhi syarat akurasi dan presisi (Harmita, 2004). Semakin kecil LOD dan LOQ maka dapat disimpulkan bahwa sensitivitas metode tersebut semakin baik. LOD dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi rentang 0,1-3 µg/mL. LOD disini digunakan sebagai parameter validasi instumen. Dari kurva kalibrasi tersebut akan diperoleh kemiringan atau slope (b) serta standar deviasi (Sa) yang nantinya digunakan untuk menghitung LOD. LOD diperoleh dengan menggunakan rumus: 𝐿𝑂𝐷 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
. Berdasarkan hasil perhitungan, LOD yang
diperoleh adalah sebesar 0,1233 µg/mL. LOD pada prinsipnya adalah menentukan kadar analit terendah yang memberikan populasi sinyal yang berbeda signifikan dari populasi sinyal blangko. LOQ dihitung secara statistik dengan menggunakan kurva kalibrasi adisi dengan rentang 0-10 µg/mL pada tiap-tiap replikasi. Digunakan kurva kalibrasi adisi sebab LOQ disini digunakan sebagai parameter validasi metode analisis. Dari kurva kalibrasi adisi tersebut akan dihasilkan kemiringan atau slope (b) serta standar deviasi (Sa) yang nantinya digunakan untuk menghitung LOQ. LOQ diperoleh dengan menggunakan rumus: 𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥 pada penelitian ini adalah:
𝑆𝑎 𝑏
. LOQ yang diperoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Tabel VII. Hasil LOQ pada masing-masing replikasi
Replikasi I 0,6867 µg/mL
Replikasi II 0,7561 µg/mL
Replikasi III 1,0879 µg/mL
Rata-rata LOQ 0,8436 µg/mL
LOQ 16,872 µg/g
6. Pengaruh prosedur analisis terhadap sampel Pada tahap ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh prosedur analisis yang dilakukan terhadap sampel pada masing-masing replikasi. Kerangka berpikir peneliti adalah apakah terdapat perbedaan hasil antara kurva adisi dengan kurva baku. Sebab pada penelitian ini kurva baku tidak ikut dalam proses destruksi sedangkan kurva adisi ikut dalam proses destruksi. Metode statistika yang dipakai adalah t-test, karena uji tersebut dapat untuk mengukur keberadaan 2 variabel tergantung yang bersifat continuous. Namun sebelum menghitung uji-t, perlu dihitung uji F untuk melihat rumus uji-t mana yang akan digunakan. 𝐹 = S12
S22
, dimana S 1 = Sd slope dari kurva adisi; sedangkan S 2 = Sd slope dari kurva
baku. Tabel VIII. Hasil uji F standar deviasi baku dan adisi (α = 0,05)
F hitung 0,0376
F tabel (two-tailed test) 7.146
Kesimpulan Tidak berbeda signifikan
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai F hitung < F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara standar deviasi slope pada kurva adisi dan kurva baku. Karena hasil replikasi uji F menunjukkan perbedaan tidak signifikan maka digunakan rumus uji-t:
𝑆2 =
(𝑛1−1)𝑆12 + (𝑛2−1)𝑆22 𝑛1+𝑛2−2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
𝑡=
54
|𝑥1 − 𝑥2|
1 1 𝑠�𝑛1 + 𝑛2
dimana x 1 = merupakan slope kurva adisi, x 2 = slope kurva baku. H 1 = antara kurva adisi dengan kurva baku terdapat perbedaan signifikan Keputusan : dengan α = 0,05, tolak H 0 jika t>t 10 (0,05) Hasil perhitungan uji-t untuk ketiga replikasi adalah: Tabel IX. Hasil uji signifikansi kurva baku dan kurva adisi
T hitung
T tabel
Kesimpulan
96,2918
2,23
Signifikan
Tujuan dilakukannya uji-t ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh prosedur analisis terhadap hasil. Hasil uji-t menunjukkan hasil yang berbeda signifikan, yang berarti ada pengaruh prosedur analisis terhadap hasil. Hal ini mungkin disebabkan karena selama proses pengerjaan terdapat kesalahan dalam memipet ataupun adanya kemungkinan sampel yang masih tertinggal di dalam Erlenmeyer ketika proses penyaringan. Kemungkinan lainnya disebabkan karena selama proses destruksi basah, terdapat sampel yang tersembur keluar pada saat dipanaskan diatas hot plate ataupun pada saat penambahan campuran asam pengoksidasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F.
55
Penetapan Kadar
Penetapan kadar dilakukan setelah metode analisis yang digunakan dinyatakan valid. Penetapan kadar dilakukan dengan memberi perlakuan pada daun murbei yang digunakan sebagai pangan cacing. Daun tersebut disemprot dengan larutan Pb dengan konsentrasi 10 µg/mL kemudian dibolak-balik dan dikeringkan agar larutan Pb dapat masuk ke dalam daun. Dipilih Pb dengan konsentrasi 10 µg/mL karena merupakan konsentrasi maksimal adisi yang digunakan peneliti sehingga diharapkan apabila terjadi akumulasi baik pada daun maupun air, akan tetap masuk pada range kurva baku yang digunakan. Selain itu, digunakannya konsentrasi ini adalah agar hasil yang diharapkan dapat menyamakan kadar timbal yang terdapat pada kapsul cacing (Suryasmi, 2013). Setelah daun disemprot dengan larutan Pb, daun difermentasi dengan tujuan untuk menyamakan perlakuan seperti yang dilakukan oleh peternak cacing dalam memberi makan cacing. Karena daun mengalami proses fermentasi dengan menggunakan cairan pemfermentasi selama 7 hari, maka perlu diketahui kadar timbal (Pb) baik di air maupun daun selama 7 hari tersebut. Kadar timbal (Pb) dihitung dengan mensubstitusikan absorbansi yang diperoleh sebagai nilai y pada persamaan kurva baku penetapan kadar: y = 0,0111 x-0,001. Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa kadar timbal pada daun hanya terdeteksi dari hari ke-0 sampai hari ke-3, sedangkan kadar pada hari ke-0 sampai hari ke-4 samapi ke-7 berada di bawah LOD (berada di bawah 0,1233 µg/mL). Sebaliknya, kadar timbal yang terbaca pada air baru dimulai dari hari ke3 sampai hari ke-7 sebab kadar timbal pada hari ke-0 sampai ke-2 berada di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
bawah LOD. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa terjadi perpindahan timbal (Pb) dari daun ke air. Sedangkan untuk melihat kemungkinan hilangnya timbal (Pb) yang diduga akibat tersedimentasi dalam cairan pemfermentasi EM-4 dapat dilihat berdasarkan pehitungan Mass Balance Analysis berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daun murbei (bobot kering) rata-rata kadar air =54,50 %
dibuat dalam 1 L
kadar timbal di air pada hari ke-0 tidak terdeteksi (berada di bawah LOD)
pada pemberian pangan cacing, 1 kg daun = 1 kg cacing
Fermentasi
kadar daun pada hari ke0 = 7,208 µg/g
cairan pemfermentasi dibuat dalam 1 L = 1000 mL
karena bobot daun yang diperoleh setelah bobot kering = 500 g
kadar timbal yang terkandung = tidak dapat diketahui.
kadar timbal yang terkandung = 500 g x 7,208 µg/g = 3.604 µg
Validasi metode Kadar yang ditemukan pada rata-rata ketiga blangko sebesar 21,287 µg/g
karena bobot daun yang diperoleh setelah bobot kering = 500 g
kadar timbal yang terkandung = 500 g x 21,287 µg/g = 10.643,5 µg
57
karena kadar air = 54,50%, maka bobot daun yang diperoleh = ±500 g
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kadar timbal yang ditemukan pada proses validasi metode yang dilakukan pada ketiga replikasi blangko (yang tidak mengalami penambahan/adisi dengan Pb) sebesar 10.643,5 µg, kadar timbal yang ditemukan pada kedua replikasi penetapan kadar daun hari ke-0 sebesar 3.604 µg sedangkan kadar timbal pada air tidak dapat ditentukan besarnya sebab berada di bawah LOD. Apabila kita hitung, terdapat perbedaan kadar timbal (Pb) yang ditemukan pada saat validasi metode dengan penetapan kadar. Seharusnya, kadar yang ditemukan pada saat validasi metode sama dengan jumlah kadar timbal yang ditemukan pada air dan pada daun pada blangko. Namun pada kenyataannnya terdapat selisih sebesar 7.039,5 µg, yang diperoleh dari hitungan: Kadar timbal pada proses validasi
= 10.643,5 µg
Kadar timbal pada penetapan kadar di daun = 3.604 kadar timbal yang hilang
µg –
= 7.039,5 µg
Hal ini diduga karena timbal (Pb) sejumlah 7.039,5 µg tersedimentasi di dalam larutan pemfermentasi EM-4. Perbedaan antara kadar timbal (Pb) pada daun yang difermentasi dengan non-fermentasi kemudian diuji dengan menggunakan uji-t dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kadar timbal (Pb) yang signifikan pada daun yang difermentasi maupun yang tidak difermentasi. Pada uji ini digunakan konsentrasi 10 µg/mL pada validasi metode yang akan dibandingkan dengan penetapan kadar. Digunakan kadar tersebut sebab pada penetapan kadar, daun murbei disemprot dengan larutan Pb konsentrasi 10 µg/mL. Sebelum dilakukan uji-t, dilakukan uji F untuk mengetahui apakah terdapat
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
perbedaan yang signifikan antara standar deviasi hasil absorbansi daun terfermentasi dengan daun non-fermentasi. Hasil yang diperoleh pada penelitian: Tabel X. Hasil uji F absorbansi daun terfermentasi dengan daun non-fermentasi (α = 0,05)
F hitung 11,96656
F tabel (two-tailed test) 39.36
Kesimpulan Tidak berbeda signifikan
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara standar deviasi absorbansi daun terfermentasi dengan daun nonfermentasi. Setelah dilakukan uji F, dilakukan uji-t pada daun yang terfermentasi maupun pada daun non-fermentasi. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah: Tabel XI. Hasil uji signifikansi daun terfermentasi dengan non-fermentasi
T hitung
T tabel
Kesimpulan
22,1358
2,26
Signifikan
Berdasarkan hasil uji-t tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kadar logam berat timbal (Pb) pada daun yang difermentasi dengan yang tidak difermentasi. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya peran bakteri asam laktat yang terdapat pada cairan pemfermentasi EM-4. Bakteri asam laktat tersebut menghasilkan exopolysaccharide (EPS) yang dapat digunakan sebagai penjerap logam berat. Berdasarkan hasil analisis spektra dari Fourier Transform-Infrared Spectroscopy (FT-IR) yang dilakukan pada permukaan exopolysaccharide (EPS), diketahui bahwa ternyata permukaan exopolysaccharide (EPS) mengandung gugus-gugus yang bermuatan negatif seperti
–OH,
COO-,
C=O
dan
–NH.
Penyerapan
timbal
(Pb)
oleh
exopolysaccharide (EPS) dapat terjadi karena adanya interaksi antara kation dari timbal (Pb2+) dengan muatan negatif yang ada pada exopolysaccharide (EPS).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Berikut merupakan gambar hasil Scanning Electron Micrography (SEM) untuk mengetahui morfologi dari permukaan exopolysaccharide (EPS) baik sebelum maupun sesudah terjadi penyerapan oleh timbal (Pb):
Gambar 8. Permukaan exopolysaccharide (EPS) sebelum terjadi penyerapan timbal (Pb) (Feng, Chen, Li, Nurgul, Dong, 2012)
Gambar 9. Permukaan exopolysaccharide (EPS) sebelum terjadi penyerapan timbal (Pb) (Feng, Chen, Li, Nurgul, Dong, 2012)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Pada gambar 8 dapat kita lihat bahwa permukaan exopolysaccharide (EPS) sebelum terjadi penyerapan timbal (Pb) menunujukkan permukaan yang halus
namun
setelah
terjadi
penyerapan
timbal
(Pb),
permukaan
exopolysaccharide (EPS) menjadi terlihat lebih kasar (gambar 9). Hal tersebut menunjukkan
bahwa
Pb2+
memang
terserap
di
dalam
permukaan
exopolysaccharide (EPS) yang ada pada bakteri asam laktat. Rayes (2012) juga menyebutkan bahwa bakteri Lactobacillus, bakteri utama yang terdapat pada cairan pemfermentasi EM-4, dapat menyerap logam berat seperti timbal (Pb) dalam larutan dan mengakibatkan logam berat tersebut mengendap bersama dengan bakteri Lactobacillus.
Gambar 10. Bakteri Lactobacillus yang sebelum menyerap logam berat timbal (kiri) dan bakteri Lactobacillus yang setelah menyerap logam berat timbal (kanan) (Rayes, 2012)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Penetepan kadar timbal (Pb) pada daun sebagai pangan cacing menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom telah memenuhi parameter validitas yang meliputi akurasi (82,4–102,75 %), presisi (% RSD 0,000-3,8678 %), linearitas (koefisien korelasi (r) 0,9990), LOD 0,1233 µg/mL dan LOQ sebesar 16,872 µg/g. Kadar timbal pada daun hanya dapat terdeteksi dari hari ke-0 sampai hari ke-3 yaitu dengan kadar tertinggi 7,208 µg/g dan kadar terendah 3,604 µg/g. Sedangkan kadar timbal pada air hanya terdeteksi pada hari ke-3 sampai ke-7 yaitu dengan kadar tertinggi 0,4955 µg/mL dan kadar terendah 0,1802 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perpindahan kadar timbal dari daun ke dalam air. Selain itu terdapat kadar timbal yang hilang sebesar 7.039,5 µg pada penetapan kadar. Hal ini diduga karena timbal ikut tersedimentasi dalam cairan pemfermentasi EM-4 karena adanya peran bakteri Lactobacillus dan terdapat perbedaan signifikan antara kadar timbal (Pb) pada daun terfermentasi dengan non-fermentasi setelah dilakukan uji-t.
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. 1.
63
Saran
Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penetepan kadar timbal (Pb) pada daun murbei yang digunakan sebagai pakan cacing Lumbricus rubellus untuk waktu percobaan yang lebih lama.
2.
Pada penelitian selanjutnya dapat digunakan instrumen ICP-MS-MS untuk mendeteksi logam timbal (Pb) sebagai pengganti SSA (Spektrofotometer Serapan Atom) karena hasilnya yang lebih sensitif, cepat dan akurat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja S., dan Rassmussen, H., 2007, HPLC Method Developments for Pharmaceuticals, Elsevier Academic Press, Italy, pp.444,446. Anonim, 2013, Cleaning Glassware, kubiak.ucsd.edu/manual/pdf/VIII_glass.pdf, diakses tanggal 5 Maret 2013 Antosiewics, DM, 1992, Adaptation of Plants to an Environment Polluted with Heavy Metals, Acta Soc. Bot. Polon, 61: 281-299. AOAC, 2007, Official Method of Analysis of AOAC International, 18th edition, AOAC International, pp.28-34. Boschini, C. F., 2002, Nutritional Quality of Mulberry Cultivation for Ruminant Feeding, FAO Animal Production and Health Paper, pp.172-182. BPOM, 2008, Menggunakan Bahan Alam dengan Bijaksana, Naturakos, Vol. III/No. 9. Cantle, J. E., 1982, Atomic Absorption Spectrometry, Elsevier Sciencetific Publishing Company, Amsterdam, p. 349. Chan, Lam, Lee, dan Zhung., Analytical Method Validation and Instrument Performance Verivication, A John Wiley and Sons, Inc., Kanada, pp.169. Charlena, 2004, Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Sayur-sayuran, Program Pascasarjana S3 IPB, Bandung. Christian, Gary, D., 2004, Analytical Chemistry, Sixth edition, John Wiley and Sons, Inc. p.45. Chua, J.P., 2013, Pengaruh Pangan yang Dicemari Logam Berat Timbal (Pb) terhadap Kadar Timbal pada Cacing Lumbricus rubellus, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Damayanti, 2000, Pemanfaatan Tepung Cacing (Lumbricus rubellus) sebagai Agensia Anti-Pollorum dalam Imbuhan Pakan Ayam Boiler, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Darmono, 1995, Logam Berat dalam Sistem Biologi, UI Press, Jakarta. Depkes RI, 1974, Ekstra Farmakope Indonesia, Depkes RI, p.xxix.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Dewi, D. C., 2012, Determinasi Kadar Logam Timbal (Pb) dalam Makanan Kaleng Menggunakan Destruksi Basah dan Destruksi Kering, Alchemy, Vol. 2, No. 1, pp. 12-25. Edward,
2013, Use Chromic Acid Cleaning Glassware, http://www.ehow.com/way_5819795_use-chromic-acid-cleaningglassware.html
Edward,C.A. dan J. R. Lofty, 1977, Biology of Earthworm, Ahalsted Press Boo, John Wiley & Sons, New York, p. 333. Ernst, 1998, Effect of Heavy Metals in Plants at the Cellular and Organismic Level, Heidelberg, Wiley, pp. 587-620. Feng, M., Chen, X., Li C., Nurgul, R., Dong, M., 2012, Isolation and Identification of an Exopolysaccharide-Producing Lactic Acid Bacterium Strain from Chinese Paocai and Biosorption of PB (II) by Its Exopolysaccharide, Journal of Food Science, Vol. 77. Gandjar I.G., dan Rohman A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 228-232. Godzik, B., 1993, Heavy Metal Contents in Plants from Zinc Dumps and Reference Area, Pol. Bot. Stud, 5:113-132. Gonzales G., dan Herrador M.A., 2007, A Practical Guide to Analytical Method Validation, including Measurement Uncertainty and Accuracy Profiles, Trends in Analytical Chemistry, Vol. 26, No. 3. Halttunen T., Salminen S., dan Tahvonen R., 2006, Rapid Removal of Lead and Cadmium from Water by Specific Lactic Acid Bacteria, International Journal of Food Microbiology, 114: 30-35. Harmita,
Huber,
2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, pp. 275,279. L., 2007, Validation of Analytical Methods and Procedures, http://www.labcompliance.com/tutorial/methods/default.aspx#08_para mts, diakses pada 14 Maret 2013, p.14.
Katzung, B.G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta, pp. 428-429. Keng, H., 1969, Orders and Families of Malayan Seed Plants, University of Malaya Press, Kuala Lumpur, p. 137.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Khairuman dan Amri, 2009, Mengeruk Untung dari Beternak Cacing, Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan, pp. 4,9-13. Khopkhar, S. M., 1990, Konsep Dasar Analitik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, pp.275-279. Laing, G.D., Filip, M.G., Tack, dan Verloo M.G., 2003, Performance of Selected Destruction Methods for the Determination of Heavy Metals in Reed Plants, Analytica Chimica Acta 497, 191-198. Mendoza, S., dan Hipe, J., 2008, Lead Content of Plants in Cebu City, Philippines, South Pacific Studies, Vol. 28, No. 2. Merck, 2001, The Merck Index, 13th, Merck and CO Inc, Nj. USA, pp.440,1053. Mihara et al., 1991, A Novel Fybrinolytic Enzyme Extracted from the Earthworm, Lumbricus rubellus, Departemen of Physiology, Miyazaki Medical Collage, Japan. Nesti, A. P., Analisa Kandungan Kalsium dan Magnesium dalam Cacing Tanah secara Spektrofotometer Serapan Atom, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Nielsen, S, S., 2010, Food Analysis, Edisi IV, Springer, New York, pp. 109-110. Nielsen, Suzane, E., 2010, Food Analysis, Springer, New York, pp.109-110. Omidiran, M.O., Baiyewu, R. A., Ademola, I.T, Fakorede, O. C., Toyinbo, E. O., Adewumi,O. J., dan Adekule, E. A., 2012, Phytochemical Analysis, Nutitional Composition and Antimicrobal Activities of White Mulberry (Morus Alba), Pakistan Journal of Nutrition, 456-460. Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologii Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 56-57. Pangkulun, 1999, Sukses Beternak Cacing Tanah, Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 14-20. Pangkulun, 2010, Usaha Ternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus, Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 10-20, 31-33. Parakkasi, A., 1999, Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia, Universitas Indonesia, Press, Jakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Perez M. J.A., Ribera R.G., Quesada T., Aguilera M., Cormenzana A. R., Sanchez M., 2008, Biosorption of Heavy Metals by the Exopolysaccharide produce by Paenibacillus jamilae, World Journal Microbiol Biotechnol, 24:2699-704. Priosoeryanto, B., 2001, Aktivitas Antibakteri dan Efek Terapetik Ekstrak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Secara Invitro dan Invivo pada Mencit Berdasarkan Gambaran Patologi Anatomi dan Hispatologi, Jurnal Balai Penelitian Veteriner, Bogor. Pudjaatmaka, A.H., 1994, Vogel Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, EGC, Jakarta, pp. 944-963. Rayes, A. A. H., 2012, Field Studies on the Removal of Lead, Cadmium, and Copper by the Use of Probiotic Lactic Acid bacteria from the Water for Culturing Marine Tilapia T.spilurus, New York Science Journal, p. 74. Sharma, P., dan Dubey, R.S., Lead Toxicity in Plants, Departement of Biochemistry, India Skoog, D. A. dan West, D. M., 1975, Fundamentals of Analytical Chemistry, Third edition, pp. 612-617. Snyder L., Kirkland, J., dan Dolan, J., 2010, Intoduction to Modern Liquid Chromatography, Thrid Edition, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, p.307. Supriatno dan Lelifajri, 2009, Analisa Logam Berat Pb dan Cd dalam Sampel Ikan dan Kerang secara Spektrofotometer Serapan Atom, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 7, No. 1, 5-8. Suryasmi, A. A. I. Y., 2013, Optimasi dan Validasi Metode Analisis Timbal (Pb) Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dan Aplikasinya dalam Penetapan Kadar Timbal (Pb) pada Sediaan Kapsul Cacing Obat, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Syarifah, 2010, Analisis Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Cacing Tanah secara Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), Skripsi, Universitas, Sumatera Utara, Medan. Tugaswati, T., 1987, Automotive Air Pollution in Jakarta with Special Emphasis on Lead, Particulate, and Nitrogen dioxide, Japan of Health and Human Ecology, 61: 261.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Twyman, R. M., 2005, Wet Digestion, Elsevier Ltd., pp.4503-4510. Watson D. G., 2007, Pharmaceutical Analysis, Churchill Livingstone, United Kingdom, p.126. Wididana, G. N., dan Higa, T., 1996, The Concept and Theories of Effective Microorganism, University of the Ryukyus, Okinawa, Japan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1, COA Pb(NO 3 ) 2
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Lampiran 2, Pembuatan asam pencuci Perhitungan Kalium bikromat 1 % dalam 500 mL asam sulfat 1%=
1𝑔
maka berat kalium birkotmat yang diperlukan : 100 𝑚𝐿
Berat kertas Berat kertas + zat Berat zat
5,00096 g 0,00020 g 5,00076 g
1 𝑔 𝑥 500 𝑚𝐿 100 𝑚𝐿
=5g
Lampiran 3, Penetapan bobot kering 1. Bobot tetap wadah Bobot tetap berarti selisih dua kali penimbangan sampel berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang (Depkes RI, 1979). a. Wadah alumunium foil replikasi I
sebelum dipanaskan
Bobot (gram) 0,4405
setelah pemanasan ke-1
0,4342
Wadah alumunium foil
setelah pemanasan ke-2
0,4341
Selisih (0,4405 − 0,4342) = 0,0145 g = 14,5 mg 0,4342 (0,4342 − 0,4341) = 2,3036 x 10−4 g 0,4341 = 0,2304 mg
Selisih penimbangan setelah pemanasan ke-2 sudah memenuhi syarat dimana selisih kedua penimbangan adalah < 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang. b. Wadah alumunium foil replikasi II
sebelum dipanaskan
Bobot (gram) 0,4695
setelah pemanasan ke-1
0,4557
Wadah alumunium foil
setelah pemanasan ke-2
0,4555
Selisih (0,4695 − 0,4557) = 0,0303 g = 30,3 mg 0,4557 (0,4557 − 0,4555) = 4,3908 x 10−4 g 0,4555 = 0,4391 mg
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Selisih penimbangan setelah pemanasan ke-2 sudah memenuhi syarat dimana selisih kedua penimbangan adalah < 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang c. Wadah alumunium foil replikasi III
sebelum dipanaskan
Bobot (gram) 0,4376
setelah pemanasan ke-1
0,4069
Wadah alumunium foil
setelah pemanasan ke-2
0,4067
Selisih (0,4376 − 0,4069) = 0,0754 g = 75,4 mg 0,4069 (0,4069 − 0,4067) = 4,9176 x 10−4 g 0,4067 = 0,4918 mg
Selisih penimbangan setelah pemanasan ke-2 sudah memenuhi syarat dimana selisih kedua penimbangan adalah < 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang. 2. Bobot kering sampel daun Bobot daun yang digunakan untuk penetapan bobot kering = 1 g. Bobot kering sampel daun berarti selisih dua kali penimbangan sampel berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang (Depkes RI, 1979). a. Bobot kering sampel daun replikasi 1 Wadah alumunium foil + daun sebelum dipanaskan
Bobot (gram) 1,4045
setelah pemanasan ke-1
0,8205
setelah pemanasan ke-2
0,6285
setelah pemanasan ke-3
0,6245
setelah pemanasan ke-4
0,6215
setelah pemanasan ke-5
0,6213
Selisih (1,4045 − 0,8205) = 0,7118 g = 711,8 mg 0,8205
(0,8205 − 0,6285) = 0,3055 g = 305,5 mg 0,6285 (0,6285 − 0,6245) = 0,0064 g = 6,4 mg 0,6245 (0,6245 − 0,6215) = 0,0048 g = 4,8 mg 0,6215 (0,6215 − 0,6213) = 3,2190 x 10−4 g 0,6213 = 0,3219 mg
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Selisih penimbangan setelah pemanasan ke-5 sudah memenuhi syarat dimana selisih kedua penimbangan adalah < 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang. Kadar air =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kadar air =
1,4045−0,6213
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
1,4045
𝑥 100 % = 55,76 %
𝑥 100 %
b. Bobot kering sampel daun replikasi 2 Wadah alumunium foil + daun sebelum dipanaskan
Bobot (gram) 1,4695
setelah pemanasan ke-1
0,8855
setelah pemanasan ke-2
0,6935
setelah pemanasan ke-3
0,6895
setelah pemanasan ke-4
0,6865
setelah pemanasan ke-5
0,6863
Selisih (1,4695 − 0,8855) = 0,6595 g = 659,5 mg 0,8855
(0,8855 − 0,6935) = 0,2769 g = 276,9 mg 0,6935 (0,6935 − 0,6895) = 0,0058 g = 5,8 mg 0,6895 (0,6895 − 0,6865) = 0,0044 g = 4,4 mg 0,6865 (0,6865 − 0,6863) = 2,9142 x 10−4 g 0,6863 = 0,2914 mg
Selisih penimbangan setelah pemanasan ke-5 sudah memenuhi syarat dimana selisih kedua penimbangan adalah < 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang. Kadar air =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kadar air =
1,4695−0,6863
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
1,4695
𝑥 100 % = 53,30 %
𝑥 100 %
c. Bobot kering sampel daun replikasi 3 Wadah alumunium foil + daun sebelum dipanaskan
Bobot (gram) 1,4376
setelah pemanasan ke-1
0,8536
setelah pemanasan ke-2
0,6616
Selisih (1,4376 − 0,8536) = 0,6842 g = 684,2 mg 0,8536
(0,8536 − 0,6616) = 0,2902 g = 290,2 mg 0,6616
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
setelah pemanasan ke-3
0,6576
setelah pemanasan ke-4
0,6546
setelah pemanasan ke-5
0,6544
74
(0,6616 − 0,6576) = 0,0006 g = 6 mg 0,6576
(0,6576 − 0,6546) = 0,0046 g = 4,6 mg 0,6546 (0,6546 − 0,6544) = 3,0562 x 10−4 g 0,6544 = 0,3056 mg
Selisih penimbangan setelah pemanasan ke-5 sudah memenuhi syarat dimana selisih kedua penimbangan adalah < 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang. Kadar air =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Kadar air =
1,4376−0,6544
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
1,4376
Rata-rata kadar air =
𝑥 100 % = 54,45 %
55,76+53,30+54,45 3
𝑥 100 %
= 54,50 %
Lampiran 4, Pengenceran HNO 3 65% p.a menjadi HNO 3 1 M M=
% HNO3 x 10 x ρ HNO3 mr HNO3
=
g 65 x 10 x 1,39 � 2 cm g 63,028 �mol
= 14,335 M
Diencerkan menjadi 1 M dalam 500 mL: 𝐶2 𝑥𝑉2 1 𝑀 𝑥 500 𝑚𝐿 V1 = = = 3,4879 𝑚𝐿 ≈ 3,5 𝑚𝐿 𝐶1 14,335 𝑀 Lampiran 5, Pembuatan larutan baku a. Pembuatan larutan stok baku Pb 1000 µg/ml (Stock solution) Pb yang dibutuhkan untuk membuat konsentrasi 1000 µg/ml dalam volume 200 mL : 1000 µg/mL = 1000 𝑚𝑔 1000 𝑚𝐿
=
𝑥𝑔
1000 𝑚𝑔 1000 𝑚𝐿
200 𝑚𝐿
, x = 200 mg
Maka Pb(NO 3 ) 2 yang dibutuhkan : 𝑀𝑟 𝑃𝑏(𝑁𝑂3 )2 𝐴𝑟 𝑃𝑏
0,3197 𝑔
𝑥 𝑚 𝑃𝑏 =
𝑔 331,2098 �𝑚𝑜𝑙 𝑔 207,2 �𝑚𝑜𝑙
𝑥 200 𝑚𝑔 = 319,70 𝑚𝑔 =
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penimbangan Pb(NO 3 ) 2 : Berat beaker Berat beaker + zat Berat zat
62,4801 g 62,7998 g 0,3197 g
b. Pembuatan Larutan Intermediet Pb 100 µg/mL. V1 =
𝐶2 𝑥𝑉2 100 𝐶1
,
µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 100 𝑚𝐿 µ𝑔 1000 �𝑚𝐿
= 10 mL
c. Pembuatan Seri Larutan Baku Pb untuk Adisi 2 µg/mL 4 µg/mL 6 µg/mL 8 µg/mL 10 µg/mL
𝑉1 = 𝑉1 = 𝑉1 = 𝑉1 =
𝑉1 =
2 4 6 8
µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿 µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿 µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿 µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿
10
µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿
= 0,2 mL = 200 µL = 0,4 mL = 400 µL = 0,6 mL = 600 µL = 0,8 mL = 800 µL = 1 mL = 1000 µL
d. Pembuatan Seri Larutan Baku Pb untuk Kurva Baku 0,1 µg/mL 0,5 µg/mL 1 µg/mL 2 µg/mL 2,5 µg/mL 3 µg/mL
0,1
𝑉1 =
0,5
𝑉1 =
𝑉1 = 𝑉1 =
𝑉1 =
1 2
2,5
𝑉1 =
3
µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿 µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿
µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿 µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿
µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿
µ𝑔 �𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿 µ𝑔 100 �𝑚𝐿
= 0,01 mL = 10 µL = 0,05 mL = 50 µL = 0,1 mL = 100 µL = 0,2 mL = 200 µL = 0,25 mL = 250 µL = 0,3 mL = 300 µL
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Lampiran 6, Data optimasi SSA Garis resonansi Arus lampu katoda Lebar celah Laju alir asitilen Laju alir udara Tinggi pembakar
283,3 nm 10 mA 0,7 mm 3 L/menit 2 L/menit 1,2 cm
Lampiran 7, Perhitungan persamaan regresi dan linearitas kurva baku dengan program powerfit * (program dari Uversiteit Utrecht Faculteit Scheikunde) Konsentrasi (µg/mL)
Absorbansi
0,1 0,5 1 2 2,5 3
0,0010 0,0047 0,0120 0,0270 0,0343 0,0407
POLYNOMIAL is: F(x) = -0,00147 + 0,01412 x Correlation coefficient : 0,99901
Kurva baku hubungan antara konsentrasi Pb(NO3)2 dengan absorbansinya pada kisaran 0,1- 3 µg/mL 0,0500
y = 0.0141x - 0.0015 r= 0.9990
absorbansi
0,0400 0,0300
Series1
0,0200
Linear (Series1)
0,0100 0,0000 -0,0100
0
1
2 konsentrasi (µg/mL)
3
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8, Perhitungan LOD Konsentrasi (µg/mL)
Absorbansi
0,1 0,5 1 2 2,5 3
0,0010 0,0047 0,0120 0,0270 0,0343 0,0407
POLYNOMIAL is: F(x) = -0,00147 + 0,01412 x Coefficients, Standard Deviations and 95,0% Confidence Limits are: a0 a1
Coefficient -1,47287E-003 1,41250E-002
𝐿𝑂𝐷 =
3 𝑥 𝑆𝑎 𝑏
Std.Dev. 5,80317E-004 3,13876E-004
Min.Limit -3,08391E-003 1,32536E-002
Max.Limit 1,38174E-004 1,49963E-002
, dimana nilai Sa dan b diperoleh dari powerfit (tabel di atas):
Sa = 5,80317 x 10-4 b = 0,01412 𝐿𝑂𝐷 = 3,3 𝑥
0,000580317 0,01412
LOD = 0,1356 µg/mL 𝑥
= 0,1356 µg/mL 50 𝑚𝐿 2,5 𝑔
= 2,712 µg/g
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9, Data absorbansi validasi metode
replikasi I
replikasi II
replikasi III
Konsentrasi µg/mL 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
Abs I
Abs II
0,014 0,018 0,02 0,023 0,025 0,029 0,014 0,018 0,02 0,024 0,027 0,031 0,014 0,018 0,02 0,023 0,026 0,029
0,014 0,019 0,02 0,022 0,026 0,029 0,013 0,018 0,02 0,023 0,027 0,031 0,013 0,018 0,02 0,023 0,026 0,029
Abs III 0,013 0,018 0,02 0,023 0,026 0,029 0,014 0,019 0,02 0,024 0,027 0,031 0,013 0,018 0,02 0,023 0,026 0,029
rata-rata (abs) 0,014 0,018 0,020 0,023 0,026 0,029 0,014 0,018 0,020 0,024 0,027 0,031 0,013 0,018 0,020 0,023 0,026 0,029
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 10, Perhitungan recovery Replikasi 1 Teoritis (µg) 0 20 40 60 80 100
Kadar yang terukur (µg/mL) I II III 1.096 1.096 1.025 1.379 1.450 1.379 1.871 1.871 1.871 2.154 2.059 2.154 2.342 2.437 2.437 2.720 2.720 2.720
Rata-rata kadar (µg/mL)
Dikali volume 50 mL (µg)
Dikurangi Blanko (µg)
% Recovery
1,072 1,403 1,871 2,122 2,405 2,720
53,6 70,15 93,55 106,1 120,25 136
16,55 39,95 52,5 66,65 82,4
82,75 99,875 87,5 83,3125 82,4
Replikasi 2 Teoritis (µg) 0 20 40 60 80 100
Kadar yang terukur (µg/mL) I II III 1.096 1.025 1.096 1.379 1.379 1.450 1.871 1.871 1.871 2.248 2.154 2.248 2.531 2.531 2.531 2.909 2.909 2.909
Rata-rata kadar (µg/mL)
Dikali volume 50 mL (µg)
Dikurangi Blanko (µg)
% Recovery
1,072 1,403 1,871 2,217 2,531 2,909
53,6 70,15 93,55 110,85 126,55 145,45
16,55 39,95 57,25 72,95 91,85
82,75 99,875 95,417 91,1875 91,85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Replikasi 3 Teoritis (µg) 0 20 40 60 80 100
Kadar yang terukur (µg/mL) I II III 1.096 1.025 1.025 1.379 1.379 1.379 1.871 1.871 1.871 2.154 2.154 2.154 2.437 2.437 2.437 2.720 2.736 2.720
Rata-rata kadar (µg/mL)
Dikali volume 50 mL (µg)
Dikurangi Blanko (µg)
% Recovery
1,049 1,379 1,871 2,154 2,437 2,725
52,45 68,95 93,55 107,7 121,85 136,25
16,5 41,1 55,25 69,4 83,8
82,5 102,75 92,083 86,75 83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Lampiran 11, Data presisi dan contoh perhitungannya Teoritis (µg) 0 20 40 60 80 100
Konsentrasi rata-rata untuk masing-masing replikasi (µg/mL) I II III 1,072 1,072 1,049 1,403 1,403 1,379 1,871 1,871 1,871 2,122 2,217 2,154 2,405 2,531 2,437 2,720 2,909 2,725
Rata-rata konsentrasi (µg/mL)
SD
%RSD
1,064 1,395 1,871 2,164 2,458 2,785
0,0133 0,0139 0,0000 0,0172 0,0655 0,1077
1,2476 0,9933 0,0000 0,8065 2,6648 3,8678
SD merupakan simpangan deviasi dari ketiga data untuk masing-masing konsentrasi di atas. % 𝑅𝑆𝐷 =
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑆𝐷) x 100 % 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
Contoh perhitungan untuk konsentrasi 0 µg: % 𝑅𝑆𝐷 =
0,0133 x 100 % = 1,2476 1,064
Lampiran 12, Perhitungan LOQ a. Replikasi 1 F(x) = 0,01438 + 0,00146 x Coefficients, Standard Deviations and 95,0% Confidence Limits are: a0 a1
Coefficient 1,43810E-002 1,45714E-003
𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
Std.Dev. 3,03793E-004 5,01698E-005
Min.Limit 1,35376E-002 1,31786E-003
, dimana nilai Sa dan b diperoleh dari powerfit
Sa = 3,03793 x 10-4 b = 0,00146 𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
b. Replikasi 2
Max.Limit 1,52243E-002 1,59642E-003
0,000303793 0,00146
= 0,6867 µg/mL
F(x) = 0,01405 + 0,00166 x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Coefficients, Standard Deviations and 95,0% Confidence Limits are: a0 a1
Coefficient 1,40476E-002 1,65714E-003
𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
Std.Dev. 3,80357E-004 6,28138E-005
Min.Limit Max.Limit 1,29917E-002 1,51035E-002 1,48276E-003 1,83152E-003
, dimana nilai Sa dan b diperoleh dari powerfit
Sa = 3,80357 x 10-4 b = 0,00166 𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
0,000380357
= 0,7561 µg/mL
0,00166
c. Replikasi 3
F(x) = 0,01386 + 0,00153 x Coefficients, Standard Deviations and 95,0% Confidence Limits are: a0 a1
Coefficient 1,38571E-002 1,52857E-003
𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
𝑆𝑎 𝑏
Std.Dev. 5,04402E-004 8,32993E-005
Min.Limit Max.Limit 1,24568E-002 1,52574E-002 1,29732E-003 1,75982E-003
, dimana nilai Sa dan b diperoleh dari powerfit
Sa = 5,04402 x 10-4 b = 0,00153 𝐿𝑂𝑄 = 3,3 𝑥
0,000504402 0,00153
Maka rata-rata LOQ = LOQ = 0,8436 µg/mL x
= 1,0879 µg/mL
(0,6867+0,7561+1,0879)
50 𝑚𝐿 2,5 𝑔
𝟑
= 𝟎, 𝟖𝟒𝟑𝟔 µg/mL
= 16,872 µg/g
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Lampiran 13, Perhitungan kadar sampel sebenarnya Konsentrasi (µg/mL) 0 2 4 6 8 10
Jumlah sampel dalam volume awal (10 mL) (µg) 0 20 40 60 80 100
Jumlah sampel dalam volume akhir (50 mL)(µg/mL) 0 0,4 0,8 1,2 1,6 2
Lampiran 14, Perhitungan uji T Kurva baku rentang 0,1 – 3 µg/ml vs kurva adisi
Kurva baku standar dan Kurva baku adisi replikasi 1 y = 0,0141x - 0,0015 R² = 0,998
absorbansi
0,0500 0,0400
kurva baku
0,0300 y = 0,0073x + 0,0144 R² = 0,9953 0,0200
kurva adisi replikasi 1 Linear (kurva baku)
0,0100 0,0000 -0,0100
0
1
2 konsentrasi (µg/mL)
3
4
Linear (kurva adisi replikasi 1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurva baku standar dan kurva baku adisi replikasi 2 y = 0,0141x - 0,0015 R² = 0,998 kurva baku
0,0500
absorbansi
0,0400 y = 0,0083x + 0,014 0,0300 R² = 0,9943
kurva adisi replikasi 2
0,0200 Linear (kurva baku)
0,0100 0,0000 -0,0100
0
1
2
3
4
Linear (kurva adisi replikasi 2)
konsentrasi (µg/mL)
kurva baku standar dan kurva baku adisi replikasi 3 0,0500
y = 0,0141x - 0,0015 R² = 0,998 Kurva baku
absorbansi
0,0400 y = 0,0076x + 0,0139 0,0300 R² = 0,9883 0,0200
Kurva adisi replikasi 3
0,0100
Linear (Kurva baku)
0,0000 -0,0100
Kurva adisi Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata Kuva baku UJI F
0
1
2
3
konsentrasi (µg/mL)
b 0,00146 0,001666 0.00153 0,001552 0,01412
4
Linear (Kurva adisi replikasi 3)
Sb 5,01698 x 10-5 4,90845 x 10-4 8,322993 x 10-5 6,08281 x 10-5 3,13876 x 10-4
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
S12
𝐹 = S22 , S 1 = Standar deviasi slope kurva adisi ; S 2 = Standar deviasi slope
kurva baku
(6,08281 x 10−5)2
𝐹 = (3,13876 x 10−4)2, F = 0,0376 UJI T 𝑆2 = 𝑆2 =
𝑡= 𝑡=
(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22 𝑛1 + 𝑛2 − 2
(6−1)(6,08281𝑥10−5 )2 + (6−1)(3,13876𝑥10−4 )2 10
|𝑥1 − 𝑥2|
1 1 𝑠�𝑛1 + 𝑛2
, s = 2,2607 x 10-4
|0,001552−0,01412| 1 1 6 6
2,2607 x 10−4� +
, t = 96,2918
Lampiran 15, Kurva baku yang digunakan untuk penetapan kadar Kadar (µg/mL) absorbansi 0,1 0,0010 0,5 0,0047 1 0,0120 2 0,0270 2,5 0,0343 3 0,0407 Y = 0,0111 x + 0,001 r = 0,9945
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurva baku hubungan absorbansi vs dengan konsentrasi Pb(NO3)2 pada kisaran 0,1 - 3 µg/mL 0,04 y = 0,0111x + 0,001 r = 0,9945
0,035 absorbansi
0,03 0,025 0,02
Series1
0,015
Linear (Series1)
0,01 0,005 0 0
1
2
3
4
konsentrasi (µg/mL)
POLYNOMIAL is: F(x) = 0,001 + 0,0111 x Coefficients, Standard Deviations and 95,0% Confidence Limits are: a0 a1
Coefficient 1,00330E-003 1,11297E-002
Std.Dev. 1,08301E-003 5,85768E-004
Min.Limit -2,00329E-003 9,50351E-003
Max.Limit 4,00990E-003 1,27559E-002
Lampiran 16, Absorbansi pada penetapan kadar Persamaan regresi yang digunakan untuk memperoleh kadar: Y = 0,0111 x + 0,001 a. Kadar timbal (Pb) di air kadar timbal abs Hari Kadar rata(µg/mL) kerata (µg/mL) Rep I Rep II Rep I Rep II 0 0.000 0.000 -0,0901 -0,0901 -0,0901 1 0.000 0.000 -0,0901 -0,0901 -0,0901 2 0.002 0.002 0.0901 0.0901 0,0901 3 0.003 0.003 0,1802 0,1802 0,1802 4 0.004 0.004 0,2703 0.2703 0.2703 5 0.005 0.006 0.3604 0.4505 0.4505 6 0.006 0.007 0.4505 0.5405 0,4955 7 0.006 0.007 0.4505 0.5405 0,4955
keterangan Ttd Ttd Ttd terdeteksi terdeteksi terdeteksi terdeteksi terdeteksi
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hari ke0 1 2 3 4 5 6 7
b. Kadar timbal (Pb) di daun kadar timbal abs (µg/mL) Rep I Rep II Rep I Rep II 0.005 0.005 0.3604 0.3604 0.005 0.005 0.3604 0.3604 0.004 0.004 0,2703 0,2703 0.003 0.003 0,1802 0,1802 0.002 0.002 0.0901 0.0901 0.002 0.002 0.0901 0.0901 0.000 0.000 -0,0901 -0,0901 0.000 0.000 -0,0901 -0,0901
Kadar ratarata (µg/mL) 0.3604 0.3604 0,2703 0,1802 0.0901 0.0901 -0,0901 -0,0901
Kadar rata-rata (µg/g) 7,208 7,208 5,406 3,604 1,802 1,802 -1,802 -1,802
87
keterangan terdeteksi terdeteksi terdeteksi terdeteksi ttd ttd ttd ttd
Lampiran 17, Uji-t pada daun yang terfermentasi dengan daun nonfermentasi hari Fermentasi (Abs) 0 0.005 1 0.005 2 0.004 3 0.003 4 0.002 5 0.002 6 0.000 7 0.000 Rata-rata = 0.002625 Standar deviasi = 0,001996 Replikasi I II III
Non-fermentasi (Abs) 0.029 0.030 0.029 Rata-rata = 0,0293 Standar deviasi = 0,000577
UJI F S12
𝐹 = S22 , S 1 = Standar deviasi abs daun terfermentasi; S 2 = Standar deviasi abs daun non-fermentasi (𝟎,𝟎𝟎𝟏𝟗𝟗𝟔)2
𝐹 = (𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓𝟕𝟕)2, F = 11,96656
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dimana degree of freedom yang digunakan adalah n-1: V 1 = 8-1 =7 V 2 = 3-1 = 2 UJI T (𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22 𝑆 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 2
𝑆2 = 𝑡= 𝑡=
(8−1)(𝟎,𝟎𝟎𝟏𝟗𝟗𝟔)2 + (3−1)(𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟓𝟕𝟕)2 9
|𝑥1 − 𝑥2|
1 1 + 𝑛2 𝑛1
𝑠�
|0.002625−0,0293| 1 1 8 3
0,00178� +
, t = 22,1358
, s = 0,00178
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pengaruh fermentasi dengan bakteri Lactobacillus terhadap timbal (Pb) yang disemprotkan pada daun murbei yang digunakan sebagai pakan cacing Lumbricus rubellus” ini memiliki nama lengkap Rachelia Octavia Endrastiana. Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 4 Oktober 1991 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Cahyana Endra Purnama dan Esther Christiana. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK Mutiara Persada Yogyakarta (1996-1997), SD Bopkri Gondolayu B Yogyakarta (1997-2003), SLTP Maria Immaculata Yogyakarta (2003-2006), SMA Negeri 2 Yogyakarta (2006-2009) dan pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis terlibat dalam beberapa kegiatan dan organisasi antara lain menjadi sekretaris Pelepasan Wisuda (2011), sekretaris Paingan Festival (2011), serta lolos seleksi dan didanai Hibah Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berjudul “Pendampingan Minum Tablet Besi pada Wanita Hamil Guna Mengurangi Bahaya Anemia di Puskesmas Tegalrejo (2012). Penulis juga pernah menjadi asisten dosen Praktikum Kimia Analisis (2012), Praktikum Bioanalisis (2012), Praktikum Analisis Farmasi (2013) dan Praktikum Validasi Metode Analisis (2013).