PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius (L) Müll. Arg. TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh : Cinthya Anggarini NIM : 128114137
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius (L) Müll. Arg. TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh : Cinthya Anggarini NIM : 128114137
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
cINTHYA
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Cinthya cinthya
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN “Akhir dari upaya terbaik kita adalah awal dari campur tangan Tuhan. Maka bekerjalah sebaik mungkin, lalu bersabarlah seyakin mungkin. I CAN DO EVERYTHING THROUGH HIM GIVES ME STRENGTH.”
Precious Lord, take my hand Lead me on, let me stand I am tired, I am weak and I am worn Through the storm, through the night Lead me on to the light (Precious Lord, Take My Hand – Lyrics by Thomas A. Dorsey)
Kupersembahkan tulisan ini untuk Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kekuatan, pengharapan dan penuntun jalanku, Papa, Mama, Kak Edine, Iwang yang selalu mendukungku, Almamater Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
cinthya CINTHYA
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
cinthya SEMOGA
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PANJANG FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL-AIR DAUN Macaranga tanarius (L) Müll. Arg. TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS BETINA GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucakan terima kasih kepada: 1.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi.
2.
Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini yang telah memberikan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar, memberikan dukungan, memberi perhatian, serta masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan motivasi yang begitu berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
4.
Dr. Erna Tri Wulandari., M.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah menuntun penulis dengan masukan dan semangat yang diberikan, serta setia dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi.
5.
Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan dan keberlangsungan skripsi.
6.
Bapak Heru, Bapak Suparjiman, Bapak Kayat, Bapak Agung, Bapak Wagiran, Bapak Kunto, dan Bapak Parlan selaku Laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungannya kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi.
7.
Keluargaku Papa Deddy Ferdinand, Mama Vinsensia Sudiyati, Kak Edine, Iwang, atas segala cinta, doa, nasihat, dukungan, dan bantuan yang selalu mengiringiku.
8.
Evan Michael Atmaja sebagai teman, sahabat, dan kekasih yang selalu memberi motivasi, mendampingi, mengajariku, dan membantu dalam banyak hal.
9.
Rekan-rekan Tim Macaranga tanarius L : Novita, Cyndi, Ria, Ayu, Penina, Maria, Rahayu, dan Sona, atas kerjasama dan bantuannya. viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10.
Sahabat kecilku Laurensia Maria Nindia Bernita dan Devita Widyana Putri, atas motivasi, dukungan dan selalu mendengarkan keluh kesahku selama proses pengerjaan skripsi.
11.
Seluruh dosen dan teman-teman FKK B 2012, FSM D 2012, dan seluruh teman-teman seangkatan 2012 atas kebersamaan selama masa studi.
12.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu oleh penulis yang telah membantu, baik dalam doa, motivasi, saran, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang farmasi maupun masyarakat.
Yogyakarta, 7 Januari 2016
Penulis
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................
vi
PRAKATA .............................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xvii
INTISARI ...............................................................................................
xviii
ABSTRACT .............................................................................................
xix
BAB I. PENGANTAR ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
1. Rumusan masalah ..................................................................
6
2. Keaslian penelitian .................................................................
6
3. Manfaat penelitian ..................................................................
7
a. Manfaat teoritis .................................................................
7
b. Manfaat praktis .................................................................
8
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... x
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Tujuan umum ........................................................................
8
2. Tujuan khusus .......................................................................
8
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................
9
A. Hati ..............................................................................................
9
1. Anatami hati ..........................................................................
9
2. Fisiologi hati ..........................................................................
13
3. Kerusakan hati .......................................................................
14
4. Perlemakan hati .....................................................................
15
B. Hepatotoksin ...............................................................................
16
C. Karbon tetraklorida .....................................................................
17
D. Albumin ......................................................................................
18
E. Macaranga tanarius L. ...............................................................
19
1. Morfologi ........................................................................
19
2. Taksonomi .......................................................................
20
3. Sinonim ............................................................................
20
4. Nama daerah ....................................................................
20
5. Kandungan kimia .............................................................
20
6. Khasiat dan kegunaan ......................................................
22
7. Penyebaran dan budidaya ................................................
23
F. Fraksinasi........................................................................................... 24 G. Antioksidan .................................................................................
25
H. Landasan teori .............................................................................
25
I. Hipotesis ...................................................................................... xi
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................
28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................
28
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................
28
1. Variabel utama.......................................................................
28
2. Variabel pengacau .................................................................
28
3. Definisi operasional ..............................................................
29
C. Bahan Penelitian .........................................................................
30
1. Bahan utama .........................................................................
30
2. Bahan kimia ..........................................................................
30
D. Alat Penelitian ............................................................................
31
E. Tata Cara Penelitian ...................................................................
31
1. Determinasi tanaman M. Tanarius .......................................
31
2. Pengumpulan bahan .............................................................
31
3. Pembuatan serbuk ................................................................
32
4. Penetapan kadar air serbuk kering daun M. Tanarius ..........
32
5. Pembuatan FHEMM ............................................................
33
6. Pembuatan larutan sediaan FHEMM ...................................
34
7. Pembuatan larutan CMC-Na 1% sebagai pelarut FHEMM ......................................................
34
8. Pembuatan larutan karbon tetraklorida (CCl4) .....................
35
9. Uji Pendahuluan ...................................................................
35
10. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji .........................
35
11. Pengukuran Albumin ...........................................................
36
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F. Tata Cara Analisis Hasil .............................................................
37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................
38
A. Penyiapan Bahan ........................................................................
38
1. Hasil determinasi tanaman ...................................................
38
2. Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius L. ..................
39
3. Pembuatan FHEMM daun M. tanarius L. ............................
39
B. Hasil Penimbangan Bobot FHEMM daun M. tanarius L. ..........
41
C. Uji Pendahuluan ..........................................................................
43
1. Penetapan dosis hepatotoksin ................................................
43
2. Penetapan lama pemejanan FHEMM daun M. tanarius L. ........................................................................
44
3. Penetapan waktu pencuplikan darah .....................................
44
D. Hasil Uji Pengaruh Pemberian Jangka Panjang FHEMM Terhadap Kadar Albumin Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ........................................
50
1. Kontrol Negatif (CMC-Na 1%) .............................................
54
2. Kontrol Hepatotoksin ............................................................
55
3. Kontrol FHEMM Dosis III ...................................................
56
4. Kelompok perlakuan jangka panjang FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ..................................
57
E. Rangkuman Pembahasan ............................................................ xiii
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................
65
A. Kesimpulan .................................................................................
65
B. Saran ...........................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
66
LAMPIRAN ...........................................................................................
73
BIOGRAFI PENULIS ...........................................................................
103
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I.
Komposisi dan konsentrasi reagen Albumin BCG ................................................................................
Tabel II.
31
Nilai purata ± SE aktivitas serum ALT darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam ......................................................................
Tabel III.
44
Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 .............................................................................
Tabel IV.
47
Nilai purata ± SE aktivitas serum AST darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam ........
Tabel V.
47
Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 .............................................................................
Tabel VI.
50
Purata kadar albumin ± SE pemberian FHEMM secara jangka panjang terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB .............................
Tabel VII.
52
Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB antar kelompok perlakuan .......................... xv
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Anatomi Hati .................................................................
10
Gambar 2.
Anatomi Mikroskopik Hati ............................................
11
Gambar 3.
Struktur Jaringan Hati ....................................................
12
Gambar 4.
Struktur Karbon tetraklorida (CCl4) ..............................
17
Gambar 5.
Daun Macaranga tanarius L. ........................................
19
Gambar 6.
Senyawa ellagitannins dari ekstrak etanol daun M. tanarius : mallotinic acid (1), corilagin (2), macatannin A (3), chebulagic acid (4), and macatannin B (5) ............................................................
Gambar 7.
21
Diagram batang purata aktivitas serum ALT darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam ...........
Gambar 8.
45
Diagram batang purata aktivitas serum AST darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam ...........
Gambar 9.
48
Diagram batang rata-rata pengaruh dosis pemberian FHEMM jangka panjang terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari kadar albumin ...............
xvi
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Foto daun M. tanarius L. ...............................................
74
Lampiran 2. Foto serbuk daun M. tanarius L. .....................................
74
Lampiran 3. Foto fraksi kental heksan etanol daun M. Tanarius ........
75
Lampiran 4. Foto larutan FHEMM .....................................................
75
Lampiran 5. Hasil uji determinasi M. tanarius L. ...............................
76
Lampiran 6. Surat Ethical Clearance ..................................................
77
Lampiran 7. Surat IBM SPSS Statistics 22 Lisensi UGM ..................
78
Lampiran 8. Analisis statistik data aktivitas ALT uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah diinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ......................
79
Lampiran 9. Analisis statistik data aktivitas AST uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah diinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB .....................
83
Lampiran 10. Analisis statistik data kadar albumin kelompok Perlakuan ........................................................................
86
Lampiran 11. Perhitungan penetapan peringkat dosis FHEMM pada kelompok perlakuan ...............................................
98
Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ....................
100
Lampiran 13. Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius L. ...........
101
Lampiran 14. Perhitungan rendemen FHEMM ................................... .
102
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. (FHEMM) pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat peningkatan kadar albumin serta untuk mengetahui adanya kekerabatan antara dosis pemberian FHEMM pada penggunaan jangka panjang dengan peningkatan kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus betina galur Wistar, umur 2-3 bulan, dan berat ± 130-180 g. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol negatif) diberi CMC-Na 1% (137,14 mg/kgBB p.o). Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida 2 mL/KgBB secara i.p. Kelompok III (kontrol fraksi) diberi FHEMM Macaranga tanarius L. dosis 137,14 mg/kgBB tanpa pemberian karbon tetraklorida. Kelompok IV,V, dan VI (perlakuan) berturut-turut diberikan FHEMM M. tanarius L. dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB secara peroral sekali sehari selama enam hari berturut-turut dan pada hari ketujuh semua perlakuan diberi karbon tetraklorida dosis 2 mL/KgBB secara i.p. Darah diambil setelah 24 jam dari sinus orbitalis mata untuk diukur kadar albumin serum. Data kadar albumin dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi datanya kemudian dilanjutkan analisis dengan Kruskal-Wallis lalu uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan kadar albumin serum antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang FHEMM mempengaruhi kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan tidak adanya kekerabatan antara dosis FHEMM dengan peningkatan kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Kata kunci : Macaranga tanarius, hepatoprotektif, karbon tetraklorida, albumin, jangka panjang
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT This study investigated the long-term influences of the hexane-ethanol fraction methanol-water extracts of Macaranga tanarius L. leaves (FHEMM) againts carbon tetrachloride induced hepatotoxicity in rats. The albumin level in serum were measured for the evaluation of hepar function. This study also determined the relationship between the dose administration of FHEMM on the use of long-term with increased level of albumin serum in rat induced by carbon tetrachloride. This research was done with purely experimental with a completely randomized design pattern undirectional. This research used 30 female Wistar rats, 2-3 months old, and weighing 130-180 grams. The rats were divided into six groups of five each. Group I (negative control) were treated with CMC-Na 1% (137.14 mg/kgBW p.o). The second group (hepatotoxin control) were additionally treated with carbon tetrachloride 2 mL/kgBW intraperitoneally. The third group (fraction control) received the FHEMM (137.14 mg/kgBW p.o) without carbon tetrachloride. The fourth until sixth group (treatment) were given FHEMM dose 34.28; 68.57; and 137.14 mg/kgBW orally once a day for six days successively and then in the seventh day all of the treatments group were given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW by i.p. Twenty-four hours later, blood was collected from the orbital sinus eye to be measured albumin serum. Data of albumin level which obtained were analyzed using Shapiro-Wilk test to look at data distribution and continued analyze used Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test was used to determine the differences in albumin serum level of each group. The result showed that extended of FHEMM influences albumin serum level in rats which induced carbon tetrachloride and there wasn’t relationship between the three doses of FHEMM dose with increased levels of albumin in rats induced by carbon tetrachloride. Keywords : Macaranga tanarius, hepatoprotective, carbon tetrachloride, albumin, long-term.
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat kurang lebih 1,5 kg (Junqueira, 2007). Hati dianggap sebagai organ metabolisme utama yang memiliki berbagai fungsi, yaitu proses metabolisme karbohidrat, protein, lemak, pengaturan koagulasi dan detoksifikasi dari substansi toksik (The Association of Physicians of India, 2012). Hati dapat mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh infeksi virus, obat-obat yang merusak hati, maupun induksi senyawa kimia (Chandrasoma and Taylor, 1995). Adanya hepatotoksik akan menyebabkan kerusakan hati berupa penurunan kadar albumin. Albumin merupakan protein penting yang berfungsi untuk proses metabolisme dalam tubuh. Adapun fungsi dari uji albumin, yaitu untuk mengukur kemampuan hati dalam sintesis protein (Singh, Bhat, and Sharma, 2011). Pemeriksaan fungsi hati memiliki beberapa parameter yang harus diperhatikan, antara lain aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) yang akan meningkat 2-3 kali nilai normal, Aspartate Aminotransferase (AST) yang akan meningkat 3-4 kali nilai normal, kadar bilirubin meningkat, Gamma-Glutamyl Transferase (GGT) meningkat, Alkaline Phosphatase (ALP) meningkat, dan penurunan kadar albumin (Thapa dan Wilia, 2007). Oleh karena itu uji kadar albumin dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui kerusakan yang terjadi di hati.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Salah satu contoh kerusakan hati yang saat ini cukup serius di kalangan masyarakat yaitu perlemakan hati (steatosis). Steatosis merupakan hasil penumpukan lemak dalam bentuk droplet di dalam sitoplasma sel hepatosit (Brunt, 2001). Salah satu penyakit hati steatosis adalah Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang terjadi pada penderita yang tidak mengkonsumsi alkohol. NAFLD adalah adanya perlemakan hati secara makrovesikular akibat kurang mengkonsumsi 20 g alkohol perhari. Hal ini merupakan penyakit yang paling umum terjadi di Amerika Serikat (Clark and Brancati, 2002) dan memiliki spektrum luas dari berbagai macam penyakit hati dari NAFLD yang berujung Non-Alcoholic Steato Hepatitis (NASH), dan pada akhirnya menyebabkan sirosis dengan hipertensi portal (Marchesini and Bugianesi, 2003). Sebagian besar NAFLD disebabkan atau berhubungan erat dengan satu atau beberapa komponen sindroma metabolik (SM), yaitu resistensi insulin, intoleransi glukosa atau diabetes melitus, dan hipertensi (Dowman, Tomlinson, and Newsome, 2011). Pada masa kini prevalensi NAFLD di seluruh dunia mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data epidemiologi, prevalensi NAFLD di negara bagian barat sekitar 20-40%. Pada penderita obesitas di negara maju, didapatkan 60% mengalami perlemakan hati sederhana, 20-25% mengalami NASH, dan 2-3% mengalami sirosis. Pada penderita diabetes melitus tipe 2, terdapat 70% pasien mengalami NAFLD dan 50-60% mengalami NAFLD pada pasien dislipidemia (Sofia, Nurdjanah, and Ratnasari, 2009). Di beberapa negara Asia seperti Jepang, menyebutkan prevalensi NAFLD pada populasi umum 914% yang mengalami peningkatan pada dua dekade terakhir. Prevalensi di India
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
sekitar 5%-28%, dimana obesitas sentral dan diabetes merupakan faktor predisposisi yang paling sering terjadi (Amarapurkar, Hashimoto, Lesmana, Sollano, Chen, and Goh, 2007). Prevalensi NAFLD di China sekitar 15% (Fan and Farrell, 2009). Di Indonesia, prevalensi NAFLD diperkirakan sekitar 30% berdasarkan studi di lingkungan urban (Sumantri, 2013). Di RSUP dr. Kariadi Semarang dengan pemeriksaan USG hati pada tahun 2005-2009 didapatkan peningkatan kasus perlemakan hati dari tahun ke tahun, masing-masing pertahun adalah 4; 4,5; 5; 6, dan 7% (Sasdesi and Purnomo, 2010). Hepatotoksin merupakan senyawa yang dalam penggunaan jangka panjang atau pada dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan hati (Zimmerman, 1978). Salah satu contoh senyawa model hepatotoksin yaitu karbon tertraklorida. Pemberian dosis rendah karbon tetraklorida dapat menyebabkan perlemakan hati dan kerusakan sitokrom P450. Karbon tetraklorida dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas triklorometil, radikal ini dapat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometilperoksidasi yang sangat reaktif (Timbrell, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ahmed, Alam, Varshney, and Khan, 2002) melaporkan bahwa pemejanan karbon tetraklorida menyebabkan meningkatnya purata aktivitas ALT serum serta terjadi penurunan purata kadar albumin serum sebesar 25,87% dari kontrol. Spektrum efek toksik karbon tetraklorida pada hati inilah sehingga karbon tetraklorida digunakan sebagai senyawa model hepatotoksin pada penelitian ini. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor). Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang mampu menghambat senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Cara yang mudah untuk mencegah atau mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh aktivitas radikal bebas yaitu dengan mengkonsumsi makanan atau suplemen yang mengandung antioksidan (Winarsi, 2007). Berbagai tanaman dapat dikatakan sebagai pengobatan alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit kronis, seperti gangguan ginjal, gangguan hepar dan bahkan kanker. Salah satunya adalah Macaranga tanarius L. atau yang disebut dengan daun senu yang tersebar di seluruh daerah tropis di dunia seperti Filipina, Laos, Thailand, serta Indonesia (World Agroforestry Centre, 2002). Menurut penelitian Lim, Lim, dan Yule (2009) dibuktikan bahwa daun M. tanarius L. memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai antipiretik, antitusif, agen emetik, dan antiinflamasi. Berdasarkan penelitian Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto, Kondo, dan Otsuka (2006), tanaman M. tanarius memiliki aktivitas antioksidan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Ditemukan juga kandungan glikosida yaitu macarangaioside A-C dan mallophenol B dari ekstrak metanol-air yang menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH. Penelitian ekstrak metanol-air-air daun M. tanarius telah dilakukan oleh Windrawati (2013) dengan penginduksi karbon tetraklorida praperlakuan jangka panjang dan jangka pendek oleh Tiala (2013) pada waktu yang bersamaan. Dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
penelitian tersebut terbukti bahwa tanaman ekstrak metanol-air baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan penginduksi karbon tetraklorida memiliki efek hepatoprotektif. Kumazawa, Murase, Momose and Fukumoto (2014) telah melakukan penelitian pada daun M. tanarius dan didapatkan bahwa ekstrak metanol-air M. tanarius L. memiliki senyawa prenylflavonoids yang berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu, telah dibuktikan dari penelitian Gunawan-Puteri dan Kawabata (2010), bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius L. memiliki senyawa ellagitannins yaitu mallotinic acid, corilagin, macatanin A, chebulogic acid¸dan macatanin B. Senyawa tanin adalah senyawa fenolik yang terdapat pula pada M. tanarius L. juga berpotensi sebagai antioksidan. Pemilihan heksan dan etanol sebagai pelarut fraksi karena memiliki lipofilisitas yang sama dengan kandungan senyawa tanin yang terdapat pada daun M.tanarius. Berdasarkan perhitungan lipofilisitas heksan-etanol menggunakan aplikasi Marvin Sketch didapatkan lipofilisitas sebesar 2,97 dan campuran senyawa tanin yang memiliki lipofilisitas mendekati heksan-etanol yaitu macatanin B (2,94), macatanin A (2,76), dan chebulogic acid (2,64). Sehingga pada penelitian ini heksan-etanol digunakan sebagai pelarut fraksi M. tanarius untuk mendapatkan antioksidan. Lama pemejanan jangka panjang selama enam hari FHEMM mengacu pada penelitian Windrawati (2013) mengenai ekstrak metanol:air (50:50) daun M. tanarius L yang dilakukan selama enam hari berturut-turut mampu memberikan efek hepatoprotektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Oleh karena itu, penelitian ini menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai pemberian FHEMM dengan penginduksi karbon tetraklorida jangka panjang. 1. Perumusan masalah Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah pemberian FHEMM dalam penggunaan jangka panjang dapat memberikan pengaruh terhadap kadar albumin pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida? 2. Apakah ada kekerabatan antara dosis pemberian FHEMM dengan kenaikan kadar albumin pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida? 2. Keaslian penelitian Phomart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005) melaporkan bahwa flavonoid dari ekstrak n-heksan dan kloroform daun M. tanarius mempunyai aktivitas antioksidan terhadap DPPH. Macarangaoside A-C yang diisolasi dari ekstrak metanol-air M. tanarius menunjukkan aktivitas yang poten terhadap DPPH (Matsunami, et al., 2006). Pada penelitian in vivo menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius mempunyai aktivitas hepatoprotektif pada tikus terinduksi parasetamol (Adrianto, 2011). Penelitian ekstrak metanol-air daun M. tanarius telah dilakukan oleh Windrawati (2013) dengan penginduksi karbon tetraklorida praperlakuan jangka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
panjang dan jangka pendek oleh Tiala (2013) pada waktu yang bersamaan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa tanaman ekstrak metanol-air baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan penginduksi karbon tetraklorida memiliki efek hepatoprotektif. Penelitian yang dilakukan oleh Todingbua (2014) mengenai efek antiinflamasi topikal ekstrak metanol-air daun M. tanarius L. pada mencit betina terinduksi karagenin membuktikan bahwa ekstrak daun M. tanarius memiliki efek antiinflamasi topikal dengan konsentrasi optimum yang menunjukkan efek antiinflamasi topikal sebesar 3,75%. Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait dengan pengaruh pemberian jangka panjang FHEMM terhadap kadar albumin pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ilmu kefarmasian mengenai pengaruh pemberian fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun M. tanarius L. yang memiliki efek terhadap kenaikan kadar albumin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat daun M. tanarius L. yang dapat menaikkan kadar albumin, terlebih albumin mampu membentuk jaringan baru pasca operasi. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh FHEMM terhadap kenaikan kadar albumin pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. 2. Tujuan khusus a.
Mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang FHEMM terhadap kadar albumin pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
b. Mengetahui adanya kekerabatan dosis pemberian FHEMM dengan kenaikan kadar albumin pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Hati 1.
Anatomi hati Hati merupakan kelenjar terbesar pada tubuh manusia, dengan berat
sekitar 1.500 g atau 2,5% dari total berat tubuh manusia dewasa. Organ ini terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen, di bawah diafragma (Kahle, Leonhardt, and Platzer, 1995). Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun atau obat yang masuk dalam tubuh (Gerard and Bryan, 2009). Dalam keadaan segar hati berwarna merah tua atau merah cokelat, warna ini disebabkan karena adanya darah yang sangat banyak (Guyton and Hall, 2006). Hati bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diphragma. Sebagian besar hati terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan hati dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hati terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006). Hati memiliki dua lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Berdasarkan ukurannya, lobus kanan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri (Gambar 1). Kedua lobus tersebut dipisahkan oleh ligamentum fasciformis (Misih and Bloomston, 2010).
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Gambar 1. Anatomi hati (Misih and Bloomston, 2010).
Seluruh permukaan hati dilapisi oleh kapsul Glisson, jaringan ikat padat irreguler yang melekat longgar pada seluruh permukaan hati, kecuali pada area porta hepatika (Gartner and Hiatt, 2001). Porta hepatika yang terletak pada permukaan interior hati merupakan saluran tempat masuknya pembuluhpembuluh darah yang mendarahi, disamping tempat keluar duktus hepatikus dekstra dan sinistra yang menyalurkan empedu ke kandung empedu (Sherwood, 2004). Secara makroskopik, struktur hati menggambarkan suatu sistem yang kompleks yang terdiri dari beberapa sel dan pembuluh darah (Gambar 2). Secara fisiologis, jaringan hati terbagi menjadi unit-unit fungsional berbentuk segitiga yang dikenal sebagai asimus hati. Sebuah asimus hati tersusun atas 3 traktus portalis, masing-masing terletak di sudut “segitiga” asimus, dan sebuah vena sentralis di pusatnya (Gartner and Hiatt, 2001). Hepatosit di area dekat vena hepatika terminalis terletak paling jauh dari suplai darah, dan karenanya berada di apeks distal dari asimus hati, sedangkan basis asimus dibentuk oleh venula septal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
yang berasal dari traktus portalis yang mempenetrasi jaringan hati. Di dalam asimus, parenkim dibagi menjadi 3 zona (Gambar 2), dengan zona 1 terletak paling dekat dengan suplai vaskuler dari traktus portalis, zona 3 di sekeliling vena hepatika, dan zona 2 berada di antaranya. Zona ini terbagi secara metabolik, karena adanya gradien aktivitas lobuler untuk enzim-enzim hati. Selain itu, berbagai bentuk kerusakan hati juga memiliki distribusi berdasarkan zona (Crawford, 2005).
Gambar 2. Anatomi mikroskopik hati (Crawford, 2005). Pembuluh darah yang berperan dalam menyuplai darah untuk hati yaitu arteri hepatika dan vena porta. Arteri hepatika membawa darah yang kaya akan oksigen (kejenuhan oksigen 95-100%) dengan kecepatan aliran ±500 mL/menit. Vena porta membawa darah yang mengandung oksigen (kejenuhan oksigen 70%), lebih banyak nutrient dan sisa bakteri atau zat toksin dari saluran cerna (lambung,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
usus, pankreas, dan limpa) dengan kecepatan aliran darah ±1000 mL/menit (Tso and McGill, 2003).
Gambar 3. Struktur jaringan hati (Encyclopedia Britannica, Inc. 2003) Jaringan hati terdiri dari massa sel batang melalui saluran empedu dan pembuluh darah. Kelompok kedua sel yang disebut sel Kupffer (Gambar 3) merupakan garis saluran kecil sistem vaskular partikel asing. Parenkim hati tersusun
atas
lempeng-lempeng
hepatosit
yang
saling
beranastomosis
(Encyclopedia Britanica, Inc, 2003). Hepatosit yang berbatasan langsung dengan traktus portalis disebut sebagai lempeng pembatas, yang membentuk batas inkotinu di sekeliling mesenkim traktus portalis. Hepatosit tersusun radial di sekeliling vena hepatika terminalis. Di antara jalinan hepatosit, terdapat sinusoid vaskuler. Darah melewati sinusoid kemudian menuju vena hepatika terminalis. Setiap hepatosit berada di antara sinusoid dengan pendarahan yang berasal dari vena porta hepatika dan arteri hepatika (Gatner and Hiatt, 2001). Sistem pendarahan ganda ini menjadikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
hepatosit salah satu sel yang paling kaya perfusi sekaligus tahan terhadap iskemia (McPhee and Ganong, 2006). Sinusoid dilapisi oleh sel-sel endotelial yang berpori dan inkontinu, yang membatasi celah ekstrasinuoidal, celah Disse. Ke dalam celah Disse, mikrovilli hepatosit berprotusi. Tersebar dan menempel di permukaan luminal sel-sel endotelial adalah sistem fagosit monosit yang dikenal sebagai sel-sel Kupffer. Di celah Disse banyak terdapat sel-sel stelata perisinusoidal yang berperan dalam penyimpanan dan metabolisme vitamin A. Jika terjadi proses inflamasi pada parenkim hati, sel-sel stelata ini berubah menjadi myofibroblast yang memproduksi kolagen (Gartner and Hiatt, 2001).
2.
Fisiologi hati Fungsi utama hati adalah membentuk dan mengeksresikan empedu;
saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke dalam usus halus sesuai kebutuhan (Price and Wilson, 2005). Menurut Guyton and Hall (2008), hati memiliki beberapa fungsi yaitu: a.
Metabolisme karbohidrat, fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa.
b.
Metabolisme lemak, yaitu mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk sebaian besa kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
14
Metabolisme protein, fungsi hati yaitu deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam amino.
d.
Lain-lain, fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau mengekresikan obat-obatan, hormon dan zat lainnya. Fungsi detoksifikasi hati dalam tubuh dilakukan oleh enzim hati dengan
cara oksidasi, hidrolisis, reduksi atau konjugasi senyawa-senyawa berbahaya bagi tubuh yang selanjutnya diubah menjadi bentuk tidak aktifnya (DiPiro, Robert, Gary, Gary, Barbara, and Michael, 2008). Hati yang normal mempunyai kapasitas cadangan yang besar untuk melakukan fungsinya. Dalam keadaan normal, 80% bagian dari hati dapat dihentikan aktivitasnya tanpa harus mengurangi fungsinya (Chandrasoma and Taylor, 1995). 3.
Kerusakan hati Kerusakan hati disebabkan karena adanya kerusakan yang parah pada
sel-sel hepatosit atau kerusakan berulang sel parenkim. Hati memiliki kapasitas cadangan sehingga manifestasi klinis dari kerusakan hati baru muncul ketika telah terjadi kerusakan hati mencapai 80-90%. Kerusakan hati dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kerusakan hati akut, kerusakan hati kronis dan disfungsi hati tanpa nekrosis yang tampak (Crawford and Liu, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Berdasarkan manifestasi klinik dan pola spesifik pada histopatologi kerusakan hati, dibagi menjadi: a. Perlemakan hati (Steatosis), kerusakan sel hati yang ditandai dengan penumpukan lemak pada sel hati. Obat-obat yang dapat menyebabkan terjadinya steatonecrosis dengan cara mempengaruhi proses oksidasi asam lemak di mitokondria. b. Phospholipidosis, merupakan akumulasi dari fosfolipid sebagai pengganti asam lemak. Fosfolipid dapat menelan badan lisosom pada sel hati. c. Nekrosis sentrolobuler, sering terjadi pada induksi obat hepatotoksik yang bergantung pada dosis. Nekrosis sentrolobuler biasanya terjadi karena produksi metabolit beracun dari suatu senyawa. Kerusakan yang terjadi menyebar ke luar mulai dari tengah lobus. d. Nekrosis hepatoseluler tergeneralisasi, hampir mirip dengan terjadinya perubahan karena adanya infeksi hati oleh virus. Waktu terjadinya satu minggu setelah terinduksi zat beracun (DiPiro et al., 2008) . e. Kolestasis, didefinisikan sebagai disorder sekresi empedu dan kolepoiesis yang menyebabkan kemacetan saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik. Kolestasis dapat menimbulkan penyakit kuning. Kolestasis ditandai dengan meningkatnya asam empedu, enzim spesifik, dan kolesterol dalam serum (Kuntz and Kuntz, 2008). 4.
Perlemakan hati Perlemakan hati dapat ditandai dengan adanya timbunan lemak melebihi
5% dari berat atau mengenai lebih dari separuh jaringan di sel hati. Perlemakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
hati terjadi karena adanya akumulasi lipid terutama dalam bentuk trigliserida pada hepatosit yang merupakan akibat kelebihan suplai asam lemak dari jaringan adiposa. Perlemakan hati ditandai dengan meningkatnya enzim-enzim biokimia dalam darah seperti AST dan ALT.
Gangguan ini dapat terjadi akibat dari
gangguan sintesis protein, penurunan sintesis fosfolipid, dan gangguan pada transfer VLDL melalui membran sel (Hodgson, 2009). Penumpukan lemak pada hati dapat menimbulkan beberapa hal yang tidak diinginkan diantaranya peningkatan apoptosis, pengingkatan regulasi TNF-ɑ yang merupakan faktor pro-inflammatory dan
pro-steatotic, disfungsi
mitokondria yang dapat meningkatkan reactive oxygen species (ROS) dan menginduksi peroksidasi lipid pada membran sel (Tolman and Dalpiaz, 2007). B. Hepatotoksin Hepatotoksin adalah senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan pada sel-sel hati. Senyawa atau obat-obat yang dapat menyebabkan kerusakan sel hati dibagi menjadi 2, yaitu: a.
Hepatotoksin teramalkan (Tipe A), yaitu senyawa yang memiliki efek hepatotoksik hampir pada seluruh populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Contohnya tetrasiklin, asetaminofen, karbon tetraklorida dan alkohol
b.
Hepatotoksin tak teramalkan (Tipe B), yaitu senyawa yang memiliki efek hepatotoksik pada sebagian kecil populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Beberapa bergantung pada dosis pemberian, dan frekuensi kejadiannya sangat jarang. Contoh agen hepatotoksik tak teramalkan adalah fenitoin, isoniazid dan sulfonamid (Friedman and Keeffe, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
C. Karbon Tetraklorida Karbon tetraklorida merupakan senyawa berupa cairan jernih yang mudah menguap, tidak berwarna, memiliki bau khas, memiliki bobot molekul 153,82 dan sangat sukar larut dalam air (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Struktur kimia ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4. Struktur karbon tetraklorida (CCl4) (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
Karbon tetraklorida merupakan xenobiotik yang lazim digunakan untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan (Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah, and Manalu, 2007). Dalam endoplasmik retikulum hati, karbon tetraklorida dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) yang menjadi radikal
bebas
triklorometil, selanjutnya triklorometilperoxi
menyebabkan
peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostatis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel (Shanmugasundaram and Venkataraman, 2006). Jenis kerusakan hati yang timbul akibat pemberian karbon tetraklorida yang sering terjadi adalah perlemakan atau steatosis. Steatosis terjadi karena lipid yang terbentuk akan menghambat sintesis protein sehingga menurunkan produksi lipoprotein sehingga transport lipid terganggu dan akan menyebabkan akumulasi jumlah lipid di hati (Timbrell, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D.
18
Albumin
Albumin merupakan protein yang paling banyak ditemukan di dalam darah manusia. Albumin berfungsi sebagai sumber asam amino pada kasus malnutrisi dan berguna untuk transport protein seperti bilirubin, urobilin, asam lemak, hormon dan substansi asing, seperti penisilin, sulfonamid dan merkuri. Albumin diproduksi oleh hati dan mewakili 50% dari produksi protein hepatik (Atara and Lanza, 2002). Sintesis albumin terutama di hati yitu ebanyak 12-25 g/hari pada manusia dewasa normal dan merupakan 25% dari total protein
hati setiap hari.
Katabolisme albumin terjadi di sel hati, dimana sebanyak ± 15% albumin yang sudah tua usianya akan diurai kembali menjadi berbagai komponen asam amino yang dibutuhkan tubuh. Distribusi albumin terjadi di dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah (cairan intertitial). Pada penderita sirosis hati akan dijumpai rendahnya produksi albumin (Kakizaki, Sohara, Yamazaki, Horiguchi, Kanda, and Kenji, 2008). Penilaian kerusakan fungsi hati dapat dilakukan dengan pemeriksaan antara lain kadar enzim AST-ALT, kadar albumin, bilirubin dalam sampel darah, dan faktor pembekuan (Lee, 2012). Albumin memainkan peranan penting dalam kesehatan dan penyakit. Albumin merupakan penyumbang utama untuk tekanan onkotik koloid (COP), mengikat endogen dan eksogen molekul, menengahi koagulasi, dan membantu untuk mempertahankan permeabilitas mikrovaskuler normal (Falcao and Japiassu, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Nilai normal albumin pada manusia dewasa sekitar 3,8-5,1 g/dL atau 5268% protein total, untuk anak-anak 4,0-5,8 g/dL, lalu untuk bayi 4,4-5,4 g/dL, dan untuk bayi baru lahir berkisar 2,9-5,4 g/dL (Sutedjo, 2006). Sedangkan serum albumin normal pada tikus yaitu 3,0-3,5 mg/dL (Triznarizki, 2007). Penurunan albumin dapat dilihat bersamaan dengan pemeriksaan lain yaitu kenaikan ALT. Seiring dengan kenaikan ALT pada kondisi hati yang tidak normal, albumin juga mengalami penurunan (Sivakrishnan and Kottaimuthu, 2014). E. Macaranga tanarius L. 1.
Morfologi M. tanarius L. merupakan pohon kecil dengan dahan agak besar (Gambar
5). Daun berseling agak membundar seperti jantung, tipis, dengan stipula besar yang luruh, ujung daun bergerigi halus, dengan pangkal bulat. Perbungaan bermulai di ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya (Heim, 2015). Ukuran daun berkisar 8-32 x 5-28 cm. Panjang tangkai daun 6-27 cm (World Agroforesty Centre, 2002).
Gambar 5. Daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
2. Taksonomi Kerajaan
: Plantae
Subkerajaan
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisi
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Sub-divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Suku
: Euphorbiaceae
Marga
: Macaranga
Jenis
: Macaranga tanarius (L) Müll. Arg. (World Agroforesty Centre, 2015)
3. Sinonim Ricinus tanarius L., Macaranga molliuscula, Macaranga tomentosa Druce, Mappa tanarius Blume (Starr, Star, and Loope, 2003). 4. Nama daerah Tutup ancur (Jawa), mapu (Batak), mara (Sunda) (Proseanet, 2012). 5. Kandungan kimia Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto (2014) melaporkan bahwa ekstrak metanol air M. tanarius L. memiliki senyawa prenylflavonoids yang berfungsi sebagai antioksidan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Berdasarkan penelitian Matsunami, et al., (2006) melaporkan bahwa dalam daun M. tanarius mengandung macarangiosida A, macarangiosida B, macarangiosida C, macarangiosida D dan mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin dan isoquercitrin. Pada tahun 2009, Matsunami, et al., menemukan tiga kandungan glukosida baru yaitu (+)pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-β-D-glukopiranoside, macarangioside E dan macarangioside F. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan-Puteri dan Kawabata (2010) yang melaporkan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius L. memiliki senyawa ellagitannins yaitu mallotinic acid, corilagin, macatannin A, chebulogic acid, dan macatannin B (Gambar. 6).
Gambar 6. Senyawa ellagitannins dari ekstrak etanol daun M. tanarius : mallotinic acid (1), corilagin (2), macatannin A (3), chebulagic acid (4), and macatannin B (5) (Gunawan-Puteri dan Kawabata, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
6. Khasiat dan kegunaan Macaranga merupakan genus besar yang diklasifikasikan lebih dari 30 spesies. Secara tradisional, bioaktivitas dari berbagai macam spesies Macaranga dapat dijadikan sebagai pengobatan tradisional di wilayah tropis. Pengobatan tradisional di Malaysia dan Thailand, dekok dari akar M. tanarius dimanfaatkan sebagai antipiretik dan antitusif. Akar keringnya digunakan sebagai antiemetik, dan daun segarnya dimanfaatkan sebagai antiinflamasi (Chulabhorn, Prawat, Prachyawarakorn, and Ruchirawat, 2002). Di China, tanaman M. tanarius dikomersilkan dalam pembuatan produk, seperti minuman sehat, dan ekstraknya dimanfaatkan untuk pembuatan pasta gigi (Grosvenor, Gothard, Mc William, Supriono, and Gray, 1995). Berdasarkan penelitian Fukumoto dan Goto (2007), dikembangkan agen antimikroba yang mengandung ekstrak M. tanarius, sebagai bahan aktif yang berguna dalam produk oral untuk mencegah dan mengobati karies gigi, gingivitis, dan peradangan gusi. Fukumoto dan Goto (2007) juga mengembangkan penggunaan ekstrak M. tanarius dalam makanan dan minuman sehat dalam mencegah dan mengobati kanker. Menurut penelitian (Matsunami, et al., 2006) dibuktikan bahwa ekstrak metanol M. tanarius juga menunjukkan penangkapan aktivitas radikal dari DPPH. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Windrawati (2013) mengenai efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air daun M. tanarius terhadap tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Penelitian Handayani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(2011) melaporkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius
23
dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang terbebani glukosa. 7. Penyebaran dan budidaya M. tanarius tersebar luas, dari Kepulauan Andaman dan Nicobar, IndoCina, Cina Selatan, Taiwan dan Kepulauan Ryukyu, seluruh Malaysia, sampai ke Australia Utara dan Timur. Jenis ini umum dijumpai di daratan Asia Tenggara (Thailand Selatan, Semenanjung Malaya), dan pada banyak pulau di Malaysia. Selain itu M. tanarius ditemukan di daerah bersemak di sepanjang Asia Selatan dan Timur, khususnya bagian Selatan Cina, Korea, dan Okinawa, Jepang (World Agroforesty Centre, 2011). F. Ekstraksi dan Fraksinasi Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman atau hewan ataupun komponen lain dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Senyawa kimia yang didapatkan dari proses ekstraksi merupakan campuran dari hasil metabolit ataupun senyawa lain yang terdapat pada tanaman (Khoddami, Wilkes, and Roberts, 2013). Metode ekstraksi memiliki beberapa metode ekstraksi, yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstraksi cara panas. Dengan cara ini bahan kering hasil penyerbukan diekstraksi pada suhu kamar secara berturut-turut dengan pelarut yang kepolarannya makin tinggi: pertama heksana (atau petroleum eter), kemudian kloroform (atau diklorometana), etil asetat, aseton, metanol dan akhirnya air (Heinrich and Barnes, 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Hasil dari proses ekstraksi disebut ekstrak yang merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik. Metode ini merupakan ekstraksi suatu senyawa dari satu fasa ke fasa yang lain. Teknik pemisahan ekstraksi cair-cair biasanya dilakukan dengan menggunakan corong pisah (Separatory funnel). Ekstraksi akan semakin efektif bila dilakukan berulang kali menggunakan pelarut dengan volume yang sedikit demi sedikit (Adijuwana and Nur, 1989). Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1986). Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Tahapan fraksinasi bertingkat dengan menggunakan tiga macam pelarut yaitu n-heksan sebagai pelarut non-polar, etil asetat sebagai pelarut semi polar, dan air yang berperan sebagai pelarut polar (Lestari and Pari 1990).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
G. Antioksidan Secara biologis pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak dari oksidan dalam tubuh. Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Winarsi, 2007). Peran antioksidan pada penyakit hati adalah terjadinya stress oksidatif yang diperantarai oleh radikal bebas. Beberapa penyakit hati seperti hepatitis (A,B, dan C), serta perlemakan hati melibatkan stress oksidatif. Proses tersebut dapat menyebabkan kerusakan sel sekunder dimana progresivitas dan regresivitas yang berlangsung tergantung pada keseimbangan antara oksidasi dan antioksidasi (Manco, Devito, Marcellini, Mingrone, and Nobili, 2008). H. Landasan Teori Hati merupakan salah satu organ terbesar di dalam tubuh terletak di dalam rongga perut sebelah kanan (Wibowo, 2008). Salah satu peranan penting hati di dalam tubuh adalah mendetoksifikasi senyawa-senyawa toksik yang masuk dalam tubuh (Seifter, Ratner and Sloane, 2005). Kerusakan hati terjadi karena adanya kerusakan yang parah pada sel-sel hepatosit atau kerusakan berulang pada sel parenkim (Crawford and Liu, 2010). Salah satu kerusakan hati yang sering terjadi adalah perlemakan (steatosis) yang merupakan penumpukan trigliserida di hepatosit. Kerusakan hati ditandai dengan peningkatan nilai ALT-AST, kadar ALP, bilirubin dan penurunan kadar albumin serum. Adanya hepatotoksik akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
menyebabkan penurunan produksi albumin di hati. Albumin merupakan protein penting yang berfungsi untuk proses metabolisme dalam tubuh. Adapun fungsi dari uji albumin, yaitu untuk mengukur kemampuan hati dalam sintesis protein (Singh dkk., 2011). Oleh karena itu uji kadar albumin dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui kerusakan yang terjadi di hati. Karbon tetraklorida merupakan senyawa model hepatotoksin yang menginduksi
kerusakan
hati
khususnya
steatosis.
Karbon
tetraklorida
dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas triklorometil.
Triklorometil
dengan
oksigen
akan
membentuk
radikal
triklorometilperoksi yang sangat reaktif, radikal ini dapat menyerang lipid membran endoplasmik retikulum yang menyebabkan gangguan homeostatis Ca2+ dan akhirnya akan menyebabkan kematian sel (Timbrell, 2009). Pada penelitian Matsunami, et al., 2006 melaporkan kandungan dari M. tanarius yang diisolasi dari ekstrak metanol daun M. tanarius mempunyai aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH yang dapat berpotensi sebagai zat antioksidan. Penelitian ekstrak metanol-air daun M. tanarius telah dilakukan oleh Windrawati (2013) dengan penginduksi karbon tetraklorida praperlakuan jangka panjang dan jangka pendek oleh Tiala (2013) pada waktu yang bersamaan dan terbukti bahwa tanaman ekstrak metanol-air dengan penginduksi karbon tetraklorida memiliki efek hepatoprotektif. Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius sudah pernah dilakukan, untuk itu penelitian ini akan mengembangkan penelitian sebelumnya menggunakan fraksi heksan-etanol. Melalui penelitian ini akan diketahui apakah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
dengan pemberian FHEMM kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dapat dinaikkan dan melihat apakah ada kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan peningkatan kadar albumin. I. Hipotesis
Pemberian oral FHEMM secara jangka panjang dapat meningkatkan kadar albumin dan adanya kekerabatan dosis FHEMM dengan kenaikan kadar albumin pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni yang dilakukan perlakuan terhadap sejumlah variabel penelitian. Rancangan penelitian ini termasuk rancangan acak lengkap pola searah. B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Variabel utama a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis pemberian FHEMM yang dibuat dalam 3 peringkat dosis. b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar albumin serum tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian jangka panjang FHEMM. 2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali. Hewan uji yang digunakan yaitu tikus betina galur Wistar dengan berat badan 130-180 g dan berumur 2-3 bulan, frekuensi pemberian FHEMM satu kali sehari selama enam hari berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama, cara pemberian FHEMM secara per oral dan karbon tetraklorida secara intraperitonial, dan bahan uji yang digunakan berupa daun M. tanarius L. yang diperoleh dari daerah Paingan, Depok, Sleman, Yogyakarta. 28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
b. Variabel pengacau tak terkendali. Kondisi patologis dari tikus betina galur Wistar yang digunakan sebagai hewan uji. 3. Definisi operasional a. Ekstrak metanol-air daun M. tanarius. Ekstrak kental yang diperoleh dengan mengekstraksi serbuk kering daun M. tanarius seberat 40,0 g yang dilarutkan dalam 200,0 mL pelarut metanol-air secara maserasi selama 24 jam. Kemudian disaring dengan kertas saring, dievaporasi dan diuapkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 50ºC, hingga bobot pengeringan tetap. b. Fraksi heksan-etanol daun M. tanarius. Fraksi dihasilkan dari proses maserasi ekstrak metanol-air daun M. tanarius L. Sejumlah ekstrak pekat yang diperoleh, ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut heksan-etanol 1:1 dimana perbandingan antara pelarut dan ekstrak pekat adalah 1:5.
Setelah dilarutkan dalam labu erlenmeyer,
dilakukan penggojogan menggunakan shaker selama 24 jam. Kemudian disaring menggunakan corong buchner
yang dilapisi
kertas saring dengan bantuan pompa vakum lalu dioven selama 24 jam pada suhu 50°C hingga bobot pengeringan tetap. c. Kadar albumin. Kemampuan FHEMM pada dosis tertentu untuk meningkatkan kadar albumin yang signifikan dibanding kontrol hepatotoksin pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
d. Jangka panjang. Pemberian FHEMM satu kali sehari selama enam hari berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama. C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina galur Wistar dengan berat badan 130-180 g dan umur 2-3 bulan yang diperoleh dari dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Bahan uji yang digunakan adalah daun M. tanarius L. yang diperoleh dari daerah Paingan, Depok, Sleman, Yogyakarta. 2. Bahan kimia a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Kontrol negatif yang digunakan CMC-Na 1%. c. Pelarut hepatotoksin digunakan olive oil (Bertolli®). d. Pelarut ekstrak digunakan metanol teknis dan aquadest yang diperoleh dari toko CV General Labora dekat rs. Sardjito Yogyakarta. e. Etanol teknis diperoleh dari toko CV General Labora dekat rs. Sardjito Yogyakarta f. Heksan teknis diperoleh dari toko CV General Labora dekat rs. Sardjito Yogyakarta g. Reagen serum Albumin BCG (Thermo Scientific)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Komposisi dan konsentrasi dari reagen Albumin BCG (Thermo Scientific) yang digunakan adalah sebagai berikut. Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen Albumin BCG Komposisi
Konsentrasi
Brom Cresol Green
0,27 mmol/L
TRIS
55 mmol/L
Succinic Acid
100 mmol/L
D. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, timbangan analitik, mesin penyerbuk, sendok kayu, ayakan, beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, cawan porselin, penangas air, rotary evaporator, shaker, corong Buchner, erlenmeyer, stopwatch, kertas saring, labu alas bulat, labu ukur, pipet tetes, pipet volume, pipa kapiler, spuit injeksi per oral, syringe 3 cc Terumo®, syringe 1 cc Terumo®, moisture balance, dan syringe 6 cc Terumo®. E. Tata Cara Penelitian 1.
Determinasi tanaman M. tanarius Determinasi tanaman M. tanarius dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri morfologi M. tanarius dengan buku acuan determinasi. Determinasi dilakukan di Unit II Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2.
Pengumpulan bahan Bahan uji yang digunakan adalah daun M. tanarius yang masih segar dan berwarna hijau, tidak berlubang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
diperoleh dari daerah Paingan, Depok, Sleman, Yogyakarta pada bulan Februari. 3.
Pembuatan serbuk Daun M. tanarius dicuci bersih dibawah air mengalir. Setelah bersih, daun diangin-anginkan atau dilap dengan lap bersih hingga daun tidak tampak basah kemudian dilakukan pengeringan menggunakan oven. Tujuan dari pengeringan adalah melindungi daun dari kerusakan sinar matahari langsung. Pengeringan dengan oven dilakukan pada 40ºC selama 72 jam. Setelah kering daun diremas kecil-kecil dan dibuat serbuk lalu diayak dengan ayakan nomor 50. (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1989) supaya kandungan fitokimia yang terkandung dalam daun M. tanarius lebih mudah terekstrak karena luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut semakin besar.
4.
Penetapan kadar air serbuk kering daun M. tanarius Penetapan kadar air dilakukan termopan, yaitu dengan menguji susut penguapan dari simplisia serbuk daun M. tanarius berdasarkan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (1989), penetapan kadar air secara sederhana menggunakan alat moisture balance. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sampel kurang lebih 5 g sampel dan menimbang bobot serbuk sebagai bobot sebelum pemanasan (bobot a). Kemudian alat dipanaskan pada suhu 110ºC selama 15 menit, dan setelah itu menimbang bobot serbuk setelah pemanasan (bobot b). Selisih bobot a dan b merupakan kadar air dari serbuk yang diselidiki. Penetapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
kadar air dilakukan perhitungan pada serbuk setelah pemanasan untuk memenuhi standarisasi simplisia yang ditentukan. Penetapan kadar air pada ekstrak dan fraksi tidak dilakukan dalam penelitian. 5.
Pembuatan FHEMM Sebanyak 40,0 g serbuk kering daun M. tanarius diekstraksi secara maserasi dengan melarutkan serbuk dalam 100 mL pelarut metanol dan 100 mL pelarut aquadest pada suhu kamar selama 24 jam. Tujuan dilarutkan dalam pelarut metanol-air agar senyawa kimia yang terkandung dalam daun M. tanarius dapat larut dalam pelarut. Setelah itu dilakukan perendaman dan penggojogan menggunakan shaker, hasil maserasi disaring menggunakan corong buchner dilapisi kertas saring. Larutan hasil saringan dipindahkan dalam labu alas bulat untuk dievaporasi. Tujuan proses evaporasi adalah menguapkan cairan penyari pada proses maserasi. Prinsip alat vaccum evaporator adalah menguapkan pelarut dengan suhu rendah dan berputar dengan menggunakan tekanan tinggi untuk membantu proses penguapan. Hasil evaporasi dituangkan dalam cawan porselin yang telah ditimbang sebelumnya, agar mempermudah perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Cawan porselin yang berisi larutan hasil maserasi dimasukkan dalam oven untuk diuapkan selama 24 jam dengan suhu 50ºC untuk mendapatkan ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang kental dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap. Selanjutnya
pembuatan
FHEMM
dilakukan
secara
maserasi
menggunakan dengan heksan-etanol (1:1). Ekstrak pekat ditimbang dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
dilarutkan dengan pelarut heksan-etanol 1:1 ke dalam labu erlenmeyer dimana volume pelarut disesuaikan dengan bobot ekstrak 1:5. Hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring dan corong buchner dengan bantuan pompa vakum. Hasil saringan diuapkan menggunakan rotary evaporator dan kemudian dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 50°C hingga didapat bobot tetap fraksi. Menghitung rata-rata rendemen enam replikasi ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius kental yang telah dibuat. Rendemen ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong Rata-rata rendemen = 6.
Pembuatan larutan sediaan FHEMM Larutan FHEMM dilarutkan dalam CMC-Na 1% dengan perbandingan 1:5. Sebanyak 0,6 g FHEMM dilarutkan dalam 20 mL CMC-Na 1%, kemudian dimasukkan dalam labu ukur 25 mL, dan diadd sampai tanda batas.
7.
Pembuatan larutan CMC-Na 1% sebagai pelarut FHEMM Ditimbang sebanyak 5,0 gram CMC-Na, kemudian dilarutkan menggunakan aquadest 400,0 mL dan didiamkan selama 24 jam hingga CMC-Na mengembang. Larutan tersebut kemudian diadd dengan aquadest hingga 500,0 mL pada labu ukur 500,0 mL.
8.
Pembuatan larutan karbon tetraklorida (CCl4) Larutan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida, dibuat dalam konsentrasi 50% dengan perbandingan karbon tetraklorida dan olive oil sebagai pelarut 1:1 (Janakat and Al-Merie, 2002).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9.
35
Uji pendahuluan a. Penetapan dosis toksin karbon tetraklorida. Dosis karbon tetraklorida sebagai hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002), bahwa dosis 2mg/kgBB terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST dan penurunan kadar albumin pada tikus bila diberikan secara intraperitonial. b. Penetepan dosis FHEMM. Penetapan dosis FHEMM dapat ditentukan dengan melakukan orientasi dosis. Dosis tertinggi yang dapat ditetapkan yaitu 137,14 mg/kgBB. Peringkat dosis II ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari dosis tertinggi (½ x (2 mL/350 gBB=68,57 mg/kgBB) dan peringkat dosis I ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari peringkat dosis II (½ x 1 mL/350 gBB= 34,28 mg/kgBB). c. Penetapan waktu pencuplikan darah. Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke–0, 24, dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata. Kemudian aktivitas ALT serum tikus yang terinduksi karbon tetraklorida diukur.
10. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji Sejumlah tiga puluh ekor tikus betina galur Wistar dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan masing-masing sejumlah lima ekor tikus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
a. Kelompok I (kontrol negatif) diberi CMC-Na 1% selama enam hari berturut-turut, pada jam ke-24 setelah pemberian diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin. b. Kelompok
II
(kontrol
hepatotoksin)
diberi
hepatotoksin
karbon
tetraklorida yang dilarutkan dalam olive oil secara i.p, pada jam ke-24 setelah pemberian diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin. c. Kelompok III (kontrol ekstrak dosis 3) diberi FHEMM dengan dosis 137,14 mg/kgBB selama enam hari berturut-turut secara per oral, dan setelah 24 jam pemberian hari ke enam diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin d. Kelompok IV, V, VI (kelompok perlakuan) diberi FHEMM dosis 1, 2 dan 3 masing-masing 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB secara per oral sekali sehari selama enam hari berturut-turut, setelah itu diberi karbon tetraklorida secara i.p pada hari ke tujuh. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin. 11. Pengukuran albumin Pengukuran kadar albumin dilakukan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta menggunakan alat Architect c8000 dengan reagen albumin Brom Cresol Green (BCG). Kadar albumin dinyatakan dalam satuan mg/dL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
F. Tata Cara Analisis Hasil Data kadar albumin dianalisis dengan Saphiro Wilk melalui program IBM SPSS Statistic 22 untuk mengetahui normalitas data pada masing-masing kelompok perlakuan. Nilai normal suatu data ditunjukkan dengan nilai p>0,05. Apabila hasil analisis statistik Saphiro Wilk kadar serum albumin menunjukkan distribusi data normal (p>0,05), dilanjutkan dengan analisis One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p≤0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Jika didapatkan distribusi tidak normal, maka dilakukan analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis untuk melihat homogenitasnya, dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok bermakna.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian FHEMM daun Macaranga. tanarius L. serta adanya kekerabatan dosis pemberian FHEMM M. tanarius L. terhadap kadar albumin tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya mengenai efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius L. pada tikus jantan galur Wistar terinduksi CCl4. Penelitian ini menggunakan parameter albumin sebagai tolak ukur kerusakan hati (steatosis). A. 1.
Penyiapan Bahan
Hasil determinasi tanaman Tujuan dilakukannya determinasi tanaman adalah untuk memastikan
bahwa daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun M. tanarius L. Penelitian ini menggunakan serbuk kering daun M. tanarius L. yang sebelumnya dilakukan determinasi menggunakan satu tanaman utuh. Determinasi dilakukan di Unit II Fakultas Farmasi, bagian Biologi Tanaman, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis tanaman sampai ketingkat spesies. Berdasarkan hasil determinasi dibuktikan bahwa benar daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun M. tanarius L. Hasil ini terlampir pada lampiran 5. 38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
39
Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius L. Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius perlu dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kadar air dalam serbuk yang akan dinyatakan dalam persen dan untuk memenuhi persyaratan serbuk kering yang telah ditentukan oleh Farmakope Herbal Indonesia Jilid III, yakni kurang dari 10%. Penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius dilakukan menggunakan metode Gravimetri dengan alat moisture balance yang terdapat di Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sampel serbuk sebanyak 5 g sampel dan menimbang bobot serbuk sebagai bobot sebelum pemanasan (bobot a). Kemudian alat dipanaskan pada suhu 110ºC selama 15 menit. Digunakan suhu 110ºC dimaksudkan agar kandungan air telah menguap dan waktu 15 menit dianggap bahwa kadar air telah memenuhi persyaratan parameter standarisasi. Setelah itu menimbang bobot serbuk setelah pemanasan (bobot b). Selisih bobot a dan b merupakan kadar air dari serbuk daun M. tanarius L.. Pengukuran kadar ini dilakukan replikasi 3 kali agar mendapatkan hasil yang akurat. Dari hasil pengujian tersebut, menunjukkan bahwa kadar air serbuk daun M. tanarius telah memenuhi persyaratan kadar air untuk serbuk yang baik, yaitu 8,76% b/b. 3.
Hasil pembuatan FHEMM daun M. tanarius L. Pembuatan FHEMM diawali dengan pembuatan ekstrak metanol-air daun
M. tanarius. Dilakukan penimbangan sebanyak 40,0 g serbuk kering daun M. tanarius menggunakan timbangan analitik, kemudian dimasukkan ke dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
erlenmeyer 500,0 mL, lalu ditambahkan 100,0 mL metanol dan 100,0 mL aquadest (1:5). Tujuan dilarutkan dalam pelarut metanol-air agar senyawa kimia yang terkandung dalam daun M. tanarius dapat larut dalam pelarut. Dilakukan maserasi untuk mencampur serbuk dengan pelarut dan dilanjutkan perendaman dan penggojogan menggunakan shaker pada suhu ruang selama 24 jam. Kemudian hasil maserasi disaring menggunakan corong buchner dilapisi kertas saring. Larutan hasil saringan dipindahkan dalam labu alas bulat untuk dievaporasi. Tujuan proses evaporasi adalah menguapkan cairan penyari pada proses maserasi. Prinsip alat vaccum evaporator
adalah menguapkan pelarut
dengan suhu rendah dan berputar dengan menggunakan tekanan tinggi untuk membantu proses penguapan. Proses evaporasi menggunakan suhu dibawah titik didih metanol-air, yaitu 70ºC. Hasil evaporasi kental dituangkan dalam cawan porselin yang telah ditimbang sebelumnya, agar mempermudah perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Cawan porselin yang berisi larutan hasil maserasi dimasukkan dalam oven untuk diuapkan selama ±24 jam dengan suhu 50ºC untuk mendapatkan ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang kental dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap. Setelah mendapatkan bobot ekstrak tetap, dilakukan pengerokan hasil ekstrak pekat tersebut dan dilarutkan menggunakan pelarut heksan-etanol 1:1 dengan perbandingan ekstrak:pelarut 1:5. Penggojogan dilakukan menggunakan shaker pada suhu ruang selama 24 jam. Kemudian hasil maserasi disaring menggunakan corong buchner dilapisi kertas saring. Dilakukan proses evaporasi fraksi heksan-etanol menggunakan vaccum evaporator. Lalu hasil fraksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
kentalnya ditampung dalam cawan porselin kosong yang sudah ditimbang sebelumnya dan dimasukkan dalam oven selama ±24 jam pada suhu 50ºC hingga didapatkan bobot fraksi tetap. B.
Hasil Penimbangan Bobot FHEMM daun M. tanarius L.
Dalam penelitian ini, pembuatan FHEMM menggunakan metode penyarian yaitu maserasi. Metode maserasi ini digunakan karena memiliki keuntungan yaitu prosedur dan alat yang digunakan sangat sederhana. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Sebelum memulai proses maserasi, hasil serbuk simplisia diayak dengan menggunakan no mesh 50. Pembuatan FHEMM menggunakan metode maserasi. Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah. Proses ekstraksi dilakukan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke tahap fraksinasi. Dilakukan penimbangan sebanyak 40,0 g serbuk kering daun M. tanarius menggunakan timbangan analitik, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500,0 mL, lalu ditambahkan 100,0 mL metanol dan 100,0 mL aquadest (1:5). Dilakukan maserasi untuk mencampur serbuk dengan pelarut dan dilanjutkan perendaman dan penggojogan menggunakan shaker pada suhu ruang selama 24 jam. Kemudian hasil maserasi disaring menggunakan corong buchner dilapisi kertas saring. Larutan hasil saringan dipindahkan dalam labu alas bulat untuk diuapkan. Hasil evaporasi kental dituangkan dalam cawan porselin yang telah ditimbang sebelumnya, agar mempermudah perhitungan rendemen ekstrak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
yang akan diperoleh. Cawan porselin yang berisi larutan hasil maserasi dimasukkan dalam oven untuk diuapkan selama ±24 jam dengan suhu 50ºC untuk mendapatkan ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang kental dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap. Proses remaserasi tetap dilanjutkan hingga ekstrak menjadi bening yang menunjukkan sudah tidak ada lagi senyawa metabolit yang diikat oleh pelarut. Untuk menentukan bobot pengeringan yang sudah tetap dilakukan dengan cara menimbang ekstrak yang berada dalam cawan setiap waktu tertentu hingga berat menjadi konstan. Proses fraksinasi yang dilakukan hampir sama dengan proses ekstraksi. Setelah bobot pengeringan dari ekstrak tetap, selanjutnya dilakukan fraksinasi. Seluruh ekstrak tetap digunakan karena yang akan digunakan pada tahap selanjutnya dari ekstraksi adalah fraksi-fraksi yang terbentuk dari proses fraksinasi ekstrak pekat. Fraksinasi dilakukan menggunakan pelarut heksan-etanol 1:1. Sejumlah ekstrak pekat yang diperoleh ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut heksan-etanol. dimulai dengan proses ekstraksi dahulu menggunakan pelarut metanol-air 1:1. Kemudian dilakukan penggojogan menggunakan shaker selama 24 jam, lalu disaring menggunakan corong Buchner dilapisi kertas saring, lalu dievaporator menggunakan rotary evaporator dan diuapkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 50ºC, hingga bobot pengeringan tetap. Pemilihan pelarut heksan-etanol berdasarkan pada kepolaran senyawa antioksidan daun M.tanarius. Menurut Gunawan- Puteri dan Kawabata (2010) terdapat tiga senyawa yang larut dalam heksan dan etanol yaitu macatanin B (2,94), macatanin A (2,76), dan chebulogic acid (2,64). Susut pengeringan yang diperoleh selama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
tiga kali penimbangan berturut-turut tiap hari selama 24 jam di oven sebesar 0% sehingga dapat dikatakan tidak ada sisa dari pelarut fraksi. Pada pembuatan fraksi, digunakan 156,0 g ekstrak metanol-air daun M.tanarius, sehingga dapat dihasilkan 30,0 g FHEMM. Dari hasil penimbangan bobot fraksi didapatkan rendemen FHEMM sebesar 19,46%. C. 1.
Uji Pendahuluan
Penetapan dosis hepatotoksin Penelitian ini menggunakan karbon tetraklorida sebagai senyawa model
hepatotoksin. Tujuan dilakukan penetapan dosis hepatotoksin ini untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan hati (steatosis) pada tikus. Adanya kerusakan hati ditandai dengan kenaikan kadar ALT serum dua hingga tiga kali nilai normal (Sivakrishman et al,. 2014). Menurut penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) serta Windrawati (2013) menyebutkan bahwa dosis 2 mL/kgBB telah mampu menginduksi terjadinya hepatotoksik. Selain itu, kerusakan hati juga ditandai dengan penurunan kadar albumin dibawah normal, seiiring dengan peningkatan kadar ALT serum. Penurunan kadar albumin mencapai 15% dari nilai normal (Sivakrishnan and Kottaimuthu, 2014). Berdasarkan hasil studi pustaka, peneliti mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie (2002) serta Windrawati (2013) yang menggunakan dosis karbon tetraklorida 2 mL/kgBB, dimana pada dosis tersebut, karbon tetraklorida mampu meningkatkan kadar ALT serum tiga kali dan kadar AST tikus empat kali dari semula.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
44
Penetapan lama pemejanan FHEMM daun M. tanarius L. Penetapan lama pemejanan FHEMM M. tanarius mengacu pada
penelitian Windrawati (2013) mengenai efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air (50:50) daun M. tanarius L yang dilakukan selama enam hari berturut-turut, dan pada hari ketujuh diinduksikan senyawa model hepatotoksin 50% dengan dosis 2 mL/kgBB. 3.
Penetapan waktu pencuplikan darah Penetapan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui waktu
yang menunjukkan efek hepatotoksik yang maksimal dari senyawa model karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB, yang ditandai dengan peningkatan aktivitas ALT-AST serum tiga hingga empat kali normal. Karbon tetraklorida diinjeksikan secara intraperitonial pada tikus betina galur Wistar, kemudian dilakukan pencuplikan darah melalui pembuluh sinus orbitalis mata tikus pada jam 0, 24 dan 48 jam. Data aktivitas ALT dan AST serum tikus pada tiap selang waktu pencuplikan darah disajikan dalam tabel (tabel II) dan diagram batang (gambar 7). Tabel II. Nilai purata ± SE aktivitas serum ALT darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam (n=3) Selang waktu (jam)
Purata Aktivitas serum ALT ± SE (U/L)
0
66,8 ± 0,8
24
184,0 ± 16,5
48
62,3 ± 15,6
Keterangan : SE = Standar Error
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Dari tabel II diatas, terlihat bahwa aktivitas serum ALT yang paling besar ditunjukkan pada selang waktu ke-24 jam (184,0 ± 16,5 U/L). dibandingkan dengan jam ke-0 (66,8 ± 0,8 U/L), aktivitas serum ALT mengalami peningkatan 3 kali. Pada pencuplikan darah jam ke-48 (62,3 ± 15,6 U/L), aktivitas serum ALT kembali turun dan dibawah nilai normal (pada jam ke-0). Hal ini dapat diperjelas lagi pada diagram batang Gambar 7.
Gambar 7. Diagram batang purata aktivitas serum ALT darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam
Hasil analisis statistik serum ALT menggunakan uji Shapiro Wilk pada tiap kelompok perlakuan jam ke-0, 24 dan 48 karena sampel yang digunakan kurang dari 50. Dari hasil uji tersebut, diperoleh hasil signifikan pada jam ke-0, 24 dan 48 masing-masing yaitu 0,736 (p>0,05), 0,832 (p>0,05) dan 0,156 (p>0,05).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji pola searah (One Way ANOVA) untuk mengetahui apakah variansi data tersebut homogen atau tidak. Hasil yang diperoleh untuk mengetahui variansi data homogen atau tidak menggunakan uji pola searah memiliki hasil signifikan 0,092 (p>0,05) yang artinya variansi data yang diperoleh homogen. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji Scheffe untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Hasil uji statistik aktivitas serum ALT menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke-24 dengan jam ke-0 dan 48 (p=0,002), akan tetapi terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke-0 dengan jam ke-48 (p=0,971). Hal ini menunjukkan bahwa pada jam ke-48, aktivitas serum ALT sudah kembali normal seperti pada aktivitas serum ALT jam ke-0. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa pemberian karbon tetraklorida yang menimbulkan kerusakan hati paling parah pada jam ke-24. Akan tetapi pada jam ke-48, aktivitas serum ALT sudah kembali normal karena metabolit karbon tetraklorida sudah mulai diekskresikan sehingga kerusakan hati yang disebabkan oleh karbon tetraklorida tersebut sudah mulai terhenti (Amacher, 1998). Hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT pada berbagai jam pencuplikan dapat dilihat di Tabel III.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Tabel III. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 Jam 0 Jam 24 Jam 48 Jam 0
BB
Jam 24
BB
Jam 48
BTB
BTB BB
BB
Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p≤0,05) ; BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
Pengukuran aktivitas serum AST juga dilakukan bersamaan dengan pengukuran aktivitas serum ALT pada waktu pencuplikan yang sudah ditentukan yaitu jam ke-0, 24 dan 48. Tujuan dari pencuplikan ini adalah untuk melihat waktu ketika karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan hati parah yang ditandai dengan peningkatan aktivitas serum AST empat kali dari semula. Hasil yang didapatkan dari pengujian ini dapat dilihat pada Tabel IV dan Gambar 8. Tabel IV. Nilai purata ± SE aktivitas serum AST darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam (n=3) Selang waktu (jam)
Purata Aktivitas serum AST ± SE (U/L)
0
154,2 ± 2,08
24
669,6 ± 8,37
48
197,7 ± 9,55
Keterangan : SE = Standar Error
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Gambar 8. Diagram batang purata aktivitas serum AST darah tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam Dari tabel IV dan gambar 8 menunjukkan bahwa kenaikan serum AST paling tinggi pada jam ke-24 (669,6 ± 8,37 U/L). Hal ini sama dengan aktivitas serum ALT, dinyatakan bahwa kerusakan hati paling parah terjadi pada jam ke24. Peningkatan aktivitas serum AST pada jam ke-24 meningkat 4-5 kali lipat (669,6 ± 8,37 U/L) dibandingkan dengan aktivitas serum AST jam ke-0 (154,2 ± 2,08 U/L). Akan tetapi, pada jam ke-48 (197,7 ± 9,55 U/L) terjadi penurunan aktivitas AST. Serum AST tidak hanya disekresikan oleh sel-sel hati, tapi dapat dieksresikan oleh beberapa organ-organ vital seperti otot rangka dan otot jantung (Fancher, Kamboj, and Onate, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Data aktivitas serum AST yang didapat dianalisis menggunakan uji Shapiro Wilk ternyata diketahui memiliki distribusi normal pada waktu pencuplikan jam ke-0, 24 dan 48 masing masing yaitu 0,537 (p>0,05) ; 0,053 (p>0,05), dan 0,532 (p>0,05). Oleh karena itu, akan dilanjutkan dengan menggunakan uji pola searah (One Way ANOVA) untuk mengetahui apakah variansi data tersebut homogen atau tidak. Hasil yang diperoleh untuk mengetahui variansi data homogen atau tidak menggunakan uji pola searah memiliki hasil signifikan 0,107 (p>0,05) yang artinya variansi data yang diperoleh homogen. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji Scheffe untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Hasil uji statistik aktivitas serum AST menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas serum AST pada jam ke-24 dengan jam ke-0 dan 48 (p=0,000), pada jam ke-0 memiliki perbedaan bermakna dengan jam ke-24 dan 48 yaitu masing-masing 0,000 dan 0,017. Kadar AST pada jam ke-48 dengan jam ke-0 dan 24 juga memiliki perbedaan yang bermakna, masing-masing 0,017 dan 0,000. Namun bila dibandingkan antara jam ke-24 dan 48 memiliki perbedaan bermakna. Hal ini berarti walaupun pada jam ke-48 terjadi peningkatan AST, namun peningkatan AST terjadi tidak seperti peningkatan pada jam ke-24. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa pemberian karbon tetraklorida yang menimbulkan kerusakan hati paling parah pada jam ke24. Hasil uji Scheffe aktivitas serum AST pada berbagai jam pencuplikan dapat dilihat di Tabel V.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Tabel V. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48 Jam 0 Jam 24 Jam 48 Jam 0
BB
Jam 24
BB
Jam 48
BB
BB BB
BB
Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p<0,05) Dari data diatas, terlihat bahwa aktivitas serum ALT dan AST menunjukkan perbedaan yang bermakna pada pencuplikan darah jam ke-24 (p≤0,05) dibandingkan dengan waktu pencuplikan darah jam ke-0 dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Berdasarkan aktivitas serum ALT dan AST dari hasil penelitian ini, karbon tetraklorida memiliki efek hepatotoksik yang paling tinggi pada jam ke-24, sehingga waktu pencuplikan darah yang digunakan dalam penelitian efek hepatoprotektif fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun M. tanarius L. adalah jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal. D. Hasil Uji Pengaruh Pemberian Jangka Panjang Fraksi Heksan-Etanol Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Kadar Albumin Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian FHEMM praperlakuan jangka panjang terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan tiga tingkatan dosis yang berbeda. Pemberian FHEMM diberikan secara peroral dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
peringkat dosis rendah 34,28 mg/kgBB, peringkat dosis tengah sebesar 68,57 mg/kgBB, dan peringkat dosis tinggi sebesar 137,14 mg/kgBB. Lama pemberian FHEMM pada tikus selama enam hari berturut-turut dengan waktu dan cara pemberian yang sama. Setelah itu, pada hari ketujuh dilakukan pemejanan hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secara i.p. Lama pemejanan FHEMM mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmamurti (2013) tentang efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun M. tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Setelah pemejanan karbon tetraklorida hari ketujuh akan terjadi kerusakan sel-sel hati yang ditandai dengan penurunan kadar albumin, yang nantinya akan digunakan sebagai parameter untuk melihat adanya kerusakan hati akibat pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Pada penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok I adalah kelompok kontrol negatif (CMC-Na 1%) dosis 137,14 mg/kgBB, kelompok II adalah kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB, kelompok III adalah kelompok kontrol dosis III (137,14 mg/kgBB) tanpa pemberian karbon tetraklorida, kelompok IV, V, dan VI adalah kelompok perlakuan dengan tiga peringkat dosis masing-masing 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB yang pada hari ketujuh dilakukan pemejanan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Data purata kadar albumin tikus dengan pemberian FHEMM secara jangka panjang yang terinduksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB dapat dilihat pada Tabel VI.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Tabel VI. Purata kadar albumin ± SE pemberian FHEMM secara jangka panjang terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB Kelompok Perlakuan
Purata Kadar Albumin ± SE (mg/dL)
Kontrol negatif CMC-Na 1%
4,47 ± 0,04
Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB
2,85 ± 0,05
Kontrol Sediaan Dosis III (137,14 mg/kgBB) tanpa pemejanan CCl4
3,66 ± 0,11
Perlakuan FHEMM Dosis I (34,28 mg/kgBB) + CCl4 dosis 2 mL/kgBB
3,35 ± 0,07
Perlakuan FHEMM Dosis II (68,57 mg/kgBB) + CCl4 dosis 2 mL/kgBB
3,80 ± 0,08
Perlakuan FHEMM Dosis III (137,14 mg/kgBB) + CCl4 dosis 2 mL/kgBB
3,58 ± 0,03
Keterangan : SE = Standar Error ; FHEMM = Fraksi Heksan-Etanol Ekstrak Metanol-Air daun Macaranga tanarius L.
Data kadar albumin dianalisis dengan menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi datanya. Hasil uji menunjukkan sebaran data memiliki distribusi tidak normal, namum memiliki variansi data homogen yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi pada uji Levene’s test sebesar 0,364 (p>0,05). Data selanjutnya dapat dianalisis menggunakam analisis nonparametik Kruskal Wallis untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok perlakuan. Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji tersebut adalah sebesar 0,000 (p<0,05), dimana menunjukkan adanya perbedaan antar kelompok perlakuan. Kebermaknaan perbedaan antar kelompok tersebut selanjutnya dapat diketahui dengan uji Mann-Whitney pada tabel VII.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Tabel VII. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB antar kelompok perlakuan Kontrol CMC Kontrol CMC
Kontrol CCl4
Kontrol Dosis
Dosis I + CCl4
Dosis II + CCl4
Dosis III + CCl4
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BTB
BB
BB
Kontrol CCl4
BB
Kontrol Dosis
BB
BB
Dosis I + CCl4
BB
BB
BB
Dosis II + CCl4
BB
BB
BTB
BB
Dosis III + CCl4
BB
BB
BTB
BB
BTB BTB
Keterangan : BB = Berbeda Bermakna (p<0,05) ; BTB = Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
Gambar 9. Diagram batang rata-rata pengaruh dosis pemberian FHEMM jangka panjang terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari kadar albumin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Keterangan : Kontrol CMC = kontrol negatif CMC-Na 1% dosis 137,14 mg/kgBB Kontrol CCl4 = kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Kontrol dosis = kontrol FHEMM dosis tinggi 137,14 mg/kgBB tanpa pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Dosis I = pemberian FHEMM dosis rendah 34,28 mg/kgBB + karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Dosis II = pemberian FHEMM dosis tengah 68,57 mg/kgBB + karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Dosis III = pemberian FHEMM dosis tinggi 137,14 mg/kgBB + karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB 1.
Kontrol negatif (CMC-Na 1% 137,14 mg/kgBB) Pada penelitian ini menggunakan kontrol negatif berupa larutan CMC-Na
1%. Tujuan dilakukan pengujian pada kelompok kontrol negatif adalah untuk memastikan bahwa peningkatan kadar albumin pada hewan uji hanya disebabkan oleh pemberian FHEMM secara peroral dan bukan dikarenakan pemberian pelarut yang digunakan yaitu CMC -Na 1% pada jam ke-24 sesuai waktu pencuplikan darah tikus. Dosis CMC-Na 1% yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan dosis FHEMM dosis tertinggi, yaitu 137,14 mg/kgBB. Hal ini dilakukan agar dapat melihat apakah dengan dosis yang sama dengan dosis FHEMM tertinggi, CMC-Na 1% memberikan efek hepatotoksin pada hewan uji. Hasil pengukuran kadar albumin kontrol negatif pada jam ke-24 yaitu 4,47 ± 0,04 mg/dL. Berdasarkan penelitian Cahyaningrum (2011) dilaporkan bahwa CMC-Na 1% tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan ketoksikan hepar. Selain itu, didukung dengan penelitian Rao dan Kumar (2013) menyatakan bahwa pada kelompok kontrol CMC-Na 1% yang diberikan selama delapan hari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
menunjukkan hasil histopatologi normal yang signifikan dibandingkan dengan perlakuan hepatotoksin parasetamol. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa CMC-Na 1% tidak memiliki pengaruh terhadap kerusakan hati sehingga tidak mempengaruhi kadar albumin serum. 2.
Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Pembuatan kontrol hepatotoksin dilakukan dengan tujuan untuk melihat
kerusakan hati hewan uji yang dapat ditimbulkan akibat pemejanan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal dengan ditunjukkan penurunan kadar albumin serum. Karbon tetraklorida merupakan senyawa model hepatotoksin yang dapat menimbulkan kerusakan hati berupa perlemakan hati (steatosis). Kerusakan hati yang diamati pada jam ke-24 ditunjukkan dengan penurunan kadar albumin dalam serum. Pemberian secara i.p dimaksudkan agar cairan karbon tetraklorida dapat terabsorbsi langsung ke dalam pembuluh darah melalui cairan intraperitoneal tanpa melalui saluran cerna yang mana nantinya cairan karbon tetraklorida akan rusak oleh adanya enzim pencernaan. Berdasarkan penelitian Sivakrishnan dan Kottaimuthu (2014) yang menyatakan bahwa kadar albumin mengalami penurunan mencapai 15% nilai normal jika terjadi kerusakan, sama hal nya dengan penelitian ini yang dilakukan dengan pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB mengakibatkan kadar albumin turun mencapai 36,2% nilai normal yang dapat dilihat pada Tabel V. Hasil pengukuran kadar albumin serum pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida 2 mL/kgBB adalah sebesar 2,85 ± 0,05 mg/dL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa terjadi penurunan kadar albumin pada jam ke-24. Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui bahwa pemejanan karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB yang diberikan pada hewan uji dalam penelitian ini memiliki efek hepatotoksin yaitu mampu menurunkan kadar albumin serum. Kontrol hepatotoksin dibandingkan dengan kontrol CMC-Na 1% memiliki perbedaan yang bermakna yaitu sebesar 0,009 (p<0,05). Hal ini berarti hepatotoksin karbon tetraklorida mampu menimbulkan kerusakan hati berupa penurunan kadar albumin serum pada tikus betina galur Wistar. 3.
Kontrol FHEMM Dosis III (137,14 mg/kgBB) Kontrol FHEMM dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada tidaknya
pengaruh pemberian FHEMM pada tikus betina galur Wistar tanpa diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dengan melihat penurunan kadar albumin serum. Pada penelitian ini digunakan FHEMM dosis tertinggi yaitu 137,14 mg/kgBB. Dosis tinggi atau dosis III yang digunakan untuk mewakili dosis I dan dosis II yang mana dosis ini dianggap memiliki kandungan senyawa dalam FHEMM
yang
tinggi
sehingga
diharapkan
mampu
memberikan
efek
hepatoprotektif yang maksimal dalam meningkatkan kadar albumin serum yang disebabkan oleh pemejanan karbon tetraklorida. Pemberian FHEMM dilakukan secara peroral dan pada jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah melalui sinus orbitalis. Data kadar albumin kontrol FHEMM dosis III diuji menggunakan analisis variasi satu arah dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Tabel VI dan Gambar 9).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Berdasarkan hasil pengukuran, kontrol FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB memberikan purata kadar albumin sebesar 3,66 ± 0,11 mg/dL. Secara statistik jika dibandingkan dengan kontrol CMC-Na 1% sebesar 4,47 ± 0,04 mg/dL, menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan p=0,009 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian FHEMM menurunkan kadar albumin tikus. Apabila dibandingkan dengan kontrol karbon tetraklorida (2,85 ± 0,05 mg/dL), menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan p=0,009 (p<0,05). Berdasarkan hasil di atas berarti pemberian FHEMM dapat memberi penurunan terhadap kadar albumin tikus namun penurunan yang terjadi tidak lebih rendah dari kelompok kontrol hepatotoksin karon tetraklorida. 4.
Kelompok perlakuan jangka panjang FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB Tujuan dilakukan kelompok praperlakuan adalah untuk melihat pengaruh
praperlakuan jangka panjang FHEMM pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida terhadap peningkatan kadar albumin serum. Berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V), kadar albumin pada kelompok perlakuan FHEMM dosis I (dosis 34,28 mg/kgBB) sebesar 3,35 ± 0,07 mg/dL. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin serum pada kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB dan berarti FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
serum tikus. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol CMC-Na 1%, kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna. Hal ini berarti FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin serum tikus, namun peningkatan albumin yang terjadi belum sebanding dengan keadaan normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V), kadar albumin pada kelompok perlakuan FHEMM dosis II (dosis 68,57 mg/kgBB) sebesar 3,80 ± 0,08 mg/dL. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin serum pada kelompok perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. Hal ini berarti FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin serum tikus. Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol CMC-Na 1%, kelompok perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin serum tikus, namun kerusakan hati akibat hepatotoksin karbon tetraklorida belum dapat terproteksi seperti keadaan normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V), kadar albumin pada kelompok perlakuan FHEMM dosis III (dosis 137,14 mg/kgBB) sebesar 3,58 ± 0,03 mg/dL. Hasil uji Mann-Whitney kadar albumin serum darah tikus pada kelompok perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB dan kelompok kontrol CMC-Na 1%. Adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
mL/kgBB menunjukkan bahwa FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin serum tikus. Adanya perbedaan yang bermakna terhadap kelompok kontrol CMC-Na 1% menunjukkan bahwa FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB mampu meningkatkan kadar albumin serum tikus, namun belum dapat mengembalikan kerusakan hati akibat hepatotoksin karbon tetraklorida seperti pada keadaan normal. Berdasarkan uji Mann-Whitney kadar albumin serum kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna, begitu pula kadar albumin kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna. Pemberian FHEMM kelompok perlakuan dosis 68,57 mg/kgBB memiliki perbedaan tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis 137,14 mg/kgBB pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan dosis dengan respon terlihat antar dosis FHEMM, dari pemberian FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB karena semakin besar dosis praperlakuan FHEMM yang diberikan, maka efek hepatoprotektif berupa peningkatan kadar albumin serum tikus yang ditimbulkan tidak semakin besar pula. Proses hepatoprotektif dari FHEMM ini dapat ditinjau dari proses kerusakan hati (perlemakan hati) yang disebabkan karena adanya induksi karbon tetraklorida kemudian dimetabolisme menjadi senyawa radikal bebas CCl3* dapat merusak badan golgi yang berfungsi untuk mengatur ekskresi dari VLDL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Rusaknya badan golgi menyebabkan penumpukan VLDL dan menyebabkan perlemakan hati. Reaksi CCl3* dengan oksigen akan menghasilkan senyawa radikal triklorometil peroksi (CCl3OO*) yang dapat menyebabkan kerusakan hati semakin parah (Hodgson, 2009). Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan kerusakan
mitokondria.
Terjadinya
penghambatan
sintesis
protein
juga
diakibatkan adanya gangguan keluarnya lipid dari hati yang disebabkan karena hambatan sintesis lipoprotein yang membawa trigliserida meninggalkan hati sehingga menimbulkan steatosis (perlemakan hati). Pada keadaan steatosis ini, struktur retikulum endoplasma mengalami distorsi, sintesa protein menjadi lambat, selanjutnya akan terjadi penyimpangan dengan cepat terhadap aktivitas enzim yang berada di retikulum endoplasma. Kandungan daun M.tanarius adalah glikosida yang dapat tersari oleh pelrut yang bersifat polar. Oleh karena itu, penelitian ini di ekstraksi menggunakan pelarut metanol-air (50:50) sehingga kemungkinan besar zat akan tertarik dalam kombinasi pelarut tersebut. Berdasarkan Matsunami, et al., (2006), senyawa glikosida memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan. Proses selanjutnya adalah fraksinasi menggunakan heksan:etanol (50:50), karena campuran senyawa tanin daun M.tanarius yang memiliki lipofilisitas mendekati heksan-etanol yaitu macatanin B (2,94), macatanin A (2,76), dan chebulogic acid (2,64). Sehingga pada penelitian ini heksan-etanol digunakan sebagai pelarut fraksi M. tanarius untuk mendapatkan antioksidan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Kemungkinan mekanisme kerja kandungan antioksidan dalam daun M.tanarius memberikan efek hepatoprotektif adalah menangkap radikal bebas triklorometil (*CCl4) yang merupakan metabolit reaktif. Akibatnya serangkaian peristiwa
yang akan menyebabkan steatosis pada hati akan terhenti. Selain
sebagai antioksidan, kemungkinan senyawa tersebut mampu meningkatkan sintesis enzim GSH dalam hati yang berfungsi sebagai enzim penetralisir setiap metabolit reaktif, sehingga dapat dieliminasi dengan mudah oleh tubuh. Dengan demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa FHEMM dapat meningkatkan kadar albumin serum tikus betina galur Wistar perlakuan jangka panjang enam hari berturut-turut pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dan tidak ada kekerabatan dosis antar ketiga dosis yang digunakan. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mengetahui pengaruh pemberian FHEMM terhadap kenaikan kadar albumin serum. Untuk mengembangkan penelitian ini diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek hepatoprotektif FHEMM pada tikus terinduksi hepatotoksin lain, seperti parasetamol. Parasetamol mampu menimbulkan kerusakan hati hingga nekrosis. Penelitian mengenai efek hepatoprotektif pada dosis di bawah 34,28 mg/kgBB juga perlu dilakukan untuk mempertegas hasil karena apabila dilakukan dalam bentuk fraksi, dosis yang dibutuhkan seharusnya lebih kecil dengan melihat dosis 34,28 mg/kgBB sudah mampu menimbulkan efek hepatoprotektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
E. Rangkuman Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian FHEMM jangka panjang terhadap kadar albumim pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Dosis FHEMM yang digunakan adalah 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB. Indikator kerusakan hati yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar albumin serum yang diambil pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secara i.p. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB secara peroral tanpa pemberian karbon tetraklorida tidak menurunkan kadar albumin serum. Dari hal ini dapat dinyatakan bahwa penurunan kadar albumin serum yang terukur merupakan hasil kemampuan karbon tetraklorida dalam merusak sel-sel hati dan menyebabkan perlemakan hati (stetosis). Kadar albumin pada kelompok kontrol FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol CMC-Na 1%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian FHEMM menurunkan kadar albumin tikus. Berdasarkan hasil kadar albumin kelompok kontrol hepatotoksin 2 mL/kgBB mengalami penurunan kadar albumin dibandingkan dengan kontrol FHEMM maupun kelompok perlakuan dosis I, II, dan III. Hal ini berarti bahwa pemberian karbon tetraklorida mampu merusak sel-sel hati. Berdasarkan analisis hasil secara statistik menunjukkan bahwa kadar albumin serum pada perlakuan FHEMM dosis 34,28; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kontrol hepatotoksin. Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian FHEMM jangka panjang terhadap kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida mampu memberikan efek peningkatan kadar albumin serum. Tidak ada kekerabatan dosis dengan respon yang muncul antar ketiga dosis yang digunakan, yaitu semakin besar dosis yang digunakan maka peningkatan kadar albumin yang dihasilkan tidak semakin besar pula. Hal ini terlihat dari peningkatan kadar albumin serum dosis 34,28 mg/kgBB dan dosis 68,57 mg/kgBB. Tetapi pada dosis tinggi (137,14 mg/kgBB) mengalami penurunan kadar albumin (3,58 ± 0,03 mg/dL). Bila dilihat menggunakan uji statistik Mann-Whitney, kadar albumin serum kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB dengan kelompok perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna, dan kelompok perlakuan FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB memiliki perbedaan yang bermakna. Namun pada kelompok perlakuan FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok perlakuan FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB memiliki perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini terbukti, semakin besar dosis yang digunakan, tidak membuktikan adanya peningkatan kadar albumin serum yang besar pula. Hasil ini menjawab permasalahan pertama dalam penelitian ini yaitu pemberian FHEMM mempunyai pengaruh pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dengan cara meningkatkan kadar albumin serum. Kemungkinan mekanisme kerja kandungan antioksidan dalam daun M.tanarius memberikan efek hepatoprotektif adalah menangkap radikal bebas triklorometil (*CCl4) yang merupakan metabolit reaktif. Akibatnya serangkaian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
peristiwa
64
yang akan menyebabkan steatosis pada hati akan terhenti. Selain
sebagai antioksidan, kemungkinan senyawa tersebut mampu meningkatkan sintesis enzim GSH dalam hati yang berfungsi sebagai enzim penetralisir setiap metabolit reaktif, sehingga dapat dieliminasi dengan mudah oleh tubuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1.
Pemberian FHEMM memberikan pengaruh terhadap kenaikan kadar albumin serum pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB.
2.
Tidak ada kekerabatan dosis pemberian FHEMM dengan kenaikan kadar albumin serum pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB. B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :
1.
Pengaruh pemberian FHEMM terhadap peningkatan kadar albumin serum pada tikus terinduksi hepatotoksin lain, seperti parasetamol.
2.
Penelitian mengenai efek hepatoprotektif pada dosis dibawah 34,28 mg/kgBB juga perlu dilakukan untuk mempertegas hasil penelitian.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
DAFTAR PUSTAKA Adijuwana, and Nur, M.A., 1989, Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi, Pusat Antar Universitas IPB, Bogor. Adrianto, E. E., 2011, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol:Air Daun Macaranga tanarius (L.) Pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ahmed, B., Alam, T., Varshney, M., Khan, S.A., 2002, Hepatoprotective activity of two plants belonging to the Apiaceae and the Euphorbiaceae family, Journal of Ethnopharmacology, 79 (3); 313-319. Amacher, D.E., 1998, Serum Transaminase Elevation as Indicators of Hepatic Injury Following the Administration of Drugs, Regulatory Toxicology and Pharmacology, 27, 119. Amarapurkar, D.N, Hashimoto, E, Lesmana, L.A, Sollano, J.D, Chen, P.J, and Goh, K.L., 2007, How common is non-alcoholic fatty liver disease in the Asia– Pacific region and are there local differences?, J of Gastroenterol Hepatol, 22:788–793. Atara, A., and Lanza, R.P., 2002, Methods of Tissue Engineering, Elseiver, USA, pp. 525. Brunt, E. M., 2001, Nonalcoholic Steatohepatitis: Definition and Pathology, Semin Liver Dis, (21),3-16. Cahyaningrum, A., 2011, Efek Hepatoprotektif Fraksi Heksan Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) Pada Tikus Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Universitas Muhamadiyah, Surakarta. Chandrasoma, P., dan Taylor, C.R., 1995, Concise Pathology, 2nd edition, FRC Path Prentice Hall International Inc., USA, pp. 621-633. Chulabhorn, M., Prawat, H., Prachyawarakorn, V., & Ruchirawat, S., 2002, Investigation of some bioactive Thai medicinal plants, Phytochemistry Reviews, 1, 287–297. Clark JM, and Brancati F.L., 2002, Nonalcoholic Fatty Liver Disease, Journal of Gastroenterology, 122,1649–1657. Crawford, J. M., and Liu, C., 2010, Pathologic Basis of Disease, 8th Edition, Saunder Elsevier, Philadelphia, pp. 9, 835-836. Crawford, J.M., 2005, Liver and Biliary Tract, diterjemahkan oleh Abbas, V.K., Abas, A.K., and Fausto, N., Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed, Elsevier , Philadelphia, Saunders, p.878-881.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., 2008, Pharmacoterapy : A Pathophysiologic Approach, 7th Edition., Mc Graw Hill, New York, pp. 651-656. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 538. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 46. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakoe Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 7, 410. Dowman JK, Tomlinson JW, Newsome PN, 2011, Systematic Review: The Diagnosis and Staging of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease and NonAlcoholic Steatohepatitis, Aliment Pharmacol Ther, 33, 525-540. Encyclopedia Britannica, Inc., 2003, Liver Anatomy, http://www.britannica.com/eb/art-68633/Anterior-and-posterior-views-ofthe-liver?articleTypeId=1., diakses tanggal 01 Agustus 2015. Falcao, H., and Japiassu, A. M., 2011, Albumin in Critically ill Patients: controversies and recommendations, Rio de Janeiro (RJ), Brazil, Rev Bras Ter Intensiva, 23(1),87-95. Fan, J.G, Farrell, G.C., 2009, Epidemiology of Disease in China, J of Hepatol, 50, 204-210.
Non-Alcoholic Fatty Liver
Fancher, T.L., Kamboj, A., and Onate, J., 2007, Interpreting Liver Function Tests, Current Psychiatry, 6 (5), 61-68. Friedman, E., and Keeffe, E.B., 2012, Handbook of Liver Disease, 6th Edition, Elsevier Inc., United State, p. 170. Fukumoto, S. & Goto, T., 2007, Manufacture of Macaranga tanarius Extract Useful in Health Food/Beverage Products for Preventing and Treating Cancer, Involves Extracting Plant With Organic Solvent or Water, Patent No. JP2007039365-A. Gartner, L. P, and Hiatt, J. L., 2001, Color Textbook of Histology, 2nd edition, W. B. Saunders Company, Philadelphia, pp. 420-432. Gerard J.T., Bryan, D., 2006, Principles of Anatomy and Physiology, 12th Edition, John Wiley & Sons, New York, p. 945. Grosvenor, P. W., Gothard, P. K., McWilliam, N. C., Supriono, A., & Gray, D. O., 1995, Medicinal plants from Riau Province, Sumatra, Indonesia. Journal of Ethnopharmacology, 45, 75–95.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Gunawan-Puteri, M. D.P.T., and Kawabata, J., 2010, Novel ɑ-glucosidase inhibitors from Macaranga tanarius leaves, J. Food and Chemistry,123, 384–389. Guyton, A.C and Hall, J.E., 2006, Textbox of Medical Physiology, 11th edition, USA, Elsevier Saunders, Philadelphia, PA., pp. 95-96. Guyton, A.C and Hall, J.E., 2008, Textbox of Medical Physiology, 11th edition, USA, Elsevier Saunders, Philadelphia, PA., pp. 423-435. Handayani, M.T., 2011, Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus yang Terbebani Glukosa, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Heim, E., 2015, Flora and Vegetation of Bali Indonesia, Norderstedt, Herstellung und Verlag, pp. 120-122. Heinrich, M., Barnes, J., 2009, Farmokognosi dan Fitoterapi, Penerbit EGC, Jakarta, p. 118. Hodgson, E., 2009, A Text Book of Modern Toxicology Method, John Willey & Sons, Canada, pp. 277-289. Janakat, S., and Al-Merie, H., 2002, Optimization of The Dose and Route of Injection, And Characterization of The Time Course of Carbon Tetrachloride-Induced Hepatotoxicity in The Rat, J. Pharm. Tox. Methods, 48, 41-44. Junqueira, L.C., 2007, Persiapan Jaringan Untuk Pemeriksaan Mikroskopik, Histology Dasar: Teks dan Atlas, Edisi 10, EGC, Jakarta, hal. 3 – 5. Kahle, W., Leonhardt, H., Platzer, W., 1995, Atlas Berwarna dan Teks Anatomi Manusia, Jilid 2: Alat-alat Dalam, Edisi 6, Penerbit Hipokrates, Jakarta, hal. 243-247. Kakizaki, S., Sohara, N., Yamazaki, Y., Horiguchi, H., Kanda, D., Kenji, K., 2008, Elevated Plasma Recistin Concentration in Patients With Liver Cirrhosis, Journal of Gastroenterology and Hepatology, 23,73-77. Khoddami, A., Wilkes, M. A., and Roberts, T. H., 2013, Technique for Analysis of Plant Phenolic Compound, Molecules, 18, 2328-2375. Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., and Fukumoto, S., 2014, Analysis of Antioxidant Prenylflavonoids in Different Parts of Macaranga tanarius, The Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 16-20. Kuntz, E., and Kuntz, H.D., 2008, Hepatology, Principles and Practice, 3rd Edition, Chapter 35, Springer Publisher, pp. 738-772.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
Lee, J.S., 2012, Albumin for End-Stage Liver Disease, Korean J Intern Medicine, pp. 13-19. Lestari, S. B, dan Pari, G., 1990, Analisis kimia beberapa jenis kayu Indonesia, Jurnal Penelitian Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan VII, 3, 96-100. Lim, T.Y., Lim, Y.Y., and Yule, C. M., 2009, Evaluation of Antioxidant, Antibacterial And Anti-tyrosinase Activities of Four Macaranga Species, Food Chemistry, pp. 114, 594-599. Manco, M.B., Devito, R., Marcellini, M., Mingrone, G., and Nobili, V., 2008, Nonalcaholic Fatty Liver Disease in Children, Journal of American College of Nutrition, (6), pp. 667-676. Marchesini G, Bugianesi E., 2003, Nonalcoholic Fatty Liver, Steatohepatitis,And The Metabolic Syndrome, Journal of Hepatology, 37, 917–23. Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H., Takeda, Y., 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MULL.-ARG., Chem. Pharm. Bull., 54(10), pp. 1403-1407. Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K., dkk, 2009, Absolute Configuration of (+)-Pinoresinol 4-O[600-Ogalloyl]-β-D-Glucopyranoside, Macarangioside E, and F isolated From The Leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry,70, 1277-1285. McPhee,S.J., and Ganong, W.F., 2006, Pathophysiology of Disease:an Introduction to Clinical Medicine, 5th Ed, Lange Medical Book, New York, p.391-401. Misih, S.R.Z.A.M and Bloomston, M., 2010, Liver Anatomy, http://surgery.uc.edu/content/Education/PDF-hold/LiverAnatomy.pdf, diakses tanggal 01 Agustus 2015. Panjaitan, R. G. P., Handharyani, E., Chairul, Masriani, Zakiah, Z., dan Manalu, W., 2007, Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Tikus, Makara, Kesehatan, 11 (1), 11-16. Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, R., Sutthivaiyakit, S., 2005, Constituents of The Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod,68, 927-930. Price, S. A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta, hal. 472-476. Proseanet, 2012, Prosea-Macaranga tanarius, http://www.proseanet.org/ prohati4/browser.php? docsid = 162, diakses pada tanggal 30 Maret 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Rahmamurti, B.A., 2013, Efek Hepatoprotectif Ekstrak Etanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida:Kajian Terhadap Praperlakuan Jangka Panjang, Skripsi, 33, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Rao, R., Kumar, V., 2013, A Study to Evaluate Prophylactic Hepatoprotective Effect of Phyllantus Niruri Againts The Paracetamol Induced Liver Toxicity in Albino Rats, Int. Journal of Basic And Applied Medical Sciences, 5(1), 47. Sasdesi, L.E.S., Purnomo, H.D., 2010, Data Kunjungan Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen Instalasi Radiologi, RSUP Dr Kariadi Semarang. Seifter, J., Ratner, A., Sloane, D., 2005, Concept in Medical Physiology, Lippincott Williams & Wilkins, United Stated of America, p. 473. Shanmugasundaram, P., and Venkataraman, S. J., 2006, Hepatoprotective And Antioxidant Effect of Hygrophila auriculata (K. Schum) Heine Acanthaceae Root Extract, Journal of Ethnopharmacology, 104, 124-128. Sherwood, L., 2004, Human Physiology:From Cells to Systems, 5th Edition, Brooks/Cole, Belmont, pp. 618-620. Singh, A., Bhat, T. K., Sharma, O.P., 2011, Clinical Biochemistry of Hepatotoxicity, J. Clinic Toxicol, 4 (01), 1-19. Sivakrishnan, S. and Kottaimuthu, A., 2014, Hepatoprotective Activity of Ethanolic Extract of Aerial Parts of Albizia Procera Roxb (Benth.) Againts Paracetamol Induced Liver Toxicity on Wistar Rats, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, 6 (1). Snell, R.S., 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi ke–6, EGC, Jakarta, hal. 240-245. Sofia, N.A., Nurdjanah, S., Ratnasari, N., 2009, Kadar Leptin Pada Populasi non Diabetes Dengan Dan Tanpa Non-Alcoholic Fatty Hati, Berkala Kesehatan Klinik, 15 (1), 49-55. Starr, F., Starr, K., and Loope, 2003, Macaranga tanarius, United States Geological Survey, Haleakala Field Station, Mau’I, pp. 1-2. Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, UGM Press, Yogyakarta, pp. 53. Sumantri, S., 2013, Penggunaan Trasient Elastography untuk Staging dan Grading pada Pasien NAFLD, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, 40(2), 97-101. Sutedjo, A. Y., 2006, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Amara Books, Yogyakarta, p. 97.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Thapa, B.R., and Walia, A., 2007, Liver Function Tests and their Interpretation, Indian J Pediatric, 74 (7), pp. 663-671. The Assosiation of Physicians of India, 2012, Textbook of Medicine, 9th Edition, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd., New Delhi, pp. 842-846. Tiala, M. R. B. K., 2013, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak MetanolAir Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Timbrell, J. A., 2009, Principles of Biochemical Toxicology, Informa Healthcare, USA, New York, pp. 193-311. Todingbua, G., 2014, Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) Pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tolman, K.G., and Dalpiaz, A.S., 2007, Treatment of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease, Ther Clin Risk Manag., 3(6), 1153-1163. Trisnarizki, L., 2007, Pengaruh Ekstrak Biji Jinten Hitam Terhadap Kadar Albumin Darah Tikus Wistar yang Diberi Metotreksat, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Tso, P., and McGill, J., 2003, Chapter 28 The Physiology of The Liver, http://faculty.ksu.edu.sa/15218/Medical%20Books/Medical%20Physiology %202nd%202003%20Rhoades/Medical%20Physiology%202nd%202003% 20Rhoades/smch28.pdf, diakses tanggal 28 Maret 2015. Wibowo, D. S., 2008, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo, Jakarta, pp. 93. Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Edisi I, Kanisius, Yogyakarta, pp. 77. Windrawati, T. G., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Metanol:Air (50:50) Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Kadar ALT-AST Serum pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. World Agroforestry Centre, 2002, Botanic Nomenclature to Agroforestry trees:Macaranga tanarius. World Agroforestry Centre. Available: http://www.worldagroforestry.org/sea/products/afdbases/af/asp/SpeciesInfo. asp?SpID=1092#Uses, diakses tanggal 2 April 2015. World Agroforestry Centre, 2011, A Tree Species reference and selection guide, http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Products/AFDbases/af/asp/Spe ciesInfo.asp?SpID=1092 , diakses tanggal 2 April 2015. World Agroforestry Centre, 2015, Agroforestree Database: a Tree Reference And Selection Guide, Version 4.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Zimmerman, H. J., 1978, Hepatotoxicity , Appleton Century Crofts, New York, pp. 169-171.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Foto daun M. tanarius L.
Lampiran 2. Foto serbuk daun M. tanarius L.
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Foto fraksi kental heksan etanol daun M. tanarius
Lampiran 4. Foto larutan FHEMM
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Hasil uji determinasi M. tanarius L.
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Surat Ethical Clearance
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Surat IBM SPSS Statistics 22 Lisensi UGM
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 8. Analisis statistik data aktivitas ALT uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah diinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Case Processing Summary Kelompok_orientasi_C
Cases
Cl4
Valid N
ALT dimension1
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
jam 0
3
100,0%
0
,0%
3
100,0%
jam 24
3
100,0%
0
,0%
3
100,0%
jam 48
3
100,0%
0
,0%
3
100,0%
Descriptives Kelompok_orientasi_CCl4 ALT
jam 0
Statistic
Mean
66,8333
95% Confidence Interval for
Lower Bound
63,1965
Mean
Upper Bound
70,4701
5% Trimmed Mean
66,6000
Variance
2,143
Std. Deviation
1,46401
Minimum
65,50
Maximum
68,40
Range
2,90
Interquartile Range
.
Skewness
,699
Kurtosis
.
Mean
184,0000 Lower Bound
113,0514
Mean
Upper Bound
254,9486
Median Variance Std. Deviation Minimum
1,225 .
95% Confidence Interval for
5% Trimmed Mean
,84525
.
Median
jam 24
Std. Error
. 181,1000 815,710 28,56064 157,00
16,48949
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Maximum
213,90
Range
56,90
Interquartile Range
.
Skewness
,452
Kurtosis jam 48
80
.
1,225 .
Mean
62,3333
95% Confidence Interval for
Lower Bound
-4,7243
Mean
Upper Bound
129,3909
5% Trimmed Mean
15,58518
.
Median
49,0000
Variance
728,693
Std. Deviation
26,99432
Minimum
44,60
Maximum
93,40
Range
48,80
Interquartile Range
.
Skewness
1,680
Kurtosis
.
1,225 .
Tests of Normality a
Kelompok_orientasi_C Cl4
Kolmogorov-Smirnov Statistic
ALT
Df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
jam 0
,230
3 .
,981
3
,736
jam 24
,207
3 .
,992
3
,832
jam 48
,356
3 .
,817
3
,156
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway Descriptives
95% Confidence Interval for Mean Std. N
Mean
Deviation
Std. Error
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum
Maximum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
jam 0
3
66,8333
1,46401
,84525
63,1965
70,4701
65,50
68,40
jam 24
3
184,0000
28,56064
16,48949
113,0514
254,9486
157,00
213,90
jam 48
3
62,3333
26,99432
15,58518
-4,7243
129,3909
44,60
93,40
Total
9
104,3889
62,89291
20,96430
56,0451
152,7327
44,60
213,90
Test of Homogeneity of Variances ALT Levene Statistic
df1
df2
3,654
2
Sig. 6
,092
ANOVA ALT Sum of Squares Between Groups
Mean Square
28551,056
2
14275,528
3093,093
6
515,516
31644,149
8
Within Groups Total
df
F
Sig.
27,692
,001
Post Hoc Tests Multiple Comparisons ALT Scheffe (I) Kelompok_
(J)
95% Confidence
orientas
Kelompok
Mean
i_CCl4
_orientasi
Difference
_CCl4 jam 0
jam 24
Interval
(I-J) -117,16667
Std. Error *
18,53853
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
,002 -176,6245
57,7088
jam 48 jam 24
jam 0
4,50000
18,53853
,971
-54,9578
63,9578
*
18,53853
,002
57,7088
176,624
117,16667
5 jam 48
121,66667
*
18,53853
,002
62,2088
181,124 5
jam 48
jam 0
-4,50000
18,53853
,971
-63,9578
54,9578
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
jam 24
-121,66667
*
18,53853
,002 -181,1245
82
62,2088
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets ALT Scheffe
a
Kelompok_orientasi_CCl4
Subset for alpha = 0.05 N
1
2
jam 48
3
62,3333
jam 0
3
66,8333
jam 24
3
dimension1
Sig.
184,0000 ,971
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
1,000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Lampiran 9. Analisis statistik data aktivitas AST uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah diinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB Case Processing Summary Kelompok_orientasi_C
Cases
Cl4
Valid N
AST
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Jam 0
3
100,0%
0
,0%
3
100,0%
Jam 24
3
100,0%
0
,0%
3
100,0%
Jam 48
3
100,0%
0
,0%
3
100,0%
Descriptives Kelompok_orientasi_CCl4 AST
Jam 0
Statistic
Mean
154,2000
95% Confidence Interval for
Lower Bound
145,2433
Mean
Upper Bound
163,1567
5% Trimmed Mean
153,2000
Variance
13,000
Std. Deviation
3,60555
Minimum
151,20
Maximum
158,20
Range
7,00
Interquartile Range
.
Skewness
1,152
Kurtosis
.
Mean
669,5667 Lower Bound
633,5541
Mean
Upper Bound
705,5792
Median Variance Std. Deviation Minimum
1,225 .
95% Confidence Interval for
5% Trimmed Mean
2,08167
.
Median
Jam 24
Std. Error
. 661,6000 210,163 14,49701 660,80
8,36985
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Maximum
686,30
Range
25,50
Interquartile Range
.
Skewness
1,726
Kurtosis Jam 48
84
.
1,225 .
Mean
197,7333
95% Confidence Interval for
Lower Bound
156,6358
Mean
Upper Bound
238,8309
5% Trimmed Mean
9,55167
.
Median
193,1000
Variance
273,703
Std. Deviation
16,54398
Minimum
184,00
Maximum
216,10
Range
32,10
Interquartile Range
.
Skewness
1,161
Kurtosis
.
1,225 .
Tests of Normality Kelompok_orientasi _CCl4 AST
a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Jam 0
,276
3 .
,942
3
,537
Jam 24
,375
3 .
,774
3
,053
Jam 48
,277
3 .
,941
3
,532
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives AST 95% Confidence Interval for Mean Std. N
Mean
Deviation
Std. Error
Lower
Upper
Bound
Bound
Minimum
Maximum
Jam 0
3
154,2000
3,60555
2,08167
145,2433
163,1567
151,20
158,20
Jam 24
3
669,5667
14,49701
8,36985
633,5541
705,5792
660,80
686,30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Jam 48
3
197,7333
16,54398
9,55167
156,6358
238,8309
184,00
216,10
Total
9
340,5000 247,76965
82,58988
150,0474
530,9526
151,20
686,30
Test of Homogeneity of Variances AST Levene Statistic
df1
df2
3,315
2
Sig. 6
,107
ANOVA AST Sum of Squares Between Groups
Mean Square
F
490124,647
2
245062,323
993,733
6
165,622
491118,380
8
Within Groups Total
df
1479,646
Sig. ,000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons AST Scheffe (I)
(J) Kelompok_
Kelompok_
orientasi_ CCl4
orientasi_
95% Confidence Interval Mean Difference
CCl4
(I-J)
Jam 0
Jam 24
Jam 48
Std. Error
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
Jam 24
-515,36667
*
Jam 48
-43,53333
*
10,50785
,017
-77,2347
-9,8320
Jam 0
515,36667
*
10,50785
,000
481,6653
549,0680
Jam 48
471,83333
*
10,50785
,000
438,1320
505,5347
43,53333
*
10,50785
,017
9,8320
77,2347
-471,83333
*
10,50785
,000
-505,5347
-438,1320
Jam 0 Jam 24
10,50785
,000
-549,0680
-481,6653
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets Scheffe
a
Kelompok_orientasi_CCl4
N
Subset for alpha = 0.05
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1 Jam 0
3
Jam 48
3
Jam 24
3
2
3
154,2000 197,7333
dimension1
669,5667
Sig.
1,000
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 10. Analisis statistik data kadar albumin kelompok perlakuan
Case Processing Summary Perlakuan
Cases Valid N
Albumin
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
Kontrol CMC
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Kontrol CCl4
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Kontrol dosis
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Case Processing Summary Perlakuan
Cases Valid N
Albumin
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Kontrol CMC
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Kontrol CCl4
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Kontrol dosis
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
Descriptives perlakuan Albumin
Kontrol CMC
Statistic Mean
4,4740
95% Confidence
Lower Bound
4,3560
Interval for Mean
Upper Bound
4,5920
5% Trimmed Mean
4,4756
Median
4,4800
Variance
,04250
,009
Std. Deviation
,09503
Minimum
4,35
Maximum
4,57
Range
,22
Interquartile Range
,18
Skewness
Kontrol CCl4
Std. Error
-,315
,913
Kurtosis
-1,978
2,000
Mean
2,8480
,05286
95% Confidence
Lower Bound
2,7012
Interval for Mean
Upper Bound
2,9948
5% Trimmed Mean
2,8444
Median
2,7900
Variance Std. Deviation
,014 ,11819
Minimum
2,74
Maximum
3,02
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Range
,28
Interquartile Range
,21
Skewness
Kontrol dosis
88
,891
,913
Kurtosis
-1,041
2,000
Mean
3,6580
,10860
95% Confidence
Lower Bound
3,3565
Interval for Mean
Upper Bound
3,9595
5% Trimmed Mean
3,6472
Median
3,6200
Variance
,059
Std. Deviation
,24284
Minimum
3,44
Maximum
4,07
Range
,63
Interquartile Range
,37
Skewness
1,670
,913
Kurtosis
3,266
2,000
3,3460
,06638
Dosis 1 (34,28
Mean
mg/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
3,1617
Interval for Mean
Upper Bound
3,5303
5% Trimmed Mean
3,3422
Median
3,3000
Variance
,022
Std. Deviation
,14843
Minimum
3,19
Maximum
3,57
Range
,38
Interquartile Range
,27
Skewness
,888
,913
Kurtosis
,205
2,000
3,7960
,08189
Dosis 2 (68,57
Mean
mg/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
3,5686
Interval for Mean
Upper Bound
4,0234
5% Trimmed Mean
3,7950
Median
3,8200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Variance
89
,034
Std. Deviation
,18311
Minimum
3,58
Maximum
4,03
Range
,45
Interquartile Range
,35
Skewness
,052
,913
Kurtosis
-1,611
2,000
Dosis 3 (137,14
Mean
3,5840
,03108
mg/kgBB)
95% Confidence
Lower Bound
3,4977
Interval for Mean
Upper Bound
3,6703
5% Trimmed Mean
3,5828
Median
3,5400
Variance
,005
Std. Deviation
,06950
Minimum
3,53
Maximum
3,66
Range
,13
Interquartile Range
,13
Skewness Kurtosis
,593
,913
-3,313
2,000
Tests of Normality Perlakuan
a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
Albumin
Kontrol CMC
,217
df
Shapiro-Wilk
Sig. 5
Statistic
Df
Sig.
,200
*
,921
5
,539
*
,884
5
,330
Kontrol CCl4
,288
5
,200
Kontrol dosis
,346
5
,050
,831
5
,143
,222
5
,200
*
,946
5
,711
,187
5
,200
*
,963
5
,830
,337
5
,066
,718
5
,015
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB) Dosis 2 (68,57 mg/kgBB) Dosis 3 (137,14 mg/kgBB) a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test of Homogeneity of Variances Albumin Levene Statistic
df1
1,146
df2 5
Sig. 24
,364
ANOVA
Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F
7,170
5
1,434
,569
24
,024
7,740
29
60,441
Kruskal-Wallis Test Ranks perlakuan Albumin
N
Kontrol CMC
5
28,00
Kontrol CCl4
5
3,00
Kontrol dosis
5
16,40
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
5
9,00
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
20,80
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
15,80
Total
30
Test Statistics
a,b
Albumin Chi-square
24,785
df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan
Mean Rank
5 ,000
Sig. ,000
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Albumin
30
3,6177
,51661
2,74
4,57
perlakuan
30
3,5000
1,73702
1,00
6,00
Mann-Whitney Test Ranks perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CMC
5
8,00
40,00
Kontrol CCl4
5
3,00
15,00
Total
10
b
Test Statistics
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Ranks perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CMC
5
8,00
40,00
Kontrol dosis
5
3,00
15,00
Total
10
b
Test Statistics
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties.
,009 ,008
a
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b
Test Statistics
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Ranks Perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CMC
5
8,00
40,00
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
5
3,00
15,00
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CMC
5
8,00
40,00
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
3,00
15,00
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CMC
5
8,00
40,00
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
3,00
15,00
Total
10
b
Test Statistics
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,627
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan Ranks perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CCl4
5
3,00
15,00
Kontrol dosis
5
8,00
40,00
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
,009 ,008
a
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CCl4
5
3,00
15,00
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
5
8,00
40,00
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CCl4
5
3,00
15,00
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
8,00
40,00
Mean Rank
Sum of Ranks
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,009 ,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Kontrol CCl4
5
3,00
15,00
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
8,00
40,00
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol CCl4
5
3,00
15,00
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
8,00
40,00
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,627
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Kontrol dosis
5
7,60
38,00
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
5
3,40
17,00
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
2,000
Wilcoxon W
17,000
Z
-2,193
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,028 ,032
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan
N
Mean Rank
Sum of Ranks
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Albumin
Kontrol dosis
5
4,40
22,00
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
6,60
33,00
Mean Rank
Sum of Ranks
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
7,000
Wilcoxon W
22,000
Z
-1,149
Asymp. Sig. (2-tailed)
,251
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,310
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Kontrol dosis
5
5,40
27,00
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
5,60
28,00
Total
Test Statistics
10
b
Albumin Mann-Whitney U
12,000
Wilcoxon W
27,000
Z
-,106
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,916 1,000
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
N
Mean Rank 5
3,00
Sum of Ranks 15,00
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
Total
8,00
40,00
Mean Rank
Sum of Ranks
10
Test Statistics
b
Albumin Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,008
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Dosis 1 (34,28 mg/kgBB)
5
3,60
18,00
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
7,40
37,00
Total
10
b
Test Statistics
Albumin Mann-Whitney U
3,000
Wilcoxon W
18,000
Z
-1,997
Asymp. Sig. (2-tailed)
,046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,056
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Ranks Perlakuan Albumin
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Dosis 2 (68,57 mg/kgBB)
5
7,20
36,00
Dosis 3 (137,14 mg/kgBB)
5
3,80
19,00
Total
10
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statistics
b
Albumin Mann-Whitney U
4,000
Wilcoxon W
19,000
Z
-1,786
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,074 ,095
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan
Lampiran 11. Perhitungan penetapan peringkat dosis FHEMM pada kelompok perlakuan
Bobot maksimal tikus = 350 g
Konsentrasi FHEMM yang digunakan = 600mg/25mL Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis pemberian FHEMM
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D x BB = C x V Dosis x Berat Badan Tikus = Konsentrasi x Volume Pemberian a. Dosis rendah V = ½ x 1 mL = 0,5 mL
=
= 0,03428 mg/gBB = 34,28 mg/kgBB b. Dosis tengah V = 1 mL
= = 0,06857 mg/gBB = 68,57 mg/kgBB c. Dosis tinggi V = 2 x 1 mL = 2 mL
= = 0,13714 mg/gBB = 137,14 mg/kgBB
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia Konversi perhitungan dosis tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0 Dosis untuk manusia 70 kg = dosis untuk tikus 200 g x nilai konversi Sehingga dapat diketahui dosis FHEMM untuk manusia adalah sebagai berikut : 1. FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB tikus Dosis untuk tikus 200 g = 34,28 mg/kgBB = 6,856 mg Dosis untuk manusia 70 kg = 6,856 mg x 56,0 = 383,94 mg Dosis untuk manusia = 383,94 mg/70 kgBB = 5,49 mg/kgBB 2. FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB tikus Dosis untuk tikus 200 g = 68,57 mg/kgBB = 13,714 mg Dosis untuk manusia 70 kg = 13,714 mg x 56,0 = 767,984 mg Dosis untuk manusia = 767,984 mg/70kgBB = 10,97 mg/kgBB 3. FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB tikus Dosis untuk tikus 200 g = 137,14 mg/kgBB = 27,428 mg Dosis untuk manusia 70 kg = 27,428 mg x 56,0 = 1535,97 mg Dosis untuk manusia = 1535,97 mg/70kgBB = 21,94 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Lampiran 13. Penetepan kadar air serbuk daun M. tanarius L. Penetapan kadar air dilakukan menggunakan alat moisture balance dengan metode Gravimetri. Pemanasan serbuk daun M. tanarius L. dilakukan pada suhu 110ºC dalam waktu 15 menit. Tabel VIII. Hasil penetapan kadar air serbuk daun M. tanarius L. Bobot
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
Sebelum pemanasan
5,014 g
5,027 g
5,022 g
Sesudah pemanasan
4,561 g
4,589 g
4,593 g
Kadar air
0,453 g
0,438 g
0,429 g
Rata-rata kadar air
0,440 g
= 9,03 %
= 8,71% Replikasi III = = 8,54%
= 8,76% Kadar air serbuk yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10%. Kadar air serbuk daun M. tanarius L. sebesar 8,76%, sehingga memenuhi persyaratan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 14. Perhitungan rendemen FHEMM Total serbuk
= 862,6983 gram
Penimbangan ekstrak = 37,2885 + 20,3613 + 15,8970 + 28,6314 + 7,2300 + 10,9442 + 23,4058 + 11,8083 gram = 155,5665 gram
=
= 18,03%
=
= 19,46%
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
BIOGRAFI PENULIS Penulis
skripsi
PEMBERIAN
dengan JANGKA
judul
“PENGARUH
PANJANG
FRAKSI
HEKSAN-ETANOL DARI EKSTRAK METANOLAIR DAUN Macaranga tanarius (L) Müll. Arg. TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS BETINA
GALUR
WISTAR
TERINDUKSI
KARBON TETRAKLORIDA” yang memiliki nama lengkap Cinthya Anggarini, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Deddy Ferdinand Izaac dan Ibu Vinsensia Sudiyati. Penulis dilahirkan di Madiun, pada tanggal 6 April 1994 silam. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu TK Sint Bernardus Madiun (1998-2000), tingkat Sekolah Dasar di SD Sint Bernardus Madiun (20002006), tingkat Sekolah Menengah Pertama
di SMP Sint Bernardus Madiun
(2006-2009), tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Kristen Petra Kediri (20092012). Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kepanitiaan seperti Pharmacy Performance and Event Cup 2012 sebagai anggota divisi dana dan usaha, Seminar Nasional Hari Pendidikan Nasional 2013 sebagai koordinator divisi dana dan usaha, dan Komisi Pemilihan Umum Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2013 sebagai koordinator dana dan usaha. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Farmakologi-Toksikologi (2014) dan Compounding Lab Work (2014).