PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
IMPLIKATUR PERCAKAPAN ORANG TUA DENGAN ANAK PADA PERISTIWA MAKAN MALAM BERSAMA DALAM KELUARGA PENDIDIK DI YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh: Maria Evi Marianti 08 1224 051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
IMPLIKATUR PERCAKAPAN ORANG TUA DENGAN ANAK PADA PERISTIWA MAKAN MALAM BERSAMA DALAM KELUARGA PENDIDIK DI YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh: Maria Evi Marianti 08 1224 051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTO Kurang semangat mengakibatkan lebih banyak kegagalan berbanding kurangnya kebijaksanaan atau kemahiran. (Flower A. Newhause)
Tiada manusia yang berjaya dalam semua yang dilakukannya dan kewujudan kita ini sebenarnya menempuh kegagalan. Yang terpengting ialah kita tidak menjadi lemah semasa kegagalan itu terjadi dan kekalkan usaha hingga akhir hayat (Joseph Conrad)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi pelindung dalam setiap langkah hidupku. 2. Kedua orangtuaku Bapak Ignatius Dius dan Ibu Regina Newa, yang dengan sabar merawat, membimbing dengan segala kasih sayang, serta memberikan doa, dukungan, dan materi. 3. Abangku Adventio Di Neru, adikku Trimina Jusniarti dan Dedi Kino, kakak iparku Astrid neni, dan keponakanku Chelsea Des Rya Posa, Joice Posa dan Alvin Hutapea, yang selalu mendoakan, memberi semangat, serta memberikan canda-tawa yang membuatku melupakan sejenak akan kesulitan. 4. Untuk semua sahabat yang selalu mendukungku selama proses mengerjakan skripsi ini.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Juli 2015 Penulis,
Maria Evi Marianti 08 1224 051
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Maria Evi Marianti
Nomor Induk Mahasiswa
: 08 1224 051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul: IMPLIKATUR PERCAKAPAN ORANG TUA DENGAN ANAK PADA PERISTIWA MAKAN MALAM BERSAMA DALAM KELUARGA PENDIDIK DI YOGYAKARTA Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan memublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 31 Juli 2015 Yang menyatakan,
Maria Evi Marianti
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Marianti, Maria Evi. 2015. Implikatur Percakapan Orang Tua kepada Anak pada Peristiwa Makan Malam Bersama dalam Keluarga Pendidik di Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Hal yang dikaji dalam penelitian ini adalah implikatur percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Penelitian ini menjawab dua masalah, yakni : (1) Jenis implikatur apa sajakah yang terdapat dalam percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik? (2) Apa sajakah fungsi implikatur yang terdapat dalam percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik? Data penelitian ini berupa tuturan lisan percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik. Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dan data penelitian ini adalah dialog percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Data penelitiannya berupa tuturan yang terdapat dalam percakapan antara orang tua dan anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Sesuai dengan dua rumusan masalah di atas, hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, ialah (1) terdapat tiga jenis implikatur dalam percakapan orang tua dan anak pada peristiwa makan malam bersama, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; (2) fungsi implikatur yang terdapat dalam percakapan orang tua dan anak pada peristiwa makan malam bersama, yaitu representatif, misalnya pemberian pernyataan, saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif, misalnya menyuruh, meminta, menasehati; dan ekspresif, misalnya meminta maaf, berterima ksaih, memberi ucapan selamat, memuji, menyatakan mengkritik. Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk menambah teori kebahasaan dan secara khusus menambah pengetahuan mengenai Pragmatik. Penelitian ini juga dapat menjadi pedoman untuk mengerti makna dari tuturan percakapan tuturan orang tua kepada anak.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Marianti, Maria Evi. 2015. The Implications of Parents Utterances to Kids in Educators Family Dinner in Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University. This research discussed about the implicature of Parents Utterances towards Kids in Educators’ Family Dinner in Yogyakarta. This research is to answer on two problems, namely: (1) what the type of implications appeared in parents’ utterances towards kids in educators’ family dinner in Yogyakarta are. (2) Then the second was what the functions of those implications are. The research data was in for of the spoken utterance of parents’ conversation to their kids in educators’ family dinner. Based on the method applied, this is description qualitative research. Data sources of this research is from oral conversation between children and their parents during dinner for educator family in Yogyakarta. The data of this research is direct speech in oral conversation between children and their parents during dinner for educator family in Yogyakarta. Based on those problem formulations, the researcher found some findings. (1) There are three types of implicatures in the conversation of parents and children in the event dinner together general conversation implications, specific conversation implications, and scaled implications. The last was the function of conversation implications; interrogative and imperative sentences; (2) Implicature functions contained in the conversation of parents and children in the event dinner together, that is representative, eg the provision of statement, advice, reporting, grumbling, and so on. Directive, for example, tell, ask, advise; and expressive example apology, thank you, congratulations, praise, express criticsm. This research aimed generally to enhance the linguistic theory and specifically to complement knowledge about Pragmatics. It was also able to be a base to understand the meaning from parents’ utterance towards kids.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang disusun berjudul Implikatur Percakapan Orang Tua Kepada Anak pada Peristiwa Makan Malam Bersama dalam Keluarga Pendidik di Yogyakarta, ini diajukan kepada Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana. Sebagai tulisan ilmiah, penulis tidak dapat menyusun dan menyelesaikan tulisan ini tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Prodi PBSI; 2. Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum., selaku Wakil Ketua Prodi PBSI yang bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi i ni ; 3. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSI yang turut membantu kelancaran skripsi ini. 4. Para dosen Prodi PBSI, yang membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan; 5. Kedua orangtuaku Bapak Ignatius Dius dan Ibu Regina Newa, yang dengan sabar merawat, membimbing dengan segala kasih sayang, serta memberikan doa, dukungan, dan materi. 6. Abangku Adventio Di Neru, adikku Trimina Jusniarti dan Dedi Kino, kakak iparku Astrid neni, dan keponakanku Chelsea Des Rya Posa, Joice Posa dan Alvin Hutapea, yang selalu mendoakan, memberi semangat, serta memberikan canda-tawa yang membuatku melupakan sejenak akan kesulitan. 7. Teman-teman yang telah memberikan semangat, saran dan dukungan dalam proses penulisan skripsi serta dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala bentuk kritik, saran, dan sumbangan ide yang membangun
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kiranya dapat segera disampaikan kepada penulis demi penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat. Yogyakarta, 31 Juli 2015 Penulis
Maria Evi Marianti NIM: 081224051
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi HALAMAN PUBLIKASI ............................................................................ vii ABSTRAK ................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................. ix KATA PENGANTAR .................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4 E. Batasan Istilah...................................................................................... 5 F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 7 A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 7 B. Kajian Teori......................................................................................... 10 1. Pragmatik ..................................................................................... 10 2. Prinsip Kerja Sama ........................................................................ 12 3. Konteks dalam Pragmatik .............................................................. 14 4. Fenomena Pragmatik ..................................................................... 15 5. Implikatur ...................................................................................... 20 a. Implikatur Percakapan ............................................................... 22 b. Implikatur Konvensional ........................................................... 27 6. Fungsi Implikatur .......................................................................... 28
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Keluarga ........................................................................................ 31 8. Pendidik ........................................................................................ 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 33 A. Jenis Penelitian .................................................................................... 33 B. Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................... 34 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34 D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 35 E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36 F. Triangulasi ........................................................................................... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 38 A. Deskripsi Data ..................................................................................... 38 B. Analisis Data ....................................................................................... 38 1. Jenis-jenis Implikatur .................................................................... 39 2. Fungsi Implikatur.......................................................................... 46 C. Pembahasan ......................................................................................... 51 1. Jenis Implikatur ............................................................................ 51 2. Fungsi Implikatur.......................................................................... 55 BAB V PENUTUP ....................................................................................... 57 A. Kesimpulan.......................................................................................... 57 B. Saran ................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59 LAMPIRAN ................................................................................................. 61 A. Klasifikasi Data Jenis Implikatur ......................................................... 61 B. Tabel Data Fungsi Implikatur............................................................... 67 BIODATA .................................................................................................... 71
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1993: 1). Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa mempunyai fungsi yang penting bagi manusia tertutama fungsi komunikatif. Bahasa pula yang memungkinkan seseorang mempelajari segala sesuatu yang dinyatakan oleh orang lain. Bahasa sebagai alat pergaulan untuk berinteraksi dengan sesama manusia, sehingga terbentuk sistem sosial/masyarakat. Perjumpaan antarmanusia dalam komunikasi dapat menimbulkan dampak positif, seperti kerja sama, suasana kondusif, penuh cinta kasih, saling tenggang rasa, dapat pula terjadi gesekan-gesekan yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik psikologis maupun fisik, seperti salah paham, bertengkar, mengumpat, kebencian, keirian, kedengkian, sikap acuh-tak acuh, bahkan adu fisik. Jika perjumpaan melalui bahasa itu terjadi secara santun, gesekangesekan negatif dapat diminimalisir (Pranowo, 2009: 128). Penutur dan pendengar yang terlibat dalam percakapan umumnya bekerja sama. Kerja sama yang dimaksud berupa kesamaan latar belakang pengetahuan. Setiap peserta pertuturan sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya (Wijana, 1996:68). Informasi tentu saja (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekadar kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang disebut implikatur. Untuk menginterpretasikan pesan atau makna tambahan dari tuturan yang berimplikatur tersebut ada beberapa prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun yang harus dipahami. Di dalam pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Grice (dalam Rahardi, 2005: 43) di dalam artikelnya yang berjudul “Logic and
Conversation”
menyatakan
bahwa
sebuah
tuturan
dapat
mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi Bapak datang, jangan menangis! Tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang. Si penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa sang ayah yang bersikap keras dan kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya apabila ia masih menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak. Penutur biasanya berharap maksud komunikatifnya dimengerti oleh pendengar. Penutur dan pendengar biasanya terbantu oleh keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Sebagai anggota masyarakat bahasa penutur tidak hanya terikat pada hal-hal yang bersifat tekstual, yakni bagaimana membuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
tuturan yang mudah dipahami oleh lawan tuturnya, tetapi ia juga terikat pada aspek-aspek yang bersifat interpersonal. Untuk ini penutur harus menyusun tuturannya sedemikian rupa agar lawan tuturnya sebagai individu merasa diperlakukan secara santun (Wijana, 1996:68). Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud meneliti percakapan antara orang tua dan anak dalam keluarga pendidik. Hal yang akan diteliti berupa percakapan singkat antara orang tua dan anak dari tiga keluarga pendidik, yaitu keluarga Ibu Maria Wadani, Rusmiyatun, dan Kingking Wahyuni. Secara khusus, penelitian ini ingin mengkaji implikatur percakapan dan fungsi implikatur percakapan dalam suatu tuturan karena percakapan adalah hal yang paling sering dijumpai dalam konteks kemasyarakatan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. 1. Jenis implikatur apa sajakah yang terdapat dalam percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik? 2. Apa sajakah fungsi implikatur yang terdapat dalam percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan jenis implikatur yang terdapat dalam percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik. 2. Mendeskripsikan fungsi implikatur percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik.
D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang implikatur percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi Penelitian Bidang Bahasa Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk menambah teori kebahasaan dan secara khusus menambah pengetahuan mengenai pragmatik. Penelitian ini juga dapat memberi masukan (sumbangan) untuk studi bahasa terutama menyangkut implikatur tuturan orang tua kepada anak. 2. Bagi Penelitian Lain Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pembaca khususnya para peneliti bidang bahasa tentang implikatur tuturan orang tua kepada anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
E. Batasan Istilah 1. Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996: 1). 3. Konteks dalam Pragmatik Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (1993:38) sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami (Nadar, 2009: 3). 4. Fenomena Pragmatik Kancah yang dijelajahi pragmatik (yang telah disepakati hingga kini) ada empat: (i) deiksis, (ii) praanggapan (presupposition), (iii) tindak ujaran (speech acts), dan (iv) implikatur percakapan (conversatinal implicatute) (Kaswanti Purwo, 1990:17). 5. Implikatur Artikel yang berjudul Logic and Conversation mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut implikatur (implicature)Grice (via Wijana, 1996: 37-38).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
6. Keluarga Orang-orang yang menjadi penghuni rumah, seisi rumah, bapak beserta ibu dan anak-anaknya. Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat (KBBI, 2008:569). 7. Pendidik Pendidik adalah orang yang mendidik (KKBI, 1990:232)
F. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab 1 adalah pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II adalah landasan teori, meliputi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang saat ini sedang dilakukan oleh peneliti dan landasan teori, yaitu teori-teori yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Bab III adalah metodologi penelitian, meliputi jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data. Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bab V adalah
Penutup
meliputi kesimpulan dan saran. Selain bab-bab diatas, peneliti juga menyajikan daftar pustaka yang dipergunakan dalam penelitian ini. Selain itu, terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung dalam penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan teori yang akan digunakan untuk pemecahan masalah. Teori itu meliputi: (1) penelitian terdahulu yang relevan, yaitu tinjauan topik-topik sejenis yang dilakukan penelitian terdahulu (2) teori yang relevan, teori yang digunakan sebagai landasan analisis dalam penelitian. Di bawah ini diuraikan kedua hal tersebut.
A. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Ada tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis, penelitian yang dilakukan oleh V. Yuliani (2009), Hery Susanto Andreas (2010), dan Erniati Thomas Moda (2012). Ketiga penelitian tersebut diuraikan di bawah ini: Penelitian yang dilakukan oleh V. Yuliani (2009) berjudul Implikatur dan Penanda Lingual Kesantunan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Berbahasa Indonesia di Media Luar Ruang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis implikatur yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat
(ILM)
berbahasa
Indonesia
di
media
luar
ruang
da n
mendeskripsikan penanda lingual yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat (ILM) berbahasa Indonesia di media luar ruang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya empat jenis implikatur iklan layanan masyarakat, yaitu tindak tutur langsung literal, tindak tutur
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Ditemukan penanda lingual kesantunan iklan layanan masyarakat ada tujuh jenis, yakni: a) partikel – lah, b) pilihan kata (diksi), c) konjungsi (demi, untuk), d) interjeksi, e) modalitar pengingkaran, f) jenis kalimat, dan g) gaya bahasa. Penelitian yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010) berjudul Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Novel Projo & Brojo Karya Arswendo Atmowiloto. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan jenis implikatur percakapan antartokoh dalam novel Projo & Brojo karya Arswendo Atmowiloto; (2) mendeskripsikan fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam novel Projo & Brojo karya Arswendo Atmowiloto. Hasil penelitian ini adalah pertama, ditemukan tiga jenis implikatur percakapan, yaitu implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB). Ketiga jenis implikatur tersebut mengandung nilai komunikatif deklaratif, interogratif, dan imperatif. Kedua, fungsi implikatur yang terdapat dalam novel Projo & Brojo secara umum untuk menghaluskan proposisi, yaitu sebagai penyampai pesan tak langsung dari pengarang kepada pembaca melalui dialog antartokoh (sarana dialog antara pengarang dengan pembaca). Selain itu, fungsi implikatur juga sebagai pembangun cerita. Penelitian yang dilakukan oleh Erniati Thomas Moda (2012). Berjudul Jenis Implikatur dan Penerapan Prinsip-prinsip Percakapan Tawar-menawar antara Penjual dan Pembeli Pakaian Di Trotoar Malioboro Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan jenis implikatur yang terdapat dalam percakapan tawar-menawar antara penjual dan pembeli pakaian di trotoar Malioboro Yogyakarta; (2) mendeskripsikan penerapan prinsip-prinsip percakapan tawar-menawar antara penjual dan pembeli pakaian di trotoar Malioboro. Hasil penelitian ini adalah pertama, percakapan tawar-menawar antara penjual dan pembeli di trotoar Malioboro Yogyakarta mengandung dua jenis implikatur. Yang muncul di dalam tindak tutur (Parker via Wijana, 1993: 3036), yakni: tindak tutur langsung literal dan tindak tutur langsung tidak literal. Kedua, percakapan tawar-menawar antara penjual dan pembeli di trotoar Malioboro Yogyakarta telah melanggar prinsip-prinsip percakapan, pertama kerja sama (Grice via Wijana, 1996: 46-53) yang terdiri atas maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Sedangkan maksim kualitas sudah ditaati penjual dan pembeli dengan baik. Kedua sopan santun (Leech, 1993: 206-207) yang terdiri atas maksim kearifan, maksim kedermawanan,
maksim
pujian,
maksim
kerendahan
hati,
maksim
kesepakatan, dan maksim simpati. Sejauh pengamatan peneliti, penelitian tentang pragmatik khususnya implikatur belum terlalu banyak, sehingga pragmatik masih menjadi cabang ilmu bahasa yang belum banyak dipahami oleh pengguna bahasa. Penelitian pragmatik yang mengambil fokus tentang implikatur yang terdapat pada percakapan antara orang tua dan anak juga masih sedikit yang meneliti. Selain itu, belum ada peneliti yang mengambil fokus penelitian pada implikatur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendididk di Yogyakarta.
B. Kajian Teori 1. Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996: 1). Dewasa ini topik ’pragmatik’ sangat dikenal dalam linguistik, padahal sebelumnya hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa. Namun sekarang, banyak yang berpendapat bahwa kita tidak dapat mengerti benar-benar sifat bahasa itu sendiri bila kita tidak mengerti pragmatik, yaitu bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi (Leech, 1993: 1). Satu perbedaan tentang analisis bahasa membedakan pragmatik dengan sintaksis dan semantik. Sintaksis adalah studi tentang hubungan antara bentukbentuk kebahasaan, bagaimana menyusun bentuk-bentuk kebahasaan itu dalam suatu tatanan (urutan) dan tatanan mana yang tersusun dengan baik. Semantik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dengan entitas di dunia, yaitu bagaimana hubungan kata-kata dengan sesuatu secara harafiah. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentukbentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Di antara tiga bagian perbedaan ini hanya pragmatik sajalah yang memungkinkan orang ke dalam suatu analisis (Yule, 2006: 4-5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Yang menjadi pusat perhatian kajian linguistik struktural adalah bentukbentuk lingual tanpa secara sadar mempertimbangkan situasi tuturan sehingga analisisnya dikatakan bersifat formal. Sementara itu, yang menjadi pusat kajian pragmatik adalah maksud pembicara yang secara tersurat dan tersirat di balik tuturan yang dianalisis. Berikut ini akan disajikan sebuah contoh analisis wacana secara linguistik (struktural) dan pragmatik. Adapun wacana yang dijadikan bahan analisis adalah teks iklan bumbu masak nasi goreng Kokita. Bunyi teks iklan itu adalah sebagai berikut: Regu tembak : Coba katakan, apa permintaan terakhirmu! Tahanan : Nasi goreng Kokita. Regu tembak & Tahanan: Hm! (Makan nasi goreng bersama-sama) Bila dianalisis secara struktural, wacana di atas adalah dialog yang terbentuk dari kalimat perintah yang didalamnya mengandung klausa interogatif-informatif Coba katakan, apa permintaan terakhirmu! dan kalimat jawab Nasi goreng Kokita, serta kalimat minor (kalimat tak berklausa) Hm!. Analisis formal semacam ini tentunya tidak akan dapat menangkap maksud penulisan wacana iklan itu. Untuk itu analisis dengan pendekatan pragmatik dapat melengkapinya. Analisis pragmatik yang mempertimbangkan situasi tutur akan sampai pada kesimpulan bahwa penulisan wacana di atas terkandung maksud untuk mengatakan secara tidak langsung bahwa nasi goreng dengan bumbu Kokita sangan enak (Wijana, 1996: 13-14).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Menurut Purwo (1990:16) pragmatik menjelajahi empat hal yakni deiksis, praanggapan (presupposition), tindak ujar (speech acts) dan implikatur percakapan (conversational implicature).
2. Prinsip Kerja Sama Bila terjadi penyimpangan, ada implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila implikasi itu tidak ada, maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerja sama atau tidak bersifat kooperatif. Jadi, secara ringkas dapat diasumsikan bahwa ada semacam prinsip kerja sama yang harus dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu berjalan secara lancar. Sangat penting bahwa penuturlah yang menyampaikan makna lewat implikatur dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi itu. Kesimpulan yang sudah dipilih ialah kesimpulan yang mempertahankan
asumsi
kerja
sama
(Yule,
2006:
69-70).
Grice
mengasumsikan bahwa ketika terjadi komunikasi terdapat usaha yang mengarah pada tujuan yang sama pada diri setiap penutur. Grice menuturkan ada empat maksim yang harus dipatuhi sebagai berikut. a. Maksim Kuantitas Maksim ini mengharuskan penutur memberikan informasi seinformatif mungkin sesuai dengan apa yang diminta, tapi jangan pula terlalu berlebihan atau terlalu detail.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
b. Maksim Kualitas Maksim ini memerintahkan penutur untuk berbicara mengenai hal yang telah diyakini kebenarannya. jangan berbicara tentang sesuatu yang salah dan sesuatu yang tidak ada buktinya. c. Maksim Relevansi Maksim ini mewajibkan penutur untuk berbicara mengenai materi yang relevan dengan yang sedang diperbincangkan. d. Maksim cara Maksim cara memerintahkan penutur untuk menghindari ungkapan yang membingungkan. menghindari ungkapan yang bersifat ambigu, mewajibkan penutur berbicara secara singkat dan berbicara dengan teratur. Berbicara tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersifat tekstual, tetapi seringkali pula berhubungan dengan persoalan yang bersifat interpersonal. Bila sebagai retorika tekstual, pragmatik membutuhkan prinsip kerja sama, sebagai retorika interpersonal, pragmatik membutuhkan prinsip lain, yakni prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan memiliki 6 maksim. Keenam maksim tersebut adalah sebagai berikut: a.
Maksim Kebijaksanaan: maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan
untuk
meminimalkan
kerugian
memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.
orang
lain,
atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
14
Maksim Penerimaan: maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.
c.
Maksim Kemurahan: maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.
d.
Maksim Kerendahan Hati: maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
e.
Maksim Kecocokan: maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka.
f.
Maksim Kesimpatian: maksim ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya.
3. Konteks Pragmatik Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (1993:38) sebagai the surroundings, in the sense, that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic expressions of their interaction
intelligible
(“situasi
lingkungan
dalam
arti
luas
yang
memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (1996:2) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur. Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Konteks ini didefinisikan oleh Leech (1993:13) sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h and which contributes to h’s interpretation of what s means by a given utterance (“latar belakang pemehaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu’) (s berarti speaker “penutur”; h berarti header “lawan tutur”). Dengan demikian, konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang samasama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan ( Nadar, 2009:3- 7). Jadi, kontekslah yang menjadi pijakan utama di dalam analisis pragmatik. Yang dimaksudkan dengan konteks adalah ihwal siapa yang mengatakan kepada siapa, tempat dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat di dalam tindakan mengutarakan kalimat itu (Kaswanti Purwo, 1990:14).
4. Fenomena Pragmatik Ada empat kancah/fenomena yang dijelajahi pragmatik (yang telah disepakati hingga kini), yaitu deiksis, praanggapan (presupposition), tindak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
ujaran (speech acts), dan implikatur percakapan (conversatinal implicatute). Keempat kajian pragmatik tersebut dipaparkan sebagai berikut. a. Deiksis Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiksis. Katakata seperti ini tidak memiliki diferen yang tepat. Berbeda halnya dengan kata seperti kursi, rumah, kertas. Siapapun yang mengucapkan kata kursi, rumah, kertas, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang barulah dapat diketahui jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan (Kaswanti Purwo, 1990:17). Kata deiksis dapat pula dipakai sebagai “barang mainan”, yang dipermainkan adalah diferen yang tidak jelas karena tidak disertai konteksnya. Di dalam setiap bahasa kata-kata deiksis terbatas jumlahnya, tetapi sekalipun terbatas jumlahnya, sistem deiksis justru termasuk yang sulit dipelajari orang yang bukan penutur asli bahasa yang bersangkutan. Seorang anak (usia prasekolah) yang sedang belajar bahasa ibunya sendiri pun juga mengalami kesulitan (sampai usia tertentu) jika menghadapi kata-kata deiksis. Tidak mustahil dalam kebingungannya memakai kata-kata deiksis persona, misalnya seorang anak akan mengatakan hal yang berikut kepada kakaknya yang lebih dewasa: “Saya ini ya saya, kamu itu ya kamu; jangan diganti-ganti”. Oleh karena itu, nama diri lazim dipakai dilingkungan anak-anak sebagai ganti kata saya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Levinson (via Nadar (1990)) menyebutkan bahwa dalam bahasa Inggris deiksis dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu deiksis persona ‘person deixis’, deiksis ruang ‘place deixis’, dan deiksis waktu ‘time deixis’. Adapun definisi yang diberikan untuk menjelaskan perbedaan masing-masing deiksis adalah sebagai berikut: Deiksis persona berhubungan dengan pemahaman mengenai peserta pertuturan dalam situasi pertuturan di mana pertuturan tersebut di buat. Deiksis tempat/ruang berhubungan dengan pemehaman lokasi atau tempat yang dipergunakan peserta petuturan dalam situasi pertuturan. Deiksis waktu berhubungan dengan pemahaman titik ataupun rentang waktu saat tuturan dibuat atau pada saat pesan tertulis di buat. Sebagai contoh, penggunaan kata ganti orang pertama adalah referensi penutur untuk dirinya sendiri, orang kedua untuk menunjukan kepada satu atau lebih lawan tuturnya, sedangkan orang ketiga untuk menunjuk selain dari penutur maupun lawan tuturnya. Deiksis ruang dibedakan lebih lanjut menjadi lokasi ruang yang dekat dengan penutur, dan lokasi ruang yang jauh dari penutur. Deiksis waktu diwujudkan dalam keterangan waktu yang bersifat deiksis seperti now, then, yesterday, this year, dan lain-lain yang menunjukan kala “tense”. b. Praanggapan/Presuposisi Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan kalimat itu, turut tersertakan pula tambahan makna, yang tidak dinyatakan, tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Misalnya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
seperti yang terjadi pada konteks berikut. Saya menitipkan barang saya kepada seseorang (yang tinggal di kota lain) untuk dijual, tetapi sudah lama orang yang saya titipi barang itu tidak juga memberi kabar dan mengirimkan uang hasil penjualan barang saya itu. (2) Kalau barang saya itu sudah laku, uangnya jangan dikirimkan ke alamat rumah, tetapi ke alamat kantor saja. Ini alamat kantor saya. Yang
dinyatakan
(asserted)
pada
kalimat-kalimat
itu
adalah
pemberitahuan mengenai cara pengiriman uang dan alamat kantor, tetapi yang dipraanggapkan (presupposed) adalah bahwa orang yang ditelepon itu masih memiliki tanggungan yang harus dibereskan pada suatu waktu. Kalimatkalimat pada (1) itu dapat pula dikatakan sebagai “pengingatan” (terhadap kewajiban membayar) yang terselubung. Ihwal praanggapan dapat pula dipakai untuk menggali perbedaan ciri semantis verba yang satu dengan verba yang lain. Presuposisi pragmatik ‘pragmatic presupposition’, sebagaimana halnya teori tindak tutur ‘speech act theory’, justru ditemukan oleh filsuf dan bukan linguis. Levinson (1993:169) menyatakan bahwa presuposisi pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks dan membedakan terminologi presuposisi menjadi dua macam. Pertama, kata “presuposisi” sebagai terminologi umum dalam penggunaan bahasa Inggris sehari-hari, serta kata “presuposisi sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik (Nadar, 2009:64).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
c. Tindak ujaran Di dalam mengatakan suatu kaliamat, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam pengucapan ia juga “menindakkan” sesuatu. Dengan pengucapan kalimat Mau minum apa? Si pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni menawarkan minuman. Hal-hal apa sajakah yang dapat ditindakkan di dalam berbicara? Ada cukup banyak: antara lain, permintaan, pemberian izin, tawaran, ajakan, penerimaan akan tawaran. Tindak ujaran ada yang berupa langsung, ada juga yang tidak langsung. Bandingkan kedua contoh berikut. (3) Tindak ujaran langsung A: Minta uang untuk membeli gula! B: ini. (4) Tindak ujaran tak langsung A: Gulanya habis, nyah. B: Ini uangnya. Beli sana d. Implikatur percakapan Jika ada dua orang yang bercakap-cakap, percakapan itu dapat berlangsung dengan lancar berkat adanya semacam “kesepakatan bersama”. Kesepakatan itu, antara lain, berupa kontrak tak tertulis bahwa ihwal yang dibicarakan itu harus saling berhubungan atau berkaitan. Hubungan atau keterkaitan itu sendiri tidak terdapat pada masing-masing kalimat (yang dipersambungkan itu) maksudnya, makna keterkaitan itu tidak terungkap secara “literal” pada kalimat itu sendiri. Ini yang disebut implikatur percakapan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Berikut ini contoh yang sehubungan dengan implikatur percakapan. Kalimat Aku sudah mandi tadi sebagai jawaban pada dialog berikut, secara literal, memang tidak bersangkut-paut dengan kalimat yang diucapkan oleh lawan bicaranya sebelumnya, tetapi yang tersirat pada kalimat jawaban itu dapat dipakai sebagai pengait bagi kelancaran atau “pemasukakalan” dialog ini. Dengan kalimat jawaban itu, si B mengajak bergurau si A, yakni dengan menawarkan implikasi bahwa “si A merasa panas karena belum mandi”. (5) A : Wah, panas sekali ya sore ini! Kamu kok tidak berkeringat, apa nggak kegerahan? B : Nggak! Aku sudah mandi tadi.
5. Implikatur Artikel yang berjudul Logic and Conversation mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut implikatur (implicature)Grice (via Wijana, 1996: 37-38). Menurut Nababan (1987:28) konsep paling penting dalam ilmu pragmatik dan paling menonjolkan prakmatik sebagai suatu cabang ilmu ialah konsep implikatur percakapan. Masih dalam Nababan (1987:28), implikatur percakapan ini diajukan oleh H. P. Grice dalam Ceramah Wiliam James untuk menanggulangi persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Senada dengan Nababan, Yule (2006:80) juga memberikan gambaran bahwa implikatur adalah salah satu konsep utama dalam pragmatik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Karena
implikatur
bukan
merupakan
bagian
tuturan
21
yang
mengimplikasikannya, hubungan kedua proposisi itu bukan merupakan konsekuensi mutlak (necessary consequence).
Untuk jelasnya dapat
diperhatikan wacana (5) dan (6) berikut: 5. + Ali sekarang memelihara kucing - Hati-hati menyimpan daging 6. + Ani di mana, Ton? - Tati di rumah Wawan. Tuturan (-) dalam (5) bukan merupakan bagian daru tuturan (+). Tuturan (+) muncul akibat inferensi yang didasari oleh latar belakang pengetahuan tentang kucing dengan segala sifatnya. Adapun salah satu sifatnya adalah senang makan daging. Demikian pula, tuturan (-) dalam (6) bukan merupakan bagian dari tuturan (+). Tuturan (-) muncul akibat inferensi yang didasari oleh latar belakang pengetahuan tentang Ani. Ani adalah teman akrab Tati. Kalau Tati di sana, tentu Ani ada pula di sana. Penutur dan pendengar yang terlibat dalam percakapan umumnya kerja sama. Bentuk kerja sama ini adalah kerja sama yang sederhana di mana orangorang yang sedang berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membinggungkan, mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama lain. Pada saat makan siang bersama, seorang wanita bertanya kepada wanita lain sejauh mana ia menyukai kebab yang sedang ia makan, dan menerima jawaban dalam (7). 7. A kebab is a kebab. (Kebab ya kebab).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Jika seorang pendengar mendengar ungkapan dalam (7), pertama-tama dia harus berasumsi bahwa penutur sedang melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi. Informasi itu tentunya (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekedar kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang disebut dengan implikatur (Yule, 2006:60). Implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan daripada yang dikatakan. Supaya implikatur-implikatur tersebut dapat ditafsirkan maka beberapa prinsip kerja sama dasar harus lebih dini diasumsikan dalam pelaksanaannya. Pada banyak kesempatan, asumsi kerja sama itu begitu meresap sehingga asumsi kerja sama dapat dinyatakan sebagai suatu prinsip kerja sama percakapan dan dapat dirinci ke dalam empat subprinsip, yang disebut sebagai maksim. Dijelaskan juga oleh Grice (dalam Abdul Rani. dkk, 2006: 177) bahwa implikatur terdiri dari dua macam, yaitu (a) implikatur percakapan (conversation implicature).dan (b) implikatur konvensional (convensional implicature). a. Implikatur Percakapan Jika ada dua orang yang bercakap-cakap, percakapan itu dapat berlangsung dengan lancar berkat adanya semacam “kesepakatan bersama”. Kesepakatan itu, berupa kontrak tak tertulis bahwa ihwal yang dibicarakan itu harus saling berhubungan atau berkaitan. Hubungan atau keterkaitan itu sendiri tidak terdapat pada masing-masing kalimat (yang dipersambungkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
itu) secara lepas; maksudnya, makna keterkaitan itu tidak terungkap secara “literal” pada kalimat itu sendiri. Ini yang disebut implikatur percakapan. Berikut ini contoh yang berkaitan dengan implikatur percakapan. Kalimat Aku sudah mandi tadi sebagai jawaban pada dialog berikut, secara literal, memang tidak bersangkut-paut dengan kalimat yang diucapkan oleh lawan bicaranya sebelumnya, tetapi yang tersirat pada kalimat jawaban itu dapat dipakai sebagai pengait bagi kelancaran atau “pemasukakalan” dialog ini. Dengan kalimat jawaban itu si B mengajak bergurau si A, yakni dengan menawarkan implikasi bahwa “si A merasa panas karena belum mandi”. 8. A : Wah, panas sekali ya sore ini! Kamu kok tidak berkeringat, apa nggak kegerahan? B: Nggak! Aku sudah mandi tadi. (Kaswanti Purwo, 1990: 20-21). Asumsi dasar percakapan adalah jikalau tidak ditunjukkan sebaliknya, bahwa peserta-pesertanya mengikuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim. Contoh 9: (Mungkin Dexter terlihat melanggar persyaratan-persyaratan maksim kuantitas. 9. Charlene : Saya harap kamu membawakan roti dan keju. Dexter : Ah, saya bawakan roti. Setelah mendengar jawaban Dexter, Charlene pasti berasumsi bahwa Dexter melakukan kerja sama dan tidak sadar sepenuhnya tentang maksim kuantitas, karena tidak menyebut keju itu. Dexter mestinya bermaksud supaya Charlene menyimpulkan bahwa apa yang tidak dia sebutkan tidak dibawa. Dalam kasus ini, Dexter telah memberikan informasi lebih banyak dari pada yang dia katakan melalui suatu implikatur percakapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Yule (2006: 70—74) menyebutkan bahwa implikatur percakapan ada tiga jenis, yaitu implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan umum, dan implikatur percakapan berskala. Penjabaran jenis implikatur percakapan menurut Yule adalah sebagai berikut. (1). Implikatur Percakapan khusus, menurut Yule (2006:74), adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu, implikatur percakapan khusus membutuhkan konteks dan latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. Cummings (2007: 18), mengemukakan bahwa sejumlah implikatur percakapan yang dihasilkan dengan sengaja melanggar maksim. Contoh implikatur percakapan khusus adalah sebagai barikut. 10. Mahasiswi : Saya berapa, Bu? Penjual nasi : Kamu gratis, like this ya? (Konteks: Mahasiswi dan penjual nasi tersebut merupakan teman akrab di Facebook) Pada contoh di atas mengimplikasikan bahwa mahasiswi tidak perlu membayar biaya makan di penjual nasi tetapi harus memberikan “like” pada akun Facebook penjual nasi. Percakapan tersebut juga mengimplikasikan agar pertemanan di Facebook tetap akrab. Tuturan tersebut merupakan implikatur percakapan khusus. Hal ini ditunjukkan dengan kata “like this” yang merupakan konteks dan latar belakang khusus yang hanya diketahui oleh kedua tokoh tersebut. (2). Implikatur Percakapan umum berbeda dengan implikatur percakapan khusus di mana implikaturnya tidak membutuhkan konteks untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
menginterpretasikan maknanya. Seperti yang diungkapkan oleh Yule (2006: 74), implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Sejumlah implikatur percakapan yang dihasilkan dengan sengaja melanggar maksim (Cummings, 2007: 18). Contoh implikatur percakapan umum adalah sebagai berikut. 11. Supir : Pake apa, Tad? Hp Ustad ga abis pulsanya? Ustad : Kan pake XL Sensasi! (Konteks: Tokoh supir heran karena tokoh ustad telepon lama, tetapi pulsanya tidak habis) Pada contoh di atas, implikatur secara sekilas dapat ditangkap tanpa harus mengetahui konteks tuturan antarpenutur. Implikatur tersebut ingin mengungkapkan bahwa operator XL adalah produk yang irit biaya pulsa. (3) Implikatur Percakapan berskala, Yule (2006: 74), menyebutkan bahwa implikatur percakapan berskala merupakan bagian dari percakapan umum. Implikatur ini mengungkapkan kuantitas atau skala nilai. Ciriciri untuk mengenali implikatur percakapan berskala dapat ditandai dengan kata misalnya, beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, sering, kadang-kadang, selalu. Namun, berbeda dengan implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala tidak selalu melanggar maksim. Contoh implikatur percakapan berskala adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Ayah : Banyak yang ngira kita ini kakak adik. Anak : Ini bokap gue! Ayah :Dia takut banget ngenalin gue ke ceweknya...Banyak yang naksir. (Konteks: Wajah anak dan ayahnya mirip)
26
temen-temen
Pada contoh di atas mengandung implikatur bahwa anaknya takut kalah saing dan terkenal dengan tokoh ayah yang memiliki wajah masih muda. Untuk menarik implikatur percakapan tersebut, pemirsa cukup memfokuskan pada kata ‘banyak’. Kata ‘banyak’ menyatakan kuantitas ‘lebih’ daripada tokoh anak. Implikatur percakapan secara umum tentu juga membutuhkan konteks dalam tuturannya. Konteks yang dimaksud ialah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang membantu untuk menafsirkan makna tuturan (Leech, 1993:20). Purwo (1990:23), menyatakan konteks merupakan perihal seperti siapa yang diajak berbicara, dalam situasi bagaimana kalimat yang bersangkutan diucapkan. Implikatur percakapan masih dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan umum. Implikatur percakapan khusus yaitu percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus dimana pembaca mengasumsikan informasi secara lokal. Sedangkan implikatur percakapan umum adalah implikatur yang memperhitungkan makna tambahan, demikian dalam Yule (2006:70-75). Implikatur percakapan khusus merupakan maksud yang diturunkan dari percakapan dengan merujuk atau mengetahui konteks percakapan, hubungan antarpembicara serta kesamaan pengetahuan, dengan pengetahuan khusus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
itulah maksud atau implikatur dapat diturunkan. Sedangkan implikatur percakapan umum merupakan maksud yang diturunkan dari percakapan dengan tidak memerlukan pengetahuan khusus tentang konteks percakapan dan tidak memerlukan keseragaman pengetahuan. Implikatur percakapan khusus muncul karena faktor khusus yang melekat di dalam konteks tuturan dan bukan dibawa oleh kalimat yang dipakai. Implikatur percakapan umum muncul karena kata-kata tertentu dalam ujaran yang membawa implikatur tertentu. (13). Anita: “Hari ini aku tidak ada jemputan” Anton : “Aku kuliah sampai sore” (14). Sinta: “Enaknya liburan ke Jakarta apa Bandung?” Rudi : “Menurutku Bandung” Tuturan (13) merupakan contoh dari implikatur percakapan khusus. Sekilas kedua tuturan tersebut tidak berhubungan sama sekali, namun bagi kedua penutur dan orang lain yang telah memahami latar belakang tuturan atau konteks tuturan tersebut akan mampu menangkap maksudnya dengan baik. Implikatur dalam tuturan itu adalah Anton tidak bisa menjemput Anita pada hari itu. Tuturan (14) merupakan contoh dari implikatur percakapan umum yang tidak memerlukan konteks khusus dalam memahami maksudnya. Implikasi dari jawaban Rudi adalah ia memilih Bandung sebagai tempatnya berlibur. b. Implikatur Konvensional Implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim, percakapan,
dan
implikatur konvensional tidak tidak
tergantung
pada
harus
konteks
terjadi
dalam
khusus
untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
menginterpretasikannya. Seperti halnya presupposisi leksikal, implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata itu digunakan. Kata penghubung ‘tetapi’ dalam bahasa Inggris adalah salah satu dari kata-kata ini (Yule, 2006: 78). Implikatur konvensional yaitu, implikasi pragmatik yang diperoleh langsung dari makna kata dan bukan dari prinsip-prinsip percakapan. (Misalnya dalam sebuah kalimat Dia miskin, tetapi jujur), kata ‘tetapi’ menyiratkan bahwa seseorang yang miskin patut dianggap tidak jujur. Implikatur konvensional ‘tetapi’ ialah bahwa situasi pada waktu itu diharapkan berbeda, atau mungkin sebaliknya di waktu yang akan datang.
6. Fungsi Implikatur Implikatur memiliki kegunaan dalam proses berkomunikasi. Levinson (dalam Rani, 2006: 173) menjabarkan empat faedah/fungsi konsep implikatur dalam tuturan sebagai berikut. a. Implikatur dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik. b. Implikatur dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa. c. Implikatur dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
d. Implikatur dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, justru berlawanan (seperti metafora). Lebih singkat dijelaskan oleh Rani (2006: 178), bahwa masyarakat bahasa sering menggunakan implikatur percakapan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face). Fungsi implikatur yang telah dijelaskan di atas tidak terlepas dari teori tindak tutur. Tindak tutur menurut Yule (1996: 82) didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan atau ujaran. Menurut Sumarsono (2004: 48) tindak tutur adalah suatu ujaran sebagai suatu satuan fungsional dalam komunikasi. Teori tindak tutur adalah pandangan yang mempertegas bahwa ungkapan suatu bahasa dapat dipahami dengan baik apabila dikaitkan dengan situasi konteks terjadinya ungkapan tersebut. Searle (1980) dalam Rani, dkk: (2006: 161-162) mendeskripsikan tindak ilokusi kedalam lima jenis tindak tutur, yaitu: a. Representatif ialah tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya, misalnya pemberian pernyataan, pemberian saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; b. Komisif adalah tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya bersumpah, berjanji, mengusulkan; c. Direktif ialah tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, meminta, menasehati;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
d. Ekspresif, yaitu tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap, misalnya berupa tindakan meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan
ucapan
selamat,
memuji,
menyatakan
belasungkawa, mengkritik; tindakan ini berfungsi mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap mitra tutur; e. Deklarasi, yakni tindak tutur yang menghubungkan isi prosisi dengan
realitas
menghukum,
yang
menetapkan,
sebenarnya,
misalnya
memecat,
memberi
membaptis, nama,
dan
sebagainya. Dalam teori tindak tutur satu bentuk ujaran dapat mempunyai lebih dari satu fungsi, kebalikan dari kenyataan tersebut adalah kenyataan di dalam komunikasi yang sebenarnya bahwa satu fungsi dapat dinyatakan, dilayani atau diutarakan dalam berbagai bentuk ujaran. Seperti tampak pada contoh tuturan berikut: Nia : ” Panas sekali ya?(Sambil memegang tenggorokan) Via : ”Sebentar ya.. Aku ambilkan minuman” (Konteks tuturan: Tuturan di atas diucapkan seorang anak asrama kepada temannya yang baru saja pulang kuliah di asrama mereka). Ujaran ”panas sekali” tersebut berfungsi sebagai permintaan, sama seperti ”Ambilkan aku minuman”. Seorang anak asrama mungkin juga menyatakan permintaan dalam bentuk pernyataan mengenai keadaan tubuh dengan mengatakan ”Aku haus”. Dengan adanya berbagai macam cara untuk menyatakan permintaan tersebut dapat disimpulkan dua hal mendasar, yakni adanya (1) tuturan langsung dan (2) tuturan tidak langsung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
10. Keluarga Orang-orang yang menjadi penghuni rumah, seisi rumah, bapak beserta ibu dan anak-anaknya. Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat (KBBI, 2008:569). Dengan mempertimbangkan hubungan personal antar anggota keluarga yang terapat dalam sebuah keluarga, maka lazimnya seorang anak akan menyampaikan permintaan yang sopan kepada orang tua. Seorang suami dapat saja menyampaikan maksud imperatif yang sopan kepada istrinya, atau seorang istri dapat juga menyampaikan permintaan kepada suami. Panjang pendeknya tuturan tidak dapat dijadikan sebagai indikator dari kesantunan sebuah tuturan di dalam ranah keluarga, misalnya dengan tuturan yang berbunyi sebagai berikut. (12) Yuk, ke tempat Mbah Kakung, yuk! (13) Nak, bobok yuk. Udah malam sapinya udah bobok lho! Tuturan yang disampaikan orang tua kepada anaknya yang masih kecil demikian ini tidak dimaksudkan untuk bersantun-santun ria kepada sang anak, tetapi lebih pada maksud memberikan teladan tentang cara berbicara yang santun kepada orang lain (Rahardi, 2009:101- 102). 11. Pendidik Pendidik adalah orang yang mendidik (KKBI, 1990:232). Seorang pendidik memiliki tugas mulia, yaitu mendidik/mengajar anak didiknya di sekolah. Peranan seorang pendidik tidak hanya mendidik anak muridnya di sekolah, tetapi menjadi pendidik di dalam sebuah keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Di dunia pendidikan, misalnya di sekolah atau di kampus sering terdapat tuturan-tuturan seperti ajakan, perintah, pancingan, tawaran, sindiran, dan peringatan. Di rumah keluarga seorang pendidik tentu terdapat juga tuturan-tuturan seperti perintah, peringatan, larangan, ajakan, dan sebagainya. Di dalam wahana pendidikan tentu terdapat jarak sosial yang akan menjadi kendala, karena pendidikan adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan atau pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi dewasa, susiala, dan dinamis. Dalam penelitian ini, penulis meneliti percakapan orang tua dan anak dalam tiga keluarga, yaitu keluarga Ibu Maria Wadani, Rusmiyatun, dan Kingking Wahyuni. Ketiganya mengajar di sekolah SDN Muhammadyah Wirobrajan, di Jl. Gatotkaca, Wirobrajan, 19A Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian ini disajikan beberapa bagian, yaitu jenis penelitian, sumber data dan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. Berikut ini adalah uraian dari kelima hal di atas.
A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau yang sebagaimana adanya (Nawawi, 1983:63). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan beberapa metode alamiah (Moeleong, 2006: 6). Penelitian ini bersifat deskriptif karena mendesripsikan jenis implikatur dan fungsinya seperti yang terdapat dalam peristiwa makan malam antara orang tua dengan anak dalam keluarga pendidik.
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
B. Sumber Data dan Data penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang secara langsung berkaitan atau berkenaan dengan masalah yang diteliti dan secara langsung dari sumber. Berkaitan dengan hal itu, datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data rekaman, dan sumber data tertulis. Sumber itu berupa dialog percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik. Data penelitiannya adalah tuturan yang terdapat dalam percakapan antara orang tua dan anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik
adalah
cara
untuk
memperoleh
data.
Penelitian
ini
menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik simak dan teknik catat. Teknik-teknik simak dan catat dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Peneliti menyimak dan melakukan perekaman data dari percakapan antara orang tua dan anak dalam suasana makan malam bersama. Usaha perekaman data menggunakan tape recorder audio. 2. Transkip data, peneliti melakukan pencatatan dari lambang bunyi tuturan percakapan menjadi tulisan. 3. Peneliti melakukan tabulasi data, hal ini dilakukan supaya pengkajian deskriptif dapat dilakukan secara obyektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, cepat dan sistematis sehingga mudah diolah, demikian pendapat Arikunto (2006:160). Metode penelitian kualitatif memiliki instrument penelitian tersendiri. Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti bahkan sebagai instrumen sementara instrumen lainnya, yaitu buku catatan, tape recorder (video/audio), kamera, dan sebagainya. Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar-manusia, membaca gerak muka, serta menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian (Andi Prastowo, 2014:43). Peranan manusia sebagai instrumen penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian (Moleong, 132:1989). Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan penelitian sendiri dalam menganalisis implikatur yang digunakan orang tua kepada anak dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
berkomunikasi. Rambu-rambu pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: a. Tindak bahasa yang terdapat dalam tuturan lisan yang diduga mengandung implikatur direkam dan dicatat dengan menyertakan konteks tuturan. b. Tuturan tersebut dianalisis berdasarkan jenis implikatur dan fungsi implikatur.
E. Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kualitatif. Metode analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain (Bodgan dan Biken melalui Moleong, 2006: 246). Data yang berupa tuturan yang didapatkan dari menyimak komunikasi lisan orang tua kepada anak, dikumpulkan, kemudian dipilah-pilah berdasarkan jenis implikatur dan fungsinya. Langkah-langkah analisis kualitatif ini adalah: (1) Peneliti menginventarisasi data dengan merekam percakapan lisan antara orang tua dengan anak untuk menjelaskan implikatur dan fungsinya yang terdapat dalam tuturan-tuturan komunikasi lisan antara orang tua dengan anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
(2) Peneliti mengklasifikasikan tuturan-tuturan dalam percakapan orang tua dan anak dengan tabulasi, memberikan kode terhadap data-data yang sudah diperoleh, kemudian dianalisis berdasarkan keterangan yang ada pada masing-masing tuturan tersebut. (3) Peneliti mengidentifikasi implikatur dan fungsinya mengenai percakapan orang tua kepada anak yang relevan pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. (4) Peneliti mendeskripsikan data implikatur dan fungsinya yang terdapat dalam percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta.
F. Triangulasi Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Sesuatu lain itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data. Moleong membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang dimanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Triangulasi dalam penelitian ini dengan memanfaatkan teori. Triangulasi dengan teori yaitu berupa teori-teori implikatur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah tuturan yang berupa percakapan antara orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam bersama. Data diambil dari rekaman yang dilakukan oleh peneliti pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini sebanyak 3 percakapan dari 3 keluarga pendidik, yaitu keluarga keluarga Ibu Maria Wadani, Rusmiyatun, dan Kingking Wahyuni. Data percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang akan terjawab pada hasil analisis.
B. Hasil Analisis Data Hasil analisis terhadap percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di yogyakarta meliputi dua bagian, yaitu jenis implikatur dan fungsi implikatur. Dari hasil klasifikasi menunjukan 3 jenis implikatur percakapan dan beberapa fungsi implikatur percakapan dalam percakapan antara orang tua dan anak dalam peristiwa makan malam bersama.
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
1. Jenis-jenis Implikatur Dari hasil klasifikasi menunjukan 3 jenis implikatur percakapan. Jenis implikatur tersebut adalah implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan berskala. Klasifikati data tersebut telah diidentifikasi berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas dan deskripsi analisis data akan dipaparkan sebagai berikut. a. Implikatur Percakapan Umum Implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Sejumlah implikatur percakapan yang dihasilkan dengan sengaja melanggar maksim. Analisis atas kategori implikatur percakapan umum dapat dilihat sebagai berikut. (1) B: Nah ini loh bapak. Bapak, udah makan belum? C: Udah! (Konteks: C datang menghampiri ruang makan, tetapi tidak ikut makan). Dari tuturan di dalam data tersebut dapat dilihat adanya implikatur percakapan umum. Implikatur percakapan umum ini bisa dilihat dari struktur kalimat yang dituturkan dan tidak perlu melihat konteks tambahan. Percakapan yang terjadi antara bapak dengan anak. Implikatur pada percakapan ini terletak pada tuturan “Udah!”. Tuturan tersebut menjawab pertanyaan si anak bahwa si bapak sudah makan di luar, tapi ikut serta di meja makan karena yang lainnya harus tahu bahwa si bapak sudah makan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
(2) B: Liat-liat, ini jus apa ya ping? D: Jus susu. B: Jus susu? Susu sama buah pir? Enak ya ping. D: Iya. (Konteks: B ingin mengetahui campuran jus yang diminum D). Pada konteks, terjadi percakapan antara B dan D. Ketika B bertanya “Liatliat, ini jus apa?”, kemudian adiknya menjawab “Jus susu”. Peristiwa percakapan ini menunjukan adanya tuturan yang dituturkan D kepada B. Hal ini ditunjukan dengan jawaban “jus susu”, yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan namun oleh D sengaja dituturkan supaya B tertarik dan melihat jus miliknya. Melalui implikasi yang bersifat umum tersebut, akhirnya terjadilah hubungan sosial yang saling menguntungkan. (3) A: Piro jus pir susu? D: 5 ribu. A: Murah yo jus ne. (Konteks: Mereka sedang berbincang-bincang minuman. Percakapan terjadi di ruang makan).
tentang
Data (1c) merupakan kelanjutan dari data (1b). Implikatur percakapan ini mengandung arti bahwa A mengatakan harga jusnya murah kepada D. Hal ini terlihat dari bentuk tuturan “Murah yo jus ne”. Ibunya hanya ingin mengetahui harga jus saja. (4) B: Aku pengen beli sate loh, tapi ibu malah masak apa toh. Ini apa? A: Labu dan lalapan, suka? B: Nggak, ya udahlah. Aku sama teman-teman di Klaten ya ketemu beberapa orang ngobrol-ngobrol. (Konteks: B cerewet dalam hal makanan, namun A (Ibunya) tetap masak masakan yang tidak disukai B). Dari tuturan di dalam data tersebut, dapat dilihat adanya implikatur percakapan umum. Implikatur pada percakapan ini terletak pada tuturan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
“Labu dan lalapan, suka?”. Sesuai konteks yang melingkupinya, tuturan tersebut mengandung implikatur bahwa belum tentu semua orang suka dengan makanan tersebut. Lebih jelas, tuturan tersebut bertanya kepada anaknya apakah menyukai makanan tersebut, sebenarnya anaknya tidak menyukai masakan ibunya. (5) B: Iya, sambelnya kurang pedes kog. Itu sinetron apa sih? A: Tukang Bubur Naik Haji. B: Ya ampun. (Konteks: A dan B sedang makan. B menanyakan tentang acara televisi yang menyala). Dari tuturan di dalam data tersebut, dapat dilihat adanya implikatur percakapan umum. Konteks percakapan tersebut adalah mengenai acara yang disiarkan salah satu stasiun televisi, B tidak menyukai sinetron tersebut, sehingga tampak jelas dari tuturan “Ya ampun”. Secara sekilas, implikatur dalam percakapan 5(2b) adalah B tidak menyukai sinetron tersebut, tetapi B masih ikut menonton. (6) A: Transportasi itu apa? B: Sarana untuk menghubungkan dari daerah satu ke daerah lain. Alat transportasi apa saja? A: Nggak ngerti. B: Kog nggak ngerti. Kalau mau ke Solo naik apa? A: Kereta (Konteks: A lagi menyuapi B (anaknya) makan. B makan sambil membaca buku). Konteks percakapan tersebut adalah B mengatakan kalau dia tidak mengerti apa saja alat transportasi yang ditanyakan A. Namun, A dengan cepat bertanya lagi supaya B mengerti. Secara sekilas, implikatur dalam percakapan (6) adalah dengan pertanyan yang lebih mudah supaya dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
membantu B menjawabnya. Hal ini tampak pada tuturan yang dituturkan oleh A, yaitu “Kog nggak ngerti. Kalau mau ke Solo naik apa?”. (7) A: Hewan nggak bisa berbicara karena apa? B: Kalau hewan tidak ada pita suara. A: Kalau manusia karena apa? Manusia yang paling sem... B: Paling sempurna. (Konteks: B yang masih kecil sedang makan sambil membawa buku). Dari tuturan di dalam data tersebut, dapat dilihat adanya implikatur percakapan umum. Implikatur secara sekilas dapat ditangkap tanpa harus mengetahui
konteks
tuturan
antarpenutur.
Implikatur
tersebut
ingin
mengungkapkan bahwa manusia lebih dari hewan. b. Implikatur Percakapan Khusus Implikatur
Percakapan
khusus,
menurut
Yule
(2006:74),
adalah
percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu, implikatur percakapan khusus membutuhkan konteks dan latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. Sesuai dengan data yang telah terkumpul, ada beberapa percakapan yang termasuk dalam implikatur percakapan khusus. Analisis menegnai percakapan khusus dipaparkan sebagai berikut. (8)
D: Kok pedes bener ne (kepedasan), ini semangkok nambah e ya...ampun. B: Ya....kebanyakan saosnya toh buk? A: Ya, ini saos ekstra pedes. B: Ya...ampun, nyengir kamu ping (Sambil tertawa). (Konteks: B adalah kakak D. B mentertawakan D karena kebanyakan makan saos. Percakapan antara A, B, dan E terjadi berlangsung di ruang makan).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Konteks percakapan khususnya adalah bahwa seseorang yang lagi kepedasan. B malah mentertawakan D yang tidak sadar kalau saos yang dimakannya saos ekstra pedes. Implikatur yang terdapat dalam percakapan tersebut ialah bahwa si B mentertawakan D. Hal ini secara implikatif dituturkan oleh B “Ya...ampun, nyengir kamu ping (Sambil tertawa)”. D tetap harus menghabiskan makanannya. (9) B: Banyak banget susunya, ditambah gula aja. A: Bikin gemuk itu. B: Kalau nggak mau gemuk, ya jangan ditambah gula. (Konteks: A tidak ingin badanyan menjadi gemuk). Berdasarkan konteks di atas, dapat diketahui bahwa A mengingatkan B kalau gula bisa bikin gemuk. Tuturan tersebut merupakan implikatur percakapan khusus. Hal ini ditunjukkan dengan tuturan “Bikin gemuk itu”. A harus menghindar mengkonsumsi gula terlalu banyak. (10) B: Minta tempe buk. A: Sambelnya mau nggak? (Konteks: B sedang ditawari A (ibunya) untuk makan sambel). Dalam tuturan tersebut terdapat implikatur percakapan khusus. B menuturkan “Minta tempe!” kepada A, namun yang terjadi tuturan A ialah “Sambelnya mau nggak?”. Adanya konteks yang melatarbelakangi tuturan itu menjadi jelas bahwa percakpan itu mengandung implikatur, B minta tempe, tapi A malah menawarkan sambel. Hal ini mengimplikasikan bahwa tempe belum diberikan kepada B. (11) A: Lagi pergi. Piye-piye cerita tesnya piye? B: Ya, nggak gimana-gimana sih. A: Kira-kira. B: Kalau tesnya aku lolos, tapi ada dua tahap interview. Interview pertama ya lolos, tinggal tunggu 2 minggu lagi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
(Konteks: A sedang menanyakan perihal yang terjadi saat tes berlangsung. Percakapan antara A dengan B terjadi di ruang makan). Dari tuturan di dalam data tersebut, dapat dilihat adanya implikatur percakapan khusus. Implikatur secara sekilas dapat ditangkap tanpa harus mengetahui konteks tuturan antarpenutur. Implikatur tersebut A ingin B menceritakan mengenai jalannya tes tersebut. B masih mengikuti tes selanjutnya. (12) A: Unta hidup di mana? B: Di air. A: Ahh...unta nggak hidup di air, tapi di padang pasir di Arab. (Konteks: A dan C terkejut dengan jawaban B yang masih kecil dan polos. Percakapan terjadi di ruang makan). Konteksnya adalah A berniat membantu B belajar dengan mengajukan pertanyaan. Namun A merasa terkejut dengan jawaban B. Tuturan singkat tetapi sangat padat implikaturnya. Penyimak harus memahami konteks apabila ingin tahu makna dari tuturan tersebut. A tetap menjawab pertanyaan B dengan sabar. c. Implikatur Percakapan Berskala Implikatur percakapan berskala merupakan bagian dari percakapan umum. Implikatur ini mengungkapkan kuantitas atau skala nilai. Ciri-ciri untuk mengenali implikatur percakapan berskala dapat ditandai dengan kata misalnya, beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, sering, kadang-kadang, selalu. Berikut paparan mengenai implikatur percakapan berskala berdasarkan data penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
(13) A: Berapa orang? B: 3 orang, katanya mereka udah tahu Indomaret juga, bayarnya besar di Indomaret. A: Oh....iya. (Konteks: B baru pulang dari tes melamar pekerjaan. A menanyakan perihal teman-temannya). Implikatur pada percakapan tersebut tidak dapat menghiraukan konteks tuturan. Perhatikan tuturan “Berapa orang?”, kata “berapa” dapat dijadikan indikasi bahwa percakapan tersebut merupakan implikatur percakapan berskala. Implikatur muncul pada jawabannya bahwa B sedang bersama teman-temannya. (14) A: Kalau Ica ya begini, pegang Hp terus. E: Ngapa e? A: Nggak apa-apa hehe. Tempenya anget-anget gitu ya! (Konteks: E sedang ditegur oleh A. Percakapan berlangsung di ruang makan). Implikatur pada percakapan data (14) dapat diketahui dari kata “terus”. Kata tersebut dapat dijadikan sebagai parameter implikatur percakapan berskala sehingga implikatur percakapan (14) adalah bahwa A menegur E karena merasa diacuhkan. Di balik kata “terus” implikaturnya E tetap memainkan ponselnya. (15) B: Kereta Api ne banyak. Banyak kenapa? A: Transportasi dong. (Konteks: Mereka sedang makan dan berbincang-bincang tentang berbagai hal yang ada di buku B (anaknya)). Implikatur pada percakapan tersebut tidak dapat menghiraukan konteks tuturan. Perhatikan tuturan “Banyak kenapa?”, kata “banyak” dapat dijadikan indikasi bahwa percakapan tersebut merupakan implikatur percakapan berskala.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
2. Fungsi Implikatur Fungsi implikatur yang telah dijelaskan sebelumnya tidak terlepas dari teori tindak tutur. Teori tindak tutur adalah pandangan yang mempertegas bahwa ungkapan suatu bahasa dapat dipahami dengan baik apabila dikaitkan dengan situasi konteks terjadinya ungkapan tersebut. Menurut hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, implikatur-implikatur percakapan antara orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam bersama, penelitian ini berfungsi untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga. Tuturan-tuturan percakapan dalam percakapan orang tua dengan anak terdapat dalam beberapa teori tindak tutur. Fungsi implikatur dilihat dari tindak tutur sebagai berikut. (1) B: Nah ini loh bapak. Bapak, udah makan belum? C: Udah! (Konteks: C datang menghampiri ruang makan, tetapi tidak ikut makan). Ujaran “Udah!” tersebut berfungsi sebagai pelaporan. Si bapak menjawab pertanyaan si anak bahwa dia sudah makan di luar, tapi ikut serta di meja makan karena yang lainnya harus tahu bahwa si bapak sudah makan. Dari tuturan tersebut dapat diliahat adanya fungsi representatif. (2) B: Liat-liat, ini jus apa ya ping? D: Jus susu. B: Jus susu? Susu sama buah pir? Enak ya ping. D: Iya. (Konteks: B ingin mengetahui campuran jus yang diminum D). Tuturan B “Liat-liat” tersebut berfungsi sebagai permintaan, sama seperti “Sini jusnya”. Dengan adanya berbagai macam cara untuk menyatakan permintaan tersebut dapat disimpulkan dua hal mendasar, yakni adanya tuturan langsung dan tuturang tidak langsung. B menyatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
permintaan kepada D. Dari tuturan di atas dapat terlihat adanya fungsi direktif. (3) A: Piro jus pir susu? D: 5 ribu. A: Murah yo jus ne. (Konteks: mereka sedang makan dan berbincang-bincang tentang minuman). Tuturan “5 ribu” tersebut sebagai pelaporan. Seorang anak yang menyatakan pelaporannya dengan menjawab pertanyaan ibunya mengenai harga jus. Tuturan tersebut dapat terlihat adanya fungsi representatif. (4) B: Aku pengen beli sate loh, tapi ibu malah masak apa toh. Ini apa? A: Labu dan lalapan, suka? B: Nggak, ya udahlah. Aku sama teman-teman di Klaten ya ketemu beberapa orang ngobrol-ngobrol. (Konteks: B cerewet dalam hal makanan, namun A tetap masak makanan yang tidak disukai B). Ujaran “Nggak, ya udahlah” berfungsi sebagai pengeluhan. Seorang anak yang menyatakan bahwa tidak menyukai makanan tersebut, tapi tetap menyantapnya. Dari tuturan tersebut terdapat adanya fungsi representatif. (5) B: Iya, sambelnya kurang pedes kog. Itu sinetron apa sih? A: Tukang Bubur Naik Haji. B: Ya ampun. (Konteks: A dan B sedang makan. B menanyakan tentang acara televisi yang menyala). Ujaran “Ya ampun” tersebut berfungsi sebagai pengeluhan. B merasa kecewa karena acara yang di televisi tidak disukainya. Pengeluhan si anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
sangat terlihat jelas dari tuturan di atas, maka tuturan tersebut memiliki fungsi representatif. (6) A: Transportasi itu apa? B: Sarana untuk menghubungkan dari daerah satu ke daerah lain. Alat transportasi apa saja? A: Nggak ngerti. B: Kog nggak ngerti. Kalau mau ke Solo naik apa? A: Kereta (Konteks: A lagi menyuapi B makan. B makan sambil membaca buku). Tuturan “Kalau mau ke Solo naik apa?” berfungsi sebagai permintaan. Si ibu meminta anaknya untuk menjawab pertanyaannya. Tuturan si ibu sangat jelas bahwa dalam tuturan tersebut adanya fungsi direktif. (7) A: Hewan nggak bisa berbicara karena apa? B: Kalau hewan tidak ada pita suara. A: Kalau manusia karena apa? Manusia yang paling sem... B: Paling sempurna. (Konteks: B yang masih kecil dan polos sedang makan sambil membaca buku). Ujaran
“Manusia
yang
paling
sem...”
berfungsi
sebagai
permintaan. Ibunya meminta anaknya untuk melanjutkan jawabannya. Dari tuturan di atas terdapat fungsi direktif. (8) D: Kok pedes bener ne (kepedasan), ini semangkok nambah e ya...ampun. B: Ya....kebanyakan saosnya toh buk? A: Ya, ini saos ekstra pedes. B: Ya...ampun, nyengir kamu ping (Sambil tertawa). (Konteks: B adalah kakak D. B memtertawakan D karena banyak makan saos. Percakapan antara A, B, dan C berlangsung di ruang makan).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Tuturan “Kok pedes bener ne” berfungsi sebagai pengeluhan. D mengeluh kepedasan, ternyata yang dimaknnya saos yang ekstra pedes. Tuturan tersebut dapat di lihat adanya fungsi representatif. (9) B: Banyak banget susunya, ditambah gula aja. A: Bikin gemuk itu. B: Kalau nggak mau gemuk, ya jangan ditambah gula. (Konteks: A tidak ingin badannya menjadi gemuk). Ujaran “Kalau nggak mau gemuk, ya jangan ditambah gula” berfungsi sebagai pemberian saran. B memberi saran kepada A kalau tidak mau gemuk jangan banyak konsumsi gula. Tuturan di atas dapat di lihat adanya fungsi representatif. (10) B: Minta tempe buk. A: Sambelnya mau nggak? (Konteks: B sedang ditawari A (Ibunya) untuk makan sambel). Tuturan “Minta tempe buk” tersebut berfungsi sebagai permintaan. B minta tempe pada ibunya, tapi malah ditawarkan sambel. Tuturan tersebut merupakan fungsi direktif. (11) A: Lagi pergi. Piye-piye cerita tesnya piye? B: Ya, nggak gimana-gimana sih. A: Kira-kira. B: Kalau tesnya aku lolos, tapi ada dua tahap interview. Interview pertama ya lolos, tinggal tunggu 2 minggu lagi. (Konteks: A sedang menanyakan perihal yang terjadi saat tes berlangsung. Percakapan berlangsung di ruang makan). Ujaran “Kalau tesnya aku lolos, tapi ada dua tahap interview. Interview pertama ya lolos, tinggal tunggu 2 minggu lagi” berfungsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
sebagai pelaporan. Anaknya menceritakan mengenai tesnya. Dari tuturan di atas dapat di lihat adanya fungsi representatif. (12) A: Unta hidup di mana? B: Di air. A: Ahh...unta nggak hidup di air, tapi di padang pasir di Arab. (Konteks: A dan C terkejut dengan jawaban B yang masih kecil dan polos. Percakapan berlangsung di ruang makan). Ujaran “Unta nggak hidup di air, tapi di padang pasir di Arab” berfungsi menasehati. Seorang ibu yang memberitahukan anaknya mengenai jawaban yang benar. Dari tuturan di atas terdapat fungsi direktif. (13) A: Berapa orang? B: 3 orang, katanya mereka udah tahu Indomaret juga, bayarnya besar di Indomaret. A: Oh....iya. (Konteks: B baru pulang dari tes melamar pekerjaan. A (Ibunya) menanyakan perihal teman-temannya). Tuturan “3 orang” berfungsi sebagai pelaporan. Anaknya melapor kalau dia bersama 3 orang temannya. (14) A: Kalau Ica ya begini, pegang Hp terus. E: Ngapa e? A: Nggak apa-apa hehe. Tempenya anget-anget gitu ya! (Konteks: E sedang ditegur A. Percakapan berlangsung di ruang makan). Ujaran “pegang Hp terus” berfungsi mengkritik”. bahwa A menegur E karena merasa diacuhkan. Dari tuturan tersebut dapat di lihat adanya fungsi ekspresif. (15) B: Kereta Api ne banyak. Banyak kenapa? A: Transportasi dong. (Konteks: Mereka sedang makan dan berbincang-bincang tentang berbagai hal yang ada di buku B).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Tuturan “Transportasi dong” berfungsi sebagai pernyataan. Ibunya memberi pernyataan jawaban dari pertanyaan anaknya. C. Pembahasan 1. Jenis-jenis Implikatur Dari 3 data percakapan antara orang tua dan anak dalam peristiwa makan malam, terdapat 15 tuturan yang terkumpul. Semuanya dianalisis menggunakan teori pragmatik implikatur. Berdasarkan dari hasil analisis data, ditemukan jenis implikatur percakapan dan fungsi implikatur yang terdapat di dalam percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Jenis implikatur percakapan terdiri dari implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala. Berdasarkan 15 tuturan yang terkumpul, penelitian yang telah dijelaskan di atas, terdapat tujuh implikatur percakapan umum, lima implikatur percakapan khusus, dan tiga implikatur percakapan berskala. Implikatur percakapan umum Seperti yang diungkapkan oleh Yule (2006: 74), implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Pada penelitian ini terdapat 7 tuturan yang termasuk dalam implikatur percakapan umum. Implikatur percakapan khusus, menurut Yule (2006:74), adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
mengasumsikan informasi secara lokal. Pada penelitian ini terdapat lima data yang termasuk dalam implikatur percakapan khusus. Implikatur percakapan berskala, Yule (2006: 74) menyebutkan bahwa implikatur percakapan berskala merupakan bagian dari percakapan umum. Implikatur ini mengungkapkan kuantitas atau skala nilai. Ciri-ciri untuk mengenali implikatur percakapan berskala dapat ditandai dengan kata misalnya, beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, sering, kadang-kadang, selalu. Pada penelitian ini, terdapat tiga data yang termasuk dalam implikatur berskala. Supaya lebih jelas dalam membandingkan ketiga jenis implikatur percakapan yang terdapat dalam penelitian ini, paparan berikut representasi dari implikatur percakapan umum membantu menjelaskan secara singkat sebagai berikut. (2) B: Liat-liat, ini jus apa ya ping? D: Jus susu. B: Jus susu? Susu sama buah pir? Enak ya ping. D: Iya. (6) A: Transportasi itu apa? B: Sarana untuk menghubungkan dari daerah satu ke daerah lain. Alat transportasi apa saja? A: Nggak ngerti. B: Kog nggak ngerti. Kalau mau ke Solo naik apa? A: Kereta Sebagai pembahasan, dua sampel di atas mempresentasikan hasil analisis data pada implikatur umum. Data (2) sesuai konteks dua bersaudara yang lagi membicarakan rasa jus susu yang dicampur buah pir. Kakaknya (B) tertarik dengan jus buatan adiknya (D). Terjadi percakapan antara B dan D. Ketika B bertanya “Liat-liat, ini jus apa?”, kemudian adiknya menjawab “Jus susu”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Peristiwa percakapan ini menunjukan adanya tuturan yang dituturkan D kepada B. Hal ini ditunjukan dengan jawaban “jus susu”, yang sebenarnya tidak perlu diungkapkan namun oleh D sengaja dituturkan supaya B tertarik dengan jus miliknya. Melalui implikasi yang bersifat umum tersebut, akhirnya terjadilah hubungan sosial yang saling menguntungkan. Data (2) melanggar maksim kualitas. Percakapan yang melanggar maksim ini adalah ketika B menuturkan “Jus susu? Susu sama buah pir? Enak ya ping”. Tuturan tersebut bahwa B ingin meyakinkan kebenaran apakah rasa jus tersebut enak atau tidak. Data (6) konteks percakapan tersebut adalah B mengatakan kalau dia tidak mengerti apa saja alat transportasi yang ditanyakan A. Namun, A dengan cepat bertanya lagi supaya B mengerti. Secara sekilas, implikatur dalam percakapan (6) adalah dengan pertanyan yang lebih mudah supaya dapat membantu B menjawabnya. Hal ini tampak pada tuturan yang dituturkan oleh A, yaitu “Kog nggak ngerti. Kalau mau ke Solo naik apa?”. Data (6) melanggar maksim cara. Percakapan yang melanggar maksim ini adalah ketika A menuturkan “Alat transportasi apa saja?”. Tuturan tersebut harus dituturkan secara jelas supaya tidak disalahartikan ketika berkomunikasi. Paparan berikut representasi dari implikatur percakapan khusus membantu menjelaskan secara singkat sebagai berikut. (9) B: Banyak banget susunya, ditambah gula aja. A: Bikin gemuk itu. B: Kalau nggak mau gemuk, ya jangan ditambah gula. (10) B: Minta tempe buk. A: Sambelnya mau nggak?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Data (9) berdasarkan konteks di atas, dapat diketahui bahwa A mengingatkan B kalau gula bisa bikin gemuk. Tuturan tersebut merupakan implikatur percakapan khusus. Hal ini ditunjukkan dengan tuturan “Bikin gemuk itu”. Data (9) melanggar maksim kuantitas. Percakapan yang melanggar maksim ini adalah ketika B menuturkan “Kalau nggak mau gemuk, ya jangan ditambah gula”. Data (10) dalam tuturan tersebut terdapat implikatur percakapan khusus. B menuturkan “Minta tempe!” kepada A, namun yang terjadi tuturan A ialah “Sambelnya mau nggak?”. Adanya konteks yang melatarbelakangi tuturan itu menjadi jelas bahwa percakpan itu mengandung implikatur, B minta tempe, tapi A malah menawarkan sambel. Data (10) melanggar maksim relevan. Percakapan yang melanggar maksim ini adalah ketika B menuturkan “Minta tempe!”, tetapi A menawarkan sambel kepada B. Paparan berikut representasi dari implikatur percakapan berskala membantu menjelaskan secara singkat sebagai berikut. (14) A: Kalau Ica ya begini, pegang Hp terus. E: Ngapa e? A: Nggak apa-apa hehe. Tempenya anget-anget gitu ya! (15) B: Kereta Api ne banyak. Banyak kenapa? A: Transportasi dong. Data (14) dengan kontekssebuah keluarga lagi makan bersama, namun ada yang bermain ponselnya. Ibunya menegur secara bercanda. Implikatur pada percakapan data (14) dapat diketahui dari kata “terus”. Kata tersebut dapat dijadikan sebagai parameter implikatur percakapan berskala sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
implikatur percakapan (14) adalah bahwa A menegur E karena merasa diacuhkan. Data (15) dengan konteks Seorang anak yang masih polos, menanyakan kepada ibunya mengenai kereta api. Implikatur pada percakapan tersebut tidak dapat menghiraukan konteks tuturan. Perhatikan tuturan “Banyak kenapa?”, kata “banyak” dapat dijadikan indikasi bahwa percakapan tersebut merupakan implikatur percakapan berskala.
2. Fungsi Implikatur Pembahasan mengenai fungsi implikatur pada penelitian ini dilihat dari teori yang telah dipaparkan dengan data penelitian yang sudah dianalisis. Percakapan orang tua dengan anak berfungsi untuk menanyakan dan mengajak orang lain untuk menjalin kebersamaan antar anggota keluarga. Berdasarkan teori tindak tutur, terdapat tiga fungsi implikatur, yaitu representatif ialah tindak tutur yang menjelaskan bagaimana sesuatu itu adanya, misalnya pemberian pernyataan, saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, meminta, menasehati; dan ekspresif menyangkut perasaan dan sikap, misalnya meminta maaf, berterima ksaih, memberi ucapan selamat, memuji, menyatakan mengkritik.. Pembahasan fungsi implikatur dipaparkan secara ringkas sebagai berikut. (1) B: Nah ini loh bapak. Bapak, udah makan belum? C: Udah! (10) B: Minta tempe buk. A: Sambelnya mau nggak?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
(14) A: Kalau Ica ya begini, pegang Hp terus. E: Ngapa e? A: Nggak apa-apa hehe. Tempenya anget-anget gitu ya! Data (1) Dari tuturan di dalam data tersebut dapat dilihat adanya fungsi representatif. Fungsi implikatur pada percakapan ini terletak pada tuturan “Udah!”. Tuturan tersebut berfungsi sebagai pelaporan si bapak menjawab pertanyaan si anak bahwa si bapak sudah makan di luar, tapi ikut serta di meja makan karena yang lainnya harus tahu bahwa si bapak sudah makan. Data (10) Dalam tuturan tersebut terdapat fungsi implikatur Direktif. B menuturkan “Minta tempe!” kepada A, namun yang terjadi tuturan A ialah “Sambelnya mau nggak?”. Adanya konteks yang melatarbelakangi tuturan itu menjadi jelas bahwa percakapan itu mengandung implikatur, B minta tempe, tapi A malah menawarkan sambel. Dari tuturan tersebut berfungsi sebagai permintaan. Data (14) fungsi Implikatur pada percakapan data (14) dapat diketahui dari kata “Pegang HP terus” berfungsi sebagai ekspresif. Kata tersebut dapat dijadikan implikatur percakapan (14) adalah bahwa A menegur E karena merasa diacuhkan. Dari tuturan tersebut berfungsi mengkritik. Dari data yang yang sudah dipaparkan, fungsi dari implikatur percakapan dalam penelitian ini adalah representatif, direktif, dan ekspresif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jenis implikatur percakapan yang terdapat dalam percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala. 2. Fungsi implikatur percakapan yang terdapat dalam percakapan orang tua dengan anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik, yaitu representatif ialah tindak tutur yang menjelaskan bagaimana sesuatu itu adanya, misalnya pemberian pernyataan, saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, meminta, menasehati; dan ekspresif menyangkut perasaan dan sikap, misalnya meminta maaf, berterima ksaih, memberi ucapan selamat, mengkritik.
57
memuji, menyatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini yang masih jauh dari sempurna, penulis menemukan beberapa saran yang dapat dipergunakan oleh peneliti selanjutnya terutama dalam penelitian sejenis. 1. Peneliti ini hanya meneliti implikatur dalam percakapan orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam. Oleh karena itu, peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis dapat menganalisis mengenai prinsip-prinsip percakapan dan kesantuan bahasa yang digunakan oleh orang tua kepada anak. 2. Penelitian ini hanya menggunakan alat perekam untuk merekam percakapan yang terjadi. Masih banyak alat yang bisa dipakai untuk penelitian ini, misalnya dengan membuat video selama percakapan berlangsung dan foto juga sebagai bukti yang lebih real.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dan Pemakaian. Malang: Bayu Media. Andreas, Hery Susanto. 2010. SKRIPSI: Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Novel Projo & Brojo Karya Arswendo Atmowiloto. Yogyakarta: PBSID. JPBS. FKIP, USD. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Cumming, Loise. 2007. Pragmatik Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sebuah
Perspektif
Multidisipliner.
Gasdar, Gerald. 1979. Pragmatics: Implicature, Presupposition, and Logical Form, London: Academic Press. Gunarwan, Asim. 1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik dalam Purwa Bambang Kaswanti Pellba 7. Yogyakarta: Kanisius. Harimurti, Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Yogyakarta: UI-Press. Moda, Erniati Thomas. 2012. SKRIPSI: Jenis Implikatur dan Penerapan Prinsipprinsip Percakapan Tawar-menawar antara Penjual dan Pembeli Pakaian di Trotoar Malioboro Yogyakarta. Yogyakarta: PBSID. JPBS. FKIP, USD. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisirevisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nababan, P. W. J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Pemanfaatannya. Jakarta: Debdikbud. Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Purwo, Bambang Kaswanti. 2009. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Pragmatik. Malang: Dioma. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuliani, V. 2009. Implikatur dan Penanda Lingual Kesantunan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Berbahasa Indonesia di Media Luar Ruang. Skripsi. Yogyakarta: PBSID. JPBS. FKIP, USD.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran Klasifikasi Data Jenis Implikatur
IPU
: Implikatur Percakapan Umum
IPK
: Implikatur Percakapan Khusus
IPB
: Implikatur Percakapan Berskala
1. Implikatur Percakapan Umum (IPU) IPU.1 B: Nah ini loh bapak. Bapak, udah makan belum? C: Udah Percakapan antara B dengan C. Konteksnya C datang menghampiri ruang makan, tetapi tidak ikut makan. Implikaturnya: Bahwa C benar-benar sudah makan. IPU. 2 B: Liat-liat, ini jus apa ya ping? D: Jus susu. B: Jus susu? Susu sama buah pir? Enak ya ping. D: Iya. Percakapan antara adik dengan kakak. Konteksnya B ingin mengetahui campuran jus yang diminum D. Implikaturnya: Melihat jus yang diminum adiknya. IPU. 3 A: Piro jus pir susu? D: 5 ribu. A: Murah yo jus ne.
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Percakapan antara Ibu dengan anak. Konteksnya Mereka sedang berbincangbincang tentang minuman. Percakapan terjadi di ruang makan. Implikaturnya: Bahwa Ibunya hanya ingin mengetahui harga jus saja. IPU. 4 B: Aku pengen beli sate loh, tapi ibu malah masak apa toh. Ini apa? A: Labu dan lalapan, suka? B: Nggak, ya udahlah. Aku sama teman-teman di Klaten ya ketemu beberapa orang ngobrol-ngobrol. Percakapan antara Ibu dengan anak pertamanya. Konteksnya B cerewet dalam hal makanan, namun A (Ibunya) tetap masak masakan yang tidak disukai B Implikaturnya: Bahwa anaknya (B) tetap tidak makan masakan Ibunya (A).
IPU. 5 B: Iya, sambelnya kurang pedes kog. Itu sinetron apa sih? A: Tukang Bubur Naik Haji. B: Ya ampun. Percakapan antara A dengan B. Konteksnya A dan B sedang makan. B menanyakan tentang acara televisi yang menyala. Implikaturnya: B tidak menyukai acara yang disiarkan di televisi. IPU. 6 A: Transportasi itu apa? B: Sarana untuk menghubungkan dari daerah satu ke daerah lain. Alat transportasi apa saja? A: Nggak ngerti. B: Kog nggak ngerti. Kalau mau ke Solo naik apa? A: Kereta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Percakapan antara Ibu dengan anaknya. Konteksnya A lagi menyuapi B (anaknya) makan. B makan sambil membaca buku. Implikaturnya: B tetap bertanya tentang buku yang sedang dibacanya meskipun lagi makan. IPU. 7 A: Hewan nggak bisa berbicara karena apa? B: Kalau hewan tidak ada pita suara. A: Kalau manusia karena apa? Manusia yang paling sem... B: Paling sempurna. Percakapan antara A dengan B. Konteksnya B yang masih kecil sedang makan sambil membawa buku. Implikaturnya: B masih bertanya meskipun dimulutnya masih mengunyah makanan.
2. Implikatur Percakapan Khusus (IPK) IPK. 1 D: Kok pedes bener ne (kepedasan), ini semangkok nambah e ya...ampun. B: Ya....kebanyakan saosnya toh buk? A: Ya, ini saos ekstra pedes. B: Ya...ampun, nyengir kamu ping (Sambil tertawa). Percakapan antara adik dengan kakak. Konteknya B adalah kakak D. B mentertawakan D karena kebanyakan makan saos. Percakapan antara A, B, dan E terjadi berlangsung di ruang makan. Implikaturnya: D tetap harus habiskan makanannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
IPK. 2 B: Banyak banget susunya, ditambah gula aja. A: Bikin gemuk itu. B: Kalau nggak mau gemuk, ya jangan ditambah gula. Percakapan antara ibu dengan anak. Konteksnya A tidak ingin badanyan menjadi gemuk. Implikaturnya: A harus menghindar mengkonsumsi gula terlalu banyak.
IPK. 3 B: Minta tempe buk. A: Sambelnya mau nggak? Percakapan antara A dengan B. Konteksnya B sedang ditawari A (ibunya) untuk makan sambel. Implikaturnya: Jawaban mengimplikasikan bahwa tempe belum diberikan kepada B. IPK. 4 A: Lagi pergi. Piye-piye cerita tesnya piye? B: Ya, nggak gimana-gimana sih. A: Kira-kira. B: Kalau tesnya aku lolos, tapi ada dua tahap interview. Interview pertama ya lolos, tinggal tunggu 2 minggu lagi. Percakapan antara A dengan B. Konteknya A sedang menanyakan perihal yang terjadi saat tes berlangsung. Percakapan antara A dengan B terjadi di ruang makan. Implikaturnya:.B masih mengikuti tes selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
IPK. 5 A: Unta hidup di mana? B: Di air. A: Ahh...unta nggak hidup di air, tapi di padang pasir di Arab. Percakapan antara A dengan B. Konteknya A dan C terkejut dengan jawaban B yang masih kecil dan polos. Percakapan terjadi di ruang makan. Implikaturnya: A tetap menjelaskan dengan sabar meskipun jawaban anaknya salah.
3. Implikatur Percakapan Berskala (IPB) IPB. 1 A: Berapa orang? B: 3 orang, katanya mereka udah tahu Indomaret juga, bayarnya besar di Indomaret. A: Oh....iya. Percakapan antara B dengan A. Konteknya B baru pulang dari tes melamar pekerjaan. A menanyakan perihal teman-temannya. Implikaturnya: Muncul pada jawabannya bahwa B sedang bersama temantemannya. IPB. 2 A: Kalau Ica ya begini, pegang Hp terus. E: Ngapa e? A: Nggak apa-apa hehe. Tempenya anget-anget gitu ya! Percakapan antara E dengan A. Konteksnya E sedang ditegur oleh A. Percakapan berlangsung di ruang makan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Implikaturnya: Dibalik kata terus implikaturnya bahwa E tetap memainkan ponselnya. IPB. 3 B: Kereta Api ne banyak. Banyak kenapa? A: Transportasi dong. Percakapan antara A dengan B. KonteksnyaMereka sedang makan dan berbincang-bincang tentang berbagai hal yang ada di buku B (anaknya). Implikaturnya: A tetap menjawab pertanyaan B.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Tabel Data Fungsi Implikatur Kode
Tuturan
Konteks
Implikatur
Fungsi Implikatur
1
B: Nah ini loh bapak. Bapak, C datang Bahwa C benar-benar Fungsi implikatur dalam udah makan belum? menghampiri ruang sudah makan. tuturan itu sebagai pelapor C: Udah makan, tetapi tidak atau representatif. ikut makan.
2
B: Liat-liat, ini jus apa ya ping? B ingin mengetahui Melihat jus D: Jus susu. campuran jus yang diminum adiknya. B: Jus susu? Susu sama buah diminum D. pir? Enak ya ping. D: Iya.
3
A: Piro jus pir susu? D: 5 ribu. A: Murah yo jus ne.
4
Mereka sedang berbincang-bincang tentang minuman. Percakapan terjadi di ruang makan B: Aku pengen beli sate loh, tapi B cerewet dalam hal ibu malah masak apa toh. Ini makanan, namun A apa? (Ibunya) tetap masak A: Labu dan lalapan, suka? masakan yang tidak B: Nggak, ya udahlah. Aku sama disukai B teman-teman di Klaten ya ketemu beberapa orang ngobrol-ngobrol.
yang Fungsi implikatur itu berfungsi untuk meminta atau direktif.
Bahwa Ibunya hanya Fungsi implikatur dalam ingin mengetahui harga tuturan itu sebagai pelapor jus saja. atau representatif. Bahwa anaknya (B) tetap Fungsi implikatur dalam tidak makan masakan tuturan itu sebagai Ibunya (A). pengeluhan atau representatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
5
B: Iya, sambelnya kurang pedes kog. Itu sinetron apa sih? A: Tukang Bubur Naik Haji. B: Ya ampun.
A dan B sedang B tidak menyukai acara makan. B menanyakan yang disiarkan di televisi tentang acara televisi yang menyala.
6
A: Transportasi itu apa? B: Sarana untuk menghubungkan dari daerah satu ke daerah lain. Alat transportasi apa saja? A: Nggak ngerti. B: Kog nggak ngerti. Kalau mau ke Solo naik apa? A: Kereta
A lagi menyuapi B (anaknya) makan. B makan sambil membaca buku.
B tetap bertanya tentang Fungsi implikatur itu buku yang sedang berfungsi sebagai dibacanya meskipun lagi permintaan atau direktif. makan
7
A: Hewan nggak bisa berbicara B yang masih kecil karena apa? sedang makan sambil B: Kalau hewan tidak ada pita membawa buku. suara. A: Kalau manusia karena apa? Manusia yang paling sem... B: Paling sempurna.
B m a si h bertanya Fungsi implikatur itu meskipun dimulutnya berfungsi sebagai m a si h mengunyah permintaan atau direktif. makanan.
8
D:
Kok pedes bener ne (kepedasan), ini semangkok nambah e ya...ampun. B: Ya....kebanyakan saosnya toh
B adalah kakak D. B D tetap harus habiskan mentertawakan D makanannya. karena kebanyakan makan saos.
Fungsi implikatur dalam tuturan itu sebagai pengeluhan atau representatif.
Fungsi implikatur dalam tuturan itu sebagai pengeluhan atau representatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
buk? A: Ya, ini saos ekstra pedes. B: Ya...ampun, nyengir kamu ping (Sambil tertawa). B:
Percakapan antara A, B, dan E terjadi berlangsung di ruang makan.
9
Banyak banget susunya, A t i da k ditambah gula aja. badanyan A: Bikin gemuk itu. gemuk. B: Kalau nggak mau gemuk, ya jangan ditambah gula.
ingin A harus menghindar Fungsi implikatur dalam menjadi mengkonsumsi gula tuturan itu sebagai terlalu banyak pemberian saran atau representatif.
10
B: Minta tempe buk. A: Sambelnya mau nggak?
B sedang ditawari A Jawaban Fungsi implikatur itu (ibunya) untuk makan mengimplikasikan bahwa berfungsi sebagai sambel. tempe belum diberikan permintaan atau direktif. kepada B.
11
A: Lagi pergi. Piye-piye cerita tesnya piye? B: Ya, nggak gimana-gimana sih. A: Kira-kira. B: Kalau tesnya aku lolos, tapi ada dua tahap interview. Interview pertama ya lolos, tinggal tunggu 2 minggu lagi.
A sedang menanyakan B masih mengikuti tes Fungsi implikatur dalam perihal yang terjadi selanjutnya. tuturan itu sebagai pelapor saat tes berlangsung. atau representatif. Percakapan antara A dengan B terjadi di ruang makan.
12
A: Unta hidup di mana? B: Di air.
A dan C terkejut A tetap menjelaskan Fungsi implikatur itu dengan jawaban B dengan sabar meskipun berfungsi menasehati atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
A: Ahh...unta nggak hidup di air, yang masih kecil dan tapi di padang pasir di Arab. polos. Percakapan terjadi di ruang makan A: Berapa orang? B baru pulang dari tes B: 3 orang, katanya mereka udah melamar pekerjaan. A tahu Indomaret juga, menanyakan perihal bayarnya besar di Indomaret. teman-temannya A: Oh....iya.
jawaban anaknya salah.
14
A: Kalau Ica ya begini, pegang Hp terus. E: Ngapa e? A: Nggak apa-apa hehe. Tempenya anget-anget gitu ya!
Dibalik kata terus Fungsi implikatur dalam implikaturnya bahwa E tuturan itu berfungsi tetap memainkan mengritik atau ekspresif. ponselnya.
15
B:
13
Kereta Api ne Banyak kenapa? A: Transportasi dong.
E sedang ditegur oleh A. Percakapan berlangsung di ruang makan.
direktif
Muncul pada jawabannya Fungsi implikatur dalam bahwa B sedang bersama tuturan itu sebagai pelapor teman-temannya. atau representatif.
banyak. Mereka sedang makan A te ta p menjawab da n berbincang- pertanyaan B. bincang tentang berbagai hal yang ada di buku B (anaknya).
Fungsi implikatur dalam tuturan itu sebagai pernyataan atau representatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
BIODATAPENULIS Maria Evi Marianti lahir di Poring pada tanggal 23 Desember 1990. Memulaipendidikan formal di SD Negeri
13
Poring
dandiselesaikannyapadatahun
2002.Setelah lulus, iamelanjutkan di SMPSeyta Budi Nanga Pinoh danpadatahun2005melanjutkanpendidikan di SMA Santa Maria Nanga Pinoh. Padatahun 2008, ia menempuhpendidikan di UniversitasSanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program StudiPendidikanBahasa, Sastra Indonesia.