PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KONFLIK SOSIAL ANTAR TOKOH NOVEL BERJUTA JUTA DARI DELI SATOE HIKAJAT KOELI CONTRACT KARYA EMIL W. AULIA : SUATU PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh : Lucia Intan Suharti 061224010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KONFLIK SOSIAL ANTAR TOKOH NOVEL BERJUTA JUTA DARI DELI SATOE HIKAJAT KOELI CONTRACT KARYA EMIL W. AULIA : SUATU PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh : Lucia Intan Suharti 061224010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTO
Binatang punya otak yang kecil, hanya untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu yang sudah ditetapkan Tuhan, yang membentuk sebuah sistem. Binatang tak bisa memilih mereka mau melakukan sesuatu atau tidak. Mereka sekedar melakukannya. Sebaliknya, manusia punya otak begitu dahsyat, sehingga manusia bisa memilih untuk melakukan fungsi yang benar atau yang tidak benar, bahkan manusia bisa menciptakan sesuatu yang membentuk sistem baru (Agnes Jessica). Hati manusia memikirkan jalannya, tapi Tuhanlah yang menetukan arah langkahnya (Agnes Jessica). Kebanyakan tantangan dalam kehidupan memiliki solusi yang sederhana. Terkadang Anda hanya perlu mundur dan melihat situasinya. Pandanglah dari sudut yang berbeda untuk mendapatkan perspektif terbaik (Greg S. Reid). Awalilah segala sesuatu yang ingin kamu lakukan dengan doa, keyakinan, dan ketulusan, maka kamu akan beroleh kemudahan dalam mengerjakannya dan kemenangan, serta kebahagiaan yang tak ternilai (penulis).
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulisan ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena penyertaanNya, kasih setiaNya dan berkat yang berlimpah dariNya. Bp. Richardus Tumpa dan Ib. Theresia Wartinah yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, serta untaian doa yang tak pernah ada habisnya.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Intan Suharti, Lucia. 2013. Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract Karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra. Skripsi. Yogyakarta. PBSID. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tokoh, penokohan, alur, keadaan sosial, dan konflik sosial. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial dan (2) mendeskripsikan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial dan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract Karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra adalah teknik catat dan teknik simak. Langkah awal dari analisis adalah mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial. Tokoh, penokohan, alur, dan keadaan sosial tersebut digunakan sebagai dasar untuk menganalisis konflik sosial. Dari hasil analisis menunjukkan tokoh utama dalam cerita adalah Van Den Brand dengan tokoh tambahan Jeanne, Wiryo, Tuan Asisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, O.J.H. Van Limburg Stirum, dan Bergmeijer. Alur dalam novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koelii Contract adalah alur lurus atau progresif yang terdiri dari tahapan eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, leraian, dan penyelesaian.Keadaan sosial novel terdapat di perkebunan tembakau di Deli. Konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract terdiri dari tiga konflik, (1) konflik sosial antara individu dengan individu, (2) konflik sosial antara individu dengan kelompok, dan (3) konflik sosial antara kelompok dengan kelompok.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Intan Suharti, Lucia. 2013. The Social Conflict of Character in Emil W.Aulia’s Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract at Sociological Literature Approach.Thesis. Yogyakarta. PBSID. FKIP. Sanata Dharma University. The research is to analyze the character, plot, social situation and social conflict. The purposes are (1) to describe the character in a story, plot, social situation, and (2) to describe the social conflict novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract written by Emil W. Aulia. The research is using the qualitative descriptive research which is having aim of describing the character in a story, plot, social situation, and social conflict in novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract written by Emil W. Aulia. The data collection’s technics are used on the research The Social Conflict of Character in Emil W.Aulia’s Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract at Sociological Literature Approach consist of note and record technic. The first step of the analysis is describing the character, plot, and social situation. The character, plot, and social situation are used as the base of describing the social conflict. The result of the analysis shows that the main character is Van Den Brand and the supporting characters are Jeanne, Wiryo, Tuan Asisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, kuli-kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, and Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, O.J.H. Van Limburg Stirum, and Bergmeijer. The plot of the novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract is going straight or progressive consist of exposition, inciting moment, conflict, complication, falling action and denouement. Social situation Novel’s consist at tobacco horticulture in Deli. The social conflict of novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract consist of three conflict are (1) social conflict among individual with individual, (2) social conflict among individual with group, and (3) social conflict among group with group.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat rahmat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul Konflik Sosial Novel Berjuta - juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract
Karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra yang
diajukan untuk memenuhi salah syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada: 1.
Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2.
Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Pogram Studi PBSID yang selalu memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
3.
Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama yang telah mengarahkan dan membimbing dengan sabar dalam penulisan skripsi.
4.
Drs. G. Sukadi, selaku dosen pembimbing kedua yang dengan telaten membimbing dan memberikan banyak masukan selama penulisan skripsi.
5.
Seluruh dosen PBSID yang telah memberikan pengetahuan, wawasan, dan ilmu pengetahuan yang dapat menjadi bekal masa depan mahasiswa.
6.
Bapak Richardus Tumpa dan Ibu Theresia Wartinah yang telah memberikan kasih sayang, terimakasih untuk ajaran terus “berusaha, berjuang dan belajar” serta untaian doa yang tidak pernah putus untuk putra-putrinya.
7.
Anastasia Sri Sulastri, Marcellus Widiarto, Christina Herni Bekti Pratiwi, dan Lukas Sutadi, kakak - kakakku yang selalu menjadi inspirasi terbesar dan memberikan semangat untuk penulis.
8.
Bapak Paulus Masidi dan Ibu Marcia K. Haryani yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam segala hal bagi penulis. x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….…….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii MOTO………………………………………………………………........
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………
v
PERNYATAAN PUBLIKASI................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………
vii
ABSTRAK………………………………………………………………..
viii
ABSTRACT……………………………………………………………...
ix
KATA PENGANTAR………………………………………………….... x DAFTAR ISI……………………………………………………………..
xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
1
A. Latar Belakang……………………………………………………
1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...
5
C. Tujuan…………………………………………………………….
5
D. Manfaat……………………………………………………………
5
E. Batasan Istilah…………………………………………………….
6
F. Sistematika Penyajian…………………………………………….
7
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………
9
A. Penelitian yang Relevan…………………………………………..
9
B. Landasan Teori……………………………………………………
10
1. Tokoh dan Penokohan………………………………………...
10
2. Alur.………………………………………………………….
16
3. Pengertian Konflik Sosial……………………………………
20
4. Pengertian Novel…………………………………………….
22
5. Kajian Struktural…………………………………………….
23
6. Pengertian Pendekatan Sosiologi Sastra…………………….
24
7. Teori Konflik Sosial…………………………………………..
26
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………...…
27
A. Jenis Penelitian……………………………………………………. 27 B. Sumber Data………………………………………………………. 27 C. Teknik Pengumpulan Data………………………………...……… 28 D. Teknik Analisis Data…………………………………...…………. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...…….
30
A. Deskripsi Data…………………………………………………….. 30 B. Analisis Data……………………………………………...……….
30
1. Tokoh dan Penokohan……………………...…………………
31
2. Alur atau Plot………………………………………………….
63
3. Keadaan Sosial………………………………………………..
68
4. Konflik Sosial…………………………………………………
69
C. PEMBAHASAN…………………………………………………..
74
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 78 A. Kesimpulan………………………………………………………..
78
B. Implikasi…………………………………………………………..
81
C. Saran ……………………………………………………………… 81
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
83
LAMPIRAN……………………………………………………………… 85 BIODATA………………………………………………………………..
xiii
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pemikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, gagasan, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra sebagai
sarana
untuk
mengungkapkan
gagasan,
pengalaman,
pemikiran, dan sebagainya. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembacanya. Menurut Jakob Sumarjo dan Saini, sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud dengan pikiran di sini adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran dan semua kegiatan manusia (1986 : 2). Tjahyono (1987 : 159) mengatakan sastra dibagi menjadi tiga genre, yaitu drama, puisi, dan prosa. Prosa merupakan salah satu genre sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa fiksi dan prosa non fiksi. Novel termasuk salah satu jenis prosa fiksi. Novel adalah cerita yang mengisahkan bagian penting dari episode kehidupan manusia dan diikuti perubahan nasib. Sumardjo (dalam Sayekti 1998 : 4) mengatakan, untuk dapat memahami atau menelaah karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan analisis intrinsik adalah memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan dalam karya sastra. Tokoh, tema, latar, alur, sudut pandang, bahasa, dan amanat adalah unsur intrinsik dalam karya sastra. Lewat unsur inilah karya sastra dapat dianalisis. Peneliti memilih novel sebagai objek penelitiannya karena novel menyajikan kehidupan itu sendiri. Sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial, Walaupun karya sastra juga meniru alam dan kehidupan subjektivitas manusia (Wellek dan Waren dalam Semi, 1990:90). Sumarjo (1981: 12) mengatakan bahwa novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat. Faruk (1999:29) menyatakan bahwa novel adalah cerita tentang suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang promblematik dalam suatu dunia yang juga tergradasi. Jadi, jelas bahwa kesusastraan dapat dipelajari dari disiplin ilmu sosial juga. Novel di pihak lain, umumnya memiliki lebih dari satu plot: terdiri dari satu plot utama dan subplot. Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang karya itu, sedangkan subsubplot adalah berupa (munculnya) konflik - konflik tambahan yang bersifat menopang, mempertegas, dan mengintensifkan konflik utama untuk sampai ke klimaks. Plot - plot tambahan atau sub-subplot tersebut berisi konflik konflik yang mungkin tidak sama kadarnya “kepenting-annya” atau perannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
terhadap plot utama. Masing-masing subplot berjalan sendiri, bahkan mungkin sekaligus dengan penyelesaian sendiri pula, namun harus tetap berkaitan satu dengan yang lain dan tetap dalam hubungannya dengan plot utama (Nurgiyantoro, 1995: 12). Dalam penelitian ini, peneliti terdorong untuk menganalisis konflik sosial yang terdapat dalam novel “Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract” karya Emil W. Aulia. Salah satu novel tentang uraian keadilan (Millioenen uit Deli). Yang menceritakan tentang jutaan kekejaman yang terjadi di Deli, sesuatu yang bagi orang Belanda amat terlarang untuk diketahui. Perbudakan yang nyata terjadi di Deli. Dari suatu masyarakat Kristen yang berkuasa di tanah Sumatera Timur ini, telah mengantarkan kita pada kenyataan bahwa orang Belandalah yang berkuasa di sini. Di Deli, hampir tidak ada gereja, tempat beribadah, tempat memuja Tuhan. Orangorang Kristen di Deli tidak merayakan Hari Kebangkitan atau Pantekosta. Hanya ada satu gereja katolik di Medan. Pada awal abad XX haraga seorang manusia Indonesia tidak lebih mahal dari seekor sapi. Perdagangan manusia benar-benar terjadi (dan diiklankan) pada masa itu. Berlomba-lomba para makelar memasang advertensi mencari dan menyalurkan tenaga kerja untuk mengurus pohon di sebuah perkebunan. Bukan sembarang pohon, tapi konon pohon berdaun uang. Orang pun berbondong-bondong pergi ke tanah yang bernama Deli itu. Sampai di sana, bukan pohon uang yang ditemukan tetapi para tuan kebun Belanda yang menjadikan mereka kuli kontrak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Perbudakan terjadi di balik rimbunnya daun-daun tembakau. Tak banyak yang tahu bahwa tembakau Deli yang terkenal di seluruh dunia, akarnya telah menyerap keringat, air mata, dan darah para kuli. Kolusi terjadi antara para penguasa daerah dengan tuan kebun. Poenale Sanctie menjadi tameng yang melegalkan kekejaman mereka. Tak ada hukum yang melindungi para kuli. Sampai seorang advokat mengungkapkan perbudakan yang keji di dalam sebuah tulisan berjudul Millioenen uit Deli. Sebuah tulisan yang menggemparkan negeri Belanda pada tehun 1902. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract menarik untuk diteliti karena bahasanya yang lugas dan mudah dipahami. Selain itu terdapat konflik-konflik sosial dalam perbudakan di Deli meliputi konflik antara kuli dengan kuli, konflik kuli dengan tuan asistennya, konflik antara tuan tanah dengan orang-orang melayu, konflik antara lelaki cina dengan kuli-kuli Jawa, dan konflik-konflik juga kekejaman para penguasa daerah dengan tuan kebun. Pesan moral yang ingin disampaikan juga sangat bermanfaat untuk pembaca dan mudah ditemukan. Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk mendukung penelitiannya yang menaganalisis konflik sosial
dalam
sebuah
novel.
Pendekatan
sosiologi
sastra
tersebut
dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat (Wiyatmi,2006:97). Menurut (Atar Semi, 1989:46), Pendekatan sosiologi sastra ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Melalui sastra, pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tokoh, penokohan, dan alur serta keadaan sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia ? 2. Bagaimanakah konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia ?
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan alur serta keadaan sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia. 2. Mendeskripsikan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia.
D. Manfaat Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Manfaat yang ingin dicapai peneliti melalui penelitian tersebut antara lain:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
1. Penelitian ini dapat menambah koleksi penelitian dalam bidang kajian sastra, yaitu tentang konflik sosial dalam novel. 2. Bagi guru Bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam pengajaran kesusastraan. 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang ingin meneliti konflik sosial khususnya konflik sosial dalam novel. 4. Peneliti juga berharap agar penelitian mengenai sastra khususnya tentang konflik sosial dalam novel dapat dikembangkan dan dilanjutkan oleh para peneliti yang lain.
E. Batasan Istilah Agar tercapai kesamaan persepsi sebagai usaha dalam memahami penelitian ini, terdapat beberapa istilah berikut ini yang perlu untuk diketahui: a. Konflik Sosial Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya (http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik). b. Novel
“Novel adalah suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan pokok-pokok saja” (Santosa dan Wahyuningtyas, 2010: 46). c. Tokoh
“Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan mempunyai kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan” (Nurgiyantoro, 1995: 165). d. Penokohan Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). e. Alur Alur itu merupakan rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal yang dikerjakan atau diderita oleh tokoh dalam prosa fiksi (Hudson dalam Tjahyono, 1987 : 107). f. Pendekatan Sosiologi Sastra Pendekatan sosiologi sastra adalah suatu pendekatan yang bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat (Atar, 1989: 46).
F. Sistematika Penyajian Skripsi ini menggunakan sistematika penyajian, diawali dengan pendahuluan, kajian teori, dan metodologi penelitian, hasil penelitian dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
pembahasan, kemudian penutup. Penelitian ini disajikan dan dibahas menjadi lima bab sebagai berikut: Bab satu merupakan pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika. Bab dua merupakan kajian teori terdiri dari penelitian yang relevan dan landasan teori. Bab tiga merupakan metodologi penelitian terdiri atas jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab empat merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab lima merupakan penutup terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Ada tiga penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian tentang Konflik Sosial Antar Tokoh Novel “Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract” karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra masih relevan untuk dilaksanakan, yaitu yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Maria Yulia Kusrini pada tahun 2008 dengan judul Konflik Sosial Novel Orang-Orang Malioboro Karya Eko Susanto suatu Tinjauan Sosiologi Sastra. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan konflik soaial yang merupakan cerminan kehidupan suatu kelompok masyarakat di suatu daerah, yaitu Malioboro. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Tri Sakti Murti Astuti pada tahun 2010, Universitas Muhamadiyah Surakarta dengan judul Aspek Sosial dalam Kumpulan Cerpen “Protes” karya Putu Wijaya:Tinjauan Sosiologi Sastra. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kajian struktur dalam kumpulan cerpen “Protes” karya Putu Wijaya dan memaparkan aspek sosial yang terkandung dalam kumpulan cerpen “Protes”. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuti pada tahun 2011, Universitas Negeri Malang dengan judul Konflik Politik dan Sosial dalam Novel De Wints Karya Afifah Afra (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konflik politik dan
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat pada novel De Wints. Konflik politik yang terjadi meliputi perebutan kekuasaan, kapitalisme, dan motif ekonomi. Sedangkan konflik sosial meliputi permintaan kenaikan harga sewa tanah oleh pribumi dan perbedaan kelas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah deskripsi konflik politik yang terjadi dalam novel De Wints. Konflik tersebut meliputi perebutan kekuasaan antara pihak Belanda dan kaum pribumi
dalam
menjalankan
perekonomian terutama di pabrik gula,
kapitalisme yaitu kepemilikan modal, dan motif ekonomi yang menjadi dorongan terjadinya konflik politik. Selain itu konflik sosial yang berupa permintaan kenaikan sewa tanah oleh para pribumi yang tanahnya disewa oleh pihak pabrik (didominasi orang Belanda) dan perbedaan kelas sosial masyarakat baik antara pribumi dengan Belanda maupun antarpribumi itu sendiri.
B. Landasan Teori 1. Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi (Wiyatmi, 2006: 30). Menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995: 165) tokoh cerita adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan dalam berapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Dilihat dari segi peran dan tingkat pentingnya, terdapat tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 1995: 176). Jika dilihat dari fungsi peranan tokoh, terdapat tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Altenbern dan Lewis melalui Nurgiyantoro (1995: 178) tokoh protagnis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, niai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik. Berdasarkan perwatakannya terdapat tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. Tokoh sederhana (simple atau flat character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak tertentu saja. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak saja (Nurgiyantoro, 1995: 182-182). Tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character) adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
tingkah laku bermacam-macam bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga. Oleh karena itu, perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan (Abrams melalui Nurgiyantoro, 1995: 183). Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan terdapat tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd dan Lewis melalui Nurgiyantoro, 1995: 188). Tokoh statis memiliki sifat dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam maupun yang lain dan kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya (Nurgiyantoro, 1995: 188). Berdasarkan pencerminannya terdapat tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal (typical character) adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualias pekerjaannya atau kebangsaannya (Altenbernd dan Lewis melalui Nurgiyantoro, 1995: 190). Tokoh tipikal merupakan penggambaran,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
pencerminan, atau penunjukkan kepada orang, atau sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga atau seorang individu sebagai bagian dari sebuah lembaga, yang ada di dunia nyata. Tokoh netral (neutral character) adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi (Nurgiyantoro, 1995: 191). Masalah penokohan daam sebuah karya tidak semata-mata hanya berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita
saja,
melainkan
bagaimana
melukiskan
penghadirannya secara tepat sehingga mampu
kehadiran
dan
menciptakan dan
mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya atau lengkapnya: pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik ekspositori atau pelukisan secara langsung dan teknik dramatik atau pelukisan secara tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 194). a. Teknik Ekspositori Teknik ekspositori yang sering juga disebut sebagai teknik analitis, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan seara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelitbelit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya (Nurgiyantoro, 1995: 195).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
b. Teknik Dramatik Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilan dalam drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 1995: 198). Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik yang meliputi. 1) Teknik Cakapan Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. 2) Teknik Tingkah Laku Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dalam banyak dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. 3) Teknik Pikiran dan Perasaan Bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang (sering)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat kediriannya juga. 4) Teknik Arus Kesadaran Teknik arus kesadaran (stream of consciousness) berkaitan erat dengan teknik pikiran dan perasaan. Abrams melalui Nurgiyantoro menyatakan bahwa arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (1995: 206). a) Teknik Reaksi Tokoh Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap, tingkah laku orang lain, dan sebagainya berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Bagaimana reaksi tokoh terhadap hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. b) Teknik Reaksi Tokoh Lain Reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
c) Teknik Pelukisan Latar Suasana latar (tempat) sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. d) Teknik Pelukisan Fisik Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak, pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel, rambut lurus menyaran pada sifat tidak mau mengalah, dan sebagainya.
2. Alur Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Hal itu beralasan sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan antarperistiwa yang dikisahkan secara linear akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Plot memang mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa-peristiwa yang susul-menyusul namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995: 111). Agar menjadi sebuah plot, peristiwa-peristiwa itu haruslah disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatan itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 1995: 113).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Luxemburg mengemukakan alur pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Wiyatmi, 2006: 49). Brooks menuturkan alur atau plot adalah struktur yang terdapat dalam fiksi atau drama (Tarigan, 1984: 126). Stanton juga mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau yang menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 1995: 113). Pernyataan Stanton juga didukung pernyataan Kenny bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat (Nurgiyantoro, 1995: 113). Nurgiyantoro (1995: 153-163) membedakan alur atau plot berdasarkan urutan waktu, jumlah, dan kepadatan. Berdasarkan kriteria urutan waktu alur atau plot dibedakan menjadi: a. Lurus atau progresif Plot
dikatakan
progresif
jika
peristiwa-peristiwa
yang
dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti peristiwa oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwaperistiwa yang kemudian. Atau, secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan, konfliks), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
b. Sorot balik atau flash-back Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika), melainkan mungkin dari tahap tengah, atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap cerita dikisahkan. Karya yang berplot jenis ini, dengan demikian langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, bahkan barangkali konflik yang telah meruncing, padahal pembaca belum lagi dibawa masuk mengetahui situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan pertentangan itu, yang kesemuanya itu dikisahkan justru sesudah peristiwa-peristiwa yang secara kronologis terjadi sesudahnya. c. Campuran Secara garis besar plot sebuah karya sastra progresif, tetapi di dalamnya, betapapun kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-adegan sorot-balik. Demikian pula sebaliknya, hal itu disebabkan jika yang demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit, untuk tidak dikatakan tidak bisa, mengikuti cerita yang dikisahkan yang secara terus menerus dilakukan secara mundur. Pengkategorian plot sebuah karya sastra ke dalam progresif atau flash-back, sebenarnya lebih didasarkan pada nama yang lebih menonjol. Hal itu disebabkan pada kenyataannya sebuah cerita umumnya akan mengandung keduanya, atau berplot campuran: progresif-regresif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
Karya sastra yang lengkap mengandung cerita, pada umumnya mengandung delapan bagian alur, yaitu: eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, leraian, dan penyelesaian (Hariyanto, 2000: 38). Uraiannya sebagai berikut: 1) Eksposisi Eksposisi atau paparan adalah bagian karya sastra yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Biasanya eksposisi terletak pada bagian awal karya tersebut. Dalam tahapan ini pengarang memperkenalkan para
tokoh, menjelaskan
tempat peristiwa,
memberikan gambaran peristiwa yang terjadi. 2) Rangsangan Rangsanagan adalah bagian alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan yang saling bertentangan. Bentuknya berupa yang segera terjadi setelah bagian eksposisi terakhir serta memulai timbul konflik. 3) Konflik Konflik atau tikaian adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan. Pertentangan atau konflik tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat: manusia dengan alam, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan penciptanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
4) Rumitan Rumitan atau komplikasi merupakan tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. 5) Klimaks Klimaks atau titik puncak cerita. Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya. Peristiwa dalam tahap ini merupakan pengubah nasib tokoh. Bagian ini, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca, menimbulkan puncak ketegangan. 6) Leraian Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks dan krisis, merupakan peristiwa yang menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian. Dalam tahap ini kadar pertentangan mereda. 7) Penyelesaian Penyelesaian merupakan bagian akhir alur cerita. Dalam tahap ini biasanya rahasia atau kesalahpahaman yang bertalian dengan alur cerita terjelaskan.
3. Pengertian Konflik Sosial Konflik sosial (social conflict), yaitu konflik antar manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan merupakan sumber
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
terjadinya konflik semacam ini. Setiap hari kita melihat atau mengalami sendiri konflik semacam ini (Likumahua, 2001:82). Konflik merupakan satu elemen yang sangat vital di dalam karya sastra. Di samping menggambarkan konflik, karya sastra juga terkadang membahas solusi dari konflik tersebut bagaimana pengarang, melalui tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa di dalam karyanya menyelesaikan konflik dan mengungkapkan efeknya terhadap penyelesaian seluruh masalah yang dibahas dalam karya tersebut (= resolution atau denouement). Jadi suatu karya sastra membentuk, membahas, dan menyelesaikan konflik sebagai suatu cermin kehidupan nyata manusia yang dapat diambil manfaat dan kemungkinan mengalami konflik yang sama (Likumahua, 2001:83). Menurut (Nurgiyantoro, 1995 : 122) Konflik (conflict), yang notabene adalah kejadian yang tergolong penting (jadi ia akan berupa peristiwa fungsional yang utama atau kernel), merupakan unsur esensial dalam pengembangan plot. Pengembangan plot sebuah karya naratif akan dipengaruhi untuk tidak dikatakan: ditentukan oleh wujud dan isi konflik, bangunan konflik yang ditampilkan. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa (baik aksi maupun kejadian) akan sangat menetukan kadar kemenarikan, kadar suspense, cerita yang dihasilkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
4. Pengertian Novel Novel adalah suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang). Secara singkat dan pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada masalah sekecilkecilnya. Dan kejadian yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya perubahan nasib (Santosa dan Wahyuningtyas, 2010:46). Sementara itu, menurut W. Kramer dalam bukunya Inleiding tot de Stilistiche interpretasi van Literaire kunst mengatakan bahwa wujud novel ialah konsentrasi, pemusatan kehidupan dalam suatu saat dalam suatu krisis yang menentukan. Novel menyajikan kehidupan itu sendiri. Sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan kehidupan subjektivitas manusia (Wellek dan Warren, 1990:12 dalam Santosa dan Wahyuningtyas, 2010: 47). Sumardjo, (1981:12) dalam Santosa dan Wahyuningtyas, (2010:47) mengatakan novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel dibentukoleh anggota masyarakat berdasarkan desakandesakan emosional atau rasional dalam masyarakat Faruk (1999:29) menyatakan bahwa novel adalah cerita tentang suatu pencarian yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
tergradasi akan nilai-nilai otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang problematik dalam suatu dunia yang juga terdegradasi. Jadi jelas bahwa kesusastraan dapat dipelajari dari disiplin ilmu sosial juga.
5. Kajian Struktural Karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya merupakan kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung (Pradopo, 2005: 118 -119). Struktur karya sastra adalah hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tujuan analisis struktural adalah memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur
karya
sastra
yang
secara
bersama
menghasilkan
sebuah
kemenyeluruhan. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya plot, tokoh, latar, dan yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan-hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 1995: 36-37). Sesuai dengan namanya pendekatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
struktural memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca (Teeuw dalam Wiyatmi, 2006: 89). Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum yang lainlain, tanpa itu kebulatan makna yang intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tertangkap. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra (Pradopo, 1995: 141).
6. Pengertian Pendekatan Sosiologi Sastra Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek social kemasyarakatan. Pendekatan tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat (Wiyatmi, 2006:97). Menurut (Semi, 1989:46), pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui sastra, pengarang
mengungkapkan tentang suka duka kehidupan
masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
Secara etimologi (asal-usul kata), sosiologi berasal dari kata “sosio” dari bahasa Yunani “sosius” yang berarti bersama-sama, bersatu, kawan dan teman yang dalam perkembangannya berarti “masyarakat” ; dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu mengenai masyarakat, yaitu hubungan antara manusia dengan manusia lainnya (antar manusia) yang kemudian membentuk masyarakat (Kurniawan, 2009: 103). Menurut (Ratna, 2003: 2-3), sosiologi sastra adalah pemahaman karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Suatu pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspekaspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Selain itu juga didefinisikan
suatu
pemahaman
terhadap
karya
sastra
sekaligus
hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakanginya. Sosiologi sastra adalah hubungan dwiarah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interpendensi antara sastra dengan masyarakat. Menurut (Endraswara dalam Kurniawan, 2009 : 105) Sosiologi adalah ilmu yang objek studinya adalah manusia, sedangkan sastra juga demikian, merupakan hasil ekspresi kehidupan manusia yang tidak akan lepas dari akar mastyarakatnya. Oleh karena itu, studi sosiologi sastra hakikatnya adalah menerapkan seperangkat cara pandang dan paradigma sosiologi untuk menganalisis dan memaknai karya sastra, yang menurut (Wellek dan Waren dalam Kurniawan, 2009 :105) mengarah pada : (1) sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, dan lain-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
lainnya yang menyangkut pengarang sebagai pencipta karya sastra; (2) sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya; (3) sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra terhadap masyarakatnya. Oleh karena itu, analisis sosiologi ini dilakukan dalam rangka untuk memahami dan memaknai hubungan yang terjalin dan saling mempengaruhi antara karya sastra dengan masyarakat. Tujuannya agar pemaknaan terhadap karya sastra tidak lepas dari konteks sosialnya karena karya sastra tercipta dalam konteks sosial (Kurniawan, 2009 : 106).
7. Teori Konflik Sosial Menurut Roberth C. North tujuan kelompok-kelompok yang berkonflik tidak hanya mendapatkan nilai-nilai yang diinginkan tetapi juga menentukan, melukai atau mengurangi saingan-saingan mereka. Konflik dapat terjadi di antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain (Sills, 1968: 221-226). Teori ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memperjelas mengenai apa itu konflik sosial dan keberadaan konflik sosial yang terjadi pada tiap-tiap tokoh dalam novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract.
PLAGIAT TIDAK PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKAN TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjutajuta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra ini termasuk penelitian deskriptif dokumentatif yang bertujuan mendeskripsikan tokoh dan penokohan, alur serta keadaan sosial yang terdapat dalam novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia dan penelitian ini juga bertujuan mendeskripsikan konflik sosial yang terdapat dalam novel tersebut. Penelitian deskriptif adalah penelitian dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 1989: 7). Metode dokumentasi sendiri berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 135).
B. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Peneliti menggunakan dokumentasi karena catatan yang menjadi
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
sumber data (Arikunto, 1987: 102). Sumber
data dalam penelitian yang
berjudul Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra adalah sebagai berikut: Judul Buku
: Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract
Pengarang
: Emil W. Aulia
Tahun Terbit
: 2006
Penerbit
: Penerbit Gramedia
Halaman
: 1 - 259
Jumlah Halaman
: 259 halaman
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra adalah teknik catat dan teknik simak. Teknik simak
adalah teknik yang dilakukan dengan
menyimak yaitu menyimak penggunaan bahasa, dalam penelitian ini peneliti menyimak langsung dari teks kemudian dicatat dalam kartu data. Pencatatan seperti itu dapat dipandang sebagai teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133-136).
D. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1989: 112). Selanjutnya menurut Janice McDrury melalui Moleong tahapan analisis data adalah sebagai berikut (2007: 248). 1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data. 2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. 3. Menuliskan ‘model’ dari yang ditemukan. 4. Koding yang telah dilakukan. Analisis yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia: Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra adalah analisis deskriptif. Langkah awal dalam analisis ini adalah mendeskripsikan tokoh dan penokohan, alur serta keadaan sosial. Bagian dari unsur intrinsik yang dianalisis tersebut (tokoh, dan penokohan), serta alur. Ketiga unsur tersebut digunakan sebagai dasar untuk menganalisis konflik sosial yang terdapat dalam novel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian. Hasil penelitian tersebut meliputi (1) deskripsi dan analisis tokoh dan penokohan, alur, serta keadaan sosial yaitu novel yang berjudul Berjutajuta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia. (2) deskripsi analisis konflik sosial dalam novel yang berjudul Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia. Novel yang akan dianalisis itu berjudul Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract karya Emil W. Aulia. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract terdiri dari 259 halaman, diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2006.
B. Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1989: 112). Adapun hasil analisis data yang ditemukan dalam Novel “Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract” karya Emil W. Aulia adalah sebagai berikut.
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
1. Tokoh dan Penokohan Menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995 : 165) tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dalam novel “Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract” karya Emil W. Aulia ada 11 orang, yaitu Van Den Brand, Jeanne Alice Heijligers, Wiryo, Tuan Asisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-Kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, O.J.H. Van Limburg Stirum, dan Bergmeijer. a. Van Den Brand Van Den Brand adalah seorang advokat terkenal Belanda. Namanya tidak hanya tersohor di Deli dan Batavia namun sampai ke daratan Belanda. Dia mempunyai istri bernama Jeanne Alice Heijligers. 1) Penokohan Penokohan pada Van Den Brand dapat diketahui melalui pikiran, tingkah laku, dan sikap. Uraian dari penokohan Van Den Brand adalah sebagai berikut: a) Penegak Keadilan Van Den Brand merupakan sosok yang memperjuangkan keadilan dari dulu sejak Jeanne mengenalnya, menikah, lalu hidup bersama. Pikiran yang mendukung pernyataan tersebut adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan, keadilan harus direbut! Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya (hlm. 246).
Van Den Brand melakukan protes menyeluruh tentang ketidakadilan yang dialami kuli-kuli itu dengan keberanian dan kemauannya yang begitu besar. Pikiran yang mendukung pernyataan tersebut adalah “Aku teringat akan protesnya tentang ketidakadilan yang dialami kulikuli itu. Saat datang ke Hindia-Belanda lalu mengetahui keadaan di sini, baru kusadari betapa besar keberanian dan kemauan yang dibutuhkan untuk bisa melancarkan protes secara menyeluruh seperti yang dilakukannya. Dan semua kemauan serta keberanian itu bisa ada berkat kepercayaan dan ketaatannya pada Tuhan. Keadilan, keadilan, keadilan harus harus dikejar. Demikian prinsip yang diyakininya,…. (hlm 254-255).
Kutipan di atas menunjukan keadilan Van Den Brand yang berprinsip
untuk
terus
memperjuangkan
keadilan
dengan
kemauan dan keberaniannya yang begitu besar. Dan semangat juang itu bisa dimiliki berkat kepercayaan dan ketaatannya pada Tuhan. Pelukisan tokoh Van Den Brand berdasarkan kutipankutipan di atas ditunjukkan melalui pikiran. b) Pantang Menyerah Van Den Brand adalah seorang yang berpegang teguh pada prinsip keadilan. Dia tak pernah menyerah, Karena keadilan itu hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan. Tingkah laku yang mendukung pernyataan tersebut adalah Dia sadar, perjuangannya menentang poenale Sanctie mendapat tantangan keras namun Tuan Van Den Brand tidak menyerah. Keputusannya kembali ke Belanda untuk sementara waktu, bukan sebagai tanda bahwa dia menyerah. Tuan Van Den Brand mencoba meneruskan perjuangannya melalui jalur politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota Majelis Rendah. Namun usahanya gagal. Dia tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
mendapat dukungan dari tman-temannya karena dianggap terlalu radikal. Adakah dia menyerah? Tidak. Tuan Van Den Brand tidak pernah menyerah sebab dia yakin, keadilan hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan. Dan prinsip itu memberinya kekuatan untuk meraih kemenangan dari musuh-musuhnya (hlm. 255).
Kutipan di atas menunjukan sikap Van Den Brand yang tidak mudah menyerah. Mencoba meneruskan perjuangannya dengan berbagai cara. Walaupun usahannya gagal, ia tidak menyerah. Karena dia yakin akan prisipnya. Bahwa keadilan hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan. Pelukisan tokoh Van Den Brand berdasarkan kutipan di atas ditunjukkan melalui tingkah laku. c) Tabah Van Den Brand adalah seorang yang tabah. Walaupun hidupnya penuh dengan duka dan masalah. Ia diboikot, dikucilkan, dipojokkan dan dituduh. Namun ia tetap tabah menghadapi semua permasalahan itu. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah Suka dan duka mereka lewati bersama. Jeanne ingat saat kantor firma hukum Van Den Brand diboikot; polisi-polisi menebang pohon-pohon di depan kantornya; hingga tidak ada yang bersedia menyewakan ruangan untuk praktik pengacaranya. Jean ingat bagaimana tuan-tuan kebun mengucilkannya, mengusirnya dari sositet. Pers borjuis yang memojokkan. Pemerintah Belanda mengirim beberapa polisi untuk memeriksanya dan mengancam menyeretnya ke pengadilan dengan tuduhan memfitnah. Namun Van Den Brand selalu tabah, ketabahan yang beberapa tahun kemudian berbuah (hlm. 246).
Kutipan di atas menunjukkan sikap Van Den Brand yang selalu tabah dalam menghadapi persoalan hidupnya. Pelukisan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
tokoh Van Den Brand berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui sikap. d) Pembela rakyat kecil Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Dia memiliki kemauan yang besar untuk terus berjuang menegakan keadilan dan membela kuli-kuli yang tertindas oleh perbudakan di Deli. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah “Tuan-tuan tentu tahu kenapa para pengusaha perkebunan begitu berkuasa di Deli. Sebab, mereka bisa membeli hukum dan hakim. Aku mengetahui, Inspeksi Perburuan lebih dulu sudah dibentuk namun lembaga itu belum bekerja dengan baik. Lihatlah personil lembaga ini miskin dan tidak memiliki wewenang untuk berbuat tegas terhadap para pengusaha perkebunan. Apalagi, tidak ada mata-mata ditempatkan di perkebunan sehingga kejahatan terhadap kuli lolos dari pantauan inspeksi itu. Kekerasan terhadap para kuli tetap ada. Di atas segalanya, sepanjang poenale sanctie belum dihapuskan maka selama itu pula kekerasan terhadap kuli-kuli pribumi akan terus terjadi. Tidak ada kata lain, poenale sanctie harus dicabut karena peraturan itu hanya membuat pengusaha hidup bergelimang kemewahan sementara kuli-kuli hidup sengsara dalam genangan keringat, air mata dan darahnya. Para pekerja di perkebunan harus mendapat kemerdekaan. Mereka harus diberi kebebasan menentukan pekerjaan yang mereka sukai dan dengan apa mereka menghidupi dirinya”(hlm. 251). Tuan Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Tidak banyak orang seperti dia. Tuan Van Den Brand menunjukkan keberanian, kelugasan, kecerahan, dan hidup mudanya pada perlawanan terhadap kerakusan para pembesarnya sendiri. Sampai akhir hayatnya, dia terus berjuang meruntuhkan tembok perbudakan yang orang kira tidak mungkin bisa diruntuhkan (hlm. 256).
Kutipan di atas menunjukkan sikap Van Den Brand yang selalu membela rakyat kecil, kuli-kuli yang menjadi budak di perkebunan Deli yang menderita, tertindas, dan sengsara akibat dari kejahatan poenale sanctie. Pelukisan tokoh Van Den Brand berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui sikap.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
2) Jenis Tokoh a) Tokoh Utama Dilihat dari segi peran dan tingkat pentingnya tokoh utama adalah tokoh yang penting dan mendominasi sebagian besar cerita. (Nurgiyantoro, 1995: 176). Ia adalah tokoh yang paling banyak diceritakan
karena tokoh utama paling banyak
dihubungkan dengan tokoh-tokoh lain (Nurgiyantoro, 1995: 178). Tokoh Van Den Brand juga menjadi pusat cerita dalam novel. Bukti tokoh Van Den Brand penting dan mendominasi cerita adalah penceritaan yang mulai dari awal, tengah, sampai akhir menceritakan tentang Van Den Brand, kutipan yang mendukung pernyataan berikut adalah “Tuan-tuan yang saya hormati,” Van Den Brand menyapa lantang. “Sekalipun rumah sakit yang baik dibangun dan sejumlah uang ditambah sebagai upah bagi kuli-kuli itu, tidak akan mengubah pandanganku tentang aturan kuli. Pemerintah Belanda, baik yang berada di seberang sana atau tangan-tangannya yang berkuasa di Hindia-Belanda ini telah melakukan kesalahan yang menakuktkan. Mereka telah melawan Tuhan karena membiarkan puluhan ribu orang pribumi dan orang Cina di Deli ini menderita akibat aturan yang mereka buat (hlm.64). Sekitar pukul sembilan setelah sarapan pagi. Van Den Brand duduk di beranda kamar di lantai dua Hotel Medan tempatnya menginap. Di bawah siraman hangat cahaya matahari tropis khas Sumatera Timur, dia meneruskan membaca tulisan sejumlah ahli tentang ordonansi perbudakan. Dia sudah membaca beberapa; disertasi Van Delden, tulisan Prof. Mr. G.A. Van Hamel. Sekarang dia larut dalam artikel karangan Justus yang dimuat dalam koran Java Bode (hlm. 118). Tak terkecuali Van Den Brand. Dia datang ke Deli, ke Hindia-Belanda untuk mencari penghidupan. Tanah Kolonial adalah tanah masa depan. Begitu menyandang gelar Meester in de Rechten (Belanda) Sarjana Hukum dari Universitas Amsterdam, dia melintasi lautan, meninggalkan Geervliet, tanah kehidupannya. Mulanya Van Den Brand menetap di Semarang, bekerja di sebuah kantor advokat. Sempat pula beberapa waktu tinggal di Batavia untuk pekerjaan yang sama. Hingga pada sebuah petang yang panas di akhir Oktober 1897, dia tiba di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Medan, menyahuti ajakan J. Hallerman. Pria Jerman itu mengajaknya menerbitkan Sumatera-Post, koran ketiga setelah Deli-Courant dan De Ooskust yang lebih duli beredar di Medan. Dan, waktu berputar seperti kincir yang teratur. Dua tahun kemudian, dia meninggalkan pekerjaannya sebagai wartawan, memutuskan berkarier penuh sebagai advokat (hlm.124-125). “Belanda dan Hindia gempar. Semua orang membicarakan Millioenen uit Deli yang Tuan tulis. Tuan telah membuat sejarah. Luar biasa.” J.T.L. Rhemrev menatap mata Van Den Brand. Roman wajah pria itu terlihat serius. “Terima kasih atas pujian Anda, Tuan Rhemrev.” Bibir Van Den Brand mengukir senyum. Senyum yang tampak pahit. Diraihnya cangkir kopi di meja lalu diteguknya. “Dan saya tidak ingin Anda terkena getah, Tuan Rhemrev. Saya berharap Anda tidak takut berhubungan dengan saya.” Van Den Brand melanjutkan. Nada suaranya terdengar getir. “Oh, Tentu tidak. Justru saya berharap Tuan bisa membantu saya selama berada di sini. Bukankah saya kemari karena Millioenes uit Deli yang Tuan tulis itu?” Rhemrev tersenyum (hlm.228-229). “Tuan-tuan yang terhormat,” Van Den Brand sudah memulai nada suaranya tegas. “Kondisi Pantai Timur Sumatera sangat mengkhawatirkan dan sungguh tidak sulit bagiku menuliskan kembali brosur Millioenen uit Deli. Kekerasan demi kekerasan yang menimpa kuli-kuli it uterus terjadi sementara skandal-skandal lama tidak pernah terselesaikan. Poenale sanctie terbukti hanya melahirkan kesengsaraan berkepanjangan terhadap para pekerja di perkebunan-perkebunan Deli. Tidak ada keadilan di tanah-tanah Sumatera Timur. Apa yang kusampaikan dalam brosurku 19 tahun silam terus terjadi hingga sekarang (hlm.249). Dibatasi oleh meja kecil itu, Jeane duduk mendampingi. Van Den Brand tidak bisa menolak lagi anjuran dokter. Dia harus banyak istirahat kalau tidak ingin kesehatannya memburuk (hlm.252). Sesosok tubuh terbaring tenang dalam sebuah peti berselimut tirai putih. Sejumlah anggota Volksraad, wakil-wakil dari berbagai perkumpulan Eropa di Batavia, sahabat-sahabat dan kerabat, mengitari peti itu. Kepala mereka tertunduk. Keharuan menggantung. Bergmeijer menekukkan kepalanya sedikit. Dipandanginya kembali peti itu. Matanya berkaca-kaca. Dia tak bisa menyembunyikan perasaan duka karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya (hlm.254).
b) Tokoh Protagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh
yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, niai-nilai yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995: 178). Tokoh protagonis dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
cerita tersebut adalah Van Den Brand. Van Den Brand dapat dikatakan sebagai hero karena penegak keadilan, pantang menyerah, tabah, pembela rakyat kecil dalam cerita. Hal tersebut terlihat dalam kutipan cerita berikut ini Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan, keadilan harus direbut! Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya (hlm. 246). Dia sadar, perjuangannya menentang poenale Sanctie mendapat tantangan keras namun Tuan Van Den Brand tidak menyerah. Keputusannya kembali ke Belanda untuk sementara waktu, bukan sebagai tanda bahwa dia menyerah. Tuan Van Den Brand mencoba meneruskan perjuangannya melalui jalur politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota Majelis Rendah. Namun usahanya gagal. Dia tidak mendapat dukungan dari tman-temannya karena dianggap terlalu radikal. Adakah dia menyerah? Tidak. Tuan Van Den Brand tidak pernah menyerah sebab dia yakin, keadilan hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan (hlm. 255). Suka dan duka mereka lewati bersama. Jeanne ingat saat kantor firma hukum Van Den Brand diboikot; polisi-polisi menebang pohon-pohon di depan kantornya;hingga tidak ada yang bersedia menyewakan ruangan untuk praktik pengacaranya. Jean ingat bagaimana tuan-tuan kebun mengucilkannya, engusirnya dari sositet. Pers borjuis yang memojokkan. Pemerintah Belanda mengirim beberapa polisi untuk memeriksanya dan mengancam menyeretnya ke pengadilan dengan tuduhan memfitnah. Namun Van Den Brand selalu tabah, ketabahan yang beberapa tahun kemudian berbuah (hlm. 246). Tuan Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Tidak banyak orang seperti dia. Tuan Van Den Brand menunjukkan keberanian, kelugasan, kecerahan, dan hidup mudanya pada perlawanan terhadap kerakusan para pembesarnya sendiri. Sampai akhir hayatnya, dia terus berjuang meruntuhkan tembok perbudakan yang orang kira tidak mungkin bisa diruntuhkan (hlm. 256).
c) Tokoh Sederhana (simple atau flat character) Tokoh sederhana (simple atau flat character) adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifatwatak tertentu saja. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak saja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
(Nurgiyantoro, 1995: 182-182). Van Den Brand hanya memiliki satu pencerminan sifat-watak tertentu saja, yaitu sebagai seorang yang berjiwa pahlawan atau pejuang yang dengan kemauan besar menegakkan keadilan dan pembela rakyat kecil, seperti kuli-kuli di perkebunan Deli. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah “Aku teringat akan protesnya tentang ketidakadilan yang dialami kulikuli itu. Saat datang ke Hindia-Belanda lalu mengetahui keadaan di sini, baru kusadari betapa besar keberanian dan kemauan yang dibutuhkan untuk bisa melancarkan protes secara menyeluruh seperti yang dilakukannya. Dan semua kemauan serta keberanian itu bisa ada berkat kepercayaan dan ketaatannya pada Tuhan. Keadilan, keadilan, keadilan harus harus dikejar. Demikian prinsip yang diyakininya,…. (hlm 254-255). Tuan Van Den Brand adalah pejuang hukum yang disegani di HindiaBelanda. Dia membela nasib para pekerja di perkebunan-perkebunan Deli. Banyak di antara orang-orang yang dibelanya itu tidak tahu bagaimana Tuan Van Den Brand gigih berjuang menegakkan hukum bagi mereka (hlm. 257). Tuan Van Den Brand telah meninggal, bagi mereka yang pernah kenal dengan almarhum, baik sebagai sahabat, saudara atau lawan-lawannya pasti mengakui kehilangan atas kepergiannya. Almarhum dikenal memiliki kemauan besar untuk menegakkan keadilan di HindiaBelanda. Secara cuma-cuma dia membela keadilan bagi kepentingan orang-orang tertindas (hlm. 257).
d) Tokoh Statis Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai
akibat
adanya
peristiwa-peristiwa
yang
terjadi
(Altenbernd dan Lewis melalui Nurgiyantoro, 1995: 188). Tokoh statis memiliki sifat dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita. Van Den Brand
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
merupakan tokoh yang tidak mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan, keadilan harus direbut! Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya (hlm. 246). Sembilan belas tahun berlalu dan waktu tak sedikitpun bisa mengikis pandangannya tentang Deli. Bahwa Deli hanya sebuah kata, sebuah bunyi, namun betapa tanah itu memberinya jutaan kesan. Tak sejengkal pun tanah Deli lepas dari perhatiannya (hlm. 249). Dia sadar, perjuangannya menentang poenale Sanctie mendapat tantangan keras namun Tuan Van Den Brand tidak menyerah. Keputusannya kembali ke Belanda untuk sementara waktu, bukan sebagai tanda bahwa dia menyerah. Tuan Van Den Brand mencoba meneruskan perjuangannya melalui jalur politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota Majelis Rendah. Namun usahanya gagal. Dia tidak mendapat dukungan dari tman-temannya karena dianggap terlalu radikal. Adakah dia menyerah? Tidak. Tuan Van Den Brand tidak pernah menyerah sebab dia yakin, keadilan hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan (hlm. 255). Tuan Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Tidak banyak orang seperti dia. Tuan Van Den Brand menunjukkan keberanian, kelugasan, kecerahan, dan hidup mudanya pada perlawanan terhadap kerakusan para pembesarnya sendiri. Sampai akhir hayatnya, dia terus berjuang meruntuhkan tembok perbudakan yang orang kira tidak mungkin bisa diruntuhkan (hlm. 256).
b. Jeanne Alice Heijligers Jeanne Alice Heijligers adalah istri Van Den Brand. Biasa dipanggil Jeanne. Mereka bertemu di Medan. Jeanne pertama kali bertemu dengan Van Den Brand di kantor. Karena dulu lelaki itu sering datang ke kantor Tuan Heijligers, ayah Jeanne, seorang notaris. 1) Penokohan Penokohan pada Jeanne Alice Heijligers dapat diketahui melalui tingkah laku, dan pikirannya. Uraian dari penokohan Jeanne Alice Heijligers adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
a) Setia Jeanne Alice Heijligers atau Jeanne merupakan sosok yang baik dan setia kepada suaminya. Sudah bertahun-tahun lamanya hidup bersama dengan Van Den Brand. Jeanne selalu menemani dalam keadaan suka dan duka. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan, keadilan harus direbut! Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya. Suka dan duka mereka lewati bersama (hlm. 246).
Pada suatu hari suaminya sakit, Jeanne selalu menemani, mengamati dan merawatnya. Perasaan cemas Jeanne juga sering muncul karena melihat sakit suaminya. Kutipan yang mendukung peryataan di atas adalah “Hugh… huk… huk.” Van Den Brand terbatuk. Jeanne seketika bangkit. Dadanya berdebar. Segera diraihnya gelas di pinggir meja dan cepat-cepat diberikannya kepada Van Den Brand. “Minumlah!” Van Den Brand meneguknya. Jeanne mengamati penuh kecemasan sampai gelas itu kembali diraihnya. “Sayang, sudah malam. Kau kurang istirahat. Aku tidak ingin kau jatuh sakit. Ayolah kita tidur (hlm. 247).”
Kutipan di atas menunjukkan kesetiaan Jeanne kepada suaminya dalam keadaan apapun. Di saat sehat ataupun sakit. Ketika
suaminya
memperhatikan
dan
jatuh
sakit,
merawatnya.
Jeanne
setia
Hingga
menemani,
memperhatikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
suaminya dengan mengajaknya untuk beristirahat yang cukup. Pelukisan tokoh Jeanne berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui tingkah laku. 2) Jenis Tokoh Jeanne merupakan tokoh tambahan karena hanya dimunculkan sekali secara langsung dalam uraian cerita pada bagian akhir saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah “Hugh… huk… huk.” Van Den Brand terbatuk. Jeanne seketika bangkit. Dadanya berdebar. Segera diraihnya gelas di pinggir meja dan cepat-cepat diberikannya kepada Van Den Brand. “Minumlah!” Van Den Brand meneguknya. Jeanne mengamati penuh kecemasan sampai gelas itu kembali diraihnya. “Sayang, sudah malam. Kau kurang istirahat. Aku tidak ingin kau jatuh sakit. Ayolah kita tidur (hlm. 247).” “Ayo kita istirahat.” Jeanne masih menatap mata Van Den Brand. “Kau harus istirahat (hlm. 248)!” Mata Jeanne tampak khawatir. Beberapa hari ini Van Den Brand terlihat tidak begitu sehat. Dia sering batuk. Kemarin, dokter telah memeriksa dan member obat. Udara Batavia di musim kemarau ini sepertinya tidak begitu baik untuk Van Den Brand (hlm.248).
c. Wiryo Wiryo adalah seorang kuli pembuka hutan. Sudah empat tahun dia bekerja di perkebunan. Setahun belakangan dia dipindahkan ke bangsal peragian. Sejak itu, pundaknya yang kecoklatan, nyaris hitam itu, memanggul daun-daun tembakau yang telah dikeringkan di bangsal pengeringan untuk diangkut ke bangsal peragian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
1) Penokohan Penokohan pada Wiryo dapat diketahui melalui tingkah laku. Uraian dari penokohan Wiryo adalah sebagai berikut: a) Jahat Wiryo yang siang itu terlihat bekerja seperti biasa, tak ada tanda-tanda kalau dia berani melakukan hal tercela itu. Semua terjadi saat istirahat siang, semua kuli beristirahat untuk makan siang. Wiryo diama-diam berjalan mengikuti Tuan Asisten ke kamar mandi karena ingin membunuhnya. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Semua terjadi saat istirahat siang, saat semua kuli beristirahat untuk makan siang. Wiryo mengendap-endap masuk melalui dapur di rumah Tuan Asisten. Saat membelok ke arah kamar, dia melihat Tuan Asisten berjalan menuju kamar mandi. Wiryo tau kebiasaan Tuan Asisten. Siang hari, lelaki Eropa itu biasa pulang ke rumahnya untuk istirahat tidur siang, satu hingga dua jam (hlm. 93-94). Wiryo mengecilkan badannya di balik dinding, menahan napas dan memusatkan perhatian. Dengan langkah kaki hati-hati, mata yang awas, diam-diam dia mengikuti pria jangkung berambut pirang seperti jagung itu. Tuan Asisten saat itu sedang mencuci muka dan alangkah terperanjat dia tatkala sosok Wiryo muncul tiba-tiba di balik cermin. Sebelum sempat dia berteriak, Wiryo telah menumbukkan tubuh jangkungnya ke dinding. Membungkam mulutnya. “Diam!” ancam Wiryo dengan suara berdesis. Wajah Tuan Asisten seketika memucat. Wiryo segera meraba pinggangnya, meraih pisau yang disimpan di balik bajunya. Napas pemuda itu memburu. Dadanya turun naik. Keinginan membunuh yang sudah menjalar sampai ke ubun-ubunnya kini siap meledak. Wiryo segera menyarangkan pisau itu ke pinggang Tuan Asisten. Semua hampir terjadi ketika Mandor Kosim tiba-tiba muncul. Laki-laki itu menarik bahu Wiryo (hlm. 94).
Kutipan di atas menunjukkan niat jahat Wiryo yang mempunyai keinginan membunuh Tuan Asisten. Keinginan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
membunuh yang sudah menjalar sampai ke ubun-ubunnya dan meledak. Namun usaha yang telah dilakuan Wiryo untuk membunuh Tuan Asisten gagal. Ketika semua hampir terjadi Mandor Kosim tiba-tiba muncul dan menarik bahu Wiryo. Pelukisan tokoh Wiryo berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui tingkah laku. 2) Jenis Tokoh Wiryo merupakan jenis tokoh tambahan karena hanya dimunculkan sekali secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian awal saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Sudah empat tahun Wiryo bekerja di perkebunan. Dulu, dia kuli pembuka hutan. Setahun belakangan, dia dipindahkan ke bangsal peragian. Sejak itu, pundaknya yang kecoklatan, nyaris hitam itu, memanggul daun-daun tembakau yang telah dikeringkan di bangsal pengeringan untuk diangkut ke bangsal peragian (hlm. 93). Sebuah pukulan tiba-tiba menghujam di wajah Wiryo. Kuli itu terhenyak, terpelanting, lalu jatuh berguling hingga tubuhnya membentur pintu kamar mandi. Mandor Kosim menatapnya penuh kemarahan. Tapi seperti singa kelaparan yang kehilangan buruan, Wiryo menghambur, berusaha menerkam Tuan Asisten. Namun dengan sigap Mandor Kosim berhasil menghalanginya (hlm. 94). Cemeti panjang itu membelah udara, meliuk seperti ular hitam dan segera menyengat punggung Wiryo yang telanjang. Wiryo meraung keaskitan. Kepalanya dan kakinya terhenyak naik menahan kesakitan tak terperikan. Daging punggungnya koyak, dibelah oleh lecutan cemeti yang liar (hlm. 95). Cemeti terus berputar- putar di udara bagai tarian liar seekor ular hitam. Suara desing dan bunyi daging yang tercabik-cabik membelah langit. Sahut bersahut. Lolongan Wiryo yang panjang dan terdengar memilukan itu menggetarkan dinding-dinding bangunan perkebunan dan menembus hingga ke pucuk-pucuk pohon di hutan. Kuli-kuli bergidik mendengar suara-suara itu (hlm. 96). Dokter perkebunan, seorang Belanda mendekati Wiryo. Sejenak, dia meletakkan tangannya di leher kuli malang itu lalu menatap Tuan Asisten dengan tatapan dingin. Setelah menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat, dokter perkebunan itu berseru pelan. “Hij is dood.” (Belanda) dia sudah mati (hlm. 96).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
d. Tuan Asisten Tuan Asisten adalah seorang kepala bagi kuli-kuli di perkebunan Deli. Sifatnya yang kejam membuat para kuli merasa takut melakukan apapun yang diperintahkan Tuan Asisten kepada mereka. 1) Penokohan Penokohan pada Tuan Asisten dapat diketahui melalui tingkah laku. Uraian dari penokohan Tuan Asisten adalah sebagai berikut: a) Kejam Tuan Asisten adalah seorang yang begitu kejam dan selalu menekan para kuli. Ia juga menghukum dua orang kuli cina yang malas, tidak mau bekerja. Mereka ketahuan berkelahi pada saat bekerja. Mereka disuruh untuk berkelahi, saling memukul, layaknya sebuah pertandingan. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah Dari balik dangau, Lau Liong mucul. Dia berjalan sambil menyeret dua orang kuli (hlm. 85). “Ada apa dengan mereka tandil (mandor)?” Tuan Asisten menyongsong mereka dengan pertanyaan. Nada suaranya pelan dan dingin (hlm. 85). Lau Liong berdiri tegap. Dadanya membusug (hlm. 85). “Ini macam, Tuan. Ini olang pemalas. Mereka titak mau kelja. Mereka kelahi. Tlus, saya wawa ke sini.” (hlm. 85) Tuan asisten mengamati sambil mengelus kumisnya yang melengkung, ditatapnya satu demi satu kedua kuli itu. Lurus-lurus. Dua orang kuli Cina yang kusam berdiri dengan kepala menekuk (hlm. 85). Sekarang didekatinya mereka (hlm. 85). “Jij en jou (Belanda) Kamu dan kau tidak mau kerja, heh? Begitu?” suara Tuan Asisten penuh tekanan. Mata birunya tajam meringis. Di sini bukan tempat kelahi. Di sini tempat kerja. Mengerti?” (hlm. 85)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Kedua kuli itu diam (hlm. 85). “Hoi, tengal titak Tuan Tanya?” Lau Liong menghardik. “O-owe, Tuan…” Serentak kuli-kuli itu menjawab. Terbata-bata. Tuan Asisten berbalik, menjauh beberapa langkah lalu kembali menatap tajam. “Zeg (Belanda) Hei, siapa nama kamu?” “Yun Tao…” “Kamu?” “A Cheng,” “Siapa yang pertama mukul?” (hlm. 85) A Cheng dan Yun Tao saling melirik. Hening sejenak (hlm. 86). “Siapa yang pertama mukul?” Tuan Asisten mengulang (hlm. 86). Kedua kuli itu saling berpandangan. Hingga kemudian bibir A Cheng bergetar dan berkata, “L-lia pukut owe, Tuan Besat” “Betul kamu pukul dia?” Yun Tao beku. Senyap merayap. Tuan Asisten mengalihkan pandangannya, menatap tajam Yun Tao seperti hendak melumatnya (hlm. 86). “Wel, godverdomme. Jadi kamu yang pertama pukul, heh?” Yun Tao masih diam. Kakinya gemetar. Matanya menatap tajam kakinya. “Jawaaabbbbbbb!” “O-owe, Tuan ….. Wetul, Tuan,” Yun Tao terbata-bata. Uan Asisten mendekatinya. Segera ditariknya baju kuli itu. “Kamu mau sok jagoan di sini, heh?” Yun Tao menggeleng. Meneguk ludah. Kecut. Beberapa detik menggelepar dalam kesenyapan. Sejurus, dengan sebuah sentakan, Tuan Asisten melepaskan cengkeraman tangannya di baju Yun Tao (hlm. 86). “A Cheng!” “Owe, Tuan…” “Sekarang kamu boleh pukul ini orang tiga kali. Ayo, pukul dia! Sekarang!”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Yun Tao tersentak. Matanya meronta. “Tapi, Tuan…” “Tunggu apa? Ayo, sekarang kamu pukul dia!” “Tapi, Tuan…” “Diam setan!” Ragu-ragu A Cheng berindak. “Cepaaaaattttttttt!” “O-owe, Tuan…” A Cheng menghadapkan badannya ke arah Yun Tao. Dihirupnya udara, dibiarkannya rongga dadanya diisi tenaga. Perlahan, kedua tangannya kini mengepal (hlm. 86). “Hei, kamu!” Tuan Asisten menunjuk Yun Tao (hlm. 87). “O-owe, Tuan.” “Dengar, ya. Kalau dia mukul kamu, kamu tidak bole melawan!” Yun Tao diam. Pasrah. Meneguk ludah. “Ayo sekarang pukul dia!” Yun Tao kian gemetar. Sejenak hening. Orang-orang menunggu dengan perasaan berdebar. A Cheng menarik napas lagi. Kepalan tangannya kian menggumpal. Seluruh tenaga alam seperti dia pusatkan dalam kepalan tinjunya dan… tanpa sempat Yun Tao menduga, A Cheng sudah menyerangnya. Kepalan tinjunya tepat bersarang di perut Yun Tao. Seketika Yun Tao terjengkang, membuyarkan barisan kuli di depan. Beberapa orang terpekik (hlm. 87). Suasana mendadak tegang. Yun Tao berusaha berdiri. Agak sempoyongan (hlm. 87). “Bagus. Lagi! Pukul lagi dia!” seru Tuan Asisten. Gembira. Mata A Cheng membuas. Dadanya bergemuruh. Perintah Tuan Asisten seperti sihir. Dia bersiap menggunakan kesempatan kedua dan…. Bhukk! Mulut Yun Tao dia sikat (hlm. 87). Tentu saja Yun Tao kembali terjengkang. Hidungnya mendarat di tanah (hlm. 87). Orang-orang tercenung. Mereka memperhatikan Yun Tao yang mencoba berdiri. Tertatih-tatih (hlm. 87). Tuan Asisten mengusap tongkatnya. Di dekatnya, A Cheng berdiri tenang. Dia siap menunggu perintah ketiga (hlm. 87). “Lagi, pukul dia!”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
Hugh! Belum penuh Yun Tao berdiri, sebuah tendangan hinggap di perutnya. Yun Tao terpelanting (hlm. 87). A Cheng puas. Dipandanginya kini Yun Tao yang merangkak, tampak menderita mencoba berdiri (hlm. 87). Orang-orang tercenung. Tidak ada yang mau membantu Yun Tao. Untuk apa ditolong? (hlm. 87) Kepala Yun Tao pusing namun sayup-sayup telinganya mendengar Tuan Asisten berkata, “Sekarang giliranmu! Yun Tao, kamu boleh pukul A Cheng tiga kali juga!” (hlm. 88) A Cheng tersentak. Matanya terbelalak. Dia tidak menyangka Tuan Asisten menyuruh Yun Tao membalas (hlm. 88). “Pukul dia tiga kali! Ayo, berdiri! Dan kamu…” Tuan memandang A Cheng. “Kamu tidak boleh melawan!” (hlm. 88) Perintah itu seperti kejutan petir yang menyentak. Yun Tao merasakan kedua kakinya seketika menguat. Dadanya dipenuhi keinginan untuk membalas. Ditatapnya Yun Tao dengan mata yang mengiris (hlm. 88). “Ayo, pukul dia! Cepaaaattttt!” Seperti harimau terluka Yun Tao menerkam A Cheng. Kedua kuli itu bergulingan di tanah. Dan sekonyong-konyong, kemudian terdengar suara A Cheng meringis dan tubuhnya terhenyak. Sebuah pukulan mendarat telak di ulu hatinya (hlm. 88). Yun Tao puas dalam napasnya yang terengah-engah. Ditatapnya A Cheng yang kini terduduk di tanah (hlm. 88). Sejurus, telinganya tegas mendengar perintah Tuan Asisten “Dua! Ayo, pukul lagi dia!” A Cheng masih terduduk di tanah. Kepalanya pusing. Dilihatnya barisan orang-orang di depannya. Kabur. Membayang-bayang. Dan pandangannya semakin kabur dan membayang-bayang tatkala kaki Yun Tao memandang telinga kanannya (hlm. 88). “Atuhhh!” A Cheng terpekik keskitan. Tentu dia kesakitan. Gendang telinganya pecah (hlm. 88). Kini A Cheng tak melihat apa-apa lagi. Semua hitam. Gelap. Hanya suara berdenging yang yang dia dengar. Sepertinya, ribuan lebah bersarang dalam kepalanya yang sempit (hlm. 88). Orang-orang bisu. Mereka melihat darah menetes dari gendang telinga A Cheng (hlm. 88). “Kamu kalah. Kamu berdarah. Dia hebat.” Tuan Asisten terbahak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
“Tigaaa…” Tuan berteriak lagi. “Ayo, pukul lagi dia! Buat dia lebih berdarah!” (hlm. 88) Yun Tao mengangkat tangannya. Dendam menggantung di matanya. Dia menggeram dan matanya memerah. Lelaki itu seperti kesetanan. Yun Tao ingin melihat A Cheng mati. Dan hajat hatinya itu terasa sempurna saat Tuan Asisten berkata lagi, “tigaaaaa!” (hlm. 89) Perintah terakhir . Kesempatan terakhir (hlm. 89). Yun Tao berteriak keras. Dia berlari mendekati A Cheng yang telentang tak berdaya di tanah. Sejenak, tubuh Yun Tao tampak seperti terbang. Tangan kirinya membentuk siku di udara. Bersama tekanan udara yang kemudian membawa tubuhnya jatuh, siku kanannya mendarat telak ke dada A Cheng. Seketika, kepala A Cheng tersentak naik. Matanya melotot kesakitan. Mulutnya menyemburkan darah (hlm. 89). “Ayo, berdiri kamu! Sekarang giliran kamu yang pukul dia! Boleh pukul tiga kali juga!” suara Tuan Asisten terdengar lagi (hlm. 89). Orang-orang melihat A Cheng menggeliat. Mereka salut pada kemampuan A Cheng melawan maut. Perlahan, A Cheng membalikkan badannya. Dia berusaha berdiri, dengan lututnya lalu dengan dua kakinya. Agak sempoyongan. Terhuyung-huyung sejenak, terbatukbatuk lalu jatuh. Terus A Cheng berusaha berdiri. Di dekatnya, Yun Tao memandang A Cheng dengan dada berdesir (hlm. 89). “Ayo, sekarang kamu boleh pukul dia tiga kali. Ayo!” Mata Tuan Asisten member perintah pada A Cheng (hlm. 89). Amarah dan dendam membuat A Cheng bisa berdiri meski dengan badan terhuyung-huyung. Dihapusnya darah di bibirnya dengan punggung tangannya lalu meludah. Ditatapnya Yun Tao yang berdiri waspada (hlm. 89). “Kamu tidak boleh balas kalau dipukul. Kalau balas, dia boleh pukul kamu enam kali!” (hlm. 90) Yun Tao tercekat. “Ayo, kamu boleh pukul dia!” A Cheng tak segera menyerang. Dia melangkah menyamping, mengelilingi Yun Tao yang berdiri terpana. Matanya mencari titik yang tepat di tubuh Yun Tao untuk dihantam. Yun Tao memejamkan matanya, bersiap menerima serangan. Hingga kemudian telinga Yun Tao mendengar jeritannya sendiri. Jeritan yang seperti membelah langit. Yun Tao meraung. Kaki A Cheng menghantam telak kemaluannya (hlm. 90). Terus perintah menyerang itu terdengar. Tegas dan keras. Satu persatu suara kepalan dan tendangan terdengar disusul pekik kesakitan. Satu demi satu… terus dan terus… Hukuman saling bal-bal itu baru berhenti tatkala A Cheng dan Yun Taotelah sama-sama terkapar di tanah. Wajah keduanya lebam-lebam. Sama-sama menderita. Telinga A Cheng berdarah sementara kemaluan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
Yun Tao pecah. Beberapa gigi A Cheng rontok sementara hidung Yun Tao penyok. Orang-orang memandang mereka dengan tercenung. Hingga suara Tuan Asisten kemudian menerobos kebisuan (hlm. 90). “Bawa mereka pergi! Yang lain kembali kerja!” (hlm. 90)
Kutipan di atas menunjukkan kejamnya Tuan Asisten kepada kuli-kuli yang melakukan kesalahan, seperti berkelahi. Tuan Asisten menyuruh kedua kuli, yaitu Yun Tao dab A Cheng saling memukul dan menendang secara bergantian. Sampai akhirnya hukuman saling bal-bal itu baru berhenti tatkala A Cheng dan Yun Tao telah sama-sama terkapar di tanah. Pelukisan tokoh Tuan Asisten berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui tingkah laku. 2) Jenis Tokoh Tuan Asisten merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Tuan asisten mengamati sambil mengelus kumisnya yang melengkung, ditatapnya satu demi satu kedua kuli itu. Lurus-lurus. Dua orang kuli Cina yang kusam berdiri dengan kepala menekuk (hlm. 85). Tuan Asisten mengalihkan pandangannya, menatap tajam Yun Tao seperti hendak melumatnya. “Wel, godverdomme. Jadi kamu yang pertama pukul, heh?” (hlm. 86). Semua terjadi saat istirahat siang, saat semua kuli beristirahat untuk makan siang. Wiryo mengendap-endap masuk melalui dapur di rumah Tuan Asisten. Saat membelok ke arah kamar, dia melihat Tuan Asisten berjalan menuju kamar mandi. Wiryo tau kebiasaan Tuan Asisten. Siang hari, lelaki Eropa itu biasa pulang ke rumahnya untuk istirahat tidur siang, satu hingga dua jam (hlm. 93-94).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Wiryo segera meraba pinggangnya, meraih pisau yang disimpan di balik bajunya. Napas pemuda itu memburu. Dadanya turun naik. Keinginan membunuh yang sudah menjalar sampai ke ubun-ubunnya kini siap meledak. Wiryo segera menyarangkan pisau itu ke pinggang Tuan Asisten. Semua hampir terjadi ketika Mandor Kosim tiba-tiba muncul. Laki-laki itu menarik bahu Wiryo (hlm. 94).
e. Orang-orang Melayu Orang-orang Melayu adalah kelompok yang berjumlah tujuh orang berasal dari Melayu. Mereka bertujuh datang ke Hotel Medan, tempat Van Den Brand menginap. Saat melihat Van Den Brand, orangorang itu membungkuk, hampir bersamaan memberi hormat. 1) Penokohan Penokohan pada Orang-orang Melayu dapat diketahui melalui sikap. Uraian dari penokohan Orang-orang Melayu adalah sebagai berikut: a) Pembangkang Orang-orang Melayu adalah orang-orang yang hidup di bawah perintah raja mereka. Namun mereka bukanlah orang yang patuh dengan perintah Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan. Mereka pun tidak patuh pada perentah kompanie. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah Pada suatu hari, Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan, dating menemui mereka. Dia membawa kabar untuk orang-orang Melayu agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut. Apa alasannya, Tuan Breuking tidak pernah member uraian terang. “Ini merupakan perentah kompanie!” katanya singkat (hlm. 120). Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking dating lagi menemui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk tetap tinggal (hlm. 120). Apakah mereka pembangkang yang brutal (hlm. 120)?
Kutipan di atas menunjukkan sikap pembangkang orangorang Melayu kepada Tuan Breuking dan perentah kompanie. Mereka tidak mau meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut. Apapun alasannya mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Pelukisan tokoh Orang-orang Melayu berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui sikap. 2) Jenis Tokoh Orang-orang Melayu merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Pagi yang dijanjikan itu, aku menunggu namun mereka tidak datang. Aku terus menunggu hingga siang tapi mereka tetap tidak kunjung datang. Mereka tidak menepati janji kebiasaan Hindia yang menyebalkan. Aku pun tidak percaya dengan perkara yang pernah mereka sampaikan kepadaku. Hingga esoknya, aku masih menunggu namun orang-orang Melayu itu tetap tidak datang. Benarkah mereka pembohong (hlm. 119)? Rasa ingin tahu menggugah hatiku. Aku mencoba menyelidiki kebenaran perkara yang pernah mereka sampaikan. Aku mendatangi beberapa tempat, bertanya kepada sejumlah orang yang kuanggap berhubungan dengan perkara yang pernah diceritakan orang-orang Melayu itu. Hasilnya, ternyata semua dipenuhi bukti-bukti yang nyata. Tidak sepatah kata pun orang-orang Melayu itu berbohong kepadaku (hlm.119-120).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
f. Tuan Breuking Tuan Breuking adalah seorang Aspirant Kontrolir di Medan. Dia juga anak buah dari kompanie. Dia yang disuruh kompanie untuk mengusir orang-orang Melayu dari tanah yang mereka tempati. 1) Penokohan Penokohan pada Tuan Breuking dapat diketahui melalui sikap. Uraian dari penokohan Tuan Breuking adalah sebagai berikut: a) Tegas Tuan Breuking adalah seorang yang berwatak tegas. Dia selalu tegas saat menyuruh orang-orang Melayu untuk segera meninggalkan tanah yang mereka tempati. Berulangkali pula ia datang menemui orang-orang Melayu dan memberikan perintah serupa namun mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking datang lagi menemui mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk tetap tinggal (hlm. 120). Jangan Anda mengira akan terjadi kekerasan fisik. Orang Melayu tidak suka begitu. Hingga kemudian Tuan Breuking dating lagibdan kesabarannya sudah habis. Dia menegaskan, bila mereka orang-orang Melayu itu tidak patuh pada perentah kompanie maka opas-opas Sultan Deli, agen polisi, dan para pekerja paksa akan dikirim untuk meratakan seluruh bangunan rumah-rumah mereka.
Kutipan di atas menunjukkan sikap tegas Tuan Breuking dalam memberi perintah kepada orang-orang Melayu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
membangkang. Karena mereka tidak pernah mau meninggalkan tanah yang ditempati. Berulangkali dia menemui dan menegaskan pada orang-orang Melayu tetapi mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Pelukisan tokoh Tuan Breuking berdasarkan kutipankutipan di atas ditunjukkan melalui sikap. 2) Jenis Tokoh Tuan Breuking merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Pada suatu hari, Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan, dating menemui mereka. Dia membawa kabar untuk orang-orang Melayu agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut. Apa alasannya, Tuan Breuking tidak pernah member uraian terang. “Ini merupakan perentah kompanie!” katanya singkat (hlm. 120). Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking datang lagi menemui mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk tetap tinggal (hlm. 120). Apakah mereka pembangkang yang brutal (hlm. 120)?
g. Kuli Jawa ( Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo) Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo adalah empat kuli Jawa yang mempunyai watak jahat. Mereka telah membunuh seorang lelaki Cina. Semua itu terjadi karena mereka dendam dengan lelaki Cina itu, seorang musuh dari ras yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
1) Penokohan Penokohan pada kuli Jawa dapat diketahui melalui tingkah laku. Uraian dari penokohan kuli jawa adalah sebagai berikut: a) Jahat Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo adalah empat kuli Jawa yang berwatak jahat. Mereka tega membunuh seorang lelaki Cina. Semua itu terjadi karena mereka dendam dengan lelaki Cina itu, seorang musuh dari ras yang berbeda. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah Bergegas kemudian Barkat melangkah membangunkan beberapa orang (hlm. 148).
menuju
biliknya
dan
“Bangun, hei, bangun.” (hlm. 149) Barkat mengguncang tangan Salim. Suaranya berbisik namun tegas (hlm. 149). Salim menggeliat. Malas-malasan. Digosoknya matanya. “Opo meneh?” “Sssssttttt.” Barkat meletakkan telunjuk di mulut Salim. Matanya celingak-celinguk memperhatikan sekeliling. Masih dengan suara berbisik, dia berkata, “Ayo, bangunkan Kusno dan Harjo. Cepat!” “Ada apa?” suara Salim pelan. Nyaris tak terdengar. “Di luar ada Cina! Salim melompat. Rasa kantuknya menguap seketika. Diraihnya segera pisau yang tergantung di dinding bilik. Mengelus benda itu sejenak, dia kemudian beranjak membangunkan Kusno. Sekilas, dia melihat Barkat membangunkan Harjo (hlm. 149). “Di mana dia?” “Di bangsal B.” “Apa yang dilakukannya?” “Aku tidak tahu.” “Cari mampus dia.” “Sudahlah, ambil saja pisaumu!”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Pelan-pelan mereka melangkah beriringan ke luar bangsal. Masingmasing dengan tangan menggenggam senjata. Hati-hati mereka menyusur jalan setapak di belakang bangsal (hlm. 149). “Di mana dia?” “Tadi di sana.” “Dia sudah pergi.” “Dia pasti mau pulang ke kongsi.” “Dia pasti belum jauh.” “Jangan berisik. Ayo cari!” Empat sosok bayangan melangkah waspada dalam pekat malam. Empat pasang mata yang menatap cermat ke dalam sudut-sudut kegelapan. Di bawah sinar bulan yang redup, mereka meotong jalan, melintasi jalan setapak yang kiri-kanannya dipenuhi belukar (hlm. 149). Lewat sebuah tanda dari Barkat, orang-orang itu berpencar dan berlindung di bawah pohon. Mereka melihatnya. Mereka menahan napas. Sekilas, di bawah cahaya bintang yang redup, mereka memperhatikan senjata dalam genggaman tangan mereka masing-masing, seperti menyempurnakan keberanian. Seekor burung hantu berdiri tenang dalam kegelapan pohon. Dari kejauhan dia seperti pertapa bijak dengan sepasang mata bulatnya yang nyalang dan tajam. Derak daun yang agaknya digerakkan oleh angin, berbaur dengan suara detak jantung dalam dada mereka yang bergemuruh (hlm. 150). Bayangan itu tidak tahu kalau empat pasang mata dengan sorot waspada, tajam mengamati gerak-geriknya. Empat pasang mata yang menunggu dengan waspada. Bayangan itu mendekat dan terus mendekat. Hingga saat dia melintas, Barkat bangkit dan menghadangnya (hlm. 150). “Mau ke mana kamu, Cina bangsat?” suara Barkat keras menyentak. Dia mencabut pisau dari sarangnya (hlm. 150). Bayangan itu terperanjat. Mata sipitnya membelalak. Dia semakin terkejut ketika satu persatu orang muncul dari balik kegelapan dan segera mengelilinginya (hlm. 150). Seperti seekor kancil di hadapan segerombolan harimau, lelaki Cina itu hanya bisa terpaku. Kakinya lemas. Sepasang mata sipitnya menoleh ke kiri dan ke kanan, memohon kekuatan (hlm. 150). “Tertangkap kamu sekarang!” Kusno menyeringai. “Mau apa kowe malam-malam di sini, heh?” “O-owe.. O-owe….” “Mau merayu perempuan kami, heh?” Harjo mendekat. “Cuihhhh! Cina sialan!” “O-owee… o-oweee…” “Habisi dia!”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
“O-owee… o-oweee…” Orang-orang it uterus mendekat. Bibir lelaki Cina itu gemetar. Dia seperti mengucapkan sesuatu namun tak satu pun kata keluar dari kerongkongannya kecuali suara mengigau (hlm. 150). Tanpa memberinya waktu untuk mengubah sikap, Barkat sudah menyerangnya. Dia membenamkan pisau ke perut lelaki Cina itu. Seketika, terdengar suara dengus napas yang terhenyak (hlm.150). Tidak ada raung kesakitan sebab Salim dengan cepat menyumpal mulutnya dari belakang. Kusno merangkul tangan lelaki malang itu untuk membiarakan tikaman Barkat berikutnya leluasa memilih tempat hinggap di tubuhnya (hlm. 151). “Mampus kowe!” Barkat menyentak tubuh lelaki Cina itu dengan tikaman berikutnya. Kali ini dadanya sebelah kanan. Darah keluar seperti kantong air yang pecah. Mata pisau yang dingin dan tajam itu mungkin menggores jantungnya. Lelaki Cina itu terkulai setelah beberapa saat mulutnya merintih dalam bekapan dan kakinya menegang menahankan nyeri kesakitan. Barkat menekan pisau itu lebih dalam. Lebih kuat. Bagian ini terasa lebih keras, lebih liat dari bagian perutnya yang terasa emppuk ketika ditusuk (hlm. 151). Barkat mencabut pisau dari tubuh lelaki Cina itu dengan tatapan bengis menghujam ke dalam mata sipit lelaki yang kesakitan itu. Bibirnya mengukir senyum puas. Kepuasan yang purba dari dendam laki-laki yang terlampiaskan. Saat barkat mencabut benda tajam itukeluar dari tubuhnya, lelaki Cina itu terhenyak, merasakan kesakitan yang berbeda namun dengan perih yang sama. Alis matanya mengernyit tanda ngilu (hlm. 151). Mereka merasakan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang meyaksikan kematian yang nyeri, kematian yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong, yang mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan (hlm. 151). Mereka senang melihat dada lelaki Cina itu turun naik seperti sesak napas karena sakit paru-paru menahun. Mereka menikmati rintihannya. Senyum bengis yang kini tampak menyeringai saat seluruh tubuh Cina itu terlihat diam dan terkulai. Kusno menghunus pisaunya. Perlahan dan dingin, dia menggoreskan pisau itu ke leher lelaki itu yang memucat. Darah muncrat. Kulit leher lelaki cina itu lembut seperti sayuran. Saat disayat, dagingnya mengeluarkan suara berdesis seperti suara irisan tomat (hlm.151). Yakin kalau musuhnya sudah mati, mereka melangkah pergi dengan perasaan puas. Sebelum sampai di bangsal, mereka berhenti. Harjo membagi uang milik Cina itu yang tadi sempat diambilnya sebelum pergi. Uang itu dibagi rata. Tidak begitu banyak namun lumayan untuk berjudi. Tanpa curiga, teman-temannya senang mendapat bagian. Mereka tidak tahu kalau sebelum uang itu dibagi, Harjo diam-diam telah memasukkan cincin emas milik Cina itu ke dalam kantongnya (hlm.152).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Kutipan di atas menunjukkan sikap jahat Barkat dan ketiga temannya, Salim, Kusno, dan Harjo. Mereka sengaja membunuh lelaki Cina itu. Cina yang menjadi musuh mereka, karena perbedaan ras. Ras yang dianggap sombong, yang mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan. 2) Jenis Tokoh Kuli Jawa ( Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo) merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Barkat meletakkan telunjuk di mulut Salim. Matanya celingak-celinguk memperhatikan sekeliling. Masih dengan suara berbisik, dia berkata, “Ayo, bangunkan Kusno dan Harjo. Cepat! (hlm. 149)” Salim melompat. Rasa kantuknya menguap seketika. Diraihnya segera pisau yang tergantung di dinding bilik. Mengelus benda itu sejenak, dia kemudian beranjak membangunkan Kusno. Sekilas, dia melihat Barkat membangunkan Harjo (hlm. 149).
h. Lelaki Cina Lelaki Cina adalah seorang kuli yang dianggap musuh bagi kulikuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo). Musuh dari ras yang berbeda. Seorang kuli cina yang mati dengan sangat mengenaskan dibunuh para kuli Jawa. 1) Penokohan Penokohan pada Lelaki Cina dapat diketahui melalui sikap. Uraian dari penokohan Lelaki Cina adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
a) Pasrah Lelaki Cina adalah sosok kuli yang pasrah menghadapi lawan atau musuh yang menangkapnya. Dia tidak berani melawan, hanya diam terpaku tak bisa berkata apa-apa lagi. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah Seperti seekor kancil di hadapan gerombolan harimau, lelaki Cina itu hanya bisa terpaku. Kakinya lemas. Sepasang mata sipitnya menoleh ke kiri dan ke kanan, memohon kekuatan (hlm. 150). “Tertangkap kamu sekarang!” Kusno menyeringai. “Mau apa kowe malam-malam di sini heh?” “O-owe.. O-owe….” “Mau merayu perempuan kami, heh?” Harjo mendekat. “Cuihhhh! Cina sialan!” “O-owee… o-weee…” “Habisi dia!” “O-owee… o-weee…” Orang-orang it uterus mendekat. Bibir lelaki Ciina itu gemetar. Seperti mengucapkan sesuatu dari mulutnya namun tak satu pun kata keluar dari kerongkongannya kecuali suara seperti mengigau (hlm. 150).
Kutipan di atas menunjukkan sikap pasrah Lelaki Cina yang hanya diam terpaku saat kuli-kuli Jawa menangkapnya, tak ada perlawanan yang dia lakukan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. 2) Jenis Tokoh Lelaki Cina merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
“Mau ke mana kamu, Cina bangsat?” suara Barkat keras menyentak. Dia mencabut pisaunya dari sarangnya (hlm. 150). Bayangan itu terperanjat. Mata sipitnya membelalak. Dia makin terkejut ketika satu persatu orang muncul dari balik kegelapan dan segera mengelilinginya (hlm. 150). Seperti seekor kancil di hadapan gerombolan harimau, lelaki Cina itu hanya bisa terpaku. Kakinya lemas. Sepasang mata sipitnya menoleh ke kiri dan ke kanan, memohon kekuatan (hlm. 150).
i. Idenburg Idenburg adalah seorang kader partai yang disebut terakhir ini, yaitu Anti Revolutionaire Partij (ARP). Sebelum diangkat Menteri, dia anggota Majelis Rendah, mewaklili partai Pemerintah itu. 1) Penokohan Penokohan pada Idenburg dapat diketahui melalui sikap. Uraian dari penokohan Idenburg adalah sebagai berikut: a) Mudah Marah Idenburg adalah sosok orang yang mudah marah dengan kabar berita yang dimuat pers Belanda Eropa di media massa. Pernyataan-pernyataan kubu sosialis benar-benar membuatnya jengkel. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataanpernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa itu benar-benar membuatnya jengkel (hlm. 224). “Mereka seperti mendapat angin segar untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa petinggi ARP yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan (hlm. 225).
Kutipan di atas menunjukkan sikap marah Idenburg terhadap kubu sosialis yang telah memberi pernyataan-pernyataan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
pedas di media massa yang dimuat dalam Pers Belanda dan Eropa. 2) Jenis Tokoh Idenburg merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian akhir saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataanpernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa itu benar-benar membuatnya jengkel (hlm. 224). “Mereka seperti mendapat angin segar untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa petinggi ARP yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan (hlm. 225).
j. O. J. H. Van Limburg Stirum O.J.H. Van Limburg Stirum adalah seorang anggota ARP. Dia adalah rekan Idenburg separtai. Namun dia justru menjadi orang pertama dari dalam partai yang tiba-tiba berdiri di pihak yang berseberangan dengan Idenburg; dengan mereka; dengan pemerintah Belanda. 1) Penokohan Penokohan pada Van Limburg Stirum dapat diketahui melalui sikap. Uraian dari penokohan Van Limburg Stirum adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
a) penghianat Van Limburg Stirum adalah sosok yang menjadi penghianat dalam partainya. Dia juga malah memperkeruh keadaan saat Idenburg marah. Dia juga menjadi orang pertama dalam partai yang tiba-tiba di pihak yang berseberangan dengan Idenburg. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Kemarahan Idenburg, sejatinya kemarahan mereka juga. Puncaknya, sepotong pernyataan yang muncul seperti gelegar petir pada dua hari silam. O.J.H. Van Limburg Stirum malah ikut-ikutan memperkeruh keadaan. Nama yang disebut ini melontarkan pendapat yang pedas dan membuat kuping Idenburg serta para petinggi ARP marah. “Keberadaan industry tembakau di Deli dibangun oleh kekejian. Kekejian itu tidak dipungkiri, telah menodai kehormatan nasional Negeri Belanda. sebab itu, saya meminta Tuan Menteri Daerah dapat memberi penjelasan!” (hlm. 225). Demikian media massa mengutip pernyataan Van Limburg Stirum. Pernyataan ini dirasakan sebagai tohokan pisau yang dingin di hulu hati orang-orang ARP. Maklum Van Limburg Stirum adalah rekan mereka separtai. Bukannya membela, dia justru menjadi orang pertama dalam partai yang tiba-tiba berdiri di pihak yang berseberangan dengan Idenburg; dengan mereka; dengan pemerintah Belanda (hlm. 225).
Kutipan-kutipan di atas menunjukkan sikap Van Limburg Stirum yang menghianati rekan separtainya sendiri, yaitu Idenburg. Dia justru berdiri di pihak yang dengan Idenburg. 2) Jenis Tokoh Van Limburg Stirum merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian akhir saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Demikian media massa mengutip pernyataan Van Limburg Stirum. Pernyataan ini dirasakan sebagai tohokan pisau yang dingin di hulu hati orang-orang ARP. Maklum Van Limburg Stirum adalah rekan mereka separtai. Bukannya membela, dia justru menjadi orang pertama dalam partai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
yang tiba-tiba berdiri di pihak yang berseberangan dengan Idenburg; dengan mereka; dengan pemerintah Belanda (hlm. 225). “Aku tidak mengerti apa maunya Van Limburg Stirum. Melalui media massa, dia memintaku member penjelasan. Dia tidak hanya mengotori kebijakan partai namun juga Negara.”(hlm. 225).
k. Bergmeijer Bergmeijer adalah sahabat Van Den Brand. Dia adalah salah satu hadirin yang dating dalam pemakaman Van Den Brand. Dia pula yang menyampaikan pidato perpisahan. 1) Penokohan Penokohan pada Bergmeijer dapat diketahui melalui tingkah laku. Uraian dari penokohan Bergmeijer adalah sebagai berikut: a) Peduli Bergmeijer adalah sahabat Van Den Brand. Dia sosok orang yang peduli dengan penderitaan sahabatnya. Dia hadir saat kematian Van den Brand. Dia juga yang menyampaikan pidato perpisahan. Dia berusaha menghibur Jeanne, istri sahabatnya itu. Melalui pidatonya, ia menceritakan kebaikan suaminya dan itu tidak menghibur tapi malah membuat hatinya semakin sedih. Bergmeijer pun merasakan duka mendalam karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah Bergmeijer, seorang diantara hadirin yang kebanyakan berpakaiian hitam itu, berdiri tegak dan menyapukan pandangan ke sisi ruangan. Dia menyampaikan pidato perpisahan. Iramanya suaranya terjaga. Katakatanya terpilih (hlm. 254).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Bergmeijer menekukkan kepalanya sedikit. Dipandanginya kembali peti itu. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan duka karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya (hlm. 254). Semua kata-kata yang mengalir dari mulut Bergmeijer tidak dapat menghibur hatnJeanne Alice Heijligers yang tertunduk di balik wajahnya yang sendu pucat. Perasaan tertekan dan muram terpancar di wajah perempuan itu. Bermeijer lebih banyak menceritakan kebaikan suaminya dan itu membuatnya semakin sedih (hlm. 156).
Kutipan-kutipan di atas menunjukkan perasaan peduli Bergmeijer kepada almarhum Van Den Brand, sahabatnya. Dia dating saat kematian sahabatnya. Dia juga berusaha menghibur Jeanne, istri sahabatnya itu. Dia sangat berduka karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya. 2) Jenis Tokoh Bergmeijer merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian akhir saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Bergmeijer, seorang diantara hadirin yang kebanyakan berpakaiian hitam itu, berdiri tegak dan menyapukan pandangan ke sisi ruangan. Dia menyampaikan pidato perpisahan. Iramanya suaranya terjaga. Kata-katanya terpilih (hlm. 254). Bergmeijer menekukkan kepalanya sedikit. Dipandanginya kembali peti itu. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan duka karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya (hlm. 254). Bergmeijer menggenggam erat salib di tangannya. Seolah menguatkan hatinya. Orang-orang tergetar (hlm. 254).
2.
Alur atau Plot Plot memang mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwaperistiwa yang susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
sendiri (Nurgiyantoro, 1995: 111). Secara umum alur novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract adalah alur lurus atau progresif karena peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis dan berkesinambungan dari awal, tengah sampai akhirnya. Struktur umum alur novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract akan dibahas sebagai berikut: a. Eksposisi Eksposisi atau paparan adalah bagian karya sastra yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Eksposisi dalam novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract memaparkan atau mengenalkan kisah tentang perkebunan Deli yang banyak dibicarakan orang. Berikut kutipannya: Kisah tentang negeri yang menumbuhkan pohon berdaun uang itu tersebar ke seluruh penjuru desa. Di warung, di sungai, di sawah, di tempat-tempat di mana orang-orang bertemu dan berkumpul, semua membicarakan tanah ajaib itu (hlm. 9). Deli… Deli… Oh, Deli…. (hlm. 10).
b. Rangsangan Rangsangan adalah bagian alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan yang saling bertentangan. Rangsangan dimulai ketika orang-orang kontrak sampai di Deli. Berikut kutipannya Orang-orang yang baru datang tidak mengerti bahasa orang kulit putih. Namun, dari tekanan suaranya, mereka merasa terancam. Mereka telah telah berpengalaman melintasi banyak bahaya. Kali ini, bahaya apa lagi yang akan mereka hadapi? (hlm. 53).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
c. Konflik Konflik atau tikaian adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan. Konflik terjadi ketika brosur Millioenen uit Deli beredar di Belanda. Sebuah brosur karangan Van Den Brand yang dipermasalahkan oleh orang-orang. Kutipannya sebagai berikut Brosur itu menyulut pembicaraan berkepanjangan. Bahkan kehebohan. Di manamana, utamanya di Belanda dan Hindia juga daratan Eropa brosur yang berisi uraian kekejaman para tuan kebun di perkebunan-perkebunan Sumatera Timur itu membuat gempar (hlm. 220). “Semua orang membicarakannya. Seperti tidak ada hal yang lebih penting selain brosur itu. (hlm. 220)” “Itu akibat pers yang berpihak. Berbulan-bulan pers Belanda dan Eropa menulis tentang brosur itu. Mereka mengelu-elukan Van Den Brand seperti pahlawan. (hlm. 220)” “Kita harus hati-hati. Coba Tuan-tuan bayangkan. Gara-gara brosur itu, pers Eropa menyebut kita orang-orang beragama yang tidak memiliki sopan santun bahkan menganggap kita iblis dan algojo yang brutal!”(hlm. 221). “Kita harus membuat pemberitaan tandingan. Pandangan Van Den Brand tentang Deli tidak boleh menguasai otak public sebab Millioenen uit Deli hanya berisi kebohongan!” (hlm. 221) “Ya, Van Den Brand telah menyebarkan fitnah!” “Fitnah yang keji!” “Keji dan kejam.” Advokat itu tidak mempunyai bukti-bukti tentang kejelekan Deli yang ditulisnya. Di Deli, kita memang harus bersikap keras kepada kuli-kuli itu. Bukankah kita terpaksa bekerja dengan makhluk yang kebanyakan tidak bernalar?” (hlm. 221)
d. Rumitan Rumitan atau komplikasi merupakan tahapan ketika suasana semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. Rumitan dalam cerita terjadi ketika brosur karangan Van Den Brand beredar dan seketika itu menyulut pembicaraan politik berkepanjangan. Kutipannya sebagai berikut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
DI BELANDA negeri tempat Millioenen uit Deli diterbitkan kegemparan politik tak terhindarkan. Begitu beredar, brosur karangan Van Den Brand itu seketika menyulut pembicaraan politik berkepanjangan. Di Gedung Majelis Rendah (Tweede Kamer) yang megah, skandal kekerasan Tuan kebun sebagaimana diungkap brosur itu, menjadi bola panas yang liar. A. W. F. Idenburg, Menteri Daerah Koloni periode tahun 1902-1905 terkena percikan baranya (hlm. 223). Seperti mendapat kesempatan emas, politisi-politisi berhalauan sosialis menjadikan isu kekerasan yang diurai Millioenen uit Deli itu sebagai peluru untuk menjatuhkan Idenburg (hlm. 224). IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataan-pernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa itu benar-benar-benar membuatnya jengkel (hlm. 224). “Mereka seperti mendapat angin untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa petinggi ARP yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan. “Mereka mendramatisir keadaan. Isu kekerasan yang disebut-sebut telah terjadi di Deli itu telah dipolitisir. Mereka mendesak poenale sanctie dihapuskan. Ini sebenarnya bukan pilihan yang tepat. Tidak ada yang salah dengan aturan itu. Saat ini, yang harus kita benahi adalah memperkuat pengawasan pelaksanaan aturan tersebut.” (hlm. 225) Kemarahan Idenburg, sejatinya kemarahan mereka juga. Puncaknya, sepotong pernyataan yang muncul seperti gelegar petir pada dua hari silam. O.J.H. Van Limburg Stirum malah ikut-ikutan memperkeruh keadaan. Nama yang disebut ini melontarkan pendapat yang pedas dan membuat kuping Idenburg serta para petinggi ARP marah. “Keberadaan industry tembakau di Deli dibangun oleh kekejian. Kekejian itu tidak dipungkiri, telah menodai kehormatan nasional Negeri Belanda. sebab itu, saya meminta Tuan Menteri Daerah dapat memberi penjelasan!” (hlm. 225).
e. Klimaks Klimaks atau titik puncak cerita. Bagian ini merupakan tahapan ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya. Puncak cerita dalam novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract yaitu ketika Van Den Brand angkat bicara atas semua permasalahan tentang brosur yang dia buat. Kutipannya sebagai berikut Orang-orang yang berkepentingan dengan uang berlimpah yang dihasilkan Deli, beruusaha mengurangi dampak yang muncul akibat brosurku. Sejak brosurku terbit pada 27 November 1902, para tuan kebun dan pendukung poenale sanctie tampak sangat terganggu. Untuk waktu yang lama mereka mencari kata-kata, menyusunnya sedemikian rupa untuk membantah apa-apa yang tertera pada brosurku (hlm. 233).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Mereka berusaha memadamkan akibat yang timbul dari risalahku itu. Dengan taktik yang cermat, mereka mencoba mengalihkan perhatian dari masalah utama yang kutulis. Mereka mencoba menutup-nutupi semua fakta yang kusodorkan. Mereka hanya membenarkan hal-hal kecil namun mengaburkan tulisanku. Mereka mengatakan bahwa tidak ada kekerasan terhadap kuli-kuli di Deli; tidak ada kekerasan yang diakibatkan aturan kuli ordonansi itu; tidak benar upah yang dibayarkan kepada kuli-kuli terlalu rendah; tidak benar ada itu… tidak benar ada ini… Pendeknya, mereka menyatakan Millioenen uit Deli adalah omong kosong (hlm. 233).
f. Leraian Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks dan krisis, merupakan peristiwa yang menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian. Dalam tahap ini kadar pertentangan mereda. Leraian dalam cerita ditandai dengan jawaban Van Den Brand atas pidato Tuan Kooreman pada tanggal 11 Februari 1903. Pidato tentang brosur Millioenen uit Deli yang Kutipannya sebagai berikut Aku menulis jawaban atas pidato Tuan Kooreman ini pada 11 Februari 1903. Dua pecan sebelum menulis ini, seorang pengusaha yang bekerja di Deli kuketahui meninggalkan Medan dengan terburu-buru itu bukan hal sepele karena sesungguhnya dia pergi karena terkait perkara kuli. Dia pergi karena pemerintah Hindia Belanda tidak mampu mencegah keonaran demi keonaran yang terjadi di Deli. Pendapat kebanyakan pejabat yang mengatakan Deli adalah tempat yang tenang, sesungguhnya sama sekali tidak bertumpu pada kebenaran. Tidak ada tempat yang perlu dihindari untuk dikunjungi di dunia selain ini: Deli! (hlm. 244).
g. Penyelesaian Penyelesaian merupakan bagian akhir alur cerita. Dalam tahap ini biasanya rahasia atau kesalahpahaman yang bertalian dengan alur cerita terjelaskan. Penyelesaian cerita ditandai dengan pidato Van Den Brand yang mengatakan pendapatnya bagi kuli-kuli di Deli. Kutipannya sebagai berikut “Tuan-tuan yang terhormat, Menteri Daerah Koloni tidak pernah serius menyikapi masalah perburuan di Deli. Lihatlah apa yang dialami Tuan Rhemrev. Laporannya yang memukau tidak diumumkan secara terbuka oleh Tuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
Idenburg. Setelah Rhemrev, Tuan Bloommstein mengalami hal serupa. Saat dia ditugaskan ke Deli menggali informasi tentang poenale sanctie para tuan kebun menyiapkan Tuan Schneider untuk menghadangnya. Hasilnya luar biasa. Laporan Tuan Bloommestein masuk keranjang sampah. Menurutku, sudah tiba saatnya bagi kuli-kuli untuk bersatu dalam sebuah serikat buruh seperti yang ada di Eropa. Serikat ini bisa mengetahui dan memperhatikan keluhan serta keberatan anggotanya. Apakah tuan-tuan berpikir hal ini khayalan? Tidak. Sekarang sudah saatnya melangkah.” (hlm.252).
3.
Keadaan Sosial Keadaan sosial Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract adalah kehidupan social kuli-kuli di perkebunan Deli dengan segala peraturan yang tegas dari para tuan kebun. Mereka menemui berbagai penderitaan di Deli. Seketika itu mereka dihadapkan pada kenyataan yang pedih, mereka bertemu dengan sosok-sosok asing yang menggenggam kehidupan mereka. Jiwa dan raga para kuli-kuli kontrak itu telah ikut tergadai! Mereka harus selalu mematuhi perintah dari para tuan kebun. Para kuli akan mendapat hukuman berat jika mereka melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Di perkebunan derita para kuli kontrak semakin menjadi, kehidupan mereka diatur oleh bunyi suara kentongan. Kentongan bangun pagi, istirahat siang, tidur malam. Di sela-sela kerja dan istirahat para kuli kontrak, kerap terjadi tindak kekerasan yang tak manusiawi baik dari para mandor maupun Tuan Besar perkebunan. Setiap kuli yang melakukan kesalahan akan mendapat pukulan, tendangan, cambukan. Tak peduli kuli pria ataupun wanita, semua mendapat hukuman keji. Seorang kuli wanita yang tak mau diajak ‘main’ oleh Tuan Asisten Perkebunan harus mendapat siksaan disalib seperti Kristus. Dijemur dalam keadaan telanjang selama berhari-hari dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
matahari terbit hingga terbenam. Ada juga praktek pelacuran, perjudian, dan madat yang terjadi di perkebunan. Setiap akhir bulan setelah masa gajian para kuli dibiarkan terpikat ke dalam perjudian, masuk dalam bilik-bilik pelacuran dan rumah candu agar mereka menghabiskan upah mereka hingga harus meminjam uang kepada mandor perkebunan dengan bunga yang mencekik. Dengan begitu para kuli akan terbelit oleh hutang yang tak terbayarkan sehingga mau tidak mau mereka harus terus memperpanjang kontrak kerja mereka. Jika mereka kabur, para penduduk asli siap menangkap mereka untuk memperoleh imbalan yang besar dari pengelola perkebunan. Para kuli yang kabur akan diburu, ketika tertangkap mereka akan diikat dan dibawa ke perkebunan dengan tangan dan kaki diikat pada sebilah kayu. Perbudakan terjadi di balik rimbunnya daun-daun tembakau. Tak banyak yang tahu bahwa tembakau Deli yang terkenal di seluruh dunia, akarnya telah menyerap keringat, air mata, dan darah para kuli. Kolusi terjadi di antara penguasa dan tuan kebun. Poenale Sanctie menjadi tameng yang melegalkan kekejaman mereka. Tak ada hukum yang melindungi para kuli.
4.
Konflik Sosial Konflik sosial (social conflict), yaitu konflik antar manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan merupakan sumber terjadinya konflik semacam ini. Setiap hari kita melihat atau mengalami sendiri konflik semacam ini (Likumahua, 2001:82).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
Konflik-konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract terdiri atas tiga bagian konflik, yaitu konflik antara individu dengan individu, konflik antara individu dengan kelompok, dan konflik antara kelompok dengan kelompok. Ketiga bagian konflik tersebut meliputi konflik antara kuli dengan kuli, konflik kuli dengan tuan asistennya, konflik antara tuan tanah dengan orang-orang melayu, konflik antara lelaki cina dengan kuli-kuli Jawa, dan konflik-konflik juga kekejaman para penguasa daerah dengan tuan kebun. Selain itu terdapat latar belakang terjadinya konflik sosial dan tujuan terjadinya konflik. Analisis konflik sosial seperti yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut a. Konflik Sosial antara individu dengan individu Konflik sosial antara individu dengan individu terjadi antara Wiryo dengan Tuan Asisiten. 1) Konflik Sosial antara Wiryo dengan Tuan Asisten Konflik antara Wiryo dengan Tuan Asisten disebabkan karena Wiryo tertangkap basah mau membunuh Tuan Asisten. Maka perkelahian antara keduanya tak terelakkan. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah “Ada apa? Kowe dikejar setan, heh?” Syamsul menarik napas, meredakan dadanya yang bergemuruh. “Ma-maaf, T-Tuan. A-ada kuli a-akan dihukum c-cambuk,” ucapnya terengah-engah (hlm. 92). Sekilas, kedua Eropa itu saling berpandangan. Tak tampak roman terkejut di wajah mereka (hlm. 92). “Apa yang dilakukannya?” “Dia tertangkap basah m-mau m-membunuh T-Tuan Asisten B-bagian E. Ya, E….”(hlm. 92)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Perkelahian tak terelakkan. Kedua pribumi itu bergumul, berangkulan, saling melepaskan nafsu membunuh mereka yang liar. Seperti binatang buas, mereka saling menerkam, saling mengejar. Mendapati dirinya aman, dengan langkah bbergegas seperti dikejar setan, Tuan Asisten menghambur lari. Terbirit-birit dia keluar dari rumahnya. Sejurus kemudian, opas-opas pun datang. Perkelahian tidak seimbang terjadi. Lima lawan satu. Dengan mudah Wiryo diringkus. “Cambuk dia sampai mati!” perintah Tuan Asisten sembari berkacak pinggang (hlm. 94-95).
b. Konflik Sosial antara Individu dengan kelompok Konflik sosial antara individu dengan kelompok meliputi dua konflik, yaitu konflik antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu dan konflik antara Lelaki Cina dengan Kuli-kuli Jawa. 1) Konflik antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu Konflik sosial antara Tuan Breuking dengan orang-orang Melayu disebabkan karena pada suatu hari Tuan Breuking datang menemui orang-orang Melayu. Dia membawa kabar untuk mereka agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Pada suatu hari, Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan, dating menemui mereka. Dia membawa kabar untuk orang-orang Melayu agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut. Apa alasannya, Tuan Breuking tidak pernah member uraian terang. “Ini merupakan perentah kompanie!” katanya singkat (hlm. 120).
Akhir terjadinya konflik sosial antara Tuan Breuking dengan orang-orang Melayu adalah ketika orang-orang Melayu disuruh agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut. Karena di areal itu selalu digunakan untuk lomba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
pacuan kuda. Namun orang-orang Melayu kembali memutuskan untuk tetap tinggal. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Di kota Medan ada sebuah lapangan yang dikenal dengan sebutan racebaan. Di tempat itu, dua kali dalam setahun selalu diadakan lomba pacuan kuda. Persis berbatas dengan areal pacuan itu, beberapa orang Melayu itu para tamuku itu mendirikan rumah-rumah untuk memelihara istri dan anak-anak mereka. Mereka juga menjadikan sebagian lahan untuk menanam buah dan pohon hias (hlm. 120). Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking dating lagi menemui mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk tetap tinggal (hlm. 120). Apakah mereka pembangkang yang brutal (hlm. 120)?
2) Konflik Sosial antara Lelaki Cina dengan Kuli-kuli Jawa Konflik sosial antara Lelaki Cina dengan kuli-kuli Jawa disebabkan karena kuli-kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo) yang menganggap Lelaki Cina itu musuh mereka, musuh dari ras yang berbeda. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Mereka menyaksikan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang menyaksikan kematian yang nyeri, kematian yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong yang mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan (hlm. 151).
Konflik sosial antara lelaki Cina dengan kuli-kuli Jawa adalah ketika lelaki Cina yang merupakan musuh mereka mati di tangan mereka sendiri. dengan begitu mereka merasa senang dan puas. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Barkat mencabut pisau dari tubuh lelaki Cina itu dengan tatapan bengis menghujam ke dalam mata sipit lelaki yang kesakitan itu. Bibirnya mengukir senyum puas. Kepuasan yang purba dari dendam laki-laki yang terlampiaskan. Saat barkat mencabut benda tajam itukeluar dari tubuhnya, lelaki Cina itu terhenyak, merasakan kesakitan yang berbeda namun dengan perih yang sama. Alis matanya mengernyit tanda ngilu (hlm. 151). Mereka merasakan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang meyaksikan kematian yang nyeri, kematian yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong, yang mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan (hlm.151). Mereka senang melihat dada lelaki Cina itu turun naik seperti sesak napas karena sakit paru-paru menahun. Mereka menikmati rintihannya. Senyum bengis yang kini tampak menyeringai saat seluruh tubuh Cina itu terlihat diam dan terkulai. Kusno menghunus pisaunya. Perlahan dan dingin, dia menggoreskan pisau itu ke leher lelaki itu yang memucat. Darah muncrat. Kulit leher lelaki cina itu lembut seperti sayuran. Saat disayat, dagingnya mengeluarkan suara berdesis seperti suara irisan tomat (hlm.151). Yakin kalau musuhnya sudah mati, mereka melangkah pergi dengan perasaan puas. Sebelum sampai di bangsal, mereka berhenti. Harjo membagi uang milik Cina itu yang tadi sempat diambilnya sebelum pergi. Uang itu dibagi rata. Tidak begitu banyak namun lumayan untuk berjudi. Tanpa curiga, teman-temannya senang mendapat bagian. Mereka tidak tahu kalau sebelum uang itu dibagi, Harjo diam-diam telah memasukkan cincin emas milik Cina itu ke dalam kantongnya (hlm.152).
c. Konflik Sosial antara Kelompok dengan Kelompok Konflik Sosial antara kelompok dengan kelompok terjadi antara kubu sosialis dengan Anti Revolutionaire Partij (ARP). 1) Konflik Sosial antara Kubu Sosialis dengan Anti Revolutionaire Partij (ARP). Konflik sosial antara Kubu Sosialis dengan ARP disebabkan karena adanya brosur Millioenen uit Deli yang dijadikan sebagai peluru untuk menjatuhkan Idenburg, seorang kader dari ARP. Selain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
itu sudah lama pula kubu sosialis dikenal sebagai lawan politik yang sengit bagi ARP. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah Seperti mendapat kesempatan emas, politisi-politisi berhaluan sosialis menjadikan isu kekerasan yang diurai Millioenen uit Deli itu sebagai peluru yang menjatuhkan Idenburg (hlm. 224). Kubu sosialis sudah lama dikenal sebagai lawan politik yang sengit bagi Anti Revolutionaire Partij (ARP). Idenburg adalah kader partai yang disebut terakhir ini (hlm. 224).
konflik sosial antara Kubu Sosialis dengan ARP adalah ketika Idenburg dan para petinggi ARP marah, jengkel dengan pernyataanpernyataan Kubu Sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa media massa. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataanpernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa itu benar-benar membuatnya jengkel (hlm. 224). “Mereka seperti mendapat angin segar untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa petinggi ARP yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan (hlm. 225). Kemarahan Idenburg sejatinya kemarahan mereka juga. Puncaknya sepotong pernyataan yang muncul seperti gelegar petir pada dua hari yang silam. O.J.H. Van Limburg Stirum malah ikut-ikutan memperkeruh keadaan. Nama yang disebut ini melontarkan pendapat yang pedas dan membuat kuping Idenburgg serta petinggi ARP merah. “Keberadaan industri tembakau di Deli dibangun oleh kekejian (hlm. 225).
C. Pembahasan Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract merupakan karya fiksi karya Emil W. Aulia. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract seperti karya sastra pada umumnya memiliki struktur intrinsik yang membangun novel itu menjadi karya sastra yang menarik. Struktur intrinsik yang dianalisis dalam novel tersebut meliputi tokoh dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
penokohan, serta alur. Menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995: 165) tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract memiliki sebelas tokoh yaitu Van Den Brand, Jeanne Alice Heijligers, Wiryo, Tuan Aisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kulikuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, Van Limburg Stirum, dan Bergmeijer. dengan uraian perwatakan masing-masing. Kesebelas tokoh memiliki peran dan intensitas kemunculan yang berbedabeda. Tokoh Van Den Brand adalah tokoh protagonis dan menjadi pusat cerita dan menjadi tokoh utama. Tokoh Jeanne Alice Heigjligers merupakan tokoh protagonis namun bukan sebagai tokoh utama, Wiryo sebagai tokoh tambahan, intensitas kemunculannya tidak banyak tetapi membantu menghidupkan cerita. Tokoh Tuan Asisten hanya sesekali disebut saja dalam cerita dan terdapat dalam dialog. Orang-orang Melayu hanya sekali muncul dan tidak secara langsung ada dalam dialog. Tuan Breuking hanya muncul sekali tetapi dapat menghidupkan cerita. Kuli-kuli Jawa kemunculannya sekali dalam cerita tetapi menjadi konflik sosial. Lelaki Cina kemunculannya tidak banyak, tetapi juga menjadi konflik sosial. Tokoh Idenburg kemunculannya menghidupkan cerita dan terdapat dalam dialog. Tokoh Van Limburg Stirum juga merupakan tokoh yang menghidupkan cerita. Meskipun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
tidak secara langsung ada dalam dialog. Dan yang terakhir Bergmeijer, adalah tokoh tambahan yang muncul di akhir cerita. Plot mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa-peristiwa yang susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995: 111). Alur atau plot novel Berjuta-juta dri Deli Satoe Hikajat Koeli Contract merupakan alur lurus atau progresif karena jalan ceritanya mengalir pengertian alur sendiri pada dasarnya plot atau alur dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti peristiwa oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian (Nurgiyantoro, 1995: 153-163). Struktur alur dalam cerita meliputi eksposisi yang berisi pengenalan latar sebagai pusat pengisahan awal, rangsangan yang menceritakan mulai terjadinya pertentangan antara kemauan, sikap, dan pandangan hidup. Dalam novel pada tahapan ini orang-orang kontrak terancam bahaya. Tahap berikutnya adalah konflik, konflik terjadi ketika brosur Millioenen uit Deli beredar di Belanda. Sebuah brosur karangan Van Den Brand yang dipermasalahkan oleh orang-orang. Tahap berikutnya adalah Rumitan, Rumitan dalam cerita terjadi ketika brosur karangan Van Den Brand beredar dan seketika itu menyulut pembicaraan politik berkepanjangan. Klimaks cerita tersebut ketika Van Den Brand angkat bicara atas semua permasalahan tentang brosur yang dia buat pada tahap ini suasana mulai memanas karena terjadi pertentangan dua kekuatan atau lebih. Leraian dalam cerita ditandai dengan jawaban Van Den Brand atas pidato Tuan Kooreman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
pada tanggal 11 Februari 1903. Pidato tentang brosur Millioenen uit Deli. Penyelesaian cerita ditandai dengan pidato Van Den Brand yang mengatakan pendapatnya bagi kuli-kuli di Deli. Alasan menggunakan jenis alur progresif adalah ingin menyampaikan cerita yang mengalir awal sampai akhir secara kronologis sehingga jalan cerita mudah diikuti. Keadaan sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract adalah kehidupan social kuli-kuli di perkebunan Deli dengan segala peraturan yang tegas dari para tuan kebun. Mereka menemui berbagai penderitaan di Deli. Seketika itu mereka dihadapkan pada kenyataan yang pedih, mereka bertemu dengan sosok-sosok asing yang menggenggam kehidupan mereka. Jiwa dan raga para kuli-kuli kontrak itu telah ikut tergadai! Mereka harus selalu mematuhi perintah dari para tuan kebun. Para kuli akan mendapat hukuman berat jika mereka melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Konflik sosial dibagi menjadi tiga, konflik sosial antara individu dengan individu, konflik sosial antara individu dengan kelompok, dan konflik sosial antara kelompok dengan kelompok. Semua itu meliputi konflik sosial antara Wiryo dengan Tuan Asisten, konflik sosial antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu, konflik sosial antara Lelaki Cina dengan kulikuli Jawa, dan konflik sosial antara Anti Revolutionaire Partij (ARP) dengan kubu sosialis. Demikianlah pembahasan tokoh, penokohan, alur, keadaan sosial, dan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract merupakan karya fiksi karya Emil W. Aulia. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract seperti karya sastra pada umumnya memiliki struktur intrinsik yang membangun novel itu menjadi karya sastra yang menarik. Struktur intrinsik yang dianalisis dalam novel tersebut meliputi tokoh dan penokohan, serta alur. Menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995: 165) tokoh cerita adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract memiliki sebelas tokoh yaitu Van Den Brand, Jeanne Alice Heijligers, Wiryo, Tuan Aisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, Van Limburg Stirum, dan Bergmeijer. dengan uraian perwatakan masing-masing. Kesebelas tokoh memiliki peran dan intensitas kemunculan yang berbeda-beda. Tokoh Van Den Brand adalah tokoh protagonis dan menjadi pusat cerita dan menjadi tokoh utama. Tokoh Jeanne Alice Heigjligers merupakan tokoh protagonis namun bukan sebagai tokoh utama, Wiryo sebagai tokoh tambahan, intensitas kemunculannya tidak banyak tetapi membantu menghidupkan cerita. Tokoh
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
Tuan Asisten hanya sesekali disebut saja dalam cerita dan terdapat dalam dialog. Orang-orang Melayu hanya sekali muncul dan tidak secara langsung ada dalam dialog. Tuan Breuking hanya muncul sekali tetapi dapat menghidupkan cerita. Kuli-kuli Jawa kemunculannya sekali dalam cerita tetapi menjadi konflik sosial. Lelaki Cina kemunculannya tidak banyak, tetapi juga menjadi konflik sosial. Tokoh Idenburg kemunculannya menghidupkan cerita dan terdapat dalam dialog. Tokoh Van Limburg Stirum juga merupakan tokoh yang menghidupkan cerita. Meskipun tidak secara langsung ada dalam dialog. Dan yang terakhir Bergmeijer, adalah tokoh tambahan yang muncul di akhir cerita. Plot mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa-peristiwa yang susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri (Nurgiyantoro, 1995: 111). Alur atau plot novel Berjuta-juta dri Deli Satoe Hikajat Koeli Contract merupakan alur lurus atau progresif karena jalan ceritanya mengalir pengertian alur sendiri pada dasarnya plot atau alur dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti peristiwa oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian (Nurgiyantoro, 1995: 153-163). Struktur alur dalam cerita meliputi eksposisi yang berisi pengenalan latar sebagai pusat pengisahan awal,
rangsangan yang
menceritakan mulai terjadinya pertentangan antara kemauan, sikap, dan pandangan hidup. Dalam novel pada tahapan ini orang-orang kontrak terancam bahaya. Tahap berikutnya adalah konflik, konflik terjadi ketika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
brosur Millioenen uit Deli beredar di Belanda. Sebuah brosur karangan Van Den Brand yang dipermasalahkan oleh orang-orang. Tahap berikutnya adalah Rumitan, Rumitan dalam cerita terjadi ketika brosur karangan Van Den Brand beredar dan seketika itu menyulut pembicaraan politik berkepanjangan. Klimaks cerita tersebut ketika Van Den Brand angkat bicara atas semua permasalahan tentang brosur yang dia buat pada tahap ini suasana mulai memanas karena terjadi pertentangan dua kekuatan atau lebih. Leraian dalam cerita ditandai dengan jawaban Van Den Brand atas pidato Tuan Kooreman pada tanggal 11 Februari 1903. Pidato tentang brosur Millioenen uit Deli. Penyelesaian cerita ditandai dengan pidato Van Den Brand yang mengatakan pendapatnya bagi kuli-kuli di Deli. Alasan menggunakan jenis alur progresif adalah ingin menyampaikan cerita yang mengalir awal sampai akhir secara kronologis sehingga jalan cerita mudah diikuti. Keadaan sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract adalah kehidupan social kuli-kuli di perkebunan Deli dengan segala peraturan yang tegas dari para tuan kebun. Mereka menemui berbagai penderitaan di Deli. Seketika itu mereka dihadapkan pada kenyataan yang pedih, mereka bertemu dengan sosok-sosok asing yang menggenggam kehidupan mereka. Jiwa dan raga para kuli-kuli kontrak itu telah ikut tergadai! Mereka harus selalu mematuhi perintah dari para tuan kebun. Para kuli akan mendapat hukuman berat jika mereka melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Konflik sosial dibagi menjadi tiga, konflik sosial antara individu dengan individu, konflik sosial antara individu dengan kelompok, dan konflik sosial antara kelompok dengan kelompok. Semua itu meliputi konflik sosial antara Wiryo dengan Tuan Asisten, konflik sosial antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu, konflik sosial antara Lelaki Cina dengan kulikuli Jawa, dan konflik sosial antara Anti Revolutionaire Partij (ARP) dengan kubu sosialis.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, analisis menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra yang mengkaji Tokoh, penokohan, alur, keadaan sosial, dan konflik sosial dalam novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract dapat dijadikan sebagai bukti penguat teori yang digunakan. Analisis tersebut membahas tentang tokoh, penokohan, alur, keadaan sosial, dan konflik sosial membentuk sebuah karya sastra yang terwujud dalam novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract telah dibuktikan dalam penelitian. Selain itu novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract juga membantu menanamkan nilai-nilai yang patut dicontoh melalui pesan-pesan moralnya bagi pembaca.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas peneliti ingin menyampaikan saran bagi peneliti selanjutnya agar sastra terutama novel masih mendapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
perhatian karena memiliki banyak nilai moral sebagai pembelajaran dan semoga
penelitian
diharapkan
menjadi
pembelajaran maupun objek yang dianalisis.
sumbangan
sebagai
metode
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1987. Jakarta: Bina Aksara.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Astuti, Tri Sakti Murti. 2010. “Aspek Sosial dalam Kumpulan Cerpen “Protes” Karya Putu Wijaya: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Aulia, Emil W. 2006. Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract. Jakarta: Gramedia. Hariyanto, P. 2000. “ Pengantar Belajar Drama”. Diktat. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusrini, Maria Yulia. 2008. “Konflik Sosial Novel “Orang-Orang Malioboro” Karya Eko Susanto suatu Tinjauan Sosiologi Sastra”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Likumahua, Nico A. 2001. Sastra Suatu Sarana Pendidikan Informal. Salatiga: Widyasari Press. Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santosa, Heru Wijaya dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka. Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UMM Press. Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa. 83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
Sills, David L. (ed). 1968. International Encyclopedia of Social Sciences Vol. 3. New York: The Macmillan Company & The Free Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Tengsoe, Tjahjono Libertus. 1988. Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi. Ende: Nusa Indah. Wahyuti, Sri. 2011. Konflik Politik dan Sosial dalam Novel De Wints Karya Afifah Afra (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra). Skripsi. Malang: Universitas Negei Malang. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka. http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik diakses pada hari Rabu, tanggal 17 April 2013 pkl 10.30 WIB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
LAMPIRAN Sinopsis Cerita
Berjuta – juta Dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract
Van den Brand adalah seorang advokat yang tinggal di Medan dan melihat secara langsung derita kuli-kuli kontrak di perkebunan tembakau di Deli. Berdasakan apa yang dilihatnya dan didukung oleh data-data tertulis yang ia kumpulkan dari berbagai media yang terbit dimasa itu, Van Den Brand dengan penuh keberanian menentang sengit poenale sanciate (aturan hukum bagi kulikuli yang bekerja di perkebunan) yang dibuat oleh pemerintahan kolonial Belanda di wilayah tersebut. Ia melihat bahwa aturan ini hanya menguntungkan pemilikpemilik perkebunan secara sepihak dan menyengsarakan kuli-kuli kontrak yang menyebabkan mereka kehilangan kebebasan dan harkat manusianya selama menjadi kuli kontrak. Brosur Millioenen uit Deli setebal 71 halaman diterbitkan pada tahun 1902 di Belanda. Brosur yang memprotes diberlakukannya poenale sanciate dan juga mengurai derita dan skandal perbudakan yang dialami ribuan kuli kontrak asal Jawa yang berkerja di perkebunan tembakau milik swasta Belanda di Deli Sumatera Timur ini tentu saja menggegerkan kedamaian negeri Belanda. Perjuangan Van den Brand tidaklah mulus, pihak-pihak yang merasa kedudukannya terancam akibat terungkapnya kebobrokan di Deli tidak tinggal diam. Tuan-tuan perkebunan di Medan dan pejabat-pejabat Belanda bersatu mengucilkan dirinya. Mereka menuding Van den Brand menyebar fitnah, tidak patriotik, hanya mencari popularitas dan melawan pemerintahan Belanda. Meski demikian Van den Bran tetap pada pendiriannya, ia kembali menulis brosur Millioenen uit Deli (Sekali Lagi : Berjuta-juta dari Deli : 1903). Di brosur keduanya ini Van den Brand menyerang balik pihak-pihak yang menentangnya. Akhirnya kegigihannya membuahkan hasil, pemerintah kolonial melahirkan sejumlah perubahan yang walau mungkin tak seusai dengan yang diharapkannya,
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
namun setidaknya suara kaum kuli kontrak yang selama ini tak terdengar menjadi menggaung di mana-mana. Para kuli kontrak yang berasal dari Jawa umumnya terbujuk oleh mulut manis makelar pencari kerja yang dengan mahir mempengaruhi penduduk desa agar mau dijadikan kuli kontrak. Mereka diming-imingi hal yang menarik bahwa di Deli mereka akan menemukan, pohon yang berdaun uang, ronggeng, wayang kulit. Para penduduk desa yang miskin tentu saja tertarik untuk dijadikan kuli kontrak. Ironisnya apa yang dijanjikan dan mereka impikan itu tak menjadi kenyataan,
mereka
malah
menemui
berbagai
penderitaan
di
Deli.
Para kuli kontrak berangkat menuju perkebunan dengan sebuah kapal. Sesampai di pelabuhan mereka segera diharuskan membubuhkan cap jempol mereka pada secarik kertas yang isinya tidak mereka mengerti karena toh mereka tidak bisa membaca. Seketika itu mereka dihadapkan pada kenyataan yang pedih, mereka bertemu dengan sosok-sosok asing yang menggenggam kehidupan mereka. Jiwa dan raga para kuli-kuli kontrak itu telah ikut tergadai!. Di perkebunan derita para kuli kontrak semakin menjadi, kehidupan mereka diatur oleh bunyi suara kentongan. Kentongan bangun pagi, istirahat siang, tidur malam. Di sela-sela kerja dan istirahat para kuli kontrak, kerap terjadi tindak kekerasan yang tak manusiawi baik dari para mandor maupun Tuan Besar perkebunan. Setiap kuli yang melakukan kesalahan akan mendapat pukulan, tendangan, cambukan. Tak peduli kuli pria ataupun wanita, semua mendapat hukuman keji. Seorang kuli wanita yang tak mau diajak ‘main’ oleh Tuan Asisten Perkebunan harus mendapat siksaan disalib seperti Kristus. Dijemur dalam keadaan telanjang selama berhari-hari dari matahari terbit hingga terbenam. Ada juga praktek pelacuran, perjudian, dan madat yang terjadi di perkebunan. Setiap akhir bulan setelah masa gajian para kuli dibiarkan terpikat ke dalam perjudian, masuk dalam bilik-bilik pelacuran dan rumah candu agar mereka menghabiskan upah mereka hingga harus meminjam uang kepada mandor perkebunan dengan bunga yang mencekik. Dengan begitu para kuli akan terbelit oleh hutang yang tak terbayarkan sehingga mau tidak mau mereka harus terus memperpanjang kontrak kerja mereka. Jika mereka kabur, para penduduk asli siap menangkap mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
untuk memperoleh imbalan yang besar dari pengelola perkebunan. Para kuli yang kabur akan diburu, ketika tertangkap mereka akan diikat dan dibawa ke perkebunan dengan tangan dan kaki diikat pada sebilah kayu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
BIODATA
Nama lengkap Lucia Intan Suharti. Lahir di Sleman, 06 Juli 1988 dari Ayah yang bernama Richardus Tumpa dan Ibu Theresia Wartinah. Riwayat pendidikan yang telah ditempuh antara lain: Taman Kanak - Kanak Indriyasana Darmoyuwono Jering tahun 1992 -1994 di Sleman. Sekolah Dasar (SD K
Sekolah Dasar (SD) Kanisius Jering) tahun 1994-2000 di
Sleman. Sekolah Menengah Pertama (SMP Pangudi Luhur Moyudan) tahun 20002003 di Sleman, Sekolah Menengah Atas (SMA Pangudi Luhur Sedayu) tahun 2003-2006 di Bantul. Pada tahun yang sama melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. Mengakhiri kuliah pada tahun 2013 dengan skripsi yang berjudul Konflik Sosial Antar Tokoh Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract Karya Emil W. Aulia : Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra.
88