PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012: SEBUAH PENDEKATAN SEMIOTIKA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Studi Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Diana Mariska Yakomina Jago 10 4114 002
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JANUARI 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012: SEBUAH PENDEKATAN SEMIOTIKA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Studi Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Diana Mariska Yakomina Jago 10 4114 002
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JANUARI 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR
Tugas Akhir yang berjudul “Citra Diri Perempuan dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012: Sebuah Pendekatan Semiotika” ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Tugas Akhir ini menyajikan tentang signifikasi citra diri perempuan dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012: Sebuah Pendekatan Semiotika. Puji dan Syukur dihaturkan kepada Tuhan atas rahmat yang tak henti-hentinya, sehingga tugas akhir ini dapat terwujud dalam bentuknya saat ini.Tugas akhir ini pun tak pernah terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Drs. B. Rahmanto, M.Humselaku dosen pembimbing II yang selalu mengispirasi penulis untuk mengangkat topik mengenai puisi dan dijadikan tugas akhir. 3.
Drs. Hery Antono, M.Hum selaku Kepala Program Studi Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan moral dan memahami keadaan penulis.
4. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum selaku dosen Pendamping Akademik yang selalu sabar menghadapi tingkah laku kami anak-anak didik yang didampinginya.
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Dra. S.E Peni Adji, S.S, M.Hum; Dra F. Tjandrasih Adji, M.Hum; Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum; Drs. FX Santoso, MS atas ilmu dan perkuliahan yang tak terlupakan yang diberikan kepada penulis selama menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma. Kepada seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsungsehingga saya berhasil menyelesaikan tugas akhir ini. Berkat bantuan dan doa dari semua pihak yang telah penulis sebutkan diatas, tugas akhir ini terwujud dalam bentuknya sekarang ini. Meskipun demikian, segala kekurangan dan kelemahan dalam tugas akhir ini merupakan tanggung jawab penulis.Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan tugas akhir ini, akhir kata takada sesuatu yang sempurna. Segala kritik dan saran dari pembaca akan semakin memperkaya tugas akhir ini, dan akan diterima dengan lapang dada oleh penulis. Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Motto “Just Open Your Eyes and See That Life is Beautiful…”
Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. -MAZMUR, 62: 6-
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Halaman Persembahan
Tugas Akhir ini Kudedikasikan kepada: 1. Martha Magdalena Surinde Karena hanya dengan suaramu dari kejauhan sana memalui ponsel, seribu semangat kugapai untuk tetap tegar dalam suasana sesulit apapun ketika ku rapuh. Wanita terbaik yang pernah kumiliki
dalam
hidupku.Malaikat
yang
dihadiahkan
Tuhan
untuk
menjaga
dan
menyayangiku.The best Mother in the world. 2. Alm. Wilhelmus Jago Pria yang selalu mengispirasiku untuk terus melangkah maju.Lelaki terbaik dalam hidupku.Satu-satunya orang yang semasa hidupnya selalu meyakiniku untuk menekuni dunia bahasa dan sastra Indonesia dan mampu mengantarku sampai ke titik ini walau kami hanya bertemu dalam doa-doaku. 3. Thadeus Kotouki Pria yang hadir dalam hidupku dan mama ketika harapan mulai sirna dan Ia mampu memberi secercah harapan baru. Memberiku 3 mahkluk lucu, mereka adalah adik-adik kesayanganku: Bryan Djimie Marcello Kotouki, Yotam Charles Kotouki, Stevani Lizzie Mourena Kotouki.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK
Jago, Diana Mariska Yakomina. 2014. “Citra Diri Perempuan dalam Antologi Puisi 'Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012' sebuah Pendekatan Semiotika”.Tugas Akhir Strata Satu (S-1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini berjudul Citra Diri Perempuan dalam Antologi Puisi 'Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012' sebuah Pendekatan Semiotika. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analitis. Antologi puisi ini menarik dikaji karena merupakan antologi puisi yang ditulis oleh para penyair perempuan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai citra diri perempuan melalui kode-kode semiotika, di antaranya kode bahasa, kode sastra dan kode budaya. Langkah-langkah yang ditempuh adalah menganalisis kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori puisi, teori citra diri, teori semiotika dan signifikasi, teori kode bahasa, teori kode sastra, dan teori kode budaya. Dalam studi ini ketiga kode semiotika tersebut disignifikasi menurut kadar kesulitan dan kemudahan dalam memahaminya. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Penggolongan analisis dari kode bahasa menghasilkan pemahaman mengenai citra diri perempuan sebagai penggoda, citra diri perempuan mengenai nilai keperawanan, citra diri perempuan sebagai janda dan citra diri perempuan sebagai ibu. (2) Penggolongan analisis dari kode sastra menghasilkan pemahaman mengenai puisi berperspektif feminis, citra diri perempuan sebagai seorang isteri, citra diri perempuan sebagai seorang anak, dan citra diri perempuan sebagai korban. (3) Penggolongan analisis dari kode budaya menghasilkan pemahaman mengenai citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau pasrah, citra diri perempuan sebagai pahlawan, citra diri perempuan sebagai pemberontak, dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT
Jago, Diana Mariska Yakomina. 2014. "Self-Image of Women in the Anthology of Poetry 'Women Poets Latest Kartini Indonesia 2012' a semiotic approach" .Tugas Final Tier One (S-1). Yogyakarta: Indonesian Literature Studies Program, Department of Indonesian Literature, Faculty of Letters, University of Sanata Dharma. This study titled Self-Image of Women in the Anthology of Poetry 'Women Poets Latest Kartini Indonesia 2012' a semiotic approach. The method used in this research is descriptiveanalytic method. This poetry anthology draw studied as an anthology of poems written by poets Indonesian women. This study aims to provide an understanding of the self-image of women through semiotic codes, including the language code, the code of literary and cultural codes. The steps to be taken is to analyze the language code, the code of literature, and culture of the codes so that it becomes easier to understand. The theory used in this research is the theory of poetry, self-image theory, the theory of semiotics and significance, theory of language code, the code literary theory, and the theory of cultural codes. In this study three of the semiotic code disignifikasi according to levels of difficulty and ease of understanding. The results of this study have groups as following that explained, (1) the classification analysis of the language code generates an understanding of women's self-image as a teaser, the self-image of women on the value of virginity, women's self-image as a widow and self-image of women as a mothers. (2) the classification analysis of literary codes generates an understanding about poetry of perspective feminist, the self-image of women as a wife, the self-image of women as a child, and self-image of women as victims. (3) The classification analysis of the cultural codes generates an understanding of cultural self-image of women in nrimo or surrender, selfimage of women as heroes, women's self-image as a rebel, and self-image of women as beautiful creatures.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………………………
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………………..
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………………………………………………..
v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… vi MOTTO …………………………………………………………………………………. viii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………………. ix ABSTRAK……………………………………………………………………………….. x ABSTRACT……………………………………………………………………………….. xi DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... xii
BAB I PENDAHULUAN.……………………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 6 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………... 6 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………………. 7 1.4.1 Manfaat Teoritis………………………………………………………………. 7 1.4.2 Manfaat Praktis……………………………………………………………….. 7 1.5 Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………….. xii
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1.6 Landasan Teori……………………………………………………………………….
10
1.6.1 Pengertian Puisi………………………………………………………………. 10 1.6.2 Pengertian Citra Diri…………………………………………………………
11
1.6.3 Pengertian Semiotika dan Signifikasi………………………………………..
13
1.6.4 Pengertian Kode Bahasa………………………………….………………….
15
1.6.5 Pengertian Kode Sastra………………………………………………………
16
1.6.6 Pengertian Kode Budaya…………………………………………………….
18
1.7 Metode dan Teknik Penelitian……………………………………………………….
19
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………………………………...
20
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data……………………………………………
21
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data………………………….
21
1.8 Sistematika Penyajian………………………………………………………………..
22
BAB II CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012: SEBUAH SIGNIFIKASI MELALUI KODE BAHASA………………………………
24
2.1 Pengantar …………………………………………………………………………….
24
2.2 Citra Diri Perempuan sebagai Penggoda ……………………………………………. 26 2.3Citra Diri Peremuan Mengenai Nilai Keperawanan …………………....……………
28
2.4 Citra Diri Perempuan sebagai Janda ……………………………..………………….
30
2.5 Citra Diri Perempuan sebagai Ibu……….…………………………………………..
32
2.6 Rangkuman Kode Bahasa…………………………………………………………...... 33
BAB III CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012: xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI SEBUAH SIGNIFIKASI MELALUI KODE SASTRA ………………………………
36
3.1 Pengantar …………………………………………………………………………….
36
3.2 Puisi Berperspektif Feminis ………………………………………………………..... 37 3.2.1 Puisi karya Abidah El Khalieqy …………………………………………… 38 3.2.2 Puisi karya Ana Westy Martiani …………………………………………... 41 3.2.3 Puisi karya Hanna Fransiska ………………………………………………. 45 3.2.4 Puisi karya Helvy Tiana Rosa ……………………………………………... 51 3.2.5 Puisi karya Inung Imtihani ………………………………………………… 57 3.2.6 Puisi karya Nedine Angelique ……………………………………………... 61 3.2.7 Puisi karya Nenden Lilis A ………………………………………………… 65 3.2.8 Puisi karya Oka Rusmini …………………………………………………… 71 3.2.9 Puisi karya Sartika Sari …………………………………………………….. 76 3.3 Citra Diri Perempuan sebagai Seorang Isteri ………………………………………… 81 3.4 Citra Diri Perempuan sebagai Seorang Anak ……………………………………….. 88 3.5 Citra Diri Perempuan sebagai Korban ………………………………………………
90
3.5.1 Puisi karya Alina Kharisma ……………………………………………….
90
3.5.2 Puisi karya Rita Sri Hastuti ………………………………………………..
92
3.6 Rangkuman Kode Sastra …………………………………………………………….. 94
BAB IV CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012:
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI SEBUAH SIGNIFIKASI MELALUI KODE BUDAYA ……………………………
96
4.1 Pengantar ……………………………………………………………………………
96
4.2 Citra Diri Perempuan dalam Budaya Nrimo atau Pasrah …………………………..
98
4.2.1 Puisi karya Sandra Palupi …………………………………………………
98
4.2.2 Puisi karya Heni Hendrayani ……………………………………………… 100 4.2.3 Puisi karya Elis Tating Bardiah …………………………………………… 102 4.3 Citra Diri Perempuan sebagai Pahlawan …………………………………………….
104
4.3.1 Puisi karya Evi Idawati ……………………………………………………
104
4.3.2 Puisi karya Endang Werdiningsih …………………………………………. 107 4.3.3 Puisi karya Diah Hadaning………………………………………………… 111 4.4 Citra Diri Perempuan sebagai Pemberontak …………………………………………. 114 4.4.1 Puisi karya Sarikit Syah ……………………………………………………. 114 4.4.2 Puisi karya Rika Istianingrum………..……………………………………... 117 4.4.3 Puisi karya Ratna Ayu Budhiarti…………………………………………… 119 4.5 Citra Diri Perempuan sebagai Mahkluk yang Cantik ………………………………… 120 4.5.1 Puisi karya Hanna Yohana …………………………………………………. 120 4.5.2 Puisi karya Febriani Hauri…………..………………………………………. 121 4.5.3 Puisi karya Rika Istianingrum………………………………………….……. 123 4.6 Rangkuman Kode Budaya ……………………………………………………………. 125 4.7 Rangkuman Kode-kode Semiotika …………………………………………………… 127
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………… 128 5.1
Kesimpulan ………………………………………………………………………. 128
5.2
Saran ……………………………………………………………………………… 131
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 133 LAMPIRAN …………………………………………………………………………......
135
Lampiran 1 ……………………………………………………………………………….. 136 Lampiran 2 ……………………………………………………………………………….. 142 TENTANG PENULIS …………………………………………………………………… 162
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ini berjudul “Citra Diri Perempuan dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012: Sebuah Pendekatan Semiotika”. Yang dimaksud dengan citra diri adalah cara individu memandang diri secara utuh baik secara fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Citra diri juga diartikan sebagai semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Salemba, Medika, 2009). Citra diri perempuan adalah gambaran tentang diri perempuan dan eksistensinya. Istilah wanita dan perempuan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan arti secara harafiah yaitu pe.rem.pu.an [n] (1) orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita; (2) istri; bini: -- nya sedang hamil; (3) betina (khusus untuk hewan). wa.ni.ta [n] perempuan dewasa: kaum --, kaum putri (dewasa). Jadi citra diri perempuan adalah eksistensi perempuan sebagai individu yang memandang dirinya secara utuh dan menyeluruh dipandang dari segala aspek. Semiotika adalah adalah ilmu yang mempelajari kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat dapat dibayangkan ada. Semiologi akan menunjukkan hal-hal yang membangun tanda-tanda dan hukum-hukum yang mengaturnya. Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Semiotika merupakan ilmu umum tentang semua sistem tanda (atau 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
tentang semua sistem simbol), sistem itu membuat manusia bisa berkomunikasi di antara mereka. Tanda- tanda pasti mengacu pada sesuatu. Tanda-tanda itu ada yang terdapat di dalam teks dan ada yang terdapat di luar teks. Di samping itu, tanda harus diterjemahkan ke dalam satu fungsi yang lebih luwes, yakni diterangkan ke dalam kerangka teori kode (Eco dalam Sudjiman & Zoest, 1992: 27). Kode adalah sistem signifikasi sejauh ia merangkaikan kenyataan yang ada dengan unit-unit yang tidak ada (Sudjiman & Zoest, 1992: 33). Ilmu semiotik menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Jadi, semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda, mulai dari proses terbentuknya tanda itu sendiri, kaitannya dengan tanda-tanda lain, dan efek yang ditimbulkan oleh tanda tersebut dalam lingkungan sosial. Sebuah karya sastra memiliki keunikan masing-masing. Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012: 77). Keunikan sebuah karya sastra dapat diketahui perbedaannya melalui kreativitas pengarang itu sendiri. Artinya menulis sebuah tulisan karya sastra tidak tergantung pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang berlaku. Biasanya menulis sebuah puisi harus memperhatikan rima agar puisi tersebut enak dibaca. Sekarang, seorang penyair menciptakan sebuah karya dengan tidak memperhatikan aspek-aspek struktur puisi, tetapi menulis dengan kreativitas si pengarang atau gaya pengarang itu sendiri. Para penyair perempuan dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 tidak selalu memperhatikan aspek-aspek stuktur puisi. Para penyair perempuan menggunakan gayanya masing-masing dalam puisi mereka. Meskipun tidak selalu memperhatikan aspek-aspek struktural penulisan puisi, namun terdapat banyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
kode-kode yang terkandung dalam setiap puisi. Hal inilah yang ingin penulis teliti menggunakan pisau semiotika. Faruk (2012: 87) menjelaskan bahwa di bawah aspek empirik itu ada aspek nonempirik, yakni kesadaran yang secara berturut-turut tersusun dari bahasa, sastra, dan budaya. Aspek non-empirik menurut A. Teuuw disebut dengan kode-kode (kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya). Kode adalah sistem signifikasi sejauh ia merangkaikan kenyataan yang ada dengan unit-unit yang tidak ada. Juga sesuatu yang benar-benar tersaji pada persepsi orang yang dituju mewakili sesuatu yang lain, itu berarti ada signifikasi (Sudjiman & Zoest, 1992: 33). Faruk menambahkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang bahasa dianggap lebih tinggi dari pada sastra dan budaya. Budaya juga punya tingkat penyebaran lebih tinggi dari pada sastra. Pemilihan topik mengenai citra diri perempuan dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 ini didasari oleh banyaknya pengarang perempuan yang mengangkat tema-tema mengenai citra diri perempuan dalam kaitannya dengan Tuhan, alam, dan sesama. Penulis ingin menentukan kode-kode semiotika mengenai citra diri perempuan dalam puisi-puisi yang ada dalam antologi puisi ini. Kodekode semiotika menurut A. Teuuw terdiri dari: kode-kode bahasa, kode-kode sastra, dan kode-kode budaya. Selain itu, penulis ingin mendeskripsikan citra diri perempuan dalam puisi-puisi dengan tema-tema tertentu yang ditinjau dari pendekatan kode-kode semiotika. Jika dikaji dari segi judul Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 para pengarang perempuan menunjukan keterlibatan mereka dalam dunia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
kepenyairan melalui hasrat jiwanya yang haus, dan membuktikan bahwa pengarang perempuan juga memiliki tempat di media. Berbeda dengan model kajian yang digunakan A. Teeuw, studi ini memilah signifikasi kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya dalam pengertian taraf kemudahan dan kesulitan dalam memahami sebuah puisi. Ada puisi yang mudah dipahami dalam level kode bahasa saja, tanpa perlu menganalisisnya dari level kode sastra dan kode budaya. Demikian pula, ada puisi yang hanya dapat dipahami dengan mengkajinya dari kode sastra ataupun kode badaya. Puisi-puisi yang lebih sukar dipahami, hanya dapat dimengerti dari kode budayanya. Jumlah penyair dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini 2012 berjumlah 69 orang, mereka adalah: Abidah el Khalieqy, Akidah Gauzillah, Alina Kharisma, Alya Salaisha-Sinta, Ana Westy Martiani, Ariana Pegg, Cok Sawitri, D Kemalawati, Dalasari Pera, Dhenok Kristianti, Diah Hadaning, Dian Hartati, Dianing Widya, Divin Nahb, Elis Tating Bardiah, Endang Werdiningsih, Evi Idawati, Fanny J. Poyk, Farra Yanuar, Fatin Hamama, Fitriani Um Salva, Frieda Amran, Hanna Fransisca, Hanna Yohana, Helvy Tiana Rosa, Heni Hendrayani, Hudan Nur, Imelda Hasibuan, Inung Imtihani, Ira Ginda, Kalsum Belgis, Lina Kelana, Medy Loekito, Nadine Angelique, Nana Riskhi Susanti, Nella S. Wulan, Nenden Lilis A., Nening S. Mahendra, Nia Samsihono, Nona G. Mucthar, Novy Noorhayati Syahfida, Nurani Lely Mettawati Widjaja, Oka Rusmini, Pipiek Isfianti, Puput Amiranti N., Qurrota A’yun Thoyyibah, Ramayani Riance, Ratna Ayu Budhiarti, Ratu Ayu, Rika Istianingrum, Rini Febriani Hauri, Rini Ganefa, Rita Oetoro, Rita Sri Hastuti, Rukmi Wisnu Wardani, Sandra Palupi, Sartika Sari, Sendri Yakti, Seruni Tri Padmini, Shinta Miranda, Sirikit Syah, Sri Runia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Komalayani, Sus Setyowati Hardjono, Susy Ayu, Wni Suryandari, Wiekerna Malibra, Winarti Juliet Vennin, Yvonne de Fretes, dan Zubaidah Djohar yang kesemuanya adalah penyair perempuan Indonesia dengan jumlah puisi sebanyak 263. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya menganalisis 52 jumlah puisi dari 25 penyair perempuan yang cukup mewakili keseluruhan jumlah puisi dan penyair sesuai dengan signifikasi kode-kode bahasa, sastra, dan budaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas yang dibahas dalam tugas akhir ini sebagai berikut: 2.1 Bagaimana citra diri perempuan disignifikasikan dari kode-kode bahasa yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempauan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012? 2.2 Bagaimana citra diri perempuan disignifikasikan dari kode-kode sastra yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempauan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012? 2.3 Bagaimana citra diri perempuan disignifikasikan dari kode-kode budaya yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempauan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan deskripsi rumusan masalah, penulis memiliki beberapa tujuan membahas tugas akhir ini. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Menjelaskan citra diri perempuan berdasarkan signifikasi kode-kode bahasa melalui contoh ungkapan pada puisi yang terdapat dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. 3.2 Menjelaskan citra diri perempuan berdasarkan signifikasi kode-kodesastra melalui contoh ungkapan pada puisi yang terdapat dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. 3.3 Menjelaskan citra diri perempuan berdasarkan csignifikasi kode-kodebudaya melalui contoh ungkapan pada puisi yang terdapat dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
1.4 Manfaat Penelitian Ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini menghasilkan pemahaman mengenai signifikasi citra diri perempuan dan kode-kode semiotika melalui karya-karyanya yang terkumpul dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Memeberikan contoh konkret bagaimana penggunaan kode-kode bahasa, sastra, dan budaya dalam kaitannya dengan citra diri perempuan yang terdapat dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Selanjutnya, menjelaskan kaitan antara ketiga kode berdasarkan citra diri perempuan yang disignifikasikan melalui kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya tertentu. Penelitian ini, memberi pemahaman mengenai kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya dalam kaitannya citra diri perempuan berdasarkan pendekatan semiotika yang terdapat dalam antologi puisi Perempuan Penyeir Indonesia Terkini Kartini 2012. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam studi semiotika karena dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai citra diri perempuan melalui kode-kode semiotika yang terdapat dalam antologi puisi Perempuan Penyeir Indonesia Terkini Kartini 2012. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mereka yang tidak berkecimpung secara langsung di dalam dunia sastra. Penelitian ini memberikan penjelasan mengenai citra diri pengarang perempuan dalam puisi yang terdapat pada antologi puisi Perempuan Penyeir Indonesia Terkini Kartini 2012 yang ditinjau secara semiotika berdasarkan kode-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
kode semiotika. Penelitian ini juga secara praktis dapat menjelaskan kaitan antara ketiga kode berdasarkan citra diri perempuan yang disignifikasikan melalui kode-kode bahasa, kode-kode sastra, dan kode-kode budaya.
1.5 Tinjauan Pustaka Ada beberapa studi terdahulu mengenai penelitian yang membahas citra diri pengarang perempuan, kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya dalam kaitannya dengan citra diri perempuan. Penelitian pertama telah diteliti dalam skripsi sastra dengan topik Fenomena Seks dalam Novel Indonesia Muthakir karya Pengarang Perempuan: Kajian Kritik Sastra Feminis oleh Wiyatmi pada tahun 2005. Tujuan penelitian ini adalah memahami fenomena seks yang digambarkan dalam karya (novel) para sastrawan perempuan. Selain itu, bagaimana mereka menggambarkan masalah seks, hubungan fenomena seks dengan unsur fiksi, relasi perempuan dengan laki-laki dalam hubungan seks, juga aliran feminisme yang mendasari pandangan mereka. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hani Solikhah, dengan judul Eksistensi Perempuan dan Konstruksi Budaya dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Kajian Sastra Feminis. Peneliti menggunakan kajian sastra feminis, dengan mempertimbangkan segi-segi feminisme (Djajanegara, 2000:27). Inovasi baru yang menjadi pendorong dalam penelitian ini adalah kajian kritis dengan menggunakan feminisme diharapakan dapat memberikan manfaat dalam dunia kesusasteraan. Dengan demikian, hal yang menjadi tujuan utama adalah upaya agar analisis yang lebih jauh tentang kajian feminisme khususnya pada novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dapat diketahui dan dipahami lebih mendalam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Penelitian yang membahas kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra telah diteliti dalam novel. Kajian dalam penelitian berupa novel Pergolakan karya Wildan Yatim yang membahas kajian kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya dijadikan sebagai bahan ajar sastra. Judul penelitian ini yaitu: Studi Deskriptif Analisis terhadap Pemahaman Teks Novel oleh Mahasiswa PSSBSI STKIP Suryakencana Cianjur. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik pada novel Pergolakan karya Wildan Yatim ditinjau dari sistem kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Selain itu, pemahaman analitis terhadap pengajaran. Tipe penelitian deskriptif analitis. Metode yang digunakan terdiri dari dua variabel, yakni variabel data kualitatif dan variabel data kuantitatif. Hasil analisis terhadap kemampuan pemahaman mahasiswa berdasarkan ketiga sistem kode dengan menggunakan instrumen tes. Instrumen tes tersebut diolah dengan teknik perhitungan statistik sederhana. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sakudaryanto, M.Hum dengan judul Menelaah Epos Ramayana Berdasarkan Semiotik A. Teeuw. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan permasalahan mengenai kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya di dalam cerita Ramayana karya Wawan Susetya. Hasil daripenelitian ini adalah memberikan pemahaman mengenai teori semiotik A.Teeuw dalam komparasi cerita Ramayana, memperkaya pengetahuan tentang sastra lisan Ramayana. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang relevan, penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan. Penelitian sebelumnya memiliki persamaan yang terfokus pada objek kajian yaitu analisis novel dengan pendekatan feminisme dan citra diri perempuan serta analisi semiotika A.Teeuw, yaitu kode bahasa, kode sastra dan kode budaya. Perbedaan penelitian ini adalah kemampuan pemahaman mahasiswa berdasarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
citra diri perempuan serta ketiga kode dengan instrumen tes. Instrumen tes tersebut diolah dengan teknik perhitungan statistik sederhana, sedangkan penelitian tentang epos Ramayana untuk memperkaya pengetahuan mengenai sastra lisan.
1.6 Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian ini memaparkan pengertian puisi, citra diri, pengertian semiotika dan signifikasi, serta pengertian kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. 1.6.1 Pengertian Puisi Puisi sebagai sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 2007:3). Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan (inovasi) (Teeuw, 1980:12). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre, 1978:1). Puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. (Pradopo, 2007:3). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cetakan keempat, puisi adalah (a) ragam sastra yang terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait, (b) gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Menurut Pradopo (2005:135), Puisi adalah karya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Waluyo (2003:1) juga mengartikannya, yakni puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). 1.6.2 Pengertian Citra Diri Citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cetakan keempat adalah rupa; gambar; gambaran. Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi. Citra diri adalah cara seseorang individu memandang dirinya sendiri. Termasuk juga caranya memandang diri secara fisik. Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Citra diri adalah imajinasi yang dimiliki seseorang atas dirinya sendiri, imajinasi tersebut seperti rekaman video seseorang mengenai dirinya sendiri (Leo, 2006). Profesor Hembing (dalam Sutoyo, 2000) mengatakan citra diri akan menentukan apa jadinya seseorang nanti. Jika citra diri adalah citra diri inferioritas, kekurangcakapan, dan kegagalan, citra diri itu dapat diubah. Ketika citra diri itu diubah, orang itupun akan berubah. Penemuan yang terbesar, adalah bahwa manusia dapat mengubah hidup mereka dengan mengubah sikap mental dan pikiran mereka. Citra diri merupakan gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, identitasnya, kemampuannya, dan keberhargaannya. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dijelaskan di atas, maka ditarik sebuah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
kesimpulan bahwa citra diri adalah gambaran mental seseorang mengenai dirinya sendiri yang secara keseluruhan mempengaruhi keyakinannya mengenai dirinya sendiri. Citra diri seseorang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Kehidupan seseorang saat ini berada di sekitar citra dirinya sendiri. Citra diri seseorang memainkan peranan terbesar di dalam kehidupan orang tersebut. Jika setiap manusia dikendalikan oleh gambar mental yang dikembangkan mengenai dirinya sendiri, maka ia dapat mengambil langkah - langkah untuk mewujudkan gambaran itu menurut cara yang sesehat mungkin (Holden, 2005). Di samping itu, citra diri merupakan mekanisme otomatis dari gambaran mental seseorang. Jika citra dirinya sehat maka ia dapat mencapai kebahagiaan sebaliknya jika citra dirinya buruk maka ia akan terlihat sebagai orang yang tidak percaya diri dan tidak mampu. Citra diri atau gambaran yang dimiliki seseorang haruslah realistis. Citra terletak pada akar dari sebagian besar perangai (Darmaputera, 2005). Citra diri terbentuk sejak masa kecil dimana pengalaman hidup di masa lalu dan juga penilaian mengenai masa lalu tersebut membuat suatu gambaran mental tentang diri di masa sekarang. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimiliki, dan penilaian orang lain secara objektif. Leo (2006) mengemukakan tiga faktor yang berperan dalam pembentukan citra diri seseorang, antara lain: Kata-kata yang dianggap seseorang anak dari orang tuanya dapat dianggap sebagai suatu kebenaran. Anak itu percaya pada apa yang dia masukkan ke dalam imajinasinya. Misalkan ayahnya berkata ia seorang anak bodoh, anak itu dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
memasukkan informasi tersebut ke dalam gambaran mentalnya sebagai suatu kebenaran dan akhirnya berpikir bahwa ia adalah seorang anak yang bodoh. Suatu lingkungan mempunyai nilai-nilai budaya yang dapat dimasukkan ke dalam imajinasi seseorang. Baik itu nilai yang buruk atau yang bagus. Seperti kulit hitam itu jelek dan kulit putih itu cantik. Orang kulit hitam yang mendengar ini akan merasa dirinya jelek dan berpikir bahwa temannya yang berkulit putih cantik adanya. Sehingga muncul citra diri yang negatif terhadap dirinya sendiri. Hal ini berhubungan dengan self talk (pembicaraan dengan diri sendiri). Pada saat seseorang sedang mengalami tekanan-tekanan, self talk akan muncul. Apa yang akan dikatakan kepada diri sendiri akan membuat gambar diri yang dapat menipu atau mendukung diri orang tersebut. Dari sinilah dapat muncul kepercayaan yang benar atau pun kepercayaan yang salah di dalam diri. 1.6.3 Pengertian Semiotika dan Signifikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, se.mi.o.tik berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia. Se.mi.o.ti.ka merupakan ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu lintas, kode morse dsb); semiologi; ilmu tentang semiotik. Semiotika berasal dari kata dalam bahasa Yunani: Semion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam pelbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecendrungan untuk memandang wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (Piliang, 1998: 262). Menutut Sudjiman & Zoest (1992: 5), semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tandatanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut Sobur (2004: 15), semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Menurut Pradopo (1990: 17), semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tandatanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat dapat dibayangkan ada. Ia akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan karenanya juga bagian dari psikologi umum. Semiologi akan menunjukkan hal-hal yang membangun tanda-tanda dan hukum-hukum yang mengaturnya. Semiotika merupakan ilmu umum tentang semua sistem tanda (atau tentang semua sistem simbol), sistem itu membuat manusia bisa berkomunikasi di antara mereka. Semiotika adalah ilmu tanda: ilmu yang mengkaji struktur dan proses penandaan. Jadi, semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda, mulai dari proses terbentuknya tanda itu sendiri, kaitannya dengan tanda-tanda lain, dan efek yang ditimbulkan oleh tanda tersebut dalam lingkungan sosial. Semiotika (juga disebut studi semiotik dan dalam tradisi Saussurre disebut semiologi adalah studi tentang makna keputusan. Termasuk studi tentang tanda-tanda dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
proses tanda semiosis, indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan komunikasi. Semiotika memiliki dimensi antropologis penting; misalnya Umberto Eco mengusulkan bahwa setiap fenomena budaya dapat dipelajari sebagai komunikasi. Namun, beberapa ahli semiotik fokus pada dimensi logis dari ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan signifikasi adalah proses perebutan makna karya sastra yang didasarkan pada penilaian estetik tegangan. Fungsi estetik bukanlah pertama-tama atau semata-mata ditentukan oleh kualitas karya seni secara objektif, melainkan tergantung pada aktivitas penikmat (Teeuw, 1988: 101). Kenikmatan estetik secara umum ditentukan oleh tegangan antara penemuan baru dengan pengenalan kembali yang sudah diketahui (konvensi) (Teeuw, 1988: 360). Sebaliknya penikmatan sesuatu yang seratus persen baru tidak mungkin karena adanya tegangan antara yang lama dan yang baru. Pengalaman dan penilaian estetik, dengan demikian ditentukan oleh kejutan yang dirasakan pembaca karena horizon harapannya didobrak. 1.6.4 Pengertian Kode Bahasa Yang dimaksud dengan kode-kode bahasa adalah sistem tanda berupa pemkaian dan penikmatan bahasa yang mengandung perlengkapan konseptual dan menjadi dasar pemahaman dunia nyata karena di dalamnya terkandung pandangan sosial yang tidak dapat dihindari oleh anggota masyarakat. Dalam pengajaran sastra, upaya memahami sebuah karya sastra, dilakukan dengan mendekatinya secara analisis. Analisis pada dasarnya mengamati dan mengkaji sistem-sistem organisme pembangun sebuah karya sastra. Teeuw menjelaskaan, bahwa memahami sebuah karya sastra memerlukan penguasaan berbagai sistem kode, baik kode
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Dengan demikian, tujuan pengajaran sastra, akan tercapai dengan baik. Dalam ilmu bahasa modern khususnya Benjamin Lee Whorf mengembangkan ide bahwa pandangan manusia terhadap dunia sekelilingnya dalam artian yang seluasluasnya ditentukan oleh sistem bahasanya (Whorf, 1956 dalam Teeuw, 1984: 99). Dalam ilmu sastra modern ide ini antara lain digarap secara sistematik oleh peneliti Rusia Lotman (1972); bahasa disebutnya ein primαres modellbildendes system, sistem tanda yang secara primer membentuk model dunia bagi pemakainya; model itulah pada prinsipnya mewujudkan perlengkapan konseptual manusia untuk penafsiran segala sesuatunya di dalam dan di luar dirinya; sistem inilah yang tersedia untuk dan sekaligus mengikat juga seorang sastrawan dan penikmat sastra (Teeuw, 1984:99). Secara sederhana dipahami kode bahasa merupakan sistem semiotik primer (ein primαres modellbildendes system) yaitu sistem tanda berupa pemakaian dan penikmatan bahasa yang mengandung perlengkapan konseptual, dan menjadi dasar pemahaman dunia nyata karena didalamnya terkandung pandangan sosial yang tidak dapat dihindari oleh anggota masyarakat. Maka dari itu, yang dimaksud dengan kode bahasa adalah sistem tanda itu tersedia perlengkapan konseptual yang sukar sekali kita hindari, sebab perlengkapan itu merupakan dasar pemahaman dunia nyata dan sekaligus merupakan dasar komunikasi antar anggota masyarakat yang terpenting (Teeuw, 1984: 95-96). 1.6.5 Pengertian Kode Sastra Yang dimaksud dengan kode-kode sastra adalah sistem semiotik yang mencakup hakikat kesusastraan dan anasir-anasir kesastraan seperti tokoh, alur, gaya, dan latar yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
membataskan dan memberi kemungkinan pemberian makna yang sesuai pada karya sastra. Kode sastra merupakan sistem semiotik yang berada diluar sistem semiotik bahasa. Sastra disebut Lotman ein sekundares modellbildendes system, sistem tanda sekunder yang membentuk model, yaitu tergantung pada sistem primer yang diadakan oleh bahasa, dan hanya dapat dipahami dalam hubungannya dan seringkali dalam pertentangannya dengan sistem bahasa (Teeuw, 1984:99). Konvensi struktur sastra merupakan sebuah tegangan
yang built in karena
struktur karya sastra bersifat multidimensional, berlapis-lapis, dan juga berurutan atau hierarkis. Akan tetapi, secara umum konvensi karya sastra berupa puisi itu menyangkut aspek-aspek, seperti verifikasi, rima, pola pembaitan, gaya bahasa, diksi (pilihan kata) tema, dan amanat. Dalam kajian struktural puisi penulis dapat memperhatikan unsurunsur penting
seperti rasa, tipografi, dan diksi. Seterusnya untuk studi yang
menggunakan citra diri perempuan ini, kajian kode sastra akan dibatasi pada rasa (feeling), tipografi (perwajahan), dan diksi (pemilihan kata). Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. Tipografi (perwajahan), yaitu bentuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. Tipografi (bait, baris, perwajahan) adalah pembeda penting genre puisi, prosa, dan drama.Tiporgafi menonjolkan bentuk visualnya. Diksi (pemilihan kata), yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Diksi digunakan penyair untuk membangkitkan imaji pembaca. Diksi berkaitan dengan perbendaharaan kata, urutan kata, dan daya sugesti dari kata-kata. Ketiga kategori tersebut di pilih untuk digunakan, karena secara langsung dapat mengungkap citra diri perempuan sesuai pembagian kode-kode masing-masing. 1.6.6 Pengertian Kode Budaya Yang dimaksud dengan kode-kode budaya adalah sistem semiotik yang mengacu pada satu kerangka kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra, dan yang secara tidak langsung terungkap dalam sistem tanda bahasa dan konvensi sosiolinguistik, serta dalam sistem sastra (Teew, 1988 : 95 – 102). Dalam kaitannya antara karya sastra dan konvensi budaya, dikemukakan pula konvensi tertentu yang seringkali dibedakan baik dari konvensi bahasa dan konvensi sosiolinguistik ala Pratt, maupun dari konvensi sastra dalam artian yang ketat: yang dimaksudkan ialah konvensi budaya. Pemahaman sebuah karya sastra tidak mungkin tanpa pengetahuan, mengenai kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra tersebut dan tidak langsung terungkap dalam sistem tanda bahasanya (Teeuw, 1984:100).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Dalam membaca karya sastra, kita senantiasa menghadapi sebuah dunia yang sekaligus kita kenal (kembali) dan dunia yang asing atau baru bagi kita. Selalu ada halhal yang sudah kita kenal dan yang akrab dengan kita seperti: dunia fisik, alam, manusia, hewan, bahkan makhluk-makhluk aneh seperti burung garuda, hantu, raksasa, dll. Dalam dunia sastra, hal-hal tersebut tidaklah identik dengan yang kita kenal. Pembongkaran kode-kode budaya bermaksud memahami arah dan sumber gejala sosial yang ditampilkan teks sastra tertentu. Arah dan sumber gejala sosial merupakan ‘filsafat hidup’ yang berupa model mental pemahaman orang tentang dunia sekitarnya. Teeuw (1983: 13-14) memandang kode budaya sebagai tempat spesifikasi makna (dalam Faruk, 2012:84). Seorang penyair, laki-laki atau perempuan tidak dapat lepas dari pengaruh sosial-budaya. Hal tersebut terwujud dalam karya yang mereka ciptakan, sistem kemasyarakatan yang dekat dengan pengarang, adat–istiadat, pandangan pengarang terhadap suatu golongan masyarakat, kesenian, dan benda-benda kebudayaan. Menurut Faruk (2012:84), kode budaya adalah sistem semiotik yang di luar sistem semiotik bahasa dan sastra. Hal itu dapat berkaitan dengan pola prilaku tertentu, bentukbentuk tertentu, dan sebagainya. Sebagai sebuah sistem semiotik, kebudayaan
itu
dipandang mempunyai aspek ekspresi yang fisik dan mempunyai aspek makna.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif-analitis, artinya setiap data yang diperoleh dianalisis. Pada prinsipnya, data terbagi dua, yakni data kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari hasil analisis terhadap karya sastra sesuai menurut teori telaah sastra. Penelitian mengenai signifikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
kode-kode semiotika dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) Pengumpulan data, (ii) Analisis Data, dan (iii) Penyajian Hasil Analisis Data. 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian dalam tugas akhir ini adalah puisi-puisi yang ada di dalam antologi puisi. Objek ini berada dalam data yakni antologi puisi. Data diperoleh melalui satu sumber, yakni sumber tertulis. Sumber tertulis berupa Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Data yang dikumpulkan adalah beberapa puisi konvensional yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Puisi-puisi itu akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis citra diri pengarang perempuan dalam puisinya dan menganalisis kode-kode seperti kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra menurut pendekatan semiotika A. Teuuw serta meninjau citra diri wanita. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi data mengenai signifikasi puisi penyair perempuan dan citra dirinya, kode-kode, pengertian puisi secara umum dan Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Studi pustaka juga dilakukan terhadap artikel atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan objek tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Judul Buku
: Antologi Puisi “Perempuan Penyair Indonesia Terkini
Kartini 2012” Pengarang
: 69 penyair perempuan Indonesia
Tahun Terbit
: 2012, cetakan pertama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Terbitan
21
: KKK (Kosa Kata Kita)
Teknik yang dipakai berikutnya adalah teknik simak dan catat. Teknik simak untuk menyimak bacaan bagian yang dipilih sebagai bahan penelitian. Teknik catat digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap mendukung dalam memecahkan masalah. 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Pada tahap analisis data, data dianalisis menggunakan pendekataan semiotika menurut A. Teeuw. Selain itu data juga ditinjau menurut teori citra diri perempuan yang berkaitan dengan kode-kode semiotika yaitu kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. (1) Bagaimanakah citra diri perempuan disignifikasikan melalui kode bahasa di dalam puisi? (2) Bagaimanakah citra diri perempuan disignifikasikan melalui kode sastra di dalam puisi? (3) Bagaimanakah citra diri perempuan disignifikasikan melalui kode budaya di dalam puisi?
Penulis menggunakan metode analisis isi untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan. 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini disajikan menggunakan dua metode, yaitu metode formal dan metode informal. Hasil penelitian disajikan dengan metode formal, yaitu menggunakan berbagai lambang, tanda, menurut kode-kode tertentu. Penyajian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
hasil analisis data secara informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan puisi-puisi konvensional, yaitu puisi-puisi yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif.
1.8 Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini disusun dalam lima bab. Bab pertama merupakan pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Latar belakang menguraikan alasan penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah memuat masalah-masalah yang ditemukan penulis dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan penulis melakukan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas tentang semiotika. Landasan teori menyampaikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metode dan teknik penelitian merincikan metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan metode dan teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab kedua berisi tentang mendeskripsikan dan menjelaskan rumusan masalah yang pertama mengenai bagaimana citra diri perempuan disignifikasikan dalam kode-kode bahasa yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempauan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Bab ketiga berisi tentang mendeskripsikan dan menjelaskan rumusan masalah yang kedua mengenai bagaimana citra diri perempuan disignifikasikan dalam kode-kode sastra yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempauan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Bab keempat berisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
tentang mendeskripsikan dan menjelaskan rumusan masalah yang terakhir mengenai bagaimana citra diri perempuan disignifikasikan dalam kode-kode budaya yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempauan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Bab kelima berisi kesimpulan dan saran dari penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI “PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012”: SEBUAH SIGNIFIKASI MELALUI KODE BAHASA
2.1 Pengantar Dalam setiap aktivitas masyarakat, bahasa merupakan salah satu elemen terpenting yang secara sadar sangat dibutuhkan dalam penggunaannya oleh penulis, pembaca, dan semua orang. Bahasa, sebelum digunakan oleh penulis, sudah merupakan sistem tanda atau sistem semiotik, yang secara konvensi diterima dan disetujui oleh suatu kelompok masyarakat. Di dalam sistem tanda itu tersedia perlengkapan konseptual yang sukar sekali dihindari karena merupakan dasar komunikasi antar anggota masyarakat yang terpenting (Teeuw, 1988: 96). Dengan demikian, sistem bahasa merupakan sistem kemaknaan yang mewujudkan sistem koseptual yang sebagian besar mengarahkan dan menentukan penafsiran kenyataan. Sistem kemakanaan bahasa sebagian besar mengarahkan emosi, pemikiran, dan kemauan. Itulah sebabnya Lotman menyebut sistem bahasa sebagai suatu sistem tanda primer yang membentuk model dunia bagi pemakainya (Teeuw, 1988: 98). Model itulah yang pada prinsipnya mewujudkan perlengkapan konseptual manusia untuk menafsirkan segala sesuatunya di dalam dan di luar dirinya. Sistem bahasa inilah yang mengikat seorang sastrawan dan penikmat sastra. Dalam ilmu bahasa modern, Benjamin Lee Whorf mengembangkan ide yang lebih jauh lagi, bahwa pandangan manusia terhadap dunia dalam arti seluas-luasnya, ditentukan oleh 24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
bahasanya (Teeuw, 1988: 99). Pemakaian bahasa sastra sesuai dengan konvensi yang berlaku pada masyarakat tertentu tidak menunjukan ciri-ciri khas. Setiap sastrawan, baik dalam masyarakat tradisional, maupun modern, mempermainkan bahasa, memanfaatkan kemungkinan dan potensi bahasa sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat itu, dan yang biasanya berbeda menurut jenis sastra (puisi lirik dan puisi epik berbeda konvensi bahasanya, lain lagi konvensi prosa naratif, dan seterusnya) (Teeuw, 1984 : 362). Sebagai konvensi pemakaian bahasa dalam sastra kita mau tak mau mengharapkan sesuatu yang ekstra, yang lebih dari yang kita harapkan dalam bahasa sehari-hari, sesuatu yang luar biasa. Tegangan itu merupakan bagian yang hakiki dari penikmatan estetik dalam sastra. Tegangan itu dapat terjadi karena bermacam-macam keistimewaan: pemakaian kata-kata yang aneh, kolot, asing, kata majemuk yang baru, malahan paradoksal; kata turunan yang tak biasa lagi dalam bahasa sehari-hari. (arkaisme) atau sama sekali baru (neologisme), belum pernah dipakai walaupun sesuai dengan potensi sistem bahasa, uraian kata yang aneh, menyimpang dan seterusnya; singkatnya segala keistimewaan yang terdapat dalam sastra dalam masyarakat mana pun juga. (Teeuw, 1984: 362-363). Penelitian ini memperhatikan aspek-aspek yang menyangkut citra diri perempuan, meliputi: citra diri perempuan sebagai penggoda, citra diri perempuan mengenai nilai keperawanan, citra diri perempuan sebagai janda, citra diri perempuan sebagai seorang ibu. Beberapa kategori mengenai citra diri perempuan terdapat dalam kode bahasa, kategori ini dibuat penulis dengan alasan puisi-puisi yang terdapat dalam Bab II memiliki konsep tertentu yang aneh yaitu menjelaskan ungkapan-ungkapan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
dominan menggunakan bahasa sehari-hari. Manfaatnya adalah untuk mengenal ciriciri puisi yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Selain memperhatikan aspek-aspek kode bahasa, perlu diperhatikan juga mengenai konsep puisi dan penciptaan puisi melalui para pengarang perempuan dalam antologi ini. Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 yang diterbitkan oleh Penerbit KKK atau Kosa Kata Kita ini menghimpun 69 orang penyair perempuan Indonesia dengan memuat 263 puisi. Pada Bab II ini akan dikaji fungsi estetik kode bahasa dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012, untuk mengungkap dan menemukan pesan kebahasaan. Hal tersebut akan diungkapkan dalam empat kategori yang dibuat penulis dan dibedakan mejadi (1) citra diri perempuan sebagai penggoda, (2) citra diri perempuan mengenai nilai keperawanan, (3) citra diri perempuan sebagai janda, dan (4) citra diri perempuan sebagai ibu.
2.2. Citra Diri Perempuan sebagai Penggoda 1. Puisi karya Heni Hendrayani “Perempuan dan Malam Jahanam” Malam remang di sebuah diskotek, lampu-lampu seperti kehabisan tenaga. kerlap-kerlip seirama detik jam. gelas-gelas berdenting. botol-botol minuman terserak. asap rokok mengepul, mengaburkan pandang. disudut ruang, seorang perempuan menjajakan bir, pada dada yang telanjang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
tersimpan segelas minuman diapit sepasang payudara diseruput sepenuh nafsu lelaki jalang. “tambah mas,” ujarnya tertahan. ditengah arena, berhias sebuah tiang perempuan-perempuan menanggalkan harga diri, menginjak pekerti. berlenggak-lenggok nyaris tanpa busana. meliuk erotis, di bawah cahaya lampu diskotek. payudaranya berkilat, menantang, ditatap puluhan mata merah saga yang lapar dan liar. sungguh jahanam.
Puisi karya Heni Hendrayani dengan judul Perempuandan Malam Jahanam; mudah dipahami dengan kode bahasa. Hal ini dapat dilihat dari pengunaan aspekaspek konvensi karya. Puisi ini memiliki diksi atau pilihan kata yang aneh namun menggambarkan situasi dengan sangat jelas, hal ini dapat dilihat dalam sebuah ungkapan yaitu: /menjajakan bir, pada dada yang telanjang/. Dalam puisi Perempuan dan Malam Jahanam ini diksi atau pemilihan kata menunjukan daya imajinasi yang tidak sederhana dengan percakapan yang tergambar pada bait kedua baris terakhir /tambah mas,/ /ujarnya tertahan./ Kata yang digunakan dapat dimengerti, namun ada beberapa kata seperti pada bait terakhir baris ketujuh /puluhan mata merah saga yang lapar./ Kata-kata yang digunakan juga mengacu pada makna yang berbeda atau dengan kata lain penyair menggunakan gaya kepenyairannya dan mengacu pada makna yang sebenarnya dengan pengunaan bahasa sehari-hari. Puisi ini menggambarkan kehidupan perempuan-perempuan malam yang menanggalkan harga diri mereka demi sepeser uang. Perempuan dicitrakan sebagai pemuas nafsu birahi kaum laki-laki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Mengapa puisi Perempuan dan Malam Jahanam mudah dipahami melalui kode bahasa? Puisi
Perempuan dan Malam Jahanam mudah dipahami melalui kode
bahasa karena pengungkapan-pengungkapan yang terdpat dalam puisi ini sangat dominan menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami dan memiliki konvensi bahasa.
2.3 Citra Diri Perempuan Mengenai Nilai Keperawanan 1. Puisi karya Alina Kharisma “Perawan” menjadi perempuan tak selalu mudah seringkali kecantikan lahiriah yang ada dalam diri perempuan menjadi ancaman bagi kembang perawan harga diri dan berahi kontras mendarah daging dalam tubuh perempuan seringkali pergumulan prinsip dan kebebasan cinta menjadi tolak ukur seorang perempuan menentukan jalan hidupnya yang hanya dinilai sebatas kulit dan daging saja karena cinta bukanlah sebatas selangkangan ada hal yang lebih indah dari sentuhan kulit
Judul puisi ini Perawan, puisi ini dapat disignifikasikan melalui kode bahasa yang berkaitan dengan citra diri perempuan mengnai nilai keperawanan. Tokoh perempuan yang hadir dalam sebuah puisi menggambarkan citra yang memiliki banyak makna. Perempuan adalah makhluk yang sangat sensitif dalam berpikiran dan berperasaan. Para penyair perempuan berhasil menciptakan tokoh-tokoh perempuan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
berkarakter dalam karya-karya mereka. Puisi ini menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembaca. Puisi berjudul Perawan karya Alina Kharisma menceritakan citra diri pemepuan dan bagaimana susahnya menjadi peremuan. Mempertahankan keperawanan menjadi sesuatu yang sangat langka bagi kaum perempuan masa kini. Hal ini akan menjadi kekuatan bagi kaum laki-laki, sebab mereka akan sangat mudah merendahkan kaum perempuan berkaitan dengan hal keperawanan. Citra diri perempuan yang disignifikasikan melalui kode bahasa dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 muncul melaui ungkapanungkapan singkat dari pengalan-penggalan puisi. Puisi ini ditunujukan melalui penggunaan bahasa yang merupakan sistem primer. Puisi Perawan menunjukan perempuan dan atau tokoh perempuan dalam puisi yang merasakan susahnya menjadi seorang perempuan. Hal tersebut digambarkan dalam bait satu /menjadi perempuan tak selalu mudah/ /seringkali kecantikan lahiriah yang ada/ /dalam diri perempuan menajdi/ /ancaman bagi kembang perawan/. Puisi ini juga
menunjukan
pertahanan
tokoh
perempuan
dalam
mempertahankan
kehormatannya yaitu keperawanannya yang dicitrakan dalam puisi. Mengapa puisi Perawan mudah dipahami melalui kode bahasa? Puisi Perawan mudah dipahami melalui kode bahasa karena menjelaskan struktur puisi yang dominan melalui penggunaan bahasa primer.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
2.4 Citra Diri Perempuan sebagai Janda 1. Puisi karya Imelda Hasibuan “Balada Janda Beranak Tiga” angin kencang datang dari utara di selatan ia menerima talak tiga bukan karena ia tak pandai melayani tapi lakinya ingin yang lebih muda lagi sepetak rumah dan anak tiga sepeda motor tua sebagai gantinya “bekerjalah karena manusia harus bekerja” pesan lakinya sebelum tinggalkan mereka angin kencang datang dari utara di selatan ia banting tulang peras tenaga berdagang makanan dan minuman mencuci baju tetangga mengharap upah tentu semua tak cukup untuk hidup mereka maka menjadi pengojek pun dilakoninya “ah, janda beranak tiga, hidup mesti giat berusaha” Tetangganya berfalsafah, saat ia meminjam seadanya angin kencang datang dari utara di selatan ia menyeka air mata miskin tak membuatnya jadi istimewa tetangga yang pongah sering menghina tekanan duka, ia tumpahkan sumpah hidupnya kelak mesti berubah “hei, kalian anak yang dibesarkan bunda, jadilah pemenang apa pun cara” perintahnya karena dendam pada derita :angin sejuk datang dari utara di selatan ia menyungging senyum indah ia kini akrab dengan kemewahan putri tertua berbakti menggantikan tentu ia tak tahu, si putri memilih jalan gampang tentu ia tak tahu, putrinya rela menjajakan badan
Puisi ini memiliki signifikasi kode bahasa yang mencitrakan perempuan sebagai seorang ibu sekaligus janda. Puisi karya Imelda Hasibuan berjudul Balada Janda Beranak Tiga secara jelas dan tegas menunjukan minoritas kaum perempuan untuk memperthankan hak-haknya. Kaum laki-laki menjadi penguasa atas perempuan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
bertingkah sesuka hati. Puisi ini menceritakan seorang janda yang ditinggalkan suaminya karena ia tak muda lagi dan ditinggali beban yaitu tiga orang anak. Citra diri perempuan dalam puisi ini sangat diremehkan, tokoh perempuan yang telah menjadi janda dalam puisi ini menunjukkan citra dirinya sebagai seorang ibu yang baik yang membesarkan ketiga anaknya dalam segala kekurangan. Puisi diatas mencitrakan seorang tokoh perempuan yang menjadi janda dan membesarkan ketiga anaknya penuh kerja keras. Hal ini tergambar hampir disetiap baris dalam keseluruhan puisi. Pada akhirnya Ia merasa bahagia karena anak sulungnya yang perempuan membalas budi dengan memfasilitasi ibunya. Namun, ia tak tahu cara yang ditempuh putrinya tersebut merupakan cara yang ‘kotor’. Hal ini dapat dilihat pada empat baris terakhir /“ia kini akrab dengan kemewahan/ /putri tertua berbakti menggantikan/ /tentu ia tak tahu, si putri memilih jalan gampang/ /tentu ia tak tahu, putrinya rela menjajakan badan”/ Puisi di atas menunjukan ketangguhan wanita Indonesia sebagai pemegang harga diri masyarakat.Wanita Indonesia yang bekerja keras untuk memberikan kehidupan bagi anak-anaknya yang telah ditinggalkan ayah mereka. Mengapa puisi Balada Janda Beranak Tiga mudah dipahamai melalui kode bahasa? Puisi Balada Janda Beranak Tiga mudah dipahami melalui kode bahasa karena puisi ini menggunakan ungkapan-unkapan yang menggunakan bahasa seharihari dan mudah di terima oleh para pembaca. Kode bahasa dalam puisi ini diungkapkan melalui penggunaan bahasa yang mudah dipahami.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
2.5 Citra Diri Perempuan sebagai Ibu 1. Puisi karya Zubaidah Djohar “Sini Nak, Ibu Nyayikan Sebuah Kisah” Ada sebuah negeri bernama raya Manusianya raya Alamnya raya Semua yang tertumpah, raya! Namun Apa yang terjadi, nak Tangan-tangan pemetik alam Terlalu haus mematahkan tunas cinta Membabat pohon kasih sayang Mengeringkan kolam kejujuran Hingga raya tinggal nama Beralih rupa Beralih rasa Beralih makna Cepatlah besar, nak Bawalah cinta ibu Memluk negerimu bersama kaum ibu Mendamaikan alammu Mengalirkan sungaimu Mebaca gelap, menuju terang.
Puisi karya Zubaidah Djoharberjudul Sini Nak, Ibu Nyanyikan Sebuah Kisah mengandung kode bahasa. Kode bahasa adalah sistem semiotik primer yang digunakan sebagai alat mengungkapkan perasaan pengarang. Puisi ini memiliki konvensi bahasa yang cakupannya luas tetapi diutarakan menggunakan bahasa primer pengarang yang mudah dimengerti khalayak pembaca. Pada bait pertama puisi ini kita dapat mengamati pengunaan kata ‘raya’ secara berulang di setiap baris. /“Ada sebuah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
negeri bernama raya/ /Manusianya raya/ /Alamnya raya/ /Semua yang tertumpah, raya!”/ Bahasa primer yang digunakan oleh penyair merupakan sesuatu yang bersifat baru atau original bagi pembaca. Namun melalui ungkapan-ungkapan dengan pemilihan kata yang tepat membuat isi puisi ini dapat dipahami. Puisi ini menggambarkan citra diri perempuan sebagai seorang ibu yang ingin menunjukan kepada anaknya bahwa dunia ini indah, saat itu (pada masanya). Namun seiring dengan perubahan jaman yang terjadi, segala keindalah dunia beralih menjadi sesuatu yang selalu ingin dikuasai oleh siapa saja. Mengapa puisi Sini Nak, Ibu Nyanyikan Sebuah Kisah mudah dipahami melalui kode bahasa? Puisi Sini Nak, Ibu Nyanyikan Sebuah Kisah mudah dipahami melalui kode bahasa karena penggunaan bahasa primer penyair yang ia gunakan sebagai sebuah proses kreatif penciptaan karya yang dapat di mengerti oleh pembaca.
2.6 Rangkuman Kode Bahasa Memahami sebuah karya sastra memerlukan penguasaan berbagai sistem kode, baik kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Dalam ilmu bahasa modern mengembangkan ide bahwa pandangan manusia terhadap dunia sekelilingnya dalam artian yang seluas-luasnya ditentukan oleh sistem bahasanya. Bahasa adalah ein primαres modellbildendes system, sistem tanda yang secara primer membentuk model dunia bagi pemakainya; model itulah pada prinsipnya mewujudkan perlengkapan konseptual manusia untuk penafsiran segala sesuatunya di dalam dan di luar dirinya;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
sistem inilah yang tersedia untuk dan sekaligus mengikat juga seorang sastrawan dan penikmat sastra. Puisi-puisi yang yang terdapat dalam Bab II ini berjudul Perempuan dan Malam Jahanam, Perawan, Balada Janda Beranak, Sini Nak, Ibu Nyanyikan Sebuah Kisah. Puisi-puisi di atas mengandung kode bahasa. Kode bahasa adalah sistem semiotik primer yang digunakan sebagai alat mengungkapkan perasaan pengarang. Kode bahasa yang terlihat meliputi daya imajinatif pengarang, dan penggunaan bahasa primer penyair di setiap puisinya. Puisi-puisi dalam Bab II mudah dipahami melalui kode-kode bahasa dan jenisjenisnya dipenafsirankan oleh penulis. Penulis memahami puisi-puisi ini melalui jenis-jenis yang ditentukan sendiri yaitu terdiri dari citra diri perempuan sebagai penggoda, citra diri perempuan mengenai nilai keperawanan, citra diri perempuan sebagai janda, dan citra diri perempuan sebagai ibu. Penafsiran penulis bukanlah sesuatu hal yang bersifat mutlak, melainkan dapat ditafsirkan pula oleh para pembaca. Dalam Bab II ini, penulis mendeskripsikan empat puisi dari empat orang penyair perempuan yang berbeda. Penulis membagi-bagikannya berdasarkan pemahaman penulis yang secara jelas menggambarkan isi puisi serta kaitannya dengan kode bahasa secara keseluruhan. Puisi-puisi ini dapat dengan mudah dipahami melalui kode bahasa berdasarkan penggunaan bahasa primer dalam setiap puisi yang diciptakan oleh empat penyair perempuan dalam antologi ini. Mereka adalah Heni Hendrayani, Alina Kharisma, Imelda Hasibuan, dan Zubaidah Djohar. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai penggoda memiliki bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap uangkapan-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
uangkapan. Puisi yang memiliki citra diri perempuan mengenai nilai keperawanan menggunakan sistem bahasa primer penyair yang juga mudah dipahami. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai janda menggunakan ungkapan-ungkapan sistem bahasa primer yang digunakan penyair sebagai alat untuk dapat membuat pembacanya mengerti. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai seorang ibu juga menggunakan bahasa sehari-hari sehingga dapat diterima dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI “PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012”: SEBUAH SIGNIFIKASI MELALUI KODE SASTRA
3.1 Pengantar Dalam setiap masyarakat, sastra merupakan semacam konvensi yang secara sadar atau tidak sadar dikenakan baik oleh penulis maupun pembaca karya sastra (Teeuw, 1988: 366). Sistem konvensi sastra merupakan alat yang dapat membatasi dan mengarahkan kemungkinan pemberian makna yang sesuai pada sebuah karya sastra. Sistem konvensi sastra merupakan dasar signifikasi, sebab karya sastra sering sekali berusaha mencapai efek dengan cara memakai konvensi yang ada secara parodi atau ironi, dengan akhir yang tidak terduga, yang mengagetkan pembaca. Sebuah parodi menisbikan ataupun meniadakan norma sastra, konteks dan horizon harapan pembaca dengan mempermainkan ataupun menertawakan karya sastra yang secara berwibawa mewakili norma-norma tersebut (Teeuw, 1988: 214). Hal ini dapat menimbulkan tegangan dalam diri pembaca dan mendasarinya dalam proses penikmatan estetik. Suatu tegangan yang dapat dikatakan built in dalam sastra adalah tegangan yeng merupakan struktur. Struktur karya sastra bersifat multidimensional, atau berlapis-lapis; sering kali juga disebut hierarkies (Teeuw, 1988: 363). Kode sastra merupakan sistem semiotik yang berada diluar sistem semiotik bahasa. Sastra adalah ein sekundares modellbildendes system, sistem tanda sekunder yang membentuk model, yaitu tergantung pada sistem primer yang diadakan oleh bahasa, dan 36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
hanya dapat dipahami dalam hubungannya dan seringkali dalam pertentangannya dengan sistem bahasa. Konvensi struktur sastra merupakan sebuah tegangan karena struktur karya sastra bersifat multidimensional, berlapis-lapis, dan juga berurutan. Penelitian ini memperhatikan aspek-aspek yang menyangkut citra diri perempuan dalam puisi. Kajian dalam Bab III dibatasi pada pembagian jenis puisi yang ditentukan oleh penulis dan dibagi ke dalam beberapa poin meliputi puisi yang berprespektif feminis, citra diri perempuan sebagai seorang anak, citra diri perempuan sebagai seorang isteri, dan citra diri perempuan sebagai korban atau orang yang tersakiti. Manfaatnya adalah untuk mengenal ciri-ciri puisi yang terdapat dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012. Sesuai dengan landasan teori, signifikasi kode-kode dalam studi ini di batasi pada aspek tetentu yaitu unsur batin puisi mengenai tema (sence) dan rasa (feeling) juga unsur fisik puisi yaitu tipografi (perwajahan) dan diksi (pemilihan kata).
3.2 Puisi Berprespektif Feminis Puisi yang berperspektif feminis karena ia mempertanyakan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Puisi-puisi tersebut adalah milik sejumlah pengarang perempuan diantaranya: Abidah El Khalieqy; Ana Westy; Hanna Fransiska; Helvy Tiana Rosa; Inung Imtihani; Natalie Angelique; Nenden Lilis A; Oka Rusmini; Sartika Sari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3.2.1 Puisi karya Abidah El Khalieqy 1) “Hawa [1]” di sepimu aku datang sebagai ratu memberi puisi pada jiwa tawarmu kau ingin anggur atau badam tinggal bagaimana caramu bertanam sebagai ratu aku adalah Tribhuana Tunggadewi atau Shima di Kalingga yang memegang tongkat kuasa atas wilayah negeriku tiap Hawa adalah ratu yang paham mahkota baru dan menyimpan aksesori lama sebagai benda klasik di rak pajangan belaka 2) “Hawa [2]” karena hujan air mata Hawa sudah runtuh mengguyur kota dan sahara mengekal di pasir-pasir masa mengukir di batu-batu sejarah hari ini kita istirah! untuk membuka anggur langit yang benar-benar kita punya mari minum! mabukkan hari-harimu bersama seluruh jangan ada sisa karena adam akan mengambil semua! 3) “Hawa [3]: bagi Zahida Aine Hawa” Aune anakku, mari jalan-jalan menghirup udara dunia tak perlu baju-baju dan sepatu warisan moyang tua
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
jejak bumi dan kaki telanjangmu! kita ukir sejarah di cakrawala wajah kita dengan nyanyian dan rumusan suara kita jangan sekali-kali tanpa rumusan nanti kita akan dirumuskan 4) “Hawa [4]: bagi Zahida Aine Hawa” Aine anakku, sudahkah kau buka halaman-halaman kusam itu? halaman jelek penuh gambar drakula yang mencucup darah para putri hidup dan mengalgojo saudari-saudari mereka menghukum kehidupan bahkan sejak sebelum mereka dilahirkan mereka yang memegang sadar dan bawah sadarmu mereka yang memberi nilai dan menentukan nilai mereka yang merampok semesta adalah vampire yang mengaku khalifah Signifikasi kode sastra yang terdapat dalam puisi-puisi Abidah El Khalieqy ditunjukan melalui puisi-puisi yang kesemuanya memiliki kesamaan dari segi judul yaitu Hawa [1], Hawa [2], Hawa [3], dan Hawa [4]. Puisi-puisi diatas merupakan signifikasi kode sastra yang ditunjukan melalui pengaungkapan citra diri perempuan dari segi gender atau jenis kelamin. Pada puisi pertama berjudul Hawa [1] menggambarkan citra diri perempuan sebagai Ratu yang memiliki tahkta tertinggi dan memberi harapan pada kaum laki-laki. Hal tersebut dapat di lihat dalam bait pertama yang berbunyi: /di sepimu aku datang/ /sebagai ratu/ /memberi puisi pada jiwa tawarmu/ /kau ingin aknggur atau badam/
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
/tinggal bagaimana caramu bertanam/
Pada puisi kedua yang berjudul Hawa [2] menggambarkan citra diri perempuan sebagai Hawa (harapan) yang memberi harapan dan kehidupan pada alam dan waktu. Hal tersebut dapat di lihat dalam bait pertama yang berbunyi: /karena hujan air mata Hawa sudah runtuh/ /mengguyur kota dan sahara/ /mengekal di pasir-pasir masa/ /mengukir di batu-batu sejarah/ Pada puisi ketiga yang berjudul Hawa [3] menggambarkan citra diri perempuan sebagai pemberi kehidupan pada mahkluk baru atau anaknya. Hal tersebut dapat di lihat dalam bait pertama yang berbunyi: /Aine anakku,/ /mari jalan-jalan menghirup udara dunia/ /tak perlu baju-baju dan sepatu/ /warisan moyang tua/ /jejak bumi dan kaki telanjangmu!/ Pada puisi keempat yang berjudul Hawa [4] menggambarkan citra diri perempuan sebagai ibu yang mengajari tentang kehidupan dan memberi tahukan tentang isi dunia kepada anaknya. Hal tersebut dapat di lihat dalam bait pertama yang berbunyi: /Aine anakku,/ /sudahkah kau buka halaman-halaman kusam itu?/ /halaman jelek penuh gambar drakula/ /yang mencucup darah para putri hidup/ /dan mengalgojo saudari-saudari mereka/ /menghukum kehidupan/ /bahkan sejak sebelum mereka dilahirkan/ Puisi-puisi karya Abidah El Khalieqy yang keempat-empatnya berjudul Hawa menunjukan adanya perspektif feminis yang mengemukakan gender -dalam hal ini jenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
kelamin perempuan- yang bereperan sebagai Ratu pemberi harapan dan kehidupan, tidak hanya pada kaum laki-laki, alam dan waktu tetapi juga pada mahkluk baru yang diciptakannya yaitu anaknya. Signifikasi kode sastra dalam puisi-puisi ini mengemukakan kesetaran gender bahkan meninggikan kaum perempuan sebagai mahkluk yang memiliki citra diri. Puisi-puisi karya Abidah El Khalieqy termasuk dalam pembagian puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkankan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi (perwajahan), dan diksi (pemilihan kata). 3.2.2 Puisi karya Ana Westy Martiani 1) “Kami Bosan Lihat Suami” kami bosan lihat suami hanya ongkang-ongkang kaki sepanjang hari kami bosan lihat suami tak ada usaha untuk perbaiki diri kami bosan lihat suami cuma bisa kasih kami duit segini kami bosan lihat suami yang sibuk dengan diri sendiri kami bosan lihat suami dengan cinta yang tak cukup lagi kami bosan lihat suami hobinya berjudi dan minum wiski kami bosan lihat suami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
toh kami bisa cari makan sendiri kami bosan lihat suami Akhirnya kami memilih untuk tak lagi berelasi 2) “Sekelumit Negeri Jiran” tahukah kau rasanya pada ayah dan ibu tak bisa berpegangan tahukah kau rasanya tinggal di keluarga yang menganggapmu piaraan tahukah kau rasanya mengecap sekolah dasar tanpa kelulusan tahukah kau rasanya tak punya pilihan pada kehidupan tahukah kau rasanya ditawari pekerjaan yang tak kau inginkan tahukah kau rasanya pergi merantau seorang diri tak berteman tahukah kau rasanya ketakutan ditempat yang tak bertuan tahukah kau rasanya diperkosa saat mensturasi pun belum kau dapatkan tahukah kau rasanya hamil tanpa suami lalu pulang ke kampong halaman tahukah kau rasanya menutupi aib lalu dinikahkan dengan paksaan tahukah kau rasanya disiksa suami yang tak mencintai hingga keguguran tahukah kau rasanya kepalsuan dan kepahitan negeri jiran tahukah kau rasanya aku ingin melarang siapapun ke perantauan tahukah kau rasanya aku ingin menciptakan ribuan lapangan pekerjaan tahukah kau rasanya di rumah sakit jiwa berstatus sebagai pesakitan tahukah kau rasanya ini semua menjadikanku penuh dengan kegilaan 3) “Gerakan Buruh Merdeka” revolusi industri membawa perubahan kepada dunia pabrik kini menjadi tumpuan hidup banyak nyawa dan mulailah era dimana ada kelas majikan dan kelas pekerja penghancur tatanan berbudaya dengan cara kerja yang lupa tentang manusia eksploitasi: ambil untung sebanyak-banyaknya peras tenaga sekuat-kuatnya kurangi insentif sebisa-bisanya pandang mereka layaknya robot hilangkan hak-haknya buat mereka ketergantungan bentuk mental mereka sebagai pekerja patenkan mereka agar tak punya posisi tawar lalu beroperasilah gurita kapitalis, menyedot tanpa ampun, mencengkeram hingga tercekik, bahkan sebagian mematikan kemudian kapitalis itu menyadari satu hal pekerja itu banyak juga yang punya otak tak hanya otot
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
mereka menggeliat, melawan, memberontak mereka bikin serikat mereka berani berdemo mereka bahkan mogok kerja wah, kalau begini jangan pekerjakan laki-laki agresivitas mereka membahayakan kita pekerjakan saja perempuan yang sudah pasti lebih pemaklum nyata mereka salah prediksi awalnya semua berlangsung minim reaksi lama-lama buruh perempuan itu unjuk gigi mereka tidak lagi jadi pemaklum di dalam praktik industri hari ini perempuan dan lelaki punya kesamaan mereka tahu rasanya menderita karena dieksploitasi dan tak dianggap humanitasnya mereka berjejaring bekerja sama membentuk serikat buruh di sana-sini berusaha menyadarkan para borjuis hubungan mereka adalah simbolis mutualisme media massa jadi perpanjangan tangannya aktivis dan LSM buruh adalah teman sejatinya inilah gerakan buruh merdeka dan serikat buruh sebagai lokomotifnya
Signifikasi kode sastra yang terdapat dalam puisi-puisi karya Ana Westy ditunjukan melalui pengukapan pengulangan setiap kalimat pertama pada kedua puisinya. Pertama, puisi Kami Bosan Lihat Suami, puisi ini memaparkancitra diri perempuan yang dikaitkan dalam kode sastra sebagai relasi gender berperspektif feminis karena meninggikan derajat dan martabat perempuan. Perempuan tidak semata-mata dilahirkan, perempuan adalah suatu proses menjadi dan proses menjadi yang tidak pernah berakhir. Puisi berjudul Kami Bosan Lihat Suami karya Ana Westy Martini ini memiliki pencitraan diri perempuan yang menolak laki-laki. Puisi ini menceriterakan sikap para perempuan yang bosan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
tingkah laku suami mereka. Pada akhirnya mereka tak ingin memiliki relasi dengan mahkluk bernama laki-laki. Puisi diatas menunjukan citra diri perempuan (istri) yang tak ingin didominasi dan diperbudak oleh laki-laki (suami). Puisi ini mengambarkan kebosanan perempuan akan tingkah laku laki-laki yang tidak bisa bertanggung jawab atas hidupnya. Perempuan ingin membuktikan bahwa tanpa laki-laki, mereka bisa hidup jauh lebih, aman, nyaman dan tentram. Puisi ini juga menunjukan wanita Indonesia sebagai pekerja keras dan menjadi kepala rumah tangga dalam kelaurga sementara sang suami (laki-laki) yang seharusnya mengemban tanggung jawab itu hanya bersantai-santai di rumah. Kedua, puisi Sekelumit Negeri Jiran, puisi ini menggambarkan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang lemah dan pasrah akan keadan. Relasi gender patut dipertanyakan dalam hal ini, sebab perempuan diperlakukan dengan tidak layak dan tidak wajar. Perempuan dalam puisi ini di gambarkan hanya terdiam dan mengeluh, memberitahukan kepada dunia betapa rapuhnya ia dengan menpertanyakan setiap keadaan yang dirasakannya dan yang di tak dirasakannya. Ketiga, puisi Gerakan Buruh Merdeka, puisi ini menggambarkan citra diri perempuan sebagai pemberontak yang memperjuangkan hak-hak dan kewajibannya sebagai seorang pekerja dan seorang manusia. Relasi gender terlihat jelas dalam puisi ini walau agak timpang namun kaum perempuan dapat menyetarakan citra dirinya melalui tindakantindakan mereka. Perempuan adalah makhluk perasa yang peling sensitif, penyair dalam puisi ini menceritakan apa yang dirasakan para buruh yang segera ingin bebas merdeka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Penulis memiliki rasa (feeling) yang kuat mengenai situasi para buruh, baik secara kasat mata maupun secara batin. Puisi-puisi karya Ana Westy Martiani termasuk dalam kategori puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, diksi, kata konkret. 3.2.3 Puisi karya Hanna Fransiska 1) “Bakpao Tionghoa” Bakpao putih, pipi gadis Tionghoa, jelmaan bangau jelita di atas telaga. Ia tahu kapan ikan berahi kapan saat katak remaja kasmaran, yang mengantar mereka pada maut di tepi-tepi
Bakpao putih kotaku lebih mulus. Bagai bayangan pikiran lelaki melihat lembut kapas di kulit punggung terbuka gadis Tionghoa.
Jika ada jendela menghadap surga, maka putih bakpao adalah bangau betina
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang terbang rendah di tepi telaga
Tempat ikan menepi. Tempat katak menuntaskan berahi, sebelum mati.
Para lelaki gemar membuat gelembung air, menjadikan bayangan payudara seperti mimpi.
Ia melihat bangau jelita, melihat ikan, dan membandingkan katak yang tengah senggama, dengan lembut kulit gadis Tionghoa.
Nafsu pada putih, lelaki memanjat langit setengah bundar. Sepasang bakpao turun bagai bidadari memasuki hasrat, lurus menusuk rindu.
Hanya lelai bisa menggambat titik, tegak ditengah, sekuat hasrat membakar. “Lihat, telah kubikin bakpao seindah gairah. Satu titik merah di tengah, mengubah dunia menjadi indah.”
Bangau putih,
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ikan kasmaran, katak senggama di tepi-tepi
Datanglah ke sini, lelaki. Cicipi gurih bersama diri. Jika engkau rindu mati, tuntaskan berahi sebelum pagi.
bakpao putih bangau terbang menggiring maut hingga ke tepi
2) “Ayah Kawin” Bulu Perindu dicipta bagi rumah pejantan. Ayah menanamkannya di tanah keramat, disiram kencing ayam pada malam khidmat, lalu sebut nama Li Mung Na tiga kali, maka jadilah kekasih. Li Mung Na Li Mung Na Li Mung Na Kupinang engkau dengan mantra: Tanah pekas telapakmu menyala. Pohon-pohon tumbuh dari sehelai rambutmu yang gugur. Danau-danau terbit dari matamu, Li Mung Na, dan bayangmu melintas membakar ladang gelora. Wahai perempuan pemilik liang, lembut susumu sanggup membawa pejantan melintas tujuh lautan. Li Mung Na. Tiga kali nama diseur. Bulu perindu ditanam tanah pusaka, disiram kencing ayam jantan keramat. Maka jadilah ia istri ke lima. Tjhang Mu Si
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lim Vi Vi Tjai Fung Fung Tju Li Sa Li Mung Na Ayah moksa di perjamuan arak, kawin, kawin, kawin. Dari liang ke liang keluar delapan belas anak. Di lubang Tju Li Sa kembali ia kayuh semudra judi. Berenanglah engkau memanggil bayi. O laki. Angin butiran dorong sampan bergoyang ke hulu. O bini. Langit atas langit bawah dilipat di meja serupa: bulan madu, rumah baru, lalu kembali mabuk mencari benua baru. Mantra baru Tanah baru Perempuan baru Di rumah biru ketemu gadis berpita biru. Di rumah ungu ketemu gadis berpita ungu. “Siapa namamu gadis berpita biru?” “Siapa namamu gadis berpita ungu?” Thian Agung. Vihara Sakti. Dewa Lalaki. Ia hafal zakar buaya, obat perkasa, ukuran dada dan bulu di belantara, tapi kenapa menghafal dua nama ia tak bisa? Delapan belas pita dari liang berbeda, sungguh dunia rumit semata. Dari liang Li Mung Na keluar kembali pita, dan ia masih bertanya, “Ini anak siapa?” Astaga. Dunia rumit semata. Ada laut. Ada langit. Ada angin menuju samudra. Perempuan di gunung menyeru rindu. Perempuan di lembah mejaga rumah menjaga harta. Menanti mati usia binasa. Li Mung Na Li Mung Na Li Mung Na Tiga kali nama diseur. Maka jadilah ia ibuku.
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Signifikasi kode sastra yang terdapat dalam puisi-puisi karya Hanna Fransiska ini akan lebih mudah dipahami melalui struktur batin puisi yaitu tema/makna (sence). Hubungan tanda dengan makna secara keseluruhan sangat penting. Hanna Fransiska adalah pengarang asal Tionghoa dengan nama Zhu Yong Xia yang berdomisili di Singkawang, Kalimantan Barat. Pengarang mengangkat tema-tema berdasarkan kedekatannya serta lingkungan tempat tinggalnya. Puisi berjudul Bakpao Tionghoa secara jelas menyiratkan melalui pengungkapannya terhadap kecantikan dan keanggunan gadis Tionghoa yang diibaratkan seperti bakpao putih dan bangau betina yang jelita. Penggalan puisi Bakpao Putih yang menyuratkan betapa seorang perempuan sangat berarti yaitu: /“Lihat, telah kubikin bakpao seindah gairah./ /Satu titik merah di tengah, mengubah dunia/ /menjadi indah.”/ Arti dari penggalan puisi Bakpao Tionghoa ini menceritakan tentang keanggunan dan keangkuhan seorang perempuan Tionghoa yang menganggap mereka sangat dibutuhkan kaum lelaki. Unsur batin puisi yaitu Rasa (Felling) juga terdapat dalam puisi ini, pengarang memiliki rasa dan kepekaan terhadap pengungkapan dan pemaknaan setiap kata. Puisi Ayah Kawin bercerita tentang kelembutan hati dan ketakberdayaan perempuan di bawah umur yang rela diperistri oleh lelaki yang telah beristri dua. Pengarang memiliki sikap feminis terhadap pokok permasalah yang dijadikan puisi. Penggalan puisi Ayah Kawin yang mengambarkan kebiadaban seorang lelaki beristri dua yang hendak memperistri seorang remaja di bawah umur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
/Di rumah biru ketemu gadis berpita biru./ /Di rumah ungu ketemu gadis berpita ungu./ /“Siapa namamu gadis berpita biru?”/ /“Siapa namamu gadis berpita ungu?”/ /Thian Agung. Vihara Sakti. Dewa Lalaki./ /Ia hafal zakar buaya, obat perkasa, ukuran dada dan bulu di belantara,/ /tapi kenapa menghafal dua nama ia tak bisa?/
Penggalan puisi diatas jelas terlihat bahwa sang suami tidak begitu mengenal bahkan mencintai istri-istrinya. Ia hanya ingin memenuhi hasrat dan nafsu berahinya sebagai seorang laki-laki dan tak memikirkan kebahagiaan perempuan yang disakitinya yakni istri-istrinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. Unsur fisik puisi yang terdapat dalam puisi Bakpao Putih dan Ayah Kawin terlihat jelas pada diksi (pemilihan kata) dalam puisi. Imajinasi pengarang mampu menggambarkan rasa yang begitu dalam dan kepekaan yang baik dalam pengungkapan. Puisi-puisi karya Hanna Fransiska mempunyai pemilihan kata sangat tepat dan penggunaan kata-kata konkret yang mampu menjadikan sebuah karya menjadi indah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Puisi-puisi karya Hanna Fransiska termasuk dalam kategori puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, diksi, kata konkret. 3.2.4 Puisi Karya Helvy Tiana Rosa 1) “Keumalahayati” aku perempuan badai tubuhku adalah senjata laut merah biru yang memburumu aku perempuan badai tentara terbaik Mahad Baitul Maqdis, komandan utama pasukan istana suamiku mati anak-anak ku terbunuh, tapi air mataku cuma sunyi maka seratus kapal lepas dari rahimku berlayar membawa seribu janda seribu gadis pemberani. jiwa-jiwa merah sagaku bertarung ditempat paling karib itu; samudra aku perempuan badai Gerard de Roy, James Lancaster kusiasati di meja perundingan Alfonso de Castro dan pasukannya kuperangi hingga terbirit Cornelis de Houtman kuhunus sendiri di atas kapalnya aku yang membangun benteng Inong Balee, seratus meter dari permukaan laut, lubang-lubang meriam dengan moncong siaga ke pintu teluk akulah yang melepas Dharmawangsa dari penjara hingga berjaya menjelma Sultan Iskandar Muda yang paling raja di Darussalam aku perempuan badai sahabat laut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI meski sejarah napasku lara, aku tak sudi menangis di hadapan manusia aku perempuan badai tubuhku adalah senjata laut merah biru yang memburumu sampai jauh, sampai haru 2) “Mendambakan Lupa” angin yang merintih di jalan setapak itu tak pernah istirah mengirim bau tubuhmu yang laut dalam riuh dalam hening saat lampu-lampu dinyatakan atau di matikan
aku pun berjingkat ke beranda mengambil perang dan menggergaji kenangan jadi serbuk jadi duri lalu kularung dalam selokan di samping taman tak bernama itu
saban hujan aku yang mengigil mendengar kau memanggil-manggil dari dalam selokan tapi wajah serupa engkau muncul di televise sambil bicara tentang seseorang yang begitu mendambakan lupa
3) “Safia”
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI aku bukan ratu, aku raja yang berpolitik lewat geliat sajak dan cerita para sahaya kepedulian yang tak pernah selesai
karena cinta mereka tak terhingga tiga puluh lima tahun aku memerintah padahal para petinggi mengira aku tak akan pernah setara pria dan Darussalam jaya tak akan niscaya
akulah sultan yang dipanggil Sultanah Sufia yang tak kenal selasa masa setia menyelusuri tiap jejak memungut tiap perih yang ditinggalkan rakyat di beranda hari aku berjalan tanpa pengawal ke tiap lembah sebagai perempuan biasa
kubuka pintu-pintu peradaban kutitahkan Nurrudin Ar-raniri, Abdula Rauf Singkel, para ulama untuk menulis cahaya kukirim para tokoh muda sekolah hingga Mekkah Madinah. Ilmu di pikiran di sanubari ditulis Jadi kitab jadi nadi umat Perpustakan negeri adalah firdaus
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bagi kanak-kanak hingga para tetua
pada masaku diumumkan 40 Qanun undang-undang kerajaan tentang keberadaan dan jumlah perempuan di parlemen sedang pasukan khusus wanita kami salah satu yang tercakap di dunia penuh izzah kami tetapkan aturan berniaga dan Inggris, Portugis, Belanda dan lainnya pada masa itu, tak satu pun dari rakyatku yang sudi mendapat zakat
sebab harta, ilmu dan cinta berlimpah ruah di lumbung kami. Maka zakat dan sedekah kami sampai hingga Mekkah dibawa ulama mereka Yusuf Al Qadri aku safiatuddin Syah Tajul Alam putri Sultan Iskandar Muda mereka memanggilku kemurnian iman mahkota dunia
aku bukan ratu, aku raja yang berpolitik lewat geliat sajak dan cerita para sahaya kepedulian yang tak pernah selesai mengalir sampai kepala dan hati ke denyut-denyut zamanmu
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Signifikasi kode sastra yang terdapat dalam puisi-puisi karya Helvy Tiana Rosa ini dipahami melalui unsur batin puisi yang menyangkut rasa (feeling). Rasa adalah kepekaan penyair menangkap sebuah tema tertentu dan mewujudkannya dalam bentuk puisi. Helvy Tiana Rosa adalah penyair asal Medan yang saat ini berdomisili di Jakarta. Penyair mencoba membuka sedikit cakrawala pandangan pembaca mengenai situasi dan lingkungan menurut sudut pandangnya. Unsur batin yakni rasa (feeling) dalam setiap puisinya menggambarkan adanya keinginan untuk menjadi perempuan yang kuat, tangguh, dan berkuasa. Kesetaraan gender dalam hal emansipasi perempuan sangat dijunjung tinggi. Puisi berjudul Keumalahayati secara jelas menyiratkan melalui ungkapan dalam baris pertama. /aku perempuan badai/ Secara lagsung menggambarkan kekuatan seorang perempuan. Dalam puisi ini penyair mengisahkan seorang perempuan yang tangguh dan berkuasa. Puisi ini juga banyak menggunakan nama tokoh-tokoh laki-laki yang hebat pada masanya. Namun, mampu ditandingi oleh seorang perempuan biasa. Hal ini terdapat dalam bait ke empat dalam puisi. /aku perempuan badai/ /Gerard de Roy, James Lancaster kusiasati di meja perundingan/ /Alfonso de Castro dan pasukannya kuperangi hingga terbirit/ /Cornelis de Houtman kuhunus sendiri di atas kapalnya/ /aku yang membangun benteng Inong Balee, seratus meter dari permukaan laut, lubang-lubang//meriam dengan moncong siaga ke pintu teluk/ /akulah yang melepas Dharmawangsa dari penjara/ /hingga berjaya menjelma Sultan Iskandar Muda/ /yang paling raja di Darussalam/.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Puisi yang berjudul Mendambakan Lupa menggambarkan sebuah perasaan tak ingin berlalu. Artinya, puisi ini menceritakan semua kenangan indah dan tidak indah yang masih tetap dirindukan. Pada bait kedua baris ketiga dan keempat yakni: /mengambil parang/ /dan menggergaji kenangan/ Jelas menggambarkan pertentangan antara kata ‘parang’ dan kata ‘gergaji’ yang tentu saja memiliki perbedaan fungsi. Penulis mempermainkan rasa dengan sangat baik dalam puisi ini. Semua kenangan seperti mirip dan tak akan bisa dilupakan. Puisi ketiga berjudul Sefia. Signifikasi kode sastra yang terdapat dalam puisi ini masih mencakup rasa (feeling). Puisi ini menggambarkan rasa kepemimpinan seorang perempuan yang sangat peduli pada adanya kesetaraan. Pengarang berhasil menciptakan karya yang luar biasa. Tokoh dalam puisi ini tidak mengakui dirinya sebagai seorang perempuan melainkan mengingingkan orang mengenalnya sebagai laki-laki. Terdapat pada bait pertama baris pertama. /aku bukan ratu, aku raja/ Perempuan yang dicitrakan dalam puisi Safia merasa hebat dan menganggap dirinya laiki-laki bukan permpuan. Ia bertingkah normal dan menjunjung tinggi emansipasi, artinya ia ingin merubah dan bahkan membongkar kebiasaan-kebiasaan lama yang menganggap bahwa perempuan adalah kaum lemah. Tokoh perempuan dalam puisi ini menunjukan bahwa pendidikan tak mengenal usia dan ia mengetahui seutuhnya bahwa kaum perempuan bisa. Walaupun hanya seorang perempuan biasa, namun semua perempuan punya kesempatan dan hak yang sama dengan kaum laki-laki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Puisi-puisi karya Abidah El Khalieqy termasuk puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, diksi, kata konkret. Puisi-puisi karya Helvy Tiana Rosa termasuk puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, diksi, kata konkret. 3.2.5 Puisi karya Inung Imtihani 1) “Atar” apa yang engkau harapkan dari seorang lelaki yang dijatuhkan langit dan kehilangan sayap. angin tak pernah tanpa sengaja menamatkan daun dari rantingnya. kita terlanjur melesat-lesat. sebagai anak panah. kalau beruntung, perjalanan akan berakhir pada degub yang tepat. yang telah terhitung dan tercatat. ombak bertakhta sepanjang rentangan karang. di sana, kita jadi sepasang kenang-kenangan. Hujan membawa pesan dari masa entah kapan untuk mengendap dalam kepalamu. Jika kau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
meminta, ambillah. ambillah seluruhku kecuali hati yang tak bisa jatuh kepadamu. kau tahu benar, kematian tidak datang tanpa sengaja, Atar. 2) “Paragraf Pertama” senja akan tiba diujung jalan. menumpahkan warna emas sambil terkikikkikik. udara kedengaran seperti langkah kakimu mengunjungi teh dingin di atas meja.ampas-ampasnya sengaja ku pajang biar aku yakin kau belum sejauh kulit dari dagingnya. aku hanya tukang ampelas kata. kubikin sekotak sajak yang kadang tak terlalu masak. ini kali pertama kita bertatap dalam sebuah pesta perpisahan. aku harus segera menyelam ke rawa hingga segalanya berpiuh jadi kabut. angin perlahan-lahan membawa serta legenda waktu yang sewujud hantu. Menembus dinding gelas.berdiam dan melayang. Mahabarata lebih baik tak punya akhir.ada yang tak terbaca meski engkau luangkan selautan tanda. 3) “Surat Botol” kutulis surat ini dari dalam botol. di atas rindu yang asin yang membiru. aku sudah berusaha menjadi seorang pelaut meski sulit sekali melabuhkan namamu ke tepi. aku sudah berusaha melempar jangkar pada lempengan abad. Aku sudah pelaut tidak selalu tahu kapan ia sampai kalau esok tak ada suara di pintu kuharap, botol yang isinya tubuhku ini, sampai kepadamu 4) “Pernikahan Sebuah Kota” Setiap malam angin datang ke tepi jendela. menyelinap di kedalaman matanya. perjalan dari kota timur menuju lautan itu. tempat-tempat yang pernah berbunga dan berdarah bagi ingatannya yang lapang itu. suatu kali ia berjalan menemui kekasihnya di bukit pasir. menuangkan beberapa gunduk dari kantung matanya. diseduhnya kesedihan setelah segala penglihatan tentang pernikahan sebuah kota dengan anak-anak yang berlubang. benar-benar berlubang hingga setiap orang bisa melihat dinding di belakangnya. benar-benar berlubang hingga tak ada siapa-siapa lagi kecuali banci. Yang damai seperti gunung api. tidak ada hiburan bagi kebahagiaan yang menunjukan selain kedudukan. Maka dengan kerelaan buku-buku akan mencetaknya sejumlah udara. di tepi jendela ia duduk.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
menitipkan seluruh kata pada angin yang tak bisa bicara. saat tiba di halaman kuning tua, ia baca sebuah peristiwa. dan namanya. Signifikasi kode-kode sastra yang terdapat dalam puisi-puisi Inung Imtihani dapat dipahami melalui unsur batin puisi yaitu rasa (feeling) dan unsur fisik puisi yaitu tipografi. Jumlah puisi Inung Imtihani yang berperspektif feminis yaitu empat buah, diantaranya: Atar, Paragraf Pertama, Surat Botol, dan Pernikahan Sebuah Kota. Puisi berjudul Atar memiliki nilai rasa (feeling) yang kuat terhadap kenyataan. Artinya, penyair melihat sebuah realita dan disadari dalam pengungkapannya dalam puisi ini. Atar adalah tokoh imajiner yang diciptakan penyair untuk menyampaikan rasa. Kepedihan yang di dapatkan dari sebuah kenyataan. Secara tipografi, puisi ini memiliki bentuk yang unik. Puisi ini terbagi kedalam dua bait dan masing-masing merupakan satu paragraf yang diawal kalimatnya tidak menggunakan huruf kapital. Puisi berjudul Paragraf Pertama menggambarkan sebuah situasi yang penuh dengan tanda Tanya. Situasi yang sulit dimengerti yaitu rasa gelisah akan sebuah tanda. Tandatanda yang diungkapkan jelas dapat memiliki segudang makna, namun tanda-tanda tersebut tidak diungkapkan dengan sederhana. Puisi ini juga memiliki bentuk tipografi yang unik seperti puisi Atar yaitu sebuah paragraf tanpa huruf kapital di awal kalimat. Puisi Surat Botol menggambarkan sebuah harapan akan penyampaian pada sebuah tujuan yang tepat. Surat adalah sebuah simbol yang digambarkan penyair memiliki rasa. Puisi Surat Botol ini menjelaskan adanya usaha yang cukup keras untuk mewujudkan sebuah harapan. Surat benar-benar ingin sampai pada ‘seseorang’ melalui mediasi botol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
dan laut yang asin dan biru. Bentuk tipografi puisi ini terdiri dari dua bait yang tidak menggunakan huruf kapital pada setiap awal kalimat. Puisi Pernikahan Sebuah Kota menggambarkan signifikasi kode sastra dalam bentuk batin puisi menyangkut rasa (feeling). Simbol atau tanda yang dimunculkan penyair dalam puisi ini secara acak dan tersirat menggambarkan sebuah perasaan gundah gulana. Seperti bertanya-tanya pada semua dan menjelaskan semua secara acak pula. Bentuk tipografi puisi ini seperti paragraf namun tak diiawali dengan penggunaan huruf kapital pada awal kalimat. Puisi ini menjelaskan sebuah peristiwa yang biasa dan sering kita alami sebagai makhluk-makhluk yang masih mencari. Puisi-puisi karya Inung Imtihani termasuk puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, diksi, kata konkret.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3.2.6 Puisi karya Nadine Angelique 1) “Bila” Tembok itu telah dilemparkan Tepat di halamanku Tadi siang! Seribu tanda Tanya Menghujam dada Apa pertanda? Bila perang itu terjadi Kemana kau pergi Tetap di sisi? Sumpah, aku ingin melihat Wajah dibalik topeng Lelaki atau banci? 2) “Mengeja Waktu” Semilir angin membisikan kegelisahan Sesak kumenghitung jumlah goresan kanvas hari Pada hitungan dentaman jantung yang ke berapa Engkau akan pulang? Lelah kumenatap mata-mata penuh tipu Letih kumendengar mulut racun berselubung madu Langkahmu tak jua menapak di tanah berbatu Lalu katakanlah: kemana benci kubenamkan? kemana amarah kulelehkan? kemana asa kuarahkan? kemana pinta kualamatkan? Hanya ketabahanmu menghadapi cobaan yang Membuatku mampu bertahan 3) “Nanggroe Ini Bukan Milikmu, Tuan” Ini dongeng pengantar tidurmu malam ini, Tuan Kubusukan sepenuh rasa sakit yang mengalir Sedalam rasa kecewa yang bergelombang
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dalam urat nadi, dalam saraf hati, dalam simpul imaji Terhadap daratan yang kusebut Nanggroe Buka telingamu lebar-lebar, Tuan Bila kau masih diberi nikmat pendengaran Buka mata hatimu, Tuan Karena mata kepalamu telah buta Gembok hatimu terpaksa kami congkel Terlalu berat, serat dengan karat kepentingan Nanggroe ini bukan milikmu, Tuan Dengarkanlah dan resapi itu baik-baik Silahkan kau obral harga dirimu Kau barterkan ideologimu Kau campakkan kopiahmu Kau lacurkan dirimu Tapi jangan sekali-kali kau jual Nangroe Atau kau gadaikan ke negeri seberang Jika tak ingin kami kejar dengan pedang Nangroe ini milik kami, Tuan Daratannya dipenuhi oleh dara para syuhada Udaranya dipenuhi oleh zikir para aulia Endatu kami telah berjuang mempertahankannya Terhadap keserakahan para penjajah dan penjarah Kemudian mengamanahkannya kepada kami, para pewaris Kami tak peduli kau main mata pada banyak wanita Mengerling sampai bola matamu juling Kami tak peduli kau teguk berbotol-botol minuman Hingga kerongkonganmu terbakar kering Kami tak peduli kau bertaruh di awal senja hingga fajar tiba Melenggang pongah bersama koin-koin yang bergemericing Kami tak sanggup lagi peduli, Tuan, itu urusanmu dengan Tuhanmu Kami tunggu kau di ambang batas kesadaranmu, Tuan Keluarlah dan hadapi kami layaknya seorang laki-laki sejati Singkirkan sesaat rasa sok pintar dan sikap antikritikmu itu Jawablah deretan teka-teki kami yang lucu: Hutan lindung yang semakin gundul, Sungai tanpa jembatan penyeberangan, Rumah sakit mewah tanpa dokter ahli, Sekolah megah tanpa pendidik berkualitas, Preman yang berbalut pakaian penegak hokum, Kebijakanmu yang tak memihak rakyat,
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Semua terjadi tepat dibawah hidungmu, kau tahu? Dan penuhi seribu janji: Terhadap anak yatim, Janda korban konflik, Mantan kombatan, Mantan tahanan politik, Masyarakat sipil Dan balaslah budi: Mereka yang pernah memberimu makan, Atap untuk sekedar berteduh, Secelah tempat untuk berlindung, Di tengah hujan peluru tempo dulu. Sekian dongeng pengantar tidur dariku malam ini Akan kubuai Tuan dengan cerita yang lain esok Jika Tuan masih punya ide menjual Nanggroe Tolong, langkahi dulu mayat kami Signifikasi kode-kode sastra dalam puisi-puisi yang berperspektif feminis karya Nadine Angelique dibongkar melalui sistem bentuk batin puisi yaitu rasa (feeling). Terdapat tiga puisi karya Nadine Angelique yaitu Bila, Mengeja Waktu, dan Nanggroe Ini Bukan Milikmu, Tuan. Puisi berjudul Bila mengungkapkan rasa ingin tahu terhadap situasi. Pada bait kedua puisi Bila yang berbunyi: /seribu tanda tanya/ /menghujam dada/ /apa pertanda?/ Secara eksplisit menggambarkan sebuah tanda tanya. Pertanyaan akan sebuah pertanda, dan belum ditemukan jawabannya. Puisi Mengeja Waktu menggambarkan sebuah rasa pedih akan penantian terhadap waktu. Dentuman jantung pun dianggap sebagai tolak ukur atau alat penghitung. Seakanakan bosan dengan kebohongan dan dusta. Segala rasa bercampur aduk menjadi satu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
antara benci, marah, putus asa, dan sebuah permintaan. Rasa gelisah dan hanya berharap pada angin yang membuat seseorang tabah dan mampu bertahan begitu kuat. Puisi
berjudul
Nanggroe
Ini
Bukan
Milikmu,
Tuan
mengungkapkan
pemberontakan buah pikir penyair terhadap historical sebuah tempat bernama Aceh. Pada bait kedua, puisi ini menggambarkan situasi batin yang goyah. /Buka telingamu lebar-lebar, Tuan/ /Bila kau masih diberi nikmat pendengaran/ /Buka mata hatimu, Tuan/ /Karena mata kepalamu telah buta/ /Gembok hatimu terpaksa kami congkel/ /Terlalu berat, serat dengan karat kepentingan/ Puisi ini merupakan protes sosial politik terhadap para pembesar dan terutama pemerintah yang tak sadar dan seenaknya mempermainkan hati dan perasaan rakyat. Penyair merasa berada dalam situasi rumit dan berkonfling dengan dirinya sendiri dalam batinnya. Mempertanyakan berbagai hal dan menjelaskan kenyataan-kenyataan sebenarnya menurut perspektifnya. Puisi ini mengungkapkan rasa yang benar-benar nyata dirasakan oleh sejumlah orang dan diwujudkan melalui Nadine Angelique si penyair asal Aceh. Puisi-puisi karya Nadine Angelique termasuk dalam kategori puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
(sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, diksi, kata konkret. 3.2.7 Puisi karya Nenden Lilis A 1) “Maskumambang Buat Ibu” apakah yang tengah kusepah dan kuhisap ini ruas-ruas tebu yang memancarkan manis airnya atau kasar dan kurus buku-buku jarimu yang mengeluarkan darah manis atau amis telah sulit kubedakan semenjak kusadari sepanjang hidupmu keringat dan air mata tak henti mengaliri setiap gurat wajahmu (yang seperti garis sayatan di daun sirih) rentang urat kakimu telah serupa akar menjalar dari pohon-pohon yang kau tanam bahkan tak kukenali lagi kerut ataukah kisut lurik terbakar kulit tanganmu itu tangan yang setia mengangsur-angsur kayu suluh demi secerek air teh yang dijerang di atas tungku (air kasih keemasan yang tertuang dari ceret batinmu ke cangkir lubuk hati kami) tangan yang tulus mengakuel nasi di bakut -melibatkan kehidupan agar masak terolahtangan yang tak lelah menumbuhkan benih di ladang meski angin mederu merontokkan rambutmu yang mayang di punggung mengelantung matahari dan di pangkuan membenam bulan ibu masih harus menyangga beban gunung dan laut tetapi, bahkan tanah yang diinjak tak pernah mendengar hempasan keluh (ibu, menyadari semua itu hatiku bagai diparut darahnya tak surut-surut)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2) “Ode Musim” mengapa kemarau selalu dicemaskan hingga keindahan daun-daun bamboo kering, pirang di bawah kuning wajah senja terlupakan dari pandangan dan kita hanya mengingat dan mengutuki kepapaan yang sekejam api merampas remuh-rumah penduduk di gang padat sebengis tanaman padi petani miskin yang kopong saat dipanen padahal, pohon-pohon ranggas itu masih akan menari jika angin menyanyi pelepah mengelupas untuk batang yang baru pergilah ke laut dan lihat: laut tak berdebur selamanya, tapi pasir pantai akan selalu dibasuhnya 3) “Pulang” “Kau yang pulang adalah kau yang mengerti kerinduanku.” namun, bagaimanakah aku pulang aku telah menggulung kenangan akan ibu dan rumah masa lalu seperti menggulung geribik bekas menjemur padi tadi siang di sore hari, dalam kesenyapan dan kekelaman gudang belakang sebab sungguh pedih menatap tubuh ringkih dan mata yang pernah mengobarkan duka lara pohon-pohon cengkih yang dibakar (pipi hitamnya secekung daun kedondong pandangnya kehilangan keriangan daun-daun kastuba) setelah sirna kebun dan lumpur sawah dan semangat kerja menetesi setiap bulir gabah adikku menampi hari-hari pilu seolah memisah beras dari pasir dan batu (aku gamang tak mengerti lagi arti pulang) 4) “Jendela Tak Akan Pernah Tertutup” debu apakah yang menelusup ke ulu hati malam-malam
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
serbuknya tajam menjalarkan tusukan linu hingga ke tulang angin keras meniupkannya dari sebuah tempat yang kau sebut puncak, sebuah puncak di sebuah masa : puncak gunung pasir atau bukit kapur di ujung gelap, di kejauhan puncak itu di tengah deru yang deras kulihat nyala itu, nyala api kesumba bagai tak mau padam hingga berkali angin menerpa dari balik nyala, muncullah anak itu yang kau hidupkan dan kau lahirkan dari sang api anak malang yang kau cintai tapi terpaksa kau kubur di keabadian mimpi sebab ada yang mengusir ibunya pergi : ingin kutelusuri kisah ini lewat matamu namun matamu selalu jauh lalu mengisyaratkan aku menutup jendela agar tak selalu terbuka ke masa itu tapi aku terlanjur terperangkap di sana terus mengaduh dengan rasa sakit orang gila yang ditenung “O, api kesumba, bumi menyalakanmu bagai pohon menumbuhkan bunga jika terpercik nyalamu, bukankah tidak untuk celaka.” tutup jendela itu, perintahmu mengalahkan deru angin aku tak akan pernah bisa menutupnya sebab jendela itu ada pada matamu
Kode-kode sastra yang disignifikasikan melalui unsur batin puisi yakni menyangkut rasa (feeling) dan unsur fisik puisi berupa diksi (pemilihan kata) dalam puisi-puisi karya Nenden Lilis. A ditinjau berdasarkan perspektif feminis. Ada empat puisi yang berperspektif feminis karya Nenden Lilis A yaitu Maskumambang Buat Ibu, Ode Musim, Pulang, Jendela Tak Akan Pernah Tertutup”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Puisi berjudul Maskumambang Buat Ibu mengungkapkan dua unsur penting puisi yaitu unsur batin puisi dan unsur fisik puisi. Dari segi unsur fisik puisi, terdapat diksi (pemilihan kata) yang membuat alunan nada puisi yang indah. Diksi yang terdapat dalam puisi ini sangat menyentuh. Puisi ini menggambarkan kerapuhan seorang ibu yang telah letih namun tetap bersahaja memberikan kasih sayang hingga mengorbankan seluruh. Selain diksi, puisi ini memiliki rasa (feeling) yang sangat kuat. Bagaimana penyair mengisahkan seorang anak yang amat mengasihi ibunya dan menyadari bahwa pengorbanan ibunya sangat besar dalam hidupnya. Si anak sulit membedakan bahkan tak mengenali karena ibunya selalu bahagia apapun situasinya. karena kedekatan dan jerih payah yang dialami ibunya. Sang ibu telah menjadi tua dan diikuti oleh gejala-gejala orang tua pada umumnya. Diksi dalam baik ketiga puisi ini sangat menyetuh yaitu: /tangan yang setia mengangsur-angsur kayu suluh/ /demi secerek air teh yang dijerang di atas tungku/ /(air kasih keemasan yang tertuang dari ceret batinmu/ /ke cangkir lubuk hati kami)/ Kasih sayang yang diberikan secara utuh dan tulus dirasakan oleh anak-anaknya dalam hidup mereka. Sang ibu adalah seorang pekerja keras yang bekerja tak kenal lelah untuk kelangsungan hidup keluarganya. Sosok ibu dalam puisi ini tak pernah mengeluh dan sosok anak sangat mencintai dan bangga pada ibunya. Puisi Berjudul Ode Musim mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan penting yang selalu secara tidak kita sadari namum berulang kali kita ungkapkan. Kita selalu mencemaskan sesuatu tanpa menyadari dan memikirkan keindahan yang di terjadi disekitar kita. Diksi dalam puisi ini sangat indah dipermainkan oleh penyair. Puisi ini menceritakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
tentang kecemasan dan ketakutan terhadap sebuah situasi atau musim tertentu yang pada kenyataannya tak selalu buruk. Pada bait ketiga tergambar jelas bahwa masih ada harapan akan sesuatu yang terjadi. /padahal, pohon-pohon ranggas itu/ /masih akan menari jika angin menyanyi/ /pelepah mengelupas untuk batang yang baru/ Sebuah musim yang berlalu memiliki keindahannya masing-masing. Dan setiap musim yang terjadi, memiliki cerita tentang kemapanan dan kepapaannya pula. Puisi berjudul Pulang mengungkapkan jeritan hati seorang ‘ibu’ atau siapa saja yang merindukan kepulangan anaknya atau siapa saja orang-orang terkasih. Dua unsur penting puisi yaitu unsur batin puisi dan unsur fisik puisi terdapat dalam puisi ini. Dari segi unsur fisik puisi, terdapat diksi (pemilihan kata) yang membuat alunan nada puisi yang indah dan unik. Sedangkan rasa (feeling) dalam puisi ini terasa berlawanan yaitu antara pihak yang merindu dan pihak yang putus asa dan tak tahu bagaimana caranya kembali pulang. Puisi ini menggambarkan kepedihan dan ketakutan pada sebuah kenyataan. Dua baris pertama puisi ini yang menggambarkan kerinduan mendalam yaitu: /“Kau yang pulang/ /adalah kau yang mengerti kerinduanku.”/ Saat kesulitan hidup melanda dan memaksa seseorang untuk pergi agar bisa merubah jalan hidupnya, ia selalu dirindukan oleh orang-oarang terkasihnya yang entah berapa jauh jarak meraka dan entah berapa lama rentan waktu yang mereka lalui dalam keadaan berpisah. Pada bait terakhir :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
/(aku gamang/ /tak mengerti lagi arti pulang)/ Rasa putus asa dan cemas akan jalan pulang yang rasanya tak mungkin di tempuh kembali karena berbagai alasan-alasan tertentu. Puisi berjudul Jendela Tak Akan Pernah Tertutup mengungkapkan sebuah kondisi tentang segala yang terlihat oleh mata yang diibaratkan sebagai jendela yang tak pernah tertutup seperti terdapat pada judul puisi. Diksi dalam puisi ini sederhana namun penggunaan kata-kata konkret secara keseluruhan sulit di pahami. Penyair pintar dalam mempermaikan makna puisi ini sehingga ketika membaca, kita akan berpikir jauh kepada kenyataan yang digambarkan. Pembaca dapat mengimajinasikannya secara berbeda-beda. Puisi ini merupakan refleksi pada sebuah kenyataan dengan dunia yang kita tempati, bahwa kita harus senantiasa menikmati setiap gejala alam yang hendak terjadi melalui jendela kita masing-masing, sebab jendela itu tak akan pernah tertutup kecuali ajal menjemput atau kematian melanda. Puisi-puisi karya Nenden Lilis A termasuk puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi dan diksi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
3.2.8 Puisi karya Oka Rusmini 1) “Kepompong” 14/5/1995 Tahun-tahun mengering. Air mata, masa lalu dan timbunan kebusukan menanam rohnya ditubuhku. Aku rajin merangkainya, kukalungkan di kepala. Tapi mana hatiku? Seorang perempuan rajin sekali menerkam tubuhku dengan mulutnya. Aku mulai menyusun menu. Di meja makan kusantap tubuhku, kuteguk air mataku. Seorang perempuan datang. Sebilah pedang di matanya, seratus tentara di mulutnya. Dia minta kakiku. Aku pun mulai pandai menanak hati, juga jantung, dengan sop darah yang kuisap dari permainan ini. Trotoar kuimpikan jadi kabur orang-orang yang akan datang tanpa jari. Mereka akan melumat tubuhku, seperti perempuan yang meminta tubuhku, juga keringat yang kusulam menjadi kertas. Seorang lelaki dan seorang perempuan yang menanamku mulai menanam manusia baru. Tak ada lagi wajahku. Mereka menari-nari, sendiri dengan barisan anak-anak yang pandai melepaskan busur ke jantungku. Lelaki itu hanya bisa diam, bahkan ikut menyantap tubuhku. Orang-orang datang dan memakiku. “Sebuah pementasan kau mainkan lagi.” Mereka menyulam darahku di atas batu. 2) “Kupu-kupu” 14/5/1995 Percakapan-percakapan jadi api. Tubuhku menjelma kayu. Kutanam dalam bara. Aku mulai rajin menjilati tubuh, menyimpan hati yang mulai hitam. Mana kuburku? Sebuah pesta dimulai. Perempuan dan laki-laki menanam manusia di rahim bumi. “Kau ikut? Menjadi petani? Beternak manusia?” Lelaki itu datang bercucuran air mata. Setumpuk kitab terbuka menyiram tubuhku. Mana tubuhnya? Matanya tinggal serpihan kecil. Ibunya telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
menanam impian keliaran dengan dongeng yang terus berputar tentang lapar tanah-tanah yang dipagari dengan ulat-ulat. “Dia telah membunuh seorang perempuan dan dua anaknya.” Kubuka meja. Sebuah permainan mulai digelar. Aku terjebak. Dan makin rajin membakar usia. 3) “1967” Di museum kutemukan dahimu penuh kerak timah, meleleh membutakan matamu. Diam-diam kutawarkan tali. Mungkin kauingin menjerat tubuhku. “Kujajah tubuh belalangmu. Kita bersembunyi di gua, lari dari topengtopeng yang kita pentaskan. Jangan kau lempar tali! Ayahku akan kehilangan wujud lelakinya. Ibuku memuntahkan ulat yang telah lama dikandungnya.” Dimuseum, matamu memecahkan seorang perempuan. Kau terbangun dari kantuk. Kutelan gelap. Kukunyah api. Aku mulai membakar jantung. Mana taliku? Kau ingat dimana telah kutanam impian yang disembunyikan perempuan jalang yang harus kupanggil “tante”? Perempuan itu tak lagi memiliki hati. Hidupnya sudah digadaikan untuk orang-orang yang rajin menyapanya di jalanan. Mungkinkah dia ibuku? “Jangan lilit tubuhku dengan tali. Batang tubuhku buas. Tak ada tali mampu mengikatnya. Jangan hidangkan impian. Mari mereguk kata-kata. Kau tahu tumpukan huruf pun kuserap. Tumbuhkanlah anak rambutmu. Ayahku diam-diam menanam kebesaran, tapi aku tak memiliki rangka iga. Mari sanggama di batu-batu. mungkin ingin kau kuliti karang tubuhku?” Kau tampak pander. Tolol. Uapmu mencairkan satu demu satu bukit yang kusimpan erat diurat tangan. Di museum kau menjadi begitu pengecut. Aku mulai menggantung bayi di ujung rambutmu. Matanya memuntahkan pisau. Kuperingati hidup dengan seratus tahun sunyi Garcia. Ikan-ikan meluncurkan sperma. Betina-betina memuntahkan gelembung karan. Di museum kesunyian begitu runcing. Yahun-tahun yang pernah kita pinjam kumasukkan dalam api upacara pengabenan. Pulangkah aku? Siapa yang kucari? Diam-diam Garcia sering mengajakku bersanggama di tajam ombak, di museum, dalam mata, jantung, hati dan keliaranmu. Aku tetap gua kecil yang ditenggelamkan dingin. Berlayarlah selagi kau masih ingat laut. Jangan catat namaku. Karena ibuku punmembuangku di buih laut. Mencongkel hatiku dengan lokan. 4) “Lumut” 1992
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Pertemuan yang menjadi benih pulau, bongkahan karang dan pasir itu, kukenang seperti anak sungai yang melarutkan wujud perempuanku. “Apa kabar percintaanmu? Sungaikah dia? Lautkah? Kematian panjang? Surga? Kebun bunga? Ladang? Tambang, atau hutan puisi?” Aku melarutkan garam dalam darah. Kau titipkan hati. Huruf-huruf kau tebarkan di seluruh ranjang tidurku. “Mungkin ini bangkai kenangan percintaanku. Kupikir aku mampu merangkaimu di lubang otakku, hurufhurufku, jadikan kalung, kirimkan. Akan kutanam di tubuhku, selagi tak bisa kau kerat kulitmu.” Aku mulai merangkai gelisah dan rasa takut. Muntahannya jadi pohon. Tumbuh di nadiku. Dalam sembunyi yang menyakitkan, aku melubangi hati. Bahkan kutanak pikiranku selagi lapar. “Matamu mejelma laut hitam. Penyamunkah yang rajin mencangkul mata dan menebasmu? Kulihat api melingkari tubuh kurusmu. Memerasnya berkali-kali. Mari mendekat, sentuh tubuhku. Kutuntun kau menjerang nasib. Berbungakah huruf-hurufku?” Kau bangunkan akku dari tidur panjang itu, menguapkan tahun-tahun yang kupinjam. Tak lagi memiliki kaki, kupanjat sejarah yang terus berputar di ujung rambutku. “Lelahkah kau? Terbang dengan sayap patah yang melelh ditiup kisah pencintaan. Lelakikah dia? Atau lumut yang mengisap mata air hidupmu? Mari medekat, biar kuhangatkan engkau. Dongengkah yang kau pinta? Atau tubuhku?” Api itu terus menjilati tubuhku. Lelakikah kau? “Mari menari dalam tidur panjangku. Kuteguk tubuhmu dalam gelap.” Signifikasi kode-kode sastra pada puisi-puisi karya Oka Rusmini dikaji dari segi unsur batin puisi yaitu rasa (feeling) dan dari segi unsur fisik puisi yaitu tipografi dan diksi. Ada empat puisi yaitu Kepompong, Kupu-kupu, 1967, dan Lumut. Puisi berjudul Kepompong mengungkapkan unsur batin puisi yaitu rasa (feeling) yang menarik jika diresapi, namun pemaknaannya agak sulit dimengerti. Penyair pandai memainkan setiap diksi yaitu unsur fisik puisi dengan sangat tepat dan memiliki mekna konotasi yang berbeda. Setiap pembaca pasti akan menafsirkan puisi ini dalam berbagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
cara. Puisi ini bersifat denotatif, maka makna secara konotatif harus dipisahkan sebab akan menimbulkan perbedaan interpretasi. Penulis menafsirkan puisi ini sebagai sebuah cerita tentang perjalanan hidup seseorang yang digambarkan dalam puisi ini sebagai ‘kepompong’. Puisi-puisi Oka Rusmini memiliki alurnya sendiri, dan unrus batin puisi menyangkut rasa (feeling) dapat kita lihat ketika memahami arah dari alur puisi ini. Puisi berjudul Kupu-kupu mengungkapkan jeritan hati seseorang yang dalam puisi ini digambarkan sebagai ‘kupu-kupu’. Unsur pentung puisi yang terdapat dalam puisi ini adalah unsur batin yaitu rasa (feeling) dan unsur fisik puisi yaitu diksi. Diksi dalam puisi ini di poles oleh penyair dengan rapi dan memiliki makna yang mendalam. ada pertanyaanpertanyaan yang sebenarnya tak memiliki jawaban pasti. Unsur rasa dalam puisi ini juga berperan penting yakni bagaimana menggambarkan suatu suasana yang entah nyata atau tidak nyata pernah kita alami. Puisi ini merupakan ungkapan perasaan yang dirasakan sangat menyakitkan. Puisi berjudul 1967 mengungkapkan dua unsur penting puisi yaitu unsur fisik puisi berupa tipografi dan unsur batin puisi berkaitan dengan rasa (feeling). Dalam puisi diatas berjudul 1967 penyair ingin memberikan kesaksian tentang situasi sosial dan politik di Indonesia pada tahun 1967. Menurut pendekatan mimesis, puisi diatas adalah sebuah penggambaran dunia dan kehidupan manusia khusunya di Indonesia walaupun Indonesia bukan Negara Komunis. Namun, penyair berimajinasi karena nilai kebenaran atau kebohongan pada kalimat tersebut sudah dimemesiskan menjadi puisi sebab hal yang paling utama dalam puisi adalah kejiwaan pengarang (ekspresif) untuk mempengaruhi perasaan pembaca. Unsur rasa (feeling) sangat kuat dirasakan oleh pembaca. Unsur fisik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
puisi mengenai bentuk tipografi, puisi ini tergolong sebagai uangkapan yang digambarkan menjadi sebuah paragraf. Puisi berjudul Lumut mengungkapkan dua unsur puisi yaitu unsur fisik dan unsur batin yaitu mengenai diksi dan rasa (feeling). Penggunaan diksi dalam puisi ini unik dan memilkiki ketertarikan pencapaian makna secara utuh. Unsur batin dalam puisi ini juga memiliki peranan penting, yaitu mengenai bagaimana penyair memainkan kata-kata yang seolah mengulik rasa (feeling) para pembacanya sehingga pengunaan bahasa kiasan dalam puisi-puisinya dipahami secara tersirat. Pembaca dapat menafsirkan berbeda-beda dari makna konotasi puisinya sebab puisinya bersifat denitatif. Puisi berjudul Lumut merupakan ungkapan perasaan penyair yang disampaikan melalui bahasa yang dipahaminya dan merupakan bahasa kepenyairannya. Puisi ini berisi jeritan hati serta pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang entah memiliki jawaban atau tidak. Puisi-puisi karya Oka Rusmini termasuk puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, diksi, kata konkret.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
3.2.9 Puisi karya Sartika Sari 1) “Jejak Berkiblat Umat” di negeri yang sederhana ini, dari emperan dapur: merpati-merpati kedinginan menggembala hujan aorta malam- jantung bulan-secara rahasia mesti diperjualbelikan di pasar-pasar subuh dan petang dada berkali-kali roboh ditendang gusar ialah negeriku, musim-musim penghisap darah langit keriput, susunan muka sejarah merana ialah negeriku kembang kilah wangi neraka gantungan putting susu semerbak kamboja tidakkah ada tanah untuk kami dikenang? pada dasarnya, rusuk-rusuk jalang ini masih ingat jalan pulang, bau dekil punggung ibu dan beberapa rumpun ilalang di ladang kampong kami: kaki-kaki kerontang, paham tentang aspal lenggang dan bulu kupu-kupu di selangkangan malam lalu umpama tembikar pelepah kelapa kami adalah satu dan sama dalam hangat dekap sejiwa kami adalah tangan-tangan bernadi sama dan sampai kapan pun, tuan-tuan berdasi uang atau terlanjur punya sandal bertali berlian. Jejakku, jejak berkiblat umat Tatapku, tatap berhadap khidmat 2) “Gerimis Kenangan” bu, bukankah gerimis ini adalah kerinduan tuhan yang kita nantinantikan? pada malam yang meragukan kenang, kami kembali berpulang pada ingatan waktu tentangmu. kala itu, ketika senja datang, dan kita bermesraan dengan angin sepoi sampai petang wangi kembang tujuh taman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
bu, bukankah gerimis ini adalah embun dari kamar tuhan yang selalu kita bicarakan? kalaulah memang, kuharap kelak taman-taman firdaus adalah satu dari perjumpaan kita di keabadian dan keteduhan. 3) “02.47” berombak-ombak percakapan kita. alif akan tetap berdiri, dan ba separuh tawaf. sekalipun malam hampir usai dan sekerat rubiah. atau siang yang digadai dengan aorta. masih terlalu pagi unuk mengulas pelik kelam, ketika doa hanya jadi pembuka dan tasbih terus digunjingi birahi rumah lain sudah penuh.timggal satu yang bisa terbuka maka di sinilah aku membuka badan, menerima tamu bersedan sampai pagi mesra mengulang sadar atau kadang siang hingga naik pitam sementara aku, tetap jadi keledai yang mengikut jejalan tuan. 4) “Dari Titi Gantung, Percakapan Kita” mencekal kenangan, di punggung titi gantung barisan angin diam-diam menguntit seperti mata srilelawangsa: berpura-pura pejam, padahal masih terbuka masih memutar kenangan tentang perjalanan sederhana pada suatu waktu yang tak pernah menjadi masa lalu di samping kanan kirinya, bising sepeda motor jadi pengganti lagu meninabobokan “aku tahu, kau masih mengintip dari jendela dan sesekali memaksaku menjadi selembar koran atau bungkus permen agar bias menyusulmu ke dalam.” masih ada separuh jantung rembulan yang kusembunyikan sebelum hujan menangisi bapaknya yang dilawan puluhan kelelawar:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
dalam pembicaraan singkat kita, diujung malam. balai kota sudah terpejam di balik sarung batik cokelat oleh-oleh khas yogya medan, tinggal lapangan merdeka masih terjaga lebih baik kau juga tidur, pagi. Signifikasi kode-kode sastra dalam puisi-puisi karya Sartika Sari dikaji dari unsur batin puisi yaitu rasa (feeling). Ada empat puisi, diantaranya: Jejak Berkiblat Umat, Gerimis Kenangan, 02.47, dan Dari Titi Gantung, Percakapan Kita. Puisi berjudul Jejak Berkiblat Umat mengungkapkan unsur batin puisi tentang rasa (feeling). Puisi ini memiliki rasa yang sangat kontras antara kaum yang merasa lemah dan kaum kapitalis yang kuat dan tangguh. Puisi ini merupakan protes sosial terhadap situasi tertantu yang kurang seimbang anatara kaum berada dan kaum papah. Pada bait terakhir berisi: /Jejakku, jejak berkiblat umat/ /Tatapku, tatap berhadap khidmat/ Penyair menepatkan diri sebagai perempuan yang menentang ketidak adilan tatanan sosial di sekitar dengan cara memberitahukan bahwa ia adalah panduan atau jejek berkiblat umat dan berhadapan dengan khidmat. Puisi dengan judul Gerimis Kenangan mengungkapkan unsur makna puisi yaitu mengenai tema. Puisi ini bertemakan kerinduan yang mendalam terhadap sesuatu. Perasaan yang ingin disampaikan oleh penyair adalah perasaan yang tak terduga. Pengarang menggambarkan kerinduan kepada seseorang yang telah pergi jauh, namun masih meninggalkan banyak janji tentang keindahan ciptaan ‘Tuhan’ dan sebuah janji untuk bertemua lagi di taman Firdaus. Hal ini dapat dilihat pada bait pertama dan bait kedua.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Kerinduan seorang anak kepada sang Ibu menimbulkan banyak pengharapan akan kanangan-kenangan masa silam ketika bersama. Dia merasa seperti membutuhkan kembali sosok ‘Bu’ dalam hidupnya dan menikmati lagi hujan gerimis, embun dan senja. Perasaan pengarang dituangkan dalam puisi ini dengan menggabarkan nuansa kesedihan penyair dan menginginkan pembaca dapatmerasakan perasaan sedihnya. Amanat yang terkandung di dalam puisi ini adalah memendam kesedihan hanya akan membuat kita terbuai oleh kenangan-kenangan dimasa lampau dan berharap pada sebuah janji. Puisi berjudul 02.47 mengungkapkan unsur penting puisi meliputi unsur fisik dan unsur batin yang terdiri dari unsur rasa (feeling) dan unsur diksi (pemilihan kata). Puisi ini menggambarkan suasana batin penyair yang merasa semakin dekat dengan Tuhan(nya) ketika tiba waktu untuk mengucap segala rasa syukur dalam doa yang khusuk. Penyair memiliki kedekatan dengan Tuhan yang terpancar dalam pengungkapan penggambaran puisinya. Puisi ini menceritakan betapa doa itu sangat penting dan di butuhkan. Unsur rasa (feeling) yang berperan penting disini yaitu mengenai bagaimana kita seharusnya taat dalam beribadah dan selalu mengandalkan Tuhan dalam keadaaan apapun. Puisi 02:47 ini menggambarkan persiapan yang dilakukan sebeum melakukan shalat subuh. Diksi dalam puisi ini termasuk sederhana karena dapat di mengerti oleh para pembaca. Puisi berjudul Dari Titi Gantung, Percakapan Kita mengungkapkan unsur batin puisi dan unsur fisik puisi. Unsur batin puisi yaitu rasa (feeling) dan unsur fisik puisi yaitu diksi (pemilihan kata). Puisi ini menggambarkan tentang sebuah perjalanan yang dialami oleh penyair dan diimajinasikan dalam karyanya. Penggunaan diksi yang cukup dimengerti oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
kaum awam pembaca membuat puisi ini memiliki nilai rasa (feeling) yang tinggi. Pada bait pertama puisi ini yang berisi: /mencekal kenangan, di punggung titi gantung/ /barisan angin diam-diam menguntit/ /seperti mata srilelawangsa:/ /berpura-pura pejam, padahal masih terbuka/ /masih memutar kenangan tentang perjalanan sederhana/ /pada suatu waktu yang tak pernah menjadi masa lalu/ /di samping kanan kirinya, bising sepeda motor/ /jadi pengganti lagu/ /meninabobokan/ Menggambarkan sebuah cerita tentang pandangan srilelawangsa yang tetap nanar namun selalu berpura-pura dan waktu yang seakan tak bernah berhenti. Penyair memiliki kerinduan akan sebuah perjalanan yang tak akan terlupakan dari memorinya selama hidupnya. Penyair yang adalah seorang perempuan beranggapan bahwa memainkan rasa dalam puisi dapat menimbulkan persepsi yang berlainan mengenai isi dan keutuhan sebuah karya berupa puisi. Puisi-puisi karya Sartika Sari termasuk puisi berprespektif feminis karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki.
Mengapa puisi-puisi yang
digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra? Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis termasuk dalam kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi dan diksi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3.3 Citra Diri Perempuan sebagai Seorang Isteri 3.3.1 Puisi karya Dian Hartati 1) “Prosesi Malam Pertama” malam warna sephia malam kamar hotel tak ada aroma melati pupur luntur dan televisi ramai sendiri kami memesan hening merasakan dingin ruang dinding memantulkan samar bayangan meja dan sofa sudah tidur sejak tadi aku bercerita tentang sumur dan timba kamu bengong tak mengerti mungkin berpikir ini cara untuk lolos dari malam yang berduri sudahlah, aku hanya ingin bercerita tentang sumur yang terus ditimba airnya sampai pagi sampai kering dan katrol terus berderik mengingatkan diri aku menyukai hening karenanya aku menikahimu melepaskan semua simpul yang terkunci masa kecilku tamat sudah darah telah bercampur napasku bau mulutmu ruangan ini tetap dingin kami bercinta saat waktu berhenti agar taka da yang tahu nasib kami selanjutnya
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2) “Prosesi Pindah Rumah” setelah bersalam kepada keluarga kami kirimkan satu per satu paket isinya beragam kayu beragam pakaian kami akan berumah ditepi laut berkawan angin dan terik matahari waktu sudah ditetapkan rumah dibangun pintu beruluk salam bubur merah bubur putih disebar keliling kampong nama-nama beredar dalam kepala sungguh, aku tak dapat menghafal ingatan hanya tersisa sejumlah usia rumah baru kursi baru ruang tamu masih kosong hanya ada hamparan karpet lapang dan disesaki tamu kamar-kamar mirip gudang kosong jendela memunculkan bayangan perahu deru angin jadi musik latar aku tersenyum sendiri melihat dapur yang tak ada berbulan mencoba bertetangga nama mereka sudah kuingat laki-laki sebelah rumah senang berkunjung kutinggalkan istri pergi melaut musim berganti rumah baru harus ditinggalkan sebab sakit yang tak bisa ditunda istri sendiri tak kerasan minta rumah baru di pusat kota nelayan bertanya pada pemimpin kampong memilih rumah baik bagi kesehatan agar tak sakit dan betah di rumah
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
istriku terus mencerancau dia tak kuat di rumah kayu memanggil-manggil nama seorang lelaki bukan aku dan bukan anak kami prosesi pindah rumah siap diuji ulang 3) “Prosesi Siraman” aku menyimpan kebaya biru tanda siraman berlalu penuh haru mandi terakhir bersama ayah ibu inilah pembatas waktu air mengalir doa menguap ruangan jadi serba-kuning warna doa diterima langit telah aku selesaikan ritual demi ritual pelepas jiwa membasuh kaki gericik air dingin menembus dada aku menangis mengalis kerelaan aku digendong ayah ibu buaian terakhir rasa jelaga rindu mata-mata memandang tetangga teman masa kecil dan keluarga mereka nganga aku diguyur air bunga bergayung-gayung berwudhu air doa lidahku asin rasa air mata tubuhku pejal
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
tanda perawan para ibu masih melingkar ruangan jadi serba-sempit aku dicucup satu-satu seorang menarik tubuh saatnya kebaya diganti siraman berlalu penuh haru mandi terakhir bersama ayah ibu
Signifikasi kode-kode sastra dalam puisi-puisi karya Dian Hartati dikaji dari unsur batin puisi yaitu rasa (feeling) dan diksi. Ada tiga puisi, diantaranya: Prosesi Malam Pertama, Prosesi Pindah Rumah, dan Prosesi Siraman. Puisi berjudul Prosesi Malam Pertama mengungkapkan citra diri perempuan sebagai seorang isteri yang mengalami masa akil balik dari perawan menjadi seorang pengantin yang telah siap melakukan prosesi malam pertama. Puisi menceritakan kebingungan dua sejoli yang telah resmi manjdi pasangan suami dan isteri dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat ‘prosesi malam pertama’ tiba. Seperti tergambar dalam bait kedua yaitu: /kami memesan hening/ /merasakan dingin ruang/ /dinding memantulkan/ /samar bayangan/ /meja dan sofa/ /sudah tidur sejak tadi/ Bait ini menggambarkan suasana pengantin baru hanya terdiam dalam keheningan malam yang seakan-akan menjadi seperti sebuah ancaman. Unsur rasa (feeling) berpadu satu dalam puisi ini, antara rasa bahagia, sedih, gugup, gellisah, takut, senang dan sebagainya bercampur aduk dalam batin. Pada bait ketiga yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
/aku bercerita/ /tentang sumur dan timba/ /kamu bengong tak mengerti/ /mungkin berpikir/ /ini cara untuk lolos/ /dari malam yang berduri/ /sudahlah, aku hanya/ /ingin bercerita/ /tentang sumur yang terus/ /ditimba airnya/ /sampai pagi/ /sampai kering/ /dan katrol terus berderik/ /mengingatkan diri/ Penggunaan perumpanaan sumur dan timba sangat unik. Puisi ini bersifat sensitif, sebab pembaca pasti akan memiliki interpretasi yang berbeda-beda ketika membaca judul puisi ini. Dalam bait ini, pasangan pengantin baru telah melakukan hubungan intim layaknya suami dan isteri. Pengantin perempuan hanya pasrah pada kenyataan bahwa darah perawan yang ia punyai telah pecah dan lebur bersamaan dengan malam dan gairah. Penggunaan diksi dalam puisi ini sederhana, sehingga mudah dipahami. Pada akhirnya, puisi ini menggarbarkan kerapuhan yang dialami oleh pengantin perempuan setelah melakukan kewajiban pertamanya sebagai seorang isteri, yaitu memenihi hasrat sang suami. Puisi berjudul Prosesi Pindah Rumah mengungkapkan citra diri perempuan sebagai seorang isteri yang siap untuk berkomitmet dan membangun bahtera sendiri. Seperti layaknya pasangan pengantin baru yang hendak membangun rumah tangga, maka mereka harus berpisah dari keluarga dan membentuk keluarga kecil yang baru. Unsur rasa (feeiling) dalama puisi ini terpancar melalui rasa ingin bersama membangun rumah tempat mereka berteduh dan sekaligus membangun rumah tangga yang harmonis. Puisi ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
menggambarkan suasana rumah baru yang nyaman di tepi pantai, tempat membina rumah tangga. Pada bait ketiga puisi ini berisi: /bubur merah bubur putih/ /disebar keliling kampong/ /nama-nama beredar dalam kepala/ /sungguh, aku tak dapat menghafal/ /ingatan hanya tersisa sejumlah usia/ Pada bait ketiga ini merupakan tatanan tradisi yang biasa dilakukan oleh pasangan pengantin baru dalam adat Jawa, yaitu membagikan bubur sum-sum kepada para tetangga sebagai sebuah kelancaran rumah tangga mereka nantinya. Penggunaan diksi yang sederhana membuat puisi ini mudah dimengerti. Seperti perabotan rumah tangga yang perlahan mereka lengkapi satu per satu, hubungan rumah tangga mereka juga perlahan dibina menjadi sebuah bahtera rumah tangga. Puisi ini mengisahkan seorang lelaki yang meninggalkan isterinya di rumah dan ia pergi melaut karena letak laut yang cukup dekat. Pada bait ketujuh, berisi: /musim berganti/ /rumah baru harus ditinggalkan/ /sebab sakit yang tak bisa ditunda/ /istri sendiri tak kerasan/ /minta rumah baru di pusat kota nelayan/ Seiring bergantinya musim, ternyata tak bertahan lama dan harus dilanda sebuah rasa yaitu bosan. Sang isteri selingkuh dan telah jatuh cinta dengan laki-laki lain dan ia tak peduli pada perasaan dua lelaki dalam hidupnya taitu suami dan anaknya. Citra diri perempuan sebagai seorang isteri dalam puisi ini menggambarkan perempuan sebagai mahkluk yang tidak setia. Puisi berjudul Prosesi Siraman mengungkapkan citra diri perempuan sebagai seorang isteri yang memiliki unsur penting puisi seperti unsur batin puisi dan unsur fisik puisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Unsur batin terdiri dari rasa (feeiling), dalam puisi ini unsur rasa (feeling) berperan penting khususnya dalam bait pertama yang berisi: /aku menyimpan kebaya biru/ /tanda siraman berlalu penuh haru/ /mandi terakhir bersama ayah ibu/ Pada bait pertama ini, terdapat keharuan hati seorang anak perempuan yang akan segera menikah dan meninggalkan orang taunya. Puisi ini mengisahkan kepasrahan seorang perempuan pada kenyataan bahwa ritual pelepasan jiwa telah berhasil dan ia akan segera pergi menjadi milik sang suami. Rasa haru dan tangisan terpancar keluar dari pelupuk mata sang perawan perempuan yang akan menghadapi kenyataan hidup sebenarnya. Penggunaan diksi dalam puisi ini cukup sederhana dan dapat dipahami. Citra diri perempuan dalam puisi ini sangat tinggi dan dihargai. Prosesi siraman merupakan sebuah ritual pernikahan adat Jawa. Proses ini sangat penting dilakukan sebelum pernikahan unruk melepaskan calon mempelai perempuan dari keterikatan dengan keluarganya. Segala kecemasan melanda calon pengantin perempuan saat proses ini berlangsung hingga usai. Puisi karya Dian Hartati berjudul Prosesi Malam Pertama, Prosesi Pindah Rumah, Prosesi Siraman termasuk jenis puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai seorang isteri karena isi puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puis ini dipahami melalui kode sastra? Puisi ini dipahami melalui kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi dan diksi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3.4 Perempuan sebagai Seorang Anak 1. Puisi karya Nenden Lilis A. “Maskumambang Buat Ibu” apakan yang tengah kusepah dan kuhisap ini ruas-ruas tebu yang memancarkan manis airnya atau kasar dan kurus buku-buku jarimu yang mengeluarkan darah manis atau amis telah sulit kubedakan semenjak kusadari sepanjang hidupmu keringat dan air mata tak henti mengaliri setiap gurat wajahmu (yang seperti garis syatan di daun sirih) rentang urat kakimu telah serupa akar menjalar dari pohon-pohon yang kau tanam bahkan tak ku kenali lagi kerut ataukah kisut lurik terbakar kulit tanganmu itu tangan yang setia mengangsur-angsur kayu suluh demi secerek air teh yang dijerang di atas tungku (air kasih keemasan yang tertuang dari ceret batimu ke cangkir lubuk hati kami) tangan yang tulus mengakuel nasi di bakut -melibatkan kehidupan agar masak terolahtangan yang tak lelah menumbuhkan benih di lading meski angina mederu merontokkan rambutmu yang mayang di punggung mengelantung matahari dan di pangkuan membenam bulan ibu masih harus menyangga beban gunung dan laut tetapi, bahkan tanah yang diinjak tak pernah mendengar hempasan keluh (ibu, menyadari semua itu hatiku bagai diparut darahnya tak surut-surut)
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Citra diri perempuan sebagai seorang anak tergambar dalam puisi berjudul Maskumambang Buat Ibu yang mengungkapkan dua unsur penting puisi yaitu unsur batin puisi dan unsur fisik puisi. Dari segi unsur fisik puisi, terdapat diksi (pemilihan kata) yang membuat alunan nada puisi yang indah. Diksi yang terdapat dalam puisi ini sangat menyentuh. Puisi ini menggambarkan kerapuhan seorang ibu yang telah letih namun tetap bersahaja memberikan kasih sayang hingga mengorbankan seluruh. Selain diksi, puisi ini memiliki rasa (feeling) yang sangat kuat. Bagaimana penyair mengisahkan seorang anak yang amat mengasihi ibunya dan menyadari bahwa pengorbanan ibunya sangat besar dalam hidupnya. Si anak sulit membedakan bahkan tak mengenali karena ibunya selalu bahagia apapun situasinya. karena kedekatan dan jerih payah yang dialami ibunya. Sang ibu telah menjadi tua dan diikuti oleh gejala-gejala orang tua pada umumnya. Diksi dalam baik ketiga puisi ini sangat menyetuh yaitu: /tangan yang setia mengangsur-angsur kayu suluh/ /demi secerek air teh yang dijerang di atas tungku/ /(air kasih keemasan yang tertuang dari ceret batimu/ /ke cangkir lubuk hati kami)/ Kasih sayang yang diberikan secara utuh dan tulus dirasakan oleh anak-anaknya dalam hidup mereka. Sang ibu adalah seorang pekerja keras yang bekerja tak kenal lelah untuk kelangsungan hidup keluarganya. Sosok ibu dalam puisi ini tak pernah mengeluh dan sosok anak sangat mencintai dan bangga pada ibunya. Seorang anak menceritakan tentang ibuda yang sangat ia cintai dalam hidupnya. Puisi karya Nenden Lilis A. berjudul Maskumambang Buat Ibu termasuk jenis puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai seorang anak karena isi puisinya sesuai dengan jenisnya. Mengapa puisi ini mudah dipahami melalui kode sastra? Puisi ini mudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
dipahami melalui kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi dan diksi. 3.5 Citra Diri Perempuan sebagai Korban 3.5.1 Puisi karya Alina Kharisma 1) “Wanita dalam Luka” Tuhan, siapakah yang akan mengerti bahasa jiwanya? Tuhan adakah seseorang yang dapat mendengar kepedihan suara hatinya disaat wanita begitu teraniaya? gelombang prahara menelan beringis dunia sufi yang ia miliki merampas bahagia dan mengakhiri tawa malaikatnya dalam hitungan waktu yang seketika mematikan terang dunianya keperihan menyanyikan derita gadis suci dan peri-peri di langit pun menangis menyaksikan sayap-sayap sang gadis terkoyak nyanyian penuh luka bersenandung di jiwanya tetes air mata yang ia jatuhkan diam-diam menambatkan sejarah di pusaran waktu yang telah berlalu sepanjang hidup ia mengubur luka di palung hatinya luka yang tak bisa lepas hingga maut menyambut ketegarannya meski beban itu menyesakkan napasnya dengan sisa kekuatan hati yang ia miliki sang wanita tetap berdiri dengan tangguh
Puisi karya Alina Kharisma berjudul Wanita dalam Luka dapat digolongkan kedalam jenis puisi yang mengandung kode sastra. Hal ini dapat dilihat dari pengunaan aspek-aspek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
konvensi karya sastra. Selain itu, terdapat unsur-unsur penting puisi seperti unsur batin puisi dan unsur fisik puisi. Unsur barin puisi yaitu rasa (feeling) danunsur fisik puisi yaitu diksi (pemilihan kata). Puisi berjudul Wanita dalam Luka memiliki diksi (pemilihan kata) yang menunjukan tingkat atau daya imajinasi yang agak tinggi. Unsur rasa (feeling) dalam puisi ini mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dan membutuhkan sebuah jawaban tersendiri. Selain dua unsur diatas, ternyata puisi ini juga memiliki unsur fisik lainnya yaitu bentuk tipografi puisi. Pada bait terakhir kata /ketegarannya/ terpisah dari tatanan penulisan sebenarnya dan penyair menempatkan posisinya di akhir atau rata kiri, seperti berikut: /sepanjang hidup ia mengubur luka di palung hatinya/ /luka yang tak bisa lepas hingga maut menyambut/ /ketegarannya/ /meski beban itu menyesakkan napasnya/ /dengan sisa kekuatan hati yang ia miliki/ /sang wanita tetap berdiri dengan tangguh/ Pada bait ini dapat kita simak bersama mulai dari diksi dan bentuk tipografi puisi yang keduanya merupakan unsur fisik puisi. Diksi yang digunakan adalah cara penyair membuat pembaca terbawa dalam suasana puisi. Tipografi puisi untuk meyakinkan sebuah kata yang bermakna penting. Puisi ini mengisahkan seorang wanita yang terpuruk dan tertinggal dalam luka yang ia alami, ia tak mampu keluar dari luka itu. Entah luka masa lalu atau luka yang ditimbulkan oleh perasaan-perasaannya sendiri. Puisi ini juga menggunakan beberapa bahasa kiasan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
3.5.2 Puisi karya Rita Sri Hastuti 1) IRONI Tengah malam seorang perempuan terisak mendatangi kantor polisi Isaknya tak habis habis-habis ketika menuturkan nasibnya Katanya suaminya selalu menganiayanya, Termasuk malam itu Polisi jaga mengangguk-anggukkan kepala Ia membujuk si wanita supaya tenang Namun, sepuluh menit kemudian Si perempuan malah meraung-raung sekencang-kencangnya “Suamiku jangan ditahan, kalau ditahan aku makan apa.”
Puisi berjudul Ironi karya Rita Sri Hastuti ini mengandung nilai-nilai perempuan sebagai korban. Kode sastra yang terangkum dalam puisi ini yaitu adanya rasa ingin bebas merdeka dan berontak pada kenyataan hidup, nakun nasib membawa kea rah yang tak sesuai dengan harapan. Puisi ini menggambarkan kerapuhan seorang wanita yang melaporkan suaminya kepada pihak berwajib karena tindakan suaminya. Namun, ia juga sadar seketika pada kenyataan yang harus dihadapi tanpa suaminya dan membuatnya menbatalkan tuntutannya pada pihak kepolisian. Kondisi dan situasi seseorang terkadang terjepit dan membuat kita mengambil keputusan yang mungkin benar dan mungkin juga tidak. Puisi ini jelas menggambarkan rasa takut, cemas, dan khawatir seorang perempuan akan hari esok. Ia telah menggantungkan hidupnya dan anak-anak mereka seutuhnya pada sang suami. Sehingga ia pasrah akan keadaan yang akan menimpanya dan terkadang menjadi sangat keras baginya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Puisi karya Alina Kharisma berjudul Wanita dalam Luka dan puisi karya Rita Sri Hastuti berjudul Ironi termasuk dalam kategori puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai korban karena isi puisi-puisinya mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Mengapa puisi ini mudah dipahami melalui kode sastra? Puisi ini lebih mudah dipahami melalui kode sastra karena memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang dibatasi penulis pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi dan diksi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
3.6 Rangkuman Kode Sastra Pembahasan dalam Bab III mengenai signifikasi kode-kode sastra digolongkankan berdasarkan jenisnya menjadi beberapa poin yaitu meliputi; puisi berperspektif feminis, citra diri perempuan sebagai seorang isteri, citra diri perempuan sebagai seorang anak, dan citra diri perempuan sebagai korban. Kode sastra merupakan sistem semiotik yang berada di luar sistem semiotik bahasa. Sastra adalah ein sekundares modellbildendes system, sistem tanda sekunder yang membentuk model, yaitu tergantung pada sistem primer yang diadakan oleh bahasa, dan hanya dapat dipahami dalam hubungannya dan seringkali dalam pertentangannya dengan sistem bahasa.Konvensi struktur sastra merupakan sebuah tegangan karena struktur karya sastra bersifat multidimensional, berlapis-lapis, dan juga berurutan. Jumlah penyair yang membahas puisi berperspektif feminis adalah 9 orang dengan masing-masning 3 sampai 4 puisi per orang. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai seorang isteri berjumlah 3 buah yang kesemuanya berasal dari 1 orang penyair perempuan. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai seorang anak berjumlah 1 buah dari penyair yang juga puisinya terdapat dalam kategori puisi berperspektif feminis. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai seorang korban berjumlah 2 buah dari 2 penyair perempuan yang berbeda. Puisi-puisi yang terdapat dalam Bab III dibedakan berdasarkan jenisnya seperti puisi berprespektif feminis, citra diri perempuan sebagai seorang isteri, citra diri perempuan sebagai seorang anak, dan citra diri perempuan sebagai korban merupakan kode sastra. Mengapa puisi-puisi tersebut di atas digolongkan ke dalam kode sastra? Pemilihan puisi-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
puisi yang terdapat dalam Bab III ditentukan oleh penulis dan bersifat multilateral atau tidak mutlak, sehingga pembaca dapat menafsirkannya. Pembagian berdasarkan jenis ini termasuk
dalam
kode
sastra
karena
isi
dan
ungkapan
dalam
puisi-puisinya
mempertahankan relasi gender yang timpang dan mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis, citra diri perempuan sebagai seorang isteri, citra diri perempuan sebagai seorang anak, dan citra diri perempuan sebagai korban termasuk dalam kode sastra karena dalam pembahasannya memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang berperan penting dan penulis membatasi pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, dan diksi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV CITRA DIRI PEREMPUAN DALAM ANTOLOGI PUISI “PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA TERKINI KARTINI 2012”: SEBUAH SIGNIFIKASI MELALUI KODE BUDAYA
4.1 Pengantar Dalam membaca karya sastra, kita selalu menghadapi sebuah dunia yang sekaligus kita kenal (kembali) dan asing atau baru bagi kita. Dalam dunia yang dievokasi oleh teks mana pun, selalu ada hal yang kita kenal, yang sedikit banyak akrab dengan kita seperti: dunia fisik, alam, manusia, hewan, bahkan burung garuda dan mahkluk-mahkluk aneh seperti hantu, peri raksasa. Meskipun demikian, perlu diingat pula bahwa dalam teks sastra, hal-hal tersebut tidak identik dengan yang kita kenal. Maka selaku pembaca, kita selalu berada dalam tegangan antara yang kita kenal dan yang tidak kita kenal. Tegangan antar kedua hal inilah yang menimbulkan kenikmatan estetik tersendiri apabila kita membuat signifikasi lebih lanjut.(Teeuw, 1988: 369). Kode budaya merupakan sistem semiotik yang mengacu pada kerangka kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra, dan secara tidak langsung terungkap dalam sistem tanda bahasa. Pemahaman sebuah karya sastra tidak mungkin tanpa pengetahuan, mengenai kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra tersebut dan tidak langsung terungkap dalam sistem tanda bahasanya. Kode budaya sebagai tempat spesifikasi makna. Seorang penyair, laki-laki atau perempuan tidak dapat lepas dari pengaruh sosial-budaya. Hal tersebut terwujud dalam
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
karya yang mereka ciptakan, sistem kemasyarakatan yang dekat dengan pengarang, adat – istiadat, pandangan pengarang terhadap suatu golongan masyarakat, kesenian, dan bendabenda kebudayaan. Kode budaya adalah sistem semiotik yang di luar sistem semiotik bahasa dan sastra. Hal itu dapat berkaitan dengan pola prilaku tertentu, bentuk-bentuk tertentu, dan sebagainya. Sebagai sebuah sistem semiotik, kebudayaan
itu dipandang
mempunyai aspek ekspresi yang fisik dan mempunyai aspek makna. Pada Bab II dan Bab III telah dilakukan signifikasi kode-kode bahasa dan kode-kode sastra yang telah kita kenal, namun pemahaman mengenai karya sastra khususnya Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 belum secara menyeluruh diketahui oleh pembaca. Teeuw (1988: 100) mengemukakan bahwa pemahaman sebuah karya sastra tidak mungkin utuh tanpa pengetahuan mengenai kerangka kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra tersebut. Hal yang masih menimbulkan ketegangan adalah konvensi budaya yeng telah terkandung dalam sistem bahasa dan konvensi sosiolinguistik serta dalam sistem sastra (Teeuw, 1988: 100). Oleh karena itu pemahaman mengenai isi antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 dalam rangka budaya merupakan analisis data dan juga pembahasan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan pemahaman kode budaya yang didasari oleh pehaman kode-kode lain yaitu kode bahasa dan kode sastra. Penelitian ini memperhatikan aspek-aspek yang menyangkut citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau pasrah, citra diri perempuan sebagai seorang pahlawan, citra diri perempuan sebagai pemberontak, dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik. Pengkategorian jenis-jenis puisi didasarkan pada isi puisi secara keseluruhan. Puisi yang terdapat dalam Bab IV termasuk dalam jenis kode budaya karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
isi dari puisi-puisi ini menyangkut sistem kebudayaan tertentu dan para penyairnya telah memiliki kedekatan dengan sistem kebudayaan tersebut.
4.2 Perempuan dalam Budaya Nrimo atau Pasrah 4.2.1 Puisi karya Sandra Palupi 1) “Dari Lelaki Aku Belajar” Aku belajar dari lelaki luweskah rasa luaskan pikir bagaimana cinta dan nafsu berpisah tebing dan tubuh yang telanjang hanya perlu dinikmati. Aku belajar dari lelaki bagaimana kaumku bertarung otak hatinya antara akal dan rasa, dan lelaki selalu menang dengan akal otaknya. Aku belajar dari lelaki bahwa luka adalah dendam seperti kemiskinan yang menginjak harga sebuah diri harus disangkal dan diasingkan naluri bertahan hidup ada di sana daya tawar luar biasa. Aku belajar dari lelaki betapa arogansi telah menahan air mata turun dan jatuh ke dada menuding kelemahan yang tak boleh ada.
Puisi berjudul Dari Lelaki Aku Belajar karya Sandra Palupi mengandung konvensi budaya yang memiliki kode tertentu jika disignifikasikan. Kode budaya sebagai tempat spesifikasi makna. Seorang penyair, laki-laki atau perempuan tidak dapat lepas dari pengaruh sosial-budaya. Hal tersebut terwujud dalam karya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
yang mereka ciptakan, sistem kemasyarakatan yang dekat dengan pengarang, adat-istiadat, pandangan pengarang terhadap suatu golongan masyarakat, kesenian, dan benda-benda kebudayaan. Puisi berjudul Dari Lelaki Aku Belajar karya Sandra Palupi ini memiliki spesifikasi makna yaitu budaya yang digunakan penyair dalam menciptakan karya. Dalam puisi diatas tergambar jelas bahwa buadaya Indonesia khususnya buadaya Jawa masih sangat meninggikan harkat dan martabat serta derajat seorang laki-laki dan kaumnya. Seakan-akan, laki-laki adalah seorang guru yang mengajarkan segala sesuatu pada kaum perempuan (isterinya). /Aku belajar dari lelaki/ adalah sebuah ungkapan yang jelas-jelas menunjukan betapa tingginya kodrat seorang laki-laki dan kaum perempuan harus menerima, pasrah, tunduk dan mengikutinya. Puisi ini merupakan gambaran perempuan sebagai golongan yang tertindas oleh kaum laki-laki. Dengan kata lain, puisi ini disignifikasikan melalui kode budaya yang menunjukan wanita sebagai bawahan dan harus nrimo atau parsah pada laki-laki. Mengapa puisi berjudul Dari Lelaki Aku Belajar karya Sandra Palupi termasuk dalam jenis kode budaya (budaya nrimo)? Puisi berjudul Dari Lelaki Aku Belajar karya Sandra Palupi termasuk dalam jenis kode budaya (budaya nrimo) karena memiliki konvensi budaya yang dekat dengan kebudayaan perempuan Indonesia dan secara umum. Selain itu, puisi berjudul Dari Lelaki Aku Belajar karya Sandra Palupi termasuk dalam budaya nrimo atau pasrah dan merupakan suatu sistem budaya tertentu karena mangandung spesifikasi makna. Puisi ini dikategorikan dalam citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
pasrah karena dalam sistem kebudayaan tertentu di suatu tempat tertentu, sistem budaya ini telah terjadi dan berjalan dengan baik.
4.2.2 Puisi karya Heni Hendrayani 1) “Habis Gelap Terbitlah Terang –mengenang R.A. Kartini aku pinjam gelapmu, wahai ibu; agar aku bisa mengerti makna takut. kecemasan menghantui hidupku, saat putus asa menenggelamkan harapan. tak berdaya ditonjok kerasnya hidup. terkungkung dalam rutinitas rumah tangga yang membosankan aku pinjam semangatmu, wahai ibu agar darah terus mengalir; mendenyutkan saraf-saraf di tubuhku, membuat otakku hidup. bukan cita-citamu harus diwujudkan? tengoklah perempuan-perempuan bersemangat baja; membakar jiwa, membangun ini negeri. pejamkan saja matamu, wahai ibu jika kau lihat keponggahan kaum lelaki yang menindas kaummu. atau kalau kau melihat ketidakpatutan kaum perempuan, yang menindas kaumnya sendiri, dirinya sendiri. Puisi berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang – mengenang R.A.Kartini ini merupakan sebuah jeritan hati seorang penyair perempuan bernama Heni Hendrayani yang memiliki konvensi budaya nrimo atau pasrah dalam kerangka kebudayaan Jawa. Dalam budaya Jawa, perempuan harus memiliki sifat nrimo untuk mengurusi suami dan keluarganya. Walaupun seorang perempuan memiliki mimpi yang sangat besar, namun ketika ia menjadi seorang istreri maka ia mau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
tak mau menenggelamkan harapan untuk semakin dekat dengan mimpi itu. Ia harus mengurusi rumah tangga dan pasrah pada takdir. konvensi budaya dalam puisi ini menunjukan sebuah semangat baru atau harapan baru yang disadari oleh kaum perempuan. Inspirasi itu didapatkan melalui semangat R.A.Kartini sang pahlawan yang berhasil menciptakan emansipasi dalam diri perempuan. Puisi ini memberi arahan bagi kaum perempuan untuk tetap semangat dalam mejalani hidupnya dimanapun dan harus tetap menaati kebudayaan daerahnya untuk pasrah. Puisi ini menceritakan bagaimana kaum laki-laki menindas kaum perempuan dan kaum perempuan yang nrimo atau pasrah dengan keadaan – walau terkadang hati berkata lain. Bahkan kaum perempuan yang menindas kaumnya sendiri termasuk dirinya sendiri karena pasrah akan kehidupan. Tak mampu bangkit dan keluar dari penindasan yang menjadikan diri sendiri sebagai korban. Semangat yang membara hanyut oleh kebudayaan tertentu yang membuat perempuan terpaksa nrimo atau pasrah pada jalan hidupnya. Puisi ini menunjukan bahwa identitas diri selalu dipengaruhi oleh kebudayaan tertentu tempat dimana seseorang berasal. Ada batasan-batasan pada suatu kebudayaan tertentu yang tak pernah bisa dilanggar. Mengapa puisi berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang – mengenang R.A.Kartini termasuk dalam jenis kode budaya (budaya nrimo)? Puisi berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang – mengenang R.A.Kartini termasuk dalam jenis kode budaya (budaya nrimo) karena memiliki konvensi budaya yang dekat dengan kebudayaan perempuan Indonesia dan secara umum. Selain itu, puisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang – mengenang R.A.Kartini termasuk dalam budaya nrimo atau pasrah dan merupakan suatu sistem budaya tertentu karena mangandung spesifikasi makna. Puisi ini dikategorikan dalam citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau pasrah karena dalam sistem kebudayaan tertentu di suatu tempat tertentu, sistem budaya ini telah terjadi dan berjalan dengan baik. 4.2.3 Puisi Karya Elis Tating Bardiah 1) “Wanita yang Setia Melangkah” senandung pagi selalu diiramakan dengan lantang meski letih, ia setia memutar roda-roda kehidupan agar seimbang menatap mentari dan menyapu senja dalam dekapan
aku tak pernah habis pikir Tuhan ciptakan dia dari apa sepagi yang ranum selalu ia suguhkan untuk keluarga, untuk dirinya tak terkecuali untuk Tuhannya
di kertas kerja ia bubuhkan tanda tangan juga dimesin cuci ia tak pernah menanggalkan buih berserakan anak-anak selalu ceria dengan cerita dan cintanya hingga bunga-bunga mekar ia tetap tersenyum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
menatap langkah yang tak sedikit ia hakimi
Puisi berjudul Wanita yang Setia Melangkah karya Elis Tating Bardiah ini mengandung konvensi budaya nrimo atau pasrah pada hidup. Puisi ini mengisahkan ketangguhan seorang perempuan (ibu) yang berkorban untuk keluarganya. Ia menjalankan rutinitas sehari-hari yang sepertinya biasa bagi kaum perempuan yang hidup di lingkungan kebudayaan tertentu namun tidak untuk perempuan yang hidup di lingkungan metropolitan yang padat. Puisi ini menjelaskan kerapuhan seorang perempuan yang tetap melangkah dalam kekuatan dan kelemahannya, terus berjuang untuk hidup dan taat pada budaya yang menemaninya. Konvensi budaya yang terungkap dalam puisi jelas mencerminkan kepatuhan seorang perempuan yang hidup dalam budaya nrimo atau pasrah tanpa melawan atau keluar dari kungkungan budaya itu. Ia bisa selalu setia melangkah melewati tikungan-tikungan tajam dalam hidupnya dan tetap memancarkan cinta dan ceria yang mungkin tak akan pernah bisa dimiliki oleh perempuan-perempuan lain di dunia yang hidup dalam keterpurukan dan rutinitas yang padat. Mengapa puisi berjudul Wanita yang Setia Melangkah karya Elis Tating Bardiah termasuk dalam jenis kode budaya (budaya nrimo)? Puisi berjudul Wanita yang Setia Melangkah karya Elis Tating Bardiah termasuk dalam jenis kode budaya (budaya nrimo) karena memiliki konvensi budaya yang dekat dengan kebudayaan perempuan Indonesia dan secara umum. Selain itu, puisi berjudul Wanita yang Setia Melangkah karya Elis Tating Bardiah termasuk dalam budaya nrimo atau pasrah dan merupakan suatu sistem budaya tertentu karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
mangandung spesifikasi makna. Puisi ini dikategorikan dalam citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau pasrah karena dalam sistem kebudayaan tertentu di suatu tempat tertentu, sistem budaya ini telah terjadi dan berjalan dengan baik.
4.3 Perempuan sebagai Pahlawan 4.3.1 Puisi karya Evi Idawati 1) “Narasi Djonggran: Bandung Bondowoso” (1) ditelapak tanganku, aku menggaris takdir. pada malam dimana orang menganggap kutukan telah dijatuhkan, aku berada pada keabadian. maka aku tidak takut padamu. tanpa kau kutuk pun, aku akan memilih menjadi batu. membeku diidialam waktu. darah murniku mengalir kebaikan, tak kuragukan, pembelianmu kukembalikan. ambillah kembali, pinanganmu. ambillah kembali, mimpimu untuk menjadikanku ibu dari kebengisan, dari desis kenistaan, menjadi ratu keabadian. tidak. tidak akan kuizinkan siapa pun menyandingku kecuali waktu dan batu. (2) maka tak layak engkau dengarkan, nyanyian kanak-kanak yang menyeruku sebagai perempuan pendusta, yang mengingkari janji dan mengorbankan harga diri. aku adalah Roro Djonggrang yang merajah telapak tanganku dengan kehormatan. aku tidak akan tunduk pada kejahatan. Tidak akan menjual diriku pada emas dan permata, apalagi takhta, jika ketiganya dibangun dari tumpukan tulang belulang, dan darah orang-orang yang aku kasihi. aku adalah Roro Djonggrang. jika engkau menyandera ayahku, hanya untuk tubuhku, aku akan berdiri di hadapanmu, untuk mengatakan tidak. tidak. tidak akan kuizinkan siapa pun menyandingku kecuali waktu dan batu. (3) sesungguhnya suara kokok ayam adalah dentang yang menerbangkan aku pada rumah keabadian. aku sengaja melakukannya untuk perlawanan. Kalau itu membuatmu terlukai, bukankah seharusnya sejak dulu kau tahu, perempuan seperti aku tak pernah bisa ditaklukkan oleh kejahatan, oleh kekayaan, oleh takhta, oleh kemanjaan.aku adalah Roro Djonggrang.telapak tanganku memintaku menabuh gendering untuk berperang denganmu. kutuklah aku. kutuklah aku. tidak akan kuizinkan siapa pun menyandingku kecuali waktu dan batu. waktu dan batu. waktu dan batu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
(4) kau lihat sekarang, apa yang kau katakan tentang membangun kemegahan untuk persembahan cinta, adalah jejak yang telah salah dipahatkan. aku adalah Roro Djonggrang. meski kau upayakan altar dan pemujaan untukku. dengan telapak tanganku sendiri, aku akan memahatkan namaku. engkau adalah gelapnya malam sedangkan aku adalah cahaya pagi. jika engkau matahari, kita akan menyatu.tetapi engkau kelam dan suram. aku sinar pagi yang menyenangkan. lantas dimana kita akan bertemu? pergilah dariku. bersetubuhlah dengan malam. karena tidak akan kuizinkan siapa pun menyandingku kecuali waktu dan batu. (5) waktu dan batu ditubuhku. terpahat kuat. Membeku.aku adalah Roro Djonggrang.aku memiliki hatiku.meski ayahku dibunuh. istanaku dirampas dan rakyatku dipenggal satu-satu. aku akan berdiri menantangmu. kutuk aku Ratu Boko, kutuklah aku Bondowoso! akulah pembatas kuasamu. engkau yang merasa menjadi dewa. desiskan mantramu. kuasamu hanya mampu menjadikan aku batu. sementara hatiku meleburkan aku dalam waktu. waktu dan batu. waktu dan batu. waktu dan batu. engkau dan aku. adalah keabadianku. (6) aku adalah Roro Djonggrang.tak akan bisa siapa pun membeli dan menjajahku. bersama rakyatku aku meyatakan: kemerdekaanku untuk memilih dan menolakmu, Bondowoso. menjadi batu. menjadi batu. di dalam waktu.
Puisi Narasi Djonggrang menunjukan adanya signifikasi kode budaya yang sangat erat yang tergambar dalam puisi narasi karya Evi Idawati. Puisi berjudul Narasi Djonggrang karya Evi Idawati dapat dikategorikan sebagai puisi yang memiliki konvensi budaya atau kode budaya. Cerita mengenai Roro Ddonggrang, Bandung Bondowoso dan Prambanan erat kaitannya dengan nilai sejarah dan budaya. Ketika membaca puisi ini pembaca telah memiliki pemahaman dasar mengenai budaya ini sebelumnya dalam bentuk lain. Pembaca mungkin megenal dan mengetahui siapa tokoh dalam puisi ini, Roro Djonggrang digambarkan sangat menarik dalam puisi ini. Jenis puisi narasi menambah nilai kode budaya puisi ini. Kode budaya merupakan sistem semiotik yang utuh. Puisi narasi adalah bentuk baru dalam perpuisian, hal inilah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
yang menjadi tolak ukur kode budaya puisi ini. Penceritaan yang detail mengenai tokohtokoh dalam puisi ini menunjukan karakter kuat seorang perempuan yang tetap mempertahankan budayanya walau dalam bahaya sekalipun. Roro Djonggrang adalah tokoh perempuan yang tangguh dan berpendirian, ia mencerminkan karakter budaya perempuan Jawa yang berani mempertahankan harkat dan martabatnya sebelum direnggut paksa oleh kaum laki-laki yaitu Bandung Bondowoso. Selain mengandung kode budaya yang dapat kita ketahui melalui pola perilaku tokoh yang digambarkan pengarang dalam karyanya, puisi ini juga ketat mambahas eksisitensi dan citra diri seorang perempuan (Roro Djonggrang). Roro Djonggang dikisahkan sangat kuat dan angkuh menghadapi Bandung Bondowoso yang licik. Citra diri wanita yaitu Roro Djonggrang sangat diutamakan dalam puisi ini. Kode budaya dalam puisi Narasi Djonggrang karya Evi Idawati berkaitan dengan tempat pengarang menuliskan atau menghasilkan karya ini yaitu Candi Boko, Yogyakarta. Penyair adalah seorang perempuan dan tergambar dalam puisi yang menceritakan sosok perempuan yang kuat dan tangguh. Puisi ini menggambarkan perempan sebagai kaum yang tertindas. Namun, dibalik rasa ketertindasannya itu perempuan mampu bangkit dan menjadi pahlawan bagi kaumnya meski mengorbankan dirinya sendiri. Mengapa puisi berjudul Narasi Djonggrang karya Evi Idawati termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pahlawan? Puisi berjudul Narasi Djonggrang karya Evi Idawati termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pahlawan karena memiliki nilai konvensi budaya yang dekat dengan kebudayaan perempuan Indonesia pada umumnya. Puisi ini mengisahkan ketegaran hati seorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
perempuan yang tetap tangguh dalam kerapuhannya dan membuktikan dirinya bisa. Selain itu, puisi berjudul Narasi Djonggrang karya Evi Idawati merupakan puisi yang mengutakmakan suatu sistem budaya tertentu karena mangandung spesifikasi makna yang menjelaskan budaya Jawa tentang Roro Djonggrang yang dibalut dalam bentuk narasi. Puisi ini dikategorikan dalam citra diri perempuan sebagai pahlawan karena dalam sistem kebudayaan tertentu khususnya di daerah Jawa Tengah , sistem budaya ini telah secara alami dan merupakan sebuah catatan sejarah. 4.3.2 Puisi karya Endang Werdiningsih 1) “Sang Kejora: Panggil Aku Kartini Saja Itulah Namaku” (persembahan untuk R.A Kartini, ispirasiku)
di sini, di bawah rimbun kelopak mawar dan cempaka telah tidur abadi sang kejora sendiri dalam dekapan sepi beberapa kali senja menjelang malam kubersimpuh dalam renung dan doaku untukmu mengingat tebaran kiprah dan semangatmu wahai kejora perempuan negeriku bila membaca surat suratmu dan sepak terjangmu engkau bukan hanya memperjuangkan kesetaraan bagi kaummu namun engkau mempunyai wawasan kebangsaan dan mencintai rakyatmu, mempunyai cita rasa seni, modern dan dinamis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sang kejora betapa engkau sangat luar biasa pemikiranmu jauh ke depan melampaui zamanmu lewat suratmu pada Nyonya Ovink-Soer, kau ungkapkan pemikiranmu tentang persatuan bangsamu “Kami akan mengoyah-goyahkan gedung feodalisme itu dengan segala tenaga yang ada pada kami. dan andaikan hanya ada satu potong batu yang jatuh kami akan menganggap hidup kami tidak sia-sia.”
betapa semangatmu luar biasa sang kejora hidupmu penuh inspirasi meski sinarmu memberikan harapan bagi kaummu namun jiwamu sempat terpukul dan kecewa karena cita-citamu untuk belajar ke negeri seberang batal dalam jiwa yang terkoyak kau tidak mau mengeluh, menangisi kekecewaan dan diam kau isi hidupmu dengan karya nyata kau buka sekolah gadis pertama di Hindi Belanda, kau urus hasil kerajinan rakyat, menulis di berbagai media tanah air duh perempuan pemberani dari Jepara tulisanmu menimbulkan decak kagum para mahasiswa karena seorang perempuan bumiputera bisa menulis hal-hal actual dalam bahasa Belanda yang indah wahai kejora bangsaku engkau lahir dengan multitalenta engkau memiliki kepekaan terhadap seni
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI betapa surat-surat untuk sahabatmu selalu puitis dan indah engkau juga memahami budaya leluhurmu tercermin dalam ungkapanmu tentang gamelan dan tembang pada Stella, sahabatmu: “ginonjing itu bukan suatu nyanyian, juga bukan lagu, hanya bunyi bunyian dan nada. begitu lembut, begitu halus, genit, semua bercampur baur, bergetar dan melayang-layang tak tujuan. namun betapa menawan hati, mengharukan!”
kejora kaumku dan ispirasiku meski keberanianmu dan sinarmu menebar ke seluruh negeri bahkan menyebrang benua namun engkau tetap seorang pribadi yang sederhana “panggil aku Kartini saja. itulah namaku. kami orang jawa tidak mempunyai nama keluarga. Kartini, itu sudah namaku yang lengkap. sedang raden ajeng itu menunjukan sebuah gelar.” itulah yang kau minta pada Stella, sahabatmu. Kesederhanaanmu juga terlihat dari ungkapanmu dalam Surat untuk nyonya Abendanon: “kami ini hanya manusia biasa, sangat biasa, campuran dari unsur unsur jelek dan baik, seperti berjuta juta orang lain. …”
R.A. Kartini, kejora bangsaku dan kejora kaumku semangat dan kesederhanaanmu terlihat dari tempat tidur abdimu di kaki bukit. dan angina dari sana menebarkan harum dan mengirimkan bisikanmu. “panggil aku Kartini saja, itulah namaku.”
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Puisi berjudul Sang Kejora: Panggil Aku Kartini Saja Itulah Namaku karya Endang Werdiningsih memiliki konvensi budaya tertentu yang menunjukan ciri khas tentang perempuan Indonesia yang tangguh. Puisi ini menggambarkan perempuan sebagai pahlawan yang memperjuangkan hak-hak kaumnya untuk menjadi setara dengan kaum laki-laki. Ada hal-hal yang menunjukan kebanggan bagi Sang Kejora dalam hal ini R.A.Kartini yang membuat terobosan baru yakni emansipasi perempuan Indonesia untuk mampu belajar dan memiliki ilmu pengetahuan yang sama dengan laki-laki pada masanya. Tergambar pada ungkapan dalam puisi ini yaitu: /engkau bukan hanya memperjuangkan kesetaraan/ /bagi kaummu/ /namun engkau mempunyai wawasan kebangsaan/ /dan mencintai rakyatmu, mempunyai cita rasa seni/ /modern dan dinamis/. Secara tidak langsung, ungkapan puisi di atas mengangkat dan menjunjung tinggi martabat perempuan Indonesia melaui sosok R.A.Kartini. Penyair menggambarkan sosok Sang Kejora sebagai pahlawan perempuan Indonesia yang mengispirasi dan memberikan semangat positif. Budaya yang diwarisi oleh R.A.Kartini sebagai seorang perempuan yang hingga kini masih dijaga dan dilestarikan oleh kaum perempuan abad ke 21. Hal tersebut terungkap dalam puisi yakni /”Kami akan menggoyah-goyahkan gedung feodalisme itu/ /dengan segala tenaga yang ada pada kami./ /dan andaikan hanya ada satu potong batu yang jatuh/ /kami akan menganggap hidup kami sia-sia”/. Para perempuan Indonesia yang hidup di lingkungan budaya tertentu seperti Jawa sangat mementingkan emansipasi perempuan.Perempuan ingin
setara
dengan
laki-laki.
Kehidupn
secara
umum
dan
publik
telah
mempertimbangkan perempuan yang memang ingin benar-benar beremansipasi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
melawan ketidakadilan bagi kaumnya yang masih tertindas. Konvensi budaya Indonesia kini telah memberi tempat yang setara bagi kaum perempuan dan kaum laki-laki. Mengapa puisi berjudul Sang Kejora: Panggil Aku Kartini Saja Itulah Namaku karya Endang Werdiningsih termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pahlawan? Puisi berjudul Sang Kejora: Panggil Aku Kartini Saja Itulah Namaku karya Endang Werdiningsih termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pahlawan karena memiliki nilai konvensi budaya yang dekat dengan kebudayaan perempuan Indonesia pada umumnya. Puisi ini memiliki kedekatan dengan sosok pahlawan perempuan Indonesia yang menciptakan emansipasi. Selain itu, puisi berjudul Sang Kejora: Panggil Aku Kartini Saja Itulah Namaku karya Endang Werdiningsih merupakan puisi yang mengutakmakan suatu sistem budaya tertentu karena mangandung spesifikasi makna yang menjelaskan budaya Jawa tentang R.A. Kartini pada masa kejayaannya yang digambarkan dalam bentuk jeritan hati seorang perempuan. Puisi ini dikategorikan dalam citra diri perempuan sebagai pahlawan karena dalam sistem kebudayaan tertentu khususnya di daerah Jepara, Jawa Tengah, Indonesia, sistem budaya ini telah terjadi sekian lama karena merupakan sebuah catatan sejarah pahlawan perempuan Indonesia. 4.3.3 Puisi Karya Diah Hadaning 1) “Ketika Jepara Makin Tua” membayakanmu, ibu berdiri sendiri di beranda puri menatap langit senja sementara mentari mengulir perlahan meneriakan cahaya di ufuk barat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
berbunga mekar satu-satu menyapa lembut namamu, wanitaku
Jepara kian tua jua berbunga di purimu masih ada pesonakan semangat jiwa muda
Puisi berjudul Ketika Jepara Makin Tua karya Diah Hadaning ini memiliki konvensi budaya yang tak lepas dari letak geografis R.A.Kartini yaitu Jepara. Puisi ini menggambarkan kenangan tentang dari mana Sang Pahlawan emansipasi perempuan berasal. Penyair membayangkan sosok Ibu yang adalah Pahlawan yang telah senja, artinya telah banyak menilik pahit dan manisnya kehidupan. Pahlawan perempuan itu akan tetap dikenang hingga hari berganti, pemikiran yang menjadi warisan perempuan Indonesia membuat para perempuan menolah budaya dan adat istiadat untuk beremansipasi mempertaruhkan mimpi-mimpi mereka dalam hidup. Puisi ini mengidentifikasikan perempuan sebagai pahlawan menurut pola pikir dan cara bertindak yang tak lepas dari sejarah mereka. Budaya ini akan tetap dikenal oleh semua perempuan yang berasal dari Indonesia. Generasi selanjutnya akan mengenal sosok Sang R.A.Kartini sebagai pahlawan perempuan. Hal ini terungkap dalam bait terakhir puisi yaitu: /Jepara kian tua jua/ /berbunga di purimu masih ada/ /pesonakan semangat jiwa muda/ dari ketiga bari puisi ini, dapat kita pahami bahwa suatu buadaya akan tetap hidup dan berbunga. Jiwa muda yang dimaksud adalah para perempuan di jaman ini dan generasi selanjutnya yaitu anak cucu kita nantinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Mengapa puisi berjudul Ketika Jepara Makin Tua karya Diah Hadaning termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pahlawan? Puisi berjudul Ketika Jepara Makin Tua karya Diah Hadaning termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pahlawan karena memiliki nilai konvensi budaya yang dekat dengan kebudayaan perempuan Indonesia sejak dulu.Puisi ini memiliki kedekatan dengan sosok pahlawan perempuan Indonesia yang menciptakan emansipasi yaitu R.A. Kartini. Selain itu, puisi berjudul Ketika Jepara Makin Tua karya Diah Hadaning merupakan puisi yang mengutamakan suatu sistem budaya tertentu karena mangandung spesifikasi makna yang menjelaskan budaya Jawa tentang seorang pahlawan perempuan bernam R.A. Kartini pada masa kejayaannya yang digambarkan dalam bentuk ungkapan dan harapan seorang perempuan. Puisi ini dikategorikan dalam citra diri perempuan sebagai pahlawan karena dalam sistem kebudayaan tertentu khususnya di daerah Jepara, Jawa Tengah, Indonesia, sistem budaya ini telah terjadi sekian lama karena merupakan sebuah catatan sejarah pahlawan perempuan Indonesia. Puisi ini memiliki kedekatan dengan perempuan Indonesia karena sosok R.A. Kartini merupakan ispirasi bagi hamper semua perempuan Indonesia yang peduli pada emansipasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4.4 Perempuan sebagai Pemberontak 4.4.1 Puisi karya Sarikit Syah 1) “Setahun Derita Rakyat Korban Lumpur” Setahun lalu kami dikejutkan semburan lumpur di ladang persawahan kami Lumpur itu memasuki jalanan di kampong kami Lalu, hari demi hari lumpur meluberi pekarangan, ruang tamu, kamar tidur dan menenggelamkan rumah-rumah kami Pabrik-pabrik dan sekolah tutup orang-orang kehilangan pekerjaan anak-anak tercerabut dari pendidikan dan kami mesti berpamitan untuk meneruskan hidup Anak-anak dan para tetangga mengintip, ketika kami bercinta Di bilik yang disediakan panitia Di tengah pasar yang jadi penampungan terbuka Kami juga selalu bertengkar berebut sejengkal tikar Nasi basi adalah menu sehari-hari kami antre tiga atau empat jam, lalu tak jadi mandi karena air mampat Sementara itu, para pejabat dan konglomerat terus berdebat: “Tanggung jawab? Tunggu putusan pengadilan!” kata penguasa “Pemerintah tak bertanggung jawab, ini bukan bencana alam,” kata pejabat Betapa sakit hati kami, menyaksikan di layar televisi para korban banjir Jakarta mendapat santunan Wahai tuan-tuan “Banjir air bisa surut, banjir lumprt, pada siapa kami bertaut?” Mereka pikir Kami rakyat melarat Punya daya tahan kuat Dalam hening di malam hari di sela-sela ketiak tetangga dan bau kaki
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
kami terjaga mendengar dengkur atau desah birahi Duh bumi pertiwi sudah cukup hutan Kalimantan dibabat menjadi sabana dan gunung di Papua di gali menjelma telaga Mengapa di tanah Jawa yang penduduknya terpadat di dunia orang masih tega merongrong buminya? mengeksplorasi kekayaan anak cucu kita mengeksploitasi, mengabaikan alam, lingkungan, dan nyawa manusia? Duh bumi pertiwi hentikan murkamu kami nyaris tak sanggup lagi hidup bagai benalu tak punya masa lalu tak pasti akan masa depan Wahai bapak-bapak pejabat, konglomerat, dan wakil rakyat ingatlah, bila engkau tidak becus di neraka, engkau akan hangus. Puisi berjudul Setahun Derita Rakyat Korban Lumpur karya Sarikit Syah mengungkapkan suatu konvensi budaya baru yang sering terjadi di Indonesia. Tentang penindasan kaum beruang dan pemberontakan kaum lemah yang menjadi korban. Puisi ini sangat realistis dan dekat dengan masyarakat. Penyair menceritakan bagaimana rakyat yang menjadi korban lumpur Lapindo harus bertahan hidup dan selalu memberontak walau hanya dalam batinnya masing-masing. Suara-suara yang muncul berkaitan dengan penderitaan, kesedihan, tuntutan dan pemberontakan. Budaya tidak bertanggungjawab yang ditunjukan dalam puisi ini sebenarnya adalah realitas yang terjadi. Pejabat pemerintah bersikap acuh tak acuh dan seakan tak peduli akan keadaan rakyatnya yang tengah menderita. Para korban terpaksa meninggalkan kediaman mereka dan tinggal di tenda-tenda pengungsian. Tentu saja hati mereka resah dan gelisan, tak merasa aman dan nyaman tinggal bersama ribuan orang asing yang juga bernasib sama. Sementara hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
mereka terus merintih dan pemberontakan batin terjadi, para pembuat musibah tak peduli dan pergi melepas tanggung jawab untuk waktu yang terbilang tak singkat selama satu tahun. Penyair berusaha mengungkapakan perasaan-perasaan terpendam yang dirasakan para korban. Namun, tak dapat mereka berontak dan melawan kenyataan. Hanya waktu yang mengiringi pidu kesengsaraan mereka semua sebagai korban. Hidup di tengah keterbatasan yang seharusnya tak perlu mereka alami.Batin mereka terus berteriak dan menangis ingin pulang dan menikmati sawah hijau, rumah bersih, anak-anak kembali ke sekolah dan kebahagian kecil itu kembali sempurna di balik keterbatasan.Bagi para pejabat, mereka yakin bahwa ada ancaman neraka bagi yang serakah.Hal ini terungkap dalam penggalan puisi di bagian akhir. /Wahai bapak-bapak pejabat,/ /konglomerat, dan wakil rakyat/ /ingatlah, bila engkau tidak becus/ /di neraka, engkau akan hangus./ pemberontakan yang bisa mereka lakukan hanya berdoa dan percaya pada kehendak-Nya. Mengapa puisi berjudul Setahun Derita Rakyat Korban Lumpur karya Sarikit Syah termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pemberontak? Puisi berjudul Setahun Derita Rakyat Korban Lumpur karya Sarikit Syah termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pemberontak karena isinya memiliki suatu nilai konvensi budaya serta kedekatan dengan kebudayaan perempuan Indonesia mengenai ketidakadilan yang dialami oleh kaum lemah. Perempuan harus bertindak atas situasi yang terkadang menjadi berat bagi mereka. Selain memberontak dalam batin, sebuah tindakan pemberontakan pun perlu dilakukan. Puisi ini mengisahkan pemberontakan yang hanya bisa terwujud dalam bentuk tulisan bermakna yang secara sengaja tak ingin dimengerti oleh para pelaku atau kaum yang menindas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
4.4.2 Puisi karya Rika Istianingrum (1) “Sesal” kesalahan kemarahan kepedihan ketakutan kesedihan keheningan kesunyian kesesalan
Puisi karya Rika Istianingrum berjudul Sesal merupakan ungkapan hati tentang pemberontakan yang terjadi secara tersirat dalam batinnya. Puisi yang hanya terdiri dari delapan kata ini mampu menjelaskan berbagai perasaan tentang sebuah siatuasi yang sulit. /Kesalahan/ /kemarahan/ /kepedihan/ /ketakutan/ /kesedihan/ /keheningan/ /kesunyian/ /kesesalan/ penulis seperti sedang terkungkung dan ingin memberontak dan keluar dari kungkungan yang mendesaknya untuk merasakan perasaan-perasaan seperti di atas. Perempuan Indonesia dalam konteks budaya tertentu terkadang rapuh dan mengalami kondisi seperti ini, mengalami semua perasaan ini, dan memberontak dalam batin. Secara sadar dan tidak sadar, hal ini telah menjadi sebuah konvensi budaya yang biasa dan dapat diterima secara terbuka. Mengenai hal yang berkaitan dengan perasaan, terkadang sulit mendefiniskan rasa yang bergejolak sebanarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
Sesal adalah cara seseorang untuk lari dari masalah yang telah ia ciptakan dan tak mampu ia tuntaskan. Hanya sebuah rasa yang tersisa yaitu penyesalan atas hal yang telah terjadi. Namun, yang sebenarnya seseorang alami dan rasakan tak pernah bisa diketahui orang lain maka batinlah yang berperan penting dalam hal ini untuk memberontak. Puisi ini adalah pemberontakan batin seseorang –mungkin penyair atau orang lain- yang tak mampu mengungkapkan perasannya sesuai dengan kenyatan. Mengapa puisi berjudul Sesal karya Rika Istianingrum termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pemberontak? Puisi berjudul berjudul Sesal karya Rika Istianingrum termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pemberontak karena isinya memiliki suatu nilai konvensi budaya serta kedekatan dengan kebudayaan perempuan Indonesia secara umum. Perempuan harus bertindak atas situasi yang terkadang menjadi berat bagi mereka, memberontak dalam batin adalah sebuah tindakan yang menjadi pilihan bahkan perlu dilakukan. Puisi ini mengisahkan pemberontakan yang hanya bisa terwujud dalam bentuk tulisan bermakna dan sebuah suasana batin yang sedang menjerit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
4.4.3 Puisi karya Ratna Ayu Budhiarti 1) “Cinta Basi” pada pagi gerimis, kujumpai wajahmu serupa embun walau mata elangmu kerap mengiris hatiku, rindu yang dipupuk dedaunan asa terkubur ribuan alasan untuk tak disampaikan angina, atau oleh rumput yang sedang enggan bergoyang kekasih, berkali aku menyerukan hati, berkali pula langit hatiku hanya bisa menangis: kepergianmu seperti jelangkung -datang tak dijemput, pulang tak diantarsebab rasa yang kau sodorkan di piring kudapan sore itu mungkin sekedar tester untukku atau sisa cinta basi yang tak sengaja kau pergoki hasratku untuk melumatnya.
Puisi ini berjudul Cinta Basi karya Ratna Ayu Budhiarti memiliki nilai konvensi budaya.Konvensi budaya tentang penghianatan yang berujung penerimaan terpaksa. Cinta seperti hal biasa yang dengan gampangnya diumbar dan dipermainkan oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan dijadikan sebagai tempat bereksperimen. Penyair merasakan dan mengungkapkan sebuah pemberontakan batin tentang bagaimana hakikat cinta yang sebenarnya dan mengapa kaum laki-laki dengan mudah mempermainkan cinta itu. Hal tersebut terungkap dalam penggalan puisi /sebab rasa yang kau sodorkan di piring kudapan sore itu/ /mungkin sekedar tester untukku atau sisa cinta basi/ /yang tak sengaja kau pergoki hasratku untuk melumatnya./ Mengapa puisi berjudul Cinta Basi karya Ratna Ayu Budhiarti termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pemberontak? Puisi berjudul Cinta Basi karya Ratna Ayu Budhiarti termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai pemberontak karena isinya memiliki suatu nilai konvensi budaya serta kedekatan dengan kebudayaan atau lebih tepatnya kebiasaan perempuan Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
secara umum. Puisi ini merupakan ungkapan mengenai sikap seorang perempuan harus bertindak atas situasi tertentu, memberontak dalam batin adalah sebuah tindakan yang menjadi pilihan. Puisi ini mengisahkan pemberontakan yang hanya bisa terwujud dalam bentuk tulisan bermakna dan sebuah suasana batin yang menginginkan sebuah kebebasan. Puisi ini mengambarkan ungkapan-ungkapan hati seseorang yang inginkan kebebasan dalam hidupnya.
4.5 Perempuan sebagai Mahkluk yang Cantik 4.5.1 Puisi karya Hanna Yohana 1) “Perempuan” perempuan memintal senyum di putik teratai berduri mawar kala senyap merengkuh malam perempuan merundung sendu bukankah pagi dan memanggil mendung kala anak-anak adam becumbu buta bukankah siang tak mewujud gelap kala bulir-bulir gerimis menepi di tubuh pakis perempuan bertanya hari di tengah embun menari sunyi malaikat menjawab senja menggurat langit di jiwa jingga
Puisi berjudul Perempuan karya Hanna Yohana adalah ungkapan mengenai betapa cantiknya mahkluk bernama permpuan. Ciptaan yang luar biasa yang dihadirkan untuk melengkapi kehampaan dunia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Mengapa puisi berjudul Perempuan karya Hanna Yohana termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik? Puisi berjudul Perempuan karya Hanna Yohana termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik karena isinya memiliki suatu nilai konvensi budaya tertentu tentang bagaimana sebuah kecantikan didefinisikan dan dimaknai oleh suatu golongan masyarakat pada sebuah kebudayaan tertentu. Perempuan Indonesia secara umum tentu saja memiliki kecantikan yang berbeda-beda menurut cara pandang setiap individu ataupun golongan. Cantik merupakan kerelatifan seseorang menilai dirinya secara pribadi dan menilai orang lain (perempuan). Puisi ini merupakan ungkapan mengenai sikap seorang perempuan untuk menghargai kecantikan yang mereka miliki, kecantikan ditentukan tidak hanya oleh satu faktor saja, melainkan melalui beberpa faktor penentu. Puisi ini mengisahkan keindahan atau kecantikan yang hanya bisa terpancar dalam bentuk tulisan bermakna yang bisa dirasakan kebenarannya. Puisi ini mengambarkan
ungkapan-ungkapan
hati
seorang perempuan
kecantikan yang ia dapatkan dalam hidupnya.
4.5.2 Puisi karya Rini Febriani Hauri 1) “Bukan Seorang Lanun” : Perempuan Masa Lalu aku bukanlah seorang lanun yang menyamar menjadi penyamun
genangan kenangan di ujung daun tergenggam waktu - lambat laun
yang menghargai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
aku masih diam melamun mengalir di lingkaran tahun
kau perempuan-perempuan anggun dengan tutur kata yang santun
aku lebih suka melihatmu memakai gaun ketimbang menyapu dermaga embun
seperti dahulu kita mulai bangun dan kuselipkan kenangan di hatimu bila hujan turun
Puisi ini menggambarkan kecantikan seorang perempuan Indonesia melalui indahnya panorama alam. Penyair mengggunakan ungkapan-ungkapan indah untuk menggambarkan pemandangan namun menunjukan kecantikan dan keindahan yang terdapat dalam sosok seorang perempuan. Mengapa puisi berjudul Bukan Seorang Lanun karya Rini Febriani Hauri termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik? Puisi berjudul Bukan Seorang Lanun karya Rini Febriani Hauri termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik karena isinya memiliki suatu nilai konvensi budaya tertentu tentang bagaimana sebuah kecantikan didefinisikan dan dimaknai oleh suatu golongan masyarakat pada sebuah kebudayaan tertentu. Perempuan Indonesia secara umum tentu saja memiliki kecantikan yang berbeda-beda menurut cara pandang setiap individu ataupun golongan. Puisi ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
menggambarkan sebuah ungkapan kecantikan seseorang melalui pemaparan yang merupakan isi puisi. Selain itu, puisi ini merupakan ungkapan mengenai sikap seorang perempuan yang menganggap kecantikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki setiap perempuan, kecantikan ditentukan oleh beberpa faktor penentu. Puisi ini mengisahkan keindahan atau kecantikan perempuan yang terpancar melalui penggambaran dalam bentuk pemandangan yang indah. 4.5.3 Puisi karya Rika Istianingrum 1) “Perempuan” Perempuan Di kala kesedihan menghampirimu Hanya rinai air mata yang membahagiakanmu
Perempuan Di kala kemarahan mengikat hatimu Hanya diam yang kau agungkan
Perempuan Di kala kegembiraan mewarnai harimu Hanya parasmu yang berbicara
Puisi berjudul Perempuan karya Rika Istianingrum menggambarkan sebuah kecantikan mahkluk yang disebut perempuan. Bahkan di saat-saat kebahagian sirna, kecantikan bisa mengembalikannya. Tak hanya kecantikan secara fisik namun kecantikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
hati seorang perempuan itu sangat berharga. Seperti kata pepatah tua “Kedalaman hati seorang wanita tak dapat diterka sama seperi kedalaman lautan”. Mengapa puisi berjudul Perempuan karya Hanna Yohana termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik? Puisi berjudul Perempuan karya Hanna Yohana termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik karena isinya memiliki suatu nilai konvensi budaya tertentu tentang bagaimana sebuah kecantikan didefinisikan dan dimaknai oleh suatu golongan masyarakat pada sebuah kebudayaan tertentu. Perempuan Indonesia secara umum tentu saja memiliki kecantikan yang berbeda-beda menurut cara pandang setiap individu ataupun golongan. Cantik merupakan kerelatifan seseorang menilai dirinya secara pribadi dan menilai orang lain (perempuan). Puisi ini merupakan ungkapan mengenai sikap seorang perempuan untuk menghargai kecantikan yang mereka miliki, kecantikan ditentukan tidak hanya oleh satu faktor saja, melainkan melalui beberpa faktor penentu. Puisi ini mengisahkan keindahan atau kecantikan yang hanya bisa terpancar dalam bentuk tulisan bermakna yang bisa dirasakan kebenarannya. Puisi ini mengambarkan
ungkapan-ungkapan
hati
seorang perempuan
yang menghargai
kecantikan yang ia dapatkan dalam hidupnya. Mengapa puisi berjudul Perempuan karya Hanna Yohana termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik? Puisi berjudul Perempuan karya Hanna Yohana termasuk dalam jenis kode budaya dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik karena isinya memiliki suatu nilai konvensi budaya tertentu tentang bagaimana sebuah kecantikan didefinisikan dan dimaknai oleh suatu golongan masyarakat pada sebuah kebudayaan tertentu. Perempuan Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
secara umum tentu saja memiliki kecantikan yang berbeda-beda menurut cara pandang setiap individu ataupun golongan. Puisi ini menggambarkan sebuah ungkapan kecantikan seseorang yang akan tetap cantik dalam menghadapi situasi sulit atau sedih, tergambar dalam isi puisi. Selain itu, Puisi ini merupakan ungkapan mengenai sikap seorang perempuan yang menganggap kecantikan sebagai kekuatan yang akan tetap ada saat situasi hati sedang bergejolak antar senang, sedih, sulit, dan bahagia. Kecantikan ditentukan oleh banyak faktor. Puisi ini mengisahkan keindahan atau kecantikan perempuan yang terpancar melalui kesedihan dan kehampaan hati. Perempuan adalah mahkluk yang sangat sensitive sehingga kecantikan atau aura cantiknya akan selalu muncul walaupun ia mengalami masalah sulit.
4.6 Rangkuman Kode Budaya Memahami sebuah karya sastra memerlukan penguasaan berbagai sistem kode, baik kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Dalam membaca karya sastra, kita senantiasa menghadapi sebuah dunia yang sekaligus kita kenal (kembali) dan dunia yang asing atau baru bagi kita. Selalu ada hal-hal yang suda kita kenal dan yang akrab dengan kita seperti: dunia fisik, alam, manusia, hewan, bahkan makhlukmakhluk aneh seperti burung garuda, hantu, raksasa, dll. Dalam dunia sastra, hal-hal tersebut tidaklah identik dengan yang kita kenal. Pembongkaran kode-kode budaya bermaksud memahami arah dan sumber gejala sosial yang ditampilkan teks sastra tertentu. Kode-kode budaya yang terungkap dalam Bab IV mengenai citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau pasrah, citra diri perempuan sebagai seorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
pahlawan, citra diri perempuan sebagai pemberontak, dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik. Puisi-puisi yang yang terdapat dalam Bab IV ini berjudul Dari Lelaki Aku Belajar, Habis Gelap Terbitlah Terang, Wanita yang Setia Melangkah, Narasi Djonggrang, Sang Kejora: Panggil Aku Kartini Saja Itulah Namaku, Ketika Jepara Makin Tua, Setahun Derita Rakyat Korban Lumpur, Sesal, Cinta Basi, Perempuan, Bukan Seorang Lanun, dan Perempuan. Puisi-puisi di atas mengandung konvensi budaya tertentu atau kode budaya. Kode budaya merupakan sistem semiotik yang mengacu pada kerangka kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra, dan secara tidak langsung terungkap dalam sistem tanda bahasa dan konvensi sosiolinguistik, serta dalam sistem tanda. Dalam kaitannya antara karya sastra dan konvensi budaya, dikemukakan pula konvensi tertentu yang seringkali dibedakan baik dari konvensi bahasa dan konvensi sosiolinguistik. Puisi-puisi yang terdapat dalam Bab IV seperti citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau pasrah, citra diri perempuan sebagai pahlawan, citra diri perempuan sebagai pemberontak, dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik merupakan kode sastra. Mengapa kategori-kategori tersebut di atas digolongkan ke dalam kode budaya? Pengkategorian ditentukan oleh penulis dan bersifat multilateral atau tidak mutlak, sehingga pembaca dapat menafsirkannya. Kategori-kategori ini termasuk dalam kode budaya karena isi dan ungkapan dalam puisi-puisinya mempertahankan konvensi budaya dalam suatu kebudayaan tertentu masyarakat Indonesia yang mungkin juga merupakan sebuah kebiasaan. Puisi-puisi yang dikategorikan ke dalam citra diri perempuan dalam budaya nrimo atau pasrah,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
citra diri perempuan sebagai pahlawan, citra diri perempuan sebagai pemberontak, dan citra diri perempuan sebagai mahkluk yang cantik termasuk dalam kode budaya karena dalam pembahasannya memiliki stuktur konvensi sebuah kebudayaan yang memiliki kedekatan antara penyair dan penulis puisi.
4.7
Rangkuman Kode-kode Semiotika Kode-kode semiotik A.Teuuw saling berkaitan. Kode bahasa merupakan sistem kode primer, kode sastra merupakan sistem kode sekunder dan kode budaya merupakan aplikasi sistem kode primer dan sekunder. Tanpa adanya bahasa, sebuah karya sastra tidak akan terwujud dan tersebar melalui kebudayaan masyarakat tertentu. Keterkaiatan kode-kode semiotika dapat dilihat melalui bagaimana citra diri perempuan disignifikasikan melalui kode bahasa, kode sastra, dan konvensi budaya atau kode budaya tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masalah yang dibahas di dalam penelitian ini adalah tentang (a) citra diri perempuan dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 disignifikasikan dalam kode-kode bahasa, (b) citra diri perempuan dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 disignifikasikan dalam kode-kode sastra, (c) citra diri perempuan dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 disignifikasikan dalam kode-kode budaya. Citra diri perempuan dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 yang disignifikasikan dalam ketiga kode semiotika menunjukan bahwa terdapat konvensi-konvensi bahasa, sastra dan budaya yang terdapat dalam karya sastra yaitu puisi. Hal-hal yang menjadi permasalahan telah dibahas dalam Bab II, Bab III, dan Bab IV. Dari pembahasan di Bab II, Bab III, dan Bab IV dapat disimpulkan bahwa dalam penelian ini penulis menggunakan 52 judul puisi dari 25 pengarang perempuan sebagai contoh dari keseluruhan puisi. Antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 ditulis oleh 69 pengarang perempuan dengan 263 judul puisi yang memiliki signifikasi kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya yang ditinjau melalui sistem pendekatan semiotika A. Teeuw.
128
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
Citraan yang didapatkan dari hasil analisis dalam setiap kode adalah citraan yang menunjukan keteguhan hati seorang perempuan. Citra diri perempuan dipermainkan oleh para penyair dalam setiap kode-kode semiotika. Setiap kode dibedakan berdasarkan fungsi dan pengaruhnya kepada pembaca. Puisi-puisi yang terdapat dalam Bab II lebih dengan mudah dipahami melalui kode bahasa berdasarkan penggunaan bahasa primer dalam setiap puisi yang diciptakan oleh empat penyair perempuan dalam antologi ini. Mereka adalah Heni Hendrayani, Alina Kharisma, Imelda Hasibuan, dan Zubaidah Djohar. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai penggoda memiliki bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap uangkapan-uangkapan. Puisi yang memiliki citra diri perempuan mengenai nilai keperawanan menggunakan sistem bahasa primer penyair yang juga mudah dipahami. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai janda menggunakan ungkapan-ungkapan sistem bahasa primer yang digunakan penyair sebagai alat untuk dapat membuat pembacanya mengerti. Puisi yang memiliki citra diri perempuan sebagai seorang ibu juga menggunakan bahasa sehari-hari sehingga dapat diterima dengan baik. Pemilihan puisi-puisi yang terdapat dalam Bab III ditentukan oleh penulis dan bersifat multilateral atau tidak mutlak, sehingga pembaca dapat menafsirkannya. Pembagian berdasarkan jenis ini termasuk dalam kode sastra karena isi dan ungkapan dalam
puisi-puisinya
mempertahankan
relasi
gender
yang
timpang
dan
mempromosikan terciptanya tatanan sosial yang seimbang antara perempuan dan laki-laki. Puisi-puisi yang digolongkan ke dalam puisi berperspektif feminis,citra diri perempuan sebagai seorang isteri, citra diri perempuan sebagai seorang anak, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
citra diri perempuan sebagai korban termasuk dalam kode sastra karena dalam pembahasannya memiliki stuktur batin puisi dan struktur fisik puisi yang berperan penting dan penulis membatasi pada beberapa poin penting dari unsur batin puisi seperti tema/makna (sence), rasa (feeling), dan beberapa poin penting dari unsur fisik puisi seperti tipografi, dan diksi. Puisi-puisi yang yang terdapat dalam Bab IV diantaranya berjudul Dari Lelaki Aku Belajar, Habis Gelap Terbitlah Terang, Wanita yang Setia Melangkah, Narasi Djonggrang, Sang Kejora: Panggil Aku Kartini Saja Itulah Namaku, Ketika Jepara Makin Tua, Setahun Derita Rakyat Korban Lumpur, Sesal, Cinta Basi, Perempuan, Bukan Seorang Lanun, dan Perempuan. Puisi-puisi di atas mengandung konvensi budaya tertentu atau kode budaya. Kode budaya merupakan sistem semiotik yang mengacu pada kerangka kebudayaan yang melatarbelakangi karya sastra, dan secara tidak langsung terungkap dalam sistem tanda bahasa dan konvensi sosiolinguistik, serta dalam sistem tanda. Dalam kaitannya antara karya sastra dan konvensi budaya, dikemukakan pula konvensi tertentu yang seringkali dibedakan baik dari konvensi bahasa dan konvensi sosiolinguistik. Berbeda dengan model kajian yang digunakan A. Teeuw, studi ini memilah signifikasi kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya dalam pengertian taraf kemudahan dan kesulitan dalam memahami sebuah puisi. Ada puisi yang mudah dipahami dalam level kode bahasa saja, tanpa perlu menganalisisnya dari level kode sastra dan kode budaya. Demikian pula, ada puisi yang hanya dapat dipahami dengan mengkajinya dari kode sastra ataupun kode badaya. Puisi-puisi yang lebih sukar dipahami, hanya dapat dimengerti dari kode budayanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
Jumlah 69 penyair bukanlah jumlah yang kecil. Sebanyak 69 penyair perempuan Indonesia telah membuktikan eksistensi mereka adalam dunia kepenyairan di Indonesia yang selama ini di dominasi oleh penyair laki-laki. Akan tetapi, ada hal-hal yang perlu diperhatiakan, puisi-puisi yang termuat belum mencakup seluruh penyair perempuan Indonesia seperti pada judul antologi, hal ini mengenai kelengkapan penyair perempuan menurut letak geografisnya. Penyair perempuan yang terdapat dalam antologi puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012 baru yang berasal dari Jawa, Sumatra, Bali, Sulawsi saja. Tidak ada pengarang perempuan yang berasal dari bagian timur Indonesia seperti penyair perempuan dari daerah Flores NTT dan Papua.
5.2 Saran Setelah semua permasalahan dijawab, maka saran yang diajukan penulis adalah melanjutkan penelitaian mengenai eksistensi dan citra diri penyair perempuan yang berasal dari Timur Indonesia ditinjau melalui pendekatan kode-kode semiotika. Selanjutnya, dilakukan terhadap proses kreatif pengarang perempuan menurut pandangan eksistensinya dalam dunia kepenyairan. Alasannya, penulis melihat suatu gejala yang mengganjal yaitu kebiasaan penyair perempuan dari bagian Timur Indonesia seperti NTT dan Papua yang kebanyakan menciptakan karya berupa puisi dan hanya dijadikan konsumsi pribadi untuk dirinya sendiri dan bukan untuk dijadikan konsumsi publik. Hal inilah yang perlu dipertanyakan, sebab eksistensi seorang perempuan akan diakui berdasarkan keberaniannya menunjukan dirinya sendiri di khalayak publik untuk konsumsi umum. Penyair perempuan yang belum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
muncul ke permukaan harus diperhatikan dan diperhitungkan, karena karya-karya yang diciptakan mereka tak kalah dengan penyair-penyair perempuan yang telah ada selama ini dan memiliki eksistensinya. Emansipasi perempuan sudah saatnya bergerak lebih liar untuk mendapatkan tempat di hadapan umum atau publik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
DAFTAR PUSTAKA
69 Penyair Perempuan Indonesia.2012. Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012.KKK Kosa Kata Kita. Jakarta: 2012 Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra Departemen Pendidikan Nasional.“Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat”.2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kajian Sastra Feminis, Sebuah Pengantar. Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Mertiret, Jeanne. 2010. Semiologi. Yogyakarta: Jalasutra Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press Pradopo, Rahmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoes (Ed.). 1992. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Taum, Yoseph Yapi. 1990. Skripsi :Menyimak Dunia GODLOB Danarto Sebuah Pendekatan Semiotik. Universitas Sanata Dharma Teeuw, A. 1984.Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
Tong, Rosemarie Putnam. 2004. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. (terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro). Yogyakarta: Jalasutra Udasmoro, Wening (Ed.). 2007. Petualangan Semiologi Roland Barthes. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Waluyo, Herman.2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Waluyo, Herman.2003. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sumber Internet: http://www.artikata.com/arti-326039-eksistensi.html hanisolikhah.blogspot.com.2011.eksistensi-perempuan-dan-konstruksi. phianz1989.blogspot.com. 2013.fenomena-seks-dalam-novel-indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
135
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
LAMPIRAN 1: Berikut ini nama-nama pengarang dan judul-judul puisi dalam Perempuan Penyair Indonesia Terkini 2012 berdasarkan referennya: (1) Abidah El Khalieqy (2012) dengan judul Hawa [1], Hawa [2], Hawa [3],Hawa [4]. (2) Akidah Gauzillah (2012) dengan judul Suatu Hari Dalam Suara Hati, Biografi Tuhan, Ode Buat Dunia, Syair Bunga Kamboja. (3) Alina Kharisma dengan judulPerawan, Rindu Di Balik Pingitan, Perjalanan Cinta, Wanita Dalam Luka. (4) Alya Salaisha-Shinta (2011) dengan judul Kuhanyutkan Sajakmu Di Laut-laut, Setiap mengingat Januari, Timang-timang, Akulah pagi. (5) Ana Westy Martiani dengan judul Sekelumit Negeri Jiran, Kami Bosan Lihat Suami, Gerakan Buruh merdeka. (6) Ariana Pegg (2012) dengan judul Perempuan Berbaju Kebaya, Katakan Tidak, Air Mata Reyhan, Sepatu Nganga. (7) Cok Sawitri (2008) dengan judul Angin Disini, Sungguhlah Menusuk; Inong, Rumah Ikan Asin. (8) D Kemalawati (2012) dengan judul Lelah Di Lidah Patah, Berjalan Pulang Melawan Lupa, Tak Perlu Getir, Kembali Ke Terowongan Berbau Maut. (9) Delasari Pera (2010-2012) dengan judul Lelaki Di Tengah Sawah,Kenangan, Tentang Lelaki Berdasi, Sarapan. (10)
Dhenok Kristianti (2011-2012) dengan judul Elegi Rindu, Lagu Sesal, Pulang
Menujumu Akhir Permainan Catur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (11)
137
Diah Hadaning (2012) dengan judul Sajak Dari Langit, Ketika Jepara Makin Tua,
Mengenang Ruwat Ari-ari Kartini, Ruwat Ari-ari Kartini II. (12)
Dian Hartati (2011-2012) dengan judul Prosesi Malam Pertama, Prosesi Pindah
Rumah, Prosesi Siraman. (13)
Dianing Widya (2012) dengan judul Dia Adalah Rumah, Suatu Ketika Tentang
Kamu, Mengingatmu, Risalah Senyap. (14)
Divin Nahb (2012) dengan judul Ini Bukan Salah Kamu, Dik!, Bercerita Ibu,
Cinta Sepanjang Masa, Penggali Kubur . (15)
Elis Tating Bardiah (2012) dengan judul Sang Bisu Pun Tak Ingin Buta, Doa
Yang Terbalas, Jejak Kartini, Wanita Yang Setia Melangkah. (16)
Endang Werdiningsih (2011-2012) dengan judul Sang Kejora: Panggil Aku
Kartini Saja Itulah Namaku, Air Mata Tercecer Antara Tawao dan Nunukan, Don‟t Cry Victoria Park. (17)
Evi Idawati (2011) dengan judul Kapak Rindu,Narasi Djongrang.
(18)
Fanny J. Poyk (2012) dengan judul Anakku, Hilang, Dimanakah Keadailan,
Negeriku. (19)
Farra Yanuar (2012) dengan judul Ruang Rahasia, Bicaralah, Sirkus, Sirkus 2.
(20)
Fatin Hamama (2011-2012) dengan judul Senja Di Rembang Kudus, Dalam Doa
Anak Jalan, Persimpangan, Bukit Surungan. (21)
Fitriani Um Salva dengan judul Sajak Penat, Batu Besaung,Arghus
Pheasant,
Perempuan Di Tepian Mahakam. (22)
Frieda Amran (2012) dengan judul Bukan Aku, Air Mata, Untukmu, Memilih
Diam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
(23)
Hanna Fransisca (2010-2011) dengan judul Bakpao Tionghoa, Ayam Kawin.
(24)
Hanna Yohana dengan judul Kidung Serenade, Perempuan, Mencumbu Kenangan
Kusam, Kado Rinduku Untuk Bunda. (25)
Helvy Tiana Rosa (2011) dengan judulKeumalahayati, Mendambakan Lupa, Safia.
(26)
Heni Hendrayani (2012) dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, Impian
Dari Negeri Petro Dolar, Perempuan Dan Malam Jahanam, Rumah Cinta. (27)
Hudan Nur (2011) dengan judul Menengok Matahari Yang Kian Tua, Malam
Sangkil, Kali Deres Suatu Pagi, Requiem. (28)
Imelda Hasibuan (2011) dengan judul Sajak (Gersang) Untukmu, Doa, Napas
Kaum Urban, Balada Janda Beranak Tiga. (29)
Inung Imtihani (2012) dengan judul Atar, Paragraf Pertama, Surat Botol,
Pernikahan Sebuah Kota. (30)
Ira Ginda (2011) dengan judul Rahasia Malam, Monolog Zaman, Seperti
Kemarin, Langgam. (31)
Kalsum Belgis (2012) dengan judul Enam Belas Jengkal, Embun Merah,Suara
Cinta,Dia Patah Pada Keping Pagar. (32)
Lina Kelana (2012) dengan judul Malam Purnama, Rindu Kenang, Pada Kedelai
Dan Jagung, Ibu Dalam Semangkuk Tumis Kangkung. (33)
Medy Loekito (2011) dengan judul Kita [1], Kita [2], Puisi [1], Puisi [2].
(34)
Nadine Angelique (2009-2011) dengan judul Bila, Mengeja Waktu, Nangroe Ini
Bukan Milikmu Tuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (35)
139
Nana Riskhi Susanti (2012) dengan judul Tiga Bait Kegembiraan, Pada Sebuah
Kata, Pemuja Pura-pura, Tengokan-tengokan Sehabis Hujan. (36)
Nella S. Wulan (2012) dengan judul Aureol, Jura, Bestari, Perbincangan.
(37)
Nenden Lilis A. (2009-2012) dengan judul Maskumambang Buat Ibu, Ode
Musim, Pulang, Jendela Tak Akan Pernah Tertutup. (38)
Nening S. Mahendra (2011-2012) dengan judul Cinta Rahasia [1], Cinta Rahasia
[2], Sepanjang Jalan, Sajak Cahaya. (39)
Nia Samsihono (2011-2012) dengan judul Perempuan Biasa, Malam Salju Di
Praha, Fragmen Cinta, Pulang. (40)
Nona G. Muchtar (2012) dengan judul Yang Hilang, Ilusi, Useles, Doa.
(41)
Novy Noorhayati Syahfida (2012) dengan judul Kau, Puisi Untukmu, Sahabat, Cinta, Aku Mencintaimu.
(42)
Nurani Lely Mettawati Widjaja (2011- 2012) dengan judul Potret Baru R.A
Kartini, Pohon Bunga Kantil, Kelahiran Matahari, Bila. (43)
Oka Rusmini (1999) dengan judul Kepompong, Kupu-kupu, 1976, Lumut.
(44)
Pipiek Isfianti (2012) dengan judul Menuju Rumahmu, Berdansa Di Kapalmu,
Rinduku Yang Beku, Sebaris Rindu. (45)
Puput Amiranti N. (2010-2011) dengan judul Bila Malam Seperti Ingatan Yang
Tercuri, Kamp, Kedatangan, Puisi Tak Pernah Selesai. (46)
Qurrota A‟yun Thoyyibah (2011) dengan judul Cinta, Mimpi, Aku Dan Asaku,
Senandung Untuk Langit. (47)
Ramayani
Riance
Canggung,Rambut.
(2012)
dengan
judul
Langun,
Jejak
Subuh,Gadis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (48)
140
Retna Ayu Budhiarti (2012) dengan judul Kelaparan Di Wamena, Catatan Lain
Rahasia Akasia, Cinta Basi, Rindu Ibu. (49)
Ratu Ayu (2012) dengan judul Resah Dan Gelisah,Akhir Suatu Hari, Kisah
Rumah Tua,Negeri Terasi. (50)
Rika Istianingrum (2010-2012) dengan judul Perempuan Diujung Senja, Sesal,
Gerimis, Perempuan. (51)
Rini Febriani Hauri dengan judul Perempuan Karawang Yang Kutinggalkan,
Melewati Sunyi, Suatu Sore, Bersama Jassin, Bukan Seorang Lanun. (52)
Rini Ganefa dengan judul Telah Kubangun Rumah Baruku,Kolam Air Mata, Aku
Telah Mencintaimu Dengan Sempurna,Monokata. (53)
Rita Oetoro (2012) dengan judul 1., 2., 3., 4..
(54)
Rita Sri Hastuti (2012) dengan judul Ironi, Zaman Edan, Gadin Bergaun Mini,
Suami Siaga. (55)
Rakmi Wisnu Wardani dengan judulAku Di Sini, Rencana, Tanjung Priok, Bila.
(56)
Sandra Palupi (2012) dengan judul Pasar Neraka Merdeka, Emansipasi Semu,
Dari Lelaki Aku Belajar, Jarak Kebebasan Ibu. (57)
Sartika Sari dengan judul Jejak Berkiblat Umat, Gerimis Kenangan, 02.47,
Dari Titi Gantung, percakapan Kita. (58)
Sendri Yakti (2012) dengan judul Mosaik Yang Retak, Kekalahan Dini Hari,
Musa Di Babak Terakhir, Isyarat Perpisahan. (59)
Seruni Tri Padmini dengan judul Perempuan Biara, Catatan Perempuan, Kangen,
Surat Kepada Calon Lelaki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (60)
141
Shinta Miranda dengan judul Bagimu Negeri, Yang Pergi, Benang Perempuan, Di
Bawah Gerimis. (61)
Sirikit Syah (2010-2012) dengan judul Membunuh Indonesia, Setahun Derita
Rakyat Korban Lumpur, Salah Ngerti. (62)
Sri Runia Komalayani dengan judul Dialah Ibu, Masuklah, Stasiun, Jejak.
(63)
Sus Setyowati Hardjono (2007-2012) dengan judul Pejalan Di Padang Mahsyar,
Tadarusku Untukmu, Di Bawah Jembatan. (64)
Susy Ayu (2011-2012) dengan judul Rencana Pernikahan, Risalah Doa Dan
Kesalahan, (65)
Untuk Sebuah Sepi.
Weni Suryandari (2012) dengan judul Lelaki Prenjak, Anak-anak Zaman,
Kasunyatan, Malam Membara. (66)
Wiekerna Malibra dengan judul Sejarah, Kawan Dan Kata, Gerimis, Tanah
Penyair. (67)
Winarti Juliet Vennin dengan judul Nenek Rindu Baitullah, Sekolah
Ibu,
Jam
Tidur, Menjelang Habis Masa Cuti Hamil. (68)
Yvonne de Fretes (2010) dengan judul Porta Nigra, Perjalanan, 2630 Aartselaar
Sebuah Alamat, Agra 2010. (69)
Zubaidah Djohar (2011) dengan judul Perempuan, Ibu; Sini Nak, Ibu Nyanyikan
Sebuah Kisah; Ibu, Rencong Hati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
LAMPIRAN 2:
Biodata Penyair ABIDAH EL KHALIEQY penulis novel Perempuan Berkalung Sorban,Geni Jora.Mahabbah Rindu,Nirzona,Menebus Impian,Atas Singgasana,Kisah Tuhu Dari Melayu,Menari Di Atas Gunting,Mikraj Oddyssey dan Ibuku Laut Berkobar.Sudah menggembara diberbagai event satra didalam
dan
luar
negeri.Memperoleh
Yogyakarta,Kemdiknas,ADAB,dan
DKJ.
award
dari
Puisi-puisinya
Ikapi,provinsi dimuat
DIY,Balai
dalam
buku
Bahasa antologi
puisi,ASEANO:An Antologi of poems shoutheast Asia (1996),Cyber Album Indonesia-Australia (1998),force majeure (2007),Rainbow:Indonesian womens Poet (2008),Word Without Borders (2009),E-Books Library For Diffable (2007),dan Selendang Pelangi:Antologi Puisi 17 Perempuan Penyair Indonesia (2009). AKIDAH GAUZILLAH lahir di Jakarta 20 Desember 1977.Putri ke-6 dari sepuluh bersaudara pasangan Juariyah (alm) dan Mochamad Gauzillah(alm).Pada tahun 2003 mewakili penulis mudah Indonesia dalam majelis Sastra Asia Tenggara.Memenangkan berbagai lomba.Buku-buku yang memuat puisinya antara lain:Antologi surat putih (2005),Jogja 5,9 Skala Richter (Mizan Group,2006),Oase (2010),Akulah Musi (PPN,2011).Buku kumpulan cerpen Bila Bintang Terpetik (Mizan Group,2004).Lukisan Ayah (Sanggar Hati dan VirtualXBook,2009). ALINA KHARISMA.Nama lengkapnya,Timur Ajeng Lina Kharisma Wati.Lahir di Jakarta,8 April 1989.Gadis yang beberapa bulan lalu baru saja menyelesaikan pendidikan kuliahnya di jurusan
broadcast ini,kini bekerja sebagai reporter merangkap copywriter di B‟Promedia
Mitrautama,perusahaan yang bergerak dibidang Publishing dan Advertising.Salah satu karyanya pernah dimuat dalam buku Antologi Fiksi Mini (kosakatakita,2011).Selain menulis gadis yang akrab dipanggil kupu-kupu kecil ini tertarik di bidang seni Film.Beberapa film fiksi dan documenter pernah digarapnya,antara lain, “Bulan Bersenanjung Rindu”(Drama TV),”Sesal” (DramaTV), “Kamar Perawan” (Drama TV), “Tentang Hidup”(Drama TV), “Zona Otomotif” (Nondrama TV).Tengah menyelesaikan tulisannya didalam sebuah buku bertajuk. “Bersatu Membangun
Bekasi
Menuju
Masyarakat
sukses,pendidik,dan sejarah kota Bekasi.
Mandiri”
yang mengulas
para
pengusaha
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
ALYASALAISHA-SHINTA adalah nama pena dari Purbarani Shinta Hardianti,kelahiran Jombang,Jawa Timur, 26 Maret 1986.Menulis puisi dan mengikuti lomba baca puisi sejak di bangku kuliah di politeknik Unila (kini Politeknik Negeri Lampung-Polinela).Sejumlah puisinya dimuat di Sastradigital,lampung post.Ikut dalam antologi bersama Akulah Musi(2011)dan Tuah Tara No Ate (2011).Alya yang baru saja mendapat momongan ini,bolak balik LampungCikarang. ANA WESTYMARTIANI lebih senang dipanggil Achie,lahir di Mempawah,Singkawang, 3 Maret 1985.PNS Dinas Sosial Kota Singkawang.“Berpendidikan Fakultas Sosial Politik Universitas Padjadjaran Bandung (2010).”Karya fiksi dan nonfiksi telah diterbitkan diberbagai media seperti Tribun Jabar,Pikiran Rakyat,dan Penerbit Esensi.Puisinya dimuat dalam antologi puisi,Kumpulan cerpen BWS Writing Consultant (2011)dan Senyum Bulan Desember.Kumpulan puisi Isu Perempuan (2011). ARIANA PEGG lahir di Jakarta,5 April,biasa menulis dengan namaAryana Sr.Pada tahun 1970-an, karyanya dimuat dimajalah Stop,Anita,Aneka,dan Femina.Puisinya dimuat dalam Antologi puisi,The Fifties (2009),Antologi Fiksi Mini (2011),Kitab Radja-Ratoe Alit (2011).Hati Perempuan (2011)dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012).Cerpennya dimuat dalam bukuantologi,24 Sauh.Kumpulaan Karya Penulis Tinta Wanita (2009)dan Sengatan Sang Kumbang (2011).Tinggal Di Bali,aktif membantu Penyelenggaraan Festival Ubud Writers sejak tahun pertama (2004). COK SAWITRI atau COKORDA SAWITRI lahir di Sidemen,Karangasem,Bali, 1 September 1968.Puisinya dimuat antara lain dalam antologi puisi,Rainbow,18 Indonesia Women Poest,(2008),Kumpulan
Puisi:Nyanyian
Kota,7
Perempuan
Penyair
Indonesia
(CCF,2006),Selendang Pelangi, Antologi 17 Perempuan Penyair Indonesia (2006),Ginseng, Kumpulan Puisi Bersama Sanggar Minum Kopi Bali (1992), Negeri Bayang-bayang, Antologi Puisi,Geguritan dan Cerpen (1996)dan Kumpulan Buku Seniman Tua Bali Kab.Gianyar (1996).Cerpennya dimuat dalam Sepi pun Menari Di Tepi Hari: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas (2004) dan Mata yang Indah: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas (2001).Menulis novel antara lain Janda dari Jirah (2007,lima besar khatulistiwa Award).Sutasoma (2009,lima besar katulistiwa Award dan penerima Dharmawangsa Award 2010)dan Tantric,Perempuan yang Bercerita(2011,masuk lima besar katulistiwa Award).Karya lain berupa artikel,features dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI wawancara
dimuat
di
Bali
Post,
Bali
Echo,Nusa
144
Tenggara,Lalitudes,Jurnal
Kalam,Kompas,Gatra,Jurnal Perempuan,The Jakarta Post,Bali Rebound,dan lain-lain D KEMALAWATI, Lahir d Mculaboh, Aceh Barat, 2April 1965. Buku puisinya terbit dalam dua bahasa Indonesia-Inggris berjudul
Surat dari Negeri Tak Bertuan (2006), penerima
Anugerah Sastra dari Pemerintah Aceh tahun 2007 dan penghargaan sastra untuk pendidik dari badan pembinaan dan pengembangan bahasa kemendiknas tahun 2011. Mengabdi sebagai guru matematika di SMK 2 Banda Aceh. DALASARI PERA lahir di Belawa, Sulawesi Tengah, 28 Desember 1980.Bergabung di Komunitas Penulis Mudah Indonesia dan Komunitas Lego-Lego; Perempuan Menulis.Karyanya telah dibukukan dalam anatologi, Phantasy Poetica – Imazonation (2010). Munajat Sesayat Doa – pemenang
FTB‟‟(2011).Kumpulan Duet Novelet Lafas Cinta di Ambang Gerhana
(2011),Sehimpun Puisi Kaki Waktu dan Sepuluh Kelok di Mouseland.Selain itu, tulisannya telah dimuat di media cetak diantaranya majalah Dunia Pendidikan Buletin,Sastra Suluh dan Harisn Fajar Makassar. DHENOK KRISTIANTI lahir di Yogyakarta, 25 Januari 1961. Lulus-Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma Yogyakarta (1987), Terakhir, tinggal di Bali dan bekerja sebagai guru di Gandhi Memorial International School Bali.Karya-karyanya berupa puisi dan cerpen dipublikasikan di Sinar Harapan,Berita Nasional, Minggu Pagi, Basis dan Suara Karya. Puisi-puisinya dimuat dalam buku antologi puisi Penyair 3 Generasi (1981), Prasanti (1984), Tugu (1986), Tonggak 4 (1987),Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (1990),Hati Perempuan (2011),dan Suluk Mataram, 50 Penyair Membaca Yogya (2011).Buku puisinya, 2 di Batas Cakrawala (bersama Nana Ernawati, 2010). DIAH HADANING(Diha) Lahir di Jepara. Mei 1940. Menulis puisi dari tahun 1970-an hingga sekarang, karya-karyanya telah dibukukan berupa analogi tunggal, duet, trio, dan kumpulan bersama. Pernah menerima penghargaan dari Gapena (Malaysia, 1980), Ebony (1994), Lembaga Pusat Pengkajian Budaya Jawi (2003).Sekarang DIHA bergabung dengan Komunitas Sastra Indonesia (KSI), dan wanita penulis Indonesia (WPI). Obsesinya ingin mendirikan padepokan seni serba dipinggir kota. Untuk itu dia menawarkan monolog puisi berdurasi 1 jam dengan kompensasi 1 miliar rupiah. Tahun 2010 menerima penghargaan dari MURI (penulis puisi paling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
tebal pada usia paling tua) sebagai penyair perempuan pertama penerima MURI. Kegiatan sekarang mengelolah Warung Sastra DIHA suatu komunikasi wadah dialog jarak jauh. Karyanya antara lain antologi bersama Kaos Hitam Cinta (2009), Bertakhta di Atasnya (2009), Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (2010), 700 Puisi Pilihan Perempuan yang Mencari (2010). DIAN HARTATI lahir di Bandung, 1983.Puisinya tersebar dalam berbagai media dan puluhan antologi bersama.Kumpulan puisi tunggalnya Kalender Lunar (2011). Mendapatkan berbagai penghargaan penulisan karya sastra, salah satunya Anugerah Sastra Jurdiksatrasia. Puisinya telah
dibukukan
dalam
antologi
bersama,
antara
lain:
Bangga
Aku
jadi
rakyat
Indonesia(2012),Tuah,Tara No Ate: Bunga Rampai Cerpen dan Puisi Temu Sastrawan Indonesia IV (2011),Akula Musi (2011),Antologi Puisi Penulis Lepas (2010), Pukau Kampong Semaka (2010),dan Rona Kata: Sepuluh Perempuan Pecinta Puisi (2010). Diundang dalam berbagai kegiatan sastra, diantranya: Temu Penyair Muda Bali-Jawa Barat (2005), Temu sastrawan se-Kampung Nusantara (2006), Forum Penyair Empat Kota: Padang, Bandung, Yogya, Denpasar (2007), Sastra Balik Desa (2008), Baca Puisi Lantas Generasi (2008), Temu Penyair Mitra Praja Utama (2008), Forum Baca Puisi Tiga Penyair Perempuan Indonesia (2009), Temu Sastrawan Indonesia II (2009). Ubud Writers and Readers Festival (2009), Forum Sastra Indonesia Hari Ini: Jawa Barat (2010), Fokus Sastra (2010), Pertemuan Penyair Nusantara (2011), dan Temu Sastrawan Indonesia IV (2011). DIANING WIDYAlahir di Batang, 6 April 1974.Mulai menulis 1992.Puisi dan cerpen dimuat di berbagai media daerah dan Jakarta.Juga di beberapa antologi puisi dan antologi cerpen.Antologi
puisi
tunggal
I
Love
You,Ibu(2008).Kumpulan
Cerpen
terangkum
dalamKematian yang Indah (2005).Novelnya antara lain,Sintren (Grasindo,2007) Perempuan Mencari Tuhan (Republika, 2007) Weton (Grasindo, 2009),Nawang (Republika,2009)dan cacatan ringan Gossip Licious (Grasindo,2011).Sejak 12 desember 2011 novelPertanyaan tentang Tuhan dimuat secara bersambung diharian Republika. DIVINNAHB Aktif di beberapa komunitas seni dan budaya. Beberapa karyanya terhimpun dalam antologi, seperti Padang Oase (2009),Hampir Sebuah Metafora (2010), Empat Amanat Hujan (2010),Kada Sang Terdakwa (2011),danSuker (2012).Kegiatan sehari-hari sebagai penulis skenario di beberapa stasiun TV.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
ELISTANTING BARDIAH Lahir di Bandung 1978. Alumnus UPI Jurusan Akuntansi adalah seorang pengajar di sebuah SMA di Bandung.Suka membaca puisi dari Sekolah Dasar dan tertarik menulis puisi dipertengahan tahun 2009.Bergiat di Majelis Sastra Bandung pada tahun 2010. Karyanya terkumpul dalam antologi, Ketika Penyair Bercinta (2010), Selaksa Makna Ramadhan (2010), Bersama Gerimis (2011), Hampir Sebuah Metafora (2011), Kepingan Kehidupan (2011),Hati Perempuan (2011), Suluk Mataram (2011)dan Rumahku Rumahmu Juga (2012).Cerpen,esai dan artikelnya dimuat di Story,Lapak Kata,bulletin Halaman Pantai Padang dan di media online eramuslim.com. Dua antologi masih dalam proses percetakan. Karyanya banyak di-share diakun facebook dan blog pribadinya. ENDANG WERDINIGSIH Lahir di Pemalang Jawa Tengah, 23 oktober 1958. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dan melanjutkan Program Pascasarjana bidang hukum di UI Jakarta. Study kebudayaan dan jurnalistik di Jepang atas beasiswa dari Nihon Shimbun Kyokai Jepang dan Confederation Asean Journalist selama 2 bulan. Terakhir, Pemimpin Redaksi majalah Kartini.Dua karya jurnalistiknya.“Dari Pulau ke Pulau di Daerah Perbatasan” dan “Timor Timur yang Saya Lihat” meraih penghargaan Hadiah Adinegoro bidang Pembangunan Nasional (1988 dan 1990).Menulis sejak kanak-kanak dengan menyadur cerita anak-anak dunia dan beberapa diantaranya sempat memuat di Buana Minggu, Sinar Harapan, Anita Cemerlang dan lain-lain.Buku puisinya.Lonceng (1976).Puisi-puisinya dimuat dalam antologi puisi.Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012). EVI IDAWATI lahir di Demak, 9 Desember 1973.Puluhan kali pentas teater modern, di antaranya
dalam
lakon
„Oidupus
Antigone.Menulis
puisi,
novel
Complex‟
esei
dan
(Trilogi
scenario
Oidipus) untuk
memerankan
televisi.Buku
tokoh
kumpulan
puisinya.Pengantin Sepi (2002), Namaku Sunyi (2005), Imaji dari Batas Negeri (2008)dan Mencintaimu (2010).Puisi-puisinya juga dimuat dalam antologi puisi, Penyair Jawa Tengah (1993).Lirik-lirik Kemenangan (1994) dan Sesudah Layar Turun: Antologi Penyair Semarang (1996). FANNY J. POYK Putri sastrawan Gerson Poyk.Kuliah di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Udayana Denpasar dan menyelesaikan gelar sarjana di Jurusan Jurnalistik IISIP Jakarta.Pernah bekerja sebagai tenaga administrasi di perusahaan desain interior, perusahaan kontraktor, tenaga kontrak di kedutaan Australia, wartawan lepas dan redaktur peliputan tabloid Fantasi.Terakhir,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
Konsultan media di Kementrian Pendidikan Nasional untuk kegiatan SMA dengan jabatan Redaktur Pelaksana/editor.Buku kumpulan cerpennya, Suamiku Dirampok Orang (2012). Cerpennya dimuat dalam buku antologi cerpen, Sengatan Sang Kumbang (2011). Anggota Wanita Penulis Indonesia, dan anggota Himpunan Pengarang Indonesia Aksara. FARRA YANUAR, lahir 6 mei 1980. Menulis puisi dan cerpen.Karyanya dimuat di harian umum Pikiran Rakyat dan Gramedia.Beberapa antologinya Kacamata Pengantin (2011), For The Love of Mom (2011) dan Storycake (2012). FATIN HAMAMA atau nama lengkapnya FATIN HAMAMA RIJAL SYAM lahir di Padang Panjang 15 November 1967. Alumni Diniyah Putri pada Kuliatul Maulimat Islamiyah dan Kaliatul Mubaligien Muhammadiyah Kauman Padang Panjang.Menimba ilmu di Unversitar AlAzhar, Fakultas Theologi, Cairo Mesir. Di sana pun ikut mendirikan
kelompok teater
mahasiswa, aktif mengikuti forum-forum sastra dalam dan luar negeri. Menjadi pengurus Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan ketua Komunitas Sastra Indonesia Cairo serta beberapa organisasi wanita dan sosial.Puisi-puisinya dihimpun dalam kumpulan puisi yang berjudul Papyrus dan antologi bersama perempuan Indonesia Sajak Putih I, II dan IV.Beberapa di antaranya dimuat di Republika. FITRIANI UM SALVA lahir di Samarinda pada 1989.Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda ini sejak usianya masih remaja sudah mencoba melahirkan puisipuisi beraura religious dan kerinduan. Diantara puisi-puisinya terpublikasikan di dalam antologi bersama Kaos Hitam Cinta (Masyarakat Sastra Jakarta, Jakarta 2009), Antologi Puisi Penyair Nusantara Musibah Gempa Padang (eSastera Enterprise, Kuala Lumpur, Malaysia, 2009), Puisi Menolak Lupa (Obsesi Press, Purwokerto 2010), Kalimantan dalam Puisi Indonesia (Pustaka Spirit, Samarinda, 2011) dan Kalimatan Timur dalam Sastra Indonesia (Pustaka Spirit, Samarinda, 2011). Puisinya juga pernah muncul di harian Republika (Jakarta), Seputar Indonesia (Jakarta), Koran Merapi (Yogyakarta) dan beberapa Koran daerah.Salah satu esainya termuat dalam antologi PERCA Antologi Esai Isu-isu Perempuan (Borneo‟s Women Community, Kalimantan Timur, 2010). FRIEDA AMRAN larih di Palembang, 21 Agustus 1959. Pertama kali menulis puisi di Facebook tahun 2010 karena „terpaksa‟ mejawab puisi-puisi yang ditulis dan dikirimkan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
Benk Wahyu Wibowo dan Hendry Ch Bangun. Jenis karya sastra yang pernah ditulis Pangeran Katak dan Sang Putri (bersama Wahyu Wibowo dan Hendry Ch Bangun, 2010). Aktivitas diluar sastra, antara lain sebagai pengasuh rubric „Palembang Tempoe Doeloe‟, Harian Berita Pagi, Palembang, penulis tetap rubric „Wisata Kota Toea‟, Harian Warta Kata, Jakarta; Penggagas/Pendiri/Exec Director Wariss (Warisan Insan di Selatan
Sumatera - lembaga
pelestarianbudaya Sumatera bagian Selatan). HANNA FRANSISKA (ZHU YONG XIA, ZHU JIA YUN) lahir di Singkawang, Kalimantan Barat, 30 Mei 1979.Tulisan-tulisan motivasinya bisa dijumpai di andaluarbiasa.com.puisi dan cerpennya dimuat di Kompas, Koran Tempo, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Malang Post, Jurnal Nasional, Jurnal Sajak, Majalah Pusat, dan lain-lain. Kumpulan puisinya terbit pada April (2010), terpilih sebagai buku sastra terbaik 2010 versi majalah Tempo.Cerpennya terbit dalam antologi bersama berjudul Kolecer dan Hari Raya Hantu.Selain menulis ia mengelolah usaha di bidang otomotif dan aktif sebagai sekretaris di Lions Club Jakarta Kalbar Prima. HANNA YOHANA Buruh migrant di Hongkong asal Malang, Jawa Timur.Saat ini aktif di Teater Angin Hongkong, Apa Kabar Fans Club Hongkong.Beberapa tulisannya pernah dimuat di Tabloid Apakabar Hongkong.Buku antologi pertamanya, Senyawa Kata Kita (bersama 63 penyair lainnya). HELVY TIANA ROSA lahir di Medan 2 April 1970. Ia menyelesaikan S-1 dan S-2 di Fakultas Sastra/ Fakultas Ilmu Budaya, UI dan kini merampungkan S-3 bidan Pendidikan Bahasa, di Universitas Negeri Jakarta. Selain dikenal sebagai sastrawan, ia adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni, UNJ. Menulis 60 buku, antara lain: Bukavu (LPPH, 2008), Tanah Perempuan (Lapena, 2009) Ketika Mas Gagah Pergi… dan Kembali (ANPH, 2011), Mata Ketiga Cinta (ANPH, 2012). Beberapa karyanya telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Arab, Perancis, Jerman, Jepang dan Swedia, dll. Banyak terlibat dalam membidani kelahiran penulis muda di berbagai pelosok daerah di Indonesia dan mancanegara, melalui Forum Lingkar Pena (FLP) yang ia dirikan 1997, karena itu The Straits Times menyebutkan Pionir (2002) dan Koran Tempo menjulukinya sebagai Lokomotif Penulis Muda Indonesia (2003). Pernah mendapat 30 penghargaan tingkat nasional di bidang penulisan dan pemberdayaan masyarakat, antara lain cerpennya “Jaring-jaring Merah” terpilih sebagai Cerpen Terbaik Majalas sastra Horison dalam satu dekade (1990-2000), Bukavu masuk 10 Besar Khatulistiwa Literary Award (2008), Nova
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
Award (2004), Ummi Award (2004), Tokoh Perbukuan IBF Award dari IKAPI (2006), Tokoh Sastra Era Muslim Award (2006), Kartini Award sebagai salah satu The Most Inspiring Women in Indonesia (2009), dll. Anggota Dewan Kesenian Jakarta (2003-2006) ini merupakan Anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (sejak 2006), Wakil Ketua Liga Sastra Islam Dunia, untuk Wilayah Indonesia (sejak 2009), Anggota Komisi Pengembangan Seni Budaya Islam, Majelis Ulama Indonesia (sejak 2011).Helvy adalah satu dari 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia hasil riset Royal Islamic Studies Centre, Jordan (2009, 2010, 2011). HENI HENDRAYANI Lahir di Ciamis, 17 Februari 1966. Menyelesaikan pendidikan terakhir di STIA pada jurusan Administrasi Negara di sebuah kota kecil, Tasikmalaya. Sejumlah puisinya dimuat dalam antologi puisi Buang yang Berserak (2003) dan Hati Perempuan (2011) dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2011).Adapun Rumah Kupu-kupu (2011) merupakan kumpulan puisi tunggalnya yang sudah terbit.Selain itu sejumlah fiksi mini yang ditulisnya dimuat dalam Antologi Fiksi Mini (2011).Sekarang aktif di Komunitas Sastra Lingkar Selatan (KSLS) Bandung. HUDAN NUR lahir di Banjarbaru pada 23 November 2985. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, esai dan artikel tersebar pada Untaian Mutiara RRI Nusantara, Banjarbaru Post, Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Buletin Sloka Tepian, weTas Media, Buletin Rumah Sastra Bandung, Tabloid Realitas, Buletin Hysteria, Majalah Sastra Horison dan lain-lain. Sajak-sajaknya dimuat dalam buku antologi, Kaos Hitam Cinta, Antologi Puisi Penyair Perempuan Indonesia Mutakhir (2009), Nyanyian Pulau-pulau (2010), Berjalan Ke Utara: In Memoriam Moh. Wan Anwar (2010), Beranda Senja (2010), Percakapan Lingua Franca (2010) dan Tanjungpinang Punya Cerita (2010). Artikel-essay Hudan dimuat di Menulis dalam Gelap: Blogger di balik Sampul (Komunitas Blogger Kayuh Baimbai: 2010) dan Indonesia Memahami Khalil Gibran (2011). Cerpen-cerpennya terdapat dalam antologi: Bunga Penyejuk Hati (2007) dan Tanpa Nyanyian (2008). Manuskrip pribadi: Si Lajang (2002) dan Tragedi 3 November (2003). IMELDA HASIBUAN lahir di Medan, Sumatra Utara, 20 Agustus.Lulusan Bahasa Inggris Universitas Sumatra Utara.Senang menulis sejak SD, tapi sempat vakum karena kesibukannya sebagai pegawai.Mulai menulis lagi sejak memutuskan menarik diri jadi pegawai kantoran.Puisi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
artikel, dan cerpennya pernah dimuat di Gadis, Sekar, dan kompas.com.Puisi-puisinya ikut dalam antologi puisi, Kitab Radja-Ratoe Alit (2011) dan Antologi Fiksi Mini (2011).Terakhir, pengajar les privat Bahasa Inggris di kediamannya di Sawangan, Depok, Jawa Barat. INUNG IMTIHANI, kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Beberapa sajaknya memenangi sayembara puisi, di antaranya yaitu Juara 1 Lomba Cipta Puisi OIM FIB UI (2010), juara pertama Lomba Cipta Puisi Pena Santri (Komunitas Pena Santri, 2010), juara pertama Lomba Cipta Puisi Simposium Internasional V “Dari Jakarta Hingga Jalur Gaza” (SALAM UI, 2011), juara III Lomba Menulis Puisi untuk Cinta dan Kasih Ibu (diselenggarakan oleh Hanna Fransisca, nomine Khatulistiwa Literary Award 2010), dan puisi terpuji dalam lomba “Padang dalam Puisi” (2011). Beberapa karyanya dimuat dalam antologi puisi Jalan Pulang (2010), antologi Puisi Kasih Tanah Biru Segi (2010), Kepingan Kehidupan (2011), dan antologi Padang dalam Puisi (2012). Selain itu, ia juga pernah menjadi juri Lomba Menulis “Catatan Perjalanan Paling Berkesan” yang diselenggarakan Komunitas Pena Santri tahun 2011 dan juri Lomba Menulis Puisi Nasional HIFEST (Humaniora Islamic Festival) FIB UI 2011. IRA GINDA Lahir di Madiun. Sekarang tinggal di Cikarang, Bekasi.Hanya seorang yang sederhana, yang lebih suka disebut pejalan yang sedang mencari arah menuju cahaya. Menyukai cerpen dan puisi dengan gaya unik dan gothic, seperti karya Avianti Arman, Pringadi, Malna, Khisna Pabhicara. Aktif dengan relawan #koinsastra selain kesibukan menurus 3 buah hati.Buku yang terbit, antologi puisi bernama Tarian Ilalang bersama 10 penulis maya lainnya, mengisi beberapa bulletin komunitas sastra, selain itu rajin mengisi beberapa blog sastra dan hiburan milik temannya. KALSUM BELGIS lahir di Martapura, 21 Agustus 1978.Pernah mengikuti latihan tari dan teater di Teater mBlik Kuningan dengan pengawasan Aby Manyu dan bergabung dengan BKS Kostrad di bawah naungan bapak Lim Kampy. Mengenyam pendidikan SMP dan SMA di kota Bandung. Menimba ilmu di IKJ. Sekarang tinggal di kota Martapura, Plaihari, dan Banjarbaru. Buku kumpulan puisinya adalah Mantra Rindu (2012) dan Mantra Petapa (2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
LINA KELANA tinggal di Babat. Sebagian karyanya tergabung dalam antologi puisi Tarian Ilalang, Sepuluh Kelok di Mouseland, Berjalan Ke Utara, Bunga Rampai Tuah Tara No Ate, dan sebuah novel Sawang. MEDY LOEKITO nama lengkap Medijanti Loekito. Lahir di Surabaya, 21 Juli 1962. Mulai menulis puisi, cerpen, esai dari tahun 1978. Tulisannya tersebar di berbagai media massa, baik di dalam maupun di luar Indonesia, seperti Horison, Seloka, Kompas, Republika, Indonesia Times, Koran Tempo, Colere dan The Lowa Review (Amerika Serikat) dll. Buku puisinya, antara lain, Antologi Puisi Indonesia (1997), Resonansi Indonesia (2000), Sembilan Kerlip Cermin (2000), Dewdropsat Dawn (2000), Selagi Ombak Mengejar Pantai 8 (2004), Les Cyberletters (2005), Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia, kumpulan puisi para perempuan penyair Indonesia (2005), Le Chant des Villes, dan Nyanyian Kota (2006), Antologi Puisi Penyair Kontemporer Indonesia, Kaos Hitam Cinta: Antologi Puisi Penyair Perempuan Indonesia Mutakhir (2009), Beranda Senja (2010), Kitab Radja-Ratoe Alit (2011), dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012). Tulisannya juga diterbitkan dalam antologi digital, kumpulan esai, pengantar buku, hasil penelitian bersama. NADINE ANGELIQUE, nama pena dari Nurlina, A. MD lahir di Banda Aceh, 28 Desember 1972. Pendidikan D-3 Ekonomi Program Diploma Pendidikan Kesekretariatan Universitas Saih Kuala Banda Aceh.Karya puisinya dalam antologi Tsunami Kopi (2010).Sehari-hari dalah PNS di Sekretariat Daerah Kota Sabang. NANA RISHKI SUSANTI, lahir di Tegal, 02 Oktober 1990.Mendapatkan beberapa penghargaan seni baca puisi dan monolog.Puisi-puisinya telah termuat diantaranya dalam buku, 60 Puisi Indonesia Terbaik 2009 Anugrah Sastra Pena Kencana.Mendapatkan predikat Penyair Panggung Terbaik II Se-Asia Tenggara 2011.Saat ini tengah menyelesaikan studi S-2 Ilmu Susastra di Universitas Indonesia. NELLA S. WULAN. Penyuka puisi dan prosa.Lahir di Semarang 9 Januari.Menetap di Bandung dengan suami dan dua anak.Keseharian mengajar B.Inggris.Puisi dimuat di Antologi Puisi Kasih (2010), Antologi Kun Fayakun Cinta, e-book (2010), Bulletin TerasSuluh (2010) dan Antologi Senja di Batas Kata (2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
NENDEN LILIS A. lahir di Melangbong, Garut, 26 September 1971. Lulusan Program Pengajaran Bahasa dan Sastr Indonesia Pascasarjana UPI ini menulis puisi, cerpen, dan esai yang dimuat di berbagai media massa nasional dan internasional. Sejumlah karyanya terbit dalam berbagai antologi canon sastra Indonesia.Karya-karyanya pun mendapat penghargaan, antara lain Penghargaan Pusat Bahasa 2005 untuk kumpulan cerpennya Ruang Belakang (Penerbit Buku Kompas). Karya-karya puisinya (antara lain yang terkumpul dalam kumpulan puisi unggulnya Negeri sihir, cetakan kedua Penerbit PustakaLatifah) dan cerpennya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman dan Belanda. Nenden kerap diundang untuk membacakan karyanya dan menjadi pembicara dalam event sastra, baik di dalam maupun luar negeri, antara lain Mimbar Penyair Abad 21 (1996). Workshop cerpen Majelis Sastra Asia Tenggara, Festival de Winternachten di Den Haag Belanda dan pembacaan puisi di KBRI Paris Perancis (1999), Festival Puisi Internasional di Teater Utan Kayu Jakarta (2000), Festival Puisi Internasional Indonesia (2002), Diskusi dan Pembacaan Puisi di Yayasan Kesenian Perak Ipoh Malaysia (2004), dan lain-lain. Selain buku-buku karya fiksi, sejumlah buku karya nonfiksinya pun telah terbit.Kini menjadi pengajar di almamaternya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. NONA G. MUCHTAR lahir di Palu, 14 Agustus 1970.Sebagai ibu rumah tangga yang gemar menulis puisi dan cerpen juga cukup aktif diorganisasi KPSI (Komunitas Pencinta Seni dan Sastra Indonesia). Telah menghasilkan buku puisi antologi Merah yang Meremah bersama 10 Penyair Perempuan (2010), Perempuan dalam Sajak bersama 9 penyair perempuan Indonesia (2010), Hati Perempuan bersama 22 perempuan Indonesia (2011) dan Antologi Fiksi Mini (2011). NOVY NOORHAYATI SYAHFIDA atau lebih dikenal dengan namaSyahfida. Lahir di Jakarta, 12 Novrber 1976. Alumni Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Manajemen dari Universitas Pasundan Bandung ini mulai menulis puisi sejak usia 11 tahun dan sampai saat ini masih belajar menulis bersama teman-teman di beberapa situs dan milis sastra. Beberapa puisi masa kanak-kanaknya tersimpan di Majalah Anak-anak Sahabat, sedangkan puisi-puisinya yang belakangan pernah dipublikasikan di Harian Umum Pikiran Rakyat, Lampu Merah, Suara Pembaruan, Sulbar Pos, Majalah Islam Anninda, Dian Sastri for President! (2002), Dian Sastro
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
for President #2: Reloaded (2003), Jurnal Puisi (2003), Buletin Raja Kadal, Majalah Sastra Aksara, Antologi Bunga Matahari (2005). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. NENING S. MAHENDRA lahir di desa Bancar, Purbalingga, Jawa Tengah, 22 Februari 1954.Karyanya mulai dipublikasikan tahun 1975, dimuat di Koran, Majalah dan Tabloid yang terbit di Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Tegal.Aktif di Komunitas Seniman Tegal.Terakhir, bekerja di Kantor Kementrian Agama Kabupaten (pension pada Maret 2010) dan tinggal
di
Pangkah,
Tegal,
Jawa
Tengah.Banyak
menulis
buku
dan
memenangi
penghargaan.Buku kumpulan puisinya, Rinduku Rindumu (1985).Puisi-puisi lainnya dimuat dalam antologi puisi, Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012). NIA SAMSIHONO, lahir di Pontianak, 16 September.Nama di ijasah dan KTP adalah Dad Murniah. Menghabiskan masa kecil di Jakarta, Solo, Sragen, Purbalingga, dan Semarang. Alumni S-1 Fakultas Sastra Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang. Alumni S-2 Universitas Indonesia, Jakarta. Sedang menyelesaikan S-3 di Jakarta.Buku puisi tunggalnya, Kemarau (2003), Perkawinan Cinta (2009), Gending (2010), dan De Javu (2010). Ikut dalam antologi puisi Bunga Rampai Puisi-puisi Undip (1981), Temu Sastra Jakarta: Bisikan Kata, Teriakan Kota (2003), Yogyakarta 5.9 Skala Righter (2006), Merapi Gugat (2010), 105 Penyair Kota Pekalongan (2010), Radja dan Ratoe Alit (2011), Hati Perempuan (2011), Akulah Musi: Antologi Puisi Pertemuan Penyair Nusantara (2011) dan Kaos Hitam Cinta: Antologi Puisi Penyair Perempuan Indonesia Mutakhir (2009), Suluk Mataram, 50 Penyair Membaca Yogya (2011) dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012). Karyanya masuk dalam buku Indonesia Memahami Kahlil Gibran (Editor Eka Budianta, Badan Pelestari Pustaka Indonesia, 2011). Menjadi salah satu penyusun “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa”, “Kamus Fisika”, “Kamus Batik”, “Kamus Filsafat: Epistemologi” dan bebeberapa karya cerita rakyatnya, Babad Mangkubumi, Awan Mengambang di Atas Cakrawala, Dedemit Alas Roban, Ayam Jantan dari Selatan, Darah Merah Darah Putih, serta beberapa artikel ilmiah yang termuat dalam jurnal, proseding, dan surat kabar ibukota maupun daerah. NURANI LELY METTAWATI WIDJAJA lahir di Jepara, 30 Oktober 1971.Pendidikan D-3 Bahasa Inggris AKABA 17 Agustus 1945 Semarang dan S-1 Bahasa Inggris IKIP PGRI Semarang.Buku puisinya, Konosi, Kesaksian Rumput, Kumpulan Puisi Penyair Jawa Teangah dan Sebatang Rusuk Untukmu.Beberapa karyanya dimuat di Bali Post, Wawasan, Bahari dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
lain-lain. Terakhir guru di SMPN 2 Jepara dan tinggal di Jepara bersama sang suami Djoko Waluyo dan putranya Gendewa Danu Tirto Waluyo. Baginya menulis puisi adalah sebagai kebutuhan jiwa dan kepuasan hati. OKA RUSMINI larih di Jakarta.Saat ini tinggal di Denpasar, Bali.Ia menulis puisi, novel dan cerita pendek. Banyak memperoleh penghargaan, antara lain “Penerima Penghargaan Penulisan Karya Sastra 2003” dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional Indonesia.Sering diundang dalam forum sastra nasional dan internasional.Di antaranya Festivas Sastra Winternachten di Den Haag dan Amsterdam, Belanda, sekaligus hadir sebagai penulis tamu di Universitas Hamburg, Jerman (2003).Dan, Singapore Writer Festival (2011). Bukunya yang telah terbit, antara lain, Monolog Pohon (1997), Tarian Bumi (2000), Sagra (2001), Erdentanz (novel Tarian Bumi edisi bahasa Jerman, 2007), Pandora (2008), Tempurung (2010) dan Earth Dance (novel Tarian Bumi edisi Inggris, 2011). Segera terbit: Akar Pule (2012). PIPIEK ISFIANTI. Lahir di Semarang, 19 Oktober 1973. Menulis puisi cerpen dan reportase budaya sejak SMP.Agustus 2003 terpilih menjadi salah satu wakil Indonesia dalam ajang Penulisan Mastera Cerpen Se-Asia Tenggara di Cisarua Bogor.Cerbungnya tentang remaja pernah di tabloid Tren.Cerpennya juga sempat dibukukan oleh Pusat Bahasa bersama para penulis cerpen se-Asia Tenggara.Puisi-puisinya terhimpun dalam antologi puisi sejumlah penyair Jawa Tengah Ketika Layar Turun (Aktor Studio, Semarang, 1996).Baru-baru ini bersama Djarum Fondation Pipiek berpentas monolog “Bayi” yang diangkat dari salah satu judul cerpennya.Saat ini pipiek sedang terlibat dalam penghargaan film dokumenter KPU Kudus denga judul Salah Pilih.Sempat main sinetron Dongeng Dangdut sutradara Dedi Setiadi. Manikah dengan Nur Choiruddin (wartawan RCTI di Kudus).Tinggal bersama keluarga di Perum Djarum Megawon Indah Blok E Kudus Jawa Tengah. PUPUT AMIRANTIN.Lahir di Jember, 24 April 1982.Alumnus Sastra Inggris Universitas Airlangga Surabaya. Karya-karya puisinya sempat dimuat di berbagai media massa. Ia juga menulis geguritan (puisi bahasa Jawa) dan termuat di majalah Jayabaya dan termuat di antologi Pasewakan (Kongres Sastra Jawa III, 2011). Karya-karya puisinya selain di muat di media massa, juga termuat di pelbagai antologi puisi: Khianat Waktu (2006), 142 Penyair Menuju Bulan (2006), Surabaya 714-Malsasa (2007), dan Kepada Mereka yang Katanya Dekat dengan Tuhan-Antologi Penyair Mutakhir Jawa Timur (2007), Pelayaran Bunga (2007), Malsasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
(2009), Tadarus Puisi (2010), Festival Bulan Purnama Majapahit (2010), Rakyat dan TuhanAntologi 4 Penyair Blitar (2011). Juga termuat di media online Indonesia-Australia, AIAA News dan pernah dibacakan di radio Indonesia-Jerman, Deutsche-Welle (Januari, 2004). Puisinya yang berjudul “Lantai I Mutaqien” memenangkan Juara I dan “La Vie En Rose” juara III di PEKSIMINAL (Pekan Seni Mahasiswa Regional) se Jatin 2006. QURROTA A’YUN THOYYIBAH adalah penyair Surabaya, kelahiran 5 April 1993.Selain menulis
puisi,
habinya
adalah
menggambar,
membaca,
bermain
bulutangkis,
dan
bersepeda.Puisi-puisinya termuat dalam berbagai antologi.Gadis yang tinggal di Nginden V-E Nomor 10 Jangkungan, Sukolilo, Surabaya ini memiliki moto “Hidupku hanyalah pengabdian kepada Tuhanku”.Puisi-puisinya termuat dalam antologi Jilbab. RAMAYANI RIANCE lahir di Jambi, 5 Agustus 1978. S-1 Bahasa Inggris FKIP Universitas, S-2 Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang konsentrasi Manajemen Sekolah, jurusan Administrasi Pendidikan. Terakhir, guru di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Karya-karyanya telah dipublikasikan di berbagai media massa. Puisi-puisinya dimuat dalam buku antologi puisi, 142 Penyair Menuju Bulan (2006), Jalan Bersama Pejebat Penyair (2006), Tanah Pilih (2008), Antologi Penyair Muda Malaysia-Indonesia (2009), dan Beranda Senja (2010). Buku kumpulan puisinya, Sebungkus Kenangan (2008). RATNA AYU BUDHI ARTI lahir di Cianjur pada 9 Februari 1981.Menulis puisi sejak kelas 6 SD. Karyanya banyak dimuat di berbagai media cetak. Selain itu, puisi alumnus Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ini dimuat dalam antologi bersama Orasi Kue Serabi (2001), Enam Penyair Membentur Tembok (2002), Poligami (2003), Muktamar (2003), Bunga yang Berserak (2003), Antologi 9 Penyair Jawa Barat Aku akan Pergi ke Banyak Peristiwa (2005), kumpulan puisi penyair Bali-Jawa Barat Roh (2005), Di Atas Viaduct (2009), Bait-bait Hati (2011), Dusta Cinta (2008), Surat Menjelang Lepas Lajang (2011), serta kumpulan cerpen The Untold Stories (2012). Sekarang tinggal di Denpasar, Bali, bersama suami dan seorang putri. RATU AYU atau Neni Saputra atau Neni Rochaeni, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 10 Agustus 1970.Berpendidikan STM Jurusan Listrik. Puisi-puisinya ikut dalam buku antologi puisi Merapi Gugat (2010), 105 Penyair Kota Pekalongan (2010), dan Antologi Fiksi Mini (2011), Senja Di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
Batas Kata Beranda Rumah Cinta (2011) dan Antologi Cerita Cekak lan Guritan Pasewakan dalam Kongres Sastra Jawa III (2011). Aktif di berbagai kegiatan kesenian di Cirebon. RIKA ISTIANINGRUM alias Rieka Uniquesoul, lahir di Pati Jawa Tengah, 26 Agustus 1981, merupakan alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta.Pernah bergabung di sanggar anak jalanan ISCO Foundation dan YCAB Foundation di Jakarta tahun 2004. Menyukai traveling ke luar kota, hingga terdampar di Bumi Etam Balikpapan. Penulis yang sehari-harinya bergelut di bidang pendidikan sebagai pengajar di perguruan tinggidi Balikpapan ini, sedang mencoba untuk mengantologikan beberapa sajaknya, antara lain antologi Perempuan di Ujung Senja (2006), Catatan Sajak Perempuan (2011) yang sedang dalam proses pengiriman ke penerbit. Puisinya terhimpun dalam antologi penyair lain berjudul Kampungku Puisiku (2011). RINI FEBRIANI HAURI. Lahir di Jambi pada tanggal 28 Juli 1988.Alumni FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Jambi.Menulis puisi, cerpen, dan esai di Koran local maupun nasional. Puisi-puisinya pernah diterbitkan dalam antologi Bulan Purnama Majapahit Trowulan (2010), Akulah Musi (2011), Setia Tanpa Jeda (2011), Batu Pelangi (Jambi Haritage & The SOMT, 2011), Di Sebuah Surau Ada Mahar Untukmu (2012), Unforgerttable Moment (2012). Penulis merupakan tenaga pengajar di Ganesha Operation.Dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi Buletin Tembilang, media informasi dan komunikasi Dewan Kesenian Jambi. RINI GANEFA. Nama lengkapnya Setyo Rini Ganefawat, lahir di Kudus 9 November 1963.Mulai menulis puisi sejak SMP dan dimuat di majalah Kucica.Saat di SMA puisinya terpilih sebagai salah satu puisi terbaik versi Radio Manggala di Kudus.Pernah aktif di Teater Cikal Bakal di Kudus, aktif pula sebagai redaksi Koran sekolah.Semasa kuliah di IKIP Semarang Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (sekarang Universitas Negeri Semarang) puisi-puisinya pernah dimuat di Suara Karya, Sinar Harapan, majalah Nova, dan majalah Forum Pemuda.Menjadi anggota Teater SS IKIP Semarang dan aktif di kelompok paduan suara IKIP Semarang.Menjadi pegisi suara untuk teater Gema IKIP PGRI Semarang.Tahun 2004 menerbitkan kumpulan puisi Liontin Cinta.Sejak 1995 mengajar di SMP 20 Semarang pada tahun 2006 membidani lahirnya Teater Embun SMP 20.Saat ini tinggal di Semarang. RITA OETORO atau Rita Cascia Saraswati lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 6 Desember 1943.Lulusan Fakultas Sastra UGM Yogyakarta.Pernah menjadi editor di majalah Kartini.Mulai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
menulis puisi sejak usia 14 tahun. Karyanya dimuat di berbagai ruang buadaya surat kabar nasional dan majalah sastra nasional. Buku puisinya, Dari Sebuah Album (1986 dan 1992), Sangkakala (1996), Nyanyian Hening Senjakala (1996, bersama Diah Hadaning), Nyanyian Malam, dan Nyanyian Sukma.Karya-karyanya juga tercatat dalam Tomggak 3 (1987), Dari Negeri Poci (1993), Dari Negeri Poci 2 (1994), Dari Negeri Poci 3 (1995) dan Kitab RadjaRatoe Alit (2011). Pernah pula menulis buku puisi bersama penyair Piek Ardijanto Soeprijadi, dan Syah Saiful Rahim. RITA SRI HASTUTI lahir di Jakarta, 13 November 1955, juga dikenal dengan namaRita Sujono. Sarjana Sastra dari Fakultas Sastra UI Jakarta.Setelah sempat 10 tahun bekerja di Radio Delta FM, kembali ke dunia majalah dengan ikut menerbitkan majalah d’Maestro (2004-2008), dan majalah MaestroNews (2008-2009). Terakhir, Pemimpin Redaksi Majalah Warisan Indonesia, Wakil Sekjen Perstuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dan Ketua II Forum Bahasa Media Massa (FBMM). Menulis buku, antara lain, Biografi H. Masagung Bapak Saya Pejuan Buku (2003) dan bersama Wanita Penulis Indonesia (WPI) menerbitkan 30 Perempuan Pilihan (2010).Puisinya dimuat dalam antologi puisi, Kitab Radja-Ratoe Alit (2011), dan Hati Perempuan (2011). Bersama Yvonne de Fretes menulis buku, Megawati: Anak Putra Sang Fajar (Ed. August Parengkuan, 2012) RUKMI WISNU WARDANI atau Dani, lahir 29 Juli 1973.Sarjana Teknik Arsitektur Lanskap (Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan) lulusan Universitas Trisakti 1998. Selain di media elektronik, puisinya juga dimuat di berbagai media cetak seperti Republika, Bentara, Kompas, Madia Indonesia dan tergabung dalam buku antologi puisi bersama, di antaranya: Karena Namaku Perempuan (2005), Jalan Bersama II (2008), buku kumpulan puisi temu sastra MPU/Mitra Praja Utama III (2008). Manuskrip puisinya yang Banyak Orang Bilang Aku Sudah Gila masuk dalam 5 besar sayembara Komunitas Sastra Indonesia Award (2003). Hadir dan tampil di berbagai acara sastra baik dalam maupun luar kota di antaranya, Dialog Guru dan Sastrawan Kantor Bahasa Provinsi Banten-Serang (Juni 2011), Bengkel Sastra Penulisan dan Apresiasi Puisi Singkawang Kalimantan Barat (Juli 2011), Pembaca puisi karya Goenawan Mohamad dalam acara Bincang Tokoh #5 Goenawan Mohamad Diskusi buku Puisi Tujupuluh Puisi dan Don Quixote yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta TIM (akhir
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
September 2011), dan Parade Puisi Kebangsaan MPR RI, Bulan Cinta Pancasila (November 2011). Bermukim di Jakarta. SANDRA PALUPI lahir di Jakarta, 1 April 1976.Tinggal di Semarang.Ibu rumah tangga dan bekerja di sebuah yayasan pendidikan.Puisinya dimuat dalam buku antologi puisi, Ketika Penyair Bercinta (2010). Menerbitkan buku Kumpulan Puisi dan Cerpen: Serapah Ibu (2011). SARTIKA SARI.Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Unimed ini lahir di Tembung pada tanggal 1 Juni 1992. Pernah menjuarai beberapa perlombaan seperti: Juara I Lomba Puisi Penyair Kota Medan tahun 2010, Juara Harapan III Lomba Baca Puisi Dewan Kesenian Medan, Juara II Lomba Cipta Puisi Komunitas Penulis Anak Kampus, Juara Favorit Lomba Baca Puisi Rumah Kata, Juara III Lomba Baca Puisi Berpasangan, Juara III Lomba Baca Puisi LKK Unimed, Juara I Lomba Menulis Feature UKM Kreatif Unimed, Juara III Lomba Menulis Cerpen Pesta Danau Toba, Juara III Puisi Terbaik Cipta Karya Sastra Se-Nusantara Udayana, bali. Sejumlah karyanya di muat di Waspada, Medan Bisnis, Analisa, Jurnal Medan, Batak Pos, Suara Pembaruan dan Sinar Harapan. Adapun beberapa karya lainnya telah termaktub dalam antologi, Cahaya, Puisi 53 Penyair (2011), Kanvas Sastra, antologi puisi Mahasiswa Sumatra Utara (2011), Kepadamu Pahlawanku, antologi puisi (2011), Double Spirit, Antologi Puisi (2011) dan Dear Love For Kids, Antologi Cerita Anak (2011), dan Ibukota Keberaksaraan (2011). SENDRI YEKTI lahir di Kendari, 9 September 1980.Aktif di Teater Sendiri (TS) sejak duduk di bangku SMA Negeri 1 Kendari. Bersama TS pentas di Jakarta, Banjarmasin, Surabaya, Mataram, Bali, Palu, dan Makassar. Ia mementaskan monolog “Marsinah Menggugat” karya Ratna Sarumpaet dan mendapat apresiasi yang besar dari berbagai kalangan. Puisinya dimuat di majalah Gong, diantologikan pada buku puisi Sendiri 1 (2003), Sendiri 2 (2004), dan Sendiri 3 (2005) “puisi Sendiri 1 (2003), Sendiri 2 (2004), dan Sendiri 3 (2005) (Teater Sendiri) serta Perempuan Penyair Indonesia (KSI-Risalah Badai).Tahun 2005 pentas monolog Bulan yang ditulisnya sendiri pada acara Pesta Monolog, di TIM tahun 2005. Kini ia bekerja di salah satu bank pemerintah sambil menimang anak mungilnya yang lahir tahun 2011. SERUNI TRI PADMINI penikmat sastra asala Solo.Karyanya masuk antologi, Atas Nama Bulan yang DIcemburui (2011), dan Cantik Mencari Jejak (2011).Prestasi yang pernah diraih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
Juara II lomba cipta puisi Dissabilitas, AKSS (2012) dan Juara I lomba cipta puisi Kartini, UNSA (2011). SHINTA MIRANDA lahir di Jakarta, 18 Mei. Berpendidikan Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga Atas. Aktif sebagai penggiat sastra di Komunitas Pencinta Seni dan Sastra Indonesia (KPSI). Beberapa puisi dan cerpen pernah dimuat di media massa. Sejumlah karyanya ikut dalam antologi puisi Merah yang Meremah (2009), Perempuan dalam Sajak (2010), Suarasuara Orang Kecil (2011), Angkatan Kosong-kosong (2011), Karena Aku Tak Lahir Dari Batu: Antologi 100 Puisi Tema Ibu Se Indonesia (2011) dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012). Buku puisi tunggalnya, Constance (2011). SIRIKITSYAH lahir di Surabaya, 28 Juli 1960 dengan namaHermani Sirikit. Menamatkan sekolah dan kuliahnya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris, IKIP Negeri Surabaya (1984). Terakhir Pemimpin Redaksi Surabaya Post, anggota kehormatan PWI Jatim dan Pusham Ubaya, anggota Pleno Dewan Kesenian Surabaya, dan contributor The Jakarta Post. Beberapa buku telah ditulisnya, di antaranya, Media Massa di Bawah Kapitalisme (Kumpulan esai, 1999) dan Sensasi Selebriti (2007).Buku kumpulan cerpennya, Harga Perempuan (1997). Cerpencerpennya dimuat dalam buku antologi cerpen, Derabat: Cerpen Terbaik Kompas (1999), Berawal: Kumpulan Cerpen Pengarang Jawa Timur (1999), dan Ndoro, Saya Ingin Bicara (Ed. M. Khoiri, 2010). Buku kumpulan puisinya, Memotret dengan Kata-kata.Puisi-puisinya dimuat dalam antologi puisi, Mimbar Penyair Abad 21 (1996), dan Antologi Puisi Indonesia 1997 (1997). SRI RUNIA KOMALAYANI Lahir di Sukabumi, 14 Maret 1966.Mengaku sebagai ibu rumah tangga, namun sehari-hari lulusan Universitas Padjajaran Bandung ini mengajar bidang studi Bahasa Indonesia di SMAN 1 Sukaraja, Sukabumi. Sehari-hari ia berkantor di Jalan M.H. Holil 261 Sukaraja, Sukabumi. Pengagum puisi-puisi Godi Suwarna, Acep Zamzam Noer, dan Ajip Rosidi ini mengaku menulis puisi sebagai hobi di tengah waktu senggangnya, diantara kesibukannya mengajar dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Puisi-puisinya antara lain terhimpun dalam Jemparing yang memuat puisi-puisi beberapa penyair Sunda. SUS SETYOWATI HARDJONO juga dikenal dengan namaSus S. Hardjono, lahir di Sragen 5 November 1969. Menamatkan S-1 di FKIP UNS Solo, mengetahui sejak, cerpen dan puisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
sejak 1998. Puisinya tersebar di berbagai media massa antara lain Wawasan, Bernas, Suara Merdeka, KR Minggu, Solo Pos, dan lain-lain. Sejumlah puisinya telah terangkum dalam antologi puisi, Getar 2 (1996), API (1997), Kicau Kepodang 5 (1997), Tamansari (1998), Redi Lawu (2008), Sethong 2 (2009), dan Equator (2011). Semasa di Solo ikut dalam kelompok Peron Surakarta, di Sragen ikut KPSS, dan sekarang mengajar. SUSY AYU lahir di Purwakarta, Jawa Barat, 14 Juni 1972.Pendidikan, SD di Makassar, SMPSMA di Bekasi, dan menempuh pendidikan STIE Kerjasama (dulu AKUB) di Yogyakarta (1993). Karyanya berupa cerpen dan puisi dimuat di Anita Cemerlang, Kartini, Kartika, Story, Fajar Makassar, Suara Karya, Minggu Pagi Yogyakarta dan Radio Prambors FM Jakarta. Puisipuisinya dimuat dalam antologi puisi Merah yang Meremah (2009), Perempuan dalam Sajak (2010), Beranda Senja (2010), Merapi Gugat (2010), Antologi Fiksi Mini (2011), Suluk Mataram, 50 Penyair Membaca Yogya (2011) dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012). Buku puisi tunggalnya, Rahim Kata-kata (2010) dan buku kumpulan cerpennya, Perempuan di Balik Kabut (2011). WENI SURYANDARI lahir di Surabaya, 4 Februaru 1966. Menulis puisi, cerpen, dan novelet.Karya-karyanya dimuat di Suara Karya, Kartini, tabloid Masjid Nusantara.Noveletnya pernah masuk kategori terpuji pada lomba tabloid Nyata, 2008. Buku antologi puisinya: Merah yang Meremah (2009), Perempuan dalam Sajak (2010), Antologi Fiksi Mini (2011), dan Antologi 3 Tahun Komunitas Sastra Reboan (2011). WIEKERNA MALIBRA lahir di Jakarta, 27 September 1979.Ibu seorang balita cantik dan bekerja sebagai Corporate Secretary and Costumer Service Sekolah AlMarjan Terpadu, Yayasan AlMarjan Duta Indah.Kumpulan puisinya, Sajak Pertiwi terdaftar dalam Depdiknas 2008. Esainya “Prasasti Cinta untuk Prasasti” dimuat dalam buku antologi Guru Kehidupanku bersama Epri Tsaqib dan para penulis www.Geraibuku.com (2011) dan esai “The Lost Prince” dimuat dalam buku kumpulan esai 24 Jam Sebelum Menikah, bersama Koko Nata dan penulis FLP lainnya (2009). Pernah Juara III Lomba Cerpen Cintaku Untukmu QLC Trenggelek, Februari 2010, dua kali Juara I Lomba Cerpen Pramuda FLP Jakarta 2008, dan Resensi Ter-Tajam versi Novel Casuarina, Agustus 2009 dan Resensi “Munir „Cermin‟ Yang Mewariskan Keberanian” (Radar Malang).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
WINARTI JULIET VENNIN tinggal di Surabaya. Kadang menggunakan namaJuliet Vennin. Gemar menulis cerpen, puisi ataupun feature.Beberapa karya dimuat di surat kabar, majalah dan buku antologi puisi bersama. Karya puisinya termuat dalam sembilan buku antologi bersama. Antara lain: Puisi Powerpoint dalam CD; Antologi Puisi Digital Cyberpuitika (2002), Perempuan Penyair Indonesia 2005 (2005), Rendezvous (2009), Karena Aku Tak Lahir dari Batu (2011). Saat ini sebagai ibu rumah tangga.Berdoa, bermain, dan belajar adalah aktivitas yang dilakukannya bersama keluarga. YVONNE DE FRETES lahir di Singaraja, 10 Oktober.Pengajar di beberapa Perguruan Tinggi di Jakarta dan konselor di beberapa lembaga dan perguruna tinggi.Terakhir, Ketua Umum Wanita Penulis Indonesia (WPI) dan Sekretaris Himpunan Pengarang Indonesia Aksara, anggota Komunitas Sastra Indonesia, dan anggota Dewan Buku Nasional. Puisi-puisinya dimuat dalam antologi puisi, Nyanyian Pulau-pulau: Antologi Puisi Wanita Indonesia (2010), Antologo Fiksi Mini (2011), Kitab Radja-Ratoe Alit (2011), dan Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012). Bersama Rita Sri Hastuti, menulis buku Megawati: Anak Putra Sang Fajar (Ed. August Parengkuan, 2012). ZUBAIDAH DJOHAR Alumnus Undergraduate Program Pendidikan di IAIN Imam Bonjol, Padang, Sumatera Barat dan Program Kajian Wanita UI Jakarta. Saat ini bekerja sebagai staf ahli gender pada lembaga organisasi Nonpemerintah (ornop) Flower Aceh yang berlokasi di Banda Aceh. Pendiri Timang Reseacrh Center Banda Aceh. Manjadi contributor untuk beberapa buku, antara lain, Geunap Aceh, Perdamaian Bukan Tanda Tangan (2010), dan Rangkeum 2009 (2010). Manjadi editor untuk buku Women Speech after Tsunami and Conflict In Aceh (2006). Terakhir, menetap di Canberra, Australia dan sedang menyelesaikan program doctor bidang Peace Conflict di Universitas of Malaya (MU).Buku kumpulan puisinya, Pulang Melawan Lupa (2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
Diana Mariska Yakomina Jago. Lahir tanggal 11 November 1992 di Fak-fak, Papua. Mengawali pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak di TK Sukacita Fak-fak pada tahun 1997-1998. Melanjutkan studi ke tingkat Sekolah Dasar di SD St. Agustinus Fak-fak pada tahun 1998-2000 dan akhirnya pindah saat kelas 3 ke SD Impres Sempan Barat, Timika Papua pada tahun 2001-2004. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP St. Bernardus Timika, Papua pada tahun 2004-2007. Setelah itu, penulis melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA St. Mikael, Warak, Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta pada tahun 2007-2010. Pendidikan terakhir yang ditempuh penulis pada tahun 2010 hingga Januari 2015 di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Meraih gelar sarjana Strata Satu dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Januari tahun 2015 dengan Tugas Akhir yang berjudul “Citra Diri Perempuan dalam Antologi Puisi Perempuan Penyair Indonesia Terkini Kartini 2012: Sebuah Pendekatan Semiotika”.