PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH DALAM NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI: KAJIAN PSIKOANALISIS
Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Paskaria Tri Astanti NIM: 114114016
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri…. Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri…… -Pramoedya Ananta Toer-
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kedua orang tuaku, Bapak Siten dan Ibu Aini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kuasa-Nya, bimbingan-Nya, dan kasih karunia-Nya sehingga mampu memberikan petunjuk kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak bantuan dan dukungan yang diterima dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam serta tidak mengurangi rasa hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, waktu, semangat dan sebagai teman diskusi yang baik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Endah Peni Adji S,S., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing akademik dan Pembimbing II yang selalu memberikan waktunya untuk membimbing dan memberi dukungan pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia, Bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., selaku ketua prodi, Bapak Drs. Heri Antono, M.Hum., selaku wakil prodi, Bapak Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Bapak Drs. F. Santosa., Ibu Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum., yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti studi di Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dr. F.X. Siswandi, M.A., sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. 5. Seluruh staff dan karyawan perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam menyediakan buku-buku referensi yang dibutuhkan oleh peneliti. 6. Kedua orang tuaku, Bapak Nicodemus Sitensius dan Ibu Regina Aini yang tiada henti memberi dukungan baik secara material, moril serta kasih dan cintanya. Berkat doa dan restu beliau penulis bersemangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 7. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Afrizal Fitranda, Rimeldha Sayuti, Dermala Ananda Tanjung, Yofin Nadya, Gina Istiqomah dan Mega Winarti. Terima kasih atas dorongan, semangat yang yang hampir setiap hari diberikan, kasih sayang dan kesetiaan yang tulus.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Triastanti, Paskaria. 2011. Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis. Skripsi Strata Satu (S1). Yogyakarya: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengangkat topik terhadap tiga tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Tujuan penelitian (1) menganalisis struktur novel Pintu yang meliputi alur, latar/setting, serta tokoh dan penokohan, (2) menganalisis unsur psikologi dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud terhadap tiga tokoh. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan pendekatan psikoanalisis dengan teori struktur kepribadian khususnya mekanisme pertahanan diri Sigmund Freud. Pendekatan struktural digunakan untuk menganalisis struktur novel dan untuk melihat gambaran atau petunjuk tentang persoalan psikologi yang berhubungan dengan Bowo, Erna, dan Paris. Pendekatan psikonalisis digunakan untuk menganalisis kepribadian Bowo, Erna, dan Paris dengan kajian mekanisme pertahanan diri yang meliputi represi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi, serta fantasi dan stereotype. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode baca catat, analisis isi, dan penyajian deskriptif. Hasil analisis dalam novel ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu struktur novel dan psikoanalisis. Struktur novel berisi alur maju dan flashback, alur dominan adalah flashback. Latar/setting terbagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat (Jawa, Batavia, dan Chicago di Amerika), latar waktu yang dibagi menjadi dua bagian yaitu (tahun 1986-1987 dan tahun 1989-2000), latar sosial yang dibagi menjadi dua bagian (latar sosial Jawa, dan latar sosial Amerika). Penokohan menjadi tiga bagian. Bowo sebagai tokoh utama dan protagonis, Erna sebagai tokoh tambahan dan antagonis, tokoh Paris sebagai tokoh utama dan protagonis. Masing-masing tokoh memiliki persoalan psikologis. Hasil analisis psikologis dengan teori mekanisme pertahanan Sigmund Freud terhadap tiga tokoh yaitu, 1) Bowo menggunakan lima model mekanisme pertahanan diri atas konfliknya sejak kecil hingga dewasa yang meliputi sikap agresi, mencari rasionalisasi, represi, proyeksi, dan undoing. 2) Erna menggunakan dua model mekanisme pertahanan diri ketika tidak bisa menikah dengan Bowo yang meliputi regresi serta fantasi dan stereotype. 3) Paris menggunakan tiga model mekanisme pertahanan diri saat bermasalah dengan orangtuanya, menjadi korban KDRT, dan berselingkuh dengan Bowo, yang meliputi regresi, reaksi agresi, dan undoing.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jelas terlihat dalam analisis psikoanalisis mekanisme pertahanan diri bahwa tokoh-tokoh dalam novel yaitu Bowo, Erna maupun Paris memiliki konflik dengan struktur kepribadiannya yaitu antara id, ego, dan superego mereka yang saling bertentangan sehingga pada beberapa kasus banyak menguras energi psikis tokoh. Terbukti bahwa setiap tokoh mempunyai masing-masing kesulitan yang sukar dihadapi dan mereka mencoba bertahan dengan cara kerja ego yaitu mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan secara tidak sadar demi upaya meredakan ketiga kecemasan yang sering meraka alami yakni kecemasan realistik, kecemasan moral, dan kecemasan neurotik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tokoh telah menggunakan mekanisme pertahanan demi menjaga agar struktur kepribadian mereka tidak rusak atau hancur. Bowo dan Paris menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri yang cukup matang dan tetap terjaga keseimbangan kepribadiannya sehingga id nya masih bisa dikontrol. Namun, pada permasalahan Erna, ia telah menggunakan mekanisme pertahanan yang berbahaya sehingga menderita gangguan jiwa. Antara id dan egonya tidak seimbang sehingga ego nya bekerja keras dan mekanisme pertahanan diri yang digunakan juga berbahaya karena mentalnya tidak sehat dan pada akhirnya id keluar secara tidak terkontrol.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Triastanti, Paskaria. 2011. Self Defense Mechanism of figures in Pintu novel by Fira Basuki: Psychoanalysis studies. Thesis S-1 Degree. Yogyakarya: Indonesia Literature. Faculty of Letters. Sanata Dharma University. This research raised the topic of the three characters in the Pintu Fira Basuki works. Research result (1) analyze the structure of the novel Pintu covering the grooves, background/setting, and characterization. Analyze the elements of psychology with Sigmund Freud's psychoanalysis approach towards three figures. This study uses a structural approach and the approach of psychoanalysis with particular personality structure theory of Sigmund Freud's self-defense mechanism. Structural approach is used to analyze the structure of the novel and to see a picture or instructions about psychological issues related to Bowo, Erna, and Paris. Psikonalisis approach used to analyze personality Bowo, Erna, and Paris to study self-defense mechanism which includes repression, projection, transfer, rationalization, reaction formation, regression, aggression, and fantasies and stereotypes. The method used in this research is the method of reading notes, content analysis and descriptive presentation. Results of the analysis in this novel are classified into two, namely the structure of the novel and psychoanalysis. The structure of the novel contains forward flow and flashbacks, the dominant flow is flashback. Background/setting is divided into three sections: a background (Java, Batavia, and Chicago in the United States), setting time is divided into two parts, namely (1986-1987 and 1989-2000), the social background which is divided into two parts (Background Java social, and social background America). Characterizations into three parts. Bowo as the main character and protagonist, Erna as an additional character and antagonist, Paris figures as the main character and protagonist. Each character has a psychological problem. Results of psychological analysis with Sigmund Freud's theory of defense mechanisms on three character, namely, 1) Bowo using five models of self-defense mechanism on the conflict from childhood to adulthood that includes aggression, seeking rationalization, repression, projection, and undoing. 2) Erna using two models of self-defense mechanism when she is can not be married with Bowo which includes regression and fantasies and stereotypes. 3) Paris using three models of selfdefense mechanism when in trouble with her parents, becomes a victim of domestic violence, and had an affair with Bowo, which includes regression, aggression reaction, and undoing.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
It is clear that in the analysis of psychoanalysis defense mechanisms that the characters in the novel are Bowo, Erna and Paris had a conflict with their personality structure that is between the id, ego, and superego their conflicting so that in some cases a lot of psychic energy drain figures. Proved that every character has individual difficulties faced difficult and they are trying to survive with the workings of the ego that is self-defense mechanism that they use unconsciously for the sake of the third attempt to defuse the anxiety that often they experience the realistic anxiety, moral anxiety and neurotic anxiety. It can be deduced that each character has to use defense mechanisms in order to keep their personality structure is not damaged or destroyed. Bowo and Paris using some defense mechanism that is quite mature and maintained the balance of their personality so the id can still be controlled. However, the problems of Erna, she has used a dangerous defense mechanisms that mentally ill. Between the id and the ego is not balanced so that her ego have to work hard and self-defense mechanism her used is also dangerous because mentally unhealthy and ultimately id out uncontrollably.
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ................... v HALAMAN MOTTO .................................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii ABSTRAK .................................................................................................................... x ABSTRACT .................................................................................................................. xii DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6 1.5 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 6 1.6 Landasan Teori ................................................................................................... 8 1.6.1 Kajian Struktural ........................................................................................... 8 1.6.2 Psikoanalisis................................................................................................ 14 1.6.3 Mekanisme Pertahanan Diri........................................................................ 17 1.7 Metode dan Teknik Penelitian .......................................................................... 24 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...................................................... 24 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data .............................................................. 25 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ....................................................... 25 1.8 Sistematika Penyajian........................................................................................ 26
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI ........... 27 2.1 Pengantar ........................................................................................................... 27 2.2. Analisis Alur..................................................................................................... 27 2.2.1 Tahap situattion atau tahap penyituasian .................................................... 30 2.2.2 Tahap generating circumstance atau tahap pemunculan konflik ............... 30 2.2.3 Tahap Rissing Action atau Tahap Peningkatan Konflik ........................... 31 2.2.4 Tahap Climax atau Tahap Klimaks ............................................................ 33 2.2.5 Tahap denoucement atau tahap penyelesaian ............................................ 33 2.3 Analisis Latar/ setting ........................................................................................ 34 2.3.1 Latar Tempat ............................................................................................... 34 2.3.2 Latar Waktu ............................................................................................... 38 2.3.3 Latar Sosial ................................................................................................ 40 2.4 Analisis Penokohan .......................................................................................... 43 2.4.1 Tokoh Utama dan Protagonis: Bowo .......................................................... 43 2.4.2 Tokoh Antagonis dan tokoh Tambahan: Erna .......................................... 46 2.4.3 Tokoh protagonis dan Tokoh Tambahan: Paris ........................................ 48 2.5 Rangkuman ....................................................................................................... 50 BAB III MEKANIMSE PERTAHANAN DIRI TOKOH DALAM NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI ............................................................................................ 52 3.1 Pengantar ........................................................................................................... 52 3.2 Mekanisme Pertahanan Tokoh Bowo ................................................................ 53 3.3 Mekanisme Pertahanan Tokoh Erna ................................................................. 70 3.4 Mekanisme Pertahanan Tokoh Paris ................................................................. 75 3.5 Rangkuman ........................................................................................................ 82 BAB 1V SIMPULAN ................................................................................................. 84 4.2. Implikasi ........................................................................................................... 86 4.3 Saran .................................................................................................................. 88 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 90
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ini mengangkat judul Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Sebuah Kajian Psikoanalisis. Yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan diri menurut pengertian Hilgrard, et al., adalah proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap anxitas; mekanisme ini melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal dengan mendistori realitas dengan berbagai cara (Minderop, 2010: 29). Kajian ini akan menjelaskan dan mendeskripsikan sebuah karya sastra dengan analisis kejiwaan sang tokoh, atau analisis secara psikologi. Secara khusus yang dikaji dalam tulisan ini adalah kondisi psikologis yang ada di dalam penokohan novel Pintu karya Fira Basuki yang sarat kejadian religius dan tidak logis serta kaya akan konflik. Tulisan ini khusus mengkaji bagaimana struktur cerita dalam novel dan mengkaji mekanisme pertahanan diri pada tokoh Bowo serta dua tokoh wanita di dalam novel. Tokoh sentral dalam novel Pintu karya Fira Basuki adalah tokoh pria yang bernama Bowo, kemudian juga kondisi psikologis dua tokoh wanita dalam novel yang terkait erat dengan tokoh Bowo yaitu Erna dan Paris sebagai perlambangan kedua sifat manusia yang berbeda.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Novel ini menceritakan petualangan seorang lelaki, Djati Suryo Wibowo yang selalu dikatakan „anak istimewa‟. Djati Suryo Wibowo yang akrab disapa Bowo, Bo atau B, terlahir sebagai bayi kuning pada saat weton Sabtu Pahing, dan memiliki neptu Jawa tertinggi ini konon tandanya Bowo bukanlah orang biasa. Bagaimana tidak, ketika berumur setahun kepandaiannya sudah menyamai anak berumur tiga tahun. Hal-hal yang tak kasat mata pun sudah dialaminya sampai-sampai ia mempunyai teman yang berbeda dunia bernama Jeliteng pada usia tiga tahun. Erna adalah seorang wanita yang sangat mencintai Bowo hingga melakukan hal-hal tak lazim dan menyebabkan ia gila. Sementara Paris adalah seorang wanita bersuami yang menjadi kekasih Bowo dan ia mengalami kekerasan dalam rumah tangganya sendiri sampai akhirnya terbunuh. Dalam mekanisme pertahanan diri Bowo, contohnya pada saat ia masih kecil. Ia Tidak menyukai adiknya yang sebentar lagi akan lahir, yaitu June, ia merasa akan kesepian dan tidak dihiraukkan lagi sebagai anak satu-satunya. Kemudian ia menggunakan
mekanisme
pertahanan
agresi
sebagai
bentuk
pengalihan
ketidakperhatian orang-orang kepadanya. Bowo melakukan tindakan berteriak-teriak dan mengejar angsa sebagai bentuk pengalihan karena unsur id nya yang tidak menginginkan Jane lahir, terdapat suatu kecemasan dalam diri Bo sehingga ia melakukan mekanisme pertahanan diri. Pada kasus mekanisme pertahanan diri yang dialami oleh Erna, ia memasuki tahap mekanisme fantasi dan stereotype, di mana ia telah mengalami guncangan jiwa
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang hebat setelah kejadian yang menimpanya. Ia merasa dicampakkan oleh Bowo, merasa ditinggalkan dan ia sudah tidur dengan Bowo untuk pertama kalinya. Ia melakukan berbagai cara agar Bowo putus dengan kekasihnya dan mau menikahinya. Namun, usahanya sia-sia dan berujung pada kesehatan mentalnya dan akhirnya menderita gangguan jiwa. Erna masuk dalam dunia khayalnya sebagai solusi atas frustasi dan masalah yang ada padanya. Yaitu solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang realitas. Jika di dalam realitas ia tak bisa memiliki Bowo, maka keinginannya untuk mendapatkan Bowo ia hadirkan dalam dunia khayal atau dunia yang ia karang sendiri, dan akibat dari stereotype adalah perilaku pelaku terjadi terus menerus dan berulang-ulang. Begitu juga dengan Paris yang di dalam cerita adalah kekasih Bowo, ia adalah seorang gadis Paris yang cantik yang melakukan kawin lari dengan suaminya yang sekarang sering menyiksanya secara fisik dan batin. Oleh karena itu ia menggunakan mekansime pertahanan regresi yang mengarah pada perilaku seperti anak kecil. Ia bersikap manja kepada Bowo, sering menangis dan meminta Bowo untuk tidak meninggalkannya dan selalu menemaninya. Novel ini adalah trilogi dari novel Jendela-jendela, Pintu dan Atap. Judul novel Pintu dirasa sangat menarik pembaca, pembaca akan merasa penasaran dan berkeinginan besar untuk membacanya. Mulai dari pembagian cerita dari pintu gerbang, pintu batin sampai pintu hati menggambarkan secara jelas mengenai cerita pada masing-masing makna pintunya. Menurut Sapardi Djoko Damono (Basuki Fira,
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2002) bagi banyak pembaca, novel yang ditulis dengan bahasa yang lancar ini pasti memikat antara lain karena ada berbagai faktor kebetulan yang sengaja dipergunakan untuk merangkai peristiwa-peristiwa itu. Penulis memilih novel Pintu karena merasa sependapat dengan pernyataan di atas, novel Pintu memiliki keunikan tersendiri dibanding dua novel triloginya yaitu Jendela-Jendela dan Atap. Penulis merasa di dalam novel Pintu mekanisme pertahanan diri pada setiap tokoh lebih banyak sesuai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Kajian psikologi sastra yang dimaksudkan dalam studi ini adalah salah satu kajian dalam menganalisis sebuah karya sastra, khusus pada tokoh, atau kondisi kejiwaan maupun tingkah laku sadar dan tak sadar manusia. Psikoanalisis merupakan sesuatu yang sistematis dan tegas dalam menjelaskan struktur jiwa manusia. Psikoanalisis adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara, 2008:16), kajian ilmu ini didasari oleh penelitian psikologi Sigmund Freud bagaimana mekanisme pertahanan konflik yang dikhususkan pada mekanisme ego tiap tokoh. Topik ini dipilih karena tiga alasan yang mencakup alasan literer dan alasan ilmu pengetahuan. Pertama, alasan literer, selama ini referen kajian sastra belum banyak yang begitu mendalami dan meneliti psokologi sastra, padahal menurut Endraswara dalam Minderop (2008:15) sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan, karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup ini. Keduanya
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memanfaatkan landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Kedua, alasan pengetahuan tentang kondisi psikis pada manusia. Sastra juga adalah cerminan batin dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, hanya dibentuk dalam tulisan sastrawan yang pasti mempunyai maksud dan ungkapan kondisi kejiwaan penulis itu sendiri. Dengan psikoanalis, beberapa tokoh dalam novel Pintu akan diungkap dan diamati. Dengan kajian psikoanalis kita membaca simptonsimpton dari alam tak sadar yang terwujud dalam teks di dalam tokoh. Ketiga,
pengarang
memakai
tokoh
lelaki
sebagai
tokoh
utama,
dan
menceritakannya dalam sebuah petualangan spiritual dan batin yang sebenarnya sarat nilai kebudayaan. Sehingga penokohan dalam novel ini sangat menarik untuk dikaji mengingat karakter manusia yang komplit. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas masalah-masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana analisis struktur cerita dalam novel Pintu karya Fira Basuki? 2. Apa dan bagaimana mekanisme pertahanan diri pada tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Mendeskripsikan struktur cerita dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Dalam skripsi ini akan dibahas dalam Bab II. 2. Mengkaji apa dan bagaimana mekanisme pertahanan diri pada tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Penelitian ini difokuskan pada tokoh Bowo, Erna dan Paris. Dalam skripsi ini akan dibahas secara mendalam pada Bab III. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah serangkaian mekanisme pertahanan diri beberapa tokoh dalam novel, yaitu tokoh Bowo dan dua tokoh wanita yaitu, Paris dan Erna dalam mekanisme kejiwaan dan psikologisnya dari sudut pandang Sigmud Freud. Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan khazanah ilmu sastra, khususnya kajian psikoanalisis. Sementara itu, secara praktis, hasil penelitian
ini dapat dimanfaatkan
pembaca untuk mengetahui sastra dalam psikoanalisis. 1.5 Tinjauan Pustaka Novel ini penuh nilai dan banyak diperbincangkan. Novel ini memang kaya akan imajinasi dan kejadian-kejadian tidak kasat mata dan spiritual. Namun belum ada yang meneliti tokoh Bowo, Paris, dan Erna ke dalam pengkajian psikoanalisis penokohan.
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Adapun penelitian yang pernah dilakukan, Retno Tanjung Sari (2006) dalam kajian yang ditulis dalam skripsinya mengangkat judul Novel Trilogi JendelaJendela, Pintu, dan Atap. Dalam kajiannya ia membahas aktualisasi unsur struktural trilogi novel Jendela-jendela, Pintu dan Atap karya Fira Basuki dalam membentuk totalitas utuh. Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana aktualisasi unsur struktural yang meliputi tokoh, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat trilogi novel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengaktualisasikan unsur struktural novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap dalam membentuk totalitas yang utuh. Nofrianti, (PGRI Sumatera Barat 2013) dalam skripsinya mengangkat judul “Reaitas Sosial dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki” Dalam penelitiannya menemukan hubungan realitas sosial dalam novel Pintukarya Fira Basuki dengan realitas sosial di tengah masyarakat. Hubungan realitas sosial tersebut mencakup kepercayaan masyarakat Jawa dan Eropa, keyakinan spiritual tradisi,dan pandangan hidup. Novel Pintu karya Fira Basuki merupakan salah satu novel Indonesia modern yang menjadi saksi zaman era modern. Realitas yang ada di masyarakat saat ini terrefleksi melalui cerita dan karaktertokoh yang terdapat dalam novel Pintu karya Fira Basuki. Perselingkuhan, seks bebas, dan kebudayaan menjadi konflik dalam ceritanya. Kisah dalam novel Pintu menggambarkan masalah kehidupan yang terjadi di masyarakat. Kemudian skripsi oleh Kartika Ari Darmayani mahasiswa Universitas Dipenogoro (2013) dengan judul penelitian “Mekanisme Pertahanan Ego Tokoh 7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Utama dalam Novel Gadis pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: sebuah tinjauan psikologi”.Mengenai mekanisme pertahanan ego pada tokoh utama, penulis menitik beratkan pada mekanisme pertahanan, yang meliputi identifikasi, sublimasi, represi, fiksasi dan regresi, pembentukan reaksi, pembalikan, projeksi, reaksi agresi, rasionalisasi, penolakan, pengingkaran dan penahanan diri yang terjadi pada tokoh utama. Dari beberapa tinjauan pustaka yang diperoleh, maka dapat disimpulkan belum ada yang secara spesifik mengkaji tokoh Bowo dan wanita-wanita yang berhubungan dengan hidupnya secara psikoanalisis dengan mengkaji mekanisme pertahanan diri tokoh. Maka penulis akan meneliti sesuatu yang masih belum terjawab oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
1.6 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan sebagai kerangka analisis novel ini mencakup (1) kajian struktural, (2) kajian psikoanalisis, dan (3) mekanisme pertahanan diri.
1.6.1 Kajian Struktural Nurgiyantoro (2007:36) menjelaskan bahwa sebuah karya sastra, fiksi ataupun puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangunnya)-nya. Menurut Teuuw (1983:61)
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahulu yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadaap suatu karya sastra. Masih menurut Teeuw, karya sastra sebagai dunia dan kata mempunyai kebulatan makna intrinstik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Analisis struktural juga dilakukan agar diperoleh kesistematisan dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap karya sastra, sehingga analisis dan selanjutnya yang hendak dilakukan menjadi lebih mudah. Penekanan strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Aanalisis struktural yang dipilih dalam penelitian ini meliputi tiga unsur yaitu: alur, latar/setting serta tokoh dan penokohan. Unsur-unsur struktural yang dipilih tersebut dinilai membantu menganalisis novel yang akan dikaji untuk mendapatkan hasil-hasil yang relevan dalam melanjutkan analisis mekanisme pertahanan diri. 1.6.1.1 Alur Semi, (1988:43) alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi. Stanton dalam Nurgiyantoro (2007: 113) menyatakan plot adalah cerita berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Nurgiyantoro (2007:113) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Nurgiyantoro (2000: 135) membedakan alur menjadi dua, yaitu (1) alur lurus, maju, atau dapat dinamakan alur progresif. Alur sebuah novel dapat dikatakan progresif jika peristiwaperistiwa yang dikisahkan bersifat kronologi, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti peristiwa berikutnya. Alur sorot balik, mundur, flashback, atau dapat disebut regresif, yaitu urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dilaksanakan. Karya yang berplot jenis ini dengan demikian langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, bahkan konflik yang meruncing. Nurgiyantoro (2007: 149-150) membagi alur cerita menjadi lima tahapan. 1.6.1.1.1
Tahap situation, pelukisan latar dan cerita atau pengenalan;
1.6.1.1.2
Tahap generating circumstance, pemunculan konflik yang menegangkan cerita;
1.6.1.1.3
Tahap rising action, konflik yang terjadi semakin meningkat;
1.6.1.1.4
Tahap climax, peristiwa-peristiwa mulai memuncak;
1.6.1.1.5
Tahap denouement, penyelesaian dari semua peristiwa.
Berdasarkan rangkaian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa plot atau alur adalah urutan atau rangkaian kejadian atau peristiwa dalam suatu karya fiksi yang memiliki tahapan-tahapan tertentu secara kronologis.
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6.1.3 Latar Semi (1988: 46) latar atau landas tumpu cerita adalah tempat peristiwa terjadi. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap secara teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Pengangkatan unsur sejarah ke dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu yang diceritakan menjadi bersifat khas, tipikal, dan dapat menjadi sangat fungsional sehingga tak dapat diganti dengan waktu lain tanpa mempengaruhi perkembangan cerita. Latar waktu menjadi amat koheren dengan unsur cerita yang lain. Menurut Nurgiyantoro (2007: 227) Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan namanama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Nurgiyantoro (2007:216) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang akan diceritakan. Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat 11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mencakup berbagai masalah yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan. Berdasarkan rangkaian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah keseluruhan lingkungan dalam cerita dan peristiwa dalam suatu karya sastra baik di lingkungan tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan sebuah karya sastra. Latar waktu mengacu pada kapan terjadinya peristiwa dan latar sosial mengacu pada lingkungan sosial pada peristiwa yang bersangkutan. 1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan Nurgiyantoro (2007:165) mengungkapkan bahwa tokoh cerita adalah individu orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Pengertian tokoh dan penokohan adalah tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Isitilah tokoh merujuk pada orang yang menjadi pelaku cerita, watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas seorang tokoh seperti yang dikatakan Jones dalam Nurgiyantoro (2007: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang digambarkan dalam cerita.
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Stanton dalam Nurgiyantoro (2007:165) mengemukakan bahwa penggunaan istilah karakter sendiri dalam berbagai literature bahasa Inggris menyarankan pada dua penegertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut. Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (20017:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Nurgiyantoro (2007: 176) tokoh-tokoh fiksi dalam cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. 1.6.1.2.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita (central carachter, main character), sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling penting banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain serta menentukan perkembangan plot secara keseluruhan pembedaan tokoh utama dan tambahan tak
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dapat dilakukan secara eksak. Pembedaan itu bersifat gradasi, kadar keutamaan tokoh itu bertingkat. 1.6.1.2.2 Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis. Jika membaca sebuah novel membuat rasa simpati, empati dan melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh, tokoh yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis. Atenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro, (1994:178) menyebutkan tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tak langsung. Penyebab konflik yang tak dilakukan oleh seorang tokoh disebut disebut sebagai kekuatan antagonistis. Dalam studi ini, kedua pembagian penokohan tersebut dijawab secara bersamaan maupun bergantian, yang dimaksud dengan tokoh utama dan tokoh tambahan bisa saja termasuk dalam tokoh protagonis maupun antagonis. Misalnya, tokoh utama adalah tokoh protagonis juga, dan tokoh tambahan adalah tokoh antagonisnya. 1.6.2 Psikoanalisis Psikologi sastra adalah sebuah interdisipliner antara psikolog dan sastra (Endraswara, 2008:16). Pendekatan psikologis terhadap karya sastra muncul setelah
14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sigmund Freud memperkenalkan teori psikoanalisa, bagi Freud cipta rasa merupakan ambisi alam tak sadar yang tidak terwujud dalam realita. Kemudian secara fiktif diaktualisasikan dalam sastra. Pendekatan secara pskologis inilah yang disebut psikologi sastra. Endraswara dalam Minderop (2010: 2) mengungkapkan penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra karena adanya beberapa kelebihan seperti: pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi umpanbalik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis. Freud dalam Minderop (2010: 19) membagi tiga psikisme manusia yaitu id, ego dan superego. Id adalah energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar. Cara kerja Id berhubungan dengan prinsip mencari kesenangan, selalu mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknyamanan. Freud menjelaskan bahwa ketika manusia lahir, sistem syarafnya hanya sedikit lebih baik dari binatang lain, itulah yang dinamakan id. Sistem syaraf, sebagai id, bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional yang disebut insting atau nafsu (Boeree, 2007: 38).
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ego merupakan sesuatu yang terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas (Minderop: 2010: 20). Menurut Booree (2007: 39), ketika ego berusaha membuat id (atau organisme) tetap senang, di sisi lain dia juga mengalami hambatan yang ada di dunia nyata. Sering dia menemukan objek-objek yang menghalanginya mencapai tujuan. Ego akan tetap mencatat apa-apa yang menghalangi dan sekaligus mengingat apa-apa yang memuluskan jalannya mencapai tujuan. Sesuai dengan teori di atas, Arif (2006: 18) menjelaskan ego adalah struktur kepribadian yang bersentuhan langsung dengan realitas. Ia mesti menjembatani sedemikian rupa agar interaksi antara realitas internal dan realitas eksternal berlangsung mulus. Untuk menjalankan tugasnya, ego memiliki tiga fungsi utama, yaitu reality testing, identity, dan defense mechanism (mekanisme pertahanan) Sedangkan, superego adalah mengacu pada moralitas. Hati nurani yang bisa mempertimbangkan baik dan buruk. Superego tidak mempertimbangkan realitas (Minderop, 2010: 19-22). Superego mengawasi ego dengan ketat serta menilai tindakan dan niat dari ego. Rasa bersalah muncul pada saat ego bertindak atau berniat untuk bertentangan dengan standar moral superego (Feist: 2010: 34)
16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6.3 Mekanisme Pertahanan Diri Hilgard, et al., dalam Minderop (2010: 29) menyatakan Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan mengacu pada proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap anxitas; mekanisme ini melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal dengan mendistori realitas dengan berbagai cara. Masih menurut Hilgard, et al., pertahanan yang paling primitif dari ancaman-ancaman dari luar ialah denial of reality (penolakan realitas), ketika individu mencoba menolak realitas yang mengganggu dengan penolakan mengakuinya. Mekanisme pertahanan ego timbul karena adanya kecemasan-kecemasan yang dirasakan individu. Maka, mekanisme pertahanan terkait dengan kecemasan individu. Kecemasan adalah perasaan terjepit atau terancam, ketika terjadi konflik yang menguasai ego kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang dari luar. Mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan. Kecemasan objektif merupakan respons realistis ketika seseorang merasakan bahaya dalam suatu lingkungan (Minderop, 2010:28). Freud mengatakan bahwa ia percaya bahwa kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar merupakan akibat konflik dari konflik antara pulsi Id (umumnya seksual dan agresif) dan pertahanan dari ego dan superego (Minderop, 2010; 28). Masih menurut Freud, kebayakan pulsi
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tersebut mengancam individu yang disebabkan oleh pertentangan nilai-nilai personal atau berseberangan dengan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Menurut Alwisol, (2005: 27) mekanisme pertahanan ego membantu dapat dilaksanakannya fungsi penolakan, sekaligus melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan. Pendapat Freud dalam Alwisol, (2005: 27) mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi implus id serta menentang tekanan superego. Menurutnya lagi,
ego mereaksi bahaya
munculnya implus id memakai dua cara. Pertama, membentengi implus sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah laku sadar. Kedua, membelokkan implus itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah. Semua mekanisme pertahahanan diri menurut Alwisol (2005: 28) mempunyai tiga persamaan ciri yakni, 1) mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar 2) mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsukan, atau memutarbalikkan kenyataan dan 3) mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam. Terdapat tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam mekanisme pertahanan diri (Minderop, 2010: 29) yaitu: Pertama, mekanisme pertahanan merupakan konstruk psikologis berdasarkan observasi terhadap perilaku individu. Kedua, perilaku seseorang membutuhkan informasi deskriptif yang bukan penjelasan tentang perilaku. Ketiga, semua mekanisme dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
orang normal. Bila mekanisme menjadi keutamaan dalam penyelesaian masalah maka ada indikasi siindividu tidak mampu menyesuaikan diri. Jika ego bekerja terlalu keras bisa saja menjadi sikap yang menyimpang. Menurut Freud dalam Feist (2010: 40) inilah mengapa ego membangun mekanisme pertahanan diri agar kita tak perlu menghadapi ledakan-ledakan seksual dan agresif secara langsung. Senada dengan pendapat di atas, Feist (2006: 34) mengungkapkan meskipun mekanisme pertahanan ini normal dan digunakan secara universal, apabila digunakan secara ekstrem, maka mekanisme-mekanisme ini akan akan mengarah pada perilaku yang komplusif, repetitive, dan neurotis. Menurut Arif (2006: 19) fungsi utama defense mechanism adalah untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan. Sudah dikemukakan oleh Freud bahwa manusia memiliki tiga struktur kepribadian yaitu id, ego, dan superego. Id adalah dorongan atau hasrat yang ada dalam keinginan manusia. Sedangkan ego adalah prinsip realitas dengan maksud memenuhi id namun tetap tidak mengesampingkan realitas. Ego bekerja dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mekanisme pertahanan yang dilakukan manuisa. Seperti yang dikemukakan oleh Arif (2006: 18)
bahwa fungsi utama ego adalah mengatur
dialog/interaksi/transaksi antara dunia internal individu dengan realitas eksternal. Ia mesti menjembatani sedemikian rupa agar interaksi tersebut berjalan mulus. Jadi, di sinilah cara kerja mekanisme pertahanan, yaitu pada struktur kepribadian ego.
19
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yang memicu adanya cara kerja ego adalah kecemasan atau anxitas. Freud dalam Feist (2010: 38-39) mengklasifikasikan kecemasan menjadi tiga kategori. Pertama, kecemasan neurosis, adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Kedua, kecemasan moral, adalah kecemasan yang berakar dari konflik antara ego dan superego. Ketiga, kecemasan realistik yang terkait dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Freud pun membagi mekanisme pertahanan menjadi beberapa model. Kesepuluh model mekanisme pertahanan diri menurut Freud adalah sebagai berikut: 1. Represi: Tugas represi adalah mendorong keuar implus-implus id yang tidak diterima dari alam bawah sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar. Feist (2010: 40). Represi adalah proses ego memakai kekuatan anxitas untuk menekan segala sesuaru (ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran. Represi bisa sangat kuat, menekan menuju ketaksadaran menjadi kompleks tertekan (Alwisol, 2005: 30
20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Sublimasi: Sublimasi (Minderop, 2010: 20) adalah bentuk pengalihan. Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial menggantikan perasaan tidak nyaman. Arif (2006: 32) menambahkan bahwa sublimasi mengubah atau mentransformasikan dorongan primitif baik itu dorongan seksual atau agresi menjadi dorongan yang lebih sesuai dengan budaya dan norma-norma yang berlaku di realitas eksternal. 3. Proyeksi: Poyeksi terjadi apabila individu menutupi kekurangannya dan masalah yang dihadapi atau kesalahannya dilimpahkan kepada orang lain. Seseorang yang melakukan proyeksi, tidak mengenali tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya (Arif, 2006: 34). 4. Pengalihan: Pengalihan adalah perasaan tidak senang terhadap suatu objek lainnya yang lebih memungkinkan (Miderop, 2010: 20). Menurut Freud lagi dalam Feist (2006: 36) pada pengalihan, orang bisa mengalihkan dorongandorongan yang tak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung dan tersembunyi. 5. Rasionalisasi: Rasionalisasi memiliki dua tujuan yaitu; mengurangi kekecewaan dan memberikan motif yang dapat diterima pelaku. Rasionalisasi adalah upaya mendististorsi persepsi akan realitas (Miderop, 2010:21). Dalam rasionalisasi, ia sendiri tidak sadar bahwa persepsinya tentang suatu realitas
21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
telah terdistorsi cukup jauh, dan alasan-alasan yang dikemukakannya adalah palsu, ia merasa alasan tersebut memang benar (Arif, 2006: 36). 6. Reaksi Formasi: Minderop, (2010: 21) Reaksi formasi mampu mencegah seorang individu berperilaku yang menghasilkan anxitas dan kerap kali dapat mencegahnya bersikap antisosial. Menurut Arif (2006: 35) reaksi formasi adalah upaya untuk melawan suatu dorongan libidinal yang dipersepsikan dapat menimbulkan konflik, dengan cara melakukan kebalikannya. 7. Regresi: Menurut Freud ada dua interpretasi mengenai regresi. Pertama, retrogresivve behavior yaitu, perilaku seseorang yang mirip seperti anak kecil. Kedua, primitivation ketika seseorang dewasa bersikap seperti orang yang tidak berbudaya (Minderop, 2010: 22). Regresi, pada saat libido melewati perkembangan tertentu, di masa penuh stres dan kecemasan, libido bisa kembali ke tahap yang sebelumnya (Feist. 2010: 42). 8. Agresi dan apatis: Perasaan marah terkait dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan (Minderop, 2010: 37). Menurut Freud dalam Alwisol (2005: 33) reaksi agresi itu memanfaatkan drive agresif untuk menyerang obyek yang menimbulkan frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada obyek asli, obyek pengganti maupun kepada diri sendiri.
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9. Fantasi dan Stereotype: Stereotype adalah konsekuensi dari frustasi yaitu perilau stereotype memperlihatkan perilaku pengulangan terus-menerus yang tampak aneh (Miderop, 2010: 39) 10.Undoing:
kecemasan
dan
dosa
akibat
kegiatan
negatif,
ditutupi/dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk “tingkahlaku ritual” (Alwisol, 2005: 34). Menurut Arif, (2006: 35) undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu implus yang telah terwujud menjadi tingkah laku, biasanya dengan cara melakukan ritual-ritual tertentu. Teori-teori psikoanalisis Sigmund Freud akan diterapkan dalam menganalisis tiga tokoh mengenai mekanisme pertahanan diri yang digunakan masing-masing tokoh dalam masalah atau kecemasan-kecemasan yang dihadapinya karena sesuai dengan pandangan Freud bahwa dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan merupakan karakteristik yang cenderung kuat dalam diri setiap orang. Senada dengan pendapat di atas peneliti yakin bahwa kecemasan-kecemasan dalam ketiga tokoh menimbulkan mekanisme-mekanisme pertahanan yang kuat pada masing-masing konflik yang terjadi. Id, ego, dan superego adalah struktur kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, di dalam id, ego, superego terdapat pengertian dan beberapa fungsinya dalam struktur kepribadian manusia. Jika menurut Freud id adalah segala sesuatu yang bekerja dengan prinsip kesenangan, maka ego adalah yang memenuhi kesenangan dengan mencatat apa yang menghalangi dan yang mendukung.
23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sedangkan superego menyangkut pada hati nurani yang menilai yang sudah bersentuhan dengan realitas. ketika manusia berada dalam keadaan yang tidak nyaman atau merasa terancam, maka id memberi sinyal bahaya yaitu kecemasan, dan ego menerima sinyal bahaya dan menggunakan salah satu cara kerjanya yaitu mekanisme pertahanan diri guna meredakan kecemasan maupun memutarbalikkan kenyataan agar keadaan terasa tidak terlalu berbahaya. Jika id tidak terkontrol maka ego pun bekerja keras dengan menggunakan banyak cara mekanisme pertahahan diri yang meliputi sepuluh model mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri adalah cara kerja ego yang menjaga agar struktur kepribadian kepribadian (id,ego, superego) manusia tetap seimbang.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan dijelaskan masing-masing tahap dalam penelitian ini. 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah pada tokoh Bowo, Paris, serta Erna dalam novel Pintu karya Fira Basuki yang dikaji dengan psikoanalisis. Data diperoleh dari sumbersumber tertulis dari novel Pintu Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Judul buku
: Pintu
Pengarang
: Fira Basuki
Tahun terbit
: 2002
Terbitan
: Gramedia Widiasarana Indonesia
Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca. Metode baca adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung dari data sumber tertulis yang sesuai dengan objek peneltian. Teknik lanjutan dari metode baca yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik catat. Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat kembali hal-hal yang perlu dan penting dalam penelitian dari sumber tertulis 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan, langkah berikutnya adalah analisis data. Metode yang digunakan pada tahap ini antara lain adalah teknik analisis isi, karena teknik ini sangat mendukung dalam memperoleh gambaran yang jelas guna memaparkan dan mendeskripsikan keadaan psikologis yang terkandung dalam novel Pintu karya Fira Basuki. 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Penulis menggunakan metode deskriptif untuk menyajikan hasil analisis data. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ditemukan. Metode deskriptif analisis dirasa tepat oleh penulis dalam menguraikan hasil penelitian tokoh-tokoh dalam novel Pintu. 1.8 Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini disajikan dalam 4 bab. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II analisis struktural novel Pintu karya Fira Basuki yang meliputi analisis alur, setting/latar, dan penokohan. Bab III analisis mekanisme pertahanan diri pada tiga tokoh yaitu Bowo, Erna dan Paris dalam novel Pintu kajian psikoanalisis. Bab IV adalah bagian penutup yang memuat kesimpulan, implikasi beserta saran.
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI
2.1 Pengantar Bab ini akan menjelaskan struktur cerita pada novel Pintu karya Fira Basuki. Untuk mengkaji mekanisme pertahanan diri pada masing-masing tokoh, maka struktur novel perlu diteliti lebih dahulu guna memperdalam pemahaman diri tokoh. Menurut Teuuw (1983:61), pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahulu yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadap suatu karya sastra. Pada bab ini akan dibahas mengenai tiga unsur di dalam novel yang meliputi alur, latar/setting serta penokohan. Unsur-unsur inilah yang secara tidak langsung turut serta membangun cerita. Dengan mengkaji tiga unsur novel tersebut maka akan dikaji teks-teks yang berkesinambungan dan mendukung dengan fokus studi yaitu analisis mekanisme pertahanan diri tokoh. 2.2. Analisis Alur Alur atau yang biasa disebut plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan sebab akibat, peristiwa, yang satu disebabkan oleh peristiwa yang lain (Nurgiyantoro 2007: 113). Terdapat tahapan alur yang akan dibahas menurut Nurgiyantoro (2007: 149-150) yaitu, 1)Tahap situattion atau tahap penyituasian, 2) Tahap generating circumstance atau tahap pemunculan konflik. 3)
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tahap Rissing Action atau tahap peningkatan konflik, 4) Tahap climax atau tahapp klimaks, dan 5) Tahap climax atau tahap klimaks. Pada bagian pertama novel menunjukkan waktu awal dari semua peristiwa, yaitu peristiwa ketika tokoh utama yaitu Bowo yang bernama lengkap Djati Suryo Wibowo Subagio sedang melaksanakan ritual adat pernikahan. Ketika itu Eyang putri sedang memberikan pesan kepada Bowo. Diungkapkan dalam kutipan berikut. “Turuta atut aruntut, karongan saari ratri, yayah mimi lan mintuna, nadyan teka ing don adi, aywa doh dunungaina, awibawa ing swargadi”. Itulah pesan Eyang Putri atau Yangti yang dibisikkan ke telingaku saat aku bersujud di hadapannya. Yangti memang pandai menembang dan hapal banyak kinanthi. Suaranya yang merdu terdengar pelan dan gemetar didaun telingaku membuatku merinding. Air mata Yangti hangat menyentuh keningku. Saat beliau mencium pipiku, rasa haruku pun muncul. Rasanya aku bisa menangis, tapi coba kutahan.....ini hari bahagiaku, dan tidakah pantas jika seorang pria terisak-isak saat istri sesengukan” (Basuki, 2002:1). Kutipan di atas adalah paragraf awal yang memberi penjelasan mengenai peristwa yang terjadi di awal cerita. Bowo sang tokoh utama sedang melaksanakan ritual adat Jawa bersama istrinya yang bernama Aida. Dengan demikian dapat diketahui pembaca bahwa cerita diawali langsung oleh tokoh utama dalam novel. Yangti adalah salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam kehidupan Bowo. Karena neneknya itulah Bowo menyadari ada yang berbeda dari dirinya. Pada subbab yang diberi judul “Pintu Gerbang” cerita diawali dengan flashback kelahiran Bowo sebagai bayi kuning dan disebut keluarganya sebagai bayi istimewa. Dibuktikan dengan dialog-dialog berikut.
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Bayinya nggak kelihatan.” “Nggak kelihatan bagaimana sih, Dok ? “Terbungkus selaput tipis..., jangan kuatir, saya akan berusaha merobeknya pelan-pelan..” “Hati-hati Dok..” “Lho kok ?” “Dokter kenapa anak saya ? “Anak anda kuning... “Ha, kuning bagaimana dok? Kuning gimana ? hidup nggak, Dok ? Dok..Dok..”(Basuki, 2002: 1- 9). Bowo terlahir dengan keadaan yang tidak
normal seperti bayi pada
umumnya. Ia lahir dengan tubuh berwarna kuning, dan dalam cerita ketika ia lahir tubuhnya bersinar dan ada perawat yang hampir pingsan. Dari situlah Yangi mengatakan bahwa Bowo adalah bayi titisan atau orang pilihan. Namun menurut istilah kedokteran, bayi yang terlahir kuning disebut bayi jaudice dan harus dijemur di bawah sinar matahari. Bayi kuning biasa terjadi karena fungsi hati bayi yang masih belum sempurna sehingga meyebabkan jaringan kulit juga terkena dan berwarna kuning. Salah satu cara agar sembuh adalah dengan disinari infra merah di tempat tidur. Tetapi, Eyang Putri melakukan penyembuhan dengan keperrcayaan Jawa yaitu banyu gege, mandi dengan air hangat dan dijemur matahari. “Namun, lagi-lagi, aku si bayi kuning. Kuning bukan hanya seminggu, tapi hingga sebulan. Tidak disinari dan tidak diapa-apakan. Berlainan dengan sudut pandang kodekteran, bayi kuning menurut orang Jawa justru adalah istimewa, suatu pertanda bahwa si jabang bayi adalah orang pilihan atau titisan. Untuk menghilangkan warna kuning badan, diadakan prosesi banyu gege untuknya, yaitu mandi dengan air hangat yang dijemur matahari” (Basuki, 2002: 10)
29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dengan demikian, alur dalam novel ini tidak lurus. Terdapat beberapa flashback yaitu ketika cerita Bowo dilahirkan dengan penyakit kuningnya sampai perjalanan hidupnya nanti sebagai pria yang mempunyai kemampuan lebih. Tahapan tersebut dijabarkan dalam paparan berikut ini: 2.2.1 Tahap situattion atau tahap penyituasian Pada tahap ini diperkenalkan tentang tokoh utama dan tokoh tambahan. Bowo, Yangti, Aida, Jane, bahkan cerita-cerita masa lalu Bowo, yaitu Putri mantan kekasih Bowo yang sudah berpacaran selama tiga tahun, dan Paris yang mempunyai cerita mendalam di hatinya. Bahkan pada tahap ini, disebut-sebut juga Jeliteng, ia adalah jin baik, sahabat semasa kecil Bowo. Pada bab pertama ini sesungguhnya keseluruhan cerita seakan dirangkum menuju sebuah jawaban pada tahap-tahap berikutnya. 2.2.2 Tahap generating circumstance atau tahap pemunculan konflik Konflik mulai terjadi di sini yaitu pada subbab “Pintu Batin” ketika kelahiran Bowo yang mengundang banyak perhatian. Ia lahir dengan tubuh kuning, dan menurut kepercayaan keluarganya, ia adalah orang pilihan, istimewa, dan titisan. Terlebih lagi Yangti yang mengikuti aliran Kejawen menyebut bahwa keluarga mereka keturunan Sunan Kalijaga, dan Bowo adalah titsannya. Bowo menemui konflik dengan dirinya sendiri, antara percaya atau tidak, ia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah benar yang dikatakan Yangti. Namun, semua bukti yang
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dialaminya mengarah pada kebenaran cerita Yangti. Bowo yang menganut agama Islam sebetulnya tidak begitu percaya, namun tak dapat dihindarinya ketika ia menemui dan mengalami hal-hal aneh seperti meihat jin, yang sekarang menjadi sahabatnya yaitu Jeliteng. Mulai dari sinilah peristiwa-peristiwa lain terjadi. Ia mulai menyadari ia memliki indra keenam, kemudian ia mengikuti bela diri yang dilatih oleh Haji Brewok dan Haji Brewok menyebut hal serupa seperti Yangti. Bowo bukanlah pria biasa. 2.2.3 Tahap Rissing Action atau Tahap Peningkatan Konflik Bowo pun menjalankan hidupnya seperti biasa saja namun tak dapat ditolaknya bahwa banyak kejadian buruk dan aneh yang menimpanya. Ia pernah mengalami peristiwa yang menggejolakkan batinnya. Bowo pernah bermimpi tentang seorang kakek berjenggot panjang yang menyuruhnya pergi ke arah timur. Ia bahkan tak tahu tempat maksud kakek tersebut. Bowo secara tidak sadar pergi dan anehnya ia hanya mengikuti bisikan-bisikan yang mengantarnya hingga daerah Batu dan Pujon. Di sana ia mengalami kejadian spiritual dan tidak masuk akal. Ia berada di sebuah istana selama dua minggu namun ia hanya merasa tinggal selama dua hari. Mulai dari sinilah Bowo pulang ke rumah dengan kemampuan melihat warna atau yang disebut aura pada setiap orang, Bowo mempunyai mata ketiga seperti yang disebut Yangti.
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ketika Bowo masuk ke salah satu PTN terkenal di Bogor, konflik lagi-lagi terjadi. Ia terlibat masalah dengan seniornya, Bowo melaporkan ke pihak kampus tentang kekejaman yang dibuat Nico dan senior-senior lainya terhadapnya. Bowo kesal atas perbuatan Nico hanya karena Nico sempat menudingnya sebagai orang China yang memang pada saat itu orang-orang China belum sepenuhnya mendapat tempat di Indonesia. Terjadilah pertikaian setelah itu, Nico mati tertusuk celurit Udel, teman Bowo. Bowo dicari-cari polisi sebagai buronan. Namun, pada akhirnya ia tak terbukti bersalah. Bowo dipindahkan oleh orang tuanya ke luar negeri, tepatnya di Chicago, Amerika. Saat itu, ia masih menjalin hubungan asmara dengan Putri. Setelah kepindahannya, konflik makin meningkat, ia mengalami pengalaman mistis dan tak masuk akalnya dengan dunia gaib yaitu bermula dengan bermimpi bertemu Anna sampai benar-benar
bertemu dengan Anna, hantu yang
bergentayangan di asramanya. Bowo merasa kasihan dan ingin membuat Anna lebih tenang. Padahal, semua mahasiswa yang tinggal di asrama sangat menakuti isu-isu hantu Anna yang beredar luas itu. Setelah kejadian itu, ia kembali banyak menemui masalah. Peristiwa bermula ketika ia mendapat tumpangan tempat tinggal di apartemen Erna. Bowo tergoda, ia berselingkuh dan tidur dengan Erna. Pada akhirnya kejadian itu menimbulkan masalah besar dan berbuntut panjang. Erna memaksanya menikahinya dan kembali ke Indonesia, menyerang Putri dan meneror Bowo sampai berakhirlah hubungan cinta Putri dan Bowo. Akibatnya pun, kehidupan sosial Bowo berantakan.
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain itu, Bowo bekerja pada teman kampusnya menjadi seorang hacker yang membongkar dokumen rahasia perusahaan karena ekonomi keluarganya yang tidak mendukung. Ia ketahuan dan kemudian masuk penjara selama dua bulan karena pekerjaannya. 2.2.4 Tahap Climax atau Tahap Klimaks Peristiwa demi peristwa terus terjadi, konflik
mulai terjadi ketika ia
berkenalan dengaan Paris, perempuan cantik yang menyukai puisi. Mereka pun tidur bersama. Usut punya usut Paris sudah bersuami dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Suaminya sering memukulinya. Paris dan Bowo berpacaran dan terus menjalin hubungan asmara tanpa sepengetahuan suami Paris. Hingga pada akhirnya Paris meninggal dibunuh suaminya. Bowo menyesal setengah mati karena ia tak melindungi Paris. Sebelum meninggal Bowo memang merasa agak heran mengapa Paris sering berbicara aneh dan beberapa kali mengalami mimpi dengan Paris. Uniknya, setelah terbangun waktu selalu menunjukkan jam tiga pagi. Ternyata Paris juga mengalami mimpi yang sama. Setelah itu kejadian selama 40 hari Bowo terus didatangi oleh Paris di dalam mimpi. 2.2.5 Tahap denoucement atau tahap penyelesaian Pada akhir subbab ditulis dengan judul “Pintu Hati”.Bowo menikah dengan Aida, teman waktu ia bersekolah. Namun pada tahap ini, Jeiteng hadir dan menggatakan bahwa Aida bukanlah jodohnya. Pada saat pernikahan Yangti jatuh dan
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
meninggal setelah berbincang dengan Putri. Putri mengatakan bahwa ia setia pada Bowo sampai mati kepada Yangti, Yangti kemudian jatuh (meninggal) setelah berbicara “cinta dibawa mati”. Berdasarkan tahap-tahap alur yang diuraikan di atas, disimpulkan bahwa penulis menggunakan alur campuran, lebih dominan pada alur mundur atau flashback. Teknik penggunaan alur yang regresif dan tidak kronologis ini membuat penceritaan dalam novel ini menjadi lebih menarik. Persoalan psikologi tokoh pun dapat dipahami dari rangkaian hubungan sebab-akibatnya. 2.3 Analisis Latar/ setting Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Latar dalam karya fiksi tidak terbatas hanya pada penempatan lokasi atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan juga yang bersifat spiritual seperti adat budaya, kepercayaan dan memengaruhi kehidupan masyarakat dalam cerita. Pada umumnya latar terdiri dari tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. 2.3.1 Latar Tempat Novel Pintu karya Fira Basuki mempunyai setting yang bervariasi, artinya tidak hanya satu atau dua tempat saja. Secara keseluruhan, latar dalam cerita ada banyak tempat yaitu: Jogjakarta, Surabaya, Batu dan Pujon, Malang, Jakarata, Bogor, Bandung, Singapura, Chicago-Amerika Serikat. Tokoh utama yaitu Bowo selalu berperan di dalam hampir setiap setting tersebut. Namun, setelah dikaji dapat
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
disimpulkan bahwa terdapat tiga latar tempat yang penting dan dominan yaitu: Jawa, Batavia, dan Amerika. Latar tempat pun tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga terjadi di dunia tak kasat mata seperti di Batu – Pujon, Malang. 2.3.1.1 Jawa Beberapa latar tempat terjadi di daerah Jawa dengan peristiwa-peristiwa yang penting. Berikut pemaparan latar tempat di daerah Jawa: 2.3.1.1.1 Batu Pujon Sebenarnya, latar tempat ini tidak di dalam realitas dunia sebenarnya. Ini adalah peristiwa penting ketika Bowo telah mengikuti arahan dalam mimpinya bertemu seorang kakek. Dari tempat ini kemudian ia bisa melihat aura atau warna pada setiap orang yang ditemuinya. “Percaya atau tidak, saat aku bangun hari sudah pagi, sekelilingku berwarna jingga terang. Aku berdiri dan menengok, ooooo mana kuburan tadi?! Ada apa ini? Mimpikah aku. Mana kebun sayur? kemana pohon-pohon? Kenapa sekelilingku kosong? Kenapa tanah dan langit berwarna jingga” (Basuki, 2002: 29) Kutipan tersebut menunjukkan keheranan Bowo terhadap tempat yang semula ia singgahi kemudian hilang begitu saja. Ia bingung mengapa semua yang dilihatnya semalam telah sangat berubah. 2.3.1.1.2 Desa Kawasan Candi, Magelang Daerah Selatan Setelah banyak kejadian dan peristiwa yang dialaminya, Bowo merasa ingin bertobat. Ia selalu ingat akan Yangtinya yang memerintahkannya untuk hidup seperti Kejawen dan memasrahkan diri hanya pada Tuhan Yang Maha Esa. Di tempat ini, ia
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
melakukan ritual wewayangan putih dalam ilmu kebatinan Jawa. Artinya, Bowo sedang melakukan pembersihan diri, meminta ampunan atas segala dosa-dosanya. Ia mulai sadar bahwa ia bukanlah orang biasa, ia memilki keistimewaan dan tak seharusnya ia kotor seperti sekarang. Seperti kutipan berikut ini: “Aku menanan napas selama tiga menit ketika awan putih muncul. Hatiku serasa bersorak, bertanda permohonan maaf dan ampunanku diterima Gusti Allah” (Basuki, 2002: 143)
2.3.1.1.3 Bogor Bandung ITB adalah Universitas pilihan yang pilih Bowo untuk melanjutkan studinya. Namun, setting tempat di sini hanyalah sebentar karena masalah yang menimpa Bowo membuatnya harus keluar dari universitas yang terletak di kota Bogor tersebut. Bowo mempunyai teman yaitu pedagang sate dari Madura yang bernama Udel. Udel telah membunuh Nico setelah Bowo dan Udel berkelahi dengan Nico dan temantemanya pada malam sebelum kejadian. Bowo menjadi buronan sampai pada akhirnya ia dikirim orangtuanya melanjutkan kuliah di luar negeri. Di bawah ini adalah kutipan ketika masa-masa pertamanya kuliah di ITB. “Senior yang kemudian kudapatkan bernama Nico itu memastikan harihari awalku di ITB tidak terlupakan, dalam arti sengsara. Sejak pertama melihatku, ia seperti sudah memiliki dendam kesumat”(Basuki, 2002: 46)
2.3.1.2 Batavia Jakarta adalah tempat Bowo hidup dari masa kecil sampai Sekolah Menengah Atas. Di sinilah ia mengalami masa kecil yang aneh yaitu berteman dengan Jin baik,
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tidak menyukai adiknya, dan ia sangat iri kepada adiknya yang selalu mendapat perhatian. Ia bersekolah di Jakarta dan memiliki sedikit teman, namun ia sangat suka membuat perhatian orang disekelilinginya. Ia belajar ilmu bela diri dari Haji Brewok yang juga seorang guru ilmu kebatinan Jawa. Begitulah, Bowo hidup dikalangan orang-orang yang masih memercayai kepercayaan tradisional. Yangti menganut kepercayaan Kejawen,
papanya secara sembunyi-sembunyi sering meditasi dan
puasa senin-kamis, dan akhirnya suami June yang juga percaya pada kepercayaan tradisional di Tibet. Di bawah ini adalah kutipan salah satu peristiwa yang terjadi di Jakarta. “Aku sekolah di SMP Pangudi Luhur Jakarta, sebuah sekolah Katolik yang ketat. Banyak anak di sekolah itu yang menjulukiku gila” (Basuki, 2002: 12)
2.3.1.3 Amerika Latar tempat di Amerika dipaparkan begitu jelas, khususnya tempat ia menuntut ilmu yaitu di Chicago. Amerika adalah tempat Bowo menghabiskan masamasa menyelesaikan kuliahnya dimulai dari tempat tinggal pertamanya di Asrama kampus, menumpang di apartemen Erna sampai menyewa apartemen sendiri. Namun, di sini ia masih menjumpai beberapa kasus yang berhubungan dengan hal spiritual. Seperti, bertemu hantu cantik asrama yang bernama Anna, teman-temannya yang mengatakan bahwa ia sudah diguna-guna oleh Erna, menjadi hacker, serta
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
akhirnya bertemu kekasih yang sangat dicintainya yaitu Paris. Berikut penggalan surat Bowo kepada Putri mengenai kehidupannya di Amerika “Intinya, kota ini sangat indah! Bayangkan the Chicago River System yang panjangnya sekitar 165 mil mengalir ditengah-tengah kota! Sering ada festival dan perayaan di sekitar sungai, mulai dari festival seni hingga sungai yang diwarnai hijau saat St. Patricks Day atau harinya orang yang berasal dari Irlandia” (Basuki, 2002: 55)
2.3.2 Latar Waktu Pada cerita Pintu, latar waktu paling dominan dan luas yang terdapat dalam cerita berkisar dari tahun 1968 ketika ia lahir sampai pada tahun 2000-an sampai ia akan menikah dengan Aida. Di antara tahun 1968-2000 lah kejadian dan peristiwa terjadi dalam hidup tokoh. Dapat dipaparkan pula bahwa setiap tahun yang ada dalam cerita mempunyai latar waktu sejarah juga dan perbandingan kebudayaan dari waktu tersebut. Berikut penjelasan latar waktu dalam novel.
2.3.2.1 Tahun 1968-1987 Tahun-tahun awal cerita yaitu 1968, di mana si bayi kuning yaitu Bowo lahir. Ia disangka sebagai bayi istimewa oleh keluarganya. Neneknya yang biasa ia sebut Yangti juga berpendapat bahwa ia keturunan Sunan Kalijaga. Ia hidup sebagai anak kecil yang nakal dan selalu ingin tahu. Bowo pun hidup di Jakarta di masa-masa modern sebenarnya. Namun, keluarnya masih memegang adat memercayai adat-adat tradisional. Begitu pula ketika ia memeneruskan pendidikannya di ITB, ia mendapat masalah karena seniornya menyangka ia adalah keturunan Tionghoa, karena matanya
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang sipit. Pada tahun 1987 memang orang China susah mendapat tempat di Indonesia. Orang-orang cina dibatasi dalam masuk sekolah maupun perguruan tinggi. Pengarang dengan jelas menuliskan beberapa rentetan waktu dengan jelas, salah satunya adalah berikut ini: “Dimulai dari saat aku diterima Sipenmaru (seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) di ITB Jurusan Teknik Geodesi di tahun 1987. Aku bangga bukan kepalang” (Basuki, 2002: 46)
2.3.2.2 Tahun 1989-2000 Tahun 1989-2000 adalah tahun di mana Bowo menjalani hidupnya di Amerika dan pada tahun 2000 ia menikah dengan perempuan setelah Paris, yaitu Aida. Pada tahun-tahun inilah Bowo melewati kehidupanya sebentar dengan Erna dan selama tiga tahun dengan Paris sebagai kekasih. Di tahun-tahun ini juga diceritakan bahwa terdapat perang antara Dayak dan Madura dan Udel teman Bowo menjadi korban saat itu dengan kepalanya yang sudah dipegang oleh seorang Dayak. Perang ini di dalam cerita terjadi sekitar tahun 1999, dan memang kejadian sebenarnya dalam realitas adalah peristiwa berawal pada tahun 1997 kemudian berlangsung sampai tahun 1999 di Kalimantan Barat. Pada tahun 2000 barulah Bowo menghapus semua kenangannya tentang Paris kemudian menyucikan diri dan menikah dengan Aida. Pada tahun ini, Bowo semakin matang dengan perkataan Yangti, walaupun tidak disebutkan bahwa ia akan mengikuti aliran kejawen, ia buktinya mau melakukan ritual ilmu kebatinan seperti
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
banyu gege dan mulai menyadari ia telah kotor dan seharusnya belajar menjadi keturunan Sunan Kalijaga yang harus menjaga martabat dan tubuhnya. 2.3.3 Latar Sosial Kekuatan penggambaran latar sosial pun terlihat dari rangkaian kepercayaan masyarakat dalam novel atau kebudayaan yang masih turut dipercayai maupun dijalankan masyarakat. Terdapat beberapa pembagian dalam latar sosial dinovel ini yaitu latar sosial pada masyarakat Jawa, Betawi, dan Amerika. 2.3.3.1 Latar Sosial Jawa Keluarga Bowo adalah keluarga bersuku Jawa yang menganut agama Islam. Bowo adalah bayi yang lahir dengan tubuh kuning dan dapat berbicara pada umur sepuluh bulan, kecerdasannya pada umur satu tahun sudah menyamai anak umur tiga tahun. Maka itu sejak kelahirannya, Yangti dan keluarganya percaya bahwa Bowo adalah bayi istimewa dan titisan, orang pilihan, akan menjadi orang yang tidak biasa. Yangti yang memang adalah penganut aliran Kejawen yang sangat taat, menjelaskan bahwa keluarga mereka adalah keturunan sunan Kalijaga dan Bowo adalah keturunan yang ketujuh. Walaupun mereka sudah tinggal di Jakarta dan keluarganya termasuk orang berada, kepercayaan Jawa yang digabungkan dengan agama Islam sangatlah kental. Keluarga Bowo dengan percaya menitipkan dia dan adiknya pada sekolah Katolik yang ketat dan bahkan mereka juga ikut merayakan pesta Natal. Keluarga Bowo menerima segala perbedaan sosial dalam lingkungan mereka. Yangti adalah
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
orang yang berpengaruh dalam hidup Bowo, ia sering mengajarkan Bowo tentang Kejawen yang dianutnya dan memberi Bowo kitab tentang mata ketiga. “Lebih lanjut para sesepuh mengingatkan bahwa tujuan dari utama ilmu Kejawen adalah meningkatkan ilmu spiritual dan menemukan arti kehidupan yang sebenarnya, serta mendapatkan hubungan harmoni dengan Tuhan atau jumbuhing kawula Gusti”(Basuki, 2002: 25)
Tak berhenti di situ, ternyata ayahnya juga sedang mengikuti meditasi dan rutin puasa Senin-Kamis. Jigme yang adalah suami June adiknya, juga beberapa kali menceritakan Bowo tentang mata ketiga pada kepercayaan orang-orang Tibet, dan lagi-lagi Haji Brewok adalah guru silat yang menempuh ilmu kebatinan Jawa juga menganggap Bowo memang orang istimewa yang mempunyai kemampuan. 2.3.3.2 Latar Sosial Amerika Selain latar sosial yang kental di Indoneisa tepatnya dibelahan bumi Jawa, latar sosial yang kental dan memengaruhi pun terdapat di Amerika. Petualangan mistis Bowo tak hanya terputus di negeri kelahirannya, namun juga di tempat ia merantau. Chicago adalah tempat di mana Bowo kuliah. Walaupun sudah memasuki dunia yang modern, tetapi teman-teman Bowo masih memercayai adanya guna-guna atau pelet yang digunakan Erna untuk memikatnya. “Bowo mungkin pelet Erna sudah nggak bekerja,”kata Mas Dadang” “Maksud Mas?” “Dia kan sudah pulang, sudah jauh, mumgkin peletnya pudar...” “Bukannya pelet bisa menembus ruang dan waktu Mas?” tanyaku. “Mas Eko menggeleng, menimpali ucapan Mas Dadang.”Bisa saja begitu, tapi berhubung kamu mungkin kuat, jadi peletnya berfungsi sementara.” (Basuki, 2002: 76)
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain itu, latar sosial di sana juga digambarkan dengan kehidupan para anak muda-mudi yang senang berpesta dengan bebas, namun masih percaya dengan praktik dukun. Tentunya, kebudayaan ini tidak jauh berbeda dengan Indonesia yang masih banyak memercayai praktik dukun. Namun, jika persoalan budaya berpakaian, Indonesia di mana tempat Bowo tinggal bukanlah negeri dengan budaya bebas mengumbar aurat. Setting budaya di kedua tempat tetap masih menguraikan kepercayaan lama yang dipercaya masyarakat. “Anehnya, biar sebagian besar penduduk New Orleans yang beragama Katolik mengaku religius, kenyataan sehari-hari banyak yang bertolakkan. Misalnya saja, saat festival atau karnaval, banyak orang yang berpura-pura menjadi dukun. Soal dukun pun, mereka memang percaya, New Orleans adalah ibu kotanya Voodoo di Amerika Serikat. Belum lagi tinglah para perempuan New Orleans yang banyak bertelanjang dada dan menari eksotik saat parade.”(Basuki, 2002: 91-92)
Bahkan, ketika bertemu dengan Paris seorang penyuka puisi, Bowo masih dilemparkan beberapa kenyataan bahwa wanita semodern Paris senang melakukan kegiatan dan menceritakan hal-hal mistik. Paris pun sangat menghargai kepercayaan Voodoo. “Panjang lebar Paris bercerita bahwa Voodoo juga disebut Vodun, Vodoun, Voudui, atau Sewi Lwa. Nama-nama ini berasal dari bahasa Afrika yang berarti spirit atau roh.” “Itu adalah salah satu ritual Voodoo, kurang jelas maksudnya, bisa untuk memenangkan roh yang sudah meninggal atau meminta berkah dari si roh. Entahlah, mungkin boneka di atas nisan dibuat mirip orang yang meninggal, ya untuk mengenangnya saja. Ini mungkin lho..”(Basuki, 2002: 95)
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.4 Analisis Penokohan Penokohan dalam karya fiksi merupakan unsur penting dalam teks naratif. Menurut Abrams, tokoh cerita adalah orang-orang yang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang dieskpresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penulis mengemukakan tiga pembagian dalam penokohan tokoh dalam cerita yaitu, 1) tokoh utama dan protagonis 2) tokoh tambahan dan tokoh antagonis 3) tokoh tambahan dan tokoh protagonis. 2.4.1 Tokoh Utama dan Protagonis: Bowo Bowo sebagai tokoh utama dan tokoh protagonis di dalam cerita. Dia lah yang megalami konflik paling banyak yang saling terhubung satu sama lain. Dia juga menjadi sang pencerita di cerita dalam novel. Tokoh Bowo dikenal orang sekitarnya sejak kecil sebagai tokoh yang nakal dan selalu penasaran pada suatu hal. Ia banyak melakukan hal-hal yang beresiko bagi kehidupannya yang membuat orang-orang sering khawatir seperti kutipan dibawah ini. “Mama cerita kalau aku pingsan dan badanku berwarna hitam legam. Mama menjerit histeris menyangka aku sudah tiada. Untungnya mpok Nyit ada di sana dan tahu jantungku masih berdenyut. Buru-buru tubuhku diselimuti dan kemudian mpok Nyit membaca doa-doa. Melalui ritual spiritual aku pun siuman. “Kamu mau jadi apa to le ? mau jadi dukun? Kata Mama sedikit terisak. “Apakah aku kapok? Hm....kapok ?mana bisa !”(Basuki, 2002: 21)
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tokoh Bowo digambarkan juga sebagai tokoh yang memiliki kelebihan atau berbakat dalam dunia kebatinan. Ia dapat melihat warna pada setiap orang atau biasa disebut aura yang terdapat pada masing-masing orang. Dengan kelebihan itu Bowo mempunyai pengalaman spiritual dalam petualangannya. Seperti dalam kutipan berkut. “Inikah yang disebut indra ke enam? Aku memang sering melihat jin, roh, hantu….. atau apalah namanya.”(Basuki, 2002: 60) Namun, walaupun ia dikatakan memiliki indera ke enam, atau disebut anak istimewa, ia menjalani kehidupannya sebagai sesosok pria biasa-biasa saja, menjadi manusia yang sama dengan lainnya. Ia bersekolah, bergaul dengan teman sebaya bahkan melakukan perbuatan yang menurut gurunya dahulu ia tak boleh lakukan sebagai seorang anak istimewa dan keturunan Sunan Kalijaga yang harus bersih dan bebas dari dosa dan nafsu duniawi. Tetapi, Bowo malah seperti banyak menyimpang dari itu semua, ia melakukan seks bebas dengan dua wanita yaitu Erna dan Paris, ia bekerja sebagai hacker yang membocorkan rahasia negara dan pada akhirnya masuk penjara selama beberapa bulan. Dapat dikatakan dari kecil hingga dewasa ia tetap menjadi seorang anak yang bandel dan nakal. Bowo dapat dikatakan pria yang kurang konsisten, dan penuh keraguan dari berbagai kejadian yang menimpanya. “Aku akan menikahimu secara resmi”, kataku berjanji. “Kamu harus. Aku masih perawan saat itu”, ujar Erna dengan pandangan tajam.”(Basuki, 2002: 73)
44
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bowo adalah orang yang sedikit gegabah, ia tidak memikirkan bagaimana kepanjangan dari kata-kata yang diucapkannya kepada Erna sebagai janji. Bowo bukanlah sosok pria yang setia dan mampu menahan godaan. Namun, setelah kejadian itu ia teringat akan dosa-dosanya pada Putri, ia masih sangat mencintai Putri, kekasihnya. “Tapi rasa cinta tidak terselip. Rasanya tidak ada yang membludak, tidak seperti saat aku memikirkan Putri.”(Basuki, 2002: 73) Pada perjalanan cintanya dengan Paris setelah kandasnya hubungannya dengan Putri, Bowo pun banyak dilanda konflik yang mengguncang perilakunya Ia sebenarnya sangat mencintai Paris. Namun, Paris sebenarnya dalam masalah besar yang sangat mengancam nyawa dan jiwanya. Tapi, Bowo berpikir ia tidak bisa berbuat apapun dan membantu banyak. Ia masih terjebak pada pertanyaan apakah ia mencintai Paris. “Aku bertanya sekali-kali, ini cinta apa rasa kasihan? Apa aku kasihan melihat tubuh Paris yang semakin ringkih dan terkadang memar. Apa aku kasihan saat ia mengaduh lembut ketika kami melakukannya. Kasihan ketika mendadak ia menangis tanpa sebab. Kasihan…”(Basuki, 2002: 114) Sampai pada akhirnya ia menyesal mengapa tak menyelamatkan Paris sejak awal, mengapa ia membiarkan seorang pria membunuh selingkuhannya secara sadis. Dan pada akhirnya Bowo menyalahkan dirinya sendiri yang mengapa tak berbuat banyak untuk Paris.
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.4.2 Tokoh Antagonis dan tokoh Tambahan: Erna Secara fisik, menurut tokoh-tokoh dalam cerita, Erna adalah sosok yang biasa saja, peranakan Jawa dan Sunda. Seperti yang dikatakan oleh Bowo berikut ini. “Wajahnya bulat biasa, dihiasi beberapa jerawat, Rambutnya berpotongan bob sebahu. Badannya padat berisi dan cenderung montok.Pokoknya dari sisi fisik Erna bebrbeda dengan tipe idelalku”(Basuki, 2002: 68)
Selain itu, Erna juga adalah sesosok wanita datar yang tidak lemah lembut. Bowo sampai membanding-bandingkannya dengan pacarnya di Indonesia yaitu, Putri. Erna adalah sosok yang awalnya disukai Bowo. “Erna juga tidak lembah lembut atau anggun seperti Putri atau ceria dan ramai seperti Aida. Erna biasa saja, tidak ramai dan tidak pendiam. Pribadinya seperti datar, tidak ada yangh melutup-letup terpancar darinya. Namun, entah mengapa aku suka padanya.”(Basuki, 2002: 68) Namun, awalnya Erna yang dianggap Bowo sebagai wanita biasa-biasa saja ternyata menyimpan kelicikkan dihatinya. Dari awal June (adik Bowo) melihatnya, ia sudah tidak suka dan mencoba mengingatkan abangnya, Bowo. Seperti pada kejadian berikut “Mas harus hati-hati,”kata June pelan. “Hati-hati bagaimana June ?” “Sama mbak Erna….” “memangnya kenapa?” “Dia beda ama Putri”(Basuki, 2002: 72)
Erna adalah tokoh antagonis yang memberikan konflik cukup besar bagi Bowo. Sosok yang licik dan jahat, ia mencintai Bowo namun menggunakan ilmu
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hitam sebagai jalan untuk menjebak Bowo walaupun pada akhirnya Erna berhasil memancing Bowo sehingga melepas keperjakaanya untuk Erna. “Saat ku bersiap menarik selimut di sofa, aku melihat Erna melintas menuju dapur dengan hanya menggunakan kutang dan celana dalam. Entah sengaja, entah memang begitulah pakaianm tidurnya. Aku terbius bisikan setan dan mengikuti Erna kembali menuju kamarnya:mengikuti buah dadanya dan tubuh sensualnya. Sesudahnya adalah sejarah.”(Basuki, 2002: 72-73) Erna ternyata adalah manusia yang kasar, cepat emosional dan menyimpan dendam karena cinta bertepuk sebelah tangannya. Ia bersikap kalap dan di luar penalaran agar tujuannya tercapai yaitu memutuskan hubungan Bowo dan Putri serta memaksa Bowo untuk menikahinya. “Kamu suka kan dengan seks yang aku tawarkan ?mengapa kamu memasukkan penismu jika tidak ? ujarnya kasar. “Ya, lamar aku di Jakarta. Aku mau pulang, mau melaporkan semua ini pada orang tuaku. Aku tidak akan kembali lagi hingga kamu melamarku di Jakarta” (Basuki, 2002: 74) Ia sampai berbohong dan mengarang cerita kepada orang-orang dan Putri bahwa Bowo sudah menandatangani surat pernikahan. Berikut kutipan dalam surat Putri kepada Bowo. “Sewaktu Erna datang ke rumahku dan bertemu ibuku, tadinya aku nggak percaya. Tapi bagaimana aku bisa memungkiri kalau aku melihat tanda tangan Mas di surat nikah ?menikah apa ? Siri katanya..memangnya ada menikah siri? Dia bilang teman-teman Mas jadi saksi..memangnya begitu?”(Basuki, 2002: 76) Sampai pada akhirnya Erna pulang ke Indonesia karena ia tahu Bowo masih mencintai Putri dan ingin melaporkan apa yang ia lakukan selama ini dengan Bowo, ia menagih janji Bowo untuk menikahinya dan terus-menerus meneror Bowo serta Putri. Sikap licik dan jahat Erna terdapat dalam percakapan antara Putri dan Bowo.
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Kamu masih tidak mau mengaku mas Bowo ? Erna datang ke kantorku sambil berkacak pinggang dan berteriak-teriak kalau aku mengambil suami orang” “Hah?”tanyaku tak percaya. “Iya Mas, aku terpaksa berhenti kerja, malu. Semua orang menyangka omongannya benar, padahal...”(Basuki, 2002: 75)
Erna melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Bowo, agar hubungan Putri dan Bowo rusak. Setelah kejadian yang ia buat terus-menerus akhirnya membuatnya menjadi sesorang yang menderita gangguan jiwa. “Karyawati itu bernama Erna Damayanti, berambut lurus pendek, bertubuh padat dan berwajah biasa saja. Sudah lama ia dikira dan digosipkan gila gila oleh teman-teman sekantor. Maklum, Erna suka meracau sendiri sambil tertawa-tawa. Semua pekerjaannya benar, kecuali menjawab telepon dengan ucapan. “selamat pagi Bo” (Basuki, 2002: 134)
2.4.3 Tokoh protagonis dan Tokoh Tambahan: Paris Paris adalah wanita setelah Erna, setelah mengenal Bowo, ia mencintainya, dan Bowo pun mencintai Paris. Paris adalah seorang bule, berparas sangat cantik, manja, enerjik dan sebenarnya sosok wanita yang periang serta romantis dan puitis. “Mimpi apa aku didekati wanita cantik seperti Paris, barisan gigi putih yang menawan saat tawanya berderai.....”(Basuki, 2002: 93) Pertemuannya pertama kali dengan seorang pria bernama Bowo membawanya pada percintaan satu malam. Setelah itu keduanya tidak bertemu lagi. Namun, Bowo bertemu dia di Perpustakaan dan setelah pertemuan itulah, Paris mengaku bahwa ia sudah berbohong pada Bowo mengenai statusnya. Sesungguhnya, Paris sudah mempunyai suami dan suaminya sering memukulinya, ia selalu takut untuk melapor pada polisi atau siapapun. 48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Suamiku memukulku,”ujarnya dengan berderai air mata.”(Basuki, 2002: 111)
Paris adalah wanita yang percaya dan tidak percaya adanya dunia gaib di dunia ini namun, ia sangat menghargai apa yang disebut sebagai kepercayaan mistis dalam masyarakat di Chicago. “Tahukan kamu, orang disini percaya burung gagak hitam sering hinggap di makam Marie Lavaue? Ini karena si burung gagak itu adalah jelmaan si Marie Laveau..ayo bantu aku.”(Basuki, 2002: 96) Namun, Paris juga sangat menghargai apa yang dipercaya masyarakat sebagai tradisi. “Tunggu dulu Bo, tapi di sini orang banyak yang berpikir Voodoo adaah bagian dari kehidupan..” “Paris memandangku serius. Kamu pikir ini dosa? aku hanya berpikir sebagai tradisi” (Basuki, 2002: 97) Dari tuturan Paris, bisa diketahui bahwa ia sangat ingin memiliki Bowo dan bersamanya selamanya, Paris adalah orang yang sangat romantis, wajar saja ia sangat meyukai puisi dan kadang membuat sajak yang manis untuk Bowo. Ia senang melambung-lambungkan perasaan Bowo, ia terus memberi puisi-puisi cintanya yang membuat Bowo juga mulai menyukai puisi. “Pukul tiga pagi, jika suami Paris sedang tidak di rumah, kami akan saling bertelpon. Paris akan membacakan puisi-puisi yang bertema malam dan cinta. Aku ? mendengarkan sambil terhanyut” (Basuki, 2002: 117) Paris adalah sosok wanita yang manja dan ingin dicintai, ia tulus dalam mencintai Bowo, ia tak perduli dengan dosa karena telah berzinah dengan Bowo, ia makin ingin bersama dengan Bowo. Mungkin karena kegagalannya berumah tangga 49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan karena terlalu sering disakiti oleh suaminya, ia merasa sangat ingin dicintai, terutama oleh Bowo. “B, apa kamu mencintaiku?” Aku mencium keningnya lagi. “apakah mungkin suatu hari kita akan bersama, B? Apakah kamu ingin bersamaku B?”(Basuki, 2002: 130) Disimpulkan bahwa ada tiga klasifikasi pada tiga tokoh yaitu, Bowo sebagai tokoh utama dan tokoh protagonis, Bowo memegang kendali atas jalannya cerita, ia sebagai tokoh utama yang mempunyai karakter menarik dan unik serta mengalami banyak kejadian. Erna digambarkan sebagai tokoh tambahan dan tokoh antagonis, karena ia menjalin atau memacu terjadinya konflik dengan tokoh utama dan mengganggu ketentraman tokoh utama dideskripsikan sebagai karakter yang dibenci pembaca. Paris adalah tokoh tambahan dan tokoh protagonis, ia menjalin hubungan dengan tokoh utama. Digambarkan dengan karakter yang menarik namun mempunyai masalah hidup yang rumit dan persoalan psikis.
2.5 Rangkuman Dalam Bab II penulis menganalisis struktur novel yang meliputi tiga unsur yaitu, alur, latar serta penokohan. Pada analisis alur, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa novel ini menggunakan alur campuran yang terdiri dari alur maju dan alur mundur atau flashback. Dalam analisis latar dikaji menjadi tiga pembagian latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat meliputi tempat yang paling dominan dan 50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penting peristiwa terjadi yaitu di Jawa, Batavia, dan Amerika. Selain di dunia nyata, setting dunia yang tak kasat mata atau dalam mimpi juga terjadi yaitu di daerah Batu Pujon. Latar waktu dalam cerita dibagi menjadi dua bagian waktu yaitu kejadian yang terjadi dalam kurun waktu 1968-1987 dan antara tahun 1989-2000. Latar sosial juga dapat disimpulkan menjadi dua yaitu, Jawa dan Amerika karena kedua tempat itu menggambarkan latar sosial yang kuat, di mana kebudayaan dan kepercayaan setempat menjadi memengaruhi pola pikir para tokoh. Yang terakhir adalah analisis penokohan dalam novel. Tokoh dan penokohan pada tiga tokoh yaitu Bowo, Erna dan Paris meliputi a) Bowo sebagai tokoh utama sekaligus tokoh protagonis. b) Erna sebagai tokoh tambahan dan tokoh antagonis. c) Paris sebagai tokoh tambahan dan tokoh protagonis. Jelas terihat dalam analisis struktural ini bahwa tokoh-tokoh dalam novel yaitu, Bowo, Paris maupun Erna masing-masing memiliki karakter yang cukup unik dengan berbagai masalah yang juga memengaruhi psikis pada tiap tokoh. Tokoh Bowo mengalami persoalan psikologis antara lain rasa takut dan bersalah karena pernah terlibat dalam pembunuhan. Tokoh Erna terobesesi dengan sosok Bowo dan dianggapnya sebagai suaminya. Tokoh Paris menghadapi permasalahan rumah tangga yang berat dan mencoba mencari peralihan. Persoalan-persoalan psikologis seperti ini sangat menarik untuk diteliti. Maka dalam bab III akan dianalisis model-model mekanisme pertahanan diri dari masing-masing tokoh tersebut
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III MEKANIMSE PERTAHANAN DIRI TOKOH DALAM NOVEL PINTU KARYA FIRA BASUKI
3.1 Pengantar Dalam bab III ini akan dibahas mekanisme pertahanan diri pada tiga tokoh dalam novel Pintu. Mekanisme pertahanan diri mencakup sepuluh jenis yang meliputi represi, sublimasi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, agresi dan apatis, fantasi dan stereotype serta undoing. Dengan pendekatan ini, penulis mencoba mengkaji atau menganalisis mekanisme pertahanan diri pada tiap-tiap tokoh. Sudah dijelaskan dalam landasan teori bahwa fungsi utama defense mechanism adalah untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan. Sudah dikemukakan oleh Freud bahwa manusia memiliki tiga struktur kepribadian yaitu id, ego, dan superego. Id adalah dorongan atau hasrat yang ada dalam keinginan manusia. Sedangkan ego adalah prinsip realitas dengan maksud memenuhi id, namun tetap tidak mengesampingkan realitas. Ego bekerja dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mekanisme pertahanan yang dilakukan manusia (Arif, 2006: 19). Seperti yang dikemukakan oleh Arif, (2006: 18)
bahwa fungsi utama ego adalah mengatur
dialog/interaksi/transaksi antara dunia internal individu dengan realitas eksternal. Ia
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mesti menjembatani sedemikian rupa agar interaksi tersebut berjalan mulus. Jadi, di sinilah cara kerja mekanisme pertahanan, yaitu pada struktur kepribadian ego. Terdapat tiga tokoh yang akan dikaji secara psikoanalisis, yaitu Bowo sebagai tokoh utama dalam novel, kemudian Paris dan Erna sebagai tokoh tambahan yang secara langsung menjalin hubungan dengan tokoh utama. 3.2 Mekanisme Pertahanan Tokoh Bowo Setelah dibaca lagi secara cermat, peneliti menemukan lima jenis mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh tokoh Bowo yaitu, agresi, rasionaliasi, represi, proyeksi dan undoing. Kelima jenis mekanisme pertahanan diri itu akan dijelaskan sebagai berikut. 3.2.1 Sikap Agresi Agresi adalah perasaan marah terkait dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada pengerusakan dan penyerangan (Minderop, 2010: 37). Pada waktu Bowo masih dalam masa anak-anak dan tinggal di Jakarta, ia dikenal anak yang nakal namun cerdas dan pintar. Bayi kuning ini dibesarkan dengan orang tua yang berada dan Yangti (nenek) yang masih memegang teguh adat lama dan hidupnya berpusat pada aliran kejawen. Walaupun Bowo kecil sudah dianggap sebagai anak istimewa tapi tak dipungkiri dia adalah anak yang keras kepala, nakal, dan suka mencari perhatian orang-orang di sekitarnya. Ia senang mencari perhatian karena ia tak memiliki teman, dia malah dianggap anak gila oleh teman-teman
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sekolahnya. Namun, hal ini tidak membuatnya menjadi anak yang pendiam. Bowo selalu mendapatkan ide untuk mencuri perhatian termasuk dengan melakukan mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan diri yang terjadi pada tokoh Bowo adalah ketika ia masih kecil. Bowo tidak menyukai adiknya yang akan segera lahir yaitu June, ia merasa akan kesepian dan tidak dihiraukan. Kemudian ia menarik perhatian
orang dengan
berteriak-teriak
dan
mengejar
angsa-angsa
untuk
mendapatkan perhatian. “Sejak menanti kelahiran June di rumah sakit, aku suka memberontak. Aku berteriak-teriak menarik perhatian semua orang sambil berari-lari mengejar angsa-angsa yang berkeliaran di halaman Panti Bersalin Nirmala Surabaya. Tidak ada yang memperdulikan diriku hingga tanganku terluka terkena sosor angsa” (Basuki, 2002: 14) Bowo kecil menggunakan mekanisme pertahanan agresi sebagai bentuk pengalihan ketidakperhatian orang-orang kepadanya. Bowo melakukan tindakan berteriak-teriak dan mengejar angsa sebagai bentuk pengalihan. Hal ini didorong karena prinsip kesenangan yang bekerja pada id di dalam dirinya tidak menginginkan orang baru dalam keluarganya hadir. Bahkan adik kandungnya sekalipun, karena ia tidak mau merasa kesepian dan perhatian orang beralih pada adiknya yang akan lahir. Walaupun pada akhirnya mekanisme pertahanan yang ia gunakan malah menyakiti dirinya sendiri seperti pada kasus yang pertama. Bowo mencoba beberapa kali untuk tetap menyingkirkan perhatian orang yang lebih pada adiknya.
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Benar, semua orang senang dengan June yang cantik dan imut.Semua orang memuji matanya yang indah dan rambutnya yang tebal dan hitam panjang. Lalu aku pun tidak mau potong rambut, agar orang memperhatikanku” (Basuki Fira, 2002: 14) Kecemasan Bowo kecil akan kelebihan adiknya, membuatnya merasa terancam dengan kehadiran dan segala kelebihan June. Untuk menutupi kecemasannya, ia melakukan tindakan dengan membuat ia seolah-olah mirip dengan objek yang dibencinya. “Saat June mulai belajar berjalan, aku sering menakuti-nakutinya dan bahkan pura-pura mau mendorongnya” (Basuki, 2002: 14) Ketegangan yang ada pada Bowo bersumber pada ketidaksukaannya pada adiknya sendiri yang dianggapnya menyingkirkan pribadinya dalam lingkungan di tempat ia tinggal. Bowo merasa terancam kedudukannya, sehingga muncullah kecemasan-kecemasan dan perasaan ingin menyingkirkan adiknya dengan berbagai cara yaitu mengikuti apa yang menarik dari objek tersebut dan membuat orang yang membuatnya iri menjadi takut dan merasa sedikit terancam seperti yang dialami June. Walaupun pada akhirnya kebenciannya tidak bertahan lama. Selain masa kecilnya, Bowo juga melakukan mekanisme pertahanan diri ini pada masa ia telah dewasa. Tokoh Bowo mengalami kecemasan bahkan ketegangan pada tahap yang lebih besar dari masa kecilnya. Ketegangan itu adalah perasaan marah serta menyesal yang disebut dengan kecemasan moral dan kecemasan neurotik atas kematian kekasihnya Paris yang dibunuh oleh suaminya, agresi yang terjadi pada tindakan Bowo yang menanggapi kematian Paris. Seperti dalam kutipan berikut.
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Rasanya baru kemarin Paris meracau aneh. Kini Paris tiada, meninggal mengenaskan di tangan suami. Aku mengutuk diri. Mengapa baru kini suaminya ditangkap polisi? Laki-laki macam apa aku ini membiarkan Paris terkungkung dalam bahaya? Mengapa aku tidak menghantam pria jahanam tadi. Mengapa aku bukan si pembunuh pria pengecut itu. Mengapa aku tidak merebut Paris secara terang-terangan saja? Mengapa Paris? Mengapa Parisku? Aaaaaaa.....!! No !” (Basuki, 2002: 131) Bowo telah mengalami perasaan marah, menyesal, dan merasa bersalah terkait erat dengan kematian kekasihnya, Paris.
Ia merasa ada ketidakmampuan dalam
dirinya sendiri, pertanyaan-pertanyaan mengapa ia tak melindungi Paris dan mengapa ia tak menghabisi suaminya, ia mengalami guncangan jiwa yang hebat karena penyesalan akan perlakuan sadis suami Paris. Maka, sumber frustasi inilah yang memicu terjadinya agresi pada diri Bowo, ia bersikap agresif dengan petunjuk ego dengan segala kecemasan dan ketegangan yang kemudian menjurus pada pengerusakan benda atau penyerangan. Namun, pada kasus mekanisme pertahanan ini, keagresifan Bowo tertuju pada pada bentuk agresi yang dialihkan karena tidak dapat mengungkapkan rasa frustasinya kepada objek yang dimaksud secara langsung yaitu kepada suami Paris sendiri. Ia pun melampiaskannya kepada benda di sekitarnya. “Ku kepalkan tinjuku ke arah tembok apartemen. Hancur” (Basuki, 2002: 131 Agresi juga terjadi saat kejadian antara dia dan kakak tingkatnya yaitu Bowo “Pendeknya, aku melaporkan perbuatan mereka kepada pembantu dekan. Berhubung beliau tidak menggubrisku, aku langsung menuju dekan. Hasilnya ? Nico dan para anteknya diberi surat peringatan dan diskors satu semester” (Basuki, 2002: 47) 56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Saat Bowo mempunyai masalah dengan seniornya di kampus, Bowo pun merespon. Nico, seniornya selalu sensi terhadap Bowo. Ia beberapa kali memperingatkan Bowo bahkan mengancam. Ketidaksukaannya pada Bowo disinyalir karena wajah Bowo secara fisik mirip dengan orang Cina pada umumnya yaitu bermata sipit. Nico pun tak segan untuk melakukan penyerangan kepada Bowo dan teman-temanya yang tidak pernah mengganggunya. Bowo tidak terima atas perlakuan kakak tingkatnya itu, melapor kepada dekan dan pada malamnya mereka terlibat perkelahian yang menegangkan. Bowo berkelahi dengan Nico. Bowo melakukan hal tersebut karena merasa perbuatan Nico tidak mempunyai alasan dan semena-semana. Pembalasan Bowo kepada Nico dan teman-temannya adalah bentuk reaksi mekanisme pertahanan melalui agresi, yang disebut sebagai agresi primitif. Egonya memanfaatkan keagresifan untuk membalas dan menyerang objek yang dianggap menimbulkan frustasi. Dengan begini, Bowo secara tak sadar menutupi kelemahan dirinya yang selalu dikerjai oleh Nico dengan melakukan semacam laku balas dendam. 3.2.2
Mencari Rasionalisasi Rasionalisasi adalah salah satu mekanisme pertahanan yang sering dilakukan
orang pada umumnya. Dapat penulis simpulkan bahwa rasionalisasi terjadi ketika kita berbohong, dan secara tidak sadar sedang menipu realitas sehingga kecemasan yang
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kita alami menjadi mereda. Menurut Freud dalam Minderop (2010: 36) Rasionalisasi memiliki dua tujuan yaitu; mengurangi kekecewaan dan memberikan motif yang dapat diterima pelaku. Rasionalisasi adalah upaya mendististorsi persepsi akan realitas. Terdapat beberapa rasionaliasi yang digunakan Bowo, yang pertama adalah ketika dia bekerja sebagai hacker pada perusahaan bisnis temannya. Pekerjaannya adalah membongkar dokumen-dokumen rahasia pada perusahaan maupun negara. Namun, tak berselang lama ia melakukan pekerjaan ini, ia ditangkap polisi dan dipenjara selama dua bulan. “Oooooo…..not good. Kedua tanganku saat itu langsung diborgol. Aku tidak bisa berkata-kata dan bertanya. Aku tidak mempunyai pilihan selain tutup mulut. Aku tahu, tidak ada alasan lain untuk penangkapanku selain Antonio” (Basuki, 2002: 86). “Dalam hati kecilku, aku ingin si brengsek itu tau rasanya hidup di penjara. Atau barangkali dia sudah merasakannya mengingat keluarganya adalah mafia?” (Basuki, 2002: 87) Bowo dipenjara karena perbuatan ilegalnya membobol dokumen rahasia perusahaan lain dan negara. Pada mulanya, ia juga mengatahui bahwa pekerjaan ini berisiko dan tidak benar. Ia juga tau resiko yang paling berat adalah ketahuan oleh aparat negara dan di penjara. Namun, setelah ditangkap polisi, Bowo menyalahkan Antonio tentang kasusnya ini, ia ingin Antonio juga ditangkap dan merasakan penjara. Ini menandakan ia tak mau menderita sendirian karena orang lain.
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rasionalisasi yang digunakannya adalah dengan ia berpendapat dan berdalih bahwa ia menerima pekerjaan ini karena ekonomi keluarganya yang sedang sulit, untuk menambah penghasilannya ia melakukan pekerjaan tersebut. Alasan ini dianggap Bowo masuk akal dan dijadikan sebagai mekanisme pertahanan rasionalisasi atas ketegangan yang sedang berlangsung. Sesungguhnya Bowo juga justru menikmati pekerjaannya, karena memang ia ahli dalam bidang tersebut. Tentunya alasan itu dengan mudah diterima dalam realitasnya. Padahal sesungguhnya ia sedang memalsukan realitas, ia dengan tidak sadar sebenarnya sudah berbohong agar mengurangi kecemasan atas perbuatannya yang salah. Rasionalisasi kedua yang digunakan Bowo adalah ketika uangnya tidak mencukupi jika tinggal di asrama, ia menerima ajakan seorang teman perempuannya untuk tinggal sementara di apartemennya. “Kami tinggal bersama. Aku keberatan jika disebut kumpul kebo, walaupun mungkin istilah itu memang umum digunakan untuk pria dan wanita yang belum menikah, tetapi tinggal satu atap.Aku lebih senang menyebutkan istilah flat-mate atau teman satu apartemen” (Basuki, 2002: 69). Bowo dan Erna tinggal dalam satu apartemen. Sebenarnya Bowo merasa malu dan tidak enak, mengingat bahwa pria dan wanita seharusnya tidak boleh hidup dalam satu rumah jika belum menikah. Namun, Bowo dengan yakin dan mantap menerima ajakan Erna untuk tinggal satu atap, Bowo dengan yakin menganggap inilah satusatunya jalan supaya ia lebih berhemat selain dengan bekerja walaupun dengan hidup bersama dengan teman perempuan.
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mekanisme pertahanan rasionalisasi ini terjadi ketika ia memberi alasan yang kuat atau mencoba menyeimbangkan dialetika antara dirinya dengan realitas. Bowo merasa alasan-alasan itu memang benar. Rasionalisasi digunakan Bowo memiliki alasan dan tujuan yaitu, memberikan motif yang dapat diterima atas perilaku. Motif Bowo adalah masalah keuangan, dan itu dijadikan alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri atas konflik dan peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain, penggunaan mekanisme pertanahan rasionalisasi adalah bentuk penghiburan atas pengalihan alasan atas masalah hidupnya. “Aku akan menikahimu secara resmi,” “Kamu harus. Aku masih perawan saat itu,” ujar Erna dengan pandangan tajam. (Basuki, 2002: 73) “Aku membisu. Berkelebat bayangan Putri dengan rambut lurus sebahu, kulit kuning langsat, dan mata sipitnya.Sungguh seputri namanya. Aku sampai tidak berani menatap wajah Erna” (Basuki, 2002: 73). Walaupun Bowo sudah beranggapan bahwa ia tidak kumpul kebo dengan teman satu atapnya, akhirnya ia luluh juga, ia tak dapat menahan godaan ketika Erna sedang berjalan dengan hanya memakai kutang dan celana dalam. Dorongan id yang dialami Bowo untuk berhubungan seks dengan Erna pun tak dapat ditahannya, ia melakukannya dengan Erna tanpa rasa cinta dan itu adalah untuk pertama kalinya baginya. Kalimat “aku akan menikahimu secara resmi” yang diucapkan oleh Bowo adalah bentuk mekanisme rasionalisasi yang dilakukannya. Sesungguhnya ia cemas akan persetubuhannya dengan Erna, ia takut dan tegang akan kesalahan nikmat yang
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
telah ia perbuat. Ia mengatakan kata-kata tersebut hanyalah untuk memalsukan dan meredakan kecemasan moral dan jasmani yang timbul. Bowo seseungguhnya secara tidak sadar berjanji kepada Erna agar ketegangan segera mereda, karena sebetulnya ia mencintai kekasihnya yaitu Putri. Ia tak dapat lepas dari bayang-bayang Putri atas ketakutan yang terjadi. Ia mencoba memberikan alasan-alasan yang kelihatannya masuk akal agar kenyataan yang semula berbahaya tampaknya menjadi mudah untuk diterima agar tak mengguncang kepribadiannya. Ia secara tak sadar juga telah berbohong dengan mengatakan akan menikahi Erna, padahal dalam realitas ia tak mungkin menikahi perempuan itu. Bowo telah melakukan kesalahan karena telah berhubungan seksual dengan Erna sehingga menimbulkan konflik berkepanjangan yang mengancam kenyamanan hidupnya. Setelah Erna mengancam dan mendistorsi kehidupan dan perasaan Bowo, Bowo menjadi bertanya-tanya apa yang membuat ia mau melakukan hal tersebut bersama Erna. Ia menyalahkan Erna atas apa yang terjadi, ia merasa tidak memiliki kewajiban bertanggung jawab untuk menikahi Erna. Secara tidak langsung ia menyalahkan dan memindahkan situasi sulit atas kesalahan Erna. Karena perasaan tidak nyaman inilah merasionalisasi keadaanya dengan beranggapan bahwa ia tak harus menikahi Erna karena ia tak pernah menjanjikannya apa-apa. Dia beranggapan seperti ini, memalsukan realitas untuk
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menjaga keseimbangan kepribadiannya, ia memberikan alasan-alasan yang kelihatannya masuk akal agar kondisi lebih mudah dicerna dan mereda padahal sebelumnya dia memang pernah berjanji kepada Erna untuk menikahinya. Bowo mengembangkan alasannya yang rasional namun mengesampingkan fakta yang ada. “Erna berkali-kali menelpon dan menagih janji. Aku merasa tidak menjanjikan apa-apa, “kapan Kamu pulang? Keluargaku sudah menyiapkan segalanya,”begitu katanya” (Basuki, 2002: 54)
3.2.3
Represi Represi menurut Freud dalam Minderop, (2010:32) adalah salah satu mekanisme
pertahanan yang paling kuat dan luas. Tugasnya adalah mendorong keluar implusimplus id yang tak diterima dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Dapat disimpulkan bahwa represi itu menekan kecemasan-kecemasan yang dipendam atau tersimpan. Represi pada tokoh Bowo terlihat terjadi dan digunakan beberapa kali yaitu ketika Nico mati, yang ternyata di akhir cerita dia dibunuh oleh oleh Udel. Udel adalah pedagang sate, teman baik Bowo. Bowo yang juga pada malam kejadian terlibat perkelahian merasa anxitas yang luar biasa. Ia ketakutan dan kebingungan, ia takut terlibat dan polisi mencarinya walaupun ia yakin ia tidak membunuh Nico. “Upsss…jangan-jangan benar..jangan-jangan celurit Udel sempat mendekam diperut Nico…kalau benar demikian, berarti secara tidak langsung aku terlibat dalam kasus pembunuhannya. Pembunuhan? Tapi ini tidak direncanakan…pembunuhan tidak sengajakah?” “Mendadak kepalaku berat. Ku lihat Iwan dan Adi sibuk mengepak barangbarangku, sementara Dodi sibuk menepuk-nepuk bahuku” (Basuki, 2002: 50)
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Aku belum pernah gemetaran seperti itu. Aku seperti kehilangan daya” (Basuki, 2002: 44). “Mama dan Papa belum tahu hal ini, apakah mereka harus tahu? Hal yang kumaksud adalah suatu musibah besar. Lebih tepatnya petaka. Tanpa sengaja aku membunuh seseorang” (Basuki, 2002: 45) Saat inilah Nico berusaha keras menahan segala anxitas. Pada kasus ini Bowo sedang mengalami kecemasan realistik, kecemasan yang berhubungan dengan rasa takut dan rasa tidak menyenangkan karena konflik yang terjadi mengancam pribadinya. Mucullah rasa takut atau kecemasan, dan secara tidak sadar ia merepresi kecemasan tersebut, ia menekan dan memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar. Yang ditekan oleh Bowo adalah dorongan atas ketakutan dan rasa cemas realistik tentang apa yang dirasakannya mengenai tragedi kematian Nico. Represi biasanya bisa sampai pada perasaan yang ditekan seumur hidup namun yang dialami Bowo adalah disebut dengan represi parsial atau sebagian. Beban atau dorongan yang dirasakan demikian berat sehingga Bowo mengalami simpton-simpton psikopatologi yaitu merasakan kepalanya terasa berat. Kecemasan yang ada mengalami konflik dengan realitas yakni ia terlibat dalam kasus pembunuhan dan kecemasan akan keluarganya yang akan mendengar berita ini. Sedangkan keluarganya apalagi Yangtinya selalu mengingatkan Bowo akan kebijaksanaan dan hidup yang benar karena ia anak keturunan Sunan Kalijaga. Maka dari itu, ia menahan segala kecemasan moralnya agar tetap berada pada alam bawah sadar, ia menjaga agar tragedi tersebut tetap terpendam dan tak ingin ia
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ingat kembali dengan sikapnya untuk melarikan diri dari konflik yang mengancam jiwanya tersebut. Mekanisme pertahanan represi pada kejadian lain adalah pada saat Erna mengganggu dan menghancurkan hidup Bowo setelah hubungan mereka. Bowo merasa hidupnya telah hancur karena Erna, hidupnya dipenuhi ketegangan, hubungan asmaranya dengan Putri kandas. “Tidak, tidak, tidak kok. Erna tidak hamil. Bahkan kami berdua sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Demikian juga aku dengan Putri. Demikian juga aku dan kehidupan sosialku, juga tidak berhubungan lagi, alias hancur lebur. Hidupku berantakan ! (Basuki, 2002: 74-75) “Aku pun mengubur cerita kedua perempuan tadi. Aku juga tidak lagi bergaul dengan anak-anak Indonesia. Intinya aku seperti bertapa” (Basuki, 2002: 81) Erna tak berhenti meminta pertanggung jawaban untuk menikahi dirinya, kehidupan sosial Bowo tidak berjalan lancer seperti dulu, hidupnya kala itu sedang betul-betul berantakan. Ego bowo telah terancam anxitas, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaanperasaan mengancam akibat perbuatan Erna yang berdampak pada kehidupan sosialnya masuk ke alam bawah sadar. Bowo telah tahu hidupnya berantakan dan kehidupan sosialnya tidak berjalan (karena asal mula perbuatannya). Ia menekan ketegangan tersebut ( ingatan pada kejadian itu tetap ada dan terus mengancam), ada perasaan tidak nyaman dalam kehidupannya. Upaya merepresi semua kejadian traumatik tersebut menjurus pada beberapa kemungkinan cara kerja ego lain seperti pemindahan.
64
Pada kasus ini, Bowo
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengasingkan diri dari lingkungan sekitarnya, menjauhi teman-teman Indonesianya agar jejaknya tak begitu terdeteksi. Ini adalah upaya lain dari suasana frustasi agar ancaman tak datang mengganggu lagi. Namun sebenarnya dalam alam tak sadarnya ia tak dapat melupakan kejadian traumatik masa lalunya. Dengan merepresi tekanan itu, energi psikisnya bekerja untuk menyingkirkan pikiran yang tidak menyenangkan atas kejadian yang menimpanya. Menurut Anna Freud dalam Boeree (2007: 44) represi adalah melupakan yang termotivasi. Dalam kasus selanjutnya setelah perlahan-lahan Bowo melanjutkan hidupnya, terdeteksi represi yang digunakan oleh Bowo, yaitu ketika ia pergi ke paranormal di New Orleans. “Wanita itu berinisial E. Kamu tahu siapa?” “Aku menggeleng” “Berinisial E dengan nama berakhiran huruf vocal. Lengkapnya saya tidak menangkap. Tapi ia menyuruh orang untuk mengirimkan runtutan bencana padamu. Kini kamu akan kebal” “E ? huruf vocal? Siapa?Mendadak wajah seorang wanita di masa silam berkelibat. (Basuki, 2002: 102) Bowo yang trauma dengan kejadian masa lalunya, menekan semua kenangan menyedihkan dan menyakitkan tersebut dalam alam bawah sadar dan berusaha sekuat energi psikisnya agar kenangan tersebut tidak muncul di permukaan sadarnya. Ketika seseorang kembali menanyakan objek yang berhubungan dengan peristiwa tersebut yaitu di mana terdapat suatu kejadian yang membuatnya sedih atau cemas, Bowo
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
malah telah melupakannya. Artinya terdapat ketidakmampuan Bowo untuk mengingat kembali situasi, orang maupun peristiwa menakutkan tersebut. Setelah paranormal mengingatkannya, barulah ia mengingat dengan samarsamar dan timbul kecemasan tanpa ia mampu mengingat dengan jelas. Kesadaran akan kenangan inilah yang ia tekan. 3.2.4 Proyeksi Mekanisme yang tidak disadari yang melindungi kita dari pengakuan terhadap kondisi tersebut dinamakan proyeksi (Minderop, 2010: 34). Menurut Arif, (2006: 32) proyeksi sendiri sebenarnya adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadi kecemasan realistik. Ego biasanya akan mengurangi rasa cemas tersebut dengan mengarahkan hasrat yang tak diinginkan ke objek luar. Objek luar tersebut bisa dengan orang lain seperti mekanisme pertahanan proyeksi yang digunakan Bowo pada kasus ini. “Aku merasa kalah. Kalah melawan nafsu. Mengapa aku bisa terjerat pada Erna?bukankah Putri lebih baik dalam segalanya? Apa yang membuatku kalap?” (Basuki, 2002: 78) Bowo merasa ia kalap atas perbuatannya dengan Erna karena ia dipelet atau diguna-guna oleh Erna menurut tuturan teman-temannya. Ia memindahkan kesalahannya (berselingkuh, telah tidur dengan Erna dan berjanji akan menikahinya) kepada Erna secara tak langsung.
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Hah? Gimana sih kamu Bowo, jangan polos begitu dong. Memangnya kamu buta?Memangnya kita buta? Masa iya kamu memilih Erna dibandingkan Putri?” kata Mas Nanang” “samar-samar ucapannya mulai masuk akal. Lalu bagaimana dengan naluriku yang sepertinya mati?” (Basuki, 2002: 78)
Ia tidak meyakini kenapa ia dulu mau saja berhubungan dengan Erna, ia mempertanyakan pada dirinya sendiri apa yang ia suka pada Erna sampai-sampai ini terjadi dalam hidupnya. Padahal ia tidur dengan Erna karena dorongan-dorangan id untuk berhubungan seksual. Ketika Erna menuntut petanggungjawaban yang lebih Bowo menghindar dengan berbagai cara. Salah satu penghidaran atas rasa bersalah atau berdosanya. Penuturan teman-temanya tentang Erna yang memakai pelet untuk menjebak Bowo juga semakin memperkuat dalih pikirannya bahwa ia sebenarnya tidak sengaja atau tidak mengkehendaki kejadian tersebut. Kecemasan atas perbuatannya yang menimbulkan masalah membuatnya memindah kesalahan yang ada padanya pada objek eksternal, yaitu Erna. Pengubahan ini mudah dilakukan karena sumber asli kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar. Bowo melihat dorongan atau perasaan Erna yang tidak dapat diterimanya, padahal sebenarnya jika dilihat perasaan tersebut ada dalam dirinya. Ia tak terima Erna menyerangnya dan meminta pertanggungjawaban, kemudian setuju bahwa memang dia telah dipelet dan diguna-gunai agar mau berhubungan seksual dengan Erna padahal Putri lebih cantik dan lebih dari Erna dalam hal apa saja, ia tetap
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
beranggapan begitu meskipun ia sadar telah meniduri Erna, ada ketertarikan erotis dalam diri Erna, ada ketertarikan pada wajah Erna yang ia anggap tak cantik itu, dan itu perbuatan yang salah yang membuat ia merasa terganggu dan merasa cemas. 3.2.5 Undoing Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu implus yang telah terwujud menjadi tingkah laku, biasanya dengan cara melakukan ritual-ritual tertentu (Arif, 2006: 35). Sampai pada tahap akhir cerita, akhirnya Bowo sadar akan banyaknya dosa yang telah ia perbuat selama menyelesaikan studinya di Chicago, Amerika. Penyesalan atas perbuatan yang melanggar norma tersebut yang paling utama adalah kegiatan seks yang ia lakukan di luar pernikahan dengan dua orang wanita yaitu Erna dan Paris. Kemudian Bowo pun mengambil ritual pembersihan diri dengan ritual Jawa tradisional saat pulang ke Indonesia. “Aku mengiyakan. Aku harus mau. Aku sudah kotor. Ada apa denganku? Mungkin tidak ada apa-apa menurut orang lain. Mungkin wajar-wajar saja menurut kategori orang lain. Tapi tidak dengan diriku yang disebut-sebut memiliki mata ketiga dan telah membuka pintu gerbang” (Basuki, 2002: 143) “Ada apa denganku? Begini, aku melakukan hubungan badan dengan perempuan sebelum resmi menikah.” “Seharusnya, selain dosa, aku takut hal lain: penyakit kelamin. Untungnya aku selamat dari bahaya sifilis hingga AIDS. Ini sudah merupakan suatu berkah, bahwa aku masih sehat dan masih berdaya” (Basuki, 2002: 144)
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Karena rasa kotor dalam dirinya dan merasa telah melanggar norma serta nilai agama, adat istiadat, dan masyarakat itulah Bowo kemudian melakukan ritual pembersihan diri yang disebut dengan weweyangan putih. Bowo menganggap ia seharusnya tak melakukan perbuatan seperti itu sebagai orang yang istimewa menurut keluarganya. Ia merasa martabatnya pada akhirnya harus dijaga dan dijauhkan dari hal-hal yang kotor sebagai keturunan Sunan Kalijaga. Dengan melakukan proses pembersihan diri Kejawen yaitu weweyangan putih pada saat bulan purnama, Bowo kemudian seolah-olah merasa hidup yang penuh dosa dan nafsu duniawi terhapuskan dan ia kembali menjadi seorang manusia yang bersih kembali. Bowo pun melakukan pernikahan demi martabatnya. Ia pun ingin istri yang perawan, karena ia merasa dirinya seakan-akan sudah bersih dari perbuatannya terdahulu. “Seperti yang baru saja kulakukan, berdiri tegap tak bergeming di luar rumah, yaitu di taman hingga melihat bayangan diri. Aku harus berkonsentrasi dengan olah pernapasan hingga aku melihat bayangan hitamku berubah menjadi putih. Saat itulah yang terpenting, di mana aku tidak boleh bernafas dan diwajibkan memandang langit. Aku harus berkonsentrasi untuk melihat bayangan putih, seperti salju atau awan awan putih di langit biru.” “Aku tidak harus bermeditasi, tapi hanya telanjang bulat, mandi di sungai dan kemudian duduk diam merenung semalaman.” (Basuki, 2002: 145) “Kembali ke martabat. Aku ingin menikah. Aku ingin istriku masih perawan..” “Sepasang pengantin perlu bersih dari noda untuk menciptakan keturunan yang bersih dari noda.” (Basuki, 2002: 144)
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Cara kerja undoing ini membuat pelaku merasa perasaannya menjadi reda kecemasannya atas rasa berdosa, bersalah, penyesalan maupun rasa malunya. Sehingga ia pun merasa dirinya seolah-olah terlepas atas penghakiman dan seolaholah sudah bersih atas apa implus yang sudah keluar yang menjelma menjadi tindakan dan perbuatannya. Dengan upaya simbolik tersebut Bowo menghapus rasa bersalah dan rasa kotor dalam tubuhnya atas perbuatan seks di luar nikah yang sudah ia lakukan pada masa lalu. Dengan menjalankan ritual tertentu, Bowo sudah tidak merasa kotor, menyesal, ataupun berdosa lagi. Inilah yang disebut dengan mekanisme pertahanan undoing. 3.3 Mekanisme Pertahanan Tokoh Erna Tokoh Erna di dalam cerita juga mengalami persoalan psikologis yang cukup berat dan menghabiskan energi ego dalam mengatasinya. Penulis menemukan dua macam mekanisme pada tokoh Erna yaitu regresi serta fantasi dan stereotype yang akan dijelaskan sebagai berikut. 3.3.1 Regresi Mekanisme pertahanan yang paling tampak pada persoalan psikis tokoh Erna adalah regresi. Konflik Erna dan Bowo dimulai dengan hubungan yang cukup harmonis sebagai seorang teman se-apartemen hingga berujung pada peristiwa tidur bersama yang mereka lakukan. Bowo menganggap hubungan ini sekedar suka-suka
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan tidak mencintai Erna. namun, Erna menuntut lebih, ia menginginkan Bowo untuk menikahinya. Tetapi karena keinginan itu tidak terwujud, Erna melakukan perbuatanperbuatan yang tidak berbudaya dengan berbohong, meneror, memaksa dan merusak. “Kamu masih nggak mau mengaku Mas Bowo? Erna datang ke kantorku sambil berkacak pinggang dan berteriak-teriak kalau aku mengambil suami orang” (Basuki, 2002: 75) “Sewaktu Erna datang ke rumahku dan bertemu ibuku, tadinya aku nggak percaya. Tapi bagaimana aku bisa memungkiri kalau aku melihat tanda tangan Mas di surat nikah? Menikah apa? Siri, katanya…memangnya ada menikah cara siri? Dia bilang teman-teman Mas jadi saksi..memang begitu ?” “Kalaupun ternyata tidak begitu, kalaupun ternyata dia mengada-ada, aku tetap nggak mau tahu lagi. Sudah keterlaluan. Keterlaluan dia dating ke rumahku dan mencak-mencak. Masih mending kalau di depanku dan tidak ada ibuku. Keterlaluan juga dia beraninya datang ke kantorku. Sangat keterlaluan karena hampir setiap hari ia menelponku, pagi, siang, malam. (Basuki, 2002: 77) Ketegangan karena tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, membuat Erna berusaha keras menolak realitas dengan sikap-sikap yang tidak berbudaya dan cenderung kekanak-kanakan. Erna meregresi semua harapan-harapannya pada sikap pertahanan ego yang mengeluarkan banyak energi psikis. Regresi yang digunakan oleh Erna adalah jenis regresi primitivation. Regresi menurut Boeree (2007: 52) adalah kembali ke masa-masa di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Ketika kita menghadapi kesulitan atau ketakutan, perilaku kita sering menjadi kekanak-kanakan atau primitif. Pada kasus Erna, ia condong ke arah primitif karena perbuatannya yang tidak berbudaya. Kecemasan atau tekanan psikologis karena tidak dapat memiliki orang yang dicintainya memicu sebuah mekanisme pertahanan regresi, memang
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penyerangan yang ia lakukan mengarah pada mekanisme pertahanan diri agresi karena ia bersikap agresif namun terdapat beberapa hal yang lebih dominan kepada cara kerja regresi. Ia melakukan hal-hal yang menuntunnya pada sebuah kemunduran secara mental dari suatu tahap perkembangan di mana ia mengalami kesulitan yang tak mampu ia hadapi. Erna sadar dengan kekurangannya tak mungkin memiliki Bowo, ia pun bukan menyublimasikannya pada pertahanan yang matang namun malah menghabiskan energi psikis dan mengundang ketidakseimbangan kepribadiannya dengan meregresi kesulitannya tersebut. Ia merasa nyaman dan bahagia jika bersama Bowo walaupun Bowo tidak mencintainya. Maka ia berusaha keras dan berupaya apapun untuk mendapatkan Bowo bagaimana pun caranya walaupun itu membohongi, menipu, memalsukan dan mengganggu orang-orang seakan-akan ia sudah tak ada lagi rasa malu. Regresi semacam ini bukanlah hal yang dapat di anggap remeh karena akibatnya yang berupa simpton psikopatologi. Terlebih mekanisme pertahanan ini digunakan oleh orang yang berkpribadian tidak sehat seperti Erna, hasil atau konsekuensinya adalah mengarah pada depresi maupun frustasi. 3.3.2 Fantasi dan Sterotype Mekanisme pertahanan yang digunakan manusia memang bermacam-macam dan mekanisme tersebut memengaruhi kepribadian yang memakainya. Jika ego
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bekerja terlalu keras maka bisa saja terdapat sikap yang menyimpang. Menurut Freud dalam Feist (2010: 40) inilah mengapa ego membangun mekanisme pertahanan agar kita tak perlu menghadapi ledakan-ledakan seksual dan agresif secara langsung. Senada dengan pendapat di atas Feist (2010: 39) mengungkapkan sekalipun mekanisme pertahanan ini normal dan digunakan secara universal, apabila digunakan secara ekstrem, maka mekanisme-mekanisme ini akan mengarah pada perilaku yang komplusif, repetitive, dan neurotis. Yang terjadi pada Erna adalah ketika permasalahannya dengan Bowo memuncak menjadi konflik panjang dan memicu perselisihan antar berbagai pihak. Erna mungkin sangat mencintai Bowo dan sangat ingin memiliki Bowo. Namun, walaupun Erna dan Bowo sudah melakukan hubungan seksual, Bowo tidak mau menikahinya. Erna pun mengancam dan mengganggu orang-orang yang berhubungan dekat dengan Bowo yaitu Putri. Erna bahkan berusaha membuat hidup Bowo kacau sampai-sampai kehidupan sosial Bowo tidak berjalan semestinya Namun ketidakmampuan Erna dalam mengontrol pikirannya membuat struktur kepribadiannya menjadi terganggu. Efek dari perbuatan agresinya adalah frustasi yang dialaminya. “Karyawati itu bernama Erna Damayanti. Berambut lurus pendek, bertubuh padat dan berwajah biasa. Sudah lama ia dikira dan digosipkan gila oleh temanteman sekantor. Maklum, Erna suka meracau sendiri sambil terus tertawa-tawa. Pekerjaannya sebagai sekretaris dilakukan cukup benar, kecuali menjawab telepon dengan ucapan selamat pagi Bo,”
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Kini, tawa Erna tak lagi memenuhi biro iklan itu. Pihak kantor terpaksa mengeluarkannya. Ini dilakukan karena Erna melampaui batas, ia memeluk seorang kilen terpandang dan mencium pipi klien tersebut sambil berujar,”jangan pergi Bo..” (Basuki, 2002: 137-138).
Erna telah membentuk sikap yang aneh karena memiliki id yang tidak seimbang dengan superego, sehingga ego yang tidak seimbang terjadi. Tugas ego untuk meyelaraskan dinamika kepribadian menjadi tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, terjadilah sebentuk jalan keluar dari frustasi yang berentuk fantasi. Frustasi yang dialami Erna adalah keinginan id nya yang terlalu kuat untuk memiliki Bowo bahkan menikah dengan Bowo namun tidak dapat tercapai, maka Erna menjadi frustasi. Kemudian ia membentuk jalan keluar dengan fantasi, sebetulnya ia menyadari bahwa ia tidak bisa memiliki Bowo. Jalan keluar yang digunakan Erna pada akhirnya ialah masuk ke dunia khayal sebagai solusi yang berdasarkan fantasi ketimbang realitas atau mengakui bahwa memang ia harus menerima kenyataan yang sesungguhnya karena tidak memilki Bowo. Jika dalam realitas atau dunia yang sebenarnya ia tak dapat menikah dengan Bowo, maka keinginannya itu ia hadirkan dalam dunia fantasi atau dunia khayal. Sedangkan stereotype yang terjadi adalah akibat atau konsekuensi dari fantasi yang ia gunakan. Yaitu ketika ia melakukan hal yang sama dan berulang-ulang pada kasus ketika ia menjawab telepon dan ucapan “selamat pagi Bo” pada kliennya. Perilaku yang terjadi pada Erna yang dilakukannya tidak hanya sekali dan tampak 74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
aneh ini merupakan perwujudan dari id, ego, dan superego yang tidak matang dan tidak seimbang sehingga akibatnya menjadi simpton-simpton psikopatologi yang mengarah pada bentuk kelainan jiwa seperti yang telah di alami oleh Erna. 3.4 Mekanisme Pertahanan Tokoh Paris Paris mengalami permasalahan rumah tangga yang berbahaya sera mengancam jiwanya. Suaminya melakukan kerap melakukan kekerasan pada Paris. Namun, ia selalu pesimis dan pasrah untuk lari dari masalah ini. Kemudian ditambah lagi
dengan
perselingkuhannya
dengan
Bowo
yang menambah
persoalan
psikologisnya. Terdapat tiga jenis mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh tokoh Paris yaitu, regresi, agresi, dan undoing. Ketiga jenis mekanisme pertahahan diri tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 3.4.1
Regresi
Regresi, pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu, di masa penuh stres dan kecemasan, libido bisa kembali ke tahap yang sebelumnya (Feist, 2010: 42). Regresi yang kuat terjadi pada Paris adalah ketika terdapat perubahan sikap padanya. Ia menjadi wanita yang manja, ingin selalu diperhatikan oleh Bowo, merasa kesepian dan sangat ingin dicintai oleh Bowo seperti layaknya anak kecil, ia menjadi wanita yang bergantung pada Bowo, yang adalah selingkuhannya. Reaksi regresi yang ada pada diri Paris muncul karena kecemasan, rasa takut, dan marah kepada suaminya yang kerap kali menyiksanya dan memukulinya. Apa yang ia
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
harapkan pada suaminya tidak lagi bisa ia dapatkan, dan perasaan menyesal serta takut tersebut membuat egonya untuk kembali pada tahap yang nyaman. Karena adanya Bowo, Paris merasa seperti mendapatkan kembali apa yang dia dulu ia rasakan dan merasa nyaman pada tahap tersebut, yaitu pada tahap di mana ia saling mencintai bersama kekasihnya. Ia tak mungkin nyaman jika kembali kepada orang tuanya yang dulu sangat melarang hubungannya dengan suaminya sekarang, Adam Anderson. Maka, ia telah mendapatkan rasa nyaman ketika berhubungan dengan Bowo dan merasakan segala kecemasan dan kemarahannya mereda. Namun, regresi yang digunakan Paris membuatnya enggan menyelesaikan permasalahan hidupnya dan tidak mau progres atau dengan kata lain ia tetap bertahan pada tahap itu. Tahap-tahap dia tidak mau berhenti dari regresi dan tidak progres adalah memilih berselingkuh dengan Bowo, sikapnya kepada Bowo yang manja, tidak ingin ditinggalkan, dan lebih tertuju pada tingkah laku anak kecil. “Cuma Paris bersikukuh tidak mau menelpon dan meminta bantuan. “Kamulah obatku, B,” demikian ujarnya berulang-ulang. “B, please be with me,” begitu lagi, begitu lagi” (Basuki, 2002: 113) “Lalu apa denga meninggalkan Adam semua akan jadi demikian indah? Apakah kita siap?” (Basuki, 2002: 129) “B, apa aku berdosa untuk mencintaimu? “tanyanya menatapku. “B, apa kamu mencintaiku?” “Apakah mungkin suatu hari kita akan bersama, B, apakah kamu ingin bersama denganku, B ?”
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Aku memeluk Paris erat sekali. Perlahan butiran hangat menembus T-shirtku dan membasahi tubuhku” “Aku tidak takut dosa B, bagaimana denganmu?” (Basuki, 2002: 130) Kesedihan yang bercampur aduk dengan kemarahan, rasa malu, dan cemas itu berbentuk depresi yang tak dapat ia tanggung sendiri sehingga ia melakukan regresi dengan berhubungan dengan Bowo, berpacaran seperti pasangan muda, namun ia tak mau meninggalkan suaminya. Paris merasa mengalami kesulitan yang tidak mampu ia hadapi ke fase itu dan mundur melakukan hal atau pelarian ke fase perkembangan ia merasa nyaman, yaitu di mana ia dulu mencintai suaminya sampai melakukan kawin lari padahal orangtuanya tidak menyetujui, dan Bowo lah sasaran ia merasa ke tahap peredaan kecemasan dan kesedihannya. 3.4.2
Reaksi Agresi dan Apatis Agresi dan apatis: Perasaan marah terkait dengan ketegangan dan kegelisahan
yang dapat menjurus pada pengrusakan dan penyerangan (Minderop: 201037). Menurut Alwisol, (2011: 33) reaksi agresi itu memanfaatkan drive agresi untuk menyerang obyek yang menimbulkan frustasi. Menutupi kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada obyek asli, obyek pengganti maupun kepada diri sendiri. Konflik dalam kehidupan Paris memuncak ketika ia mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya. Padahal, suaminya adalah orang yang dulu ia bela mati-matian untuk menjadi pendamping hidup di depan kedua
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
orangtuanya. Maka, terjadilah mekanisme pertahanan diri pada struktur ego Paris yaitu agresi dan apatis. Sumber frustasi yang memicu gangguan kepribadiannya ada dua. Pertama, ia marah dan sedih suaminya selalu bersikap kasar, memukulinya, dan menyiksanya. Kedua, ia merasa malu jika orang tuanya mengetahui bahwa suaminya yang tidak disetujui oleh orang tuanya adalah orang yang jahat dan kasar. Tindakan agresi pertama adalah ia bersikap agresif dengan beberapa kali melarikan diri karena perbuatan suaminya, Paris marah dan mencoba melawan perlakuan suaminya. Ini adalah tindakan agresi yang ditujukan kepada objek asli. Namun, suami Paris selalu menemukan Paris dan selalu membawa Paris kembali pulang ke rumah sampai akhirnya ia pasrah dan menerima saja karena selain tidak mau semakin disiksa suaminya, ia takut dan malu jika ketahuan oleh orangtuanya. Selain itu, Paris merasa seakan menemukan obat penghibur kesedihan dan kemarahannya yaitu Bowo. Akibatnya, pertahanan diri Paris tertuju pada perilaku apatis, hanya pasrah dan menerima saja, meredam semua permasalahan sampai tidak tahu kapan kesudahannya. “Saat Paris ditinggal itulah ia mengaku sering melarikan diri. Sementara memang, karena pernah Paris benar-benar berniat melarikan diri, sang suami buru-buru melapor polisi untuk menemukannya” (Basuki, 2002: 112). “Aku tidak mau meninggalkannya, “mungkin ucapan Paris ini yang membuatku tidak bereaksi menggertak suaminya. Paris tidak mau orang tuanya menertawakan pria yang dipilihnya dan dibelanya untuk menjadi suami, pendamping seumur hidup” (Basuki, 2002: 133)
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Cuma Paris bersikukuh tidak mau menelpon dan meminta bantuan” (Basuki, 2002: 133) Tindakan agresi Paris yang kedua adalah ia memaksa egonya dengan melawan dirinya sendiri. Tindakan agresif ini berkombinasi dengan pemindahan, yaitu pemindahan obyek pengganti ke obyek lain yang adalah dirinya sendiri. Ia sedang tertekan dengan keadaan rumah tangganya, ia marah, malu, sedih, cemas, takut akan dipukuli dan disiksa terus oleh suaminya, takut jikalau kedua orang tuanya mengetahui dan ia akan malu Maka, ia memilih dengan melawan diri sendiri dan memindah sasaran frustasi kepada dirinya sendiri yang berwujud pada perasaan berdosa, depresi dan sebagainya. Dan ia pun hanya merepresi kecemasan-kecemasan tersebut dan memendam tiga kecemasan yang menyerangnya dan membuatnya dalam keadaan yang berbahaya yaitu kecemasan moral, kecemasan realistik dan kecemasan neurotik. 3.4.3
Undoing Tokoh Paris di dalam cerita juga mengalami perasaan berdosa atas
perbuatannya, maka ia melakukan kegiatan yang bisa meredakan sedikit rasa berdosanya yang disebut mekanisme pertahanan diri undoing yaitu, kecemasan dan dosa akibat kegiatan negatif, ditutupi/dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk “tingkahlaku ritual” Alwisol, (2006: 34). Paris pada akhirnya menyadari perasaan bersalah dan berdosanya pada suaminya Adam Anderson karena telah berselingkuh sekalipun ia sering disiksa.
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Aku…aku merasa terhimpit B” air mata Paris berderai dan aku membelai rambutnya.” “Ssssttttt, Paris.” “Tahukah kamu B? aku merasa kotor.” “Hah?” “Keluargaku seorang Katolik yang taat. Tahukah kamu, apa yang kita lakukan salah?” (Basuki, 2002: 126-127). “Kami tidak percaya perceraian. Walaupun cinta tidak ada lagi, walaupun hati dan pikiran tertuju pada orang lain” (Basuki, 2002: 127) Paris juga merasakan perasaan berdosa kepada kepercayan Katolik dan Tuhan yang ia percaya akibat berzinah dengan yang bukan suaminya secara sadar, yaitu dengan Bowo yang menjadi selingkuhannya. Menurut Arif, (2006: 35) terlepasnya implus tersebut dipersepsikan berbahaya, karena dianggap melanggar norma-norma budaya sehingga menimbulkan konflik. “Mencintai itu tidak salah. Yang salah adalah seks itu sendiri. Dalam 10 perintah Allah yang diturunkan pada Musa, salah satunya menyebutkan tidak boleh berzina atau bahkan tidak boleh ingin berzina” (Basuki, 2002: 127) “Aku akan masuk neraka.” “Hush! Ujarku cepat. “Jangan bicara gitu. Yuk, ngomongin yang lain” (Basuki, 2002: 127) Perbuatan dan kegiatan yang dilakukannya memang secara sadar, ia berselingkuh dan melakukan hubungan seksual dengan selingkuhannya. Paris pun mengetahui adanya bahaya dalam hubungan mereka, adanya norma yang telah ia langgar karena ia percaya pada kepercayaan Katolik bahwa pernikahan adalah untuk seumur hidup, tak ada kata bercerai sekalipun sudah tak ada lagi cinta pada keduanya. Sedangkan, norma agama yang ia langgar adalah larangan berzinah yang ia percaya
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ada pada sepuluh perintah Allah, yang kemudian membuatnya merasa kotor dan sangat berdosa. Karena kecemasan moral tersebutlah, Paris melakukan ritual atau kegiatan yang bisa menghapus dosa dalam ritual kepercayaan Katolik yaitu mengaku dosa kepada pastur. “Gara-gara ini aku jadi sering ketemu Father Francis” “Who?”tanyaku” “Father Francis, pastor favorit di gereja.” “Untuk apa?” tanyaku tak mengerti.” “Mengaku dosa. Bercerita padanya tentang kita.” “Jadi, ada orang lain yang tahu mengenai kita?”sahutku was-was.” “Jangan kuatir, B. itu memang tugasnya, mendengarkan dan membantu meringankan umat berdosa seperti aku ini…ya, pengakuan dosalah intinya” (Basuki, 2002: 128) Paris melakukan pengakuan dosa menurut ajaran Katolik adalah sebagai ritual dan sarananya meringankan kecemasan atas rasa berdosanya karena telah berzinah dan berselingkuh. Namun, ritual ini bukanlah pertobatan karena hanya dilakukan untuk meredakan kecemasan moral (rasa berdosa) dan pelaku pada akhirnya tetap melakukan kegiatan tersebut lagi dan lagi, dan ritual pun dilakukan dengan intensitas yang sering, sesuai banyaknya kegiatan atau banyaknya rasa berdosa itu mulai muncul dan mengancam superego yang akhirnya menguras ego untuk melakukan suatu tindakan yang menghindarkan diri dari rasa berbahaya atas id yang telah terlepas. Setiap kali implus yang menimbulkan kecemasan muncul pada diri Paris, tingkah laku ritual dilakukannya menjadi gejala obsesif kompulsif untuk
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menghilangkan kecemasan moral, untuk meredakan sumber konflik, dan untuk menghakimi pelampiasan implus yang terlanjur terjadi pada dirinya.
3.5 Rangkuman Dalam bab tiga penulis menganalisis kejiwaan tokoh dalam novel yang disebut dengan mekanisme pertahanan diri. Terdapat tiga tokoh yang dianalisis mekanisme pertahanannya dalam novel ini yaitu tokoh Bowo, tokoh Erna, dan tokoh Paris. Di dalam satu tokoh ditemukan beragam jenis salah satu cara kerja ego ini. Dimulai dengan tokoh pertama yaitu Bowo yang menggunakan lima jenis mekanisme pertahanan
diri dalam dirinya. 1) Sikap agresi, ketika merasa teracam dengan
keberadaan adiknya yang baru lahir. 2) Mencari rasionalisasi, ketika memutarbalikan fakta dan mencari alasan atas permasalahan dengan Erna dan saat ia di penjara karena menjadi hacker.
3) Represi, saat melarikan diri dari keterlibatannnya dengan
kematian Nico. 4) Proyeksi, memindahkan kesalahan kepada Erna, dan tak mengakui bahwa ada ketertarikan erotis dengan Erna. 5) Undoing melakukan ritual dalam aliran Kejawen atas rasa berdosanya melakukan hubungan seksual dan sebagainya. Selain itu, mekanisme pertahanan diri tokoh Erna diklasifiksikan menjadi dua jenis yakni 1) Regresi, ketika ia bersikap agresif primitif kepada Bowo sehingga menunjukkan simpton psikopatologi. 2) Fantasi dan Stereotype, ketika Erna menjadikan khayalan (menikah dengan Bowo) sebagai solusi atas realitas.
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tokoh terakhir yang di analisis adalah Paris. Terdapat tiga jenis mekansime pertahahan diri pada tokoh wanita ini yaitu: 1) Regresi, ketika ia bersikap seperti anak kecil kepada Bowo dalam banyak permasalahan hidupnya. 2) Reaksi agresi, terjadi saat ia melawan dirinya sendiri dalam sikap agresi yang akhirnya hanya membuat rasa bersalah dalam dirinya, dan 3) undoing, melakukan ritual pengakuan dosa secara Katolik atas perasaan berdosanya melakukan seks dan berselingkuh. Jelas terlihat dalam analisis psikoanalisis mekanisme pertahanan diri bahwa tokoh-tokoh dalam novel yaitu Bowo, Erna maupun Paris memiliki konflik dengan struktur kepribadiannya yaitu antara id, ego, dan superego mereka yang saling bertentangan sehingga pada beberapa kasus banyak menguras energi psikis tokoh. Terbukti bahwa setiap tokoh mempunyai masing-masing kesulitan yang sukar dihadapi dan mereka mencoba bertahan dengan cara kerja ego yaitu mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan secara tidak sadar demi upaya meredakan ketiga kecemasan yang sering meraka alami yakni kecemasan realistik, kecemasan moral, dan kecemasan neurotik. Serta dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tokoh telah meggunakan mekanisme pertahanan demi menjaga agar struktur kepribadian mereka tidak rusak atau hancur karena pada permasalaha Erna, ia telah menggunakan mekanisme pertahanan yang berbahaya sehingga menderita gangguan jiwa.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan Dalam bab IV akan dipaparkan kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini. Penelitian ini mengangkat judul “Mekanisme Pertahahan Diri Tokoh dalam Novel Pintu: Kajian Psikoanalisis. Yang dikaji dalam novel adalah tiga tokoh yang mempunyai konflik cukup berat yaitu Bowo, Erna dan Paris. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah ilmu psikologi sastra yang mengarah pada psikoanalisis yang secara spesifik adalah teori mekanisme pertahahan diri. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan metode lanjutannya adalah teknik catat. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi, sedangkan penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian secara deskriptif. Bab II memaparkan penjelasan mengenai analisis struktur pada novel Pintu yang meliputi analisis alur, analisis latar/setting dan analisis penokohan. Analisis alur dalam novel bersifat linear, atau tidak hanya terfokus pada satu alur namun pada dua alur yaitu maju dan flashback, dengan alur dominan flashback. Analisis latar/setting dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat terjadi daerah Jawa, Batavia, dan Amerika. Latar waktu terjadi pada kurun waktu 1968-1987 dan tahun 1989-2000. Latar sosial disimpulkan menjadi dua yaitu latar
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sosial daerah Jawa dan latar sosial daerah Amerika di mana latar sosial tersebut masih memengaruhi pola kehidupan masyarakat. Analisis penokohan dalam tokoh masingmasing menunjukkan karakter yang cukup unik dengan berbagai masalah yang memengaruhi psikis tokoh Bowo Erna dan Paris. Tokoh-tokoh dalam novel mempunyai karakter yang berbeda-beda serta kuat. Bab III memaparkan tentang mekanisme pertahanan diri pada tiga tokoh, Bowo, Erna dan Paris. Tokoh Bowo menggunakan lima jenis mekanisme pertahanan diri yaitu sikap agresi, mencari rasionalisasi, represi, proyeksi dan undoing. Tokoh Erna menggunakan dua jenis mekanisme pertahanan diri yaitu regresi serta fantasi dan stereotype. Sedangkan tokoh Paris menggunakan tiga jenis mekanisme pertahanan diri yakni regresi, sikap agresi, dan undoing. Dari kesepuluh model mekanisme pertahanan yang telah disebutkan dalam teori, ditemukan hanya enam model mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh ketiga tokoh dalam novel Pintu karya Fira Basuki Jelas terlihat dalam analisis psikoanalisis mekanisme pertahanan diri bahwa tokoh-tokoh dalam novel yaitu Bowo, Erna maupun Paris memiliki konflik dengan struktur kepribadiannya yaitu antara id, ego, dan superego mereka yang saling bertentangan sehingga pada beberapa kasus banyak menguras energi psikis tokoh. Terbukti bahwa setiap tokoh mempunyai masing-masing kesulitan yang sukar dihadapi dan mereka mencoba bertahan dengan cara kerja ego yaitu mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan secara tidak sadar demi upaya meredakan
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ketiga kecemasan yang sering meraka alami yakni kecemasan realistik, kecemasan moral, dan kecemasan neurotik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tokoh telah meggunakan mekanisme pertahanan demi menjaga agar struktur kepribadian mereka tidak rusak atau hancur. Bowo dan Paris menggunakan beberapa mekanisme pertahanan diri yang cukup matang dan tetap terjaga keseimbangan kepribadiannya sehingga id nya masih bisa dikontrol.
Namun, pada permasalaha Erna, ia telah menggunakan mekanisme
pertahanan yang berbahaya sehingga menderita gangguan jiwa. Antara id dan egonya tidak seimbang, sehingga ego nya bekerja keras dan mekanisme pertahanan diri yang digunakan juga berbahaya karena mentalnya tidak sehat dan pada akhirnya id keluar secara tidak terkontrol. 4.2. Implikasi Implikasi adalah dampak teoritis dari penelitian terhadap teori dan praktik penelitian di dalam novel. Setelah dikaji ketiga tokoh dengan jenis-jenis mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan, penulis menarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa kesulitan dalam mengidentifikasikan jenis mekanisme yang sedang digunakan dalam tokoh-tokoh tersebut dalam satu konflik atau kecemasan, tokoh dapat menggunakan lebih dari satu cara kerja ego ini. Mekanisme pertahanan diri tidaklah tunggal dalam satu kasus. Dalam satu kasus bisa terjadi lebih dari satu mekanisme pertahanan diri.
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dalam tokoh yang sedang mengalami keadaan sulit dan tidak nyaman, ia mengerahkan ego untuk bekerja sehingga jika satu jenis mekanisme pertahanan diri tidak begitu meredakan masalah, maka akan muncul mekanisme pertahanan yang lain dalam ego tokoh. Misalnya, ketika tokoh Erna sedang mengalami permasalahan dengan tokoh Bowo karena Bowo tidak mau menikahinya, ia melakukan tindakan secara tidak sadar yang dinamakan regresi. Namun, di dalam mekanisme pertahanan yang ia lakukan juga terdapat sikap agresi yaitu dengan adanya penyerangan terhadap objek secara langsung. Namun, mekanisme pertahanan diri regresi lebih banyak ditemukan ciri-cirinya dan lebih dominan. Secara tidak langsung ia sudah menggunakan
dua
mekanisme
pertahanan
diri.
Oleh
karena
itu,
dalam
mengklasifikasikan jenis mekanisme pertahahan yang digunakan perlu adanya buktibukti yang lebih dominan yang mengarah pada satu mekanisme pertahanan yang paling kuat. Selain itu, ketiga tokoh menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan keadaan mental yang sehat serta tidak sehat, sehingga mekanisme pertahanan yang tidak matang terjadi pada tokoh yang mentalnya tidak sehat seperti Erna sehingga lebih menguras energi psikis, menggunakan banyak macam mekanisme pertahanan dan memaksa ego untuk berkerja lebih keras. Ketika ego bekerja lebih keras dan menggunakan berbagai macam mekanisme pertahahan diri serta tidak seimbangnya antara ego dan superego, id tetap menguasai dan terlepas tidak terkendali sehingga
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ego bekerja dengan salah dan menimbulkan akibat yaitu gangguan kejiwaan pada tokoh. Seperti apa yang terjadi pada tokoh Erna. Selain itu, setiap mekanisme pertahanan yang dilakukan bekerja secara tidak sadar ini hanyalah reaksi dari kecemasan yang dirasakan mengganggu kepribadian. Reaksi inilah yang dibagi Freud dalam banyak jenis mekanisme pertahanan yang digunakan manusia jika berada dalam keadaan yang mengancam. Namun, mekanisme pertahanan juga penting dalam kepribadian karena menjaga antara id, ego, dan superego tetap seimbang walaupun cara bekerjanya adalah dengan memalsukan, memutarbalikkan fakta dan menolak realitas yang ada karena hanya dengan itu tokoh dapat meredakan kecemasan yang ditanggungnya. Studi ini mengacu pada bukti-bukti yang lebih dominan. Implikasi teoritis dari studi ini adalah bahwa para pengkaji sastra dengan pendekatan mekanisme pertahanan diri tidak perlu terpaku pada jenis mekanisme pertahanan diri secara otonom. Karena mekanisme tersebut saling berhubungan dan berpengaruh satu sama lain. 4.3 Saran Studi ini menggunakan pendekatan psikoanalisis yang secara spesifik membahas tentang Mekanisme Pertahanan Diri pada tokoh-tokoh di dalam novel Pintu. Dari penelitian yang telah dilakukan, disarankan agar peneliti yang selanjutnya dapat menganalisis novel Pintu dengan pendekatan sosiologi sastra
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
karena cerita di dalam novel banyak mengangkat kondisi sosial, budaya dan sejarah yang terjadi pada tokoh maupun masyarakat di dalam cerita.
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, 2005 Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbit Universitas Muhammadyah Malang. Arif, Iman Setiadi. 2006. Dinamika Kepribadian, Gangguan dan Terapinya. Bandung: PT. Refika Aditama Basuki, Fira. 2002. Pintu. Jakarta: PT Grasindo Boeree, Dr. C. George. 2007. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogkakarta: Primasophie. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindom Feist, Jess. Feist, Gregory. 2006. Theories Of Personality: Sixth Edition. Americas, New York: McGraw-Hill Companies. Feist, Jess. Feist, Gregory. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. “Mekanisme Pertahanan Ego Tokoh Utama dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Sebuah Tinjauan Psikologi,” Stable URL: http://download.portalgaruda.org/article.php?article =120588&val=4705. Diunduh: 18/02/2015, 02.00. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press “Novel Trilogi Jendela-Jendela, Atap dan Pintu,” Stable URL: http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/5611/Novel-trilogijendela-jendelapintudan-atap-karya-Fira-Basuki-sebuahanalisis-struktural. Diunduh: 18/02/2015, 02.00.
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
“Ralitas Sosial dalam novel Pintu Karya Fira Basuki,” Stable URL: http://ejournal-s1.stkip-pgri- sumbar.ac.id/index.php/ indonesia/article/view/679. Diunduh: 18/02/2015, 02.00. Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa Raya Teeuw, A. 1983.Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia
91