PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN TRENGGULI (Cassia fistula L.) SECARA TOPIKAL TERHADAP NEUTROFIL DAN SIKLOOKSIGENASE-2 (COX-2) PADA MENCIT TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh : Rury Henggar Tyas Utami NIM : 128114164
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN TRENGGULI (Cassia fistula L.) SECARA TOPIKAL TERHADAP NEUTROFIL DAN SIKLOOKSIGENASE-2 (COX-2) PADA MENCIT TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh : Rury Henggar Tyas Utami NIM : 128114164
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“I believe in prayer. It is the best way draw strength from heaven” – Josephine Baker
“Don’t pray for an easy life, pray for strength to endure a difficult one” – Bruce Lee
Dengan sujud syukur, saya mempersembahkan skripsi ini kepada Kemuliaan Tuhan Yesus Kristus Allah Bapa sumber segala kekuatan Bapak dan ibu tersayang yang selalu setia mendukung dalam segala hal Para teman dan sahabat terbaik dalam hidup saya Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Trengguli (Cassia fistula L.) Secara Topikal Terhadap Neutrofil Dan Siklooksigenase-2 (COX-2) Pada Mencit Terinduksi Karagenin” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir penulis tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, mengucapkan banyak teriakasih kepada: 1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku dekan fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ibu drh. Sitarina Widyarini, MP., Ph.D., selaku Pembimbing Utama skripsi yang dengan sabar selalu mendukung, memotivasi, membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. C. J Soegihardjo, Apt., selaku Pembimbing Pendamping skripsi ini atas dukungan dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan kritik yang membangun hingga skripsi ini tersusun dengan baik.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan kritik yang membangun hingga skripsi ini tersusun dengan baik. 6. Ibu Agustina Setyawati, M.Si., Apt, selaku Kepala Penanggung Jawab Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk menggunakan sarana dan prasarana berupa laboratorium dan alat-alatnya untuk kepentingan penelitian ini. 7. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Program Kreatifitas Mahasiswa dalam bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) yang dengan sabar telah membimbing, memotivasi, dan memberikan masukan kepada penulis selama menjalani proses kegiatan PKM-M sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas pengabdian masyarakat dalam bentuk PKM-M. 8. Bapak Jeffry Julianus, M.Sc, selaku Dosen Pembibing Akademik (DPA) yang telah memberikan dukungan dan masukan dari awal masa perkuliahan hingga dalam proses penyusunan skripsi, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripdi dan memperoleh gelar sarjana strata satu. 9. Staf laboratorium farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian di laboratorium farmasi. 10. Keluarga yang terkasih, terutama kepada Ibu dan Bapak, yang selalu memberikan semangat, kasih saying, doa dan dukungan baik secara materi maupun non-materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11. Saudaraku khususnya Cecilia Tri Artha Prahastiningrum, A.Md, yang selalu memberikan motivasi, doa, dan semangat kepada penulis hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 12. Sahabat-sahabatku, Thomas Haryo Pambudi, S.Kom, Yustina Dwi Ratnawati, Anthony Felix, S.Farm., Apt, Amelya Christina, dan Fitri Gandamana, yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat, doa, kritik, saran, dan perhatian juga inspirasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi. 13. Alexander Dista, yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, doa, kritik, saran, dan perhatian kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi hingga selesai. 14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan juga teman-teman dari fakultas lain, untuk kebersamaannya yang dilalui penulis dari awal masa perkuliahan hingga sekarang. 15. Teman, sahabat seperjuangan, dan keluarga di FSM D dan FKK B 2012 yang telah menjadi motivasi, memberikan dukungan, doa, dan perhatian kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi dan kebersamaan selama masa perkuliahan di Fakultas Farmasi, yang telah memberikan berbagai pengalaman berharga. 16. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian efek antiinflamasi : Kathrin Dian Cintika, Dui Sostales, Monika Febrianti, Farra Ayu Efariyanti, dan Sinta Atmi Utami, atas bantuan, kerjasama, perjuangan serta suka dan duka yang dialami selama penelitian.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17. Keluarga baru “Keluarga Cemara”
Maria Angelika Suhadi, Natalia Putri
Arumsari, Bonifasia Anna Carisa, Cyndi Yulanda Putri, Rahayu Triwanti, Lucia Ida Ayu Kristiana, Sona Karisnata Inriano, Novita, Lusia Christin Setiawati, Lucia Joice, Patricia Yosepha Jelarut, Satrio Budi Utomo, Kresensia Trisna Hasrat, Yeni Mardiati, Veronika, Siti Sisca, Aditya Lela, Nanda Tia, Cinthya Anggarini, Penina Kurnia Ully dan Monalisa Mangkoan untuk perhatian, semangat, dorongan, motivasi, kebersamaan, dan doa, yang diberikan juga sebagai tempat penulis untuk menumpahkan segala cerita baik suka maupun duka dan terima kasih untuk setiap canda tawa, senyuman dan pelukan yang telah diberikan kepada penulis. 18. Kelompok PKM-M PENGANTEN ; Andriana Cindy Salim, Hastyamida Shepa Silvia, Rosalia Stefani Making, dan Andre Sofiyan, yang telah memberikan pengalaman yang berharga, kerja sama dalam menjalankan PKM-M, dan kebersamaannya sehingga program PKM-M dapat berjalan dengan baik dan membawa hasil yang baik bagi masyarakat. 19. Kos Putri Aditara, khusunya bagi ; Vicky Wijoyo, Suzan, Cresentia Claresta, Patricia Valentina Hendriana, Ira Felisia, Ira Yoshida, Lidwina Florentiana Sindoro, Cia cia dan Tria Noviana, untuk segala bantuan, motivasi, kritik, saran, doa, dan kebersamaan dalam suka maupun duka. 20. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu per satu oleh penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna termasuk penulis.
Penulis
menyadari
masih
terdapat
x
banyak
kekurangan
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ketidaksempurnaan yang ada dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap skripsi ini akan memberikan manfaat dalam bidang kefarmasian, bermanfaat bagi pembaca, dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, November 2015
Penulis
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ............. vi PRAKATA ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xx INTISARI .......................................................................................................... xxii ABSTRACT ......................................................................................................... xxiii BAB I. PENGANTAR ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 1. Rumusan masalah................................................................................... 4 2. Keaslian penelitian ................................................................................. 4 3. Manfaat penelitian .................................................................................. 6 B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6 1. Tujuan umum ........................................................................................ 6 2. Tujuan khusus ........................................................................................ 6
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7 A. Tanaman Cassia fistula L. ............................................................................ 7 1. Taksonomi tanaman ............................................................................... 7 2. Nama daerah .......................................................................................... 8 3. Morfologi ............................................................................................... 8 4. Kegunaan ............................................................................................... 9 5. Kandungan kimia ................................................................................... 9 B. Metode Penyarian ......................................................................................... 11 C. Metode Uji Daya Antiinflamasi ................................................................... 11 D. Kulit .............................................................................................................. 14 E. Inflamasi ....................................................................................................... 17 1. Definisi ................................................................................................... 17 2. Gejala .................................................................................................... 21 3. Mekanisme ............................................................................................ 23 F. Antiinflamasi ................................................................................................ 28 G. Karagenin ..................................................................................................... 29 H. Biocream® ................................................................................................... 30 I. Hidrokortison Asetat ...................................................................................... 31 J. Landasan Teori .............................................................................................. 31 K. Hipotesis ........................................................................................................ 31 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 34 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 34 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................................. 34 1. Variabel Penelitian ................................................................................ 34
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Skala Variabel ....................................................................................... 35 3. Definisi Operasional .............................................................................. 35 C. Bahan Penelitian ........................................................................................... 36 D. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian ...................................................... 38 E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 39 1. Determinasi tanaman .............................................................................. 39 2. Pengumpulan bahan .............................................................................. 39 3. Pembuatan simplisia ............................................................................. 39 4. Pembuatan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. .................................. 40 5. Penentuan dosis konsentrasi dan pembuatan krim ekstrak daun Cassia fistula L. ................................................................................................ 40 6. Ethical Clearence ................................................................................... 41 7. Penyiapan Hewan Uji ............................................................................ 41 8. Pembuatan larutan Karagenin ............................................................... 42 9. Pengujian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. .................................... 42 10. Pengambilan kulit punggung mencit ..................................................... 42 F. Analisis Hasil ................................................................................................. 43 1. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L. Dalam Pengurangan Jumlah Sel Neutrofil ............................ 43 2. Hasil Persen (%) Penghambatan Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L. Dalam Eksppresi COX-2 ......... 44 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 45 A. Hasil Determinasi Daun Cassia fistula L. .................................................... 45 B. Pembuatan Serbuk Daun Cassia fistula L. .................................................... 46 C. Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L. .......................................................... 46 D. Uji Orientasi Karagenin ............................................................................... 48
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E. Pengujian Efek Antiinflamasi Ekstrak tanol Daun Cassia fistula L. ............ 50 F. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L. Pada Jumlah sel Neutrofil ............................................................. 52 G. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L. Dalam Eksppresi COX-2 .............................................................. 59 H. Pembahasan Umum ...................................................................................... 67 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 72 A. Kesimpulan ................................................................................................... 72 B. Saran ............................................................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73 LAMPIRAN ...................................................................................................... 77 BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 117
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Hasil rerata jumlah sel neutrofil pada setiap perlakuan .................... 53
Tabel 2.
Hasil uji Scheffe aktivitas efek antiinflamasi pada mencit setelah pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal ....... 57
Tabel 3.
Rerata persen penghambatan inflamasi dalam penekanan COX-2 pada kelompok perlakuan beserta kontrol ................................................. 62
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Tanaman Cassia fistula L. ............................................................. 7
Gambar 2.
Struktur kandungan tanaman Cassia fistula L. kelas utama pada flavonoid ......................................................................................... 10
Gambar 3.
Struktur kulit manusia ................................................................... 15
Gambar 4.
Manifestasi lokal pada peradangan akut ........................................ 19
Gambar 5.
Manifestasi lokal pada peradangan kronis ..................................... 19
Gambar 6.
Komponen respon peradangan akut dan kronik ............................. 20
Gambar 7. Skema kejadian setelah terjadi inflamasi…………………………….21 Gambar 8.
Metabolit asam arakidonat dalam proses inflamasi dan target dari beberapa obat antiinflamasi ............................................................ 25
Gambar 9.
Diagram mediator inflamasi dan target obat antiinflamasi ........... 29
Gambar 10. Kurva grafik peningkatan tebal lipat kulit selama enam jam ......... 49 Gambar 11. Mikrofotografi kulit normal tanpa perlakuan dan kulit setelah diberikan perlakuan menunjukkan adanya inflamasi pada daerah subkutan dan neutrofil (Pengecatan HE pembesaran 200x dan 400x) ......................................................................................................... 55 Gambar 12. Diagram batang aktivitas efek inflamasi pada mencit setelah pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal ..... 56
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 13a. Ekspresi protein COX-2 pada neutrofil (pengecatan imunohistokimia antibody COX-2 pembesaran 400x dan 1000x) . 59 Gambar 13b. Mikrofotografi kulit normal tanpa perlakuan dan setelah diberikan perlakuan menunjukkan adanya inflamasi pada daerah sub kutan dan ekspresi COX-2 (Pengecatan imunohistokimia antibody COX-2 pembesaran 200x dan 400x) ........................................................... 61 Gambar 14. Diagram persen penghambatan inflamasi dengan penekanan ekspresi COX-2 antar tiap kelompok perlakuan beserta kontrol .................. 62 Gambar 15. Mekanisme aksi dari golongan steroid ............................................. 64 Gambar 16. Jalur target dari senyawa flavonoid pada mediator-mediator proinflamasi .......................................................................................... 69 Gambar 17. Mencit betina galur Swiss ................................................................. 78 Gambar 18. Kulit punggung mencit setelah dilakukan pencukuran .................... 78 Gambar 19. Kulit punggung mencit terinduksi karagenin ................................... 79 Gambar 20. Kulit punggung mencit yang diberi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. .......................................................................................... 79 Gambar 21. Pemotongan kulit punggung mencit ............................................... 80 Gambar 22. Pengawetan kulit mencit dengan formalin 10% ............................... 80 Gambar 23. Biocream® (kontrol Biocream®) dan basis ekstrak ....................... 81 Gambar 24. Hirocortisone (hidrokortison asetat 2,5%) sebagai kontrol
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
positif ............................................................................................. 81 Gambar 25. Serbuk karagenin yang digunakan dalam penelitian ...................... 82 Gambar 26. Ekstrak yang dilarutkan dalam basis Biocream® .......................... 82 Gambar 27. Spuit injeksi yang digunakan dalam penelitian ............................. 83
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ............................. 78
Lampiran 2.
Pemotongan kulit untuk histopatologi ....................................... 80
Lampiran 3.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ...................... 81
Lampiran 4.
Hasil determinasi tanaman Cassia fistula L. .............................. 84
Lampiran 5.
Surat ethical clearance penelitian ............................................... 85
Lampiran 6.
Data tebal lipat kulit dalam uji pendahuluan karagenin .............. 86
Lampiran 7.
Data rata-rata perhitungan jumlah neutrofil ................................ 87
Lampiran 8.
Data rerata persen penghambatan inflamasi dalam penekanan COX-2 ......................................................................................... 89
Lampiran 9.
Hasil analisis statistik perhitungan rata-rata jumlah sel-sel neutrofil pada masing-masing .................................................................... 95
Lampiran 10. Hasil analis statistik uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk ..... 98 Lampiran 11. Hasil pengujian ANOVA ............................................................. 99 Lampiran 12. Hasil pengujian uji Post-Hoct dengan uji Scheffe ...................... 100 Lampiran 13. Perhitungan persen penghambatan inflamasi ekspresi COX-2 ....................................................................................... 103 Lampiran 14. Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk .................................. 103
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 15. Hasil perhitungan rata-rata persen penghambatan inflamasi penekanan ekspresi COX-2 pada masing-masing perlakuan ..................................................................................... 105 Lampiran 16. Hasil pengujian Kruskal-Wallis .................................................. 107 Lampiran 17. Hasil pengujian Mann-Whitney Test……………………………..108
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Inflamasi adalah peradangan lokal pada jaringan terhadap infeksi atau cedera dan yang melibatkan banyak mediator. Respon inflamasi berupa rubor, kalor, dolor, tumor, dan function laesa. Tanaman trengguli (Cassia fistula L.) diketahui memiliki banyak efek farmakologis, diantaranya dapat digunakan sebagai antiinflamasi, pada inflamasi akut maupun inflamasi kronis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efek antiinflamasi topikal dan melihat jumlah sel-sel neutrofil dan penghambatan ekspresi COX-2 pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada kulit punggung mencit terinduksi karagenin 3%. Penelitian tentang efek antiinflamasi secara topikal dengan menggunakan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada mencit, merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah. Hewan uji dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 3%, kelompok kontrol positif Hidrokortison asetat® 2,5%, kontrol Biocream®, dan kelompok perlakuan ekstak daun trengguli (Cassia fistula L.) 1,67; 2,5%; dan 3,75% B/B. Hewan uji dikorbankan dengan dislokasi servikal setelah 24 jam untuk diambil bagian kulit mencit yang terdapat edema, kemudian dimasukkan dalam larutan fiksatif 10%. Dilakukan pengecatan dengan HE dan imunohistokimia antibody COX-2. Efek antiinflamasi daun trengguli dilihat dari pengurangan jumlah neutrofil dan persen penekanan ekspresi COX-2 pada daerah sub kutan punggung mencit yang terinduksi karagenin 3%. Data yang diperoleh kemudian diuji statistika dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menunjukkan jumlah sel neutrofil yang bermigrasi sebesar 70,44 ± 5,04; 55,84 ± 4,97; dan 43,28 ± 3,89. Konsentrasi yang cukup tinggi menunjukkan adanya efek antiinflamasi dari adanya migrasi neutrofil sebesar 3,75%. Persen penghambatan penekanan ekspresi COX-2 pada konsentrasi 1,67; 2,5%; dan 3,75% secara berturut-turut adalah 14,54; 18,05; dan 14,76%, sedangkan pada kontrol negatif persen penghambatan penekanan ekspresi COX-2 sebesar 1,44%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Cassia fistula L. memiliki efek antiinflamasi topikal dan mekanisme dari ekstrak etanol daun Cassia fistula L. diduga melalui penghambatan migrasi sel neutrofil dan penghambatan ekspresi COX-2 pada daerah sub kutan yang diinduksi dengan karagenin 3%.
Kata kunci: antiinflamasi, topikal, Cassia fistula L., ekspresi neutrofil, ekspresi COX-2.
xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Inflammation is a inflammatory in tissues to infection or injury and that involves a lot of mediators. Inflammatory response such as rubor, calor, dolor, tumor, and function laesa. Trengguli (Cassia fistula L.) has been known to have pharmacological effects, which can be used as anti-inflammatory, in acute inflammation and chronic inflammation. The purpose of this study was to test the effect of topical anti-inflammatory and see the amount of neutrophils cells and inhibition of expression of COX-2 in the ethanol extract of Cassia fistula L. the back skin of mice induced carrageenin 3%. This study on topical anti-inflammatory effect by using the ethanol extract of the leaves of Cassia fistula L. in mice, is a kind of purely experimental study with completely randomized design direction. Animals were divided into 6 groups: negative control group carrageenin 3%, positive control group Hidrokortison asetat® 2,5%, control Biocream®, and the ethanol extract treatment group trengguli (Cassia fistula L.) 1.67; 2.5%; 3.75% B/B. Animalss test were sacrificed by cervical dislocation after 24 hours to take the skin of mice contained edema, then included in a solution of fixative 10%. HE and immunohistochemical staining with antibodies COX-2. Antiinflammatory effect of trengguli seen from a reduction in the expression of neutrophils and percent suppression of expression of COX-2 e in the sub-cutaneous at the back skin of mice induced carrageenin 3%. The data obtained were then tested using a statistical confidence level of 95%. Result of the study of anti-inflammatory effects of ethanol extract of Cassia fistula L. the number of neutrophils migration in this study amounted to 70.44 ± 5.04; 55.84 ± 4.97; and 43.28 ± 3.89. The optimum concentration which in the neutrophil migration of 3.75%. Percent inhibition of suppression of expression COX-2 at a concentration of 1.67; 2.5%; 3.75% respectively was 14.54; 18.05; and 14.76%, while in the negative control percent inhibition of COX-2 expression of 1.44%. Result of the study showed that the Cassia fistula L. ethanol extract has topical anti-inflammatory effects anda mechanism of ethanol extract of Cassia fistula L. estimated by inhibition of neutrophils cell migration and inhibition of expression of COX-2 In the sub cutaneous induced by carrageenan 3%.
Keywords: anti-inflammatory, topical, Cassia fistula L., neutrophil expression, COX-2 expression.
xxiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Inflamasi didefinisikan sebagai reaksi peradangan lokal pada jaringan terhadap infeksi atau cedera dan yang melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun yang didapat. Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera pada jaringan. Inflamasi dapat terjadi secara lokal, sistemik, akut dan kronis yang dapat menimbulkan kelainan paofisiologis (Karnen dan Iris, 2012). Proses inflamasi akan melepaskan mediator kimia selama proses inflamasi. Salah satu diantara adalah prostaglandin, yang telah berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi. Respon tersebut penting, untuk memungkinkan tubuh bertahan selama infeksi atau cedera dan mempertahankan homeostasis jaringan saat kondisi berbahaya (Hayes dan Kee, 1996). Pada era zaman sekarang, masyarakat memiliki banyak cara untuk mengobati atau mengurangi kondisi inflamasi yaitu salah satu cara dengan memberikan atau mengkonsumsi obat secara topikal maupun per oral. Pemberian secara topikal untuk keadaan inflamasi merupakan pertolongan pertama yang dilakukan dengan cara mengoleskan obat pada bagian yang mengalami inflamasi. Obat yang digunkan untuk inflamasi adalah golongan obat nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID) dan golongan kortikosteroid. Tetapi, untuk golongan NSAID memiliki efek yang buruk untuk gastrointestinal (GI), dapat menyebabkan iritasi pada lambung. Karena obat golongan NSAID bekerja mengikat
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
cyclooxygenase (COX) dan golongan kortikosteroid mengurangi fosfolipase A2 dan mengikat enzim lipogenase, dan mengikat enzim lipogenase (Endro, 2012). Penggunaan obat antiinflamasi secara per oral efek terapi yang dihasilkan lebih lama. Untuk mengatasi efek tersebut maka jalur pemberian obat antiinflamasi diberikan secara topikal. Pemberian secara topikal lebih aman dan lebih mudah daripada pemberian secara per oral, sehingga akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan dengan pemberian secara per oral dan pemberian secara topikal efek terapi yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan dengan per oral. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tanaman yang dapat digunakan sebagai obat herbal, salah satunya adalah tanaman Cassia fistula L. Efek ekstrak Cassia fistula L, memiliki khasiat-khasiat, beberapa diantaranya. Penelitian Ilavarasan, Moni, dan Subramanian (2005) melaporkan bahwa aktivitas antiinflamasi dan aktivitas antioksidan dalam ekstrak etanol dari kulit batang Cassia fistula L. yang dilakukan pada tikus albino galur Wistar, dengan metode edema kaki yang disuntikan karagenin 1% dengan volume 0,1 mL ke dalam jaringan sublantar pada kaki belakang tikus. Dilaporkan memiliki efek antiinflamasi yang signifikan dalam dua tipe inflamasi, yaitu inflamasi akut dan kronis. Ekstrak kulit batang Trengguli (Cassia fistula L.) dilaporkan dapat menghambat peroksidasi lipid yang dipicu oleh CCl4 dan FeSO4 dalam hati dan ginjal tikus. Ekstrak tersebut juga menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH, nitric oxyde, and hydroxyl pada pengujian in vitro. Penelitian Ali et al., (2012) melaporkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Cassia fistula L. memiliki aktivitas analgesik pada dosis pemberian 200 dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
400 mg/kg secara per oral, dengan menggunakan model injeksi intraperitonial pada mencit yang diinduksi asam asetat 1%. Penelitian Guata et al., (2009) penelitian ini melaporkan bahwa terdapat aktivitas antiinflamasi dari ekstrak air akar Cassia sieberiana dengan dosis pemberian 30, 100, 300 mg/kg secara oral pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1% pada telapak kaki belakang mencit. Penelitian Kanakam, et al., (2013) melaporkan bahwa ekstrak daun Cassia occidentalis Linn. memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgetik. Dengan dosis pemberian ekstrak sebesar 200 mg/kg dan 400 mg/kg pada masing-masing perlakuan. Uji antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan metode induksi sublantar kaki tikus dengan karagenin 1%. Berdasarkan penelitian Khan, et al., (2012) melaporkan bahwa ekstrak etanol 80% daun Cassia fistula L. memiliki aktivitas antioksidan yang besar diantara pelarut lain. Senyawa yang menunjukkan aktivitas antioksidan salah satunya adalah flavonoid. Berdasarkan penelitian Kim, Son, Chang, dan Kang (2004) flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang memiliki mekanisme dalam menghambat sel-sel peradangan seperi, neutrofil dan ekspresi COX-2 yang banyak diekspresikan pada jenis-jenis sel peradangan. Neutrofil akan mendominasi peradangan pada 24 jam pertama, kemudian digantikan oleh monosit setelah 24 jam hingga 48 jam. Siklooksigenase-2 (COX-2) merupakan enzim yang terinduksi oleh beragam rangsangan inflamatorik dan tidak terdapat pada sebagian jaringan pada keadaan normal, COX-2 merangsang pembentukan prostaglandin (PG) yang berperan dalam reaksi peradangan (Kumar, Abbas, dan Fausto, 2005). Adapun aktivitas dari COX-2 dan neutrofil berperan penting dalam reaksi peradangan. Oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
karena itu, dalam penelitian peran sel neutrofil dan COX-2 dijadikan sebagai parameter yaitu, dengan melihat jumlah migrasi sel neutrofil dan ekspresi dari COX-2. Berdasarkan dari penelitian tersebut metode perlakuan ekstrak yang digunakan adalah per oral. Pada penelitian ini akan diaplikasikan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal sebagai antiinflamasi pada model kulit punggung mencit yang diinduksi karagenin 3%. Parameter yang diamati adalah jumlah neutrofil dan ekspresi pada siklooksigenase-2 (COX-2) pada kulit punggung mencit yang diinduksi karagenin dan diberikan dengan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. 1.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah : a.
Apakah dalam ekstrak etanol daun trengguli (Cassia fistula L.) memiliki aktifitas antiinflamasi topikal terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi siklooksigenase-2 (COX-2) pada mencit?
b.
Bagaimana mekanisme aktifitas antiinflamasi ekstrak etanol daun trengguli (Cassia fistula L.) pada mencit yang diinduksi karagenin 3%?
2.
Keaslian penelitian Penelitian Gobianand, Vivekanandan, dan Mohan (2010) melaporkan
bahwa senyawa flavonoid memiliki aktivitas antiinflamsi dan antipiretik dalam ekstrak etanol Cassia fistula Linn. (ELE) pada tikus albino galur Wistar melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
pemberian secara per oral, aktivitas antiinflamasi secara signifikan menghambat inflamasi dengan model sublantar pada kedua kaki belakang tikus yang telah diinduksi karagenin 1% dengan pada dosis 750 mg kg/bb pemberian ekstrak etanol 250 – 500 mg kg/bb juga dilaporkan dapat mengurangi demam karena induksi polysaccharide typhoid vaccine (TAB vaccine). Mali, Hivrale, Bandawane dan Chaudhauri (2012) melaporkan bahwa ekstrak air, metanol, hydroalcoholic, etil asetat daun Cassia auriculata, masingmasing dosis pemberian 250 dan 500 mg/kg dan diberikan satu jam sebelum diinduksi karagenin. Memiliki aktivitas antiinflamasi yang dilakukan dengan model edema kaki yang diinduksi karagenin pada jaringan sub lantar pada bagian kaki belakang tikus. Penelitian Sermakkani dan Thangapandian (2013) melaporkan bahwa pada ekstrak metanol daun Cassia italica dengan dosis 250, 500, 750 mg/kgBB menunjukkan adanya aktivitas antiinflamasi yang diberikan satu jam sebelum induksi karagenin. Sejauh pengamatan penulis berdasarkan uraian diatas, penelitian tentang efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada mencit yang terinduksi karegenin 3% secara subkutan dan dilakukan pengamatan secara kualitatif histopatologis kulit mencit (pengecatan hematoksilin eosin (HE) dan imunohistokimia dengan antibodi COX-2) belum pernah dilaporkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
6
Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang efek antiinflamasi ekstrak daun tanaman trengguli (Cassia fistula L.) secara topikal. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pembuktian efek antiinflamasi dari ekstrak daun trengguli (Cassia fistula L.) sehingga dapat dijadikan alternatif untuk menggobati inflamasi.
B. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum. Untuk mengetahui aktifitas antiinflamasi yang terdapat pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L.
2.
Tujuan Khusus. a.
Untuk mengetahui aktifitas antiinflamasi topikal pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi COX-2 pada mencit.
b.
Untuk mengetahui mekanisme aktifitas antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada mencit yang diinduksi karagenin 3%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAHAAN PUSTAKA
A. Tanaman Cassia fistula L.
1.
Gambar 1. Tanaman Cassia fistula L. Taksonomi tanaman
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (Berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae (Suku polong-polongan)
Subfamili
: Caesalpinaceae
Genus
: Cassia
Spesies
: Cassia fistula L. (Neelam, Ranjan, Komal, dan Nootan, 2011)
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
8
Nama daerah
Aceh
: Bak biraktha
Timor
: Babuni daun besar, nain-nain
Dayak
: Tilai
Sunda
: Bobondelan, bondel, tanggoli,
Jawa
: Trengguli, tenguli, tangguli, klohor, peyok, klohur
Madura
: Kalobur, Klobor
Bali
: Tangguli
Sumba
: Ketoka, konjur
Flores
: Klowang
Alor
: Kikili,ladau
Makasar
: Kayu raja
Bugis
: Pong raja
Rote
: Bubuni sela
Ambon
: Papa pauno
tranguli
(IPB, 2015)
3.
Morfologi Tanaman Cassia fistula L. dapat dilihat pada gambar 1, merupakan bentuk
pohon tinggi yang mencapai 10-20 m, bentuk batang berkayu bulat bercabang, dengan batang yang lurus. Daun memiliki panjang 30-40 cm, 3-8 pasang dan berbentuk bulat telur. Panjang daun setiap lembarnya 3,5-9cm. Memiliki warna bunga kuning cerah, tandan bunga melorot, memiliki kelompak bunga yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
berbentuk persegi panjang dan bagian ujungnya tumpul. Daun mahkota panjang 23,5 cm. 3 tangkai sari yang terbawah membentuk S, lebih panjang dari pada lainnya. Bakal buah bertangkai. Polongan menggantung, diatas tanda bekas mahkota bertangkai, bulat silindris, hitam, oleh karna sekatan yang melintang dibagi dalam ruang-ruang yang berbiji 1, 20-45 kali 1,5 cm, tidak membuka. Biji melintang, 40100 (Steenis, Hoed, Bloembergen, dan Eyma, 1992).
4.
Kegunaan Bagian – bagian dari tanaman Cassia Fistula L. dapat digunakan atau
berkhasiat untuk terapi berbagai macam penyakit, dari rebusan isi buahnya berkhasiat untuk sembelit dan obat wasir, sedangkan daunnya sebagai obat kudis, sembelit, pencahar dan obat malaria. Penelitian yang sudah dilakukan pada bagian tumbuhan Cassia fistula, misalnya ekstrak metanol kulit batang yang berpotensi untuk chemopreventive, mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. ekstrak metanol daun mempunyai aktivitas sebagai larvasida, ovisida, dan repelen nyamuk Aedes aegypti. Ekstrak metanol biji mempunyai aktivitas antitumor, antirematik. Sedangkan dari ekstrak bunga mempunyai aktivitas antioksidan. pada akar terdapat senyawa flavonoid glikosida yang mempunyai aktivitas antifungi (Hermien, 2014).
5.
Kandungan kimia Kandungan yang ada didalam daun tanaman Cassia fistula L. antara lain
senyawa glycosides-sennosides A dan B, hentriacontanoic, triaconsanoic,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
nonacontanoic dan heptacosanoic acid, anthraquinone, tannin, oxyanthraquinone, dan volatile oils. Dan juga dalam tanaman ini terdapat kandungan flavonoids, biflavonoids, rhein, rhein glucoside, sennoside A dan B, chrysophanol, dan isoflavon (Thirumal, Srimanthula, dan Kishore, 2012). Struktur beberapa flavonoid dapat dilihat pada gambar 2:
Gambar 2. Struktur kandungan tanaman Cassia fistula L. kelas utama pada flavonoid (Rathee, et al., 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
B. Metode Penyarian Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus atau dihancurkan menjadi serbuk. Pelarut yang digunakan sebagai penyari seperti; air, etanol dan campuran air etanol (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
C. Metode Uji Daya Antiinflamasi Proses inflamasi dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, seperti agen infeksi, interaksi antigen dengan antibodi, bahan kimia, cedera termal atau mekanis. Respon inflamasi disertai tanda-tanda klinis eritema, edema, hiperalgesia dan nyeri. Respon inflamasi terjadi dengan tiga tahap yang berbeda dan mekanisme yang berbeda : a.
Fase akut ditandai dengan adanya vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler
b.
Fase sub akut ditandai dengan adanya infiltrasi leukosit dan sel fagosit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
c. Fase poliferasi kronis ditandai dengan terjadi degenerasi jaringan dan fibrosis Berdasarkan fase diatas, terdapat beberapa metode yang telah dikembangkan untuk menguji daya antiinflamasi akut dan sub akut secara in vivo: a. Permeabilitas vaskuler Pengujian dengan metode permeabilitas vaskuler digunakan untuk mengevaluasi
aktivitas
penghambatan
suatu
obat
terhadap
peningkatan
permeabilitas pembuluh darah yang disebabkan oleh mediator inflamasi (zat radang). Mediator inflamasi seperti histamine, prostaglandin, dan leukotriens. Sehingga, hal ini akan menyebabkan terjadinya pelebaran arteriol, venula dan permeabilitas pembuluh darah meningkat, dan terbentuk edema dari cairan dan protein plasma yang dikeluarkan (Vogel, 2008). Pengujian dilakukan dengan cara menginjeksi senyawa radang secara intravena. Sembilan puluh menit setelah hewan uji diinjeksi, kemudian hewan uji dikorbankan dan pada bagian yang diinjeksi diambil untuk diberikan perwarnaan dengan Evans’s blue yang fungsinya untuk memberikaan tanda agar dapat mengetahui peningkatan permeabilitas vaskuler. Diameter resapan dari pewarnaan Evan’s blue diukur dalam dua arah tegak lurus dan nilai rata-rata semua area yang diinjeksi dihitung. Dibandingkan antara kelompok control dan kelompok uji, dinyatakan sebagai persen penghambatan. Kelompok uji yang menunjukkan nilai kurang dari 50% dari control dinyatakan positif memiliki aktivitas antiinflamasi (Vogel, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
13
Eritema Ultraviolet Merupakan metode uji aktivitas antiinflamasi dengan menggunakan sinar
ultraviolet untuk membentuk eritema pada kulit hewan uji. Hewan uji yang akan digunakan dicukur terlebih dahulu pada kedua bagian sisi (kiri dan kanan) dan bagian belakang. Diberikan krim penghilang bulu, dapat mengunakan barium sulfat. Dua puluh menit kemudian, krim penghilang bulu yang telah dioleskan pada hewan uji dibersihkan dengan air hangat atau mengalir. Pada hari berikutnya, setengah senyawa yang akan diujikan (senyawa antiinflamasi) diberikan tiga puluh menit sebelum dilakukan paparan sinar ultraviolet. Setelah pemaparan sinar ultraviolet selama dua menit, diberikan lagi setengah dari senyawa uji yang telah diberikan sebelumnya. Pengukuran eritema dilakukan dua dan empat jam setelah paparan sinar ultraviolet pada hewan uji. Karena pada jam kedua dan keempat setelah paparan baru memberikan efek (Vogel, 2008). c.
Edema telinga dengan induksi oxazolone pada mencit Pada metode ini hewan uji diberikan 2% oxazolone (4-ethoxymethylene-2-
fenil-2-oxazolin-5-one) yang dilarutkan dalam aseton. Hewan uji diaplikasikan anestesi halotan 0,1 ml pada bagian kulit perut yang telah dicukur atau 0,01 ml pada bagian kedua telinga bawah . hewan uji dibiarkan selama delapan hari, kemudian diaplikasikan oxazolone 0,01 ml dengan konsentrasi 2% pada bagian dalam telinga kanan, dan telinga kiri digunakan sebagai kontrol. Setalah 24 jam akan terjadi peradangan, kemudian hewan uji dikorbankan dengan anestesi. Kedua telinga diambil dan ditimbang. Perbedaan dari berat kedua telinga merupakan indikator terjadinya inflamasi (Vogel, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d.
14
Edema telapak kaki Metode ini dapat digunakan untuk melihat aktivitas antiinflamasi suatu
senyawa. Biasanya senyawa yang digunakan untuk menginduksi terjadinya inflamsi seperti, agen iritasi ragi, formaldehid, dekstran, dan karagenin. Untuk melihat efeknya dapat diukur dengan beberapa cara yaitu, dilakukan pembedahan pada sendi talocrural dan ditimbang. Pengujian dilakukan dengan cara, terlebih dahulu hewan uji dipuasakan. Kemudian diberikan 5 ml air (kontrol) dan diberikan senyawa uji yang telah dilarutkan atau dijadikan suspens dalam volume yang sama (perlakuan). Setelah 30 menit, hewan uji diberikan injeksi subkutan 0,05 ml dari konsentrasi 1% karagenin pada bagian telapak belakang kaki hewan uji (Vogel, 2008).
D. Kulit Kulit merupakan lapisan atau jaringan yang ada pada tubuh yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya luar (Wibowo, 2008). Merupakan massa jaringan yang terbesar pada tubuh dan fungsi lain dari kulit adalah menginsulasi struktur-struktur yang berasa di bawah kulit dan juga dapat berfungsi sebagai cadangan kalori. Kulit terdiri atas tiga lapisan yang masing-masing tersusun dari berbagai jenis sel dan fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan kulit tersebut adalah epidermis, dermis dan subkutis (Corwin, 2008). Salah satu sel saraf yang ada di dalam kulit adalah terdapat ujung saraf peraba yang memiliki banyak fungsi, antara lain membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
tubuh dan sebagai ekskretori, sekretori dan absorpsi (Pearce, 2009). Struktur kulit dapat dilihat pada gambar 3:
Gambar 3. Struktur kulit manusia (Waugh dan Grant, 2001). Lapisan epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapisan yaitu lapisan tanduk dan selapis zona geminalis. Lapisan tanduk berada pada lapisan paling luar, dan tersusun tiga lapisan sel yang membentuk epidermis, yaitu stratum korneum, stratum lusidum, dan stratum granulosum. Sedangkan zona germinalis terletak di bawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapisan epitel, yaitu sel berduri dan sel basal (Pearce, 2009). Pada lapisan epidermis mengandung reseptor sensorik untuk suhu, sentuhan, getaran dan nyeri. Komponen utama dalam epidermis adalah protein kreatinin yang dihasilkan oleh sel keratinosit yang dapat mencegah hilangnya air dari dalam tubuh dan melindungi epidermis dari iritan dan mikroorganisme penyebab infeksi dan juga merupakan komponen utama apendiks kulit ; rambut dan kuku (Corwin, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Lapisan dermis adalah lapisan yang tersusun atas fibrus dan jaringan ikat yang elastis dan pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang berisi pembuluh darah kapiler (Pearce, 2009). Di sini juga terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak (glandula sebacea) (Price, 1982) dan juga terdapat pembuluh darah yang menyuplai makanan dan oksigen pada dermis dan epidermis, dan membuang produk-produk sisa. Selain pembuluh darah dalam dermis juga terdapat pembuluh limfe dan folikel rambut. Dermis terletak tepat dibawah epidermis, yang tersusun dari serabut-serabut kolagen dan elastin tersusun secara acak sehingga menyebabkan dermis terenggang dan memiliki daya tahan (Corwin, 2008). Lapisan subkutis pada kulit merupakan lapisan yang terletak dibawah dermis (lapisan paling dalam). Pada lapisan ini terdiri atas lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulator panas. Fungsi dari lapisan subkutis adalah sebagai tempat penyimpanan kalori selain lemak dan dapat dipecah menjadi sumber energi apabila diperlukan (Corwin, 2008). Kulit dapat mengalami cedera yang disebabkan karena zat kimia atau mikroorganisme, sehingga dapat menimbulkan infeksi (Pearce, 2009). Pada kulit terdapat kondisi, edema dan dermatitis kedua istilah yang identik dalam menggambarkan kondisi inflamasi yang dapat bersifat akut atau kronis. Dalam dermatitis akut terdapat kemerahan, pembengkakan dan eksudasi dari cairan serosa biasanya disertai dengan rasa gatal pada kulit. Hal ini sering diikuti oleh adanya krusta dan scaling. Jika kondisi menjadi kronis, kulit akan menebal dan dapat menjadi kasar (Waugh dan Grant, 2001). Krusta adalah akumulasi eksudat serurosa yang mengering di kulit dan berwana kuning keemasan (Corwin, 2008). Keadaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung dengan iritan misalnya, kosmetik, sabun, detergen, asam kuat atau alkali, dan bahan kimia toksik (Waugh dan Grant, 2001). Dapat juga terjadi pruritus yang parah pada bagian kulit yang terpapar akan zat toksik. Pruritus merupakan rasa gatal pada kulit, dapat terjadi sebagai respon primer terhadap iritan yang menyebabkan peradangan. Pruritus primer terjadi akibat pelepasan histamin dalam proses inflamasi. Pruritus sekunder dapat timbul apabila ada suatu kelainan pada sistemik, karena pada pruritus sistemik toksin metabolik tertimbun di cairan intertisium di bawah kulit (Corwin, 2008). Kulit yang menglami cedera atau kerusakan akan melalui serangkaian proses penyembuhan atau regenerasi jaringan yang rusak (Pearce, 2009).
E. Inflamasi 1.
Definisi Inflamasi didefinisikan sebagai reaksi peradangan lokal pada jaringan
terhadap infeksi atau cedera dan yang melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun yang didapat. Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera pada jaringan. Inflamasi dapat terjadi secara lokal, sistemik, akut dan kronis yang menimbulkan kelainan paofisiologis (Karnen dan Iris, 2012). Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Inflamasi terjadi karena ada pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak dan migrasi sel (Mycek, Harvey, dan Champe, 2001). Proses inflamasi akan melepaskan mediator kimia selama proses inflamasi. Salah satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
diantara adalah prostaglandin, yang telah berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi (Hayes dan Kee, 1996). Tanpa terjadinya peradangan (inflamasi), infeksi akan terus berkembang, luka tidak akan pernah sembuh, dan organ yang cidera dapat menjadi luka yang terus bernanah. Akan tetapi, peradangan dan perbaikan juga dapat merugikan, misalnya seperti reumatoid arthritis, aterosklerosis, fibrosis paru, dan reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan serangga, obat, dan toksin yang dapat mengancam nyawa. Perbaikan oleh fibrosis dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang menimbulkan kecacatan pada jaringan (Kumar, dkk, 2005). Peradangan atau inflamasi dibagi menjadi pola akut dan kronik. Peradangan akut memiliki awalan yang cepat dengan hitungan detik atau menit dan berlangsung relatif singkat, dalam beberapa menit, jam, atau hari. Peradangan akut adalah suatu respon cepat terhadap agen yang merugikan dan berfungsi untuk menyalurkan mediator-mediator pertahanan leukosit dan protein plasma ke tempat yang cedera. Karakteristik utama pada peradangan akut adalah adanya eksudasi cairan dan protein plasma (edema) dan emigrasi leukosit terutama neutrofil (Kumar, dkk, 2005). Pada peradangan akut terdapat tiga komponen, yaitu perubahan kapiler pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan aliran darah, perubahan strutural mikrovaskular yang memungkinkan pengeluaran protein plasma dan leukosit dari sirkulasi darah, dan emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi, akumulasi terdapat di fokus cedera, dan aktivasi leukosit untuk membuang agen penyebab peradangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Manifestasi dari peradangan akut yang menunjukkan terjadinya inflamasi dapat dilihat pada gambar 4:
Gambar 4. Manisfestasi lokal pada peradangan akut (Kumar, dkk, 2005). Sedangkan peradangan kronik berlangsung lebih lama dan secara histologi ditandai dengan adanya limfosit dan makrofag, proliferasi pembuluh darah, fibrosis, dan nekrosis jaringan (Kumar, Abbas, dan Fausto, 2005). Manifestasi dari peradangan kronik dapat dilihat pada gambar 5:
Gambar 5. Manisfestasi lokal pada peradangan kronis (Kumar, dkk, 2005).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Reaksi vaskular dan selular pada peradangan (inflamasi) akut dan kronik diperantarai oleh mediator-mediator kimiawi yang berasal dari protein plasma atau sel dan diproduksi sebagai respon terhadap atau diaktifkan oleh rangsangan peradangan. Respon inflamasi terdiri atas dua komponen utama, yaitu reaksi vaskular dan reaksi selular. Pada respon tersebut banyak jaringan dan sel yang terlibat dalam reaksi ini, termasuk cairan dan protein plasma, sel dalam darah, pembuluh darah, serta konstituen selular dan ekstraselular dari jaringan ikat. Komponen yang terdapat dalam respon inflamasi dapat dilihat pada gambar 6:
Gambar 6. Komponen respon peradangan akut dan kronik (Kumar, dkk, 2005). Pada inflamasi atau peradangan akan terjadi migrasi neutrofil dari sirkulasi darah yang mendominasi infiltrat peradangan pada 24 jam pertama dan digantikan dengan monosit setelah 24 jam hingga 48 jam dapat dilihat pada gambar 7:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Gambar 7. Skema kejadian setelah terjadi reaksi inflamasi (Kumar, dkk, 2005). Proses Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon normal terhadap trauma fisik, zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi. Adapun respon yang umumnya muncul meliputi rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan) (Corwin, 2008) dan functio laesa (hilangnya fungsi) (Price dan Wilson, 1982). 2.
Gejala Tanda-tanda utama respon inflamasi yang umumnya adalah rubor
(kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan) dan functio laesa (hilangnya fungsi) (Hayes dan Kee, 1996):
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
a. Rubor (kemerahan) Rubor atau kemerahan terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah jaringan yang cedera akibat adanya pelepasan mediator kimiawi tubuh, seperti kinin, prostaglandin dan histamin. Histamin akan mendilatasi arteriol (Hayes dan Kee, 1996). Maka arteriol yang mensuplai darah menjadi melebar, lebih banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi lokal. Sehingga, pembuluh kapiler yang sebelumnya kosong, dengan cepat akan terisi darah. Keadaan disebut dengan hiperemia atau kongesti, yang menyebabkan warna merah pada bagian yang cedera karena peradangan akut. Hiperemia timbul pada permulaan reaksi peradangan yang diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin (Price dan Wilson, 1982). b. Kalor (panas) Panas pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus (Hayes dan Kee, 1996). Reaksi peradangan pada permukaan badan, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 370C suhu didalam tubuh. Karena terdapat lebih banyak darah yang disalurkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena, sehingga daerah inflamasi pada kulit menjadi panas dibanding dengan sekelilingnya (Price dan Wilson, 1982). c. Dolor (nyeri) Disebabkan oleh adanya pembengkaan dan pelepasan mediator-mediator kimia pada jaringan yang cedera (Hayes dan Kee, 1996). Dipengaruhi juga oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf, dan pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri pada jaringan yang cedera (Price dan Wilson, 1982). d. Tumor (pembengkakan) Tumor atau pembengkaan terjadi karena kinin mendilatasi arteriol sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler (Price dan Wilson, 1982). Plasma merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat jaringan yang cedera (Hayes dan Kee, 1996). Pada keadaan awal reaksi peradangan eksudat adalah cair. Cairan eksudat akan timbul dengan cepat dalam luka yang melepuh dari kulit. Kemudian, sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan Wilson, 1982). e. Functio laesa (hilangnya fungsi) Hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat jaringan yang cedera dan karena adanya rasa nyeri (dolor), yang mengurangi mobilitas pada daerah jaringan yang terjadi inflamasi (Hayes dan Wilson, 1996). 3.
Mekanisme inflamasi Mekanisme inflamasi terjadi karena ada pelepasan mediator kimiawi dari
jaringan yang rusak dan migrasi sel (Mycek, dkk, 2001). Pada proses inflamasi akan melepaskan mediator kimia selama proses inflamasi. Salah satu diantara adalah prostaglandin, yang telah berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi (Hayes dan Kee, 1996). Mediator kimiawi yang spesifik dalam peradangan selain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
prostaglandin terdapat pula histamin, bradikinin (peptida kecil) dan interleukin-1 (peptida besar) (Mycek, dkk, 2001). Reaksi peradangan akut dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, misal infeksi (bakteri, virus, parasit), trauma, agen fisik dan kimiawi, nekrosis jaringan, benda asing, atau reaksi imun. Setiap stimulus tersebut dapat memicu terjadinya reaksi peradangan (Kumar, dkk, 2005). Adanya kejadian vaskular merupakan dilatasi awal dari arteriola kecil, sehingga aliran darah meningkat yang diikuti dengan perlambatan dan kemudian aliran darah berhenti dan terjadi peningkatan permeabilitas venula post capillary dengan adanya eksudasi cairan. Vasodilatasi yang disebabkan oleh mediator termasuk histamin, prostaglandin (PG) E2 dan PGI2 (prostasiklin) yang dihasilkan oleh interaksi mikroorganisme dengan jaringan, beberapa di antaranya bertindak bersama-sama dengan sitokin untuk meningkatkan permeabilitas pembuluh darah (Rang, Dale, Ritter, dan Flower, 2007). Apabila terdapat rangsangan secara mekanik, fisik maupun kimia akan memicu keluarnya asam arakidonat (AA). Asam arakidonat adalah suatu asam lemak tidak jenuh ganda yang mengandung 20 karbon (asam eikosatetranoat 5,8,11,14-) dan berasal dari makanan atau dari konversi asam lemak esensial asam linoleat. AA dibebaskan dari fosfolipid membran melalui kerja fosfolipase sel. Metabolit AA yang disebut eikosanoid, eikosanoid berikatan dengan reseptor (yang berikatan dengan protein G) di banyak jenis sel dan dapat memperantarai hampir semua tahap peradangan. Peran metabolit asam arakidonat pada proses inflamasi dapat dilihat pada gambar 8.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Ada dua jalan utama untuk metabolit asam arakidonat yang disebut dengan eikosanoid dapat dimetabolisme dengan:
Gambar 8. Metabolit asam arakidonat dalam proses inflamasi dan target dari beberapa obat antiinflamasi (Kumar, dkk, 2005). a.
Jalur siklo-oksigenase Semua
eikosanoid
berstruktur
cincin
sehingga,
prostaglandin,
tromboksan dn prostasiklin, disintesis melalui jalur siko-oksigenase. Jalur siklooksigenase diaktifkan oleh dua enzim, yang pertama bersifat ada dimana-mana dan pembentuk, sedangkan yang kedua diinduksi dalam respon terhadap rangsangan inflamasi (Mycek, dkk, 2001). Prostaglandin dibagi menjadi seri-seri yang didasarkan pada gambaran struktural dan memiliki kode huruf dan angka yang berbeda, yaitu PGD, PGE, PGF, PGG, dan PGH. Pada jalur siklooksigenase ini dihasilkan prostaglandin E2 (PGE2),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
PGD2, PGF2α, PGI2 (prostasiklin), dan TXA2 (trombosan) yang dihasilkan dari kerja enzim spesifik pada suatu zat dalam jalur siklooksigenase. Akan tetapi, sebagian dari enzim ini terdistribusi hanya pada jaringan tertentu, misal trombosit mengandung enzim tromboksan sintetase, yang menghasilkan TXA2 yang merupakan produk utama pada sel ini. TXA2 adalah suatu zat yang menggumpalkan trombosit dan sebagai vasokontriktor yang poten dan bersifat tidak stabil. Akan tetapi, pada endotel vaskular tidak terdapat trombosan sintetase, tetapi memiliki protasiklin sintetase, yang memicu terbentuknya prostasklin (PGI2) dan produknya akhirnya yang stabil PGF1α. Prostasklin adalah vasodilator, inhibitor agregasi trombosit yang paten, dan juga meningkatkan permeabilitas dan efek kemotaktik dari mediator lain (Kumar, dkk, 2005). Prostaglandin juga berperan dalam patogenesis nyeri dan demam. Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki sifat hiperalgesik, yang dapat menyebabkan kulit menjadi hipersensitif terhadap rangsangan nyeri dan meningkatkan rasa nyeri. PGD2 merupakan metabolit utama yang dihasilkan pada jalur siklooksigenase pada sel mast, bersama dengan PGE2 dan PGF2α yang terdistribusi lebih luas, yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas venula post kapiler sehingga terbentuk edema. Siklooksigenase-1 (COX-1) diproduksi sebagai respon terhadap rangsangan peradangan dan juga diekspresikan oleh sebagian besar jaringan. COX-1 bertanggung jawab dalam pembentukan prostaglandin, yang berperan pada peradangan, akan tetapi memiliki fungsi homeostatis. Sedangkan COX-2, merupakan enzim yang terinduksi oleh beragam rangsang inflamatorik dan tidak terdapat pada sebagian jaringan pada keadaan normal, COX-2 merangsang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
pembentukan prostaglandin yang berperan dalam reaksi peradangan (Kumar, dkk, 2005). b.
Jalur lipo-oksigenase Produk-produk awal dihasilkan oleh tiga lipoksigenase yang berbeda,
yang terdapat hanya di beberapa jenis sel (Kumar, dkk, 2005). Beberapa lipoksigenase dapat bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk 5-HPETE, 12HPETE, dan 15-HPETE, yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang dikonversi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES), atau menjadi leukotrien atau lipoksin, yang tergantung pada jaringan (Mycek, Harvey, dan Champe, 2001). 5-lipoksigenase (5-LO) merupakan enzim predominan di neutrofil. Produk utama yang dihasilkan, yakni 5-HPETE yang bersifat kemotaktik bagi neutrofil, diubah menjadi suatu famili senyawa yang secara kolektif disebut leukotrien. Leukotrien B4 adalah suatu zat kemoktaktik kuat dan aktivator respon fungsinal neutrofil, seperti agregasi dan perlekatan leukosit pada endotel venula, pembentukan radikal bebas oksigen, dan pelepasan enzim-enzim lisosom. Produk dari 5-HPETE adalah Leukotrien C4, D4, dan E4, mengandung sisteinil yang menyebabkan
terjadinya
vasokontriksi,
bronkospasme,
dan
peningkatan
permeabilitas vaskular. Lipoksin merupakan produk yang dihasilkan dari jalur lipoksigenase, yang berupa produk bioaktif yang dihasilkan dari AA, melalui mekanisme biosintesis transelular. Efek utama dari lipoksin adalah menghambat rekrutmen leukosit dan komponen-komponen selular peradangan. Lipoksin juga menghambat kemotaksis neutrofil dan perlekatannya pada endotel. Pada leukosit, terutama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
neutrofil akan menghasilkan zat antara dalam sintesis lipoksin, zat-zat tersebut diubah oleh trombosit yang berinteraksi dengan leukosit menjadi lipoksin. Lipoksin A4 dan B4 dihasilkan dari 12-lipoksigenase trombosit pada LTA4 yang berasal dari neutrofil (Kumar, dkk, 2005).
F. Antiinflamasi Obat antiinflamasi Non steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) bekerja dengan menghambat enzyme siklooksigenase dan prostaglandin. Obat NSAIDs pada generasi pertama bekerja pada COX-1 dan COX-2, dan lebih dominan dalam menghambat COX-1. NSAIDs akan menurunkan produksi vasodilator prostaglandin (PGE2 dan PGI2), sehingga menurunkan vasodilatasi, menurunkan edema serta rasa nyeri yang terjadi. Akan tetapi, NSAIDs memiliki efek jangka panjang yaitu pada saluran pencernaan yang dapat mengiritasi lambung. Efek samping tersebut diakibatkan karena adanya penghambatan pada COX-1. Enzim COX-1 bertanggungjawab dalam produksi prostaglandin yang secara normal akan menghambat sekresi asam lambung. Sedangkan, NSAIDs yang selektif menghambat COX-2, menghasilkan efek samping pada gastro intestinal lebih rendah karena hanya terekspresi pada sel inflamasi. Mekanisme NSAIDs selektif memiliki penghambatan yang poten pada COX-2, sehingga akan enurunkan pembentukan PGI2 yang merupakan penghambat agregasi platelet (Endro, 2012). Selain obat golongan NSAIDs, untuk inflamasi dapat digunakan juga obat golongan steroid seperti kortikosteroid. Mekanisme dari golongan obat ini adalah menghambat pembentukan interleukin, tumor neckrosis faktor (TNF) dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menurunkan permeabilitas kapiler (Dipiro, 2008).
29
Kortikosteroid merupakan
antiinflamasi yang identik dengan kortisol, hormone steroid pada manusia yang disentesis dan di ekskresi oleh korteks adrenal. Efek dari antiinflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritic, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, dengan cara menghambat respon inflamasi yang menyebabkan apoptosis (Sitompul, 2011). Mekanisme aksi target golongan obat steroid dan NSAIDs dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Diagram mediator inflamasi dan target obat antiinflamasi (Rang, dkk, 2007).
G. Karagenin Karagenin adalah senyawa rantai polisakarida rantai panjang yang mengandung ester sulfat yang digunakan sebagai stimulus atau penginduksi inflamasi kronis, akan tetapi kemudian digunakan untuk menguji antiinflamasi akut (Bonney et.al., 1978).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Karagenin adalah polisakarida sulfat yang diperoleh dari rumput laut, yang secara luas digunakan sebagai penginduksi agen inflamasi, yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala inflamasi yang dapat dinilai sebagai peningkatan ketebalan kaki pada tikus sebagai akibat dari peningkatan peradangan (edema) dan peningkatan perembesan vaskular, diketahui sensitif terhadap siklooksigenase (COX) inhibitor (Sermakkani dan Thangapandian, 2013). Karena karagenin mampu menginduksi reaksi antiinflamasi yang bersifat akut, non imun dan juga dapat diamati dengan baik serta mempunyai reprodusibilitas yang cukup tinggi (Morris, 2003). Mekanisme kerja karagenin adalah merangsang terjadinya udem dengan cara melepaskan mediator-mediator inflamasi yaitu histamin, serotonin, dan kinin pada jam pertama, sedangkan pada jam kedua dan ketiga mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan adalah prostaglandin dan lisosom (Sharma et al., 2009).
H. Biocream® Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), 1995, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau emulsi minyak dalam air. Biocream merupakan sediaan obat topikal adalah yang mengandung dua komponen dasar, yaitu zat pembawa (vehikulum) yang merupakan bagian inaktif dari sediaan topikal, yang dapat berbentuk cair ataupun padat yang fungsinya untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
membawa bahan aktif agar dapat berkontak dengan kulit, dan zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapi. Biocream merupakan satu bahan pembawa untuk sediaan topikal yang berbentuk krim dan memiliki sifat amfibilik yang artinya berkhasiat sebagai W/O atau O/W (Yanhenri dan Yenny, 2012). I. Hidrokortison Asetat Hidrokortison asetat adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai daya kerja sebagai antialergi dan antiradang. Efek terapi yang dihasilkan oleh kortikosteroid
topikal
golongan
rendah,
yaitu
vasokontriksi,
penurunan
permeabilitas membran, dan penekanan aktivitas mitosis respon imun (Carlos, 2013). Hidrokortison mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C23H32O6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian dari sedian ini adalah berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, dan tidak memiliki bau atau tidak berbau. Dapat melebur atau meleleh dan mengalami peruraian pada suhu 2000C (Depkes RI, 1995). Krim hidrokortison asetat adalah hidrokortison asetat dalam dasar krim yang sesuai, mengandung hidrokortison asetat, C23H32O6 tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).
J. Landasan Teori Inflamasi adalah reaksi peradangan lokal pada jaringan terhadap infeksi atau cedera dan yang melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun yang didapat. Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
seperti infeksi dan cedera pada jaringan (Karnen dan Iris, 2012). Proses Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon normal terhadap trauma fisik, zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi (Corwin, 2008). Tanda-tanda utama respon inflamasi yang umumnya muncul meliputi rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan) (Hayes dan Kee, 1996). Mekanisme inflamasi terjadi karena adanya pelepasan mediator-mediator inflamasi dari jaringan yang rusak dan migrasi sel. Pada proses inflamasi asam arakidonat bertanggung jawab dalam produksi mediator-mediator inflamasi. Mediator yang spesifik dalam inflamasi adalah prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan yang merupakan metabolit dihasilkan dari jalur siklooksigenase pada sel mast, sedangkan leukotriene dan lipoksin merupakan metabolit yang dihasilkan dari melalui jalur lipooksigenase. Dalam tanaman daun Cassia fistula L. terdapat kandungan flavonoid sehingga terdapat aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Pada peneletian Felix, (2013) Cassia fistula L. menunjukkan bahwa memiliki aktivitas antioksidan, penelitian dilakukan dengan cara menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH). Aktivitas antiinflamasi pada flavonoid dengan cara menghambat pembentukan asam arakidonat sehingga produksi mediator inflamasi dari jalur lipooksigenase dan siklooksigense juga terhambat, dan juga flavonoid dapat menangkap radikal bebas, sehingga pembentukan asam arakidonat yang dipicu oleh radikal bebas juga terhambat. Flavonoid dapat menangkap radikal bebas, karena sebagai antioksidan yang berperan dalam mengurangi respon imun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Pada penelitian Sermakkani dan Thangapandian (2009) Cassia italica memiliki kandungan flavonoid. Flavonoid diketahui memiliki target fase akhir peradangan. Pada fase akhir peradangan yang berperan dalam produksi prostaglandin adalah enzim siklooksigenase (COX). Flavonoid memiliki target aksi pada prostaglandin karena prostaglandin memiliki aksi utama yaitu sebagai mediator inflamasi sehingga flavonoid akan menghambat ekspresi dari COX-2 yang merupakan enzim penginduksi yang merangsang pembentukan prostaglandin. Berdasarkan uraian diatas, dilakukan pengujian terhadap efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan pengamatan histopatologis jaringan kulit punggung mencit yang diinduksi karagenin 3%.
Dengan pengecetan
Hematoksilin eosin (HE) dan imunohistokimia, untuk melihat migrasi sel neutrofil dan ekspresi pada COX-2 pada kulit punggung mencit yang terinduksi karagenin 3%.
K. Hipotesis Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. memberikan efek antiinflamasi topikal dengan berkurangnya sel-sel neutrofil dan ekspresi pada COX-2 kulit punggung mencit yang diinduksi karagenin 3%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang efek antiinflamasi secara topikal dengan menggunakan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada mencit, merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel penelitian dan Definisi Operasional 1.
Variabel penelitian a. Variabel utama 1) Variabel bebas : konsentrasi dari ektrak etanol Cassia fistula L. 2) Variabel tergantung : jumlah sel-sel neutrofil dan ekspresi pada COX-2 pada daerah sub kutan yang diinduksi karagenin dan diberikan dengan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. b. Variabel pengacau 1.
Variabel pengacau terkendali a) Subyek uji
: mencit betina
b) Umur subyek uji
: 2-3 bulan (6–8 minggu)
c) Berat badan subyek uji
: 20–30 gram
d) Keadaan subyek uji
: sehat
2. Variabel pengacau tidak terkendali : kondisi patofisiologis mencit yang digunakan dalam penelitian ini.
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
35
Skala Variabel 1. Ekstrak etanol-air daun Cassia fistula L. : skala nominal 2. Penghitungan jumlah sel neutrofil dan melihat ekspresi COX-2 dari efek antiinflamasi : skala numerik
2.
Definisi Operasional a. Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon normal terhadap trauma fisik, zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi. Adapun respon yang umumnya muncul meliputi rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). b. Daun Cassia fistula L. yang digunakan merupakan daun yang berwarna hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang kecil yang didapat dari Kebun Obat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. c. Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. merupakan hasil ekstraksi simplisia daun Cassia fistula L. seberat 25 gram yang dimaserasi pada 250 mL etanol 80% selama lima hari. Kemudian diremaserasi dalam jumlah pelarut yang sama selama dua hari, disaring dengan kertas saring, dan dipekatkan dalam oven hingga menjadi ekstrak kental. d. Konsentrasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. merupakan berat ekstrak kental etanol daun Cassia fistula L. (gram) dalam basis (gram) dengan satuan b/b. Konsentrasi ekstrak kental daun Cassia fistula L. yang digunakan adalah 1,67; 2,5; dan 3,75 %.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
e. Neutrofil merupakan jumlah neutrofi yang bermigrasi dari pembuluh darah ke daerah subkutan (punggung mencit) secara mikroskopik
pada
pengukuran 24 jam setelah diinjeksikan karagenin 3 %. f. Ekspresi COX-2 adalah ekspresi oleh sel-sel neutrofil yang diamati dengan menggunakan metode imunohistokimia. Apabila terdapat ekspresi COX-2 akan terjadi perubahan warna menjadi coklat pada sel didaerah sub kutan. g. Efek antiinflamsi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. adalah kemampuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. untuk mengurangi akumulasi sel-sel neutrofil dan penghambatan ekspresi COX-2 di daerah subkutan secara mikroskopik pada pengukuran 24 jam setelah diinjeksi karagenin 3 %. h. Pemberian secara topikal ekstrak daun Cassia fistula L. dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan sebanyak 0,1 gram (secara tipis) yang menutupi area seluas 2,25 cm2 (1,5 cm x 1,5 cm) pada kulit punggung kulit mencit setelah pemberian dengan karagenin secara merata. i. Injeksi subkutan merupakan injeksi yang dilakukan pada jaringan di bawah kulit pada punggung kulit mencit yang sudah dicukur rambutnya terlebih dahulu.
C. Bahan Penelitian Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1.
Hewan uji pada penelitian ini mengunakan mencit galur swiss yang berumur sekitar 6 – 8 minggu (2-3 bulan) dengan bobot sekitar 20- 30 gram dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
kondisi yang sehat yang diperoleh dari Laboratorium Imuno Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2.
Bahan uji : daun Cassia fistula L. diperoleh dari Lingkungan kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Karagenin tipe I (Sigma Chemical co.) sebagai Inflamatogen diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Falkutas Farmasi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
4.
Etanol 80% diperoleh dari PT. Brataco di Jl. Letjend Suprapto No. 70, Ngampilan, Yogyakarta.
5.
NaCl 0,9% sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek K-24 Yogyakarta.
6.
Akuades diperoleh dari PT. Brataco di Jl. Letjend Suprapto No. 70, Ngampilan, Yogyakarta.
7.
Biocream® sebagai basis krim diproduksi oleh Meck, diperoleh dari Apotek K-24 Yogyakarta, Depok, Sleman, Yogyakarta.
8.
Hidrokortison cream sebagai kontrol positif mengandung hidrokortison asetat 2.5% diproduksi oleh Galenium, diperoleh dari dari Apotek K-24 Yogyakarta, Depok, Sleman, Yogyakarta.
9.
Veet® sebagai perontok bulu diproduksi oleh Reckitt Benckiser, diperoleh dari Alfamart Paingan Sleman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian Alat – alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari : 1.
Alat dan bahan Ekstraksi : a. Oven b. Etanol c. Mesin penyerbuk d. Ayakan no. 40 e. Alat – alat gelas Labu ukur, gelas beker, erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselin, pipet tetes, batang pengaduk dan gelas arloji.
2.
Alat induksi dan pengukuran edema kulit punggung mencit dan lain-lain a. Gunting b. Alat pencukur bulu mencit c. Spuit injeksi 1 ml d. Mortir dan stamper e. Neraca analitik f. Stopwatch g. Jangka sorong digital h. Mikroskop cahaya (Olympus® CX21)
3.
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemotongan organ kulit a. Karton b. Container c. Papan lilin dan pines
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
d. Gunting bedah e. Pinset f. Formalin 10%
E. Tata cara Penelitian 1.
Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan dengan cara mencocokan ciri-ciri tanaman Cassia
fistula L. secara maskroskopik, yang meliputi daun, bunga, buah dan batang dengan literature (Steenis, Hoed, Blombergen, dan Eyma, 1992). Dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2.
Pengumpulan bahan Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Daun Cassia fistula L. didapat dari kebun obat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dipanen serta dikumpulkan. Daun yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau, segar, tidak berlubang dan tidak terdapat kotoran binatang.
3.
Pembuatan Simplisia Pembuatan simplisia daun Cassia fistula L. dilakukan dengan cara yaitu daun yang telah dipanen dan telah dikumpulkan dicuci dengan menggunakan air mengalir, kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air pada daun serta kembali dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 30-45oC hingga daun benar-benar kering dan dapat diserbuk dengan mesin penyerbuk. Serbuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
simplisia yang telah didapatkan diayak menggunakan ayakan no. 40 agar didapatkan serbuk simplisia yang halus. 4.
Pembuatan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Ekstraksi etanol-air daun Cassia fistula L. dilakukan dengan mengambil 25 gram serbuk kering daun Cassia fistula L. dilarutkan dalam 250 ml etanol 80% pada erlemeyer bersumbat. Ekstraksi dilakukan secara maserasi selama lima hari terlindungi dari cahaya pada suhu kamar, dengan cara melakukan pengadukan menggunakan shaker, kemudian setelah lima hari ampas dari serbuk daun Cassia fistula L. sebelum dilakukan remaserasi dengan dilarutkan kembali dalam jumlah dan volume pelarut yang sama yaitu 250 mL etanol 80% selama dua hari dan terlindung dari cahaya kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat. Hasil filtrat maserasi dan remaserasi disatukan kemudian filtrat diuapkan di atas waterbath, hingga mendapatkan ekstrak kental dengan bobot yang tetap. Setelah didapatkan ekstrak dengan bobot tetap, kemudian ekstrak disimpan dengan cara menutup rapat dan diletakan dalam lemari pendingin.
5.
Penentuan dosis konsentrasi dan pembuatan krim ekstrak daun Cassia fistula L. Konsentrasi krim ekstrak etanol daun Cassia fistula L. ditentukan bedasarkan konsentrasi zat aktif hidrokortison asetat 2,5 % pada Hidrokortison® cream sebagai krim control positif. Konsentrasi tersebut dijadikan konsentrasi tengah (konsentrasi kedua) untuk sedian krim ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Konsentrasi pertama diturunkan 1,5 kalinya dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
konsentrasi ketiga dinaikan 1,5 kalinya. Maka didapat tiga konsentrasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dalam krim yaitu 1,67; 2,5; dan 3,75 % b/b. Pembuatan krim ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan menimbang ekstrak etanol daun Cassia fistula L. seberat 0,167; 0,25; dan 0,375 g yang dilarutkan dalam 10 g basis boicream®. 6.
Ethical Clearence Pengujian menggunakan hewan uji mencit galur Swiss dalam penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Medical and Health Research Ethics Commite (MHREC) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
7.
Penyiapan Hewan Uji Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor mencit betina, berumur 2-3 bulan, dengan bobot 20-30 gram. Hewan uji dibagi secara acak menjadi enam kelompok. Kelompok perlakuan terdiri dari enam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit. Hewan uji terlebih dahulu dicukur bulu punggungnya dengan gunting, kemudian dioleskan Veet® untuk merontokkan bulu yang belum tercukur sempurna. Kulit punggung yang telah dicukur bulunya dibiarkan selama satu hari untuk menghindari adanya inflamasi yang disebabkan oleh pencukuran dan pemberian Veet®.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
42
Pembuatan larutan Karagenin Karagenin 3% dibuat dengan melarutkan 0,75 g karagenin dalam larutan NaCl 0,9% hingga 25 mL sehingga diperoleh larutan karagenin 3% b/v.
9.
Pengujian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Sebanyak 30 ekor mencit betina dibagi secara acak menjadi enam kelompok perlakuan : a.
Kelompok I Terdiri dari lima ekor mencit sebagai kontrol negatif (karagenin). Mencit diinjeksi secara karagenin dengan konsentrasi 3%.
b.
Kelompok 2,3,4, 5, dan 6 Masing-masing terdiri dari lima ekor mencit sebagai perlakuaan Biocream®, Hidrokortison asetat 2,5%, ekstrak etanol daun Cassia fistula L. 1,67%; 2,5%; dan 3,75% b/, yang sebelumnya diinjeksikan karagenin 3%. Ekstrak seberat 1,67; 2,5; dan 3,75 gram masing-masing dicampur dengan basis krim (Biocream®) seberat 10 gram sehingga didapat konsentrasi 1,67; 2,5%; 3,75% b/b. Biocream®, Hidrokortison asetat 2,5%, dan masing-masing konsentrasi ekstrak dalam basis krim diambil sebanyak 0,1 gram untuk dioleskan seluas 2,25 cm2 disekitar suntikan.
10.
Pengambilan kulit punggung mencit Setelah 24 jam diinjeksi karagenin 3%, mencit dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher mencit dan dilakuakan pengambilan
kulit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
punggung mencit dengan cara dibedah yang dilakukan dipapan bedah. Area pengambilan kulit disekitar daerah injeksi subkutan dengan ukuran 1 x 1 cm. Hasil pemotongan organ diletakkan pada kertas karton, kemudian dimasukkan dalam container berisi larutan fiksatif Selanjutnya
(Formalin 10%).
dilakukan pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dan
Imunohistokimia dengan antibody COX-2, di bawah mikroskop cahaya (Olympus CX21) dengan perbesaran 400x di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Pengamatan dilakukan pada bidang pandang (lima bidang pandang dalam perbesaran 400x) dari masing-masing kulit. Selanjutnya, dihitung jumlah sel neutrofil maupun sel radang yang mengekspresikan COX-2. Jumlah sel yang mengekspresikan COX-2 dapat dianalisis sebagai berikut: 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑘𝑠𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐶𝑂𝑋−2 % penekanan = 100% − { 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑥 100% } 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
(Ikawati dan Nugroho, 2006 )
F. Analisis Hasil 1.
Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L Dalam Pengurangan Jumlah Sel Neutrofil Data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk menguji normalitas data. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat apakah ada perbedaan tiap kelompok perlakuan. Kemudian, analisis dilanjutkan dengan mengunakan uji Scheffe untuk melihat perbedaan bermakna (signifikan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan, p>0,05) antar kelompok. Data kuantitatif penurunan jumlah neutrofil ditunjukkan dalam nilai rata-rata ± standart error (Mean ± SE). 2.
Hasil Persen (%) Penghambatan Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L Dalam Ekspresi COX-2 Data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk menguji normalitas data (p > 0,05). Apabila data sudah tidak terdistribusi secara normal pengujian dilanjutkan dengan uji Kruskal wallis untuk melihat data yang dianalisis apakah ada yang berbeda atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-whitney Test, pengujian tersebut untuk mengetahui perbedaan antara kelompok perlakuan bermakna (signifikan, p<0,05) atau tidak bermakna (tidak signifikan, p>0,05) antar kelompok. Data kuantitatif penghambatan inflamasi pada ekspresi COX-2 ditunjukkan dalam nilai rata-rata ± standart error (Mean ± SE).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktifitas antiinflamasi topikal pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dan melihat jumlah sel-sel neutrofil dan penghambatan ekspresi COX-2 pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada jaringan sub kutan pada penelitian ini. Hasil yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi determinasi daun Cassia fistula L., pembuatan ekstrak etanol daun Cassia fistula L., uji orientasi karagenin, dan pengujian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L.
A. Hasil Determinasi Tanaman Pada penelitian uji aktifitas antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal, bahan yang digunakan adalah serbuk daun Cassia fistula L. yang didapatkan dari lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak pada penelitian ini diperlukan determinasi terlebih dahulu, untuk mengetahui apakah daun yang digunakan benarbenar daun yang berasal dari tanaman Cassia fistula L. yang biasa dikenal oleh masyarakat dengan sebutan tanaman trengguli (hujan mas). Determinasi dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri makroskopis tanaman Cassia fistula L. yang meliputi daun, bunga, buah, dan batang dengan literatur yang ada. Determinasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan buku acuan hingga kategori jenis untuk membuktikan bahwa daun, bunga, buah dan batang
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
yang didetrminasi adalah merupakan tanaman Cassia fistula L. Berdasarkan determinasi yang telah dilakukan pada lampiran 4, maka terbukti bahwa daun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bagian dari tanaman Cassia fistula L.
B. Pembuatan Serbuk Daun Cassia fistula L. Daun Cassia fistula L. diambil dari lingkungan sekitar kampus Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada pukul 06.00 – 07.00 WIB. Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan serbuk daun Cassia fistula L. adalah pembuatan simplisia daun Cassia fistula L. dilakukan dengan cara yaitu daun yang telah dipanen dan telah dikumpulkan dicuci dengan menggunakan air mengalir, kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air pada daun serta kembali dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 30-45oC hingga daun benar-benar kering, dengan tanda apabila daun tersebut sudah dapat mudah dihancurkan atau patah dengan diremas. Setelah daun benar-benar kering dilakukan penyerbukan dengan menggunakan mesin penyerbuk (blender). Serbuk simplisia yang telah didapatkan diayak kembali menggunakan ayakan no. 40 agar didapatkan serbuk simplisia yang halus. Penyerbukan dilakukan untuk meperluas permukaan serbuk, agar mudah kontak dengan pelarut sehingga mempermudah penyarian.
C. Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L. Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dibuat dengan cara menyari serbuk kering dari daun Cassia fistula L., dengan menggunakan metode maserasi. Sebelum tahap maserasi, dilakukan terlebih dahulu penyerbukan pada daun Cassia fistula L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
untuk memperkecil luas permukaan dari daun Cassia fistula L., agar luas permukaan serbuk dapat kontak dengan pelarut, sehingga kandungan fitokimia yang terkandung didalam daun lebih mudah untuk keluar atau diekstraksi. Cara pembuatan ekstrak etanol daun Cassis fistula L. adalah 25 g serbuk kering daun Cassis fistula L. dimasukkan dalam erlenmeyer 500 mL dan direndam menggunakan 250 mL pelarut etanol 80% selama lima hari, setelah lima hari dilakukan penyaringan, kemudian dilakukan remaserasi kembali dalam jumlah dan volume pelarut yang sama dan dilakukan remaserasi selama dua hari kemudian dilakukan penyaringan. Tujuan dari perendaman serbuk daun Cassia fistula L. pada pelarut etanol agar senyawa kimia yang ada didalam daun Cassia fistula L. dapat terlarut pada pelarut, sehingga senyawa dapat keluar. Maserasi dilakukan dengan menggunkan shaker dan kemudian hasil remaserasi disaring menggunakan corong Buchner sehingga didapatkan senyawa yang diinginkan, kemudian hasil penyarian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Tujuan menggunakan rotary evaporator agar pelarut yang berupa etanol 80% dalam larutan tersebut dapat menguap dan menghasilkan senyawa yang diinginkan, suhu yang digunakan untuk menguapkan adalah 40 oC karena pada suhu tersebut etanol akan menguap dan pada suhu tersebut tidak merusak senyawa yang diinginkan. Berdasarkan Khan et. al., (2012), pelarut yang sesuai untuk membuat ekstrak etanol daun Cassia fistula L. adalah etanol 80% dengan suhu pada rotary evaporator 40 oC. Pada maserasi dan remaserasi
menghasilkan filtrat yang kemudian
dicampur menjadi satu dan dipindahkan dalam cawan porselin yang sudah ditimbang bobot kosongnya, untuk mempermudah proses penghitungan hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
ekstrak kental yang akan diperoleh. Hasil filtrat yang telah dijadikan satu dipanaskan diatas waterbath untuk menguapkan pelarut pada suhu 30-45oC hingga didapatkan ekstrak kental sebanyak 7,9 g dan rendemen ekstrak 31,6%.
D. Uji Orientasi Karagenin Uji orientasi dilakukan sebelum melakukan uji efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Tujuan dilakukan uji orientasi adalah untuk menetapkan konsentrasi karagenin yang akan digunakan. Uji orientasi diawali dengan penetapan konsentrasi dari karagenin yang akan diinjeksikan pada mencit sebagai penginduksi terjadinya inflamasi. Pada penelitian ini, konsentrasi yang digunakan dalam orientasi adalah 1,5%; 2% dan 3%. Dengan dibagi berdasarkan tiga kelompok perlakuan, setiap kelompok terdapat satu ekor mencit dan diberikan injeksi karagenin dengan rute pemberian secara subkutan. Setelah diinjeksikan dengan karagenin, mencit diamati dengan mengukur tebal lipat kulit punggung yang dilakukan setiap satu jam sekali selama enam jam. Setelah diinjeksikan dengan karagenin, maka akan menunjukkan peningkatan tebal lipat kulit punggung mencit sekitar 2-3 kali dari tebal lipat kulit pada awalnya, sehingga tebal tersebut yang dipilih menjadi konsentrasi karagenin penginduksi inflamasi. Pada penelitian uji efek antiinflamasi, hasil dari pengukuran tebal lipat kulit menunjukkan adanya edema pada setiap jam selama enam jam. Edema yang terjadi karena injeksi karagenin dengan konsentrasi 1,5% belum menunjukkan adanya peningkatan tebal lipatan kulit punggung mencit hingga 2-3 kali dari tebal lipat kulit pada awalnya. Pada awalnya tebal lipat kulit 0,35 mm, setelah diinjeksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
karagenin pada satu jam pertama tebal kulit hanya menjadi 0,41 mm, sehingga peningkatan edema yang terjadi hanya 1,17 kali. Pada injeksi karagenin 2% sudah menunjukkan adanya peningkatan tebal edema pada jam pertama yang mencapai 2,31 kali lipat kulit awalnya dari 1,27 mm menjadi 2,94 mm, tetapi pada injeksi karagenin 2% ini edema yang terjadi tidak cukup bagus. Sehingga pada penelitian ini, konsentrasi karagenin yang digunakan sebagai penginduksi inflamasi sebesar 3% karena pada konsentrasi ini terjadi peningkatan tebal edema pada kulit punggung mencit jam pertama sebesar 4,52 kali. Pada konsentrasi 3% memperlihatkan adanya peningkatan tebal kulit yang signifikan dan penebalannya lebih dari 2-3 kali lipat kulit awal dan menetap hingga jam ke-6. Kurva grafik hasil pengukuran peningkatan tebal lipat kulit yang menunjukkan edema yang terjadi pada setiap jam selama enam jam dapat dilihat pada gambar 10. Karagenin 1,5%
4
Karagenin 2%
Karagenin 3%
Edema (mm)
3,5 3
2,5 2 1,5 1 0,5 0 0
1
2
3
4
5
6
waktu (jam) Gambar 10. Kurva grafik peningkatan tebal lipat kulit selama enam jam. Pada kurva diatas menunjukkan bahwa injeksi karagenin dengan konsentrasi 3% terlihat adanya peningkatan tebal lipat kulit punggung mencit sebesar 4,25 kali dari tebal awal 0,75 mm menjadi 3,39 mm. Sehingga pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
penelitian uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menggunakan karagenin dengan konsentrasi 3%. Konsentrasi karagenin yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Ilavarsan, et al., (2005) pengujian efek antiinflamasi ekstrak Cassia fistula L. dengan induksi inflamasi metode edema kaki pada bagian kaki belakang tikus, diinduksi dengan karagenin 1% dengan volume injeksi 0,1 mL. Akan tetapi, pada penelitian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pemberian karagenin dengan konsentrasi 1% tidak menghasilkan edema yang diinginkan. Sehingga, pada uji orientasi ini konsentrasi karagenin dinaikan menjadi 1,5; 2; dan 3%, hingga pada akhirnya konsentrasi karagenin sebagai induksi inflamasi yang digunakan adalah 3%.
E. Pengujian Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L. Tujuan dari pengujian efek antiinflamasi ekstrak daun Cassia fistula L. adalah untuk mengetahui apakah ekstrak tersebut memiliki efek antiinflamasi dan mengetahui persen penghambatan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode inflamasi pada kulit punggung mencit dengan menginduksi karagenin 3%. Efek antiinflamasi dilihat dari adanya penurunan jumlah sel-sel neutrofil dan ekspresi COX-2 pada jaringan sub kutan kulit punggung mencit secara mikroskopik pada pengukuran 24 jam setelah diinduksi dengan karagenin 3% dan diberikan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dilakukan dengan cara mengoleskan sedian topikal pada area kulit punggung mencit secara merata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
setelah diinduksi dengan karagenin 3%. Sebelum dilakukan induksi dengan karagenin, terlebih dahulu bulu mencit pada bagian punggung dicukur atau dibersihkan hingga tidak ada bulu yang menutupi bagian kulit dan sebelum dilakukan injeksi karagenin setelah pencukuran terlebih dahulu mencit didiamkan selama satu hari, yang bertujuan untuk menghindari adanya iritasi yang diakibatkan oleh pencukuran bulu pada kulit punggung mencit. Agar pada saat diinjeksi dengan karagenin 3%, edema yang terjadi benar merupakan reaksi dari karagenin dan bukan reaksi iritasi akibat pencukuran yang dilakukan. Setelah 24 jam diberikan injeksi karagenin dan ekstrak etanol daun Cassia fistula L, mencit dieutanasia dengan cara dislokasi tulang leher yang kemudian diambil kulit punggung mencit pada bagian yang terdapat edema. Setelah itu, potongan kulit mencit diletakan pada kertas karton tebal dan dimasukan kedalam formalin. Tujuan dari perendaman dengan formalin untuk mengawetkan morfologi sel atau jaringan kulit punggung mencit yang telah diambil, agar tetap sesuai dengan kondisi pada saat hewan masih hidup. Setelah itu, diproses untuk pengecatan dengan hematoksilin dan eosin (HE) dan juga pengecatan COX-2 dengan menggunakan imunohistokimia antibody anti COX-2, kemudian diamati dibawah mikroskop cahaya (Olympus® CX21) dengan perbesaran 400x untuk melihat jumlah sel-sel neutrofil dan ekspresi COX-2 pada daerah subkutan. Pengecatan dengan heatoksilin eosin bertujuan untuk melihat adanya migrasi dari sel-sel neutrofil pada daerah yang terdapat inflamasi pada jaringan sub kutan. Dengan mengamati jumlah sel-sel neutrofil pada daerah peradangan dan dihitung secara langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus®
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
CX21) pada setiap bidang yang berbeda dengan menggunakan perbesaran 400 kali. Seangkan, pengecatan imunohistokima bertujuan untuk melihat adanya ekspresi COX-2 pada bagian peradangan. Dilakukan penghitungan pada jumlah ekspresi COX-2 secara langsung enggunakan menggunkaan mikroskop cahaya (Olympus® CX21). F. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L Pada Jumlah Sel Neutrofil Pada penelitian uji efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun Cassia fistula L, menunjukkan adanya pengurangan jumlah sel-sel neutrofil pada bagian sub kutan kulit punggung mencit yang telah diinduksi menggunakan karagenin 3% dan telah diberikan perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. secara topikal, serta dilihat pengurangan sel-sel neutrofil dari masing-masing kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol. Pada umumnya reaksi inflamasi yang terjadi adalah adanya reaksi pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya eksudasi cairan dan protein plasma (edema) yang memicu terjadinya emigrasi leukosit terutama neutrofil pada jarigan ekstravaskular (Kumar, dkk, 2005). Pada penelitian aktifitas antiinflamasi secara makroskopik dilakukan setelah 24 jam pemberian karagenin dan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Data yang didapatkan adalah jumlah sel neutrofil yang berada di daerah sub kutan pada area yang terjadi edema setelah 24 jam dari masing-masing kulit yang diberikan perlakuan, sehingga data tersebut yang digunakan untuk melihat aktifitas antiinflamasi. Terlebih dahulu dihitung rata-rata pada tiap jumlah sel yang ada pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
perlakuan. Dari hasil rerata masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil rerata jumlah sel neutrofil pada setiap kelompok perlakuan Kelompok Perlakuan Rerata Jumlah sel Perlakuan neutrofil ± SE Kontrol negatif 111,36 ± 6,98 I Kontrol Biocream® 109,32 ± 13,26 II Kontrol positif 67,68 ± 7,50 III Ekstrak etanol daun Cassia 70,44 ± 5,04 IV fistula L 1,67% Ekstrak etanol daun Cassia 55,84 ± 4,97 V fistula L 2,5% Ekstrak etanol daun Cassia 43,28 ± 3,89 VI fistula L 3,75% Tabel 1. diatas meperlihatkan hasil pengujian dari efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L secara topikal pada setiap perlakuan hewan uji. Pada kontrol negatif yang hewan uji hanya diinjeksi dengan karegenin saja menunjukkan rerata jumlah neutrofil pada daerah sub kutan paling besar yaitu 111,36 ± 6,98 dan pada perlakuan kontrol Biocream® juga memiliki rerata jumlah neutrofil yang cukup besar yaitu 109,32 ± 13,26 dibanding dengan kelompok perlakuan yang lain. Hal ini berarti bahwa karagenin dapat menyebabkan inflamasi dengan ditandai adanya peningkatan jumlah neutrofil pada daaerah sub kutan kulit punggung mencit. Berdasarkan pengamatan secara mikroskopik, pada perlakuan sebagai kontrol positif dan perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menunjukkan bahwa adanya pengurangan jumlah sel-sel neutrofil yang cukup berarti. Pada perlakuan kontrol positif (hidrokortison asetat 2,5%) rerata jumlah sel neutrofil yaitu 67,68 ± 7,50. Sedangkan, pada kelompok perlakuan ekstrak etanol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
daun Cassia fistula L. pada konsentrasi 3,75% menunjukkan penurunan sel neutrofil yang lebih besar yaitu 43,28 ± 3,89. Untuk selanjutnya diikuti kelompok perlakuan eksrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 2,5%, kelompok perlakuan ekstrak 1,67% rerata sel neutrofil sebesar, 55,84 ± 4,97 dan 70,44 ± 5,04. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dapat menghambat jumlah sel-sel neutrofil yang bermigrasi pada daerah sub kutan. Gambar mikroskopik dari kulit punggung mencit dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar 11. Kontrol positif yang diberikan pada perlakuan ini adalah hidrokortison asetat 2,5%, yang merupakan golongan obat kortikosteroid. Memiliki mekanisme menghambat pembentukan interleukin, tumor neckrosis faktor (TNF) dan menurunkan permeabilitas kapiler (Dipiro, 2008).
Kortikosteroid merupakan
antiinflamasi yang identik dengan kortisol yaitu hormon steroid pada manusia yang disentesis dan di ekskresi oleh korteks adrenal. Efek dari antiinflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, dengan cara menghambat respons inflamasi yang menyebabkan apoptosis (Sitompul, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
55
Gambar 11. Mikrofotografi kulit normal tanpa perlakuan dan kulit setelah diberikan perlakuan menunjukkan adanya inflamasi pada daerah sub kutan dan neutrofil (Pengecatan HE pembesaran 200x dan 400x). Keterangan: A. Kulit normal 200x B. Kulit normal 400x C. Kulit dengan karagenin 200x D. Kulit dengan karagenin 400x E. Kulit dengan karagenin + perlakuan (konsentrasi 3,75%) 200x F. Kulit dengan karagenin + perlakuan (konsentrasi 3,75%) 400x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Gambar 12. Diagram batang aktivitas efek antiinflamasi pada mencit setelah pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L secara topikal. Hasil diatas didapatkan dari masing-masing kulit, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, kontrol Biocream®, dan perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Dari masing-masing perlakuan diambil lima kulit dan tiap kulit diambil lima bidang pandang dengan perbesaran 400x menggunakan mikroskop cahaya (Olympus® CX21). Berdasarkan gambar 12, pada perlakuan pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L dengan konsentrasi 3,75% memiliki rerata penghambatan sel neutrofil yang lebih besar yaitu 43,28 ± 3,89, dibandingkan dengan kelompok perlakuan dengan konsentrasi 2,5% memiliki rerata 55,84 ± 4,97 dengan konsentrasi 1,67% rerata yang didapatkan yaitu 70,44 ± 5,04. Hal ini menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
bahwa pemberian ekstrak tersebut dapat memberikan efek pengurangan jumlah migrasi sel-sel neutrofil pada daerah sub kutan, dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol Biocream®. Konsentrasi dosis respon aktivitas antiinflamsi yang tingi didapatkan pada penelitian ini sebesar 3,75%. Hasil uji Scheffe aktifitas antiinflamasi dari ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil uji Scheffe aktivitas efek antiinflamasi pada mencit setelah pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L secara topikal. Kontrol Kontrol Kontrol EECF EECF EECF negatif Biocream® positif 1,67% 2,5% 3,75% BTB
Kontrol negatif
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BTB
BTB
BTB
BTB
Kontrol Biocream®
BTB
Kontrol positif
BB
BB
EECF 1,67%%
BB
BB
BTB
EECF 2,5%
BB
BB
BTB
BTB
EECF 3,75%
BB
BB
BTB
BTB
Keterangan : Kontrol positif Kontrol negatif EECF BB BTB
BTB BTB
: Hidrokortison asetat 2,5% : Injeksi karagenin : Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. : Berbeda bermakna (p < 0,05) : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Pada tabel 2 diatas, dapat dilihat pengurangan jumlah migrasi neutrofil pada daerah subkutan hasil pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% masing-masing menunjukkan adanya perbedaan yang berbeda bermakna (p < 0,05) dengan kontrol negatif (induksi karagenin) dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
kontrol biocream, akan tetapi dengan kontrol positif (hidrokortison asetat 2,5%) hasil yang didapatkan berbeda tidak bermakna (p > 0,05) secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% memiliki efek penghambatan migrasi neutrofil pada daerah sub kutan yang sebanding dengan kontrol positif (hidrokortison asetat 2,5%). Tetapi, pada setiap masing-masing konsentrasi ekstrak menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, sehingga ketiga ekstrak tersebut berdasarkan statistik memiliki efek penghambatan sel-sel neutrofil yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Thirumal, et al., (2012) kandungan yang ada didalam daun Cassia fistula L. antara lain senyawa glycosides-sennosides A dan B, hentriacontanoic, triaconsanoic, nonacontanoic dan heptacosanoic acid, anthraquinone, tannin, oxyanthraquinone, dan volatile oils. Pada tanaman ini juga terdapat kandungan flavonoids, biflavonoids, rhein, rhein glucoside, sennoside A dan B, chrysophanol, dan isoflavon. Menurut Kim, et al., (2004) bahwa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas sehingga memiliki efek antiinflamasi, dan dapat mengatur aktivitas regulasi seluler dari sel-sel peradangan seperti, sel mast, makrofag, limfosit dan neutrofil. Rathee, et al., (2009) melaporkan bahwa flavonoid memiliki kemampuan untuk menghambat degranulasi neutrofil, dan juga mengurangi pelepasan asam arakidonat oleh neutrofil dan selsel mediator inflamasi lainnya. Sehingga dapat mengurangi eksudat dan jumlah migrasi leukosit pada penelitian ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
G. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L Dalam Ekspresi COX-2 Pada penelitian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menunjukkan adanya ekspresi COX-2 pada daerah sub kutan. Ekspresi protein COX-2 pada neutrofil dalam sel radang ditunjukan pada gambar 13a.
a b
Gambar 13a. Ekspresi protein COX-2 pada neutrofil (pengecatan imunohistokimia antibody COX-2 pembesaran 400x dan 1000x). Keterangan: a. Sel yang tidak mengekspresikan COX-2 (berwarna biru) b. Sel yang mengekspresikan COX-2 (berwarna coklat) Gambar 13a diatas menunjukkan adanya ekspresi COX-2 pada sel-sel radang, dengan adanya warna coklat yang terdapat pada sel-sel radang. Sedangkan, sel yang masih berwarna biru menunjukkan bahwa pada sel tersebut tidak mengekspresikan COX-2. Penelitian sebelumnya Kim, et al., (2004) menunjukkan bahwa COX-2 yang banyak diekspresikan oleh sel-sel radang seperti pada sel mast dan makrofag. Untuk menentukan persen penghambatan inflamasi pada uji efek antiinflamasi daun Cassia fistula L. setelah diberikan perlakuan. Persen penghambatan inflamasi dihitung pada masing-masing kelompok perlakuan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
dengan menggunakan uji statistik Shapiro-wilk untuk melihat apakah data penelitian yang diolah menunjukkan hasil yang terdistribusi normal atau tidak. Hasil yang diperoleh dari uji Shapiro-wilk menunjukkan bahwa data yang diolah tidak terdistribusi secara normal yaitu dengan nilai p = 0,000 (P > 0,05). Apabila data sudah tidak terdistribusi secara normal pengujian dilanjutkan dengan uji Kruskal wallis untuk melihat data yang dianalisis apakah ada yang berbeda atau tidak. Setelah dilakukan uji tersebut didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa data yang diolah terdapat kelompok yang berbeda bermakna. Kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-whitney Test, pengujian tersebut untuk mengetahui perbedaan antara kelompok perlakuan bermakna atau tidak bermakna. Hasil pada pengujian ini menunjukkan bahwa adanya persen penghambatan inflamasi dengan penekanan ekspresi COX-2 antar tiap kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna. Gambar mikroskopik dari kulit punggung mencit dengan berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar 13b. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan ekstrak daun Cassia fistula L. konsentrasi 2,5% dan kontrol positif menunjukkan persen penghambatan inflamasi dengan penekanan ekspresi COX-2 yang cukup tinggi yaitu 18,06% dan 76,60%. Kemudian pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 1,67% dan konsentrasi 3,75% persen penekanan COX-2 sebesar 14,55% dan 14,76%. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing kelompok perlakuan ekstrak daun Cassia fistula L. memiliki efek penekanan pada COX-2, akan tetapi efek tersebut tidak setinggi pada kelompok kontrol, dapat dilihat pada gambar 14. Rerata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
persen penghambatan inflamasi dalam penekanan COX-2 pada kelompok perlakuan beserta kontrol dapat dilihat pada tabel 3. A.
B.
C.
D.
E.
F.
Gambar 13b. Mikrofotografi kulit normal tanpa perlakuan dan kulit setelah diberikan perlakuan menunjukkan adanya inflamasi pada daerah sub kutan dan ekspresi COX-2 (Pengecatan imunohistokimia dengan antibody COX-2 pembesaran 200x dan 400x). Keterangan: A. Kulit normal 200x B. Kulit normal 400x C. Kulit dengan karagenin 200x D. Kulit dengan karagenin 400x E. Kulit dengan karagenin + perlakuan (konsentrasi 1,67%) 200x F. Kulit dengan karagenin + perlakuan (konsentrasi 1,67%) 400x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Gambar 14. Diagram persen penghambatan inflamasi dengan penekanan ekspresi COX-2 antar tiap kelompok perlakuan besrta kontrol. Tabel 3. Rerata persen penghambatan inflamasi dalam penekanan COX-2 pada kelompok perlakunan beserta kontrol. Kelompok Rerata % PI I II III IV V VI ± SE 1,44 ± 0,37 BTB BB BB BB BB I 2,01 ± 0,22 BTB BB BB BB BB II 76,60 ± 0,88 BB BB BB BB BB III 14,54 ± 0,85 BB BB BB BTB BTB IV 18,05 ± 2,98 BB BB BB BTB BTB V 14,76 ± 1,45 BB BB BB BTB BTB VI Keterangan : Kelompok I : Kontrol negative (Karagenin 3%) Kelompok II : Kontrol Biocream ® Kelompok III : Kontrol positif (Hidrokortison asetat 2,5%) Kelompok IV : Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Kelompok V : Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Kelompok VI : Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. %PI : Persen penghambatan inflamasi BB : Berbeda bermakna (p < 0,05 ) BTB : Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) SE : Standart error
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Berdasarkan tabel diatas, bahwa masing-masing konsentrasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L memiliki efek antiinflamasi dalam menghambat COX-2 yang dapat dilihat dari hasil rerata pada tabel diatas. Dari hasil tersebut diperoleh rerata persen penghambatan inflamasi dalam menekan ekspresi COX-2 pada kontrol positif (hidrokosrtison asetat 2,5%) yaitu sbesar 76,60%. Pada penelitian ini kontrol positif (hidrokortison asetat 2,5%) merupakan
golongan kostikosteroid yang
bekerja pada jalur posfolipase A2, akan tetapi pada pengujian ini menunjukkan bahwa kontrol positif dapat juga menekan ekspresi COX-2, karena pada golongan kortikosteroid berdasarkan Rang, et al., (2007) pada kortikosteroid dapat menghambat transkripsi gen pada siklooksigenase-2 (COX-2), yang diinduksi dalam sel inflamasi oleh mediator inflamasi. Pada kontrol positif hasil statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan masing-masing kelompok perlakuan. Hal ini dikarenakan kontrol positif hidrokortison asetat merupakan golongan steroid yang memiliki mekanisme utama penghambatan pada penghambatan metabolit asam arakidonat melalui jalur reseptor glukokortikoid pada jalur lipooksigenase. Glukokortikoid akan menghambat dan mengaktifkan reseptor glukokortikoid tertentu, sehingga akan menekan sitokin, kemokin, leukotriene, lipoksin dan pada jalur siklooksigenase akan menghambat enzim inflamasi (seperti COX-2) yang merupakan enzim inflamatorik merangsang pembentukan prostaglandin yang berperan dalam reaksi peradangan, sehingga ekspresi dari COX-2 pada jalur siklooksigenase akan terhambat sempurna, dapat dilihat pada gambar 15.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Pemilihan kontrol positif menggunakan hidrokortison asetat karena pada penelitian ini sediaan antiinflamasi diberikan secara topikal, sehingga dipilih krim hidrokortison asetat merupakan sediaan anti radang yang diberikan secara topikal. Akan tetapi, pemberian kontrol positif pada penelitian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat dibandingkan antara hasil dari jumlah neutrofil dan ekspresi COX-2 pada penelitian ini, karena hidrokortison asetat merupakan obat antiinflamasi yang mekanismenya dapat menghambat dua jalur metabolit asam arakidonat, akan tetapi mekanisme utamanya menghambat pada jalur lipooksigenase yang berperan dalam migrasi sel neutrofil. Oleh karena itu pada penelitian ini krim hidrokortison asetat menghambat sempurna pada jalur siklooksigenase yang berperan dalam mengekspresikan COX-2.
Gambar 15. Mekanisme akasi dari golongan steroid (Rang, et al., 2007). Pada perlakuan ekstrak daun Cassia fistula L. dengan masing-masing konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,765% menunjukkan penghambatan sebesar 14,54%;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
18,05%; dan 14,76%. Pada pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan konsentrasi 3,75% mengalami penurunan persen penghambatan inflamasi terhadap penekanan COX-2. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan tidak semakin besar efek penghambatannya, dengan melihat dari hasil uji statistik yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok perlakuan. Hasil persen penghambatan pada penekanan ekspresi COX-2 pada masing-masing konsentrasi tersebut, terlihat pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 1,67% memiliki persen penghambatan sebesar 14,54%, lebih besar daripada kelompok kontrol negatif dan kontrol Biocream®. Pada hasil uji statik menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Cassia fistula L. memilliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol negatif. Akan tetapi, rerata persen penghambatan ekspresi COX-2 pada konsentrasi 1,67% lebih kecil daripada kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa efek antiinflamasi dari ekstrak daun Cassia fistula L. konsentrasi 1,67% lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Pada kelompok perlakuan ekstrak etanol Cassia fistula L. dengan konsentrasi 2,5% memiliki nilai yang paling besar yaitu 18,05% dibandingkan dengan kontrol Biocream®, kontrol negatif dan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 1,67% dan 3,75%. Hasil uji statistik kelompok perlakuan ekstrak daun Cassia fistula L. konsentrasi 2,5% menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kontrol positif dan kontrol Biocream®. Akan tetapi dengan kontrol positif memiliki perbedaan berbeda bemakna secara statistik. Sedangkan, pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 3,75% memiliki rerata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
persen penghambatan sebesar 14,76% lebih besar daripada kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok perlakuan konsentrasi 1,67%. Pada hasil statistik menunjukkan bahwa kelompok perlakuan ekstrak etanol konsentrasi 3,75% memiliki perbedaan yang bermkana dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Akan tetapi, dengan kontrol posditif memiliki perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa efek antiinflamasi daun Cassia fistula L. lebih kecil disbanding kelompok kontrol positif. Berdasarkan penelitian Kim, et al., (2004)
senyawa flavonoid
menunjukkan adanya aktivitas antiinflamsi. Flavonoid dapat menghambat eicosanoid yang menghasilkan enzim mediator inflamasi. Sehingga, flavonoid dapat menghambat ekspresi dari COX-2 yang banyak diekspresikan pada jenis selsel peradangan yang terkait termasuk makrofag dan sel mast. Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 2,5% memiliki persen penghambatan ekspresi COX-2 yang lebih besar. Akan tetapi, belum memiliki efek antiinflamasi yang sebanding dengan kontrol positif. Pada setiap masing-masing perlakuan konsentrasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, sehingga ketiga ekstrak tersebut berdasarkan statistik memiliki efek penghambatan inflamasi yang sama dan pada ketiga konsentrasi tersebut sudah memiliki perbedaan berbeda bermakna dengan kontrol negatif dan Biocream®, sehingga dapat dikatakan memiliki efek penghambatan inflamasi dalam ekspresi COX-2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
H. Pembahasan Umum Flavonoid merupakan senyawa salah satu senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi. Inflamasi ditandai dengan adanya pelepasan mediator kimiawi seperti prostaglandin, adanya ekspresi COX-2 dan migrasi sel-sel neutrofil pada daerah yang terjadi inflamasi atau peradangan. Pada reaksi inflamasi akan terjadi peningkatan ekspresi COX-2 dan jumlah neutrofil pada daerah peradangan. pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. yang memiliki kandungan flavonoid diduga dapat menurunkan efek inflamasi. Sehingga pada penelitian ini, dilakukan untuk melihat aktifitas antiinflamasi topikal pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan melihat pengurangan jumlah sel-sel neutrofil dan mengetahui persen penghambatan inflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan melihat persen penekanan ekspresi COX-2 pada jaringan sub kutan. Pada penelitian ini diharapkan dengan pemberian ekstrak etanol daun Cassia fistula L. maka jumlah sel-sel neutrofil yang bermigrasi kedaerah sub kutan dan pada ekspresi COX-2 mengalami penurunan. Pada penelitian ini diberikan tiga konsentrasi dosis ekstrak etanol daun Cassia fistula L. pada masing-masing perlakuan yang terinduksi karagenin 3%. Konsentrasi dosis yang diberikan sebesar 1,67; 2,5; dan 3,75%, efek antiinflamasi yang dimiliki oleh ekstrak etanol daun Cassia fistula L. ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah sel-sel neutrofil dan ekspresi COX-2 pada daerah yang mengalami inflamasi atau peradangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Dilakukan uji analisis data pada penelitian penurunan jumlah sel neutrofil, didapatkan hasil bahwa pada kelompok kontrol negatif dengan rerata sebesar 111,36 ± 6,98, kelompok kontrol Biocream® sebesar 109,32 ± 13,26 dan kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan dengan konsentrasi dosis 1,67; 2,5; dan 3,75% masing-masing memiliki rerata sebesar 67,68 ± 7,50; 70,44 ± 5,04; 55,84 ± 4,97; dan 43,28 ± 3,89. Pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol Biocream®. Sedangkan dengan kelompok kontrol positif masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan adanya perbedaan akan tetapi tidak bermakna. Pada kelompok perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, akan tetapi pada masing-masing perlakuan dengan pemberian konsentrasi dosis menunjukkan adanya efek antiinflamasi dengan penurunan sel-sel neutrofil pada daerah sub kutan. Sedangkan, asing-asing perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakana secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Cassia fistula L. meiliki efek antiinflamasi yang sebanding. Pada pengujian data persen penekanan ekspresi COX-2 didapatkan hasil pada kelompok kontrol negatif dan kontrol Biocream® sebesar 1,44% dan 2,01%, sedangkan pada kelompok kontrol positif dan masing-masih perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. menghasilkan persen penekanan sebesar 76,60 ± 0,88; 14,54 ± 0,85; 18,05 ± 2,98; dan 14,76 ± 1,45. Pada dosis konsentrasi 2,5% menunjukkan persen penekanan yang cukup tinggi dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi 1,67% dan 3,75%. Akan tetapi, pada konsentrasi 2,5% menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol positif, hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
menunjukkan bahwa ekstrak Cassia fistula L. memiliki efek antiinflamasi dengan menekan ekspresi COX-2 pada daerah peradangan, akan tetapi belum sebanding dengan kontrol positif yaitu hidrokosrtison asetat 2,5%. Berdasarkan Gomes, Fernandes, Lima, Mira, dan Corvo (2008) bahwa flavonoid memiliki mekanisme yang menghambat pada jalur arachidonic acid dengan menghambat terjadi ekspresi dari mediator inflamasi yaitu COX-2. Penghambatan dari ekspresi COX-2 ini akan mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah dari prostaglandin yang khususnya mediator pro-inflamasi seperti PGE2, sehingga respon inflamasi akan berkurang. Jalur penghambatan dari jenis-jenis flavonoid dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Jalur target dari senyawa flavonoid pada mediator-mediator proinflamasi (Gomes, et al., 2008). Berdasarkan Gomes, et al., (2008), flavonoid juga memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menghambat ekspresi dari sel mast, makrofag, eosinofil dan neutrofil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
yang merupakan penanda dalam terjadinya peradangan atau inflamasi. Sehingga peradangan atau inflamasi menjadi berkurang. Hasil penelitian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Cassia fistula L. didukung dengan hasil data pengamatan secara makroskopik yaitu melihat tebal kulit punggung mencit, dengan pengukuran menggunakan jangka sorong digital. Pengukuran dilakukan setiap satu jam sekali selama enam jam. Hasil penelitian yang didapatkan rata-rata AUC tebal kulit punggung mencit pada masing-masing perlakuan kelompok kontrol negatif, kontrol Biocream®, kontrol positif dan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75%, secara berturut-turut sebesar, 11,59 ± 2,49; 13,05 ± 2,94; 2,87 ± 0,26; 5,57 ± 0,35; 4,45 ± 0,56; dan 2,79 ± 0,34 (mm.jam), dan pada penelitian ini juga didapatkan hasil persen penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan dengan masing-masing konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% sebesar 51,87; 61,58; dan 75,94%. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Cassia fistula L. memiliki efek antiinflamasi, ditunjukkan pada konsentrasi pemberian ekstrak pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan adanya perbedaan bermakna dengan kontrol negatif dan kontrol Biocream®, walaupun dengan kontrol positif tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Akan tetapi, pada perlakuan yang diberikan ekstrak daun Cassia fistula L. menunjukkan adanya daya penghambatan inflamasi yang besar pada konsentrasi 3,75% (Cintika, 2015). Penelitian ini merupakan skrining awal pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya efek antiinflamasi secara topikal dari ekstrak etanol daun Cassia fistula L. senyawa yang diduga berperan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
dalam efek antiinflamasi pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. adalah senyawa flavonoid, karena berdasarkan penelitian dari Anitha dan Miruthula (2014) bahwa daun Cassia fistula L. memiliki kandungan senyawa flavonoid. Hasil dari penelitian ini tidak menggunakan senyawa aktif tunggal, sehingga senyawa aktif lain yang terdapat pada ekstrak etanol daun Cassia fistula L. masih terkandung dalam ekstrak sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai senyawa-senyawa yang bertanggungjawab dalam ekstrak etanol daun Cassia fistula L. yang menunjukkan adanya efek antiinflamasi secara oral maupun topikal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap mecit yang diinduksi dengan karagenin 3%. Ekstrak etanol daun Cassia fistula L. yang memiliki efek antiinflamasi topikal yang cukup tinggi dalam penurunan jumlah sel neutrofil yang ada pada daerah sub kutan yaitu konsentrasi sebesar 3,75% dan penghambatan ekspresi COX-2 pada daerah sub kutan dari ekstrak etanol daun Cassia fistula L. dengan konsentrasi berturutturut yaitu sebesar 14,54; 18,05; dan 14,76%.
2.
Mekanisme dari ekstrak etanol daun Cassia fistula L. diduga melalui penghambatan migrasi sel neutrofil dan penghambatan ekspresi COX-2 pada daerah sub kutan kulit punggung mencit yang diinduksi dengan karagenin 3%.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan kembali penelitian lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa yang bertanggungjawab dalam ekstrak etanol daun Cassia fistula L. yang menunjukkan adanya efek antiinflamasi secara topikal maupun secara oral.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. A., Ahmad, Hashim. S., Chand, Most. K., Azad, A. K., Begum, Kohinur., Imam, Mir. I. W., 2012, Antihyperglycemic and Analgesic Activities of Ethanolic Extract of Cassia fistula (L.) Stem Bark, Departement of Pharmacy, Bangladesh University, International Journal Pharmaceutical Sciences Research, 3(2): 416-423. Anitha, J., and Miruthula, S., 2014, Anti-inflammatory and Phytocemicals Analysis of Cassia fistula Linn. Fruit Pulp Extracts, International Journal of Pharmacognosy, 1(3): 207-215. Bonney, R.J., Gery, I., Lin, T.Y., Meyenhofer, M.F., Acevedo, W., Davies, P., 1978, Mononuclear Phagocytes from Carragenan-Induced Granulomas Isolation, Cultivation, and Characterization, J Exp Med, 261-275. Carlos, 2013, Rational Use of Topical Cortikosteroids, www.australianprescriber.com/magazine/36/5/article/1452.pdf, diakses pada tanggal 29 April 2015. Cintika, K. D., 2015, Uji Efe Antiinflaasi Ekstrak Etanol Daun Trengguli (Cassia fistula L.) Pada Edema Punggung Mencit Terinduksi Karagenin, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Corwin, E. J, 2009, Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, Penerbit EGC, Jakarta, p. 99. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pp. 4, 7, 63, 436. Dipiro, J. T., Talbert, R. T., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey, L. M., 2008, Pharmacotherapy : A Phatophysiologic Approach, 7th edition, McGraw Hill, USA, pp. 1544-1545. Endro, A., 2012, Farmakologi : Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 181-184. Felix, A., 2013, Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Radikal 1,1-Difenil-2Pikrilhidrazil (DPPH) dan Penetapan Kandungan Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Trenguli (Cassia fistula L.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Gobianand, K., Vivekanandan, K. Pradeep., Mohan, C.V.R., 2010, Antiinflammatory and Antipyretic Activities of Indian Medicinal Plant Cassia fistula Linn. (Golden Shower) in Wistar Albino Rats, Departement of
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Pharmacology and Eviromental Toxicology, International Journal of Pharmacology, 6(5) : 719-725. Gomes, A., Fernandes, E., Lima, J. F. C., Mira, L., and Corvo, M. L., 2008, Molecular Mechanism of Anti-inflammatory Activity Mediated by Flavonoids, Current Medicinal Chemistry, Bentham Science Publishers Ltd, 15: 1586-1605. Guata, Y. S., Alioune, D. F., William, D., Malick, G., Khady, B., Emmanuel, B., and Babacar, F., 2009, Analgesic and Anti-inflammatory Activity of Aqueous Root Extract of Cassia sieberiana D. C. (Caesalpiniaceae), African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(12): 651-653. Hayes, E.R., dan Kee, J.L., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Edisi 5, diterjemahkan Peter, A., Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 310317. Hermien, N., 2014, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Trenguli (Cassia fistula L.) Dengan Uji DPPH, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Satya Wacana, Salatiga, Vol. 5, No. 1, ISSN. 2087-0922. Ikawati, Z., Nugroho, A. E., Werdhinindah, W., 2006, Efek Ekstrak Etanol Daun Erythrina fusca Lour (Cangkring) Terhadap Penekanan Ekspresi Enzim Siklooksigenase-2 Pada Kultur Sel Raji, Majalah Farmasi Indonesia, 17(2): 85-90. Ilavarasan, R., Moni, M., Subramanian, V., 2005, Anti-Inflammatory and Antioxidant Activities of Cassia fistula Linn Bark Extracts, African Journal of Traditional Complementay and Alternative Medicines, 2(1) : 70-85. IPB, 2015, IPB Biodeversity – IPBiotics, http://apps.cs.ipb.ac.id/ipbiotics/user/organism/detail/detail_organisme_obat .php, diakses tanggal 18 Maret 2015. Kanakam, V., Kalakota, C., Srisailam, K., Naikal, M. A., Swathi, S., and Prameela, S., 2013, Analgesic and Anti-inflamatory Activities of The Extract of Cassia occidentalis Linn Animal Model, Departement of Pharmacognosy and Chemistry, International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, 3(4): 759-762. Karnen, B.G., dan Iris, R., 2012, Imunologi Dasar, Edisi Ke-10, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, p. 259. Khan, A. B., Akhtar, N., Rasul, A., Mahmood, T., Khan, H.M.S., Zaman, S. U., Iqbal, M., and Murtaza, G., 2012, Investigation of The Effects of Extraction
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Solvent/Technique on The Antioxidant Activity of Cassia fistula L., Journal of Medicine Research, 6(3): 500-503. Kim, H. P., Son, K. H., Chang, H. W., and Kang, S. K., 2004, Anti-inflammatory Plant Flavonoids and Cellular Action Mechanism, Journal of Pharmacological Sciences, 96: 22-45. Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., 2005, Phatologic Basis of Disease, 7th ed, Elsevier Saunders, Philadelphia, pp. 49-52. Mali, A. A., Hivrale, M. G., Bandawane, D. D., and Chaudhari, P. D., 2012, Study of Anti-inflammatory Activity of Cassia auriculata Linn. Leaves Wistar Rats, Deprtement of Pharmacology, Indian Drugs, 49(11): 44-47. Morris, C.J., 2003, Carragenn Induced Paw Edema in the Rat and Mouse Inflammation Protocols, Method in Molecular Biology, 2, 115-122. Mycek, M.J., Hrvey, R.A., Champe, P.C., 2011, Farmakologi: Ulasan Bergambar, Edisi II, Nidya Medika, Jakarta, p. 404 Neelam, Chauhan., Ranjan, Bairwa., Komal, S., Nootan, C., 2011, Review on Cassia fistula, ISSN 2229-3566, International Journal of Research Ayurveda & Pharmacy, 2 (2), pp. 426-430. Pearce, E.C. 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 290-297. Price, S.A., dan Wilson, L.N., 1992, Patophysiology, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, Edisi 4, Buku I, EGC, Jakarta, p. 36. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Flower, R.J., 2007, Pharmacology, 6th ed, Churcill Livingstone, London, pp. 204, 215. Rathee, P., Chaudhary, H., Rathee, S., Rathee, D., Kumar, V., and Kohli, K., 2009, Mechanism of Action of Flavonoids as Anti-inflammatory Agents: A Review, Inflammation & Allergy – Drugs Target, Bentham Science Publisher Ltd, PDM College of Pharmacy, Bahadurgarh, India, 8: 229-235. Sermakkani, M., V. Thangapandian., 2013, Anti-Inflmmatory Potential of Cassia Italica (Mill) Lam. Ex. Fw. Andrews Leaves, PG and Research Department of Botany, Kongunadu Arts and Science College, India, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5(1): 18-22. Sharma, U.R., Surendra, V., Jha, S.K., Nitesh, S.C., Praskah, T., Goli, D., 2009, Evaluation of Anti-inflammatory Activity of Rhododendron arboretum Herb Extract on Experimental Animal, Arch Pharm Res, 1, pp. 58-61.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Sitompul, R., 2011, Kortikosteroid Dalam Tatalaksana Uveitis: Mekanisme Kerja, Aplikasi Klinis dan Efek Samping, Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, J Indon Med Assoc, 61: 265-9. Steenis, C.G.G.J., Hoed, D. D., Blombergen, S., Eyma, P. J., 1992, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Thirumal, M., Srimanthula, S., Kishore, G., 2012, Cassia fistula Linn – Pharmacognostical, Phytochemical and Pharmalogical Review, Departement of Pharmacognosy, Jaya College Pharmacy, C.T.H.road, Thiruninravur, Chennai, T.N, India. Vogel, H.G., 2008, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assay, 3th edition, Spinger, New York, pp. 1094-1103. Waugh, A., and Grant, A., 2011, Ross and Wilson: Anatomy and Phisiology In Health and Ilness, 9th ed, Churcill Livingstone, London, pp. 362-369. Wibowo, D.S., 2008, Anatomi Tubuh Manusia, Penerbit Grasindo, Jakarta, p. 13. Yanhendri., Yenny, S.W., 2012, Berbagai Bentuk Sedian Topikal Dalam Dermatologi, Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, pp. 423-428.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian
Gambar 17. Mencit betina galur Swiss
Gambar 18. Kulit punggung mencit setelah dilakukan pencukuran
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 19. Kulit punggung mencit terinduksi karagenin
Gambar 20. Kulit punggung mencit yang diberi ekstrak Cassia fistula L.
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Pemotongan kulit untuk histopatologi
Gambar 21. Pemotongan kulit punggung mencit
Gambar 22. Pengawetan kulit mencit dengan formalin 10%
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Gambar 23. Biocream® (Kontrol Biocream®) dan basis ekstrak
Gambar 24. Hidrocortisone (hidrokortison asestat 2,5%) sebagai kontrol positif
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 25. Serbuk karagenin yang digunakan dalam penelitian
Gambar 26. Ekstrak yang dilarutkan dalam basis Biocream®
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 27. Spuit injeksi yang digunakan dalam penelitian
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Hasil Determinasi Tanaman Cassia fistula L
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Surat Ethical Clearence
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Data tebal lipat kulit dalam uji pendahuluan karagenin Jam ke0
Karagenin 1,5% 0.35
Karagenin 2% 1.27
Karagenin 3% 0.75
1
0.41
2.94
3.39
2
1.46
1.98
2.89
3
1.52
1.76
2.5
4
1.56
1.64
2.4
5
1.54
1.52
2.07
6
1.33
1.41
2.03
Lampiran 7. Data rata-rata perhitungan jumlah neutrofil Kontrol Negatif 3% KETERANGAN K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 RATA-RATA Rerata Jumlah sel neutrofil ± SE
KULIT 1 84 125 94 138 128 113,8
KULIT 2 103 129 108 118 79 107,4
KULIT 3 78 86 72 111 92 87,8
KULIT 4 164 133 111 142 102 130,4
KULIT 5 93 105 107 127 155 117,4
111,36 ± 6,98
Kontrol Biocream® KETERANGAN B-1 B-2 B-3 B-4 B-5 RATA-RATA Rerata Jumlah sel neutrofil ± SE
KULIT 1 185 187 109 204 98 156,6
KULIT 2 183 144 89 103 84 120,6
KULIT 3 100 103 85 75 101 92,8
KULIT KULIT 4 5 108 70 90 93 72 84 88 102 80 96 87,6 89
109,32 ± 13,26
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kontrol Positif KETERANGAN H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 RATA-RATA Rerata Jumlah sel neutrofil ± SE
KULIT KULIT KULIT KULIT KULIT 1 2 3 4 5 77 68 41 94 61 43 79 30 96 77 38 54 73 92 84 49 50 61 89 90 62 51 63 83 87 53,8 60,4 53,6 90,8 79,8 67,68 ± 7,50
Perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 1,67% KETERANGAN EC-1 EC-2 EC-3 EC-4 EC-5 RATA-RATA Rerata Jumlah sel neutrofil ± SE
KULIT KULIT KULIT KULIT KULIT 1 2 3 4 5 57 64 104 75 67 53 59 98 73 55 59 35 89 83 74 62 66 63 72 89 77 64 77 65 81 61,6 57,6 86,2 73,6 73,2 70,44 ± 5,04
Perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 2,5% KULIT KULIT KULIT KULIT KULIT KETERANGAN 1 2 3 4 5 EC-1 76 46 49 57 63 EC-2 53 34 48 63 68 EC-3 79 51 30 51 89 EC-4 43 52 37 52 59 EC-5 63 54 45 68 66 RATA-RATA 62,8 47,4 41,8 58,2 69 Rerata Jumlah sel 55,84 ± 4,97 neutrofil ± SE
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perlakuan ekstrak etanol daun Cassia fistula L. konsentrasi 3,75% KULIT KULIT KULIT KULIT KULIT KETERANGAN 1 2 3 4 5 EC-1 42 76 40 31 30 EC-2 46 62 31 39 41 EC-3 41 43 40 38 35 EC-4 43 37 42 38 52 EC-5 31 73 47 31 53 RATA-RATA 40,6 58,2 40 35,4 42,2 Rerata Jumlah sel 43,28 ± 3,89 neutrofil ± SE
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Lampiran 8. Data rerata persen penghambatan inflamasi dalam penekanan COX-2. Preparat
Sel Sel % Kulit Repetisi COXMEAN Hitung Penekanan 2
I
II
Karagenin
III
IV
V
1
126
125
0,79
2 3
136
134
1,47
122
121
0,82
4
136
135
0,74
5
156
155
0,64
1
217
216
0,46
2 3
161
158
1,86
165
163
1,21
4
182
180
1,10
5
184
183
0,54
1
257
246
4,28
2 3
274
267
2,55
260
254
2,31
4
229
222
3,06
5
167
163
2,40
1
179
178
0,56
2 3
159
157
1,26
186
185
0,54
4
143
141
1,40
5
192
189
1,56
1
241
237
1,66
2 3
258
255
1,16
257
254
1,17
4
271
268
1,11
5
258
254
1,55
Rerata % PI ± SE
0,89
1,04
2,92
1,06
1,33
1,44 ± 0,37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Preparat
Kulit Repetisi 1
I
II
Biocream®
III
IV
V
Sel Sel % COXMEAN Hitung Penekanan 2 228 222 2,63
2 3
249 211
245 206
1,61
4
195
189
3,08
5 1
178 221
171 217
3,93 1,81
2 3
261
255
2,30
247
243
1,62
4
239
237
0,84
5 1
268 222
265 217
1,12 2,25
2 3
210
205
2,38
184
182
1,09
4
220
215
2,27
5 1
203 239
199 234
1,97 2,09
2 3
242
238
1,65
165
164
0,61
4
285
280
1,75
5 1
220 207
216 203
1,82 1,93
2 3
210
204
2,86
208
203
2,40
4
204
200
1,96
5
140
137
2,14
90
Rerata % PI ± SE
2,72
2,37
1,54
1,99
1,58
2,26
2,01 ± 0,22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Preparat
Kulit Repetisi 1
I
II
Kontrol positif
III
IV
V
Sel Sel % COXMEAN Hitung Penekanan 2 197 40 79,70
2 3
206
36
82,52
218
47
78,44
4
208
58
72,12
5 1
223 230
58 55
73,99 76,09
2 3
218
48
77,98
195
48
75,38
4
230
44
80,87
5 1
218 228
56 55
74,31 75,88
2 3
228
49
78,51
198
48
75,76
4
256
61
76,17
5 1
250 225
53 58
78,80 74,22
2 3
209
51
75,60
131
22
83,21
4
192
42
78,13
5 1
144 211
27 58
81,25 72,51
2 3
179
40
77,65
164
44
73,17
4
154
45
70,78
5
154
43
72,08
91
Rerata % PI ± SE
77,35
76,93
77,02
78,48
73,24
76,60 ± 0,88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Preparat
Kulit Repetisi 1
I
II
Cassia fistula L. 1,67%
III
IV
V
Sel Sel % COXMEAN Hitung Penekanan 2 103 90 12,62
2 3
75
68
9,33
98
84
14,29
4
85
71
16,47
5 1
125 113
107 101
14,40 10,62
2 3
59
49
16,95
64
51
20,31
4
46
35
23,91
5 1
77 93
67 80
12,99 13,98
2 3
88
76
13,64
57
44
22,81
4
90
76
15,56
5 1
113 66
97 60
14,16 9,09
2 3
58
50
13,79
68
58
14,71
4
64
57
10,94
5 1
61 66
53 59
13,11 10,61
2 3
40
32
20,00
68
61
10,29
4
47
42
10,64
5
92
75
18,48
92
Rerata % PI ± SE
13,42
16,96
16,03
12,33
14,00
14,54 ± 0,85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Preparat
Kulit Repetisi 1
I
II
Cassia fistula L. 2,5%
III
IV
V
Sel Sel % COXMEAN Hitung Penekanan 2 79 65 17,72
2 3
53
44
16,98
66
55
16,67
4
134
112
16,42
5 1
95 93
78 82
17,89 11,83
2 3
119
105
11,76
105
91
13,33
4
100
89
11,00
5 1
99 89
86 72
13,13 19,10
2 3
91
65
28,57
102
85
16,67
4
103
81
21,36
5 1
125 97
84 82
32,80 15,46
2 3
86
50
41,86
66 70
15,38
4
78 82
5 1
126 66
72 62
42,86 6,06
2 3
40
35
12,50
60
51
15,00
4
70
60
14,29
5
63
58
7,94
93
Rerata % PI ± SE
17,14
12,21
23,70
26,04
14,63
11,16
18,05 ± 2,98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Preparat
Kulit Repetisi 1
I
II
Cassia fistula L. 3,75%
III
IV
V
Sel Sel % COXMEAN Hitung Penekanan 2 108 98 9,26
2 3
89
70
21,35
80
69
13,75
4
99
88
11,11
5 1
99 101
85 90
14,14 10,89
2 3
104
94
9,62
101
85
15,84
4
122
102
16,39
5 1
82 85
73 72
10,98 15,29
2 3
86
76
11,63
56
48
14,29
4
74
60
18,92
5 1
82 83
67 66
18,29 20,48
2 3
70
55
21,43
69
51
26,09
4
88
75
14,77
5 1
72 105
60 93
16,67 11,43
2 3
98
86
12,24
83
73
12,05
4
83
73
12,05
5
69
62
10,14
94
Rerata % PI ± SE
13,92
12,74
15,68
19,89
11,58
14,76 ± 1,45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Lampiran 9. Hasil analisi statistik perhitungan rata-rata jumlah sel-sel neutrofil pada masing-masing kelompok. Descriptives
Perlakuan Neutrofil KONTROL NEGATIF
Statistic Mean
111,3600
95% Confidence
Lower
Interval for Mean
Bound Upper
Std. Error 6,98467
91,9675
130,7525
Bound 5% Trimmed Mean
111,6111
Median
113,8000
Variance
243,928
Std. Deviation
KONTROL BIOCREAM
15,61819
Minimum
87,80
Maximum
130,40
Range
42,60
Interquartile Range
26,30
Skewness
-,656
,913
Kurtosis
1,268
2,000
109,3200
13,26689
Mean 95% Confidence
Lower
Interval for Mean
Bound Upper
72,4852
146,1548
Bound 5% Trimmed Mean
107,9000
Median
92,8000
Variance
880,052
Std. Deviation
29,66567
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Minimum
87,60
Maximum
156,60
Range
69,00
Interquartile Range
50,30
Skewness
1,340
,913
,846
2,000
67,6800
7,50109
Kurtosis KONTROL POSITIF
96
Mean 95% Confidence
Lower
Interval for Mean
Bound Upper
46,8536
88,5064
Bound 5% Trimmed Mean
67,1778
Median
60,4000
Variance
281,332
Std. Deviation
16,77295
Minimum
53,60
Maximum
90,80
Range
37,20
Interquartile Range
31,60
Skewness Kurtosis EC KONSENTRASI
Mean
1,67%
95% Confidence
Lower
Interval for Mean
Bound Upper
,732
,913
-1,895
2,000
70,4400
5,04476
56,4335
84,4465
Bound 5% Trimmed Mean
70,2778
Median
73,2000
Variance
127,248
Std. Deviation
11,28043
Minimum
57,60
Maximum
86,20
Range
28,60
Interquartile Range
20,30
Skewness Kurtosis
,337
,913
-,656
2,000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EC KONSENTRASI
Mean
55,8400
2,5%
95% Confidence
Lower
Interval for Mean
Bound Upper
97
4,97771
42,0197
69,6603
Bound 5% Trimmed Mean
55,8889
Median
58,2000
Variance
123,888
Std. Deviation
11,13050
Minimum
41,80
Maximum
69,00
Range
27,20
Interquartile Range
21,30
Skewness
-,223
,913
-1,786
2,000
43,2800
3,89749
Kurtosis EC KONSENTRASI
Mean
3,75%
95% Confidence
Lower
Interval for Mean
Bound Upper
32,4588
54,1012
Bound 5% Trimmed Mean
42,8889
Median
40,6000
Variance Std. Deviation
75,952 8,71504
Minimum
35,40
Maximum
58,20
Range
22,80
Interquartile Range
12,50
Skewness
1,748
,913
Kurtosis
3,610
2,000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Lampiran 10. Hasil analisis statistic uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Neutrofil
df
,139
Shapiro-Wilk
Sig. 30
Statistic
,144
df
,937
Sig. 30
,073
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Neutrofil KONTROL NEGATIF
,200
5
,200*
,968
5
,860
KONTROL
,311
5
,128
,813
5
,102
KONTROL POSITIF
,268
5
,200*
,854
5
,207
EC KONSENTRASI
,197
5
,200*
,943
5
,685
,184
5
,200*
,959
5
,798
,349
5
,046
,810
5
,097
BIOCREAM
1,67% EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75% a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. *. EC : Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Perlakuan Case Processing Summary Perlakuan
Cases Valid N
Neutrofil KONTROL NEGATIF
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
KONTROL BIOCREAM
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
KONTROL POSITIF
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
EC KONSENTRASI
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
F
Sig.
1,67% EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75%
Lampiran 11. Hasil pengujian ANOVA
Oneway Test of Homogeneity of Variances Neutrofil Levene Statistic 2,835
df1
df2 5
Sig. 24
,038
ANOVA Neutrofil Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
19685,488
5
3937,098
6929,600
24
288,733
26615,088
29
13,636
,000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Lampiran 12. Hasil pengujian uji Post-Hoct dengan uji Scheffe
Multiple Comparisons Neutrofil Scheffe (I) Perlakuan
(J) Perlakuan
95% Confidence Interval
Mean Difference
Lower
Upper
Sig.
Bound
Bound
2,04000 10,74678
1,000
-36,8617
40,9417
43,68000* 10,74678
,021
4,7783
82,5817
40,92000* 10,74678
,035
2,0183
79,8217
55,52000* 10,74678
,002
16,6183
94,4217
68,08000* 10,74678
,000
29,1783
106,9817
-2,04000 10,74678
1,000
-40,9417
36,8617
41,64000* 10,74678
,030
2,7383
80,5417
38,88000 10,74678
,050
-,0217
77,7817
53,48000* 10,74678
,003
14,5783
92,3817
66,04000* 10,74678
,000
27,1383
104,9417
-43,68000* 10,74678
,021
-82,5817
-4,7783
(I-J) KONTROL
KONTROL
NEGATIF
BIOCREAM KONTROL
Std. Error
POSITIF EC KONSENTRASI 1,67% EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75% KONTROL
KONTROL
BIOCREAM
NEGATIF KONTROL POSITIF EC KONSENTRASI 1,67% EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75%
KONTROL
KONTROL
POSITIF
NEGATIF
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KONTROL
101
-41,64000* 10,74678
,030
-80,5417
-2,7383
-2,76000 10,74678
1,000
-41,6617
36,1417
11,84000 10,74678
,939
-27,0617
50,7417
24,40000 10,74678
,422
-14,5017
63,3017
-40,92000* 10,74678
,035
-79,8217
-2,0183
-38,88000 10,74678
,050
-77,7817
,0217
2,76000 10,74678
1,000
-36,1417
41,6617
14,60000 10,74678
,865
-24,3017
53,5017
27,16000 10,74678
,306
-11,7417
66,0617
-55,52000* 10,74678
,002
-94,4217
-16,6183
-53,48000* 10,74678
,003
-92,3817
-14,5783
-11,84000 10,74678
,939
-50,7417
27,0617
-14,60000 10,74678
,865
-53,5017
24,3017
12,56000 10,74678
,923
-26,3417
51,4617
-68,08000* 10,74678
,000 -106,9817
-29,1783
-66,04000* 10,74678
,000 -104,9417
-27,1383
BIOCREAM EC KONSENTRASI 1,67% EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75% EC
KONTROL
KONSENTRASI
NEGATIF
1,67%
KONTROL BIOCREAM KONTROL POSITIF EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75%
EC
KONTROL
KONSENTRASI
NEGATIF
2,5%
KONTROL BIOCREAM KONTROL POSITIF EC KONSENTRASI 1,67% EC KONSENTRASI 3,75%
EC
KONTROL
KONSENTRASI
NEGATIF
3,75%
KONTROL BIOCREAM
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KONTROL
102
-24,40000 10,74678
,422
-63,3017
14,5017
-27,16000 10,74678
,306
-66,0617
11,7417
-12,56000 10,74678
,923
-51,4617
26,3417
POSITIF EC KONSENTRASI 1,67% EC KONSENTRASI 2,5% *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Neutrofil Scheffea Perlakuan
Subset for alpha = 0.05 N
1
2
EC KONSENTRASI 3,75%
5
43,2800
EC KONSENTRASI 2,5%
5
55,8400
KONTROL POSITIF
5
67,6800
EC KONSENTRASI 1,67%
5
70,4400
KONTROL BIOCREAM
5
KONTROL NEGATIF
5
Sig.
70,4400 109,3200
109,3200 111,3600
,306
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
3
,050
1,000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Lampiran 13. Perhitungan persen penghambatan inflamasi ekspresi COX-2
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
PersenPI
30
N
Total
Percent
100,0%
0
N
,0%
Percent 30
100,0%
Descriptives Statistic PersenPI
Mean
21,2383
95% Confidence Interval for
Lower Bound
11,4640
Mean
Upper Bound
31,0127
5% Trimmed Mean
19,2069
Median
13,0800
Variance
685,197
Std. Deviation
Std. Error 4,77911
26,17627
Minimum
,89
Maximum
78,48
Range
77,59
Interquartile Range
18,65
Skewness
1,588
,427
Kurtosis
1,069
,833
Lampiran 14. Hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic PersenPI
,296
Df
Shapiro-Wilk
Sig. 30
a. Lilliefors Significance Correction
,000
Statistic ,687
df
Sig. 30
,000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Perlakuan
Statistic PersenPI KONTROL NEGATIF
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
,356
5
,037
,717
5
,014
KONTROL BIOCREAM
,213
5
,200*
,925
5
,562
KONTROL POSITIF
,365
5
,028
,820
5
,116
EC KONSENTRASI
,213
5
,200*
,947
5
,719
,209
5
,200*
,900
5
,410
,202
5
,200*
,924
5
,553
1,67% EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75% a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. *. EC : Ekstrak Etanol Daun Cassia fistula L.
Perlakuan Case Processing Summary Perlakuan
Cases Valid N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
PersenP KONTROL NEGATIF
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
I
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
KONTROL POSITIF
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
EC KONSENTRASI
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
5
100,0%
0
,0%
5
100,0%
KONTROL BIOCREAM
1,67% EC KONSENTRASI 2,5% EC KONSENTRASI 3,75%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Lampiran 15. Hasil perhitungan rata-rata persen penghambatan inflamasi penekanan ekspresi COX-2 pada masing-masing perlakuan
Descriptives Perlakuan
Std. Statistic
Persen
KONTROL NEGATIF
Mean
98,5520
ekspresi
95% Confidence
Lower Bound
97,5115
COX-2
Interval for Mean
Upper Bound
99,5925
5% Trimmed Mean
98,6028
Median
98,9400
Variance
,37477
,702
Std. Deviation
,83802
Minimum
97,08
Maximum
99,11
Range
2,03
Interquartile Range
1,16
Skewness Kurtosis
-2,045
,913
4,274
2,000
97,9820
,22051
KONTROL
Mean
BIOCREAM
95% Confidence
Lower Bound
97,3698
Interval for Mean
Upper Bound
98,5942
5% Trimmed Mean
97,9944
Median
98,0100
Variance
,243
Std. Deviation
,49307
Minimum
97,28
Maximum
98,46
Range
1,18
Interquartile Range
KONTROL POSITIF
Error
,93
Skewness
-,580
,913
Kurtosis
-,909
2,000
23,3960
,88520
Mean 95% Confidence
Lower Bound
20,9383
Interval for Mean
Upper Bound
25,8537
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5% Trimmed Mean
23,3133
Median
22,9800
Variance
106
3,918
Std. Deviation
1,97938
Minimum
21,52
Maximum
26,76
Range
5,24
Interquartile Range
2,83
Skewness
1,663
,913
Kurtosis
3,466
2,000
85,4520
,85165
EC KONSENTRASI
Mean
1,67%
95% Confidence
Lower Bound
83,0874
Interval for Mean
Upper Bound
87,8166
5% Trimmed Mean
85,4628
Median
86,0000
Variance
3,627
Std. Deviation
1,90436
Minimum
83,04
Maximum
87,67
Range
4,63
Interquartile Range
3,62
Skewness Kurtosis
-,288
,913
-1,862
2,000
EC KONSENTRASI
Mean
81,9500 2,98470
2,5%
95% Confidence
Lower Bound
73,6632
Interval for Mean
Upper Bound
90,2368
5% Trimmed Mean
82,0111
Median
82,8600
Variance Std. Deviation
44,542 6,67399
Minimum
73,96
Maximum
88,84
Range
14,88
Interquartile Range
13,19
Skewness
-,229
,913
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kurtosis
-2,637
EC KONSENTRASI
Mean
3,75%
95% Confidence
Lower Bound
81,2116
Interval for Mean
Upper Bound
89,2644 85,3461
Median
86,0800
Variance
10,515
Std. Deviation
3,24275
Minimum
80,11
Maximum
88,42
Range
8,31
Interquartile Range
5,63
Skewness Kurtosis
-1,155
,913
1,179
2,000
Lampiran 16. Hasil pengujian Kruskal-Wallis
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
PersenPI
30
21,2383
26,17627
,89
78,48
Perlakuan
30
3,5000
1,73702
1,00
6,00
Kruskal-Wallis Test Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
KONTROL NEGATIF
5
4,00
KONTROL BIOCREAM
5
7,00
KONTROL POSITIF
5
28,00
EC KONSENTRASI 1,67%
5
17,80
EC KONSENTRASI 2,5%
5
19,00
EC KONSENTRASI 3,75%
5
17,20
Total
2,000
85,2380 1,45020
5% Trimmed Mean
N
107
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsa,b
PersenPI Chi-square
24,592
Df
5
Asymp. Sig.
,000
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan
Lampiran 17. Hasil pengujian Mann-Whitney Test
Ranks
Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL NEGATIF
5
4,00
20,00
KONTROL BIOCREAM
5
7,00
35,00
Total
10
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
Test Statisticsb
PersenPI Mann-Whitney U
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2-tailed)
,117
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,151a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL NEGATIF
5
3,00
15,00
KONTROL POSITIF
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
,009 ,008a
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL NEGATIF
5
3,00
15,00
EC KONSENTRASI 1,67%
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009 ,008a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL NEGATIF
5
3,00
15,00
EC KONSENTRASI 2,5%
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
,009 ,008a
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL NEGATIF
5
3,00
15,00
EC KONSENTRASI 3,75%
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009 ,008a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL BIOCREAM
5
3,00
15,00
KONTROL POSITIF
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
,009 ,008a
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL BIOCREAM
5
3,00
15,00
EC KONSENTRASI 1,67%
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009 ,008a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL BIOCREAM
5
3,00
15,00
EC KONSENTRASI 2,5%
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
,009 ,008a
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL BIOCREAM
5
3,00
15,00
EC KONSENTRASI 3,75%
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009 ,008a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL POSITIF
5
8,00
40,00
EC KONSENTRASI 1,67%
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
,009 ,008a
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL POSITIF
5
8,00
40,00
EC KONSENTRASI 2,5%
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009 ,008a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
KONTROL POSITIF
5
8,00
40,00
EC KONSENTRASI 3,75%
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
,009 ,008a
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
EC KONSENTRASI 1,67%
5
5,00
25,00
EC KONSENTRASI 2,5%
5
6,00
30,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
10,000
Wilcoxon W
25,000
Z
-,522
Asymp. Sig. (2-tailed)
,602 ,690a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
EC KONSENTRASI 1,67%
5
5,80
29,00
EC KONSENTRASI 3,75%
5
5,20
26,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
11,000
Wilcoxon W
26,000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
-,313 ,754 ,841a
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ranks Perlakuan PersenPI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
EC KONSENTRASI 2,5%
5
6,00
30,00
EC KONSENTRASI 3,75%
5
5,00
25,00
Total
10
Test Statisticsb PersenPI Mann-Whitney U
10,000
Wilcoxon W
25,000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan
-,522 ,602 ,690a
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Biografi Penulis
Penulis
skripsi
dengan
judul
“Uji
Efek
Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Trengguli (Cassia fistula L.) Secara Topikal Terhadap Neutrofil dan Siklooksigenase-2 (COX-2) Pada Mencit Terinduksi Karagenin” memiliki nama lengkap Rury Henggar Tyas Utami, merupakan putri tunggal dalam keluarga Bapak Tri Rudi Yuwono dan Ibu Ery Purwaningtyas, S.Pd. Penulis dilahirkan di Jawa Timur tepatnya di Kediri pada 23 Juli 1994. Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu mengawali masa pendidikan di TK Dharma Wanita Kediri (1998-2000), kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD N Banjaran II Kediri (2000-2006). Pendidikan Tingkat Lanjutan Pertama (SLTP) ditempuh penulis di SMP Katolik Santa Maria Kediri (2006-2009), kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMA N 8 Kediri (2009-2012). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Selama masa studi, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan seperti menjadi panitia paskah sebagai sie liturgi (2013), panitia Ekaristi Kaum Muda “If We Hold On Together” sebagai koordinator sie liturgi (2014). Penulis juga pernah terlibat dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) dengan judul “Sosialisasi Dan Edukasi Akan Bahaya Hipertensi Melalui Metode PENGANTEN (Pengenalan Hidangan Anti-Hipertensi)” (2015).