PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAYA ANTI–INFLAMASI EKSTRAK ETANOLIK AKAR Tripterygium wilfordii Hook. F. PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Caecilia Ratna Tri Wijayanti NIM : 048114049
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAYA ANTI–INFLAMASI EKSTRAK ETANOLIK AKAR Tripterygium wilfordii Hook. F. PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Caecilia Ratna Tri Wijayanti NIM : 048114049
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
You have to endure caterpillars if you want to see butterflies (Antoine De Saint) There is no success without sacrifice Great success always calls for great sacrifice Even failure can become an important ingredient to success Failure just means that you have not yet succeeded Success is doing something good When you can, where you can, while you can It’s better to attempt to do something great and fail, than attempt to do nothing and succeed Success is not necessarily reaching your goal- but reaching the maximum possibilities in light of the opportunities that come your way Success is never ending, because success is like the process of seed planting Every creative contribution like a seed planted may bear fruit Success finally is not what you have it is not what you do; it is who you are, and what you want to become of yourself (Felix Lugo)
“Thanks to Jesus Christ”
kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan baktiku teruntuk bapak dan ibuk yang senantiasa menyayangi, mendoakan, memberi dukungan kepadaku
kedua kakakku dan mas Yoseph atas dukungan, kasih sayang dan perhatiannya teman-teman dan saudara-saudaraku atas motivasi dan perhatiannya teruntuk almamaterku tercinta
v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga atas kasih, karunia dan penyertaan-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. Pada Mencit Putih Betina” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menghadapi setiap kesulitan yang ditemui. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, masukan dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
vi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5. IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi atas bantuan dan kerja samanya dalam penyediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang digunakan dalam penelitian ini. 6. Romo Sunu atas bantuannya dalam menganalisis data sehingga penulis memperoleh gambaran mengenai bagaimana mengolah data hasil penelitian. 7. Mas Heru, Mas Parjiman dan Mas Kayat yang telah memberikan bantuan berupa penyediaan mencit dan peralatan yang penulis butuhkan selama penelitian serta memberikan keceriaan selama penelitian dengan canda tawa dan obrolannya. 8. Staf pengajar dan segenap dosen Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 9. Bapak Antonius Tumiyo dan Ibu Maria Theresia Sumilah yang telah mendidik, membesarkan, dan memberikan dukungan baik moral maupun material serta tak henti-hentinya berdoa dan memberikan semangat kepada penulis untuk tetap tegar dalam menghadapi segala cobaan dan tantangan. 10. Mas Heri dan Mas Nolly, kedua kakak ipar (Mbak Ning dan Mbak Santi), keponakan tersayang Farrel, nenek, budhe, bulik, om, sepupu dan keponakankeponakan penulis (Ogik dan Dio) atas perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang diberikan kepada penulis. 11. Yoseph Harjanto beserta keluarga terima kasih atas semua doa, dukungan, cinta dan perhatian serta bantuan yang dengan tulus diberikan kepada penulis. 12. Teman-teman seperjuangan Keke, Ratna Puspita, Avi atas kerja samanya selama penelitian hingga penyusunan skripsi.
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
13. Teman-teman dekat, Keke, Angel dan Dika yang telah memberikan semangat, motivasi dan keceriaan di saat suka maupun duka. 14. Teman-teman kost ”Wisma Mawar”, Anas, Anna, Ani, Cicil, Rita, Krisna, Putri, Tina, yang dengan canda tawa dan obrolannya mampu menghibur penulis saat sedang susah dan memberi motivasi kepada penulis. 15. Teman-teman FKK ’04 dan teman-teman kelas B, Ika Sindu, Heti, Nina, Dipta, Andri, Rissa, Nur, Anna, Siska, Atin, Wida, Ari, Erline, Yudi, Budi, Indah, Maduma yang sama-sama berjuang di Farmasi. Terima kasih karena penulis diberi kesempatan untuk mengenal kalian semua. 16. Teman-teman KKN di Pedukuhan Plumutan, Bambanglipuro (Soni, Dita, Pauline, Lala, Metta, Ferani, Atik, Yohan, An). Terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 17. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik moral maupun material yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan bagi semua orang.
Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI Tripterygium wilfordii Hook. F. telah digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengobati demam, kedinginan, udema dan bisul, rheumatoid arthritis, hepatitis kronik, nefritis kronik, dan beberapa penyakit kulit. Senyawa bioaktif yang berperan sebagai anti-inflamasi yaitu triptolide dan tripdiolide. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran daya antiinflamasi dan mengetahui besarnya persentase dan potensi relatif serta kisaran dosis dari ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam menghambat udema. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subyek uji adalah mencit putih betina galur Swiss, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Lima puluh ekor mencit dikelompokkan menjadi 10 kelompok. Kelompok I-IV merupakan kelompok kontrol, sedangkan kelompok V-X diberi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dengan dosis berturut-turut 3,37; 10,11; 30,35; 91; 273 dan 819 mg/kg BB. Sembilan puluh menit kemudian diinjeksi subplantar dengan karagenin 1% pada kaki kiri bagian belakang. Setelah 3 jam hewan uji dikorbankan dan kedua kakinya dipotong pada sendi torsocrural, kemudian ditimbang. Data bobot udema dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusinya, dilanjutkan analisis varian pola satu arah dan uji Scheffe untuk melihat perbedaan antarkelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak memiliki daya anti-inflamasi. Persentase penurunan bobot udema berturut-turut sebesar 32,28%; 21,80%; dan 14,85%. Potensi relatif penurunan bobot udema secara berturut-turut adalah 46,49%; 31,39%; dan 21,39%. Kisaran dosis yang memiliki kemampuan menurunkan bobot udema yaitu pada dosis 3,37 dan antara 30,35 sampai 91 mg/kg BB. Kata kunci : penurunan bobot udema, ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Tripterygium wilfordii Hook. F. have been used in traditional Chinese medicine to treat fever, chills, edema and carbuncles, rheumatoid arthritis, chronic hepatitis, chronic nephritis, and several skin disorders. Active compound that contributing as anti-inflammatory agent are triptolide and tripdiolide. The goal of this research is to prove the truth of anti-inflammation effect and to know the amount of percentage and relative potency of anti-inflammation effect and also range of dosage of etanolic extract of Tripterygium wilfordii Hook. F. root in preventing oedema. This research is experimental research with randomized controlled design. The subject of this experiment was Switzerland white female mice whose age 2-3 months and its weight is 20-30 gram. Fifty mice were divided into ten groups. Group I to group IV were as control group, whereas group V to group X were given etanolic extract of Tripterygium wilfordii Hook. F. root with dosage 3.37; 10.11; 30.35; 91; 273 dan 819 mg/kg BW. Successively ninety minutes later, those mice’s left legs were injected with karagenin 1%. Then, 3 hours later those mice were killed and its two legs were cut at torsocrural joint. Data about oedema weight was analyzed with Kolmogorov-Smirnov to see its distribution. After that, this research was continued with ANOVA then followed with Scheffe test. The result of the analysis shows that etanolic extract of Tripterygium wilfordii Hook. F. root did not have anti-inflammation effect. The percentage of edema weight reducing in dosage 3.37; 30.35 and 91 mg/kg BW was 32.28 %; 21.80 % and 14.85 %. Relative potency of edema weight reducing was successively 46.49 % ; 31.39 % and 21.39 %;. Range of dosage which has an ability to reduce edema was on the dosage 3.37 and between 30.35 up to 91 mg/kg BW. Key words : edema weight reducing, etanolic extract of Tripterygium wilfordii Hook. F. root
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL …………………………………………………...……
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………..
v
PRAKATA …………………………………………………………………..
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………...…………………....
ix
INTISARI ………….………………………………………………………...
x
ABSTRACT ………………………………………………...………………...
xi
DAFTAR ISI ...………………………………………………………………
xii
DAFTAR TABEL ..………………………………………………………….
xvi
DAFTAR GAMBAR ….……………………………………...……………..
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..…………………………………………………….
xx
BAB. I PENGANTAR .……………………………………………………...
1
A. Latar Belakang …………………………….………………………...
1
1. Permasalahan ……………………….…………………………..
3
2. Keaslian penelitian …………….………………………………..
4
3. Manfaat penelitian .…………….………………………………..
5
B. Tujuan Penelitian ……………….………………………....................
6
1. Tujuan umum ……………………….…………………………..
6
2. Tujuan khusus .…………….…………………………………...
6
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA …….………………………………...
7
A. Tripterygium wilfordii Hook. F. ………….……………………….....
7
1. Klasifikasi umum ……………………………….........................
7
2. Nama ……………………………………………………………
7
3. Morfologi tanaman ……………………………………………..
7
4. Kandungan kimia …..…………………………………………...
8
5. Kegunaan ………………………………………………….........
8
6. Toksisitas ………………………………………………….........
9
B. Ekstraksi …………………………………………………………….
10
C. Inflamasi ……...……………………………………………………..
12
1. Definisi ….…………………………………………………........
12
2. Penyebab ………………………………………………………..
12
3. Klasifikasi …………………………………………..................
12
4. Gejala …......………………………………………………….....
13
5. Mekanisme…………………………………………………........
16
6. Mediator-mediator ………………………………………….......
19
D. Obat Anti-inflamasi ..………………………………………………...
24
1. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) .................................
25
2. Golongan steroid ..........................................................................
26
E. Natrium diklofenak ………………..………………………………...
27
F. Metode Pengujian Daya Anti-inflamasi……………………………...
28
1. Uji erythema ultraviolet………………………............................
28
2. Udema pada kaki ……………………………………………......
29
xiii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Uji radang selaput dada ................…………………………........
30
4. Tes kantong granuloma………………………………………….
30
G. Landasan Teori……………………………………………………….
31
H. Hipotesis……………………………………………………………...
32
BAB III. METODE PENELITIAN ……….………………………………...
33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………….
33
B. Variabel dan Definisi Operasional…………………………………...
33
1. Variabel penelitian …..…………………………………….........
33
2. Definisi Operasional……………………………………….........
34
C. Bahan penelitian ...................…...…………………………………...
35
D. Alat Penelitian ...………...…………………………………………...
36
E. Tata Cara Penelitian ..………………………………………………..
37
1. Penyiapan hewan uji …………….....…...…………………........
37
2. Pembuatan bahan uji………..…..……………………………….
37
3. Perhitungan dan penetapan dosis ……………………………….
40
4. Uji pendahuluan ….…………………...………………………...
44
5. Perlakuan hewan uji ..........................................………………...
45
6. Perhitungan persentase daya anti-inflamasi ………………….....
46
7. Perhitungan potensi relatif daya anti-inflamasi ............................
46
F. Analisis Hasil ………………………………………………………..
46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………….......................………....
48
A. Hasil Uji Pendahuluan ............................…………………………….
48
xiv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
1. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki
48
2. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak ......................................................................
52
B. Hasil Uji Daya Anti-inflamasi pada Mencit ...…..…………………..
57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …….………………………………
71
A. Kesimpulan ..…………………………………………………………
71
B. Saran ...……………………………………………………………….
72
DAFTAR PUSTAKA ...……………………………………………………..
73
LAMPIRAN ………...……………………………………………………….
77
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………….
111
xv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Hal I.
Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar
dalam
berbagai
variasi
selang
waktu
pemotongan
kaki..…….................................................................................................. II.
48
Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki …………………………………………
49
III. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki……………………….….…………………......
50
IV. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki…………………………………….……..…………… V.
50
Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu…………………………………………………....
54
VI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu ………......
55
VII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplatar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu...…………………..
xvi
55
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
VIII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu..….……………………………
56
IX. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan......….……................. X.
59
Rata-rata persentase daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan……………………………...…………………………………
61
XI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan .............................................................
63
XII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan……………………………………………………
64
XIII. Rangkuman hasil uji Scheffe daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan………………………………………………………………...
65
XIV. Potensi relatif ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F terhadap Natrium diklofenak ..……………………………………….....
xvii
69
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1.
Struktur triptolide ......................................................………....
9
Gambar 2.
Struktur tripdiolide .................................……………………...
9
Gambar 3.
Respon inflamasi yang berhubungan dengan tanda-tanda inflamasi ....................................................................................
Gambar 4.
17
Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan titik tangkap kerja obat anti-inflamasi ............
23
Gambar 5.
Klasifikasi Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS) ............
24
Gambar 6.
Struktur Natrium diklofenak........…………………...................
27
Gambar 7.
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki........................................................................
Gambar 8
49
Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin diklofenak
1%
subplantar
dosis
efektif
setelah pada
pemberian
Natrium
selang
waktu
.
tertentu…………………………….……...................................
Gambar 9.
Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat
54
karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan ……........................………………………. ………. Gambar 10.
60
Grafik rata-rata daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan..........................................................................…
xviii
62
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 11.
Tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F……………………..
77
Gambar 12.
Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F ……......
78
Gambar 13.
Suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
Gambar 14.
dalam CMC-Na ……………………………………………......
79
Neraca analitik Mettler Toledo AB 204 ....................................
80
xix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1.
Foto tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F...………………
77
Lampiran 2.
Foto ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F ...
78
Lampiran 3.
Foto suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dalam CMC-Na ...........................................................
79
Lampiran 4.
Foto neraca analitik Mettler Toledo AB 204 .............................
80
Lampiran 5.
Surat pernyataan proses pembuatan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dari IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi ..................................................................
Lampiran 6.
Perhitungan konsentrasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. ......................................................................
Lampiran 7.
Lampiran 11.
86
Skema kerja uji pendahuluan waktu pemberian Natrium diklofenak dosis efektif (4,48 mg/kg BB) .................................
Lampiran 10.
85
Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemotongan Kaki Setelah Injeksi Karagenin 1% ..........................................
Lampiran 9.
82
Skema kerja uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% ............
Lampiran 8.
81
89
Hasil dan Analsiis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemberian Natrium diklofenak Dosis Efektif (4,48 Mg/Kg BB) ...............
90
Skema kerja perlakuan hewan uji ..............................................
94
xx
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 12.
Hasil Bobot Udema Kaki Mencit Akibat Pemberian Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam Enam Peringkat Dosis Dan Kontrol .....................................................
Lampiran 13.
95
Hasil Perhitungan Dan Analisis Persentase (%) Daya AntiInflamasi Kontrol Positif Natrium diklofenak dan Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dikurangi Pelarutnya (Aquadest dan CMC-Na) .........................................
Lampiran 14.
102
Hasil Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. terhadap Natrium diklofenak ………………………………….
Lampiran 15.
109
Surat pernyataan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dari IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi ........
xxi
110
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Saat ini dengan kembali maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature) membuat kecenderungan penggunaan bahan obat alam/herbal di dunia semakin meningkat (Wijayakusuma, 2007). Bahkan sampai saat ini menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman (Radji, 2005). Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui World Health Assembly telah merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk obat-obat bahan alam dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker (Anonim, 2007a). Pada tahun 1999, pemerintah telah mencanangkan visi “Indonesia Sehat 2010” dengan misi dan sasarannya antara lain mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Salah satu program yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran tersebut adalah meningkatkan penggunaan cara pengobatan tradisional yang aman dan bermanfaat. Oleh karena itu perlu perhatian khusus untuk mengembangkan obat alami Indonesia dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kemandirian di bidang kesehatan (Anonim, 2003). Berdasarkan Surat Keputusan kepala BPOM RI No.HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004, obat bahan alami Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yakni : jamu, obat
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
herbal terstandar, dan fitofarmaka (Anonim, 2008a). Pada umumnya masyarakat Indonesia menggunakan obat bahan alam berdasarkan bukti empiris secara turuntemurun namun belum dibuktikan secara ilmiah. Dalam upaya membuktikan adanya manfaat klinik, khasiat dan keamanan obat tradisional yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dapat dilakukan melalui serangkaian uji, antara lain uji praklinik (uji farmakodinamika dan toksisitas) dengan bahan baku terstandar agar berubah menjadi obat herbal terstandar dan uji klinis pada manusia sehingga nantinya obat tradisional tersebut dapat berkembang menjadi fitofarmaka sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi obat tradisional tersebut dengan aman dan terjamin mutunya. Berdasarkan uraian di atas maka IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi, suatu industri obat tradisional, bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk melakukan uji praklinik suatu sediaan bahan alami. Uji praklinik ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai efikasi dan keamanan sediaan bahan alami tersebut dan nantinya produk yang diluncurkan memiliki standar mutu dan keamanan yang lebih meningkat sehingga memiliki tingkat kepercayaan yang sama tingginya dengan obat non-herbal. Reaksi inflamasi diperlukan karena inflamasi merupakan respon biologik dari reaksi-reaksi kimia berurutan dan berfungsi melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak akibat trauma (Wilmana, 1995). Namun, reaksi inflamasi yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang merugikan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan obat anti-inflamasi untuk mengendalikan reaksi inflamasi agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan tersebut.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
Tripterygium wilfordii Hook. F. telah digunakan dalam pengobatan tradisional Cina selama lebih dari 2000 tahun untuk mengobati demam, kedinginan, udema dan radang di bawah kulit atau bisul (Anonim, 2007b). Lebih dari 300 senyawa yang berasal dari genus Tripterygium telah diidentifikasi dan beberapa diantaranya telah dievaluasi aktivitas biologinya. Keseluruhan aktivitas ekstrak berdasarkan interaksi antar komponen-komponennya (Brinker, Jun Ma, Lipsky dan Raskin, 2006). Suatu penelitian menyebutkan bahwa ekstrak etanol/etil asetat dari akar Tripterygium wilfordii Hook. F. mampu berikatan dengan reseptor glukokortikoid (Lipsky, Tao dan Cai, 1997). Pada penelitian tersebut ekstraksi akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dilakukan dalam dua tahap, yaitu ekstraksi dengan etanol dilanjutkan dengan etil asetat. Ekstrak etil asetat tersebut terbukti memiliki daya anti-inflamasi. Kandungan kimia dari Tripterygium wilfordii Hook. F. yang berperan sebagai anti-inflamasi tersebut adalah triptolide dan tripdiolide (Evans, 2002). Penelitian ini menggunakan akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang hanya diekstraksi dengan etanol tanpa ekstraksi lanjut dengan etil asetat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak etanol akar Tripterygium wilfordii Hook. F tersebut. Uji praklinik yang dilakukan oleh IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma bertujuan membuktikan khasiat tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F. yang secara turun temurun telah digunakan dalam pengobatan tradisional Cina sebagai anti-inflamasi. Diharapkan dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4
farmakologi) dari tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F sebagai anti-inflamasi agar dapat dikombinasikan dengan bahan lain dan nantinya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk ini. 1. Permasalahan Beberapa permasalahan yang muncul antara lain adalah sebagai berikut : a. Apakah ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki daya anti-inflamasi ? b. Berapa persentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.? c. Berapa persentase potensi relatif daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.? d. Berapa kisaran dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki daya anti-inflamasi? 2. Keaslian penelitian Penelitian tentang Tripterygium wilfordii Hook. F. yang sudah pernah dilakukan antara lain : Ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. Komponen serta Kegunaannya (Lipsky dkk., 1997). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa dari ekstrak etanol-etil asetat akar Tripterygium wilfordii Hook. F. mampu
menghambat
deksametason
dalam
berikatan
dengan
reseptor
glukokortikoid. Senyawa tersebut adalah triptolide dan tripdiolide. Penelitian dengan judul : Keuntungan Ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. bagi Pasien Rheumatoid Arthritis : a double-blind, placebo-controlled study (Tao, Younger, Fan, Wang dan Lipsky, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk menguji keamanan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5
dan kemanjuran dari ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. pada pasien rheumatoid arthritis. Ekstrak etanol-etil asetat akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memperlihatkan manfaat terapetik bagi pasien rheumatoid arthritis. Pada dosis terapetik (180 mg/hari dan 360 mg/hari) ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. dapat ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar pasien. Penelitian mengenai Karakterisasi Imunokimia dari Komponen Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki peran sebagai Anti-Inflamasi (Wong, Chan, Leung-Chan, Tam, Yang dan Fan, 2007). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menggambarkan gugus fungsi dari triptolide yang memiliki kemampuan dalam menghambat respon inflamasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gugus C-14 β-hydroxyl dan γ-butyrolactone dari molekul triptolide merupakan bagian terpenting yang berperan sebagai anti-inflamasi dan sitotoksisitas serta bertanggungjawab dalam aktivitas antiproliferative. Namun, penelitian daya anti-inflamasi ekstrak etanolik batang Tripterygium wilfordii Hook. F. pada mencit putih betina dengan metode radang telapak kaki oleh Langford, Holmes dan Emele (1972) yang telah dimodifikasi sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang khasiat tanaman obat terutama ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki khasiat sebagai anti-inflamasi dan dapat menjadi acuan bagi penelitian obat anti-inflamasi selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
6
b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang berguna bagi masyarakat tentang khasiat dari ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. sebagai anti-inflamasi.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti mengenai khasiat antiinflamasi dari ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. secara in vivo. 2. Tujuan khusus Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus antara lain untuk : a. Mengetahui apakah ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki daya anti-inflamasi atau tidak. b. Mengetahui besarnya persentase daya anti-inflamasi yang dimiliki ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam menghambat terjadinya inflamasi. c. Mengetahui besarnya persentase potensi relatif daya anti-inflamasi yang dimiliki ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam menghambat terjadinya inflamasi. d. Mengetahui kisaran dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki daya anti-inflamasi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tripterygium wilfordii Hook. F. 1. Klasifikasi umum Tripterygium wilfordii Hook. F. diklasifikasikan ke dalam familia Celastraceae, genus Tripterygium, dan spesies Tripterygium wilfordii Hook. F. (Anonim, 2007b). 2. Nama Sinonim
:
Lei Gong Teng (Cina), tripterygium (Inggris), Tripterygium wilfordii Hook. F. (nama botani), Radix Tripterygium wilfordii (nama farmasetikal), “thunder god vine” (Chen, 2004). 3. Morfologi tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F. merupakan tumbuhan alami yang tumbuh di beberapa wilayah Cina dan Burma. Tripterygium wilfordii Hook. F. merupakan jenis tanaman merambat yang berganti daun dengan panjang mencapai 12 meter. Rantingnya berwarna coklat, angular dan berbulu halus. Daunnya berwarna hijau, permukaannya licin, dan berwarna pucat keabu-abuan dengan bulu terang dibawahnya. Bunganya bersifat hermafrodit dan biasanya mekar pada bulan September. Buahnya berkeping tiga dan berwarna merah kecoklatan, panjangnya
7
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
8
sekitar 15 cm. Akarnya merupakan bagian dari tanaman yang berkhasiat obat dan biasanya dipanen pada musim gugur (Chen, 2004). 4. Kandungan kimia Tripterygium wilfordii Hook. F. mengandung alkaloid (wilfordine, wilforine, wilforidine, wilforgine, wilfortrine, wilforzine, wilformine, wilfornine, euonine, celacinnine, celafurine, celabenzine, neowilforine, regilidine) dan terpenoid (triptolide T13, tripdiolide, tripterolide, triptonide, triptolidenol T9, hypolide, triptonoterpenol, triptophenolide methylether, neotriptophenolide, isotriptophenolide,
isoneotriptophenolide,
triptonoterpene,
triptonoterpene
methylether, tripdioltonide, tripdiolide T8, triptriolide T11, triptolide T10, wilforlide AT1, triptotriterpenoidal lactone A, wilforlide B, triptotriterpenic acid AT3, triptotriterpenic acid BT2, triptoterpenic acid CT28, selaspermic acid, wilfornide, triptofordin A,B,C-1,C-2, D) (Chen, 2004). 5. Kegunaan Dalam pengobatan tradisional Cina, Tripterygium wilfordii Hook. F. digunakan untuk mengobati demam, kedinginan, udema dan bisul, rheumatoid arthritis, hepatitis kronik, nefritis kronik, dan beberapa penyakit kulit (Anonim, 2007b). Senyawa bioaktif dari ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. yang berperan dalam inflamasi dan penyakit imun adalah triptolide (Evans, 2002) dan beberapa kontribusi dari tripdiolide (Jun Ma, 2007).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9
O
O OH H O
H
O O
Gambar 1. Struktur triptolide (Evans, 2002) O
O OH HO O
H
O O
Gambar 2. Struktur tripdiolide (Evans, 2002)
Suatu penelitian (Lipsky dkk., 1997) menyebutkan bahwa hasil ekstrak etanol-etil asetat akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dapat berikatan dengan reseptor
glukokortikoid.
terbentuknya
Secara
siklooksigenase-2
bersamaan dan
proses
juga
menghambat
inflamasi
seperti
induksi produksi
prostaglandin E2. Komponen dari ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. yang berperan sebagai inhibitor efektif dalam mekanisme tersebut adalah triptolide dan tripdiolide. 6. Toksisitas Tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F bersifat toksik. Kulit terluar dari akar memiliki toksisitas yang lebih besar dibandingkan bagian tanaman yang lain. Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam bentuk segar bersifat lebih toksik daripada
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
10
bentuk kering yang telah disimpan selama beberapa tahun. Tanda-tanda toksik meliputi iritasi lokal saluran gastrointestinal, kerusakan sistem saraf pusat, pendarahan dan nekrosis dalam organ. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa LD50 dari Tripterygium wilfordii Hook. F. pada mencit ditemukan pada dosis 159,7±14,3 mg/kg (Lipsky dkk., 1997). Overdosis penggunaan Tripterygium wilfordii Hook. F. dapat menyebabkan pendarahan lambung, usus, hati dan paruparu. Gejala-gejala lainnya meliputi pusing, mulut kering, palpitasi, nekrosis membran mukosa dan menstruasi tidak teratur (Chen, 2004).
B. Ekstraksi Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas (Anonim, 1986). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anonim, 1979). Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
11
kandungan yang diinginkan (Anonim, 2000). Cairan penyari yang biasanya digunakan antara lain air, eter, atau campuran etanolik dan air. Penyarian simplisia dengan air dapat dilakukan dengan maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian campuran etanolik dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan perkolasi (Anonim, 1979 ). Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Anonim, 2000). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain (Anonim, 1986). Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 0C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Anonim, 2000). Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak (Anonim, 1986).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
12
C. Inflamasi 1. Definisi Inflamasi adalah suatu respon terhadap stimulus yang berbahaya (Burke, Smyth dan FitzGerald, 2006). Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup, ada suatu respon yang menyolok pada jaringan-jaringan hidup di sekitarnya. Respon terhadap cedera ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus, peradangan adalah suatu reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari darah yang bersirkulasi ke dalam jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis (Price dan Wilson, 1984). 2. Penyebab Peristiwa inflamasi dapat disebabkan oleh berbagai macam agen noksius (Burke dkk., 2006). Bermacam-macam stimulus eksogen dan endogen dapat menyebabkan luka pada sel. Pada jaringan vaskular, stimulus tersebut juga merangsang respon host (Kumar, Abbas dan Fausto, 2005). Agen-agen tersebut dapat berupa agen fisik (seperti panas atau dingin), kimiawi (seperti konsentrat asam atau basa atau bahan kimia lainnya), atau mikrobiologi (seperti bakteri atau virus) (Crowley, 2001). 3. Klasifikasi Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase yang berbeda, tiap-tiap fase diperantarai oleh mekanisme yang berbeda, yaitu fase akut, fase subakut, dan fase proliferasi kronik. Fase akut ditandai oleh vasodilatasi lokal yang bersifat sementara dan kenaikan permeabilitas kapiler (Burke dkk., 2006). Radang akut
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
13
disebabkan oleh rangsangan yang berlangsung sesaat/mendadak (akut) (Sander, 2003). Hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid serta pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis (Furst dan Munster, 2001). Sedangkan fase subakut ditandai oleh infiltrasi sel leukosit dan fagosit (Burke dkk., 2006). Radang kronis disebabkan oleh jejas atau injury yang berlangsung beberapa minggu, bulan, atau bersifat menetap dan merupakan kelanjutan dari radang akut (Sander, 2003). Pada fase proliferasi kronik terjadi degenerasi jaringan dan fibrosis (Burke dkk., 2006). Disebut juga radang proliferatif karena selalu diikuti dengan terjadinya proliferasi fibroblast (jaringan ikat) (Sander, 2003). Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut seperti interferon, platelet-derived growth factor (PDGF) serta interleukin-1,2,3 (Furst dan Munster, 2001). 4. Gejala Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah calor, rubor, tumor, dolor dan functio laesa (Wilmana, 1995). a. Calor Calor atau panas terjadi karena kenaikan aliran darah menuju daerah luka (Karch, 2003). Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah (pada suhu 37 0C) yang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
14
disalurkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena daripada yang disalurkan ke daerah yang normal (Price dan Wilson, 1984). b. Rubor Yaitu warna kemerahan pada daerah peradangan akibat vasodilatasi (Sander, 2003). Peningkatan panas dan kemerahan jaringan yang mengalami inflamasi disebabkan oleh dilatasi kapiler dan lambatnya aliran darah melalui pembuluh (Crowley, 2001). Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti, bertanggung jawab atas warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamin (Price dan Wilson, 1984). c. Tumor Yaitu benjolan akibat penimbunan cairan abnormal di jaringan interstitial atau rongga tubuh, yang dinamakan dengan oedema (Sander, 2003). Pembengkakan terjadi karena ekstravasasi plasma dari bagian yang membesar dan pembuluh yang lebih permeabel sehingga menyebabkan volume cairan pada jaringan inflamasi mengalami peningkatan (Crowley, 2001). Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan eksudat adalah cair. Kemudian, sel-sel darah putih atau leukosit
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
15
meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat (Price dan Wilson, 1984). d. Dolor Nyeri merupakan respon terhadap terjadinya iritasi pada ujung terakhir saraf sensorik (Crowley, 2001) yang disebabkan oleh mediator kimia dan penekanan oleh cairan ekstravaskular (Sander, 2003) yang berada di tempat yang mengalami proses inflamasi (Crowley, 2001). Prostaglandin (PG) hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi. Penelitian telah membuktikan bahwa PG menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia (Wilmana, 1995). Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit (Price dan Wilson, 1984). e. Functio laesa Yaitu berkurangnya fungsi dari organ yang mengalami peradangan, akibat terbentuknya metabolit-metabolit yang merugikan oleh sel-sel yang mengalami trauma dan peningkatan temperatur di daerah peradangan untuk reaksi biokimia sehingga fungsi organ menurun (Sander, 2003).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
16
5. Mekanisme Respon inflamasi berhubungan dengan proses pemulihan. Proses pemulihan dimulai selama fase awal inflamasi dan biasanya berakhir setelah pengaruh injury berhasil dinetralisasi. Selama pemulihan, jaringan yang luka diganti melalui regenerasi dari sel parenkim asli atau melalui pengisian bagian yang rusak dengan jaringan fibrosa atau kombinasi antara dua proses tersebut (Kumar dkk., 2005). Fenomena inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang (Wilmana, 1995). Dalam reaksi ini ikut berperan pembuluh darah, syaraf, cairan dan sel-sel tubuh di tempat jejas (injury) (Sander, 2003). Gambaran unik dari proses inflamasi adalah reaksi pembuluh darah, menimbulkan akumulasi cairan dan leukosit pada jaringan ekstravaskular (Kumar dkk., 2005). Luka pada sel menyebabkan aktivasi faktor Hageman. Faktor Hageman mengaktivasi kallikrein yang menyebabkan prekursor substansi kininogen diubah menjadi bradikinin dan kinin yang lain (Karch, 2003). Bradikinin menyebabkan vasodilatasi dan kenaikan permeabilitas vaskular (Rang, Dale, Ritter dan Moore, 2003) sehingga menyebabkan lebih banyak darah menuju tempat luka dan memperantarai sel darah putih untuk keluar menuju jaringan. Bradikinin menstimulasi ujung saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri, yang memberi peringatan kepada tubuh adanya luka. Bradikinin juga menyebabkan pelepasan asam arakhidonat dari membran sel. Asam arakhidonat menyebabkan pelepasan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
17
substansi lain yang disebut autocoid (prostaglandin, leukotrien, tromboksan) (Karch, 2003).
Jaringan yang luka
Plasma keluar menuju sel yang luka, dll
Pelepasan histamin
Aktivasi faktor Hageman Pre Kallikrein
Kallikrein aktif
Kininogen
Bradikinin
Pelepasan asam arakhidonat
Leukotrien (LT) (LTB4, LTC4, LTD4, LTE4)
Prostaglandin (PGI2)
Vasodilatasi
Eksudasi protein plasma Aliran darah ↑
Udema
Kemotaksis leukosit; Aktivasi neutrofil Fagositosis
Permeabilitas kapiler ↑
Dolor (Nyeri)
Tumor (Pembeng kakan)
Rubor (Keme rahan)
Calor (Panas)
Penghilangan debris dan pemulihan daerah luka
Gambar 3. Respon inflamasi yang berhubungan dengan tanda-tanda inflamasi (Karch, 2003)
Sementara sedang terjadi proses yang melibatkan faktor Hageman, ada respon lokal lain yang sedang terjadi. Luka pada membran sel menyebabkan pelepasan histamin. Histamin menyebabkan vasodilasi yang membawa lebih
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
18
banyak darah dan komponennya menuju daerah luka; mengubah permeabilitas kapiler sehingga memudahkan neutrofil dan zat-zat kimia darah untuk meninggalkan aliran darah dan masuk ke daerah luka sehingga menstimulasi persepsi nyeri. Aktivitas ini membawa neutrofil menuju daerah luka untuk memakan dan membuang agen-agen injury atau menghilangkan sel yang telah terinfeksi (Karch, 2003). Efek lokal reaksi inflamasi terdiri dari dilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas vaskular (Crowley, 2001). Pertama, didapatkan tekanan hidrostatik yang meningkat dalam pembuluh darah akibat meningkatnya aliran darah di daerah injury, sehingga cairan keluar menuju daerah yang bertekanan lebih rendah yaitu interstitial. Kedua menurunnya tekanan onkotik dalam pembuluh darah, sehingga cairan plasma tertarik keluar pembuluh darah ke jaringan interstitial. Permeabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga terjadi banyak kebocoran pembuluh darah, dan akhirnya plasma protein dengan berat molekul yang besar dapat menerobos dinding pembuluh darah ke jaringan interstitial (Sander, 2003). Karena viskositas darah naik dan alirannya lambat, maka leukosit-lukosit mengalami marginasi, yaitu mereka bergerak ke bagian arus perifer, sepanjang lapisan pembuluh. Dengan berkembangnya fenomena, leukosit yang mengalami marginasi mulai menempel pada endotel (Price dan Wilson, 1984) dan bermigrasi menuju daerah luka (Crowley, 2001). Migrasi leukosit ke jaringan radang merupakan aspek penting dalam proses inflamasi (Wilmana, 1995).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
19
Leukosit-leukosit tersebut ditarik menuju daerah infeksi oleh suatu proses yang disebut kemotaksis. Kemotaksis merupakan kemampuan untuk menarik neutrofil dan makrofag lain serta menstimulasinya pada daerah luka agar menjadi lebih agresif. Karena neutrofil menjadi aktif dan bahan kimia lain dilepaskan menuju daerah luka, mereka dapat melukai dan menghancurkan sel lokal (Karch, 2003). Pada akhirnya neutrofil memakan kuman atau sel-sel mati dan dicerna oleh enzim katalitik dari lisosom, disebut fagositosis (Sander, 2003). Sel fagosit menelan partikel dengan mekanisme yang menyerupai amuba dalam mencerna makanan. Partikel kemudian dikelilingi oleh perpanjangan sitoplasma yang disebut pseudopoda. Partikel tersebut kemudian dikelilingi oleh membran yang berasal dari membran plasma dan terdapat dalam organela yang analog dengan vakuola makanan pada amuba. Vakuola tersebut kemudian bergabung dengan lisosom (organela yang mengandung enzim pencernaan). Selama fagositosis, bakteri atau bahan asing terlingkupi di dalam vakuola dalam sitoplasma sel dan lisosom melarutkan bahan tersebut dengan mengeluarkan enzimnya ke dalam vakuola (Crowley, 2001). 6. Mediator-mediator Bradikinin dan kallidin peptida merupakan peptida vasoaktif yang dibentuk oleh aksi dari enzim pada substrat protein kininogen. Bradikinin dapat menyebabkan
vasodilatasi
dan
kenaikan
permeabilitas
vaskular.
Aksi
vasodilatornya sebagian dihasilkan oleh PGI2 dan pelepasan nitric oxide (NO). Pada suatu percobaan, disebutkan bahwa bradikinin mampu menghasilkan beberapa fenomena yang nampak pada reaksi inflamasi, seperti nyeri,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
20
vasodilatasi, kenaikan permeabilitas vaskular dan kejang otot lunak tetapi perannya dalam inflamasi dan alergi belum dapat diterangkan dengan jelas (Rang dkk., 2003). Histamin adalah amin yang terbentuk dari histidin oleh histidin dekarboksilase. Histamin ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh tetapi konsentrasi tinggi terdapat pada paru-paru dan kulit dan terutama pada saluran pencernaan. Pada tingkat seluler, histamin ditemukan pada sel mast dan basofil. Histamin dilepaskan dari sel mast melalui mekanisme eksositosis selama inflamasi atau reaksi alergi (Rang dkk., 2003). Histamin diduga memainkan sebagian peran pada respon inflamasi akut. Pada jejas jaringan, lepasnya histamin menyebabkan vasodilatasi lokal dan kebocoran plasma yang mengandung mediator inflamasi akut (komplemen, protein C reaktif), antibodi, dan sel-sel inflamasi (neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit) (Foegh dan Ramwell, 2001). Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida yang terdapat di situ menjadi asam arakhidonat (Tjay dan Rahardja, 2002). Asam arakhidonat adalah prekursor eicosanoid yang penting. Asam arakhidonat merupakan asam lemak 20-karbon (C20) yang mengandung 4 ikatan ganda dimulai pada posisi omega-6 membentuk 5,8,11,14-asam eicosatetraenoat (Foegh dan Ramwell, 2001). Asam arakhidonat bebas dimetabolisme melalui beberapa jalur, yaitu oleh siklooksigenase asam lemak yang terdapat dalam 2 bentuk, yaitu COX-1 dan COX-2 (Rang dkk., 2003).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
21
Siklooksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yakni COX-1 dan COX-2, dengan berat molekul dan daya enzimatis yang sama (Tjay dan Rahardja, 2002). Siklooksigenase-1 menghasilkan prostaglandin jenis PGI2 dan PGE2 serta tromboksan (TXA2) yang dibutuhkan dalam fungsi homeostasis. Di lambung, enzim ini bertugas mensintesis prostaglandin yang berfungsi memproteksi mukosa lambung dan regulasi darah. Enzim siklooksigenase-1 bersifat konstitutif (bersifat pokok, selalu ada) dan cenderung menjadi homeostasis dalam fungsinya (Foegh dan Ramwell, 2001). Enzim siklooksigenase-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan tapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang (Tjay dan Rahardja, 2002). PGE2, PGI2, PGD2, PGF2α, dan tromboksan A2 merupakan produk dari jalur sikooksigenase yang terpenting (Rang dkk., 2003). Prostaglandin yang dibentuk ada tiga kelompok yaitu prostaglandin (PG), prostasiklin (PGI2), dan tromboksan (TXA2, TXB2). Prostaglandin (PG) dapat dibentuk oleh semua jaringan. Yang terpenting adalah PGE2 dan PGF2 yang berdaya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh dan membran sinovial sehingga terjadi radang dan nyeri. Prostasiklin terutama dibentuk di dinding pembuluh dan berdaya vasodilatasi. Tromboksan khusus di bentuk dalam trombosit berdaya vasokonstriksi (antara lain di jantung) (Tjay dan Rahardja, 2002). Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim lipoksigenase menjadi zatzat leukotrien (LTB4, LTC4, LTD4 dan LTE4). Melalui rute lipoksigenase terbentuk LTA4 yang tidak stabil, yang oleh hidrolase diubah menjadi LTB4 atau LTC4. LTC4 ini bisa diubah lagi menjadi LTD4 dan LTE4. LTB4 khusus disintesa
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
22
di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja kemotaksis, yaitu menstimulasi migrasi leukosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya. Tertarik oleh leukotrien, leukosit dalam jumlah besar menginvasi daerah peradangan dan mengakibatkan banyak gejala radang pula (Tjay dan Rahardja, 2002). LTB4 dapat ditemukan dalam eksudat inflamasi dan ada dalam jaringan yang mengalami inflamasi, meliputi rheumatoid arthritis, psoriasis (penyakit kulit kronis) dan ulcerative colitis (Rang dkk., 2003).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23
Stimulus
Gangguan membran sel
Fosfolipid
-
Fosfolipase A2
Glukokortikoid (menginduksi lipokortin)
Liso-gliserilfosforilkolin
Arakhidonat Siklo oksigenase
Glukokor tikoid meng hambat induksi
NSAID
-
Siklik endoperoksida
5-lipok sigenase
Inhibitor TXA2 sintase
Inhibitor 5-lipoksigenase (mis.zileutin)
-
15lipoksigenase
Lipoksin A dan B
12-lipok sigenase
PGI2 (vasodilat or; hiperalge sik; menghent ikan agregasi platelet)
Antagonis TXA2 TXA2 (trombotik; vasokonstrik tor)
12-HETE (kemotaksin)
Antagonis PG
-
-
LTA4
LTB4 (kemotaksin)
PGF2α PGD2 (bronko (menghambat konstriktor; agregasi Konstraksi platelet; miometrial) vasodilator)
Anta gonis PAF
PGE2 (vasodilator; hiperalgesik)
5-HETE -
PAF (vasodilator; meningkatkan permeabilitas vaskular; bronkokonstrik tor; kemotaksin) Antagonis reseptor leukotrien mis.zafirukast, montelukast
LTC4 (bronko ↓ konstrik LTD4 tor; ↓ mening LTE4 katkan Permeabi litas vaskular
-
Gambar 4. Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam arakhidonat dan titik tangkap kerja obat anti-inflamasi (Rang dkk., 2003) Keterangan: = dihambat
¯
= enzim = obat anti-inflamasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
24
D. Obat Anti-inflamasi Obat anti-inflamasi berdasarkan mekanisme kerjanya secara umum dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu golongan steroid dan golongan non steroid. Obat anti-inflamasi golongan steroid memiliki daya anti-inflamasi kuat yang mekanismenya terutama menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya, sedangkan obat anti-inflamasi golongan non steroid (AINS) bekerja melalui mekanisme lain seperti inhibisi siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin (Anonim, 1991). AINS
ASAM ENOLAT
ASAM KARBOKSILAT
Asam Asetat
Derivat Asam Propionat
Derivat Asam Salisilat
Aspirin Benorilat Diflunisal Salsalat
As. Tiaprofenat Fenbufen Fenoprofen Flurbiprofen Ibuprofen Ketoprofen Naproksen
Derivat Asam Fenilasetat
Diklofenak Fenklofenak
Derivat Asam Fenamat
As. Mefenamat Meklofenamat
Derivat Pirazolon
Derivat Oksikam
Piroksikam Azapropazon Tenoksikam Fenilbutazon Oksifenbutazon
Derivat Asam Asetat Inden/Indol :
Indometasin Sulindac Tolmetin
Gambar 5. Klasifikasi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) (Wilmana, 1995)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25
1. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) OAINS memiliki aksi anti-inflamasi, analgesik, antipiretik, dan plateletinhibiting action (Eisenhauer, Lynn dan Roberta, 1998). Cara kerja OAINS sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin yaitu memblokir kedua jenis siklooksigenase. OAINS ideal hendaknya hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung) serta tidak menghambat lipoksigenase (pembentukan leukotrien) (Tjay dan Rahardja, 2002). Secara normal, prostaglandin sintetase mengkatalisis perubahan asam arakhidonat
membentuk
endoperoksida,
beberapa
diantaranya
adalah
prostaglandin. Penghambatan prostaglandin sintetase berarti menurunkan jumlah satu mediator proses inflamasi (prostaglandin) dan kemudian menurunkan tanda dan gejala inflamasi (misal nyeri) (Eisenhauer dkk., 1998). Pada inflamasi prostaglandin berperan dalam menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular (Neal, 2005). Aksi anti-inflamasi OAINS yaitu penurunan prostaglandin vasodilator (PGE2, prostasiklin) yang berarti mengurangi vasodilatasi dan secara tidak langsung mengurangi udema (Rang dkk., 2003). OAINS dengan cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, mencapai kadar puncak dalam waktu 1 sampai 3 jam. OAINS dimetabolisme di dalam hati dan diekskresikan dalam urin. OAINS dapat melintasi plasenta dan masuk dalam air susu. Sehingga tidak direkomendasikan selama kehamilan dan menyusui karena berpotensial menimbulkan efek samping pada janin (Karch, 2003).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
26
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung ialah iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan dan iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis PGE2 dan PGI2. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektif (Wilmana, 1995). 2. Golongan steroid Kortikosteroid
dibedakan
menjadi
dua
golongan
besar
yaitu
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hati dan efek anti-inflamasinya. Mineralkortikoid efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit. Umumnya golongan mineralkortikoid tidak mempunyai khasiat anti-inflamasi yang berarti, kecuali 9áfluorokortisol (Wilmana, 1995). Glukokortikoid dapat menghambat proses inflamasi. Gukokortikoid menginduksi lipokortin yang nantinya menghambat aktivitas fosfolipase A2 sehingga menghambat pelepasan asam arakhidonat. Akibatnya pembentukan mediator-mediator inflamasi, seperti prostaglandin, leukotrien dan interleukin juga dihambat (Frame, Hart dan Leakey, 1998). Kortikosteroid
menekan
semua
fase
respon
inflamasi,
termasuk
pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, dan selanjutnya perubahan proliferasi yang tampak pada inflamasi kronis. Kortikosteroid juga menekan gen yang mengkode
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
27
reseptor fosfolipase A2, siklooksigenase 2 (COX-2), dan interleukin-2 (IL-2) (Neal, 2005). Kortikosteroid berdaya menghambat fosfolipase, sehingga pembentukan baik dari prostaglandin maupun leukotrien dihalangi. Oleh karena itu efeknya terhadap gejala rema lebih baik daripada OAINS. Kekurangannya ialah efek sampingnya yang lebih berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama (Tjay dan Rahardja, 2002).
E. Natrium diklofenak O
NaOCCH2
Cl
NH
Cl
Gambar 6. Struktur Natrium diklofenak (Hanson, 2000)
Natrium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenilasetat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat (Furst dan Munster, 2001). Natrium diklofenak diindikasikan untuk mengobati nyeri akut dan kronik yang berkaitan dengan kondisi inflamasi pada orang dewasa (Karch, 2003). Natrium diklofenak mengurangi inflamasi, nyeri dan demam melalui penghambatan aktivitas siklooksigenase dan sintesis prostaglandin (Tatro, 2003). Dosis yang digunakan yaitu 150-200 mg/hari secara per oral atau 25-50 mg 2 kali sampai 4 kali sehari secara per oral (Karch, 2003).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
28
Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal sebesar 40-50 %. Walaupun waktu paruh singkat yaitu 1-3 jam, Natrium diklofenak diakumulasi di cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi di sendi lebih lama dari waktu paruh obat tersebut (Wilmana, 1995). Ekskresi melalui kemih berlangsung untuk 60% sebagai metabolit dan untuk 20% melalui empedu dan tinja (Tjay dan Rahardja, 2002). Efek-efek yang tidak diinginkan bisa terjadi pada kira-kira 20% dari pasien dan meliputi distres gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal yang terselubung dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa OAINS lainnya. Sebuah kombinasi antara Natrium diklofenak dan mesoprostol mengurangi ulkus pada gastrointestinal bagian atas tetapi bisa mengakibatkan diare (Furst dan Munster, 2001).
F. Metode Uji Daya Anti-inflamasi Metode in vivo yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas antiinflamasi, antara lain : 1. Uji erythema ultraviolet Hewan percobaan jenis Albino dari kedua jenis kelamin dengan berat badan berkisar 350 gram digunakan dalam metode ini. Hewan percobaan diberi suspensi barium sulfida untuk menghilangkan bulu. Pada hari berikutnya, senyawa uji dilarutkan (atau disuspensikan) dalam pembawa dan setengah dari dosisnya diberikan secara gavage (pada 10 ml/kg) 30 menit sebelum penyinaran ultraviolet. Hewan kontrol hanya diberi larutan pembawa saja. Empat hewan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29
dipakai untuk tiap-tiap kelompok perlakuan dan kontrol. Hewan percobaan diletakkan dalam manset berbulu dengan lubang berukuran 1,5 x 2,5 cm sebagai jalan masuknya radiasi ultraviolet. Hanau ultraviolet burner Q 600 dipanaskan selama 30 menit sebelum digunakan dan diletakkan pada jarak konstan (20 cm) diatas hewan percobaan. Setelah dilakukan penyinaran ultraviolet selama 2 menit, setengah dosis senyawa uji yang tersisa diberikan kepada hewan percobaan. Erythema diamati 2 dan 4 jam setelah penyinaran ultraviolet. Hasil pengamatan dapat ditunjukkan dengan penilaian : 0 tidak ada erythema, 1 erythema ringan, 2 erythema berat, 4 erythema sangat berat. Hewan dengan nilai 0 atau 1 menandakan hewan tersebut terlindungi (Vogel, 2002). 2. Udema pada kaki Merupakan metode yang umum dilakukan yaitu berdasarkan pada kemampuan setiap zat untuk menghambat udema pada kaki belakang dari hewan uji setelah injeksi iritan. Beberapa zat pengiritasi (iritan) dapat digunakan, seperti brewer’s yeast, formaldehid, dextran, albumin telur, kaolin, Aerosil®, sulfated polysaccharides seperti karagenin atau naphthoylheparamine. Efek antiinflamasi dapat diukur melalui beberapa cara. Tungkai kaki belakang dipotong pada sendi talocrural lalu ditimbang. Umumnya, bobot kaki ditimbang sebelum dan setelah pemberian zat pengiritasi dan bobot kaki hewan yang diberi perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Hasil penilaian kurang dipengaruhi oleh apparatus tetapi lebih tergantung pada iritan yang digunakan. Beberapa iritan hanya menginduksi inflamasi dalam waktu singkat sedangkan iritan yang lain menyebabkan udema pada kaki lebih dari 24 jam (Vogel, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
30
Penelitian daya anti-inflamasi kali ini menggunakan metode radang telapak kaki oleh Langford dkk. (1972) yang telah dimodifikasi. Dasar metode ini adalah dengan membuat udema pada telapak kaki belakang mencit menggunakan karagenin 1%, kemudian kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Persentase daya anti-inflamasi dapat dihitung dari perubahan berat kaki hewan uji. 3. Uji radang selaput dada Radang selaput dada pada hewan hewan dapat diinduksi dengan beberapa iritan, seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, sel mast, dextran, enzim, antigen, mikroba, dan iritan non spesifik seperti turpentin dan karagenin. Tikus jantan bergalur Sprague-dawley dengan berat 220 – 260 gram dipakai sebagai hewan uji. Larutan karagenin 2 % sebanyak 0,1 ml diinjeksikan ke dalam rongga pleural. Satu jam sebelum injeksi karagenin dan 24 jam dan 48 jam sesudahnya, kelompok yang terdiri dari 10 tikus diberi perlakuan menggunakan standar atau senyawa uji secara subkutan atau oral. Kelompok kontrol hanya diberi pelarut senyawa uji. Hewan uji dikorbankan 72 jam setelah injeksi karagenin menggunakan eter secara inhalasi (Vogel, 2002). 4. Tes kantung granuloma Tikus betina atau jantan galur Sprague-Dawley dengan berat antara 150 dan 200 gram digunakan sebagai hewan uji. Punggung hewan uji dicukur dan diinjeksi secara subkutan dengan 20 ml udara, kemudian diinjeksi 0,5 ml campuran minyak kroton dengan minyak wijen sebagai senyawa iritan yang merangsang pembentukan udema. Empat puluh delapan jam kemudian setelah terbentuk kantong, udara dihampakan. Hari keempat kantong dibuka cairan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
31
eksudat disedot dan volume diukur. Metode ini sangat berguna untuk memperkirakan daya anti-inflamasi kortikosteroid baik setelah pemberian lokal maupun sistemik (Vogel, 2002). Substansi fisiologis yang disebut autacoid berpengaruh pada proses inflamasi dan perbaikan. Substansi tersebut meliputi histamin, serotonin, bradikinin, substansi P, dan kelompok eicosanoid (prostaglandin, tromboksan dan leukotrien), PAF (platelet-activating factor) baik
sitokin maupun limfokin.
Beberapa metode in vitro untuk menguji aktivitas anti-inflamasi, antara lain ikatan reseptor bradikinin-H3, ikatan reseptor substansi P-H3, ikatan reseptor neurokinin, uji kemotakis leukosit polimorfonuklear, penghambatan dan induksi seluler metabolisme asam arakhidonat, pembentukan leukotrien B4 pada sel darah putih manusia (Vogel, 2002).
G. Landasan Teori Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap jaringan yang luka akibat rangsangan kimiawi, fisik atau mekanik. Bila membran sel mengalami kerusakan, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang ada menjadi asam arakhidonat. Kemudian asam arakhidonat dimetabolisme melalui 2 jalur yaitu siklooksigenase (atau prostaglandin sintetase) menghasilkan mediatormediator (tromboksan, prostasiklin, dan prostaglandin) dan lipoksigenase yang menghasilkan zat-zat leukotrien. Baik prostaglandin maupun leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar proses inflamasi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
32
Tripterygium wilfordii Hook. F. mengandung triptolide dan tripdiolide. Triptolide dan tripdiolide tersebut dapat berikatan dengan reseptor glukokortikoid sehingga dapat menginduksi lipokortin. Lipokortin kemudian menghambat aktivitas fosfolipase A2. Akibatnya menghambat pembentukan asam arakhidonat dari fosfolipid. Selain itu triptolide dan tripdiolide juga menghambat induksi terbentuknya siklooksigenase-2 sehingga tidak terbentuk prostaglandin dari asam arakhidonat akibatnya mampu menekan gejala inflamasi, seperti pembengkakan dini, kemerahan, dan nyeri.
H. Hipotesis Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F memiliki efek antiinflamasi terhadap mencit betina.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian daya anti-inflamasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. pada mencit putih betina merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah. Eksperimental murni artinya ada pemberian perlakuan pada subyek uji dan terdapat kelompok kontrol serta membandingkan hasil perlakuan dengan kelompok kontrol. Acak artinya setiap hewan uji mendapat kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok. Lengkap artinya seluruh subyek uji pada satu kelompok perlakuan secara lengkap menerima satu macam perlakuan. Satu arah artinya variabel bebas yang digunakan hanya satu.
B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel utama 1). Variabel bebas Dosis sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tiap kg berat badan mencit betina yang diberikan pada mencit putih betina yang mengalami radang buatan dengan karagenin pada waktu pengukuran tertentu.
33
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34
2). Variabel tergantung Penurunan bobot udema pada kaki mencit yang mengalami radang buatan dengan karagenin akibat pemberian sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. b. Variabel pengacau 1). Variabel pengacau terkendali a) Umur mencit
: 2 – 3 bulan
b) Jenis kelamin mencit
: betina
c) Berat badan mencit
: 20 – 30 gram
d) Galur mencit
: Swiss
e) Keadaan hewan uji
: sehat secara fisik
2). Variabel pengacau tak terkendali Keadaan patologis hewan uji dan umur tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F. 2. Definisi operasional a. Dosis sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. Dosis diperoleh dengan menimbang sekian miligram serbuk ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. per kilogram berat badan dilarutkan dengan CMC-Na 1 % kemudian diberikan secara peroral tiap kilogram berat badan mencit. b. Uji daya anti-inflamasi Uji ini dilakukan dengan menggunakan mencit galur Swiss sebagai hewan uji yang diradangkan telapak kaki kirinya, dan diukur bobot kakinya dengan cara
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
35
memotong kedua kaki belakang mencit, kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif karagenin 1% sub plantar. c. Persentase daya anti-inflamasi Persentase daya anti-inflamasi dihitung dari selisih perubahan bobot kaki kontrol negatif karagenin 1% dengan perubahan bobot kaki yang terinflamasi yang diobati dengan sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. kemudian dibagi dengan perubahan bobot kaki kontrol negatif karagenin 1% kemudian dikalikan seratus persen. d. Daya anti-inflamasi Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. pada 6 peringkat dosis dapat dikatakan memiliki daya anti-inflamasi apabila mampu menurunkan bobot udema kaki mencit dengan persentase penurunan bobot udema lebih dari atau sama dengan 50%.
C. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Hewan uji adalah mencit betina galur Swiss, dengan usia 2 – 3 bulan, dengan berat badan 20 – 30 gram yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi & Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bahan uji yang digunakan adalah sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang diperoleh dari IOT. Sari Sehat - PT. Capung Indah Abadi.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
36
3. Karagenin sebagai zat peradang (inflamatogen) yang diproduksi oleh PT. Bratacco. 4. Natrium diklofenak (tablet generik produksi PT. Phapros) sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek Master, Sleman. 5. NaCl fisiologis 0,9 % (Otsuka) sebagai pensuspensi karagenin yang diperoleh dari Apotek Kimia Farma, Sleman. 6. Carboxymethylcellulose-natrium (Bratacco) sebagai pensuspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 7. Aquadest yang diperoleh dari Alfa Kimia sebagai pelarut Natrium diklofenak.
D. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Alat – alat gelas seperti beaker glass, labu takar, gelas ukur, pengaduk bermerk Pyrex Iwaki Glass, Japan 2. Spuit injeksi oral (0,1 – 1,0 ml) yang ujungnya diberi bulatan kecil dengan lubang ditengahnya agar tidak melukai hewan uji 3. Spuit injeksi subplantar (0,1 – 1,0 ml) 4. Neraca analitik Mettler Toledo AB 204 5. Gunting bedah
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
37
E. Tata Cara Penelitian 1. Penyiapan hewan uji Hewan uji yang dibutuhkan adalah 95 ekor mencit betina galur Swiss, umur 2 – 3 bulan, berat badan 20 – 30 g. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok untuk uji pendahuluan sebanyak 45 ekor dan kelompok perlakuan sebanyak 50 ekor. Sebelum digunakan, hewan uji dipuasakan selama 18 – 24 jam tanpa menghentikan pemberian minum. Kelompok perlakuan terdiri dari 10 kelompok yang masing – masing terdiri dari 5 ekor, untuk perlakuan kontrol negatif karagenin 1 %, kontrol negatif CMC-Na sebagai pensuspensi sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F., kontrol negatif aquadest sebagai pelarut Natrium diklofenak, kontrol positif Natrium diklofenak, dan kelompok perlakuan sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam 6 peringkat dosis. 2. Pembuatan bahan uji a. Pembuatan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. digiling kasar, kemudian dimaserasi dengan 6,4 liter etanol 30% selama ½ jam, diinfusa selama ± 1 jam , kemudian disaring. Hasil ekstrak dipekatkan, selanjutnya ditambahkan corn starch 200 gram sebagai bahan pengisi (filler), dicampur merata kemudian dioven pada 75-80 oC. Hasil ekstrak berupa powder 252,10 gram. b. Pembuatan suspensi karagenin 1 % Timbang 100 mg karagenin, larutkan dengan larutan NaCl fisiologis 0,9 % dalam labu takar 10 ml sehingga diperoleh konsentrasi suspensi karagenin 1%
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
38
sebagai zat inflamatogen pada kaki mencit. Apabila akan digunakan kembali sebaiknya diletakkan dalam almari es. c. Pembuatan larutan Natrium diklofenak Natrium diklofenak yang digunakan dalam penelitian ini berupa tablet generik 25 mg. Dosis Natrium diklofenak yang digunakan untuk penelitian sebesar 4,48 mg/kg BB (Maryanto, 1997; Noni, Djunarko dan Donatus, 2003; Rosiana, 2007). 1). Uji keseragaman bobot Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B. Bobot rata-rata
Penyimpangan Bobot rata-rata dalam % A
B
25 mg atau kurang
15 %
30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10%
20%
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5 %
15%
lebih dari 300 mg
5%
10% (Anonim,1979)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
39
2). Penimbangan dan pembuatan larutan Natrium diklofenak Apabila bobot tablet telah memenuhi uji keseragaman kemudian diambil sejumlah tablet lalu digerus dan ditimbang. Konsentrasi Natrium diklofenak yang diinginkan : D x BB V 4,48 mg/kg x 30 g C= 0,5 ml C = 0,27 mg/ml C = 2,7 mg/10 ml = 0,0027 g/10 ml C=
Banyaknya serbuk yang akan ditimbang untuk mendapatkan zat aktif Natrium diklofenak dengan konsentrasi 0,0027 g/10 ml didapat dengan perhitungan : A x total berat tablet yang digerus B Keterangan : A : jumlah Natrium diklofenak yang diinginkan B : jumlah Natrium diklofenak pada kemasan x jumlah tablet yang digerus
Misalnya, berat total 4 tablet yang digerus = 0,7456 gram Maka perhitungannya : 0,0027 g x 0,7456 g 0,1 g = 0,02 gram
Sehingga banyaknya serbuk hasil pengerusan tablet Natrium diklofenak yang ditimbang sebanyak 0,02 gram. Ditimbang
seksama
sejumlah
serbuk
tablet
Natrium
diklofenak
(berdasarkan hasil perhitungan) dan dilarutkan dalam aquadest sampai diperoleh konsentrasi tertentu menggunakan labu ukur 10 ml.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40
d. Pembuatan CMC-Na 1 % Timbang 1 g CMC-Na, disuspensikan sampai 100 ml dengan aquadest hangat, kemudian aduk sampai diperoleh larutan yang homogen 3. Perhitungan dan penetapan dosis a. Karagenin Menurut Williamson (1996), konsentrasi karagenin yang digunakan pada mencit adalah 1% dengan volume 0,05 ml. 0,05 ml karagenin 1% adalah volume pemberian untuk mencit dengan berat 20 g sehingga dosis bisa dicari dengan rumus:
V ml
=
0,05 ml =
D mg / kg BB x BB kg C mg / ml D mg / kg BB x 0,02 kg 10 mg / ml
D = 25 mg/kg BB b. Natrium diklofenak Dosis Natrium diklofenak yang digunakan pada penelitian anti-inflamasi yaitu 4,48 mg/kg BB. Dosis ini berdasarkan hasil penelitian Maryanto (1997) dengan cara perhitungan : dosis untuk tikus 250 g = 40 mg/kg BB dosis untuk tikus 200 g =
200 x 40 = 32 mg/kg BB 250
konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14 x 32mg/kg BB = 4,48 mg/kg BB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
41
c. CMC- Na 1% Sebagai kontrol negatif CMC 1% diberikan secara per oral, dan volume pemberian maksimal pada mencit adalah 1ml, diketahui berat mencit maksimal dalam penelitian ini adalah 30 g sehingga bisa dihitung dengan rumus: V ml =
D mg / kg BB x BB kg C mg / ml
1 ml =
D mg / kg BB x 0,03 kg 10 mg / ml
D = 333,3 mg/kg BB d. Penetapan dosis sediaan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. Berdasarkan literatur didapat dosis ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. untuk rheumatoid arthritis sebesar 30 mg/hari (Briggs, Cheiman dan Clark, 2004; Swain, 2005) dan 180-360 mg/hari (Anonim, 2008b) pada manusia berat badan 70 kg. Sedangkan dosis dari IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi sebesar 1500 mg/hari pada manusia berat badan 50 kg. Cara pemberian ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. ini dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam penelitian digunakan 6 peringkat dosis, yaitu : 1/81, 1/27, 1/9, 1 / 3 kali, 1 kali dan 3 kali dosis 1500 mg.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
42
Berikut ini ialah rincian konversi dosis manusia 70 kg ke mencit 20 gram dengan faktor konversi 0,0026 : a.
1
/ 81 kali dosis
= 1 / 81 x 1500 mg =18,52 mg /50 kg = 25,93 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 25,93 mg/70 kg BB x 0,0026 = 0,067418 mg/20 gram BB = 3,37 mg/kg BB b.
1
/ 27 kali dosis
= 1 / 27 x 1500 mg = 55,56 mg /50 kg = 77,78 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 77,78 mg/70 kg BB x 0,0026 = 0,2022 mg/20 gram BB = 10,11 mg/kg BB c.
1
/ 9 kali dosis
= 1 / 9 x 1500 mg = 166,67 mg /50 kg = 233,34 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 233,34 mg/70 kg BB x 0,0026 = 0,6067 mg/20 gram BB = 30,35 mg/kg BB d.
1
/ 3 kali dosis
= 1 / 3 x 1500 mg = 500 mg /50 kg = 700 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 700 mg/70 kg BB x 0,0026 = 1,82 mg/20 gram BB = 91 mg/kg BB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
e. 1 kali dosis
= 1 x 1500 mg = 1500 mg /50 kg = 2100 mg/70kg
Konversi ke mencit 20 gram = 2100 mg/70 kg BB x 0,0026 = 5,46 mg/20 gram BB = 273 mg/kg BB f. 3 kali dosis
= 3 x 1500 mg = 4500 mg /50 kg = 6300 mg/70 kg
Konversi ke mencit 20 gram = 6300 mg/70 kg BB x 0,0026 = 16,38 mg/20 gram BB = 819 mg/kg BB
43
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
44
4. Uji pendahuluan Empat puluh lima ekor mencit dibagi menjadi dua kelompok; kelompok A dan kelompok B
Kelompok A terdiri dari 20 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit
Kelompok B terdiri dari 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit Diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya
disuntik tanpa karagenin 1%
Kel. V Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. VI
Kel. VII
Kel. VIII
Kel. IX
Kel. IV
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya
disuntik tanpa karagenin 1% Beberapa jam sesudahnya (berdasarkan hasil uji pendahuluan kelompok A)
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
Keterangan : Kelompok A : Kelompok uji pendahuluan waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% Kelompok B : Kelompok uji pendahuluan waktu pemberian Natrium diklofenak dosis efektif (4,48 mg/kg BB) Kel. I : Kelompok pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. II : Kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. III : Kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. IV : Kelompok pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% Kel. V : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 15 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. VI : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. VII : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. VIII : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 60 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kel. IX : Kelompok pemberian Natrium diklofenak 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
45
5. Perlakuan hewan uji
Lima puluh ekor mencit dibagi menjadi 10 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Kel. VI
Kel. VII
Kel. VIII
Kel. IX
Kel. X
Diberi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. secara per oral 90 menit sesudahnya
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik tanpa karagenin 1% 3 jam sesudahnya Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V
: : : : :
Kelompok VI
:
Kelompok VII
:
Kelompok VIII
:
Kelompok IX
:
Kelompok X
:
Kelompok kontrol negatif karagenin 1% Kelompok kontrol negatif aquadest Kelompok kontrol negatif CMC-Na Kelompok kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
46
6. Perhitungan persentase daya anti – inflamasi
Dari hasil penimbangan berat kedua kaki belakang hewan uji untuk masing-masing peringkat dosis bisa dicari prosentase anti – inflamasi. Adapun rumus menururt Langford dkk. (1972) adalah sebagai berikut: Persentase daya anti – inflamasi =
U −D x 100 % D
Karena prosentase respon anti-inflamasi dihitung dari pengurangan bobot udema, maka rumus di atas diubah menjadi : Persentase daya anti – inflamasi =
U −D x 100 % U
Keterangan : U = bobot kaki pelarut/pensuspensi yang terinduksi karagenin – bobot kaki normal D = bobot kaki perlakuan – bobot kaki normal 7. Perhitungan potensi relatif daya anti – inflamasi
Persentase potensi relatif daya anti – inflamasi =
Rtw x 100 % Rnd
Keterangan : Rtw = % daya anti-inflamasi kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. Rnd = % daya anti-inflamasi kelompok Natrium diklofenak F. Analisis Hasil
Data yang telah diperoleh dianalisis secara non parametrik dengan Kolmogorov – Smirnov satu sample untuk mengetahui pola distribusi data. Setelah data terdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi. Apabila data yang diperoleh memiliki variansi yang homogen, maka dilanjutkan dengan uji analysis of variance (ANOVA) one way taraf kepercayaan 95% untuk
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
47
mengetahui adanya perbedaan pada kelompok perlakuan. Setelah itu, untuk menguji perbedaan hasil tersebut bermakna atau tidak bermakna secara statistik, maka dilanjutkan dengan uji Scheffe. Apabila hasil yang diperoleh memiliki nilai signifikansi (p) < 0,05 maka perbedaan tersebut bermakna secara statistik. Jika signifikansi (p) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik. Apabila variansi data tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis dan untuk menguji perbedaan hasil tersebut berbeda bermakna atau tidak bermakna secara statistik, maka dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik jika nilai signifikansi (p) < 0,05 dan tidak bermakna jika nilai signifikansi (p) > 0,05.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Pendahuluan
Pada uji pendahuluan ini dilakukan 2 jenis uji, yaitu uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki dan uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak. Tujuan dilakukan uji pendahuluan adalah untuk memaksimalkan metode uji yang digunakan sehingga didapat hasil yang lebih valid dan akurat. 1. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki
Uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki dilakukan dengan cara menyuntikkan karagenin 1% dalam waktu 1, 2, 3, 4 jam sebelum pemotongan kaki. Tujuan uji ini adalah untuk mendapatkan waktu yang paling optimal terjadinya udem pada telapak kaki mencit. Hasil uji penetapan selang waktu pemotongan kaki dapat dilihat pada tabel I dan gambar 7. Hasil uji pendahuluan ini akan digunakan untuk uji-uji selanjutnya. Tabel I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Selang Waktu Pemotongan Kaki (jam)
Rata-rata bobot udema kaki (g) ± SE (n = 5)
1
0,0302 ± 0,0033
2
0,0417 ± 0,0045
3
0,0620 ± 0,0055
4
0,0618 ± 0,0044
48
Rata-rata bobot udema kaki mencit
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
49
0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 1
2
3
4
Waktu (jam)
Gambar 7. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu, bobot udem semakin meningkat. Bobot udem kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya. Dari hasil analisis didapat bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p > 0,05 sehingga dapat dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Tabel II. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1,088
3
16
0,382
Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi bobot udema kaki
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
50
mencit pada tabel II memiliki nilai p 0,382 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan variansi antar kelompok data yang dibandingkan atau variansi datanya sama sehingga pada uji Anova berikutnya akan didapat hasil yang valid. Tabel III. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
keterangan bobot udema antar kelompok perlakuan
df 3
F 12,287
Probabilitas (p) 0,000
Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa bobot udem antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa paling tidak terdapat perbedaan bobot udem secara bermakna pada dua kelompok. Untuk melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka perlu dilanjutkan analisis Post Hoc menggunakan uji Scheffe. Tabel IV. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki
Jam ke1
X ± SE
0,0302 ± 0,0033
-
tb
bb
bb
2
0,0417 ± 0,0045
tb
-
bb
bb
3
0,0620 ± 0,0055
bb
bb
-
tb
4
0,0618 ± 0,0044
bb
bb
tb
-
Keterangan :
X
SE bb tb
Perbandingan Bobot Udema Kaki Mencit Antar Waktu Jam Jam Jam Jam ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
: Rata-rata bobot udem : Standar error : berbeda bermakna : berbeda tidak bermakna
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
51
Dari hasil uji Scheffe didapat bahwa kelompok pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1% namun berbeda bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 dan 4 jam setelah injeksi karagenin 1%. Kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% namun berbeda bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 dan 4 jam setelah injeksi karagenin 1%. Rata-rata bobot udema kaki mencit semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu. Rata-rata bobot udema yang paling besar terjadi pada kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1%. Pada kelompok pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% ini memiliki rata-rata bobot udema kaki yang lebih kecil dibanding kelompok pemotongan kaki 3 jam. Hal ini menandakan bahwa semakin lama waktu pemotongan, bobot udem akan semakin menurun atau dengan kata lain kemampuan karagenin dalam menimbulkan udem akan berkurang. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok pemotongan kaki 4 jam berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1%. Apabila dilihat dari rata-rata bobot udem yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% memiliki nilai yang terbesar. Artinya bahwa kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% telah menghasilkan udem yang optimal, sehingga dipilih selang waktu pemotongan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
52
kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% sebagai waktu yang optimal terbentuknya udema. Penelitian ini menggunakan metode radang telapak kaki oleh Langford dkk. (1972) yang telah dimodifikasi. Terjadinya udema diinduksi oleh karagenin. Menurut Rainsford (cit., Supriatna, 2002), mekanisme karagenin dalam menimbulkan udema dibagi menjadi dua fase. Fase pertama terjadi dalam waktu 1 jam pertama setelah injeksi karagenin melalui mekanisme udema yang ditandai dengan dilepaskannya histamin dan serotonin (5-hidroksitritamin) dari sel mast dan diikuti dengan terbentuknya kinin dalam aliran darah. Mediator-mediator tersebut menyebabkan gangguan pembuluh darah sehingga jaringan mengalami inflamasi. Pelepasan amin dan kinin masih terus berlanjut hingga fase kedua dan diikuti oleh terjadinya ekstravasasi protein plasma dan penetrasi sel-sel inflamasi dalam jaringan terinflamasi dan fase kedua (dalam waktu 3-5 jam setelah injeksi karagenin) terjadi pelepasan enzim lisosomal. Enzim ini mengawali terjadinya gangguan jaringan dan diikuti produksi radikal bebas yang dapat merusak jaringan. Produksi radikal bebas ini menyebabkan pembentukan lipid peroksida reaktif yang akan menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid sehingga akan terbentuk asam arakhidonat yang kemudian akan memproduksi prostaglandin. 2. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji penetapan dosis efektif Natrium diklofenak. Dosis efektif Natrium diklofenak yang digunakan pada penelitian ini sebesar 4,48 mg/kg BB. Dosis ini dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
53
(Maryanto, 1997; Noni dkk., 2003; Rosiana, 2007). Pada penelitian terdahulu, dosis Natrium diklofenak paling efektif adalah sebesar 4,48 mg/kg BB. Uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak bertujuan untuk mengetahui waktu saat Natrium diklofenak mampu memberikan penurunan udema kaki mencit yang berarti. Uji ini dilakukan dengan cara pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB pada selang waktu tertentu (15, 30, 45, 60, dan 90) menit sebelum injeksi karagenin 1%. Rata-rata bobot udema kaki mencit pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel V dan grafik pada gambar 8. Dari tabel V dan gambar 8 menunjukkan bahwa pada pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% terjadi peningkatan rata-rata bobot udema dibandingkan dengan selang waktu 15 dan 30 menit. Pada selang waktu pemberian Natrium diklofenak 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%, rata-rata bobot udema kaki mencit lebih kecil dibanding kelompok selang waktu pemberian Natrium diklofenak 30 dan 45 menit sebelum karagenin 1%. Natrium diklofenak cepat diabsorpsi sesudah pemberian secara per oral. Natrium diklofenak yang disuntikkan pada mencit berupa larutan sehingga dalam waktu 15 menit, zat aktif Natrium diklofenak sudah terabsorbsi dan mulai beredar dalam sirkulasi sehingga memberikan efek berupa penurunan udem. Pada selang waktu pemberian 30 dan 45 menit mulai terjadi peningkatan rata-rata bobot udem. Pada selang waktu 60 menit dan 90 menit, terjadi penurunan rata-rata bobot udema kaki mencit.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
54
Tabel V. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
Rata-rata bobot udema kaki mencit (g)
sebelum injeksi karagenin 1% (menit)
± SE (n = 5)
15
0,0289 ± 0,0045
30
0,0291 ± 0,0028
45
0,0334 ± 0,0041
60
0,0241 ± 0,0018
90
0,0152 ± 0,0029
Rata-rata bobot udema kaki mencit (g)
Waktu pemberian
0,04 0,035 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01 0,005 0 15
30
45
60
90
waktu (menit)
Gambar 8. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
Bobot udem kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji KolmogorovSmirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya. Dari hasil analisis didapat bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p > 0,05 sehingga dapat dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
55
Tabel VI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1,372
4
20
0,279
Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi bobot udem kaki mencit pada tabel VI memiliki nilai p 0,279 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan variansi antar kelompok data yang dibandingkan atau variansi datanya sama sehingga pada uji Anova berikutnya akan didapat hasil yang valid. Tabel VII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu
keterangan
df
F
Probabilitas (p)
Bobot udema antar kelompok perlakuan
4
4,240
0,012
Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa bobot udem antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa terdapat perbedaan bobot udem secara bermakna pada kelompok tersebut. Untuk melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka perlu dilanjutkan analisis Post hoc menggunakan uji Scheffe.
56
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel VIII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu
Perbandingan bobot udema kaki Kelompok
mencit antar kelompok
X ± SE I
II
III
IV
V
I
0,0289 ±0,0045
-
tb
tb
tb
tb
II
0,0291 ±0,0028
tb
-
tb
tb
tb
III
0,0334 ±0,0041
tb
tb
-
tb
bb
IV
0,0241 ±0,0018
tb
tb
tb
-
tb
V
0,0152 ±0,0029
tb
tb
bb
tb
-
Keterangan : I = pemberian Natrium diklofenak subplantar II = pemberian Natrium diklofenak subplantar III = pemberian Natrium diklofenak subplantar IV = pemberian Natrium diklofenak subplantar V = pemberian Natrium diklofenak subplantar bb = berbeda bermakna tb = berbeda tidak bermakna
4,48 mg/kg BB 15 menit sebelum injeksi karagenin 1% 4,48 mg/kg BB 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% 4,48 mg/kg BB 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% 4,48 mg/kg BB 60 menit sebelum injeksi karagenin 1% 4,48 mg/kg BB 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%
X = rata-rata bobot udema SE = standar error Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 15 menit sebelum injeksi karagenin 1% berbeda tidak bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 30, 45, 60, dan 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%. Kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 30 menit berbeda tidak bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 15, 45, 60, dan 90 menit sebelum injeksi karagenin. Kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
57
mg/kg BB selang waktu 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% berbeda bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dipilih waktu paling optimal Natrium diklofenak dalam menghambat udema yaitu selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%. Pada selang waktu 90 menit ini, rata-rata bobot udema kaki mencit yang dihasilkan paling kecil dibandingkan kelompok lain. Natrium diklofenak mampu memberikan penurunan udema yang berarti pada selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1% karena walaupun waktu paruh Natrium diklofenak singkat yaitu 1 – 3 jam, namun Natrium diklofenak diakumulasi dalam cairan sinovia sehingga efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Hasil uji pendahuluan selang waktu pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB ini selanjutnya akan digunakan pada perlakuan pemberian ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
B. Hasil Uji Daya Anti-inflamasi pada Mencit
Penelitian daya anti-inflamasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. ini memiliki daya anti inflamasi serta untuk mengetahui berapa persentase daya anti inflamasi dan potensi relatif yang dihasilkan. Pengujian daya anti inflamasi dengan menggunakan metode induksi udema oleh Langford dkk. yang telah dimodifikasi ini ditandai dengan penurunan bobot udema pada telapak kaki mencit yang telah disuntik dengan karagenin 1% subplantar akibat pemberian ekstrak etanolik akar
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
58
Tripterygium wilfordii Hook. F. Metode induksi udema ini merupakan metode
yang umum dilakukan yaitu berdasarkan pada kemampuan setiap zat untuk menghambat udema pada kaki belakang dari hewan uji setelah injeksi zat peradang. Metode induksi udema ini dipilih karena dari segi peralatan murah, bahan dan cara kerjanya sederhana. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan Natrium diklofenak adalah aquadest, sedangkan pensuspensi ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F. adalah CMC-Na. Kontrol aquadest diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya daya anti-inflamasi yang ditimbulkan oleh aquadest sehingga dapat mempengaruhi daya anti-inflamasi Natrium diklofenak. Demikian juga dengan CMC-Na, CMC-Na sebagai kontrol negatif ekstrak perlu diuji untuk mengetahui apakah CMC-Na memiliki daya anti-inflamasi yang dapat mempengaruhi daya anti-inflamasi ekstrak yang diteliti. Natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif karena Natrium diklofenak memiliki sifat anti-inflamasi dengan menghambat siklooksigenase. Natrium diklofenak termasuk golongan OAINS yang terkuat daya anti-radangnya dengan efek samping yang tidak terlalu besar dibanding golongan OAINS lain yang juga memiliki sifat yang kuat sebagai antiradang. Selain itu Natrium diklofenak juga bersifat cukup selektif menghambat COX-2 sehingga COX-1 (perlindungan terhadap mukosa lambung) tidak dihambat. Dari tabel IX dan grafik pada gambar 9 dapat dilihat bahwa kelompok karagenin 1% memiliki rata-rata bobot udema paling besar. Hal ini dikarenakan pada kelompok ini hewan uji hanya disuntik karagenin 1% secara subplantar pada
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
59
kaki kiri sedangkan kaki kanan disuntik dengan jarum tanpa suspensi karagenin 1% serta tidak diberi perlakuan secara per oral. Bobot udema yang terbentuk merupakan akibat dari induksi karagenin sehingga dapat dikatakan bahwa karagenin dapat menyebabkan terbentuknya radang pada telapak kaki mencit. Kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4, 48 mg/kg BB memiliki rata-rata bobot udema kaki mencit paling kecil dibanding kelompok yang lainnya. Hal ini dikarenakan Natrium diklofenak memiliki daya anti-inflamasi sehingga mampu menurunkan udema yang terbentuk akibat induksi karagenin. Pada kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki rata-rata bobot udema yang berbeda-beda. Tabel IX. Rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok Kontrol negatif karagenin 1% Kontrol negatif aquadest Kontrol negatif CMC-Na Kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 273 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB
Rata-rata bobot udema kaki mencit (g) ± SE 0,0620 ± 0,0055 0,0498 ± 0,0079 0,0481 ± 0,0038 0,0152 ± 0,0029 0,0326 ± 0,0047 0,0499 ± 0,0083 0,0376 ± 0,0044 0,0409 ± 0,0044 0,0451 ± 0,0032 0,0599 ± 0,0039
60
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Rata-rata bobot udema (g)
0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kelompok
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot udema telapak kaki mencit akibat karagenin 1% subplantar pada kelompok kontrol dan perlakuan Keterangan : 1 = kelompok kontrol negatif karagenin 1% 2 = kelompok kontrol negatif aquadest 3 = kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% 4 = kelompok kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 5 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB 6 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB 7 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB 8 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB 9 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB 10 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB
Kelompok aquadest dan CMC-Na memiliki rata-rata bobot udema yang lebih rendah dibanding kelompok karagenin 1% yang berarti kelompok aquadest dan CMC-Na mampu menurunkan bobot udema meskipun kemampuannya tidak sebesar kemampuan Natrium diklofenak. Oleh karena itu, untuk mengetahui besarnya daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh Natrium diklofenak maka perlu dihitung
persentase
daya
anti-inflamasi
Natrium
diklofenak
dari
hasil
pengurangan dengan aquadest sebagai pelarut Natrium diklofenak. Demikian juga untuk mengetahui besarnya daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F perlu dihitung persentase daya anti-
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
61
inflamasinya melalui pengurangan dengan CMC-Na sebagai pensuspensi ekstrak sehingga persentase daya anti-inflamasi yang dihasilkan oleh Natrium diklofenak murni disebabkan oleh Natrium diklofenak sendiri tanpa adanya pengaruh dari aquadest sebagai pelarut begitu juga dengan persentase daya anti-inflamasi yang ditimbulkan oleh ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. murni tanpa adanya pengaruh dari CMC-Na sebagai pensuspensi. Hasil perhitungan persentase daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah dilakukan pengurangan dengan pelarut maupun pensuspensi dapat dilihat pada tabel X dan grafik pada gambar 10. Tabel X. Rata-rata persentase daya anti-inflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok Kontrol negatif aquadest Kontrol negatif CMC-Na 1% Kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 3,37 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 10,11 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 30,35 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 91 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 273 mg/kg BB Ekstrak etanolik akar Tripterigium wilfordii Hook. F dosis 819 mg/kg BB
Daya anti-inflamasi (%) ± SE (n = 5) 0,00 ± 15,83 0,00 ± 7,81 69,44 ± 5,80 32,28 ± 9,67 -3,83 ± 17,19 21,80 ± 9,16 14,85 ± 9,22 6,16 ± 6,72 -24,62 ± 8,17
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
62
100
Daya Anti Inflamasi (%)
80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
-20 -40 kelompok
Gambar 10. Grafik rata-rata daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan Keterangan : 1 = kelompok kontrol negatif aquadest 2 = kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% 3 = kelompok kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 4 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB 5 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB 6 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB 7 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB 8 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB 9 = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB
Kelompok aquadest dan CMC-Na merupakan kelompok kontrol negatif sehingga dari dari tabel X dan grafik 10 hasil perhitungan persentase daya antiinflamasi setelah dikurangi dengan pelarut maupun pensuspensi menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut tidak memiliki daya anti-inflamasi (nilai persentase daya anti-inflamasinya sebesar nol). Persentase daya anti-inflamasi kelompok Natrium diklofenak dan kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. diperoleh dari hasil pengurangan dengan aquadest
(untuk Natrium diklofenak) dan CMC-Na (untuk ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.) sehingga daya anti-inflamasi yang dihasilkan
oleh kontrol positif Natrium diklofenak dan 6 peringkat dosis ekstrak etanolik
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
63
akar Tripterygium wilfordii Hook. F. murni ditimbulkan oleh sediaan itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari aquadest sebagai pelarut maupun CMC-Na sebagai pensuspensi. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa Natrium diklofenak memiliki persentase daya anti-inflamasi yang paling tinggi, yang berarti kemampuan Natrium diklofenak dalam menghambat udema paling besar dibandingkan kelompok lain. Kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB (kelompok 5) dan 819 mg/kg BB (kelompok 9) memiliki nilai yang negatif yang berarti kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan dalam menimbulkan udema yang lebih besar daripada kemampuan karagenin. Persentase daya anti-inflamasi pada tiap kelompok kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya. Dari hasil analisis didapat bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p > 0,05 sehingga dapat dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Tabel XI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1,185
8
36
0,335
Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi persentase daya antiinflamasi antar kelompok kontrol dan perlakuan pada tabel XI memiliki nilai p
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
64
0,335 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan variansi antar kelompok data yang dibandingkan atau variansi datanya sama sehingga pada uji Anova berikutnya akan didapat hasil yang valid. Tabel XII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
kelompok Daya anti-inflamasi antarkelompok perlakuan
df
F
Probabilitas (p)
8
6,340
0,000
Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa persentase daya anti-inflamasi antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa terdapat perbedaan daya anti-inflamasi secara bermakna antarkelompok tersebut. Untuk melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka perlu dilanjutkan analisis Post hoc menggunakan uji Scheffe. Hasil uji Scheffe pada tabel XIII dapat dilihat bahwa kelompok aquadest sebagai pelarut Natrium diklofenak (kelompok I) dan kelompok CMC-Na sebagai pensuspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. (kelompok II) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol positif Natrium diklofenak (kelompok III). Hal ini berarti bahwa kelompok aquadest dan CMC-Na tidak memiliki daya anti-inflamasi. Kelompok kontrol positif Natrium diklofenak (kelompok III) memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB (kelompok IV), dosis 30,35
mg/kg BB (kelompok VI), dan dosis 91 mg/kg BB (kelompok VII). Namun ketiga kelompok tersebut juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok kontrol negatif CMC-Na.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
65
Tabel XIII. Rangkuman hasil uji Scheffe daya anti-inflamasi kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok
Daya antiinflamasi (%) ± SE (n = 5)
I II III IV V VI VII VIII IX
0,00 ± 15,83 0,00 ± 7,81 69,44 ± 5,80 32,28 ± 9,67 -3,83±17,19 21,80 ± 9,16 14,85 ± 9,22 6,16 ± 6,72 -24,62±8,17
Perbandingan antar kelompok I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
tb bb tb tb tb tb tb tb
tb bb tb tb tb tb tb tb
bb bb tb bb tb tb bb bb
tb tb tb tb tb tb tb tb
tb tb bb tb tb tb tb tb
tb tb tb tb tb tb tb tb
tb tb tb tb tb tb tb tb
tb tb bb tb tb tb tb tb
tb tb bb tb tb tb tb tb -
Keterangan : I = kelompok kontrol negatif aquadest II = kelompok kontrol negatif CMC-Na 1% III = kelompok kontrol positif Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB IV = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB V = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB VI = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB VII = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB VIII = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB IX = kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB tb = berbeda tidak bermakna (p > 0,05) bb = berbeda bermakna (p < 0,05) SE = standar error
Persentase daya anti-inflamasi ketiga dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. (dosis 3,37; 30,35 dan 91 mg/kg BB) berturut-
turut yaitu 32,28 %; 21,80 % dan 14,85 %. Persentase daya anti-inflamasi tersebut kurang dari 50 % sehingga tidak dapat dikatakan memiliki daya anti-inflamasi yang sama dengan Natrium diklofenak, namun dari hasil uji Scheffe yang menunjukkan bahwa ketiga dosis tersebut berbeda tidak bermakna dengan Natrium diklofenak tidak dapat diabaikan begitu saja sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tersebut
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
66
memiliki kemampuan dalam menurunkan bobot udema kaki mencit. Udema merupakan salah satu tanda dan gejala dari inflamasi. Hal-hal yang menyebabkan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak memiliki daya anti-inflamasi, antara lain dikarenakan jumlah sampel pada tiap-tiap kelompok perlakuan yang terlalu sedikit (n = 5). Semakin besar sampel maka akan semakin menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu dapat disebabkan karena faktor frekuensi pemberian. Kemampuan sebagai anti-inflamasi antara ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak dapat dikatakan sama dengan Natrium diklofenak karena Natrium diklofenak merupakan obat sintetik dengan satu kali pemberian sudah memperlihatkan daya anti-inflamasi sedangkan obyek uji pada penelitian ini berupa ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dengan kandungan kimia tidak hanya tersusun atas satu jenis zat aktif dan ekstrak tersebut hanya diberikan satu kali sehingga dengan pemberian satu kali maka zat aktif yang berperan sebagai anti-inflamasi belum memperlihatkan adanya daya antiinflamasi. Dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian dengan frekuensi pemberian dan durasi pemberian ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dilakukan secara berulang (lebih dari satu kali)
sehingga diharapkan dengan frekuensi dan durasi pemberian ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. lebih dari sekali dapat memperlihatkan adanya
daya anti-inflamasi. Kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB (kelompok V), dosis 273 mg/kg BB (kelompok VIII), dan dosis
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
67
819 mg/kg BB (kelompok IX) memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok Natrium diklofenak. Kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB (kelompok V) dan dosis 819 mg/kg BB
memiliki rata-rata % daya anti-inflamasi yang bernilai negatif. Hal ini berarti bahwa kedua dosis tersebut memiliki kemampuan menimbulkan radang yang lebih besar dibandingkan karagenin sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua dosis tersebut tidak memiliki daya anti-inflamasi. Menurut Lipsky dkk. (1997) penyiapan ekstrak akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pertama menghilangkan kulit terluar dari akar dan menggunakan bagian dalam dari akar. Bagian dalam dari akar tersebut dikeringkan kemudian dijadikan serbuk. Serbuk tersebut diekstraksi dengan etanol menghasilkan ekstrak etanol. Ekstrak etanol tersebut kemudian diekstraksi dengan etil asetat. Dari proses ekstraksi tersebut dihasilkan zat aktif triptolide. Triptolide tersebut akan mudah larut/terekstraksi pada etil asetat. Dari hasil penelitian (Lipsky dkk., 1997) menunjukkan bahwa ekstrak etanol-etil asetat tersebut memiliki aktivitas anti-inflamasi. Penelitian ini menggunakan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. sebagai obyek uji. Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. diekstraksi menggunakan etanol. Oleh karena itu diduga hasil ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini belum spesifik mengandung triptolide sebab berdasarkan penelitian sebelumnya, untuk mendapatkan zat aktif triptolide perlu dilakukan ekstraksi menggunakan dua pelarut, yaitu etanol dilanjutkan ekstraksi dengan etil asetat sedangkan pada penelitian ini pelarut yang digunakan hanya etanol. Hal ini dapat menjadi salah
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
68
satu penyebab ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak memiliki daya anti-inflamasi tetapi hanya mampu menurunkan bobot udema. Oleh karena itu untuk mendapatkan zat aktif triptolide dan tripdiolide yang lebih spesifik sehingga dapat memperlihatkan daya anti-inflamasi, perlu dilakukan ekstraksi dengan pelarut etanol dilanjutkan ekstraksi dengan etil asetat. Penyebab ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak memiliki daya anti-inflamasi juga dapat disebabkan proses penyiapan tanaman yang kurang tepat. Saat akan diekstraksi, kulit terluar dari akar Tripterygium wilfordii Hook. F. harus dihilangkan dan hanya bagian terdalam dari akar yang
digunakan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi/meminimalkan bahan-bahan yang bersifat toksik (Lipsky dkk., 1997). Kulit terluar dari akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tersebut bersifat racun (Swain, 2005). Maka perlu diperhatikan masalah penyiapan tanaman sebelum diekstraksi sehingga nantinya hasil ekstraksi dapat memperlihatkan daya anti-inflamasi yang optimal serta meminimalkan timbulnya efek toksik. Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki kemampuan menurunkan bobot udema. Triptolide dan tripdiolide tersebut dapat berikatan dengan reseptor glukokortikoid (Lipsky dkk., 1997) sehingga dapat menginduksi lipokortin, selanjutnya lipokortin menghambat aktivitas fosfolipase A2 sehingga pembentukan asam arakhidonat dihambat. Karena asam arakhidonat dihambat, maka oleh enzim siklooksigenase asam arakhidonat tidak dapat diubah menjadi mediator-mediator inflamasi, seperti prostaglandin. Selain itu triptolide dan tripdiolide juga menghambat induksi terbentuknya siklooksigenase-2
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
69
sehingga tidak terbentuk prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan dari asam arakhidonat. Prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan tidak terbentuk akibatnya mampu menekan gejala inflamasi, seperti pembengkakan dini, kemerahan, dan nyeri. Berdasarkan literatur diketahui dosis efektif ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. untuk mengobati rheumatoid arthritis adalah sebesar 30 mg/hari BB (Swain, 2005; Briggs dkk., 2004) dan 180-360 mg/hari (Anonim, 2008b) pada manusia berat badan 70 kg. Dari hasil percobaan diketahui bahwa dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki kemampuan menurunkan bobot udema pada mencit adalah dosis 3,37 mg/kg BB; 30,35 mg/kg BB; dan dosis 91 mg/kg BB. Ketiga dosis tersebut bila dikonversi ke manusia didapat dosis 0,37 mg/kg; 3,33 mg/kg; 100 mg/kg. Dapat dikatakan bahwa dosis 3,37 mg/kg BB serta dosis 30,35 mg/kg BB lebih mendekati dosis dari literatur. Tabel XIV. Potensi relatif ekstrak Tripterygium wilfordii Hook. F. terhadap Natrium diklofenak
Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 3,37 mg/kg BB Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11 mg/kg BB Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 30,35 mg/kg BB Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 91 mg/kg BB Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 273 mg/kg BB Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 819 mg/kg BB Keterangan : tb = berbeda tidak bermakna (p > 0,05) bb = berbeda bermakna (p < 0,05)
Potensi relatif (%)
Perbandingan Terhadap Natrium diklofenak
46,49
tb
-5,52
bb
31,39
tb
21,39
tb
8,87
bb
-35,47
bb
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
70
Tabel XIV menunjukkan bahwa potensi relatif semua kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. memiliki nilai dibawah 100%, artinya lebih rendah dari daya anti-inflamasi Natrium diklofenak. Adapun besarnya potensi relatif kelompok ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. berturut-turut dari yang terbesar yaitu 46,49 % (dosis 3,37 mgkg BB) ; 31,39 % (dosis 30,35 mg/kg BB) ; 21,39 % (dosis 91 mg/kg BB) ; 8,87 % (dosis 273 mg/kg BB) ; -5,52 % (dosis 10,11 mg/kg BB) dan -35,47 % (dosis 819 mg/kg BB). Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37; 30,35 dan 91 mg/kg BB berbeda tidak bermakna dengan Natrium diklofenak namun daya anti-inflamasinya lebih rendah dibanding Natrium diklofenak ditandai dengan nilai potensi relatif kurang dari 100%. Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 10,11; 273 dan 819 mg/kg BB berbeda bermakna dengan
Natrium diklofenak yang berarti bahwa ketiga dosis tersebut tidak memiliki daya anti-inflamasi. Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak dapat dikatakan memiliki daya anti-inflamasi namun memiliki kemampuan menurunkan bobot udema (salah satu gejala dari inflamasi). Maka dapat dibuat kisaran dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang memiliki kemampuan menurunkan bobot udema, yaitu dosis 3,37 mg/kg BB serta antara dosis 30,35 mg/kg BB sampai 91 mg/kg BB.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. tidak memiliki daya anti-inflamasi. 2. Persentase penurunan bobot udema ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. berturut-turut dari yang terbesar yaitu 32,28 % (dosis 3,37
mg/kg BB); 21,80 % (dosis 30,35 mg/kg BB) dan 14,85 % (dosis 91 mg/kg BB). 3. Potensi relatif terhadap Natrium diklofenak penurunan bobot udema ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dosis 3,37 mg/kg BB; 30,35 mg/kg BB; 91 mg/kg BB berturut-turut adalah 46,49%; 31,39 % dan 21,39 %. 4. Kisaran dosis ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang dapat menurunkan bobot udema yaitu dosis 3,37 mg/kg BB serta antara dosis 30,35 mg/kg BB sampai 91 mg/kg BB.
71
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
72
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan Tripterygium wilfordii Hook. F., antara lain : 1. Penelitian mengenai daya anti-inflamasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dengan frekuensi dan durasi pemberian ekstrak dilakukan
secara berulang (lebih dari satu kali). 2. Penelitian daya anti-inflamasi menggunakan akar Tripterygium wilfordii Hook. F. yang diekstraksi secara bertingkat menggunakan pelarut etanol dilanjutkan etil asetat.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 7 & 9 , Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 2, 8, & 10, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Pyitomedika, Jakarta Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, 5, 9, & 11, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta Anonim, 2003, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat, www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/0105-TANOBAT.pdf , diakses tanggal 9 April 2008 Anonim, 2007a, Perhatian terhadap Obat Tradisional Masih Kurang, http://www.koalisi.org/detail.php?m=7&sm=14&id=871, diakses tanggal 26 Juni 2008 Anonim, 2007b, Tripterygium wilfordii, International Male Contraceptive Coalition, http://www.malecontraceptives.org/methods/tripterygium.php, diakses tanggal 28 Juli 2007 Anonim, 2008a, Apa Itu Obat Asli Indonesia?, http://www.bioviolet.com/kebijakanpemerintah.php, diakses tanggal 15 Juli 2008 Anonim, 2008b, Thunder God Vine, http://www.drugs.com/npp/thunder-godvine.html, diakses tanggal 29 April 2008 Briggs, M., Cheiman, D., and Clark, L.M., 2004, Nursing 2004 Herbal Medicine Handbook, 2nd Edition, 429-431, Lippincott Williams & Wilkins, USA Brinker, A., Jun Ma., Lipsky, P., and Raskin, H., 2006, Medicinal Chemistry and Pharmacology of Genus Tripterygium (Celastraceae), Elsevier Ltd, http://www.sciencedirect.com/science? , diakses tanggal 13 September 2007
73
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
74
Burke, A., Smyth, E., and FitzGerald, G.A., 2006, Analgesic-Antipyretic Agents; Pharmacotherapy of Gout, in Brunton L.L. (Editor), Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis Of Therapeutics, 11th Edition, chapter 26, McGraw-Hill, USA Chen, J., 2004, Lei Gong Teng (Radix Tripterygii Wilfordii) : A Blessing or a Time Bomb?, Acupuncture Today, http://www.acupuncturetoday.com/archives2004/jan/01chen.html, diakses tanggal 29 Agustus 2007 Crowley, L.V., 2001, An Introduction To Human Disease : Pathology And Pathophysiology Correlations, 5th Edition, 67-72, Jones and Bartlett Publishers, Canada Eisenhauer, L.A., Lynn, W.N., and Roberta, T.S., 1998, Clinical Pharmacology & Nursing Management, Fifth Edition, 779-784, Lippincott, New York Evans, W.C., 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 15th Edition, 399, W. B. Saunders Company, London Foegh,
M.L., dan Ramwell, P.W., 2001, Eicosanoid, Prostaglandin, Thromboxane,Leukotriene, dan senyawa yang Berkaitan dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-1, edisi I, 566-567, Salemba Medika, Jakarta.
Frame, L.T., Hart, R.W., and Leakey, F.A., 1998, Caloric Restriction as a Mechanism Mediating Resistance to Environmental Disease, http://www.ehponline.org/members/1998/Suppl-1/313-324frame/full.html, diakses tanggal 6 Mei 2008 Furst, D.E. dan Munster, T., 2001, Obat-obat Anti-inflamasi Nonsteroid, Obatobat Antireumatik Pemodifikasi-penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obatobat untuk Pirai dalam Katzung, Farmakologi : Dasar dan Klinik, buku ke-2, edisi I, 450-452, 462, 483, Salemba Medika, Jakarta. Hanson, G.R., 2000, Analgesic, Antipyretic, and Anti Inflammatory Drugs, in Gennaro (Ed.), Remmington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th Edition, 1456, Lippincott Williams and Wilkins, USA Jun Ma., Dey, M., Yang, H., Poulev, A., Pouleva, R., Dorn, R., et. al., 2007, Antiinflammatory and Immunosuppressive Coumpounds From Tripterygium wilfordii, Elsevier Ltd, http://www.sciencedirect.com/science?, diakses tanggal 13 September 2007 Karch, A.M., 2003, Focus on Nursing Pharmacology, 2nd Edition, 209-216, Lippincot Williams & Wilkins, A Wolfers Kluwers Company, New York
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
75
Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., 2005, Pathologic Basis of Disease, 4856, 7th Edition, Elsevier Saunders, USA Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Methods to Evaluation of Analgesic/ Anti Inflammatory Activity, J.Pharm. Sci., 61(1), 75-77 Lipsky, P.E., Tao, X., and Cai, J., 1997, Tripterygium wilfordii hook F extracts and components, and uses there of, PatentStorm LLC, http://www.patentstorm.us/patents/5616458-fulltext.html, diakses tanggal 13 September 2007 Maryanto, 1997, Daya Antiinflamasi Infusa Daun Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata, pers) pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Neal, M.J., 2005, At a Glance Farmakologi Medis, diterjemahkan oleh dr. Juwalita Surapsari, 70-73, Penerbit Erlangga, Jakarta Noni, Djunarko, I., dan Donatus, I.A., 2003, Pengaruh Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia, L.) Terhadap Daya Antiradang Diklofenak Pada Mencit Jantan, Jurnal Farmasi Sains & Komunitas, 10-17, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Price, S.A., and Wilson, L.N., 1984, Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes, diterjemahkan oleh Adji Dharma , Edisi 2, 32-53, EGC, Jakarta Radji,
M., 2005, Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat Herbal, Majalah Ilmu Kefarmasian, jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2005/v02n03/maksum0203.pdf , diakses tanggal 26 Juni 2008
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th Edition, 229-241, 244-250, Bath press, USA Rosiana, V., 2007, Pengaruh Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) pada Perasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada Mencit Putih Betina : Kajian terhadap Efek Anti-inflamasi, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Sahelian, R.M.D., 2007, http://www.raysahelian.com/tripterygium.html, Agustus 2007
diakses
Tripterygium, tanggal 29
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
76
Sander, M.A., 2003, Atlas Berwarna Patologi Anatomi, Jilid 1, 12, UMM Press, Malang Supriatna, D., 2002, Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanol Herba Daun Seribu (Achillea millefolium L.) Pada Mencit Jantan dan Profil Kromatografinya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Swain, L., 2005, Thunder God Vine, www.answer.com, diakses tanggal 18 April 2008 Tao X, Younger, J, Fan, F.Z., Wang, B, and Lipsky, P.E., 2002, Benefit of an extract of Tripterygium Wilfordii Hook F in patients with rheumatoid arthritis: a double-blind, placebo-controlled study, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?, diakses tanggal 29 Agustus 2007 Tatro, D.S., 2003, A to Z Drug Facts, 5th Edition, Wolters Kluwer Health, Inc., USA. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, 308-313, Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation: Pharmalogical Assays, 2nd Edition, 726-766, Springer, New York Wijayakusuma, H., 2007, Pemanfaatan Herbal Untuk Kesehatan & Pengobatan Penyakit, http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?, diakses tanggal 18 April 2008 Williamson, E.M., Okpako, D.T., and Evans, F.J., 1996, Pharmacological Method in Phytotherapy Research Volume 1: Selection, Preparation, and Pharmacological Evaluation of Plant Material, 131-136, John Wiley and Sons Ltd., England Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam Ganiswara, S.G. (Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 207-211, Bagian Farmakologi-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Wong, F., Chan, J.K., Leung-Chan, K., Tam, P., Yang, D., and Fan., S.T., 2007, Immunochemical Characterization Of The Functional Constituents Of Tripterygium Wilfordii Contributing To Its Anti-Inflammatory Property, Blackwell Publishing, Inc, http://www.blackwellsynergy.com/doi/abs/10.1111/j.1440-1681.2007.04740.x, diakses tanggal 13 September 2007
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F.
Gambar 11. Tanaman Tripterygium wilfordii Hook. F.
77
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Foto ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
Gambar 12. Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.
78
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
79
Lampiran 3. Foto suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam CMC-Na
Gambar 13. Suspensi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dalam CMCNa
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Foto neraca analitik Mettler Toledo AB 204
Gambar 14. Neraca analitik Mettler Toledo AB 204
80
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
81
Lampiran 5. Surat pernyataan proses pembuatan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dari IOT. Sari Sehat – PT. Capung Indah Abadi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 6. Perhitungan konsentrasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F
Dengan ketentuan volume maksimal pemberian per oral pada mencit ialah 1 ml dan volume pemberian sebanyak 0,5 ml, serta berat badan mencit maksimal sebesar 30 gram, maka konsentrasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F yang akan dibuat ialah sebagai berikut : a.
1
/ 81 kali
C × V = D × BB D × BB C= V 3,37 mg/kg BB × 0.03 kg C= 0,5 ml C = 0,20 mg / ml
0,20 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang diperlukan ialah sebanyak 2 mg. b. 1 / 27 kali C × V = D × BB D × BB C= V 10,11 mg/kg BB × 0.03 kg C= 0,5 ml C = 0,61 mg / ml
0,61 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang diperlukan ialah sebanyak 6,1 mg.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
c.
1
83
/ 9 kali
C × V = D × BB D × BB C= V 30,35 mg/kg BB × 0.03 kg C= 0,5 ml C = 1,82 mg / ml
1,82 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang diperlukan ialah sebanyak 18,2 mg. d.
1
/ 3 kali
C × V = D × BB D × BB C= V 91 mg/kg BB × 0.03 kg C= 0,5 ml C = 5,46 mg / ml
5,46 mg/ml dibuat dalam labu ukur volume 10 ml, maka bahan yang diperlukan ialah sebanyak 54,6 mg. e. 1 kali C × V = D × BB D × BB C= V 273 mg/kg BB × 0.03kg C= 0,5 ml C = 16,38 mg / ml
16,38 mg/ml dibuat dalam labu ukur 10 ml, maka bahan yang diperlukan ialah sebanyak 163,8 mg.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
84
f. 3 kali C × V = D × BB D × BB C= V 819 mg/kg BB × 0.03kg C= 0,5 ml C = 49,14 mg / ml
49,14 mg/ml dibuat dalam labu ukur 10 ml, maka bahan yang diperlukan ialah sebanyak 491,4 mg
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
85
Lampiran 7. Skema kerja uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1%
Dua puluh ekor hewan uji dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
Kelompok I 1 jam setelah injeksi karagenin 1%
Kelompok II 2 jam setelah injeksi karagenin 1%
Kelompok III 3 jam setelah injeksi karagenin 1%
Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
Kelompok IV 4 jam setelah injeksi karagenin 1%
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
86
Lampiran 8. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemotongan Kaki Setelah Injeksi Karagenin 1%
No
1
2 3
4
5
Keterangan (g)
Bobot udema mencit (gram) pada rentang waktu (jam) setelah injeksi karagenin 1% 1 2 3 4
Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Mean ± SE (n = 5)
0,1955 0,1548 0,0407 0,1738 0,1439 0,0299 0,1956 0,1756 0,0200 0,2013 0,1731 0,0282 0,1741 0,1421 0,0320 0,0302 ± 0,0033
0,1992 0,1411 0,0581 0,1939 0,1600 0,0339 0,2061 0,1615 0,0446 0,2032 0,1687 0,0345 0,2184 0,1810 0,0374 0,0417 ± 0,0045
0,2155 0,1630 0,0525 0,2360 0,1577 0,0783 0,1797 0,1289 0,0508 0,2501 0,1796 0,0715 0,2133 0,1562 0,0571 0,0620 ± 0,0055
Keterangan : Bobot udema = Kaki kiri – kaki kanan Kesimpulan: Berdasarkan spss one way anova dipilih waktu 3 jam
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
selisih 20 .048930 .0167406 .106 .106 -.086 .472 .979
0,2100 0,1550 0,0550 0,2380 0,1718 0,0662 0,2256 0,1603 0,0653 0,2402 0,1665 0,0737 0,2024 0,1535 0,0489 0,0618 ± 0,0044
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
87
Oneway Descriptives selisih
N selang waktu 1 jam selang waktu 2 jam selang waktu 3 jam selang waktu 4 jam Total
Mean Std. Deviation .030160 .0074433 .041700 .0101062 .062040 .0122028 .061820 .0098218 .048930 .0167406
5 5 5 5 20
Std. Error .0033288 .0045196 .0054573 .0043924 .0037433
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .020918 .039402 .029152 .054248 .046888 .077192 .049625 .074015 .041095 .056765
Minimum .0200 .0339 .0508 .0489 .0200
Maximum .0407 .0581 .0783 .0737 .0783
Test of Homogeneity of Variances selisih Levene Statistic 1.088
df1
df2 3
Sig. .382
16
ANOVA selisih
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .004 .002 .005
df 3 16 19
Mean Square .001 .000
F 12.287
Sig. .000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: selisih Scheffe
(I) selang selang waktu 1 jam
selang waktu 2 jam
selang waktu 3 jam
selang waktu 4 jam
(J) selang selang waktu 2 jam selang waktu 3 jam selang waktu 4 jam selang waktu 1 jam selang waktu 3 jam selang waktu 4 jam selang waktu 1 jam selang waktu 2 jam selang waktu 4 jam selang waktu 1 jam selang waktu 2 jam selang waktu 3 jam
Mean Difference (I-J) -.0115400 -.0318800* -.0316600* .0115400 -.0203400* -.0201200* .0318800* .0203400* .0002200 .0316600* .0201200* -.0002200
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Std. Error .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475 .0063475
Sig. .377 .001 .001 .377 .043 .046 .001 .043 1.000 .001 .046 1.000
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -.031326 .008246 -.051666 -.012094 -.051446 -.011874 -.008246 .031326 -.040126 -.000554 -.039906 -.000334 .012094 .051666 .000554 .040126 -.019566 .020006 .011874 .051446 .000334 .039906 -.020006 .019566
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Homogeneous Subsets selisih a
Scheffe
selang selang waktu 1 jam selang waktu 2 jam selang waktu 4 jam selang waktu 3 jam Sig.
N 5 5 5 5
Subset for alpha = .05 1 2 .030160 .041700 .061820 .062040 .377 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
88
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
89
Lampiran 9. Skema kerja uji pendahuluan waktu pemberian Natrium diklofenak dosis efektif (4,48 mg/kg BB)
Duapuluh lima ekor dibagi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
Diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB secara per oral
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Injeksi karagenin 1% secara subplantar pada kaki kiri mencit sedangkan kaki kanan diinjeksi tanpa karagenin 1% 3 jam sesudahnya Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
Keterangan : Kelompok I : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 15 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok II : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok III : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok IV : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 60 menit sebelum injeksi karagenin 1% Kelompok V : Kelompok pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
90
Lampiran 10. Hasil dan Analisis Hasil Uji Pendahuluan Waktu Pemberian Natrium Diklofenak Dosis Efektif (4,48 Mg/Kg BB) Bobot udema mencit (gram) akibat pemberian Natrium diklofenak (menit) dengan selang waktu tertentu sebelum injeksi karagenin 1% 15 30 45 60 90 0,1596 0,1990 0,2043 0,1782 0,1670 0,1448 0,1659 0,1634 0,1565 0,1544
Keterangan (g) Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan Bobot udem Mean ± SE (n = 5)
0,0148
0,0331
0,0409
0,0217
0,0126
0,1745 0,1404
0,1930 0,1634
0,1727 0,1446
0,1849 0,1656
0,1825 0,1617
0,0341
0,0296
0,0281
0,0193
0,0208
0,1895 0,1612
0,1735 0,1549
0,2040 0,1582
0,1642 0,1414
0,1699 0,1467
0,0283
0,0186
0,0458
0,0228
0,0232
0,1733 0,1317
0,1810 0,1465
0,1848 0,1594
0,1939 0,1654
0,1794 0,1680
0,0416
0,0345
0,0254
0,0285
0,0114
0,1622 0,1366
0,1815 0,1520
0,1722 0,1453
0,1770 0,1486
0,1722 0,1641
0,0256
0,0295
0,0269
0,0284
0,0081
0,0289 ± 0,0045
0,0291 ± 0,0028
0,0334 ± 0,0041
0,0241 ± 0,0018
0,0152 ± 0,0029
Keterangan : Bobot udema = Kaki kiri – kaki kanan Kesimpulan: Berdasarkan spss one way anova dipilih waktu 90 menit
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test selisih 25
N Mean Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Std. Deviation
.026144 .0093435
Absolute
.116
Positive
.116
Negative
-.068
Kolmogorov-Smirnov Z
.579
Asymp. Sig. (2-tailed)
.891
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
91
Oneway selisih Descriptives 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimu m
Maximu m
15 menit sebelum karagenin
5
.028880
.0099798
.0044631
.016488
.041272
.0148
.0416
30 menit sebelum karagenin
5
.029060
.0062412
.0027912
.021310
.036810
.0186
.0345
45 menit sebelum karagenin
5
.033420
.0092783
.0041494
.021899
.044941
.0254
.0458
60 menit sebelum karagenin
5
.024140
.0041332
.0018484
.019008
.029272
.0193
.0285
90 menit sebelum karagenin
5
.015220
.0064608
.0028894
.007198
.023242
.0081
.0232
25
.026144
.0093435
.0018687
.022287
.030001
.0081
.0458
Total
Test of Homogeneity of Variances selisih Levene Statistic 1.372
df1
df2 4
Sig. .279
20
ANOVA selisih
Between Groups
Sum of Squares .001
df 4
Mean Square .000 .000
Within Groups
.001
20
Total
.002
24
F 4.240
Sig. .012
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
92
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: selisih Scheffe
(I) perlakuan 15 menit sebelum karagenin
30 menit sebelum karagenin
Std. Error
-.0001800
.0047620
1.000
-.016304
.015944
-.0045400
.0047620
.920
-.020664
.011584
60 menit sebelum karagenin
.0047400
.0047620
.908
-.011384
.020864
90 menit sebelum karagenin
.0136600
.0047620
.125
-.002464
.029784
15 menit sebelum karagenin
.0001800
.0047620
1.000
-.015944
.016304
45 menit sebelum karagenin
-.0043600
.0047620
.930
-.020484
.011764
.0049200
.0047620
.896
-.011204
.021044
.0138400
.0047620
.117
-.002284
.029964
15 menit sebelum karagenin
.0045400
.0047620
.920
-.011584
.020664
30 menit sebelum karagenin
.0043600
.0047620
.930
-.011764
.020484
60 menit sebelum karagenin
.0092800
.0047620
.456
-.006844
.025404
90 menit sebelum karagenin
.0182000( *)
.0047620
.022
.002076
.034324
-.0047400
.0047620
.908
-.020864
.011384
-.0049200
.0047620
.896
-.021044
.011204
45 menit sebelum karagenin
-.0092800
.0047620
.456
-.025404
.006844
90 menit sebelum karagenin
.0089200
.0047620
.495
-.007204
.025044
15 menit sebelum karagenin
-.0136600
.0047620
.125
-.029784
.002464
30 menit sebelum karagenin
-.0138400
.0047620
.117
-.029964
.002284
.0182000( *)
.0047620
.022
-.034324
-.002076
-.0089200
.0047620
.495
-.025044
.007204
(J) perlakuan 30 menit sebelum karagenin 45 menit sebelum karagenin
60 menit sebelum karagenin 90 menit sebelum karagenin 45 menit sebelum karagenin
60 menit sebelum karagenin
90 menit sebelum karagenin
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J)
15 menit sebelum karagenin 30 menit sebelum karagenin
45 menit sebelum karagenin 60 menit sebelum karagenin
* The mean difference is significant at the .05 level.
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Homogeneous Subsets selisih a
Scheffe
perlakuan 90 menit sebelum karagenin 60 menit sebelum karagenin 15 menit sebelum karagenin 30 menit sebelum karagenin 45 menit sebelum karagenin Sig.
Subset for alpha = .05 1 2
N 5
.015220
5
.024140
.024140
5
.028880
.028880
5
.029060
.029060
5
.033420 .117
.456
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
93
94
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 11. Skema kerja perlakuan hewan uji
Lima puluh ekor mencit dibagi menjadi 10 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor
Kel. I
Kel. II
Kel. III
Kel. IV
Kel. V
Kel. VI
Kel. VII
Kel. VIII
Kel. IX
Kel. X
Diberi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F secara per oral 90 menit sesudahnya
Injeksi karagenin 1% subplantar pada kaki kiri sedangkan kaki kanan hanya disuntik tanpa karagenin 1% 3 jam sesudahnya Mencit dikorbankan, kedua kaki bagian belakang dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V
: : : : :
Kelompok VI
:
Kelompok VII
:
Kelompok VIII
:
Kelompok IX
:
Kelompok X
:
Kelompok kontrol negatif karagenin 1% Kelompok kontrol negatif aquadest Kelompok kontrol negatif CMC-Na Kelompok kontrol positif Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 3,37 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 10,11 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 30,35 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 91 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 273 mg/kg BB Kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dosis 819 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
95
Lampiran 12. Hasil Bobot Udema Kaki Mencit Akibat Pemberian Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F Dalam Enam Peringkat Dosis Dan Kontrol
1
Kontrol Keterangan Karagenin Aquadest Natrium CMC Na (g) 1% Diklofenak 1% Kaki kiri 0,2155 0,1771 0,1670 0,2274 Kaki kanan 0,1630 0,1442 0,1544 0,1689
0,1634 0,1488
0,1552 0,1081
2
Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan
0,0525 0,2360 0,1577
0,0329 0,2224 0,1497
0,0126 0,1825 0,1617
0,0585 0,2502 0,1659
0,0146 0,1581 0,1180
3
Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan
0,0783 0,1797 0,1289
0,0727 0,2112 0,1473
0,0208 0,1699 0,1467
0,0393 0,1819 0,1403
4
Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan
0,0508 0,2501 0,1796
0,0639 0,1919 0,1481
0,0232 0,1794 0,1680
5
Bobot udem Kaki kiri Kaki kanan
0,0715 0,2133 0,1562
0,0438 0,1757 0,1400
Bobot udem Mean ± SE (n = 5)
0,0571 0,0620 ± 0,0055
0,0357 0,0498 ± 0.0079
No
Dosis Ekstrak Tripterygium wilfordii (mg/kg BB) 3,37
10,11
30,35
91
273
819
0,1776 0,1439
0,1953 0,1454
0,1721 0,1272
0,1853 0,1389
0,0471 0,2099 0,1345
0,0337 0,1664 0,1355
0,0499 0,1985 0,1598
0,0449 0,1880 0,1464
0,0464 0,1825 0,1206
0,0401 0,1627 0,1254
0,0754 0,1923 0,1419
0,0309 0,2053 0,1512
0,0387 0,1718 0,1381
0,0416 0,1936 0,1380
0,0619 0,2070 0,1361
0,0416 0,1899 0,1440
0,0343 0,1739 0,1395
0,0504 0,1872 0,1340
0,0541 0,1630 0,1327
0,0337 0,1990 0,1465
0,0556 0,1762 0,1288
0,0709 0,1915 0,1305
0,0114 0,1722 0,1641
0,0459 0,1983 0,1432
0,0344 0,1675 0,1281
0,0532 0,1494 0,1259
0,0303 0,1830 0,1440
0,0525 0,1835 0,1536
0,0474 0,1675 0,1314
0,0610 0,1970 0,1376
0,0081 0,0152 ± 0,0029
0,0551 0,0481 ± 0,0038
0,0394 0,0326 ± 0,0047
0,0235 0,0499 ± 0,0083
0,0390 0,0376 ± 0,0044
0,0299 0,0409 ± 0,0044
0,0361 0,0451 ± 0,0032
0,0594 0,0599 ± 0,0039
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
96
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
selisih 50 .044120 .0167571 .058 .041 -.058 .410 .996
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway Descriptives selisih
N karagenin Aquadest CMC-Na Natrium diklofenak Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB Total
5 5 5 5
Mean .062040 .049800 .048080 .015220
Std. Deviation .0122028 .0176326 .0083918 .0064608
Std. Error .0054573 .0078856 .0037529 .0028894
Minimum .0508 .0329 .0393 .0081
Maximum .0783 .0727 .0585 .0232
5
.032560
.0103997
.0046509
.019647
.045473
.0146
.0401
5
.049920
.0184810
.0082650
.026973
.072867
.0235
.0754
5
.037600
.0098438
.0044023
.025377
.049823
.0303
.0541
5
.040940
.0099150
.0044341
.028629
.053251
.0299
.0525
5
.045120
.0072254
.0032313
.036148
.054092
.0361
.0556
5
.059920
.0087850
.0039288
.049012
.070828
.0464
.0709
50
.044120
.0167571
.0023698
.039358
.048882
.0081
.0783
Test of Homogeneity of Variances selisih Levene Statistic 1.260
df1
df2 9
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .046888 .077192 .027906 .071694 .037660 .058500 .007198 .023242
40
Sig. .288
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
97
ANOVA selisih
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .008 .005 .014
df 9 40 49
Mean Square .001 .000
F 6.911
Sig. .000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: selisih Scheffe
(I) perlakuan karagenin
(J) perlakuan Aquadest CMC-Na Natrium diklofenak
Aquadest
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin CMC-Na Natrium diklofenak Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
Mean Difference (I-J) .0122400 .0139600 .0468200( *)
95% Confidence Interval Std. Error .007338 3 .007338 3 .007338 3
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.967
-.019845
.044325
.927
-.018125
.046045
.000
.014735
.078905
.0294800
.007338 3
.100
-.002605
.061565
.0121200
.007338 3
.969
-.019965
.044205
.0244400
.007338 3
.303
-.007645
.056525
.0211000
.007338 3
.519
-.010985
.053185
.0169200
.007338 3
.797
-.015165
.049005
.0021200
.007338 3
1.000
-.029965
.034205
.007338 3 .007338 3 .007338 3
.967
-.044325
.019845
1.000
-.030365
.033805
.024
.002495
.066665
.0172400
.007338 3
.778
-.014845
.049325
-.0001200
.007338 3
1.000
-.032205
.031965
.0122000
.007338 3
.968
-.019885
.044285
-.0122400 .0017200 .0345800( *)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
CMC-Na
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin Aquadest Natrium diklofenak
Natrium diklofenak
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin
Aquadest
CMC-Na
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB
98
.0088600
.007338 3
.997
-.023225
.040945
.0046800
.007338 3
1.000
-.027405
.036765
-.0101200
.007338 3
.991
-.042205
.021965
.007338 3 .007338 3 .007338 3
.927
-.046045
.018125
1.000
-.033805
.030365
.040
.000775
.064945
.0155200
.007338 3
.868
-.016565
.047605
-.0018400
.007338 3
1.000
-.033925
.030245
.0104800
.007338 3
.989
-.021605
.042565
.0071400
.007338 3
.999
-.024945
.039225
.0029600
.007338 3
1.000
-.029125
.035045
-.0118400
.007338 3
.974
-.043925
.020245
.007338 3
.000
-.078905
-.014735
.007338 3
.024
-.066665
-.002495
.007338 3
.040
-.064945
-.000775
-.0173400
.007338 3
.773
-.049425
.014745
.0347000( *)
.007338 3
.023
-.066785
-.002615
-.0223800
.007338 3
.431
-.054465
.009705
-.0257200
.007338 3
.236
-.057805
.006365
-.0299000
.007338 3
.090
-.061985
.002185
.0447000( *)
.007338 3
.001
-.076785
-.012615
-.0139600 -.0017200 .0328600( *)
.0468200( *) .0345800( *) .0328600( *)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
karagenin -.0294800 Aquadest CMC-Na Natrium diklofenak
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin
Aquadest CMC-Na Natrium diklofenak
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin
Aquadest CMC-Na Natrium diklofenak Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB
-.0172400 -.0155200 .0173400
.007338 3 .007338 3 .007338 3 .007338 3
99
.100
-.061565
.002605
.778
-.049325
.014845
.868
-.047605
.016565
.773
-.014745
.049425
-.0173600
.007338 3
.771
-.049445
.014725
-.0050400
.007338 3
1.000
-.037125
.027045
-.0083800
.007338 3
.998
-.040465
.023705
-.0125600
.007338 3
.962
-.044645
.019525
-.0273600
.007338 3
.166
-.059445
.004725
-.0121200
.007338 3
.969
-.044205
.019965
1.000
-.031965
.032205
1.000
-.030245
.033925
.023
.002615
.066785
.0001200 .0018400 .0347000( *)
.007338 3 .007338 3 .007338 3
.0173600
.007338 3
.771
-.014725
.049445
.0123200
.007338 3
.966
-.019765
.044405
.0089800
.007338 3
.996
-.023105
.041065
.0048000
.007338 3
1.000
-.027285
.036885
-.0100000
.007338 3
.992
-.042085
.022085
-.0244400
.007338 3
.303
-.056525
.007645
.968
-.044285
.019885
.989
-.042565
.021605
.431
-.009705
.054465
1.000
-.027045
.037125
-.0122000 -.0104800 .0223800 .0050400
.007338 3 .007338 3 .007338 3 .007338 3
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin
Aquadest CMC-Na Natrium diklofenak
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin
Aquadest CMC-Na Natrium diklofenak
Tripterygium
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin
100
-.0123200
.007338 3
.966
-.044405
.019765
-.0033400
.007338 3
1.000
-.035425
.028745
-.0075200
.007338 3
.999
-.039605
.024565
-.0223200
.007338 3
.435
-.054405
.009765
-.0211000
.007338 3
.519
-.053185
.010985
.997
-.040945
.023225
.999
-.039225
.024945
.236
-.006365
.057805
-.0088600 -.0071400 .0257200
.007338 3 .007338 3 .007338 3
.0083800
.007338 3
.998
-.023705
.040465
-.0089800
.007338 3
.996
-.041065
.023105
.0033400
.007338 3
1.000
-.028745
.035425
-.0041800
.007338 3
1.000
-.036265
.027905
-.0189800
.007338 3
.667
-.051065
.013105
-.0169200
.007338 3
.797
-.049005
.015165
1.000
-.036765
.027405
1.000
-.035045
.029125
.090
-.002185
.061985
-.0046800 -.0029600 .0299000
.007338 3 .007338 3 .007338 3
.0125600
.007338 3
.962
-.019525
.044645
-.0048000
.007338 3
1.000
-.036885
.027285
.0075200
.007338 3
.999
-.024565
.039605
.0041800
.007338 3
1.000
-.027905
.036265
-.0148000
.007338 3
.898
-.046885
.017285
-.0021200
.007338
1.000
-.034205
.029965
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
wilfordii dosis 819 mg/kgBB
101
3 Aquadest
.0101200
CMC-Na
.0118400
Natrium diklofenak
.0447000( *)
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 .0273600 mg/kgBB Tripterygium .0100000 wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 .0223200 mg/kgBB Tripterygium .0189800 wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 .0148000 mg/kgBB * The mean difference is significant at the .05 level.
.007338 3 .007338 3 .007338 3
.991
-.021965
.042205
.974
-.020245
.043925
.001
.012615
.076785
.007338 3
.166
-.004725
.059445
.007338 3
.992
-.022085
.042085
.007338 3
.435
-.009765
.054405
.007338 3
.667
-.013105
.051065
.007338 3
.898
-.017285
.046885
Homogeneous Subsets selisih a
Scheffe
perlakuan Natrium diklofenak Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kgBB CMC-Na Aquadest Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kgBB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kgBB karagenin Sig.
N 5
Subset for alpha = .05 1 2 .015220
5
.032560
.032560
5
.037600
.037600
5
.040940
.040940
5
.045120
.045120
5 5
.048080 .049800
5
.049920
5
.059920
5
.062040 .100
.090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
102
Lampiran 13. Hasil Perhitungan Dan Analisis Persentase (%) Daya Anti-Inflamasi Kontrol Positif Natrium Diklofenak dan Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F dikurangi Pelarutnya (Aquadest dan CMC-Na) Persentase (%) Daya Anti-Inflamasi No.
Kontrol CMC-Na 1%
Aquadest
Ekstrak Etanolik Batang Tripterygium wilfordii Hook. F Natrium diklofenak
I
II
III
IV
V
VI
1
-21,67
33,94
74,70
69,63
2,04
29,91
-3,79
6,61
3,49
2
18,26
-45,98
58,23
16,60
-56,82
35,73
19,51
13,48
-28,74
3
13,48
-28,31
53,41
28,66
-4,83
-12,52
29,91
-15,64
-47,46
4
4,53
12,05
77,11
28,45
-10,65
36,98
-9,19
1,41
-26,87
5
-14,60
28,31
83,73
18,05
51,12
18,89
37,81
24,92
-23,54
0,00
0,00
69,44
32,28
-3,83
21,80
14,85
6,16
-24,63
X % daya
Keterangan : I = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB II = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB III = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB IV = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB V = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB VI = Ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
103
Karena rata-rata bobot udema kelompok kontrol negatif pelarut memiliki nilai yang lebih kecil dibanding karagenin, maka persentase (%) daya anti-inflamasi Natrium diklofenak dan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F dihitung terhadap rata-rata bobot udema pelarutnya masing-masing (dilakukan pengurangan dengan pelarutnya). Contoh perhitungan persentase (%) daya anti-inflamasi (hasil pengurangan dengan pelarut) : 1. Natrium diklofenak (pengurangan dengan aquadest sebagai pelarut) Natrium diklofenak replikasi 1 Rata-rata bobot udem aquadest = 0,0498 g % daya anti-inflamasi
⎡ 0,0498 − 0,0126 ⎤ = ⎢ ⎥ x 100 % = 74,70 % 0,0498 ⎣ ⎦
2. Ekstrak etanolik batang tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB (pengurangan dengan CMC-Na sebagai pensuspensi) Replikasi 2 Rata-rata bobot udem CMC-Na % daya anti-inflamasi
= 0,04808 g ⎡ 0,04808 − 0,0401⎤ = ⎢ ⎥ x 100 % = 16,60 % 0,04808 ⎣ ⎦
3. Ekstrak etanolik batang tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB (pengurangan dengan CMC-Na sebagai pensuspensi) Replikasi 4 Rata-rata bobot udem CMC-Na % daya anti-inflamasi
= 0,04808 g ⎡ 0,04808 − 0,0303 ⎤ = ⎢ ⎥ x 100 % = 36,98 % 0,04808 ⎣ ⎦
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
104
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DAI N Normal Parameters a,b
45 12.8964 33.33962 .072 .072 -.045 .482 .974
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives DAI
N Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB CMC-Na Aquadest Total
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Minimum
Maximum
5
32.2780
21.62840
9.67252
5.4228
59.1332
16.60
69.63
5
-3.8280
38.43635
17.18926
-51.5530
43.8970
-56.82
51.12
5
21.7980
20.47303
9.15582
-3.6226
47.2186
-12.52
36.98
5
14.8500
20.62191
9.22240
-10.7555
40.4555
-9.19
37.81
5
6.1560
15.02935
6.72133
-12.5054
24.8174
-15.64
24.92
5
-24.6240
18.26911
8.17019
-47.3081
-1.9399
-47.46
3.49
5
69.4360
12.97426
5.80226
53.3263
85.5457
53.41
83.73
5 5 45
.0000 .0020 12.8964
17.45285 35.40550 33.33962
7.80515 15.83382 4.96998
-21.6706 -43.9597 2.8801
21.6706 43.9637 22.9128
-21.67 -45.98 -56.82
18.26 33.94 83.73
Test of Homogeneity of Variances DAI Levene Statistic 1.185
df1
df2 8
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound
36
Sig. .335
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
105
ANOVA DAI
Between Groups
Sum of Squares 28604.647
Within Groups Total
df 8
Mean Square 3575.581
20302.693
36
563.964
48907.340
44
F 6.340
Sig. .000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: DAI Scheffe
(I) Tripterygium
(J) Tripterygium
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
15.01950
.671
-27.0262
99.2382
10.48000
15.01950
1.000
-52.6522
73.6122
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB
17.42800
15.01950
.994
-45.7042
80.5602
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB
26.12200
15.01950
.925
-37.0102
89.2542
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB
56.90200
15.01950
.111
-6.2302
120.0342
-37.15800
15.01950
.635
-100.2902
25.9742
32.27800
15.01950
.790
-30.8542
95.4102
32.27600
15.01950
.790
-30.8562
95.4082
-36.10600
15.01950
.671
-99.2382
27.0262
-25.62600
15.01950
.933
-88.7582
37.5062
-18.67800
15.01950
.990
-81.8102
44.4542
-9.98400
15.01950
1.000
-73.1162
53.1482
20.79600
15.01950
.980
-42.3362
83.9282
73.26400(*)
15.01950
.012
-136.3962
-10.1318
-3.82800
15.01950
1.000
-66.9602
59.3042
-3.83000
15.01950
1.000
-66.9622
59.3022
-10.48000
15.01950
1.000
-73.6122
52.6522
25.62600
15.01950
.933
-37.5062
88.7582
6.94800
15.01950
1.000
-56.1842
70.0802
CMC-Na Aquadest Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB CMC-Na Aquadest Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB
95% Confidence Interval
36.10600
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB
Mean Difference (I-J)
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB
15.64200
15.01950
.997
-47.4902
78.7742
46.42200
15.01950
.330
-16.7102
109.5542
-47.63800
15.01950
.296
-110.7702
15.4942
21.79800
15.01950
.974
-41.3342
84.9302
21.79600
15.01950
.974
-41.3362
84.9282
-17.42800
15.01950
.994
-80.5602
45.7042
18.67800
15.01950
.990
-44.4542
81.8102
-6.94800
15.01950
1.000
-70.0802
56.1842
8.69400
15.01950
1.000
-54.4382
71.8262
39.47400
15.01950
.555
-23.6582
102.6062
-54.58600
15.01950
.145
-117.7182
8.5462
14.85000
15.01950
.998
-48.2822
77.9822
14.84800
15.01950
.998
-48.2842
77.9802
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
-26.12200
15.01950
.925
-89.2542
37.0102
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB
9.98400
15.01950
1.000
-53.1482
73.1162
-15.64200
15.01950
.997
-78.7742
47.4902
-8.69400
15.01950
1.000
-71.8262
54.4382
30.78000
15.01950
.830
-32.3522
93.9122
63.28000(*)
15.01950
.049
-126.4122
-.1478
6.15600
15.01950
1.000
-56.9762
69.2882
6.15400
15.01950
1.000
-56.9782
69.2862
-56.90200
15.01950
.111
-120.0342
6.2302
-20.79600
15.01950
.980
-83.9282
42.3362
-46.42200
15.01950
.330
-109.5542
16.7102
-39.47400
15.01950
.555
-102.6062
23.6582
-30.78000
15.01950
.830
-93.9122
32.3522
94.06000(*)
15.01950
.000
-157.1922
-30.9278
-24.62400
15.01950
.946
-87.7562
38.5082
-24.62600
15.01950
.946
-87.7582
38.5062
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB CMC-Na Aquadest Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB CMC-Na Aquadest
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB CMC-Na Aquadest Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB
106
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB CMC-Na Aquadest
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
37.15800
15.01950
.635
-25.9742
100.2902
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB
73.26400(*)
15.01950
.012
10.1318
136.3962
47.63800
15.01950
.296
-15.4942
110.7702
54.58600
15.01950
.145
-8.5462
117.7182
63.28000(*)
15.01950
.049
.1478
126.4122
94.06000(*)
15.01950
.000
30.9278
157.1922
69.43600(*)
15.01950
.021
6.3038
132.5682
69.43400(*)
15.01950
.021
6.3018
132.5662
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
-32.27800
15.01950
.790
-95.4102
30.8542
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB
3.82800
15.01950
1.000
-59.3042
66.9602
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB
-21.79800
15.01950
.974
-84.9302
41.3342
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB
-14.85000
15.01950
.998
-77.9822
48.2822
-6.15600
15.01950
1.000
-69.2882
56.9762
24.62400
15.01950
.946
-38.5082
87.7562
69.43600(*)
15.01950
.021
-132.5682
-6.3038
-.00200
15.01950
1.000
-63.1342
63.1302
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
-32.27600
15.01950
.790
-95.4082
30.8562
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB
3.83000
15.01950
1.000
-59.3022
66.9622
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB
-21.79600
15.01950
.974
-84.9282
41.3362
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB
-14.84800
15.01950
.998
-77.9802
48.2842
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB
-6.15400
15.01950
1.000
-69.2862
56.9782
Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB
24.62600
15.01950
.946
-38.5062
87.7582
15.01950
.021
-132.5662
-6.3018
15.01950
1.000
-63.1302
63.1342
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB CMC-Na Aquadest CMC-Na
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB Aquadest Aquadest
107
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB CMC-Na
69.43400(*) .00200
* The mean difference is significant at the .05 level.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Homogeneous Subsets DAI Scheffe Subset for alpha = .05 Tripterygium Tripterygium wilfordii dosis 819 mg/kg BB
N
1
2
5
-24.6240
Tripterygium wilfordii dosis 10,11 mg/kg BB
5
-3.8280
CMC-Na
5
.0000
Aquadest
5
.0020
Tripterygium wilfordii dosis 273 mg/kg BB
5
6.1560
Tripterygium wilfordii dosis 91 mg/kg BB
5
14.8500
14.8500
Tripterygium wilfordii dosis 30,35 mg/kg BB
5
21.7980
21.7980
Tripterygium wilfordii dosis 3,37 mg/kg BB
5
32.2780
32.2780
Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB
5
Sig.
69.4360 .111
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
.145
108
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
109
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi Ekstrak Etanolik Akar Tripterygium wilfordii Hook. F terhadap Natrium diklofenak
Kelompok Perlakuan Ekstrak Tripterygium Wilfordii
Potensi relatif (%)
Dosis 3,37 mg/kg BB Dosis 10,11 mg/kg BB Dosis 30,35 mg/kg BB Dosis 91 mg/kg BB Dosis 273 mg/kg BB Dosis 819 mg/kg BB
Potensi relatif daya anti inflamasi =
46,49 -5,52 31,39 21,39 8,87 -35,47 DAp x 100% DAd
Keterangan : DAp : persentase (%) daya anti inflamasi pada kelompok perlakuan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii DAd : persentase (%) daya anti inflamasi rata-rata diklofenak 4,48 mg/kg BB Contoh perhitungan : Peringkat dosis 3,37 mg/kg BB Potensi relatif =
32,28% x 100% = 46,49 % 69,44%
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
110
Lampiran 15. Surat pernyataan ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F. dari IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
111
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Caecilia Ratna Tri Wijayanti, lahir di Gunungkidul pada tanggal 24 Oktober 1985 dan merupakan putri bungsu dari pasangan Antonius Tumiyo dan Maria Theresia Sumilah. Penulis menyelesaikan pendidikan TK di TK Kanisius Bandung I Kec. Playen pada tahun 1992 kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Kanisius Bandung I Kec. Playen dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ditempuh di SLTP 2 Playen dan pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan sekolah menengah umum di SMU 1 Wonosari. Tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.