PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERBANDINGAN PREVALENSI, KESADARAN DAN TERAPI HIPERTENSI ANTARA KAUM AWAM LAKI-LAKI DAN BIARAWAN (KAJIAN FAKTOR BMI, AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi
Oleh: Ratna Sihombing 128114143
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan kepada Yesus sumber kebahagiaan sejati yang telah memperkenankan aku berkenalan dengan kepahitan, agar aku mengenal manisnya hidup. DIA yang telah menganugrahkan “Kasih” agar aku mengalami kebahagiaan dan akhirnya kebahagiaanku hanya dalam kasih. Untuk Bunda Maria yang setia mendoakan aku pada Sang Kekasih Jiwa, membuatku terpesona atas kelembutan dan kesabaran dalam merangkul kehidupan. Untuk para dosenku yang telah bersedia menggoreskan ilmu, cinta yang menumbuhkan harapan dan cita-cita. Untuk para suster, sahabat dan teman-temanku yang telah terlibat dalam mengisi pengalaman hidupku yang penuh warna, membuatku untuk lebih mencintai kehidupan, kesederhanaan, dan kesetiaan.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Bapa yang Baik Hati, atas rahmat-Nya yang memampukan peneliti untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN PREVALENSI, KESADARAN DAN TERAPI HIPERTENSI ANTARA KAUM AWAM LAKI-LAKI DAN BIARAWAN (KAJIAN FAKTOR BMI, AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN )”. Skripsi ini berhasil ditulis berkat dukungan, perhatian dan uluran tangan kasih dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu peneliti mengucapkan rasa terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah mendukung penelitian. 2. Ibu Dr.Rita Suhadi, MSi.,Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing serta memberi saran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Para Romo, Frater di komunitas-komunitas Kabupaten Sleman yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 4. Para Bapak/Saudara yang berada disekitar biara yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 5. Dewan Pemimpin Umum persaudaraan Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), yang memberikan kesempatan, kepercayaan dan perhatian serta dukungan kepada peneliti selama kuliah sampai dengan menyelesaiakan skripsi ini.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Para Suster FSE komunitas St. Yohanes DonBosco Yogyakarta yang menjadi sahabat peneliti dalam menapaki hari-hari studi. Terimakasih atas sapaan, senyuman, kehadiran dan tegursapanya. 7. Teman-teman FKK-B 2012 yang sudah bersedia menemani, mengajari dan membantu saya dalam proses perkuliahan selama ini. 8. Seluruh dosen, laboran, karyawan yang sudah membantu dan mendukung dalam proses perkuliahan maupun praktikum selama ini. 9. Keluarga tercinta: Ayah, Ibu, Abang, Kakak dan semua keponakan. Terimakasih atas cinta, doa, dan dukungan yang tiada hentinya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang dengan caranya sendiri telah membantu selama proses perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari akan keterbatasan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Terimakasih dan berkat Tuhan menyertai kita.
Penulis
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri secara persisten (≥140/90mmHg). Biarawan adalah suatu golongan tertentu dalam gereja yang hidup berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Faktor risiko kesehatan yang meliputi BMI, aktivitas fisik dan pola makan. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan prevalensi, tingkat kesadaran, dan terapi hipertensi pada kaum awam laki-laki di sekitar biara dengan kaum biarawan. Jenis penelitian yang dilakukan survey observasional dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian berumur ≥ 25 tahun yang bersedia mengisi informed consent. Pengukuran yang dilakukan meliputi tekanan darah, body mass index, aktivitas fisik dan pola makan dengan teknik wawancara. Data diuji dengan t-test dan Chi-square. Hasil dari penelitian menunjukkan prevalensi kaum awam yang menderita hipertensi 34%, yang sadar menderita hipertensi 52,9%, yang melakukan terapi hipertensi secara rutin 72,2%, sedangkan kaum biarawan yang menderita hipertensi 27,2%, yang sadar menderita hipertensi 35,7%, yang melakukan terapi hipertensi secara rutin 40,0%. Tidak ada perbedaan prevalensi, kesadaran dan terapi antara awam laki-laki dengan biarawan.
Kata kunci: Hipertensi, Kesadaran, Faktor Risiko Hipertensi, Biarawan, Awam.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Hypertension is an increase in arterial blood pressure persistently (≥140 / 90mmHg). Monk is a certain group within the church that lives differently by society in general. Health risk factors which include BMI, physical activity and diet. The purpose of this study was to compare the prevalence, the level of awareness and treatment of hypertension in male laity around the monastery with the monks. Type of survey research conducted observational cross-sectional design. Respondents aged ≥ 25 years who are willing to fill informed consent. Measurements performed include blood pressure, body mass index, physical activity and diet with interview techniques. Data were tested by t-test and Chi-square. Results from the study showed that the prevalence of the laity who suffer from hypertension 34%, which is aware of suffering from hypertension 52.9%, which conducts routine treatment of hypertension of 72.2%, while the monk who suffer from hypertension 27.2%, which is aware of 35 suffer from hypertension, 7%, which conducts routine treatment of hypertension 40.0%. There is no difference in the prevalence, awareness and treatment between men lay with the monks.
Keywords: Hypertension, Awareness, Risk Factors Hypertension, Monks, Laity.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. ......
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................. … ......
vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................ ......
viii
INTISARI.................................................................................................. ......
ix
ABSTRACT ................................................................................................ ......
x
DAFTAR ISI ............................................................................................. ......
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ......
xv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ......
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xviii
BAB I. PENGANTAR .............................................................................. ......
1
A. LATAR BELAKANG .................................................................. ......
1
1. Rumusan masalah.................................................................... ......
4
2. Keaslian penelitian .................................................................. ......
5
3. Manfaat penelitian ................................................................... ......
7
B. Tujuan penelitian ........................................................................... ......
7
1. Tujuan umum .......................................................................... ......
7
2. Tujuan khusus ......................................................................... ......
7
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA....................................................... ......
9
A. Hipertensi ...................................................................................... ......
9
B. Penatalaksanaan terapi hipertensi ................................................. ......
12
1. Terapi non farmakologi ........................................................... ......
12
2. Terapi farmakologi .................................................................. ......
13
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi ............................... ......
13
1. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol ................................. ......
13
2. Faktor risiko yang dapat dikontrol .......................................... ......
14
D. Teori The‟Rule OF Halves’ .......................................................... ......
18
E. Profil tempat penelitian ................................................................. ......
19
F. Landasan teori ............................................................................... ......
19
G. Hipotesis........................................................................................ ......
21
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................... ......
22
A. Jenis dan rancangan penelitian ...................................................... ......
22
B. Variabel penelitian ........................................................................ ......
22
1. Variabel bebas ......................................................................... ......
22
2. Variabel tergantung ................................................................. ......
23
3. Variabel pengacau ................................................................... ......
22
C. Defenisi operasional ...................................................................... ......
23
D. Subyek penelitian .......................................................................... ......
25
E. Lokasi dan waktu penelitian.......................................................... ......
26
F. Ruang lingkup penelitian .............................................................. ......
27
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G. Teknik pengambilan sampel ......................................................... ......
27
H. Instrumen penelitian ...................................................................... ......
28
I. Tata cara penelitian ....................................................................... ......
28
1. Observasi awal ........................................................................ ......
28
2. Permohonan izin dan kerjasama ............................................. ......
28
3. Pembuatan informed consent .................................................. ......
28
4. Seleksi dan penetapan calon responden .................................. ......
28
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ........................ ......
28
6. Pengukuran tekanan darah ...................................................... ......
29
7. Pengolahan data ...................................................................... ......
30
J. Analisis data penelitian ................................................................ ......
30
K. Perumusan hipotesis ...................................................................... ......
31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. ......
35
A. Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi ................ ......
41
B. Perbandingan prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi antara kaum awam laki-laki dengan kaum biarawan .............................. ......
44
C. Faktor risiko BMI, aktivitas fisik, pola makan terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi ................................... ......
46
1. Pada awam .............................................................................. ......
47
2. Pada biarawan ......................................................................... ......
49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. …..
xiii
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Saran ............................................................................................. ......
55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ......
57
LAMPIRAN .............................................................................................. ......
62
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. ......
74
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan profil subyek berdasarkan „The Rule of Halves’ .................
24
Gambar 2. Bagan hipotesis .............................................................................
33
Gambar 3. Faktor risiko subyek berdasarkan teori Rule of Halves .................
41
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I.
Defenisi dan klasifikasi tekanan darah (mmHg) ...............................
10
Tabel II.
Klasifikasi BMI menurut WHO ........................................................
15
Tabel III.
Defenisi operasional penelitian pada awam laki-laki dan biarawan
23
Tabel IV.
Penilaian perilaku konsumsi makanan ..............................................
27
Tabel V.
Profil penelitian pada awam dan biarawan .......................................
35
Tabel VI.
Perbandingan profil antara awam dengan biarawan .........................
36
Tabel VII.
Perbedaan tekanan darah sistolik, diastolik dan denyut nadi pada umur awam dan faktor risiko responden penelitian ................
37
Tabel VIII. Perbedaan tekanan darah sistolik, diastolik dan denyut nadi pada umur biarawan dan faktor risiko responden penelitian ...........
39
Tabel IX.
Perbandingan prevalensi hipertensi antara awam dengan biarawan
44
Tabel X.
Perbandingan kesadaran hipertensi antara awam dengan biarawan
44
Tabel XI.
Perbandingan terapi hipertensi antara awam dengan biarawan .......
44
Tabel XII.
Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap prevalensi hipertensi pada awam .....................................................
46
Tabel XIII. Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap kesadaran hipertensi pada awam......................................................
49
Tabel XIV. Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap terapi hipertensi pada kaum awam................................................... Tabel XV.
Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap
xvi
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
prevalensi hipertensi pada biarawan ...............................................
51
Tabel XVI. Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap kesadaran hipertensi pada biarawan ...............................................
52
Tabel XVII. Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap terapi hipertensi pada biarawan ......................................................
xvii
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar lampiran Lampiran 1. Informed Consent pada awam .........................................
62
Lampiran 2. Informed Consent pada biarawa ......................................
63
Lampiran 3. SOP Pengukuran Tekanan Darah ....................................
64
Lampiran 4. Case Report Form (CRF) .................................................
65
Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Uji ...........................
66
Lampiran 6. Panduan Wawancara untuk CRF .....................................
68
Lampiran 7. Alamat biara pada penelitian ...........................................
70
Lampiran 8. Ethical clearance .............................................................
71
Lampiran 9. Validasi timbangan berat badan.......................................
72
Lampiran10. Validasi alat ukur tinggi badan .......................................
73
Lampiran 11. Uji realibilitas instrumen penelitian...............................
74
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini, dan salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Prevalensi hipertensi diperkirakan sekitar 1 miliar orang di seluruh dunia. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar kemungkinan terkena serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan penyakit ginjal (Ekwunife, 2010). Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan di tempat pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riset kesehatan dasar 2013. Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan yang mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang mengandung tinggi garam, lemak jenuh dan serat yang rendah mulai menjamur terutama di kota-kota besar (Departemen Kesehatan RI, 2014). Indeks massa tubuh (BMI) secara positif dan secara independen berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas dari hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe II dan penyakit kronis lainnya. Pada populasi Kaukasia, hubungan yang erat telah digambarkan antara BMI terhadap kematian. Suatu perkumpulan serupa juga telah ditunjukkan pada populasi di Asia (Tesfaye et al., 2007). BMI dapat
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
mempengaruhi tekanan darah seseorang karena beberapa fungsi organ mendapatkan efek tertentu sehingga fisiologisnya berbeda. Pada orang BMI tinggi berat badan yang dimiliki juga tinggi. Hipertensi dan obesitas merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Prevalensi kedua keadaan ini adalah cukup tinggi dan makin meningkat dari tahun ke tahun. Swedish Obese Study (1999, dalam Sanif, 2008), melaporkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah sekitar 13,6 %. Selanjutnya dilaporkan oleh Sanif (2008), banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami, tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah (Guyton, 2008). Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko. Caranya, mempertahankan berat badan dalam kondisi normal, mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan rendah garam dan rendah lemak serta memperbanyak konsumsi sayuran dan buah. Melakukan olahraga secara teratur, mengatasi stress dan emosi, menghentikan kebiasaan merokok, menghindari minuman beralkohol, dan periksa tekanan darah secara berkala (Departemen Kesehatan RI, 2010). Informasi tentang prevalensi, kesadaran, pengobatan, dan pengendalian hipertensi di beberapa negara dan pada masyarakat yang berbeda perlu memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
usul terhadap pemantauan dan juga untuk menginformasikan perkembangan strategi baru dalam meningkatkan kontrol hipertensi. Pada tahun 2008 survei kesehatan dari 199 negara untuk individu yang berusia 25 tahun ke atas melaporkan adanya prevalensi hipertensi (Chow, 2013). Dalam World Health Statistics tahun 2012, WHO melaporkan bahwa sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45% dari penyakit jantung koroner disebabkan oleh hipertensi. Di Indonesia, satu dari tiga orang penduduk usia 18 tahun keatas beresiko terkena hipertensi. Tidak ada perbedaan proporsi antara laki-laki dan wanita yang hipertensi, demikian juga dengan tingkat sosial ekonomi. Semua orang berisiko terkena hipertensi. Proporsi laki-laki dengan hipertensi 31,3%, sedangkan perempuan 31,9%. Proporsi masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah sebanyak 30,5%, dan ekonomi tinggi sebanyak 33,0% (Departemen Kesehatan RI, 2013). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman karena dari data biarawan yang ada di Yogyakarta, biara laki-laki yang paling banyak terdapat di Kabupaten Sleman. Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas 2007) menunjukkan bahwa propinsi DIY masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak. Analisis tiga tahun terakhir dari data di seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan, penyakitpenyakit kardiovaskuler seperti jantung, stroke, hipertensi atau dikenal sebagai penyakit CVD (cardiovascular disease) menempati urutan paling tinggi penyebab kematian (Dinas Kesehatan DIY, 2013). Pola hidup seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, stress, tingginya konsumsi alkohol, konsumsi garam dan gula berlebih,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
makanan berlemak dan berkalori tinggi, sangat berpengaruh terhadap hipertensi (Venkataraman, 2013). Kaul kemiskinan/kesederhanaan salah satu kaul yang diucapkan oleh para religius termasuk di dalamnya para biarawan. Kaul kemiskinan mendorong para religius untuk memadukan kesederhanaan dan kerendahan hati. Kaul kemiskinan supaya bisa menjadi nyata harus terungkap dalam segala bidang kehidupan manusia, antara lain dalam bidang ekonomi. Pada umunya para religius mewujudkan kemiskinan itu dengan cara yang berbeda dengan cara orang non-religius (Iriarte, 1995). Kehidupan biarawan memiliki pola hidup yang berbeda dengan kaum awam laki-laki. Seperti penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa para biarawan mengkonsumsi makanan sederhana setiap harinya, jarang mengkonsumsi makanan berlemak, minuman beralkohol dan jarang merokok. Kaum biarawan hidup dalam lingkungan yang tenang dan kehidupan rohani yang mendalam, sehingga dengan kehidupan rohani yang mendalam, diharapkan kaum biarawan dapat mengatasi stress dengan baik dan dengan pola hidup yang berbeda dengan masyarakat umumnya dapat memberikan perbedaan yang baik dalam bidang kesehatan khususnya hipertensi. 1.
Rumusan masalah a. Seperti apakah profil prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi pada
responden awam dan biarawan? b. Apakah ada perbedaan prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi antara awam laki-laki di sekitar biara dengan biarawan?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
c. Apakah faktor risiko kesehatan meliputi BMI, aktivitas fisik, dan pola makan berpengaruh terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi pada responden awam lakilaki dan biarawan? 2.
Keaslian penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan perbandingan prevalensi, kesadaran,
dan terapi hipertensi yang telah dipublikasikan ditampilkan di bawah ini: a.
Prevalence, awareness, treatment and control of hypertension among adults
in rural north-western China: a cross-sectional population survey (Dong, 2013) dilakukan dengan metode cross-sectional dilakukan pada 3.000 subyek, 1355 lakilaki dan 1645 perempuan, umur rata-rata peserta 46,3±14,2 tahun. Persentase lakilaki dengan hipertensi sebanyak 36,5%, yang sadar hipertensi 36,2%, yang menerima terapi 29,8%, hipertensi terkontrol 17,7%. b.
Factors
associated
with prevalence, awareness, treatment and
control
of hypertension among adults in Southern China: a community-based, cross-sectional survey (Wang, 2013) dilakukan dengan metode cross-sectional dilaksanakan di 180 desa di 15 kabupaten di Cina selatan dari Juli hingga November 2010 sebanyak 17437 subyek (8.169 orang laki-laki dan 9.268 perempuan). Pada penelitian ini sebanyak 5.227 responden yang hipertensi dengan persentase laki-laki yang hipertensi sebanyak 31,22%.terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dengan wanita pada kesadaran akan hipertensi yakni 51,73% vs 56,82%, p 0,001, dan terapi hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki yakni 49,05% vs 43,49% p 0,001.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
c.
Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir,
Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta (Paulina, 2014) dilakukan dengan metode cross-sectional pada usia ≥40 tahun dengan jumlah responden 265 orang. Hasil dari penelitianya menunjukkan prevalensi masyarakat yang menderita hipertensi 55,8%, yang sadar menderita hipertensi 29,1%, dan yang melakukan terapi secara rutin 2,6% dan jarang terapi 14,7%. Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan seperti contoh di atas, persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama untuk mengetahui prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi pada masing-masing responden yang diteliti. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, pada penelitian terdahulu penelitian dilakukan pada responden laki-laki dan perempuan, sedangkan penelitian ini meneliti hanya pada responden laki-laki saja yakni awam laki-laki dengan biarawan. Penelitian ini juga membandingkan dua kelompok status yang berbeda yakni awam laki-laki dan biarawan. Untuk kalangan biarawan sendiri belum pernah ada penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan pada responden laki-laki usia ≥25 tahun. Adapun alasan peneliti meneliti pada usia ≥25 tahun dikarenakan WHO 2013 melaporkan bahwa pada tahun 2008 di seluruh dunia sekitar 40% dari orang dewasa usia 25 tahun keatas didiagnosa menderita hipertensi dengan prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di kawasan Afrika sekitar 46% (WHO, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
3.
Manfaat penelitian a.
Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai
faktor risiko kesehatan terhadap responden hipertensi awam laki-laki dan biarawan sehingga dapat membantu mencegah prevalensi hipertensi, dan tekanan darah responden tetap terkontrol. b.
Manfaat praktis. Data yang didapatkan diharapkan dapat memberikan
masukan kepada pemerintah setempat untuk memantau seberapa besar prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi pada masyarakat sehingga dapat melakukan edukasi yang bermanfaat untuk mencegah dan mengobati hipertensi. Sebagai masukan untuk biarawan agar dalam setiap hari bisa menjadwalkan pola makan sehat di komunitas masing-masing. Untuk responden sendiri agar meningkatkan perilaku pola hidup sehat, sehingga masyarakat sadar untuk melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin untuk mendeteksi secara dini penyakit hipertensi. B. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Mengevaluasi prevalensi, tingkat kesadaran dan terapi responden pada kelompok
awam laki-laki dan biarawan. 2.
Tujuan khusus a.
Mengobservasi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran akan hipertensi, dan
terapi hipertensi responden pada kelompok awam dan biarawan. Mengevaluasi perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi antara awam dan biarawan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
b.
Mengevaluasi perbedaan faktor risiko meliputi BMI, aktivitas fisik, dan pola
makan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi pada masing-masing kelompok awam laki-laki dan biarawan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi Tekanan darah adalah suatu tenaga yang digunakan atau dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah. Tekanan darah sifatnya tidak tetap. Tekanan darah akan berubah-ubah sesuai dengan aktivitas tubuh maupun keadaan psikologis seseorang, pada saat aktivitas meningkat atau dalam suasana stress tekanan darah akan meningkat, sebaliknya dalam suasana istirahat, santai atau rileks, tekanan darah akan menurun. Bila tekanan darah selalu tinggi dalam situasi apapun dalam waktu lama, seseorang dapat dikatakan menderita tekanan darah tinggi (Hardi, 2009). Beberapa penelitian melaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah persisten bila tekanan sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
dari 90mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kaplan, 2006). Tabel I. Defenisi dan Klasifikasi Tekanan Darah (mmHg) Kategori Sistolik BP Diastolik BP (mmHg) (mmHg) Normal 120- 129 dan/atau 80- 84 Normal kategori tinggi 130- 139 dan/atau 85- 89 Hipertensi tingkat 1 (ringan) 140- 159 dan/atau 90- 99 Hipertensi tingkat II (sedang) 160- 179 dan/atau 100- 109 Hiperternsi tingkat III (berat) ≥ 180 dan/atau ≥ 110 Hipertensi isolasi sistolik ≥ 140 < 90 (Mancia et al., 2013) Berdasarkan penyebabnya, hipertensi digolongkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak (belum) diketahui penyebabnya. Diduga pemicu terjadinya hipertensi primer adalah karena faktor bertambahnya usia, stress psikologis yang berkepanjangan, keturunan (hereditas), gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah. Umumnya penderita hipertensi jenis ini tidak merasa apa-apa. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang sudah dapat diketahui penyebabnya. Penyebab hipertensi sekunder antara lain: gangguan pada endokrin (adrenal, tiroid, hipofisis, dan para tiroid), penyakit ginjal, kelainan hormonal (Weber, 2014). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg secara persisten. Perubahan gaya hidup yang penting termasuk menurunkan berat badan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
berhenti merokok, makan makanan sehat, mengurangi asupan natrium, berolahraga secara teratur, dan membatasi konsumsi alkohol (Sheldon, 2005). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %) (Riskesdas, 2013). Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas 2007) menunjukkan bahwa propinsi DIY masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak. Pada hasil Riskesdas tahun 2010 kasus hipertensi di Provinsi DIY mencapai 35,8 % diatas ratarata seluruh Indonesia yang mencapai 31,7%. Jumlah perokok di Yogyakarta pada hasil berbagai survey termasuk Susenas, telah mencapai lebih dari 30% (Departemen Kesehatan DIY, 2012). Perilaku kehidupan modern seperti pola makan tinggi kalori, lemak, kolestrol, kebiasaan merokok dan minum alkohol merupakan perilaku yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti hipertensi dan diabetes mellitus (Malope, 2012). Beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya hipertensi adalah merokok, gaya hidup, kurangnya aktivitas fisik, tingginya tingkat konsumsi alkohol, stress. Tekanan darah tinggi dapat diobati secara medis, dengan mengubah faktor gaya hidup, atau kombinasi dari keduanya. Perubahan gaya hidup yang penting termasuk menurunkan berat badan, berhenti merokok, makan makanan sehat, mengurangi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
asupan natrium, berolahraga secara teratur, dan membatasi konsumsi alkohol (Sheldon, 2005). B. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi 1. Terapi Non- Farmakologi Beberapa intervensi gaya hidup menurunkan tekanan darah adalah penurunan berat badan, pengurangan garam, latihan aerobik yang teratur, dan berhenti merokok. a. Berat badan: Pada pasien yang kelebihan berat badan atau obesitas, penurunan berat badan sangat membantu dalam mengobati gangguan hipertensi, diabetes, dan lipid. Mengganti buah-buahan dan sayuran segar untuk diet yang lebih tradisional mungkin memiliki manfaat luar penurunan berat badan (Kotchen, 2008). b. Pengurangan garam: makanan tinggi garam sering terjadi pada banyak masyarakat. Pengurangan asupan garam dianjurkan karena dapat mengurangi tekanan darah. Seringkali, pasien tidak menyadari bahwa ada sejumlah besar garam dalam makanan seperti roti, makanan kaleng, makanan cepat saji, acar, sup, dan daging olahan. Asupan ini bisa sulit untuk berubah karena makanan asin sering bagian dari makanan tradisional yang ditemukan dalam banyak kebudayaan (Graudal et al., 2012). c. Latihan aerobik yang teratur dapat membantu mengurangi tekanan darah, tetapi kesempatan untuk mengikuti latihan terstruktur sering terbatas. Namun, pasien harus didorong untuk berjalan, menggunakan sepeda, naik tangga, dan mengupayakan cara memadukan aktivitas fisik ke dalam rutinitas sehari-hari mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
d. Konsumsi alkohol: hingga 2 sloki sehari dapat membantu dalam melindungi terhadap kejadian kardiovaskular tetapi lebih dari 2 sloki alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan karenanya harus diwaspadai. Pada wanita, alkohol harus dibatasi 1 sloki sehari. e. Merokok: berhenti merokok tidak akan mengurangi tekanan darah, tapi karena merokok itu sendiri merupakan suatu faktor risiko utama kardiovaskular, pasien harus sangat disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok (Weber, 2014). 2. Terapi Farmakologi Golongan Diuretik (chlorthalidone, indapamide, dan hidroklorotiazid) bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium oleh ginjal dan memiliki beberapa efek vasodilator. Angiotensin Converting Enzyme inhibitors atau ACEi contoh obatnya captopril, enalapril, fusinopril, dan lain-lain, memiliki mekanisme memblokir konversi angiotensin 1 menjadi angiotensin II. β-adrenergic receptor antagonists contoh obatnya atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol, memiliki
mekanisme
menyebabkan penurunan curah jantung, pelepasan renin dan debit simpatik (Oussama, 2005). C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipertensi 1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol a.
Jenis kelamin. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda (Martiningsih,2011). Suatu penelitian yang dilakukan di Cina Selatan pada tahun 2010, menunjukkan hasil hipertensi untuk pria 23,36% (95% CI: 23,25% -
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
23,47%) dan perempuan 21,77% (CI 95%: 21,68% -21,86%) pada usia 18 sampai dengan ≥60 tahun (Wang, 2013). b.
Umur. Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, hal
ini disebabkan pada usia tersebut fungsi ginjal dan hati mulai menurun. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya atreri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta kehilangan daya penyesuaian diri (Qiao, 2013). c.
Keturunan (Genetik). Kasus hipertensi yang terjadi kebanyakan adalah
hipertensi primer. Umumnya karena faktor genetik. Berbagai penelitian dan studi kasus menguatkan hal tersebut. Apabila kedua orang tua memiliki hipertensi, 60% kemungkinan anaknya akan mengidapnya. Hipertensi yang lebih banyak dijumapai pada kemvar identik daripada kembar nonidentik semakin menguatkan bahwa faktor genetik merupakan penyebab hipertensi (Marliani, 2007). 2. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol a. Aktivitas Fisik. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi (Appel, 2009). b. Pola makan salah. Faktor makanan yang diawetkan atau diasinkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
darah (Sugondo, 2006). Pola makan yang tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan baik jumlah maupun jenis makanannya, seperti makanan-makanan tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah, makanan tinggi natrium dan sebagainya dapat menyebabkan risiko terjadinya hipertensi (Lawrence, 1997). c. Obesitas. Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah. Obesitas dapat meningkatkan tekanan darah karena terjadi peningkatan massa tubuh. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak volume darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan zat makanan ke jaringan tubuh. Darah yang beredar melalui pembuluh darah bertambah ini menyebabkan peningkatan tekanan arteri sehingga tekanan darah meningkat. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa peningkatan tekanan darah banyak disebabkan kelebihan berat badan. BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan (Muhammadun, 2010). Rumus perhitungan BMI adalah sebagai berikut: (Sugondo, 2006).
BMI=
Nilai BMI yang direkomendasikan oleh WHO untuk Asia seperti tabel berikut:
Klasifikasi Underweight Normal range Overweight: At risk Obese I Obes II
Tabel II. Klasifikasi BMI Menurut WHO BMI (kg/m2) Risiko komorbiditas <18,5 Rendah 18,5-22,9 Rata-rata ≥23 23-24,9 25-29,9 ≥30
Meningkat Moderat Parah
(Inoue, 2000)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Hubungan antara indeks massa tubuh dan tekanan darah di tiga populasi di Afrika dan Asia menemukan adanya kaitan yang sangat erat antara hipertensi dengan obesitas dan hubungan linear antara rata-rata BMI dan tekanan darah di Negara maju termasuk salah satunya adalah Indonesia (Tesfaye, 2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Shihab (2012) dengan metode cohort prospective study, mengatakan bahwa pria yang memiliki BMI normal pada usia 25 tahun tetapi kelebihan berat badan atau obesitas pada usia 45 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi (HR 1,57; 95% CI, 1,20 -2,07). Pria yang kelebihan berat badan atau obesitas pada usia 25 tahun yang tetap kelebihan berat badan atau obesitas pada usia 45 tahun berada di hampir dua kali lipat risiko hipertensi (HR 1,91; 95% CI, 1,46 -2,49) dibandingkan dengan laki-laki yang dari BMI normal baik pada usia 25 dan 45 tahun. Jumlah kecil dari orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas pada usia 25 tahun, tetapi yang kehilangan berat badan dengan usia 45 tahun memiliki HR 0,91 (95% CI, 0,43-1,92). Dampak dari mengubah seluruh pola makan telah diselidiki dalam beberapa studi yang diuji baik itu pada pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dengan pola makan varian. Pola makan menurut DASH menekankan buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak; termasuk biji-bijian, unggas, ikan, dan kacang-kacangan dan mengurangi lemak, daging merah, makanan manis, dan minuman yang mengandung gula, dengan demikian kaya akan kalium, magnesium, kalsium, dan serat, dan mengurangi lemak total, lemak jenuh, dan kolesterol. Di antara semua peserta, pola makan DASH secara signifikan menurunkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
tekanan darah sistolik sebesar 5,5mmHg dan 3,0mmHg untuk tekanan darah diastolik. Pada pola yang kedua (varian), yang menekankan hanya buah-buahan dan sayuran, juga menurunkan tekanan darah tetapi pada tingkat lebih rendah, sekitar setengah dari pola makan DASH (Appel, 2009). Pada penelitian American Society of Hipertension, pola makan DASH menurunkan tekanan darah pada semua kelompok mayor (laki-laki, perempuan, pada responden orang Amerika keturunan Afrika, dan non Amerika keturunan Afrika, yang menderita hipertensi, dan tidak hipertensi). Namun, efek dari diet DASH pada orang Amerika keturunan Afrika mengurangi SBP 6,9mmHg dan DBP 3,7mmHg secara signifikan lebih besar daripada efek pada non Amerika keturunan Afrika (SBP 3,3mmHg dan DBP 2,4mmHg). Efek pada penderita hipertensi mengurangi SBP 11,6mmHg dan DBP 5,3 mmHg yang signifikan lebih besar daripada efek untuk yang tidak hipertensi SBP 3,5mmHg dan DBP 2,2mmHg (Appel, 2009). Aktivitas fisik mempengaruhi stabilitas tekanan darah (Alsirafi, 2010). Olahraga teratur tidak hanya berguna sebagai metode pengobatan untuk individu dengan hipertensi, tetapi juga dianjurkan sebagai sarana untuk pencegahan hipertensi. Selain menurunkan tekanan darah tinggi, aktivitas fisik juga mengurangi kontribusi terhadap risiko kardiovaskular, memperbaiki profil lipid, dan menurunkan risiko diabetes tipe 2. Kombinasi pengurangan risiko memiliki manfaat jangka panjang yang besar terhadap risiko kardiovaskular. Individu dengan hipertensi mungkin tidak selalu mencapai tekanan darah normal melalui latihan, tetapi mereka mungkin akan melihat perbaikan BMI, kontrol glikemik, dan biomarker inflamasi (Myachi at al.,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
2003). American College of Sports Medicine and the European Society of Hypertension, merekomendasikan latihan fisik sebagai bagian dari perubahan gaya hidup dalam pencegahan dan pengobatan hipertensi. Orang yang tidak aktif secara fisik jauh lebih mungkin mengalami masalah kesehatan. Aktivitas fisik yang cukup intens, seperti jalan cepat, menguntungkan bila dilakukan secara teratur selama ≥30 menit setidaknya 5 hari seminggu. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke dan dapat menyebabkan obesitas. Di sisi lain, aktivitas fisik secara teratur membantu mengurangi tekanan darah, mengontrol berat badan dan mengurangi stres (Kokkinos, 2009). D. Teori the ‘Rule of Halves’ The „Rule of Halves’ merupakan teori penyajian median dalam statistik, yang mencakup populasi dalam bentuk apapun dan dapat menggunakan ukuran apapun. Setengah dari orang-orang akan berada pada satu sisi median dan setengahnya disisi lain. The ‘Rule of Halves’ dapat digunakan dalam penelitian bidang hipertensi (Hooker, 1999). The „Rule of Halves’ menyatakan bahwa setengah dari pasien hipertensi tidak diketahui pelayanan kesehatan (yaitu tetap tidak terdiagnosis), setengah dari mereka dengan hipertensi diketahui tidak menerima pengobatan dan setengah dari orang-orang yang dirawat, tidak mencapai kontrol yang memadai (Deepa, 2003). Penerapan the „rule of halves’ sebagai alat penilaian untuk mendeteksi status tindakan kesadaran, manajemen dan kontrol untuk hipertensi. Evaluasi tersebut akan membantu dalam menghasilkan gambaran yang jelas tentang besarnya penyakit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
hipertensi dalam hal deteksi dan kontrol, sehingga membantu merencanakan strategi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap penanganan masalah kesehatan masyarakat secara global (Rao, 2014). E. Profil Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di biara dan juga pada kaum awam laki-laki yang berada di Kabupaten Sleman. Biarawan merupakan suatu golongan tertentu dalam gereja yang hidup dalam suatu biara untuk mengikuti jejak Tuhan dengan hidup secara khas lewat kaul-kaul yang mereka janjikan. Disana para biarawan makan, bekerja, dan melakukan segala sesuatu bersama-sama. Biara tempat tinggal biarawan, atau tempat tinggal orang yang berjanji setia, tidak menikah, hidup miskin, taat pada atasan (Faryci, 1981). F. Landasan Teori Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada secara persisten (Kaplan, 2006). Perubahan gaya hidup yang penting termasuk menurunkan berat badan, berhenti merokok, makan makanan sehat, mengurangi asupan natrium, berolahraga secara teratur, dan membatasi konsumsi alkohol (Sheldon, 2005). Pada umumnya hipertensi dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Aktivitas fisik mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi, BMI ≥25 memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi. Pola makan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan baik jumlah maupun jenis makanannya, menyebabkan risiko terjadinya hipertensi (Lawrence, 1997). Pencegah bertambahnya prevalensi hipertensi dapat melalui pengontrolan tekanan darah oleh penderita hipertensi dan yang tidak menderita hipertensi mulai usia 25 tahun keatas. Penderita hipertensi yang sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi, sebaiknya mematuhi untuk mengkonsumsi obat antihipertensi dan melakukan pengontrolan ke pihak pelayanan kesehatan terdekat. Kesadaran masyarakat pada umumnya, baik awam maupun biarawan terkait dengan hipertensi masih sangat kurang dan hanya sedikit dari antara mereka yang melakukan terapi secara rutin. Hal ini disebabkan penderita dan masyarakat belum menyadari bahaya hipertensi. Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan terkait faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi, biarawan merupakan suatu golongan tertentu yang hidup berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Hidup para biarawan pada umumnya lebih teratur dibandingkan dengan kehidupan awam, dari segi pola hidup seperti pola makan (makanan selalu dimasak di biara sehingga tidak mengkonsumsi makanan cepat saji, sering mengkonsumsi sayuran dan buah, jarang mengkonsumsi makanan yang diawetkan, jarang konsumsi alkohol , jarang merokok dan lain-lain) dan dalam mengontrol stress sehingga terjadinya prevalensi hipertensi pada kaum biarawan kemungkinan lebih sedikit, kesadaran dan terapi hipertensi juga lebih tinggi dibandingkan dengan kaum awam karena biarawan lebih disiplin untuk menjaga kesehatan. Kehidupan yang berbeda dengan kaum awam, penelitian ini diharapkan dapat mengamati dan melihat apakah ada perbandingan prevalensi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
kesadaran, dan terapi hipertensi antara kaum awam laki-laki yang berada di sekitar biara dengan para biarawan. G. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah: a. Adanya perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi antara kaum awam laki-laki dengan biarawan. b. Perbedaan faktor BMI, aktivitas fisik, pola makan mempengaruhi perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi pada kelompok awam dan biarawan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional. Penelitian observasional merupakan penelitian yang hanya melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Rancangan penelitian secara cross-sectional. Penelitian cross-sectional (tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel bebas dan variabel tergantung diamati pada saat pemeriksaan) merupakan penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dimana tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi (Sumantri, 2011). Analisis yang dilakukan adalah secara kuantitatif, karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini dilakukan wawancara terstruktur secara langsung dengan respon wawancara terstruktur sesuai Case Report Form (CRF). B. Variabel Penelitian Hipotesis 1: perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi pada kelompok subyek awam dan biarawan. 1. Variabel bebas Status subyek (awam laki-laki atau biarawan)
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
2. Variabel tergantung Prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi. Hipotesis 2: perbedaan faktor BMI, aktivitas fisik, pola makan mempengaruhi perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi pada kelompok awam dan biarawan. 1. Variabel bebas BMI, aktivitas fisik, pola makan. 2. Variabel tergantung Prevalensi, kesadaran dan terapi pada masing-masing kelompok subyek. 3. Variabel pengacau (untuk hipotesis 1 dan 2 sama) a. Variabel pengacau terkendali : usia. b. Variabel pengacau tak terkendali : aktivitas fisik dan terapi diluar yang diteliti. C. Definisi Operasional Tabel III. Defenisi Operasional Penelitian pada awam laki-laki dan biarawan Variabel
Definisi operasional
Cara pengukuran Skala
Aktivitas Melakukan olahraga secara rutin (Olahraga 2x1 minggu) fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2010). Mengurangi konsumsi garam dan Pola makan berlemak makan *Rincian lihat di tabel IV BMI
BMI≥ 25= obesitas Standar WHO untuk Asia
Pengelompokan
Nominal diubah jadi kategorikal
1= mengatur aktivitas fisik 2= tidak mengatur aktivitas fisik.
Nominal yang diubah jadi kategorikal Rasio yang diubah jadi kategorikal
1= mengatur pola makan 2= tidak mengatur pola makan Kg/m2 1= < 25kg/m2 2= ≥25 kg/m2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
Lanjutan tabel III Prevalensi Persentase
responden yang hipertensi dan tidak hipertensi. Standar pengukuran tekanan darah penelitian ini adalah berdasarkan klasifikasi menurut ESH dan ESC tahun 2013.
Kesadaran
Terapi
Nominal yang diubah jadi kategorikal
1= hipertensi (tekanan darah ≥140/90mmHg) atau sebelumnya pernah memiliki tekanan darah ≥140/90mmHg) dan atau mengkionsumsi obat. 2= tidak hipertensi (tekanan darah <140/90mmHg) Dikatakan sadar jika seseorang Nominal yang 1= tidak sadar mengerti tentang apa yang diubah jadi hipertensi dirasakan atau dialami. Kesadaran kategorikal 2= sadar hipertensi responden akan penyakit hipertensi dapat dilihat dari hasil wawancara terstruktur apakah responden pernah melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya, jika pernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar terhadap penyakit hipertensi. Selain itu dilihat dari hasil pengukuran tekan darah serta faktor-faktor pendukung lainnya seperti obat yang sedang dikonsumsi oleh responden. Jika responden tidak menyadari dirinya hipertensi tetapi mengkonsumsi obat hipertensi secara rutin, maka dianggap sadar menderita hipertensi. Responden yang mengalami Nominal yang 1= Tidak Terapi (tidak hipertensi dan sadar menderita diubah jadi pernah mengkonsumsi hipertensi yang melakukan terapi kategorikal obat anti hipertensi). baik dengan obat maupun non 2= Terapi (masih obat secara rutin. mengkonsumsi obat untuk antihipertensi secara rutin).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
Tabel IV. Penilaian Perilaku Konsumsi Makanan Jenis konsumsi Nilai Makanan/minum manis Makan makanan yang dimasak di rumah
Ya = 0 Tidak = 1 Ya = 1 Tidak = 0 Ya = 1 Tidak = 0
Minyak goreng berapa kali dipakai untuk menggoreng Catt: untuk biarawan ditanyakan kebagian dapur biara. Yang memakai 1x dianggap mengatur, ≥2 dianggap tidak mengatur Makan gorengan dalam 1 hari Ya = 0 Tidak = 1 Ya = 1 Minum susu setiap hari rendah lemak Tidak = 0 Menyantap daging/lemak/santan dalam 1 minggu Ya = 0 Tidak = 1 Makan sayuran dalam 1 hari Ya = 1 Tidak = 0 Makan buah-buahan dalam 1 hari Ya = 1 Tidak = 0 Keterangan tabel IV: 1. Skor <4 adalah tidak mengatur pola makan 2. Skor ≥ 5-9 adalah mengatur pola makan D. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini dinamakan responden penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah para Biarawan dan kaum awam laki-laki di sekitar biara di kabupaten Sleman Yogyakarta, mencakup responden ≥25 tahun. Kriterian inklusi yaitu responden dengan umur ≥25 tahun. Kriteria eksklusi yaitu responden tidak bersedia mengikuti jalannya penelitian secara keseluruhan dan juga respon yang tidak bisa diukur tekanan darahnya karena halangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
a.
Eksklusi (8 Orang)
Populasi Awam
Inklusi
(108 Orang)
(100 Orang)
b.
Ekslusi (37 Orang)
Populasi Biarawan
Inklusi
(140 Orang)
(103 Orang)
Gambar 1. Bagan profil subyek yang akan diamati dalam penelitian prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi berdasarkan faktor risiko BMI, Aktivitas fisik dan pola makan antara kaum awam dengan kaum biarawan di Sleman, Yogyakarta berdasarkan teori ‘Rule of Halves’
E. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 10 biara dan tetangga di sekitar biara kabupaten Sleman Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara non-random. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional sehingga penelitian menggunakan satu waktu dan tidak menggunakan rentang waktu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh 2 orang, satu orang meneliti faktor BMI, aktivitas fisik dan pola makan dan satu orang meneliti faktor merokok, pendidikan, dan aktivitas fisik pekerjaan. Fokus penelitian ini adalah pada faktor BMI, aktivitas fisik, dan pola makan. G. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara nonrandom yaitu setiap anggota populasi tidak memilki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Swarjana, 2012). Jumlah responden yang ditetapkan sebanyak 200 orang yang berusia ≥25 tahun. Masing-masing 100 responden untuk awam dan biarawan. Pada penelitian ini digunakan 200 responden karena pada penelitian ini dilakukan pengujian 2 kelompok. Perhitungan sampel sebagai berikut:
Keterangan : Zα
= deviat baku alfa
P
= Proporsi kategori variabel yang diteliti (kepustakaan)
Q
= 1-P
d
= Presisi
Pembulatan tersebut digunakan untuk mempermudah pengambilan sampel (Dahlan, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
Dilakukan random eksklusi agar usia antara responden awam dengan biarawan sebanding. Jumlah responden pada kaum awam 8 orang dan biarawan sebanyak 37 orang. Biarawan yang dieksklusi sebanyak 37 orang pada kelompok usia 25-35 tahun. Ekslusi dilakukan karena pada awalnya jumlah responden biarawan telah memenuhi 100 orang, tetapi setelah data dilihat kembali, ternyata responden yang paling banyak pada usia 25-35 tahun sehingga dilakukan eksklusi untuk menyeimbangkan usia dengan kaum awam. Cara eksklusi random yang dilakukan yaitu dengan cara pengambilan sampel acak sederhana yaitu dengan cara diundi. H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah case report form (CRF), timbangan berat badan, alat pengukur tinggi badan, sphygmomanometer digital (Omron, HEM-7203 Muko, Kyoto, Japan), dan inform consent. Alat pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan berfungsi untuk mengukur body mass index (BMI). I. 1.
Tata Cara Penelitian
Observasi awal Observasi awal dilakukan dengan menentukan tempat yang tepat untuk
diteliti dengan prevalensi penyandang hipertensi. 2.
Permohonan izin dan kerjasama Permohonan ijin ditujukan kepada pemimpin biara dan ketua lingkungan di
daerah sekitar biara Kabupaten Sleman. Permohonan ethical clearance ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan. 3.
Pembuatan informed consent Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. 4.
Seleksi dan penetapan calon responden Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari
penelitian kepada calon responden. Calon responden yang bersedia mengikuti penelitian ditanyakan kesediaannya mengikuti wawancara berdasarkan CRF dan diberi penjelasan terkait tujuan penelitian. 5.
Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian Uji validitas merupakan suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian, paling
tidak dalam menetapkan validitas suatu instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran. Kemudian dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian eksternal yaitu melakukan test-retest, dengan mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Bila koefisien korelasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
positif dan signifikan maka instrumennya reliable. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya (Umar, 2007). Instrumen yang memiliki reliabilitas yang baik dapat dinyatakan dengan nilai koefisien varians (CV) ≤5%. Reliabilitas dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan individu sebanyak 1 kali berturut-turut. Uji validitas timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan dilakukan di Balai Metrologi untuk divalidasi dan ditara ulang agar sesuai dengan standar alat ukur nasional. 6. Pengukuran tekanan darah Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed consent. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Pengukuran tinggi badan dan timbangan berat badan untuk mengukur BMI (sebagai salah satu faktor risiko hipertensi). 7. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan interpretasi data. Kategorisasi data sejenis sesuai CRF dan diolah menggunakan Microsoft Excel. J. Analisis Data Penelitian Untuk mengetahui apakah data mempunyai distribusi normal atau tidak secara analitis, menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk sampel yang besar (lebih dari 50). Jika nilai p <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak normal. Pada penelitian ini, data yang terdistribusi normal dengan uji KolmogorovSmirnov yaitu umur pada awam dan biarawan, tekanan darah diastolik pada awam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
dan biarawan dan denyut nadi untuk biarawan. Data yang tidak terdistribusi normal menggunakan teorema limit sentral (TLS) menyatakan bahwa dalam prakteknya tak peduli distribusi probabilitas apapun yang mendasarinya, rata-rata sampel dari besaran sampel yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal (Gujarati, 2006). Kemudian dihitung frekuensi dan deskripsi data (mean, median, dan SD) setiap satu variabel
menggunakan statistik deskriptif. Data yang
sudah terdistribusi secara normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui adanya perbedaan rata-rata pada lebih dari 2 kelompok data yaitu tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dengan variabel umur, BMI, aktifitas fisik dan pola makan, sedangkan data yang tidak terdistribusi secara normal dianggap normal dengan teorema limit sentral, analisis proporsi pengaruh antara 2 variabel yaitu hipertensi, kesadaran, terapi terhadap BMI, pola makan dan aktifitas fisik pada tiap kelompok penelitian menggunakan uji proporsi Chi-square. (Dahlan, 2012). Setelah analisis Chi-square dilanjutkan dengan perhitungan Ods ratio untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor risiko BMI, aktivitas fisik, pola makan terhadap variabel tergantung. K. Perumusan Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menguji perbedaan antara proporsi pada awam dan biarawan. Tingkat probabilitas <0,05 dianggap sebagai signifikan (Dahlan, 2012). Pada uji Chi-square H0 ditolak apabila p ≤α(0,05), artinya ada pengaruh bermakna antara variabel bebas terhadap variabel tergantung. H0 diterima apabila p>α
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
(0,05), artinya tidak ada pengaruh bermakna antara variabel bebas dengan variabel tergantung baik pada masing-masing kelompok awam maupun biarawan. a. Perbedaan proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi pada kelompok subyek awam dan biarawan
Prevalensi Kelompok subyek Kesadaran
(awam VS biarawan)
Terapi Untuk proporsi prevalensi:
Untuk kesadaran dan terapi:
H0 = P1≤P2
H0 = P1≥P2
H1 = P1>P2
H0 = P1
p <0,05 P1 = prevalensi, kesadaran, terapi pada awam. P2 = prevalensi, kesadaran dan terapi pada biarawan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
b. Analisis
perbedaan
masing-masing
variabel
terhadap
prevalensi,
kesadaran, dan terapi hipertensi Prevalensi H1
BMI
Kesadaran H2
Aktivitas fisik
Awam
Pola makan
Terapi H3
Prevalensi H1 BMI
Kesadaran H2
Aktivitas fisik
Biarawan
Pola makan
Terapi H3
Gambar 2. Bagan Hipotesis Untuk proporsi Prevalensi:
Untuk Kesadaran dan terapi:
Ho = P1≤P2
Ho = P1≥P2
H1 = P1>P2;α <0.05
H2,3 = P1
P1 = proporsi prevalensi hipertensi responden tidak olahraga; tidak mengatur pola makan atau BMI ≥25Kg/m2. P2 = proporsi prevalensi hipertensi responden yang berolah raga; mengatur pola makan atau BMI< 25Kg/m2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
P1 = proporsi kesadaran:terapi hipertensi responden tidak olahraga, tidak mengatur pola makan atau BMI ≥25Kg/m2. P2 = proporsi kesadaran: terapi hipertensi responden yang berolah raga; mengatur pola makan atau BMI< 25Kg/m2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian mandiri yang dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko kesehatan dan faktor sosio ekonomi pada kaum awam laki-laki dan kaum biarawan. Faktor risiko kesehatan terdiri dari BMI, aktivitas fisik, dan pola makan. Faktor sosio ekonomi terdiri dari merokok, pendidikan, pekerjaan, akses informasi. Tabel V. Profil penelitian pada awam laki-laki dan biarawan Awam Biarawan Variabel Jumlah Responden (%) Jumlah responden (%) 100 103 Total Umur (tahun) 22 (22,0) 27 (26,2) 25-35 21 (21,0) 24 (23,3) 36-45 24 (24,0) 26 (25,2) 46-55 16 (16,0) 18 (17,5) 56-65 17 (17,0) 8 (7,8) 66-75 Mengatur aktivitas fisik 40 (40,0) 70 (68,0) Ya 60 (60,0) 33 (32,0) Tidak Mengatur pola makan 12 (12,0) 13 (12,6) Ya 88 (88,0) 90 (87,4) Tidak BMI 68 (68,0) 49 (47,6) <25 kg/m2 32 (32,0) 54 (52,4) ≥25 kg/m2 Penelitian “Perbandingan Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi anatara Kaum Awam Laki-laki dengan Kaum Biarawan Kabupaten Sleman,
Yogyakarta
(faktor
BMI,
aktivitas
35
fisik,
dan
pola
makan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
merupakan penelitian yang menggunakan The ‘Rule of Halves’ sebagai dasar (Deepa, 2003). Responden penelitian ini telah memenuhi kriteria penelitian baik inklusi maupun eksklusi. Profil karakteristik masing-masing kelompok responden (awam dan biarawan) dalam penelitian ini meliputi usia, tekanan darah, BMI, aktivitas fisik, dan pola makan. Tabel VI menunjukkan perbedaan rata-rata karakteristik responden berdasarkan umur, BMI, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan juga denyut nadi. Tujuannya untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal. Dari hasil yang diperoleh untuk nilai umur rata-rata, BMI, tekanan darah diastolik baik untuk kaum awam maupun untuk kaum biarawan didapatkan data terdistribusi secara normal, dan untuk denyut nadi pada kaum biarawan datanya terdistribusi secara normal. Tabel VI. Perbandingan profil antara awam dengan biarawan Awam Biarawan Mean ± SD Mean ± SD Umur 49,22±14,60* 45,93±12,99* BMI 23,15±3,95* 25,85±4,26* TDS 135,00±19,72 131,35±14,60 TDD 79,17±12,07* 79,49±11,22* Denyut nadi 78,31±9,95 74,67±10,50* *Data terdistribusi normal
p 0,17 0,80 0,02 0,65 0,92
Tabel VI menunjukkan perbedaan rata-rata karakteristik responden berdasarkan umur, BMI, TDS, TDD dan denyut nadi dengan menggunakan uji t tidak berpasangan, diperoleh angka significancy 0,17; 0,80; 0,02; 0,65; 0,92. Karena nilai p > 0,05 untuk umur, BMI, TDD, dan denyut nadi maka dapat disimpulkan bahwa tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
ada perbedaan bermakna antara umur, BMI, TDD dan denyut nadi antara awam dengan biarawan. Untuk TDS, terdapat perbedaan bermakna antara awam dengan biarawan karena nilai p <0,05. Dari hasil perbedaan rata-rata karakteristik yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tekanan darah sistolik pada awam laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah sistolik pada biarawan. Tabel VII. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik, Diastolik, dan Denyut Nadi pada Umur Kaum Awam dan Faktor Risiko Responden Penelitian Variabel TDS (mmHg) TDD (mmHg) Denyut Nadi Umur (tahun) 25-54 127,30±15,87 76,52±10,50 79,11±9,86 55-75 147,37±19,15 83,50±13,30 77,00±10,11 p= 0,04* p= 0,12 p= 0,92 Mengatur aktivitas fisik Ya 131,73±16,97 77,683±10,70 77,80±11,58 Tidak 140,28±22,41 81,40±13,71 78,65±8,79 p=0,05 p=0,32 p=0,39 Mengatur pola makan Ya 132,51±18,52 77,75±11,45 77,58±12,07 Tidak 154,50±17,54 89,58±11,80 78,41±9,71 p=0,01* p=0,01* p=0,51 BMI (Body Mass Index) <25kg/m2 131,15±18,80 76,43±11,47 77,15±9,95 ≥25kg/m2 142,57±19,35 84,26±11,65 80,46±9,74 p=0,02* p=0,01* p=0,02* *Memiliki rata-rata berbeda bermakna. Tabel VII dan tabel VIII menunjukkan rata-rata setiap variabel berdasarkan tekanan darah sistolik, diastolik dan juga denyut nadi pada kaum awam dan juga biarawan. Di uji dengan menggunakan statistik uji t tidak berpasangan karena data terdistribusi normal. Data yang tidak terdistribusi normal dianggap normal dengan teorima limit sentral (TLS). Tujuannya untuk membandingkan rata-rata setiap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
variabel baik dari tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah sistolik (TDD), dan denyut nadi. Tabel VII pada awam menunjukkan, kelompok umur memiliki rata-rata berbeda bermakna pada TDS, tetapi berbeda tidak bermakna untuk TDD dan denyut nadi. Terbukti bahwa semakin tinggi umur, maka tekanan darah sistolik juga akan semakin meningkat. Mengatur aktivitas fisik dan tidak mengatur aktivitas fisik memiliki rata-rata berbeda tidak bermakna pada TDS, TDD dan denyut nadi. Mengatur pola makan pada kaum awam memiliki rata-rata TDS, TDD yang berbeda bermakna dengan yang tidak mengatur pola makan, namun berbeda tidak bermakna pada denyut nadi. BMI ≥25 dengan BMI <25 memilki rata-rata berbeda bermakna pada TDS, TDD, dan denyut nadi. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi umur maka tekanan darah sitolik dan tekanan darah diastolik juga akan semakin meningkat, begitu juga dengan responden yang tidak mengatur pola makan terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, dan responden yang memiliki
BMI ≥25
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah sitolik, tekanan darah diastolik, dan denyut nadi pada awam laki-laki. Hal tersebut sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada tabel VIII menunjukkan rata-rata kategori umur untuk biarawan menunjukkan hasil TDS, TDD dan denyut nadi berbeda tidak bermakna. Dari hasil yang didapatkan pada usia untuk biarawan bahwa tidak ada pengaruh usia, baik usia muda maupun usia tua terhadap tekanan darah dan denyut nadi. Mengatur aktivitas fisik dan tidak mengatur aktivitas fisik memiliki rata-rata berbeda bermakna pada TDS, TDD, sedangkan untuk denyut nadi berbeda tidak bermakna, sehingga dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
disimpulkan bahwa biarawan yang melakukan aktivitas fisik memiliki tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih rendah dibandingkan dengan biarawan yang tidak melakukan aktivitas fisik secara bermakna. Tabel VIII. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik, Diastolik dan Denyut Nadi pada Umur Kaum Biarawan dan Faktor Risiko Responden Penelitian Variabel Umur (tahun) 25- 54 55-75 Mengatur aktivitas fisik Ya Tidak Mengatur pola makan Ya Tidak
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Denyut Nadi
129,40±14,19 136,81±14,63 p=0,49
79,01±11,38 80,81±10,87 p=0,52
73,98±10,29 76,59±11,05 p=0,93
129,84±12,72 134,54±17,77 p=0,01*
78,82±10,08 80,87±13,40 p=0,02*
73,62±10,30 76,87±10,75 p=0,62
131,00±13,03 131,40±14,88 p=0,54
77,30±9,46 79,80±11,47 p=0,49
70,00±8,88 75,34±10,59 p=0,86
76,12±10,71 82,53±10,89 p=0,73
72,63±10,53 76,51±10,23 p=0,79
BMI <25 ≥25
128,46±14,32 133,96±14,50 p=0,77 *Memiliki rata-rata berbeda bermakna.
Untuk pola makan pada biarawan didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara responden biarawan yang mengatur pola makan dengan yang tidak mengatur pola makan pada TDS dan TDD, dan denyut nadi. Untuk BMI didapatkan hasil perbedaan yang tidak bermakna antara BMI <25 dengan BMI ≥25 pada TDS, TDD dan juga denyut nadi. Dari tabel VII dan VIII dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada umur terhadap TDS, dan mengatur pola makan terhadap TDS dan TDD dan perbedaan bermakna pada BMI terhadap TDS, TDD, dan denyut nadi pada kaum awam, sedangkan untuk biarawan terdapat perbedaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
bermakna hanya pada mengatur aktivitas fisik saja terhadap tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa umur berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik pada awam sebaliknya untuk biarawan tidak berpengaruh. Mengatur pola makan dan juga BMI berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan denyut nadi pada kaum awam laki-laki sedangkan untuk biarawan yang berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik terdapat pada mengatur aktivitas fisik. Prevalensi pada awam dan biarawan yang menderita hipertensi cukup banyak, karena hasil dari penelitian ini prevalensi hipertensi pada awam sebesar 34,0% dan pada biarawan 27,18% sehingga total seluruhnya 61,18%. Menurut Riskesda 2013 hasil penelitian Mihardja dkk, prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%, 0,1% yang minum obat sendiri. Total sampel Riskesdas: 1.027.763 orang, laki-laki sebanyak 319.121 orang hasil wawancara dan 316.617 orang yang terukur menderita hipertensi. A. Profil Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi antara awam dan biarawan Prevalensi hipertensi merupakan jumlah orang dalam populasi yang menderita hipertensi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), untuk Daerah Istimewa Yogyakarta prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
28,4%, berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 8,3%, sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah 8,6%.
Responden awam Lakilaki (100 Responden)
Sadar (18 Responden) 52,9%
Hipertensi (34 Responden) 34,0%
Tidak Terapi
(5 Tidak Sadar (16 Responden) 47,1%
Tidak hipertensi (66 Responden) 66,0%
Responden biarawan (103 Responden)
Tidak hipertensi (75 Responden) 72,8%
Responden) 27,8%
Terapi (4 Responden) 40,0%
VS
Hipertensi (28 Responden) 27,2%
Terapi (13 Responden) 72,2%
Sadar (10 Responden) 35,7%
Tidak Sadar (18 Responden) 64,3%
Tidak Terapi (6 Responden 60,0%)
Gambar 3. Faktor Risiko Subyek dalam penelitian berdasarkan teori ‘Rule of Halves’ Prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur >18 tahun adalah sebesar 29,8% (berdasarkan pengukuran). Sebanyak 10 provinsi mempunyai prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun diatas prevalensi nasional, salah satunya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (Depkes, 2007). Dari Gambar 3, dapat dilihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
bahwa frekuensi hipertensi paling banyak adalah pada kaum awam laki-laki dibandingkan dengan kaum biarawan. Persentase hipertensi pada kaum awam lakilaki sebanyak 34% sedangkan untuk kaum biarawan sebanyak 27,2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi pada penelitian ini cukup banyak pada kaum laki-laki awam dibandingkan dengan kaum biarawan. Pada penelitian ini kurang sesuai dengan The’Rule of Halves’ karena jumlah pada responden awam dan biarawan tidak mencapai setengah responden hipertensi. Meskipun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini kurang sesuai dengan The ‘Rule of Halves’ alangkah baiknya jika responden tetap menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah prevalensi hipertensi karena dari prevalensi hipertensi di Indonesia cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Hipertensi juga merupakan salah satu faktor risiko yang paling signifikan untuk penyakit kardiovaskuler (CVD). Prevalensi hipertensi pada penelitian ini lebih tinggi pada awam laki-laki dibandingkan dengan biarawan, hal itu kemungkinan terjadi karena awam laki-laki yang mengatur pola makan dan melakukan aktivitas fisik (olahraga) sangat sedikit jumlahnya dibandingkan dengan biarawan. Kesadaran (awareness) pada penelitian ini merupakan responden hipertensi yang sadar menderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh (Dong et al., 2013) menemukan prevalensi hipertensi yang meningkat pesat di daerah pedesaan di barat laut Cina serta tingkat kesadaran dan pengobatan hipertensi yang tetap rendah. Gambar 3 menunjukkan responden hipertensi pada awam yang sadar menderita hipertensi sebanyak 52,9% sedangkan pada biarawan yang sadar menderita hipertensi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
sebanyak 35,7%. Jadi kesadaran responden hipertensi pada kaum biarawan lebih rendah dibandingkan dengan kaum awam laki-laki. Hal ini kurang sesuai dengan the ‘Rule of Halves’ karena responden hipertensi yang sadar menderita hipertensi lebih dari setengah responden hipertensi untuk kaum awam sedangkan untuk kaum biarawan kurang dari setengah responden hipertensi. Kesadaran merupakan faktor penting untuk mencapai tekanan darah terkendali. Ketika penderita hipertensi menyadari dirinya menderita hipertensi maka akan lebih memperhatikan kondisinya, kemudian melakukan terapi, dengan demikian tekanan darah tetap terkendali. Kesadaran awam laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan biarawan hal ini mungkin dikarenakan awam laki-laki lebih sering malakukan pengecekan tekanan darah di posko kesehatan dan di puskesmas terdekat. Sedangkan biarawan sangat jarang melakukan pengecekan tekanan darah. Terapi adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memulihkan kesehatannya. Gambar 3 menunjukkan responden hipertensi yang terapi dengan yang tidak terapi. Kriteria yang melakukan terapi dalam penelitian ini adalah responden yang masih mengkonsumsi obat untuk antihipertensi baik secara rutin ataupun jarang. Dari hasil yang diperoleh, responden yang melakukan terapi pada awam 72,20% sedangkan pada biarawan 40,0%. Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa responden hipertensi yang melakukan terapi lebih banyak pada kaum awam dibandingkan dengan kaum biarawan dan hal ini sesuai dengan the ‘Rule of Halves’ karena responden hipertensi yang melakukan terapi cukup banyak. Melakukan terapi merupakan hal yang sangat penting untuk penderita hipertensi. Tujuan dari terapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
hipertensi itu sendiri adalah untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengontrol tekanan darah pasien sehingga dapat mengurangi risiko yang diakibatkan oleh hipertensi. Responden awam laki-laki lebih banyak terapi dikarenakan jumlah responden yang sadar lebih banyak dibandingkan dengan biarawan. Hal ini juga kemungkinan disebabkan kaum awam laki-laki didukung oleh keluarga dekat yang bisa mengingatkan dan memperhatikan untuk mengkonsumsi obat setiap hari seperti istri, anak dan siapa saja yang hidup bersama dengan mereka, sedangkan para biarawan tidak ada yang memperhatikan secara khusus untuk mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin sehingga bisa terjadi kelalaian dan kalupaan, juga biarawan lebih banyak melakukan terapi dengan cara meditasi dan mengontrol pikiran sedangkan
awam
laki-laki
melakukan
terapi
dengan
mengkonsumsi
obat
antihipertensi. B. Perbandingan Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi antara kaum Awam laki-laki dengan kaum Biarawan Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang sejenis dan dinyatakan dengan cara yang sederhana. Dari sumber yang dicari, belum pernah ada ditemukan penelitian untuk kaum biarawan, kemungkinan disebabkan oleh kehidupan biarawan yang jarang diketahui oleh masyarakat luas, sehingga penelitian ini merupakan penelitian pertamakali untuk membandingkan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi pada kaum awam dengan kaum biarawan. Hasil dari perbandingan prevalensi hipertensi antara awam dan biarawan dalam penelitian ini yaitu awam lebih banyak 1,38 kali terhadap prevalensi tekanan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
darah tinggi dibandingkan dengan biarawan tetapi berbeda tidak bermakna, sehingga H0 diterima karena nilai p di atas 0,05. Tabel IX. Perbandingan prevalensi hipertensi antara awam dengan biarawan Prevalensi Kelompok Awam Biarawan
TD. Tinggi 34 (34,00%) 28 (27,20%)
TD. Rendah 66 (66,00%) 75 (72,20%)
nilai-p
OR (95%CI)
0,29
1,38 (0,75-2,51)
Tabel X. Perbandingan kesadaran hipertensi antara awam dengan biarawan Kesadaran Kelompok
Sadar
Tidak sadar
nilai-p
OR (95%CI)
Awam Biarawan
18 (52,90%) 10 (35,70%)
16 (47,10%) 18 (64,30%)
0,17
2,02 (0,72-5,64)
Hasil dari perbandingan kesadaran hipertensi antara awam dan biarawan dalam penelitian ini yaitu awam lebih banyak 2,02 kali terhadap kesadaran hipertensi dibandingkan dengan biarawan walaupun berbeda tidak bermakna, sehingga H0 diterima karena nilai p di atas 0,05. Hasil perbandingan terapi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah awam yang menerima terapi secara tidak bermakna lebih banyak 3,9 kali dibandingkan dengan biarawan, sehingga H0 diterima dengan nilai p> 0,05 OR 3,90 (0,76-19,95). Tabel XI. Perbandingan terapi hipertensi antara awam dengan biarawan Terapi Kelompok Awam Biarawan
Ya 13 (76,50%) 4 (40,00%)
Tidak 5 (27,80%) 6 (60,00%)
nilai-p 0,09
OR (95%CI) 3,9 (0,76-19,95)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Meskipun secara statistik dari hasil perbandingan terapi yang didapat antara awam laki-laki dan biarawan berbeda tidak bermakna, namun secara angka kaum biarawan cenderung lebih sedikit yang melakukan terapi jika dibandingkan dengan awam laki-laki. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kaum biarawan belum menyadari tujuan dari terapi hipertensi itu sendiri yakni untuk meminimalkan risiko komplikasi akibat hipertensi dan juga kemungkinan karena kurangnya ketaatan para biarawan yang sudah mengetahui dirinya menderita hipertensi namun enggan untuk mengkonsumsi obat antihipertensi. C. Perbedaan Faktor Risiko BMI, Aktivitas Fisik, Pola Makan terhadap Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hipertensi Pada Masingmasing Kelompok Obesitas merupakan faktor risiko utama dari beberapa penyakit degeneratif dan metabolik, salah satunya adalah penyakit hipertensi. Peningkatan Index Massa Tubuh (IMT) erat kaitannya dengan penyakit hipertensi baik pada laki-laki maupun perempuan. Kenaikan berat badan sangat berpengaruh pada mekanisme timbulnya kejadian hipertensi pada orang yang obesitas, akan tetapi mekanisme terjadinya hal tersebut belum dipahami secara jelas. Diduga pada orang yang obesitas terjadi peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah (Sihombing, 2010). Melakukan aktivitas fisik secara teratur diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko hipertensi hingga mencapai 19%-30% (Rahajeng, 2009). Hal ini dikarenakan aktivitas fisik akan mengurangi lemak tubuh yang akan berpengaruh pada tekanan darah seseorang. Orang yang kurang aktivitas cenderung mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras ketika berkontraksi. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga aerobic yang teratur dapat menurunkan tekanan darah tanpa perlu berat badan turun (Sheps, 2005). Menurut JNC 7 (Chobanian, 2003) aktivitas fisik seperti aerobik dan jalan cepat setidaknya 30 menit per hari secara rutin dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Pada penelitian ini, aktivitas fisik yang dianalisis yaitu responden yang melakukan olah raga secara rutin minimal 30 menit setiap hari. Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola makan juga ikut menentukan kesehatan bagi tubuh. Pola makan selain sebagai sumber energi, makanan juga ternyata sebagai salah satu penyebab munculnya penyakit di dalam tubuh seperti penyakit hipertensi. Kualitas tubuh sangat tergantung kualitas makanan yang kita konsumsi, kualitas kontruksi tubuh sangat ditentukan asupan nutrisi pada makanan yang masuk di dalam tubuh kita, namun juga perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan berbagai penyakit di dalam tubuh diantaranya makanan yang mengandung tinggi kolesterol dan tinggi natrium yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan makanan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi seperti gorengan, jeroan (Yunus, 2010). Di antara individu hipertensi didiagnosis, 17,3% (selang kepercayaan 95% CI:15,4-19,2%) memiliki pola makan menuruti DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), dan 17,2% (95% CI:15,4-19,1%) memiliki diet Mediterania-berkenaan. Frekuensi DASH meningkat sesuai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
usia, lebih tinggi pada wanita dan individu hiperkolesterol, dan lebih rendah pada perokok. Hasil yang sama ditemukan pada diet Mediterania. Hanya 60% dari individu-individu hipertensi didiagnosis melaporkan menerima dan mengikuti diet yang diresepkan untuk mengontrol hipertensi; kelompok ini menunjukkan sesuai dengan diet DASH (usia dan sex-adjusted odds ratio (aOR) 1,43; 95% CI 1,08-1,88). Dibandingkan dengan 1.518 orang hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, mereka yang didiagnosis menunjukkan frekuensi yang sama sesuai dengan diet DASH (aOR 1,08; 95% CI 0,87-1,34) dan diet Mediterania (aOR 0,98; 95% CI 0.791,20) (Munoz, 2012). Pada penelitian ini perilaku konsumsi makan makanan yang berisiko yang dianalisi yaitu: makanan manis, makanan asin, gorengan, makan makanan yang dimasak di rumah, berapa kali penggunaan minyak goreng, minum susu, makan buah-buahan, makan sayuran dalam satu hari. 1. Pada awam Tabel XII. Pengaruh BMI, aktivitas fisik, dan pola makan terhadap prevalensi hipertensi pada awam laki-laki Prevalensi Variabel ≥140/90 <140/90 Total p OR mmHg mmHg (95%CI) ≥25 n (%) 15 (48,4) 16 (51,6) 31 (100,0) BMI <25 n (%) 19 (27,5) 50 (72,5) 69 (100,0) 0,04 0,40 Total n (%) 34 (34,0) 66 (66,0) 100 (100,0) (0,16-0,97) Aktivitas Tidak n (%) 13 (21,7) 47 (78,3) 60 (100,0) Ya n (%) 21 (52,5) 19 (47,5) 40 (100,0) 0,01 3,99 fisik Total n (%) 34 (34,0) 66 (66,0) 100 (100,0) (1,66-9,56) Tidak n (%) 25 (28,4) 63 (71,6) 88 (100,0) Pola n (%) 9 (75,0) 3 (25,0) 12 (100,0) 0,01 makan Ya 7,56 Total n (%) 34 (34,0) 66 (66,0) 100 (100,0) (1,89-30,16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
Pada penelitian ini, prevalensi awam menunjukkan nilai p 0,04, 0,01 dan 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berbeda bermakna antara BMI, aktivitas fisik, dan pola makan terhadap prevaleni hipertensi dengan OR 0,40 (95% CI:0,16-0,97) maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa awam yang memiliki BMI ≥25 lebih sedikit 0,40 kali terhadap prevalensi hipertensi secara bermakna dibandingkan dengan awam yang memiliki BMI <25. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Dalam teori, seharusnya BMI ≥25 memiliki prevalensi hipertensi lebih besar dibandingkan dengan BMI <25. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden awam laki-laki yang memiliki BMI ≥25 lebih rendah 0,4 kali terhadap prevalensi hipertensi dibandingkan dengan awam laki-laki yang memiliki BMI <25. Setelah peneliti menelusuri kembali dari data responden awam laki-laki, BMI ≥25 lebih dominan terjadi pada usia muda, sehingga prevalensi hipertensinya lebih rendah. Demikian juga pada aktivitas fisik, awam laki-laki yang tidak melakukan aktivitas fisik berisiko lebih besar 4 kali secara bermakna terhadap prevalensi hipertensi dibandingkan dengan kaum awam laki-laki yang melakukan aktivitas fisik. Awam yang tidak mengatur pola makan berisiko lebih besar 7,56 kali secara bermakna dibandingkan dengan awam yang mengatur pola makan terhadap prevalensi hipertensi. Pengaruh kesadaran hipertensi terhadap BMI, aktivitas fisik, dan pola makan pada kaum awam didapatkan berbeda tidak bermakna dengan nilai p 0,73, 0,29, 0,24. Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara BMI, aktivitas fisik, dan pola
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
makan terhadap kesadaran hipertensi pada awam laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima. Tabel XIII. Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap kesadaran hipertensi pada awam laki-laki Kesadaran Variabel Tidak Ya Total p OR (95%CI) ≥25 n (%) 7 (46,7) 8 (53,3) 15 (100,0) <25 n (%) 10 (52,6) 9 (47,4) 19 (100,0) 0,73 1,27 BMI Total n (%) 17 (50,0) 17 (50,0) 34 (100,0) (0,32-4,93) Tidak n (%) 8 (61,5) 5 (38,5) 13 (100,0) Aktivitas Ya n (%) 9 (42,9) 12 (57,1) 21 (100,0) 0,29 fisik 0,46 Total n (%) 17 (50,0) 17 (50,0) 34 (100,0) (0,11-1,92) Pola Tidak n (%) 14 (56,0) 11 (44,0) 25 (100,0) n (%) 3 (33,3) 6 (66,7) 9 (100,0) 0,24 makan Ya 0,39 Total n (%) 17 (50,0) 17 (50,0) 34 (100,0) (0,08-1,93)
Tabel XIV. Pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap terapi hipertensi pada awam laki-laki Terapi Variabel Tidak Ya Total p OR (95%CI) ≥25 n (%) 3 (2,5) 6 (6,5) 9 (9,0) <25 n (%) 2 (2,5) 7 (6,5) 9 (9,0) 0,59 BMI 1,75 Total n (%) 5 (5,0) 13 (13,0) 18 (18,0) (0,21-14,22) 3 (3,6) 5 (5,0) Aktivitas Tidak n (%) 2 (1,4) Ya n (%) 3 (3,6) 10 (9,4) 13 (13,0) 0,47 2,22 fisik Total n (%) 5 (5,0) 13 (13,0) 18 (18,0) (0,24-20,17) Pola makan
Tidak n (%) 4 (3,1) 7 (7,9) 11 Ya n (%) 1 (1,9) 6 (5,1) 7 Total n (%) 5 (5,0) 13 (13,0) 18 Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa
(11,0) 0,30 3,42 (7,0) (0,29-39,63) (18,0) BMI, aktivitas fisik dan pola
makan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap terapi hipertensi pada awam, sehingga H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa BMI, aktivitas fisik maupun pola makan tidak berpengaruh terhadap terapi hipertensi pada awam laki-laki. Faktor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
yang berpengaruh hanya terdapat pada BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap prevalensi hipertensi pada awam laki-laki. 2. Pada biarawan Tabel XV. Pengaruh BMI, aktivitas fisik, dan pola makan terhadap prevalensi hipertensi pada biarawan Prevalensi Variabel ≥140/90 <140/90 Total p OR mmHg mmHg (95%CI) ≥25 n (%) 19 (35,8) 35 (64,8) 54 (100,0) 0,41 <25 n (%) 9 (18,4) 40 (81,6) 49 (100,0) 0,05 BMI (0,16-1,03) Total n (%) 28 (27,2) 75 (72,8) 103 (100,0) Aktivitas Tidak n (%) 13 (39,4) 20 (60,6) 33 (100,0) 0,42 Ya n (%) 15 (21,4) 55 (78,6) 70 (100,0) 0,06 fisik (0,17-1,03) Total n (%) 28 (27,2) 75 (72,8) 103 (100,0) Tidak n (%) 26 (28,9) 64 (71,1) 90 (100,0) Pola 0,44 n (%) 2 (15,4) 11 (84,6) 13 (100,0) 0,30 makan Ya (0,09-2,16) Total n (%) 28 (34,0) 75 (72,8) 103 (100,0) Pada penelitian ini pengaruh variabel terhadap prevalensi hipertensi pada biarawan menghasilkan nilai p 0,05;0,43; 0,74 untuk BMI, aktivitas fisik dan pola makan, hal tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima, sehingga tidak terdapat hubungan yang berbeda bermakna antara prevalensi hipertensi terhadap BMI, aktivitas fisik dan pola makan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap prevalensi hipertensi pada kaum biarawan. Untuk kesadaran hipertensi pada biarawan dalam penelitian ini didapatkan hasil nilai p 0,43; 0,88; 0,57 untuk BMI, aktivitas fisik, dan pola makan sehingga menunjukkan H0 diterima karena nilai p di atas 0,05. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan yang berbeda bermakna antara kesadaran hipertensi terhadap BMI, mengatur aktivitas fisik dan pola makan pada biarawan. Sehingga dapat disimpulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
bahwa tidak ada pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap kesadaran hipertensi pada biarawan. Tabel XVI. Pengaruh BMI, aktivitas fisik, dan pola makan terhadap kesadaran hipertensi pada biarawan Kesadaran Variabel Tidak Ya Total p OR (95%CI) ≥25 n (%) 12 (63,2) 7 (36,8) 19 (100,0) 2,04 <25 n (%) 7 (77,8) 2 (22,2) 9 (100,0) 0,43 BMI (0,32-12,69) Total n (%) 19 (67,9) 9 (32,1) 28 (100,0) Tidak n (%) 9 (69,2) 4 (30,8) 13 (100,0) Aktivitas 0,88 n (%) 10 (66,7) 5 (33,3) 15 (100,0) 0,88 fisik Ya (0,18-4,37) Total n (%) 19 (67,9) 9 (32,1) 28 (100,0) 26 (100,0) Pola Tidak n (%) 18 (69,2) 8 (30,8) 0,44 n (%) 1 (50,0) 1 (50,0) 2 (100,0) 0,57 makan Ya (0,03-8,03) Total n (%) 19 (67,9) 9 (32,1) 28 (100,0)
Tabel XVII. Pengaruh BMI, aktivitas fisik, dan pola makan terhadap terapi hipertensi pada biarawan Terapi Variabel Tidak Ya Total p OR (95%CI) ≥25 n (%) 4 (4,2) 3 (2,8) 7 (7,0) <25 n (%) 2 (1,8) 1 (1,2) 3 (3,0) 0,77 0,66 BMI Total n (%) 6 (6,0) 4 (4,0) 10 (10,0) (0,03-11,28) 1 (2,0) 5 (5,0) Aktivitas Tidak n(%) 4 (3,0) Ya n (%) 2 (3,0) 3 (2,0) 5 (5,0) 0,19 6,00 fisik Total n (%) 6 (6,0) 4 (4,0) 10 (10,0) (0,35-101,56) 4 (3,6) 9 (9,0) Pola Tidak n (%) 5 (5,4) n (%) 1 (0,6) 0 (0,4) 1 (1,0) 0,38 1,80 makan Ya Total n (%) 6 (6,0) 4 (4,0) 10 (10,0) (1,00-3,22)
Tabel XVII pada biarawan menunjukkan hasil dari nilai p 0,77; 0,19; 0,38, sehingga menunjukkan H0 diterima karena probabilitas di atas 0,05. Hal tersebut menunjukkan tidak ada pengaruh antara BMI, aktivitas fisik dan mengatur pola
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
makan terhadap terapi hipertensi pada kaum biarawan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BMI, aktivitas fisik, dan pola makan berpengaruh hanya pada prevalensi hipertensi pada awam laki-laki, sebaliknya untuk biarawan tidak ada pengaruh BMI, aktivitas fisik dan pola makan terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil penelitian ini antara lain: a. Usia responden yang masih muda sehingga belum bisa terdeteksi faktor risiko yang berpengaruh terhadap hipertensi. b. Jumlah sampel yang sedikit pada beberapa faktor risiko, sehingga hasil yang didapat kurang bisa mewakili nilai yang sebenarnya. c. Ketidak terbukaan responden dalam menjawab pertanyaan saat wawancara. d. Pengukuran tekanan darah sesaat dan tidak dilakukan berkali-kali agar menunjukkan tekanan darah persisten. e. Pengukuran tekanan darah tidak dilakukan oleh tenaga professional. f. Instrumen Sphygmomanometer yang digunakan tidak dapat dikalibrasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prevalensi kaum awam yang menderita hipertensi sebanyak 34%, yang sadar menderita hipertensi sebanyak 52,9%, yang melakukan terapi hipertensi secara rutin sebanyak 72,2%,
sedangkan kaum biarawan yang menderita hipertensi
sebanyak 27,2%, yang sadar menderita hipertensi sebanyak 35,7%, yang melakukan terapi hipertensi secara rutin sebanyak 40,0%. 2. Tidak ada perbedaan perbandingan prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi antara awam laki-laki dengan biarawan. 3. Faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi pada kaum awam adalah BMI dengan OR 0,40 (95% CI: 0,16-0,97), aktivitas fisik dengan OR 3,99 (95% CI: 1,66-9,56), pola makan dengan OR 7,56 (95% CI: 1,89-30,24), sedangkan untuk kaum biarawan tidak ada faktor risiko yang mempengaruhi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, penulis memberikan saran berupa: 1. Diperlukan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat dan biarawan tentang hipertensi yang bermanfaat untuk proses pencegahan dan penanggulangan
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
kejadian hipertensi, sehingga masyarakat dan biarawan sadar untuk melakukan pengecekan tekanan darah. Secara khusus bagi kaum biarawan dibutuhkan tenaga kesehatan untuk mengontrol tekanan darah para biarawan secara rutin. 2. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan memantau terapi rutin hipertensi pada masyarakat, secara khusus bagi kaum biarawan untuk mengetahui pengaruh pengobatan rutin terhadap penyakit hipertensi. 3. Sebagai masukan kepada pemimpin biara untuk menyediakan alat pengukuran tekanan darah sehingga para biarawan lebih sering melakukan pengecekan tekanan darah agar tetap terkontrol.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
DAFTAR PUSTAKA Appel, L.,2009, ASH Position Paper: Dietary Approaches to Lower Blood Pressure, The J Clin Hypertens., 11 (7), 360-362. Alsairafi, M., Alshamali, K, Al-rashed, A., 2010, Effect of Physical Activity on Controlling Blood Pressure among Hypertensive Patient from Mishref Area of Kuwait, Eur J Gen Med, 7(4), 377-384). Chobanian, A.V, Bakris, G., Black, H., Cushman, W., Green, L., Izzo, J., et al., 2003, Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure, AHA, 42, 1206-1252. Chow, C.K, Teo,K.K, Rangarajan , S.,Islam, S.,Gupta , R., Avezum, A., et al., 2013, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension in Rural and Urban Communities in High-, Middle-, and Low-Income Countries, JAMA., 310 (9) : 959-968 . Dahla, S., 2012, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriftif, Bivariant, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5, Seri Evidence Based Medicine 1, Salemba Medika, Jakarta. Dahlan, S., 2013, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel, dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3 Seri Evidence Based Medicine 2, Salemba Medika, Jakarta, hal.32,41-42. Deepa, R., Shanthirani, C., Pradeepa, R., Mohan ,V, 2003, Is the „Rule of Halves‟ in Hypertension Still Valid? - Evidence from the Chennai Urban Population Study, JAPI., 51, 153-157. Departemen Kesehatan RI, 2010, Masalah Hipertensi di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909 diakses pada tanggal 20 Desember 2015. Departemen Kesehatan RI, 2013, Hipertensi Merupakan Faktor Risiko Utama Terjadinya Kematian Akibat PTM di Dunia, http://pppl.depkes.go.id/focus?id=965 diakses pada tanggal 20 Desember 2015. Dinas kesahatan daerah istimewa Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan daereh istimewa Yogyakarta tahun 2013, Dinkes DIY, Yogyakarta, hal.32,44. Dong, C., Ge, P., Ren,X., Fan, H., Yan, X., 2013, Prevalence, Awareness, Treatment and Control of Hypertension among Adults China: a Cross-sectional Population survey, J Int Med Res, 41(4), 1291-1300. Ekwunife, O., Udeogaranya,P., Nwatu,I., 2010, Prevalence, awareness, treatment and control of hypertension in a nigerian population, health., 2 (7) 731-735. Faryci.R.S.J, Karisma dan Hidup Membiara, Yogyakarta: Pusat Pastoral, 1981.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Graudal, N., et al, 2012, Effects of Low-Sodium Diet vs. High-Sodium Diet on Blood Pressure, Renin, Aldosterone, Catecholamines, Cholesterol, and Triglyceride (Cochrane Review), AJH, 25, 1-15. Gudina, E.K., Michael, Y., Assegid, S., 2013, Prevalence of Hypertension and its Risk Factor in Southwest Ethiopia: A Hospital-based Cross-sectional Survey, Integrated Blood Pressure Control, 6, 111-117. Gujarati.D.N, 2006, Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta, Penerbit Erlangga, hal 76-77 Melalui https://books.google.co.id/books?id=nxD6uRCpZOcC&pg=PR3&dq=Dasardasar+Ekonometrika,+Edisi+Ketiga+Jilid+1,&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v =onepage&q=Dasardasar%20Ekonometrika%2C%20Edisi%20Ketiga%20Jil id%201%2C&f=false diakses pada tanggal 23 november 2015 pkl. 20.15 WIB. Guyton, A., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, EGC Medical Publisher, Jakarta, pp. 917. Hardi, S, 100 resep sembuhkan hipertensi, asama urat, dan obesitas, penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009, hal 1,3-4. Hooker, R.C., Cowab, N., and Freeman, G.K., Better by Half: Hypertension in The Elderly and The ‘The of Halves’: A Primary Care Audit of The Clinical Computer Record as A Springboard to Improving Care, Oxford University Press, www.ncbi.nml.nih.gov/pubmed/10381016, diakses tanggal 25 januari 2016. Infodatin, 2014, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Selatan. Inoue, zimet, Caterson, Chuming.C., Ikeda, Khalid. A.K., at al., 2000, Redefining Obesity and Its Treatment, The Asia-Pacific Perspective, p.18. Iriarte., P.L., 1995, Panggilan Fransiskan, Bina Media Perintis, hal.36. Kaplan, N., 2006, kaplan‟s clinical hypertension, 9th ed., Lippincott Williams and Wilkins, p. 455. Kokkinos, F.P., Giannelou, A., Manolis, A., Pittaras, A., 2009, Physical Activity in the Prevention and Management of High Blood Pressure, HJC, 50: 52-59. Kotchen, T., 2008, Obesity-Related Hypertension? Weighing the Evidence, AHA Journal, 52, 801-802. Lawrence, J, Apple, M,D., Moore, T., Obarzanek, E., Vollmer, W., Laura, V., at al., 1997, A Clinical Trial of the Effects of Dietary Patterns on Blood Pressure, N Engl J Med, 336: 1117-1124.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti,A., Bohm, M., at all., 2013, TheTask Force for the management ofarterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), jhypertension.,31 ( 3) , 1286. Malope, S., 2012, Hubungan Lingkar Lengan Atas dan Lingkar Pinggang dengan Tingkat Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Poloklinik Interna RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Marliani, L., Tantan, S., 2007, 100 Question & Answers Hipertensi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 11. Martiningsih, 2011, Analisiss Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Primer Pada Pasien Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Bima ditinjau dari perspektif keperawatan Self-Care Orem, Tesis, 5, Universitas Indonesia, Jakarta. Miyachi, M., Donato, A.J., Yamamoto, K., Takahashi, K., Gates, P.E., Moreau, K.L., and Tanaka, H., 2003, Greater age-related reductions in central arterial compliance in resistance-trained men, Hypertension, 41: 130-135. Munoz, L., Castillon, G., Graciana, A., Garcia, L., Mesas, E., Taboada, M., at al., 2012, Dietary habits of the hypertensive population of Spain: accordance with the DASH diet and the Mediterranean diet, J.Hipertens,30(7), 1378-82. Oussama, K.,2005, WHO Regional Office for the Eastern Mediterranean, Clinical guidelines for the management of hypertension., 52-54. Qiao, S., Ye, Q., Dou, Y., Li, M., Kou, Y., Qian, D., et al., 2013, Analysis for Hipertension and Related Risk Factor of Physical Examination Population, Int J Clin Exp Med, 6(9), 785-793. Rahajang, E.,2009, Tuminah, S, prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Maj Kedokt Indon, 59 ( 12) , 581- 583. Rao, V., Daniel , A, 2014, Application of the “ Rule of Halves” for Hypertension Tool in an Urban Slum at Davangere, NJCM, 5 (3), 333-336. Riset Kesehatan Dasar , 2007, Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Riset Kesehatan Dasar, 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Sheps, Sheldon,G.,2005, Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi, Jakarta: PT Intisari Mediatama, pp.26,158.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
Shihab, H., Meoni, L., Chu, A., Wang, N., Ford, D., Liang, K., et al., 2012, Body Mass Index and Risk Of Incident Hypertension Over the Life Course The Johns Hopkins Percursors Study, Circulation, 126, 2983-2989. Sihombing, Marice, 2010, Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Staessen A Jan, Jerzy Gasowsky, Ji G Wang, et al.,2000, Risks of Untreated and Treated Isolated Systolic Hypertension in the Elderly: Meta Analysis of Outcome Trials. The Lancet. 355; 856- 865. Sugondo, S., 2006. Obesitas. Dalam: Sudoyono, W.A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1919- 1924. Sumantri, A, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan , Kencana Prenada Media Group, Jakarta, pp.75. Swarjana, I.,K., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Andi Offset, h, Yogyakarta, hal. 98-99. Tesfaye, F., Nawi., NG., Minh., H., Byass, P., Berhane, Y., Ronita, R., at al., 2007, Association Between Body Mass Index And Blood Pressure Three Population In Africa And Asia, Journal of Human Hypertension, 21, 28-37. Umar, Husein, Drs., 2007, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 57-58. Venkataraman, R.., Kumar, Bp, S., Kumaraswamy, M., Singh, R, Pandey, M., Tripathi, P., et al., 2013, Smoking, Alcohol and Hypertension, Int J Pharm Pharm Sci, 5(4), 28-32. Wang, H., Zhang, X., Zhang, J., He, Q., Hu, R., Wang, L., at al., 2013, Factors Associated with Prevalence, Awareness, Treatment and Control of Hypertension among Adults in Southern China: A Community-Based, Cross-Sectional Survey, Factors Associated with Hypertension in China, 8 (5), e62469. Weber, M., Schiffrin, E., White, W., Mann, S., Lindholm,L., Kenerson, J., at al., 2014, Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Community A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension, ASH/ISH Hypertension Guideline, The Journal of Clinical Hypertension, 32 (1), 3-15.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
World Health Organization, 2013, A Global Brief on Hypertension, Silent Killer, Global Public Health Crisis, WHO, Switzerland, p. 10. World Health Organization, 2010, Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. Availabel from: http://www.who.int/topics/physical_activity/en/ [Accessed 25 januari 2016]. Yunus, 2011. Menjadi Lansia Sehat, Bahagia dan Produktif. Surabaya: Insan Cendikia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Lampiran 1. Informed Consent Pada Awam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Lampiran 2. Informed Consent Pada Biarawan
Lampiran 3. SOP Pengukuran Tekanan Darah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH MENGGUNAKAN SPYGMOMANOMETER DIGITAL
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Biarkan responden untuk beristirahat terlebih dahulu selama tiga sampai lima menit sebelum memulai pengukuran. Baterai diperiksa sebelum digunakan. Lilitkan Cuff di sekitar lengan secara pas dan tidak ketat. Sejajarkan dengan jantung. Letakkan lengan dengan ditumpukan di atas meja agar sejajar dengan jantung. Pasien dijelaskan bahwa saat pengukuran berjalan, Cuff akan mengembang untuk sementara waktu dan akan mengempis kembali. Saat dilakukan pengukuran, biarkan Cuff mengembang dan mengempis. Pengukuran dilakukan setidaknya dua kali dengan selang waktu satu sampai dua menit. Catat tekanan darah sistolik (atas) dan diastolik (bawah). Hasil pengukuran tekanan darah diberitahukan kepada pasien. Apabila tekanan darah yang dilakukan tidak normal, sarankan ke pasien untuk memeriksa lebih lanjut ke dokter untuk mengetahui informasi selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Lampiran 4. Case Report Form (CRF)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Uji Kami, Lusia Christin Setiawati, Ratna Sihombing (Sr.Priscilla FSE) dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma akan melakukan penelitian berjudul “Perbandingan Prevalensi, Kesadaran, Dan Terapi Hipertensi Antara Biarawan Dan Kaum Awam Laki-Laki Sleman DIY.” Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah ada perbedaan nilai faktor risiko kesehatan dan nilai sosio-ekonomi terhadap perbandingan prevalensi, kesadaran, pengobatan dan pengendalian tekanan darah. Tim peneliti mengajak Romo/Frater/Bapak/Saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 200 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subyek 20-30 menit. A.
Kesukarelaan untuk ikut penelitian Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda ataupun sanksi apapun.
B.
Prosedur Penelitian Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta menandatangani lembar persetujuan rangkap dua, satu untuk Anda simpan dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah: 1.
2. 3.
4.
C.
Anda akan diwawancarai oleh peneliti untuk menanyakan: Nama, usia, riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat, pola hidup, pekerjaan, pendidikan terakhir dan pendapatan perbulan. Menjalani pemeriksaan oleh peneliti untuk memeriksa status kesehatan dengan mengukuran tekanan darah, tinggi badan dan berat badan. Pengukuran tekanan darah dilakukan 2 kali dengan jeda waktu 5 menit dan apabila tekanan darah pertama dan kedua berbeda ≥ 10 maka dilakukan pengukuran darah ketiga. Cara mencegah terjadinya depresi pasca pengukuran tekanan darah adalah dengan menjelaskan pada responden dengan sopan, detail dan tidak menakut-nakuti karena hasil yang diperoleh belum menentukan secara pasti bahwa responden mengalami hipertensi karena pengukuran yang dilakukan hanya dalam satu waktu dan tanpa diagnosis pasti dari dokter.
Kewajiban Subyek penelitian Sebagai subyek penelitian, Romo/Frater/Bapak/Saudara berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
yang belum jelas, Romo/Frater/Bapak/Saudara dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti. D.
Manfaat Keuntungan langsung yang Romo/Frater/Bapak/Saudara dapatkan adalah memperoleh pemeriksaan tekanan darah dan penjelasan mengenai upaya mengontrol tekanan darah dan preventif komplikasi penyakit kardiovaskular.
E.
Kerahasiaan Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.
F.
Kompensasi Romo/Frater/Bapak/Saudara tidak mendapatkan kompensasi keikutsertaan Romo/Frater/Bapak/Saudara bersifat suka rela.
apapun,
G.
Pembiayaan Seluruh biaya penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti. Biaya yang ditanggung peneliti adalah bahan habis pakai dan peralatan pengambilan data.
H.
Informasi tambahan Romo/Frater/Bapak/Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Romo/Frater/Bapak/Saudara dapat menghubungi Lusia Christin Setiawati, No.Hp: 085237741464; email:
[email protected] dan Ratna Sihombing pada No.Hp: 082221280200; email:
[email protected]. Romo/Frater/Bapak/Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian kepada Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM (Telp. 0274-588688 ext 17225 atau +62811-2666-869; email:
[email protected]).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Lampiran 6. Panduan Wawancara untuk CRF PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK MENGISI CRF 1. Siapakah nama Romo/Frater/Bapak: 2. Jenis kelamin/Umur: 3. Apakah pendidikan formal terakhir Romo/Frater/Bapak? SD/SMP/SMA/S1/S2/S3 4. Apakah Romo/Frater/Bapak bekerja? Di mana? Indoor/outdoor Pikiran/fisik Jenis/nama pekerjaan: (PNS/guru/petani) 5. Penghasilan Romo/Frater/Bapak bulanan: Berapa penghasilan dalam rupiah: 6. Apakah pasangan bapak bekerja? Di............................. Jenis pekerjaan: Berapa penghasilan pasangan? 7. Apakah Romo/Frater/Bapak merokok? Jika ya, sehari berapa batang: Apakah pasangan bapak merokok? Jika ya, sehari berapa batang: 8. Apakah Romo/Frater/Bapak memperhatikan makanan atau asupan sehari-hari: Makanan apa saja yang tersedia tidak dipikirkan: a. Diatur tidak asin/tidak menambah kecap/garam kalau makan b. Makan makanan yang dimasak di rumah c. Minyak goreng umumnya dipakai berapa kali untuk menggoreng: d. Berapa kali dalam sehari menyantap gorengan: e. Apakah minum susu setiap hari? f. Berapa kali seminggu menyantap daging bergajih/ lemak/ bersantan: g. Sehari berapa kali menu sayur-sayuran: h. Sehari berapa kali makan buah-buahan: 9. Berapa kali dalam seminggu berolahraga? 10. Kalau sakit berobat di mana? Dokter; Rumah sakit; Puskesmas;................................. Berapa jauh dari rumah? Punya BPJS/Askes/Jamkesda/Asuransi kesehatan lain 11. Apakah Romo/Frater/Bapak mempunyai penyakit tertentu:
Ya/tidak
Ya/tidak Rp
Rp Ya/tidak Ya/tidak
Ya/tidak Ya/tidak Ya/tidak
Ya/tidak
.............Km Ya/tidak Ya/tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
(Tensi tinggi;diabetes; asam urat; jantung; batuk/sesak; ...............................) 11. Untuk yang mengalami hipertensi; diabetes; kolesterol: Berobat rutin; kadang-kadang; berhenti berobat: Kalau sakit: obat.................(Nama:...........................) Pakai jamu/ herbal/ alternatif sebutkan: Terakhir berobat kapan: 12. BB: TB: 13. Akses informasi:
TD:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Lampiran 7. Alamat biara pada penelitian Penelitian dilakukan di 10 tempat tinggal biarawan (biara) yaitu: 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Komunitas SJ Jl. Mrican Baru 1, Catur Tunggal, Depok, Sleman Yogyakarta Komunitas imam-imam Hati Kudus Yesus Skolastikat SCJ (II) Jl. Wulung 9-A, Papringan, Yogyakarta Biara OFM- Santo Bonaventura Jl. Legi 142, Papringan, Yogyakarta. Provinsialat Frater CMM Jl. Ampel 6/10, Papringan, Yogyakarta. Skolastikat MSF- Biara Nazareth Jl. Kaliurang Km. 7,5 – Banteng, Sinduharjo, Ngaklik, Sleman Yogyakarta. Seminari Tinggi Santo Paulus Jl. Kaliurang Km. 7,5- Kentungan, Sleman D.I. Yogyakarta. Seminarium Anging Mammiri Jl. Kaliurang Km. 7,4- Banteng, Sleman D.I.Yogyakarta. Skolastikat SS.CC Jl. Garuda No.3, Rt.01 Rw.24 Plemburan, Sleman D.I.Yogyakarta Skolastikat Carmel OCD Jl. Kaliurang Km. 10,9 Gg. Bias, Gadingan, Sleman – Yogyakarta Wisma Domus Pacis- Puren Gang lada, Puren, Condongcatur, Depok, Sleman Yogyakarta
Kaum awam yang ikut dalam penelitian ini merupakan gabungan dari 4 lingkungan di sekitar biara di daerah Papringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
Lampiran 8. Ethical Clearance
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Lampiran 9. Validasi Timbangan Berat Badan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
Lampiran 10. Validasi Alat Ukur Tinggi Badan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Lampiran 11. Uji Realibilitas instrumen penelitian Uji Validitas dan Realibilitas Alat Pengukuran Tekanan Darah yang digunakan dalam Penelitian
Uji Validitas Sphygmomanometer Raksa dan Digital pada Probandus dengan Tekanan Darah Tinggi Sphygmomanometer Probandus Mean SD CV (%) 1 2 3 Raksa Sistolik (mmHg) 180 178 181 179,67 1,24 0,69 Diastolik (mmHg) 110 110 109 109,67 0,47 0,42 Sistolik (mmHg) 177 181 182 180 2,16 1,2 Digital Diastolik (mmHg) 93 110 110 104,33 8,01 7,67 Uji Validitas Sphygmomanometer Raksa dan Digital pada Probandus dengan Tekanan Darah Normal Sphygmomanometer Probandus Mean SD CV (%) 1 2 3 Sistolik (mmHg) 119 124 120 121 2,16 1,78 Raksa Diastolik (mmHg) 98 82 79 86,33 8,33 9,6 Sistolik (mmHg) 123 127 128 126 2,16 1,71 Digital Diastolik (mmHg) 80 75 76 77 2,16 2,80 Uji Validitas Sphygmomanometer Raksa dan Digital pada Probandus dengan Tekanan Darah Rendah Sphygmomanometer Probandus Mean SD CV (%) 1 2 3 Sistolik (mmHg) 100 100 103 101 1,41 1,39 Raksa Diastolik (mmHg) 80 80 90 83,33 4,71 5,65 Sistolik (mmHg) 111 112 101 108 4,96 4,6 Digital Diastolik (mmHg) 80 74 80 78 2,82 3,61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama Ratna Sihombing, lahir di Sibuntuon (Sumatra Utara) pada tanggal 18 Desember 1988. Putri kelima dari lima bersaudara dari pasangan M.Sihombing dan D.br Manurung. Penulis menempuh pendidikan SD di SD Negeri Sibuntuon pada tahun 1995-2001, SMP Negeri 3 Uluan pada tahun 20012005, SMA Swasta BTB Balige pada tahun 2005-2007, dan pada tahun 2012 meneruskan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi anggota aktif HGT (Herbal Garden Team) 2012-2104, anggota PKM-M yang didanai oleh Dikti 2014-2015, anggota aktif dalam FBB (Forum Biarawan-Biarawati) mahasiswa di Yogyakarta, mengikuti berbagai macam seminar dan pelatihan.