PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGUKURAN KONSENTRASI GAS ETILEN PRODUKSI BUAH APEL SELAMA MASA PEMATANGAN MENGGUNAKAN DETEKTOR FOTOAKUSTIK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE MEASURING OF ETHYLENE CONCENTRATION OF APPLE PRODUCTION DURING RIPENING USING PHOTOACOUSTIC DETECTOR
A Thesis Presented as Partial Fulfilment of the Requirements To Obstain Sarjana Pendidikan (S.Pd) Degree In Physics Education Study Program
Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042
PHYSICS EDUCATION STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MATHEMATICS AND SCIENCE EDUCATION FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2014
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada :
My Mighty Lord Jesus Christ My Beloved Parent My Younger B rother and Sister And All My Best Friends.
Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2:6).
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
PENGUKURAN KONSENTRASI GAS ETILEN PRODUKSI BUAH APEL SELAMA MASA PEMATANGAN MENGGUNAKAN DETEKTOR FOTOAKUSTIK
Oleh : Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel Malang dengan menggunakan detektor fotoakustik. Detektor fotoakustik bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Sumber cahaya yang digunakan dalam penelitian adalah laser CO2. Pengukuran konsentrasi dilakukan selama 4 hari berturut-turut. Pengukuran dilakukan dengan menscan daya laser dan sinyal fotoakustik pada posisi steppermotor 8400 hingga 9400. Konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel mengalami peningkatan sebanding dengan semakin matangnya buah.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE MEASURING OF ETHYLENE CONCENTRATION OF APPLE PRODUCTION DURING RIPENING USING PHOTOACOUSTIC DETECTOR
By : Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042
The aim of this research is to measure the concentration of ethylene produced by Malang’s apple using photoacoustic detector. Photoacoustic detector uses the principle of light absorption. CO2 laser was used as the light source of the detector. Concentration measurements carried out during 4 days succesively. Measurements were made by scanning the laser power and the photoacoustic signal at steppermotor position 8400 to 9400. Concentration of ethylene produced by apple fruit has increased in proportion to the ripening of the fruit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul
“PENGUKURAN
PRODUKSI
BUAH
PERUBAHAN APEL
KONSENTRASI
SELAMA
MASA
GAS
ETILEN
PEMATANGAN
MENGGUNAKAN DETEKTOR FOTOAKUSTIK” ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Rohandi, P.hD. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku dosen pembimbing, dosen penguji serta Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang dengan penuh kesabaran telah membimbing, membantu dan meluangkan waktunya kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si. selaku dosen penguji serta dosen pembimbing akademik atas segala nasihat, bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis. 4. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku dosen penguji. 5. Seluruh dosen di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 6. Bapak Wilmus Syaiful dan Ibu Jelina selaku orang tua penulis, saudaraku Billy Ponten dan Riska, kekasih dan sahabatku Yeri Lona dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa. 7. Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma khususnya karyawan Laboratorium Fisika, Bapak Ngadiyono yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xi
8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2009 baik yang telah lulus maupun yang masih berjuang di Sanata Dharma. 9. Teman-teman seperjuangan skripsi, Osri, Hari, Dian, Agus, Nino dan Sherly atas masukan, hiburan dan dukungannya kepada penulis. 10. Sahabat-sahabat terkasih, Gloria Octaviana Pasaribu, Martina Tania Norika, Yohanes Egidius Gracia Poleng, Audra Febriandini Logho, Laras Nandya, Janulius. 11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Namun, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 20 Agustus 2014
Penulis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJAN PEMBIMBING
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
4
C. Batasan Masalah
5
D. Tujuan Penelitian
5
E. Manfaat Penelitian
5
F. Sistematika Penulisan
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II DASAR TEORI
xiii
7
A. Gas Etilen
7
B. Teori Atom
8
C. Teori Molekul
12
D. Spektrokopi Fotoakustik
13
E. Laser CO2
14
F. Detektor Fotoakustik
15
BAB III METODE PENELITIAN
18
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
18
B. Alat dan Bahan Penelitian
18
C. Prosedur Penelitian
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
25
A. Hasil
25
B. Pembahasan
33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
39
A. Kesimpulan
39
B. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
42
I. Pengenceran Gas Etilen II. Perhitungan Ralat Konsentrasi Etilen III. Hasil Scan Gas Etilen 0,579 ppm
43 44 45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dicampur dengan gas etilen 0,579 ppm (kalibrasi).
32
Tabel 4.2 Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan ke dalam sel fotoakustik
32
Tabel 4.3 Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan melalui cuvet berisi buah apel ke dalam sel fotoakustik
33
Tabel 4.4 Konsentrasi etilen hasil produksi buah Apel Malang dari tanggal 19 Mei 2014-23 Mei 2014.
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Atom Bohr
9
Gambar 2.2 (a) Eksitasi dan (b) Deeksitasi
11
Gambar 2.3 Tingkat energi pada molekul
13
Gambar 2.4 Detektor Fotoakustik
15
Gambar 3.1 Detektor Fotoakustik yang digunakan dalam penelitian
18
Gambar 3.2 Laser yang digunakan dalam detector fotoakustik
19
Gambar 3.3 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari gas etilen murni (kalibrasi)
21
Gambar 3.4 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari udara/ gas pembawa (sinyal latar)
22
Gambar 3.5 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari gas etilen yang dihasilkan oleh buah apel
24
Gambar 4.1 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari gas etilen 0,579 ppm hasil scan pertama
26
Gambar 4.2 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm hasil scan kedua
26
Gambar 4.3 Grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm hasil scan kedua
29
Gambar 4.4 Grafik sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,578 ppm
30
Gambar 4.5 Grafik konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh sampel Buah Apel terhadap waktu
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bidang fisika sangat erat hubungannya dengan penelitian dan eksperimen. Untuk melakukan eksperimen dibutuhkan pengukuran. Ada 2 hal yang penting dalam pengukuran yaitu input dan output. Input dibedakan menjadi input yang diinginkan, input pengubah dan input pengganggu, sedangkan output dibedakan menjadi output yang diinginkan, output pengubah dan output pengganggu (Doebelin, 2004). Pengukuran membutuhkan alat ukur. Alat ukur yang baik harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel dan memiliki waktu tanggap yang cepat. Sensitif artinya alat ukur tersebut mampu mengukur perubahan input yang kecil dalam pengukuran. Selektif artinya alat ukur tersebut mampu memilah input yang ada sesuai dengan kebutuhan pengukuran. Tidak mengganggu sampel artinya alat ukur tersebut tidak mengubah sampel pada waktu pengukuran dan memiliki waktu tanggap yang cepat artinya hasil pengukuran bisa langsung didapatkan segera setelah input diukur. Ada berbagai macam alat ukur berdasarkan fungsinya seperti alat ukur panjang, alat ukur massa, alat ukur waktu, alat ukur bunyi, alat ukur konsentrasi gas dan lain-lain. Pemilihan alat ukur yang tepat akan memudahkan dalam melakukan eksperimen.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Pengukuran konsentrasi gas biasanya dimanfaatkan dalam proses ekspor dan impor buah-buahan. Buah-buahan saat diambil dari produsen umumnya masih dalam keadaan mentah. Buah-buahan yang disimpan pada lingkungan dengan suhu kamar dengan gas oksigen normal akan mengalami proses
pematangan.
Dalam
proses
pematangan,
buah-buahan
akan
menghasilkan gas-gas tertentu, salah satunya adalah gas etilen. Gas etilen diproduksi buah setiap waktu selama proses pematangan. Emisi etilen merupakan tanda matangnya buah (Santosa, 2008), selain itu etilen juga berfungsi sebagai pemicu matangnya buah. Buah yang disimpan dalam ruangan dengan kandungan etilen akan lebih cepat matang dibanding buah yang disimpan dalam udara normal. Konsentrasi etilen yang dihasilkan oleh buah-buahan biasanya sangat rendah yaitu dalam orde ppm hingga ppb. Teknik yang selama ini biasa digunakan dalam mengukur konsentrasi gas adalah teknik Gas Chromatography (GC), teknik ini juga biasa digunakan untuk pengukuran dalam bidang kimia organik, ilmu medis dan lingkungan. GC memiliki waktu tanggap yang relatif lambat selain itu teknik ini kurang sensitif untuk melakukan pengukuran konsentrasi gas dari buah yang konsentrasinya sangat kecil. Untuk mengukur konsentrasi etilen dari buah dengan GC, maka gas etilen tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu agar konsentrasi etilen cukup besar untuk dapat diukur. Pengumpulan gas etilen tersebut mengakibatkan medium sampel yaitu konsentrasi gas penyimpanan sampel tersebut berubah. Hal ini akan mengakibatkan perubahan nilai besaran yang diukur dari nilai sebenarnya. Buah yang disimpan dalam udara dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
kandungan etilen akan lebih cepat matang dibandingkan buah yang disimpan pada udara normal, sehingga kondisi buah berubah. Hal ini menyebabkan GC kurang baik digunakan untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang diproduksi buah. Alat ukur konsentrasi gas lain yang dapat digunakan yaitu Detektor Fotoakutik. Detektor Fotoakustik mampu mengukur lebih dari satu macam gas secara serempak dengan selektivitas yang tinggi, memiliki waktu tanggap yang relatif cepat sehingga dapat digunakan secara online, dan memiliki sensitivitas yang tinggi hingga bisa mengukur konsentrasi dalam orde ppb (Santosa, 2008). Detektor Fotoakustik bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Detektor Fotoakustik memiliki tiga komponen penting yaitu laser, sel fotoakustik dan mikrofon. Laser digunakan sebagai sumber cahaya karena memiliki intensitas spektral yang tinggi dan dapat ditala. Sel fotoakustik merupakan tempat terjadinya konversi cahaya laser menjadi sinyal akustik. Mikrofon digunakan untuk menangkap sinyal akustik yang kemudian dikirim ke PC untuk diolah dan hasilnya digunakan untuk mengukur konsentrasi etilen dari sampel. Detektor fotoakustik dengan laser CO2 dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi gas etilen tanpa mengubah sampel dan lingkungan sampel karena sensitivitasnya yang tinggi. Konsentrasi gas etilen dari sampel bisa langsung diukur tanpa harus dikumpulkan terlebih dahulu sehingga tidak mengubah sampel. Kelebihan tersebut membuat Detektor Fotoakustik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
merupakan alat yang cocok untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan buah selama proses pematangan. Penelitian untuk melihat konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel dalam proses pematangannya harus dilakukan menggunakan sampel buah Apel yang sama selama pengukuran. Buah Apel yang menjadi sampel harus disimpan dalam ruang terbuka dengan suhu normal, tidak boleh disimpan dalam pendingin ataupun dalam ruang tertutup agar tidak mengubah produksi etilen yang dihasilkan sampel. Pengukuran konsentrasi etilen yang diproduksi oleh buah Apel diukur menggunakan detektor fotoakustik berbasis CO2 secara real-time sehingga hasil pengukuran bisa didapatkan pada saat itu juga. Pengukuran dilakukan setiap hari selama beberapa hari diwaktu yang relatif sama.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang didapatkan beberapa rumusan masalah seperti: 1. Bagaimana mengukur konsentrasi gas etilen dari buah apel menggunakan Detektor Fotoakustik? 2. Bagaimana konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel selama proses pematangan buah?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
C. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dalam pengukuran dilakukan pembatasan sebagai berikut: 1. Pengukuran dilakukan selama beberapa hari dengan sampel Buah Apel jenis Apel Malang. 2. Sampel yang digunakan adalah buah yang sama selama pengukuran dan dalam kondisi utuh, tidak memar, tidak terluka atau terpotong. 3. Buah harus disimpan pada suhu normal dalam ruang terbuka, tidak boleh disimpan didalam wadah tertutup maupun dalam kulkas.
D. Tujuan Penelitian Mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh sampel buah Apel dalam proses pematangan buah dengan menggunakan Detektor Fotoakustik selama beberapa hari untuk melihat perubahan konsentrasi gas etilen yang diproduksi buah Apel/sampel.
E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi tentang Detektor Fotoakutik dan penggunaannya dalam mengukur konsentrasi gas. 2. Melihat adanya perubahan konsentrasi gas etilen yang dihasilkan buah Apel selama proses pematangan buah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
F. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan ditulis dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
Dasar Teori Bab ini menguraikan tentang dasar teori yang berhubungan dengan penelitian seperti teori tentang etilen, teori atom, teori molekul, spektrokopi fotoakustik, laser CO2 dan detektor fotoakustik.
BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang waktu penelitian, tempat penelitian, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan prosedur penelitian. BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi hasil dan pembahasan dari eksperimen yang dilakukan. BAB V
Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II DASAR TEORI
A. Gas Etilen Etilen (C2H4) merupakan hormon pertumbuhan yang biasanya dihasilkan oleh tumbuhan. Pada tumbuhan, etilen biasa ditemukan dalam fase gas, sehingga sering disebut gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan berbau. Gas etilen berperan dalam proses pematangan buah. Selain itu etilen juga berfungsi untuk mengatur pemekaran bunga, pengguguran daun dan juga dalam pekecambahan benih (Salisbury&Ross,1995: 81-84). Biosintesis etilen membutuhkan bantuan gas oksigen (Salisbury&Ross, 1995:79). Karena itu oksigen merupakan salah satu
faktor
yang
mempengaruhi produksi etilen. Faktor yang mempengaruhi lainnya adalah suhu. Suhu yang terlalu rendah, di bawah suhu normal (20˚C - 35˚C) akan menekan produksi etilen oleh buah, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak jaringan buah sehingga etilen tidak bisa diproduksi. Gas etilen banyak dimanfaatkan dalam proses ekspor dan impor buah. Umumnya, buah dipetik saat masih belum matang, untuk mempercepat pematangan, buah diberi etilen atau disimpan di ruangan dengan gas etilen untuk mempercepat proses pematangan. Sebaliknya, buah yang telah matang justru dipertahankan kematangannya agar tidak segera membusuk yaitu dengan menyimpannya pada suhu yang rendah. Konsentrasi etilen yang
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
dihasilkan oleh buah-buahan biasanya sangat rendah yaitu dalam ppm hingga ppb.
B. Teori Atom Sejak zaman Yunani kuno teori tentang atom telah dicetuskan. Atom dianggap sebagai komponen terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. Nama atom berasal dari bahasa Yunani (atomos) yang artinya tidak dapat dipotong atau dibagi lagi. Teori tentang atom kemudian berkembang dengan pesat pada abad ke-19. Pada tahun 1904 J.J Thomson mengusulkan bahwa atom merupakan bola pejal bermuatan positif serbasama yang mengandung elektron. Model atom ini ditolak setelah Ernest Rutherford bersama muridnya Hans Geiger dan Ernest Marsden pada tahun 1911 melakukan eksperimen yang dikenal “Hamburan sinar alfa” terhadap lempeng emas tipis. Dari eksperimen tersebut Rutherford mengemukakan sebuah model atom yaitu atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif yang berada ditengah-tengan atom dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif (Krane, 1992). Model atom Rutherford kemudian menimbulkan beberapa masalah seperti: 1. Muatan
yang
dipercepat
akan
memancarkan
radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi radiasi sama dengan frekuensi mengorbitnya. Elektron yang mengorbit akan kehilangan tenaga,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
jari-jari edar mengecil hingga akhirnya bersatu dengan inti. Pada kenyataannya, atom tetap utuh, elektron dan inti tidak menyatu. 2. Jari-jari edar yang mengecil secara kontinyu berarti frekuensi radiasi juga berubah secara kontinyu. Kenyataannya, frekuensi radiasi dari atom diskrit tidak kontinyu. Niels Bohr pada tahun 1913 mengemukakan bahwa atom seperti planet mini dengan inti atom yang bermuatan positif sebagai pusatnya dan elektron bermuatan negatif dengan massa m, bergerak pada lintasan yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari r dengan kecepatan v mengelilingi inti atom seperti halnya planet-planet mengintari matahari. Dengan alasan yang sama, bahwa sistem tata surya tidak runtuh karena tarikan gravitasi antara matahari dan tiap planet, atom juga tidak runtuh karena tarikan elektrostatis Colomb antara inti atom dan tiap elektron. Gaya tarik memberikan kecepatan sentripetal yang dibutuhkan untuk mempertahankan gerak edar seperti dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Model atom Bohr. Bohr juga dapat menjelaskan kesulitan sebelumnya yang menyatakan muatan elektrik yang mengalami percepatan seperti elektron yang mengorbit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
pada model atom ini, harus meradiasikan energi elektromagnetik secara terusmenerus. Untuk mengatasi kesulitan ini, Bohr mengusulkan gagasan keadaan “mantap stasioner” yaitu keadaan gerak tertentu dimana elektron tidak meradiasikan energi elektromagnetik. Bohr menyimpulkan bahwa dalam keadaan berada di orbit, momentum sudut orbital elektron bernilai kelipatan bulat dari ħ (Krane, 1992). Elektron bergerak tidak pada sembarang orbit karena hanya orbit dengan jari-jari tertentu sajalah yang diperkenankan dalam model atom Bohr. Jari-jari orbit yang diperkenankan mengikuti persamaan 2.1berikut: 𝑟𝑛 = 𝑎0 𝑛2
(2.1)
dengan 𝑎0 = 0,0529 nm. n = bilangan bulat 1, 2, 3, dan seterusnya Pada orbit yang diperkenankan, atom tidak memancarkan radiasi elektromagnetik. Lintasan atau orbit tempat elektron bergerak disebut juga tingkat energi. Masing-masing tingkat energi memiliki nilai tertentu yang memenuhi persamaan 2.2 berikut: 𝐸𝑛 =
−13,6 𝑒𝑉 𝑛2
(2.2)
Elektron dapat berpindah dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lainnya dengan menyerap atau memancarkan energi seperti pada gambar 2.2 berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(a)
11
(b) Gambar 2.2 (a) Eksitasi dan (b) Deeksitasi. Perpindahan elektron dari tingkat energi E1 yang lebih rendah ke tingkat
energi E2 yang lebih tinggi disebut sebagai peristiwa eksitasi. Untuk melakukan eksitasi, elektron membutuhkan energi dari luar yang sesuai dengan energi transisi dari kedua tingkat energi tersebut untuk berpindah dari tingkat energi E1 yang lebih rendah ke tingkat energi E2 yang lebih tinggi. Besar energi transisi mengikuti persamaan 2.3 berikut: ∆𝐸 = 𝐸2 − 𝐸1
(2.3)
dengan : ∆𝐸 = energi transisi untuk melakukan eksitasi (eV) 𝐸2 = tingkat energi tinggi (eV) 𝐸1 = tingkat energi rendah (eV) Perpindahan elektron dari tingkat energi E2 yang lebih tinggi ke tingkat energi E1 yang lebih rendah disebut sebagai peristiwa deeksitasi. Saat melakukan deeksitasi elektron melepaskan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Elektron yang berada pada tingkat energi E2 kehilangan energinya dan berpindah ketingkat energi yang lebih rendah E1. Besar energi yang dilepaskan pada proses deeksitasi mengikuti persamaan 2.4 berikut: ℎ𝑣 = 𝐸2 − 𝐸1
(2.4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dengan : ℎ
= tetapan Planck yang besarnya 6,63.10-34 J.s
𝑣
= frekuensi gelombang elektromagnetik (Hz)
12
𝐸2 = tingkat energi tinggi (eV) 𝐸1 = tingkat energi rendah (eV) Adanya peristiwa eksitasi dan deeksitasi ini menjelaskan keadaan spektrum diskrit dari atom, bahwa atom dapat memancarkan cahaya hanya pada gelombang tertentu saja, tidak kontinyu. Cahaya yang dipancarkan hanya cahaya dengan frekuensi yang sesuai dengan selisih tingkat tenaga/energi transisi.
C. Teori Molekul Sebuah molekul merupakan grup netral secara elektris yang mengikat atom dengan cukup kuat sehingga berprilaku sebagai partikel tunggal. Setiap molekul mempunyai struktur dan komposisi tertentu (Arthur Beiser, 1982). Molekul memiliki 3 tingkat energi, yaitu tingkat energi elektronik, tingkat energi vibrasi dan tingkat energi rotasi. Seperti pada gambar 2.3, pada setiap tingkat energi elektronik, memiliki beberapa tingkat energi vibrasi. Pada setiap tingkat energi vibrasi, masing-masing tingkat memiliki beberapa tingkat energi rotasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Gambar 2.3 Tingkat energi pada molekul.
Sama seperti atom, pada molekul juga terjadi peristiwa eksitasi dan deeksitasi. Ada beberapa jenis proses eksitasi pada molekul, yaitu eksitasi dan deeksitasi pada tingkat energi elektronik, eksitasi dan deeksitasi pada tingkat energi vibrasi, baik pada tingkat elektronik yang sama maupun ke tingkat energi elektronik yang lain, dan eksitasi dan deeksitasi pada tingkat energi rotasi, baik pada tingkat vibrasi yang sama maupun tingkat energi vibrasi yang lain.
D. Spektrokopi Fotoakustik Gejala fotoakustik pertama kali ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1880 (Santosa, 2008). Ia menemukan bahwa sebuah benda yang dikenai cahaya dapat menghasilkan bunyi. Namun penerapan gejala fotoakustik baru mulai dikembangkan sejalan dengan perkembangan laser dan mikrofon, salah satunya adalah metode pengukuran dengan teknik spektrokopi fotoakustik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Spektrokopi fotoakustik merupakan salah satu teknik pengukuran dengan menggunakan prinsip penyerapan energi cahaya pada suatu benda dengan deteksi akustik. Serapan cahaya oleh molekul tergantung pada panjang gelombang yang digunakan sehingga pemilihan laser yang tepat sangat diperlukan. Salah satu jenis laser yang digunakan dalam spektrokopi fotoakustik adalah laser CO2.
E. Laser CO2 Laser CO2 pertama kali ditemukan oleh C. K. N Patel. Laser CO2 termasuk dalam jenis laser gas molekul. Dalam laser molekul, osilasi dapat berlangsung pada perpindahan antara tingkat vibrasi-rotasi dari molekul. Molekul CO2 memiliki 3 mode vibrasi yang berlainan yaitu mode tarikan simetris, mode bengkok dan mode tarikan asimetris (Laud, 1988). Laser ini menggunakan campuran gas CO2, N2, dan He. Gas N2, dan He digunakan sebagai campuran untuk memperoleh transfer energi yang lebih efektif. Gas pendukung tersebut membantu proses eksitasi molekul CO2 ke aras vibrasi rotasi. Laser CO2 terdiri dari beberapa komponen seperti power supply, resonator optis, dan tabung laser. Power supply berfungsi sebagai pemberi daya pada laser. Resonator optis terdiri dari cermin dan kisi, posisi kisi dapat diatur menggunakan steppermotor untuk mengubah panjang gelombang dari laser. Tabung laser terdiri dari dua tabung yang berlapis dengan tabung dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
yang berisi medium aktif laser dan tabung luar yang dialiri air dan berfungsi sebagai pendingin. Laser CO2 bekerja pada panjang gelombang 9-11 μm.
F. Detektor Fotoakustik Detektor fotoakustik merupakan alat untuk mengukur konsentrasi gas dalam orde yang sangat kecil yaitu part per million (ppm) hingga part per billion (ppb). Detektor fotoakustik bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Detektor fotoakustik terdiri dari laser sebagai sumber cahaya, sel fotoakustik sebagai tempat gas sampel berada dan mikrofon yang digunakan untuk mendeteksi sinyal akustik seperti pada gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Detektor Fotoakustik.
Cahaya laser dilewatkan pada sel fotoakustik, jika frekuensi yang dimilikinya sesuai dengan energi transisi dari molekul gas dalam sel fotoakustik, maka energi dari cahaya laser akan diserap oleh sebagian molekul gas sampel dan digunakan oleh molekul gas tersebut untuk bereksitasi dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
tinggi. Molekul gas yang bereksitasi kemudian melakukan deeksitasi secara non radiasi dengan melepaskan tenaganya dan memberikannya kepada molekul gas lainnya yang ditumbuknya. Molekul gas yang ditumbuk mengunakan energi yang diterimanya menjadi energi translasi/gerak. Adanya peningkatan energi translasi mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu dan tekanan di sel fotoakustik. Cahaya laser kemudian dimodulasi dengan chopper, sehingga tekanan pada sel fotoakustik akan berubah secara periodik. Tekanan yang berubah secara periodik disebut bunyi. Sinyal bunyi atau akustik tersebut kemudian ditangkap oleh mikrofon dan diperkuat dengan lock-in amplifier untuk diproses oleh software di komputer. Sinyal fotoakustik mengikuti persamaan 2.5 berikut: 𝑆𝑙 = 𝐶𝐶𝑔 𝑃𝑙 𝛼𝑔𝑙
(2.5)
dengan : Sl = sinyal akustik pada garis laser “l” [Volt] C = konstanta sel fotoakustik [
𝑐𝑚 𝑉𝑜𝑙𝑡 𝑊𝑎𝑡𝑡
]
Cg = konsentrasi gas penyerap [ppm/ppb] Pl = daya laser pada garis laser “l” [Watt] αgl = koefisien serapan gas “g” pada garis laser “l” [cm-1] Sinyal akustik yang dihasilkan (Sl) sebanding dengan konsentrasi gas penyerap (Cg), sehingga jika semakin banyak konsentrasi gas penyerapnya, maka semakin besar tekanan yang dihasilkan, dan semakin tinggi sinyal akustik yang dihasilkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Sinyal ternormalisir dengan daya laser diperoleh mengikuti persamaan 2.6 berikut (Santosa, 2008): 𝑆𝑙 𝑃𝑙
=
𝑆 𝑃 𝑙
= 𝐶𝐶𝑔 𝛼𝑔𝑙
(2.6)
Sinyal ternormalisi dari gas yang telah diketahui konsentrasinya dapat digunakan untuk mencari konsentrasi gas sejenis yang belum diketahui konsentrasinya. Misalkan gas A dan gas B merupakan gas yang sejenis dan gas A belum diketahui konsentrasinya sedangkan gas B telah diketahui konsentrasinya. Konsentrasi gas A bisa didapatkan dengan membandingkan konsentrasi gas A dengan konsentrasi gas B sesuai dengan persamaan 2.7 berikut (Anggraini, 2010): 1 𝐶𝛼 𝑔𝑎𝑠 𝐴
𝐶𝑔𝑎𝑠𝐴 =
1 𝐶𝛼 𝑔𝑎𝑠 𝐵
𝐶𝑔𝑎𝑠𝐵 =
𝑥 𝑙
𝑥 𝑙
𝑆 𝑃 𝑔𝑎𝑠 𝐴 𝑙 𝑆 𝑃 𝑔𝑎𝑠 𝐵 𝑙
(2.7)
Dari persamaan 2.7 bisa didapatkan persamaan 2.8 dengan syarat gas yang diukur sejenis, diukur pada garis laser yang sama dan menggunakan alat yang sama, sehingga konstanta sel fotoakustik dan koefisien serapan gasnya adalah konstan. 𝐶𝑔𝑎𝑠𝐴 = Berdasarkan
𝑆 𝑃 𝑔𝑎𝑠 𝐴 _𝑙 𝑆 𝑃 𝑔𝑎𝑠 𝐵 _𝑙
persamaan
𝑥𝐶𝑔𝑎𝑠𝐵
2.8
diatas,
(2.8) dengan
mengukur
sinyal
ternormalisir gas A dan sinyal ternormalisir gas B pada garis laser yang sama, maka konsentrasi gas A dapat ditentukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Januari-Mei 2014 di Laboratorium Fisika Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian : 1. Detektor Fotoakustik berbasis laser CO2. Detektor fotoakustik merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi suatu gas di udara. Alat ini bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Detektor fotoakustik terdiri dari laser sebagai sumber cahaya, sel fotoakustik sebagai tempat gas sampel berada dan mikrofon yang digunakan untuk mendeteksi sinyal akustik. Detektor yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Detektor fotoakustik yang digunakan dalam penelitian
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Detektor
fotoakustik
yang
digunakan
menggunakan
19
sistem
intrakavitas, dimana sel fotoakustik ditempatkan diantara resonator laser. Sistem ini memungkinkan sel fotoakustik mendapatkan energi yang maksimal dari laser. Laser yang digunakan dalam penelitian ini adalah laser CO2 dengan model Flowing System model LT30-626 serial no 200801 buatan Laser Tech Group, Mississauga, ont. Canada. Laser yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat seperti pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Laser yang digunakan dalam detektor fotoakustik.
Laser CO2 yang digunakan pada detektor fotoakustik terdiri dari resonator optis, medium aktif, dan power supply. Resonator optis terdiri dari kisi dan cermin. Posisi kisi dapat diatur untuk mengubah-ubah panjang gelombang laser. Kisi dapat digerakkan dan diatur posisinya menggunakan steppermotor yang telah terhubung dengan komputer, sehingga pengaturannya dapat dilakukan melalui komputer. Panjang resonator optis diatur menggunakan piezo untuk mendapatkan daya laser terbesar. Power supply digunakan untuk memberi daya pada laser.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
2. Lock-in Amplifier Lock-in amplifier berfungsi sebagai penguat sinyal fotoakustik yang ditangkap oleh mikrofon, selain itu juga berfungsi untuk menghilangkan gangguan dari bunyi atau sinyal lain yang tidak diperlukan. Lock-in amplifier terhubung dengan chopper, sehingga hanya sinyal yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi dari chopperlah yang akan diperkuat. 3. Flowmeter dan Flowcontroller Flowmeter merupakan alat untuk mengetahui kecepatan aliran gas yang dialirkan ke detektor fotoakustik sedangkan Flowcontroller adalah alat yang digunakan untuk mengatur kecepatan aliran gas yang dialirkan ke detektor fotoakustik. .
C. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Penentuan Spektrum Serapan Etilen dan Sinyal Latar. Penentuan spektrum serapan ini dilakukan untuk mencari garis laser yang sesuai dengan sampel yang akan diukur. Garis laser ditunjukkan dengan posisi steppermotor dalam penelitian, pengubahan posisi steppermotor mengakibatkan berubahnya panjang gelombang laser. Untuk mengukur gas etilen, maka perlu dicari garis laser yang mempunyai serapan paling tinggi untuk etilen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Penentuan spektrum serapan/garis laser untuk etilen dilakukan dengan mengalirkan gas etilen murni 0,579 ppm ke sel fotoakustik, kemudian melakukan scan daya laser dan sinyal fotoakustik yang dihasilkan pada setiap posisi steppermotor. Rangkaian yang digunakan untuk mengalirkan gas etilen dapat dilihat seperti pada gambar 3.3 berikut:
Gambar 3.3 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari gas etilen murni (kalibrasi).
Konsentrasi gas etilen 0,579 ppm didapatkan dari pengenceran gas etilen 10 ppm dengan
dicampur udara/gas pembawa dengan
perbandingan 1,5 etilen dan 25,9 udara, sehingga konsentrasi gas etilen hasil campuran menjadi 0,579 ppm. Perhitungan konsentrasi campuran gas etilen dapat dilihat pada lampiran 1. Pengenceran dilakukan untuk mencegah daya dari laser habis terserap oleh gas etilen. Selain untuk pengenceran, udara juga digunakan sebagai gas pembawa untuk mendorong gas keluaran sampel menuju sel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
fotoakustik. Kecepatan aliran diatur dengan flowcontroller. Scan dilakukan pada posisi steppermotor 8400-9400. Pemilihan daerah scan pada posisi steppermotor tersebut karena pada daerah tersebut terdapat sinyal fotoakustik yang menandakan terjadinya serapan daya laser oleh molekul gas dalam sel fotoakustik. Udara yang digunakan sebagai gas pembawa mengandung berbagai molekul gas yang belum diketahui jenis dan konsentrasinya secara pasti, karena itu perlu dilakukan penentuan sinyal latar. Penentuan sinyal latar dilakukan dengan mengalirkan udara yang digunakan sebagai gas pembawa dengan kecepatan aliran 33,3 ml/min ke sel fotoakustik. Daya laser dan sinyal fotoakustik yang dihasilkan di scan pada posisi steppermotor 8400-9400. Rangkaian alat yang digunakan untuk mencari sinyal latar dapat dilihat seperti pada gambar 3.4 berikut :
Gambar 3.4 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari udara/gas pembawa (sinyal latar).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Hasil scan berupa grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dan grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor. Kedua grafik tersebut digunakan untuk mencari sinyal ternormalisir dari udara/sinyal latar. Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama. Dengan memperhatikan sinyal ternormalisir dari hasil scan gas etilen dapat ditentukan garis laser yang memiliki serapan etilen, yaitu posisi stepper motor yang memiliki sinyal ternormalisir yang tinggi. 2. Kalibrasi Etilen. Kalibrasi gas etilen dilakukan dengan mengurangi sinyal ternormalisir dari hasil scan gas etilen 0,579 ppm dengan hasil scan udara /sinyal ternormalisir pada posisi steppermotor yang sama. Hasil pengurangan sinyal ternormalisir tersebut kemudian digunakan sebagai sinyal kalibrasi untuk etilen dengan konsentrasi 0,579 ppm. 3. Pengukuran Konsentrasi Gas Etilen dari Buah Apel. Pengukuran konsentrasi gas etilen oleh buah Apel dilakukan dengan mengalirkan udara sebagai gas pembawa melalui cuvet yang berisi buah apel dengan kecepatan aliran 33,3 ml/min ke sel fotoakustik. Setelah itu, dilakukan scan daya laser dan sinyal fotoakustik pada
posisi steppermotor 8400-9400. Rangkaian yang
digunakan untuk mencari sinyal ternormalisir etilen dari buah apel dapat dilihat pada gambar 3.5.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Gambar 3.4 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari gas etilen yang dihasilkan oleh buah apel.
Hasil scan berupa grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dan grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor. Kedua grafik tersebut digunakan untuk mencari sinyal ternormalisir dari etilen yang dihasilkan buah Apel. Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama. Sinyal ternormalisir dari buah Apel kemudian dikurangi dengan sinyal ternormalisir latar/udara pada posisi yang sama. Sinyal ternormalisir etilen dari buah Apel yang telah dikurangi sinyal latar dan sinyal ternormalisir dari kalibrasi etilen murni yang telah dikurangi sinyal latar dibandingkan sesuai rumus 2.8. Hasil perbandingan tersebut kemudian dikalikan dengan konsentrasi gas etilen murni yang telah diketahui untuk mencari konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dilaksanakan pada Januari 2014 hingga Mei 2014 di Laboratorium
Fisika kampus 3 Paingan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penelitian
dilakukan
dengan
melakukan
pengukuran
sinyal
ternormalisir gas kalibrasi etilen, udara latar dan gas etilen produksi buah Apel menggunakan detektor fotoakustik berbasis CO2. Ketiga bahan diukur dengan cara yang sama yaitu melakukan scan daya laser dan sinyal fotoakustik pada setiap posisi steppermotor. Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama. Data hasil pengukuran disajikan sebagai berikut: a. Pengukuran sinyal ternormalisir gas etilen kalibrasi (0,579 ppm) Pengukuran sinyal ternormalisir gas etilen 0,579 ppm digunakan sebagai kalibrasi untuk menentukan konsentrasi gas etilen produksi buah Apel dan penentuan spektrum serapan untuk gas etilen. Spektrum serapan gas etilen ditentukan dengan melihat posisi steppermotor yang memiliki koefisien serapan yang tinggi untuk gas etilen. Data hasil pengukuran berupa tabel daya laser dan sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor (pada lampiran 3). Data dari
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
tabel dibuat dalam bentuk grafik daya laser terhadap posisi steppermotor seperti pada gambar 4.1dan 4.2 berikut : 3
Daya laser (au)
2.5 2 1.5 1 0.5 0 8200
8400
8600
8800
9000
9200
9400
9600
Posisi Steppermotor
Gambar 4.1 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari gas etilen 0,579 ppm hasil scan pertama. 3.5
Daya laser (au)
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 8200
8400
8600
8800
9000
9200
9400
9600
Posisi Steppermotor
Gambar 4.2 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm hasil scan kedua.
Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukan bahwa daya laser bervariasi pada setiap posisi steppermotor. Posisi steppermotor menunjukan panjang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
gelombang laser yang digunakan. Tidak semua panjang gelombang laser menghasilkan daya laser. Panjang gelombang yang menghasilkan daya laser disebut garis laser. Pada hasil scan pertama yaitu gambar 4.1, terdapat 9 garis laser yang ditunjukan oleh adanya puncak-puncak daya laser dengan nilai yang bervariasi. Sedangkan pada hasil scan kedua yaitu gambar 4.2, terdapat 8 garis laser saja, berkurang 1 garis laser yaitu garis laser ketujuh pada posisi steppermotor 9123. Hal ini menunjukan bahwa garis laser dapat tidak stabil. Ketidakstabilan ini dapat juga terjadi pada nilai dari daya laser. Contohnya daya laser pada garis laser kelima yaitu pada posisi steppermotor 8897 pada scan pertama (gambar 4.1) bernilai 0,97 au sedangkan
pada
scan
kedua
(gambar
4.2)
bernilai
0,61
au.
Ketidakstabilan daya laser ini terjadi pada garis laser dengan daya laser yang rendah sedangkan garis laser dengan daya yang cukup tinggi akan relatif stabil. Dari kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa posisi steppermotor yang memiliki daya yang tinggi tidak mengalami perubahan yang signifikan seperti pada garis laser ketiga (8733) dan garis laser keempat (8823). Adanya daya laser yang tidak stabil tersebut diakibatkan adanya perubahan suhu yang mengakibatkan pemuaian pada alat. Pemuaian tersebut mengakibatkan panjang resonator laser berubah sehingga mengkibatkan perubahan daya laser. Gangguan karena perubahan suhu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
tidak dapat dihindari oleh peneliti, namun dapat diminimalisir dengan penggunaan dudukan dari batang invar untuk mengusahakan panjang resonator tetap selama pengukuran. Pada gambar, satuan daya laser adalah arbitrary unit (au). Au merupakan satuan sembarang. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan belum melalui proses kalibrasi. Sinyal ternormalisir juga bersatuan au karena merupakan sinyal fotoakustik yang dibagi dengan daya laser yang bersatuan au. Namun hal ini tidak mengganggu pengukuran karena sesuai persamaan 2.8, sinyal ternormalisir yang bersatuan au digunakan sebagai perbandingan dan habis terbagi untuk mencari konsentrasi. Pada dasarnya pengukuran dapat dilakukan pada semua posisi steppermotor yang memiliki daya laser/garis laser. Namun dalam melakukan pengukuran perlu diperhatikan daya laser pada garis laser yang akan digunakan. Garis laser yang baik untuk digunakan dalam pengukuran adalah garis laser yang berdaya tinggi dan stabil. Selain memperhatikan daya laser pada posisi stepermotor juga perlu diperhatikan sinyal fotoakustik yang dihasilkannya. Grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor untuk etilen 0,579 ppm disajikan pada gambar 4.3 berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
0.7
Sinyal Fotoakustik (au)
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 -0.18200
8400
8600
8800
9000
9200
9400
9600
Posisi Steppermotor
Gambar 4.3 Grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm hasil scan kedua.
Gambar 4.3 menunjukan bahwa setiap garis laser tidak selalu menghasilkan sinyal fotoakustik. Berdasarkan rumus 2.5, sinyal fotoakustik pada satu garis laser tertentu/posisi steppermotor tertentu dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu, daya laser pada garis laser yang sama, konstanta sel fotoakustik yang dipakai, konsentrasi dari molekul gas yang ada di sel fotoakustik dan koefisien serapan gas pada posisi garis laser tersebut. Koefisien serapan bervariasi tergantung jenis gas dan garis laser/posisi steppermotor. Artinya pada garis laser yang sama, koefisien serapan gas berbeda tergantung pada jenis gasnya, sedangkan untuk jenis gas yang sama, koefisien gasnya berbeda untuk setiap garis laser. Perbedaan koefisien serapan gas ini disebabkan karena molekul gas dalam sel fotoakustik hanya menyerap energi dari laser yang memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
energi yang sesuai dengan energi transisi dari molekul tersebut sehingga penyerapan hanya terjadi pada posisi tertentu untuk jenis gas tertentu. Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama sesuai dengan rumus 2.6. Sinyal ternormalisir untuk etilen 0,579 pmm disajikan pada gambar 4.4 berikut: 0.25
Sinyal Ternormalisir (au)
0.2 0.15 0.1 0.05 0 8200 -0.05
8400
8600
8800
9000
9200
9400
9600
Posisi Steppermotor
Gambar 4.4 Grafik sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm.
Sinyal ternormalisir pada setiap garis laser dipengaruhi oleh konsentrasi gas pada sel fotoakustik dan koefisien serapan gas seperti pada rumus 2.6. Karena sel fotoakustik yang digunakan selama penelitian tetap, dan dalam sekali proses scan, konsentrasi gas penyerap dalam sel fotoakustik adalah konstan, maka sinyal ternormalisir sebanding dengan koefisien serapan gas penyerapnya seperti pada rumus 4.1 berikut: 𝑆𝑙 𝑃𝑙
≈ 𝛼𝑔𝑙
(4.1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Berdasarkan rumus 4.1, semakin besar sinyal ternormalisirnya, menunjukan semakin besar koefisien serapan gasnya. Garis laser yang baik digunakan untuk pengukuran konsentrasi gas selain memiliki daya laser yang cukup dan stabil juga harus memiliki koefisien serapan gas yang tidak terlalu rendah. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua posisi steppermotor yang berdaya tinggi memiliki koefisien serapan yang tinggi, begitu pula sebaliknya tidak semua posisi steppermotor yang memiliki koefisien serapan yang tinggi memiliki daya laser yang stabil. Koefisien serapan gas yang tinggi pada posisi steppermotor dengan daya laser rendah dan tidak stabil dapat mengakibatkan energi laser habis terserap. Jika energi laser habis terserap maka tidak ada energi yang dapat digunakan untuk membangkitkan sinyal fotoakustik, sehingga pengukuran
konsentrasi
gas
tidak
dapat
dilakukan.
Dengan
memperhatikan hal tersebut peneliti memilih menggunakan garis laser pada posisi steppermotor 8733 yang memiliki daya laser yang paling tinggi, stabil dan memiliki koefisien serapan yang baik. Garis laser 8733 ini selanjutnya akan digunakan dalam pengukuran konsentrasi. Data yang dihasilkan untuk etilen 0,579 ppm (kalibrasi) dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Tabel 4.1. Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dicampur dengan gas etilen 0,579 ppm (kalibrasi).
Scan Etilen Pertama Kedua
Daya Laser (Watt) 2,81 2,93
Sinyal Sinyal Fotoakustik Ternormalisir (Volt) (Volt/Watt) 0,81 0,29 0,61 0,21
b. Pengukuran sinyal ternormalisir udara (sinyal latar). Pengukuran sinyal ternormalisir udara ini dilakukan untuk meminimalisir adanya gangguan dari gas lain yang terkandung dalam udara yang digunakan sebagai gas pembawa/pendorong gas sampel ke sel fotoakustik.
Pengukuran sinyal ternormalisir udara ini disebut juga
pengukuran sinyal latar. Data untuk pengukuran sinyal latar berupa tabel dan grafik daya laser dan sinyal fotoakustik terhadap sinyal fotoakustik. Dengan prinsip yang sama seperti pada pengukuran gas etilen 0,579 ppm, data disajikan dalam tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2. Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan ke dalam sel fotoakustik (sinyal latar).
Hari
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Daya Sinyal Sinyal Laser Fotoakustik Ternormalisir (Watt) (Volt) (Volt/Watt) 2,56 0 0 1,22 0 0 1,95 0 0 2,44 0 0
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa pada posisi steppermotor yang memiliki serapan gas etilen tidak terdapat sinyal fotokustik yang artinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
tidak terdapat gas etilen pada udara yang dapat mengganggu nilai pengukuran. c. Pengukuran sinyal ternormalisir gas etilen produksi sampel. Daya laser, sinyal fotoakustik dan sinyal ternormalisir untuk setiap posisi steppermotor yang memiliki puncak daya laser setiap harinya disajikan pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan melalui cuvet berisi buah apel ke dalam sel fotoakustik setiap hari.
Hari
Scan
Pertama
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Kedua
Ketiga
Keempat
Daya Sinyal Sinyal Laser Fotoakustik Ternormalisir (Watt) (Volt) (Volt/Watt) 1,83 0 0 1,83 0 0 1,83 0 0 1,22 17,36 14,22 1,22 18,04 14,79 1,22 17,78 14,57 2,44 47,14 19,31 2,44 48,23 19,77 2,44 49,34 20,21 2,81 59,69 21,26 2,93 63,72 21,75 2,93 62,98 21,49
B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengukur konsentrasi serta melihat perubahan konsentrasi gas yang dihasilkan oleh sampel yaitu buah Apel selama 4 hari berturut-turut. Buah Apel yang digunakan selama 4 hari percobaan adalah buah yang sama dan disimpan pada ruang terbuka dan suhu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
kamar. Pengukuran dilakukan rata-rata pada jam 8.00 hingga 12.00 setiap harinya. Pengukuran dilakukan dengan 3 tahap. Tahap pertama adalah penentuan posisi steppermotor yang memiliki serapan yang tinggi untuk gas etilen dengan menscan udara yang dicampur dengan gas etilen 0,579 ppm. Hasil scan dari tahap pertama juga digunakan sebagai kalibrasi dalam mengukur konsentrasi etilen produksi buah Apel. Tahap kedua yaitu penentuan sinyal latar dengan menscan udara yang dialirkan ke sel fotoakustik untuk melihat kemungkinan adanya gangguan dari gas lain maupun gas etilen yang terkandung pada udara. Berdasarkan tabel 4.2, tidak terdapat sinyal latar yang mungkin mengganggu hasil pengukuran, maka sinyal ternormalisir dari kalibrasi etilen 0,579 ppm dan pengukuran etilen dari buah Apel dapat langsung digunakan untuk mengukur konsentrasi gas etilen produksi buah Apel. Sebaliknya, jika terdapat sinyal latar dalam pengukuran maka sinyal ternormalisir kalibrasi dan sinyal ternormalisir dari pengukuran terlebih dulu harus dikurangi dengan sinyal latar. Tahap yang terakhir adalah dengan menscan udara yang membawa gas keluaran dari sampel buah Apel. 1.
Kalibrasi Pada gambar 4.1, ditunjukan bahwa pada garis laser di posisi steppermotor 8733 terdapat serapan energi laser oleh molekul gas etilen yang ditunjukkan oleh adanya sinyal ternormalisir pada posisi tersebut. Pada posisi steppermotor tersebut pengukuran konsentrasi gas etilen dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
buah Apel dilakukan. Posisi tersebut dapat saja bergeser, namun pergeserannya tidak terlalu besar. Dari tabel 4.1, sinyal ternormalisir untuk gas etilen 0,579 ppm pada garis laser 8733 sebesar 0,21 au. Nilai sinyal ternormalisir inilah yang selanjutnya akan digunakan dalam pengukuran konsentrasi gas etilen produksi sampel. 2. Konsentrasi Etilen dari Apel Pada hari pertama, scan dari sampel buah Apel Malang belum menunjukan adanya sinyal fotoakustik (tabel 4.3). Hal ini dapat disebabkan oleh karena buah baru dikeluarkan dari kulkas beberapa jam sebelum dilakukan pengukuran, sehingga buah masih dalam keadaan dingin, belum berada pada suhu normal. Suhu buah yang dingin menghambat produksi gas etilen sehingga konsentrasi etilen terlalu kecil bahkan tidak ada untuk dideteksi oleh detektor. Buah Apel tersebut kemudian disimpan dalam suhu kamar untuk digunakan keesokan harinya. Pada hari kedua , hasil scan dari sampel menunjukan adanya sinyal fotoakustik (tabel 4.3). Dari kalibrasi yang telah dilakukan, pengukuran konsentrasi gas etilen harus menggunakan posisi steppermotor yang memiliki serapan gas etilen, yaitu pada garis laser 8733. Dari tabel 4.3 pada hari kedua, sinyal ternormalisir etilen yang dihasilkan buah apel pada garis laser 8733 adalah 14,78 au dan dari tabel 4.1 sinyal ternormalisir untuk etilen 0.579 ppm pada garis laser yang sama (8733) adalah 0,21 au. Berdasarkan rumus (2.8) :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
𝐶𝑔𝑎𝑠𝐴 =
𝑆 𝑃 𝑔𝑎𝑠 𝐴 _𝑙 𝑆 𝑃 𝑔𝑎𝑠 𝐵 _𝑙
36
𝑥𝐶𝑔𝑎𝑠𝐵
dengan gas A adalah gas etilen yang diproduksi oleh buah Apel dan gas B adalah gas etilen 0,579 ppm. Sehingga konsentrasi gas etilen produksi buah Apel pada hari kedua adalah : 𝐶𝑒𝑡𝑖𝑙𝑒𝑛
𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑝𝑒𝑙
=
14,79 au 𝑥0,579 𝑝𝑝𝑚 = 40,77 𝑝𝑝𝑚 0,21 au
Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh sampel pada hari berikutnya (ralat dan konsentrasi rata-rata dihitung pada lampiran 2). Konsentrasi gas etilen produksi buah Apel ketika dalam proses pematangan buah selama 4 hari berturut-turut adalah seperti pada tabel 4.4 dan gambar 4.5 berikut : Tabel 4.4 Konsentrasi etilen hasil produksi buah Apel Malang selama 4 hari dari tanggal 19 Mei 2014-23 Mei 2014.
Hari kePertama (tgl 19) Kedua (tgl 20) Ketiga (tgl 21) Keempat (tgl 22)
Konsentrasi etilen dari buah apel (ppm) 0 40,06 ± 0,45 54,51 ± 0,72 59,26 ± 0,40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
70 59,26
Konsentrasi etilen (ppm)
60 54,51
50 40
40,06
30 20 10 0
0 0
1
2
3
4
5
Hari ke-
Gambar 4.5 Grafik konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh sampel buah Apel terhadap waktu.
Dari pengukuran konsentrasi gas etilen oleh buah Apel selama beberapa hari menunjukkan bahwa dalam proses pematangan buah produksi gas etilen mengalami peningkatan setiap harinya. Seperti yang dijelaskan pada dasar teori, etilen diproduksi oleh buah selama masa pematangan buah. Adanya peningkatan konsentrasi etilen yang dihasilkan buah Apel menunjukan bahwa buah telah semakin matang. Pada hari pertama, buah yang baru dikeluarkan dari kulkas tidak menghasilkan etilen. Hal ini sesuai dengan teori karena suhu yang rendah akan menekan produksi etilen dari buah sehingga konsentrasi etilen yang dihasilkan sampel sangat kecil bahkan tidak ada untuk dapat diukur. Dari grafik 4.5, peningkatan konsentrasi etilen yang dihasilkan oleh sampel tidak linier atau peningkatan produksi etilen tidak sama setiap harinya. Contohnya pada hari ketiga, produksi etilen meningkat sebesar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
14,61 ppm (54,91 ppm - 40,30 ppm) dari hari kedua sedangkan pada hari keempat produksi etilen meningkat sebesar 4,86 ppm (59,77 ppm - 54,91 ppm) dari hari ketiga. Hal ini menunjukan peningkatan produksi etilen tersebut semakin berkurang dibandingkan hari sebelumnya. Pengukuran konsentrasi etilen dari buah Apel menggunakan Detektor Fotoakustik ini lebih sensitif dan akurat dibandingkan dengan metode Gas Chromatography (GC). Pada pengukuran dengan GC, gas etilen yang harus dikumpulkan terlebih dahulu selama beberapa waktu agar
konsentrasinya
dapat
terukur
oleh
GC.
Padahal
dengan
mengumpulkan gas etilen dapat mengubah kondisi sampel karena seperti pada teori, buah yang berada dalam lingkungan dengan kandungan etilen akan lebih cepat matang daripada buah yang disimpan pada udara normal. Kondisi sampel yang berubah membuat nilai yang diukur berubah. Hal ini menyebabkan GC menjadi kurang akurat untuk mengukur konsentrasi etilen yang dihasilkan buah pada masa pematangan. Pada detektor fotoakustik, pengukuran bisa langsung dilakukan pada saat itu juga tanpa harus mengumpulkan etilen terlebih dahulu. Hasil pengukuran konsentrasi bisa langsung ditampilkan saat itu juga secara online dari Personal Computer (PC) yang terhubung dengan detektor fotoakustik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengukuran konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh buah Apel menggunakan Detektor Fotoakustik dapat langsung dilakukan tanpa harus melakukan pengumpulan etilen terlebih dahulu, karena detektor fotoakustik dapat mengukur gas etilen dalam konsentrasi yang kecil seperti dalam orde ppm (part per million). 2. Dalam proses pematangan, buah Apel menghasilkan gas etilen yang konsentrasinya mengalami peningkatan setiap harinya. Peningkatan konsentrasi etilen tersebut tidak linier/tidak sama setiap harinya, melainkan semakin berkurang dibandingkan peningkatan pada hari sebelumnya.
B. Saran Untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran konsentrasi gas etilen menggunakan detektor fotoakustik atau melakukan penelitian dalam bidang sejenis dengan penelitian ini, penulis menyarankan untuk memperhatikan suhu dari sampel, terutama jika sampel berupa buahbuahan, juga memperhatikan faktor pengganggu lainnya seperti uap air, dan CO2. Selain itu penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran konsentrasi etilen dari buah Apel lebih lama misalnya
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
seminggu atau sepuluh hari berturut-turut untuk melihat pola perubahan konsentrasi etilen yang diproduksi oleh buah apel. Penelitian lanjutan dapat juga dilakukan dengan memvariasikan sampel dengan kondisi yang berbeda seperti suhu yang berbeda atau memvariasikan jenis sampel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
DAFTAR PUSTAKA Doubelin, Ernest. O. 1992. Sistem Pengukuran Aplikasi dan Perancangan diterjemahkan oleh Ir. Edigom Aritonang, M.Sc., Ir. Suwarso, M.Sc., dan Drs. Hasto. Jakarta. Erlangga
Santosa, I.E. 2008. Pengukuran Konsentrasi Gas Menggunakan Detektor Fotoakustik. Yogyakarta. Laboratorium Analisi Kimia dan Fisika Pusat Universitas Sanata Dharma.
Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3 diterjemahkan oleh Dr. Diah R Lukman & Ir. Sumaryono. Bandung. Penerbit ITB
Krane, K.S., 1992. Fisika Modern diterjemahkan oleh Hans J. Wospaktrik. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.
Beiser, Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern edisi ketiga diterjemahkan oleh The Houw Liong. Jakarta. Erlangga.
Laud, B.B, 1988. Laser dan Optika Nonlinear diterjemahkan oleh Sutanto. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.
Anggarini, F. Yeni. 2010. Aplikasi Detektor Fotakustik Pada Kromatografi Gas Varian 3400 Untuk Menentukan Konsentrasi Etanol Hasil Ekstrasi Air Tape. Skripsi FST Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
I.
Pengenceran Gas.
II.
Perhitungan Ralat Konsentrasi Etilen
III.
Hasil Scan Gas Etilen 0,579 ppm
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
LAMPIRAN I Pengenceran Gas Etilen Pengenceran gas etilen dilakukan untuk mencegah habisnya daya laser habis diserap oleh molekul gas. Pengenceran dilakukan dalam proses kalibrasi yang ditunjukan oleh gambar 3.3 pada pembahasan. Perhitungan untuk pengenceran gas menggunakan persamaan berikut : 𝐶𝑔𝑎𝑠 _𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 =
𝐶𝑔𝑎𝑠 _𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑔𝑎𝑠 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
dengan : 𝐶𝑔𝑎𝑠 _𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
= konsentrasi gas setelah diencerkan (ppm)
𝐶𝑔𝑎𝑠 _𝑎𝑤𝑎𝑙
= konsentrasi gas sebelum diencerkan (ppm)
𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑔𝑎𝑠
= kecepatan aliran gas yang akan diencerkan (ml/min)
𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
= kecepatan aliran total (ml/min)
𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑔𝑎𝑠 + 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑔𝑎𝑠 _𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒
𝑟
𝑉𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 _𝑔𝑎𝑠 _𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟 = kecepatan aliran gas pengencer (ml/min)
Konsentrasi gas etilen dari tabung adalah 10 ppm. Kecepatan aliran gas etilen adalah 1,5 ml/min dan kecepatan aliran udara sebagai gas pengencer adalah 24,4 sehingga kecepatan aliran campuran yang masuk ke sel fotoakustik adalah 25.9 ml/min. Dengan menggunakan persamaan diatas maka konsentrasi etilen yang telah diencerkan dapat dihitung dengan cara : 𝐶𝑔𝑎𝑠 𝑒𝑡𝑖𝑙𝑒𝑛
𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 ℎ 𝑑𝑖𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑘𝑎𝑛
=
10 𝑝𝑝𝑚 𝑥 1,5 𝑚𝑙/𝑚𝑖𝑛 = 0,579 𝑝𝑝𝑚 25,9 𝑚𝑙/𝑚𝑖𝑛
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
LAMPIRAN II Perhitungan Ralat Konsentrasi Etilen Ralat didapatkan dengan mencari standar deviasi menggunakan persamaaan berikut :
𝛿=
Σ(x − 𝑥)2 𝑛(𝑛 − 1)
dengan : 𝛿 = standar deviasi 𝑥 = nilai data 𝑥 = nilai rata-rata keseluruhan data 𝑛 = jumlah data yang digunakan Konsentrasi gas etilen pada hari kedua tanggal 20 untuk 3 kali scan secara berturut-turut adalah 39,23 ppm, 40,77 ppm dan 40,18 ppm. Tabel 1. Perhitungan ralat untuk konsentrasi gas etilen pada hari kedua (tanggal 20). Scan ke1 2 3
𝒙
x 39,23 40,77 40,18
40,06 40,06 40,06
𝐱−𝒙 -0,83 0,71 0,12
(𝐱 − 𝒙)𝟐 0,68 0,50 0,01
𝚺 𝒙−𝒙
𝟐
1,20 1,20 1,20
Dengan menggunakan persamaan diatas maka ralat untuk konsentrasi gas etilen produksi sampel pada tanggal 20 dapat dihitung dengan cara : 𝛿=
1,20
3(3−1)
=0,45
Konsentrasi gas etilen yang diproduksi sampel pada hari kedua yaitu 40, 06 ± 0,45. Perhitungan yang sama digunakan untuk mencari ralat pada hari berikutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
LAMPIRAN III Hasil Scan Gas Etilen 0,579 ppm Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran sinyal ternormalisir untuk gas etilen 0,579 ppm yang dicampur dengan udara dan dialirkan dengan kecepatan aliran 33,3 ml/min ke sel fotoakustik. Hasil pengukuran tampak pada gambar 4.5. Hasil pengukuran gas etilen 0,579 ppm ditampilkan pada tabel berikut:
StepPos 8400 8401 8402 8403 8404 8405 8406 8407 8408 8409 8410 8411 8412 8413 8414 8415 8416 8417 8418 8419 8420 8421 8422 8423 8424
Power Cell 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Normalisir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8425 8426 8427 8428 8429 8430 8431 8432 8433 8434 8435 8436 8437 8438 8439 8440 8441 8442 8443 8444 8445 8446 8447 8448 8449 8450 8451 8452 8453 8454 8455 8456 8457 8458 8459 8460 8461 8462 8463 8464
0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8465 8466 8467 8468 8469 8470 8471 8472 8473 8474 8475 8476 8477 8478 8479 8480 8481 8482 8483 8484 8485 8486 8487 8488 8489 8490 8491 8492 8493 8494 8495 8496 8497s 8498 8499 8500 8501 8502 8503 8504
0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8505 8506 8507 8508 8509 8510 8511 8512 8513 8514 8515 8516 8517 8518 8519 8520 8521 8522 8523 8524 8525 8526 8527 8528 8529 8530 8531 8532 8533 8534 8535 8536 8537 8538 8539 8540 8541 8542 8543 8544
0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,36621 0,36621 0,36621 0,48828 0,61035 0,48828 0,61035
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8545 8546 8547 8548 8549 8550 8551 8552 8553 8554 8555 8556 8557 8558 8559 8560 8561 8562 8563 8564 8565 8566 8567 8568 8569 8570 8571 8572 8573 8574 8575 8576 8577 8578 8579 8580 8581 8582 8583 8584
0,61035 0,61035 0,73242 0,73242 0,85449 0,97656 1,09863 1,09863 1,09863 1,2207 1,09863 1,09863 1,09863 1,2207 0,85449 0,85449 0,85449 0,73242 0,61035 0,36621 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8585 8586 8587 8588 8589 8590 8591 8592 8593 8594 8595 8596 8597 8598 8599 8600 8601 8602 8603 8604 8605 8606 8607 8608 8609 8610 8611 8612 8613 8614 8615 8616 8617 8618 8619 8620 8621 8622 8623 8624
0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,36621 0,36621 0,36621 0,48828 0,36621 0,36621 0,48828 0,48828
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8625 8626 8627 8628 8629 8630 8631 8632 8633 8634 8635 8636 8637 8638 8639 8640 8641 8642 8643 8644 8645 8646 8647 8648 8649 8650 8651 8652 8653 8654 8655 8656 8657 8658 8659 8660 8661 8662 8663 8664
0,36621 0,36621 0,36621 0,36621 0,36621 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8665 8666 8667 8668 8669 8670 8671 8672 8673 8674 8675 8676 8677 8678 8679 8680 8681 8682 8683 8684 8685 8686 8687 8688 8689 8690 8691 8692 8693 8694 8695 8696 8697 8698 8699 8700 8701 8702 8703 8704
0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8705 8706 8707 8708 8709 8710 8711 8712 8713 8714 8715 8716 8717 8718 8719 8720 8721 8722 8723 8724 8725 8726 8727 8728 8729 8730 8731 8732 8733 8734 8735 8736 8737 8738 8739 8740 8741 8742 8743 8744
0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,36621 0,73242 0,97656 1,34277 1,58691 1,83105 1,83105 1,95312 2,0752 2,31934 2,31934 2,44141 2,56348 2,68555 2,80762 2,80762 2,80762 2,92969 2,80762 2,68555 2,68555 2,56348 2,31934 2,31934 2,19727 2,0752 1,95312 1,83105
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,12207 0,26855 0,3418 0,3418 0,48828 0,53711 0,56152 0,61035 0,61035 0,58594 0,58594 0,58594 0,58594 0,56152 0,53711 0,5127 0,39062 0,39062 0,3418 0,26855 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,0625 0,129409 0,14737 0,14737 0,199999 0,209524 0,209089 0,217391 0,217391 0,208696 0,200001 0,208696 0,218182 0,209089 0,209524 0,221054 0,168419 0,177775 0,164707 0,137498 0,133333
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8745 8746 8747 8748 8749 8750 8751 8752 8753 8754 8755 8756 8757 8758 8759 8760 8761 8762 8763 8764 8765 8766 8767 8768 8769 8770 8771 8772 8773 8774 8775 8776 8777 8778 8779 8780 8781 8782 8783 8784
1,70898 1,46484 1,2207 0,97656 0,97656 0,85449 0,73242 0,61035 0,48828 0,36621 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207
0,19531 0,12207 0,09766 0,02441 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,114285 0,083333 0,080003 0,024996 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8785 8786 8787 8788 8789 8790 8791 8792 8793 8794 8795 8796 8797 8798 8799 8800 8801 8802 8803 8804 8805 8806 8807 8808 8809 8810 8811 8812 8813 8814 8815 8816 8817 8818 8819 8820 8821 8822 8823 8824
0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,36621 0,61035 0,85449 1,09863 1,2207 1,34277 1,34277 1,46484 1,70898 1,70898 1,95312 2,0752 2,19727 2,19727 2,31934 2,44141
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,04883 0,09766 0,12207 0,1709 0,19531 0,21973 0,24414 0,26855 0,26855
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,033335 0,057145 0,071429 0,087501 0,094116 0,100001 0,111111 0,115787 0,109998
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8825 8826 8827 8828 8829 8830 8831 8832 8833 8834 8835 8836 8837 8838 8839 8840 8841 8842 8843 8844 8845 8846 8847 8848 8849 8850 8851 8852 8853 8854 8855 8856 8857 8858 8859 8860 8861 8862 8863 8864
2,31934 2,31934 2,31934 2,31934 2,31934 2,31934 2,19727 2,0752 1,95312 1,70898 1,46484 1,09863 0,85449 0,61035 0,36621 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414
0,24414 0,24414 0,24414 0,21973 0,21973 0,21973 0,29297 0,19531 0,14648 0,09766 0,04883 0,02441 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,105263 0,105263 0,105263 0,094738 0,094738 0,094738 0,133334 0,094116 0,074998 0,057145 0,033335 0,022219 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8865 8866 8867 8868 8869 8870 8871 8872 8873 8874 8875 8876 8877 8878 8879 8880 8881 8882 8883 8884 8885 8886 8887 8888 8889 8890 8891 8892 8893 8894 8895 8896 8897 8898 8899 8900 8901 8902 8903 8904
0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,36621 0,48828 0,61035 0,48828 0,48828 0,48828 0,48828 0,48828 0,36621 0,36621 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8905 8906 8907 8908 8909 8910 8911 8912 8913 8914 8915 8916 8917 8918 8919 8920 8921 8922 8923 8924 8925 8926 8927 8928 8929 8930 8931 8932 8933 8934 8935 8936 8937 8938 8939 8940 8941 8942 8943 8944
0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8945 8946 8947 8948 8949 8950 8951 8952 8953 8954 8955 8956 8957 8958 8959 8960 8961 8962 8963 8964 8965 8966 8967 8968 8969 8970 8971 8972 8973 8974 8975 8976 8977 8978 8979 8980 8981 8982 8983 8984
0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8985 8986 8987 8988 8989 8990 8991 8992 8993 8994 8995 8996 8997 8998 8999 9000 9001 9002 9003 9004 9005 9006 9007 9008 9009 9010 9011 9012 9013 9014 9015 9016 9017 9018 9019 9020 9021 9022 9023 9024
0,12207 0,24414 0,24414 0,36621 0,48828 0,61035 0,85449 1,09863 1,2207 1,46484 1,46484 1,58691 1,70898 1,70898 1,70898 1,70898 1,58691 1,70898 1,58691 1,58691 1,46484 1,46484 1,46484 1,34277 1,2207 1,09863 0,97656 0,61035 0,36621 0,36621 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9025 9026 9027 9028 9029 9030 9031 9032 9033 9034 9035 9036 9037 9038 9039 9040 9041 9042 9043 9044 9045 9046 9047 9048 9049 9050 9051 9052 9053 9054 9055 9056 9057 9058 9059 9060 9061 9062 9063 9064
0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9065 9066 9067 9068 9069 9070 9071 9072 9073 9074 9075 9076 9077 9078 9079 9080 9081 9082 9083 9084 9085 9086 9087 9088 9089 9090 9091 9092 9093 9094 9095 9096 9097 9098 9099 9100 9101 9102 9103 9104
0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,36621 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9105 9106 9107 9108 9109 9110 9111 9112 9113 9114 9115 9116 9117 9118 9119 9120 9121 9122 9123 9124 9125 9126 9127 9128 9129 9130 9131 9132 9133 9134 9135 9136 9137 9138 9139 9140 9141 9142 9143 9144
0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9145 9146 9147 9148 9149 9150 9151 9152 9153 9154 9155 9156 9157 9158 9159 9160 9161 9162 9163 9164 9165 9166 9167 9168 9169 9170 9171 9172 9173 9174 9175 9176 9177 9178 9179 9180 9181 9182 9183 9184
0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,48828 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9185 9186 9187 9188 9189 9190 9191 9192 9193 9194 9195 9196 9197 9198 9199 9200 9201 9202 9203 9204 9205 9206 9207 9208 9209 9210 9211 9212 9213 9214 9215 9216 9217 9218 9219 9220 9221 9222 9223 9224
0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,36621 0,61035 0,61035 0,85449 0,97656 1,09863 1,09863 1,2207 1,2207 1,2207 1,2207 1,09863 1,09863 0,97656 0,85449 0,85449 0,73242 0,61035 0,61035 0,48828 0,36621 0,48828 0,48828 0,36621 0,36621 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9225 9226 9227 9228 9229 9230 9231 9232 9233 9234 9235 9236 9237 9238 9239 9240 9241 9242 9243 9244 9245 9246 9247 9248 9249 9250 9251 9252 9253 9254 9255 9256 9257 9258 9259 9260 9261 9262 9263 9264
0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9265 9266 9267 9268 9269 9270 9271 9272 9273 9274 9275 9276 9277 9278 9279 9280 9281 9282 9283 9284 9285 9286 9287 9288 9289 9290 9291 9292 9293 9294 9295 9296 9297 9298 9299 9300 9301 9302 9303 9304
0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,36621 0,48828 0,48828 0,61035 0,61035 0,61035 0,61035 0,61035 0,48828 0,36621
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9305 9306 9307 9308 9309 9310 9311 9312 9313 9314 9315 9316 9317 9318 9319 9320 9321 9322 9323 9324 9325 9326 9327 9328 9329 9330 9331 9332 9333 9334 9335 9336 9337 9338 9339 9340 9341 9342 9343 9344
0,36621 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9345 9346 9347 9348 9349 9350 9351 9352 9353 9354 9355 9356 9357 9358 9359 9360 9361 9362 9363 9364 9365 9366 9367 9368 9369 9370 9371 9372 9373 9374 9375 9376 9377 9378 9379 9380 9381 9382 9383 9384
0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,12207 0,24414
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9385 9386 9387 9388 9389 9390 9391 9392 9393 9394 9395 9396 9397 9398 9399 9400
0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,12207 0,24414 0,12207 0,24414 0,24414 0,24414 0,24414 0,12207
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
70