PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STUDI DESKRIPTIF STRATEGI COPING ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Ilmu Psikologi
Oleh: Theresia Prajna Paramita NIM : 089114004
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya (Mazmur 28:7)
Karya ini kupersembahkan untuk; Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala kuasa dan berkatNya Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan dan mendukung setiap langkah hidupku; Adik tercinta yang selalu menjadi sahabat dan musuh namun tetap memberi support;
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
STUDI DESKRIPTIF STRATEGI COPING ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA
Theresia Prajna Paramita
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi coping stress para orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki anak tunagrahita bersekolah di SLB Negeri Jembrana sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan Skala Strategi Coping yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan problem focused coping diperoleh 29 subjek (65,9%) dan emotion focused coping diperoleh 15 subjek (34,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi problem focused coping pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita lebih tinggi daripada strategi emotion focused coping. Kata kunci: strategi coping, tunagrahita, studi deskriptif kuantitatif
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DESCRIPTIVE STUDY OF COPING STRATEGIES PARENTS WHO HAVE CHILDREN WITH MENTAL RETARDATION
Theresia Prajna Paramita
ABSTRACT This study aims to determine the stress coping strategies of parents who have children with mental retardation. This study was included in the descriptive study. Subjects in this study were all parents who have children with mental retardation attending Jembrana extraordinary school many as 44 people. The sampling technique used in this research is purposive sampling. Data collection method in this research is the survey method using a Scale Coping Strategies that have been tested for validity and reliability. Data analysis technique used is descriptive technique. The results showed that the coping strategies of parents who have children with mental retardation based problem focused coping obtained 29 subjects (65.9%) and emotion focused coping was obtained 15 subjects (34.1%). Results of this study indicate that the use of problem focused coping strategies to parents who have children with mental retardation higher than emotion focused coping strategies. Keywords : coping strategy, mental retardation, quantitative descriptive study
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis limpahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan berkat dan kekuatan selama proses pengerjaan skripsi, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Selain berkat melimpah yang selalu diberikanNya, karya ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Seluruh karya ini mewakili ucapan terimakasih penulis yang teramat dalam kepada: 1.
Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
2.
Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing, mengarahkan, menyediakan waktu dan banyak memberi masukan berharga dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini
3.
Alm. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani sebagai pembimbing akademik, terimakasih atas waktu, tenaga, emosi dan semangat berjuang yang diluangkan dan dibagikan kepada saya sehingga penulis merasa pantang menyerah.
4.
Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang dengan kebijaksanaannya membagikan ilmu mereka kepada saya.
5.
Seluruh staff dan karyawan Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Doni, Mas Muji dan Pak Gie.
6.
Para orang tua dari anak-anak tunagrahita yang bersedia meluangkan waktu menjadi subjek dalam penelitian ini
7.
Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan dan mendukung melalui kasih sayang yang kalian berikan
8.
Adik Widya dan Kakak-kakak sepupu tercinta beserta pasangan masingmasing, terimakasih atas motivasi melalui ejekan kalian dan terimakasih menjadi sahabat sekaligus musuh terbaikku.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9.
Seluruh keluarga dan kerabat yang ikut mendukung dan mendoakan, semoga dengan selesainya karya ini kalian merasa lega dan bangga padaku.
10. Austin Nealey, thank you being a good big brother for me 11. Alexander Lukas Songgo Wening, terimakasih karena setia menemaniku dan
membuat hari-hari menjadi berwarna 12. Teman-teman Psikologi 2008 kelas A atas segala kisah dan perjuangan yang
kita lalui bersama 13. Para Romo yang selalu mendoakan dan rajin menanyakan perkembangan
kuliahku. Terimakasih Romo Agus, Romo Deny, dan Romo Yomi, Romo Frans, dan Romo yang paling ku kasihi sejak aku kecil, Romo Yoseph. 14. Sahabat-sahabat yang rela meluangkan waktu menghibur dan membantu
mengusir jenuhku, Inem, Kokom, Ayuk Ian + Acel. Terimakasih masih mau menggila bersamaku. 15. Rina, Meili, Tiwi, Irina Tasya, Nopai, Henri, terimakasih atas bantuan dan
pencerahan selama aku menyelesaikan skripsi 16. Oshin, teman seperjuangan di detik terakhir. Terimakasih atas kebersamaan
kita dan semangat berjuang serta cerita-cerita yang seru disela-sela perjuangan. 17. Nona dan Melinda, terimakasih atas dukungan dari kalian. I am nothing
without you guys 18. Pratama Hardi Ifanto, terimakasih atas dukungan dan doa yang sempat
diberikan untukku. 19. Anak-anak kos; Yuyun, Rintan, Mega, dan Maya. Terimakasih atas kegilaan
kalian selama dikosan, sebagai hiburan disela jenuhku dan kebersamaan kita yang tidak terlupakan. 20. Hilda, Ika, Inggar, Vitri, Sandhy, Tinus, Momon, Datia terimakasih atas
dukungan kalian melalui bbm dan whatsapp. Walaupun kita jauh, kita tetap dekat di hati. I love you, guys 21. Semua pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis menyadari bahwa karya ini masih belum sempurna. Segala kekurangan, ketidaktelitian, dan kekeliruan karya ini menjadi tanggung jawab penulis. Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik. Yogyakarta, 21 Mei 2015 Theresia Prajna Paramita Penulis
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………..
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….
v
ABSTRAK ………………………………………………………………..
vi
ABSTRACT ……………………………………………………………….
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………… viii KATA PENGANTAR ……………………………………………………
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
xv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….
1
A. Latar Belakang ………………………………………………..
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….
8
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………
8
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….
8
1.
Manfaat Teoritis …………………………………………..
8
2.
Manfaat Praktis ……………………………………………
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… A. Anak Tunagrahita ………………………………………………. xii
10 10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Pengertian Anak Tunagrahita ……………………………...
10
2.
Klasifikasi Anak Tunagrahita ……………………………...
12
3.
Etiologi Anak Tunagrahita ………………………………...
14
4.
Perkembangan Fisik Anak Tunagrahita …………………...
14
5.
Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita ………………..
15
6.
Kemampuan Bahasa dan Bicara Anak Tunagrahita ……….
16
7.
Penyesuaian Sosial Anak Tunagrahita ……………………..
17
B. Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus ………………..
18
C. Strategi Coping ………………………………………………….
22
1.
Pengertian Coping ………………………………………….
22
2.
Strategi Coping ……………………………………………..
23
3.
Bentuk Coping ……………………………………………..
24
D. Dinamika Strategi Coping Orang Tua yang Memiliki Anak Tunagrahita ………………………………………………..
30
E. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………
33
SKEMA STRATEGI COPING ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA ………………………………………………..
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……..........................................
35
A. Jenis Penelitian ………………………………………………….
35
B. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………………
35
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………………….
35
D. Subjek Penelitian ………………………………………………..
36
E. Metode Pengumpulan Data ……………………………………..
36
1.
Metode Pengumpulan Data ………………………………...
36
2.
Skoring ……………………………………………………..
37
F. Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Item ……………………….
38
1.
Validitas …………………………………………………….
38
2.
Reliabilitas ………………………………………………….
39
3.
Analisis Item ………………………………………………..
40
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G. Metode Analisis Data …………………………………………… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………
41 43
A. Orientasi Kancah Penelitian …………………………………….
43
B. Persiapan Penelitian ……………………………………………..
43
C. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………..
44
D. Deskripsi Subjek Penelitian ……………………………………..
44
E. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………….
46
1.
Data Mean Strategi Coping …………………………………
46
2.
Persentasi Penggunaan Strategi Coping …………………….
48
F. Pembahasan ……………………………………………………...
48
Penggunaan Strategi Coping ………………………………..
49
a.
Penggunaan Problem Focused Coping ………………...
49
b.
Penggunaan Emotion Focused Coping …………………
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….
51
A. Kesimpulan ……………………………………………………...
51
B. Saran …………………………………………………………….
51
1.
Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Tunagrahita ………...
51
2.
Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian ……………………
52
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
53
LAMPIRAN ………………………………………………………………
56
1.
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1 Blueprint Skala Strategi Coping ………………………………… 37 Tabel 2 Skor Skala Strategi Coping ……………………………………… 37 Tabel 3 Blueprint Skala Strategi Coping Setelah Uji Coba ……………… 41 Tabel 4 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia ……………………….. 45 Tabel 5 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ……………… 45 Tabel 6 Deskripsi Data Mean Strategi Coping …………………………… 46 Tabel 7 Persentase Penggunaan Strategi Coping ………………………… 48
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama (Haditono, dalam Damayanti 1992). Kehadiran seorang anak memberikan arti bagi para orang tua untuk berjuang hidup. Namun anak yang lahir di dunia tidak semua lahir dengan sempurna dan mampu berkembang secara normal. Beberapa dari mereka yang lahir mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor risiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penangan atau intervensi khusus. Anak yang tidak mengalami perkembangan normal dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, atau dari gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka (Sumekar, 2009). Menurut Heward dan Orlansky (1992), anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, baik diatas atau dibawah, sehingga membutuhkan program individual dalam pendidikan khusus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Salah satu kategori anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (1993) mendefinisikan tunagrahita adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat inteligensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Pendapat lain mengenai tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri,2006). Pada penelitian ini, peneliti fokus pada anak tunagrahita, karena anak tunagrahita lebih menimbulkan resiko yang berat bagi orang tua. Somantri (2006) mengatakan bahwa orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut, oleh sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak tunagrahita merupakan risiko psikiatri keluarga. Oleh karena itu, orang tua dengan anak tunagrahita ini memiliki tanggung jawab tersendiri dalam mendidik dan mengasuh. Dari penjelasan diatas, anak berkebutuhan khusus tunagrahita memiliki hambatan atau keterbatasan dalam inteligensi, keterbatasan sosial, dan keterbatasan fungsi mental lainnya. Keterbatasan yang dimiliki anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
tunagrahita ini juga sebagai sumber stress bagi para orang tua. Perubahan yang dialami oleh anggota keluarga dengan tunagrahita terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari merupakan suatu kondisi yang perlu dipahami dan mendapat perhatian dari lingkungan dalam hal ini keluarga karena dengan perubahan yang dihadapinya mereka perlu penyesuaian diri (Friedman,1998). Berbagai hal mengenai tanggung jawab tersebut dapat menjadi beban bagi orang tua karena mereka memiliki pekerjaan ekstra yang melampaui apa yang seharusnya bisa mereka lakukan. Hadirnya tanggung jawab yang lebih kompleks membuat orang tua anak berkebutuhan khusus mengalami masalah lebih besar daripada orang tua dengan anak normal, sehingga menimbulkan stress pada orang tua. Peterson dan Hawley (dalam Witt, 2005) menyatakan bahwa menjadi orang tua sudah merupakan situasi yang menimbulkan stress, terlebih orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Hal ini dapat membuat orang tua mengalami stress yang berlebihan. Stress tidak terlepas dari kehidupan, maka dari itu harus dilakukan upaya penyesuaian diri atau adaptasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Triana dan Andriany (2010) menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita menghadapi beberapa masalah yang menjadi sumber stress atau stressor. Masalah yang dihadapi yaitu pengorbanan waktu, finansial, kesulitan menegakkan kedisiplinan, stigma masyarakat, pertumbuhan anak yang lambat dan kecemasan orang tua akan masa depan anak. Semua masalah yang dihadapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
oleh keluarga dengan anak tunagrahita tentu menimbulkan stress sehingga harus diimbangi dengan mekanisme coping tersendiri agar orang tua dapat mengatasi beban dan stress yang dihadapi. Upaya adaptasi terhadap stress adalah strategi coping stress (White,1974 dalam Sussman & Stenmetz, 1988). Kata coping sendiri berasal dari kata cope yang dapat diartikan sebagai menghadapi, melawan, ataupun mengatasi, walaupun demikian belum ada istilah dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk mewakili istilah ini. Pengertian coping hampir sama dengan penyesuaian (adjustment). Perbedaannya, penyesuaian mengandung pengertian yang lebih luas jika dibandingkan dengan coping, yaitu semua reaksi terhadap tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun yang berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan coping dikhususkan pada bagaimana seseorang mengatasi tuntutan yang menekan (Rustiana,2003). Folkman (dalam Yenjeli, 2007) mengartikan strategi coping sebagai perubahan pemikiran dan perilaku yang digunakan oleh seseorang yang dalam menghadapi tekanan dari luar maupun dalam yang disebabkan oleh transaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang dinilai sebagai stressor. Coping ini nantinya akan terdiri dari upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi keberadaan stressor. Menurut Taylor (dalam Hapsari dkk, 2002) terdapat empat tujuan coping, yaitu mempertahankan keseimbangan emosi, mempertahankan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
selfimage yang positif, mengurangi tekanan lingkungan atau menyesuaikan diri terhadap kajian negatif, dan tetap melanjutkan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rustiana,2003) coping terdiri atas strategi yang bersifat kognitif dan behavioral. Strategi tersebut adalah Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping. Problem Focused Coping adalah strategi dengan cara menyelesaikan masalah yang dihadapi, sehingga individu segera terbebas dari masalahnya tersebut, sedangkan Emotion Focused Coping adalah strategi untuk meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stress), tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stress secara langsung. Problem Focused Coping mempunyai 3 bentuk strategi coping yaitu Exercised Caution (Cautiouness), Instrumental Action, dan Negotiation, sedangkan Emotion Focused Coping mempunyai 4 bentuk strategi coping yaitu Escapism (Menghindar), Minimization (Pengabaian), Self Blame (Menyalahkan diri), dan Seeking Meaning (Berdoa). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardani (2009) mengenai strategi coping orang tua menghadapi anak autis. Hasil yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian yaitu strategi coping yang digunakan oleh orang tua, bentuk coping yang digunakan oleh orang tua, dan dampak yang muncul setelah dilakukan coping. Strategi coping yang digunakan sebagian besar orang tua menggunakan strategi Problem Focused Coping. Bentuk coping yang dilakukan adalah Instrumental Action, dan dampak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
muncul setelah dilakukan coping yaitu dampak positif dan negatif. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Venesia (2012) mengenai gambaran stress dan coping pada ibu yang memiliki anak penyandang Down Syndrome. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar ibu memiliki tingkat stress yang rendah dan menggunakan Problem Focused Coping. Dalam penelitian ini, analisa penelitian mengaitkan tingkat stress dan coping stress dengan pekerjaan subjek. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh kriteria yang mencakup anak tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki beberapa kriteria seperti down syndrome, autis, dan anak dengan inteligensi yang sangat rendah. Penelitian sebelumnya hanya menggunakan salah satu kriteria dari anak tunagrahita tersebut. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita menghadapi beberapa masalah yang menjadi sumber stress. Pengorbanan waktu dan finansial, stigma masyarakat, pertumbuhan anak yang lambat, dan kecemasan orang tua akan masa depan anak adalah beberapa masalah yang dihadapi oleh orang tua dengan anak tunagrahita (Triana & Adriany, 2010). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita merasa cemas akan masa depan anak mereka yang tunagrahita sehingga menimbulkan stress. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui persentase dari penggunaan setiap aspek strategi coping orang tua dengan anak tunagrahita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
Pentingnya melakukan penelitian mengenai strategi coping adalah agar hasil penelitian mengenai strategi coping ini menjadi gambaran bagi para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Hasil penelitian ini juga sebagai masukan mengenai strategi coping stress bagi keluarga yang memiliki anak tunagrahita agar bisa memberi dukungan sosial terhadap mereka yang memiliki anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Wawancara singkat dengan para orang tua yang sedang menunggu anak-anak mereka di SLB Negeri Kabupaten Jembrana menunjukkan bahwa kecemasan yang paling dirasakan oleh para orang tua yaitu kecemasan mengenai masa depan anak-anak mereka. Banyak dari mereka khawatir anak mereka terlalu bergantung pada orang lain sehingga kemandirian dan rasa percaya diri mereka menjadi berkurang. Orang tua juga tidak berani melepas anak mereka tanpa melakukan pengawasan secara intensif. Beberapa ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus berjenis kelamin perempuan mengaku stress memikirkan anak mereka jika saatnya beranjak remaja dan mengalami pubertas. Sebagian mengaku stress mengenai pekerjaan dan pernikahan anak mereka. Dan orang tua lain mengalami stress mengenai pendidikan anak mereka dan perkembangan dalam belajar. Berdasarkan uraian sebelumnya, banyak orang tua memiliki kecemasan terhadap anak mereka yang merupakan anak tunagrahita. Kecemasan ini membuat orang tua menjadi stress, karena mereka khawatir akan masa depan anaknya yang sebagian besar sulit berinteraksi dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
orang lain, kurang disiplin, dan kurang mampu mengekspresikan apa yang diinginkan. Untuk mengatasi stress yang dihadapi, maka perlu dilakukan mekanisme coping. Dengan mekanisme coping, orang tua akan lebih mudah merawat dan mendidik anak mereka yang merupakan anak tunagrahita. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana strategi coping stress yang dilakukan para orang tua untuk mengatasi tingkat stress dalam mendidik anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Selain itu, sejauh ini belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita. B. Rumusan Masalah Bagaimana strategi coping stress yang dilakukan para orang tua yang memiliki anak tunagrahita? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi coping stress para orang tua yang memiliki anak tunagrahita D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu, khususnya Psikologi Anak Luar Biasa dengan cara memberi data yang telah teruji secara empiris tentang strategi coping stress orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi anak tunagrahita dalam perkembangan diri secara optimal melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
strategi coping yang dilakukan oleh para orang tua. Demikian pula dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya. 2.
Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini bisa menjadi gambaran mengenai strategi coping stress para orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bagi keluarga yang memiliki anak tunagrahita untuk menjadi masukan mengenai strategi coping stress yang dilakukan agar bisa memberi dukungan sosial terhadap mereka yang memiliki anak tunagrahita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Anak Tunagrahita 1.
Pengertian Anak Tunagrahita Salah satu bentuk anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Abdurrahman mengemukakan pengertian tunagrahita yang dikutip oleh Maria J. Wantah, yaitu: secara harfiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikiran. Dengan demikian ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berfikir dan bernalar mengakibatkan kemampuan belajar, dan adaptasi sosial berada dibawah rata-rata. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (1993) mendefinisikan tunagrahita adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh hendaya
ketrampilan
selama
masa
perkembangan,
sehingga
berpengaruh pada tingkat inteligensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Pendapat lain mengenai tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency,
mental
defective,
dan
lain-lain.
Istilah
tersebut
sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri,2006). Pengertian tunagrahita yang dikembangkan oleh AAMD (American Association of Mental Deficiency) yaitu keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan (Kauffman dan Hallahan,dalam Soemantri 2006). Tunagrahita menurut pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai gangguan fungsi intelektual secara keseluruhan dengan IQ 70 atau lebih rendah, yang mempengaruhi tingkat kecerdasan atau aspek kognitif, motorik, dan fungsi bahasa serta terganggunya perilaku adaptif yaitu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang memiliki kemampuan dibawah ratarata dan memiliki keterbatasan dalam berinteraksi sosial sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
diperlukan pendidikan khusus bagi mereka yang memiliki ketunaan ini agar mampu berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya. 2.
Klasifikasi Anak Tunagrahita Pengelompokan
pada
umumnya
didasarkan
pada
taraf
inteligensinya, yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang, dan berat. Pengelompokan seperti ini sebenarnya bersifat artificial karena ketiganya tidak dibatasi oleh garis demarkasi yang tajam. Gradasi dari satu level ke level berikutnya bersifat continuum (Somantri,2006). Klasifikasi anak tunagrahita dibagi menjadi 3 yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. a.
Tunagrahita Ringan Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 52-68 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 55-69. Anak tunagrahita ringan masih mampu membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Mereka juga dapat dididik menjadi tenaga kerja semiskilled seperti pekerja laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, dan lain-lain. Namun, anak tunagrahita ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Mereka tidak mengalami gangguan fisik, sehingga tampak seperti anak normal. Oleh karena itu, agak sukar membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
b.
Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala Weschler (WISC). Mereka dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan lainlain. Namun, anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis nama atau alamt rumah. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus-menerus.
c.
Tunagrahita Berat Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut Skala Weschler (WISC). Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
3.
Etiologi Anak Tunagrahita Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen). Kirk (dalam Efendi,2006) berpendapat bahwa ketunagrahitaan ketidaksempurnaan (Hereditary
karena
faktor
psikobiologis
transmission
of
endogen, dalam
yaitu
faktor
memindahkan
psycho-biological
gen
insufficiency).
Sedangkan faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari
sisi
pertumbuhan
dan
perkembangan,
penyebab
ketunagrahitaan menurut Devenport (dalam Efendi, 2006) dapat dirinci melalui jenjang berikut: (a) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (b) kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (c) kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi, (d) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio, (e) kelainan atau ketunaan yang timbul dari luka saat kelahiran, (f) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin, dan (g) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi atau masa kanak-kanak. 4.
Perkembangan Fisik Anak Tunagrahita Fungsi-fungsi perkembangan anak tunagrahita ada yang tertinggal jauh oleh anak normal. Ada pula yang sama atau hampir menyamai anak normal. Di antara fungsi-fungsi yang menyamai atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
hampir menyamai anak normal ialah fungsi perkembangan jasmani dan motorik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umardjani (dalam Somantri, 2006) menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani anak terbelakang mental atau anak tunagrahita yang memiliki MA 2 tahun sampai dengan 12 tahun ada dalam kategori kurang sekali. Sedang anak normal pada umur yang sama ada dalam kategori kurang. Dengan demikian tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak normal pada umur yang sama. Ketrampilan
gerak
fungsional
memberikan
dasar-dasar
ketrampilan yang diperlukan untuk socio-leisure, daily living, dan vocational tasks, ketrampilan gerak fundamental sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup anak tunagrahita. Anak normal dapat belajar ketrampilan gerak-gerak fundamental secara instingtif pada saat bermain, sementara anak tunagrahita perlu dilatih secara khusus (Efendi, 2006). 5.
Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengenal atau memperoleh pengetahuan. Menurut Mussen, Conger, dan Ragan (dalam Efendi, 2006) kognitif dalam prosesnya melalui beberapa tahapan: (1) persepsi, (2) ingatan, (3) pengembangan ide, (4) penilaian, (5) penalaran. Pada anak tunagrahita, gangguan fungsi kognitifnya terjadi pada kelemahan salah satu atau lebih dalam proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
tersebut. Dalam berbagai studi diketahui bahwa ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak normal, karena kesetiaan ingatan anak tunagrahita sangat lemah disbanding dengan anak normal. Maka jika anak tunagrahita diberi instruksi, mereka cenderung tidak melalui proses analisis kognitif seperti yang di jelaskan. Inhelder (dalam Efendi,2006) dalam penelitiannya menemukan: (1)
penyandang
tunagrahita
berat
perkembangan
kognitifnya
terhambat pada tingkat perkembangan sensorimotorik, (2) pada penyandang tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya terhenti pada
perkembangan
operasional
konkret.
Keterlambatan
perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya. 6.
Kemampuan Bahasa dan Bicara Anak Tunagrahita Eisenson dan Ogilvie (dalam Efendi, 2006) pernah meneliti untuk
mencari
hubungan
antara
tingkat
kecerdasan
dengan
kemampuan bahasa dan bicara. Hasilnya dapat dibuktikan bahwa antara tingkat kecerdasan dengan kematangan bahasa dan bicara mempunyai hubungan yang positif. Namun bagi anak tunagrahita, dalam kemampuan bahasa dan bicara menemui banyak hambatan. Seringkali stimulasi verbal maupun nonverbal dari lingkungannya gagal ditransfer dengan baik oleh anak tunagrahita. Bahkan, hal-hal yang tampaknya sederhana terkadang tidak mampu dicerna dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
baik, akibatnya peristiwa kebahasaan yang lazim terjadi disekitarnya menimbulkan keanehan bagi dirinya. Pada anak tunagrahita agak berat (mampu latih), kegagalan melakukan apersepsi terhadap suatu peristiwa bahasa, kerapkali diikuti gangguan artikulasi bicara. Penyertaan kelainan sekunder ini, maka hal-hal yang tampak pada anak tunagrahita mampu latih dalam berkomunikasi, disamping struktur kalimat yang disampaikannya cenderung
tidak
teratur
(aphasia
conceptual),
juga
dalam
pengucapannya seringkali terjadi omisi (pengurangan kata) maupun distorsi (kekacauan dalam pengucapan). 7.
Penyesuaian Sosial Anak Tunagrahita Tahapan
perkembangan
sosial
anak
tunagrahita
selalu
mengalami kendala sehingga seringkali tampak sikap dam perilaku anak tunagrahita berada dibawah usia kalendernya, dan ketika usia 5-6 tahun mereka belum mencapai kematangan untuk belajar di sekolah (Bratanata, dalam Efendi 2006). Beberapa studi menunjukkan bahwa terlambatnya sosialisasi anak tunagrahita ada hubungannya dengan taraf kecerdasannya yang sangat rendah. Kelancaran seseorang untuk mencapai tugas perkembangan sosialnya, merupakan modal dasar yang sangat berarti untuk melakukan penyesuaian sosial secara baik. Oleh sebab itu, terganggunya perkembangan anak dalam salah satu fase atau keseluruhan fase perkembangan sosial sebagaimana yang dialami anak tunagrahita, hasilnya sangat berat untuk dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
melakukan penyesuaian sosial yang akurat tanpa intervensi orangorang di sekitarnya secara terus menerus. Sebagai makhluk individu dan sosial, anak tunagrahita mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih sering mengalami kegagalan atau hambatan yang berarti. Akibatnya, anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari mekanisme pertahanan diri, dan sebagai wujud penyesuaian sosial yang salah (maladjusted). Perlakuan orang lain yang kurang wajar terhadap anak tunagrahita, atau lemahnya konsistensi anak tunagrahita terhadap tujuan, menjadi salah satu penyebab anak tungrahita mudah dipengaruhi (suggestible) untuk berbuat hal-hal yang jelek. Demikian juga rendahnya tingkat kematangan emosi dan kesukaran anak tunagrahita untuk memahami aturan atau norma yang ada di lingkungannya, merupakan unsure-unsur yang dapat menyuburkan tumbuhnya
penyimpangan
perilaku
bagi
anak
tunagrahita
(Efendi,2006). B. Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus Menurut Hill & Aldous (dalam Craig,1986), menjadi orang tua berarti memperoleh peran dan tanggung jawab baru, yaitu sebagai seorang ayah dan seorang ibu. Kewajiban sebagai orang tua secara umum diungkapkan Brooks (1991), dimana dalam mengasuh anak, orang tua berkewajiban
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
untuk
memelihara,
melindungi,
dan
mengarahkan
anak
dalam
berkembang. Mereka juga berkewajiban memberikan kehangatan, membangun hubungan emosional dengan anak, dan menyediakan kesempatan untuk perkembangan kompetensi dan jati diri anak. Martin & Colbert, (1997) juga mengungkapkan peran orang tua dimana mereka bertanggung jawab membantu anak dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap tahap perkembangan yang dilalui. Peran dan tanggung jawab yang dipikul orang tua akan lebih besar apabila anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat (Heward,1996). Heward dkk (1979, dalam Heward,1996) menyebutkan bahwa orang tua yang memiliki anak cacat (disability) atau menyandang penyakit kronis menghadapi banyak tantangan dalam menjalani perannya sebagai orang tua.
Orang
tua
anak
berkebutuhan
khusus
yang
lebih
besar
mengkhawatirkan berbagai masalah dengan hubungan peer, baik karena kurangnya ketrampilan sosial ataupun karena penolakan anak lain yang menganggap anaknya berbeda (Miozio, 1983, dalam Martin & Colbert,1997). Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus memiliki tanggung jawab tersendiri dibandingkan orang tua yang memiliki anak normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
Heward dkk (1979, dalam Heward, 1996) dan Mangunsong dkk (1998), mengungkapkan beberapa peran orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus yang telah dirangkum sebagai berikut: 1.
Sebagai orang tua Dapat menyesuaikan diri sebagai orang tua dari anak yang menyandang kecacatan, membantu mensosialisasikan si anak, memperhatikan hubungan saudara-saudara dari anak-anak cacat, merencanakan masa depan dan perwalian. Selain itu, orang tua juga berperan sebagai konselor dalam menghadapi perubahan emosi, perasaan, dan sikap anak yang sedang berkembang. Perhatian yang diberikan orang tua dapat mengembangkan kepribadian dan sebagai pengenalan anak tentang dirinya.
2.
Sebagai guru Anak yang cacat biasanya tidak dapat belajar suatu keahlian yang penting dengan sewajarnya atau secara mandiri seperti anak-anak normal. Dengan demikian, orang tua merupakan guru pertama bagi anak dalam mempelajari keahlian tertentu
3.
Berhubungan dengan komunitas dan institusi-institusi Bagi orang tua yang memiliki anak cacat, keterlibatan dalam proses pendidikan anak merupakan suatu keharusan. Selain itu orang tua juga perlu memperoleh pengetahuan khusus dan mempelajari keahliankeahlian khusus yang berhubungan dengan kebutuhan anaknya dengan mengikuti komunitas ataupun institusi tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
4.
Mengambil keputusan Pilihan tentang alternative pemecahan masalah yang ditempuh sehubungan dengan masalah kecacatan anak sepenuhnya adalah hak dan tanggung jawab orang tua.
5.
Sebagai penasehat/advokasi Kesanggupan orang tua untuk bertanggung jawab sebagai pendukung dan pembela kepentingan anaknya yang cacat.
6.
Mengasuh dan mendidik anak lainnya Orang tua harus menyadari pengaruh buruk keberadaan anak cacat terhadap anaknya yang normal sedini mungkin dan mencari solusi terhadap masalah tersebut.
7.
Mempertahankan hubungan suami-istri Memiliki anak cacat biasanya menghadirkan ketegangan dalam hubungan suami-istri. Ketegangan dapat terjadi dari perbedaan mengenai siapa yang bersalah atas kondisi anak, perselisihan mengenai harapan terhadap perilaku anak, dan banyaknya waktu, uang, energy yang dihabiskan untuk anak yang cacat. Berbagai hal mengenai tanggung jawab tersebut dapat menjadi beban
bagi orang tua karena mereka memiliki pekerjaan ekstra yang melampaui apa yang seharusnya bisa mereka lakukan. Peterson dan Hawley (dalam Witt, 2005) menyatakan bahwa menjadi orang tua sudah merupakan situasi yang menimbulkan stress, terlebih orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Hal ini dapat membuat orang tua mengalami stress yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
berlebihan. Stress tidak terlepas dari kehidupan, maka dari itu harus dilakukan upaya penyesuaian diri atau adaptasi dengan cara memilih strategi coping yang tepat. C. Strategi Coping 1.
Pengertian Coping Kata coping sendiri berasal dari kata cope yang dapat diartikan sebagai
menghadapi,
melawan, ataupun mengatasi,
walaupun
demikian belum ada istilah dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk mewakili istilah ini. Pengertian coping hampir sama dengan penyesuaian (adjustment). Perbedaannya, penyesuaian mengandung pengertian yang lebih luas jika dibandingkan dengan coping, yaitu semua reaksi terhadap tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun yang berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan coping dikhususkan pada bagaimana seseorang mengatasi tuntutan yang menekan (Rustiana,2003). Pearlin dan Schooler (1978) mendefinisikan coping sebagain tanggapan terhadap ketegangan hidup
yang berfungsi
untuk
mencegah, menghindari, atau mengendalikan gangguan emosi. Coping yang cukup baik ditandai dengan kemampuan seseorang untuk dapat tetap berdiri sendiri dalam menghadapi krisis hidup dan mengendalikan stress yang muncul dari masa krisis tersebut. Pendapat lain mengenai pengertian coping adalah proses dimana individu mencoba untuk mengelola perbedaan yang dirasakan antara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
tuntutan dan sumber daya (Sarafino dan Smith, 2011). Menurut Colman (2003) coping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk mengatur perbedaan yang diterima antara demands dan resources yang dinilai dalam suatu keadaan yang stressful. Menurut Taylor (dalam Hapsari dkk, 2002) terdapat empat tujuan coping,
yaitu
mempertahankan
mempertahankan selfimage
keseimbangan
emosi,
yang positif, mengurangi
tekanan
lingkungan atau menyesuaikan diri terhadap kajian negative, dan tetap melanjutkan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa coping adalah segala usaha individu untuk melakukan adaptasi atau penyesuaian diri dalam menghadapi situasi
yang
relatif
sulit
dan
tidak
menyenangkan
demi
mempertahankan keseimbangan emosi dan mengurangi tekanan lingkungan dan konflik yang dihadapi. 2.
Strategi Coping Menurut MacArthur & MacArthur (dalam Auniyah, 2014) strategi coping adalah upaya-upaya khusus, baik behavioral
maupun
psikologis, yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stress. Gowan et al. (dalam Auniyah, 2014)) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stress. Dodds (dalam Auniyah, 2014) mengemukakan bahwa pada esensinya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
strategi coping adalah strategi yang digunakan individu untuk melakukan penyesuaian antara sumber-sumber yang dimilikinya dengan tuntutan yang dibebankan lingkungan kepadanya. Secara spesifik, sumber-sumber yang memfasilitasi coping itu mencakup sumber-sumber personal (yaitu karakteristik pribadi yang relative stabil seperti self-esteem
atau keterampilan sosial) dan
sumber-sumber lingkungan seperti dukungan sosial dan keluarga atau sumber financial (Harrington & Mcdermott, 1993). Friedman (1998) mengatakan bahwa strategi coping merupakan perilaku atau proses untuk adaptasi dalam menghadapi tekanan atau ancaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi coping adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut. 3.
Bentuk Coping Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2006) secara umum membedakan bentuk dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu : a.
Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk coping yang lebih diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan. Artinya coping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi stress
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
dengan mempelajari cara-cara ketrampilan yang baru. Individu cenderung menggunakan strategi ini ketika mereka percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah. Strategi ini melibatkan usaha untuk melakukan sesuatu hal terhadap kondisi stress yang mengancam individu (Taylor,2009). b.
Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkan untuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan. individu dapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan
behavioral
dan
kognitif.
Melalui
pendekatan
behavioral, individu melakukan aktivitas yang dapat mengalihkan perhatiannya dari masalah yang sedang dihadapi. Sedangkan pendekatan kognitif melibatkan bagaimana individu berpikir tentang situasi yang menekan. Dalam pendekatan kognitif, individu melakukan redefine terhadap situasi yang menekan seperti membuat perbandingan dengan individu lain yang mengalami situasi lebih buruk, dan melihat sesuatu yang baik diluar dari masalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
Pendapat diatas sejalan dengan Skinner (dalam Sarafino,2006) yang mengemukakan pengklasifikasian bentuk coping sebagai berikut: 1)
Perilaku coping yang berorientasi pada masalah (Problem Focused Coping) a)
Planfull Problem Solving Individu
memikirkan
dan
mempertimbangkan
secara
matang beberapa alternative pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan pandangan dari orang lain tentang masalah yang dihadapi, bersikap hati-hati sebelum memutuskan sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan. b)
Direct Action Meliputi tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun secara lengkap apa yang diperlukan.
c)
Assistance Seeking Individu mencari dukungan dan menggunakan bantuan dari orang lain berupa nasihat maupun tindakan didalam menghadapi masalahnya.
d)
Information Seeking Individu mencari informasi dari orang lain yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan individu tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
2)
Perilaku coping yang berorientasi pada emosi (Emotional Focused Coping) a)
Avoidance Individu menghindari masalah yang ada dengan cara berkhayal atau membayangkan seandainya ia berada pada situasi yang menyenangkan.
b)
Denial Individu menolak masalah yang ada dengan menganggap seolah-olah masalah individu tidak ada, artinya individu tersebut mengabaikan masalah yang dihadapinya.
c)
Self-criticism Keadaan individu yang larut dalam permasalahan dan menyalahkan diri sendiri atas kejadian atau masalah yang dialaminya.
d)
Possitive Reappraisal Individu melihat sisi positif dari masalah yang dialami dalam kehidupannya dengan mencari arti atau keuntungan dari pengalaman tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
Suatu studi yang dilakukan oleh Folkman dkk (Taylor,2006) menunjukkan beberapa variasi usaha dari kedua strategi terdahulu, yaitu Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping. Hasil studi tersebut menunjukkan beberapa usaha koping yang muncul adalah : 1)
Problem Focused Coping a) Confrontative Coping
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap sumber tekanan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang tinggi, dan pengambilan resiko. b) Seeking Social Support
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain. c) Planful Problem Solving
Usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis. 2)
Emotion Focused Coping a) Escape
Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan berkhayal atau membayangkan hasil yang terjadi dan ia berada pada situasi yang lebih baik dari yang dialami sekarang. Atau dapat pula beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok atau menggunakan obat-obatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
b) Seeking Social Emotional Support
Upaya
untuk
mencoba
memperoleh
dukungan
secara
emosional maupun sosial dari orang lain. c) Self Control
Usaha untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah d) Distancing
Usaha kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat harapan positif. e) Positive Reappraisal
Usaha mecari makna positif dari permasalahan dengan terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius. f) Accepting Responsibility
Usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan
yang
dihadapinya
dengan
mencoba
menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Melalui uraian diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi strategi coping terdiri dari dua bentuk yaitu Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping. Problem Focused Coping memiliki konsep yang mengatasi stress yang dihadapi dengan berpusat pada masalah dan segera mencari penyelesaiannya. Sedangkan untuk Emotion Focused Coping memiliki konsep yang mengatasi stress dengan berpusat pada emosi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
menunda untuk segera mengatasi stress yang dihadapi. Strategi Coping yang sebaiknya digunakan adalah Problem Focused Coping, hal ini dikarenakan penyelesaian masalah dilakukan tertuju langsung pada masalah yang dihadapi dan bertindak secara langsung melalui perencanaan strategi yang tertata rapi. Klasifikasi yang dikelompokkan oleh para ahli pada dasarnya memiliki makna yang sama mengenai kedua jenis strategi ini yaitu strategi coping yang berorientasi pada masalah dan strategi coping yang berorientasi pada emosi. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk melihat strategi coping manakah yang digunakan oleh orang tua yang memiliki anak tunagrahita dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Skinner (dalam Sarafino, 2006). D. Dinamika Strategi Coping Orang Tua Yang Memiliki Anak Tunagrahita Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, atau dari gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka (Ganda Sumekar, 2009). Salah satu bentuk berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita, Pedoman
Penggolongan
dan
Diagnosis
Gangguan
Jiwa
(1993)
mendefinisikan tunagrahita adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh hendaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat inteligensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Somantri (2006) mengatakan bahwa orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut, oleh sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak tunagrahita merupakan resiko psikiatri keluarga. Anak tunagrahita yang memiliki hambatan dalam inteligensi, keterbatasan sosial, dan keterbatasan fungsi mental menjadi tugas tambahan bagi orang tua agar anak mereka yang merupakan anak tunagrahita dapat berkembang secara optimal. Orang tua dengan anak tunagrahita akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar sehingga di perlukan adaptasi terhadap keadaan yang dialami oleh orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Triana dan Andriany (2010) menyimpulkan bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita menghadapi beberapa masalah yang menjadi sumber stress atau stressor. Masalah yang dihadapi yaitu pengorbanan waktu, keuangan, kesulitan menegakkan kedisiplinan, stigma masyarakat, pertumbuhan anak yang lambat dan kecemasan orang tua akan masa depan anak. Semua masalah yang dihadapi oleh keluarga dengan anak tunagrahita tentu menimbulkan stress sehingga harus diimbangi dengan mekanisme coping tersendiri agar orang tua dapat mengatasi beban dan stress yang dihadapi. Melalui
hasil
penelitian
diatas,
memiliki
anak
tunagrahita
menimbulkan beberapa masalah yang cukup berat bagi para orang tua.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Orang tua perlu melakukan adaptasi atas semua masalah yang dihadapi dan keadaan yang dialami anak mereka. Usaha adaptasi terhadap stress ini adalah dengan melakukan strategi coping stress (White, 1974 dalam Sussman & Stenmetz, 1998). White (1974) dalam Sussman dan Steinmetz (1988) mendefinisikan koping sebagai suatu hal yang merujuk pada adaptasi individu terhadap kondisi yang relative sulit dan tidak menyenangkan. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rustiana,2003) coping terdiri atas strategi yang bersifat kognitif dan behavioral. Strategi tersebut adalah Problem Focused Coping, yaitu strategi dengan cara menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga individu segera terbebas dari masalah tersebut, dan Emotion Focused Coping, yaitu strategi untuk meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stress), tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stress secara langsung. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardani (2009) mengenai strategi coping orang tua menghadapi anak autis menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua menggunakan Problem Focused Coping. Subjek dalam penelitian tersebut menggunakan Problem Focused Coping karena subjek dalam penelitian tersebut tidak putus asa dan berusaha mencari penyelesaian seperti mencari informasi terapi bagi anak autis dan mencari sekolah yang tepat untuk anak autis. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Venesia (2012) mengenai gambaran stress dan coping pada ibu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
memiliki anak penyandang Down Syndrome menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat stress yang rendah dan menggunakan Problem Focused Coping. Melihat keterbatasan yang dialami oleh anak tunagrahita cukup menimbulkan stress bagi orang tua sehingga orang tua mengalami perubahan dalam mendidik dan mengasuh anak mereka yang merupakan anak tunagrahita. Friedman (1998) menyatakan bahwa perubahan yang dialami oleh anggota keluarga dengan tunagrahita terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari merupakan suatu kondisi yang perlu dipahami dan mendapat perhatian dari lingkungan dalam hal ini keluarga karena dengan perubahan yang dihadapinya mereka perlu penyesuaian diri. Penyesuaian diri ini dilakukan dengan melakukan strategi coping yang bersifat kognitif dan behavioral. E. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah strategi coping apakah yang digunakan oleh para orang tua yang memiliki anak tunagrahita?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
SKEMA STRATEGI COPING ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA
Stres orang tua mengasuh anak tunagrahita
Problem Focused Coping
Planfull Problem Solving Direct Action Assistance Seeking Information Seeking
Strategi Coping
Emotion Focused Coping
Avoidance Denial Self-criticsm Possitive Reappraisal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir,2003). B. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu variable tunggal, yaitu Strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita C. Definisi Operasinonal Variabel Penelitian Strategi coping adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/ kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut. Klasifikasi strategi coping terdiri dari dua bentuk yaitu Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping. Problem Focused Coping yang mengatasi stress yang dihadapi dengan berpusat pada masalah dan segera mencari penyelesaiannya. Sedangkan untuk Emotion Focused Coping yang mengatasi stress dengan berpusat pada emosi dan menunda untuk segera mengatasi stress yang dihadapi. Strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita diukur dengan skala. Semakin tinggi skor subjek pada item-item yang mengungkap Problem
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Focused Coping berarti subjek memiliki kecenderungan yang tinggi menggunakan Problem Focused Coping dalam menghadapi anak tunagrahita. Demikian halnya semakin tinggi skor subjek untuk Emotional Focused Coping maka subjek memiliki kecenderungan tinggi menggunakan Emotional Focused Coping dalam menghadapi anak tunagrahita. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki anak tunagrahita bersekolah di SLB Negeri Jembrana. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). E. Metode Pengumpulan Data 1.
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah survey dengan penyebaran skala yang diisi oleh subjek. Skala ini bertujuan untuk melihat bentuk strategi coping yang digunakan oleh para orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Skala ini merupakan skala baru yang disusun oleh peneliti sendiri. Komponen dalam skala ini menggunakan pendapat dari Skinner (dalam Sarafino, 2006) yang dibagi dalam dua bentuk yaitu Problem Focused Coping terdiri dari Planfull Problem Solving, Direct Action, Assistance Seeking, dan Information Seeking. Emotion Focused Coping terdiri dari Avoidance, Denial, Selfcriticis, Possitive Reappraisal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
Tabel 1 Blueprint Skala Strategi Coping No
1
2
Aspek
Indikator
Favorable
Unfavorable
Jumlah
Planfull Problem Solving
8, 27, 43, 53, 58
11, 19, 29, 35, 61
10
Problem
Direct Action
9, 20, 36, 44
7, 28, 52, 59
8
Focused
Assistance Seeking
6, 45, 51, 65
10, 21, 37, 60
8
Coping
Information Seeking
22, 38, 63
30, 46, 66
6
Avoidance
4, 18, 34, 48
12, 26, 42, 54
8
Emotion
Denial
13, 25, 41, 57
3, 17, 33, 49
8
Focused
Self-criticsm
2, 16, 32, 50
14, 24, 40, 56
8
Coping
Possitive Reappraisal
5, 15, 39, 55, 64
1, 23, 31, 47, 62
10
Jumlah
2.
33
33
Skoring Pemberian skor pada setiap item adalah, sbb : SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, STS = 1. Untuk lebih jelasnya lihat tabel: Tabel 2 Skor Skala Strategi Coping Jawaban
Skoring
SS
5
S
4
R
3
TS
2
STS
1
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
Subjek yang memiliki nilai skor yang tinggi pada item-item yang mengungkap problem focused coping memiliki arti bahwa subjek tersebut cenderung memiliki perilaku coping yang berorientasi pada masalah dalam menghadapi anak tunagrahita. Demikian pula, jika subjek memiliki nilai skor yang tinggi pada item-item yang mengungkapkan emotional focused coping memiliki arti bahwa subjek tersebut cenderung memiliki perilaku coping yang berorientasi pada emosi dalam menghadapi anak tunagrahita. F. Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Item 1.
Validitas Validitas pada alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Kountur (2003), menyebutkan bahwa validitas isi menyangkut tingkat kebenaran suatu instrument dalam mengukur isi dari area yang hendak diukur. Selain itu, pengujian validitas isi dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai sejauh mana item-item sudah mencakup dan mewakili atribut yang akan diukur. Untuk mengukur validitas dari skala strategi coping, maka dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli atau professional judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Professional judgement tersebut digunakan untuk menentukan apakah item dari skala telah dapat mengukur aspek-aspek dari strategi coping. Setelah melalui proses tersebut, maka skala siap untuk diujicobakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
2.
Reliabilitas Pengujian
reliabilitas
dalam
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan konsistensi internal (internal consistency) dengan sekali tes melalui teknik α Cronbach. Pendekatan ini bertujuan untuk melihat konsistensi antar item dalam skala. Prosedur pendekatan ini hanya satu kali dan pengenaan tes hanya pada sekelompok individu sebagai subjek, karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi (Azwar, 1997). Suatu instrumen alat ukur dikatakan reliable dan bisa diproses pada tahap selanjutnya jika nilai Cronbach Alpha > 0,7 (Sekaran, 2006). Jika instrument alat ukur memiliki nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka alat ukur tersebut tidak reliable. Untuk mempermudah perhitungan uji validitas dan reliabilitas, maka digunakan perangkat lunak computer (software) program Microsoft Windows Excel dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0 for windows. Berdasarkan penjelasan diatas, maka skala strategi coping telah memenuhi syarat sebagai alat ukur yang dapat diandalkan karena memiliki koefisien reliabilitas sekitar 0,90. Kemudian, item-item pada indikator Problem Focused Coping dan Emotion Focused Coping, yang menjadi alat ukur penelitian yang dilakukan oleh penulis, merupakan item yang dapat dipercaya karena memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,954.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
3.
Analisis Item Analisis item ini dilaksanakan dengan cara menguji coba item-item yang ada pada sekelompok subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian sehingga didapatkan data empiris. Item-item pada skala akan dianalisis dan kemudian akan digugurkan jika ternyata mempunyai koefisien korelasi item atau indeks daya beda item (rix ) yang terhitung rendah. Item-item tersebut tidak digunakan karena tidak mampu untuk membedakan subjek yang mendapat nilai tinggi serta rendah pada alat ukur. Idealnya, besaran dari rix mendekati angka + 1,00, namun hal tersebut merupakan hal yang tidak memungkinkan (Gregory, 2007). Adapun kriteria item yang dinyatakan dapat diterima, jika koefisien korelasinya positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0,30 (rix ≥ 0,30) (Azwar, 2010). Berdasarkan data uji coba didapatkan 10 item yang koefisien korelasinya < 0,30 sehingga item tersebut dinyatakan gugur. Sebanyak 4 item yang mengungkapkan Problem Focused Coping dinyatakan gugur sedangkan pada Emotion Focused Coping didapatkan 6 item yang gugur. Untuk lebih rinci melihat item yang gugur, dilihat pada tabel berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Tabel 3 Blueprint Skala Strategi Coping Setelah Uji Coba No
Variabel
Indikator Planfull Problem
1
2
Favorable
Unfavorable
Jumlah
7, 23, 36, 49
16, 24, 30, 52
8
Problem
Solving
Focused
Direct Action
8, 17, 31, 37
6, 45, 50
7
Coping
Assistance Seeking
5, 38, 44, 55
9, 18, 51
7
Information Seeking
19, 32, 53
25, 39, 56
6
Avoidance
29, 41
10, 22, 35
5
Emotion
Denial
11, 34, 48
3, 15, 28, 42
7
Focused
Self-criticsm
2, 14, 27, 43
12, 21, 47
7
Coping
Possitive Reappraisal
4, 13, 33, 46, 54
1, 20, 26, 40
9
Jumlah
29
27
G. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode statistik deskriptif, yakni metode yang memberi gambaran mengenai suatu gejala (Partino dan Idrus, 2009). Dalam statistika deskriptif, peneliti mengelola data agar dapat disajikan ke dalam bentuk-bentuk yang lebih berguna, sehingga dapat lebih mudah dipahami (Subagyo, 2003). Dalam metode statistik deskriptif, data penelitian disusun secara lebih teratur ke dalam distribusi frekuensi. Data-data tersebut juga dikenai perhitungan-perhitungan statistik sederhana, meliputi perhitungan Nilai
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
Rata-rata (Mean), Standar Deviasi (SD), Median, serta Modus. Kemudian agar data yang telah di hitung tersebut dapat dipahami dengan lebih cepat, maka penyajian data dapat dilakukan dengan membuat diagram maupun tabel-tabel mengenai hasil perhitungan data (Partino dan Idrus, 2009; Subagyo, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan skala secara langsung kepada subjek penelitian. Penelitian dilaksanakan di SLB Negeri Jembrana dengan cara menyebarkan skala pada orangtua yang menyekolahkan anakanak mereka yang tunagrahita di SLB Negeri Jembrana. Dalam proses pengambilan data, peneliti meminjam ruangan aula sekolah sebagai tempat mengerjakan kuesioner. Suasana di dalam ruangan cukup bising karena ada beberapa subjek yang membawa anak-anak balita. Hal ini juga menyebabkan waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk menyelesaikan kuesioner. B. Persiapan Penilitian Sebelum penelitian dilaksanakan, telah dilakukan uji coba alat ukur (try out) kepada sejumlah subjek. Tujuan uji coba alat ukur ini adalah untuk mencari atau mendapatkan item-item yang dianggap baik dan layak untuk diuji kembali dalam sebuah penelitian. Peneliti melakukan dua kali uji coba alat ukur karena uji coba alat ukur yang pertama tidak mendapatkan item-item yang dianggap baik dan layak untuk sebuah penelitian sehingga dilakukan uji coba kedua. Berdasarkan data uji coba didapatkan 10 item yang koefisien korelasinya <0,30 sehingga item tersebut dinyatakan gugur. Sebanyak 4 item yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
mengungkapkan problem focused coping dinyatakan gugur yaitu item nomor 11, 28, 37, dan 53 sedangkan pada emotional focused coping didapatkan 6 item yang gugur yaitu item nomor 4, 18, 25, 40, 54, dan 62. Item yang gugur tersebut tidak dimasukkan dalam skala penelitian sehingga jumlah item yang tersisa adalah sebanyak 56 item. C. Pelaksanaan Penelitian Uji coba pertama dilaksanakan pada tanggal 3 November 2014 di aula SLB Negeri Jembrana. Peneliti menyebarkan skala sebanyak 35 skala. Namun, uji coba pertama tidak mendapatkan item yang dianggap baik dan layak untuk sebuah penelitian maka peneliti melakukan uji coba kedua dengan mengubah item-item sebelumnya menjadi item yang baru. Uji coba kedua dilakukan pada tanggal 16 Februari 2015 dan menyebarkan 35 skala. Pada uji coba kedua, peneliti mendapatkan item yang dianggap baik dan layak untuk sebuah penelitian. Oleh karena data try out berbeda dengan data penelitian, peneliti mengambil data kembali pada tanggal 18 Februari 2015 sebagai data penelitian. D. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki anak tunagrahita dan bersekolah di SLB Negeri Jembrana. Subjek memiliki rentang usia 31 tahun sampai 66 tahun. Berikut adalah paparan subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Tabel 4 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia Usia
Frekuensi
Persentase (%)
31-40 tahun
13
29,5
41-50 tahun
14
31,8
51-60 tahun
9
20,5
61-66 tahun
8
18,2
Jumlah
44
100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang berusia antara 31-40 tahun sebanyak 13 orang (29,5%), subjek yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 14 orang (31,8%), subjek yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 9 orang (20,5%), dan subjek yang berusia antara 61-66 tahun sebanyak 8 orang (18,2%). Subjek dalam penelitian ini terdiri dari individu laki-laki dan perempuan yang memiliki anak tunagrahita dan bersekolah di SLB Negeri Jembrana. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. Tabel 5 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Ayah
14
31,8
Ibu
30
68,2
44
100,0
Jumlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Tabel di atas menunjukkan bahwa subjek dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 14 orang (31,8%) dan subjek dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang (68,2%). E. Deskripsi Hasil Penelitian 1.
Data Mean Strategi Coping Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diperoleh data nilai mean teoritik dan mean empirik. Mean teoritik merupakan rata-rata skor dari suatu alat ukur yang diperoleh dari angka yang menjadi nilai tengah alat ukur tersebut. Sedangkan mean empirik adalah rata-rata skor dari hasil penelitian. Setelah kedua mean tersebut diketahui, maka akan dilakukan perbandingan nilai kedua skor mean tersebut. Hasil analisis deskriptif adalah sebagai berikut : Tabel 6 Deskripsi Data Mean Strategi Coping N
Variabel
Teoritik
Empirik
Mean
SD
SD²
97,555
Min Max Min Max Teoritik Empirik 44
PFC
28
140
93
133
84
114,20
9,877
EFC
28
140
89
131
84
112,22
10,441 109,014
Penjelasan dari tabel di atas adalah bahwa N menunjukkan jumlah total subjek penelitian yaitu, 44. Skor minimal teoritik adalah skor Pling rendah yang mungkin dapat diperoleh subjek pada skala sesuai dengan nilai terendah yang telah di tentukan, yaitu 1 sehingga skor total minimal teoritik problem focused coping adalah 1 x 28 = 28 sedangkan skor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
minimal teoritik emotion focused coping adalah 1 x 28 = 28. Skor maksimal teoritik adalah skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subjek pada skala sesuai dengan nilai tertinggi yang sudah ditentukan yaitu, 5 sehingga skor maksimal problem focused coping yang mungkin diperoleh subjek adalah 5 x 28 = 140 sedangkan emotion focused coping adalah 5 x 28 = 140. Skor minimal empirik adalah skor paling rendah yang diperoleh subjek dalam penelitian sesungguhnya. Skor minimal empirik problem focused coping yang diperoleh subjek sebesar 93 sedangkan skor minimal empirik emotion focused coping yang diperoleh subjek sebesar 89. Skor maksimal empirik adalah skor yang paling tinggi yang diperoleh subjek dalam penelitian sesungguhnya. Skor maksimal empirik problem focused coping yang diperoleh subjek sebesar 133 sedangkan skor empirik maksimal emotion focused coping yang diperoleh subjek sebesar 131. Mean teoritik adalah rata-rata teoritik dari skor minimal dan maksimal yang merupakan titik tengah. dalam hal ini diperoleh mean teoritik problem focused coping sebesar 84 begitu juga mean teoritik emotional focused coping sebesar 84. Mean empirik adalah rata-rata dari skor yang diperoleh subjek dalam penelitian. Mean empirik problem focused coping yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 114,20 sedangkan mean empirik emotion focused coping sebesar 112,22. Besarnya angka mean empirik problem focused coping yang lebih bsar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
daripada mean empirik emotion focused coping menunjukkan bahwa penggunaan problem focused coping lebih tinggi dari penggunaan emotion focused coping. 2.
Persentase Penggunaan Strategi Coping Hasil persentase penggunaan strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam menangani stress dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel 7 Persentase Penggunaan Strategi Coping Variabel
N
Persentase
Problem Focused Coping
29
65,9 %
Emotion Focused Coping
15
34,1 %
Total
44
100 %
F. Pembahasan Berdasarkan deskripsi data yaitu dari mean empirik, tampak bahwa secara umum orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam penelitian ini menggunakan strategi coping bentuk problem focused coping maupun emotion focused coping ketika menghadapi situasi stress dalam mendidik anak tunagrahita. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat MacArthur & MacArthur (dalam Auniyah, 2014) strategi coping adalah upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun psikologis, yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stress. Gowen et al. (dalam Auniyah, 2014) mengatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
bahwa strategi coping sebagai upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stress. 1.
Penggunaan Strategi Coping a.
Penggunaan Problem Focused Coping Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 29 subjek (65,9 %) menggunakan problem focused coping. Strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan problem focused coping diperoleh nilai 114,2045>84 dimana nilai mean empiris lebih besar daripada mean teoritis. Subjek yang menggunakan problem focused coping memiliki usaha yang tinggi dan tindakan yang aktif untuk mengatasi situasi yang menyebabkan subjek menjadi stress. Hal ini dilatarbelakangi oleh penilaian orang tua yang pernah mengalami stress percaya bahwa tekanan dari situasi yang menyebabkan stress dapat diubah melalui usaha dan tindakan mengatasi situasi stress yang berfokus pada masalah yang dihadapi.
b.
Penggunaan Emotion Focused Coping Dari hasil penelitian, 15 subjek (34,1 %) yang menggunakan emotion focused coping. Strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan emotion focused coping diperoleh nilai 112,2273>84 dimana nilai mean empiris lebih besar dari pada mean teoritis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Subjek yang menggunakan emotion focused coping memiliki usaha dalam mengatasi situasi stress dengan cara mengatur respon emosional terhadap situasi yang membuat subjek merasa tertekan. Hal ini dilatarbelakangi oleh penilaian orang tua yang pernah mengalami stress dan mengatasinya dengan cara mengalihkan rasa tertekan dengan aktivitas lain atau mengambil sisi positif dari masalah yang dihadapi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan problem focused coping diperoleh 29 subjek (65,9%) dan emotion focused coping diperoleh 15 subjek (34,1%). Sementara itu, strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan problem focused coping diperoleh nilai (114,2045>84) dan emotion focused coping diperoleh nilai (112,2273>84) dimana nilai mean empiris lebih besar daripada mean teoritis. Hal ini berarti strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan problem focused coping dan emotion focused coping tergolong tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan strategi coping problem focused coping pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita lebih tinggi daripada strategi emotion focused coping (114,2045>112,2273). B. Saran 1.
Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Tunagrahita Bagi para orang tua yang memiliki anak tunagrahita disarankan untuk menggunakan strategi coping orang tua yang berupa problem focused coping, karena strategi ini lebih efektif dalam menurunkan tingkat stress daripada strategi emotion focused coping. Selain itu, para orang tua harus lebih sering berkomunikasi dengan pihak sekolah baik guru maupun pihak kesiswaan, agar orang tua tahu bagaimana perkembangan anak di sekolah dan dapat mengimbanginya atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
menyerasikannya di rumah. Langkah-langkah demikian diharapkan dapat mempersiapkan anak-anak tunagrahita mampu menghadapi masa depan yang lebih baik. 2.
Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian a.
Penyusunan dalam strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita, peneliti menyadari keterbatasan yang digunakan oleh peneliti yaitu kurang mendalamnya batasan kawasan ukur karena peneliti hanya menggunakan jenis kelamin dan usia. Oleh karena itu, peneliti menyarankan peneliti-peneliti selanjutnya dapat menemukan mengenai batasan kawasan ukur dengan lebih detail dan jelas, misalnya: pekerjaan, pendapatan dan latar belakang pendidikan.
b.
Pengambilan data penelitian menggunakan subjek yang sama dengan data try out. Oleh karena itu, peneliti menyarankan pada peneliti selanjutnya menggunakan subjek yang berbeda dalam pengambilan data penelitian dengan data try out sehingga tidak terjadi faking.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
DAFTAR PUSTAKA
Auniyah, N. 2014. Strategi Coping Penderita Gangguan Keputihan Patologis Pada Wanita Usia Dewasa Awal Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas (Edisi ketiga). Yogyakarta : Pustaka Belajar Azwar, S. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar Brooks, J.B. 1991. The Process of Parenting. England : Mountain View Colman, A.M. 2003. A Dictionary of Psychology. New York : Oxford University Craig, G. 1986. Human Development. 4th edition. New Jersey : Prentice-Hall Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Bumi Aksara Efendi, M. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : PT. Bumi Aksara Fitri. 2008. Pengertian Anak Tinjauan Secara Kronologis dan Psikologis. Diakses 2 November 2013; Tersedia di http:// duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-anak-tinjauan-secarakronologis-dan-psikologis/ Friedman, M.M. 1998. Family Nursing: Research, Theory, & Practice. 4th edition. Stamford Gregory, R.J. 2007. Psychological Testing : History, Principles, and Applicatons, 5th edition. United State : Pearson Education, Inc Grossman, H. J. (1983). AAMD : Classification in Mental Retardation. United States : American Association on Mental Deficiency Hapsari, R.A., Kayani, U., Taufik. 2002. Perjuangan Hidup Pengungsi Kerusuhan Etnis (Studi Kasus Tentang Perilaku Coping pada Pengungsi di Madura). Indegenous Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol 6 no:2. 122-129 Harrington, R.G & Mcdermott, D. 1993. A Model for the Interpretation of Personality Assessments of Individuals with Visual Impairments. The Journal of Rehabilitation, 59 (4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
Heward, L. W. & Orlansky, D. M. 1992. Exceptional Children. New York : MacMillan Publishing Company Heward, L.W. 1996. Exceptional Children : An Introduction to Special Education. New Jersey : Prentice-Hall Kountur, R. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : Penerbit PPM Mangunsong, dkk. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta : LPSP 3 Universitas Indonesia Mangunsong, F. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus., Jilid Kesatu. Jakarta : LPSP 3 Universitas Indonesia Wantah, M.J. 2007. Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. hal 1 Martin, C.A., & Colbert, K.K. 1997. Parenting : A Life Span Perspective. New York : McGraw Hill Nazir, Moch. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Partino, H.R., & Idrus, H.M. 2009. Statistik Deskriptif. Yogyakarta : Safirian Insania Press Pearlin, L.A., & Schooler, c. 1987. The Structure of Coping. Journal of Health and Social Behaviour 2, no.19. P : 2-21 Rustiana, H. 2003. Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Perilaku Coping Anak-anak Korban Kerusuhan Maluku Utara. Tazkiya vol.3. No : 1. 46-64 Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA : John Wiley & Sons Sarafino, E.P., & Smith, T.W. 2011. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Seventh Edition. New York : John Wiley & Sons Sekaran, U. 2006. Research Methods for Bussiness Buku 2. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat Somantri, T.S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama Subagyo, P. 2003. Statistik Deskriptif. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sumekar, G. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus (Cara Membantu Mereka Agar Berhasil Dalam Pendidikan Inklusif). Padang : UNP Press
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Sussman, M.B., & Steinmetz, S.K. 1988. Handbook of Marriage and The Family. New York : Plenum Press Taylor, S.E. 2006. Health Psychology. 6th Edition. Amerika Serikat : McGraw Hill Triana, N.Y & Andriany, M. 2010. Stres dan Koping Keluarga Dengan Anak Tunagrahita di SLB C dan SLB C1 Widya Bhakti Semarang. Jurnal. Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Venesia, K.C. 2012. Gambaran Stres dan Coping Pada Ibu yang Memiliki Anak Penyandang Down Syndrome, Studi Kasus Pada SLB Cahaya Jaya. Jurnal. Binus University Wardani, D.S. 2009. Strategi Coping Orang Tua Menghadapi Anak Autis. Jurnal. Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Witt, K. 2005. The Role of Parental Irrationality and Child Autism Characteristic on Parental Stress Level. Journal of Psychology, 1, 1-75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Lampiran 1 Data Karakteristik Responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Jenis_Kelamin Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki
Usia 51-60 tahun 41-50 tahun 61-66 tahun 41-50 tahun 41-50 tahun 41-50 tahun 41-50 tahun 41-50 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-66 tahun 31-40 tahun 31-40 tahun 61-66 tahun 31-40 tahun 31-40 tahun 31-40 tahun 61-66 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 51-60 tahun 41-50 tahun 41-50 tahun 61-66 tahun 31-40 tahun 61-66 tahun 51-60 tahun 51-60 tahun 61-66 tahun 31-40 tahun 31-40 tahun 51-60 tahun 31-40 tahun 31-40 tahun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
39 40 41 42 43 44
Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan
61-66 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 51-60 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Lampiran 2 Skala Strategi Coping Uji Coba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
SKALA PENELITIAN
Nama : Theresia Prajna Paramita NIM
: 089114004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Yogyakarta, Oktober 2014 Dalam rangka memenuhi persyaratan kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka saya melakukan penelitian tugas akhir/skripsi mengenai strategi coping para orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Perkenankan saya memohon ijin terkait dengan penelitian yang saya lakukan. Saya meminta bantuan Anda untuk merelakan waktu dan berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mengisi skala yang saya bagikan. Skala pada penelitian ini terdiri dari beberapa pernyataan. Tidak ada jawaban benar maupun salah, sehingga masing-masing orang dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam menjawab pernyataan-pernyataan tersebut, saya sangat berharap Anda mengisi dengan sebenar-benarnya, apa adanya, dan sejujurjujurnya sesuai dengan keadaan, pikiran, dan perasaan Anda. Data yang Anda berikan sangat dijaga kerahasiaannya. Dalam pengisian skala ini, mohon selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Theresia Prajna Paramita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi kuesioner ini tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya dengan sukarela mengisi kuesioner ini demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah yang disusun. Semua jawaban yang saya berikan mewakili keadaan saya, pikiran saya, dan perasaan yang saya alami dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah meskipun tanpa mencantumkan identitas pribadi saya.
Yogyakarta, Oktober 2014
_____________________ (Nama/Inisial & Tanda Tangan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Nama/Inisial
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
PETUNJUK PENGERJAAN Berikut merupakan 43 pernyataan mengenai strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Bacalah setiap pernyataan dan Anda diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan keadaan pribadi dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu kotak jawaban. Ada lima alternatif jawaban yang tersedia, yakni: SS
: bila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
S
: bila Anda Setuju dengan pernyataan tersebut
R
: bila Anda merasa Ragu-ragu dengan pernyataan tersebut
TS
: bila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
STS
: bila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut Contoh
No 1
PERNYATAAN Saya merasa percaya diri dengan keadaan saya
SS
S
R
TS X
STS
Ingatlah bahwa tidak ada jawaban benar maupun salah pada skala ini. Saya akan menjamin kerahasiaan data dan pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri, pikiran, dan perasaan Anda. Selamat Mengerjakan & Terimakasih atas Partisipasi Anda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
No Pernyataan SS 1 Saya tidak mendapatkan hikmah melalui anak saya 2 Saya merasa kelainan yang dialami anak saya adalah kesalahan saya 3 Saya selalu ingin tahu semua hal yang berkaitan dengan perkembangan anak saya 4 Terkadang saya berangan-angan berada di situasi yang menyenangkakn dan jauh dari kewajiban sebagai orang tua dengan anak tunagrahita 5 Banyak hal-hal positif yang saya alami dalam hidup saya sejak saya dianugerahi anak tunagrahita 6 Saya meminta pendapat dan nasihat ketika saya merasa bingung atau sedih 7 Saya tidak mencari penyebab dan solusi mengenai anak tunagrahita karena terlalu merepotkan 8 Saya mengevaluasi beberapa strategi yang pernah dilakukan oleh orang lain dan memilih yang tepat untuk anak saya 9 Saya langsung mencari sekolah yang bagus untuk anak saya 10 Saya tidak ingin orang lain tahu mengenai kecemasan saya terkait perkembangan anak saya 11 Saya mengambil keputusan secara tergesa-gesa mengenai keperluan anak saya 12 Saya bersikap biasa saja dengan keadaan yang saya alami 13 Saya tidak ingin terlalu banyak memikirkan halhal terkait perkembangan anak saya 14 Saya tidak menyalahkan diri ketika anak saya tidak menunjukkan perkembangan yang baik 15 Saya menjadi orang tua yang luar biasa bagi anak saya 16 Saya kecewa pada diri saya sendiri ketika tidak terjadi perkembangan pada anak saya 17 Bagi saya, kelainan yang dialami anak saya bukan hal sepele 18 Saya sering menghibur diri dengan membayangkan hal-hal menyenangkan ketika saya merasa lelah dengan kewajiban saya sebagai orang tua dengan anak tunagrahita
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
34
35
36
37 38
Saya tidak terpikir beberapa alternatif mengenai pola asuh dan sekolah bagi anak saya Saya menyusun segala keperluan yang tepat bagi perkembangan anak saya Saya tidak memerlukan pendapat orang lain terkait perkembangan anak saya Saya mencari informasi melalui dokter atau psikolog mengenai anak tunagrahita Saya tidak merasakan hal-hal positif dalam hidup saya sejak memiliki anak tunagrahita Menurut saya, kelainan yang dialami anak saya bukan kesalahan saya saja Saya tidak ingin terlalu banyak terlibat mendidik dan mengasuh anak saya Saya tidak pernah berharap orang lain yang mendidik dan mengasuh anak saya Saya meminta pendapat kepada orang terdekat mengenai anak saya yang tunagrahita Saya tidak menyusun secara rinci mengenai keperluan bagi perkembangan anak saya Saya mencoba memberi pola asuh bagi anak saya menurut pengetahuan saya saja Saya tidak mencari informasi melalui dokter atau psikolog Saya merasa tidak mampu merawat anak saya yang tunagrahita Saya meragukan kemampuan saya mendidik dan mengasuh anak saya Saya selalu ingin menceritakan mengenai perkembangan yang dialami anak saya pada teman-teman saya Terkadang saya berkhayal seandainya anak saya tidak mengalami kelainan mental dan semuanya akan terasa lebih mudah Saya tidak meminta pendapat orang lain karena saya punya cara sendiri dalam mengasuh anak saya Saya mencari penyebab dan solusi mengenai anak tunagrahita untuk mempermudah mendidik dan mengasuh anak saya Saya tidak meminta pendapat para ahli seperti dokter atau psikolog Saya menampung segala informasi mengenai anak tunagrahita karena penting bagi saya mengetahui semua hal tentang anak tunagrahita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
39 40 41 42
43
44 45
46
47 48
49 50 51
52 53
54
55
56
Saya mendapatkan hikmah melalui anak saya Saya yakin mampu mendidik dan mengasuh anak saya Menurut saya, kelainan yang dialami anak saya bukanlah masalah yang berat Saya tidak pernah menghayalkan berada pada situasi yang menyenangkan karena menurut saya itu tidak membantu menyelesaikan masalah Saya memikirkan beberapa alternative mengenai pola asuh dan sekolah bagi anak saya Saya pusatkan perhatian hanya untuk perkembangan anak saya Setiap kali saya meraasa lelah dengan keadaan saya, saya meminta bantuan keluarga dalam mengasuh anak saya Karena keterbatasan pengetahuan mengenai internet, saya tidak mencari informasi melalui internet Saya belum menjadi orang tua yang luar biasa bagi anak saya Saya berharap ada orang lain yang menggantikan saya sebagai orang tua dengan anak tunagrahita Saya selalu ingin terlibat dalam mengasuh dan mendidik anak saya Saya merasakan kecemasan yang tinggi karena takut tidak mampu menjadi orang tua yang baik Saya sering curhat kepada teman untuk mendapatkan dukungan terkait perkembangan anak saya Saya sempat berpikir untuk tidak menyekolah anak saya Saya mempertimbangkan dengan matang segala keperluan demi perkembangan anak saya yang tunagrahita Saya tidak pernah menghibur diri dengan membayangkan hal-hal menyenangkan walaupun saya merasa lelah Saya mensyukuri setiap anugerah yang diberikan Tuhan, termasuk anak tunagrahita yang dititipkan pada saya Saya yakin mampu menjadi orang tua yang baik bagi anak saya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
57
58 59
60
61 62 63 64 65 66
Saya tidak mau membicarakan mengenai perkembangan yang telah dialami anak saya ketika berkumpul dengan teman-teman saya Saya berhati-hati dalam mengambil keputusan mengenai alternatif yang tepat bagi anak saya Saya merasa bosan karena harus memusatkan perhatian hanya untuk anak saya yang tunagrahita Saya tidak membiarkan orang lain terlalu banyak ikut campur dalam mendidik dan mengasuh anak saya Saya tidak mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan orang lain Saya merasa tidak cukup kuat dan tegar sebagai orang tua dengan anak tunagrahita Saya mencari informasi melalui internet mengenai anak tunagrahita Saya menjadi orang yang kuat dan tegar karena dianugerahi anak tunagrahita Saya meminta pendapat para ahli seperti dokter atau psikolog Menurut saya, semua hal yang berkaitan dengan anak tunagrahita adalah tidak penting Terimakasih atas partisipasi Anda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Lampiran 3 Skala Strategi Coping Setelah Uji Coba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
SKALA PENELITIAN
Nama : Theresia Prajna Paramita NIM
: 089114004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Yogyakarta, Oktober 2014 Dalam rangka memenuhi persyaratan kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka saya melakukan penelitian tugas akhir/skripsi mengenai strategi coping para orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Perkenankan saya memohon ijin terkait dengan penelitian yang saya lakukan. Saya meminta bantuan Anda untuk merelakan waktu dan berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mengisi skala yang saya bagikan. Skala pada penelitian ini terdiri dari beberapa pernyataan. Tidak ada jawaban benar maupun salah, sehingga masing-masing orang dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam menjawab pernyataan-pernyataan tersebut, saya sangat berharap Anda mengisi dengan sebenar-benarnya, apa adanya, dan sejujurjujurnya sesuai dengan keadaan, pikiran, dan perasaan Anda. Data yang Anda berikan sangat dijaga kerahasiaannya. Dalam pengisian skala ini, mohon selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Theresia Prajna Paramita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi kuesioner ini tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya dengan sukarela mengisi kuesioner ini demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah yang disusun. Semua jawaban yang saya berikan mewakili keadaan saya, pikiran saya, dan perasaan yang saya alami dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian ilmiah meskipun tanpa mencantumkan identitas pribadi saya.
Yogyakarta, Oktober 2014
_____________________ (Nama/Inisial & Tanda Tangan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Nama/Inisial
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
PETUNJUK PENGERJAAN Berikut merupakan 43 pernyataan mengenai strategi coping orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Bacalah setiap pernyataan dan Anda diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan keadaan pribadi dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu kotak jawaban. Ada lima alternatif jawaban yang tersedia, yakni: SS
: bila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
S
: bila Anda Setuju dengan pernyataan tersebut
R
: bila Anda merasa Ragu-ragu dengan pernyataan tersebut
TS
: bila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
STS
: bila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut Contoh
No 1
PERNYATAAN Saya merasa percaya diri dengan keadaan saya
SS
S
R
TS X
STS
Ingatlah bahwa tidak ada jawaban benar maupun salah pada skala ini. Saya akan menjamin kerahasiaan data dan pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri, pikiran, dan perasaan Anda. Selamat Mengerjakan & Terimakasih atas Partisipasi Anda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
No Pernyataan SS 1 Saya tidak mendapatkan hikmah melalui anak saya 2 Saya merasa kelainan yang dialami anak saya adalah kesalahan saya 3 Saya selalu ingin tahu semua hal yang berkaitan dengan perkembangan anak saya 4 Banyak hal-hal positif yang saya alami dalam hidup saya sejak saya dianugerahi anak tunagrahita 5 Saya meminta pendapat dan nasihat ketika saya merasa bingung atau sedih 6 Saya tidak mencari penyebab dan solusi mengenai anak tunagrahita karena terlalu merepotkan 7 Saya mengevaluasi beberapa strategi yang pernah dilakukan oleh orang lain dan memilih yang tepat untuk anak saya 8 Saya langsung mencari sekolah yang bagus untuk anak saya 9 Saya tidak ingin orang lain tahu mengenai kecemasan saya terkait perkembangan anak saya 10 Saya bersikap biasa saja dengan keadaan yang saya alami 11 Saya tidak ingin terlalu banyak memikirkan halhal terkait perkembangan anak saya 12 Saya tidak menyalahkan diri ketika anak saya tidak menunjukkan perkembangan yang baik 13 Saya menjadi orang tua yang luar biasa bagi anak saya 14 Saya kecewa pada diri saya sendiri ketika tidak terjadi perkembangan pada anak saya 15 Bagi saya, kelainan yang dialami anak saya bukan hal sepele 16 Saya tidak terpikir beberapa alternatif mengenai pola asuh dan sekolah bagi anak saya 17 Saya menyusun segala keperluan yang tepat bagi perkembangan anak saya 18 Saya tidak memerlukan pendapat orang lain terkait perkembangan anak saya 19 Saya mencari informasi melalui dokter atau psikolog mengenai anak tunagrahita 20 Saya tidak merasakan hal-hal positif dalam hidup saya sejak memiliki anak tunagrahita
S
R
TS
STS
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
21 22 23 24 25 26 27 28
29
30
31
32
33 34 35
36
37 38
39
Menurut saya, kelainan yang dialami anak saya bukan kesalahan saya saja Saya tidak pernah berharap orang lain yang mendidik dan mengasuh anak saya Saya meminta pendapat kepada orang terdekat mengenai anak saya yang tunagrahita Saya mencoba memberi pola asuh bagi anak saya menurut pengetahuan saya saja Saya tidak mencari informasi melalui dokter atau psikolog Saya merasa tidak mampu merawat anak saya yang tunagrahita Saya meragukan kemampuan saya mendidik dan mengasuh anak saya Saya selalu ingin menceritakan mengenai perkembangan yang dialami anak saya pada teman-teman saya Terkadang saya berkhayal seandainya anak saya tidak mengalami kelainan mental dan semuanya akan terasa lebih mudah Saya tidak meminta pendapat orang lain karena saya punya cara sendiri dalam mengasuh anak saya Saya mencari penyebab dan solusi mengenai anak tunagrahita untuk mempermudah mendidik dan mengasuh anak saya Saya menampung segala informasi mengenai anak tunagrahita karena penting bagi saya mengetahui semua hal tentang anak tunagrahita Saya mendapatkan hikmah melalui anak saya Menurut saya, kelainan yang dialami anak saya bukanlah masalah yang berat Saya tidak pernah menghayalkan berada pada situasi yang menyenangkan karena menurut saya itu tidak membantu menyelesaikan masalah Saya memikirkan beberapa alternative mengenai pola asuh dan sekolah bagi anak saya Saya pusatkan perhatian hanya untuk perkembangan anak saya Setiap kali saya meraasa lelah dengan keadaan saya, saya meminta bantuan keluarga dalam mengasuh anak saya Karena keterbatasan pengetahuan mengenai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
40 41
42 43 44
45 46
47 48
49 50
51
52 53 54 55 56
internet, saya tidak mencari informasi melalui internet Saya belum menjadi orang tua yang luar biasa bagi anak saya Saya berharap ada orang lain yang menggantikan saya sebagai orang tua dengan anak tunagrahita Saya selalu ingin terlibat dalam mengasuh dan mendidik anak saya Saya merasakan kecemasan yang tinggi karena takut tidak mampu menjadi orang tua yang baik Saya sering curhat kepada teman untuk mendapatkan dukungan terkait perkembangan anak saya Saya sempat berpikir untuk tidak menyekolah anak saya Saya mensyukuri setiap anugerah yang diberikan Tuhan, termasuk anak tunagrahita yang dititipkan pada saya Saya yakin mampu menjadi orang tua yang baik bagi anak saya Saya tidak mau membicarakan mengenai perkembangan yang telah dialami anak saya ketika berkumpul dengan teman-teman saya Saya berhati-hati dalam mengambil keputusan mengenai alternatif yang tepat bagi anak saya Saya merasa bosan karena harus memusatkan perhatian hanya untuk anak saya yang tunagrahita Saya tidak membiarkan orang lain terlalu banyak ikut campur dalam mendidik dan mengasuh anak saya Saya tidak mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan orang lain Saya mencari informasi melalui internet mengenai anak tunagrahita Saya menjadi orang yang kuat dan tegar karena dianugerahi anak tunagrahita Saya meminta pendapat para ahli seperti dokter atau psikolog Menurut saya, semua hal yang berkaitan dengan anak tunagrahita adalah tidak penting Terimakasih atas partisipasi Anda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
Lampiran 4 Tabulasi Skor Skala Strategi Coping Uji Coba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 4 4 5 3 4 4 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 2 3 3 4 3 1 1 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 2 3 2 1 3 3 3 5 4 2 2 2 5 3 2 2 2 2 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 5 3 4 2 3 2 4 3 3 3 3 5 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 5 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 3 4 5 4 4 5 2 4 3 4 4 5 5 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 1 4 4 4 4 3 4 5 4 5 3 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 2 5 5 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 4 5 5 5 5 4 3 4 5 4 3 4 5 3 4 2 3 4 3 3 5 5 4 5 3 2 3 3 2 2 5 4 5 2 5 5 5 5 5 3 4 5 5 3 4 5 5 5 5 5 3 5 3 3 5 3 4 3 4 4 2 2 2 3 3 2 2 4 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 5 5 5 4 4 5 4 4 4 3 1 1 3 3 3 2 2 4 4 4 5 5 3 2 4 3 4 5 4 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3 2 2 5 3 5 4 5 4 3 2 3 3 1 3 3 3 5 5 5 3 3 4 4 5 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 5 5 3 3 5 4 4 4 5 2 3 3 4 4 3 3 3 2 5 3 4 5 5 3 5 4 3 4 2 2 2 2 2 4 3 4 4 5 1 4 5 5 5 3 4 3 4 5 5 4 5 2 4 5 3 2 2 4 3 4 4 2 3 3 5 2 2 2 2 4 3 3 5 5 3 5 5 5 3 3 4 2 5 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 2 4 2 3 4 3 3 5 5 4 3 5 5 4 4 4 5 5 3 3 2 4 2 5 2 3 3 2 2 5 3 5 4 3 2 2 3 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 2 2 2 3 3 2 4 3 3 5 4 4 5 5 4 4 2 2 2 4 3 5 4 5 3 4 3 2 4 5 5 5 4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 4 5 5 5 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 2 5 5 4 3 4 5 4 5 4 3 5 4 5 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 4 5 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 2 2 3 5 4 3 2 5 4 5 4 2 3 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 2 5 5 3 4 4 2 4 5 4 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 1 2 5 2 3 4 2 3 3 4 4 4 5 4 4 4 5 3 4 3 5 4 2 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 5 3 4 5 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 5 5 3 3 3 3 4 4 5 3 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 3 5 4 4 4 3 4 3 3 4 2 2 2 3 5 2 2 4 2 3 3 5 5 5 5 4 4 3 5 4 1 2 3 2 2 2 3 2 4 5 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 3 2 4 3 2 2 3 2 4 3 2 1 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 5 3 5 2 4 4 4 4 3 3 3 2 5 3 3 2 3 5 5 3 5 4 4 5 5 4 4 5 4 3 5 5 4 3 4 4 5 3 3 4 5 4 5 4 3 4 3 3 2 3 3 2 2 2 2 5 2 3 3 3 2 3 3 4 4 2 4 5 3 4 3 3 4 2 2 2 4 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 4 4 3 5 3 4 5 4 4 4 3 5 3 5 5 4 5 5 4 4 4 5 3 2 5 4 3 2 3 4 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 3 3 2 4 5 4 3 3 4 3 5 3 3 2 3 2 3 2 2 1 5 5 5 5 3 3 3 3 4 3 3 3 1 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 5 3 5 4 3 4 3 4 3 2 5 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 2 2 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 5 4 3 3 1 5 3 3 4 4 3 3 3 3 5 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 2 5 3 2 4 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 3 4 3 4 5 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 5 3 2 2 3 2 4 3 3 3 2 2 2 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 1 2 3 2 5 5 5 3 5 4 4 4 3 2 4 5 5 5 2 5 5 4 5 5 3 5 5 4 5 5 2 4 5 5 4 4 5 4 5 5 1 2 2 3 2 2 3 3 2 4 2 1 4 2 3 4 4 3 4 4 5 3 2 2 3 4 4 4 4 3 2 2 2 2 4 3 4 5 4 4 4 4 5 5 5 2 5 5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 4 5 4 4 4 5 5 3 4 3 5 5 3 2 3 2 2 2 2 4 3 3 4 3 5 4 5 4 4 3 3 3 4 5 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 5 3 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 3 4 5 5 5 3 3 4 3 3 4 5 3 3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Item 41 3 3 3 5 3 3 3 3 4 1 5
Item 42 3 4 2 5 5 2 3 5 5 5 5
Item 43 3 3 4 3 3 3 3 1 4 5 4
3 2 3 2 3 4 3 3 3 5
3 2 5 2 2 3 5 4 5 3
3 3 3 3 5 3 3 3 3 5
3 5 3
2 5 5
5 4 4
3 5 5 3 3 4 3
4 5 5 5 2 3 5
2 4 5 3 3 4 4
2 5
2 5
4 4
4 5
2 3 4 5
0
1
Item Item Item Item Item Item Item Item Item 44 45 46 47 48 49 50 51 52 3 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 5 2 3 3 5 5 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 5 4 4 3 3 4 4 2 5 4 2 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 2 2 3 3 3 2 4 5 4 4 3 2 4 3 4 3 5 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 5 4 3 5 3 3 4 3 3 5 5 3 3 4 3 3 3 3 5 3 5 2 5 4 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 2 4 2 4 3 4 2 2 3 4 5 4 3 5 2 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 2 4 5 4 3 4 4 3 3 4 2 2 3 4 2 2 2 5 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 5 4 4 5 5 3 5 4 4 5 5 5 4 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 3 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 3 4 5 4 3 4 3 2 3 2 3 1 2 2 3 3 4 4 3 3 3 4 5 4 5 4 4 3 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 2 3 4 5 3 3 4 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 3 2 5 4 4 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
Item 53 3 3 4 3 5 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 5 4 2 3 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 4 5 3 3 4 3 3 4 4 2 3 2 3 4 5 5 5 3 4 5 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 3 2 4 4 3 3 4 2 3 5 4 4 3 2 2 2 3 2 3 2 4 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 1 5 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 5 3 3 4 4 4 5 3 5 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 5 4 3 3 3 5 4 3 4 4 3 4 2 3 5 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 5 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 5 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 5 2 4 2 2 2 2 4 3 4 5 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 1 4 2 3 2 3 2 2 3 2 3 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 1 2 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 2 5 4 4 4 4 2 2 2 2 3 2 5 3 3 4 2 2 3 4 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 3 5 3 4 3 3 3 4 3 4 5 5 3 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 5 5 2 5 5 5 3 4 5 3 4 5 4 4 4 5 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 4 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 5 3 5 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 5 5 2 5 3 3 4 4 4 4 3 4 5 3 3 4 5 4 5 4 5 2 5 5 5 4 3 3 3 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
JML 227 225 233 236 226 186 221 226 243 235 228 236 203 232 236 171 261 210 225 286 294 177 229 241 231 292 297 263 175 213 239 195 268 292 251
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
35 0 35
% 100,0 ,0 100,0
a. Listwise deletion based on all v ariables in the procedure. Reliabi lity Statisti cs Cronbach's Alpha ,954
N of Items 66 Item-Total Statistics
Butir1 Butir2 Butir3 Butir4 Butir5 Butir6 Butir7 Butir8 Butir9 Butir10 Butir11 Butir12 Butir13 Butir14 Butir15 Butir16 Butir17 Butir18 Butir19 Butir20 Butir21 Butir22 Butir23 Butir24 Butir25
Scale Mean if Item Deleted 230,5714 230,7714 230,8571 231,1143 230,9429 230,7429 230,9714 230,8857 230,9429 231,1714 230,6000 231,0000 230,6000 231,0857 230,2571 230,6286 230,5429 230,9429 230,8286 230,4286 230,8571 230,6571 230,8286 230,7429 230,6000
Scale Variance if Item Deleted 1062,193 1054,417 1051,655 1090,987 1053,173 1052,903 1057,499 1059,575 1048,997 1056,793 1088,247 1067,176 1054,306 1056,139 1065,667 1057,064 1064,844 1091,408 1056,323 1058,017 1062,185 1061,114 1054,264 1051,079 1096,247
Corrected Item-Tot al Correlation ,639 ,586 ,578 ,066 ,639 ,628 ,541 ,538 ,576 ,503 ,078 ,471 ,574 ,492 ,502 ,561 ,568 ,056 ,556 ,588 ,514 ,511 ,571 ,590 -,018
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,953 ,953 ,953 ,955 ,953 ,953 ,954 ,954 ,953 ,954 ,956 ,954 ,953 ,954 ,954 ,953 ,954 ,955 ,953 ,953 ,954 ,954 ,953 ,953 ,955
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
Item-Total Statistics
Butir26 Butir27 Butir28 Butir29 Butir30 Butir31 Butir32 Butir33 Butir34 Butir35 Butir36 Butir37 Butir38 Butir39 Butir40 Butir41 Butir42 Butir43 Butir44 Butir45 Butir46 Butir47 Butir48 Butir49 Butir50
Scale Mean if Item Deleted 230,8571 231,0000 230,8571 230,6000 230,6571 231,0000 230,6857 230,9143 230,6286 230,8857 231,0000 231,0000 230,9429 231,1714 230,8000 230,9714 230,5143 230,8857 230,7143 230,7714 230,7429 230,9429 230,8286 231,0286 230,7143
Scale Variance if Item Deleted 1062,303 1057,000 1093,479 1047,541 1068,644 1059,294 1056,575 1053,904 1057,240 1059,516 1060,882 1084,000 1052,526 1042,264 1084,694 1063,911 1052,316 1085,281 1062,798 1064,417 1061,903 1055,467 1063,911 1059,029 1064,387
Corrected Item-Tot al Correlation ,548 ,583 ,034 ,598 ,546 ,531 ,595 ,646 ,558 ,595 ,456 ,173 ,542 ,701 ,141 ,474 ,513 ,157 ,511 ,516 ,541 ,643 ,542 ,592 ,470
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,954 ,953 ,955 ,953 ,954 ,954 ,953 ,953 ,953 ,953 ,954 ,955 ,954 ,953 ,955 ,954 ,954 ,955 ,954 ,954 ,954 ,953 ,954 ,953 ,954
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
Item-Total Statistics
Butir51 Butir52 Butir53 Butir54 Butir55 Butir56 Butir57 Butir58 Butir59 Butir60 Butir61 Butir62 Butir63 Butir64 Butir65 Butir66
Scale Mean if Item Deleted 230,8857 230,8857 230,5429 230,7429 231,0000 230,9714 231,0000 230,6571 230,5429 230,7143 230,8857 231,2286 230,9143 230,7429 230,8857 230,8571
Scale Variance if Item Deleted 1055,575 1069,634 1068,491 1094,667 1065,765 1069,911 1051,647 1062,232 1067,491 1059,798 1062,869 1096,005 1054,904 1064,020 1060,457 1061,067
Corrected Item-Tot al Correlation ,566 ,480 ,524 ,022 ,514 ,479 ,647 ,480 ,544 ,579 ,473 -,014 ,611 ,525 ,627 ,531
Cronbach's Alpha if Item Delet ed ,953 ,954 ,954 ,955 ,954 ,954 ,953 ,954 ,954 ,953 ,954 ,956 ,953 ,954 ,953 ,954
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
Lampiran 6 Hasil Uji Deskriptif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
Frequencies Statistics
N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Dev iat ion Minimum Maximum
Planf ull_ Problem_ Solv ing Direct_Action 44 44 0 0 32,4318 27,1136 33,0000 27,0000 31,00a 25,00 3,34384 3,62944 23,00 18,00 39,00 34,00
Assistance_ Seeking 44 0 26,5227 26,0000 26,00 3,11402 20,00 34,00
Inf ormation_ Seeking 44 0 24,8636 24,0000 23,00 2,96954 20,00 30,00
a. Mult iple modes exist. The smallest v alue is shown
Statistics
N
Valid Missing
Mean Median Mode St d. Dev iation Minimum Maximum
Av oidance 44 0 20,1818 20,0000 20,00a 2,50834 14,00 25,00
Denial Self _crit icsm 44 44 0 0 26,1591 27,5000 27,0000 27,5000 a 26,00 26,00 3,58254 3,34455 17,00 19,00 32,00 34,00
Possitiv e_ Reappraisal 44 0 34,9318 35,0000 39,00 3,83617 26,00 41,00
a. Mult iple modes exist. The smallest v alue is shown
Statistics
N
Valid Missing
Mean Median Mode St d. Dev iation Minimum Maximum
Problem_ Focused_ Coping 44 0 114,2045 114,0000 124,00 9,87734 93,00 133,00
Emot ion_ Focused_ Coping 44 0 112,2273 113,5000 107,00a 10,44112 89,00 131,00
a. Multiple modes exist. The smallest v alue is shown
St rategi_ Coping 44 0 226,4318 226,5000 236,00 19,12553 183,00 262,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
Lampiran 7 Hasil Uji Karakteristik Responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Frequencies Jenis_Kelami n
Valid
Laki-laki Perempuan Total
Frequency 14 30 44
Percent 31,8 68,2 100,0
Valid Percent 31,8 68,2 100,0
Cumulativ e Percent 31,8 100,0
Usia
Valid
31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-66 tahun Total
Frequency 13 14 9 8 44
Percent 29,5 31,8 20,5 18,2 100,0
Valid Percent 29,5 31,8 20,5 18,2 100,0
Cumulativ e Percent 29,5 61,4 81,8 100,0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
Lampiran 8 Hasil Persentase Penggunaan Strategi Coping
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Frequencies Strategi_Coping
Valid
Problem f ocused coping Emot ion f ocused coping Total
Frequency 29 15 44
Percent 65,9 34,1 100,0
Valid Percent 65,9 34,1 100,0
Cumulativ e Percent 65,9 100,0