PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KESANTUNAN BERBAHASA ANAK REMAJA DENGAN ORANGTUA DI PERUMAHAN GRIYA TAMANSARI II
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh : Ika Bonieta Kusumaningtyas 101224012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
KESANTUNAN BERBAHASA ANAK REMAJA DENGAN ORANGTUA DI PERUMAHAN GRIYA TAMANSARI II
Oleh : Ika Bonieta Kusumaningtyas 101224012
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
Tanggal, 21 April 2015
Pembimbing II
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI KESANTUNAN BERBAHASA ANAK REMAJA DENGAN ORANGTUA DI PERUMAHAN GRIYA TAMANSARI II
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Ika Bonieta Kusumaningtyas NIM : 101224012
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 4 April 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan panitia penguji Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
........................
Sekretaris
: Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
........................
Anggota
: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
........................
Anggota
: Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
........................
Anggota
: Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
........................
Yogyakarta, 4 April 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,
Rohandi, Ph.D. iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Mei 2015
Ika Bonieta Kusumaningtyas
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Ika Bonieta Kusumaningtyas
Nomor Mahasiswa
: 101224012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :
KESANTUNAN BERBAHASA ANAK REMAJA DENGAN ORANGTUA DI PERUMAHAN GRIYA TAMANSARI II Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa peru meminta izin dari saya maupun royalti pada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dilihat di Yogyakarta Pada tanggal : 21 April 2015 Yang menyatakan,
(Ika Bonieta Kusumaningtyas)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Jika pikiran saya bisa membayangkannya, hati saya bisa meyakininya, saya tahu saya akan mampu menggapainya. [Jesse Jackson]
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan untuk mama dan papaku yang tak pernah menyerah.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Kusumaningtyas, Ika Bonieta. 2015. Kesantunan Berbahasa Anak Remaja dengan Orang Tua di Perumahan Griya Tamansari II. Skripsi yang berjudul Kesantunan berbahasa Anak Remaja Dengan Orang Tua di Perumahan Griya Tamansari II ini merupakan kajian pada tuturan yang digunakan oleh anak usia remaja. Kesantunan berbahasa merupakan perangkat yang digunakan penutur agar tuturannya tidak menyinggung mitra tutur. Dengan menggunakan bahasa yang santun, penutur dapat menjaga hubungan interpersonal dengan mitra tutur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tuturan yang tidak santun, bentuk-bentuk tuturan yang santun, penanda kesantunan berbahasa, dan maksud kesantunan berbahasa. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa anak usia remaja. Data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang diucapkan anak remaja dalam kegiatan sehari-hari di rumah dengan orang tuanya. Dengan demikian, subjek penelitian ini adalah anak usia remaja. Pengumpulan data diperoleh dengan metode sadap rekam. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan kaidah-kaidah kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Grice, Geoffrey Leech, serta Brown dan Levinson. Peneliti menemukan bahwa sebagian tuturan usia remaja belum menggunakan bahasa yang santun. Hal ini disebabkan karena penutur melanggar kaidah-kaidah kesantunan berbahasa. Anak usia remaja melakukan pelanggaran pada maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim cara. Anak usia remaja juga melakukan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech. Pelanggaran yang dilakukan adalah pelanggaran maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan atau maksim kecocokan, dan maksim simpati. Pelanggaran yang paling terakhir adalah pelanggaran konsep muka positif. Dari tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemukan bentuk-bentuk tuturan yang santun kemudian menemukan penanda kesantunan anak usia remaja dan juga menemukan maksud dari pembicaraan anak usia remaja dalam kesantunan berbahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana kepada penutur Bahasa Indonesia tentang kaidah-kaidah tuturan yang santun. Selanjutnya, penutur dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan bertutur sehari-hari.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Kusumaningtyas, Ika Bonieta. 2015. The Politeness of Using Language by Teenagers Speaking in Perum Griya Tamansari II. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. This study entitled the politeness of using language by teenagers speaking in Perum Griya Tamansari II was an observation on conversations done by teenagers. The politeness of using languages was a system of communication used by the speakers to respect the interlocutors. By using the polite language, the speakers could kindly keep interpersonal relationship with the interlocutors. This study was aimed to represent kinds of impolite conversations, kinds of polite conversations, signs of politeness using language, and the intension of using polite language. Moreover, this study was indeed aimed to describe the politeness of using languages by teenagers. The data of this study was conversation done by the teenagers speaking to their parents through their daily activities. Therefore, the subjects involved in this study were the teenagers. The researcher carried out recording method to collect the data. The data was analyzed using norms of language politeness by Grice, Geoffrey Leech and Brown and Levinson. The result of this study revealed that some conversations done by teenagers had not consisted of polite languages since the teenagers against the rules of language politeness. The teenagers disobeyed the rules of language politeness especially on the quantity maxim, relevance maxim, and manner maxim. Furthermore, the teenagers against the principle of politeness of using language proposed by Leech. The infractions were on reception maxim, humbleness maxim, compatibility maxim, and sympathy maxim. The primary finaly was on the good expression. From the analyzed conversations, the researcher discovered kinds of polite conversations, signs of teenagers’ politeness, and the intension of teenagers’ conversation on using polite language. This study was extremely expected to provide good expressions for those speaking Indonesian. Afterwards, the speakers could simply apply the expressions to their daily activities.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus, dan Bunda Maria atas berlimpah karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kesantunan Berbahasa Anak Remaja dengan Orangtua di Perumahan Griya Tamansari II”. Penyusunan penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan perhatian, arahan, pendapat, dan dorongan agar skripsi ini selesai. 2. Dr. R Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah membantu saya untuk membetulkan dan memberikan pendapat agar skripsi ini lebih baik. 3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. yang telah menguji saya saat ujian pendadaran dan terimakasih atas segala macam masukkan agar skripsi saya menjadi lebih baik dari sebelumnya 4. Dr. Y Karmin yang telah membantu saya menjadi trianggulator dari data yang telah saya buat. 5. Seluruh dosen di PBSI : Dr. Yuliana setiyaningsih, M.Pd., Drs. G. Sukadi, J. Prapta Diharja, M.Hum., Alm. Dr. A. M. Slamet Soewandi,M.Pd., Y. F. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd, L. Rishe Purnama Dewi, S.Pd, M.Hum. dan Drs. P. Haryanto, M.Pd. 6. Staf sekretariat Robertus Marsidiq yang telah membantu dalam hal menyiapkan segala keperluan skripsi sampai selesai. 7. Aurelia Suryani Asriningsih yang selalu memberi semangat dari pertama kali diberi nafas kehidupan dan dengan penuh sabar mendampingi penulis sampai sekarang. 8. Bonyvasius Kusparjono yang selalu menanyakan kelanjutan skripsi. x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9. Angela Putri Meriyani yang sudah membantu aku dalam mentranslitkan kata-kata bahasa inggris dan merangkaikannya. 10. Rudolf Marsaud Panjaitan yang selalu mendorongku untuk menyelesaikan skripsi dan juga telah meminjamkan hardisk ke laptopku supaya menyala lagi dan menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung untuk kelancaran skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan Penulis, semoga skripsi ini bermanfaat walau sekecil apapun dan bagi siapapun. Penulis juga berharap penelitian ini bukanlah yang terakhir karena tercebur dalam kubangan penelitian begitu mengasyikkan.
Penulis
Ika Bonieta Kusumaningtyas
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................ iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................................................................................................. v MOTTO............................................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... vii ABSTRAK .........................................................................................................viii ABSTRACT....................................................................................................... ix KATA PENGANTA........................................................................................ x DAFTAR ISI..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3 1.3 Tujuan............................................................................................... 3 1.4 Manfaat............................................................................................. 4 1.5 Batasan Istilah................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 9 2.1 Penelitian yang Relevan.................................................................... 9 2.2 Teori-teori Kesantunan Berbahasa.................................................... 10 2.2.1 Prinsip Kesantunan Leech.................................................... 11
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.2 Prinsip Kesantunan Brown dan Levinson............................. 15 2.2.3 Prinsip Kerjasama Greace..................................................... 20 2.3 Konteks..............................................................................................22 2.4 Konsep Pragmatik............................................................................. 24 2.3.1 Tindak Tutur Sebagai Aspek dalam Kesantunan Berbahasa 26 2.3.2 Implikatur Percakapan.......................................................... 28 2.4 Kerangka berpikir.............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 35 3.1 Jenis Penelitian.................................................................................. 35 3.2 Subjek Penelitian............................................................................... 36 3.3 Sumber Data...................................................................................... 37 3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 39 3.5 Instrument penelitian......................................................................... 40 3.6 Teknik Analisis Data......................................................................... 40
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN........................................ 43 4.1 Deskripsi Data................................................................................... 43 4.2 Analisis Data..................................................................................... 45 4.2.1 Manifestasi Kesantunan Berbahasa........................................... 45 4.2.1.1 Bentuk Tuturan yang Tidak Santun..................................... 45 4.2.1.1.1 Pelanggaran Prinsip Kerjasama...................................... 45 4.2.1.1.2 Pelanggaran prinsip kesantunan Berbahasa.................... 51 4.2.1.1.3 Pelanggaran Kesantunan Konsep Muka......................... 60 4.2.1.2 Bentuk Tuturan yang Santun............................................. 62 4.2.2 Penanda Kesantunan Berbahasa................................................ 63 xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.2.1 Penanda Ketidaksantunan Berbahasa.................................. 63 4.2.2.1.1 Penutur Tidak Dapat Mengendalikan Emosi Ketika Bertutur............................................................... 63 4.2.2.1.2 Penutur Memaksakan Pendapatnya................................ 64 4.2.2.1.3 Penutur Memojokkan Mitra Tutur.................................. 65 4.2.2.2 Penanda Tuturan yang Santun................................................ 66 4.2.2.2.1 Menanggapi Mitra Tutur dengan Positif......................... 67 4.2.2.2.2 Menyampaikan Pendapat dengan Tidak Berbelit-Belit.. 68 4.2.2.2.3 Mengungkapkan Ketidaksetujuan Tanpa Memojokkan Mitra Tutur................................................ 68 4.2.3 Maksud Kesantunan Berbahasa................................................... 69 4.2.3.1 Sikap Kerendahan Hati Penutur............................................. 69 4.2.3.2 Sikap Hormat Penutur Terhadap Mitra Tutur.........................71 4.2.3.3 Menjaga Perasaan Mitra Tutur............................................... 73 4.2.3.4 Mengembangkan Sikap Diri yang Baik..................................75 4.2.3.5 Berhati-hati dalam Pemilihan Kata dan Gerak Tubuh............76 4.3 Pembahasan....................................................................................... 77 4.3.1 Manifestasi Kesantunan Berbahasa............................................. 78 4.3.2 Penanda Kesantunan Berbahasa.................................................. 92 4.3.3 Maksud Kesantunan Berbahasa................................................... 99
BAB V PENUTUP............................................................................................ 110 5.1 Kesimpulan........................................................................................110 5.2 Saran.................................................................................................. 111
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 115
LAMPIRAN 1................................................................................................... 117 LAMPIRAN 2.................................................................................................... 156
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan
identitas masyarakat. Berkomunikasi yang baik adalah berkomunikasi dengan tuturan yang baik dan tidak menyinggung atau membuat rugi orang lain. Salah satu cara berkomunikasi dengan baik yaitu berbahasa yang santun. Ada penutur yang berusaha membangun hubungan sosial itu dengan cara menggunakan kata atau ungkapan yang singkat dan jelas. Ada juga yang menggunakan bentuk panjang, tidak langsung dan terkadang tidak jelas. Kesantunan berbahasa secara tradisional diatur oleh norma-norma dan moralitas masyarakat yang dilaksanakan dalam budaya yang sudah melekat pada masyarakat. Tata krama berbahasa antara yang muda kepada yang lebih tua sudah lama tertanam pada diri masyarakat, namun perlahan mulai sirna karena arus modern. Sehingga kesantunan berbahasa luntur begitu saja seiring berubahnya arus jaman saat ini yang terus masuk dan menarik untuk di teliti. Akhir-akhir ini banyak orang tua yang mengeluhkan tutur bahasa anakanaknya yang sulit dimengerti dan semakin jauh dari kesantunan. Hal ini disebabkan bahasa remaja hasil campur aduk berbagai bahasa dengan berbagai perubahan. Sangat minim kepekaan remaja masa kini terhadap kesantunan
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
berbahasa. Malahan menurut mereka menjadi sesuatu yang tidak ‘gaul’ jika berbahasa sopan terhadap orang yang lebih tua. Hal ini menjadi sangat memprihatinkan bagi orang-orang tua. Bahkan cenderung tidak memiliki kesantunan di dalam setiap bahasa yang mereka lontarkan. Cenderungmereka menyamaratakan bahasa yang digunakan. Tidak melihat siapa yang diajak berbicara, misalnya saja berbicara dengan orang yang lebih tua, bahasa yang mereka gunakan pun tidak sesantun dengan orang yang lebih tua. Terlebih anakanak yang tinggal pada suatu perumahan akan lebih cepat mengikuti gaya bahasa terkeren yang mereka dapat dan mengaplikasikannya ke dalam bahasa sehari-hari. Peneliti mengambil data pada tahun 2014 di bulan Oktober. Melihat kurangnya berbahasa Indonesia dengan santun. Hal seperti itu seharusnya dipahami dan dihayati oleh para guru bahasa Indonesia di sekolah. Guru yang hanya menekankan pentingnya pemakaian bahasa yang baik dan benar tetapi melupakan nilai rasa bahasa yang mampu membentuk budi baik dan pekerti luhur sebaiknya dihindari. Lebih-lebih dalam kondisi seperti sekarang, pengaruh televisi, berita-berita yang menurunkan moral bangsa, sinetron, dan juga siaran televisi lainnya yang mampu membawa dampak buruk dalam berbahasa seperti bahasa yang dikatakan ‘gaul’. Peranan guru bahasa sangat penting dan harus segera mengambil sikap untuk ikut andil mengatasinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah manifestasi kesantunan berbahasa dalam tuturan anak remaja dengan orangtua di Perumahan Griya Tamansari II? 2. Penanda kesantunan apa sajakah dalam tuturan anak remaja dengan orangtua di Perumahan Griya Tamansari II? 3. Bagaimana maksud kesantunan berbahasa anak remaja dengan orangtua di Perumahan Griya Tamansari II? 1.3 Tujuan Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan manifestasi kesantunan berbahasa dalam tuturan anak remaja dengan orangtua di Perumahan Griya Tamansari II. 2. Mendeskripsikan penanda kesantunan berbahasa dalam tuturan anak remaja dengan orangtua di Perumahan Griya Tamansari II. 3. Mendeskripsikan
maksudkesantunanberbahasa
orangtua di Perumahan Griya Tamansari II.
anak
remaja
dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bagi siswa yang masih bersekolah wajib sembilan tahun mampu menggugah hati mereka untuk sadar akan budaya kita Bangsa Indonesia yang selalu menghormati orang yang lebih tua dengan berbahasa yang santun. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu membuat mereka merubah cara berbicara kepada orang tua dengan lebih sopan. 2. Bagi orang tua dapat menyadarkan betapa pentingnya bahasa yang digunakan oleh anak zaman sekarang supaya selalu berbahasa dengan santun. Karena dengan pembiasaan dari orangtua lah mereka akan terbiasa dengan orang lain juga berbicara dengan santun. Diharapkan dapat mempraktekannya untuk kelanjutan berbahasa yang lebih santun dengan memulai dari hal kecil dari anak kepada orangtuanya. 3. Bagi masyarakat luas mampu mengembalikan lagi sopan santun anak-anak muda kepada yang lebih tua dengan berbahasa yang santun. Agar kedepannya anak-anak agar sadar betapa baiknya menggunakan bahasa yang santun kepada orang tuanya. Diharapkan masyarakat juga selalu mengingatkan pada generasi mudanya untuk berbahasa dengan santun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
4. Bagi Guru, penelitian ini memberikan gambaran betapa perlunya pendidikan tidak hanya berdasar pada materi belaka tetapi juga sangat perlu kesopan santunan berbahasa kepada lingkungan. Guru dapat menanamkan kesopan santunan berbahasa kepada orang yang lebih tua saat pelajaran berlangsung supaya terbiasa pada lingkungan sekitar. 1.5 Batasan Istilah 1. Kesantunan berbahasa : ekspresi penutur untuk mengurangi ancaman muka pada mitra tutur. (Brown dan Levinson, 1987) 2. Remaja : berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. (Hurlock, 1992) 3. Orangtua : orang dewasa yang membawa anak kedewasa, terutama dalam masa perkembangan.(Hurlock, 1992) 4. Prinsip kerjasama : prinsip-prinsip yang berlaku dan dihormati oleh penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur dalam konteks tertentu yang memungkinkan suatu penuturan dapat berlangsung wajar dan baik. (Nadar, 1983 : 132)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
5. Kesantunan Positif : kesantunan yang diasosiasikan dengan muka positif mitra tutur, yaitu keinginan agar penutur dihargai dan dipahami keinginannya. (Brown dan Levinson via Nadar, 2009 : 23) 6. Kesantunan Negatif : kesantunan yang diasosiasikan dengan muka negatif mitra tutur, yaitu keinginan agar penutur tidak dilanggar hak-haknya oleh mitra tutur. (Brown dan Levinson via Nadar, 2009 : 23) 7. Maksim kebijaksanaan : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan orang lain. (Leech, 1983 : 206) 8. Maksim kemurahan hati : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk bersikap santun dan baik dalam mengungkapkan perasaannya pada orang lain. (Leech, 1983 : 207) 9. Maksim kerendahan hati : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri dan memaksimalkan ketidakhormatan diri sendiri. (Leech, 1983 : 207) 10. Maksim penerimaan : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan
untuk
meminimalkan
cacian
memaksimalkan pujian. (Leech, 1983 : 207)
di
antara
mereka
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
11. Maksim kesepakatan : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan kesepakatan di antara mereka dan meminimalkan ketidaksepakatan di antara mereka. (Leech, 1983 : 207) 12. Maksim simpati : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan simpati dan meminimalkan anti pati pada mitra tutur. (Leech, 1983 : 207) 13. Maksim kualitas : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk mengatakan sesuatu yang benar dan tidak mengatakan sesuatu yang tidak ada bukti-buktinya secara memadai. (Leech, 1983 : 207) 14. Maksim kuantitas : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk memberikan informasi yang sesuai kebutuhan saja dan tidak memberikan informasi yang berlebihan dalam suatu pertuturan. (Grice via Leech, 1983 : 108) 15. Maksim relevansi : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk menghindari informasi yang tidak relevan dengan topik pertuturan yang sedang berlangsung. (Grice via Yule, 2006 : 62) 16. Maksim cara : maksim yang menggariskan setiap peserta pertuturan untuk menghindari penyampaian informasi yang tidak jelas, membingungkan, berkepanjangan, dan tidak runtut. (Grice via Yule, 2006 : 64)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
17. Konteks : situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. (Mulyana, 2005: 21) 18. Pragmatik : studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasisituasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapadan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat.(Leech 1993:8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan Peneliti menemukan tiga penelitian yang relevan. Aldila Fajri Nur Rahma (2010)
melakukan
Penyimpangan
penelitian
Prinsip
dengan
Kesantunan
judul
“Analisis
Berbahasa
Di
Penggunaan
Terminal
dan
Giwangan
Yogyakarta”. Peneliti melakukan penelitian di bidang pragmatik berupa tuturan lisan yang terjadi di Terminal Giwangan Yogyakarta. Subjek penelitian adalah semua peristiwa berbahasa yang terjadi di Terminal Giwangan Yogyakarta. Hasil penelitiannya berupa deskripsi jenis penyimpangan dan penggunaan prinsip kesantunan dan faktor yang melatar belakangi penyimpangan dan penggunaan prinsip kesantunan berbahasa di Terminal Giwangan Yogyakarta. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Joko Sukoco yang berjudul “Penanda Lingual Kesantunan Berbahasa dalam Bentuk Tuturan Imperatif = Studi Kasus Pemakaian Tuturan Imperaktif di Lingkungan SMU Stella Duce Bantul” dalam penelitian ini, Joko Sukoco membagi tuturan imperatif adalah ungkapan kata tolong, ayo, mari, silakan, dan maaf sebagai bentuk eufimisme bahasa. Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Bea Anggraeni dan Dwi Handayani yang berjudul “Kesantunan Imperatif Dalam Bahasa Jawa Dialek
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Surabaya = Analisis Pragmatik” (2001). Lembaga Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian ini membahas kesantunan imperatif, pemakaian tuturan imperatif Bahasa Indonesia dapat mencakup dua macam perwujudan, yaitu kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik. Kesantunan linguistik dimarkahi panjang-pendek tuturan, urutan tuturan, intonasi tuturan, isyarat-isyarat dan penanda kesatuan. Sedangkan kesantunan pragmatik diwujudkan dalam dua wujud tuturan, yakni tuturan deklaratif bermagna pragmatik imperatif dan tuturan intregratif bermakna pragmatik imperatif. Penelitian ini lebih spesifik mengarah ke ranah sosial jawa, khususnya Surabaya. Ketiga penelitian di atas memiliki kesamaan yaitu meneliti suatu bahasa berdasarkan
tuturan
langsung
dan
dianalisis
berdasarkan
kesantunan
berbahasanya. Bagaimana menggunakan prinsip-prinsip kesantunan berbahasa yang diterapkan dalam masyarakat awam dan penggunaan bahasa yang bertutur imperatif dalam bercakap-cakap bahkan pada penelitian terakhir dikemukakan berdasarkan bahasa daerah yang digunakan dalam penelitiannya. 2.2 Teori-teori Kesantunan Berbahasa Penelitian ini menggunakan tiga teori ahli yang berbicara mengenai kesantunan berbahasa. Teori yang digunakan adalah teori mengenai kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Geofrey Leech, model kesantunan berbahasa menurut Brown Levinson, serta prinsip kerjasama yang dikemukakan oleh Grice. Teori ini akan diintregasikan dan digunakan untuk meneliti tuturan bahasa santun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
yang digunakan siswa usia remaja dalam percakapan sehari-hari. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing teori ahli yang disebutkan di atas. 2.2.1 Prinsip Kesantunan Leech Leech (1983 : 120), mengemukakan prinsip kesantunan tersebut dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan antara makna dan daya. Menurut Leech prinsip kerjasama yang diungkapkan oleh Grice tidak mampu menjelaskan mengapa orang sering cara tidak langsung untuk menyampaikan maksud. Selain itu prinsip kerjasama tidak dapat menjelaskan hubungan antara arti (semantik) dan maksud (situasional) dalam kalimat yang bukan kalimat pernyataan, (Leech,1993 : 121-122). Seseorang penutur seringkali tidak menggunakan tuturan langsung dan lebih memilih untuk mengungkapkan sesuatu secara implisit. Tuturan dengan maksud direktif diungkapkan secara deklaratif sehingga tuturan tersebut tidak terdengar seperti sebuah perintah. Prinsip kesantunan lebih menekankan pada aspek sosial psikologis antara penutur dan mitra tutur. Sebagai contoh pada maksim relevansi, seorang penutur tidak memenuhi maksim tersebut dan justru melanggarnya. Hal ini dilakukan penutur untuk menjaga kesantunan terhadap mitra tuturnya. Contoh : Ibu
: “Tolong ambilkan kucir di atas meja rias”
Rani
: “Maaf, saya sedang mengepel lantai”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Tuturan yang diungkapkan oleh Rani melanggar maksim relevansi karena tanggapan yang diberikan tidak sesuai dengan tuturan ibu. Tuturan “Maaf, saya sedang mengepel lantai” memang tidak ada kaitannya dengan tuturan ibu, namun secara tidak langsung tuturan Rani merupakan sebuah penolakan pada perintah ibu. Rani menolak mengambilkan kucir karena sedang mengepel lantai. Tuturan Rani tersebut lebih santun daripada Rani mengungkapkan penolakan secara langsung dengan mengatakan „tidak‟. Untuk menjaga kesantunan tersebut Leech mengemukakan enam maksim dalam prinsip kesantunan yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan hati, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim simpati. Maksim ini berfungsi untuk menjaga kesantunan sebuah tuturan. Maksim pertama adalah maksim kebijaksanaan. Sebuah tuturan dapat dikatakan memenuhi maksim kebijaksanaan bila tuturan tersebut memberikan keuntungan pada mitra tutur. Dengan mematuhi prinsip kebijaksanaan, penutur dapat menghindari sikap dengki dan kurang santun kepada mitra tutur menurut maksim ini semakin banyak tuturan yang dituturkan maka semakin besar juga keinginan penutur untuk bersikap santun kepada mitra tuturnya. Contohnya ketika sedang naik mobil, seorang bertemu dengan seorang teman yang menunggu bus, sebagai bentuk kesantunan, ia memberi tawaran untuk bersama naik mobil. Tawaran ini merupakan bentuk kepatuhan seorang penutur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
dengan prinsip kebijaksanaan. Dengan memberikan tawaran, penutur berarti ingin memberikan keuntungan kepada mitra tuturnya. Maksim kedua adalah maksim kemurahan hati. Melalui maksim ini, Leech menyarankan agar penutur mengutamakan kepentingan mitra tuturnya. Dengan memberikan tawaran,penutur berarti ingin memberikan keuntungan kepada mitra tuturnya. Mendahulukan kepentingan mitra tutur dan bersikap murah hati, penutur akan dianggap sebagai orang yang santun. Denagn memberikan tawaran untuk memboncengkan, penutur pada contoh diatas juga bisa dikatakan mematuhi maksim kemurahan hati. Tuturan “Ayo, bareng aku pulangnya..” sebagai bentuk kesantunan penutur kepada mitra tuturnya. Dengan memberikan tawaran untuk memboncengkan berarti mengutamakan kepentingan mitra tuturnya dan memberikan keuntungan orang lain. Mitra tutur akan senang bila mendapatkan sebuah pujian dari pada sebuah penghinaan. Oleh karena itu, penutur disarankan untuk memberikan pujian kepada mitra tuturnya. Dengan memaksimalkan pujian dan penghormatan kepada orang lain, penutur mematuhi maksim penerimaan. Sebagai contoh tuturan berikut : A
: “kemarin nilai ujian tengah semester Bahasa Indonesia ku dapat nilai seratus lho.
B
: “wah, padahal aku merasa kesulitan waktu mengerjakannya, kamu hebat ya.”
C
: “Ah, Cuma gitu aja, aku juga bisa.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Tuturan B adalah tuturan yang mematuhi maksim penerimaan karena B memberikan pujian kepada A sedangkan tuturan C melanggar maksim penerimaan, karena C tidak berusaha memaksimalkan pujian terhadap lawan tuturnya. C justru terkesan meremehkan A karena C pun merasa ia bisa mendapatkan nilai yang sama seperti A. Berbeda dengan maksim penerimaan yang berpusat kepada orang lain, maksim kerendahan hati lebih berpusat pada diri sendiri. Maksim ini mewajibkan penutur untuk meminimalkan pujian terhadap diri sendiri dengan kata lain, maksim ini meminta penutur untuk bertutur dengan rendah hati pada contoh tuturan A, B, C, tuturan B melanggar maksim kerendahan hati karena C menonjolkan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya juga bisa mendapatkan nilai seratus seperti A. Maksim kecocokan atau disebut juga maksim kesepakatan menekankan agar penutur menjaga kecocokan dalam bertutur dengan mitra tutur. Seorang penutur harus menanggapi tuturan mitra tuturnya agar kegiatan bertutur dapat terus berlangsung. Maksim ini tidak membenarkan jika seorang penutur membelokan atau mengalihkan percakapan. Maksim yang terakhir adalah maksim simpati. Maksim menyarankan kepada penutur agar memaksimalkan simpati dan meminimalkan antipati. Artinya apabila mitra tutur sedang mengalami peristiwa duka, penutur wajib untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
menanggapinya dengan menunjukkan rasa simpati. Apabila penutur justru menunjukkan antipatinya, penutur tersebut melanggar maksim simpati. Contoh : R
: tanganku sakit, kemarin aku jatuh saat main futsal.
T
: bagian mana yang sakit? Sudah pergi ke dokter belum?
J
: rasain, emang enak!
Pada contoh diatas, T mencoba menunjukkan simpatinya dengan menunjukkan rasa ingin tahunya tentang luka yang dialami R. T juga menunjukkan rasa kawatirnya dengan bertanya apakah lukanya sudah diobati dengan pergi ke dokter. Dengan demikian, T telah mematuhi maksim simpati. Berbeda dengan J yang justru menunjukkan antipati dengan mengolok-olok J. 2.2.2 Prinsip Kesantunan Brown dan Levinson Pandangan mengenai kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson populer dengan sebutan pandangan penyelamatan muka (face saving). Pandangan ini banyak didasari oleh konsep penyelamatan muka yang dikemukakan oleh Ervin Goffman. Goffman (via Suharsih, 2007) mendefinisikan muka sebagai berikut : Positive social value a person effectively claims for him self by the line other assume he has taken during a particular contact face in an image of self
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
delineated in terms of approved social attributes-albeit an image that others may share, a when a person makes a good showing for his profession or religion by making a good showing for him self. Goffman menyatakan
bahwa
kesantunan
dalam bertutur
atau
aktifitas
penyelamatan muka merupakan manifestasi penghargaan/penghormatan terhadap individu anggota masyarakat. Menurutnya, warga kelas sosial mempunyai dua jenis muka, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu ke citra diri seseorang (yang rasional) yang berkeinginan agar dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Muka negatif menunjukkan hasrat penuturnya untuk tidak diganggu dalam tindakannya. Sedangkan muka positif mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau apa yang dimilikinya itu) diakui orang lain sebagai sesuatu hal yang baik, menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya. Muka positif ini berarti menunjukkan solidaritas (Brown dan Levinson via Gunarwan, 1994). Bahkan konsep muka tersebut, Brown dan Levinson membagi dua jenis kesantunan, yaitu kesantunan negatif dan kesantunan positif. Kesantunan negatif berfungsi untuk melindungi muka negatif. Kesantunan negatif ditandai oleh penggunaan formalitas bahasa yang mengacu pada perbedaan dan ketidak langsungan. Kesantunan positif berfungsi untuk menjaga muka positif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Kesantunan positif ditandai dengan penggunaan bahasa yang informal dan menawarkan pertemanan. Setiap tuturan dapat saja mengandung ancaman bagi muka mitra tutur. Ancaman ini, oleh Brown dan Levinson disebut sebagai Face Threatering Act (FTA). Dalam bertutur, penutur diharapkan untuk tidak melakukan tindak tutur yang mengancam muka mitra tuturnya. Ketika penutur merespon sebuah tindakan, dia memiliki dua pilihan yaitu dengan tidak mengatakan apapun, hanya menggunakan gesture (don’t do the act) atau menyatakan sesuatu pada mitra tutur (do the act). Apabila penutur memilih untuk mengatakan sesuatu, dia mempunyai pilihan lagi dengan mengatakan secara tidak langsung (off the record) atau secara langsung (on the record). Bila penutur memilih strategi tidak langsung berarti penutur mengatakan dengan tidak berterus terang. Dengan demikian penutur memberi pilihan yang lebih banyak kepada lawan tuturnya. Sebagai contoh bila seorang penutur A sedang belajar di rumah temannya yang jauh dari rumah si A, ternyata A lupa membawa pensil. Ketika ingin meminjam pensil kepada temannya, ia dapat mengatakannya secara langsung maupun secara tidak langsung tergantung pilihan mana yang akan diambil. Bila ia memilih strategi tidak langsung berarti A dapat berkata “Saya lupa membawa pensil, seharusnya saya tadi menyiapkannya sebelum berangkat kesini,” tuturan A sekilas hanya seperti sebuah informasi, namun sebenarnya A ingin menyatakan keinginannya untuk meminjam pensil kepada temannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Bila penutur memilih strategi langsung berarti penutur mengatakan keinginannya dengan berterus terang. Seandainya penutur ingin mengajak mitra tuturnya, maka ajakan tersebut disampaikan secara langsung, begitu pula bila penutur memberi perintah maka perintah tersebut disampaikan secara langsung pula. Jika A memilih strategi bertutur secara langsung, penutur dapat memilih cara penyampaiannya melalui kesantunan negatif (negative politeness) atau kesantunan positif (positive politeness baldy). Tindakan yang melanggar muka negatif meliputi tindakan yang terkandung dalam : a. Ungkapan mengenai : orders and than request, suggestions, advice, remindings threats, warnings, dares (“Perintah dan permintaan, saran, nasihat, peringatan, ancaman, tantangan”). b. Ungkapan mengenai offers, promisses, (“tawaran, janji”). c. Ungkapan mengenai complements, expressions of strong (negative), emotions toward H-e.g. hatred, anger (“pujian, ungkapan perasaan negatif yang kuat seperti kebencian dan kemarahan terhadap lawan tutur”). (Brown dan Levinson (1987), via Nadar 2009 : 33) Kesantunan negatif bertujuan untuk menyelamatkan muka negatif seseorang. Kesantunan ini ditunjukkan dengan adanya jarak antara penutur, mitra tutur dan menghindari paksaan satu sama lain. Penutur dapat menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
permintaan maaf atau pertanyaan untuk memberikan pilihan yang lebih banyak pada mitra tutur dan pertanyaan untuk memberikan pilihan yang lebih banyak pada mitra tutur. Maka pada contoh di atas A dapat bertutur “Saya tidak membawa pensil, bisakah kamu meminjamkan kepada saya?”. Dengan menggunakan tuturan yang mengandung pertanyaan, A memberikan pilihan pada temannya untuk menolak atau menanggapi tuturan. Apabila penutur memilih dengan menggunakan kesantunan positif, ia dapat berkata “Saya lupa membawa pensil, saya akan sangat senang bila kamu mau meminjamkan pensil pada saya”. Tuturan yang menggunakan kesantunan positif ingin menunjukkan kedekatan dan solidaritas, persahabatan, membuat orang lain merasa senang. Keterancaman muka terhadap mitra tutur membuat penutur harus menentukan strategi bertutur. Penutur memiliki pilihan strategi berikut ini : 1. Melakukan tindak ujaran apa adanya tanpa basa-basi. 2. Melakukan tindak ujaran dengan kesantunan positif. 3. Melakukan tindak ujaran dengan kesantunan negatif. 4. Melakukan tindak ujaran secara samar-samar. 5. Tidak melakukan tindak ujaran atau diam saja. Pemilihan strategi tergantung pada besar kecilnya ancaman. Makin kecil ancaman, makin kecil angka strategi yang dipilih. Makin besar ancaman, makin besar angka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
strategi yang dapat dipilih. Pemilihan strategi untuk tidak melakukan tindak ujaran atau diam saja bermakna derajat keterancaman maka penutur maupun mitra tutur begitu besar sehingga seseorang memilih untuk diam, tidak melakukan ujaran. 2.2.3 Prinsip Kerjasama Grice Grice mengemukakan prinsip-prinsip bertutur agar tujuan itu dapat tercapai. Prinsip bertutur ini disebut dengan prinsip kerjasama. Dengan tercapainya tujuan penuturan, penutur telah bersikap santun. Prinsip ini terdiri dari empat maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Maksim kuantitas merujuk pada porsi informasi yang akan dikemukakan oleh penutur. Artinya informasi yang disampaikan harus seinformatif mungkin, namun juga tidak boleh lebih informatif dari yang diperlukan. Penutur maupun mitra tutur harus memberikan informasi yang memadai, dengan demikian tujuan pertuturan dapat tercapai. Contohnya sebagai berikut : Ani Lia
: kemarin kamu pergi kemana? : aku kemarin pergi dengan Wanto lho..seru banget pokoknya kami jalan-jalan ke Kidsfun. Di sana kami bertemu Joki dan Lena.
Pada contoh di atas, tuturan Lia melanggar maksim kuantitas karena informasi yang diberikan terlalu banyak. Lia menyampaikan informasi yang sebenarnya tidak perlu disampaikannya. Menanggapi pertanyaan Ani, seharusnya Lia cukup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
menjawab bahwa ia pergi ke Kidsfun dan tidak perlu memberi informasi bahwa ia bertemu dengan Joki dan Lena. Maksim kualitas merujuk pada kualitas informasi yang disampaikan. Sebuah tuturan dikatakan memenuhi maksim kualitas jika informasi dalam tuturan tersebut benar serta didukung dengan bukti yang cukup. Artinya tuturan tidak boleh mengandung sebuah kebohongan atau harus sesuai dengan kenyataan. Contoh : Ibu
: Beli kopi dimana sih kok lama sekali?
Ayah : Di Singapur Jawaban yang diberikan ayah melanggar maksim kualitas karena jawaban yang diberikan bukan jawaban yang sebenarnya. Jawaban tersebut tidak masuk akal karena tidaklah mungkin seorang membeli kopi sedikit saja harus pergi ke Singapur. Sebuah tuturan dikatakan memenuhi maksim relevansi jika ada kontribusi yang relevan antara penutur dan lawan tutur. Antara penutur dan mitra tutur harus terjalin kerjasama yang benar-benar baik. Tanggapan yang diberikan penutur harus sesuai dengan tuturan yang diungkapkan mitra tutur. Contoh : Dodit : Lho dimana jambuku yang tadi ku letakkan disini? Loli
: bukan..bukan aku lho
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Jika dilihat dengan maksim relevansi, tuturan Loli bukanlah jawaban yang relevan dengan pertanyaan yang diajukan mitra tuturnya. Dodit bertanya dengan kata tanya dimana, maka jawaban yang relevan adalah jawaban yang menunjukkan tempat di atau jambu Dodit sekarang berada. Maksim cara merujuk pada bagaimana sebuah informasi disampaikan. Aturan utama maksim ini adalah „harus jelas‟. Artinya penutur harus menghindari ketidak jelasan atau kekaburan ungkapan. Tuturan yang disampaikan tidak boleh ambigu tetapi harus singkat dan teratur. 2.3 Konteks Mulyana (2005: 21) menyebutkan bahwa konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang behubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. Penyimpangan dan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa merupakan bagian dari peristiwa tutur. Peristiwa tutur atau peristiwa berbahasa yang terjadi pada kegiatan diskusi kelas ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Dell Hymes (melalui Chaer dan Agustina, 2004 : 48 - 49), bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang disingkat menjadi SPEAKING, yakni sebagai berikut. a.
S = Setting and Scene
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu para situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan. b.
P = Participants
Participants adalah pihak - pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). c.
E = Ends
Ends menunjuk pada maksud dan tujuan pertuturan d.
A = Act Sequences
Act Sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. e. K = Key Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan; dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. f.
I = Instrumentalities
Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. g.
N = Norms of Interaction and Interpretation
Norms of Interaction and Interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. h.
G = Genres
Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Imam Syafi‟ie (melalui Mulyana, 2005: 24) menambahkan bahwa, apabila dicermati dengan benar, konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi empat macam, yakni sebagai berikut. a. Konteks linguistik (linguistic context), yaitu kalimat-kalimat dalam percakapan. b. Konteks epistemis (epistemis context), adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh partisipan. c. Konteks fisik (physical context), meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan. d. Konteks sosial (sosial context), yaitu relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam percakapan. Uraian tentang konteks terjadinya suatu percakapan (wacana) menunjukkan bahwa konteks memegang peranan penting dalam memberi bantuan untuk menafsirkan suatu wacana. Kesimpulannya, secara singkat dapat dikatakan: in language, context is everything. Dalam berbahasa (berkomunikasi), konteks adalah segala-galanya (Mulyana, 2005: 24). 2.4 Konsep Pragmatik Istilah pragmatik pertama kali muncul ketika seorang filosof Charles Morris (1938) mencoba mengolah kembali pemikiran para filosof pendahulunya (Locke dan Pierce), mengenai ilmu tanda atau semiotik (semiotics). Dikatakan oleh Morris (melalui Nadar, 2009:2) bahwa semiotik memiliki tiga cabang kajian, yaitu sintaksis (syntax), semantik (semantics), dan pragmatik (pragmatics).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Sintaksis adalah cabang semiotika yang mengkaji hubungan formal antara tandatanda. Semantik adalah cabang semiotika yang mengkaji hubungan tanda dengan objek yang diacunya, sedangkan pragmatik adalah cabang semiotika yang mengkaji hubungan tanda dengan pengguna bahasa. Berdasarkan tiga ilmu di atas, didapatkan pengertian pragmatik sebagai berikut: a. Pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasikan
atau
terkodifikasikan
dalam
struktur
bahasa
(“Pragmatics is study of those relation between laanguage and context that grammaticalized, or encoded in the structure of language”). (Levinson, melalui Nadar, 2009:4) b. Topik pragmatik adalah beberapa aspek yang tidak dapat dijelaskan dengan acuan secara langsung pada kondisi sebenarnya dari kalimat yang dituturkan. (“Pragmatics has as its topic those aspect of the meaning of utterances which cannot be accounted for by straightforward reference ti the truth conditions of the sentences uttered”). (searle, Kiefer & Bierwich, melalui Nadar, 2009:5) c. Pragmatik adalah kajian antara lain mengenai deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur wacana. (“Pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature, presuposisi speech act and aspects of discourse structure”). (Gazdar, melalui Nadar, 2009:5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
d. Pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. (Wijana,1996:2) Dari beberapa pendapat di atas, terdapat kesamaan bahwa aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam kajian pragmatik adalah bahasa kaitannya dengan konteks.Jadi dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan penggunaan bahasa untuk menuangkan maksud dalam tindak komunikasi sesuai dengan konteks dan keadaan pembicaraan. Pragmatik sebagai ilmu bersumber pada beberapa ilmu lain yang juga mengkaji bahasa dan faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan bahasa ilmu-ilmu itu ialah filsafat bahasa, sosiolinguistik antropologi, dan linguistik – terutama analisa wacana (discourse analysis) dan toeri deiksis. Dari filsafat bahasa pragmatik mempelajari tindak tutur (speech act) dan conversational implicature. Dari sosiolinguistik,
pragmatik
membicarakan
variasi
bahasa,
kemampuan
komunikatif, dan fungsi bahasa. Dari antropologi pragmatik mempelajari etika berbahasa, konteks berbahasa, dan faktor non verbal. Dari linguistik dan analisa wacana dibicarakan lebih dalam pada bagian-bagian selanjutnya. 2.4.1 Tindak Tutur sebagai Aspek dalam Kesantunan Berbahasa Pembahasan mengenai kesantunan berbahasa tidak dapat dilepaskan dari tindak tutur. Tindak tutur dalam kesantunan berbahasa sangat penting karena berhubungan dengan tindakan yang dilakukan atau perwujudan gagasan, konsep, ide penutur dalam suatu komunikasi. Dalam bertutur, orang tidak hanya menitikberatkan pada tuturan yang diucapkan tetapi juga berhubungan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
konteks atau situasi saat tuturan tersebut diucapkan. Seorang penutur yang ingin memberi perintah kepada mitra tuturnya dapat saja menggunakan pertanyaan maupun pernyataan. Dalam hal kesantunan berbahasa, tindak tutur ilokusi sering digunakan oleh penutur dengan tujuan memperhalus tuturan. Tuturan yang halus akan terdengar lebih santun dan lebih berterima bagi mitra tutur daripada tuturan yang kasar dan lugas. Tindak tutur atau „speech act‟ yang dikemukakan oleh Austin (via Levinson, 1983 : 236) ada tiga macam, yaitu (1) tindak lokusi yang merupakan ujaran yang dikemukakan oleh penutur, (2) tindak ilokusi adalah maksud yang terkandung dalam ujaran, (3) tindak perlokusi berupa efek yang timbul dari ujaran tersebut. Tuturan “saya lupa membawa penggaris”. Penutur sebenarnya dapat juga mengatakan, “Apakah anda membawa penggaris?”. Tuturan tersebut terdengar lebih santun dari pada penutur menyatakannya secara langsung dengan tuturan. “Pinjamkan penggaris pada saya”. Dengan demikian tindak tutur ilokusi dapat mengikis ketidaksantunan sebuah tuturan. Searle salah seorang murid Austin kemudian mengembangkan pemikiran gurunya menjadi lebih luas. Ia membagi tindak tutur menjadi lima jenis yaitu, (1) asertif, (2) komisif, (3) ekspresif, (4) direktif, (5) deklaratif. Tuturan asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Tuturan direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
agar mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya memerintah, memohon, menasehati. Tuturan ekspresif adalah tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterimakasih, meminta maaf, menyalahkan, memuji, atau belasungkawa. Bentuk tuturan komisif berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji, bersumpah menawarkan. Tuturan deklarasi adalah tuturan yang menghubungkan
isi
tuturan
dengan
kenyataan,
misalnya
menghukum,
mengangkat. 2.4.2 Implikatur Percakapan Teori ini membicarakan bagaimana seorang mempergunakan suatu tuturan. Sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi atau pernyataan yang bukan merupakan bagian dari tuturan yang bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut implikatur (Wijana, 1996 : 36-37). Untuk memperjelas konsep implikatur, dapat diperhatikan contoh wacana percakapan di bawah ini. (1) A : Sudah jam lima sore. B : Wah, kita makan enak. (2) C : Musim hujan akan datang. D : Aduh, siap-siap capek nih! Wacana (7) dan (8) merupakan contoh kalimat yang mempunyai implikatur. Pada wacana (7) jawaban yang diberikan oleh B atas pertanyaan A tampaknya tidak ada hubungannya. Demikian juga yang terjadi pada wacana (8) jawaban yang diberikan oleh D tampaknya tidak ada hubungannya dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
pernyataan yang disampaikan oleh C. Jawaban-jawaban tersebut muncul akibat suatu kesimpulan yang didasarkan pada latar belakang tuturan A. Bahwa tiap kurang lebih jam lima sore pasti lewat tukang bakso langganan yang terkenal enak di depan ruamh A. Demikian pula pada wacana percakapan (8), tuturan yang diucapkan D merupakan suatu kesimpulan yang didasarkan pada latar belakang tuturan A bahwa setiap musim hujan datang rumah mereka selalu kebanjiran. Dengan tidak adanya keterkaitan antara suatu tuturan dengan implikasinya maka menimbulkan akibat. Akibatnya adalah suatu tuturan akan menimbulkan implikasi yang tidak terbatas jumlahnya. (Wijana, 1996 : 38 - 39) 2.5 Kerangka berpikir Dalam penelitian ini mengambil responden dari remaja disebuah perumahan. Perumahan yang notabene terletak di dalam pedesaan, namun kebanyakan siswa yang berumur remaja berasal dari sekolah yang berbeda-beda. Ada yang di pinggiran kota dan ada yang di kota. Oleh karena itu cara bertutur responden penelitian akan sangat berpengaruh pada pencitraan dari keluarga dan sekolah yang mengajarkan bagaimana berbahasa dengan santun terhadap orang yang lebih tua. Karena alasan tersebut, peneliti berasumsi bahwa responden haruslah bisa membedakan dengan siapa mereka bertutur. Apalagi mitra tutur responden tidak seumuran, yaitu bertutur kepada orang yang lebih tua. Penelitian ini menggunakan empat teori, yaitu prinsip kerjasama, prinsip kesantunan Dell Hymes, prinsip kesantunan Leech, dan model kesantunan Brown
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
dan Levinson. Teori-teori ini akan saling melengkapi untuk mengupas dan mengategorikan tuturan-tuturan yang santun maupun yang tidak santun. Prinsip kerjasama yang dikemukakan oleh Grice memungkinkan tujuan sebuah tuturan tercapai dengan baik. Pencapaian tujuan percakapan yang sesuai berarti juga bahwa penutur telah berlaku santun dengan memberikan informasi yang diinginkan oleh mitra mitra tuturnya. Namun dalam bertutur seseorang penutur tidak hanya dihadapkan pada tercapainya tujuan, juga norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat penutur. Sebuah kegiatan percakapan tidak saja sekedar pertukaran informasi tetapi juga melibatkan hubungan interpersonal antar penutur. Dalam percakapan, mungkin saja seorang penutur terus mematuhi prinsip kerjasama secara terus menerus dalam tuturannya, namun ternyata pada hal-hal tertentu kepatuhan ini
justru dapat mengakibatkan retaknya hubungan
interpersonal. Grice dalam prinsip kerjasama cenderung mengabaikan normanorma sosial yang mewadahi penutur. Akibatnya relasi antara penutur dan mitra tutur dapat terancam karena terlanggarnya norma-norma sosial yang ada. Leech dengan teorinya menawarkan cara agar tujuan penuturan dapat tercapai sekaligus tidak merusak relasi antara penutur dan mitra tutur. Leech menganjurkan
penutur
untuk
mengungkapkan
tuturannya
dengan
mempertimbangkan posisi mitra tutur. Perhatikan contoh berikut ini. A B
: Dari mana? : Dari toko buku. Wah, harganya mahal sekali buku pelajaran SD. Satu mata pelajaran saja Rp.50.000,00!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Konteks tuturan : A dan B bertetangga, mereka berpapasan di jalan saat B baru saja dari toko buku. Tuturan tersebut melanggar prinsip kerjasama yaitu maksim kuantitas. B memberi informasi yang lebih banyak dari yang diminta oleh A. Namun apabila ditinjau dari prinsip kesantunan, tuturan B merupakan tuturan yang santun karena tuturan tersebut memenuhi maksim kecocokan. Dengan memberikan informasi yang lebih banyak dari yang diminta oleh A, B menjaga agar kegiatan bertutur dapat terus berlangsung. Leech menyebutkan bahwa penggunaan tuturan tidak langsung akan menimbulkan efek yang lebih santun daripada tuturan yang diungkapkan dengan cara yang eksplisit. Terlebih ketika tuturan tersebut bermaksud untuk memberi perintah atau meminta sesuatu. Misalnya ketika penutur meminta mitra tuturnya untuk mengambil kacamatanya yang kebetulan ada didekat lawan tuturnya. Akan lebih santun jika penutur mengatakan “ Saya tidak bisa membaca tanpa memakai kacamata” daripada “Ambilkan kacamata saya”. Tuturan “Saya
tidak
bisa membaca
tanpa memakai
kacamata”
mengandung ilokusi agar mitra tutur mengambilkan kacamatanya. Penggunaan ilokusi tersebut menimbulkan efek yang santun. Meskipun demikian, penggunaan ilokusi dan tuturan tidak langsung tidak selalu menimbulkan kesan yang santun. Adakalanya tuturan tidak langsung dapat menimbulkan kesan berbelit-belit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Disinilah peran prinsip kerjasama untuk mengontrol agar tuturan tidak berbelitbelit sehingga informasi dapat diterima dengan baik. Hymes mengemukakan komponen tutur dalam akronim SPEAKING. Dalam akronim tersebut yang akan digunakan untuk menganalisa pada setiap perkataan sehingga dapat mengetahui secara jelas apa yang sedang dibicarakan dan aspek apa saja yang akan dianalisa didalam sebuah perkataan yang akan dianalisis. Brown dan Levinson yang membagi kesantunan menjadi dua jenis yaitu kesantunan positif dan kesantunan negatif. Masing-masing jenis kesantunan ini mempunyai strategi yang berbeda. Dalam teorinya, Brown dan Levinson memberikan aturan-aturan yang lebih rinci daripada teori Grice dan Leech. Teori ini dapat melengkapi teori-teori sebelumnya. Aspek-aspek yang akan dibahas adalah manifestasi kesantunan berbahasa yang ada pada tuturan setiap remaja dengan orang tuanya dalam ranah keluarga tersebut dan akan di analisa dengan teori-teori di atas. Kemudian penanda kesantunan yang ada dalam setiap tuturan anak remaja dengan orangtuanya. Kemudian
peneliti
akan
mencari
maksud
dimaksudkan anak remaja kepada orang tuanya. Sebagai contoh adalah tuturan berikut ini. Contoh :
kesantunan
berbahasa
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ibu
33
: Bantu ibu mencuci piring.
Anak : Aku capek sekali dan tugasku juga banyak. Nanti saja ya, Bu.. Dianalisis dengan prinsip kerjasama tuturan anak melanggar maksim relevansi karena ia memberikan jawaban yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan ibu. Dilihat dengan prinsip kesantunan berbahasa Leech, tuturan tersebut mematuhi maksim kesepakatan. Tuturan anak mengandung maksud yang tersembunyi. Ia menolak secara tidak langsung perintah ibu dengan mengatakan bahwa ia capek dan mempunyai banyak tugas yang harus dikerjakan karena itu tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan perintah ibu. Pada model kesantunan Brown dan Levinson, tuturan anak merealisasikan kesantunan positif. Ia memberikan alasan penolakan yang diharapkan dapat mengurangi pertentangan dengan mitra tutur. Dengan memberi alasan, penutur berharap mitra tutur dapat mengerti. Dilihat dari contoh di atas, tuturan itu melanggar prinsip kerjasama maksim relevansi. Tetapi pelanggaran ini dimaksudkan untuk mematuhi prinsip yang lain yaitu prinsip kesantunan berbahasa. Penutur berusaha meminimalkan ketidaksepakatan dengan mitra tutur. Ia menggunakan strategi dalam kesantunan politik, caranya dengan memberikan alasan yang diharapkan dapat membuat mitra tutur mengerti. Sebuah tuturan hendaknya dapat mencapai tujuan komunikasi namun tetap santun. Tuturan yang santun adalah tuturan yang tidak mengancam muka lawan tuturnya. Agar tidak terjadi tuturan yang mengancam muka, penutur harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
memperhatikan situasi-kondisi atau tempat yang berbeda akan membutuhkan cara bertutur yang berbeda pula. Misalnya bahasa yang digunakan ketika seorang penutur sedang berada di pasarakan berbeda dengan bahasa yang digunakan ketika
menyampaikan
pendapat
saat
rapat.
Seorang
penutur
harus
mempertimbangkan pula dengan siapa dia berbicara. Tuturan yang diucapkan ketika berbicara dengan Sultan akan berbeda ketika seorang berbicara dengan tukang parkir. Demikian pula dengan tujuan pembicaraan, cara bertutur, isi informasi, dan hal-hal lain akan sangat berpengaruh dengan cara bertutur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Salah
satu
jenis
penelitian
kualitatif
deskriptif
adalah
berupa
penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Studi kasus termasuk dalam penelitian analisis deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Peneliti berusaha menernukan sernua
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
variabel yang penting. Fenomena yang menjadi kasus dalam penelitian ini
adalah
kesantunan berbahasa anak usia remaja dengan orang tua di
perumahan griya tamansari 2. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentukbentuk kesantunan anak usia remaja yang kini telah mulai luntur dari kaidahkaidah Berbahasa Indonesia dengan baik. 3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak yang berusia remaja. Sekarang ini sudah jarang sekali ditemukan seorang anak yang bisa berbicara dengan santun terhadap sesama atau bahkan kepada orang yang lebih tua. Banyak budaya yang masuk tertanam dibenak mereka dan membuat mereka memilih mengikuti budaya baru tersebut agar tidak terlihat kuno dan aneh di depan teman-temannya. Namun mereka terkadang juga memukul rata orang-orang yang diajak berbicara, misalnya saja tuturan yang biasa digunakan untuk berbicara dengan teman sebayanya dipakai juga dalam berbicara terhadap orang yang lebih tua. Karena mereka beranggapan bahwa pasti orang yang lebih tua itu akan mengerti dan memaklumi bahwa bahasa yang ada sekarang ini adalah bahasa yang gaul. Subjek penelitian ini adalah anak usia remaja. Di mana seusia remaja ini perlu didampingi dalam mengambil tindakan ketika bertutur kata. Peneliti membatasi subjek penelitian dengan beberapa ciri. Ciri-ciri ini diharapkan dapat memudahkan bagi peneliti ditengah banyaknya kegiatan anak seusia remaja yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
hanya bisa ditemui ketika sore menjelang malam dan pada hari Minggu atau saat hari libur. Anak usia remaja yang dimaksudkan ini berikut kriterianya : 1. Anak berusia remaja (11-18 tahun). 2. Bersekolah dan masih aktif, bukan anak yang sudah lulus karena akselerasi dan putus sekolah. 3. Merupakan anak kandung dari warga Perumahan Griya Taman Sari 2. 3.3 Sumber Data Peneliti mengambil data dari meneliti anak usia remaja yang tinggal di Perumahan Griya Taman Sari 2, Desa Kembang Sari, Dusun Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Sumber data ini letaknya cukup terpencil karena perumahannya berada di ujung Desa Kembang Sari bahkan di perbatasan Desa petir. Peneliti melihat betapa berbedanya perumahan yang akan dijadikan sumber data ini dibandingkan perumahan lainnya karena objek penelitiannya pun (penduduknya) berasal dari berbagai macam daerah, jadi bukan penduduk lokal desa tersebut. Pengambilan data dilakukan setelah jam enam sore sampai jam sembilan malam. Berikut data anak usia remaja yang tinggal di Perumahan Griya Taman Sari 2, Desa Kembang Sari, Dusun Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
38
Objek
1.
Astrid, kelas 8, SMP Muhammadiyah Piyungan
2,
Abid, kelas 8, SMP Negri 1 Piyungan
3.
Elis, kelas 8, SMP Negri 1 Piyungan
4.
Danisa, kelas 10, SMK Farmasi
116
5.
Afif, kelas 9, SMP Muhammadiyah Prambanan
117
6.
Aldi, kelas 8, SMP 1 Pathuk
118
7.
Cyntia, kelas 9, SMP Negri 1 Prambanan
119 120
8.
Fa’I, kelas 8, SMP Negri 2 Prambanan
9.
Galuh, kelas 10, SMA Negri Banguntapan
10.
Krisna, kelas 8, SMP Kanisius Kalasan
11.
Lia, kelas 8, SMP Negri 1 Piyungan
12.
Miftah, kelas 11, SMA Negri 1 Kalasan
13.
Niken, kelas 10, SMA Negri 1 Kalasan
14.
Riska, kelas 9, SMP Negri 1 Piyungan
15.
Sharon, kelas 9, SMP Negri 2 Piyungan
16.
Sidiq, kelas 11, SMK Pembangunan
17.
Tasya, kelas 7, SMP Negri 2 Prambanan
18.
Tian, kelas 9, SMP Kanisius Kalasan
19.
Tiara, kelas 7, SMP Kanisius Kalasan
20.
Yoka, kelas 11, SMA 1 Piyungan
114 11
Selanjutnya data yang telah terkumpul diurutkan dengan cara diberikan kode dengan
tujuan
agar memudahkan
peneliti
dalam
melakukan
13
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pemeriksaan
data.
39
Setelah itu, data diserahkan kepada ahli bahasa untuk
diperiksa kebenarannya. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan digunakan metode dan teknik pengumpulan data. Metode pengumpulan data ini diberi nama metode
simak
karena
dilakukan dengan
cara
menyimak
yang
digunakan
penggunaan
untuk
memperoleh
data
bahasa. Metode ini mempunyai
teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan
dengan
penyadapan.
Dalam
penelitian
ini, penyadapan
penggunaan bahasa secara rekam, karena peneliti berhadapan dengan penggunaan bahasa langsung dengan orang yang sedang berbicara. Dalam
penelitian
ini
teknik
sadap
digunakan
terhadap
objek
penelitian bahasa secara langsung berupa percakapan anak usia remaja dengan orang tua. Dalam praktik selanjutnya teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yang salah satunya berupa teknik catat. Teknik catat biasanya digunakan pada penggunaan bahasa secara lisan sebagai lanjutan dari metode simak yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan teknik rekam. Dalam penelitian ini,peneliti mencatat kesalahan - kesalahan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Selanjutnya untuk menguatkan data yang telah diperoleh maka peneliti melakukan trianggulasi data kepada ahli bahasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini data yang diteliti berupa : 1.
Peneliti mengumpulkan tuturan yang dilakukan oleh anak usia remaja dengan merekam kejadian saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. 2. Setelah rekaman didapat, peneliti menyimak tuturan yang diucapkan oleh subjek penelitian sambil menuliskan hasil penyimakan dengan dibuat naskahnya. 3. Setelah naskah sudah ada kemudian peneliti menginventerisasi data yang sudah ada. 4. Setelah inventerisasinya selesai kemudian peneliti menganalisisnya.
3.6 Teknik Analisis Data Setelah proses pengumpulan data selesai maka seluruh data perlu dianalisis. Proses menganalisis hasil data tersebut dilakukan dengan cara: a. Mengkaji apakah pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh penutur dalam melanggar maksim-maksim yang ada pada teori. b. Menentukan penanda kesantunan berbahasa apa saja yang ada dalam tuturan yang ada dalam naskah. c. Menemukan maksud dari penutur dalam bertutur kepada lawan tuturnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Tuturan yang telah terkumpul sebagai data diinventaris, di klasifikasikan serta diperikan ciri-cirinya. Selanjutnya data diinterprestasikan sesuai acuan pada landasan teori. Tahap selanjutnya adalah membahas data secara terperinci. Contohnya sebagai berikut : Bona : Besok nonton Perahu Kertas, yuk? Rong : Aku ada les Bahasa Inggris. Dari tuturan tersebut, peneliti mengklasifikasikan dan memerikan ciri-ciri pada setiap tuturan. Ciri-ciri tersebut akan diuraikan sendiri-sendiri seperti di bawah ini. Tuturan percakapan tersebut jika di analisis dengan prinsip tuturan, akan dikelompokan sebagai berikut : Bona : Besok nonton Perahu Kertas, yuk? Rong : Aku ada les Bahasa Inggris. Klasifikasi
: tidak santun
Penyebab
: melanggar maksim kebijaksanaan
Indikator
: tidak memberi banyak pilihan pada mitra tutur.
Latar berada di sekolah pada jam pelajaran sekolah. Peserta ada dua siswa. Tujuan komunikasi ingin temannya ikut serta menonton Perahu Kertas. Pesan yang ingin disampaikan mengajak menonton. Keadaan percakapan santai dan gembira.Percakapan yang terjadi merupakan pembicaraan lisan dan menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Perilaku santai karena berbicara kepada teman yang sebaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
Tuturan tersebut jika dianalisis dengan prinsip kerjasama, melanggar maksim relevansi karena jawaban yang diberikan R tidak sesuai dengan pertanyaan B. Seharusnya jika R setuju untuk pergi dengan B, ia mengiyakan dengan jawaban “Ayo”. Apabila dianalisis dengan prinsip kesantunan, tuturan tersebut mematuhi maksim kebijaksanaan. Dalam tuturannya, R mencoba menolak ajakan B dengan menggunakan tuturan tidak langsung. Penggunaan tuturan tidak langsung ini menimbulkan efek yang lebih santun daripada bila R mengungkapkan penolakan secara langsung. Dengan demikian R mencoba untuk meminimalkan kerugian lawan tuturnya. Dari analisis di atas, peneliti memperoleh sebuah indikator tuturan yang melanggar maksim relevansi yaitu tuturan yang memberikan jawaban dengan tidak langsung. Jawaban yang diberikan oleh penutur adalah jawaban yang menyimpang dari pertanyaan. Dalam teori kerjasama Grice tuturan yang demikian disebut sebagai tuturan yang menyimpang dari maksim relevansi. Selain indikator tuturan yang melanggar maksim relevansi, peneliti juga memperoleh sebuah indikator tuturan yang mematuhi maksim kebijaksanaan. Yaitu menyampaikan penolakan dengan memberi alasan dan bukan tuturan yang menolak secara langsung. Tuturan R secara tidak langsung memberi alasan kepada B mengapa R tidak dapat memenuhi ajakan B. Setelah memperoleh indikator tuturan yang santun, peneliti kemudian merumuskan kaidah-kaidah kesantunan Berbahasa Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh tuturan dari 20
responden. Setelah dianalisis, penulis mendapat jawaban tentang tuturan siswa usia remaja, terhadap orang yang lebih tua lebih sedikit mencampurkan bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan teman sehingga ada beberapa anak saja yang menganggap bahwa orangtuanya bisa di ajak berbicara sama seperti temannya. Contoh datanya sebagai berikut. (1) Ibu
: yang mana?
Astrid : ngganteng kok Topik : membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar Percakapan (1) terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara informal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Bentuk tuturan di atas memperlihatkan bahwa anak lebih memilih mengatakan hal yang biasa dibicarakan dengan temannya dari pada berbicara dengan santun dan tidak membicarakan hal yang tidak perlu dan belum pantas kepada orangtuanya. Bentuk tuturan yang dikatakan santun adalah tuturan yang lebih mau mendengarkan dan menerima pendapat orangtuanya serta menjaga pembicaraan agar tidak ada yang tersinggung.Kemudian maksud remaja yang berbahasa dengan sanun bukan dengan maksud ingin santun namun ada hal tertentu yang akan mereka capai untuk meyakinkan orangtuanya. 4.2 Analisis Data. Peneliti menganalisis data dari manifestasi kesantunan berbahasa dengan dikelompokan padapelanggaran aturan-aturan kesantunan berbahasa berdasarkan pada kaidah yang telah ditetapkan oleh ahli bahasa. Misalkan pelanggaran terhadap prinsip kerjasama, pelanggaran terhadap prinsip kesantunan berbahasa, dan pelanggaran terhadap model kesantunan Brown Levinson via Gunarwan (1992) serta dianalisis berdasarkan prinsip tuturan Dell Hymes.Kemudian penanda kesantunan berbahasa pada remaja serta maksud kesantunan berbahasa itu sendiri dalam ranah keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
4.2.1 Manifestasi Kesantunan Berbahasa Manifestasi kesantunan berbahasa usia remaja dibagi menjadi dua kelompok yaitu bentuk tuturan yang tidak santun dan bentuk tuturan yang tidak santun. Berikut data yang dikelompokkan. 4.2.1.1 Bentuk Tuturan yang Tidak Santun Tidak semua tuturan yang melanggar aturan kesantunan berbahasa dapat dikategorikan sebagai tuturan yang santun. Ada tuturan yang melanggar salah satu aturan masih dapat dikatakan santun. Meskipun demikian, ada juga tuturan yang melanggar aturan kesantunan berbahasa dan tuturan tersebut dapat dikategorikan tidak santun. Peneliti menemukan beberapa pelanggaran prinsip-prinsip kesantunan berbahasa yang dianalisis berdasarkan keempat teori yang akan diuraikan sebagai berikut. 4.2.1.1.1
Pelanggaran Prinsip Kerjasama
Prinsip kerjasama merupakan prinsip yang dikemukakan oleh Grice via Kunjana (2003). Untuk menjaga agar informasi yang dituturkan dapat diterima oleh mitra tutur dengan baik. Prinsip kerjasama terdiri atas empat maksim yaitu kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara. Penelitian ini, menemukan bahwa dalam berinteraksi sering terjadi pelanggaran pada prinsip kerjasama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
a) Pelanggaran Maksim Kuantitas Pelanggaran pertama adalah pelanggaran maksim kuantitas. Pada maksim ini penutur memberikan informasi yang lebih informatif dari yang diperlukan. Perhatikan contoh di bawah ini. (XMKu1, A3) Ibu : ga dimarahin, itu salah masuk komennya gitu Astrid : malah senyum-senyum kok ketemu aku aja Topik : membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar (XMKu2, D7) Ibu : besok tanya sama buguru trus obatnya apa buk? Besok kalau pas praktek kan dikasih tahu to..semua virus yang ada disini nanti ini..ini..ini..yang ada obatnya yang mana yang ga ada obatnya yang mana..virus apa lagi dek? Danisa : ini ebola ma, HIV kaya gini Topik : membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya yaitu tentang pelajaran di sekolah yang membahas tentang virus Percakapan (XMKu1, A3) terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara informal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Percakapan (XMKu2, D7) terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Kedua tuturan tersebut melanggar maksim kuantitas karena memberi jawaban yang tidak sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Dalam tuturan tersebut percakapan (XMKu1, A3) ingin menegaskan bahwa temannya yang dimaksudkan salah komen itu tidak merasa ada apa-apa atau tidak merasa bersalah malah senyum-senyum seperti orang yang tidak punya salah, namun apa yang diinginkan ibunya tidak terjadi seperti contohnya ibu menginginkan teman Astrid dimarahkan dan meminta maaf atas kejadian di media sosial tersebut. Pada percakapan (XMKu2, D7)Danisa tidak menjawab pertanyan ibunya tetapi malah membicarakan hal yang ingin dibicarakan olehnya sehingga pertanyaan ibunya tidak dihiraukan. b) Pelanggaran Maksim Relevansi Pelanggaran maksim
relevansi sering dilakukan oleh responden.
Pelanggaran ini bermaksud untuk menghindari pertanyaan mitra tutur. Berikut ini contoh pelanggaran terhadap maksim relevansi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
(XMR1, D2) Ibu : fisika itu kemarin dapet berapa ulangan itu? Pertama itu 85, sembilan..sembilan berapa itu? Danisa: buk tadi katane pakde to..virus..virus apa tu ya namane virusnya virusnya demam berdarah sama virus harpes katane ga ada obate..hooh po? Topik : membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya yaitu tentang pelajaran di sekolah yang membahas tentang virus (XMR2, G4) Ibu : ada yang galak? Galak e kan ya tergantung kamu, kamu ga ngapa-ngapain apa ya digalakin, iya to mbak ika Ika
: ha iya, dimana to sekarang sekolahnya?
Cyntia : SMP 1 prambanan Topik : mengarah pada ujian yang akan dihadapi anaknya pada 2015 yaitu ujian akhir sekolah untuk menentukan lulus atau tidak Percakapan (XMR1, D2) terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana
kemampuan
anaknya
tentang
pelajarannya
di
sekolah.
Isi
pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Percakapan (XMR2, G4) terjadi pada sore hari, pada saat ibunya sedang mencuci karpet dan ayahnya sedang mengecat tembok dan Cyntia baru saja pulang main. Peserta yang terlibat ada tiga orang yaitu bapak Cyntia, ibu Cyntia, dan cyntia seorang siswi kelas 9 bersekolah di SMP Negri 1 Prambanan. Tujuan dalam komunikasi Cyntia dan keluarga adalah keluarga ingin mengetahui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
bagaimana perkembangan sekolah anaknya. Isi pembicaraan mengarah pada ujian yang akan dihadapi anaknya pada 2015 yaitu ujuan akhir sekolah untuk menentukan lulus atau tidak. Kedua tuturan di atas melanggar maksim relevansi. Pertama Danisa yang menghindari pertanyaan ibunya dengan tidak menjawab lalu membicarakan hal lain yang bukan jawaban diinginkan oleh ibunya karena Danisa merasa bahwa perkataan yang ingin ia utarakan lebih penting daripada menjawab pertanyaan ibunya. Pada penutur kedua yang dituturkan oleh Cyntia sangat tidak menjawab pertanyaan orang tuanya, Cyntia memilih untuk menjawab pertanyaan peneliti ketimbang pertanyaan kedua orangtuanya, karena menurut Cyntia pernyataan dan pertanyaan orangtuanya membuat dia malu kepada peneliti sehingga ia tidak menghiraukan apa yang dibicarakan oleh ibunya. c) Pelanggaran Maksim Cara Peneliti juga menemukan pelanggaran maksim cara dalam tuturan responden. Pelanggaran ini bertujuan untuk menghindari pertanyaan yang diajukan. Di bawah ini adalah contoh tuturan yang melanggar maksim cara. (XMC1, A12) Ibu : yang mana? Astrid : ngganteng kok Topik : membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar (XMC2, M12) Tante : padahal kan kemarin kayane ngga deh, pake itu ya ponds, pake apa..apa garnier? Niken : ah..itu biasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Topik : membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai (XMC3, Q2) Astrid : adududuh..beline dimana sa? Kok aku ga dikasih tau kan aku belum tau Tasya : dimana-mana Topik : pembicaraannya membicarakan HP Tasya yang baru dan membicarakan rencana latihan nari. Pembicaraan dalam konteks santai Percakapan (XMC1, A12) terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara nformal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan (XMC2, M12) pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincang-bincang dengan Niken. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Percakapan (XMC3, Q2) terjadi pada sore hari sewaktu anak-anak remaja sedang pada berkumpul di depan salah satu rumah teman Tasya. Peserta yang terlibat ada empat orang yaitu saya peneliti, Astrid teman yang lebih tua setahun dari tasya, ibu RT yang kebetulan sedang lewat, dan Tasya siswi kelas 7 SMP Negri 2 Prambanan. Tujuan dalam komunikasi ingin berbincang-bincang seperti teman.
Isi
pembicaraannya
membicarakan
HP
Tasya
yang
baru
dan
membicarakan rencana latihan nari. Pembicaraan dalam konteks santai. Penutur melanggar maksim cara karena memberikan jawaban yang menghindari percakapan mitra tuturnya. Hal ini mungkin dilakukannya untuk bersikap santun pada mitra tutur dan tidak terlihat sombong. Tuturan pertama Astrid tidak menjawab pertanyaan ibunya karena dia tidak ingin membahas dan lebih baik membicarakan hal lain yang menurutnya lebih menarik. Pada tuturan kedua Niken lebih memilih menjawab seadanya karena dia tidak ingin tetangganya itu tahu produk apa yang dia gunakan untuk membersihkan wajah. Kemudian tuturan yang terakhir yang dibicarakan oleh Tasya dia tidak ingin menjawab pertanyaan Astrid karena dia tidak ingin orang mengetahui dia beli dimana sehingga menjawab “dimana-mana”. 4.2.1.1.2 Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa Menjaga kesantunan menurut Leech ada enam maksim dalam prinsip kesantunan yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan hati, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan dan maksim simpati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Namun, tidak semua remaja mampu memenuhi maksim yang di kemukakan oleh Leech. Berikut pelanggaran yang dilakukan. a) Pelanggaran maksim Kerendahan Hati Pelanggaran yang dilakukan adalah pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati. Dalam maksim tersebut dikatakan bahwa penutur harus meminimalkan pujian terhadap diri sendiri, namun dalam praktik bertutur responden menuturkan yang sebaliknya. Mereka cenderung untuk memuji diri ataupun kelompok yang diikutinya. Pujian terhadap diri dimaksudkan untuk merendahkan mitra tutur, membela diri, atau berkampanye. Berikut ini adalah contoh tuturan yang melanggar maksim kerendahan hati yang dituturkan oleh beberapa responden. (XMH1, A6) Ibu
: dia bilang gitu? Sengaja? Berarti udah diinterogasi?
Astrid : dah, udah ditanyain dong..galak banget to Topik : membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar (XMH2, E8) Bapak : hmm.. haya udah nek gitu saya dukung-dukung aja..ya kalo bapak pasti dukung aja yang penting kamu belajar pertama sama pelajarannya apapun kegiatannya ya semuanya harus mencakup lah Afif
: pasti
Topik : membicarakan tentang kegiatan bela diri yang sedang diikuti akan berpengaruh pada persiapan ujian Afif atau tidak (XMH3, L3) Miftah : heemm tadi dari jam sebelas sampai jam satu..panas banget Ibu : panas..oo..lah yang suruh panas-panasan siapa?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Miftah : ya bagaimana? Lah wong namanya aja cah enom e Topik : Miftah menceritakan kegiatannya bermain futsal dan ibu menceritakan kejadian adiknya lupa menutup pintu saat semua orang rumah sedang pergi. (XMH4, P1) Ibu
: dik, kamu tu mbok belajar
Sidiq : dah..di sekolah dah belajar Topik : ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar. Percakapan (XMH1, A6) terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara nformal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan (XMH2, E8) terjadi pada malam hari, berada di rumah sedang berbincang-bincang setelah sholat, kondisi pada saat itu sedang serius tapi santai. Objek pesertanya ada bapak Afif dan Afif yang bersekolah di SMP Muhammadyah Prambanan kelas 9. Tujuan dari pembicaraan meminta izin bapaknya untuk terus mengikuti bela diri. Isi pembicaraannya membicarakan tentang kegiatan bela diri yang sedang diikuti akan berpengaruh pada persiapan ujian Afif atau tidak. Nada bicara Afif santai dan cenderung serius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Percakapan (XMH3, L3) terjadi pada malam hari, berada di rumah sedang berbincang-bincang meluangkan waktu sebelum masing-masing mengerjakan kegiatan rumah, kondisi pada saat itu santai. Pesertanya ada ibu Miftah dan Miftah siswa kelas 11 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dari pembicaraan ingin mengetahui kegiatan Miftah seharian. Isi dari pembicaraan Miftah menceritakan kegiatannya bermain futsal dan ibu menceritakan kejadian adiknya lupa menutup pintu saat semua orang rumah sedang pergi. Nada bicara Miftah santai. Percakapan (XMH4, P1) terjadi pada sore hari, berada di teras depan rumah, Sidiq baru selesai mandi dan ibunya sedang menjemur pakaian. Pesertanya ada ibu Sidiq dan Sidiq siswa kelas 10 STM Pembangunan Mrican. Tujuan dari pembicaraan ibu ingin agar Sidiq saat dirumah belajar. Isi pembicaraan ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar. Nada bicara santai tapi serius. Pada keempat contoh tuturan tersebut memperlihatkan bahwa mereka bangga pada diri sendiri sehingga tidak mencerminkan sikap rendah hati tetapi malah terkesan sombong. Sehingga keempat tuturan di atas melanggar maksim kerendahan hati. Pada percakapan pertama Astrid terkesan menyombongkan dirinya karena seolah dia menjadi seorang yang galak yang ditakuti oleh temannya dan memberi tahu ibunya dengan bangga apa yang sudah da lakukan. Percakapan ke dua Afif menjawab dengan sombong menggunakan kata “pasti” dan menyatakan bahwa dirinya mampu melakukan apa yang diinginkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
oleh bapaknya sehingga terkesan angkuh dan sombong dengan kemampuannya. Percakapan ke tiga Miftah terlihat sombong karena dengan mengatakan “cah enom e” dia merasa bahwa karena masih muda maka mampu untuk bermain futsal siang hari. Percakapan ke empat sangat terlihat sombong dan tidak mau tahu karena Sidiq merasa capai ditanya tentang belajar sedangkan dia sudah kelelahan di sekolah dengan belajar namun jawaban yang diberikan kepada ibunya membuat ibunya semakin kesal. b) Pelanggaran Maksim Penerimaan Tuturan berikut adalah tuturan yang melanggar maksim penerimaan karena mengecam orang lain. Dalam tuturan berikut : (XMT1, C5) Ibu
: lah kok jelek semua?
Elis : ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu bahasa indonesianya dapat delapan trus habis itu… (XMT2, C8) Ibu 92 Elis
: lha yo yang harusnya bagus tu yo yang..masa seni budaya : ya disyukurin aja
Topik : Elis menceritakan nilai-nilainya dan merayu ibunya agar nerima hasil ujiannya. Bahasa yang digunakan pada saat perbincangan itu santai (XMT3, M2) Tante Niken (XMT4, M3) Tante Niken
: lagi ngapain? : lagi..tadi sih mau belajar : tapi…. : terus di panggil ya udah kesini
Topik : membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Percakapan (XMT1, C5 dan XMT2, C8)terjadi pada malam hari di rumah saat Elis sedang belajar dan ibu menghampiri ke kamarnya. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu ibu Elis dan Elis siswa kelas 8 SMP Negri 1 Piyungan. Tujuan dari pembicaraan adalah ibu ingin mengetahui nilai ujian anaknya. Isi dari pembicaraan Elis menceritakan nilai-nilainya dan merayu ibunya agar nerima hasil ujiannya. Bahasa yang digunakan pada saat perbincangan itu santai. Percakapan (XMT3, M2 dan XMT4, M3) terjadi pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincang-bincang dengan Niken. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai. Pelanggaran di atas terjadi karena Niken dan Elis sama-sama membuat hati lawan bicaranya menjadi tidak enak hati dan akhirnya lebih memilih mengganti topik pembicaraan dan tidak terlalu menanggapi perasaan dari mitra tuturnya. Niken dan Elis juga membuat mitra lawan tuturnya merasa bingung dan tidak meneruskan pembicaraannya. Sehingga dapat dikategorikan melanggar maksim penerimaan karena mengecam lawan tuturnya.Pada tuturan yang (XMT1, C5) dan (XMT2, C8) Elis membuat ibunya merasa bingung dengan jalan pemikiran anaknya yang selalu mengatakan “ya disyukuri aja” padahal yang diinginkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
ibunya mendapatkan nilai lebih karena menurut ibunya nilai tersebut belum maksimal. Pada tuturan (XMT3, M2 dan XMT4, M3) apa yang dikatakan oleh Niken membuat tante menjadi tidak berkutik dan merasa bersalah karena ajakan tante untuk mengobrol membuatnya tidak jadi belajar. c) Pelanggaran Maksim Simpati Selain pelanggaran di atas, peneliti juga menemukan tuturan yang melanggar maksim simpati. Berikut ini datanya : (XMP1, D9) Ibu : ha ini HIV virus trus yang ini? Danisa : ya sama HIV virus..HIV tu virus gimana e? Topik : membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya (XMP2, F11) Ibu : po sama ibu yo bisa Kakak : ga mau Topik : membicarakan tentang adiknya yang sedang selesai bermain ping pong Percakapan (XMP1, D9) terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana
kemampuan
anaknya
tentang
pelajarannya
di
sekolah.
Isi
pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Percakapan (XMP2, F11) terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Aldi Siswi kelas 7 SMP Negri 1 Piyungan, kakak, dan ibu. Tujuan dari komunikasi kakak ingin mengetahui apa saja yang sudah dilakukan adiknya sore tadi. Isi pembicaraan tentang pingpong yang dilakukan aldi dan teman-temannya sehingga membuat ibu ingin bermain pingpong bersama anaknya. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Danisa melanggar maksim simpati karena merasa benar dan tahu tentang apa yang dia bicarakan sehingga mengabaikan bahwa yang di ajak berbicara adalah ibunya, kemudian ibunya dirasa tidak pintar dan tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya sehingga dapat membuat orang yang tadinya simpati menjadi tidak simpati lagi karena perkataannya. Sedangkan kakak Aldi melanggar maksim simpati karena dengan langsung menjawab pertanyaan ibunya tanpa memikirkan bagaimana perasaan ibunya dengan jawaban tersebut. d) Pelanggaran Maksim Kecocokan Pelanggaran maksim kecocokan yang dilakukan responden dengan menyatakan secara langsung ketidak setujuannya atas sesuatu hal yang diungkapkan mitra tutur. Adapun contohnya sebagai berikut : (XMS2, A7) Ibu
: terus bilang apa dia?
Astrid : kan ga komen lagi to Topik : membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
(XMS2, D4)Ibu : lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum? Danisa : hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh Topik : membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya Percakapan (XMS2, A7) terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara nformal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan (XMS2, D4) terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana
kemampuan
anaknya
tentang
pelajarannya
di
sekolah.
Isi
pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Kedua tuturan di atas melanggar maksim kecocokan karena secara langsung menunjukkan ketidak setujuannya dan ketidak cocokannya dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
membicarakan sesuatu hal yang menurut Astrid dan Danisa bukan sesuatu hal yang dimaksud dan mulai tidak cocok perbincangannya antara ibu mereka. Pada tuturan (XMS2, A7) Astrid sudah mulai malas dengan pertanyaan ibunya yang itu-itu saja sehingga membuatnya malas membicarakannya dan akhirnya jawaban Astrid dengan nada jengkel menjawab seadanya karena ia merasa sudah tidak cocok lagi untuk meneruskan pembicaraan. Tuturan (XMS2, D4) Danisa mulai kesal karena ibunya bertanya terus tanpa melihat hasil yang dikerjakannya sehingga dia agak kesal dengan sedikit bertanya balik dengan pendapatnya. 4.2.1.1.3
Pelanggaran Kesantunan Konsep Muka
Seperti yang telah diuraikan peneliti pada Bab II, Brown dan Levinson via Gunarwan (1992) membagi konsep muka menjadi muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada keinginan seseorang dihargai dengan jalan membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Muka negatif menunjukkan hasrat penutur untuk tidak diganggu dalam tindakkannya. Sedangkan muka positif mengacu pada citra diri setiap orang (yang rasional) yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia yakini (sebagai akibat dari apa yang dilakukan atau apa yang dimilikinya tersebut) diakui orang lain sebagai hal yang baik, menyenangkan, yang patut dihargai, dan seterusnya. Muka positif ini berarti menunjukkan solidaritas. Dalam penelitian ini, tutuan responden lebih banyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
menyerang muka positif daripada muka negatif. Ancaman bagi muka positif ini berakibat pada pelanggaran kesantunan positif. Ancaman terhadap muka positif mitra tutur dilakukan pada tuturan yang dimaksudkan untuk menyanggah pendapat mitra tutur. Ancaman terhadap muka positif mitra tutur dilakukan dengan tuturan langsung yang mengungkapkan ketidak sepakatan. (XMMN, P2) Ibu : itu kan di sekolah, ya kamu tu di rumah ga cuma main laptop gitu loh Sidiq : udah kok, udah banyak di sekolah, di rumah tu ya refreshing (XMMN2, P3) Ibu : lha kamu tu refreshing lha orang tua tu yang ngeliat yo nggak enak to ya, mbayar udah mahal, pelajaran semakin lama semakin susah ya bukunya itu di buka itu biar ga percuma orang tua beliin buku paket opo buku yang lainnya itu. Sidiq : lha nanti nek belajar terus nek kalau belajar teruskan pa nggak pusing? Topik : ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar Percakapan terjadi pada sore hari, berada di teras depan rumah, Sidiq baru selesai mandi dan ibunya sedang menjemur pakaian. Pesertanya ada ibu Sidiq dan Sidiq siswa kelas 10 STM Pembangunan Mrican. Tujuan dari pembicaraan ibu ingin agar Sidiq saat dirumah belajar. Isi pembicaraan ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar. Nada bicara santai tapi serius. Tuturan yang diucapkan oleh Sidiq sangat transparan atau langsung mengatakan ketidak setujuannya dengan pemikiran ibunya karena dia memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
argumen yang menurutnya benar bahwa jika di rumah tidak harus serius karena susah berkonsentrasi setelah seharian berkonsentrasi penuh di sekolah. Hal tersebut mengancam muka positif mitra tuturnya karena ketidak setujuan tersebut diutarakan secara langsung tanpa basa-basi. 4.2.1.2 Bentuk Tuturan yang Santun Selain pelanggaran terhadap aturan-aturan kesantunan berbahasa, peneliti juga menemukan tuturan yang mematuhi aturan-aturan tersebut. Seperti halnya tuturan yang melanggar aturan-aturan kesantunan, peneliti menggunakan teori yang sama sehingga mendapatkan tuturan-tuturan yang santun. Dari analisis, peneliti mengkategorikan tuturan (BTS1, R7) dan (BTS2, P6) adalah tuturan yang santun. (BTS1, R7)
Ibu : habis diajak bapak ibunya pergi tapi yang gede ga mau kenapa ga mau ikut mas? Tian
: belum istirahat
Topik : tentang kenapa tidak ikut pergi dan tentang sekolahnya (BTS2, P6)
Ibu : ya harus berusaha..orang pinter kalo nggak belajar ya nggak tambah pinter..orang bodoh kalo rajin membaca mbukae tu buku-buku yang udah di kasih buguru lah itu kan tambah pinter berarti ga hanya sekolah-sekolah pegang laptop nge game bikin susah orang tua ngeliatnya tu loh Sidiq : ya…ya coba tak sekarang mulai belajar tapi kalo dikitdikit dulu gimana? Topik : membicarakan Sidiq yang jarang belajar di rumah
Kedua tuturan tersebut merupakan tuturan yang santun karena tidak membuat mitra tutur merasa tersinggung ataupun mengancam muka mitra nya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
sehingga dikategorikan santun. Kedua percakapan di atas juga sangat menjaga agar pembicaraan yang mereka bicarakan berjalan dengan lancar tanpa harus ada yang tersinggung. Pada tuturan (BTS1, R7) Tian tidak ingin mengecewakan ibunya dengan menjawab belum istirahat karena dalam seminggu sudah capek dengan kegiatan seolahnya sehingga ia menjaga perasaan ibunya dengan menjawab belum istirahat. Tuturan (BTS2, P6) Sidiq mencoba mengiyakan perkataan ibunya agar ibunya merasa dihargai dengan nasehat-nasehatnya sehingga ibunya tidak kecewa dengan tingkahnya. 4.2.2
Penanda Kesantunan Berbahasa Berdasarkan banyaknya data ketidaksantunan yang telah dianaliasis
peneliti mengelompokkan menjadi dua yaitu penanda ketidak santunan berbahasa dan penanda kesantunan berbahasa. 4.2.2.1 Penanda Ketidaksantunan Berbahasa Peneliti menemukan beberapa sebab ketidaksantunan berbahasa. Berikut ini adalah penyebab-penyebab beserta data-datanya. 4.2.2.1.1 Penutur tidak dapat mengendalikan emosi ketika bertutur Penyebab pertama adalah penutur tidak dapat mengendalikan emosinya ketika bertutur berikut datanya : (PKB1, A7)
Ibu
: terus bilang apa dia?
Astrid : kan ga komen lagi to
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
Topik : membicarakan teman Astrid yang salah komen di akun facebook ibunya. (PKB2, C5)
Ibu
: lah kok jelek semua?
Elis : ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu bahasa indonesianya dapat delapan trus habis itu… Topik : membicarakan tentang hasil ujian tengah semester Tuturan (PKB1, A7) menunjukkan kekesalan Astrid kepada ibunya karena bertanya terus sedangkan dia juga sedang berkonsentrasi pada TV yang ia tonton saat ibunya menanyai tentang masalah di facebook. Sehingga Astrid tidak bisa mengendalikan emosinya karena terganggu saat sedang menonton. Tuturan (PKB2, C5) penutur tidak dapat mengendalikan emosinya terlihat pada kata “ya dengerin dulu mah makannya”. Kata tersebut dipertegas karena seolah ibunya tidak yakin anaknya akan mendapatkan nilai bagus dan kecewa karena yang didengarnya belum ada nilai yang bagus. 4.2.2.1.2 Penutur memaksakan pendapatnya Penyebab kedua adalah penutur memaksakan pendapatnya ketika bertutur berikut datanya : (PKB3, C11) Ibu Elis
: tumben..ahahahha : astaga ya ampun..kok di tumbenin bukan disyukurin.
Topik : membicarakan tentang hasil ujian tengah semester (PKB4, D4)
Ibu : lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum? Danisa : hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Topik : membicarakan PR Danisa tentang virus Penutur (PKB3, C11) menginginkan ibunya untuk sepakat dengan apa yang dipikirkannya, sedangkan hal tersebut melanggar kesantunan dengan memaksakkan kehendaknya. Penutur (PKB4, D4) tetap mempertahankan apa yang dibicarakannya sehingga terkesan ingin lebih didengar ketimbang ibunya yang memberi saran dan masukkan. Sehingga kedua tuturan di atas yaitu tuturan (PKB3, C11) dan (PKB4, D4) termasuk penyebab ketidaksantunan berbahasa yang memaksakkan pendapatnya. 4.2.2.1.3
Penutur memojokkan mitra tutur
Penyebab ketiga adalah penutur memojokkan mitra tuturnya ketika bertutur berikut datanya : (PKB5, D9)
Ibu :ha ini HIV virus trus yang ini? Danisa : ya sama HIV virus..HIV tu virus gimana e? Topik : membicarakan PR Danisa tentang virus
(PKB6, J2)
Tante : lagi ngapain? Krisna : lagi ga ngapa-ngapain Topik : membicarakan apa yang sedang dilakukan oleh Krisna pada sore hari
Pada tuturan (PKB5, D9) tersebut penutur memojokkan mitra tutur karena mitra tutur tidak tahu dengan apa yang sedang dibahas bisa jadi mitra tutur tahu namun tidak seperti penutur yang jauh lebih tahu dan sedang belajar materi tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Penutur (PKB6, J2) tersebut membuat mitra tuturnya menjadi mati gaya atau tidak bisa bertanya apa-apa lagi karena jawabannya bisa saja menyinggung karena bisa berarti juga penutur sedang tidak ingin berbicara dan ditanya-tanya. 4.2.2.2 Penanda Tuturan yang Santun Dalam Bab III, peneliti sudah menjabarkan pendapat para ahli tentang kaidah-kaidah kesantunan berbahasa. Dalam penelitian ini, penulis merumuskan indikator-indikator tuturan yang santun dengan lebih rinci. Inti dari kesantunan berbahasa adalah pemilihan kata yang tidak menyinggung dengan tetap memperhatikan ketersampaian informasi pada mitra tutur. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan strategi-strategi yang dapat digunakan penutur agar tuturannya santun bagi pendengar. 4.2.2.2.1
Menanggapi mitra tutur dengan positif
Tanggapan yang positif terhadap tuturan mitra tutur dapat mengurangi gesekan pada hubungan interpersonal. Berikut ini adalah contoh tuturan yang memberi tanggapan yang positif pada pendapat mitra tutur. (PTS1, O12) Kakak Sharon udah Topik (PTS2, N6)
: jam tiga? Hmmm..ada les di itu lagi? : Cuma les di sekolah..kan tante pergi jadi ga jadi ya : membicarakan apa yang dilakukan hari kemarin dan hari ini
Ibu
: lah apa ga ikut les?
Riska
: udah, tapi gurunya njelasinnya gimana gitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Topik : membicarakan tentang les yang sedang diikuti oleh anaknya untuk menempuh ujian akhir. (PTS3, M11) Tante
: ohh..sekarang cakep deh
Niken : ya ampuunn..ini tambah item..belang lagi, kan masih latihan tonti Topik : membicarakan potongan rambut Niken yang baru (PTS4, L6)
Ibu
: ngga bawa minum tadi?
Miftah
: nggak Cuma beli..tiga ribu harganya
Topik : membicarakan kegiatan Miftah yang tadi siang mengikuti kegiatan futsal (PTS5, J12)
Tante : sampe lupa yo kalo sepak bola lupa waktu yo Krisna : ya kalo sepak bola disini ya sampe lupa waktu tapi kalo yang di esis tu ya ngga soale kan dikasih waktu Topik : membicarakan sepatu Krisna yang baru
Tuturan (PTS1, O12) Sharon menanggapi kakaknya dengan tanggapan yang positif agar kakaknya tidak tersinggung dan tidak malas untuk berbicara kepadanya di masa yang akan datang. Begitu juga dengan tuturan (PTS2, N6) Riska menanggapi ibunya dengan positif dengan penjelasan yang sejelas-jelasnya agar ibunya tidak kecewa, tuturan (PTS3, M11) niken menanggapu tuturan mitra tuturnya dengan positif karena dia menganggap apa yang dituturkan oleh mitra tuturnya membuat malu dan juga senang, tuturan (PTS4, L6) Miftah menanggapi dengan positif tuturan ibunya agar ibunya tidak kecewa karena Miftah tidak membawa minum, dan (PTS5, J12) yang juga memberikan tanggapan yang positif agar mitra tuturnya tidak menjadi tersinggung dan memberhentikan percakapan yang sedang berlangsung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.2.2.2
68
Menyampaikan pendapat dengan tidak berbelit-belit
Kelugasan mampu memperlancar arus informasi yang ingin disampaikan. Berikut ini adalah contoh tuturan yang tidak berbelit-belit. (PTS6, J10)
Tante : sudah di reyen? Krisna : sudah Topik : membicarakan tentang sepatu Krisna yang baru di belikan oleh orangtuanya
(PTS7, I9)
Ika : udah..berarti tinggal ini ya ujian sekolah hooh to ujian apa namanya Galuh : UAS..ujian akhir semester Topik: membicarakan tentang UAS yang akan dihadapi oleh Cyntia
(PTS8, G8)
Ibu : belajar yang rajin Cyntia : iya Topik : membicarakan tentang UAS yang akan dihadapi oleh Cyntia
Pada tuturan ke (PTS6, J10) Krisna menjawab dengan singkat dan jelas apa yang ditanyakan oleh mitra tuturnya, tuturan (PTS7, I9) galuh juga menjawab dengan tidak berbelit-bekit dan apa adanya, tuturan (PTS8, G8) sudah menyampaikan pernyataan dengan tidak berbelit-belit sehingga percakapan yang dilakukan dapat terlaksana dengan mudah dan sudah menerapkan kesantunan dengan menjawab pertanyaan dengan lugas. 4.2.2.2.3
Mengungkapkan ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur
Hal ini dapat ditunjukkan dengan tidak menunjuk kesalahan perseorangan namun dengan merujuk pada hal yang umum. Datanya pada tuturan berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
(PTS9, F10) Ibu : sama mbak niken Kakak : mbak niken udah SMA sibuk kok (PTS10, D4) Ibu : lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum? Danisa : hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh Pada tuturan (PTS9, F10) kakak sudah berusaha untuk tidak memojokkan mitra tutur dengan memberi alasan bahwa temannya sudah sibuk. Sedangkan pada tuturan (PTS10, D4) Danisa sudah menjaga agar tidak memojokkan mitra tuturnya dengan menanyakan kembali apakah benar atau salah dengan pekerjaan yang sudah dia buat. 4.2.3
Maksud Kesantunan Berbahasa Setelah menemukan penanda kesantunan berbahasa yang santun dan
penanda kesantunan berbahasa yang tidak santun, peneliti menemukan maksud kesantunan berbahasa anak usia remaja. 4.2.3.1 Sikap kerendahan hati penutur Sikap rendah hati diperlukan agar seseorang dapat bertutur dengan santun.Dengan bersikap rendah hati, penutur tidak hanya dapat membuat situasi pertuturan dapat terjaga dengan baik. (MKB1, D4) Ibu : lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum? Danisa : hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh Topik : membicarakan tentang tugas Danisa di sekolah tentang virus (MKB2, Q1) Ika
: eh HP mu baru ya sa ya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tasya
70
: hmmm hehehe
Topik : membicarakan tentang HP tasya yang baru (MKB3, M11) Tante
: ohh..sekarang cakep deh
Niken : ya ampuunn..ini tambah item..belang lagi, kan masih latihan tonti Topik : membicarakan kabar Niken dengansekolahnya yang sekarang (MKB4, S6) Ibu : hooh itukan bapaknya struk kan bukan karena ga punya duit ataupun mikirin Abi..Abi nyatanya masih bisa pesta-pesta untuk ngerayain ulang tahun. Yoka : oh hooh to Topik : membicarakan tentang sekolah yoka yang sedang ada masalah Pada tuturan (MKB1, D4), penutur tidak menonjolkan diri karena dia mempertanyakan pekerjaannya kepada ibunya apakah kebesaran atau tidak. Dengan tanggapan seperti itu kepada ibunya maka penutur menunjukkan kerendahan hatinya. Dari pembicaraannya tentang tugas Danisa yang membahas virus tuturan di atas lah yang menunjukkan bahwa Danisa telah rendah hati dengan menanyakan besar atau tidaknya pekerjaan yang telah dikerjakannya. Pada tuturan (MKB2, Q1), penutur tampak tidak menonjolkan diri dengan tidak mengakui bahwa Hpnya baru. Ia tidak berbangga diri karena HP nya baru. Dengan menjawab dengan tertawa kecil maka menunjukkan bahwa penutur bersikap rendah hati. Dari tuturan yang di atas menunjukkan bahwa Tasya rendah hati karena percakapannya tentang HP barunya tidak lantas membuat dia menjadi sombong dengan apa yang dia miliki.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Penutur (MKB3, M11) tidak mengiyakan perkataan mitra tutrnya karena ia merasa dirinya lebih kurang daripada mitra tuturnya sebenarnya ingin menyanjung atau memberikan pujian namun karena tidak berani karena lebih muda maka penutur merendahkan dirinya. Dalam konteks tentang sekolahannya Niken tidak lantas berbangga diri karena dia menjadi lebih mewah dan lebih keren karena bersekolah di sekolah favorit tetapi niken memilih merendahkan dirinya agar tidak terlihat sombong. Penutur (MKB4, S6) memberi pujian dengan mengiyakan apa yang dikatakan oleh mitra tuturnya agar mitra tuturnya merasa apa yang dikatakannya benar dan juga menjaga agar mitra tuturnya tetap merasa benar. Pada percakapan (4) saat membicarakan tentang sekolahnya dan ujian akhir sekolah yang akan dihadapinya penutur masih bisa sopan dalam menanggapi tuturan mitra tuturnya agar terkesan lebih sopan dengan merendahkan dirinya. 4.2.3.2 Sikap hormat penutur terhadap mitra tutur Sikap hormat kepada mitra tutur sangat penting dalam kesantunan. Sikap hormat pada mitra tutur dapat ditunjukkan dengan cara berikut. (MKB5, B5) Bapak : lha ditanyain? Abid
: ya ga tau
Topik : membicarakan kegiatan Abid tentang tonti (MKB7, S10) Ibu
: terus kamu bilang gimana?
Yoka : ya katane sakit terus ga jadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Topik : membicarakan tentang sekolah Yoka yang sedang ada masalah (MKB6, P3) Ibu : lha kamu tu refreshing lha orang tua tu yang ngeliat yo nggakenak to ya, mbayar udah mahal, pelajaran semakin lama semakin susah ya bukunya itu di buka itu biar ga percuma orang tua beliin buku paket opo buku yang lainnya itu. Sidiq : lha nanti nek belajar terus nek kalau belajar teruskan pa nggakpusing? Topik : membicarakan tentang Sidiq yang tidak atau jarang belajar di rumah Pada tuturan (MKB5, B5) berdasarkan konteks pembicaraan yang membicarakan tentang kegiatan Abid yaitu tonti, Abid mencoba menjawab pertanyaan bapaknya dengan tidak menunjuk kesalahan mitra tutur yang masih bertanya padahal Abid sudah menjelaskan di awal. Pada tuturan (MKB7, S10) berdasarkan masalah yang sedang dihadapi Yoka disekolah dan dari pihak sekolah mengharapkan agar ibu Yoka ke sekolah, Yoka menjawab dengan sopan dan tidak menunjuk kekurangan mitra tuturnya dengan menjawab dengan tuturan yang sopan dan hormat terhadap ibunya Karena ibunya sedang sakit sehingga dia mengatakan pada sekolahnya bahwa ibunya tidak bisa datang karena sedang sakit. Pada tuturan (MKB6, P3) dalam konteks membahas tentang Sidiq yang tidak mau belajar karena sudah cape belajar di sekolah, penutur mengungkapkan ketidaksepakatan dengan cara yang santun. Ia memberikan penghargaan dengan menuturkan bahwa pendapat mitra tutur menarik. Meskipun menarik, pendapat ini tidak dapat dilakukan karena keadaan tidak memungkin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Ketidaksepakatan dalam kegiatan bertutur memang tidak dapat dihindari oleh karenanya, penutur perlu bijaksana dalam menyikapi ketidaksepakatan, penutur harus mampu mengolah ketidaksepakatan menjadi kesepakatan yang memberikan tuturan yang santun agar tidak merugikan mitra tutur. 4.2.3.3 Menjaga perasaan mitra tutur Santun atau tidaknya tuturan salah satunya ditentukan oleh penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, penutur perlu menjaga perasaan mitra tutur. (MKB8, B12) Bapak : udah belajar belum Abid
: udah bahasa jawa aja
Topik : membicarakan tentang kegiatan Abid sepulang sekolah (MKB9, D10) Ibu : lha kok gambar e beda? Danisa : ya nanti tempel semua wae hehe Topik : Membicarakan tentang tugas sekolah Danisa yang membahas virus (MKB10, E8) Bapak : hmm.. haya udah nek gitu saya dukung-dukung aja..ya kalo bapak pasti dukung aja yang penting kamu belajar pertama sama pelajarannya apapun kegiatannya ya semuanya harus mencakup lah Afif : pasti Topik : membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh (MKB11, F5) Ibu Aldi
: nek berani sama ibu main pingpong nya : hee..ibu di rumah terus
Topik : membicarakan kegiatan Aldi bermain pingpong dengan temannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Pada percakapan (MKB8, B12) dengan konteks membicarakan tentang kegiatan Abid sepulang sekolah, Abid menjawab pertanyaan bapaknya dengan berkata “udah bahasa Jawa aja” agar bapaknya tidak kecewa karena meskipun bapaknya tahu Abid pulang sore dan cape tapi bapaknya pasti tetap ingin anaknya belajar untuk besok hari sehingga jawaban nya sudah menjaga perasaan bapaknya. Percakapan (MKB9, D10) dengan konteks Membicarakan tentang tugas sekolah Danisa yang membahas virus, membuat Danisa terkesan sangat menjaga perasaan ibunya dengan menempelkan semua gambar sehingga apa yang sudah dicari tidak sia-sia dan ibunya pun tidak kecewa karena mengetahui bahwa anaknya mungkin belum mengerti tugasnya ketika ibu bertanya mengapa beda. Percakapan (MKB10, E8) membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh dan (MKB11, F5) membicarakan kegiatan Aldi bermain pingpong dengan temannya menunjukkan bahwa afif menjaga perasaan bapaknya dengan mengatakan pasti sehingga bapaknya
tidak
harus
terus-terusan
khawatir
dengan
kegiatan
yang
dilakukannya.Sedangkan Aldi juga menjawab dengan beralasan ibunya di rumah terus agar ibunya tidak tersinggung daripada Aldi harus mengatakan malas ataupun tidak mau.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
4.2.3.4 Mengembangkan sikap diri yang baik Pada penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa penanda yang menyebabkan penutur bertutur dengan tidak santun.Untuk itu diperlukan sikap diri yang baik agar kegiatan pertuturan dapat selalu terjaga. (MKB12, E4) Afif : ya ini rencana nanti kalau sudah kenaikan tingkat sampe bulan Desember berhenti nanti..gitu sampe bulan Desember besok, kalau sudah habis ujian nasional ya ngelanjutin lagi sampai sepuasnya mengisi hari-hari mengisi waktu luang Bapak : nggak waktu itu tapak sucinya dimana? Topik : membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh (MKB13, E7) Bapak : yang diutamakan kan sekarang pelajarannya terus waktu les kamu itu gimana Afif : mmm..untuk les ya agak lebih maju perkembangannya dari yang sebelumnya les ya sebetulnya tu tidak mengganggu juga sih karena waktunya semester satu tu masih banyak yang luang tu jadi dimanfaatin untuk ekstra kurikuler Topik : membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh (MKB14, F13)Ibu Aldi
: agak ga bisa, besok main sama ibu : ya
Topik : membicarakan kegiatan Aldi bermain pingpong dengan temannya Pada percakapan (MKB12, E4) dan (MKB13, E7) dalam konteks membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh, Afif menjelaskan ke bapaknya tentang rencananya dalam mengikuti kegiatan bela diri yang jadwalnya akan di aturnya sehingga tidak mengganggu ujiannya. Dan dia berjanji melakukan yang terbaik dengan berhenti sejenak untuk fokus ujian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Pada percakapan (MKB14, F13) dalam konteks membicarakan kegiatan Aldi bermain pingpong dengan temannya, Aldi menanggapi perkataan ibunya karena siapa tahu dengan bermain dengan ibunya maka kemampuannya bermain pingpong akan semakin baik. Keempat percakapan di atas menunjukkan bahwa maksud dari perkataan mereka menjadikan mereka masih terus belajar agar lebih baik dan terus mengembangkannya. 4.2.3.5 Berhati-hati dalam pemilihan kata dan gerak tubuh Setiap kata mempunyai daya bahasa yang berbeda ketika dipakai dalam tuturan yang berbeda pula. Misalnya pada data berikut ini (MKB15, E5) Afif : kalo yang disekolahan itu sama aja kaya yang diluar sama kalo yang disekolahan itu gurunya sama kaya yang diluar gitu Bapak : kalo bapak sih selalu dukung saja yang penting pelajarannya aja jangan sampe kehilangan atau ketinggalan pelajarannya Afif
: ya
Topik : membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh (MKB16, I7) Ika : oo..pantai..narsis ya kalian ya Galuh : (ketawa) Topik : membicarakan tentang kabar Galuh (MKB17, J12)Tante : sampe lupa yo kalo sepak bola lupa waktu yo Krisna : ya kalo sepak bola disini ya sampe lupa waktu tapi kalo yang di esis tu ya ngga soale kan dikasih waktu Topik : membicarakan kegiatan Krisna dalam klub nya sepakbola Dalam pembicaraan (MKB15, E5) dengan konteks membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh, Afif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
terlihat sangat berhati-hati agar apa yang dia katakana tidak menyinggung bapaknya dan mengecewakan karena ketika Afif berkata yam aka dia sudah membuat lega bapaknya. Pada percakapan (MKB16, I7) dalam konteks membicarakan tentang kabar Galuh, galuh hanya tertawa kecil dan menunjukkan bahwa ia sangat berhatihati menanggapi pertanyaan Ika. Mungkin kalau dia menjawab takut akan menyakiti mitra tuturnya sehingga dia hanya memilih ketawa kecil. Percakapan (MKB17, J12) dalam konteks membicarakan kegiatan Krisna dalam klub nya sepakbola, Krisna sangat berhati-hati dalam berbicara kepada mitra tuturnya karena ia lebih memilih menjelaskan seadanya karena bingung memilih kata sehingga dia sangat berhati-hati dalam berbicara. Ketiga data di atas adalah data yang tuturannya sangat berhati-hati dalam menyampaikan maksudnya. 4.3 Pembahasan Pada subbab ini, peneliti menjelaskan data-data penelitian yang sudah disajikan pada subbab sebelumnya. Penjelasan dalam subbab ini meliputi penjelasan mengenai manifestasi kesantunan berbahasa yang dikelompokkan menjadi bentuk tuturan yang tidak santun yang diuraikan melalui pelanggaran aturan-aturan kesantunan berbahasa yaitu pelanggaran prinsip kerja sama, pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa, dan pelanggaran model kesantunan Brown dan Levinson. Peneliti juga membahas mengenai bentuk tuturan yang santun. Kemudian penanda kesantunan berbahasa yang santun dan yang tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
santun.Penelitian ini juga membahas maksud dari setiap tuturan dan analisis mengenai kesantunan berbahasa anak remaja dalam ranah keluarga. 4.3.1 Manifestasi Kesantunan Berbahasa Manifestasi sudah dijelaskan pada analisis sebelumnya di atas yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu bentuk tuturan yang tidak santun dan bentuk tuturan yang santun. Berikut analisis data yang akan dibahas. Sesuai data yang telah diuraikan di atas, penutur melakukan pelanggaranpelanggaran pada kaidah-kaidah yang dikemukakan oleh para ahli. Pelanggaran tersebut meliputi pelanggaran prinsip kerjasama, pelanggaran prinsip kesantunan, dan pelanggaran konsep muka. Pertama, peneliti membahasnya dengan menggunakan prinsip kerjasama. Prinsip kerjasama merupakan aturan kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Grice via Kuntjara (2003) untuk menjaga agar pesan dalam sebuah tuturan dapat tersampaikan dengan baik pada mitra tutur. Menurut Grice, ketika mitra tutur dapat menerima pesan dengan baik sesuai dengan maksud penutur, penutur telah bertutur dengan santun. Namun demikian, dalam penelitian ini, peneliti justru menemukan beberapa penutur yang dengan sengaja melanggar prinsip kerjasama. Pelanggaran ini dipilih oleh penutur untuk bersikap santun kepada mitra tuturnya. Fenomena ini sejalan dengan apa yang pernah dikatan oleh Leech (1983) bahwa terkadang penutur sengaja melanggar prinsip kerja sama untuk menunjukkan tuturan yang santun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dalam penelitian ini mencakup pelanggaran terhadap maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Pada maksim kuantitas penutur sengaja melanggar untuk mengaburkan informasi, berlaku santun, dan atau meluncurkan implikatur percakapan. Pada data (1), pelanggaran dilakukan penutur dengan tujuan untuk menimbulkan implikatur percakapan. (XMKu1, A3)
Ibu Astrid
: ga dimarahin, itu salah masuk komennya gitu : malah senyum-senyum kok ketemu aku aja
Penutur tidak menuturkan secara langsung bahwa ia takut, baginya hal yang akan dibicarakan tersebut sangat tidak penting karena temannya membuat ibunya bertanya-tanya tentang bagaimana ia menghadapi temannya tersebut. Ketidaklangsungan tuturan terlihat dari penjelasan yang terlampau panjang. Jarak yang diambil antara tuturan dan maksud yang sesungguhnya diinginkan penutur terlalu jauh. Hal ini menimbulkan implikatur pada tuturan. Ada maksud yang disembunyikan penutur sehingga mitra tutur harus jeli untuk melihat kasus yang sesungguhnya. Jawaban yang tidak memiliki relevansi dengan apa yang dituturkan mitra tutur berarti telah melanggar maksim relevansi. Pelanggaran maksim relevansi dilakukan penutur pada data berikut. (XMR1, D2) Ibu : fisika itu kemarin dapet berapa ulangan itu? Pertama itu 85, sembilan..sembilan berapa itu?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Danisa : buk tadi katane pakde to..virus..virus apa tu ya namane virusnya virusnya demam berdarah sama virus harpes katane ga ada obate..hooh po? Pelanggaran tersebut dilakukan untuk menghindari pertanyaan mitra tutur. Penutur tidak berkenan untuk menjawab pertanyaan mitra tuturnya. Namun demikian, penutur tidak memilih untuk diam, ia akan menciderai hubungan dengan mitra tutur terlebih penutur adalah anak dari mitra tutur. Apabila penutur memilih untuk diam, citra diri penutur dapat diciderai. Mitra tutur akan berpikir bahwa penutur tidak menguasai masalah. Dengan tidak bersikap diam, penutur telah menjaga citra dirinya sekaligus menjaga hubungan dengan orang lain. Dalam prinsip kerjasama diatur pula bagaimana cara menyampaikan tuturan. Hal ini penting agar tuturan dapat tersampaikan dengan baik. Sesuai dengan perolehan data, penutur melakukan beberapa pelanggaran maksim cara. Seperti halnya pelanggaran maksim relevansi, pelanggaran maksim cara juga bertujuan untuk menghindari pertanyaan mitra tutur. Penutur sengaja menjawab dengan tidak lugas dan cenderung berbelit-belit bahkan mengulang-ulang jawaban. Mitra tutur juga hendaknya bersikap peka terhadap isyarat penutur. Apabila penutur tidak berkenan untuk menjawab, sebaiknya mitra tutur juga bersikap santun dengan tidak memaksa penutur untuk menjawab pertanyaannya. Dengan bersikap peka dan tidak memaksa berarti mitra tutur sudah menyelamatkan penutur dari rasa malu, marah atau hal-hal lain yang menyebabkan penutur enggan memberi jawaban.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Dalam penelitian terhadap pelanggaran kaidah kesantunan berbahasa di atas, peneliti menemukan adanya tarik menarik antara kaidah yang satu dengan kaidah yang lain. Misalnya saja pada pelanggaran maksim relevansi. Pelanggaran ini mungkin dilakukan ketika responden tidak menghendaki untuk memberikan jawaban atas pertanyaan mitra tuturnya. Misalnya pada data (2) Ia memilih untuk mengalihkan jawaban dengan memberi penjelasan yang panjang hingga dengan sengaja melanggar maksim kuantitas. Meskipun melanggar, tuturannya termasuk berkategori santun. Pelanggaran tersebut bertujuan agar tuturannya tidak mengancam muka oranglain. Demikian pula dengan data (XMR1, D2), jawaban responden tidak sesuai dengan pertanyaan mitra tutur. Hal ini dilakukan responden karena ia tidak berkenan untuk menjawab pertanyaan ibunya. Oleh karena itu pelanggaran ini merupakan pelanggaran yang disengaja. Pelanggaran-pelanggaran prinsip kerjasama yang dilakukan responden lebih didorong pada keinginan untuk bersikap santun. Dengan melanggar prinsip kerjasama, penutur mengharapkan tuturan akan menjadi lebih santun. Hal ini pula yang ditegaskan oleh Leech dalam teorinya. Pada peristiwa tutur, penutur sengaja melanggar prinsip kerja sama untuk membuat tuturan terdengar lebih santun sehingga dalam hal ini tuturan yang melanggar prinsip kerja sama belum tentu merupakan tuturan yang tidak santun. Prinsip kerjasama bertujuan agar informasi yang disampaikan penutur dapat dengan jelas diterima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
mitra tutur. Dengan demikian penutur telah bersikap santun dengan memberikan informasi yang diinginkan mitra tutur. Namun demikian, belum tentu informasi yang disampaikan secara langsung ini akan berdampak baik pada hubungan interpersonal peserta tutur. Pelanggaran prinsip kerjasama seperti contoh di atas dilakukan untuk menimbulkan efek santun tetapi bukan berarti kepatuhan terhadap prinsip kerja sama akan berakibat ketidaksantunan. Di sinilah perlunya kepekaan dan kemampuan berbahasa penutur diasah. Dimana saatnya prinsip kerjasama dilanggar dan di mana saat prinsip kerjasama dipatuhi. Tujuannya sama yaitu untuk memperoleh tuturan yang santun. Data berikut ini adalah contoh tuturan yang santun dengan tetap mematuhi prinsip kerjasama. (XMR2, G4) Ibu : ada yang galak? Galak e kan ya tergantung kamu, kamu ga ngapa-ngapain apa ya digalakin, iya to mbak ika Ika : ha iya, dimana to sekarang sekolahnya? Cyntia : SMP 1 prambanan Tuturan di atas merupakan tuturan yang mematuhi prinsip relevansi. Patuh pada maksim relevansi berarti penutur menuturkan informasi yang berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan. Pada contoh di atas, penutur menanggapi pertanyaan mitra tuturnya tentang bersekolah dimana. Penutur kemudian menjelaskan bahwa bersekolah di SMP 1 Prambanan. Dengan jawaban tersebut, penutur telah mematuhi maksim relevansi. Penutur memberi jawaban sesuai dengan pertanyaan mitra tutur. Ini berarti, penutur telah memenuhi harapan mitra tutur dengan memberi jawaban sesuai yang diinginkan. Harapan yang terpenuhi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
ini tentu akan membuat penutur merasa senang. Dengan membuat mitra tutur senang berarti penutur telah bersikap santun. Berbeda dengan prinsip kerjasama yang dilakukan untuk menimbulkan efek santun, pelanggaran prinsip kesantunan yang dilakukan penutur justru menimbulkan efek tidak santun. Pelanggaran yang paling sering dilakukan adalah pelanggaran maksim kerendahan hati. Pelanggaran maksim ini berakibat sikap yang menyombongkan diri sehingga menimbulkan kesan tidak santun. Kesan menyombongkan diri karena melanggar maksim kerendahan hati juga tercermin dalam tuturan berikut. (XMH1, A6) Ibu : dia bilang gitu? Sengaja? Berarti udah diinterogasi? Astrid : dah, udah ditanyain dong..galak banget to Tuturan tersebut dituturkan untuk menyatakan bahwa penutur memiliki kelebihan memarahi atau membuat orang takut dengan pernyataannya. Tuturan tersebut mempunyai implikatur bahwa temannya yang bersangkutan sudah dimarahi dan takut karena penutur galak. Meskipun tuturan tersebut tidak memuji diri penutur sendiri melainkan orang lain atau orang ketiga. Penutur tidak bersikap rendah hati dengan menyombongkan diri. Dengan tuturan yang demikian, penutur telah melanggar maksim kerendahan hati. Pelanggaran prinsip kesantunan juga terjadi pada maksim penerimaan. Dalam maksim ini Leech berpesan supaya penutur meminimalkan kecaman terhadap orang lain. Pada beberapa dialog yang terjadi, penutur dengan sengaja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
mengecam mitra tuturnya sehingga mengurangi rasa hormat pada orang lain. Kecaman pada mitra tutur terjadi pada data berikut ini. (PKB2, C5)
Ibu : lah kok jelek semua? Elis : ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu bahasa indonesianya dapat delapan trus habis itu…
Dalam contoh di atas penutur tanpa menutup-nutupi apa yang akan dikatakan sehingga terkesan tidak santun karena penutur ingin didengarkan terlebih dahulu. Dalam tuturan di atas, penutur mengecam mitra tutur agar tidak berbicara sebelum penutur selesai bertutur. Tuturan di atas bertambah tidak santun dengan pemilihan kata “ya dengerin dulu mah makannya”. Kata tersebut berarti penutur telah mengatakan bahwa perbuatan miitra tutur salah ketika menyela pembicaraan penutur, di sisni kesantunan berbahasa mitra tutur juga diuji apakah ia akan menunjukkan ketidaknyamanan dengan tuturan yang tidak santun ataukah ia dapat menjaga wibawa dengan tetap menjaga kesantunan tuturannya. Apabila mitra tutur bijaksana, ia tidak akan mudah terpancing dan menuturkan tuturan yang tidak pantas diucapkan. Seseorang akan senang jika mendapatkan dukungan atas usaha yang sedang dilakukannya. Tuturan yang mengeca seperti contoh sebelumnya tentu tidak akan membuat mitra tutur senang. Demikian pula bila penutur bersikap anti pati terhadap mitra tutur. Sikap anti pati ini menurut Leech adalah sebuah pelanggaran terhadap maksim simpati. Pelanggaran maksim simpati dilakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
penutur menimbulkan rasa tidak hormat bahkan ejekan pada mitra tuturnya sehingga menjadi tidak santun. (PKB5, D9)
Ibu :ha ini HIV virus trus yang ini? Danisa : ya sama HIV virus..HIV tu virus gimana e?
Simpati tidak hanya ditunjukkan ketika seseorang mendapatkan sebuah musibah atau kemalangan. Rasa simpati dapat ditunjukkan ketika seseorang sedang berusaha mengerjakan atau meraih suatu cita-cita. Pada tuturan di atas, penutur melanggar maksim simpati. Penutur tidak menunjukkan dukungannya atas usaha yang dilakukan mitra tutur. Ia tidak bersimpati dengan memberi semangat pada mitra tutur sebaliknya malah menuturkan bahwa setiap usaha bisa saja gagal. Tuturan demikian dapat membuat mitra tutur berkecil hati. Untuk menunjukkan simpati penutur dapat menuturkan tuturan berikut ini. Ibu :ha ini HIV virus trus yang ini? Danisa : ya sama HIV virus..HIV tu virus bu. Apabila penutur menunjukkan rasa simpatinya tentu
mitra tutur akan
senang. Simpati berupa dukungan dapat menjadi hal yang sangat berarti bagi seseorang. Rasa simpatipun akan memberikan kesegaran hati bagi mitra tutur. Penuturpun akan memperoleh manfaat karena menjaga perasaan orang lain. Apabila mitra tutur merasa senang, penutur telah menjaga martabatnya sendiri. Tentu mitra tutur juga akan menunjukkan penghargaan pada penutur yang juga telah menghargainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Memaksimalkan kesepakatan juga dapat menjadi salah satu cara menjaga perasaan
mitra
tutur.
Memaksimalkan
kesepakatan
dan
meminimalkan
ketidaksepakatan bukan berarti penutur harus selalu setujuan yang dikatakan mitra tutur. Penutur dapat saja tidak menyetujui pendapat mitra tutur, namun sanggahan hendaknya tetap dituturkan dengan santun. Maksim kecocokan atau maksim kesepakatan ini sebenarnya sejalan dengan strategi-strategi penyelamatan muka yang dikemukakan Brown dan Levinson. Ketika terjadi ketidak sepakatan hendaknya penutur menuturkan dengan cara yang menyinggung dan tidak sematamata mengungkapkan ketidaksepakatan. Data berikut merupakan tuturan yang santun ketika penutur menuturkan ketidaksepakatan. (XMS2, A7) Ibu : terus bilang apa dia? Astrid : kan ga komen lagi to Tuturan tersebut melanggar maksim kecocokan yang menganjurkan untuk meminimalkan ketidakcocokan dengan mitra tutur. Dalam tuturan di atas, penutur membantah pendapat mitra tuturnya yang menyarankan penutur untuk selesai membicarakan masalah yang sedang dibahas. Penutur mempunyai pendapat yang berbeda dengan mitra tuturnya. Perbedaan pendapat ini melanggar maksim kecocokan. Namun ketidakcocokan ini bisa diminimalkan dengan tetap bertutur secara santun. Bila dilihat dengan konsep muka, penutur telah menggunakan strategi penyelamatan muka. Penutur telah menjaga muka positif mitra tuturnya dengan mengatakan bahwa penutur mempunyai pilihan dilematis dengan masalah yang diusulkan mitra tuturnya, ia berarti telah memberi kesan bahwa saran mitra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
tuturnya tersebut pernah dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Selanjutnya untuk bersikap lebih santun, penutur memberikan penjelasan mengapa saran tersebut tidak dapat dilaksanakan. Tuturan di atas merupakan tuturan yang santun karena tidak menuturkan ketidaksepakatan secara langsung. Berbeda dengan tuturan di atas, tuturan berikut ini tidak santun karena menuturkan ketidaksepakatan secara langsung. (XMS2, D4) Ibu : lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum? Danisa : hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh Tuturan di atas secara sekilas terdengar santun namun apabila dianalisis lebih seksama akan terdengar sebagai tuturan yang tidak santun. Dalam contoh di atas, penutur dengan sengaja menuturkan perbedaan apa yang sudah dilakukannya dan apa yang ada dalam perintah tugasnya. Dalam penelitian ini, pelanggaran kesantunan positif lebih banyak dilakukan penutur dari pada pelanggaran muka negatif. Muka positif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, dan nilai-nilai apa yang diyakininya diakui orang lain sebagai sesuatu hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai. Pelanggaran muka positif dilakukan
penutur
untuk
mengkritik,
membela
diri,
mengungkapkan
ketidaksepakatan atas pendapat mitra tutur. (XMMN, P2) Ibu : itu kan di sekolah, ya kamu tu di rumah ga Cuma main laptop gitu loh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Sidiq : udah kok, udah banyak di sekolah, di rumah tu ya refreshing Pada tuturan (XMMN, P2), tuturan ini menyerang mitra tuturnya dengan kenyataan yang terjadi dan dialami oleh penutur. Dengan tuturan tersebut penutur dengan sengaja mengancam muka mitra tuturnya. Penuturnya tidak menghargai pendapat mitra tutur sebagai suatu hal yang baik. Menurut Brown dan Levinson via
Kuntjara
(2003),
seorang
penutur
boleh
saja
mengungkapkan
ketidaksepakatannya namun harus tetap menggunakan cara yang santun supaya tidak menyinggung mitra tutur. Dengan menuturkan secara langsung, seperti tuturan (XMMN2, P3), penutur telah melukai harga diri mitra tutur yang berarti juga telah mengancam muka mitra tutur. (XMMN2, P3) Ibu : lha kamu tu refreshing lha orang tua tu yang ngeliat yo nggak enak to ya, mbayar udah mahal, pelajaran semakin lama semakin susah ya bukunya itu di buka itu biar ga percuma orang tua beliin buku paket opo buku yang lainnya itu. Sidiq : lha nanti nek belajar terus nek kalau belajar teruskan pa nggak pusing? Seperti tuturan (XMMN, P2), tuturan (XMMN2, P3) juga merupakan sebuah tuturan yang mengancam muka mitra tutur. Pada tuturan (XMMN2, P3), penutur tidak menunjukkan adanya solidaritas pada mitra tutur. Padahal solidaritas ini diperlukan sebagai bentuk penghargaan pada mitra tutur. Penutur tidak memberikan pengakuan bahwa hal yang dilakukan mitra tutur adalah hal yang baik. Melalui pernyataan tersebut, penutur telah merendahkan kemampuan mitra tutur. Hal ini dapat menyinggung mkitra tutur sehingga merusak hubungan interpersonal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Pada analisis data, peneliti menemukan pelanggaran aturan kesantunan berbahasa. Namun pelanggaran ini bukan berarti menjadi tuturan yang tidak santun. Ada tuturan yang dengan jelas melanggar salah satu aturan kesantunan berbahasa namun pelanggaran ini dilakukan justru sebagai bentuk kepatuhan pada aturan yang lain. Hal ini terlihat pada data berikut. Ibu : habis diajak bapak ibunya pergi tapi yang gede ga mau kenapa ga mau ikut mas? Tian : belum istirahat Tuturan di atas melanggar prinsip kerjasama dan maksim relevansi.penutur tidak memberikan jawaban yang relevan atas pertanyaan mitra tutur. Pada kegiatan penuturan itu, penutur tidak jujur dengan isi hatinya sehingga menjawab belum istirahat. Penutur sengaja menjawab dengan berbelit-belit supaya terhindar dari potensi konflik. Sikap berbelit-belit yang dambil penutur, menunjukkan bahwa penutur ingin bersikap santun. Sikap ini juga menimbulkan pelanggaran maksim cara yang menyarankan agar bertutur dengan lugas. Jadi ada dua maksim dalam prinsip kerja sama yang dilanggar yaitu maksim relevansi dan maksim cara. Bila ditinjau dari prinsip kesantunan berbahasa Leech, penutur telah mematuhi maksim penerimaan. Penutur berusaha untuk mengurangi tuturan yang mencela mitra tutur. Dengan demikian, ia telah menjaga kehormatan mitra tuturnya. Bila penutur memenuhi maksim relevansi dan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sebenarnya, penutur akan mengalami bentuan dengan mitra tutur. Menghindar dari pertanyaan adalah cara yang cukup tepat untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
mengurangi benturan itu. Dengan menghindar untuk menjawab berarti penutur telah mengurangi tuturan yang mencela dan menjalankan maksim penerimaan. Cara bertutur di atas juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson. Penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan berusaha menghindari pertentangan. Dengan tuturan yang demikian, penutur mencoba untuk menghargai tindakan yang dilakukan mitra tutur. Dalam model kesantunan Brown dan Levinson, dikenal konsep muka positif yaitu keinginan setiap orang untuk dihargai hal-hal yang dilakukannya. Untuk melindungi muka positif, penutur dapat menggunakan kesantunan positif. Pada tuturan, penutur mencoba menggunakan kesantunan positif dengan tidak mencela mitra tuturnya. Bila tuturan tersebut adalah salah satu contoh tuturan yang melanggar salah satu aturan kesantunan untuk mematuhi aturan lainnya, di bawah ini ada bentuk tuturan lain. Tuturan di bawah ini adalah tuturan yang santun tanpa melanggar salah satu aturan kesantunan. Tuturan ini justru saling melengkapi dengan menggunakan ketiga aturan kesantunan. Kakak Sharon
: ooo gitu..hari ini..eh malam ini udah belajar? : udah…dari tadi pas pulang sekolah
Pada tuturan di atas, penutur ingin memberikan jawaban yang sesuai dengan kenyataan. Penutur berusaha untukmematuhi maksim kualitas sehingga jawabannya sesuai dengan fakta. Namun jawaban yang sesuai dengan fakta bukanlah jawaban yang tidak memiliki resiko. Memberikan jawaban yang sesuai fakta berarti penutur dapat memberikan ancaman terhadap muka mitra tuturnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Untuk mengurangi resiko itu penutur memberikan alasan bahwa kompetisi yang terjadi adalah kompetisi yang sehat. Dengan demikian penutur telah mematuhi maksim kebijaksanaan. Penutur berusaha mengurangi kerugian yang dapat dialami oleh oranglain akibat tuturan yang diucapannya. Dengan begitu, penutur dapat mengurangi ancaman pada muka positif. Tuturan di atas telah mematuhi ketiga
aturan
kesantunan
berbahasa
yaitu
mematuhi
maksim
kualitas,
menggunakan maksim kebijaksanaan, dan menggunakan strategi penyelamatan muka. Dengan demikian, penutur telah mengungkapkan kebenaran tanpa melukai pihak lain. Tuturan berikut ini adalah tuturan yang menanggapi pro dan kontra mengenai jawaban yang diberikan berikut ini adalah tuturan yang dimaksud. Ibu : ya harus berusaha..orang pinter kalo nggak belajar ya nggak tambah pinter..orang bodoh kalo rajin membaca mbukae tu buku-buku yang udah di kasih buguru lah itu kan tambah pinter berarti ga hanya sekolah-sekolah pegang laptop nge game bikin susah orang tua ngeliatnya tu loh Sidiq : ya…ya coba tak sekarang mulai belajar tapi kalo dikitdikit dulu gimana? Salah satu strategi yang ditawarkan Brown dan Levinson dalam kesantunan positif adalah menunjuk pengertian pada keinginan mitra tutur. Dengan menunjukkan rasa pengertian, mitra tutur akan merasa lebih dihargai dan dimengerti. Melalui cara itu juga, penutur menunjukkan solidaritas atas keinginan mitra tutur. Tuturan di atas menunjukkan keinginan penutur untuk menunjukkan kedekatan dan solidaritas serta menghindari pertentangan secara frontal dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
mitra tutur. Tidak terlalu berbeda dengan Brown dan Levinson, Leech dalam teorinya juga menyarankan untuk menghindari pertentangan dengan mitra tutur. Melalui maksim kecocokan atau maksim kesepakatan, ia menyarankan untuk meminimalkan ketidaksepakatan antara penutur dan mitra tutur. Dalam teorinya, Leech tidak secara rinci membahas cara-cara atau strategi yang dapat digunakan untuk
meminimalkan ketidaksepakatan. Namun
demikian tuturan....dapat
dikategorikan memenuhi maksim kesepakatan. Dalam tuturan itu, penutur tampak menunjukkan keinginan untuk meminimalkan ketidaksepakatan. Secara lebih rinci, Brown dan Levinson menyarankan strategi dengan menunjukkan rasa pengertian pada keinginan mitra. Tutur. Berbeda dengan Brown dan Levinson serta Leech, bila tuturan di atas dianalisis dengan prinsip kerjasama Grice, terjadi pelanggaran maksim kuantitas. Maksim ini menggariskan bahwa setiap peserta petuturan haruslah memberikan kontribusi yang secukupnya. Artinya informasi yang diberikan tidak boleh berlebihan namun juga tidak boleh berkurang dari kebutuhan mitra tutur. 4.3.2 Penanda Kesantunan Berbahasa Berdasarkan banyaknya data ketidaksantunan yang telah dianalisis peneliti mengelompokkan menjadi dua yaitu penanda ketidaksantunan berbahasa dan penanda kesantunan berbahasa. Dari analisis di atas, peneliti mendapatkan penyebab ketidaksantunan berbahasa mitra tutur. Ada tiga penyebab ketidaksantunan berbahasa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
ditemukan peneliti. Pertama, penutur tidak dapat mengendalikan emosi. Kedua, penutur memaksakan pendapat. Ketiga, penutur memojokkan mitra tutur. Berikut ini penjelasannya. 1. Penutur tidak dapat mengendalikan emosi ketika bertutur Penyebab utama seseorang tidak santun ketika bertutur adalah seseorang tersebut tidak mampu menjaga emosinya. Pada beberapa contoh yang telah diuraikan peneliti di atas, terlihat bahwa tuturan tersebut terjadi karena ketidakmampuan penutur mengendalikan emosi. (XMS2, A7) Ibu : terus bilang apa dia? Astrid : kan ga komen lagi to Pada tuturan di atas, terlihat penutur tidak dapat mengendalikan emosinya sehingga mengucapkan tuturan yang tidak sopan dan tepat. Penutur sedikit membentak dan mengatakan bahwa sudah vtidak berkomentar lagi. Maksud tuturan penutur tersebut ingin menjelaskan bahwa sudah tidak ada komentar kenapa masih dipermasalahkan dan ditanyakan. Tuturan ini dapat menyinggung mitra tutur yang bukan lain adalah ibunya sendiri. (XMT1, C5) Ibu : lah kok jelek semua? Elis : ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu bahasa indonesianya dapat delapan trus habis itu… Ketidakmampuan dalam mengendalikan emosi ini membuat penutur lebih mudah bertutur tidak santun. Seandainya penutur menyadari bahwa tuturan mereka adalah cermin diri tentunya tuturan-tuturan yang tidak santun tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
tidak perlu dituturkan. Dari data tuturan yang telah diperoleh peneliti, terlihat karakter penutur bahwa ia masih ingin semua yang dibicarakan didengar dan didahulukan. . 2. Penutur memaksakan pendapatnya Penutur yang memaksakan pendapat berarti telah bersikap tidak santun. Dengan memaksakan pendapat penutur tidak memberikan pilihan kepada mitra tutur. Pilihan yang terbatas juga akan membatasi kebebasan mitra tutur untuk menentukan pilihannya. Setiap orang mempunyai keinginan untuk bebas melakukan apa yang disukainya. Inilah yang disebut Brown dan Levinson dengan muka negatif. Untuk melindungi muka negatif ini diperlukan kesantunan negatif supaya mitra tutur senantiasa merasa bebas dalam menentukan pilihan. Tuturan di bawah ini merupakan salah satu contoh tuturan yang tidak memberikan kebebasan pada mitra tutur untuk menentukan tindakan. (PKB3, C11) Ibu Elis
: tumben..ahahahha : astaga ya ampun..kok di tumbenin bukan disyukurin.
Tuturan di atas adalah contoh tuturan seorang penutur yang memaksakan pendapatnya. Penutur bersikeras bahwa cara yang paling baik dan efektif untuk mendapatkan pujian dengan berkata seperti itu . Cara ini bertentangan dengan pendapat mitra tuturnya yang baru pertama kalinya anaknya mendapatkan nilai bagus. Penutur berpendapat bahwa caranya adalah cara yang paling benar dengan kata lain cara yang diusulkan oleh mitra tuturnya adalah cara yang salah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Dengan memaksakan pendapat, penutur telah membatasi kebebasan mitra tutur untuk bertindak. Penutur merasa paling benar dengan kata lain penutur merasa bahwa pilihan mitra tutur adalah pilihan yang salah. Setiap orang mempunyai keinginan untuk menyatakan pendapatnya dihargai. Dengan memaksakan pendapatnya, penutur berarti tidak menghargai pendapat mitra tutur. Oleh karena itu, tuturan di atas melanggar maksim penerimaan yang menuntut agar penutur menghargai mitra tutur. Tuturan di atas juga melanggar maksim kesepakatan karena menonjolkan ketidaksepakatan dengan mitra tutur. Dengan memaksakan pendapat, penutur mengharapkan pengakuan bahwa pendapatnya adalah yang paling benar dan pendapat mitra tutur salah. 3. Penutur memojokkan mitra tutur Penutur yang dengan sengaja memojokkan mitra tutur berarti sudah bersikap tidak santun. Tuturan (PKB6, J2) di bawah ini meupakan tuturan yang tidak santun karena memojokkan orang lain. Ia memojokkan tante dengan mengatakan bahwa dia sedang tidak melakukan apa-apa. Dengan menyebutkan ga lagi ngapa-ngapain berarti penutur telah memojokkan orang lain. Tentu hal ini dapat menimbulkan situasi yang membuat mitra tutur tidak berkenan. (PKB6, J2)
Tante : lagi ngapain? Krisna : lagi ga ngapa-ngapain
Penutur mengatakan hal berikut karena penutur tidak ingin apa yang dilakukannya diketahui orang lain sehingga tujuannya mengatakan jawaban
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
tersebut agar tante merasa bingung dan susah mencari pertanyaan untuk terus mengobrol dengan penutur. Dalam tuturan di atas, penutur melanggar maksim kerendahan hati. Penutur gegabah dengan mengatakan bahwa lagi ga ngapa-ngapain . Selain itu, tuturan ini melanggar maksim penerimaan karena mencela mitra tutur. Tuturan yang mencela mitra tutur dapat mengancam muka positif. Bila muka positif terancam, berarti penutur tidak menggunakan kesantunan positif. Sebab ketidaksantunan ini terjadi karena penutur menuturkan kata yang tidak diperlukan. Dengan kata lain, penutur memberikan kontribusi yang berebihan pada kegiatan pertuturan. Hal ini menunjukkan penutur melanggar maksim kuantitas. Pemenuhan maksim kuantitas sangat diperlukan agar penutur tidak menuturkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dituturkan. Perihal kesantunan memang sulit untuk dirumuskan karena pemakaian bahasa yang santun bergantung pada banyak hal. Ketika bertutur penutur harus menimbang pada berbagai hal supaya tuturannya santun. Berbeda mitra tutur, berbeda pula tngkat kesantunan yang digunakan. Ketika bertutur dengan orang tua akan berbeda dengan bertutur dengan teman dekat. Pastilah ketika bertutur dengan orangtua, penutur harus lebih santun. Namun demikian bukan berarti kita bertutur dengan teman dekatkesantunan tidak dibutuhkan lagi, tuturan pada teman dekat akan berbeda tingkat kesantunan dan formalitasnya. Demikian juga dengan tempat terjadinya kegiatan bertutur. Bertutur dengan teman dekat ketika berada di warung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
angkringan akan berbeda dengan ketika bertutur salah seorang teman yang menjadi seorang pembicara di forum resmi atau sebuah seminar. Dalam hasil penelitian yang telah disebutkan di atas, peneliti mendapatkan penanda kesantunan berbahasa. Yang pertama adalah memberikan tanggapan yang positif terhadap tuturan, pendapat mitra tutur. Dengan memberikan tanggapan yang positif, penutur berarti telah berusaha untuk menunjukkan rasa hormat. Tentu rasa hormat penutur akan mendapat balasan terpeliharanya hubungan interpersonal dengan mitra tutur. Ibu : dia nyadar ga sih kalo dia lagi salah masukkin itu Astrid : nggak emang sengaja Pada tuturan di atas penutur memberikan tanggapan yang positif akan pertanyaan mitra tuturnya mengenai permasalahan yang ada pada sosial media yang sedang terjadi. Penutur tidak menyalahkan salah satu pihak yang sedang bermasalah
dengan
dia
dan
ibunya.
Ia
justru
menegaskan
bahwa
permasalahanyang terjadi merupakan kesengajaan pembuat masalah sehingga tidak ada kesalahan dalam mengomentari status sosial media milik ibunya. Dengan tidak menyalahkan, tidak memojokkan penutur telah menunjukkan tuturan yang positif. Dengan demikian hubungan dengan orang lain pun akan tetap berhati-hati. Bersikap positif berarti juga menunjukkan keramahan pada mitra tutur maupun pihak lain yang terkait dengan isi pertuturan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Penanda kesantunan yang kedua adalah menyampaikan tuturan dengan lugas. Tuturan harus sesuai dengan kenyataan, pendapat disampaikan tanpa ditutup-tutupi. Bapak
: Kamu tadi latihan sampai jam berapa?
Abid
: ya tadi sebelum maghrib adzan itu
Tuturan di atas merupakan tuturan yang lugas. Penutur menjawab apa adanya bahwa tadi latihan tonti sebelum adzan. Meskipun lugas, penutur masih tetap memperhatikan perasaan mitra tuturnya dengan tidak menjawab dengan nada dan kata-kata yang menunjukkan bahwa penutur sedang capek. Di atas, peneliti telah menguraikan salah satu penyebab ketidaksantunan adalah penutur memojokkan mitra tuturnya. Jadi untuk mencapai tuturan yang santun hendaknya penutur tidak memojokkan mitra tutur. Agar terdengar santun, penutur mempunyai pilihan strategi untuk menuturkan kritik dengan bergurau. Cara ini juga disarankan oleh Brown dan Levinson dalam strategi penyelamatan muka positif. Strategi bertutur dengan cara bercanda dapat menjadi pilihan agar tidak memperuncing masalah. Pelanggaran yang banyak dilakukan oleh responden adalah pelanggaran maksim kecocokan. Artinya, penutur kurang memperhatikan saat orang yang lebih tua atau mitra tuturnya mengajak berbincang-bincang sehingga banyak ternjadi ketidak cocokan antara penutur dan mitra tutur. Peneliti menyarankan agar jika kita sedang berbicara dengan orang yang lebih tua diharapkan fokus dan memilih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
bahasa yang santun agar kesantunan terhadap orangtua tetap terjaga dengan perubahan era modern. Kunci kesantunan berbahasa adalah kemauan penutur untuk menjaga perasaan mitra tutur. Dengan menjaga perasaan mitra tutur berarti penutur telah memberikan rasa hormat. Seseorang yang selalu menghormati oranglain tanpa sengaja telah memberikan rasa hormat pada diri sendiri. Jadi bila seorang penutur bersikap santun ia telah memberikan penghargaan bagi dirinya sendiri. Menjaga perasaan oranglain sama saja dengan menjaga kehormatan diri. Seperti yang telah diuraikan peneliti, cara seseorang bertutur akan memperlihatkan karakter orang tersebut. Bila seseorang bertutur dengan penuh emosi, seperti itu jugalah karakternya, emosional. Tentunya kita tidak ingin bila oranglain menganggap diri kita adalah pribadi yang emosional dan tidak santun. Oleh karena itu, bersikap santun pada orang lain membentuk citra diri kita sendiri. 4.3.3Maksud Kesantunan Berbahasa Maksud-maksud yang terdapat dalam percakapan yang diutarakan ini untuk menjaga agar tuturan tetap santun.Tuturan yang santun dapat menjaga hubungan antara penutur dan mitra tutur.Dengan demikian, bertutur tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata, juga berkaitan dengan citra diri, kehormatan, keadaan sosial dan psikologi penutur maupun mitra tutur. Bila penutur mampu berbicara dengan santun, citra diri yang positif akan terbentuk. Mitra tutur akan berpikir bahwa penutur adalah orang yang santun dan penuh rasa hormat pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
orang lain. Bertutur santun juga akan membuat mitra tutur merasa dihargai dan dihormati. Bertutur dengan santun dapat meredam konflik yang sedang terjadi. Kesantunan berbahasa tidak hanya berpusat pada mitra tutur tetapi juga pada penutur.Setiap penutur berkewajiban untuk menjaga situasi pertuturan agar selalu kondusif.Dalam setiap situasi pertuturan ada hubungan yang harus dijaga oleh penutur.Oleh karenanya penutur mempunyai peran penting dalam setiap kegiatan bertutur. Pada penelitian ini, peneliti menemukan maksud kesantunan berbahasa yang dituturkan oleh anak usia remaja. Maksud tersebut adalah sikap kerendahan hati penutur, sikap menghormati mitra tutur, menjaga perasaan mitra tutur, mengembangkan sikap diri yang baik, berhati-hati dalam pemilihan kata dan gerak tubuh.Dari maksud-maksud tersebut, peneliti menguraikannya sebagai berikut. Sikap rendah hati diperlukan agar seseorang dapat bertutur dengan santun. Dengan bersikap rendah hati, penutur tidak hanya dapat membuat situasi pertuturan terjaga dengan baik. Kerendahan hati penutur dapat membentuk citra diri yang positif pada penutur sendiri. Dengan demikian ada manfaat ganda yang dapat diperoleh penutur yaitu terjaganya hubungan interpersonal dan citra diri yang positif bagi penutur. Peneliti menguraikan sikap rendah hati menjadi dua strategi yang dapat menjadi pilihan ketika bertutur. Ibu
: lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Danisa : hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh Pada tuturan di atas, penutur tidak menonjolkan diri karena dia mempertanyakan kerjaannya kepada ibunya apakah kebesaran atau tidak.Dengan tanggapan seperti itu kepada ibunya maka penutur menunjukkan kerendahan hatinya. Tidak menonjolkan diri adalah salah satu sikap yang menunjukkan kerendahan hati. Tuturan yang tidak menonjolkan diri berarti tuturan yang tidak membanggakan diri sendiri dan ingin selalu dihargai. Tuturan berikut adalah contoh tuturan yang tidak menonjolkan diri. Ika Tasya
: eh HP mu baru ya sa ya? : hmmm hehehe
Pada tuturan di atas, penutur tampak tidak menonjolkan diri dengan tidak mengakui bahwa Hpnya baru. Ia tidak berbangga diri karena HP nya baru. Dengan menjawab dengan tertawa kecil maka menunjukkan bahwa penutur bersikap rendah hati. Memberi pujian kepada mitra tutur adalah salah satu bentuk kerendahan hati. Dengan memberikan pujian, penutur mengakui kemampuan mitra tutur. Orang yang tidak rendah hati atau sombong tidak mau mengakui kemampuan orang lain. Oleh karena itu, memberi pujian dapat dikatakan sebagai salah satu indikator seseorang yang rendah hati. Tentu saja pujian yang disampaikan haruslah pujian yang tulus. Pujian yang tidak tulus tidak akan menghasilkan apapun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tante Niken latihan tonti
102
: ohh..sekarang cakep deh : ya ampuunn..ini tambah item..belang lagi, kan masih
Penutur tidak mengiyakan perkataan mitra tutrnya karena ia merasa dirinya lebih kurang daripada mitra tuturnya sebenarnya ingin menyanjung atau memberikan pujian namun karena tidak berani karena lebih muda maka penutur merendahkan dirinya. Sikap hormat kepada mitra tutur sangat penting dalam kesantunan. Dengan sikap hormat, solidaritas dalam kegiatan penuturan dapat terjadi. Menghormati mitra tutur berarti juga menghormati diri sendiri. Sikap hormat pada mitra tutur dapat ditunjukkan dengan cara berikut. Strategi untuk mewujudkan sikap hormat pada mitra tutur adalah dengan tidak menunjuk kekurangan atau kesalahan mitra tutur. Menunjuk kekurangan mitra tutur dapat membuatnya merasa terhina dan direndahkan, oleh karenanya tindakan ini tidak mencerminkan sikap hormat pada mitra tutur. Sebaliknya, dengan tidak menunjukkan kekurangan atau kesalahan mitra tutur, penutur telah menjaga kehormatan mitra tutur. Tindakan ini juga dapat menjaga citra diri penutur sendiri. Orang yang selalu menunjukkan kesalahan orang lain bisa mendapat
pemikiran
bahwa
orang
tersebut
adalah
orang
yang
suka
mengkambinghitamkan orang lain. Menuturkan tuturan yang baik berarti menjaga citra diri penutur sendiri. Bapak
: lha ditanyain?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Abid
103
: ya ga tau
Pada tuturan di atas Abid mencoba menjawab pertanyaan bapaknya dengan tidak menunjuk kesalahan mitra tutur yang masih bertanya padahal Abid sudah menjelaskan di awal. Ibu
: terus kamu bilang gimana?
Yoka
: ya katane sakit terus ga jadi
Pada tuturan tersebut Yoka menjawab dengan sopan dan tidak menunjuk kekurangan mitra tuturnya dengan menjawab dengan tuturan yang sopan dan hormat terhadap ibunya Karena ibunya sedang sakit sehingga dia mengatakan pada sekolahnya bahwa ibunya tidak bisa datang karena sedang sakit. Rasa hormat dapat ditunjukkan dengan menghargai pendapat mitra tutur. Ketika mitra sedang berbicara, hendaknya penutur mendengarkan dan tidak memotong tuturannya. Tindakan tersebut adalah salah satu wujud penghargaan pada pendapat mitra tutur. Apabila tidak setuju pada pendapat mitra tutur, sebaiknya penutur tidak mengutarakannya secara langsung. Penutur hendaknya berhati-hati dalam memilih kata supaya mitra tutur tidak tersinggung dengan kesepakatan penutur. Berikut ini adalah contoh tuturan yang mengungkapkan ketidak sepakatan namun masih dalam koridor kesantunan. Ibu
: lha kamu tu refreshing lha orang tua tu yang ngeliat yo nggakenak to ya, mbayar udah mahal, pelajaran semakin lama semakin susah ya bukunya itu di buka itu biar ga percuma orang tua beliin buku paket opo buku yang lainnya itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sidiq
104
: lha nanti nek belajar terus nek kalau belajar teruskan pa nggakpusing?
Pada tuturan di atas, penutur mengungkapkan ketidaksepakatan dengan cara yang santun. Ia memberikan penghargaan dengan menuturkan bahwa pendapat mitra tutur menarik. Meskipun menarik, pendapat ini tidak dapat dilakukan karena keadaan tidak memungkinkan. Dengan memberi alasan, penutur menyanggah pendapat mitra tutur. Penutur juga tampak berhati-hati memilih kata yang digunakan dalam tuturan. Ketidaksepakatan dalam kegiatan bertutur memang tidak dapat dihindari oleh karenanya, penutur perlu bijaksana dalam menyikapi ketidaksepakatan, penutur harus mampu mengolah ketidaksepakatan menjadi kesepakatan yang memberikan tuturan yang santun agar tidak merugikan mitra tutur. Santun atau tidaknya tuturan salah satunya ditentukan oleh penutur dan mitra tutur. Bila mitra tutur merasa terancam dengan tuturan yang diucapkan mitra tutur, tuturan tersebut dapat dikategorikan sebagai tuturan yang tidak santun. Oleh karena itu, penutur perlu menjaga perasaan mitra tutur. Bapak : udah belajar belum Abid : udah bahasa jawa aja Pada percakapan di atas Abid menjawab pertanyaan bapaknya dengan berkata “udah bahasa Jawa aja” agar bapaknya tidak kecewa karena meskipun bapaknya tahu Abid pulang sore dan cape tapi bapaknya pasti tetap ingin anaknya belajar untuk besok hari sehingga jawaban nya sudah menjaga perasaan bapaknya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Pada penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa penanda yang menyebabkan penutur bertutur dengan tidak santun.Untuk itu diperlukan sikap diri yang baik agar kegiatan pertuturan dapat selalu terjaga. (MKB12, E4) Afif : ya ini rencana nanti kalau sudah kenaikan tingkat sampe bulan desember berhenti nanti..gitu sampe bulan desember besok, kalau sudah habis ujian nasional ya ngelanjutin lagi sampai sepuasnya mengisi hari-hari mengisi waktu luang. Bapak : nggak waktu itu tapak sucinya dimana? Pada percakapan di atas Afif menjelaskan ke bapaknya tentang rencananya dalam mengikuti kegiatan bela diri yang jadwalnya akan di aturnya sehingga tidak mengganggu ujiannya. Dan dia berjanji melakukan yang terbaik dengan berhenti sejenak untuk fokus ujian. Setiap kata mempunyai daya bahasa yang berbeda ketika dipakai dalam tuturan yang berbeda pula. Misalnya pada data berikut ini (MKB15, E5) Afif : kalo yang disekolahan itu sama aja kaya yang diluar sama kalo yang disekolahan itu gurunya sama kaya yang diluar gitu Bapak : kalo bapak sih selalu dukung saja yang penting pelajarannya aja jangan sampe kehilangan atau ketinggalan pelajarannya Afif
: ya
Dalam pembicaraan di atas, Afif terlihat sangat berhati-hati agar apa yang dia katakana tidak menyinggung bapaknya dan mengecewakan karena ketika Afif berkata yam aka dia sudah membuat lega bapaknya. Pada maksud kesantunan di atas, peneliti menawarkan strategi-strategi yang dapat dipakai ketika bertutur. Strategi-strategi ini diperlukan agar sebuah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
tuturan berkenan bagi mitra tutur dan baik bagi citra diri penutur. Bertutur tidak hanya mengenai bagaimana informasi dapat disampaikan dengan baik tetapi juga berkaitan dengan norma-norma sosial dan hubungan psikologi penutur dengan mitra tutur. Rasa hormat pada orang lain tidak hanya terlihat dalam tingkah laku namun juga terlihat dalam tuturan. Sapir dan Whorf dalam Pateda (1985) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara bahasa dan pikiran. Menurut mereka, bahasa mempengaruhi pikiran dan pikiran mempengaruhi bahasa. Apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi bahasa yang kita tuturkan. Begitu juga sebaliknya, sebuah tuturan atau bahasa yang digunakan mempengaruhi pikiran seseorang. Dengan demikian, bahasa dapat menjadi representasi diri seseorang. Tuturan adalah cermin diri seseorang penutur. Apakah penutur seorang yang santun atau justru penutur adalah seorang yang emosional terlihat dari tuturannya. Sebuah tuturan juga dapat memelihara sebuah hubungan atau justru merusaknya. Tuturan yang santun tentu dapat menjadi perekat hubungan dan tuturan yang tidak santun dapat merusak hubungan. 4.3.9 Kesantunan Berbahasa Usia Remaja diranah keluarga Dari analisis yang dilakukan, didapatkan hasil sebagian tuturan usia remaja belum menggunakan tuturan yang santun. Tuturan yang tidak santun ini sebagai akibat dilanggarnya kaidah-kaidah kesantunan berbahasa. Dalam penelitian ini, sebagian tuturan usia remaja tidak patuh pada model kesantunan Brown dan Levinson. Akibatnya ancaman terhadap muka mitra tutur sering terjadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
Responden melanggar kesantunan positif dan kesantunan negatif. Pelanggaran dilakukan dengan mengkritik mitra tutur secara langsung. Pelanggaran lain yang dilakukan adalah pelanggaran maksim kerendahan hati. Dalam tuturan, usia remaja melanggar maksim kerendahan hati sehingga memberi persepsi pada pendengar bahwa usia tersebut memiliki sikap yang masih sombong atau bangga terhadap diri sendiri. Pelanggaran ini dilakukan karena usia remaja masih dalam tahap ingin membuktukan bahwa mereka lebih hebat dan lebih terdepan dari segala hal yang mereka lakukan. Adakalanya tuturan usia remaja mengancam muka mitra tutur. Hal ini disebabkan usia remaja masih percaya diri bahwa mereka lebih tau karena sedang mempelajarinya ketimbang mitra tuturnya yang hanya tau seadanya. (XMP1, D9) Ibu :ha ini HIV virus trus yang ini? Danisa : ya sama HIV virus..HIV tu virus gimana e? Pada tuturan di atas, penutur tidak bersikap rendah hati. Penutur merasa bahwa dirinya serba bisa dan serba tahu sehingga ibunya sendiri dianggap tidak tahu dan tidak mengerti apa yang sedang dibahasnya. Tuturan tersebut dapat membuat mitra tutur merasa terancam karena mitra tutur akan merasa dikecam, dipojokkan. Tuturan tersebut dapat dibuat lebih santun dengan cara tidak berbangga diri, bersikap penuh rendah hati. Ibu
: ha ini HIV virus trus yang ini?
Danisa : iya sama HIV virus bu, HIV itu juga virus bu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
Tuturan di atas lebih santun karena tidak memojokkan mitra tutur dengan memberi penilaian negatif. Selain itu, menghilangkan pertanyaan balik membuat penutur terlihat lebih menjelaskan dengan sopan dan tidak terlihat sombong bahkan memberi tahu dan memberikan keuntungan bagi mitra tuturnya. Merasa tahu tentang topik pembicaraan tidak dilarang namun kita sebagai penutur yang memiliki sopan santun terhadap orang yang lebih tua alangkah baiknya jika kita bertutur dengan santun dan tidak menyinggung mitra tuturnya. Mengutamakan sikap rendah hati merupakan hal yang baik dalam berbicara kepada orang yang lebih tua. Sifat seseorang akan terlihat saat bertutur. Orang yang sifatnya sombong akan bertutur dengan kesombongan. Sebaliknya kerendahhatian juga dapat tercermin dari tuturan. Sifat yang baik tentu akan mengundang simpati masyarakat. Dengan demikian, bertutur dengan santun dan sikap yang baik dapat menjadi pilihan dalam bersosialisasi. Namun demikian, ada juga kaidah yang dilanggar tetapi tidak mengakibatkan tuturan menjadi tidak santun. Pada beberapa kasus, pelanggaran kaidah kesantunan justru sebagai upaya penutur untuk bersikap santun. Contohnya pada pelanggaran maksim relevansi. Penutur tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan mitra tutur, akibatnya tuturan menjadi tidak relevan. Maksim ini dilanggar sebagai cara untuk menghindar dari pertanyaan mitra tutur. Apabila penutur memaksakan untuk mematuhi maksim relevansi, tuturan dapat mengancam muka mitra tutur. Untuk itu penutur memilih untuk melanggar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dengan memberikan jawaban
109
yang tidak relevan dengan mengalihkan
pembicaraan. Ibu : fisika itu kemarin dapet berapa ulangan itu? Pertama itu 85, sembilan..sembilan berapa itu? Danisa : buk tadi katane pakde to..virus..virus apa tu ya namane virusnya virusnya demam berdarah sama virus harpes katane ga ada obate..hooh po? Konteks tuturan adalah ketika Danisa menjelaskan tentang virus dan bertanya apakah pernyataannya tersebut benar. Apabila penutur mematuhi maksim relevansi, tuturan akan berakibat ancaman muka mitra tutur. Untuk menghindarinya, penutur memilih untuk melanggar maksim relevansi. Jawaban akan menyelamatkan muka mitra tutur sekaligus tetap menjaga hubungan interpersonal antara penutur dan mitra tutur. Dalam penelitian ini, peneliti tidak mendapatkan usia remaja yang menggunakan strategi diam ketika merasa terancam oleh tuturan mitranya. Ketika menghadapi ancaman muka, elit membela diri dengan melakukan serangan balik yaitu dengan cara mengkritik atau mengecam. Strategi lain yang dipilih adalah menghindar dengan memberikan jawaban yang berbelit-belit. Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman yang lebih besar. Tuturan usia remaja yang tidak mempertimbangkan kesantunan menimbulkan tuturan yang mengancam mitra tutur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data, peneliti mendapatkan pelanggaran-pelanggaran maksim sebagai berikut. Pertama , pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh remaja adalah pelanggaran prinsip kerjasama, pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa, dan pelanggaran prinsip muka. Bentuk tuturan yang tidak santun yang dilakukan usia remaja kepada orang tua adalah tuturan yang menyinggung atau melukai mitra tutur serta berpotensi merusak citra diri penutur dan mitra tutur. Kedua, penanda yang membuat usia remaja tidak santun ketika bertutur adalah (a) penutur tidak dapat menahan emosi, (b) penutur memaksakan pendapat, dan (c) penutur memojokkan mitra tutur. Bentuk tuturan yang santun yang dilakukan oleh usia remaja ternyata tidak selalu mematuhi ketiga aturan kesantunan berbahasa. Bentuk tuturan yang santun dapat berupa pelanggaran salah satu aturan kesantunan dalam rangka untuk mematuhi aturan yang lainnya. Penanda tuturan usia remaja yang dikatakan santun adalah bila tuturan tersebut (a) menanggapi mitra tutur dengan positif, (b) menyampaikan pendapat dengan lugas, dan (c) mengungkapkan ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur. Ketiga, fakta pemakaian bahasa oleh usia remaja masih banyak yang bertutur menggunakan kata yang tidak santun kepada orang
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
yang lebih tua sebagai mitra tuturnya karenanya masih perlu banyak diperbaiki dan diajarkan berbahasa yang lebih santun kepada orang yang lebih tua. Berbahasa dengan santun bukan hanya dapat menjaga hubungan dengan orang lain namun juga dapat membentuk citra diri yang baik bagi penutur sendiri. Oleh karena itu, penutur hendaknya memperhatikan kaidah-kaidah kesantunan ketika bertutur. Bila penutur mampu bertutur dengan santun, akan memperoleh manfaat ganda yaitu menjaga relasi dengan orang lain sekaligus membentuk citra diri yang positif. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa sebagian tuturan yang berkategori tidak santun dari 20 responden yang masuk dalam golongan usia remaja. Perbandingan antara jumlah tuturan yang tidak santun dan santun cukup sama. Artinya usia remaja seimbang menggunakan tuturan yang santun dan tidak santun. Ketidaksantunan dalam berbahasa ini disebabkan usia remaja menggunakan tuturan langsung dalam menyatakan ketidaksepakatan atas tuturan mitra tuturnya. Menurut Pranowo (2009), tuturan yang santun adalah tuturan apa yang dikatakan tidak seperti apa yang dituturkan. Artinya bila seorang penutur ingin mengatakan sesuatu, ia tidak perlu mengatakan dengan tuturan yang langsung. Tuturan yang santun adalah tuturan yang mengandung sasmita. Tuturan yang mengandung sasmita merupakan tuturan yang memberi lebih banyak pilihan pada mitra tutur. Dengan adanya sasmita, mitra tutur diberi kelonggaran untuk memilih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Pelanggaran kaidah kesantunan dapat merusak hubungan interpersonal penutur dan mitra tutur. Salah satu temuan peneliti adalah rendahnya kesantunan berbahasa usia remaja. Penyebabnya adalah dilanggarnya kaidah-kaidah kesantunan berbahasa. Rendahnya kesantunan berbahasa ini dapat memicu konflik dengan orang yang lebih tua. Apabila usia remaja bermasalah, maka yang akan menjadi korban adalah orang lain yang lebih tua di luar lingkup keluarganya. Untuk itu kesantunan berbahasa hendaknya dijaga agar kerukunan dapat tercipta. Usia remaja yang tidak santun dalam bertutur dapat menyinggung mitra tuturnya. Ketika mitra tutur tidak dapat menguasai dirinya dengan bertutur santun, ia akan membalas dengan tuturan yang tidak santun pula. Saling menyerang dengan tuturan yang tidak santun pun dapat terjadi. Disinilah awal mula percekcokan antara keluarga dimulai. Untuk menghindari kejadian-kejadian seperti di atas, perlulah anak usia remaja bertutur dengan santun. Bertutur santun dapat dilakukan dengan mematuhi kaidah-kaidah kesantunan berbahasa, masalah dapat diminimalkan. Namun demikian, kepatuhan pada kaidah kesantunan harus diiringi dengan kepekaan penutur untuk menangkap pesan yang tersembunyi dalam sebuah tuturan atau implikatur. Kesantunan berbahasa sangat berkaitan dengan implikatur dalam tuturan. Penutur seringkali menuturkan sesuatu yang berbeda dengan pesan yang sesungguhnya yang hendak dikomunikasikan. Tuturan yang santun seringkali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
menyimpan sesuatu yang tersembunyi. Kepekaan penutur harus diasah untuk memahami maksud-maksud yang tersembunyi ini. Apabila penutur tidak mampu menangkap sasmita-sasmita ini, komunikasi akan terhambat, kesalahpahamanpun dapat terjadi. Bahasa remaja tidak harus diidentikkan dengan bahasa yang tidak santun. Tuturan remaja yang masih tidak santun dengan orang yang lebih tua sebaiknya dikoreksi dan diperbaiki supaya lebih santun. Karena dengan tidak memandang siapa yang diajak berbicara akan menimbulkan kalimat yang tidak santun. Usia remaja seringkali berbicara dengan lugas. Meskipun demikian, kelugasan tuturan ini tidak harus selalu kelugasan yang menyerang mitra tutur. Tuturan yang lugas juga dapat dibuat sebagai tuturan yang santun apabila memenuhi kaidah-kaidah kesantunan. Disinilah perlunya mengasah kemampuan bertutur. Dimana saatnya penutur harus bertutur dengan lugas namun tetap santun dan dimana saatnya harus bertutur menggunakan sasmita. Dengan tuturan yang santun, komunikasipun akan berjalan dengan lancar. Tukar pendapat, pembicaraan akan berjalan maksimal karena gesekan antar peserta diskusi dapat ditekan. Saat akhir pembicaraanpun dapat diambil dengan baik dan pembicaraan dapat berjalan efektif. Menjaga agar tuturan tetap santun memberi manfaat bagi oranglain. Keputusan-keputusan yang diambil dengan kepala dingin dan arah diskusi yang baik dapat menjadi salah satu hal yang menentukan arah kebijakan selanjutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Citra bahasa remaja yang buruk dimata masyarakat sedikit demi sedikit dapat diperbaiki bila anak usia remaja mau bertutur dengan bahasa yang santun. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa tidak hanya akan bermanfaat bagi orang lain, juga bermanfaat bagi penutur sendiri. Cara bertutur yang santun pun harus dimiliki oleh masyarakat. Tuturan adalah cermin bagi sebuah budaya. Tuturan yang tidak santun mencerminkan budaya yang rendah sebaliknya tuturan yang santun mencerminkan penuturnya yang berkebudayaan tinggi. Penggunaan bahasa mencerminkan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, baiklah apabila tuturan yang santun tidak hanya menjadi bagian dalam sejarah namun masih bertahan hingga zaman yang akan datang. 5.2 Saran Oleh karena keterbatasan peneliti, penelitian yang dilakukan ini hanya sebatas kesantunan berbahasa usia remaja di Perumahan Griya Tamansari 2. Penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi misalnya penelitian mengenai pengembangan pembelajaran kesantunan berbahasa di sekolah. Pengembangan pembelajaran kesantunan berbahasa ini diperlukan karena santun berbahasa merupakan sebuah cermin baiknya budi pekerti yang dimiliki seseorang. Mengajarkan kesantunan berbahasa, membentuk pola perilaku seseorang untuk menghargai orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi. 2006. Fenomena Kesantunan Berbahasa dalam Pelayanan Publik : Studi Kasus di Kantor Walikota Pekanbaru Provinsi Riau. Thesis tidak diterbitkan. Brown dan Levinson. 1987. Politeness : Some Universals in Language Usage. Diunduh dari perpustakaan online : http://books.google.co.id/bookd. Brown, Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Person Education Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London : Routledge. Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. England : Addison Wesley Logman Limited. Gunarwan, Asim. 1992, Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta : Kajian Sosiopragmatik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Indonesia. http://radjimo.multiply.com/journal/item/3/Strategi_Kesantunan_Berbahasa_Indo nesia_Ditinjau_dari_Jenis_Kelamin. http://www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465 Kuntjara, Esther. 2003. Gender, Bahasa dan Kekuasaan. Jakarta : Gunung Mulia. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Levinson, C. Stephen. 1983. Pragmatics. New York : Cambridge University Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Purwo, Bambang K. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius. Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Pragmatik. Yogyakarta : Dioma. Searle, John R. 1969. Speech Act. New York : Cambridge University Press.
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Suharsih, Siti. 2007. Strategi Kesantunan Berbahasa Indonesia Ditinjau dari Jenis Kelamin. Sukoco, Joko. Penanda Lingual Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Tuturan Imperatif : Studi Kasus Pemakaian Tuturan Imperatif di SMA Stella Duce Bantul. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
Kode
:A
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok S-10
Tanggal
: 1 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Astrid sedang menonton TV dan ibunya di sampingnya sambil mengajak ngobrol.
Topik
: Membicarakan tentang komentar di facebook karena teman Astrid salah memberi komentar.
Penutur
: 1. Astrid
: siswi kelas 8, SMP Muhammadiyah Piyungan
2. Ibu Astrid : ibu rumah tangga
1. Ibu
: Ntit, itu temenmu kemarin yang siapa itu namane yang di facebook yang
komen itu lho itu dah dibenerin? Udah ketemu sama dia? Astrid 2. Ibu Astrid 3. Ibu Astrid 4. Ibu Astrid 5. Ibu Astrid 6. Ibu Astrid 7. Ibu Astrid
: Belum : Loh katane mau diiniin? : Dimarahin? : Gak dimarahin, itu salah masuk komennya gitu? : Malah senyum-senyum kok ketemu aku aja. : Udah dipleroki? : Dah. : Dia nyadar ga sih kalo dia lagi salah masukkin itu? : Nggak emang sengaja. : Dia bilang gitu? Sengaja? Berarti udah diinterogasi? : Dah, udah ditanyain dong..galak banget to? : Terus bilang apa dia? : Kan gak komen lagi to?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. Ibu
119
: Nggak maksud ibu, mbak Ntid wawancara langsung live sama dia tuh terus
langsung bilang apa dia? Hei kamu kemarin itu komen mu apa sih? Trus dia bilang apa? Astrid 9. Ibu Astrid 10. Ibu Astrid 11. Ibu Astrid 12. Ibu Astrid
: Ya kaya gitu. : Kaya gitu gimana? : Ya kaya gitu. : Sengaja gitu bilange? : Nggak ah ya kaya gitu. : Apa kaya gitu? : Itu lho yang ngganteng tu lho buk yang kemaren itu lho. : Yang mana? : Ngganteng kok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:B
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok T-2
Tanggal
: 2 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Abid baru pulang dan sambil meletakkan barang-barangnya ketempatnya sembari ayahnya mengajak ngobrol.
Topik
: Membicarakan tentang kegiatan Abid di sekolah.
Penutur
: 1. Abid 2. Bapak Abid
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
: siswa kelas 8, SMP Negri 1 Piyungan : Supir Pribadi
Bapak
: Kamu tadi latihan sampai jam berapa?
Abid
: Ya tadi sebelum maghrib adzan itu.
Bapak
: Baru selesai jam segitu?
Abid
: Heem..
Bapak
: Yang berangkat banyak?
Abid
: Ya..ya ada yang gak berangkat.
Bapak
: Lha katanya latihan buat penjajakan..emm kenaikan kelas?
Abid
: Heem,,ya tadi ada yang gak berangkat gitu.
Bapak
: Lha ditanyain?
Abid
: Ya gak tau.
Bapak
: Lha emang udah gak mau ikut?
Abid
: Ya udah tapi ga berangkat.
Bapak
: Oh pas latihan biasa tuh juga gak berangkat?
Abid
: Heem..
Bapak
: Lha memang gak penting?
Abid
: Ya penting.
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9.
Bapak
: Lha Risma itu?
Abid
: Gak berangkat.
10. Bapak Abid
: Risma ya gak berangkat? : Eh berangkat, yang perempuan-perempuan tuh udah pada nurut ya malahan
tinggal yang kelas 2. 11. Bapak Abid 12. Bapak Abid
121
: Lha UTSnya udah selesai belum? : Belum. : Udah belajar belum? : Udah Bahasa Jawa aja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:C
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok T - 3
Tanggal
: 3 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Elis sedang belajar dan ibunya main HP di kasur Elis.
Topik
: Membicarakan tentang hasil ujian Elis apakah sudah dibagikan atau belum, kemudian membahas nilai yang diperoleh Elis.
Penutur
: 1. Elis 2. Ibu Elis
1.
2.
122
: siswi kelas 8, SMP Negri 1 Piyungan : ibu rumah tangga
Ibu
: Tesnya udah dibagiin Lis?
Elis
: Belum mah besok.
Ibu
: Mosok belum ada yang dikasihin?
Elis
: Ya kalau nilainya sih aku dah ada yang tau nilai ku berapa, tapi cuman kalo
UTS itu besok ini dibagiinnya. 3.
4.
Ibu
: Hasilnya?
Elis
: Belum semua.
Ibu
: Dapet berapa aja?
Elis
: IPA jelek ma, tapi matematika yo lumayan lah dapet 73 terus..emm bahasa
inggris nya dapet ya jelek lah, trus habis itu.. 5.
Ibu
: Lah kok jelek semua?
Elis
: Ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu Bahasa Indonesianya
dapat delapan trus habis itu… 6.
7.
Ibu
: Bahasa Indonesianya dapat berapa?
Elis
: Delapan, trus seni budayanya 92.
Ibu
: Seni budaya 92?haha..lho kok malah seni budayanya yang dapat 92?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
9.
Elis
: Ya mbok disyukurin aja.
Ibu
: Lha yo yang harusnya bagus tu yo yang..masa seni budaya 92.
Elis
: Ya disyukurin aja.
Ibu
: Bahasanya berapa bahasanya?
Elis
: Delapan..ya kan bersyukur aja..ya Tuhan terimakasih anaknya udah dapat
nilai bagus gitu. 10. Ibu Elis 11. Ibu Elis
: Hmmm..matematika? : 73 : Tumben..ahahahha... : Astaga ya ampun..kok di tumbenin bukan disyukurin..
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:D
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok R-2
Tanggal
: 6 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Danisa sedang membuat pekerjaan rumah dan ibu mengajak ngobrol sambil menemani duduk di sebelah Danisa.
Topik
: Membicarakan tentang virus yang dijadikan tugas oleh gurunya dan sedang dikerjakan.
Penutur
: 1. Danisa
124
: siswi kelas 10, SMK Farmasi
2. Ibu Danisa: ibu rumah tangga
1.
2.
Ibu
: Dapat berapa?
Danisa
: Gak tau.
Ibu
: Fisika itu kemarin dapet berapa ulangan itu? Pertama itu 85,
sembilan..sembilan berapa itu? Danisa
: Buk tadi katane pakde to..virus..virus apa tuh ya namane virusnya virusnya
demam berdarah sama virus harpes katane gak ada obate..hooh po? 3.
Ibu
: Lha kata gurumu gimana?
Danisa
: Ya gak tau ini lagi disuruh nyari virus..suruh nyari apa..nyari..bentuk
virus..nama virus..nama penyakit, tipe sama gambar. 4.
5.
Ibu
: Lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum?
Danisa
: Hmmmm...lha ini..gak kebesaren toh?
Ibu
: Dipotong nanti.
Danisa
: Heem virus racto, cacar air, bakterio ragi, herpes, HIV, galio virus, hepatitis
b. 6.
Ibu
: Ya besok tanya sama bu guru.
Danisa
: Ebola terus demam berdarah, flu burung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7.
Ibu
125
: Besok tanya sama buguru trus obatnya apa buk? Besok kalau pas praktek kan
dikasih tahu toh..semua virus yang ada disini nanti ini..ini..ini..yang ada obatnya yang mana yang gak ada obatnya yang mana..virus apa lagi dek?
8.
9.
Danisa
: Ini ebola ma, HIV kaya gini.
Ibu
: Oh..itu HIV.
Danisa
: Heem...
Ibu
: Ha ini HIV virus trus yang ini?
Danisa
: Ya sama HIV virus..HIV tu virus gimana e?
10. Ibu Danisa 11. Ibu Danisa
: Lha kok gambar e beda? : Ya nanti tempel semua wae hehe.. : Lha besok prakteknya apa? : Besok tu olahraga, olahraga terus seni budaya, terus suruh presentasi ekuar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:E
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok R-5
Tanggal
: 7 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Afif baru selesai sholat kemudian dipanggil bapaknya dan diajak berbicara.
Topik
: Membicarakan tentang bela diri yang diikuti oleh Afif di sekolahnya berhubungan dengan Afif juga akan mengikuti ujian akhir.
Penutur
: 1. Afif
126
: siswa kelas 9, SMP Muhammadiyah Prambanan
2. Bapak Afif: bekerja menjadi supir panggilan
1.
2.
Afif
: Pak.
Bapak
: Apa?
Afif
: Di sekolah ada ekstra kulikuler tapak suci ee..itu ekstra yang membantu
untuk kepribadian atau perlindungan diri dari kejahatan orang lain.
3.
Bapak
: Terus kelanjutannya gimana?
Afif
: Sebagai..ya bapak sebagai orang tua mendukung dalam ekstra itu..ya
membantu dengan doa dan juga apa..mendukung dengan.. Bapak
: Ya kalo bapak selalu dukung aja apa yang memang kamu punya atau bakat di
bela diri tapi masalah pelajarannya itu gimana entar? Terusan pelajarannya. 4.
Afif
: Ya ini rencana nanti kalau sudah kenaikan tingkat sampe bulan desember
berhenti nanti..gitu sampe bulan desember besok, kalau sudah habis ujian nasional ya ngelanjutin lagi sampai sepuasnya mengisi hari-hari mengisi waktu luang.
5.
Bapak
: Nggak waktu itu tapak sucinya dimana?
Afif
: Ya tapak sucinya..
Bapak
: Yang disekolahan apa yang di luar?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Afif
127
: Kalo yang disekolahan itu sama aja kaya yang diluar sama kalo yang
disekolahan itu gurunya sama kaya yang diluar gitu. 6.
Bapak
: Kalo bapak sih selalu dukung saja yang penting pelajarannya aja jangan
sampe kehilangan atau ketinggalan pelajarannya.
7.
Afif
: Ya.
Bapak
: Yang diutamakan kan sekarang pelajarannya terus waktu les kamu itu
gimana Afif
: Mmm..untuk les ya agak lebih maju perkembangannya dari yang sebelumnya
les ya sebetulnya tu tidak mengganggu juga sih karena waktunya semester satu tu masih banyak yang luang tu jadi dimanfaatin untuk ekstra kurikuler. 8.
Bapak
: Hmm.. haya udah nek gitu saya dukung-dukung aja..ya kalo bapak pasti
dukung aja yang penting kamu belajar pertama sama pelajarannya apapun kegiatannya ya semuanya harus mencakup lah.
9.
Afif
: Pasti.
Bapak
: Kamu harus bener-bener jangan Cuma sekedar untuk olah raga untuk.
Afif
: Bela diri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
Kode
:F
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok S-15
Tanggal
: 8 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Aldi baru pulang dari bermain badminton kemudian di ajak ngobrol ibu dan kakaknya.
Topik
: Membicarakan tentang kegiatan pingpong yang baru selesai dimainkan bersama teman-teman Aldi.
Penutur
: 1. Aldi
: siswa kelas 8, SMP 1 Pathuk
2. Kakak Aldi : Siswi kelas 9, SMP Negri 1 Piyungan 2. Ibu Aldi : ibu rumah tangga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kakak
: Dik kamu tadi pas sore-sore tadi ngapain e kamu? Main ping pong po?
Aldi
: Iya..pingpong sama temen-temen ku.
Kakak
: Siapa aja?
Aldi
: Fai sama Krisna sama Afif.
Kakak
: Lha po kamu bisa main ping pong?
Aldi
: Bisa.
Kakak
: Po iya?
Aldi
: Iya.
Ibu
: Nek berani sama ibu main pingpong nya.
Aldi
: Hee..ibu di rumah terus.
Kakak
: Lha emang tadi yang main cuma bertiga aja? Emang Niel ga ikut?
Aldi
: Nielnya pergi.
Kakak
: Tumben biasane berempat to.
Aldi
: Lha Nielnya tu pergi ke Gereja jadinya nggak bisa main.
Ibu
: Mbak Riska gak ingin latihan main pingpong?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9.
Kakak
: Nggak..nggak bisa.
Ibu
: Nanti belajar lama-lama kan bisa setiap sore itu main.
Kakak
: Ngga bisa aku.
10. Ibu Kakak 11. Ibu Kakak 12. Ibu Aldi 13. Ibu Aldi
: Sama Mbak Niken. : Mbak Niken udah SMA sibuk kok. : Po sama ibu yo bisa. : Gak mau. : Aldi bisa belum? : Agak gak bisa. : Agak gak bisa, besok main sama ibu. : Ya.
129
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
Kode
:G
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok P-15
Tanggal
: 9 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Ibu sedang mencuci kursi, Bapak sedang mengecat rumah dan Cyntia baru pulang main dan berbicara di depan rumah.
Topik
: Membicarakan tentang kesiapan Cyntia untuk mengikuti ujian akhir.
Penutur
: 1. Cyntia
: siswi kelas 9, SMP Negri 1 Prambanan
2. Ibu Cyntia: Guru di SD Kanisius Macanan
1.
2.
3.
4.
3. Bapak
: Guru di SMK Marsudirini
4. Ika
: peneliti
Ibu
: Anu Mbak Ta, gimana sekolahnya?
Cyntia
: Baik.
Ibu
: Enjoy ma temennya?
Cyntia
: Iya.
Ibu
: Gurunya?
Cyntia
: Ya ada yang galak.
Ibu
: Ada yang galak? Galak e kan ya tergantung kamu, kamu ga ngapa-ngapain
apa ya digalakin, iya to Mbak Ika.
5.
6.
Ika
: Ha iya, dimana to sekarang sekolahnya?
Cyntia
: SMP Negri 1 Prambanan.
Ika
: Oh.. SMP Negri 1 Prambanan.
Cyntia
: Iya.
Bapak
: Udah mau ujian e mbak udah kelas tiga.
Ibu
: Udah siap ujian belum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
8.
9.
Cyntia
: Siap.
Ibu
: Siap bener?
Cyntia
: Bener.
Ibu
: Belajar yang rajin.
Cyntia
: Iya.
Ibu
: Gak main wae.
Cyntia
: Nggak.
10. Ibu Cyntia 11. Bapak
: Nggak internetan terus. : Nggak. : Hasil UTS nya kemaren itu lho.
Ibu
: UTSmu gimana udah puas?
Cyntia
: Belum.
131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:H
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok T-4
Tanggal
: 10 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Fai sedang bersantai sambil nonton TV dengan kakaknya.
Topik
: Membicarakan tentang sepak bola.
Penutur
: 1. Fa’i 2. Kakak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
: siswa kelas 8, SMP Negri 2 Prambanan : siswa kelas 11, SMA Negri 1 Kalasan
Fa’i
: Mas sekarang kih Madrid dapat peringkat berapa to?
Kakak
: Kalau sekarang masih peringkat satu.
Fa’i
: Berarti di atase Barselona ya.
Kakak
: Ya kemaren Barcelona habis kalah satu kosong di rumahnya sendiri.
Fa’i
: Oh..
Kakak
: Kasian ya..
Fa’i
: Hooh waktu elcasico itu real madrid menang berapa-berapa to?
Kakak
: Kamu nggak nonton po?
Fa’i
: Nggak soalnya aku di Jakarta hpnya tu eh tivinya tu ngga ada.
Kakak
: Oh iya ding..itu menang tiga satu.
Fa’i
: Lha yang ngegolin itu siapa?
Kakak
: Yang pertama itu kalo nggak salah Ronaldo dari pinalti.
Fa’i
: Ya.
Kakak
: Habis itu terus si anu dari tendangan pojok Toni Crush asis trus Pepe kan
udah dua satu to habis itu setelah dua satu tu Barcelona tuh udah kaya ancur tu lho.
132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8.
Fa’i
: Em...
Kakak
: Lha terus si pelatihnya itu masukkin Ifan Rakitis gantiin Safi tapi malah
133
setelah satu menit itu bukannya buat gol malah kemasukkan lagi. 9.
Fa’i
: Hehe..
Kakak
: Dari serangan balik tuh salahnya Inista.
10. Fa’i Kakak 11. Fa’i
: Oh..ya..anu e aku lupa nama pelatihnya Barcelona tu siapa to? : Mosok ga tau to..itu lho mantan pelatihnya AS Roma sama Saint Altletiko. : Oh.. Saint Altletiko to.
Kakak
: Ya gitu tau kok tanya lho.
Fa’i
: Trus Sefia udah berapa-berapa skornya mainnya? Sama Atletic beda jauh ya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:I
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok P-17
Tanggal
: 13 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Galuh sedang nonton film menggunakan laptopnya bersama temantemannya di teras rumahnya.
Topik
: Membicarakan tentang kabar Galuh dan tentang sekolahnya.
Penutur
: 1. Galuh 2. Ika
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: siswi kelas 10, SMA Negri Banguntapan : peneliti
Ika
: Kamu sekarang kelas berapa sih dek?
Galuh
: Kelas sepuluh.
Ika
: Oh berarti sama kaya Yessi kok ya?
Galuh
: Iya.
Ika
: Masih pada sering main sama Yessi.
Galuh
: Masih.
Ika
: Yessi kesini atau kalian yang main kesana juga.
Galuh
: Aku yang kerumah Yessi.
Ika
: Oh..pernah nginep juga?
Galuh
: Iya.
Ika
: Emang kalian pada ngapain sih kalo lagi pada ngumpul gitu?
134
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Galuh
: Emm..yo main..main lah kemarin terakhir main true or true, main kepantai
kalo aku tidur tempat Yessi. 7.
8.
9.
Ika
: Ooh..pantai..narsis ya kalian ya.
Galuh
: (ketawa)
Ika
: Eh udah UTS belum sih?
Galuh
: Udah.
Ika
: Udah..berarti tinggal ini ya ujian sekolah hooh to ujian apa namanya?
Galuh
: UAS..ujian akhir semester.
10. Ika Galuh 11. Ika Galuh 12. Ika Galuh
135
: Iya UAS. : Diambil mbak permennya. : Pantesan dari tadi bau durian gitu. : Suka durian gak mbak? : Suka..trus kamu kalo di rumah gitu hal yang paling kamu sukai itu apa? : Cuma nonton tivi terus facebookan ya browsing gitu lah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
Kode
:J
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok S-16
Tanggal
: 14 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Tante sedang main ke rumah Krisna dan Krisna baru pulang dari main.
Topik
: Membicarakan tentang apa yang dikerjakan, kegiatan sepak bola dan sepatunya yang baru.
Penutur
: 1. Krisna 2. Tante
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: siswi kelas 8, SMP Kanisius Kalasan : ibu rumah tangga
Tante
: Mas Na..
Krisna
: Iya.
Tante
: Lagi ngapain?
Krisna
: Lagi gak ngapa-ngapain.
Tante
: Hehehe..kok berkeringat? Kayanya habis mengapa-mengapa habis maem po?
Krisna
: Iya.
Tante
: Pake apa?
Krisna
: Pake nasi goreng.
Tante
: Wah yo cuma sama eh sama, tadi pulang jam berapa?
Krisna
: Jam empat kurang.
Tante
: Loh kok lama banget emang ada kegiatan apa tadi di sekolah?
Krisna
: Pramuka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7.
8.
9.
Tante
: Lainne pramuka apa aja kegiatane di sekolah apa itu namanya?
Krisna
: Badminton, sepakbola, ping pong, itu.
Tante
: Paling asik apa? Sepak bola?
Krisna
: Iya.
Tante
: Hahaha asik soale sepatune juga baru kan?
Krisna
: Iya.
10. Tante Krisna 11. Tante Krisna 12. Tante Krisna
: Sudah di reyen? : Sudah. : Berapa kali? Berkali-kali..berapa kali? Ratusan hihihi asik ya. : Asik. : Sampe lupa yo kalo sepak bola lupa waktu yo? : Ya kalo sepak bola disini ya sampe lupa waktu tapi kalo yang di esis tu ya
ngga soale kan dikasih waktu.
137
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:K
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok P-14
Tanggal
: 15 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Lia dan Galuh sedang menonton film.
Topik
: Membicarakan tentang sekolah dan kegiatan di rumah.
Penutur
: 1. Lia 2. Galuh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
: siswi kelas 8, SMP Negri 1 Piyungan : siswi kelas 10, SMA Negri 1 Banguntapan
Lia
: Halo Mbak Galuh?
Galuh
: Halo Lia.
Lia
: Lagi menonton apa?
Galuh
: Lagi nonton film Anabelle.
Lia
: Ngeri gak mbak?
Galuh
: Nggak sih biasa aja cuma ngagetin.
Lia
: Dapet dari siapa film nya?
Galuh
: Dari Lia.
Lia
: Oh gitu..kamu kapan mbak ada study tour?
Galuh
: Kelas dua.
Lia
: Masih lama ya..kasihan..sama aku juga masih lama.
Galuh
: Kapan kamu study tournya?
Lia
: Besok Desember.
138
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
9.
Galuh
: Kemana?
Lia
: Ke Jakarta, Bogor, Bandung..kalo kamu?
Galuh
: Aku belum tau.
Lia
: Kamu nilai UTSnya berapa mbak paling tinggi?
Galuh
: Sembilan.
10. Lia Galuh 11. Lia Galuh 12. Lia Galuh 13. Lia Galuh
: Sembilan? Paling rendah? : Enam. : Oh..gitu..aku paling rendah gak enak juga lho mbak. : Berapa? : Enam…terus kamu punya facebook? : Punya. : Pacar? : Nggak.
139
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
Kode
:L
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok T-4
Tanggal
: 16 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Miftah sedang belajar dan ibu sedang mengerjakan kerjaan kantor.
Topik
: Membicarakan tentang kegiatan futsal yang tadi dilakukan oleh Miftah.
Penutur
: 1. Miftah
: siswa kelas 11, SMA Negri 1 Kalasan
2. Ibu Miftah: PNS
1.
2.
3.
4.
Miftah
: Mi..tadi futsalnya capek banget e mi..
Ibu
: Oh..sama siapa aja main?
Miftah
: Itu tadi sama temen-temen kelas sama kelas lain.
Ibu
: Oooohhh….
Miftah
: Heemm tadi dari jam sebelas sampai jam satu..panas banget.
Ibu
: Panas..oo..lah yang suruh panas-panasan siapa?
Miftah
: Ya bagaimana? Lah wong namanya aja cah enom e.
Ibu
: Hehehehe..yang penting seneng to..di buat enak aja..hmmm..gak ada apa-apa to tadi lah kamu?
5.
6.
Miftah
: Gak ada.. kaki e sakit sedikit.
Ibu
: Emmm..terus.
Miftah
: Ya panas banget pokok e.
Ibu
: Nggak bawa minum tadi?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7.
8.
9.
Miftah
: Nggak Cuma beli..tiga ribu harganya.
Ibu
: Heem..
Miftah
: Terus tadi pulang ngantuk-ngantuk di jalan, takut kalau jatuh.
Ibu
: Umi tadi di rumah sendirian, adek pergi pintunya gak dikunci.
Miftah
: Terus.
Ibu
: Ya udah umi terus kaget hmmm..
10. Miftah Ibu 11. Miftah Ibu 12. Miftah Ibu
: Nggak ada yang masuk toh? : Nggak tau hehehehe.. : Ya udah kok abi belum pulang yo? : Nggak tau wong tadi smsnya jam tiga baru dari sana dari Jakarta. : Tiga sore? : Heem..
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
Kode
:M
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok R-4
Tanggal
: 17 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Niken sedang mau belajar namun dipanggil tante dan diajak ngobrol.
Topik
: Membicarakan tentang rambut dan sekolahnya Niken.
Penutur
: 1. Niken 2. Tante
1.
2.
3.
4.
: siswi kelas 10, SMA Negri 1 Kalasan : ibu rumah tangga
Tante
: Mbak Niken?
Niken
: Iya.
Tante
: Lagi ngapain?
Niken
: Lagi..tadi sih mau belajar.
Tante
: Tapi….
Niken
: Terus di panggil ya udah kesini.
Tante
: Lah rambute tambah pendek deh.
Niken
: Iya..lah ini tu pas mau pelantikan tonti tu lho kan pusing nanti ngurusin rambutnya soalnya gak sempet jadinya ya udah di potong aja.
5.
6.
Tante
: Rontok po pake kerudung?
Niken
: Nggak..ya memang rambutnya sering rontok..ya pengen potong aja.
Tante
: Kemarenkan panjang banget..sayang sekali.
Niken
: Heem udah bosen hehehehe..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7.
8.
9.
Tante
: Itu potong dimana?
Niken
: Potong di situ lho di Petir situ.
Tante
: Sing depan SD?
Niken
: Heem.
Tante
: Ooh..
Niken
: Soale kan kesusu hihihi jadinya kesitu.
10. Tante Niken 11. Tante Niken 12. Tante
: Keburu-buru? : Iya maksudnya keburu-buru. : Ohh..sekarang cakep deh. : Ya ampuunn..ini tambah item..belang lagi, kan masih latihan tonti terus. : Padahal kan kemarin kayane nggak deh, pake itu ya Ponds, pake apa..apa
Garnier? Niken
: Ah..itu biasa.
143
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:N
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok S-15
Tanggal
: 20 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Riska sedang belajar dan ibu mengajak berbicara.
Topik
: Membicarakan tentang les dan ujian yang akan ditempuh oleh Riska.
Penutur
: 1. Riska
144
: siswi kelas 9, SMP Negri 1 Piyungan
2. Ibu Riska : ibu rumah tangga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ibu
: Mbak Riska besok berangkat jam berapa?
Riska
: Setengah tuj..eh jam enam.
Ibu
: Jam enam kan besok ada upacara?
Riska
: Heem.
Ibu
: Topinya jangan sampe lupa, nanti lupa.
Riska
: Ya.
Ibu
: Setelah upacara besok pelajarannya apa wae nduk?
Riska
: IPA.
Ibu
: Ada ulangan gak?
Riska
: ada..tapi nganu aku gak bisa fisika.
Ibu
: Lah apa gak ikut les?
Riska
: Udah, tapi gurunya njelasinnya gimana gitu.
Ibu
: Seharuse kalo kamu belum jelas tanya sama bu guru, gak usah malu gak apa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Riska
145
: Lah gurunya tuh lah cepet e ngajarinnya tuh nganu pake rumusnya tuh
panjang. 8.
Ibu
: Ooh..gitu..ya besok tanya kalo sudah les itu mendekati gurunya tanya sendiri
kan boleh.
9.
Riska
: Kan udah pake gantian kan malem juga.
Ibu
: Oh..ada malem to.
Riska
: Heem.
10. Ibu
: Oh..ya sudah nggak papa tapi kamu kalau bu guru nerangkan harus
diperhatikan. Riska 11. Ibu Riska 12. Ibu Riska
: Lah pada main HP jadi… : Loh loh loh.. : Kan ada yang main HP ada yang rame gitu kok jadi ke ganggu. : Bu gurunya diem? : Iya lah diam..
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:O
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok O-10
Tanggal
: 21 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Sharon sedang belajar kemudian kakaknya pulang dan mengajak Sharon ngobrol di ruang tamu.
Topik
: Membicarakan tentang kegiatan hari ini dan kemarin.
Penutur
: 1. Sharon 2. Kakak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: siswi kelas 9, SMP Negri 2 Piyungan : sedang mencari kerja
Kakak
: Tadi sekolahnya gimana?
Sharon
: Hmmm…ya biasa aja.
Kakak
: Kok biasa aja? Belajar apa?
Sharon
: Matematika, eh matematika..bahasa indonesia, IPA, IPA tadi ulangan.
Kakak
: Ulangan? Bisa?
Sharon
: Ya nggak…susah.
Kakak
: Kok nggak bisa? Nggak belajar emangnya?
Sharon
: Iya.
Kakak
: Ohh..gitu..baguusss..kok nggak belajar ngapa emang?
Sharon
: Lah kan kemaren ke mama.
Kakak
: Oh pergi gitu..terus apa lagi?
Sharon
: Ya udah itu aja.
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7.
8.
9.
Kakak
: Ada kegiatan ekstra apa tadi?
Sharon
: Ya nggak cuman les aja.
Kakak
: Les itu jam berapa emang?
Sharon
: Jam setengah dua.
Kakak
: Setengah dua? Kamu selesai apa..pelajaran pokoknya itu jam berapa?
Sharon
: Setengah satu.
10. Kakak Sharon 11. Kakak Sharon 12. Kakak Sharon
: Setengah satu les setengah dua? : Heem. : Sampai jam berapa? : Jam tiga tadi to. : Jam tiga? Hmmm..ada les di itu lagi? : Cuma les di sekolah..kan tante pergi jadi gak jadi ya udah.
147
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kode
:P
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok Q-4
Tanggal
: 22 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Sidiq baru selesai mandi kemudian diajak ibunya keluar berbincang sembari ibunya menjemuri pakaian.
Topik
: Membicarakan tentang Sidiq yang sulit disuruh belajar di rumah.
Penutur
: 1. Sidiq
148
: siswa kelas 11, SMK Pembangunan
2. Ibu Sidiq : ibu rumah tangga
1.
2.
3.
Ibu
: Dik, kamu tuh mbok belajar!
Sidiq
: Dah..di sekolah dah belajar.
Ibu
: Itu kan di sekolah, ya kamu tuh di rumah gak cuma main laptop gitu loh!
Sidiq
: Udah kok, udah banyak di sekolah, di rumah tuh ya refreshing.
Ibu
: Lha kamu tuh refreshing lha orang tua tuh yang ngeliat yo nggak enak to ya,
mbayar udah mahal, pelajaran semakin lama semakin susah ya bukunya itu di buka itu biar ga percuma orang tua beliin buku paket opo buku yang lainnya itu.
4.
Sidiq
: Lha nanti nek belajar terus nek kalau belajar teruskan pa nggak pusing?
Ibu
: Yo kan waktu di sekolah itu kan belajar di rumah yo istirahat tapikan yo
belajar..jadi semua yang diterima disekolah kalo diulang di rumah kan mempermudah kamu kalo besok ada ujian gitu.. Sidiq
: Berarti nek tapi kalo belajar dirumah itu gimana ya jarang gak bisa masuk
nya e enak kalo belajar di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5.
Ibu
: Jelas gak bisa masuk orang yang dipegang cuma laptop tok main game terus
bagaimana mau masuk? Wis udah mau mendekati kelas tiga semakin lama semakin susah.
6.
Sidiq
: Ya besok coba tak belajar lagi, tapi kalo nggak bisa gimana?
Ibu
: Ya harus berusaha..orang pinter kalo nggak belajar ya nggak tambah
pinter..orang bodoh kalo rajin membaca mbukae tu buku-buku yang udah di kasih buguru lah itu kan tambah pinter berarti ga hanya sekolah-sekolah pegang laptop nge game bikin susah orang tua ngeliatnya tuh loh. Sidiq
149
: Ya…ya coba tak sekarang mulai belajar tapi kalo dikit-dikit dulu gimana?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Kode
:Q
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok S-13
Tanggal
: 23 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Tasya sedang main ke depan rumah Astrid kemudian Ika lewat dan ikut ngobrol tak lama kemudian budhe juga ikut nimbrung.
Topik
: Membicarakan tentang HP Tasya yang baru dan basa-basi tentang kegiatan anak muda di perumahan.
Penutur
: 1. Tasya
1.
2.
3.
4.
5.
: siswi kelas 7, SMP Negri 2 Prambanan
2. Astrid
: siswi kelas 8, SMP Muhammadiyah Piyungan
3. Budhe
: ibu RT pegawai swasta
4. Ika
: peneliti
Ika
: Eh HP mu baru ya Sa ya?
Tasya
: Hmmm hehehe.
Astrid
: Adududuh..beline dimana Sa? Kok aku gak dikasih tau kan aku belum tau.
Tasya
: Dimana-mana.
Ika
: Siapa yang mbeliin? Mbak Bella?
Tasya
: Nggak.
Ika
: Lah?
Tasya
: Bapak.
Ika
:Bapak?
Tasya
: Mbak Bella cuma nambahin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6.
Ika
151
: Nambahin? Ya nggak apa kok mbak e dah kerja kok..eh udah pada UTS
belum sih kalian to? Tasya & Astrid
7.
8.
: Besok..
Astrid
: Akhir bulan.
Ika
: Loh UTS lho!
Tasya
: Udah..pie e.
Astrid
: UAS yang akhir bulan.
Ika
: Sekarang kita anu aja yok ngadain nari aja setiap hari nari setiap hari apa
gitu.
9.
Astrid
: Nari apa?
Ika
: Ya nari-nari kaya nari jawa kemarin itu, mau ga? Biar ada kegiatan daripada
kita cuma nongkrong-nongkrong? Tasya 10. Ika Tasya 11. Budhe Tasya
: Di rumahe Mbak Ika? : Lha iya jelas nanti kalo di rumah mu yo aku malu diliatin..tapi siapa aja? : Monik itu lho sama Hilda, Dewik. : Udah punya pacar belum? : Belum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
Kode
:R
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok K-12
Tanggal
: 24 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Tian dan Tiara sedang bersiap makan malam, namun karena kedatangan peneliti maka mereka dipanggil ibunya untuk ke ruang tamu dulu.
Topik
: Membicarakan tentang kenapa Tian tidak ikut dan membicarakan sekolah.
Penutur
: 1. Tian
1.
2.
3.
4.
5.
: siswa kelas 9, SMP Kanisius Kalasan
2. Tiara
: siswi kelas 7, SMP Kanisius Kalasan
3. Ibu
: ibu rumah tangga
4. Ika
: peneliti
Ibu
: Ada PR apa dek?
Tiara
: Bahasa Inggris.
Ibu
: Bisa nggak?
Tiara
: Nggak.
Ibu
: Tanya mas kalo nggak bisa.
Tian
: Apa yang nggak bisa?
Ibu
: Coba tanya mas.
Tiara
: Gimana ini?
Tian
: Lha pie kok, apa yang ngga bisa?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
7.
Tiara
: Akeh.
Ika
: Kelas satu sama kelas tiga..udah mau ujian..mau sekolah mana dek?
Tian
: Belum tau.
Ibu
: Habis diajak bapak ibunya pergi tapi yang gede gak mau kenapa gak mau
ikut mas? Tian
: Belum istirahat.
153
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
Kode
:S
Tempat
: Perumahan Griya Tamansari II, Blok Q-10
Tanggal
: 27 Oktober 2014
Waktu
: 19.00
Suasana
: Sedang disidang oleh mamanya karena terlibat masalah serius di sekolah.
Topik
: Membicarakan tentang masalah yang sedang terjadi di sekolah Yoka.
Penutur
: 1. Yoka
: siswa kelas 11, SMA 1 Piyungan
2. Ibu Yoka : ibu rumah tangga
1.
Ibu : Ya itu tadi pagi kan pak umar kan telepon ke mama pak Umar minta ijin besok kan mau pertemuan di sekolah itu mau ndatengin orang tuanya Abi..Abi kan besok udah mau dikeluarin besok itu kamu udah ga usah mikir HP yang dibawa Abi. Yoka
2.
3.
4.
5.
6.
: Lha terus itu kan..
Ibu : Ya itu kan gampang kalo itukan nanti tinggal keputusanne Pak Umar gimana mama kan nunggu keputusan Pak Umar gimana jadi mama gak bisa mutusken sendiri jadi besok kalau disekolah makane kamu nggak usah nanya Abi nggak usah nanya siapasiapa yang pentingkan kamu sama Abi ngga di apa-apain to? Yoka
: Nggak
Ibu
: Gak pernah di ancam apa-apa to?
Yoka
: Nggak.
Ibu : Yang penting kamu terbuka sama mama sama papa..kan ntar kalo disana kan dah ada yang ngurusin. Kemarin katanya Abi malam minggu pesta-pesta ya? Yoka
: Kerja reja kata siapa?
Ibu
: Yo pas dipanggil di apa tu..ee..
Yoka
: Pak Umar po?
Ibu : Hooh itukan bapaknya struk kan bukan karena karna gak punya duit ataupun mikir Abi..Abi nyatanya masih bisa pesta-pesta untuk ngerayain ulang tahun Yoka
: Oh..hooh to.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7.
8.
9.
155
Ibu : Ya itu dah ya kamu gak usah itu besok nek misalnya mama diiniin Pak Umar belom ditelpon ntar kamu nemuin Pak Umar ya. Yoka
: Heem…
Ibu
: Ntar mama.
Yoka
: Trus ngapa?
Ibu
: Ya nanti ngomong mama harus datang kesekolahan atau nggak gitu.
Yoka
: Tadi nyuruh datang.
10. Ibu Yoka
: Terus kamu bilang gimana? : Ya katane sakit trus nggak jadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CARA MEMBACA KODE DATA XMB1, A1
=
X
M
B
1
A
1
↓
↓
↓
↓
↓
↓
PELANGGARAN MAKSIM
BTS2, B1
PKB3, C1
=
=
KEBIJAKSANAAN
=
KODE TRANSKRIP NOMOR KODE TRANSKRIP
B
T
S
1
B
1
↓
↓
↓
↓
↓
↓
BENTUK
TUTURAN
SANTUN
NOMOR
P
K
B
3
C
1
↓
↓
↓
↓
↓
↓
PENANDA KESANTUNAN
PTS4, D1
NOMOR
BERBAHASA
KODE TRANSKRIP NOMOR KODE TRANSKRIP
NOMOR
KODE TRANSKRIP NOMOR KODE TRANSKRIP
P
T
S
4
D
1
↓
↓
↓
↓
↓
↓
PENANDA
TUTURAN
SANTUN
NOMOR KODE TRANSKRIP NOMOR KODE TRANSKRIP
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB5, E1
=
M
K
B
5
E
1
↓
↓
↓
↓
↓
↓
MAKSUD KESANTUNAN BERBAHASA NOMOR KODE TRANSKRIP NOMOR KODE TRANSKRIP
MKu = Maksim Kuantitas MR
= Maksim Relevansi
MC
= Maksim Cara
MS
= Maksim Kecocokan/Kesepakatan
MT
= Maksim Penerimaan/Pujian
MH
= Maksim Kerendahan hati
MP
= Maksim Simpati
MMN = Mengancam Muka Negatif
157
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Melanggar Maksim Kuantitas
Kode
Tuturan
XMKu1, A3
Ibu : Ga dimarahin, itu salah masuk komennya gitu. Astrid : Malah senyumsenyum kok ketemu aku aja.
Indikator Tuturan yang melanggar maksim kuantitas.
Konteks Percakapan terjadi pada sore hari, di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan sedang berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara informal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada
Analisis Dalam tuturan tersebut ingin menegaskan bahwa temannya yang dimaksudkan salah komen itu tidak merasa ada apa-apa atau tidak merasa bersalah malah senyum-senyum seperti orang yang tidak punya salah, namun apa yang diinginkan ibunya tidak terjadi seperti contohnya ibu menginginkan teman Astrid dimarahkan dan meminta maaf atas kejadian di media sosial tersebut.
158
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
XMKu2, D7
Ibu : Besok tanya sama bu guru trus obatnya, apa buk? Besok kalau pas praktek kan dikasih tahu to..semua virus yang ada disini nanti ini..ini..ini..yang ada obatnya yang mana yang ga ada obatnya yang mana..virus apa lagi dek? Danisa : Ini ebola ma, HIV kaya gini?
Tuturan yang melanggar maksim kuantitas.
sosial media yang salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit.
Pada percakapan Danisa tidak menjawab pertanyan ibunya tetapi malah membicarakan hal yang ingin dibicarakan olehnya sehingga pertanyaan ibunya tidak dihiraukan.
159
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Melanggar Maksim Relevansi
Kode
Tuturan
Indikator
XMR1, D2
Ibu
: Fisika itu kemarin dapet berapa ulangan itu? Pertama itu 85, sembilan..sembilan berapa itu? Danisa : Buk tadi katane pakde to..virus..virus apa tu ya namane virusnya virusnya demam berdarah sama virus harpes katane ga ada obate..hooh po?
Tuturan yang melanggar maksim relevansi.
XMR2, G4
Ibu
Tuturan yang melanggar
: Ada yang galak? Galak e kan ya
Konteks
Analisis
Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Percakapan terjadi pada sore hari, pada
Danisa yang menghindari pertanyaan ibunya dengan tidak menjawab lalu membicarakan hal lain yang bukan jawaban diinginkan oleh ibunya karena Danisa merasa bahwa perkataan yang ingin ia utarakan lebih penting daripada menjawab pertanyaan ibunya.
Cyntia sangat tidak menjawab pertanyaan orang tuanya, Cyntia memilih untuk menjawab 160
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tergantung kamu, kamu ga ngapangapain apa ya digalakin, iya to mbak ika? Ika : Ha iya, dimana to sekarang sekolahnya? Cyntia : SMP 1 Prambanan
maksim relevansi.
saat ibunya sedang mencuci karpet dan ayahnya sedang mengecat tembok dan Cyntia baru saja pulang main. Peserta yang terlibat ada tiga orang yaitu bapak Cyntia, ibu Cyntia, dan cyntia seorang siswi kelas 9 bersekolah di SMP Negri 1 Prambanan. Tujuan dalam komunikasi Cyntia dan keluarga adalah keluarga ingin mengetahui bagaimana perkembangan sekolah anaknya. Isi pembicaraan mengarah pada ujian yang akan dihadapi anaknya pada 2015 yaitu ujuan akhir sekolah untuk menentukan lulus atau tidak.
pertanyaan peneliti ketimbang pertanyaan kedua orangtuanya, karena menurut Cyntia pernyataan dan pertanyaan orangtuanya membuat dia malu kepada peneliti sehingga ia tidak menghiraukan apa yang dibicarakan oleh ibunya.
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Melanggar Maksim Cara
Kode XMC1, A12
Tuturan Ibu : Yang mana? Astrid : Ngganteng kok.
Indikator Tuturan yang melanggar maksim cara.
Konteks Percakapan terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara nformal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang
Analisis Astrid tidak menjawab pertanyaan ibunya karena dia tidak ingin membahas dan lebih baik membicarakan hal lain yang menurutnya lebih menarik.
162
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
XMC2, M12
XMC3, Q2
Tante : Padahal kan Tuturan yang kemarin kayane ngga melanggar deh, pake itu ya maksim cara. ponds, pake apa..apa garnier? Niken : Ah..itu biasa..
Astrid : Adududuh..beline dimana Sa? Kok aku ga dikasih tau, kan aku belum tau?
Tuturan yang melanggar maksim cara.
salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincangbincang dengan Niken. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai. Percakapan terjadi pada sore hari sewaktu anak-anak remaja sedang pada
Niken lebih memilih menjawab seadanya karena dia tidak ingin tetangganya itu tahu produk apa yang dia gunakan untuk membersihkan wajah.
Tasya dia tidak ingin menjawab pertanyaan Astrid karena dia tidak ingin orang mengetahui dia beli dimana sehingga menjawab “dimana-mana”.
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tasya : Dimana-mana
berkumpul di depan salah satu rumah teman Tasya. Peserta yang terlibat ada empat orang yaitu saya peneliti, Astrid teman yang lebih tua setahun dari tasya, ibu RT yang kebetulan sedang lewat, dan Tasya siswi kelas 7 SMP Negri 2 Prambanan. Tujuan dalam komunikasi ingin berbincangbincang seperti teman. Isi pembicaraannya membicarakan HP Tasya yang baru dan membicarakan rencana latihan nari. Pembicaraan dalam konteks santai.
164
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Melanggar Maksim Kecocokan/Kesepakatan
Kode XMS2, A7
Tuturan Ibu
: Terus bilang apa dia? Astrid : Kan ga komen lagi to?
Indikator Tuturan yang melanggar maksim kecocokan.
Konteks Percakapan terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara nformal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang
Analisis Astrid sudah mulai malas dengan pertanyaan ibunya yang itu-itu saja sehingga membuatnya malas membicarakannya dan akhirnya jawaban Astrid dengan nada jengkel menjawab seadanya karena ia merasa sudah tidak cocok lagi untuk meneruskan pembicaraan.
165
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
XMS2, D4
Ibu
: Lha sudah ketemu belum, gambarnya sudah ketemu belum? Danisa : Hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh?
Tuturan yang melanggar maksim kecocokan.
salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit.
Danisa mulai kesal karena ibunya bertanya terus tanpa melihat hasil yang dikerjakannya sehingga dia agak kesal dengan sedikit bertanya balik dengan pendapatnya.
166
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Melanggar Maksim Penerimaan/Pujian
Kode XMT1, C5
Tuturan Ibu
: Lah kok jelek semua? :Ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu bahasa indonesianya dapat delapan trus habis itu… : Lha yo yang harusnya bagus tu yo yang..masa seni budaya 92. : Ya disyukurin aja.
Tuturan yang melanggar maksim penerimaan.
Tante : Lagi ngapain? Niken : Lagi..tadi sih mau belajar Tante : Tapi…. Niken : Terus di panggil
Tuturan yang melanggar maksim penerimaan.
Elis
XMT2, C8
Ibu
Elis
XMT3, M2
XMT4, M3
Indikator
Konteks
Analisis
Percakapan (1 dan 2) terjadi pada malam hari di rumah saat Elis sedang belajar dan ibu menghampiri ke kamarnya. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu ibu Elis dan Elis siswa kelas 8 SMP Negri 1 Piyungan. Tujuan dari pembicaraan adalah ibu ingin mengetahui nilai ujian anaknya. Isi dari pembicaraan Elis menceritakan nilainilainya dan merayu ibunya agar nerima hasil ujiannya. Bahasa yang digunakan pada saat perbincangan itu santai. Percakapan (3 dan 4) terjadi pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincang-
Elis membuat ibunya merasa bingung dengan jalan pemikiran anaknya yang selalu mengatakan “ya disyukuri aja” padahal yang diinginkan ibunya mendapatkan nilai lebih karena menurut ibunya nilai tersebut belum maksimal.
Apa yang dikatakan oleh Niken membuat tante menjadi tidak berkutik dan merasa bersalah karena ajakan tante untuk mengobrol membuatnya tidak jadi belajar. 167
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ya udah kesini
bincang dengan Niken. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai.
168
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Melanggar Maksim Kerendahan Hati
Kode XMH1, A6
Tuturan Ibu
: Dia bilang gitu? Sengaja? Berarti udah diinterogasi? Astrid : Dah, udah ditanyain dong..galak banget to?
Indikator Tuturan yang melanggar maksim kerendahan hati.
Konteks Percakapan terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara nformal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang
Analisis Astrid terkesan menyombongkan dirinya karena seolah dia menjadi seorang yang galak yang ditakuti oleh temannya dan memberi tahu ibunya dengan bangga apa yang sudah da lakukan.
169
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
XMH2, E8
Bapak : Hmm.. haya udah nek gitu saya dukung-dukung aja..ya kalo bapak pasti dukung aja yang penting kamu belajar pertama sama pelajarannya apapun kegiatannya ya semuanya harus mencakup lah. Afif : Pasti
Tuturan yang melanggar maksim kerendahan hati.
salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan terjadi pada malam hari, berada di rumah sedang berbincangbincang setelah sholat, kondisi pada saat itu sedang serius tapi santai. Objek pesertanya ada bapak Afif dan Afif yang bersekolah di SMP Muhammadyah Prambanan kelas 9. Tujuan dari pembicaraan meminta izin bapaknya untuk terus mengikuti bela diri. Isi pembicaraannya membicarakan tentang kegiatan bela diri yang sedang diikuti akan berpengaruh pada persiapan ujian Afif atau tidak. Nada bicara Afif santai dan cenderung serius.
Afif menjawab dengan sombong menggunakan kata “pasti” dan menyatakan bahwa dirinya mampu melakukan apa yang diinginkan oleh bapaknya sehingga terkesan angkuh dan sombong dengan kemampuannya.
170
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
XMH3, L3
Miftah : Heemm tadi dari jam sebelas sampai jam satu..panas banget.. Ibu : Panas..oo..lah yang suruh panas-panasan siapa? Miftah : Ya bagaimana? Lah wong namanya aja cah enom e..
Tuturan yang melanggar maksim kerendahan hati.
XMH4, P1
Ibu
Tuturan yang melanggar maksim kerendahan
: Dik, kamu tu mbok belajar! Sidiq: Dah..di sekolah dah belajar.
Percakapan terjadi pada malam hari, berada di rumah sedang berbincangbincang meluangkan waktu sebelum masing-masing mengerjakan kegiatan rumah, kondisi pada saat itu santai. Pesertanya ada ibu Miftah dan Miftah siswa kelas 11 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dari pembicaraan ingin mengetahui kegiatan Miftah seharian. Isi dari pembicaraan Miftah menceritakan kegiatannya bermain futsal dan ibu menceritakan kejadian adiknya lupa menutup pintu saat semua orang rumah sedang pergi. Nada bicara Miftah santai. Percakapan terjadi pada sore hari, berada di teras depan rumah, Sidiq baru selesai
Miftah terlihat sombong karena dengan mengatakan “cah enom e” dia merasa bahwa karena masih muda maka mampu untuk bermain futsal siang hari.
Sangat terlihat sombong dan tidak mau tahu karena Sidiq merasa capai ditanya tentang belajar sedangkan dia sudah kelelahan di sekolah dengan belajar namun jawaban yang diberikan kepada 171
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hati.
mandi dan ibunya sedang menjemur pakaian. Pesertanya ada ibu Sidiq dan Sidiq siswa kelas 10 STM Pembangunan Mrican. Tujuan dari pembicaraan ibu ingin agar Sidiq saat dirumah belajar. Isi pembicaraan ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar. Nada bicara santai tapi serius.
ibunya membuat ibunya semakin kesal.
172
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Melanggar Maksim Simpati
Kode
Tuturan :Ha ini HIV virus trus yang ini? Danisa : Ya sama HIV virus..HIV tu virus gimana e?
Indikator
XMP1, D9
Ibu
Tuturan yang Melanggar Maksim Simpati.
XMP2, F11
Ibu bisa
: Po sama ibu yo Tuturan yang Melanggar
Konteks
Analisis
Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Percakapan terjadi pada sore hari setelah
Danisa melanggar maksim simpati karena merasa benar dan tahu tentang apa yang dia bicarakan sehingga mengabaikan bahwa yang di ajak berbicara adalah ibunya, kemudian ibunya dirasa tidak pintar dan tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya sehingga dapat membuat orang yang tadinya simpati menjadi tidak simpati lagi karena perkataannya.
Kakak Aldi melanggar maksim simpati karena dengan langsung menjawab pertanyaan ibunya 173
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kakak : Ga mau
Maksim Simpati.
shalat maghrib. tanpa memikirkan bagaimana perasaan ibunya Peserta yang terlibat dengan jawaban tersebut. Aldi Siswi kelas 7 SMP Negri 1 Piyungan, kakak, dan ibu. Tujuan dari komunikasi kakak ingin mengetahui apa saja yang sudah dilakukan adiknya sore tadi. Isi pembicaraan tentang pingpong yang dilakukan aldi dan teman-temannya sehingga membuat ibu ingin bermain pingpong bersama anaknya. Nada bicara santai karena sedang bersantai.
174
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tuturan yang Mengancam Muka Positif
Kode XMMN, P2
XMMN2, P3
Tuturan Ibu
Indikator
: Itu kan di sekolah, Tuturan yang ya kamu tu di rumah mengancam ga Cuma main muka positif. laptop gitu loh! Sidiq : Udah kok, udah banyak di sekolah, di rumah tu ya refreshing. Ibu : Lha kamu tu refreshing, lha orang tua tu yang ngeliat yo nggak enak to ya, mbayar udah mahal, pelajaran semakin lama semakin susah ya bukunya itu di buka itu biar ga percuma orang tua beliin buku paket opo buku yang lainnya itu. Sidiq : Lha nanti nek belajar terus nek kalau belajar teruskan pa nggak pusing?
Konteks
Analisis
Percakapan terjadi pada sore hari, berada di teras depan rumah, Sidiq baru selesai mandi dan ibunya sedang menjemur pakaian. Pesertanya ada ibu Sidiq dan Sidiq siswa kelas 10 STM Pembangunan Mrican. Tujuan dari pembicaraan ibu ingin agar Sidiq saat dirumah belajar. Isi pembicaraan ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar. Nada bicara santai tapi serius.
Tuturan yang diucapkan oleh Sidiq sangat transparan atau langsung mengatakan ketidak setujuannya dengan pemikiran ibunya karena dia memiliki argumen yang menurutnya benar bahwa jika di rumah tidak harus serius karena susah berkonsentrasi setelah seharian berkonsentrasi penuh di sekolah. Hal tersebut mengancam muka positif mitra tuturnya karena ketidak setujuan tersebut diutarakan secara langsung tanpa basabasi.
175
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bentuk Tuturan yang Santun
Kode BTS1, R7
Tuturan Ibu
Tian
BTS2, P6
Ibu
Indikator
Konteks
Analisis
: Habis diajak bapak ibunya pergi tapi yang gede ga mau kenapa ga mau ikut mas? : Belum istirahat.
Bentuk tuturan yang santun.
Tian tidak ingin mengecewakan ibunya dengan menjawab belum istirahat karena dalam seminggu sudah capek dengan kegiatan seolahnya sehingga ia menjaga perasaan ibunya dengan menjawab belum istirahat.
: Ya harus berusaha..orang pinter kalo nggak belajar ya nggak tambah pinter..orang
Bentuk tuturan yang santun.
Percakapan terjadi pada sore hari, berada di ruang tamu, Tian baru selesai mandi dan ibunya sedang istirahat baru pulang. Pesertanya ada ibu Tian dan Tian siswa kelas 9 SMP Kanisius Kalasan. Tujuan dari pembicaraan ibu ingin tahu apa yang meyebabkan anaknya tidak mau ikut pergi. Isi pembicaraan ibunya membicarakan keinginan Tian akan SMA dimana setelah selesai. Nada bicara santai tapi serius. Percakapan terjadi pada sore hari, berada di teras depan rumah, Sidiq baru selesai mandi dan ibunya
Sidiq mencoba mengiyakan perkataan ibunya agar ibunya merasa dihargai dengan nasehatnasehatnya sehingga ibunya tidak kecewa dengan tingkahnya.
176
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bodoh kalo rajin membaca mbukae tu buku-buku yang udah di kasih buguru lah itu kan tambah pinter berarti ga hanya sekolahsekolah pegang laptop nge game bikin susah orang tua ngeliatnya tu loh. Sidiq : Ya…ya coba tak sekarang mulai belajar tapi kalo dikit-dikit dulu gimana?
sedang menjemur pakaian. Pesertanya ada ibu Sidiq dan Sidiq siswa kelas 10 STM Pembangunan Mrican. Tujuan dari pembicaraan ibu ingin agar Sidiq saat dirumah belajar. Isi pembicaraan ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar. Nada bicara santai tapi serius.
177
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penanda Ketidaksantunan Berbahasa
Kode PKB1, A7
Tuturan Ibu : Terus bilang apa dia? Astrid : Kan ga komen lagi to..
Indikator
Konteks
Keterangan
Penanda ketidaksantuna n berbahasa.
Percakapan terjadi pada sore hari, berada di rumah sedang bersantai di depan TV, kondisi Astrid pada saat itu sedang menonton TV dan tidak berkonsentrasi dengan tontonannya, dan percakapannya terjadi secara nformal. Objek pesertanya ada ibu Astrid dan Astrid yang bersekolah di SMP Muhammadyah Piyungan kelas 8. Tujuan dari pembicaraan meminta keterangan pada Astrid tentang kesalahan komentar yang ada di media sosial. Isi pembicaraannya membicarakan tentang apa yang terjadi pada sosial media yang
Menunjukkan kekesalan Astrid kepada ibunya karena bertanya terus sedangkan dia juga sedang berkonsentrasi pada TV yang ia tonton saat ibunya menanyai tentang masalah di facebook. Sehingga Astrid tidak bisa mengendalikan emosinya karena terganggu saat sedang menonton.
178
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PKB2, C5
PKB3, C11
PKB4, D4
Ibu : Lah kok jelek semua? Elis : Ya..ya dengerin dulu mah makannya, trus habis itu bahasa indonesianya dapat delapan trus habis itu… Ibu : Tumben..ahahahha Elis : Astaga ya ampun..kok di tumbenin bukan disyukurin..
Ibu
Penanda ketidaksantuna n berbahasa.
Penanda ketidaksantuna n berbahasa.
: Lha sudah ketemu Penanda belum, gambarnya ketidaksantuna sudah ketemu n berbahasa. belum? Danisa : Hmmmm...lha
salah satu teman Astrid salah komentar. Nada bicara Astrid santai dan cenderung cuek. Percakapan terjadi pada malam hari di rumah saat Elis sedang belajar dan ibu menghampiri ke kamarnya. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu ibu Elis dan Elis siswa kelas 8 SMP Negri 1 Piyungan. Tujuan dari pembicaraan adalah ibu ingin mengetahui nilai ujian anaknya. Isi dari pembicaraan Elis menceritakan nilainilainya dan merayu ibunya agar nerima hasil ujiannya. Bahasa yang digunakan pada saat perbincangan itu santai. Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta
Penutur tidak dapat mengendalikan emosinya terlihat pada kata “ya dengerin dulu mah makannya”. Kata tersebut dipertegas karena seolah ibunya tidak yakin anaknya akan mendapatkan nilai bagus dan kecewa karena yang didengarnya belum ada nilai yang bagus.
Menginginkan ibunya untuk sepakat dengan apa yang dipikirkannya, sedangkan hal tersebut melanggar kesantunan dengan memaksakkan kehendaknya.
Tetap mempertahankan apa yang dibicarakannya sehingga terkesan ingin lebih didengar ketimbang ibunya yang memberi saran dan masukkan.
179
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ini..ga to?
PKB5, D9
Ibu
kebesaren
:Ha ini HIV virus Penanda trus yang ini? ketidaksantuna Danisa : Ya sama HIV n berbahasa. virus..HIV tu virus gimana e?
yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana
Tuturan tersebut penutur memojokkan mitra tutur karena mitra tutur tidak tahu dengan apa yang sedang dibahas bisa jadi mitra tutur tahu namun tidak seperti penutur yang jauh lebih tahu dan sedang belajar materi tersebut.
180
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PKB6, J2
Tante : Lagi ngapain? Penanda Krisna : Lagi ga ngapa- ketidaksantuna n berbahasa. ngapain.
kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Percakapan terjadi pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincangbincang dengan Niken. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken
Penutur tersebut membuat mitra tuturnya menjadi mati gaya atau tidak bisa bertanya apa-apa lagi karena jawabannya bisa saja menyinggung karena bisa berarti juga penutur sedang tidak ingin berbicara dan ditanya-tanya.
181
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai.
182
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penanda Tuturan yang Santun
Kode
Tuturan
Indikator
PTS1, O12
Kakak : Jam tiga? Penanda Hmmm..ada les di tuturan yang itu lagi? santun. Sharon : Cuma les di sekolah..kan tante pergi jadi ga jadi ya udah.
PTS2, N6
Ibu : Lah apa ga ikut les? Penanda Riska : Udah, tapi tuturan yang santun. gurunya njelasinnya gimana gitu.
Konteks Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Aldi Siswi kelas 9 SMA Angkasa, kakak, dan Sharon. Tujuan dari komunikasi kakak ingin mengetahui apa saja yang sudah dilakukan adiknya sore tadi. Isi pembicaraan tentang kegiatan sekolah. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Riska Siswi kelas 9 SMP Negri 1 Piyungan, kakak, dan ibu. Tujuan dari komunikasi ibu ingin
Analisis Sharon menanggapi kakaknya dengan tanggapan yang positif agar kakaknya tidak tersinggung dan tidak malas untuk berbicara kepadanya di masa yang akan datang.
Riska menanggapi ibunya dengan positif dengan penjelasan yang sejelas-jelasnya agar ibunya tidak kecewa.
183
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PTS3, M11
PTS4, L6
Tante : Ohh..sekarang Penanda cakep deh.. tuturan yang Niken : Ya ampuunn..ini santun. tambah item..belang lagi, kan masih latihan tonti terus.
Ibu
: Ngga bawa minum Penanda tadi? tuturan yang
mengetahui tentang les. Isi pembicaraan tentang adakah kemajuan setelah ikut les. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincangbincang dengan Niken. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai. Percakapan terjadi pada malam hari,
Niken menanggapi tuturan mitra tuturnya dengan positif karena dia menganggap apa yang dituturkan oleh mitra tuturnya membuat malu dan juga senang.
Miftah menanggapi dengan positif tuturan ibunya agar ibunya tidak kecewa karena Miftah tidak 184
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Miftah : Nggak beli..tiga harganya.
PTS5, J12
Cuma santun. ribu
Tante : Sampe lupa yo kalo Penanda sepak bola lupa tuturan yang waktu yo? santun. Krisna : Ya kalo sepak bola disini ya sampe lupa waktu
berada di rumah sedang berbincangbincang meluangkan waktu sebelum masing-masing mengerjakan kegiatan rumah, kondisi pada saat itu santai. Pesertanya ada ibu Miftah dan Miftah siswa kelas 11 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dari pembicaraan ingin mengetahui kegiatan Miftah seharian. Isi dari pembicaraan Miftah menceritakan kegiatannya bermain futsal dan ibu menceritakan kejadian adiknya lupa menutup pintu saat semua orang rumah sedang pergi. Nada bicara Miftah santai. Percakapan terjadi pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincangbincang dengan
membawa minum.
Memberikan tanggapan yang positif agar mitra tuturnya tidak menjadi tersinggung dan memberhentikan percakapan yang sedang berlangsung.
185
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PTS6, J10
PTS7, I9
tapi kalo yang di esis tu ya ngga soale kan dikasih waktu. Tante : Sudah di reyen? Penanda Krisna : Sudah tuturan yang santun.
Ika
: Udah..berarti Penanda tinggal ini ya ujian tuturan yang sekolah hooh to santun. ujian apa namanya? Galuh :UAS..ujian akhir semester.
Niken. Peserta yang terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Galuh Siswi kelas 9 SMP Negri 1 Piyungan, Ika, Galuh, dan Lia. Tujuan dari komunikasi ingin mendapatkan informasi. Isi pembicaraan tentang kegiatan sehari-hari. Nada bicara santai karena sedang
Krisna menjawab dengan singkat dan jelas apa yang ditanyakan oleh mitra tuturnya.
Galuh juga menjawab dengan tidak berbelit-belit dan apa adanya.
186
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PTS8, G8
Ibu : Belajar yang rajin! Cyntia : Iya
Penanda tuturan yang santun.
bersantai. Percakapan terjadi pada sore hari, pada saat ibunya sedang mencuci karpet dan ayahnya sedang mengecat tembok dan Cyntia baru saja pulang main. Peserta yang terlibat ada tiga orang yaitu bapak Cyntia, ibu Cyntia, dan cyntia seorang siswi kelas 9 bersekolah di SMP Negri 1 Prambanan. Tujuan dalam komunikasi Cyntia dan keluarga adalah keluarga ingin mengetahui bagaimana perkembangan sekolah anaknya. Isi pembicaraan mengarah pada ujian yang akan dihadapi anaknya pada 2015 yaitu ujuan akhir sekolah untuk menentukan lulus atau tidak.
Sudah menyampaikan pernyataan dengan tidak berbelit-belit sehingga percakapan yang dilakukan dapat terlaksana dengan mudah dan sudah menerapkan kesantunan dengan menjawab pertanyaan dengan lugas.
187
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PTS9, F10
Ibu : Sama Mbak Niken. Kakak : Mbak Niken udah SMA sibuk kok..
PTS10, D4
Ibu
Penanda tuturan yang santun.
: Lha sudah ketemu Penanda belum, gambarnya tuturan yang sudah ketemu santun. belum? Danisa : Hmmmm...lha ini..ga kebesaren toh?
Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Aldi Siswi kelas 7 SMP Negri 1 Piyungan, kakak, dan ibu. Tujuan dari komunikasi kakak ingin mengetahui apa saja yang sudah dilakukan adiknya sore tadi. Isi pembicaraan tentang pingpong yang dilakukan aldi dan teman-temannya sehingga membuat ibu ingin bermain pingpong bersama anaknya. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari
Kakak sudah berusaha untuk tidak memojokkan mitra tutur dengan memberi alasan bahwa temannya sudah sibuk.
Danisa sudah menjaga agar tidak memojokkan mitra tuturnya dengan menanyakan kembali apakah benar atau salah dengan pekerjaan yang sudah dia buat.
188
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit.
189
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Maksud Kesantunan Berbahasa
Kode
Tuturan
MKB1, D4
Ibu
MKB2, Q1
Ika
Indikator
: Lha sudah ketemu Maksud belum, gambarnya kesantunan sudah ketemu berbahasa. belum? Danisa : Hmmmm...lha ini..ga kebesaren to?
: Eh HP mu baru ya Maksud Sa ya? kesantunan
Konteks
Analisis
Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah dan pelajaran yang sulit. Percakapan terjadi pada sore hari sewaktu
Penutur tidak menonjolkan diri karena dia mempertanyakan pekerjaannya kepada ibunya apakah kebesaran atau tidak. Dengan tanggapan seperti itu kepada ibunya maka penutur menunjukkan kerendahan hatinya. Dari pembicaraannya tentang tugas Danisa yang membahas virus tuturan di atas lah yang menunjukkan bahwa Danisa telah rendah hati dengan menanyakan besar atau tidaknya pekerjaan yang telah dikerjakannya.
Penutur tampak tidak menonjolkan diri dengan tidak mengakui bahwa Hpnya baru. Ia tidak 190
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tasya : Hmmm hehehe...
MKB3, M11
berbahasa.
Tante : Ohh..sekarang Maksud cakep deh? kesantunan berbahasa. Niken : Ya ampuunn..ini tambah item..belang lagi, kan masih latihan
anak-anak remaja sedang pada berkumpul di depan salah satu rumah teman Tasya. Peserta yang terlibat ada empat orang yaitu saya peneliti, Astrid teman yang lebih tua setahun dari tasya, ibu RT yang kebetulan sedang lewat, dan Tasya siswi kelas 7 SMP Negri 2 Prambanan. Tujuan dalam komunikasi ingin berbincangbincang seperti teman. Isi pembicaraannya membicarakan HP Tasya yang baru dan membicarakan rencana latihan nari. Pembicaraan dalam konteks santai. Percakapan pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincangbincang dengan Niken. Peserta yang
berbangga diri karena HP nya baru. Dengan menjawab dengan tertawa kecil maka menunjukkan bahwa penutur bersikap rendah hati. Dari tuturan yang di atas menunjukkan bahwa Tasya rendah hati karena percakapannya tentang HP barunya tidak lantas membuat dia menjadi sombong dengan apa yang dia miliki.
Penutur tidak mengiyakan perkataan mitra tutrnya karena ia merasa dirinya lebih kurang daripada mitra tuturnya sebenarnya ingin menyanjung atau memberikan pujian namun karena tidak berani karena lebih muda maka penutur merendahkan dirinya. Dalam konteks tentang sekolahannya Niken tidak lantas berbangga diri karena dia 191
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tonti terus..
MKB4, S6
Ibu
: Hooh itukan Maksud bapaknya struk kan kesantunan bukan karena karna berbahasa. ga punya duit ataupun mikir abi..abi nyatanya masih bisa pestapesta untuk ngerayain ulang tahun. Yoka : Oh..hooh to..
terlibat ada dua orang yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Yoka Siswa kelas 10 SMA Negri 1 Piyungan, Yoka, dan ibu. Tujuan dari komunikasi ibu ingin mengajak Yoka berbicara. Isi pembicaraan tentang permasalahan yang sedang terjadi disekolah. Nada bicara santai karena sedang
menjadi lebih mewah dan lebih keren karena bersekolah di sekolah favorit tetapi niken memilih merendahkan dirinya agar tidak terlihat sombong.
Penutur memberi pujian dengan mengiyakan apa yang dikatakan oleh mitra tuturnya agar mitra tuturnya merasa apa yang dikatakannya benar dan juga menjaga agar mitra tuturnya tetap merasa benar. Pada percakapan saat membicarakan tentang sekolahnya dan ujian akhir sekolah yang akan dihadapinya penutur masih bisa sopan dalam menanggapi tuturan mitra tuturnya agar terkesan lebih sopan dengan merendahkan dirinya.
192
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB5, B5
Bapak : Lha ditanyain? Abid : Ya ga tau..
MKB6, P3
Ibu
Maksud kesantunan berbahasa.
: Lha kamu tu Maksud refreshing lha orang kesantunan tua tu yang ngeliat berbahasa. yo nggak enak to ya, mbayar udah mahal, pelajaran semakin lama semakin susah ya bukunya itu di buka itu biar ga percuma orang tua beliin buku paket opo buku yang lainnya itu. Sidiq : Lha nanti nek
bersantai. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Abid Siswa kelas 8 SMP Negri 1 Piyungan, Abid, dan Bapak. Tujuan dari komunikasi bapak ingin menanyakan kegiatan hari ini. Isi pembicaraan tentang tonti yang tadi sore terjadi di sekolah. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada sore hari, berada di teras depan rumah, Sidiq baru selesai mandi dan ibunya sedang menjemur pakaian. Pesertanya ada ibu Sidiq dan Sidiq siswa kelas 10 STM Pembangunan Mrican. Tujuan dari pembicaraan ibu ingin agar Sidiq saat dirumah belajar. Isi
Berdasarkan konteks pembicaraan yang membicarakan tentang kegiatan Abid yaitu tonti, Abid mencoba menjawab pertanyaan bapaknya dengan tidak menunjuk kesalahan mitra tutur yang masih bertanya padahal Abid sudah menjelaskan di awal.
Berdasarkan masalah yang sedang dihadapi Yoka disekolah dan dari pihak sekolah mengharapkan agar ibu Yoka ke sekolah, Yoka menjawab dengan sopan dan tidak menunjuk kekurangan mitra tuturnya dengan menjawab dengan tuturan yang sopan dan hormat terhadap ibunya Karena ibunya sedang sakit sehingga dia mengatakan pada sekolahnya bahwa ibunya tidak bisa datang karena sedang sakit.
193
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
belajar terus nek kalau belajar teruskan pa nggak pusing?
MKB7, S10
Ibu
: Terus kamu bilang Maksud gimana? kesantunan Yoka : Ya katane sakit berbahasa. trus nggak jadi.
MKB8, B12
Bapak : Udah belum? Abid : Udah Jawa aja.
belajar Maksud kesantunan Bahasa berbahasa.
pembicaraan ibunya tidak suka jika di rumah Sidiq hanya bermain laptop tidak mau belajar. Nada bicara santai tapi serius. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Yoka Siswa kelas 10 SMA Negri 1 Piyungan, Yoka, dan ibu. Tujuan dari komunikasi ibu ingin mengajak Yoka berbicara. Isi pembicaraan tentang permasalahan yang sedang terjadi disekolah. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Abid Siswa kelas 8 SMP Negri 1 Piyungan, Abid, dan Bapak. Tujuan dari
Dalam konteks membahas tentang Sidiq yang tidak mau belajar karena sudah cape belajar di sekolah, penutur mengungkapkan ketidaksepakatan dengan cara yang santun. Ia memberikan penghargaan dengan menuturkan bahwa pendapat mitra tutur menarik. Meskipun menarik, pendapat ini tidak dapat dilakukan karena keadaan tidak memungkin.
Dengan konteks membicarakan tentang kegiatan Abid sepulang sekolah, Abid menjawab pertanyaan bapaknya dengan berkata “udah bahasa Jawa aja” agar bapaknya tidak kecewa karena meskipun bapaknya tahu Abid pulang sore dan cape tapi bapaknya pasti tetap ingin anaknya belajar untuk besok hari sehingga jawaban nya sudah menjaga perasaan bapaknya. 194
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB9, D10
Ibu : Lha kok gambar e Maksud beda? kesantunan Danisa : Ya nanti tempel berbahasa. semua wae hehe..
komunikasi bapak ingin menanyakan kegiatan hari ini. Isi pembicaraan tentang tonti yang tadi sore terjadi di sekolah. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada malam hari pada saat jam belajar dan sedang fokus pada tugas sekolah. Peserta yang terlibat ada ibu Danisa dan Danisa siswi kelas 10 SMK Farmasi. Tujuan dari komunikasi ini ibu ingin mengetahui bagaimana kemampuan anaknya tentang pelajarannya di sekolah. Isi pembicaraannya membicarakan kesulitan apa saja yang dialami oleh anaknya. Nada bicaranya agak sedikit serius karena menyangkut sekolah
Dengan konteks membicarakan tentang tugas sekolah Danisa yang membahas virus, membuat Danisa terkesan sangat menjaga perasaan ibunya dengan menempelkan semua gambar sehingga apa yang sudah dicari tidak sia-sia dan ibunya pun tidak kecewa karena mengetahui bahwa anaknya mungkin belum mengerti tugasnya ketika ibu bertanya mengapa beda.
195
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB10, E8
Bapak : Hmm.. haya udah Maksud nek gitu saya dukung- kesantunan dukung aja..ya kalo bapak berbahasa. pasti dukung aja yang penting kamu belajar pertama sama pelajarannya apapun kegiatannya ya semuanya harus mencakup lah. Afif : Pasti
MKB11, F5
Ibu
: Nek berani sama Maksud ibu main pingpong kesantunan nya? berbahasa.
dan pelajaran yang sulit. Percakapan terjadi pada malam hari, berada di rumah sedang berbincangbincang setelah sholat, kondisi pada saat itu sedang serius tapi santai. Objek pesertanya ada bapak Afif dan Afif yang bersekolah di SMP Muhammadyah Prambanan kelas 9. Tujuan dari pembicaraan meminta izin bapaknya untuk terus mengikuti bela diri. Isi pembicaraannya membicarakan tentang kegiatan bela diri yang sedang diikuti akan berpengaruh pada persiapan ujian Afif atau tidak. Nada bicara Afif santai dan cenderung serius. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib.
Afif menjaga perasaan bapaknya dengan mengatakan pasti sehingga bapaknya tidak harus terus-terusan khawatir dengan kegiatan yang dilakukannya.
Aldi juga menjawab dengan beralasan ibunya di rumah terus agar ibunya tidak tersinggung daripada Aldi harus mengatakan malas ataupun 196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB12, E4
Aldi
: Hee..ibu di rumah terus.
Afif
: Ya ini rencana Maksud kesantunan nanti kalau sudah berbahasa. kenaikan tingkat sampe bulan desember berhenti nanti..gitu sampe bulan desember besok, kalau sudah habis ujian nasional ya ngelanjutin lagi sampai sepuasnya mengisi hari-hari
Peserta yang terlibat Aldi Siswi kelas 7 SMP Negri 1 Piyungan, kakak, dan ibu. Tujuan dari komunikasi kakak ingin mengetahui apa saja yang sudah dilakukan adiknya sore tadi. Isi pembicaraan tentang pingpong yang dilakukan aldi dan teman-temannya sehingga membuat ibu ingin bermain pingpong bersama anaknya. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada malam hari, berada di rumah sedang berbincangbincang setelah sholat, kondisi pada saat itu sedang serius tapi santai. Objek pesertanya ada bapak Afif dan Afif yang bersekolah di SMP Muhammadyah
tidak mau
Afif menjelaskan ke bapaknya tentang rencananya dalam mengikuti kegiatan bela diri yang jadwalnya akan di aturnya sehingga tidak mengganggu ujiannya. Dan dia berjanji melakukan yang terbaik dengan berhenti sejenak untuk fokus ujian.
197
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB13, E7
MKB14, F13
mengisi waktu luang. Bapak : Nggak waktu itu tapak sucinya dimana? Bapak : Yang diutamakan kan sekarang pelajarannya terus waktu les kamu itu gimana? Afif : Mmm..untuk les ya agak lebih maju perkembangannya dari yang sebelumnya les ya sebetulnya tu tidak mengganggu juga sih karena waktunya semester satu tu masih banyak yang luang tu jadi dimanfaatin untuk ekstra kurikuler. Ibu : Agak ga bisa, besok main sama ibu Aldi : Ya
Maksud kesantunan berbahasa.
Maksud kesantunan berbahasa.
Prambanan kelas 9. Tujuan dari pembicaraan meminta izin bapaknya untuk terus mengikuti bela diri. Isi pembicaraannya membicarakan tentang kegiatan bela diri yang sedang diikuti akan berpengaruh pada persiapan ujian Afif atau tidak. Nada bicara Afif santai dan cenderung serius.
Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Aldi Siswi kelas 7 SMP Negri 1 Piyungan, kakak, dan ibu. Tujuan dari
Dalam konteks membicarakan kegiatan Aldi bermain pingpong dengan temannya, Aldi menanggapi perkataan ibunya karena siapa tahu dengan bermain dengan ibunya maka kemampuannya bermain pingpong akan semakin baik.
198
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB15, E5
Afif
: Kalo yang Maksud kesantunan disekolahan itu sama aja kaya yang berbahasa. diluar sama kalo yang disekolahan itu gurunya sama kaya yang diluar gitu. Bapak : Kalo bapak sih selalu dukung saja yang penting pelajarannya aja jangan sampe kehilangan atau ketinggalan pelajarannya Afif : Ya
komunikasi kakak ingin mengetahui apa saja yang sudah dilakukan adiknya sore tadi. Isi pembicaraan tentang pingpong yang dilakukan aldi dan teman-temannya sehingga membuat ibu ingin bermain pingpong bersama anaknya. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada malam hari, berada di rumah sedang berbincangbincang setelah sholat, kondisi pada saat itu sedang serius tapi santai. Objek pesertanya ada bapak Afif dan Afif yang bersekolah di SMP Muhammadyah Prambanan kelas 9. Tujuan dari pembicaraan meminta izin bapaknya untuk terus mengikuti bela
Dengan konteks membicarakan tentang kegiatan pencak silat yang bersangkutan dengan ujian yang akan ditempuh, Afif terlihat sangat berhati-hati agar apa yang dia katakana tidak menyinggung bapaknya dan mengecewakan karena ketika Afif berkata yam aka dia sudah membuat lega bapaknya.
199
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MKB16, I7
Ika
: Oo..pantai..narsis ya kalian ya Galuh : (ketawa)
Maksud kesantunan berbahasa.
MKB17, J12
Tante : Sampe lupa yo kalo Maksud sepak bola lupa kesantunan waktu yo? berbahasa. Krisna : Ya kalo sepak bola disini ya sampe lupa waktu
diri. Isi pembicaraannya membicarakan tentang kegiatan bela diri yang sedang diikuti akan berpengaruh pada persiapan ujian Afif atau tidak. Nada bicara Afif santai dan cenderung serius. Percakapan terjadi pada sore hari setelah shalat maghrib. Peserta yang terlibat Galuh Siswi kelas 9 SMP Negri 1 Piyungan, Ika, Galuh, dan Lia. Tujuan dari komunikasi ingin mendapatkan informasi. Isi pembicaraan tentang kegiatan sehari-hari. Nada bicara santai karena sedang bersantai. Percakapan terjadi pada malam hari saat tetangganya sedang main kerumah dan ingin berbincangbincang dengan
Dalam konteks membicarakan tentang kabar Galuh, galuh hanya tertawa kecil dan menunjukkan bahwa ia sangat berhati-hati menanggapi pertanyaan Ika. Mungkin kalau dia menjawab takut akan menyakiti mitra tuturnya sehingga dia hanya memilih ketawa kecil.
Dalam konteks membicarakan kegiatan Krisna dalam klub nya sepakbola, Krisna sangat berhatihati dalam berbicara kepada mitra tuturnya karena ia lebih memilih menjelaskan seadanya karena bingung memilih kata sehingga dia sangat berhatihati dalam berbicara. Ketiga data di atas adalah 200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tapi kalo yang di esis tu ya ngga soale kan dikasih waktu.
Niken. Peserta yang data yang tuturannya sangat berhati-hati dalam terlibat ada dua orang menyampaikan maksudnya. yaitu tante tetangga sebelah rumah dan Niken siswa kelas 10 SMA Negri 1 Kalasan. Tujuan dalam komunikasi ingin mengetahui kabar Niken. Isi dari pembicaraannya adalah membicarakan tentang rambut niken yang dipotong pendek. Pembicaraan iini dilakukan dalam konteks santai.
201