PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Yuvita NIM: 058114042
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
EFEK LAMA DAN SUHU PENCAMPURAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS EMULSI ORAL A/M EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L.) : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Yuvita NIM: 058114042
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
ii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
iv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
I know who holds the future, And I know who holds my hand; With God things don’t just happen, Everything by Him is planned._Smith
Ada saatnya manusia itu tidak berpikir secara logika saja, namun ada waktunya manusia juga harus berserah dan percaya dengan kekuatan Ilahi yang kadang menurut logika manusia tidak mungkin. Sebab tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Segalanya sudah Ia rencanakan bagi kita.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk: Tuhan Yesus & Bunda Maria yang selalu mencintai dan menopangku Papa & Mama tercinta atas kasih dan keyakinan yang diberikan untukku Kakak & adik-adikku atas motivasi dan semangat yang diberikan FST & FKK 2006 buat persahabatan yang berharga Kost Pelangi atas kekeluargaan yang diberikan selama ini Almamaterku, Sanata Dharma yang tercinta
v
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas semua berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm). Penulis
banyak
mengalami
kesulitan
dan
hambatan
dalam
menyelesaikan laporan akhir ini. Namun dengan bantuan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir tersebut. Dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan kepada : 1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai penulis. 2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 4. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang diberikan. 5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta kritik dan saran yang diberikan. 6. Papa, Mama, Pho pho, Ria ce, Paskalia, Leo, Lusi, Min ko, Blesita, dan Feli atas dukungan, kasih sayang, dan cintanya.
vii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7. Dani, Lia, dan Yosephine sebagai teman satu tim atas bantuan, kerjasama, dan dukungannya. 8. Siska, Fungci, Pika, Desi, Ana, Dewi, ibu dan bapak kost serta teman-teman kost Pelangi atas dukungan dan pertemanan kita. 9. Sutina, Liliana, Lili, Lilis, Suminto, Sugianto, Frandy, dan teman-teman yang selalu memberi semangat dan dukungan. 10. Aya, Yola, Mita, Lulu, Pius, Adit, Nia, dan teman-teman sekelas atas suka dan duka yang kita lewati bersama. 11. Teman-teman angkatan 2005 dan 2006 atas pertemanan kita selama ini. 12. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Sigit, Mas Wagiran, serta laboran-laboran yang lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan laporan akhir. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini banyak kekurangan mengingat adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI
Sifat fisis dan stabilitas emulsi oral Air/Minyak (A/M) dipengaruhi oleh proses pencampuran yang meliputi lama dan suhu pencampuran. Lama pencampuran memberi pengaruh pada viskositas emulsi sehingga memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis. Suhu pencampuran memberikan energi kinetik pada droplet fase terdispersi sehingga mempermudah proses emulsifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efek proses pencampuran (lama dan suhu pencampuran) terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.). Penelitian ini merupakan rancangan yang bersifat eksperimental dengan menggunakan desain faktorial dengan dua faktor yaitu lama pencampuran-suhu pencampuran dan dua level yaitu level tinggi-level rendah. Sifat fisis (viskositas, ukuran droplet, indeks creaming) dan stabilitas emulsi (viskositas, ukuran droplet, indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan) diamati dalam proses pencampuran. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7. 1.4 untuk mengetahui signifikansi (p<0.05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek. Hasil penelitian lama pencampuran, suhu pencampuran, dan interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emusi oral A/M ekstrak etanol buah pare. Kata kunci : lama pencampuran, suhu pencampuran, emulsi A/M, ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.), dan desain faktorial.
x
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Physical properties and stability of W/O oral emulsion is influenced by the mixing process that includes mixing time and mixing temperature. Mixing time influences the emulsion viscosity which changes the physical properties of emulsion. Mixing temperature gives kinetic energy of the dispersed phase droplets that can facilitates emulsification. This study aimed to find out how the effect of mixing process (mixing time and mixing temperature) on physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion. This study was an experimental research using a factorial design with two factor mixing time-mixing temperature and two level high level-low level. The physical properties (viscosity, droplet size, creaming index) and the stability of the emulsion (the profiles of viscosity, droplet size, and index of creaming for 1 month; and droplet size shift over one month storage) were observed for the mixing process. The data were analyzed statistically using Design Expert 7.1.4 for knowing the significance (p<0,05) of each factor and their interaction in giving effect. The result of this study showed that the mixing time, mixing temperature, and their interaction did not provide significant effect on physical properties and stability of Momordica charantia L. fruit ethanolic extract W/O oral emulsion. Keywords : mixing time, mixing temperature, W/O emulsion, Momordica charantia L. fruit ethanolic extract, and factorial design.
xi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vi PRAKATA ........................................................................................................ vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ ix INTISARI ........................................................................................................... x ABSTRACT ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xx DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................ xxi BAB I. PENGANTAR ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................ 3 C. Keaslian Penelitian .................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4 E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
xii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................. 6 A. Pare (Momordica charantia L.) .............................................................. 6 1. Morfologi .................................................................................... 6 2. Kandungan Kimia ....................................................................... 7 3. Kegunaan .................................................................................... 7 B. Emulsi ..................................................................................................... 9 1. Definisi ........................................................................................ 9 2. Teori Pembentukan Emulsi ......................................................... 9 3. Klasifikasi Tipe Emulsi ............................................................. 12 4. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi................................................ 13 5. Metode Evaluasi Emulsi ........................................................... 18 a. Indeks Creaming ........................................................... 18 b. Analisis Ukuran Droplet ............................................... 18 c. Viskositas dan Rheologi (Sifat alir) ............................. 20 d. Tipe Emulsi ................................................................... 22 C. Emulgator .............................................................................................. 23 D. Bahan-bahan Emulsi ............................................................................. 25 1. Virgin Coconut Oil (VCO) ....................................................... 26 2. Gliserin ...................................................................................... 26 3. Sukrosa ...................................................................................... 27 4. Span 80 ...................................................................................... 27 5. Tween 80 ................................................................................... 28 6. Aquadest.................................................................................... 29
xiii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7. Metil Paraben ............................................................................ 29 E. Pencampuran ......................................................................................... 30 F. Alat Pembuat Emulsi ............................................................................ 32 1. Pengaduk Mekanik .................................................................... 32 2. Homogenizer ............................................................................. 33 3. Ultrasonifier .............................................................................. 34 4. Pengiling Koloid ....................................................................... 35 G. Metode Desain Faktorial ....................................................................... 36 H. Landasan Teori ...................................................................................... 38 I. Hipotesis................................................................................................ 40 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 41 A. Jenis Rancangan Penelitian ................................................................... 41 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 41 1. Variabel Penelitian .................................................................... 41 2. Definisi Operasional ................................................................. 41 C. Alat dan Bahan ...................................................................................... 43 D. Alur Penelitian ...................................................................................... 44 E. Tata Cara Penelitian .............................................................................. 45 1. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant Surakarta, Indonesia ................................................................................... 45 a. Ekstraksi Buah Pare ...................................................... 45 b. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare Secara Kromotografi Lapis Tipis (KLT) ........................................................ 45
xiv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Formula ..................................................................................... 46 3. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare .......... 46 4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi ......................................... 47 a. Uji Tipe Emulsi ............................................................. 47 b. Uji Ukuran Droplet ....................................................... 47 c. Uji Viskositas ................................................................ 48 d. Uji Indeks Creaming ..................................................... 48 F. Analisis Data ......................................................................................... 49 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 51 A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare..................................................... 50 1. Ekstraksi Buah Pare .................................................................. 50 2. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare Secara Kromotografi Lapis Tipis (KLT) ........................................................................................ 50 B. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare ..................... 52 C. Pengujian Tipe Emulsi .......................................................................... 54 D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi...................................... 56 1. Karakterisasi Sifat Fisis Emulsi ................................................ 59 2. Stabilitas Emulsi ....................................................................... 59 3. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi............................................................ 61 1. Ukuran Droplet ......................................................................... 63 2. Viskositas .................................................................................. 65 3. Indeks Creaming ....................................................................... 67
xv
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4. Pergeseran Ukuran Droplet ....................................................... 69 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 71 A. Kesimpulan ........................................................................................... 71 B. Saran...................................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72 LAMPIRAN ...................................................................................................... 77 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 123
xvi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Klasifikasi emulgator berdasarkan nilai HLB .............................. 24
Tabel II.
Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ............................................................................................. 37
Tabel III.
Formula Sediaan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare 200g .............................................................................................. 46
Tabel IV.
Percobaan desain faktorial ........................................................... 47
Tabel V.
Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ektrak Etanol Buah Pare............................................................................................... 58
Tabel VI.
Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksi Keduanya dalam Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare .................................................... 62
Tabel VII. Persamaan Desain Faktorial ......................................................... 62 Tabel VIII. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam ...... 64 Tabel IX.
Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Viskositas Setelah 24 jam ....................................... 66
Tabel X.
Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Indeks Creaming Setelah 24 jam ............................ 68
Tabel XI.
Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet ............. 70
xvii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Pare. ................................................................................. 7 Gambar 2. Fenomena ketidakstabilan emulsi .................................................. 18 Gambar 3. Grafik distribusi frekuensi ukuran droplet..................................... 20 Gambar 4. Rumus bangun gliserin .................................................................. 26 Gambar 5. Rumus bangun sukrosa .................................................................. 27 Gambar 6. Rumus bangun Span 80 ................................................................. 28 Gambar 7. Rumus bangun Tween 80 .............................................................. 29 Gambar 8. Rumus bangun Aquadest ............................................................... 29 Gambar 9. Rumus bangun Metil paraben ........................................................ 30 Gambar 10. Propeller mixer dan Turbine mixer ............................................... 33 Gambar 11. Gambaran skematis dari suatu homogenizer ................................. 33 Gambar 12. Ultra Turrax® ................................................................................. 34 Gambar 13. Ultrasonifier dengan pinsip alat peniup Pohlman ......................... 35 Gambar 14. Penggiling koloid ........................................................................ 35 Gambar 15. Skema Alur Penelitian ................................................................... 44 Gambar 16. Kromatogram KLT ekstrak etanol buah pare diamati dengan sinar UV 254 nm .................................................................................... 51 Gambar 17. Pengamatan tipe emulsi menggunakan methylene blue dengan mikroskop (perbesaran 100x)............................................ 55 Gambar 18. Grafik Hubungan percentile 90 Ukuran Droplet Terhadap Waktu ....................................................................................................... 60
xviii
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 19. Grafik Hubungan Viskositas Terhadap Waktu ............................. 60 Gambar 20. Grafik Hubungan Indeks Creaming Terhadap Waktu .................. 60 Gambar 21. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam ................. 63 Gambar 22. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Viskositas Setelah 24 jam ................................................. 65 Gambar 23. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Indeks Creaming Setelah 24 jam ...................................... 67 Gambar 24. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet ........................ 69
xix
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Buah Pare ................................... 77 Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant .... 78 Lampiran 3. Perhitungan Dosis Ekstrak Buah Pare ........................................ 81 Lampiran 4. Perhitungan Bahan ........................................................................ 82 Lampiran 5. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial ............ 84 Lampiran 6. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Ekstrak Daging Buah Pare............................................................................................... 85 Lampiran 7. Data Hasil Analisis Menggunakan SPSS 13 ................................ 89 Lampiran 8. Data Hasil Analisis Menggunakan Desain Expert ..................... 111 Lampiran 9. Dokumentasi ............................................................................... 119
xx
xx
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
xxi
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 1. ..................................................................................................... 16 Persamaan 2. . ................................................................................................... 21 Persamaan 3. .................................................................................................... 36 Persamaan 4. ..................................................................................................... 48 Persamaan 5. ..................................................................................................... 48 Persamaan 6. ..................................................................................................... 62 Persamaan 7. ..................................................................................................... 62 Persamaan 8. ..................................................................................................... 62 Persamaan 9. ..................................................................................................... 62
xxi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar belakang Pare
(Momordica
charantia
L.)
merupakan
tumbuhan
bangsa
Cucurbitaceae yang tumbuh baik di daerah tropis dan dataran rendah. Pare telah digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Aktivitas antivirus dan antineoplastik buah pare secara in vitro juga telah dilaporkan (Basch, et al., 2003). Zat pahit dalam buah pare, yaitu kukurbitasin K (C37H58O9) dan L (C36H58O9) (Okabe, et al., 1980), diduga terlibat dalam penghambatan spermatogenesis. Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai antispermatogenesis dan bersifat reversibel pada dosis 750 mg/kgBB mencit (Sutyarso, 1992). Ekstrak etanol buah pare juga memiliki aktivitas antiulser (Gurbuz, et al., 2000), antibakteri (Abalaka, et al., 2009), dan digunakan untuk wound healing (Teoh, et al., 2008). Pengembangan ekstrak etanol buah pare terkait dengan aktivitas yang diinginkan membutuhkan bentuk sediaan yang siap digunakan dalam uji klinik. Hal ini memberi peluang kepada para peneliti untuk mencoba memformulasikan ekstrak etanol buah pare dalam suatu teknik formulasi sediaan farmasi. Tantangan dalam pengembangan sediaan oral ekstrak etanol buah pare adalah pada ekstrak etanol buah pare memiliki rasa pahit yang diduga karena adanya kandungan kukurbitasin (Okabe, et al., 1980). Sediaan farmasi yang memungkinkan untuk menutupi rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare antara lain adalah emulsi dan
1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
kapsul. Sediaan kapsul mempunyai kecepatan absorbsi yang lebih lambat dibandingkan emulsi sehingga bioavailabilitas oral kapsul lebih rendah. Dalam penelitian ini akan dibuat bentuk sediaan emulsi yaitu sistem air dalam minyak (A/M) dari ekstrak etanol buah pare. Menurut Certificate of Analysis (CoA) yang diperoleh dari PT. Javaplant, ekstrak etanol buah pare larut dalam air. Pertimbangan utama pemilihan bentuk sediaan emulsi sistem A/M adalah ekstrak etanol buah pare akan berada dalam droplet air yang terlindung dalam fase minyak, dengan demikian rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare akan tertutupi atau berkurang. Difusi ekstrak etanol buah pare akan terhalangi oleh fase minyak sehingga mengurangi kontak langsung dengan saliva dan rasa pahit di mulut menjadi berkurang. Emulsi A/M dapat juga dikembangkan menjadi sediaan prolonged release (Davis, et al., 1985). Untuk perkembangan lebih lanjut, emulsi tipe A/M dapat digunakan sebagai dasar pembuatan emulsi tipe A/M/A untuk meningkatkan penggunaan secara oral. Dalam pembuatan sediaan emulsi, proses pencampuran merupakan proses dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi dengan sifat fisis dan stabilitas emulsi yang baik. Selama proses pencampuran, semakin lama pencampuran menyebabkan semakin lama gaya geser yang diberikan oleh mixer sehingga akan mempengaruhi proses emulsifikasi membentuk sistem emulsi yang stabil, serta memungkinkan terjadinya perubahan sifat fisis emulsi. Peningkatan suhu pencampuran akan meningkatkan gerakan kinetik dari droplet fase terdispersi sehingga mempermudah proses emulsifikasi (Nielloud dan Mestres, 2000). Namun suhu pencampuran yang terlalu tinggi akan merusak ikatan antara
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
emulgator dengan fase dispers dan fase kontinunya sehingga sistem emulsi menjadi tidak stabil. Variasi lama dan suhu pencampuran diyakini akan memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan parameter-parameter sediaan emulsi seperti sifat fisis dan stabilitas emulsi selama penyimpanan. Pada pencampuran secara mekanik, alat yang digunakan adalah mixer (Sheth dan Bandelin, 1992) yaitu propeller mixer, dan homogenizer (Bjerregaard, et al., 1999). Desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi efek lama dan suhu pencampuran secara simultan adalah desain faktorial. Desain faktorial pada dua level dan dua faktor (Full Factorial Design 22), merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek faktor terhadap kualitas suatu sediaan. Faktor yang diteliti adalah lama dan suhu pencampuran dengan variasi lama dan suhu pencampuran sebagai level yang dipilih. Signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek dianalisis menggunakan Design Expert 7.1.4 dengan Anova pada taraf kepercayaan 95% (p<0.05).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun permasalahan: Apakah variasi lama dan suhu pencampuran pada level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare ?
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4
C. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, penelitian tentang Efek Lama dan Suhu Pencampuran Terhadap Sifat Fisis Dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare : Aplikasi Desain Faktorial belum pernah dilakukan.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : menambah informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai efek proses pencampuran meliputi lama dan suhu pencampuran terhadap sediaan emulsi oral A/M dan aplikasi desain faktorial dalam analisis pengaruh tersebut. 2. Manfaat Metodologis : menambah informasi dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati efek lama dan suhu pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M. 3. Manfaat Praktis : mengetahui efek lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
5
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : membuat sediaan emulsi oral A/M dengan zat aktif berupa ekstrak etanol buah pare. 2. Tujuan Khusus : mengetahui efek dari proses pencampuran yang meliputi lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis
dan
stabilitas
emulsi
oral
A/M
ekstrak
etanol
buah
pare.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pare (Momordica charantia L.) Tanaman pare merupakan tumbuhan bangsa Cucurbitaceae memiliki sinonim yaitu Momordica chinensis, M. elegans, M. indica, M. operculata, M. sinensis, Sicyos fauriel (Taylor, 2002). Tanaman ini merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis, dapat tumbuh di daratan rendah sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebarannya meliputi Cina, India dan Asia Tenggara (Williams, Ng, 1971). 1. Morfologi Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk 5, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5 – 5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5 – 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai belekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras (Anonim, 2005).
6
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7
Gambar 1. Tanaman Pare (Kress, 1997)
2. Kandungan Kimia Sebagai tumbuhan bangsa Cucurbitaceae, tanaman pare mengandung kukurbitasin yang tergolong dalam glikosida triterpen (Okabe, et al., 1980). Kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam pare antara lain alkaloid, diosgenin, cucurbitin, momorcharin, karantin, asam linolenat, momordikosida, asam oleanat, asam resinat, vitamin A, B, dan C (Williams dan Ng, 1971). Buah pare yang diekstraksi dengan etanol mengandung kukurbitasin K dan L yang menyebabkan rasa pahit dan kukurbitasin F1, F2, G dan I yang tidak menyebabkan rasa pahit (Okabe, et al., 1982). 3. Kegunaan Pare telah digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. Uji klinis menunjukkan bahwa perasan pare, buah, dan serbuk keringnya memberikan efek hipoglikemik sedang, dengan efek samping hypoglicemic coma dan konvulsi pada anak-anak, mengurangi fertilitas mencit, favism-like syndrome, meningkatkan γ-glutamiltransferase dan fosfatase dalam hewan, dan sakit kepala (Basch, et al., 2003). Pada analisis elektroforesis dan spektrum infra merah menunjukkan bahwa komponen dari ekstrak pare memiliki
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
8
kemiripan struktur dengan insulin binatang (Ng, et al., 1986). Aktivitas hipoglikemik dari ekstrak buah pare bila dibandingkan dengan aktivitas dari tolbutamide dan sulphonylurea adalah ekstrak buah pare 500 mg/kg BB menyebabkan 10-15% penurunan glukosa darah setelah 1 minggu (Biyani, et al., 2003). Zat pahit dalam buah pare, yaitu kukurbitasin K (C37H58O9) dan L (C36H58O9) (Okabe, et al., 1980), merupakan golongan kukurbitasin diduga terlibat dalam penghambatan spermatogenesis. Kukurbitasin yang digolongkan dalam glikosida triterpen memiliki struktur dasar siklopentan perhidrofenantrena yang juga dimiliki oleh steroid. Menurut Jackson dan Jones (1972) steroid dapat berperan sebagai penghambat spermatogenesis. Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai antispermatogenesis dan bersifat reversibel pada dosis 750 mg/kgBB mencit (Sutyarso, 1992). Studi toksikologi menunjukkan bahwa pare aman untuk kesehatan manusia dan tidak memiliki efek toksik (Chopra, et al., 1956). Menurut penelitian Saribulan (1993), tingkat toksisitas ekstrak metanol buah pare termasuk kategori praktis tidak toksik yaitu terletak pada rentang (5-15 g/kg). Aktivitas antivirus dan antineoplastik secara in vitro juga telah dilaporkan (Basch, et al., 2003). Aktivitas anti-virus HIV pare terletak pada kandungan protein momorcharin alfa dan beta, atau pada protein MAP30 (Momordica Antiviral Protein 30) (Manitto, 1981; Anonim, 2006; Liu, 1993). Ekstrak etanol buah pare memiliki aktivitas antibakteri, yaitu pada 0,1 mg/ml (terhadap S. pyogenes) dan pada konsentrasi 1 mg/ml (terhadap E.coli dan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
9
S.aureus) (Abalaka, et al., 2009). Selain itu, ekstrak etanol buah pare memiliki aktivitas antiulser (Gurbuz, et al., 2000) dan wound healing (Teoh, et al., 2008). Pare juga digunakan secara topikal pada kulit untuk mengobati penyakit vaginitis, hemorrhoids, scabies, eksim, dan penyakit kulit lainnya (Gislene, et al., 2000).
B. Emulsi 1. Definisi Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang cocok (Anonim, 1979). Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari minimal dua atau lebih cairan yang tidak saling campur satu sama lain dan untuk memantapkan diperlukan penambahan emulgator (Voigt, 1994). Dalam batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam atau fase diskontinu dan medium dispers sebagai fase luar atau fase kontinu (Ansel, 1969). 2. Teori Pembentukan Emulsi Dalam pembuatan suatu emulsi, banyak teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan proses terbentuknya emulsi yang stabil dan bagaimana emulgator bekerja dalam meningkatkan emulsifikasi. Teori pembentukan emulsi yaitu :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
10
a) Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension Theory) Menurut teori ini semua cairan mempunyai kecenderungan menerima suatu bentuk yang mempunyai luas permukaan terbuka dalam jumlah yang paling kecil. Untuk droplet cairan bulat, ada tenaga (kekuatan) yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk menahan distorsi dari droplet menjadi suatu bentuk yang kurang bulat. Dua atau lebih droplet cairan yang sama saling bertemu cenderung untuk bergabung membuat satu droplet yang lebih besar dan mempunyai luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan luas permukaan total dari droplet- droplet itu sendiri sebelum bergabung. Bila lingkungan disekitar cairan adalah udara, maka disebut tegangan permukaan cairan (liquid’s surface tension). Dan bila cairan kontak dengan cairan kedua dimana keduanya tidak saling larut dan tidak dapat campur, gaya yang menyebabkan masing-masing cairan untuk melawan pecahnya menjadi partikel yang lebih kecil disebut tegangan antarmuka (interfacial tension). Zat-zat yang dapat meningkatkan penurunan tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan untuk menjadi droplet yang lebih kecil. Zat-zat yang menurunkan tegangan ini disebut emulgator (Ansel, 1969). b) Oriented Wedge Theory Teori ini mengasumsikan bahwa lapisan monomolekular dari emulgator melingkari suatu droplet dari fase dalam emulsi. Emulgator tertentu mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam cairan tertentu terkait dengan kelarutan mereka. Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
11
saling tidak bercampur, emulgator akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat kuat dan terbenam dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase lainnya. Karena molekul-molekul mempunyai suatu bagian hidrofilik dan suatu bagian hidrofobik, maka molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya ke masing-masing fase. Umumnya suatu emulgator yang mempunyai karakteristik hidrofilik lebih besar daripada hidrofobiknya akan membentuk emulsi minyak dalam air dan sebaliknya membentuk emulsi air dalam minyak apabila karakteristik hidrofobik emulgator lebih besar daripada hidrofiliknya (Ansel, 1969). c) Teori lapisan antarmuka (Plastic Film Theory) Teori ini menempatkan emulgator pada antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi droplet fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diadsorbsi pada permukaan dari droplet tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi, makin kuat dan makin fleksibel lapisan tersebut maka makin stabil emulsinya. Secara alami, lapisan yang terbentuk harus dapat menutupi seluruh permukaan masing-masing droplet fase dalam. Pembentukan emulsi tipe A/M atau M/A tergantung pada derajat kelarutan dari emulgator dalam kedua fase tersebut, emulgator yang larut dalam air akan merangsang terbentuknya emulsi M/A dan emulgator yang larut dalam minyak sebaliknya (Ansel, 1969). d) Teori Lapisan Listrik Rangkap Apabila terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
12
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap tetesan minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari tetesan minyak yang akan bergabung menjadi satu molekul besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap tetesan minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama tetesan akan tolak menolak, stabilitas emulsi akan bertambah (Parrott, 1971). e) Teori Pasak Teori ini mempertimbangkan bangun geometrik emulgator dan menjelaskan mengapa suatu emulgator menyebabkan pembentukan emulsi M/A, yang lain emulsi A/M. Dalam hal emulgatornya larut air, bagian hidrofilnya akan menebal dan memenuhi ruang melalui keteraturan steriknya atau akibat proses hidratasinya. Pada emulgator lipofil, misal pada sabun kation bervalensi banyak, terjadi hal sebaliknya. Rantai rangkap asam lemak membutuhkan ruang yang lebih besar, oleh karena itu kecenderungan disosiasi garam alkali tanah berkurang, sehingga proses hidratasi gugus hidroksilnya lebih rendah. Efek pasak menyebabkan melengkungnya batas antar permukaan mengelilingi tetesan air (Voigt, 1994). 3. Klasifikasi Tipe Emulsi Emulsi terdiri dari dua fase yang bersifat kontradiktif, tetapi dengan adanya emulgator maka salah satu fase tersebut terdispersi dalam fase lainnya. Secara umum dikenal dua tipe emulsi yaitu :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
13
a) Tipe Emulsi Air dalam Minyak (A/M) Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak emulsi. Jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur / dicuci dengan air. b) Tipe Emulsi Minyak dalam Air (M/A) Emulsi minyak dalam air merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinu yang berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci (Anief, 1993). 4. Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Sifat fisis emulsi tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur, tapi oleh banyak faktor lain seperti kecepatan geser (kecepatan putar), waktu (waktu pencampuran), dan komposisi emulgator (Nielloud dan Mestres, 2000). Untuk mengevaluasi sifat fisis suatu emulsi dapat dilihat dari viskostas, ukuran droplet, dan indeks creaming emulsi. Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang (Voigt, 1994). Umumnya, suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika:
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
14
a) Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan dengan cepat. b) Jika agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam. c) Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam (Ansel, 1969). Ketidakstabilan emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut: a) Flokulasi Flokulasi menggambarkan penggabungan reversibel yang lemah antara droplet-droplet emulsi yang dipisahkan oleh lapisan tipis dari fase kontinu. Penggabungan tersebut terjadi karena adanya interaksi gaya tarik menarik antardroplet dan umumnya bersifat reversibel dengan penggocokan ringan. Flokulasi umumnya dianggap sebagai prekursor terjadinya coalescence (Eccleston, 2007). b) Inversi Ialah peristiwa perubahan tipe emulsi dengan tiba-tiba, dari satu tipe ke tipe yang lain dan sifatnya irreversibel (Anief,1989). Inversi dapat terjadi karena adanya penambahan elektrolit, perubahan rasio volume fase, ataupun karena perubahan temperatur. Inversi fase dapat diminimalisir dengan menggunakan
emulgator
yang
tepat
dalam
konsentrasi
optimum,
mempertahankan konsentrasi fase dispersi antara 30-60%, dan dengan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
15
menyimpan emulsi di tempat dingin (Ali, et al., 2008). Volume fase dalam yang semakin besar akan menyebabkan terjadi perluasan lapisan antarmuka sehingga dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Jika volume fase dalam melebihi fase kontinu, emulsi menjadi tidak stabil yang pada akhirnya terjadi inversi fase (Mollet dan Grubenmann, 2001). c) Coalescence Adalah peristiwa pecahnya emulsi karena adanya penggabungan droplet-droplet kecil fase terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang bersifat ireversibel dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti semula melalui pengocokan (Anief,1989). Coalescence adalah peristiwa dimana droplet fase terdispersi bergabung dan membentuk droplet yang lebih besar, yang diawali dengan drainase dari lapisan cairan fase kontinu (Eccleston 2007). Coalescence dari droplet minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya lapisan emulgator yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar setiap droplet. Dua droplet yang saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi bentuk lain menghasilkan peningkatan luas permukaan dan karenanya meningkatkan energi bebas permukaan total, penyimpangan bentuk droplet ini akan tertahan dan pengeringan film fase kontinu dari antara dua droplet akan tertunda (Aulton, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
16
d) Creaming Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi 2 bagian, dimana bagian yang satu memiliki fase fase dispersi lebih banyak dari bagian yang lain. Peningkatan creaming sangat memungkinkan terjadinya coalescence dari droplet, karena kedua hal tersebut sangat erat hubungannya. Emulsi yang mengalami creaming terlihat tidak elegan dan jika emulsi tidak digojog secara cukup, ada kemungkinan pasien tidak mendapat dosis yang benar. Menurut hukum Stokes kecepatan terbentuknya creaming dapat dikurangi dengan metode-metode berikut : a. Produksi emulsi dengan ukuran droplet kecil b. Meningkatkan viskositas dari fase kontinu c. Mengurangi perbedaan densitas antara kedua fase d. Mengontrol konsentrasi fase dispersi Persamaan hukum Stokes di bawah ini:
d 2 (ρ1 − ρ 2 ) g 18η .............................Persamaan (1) Keterangan: v=
V= kecepatan pengapungan atau sedimentasi D= diameter tetesan ρ1= kerapatan fase internal ρ2= kerapatan fase eksternal η = viskositas, dan g = percepatan gravitasi
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
17
Dari hukum Stokes dapat diketahui bahwa: a. Kecepatan pembentukan creaming berbanding lurus dengan selisih kerapatan antara fase minyak dan fase air. Peristiwa pembentukan creaming dapat diminimalkan dengan memilih kerapatan dari kedua fase yang hampir sama. Kebanyakan minyak mempunyai kerapatan di bawah 1,00. b. Kecepatan pembentukan creaming berbanding lurus dengan jari-jari butiran. Butir-butir tetesan kecil lebih lambat naik jika dibandingkan dengan butirbutir tetesan besar, sehingga pembentukan creaming dapat diminimalkan dengan memperkecil butiran-butiran fase dispersi. c. Kecepatan pembentukan creaming berbanding terbalik dengan viskositas medium. Kenaikan temperatur akan mengurangi viskositas sehingga dapat menyebabkan creaming. Untuk menanggulangi hal ini, emulsi harus disimpan di tempat sejuk. Creaming dapat diminimalkan dengan menaikkan viskositas medium (Gunn, 1975). e) Ostwald Ripening Pada peristiwa ostwald ripening, terjadi peristiwa di mana droplet besar menjadi semakin besar. Ostwald ripening terjadi ketika droplet kecil (kurang dari 1 µm) memiliki kelarutan yang lebih tinggi (dan tekanan uap) lebih besar daripada droplet besar dan sebagai akibatnya adalah secara termodinamik tidak stabil. Untuk mencapai kondisi kesetimbangan, molekul dari droplet larut dan berdifusi melalui fase kontinu untuk memperbesar droplet besar (Eccleston, 2007).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
18
Gambar 2. Fenomena ketidakstabilan emulsi (Eccleston, 2007)
5. Metode Evaluasi Emulsi a) Indeks Creaming Stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan pemeriksaan indeks creaming atau coalescence yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Caranya dengan membandingkan volume terjadinya creaming atau bagian yang memisah dari suatu emulsi dengan volume totalnya (Aulton, 2002). b) Analisis Ukuran Droplet Ukuran droplet suatu emulsi mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas emulsi. Emulsi yang terdiri dari droplet polidispers akan cenderung menunjukkan viskositas lebih rendah dibandingkan sistem monodispers karena perbedaan ketebalan lapisan listrik ganda. Ukuran droplet rata-rata yang semakin kecil akan meningkatkan luas permukaan spesifik dan lebih banyak koloid akan terabsorpsi pada permukaan droplet. Untuk meningkatkan viskositas emulsi dapat dengan memperkecil diameter rata-rata droplet, yaitu dapat dilakukan melalui homogenisasi. Jika ukuran droplet rata-rata meningkat dalam waktu tertentu dan diikuti dengan menurunnya jumlah droplet, maka
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
19
dapat diasumsikan terjadi coalescence. Oleh karena itu, perlu untuk membandingkan laju coalescence untuk berbagai variasi formulasi emulsi. Ukuran droplet fase dispers dikontrol oleh metode dan kondisi pembuatan serta karakteristik dan konsentrasi emulgator (Aulton, 2002). Satuan ukuran droplet yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah mikrometer (µm) yang sering disebut mikron. Dalam bidang farmasi ada informasi yang perlu diperoleh dari droplet yaitu (1) bentuk dan luas permukaan droplet dan (2) ukuran droplet dan distribusi ukuran droplet (Martin, et al., 1993). Data tentang ukuran droplet diperoleh dalam diameter droplet dan distribusi diameter (ukuran) droplet, sedangkan bentuk droplet memberikan gambaran tentang luas permukaan spesifik droplet (Martin, et al., 1993). Metode mikroskopik merupakan metode sederhana menggunakan satu alat mikroskop, bisa menggunakan mikroskop biasa dalam pengukuran ukuran droplet yang berkisar 0,2 µm sampai 100 µm. Di bawah mikroskop tersebut di tempat dimana droplet terlihat diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran droplet tersebut. Droplet diukur sepanjang garis tetap yang dipilih secara sembarang. Garis ini biasanya dibuat horizontal melewati pusat droplet. Kerugian dari metode mikroskopi adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dua dimensi dari droplet tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Selain itu jumlah droplet yang harus dihitung sekitar 300-500 droplet agar mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini membutuhkan waktu dan ketelitian (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
20
Distribusi ukuran droplet, jika jumlah atau berat droplet yang terletak dalam suatu kisaran ukuran tertentu diplot terhadap kisaran ukuran atau ukuran droplet rata-rata, akan diperoleh kurva distribusi frekuensi. Grafik
kurva
distribusi frekuensi biasa ditunjukkan seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik distribusi frekuensi ukuran droplet (Martin, et al., 1993)
Plot ini memberikan gambaran yang jelas dari distribusi bahwa suatu garis tengah rata-rata tidak dapat dicapai. Hal ini perlu diperhatikan karena mungkin saja terdapat dua sampel yang garis tengah atau diameter rata-ratanya sama tetapi distribusi berbeda. Dari kurva distribusi frekuensi juga dapat terlihat ukuran droplet berapa yang sering muncul atau terjadi pada sampel disebut modus. Metode lain yang sering digunakan dalam menampilkan data adalah dengan memplotkan persentasi kumulatif di atas atau di bawah suatu ukuran tertentu terhadap ukuran droplet (Martin, et al., 1993). c) Viskositas dan Rheologi (Sifat Alir) Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Martin, et al., 1993).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
21
Viskositas tinggi pada rate of shear rendah memperlambat perpindahan dari droplet fase dispers sehingga stabilitas fisik emulsi terjaga. Sedangkan pada rate of shear tinggi, viskositas yang dihasilkan rendah sehingga kemungkinan terjadi creaming dan coalescence. Viskositas dari fase kontinu sangat mempengaruhi viskositas emulsi secara keseluruhan (Aulton, 2002). Viskositas juga dipengaruhi oleh konsentrasi atau volume fase dalam, yaitu berdasarkan persamaan Einstein sebagai berikut. η = η0 (1 + 2,5φ)
.......... Persamaan (2)
Keterangan : η = viskositas emulsi η0 = viskositas fase kontinu φ = rasio fase dalam terhadap fase kontinu Dari persamaan tersebut, semakin besar rasio fase, maka viskositas emulsi akan semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi fase dalam, maka rasio fase akan semakin besar, menyebabkan viskositas emulsi akan meningkat. Namun, harus diperhatikan bahwa dengan semakin besarnya konsentrasi fase dalam, maka akan berpengaruh pada kestabilan emulsi (Mollet dan Grubenmann, 2001). Penggolongan bahan menurut aliran dan deformasi dibagi menjadi dua yaitu sistem Newton dan sistem non-Newton. Dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk serupa termasuk dalam sistem non-Newton (Martin, et al., 1993). Idealnya suatu sediaan emulsi menunjukkan sifat aliran plastik/pseudoplastik dan tiksotropi (Aulton, 2002).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
22
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan sintesis menunjukkan aliran pseudoplastis yang sering dikenal sebagai shear-thining system. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Tiksotropi merupakan suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Tiksotropi dapat diterapkan untuk bahan-bahan dengan tipe aliran plastis dan pseudoplastis (Martin, et al., 1993). d) Tipe Emulsi Menurut Voigt (1994), untuk menentukan tipe emulsi ada 5 cara : 1. Cara Pengenceran Emulsi dapat diencerkan hanya dengan fase luarnya, cara pengenceran ini hanya dapat digunakan untuk sediaan emulsi cair. Jika ditambahkan air emulsi tidak pecah maka, tipe emulsi M/A. Jika pecah maka tipe emulsi A/M. 2. Cara Pewarnaan Pewarna padat yang larut dalam air dapat mewarnai emulsi minyak dalam air (M/A). Contoh : methylene blue. 3. Penggunaan kertas saring Emulsi diteteskan pada kertas saring jika meninggalkan noda maka tipe emulsi A/M jika tidak meninggalkan noda / transparan maka tipe emulsi M/A. 4. Cara Flouresensi Minyak dapat berflouresensi dibawah cahaya lampu UV, emulsi M/A flouresensinya berupa bintik-bintik, sedang emulsi A/M flouresensinya sempurna.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
23
5. Hantaran Listrik Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-ion dalam air, sedangkan tipe emulsi Air dalam Minyak (A/M) tidak dapat menghantarkan arus listrik.
C. Emulgator Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air, menurunkan gaya tolak antar cairan, mengurangi tarikan antar molekul cairan itu sendiri. Emulgator akan membentuk film atau lapisan di sekeliling permukaan droplet-droplet fase dispers, dengan adanya film tersebut mencegah kontak antar droplet sehingga mencegah terjadinya coalescence. Tipe emulsi yang terbentuk tergantung dari kelarutan emulgator. Emulgator yang mempunyai sifat hidrofil lebih besar dari lipofil akan menghasilkan emulsi Minyak/Air (M/A) dan begitu sebaliknya. Fase dimana emulgator larut akan menjadi fase eksternal (Ansel, 1969). Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam memilih emulgator yang digunakan, yaitu: 1. Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance) Sistem HLB (Hydrophile-Lypophile Balance) adalah suatu nilai polaritas dari emulagtor (Kim, 2005). Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat mengunakan suatu emulgator yang memiliki nilai HLB. Nilai HLB menerangkan keseimbangan hidrofil-lipofil, yang diberikan dari ukuran dan kuatnya gugus lipofil dan gugus hidrofil. Atas dasar efisiensi sistem HLB
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
24
dibuat pada skala 1-20. Semakin lipofil suatu emulgator, semakin rendah nilai HLB (Voigt, 1994). Tabel I. Klasifikasi emulgator berdasarkan nilai HLB (Voigt, 1994)
HLB 1-3 3-6 7-9 8-16 13-15 15-18
Penggunaan Antifoaming agent W/O emulsifying agent Wetting agent O/W emulsifying agent Detergents Solubilizing agent
Emulsi Air/Minyak umumnya dibuat menggunakan emulgator dengan HLB rendah dan emulsi Minyak/Air menggunakan emulgator yang lebih hidrofilik dengan nilai HLB tinggi. Metode pemilihan berdasarkan pada tipe minyak yang memerlukan emulgator dengan harga HLB yang spesifik untuk menghasilkan emulsi yang stabil. Untuk menghasilkan emulsi yang stabil, sejumlah emulgator dan campurannya memiliki nilai HLB yang mendekati nilai “required” HLB minyak (Eccleston, 2007). 2. Phase Inversion Temperature (PIT) Phase Inversion Temperature (PIT) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memilih emulgator. Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dengan penggunaan emulgator non ionik dengan pemanasan akan menyebabkan terjadinya inversi menjadi emulsi Air dalam Minyak (A/M). Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu menyebabkan nilai HLB dari emulgator non ionik mengalami penurunan menjadi lebih hidrofobik. Suhu di mana komponen hidrofilik dan lipofilik emulgator nonionik berada dalam keseimbangan yang mengakibatkan terjadinya inversi pada emulsi inilah yang disebut
Phase Inversion Temperature (PIT) (Shinoda dan Arai, 1964).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
25
Menurut Parkinson dan Sherman, 1972, ada hubungan antara stabilitas emulsi dengan Phase Inversion Temperature (PIT) dari emulgator. Pemilihan emulgator pada Phase Inversion Temperature (PIT) berdasarkan sifat karakteristik emulsi. Stabilitas emulsi M/A sangat berhubungan dengan derajat hidrasi dari lapisan antarmuka. Peningkatan suhu ataupun penambahan garam menurunkan luas hidrasi lapisan antarmuka sehingga menurunkan stabilitas emulsi. Pada umumnya, diperoleh emulsi M/A yang relatif stabil pada suhu selama penyimpanan dan penggunaan antara 20-650C di bawah PIT, diasumsikan bahwa lapisan film telah cukup terhidrasi (Eccleston, 2007). 3. Metode Mikroskopik Metode mikroskopik didasarkan pada pengamatan bahwa campuran emulgator yang baik menstabilkan emulsi dengan pembentukan multilayer dari fase gel yang stabil (Eccleston, 2007).
D. Bahan-bahan Emulsi 1. Virgin Coconut Oil Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu olahan dari daging buah kelapa (Cocos nucifera) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO hanya dapat diperoleh dari pengolahan daging kelapa segar atau disebut non kopra. Penggunaan bahan-bahan kimia dan panas yang tinggi digunakan pada pemurnian lebih lanjut seperti halnya minyak kelapa biasa (Shilhavy, 2005). VCO mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi (92%) dari minyak nabati lainnya termasuk minyak kelapa biasa. Kandungan asam lemak jenuh
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
26
tersebut didominasi oleh asam laurat (43-53%) yang merupakan Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang tidak terdapat dalam sebagian besar minyak lain. Di dalam tubuh, asam laurat (C12) akan dipecah menjadi energi dan jarang tersimpan sebagai lemak seperti asam lemak rantai panjang karena asam lemak ini sangat mudah diserap oleh tubuh. Oleh karena itu, asam lemak dalam VCO tidak menghasilkan lemak melainkan energi. Asam laurat juga dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya mengandung asam lemak (Anonim, 2008). Required HLB VCO adalah 6 (Philip, 2004). VCO memiliki kelarutan dalam air, yaitu membentuk campuran homogen berwarna putih ketika dicampur dengan sedikit air. VCO pada dasarnya tidak larut dalam air pada temperatur kamar (Patil, 2009). 2. Gliserin Gliserin merupakan nama lain dari gliserol, propan-1,2,3-triol, 1,2,3propantriol, 1,2,3-trihydroksipropan gliserol dan E422. Gliserin bersifat tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairan viscous. Gliserin
merupakan
alkohol
dan
mempunyai
tiga
gugus
–OH
yang
bertanggungjawab terhadap kelarutan di air. Rumus molekul gliserin adalah C3H8O3 dengan bobot molekul 92,09. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap. Bobot jenisnya tidak kurang dari 1,249 (Anonim, 1999). OH
H2C
OH
OH
C H
CH2
Gambar 4. Rumus bangun gliserin (Anonim, 1995)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
27
Gliserin dapat digunakan sebagai plasticizer, pelarut, dan pengisotonis dalam produk farmasetis (Smolinske, 1992). Penambahan gliserin juga akan menurunkan polaritas solven dan meningkatkan kelarutan solut lipofilik (Buchmann, 2001). 3. Sukrosa Sukrosa merupakan hablur putih atau tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995). Sukrosa digunakan secara luas dalam formulasi sediaan oral. Larutan sukrosa digunakan sebagai vehicles dalam sediaan cair oral untuk meningkatkan/memperbaiki rasa atau untuk meningkatkan viskositas (Rowe, et al., 2006).
Gambar 5. Rumus bangun sukrosa (Anonim, 1995)
4. Span 80 (Sorbitan Monooleat) Span 80 adalah campuran ester sorbital dengan satu molekul anhidrida asam oleat. Pemerian: cairan kental seperti minyak dengan bau khas, berwarna kuning muda sampai kuning kecoklatan (Reynolds dan James, 1996). Span 80 tidak larut dalam air tetapi dapat terdispersi dalam air dingin atau air hangat, bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilenglikol, larut dalam hampir semua minyak mineral dan nabati (Smolinske,1992). Umumnya digunakan dalam pembuatan emulsi, krim, dan salep sebagai emulgator. Bila digunakan tanpa
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
28
campuran apapun, membentuk emulsi A/M. Namun dikombinasikan dengan polysorbate dengan komposisi tertentu dapat membentuk emulsi A/M maupun M/A (Aulton, 1991). Span 80 memiliki nilai HLB 4,3 (Martin, et al., 1993).
Gambar 6. Rumus bangun Span 80 (Aulton, 2002)
5. Tween 80 Polysorbatum 80 adalah ester oleat dari sorbitol dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Pemerian: cairan seperti minyak, jernih, berwarna kuning muda hingga coklat tua, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat. Polysorbate merupakan polyethylene glycol turunan dari sorbitan ester (Anonim, 1995). Zat ini bersifat netral, tidak mudah menguap, dan stabil terhadap suhu. Tween 80 sangat larut atau terdispersi dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan etil asetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993). Polysorbate menghasilkan emulsi M/A dengan tekstur yang halus, stabil pada konsentrasi elektrolit yang tinggi dan perubahan pH. Umumnya, polysorbate dimodifikasi dengan sorbitan esters dalam penggunaannya untuk pembuatan emulsi A/M atau M/A (Aulton, 1991). Tween 80 memiliki nilai HLB 15,0 (Martin, et al., 1993), Phase Inversion Temperature (PIT) 930C (Benerito dan Singleton, 1956), titik lebur pada suhu 50 – 60C dan nilai pH 6,0 – 8,0 (Greenberg, 1954).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
29
Gambar 7. Rumus bangun Tween 80 (Aulton, 2002)
6. Aquadest Aquadest dibuat dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai dari air yang memenuhi persyaratan untuk diminum. Aquadest biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan farmasi (Anonim, 1979). H2 O Gambar 8. Rumus bangun Aquadest (Anonim, 1995)
7. Metil Paraben Metil paraben merupakan turunan paraben yang banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba (antimicrobial agents) di dalam makanan, kosmetik, dan sediaan farmasi lainnya (Padersen, 2005). Metil paraben (metil phidroksibenzoat) juga dikenal dengan nama nipagin mempunyai berat molekul 152,14, berupa kristal putih atau serbuk kristalin sedikit membakar dan bau karakteristik lemah atau sama sekali tidak berbau (Anonim, 2002). Metil paraben sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Anonim, 1995). Metil paraben digunakan secara luas sebagai preservatif antimikroba untuk kosmetik, produk makanan, dan dalam formulasi farmasetik. Metil paraben dapat digunakan sebagai zat tunggal ataupun kombinasi dengan paraben lainnya ataupun dengan antimikroba lain. Paraben efektif pada range pH yang luas dan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
30
memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, dan paling efektif terhadap yeast dan mold (Rowe, et al., 2006). Pengawet dari para hidroksibenzoat biasanya digunakan pada konsentrasi 0,1-0,2% dan dapat untuk penggunaan eksternal maupun internal (Aulton, 2002).
Gambar 9. Rumus bangun Metil paraben ( Anonim, 1995)
E. Pencampuran Proses pencampuran adalah salah satu proses penting dalam pembuatan sediaan obat. Fungsinya untuk memungkinkan tercapainya homogenitas campuran dari dua atau lebih bahan. Prinsip dasar pencampuran terletak pada penyusupan partikel bahan yang satu di antara partikel bahan lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pencampuran, namun faktor yang berpengaruh paling besar dan relatif dapat dikendalikan yaitu antara lain suhu pencampuran dan lama pencampuran (Voigt, 1994). Berdasarkan penelitian dari Prinderre, et al., (1997), menunjukkan bahwa lama pencampuran memberi pengaruh yang besar pada viskositas emulsi, dimana viskositas menurun bila lama pencampuran meningkat. Menurut Voigt (1994), homogenitas pencampuran tergantung pada lama pencampuran, meskipun demikian pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt, 1994).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
31
Suhu pencampuran yang semakin tinggi dapat mempengaruhi tegangan permukaan sehingga juga dapat mempengaruhi sifat fisis emulsi. Peningkatan suhu pencampuran akan meningkatkan gerakan kinetik, baik dari droplet fase terdispersi maupun dari emulgator pada antar permukaan minyak – air (Nielloud dan Mestres, 2000). Bila salah satu fase sangat kental, ataupun material berbentuk padatan pada suhu kamar, maka pemanasan yang digunakan selama agitasi untuk mendapatkan sistem dispersi yang lebih efisien (Lieberman, 1996). Suhu pencampuran berpengaruh pada emulgator non-ionik. Emulgator non ionik menunjukkan kelarutan dalam air yang semakin tinggi pada suhu rendah dan cenderung larut dalam minyak pada suhu tinggi. Emulsi Minyak dalam Air (M/A) dengan penggunaan emulgator non ionik dengan pemanasan akan menyebabkan terjadinya inversi menjadi emulsi Air dalam Minyak (A/M). Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu menyebabkan nilai HLB dari emulgator non ionik mengalami penurunan menjadi lebih hidrofobik. Suhu di mana komponen hidrofilik dan lipofilik emulgator nonionik berada dalam keseimbangan yang mengakibatkan terjadinya inversi pada emulsi inilah yang disebut Phase Inversion Temperature (PIT) (Shinoda dan Arai, 1964). Menurut Parkinson dan Sherman, 1972, ada hubungan antara stabilitas emulsi dengan Phase Inversion Temperature (PIT) dari emulgator. Prinsip mekanisme pencampuran cair-cair ada tiga, yaitu 1) Bulk transport : merupakan analog dari convective mixing pada powder dimana pada pencampuran ini terjadi gerakan sejumlah besar material dari satu tempat ke tempat lain. 2) Turbulent mixing : terjadi dari gerakan secara acak dari molekul
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
32
yang dipaksa bergerak secara turbulen. 3) Molecular diffusion : merupakan analog dari diffusion mixing dimana terjadi gerakan acak partikel secara individu, terjadi redistribusi partikel-partikel (Aulton, 2002). Berdasarkan viskositas cairan yang dicampur, maka mekanisme pencampuran cairan dibagi menjadi 2, yaitu laminar mixing dan turbulent mixing. Aliran laminar biasanya digunakan pada pencampuran cairan dengan viskositas tinggi lebih dari 10 Pas. Sedangkan aliran turbulen untuk pencampuran cairan dengan viskositas kurang dari 10 mPas (Niennow, et al., 1997).
F. Alat Pembuat Emulsi Emulsi bisa disiapkan dengan beberapa cara, tergantung pada sifat komponen emulsi dan perlengkapan yang tersedia untuk digunakan. Alat yang digunakan untuk membuat emulsi, yaitu: 1. Pengaduk mekanik Pengaduk mekanik untuk larutan terdiri dari propeller mixer dan turbine mixer. Suatu emulsi dapat diaduk dengan menggunakan berbagai pengaduk dengan bantalan pada ujung tangkai, yang ditempatkan langsung ke dalam sistem yang diemulsikan. Jika viskositas rendah, pencampur sederhana dengan balingbaling yang masuk dari bagian atas (propeller mixer) dapat digunakan untuk pengembangan kerja rutin di laboratorium dan untuk tujuan produksi. Jika diperlukan pengocokan kuat atau viskositas sediaan sedang, dapat digunakan turbin mixer (Lachmann, 1994). Propeller mixer merupakan pengaduk dengan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
33
baling-baling yang menyebabkan sirkulasi cairan dengan aliran aksial (Paul, et al., 2004).
a
b
Gambar 10. a. Propeller mixer dan b. Turbine mixer (Wagtech, 2009)
2. Homogenizer Homogenizer, yaitu dispersi dari dua cairan dicapai dengan melewatkan campuran melalui suatu lubang masuk kecil pada tekanan tinggi. Homogenizer umumnya terdiri dari dua pompa yang menaikkan tekanan dispersi pada kisaran 500 sampai 5000 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan dan mengenai katup penghomogenan yang terdapat pada tempat katup dengan spinal yang kuat ketika tekanan meningkat, spinal ditekan dan sebagian dispersi tersebut bebas di antara katup dan tempat katup. Pada titik ini, energi yang tersimpan dalam cairan sebagai tekanan dilepaskan secara spontan sehingga produk menghasilkan turbulensi yang kuat dan shear hidraulik (Lachmann, 1994).
Gambar 11. Gambaran skematis dari suatu homogenizer (Lachmann, 1989)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34
Jika proses homogenisasi dilakukan dalam pembuatan emulsi, maka sering dihasilkan peningkatan viskositas emulsi. Penyebab naiknya viskositas tersebut masih belum dapat dijelaskan. Kemungkinan terbentuk lapisan tipis emulgator yang sangat kuat dan rapat akibat pembesaran batas antar permukaan yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut. Dapat juga karena terjadi pembengkakan tambahan dari stabilisator yang digunakan akibat kuatnya penghalusan. Pada proses homogenisasi terjadi peningkatan suhu. Dengan alat Ultra Turrax® akan diperoleh emulsi dengan dispersi yang sangat halus. Alat ini akan mendistribusikan fase dalam sampai mencapai tingkat dispersi yang tinggi, sehingga bola-bola emulsi akan mencapai dimensi tertentu sehingga dapat mengalami gerak molekular BROWN (Voigt, 1994).
Gambar 12. Ultra Turrax® (Daigger, 2009)
3. Ultrasonifier Alat ini digunakan untuk membuat emulsi dengan viskositas sedang dan ukuran droplet kecil. Peralatan dalam perdagangan berdasarkan prinsip-prinsip cairan Pohlman. Dispersi dipaksa melalui suatu mulut pada tekanan biasa, dan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
35
dibiarkan masuk melewati suatu pisau. Tekanan yang dibutuhkan berkisar kirakira 150 sampai 350 psi dan menyebabkan pisau bergetar cepat menghasilkan suatu bunyi ultrasonik. Bunyi ultrasonik yang dihasilkan menyebabkan droplet saling bertumbukan sehingga droplet yang dihasilkan lebih kecil (Lachmann, 1994).
Gambar 13. Ultrasonifier dengan pinsip alat peniup Pohlman (Lachmann, 1994)
4. Penggiling koloid Penggiling koloid melaksanakan prinsip shear tinggi, yang secara normal digerakkan antara rotor dan stator dari penggiling tersebut. Penggiling koloid terutama digunakan untuk mengecilkan zat padat dan untuk mendispersi suspensi yang mengandung zat padat yang sedikit dibasahi, tetapi juga berguna untuk pembuatan emulsi yang realtif kental (Lachmann, 1994).
Gambar 14. Penggiling koloid (Mollet dan Grubenmann, 2001)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
36
G. Metode Desain Faktorial Desain faktorial merupakan teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk mengevaluasi secara simulatan efek dari beberapa faktor dan interaksi yang signifikan (Bolton, 1997). Sedangkan penelitian klasik hanya dapat mengevaluasi salah satu faktor saja sedangkan faktor lain dibuat konstan. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1997). Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus : Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 .............................Persamaan (3) Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati X1, X2 = level bagian A, level bagian B bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan bo = rata-rata hasil semua percobaan b1, b2, b12 = koefisien yang dhitung dari hasil percobaan Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
37
Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1997). Respon yang ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan. Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi (1) + + a + b + + + ab Keterangan: (-) (+) Percobaan (1) Percobaan a Percobaan b Percobaan ab
= level rendah = level tinggi = faktor A level rendah, faktor B rendah = faktor A level tinggi, faktor B rendah = faktor A level rendah, faktor B tinggi = faktor A level tinggi, faktor B tinggi
Berdasarkan persamaan tersebut dengan substitusi secara matematis, dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997) sebagai berikut : Efek faktorial I
= [(a-(1)) + (ab-b)] / 2
Efek faktorial II
= [(b-(1)) + (ab-a)] / 2
Efek faktorial III
= [(ab-b) - (a-(1))] / 2
Desain
faktorial
telah
banyak
diaplikasikan
dalam
penelitian
internasional. Misalnya dalam pembuatan suatu sediaan farmasi, desain faktorial digunakan untuk mengoptimasi dan mengevaluasi sediaan (Prinderre, et al., 1997). Selain itu, desain faktorial juga digunakan untuk mengatasi permasalahan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
38
farmasetik misalnya untuk mengetahui efek pemformulasian terhadap mekanisme pelepasan dan sistem penghantaran obat (Bjerregaard, et al., 1999; Li, et al., 2002). Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997).
H. Landasan Teori Pare merupakan tumbuhan bangsa Cucurbitaceae. Pare telah digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Aktivitas antivirus dan antineoplastik buah pare secara in vitro juga telah dilaporkan (Basch, et al., 2003). Ekstrak etanol buah pare dapat berperan sebagai antispermatogenesis (Sutyarso, 1992), antiulser (Gurbuz, et al., 2000), antibakteri (Abalaka, et al., 2009), dan digunakan untuk wound healing (Teoh, et al., 2008). Bentuk sediaan farmasi yang akan dibuat adalah bentuk sediaan emulsi oral tipe Air dalam Minyak (A/M). Sediaan emulsi tipe A/M dipilih karena droplet dari ekstrak etanol buah pare yang larut air akan terlindung dalam fase minyak, dengan demikian rasa pahit dari ekstrak etanol buah pare akan tertutupi atau berkurang. Difusi ekstrak etanol buah pare akan terhalangi oleh fase minyak sehingga mengurangi kontak langsung dengan saliva dan rasa pahit di mulut menjadi berkurang.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
39
Proses pencampuran merupakan salah satu kriteria penting yang perlu diperhatikan agar diperoleh sediaan emulsi yang memiliki sifat fisis dan stabilitas sesuai dengan syarat sediaan yang ditentukan. Dalam pembuatan sediaan emulsi, proses pencampuran merupakan proses dispersi dari fase minyak dan air untuk membentuk emulsi dengan sifat fisis dan stabilitas emulsi yang baik. Sifat fisis emulsi tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur, tapi oleh banyak faktor lain seperti kecepatan putar, tegangan geser, lama pencampuran, dan komposisi emulgator (Nielloud dan Mestres, 2000). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses pencampuran, maka dipilih faktor-faktor yang paling berpengaruh dan dapat dikendalikan untuk mengetahui pengaruh proses pencampuran terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi, yaitu lama pencampuran dan suhu pencampuran. Sifat fisis dari emulsi dilihat dari viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming. Stabilitas emulsi dilihat dari kestabilan emulsi selama penyimpanan. Kestabilan dapat dilihat dari viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik dalam penyimpanan selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan. Variasi lama dan suhu pencampuran diyakini akan memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan parameter-parameter sediaan emulsi seperti sifat fisis dan stabilitas emulsi selama penyimpanan. Desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi secara simultan efek lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya yang signifikan adalah desain faktorial (Bolton, 1997). Desain faktorial pada dua level dan dua faktor
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40
(Full Factorial Design 22), merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek faktor terhadap kualitas suatu sediaan.
I. Hipotesis Variasi lama dan suhu pencampuran pada level yang diteliti memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan desain penelitian secara desain faktorial. B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian a. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah lama pencampuran dan suhu pencampuran dengan 2 level (level rendah dan level tinggi). b. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis (viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming) dan stabilitas emulsi (profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan nilai pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan). c. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah lama penyimpanan dan sifat dari wadah penyimpanan. d. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini adalah suhu penyimpanan dan intensitas cahaya. 2. Definisi Operasional a. Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare adalah dispersi fase air dalam minyak yang dibuat dari ekstrak etanol buah pare dengan formula yang telah ditentukan.
41
42
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Ekstrak etanol buah pare adalah ekstrak kering dari buah pare berupa serbuk halus, diekstraksi dengan pelarut etanol 75% oleh PT. Javaplant. c. Pencampuran adalah proses pendistribusian bahan satu ke bahan yang lain yang lain hingga tercapai homogenitas. d. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini digunakan 2 faktor, yaitu lama pencampuran dan suhu pencampuran. e. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2 level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah lama pencampuran adalah 5 menit dan level tinggi 15 menit. Level rendah suhu pencampuran adalah 35ºC dan level tinggi 50ºC. f. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya dapat dikuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisis dan stabilitas emulsi. g. Sifat fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis emulsi, dalam penelitian ini adalah viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam pembuatan. h. Stabilitas fisis emulsi adalah parameter untuk mengetahui tingkat kestabilan emulsi, dalam penelitian ini meliputi profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan. i. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir. j. Percentile 90 ukuran droplet adalah 90% dari populasi droplet memiliki ukuran di bawah nilai tertentu.
43
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
k. Indeks creaming adalah nilai yang diperoleh dengan mengamati creaming yang terjadi pada emulsi selama periode waktu tertentu. l. Efek adalah respon yang disebabkan variasi level dan faktor. m. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari 2 faktor yaitu lama dan suhu pencampuran secara simultan.
C. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex Japan, Propeller mixer IKA-WERK Type RW 15 Holland, Ultra Turrax Ystral Gmbh D-7801 Dottingen Type X 1020 Holland, waterbath Tamson ZoetermeerHolland 1985 0023, mikroskop MOTIC DMB3-223 LISTED MICROSCOPE 29Ax E250223 US, microscope slide 25,4 x 76,2 mm dan tebal 0,8 – 1 mm Thick China, thermometer, timbangan METTLER TOLEDO GB 3002 Switzerland, dan Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) dari PT. Java Plant Surakarta, Indonesia; Virgin Coconut Oil (VCO) dari Bantul Yogyakarta, Indonesia; gliserin (Pharmaceutical grade), Span 80 (Pharmaceutical grade), Tween 80 (Pharmaceutical grade), nipagin (Pharmaceutical grade), dan methylene blue dari distributor Brataco Chemica Yogyakarta, Indonesia; aquadest dari Laboratorium Kimia Analisis Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Indonesia; dan sukrosa 50%b/v (Gulaku PT. Sweet Indolampung, Indonesia MD 237308002040).
44
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
D. Alur Penelitian Verifikasi ekstrak etanol pare: - Ekstraksi Pare - Uji Kualitatif Kromatografi Lapis tipis.
Pembuatan emulsi oral A/M dengan variasi lama dan suhu pencampuran. 1. Pencampuran fase air (ekstrak pare, aquadest, tween 80, gliserin, sukrosa) dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan. 2. Pencampuran fase minyak (VCO, Span 80) dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan. 3. Tuang fase air dan nipagin ke dalam fase minyak porsi per porsi sambil dicampur dengan propeller mixer kecepatan 700 rpm pada lama dan suhu percobaan. 4. Homogenisasi dengan Ultra Turrax selama 3x1 menit.
1. Uji tipe emulsi: dengan metode warna (methylene blue) 2. Uji sifat fisik meliputi: Vikositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam. 3. Uji stabilitas meliputi: Profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming secara periodik selama penyimpanan 1 bulan (24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1 bulan), dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan.
Analisis data profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming selama 1 bulan menggunakan Repeated Measures Anova (distribusi data normal) atau Friedman Wilcoxon (distribusi data tidak normal). Analisis data viskositas, ukuran droplet, indeks creaming, dan pergeseran ukuran droplet dengan menggunakan Design expert 7.14 dengan uji Anova pada taraf kepercayaan 95 % (p<0,05) Gambar 15. Skema Alur Penelitian
45
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
E. Tata Cara Penelitian 1. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant Surakarta, Indonesia. a. Ekstraksi Buah Pare Buah pare sebanyak 4 kg dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian buah pare dicelupkan ke dalam etanol panas. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu ±500C. Buah pare yang sudah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga menjadi serbuk. Serbuk buah pare kemudian diekstraksi dengan etanol 75% secara maserasi selama 24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat (Rita, et al., 2008). b. Uji Kualitatif Ekstrak Buah Pare Secara Kromotografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak pare hasil ekstraksi dan ekstrak pare yang dibeli masingmasing ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian dilarutkan dalam pelarut aquadest dan etanol. Masing-masing larutan ditotolkan terpisah pada lempeng KLT dan dielusi. Fase diam: silika gel GF 254. Fase gerak adalah asam asetat : benzena (2:8) (Rita, et al., 2008). Deteksi bercak pada lempeng KLT menggunakan sinar UV 254 nm. Rf masing-masing bercak dari ekstrak etanol buah pare hasil ekstraksi dan dari PT. Javaplant dihitung, dan bandingkan nilai Rf kedua ekstrak tersebut.
46
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Formula Tabel III. Formula Sediaan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare 200g
Bahan- bahan emulsi Ekstrak etanol buah pare Aquadest Gliserin Virgin Coconut Oil (VCO) Span 80 Tween 80 Sukrosa 50% b/v Nipagin
Satuan (g) 28 20 15,8 96 25,2 4,8 10 0,2
Kombinasi dari Span 80 dan Tween 80 dari formula di atas menghasilkan HLB = 6 3. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare a. Pembuatan larutan sukrosa 50 %
b
v
Timbang kurang lebih seksama 100 g sukrosa, kemudian larutkan dengan aquadest hingga 200 ml. b. Pembuatan emulsi Ekstrak etanol kering buah pare dilarutkan dengan air, setelah dilarutkan dimasukkan dalam beaker yang berisi Tween 80, dimasukkan juga gliserin dan sukrosa ke dalam beaker tersebut, dicampur dengan propeller mixer pada lama dan suhu percobaan untuk pencampuran dengan kecepatan putar mixer 700 rpm (fase air). VCO dimasukkan ke dalam beaker yang berisi Span 80 dan dicampur dengan propeller mixer pada lama dan suhu percobaan untuk pencampuran dengan kecepatan putar mixer 700 rpm (fase minyak). Fase air dan nipagin dimasukkan dalam fase minyak porsi per porsi, kemudian dicampur dengan propeller mixer pada lama dan suhu percobaan
47
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
untuk pencampuran dengan kecepatan putar mixer 700 rpm. Hasil campuran tersebut dihomogenisasi dengan Ultra Turrax 3x1 menit (Bjerregaard, et al., 1999). Tabel IV. Percobaan desain faktorial (tiap percobaan direplikasi 3 kali).
Formula Lama Pencampuran (menit) Suhu Pencampuran (ºC) (1) a b ab
5 15 5 15
35 35 50 50
4. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi a. Uji Tipe Emulsi (Metode Warna) Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan metode warna yaitu dengan menambah reagen methylene blue dan diamati secara mikroskopik. Emulsi dipreparasi di objek glass dan ditambah dengan methylene blue, kemudian amati di bawah mikroskop. Jika dengan reagen methylene blue, medium dispers berwarna biru merata maka emulsi bertipe M/A, dan jika fase terdispers yang berwarna biru maka emulsi mempunyai tipe A/M (Voigt, 1994). b. Uji Ukuran Droplet Sejumlah emulsi diteteskan pada gelas objek kemudian diamati ukuran droplet yang terdispersi pada emulsi dengan menggunakan fotomikroskop pada perbesaran 100x. Diukur diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet (Martin, et al., 1993) dengan menggunakan program MOTIC Image Plus 2.0 yang telah dikalibrasi dengan lensa objektif skala 10 µm. Uji ini dilakukan 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan.
48
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan ukuran droplet setelah 24 jam. Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil ukuran droplet secara periodik selama 1 bulan dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan. Data ukuran droplet diolah dengan program SPSS 13.0 untuk memperoleh percentile 90 sebagai respon ukuran droplet. % pergeseran ukuran droplet = |
ukuran droplet 24 jam − ukuran droplet 1 bulan | X 100% .............Persamaan (4) ukuran droplet 24 jam
c. Uji Viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04. Cara: emulsi diambil 150 ml dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas emulsi diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas (Instruction Manual Viscotester VT-04E). Uji ini dilakukan 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan (Prinderre, et al., 1998). Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan viskositas setelah 24 jam. Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil viskositas secara periodik selama 1 bulan. d. Uji Indeks Creaming Emulsi tiap formula dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala. Amati pemisahan fase yang terjadi pada 24 jam, 7 hari, 15 hari, 21 hari, 1 bulan. Hasil pemisahan fase dinyatakan dengan persentase indeks creaming dengan rumus: % indeks creaming =
ho - hu x 100% ...................Persamaan (5) ho
49
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Keterangan: hu = tinggi creaming yang terjadi ho = tinggi emulsi mula-mula (Aulton, 2002). Sifat fisis emulsi ditunjukkan dengan indeks creaming setelah 24 jam. Stabilitas sediaan emulsi ditunjukkan melalui profil indeks creaming secara periodik selama 1 bulan. F. Analisis Data Data standarisasi ekstrak etanol daging buah pare mengacu pada standar yang tercantum dalam Certificate of Analysis dan verifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Data yang terkumpul adalah data uji viskositas, ukuran droplet, indeks creaming secara periodik selama 1 bulan, dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan. Metode desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek lama pencampuran, suhu pencampuran, dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas emulsi. Profil viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming selama 1 bulan dianalisis signifikansinya menggunakan Repeated Measures Anova bila distribusi data normal dan menggunakan Friedman - Wilcoxon bila distribusi data tidak normal. Analisis data viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam pembuatan; serta pergeseran ukuran droplet menggunakan Design Expert 7.1.4 (Serial number 2014.7723) dengan uji Anova pada taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisis, diperoleh nilai p (probability-value), apabila nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa setiap faktor dan interaksinya memberikan efek yang signifikan terhadap respon.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Verifikasi Ekstrak Etanol Buah Pare 1. Ekstraksi buah pare Sebelum diekstraksi buah pare yang sudah dibersihkan direndam dalam etanol panas, tujuannya untuk menghentikan proses metabolisme enzim yaitu dengan cara mendenaturasi protein yang terdapat pada enzim. Buah pare yang telah direndam kemudian diiris tipis, dikeringkan dan dibuat serbuk. Serbuk buah pare diekstraksi menggunakan etanol 75% secara maserasi selama 24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat. Ekstrak pekat inilah yang digunakan untuk uji kualitatif dengan KLT. Prosedur ekstraksi yang digunakan berdasarkan penelitian Rita, et al., (2008), yaitu menggunakan pelarut etanol. Ekstrak buah pare yang diperoleh dari PT. Javaplant diekstraksi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak pare hasil ekstraksi penulis diharapkan dapat digunakan untuk verifkasi ekstrak etanol buah pare dari PT. Javaplant menggunakan KLT.
2. Uji Kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alasan dilakukan verifikasi terhadap ekstrak etanol buah pare dari PT. Javaplant karena dicurigai bahwa hasil ekstrak diperoleh dengan spray drying perasan pare bukan diekstraksi dengan etanol 75%. Uji kualitatif dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak yang diperoleh dari PT. Javaplant merupakan buah pare yang diekstraksi dengan etanol 75% yaitu dengan membandingkan profil
50
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
51
kromatogram ekstrak dari PT. Javaplant dan ekstrak etanol buah pare hasil ekstraksi.
Gambar 16. Kromatogram KLT ekstrak etanol buah pare diamati dengan sinar UV 254 nm Keterangan : Fase diam = silika gel GF 254 nm Fase gerak = asam asetat : benzena (2:8) Jarak elusi = 10 cm E1 = ekstrak etanol dari PT. Javaplant dilarutkan dalam etanol E2 = ekstrak etanol hasil ekstraksi dilarutkan dalam etanol A1 = ekstrak etanol dari PT. Javaplant dilarutkan dalam air A2 = ekstrak etanol hasil ekstraksi dilarutkan dalam air
Ekstrak pare hasil ekstraksi penulis dan dari PT. Javaplant yang ditotolkan pada lempeng KLT dilarutkan dalam pelarut etanol dan air. Ekstrak buah pare dilarutkan dalam etanol karena buah pare diekstraksi menggunakan pelarut etanol, sedangkan dilarutkan dalam air karena berdasarkan CoA, ekstrak buah pare dari PT. Javaplant bersifat larut air. Identifikasi ekstrak etanol buah pare menggunakan
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
52
fase diam silika gel GF 254 nm dan fase gerak asam asetat : benzena (2:8) dengan jarak elusi 10 cm, setelah terelusi bercak yang diperoleh diamati di bawah sinar UV 254 nm. Pada saat diamati dengan sinar UV (Gambar 16) terlihat bahwa ekstrak dari PT. Javaplant dan hasil ekstraksi menghasilkan profil bercak yang sama (nilai Rf dan warna bercak sama). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah pare dari PT. Javaplant memiliki profil kromatogram dengan kandungan senyawa berkhasiat yang identik dengan ekstrak etanol buah pare hasil ekstraksi penulis.
B. Pembuatan Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare Emulsi sistem A/M dibuat dengan tujuan untuk menutupi rasa pahit karena kandungan kukurbitasin dalam ekstrak etanol buah pare. Formula emulsi ekstrak etanol buah pare diperoleh dari hasil orientasi penulis. Span 80 digunakan sebagai emulgator karena mempunyai nilai HLB yang dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi sistem A/M. Namun, dalam pembuatan emulsi A/M ekstrak etanol buah pare, penggunaan Span 80 dikombinasikan dengan Tween 80 karena keduanya memiliki panjang rantai hidrokarbon yang sama sehingga ikatan antara Span dan Tween seimbang. Selain itu, kombinasi Span 80 dan Tween 80 dengan perbandingan komposisi tertentu akan diperoleh nilai HLB 6 yang merupakan required HLB minyak (VCO) dan nilai tersebut merupakan HLB untuk membentuk emulsi tipe A/M. Tween 80 dan Span 80 juga merupakan emulgator nonionik yang aman digunakan untuk sediaan oral dan tidak toksik. Gliserin digunakan untuk meningkatkan viskositas fase air, sukrosa berfungsi untuk
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
53
mengurangi perbedaan densitas sehingga memperlambat laju pemisahan antara fase air dan fase minyak. Sedangkan VCO digunakan sebagai fase minyak, mempunyai required HLB 6 sehingga sesuai untuk emulsi oral A/M. Dalam sediaan emulsi oral A/M digunakan nipagin sebagai pengawet karena nipagin merupakan pengawet dari golongan paraben yang aman digunakan dalam sediaan oral. Proses pembuatan emulsi adalah pertama-tama ekstrak etanol buah pare dilarutkan dengan air sampai larut, setelah dilarutkan dimasukkan dalam beaker yang berisi Tween 80, dimasukkan juga gliserin dan sukrosa ke dalam beaker tersebut, dicampur dengan propeller mixer pada suhu 350C - 500C dengan kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit - 15 menit. Hasil pencampuran ini sebagai fase air dari emulsi ekstrak etanol buah pare. VCO dimasukkan ke dalam beaker yang berisi Span 80 dan dicampur dengan propeller mixer pada suhu 350C - 500C dengan kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit - 15 menit. Hasil dari pencampuran kedua sebagai fase minyak dari emulsi ekstrak etanol buah pare. Fase air dimasukkan porsi per porsi dalam fase minyak, tujuannya untuk mendispersikan fase air ke dalam fase minyak sehingga terbentuk emulsi A/M. Pendispersian fase air ke dalam fase minyak menggunakan propeller mixer pada suhu 350C - 500C dengan kecepatan putar mixer 700 rpm selama 5 menit-15 menit. Hasil campuran tersebut dihomogenisasi dengan homogenizer 3x1 menit (Bjerregaard et al., 1999). Emulsi ekstrak etanol buah pare memiliki viskositas rendah, maka untuk pembuatan emulsi digunakan propeller mixer (Lachmann, 1994). Dengan adanya
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
54
pengadukan menggunakan propeller mixer, fase air akan membentuk dropletdroplet yang terdispersi dalam medium minyak. Berdasarkan orientasi, kecepatan putar mixer yang digunakan untuk menghasilkan emulsi yang tidak terpisah secara visual adalah 700 rpm. Ultra Turrax berfungsi untuk memperkecil ukuran droplet dari emulsi dengan melewatkan campuran cairan melalui suatu lubang kecil pada tekanan tinggi (Lachmann, 1994). Faktor yang diteliti dalam pembuatan emulsi ekstrak oral A/M etanol buah pare adalah lama dan suhu pencampuran. Lama pencampuran yang digunakan adalah 5 menit (level rendah) dan 15 menit (level tinggi), sedangkan suhu pencampuran yang digunakan adalah 350C (level rendah) dan 500C (level tinggi). Orientasi dilakukan terlebih dahulu sebelum pembuatan emulsi untuk mengetahui lama dan pencampuran dalam range berapa yang masih memberikan hasil emulsi yang tidak terpisah secara visual. Berdasarkan hasil orientasi diperoleh emulsi yang tidak terpisah secara visual pada rentang level yang diteliti.
C. Pengujian Tipe Emulsi Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare memiliki HLB teoritis 6 menunjukkan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe Air dalam Minyak (A/M). Dilakukan pengujian tipe emulsi dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe A/M. Pengujian tipe emulsi yang dilakukan yaitu dengan metode warna menggunakan pewarna methylene blue dan diamati secara mikroskopik. Pewarna methylene blue merupakan pewarna yang larut air, jika emulsi bertipe A/M,
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
55
methylene blue akan mewarnai droplet emulsi dan fase kontinunya tidak terwarnai.
Formula (1)
Formula a
Fase minyak
Fase air (warna biru)
Formula ab Formula b Gambar 17. Pengamatan tipe emulsi menggunakan methylene blue dengan mikroskop (perbesaran 100x)
Dari pengamatan mikroskopik pada emulsi setelah 24 jam pembuatannya (Gambar 17), droplet berwarna biru, sedangkan fase kontinu tidak terwarnai. Hal ini membuktikan bahwa fase kontinu merupakan minyak dan fase dispers merupakan droplet (fase air), sehingga dapat disimpulkan bahwa emulsi tersebut memiliki tipe A/M.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
56
D. Karakterisasi Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Sediaan yang baik adalah sediaan yang dapat memenuhi persyaratan sifat fisis dan stabil dalam penyimpanan. Sifat fisis yang diukur dari sediaan emulsi adalah viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam pembuatan. Stabilitas fisis emulsi dapat diketahui dari profil ukuran droplet, viskositas, dan indeks creaming secara periodik selama 1 bulan; dan pergeseran ukuran droplet setelah penyimpanan 1 bulan. Mikromeritik merupakan ilmu dan teknologi tentang droplet yang kecil. Pengukuran droplet bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan stabilitas emulsi dalam penyimpanan sehingga dapat dihubungkan dengan hasil pengukuran viskositas dan indeks creaming emulsi. Pengukuran droplet air emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare dilakukan sebanyak ±500 buah (Martin, et al., 1993). Droplet yang diamati menggunakan perbesaran 100x. Sebelum pengukuran droplet, dilakukan kalibrasi lensa okuler dan lensa objektif terlebih dahulu. Data yang digunakan sebagai respon dalam penelitian ini adalah percentile 90. Arti dari percentile 90 adalah 90% dari populasi droplet memiliki ukuran di bawah nilai tertentu. Pada penelitian ini tidak menggunakan data modus karena modus kurang representatif dibandingkan percentile 90 pada penelitian ini, yakni terdapat nilai modus yang sama dengan distribusi yang berbeda. Nilai percentile 90 semakin kecil, maka emulsi akan semakin stabil. Pengukuran droplet dilakukan setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan. Ukuran droplet setelah 24 jam pembuatan untuk melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran droplet secara periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan ukuran droplet
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
57
dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam penyimpanan. Pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan juga digunakan untuk melihat fenomena ketidakstabilan emulsi. Viskositas merupakan tahanan untuk mengalir. Semakin besar viskositas berarti semakin kental sediaan yang dihasilkan, demikian juga sebaliknya semakin kecil viskositas maka semakin encer sediaan yang dihasilkan. Pengukuran viskositas bertujuan untuk melihat profil kekentalan emulsi. Pengukuran viskositas dilakukan setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan. Viskositas setelah 24 jam pembuatan untuk melihat profil kekentalan emulsi yang merupakan parameter sifat fisis emulsi. Pengukuran viskositas secara periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan profil kekentalan emulsi dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam penyimpanan. Emulsi A/M ekstrak etanol buah pare digunakan secara oral sehingga viskositas merupakan parameter sifat fisis emulsi yang penting karena akan menentukan dalam kenyamanan penggunaannya, terkait pada saat ditelan. Indeks creaming merupakan salah satu parameter sifat fisis dan stabilitas emulsi. Nilai indeks creaming diperoleh dengan mengamati creaming yang terjadi pada emulsi selama penyimpanan dalam waktu tertentu. Pada emulsi A/M, suatu lapisan bawah terbentuk akibat sedimentasi droplet air. Emulsi yang mengalami creaming akan terlihat tidak elegan. Uji indeks creaming dilakukan dengan mengamati pemisahan fase emulsi setelah 24 jam pembuatan, 7 hari, 15 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan. Indeks creaming setelah 24 jam pembuatan untuk
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
58
melihat sifat fisis emulsi. Pengukuran indeks creaming secara periodik selama 1 bulan untuk melihat besarnya perubahan indeks creaming dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan emulsi dalam penyimpanan. Berikut ini merupakan data hasil pengukuran sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M dalam penelitian : Tabel V. Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Respon
1 a b
Waktu 24 Jam 7 Hari 22,147 ± 24,533 ± 3,033 4,299 22,003 ± 20,928 ± 1,315 0,686 20,851 ± 22,694 ± 1,805 4,669 22,440 ± 21,768 ± 1,738 5,081 1±0 1 ± 0,1 1,1 ± 0,2 1 ± 0 1 ± 0,1 1 ± 0,1 1±0 1±0 34,7 ± 32,7 ± 0,7 0,4 33,4 ± 32,4 ± 0,6 0,6 33,8 ± 31,6 ± 0,8 0,5 34,2 ± 32,9 ± 0,7 0,2 48,609 ± 30,674 71,433 ± 18,464 76,519 ± 20,500
ab
65,505 ± 16,008
Formula 1
Percentile 90 Ukuran Droplet (µm)
a b ab
Viskositas (dPas)
1 a b ab 1
Indeks Creaming (%)
a b ab
Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet (%)
15 Hari 24,871 ± 3,987 28,114 ± 3,413 27,123 ± 2,066 29,959 ± 0,234 1,2 ± 0 1,1 ± 0,1 1 ± 0,1 1,1 ± 0,1 32,7 ± 0,4 32,4 ± 0,6 31,6 ± 0,5 32,6 ± 0,5
21 Hari 35,284 ± 1,537 33,546 ± 5,308 28,978 ± 2,872 30,714 ± 1,274 1,1 ± 0,1 1,1 ± 0,1 1,1 ± 0 1,1 ± 0 32,7 ± 0,4 32,4 ± 0,6 31,3 ± 0,5 32,6 ± 0,5
1 Bulan 32,313 ± 2,588 37,879 ± 6,176 36,641 ± 3,105 36,961 ± 0,876 1,1 ± 0,1 1,2 ± 0,2 1,2 ± 0,2 1,2 ± 0,2 32,6 ± 0,6 31,8 ± 0,3 31 ± 0,1 32,6 ± 0,5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
59
1. Karakterisasi Sifat Fisis Emulsi Berdasarkan data Tabel V, diperoleh percentile 90 ukuran droplet 24 jam terkecil pada formula b (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran level tinggi) dan terbesar pada formula ab (lama pencampuran level tinggi dan suhu pencampuran level tinggi). Viskositas 24 jam terbesar pada percobaan a (lama pencampuran level tinggi dan suhu pencampuran level rendah) dan ketiga formula lainnya mempunyai viskositas yang sama. Indeks creaming 24 jam terbesar pada formula (1) (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran level rendah) dan terkecil pada formula a (lama pencampuran level tinggi dan suhu pencampuran level rendah).
2. Stabilitas Emulsi Berdasarkan data Tabel V, diperoleh pergeseran percentile 90 ukuran droplet terkecil pada formula (1) (lama dan suhu pencampuran level rendah) dan terbesar pada formula b (lama pencampuran level rendah dan suhu pencampuran level tinggi). Semakin kecil nilai pergeseran ukuran droplet, maka emulsi tersebut semakin stabil karena semakin jarang terjadinya penggabungan antardroplet membentuk droplet yang lebih besar. Profil percentile 90 ukuran droplet, viskositas, indeks creaming dapat dilihat pada grafik-grafik berikut :
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 18. Grafik Hubungan percentile 90 Ukuran Droplet Terhadap Waktu
Gambar 19. Grafik Hubungan Viskositas Terhadap Waktu
Gambar 20. Grafik Hubungan Indeks Creaming Terhadap Waktu
60
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
61
Menurut hukum Stokes, semakin tinggi viskositas emulsi maka kecepatan terjadinya creaming semakin lambat sehingga indeks creaming emulsi menjadi semakin besar. Pada penelitian ini, teori tentang hukum Stokes tidak bisa diterapkan karena berdasarkan hasil yang diperoleh (Tabel V, Gambar 18, 19, dan 20) menunjukkan bahwa antara respon viskositas dan indeks creaming tidak dapat dikaitkan satu sama lain. Nilai viskositas awal emulsi sangat kecil sehingga setelah 24 jam pembuatan telah terjadi pemisahan emulsi, akibatnya peningkatan viskositas selama penyimpanan tidak mempengaruhi indeks creaming. Berdasarkan uji signifikansi terhadap profil stabilitas emulsi selama 1 bulan penyimpanan menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan terjadi perubahan viskositas dan indeks creaming yang tidak signifikan (p>0,05) (Lampiran 7.3.b dan 7.3.c) dari keempat formula. Sebaliknya pada ukuran droplet terjadi perubahan yang signifikan (p<0,05) untuk formula (1) dan a setelah 21 hari penyimpanan, formula b dan ab setelah 15 hari penyimpanan (Lampiran 7.3.a). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keempat formula tersebut tidak stabil selama penyimpanan.
E. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Data yang diperoleh dari uji sifat fisis dan stabilitas emulsi kemudian dianalisis menggunakan Desain Expert untuk mengetahui besar efek faktor terhadap sifat fisis (viskositas, ukuran droplet, dan indeks creaming setelah 24 jam pembuatan emulsi) dan stabilitas emulsi (pergeseran ukuran droplet setelah
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
62
satu bulan penyimpanan), dan signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek. Berikut ini merupakan data besar efek lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M dalam penelitian : Tabel VI. Efek Lama dan Suhu Pencampuran, serta Interaksi Keduanya dalam Menentukan Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare
Percentile 90 Ukuran droplet Viskositas emulsi Indeks creaming Pergeseran 90% ukuran droplet
Efek Kontribusi (%) Efek Kontribusi (%) Efek Kontribusi (%) Efek Kontribusi (%)
Lama Pencampuran 0,89 5,85
Suhu Interaksi Pencampuran |-0,59| 0,70 2,59 3,63
|-0,067| 7,55
0,100 16,98
|-0,067| 7,55
|-0,47| 9,54
|-0,033| 0,049
0,83 30,43
7,00 2,88
10,09 5,99
|-17,82| 18,67
Keterangan : - (negatif) : efek dari faktor tersebut dapat menurunkan sifat fisik dan stabilitas emulsi. + (positif) : efek dari faktor tersebut dapat meningkatkan sifat fisik dan stabilitas emulsi.
Di bawah ini merupakan data persamaan desain faktorial : Tabel VII. Persamaan Desain Faktorial
Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Percentile 90 Ukuran Droplet Viskositas Indeks Creaming Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet
Persamaan Desain Faktorial Y = 26.713 – (0.309) X1 – (0,133) X2 + (9.360E-003) X1X2...........Persamaan 6 Y = 0,422 + (0,031) X1 + (0,016) X2 (8,889E-004) X1X2...........Persamaan 7 Y = 39,317 - (0,519) X1 - (0,113) X2 + (0,011) X1X2...........Persamaan 8 Y = -70,514 + (10,799) X1 + (3,049) X2 (0,23761) X1X2...........Persamaan 9
Model (p) 0,7795 0,3516 0,2288 0,4357
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
63
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dari keempat respon tidak valid (p>0,05) (Tabel VII) sehingga tidak dapat digunakan untuk memprediksi respon.
1. Ukuran Droplet Berdasarkan tabel VI, diperoleh bahwa efek lama pencampuran terhadap percentile 90 ukuran droplet emulsi sebesar 0,89, suhu pencampuran terhadap percentile 90 ukuran droplet emulsi sebesar |-0,59|, dan interaksi antara keduanya sebesar 0,70. Lama pencampuran memberikan kontribusi paling besar (5,85%) terhadap percentile 90 ukuran droplet emulsi. Hubungan lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya terhadap percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik berikut :
Lama pencampuran level rendah Suhu pencampuran level rendah Lama pencampuran level tinggi Suhu pencampuran level tinggi 21b 21a Gambar 21. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam
Peningkatan lama pencampuran pada suhu pencampuran level rendah dan tinggi sama-sama meningkatkan respon percentile 90 ukuran droplet emulsi (Gambar 21a). Namun pada suhu pencampuran level rendah respon percentile 90
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
64
ukuran droplet mengalami peningkatan yang lebih kecil dibandingkan pada suhu pencampuran level tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu pencampuran meningkatkan energi kinetik sehingga merusak ikatan antara droplet dan emulgator. Ikatan antara droplet dan emulgator yang rusak menyebabkan droplet mudah bergabung membentuk droplet yang lebih besar. Peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level tinggi respon percentile 90 ukuran droplet mengalami peningkatan yang sangat kecil, sedangkan peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level rendah menurunkan percentile 90 ukuran droplet emulsi (Gambar 21b). Lama pencampuran menyebabkan gaya geser yang diberikan mixer dapat memperkecil ukuran droplet. Namun proses pencampuran yang terlalu lama, dapat menyebabkan gaya geser yang diberikan oleh mixer memecah ikatan antara droplet dan emulgator. Ikatan antara droplet dan emulgator yang rusak menyebabkan droplet mudah bergabung membentuk droplet yang lebih besar. Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya perpotongan garis (Gambar 21a) dan garis yang tidak sejajar (Gambar 21b). Tabel VIII. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam
Source A-Lama Pencampuran B-Suhu Pencampuran AB
Sum of squares df Mean square F Value 2.38 1,06 1,48
1 1 1
2,38 1,06 1,48
0,53 0,24 0,33
p-value Prob > F 0,4865 0,6401 0,5814
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya memberikan efek yang signifikan terhadap percentile 90 ukuran droplet (respon)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
65
bila p-value<0,05. Hasil analisis data percentile 90 ukuran droplet (Tabel VIII), diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap percentile 90 ukuran droplet. Pada grafik (Gambar 21), terlihat bahwa terjadi overlapping SD yang menunjukkan lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi tidak memberikan efek yang signifikan terhadap percentile 90 ukuran droplet.
2. Viskositas Berdasarkan Tabel VI, diperoleh efek lama pencampuran terhadap viskositas emulsi sebesar |-0,067|, suhu pencampuran terhadap viskositas emulsi sebesar 0,100, dan interaksi antara keduanya sebesar |-0,067|. Suhu pencampuran memberikan kontribusi paling besar (16,98%) terhadap viskositas emulsi. Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya terhadap viskositas emulsi dapat dilihat pada grafik berikut :
Suhu pencampuran level rendah Lama pencampuran level rendah Suhu pencampuran level tinggi Lama pencampuran level tinggi 22a 22b Gambar 22. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Viskositas Setelah 24 jam
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
66
Pada peningkatan lama pencampuran, respon viskositas tidak mengalami perubahan pada suhu pencampuran level rendah, sedangkan peningkatan lama pencampuran pada suhu pencampuran level tinggi menurunkan viskositas emulsi (Gambar 22a). Suhu pencampuran yang semakin tinggi meningkatkan energi kinetik sehingga merusak ikatan antara droplet dan emulgator. Ikatan antara droplet dan emulgator yang rusak menyebabkan droplet mudah bergabung membentuk droplet yang lebih besar. Ukuran droplet yang semakin besar menyebabkan viskositas dari sistem menurun. Peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level rendah dan tinggi sama-sama meningkatkan viskositas emulsi (Gambar 22b). Namun pada lama pencampuran level tinggi respon viskositas mengalami peningkatan yang lebih kecil dibandingkan pada lama pencampuran level rendah. Hal ini dikarenakan pada lama pencampuran level rendah gaya geser yang diberikan oleh mixer lebih singkat. Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan viskositas emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya garis-garis yang tidak sejajar (Gambar 22). Tabel IX. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Viskositas Setelah 24 jam
Source A-Lama Pencampuran B-Suhu Pencampuran AB
Sum of squares df Mean square F Value 0,013 0,030 0,013
1 1 1
0,013 0,030 0,013
0,89 2,00 0,89
p-value Prob>F 0,3734 0,1950 0,3734
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas (respon) bila p-value<0,05.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
67
Hasil analisis data viskositas (Tabel IX), diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas. Pada grafik (Gambar 22), terlihat bahwa terjadi overlapping SD yang menunjukkan lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi tidak memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas.
3. Indeks Creaming Berdasarkan tabel VI, diperoleh efek lama pencampuran terhadap indeks creaming emulsi sebesar |-0,47|, suhu pencampuran terhadap viskositas emulsi sebesar |-0,033|, dan interaksi antara keduanya sebesar 0,83. Interaksi keduanya memberikan kontribusi paling besar (30,43%) terhadap indeks creaming emulsi. Hubungan lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya terhadap indeks creaming emulsi dapat dilihat pada grafik berikut :
Suhu pencampuran level rendah Lama pencampuran level rendah Suhu pencampuran level tinggi Lama pencampuran level tinggi 23a 23b Gambar 23. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Indeks Creaming Setelah 24 jam
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
68
Pada peningkatan lama pencampuran, respon indeks creaming mengalami penurunan pada suhu pencampuran level rendah, sedangkan peningkatan
lama
pencampuran
pada
suhu
pencampuran
level
tinggi
meningkatkan indeks creaming emulsi (Gambar 23a). Peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level tinggi meningkatkan respon indeks creaming, sedangkan peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level rendah menurunkan indeks creaming emulsi (Gambar 23b). Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan indeks creaming emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya perpotongan garis (Gambar 23). Tabel X. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Indeks Creaming Setelah 24 jam
Source A-Lama Pencampuran B-Suhu Pencampuran AB
Sum of squares
df
Mean square
F Value
p-value Prob>F
0,65
1
0,65
1,27
0,2920
3,333E-003
1
3,333E-003
2,08
1
2,08
6,494E003 4,06
0,9378 0,0787
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya memberikan efek yang signifikan terhadap indeks creaming (respon) bila pvalue<0,05. Hasil analisis data indeks creaming (Tabel X), diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap indeks creaming. Pada grafik (Gambar 23), terlihat bahwa terjadi overlapping SD. Overlapping SD menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi tidak memberikan efek yang signifikan terhadap indeks creaming.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
69
4. Pergeseran Ukuran Droplet Berdasarkan tabel VI, diperoleh bahwa efek lama pencampuran terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet sebesar 7,00, suhu pencampuran terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi sebesar 10,09, dan interaksi antara keduanya sebesar |-17,82|. Interaksi keduanya memberikan kontribusi paling besar (18,67%) terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi. Hubungan lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik berikut :
Lama pencampuran level rendah Suhu pencampuran level rendah Lama pencampuran level tinggi Suhu pencampuran level tinggi 24b 24a Gambar 24. Grafik Hubungan Lama dan Suhu Pencampuran terhadap Respon Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet
Pada peningkatan lama pencampuran, respon pergeseran percentile 90 ukuran droplet mengalami peningkatan pada suhu pencampuran level rendah, sedangkan peningkatan lama pencampuran pada suhu pencampuran level tinggi menurunkan pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi (Gambar 24a). Peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level tinggi menurunkan respon pergeseran
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
70
percentile 90 ukuran droplet, sedangkan peningkatan suhu pencampuran pada lama pencampuran level rendah meningkatkan pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi (Gambar 24b).
Interaksi antara lama dan suhu pencampuran dalam menentukan pergeseran percentile 90 ukuran droplet emulsi dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya perpotongan garis (Gambar 24). Tabel XI. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada Respon Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet
Source A-Lama Pencampuran B-Suhu pencampuran AB
Sum of squares df Mean square F Value 147,18 305,56 952,71
1 1 1
147,18 305,56 952,71
0,32 0,66 2,06
p-value Prob>F 0,5880 0,4397 0,1890
Hubungan antara lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya memberikan efek yang signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet (respon) bila p-value<0,05. Hasil analisis data pergeseran percentile 90 ukuran droplet (Tabel XI), diperoleh nilai p>0,05 menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet. Pada grafik (Gambar 24), terlihat bahwa terjadi overlapping SD. Overlapping SD menunjukkan bahwa lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan level tinggi tidak memberikan efek yang signifikan terhadap pergeseran percentile 90 ukuran droplet. Berdasarkan hasil pengukuran viskositas, percentile 90 ukuran droplet, indeks creaming, dan pergeseran percentile 90 ukuran droplet, faktor lama dan suhu pencampuran pada level rendah dan tinggi tidak menentukan respon karena pada level yang diteliti efek yang diberikan tidak signifikan.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Proses pencampuran yang meliputi lama dan suhu pencampuran serta interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan : Perlu dilakukan penelitian efek lama dan suhu pencampuran pada rentang level yang lain untuk mengetahui signifikansi pengaruh terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare.
71
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA Abalaka, et al., 2009, Determination of Activity, Time Survival and Pharmacokinetics of Extracts From Momordica charantia on Some Bacterial Pathogens, Int. Jor. P. App. Scs., 3(3):6-13 Ali, J., Baboota, S., and Ahuja, A., 2008, Emulsion, http://www.pharmpedia.com/Emulsion, diakses tanggal 14 November 2009 Anief, M., 1993, Farmasetika, 163, 167, 161, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Anief, M., 1989, Ilmu Meracik Obat, 136-137, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 9, 458, 96, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7, 112, 413, 551, 762, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1999, Martindale The Complete Drug Reference, thirty-second edition, edited by Kathleen Parfitt, 1471, Pharmaceutical Press, USA Anonim, 2005, Pare, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92, diakses tanggal 20 Maret 2009 Anonim, 2006, Khasiat dan Kegunaan Senyawa Kimia dalam Buah Pare, http://www.Kompas.com/kesehatan/news/0207/02/192257.htm.,23, diakses tanggal 2 November 2009 Anonim, 2008, Pharmacology of Oleanolic Acid and Ursolic Acid, Department of Pharmacology, Toxicology and Therapeutics, University of Kansas Medical center, USA Ansel, H., 1969, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 11, 250-256, Lea & Febiger, Philadelphia Aulton, M. E., and Diana, M. C., 1991, Pharmaceutical Practice, 109-123, Longman Singapore Publishers Ptc Ltd, Singapore Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2nd Ed., 282-299, 342, 344, 353-358, ELBS with Churchill Livingstone, New York
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
73
Basch, E., Gabardi, S., and Ulbricht, C., 2003, Bitter Melon (Momordica charantia): A Review of Efficacy and Safety, Am J Health-Syst Pharm, 60(4), 356-359 Benerito, R., R., Singleton, W., S., 1956, Fat Emulsion. Effect of Heat on Solubility of Hydrophilic Emulsifier, 364, Southern Regional Research Laboratory, New Orleans, Louisiana Biyani, et al., 2003, Antihyperglicemic Effects of Three Extracts from Momordica charantia, Journal of Ethnopharmacology 88, pp.107-111 Bjerregaard, S., Soderberg, I., Vermehren, C., Frokjaer, S., 1999, Formulation and Evaluation of Release and Swelling Mechanism of A Water-In-Oil Emulsion Using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics 193, 1-11, Elsevier Science B.V Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd Ed., 84-85, 308-337, 533-545, Marcel Dekker Inc., New York Buchmann, 2001, Main Cosmetic Vehicles, in Barel, A. O., Paye, M., and Maibach, H., I., Handbook of Cosmetic Science and Technology, 145167, Marcel Dekker, Inc., New York Chopra, R.N., Nayar, S.L., and Chopra, I.C., 1956, Glossary of Indian Medicinal Plants, Publication and Information Directorate, Council of Scientific and Industrial Research, New Delhi Daigger, 2009, IKA® Ultra-Turrax® T-50 Homogenizer, http://images.daigger.com/view/1/daigger/productimages/noimage.gif/2/ daigger/product-images/7881a.jpg, diakses tanggal 5 November 2009 Davis, S.S., Hadgraft, J., Palin, J.K., 1985, Medical and Pharmaceutical Applications of Emulsions, In: Becher, P. (Ed.), Encyclopedia of Emulsion Technology, vol. 2, 159-258, Marcel Dekker , New York Eccleston, G.M., 2007, Emulsions and Microemulsions, In: James, S., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Third Edition Volume 3, 1555, 1560-1561, Informa Healthcare USA, Inc., USA Gislene, et al., 2000, Antibacterial Activity of Plant Extracts and Phytochemicals on Antibiotic Resistant Bacteria. Brazilian Journal of Microbiology. 31:(4): 20-33 Greenberg, L. A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience Publishers, Inc., New York
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
74
Gunn C. dan Carter S.J., 1975, Dispensing for Pharmaceutical Student, revised by Gunn and Carter, 11th Edition, 71-72, Pitman Medical and Scientific Publishing Co, Ltd, London Gurbuz, I., Bilge, 2000, Anti-ulcerogenic Effect of Momordica charantia L. fruits on various ulcer models in rats, Journal of Ethnopharmacology 71: 77-82 Jackson H, Jones AR., 1972, The Effect of Steroids and Their Antagonis on Spermatogenesis. Dalam: Advances in Steroids Biochemistly and Pharmacology, 167, Briggs MH and Christie GA. Academic Press Inc, London Kress, H., 1997, Momordica charantia L., http://www.henriettesherbal.com/pictures/p09/pages/momordicacharantia-1.htm, diakses tanggal 29 Oktober 2009 Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri 2, Edisi ketiga, 1029-1129, Universitas Indonesia Press, Jakarta Li, S. F., Lin, S. S., Daggy, B. P., Mirchandani, H. L., Chien, Y. W., 2002, Effect of HPMC and Carbopol on the release and floating properties of Gastric Floating Drug Delivery System using Factorial Design, International Journal of Pharmaceutics 253, 13-22, Elsevier Science B.V. Lieberman, H.A., Pharmaceutical Dosage Forms: Dysperse Systems Vol 1, 1996, 55, Marcel Dekker Inc., New York Liu, W. K., S. F. Sze, and H. W. Yeung, 1993, Action of ά-Momorcharin, a Ribosoma Inactivating Protein, on Cultured Tumor Cell Lines, Gen. Pharmac, 25 (4), 75-77 Manitto, P., 1981, Biosintesis Produk Alam, a.b. Koensoemardyah, IKIP Semarang, Semarang Martin A., Swarbick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd Ed, 522537, 1077-1119, Lea & Febiger, Philadelphia Mollet, H., and Grubenmann, A., 2001, Formulation Technology: Emulsions, Suspensions, Solid Forms, 64, 84, 89, WILEY-VCH Verlag GmbH Ng TB, Wong CM, Li WW, et al., Insulin like molecules in Momordica charantia seeds, 1986, J Ethnopharmacol, 15: 107-17 Nielloud, F., dan Mestres, G.M., 2000, Pharmaceutical Emulsions and Suspensions, 2-11, 561, 590, Marcel Dekker Inc., New York
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
75
Nienow, A. W., Harnby, N., Edwards, M. F., 1997, Mixing in the Process Industries : Second Edition, 6, 8, Butterworth_Heinemann, London Okabe H, Miyahara Y, Yamauchi T, Miyahara K, Kawasaki T., 1980, Studies on the Constituents of Momordica charantia L. Isolation and Characterization of Momordicoside A and B, Glycosides of a Pentahydroxy Cucurbitane Triterpen, 28, 2753, Chem. Pharm. Bull Parkinson, C., Sherman, P., 1972, Phase Inversion Temperature As an Accelerated Method for Evaluating Emulsion Stability, 41, 327-330, J., Coll., interf., Sci Parrott, E.I., 1971, Pharmaceutical Technology and Fundamental Pharmaceutics, 3rd Edition, 165, Burgess Publishing Company, Easton, Minnepolis Patil, M., 2009, Properties of Coconut Oil, http://www.organicfacts.net/organicoils/organic-coconut-oil/properties-of-coconut-oil.html, diakses tanggal 13 November 2009 Pardesen, 2005, In vitro skin permeation and retention of parabens from cosmetic formulations, www.googlescholar.com, diakses tanggal 30 September 2009 Paul EL., Atiemo VA., Kresta SM., 2004, Handbook Of Industrial Mixing Science And Practice, 347-358, A John Wiley & Sons, Inc., Publication, USA Philip, H., 2004, The HLB System, http://www.lotioncrafter.com/pdf/The_HLB_System.pdf, diakses tanggal 28 Oktober 2009 Prinderre, P., Piccerelle, Ph., Cauture, E., Kalantzis, G., Reynier, J.P., Joachim, J., 1998, Formulation and Evaluation of O/W Emulsion Using Experimental Design, International Journal of Pharmaceutics 163 (1998), 73-79 Reynold and James, 1996, Martindale The Extra Pharmacopoeia, 31st Edition, 1346, The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London, England Rita, W. S., Suirta, I. W., Sabikin, A., 2008, Isolasi dan Identifikasi Senyawa yang Berpotensi Sebagai Antitumor Pada Daging Buah Pare (Momordica charantia L.), Jurnal Kimia, 2(1), 1-6 Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C., 2006, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, 301, 466, 744, Pharmaceutical Press, London
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
76
Saribulan, 1993, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Pare (Momordica charantia Linn.) Terhadap Mencit, http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/pt/bu ku09.pdf, diakses tanggal 10 September 2008 Sheth, B.B., and Bandelin, F.J., 1992, Equipment Selection and Evaluation in Swarbick James and Boyland James, C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Vol. 5, 285-288, Marcel Dekker Inc., New York Shilhavy, Brian, 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Tradition, Inc: Phillipines Shinoda K., and Arai, H., 1964, The Correlation Between Phase Inversion Temperature In Emulsion and Cloud Point in Solution of Nonionic Emulsifier, J.Phys. Chem., 68, 3485 Smolinske, S.C., 1992, Handbook of Food, Drug and Cosmetic Excipients, 199, 251-257, CRC Press, USA Sutyarso. 1992, Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Fertilitas Mencit Jantan Mus musculus L. Strain LMR., Tesis, 123, Fak. Pasca-sarjana Universitas Indonesia, Bidang Ilmu Kedokteran Dasar, Jakarta Taylor, L., 2002, Herbal Secrets of The Rainforest, 2nd edition, Sage Press, Inc., California Teoh, S.L., Latiff, A.A., Das, S., 2008, The Effect of Topical Extract of Momordica charantia (Bitter Gourd) on Wound Healing in Nondiabetic Rats and in Rats With Diabetes Induced by Steptozotocin, Journal Compilation British Association of Dermatologis 34: 815-816 Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 11-15, 398, 407, 411-424, 434, 442-444, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Wagtech, 2009, Stirrer Overhead, http://www.wagtech.co.uk/assets/P%20305.pdf, Oktober 2009
diakses
tanggal
20
Williams JF, Ng NO., Vaiiation within Momordica charantia L. The Bitter Gourd (cucurbitaceae), 1971, 6, 111, Ann. Bogoriensis
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant
77
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
78
Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Buah Pare dari PT. Javaplant
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
79
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
80
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
81
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Ekstrak Buah Pare Dosis ekstrak buah pare 750 mg/kgBB/hari untuk mencit (Sutaryoso,1992). Konversi dosis untuk manusia (70 kg): Nilai konversi dari mencit 20 gram ke manusia 70 kg = 387,9 (750 mg/1000 g) x 20 g x 387,9 = 5818,5 mg / 70kg BB manusia = 83,1214 mg / kg BB manusia / hari x 50 kg BB = 4,16 g / hari 1 sendok makan = 15 ml Dosis pemakaian sehari 1 kali minum berarti = 4,16 g / 15 ml Bila sehari 2 kali minum berarti = 4,16 g / 30 g Æ27,73 g / 200 g = 28 g / 200g
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
82
Lampiran 4. Perhitungan Bahan 1. Pembuatan sukrosa 50% b/v 50 100
X 200 ml = 100 g sukrosa dalam 200 ml.
2. Perhitungan HLB HLB Span 80 = 4,3 HLB Tween 80 = 15 Dalam 200 g emulsi ekstrak daging buah pare (Momordica charantia L.) mengandung 30 g emulgator. RHLB yang diinginkan 6, maka perhitungan komposisi Span 80 dan Tween 80: (massa campuran x RHLB) = (massa Span 80 x HLB Span 80) + (massa Tween 80 x HLB Tween 80) (30 x 6) = (a x 4,3) + ((30-a) x 15) 180 = 4,3a – 15a + 450 10,7a = 270 a = 25,2 g Æ jumlah Span 80 Jumlah Tween 80 = 30 – 25,2 = 4,8 g
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Data Penimbangan Bahan Ekstrak etanol buah pare
28 g
Aquadest
20 g
Gliserin
15,8 g
Virgin Coconut Oil (VCO)
96 g
Span 80
25,2 g
Tween 80
4,8 g
Sukrosa 50% b/v
10 g
Nipagin
0,2 g
83
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial 1. Notasi Formula (1) a b ab
Faktor A -1 +1 -1 +1
Faktor B -1 -1 +1 +1
Interaksi +1 -1 -1 +1
Keterangan= Level tinggi : + Level rendah: Faktor A: Lama Pencampuran Faktor B: Suhu Pencampuran 2. Percobaan Desain Faktorial Formula Lama Pencampuran (menit) Suhu Pencampuran (ºC) (1) a b ab
5 15 5 15
35 35 50 50
84
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
85
Lampiran 6. Data Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Emulsi Ekstrak Buah Pare 1. Ukuran Droplet dan Pergeseran Ukuran Droplet Data ukuran droplet: 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 1 bulan penyimpanan, dan pergeseran ukuran droplet dari setelah 1 bulan penyimpanan. Formula (1) Formula (1) Replikasi 1 2 3 X SD
24 jam 24,180 23,600 18,660 22,147 3,033
Ukuran Droplet (µm) 15 21 7 hari hari hari 20,823 21,297 34,980 23,533 24,291 33,922 29,244 29,025 36,950 24,533 24,871 35,284 4,299 3,987 1,537
1 bulan 29,327 33,689 33,922 32,313 2,588
Pergeseran Ukuran Droplet (%) 21,286 42,750 81,790 48,609 30,674
Formula a Formula a Replikasi 1 2 3 X SD
24 jam 22,375 23,091 20,542 22,003 1,315
Ukuran Droplet (µm) 15 21 7 hari hari hari 20,987 25,642 32,211 21,582 32,008 39,394 20,214 26,692 29,032 20,928 28,114 33,546 0,686 3,413 5,308
1 bulan 40,300 42,478 30,860 37,879 6,176
Ukuran Droplet (µm) 15 21 7 hari hari hari 18,323 25,133 25,677 27,613 29,257 30,906 22,146 26,979 30,350 22,694 27,123 28,978 4,669 2,066 2,872
1 bulan 33,135 39,045 37,744 36,641 3,105
Pergeseran Ukuran Droplet (%) 80,112 83,959 50,229 71,433 18,464
Formula b Formula b Replikasi 1 2 3 X SD
24 jam 20,947 22,606 19,000 20,851 1,805
Pergeseran Ukuran Droplet (%) 58,185 72,720 98,653 76,519 20,500
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Formula ab Formula ab Replikasi 1 2 3 X SD
24 jam 24,450 21,383 21,500 22,44 1,738
Ukuran Droplet (µm) 15 21 7 hari hari hari 16,794 30,200 29,667 21,560 29,944 30,343 26,950 29,733 32,133 21,768 29,959 30,714 5,081 0,234 1,274
1 bulan 35,950 37,500 37,433 36,961 0,876
Pergeseran Ukuran Droplet (%) 47,035 75,373 74,107 65,505 16,008
2. Viskositas Data viskositas : 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan. Formula (1) Viskositas (dpas) Formula (1) Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 1 1 1,2 1,2 1,2 2 1 1 1,2 1 1 3 1 1,1 1,2 1,1 1,2 X ± SD 1±0 1±0,1 1,2±0 1,1±0,1 1,1±0,1 Formula a Viskositas (dpas) Formula a Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 1,3 1 1,2 1,1 1,1 2 0,9 1 1,2 1 1 3 1 1 1 1,1 1,4 X ± SD 1,1±0,2 1±0 1,1±0,1 1,1±0,1 1,2±0,2 Formula b Viskositas (dpas) Formula b Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 0,9 0,9 1 1,1 1 2 1 1 1,1 1,1 1,3 3 1 1 1 1,1 1,3 X ± SD 1±0,1 1±0,1 1±0,1 1,1±0 1,2±0,2
86
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
87
Formula ab Viskositas (dpas) Formula ab Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 1 1 1,2 1,1 1 2 1 1 1 1,1 1,2 3 1 1 1 1,1 1,4 X ± SD 1±0 1±0 1,1±0,1 1,1±0 1,2±0,2 3. Indeks Creaming Data indeks creaming: 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan. Formula (1) Indeks Creaming (%) Formula (1) Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 34,1 33,2 33,2 33,2 33,2 2 35,5 32,5 32,5 32,5 32,0 3 34,5 32,5 32,5 32,5 32,5 X ± SD 34,7±0,7 32,7±0,4 32,7±0,4 32,7±0,4 32,6±0,6 Percobaan a Indeks Creaming (%) Formula a Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 32,7 31,8 31,8 31,8 31,8 2 34,0 33,0 33,0 33,0 32,0 3 33,5 32,5 32,5 32,5 31,5 X ± SD 33,4±0,6 32,4±0,6 32,4±0,6 32,4±0,6 31,8±0,3 Formula b Indeks Creaming (%) Formula b Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 34,5 31,8 31,8 31,8 30,9 2 34,0 32,0 32,0 31,0 31,0 3 33,0 31,0 31,0 31,0 31,0 X ± SD 33,8±0,8 31,6±0,5 31,6±0,5 31,3±0,5 31±0,1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Formula ab Indeks Creaming (%) Formula ab Replikasi 24 jam 7 hari 15 hari 21 hari 1 bulan 1 33,6 32,7 32,7 32,7 32,7 2 35,0 33,0 33,0 33,0 33,0 3 34,0 33,0 32,0 32,0 32,0 X ± SD 34,2±0,7 32,9±0,2 32,6±0,5 32,6±0,5 32,6±0,5
88
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
89
Lampiran 7. Data Hasil Analisis Menggunakan SPSS 13 1. Analisis Statistik Data Ukuran Droplet Menggunakan SPSS 13 Formula (1) a. Replikasi 1
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
F1rep1.24jam
F1rep1.7hari
F1rep1.15hari
F1rep1.21hari
F1rep1.1bulan
500
500
500
500
500
2
2
2
2
2
16.106
14.263
14.334
23.146
19.572
.2589
.2089
.2413
.3663
.3341
15.127(a)
13.385(a)
13.174(a)
22.124(a)
17.611(a)
15.3
11.1
11.1
18.1
16.7
Std. Deviation
5.7881
4.6708
5.3964
8.1906
7.4712
Variance
33.502
21.816
29.121
67.087
55.819
.930
.881
1.226
.497
1.580
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
.814
1.342
1.769
-.320
2.907
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
30.2
34.7
30.5
43.1
44.5
Minimum
7.0
4.2
5.6
8.3
8.3
Maximum
37.2
38.9
36.1
51.4
52.8
Sum Percentiles
8053.1
7131.3
7167.0
11572.8
9786.1
10
9.471(b)
8.879(b)
8.615(b)
12.931(b)
12.308(b)
20
10.890
9.945
9.846
15.608
13.760
25
11.609
10.622
10.369
16.933
14.414
30
12.600
11.187
10.891
17.994
15.056
40
13.975
12.351
11.975
19.733
16.295
50
15.127
13.385
13.174
22.124
17.611
60
16.567
14.368
14.535
24.741
19.011
70
18.525
16.066
16.177
27.000
21.325
75
19.567
16.918
17.250
28.680
22.796
80
20.386
18.009
18.459
30.495
24.300
21.297
34.980
29.327
90
24.180 20.823 a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
90
b. Replikasi 2
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
F1rep2.24jam 500
F1rep2.7hari 500
F1rep2.15hari 500
F1rep2.21hari 500
F1rep2.1bulan 500
2
2
2
2
2
16.414
15.188
15.857
21.613
21.433
.2386
.2558
.2901
.3739
.3795
15.591(a)
13.833(a)
14.220(a)
19.158(a)
18.622(a)
13.9
11.1
11.1
15.3
13.9
Std. Deviation
5.3361
5.7188
6.4872
8.3606
8.4859
Variance
28.474
32.705
42.084
69.899
72.010
.935
.941
1.298
1.103
1.280
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
.920
.479
1.624
.597
1.455
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
30.6
29.2
34.7
38.9
45.9
Minimum
6.9
6.9
5.6
9.7
9.7
Maximum
37.5
36.1
40.3
48.6
55.6
Sum Percentiles
8207.0
7594.0
7928.7
10806.5
10716.3
10
10.278(b)
8.882(b)
9.240(b)
13.084(b)
13.042(b)
20
11.820
10.170
10.663
14.671
14.442
25
12.500
10.744
11.257
15.312
15.073
30
12.851
11.130
11.779
15.921
15.551
40
13.952
12.500
12.895
17.273
17.235
50
15.591
13.833
14.220
19.158
18.622
60
16.986
15.381
15.814
21.190
20.949
70
18.462
17.625
17.659
24.395
24.341
75
19.285
18.782
18.788
26.107
26.107
80
20.207
19.944
20.310
28.333
27.676
90
23.600
23.533
24.291
33.922
33.689
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
91
c. Replikasi 3
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
F1rep3.24jam 500
F1rep3.7hari 500
F1rep3.15hari 500
F1.rep3.21hari 500
F1.rep3.1bulan 500
2
2
2
2
2
13.878
19.548
19.043
24.145
22.494
.1524
.3126
.3000
.3940
.3682
13.371(a)
18.760(a)
17.530(a)
22.696(a)
21.020(a)
12.5
15.3
12.5
18.1
13.9
Std. Deviation
3.4071
6.9906
6.7074
8.8098
8.2325
Variance
11.608
48.868
44.989
77.613
67.775
.856
.394
.811
.612
.733
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
1.058
-.484
.016
-.419
-.056
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
22.3
33.4
33.4
40.3
38.9
Minimum
6.9
6.9
6.9
9.7
9.7
Maximum
29.2
40.3
40.3
50.0
48.6
Sum Percentiles
6938.9
9774.2
9521.3
12072.4
11246.8
10
9.882(b)
10.838(b)
11.592(b)
13.920(b)
13.032(b)
20
10.950
13.060
13.057
15.600
14.682
25
11.382
14.042
13.737
16.900
15.856
30
11.773
14.928
14.448
18.025
16.759
40
12.557
16.760
15.938
19.806
18.729
50
13.371
18.760
17.530
22.696
21.020
60
14.255
21.014
19.075
25.158
23.296
70
15.270
23.623
22.009
28.459
26.429
75
15.965
24.752
23.408
30.694
27.956
80
16.672
25.867
24.956
32.540
29.600
90
18.660
29.244
29.025
36.950
33.922
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
92
Formula a a. Replikasi 1
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fa_rep1_24jam
Fa_rep1_7hari
Fa_rep1_15hari
Fa_rep1_21hari
500
500
500
500
Fa_rep1_1bulan 500
2
2
2
2
2
15.996
14.120
15.963
19.571
24.708
.2325
.2170
.2877
.3946
.4614
15.138(a)
12.953(a)
14.460(a)
16.786(a)
22.145(a)
13.2
9.7
9.7
13.9
13.9
Std. Deviation
5.1981
4.8514
6.4342
8.8233
10.3178
Variance
27.020
23.536
41.399
77.851
106.457
1.294
.988
1.125
1.253
.690
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
2.747
.928
1.001
1.129
-.487
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
32.6
29.1
34.8
43.1
43.1
Minimum
7.0
5.6
6.9
8.3
8.3
Maximum
39.6
34.7
41.7
51.4
51.4
Sum Percentiles
7998.0
7060.2
7981.6
9785.3
12354.0
10
10.133(b)
8.767(b)
9.171(b)
10.828(b)
13.200(b)
20
12.000
9.757
10.400
12.542
15.023
25
12.344
9.974
10.956
13.249
16.068
30
12.914
11.078
11.593
13.952
17.316
40
13.989
12.279
12.957
15.261
19.630
50
15.138
12.953
14.460
16.786
22.145
60
16.233
13.979
16.203
18.781
25.286
70
17.983
15.843
18.121
21.533
29.638
75
18.588
16.683
19.169
23.800
31.900
80
19.491
17.806
20.538
26.750
34.389
90
22.375
20.987
25.642
32.211
40.300
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
93
b. Replikasi 2
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median
Fa_rep2_24jam 500
Fa_rep2_7hari 500
Fa_rep2_15hari 500
Fa_rep2_21hari 500
Fa_rep2_1bulan 500
2
2
2
2
2
15.354
14.716
20.576
23.996
25.307
.2570
.2227
.3398
.4384
.4977
14.087(a)
13.761(a)
19.270(a)
22.044(a)
22.412(a)
Mode
11.1(b)
12.5
13.9
15.3
13.9
Std. Deviation
5.7463
4.9804
7.5989
9.8038
11.1296
Variance
33.020
24.804
57.743
96.115
123.869
1.228
.997
.487
.729
.528
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
2.001
1.180
-.610
-.340
-.999
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
34.7
30.5
36.2
43.1
43.1
Minimum
5.6
5.6
6.9
8.3
8.3
Maximum
40.3
36.1
43.1
51.4
51.4
Sum Percentiles
7677.2
7358.2
10287.8
11998.2
12653.4
10
9.133(c)
9.083(c)
11.473(c)
13.141(c)
13.019(c)
20
10.542
10.394
13.505
15.136
14.292
25
11.163
10.982
14.423
16.018
15.456
30
11.788
11.559
15.364
16.961
16.548
40
12.831
12.692
17.400
19.140
18.761
50
14.087
13.761
19.270
22.044
22.412
60
15.447
15.049
21.312
24.664
26.575
70
17.046
16.634
24.664
27.890
32.094
75
18.344
17.661
26.108
30.425
34.250
80
19.359
18.750
27.591
32.962
37.013
90
23.091
21.582
32.008
39.394
42.478
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
94
c. Replikasi 3
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fa_rep3_24jam 500
Fa_rep3_7hari 500
Fa_rep3_15hari 500
Fa_rep3_21hari 500
Fa_rep3_1bulan 500
2
2
2
2
2
15.225
14.179
17.851
20.540
20.790
.1750
.2104
.2556
.2684
.3211
14.969(a)
13.408(a)
16.751(a)
19.500(a)
19.169(a)
15.3
11.1
13.9
15.3
13.9
Std. Deviation
3.9136
4.7044
5.7149
6.0008
7.1792
Variance
15.316
22.132
32.660
36.009
51.540
.360
1.439
.839
.994
1.040
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
-.303
4.033
.032
.886
1.019
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
19.5
34.8
26.4
36.1
40.3
Minimum
6.9
6.9
8.3
11.1
9.7
Maximum
26.4
41.7
34.7
47.2
50.0
Sum Percentiles
7612.5
7089.7
8925.5
10269.8
10394.9
10
10.133(b)
9.021(b)
11.485(b)
13.914(b)
12.597(b)
20
11.544
9.932
12.737
15.273
14.570
25
12.217
10.494
13.302
15.922
15.321
30
12.850
11.173
13.866
16.570
15.989
40
14.023
12.210
15.146
18.040
17.713
50
14.969
13.408
16.751
19.500
19.169
60
16.017
14.663
18.395
20.971
21.200
70
17.237
15.627
20.014
22.645
23.356
75
17.944
16.567
21.033
23.730
24.762
80
18.690
17.606
22.389
25.033
26.367
90
20.542
20.214
26.692
29.032
30.860
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
95
Formula b a. Replikasi 1
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fb_rep1_24jam
Fb_rep1_7hari
Fb_rep1_15hari
Fb_rep1_21hari
500
500
500
500
Fb_rep1_1bulan 500
2
2
2
2
2
14.153
12.457
16.009
17.750
21.278
.2292
.1873
.2870
.2488
.3599
13.575(a)
11.800(a)
14.083(a)
16.385(a)
19.083(a)
12.5
9.7
11.1
13.9
16.7
Std. Deviation
5.1244
4.1888
6.4175
5.5637
8.0469
Variance
26.259
17.546
41.184
30.955
64.752
1.099
.996
1.249
1.415
1.261
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
2.033
1.078
1.503
2.701
1.195
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
34.7
25.0
38.9
36.1
40.3
Minimum
4.2
5.6
6.9
9.7
8.3
Maximum
38.9
30.6
45.8
45.8
48.6
Sum Percentiles
7076.3
6228.7
8004.3
8875.1
10639.0
10
8.311(b)
8.060(b)
9.678(b)
12.038(b)
13.208(b)
20
9.738
8.522
10.827
13.210
14.737
25
11.002
9.289
11.338
13.717
15.385
30
11.115
9.708
11.795
14.222
15.867
40
12.441
10.506
12.788
15.229
17.528
50
13.575
11.800
14.083
16.385
19.083
60
14.550
12.739
15.848
17.743
20.779
70
15.488
13.934
18.272
19.304
23.106
75
16.709
14.279
19.473
20.104
25.130
80
18.007
15.632
20.764
21.733
26.840
90
20.947
18.323
25.133
25.677
33.135
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
96
b. Replikasi 2
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fb_rep2_24jam 500
Fb_rep2_7hari 500
Fb_rep2_15hari 500
Fb_rep2_21hari 500
Fb_rep2_1bulan 500
2
2
2
2
2
15.385
16.630
19.497
20.204
26.086
.2296
.3098
.2927
.3387
.4161
14.410(a)
14.491(a)
18.488(a)
18.154(a)
25.075(a)
12.5
13.9
13.9(b)
13.9
20.8
Std. Deviation
5.1330
6.9271
6.5447
7.5726
9.3043
Variance
26.348
47.985
42.833
57.344
86.570
.882
1.148
.635
1.545
.391
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
.666
.737
-.107
2.430
-.642
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
27.8
33.3
32.0
38.9
43.1
Minimum
6.9
5.6
6.9
9.7
6.9
Maximum
34.7
38.9
38.9
48.6
50.0
Sum Percentiles
7692.6
8315.1
9748.6
10101.8
13043.2
10
9.491(c)
9.624(c)
11.778(c)
12.952(c)
14.536(c)
20
11.070
11.018
13.658
14.319
16.907
25
11.629
11.655
14.448
14.917
18.360
30
12.180
12.286
15.209
15.529
19.770
40
13.253
13.367
16.801
16.808
22.173
50
14.410
14.491
18.488
18.154
25.075
60
15.777
15.970
20.361
19.532
27.909
70
17.429
18.632
22.560
21.600
31.436
75
18.368
20.262
23.560
23.304
33.283
80
19.581
22.124
24.800
24.841
34.736
90
22.606
27.613
29.257
30.906
39.045
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
97
c. Replikasi 3
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fb_rep3_24jam 500
Fb_rep3_7hari 500
Fb_rep3_15hari 500
Fb_rep3_21hari 500
Fbv_rep3_1bulan 500
2
2
2
2
2
13.643
15.288
18.784
20.082
22.388
.1747
.2140
.2575
.3090
.4250
12.994(a)
14.374(a)
17.686(a)
18.212(a)
20.215(a)
12.5
12.5
15.3
18.1
15.3
Std. Deviation
3.9072
4.7847
5.7580
6.9088
9.5040
Variance
15.266
22.893
33.154
47.732
90.327
1.254
.916
.825
.873
.838
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
2.445
.665
.314
.075
-.059
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
23.7
25.0
30.6
33.4
41.7
Minimum
6.9
6.9
8.3
8.3
8.3
Maximum
30.6
31.9
38.9
41.7
50.0
Sum Percentiles
6821.5
7644.2
9391.9
10041.1
11194.1
10
9.233(b)
9.927(b)
12.330(b)
12.627(b)
12.002(b)
20
10.295
11.228
13.763
14.036
14.020
25
10.752
11.763
14.383
14.716
14.873
30
11.207
12.297
14.986
15.399
15.527
40
12.099
13.310
16.287
16.811
17.694
50
12.994
14.374
17.686
18.212
20.215
60
13.891
15.615
19.149
20.050
22.900
70
14.974
17.211
21.148
23.097
26.365
75
15.654
18.034
22.350
24.650
28.051
80
16.541
18.887
23.600
26.157
30.050
90
19.000
22.146
26.979
30.350
37.744
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
98
Formula ab a. Replikasi 1
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fab_rep1_24jam
Fab_rep1_7hari
Fab_rep1_15hari
Fab_rep1_21hari
Fab_rep1_1bulan
500
500
500
500
500
2
2
2
2
2
16.000
12.055
18.061
18.875
22.066
.2793
.1752
.3657
.3424
.3969
15.095(a)
11.213(a)
15.641(a)
16.735(a)
19.346(a)
13.9
9.7
11.1
13.9
13.9(b)
Std. Deviation
6.2448
3.9172
8.1766
7.6565
8.8738
Variance
38.997
15.344
66.856
58.622
78.745
.952
1.516
1.216
1.352
.913
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
1.201
2.954
1.233
1.726
.011
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
40.8
22.3
44.5
37.5
38.9
Minimum
5.0
6.9
6.9
8.3
9.7
Maximum
45.8
29.2
51.4
45.8
48.6
Sum Percentiles
7999.9
6027.3
9030.3
9437.3
11032.8
10
9.105(c)
7.957(c)
9.877(c)
11.298(c)
12.836(c)
20
11.031
8.894
11.327
12.656
14.490
25
11.209
9.285
11.993
13.166
15.176
30
12.143
9.677
12.670
13.919
15.917
40
13.335
10.434
14.096
15.130
17.551
50
15.095
11.213
15.641
16.735
19.346
60
16.505
12.152
17.090
18.577
21.743
70
18.367
13.229
20.600
21.128
25.661
75
20.067
13.807
22.480
22.267
27.573
80
20.842
14.584
24.456
24.090
29.846
90
24.450
16.794
30.200
29.667
35.950
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
99
b. Replikasi 2
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fab_rep2_24jam 500
Fab_rep2_7hari 500
Fab_rep2_15hari 500
Fab_rep2_21hari 500
Fab_rep2_1bulan 500
2
2
2
2
2
14.671
15.227
20.085
19.463
24.332
.1993
.2067
.3188
.3271
.4062
13.986(a)
14.700(a)
19.124(a)
17.577(a)
22.956(a)
13.9
15.3
19.4
15.3
15.3(b)
Std. Deviation
4.4567
4.6222
7.1281
7.3136
9.0836
Variance
19.862
21.365
50.809
53.489
82.513
.673
.662
.595
1.451
.530
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
.051
.199
-.041
2.582
-.493
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
25.0
22.3
37.5
47.3
40.3
Minimum
6.9
6.9
6.9
8.3
8.3
Maximum
31.9
29.2
44.4
55.6
48.6
Sum Percentiles
7335.3
7613.4
10042.7
9731.6
12166.2
10
9.401(c)
9.613(c)
11.427(c)
12.128(c)
13.443(c)
20
10.697
11.188
13.536
13.617
15.675
25
11.278
11.813
14.520
14.275
17.023
30
11.833
12.438
15.514
14.900
18.517
40
12.924
13.581
17.071
16.158
20.487
50
13.986
14.700
19.124
17.577
22.956
60
15.063
15.865
21.046
19.200
25.504
70
16.426
17.192
23.437
21.240
28.582
75
17.423
17.962
24.696
22.717
30.881
80
18.577
18.861
26.400
24.395
32.695
90
21.383
21.560
29.944
30.343
37.500
a Calculated from grouped data. b Multiple modes exist. The smallest value is shown c Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
100
c. Replikasi 3
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
Fab_rep3_24jam 500
Fab_rep3_7hari 500
Fab_rep3_15hari 500
Fab_rep3_21hari 500
Fab_rep3_1bulan 500
2
2
2
2
2
14.326
17.386
18.848
20.422
22.555
.2166
.2798
.3259
.3659
.4321
13.388(a)
15.969(a)
16.971(a)
18.202(a)
20.020(a)
9.7
12.5
13.9
13.9
13.9
Std. Deviation
4.8430
6.2567
7.2878
8.1812
9.6626
Variance
23.454
39.147
53.112
66.933
93.365
.665
.876
1.095
1.104
.761
.109
.109
.109
.109
.109
Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis
-.302
.287
.866
.784
-.353
Std. Error of Kurtosis
.218
.218
.218
.218
.218
Range
22.3
34.8
38.9
40.3
41.7
Minimum
6.9
6.9
6.9
8.3
8.3
Maximum
29.2
41.7
45.8
48.6
50.0
Sum Percentiles
7163.2
8692.8
9424.2
10210.8
11277.5
10
8.671(b)
10.445(b)
11.135(b)
11.917(b)
11.875(b)
20
9.852
11.962
12.822
13.521
13.843
25
10.395
12.620
13.522
14.254
14.755
30
10.937
13.218
14.188
14.991
15.724
40
12.100
14.502
15.475
16.436
17.900
50
13.388
15.969
16.971
18.202
20.020
60
14.886
17.639
18.773
20.143
22.826
70
16.700
19.704
20.800
23.304
26.794
75
17.761
21.256
22.467
24.762
29.060
80
18.626
22.813
24.580
26.659
31.536
90
21.500
26.950
29.733
32.133
37.433
a Calculated from grouped data. b Percentiles are calculated from grouped data.
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
101
2. Uji Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .297 60 .000 .094 60 .200* .113 60 .053
VAR00001 VAR00002 VAR00003
Statistic .834 .966 .956
Shapiro-Wilk df 60 60 60
Sig. .000 .089 .032
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction VAR00001. Viskositas VAR00002. Ukuran Droplet VAR00003. Indeks Creaming
3. Uji Statistik untuk mengetahui signifikansi faktor selama penyimpanan a. Ukuran Droplet (Repeated Measures Anova) Formula (1) Within-Subjects Factors waktu 1 2 3 4 5
Dependent Variable F1_24jam F1_7hari F1_15hari F1_21hari F1_1bulan
Estimates
waktu 1 2 3 4 5
Std. Mean Error 22.147 1.751 24.533 2.482 24.871 2.250 35.284 .887 32.313 1.494
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 14.611 29.682 13.855 35.212 15.192 34.550 31.467 39.101 25.883 38.742
Pairwise Comparisons (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
1
2 3 4 5
-2.387 -2.724 -13.137(*) -10.166
4.207 3.957 2.580 2.920
.628 .562 .036 .074
a
95% Confidence Interval for Differencea Lower Upper Bound Bound -20.489 15.716 -19.751 14.302 -24.238 -2.036 -22.731 2.399
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments)
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
102
Multivariate Tests Value
Hypothesis df 2.000 2.000
F
Error df
Sig.
Pillai's trace .854 2.921(a) 1.000 .382 Wilks' lambda .146 2.921(a) 1.000 .382 Hotelling's 5.842 2.921(a) 2.000 1.000 .382 trace Roy's largest 5.842 2.921(a) 2.000 1.000 .382 root Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a . Exact statistic Formula a Within-Subjects Factors waktu 1 2 3 4 5
Dependent Variable Fa_24jam Fa_7hari Fa_15hari Fa_21hari Fa_1bulan
Estimates
waktu 1 2 3 4 5
Std. Mean Error 22.003 .759 20.928 .396 28.114 1.970 33.546 3.065 37.879 3.566
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 18.737 25.268 19.224 22.632 19.636 36.592 20.359 46.732 22.538 53.221
Pairwise Comparisons (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.a
1
2 3 4 5
1.075 -6.111 -11.543(*) -15.877(*)
.375 1.631 2.412 2.811
.103 .064 .041 .030
95% Confidence Interval for Differencea Lower Upper Bound Bound -.539 2.689 -13.130 .907 -21.919 -1.167 -27.972 -3.781
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
103
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's trace .912 5.160(a) 2.000 1.000 .297 Wilks' lambda .088 5.160(a) 2.000 1.000 .297 Hotelling's trace 10.320 5.160(a) 2.000 1.000 .297 Roy's largest root 10.320 5.160(a) 2.000 1.000 .297 Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a . Exact statistic
Formula b Estimates
Within-Subjects Factors Dependent waktu Variable 1 Fb_24jam 2 Fb_7hari 3 Fb_15hari 4 Fb_21hari 5 Fb_1bulan
waktu 1 2 3 4 5
Mean 20.851 22.694 27.123 28.978 36.641
Std. Error 1.042 2.696 1.193 1.658 1.793
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 16.367 25.335 11.095 34.293 21.991 32.255 21.843 36.112 28.927 44.356
Pairwise Comparisons (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.a
1
2 3 4 5
-1.843 -6.272(*) -8.127 -15.790(*)
2.297 1.111 1.913 1.920
.507 .030 .051 .014
95% Confidence Interval for Differencea Lower Upper Bound Bound -11.727 8.041 -11.053 -1.491 -16.358 .104 -24.052 -7.529
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
104
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's trace .976 20.269(a) 2.000 1.000 .155 Wilks' lambda .024 20.269(a) 2.000 1.000 .155 Hotelling's trace 40.538 20.269(a) 2.000 1.000 .155 Roy's largest root 40.538 20.269(a) 2.000 1.000 .155 Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a . Exact statistic
Formula ab Estimates
Within-Subjects Factors Dependent waktu Variable 1 Fab_24jam 2 Fab_7hari 3 Fab_15hari 4 Fab_21hari 5 Fab_1bulan
waktu 1 2 3 4 5
Mean 22.444 21.768 29.959 30.714 36.961
Std. Error 1.003 2.934 .135 .736 .506
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 18.127 26.762 9.146 34.390 29.378 30.540 27.549 33.880 34.784 39.138
Pairwise Comparisons (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.a
1
2 3 4 5
.676 -7.515(*) -8.270(*) -14.517(*)
3.807 .887 1.601 1.509
.875 .014 .035 .011
95% Confidence Interval for Differencea Lower Upper Bound Bound -15.705 17.058 -11.333 -3.696 -15.159 -1.381 -21.011 -8.023
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the .05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
105
Multivariate Tests Value F Hypothesis df Error df Sig. Pillai's trace .993 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Wilks' lambda .007 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Hotelling's trace 151.534 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Roy's largest root 151.534 75.767(a) 2.000 1.000 .081 Each F tests the multivariate effect of waktu. These tests are based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. a . Exact statistic b. Viskositas Formula (1) Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi8.651 Square df 4 Asymp. .070 Sig.
F1_24jam F1_7hari F1_15hari F1_21hari F1_1bulan
Mean Rank 1.67 2.17 4.50 3.00 3.67
Wilcoxon Signed Ranks Test Test Statistics(b) Z Asymp. Sig. (2-tailed) F1_7hari - F1_24jam -1.000(a) .317 F1_15hari - F1_24jam -1.732(a) .083 F1_21hari - F1_24jam -1.342(a) .180 F1_1bulan - F1_24jam -1.414(a) .157 a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Formula a Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi2.588 Square df 4 Asymp. .629 Sig.
Fa_24jam Fa_7hari Fa_15hari Fa_21hari Fa_1bulan
Mean Rank 2.67 2.00 3.67 3.17 3.50
Wilcoxon Signed Ranks Test Test Statistics(d) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fa_7hari - Fa_24jam -.447(a) .655 Fa_15hari - Fa_24jam -.447(b) .655 Fa_21hari - Fa_24jam .000(c) 1.000 Fa_1bulan - Fa_24jam -.535(b) .593 a b c d
Based on positive ranks. Based on negative ranks. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula b Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi9.923 Square df 4 Asymp. .042 Sig.
Fb_24jam Fb_7hari Fb_15hari Fb_21hari Fb_1bulan
Mean Rank 1.67 1.67 3.00 4.17 4.50
106
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Wilcoxon Signed Ranks Test Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fb_7hari - Fb_24jam .000(a) 1.000 Fb_15hari - Fb_24jam -1.414(b) .157 Fb_21hari - Fb_24jam -1.633(b) .102 Fb_1bulan - Fb_24jam -1.633(b) .102 a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b Based on negative ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula ab Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi6.000 Square df 4 Asymp. .199 Sig.
Fab_24jam Fab_7hari Fab_15hari Fab_21hari Fab_1bulan
Mean Rank 2.00 2.00 3.00 4.00 4.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fab_7hari - Fab_24jam .000(a) 1.000 Fab_15hari - Fab_24jam -1.000(b) .317 Fab_21hari - Fab_24jam -1.732(b) .083 Fab_1bulan - Fab_24jam -1.342(b) .180 a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. b Based on negative ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
107
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
c. Indeks Creaming Formula (1) Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi10.667 Square df 4 Asymp. .031 Sig.
F1_24jam F1_7hari F1_15hari F1_21hari F1_1bulan
Mean Rank 5.00 2.67 2.67 2.67 2.00
Wilcoxon Signed Ranks Test Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) F1_7hari – F1_24jam -1.604(a) .109 F1_15hari – F1_24jam -1.604(a) .109 a The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. F1_21hari – F1_24jam -1.604(a) .109 F1_1bulan – F1_24jam -1.604(a) .109 a Based on positive ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula a Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi10.857 Square df 4 Asymp. .028 Sig.
Fa_24jam Fa_7hari Fa_15hari Fa_21hari Fa_1bulan
Mean Rank 5.00 2.83 2.83 2.83 1.50
108
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Wilcoxon Signed Ranks Test Test Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fa_7hari – Fa_24jam -1.633(a) .102 Fa_15hari Fa_24jam -1.633(a) .102 a The sum of– negative ranks equals the sum of positive ranks. Fa_21hari – Fa_24jam -1.633(a) .102 Fa_1bulan – Fa_24jam -1.633(a) .102 a Based on positive ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Formula b Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi10.182 Square df 4 Asymp. .037 Sig.
Fb_24jam Fb_7hari Fb_15hari Fb_21hari Fb_1bulan
Mean Rank 5.00 3.00 3.00 2.33 1.67
Wilcoxon Signed Ranks Test a The sum of negative ranks the sum of positive ranks. Testequals Statistics(c) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fb_7hari – Fb_24jam -1.633(a) .102 Fb_15hari – Fb_24jam -1.633(a) .102 Fb_21hari – Fb_24jam -1.604(a) .109 Fb_1bulan – Fb_24jam -1.604(a) .109 a Based on positive ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
109
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Formula ab Uji Friedman Friedman Test N 3 Chi10.667 Square df 4 Asymp. .031 Sig.
Fab_24jam Fab_7hari Fab_15hari Fab_21hari Fab_1bulan
Mean Rank 5.00 3.00 2.33 2.33 2.33
Wilcoxon Signed Ranks Test Test Statistics(b) Z Asymp. Sig. (2-tailed) Fab_7hari – Fab_24jam -1.604(a) .109 Fab_15hari – Fab_24jam -1.633(a) .102 Fab_21hari – Fab_24jam -1.633(a) .102 Fab_1bulan – Fab_24jam -1.633(a) .102 a Based on positive ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
110
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
111
Lampiran 8. Data Hasil Analisis Menggunakan Desain Expert a. Analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert i. Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam Source Model A-Lama Pencampuran B-Suhu pencampuran AB Pure Error Cor Total Std. Dev. Mean CV % PRESS
df
Mean square
F Value
4,92
3
1,64
0,37
p-value Prob > F 0,7795
2.38
1
2,38
0,53
0,4865
1,06 1,48 35,83 40,75
1 1 8 11 2,12 21,94 9,64 80,61
1,06 1,48 4,48
0,24 0,33
0,6401 0,5814
Sum of squares
ii. Viskositas Setelah 24 jam Sum of Source squares Model 0,057 A-Lama 0,013 Pencampuran B-Suhu 0,030 pencampuran AB 0,013 Pure Error 0,12 Cor Total 0,18 Std. Dev. Mean CV % PRESS
0.1207 -0.2090 -0.9784 1.304
3
Mean square 0,019
F Value 1,26
p-value Prob > F 0,3516
1
0,013
0,89
0,3734
1
0,030
2,00
0,1950
1 8 11 0,12 1,02 12,05 0,27
0,013 0,015
0,89
0,3734
df
R-Squared Adj R-Squared Pred R-Squared Adeq Precision
R-Squared Adj R-Squared Pred R-Squared Adeq Precision
0,3208 0,0660 -0,5283 2.357
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
iii. Indeks Creaming Setelah 24 jam Sum of Mean Source df F Value squares square Model 2,74 3 0,91 1,78 A-Lama 0,65 1 0,65 1,27 Pencampuran 6,494EB-Suhu 3,333E-003 1 3,333E-003 003 pencampuran AB 2,08 1 2,08 4,06 Pure Error 4,11 8 0,51 Cor Total 6,85 11 Std. Dev. 0,72 R-Squared Mean 34,03 Adj R-Squared CV % 2,11 Pred R-Squared PRESS 9,24 Adeq Precision iv. Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam Sum of Mean F Source df squares square Value Model 1405,44 3 468,48 1,01 A-Lama 147,18 1 147,18 0,32 Pencampuran B-Suhu 305,56 1 305,56 0,66 pencampuran AB 952,71 1 952,71 2,06 Pure Error 3696,75 8 462,09 Cor Total 5102,19 11 Std. Dev. 21,50 R-Squared Mean 66,07 Adj R-Squared CV % 32,54 Pred R-Squared PRESS 8317,68 Adeq Precision
112
p-value Prob > F 0,2288 0,2920 0,9378 0,0787 0,4002 0,1753 -0,3496 3,143
p-value Prob > F 0,4357 0,5880 0,4397 0,1890 0,2755 0,0038 -0,6302 2,249
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Cek Normalitas i. Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam Normal Plot of Residuals
Residuals vs. Predicted
113
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Box-Cox For Power Transforms
ii. Viskositas Setelah 24 jam Normal Plot of Residuals
114
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Residuals vs. Predicted
Box-Cox For Power Transforms
115
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
iii. Indeks Creaming Setelah 24 jam Normal Plot of Residuals
Residuals vs. Predicted
116
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Box-Cox For Power Transforms
iv. Pergeseran Percentile 90 Ukuran Droplet Setelah 24 jam Normal Plot of Residuals
117
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Residuals vs. Predicted
Box-Cox For Power Transforms
118
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 9. Dokumentasi Ekstrak etanol buah pare
Ekstrak etanol hasil ekstraksi
Ekstrak etanol dari PT. Javaplant
Kromatogram KLT ekstrak etanol buah pare pada sinar UV 254 nm
119
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare
F (1)
Fa
Fb
Fab
120
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Alat-alat yang digunakan pada penelitian :
Viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN)
Mikroskop MOTIC DMB3-223
Propeller mixer IKA-WERK Type RW 15 Holland
Ultra Turrax Ystral
121
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Waterbath Tamson Zoetermeer-Holland
122
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
123
BIOGRAFI PENULIS Penulis lahir pada tanggal 30 Desember 1987 di Sambas. Anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Petrus Bong Fu Bun dan Ibu Susiani Tshia Miau Khoie. Penulis “Efek Lama Dan Suhu Pencampuran Terhadap Sifat Fisis Dan Stabilitas Emulsi Oral A/M Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) : Aplikasi Desain Faktorial” memulai masa studinya di
TK Amkur Sambas pada tahun 1991 sampai tahun 1993,
SD Amkur Sambas pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1999, SLTP Amkur Sambas pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan sekolah di SMA Santo Bonaventura Sambas pada tahun 2002 sampai dengan 2005 dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2005 sampai tahun 2010. Selama kuliah, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain PSF Veronika, Herbal Garden Team (HGT), Titrasi 2007, Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi USD 2008, dan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Botani Dasar dan Kimia Organik.