PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh : Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh : Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Skripsi yang diajukan oleh: Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147
telah disetujui oleh:
Pembimbing,
(Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.)
tanggal : 3 November 2015
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Oleh : Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Pada tanggal 14 Desember 2015
Mengetahui. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan
(Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.)
Panitia Penguji Skripsi
Tanda Tangan
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.
……………………………..
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.
……………………………..
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si.
……………………………..
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“The most important thing is to enjoy your life – to be happy – it’s all that matters” – Audrey Hepburn
“If you’re reading this………. Congratulations, you’re alive. If that’s not something to smile about, then I don’t know what is” – Chad Sugg, Monster Under Your Head
Dengan sujud syukur, saya mempersembahkan keberhasilan dalam masa studi ini kepada Tuhan Yesus Kristus Allah Bapa yang kekal sumber segala kekuatan Mama Papa yang amat kusayangi dan yang mendukungku Kedua saudaraku Adric dan Archie Keluarga besar papa di Yogya Para sahabat terbaik dalam hidup Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul “Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Aktivitas Lactate Dehydrogenase pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 12 Januari 2016 Penulis,
(Maria Angelika Suhadi)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Angelika Suhadi NIM : 128114147
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSANETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memintra izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian surat pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 12 Januari 2016
Yang menyatakan,
Maria Angelika Suhadi
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Aktivitas Lactate Dehydrogenase pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Progam Studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Pada proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir, penulis menyadari banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengizinkan penulis menjalankan pembelajaran di Fakultas Farmasi 2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar membimbing, mendampingi, memberikan motivasi, dan memberikan kritik saran kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi. 3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran demi kemajuan skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran demi kemajuan skripsi ini. 5. Ibu Agustina Setyawati, M.Si., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk menggunakan sarana prasarana berupa laboratorium dan alat-alatnya untuk kepentingan penelitian. 6. Bapak Jeffry Julianus, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, masukan, motivasi, dan doa dari awal masa perkuliahan hingga dalam proses penyusunan skripsi sehingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dan memperoleh gelar sarjana. 7. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata Alternatif yang telah membimbing, memotivasi, memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis selama proses Kuliah Kerja Nyata Alternatif sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk kuliah kerja nyata. 8. Pak Heru selaku laboran Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayat selaku laboran Anatomi Fisiologi, Pak Wagiran selaku laboran FarmakognosiFitokimia, Pak Parjiman selaku laboran Farmakologi-Toksikologi, Pak Parlan selaku laboran Kimia Organik, Pak Kunto selaku laboran Kimia Analisis, dan Pak Bimo selaku laboran Kimia Analisis Intrumental, atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian di laboratorium yang bersangkutan.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9. Keluarga tersayang, baik Mama, Papa, saudara-saudaraku, Adric, Archie, Khukhu, Kuchong, Susuk, Sukme, Carmen, Ruth, Rose yang telah menjadi semangat dan motivasi bagi penulis, memberikan doa, dukungan penuh baik material maupun moral, dan perhatian bagi penulis dalam melaksanakan tugas akhir ini. 10. Teman-teman seperjuangan Skripsi Macaranga, untuk Cyndi, Rahayu, Novita, Sona, Cynthia, Penina, Ria, dan Dian serta terkhusus untuk Adis Pranaya Yakin yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka dalam melaksanakan kegiatan penelitian di laboratorium selama berbulan-bulan dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 11. Teman, sahabat seperjuangan, keluarga hangat di FKK B dan FSM D 2012 yang telah menjadi motivasi, memberikan dukungan, dorongan, doa, dan perhatian kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi dan untuk kebersamaan selama masa perkuliahan di Fakultas Farmasi, terima kasih untuk setiap tawa canda, suka duka yang diberikan untuk penulis dan telah memberikan penulis berbagai pengalaman yang berharga. 12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 Fakultas Farmasi dan juga temanteman dari Fakultas lain, terima kasih untuk kebersamaan yang dialami penulis dari awal memasuki masa studi hingga sekarang, juga untuk pengalaman hidup yang diberikan. 13. “Keluarga Cemara”, Rury Henggar, Natalia Putri, Bonifasia Anna, Cyndi Yulanda, Rahayu Triwanti, Lucia Ida, Sona Karisnata, Novita, Lucia Christin, Lucia Joice, Patricia Yosepha, Satrio Budi, Kresensia Trisna, Yeni Mardiati,
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Veronika Purba, Siti Sisca, Richard Anderson, Aditya Lela, Nanda Tia, dan Monalisa Mangkoan untuk perhatian, semangat, dorongan, motivasi, kebersamaan, dan
yang diberikan juga sebagai tempat penulis untuk
menumpahkan segala cerita baik suka maupun duka dan terima kasih untuk setiap senyuman dan pelukan yang diberikan bagi penulis. 14. Kelompok KKN Alternatif, Bonnifasia Anna, Cyndi Yulanda, Rahayu Triwanti, dan Kresensia Trisna, terima kasih untuk pengalaman berharga, kerja sama, semangat, dan kebersamaannya sehingga semua program KKN Alternatif yang telah direncanakan dapat dijalan sesuai rencana dan membawa hasil yang baik juga untuk mahasiswa maupun masyarakat setempat. 15. Kos Aditara Putri, terkhusus bagi Vicky Wijoyo, Suzan, Jessica, Cresentia Claresta, Valentina Hendriyana, Ira Felisia, Ira Yoshida, Cindy Salim, dan Tria untuk segala bantuan, semangat, doa, motivasi, kebersamaan, canda tawa, suka dan duka yang diberikan kepada penulis sehingga penulis memiliki semangat untuk memulai dan menyelesaikan segala tugas yang diembankan terhadap penulis. 16. Leonardus Antoni, untuk dukungan semangat, motivasi, doa, dan perhatian yang tiada henti selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi. 17. Semua pihak yang memang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik “Tiada gading yang tak retak” di mana tidak ada sesuatu yang begitu sempurna demikian juga skripsi ini. Penulis sadar adanya banyak keterbatasan dan
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kekurangan dalam skripsi ini sehingga, penulis berharap adanya kritik dan saran yang dapat diberikan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini akan memberikan manfaat dalam bidang kesehatan, terutama dalam bidang kefarmasian, juga terhadap segala pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun di masyarakat.
Yogyakarta, 12 Januari 2016
Penulis
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ............. vi PRAKATA ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xx INTISARI .......................................................................................................... xxii ABSTRACT ......................................................................................................... xxiii BAB I. PENGANTAR ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 1. Rumusan masalah................................................................................... 5 2. Keaslian penelitian ................................................................................. 6 3. Manfaat penelitian .................................................................................. 7 B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 1. Tujuan umum ........................................................................................ 7 2. Tujuan khusus ........................................................................................ 7
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................ 9 A. Hati ............................................................................................................... 9 1. Anatomi dan fisiologi hati...................................................................... 9 2. Kerusakan hati ........................................................................................ 13 B. Karbon Tetraklorida ...................................................................................... 15 C. Laktat Dehidrogenase .................................................................................... 18 D. Macaranga tanarius L. ................................................................................. 22 1. Taksonomi .............................................................................................. 22 2. Nama lain ............................................................................................... 23 3. Nama lokal ............................................................................................. 23 4. Morfologi ............................................................................................... 23 5. Distribusi/penyebaran ............................................................................ 23 6. Habitat .................................................................................................... 24 7. Biologi dan ekologi (budidaya) .............................................................. 24 8. Kandungan kimia ................................................................................... 25 E. Metode Penyarian ......................................................................................... 28 F. Fraksinasi ...................................................................................................... 31 G. Landasan Teori ............................................................................................. 34 H. Hipotesis ........................................................................................................ 35 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 36 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 36 B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................... 36 1. Variabel utama ....................................................................................... 36 2. Variabel pengacau .................................................................................. 36 3. Definisi operasional ............................................................................... 37
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Bahan Penelitian ........................................................................................... 37 1. Bahan utama .......................................................................................... 37 2. Bahan kimia ........................................................................................... 38 D. Alat Penelitian ............................................................................................... 40 E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 40 1. Determinasi daun Macaranga tanarius L. ............................................. 40 2. Pengumpulan bahan uji ......................................................................... 40 3. Pembuatan serbuk daun ......................................................................... 41 4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L... 41 5. Pembuatan ekstrak metanol serbuk daun Macaranga tanarius L. ......... 42 6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius L. .............................................................................................. 43 7. Pembuatan larutan CMC 1% sebagai pelarut fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ...................................... 43 8. Pembuatan larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ............................................................... 44 9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida .................................................. 44 10. Uji pendahuluan ..................................................................................... 44 11. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji .............................................. 45 12. Pengukuran kadar LDH.......................................................................... 47 F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................................ 47 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 48 A. Hasil Determinasi Daun Macaranga tanarius L. ......................................... 48 B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.. ... 49 C. Hasil Rendemen Fraksi Heksan Etanol Ekstrak Metanol Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ................................................................................. 49 D. Uji Pendahuluan ........................................................................................... 52
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ................................. 52 2. Penetapan dosis fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. .......................................................................... 52 3. Penetapan waktu pencuplikan darah ...................................................... 53 F. Pengukuran Kadar LDH ................................................................................ 58 1. Kelompok kontrol CMC dosis 2 mL/kgBB ........................................... 60 2. Kelompok kontrol CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB ................................ 61 3. Kelompok kontrol dosis tertinggi yaitu dosis 137,14 mg/kgBB ............ 62 4. Kelompok pemberian FHEMM dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB ................................................................................................ 63 G. Ringkasan Pembahasan ................................................................................ 66 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69 A. Kesimpulan ................................................................................................... 69 B. Saran ............................................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70 LAMPIRAN ...................................................................................................... 77 BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 109
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Peningkatan relatif pada serum enzim pada kerusakan hati............. 18
Tabel II.
Komposisi Isoenzim LDH dan Aktivitasnya pada masingmasing jaringan ................................................................................ 19
Tabel III.
Distribusi LDH normal pada otot dan serum tikus .......................... 21
Tabel IV.
Komposisi dan konsentrasi reagen ALT .......................................... 39
Tabel V.
Komposisi dan konsentrasi reagen AST .......................................... 39
Tabel VI.
Komposisi dan konsentrasi reagen LDH-L ...................................... 40
Tabel VII.
Rata-rata aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam ......................................................... 54
Tabel VIII. Hasil uji Tuckey aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam .............................................................................. 54 Tabel IX.
Rata-rata aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam .............................................................................. 56
Tabel X.
Hasil uji Tuckey aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam .............................................................................. 56
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel XI.
Rata-rata aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius L. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB 6 jam setelahnya ............................................................................... 59
Tabel XII.
Hasil Uji Games-Howell aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian FHEMM dan 6 jam setelah CCl4 dosis 2 mL/kgBB ....................................................................................... 60
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lobus hati dan empedu secara umum ................................................. 10 Gambar 2. Penampang lobulus hati dan bagiannya .............................................. 11 Gambar 3. Mekanisme CCl4 menginduksi kerusakan hati.................................... 17 Gambar 4. Struktur
isolasi
senyawa
mallophenol B,
macarangioside
A,
macarangioside B, macarangioside C, macarangioside D, lauroside E, methyl brevifoline carboxylate, serta campuran hyperin dan isoquercitrin dari daun Macaranga tanarius L. .................................. 25 Gambar 5. Struktir isolasi senyawa macaflavanone A-G dan nymphaeol C ........ 26 Gambar 6. Struktur isolasi senyawa daun Macaranga tanarius L. (1) mallotinic acid (2) corilagin (3) macatannin A (4) chebulagic acid (5) dan macatannin B ........................................................................................................ 27 Gambar 7. Diagram batang yang menunjukan aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam .................................................. 54 Gambar 8. Diagram batang yang menunjukan aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam .................................................. 56 Gambar 9. Diagram batang aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Macaranga tanarius L. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB 6 jam setelahnya .................................................................................. 59
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Foto daun Macaranga tanarius L. .............................................. 78
Lampiran 2.
Foto ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. .............. 79
Lampiran 3.
Foto fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ................................................................................... 80
Lampiran 4.
Foto suspensi FHEMM dengan konsentrasi 600 mg/25 mL....... 81
Lampiran 5.
Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L. .................... 82
Lampiran 6.
Surat ethical clearance penelitian ............................................... 83
Lampiran 7.
Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli ........ 84
Lampiran 8.
Hasil analisis statistik kadar ALT pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB ................................................................................... 85
Lampiran 9.
Hasil analisis statistik kadar AST pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB ................................................................................... 90
Lampiran 10. Hasil analisis statistik kadar LDH setelah pemberian fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. pada dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dilanjutkan pemberian karbon tetraklorida 6 jam kemudian........................................................ 96 Lampiran 11. Perhitungan konversi waktu tikus ke manusia ............................. 107
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 12. Perhitungan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. ....... 107 Lampiran 13. Perhitungan persen rendemen FHEMM...................................... 108
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. (FHEMM) terhadap penurunan kadar laktat dehoidrogenase (LDH) pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida (CCl4) dan mengetahui hubungan kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan kadar LDH yang terjadi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lenglap pola searah. Sebanyak 30 ekor tikus betina galur Wistar yang terbagi acak dalam 6 kelompok. Kelompok I (kontrol CMC) diberikan CMC 2mL/kgBB. Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberikan CCl4 2mL/kgBB. Kelompok III (kontrol dosis III) diberikan FHEMM dosis III. Kelompok IV, V, dan VI diberikan perlakuan FHEMM dengan dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 dalam jangka waktu 6 jam setelah pemberian fraksi. Dalam 24 jam setelah pemberian CCl4 diambil cuplikan darahnya untuk penetapan kadar LDH. Data yang didapatkan diolah dengan uji statistika dengan One Way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian jangka pendek FHEMM dengan peringkat dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dapat menurunkan kadar LDH tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 walaupun di antara penurunan kadar LDH yang terjadi dengan peringkat dosis tidak memiliki hubungan kekerabatan. Kata kunci : jangka pendek, karbon tetraklorida, penurunan LDH, fraksi heksan etanol, ekstrak metanol, daun Macaranga tanarius L.
xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
This study was aimed to investigate the effect of short-term administration of hexane-ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius L. leaves (FHEMM) to decrease level of lactate dehydrogenase (LDH) levels in female Wistar rats induced carbon tetrachloride (CCl4) and to know the relationship between increased dose of FHEMM and decreased level of LDH. This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total 30 female Wistar rats were divided randomly into 6 groups. Group I (CMC controlled-group) was given CMC at a dose 2 mL/kgBW. Group II (hepatotoxin controlled-group) was given CCl4 at a dose 2 mL/kgBW. Group III (highest dose controlled-group) was given oral FHEMM at highest dose. Group IV, V, and VI was given FHEMM at a dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14 mg/kgBW then 6 hours after administration FHEMM, CCl4 was administered intraperitonially. At the 24 hours after CCl4 administration, blood samples were taken for measuring level of LDH. The data were analyzed by One Way ANOVA with confident interval 95%. The result of this study showed that short-terms FHEMM with increased dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14 mg/kgBW be able to decrease LDH levels of female Wistar rats induced CCl4. There is no relationship between decreased levels of LDH with a dose rank. Key words : short-term, carbon tetrachloride, lactate dehydrogenase, hexaneethanol fraction, methanol extract, Macaranga tanarius L. leaves
xxiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hati atau hepar adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen sebelah kanan di bawah diafragma (Pearce, 2009). Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan kapasitas cadangan yang besar, karena itu kerusakan sel hati secara klinis baru dapat diketahui jika sudah lanjut (Widmann, 1995). Hati mempunyai banyak fungsi fisiologi penting yang memberi dampak bagi tubuh, namun 3 fungsi utama hati yaitu termasuk penyimpanan, metabolism, dan biosintesis (Hodgson, 2010). Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, namun hal ini tidak berarti hati tidak dapat mengalami kerusakan yang permanen akibat paparan zat kimia. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kima (hepatotoksikan) dan ditandai dengan adanya akumulasi lemak atau kematian sel. Akumulasi lemak dalam hati (steatosis) merupakan tanda-tanda umum toksisitas hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang toksik, termasuk alkohol. Nekrosis hati (kematian sel-sel hati) terjadi akibat paparan terhadap sejumlah zat kimia, antara lain aflatoksin, karbon tetraklorida, kloroform, dan asam tannat (WHO, 2002). Penyakit hati merupakan penyebab kematian yang akan meningkat dari tahun ke tahun, di mana penyakit ini merupakan penyakit “pembunuh terbesar” kelima di England dan Wales setelah penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
pernafasan. Sekitar 16.087 pasien di UK meninggal karena penyakit hati pada tahun 2008, meningkat sekitar 4,5% dari tahun 2007. Organisasi British Liver Trust mempercayai bahwa tingkat kematian akibat penyakit hati telah meningkat secara statistik, namun memang tidak komprehensif. Namun jika hal ini berlanjut, kematian karena penyakit hati diprediksikan akan menjadi 2 kali lipat dalam 20 tahun (British Liver Trust, 2009). Penelitian lain melaporkan di U.S. pasien steatosis bervariasi tergantung dari etnis (Hispanics 45%, kulit putih 33%, dan kulit hitam 24%) dan gender (42% pada laki-laki kulit putih dan 24% pada wanita kulit putih) (Browning, et al., 2004). Di Indonesia sendiri prevalensinya dapat mencapai sekitar 30%, data ini sedikit lebih tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara Asia lainnya (Amarapurkar, Hashimoto, Lesmana, Sollano, Chen, dan Goh, 2007). Orang yang obesitas dan mengkonsumsi alkohol berlebih (peminum berat) merupakan faktor risiko steatosis yang paling umum (Bellentani, et. al., 2000). Faktor tambahan lain yang dapat menyebabkan steatosis adalah kondisi patologis seperti dyslipidemia, sindrom metabolik, diabetes mellitus, hepatitis, sindrom Wilson’s, dan beberapa obat atau bahan kimia (Camp Lejeune Legislation, 2015). Karbon tetrakolrida (CCl4) merupakan zat cair tanpa warna dengan bau menyengat, digunakan sebagai zat pengawal lemak, pelarut, bahan pendingin, pemadam api, propelan, gas insektisida, dan merupakan senyawa yang toksik (Pudjaatmaka, 2002).
CCl4 bertindak sebagai senyawa model yang bersifat
hepatotoksin (senyawa yang dapat merusak hati berupa steatosis). Kerusakan hati ditandai dengan
peningkatan alanine aminotransferase (ALT), aspartate
aminotransferase (AST), lactate dehydrogenase (LDH), dan alkaline fosfatase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
(ALP) (Rao, 2012). Ketika sel hati mengalami kerusakan, enzim-enzim ini akan keluar ke aliran darah dari jaringan hati dan menghasilkan peningkatan pada serum darah (Kasdallah-Grissa, et al., 2007). LDH adalah enzim yang berfungsi untuk melakukan transfer hidrogen, yang ditemukan di sitoplasma pada sebagian besar sel tubuh. Peningkatan serum LDH akan menandakan adanya kerusakan atau nekrosis, hemolisis, penyakit hati, nekrosis tubular ginjal, pyelonephritis, dan malignan neoplasia (Gupta, 2014). Pemberian CCl4 mengakibatkan peningkatan kadar LDH hingga 2-3x nilai normalnya. Hal ini menandakan adanya kerusakan pada sel hati (Vitcheva, Simeonova, Krasteva, Nikolov, dan Mitcheva, 2012). Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, (Wijayakusuma, 2000). Obat herbal telah menjadi penting pada beberapa tahun terakhir karena keamanan, efikasi, dan keefektifannya. Salah satu efek yang penting yaitu penggunaan obat herbal sebagai agen hepatoprotektif (Gupta, 2001). Beberapa penelitian yang dilakukan di bidang penemuan dan pengembangan obat telah menunjukan adanya efek samping pada obat modern, maka pengobatan alami dianggap sebagai alternatif yang aman dan efektif dalam terapi hepatotoksisitas (Kiran, Raju, dan Rao, 2012). Senyawa aktif yang diduga memiliki manfaat sebagai hepatoprotektor (pelindung hati) adalah terpen, steroid, flavonoid, gikosida, dan alkaloid (Utami, 2013). Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat ditemukan hampir di seluruh Asia Tenggara. Tanaman ini dikenal sebagai prioneer tree dan juga tanaman semut. Hal ini dibuktikan dengan adanya semut yang dapat melawan herbivora lain dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
memproduksi ant-attracting food (Heil, Koch, Hilpert, Fiala, Bolan, dan Linsenmair, 2001). Di Thailand, akar dari tanaman ini diminum sebagai antipiretik dan sebagai antitusif. Akar keringnya digunakan sebagai antiemetik, sedangkan daun segar Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. digunakan untuk menutupi luka (Phommart, et al., 2005). Selain itu, Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terbukti dapat memberikan aktivitas hepatoprotektif secara in vivo (Lin, Hiu, Lu, 2005). Daun
Macaranga
tanarius
(L.)
Müll.
Arg.
memiliki
senyawa mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin dan isoquercitrin serta 4 senyawa megastigmane glucoside baru yang diberi nama macarangaiosides A-D (Matsunami, et al., 2006). Menurut Koni (2013) dan Inggrid (2013) pemberian ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memberikan efek hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Telah diketahui bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki phenylflavonoid yang merupakan antioksidan yang memiliki aktivitas terhadap senyawa radikal 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazyl (DPPH) yang kuat (Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto, 2014). Selain itu, fraksi etilasetat dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. diduga memiliki aktivitas antioksidan (Kawakami, et al., 2008). Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya aktivitas antioksidan pada fraksi heksan-etanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan memberikan fraksi Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus yang hatinya telah rusak. Pemilihan pelarut yang dilakukan oleh peneliti yaitu heksan-etanol didasarkan pada kemiripan lipofilisitas antara pelarut dengan kandungan dalam daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Liposfilisitas atau koefisian partisi dinyatakan dalam log P didefinisikan sebagai perbandingan molekul yang tidak terion antara fase organik dan fase air pada kesetimbangan. Nilai log P akan menentukan sebuah senyawa lebih larut di pelarut air atau pelarut organik (Khan, 2012). Semakin mirip lipofilisitas (log P) antara molekul senyawa dengan lipofilisitas (log P) pelarut, maka senyawa akan mudah larut. Pada penelitian, dilakukan pemberian jangka pendek fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEMM) kepada tikus galur Wistar yang telah diinduksi dengan CCl4 untuk melihat apakah pemberian fraksi heksan-etanol ini memang mempunyai pengaruh terhadap kerusakan hati yang dialami tikus dalam jangka pendek. Parameter kerusakan hati dapat dilihat pada peningkatan serum ALT, AST, ALP dan LDH. Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan memberikan FHEMM jangka pendek dan dilakukan pengukuran serum ALT, AST, ALP, bilirubin, albumin dan LDH, di mana peneliti lebih fokus terhadap parameter LDH. Peningkatan kadar LDH lebih dari batas normal mengindikasikan bahwa hati mengalami kerusakan (Gupta, 2014). 1. Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian jangka pendek FHEMM memiliki pengaruh terhadap kadar LDH tikus yang terinduksi CCl4? 2. Apakah ada hubungan kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM dengan kadar LDH pada tikus yang terinduksi CCl4?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
2. Keaslian Penelitian Gunawan-Puteri dan Kawabata (2010) melaporkan bahwa ekstrak metanol-air pada daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki aktivitas untuk menghambat α-glukosidase. Penelitian dilanjutkan oleh Handayani (2011) dan dilaporkan bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat menurunkan kadar glukosa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumazawa, et al., (2014) ditemukan adanya aktivitas antioksidan prenylflavonoids pada daun, bunga, batang, dan buah Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Kawakami, et al., (2008) pernah melakukan penelitian untuk mengesktraksi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. menggunakan metanol kemudian hasilnya difraksi lagi menggunakan butanol untuk mendapatkan isolasi senyawa yang diduga memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al., (2005) melaporkan bahwa daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. mempunyai efek hepatoprotektif secara in vivo yang dapat menurunkan ratio hepatotoxic dari 100% menjadi 5,7% jika dibandingkan dengan Terminalia catappa dan Securina virosa. Lim, Lim, dan Yule (2009) telah melakukan penelitian mengenai evaluasi aktivitas antioksidan, antibakteri, dan antitirosinase pada spesies Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Pada penelitian Koni (2013) dan Inggrid (2013) pemberian ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. jangka pendek mempunyai efek hepatoprotektif terhadap tikus yang diinduksi CCl4.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis, penelitian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM terhadap kadar LDH tikus yang terinduksi CCl4 belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kefarmasian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek bentuk FHEMM terhadap penurunan kadar LDH. 2. Manfaat praktis Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama pasien dengan gangguan hati tentang penggunaan bentuk FHEMM untuk menurunkan kadar LDH.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh FHEMM terhadap penurunan kadar LDH. 2. Tujuan khusus a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM terhadap penurunan kadar LDH pada tikus betina terinduksi CCl4.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan kadar LDH pada tikus betina yang terinduksi CCl4.
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Hati 1. Anatomi dan fisiologi hati Hati, yang merupakan organ terbesar di tubuh, dapat dianggap sebagai sebuah “pabrik kimia” yang memproduksi, menyimpan, mengubah, dan mengekskresikan zat hasil metabolisme. (O’Connell, Bare, Hinkle, dan Cheever, 2010). Hati terletak di belakang tulang rusuk di bagian kanan atas rongga perut, yang berfungsi sebagai protective barrier. Dengan massa 2-3% dari total berat badan orang dewasa atau 5% dari total berat badan pada anak-anak menjadikan hati sebagai organ terbesar dalam tubuh dengan berat ± 1500 g (Palmer, 2004). Hati berwarna merah kecoklatan. Hati dilapisi oleh kapsul fibrosa (Moini, 2015). Hati terdiri dari 2 bagian yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri, di mana lobus kanan lebih besar dari lobus kiri (Gambar 1). Lobus kiri hanya seperlima dari ukuran lobus kanan (Palmer, 2004). Lobus di liver tersusun dari banyak unit fungsional yang kita sebut lobulus (Rizzo, 2015) Hati dilintasi oleh pembuluh darah dan saluran-saluran khusus yang disebut saluran empedu. Suplai darah melalui saluran empedu memiliki 2 saluran utama yaitu vena portal dan arteri hepatik. Sel yang membentuk organ hati diketahui sebagai hepatosit. Di bawah hati terdapat organ yang berbentuk seperti buah pir yang disebut kantung empedu. Fungsi utamanya untuk menyimpan empedu (Palmer, 2004).
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Gambar 1. Lobus Hati dan Empedu Secara Umum (O’Connell, et al., 2010) Sirkulasi darah keluar dan masuk ke dalam hati merupakan salah satu fungsi utama hati. Sirkulasi darah dalam hati terbagi menjadi 2 jalur utama. Sekitar 80% darah masuk dari vena portal, yang mengalir dari saluran pencernaan dan kaya akan nutrisi namun kekurangan oksigen. Sedangkan sisanya akan masuk melalui arteri hepatik dan kaya akan oksigen (O’Connell, et al., 2010). Hati akan menerima darah 1500 mL darah/menit, dimana terbagi menjadi : a. Arteri hepatik, yang merupakan cabang dari batang celiac, memberikan sekitar 20-25% (300-400 mL / menit) dari jumlah darah yang dibutuhkan oleh hati. b. Vena portal yang mendapatkan darah dari mesenteric dan splenic, akan memberikan sekitar 75-80% (1100-1200 mL/min) dari total kebutuhan darah (Khurana, 2012) Sebagai tambahan hepatosit, sel fagosit
termasuk dalam sistem
retikuloendotelial yang ada di hati (Gambar 2). Pada hati, sel seperti ini disebut sel Kupffer. Sebagai fagosit yang paling umum, fungsi utama sel Kupffer adalah untuk menelan benda asing (misalnya, bakteri) yang masuk ke hati melalui pembuluh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
darah. Saluran empedu terkecil, disebut kanalikuli, berada di antara lobus hati. Kanalikuli akan menerima sekresi dari hepatosit dan membawa mereka ke saluran empedu yang lebih besar, dan berakhir di saluran hati (O’Connell, et al., 2010).
Gambar 2. Penampang Lobulus Hati dan Bagiannya (O’Connell, et al., 2010) Hati memiliki beberapa fungsi biokimia. Fungsi-fungsinya yaitu : a. Fungsi sekresi. Sel-sel hati bertindak sebagai kelenjar eksokrin dan secara terusmenerus memproduksi empedu, di mana empedu penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak. b. Fungsi metabolisme. Hati merupakan organ utama dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, hati juga mengambil peranan dalam metabolisme vitamin dan mineral pada batas tertentu. Peranan yang diberikan hati pada metabolisme : 1. Karbohidrat. Hati mempunyai 3 peranan dalam metabolisme karbohidrat :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
a. Hati dapat bertindak sebagai glucostat melalui 3 cara yaitu glycogenesis (pembentukan glikogen oleh glukosa dan disimpan dalam hati), glycogenolysis (memecah glikogen menjadi glukosa), dan glucogenesis (glukosa yang terbentuk dari sumber non-karbohidrat). b. Hati merupakan organ untuk metabolisme hati yang paling utama karena mempunyai enzim alcohol dehydrogenase. c. Hati dapat mengkonversi monosakarida seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa. 2. Lemak. Metabolisme lemak yang terjadi di hati meliputi degradasi dan sintesis. Hati memiliki enzim lipoprotein lipase yang dapat menghidrolisis trigliserid, kolesterol, dan fosfolipid menjadi asam lemak. Pada sisi sebaliknya, hati dapat mensintesis karbohidrat menjadi trigliserid, kolesterol dan fosfolipid disintesis dari asam lemak bebas, asam lemak jenuh disintesis melalui siklus Kreb di mitokondria dan lipoprotein (seperti HDL, LDL, VLDL, dan chylomicron) juga disintesis di hati. 3. Protein. Dalam tubuh, terjadi pemecahan dan resintesis protein sekitar 80100 gram protein jaringan per hari dan 50% (sekitar 40-50 g) terjadi di hati. c. Fungsi detoksifikasi dan proteksi. Sel Kupffer secara efisien mampu menghilangkan bakteri atau benda asing lainya yang ada di sirkulasi. Hal ini merupakan tindakan pembersihan yang dilakukan oleh darah di hati. Hati mampu untuk mendetoksifikasi obat dengan oksidasi/ hidrolisis/ reduksi/ konjugasi dan akan dieksresikan melalui empedu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
d. Fungsi penyimpanan. Hati dapat menyimpan glukosa (dalam bentuk glikogen), vitamin B12, dan vitamin A. Liver bertindak sebagai buffer zat besi darah dan penyimpanan zat besi. Hati mampu menyimpan 60% zat besi dalam bentuk ferritin dan yang sebagian dalam bentuk haemosiderin. e. Fungsi eksresi. Beberapa zat tertentu hanya bisa diekskresikan di hati, seperti zat warna bromsulphthalein (BSP) yang hanya bisa dieksresikan melalui sel hati f. Fungsi sintesis, hati merupakan tempat untuk mensintesis plasma protein, faktor koagulasi darah (konversi pre-protombin menjadi protombin aktif, produksi fibrinogen, faktor V, VII, IX, dan X), enzim (ALP, SGPT, SGOT, serum isositrat dehidrogenase), urea, dan kolesterol. (Khurana, 2012)
2. Kerusakan hati Resiko klinis yang paling parah dari penyakit hati yaitu terjadinya gagal hati. Gagal hati merupakan titik akhir kerusakan hati sebagai bagian dari penyakit hati kronik. Umumnya sekitar 80-90% fungsi hati sudah mulai berkurang setengah sebelum munculnya gagal hati (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007). Senyawa toksis dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit. Jenis kerusakannya dikategorikan menjadi : a. Perlemakan hati (steatosis). Liver steatosis didefinisikan sebagai kondisi di mana ditemukannya droplet lemak tunggal dalam ukuran kecil atau sedang, yang tersebar pada sel hati dan mengandung lemak 3-10% dari berat total hati. Sedangkan fatty liver didefinisikan sebagai kondisi ketika lemak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
tersimpan di hati >10% dari berat hati, di mana >50% hepatositnya berisi droplet lemak dengan ukuran yang berbeda (kecil, sedang atau besar) (Kuntz dan Kuntz, 2009). Peningkatan serum konsentrasi enzim pada hepatosit (alkalin fosfatase, aspartat aminotransferase, alanin transferase) dapat mengindikasikan adanya akumulasi lemak di hati (Engelking, 2014). b. Nekrosis. Nekrosis hati dapat muncul dan menjadi tahapan sekunder untuk proses kerusakan hati seperti inflamasi dan neoplasia hati, di mana nekrosis hati dapat dikaitkan dengan hepatotoksin (Tams, 2003). Nekrosis hati ditandai oleh respon seluler nekrosis. Ketika ada suatu agen yang merangsang sistem imun atau racun masuk dalam hati, sel-sel hati akan mengalami apoptosis dengan sel pyknotic dengan bantuan eosinofil. Sel-sel yang lain akan mengalami pembengkakan dan dapat meledak, kejadian inilah yang disebut degenerasi hidrofik (Shaffer, 2004). Nekrosis dapat disebabkan oleh alkohol, CCl4, brombenzena, dan berilium (Duffus dan Worth, 1996). c. Kolestatis adalah gangguan sekresi empedu yang biasanya ditandai dengan berkurangnya aliran empedu dan retensi konstituen empedu di darah, hati, serta organ dan jaringan ekstrahepatik (Monga, 2010). Kolestatis dapat disebabkan oleh induksi obat-obatan atau bahan kimia, adanya infeksi yang menyebabkan kerusakan hati, kerusakan secara fisik pada saluran empedu, atau adanya kelainan genetik (Davit, Gonzales, Baussan, dan Jacquemin, 2009) Indentifikasi awal dari kolestatis yaitu adanya peningkatan serum alkalin fosfatase dan bilirubin (Carey dan Lindor, 2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
d. Sirosis merupakan keadaan kronis, kondisi irreversible di mana struktur dari lobular normal telah digantikan dengan jaringan fibrosa dan regenerasi nodul berasal dari hepatosit yang masih tersisa (Kumar, Abbas, dan Aster, 2012). Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kematian pada pasien sirosis (Rom dan Markowitz, 2007). Selain alkohol, sirosis dapat terjadi jika hati terinfeksi oleh virus atau karena terpapar pelarut organic (Chiazz, Ference, dan Wolf, 1980). Beberapa penelitian memperlihatkan hasil, adanya peningkatan morbiditas pekerja yang terpapar pelarut organik terus-menerus, seperti dimetilnitrosamin (DMN), TNT, TCE, pestisida, dan hidrazin (Dossing dan Skinhoj, 1985).
B. Karbon Tetraklorida Karbon tetraklorida merupakan cairan jernih yang tidak berwarna, mudah menguap dengan bau yang kuat yang hampir sama dengan kloroform. CCl4 apabila dipanaskan dapat teroksidasi menjad phosgene yang sifatnya toksik (U.S. Department of Health and Human Services Public Health Service, 1998). CCl4 tidak larut dalam air namun, larut dalam pelarut seperti minyak, lemak, dan resin. Juga CCl4 stabil pada panas hingga 500°C (Arora, 2006). Orang dewasa maupun anakanak lebih rentan mengalami efek toksis dari CCl4 pada hati. LD50 oral untuk tikus yaitu 1,76 ml/kg BB (Cockerham dan Shane, 1993). Induksi kerusakan hati karena keracunan CCl4 merupakan salah satu model yang paling sering digunakan pada studi mengenai hepatoprotektif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
(Dominguez, 2013). Hepatotoksisitas CCl4 telah dilaporkan semenjak abad ke-20. Pada model penelitian hewan, perbedaan hepatotoksisitas tergantung dari umur dan jenis kelamin hewan, seperti tikus dewasa punya toksisitas yang lebih tinggi dibanding newborn dan tikus jantan lebih beresiko di banding tikus betina (Wypych, 2001). Model pembelajaran dengan CCl4 ini dapat membantu menjelaskan mengenai mekanisme kerja hepatotoksik seperti degenerasi melemak (steatosis), fibrosis, kematian hepatoselular, dan karsinogenitas (Dominguez, 2013). Senyawa ini bersifat hepatotoksin, dengan mekanisme aksi CCl4 akan diaktivasi oleh oleh sitokrom (CYP) 2E1, CYP2B1 atau CYP2B2, dan mungkin CYP3A, untuk membentuk trichloromethyl radikal, CCl3•. Senyawa radikal ini dapat berikatan dengan molekul seluler dalam tubuh (asam nukleat, protein, dan lemak) dan mengganggu proses metabolism lipid sehingga akan menyebabkan degenerasi lemak (steatosis) pada liver. Selain itu, CCl3• juga dapat bereaksi dengan oksigen untuk membentuk triklorometilperoksi CCl3OO• radikal (senyawa yang sangat reaktif), dan menghancurkan asam lemak polyunsaturated khususnya yang berhubungan dengan fosfolipid. Hal ini akan mempengaruhi permeabilitas mitokondria,
retikulum
endoplasma,
dan
membran
plasma
yang
akan
mengakibatkan hilangnya penyerapan kalsium dan homeostasis. Hal inilah penyebab kerusakan sel liver yang terjadi. Beberapa mekanisme CCl4 mampu menimbulkan kerusakan hati dapat dilihat secara lebih rinci pada gambar 3 (Weber, Boll, dan Stampfl, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Selain itu, CCl4 dapat menyebabkan hypometliasi, pada bagian RNA, CCl4 dapat menghambat sintesis protein. Pada bagian fosfolipid, CCl4 dapat menghambat sekresi lipoprotein. Pada tingkat molekuler CCl4 akan mengaktifkan tumor necrosis factor (TNF) α, oksida nitrat (NO), dan mengubah faktor pertumbuhan α dan β dalam sel, sehingga akan mengarahkan sel terhadap kematian sel atau fibrosis. TNF α akan bertanggungjawab ke arah apoptosis dan TGFs akan bertanggungjawab ke arah fibrosis (Weber, Boll, dan Stampfl, 2003).
Gambar 3. Mekanisme CCl4 Menginduksi Kerusakan Hati (Weber, Boll, dan Stampfl, 2003)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Dengan mekanisme CCl4 dalam mengakibatkan steatosis, penanda atau marker yang menunjukan adanya steatosis dapat dilihat pada peningkatan serum enzimologi. Serum enzim telah menjadi penanda kerusakan hati selama lebih dari 40 tahun yang lalu. Penggunaan serum enzim untuk menguji hepatotoksisitas harus menggunakan test enzim yang spesifik pada hati. Contohnya aspartate aminotransferase, alanine aminotransferase, laktat dehidrogenase, isocitric dehydrogenase, dan aldolase ditemukan dengan konsentrasi tinggi di hati, otot, miokardium, ginjal, dan jaringan lain yang dapat merespon kerusakan dengan peningkatan kadar serum. Kadar aminotransferase merupakan pengukuran yang digunakan paling umum sebagai penanda kerusakan hati. Tabel I memperlihatkan derajat kerusakan yang ditimbulkan beberapa senyawa hepatotoksin, terutama CCl4 (Zimmerman, 1999). Tabel I. Peningkatan relatif pada serum enzim pada kerusakan hati (Zimmerman, 1999)
C. Laktat Dehidrogenase Laktat dehidrogenase adalah enzim yang berfungsi untuk melakukan transfer hydrogen, yang ditemukan di sitoplasma pada sebagian besar sel tubuh (Gupta, 2014). Enzim ini didistribusi dalam jaringan dan kurang spesifik. Penggunaan isoenzim LDH relatif mahal dan terbatas penggunaannya (Pandey, Nath, dan Tripathi, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
LDH mengkatalisis konversi piruvat dan NADH menjadi laktat anaerob dan NAD+ untuk menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). LDH konsentrasinya tinggi di jantung dan otot, hati, ginjal, parenchyma paru-paru, dan eritrosit. LDH dapat di kelompokan menjadi 5 komponen yang berbeda namun mempunyai berat molekul yang sama dengan perbedaan muatan. Tabel II menunjukan isoenzim LDH dan aktivitasnya pada setiap jaringan (Helms, Ouan, Herlindal, dan Gourley, 2006). Enzim LDH merupakan protein tetramer (protein dengan struktur kuartener), yang terdiri dari 4 subunit, dengan 2 tipe, yaitu M dan H yang diproduksi dari gen LDHB dan LDHA. Dalam serum terdapat 5 isomeric dari enzim ini yang dapat dilihat pada tabel II (Kagen, 2009). Tabel II. Komposisi isoenzim LDH dan aktivitasnya pada masing-masing jaringan (Helms, et. al., 2006)
Peningkatan pada serum LDH dapat disebabkan oleh agen hepatotoksin dan hemolisis. Serum LDH biasanya meningkat pada keadaan infark miokard akut yang ditandai dengan mulai meningkat 10-12 jam setelah pemejanan akut, dan mencapai puncak pada 48-72 jam dengan rentang antara 10-14 hari. Peningkatan LDH dapat digunakan juga sebagai penanda hepatitis atau kelainan hati, kelainan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
di paru-paru seperti TBC atau bakteri pneumonia, juga pada pasien dengan Pneumocystis carinii pneumonia di pasien HIV (Helms, et al., 2006). Bersama dengan AST dan kreatinin kinase, LDH merupakan penanda yang spesifik pada kerusakan pada jantung (Naraoka, et.al., 2005). Penyebab peningkatan LDH di plasma karena : infrak miokard, di mana LDH1 dan LDH2 yang meningkat secara dominan, pada malignancy dan leukemia akut LDH2 dan LDH3 yang meningkat secara dominan, dan pada masalah di otot rangka serta kerusakan hati, LDH5 yang meningkat secara dominan (Raju dan Madala, 2005). Penurunan LDH pada LDH menunjukan adanya respon yang baik pada pasien yang diterapi kanker (Dirjen Binfar, 2011). Kekurangan LDH dalam tubuh bisa disebut defisiensi LDH, yaitu kondisi yang akan mempengaruhi bagaimana tubuh akan merombak glukosa menjadi energy. Dua tipe defisiensi LDH yaitu defisiensi LDH-A (terkadang disebut glycogen storage disease XI) dan LDH-B (Genetic Home Reference, 2012). Pasien dengan defisiensi LDH-A akan memiliki gangguan aktivitas di otot. Hal ini terjadi karena adanya gangguan regenerasi NAD+ dan produksi laktat (kadar piruvat menjadi tinggi) (Hoffmann, Zschocke, dan Nyhan, 2009). Kram, lemah, lelah, dan nyeri otot sering dialami pasien defisiensi LDH-A selama melakukan aktivitas harian. Pada beberapa pasien, aktivitas berat dapat mengakibatkan jaringan otot menjadi hancur (rabdomiolisis). Penghancuran jaringan otot akan mengakibatkan pelepasan protein yang dinamakan myoglobin yang akan dimetabolisme oleh ginjal dan diekskresi di urin (myoglobinuria). Myoglobin akan mengakibatkan warna urin menjadi merah atau coklat dan protein ini akan mengakibatkan kerusakan di ginjal. Pasien defisiensi LDH-B biasanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
tidak memiliki tanda dan gejala, mereka juga tidak mengalami kesulitan melakukan aktivitas hariannya. Defisiensi ini dapat diketahui dari hasil laboratorium LDH darah secara rutin (Genetic Home Reference, 2012). Selain itu, kadar LDH yang rendah dapat mengindikasikan adanya transudat efusi pleural yaitu adanya cairan yang berlebih di pleura (selaput yang membungkus paru-paru). Efusi pleura ini muncul akibat dari perubahan tekanan hidrostatik atau osmotik di membran pleura dan bukan dari penyakit paru-paru (Bourke dan Burns, 2015). Nilai normal LDH yaitu < 40 U/L atau kira-kira 10% dari serum level total untuk orang dewasa dan <70 U/L untuk neonates (Fischbach dan Dunning, 2009). Atau dalam satuan internasional, kadar LDH normal yaitu 100-190 IU/L (Helms, et. al., 2006). LDH merupakan enzim yang tersebar diseluruh tubuh. Kadar LDH pada serum tikus normal dapat dilihat pada Tabel III di bawah ini. Tabel III. Distribusi LDH normal pada otot dan serum tikus (Gupta, 2014)
Peningkatan serum LDH telah dikaitkan dengan kerusakan struktural pada sel hati, karena enzim ini akan dilepaskan ke sirkulasi darah setelah adanya nekrosis seluler (Zhang, Hu, Yuan, dan Wu, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Xia, Zhang, Fu, Yu, dan Ju (2013) melaporkan bahwa pemberian CCl4 akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
meningkatkan serum LDH hingga 2-3 kali kadar normalnya. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vitcheva, et al., (2012) bahwa ada peningkatan serum LDH yang signifikan setelah pemejanan CCl4 (bila dibandingkan dengan kontrol). Penelitian lain telah dilakukan oleh Saba, Onakoya, dan Oyagbemi (2012) melaporkan pemberian CCl4 dapat meningkatkan serum LDH hingga 1-2 kali kadar normalnya. Pelepasan enzim AST, ALT, dan LDH diamati pada jam ke-24 setelah induksi dengan CCl4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pareek, Godavarthi, Issarani, dan Nagori (2013) mendukung pernyataan Saba, et al., (2012) bahwa peningkatan kadar enzim mengindikasikan adanya kerusakan membran dan ketidakstabilan akibat cedera oksidatif yang ditimbulkan oleh hepatotoksin. D. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. 1. Taksonomi Kerajaan
: Plantae
Sub kerajaan : Viridiplantae Infra kerajaan : Streptophyta Super divisi
: Embryophyta
Divisi
: Tracheophyta
Sub Divisi
: Spermatophytina
Kelas
: Magnoliopsida
Superorder
: Rosanae
Order
: Malpighiales
Famili
: Euphorbiaceae
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Genus
: Macaranga
Spesies
: Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg. (ITIS, 2015).
23
2. Nama lain Ricinus tanarius L. (Wagner, Herbst, dan Sohmer, 1999), Macaranga molliuscula Kurz, Macaranga tomentosa Druce, Mappa tanarius Blume (World Agroforestry Centre, 2002). 3. Nama lokal Tutup ancur (Jawa) ; mapu (Batak) ; mara (Sunda) (Prosea, 2010). 4. Morfologi Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. merupakan pohon kecil sampai sedang, dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar, dengan stipula besar yang luruh dan berbentuk bulat telur hingga bulat telur memanjang berukuran 8-30 cm, dan tangkai daun berukuran 6-25 cm. Perbungaan muncul dari ketiak daun-ujung pertumbuhan, berbentuk malai. Bunga ditutupi oleh daun gagang dan berwarna putih kekuningan. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya. Dengan kulit bagian luar terdapat duri tetapi tidak tajam, setiap buah akan terdiri dari 3 biji yang membulat, menggelembur, dan berwarna coklat-hitam. Jenis ini juga mengandung tannin yang cukup untuk menjamak jala dan kulit (Prosea, 2010) 5. Distribusi/penyebaran Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. tersebar luas dari kepulauan Andaman dan Nicobar, Indo-Cina, Cina selatan, Taiwan, dan Kepulauan Ryukyu, seluruh Malesia, sampai ke Australia Utara dan Timur serta Melanesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Jenis ini umum dijumpai di daratan Asia Tenggara (Thailand Selatan, Semenanjung Malaya), dan banyak pulau di Malesia (Sumatra, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Nugini, serta seluruh Kepulauan Filipina (Prosea, 2010). Dengan rata-rata curah hujan dan suhu lingkungan yang bervariasi yaitu antara 50-68°F (kira-kira 10-20°C di bulan January dan lebih dari 86°F (>30°C) pada bulan Juli (Hammond, 1986). 6. Habitat Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. umumnya tumbuh di hutan sekunder terutama di area logging. Dijumpai juga di belukar, semak, hutan kecil pedesaan, dan vegetasi pantai. Tumbuh pada tanah liat, lempung, dan pasir, biasanya di dataran rendah tetapi di Jawa dijumpai sampai ketinggian 1500 m (World Agroforesty Centre, 2002). 7. Biologi dan ekologi (budidaya) Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dibudidayakan untuk berbagai penggunaan. Pohon ini dapat digunakan sebagai pohon hias dan biasanya digunakan dalam berbagai proyek untuk reboisasi di daerah Hawaii dan daerah tropis lainnya. Di Sumatra, buah dari Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat direbus dan dijadikan gula untuk keperluan sehari-hari. Di Indonesia dan Filipina, getah dari kulit kayunya dapat dijadikan lem. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat juga digunakan sebagai kayu bakar, seratnya dapat dijadikan papan, daunnya dapat digunakan sebagai pengobatan (antiinflamasi, antidiabetik, dsb) dan pewarna (World Agroforesty Centre, 2002).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
8. Kandungan kimia Phommart
dkk.
(2005)
menemukan
kandungan
baru
yaitu
tanarifluranonol, tanariflavanon C, tanariflavanon D bersama dengan tujuh kandungan lain yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanone
B,
blumenol
A
(vomifoliol),
blumenol
B
(7,8
dihydrovomifoliol) dan annuionone E. Penelitian selanjutnya oleh Matsunami dkk. (2006), ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang kemudian difraksi dengan etil asetat di ketahui memiliki banyak kandungan kimia yang dapat di isolasi antara lain mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin dan isoquercitrin serta 4 senyawa megastigmane glucoside baru yang di beri nama macarangaiosides A-D seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Struktur isolat senyawa mallophenol B, macarangioside A, macarangioside B, macarangioside C, macarangioside D, lauroside E, methyl brevifoline carboxylate, serta campuran hyperin dan isoquercitrin dari daun Macaranga tanarius L. Mull.-Arg. (Matsunami, et al., 2006)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Beberapa tahun kemudian, dengan menggunakan pelarut yang sama (ekstrak metanol fraksi etil asetat) dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ditemukan 7 senyawa flavon yaitu macaflavanones A-G , bersama dengan 2 senyawa yang telah diketahui nymphaeol C dan diterpene kolavenol dengan struktur seperti pada gambar 5 (Kawakami, et al., 2008).
Gambar 5. Struktir isolasi senyawa macaflavanone A-G dan nymphaeol C (Kawakami, et al., 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Mallotinic acid, corilagin, macatanin A, chebulagic acid, dan macatanin B merupakan senyawa ellagitannin yang ditemukan pada ekstrak metanol fraksi etil asetat daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan struktur seperti pada gambar 6 (Gunawan-Puteri dan Kawabata, 2010).
Gambar 6. Struktur isolasi senyawa daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (1) mallotinic acid (2) corilagin (3) macatannin A (4) chebulagic acid (5) dan macatannin B (Gunawan-Putri dan Kawabata, 2010)
Pada gambar 6, terdapat rantai utama dengan rantai 4 rantai samping, di mana untuk mendapatkan senyawa-senyawa elligantin, struktur rantai utama akan digabungkan dengan beberapa rantai samping. 1. Senyawa mallotinic acid akan didapatkan dengan menggabungkan antara struktur rantai utama dengan rantai valoneayl di rantai samping R3 dan R6 dan penambahan gugus OH di rantai R2 dan R4 2. Senyawa corilagin didapatkan dengan menggabungkan struktur antara struktur rantai utama dengan rantai HHDP pada rantai samping R3 dan R6 dan penambahan gugus OH di rantai R2 dan R4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
3. Macatannin A dan chebulagic acid memiliki struktur rantai chebuloyl di rantai samping R2 dan R4, yang membedakan adalah pada macatannin A, rantai samping R3 dan R6 diisi oleh valoneayl, sedangkan chebulagic acid rantai R3 dan R6 diisi oleh HHDP Macatannin B memiliki struktur rantai tanaroyl di rantai samping R2 dan R4, serta memiliki sturktur rantai HHDP di rantai samping R3 dan R6. (Gunawan-Putri dan Kawabata, 2010)
E. Metode Penyarian Ekstraksi adalah proses di mana sebuah konstituen atau senyawa yang diinginkan dari tanaman diambil menggunakan pelarut yang sesuai. Salah satu cara utama untuk ekstraksi yaitu dengan memecah sel yang bersangkutan. Pemecahan sel dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis sel atau jaringan yang akan dihancurkan. Jika sel tumbuh dengan kultur suspensi sel atau jaringan kalus, sonikator dapat digunakan untuk memecah sel. Sel tanaman dari tanaman budidaya juga dapat dipecah dengan homogenizer kaca (Kaufman, Cseke, Warber, Duke, dan Brielmann, 1999). Ketika sel telah hancur/pecah, ekstraksi dapat dilakukan dengan tehnik yang sesuai. Senyawa yang larut air dan protein dapat diekstraksi dengan larutan buffer atau air. Senyawa organik dapat diekstraksi dengan pelarut organik. Etanol panas merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi awal semua senyawa (Harborne, 1998). Keberhasilan ekstraksi dengan alkohol memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
hubungan erat dengan banyaknya klorofil yang terambil oleh pelarut. Prosedur yang paling umum untuk memperoleh senyawa organik dari simplisia (jaringan suatu tanaman yang telah dikeringkan dan diserbuk) adalah dengan mengekstrak bahan serbuk secara terus-menerus di Soxhlet dengan pelarut, dimulai dengan petroleum eter dan kloroform (untuk memisahkan lemak dan terpenoid) dan kemudian menggunakan alkohol dan etil asetat (untuk senyawa yang lebih polar). Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyiapkan ekstrak yaitu ekstraksi pelarut organik, ekstraksi supercritical gas, dan destilasi uap (Ramaan, 2006). A. Ekstraksi dengan pelarut organik Ekstraksi dengan pelarut organik merupakan salah satu proses pemisahan substansi yang diinginkan dari bahan tanaman. Tanaman segar dan tanaman kering dapat digunakan untuk ekstraksi. Tanaman dicampurkan dengan pelarut seperti benzene, heksan, atau toluene. Pemilihan pelarut akan berdasarkan beberapa faktor yaitu karakter dasri substituent yang akan diekstraksi, biaya, dan pengaruh lingkungan. Apabila pelarut berhasil mengambil substansi/zat yang ingin diekstraksi maka hasil ekstraksinya disebut miscella. Miscella ini kemudian dipisahkan dari bahan tanaman. Ada beberapa tehnik dalam ekstraksi pelarut organik, yaitu maserasi, perkolasi, dan ekstraksi berlawanan (Ramaan, 2006). 1) Maserasi Metode maserasi merupakan metode yang melibatkan perendaman dan pengocokan antara pelarut dengan bahan serbuk tanaman secara bersamaan. Pengocokan dapat dilakukan dengan menggunakan rotary shaker. Umumnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
perendaman dilakukan 24 jam selanjutnya pelarut digantikan dengan pelarut baru (Ramaan, 2006). 2) Perkolasi Dengan metode ini bahan tanaman dibasahi dan dialiri dengan pelarut dan dibiarkan mengembang sebelum ditempatkan disalah satu chamber perkolasi. Kemudian bahan serbuk dibilas berulang kali dengan pelarut hingga semua bahan aktif habis. Metode ini lebih efektif dibandingkan maserasi. Kelemahannya, metode ini membutuhkan waktu yang lama dan pelarut yang banyak (Ramaan, 2006). 3) Ekstraksi berlawanan Metode ini cukup efektif di mana pelarut akan dialirkan berlawanan arah dari bahan serbuk. Tidak seperti maserasi dan perkolasi, yang merupakan proses batch, metode ini dilakukan secara terus menerus (Ramaan, 2006). B. Ekstraksi supercritical gas Metode ini akan mengekstraksi senyawa menggunakan gas. Serbuk bahan akan ditempatkan di dalam wadah yang dipenuhi dengan gas yang telah dikontrol suhu dan tekanannya. Gas akan melarutkan bahan aktif tanaman, kemudian akan dialirkan ke chamber yang akan memisahkan gas dengan bahan aktif di mana baik tekanan maupun suhu chamber ini akan lebih rendah. Ekstrak akan terpresipitasi keluar dan gas dapat digunakan kembali. Gas yang cocok untuk melakukan ekstraksi ini yaitu karbon dioksida, nitrogen, metana, etana, etilen, nitrat oksida, sulfur dioksida, propane, propilen, ammoniak, dan sulfur heksafluorida. Keuntungan metode ini yaitu metode ini dapat dilakukan di suhu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
rendah sehingga akan menjaga senyawa yang sensitif terhadap suhu (Ramaan, 2006). C. Destilasi uap Merupakan metode ekstraksi lain yang dapat digunakan. Bahan serbuk akan ditempatkan di tangki silinder dan uap akan dimasukkan dari bawah tangki. Uap akan melarutkan substansi yang diinginkan, kemudian uap itu akan memasuki kondensor, di mana uap akan terkondensasi kembali menjadi cairan (Stichlmair dan Fair, 1998). Kondensat akan masuk dalam labu, di mana ekstrak akan berada di atas ataupun di bawah dan terpisah dari air. Proses destilasi dikatakan selesai jika sudah tidak ada ekstrak yang muncul di kondensate. Air dan ekstrak dapat dipisahkan dengan penyaringan maupun sentrifugasi (Ramaan, 2006).
F. Fraksinasi Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu senyawa dari campuran senyawa di bawah beberapa kondisi seperti suhu, tekanan, atau konsentrasi. Hasil dari proses pemisahan itu akan disebut fraksi. Fraksi diterapkan di semua proses pemisahan terutama pada proses destilasi, kristalisasi, kondensasi, dan sublimasi (Eagleson, 1994). Pemilihan metode fraksinasi didasarkan pada beberapa faktor, seperti : 1) Senyawa yang terdapat dalam ekstrak Senyawa yang terdapat dalam ekstrak akan menentukan metode juga jenis pelarut yang akan digunakan. Penentuan pelarut akan mengikuti aturan like dissolve like, di mana polar akan terlarut di polar dan non-polar akan terlarut di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
non-polar. Jika air digunakan sebagai pelarut ekstrak, senyawa yang akan diambil bersifat polar dan mungkin termasuk juga senyawa yang memiliki muatan listrik. Sebaliknya, jika pelarut yang digunakan adalah pelarut non-polar seperti heksan, senyawa yang akan terambil adalah senyawa non-polar. Faktor lain yang mungkin berpengaruh yaitu kepekaan senyawa terhadap degradasi ketika proses pemisahan. Stabilitas senyawa sulit untuk diketahui sehingga untuk meminimalisir degradasi, prinsip yang dipakai yaitu meminimalisir suhu, melindungi senyawa dari cahaya, pelarut yang reaktif, dan senyawa lain (Houghton dan Raman, 1998). 2) Kegunaan dari fraksi yang dipisahkan Apabila fraksi akan digunakan untuk uji biologis, maka pelarut yang bersifat toksik tidak dapat digunakan selama proses pemisahan dan senyawa yang akan diambil dilarutkan di pelarut yang sesuai. Pelarut yang bersifat toksik dapat dihilangkan apabila hasil fraksi akan digunakan dalam uji biologis. Aspek toksisitas menjadi kurang penting ketika fraksi akan digunakan untuk fraksinasi lebih lanjut (fraksi yang toksik dapat dibuang) atau hanya untuk mengisolasi suatu senyawa tertentu (Houghton dan Raman, 1998). 3) Ketersediaan dan biaya alat bahan yang dibutuhkan Beberapa metode kromatografi modern dan peralatan bisa saja sangat mahal, tetapi masih banyak juga alternatif yang dapat digunakan dengan menggunakan prosedur dan peralatan yang sederhana (Houghton dan Raman, 1998).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
4) Keamanan Adanya paparan zat kimia dapat mengakibatkan resiko seperti efek samping akut atau kronis pada peneliti karena toksisitas atau adanya kerusakan bahan karena suhu (panas) atau korosi. Tehnik fraksinasi menjadi penting untuk meminimalisir resiko yang muncul (Houghton dan Raman, 1998). Metode yang dapat digunakan dalam fraksinasi yaitu : 1. Presipitasi Presipitasi terjadi ketika konsentrasi suatu zat dalam larutan melebihi kelarutan maksimalnya. Presipitasi dapat digunakan untuk mengambil senyawa yang diinginkan atau menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan atau mempertahankan senyawa yang diinginkan di larutan (Houghton dan Raman, 1998). 2. Ekstraksi pelarut Merupakan metode yang memakai 2 pelarut yang tidak saling campur. Ekstrak awalnya akan dilarutkan dengan suatu pelarut dan kemudian ditambahkan suatu pelarut lagi di mana pelarut 1 tidak bervampur dengan pelarut 2 dan akan membentuk 2 fase cairan. Senyawa dalam ekstrak akan memiliki kelarutan pada masing-masing pelarut dan akhirnya akan tercapai keseimbangan konsentrasi di antara 2 pelarut tersebut (Houghton dan Raman, 1998). 3. Distilasi Digunakan untuk pemisahan pada campuran senyawa yang mudah menguap. Metode ini biasanya digunakan oleh industri petrokimia namun aplikasinya sangat terbatas dan hanya dapat dilakukan pada fraksinasi ekstrak tumbuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
yang cepat menguap (kadang disebut minyak esensial) (Houghton dan Raman, 1998). 4. Dialisis Dialisis merupakan metode pemisahan komponen berdasarkan ukuran molekular. Proses ini terjadi secara alami di membran sel dan sangat penting dalam berbagai proses fisiologi (Houghton dan Raman, 1998).
G. .Landasan Teori Kerusakan hati dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya karena pemberian senyawa yang bersifat hepatotoksin. CCl4 digunakan sebagai model dengan dosis tertentu untuk merusak hati. Nantinya CCl4 akan dirubah menjadi senyawa yang lebih radikal yang sifatnya reaktif. Radikal triklorometil berikatan secara kovalen dengan lemak microsomal dan protein, lalu akan berinteraksi dengan membran fosfolipid dan kolesterol yang bersifat toksik (Timbrell, 2009). LDH merupakan enzim yang ada di beberapa jaringan tubuh, termasuk hati, di mana peningkatan LDH mengindikasikan adanya kerusakan di hati. Beberapa penelitian telah melaporkan peningkatan serum AST, ALT, dan LDH pada tikus yang diberikan CCl4 dibandingkan dengan normal mengindikasikan adanya kerusakan hati oleh induksi CCl4 (Raju, et al., 2003). Setelah pemberian CCl4 peningkatan kadar LDH terlihat hingga 1-3x nilai normalnya. Hal ini menandakan adanya kerusakan pada sel hati (Vitcheva, et al., 2012 ; Saba, et al., 2012 ; Zhang, et al., 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Untuk melawan senyawa yang bersifat radikal bebas, maka digunakanlah senyawa yang bersifat antioksidan. Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. telah terbukti memiliki senyawa antioksidan (Kumazawa, et al., 2014), karena itu daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat digunakan untuk mengurangi radikal bebas CCl4. Pada tikus yang mengalami kerusakan hati, pemberian ekstrak teh hijau yang memiliki antioksidan dapat mengurangi kerusakan hati secara signifikan. Kadar plasma ALT dan LDH yang berfungsi sebagai penanda kerusakan sel hati secara umum menurun secara signifikan setelah pemberian ekstrak teh hijau pada makanan tikus (Aluko, 2012). Gunawan-Putri dan Kawabata (2010) menemukan senyawa 5 ellagitannin yang berfungsi sebagai α-glucosidase inhibitor dan antioksidan yaitu mallotinic acid, corilagin, macatannin A, chebulogic acid, dan macatannin B. Tiga dari lima senyawa ellagitannin memiliki kemiripan lipofilisitas dengan pelarut yang digunakan yaitu heksan-etanol. Heksan etanol memiliki nilai lipofilisitas 2,97 memiliki kemiripan lipofilisitas dengan chebulogic acid (2,64) ; macatannin A (2,76) ; dan macatannin B (2,94). Menurut Koni (2013) dan Inggrid (2013) pemberian jangka pendek ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki sifat hepatoprotektif terhadap tikus yang terinduksi CCl4, sehingga dapat dilakukan penelitian untuk melihat sifat hepatoprotektif jangka pendek dari fraksi dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. H. Hipotesis Pemberian jangka pendek FHEMM mempunyai efek hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas serum LDH pada tikus betina galur Wistar yang diinduksi CCl4.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel utama a. Variabel bebas. Variasi dosis FHEMM yang diberikan kepada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4. b. Variabel tergantung. Penurunan kadar LDH pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 setelah pemberian jangka pendek (6 jam setelah pemberian CCl4) FHEMM. 2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi fisiologis hewan uji yang digunakan yaitu jenis kelamin, galur, umur, dan berat badan hewan uji, di mana hewan uji yang peneliti gunakan yaitu tikus betina galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan 130-180 gram. Cara pemberian senyawa hepatotoksin. Bahan daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang dipanen dari beberapa tempat di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Cara panen bahan
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
uji dan juga cara penyimpanan serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi patologis (terkait keadaan penyakit) dan variasi biologis (terkait proses ADME) tikus betina galur Wistar yang digunakan sebagai hewan uji. 3. Definisi operasional a. Fraksi heksan etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Fraksi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. adalah fraksi yang didapatkan dengan mengekstraksi serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan metanol-air. Kemudian hasil ekstrak kental metanol-air difraksinasi menggunakan heksan-etanol. b. Pemberian jangka pendek. Didefinisikan sebagai pemberian CCl4 sebagai senyawa penginduksi hepatotoksik dalam jangka waktu 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. c. Penurunan Kadar LDH. Didefinisikan sebagai penurunan kadar LDH yang signifikan dalam serum sebagai akibat dari pemberian perlakuan jangka pendek FHEMM yang akan dibandingkan dengan hasil LDH pada kelompok kontrol CCl4. C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama a. Hewan uji dalam penelitian ini adalah tikus betina galur Wistar yang berumur 2-3 bulan, berat badan 130-180 g, yang diperoleh dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang diperoleh dari pohon Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. di Paingan, Maguworjo, Sleman, Yogyakarta. 2. Bahan kimia a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah CCl4 yang diperoleh Laboratorium Kimia Analisis Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Olive oil Bertoli® sebagai pelarut senyawa hepatotoksin. c. Metanol dan aquadest sebagai pelarut yang digunakan untuk pembuatan ekstrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., diperoleh dari Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. d. Heksan dan etanol sebagai pelarut yang digunakan untuk pembuatan fraksi dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., diperoleh dari CV. General Labora. e. CMC sebagai kontrol negatif dan pelarut yang digunakan untuk melarutkan fraksi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., diperoleh dari Laboratorium Farmasi Fisika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. f. Reagen serum ALT-AST (Thermo Scientific) Reagen serum ALT-AST digunakan dalam menetapkan kadar ALT-AST pada data orientasi penelitian. Reagen serum yang digunakan adalah reagen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
AST-ASL daru Thermo Scientific. Komposisi dan konsentrasi reagen adalah sebagai berikut. Tabel IV. Komposisi dan Konsentrasi reagen ALT Bahan Aktif Konsentrasi L-Alanin
440 mmol/L
NADH
>0.18 mmol/L
LDH (microbial)
>1820 U/L
2-Oxoglutarate
16.5 mmol/L
Tris Buffer
88 mmol/L
Tabel V. Komposisi dan Konsentrasi reagen AST Bahan Aktif Konsentrasi 2-Oxoglutarate
13 mmol/L
L-Aspartate
220 mmol/L
MDH (microbial)
>100 U/L
LDH (microbial)
>1500 U/L
NADH
>0.12 mmol/L
Tris Buffer
88 mmol/L
EDTA
5.0 mmol/L (Thermo Scientific)
g. Reagen serum LDH (Thermo Scientific) dengan metode IFCC Reagen serum yang digunakan adalah reagen LDH-L dari Thermo Scientific. Komposisi dan konsentrasi reagen LDH-L adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Tabel VI. Komposisi dan Konsentrasi reagen LDH-L Komposisi Konsentrasi Tris Buffer
100 mmol/L
NAD
7 mmol/L
Lithium Lactate
50 mmol/L
KCl
120 mmol/L (Thermo Scientific) D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, mesin penyerbuk, ayakan, oven, stopwatch, erlenmeyer, beaker glass, corong Buchner, gelas ukur, labu alas bulat, cawan porselen, penangas air, kain mori, kertas saring, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik Mettler Toledo®, rotary evaporator, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc Terumo®, pipa kapiler, dan moisture balance. E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Determinasi dilakukan pada tanggal 28 Juli 2015 dengan melakukan pengamatan langsung pada tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang didapatkan dari pohon Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Pengamatan dilakukan di bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Pengumpulan bahan uji Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang masih segar, berwarna hijau, dan tidak busuk yang dipetik dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
lingkungan sekitar Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Pengumpulan daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan pada Juni 2015 pada pukul 09.00 hingga 12.00. 3. Pembuatan serbuk daun Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dipetik dari lingkungan sekitar Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Daun yang di ambil adalah daun yang masih segar, berwarna hijau, tidak busuk,dan tidak terlihat sakit. Pengumpulan daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan di bulan Juni 2015 sekitar pukul 09.00 – 12.00 WIB. Setelah didapatkan daun yang sesuai untuk penelitian, daun-daun tersebut di cuci bersih dengan air mengalir. Menurut Frazier (1978), pencucian satu kali dapat menghilangkan 25% dari umlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 30°C selama 24 jam sampai 48 jam hingga daun benar-benar kering, tandanya yaitu daun mudah meremah atau patah bila di diremas. Setelah itu daun dihancurkan dengan tangan dan di haluskan dengan blender. Selanjutnya, serbuk yang telah halus diayak menggunakan ayakan nomor 50. 4. Penetapan kadar air serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak ± 5 g kemudian diratakan. Bobot serbuk kering daun tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 110°C. Serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 [ 𝑥 100%] 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 5. Pembuatan ekstrak metanol serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 40 g serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. direndam dalam 200 mL pelarut metanol 50% pada suhu kamar selama 1x24 jam. Tujuan dilarutkan dalam pelarut metanol agar senyawa kimia yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat larut dalam pelarut. Setelah dilakukan perendaman, hasil maserasi kemudian disaring menggunakan corong Buchner, yang dilapisi kertas saring, sehingga diperoleh filtrat. Filtrat hasil saringan dipindahkan dalam labu alas bulat untuk diuapkan dengan rotary evaporator dengan kecepatan 140 rpm dan suhu 70°C. Tujuan penggunaan rotary evaporator yaitu mempercepat penguapan pelarut sehingga didapatkan ekstrak Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang memiliki senyawa yang diharapkan. Rotary evaporator mampu mempercepat penguapan karena adanya perbedaan suhu dan tekanan di luar labu dengan di dalam labu. Suhu di luar labu akan lebih rendah daripada suhu di dalam labu, sedangkan tekanan di luar labu akan lebih tinggi daripada tekanan di dalam labu. Hasil evaporasi dituangkan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya, agar mempermudah perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Cawan porselen yang berisi larutan hasil evaporasi dipanaskan di atas waterbath dengan suhu 80oC untuk mendapatkan ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang kental dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap. Menghitung ratarata rendemen FHEMM kental yang telah diperoleh. 6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Fraksi dibuat secara maserasi menggunakan pelarut heksan etanol dengan perbandingan heksan etanol yqang digunakan yaitu 50 : 50. Ekstrak dilarutkan dengan perbandingan ekstrak : pelarut (1:5). Selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan heksan etanol dan dimaserasi 24 jam menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm. Selanjutnya fraksi difiltrasi di oven pada suhu 50°C hingga terbentuk fraksi kering. 7. Pembuatan larutan CMC 1% sebagai pelarut fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Ditimbang sebanyak 5,0 gram CMC, kemudian dikembangkan menggunakan aquadest 300,0 mL dan didiamkan selama 24 jam hingga CMC mengembang. Larutan tersebut kemudian diadd dengan aquadest hingga 500,0 mL pada labu ukur 500,0 mL.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
8. Pembuatan larutan sediaan fraksi heksan etanol esktrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Larutan sediaan FHEMM dibuat dengan menimbang 600 mg FHEMM kental kemudian melarutkannya dengan 20 ml CMC 1% dalam gelas beaker. Larutan tersebut kemudian didegasing selama ± 30 menit, kemudian ditambahkan dengan CMC 1% hingga 25 mL pada labu ukur 25 mL. 9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida Larutan CCl4 dibuat dengan melarutkan CCl4 dengan olive oil, dengan perbandingan volume 1:1. 10. Uji pendahuluan a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida. Menurut Janakat dan AlMerie (2002) dosis karbon tetraklorida sebesar 2 mL/Kg BB menginduksi kerusakan hati pada tikus betina galur Wistar. Dosis tersebut mampu merusak sel-sel hati pada tikus betina yang ditunjukkan melalui peningkatan kadar ALT dan AST 3-4 kali tetapi tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. b. Penetapan dosis fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Penetapan dosis dilakukan dengan membuat terlebih dahulu larutan sediaan FHEMM, di mana fraksi kering Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. ditimbang seksama 600 mg dan dilarutkan pada 25 ml larutan CMC-Na 1% dengan BB tikus maksimal 350 gram. Kemudian dibuatlah 3 peringkat dosis dari konsentrasi tersebut, di mana dosis tertinggi diberikan 2 mL dari konsentrasi larutan, dosis sedang diberikan 1 mL, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
pada dosis terendah akan diberikan 0,5 mL dengan faktor kelipatan peringkat dosis 2. Sehingga perhitungan dosisnya yaitu : 1)
Dosis terendah (volume pemberian 0,5 mL) D x BB = V x C D=
2)
0,5 𝑚𝐿 𝑥
600𝑚𝑔 𝑚𝐿 25
350 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,03428 mg/g BB = 34,28 mg/kgBB
Dosis sedang (volume pemberian 1 mL) D x BB = V x C D=
3)
1,0 𝑚𝐿 𝑥
600𝑚𝑔 𝑚𝐿 25
350 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,06857 mg/g BB = 68,57 mg/kgBB
Dosis tertinggi (volume pemberian 2 mL) D x BB = V x C D=
2,0 𝑚𝐿 𝑥
600𝑚𝑔 𝑚𝐿 25
350 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,13714 mg/g BB = 137,14 mg/kgBB
c. Penetapan waktu pencuplikan darah. Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemejanan CCl4. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata kemudian diukur kadar serum ALT dan AST-nya. 11. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji Hewan uji tikus betina galur Wistar dibagi acak menjadi 6 kelompok, masingmasing 5 ekor. Pengelompokan hewan uji adalah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
a. Kelompok I (kelompok kontrol CMC). Perlakuan dilakukan secara peroral dan diberikan larutan CMC. Pada jam ke-6 setelah pemberian CMC, diambil darahnya untuk penetapan aktivitas LDH. b. Kelompok II (kelompok kontrol CCl4). Perlakuan dilakukan secara peroral dan diberikan larutan CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB yang telah dilarutkan olive oil. Pada jam ke-24 setelah pemberian CCl4, diambil darahnya untuk penetapan aktivitas ALT-AST. c. Kelompok III (kelompok kontrol dosis III tanpa pemberian CCl4). Perlakuan dilakukan peroral dan diberikan sediaan FHEMM dengan dosis 137,14 mg/kgBB. Pada jam ke-6 setelah pemberian FHEMM, diambil darahnya untuk penetapan aktivitas LDH. d. Kelompok IV merupakan kelompok dosis terkecil FHEMM yaitu 34,28 mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive oil secara intraperitonial. e. Kelompok V merupakan kelompok dosis terkecil FHEMM yaitu 68,57 mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive oil secara intraperitonial. f. Kelompok VI merupakan kelompok dosis terkecil FHEMM yaitu 137,14 mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive oil secara intraperitonial. Kelompok perlakuan IV, V, dan VI dilakukan secara peroral kemudian diberikan CCl4 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada jam ke-24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
setelah pemberian CCl4, semua kelompok diambil darahnya untuk penetapan aktivitas LDH. 12. Pengukuran kadar LDH Pengukuran sampel darah dan penetapan aktivitas serum LDH dilakukan di Laboratorium Pusat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil Data orientasi CCl4 yang ditunjukan dengan peningkatan ALT-AST dan peningkatan kadar LDH diuji dengan Saphiro-Wilk untuk mengetahui kenormalan distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah masing-masing kelompok memiliki perbedaan bermakna. Selain uji One Way ANOVA juga dilakukan uji levene untuk melihat variansi data apakah memiliki kesamaan atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan uji Tuckey HSD jika diasumsikan data memiliki variansi yang sama, atau uji Games-Holim jika tidak diasumsikan data memiliki variansi yang sama. Namun, bila didapatkan distribusi tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas LDH serum antar kelompok. Kemudian, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM terhadap penurunan kadar LDH dan mengetahui dosis yang paling efektif pemberian jangka pendek FHEMM terhadap penurunan kadar LDH pada tikus betina yang CCl4. Hasil penelitian yang akan dibahas meliputi determinasi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., pembuatan serbuk daun, penetapan kadar air pada serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., pembuatan fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., uji pendahuluan, dan pengukuran kadar LDH. A. Hasil Determinasi Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Determinasi yang dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa daun yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian memang benar daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang di maksud. Determinasi dilakukan di bagian Biologi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada pada tanggal 28 Juli 2015. Determinasi dapat dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri makroskopis antara daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. literatur yang ada. Hasil determinasi yang diperoleh, menyatakan bahwa bahan yang digunakan memang benar daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Hasil determinasi yang diperoleh dapat dibuktikan dengan surat determinasi asli pada Lampiran 5 atas nama Saudari Penina Kurnia Uly.
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Penetapan kadar air pada serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. bertujuan untuk mengetahui kadar air pada serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., yang digunakan sebagai bahan penelitian. Penetapan kadar air dilakukan menggunakan alat moisture balance yang ada di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Sanata Dharma dengan metode susut pengeringan atau gravimetri. Serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. di timbang seksama sebanyak 5 gram, lalu di panaskan dengan suhu 110°C selama 15 menit. Setelah pemanasan 15 menit dilakukan penimbangan lagi terhadap bobot serbuk. Selisih antara bobot sebelum pemanasan dengan bobot sesudah pemanasan merupakan hasil dari kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Selanjutnya dilakukan replikasi 3 kali untuk mendapatkan kadar air yang pasti. Hasil yang didapatkan setelah melakukan 3 replikasi yaitu 8,76%. Menurut Farmakope edisi IV (1995) kadar air pada serbuk kering memiliki persyaratan kurang dari 10%, sehingga serbuk daun yang akan digunakan telah sesuai dengan syarat yang ada. C. Hasil Rendemen Fraksi Heksan Etanol Ekstrak Metanol Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Serbuk daun diekstrak dengan metanol-air, di mana perbandingan antara pelarut dengan serbuknya yaitu 1 : 5. Serbuk daun ditimbang 40 gram dan dilarutkan dalam 200 ml pelarut (metanol-air dengan perbandingan 1:1). Kemudian di maserasi di atas shaker selama 24 jam dan hasil maserasinya disaring menggunakan corong Buchner untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan. Hasil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
penyaringan kemudian akan diuapkan dengan rotary evaporator. Tujuannya agar pelarut yang berupa metanol dan air akan menguap dan meninggalkan senyawa yang diinginkan. Suhu yang digunakan adalah 70°C, di mana pada suhu ini metanol dan air akan menguap dan juga menjaga agar senyawa yang diinginkan tidak rusak. Hasil penyaringan akan diuapkan hingga menjadi ekstrak kental, yang selanjutnya ekstrak kental tersebut akan diuapkan di oven hingga menjadi ekstrak kering dengan bobot pengeringan yang tetap. Setelah didapatkan ekstrak kering Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., pembuatan fraksi dilakukan dengan melarutkan ekstrak dengan pelarutnya yaitu heksan-etanol (perbandingan heksan-etanol yaitu 1:1) dengan perbandingan antara ekstrak dengan pelarut 1:5. Pemilihan heksan-etanol didasarkan pada kecocokan lipofilisitas antara senyawa yang akan di ambil dengan pelarutnya. Setelah dilihat menggunakan aplikasi Marvinsketch didapatkan bahwa lipofilisitas antara heksanetanol hampir sama dengan senyawa yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang ingin digunakan. FDA (Food and Drug Administration) (1997, 2003) telah membagi pelarut berdasarkan resikonya terhadap kesehatan manusia, yaitu : 1. Kelas 1 (Pelarut yang dihindari) Diduga kuat memiliki sifat karsinogenik bagi manusia dan berbahaya terhadap lingkungan. Contohnya : Benzene ; 1,2-dikloroetan ; dan 1,1-dikloroetan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
2. Kelas 2 (Pelarut yang dibatasi) Didefinisikan sebagai pelarut yang bersifat karsinogen pada hewan atau penyebab kemungkinan terjadinya toksisitas irreversible lain seperti neurotoksisitas atau teratogenik. Contohnya : hexan, piridin, dan metanol. 3. Kelas 3 (Pelarut dengan potensial tosik rendah) Didefinisikan sebagai pelarut dengan kadar toksisitas yang rendah untuk manusia dan tidak memiliki batasan pengaruh pelarut terhadap kesehatan. Contohnya : etanol, aseton, etil asetat, dan dimetil sulfoksida. Berdasarkan FDA, pelarut yang digunakan memiliki sifat toksik. Oleh sebab itu, sebelum fraksi diujikan ke hewan uji, pelarut (heksan-etanol) dapat dihilangkan terlebih dahulu. Tehnik yang dapat dilakukan yaitu dengan menguapkan pelarut yang digunakan. Tehnik ini mengubah pelarut dari fase cair menjadi fase uap, maka dari itu dibutuhkan penurunan tekanan dan/atau peningkatan suhu untuk mendapatkan tehnik ini (Rostagno dan Prado, 2013). Langkah selanjutnya, ekstrak yang telah dilarutkan dengan heksan-etanol dimaserasi di shaker selama 24 jam, dan hasil maserasinya akan di saring dengan corong Buchner kemudian dikeringkan di oven dengan suhu 40°C hingga mencapai bobot pengeringan yang tetap. Fraksi dikeringkan dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga fraksi tidak memiliki efek toksik dan aman bagi hewan uji. Selama penelitian, dilakukan perhitungan rendemen fraksi yang didapatkan oleh peneliti, di mana rendemen fraksi yang didapatkan peneliti yaitu 3,51%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
D. Uji Pendahuluan 1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida bertujuan untuk melihat dosis dari karbon tetraklorida yang mampu menimbulkan kerusakan hati berupa degenerasi melemak (steatosis). Menurut Janakat dan Al-Merie (2002) dosis karbon tetraklorida sebesar 2 mL/KgBB mampu menginduksi kerusakan hati pada tikus. Dosis tersebut mampu merusak sel-sel hati pada tikus yang ditunjukkan melalui peningkatan kadar ALT dan AST 3-4 kali tetapi tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. 2. Penetapan dosis fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Tujuan penetapan dosis FHEMM adalah untuk menentukan tingkatan dosis FHEMM yang akan digunakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011), konsentrasi tertinggi ekstrak metanol yang dapat dipejankan yaitu 384 mg/ml atau sehingga dosis maksimal yang dapat diberikan secara per oral kepada tikus yaitu 3,84 g/kgBB. Namun, penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan fraksi heksan etanol, maka dosis FHEMM yang akan diberikan pada tikus lebih kecil daripada dosis ekstrak menurut literatur. Sebelum menentukan dosis FHEMM, terlebih dahulu dibuat larutan sediaan FHEMM yaitu 600 mg FHEMM dalam 25 ml CMC-Na 1%. Setelah itu dari konsentrasi larutan tersebut ditetapkan untuk dosis tertinggi akan diberikan 2 mL larutan sediaan FHEMM, untuk dosis sedang akan diberikan 1 mL larutan sediaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
FHEMM, dan untuk dosis terendah akan diberikan 0,5 mL larutan sediaan FHEMM. Tiga peringkat dosis FHEMM yang akan dipejankan yaitu 34,28 mg/kgBB sebagai dosis terendah FHEMM ; 68,57 mg/kgBB sebagai dosis tengah FHEMM ; dan 137,14 mg/kgBB sebagai dosis tertinggi FHEMM. 3. Penetapan waktu pencuplikan darah Penanda enzim yang spesifik untuk kerusakan hati merupakan ALT dan AST. Namun, selain kedua enzim tersebut, penanda lain seperti LDH, glutamate, isositrat, dan malate dehydrogenase juga merupakan penanda pada kerusakan hati (McClatchey, 2002). Aktivitas pada serum AST dan LDH akan cenderung sejajar/seimbang dengan aktivitas ALT pada kerusakan hati. Umumnya, enzim yang digunakan sebagai pengukuran yaitu AST karena LDH cenderung memiliki variabilitas yang lebih besar. Peningkatan aktivitas serum AST yang disebabkan karena hepatotoksisitas biasanya kurang jelas jika dibandingkan peningkatan pada aktivitas serum ALT (Hayes, 2007). Penetapan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui efek maksimal dari karbon tetraklorida terhadap peningkatan ALT dan AST tikus. Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemejanan CCl4 secara intraperitonial. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata dengan pipa kapiler. Setelah pemejanan CCl4, pada jam ke-24 kadar ALT-AST mengalami peningkatan hingga 3-4 kali nilai normalnya, sedangkan pada jam ke-48 mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
penurunan pada kadar ALT-AST. Data primer yang didapat diuji dengan uji Saphiro-Wilk dan hasilnya dapat dilihat di Tabel VII dan gambar 7. Tabel VII. Rata-rata aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam Waktu Pencuplikan (jam) Rata-rata aktivitas kadar ALT ± SE (U/L) 0 66,8 ± 0,84 24 184,0 ± 16,49 48 62,3 ± 15,58 Keterangan. SE : Standar Error Tabel VIII. Hasil uji Tuckey aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam Selang Waktu (jam) 0 24 48 0 BB BTB 24 BB BB 48 BTB BB Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05) dan BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
Gambar 7. Diagram batang yang menunjukan aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Berdasarkan hasil yang didapatkan, aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 pada 3 waktu pencuplikan menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal sehingga analisis data dapat berlanjut ke uji One Way ANOVA. Uji ANOVA merupakan uji statistik untuk melihat apakah tiap kelompok memiliki perbedaan yang bermakna. Ketika melakukan uji One Way ANOVA, dapat juga dilakukan uji levene untuk melihat variansi dari tiap kelompok apakah sudah homogen atau belum. Setelah dianalisis, aktivitas ALT memperlihatkan signifikansi sebesar 0,001 (normalnya p<0,05) yang artinya pada 3 kelompok waktu pencuplikan ALT variansi antar data sudah homogen. Analisis kemudian dilanjutkan dengan uji Tuckey HSD untuk mengetahui perbedaan kebermaknaan setiap kelompok. Hasil dari uji Tuckey HSD dapat dilihat pada tabel VIII. Hasil analisis data menunjukan bahwa pada waktu pencuplikan darah ke-0 dan 24 mengalami perbedaan yang bermakna. Dari tabel VI dapat dilihat kenaikan aktivitas ALT yaitu sebesar 184,0 ± 16,49 U/L. Aktivitas ALT pada jam ke-48 mengalami penurunan hingga 62,3 ± 15,58 U/L. Penurunan ini menjadikan aktivitas ALT di jam ke-48 dan 0 mengalami perbedaan yang tidak bermakna, berarti saat jam ke-48 kadar ALT mulai normal kembali. Selain ALT, orientasi dilakukan dengan mengukur kadar AST pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4. Hasil pengukuran kadar AST dan analisis statistiknya dapat dilihat pada tabel IX dan gambar 8.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Tabel IX. Rata-rata aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam Waktu Pencuplikan (jam) Rata-rata aktivitas kadar AST ± SE (U/L) 0 154,20 ± 2,08 24 669,57 ± 8,37 48 197,73 ± 9,55 Keterangan. SE : Standar Error Tabel X. Hasil uji Tuckey aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam Selang Waktu (jam) 0 24 48 0 BB BB 24 BB BB 48 BB BB Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05) dan BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
Gambar 8. Diagram batang yang menunjukan aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Shapiro-Wilk pada aktivitas AST tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 pada 3 waktu pencuplikan menunjukan bahwa data terdistribusi normal pada jam ke-24 dengan signifikansi 0,537 ; 0,053 ; 0,532 (p>0,05) sehingga analisis yang dilakukan selanjutnya yaitu dilakukan uji Oneway ANOVA untuk melihat perbedaan antar kelompok dan uji levene untuk melihat variansi antar kelompok. Hasil uji levene menunjukkan bahwa diasumsikan variansi antar sama sehingga uji dilanjutkan menggunakan posthoc Tuckey untuk melihat kebermaknaan data yang dapat dilihat pada tabel X. Hasil analisis data menunjukan bahwa pada waktu pencuplikan darah ke-0, 24, dan 48 mengalami perbedaan yang bermakna. Dari tabel IX dapat dilihat kenaikan aktivitas AST yaitu sebesar 669,57 ± 8,37 U/L. Aktivitas AST pada jam ke-48 mengalami penurunan hingga 197,73 ± 9,55 U/L. Purata aktivitas AST pada waktu pencuplikan darah jam ke-0 sebesar 154,20 ± 2,08 U/L juga mengalami perbedaan yang bermakna dengan purata aktivitas AST pada jam ke 48. Namun, dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa adanya peningkatan aktivitas AST pada jam ke-24 setelah induksi CCl4 dan penurunan aktivitas AST pada jam ke-48 yang mendekati angka normal AST. Hal ini mengindikasikan pada jam ke-48 kadar AST mulai kembali normal secara perlahan. Berdasarkan hasil orientasi, CCl4 memberikan efek hepatotoksik secara maksimal pada jam ke-24 dibandingkan jam ke-48, oleh karena itu waktu pencuplikan darah pada penelitian ini akan dilakukan di jam ke-24 setelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
pemberian CCl4 karena pada jam ke-24 kadar ALT-AST mengalami peningkatan yang signifikan yang menandakan adanya kerusakan hati. E. Pengukuran Kadar LDH Selain ALT dan AST masih terdapat parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk melihat adanya kerusakan hati. LDH merupakan salah satu enzim yang dapat menjadi parameter kerusakan hati. Perlakuan pada penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok hewan uji yaitu kelompok kontrol CMC, kontrol CCl4, kontrol dosis III, perlakuan dosis I, perlakuan dosis II, dan perlakuan dosis III. Perlakuan dosis pada penelitian ini diberikan dalam 3 peringkat dosis, yaitu 34,28 ; 68,57; dan 137,14 mg/kgBB. Perlakuan yang diberikan kepada hewan uji yaitu hewan uji akan diberikan larutan sediaan FHEMM, 6 jam kemudian akan diberikan karbon tetraklorida, dan 24 jam kemudian akan diukur kadar LDHnya. Efek hepatoprotektif dari FHEMM dapat diketahui dengan melihat penurunan dari aktivitas LDH pada tikus yang terpejan CCl4. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji Shapiro-Wilk, diketahui bahwa aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal maka uji dapat dilanjutkan dengan uji Oneway ANOVA dan uji levene. Hasil yang didapat menunjukan adanya perbedaan bermakna namun uji levene menunjukkan bahwa tidak diasumsikan variansi data sama dengan signifikansi 0,006 (p<0,05) sehingga analisis dapat dilanjutkan dengan posthoc uji Games-Howell dan datanya akan disajikan dalam tabel X dan XII serta gambar 9.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Tabel XI. Rata-rata aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB 6 jam setelahnya Kelompok
Perlakuan Hewan Uji
I II III
Kontrol CMC 2 mL/kgBB Kontrol CCl4 2 mL/kgBB Kontrol FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB FHEMM dosis 68,57 mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB FHEMM dosis 137,14 mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB
IV V VI
Rata-Rata Aktivitas LDH ± SE (U/L) 1021,2 ± 123,85 1848,8 ± 47,79 395,4 ± 42,59 968,4 ± 53,23 875,0 ± 19,38 842,8 ± 28,53
Gambar 9. Diagram batang aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB 6 jam setelahnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Tabel XII. Hasil Uji Games-Howell aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian FHEMM dan 6 jam setelah CCl4 dosis 2 mL/kgBB Kontrol Kontrol Kontrol Perlakuan CMC CCl4 FHEMM FHEMM 2mL/kgBB 2mL/kgBB Dosis III Dosis I + CCl4 2mL/KgBB Kontrol CMC 2mL/kgBB Kontrol CCl4 2mL/kgBB Kontrol FHEMM Dosis III Perlakuan FHEMM Dosis I + CCl4 2mL/KgBB Perlakuan FHEMM Dosis II + CCl4 2mL/KgBB Perlakuan FHEMM Dosis III + CCl4 2mL/KgBB
BB BB
Perlakuan FHEMM Dosis II + CCl4 2mL/KgBB
Perlakuan FHEMM Dosis III + CCl4 2mL/KgBB
BB
BTB
BTB
BTB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BTB
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BTB
BB
BB
BTB
BTB
BB
BB
BTB
BTB
BTB
Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05) ; BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05) ; Dosis I FHEMM : 34,28 mg/kgBB ; Dosis II FHEMM : 68,57 mg/kgBB ; Dosis III FHEMM : 137,14 mg/kgBB
1. Kelompok Kontrol CMC dosis 2 mL/kgBB CMC atau Carboxyl-Methyl-Cellulose digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan FHEMM kering dengan konsentrasi larutan sediaan FHEMM 600mg/25ml. Selain itu CMC digunakan sebagai kontrol negatif pada penelitian ini. Kontrol negatif CMC diberikan pada dosis 2 mL/kgBB secara peroral kemudian 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
jam setelah pemberian, darah tikus akan diambil dan diukur kadar LDHnya. Tujuan dari dilakukannya kontrol CMC ini yaitu agar peneliti mempunyai patokan (nilai baseline) atau sebagai nilai normal yang nantinya akan dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis. Dari hasil penelitian di dapatkan kadar LDH pada kelompok kontrol CMC sebesar 1021,2 ± 123,85 U/L. Clichici, Olteanu, Nagy, Oros, Filip, danm Mircea (2014) melakukan penelitian hepatoprotektif menggunakan Silymarin yang dilarutkan dalam CMC sebagai bahan aktif. Hasil penelitian yang didapat, menyatakan bahwa hati kelompok hewan uji CMC menunjukan tidak adanya perubahan secara makroskopis. Pada pengamatan secara makroskopis, menunjukan hati hewan uji percobaan memiliki permukaan nodular halus dan berwarna agak pucat. Pada pengukuran kadar LDH, tidak ditemukan peningkatan kadar LDH pada kelompok hewan uji CMC. 2. Kontrol CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB Kelompok kontrol CCl4 digunakan untuk melihat pengaruh pemberian CCl4 terhadap tingkat kerusakan hati. Menurut Janakat dan Al-Merie (2002) dosis 2 mL/kgBB CCl4 sudah dapat menimbulkan kerusakan hati. Maka, pada penelitian ini, digunakan dosis CCl4 sebesar 2 mL/kgBB dan diberikan secara intraperitonial. Dua puluh empat jam setelah pemejanan, kadar ALT-AST diukur sebagai penanda kerusakan hati, di mana ALT-AST merupakan parameter yang spesifik untuk melihat kerusakan hati. Selain itu, kontrol CCl4 akan digunakan sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
pembanding dengan kelompok perlakuan dosis (3 peringkat dosis) dan kelompok CMC sehingga peneliti dapat melihat kadar penurunan aktivitas LDH. Pada analisis data, didapatkan purata kontrol CCl4 dengan dosis 2mL/kgBB yaitu 1848,8 ± 47,79 U/L sedangkan purata pada kelompok kontrol CMC dengan dosis yang sama (2mL/kgBB) yaitu 1021,2 ± 123,85 U/L. Secara statistik, didapatkan bahwa adanya perbedaan bermakna dengan signifikansi 0,010 (p<0,05) antara kelompok CMC dengan CCl4, yang artinya pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB menimbulkan kerusakan hati. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan kadar LDH pada tikus yang terinduksi CCl4. 3. Kelompok Kontrol Dosis tertinggi yaitu dosis 137,14 mg/kgBB Kelompok kontrol dosis tertinggi yaitu dosis 137,14 mL/kgBB dilakukan tanpa pemberian CCl4 dosis 2 mL/kgBB bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian FHEMM pada tikus betina galur Wistar. Pada penelitian ini digunakan 3 peringkat dosis di mana dosis tertinggi yang ada yaitu 137,14 mg/kgBB. Dosis tertinggi digunakan untuk mewakili dosis I dan dosis II, dimana pada dosis III ini dianggap memiliki kandungan senyawa FHEMM yang paling tinggi. Purata aktivitas LDH yang diperoleh dari kontrol dosis III FHEMM ini sebesar
395,4 ± 42,59 U/L dan apabila dibandingkan dengan kontrol CCl4 dosis
2 mL/kgBB (1848,8 ± 47,79 U/L) menunjukan perbedaan yang bermakna dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Bila dibandingkan dengan purata kontrol CMC dosis 2 mL/kgBB juga menunjukan perbedaan yang bermakna dengan signifikansi 0,033 (P<0,05). Kedua hasil analisis ini menunjukan bahwa pemberian FHEMM dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
dosis 137,14 mg/kgBB tidak meningkatkan aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar. Penelitian oleh Faloppi, et al., (2014) melaporkan penurunan kadar LDH memiliki hasil yang baik pada pasien hepatoselular karsinoma. Kadar LDH yang rendah dapat mengindikasikan terjadinya defisiensi LDH atau transudate efusi pleural. Oleh sebab itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat fungsi pleural pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 yang diberikan FHEMM. Fungsi pleural yang dilihat yaitu adanya transudate efusi pleural atau bahkan kelainan fungsi pleural yang lain akibat dari penurunan LDH. 4. Kelompok pemberian FHEMM dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB Kelompok pemberian FHEMM dibagi menjadi 3 peringkat dosis yang memiliki faktor kelipatan 2. Dosis yang digunakan yaitu 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB. Ketiga peringkat dosis ini yang nantinya akan dikaitkan dengan penurunan kenaikan aktivitas LDH yang disebabkan karena induksi CCl4 dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Purata dari aktivitas LDH pada perlakuan dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB secara berturut-turut adalah 968,4 ± 53,23 U/L ; 875,0 ± 19,38 U/L ; dan 842,8 ± 28,53 U/L. Kelompok dosis terendah FHEMM yaitu 34,28 mg/kgBB memiliki purata sebesar 968,4 ± 53,23 U/L memberikan perbedaan bermakna pada signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan kelompok kontrol CCl4 dosis 2 mL/kgBB (1848,8 ± 47,79 U/L). Hal ini berarti FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDH akibat CCl4. Berbeda dengan kelompok kontrol CCl4, FHEMM
34,28
mg/kgBB memberikan perbedaan tidak bermakna dengan signifikansi 0,998
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
(p<0,05) terhadap kelompok CMC dosis 2 mL/kgBB (1021,2 ± 123,85 U/L). Hal ini berarti adanya penurunan kenaikan kadar LDH pada tikus yang terinduksi CCl4 akibat pemberian FHEMM 34,28 mg/kgBB sudah mendekati normal. Pembahasan selanjutnya, pada kelompok dosis sedang FHEMM yaitu 68,57 mg/kgBB memiliki purata sebesar 875,0 ± 19,38 U/L menunjukan perbedaan yang bermakna pada signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan kelompok kontrol CCl4 dosis 2 mL/kgBB (1848,8 ± 47,79 U/L). Hal ini berarti dosis FHEMM sebesar 68,57 mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDH pada tikus betina yang terinduksi CCl4. Aktivitas LDH yang dihasilkan oleh FHEMM 68,57 mg/kgBB memberikan perbedaan tidak bermakna dengan signifikansi 0,835 (p<0,05) terhadap kelompok CMC dosis 2 mL/kgBB (1021,2 ± 123,85 U/L). Maka, ini berarti terjadi penurunan kadar LDH setara keadaan normal setelah diberikan sediaan FHEMM 68,57 mg/kgBB. Penurunan LDH mengindikasikan adanya perbaikan fungsi atau respon yang baik pada terapi yang diberikan. Sama seperti kedua peringkat dosis sebelumnya, kelompok dosis tertinggi FHEMM yaitu 137,14 mg/kgBB memiliki purata sebesar 842,8 ± 28,533 U/L memberikan perbedaan yang bermakna pada signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan kelompok kontrol CCl4 dosis 2 mL/kgBB (1848,8 ± 47,79 U/L). Hal ini berarti FHEMM 137,14 mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDH pada tikus betina yang terinduksi CCl4. FHEMM
137,14 mg/kgBB memberikan perbedaan tidak
bermakna dengan signifikansi 0,728 (p<0,05) pada kelompok CMC dosis 2 mL/kgBB (1021,2 ± 123,85 U/L). Maka, ini berarti keadaan hati setelah pemberian FHEMM 137,14 mg/kgBB sudah setara hingga keadaan normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Dari ketiga peringkat dosis yang diberikan kepada hewan uji, secara statistik antar ketiganya menunjukan hubungan berbeda tidak bermakna. Kelompok dosis terendah yaitu 34,28 mg/kgBB (968,4 ± 53,23 U/L) menunjukan perbedaan yang tidak bermakna (signifikansi 0,607 ; p<0,05) dengan kelompok dosis sedang yaitu 68,57 mg/kgBB (875,0 ± 19,38 U/L). Walaupun secara teori kedua peringkat dosis tersebut memiliki faktor kelipatan 2 namun efek yang ditimbulkan tidak berbanding lurus. Pada perbandingan kelompok dosis 34,28 mg/kgBB dengan purata sebesar 968,4 ± 53,23 U/L memperlihatkan hubungan perbedaan yang tidak bermakna (signifikansi 0,399 ; p<0,05) dengan kelompok dosis 137,14 mg/kgBB dengan purata aktivitas LDH sebesar 842,8 ± 28,53 U/L. Selanjutnya, hasil yang sama ditunjukan pada perbandingan purata dosis 68,57 mg/kgBB dengan dosis 137,14 mg/kgBB yaitu ada perbedaan tidak bermakna dengan signifikansi 0,925 (p<0,05) antar kelompok datanya. Kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan secara statistik menunjukan bahwa pemberian FHEMM dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB pada tikus yang terinduksi CCl4 dapat menurunkan kadar LDH pada tikus terinduksi CCl4. Namun, antara 3 peringkat dosis yang diuji cobakan dengan faktor kelipatan 2, efek yang ditimbulkan tidak sebanding lurus dengan dosis yang diberikan. Hal ini ditunjukan dengan hubungan antar kelompok 3 peringkat dosis yang memiliki hubungan berbeda tidak bermakna satu dengan yang lain. Dari hasil penelitian, peneliti dapat menjawab permasalahan kedua yaitu tidak ada kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM dengan penurunan kadar LDH pada tikus betina yang terinduksi CCl4. Semakin tinggi dosis FHEMM
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
yang diberikan, maka penurunan peningkatan kadar LDH yang terjadi relatif sama. Maka, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mencoba dosis lebih kecil dari 34,28 mg/kgBB. F. Ringkasan Pembahasan Hepatoprotektif merupakan senyawa yang dapat melindungi hati. Kerusakan hati dapat dilihat dari parameter-parameter berupa enzim yang terdapat di hati seperti ALT, AST, ALP, bilirubin, dan LDH. Pada keadaan hati yang rusak akan dijumpai kadar LDH yang tinggi. Fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. diduga memiliki efek hepatoprotektif, sehingga dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian FHEMM terhadap kadar LDH tikus betina yang terinduksi CCl4. CCl4 pada penelitian ini berfungsi sebagai hepatotoksin atau senyawa yang dapat menginduksi kerusakan hati. Harapan peneliti, dengan pemberian FHEMM maka kadar LDH yang awalnya meningkat karena induksi CCl4 akan mengalami penurunan ke angka normal. Pada penelitian ini didapatkan 3 peringkat dosis yang diberikan dalam jangka waktu pendek kepada tikus yang terinduksi CCl4, dosis terendah FHEMM 34,28 mg/kgBB ; dosis sedang FHEMM 68,57 mg/kgBB ; dan dosis tertinggi FHEMM 137,14 mg/kgBB. Efek hepatoprotektif yang dimiliki oleh FHEMM akan ditunjukan melalui penurunan kenaikan aktivitas LDH pada tikus yang terinduksi CCl4 dengan dosis pemberian 2 mL/kgBB. Setelah analisis data pada penelitian, didapatkan hasil bahwa antara kelompok kontrol CCl4 dengan purata sebesar 1848,8 ± 47,79 U/L dan kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
perlakuan dosis 137,14 mg/kgBB ; 68,57 mg/kgBB ; dan 24,38 mg/kgBB masingmasing sebesar 968,4 ± 53,23 U/L ; 875,0 ± 19,38 U/L ; dan 842,8 ± 28,53 U/L menunjukan perbedaan bermakna di mana hal ini berarti sediaan FHEMM dengan ketiga peringkat dosis tersebut dapat menurunkan kenaikan aktivitas LDH tikus yang terinduksi CCl4. Secara klinis, penurunan ini menunjukan bahwa FHEMM dengan dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dapat memperbaiki kondisi hati yang rusak akibat pemberian CCl4 pada tikus betina galur Wistar. Namun, analisis lebih lanjut antara ketiga kelompok peringkat dosis tersebut, menunjukan hubungan antara ketiga peringkat dosis berbeda tidak bermakna. Artinya, tidak adanya kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM dengan penurunan aktivitas LDH pada tikus yang terinduksi CCl4. Hal ini dibuktikan dengan semakin tinggi pemberian dosis FHEMM, namun penurunan aktivitas LDH relatif sama di antara ketiga peringkat dosis, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencoba dosis yang lebih kecil dari 34,28 mg/kgBB. Selain itu, dapat dilakukan uji histopatologi untuk melihat keadaan sel hati sebelum dan setelah pemberian FHEMM ketiga peringkat dosis. Uji histopatologi dapat digunakan sebagai data pelengkap dalam penelitian ini. Saran yang diberikan mengarah pada dosis yang lebih kecil dari dosis 34,28 mg/kgBB (mencari variasi peringkat dosis yang lebih kecil) karena adanya hubungan berbeda tidak bermakna pada ketiga peringkat dosis, sehingga peneliti ingin mencari tahu pada dosis yang lebih kecil dari 34,28 mg/kgBB FHEMM tetap dapat menurunkan kadar LDH atau tidak. Peneliti tidak menyarankan untuk mencoba FHEMM dengan dosis yang lebih tinggi dari 137,14 mg/kgBB karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
konsentrasi sediaan FHEMM yang didapatkan sudah maksimal dan tidak dapat ditingkatkan lagi kepekatan sediaan FHEMM.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis statistik yang telah dilakukan, maka dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan : 1. Pemberian jangka pendek FHEMM mempunyai pengaruh dapat menurunkan kadar LDH tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 2 mL/kgBB. 2. Tidak ada kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 2 mL/kgBB yaitu semakin tinggi dosis FHEMM yang diberikan maka penurunan kadar LDH relatif sama. B. Saran Melihat adanya beberapa kekurangan dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai : 1. Penelitian terhadap dosis FHEMM dengan mencoba dosis yang lebih kecil dari 34,28 mg/kgBB. 2. Penelitian terhadap fungsi paru pada tikus yang diberikan FHEMM untuk melihat adanya transudate efusi pleural atau kelainan fungsi paru yang lain. 3. Pemeriksaan histopatologi pada sel-sel hati sebagai data pelengkap penelitian.
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA Aluko, E.R., 2012, Functional Food and Nutraceuticals, Springer Science Bussiness Media, New York, pp. 137. Amarapurkar, D.N., Hashimoto, E., Lesmana, L.A., Sollano, J.D., Chen, P.J., and Goh, K.L., 2007, How common is non-alcoholic fatty liver disease in the Asia Pasific region and are there local differences?, Journal Gastroenterol Hepatology, 22:788-793. Arora, A., 2006, Aliphatic Compounds : Sulphur, Phosphorus, Silicon, and Boron, Discovery Publishing House, New Delhi, pp. 190. Bellentani, S., et al., 2000, Prevalence of and risk factors for hepatic steatosis in Northern Italy, Annals of Internal Medicine, 132(2):112-117. Bourke, S.J., and Burns, G.P., 2015, Respiratory Medicine : Lecture Notes, 9th Ed., John Wiley & Sons Ltd., Oxford, p. 106. British Liver Trust, 2009, Facts About Liver Disease, http://www.britishlivertrust.org.uk/about-us/media-centre/facts-about-liverdisease/, diakses tanggal 27 September 2015. Browning, et al., 2004, Prevalence of hepatic steatosis in a urban population in the United States : impact of ethnicity, Hepatology, 40(6):1387-1395. Camp Lejeune Legislation, 2015, Review of VA Clinical Guidance for the Health Conditions Identified by the Camp Lejeune Legislation, The National Academies Press, Washington DC. Carey, E.J., Lindor, K.D., 2014, Cholestatic Liver Disease, 2nd ed., Humana Press, USA, pp. 1. Chiazz, L., Ference, L.D., dan Wolf, P.H., Mortality among automobile assembly workers, J. Occup. Med., 1980; 22:520-544. Clichici, S., Olteanu, D., Nagy, A-L., Oros, A., Filip, A., and Mircea, P.A., 2014, Silymarin Inhibits the Progression of Fibrosis in the Early Stages of Liver Injury in CCl4-Treated Rats, Journal of Medicinal Food, 00 (0), 1-9. Cockerham, L.G., Shane, B. S., 1993, Basic Environmental Toxicology, CNC Press Inc., USA, p.433. Davit-Spraul, A., Gonzales, E., Baussan, C., dan Jacquemin, E., Progressive familial intrahepatic cholestasis, 2009, Orphanet J Rare Dis., 4, p. 1. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kefarmasian,2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, p. 62.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 46. Duffus, J.H., and Worth H.G.J., 1996, Fundamental Toxicology for Chemist, Althenaeum Press Ltd., Gateshead, pp. 140-141. Dominguez, H., 2013, Functional Ingredients from Algae for Foods and Nutraceuticals, Woodhead Publishing Limited, Philadelphia, pp. 263-264. Dossing, M., Skinhoj, P., Occupational liver injury., Int. Arch. Ocuup. Environ. Health., 1985;56:1-21. Eagleson, M., 1994, Concise Encyclopedia Chemistry, Walter de Gruyter Berlin, New York, p. 428. Engelking, L.R., 2014, Textbook of Veterinary Physiological Chemistry, 3rd ed., Academic Press, USA, p. 461. Food and Drug Administration, 1997, FDA Guidance for Industry : Q3C Impurities, Residual Solvents, Department of Health and Human Services, U.S. Food and Drug Administration, 2012, FDA Guidance for Industry : Q3C Table and List, Department of Health and Human Services, U.S. Faloppi, L., et al., 2014, The role of LDH serum levels in predicting global outcome in HCC patients treated with sorafenib : implication for clinical management, BMC Cancer, 14:110. Fischbach, F., Dunning, M.B., 2009, A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests, 8th ed., Lippincott Williams & Wilkins, China, pp. 329. Genetic Home Reference, 2012, Lactate Dehydrogenase Deficiency, http://ghr.nlm.nih.gov/condition/lactate-dehydrogenase-deficiency, diakses tanggal 26 Oktober 2010. Gunawan-Putri, M., Kawabata, J., 2010, Novel α-glucoside inhibitors from Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123, p. 384-389. Gupta, R.C., 2014, Biomarkers in Toxicology, Elsevier Inc., USA, pp. 926, 296. Gupta, S.K., 2001, Pharmacology and Therapeutics in the New Millenium, Narosa Publishing House, New Delhi, pp. 357, 359, 362-363. Hammond, 1986, Hammond Citation World Atlas, Hammond Incorporated, Maplewood. Handayani, M. T., 2011, Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
yang Terbebani Glukosa, Skripsi, 37, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Hayes, A.W., 2007, Principles and Methods of Toxicology, 5th Ed., CRC Press, United States, p. 1343. Harborne, J.B., 1998, Pyhtochemical Methods in a Guide to Modern Tehniques of Plant Analysis, 3rd Ed., pp.40-137. Heil, M., Koch, T., Hilpert, A., Fiala B., Boland, W., and Linsenmair, K., 2001, Extrafloral nectar producyion of the ant-associated plant, Macaranga tanarius, is an induced, indirect, defensive response elicited by jasmonic acid, Proceedings of the National Academy of Sciences, USA, 98, pp.1083-1088. Helms, R.A., Quan, D.J., Herlindal, E.T., Gourley, D.R., 2006, Textbook of Therapeutics : Drug and Disease Management, 8th ed., Lippincott William & Wilkins, USA, pp. 97. Hodgson, E., 2010, The Textbook of Modern Toxicology, 4th ed., John Wiley & Sons Inc, New Jersey, pp. 311. Hoffmann, G.F., Zschocke, J., Nyhan, W.L., 2009, Inherited Metabolic Disease : A Clinical Approach, Springer Science & Business Media, New York, p.68. Houghton, P.J., and Raman, A., 1998, Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extracts, Springer-Science+Business Media, B.V., London, pp. 55-57, 63. Inggrid, A.M., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida : Kajian Terhadap Praperlakuan Jangka Pendek, Skripsi,60, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. ITIS,
2015, ITIS Report : Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search _value=503637, diakses tanggal 17 April 2015.
Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the Dose and Route of Injection, and Characterization of The Time Course of Carbon TetrachlorideInduced Hepatotoxicity in The Rat, J. Pharm. Tox. Method, 48, 41-44. Kagen, L.J., 2009, The Inflammatory Myopathies, Humana Press, London, pp. 9. Kasdallah-Grissa, A., Mornagui, B., Aouani, E., Hammami, M., May, M.E., Gharbi, N., et al., 2007, Resveratrol, a red wine polyphenols, attenuates ethanol-induced oxidative stress in rat liver, Life Sciences, 80, pp. 1033-1039. Kaufman, P.B., Cseke, L.J., Warber, S., Duke, J., and Brielmann H.L., 1999, Natural Products from Plants, CRC Press, Boca Raton, pp.193,197-199.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Kawakami, S., Harinantenaina, L., Matsunami, K., Otsuka, H., Shinzato, T., Takeda, Y., 2008, Macaflavanones A-G, Prenylated Flavonones from the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 71(6), 1872-1876. Khan, M.T.H., 2012, Recent Trends on QSAR in the Pharmaceutical Perceptions, Bentham Science Publisher, USA, pp. 368, 370. Khurana, I., 2012, Medical Physiology for Undergraduated Students, Elsevier Health Sciences, India, pp. 488-489. Kiran, P.M., Raju, A.V., Rao, B.G., 2012, Investigation of hepatoprotective activity of Cyathea gigantean (Wall. ex. Hook.) leaves againts paracetamol-induced hepatotoxicity in rats, Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine, 2(5), 352-356. Koni, M.R.B., 2013, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 59, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Mitchel, R.N., 2007, Robbins Basic Pathology, 8th ed., Saunder Elsevier, Philadelphia, pp.634-635. Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., and Fukumoto, S., 2014, Analysis of Antioxidant Prenylflavonoids in Different Parts of Macaranga tanarius, the Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pasific Journal of Tropical Medicine, pp.16-20. Kuntz, E., dan Kuntz, H.D., 2009, Hepatology : Textbook and Atlas, Springer Science & Business Media, Germany, pp. 596-597. Lim, T.Y., Lim Y.Y., and Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant, antibacterial, and anti-tyrosinase activities of four Macaranga spesies, Food Chemistry, 114(2):594-599. Lin, F.L., Liu, H.J., Lu, C.F., 2005, The In-vivo Study of Ellagitannin-contained Herbs on the Hepatic Protection Activities in Mice, Taiwan Vet. J., 32(1), 7075. Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K., Takeda, Y., 2009, Absolute Configuration of (+)-Pinoresinol [4-O-[600O-galloyl]-β-D-Glucopyranoside, Macarangaiosides E, and F Isolated from the Leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry, 70(8), 1277-1285. Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H., Takeda, Y., 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucoosides from Macaranga tanarius (L.) MULL-ARG, Chem. Pharm. Bull., 54(10), 1403-1407.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
McClatchey, K.D., 2002, Clinical Laboratory Medicine, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 288. Moini, J., 2015, Anatomy and Physiology for Health Professionals, 2nd ed., Jones and Bartlett Learning, USA, pp. 531. Monga, S. P. S., 2010, Molecular Pathology of Liver Disease, Springer Science & Business Media, USA, p. 475. Naraoka, H., Ito, K., Suzuki, M., Naito, K., Tojo, H., 2005, Evalution of H-FABP as a marker of ongoing myocardial damage using hGH transgenic mice, Clin. Chimica. Acta., 361, 159-166. O’Connell, S., C., Bare, B.G., Hinkle, J., L., Cheever, K.H., 2010, Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing, Volume 1, Lippincott Williams & Wilkins, Philladelphia, pp. 1117. Palmer, M., 2004, Hepatitis Liver Disease, Penguin Group Inc., USA, pp. 8. Pandey, C.K., Nath, S.S., Tripathi, M., 2012, Hepatic and Biliary Diseases Anesthesiologists Perspective, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd., New Delhi, pp. 30. Pareek, A., Godavarthi, A., Issarani, R., Nagori, B.P., 2013, Antioxidant and hepatoprotective activity of Fagonia schweinfurthii (Hadidi) Hadidi extract in carbon tetrachloride induced hepatotoxicity in HepG2 cell line and rats, Journal of Ethnopharmacology, 150:973-981. Pearce, C.P., 2009, Anatatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 243. Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, S., Suttvaiyakit S., 2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 68(1), 927-930. Prosea, 2010, Prosea-Macarangatanarius, http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=162, di akses pada 1 April 2015. Pudjaatmaka, A.H., 2002, Kamus Kimia, PT Penerbit dan Percetakan Balai Pustaka, Jakarta, pp. 368. Raaman, N., 2006, Phytochemical Techniques, New India Publishing, New Delhi, pp. 9-11. Raju, K., et al., 2003, Effect of dried fruits of Solanum nigrum LINN againts CCl4induced hepatic damage in rats, Journal Biological Pharmaceutical Bulletin, 26 (11), p. 96-102.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Raju, S.M., and Madala, B., 2005, Illustrated Medical Biochemistry, Jaypee Brothers : Medical Publishers Ltd., New Delhi, pp. 196. Rao, K.N., 2012, Forensic Toxicology : Medico-Legal Case Studies, CRC Press Taylor & Francis Group, United States, pp. 50. Rizzo, C.D., 2015, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 4th ed., Nelson Education Ltd., USA, pp. 389. Rom, N.W., Markowitz, S.B., 2007, Environmental and Occupational Medicine, 4th edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philladelphia, pp. 794. Rostagno, M.A., and Prado, J.M., 2013, Natrural Product Extraction : Principles and Applications, The Royal Society of Chemisty Publishing, United Kingdom, pp. 286,287, 311. Saba, A.B., Onakoya, O.M., and Oyagbemi, A.A., 2012, Hepatoprotective and in vivo antioxidant activities of ethanolic extract of whole fruit of Lagenaria breviflora, J. Basic. Clin. Pharmacol., 23(1):27-32. Shaffer, B. L., 2004, Pathophysiology : Pulmonary, Gastrointestinal, and Rheumatology, Blackwell Publishing, Malden, p. 77. Stichlmair, J., and Fair, J.R., 1998, Distillation : Principles and Practices, WileyCVH, New York. Tams, R.T., 2003, Handbook of Small Animal Gastroenterology, 2nd ed., Elsevier Sciende, USA, pp. 329. Trimbell, J.A., 2009, Principles of Biochemical Toxicology, 4th edition, Informa Healthcare, New York, pp. 308-311. United States Department of Health and Human Services Public Health Service, 1998, Report on Carcinogens, 8th edition, Integrated Laboratory Systems Inc., North Caroline, pp. 72. Utami, P., dan Puspaningtyas, D.E., 2013, The Miracle Herbs, PT Agromedia Pustaka, Jakarta, pp. 43. Vitcheva, V., Simeonova, R., Krasteva, I., Nikolov, S., Mitcheva, M., 2012, Protective Effects of a Purified Saponin Mixture from Astragalus corniculatus Bieb., in vivo Hepatotoxicity Models, Phytotherapy Research, p. 3. Wagner, W.L., Herbst, D.R., Sohmer, S.H., 1999, Manual of the Flowering Plants of Hawaii, 2 vols, Bishop Museum Special Publication 83, University of Hawaii and Bishop Museum Press, Honolulu, pp. 31.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Weber. L.W., Boll, M., Stampfl, A., 2003, Hepatotoxicity and Mechanism of Action of Haloalkanes Carbon Tetrachloride as a Toxicology Model, Crit. Rev. Toxicol., 33(2), 105-136. Widmann, F.K., 1995, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 327-328. Wijayakusuma, H.M.L., 2000, Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, Penerbit Gema Insani, Jakarta, pp. 1. World Agroforesty Centre, 2002, Botanic Nomenclature to Agroforestry trees : Macaranga tanarius, World Agroforestry Centre, http://www.worlagroforestrycentre.org, di akses tanggal 5 April 2015. World Health Organization (WHO), 2002, Hazardous Chemicals in Human and Environmental Health, diterjemahkan oleh Widyastuti, P., hal. 66-67, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Wypych, G., 2000, Handbook of Solvents, 1st edition, ChemTec Publishing, Canada, pp. 1396. Xia, D.Z., Zhang, P.H., Fu, Y., Yu, W.F., and Ju, M.T., 2013, Hepatoprotective activity of puerarin againts carbon tetrachloride-induced injuries in rats : A randomized controlled trial, Food and Chemical Toxicology, p. 3. Zhang, R.R., Hu, Y.Y., Yuan, J.W., and Wu, D.Z., 2009, Effects of Puerariae radix extract on the increasing intestinal permeability in rat with alcohol-induced liver injury, Journal Ethnopharmacol, 126, pp. 207-214. Zimmerman, J.H., 1999, Hepatotoxicity : The Adverse Effects of Drugs and Other Chemicals on the Liver, 2nd Ed., Lippincott Wililiams & Wilkins, Philadelphia, pp. 208-209.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius L.
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Foto fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L.
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Foto suspensi FHEMM dengan konsentrasi 600 mg/25 mL
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Surat ethical clearance penelitian
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Lampiran 8. Hasil analisis statistik kadar ALT pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB Case Processing Summary Cases Valid
ALT
Missing
Total
Waktu
N
Percent
N
Percent
N
Percent
.00
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
24.00
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
48.00
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Descriptives Waktu ALT
.00 95% Confidence Interval for Mean
24.00 95% Confidence Interval for Mean
48.00 95% Confidence Interval for Mean
Statistic
Std. Error
Mean
66.8333
.84525
Lower Bound
63.1965
Upper Bound
70.4701
5% Trimmed Mean
.
Median
66.6000
Variance
2.143
Std. Deviation
1.46401
Minimum
65.50
Maximum
68.40
Range
2.90
Interquartile Range
.
Skewness
.699
1.225
Kurtosis
.
.
Mean
184.0000
16.48949
Lower Bound
113.0514
Upper Bound
254.9486
5% Trimmed Mean
.
Median
181.1000
Variance
815.710
Std. Deviation
28.56064
Minimum
157.00
Maximum
213.90
Range
56.90
Interquartile Range
.
Skewness
.452
1.225
Kurtosis
.
.
Mean
62.3333
15.58518
Lower Bound
-4.7243
Upper Bound
129.3909
5% Trimmed Mean
.
Median
49.0000
Variance
728.693
Std. Deviation
26.99432
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Minimum
44.60
Maximum
93.40
Range
48.80
Interquartile Range
.
Skewness
1.680
1.225
Kurtosis
.
.
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
ALT
Shapiro-Wilk
Waktu
Statistic
df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
.00
.230
3
.
.981
3
.736
24.00
.207
3
.
.992
3
.832
48.00
.356
3
.
.817
3
.156
a. Lilliefors Significance Correction One Way Descriptives ALT 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
.00
3
66.8333
1.46401
.84525
63.1965
70.4701
24.00
3
184.0000
28.56064
16.48949
113.0514
254.9486
48.00
3
62.3333
26.99432
15.58518
-4.7243
129.3909
Total
9
104.3889
62.89291
20.96430
56.0451
152.7327
ALT
Minimum
Maximum
.00
65.50
68.40
24.00
157.00
213.90
48.00
44.60
93.40
Total
44.60
213.90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Test of Homogeneity of Variances ALT Levene Statistic
df1
df2
Sig.
3.654
2
6
.092
ANOVA ALT Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
28551.056
2
14275.528
27.692
.001
Within Groups
3093.093
6
515.516
Total
31644.149
8
Post Hoc Test Multiple Comparisons ALT Tukey HSD 95% Confidence Interval (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.00
24.00
-117.16667*
18.53853
.002
-174.0480
-60.2854
48.00
4.50000
18.53853
.968
-52.3813
61.3813
.00
117.16667*
18.53853
.002
60.2854
174.0480
48.00
121.66667*
18.53853
.001
64.7854
178.5480
.00
-4.50000
18.53853
.968
-61.3813
52.3813
24.00
-121.66667*
18.53853
.001
-178.5480
-64.7854
24.00
48.00
Homogeneous Subsets
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ALT Tukey HSDa Subset for alpha = 0.05 Waktu
N
1
48.00
3
62.3333
.00
3
66.8333
24.00
3
Sig.
2
184.0000 .968
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Lampiran 9. Hasil analisis statistik kadar AST pada uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB
Case Processing Summary Cases Valid
AST
Missing
Total
Waktu
N
Percent
N
Percent
N
Percent
.00
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
24.00
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
48.00
3
100.0%
0
.0%
3
100.0%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Descriptives Waktu AST
.00 95% Confidence Interval for Mean
24.00 95% Confidence Interval for Mean
Statistic
Std. Error
Mean
154.2000
2.08167
Lower Bound
145.2433
Upper Bound
163.1567
5% Trimmed Mean
.
Median
153.2000
Variance
13.000
Std. Deviation
3.60555
Minimum
151.20
Maximum
158.20
Range
7.00
Interquartile Range
.
Skewness
1.152
1.225
Kurtosis
.
.
Mean
669.5667
8.36985
Lower Bound
633.5541
Upper Bound
705.5792
5% Trimmed Mean
.
Median
661.6000
Variance
210.163
Std. Deviation
14.49701
Minimum
660.80
Maximum
686.30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48.00 95% Confidence Interval for Mean
92
Range
25.50
Interquartile Range
.
Skewness
1.726
1.225
Kurtosis
.
.
Mean
197.7333
9.55167
Lower Bound
156.6358
Upper Bound
238.8309
5% Trimmed Mean
.
Median
193.1000
Variance
273.703
Std. Deviation
16.54398
Minimum
184.00
Maximum
216.10
Range
32.10
Interquartile Range
.
Skewness
1.161
1.225
Kurtosis
.
.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Waktu
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.00
.276
3
.
.942
3
.537
24.00
.375
3
.
.774
3
.053
48.00
.277
3
.
.941
3
.532
AST
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway Descriptives AST 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
.00
3
154.2000
3.60555
2.08167
145.2433
163.1567
24.00
3
669.5667
14.49701
8.36985
633.5541
705.5792
48.00
3
197.7333
16.54398
9.55167
156.6358
238.8309
Total
9
340.5000
247.76965
82.58988
150.0474
530.9526
Descriptives AST
Minimum
Maximum
.00
151.20
158.20
24.00
660.80
686.30
48.00
184.00
216.10
Total
151.20
686.30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
Test of Homogeneity of Variances AST Levene Statistic
df1
df2
Sig.
3.315
2
6
.107
ANOVA AST Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
490124.647
2
245062.323
1479.646
.000
Within Groups
993.733
6
165.622
Total
491118.380
8
Post Hoc Test Multiple Comparisons AST Tukey HSD 95% Confidence Interval (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.00
24.00
-515.36667*
10.50785
.000
-547.6076
-483.1257
48.00
-43.53333*
10.50785
.014
-75.7743
-11.2924
.00
515.36667*
10.50785
.000
483.1257
547.6076
48.00
471.83333*
10.50785
.000
439.5924
504.0743
.00
43.53333*
10.50785
.014
11.2924
75.7743
24.00
-471.83333*
10.50785
.000
-504.0743
-439.5924
24.00
48.00
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
AST Tukey HSDa Subset for alpha = 0.05 Waktu
N
1
.00
3
154.2000
48.00
3
24.00
3
Sig.
2
3
197.7333 669.5667 1.000
1.000
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Lampiran 10. Hasil analisis statistik kadar LDH setelah pemberian fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. pada dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dilanjutkan pemberian karbon tetraklorida 6 jam kemudian
Perlakuan
Case Processing Summary Cases Valid
LDH
Missing
Total
Perlakuan
N
Percent
N
Percent
N
Percent
Kontrol CMC
5
100.0%
0
.0%
5
100.0%
Kontrol CCl4
5
100.0%
0
.0%
5
100.0%
Kelompok Kontrol Dosis 3
5
100.0%
0
.0%
5
100.0%
Kelompok Dosis 1 FHEMM
5
100.0%
0
.0%
5
100.0%
Kelompok Dosis 2 FHEMM
5
100.0%
0
.0%
5
100.0%
Kelompok Dosis 3 FHEMM
5
100.0%
0
.0%
5
100.0%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Descriptives Perlakuan LDH
Kontrol CMC 95% Confidence Interval for Mean
Kontrol CCl4 95% Confidence Interval for Mean
Statistic
Std. Error
Mean
1021.2000
123.85895
Lower Bound
677.3124
Upper Bound
1365.0876
5% Trimmed Mean
1016.4444
Median
1086.0000
Variance
76705.200
Std. Deviation
276.95704
Minimum
724.00
Maximum
1404.00
Range
680.00
Interquartile Range
508.00
Skewness
.324
.913
Kurtosis
-1.018
2.000
Mean
1848.8000
47.78640
Lower Bound
1716.1237
Upper Bound
1981.4763
5% Trimmed Mean
1850.2222
Median
1881.0000
Variance
11417.700
Std. Deviation
106.85364
Minimum
1692.00
Maximum
1980.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kelompok Kontrol Dosis 3 95% Confidence Interval for Mean
Kelompok Dosis 1 FHEMM 95% Confidence Interval for Mean
98
Range
288.00
Interquartile Range
181.50
Skewness
-.543
.913
Kurtosis
.687
2.000
Mean
395.4000
42.59178
Lower Bound
277.1463
Upper Bound
513.6537
5% Trimmed Mean
394.0000
Median
371.0000
Variance
9070.300
Std. Deviation
95.23812
Minimum
278.00
Maximum
538.00
Range
260.00
Interquartile Range
158.00
Skewness
.610
.913
Kurtosis
1.193
2.000
Mean
968.4000
53.22932
Lower Bound
820.6117
Upper Bound
1116.1883
5% Trimmed Mean
969.5000
Median
967.0000
Variance
14166.800
Std. Deviation
119.02437
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kelompok Dosis 2 FHEMM 95% Confidence Interval for Mean
Kelompok Dosis 3 FHEMM 95% Confidence Interval for Mean
99
Minimum
821.00
Maximum
1096.00
Range
275.00
Interquartile Range
233.50
Skewness
-.133
.913
Kurtosis
-2.273
2.000
Mean
875.0000
19.38298
Lower Bound
821.1842
Upper Bound
928.8158
5% Trimmed Mean
874.4444
Median
856.0000
Variance
1878.500
Std. Deviation
43.34167
Minimum
829.00
Maximum
931.00
Range
102.00
Interquartile Range
81.50
Skewness
.495
.913
Kurtosis
-2.191
2.000
Mean
842.8000
28.52963
Lower Bound
763.5890
Upper Bound
922.0110
5% Trimmed Mean
842.0556
Median
842.0000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Variance
4069.700
Std. Deviation
63.79420
Minimum
776.00
Maximum
923.00
Range
147.00
Interquartile Range
125.00
Skewness
.188
.913
Kurtosis
-2.217
2.000
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
LDH
Shapiro-Wilk
Perlakuan
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Kontrol CMC
.210
5
.200*
.926
5
.570
Kontrol CCl4
.218
5
.200*
.961
5
.816
Kelompok Kontrol Dosis 3
.201
5
.200*
.957
5
.786
Kelompok Dosis 1 FHEMM
.215
5
.200*
.926
5
.572
Kelompok Dosis 2 FHEMM
.269
5
.200*
.906
5
.445
Kelompok Dosis 3 FHEMM
.218
5
.200*
.923
5
.548
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Oneway
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Descriptives LDH
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Kontrol CMC
5
1021.2000
276.95704
123.85895
Kontrol CCl4
5
1848.8000
106.85364
47.78640
Kelompok Kontrol Dosis 3
5
395.4000
95.23812
42.59178
Kelompok Dosis 1 FHEMM
5
968.4000
119.02437
53.22932
Kelompok Dosis 2 FHEMM
5
875.0000
43.34167
19.38298
Kelompok Dosis 3 FHEMM
5
842.8000
63.79420
28.52963
Total
30
991.9333
458.86734
83.77733
Descriptives LDH 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
Kontrol CMC
677.3124
1365.0876
724.00
1404.00
Kontrol CCl4
1716.1237
1981.4763
1692.00
1980.00
Kelompok Kontrol Dosis 3
277.1463
513.6537
278.00
538.00
Kelompok Dosis 1 FHEMM
820.6117
1116.1883
821.00
1096.00
Kelompok Dosis 2 FHEMM
821.1842
928.8158
829.00
931.00
Kelompok Dosis 3 FHEMM
763.5890
922.0110
776.00
923.00
Total
820.5895
1163.2772
278.00
1980.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test of Homogeneity of Variances LDH Levene Statistic
df1
df2
Sig.
4.265
5
24
.006
ANOVA LDH Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
5636985.067
5
1127397.013
57.663
.000
Within Groups
469232.800
24
19551.367
Total
6106217.867
29
Post Hoc Tests
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Multiple Comparisons LDH Games-Howell
(I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Kontrol CMC
Kontrol CCl4
-827.60000*
132.75760
.010
Kelompok Kontrol Dosis 3
625.80000*
130.97748
.033
Kelompok Dosis 1 FHEMM
52.80000
134.81246
.998
Kelompok Dosis 2 FHEMM
146.20000
125.36642
.835
Kelompok Dosis 3 FHEMM
178.40000
127.10224
.728
Kontrol CMC
827.60000*
132.75760
.010
Kelompok Kontrol Dosis 3
1453.40000*
64.01250
.000
Kelompok Dosis 1 FHEMM
880.40000*
71.53251
.000
Kelompok Dosis 2 FHEMM
973.80000*
51.56782
.000
Kelompok Dosis 3 FHEMM
1006.00000*
55.65501
.000
Kontrol CMC
-625.80000*
130.97748
.033
Kontrol CCl4
-1453.40000*
64.01250
.000
Kelompok Dosis 1 FHEMM
-573.00000*
68.17199
.000
Kelompok Dosis 2 FHEMM
-479.60000*
46.79487
.001
Kelompok Dosis 3 FHEMM
-447.40000*
51.26402
.000
Kontrol CMC
-52.80000
134.81246
.998
Kontrol CCl4
-880.40000*
71.53251
.000
Kelompok Kontrol Dosis 3
573.00000*
68.17199
.000
Kelompok Dosis 2 FHEMM
93.40000
56.64857
.607
Kelompok Dosis 3 FHEMM
125.60000
60.39288
.399
Kontrol CMC
-146.20000
125.36642
.835
Kontrol CCl4
-973.80000*
51.56782
.000
Kelompok Kontrol Dosis 3
479.60000*
46.79487
.001
Kontrol CCl4
Kelompok Kontrol Dosis 3
Kelompok Dosis 1 FHEMM
Kelompok Dosis 2 FHEMM
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kelompok Dosis 3 FHEMM
104
Kelompok Dosis 1 FHEMM
-93.40000
56.64857
.607
Kelompok Dosis 3 FHEMM
32.20000
34.49116
.925
Kontrol CMC
-178.40000
127.10224
.728
Kontrol CCl4
-1006.00000*
55.65501
.000
Kelompok Kontrol Dosis 3
447.40000*
51.26402
.000
Kelompok Dosis 1 FHEMM
-125.60000
60.39288
.399
Kelompok Dosis 2 FHEMM
-32.20000
34.49116
.925
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Multiple Comparisons LDH Games-Howell 95% Confidence Interval (I) Perlakuan
(J) Perlakuan
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol CMC
Kontrol CCl4
-1386.4071
-268.7929
Kelompok Kontrol Dosis 3
63.8676
1187.7324
Kelompok Dosis 1 FHEMM
-503.6241
609.2241
Kelompok Dosis 2 FHEMM
-433.6989
726.0989
Kelompok Dosis 3 FHEMM
-394.4297
751.2297
Kontrol CMC
268.7929
1386.4071
Kelompok Kontrol Dosis 3
1218.7331
1688.0669
Kelompok Dosis 1 FHEMM
618.2706
1142.5294
Kelompok Dosis 2 FHEMM
758.6674
1188.9326
Kelompok Dosis 3 FHEMM
790.5987
1221.4013
Kontrol CMC
-1187.7324
-63.8676
Kontrol CCl4
-1688.0669
-1218.7331
Kelompok Dosis 1 FHEMM
-825.1525
-320.8475
Kelompok Dosis 2 FHEMM
-670.6343
-288.5657
Kelompok Dosis 3 FHEMM
-641.7601
-253.0399
Kontrol CMC
-609.2241
503.6241
Kontrol CCl4
-1142.5294
-618.2706
Kelompok Kontrol Dosis 3
320.8475
825.1525
Kelompok Dosis 2 FHEMM
-147.4062
334.2062
Kelompok Dosis 3 FHEMM
-113.0970
364.2970
Kontrol CMC
-726.0989
433.6989
Kontrol CCl4
-1188.9326
-758.6674
Kelompok Kontrol Dosis 3
288.5657
670.6343
Kontrol CCl4
Kelompok Kontrol Dosis 3
Kelompok Dosis 1 FHEMM
Kelompok Dosis 2 FHEMM
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kelompok Dosis 3 FHEMM
Kelompok Dosis 1 FHEMM
-334.2062
147.4062
Kelompok Dosis 3 FHEMM
-98.2630
162.6630
Kontrol CMC
-751.2297
394.4297
Kontrol CCl4
-1221.4013
-790.5987
Kelompok Kontrol Dosis 3
253.0399
641.7601
Kelompok Dosis 1 FHEMM
-364.2970
113.0970
Kelompok Dosis 2 FHEMM
-162.6630
98.2630
106
[DataSet2] E:\Materi Kuliah\Semester 7\Skripsweet\Naskah\Olah Data \LDH.sav
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 11. Perhitungan konversi waktu tikus ke manusia 1 hari tikus = 1,2 bulan manusia 6 hari tikus = 6 x 1 hari tikus = 6 x 1,2 bulan manusia = 7,2 bulan manusia
Lampiran 12. Perhitungan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. Replikasi I
Kadar air =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴
=
5,014 𝑔−4,561𝑔 5,014𝑔
𝑥100%
𝑥100% = 9,03%
Replikasi II
Kadar air =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴
=
5,027 𝑔−4,589𝑔 5,027𝑔
𝑥100%
𝑥100% = 8,71%
Replikasi III
Kadar air =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵
=
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴 5,022 𝑔−4,593𝑔 5,022𝑔
𝑥100%
𝑥100% = 8,54%
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rata-rata =
=
108
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼+𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼+𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼𝐼 3 9,03%+8,71%+8,54% 3
= 8,76%
Lampiran 13. Perhitungan persen rendemen FHEMM
Bobot total FHEMM
=
𝑅𝑒𝑝 1 + ⋯ + 𝑅𝑒𝑝 14 14
= (2,0589g + 1,3414g + 0,5518g + 2,401g +2,1897g + 0,7377g + 0,3938g + 1,4510g + 0,1592g + 4,4791g + 2,1923g + 1,7528g + 5,3613g + 1,8711g) : 14 = 30,2727 g
Bobot total serbuk daun
=
𝑅𝑒𝑝 1 + ⋯ + 𝑅𝑒𝑝 18 18
= (40,01g + 40,16g + 40,3423g + 40,2263g + 40,3297g +40,10g + 40,25g + 20,39g + 40,00g + 40,03g +40,03g + 40,02g +40,09g + 40,03g + 40,03g + 40,50g + 40,05g + 40,03g + 40,04g +40,02g +40,00g + 40,02g) : 18 = 862,6983 g
Persen rendemen =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝐻𝐸𝑀𝑀 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑢𝑛
=
30,2727𝑔 862,6983
𝑥100%
𝑥100% = 3,51%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Maria Angelika Suhadi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dalam keluarga pasangan Bapak Sugeng Suhadi dan Ibu Fransiska Rina Wahyuni. Penulis lahir di Sleman, Yogyakarta pada tanggal 31 Januari 1995 dan mengawali masa pendidikannya di TK Tunas Harapan Nusantara (1998-2000) kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar di SD Tunas Harapan Nusantara (20002006). Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dilanjutkan penulis ke SMP Marsudirini Bekasi (2006-2009) kemudian melanjutkan pendidikan tinggi menengah atas di SMA Marsudirini Bekasi (20092012). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2012. Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis pernah menjadi asisten dosen pada Praktikum Bentuk Sediaan Farmasi (2014 dan 2015) dan Praktikum Compounding Lab Work (2015). Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan, seperti Pharmacy Performance and Road to School sebagai sie humas dan sekretaris (2012 dan 2014), Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai sie humas (2013), Pelepasan Wisuda sebagai Koordinatas Sie. Kesekretariatan (2013), Pharmacy Competition sebagai bendahara (2013), dan lainlain. Penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Farmasi dan menjabat sebagai anggota divisi Penelitian dan Pengembangan periode 2013/2014 dan sebagai Sekretaris Eksternal periode 2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti lomba Debat Kefarmasian dalam rangkaian acara Olimpiade Farmasi Klinis Indonesia 2015 di Batam dan berhasil meraih juara 2.