PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI i
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Lis Aviani NIM 091114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Lis Aviani NIM 091114020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v
MOTTO
“Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan” (Samuel Johnson)
“Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali” (Arthur Hugh Clough)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Setiap orang yang mencintai dunia pendidikan khususnya bimbingan dankonseling...
Keluargaku tercinta: Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Dionisius Jemu Susilo dan Ibu Yulia Ngadinem Keduaadikku tersayangDominikus Agus Atmoko dan Yustina Imas Yulian Teman-temanku BK USD angkatan 2009
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ix
ABSTRAK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA MELALUI PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA PADA ANAK USIA DINI DI TK MANGUNAN YOGYAKARTA
Lis Aviani Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Subjek pada penelitian ini adalah anak usia dini kelas A TK Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah20 anak.Data hasil penelitian diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian mengenai keterampilan bekerjasama pada anak usia dini melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka hasil sebagai berikut: prapenelitian diperoleh hasil kemampuanketerampilan bekerjasama anak adalah 45%dengan kategori rendah, kemudian dilanjutkan perbaikan ke siklus I danhasil penelitian meningkat 70% dengan kategori cukup, kemudian dilanjutkan pada siklus II dan hasil penelitian meningkat 90%dengan kategori sangat baik. Untuk lebihmemaksimalkan keterampilan bekerjasama melalui penerapan metode bercerita dengan boneka peneliti melanjutkan ke siklus III dengan peningkatan sangat baik97%. Berdasarkan dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan ada perkembangan keterampilan bekerjasama dengan penerapan metode bercerita menggunakan media boneka pada anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Kata kunci: Keterampilan bekerjasama, bercerita, boneka, anak usia dini
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI x
ABSTRACT DEVELOPING THE COOPERATION SKILL THROUGH STORYTELLING METHOD USING DOLLS FOR YOUNG CHILDREN AT TK MANGUNAN YOGYAKARTA Lis Aviani Sanata Dharma University Yogyakarta 2014 This study aims at developing the cooperation skill through storytelling method using dolls for young children at TK Mangunan Yogyakarta in 2013/2014 school year. This research is an action research of guidance and counseling (PTBK), carried out in 3 cycles. Each cycle was carried out in 1 meeting. The subject in this study is the early childhood students of class A at TK Mangunan Yogyakarta in 2013/2014 school year which consists of 20 children. The data were obtained from interviews, observation and documentation. The results of research on the cooperation skill through storytelling method using dolls can be presented as follows: in the pre-research, it is found that the cooperation skill ability of the children is 45% of a low category, then continued to improvement to the first cycle and the result of the study increased 70% with average category, then continued on the second cycle and the result of the study increased 90% with very good category. To further maximize the cooperation skill through storytelling method using dolls, the researcher continued her research to the third cycle and it increased in the third cycle with 97% of very good category. Based on the results of the study, the researcher concludes that there is improvement of the cooperation skill through storytelling method using dolls for young children at TK Mangunan Yogyakarta in 2013/2014 school year.
Keywords: cooperation skills, storytelling, dolls, young children
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xi
KATA PENGANTAR Puji syukur atas berkah dan rahmat Tuhan Yesus Kristus, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Penulis banyak menerima bantuan, semangat, dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma 2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini 3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., P.Si., M.A, selaku sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini 4. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing dan mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini 5. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A selaku dosen yang selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xii
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk bekal hidup 7. Rumei Endri Yani, S.Pd, selaku Kepala TK Mangunan Yogyakarta, yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian 8. Francisia Fegawati Pramono, S.Pd dan Kristina Brevi Kusumowinahyu, S.Pd, selaku guru kelas TK Mangunan Yogyakarta, yang bersedia membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian 9. Seluruh anak TK Mangunan Yogyakarta, khususnya siswa kelas A Tahun Ajaran 2013/2014 atas kebersamaan dan kebahagiaannya saat penulis melaksanakan penelitian 10. Kedua orangtua tersayang, Bapak Dionisius Jemu Susilo dan Ibu Yulia Ngadinem yang tiada henti-hentinya memberikan motivasi, doa, kasih sayang dan segalanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 11. Adik-adikku Dominikus Agus Atmoko dan Yustina Imas Yulian, yang selalu mendukung penulis dengan penuh kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaan 12. Agnes Muryani, yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan dari penulis masih kecil hingga dewasa 13. Sahabat-sahabatku (Clara Iyud Ambar Ciptaningsih, Fransiska Wening Panitis, Desak Made Suniari, Ermelinda Sri Novita Sari, Aldian Putranto Hadi, Muhamad Riduan, Chatarina Erni, Elisabeth Viviana, Doni Rebi,
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .............................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
viii
ABSTRACT..............................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ............................................................................
x
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
7
C. Rumusan Masalah .................................................................
8
D. Tujuan Penelitian ..................................................................
8
E. Manfaat Penelitian ................................................................
8
F. Definisi Operasional..............................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Bekerjasama ...................................................
11
1. Pengertian Keterampilan Bekerjasama ...........................
11
2. Tujuan dan Manfaat Kerjasama ......................................
15
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keterampilan Bekerjasama Anak .................................... xiii
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xv
4. Ciri-ciri Bekerjasama.......................................................
19
5. Aspek-aspek Keterampilan Bekerjasama........................
20
B. Bercerita................................................................................
22
1. Pengertian Metode Bercerita....................................... ....
22
2. Fungsi danManfaat Penggunaan Metode Bercerita........
23
3. Teknik Penggunaan Metode Bercerita............................
27
C. Media Bimbingan ..................................................................
30
1. Pengertian Media Bimbingan ..........................................
30
2. Fungsi dan Manfaat Media Bimbingan ...........................
31
3. Ragam Media Bimbingan ...............................................
33
4. Media untuk Anak Usia Dini ..........................................
35
D. Penggunaan Media Boneka ...................................................
43
1. PengertianBoneka ...........................................................
43
2. Jenis Boneka ...................................................................
44
3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Boneka ......................
46
E. Anak Usia Dini ......................................................................
48
1. Pengertian Anak Usia Dini .............................................
48
2. Karakteristik Anak Usia Dini..........................................
48
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................
58
B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................
58
C. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
59
D. Setting Penelitian...................................................................
59
E. Prosedur Penelitian................................................................
61
F. Langkah Tahapan Penelitian .................................................
63
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
76
H. Instrumen Pengumpulan Data ...............................................
79
I. Teknik Analisis Data .............................................................
82
J. Kriteria Keberhasilan ............................................................
83
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ...............
85
1. Pra Tindakan Bimbingan dan Konseling ........................
86
2. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus I ............................................................................
94
3. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus II ...........................................................................
107
4. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus III ..........................................................................
119
B. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas......
131
C. Pembahasan ...........................................................................
133
D. Keterbatasan Penelitian .........................................................
137
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
139
B. Saran ......................................................................................
139
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
141
LAMPIRAN ...........................................................................................
147
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru….... ...........................
80
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Anak .....................................
81
Tabel 3.3. Kriteria Kategori Hasil Persentase Skor Observasi Terhadap Keterampilan Bekerjasama ..................................
83
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas A TK Mangunan.......
85
Tabel 4.2. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada Pra Tindakan ...............................................................
91
Tabel 4.3. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada Siklus I .................................................................................
102
Tabel 4.4. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada Siklus II ................................................................................
114
Tabel 4.5. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pada Siklus III...............................................................................
126
Tabel 4.6. Data Hasil Observasi Keterampilan Bekerjasama Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ..................
xvi
132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) ........
62
Gambar 4.1. Grafik Hasil Observasi Siswa Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ...................................................
xvii
133
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan ........
143
Lampiran 2.
Satuan Layanan Bimbingan .............................................
159
Lampiran 3.
Kisi-Kisi Penelitian .........................................................
180
Lampiran 4.
Instrumen Penelitian ........................................................
183
Lampiran 5.
Tabulasi Data Penelitian ..................................................
186
Lampiran 6.
Foto-Foto Penelitian ........................................................
192
Lampiran 7.
Surat Ijin Penelitian .........................................................
199
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Chaplin (dalam Suhartini, 2004) keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain disertai dengan ketepatan dan kecepatan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang yang berada di sekitarnya. Gresham & Reschly (dalam Gimpel dan Merrell, 1998) mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, antara lain: kemampuan berkomunikasi,
menjalin hubungan dengan orang lain,
menghargai diri sendiri, bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang ada, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Anak yang menguasai keterampilan bekerjasama, diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, karena keterampilan bekerjasama merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan anak untuk memulai dan memiliki hubungan sosial. Kemampuan keterampilan bekerjasama pada anak sangat penting, karena hal ini akan menjadi bekal saat anak memasuki dunia pergaulan yang lebih luas, di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan mempengaruhi kehidupannya. Kurangnya keterampilan dalam bekerjasama akan menyebabkan rasa rendah diri, kenakalan, dan dijauhi dalam pergaulan. Oleh sebab itu individu harus diajarkan dan dilatih memiliki keterampilan bekerjasama sejak usia dini, yang bisa didapat dari lingkungan keluarga,
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
masyarakat dan lingkungan sekolah. Sekarang ini yaitu ketika pertama kali anak memasuki sekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK). Menurut Purwadarminta (1976), Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan belajar di TK adalah untuk membantu perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Belajar dan bermain di TK, akan mempermudah anak untuk belajar mengembangkan keterampilan bekerjasama, karena saat anak melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) anak dituntut memiliki keterampilan bekerjasama yang baik, karena intensitas berinteraksi lebih banyak dan harus ditanamkan dan diajarkan pada masa prasekolah.
Anak memiliki perkembangan keterampilan bekerjasama dengan baik, apabila orangtua memberikan pola asuh yang baik. Orangtua selalu mendorong anak untuk mandiri, namun menerapkan batasan yang jelas, selalu bersikap hangat dan penuh kasih sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang bahagia, punya kemampuan menyelesaikan masalah, dan pintar bersosialisasi. Namun kebanyakan para orang tua sering beranggapan bahwa keterampilan bekerjasama anak tidaklah begitu penting untuk diperhatikan dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan anak dapat belajar dengan sendirinya untuk berinteraksi secara baik dengan teman, saudara atau orang lain. Orangtua beranggapan bahwa memasukkan anak ke sekolah atau ke lembaga
pendidikan
sudah
cukup
untuk
membentuk
keterampilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
bekerjasama, padahal keterampilan bekerjasama anak juga diperoleh di dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Orangtua tidak menyadari bahwa sekolah maupun lembaga pendidikan yang diberikan kepada anak belum tentu dapat membentuk perkembangan keterampilan kerjasama secara baik, karena kebanyakan sekolah dan lembaga pendidikan tersebut lebih mengedepankan tujuan bagaimana peserta didiknya menjadi pintar dan cerdas (kognitif) tanpa memperhatikan bagaimana perkembangan keterampilan kerjasama peserta didiknya. Oleh karena itu para orangtua sebaiknya
tidak melepaskan tanggungjawabnya dalam
hal
membentuk perkembangan keterampilan kerjasama anak. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas yang ada di TK Mangunan Yogyakarta (26 September 2013) masih terdapat anak-anak yang tidak menyapa terhadap sesama teman, terdapat anak yang tidak mau bergabung dengan teman– teman kelompok. Anak masih terlihat asyik dengan kegiatan sendiri tanpa membutuhkan interaksi dengan teman bermainnya. Anak masih terlihat egois dan bermain dengan menguasai permainannya, Selain itu cara anak bekerjasama dalam sebuah kelompok juga masih kurang sehingga perlu ditingkatkan. Berdasarkan observasi (26 September 2013) di TK Mangunan Yogyakarta saat proses pembelajaran berlangsung menunjukan masih terdapat siswa yang tidak mau bergabung dengan kelompok, beberapa anak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-temannya, anak hanya berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja. Kurangnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
keterampilan bekerjasama anak di TK Mangunan Yogyakarta juga bisa dilihat dari kurangnya interaksi anak dengan teman sebaya dan kurangnya sikap saling membutuhkan dan kerjasama dalam kegiatan di sekolah. Misalnya dalam kegiatan menempel berkelompok, anak masih egois dan tidak mau dibantu teman, dalam kegiatan pembelajaran anak sulit sekali berbagi alat tulis misalnya penghapus dan pensil. Contoh lain yaitu anak sulit sekali bekerjasama dalam permainan, misalnya dalam bermain sepak bola anak hanya ingin menguasai bola tanpa memberi kesempatan anak yang lain untuk ikut menendang bola. Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan melalui
wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa kurangnya interaksi pada anak, anak-anak masih egois dan anak-anak tidak mau bergabung dalam kelompok saat guru kelas membagikan tugas dalam kelompok. Hal ini menunjukan masih kurang maksimal sikap bekerjasama pada anak. Kerjasama menurut Saputra (2005) adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan yang sama. Perkembangan keterampilan bekerjasama sangat dipengaruhi oleh kondisi anak dan lingkungan sosialnya, baik orang tua, teman sebaya, dan masyarakat sekitar. Apabila kondisi anak dan lingkungan sosial dapat memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif maka anak akan dapat mencapai keterampilan kerjasama yang baik, akan tetapi apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif cenderung anak akan menampilkan perilaku yang kurang baik. Kebanyakan anak merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan teman, Guru maupun orang yang baru dikenalnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
Salah satu penyebab masih kurangnya keterampilan bekerjasama anak adalah metode pengajaran kurang memiliki variasi dalam bermain, serta pembagian tugas kepada anak seringkali bersifat individual atau tidak berkelompok. Proses pembelajaran tanpa adanya kegiatan bermain akan mengakibatkan anak cepat bosan dan jenuh di kelas sehingga diperlukan upaya yang baru untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama anak agar lebih optimal yaitu dengan menggunakan boneka. Boneka adalah sejenis mainan yang berbentuk beraneka ragam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta tokohtokoh fiksi. Boneka bisa dikatakan salah satu mainan yang paling tua, karena pada zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno boneka sudah ada. Namun, fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya ternyata berbeda sekali antara dulu dan sekarang. Berawal dari sebuah cerita pengantar tidur, kemudian menjadi kegiatan di waktu senggang, saat ini dongeng/cerita boneka telah menjadi sebuah kegiatan pengajaran di sekolah (Kathryn Geldard, 2008). Saat ini di sekolah anak tidak hanya datang dan mendengarkan guru ceramah, melainkan dapat berinteraksi dengan anak yang lain dengan adanya kegiatan pengajaran yang menarik salah satunya dapat menggunakan boneka. Boneka memberikan ruang yang aman dalam pengekspresian fantasi terkait dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri. Melalui penggunaan boneka anak-anak dapat bermain peran untuk menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaannya. Saat anak-anak menggunakan boneka mereka dapat menciptakan dialog dalam drama, memerankan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
kepribadian dan perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan telah terpisah dari mereka. Misalnya, barbie yang cantik dan suka menolong, beruang teddy yang bersifat lembut dan menyenangkan, dan monyet yang nakal, rakus serta menghibur. Boneka dapat digunakan dalam bentuk cerita menarik tentang kisah keseharian anak, dan ide ceritanya pun dapat bervariasi. Lebih tepat dikatakan bahwa dengan metode bercerita menggunakan boneka, maka cerita yang akan disampaikan adalah cerita tentang keseharian yang dialami anak-anak. Pencerita tidak harus menceritakan cerita-cerita legenda atau seperti dongeng pada umumnya, akan tetapi bisa mengangkat ide yang ada dalam kehidupan keseharian anak-anak. Banyak hal positif yang dapat disampaikan kepada anak dengan cara mendongeng/cerita boneka. Tidak hanya merangsang mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain, tetapi juga menanamkan nilai-nilai sosial. Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap guru sesuai dengan tema bimbingan. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Taman Kanak-kanak, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkan dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Moeslichatoen (1999) berpendapat bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Melalui metode bercerita inilah para guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan anak-anak menerima dengan senang hati. Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya menjadi apapun yang dia inginkan. Dalam cerita seorang anak dapat memperoleh nilai yang banyak dan berarti bagi proses
pembelajaran
dan
perkembangannya,
termasuk
didalamnya
perkembangan emosi dan sosialnya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dan dengan judul ”Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama Melalui Penerapan Metode Bercerita dengan Media Boneka pada Anak Usia Dini di TK Mangunan Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan terutama terhadap kelas yang berdasarkan wawancara dan observasi kurang memiliki sikap bekerjasama yakni kelas A. Melalui penerapan metode bercerita menggunakan media boneka diharapkan dapat membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan data pengamatan serta data wawancara masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: 1.
Beberapa anak belum menyapa sesama teman.
2.
Beberapa anak belum bergabung dengan teman-teman kelompok.
3.
Anak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan temantemannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
4.
Anak-anak membeda-bedakan teman, misalnya anak-anak perempuan hanya bergaul dengan yang perempuan saja dan anak laki-laki hanya bermain dengan yang laki-laki.
5.
Anak hanya berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan beberapa kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus PTBK ini sebagai berikut: Apakah keterampilan bekerjasama dapat dikembangkan melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini ? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta Tahun 2013/2014. E. Manfaat Penelitian Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Manfaat Teoritis Mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan bidang pendidikan khususnya pada Bimbingan dan Konseling (BK). Menggali upaya-upaya mengembangkan kualitas terutama layanan bimbingan klasikal melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk menerapkan metode bercerita dengan media boneka sebagai alat dalam mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak. b. Bagi guru BK Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru BK sebagai dasar untuk memberikan bimbingan klasikal dengan menerapkan metode bercerita dengan media boneka. Selain itu, guru diharapkan mampu untuk semakin kreatif menyusun sendiri teknik penyampaian materi bimbingan yang mampu membuat sikap bekerjasama anak berkembang. c. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat menambah wawasan, referensi dan pengetahuan penelitian sejenis. F. Definisi Operasional Menurut Suryabrata (dalam Purwanto, 2007) definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi operasional mengarah pada sifat konkrit yang dapat diamati. Definisi operasional pada penelitian ini adalah: 1. Keterampilan Bekerjasama: merupakan cara anak dalam melakukan interaksi baik dalam hal tingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan kedua belah pihak. 2. Metode Bercerita: adalah suatu cara untuk bercerita atau menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. 3. Boneka: adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta tokoh-tokoh fiksi. 4. Anak Usia Dini: anak yang belum memasuki pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD). Anak-anak dengan usia 3-6 tahun pada umumnya mengikuti program Taman Kanak-kanak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Bekerjasama 1. Pengertian Keterampilan Bekerjasama Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Merrel (2008) memberikan pengertian keterampilan sosial sebagai perilaku spesifik, inisiatif, mengarahkan pada hasil sosial yang diharapkan sebagai bentuk perilaku seseorang. Combs & Slaby (dalam Cartledge & Milburn,1992) memberikan pengertian keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara yang khusus yang dapat diterima secara sosial dan disaat yang sama berguna bagi dirinya dan orang lain. Sedangkan Matson dan Ollendick (dalam Widyanti, 2008) menerjemahkan keterampilan sosial sebagai kemampuan seseorang dalam beradaptasi secara baik dengan
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
lingkungannya dan menghindari konflik saat berkomunikasi baik secara fisik maupun verbal. Hargie (1998) memberikan pengertian keterampilan sosial sebagai kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, dimana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Menurut Suardi (1979) keterampilan sosial adalah suatu kemahiran dalam bergaul dengan orang lain. Sementara itu, Surya (1988) menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar bagi tercapainya interaksi sosial secara efektif. Matson (1998) mengatakan bahwa keterampilan sosial membantu seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat
dalam
norma-norma
Keterampilan-keterampilan
sosial
yang
berlaku
tersebut
di
sekelilingnya.
meliputi
kemampuan
berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain-lain. Dari kutipan di atas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, mereka semakin membutuhkan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
manusia. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan sosial merupakan cara anak dalam melakukan interaksi baik dilihat dari bentuk perilaku maupun dalam bentuk komunikasi dengan orang lain. Salah satu ciri khas keterampilan sosial yang berkembang adalah kerjasama, belajar kerjasama yang mengembangkan kognitif maupun sosial. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial atau masyarakat, diantara seseorang dengan orang lain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang. Pada umumnya kerjasama menganjurkan persahabatan, akan tetapi kerjasama dapat dilakukan diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau bahkan bertentangan. Kerjasama diantara dua pihak yang bertentangan dinamakan kerjasama berlawanan (antagonic cooperation), merupakan suatu kombinasi yang amat produktif dalam masyarakat modern (Carol seefeldt & Barbara, 2008). Makna kerjasama merupakan sifat ketergantungan manusia memungkinkan dan mengharuskan setiap insan atau kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan oranglain atau kelompok lain. Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang bermakna adalah hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama bermakna bagi diri atau kelompok sosial sendiri, maupun bagi orang atau kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
yang diajak kerjasama. Makna timbal balik ini harus diusahakan dan dicapai, sehingga harapan-harapan, motivasi, sikap dan lain-lainnya yang ada pada diri atau kelompok dapat diketahui oleh orang atau kelompok lain. Adanya hubungan timbal balik ini akan menghilangkan kecurigaan, prasangka dan praduga. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. (Yudha & Rudyanto, 2005). Surgent (dalam Sentosa, 1992) menyatakan bahwa kerjasama merupakan usaha terkoordinasi diantara anggota kelompok atau masyarakat yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Sentosa (1992) juga menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota kelompok yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai tujuan. Dari pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan bekerjasama adalah kemampuan berintaraksi antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dalam jangka waktu tertentu. Pada pendidikan anak usia dini, keterampilan bekerjasama dapat diartikan sebagai keterampilan dalam usaha bersama menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan antara anak dengan anak ataupun antara anak dengan orang dewasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
2. Tujuan dan Manfaat Bekerjasama Seorang anak diciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seorang anak selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Seorang anak dalam melakukan kegiatan berkelompok memerlukan kerjasama dengan anak yang lain, anak pasti akan memilih teman sebaya yang memiliki pemikiran yang sama dengannya agar dapat menyelesaikan sebuah permainan dengan baik. Tujuan bekerjasama adalah untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dan menguntungkan. Begitu juga dengan anak, bahwa bekerjasama yang diharapkan dengan teman sebaya dalam satu kelompok akan menghasilkan sesuatu. Hafsah (2000) mengatakan bahwa pada dasarnya, maksud dan tujuan dari sebuah kerjasama adalah bahwa dalam bekerjasama harus menimbulkan kesadaran dan saling menguntungkan kedua pihak. Tentu saja, saling menguntungkan bukan berarti bahwa kedua pihak yang bekerjasama tersebut harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama serta memperoleh keuntungan yang sama besar, akan tetapi, kedua pihak memberi kontribusi atau peran yang sesuai dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga keuntungan atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat proporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing-masing. Begitu juga dengan anak, jika kedua anak saling bekerjasama untuk menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu, maka kedua anak harus memilki peran dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
menggunakan kekuatan dan pemikiran masing-masing untuk bekerjasama atau saling berhubungan. Menurut Yudha (2005) tujuan bekerjasama untuk anak usia dini yaitu untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan baru agar dapat ikut, berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan terus berkembang, membentuk kepribadian anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan, berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial, mengajak anak untuk membangun pengetahuan secara aktif karena dalam pembelajaran kerjasama (kooperatif), serta anak TK tidak hanya menerima pengetahuan dari guru begitu saja tetapi siswa menyusun pengetahuan yang terus menerus sehingga menempatkan anak sebagai pihak aktif. Selain itu juga dapat memantapkan interaksi pribadi diantara anak dan diantara guru dengan anak didik. Hal ini bertujuan untuk membangun suatu proses sosial yang akan membangun pengertian bersama. Berdasarkan dua pendapat para ahli mengenai tujuan bekerjasama dapat ketahui bahwa kemampuan bekerjasama bertujuan mengembangkan kreativitas anak dalam berkelompok atau bermain bersama temantemannya karena jika anak tidak memiliki kemampuan bekerjasama anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya. Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan kemampuan bekerjasama yaitu untuk mengajak anak agar dapat saling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
tolong menolong, untuk menciptakan mental anak didik yang penuh rasa percaya diri agar dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, serta dapat meningkatkan sosialisasi anak terhadap lingkungan. Bekerjasama memiliki manfaat yang dapat diperoleh anak ketika melakukan suatu kegiatan atau permainan. Menurut Kusnadi (2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, bekerjasama memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: 1) Bekerjasama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan. 2) Bekerjasama mendorong berbagai upaya terciptanya banyak energi. 3) Bekerjasama mendorong terciptanya hubungan yang baik antar individu serta meningkatkan rasa kesetiakawanan. 4) Bekerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok. 5) Bekerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik. Adanya kerjasama, anak yang satu dengan yang lain akan menciptakan interaksi sosial yang baik dan hubungan yang baik sehingga dapat mengakrabkan hubungan. 3. Faktor
yang
Mempengaruhi
Perkembangan
Keterampilan
Bekerjasama Anak Perkembangan keterampilan bekerjasama anak sangat dipengaruhi oleh kondisi anak dan lingkungan sosialnya, baik orangtua, teman sebaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
dan masyarakat sekitar. Apabila kondisi anak dan lingkungan sosial dapat memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif maka anak akan mencapai keterampilan bekerjasama yang baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan bekerjasama anak antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor eksternal dan internal. Natawidjaya (dalam Setiasih, 2006) menjelaskan bahwa faktor internal merupakan faktor yang dimiliki manusia sejak dilahirkan yang meliputi kecerdasan, bakat khusus, jenis kelamin, dan sifat-sifat kepribadiannya. Faktor eksternal yaitu yang dihadapi oleh individu pada waktu dan setelah anak dilahirkan serta terdapat pada lingkungan seperti keluarga, sekolah, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat. Faktor internal eksternal adalah faktor yang terpadu antara faktor luar dan dalam yang meliputi sikap, kebiasaan, emosi dan kepribadian. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan bekerjasama anak bisa didapat dari faktor anak itu sendiri, faktor dari luar dan gabungan antara faktor dari dalam diri anak dan faktor luar. Faktor dari dalam diri anak sudah ada sejak dilahirkan yang sudah terbentuk sejak awal dan bisa dikembangkan. Sedangkan faktor dari luar terbentuk karena pengaruh dan dorongan dari lingkungan. Anak
yang memiliki
keterampilan bekerjasama yang baik bisa di dapat dari gabungan kedua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
faktor tersebut, yaitu karena bakat dari dirinya sendiri dan pengaruh dan masukan yang didapat anak dari luar. 4. Ciri-ciri Bekerjasama a. Menurut Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini (2003) ciriciri keterampilan bekerjasama adalah: 1) Senang bermain dengan teman (tidak bermain sendiri). 2) Dapat melaksanakan tugas. 3) Dapat memuji teman atau orang lain. b. Menurut Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini Lembaga Penelitian Universitas
Negeri
Yogyakarta
(2009)
ciri-ciri
keterampilan
bekerjasama adalah: 1) Anak dapat bergabung dalam permainan kelompok. 2) Anak dapat terlibat aktif dalam permainan kelompok. 3) Anak bersedia berbagi dengan teman-temannya. 4) Anak dapat mendorong anak lain untuk membantu orang lain. 5) Anak merespon dengan baik bila ada yang menawarkan bantuan. 6) Anak bergabung bermain dengan teman saat istirahat. 7) Anak mengucapkan terima kasih apabila dibantu teman. c. Menurut Tedjasaputra, (2001) ciri-ciri keterampilan bekerjasama adalah: 1) Anak dapat membina dan mempertahankan hubungan dengan teman. 2) Anak mau berbagi dengan teman yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
3) Anak mau menghadapi masalah bersama-sama. 4) Mau menunggu giliran. 5) Belajar mengendalikan diri. 6) Mau berbagi. Berdasarkan ciri-ciri keterampilan bekerjasama di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa seorang anak dikatakan dapat bekerjasama jika memenuhi ciri-ciri keterampilan bekerjasama di atas. 5. Aspek–Aspek Keterampilan Bekerjasama Menurut Johnson dan Johnson (1993) keterampilan bekerjasama dibagi menjadi lima aspek yaitu: a. Mendengarkan: proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Misalnya, anak mendengarkan penjelasan guru saat bimbingan. b. Menghormati: menaruh hormat, menjunjung, menghargai kepada orang lain. Misalnya, anak menyapa, memanggil, mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih kepada orang lain secara sopan menggunakan bahasa yang baik. c. Interaksi tatap muka: hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu. Misalnya, Anak saling senyum dengan teman, anak mengarahkan pandangan saat teman berbicara dan anak menatap dengan muka datar terhadap teman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
d. Komunikasi: bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya sengaja atau tidak sengaja. Tidak hanya terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Pada saat anakanak dapat mengenali perasaan dalam diri mereka dan orang lain dan dapat memulai menunjukkan perasaan mereka dengan tepat, mereka cenderung berhasil dalam berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi mencakup pertukaran antara dua atau lebih orang. Biasanya, seseorang mengawali perbincangan dan yang lain meresponnya.
Pada
awal
kanak-kanak,
interaksi
pertemanan
didasarkan pada aktivitas permainan bersama. Namun demikian, disaat anak-anak tumbuh, interaksi menjadi lebih fokus ada penerimaan dan keakraban pertemanan. e. Interaksi Sosial: hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Misalnya: saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Berdasarkan pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan dalam keterampilan bekerjasama mengandung lima komponen. Apabila seorang anak dapat melaksanakan kelima komponen tersebut maka dikatakan dapat bekerjasama. Guru dapat membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama anak misalnya metode bercerita dengan mediamedia yang sesuai untuk anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
B. Metode Bercerita 1. Pengertian Metode Bercerita Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bachri:2005). Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak TK. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia TK.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Fisher dalam (Suwangsih, 2011), menyatakan bahwa bercerita adalah bentuk kreativitas yang menyenangkan yang terbentuk dalam lintas negara
dan
budaya.
Cerita-cerita
yang
lahir
dari
masyarakat
mengkomunikasikan apa yang ada dalam cerita dan memperluas wawasan anak tentang berbagai ragam budaya. 2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Metode Bercerita Adapun fungsi dari metode bercerita (Moeslichatoen :2004) yaitu : a. Melatih daya konsentrasi. b. Melatih mengungkapkan daya pikir c. Menambah
pengetahuan
dan
keterampilan
anak
dalam
mengkomunikasikan isi gambar. d. Melatih menghubungkan isi gambar sesuai dengan imajinasi anak. e. Melatih mengungkapkan imajinasi anak. f.
Melatih anak berkomunikasi secara lisan.
g. Menambah kosa kata dalam berbahasa Menurut Musfiroh (2005) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat metode bercerita sebagai berikut: a.
Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.
b.
Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
c.
Memacu kemampuan verbal anak.
d.
Merangsang minat menulis anak.
e.
Merangsang minat baca anak.
f.
Membuka cakrawala pengetahuan anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
Metode
bercerita
dimaknai
sebagai
metode
yang
dapat
mengembangkan berbagai hal: sosial, moral, emosional, bahasa dan sebagainya. Musfiroh (2008) menyebutkan manfaat bercerita adalah sebagai berikut: a. Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak setiap hari. b. Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara, menulis, dan menyimak. c. Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak untuk memiliki kepekaan sosial. d. Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang baik,
sekaligus
memberi
pelajaran
mengendalikan keinginan-keinginan
pada
anak
bagaimana
yang dinilai negatif oleh
masyarakat. e. Bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti menghargai orang lain, bersikap baik kepada teman, dan selalu bersikap jujur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
f. Bercerita memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang memiliki retensi lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung. g. Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan. h. Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti figur lekat orang tua. i. Bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot, dan demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian sekelilingnya. j. Bercerita mendorong anak memberikan makna bagi proses belajar terutama mengenai empati sehingga anak dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandang sesuatu masalah dari sudut pandang orang lain. Sedangkan menurut Bachri (2005), manfaat bercerita adalah “dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya”. Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak. Misalnya media dongeng/bercerita dapat berfungsi sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
penggugah kreativitas anak-anak. Melalui dongeng/cerita, guru bisa menyampaikan
pesan-pesan,
hikmah-hikmah
dan
pengalaman-
pengalaman kepada murid-muridnya. Di samping memperkaya imajinasi anak, dongeng/bercerita pun menjadikan anak-anak merasa belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui. Beberapa
manfaat
metode
bercerita
bagi
anak
TK
(Moeslichatoen:2004) di antaranya adalah : a.
Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK dapat dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan.
b. Melatih daya pikir anak TK, untuk terlatih memahami proses cerita, mempelajari
hubungan
bagian-bagian
dalam
cerita
termasuk
hubungan-hubungan sebab akibatnya. c.
Melatih daya konsentrasi anak TK untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita.
d. Mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita anak dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan sesuatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya. e.
Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya.
f.
Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secra efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
3. Teknik Penggunaan Metode Bercerita Menurut Majid (2008) ada beberapa metode penyampaian cerita yang penting untuk diketahui dan dipahami oleh para pencerita. Metode penyampaian cerita dijabarkan sebagai berikut. a. Tempat bercerita Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa duduk dan mendengarkan cerita. b. Posisi duduk Sebelum guru memulai bercerita, sebaiknya ia memposisikan para siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan cerita. Kemudian guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita. Sebaiknya, guru tidak langsung duduk pada awal bercerita tetapi memulainya dengan berdiri. Selama bercerita, guru hendaknya tidak duduk terus, tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah posisi gerakan sesuai jalannya cerita. c. Bahasa cerita Bahasa dalam bercerita hendaknya menggunakan gaya bahasa yang lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari, tetapi lebih ringan dibandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan catatan, tetap dipahami oleh siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
d. Intonasi guru Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik yang muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita, guru hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian mengeraskan sedikit demi sedikit. Perubahan naik-turunnya cerita harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita. Ketika guru sampai pada puncak konflik ia harus menyampaikannya dengan suara ditekan dengan maksud menarik perhatian para siswa. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan bertambah ketika konflik mulai berkembang dan mereka akan merasa lega dari ketegangannya, jika telah sampai pada klimaks. Maka guru hendaknya menyampaikan peristiwa-peristiwa dalam cerita dengan suara yang meyakinkan yang dapat membuat siswa penasaran hingga tiba saat klimaks. Ketika guru menyampaikan klimaks, ia harus menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara sampai akhir cerita. e. Pemunculan tokoh-tokoh Ketika mempersiapkan cerita, seorang guru harus mempelajari terlebih dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkan secara hidup di depan para siswa. Guru juga harus dapat menggambarkan setiap
tokoh
dengan
gambaran
yang
memperlihatkan karakternya seperti dalam cerita.
sesungguhnya
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
f. Penampakan emosi Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri. jika situasinya menunjukkan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal tersebut. g. Peniruan suara Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara binatang dan peristiwa tertentu. Seorang guru dalam bercerita dituntut untuk dapat melakukan peniruan suara ini sesuai dengan yang diinginkan dalam cerita. Peniruan suara ini dapat menciptakan penjiwaan dalam cerita dan memberi kesan yang lebih dalam di hati para siswa. h. Penguasaan terhadap siswa yang tidak serius Perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan. Apabila guru melihat siswa mulai bosan, jenuh dan banyak bercanda, maka ia harus mencari penyebabnya. Ketika proses cerita berlangsung, guru mungkin menemukan salah seorang murid yang mengabaikan cerita dan menyepelekannya. Guru tidak boleh memotong penyampaian cerita untuk memperingatkan anak tersebut, tetapi dapat menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukkan kembali si anak di tempat duduknya atau membiarkannya berdiri di samping si guru. Bisa juga dengan menyebut nama siswa dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
menatapnya. Biasanya, tindakan ini bisa mengembalikan perhatian siswa. i. Menghindari ucapan spontan Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap menceritakan suatu peristiwa. Ucapan spontan yang dimaksud adalah ucapan spontan yang merupakan kebiasaan sehari-hari si guru atau bisa dikatakan latah. Kebiasaan tersebut tidak baik karena dapat memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Guru sebaiknya bercerita dengan ucapan yang jelas dan lancar. Kesembilan hal di atas sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan guru ketika bercerita. Memang, membaca petunjuk-petunjuk yang tertulis saja tidak cukup. Harus ditambah pula dengan media yang mendukung sesuai dengan cerita. C. Media Bimbingan 1. Pengertian Media Bimbingan Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium artinya perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Association for Education and Communication Technology (AECT) mengartikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Gagne (Sadiman, 1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
untuk belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa (Sadiman,1996). Pada awalnya, media banyak digunakan dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, yang memanfaatkan media umumnya guru mata pelajaran. Namun seiring berjalannya waktu, media tidak hanya diperlukan oleh guru mata pelajaran dalam proses pembelajaran di kelas saja, tetapi juga diperlukan dalam proses bimbingan yang dilakukan oleh guru BK di sekolah. Maka, berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media bimbingan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu penyaluran pesan atau informasi dari pembimbing (guru BK) kepada klien (siswa) dalam proses bimbingan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga klien akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik. 2. Fungsi dan Manfaat Media Bimbingan Menurut Sudrajat (2008) media bimbingan memiliki beberapa fungsi: a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek yang dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambargambar yang dapat disajikan secara audio, visual, dan audial. b. Media dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek yang disebabkan beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, obyek terlalu besar. Kedua, obyek terlalu kecil. Ketiga, obyek yang bergerak terlalu lambat. Keempat, obyek yang bergerak terlalu cepat. Kelima, obyek yang terlalu kompleks. Keenam, obyek yang bunyinya terlalu halus. Ketujuh, obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. c. Media menghasilkan keseragaman pengamatan d. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. e. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. f. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
g. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Menurut Arsyad (2010), manfaat praktis dari penggunaan media pembimbingan dalam proses belajar mengajar, adalah: a. Dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar atau bimbingan. b. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar atau, interakasi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan siswa bisa belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. c. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. d. Dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, dan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. 3. Ragam Media Bimbingan Media dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu: a. Media audio, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran dan mampu memanipulasi kemampuan suara. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media ini menerima pesan verbal maupun non verbal. Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Jenis-jenis media yang termasuk dalam media ini adalah program radio dan program media rekam (software), yang disalurkan melalui hardware seperti radio dan alat-alat perekam seperti phonograph record (disc recording), audio tape (tape recorder) yang menggunakan pita magnetik (cassette), dan compact disk. Program media rekam sangat mungkin untuk sasaran dalam jangkauan terbatas, seperti proses pembelajaran di kelas kecil maupun kelas besar. Contoh media bimbingan yang berupa media audio adalah rekaman instrumen untuk refleksi, rekaman proses konseling. b. Media visual, yaitu media yang melibatkan indera penglihatan. Jenis media yang termasuk dalam media visual ini adalah media cetakverbal, cetak-grafis dan visual non cetak. Pertama, media visualverbal, adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal (pesan linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media visual-nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis, seperti gambar (sketsa, lukisan, dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta. Ketiga, media visual nonverbal-tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, bola dunia, boneka, diorama, dan sebagainya. Jenis media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam bentuk media cetak seperti buku, komik, majalah, koran, modul, poster, dan atlas; bisa juga dibuat di atas papan visual seperti papan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
tulis dan papan pamer (display board); dan bisa dibuat dalam bentuk tayangan, yakni melalui projectables aids atau alat-alat yang mampu memproyeksikan pesan-pesan visual, seperti opaque projector, OHP (overhead projector), digital projector (LCD). Contoh media bimbingan yang berupa media grafis adalah poster bimbingan, banner bimbingan, papan bimbingan, kliping bimbingan, dan folder bimbingan. c. Media audio visual, yaitu media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan nonverbal yang terdengar layaknya media audio di atas. Pesan yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual seperti film dokumenter, film dokumenter, film drama, bermain peran menggunakan boneka dan lain-lain. Semua program tersebut dapat disalurkan melalui peralatan film, video, dan juga televisi dan dapat disambungkan pada alat proyeksi (projectable aids). Contoh media bimbingan yang berupa media proyektif adalah film-film untuk refleksi. Selain itu, pertunjukan permainan peran menggunakan boneka, wayang dan sebagainya. 4. Media untuk Anak Usia Dini Menurut Kathryn Geldard (2008) media yang sesuai untuk anak usia dini dibagi menjadi enam yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
a. Buku/cerita, yaitu suatu media yang dapat dibawakan dengan bercerita secara lisan. Cerita
yang dibawakan haruslah menarik dan
mengundang perhatian anak. Isi ceritanya dapat melibatkan orang, hewan, figur fantasi, dan semua jenis objek tidak bernyawa, seperti kereta api, batu, jam, dan vas bunga. cerita yang menarik dapat membuat anak memperhatikan cerita serta anak dapat memahami apa yang hendak disampaikan melalui cerita tersebut. Sehingga anak tidak jenuh, bahkan menjadikan kegiatan yang menyenangkan. Adapun tujuan ketika menggunakan buku/cerita yaitu: 1) membantu anak-anak mengenali kecemasan mereka atau tekanan dengan mengenali karakter atau situasi dalam cerita, 2) membantu anak-anak menemukan mereka dari waktu ke waktu. Misalnya, anakanak menemukan bahwa mereka memiliki ketakutan ditinggal sendirian, takut dikhianati atau perasaan berlebihan untuk bertanggung jawab bagi orang lain, b. Tanah Liat, yaitu suatu media dari tanah, ciri khas tanah ini adalah kering, lengket, dan menggumpal serta melunak jika terkena air. Tanah liat membuat anak-anak menjadi kreatif. Selama pelaksanaan aktivitas kreatif ini, emosi dalam diri anak-anak akan keluar dan diekspresikan melalui aktivitas tersebut. Tanah liat membuat anakanak mengekspresikan emosi yang beragam, anak-anak akan mematahkan tanah liat atau dengan agresif meninjunya atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
memisahkannya dengan frustrasi. Sehingga emosi yang ditahan anakanak akan terekspresikan dan memiliki dampak penyembuhan. Oleh karena itu bentuk tanah liat dapat dengan mudah diubah, media ini mengajak anak-anak untuk terus melanjutkan latihan dengan mengembangkan tema yang ada dan menggali tema yang baru. Tanah liat adalah media tiga dimensi. Hal ini membuat anakanak memiliki kebebasan yang lebih kreatif daripada menggunakan media dua dimensi, seperti melukis atau menggambar. Dengan menggunakan tanah liat, anak-anak akan merasa bebas menciptakan bentuk yang realistis, imajinatif, atau simbolok. Misalnya, anak-anak dapat membuat bentuk tanah liat yang mewakilik monster. Bentuk ini, yang mewakili monster dapat terlihat realistis dan seperti hewan, atau terlihat seperti sosok fantasi atau memiliki bentuk simbolis, atau hanya bentuk tanah liat yang kasar. Tujuan menggunakan tanah liat yaitu: 1) membantu anak-anak menceritakan dan berbagi kisah mereka dengan menggunakan tanah liat untuk mengilustrasikan elemen-elemen dalam kisah tersebut, 2) anak-anak dapat memproyeksikan perasaan diri pada tanah liat sehingga mereka dapat mengenali dan memilikinya, 3) membantu anak-anak mengenali dan mengatasi masalah yang terjadi, 4) membantu anak-anak mengeksplorasi hubungan dan mengembangkan pemahaman
atas hubungan tersebut, 5) membuat anak-anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
merasakan keberhasilan dan kepuasan ketika menyelesaikan tugas kreatif. c. Gambar, yaitu media atau alat bantu yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk memberi label dan menggambar bentuk simbol-simbol komuniasi baik berupa gambar orang, tempat, benda-benda sekitar, binatang, konsep bilangan dan lain-lain. Semua
media
mengajak
anak-anak
untuk
menggali,
merasakan, dan bermain. Anak dapat menggunakan media untuk membuat
gambar
atau
mempresentasikan
simbol
masalah,
perasaan, dan tema, yang terkait dengan kisah mereka atau bagian dari kisah mereka. Oleh karena itu, akan dapat mengembangkan gambaran lingkungan mereka yang bermasalah dan mengenali posisi mereka dalam lingkungan tersebut. Mereka juga dapat menggunakan media untuk menggali perubahan apapun yang telah terjadi dalam lingkungan atau mengubah apa yang telah mereka lakukan di masa-masa tertentu. Media
juga
membuat
anak-anak
mampu
membuat
pernyataan yang kuat dalam bentuk yang dapat diterima. Misalnya, perilaku agresif atau yang tidak dapat diterima dapat ditunjukkan melalui lukisan. Dengan cara ini, perilaku dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
ditahan dan tidak diwujudkan dalam tindakan. Hal ini membuat anak-anak bereksperimen dan merasakan emosi negatif. Media juga membuat anak-anak bersifat konstruktif dan destruktif, tetapi dengan cara yang bermanfaat. Misalnya, anakanak dapat merusak gambar yang telah mereka buat dengan mencoret-coret bagian pada gambar yang menyimbolkan sesuatu yang membuat mereka marah. Jika mereka mau, mereka dapat menghancurkan
seluruh
gambar
dengan menyobeknya
dan
membuangnya. Adapaun tujuan penggunaan media tanah liat yaitu: 1) anak dapat menceritakan kisah mereka, dengan menggambar dan melukis, anak-anak yang memiliki kesulitan menceritakan kisah mereka secara verbal dapat menjelaskan dan memberi informasi mengenai diri mereka, keluarga dan lingkungan mereka. Mereka dapat melakukannya baik dengan representasi langsung atas orang dan kejadian atau secara tidak langsung melalui cara proyektif menggunakan
reprensentasi
simbolis,
2)
anak
dapat
mengekspresikan perasaan emosional yang tertekan atau kuat, emosi ini dapat diekspresikan melalui aktivitas kreatif atau diwujudkan melaui simbol yang digunakan dalam gambar dan lukisan, 3) membantu anak mengendalikan kejadian yang telah atau sedang dialami, dengan menggambar atau melukis, anak-anak dapat mengurutkan kejadian dalam hidup mereka melalui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
penggunaan buku atau komik dan dongeng. Mereka kemudian dapat
menggabungkan
elemen
kreatif
seni
dan
fantasi,
bereksperimen dengan perubahan dalam kisah mereka dan dapat menguasainya. d. Drama Imajinatif, yaitu drama yang dibuat oleh anak-anak. Anak-anak seringkali menikmati berpura-pura menjadi orang lain seperti dokter yang memeriksa pasien atau ibu yang menyusui anaknya. Dalam drama tersebut, mereka mendandani dan menggunakan prperti, misalnya paket makanan kosong ketika mereka berpura-pura berbelanja. Dengan demikian, mereka menggabungkan penggunaan objek, tindakan, kata-kata, dan interaksi sosok imajinatif untuk menghasilkan drama. Anak-anak yang berusia dua dan tiga tahun dapat meniru peran orang dewasa dalam hidup mereka, mereka harus menggunakan objek nyata atau mainan yang menyerupai sosok-sosok nyata dalam drama mereka. Anak-anak yang berusia empat tahun ke atas tidak bergantung pada objek nyata dalam drama imajinatif mereka. Kisaran usia ini, mereka biasanya mampu menggunakan objek yang tidak berhubungan untuk menyimbolkan atau mengganti objek yang terlibat dalam drama. Misalnya, balok kayu dapat digunakan sebagai telepon. Mereka juga mampu menggantikan tindakan bagi objek dalam drama imajinatif mereka. Misalnya, anak-anak dapat mengepalkan tinju ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
mulut mereka seolah-olah sebuah cangkir ketika berpura-pura minum. Oleh karena anak mampu melakukan pemikiran abstrak, mereka dapat dengan mudah memainkan drama fantasi seperti pahlawan super, monster, dan peri. Pada drama imajinatif, anak-anak menjadi terlibat penuh dalam tindakan tokoh dalam situasi yang diimajinasikan. Anak-anak menjadi aktor dalam kesadaran penuh. Terkadang drama imajinatif itu menyertakan penggunaan keterampilan sosial, tetapi tidak selalu. Ketika keterampilan sosial terlibat, dapat disebut sebagai drama sosio dramatik. Penggunaan keterampilan sosial terjadi ketika menggunakan drama imajinatif dalam bentuk interaksi verbal dan nonverbal antara konselor dan anak-anak saat memerankan drama. Adapun tujuan dari pengunaan drama imajinatif yaitu: 1) anakanak dapat mengeluarkan dan mengartikulasikan ide, harapan, rasa takut, dan fantasi secara verbal dan nonverbal, 2) anak-anak dapat mengekspresikan pikiran atau memproses pikiran, 3) mencapai rasa lega yang menyembuhkan dari rasa sakit emosional, 4) anak-anak dapat menguasai masalah dan peristiwa di masa lalu, 5) memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan pemahaman atas peristiwa di masa kini dan di masa lalu, 6) membantu anak-anak melatih perilaku baru dan menyiapkan diri bagi situasi kehidupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
tertentu, 7) memberi anak-anak kesempatan untuk membangun konsep diri dan kepercayaan diri. e. Bak Pasir, yaitu sebuah media dapat terbuat dari kayu atau plastik. Idealnya, berbentuk persegi dengan sisi sepanjang 1 meter dan tinggi 50 mm. Bak pasir kayu harus memiliki garis anti air. Pasir yang digunakan harus bersih. Simbol yang dapat digunakan untuk mewakili hal-hal konkrit, seperti jalan, rumah, sekolah, pusat perbelanjaan, dan orang. Sebagai tambahan, simbol simbol dapat digunakan untuk mewakili konsep yang tidak berbentuk , seperti rahasia, pikiran, keyakinan, harapan, dan hambatan emosional. Oleh karena itu, simbol dapat digunakan untuk mewakili hal-hal konkret ataupun tidak berbentuk, atau abstrak yang memiliki tempat dalam kisah anak-anak. Adapun tujuan dari dari penggunaan bak pasir yaitu: 1) mengeksplorasi peristiwa tertentu, masa lalu, sekarang, dan masa depan, 2) mengeksplorasi tema dan masalah yang berkaitan dengan peristiwa tersebut, 3) melakukan hal yang dapat atau tidak dapat diterima oleh mereka, 4) mengubah kisah mereka, seperti yang dibuat dalam bak pasir, dengan memproyeksikan fantasi mereka didalamnya, 5) menguasai masalah dan peristiwa di masa lampau dan masa kini. f. Boneka/Mainan, adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macammacam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta tokoh-tokoh fiksi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
Boneka dan mainan memiliki manfaat yang sama dan dapat pula menambah dimensi lain pada suatu dongeng. Melalui boneka dan mainan,
anak-anak
menjadi
terlibat
secara
langsung
dalam
menciptakan dan mengucapkan dialog cerita dan menggerakkan boneka dan mainan untuk berakting dalam cerita. Melalui hal ini, anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan secara personal dengan cerita. Hal ini membuat mereka membuat hubungan dengan lebih mudah antara anatara perasaan emosional mereka dan yang dimiliki tokoh dalam cerita. Adapun tujuan dari penggunaan boneka/mainan yaitu: 1) menguasai masalah atau peristiwa di masa lampau, 2) mendapatkan kekuatan melalui ekspresi fisik, 3) mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan pengambilan keputusan, 4) mengembangkan keterampilan sosial, 5) meningkatkan keterampilan sosial. D. Media Boneka 1. Pengertian Boneka Boneka adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macammacam, seperti manusia, hewan, sayur-sayuran, buah-buahan, ekspresi wajah serta tokoh-tokoh fiksi. Boneka bisa dikatakan salah satu mainan yang paling tua, karena pada zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno boneka sudah ada. Namun fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya ternyata berbeda sekali antara dulu dan sekarang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
Sudjana & Rivai (2007) mengatakan secara umum boneka (marionette dalam bahasa Perancis), ada 2 yaitu: a. Tubuh yang dihubungkan dengan lengan, kaki dan badannya, digerakkan dari atau dengan tali-tali atau kawat-kawat halus. b. Boneka yang digerakkan dari bawah oleh seorang yang tangannya dimasukkan ke bawah pakaian boneka. Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk tiruan dari bentuk binatang. Pada perkembangannya, boneka tidak hanya sebagai mainan anak ataupun perlambang kenegaraan. Di bidang pendidikan, boneka mulai digunakan sebagai media dalam membantu tumbuh kembang anak. Boneka merupakan salah satu media pembelajaran yang tidak asing lagi dan sering digunakan pada sekolah tingkat dasar dan menengah. Cara penyajian boneka sebagai media pembelajaran bergantung pada kretivitas guru/ konselor yang juga disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai. 2. Jenis Boneka Menurut Sudjana & Rivai (2007) boneka dibedakan menjadi lima jenis yaitu: a. Boneka Jari Boneka ini terbuat dari alat sederhana seperti tutup botol, bola pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Dapat pula dibuat dari semacam sarung tangan, di mana pada ujung jari sarung tangan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
demikian bisa langsung dimainkan. Boneka ini bisa dibuat menjadi berbagai karakter misalnya binatang/hewan, tumbuhan, kendaraan, buah-buahan dll. Selain itu, bisa dibuat karakter kartun seperti Doraemon, boneka jari Upin Ipin, boneka jari Spiderman, Boneka jari Shaun The Sheep dan kawan-kawan, boneka jari Spongebob dan Patrick, Boneka jari Angry Bird dan lain-lain. b. Boneka Tangan Pada boneka tangan ini satu tangan hanya dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan (tanpa menggunakan alat bantu yang lain). Boneka ini bisa dibuat menjadi beberapa karkater misalnya, bapak dan ibu guru, keluarga (ayah, ibu, adik dan kakak), keluarga muslimin, teman-teman bermain, teman-teman sekolah, hewan, sayuran, dan kendaraan. c. Boneka Tongkat Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka. Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan/pembelajaran di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Boneka ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
bisa dibuat beberapa karakter misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya. Boneka tongkat dapat dibuat dari kayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya. d. Boneka Tali Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai di negara barat. Perbedaan yang mencolok antara boneka tali dengan boneka yang lain adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerakgerakkan menurut kehendak kita/dalangnya. Cara menggerakkannya dengan tali. Maka kedudukan tangan orang yang memainkannya berada di atas boneka yang dimainkannya. Karakter boneka ini misalnya, robot dan orang. e. Boneka Bayang-bayang Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayangbayang dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan “Wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. Selain itu diperlukan lampu untuk membuat bayang-bayang layar. 3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Boneka Menurut Geldard (2008) adapun fungsi-fungsi penggunaan boneka ada 6 yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
a. Menampilkan fantasi serta bakat-bakat anak terkait dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri. b. Bermain peran menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaan anak-anak. c. Menciptakan dialog dalam drama, memerankan kepribadian anak dan perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan telah terpisah dari mereka. d. Mempelajari dan melatih perilaku yang dapat diterima. e. Merangsang anak bereksplorasi, bereksperimen dan berekspresi. f. Melatih anak belajar menggunakan alat bersama dengan anak lain dan bermain bersama/bekerjasama. Menurut Geldard (2008) adapun manfaat penggunaan boneka ada 3, yaitu: a. Anak-anak menjadi terlibat secara langsung dalam menciptakan dan mengucapkan dialog cerita dan menggerakan boneka untuk berakting dalam cerita. b. Anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan secara personal dengan cerita. c. Membuat hubungan anak-anak lebih mudah antara perasaan emosional mereka dan yang dimiliki tokoh dalam cerita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
E. Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Menurut Biecheler dan Snowman (dalam Patmonodewo, 2003) menyatakan bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3 sampai 6 tahun. Mereka pada umumya mengikuti program prasekolah dan Taman Kanak kanak. Di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 sampai 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4 sampai 6 tahun pada umumnya mereka mengikuti program Taman Kanak-kanak. Anak prasekolah adalah anak yang belum memasuki pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD). Anak-anak dengan usia 3-6 tahun pada umunya mengikuti program Taman Kanak-kanak. Program Taman Kanak-kanak dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kelas A merupakan kelas anak -anak yang lebih kecil yaitu usia 3-4 tahun dan kelas B merupakan kelas anak -anak yang lebih besar yaitu 5-6 tahun. 2. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak Taman Kanak-kanak berusia antara empat sampai enam tahun, dan setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, yang harus dipahami oleh para guru, sehingga kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan minat, kebutuhan dan tingkat pemahaman anak. Hal itu sesuai dalam Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal 2005, Departemen Agama RI. Pengertian karakteristik anak itu sendiri menurut Oemar Hamalik (2002) adalah perilaku awal sebagai tingkah laku yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
harus diperoleh anak sebelum memperoleh tingkah laku terminal yang baru. Perilaku awal tersebut meliputi kesiapan, kematangan, perbedaan individual, dan kepribadian. Menurut Sunarto & Hartono (2002), setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga muncul perbedaan individu yang meliputi berbagai bidang yaitu: a. Perbedaan kognitif. b. Perbedaan dalam kecakapan bahasa. c. Perbedaan dalam kecakapan motorik. d. Perbedaan latar belakang. e. Perbedaan bakat. f. Perbedaan kesiapan belajar. Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa karakteristik anak usia dini
meliputi
kesiapan,
kematangan,
perbedaan
individual,
dan
kepribadian yang yang dilihat dari aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional. 1)
Fisik Motorik Perkembangan motorik dibagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti: berjalan, melompat, berlari, melempar dan memanjat, dan lain sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus, seperti: menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
sebagainya. Menurut Hurlock (1978) perkembangan motorik tergantung pada: a) Perkembangan syaraf dan otot. b) Kematangan fisik. c) Mengikuti pola yang dapat diramalkan. d) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik. e) Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik. Mempelajari keterampilan motorik perlu di perhatikan pula kesiapan dan kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, bimbingan, model yang baik serta motivasi (Hurlock, 1978) dengan cara trial and error, meniru dan pelatihan. Anak usia TK memiliki sejumlah ciri fisik sebagai berikut: a)
Sangat aktif. Anak usia ini sangat menyukai kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri.
b) Memerlukan istirahat yang cukup. Setelah melakukan banyak aktivitas, meskipun sering tidak disadari anak memerlukan istirahat. c)
Otot-otot besar besar lebih berkembang daripada kontrol terhadap jari dan tangan. Sehingga anak belum dapat melakukan aktivitas yang rumit.
d) Koordinasi tangan dan matanya kurang sempurna karena anak sulit mengalami kesulitan dalam memfokuskan pandangannya pada objekobjek yang kecil ukurannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
e)
Tulang tengkorak masih lunak, sehingga berbahaya jika terjadi benturan.
f)
Motorik halus anak perempuan lebih terampil daripada anak laki-laki. Snowman (Patmonodewo, 2003).
2)
Kognitif Piaget (Santrock, 2007) mendiskripsikan perkembangan kognitif anak dalam beberapa tahapan, dan anak usia TK berada pada tahap pra operasioanal yaitu: anak mulai menggunakan gambaran gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran-pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan gambargambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahapan ini seperti egosentrisme dan sentralisasi. Hal yang berperan penting dalam perkembangan kognitif menurut Vygotsky (Santrock, 2007) adalah orang lain dan bahasa. Vygotsky berpendapat bahwa anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional dengan cara berinteraksi. Perkembangan kognitif berhubungan dengan konteks sosial. Menurut Bandura (Crain, 2007:), sosialisasi merupakan proses inklusif yang mempengaruhi hampir tiap jenis perilaku, termasuk kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
3)
Bahasa Anak usia tiga sampai lima tahun oleh Seefeldt & Wasik (2008) merupakan masa dahsyat di bidang bahasa. Anak usia empat tahun terjadi peledakan perbendaharaan kata mencapai 4000 sampai 6000 kata. Akan tetapi sering terjadi pemakaian salah kata dan salah nama benda karena begitu banyak kata-kata baru yang dipelajari. Bercakap-cakap
merupakan
kegiatan
favorit
pada
usia
ini.
Perbendaharaan kata anak meluas sampai 5000 ke 8000 kata pada usia lima tahun. Pada usia ini struktur kalimat yang digunakan anak menjadi lebih rumit. Anak prasekolah menurut Santrock (2007) mengalami kemajuan dalam pragmatik. Mereka lebih pandai dalam bercakap-cakap dan muncul pendekatan analitis. Pendekatan analitis ini muncul jika anak diminta mengatakan sesuatu yang pertama kali muncul dalam benak mereka ketika mereka mendengar suatu kata. Hal penting dalam belajar bicara menurut Hurlock (1978) adalah sebagai berikut: a) Persiapan fisik untuk berbicara. Kematangan mekanisme bicara merupakan kematangan syaraf dan otot mekanisme suara yang meliputi saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah. b) Kesiapan mental untuk berbicara. Kesiapan mental berhubungan dengan kematangan otak khususnya pada bagian-bagian asosiasi otak. Kesiapan ini berkembang pada usia 12 dan 18 bulan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
c) Model yang baik untuk ditiru. Model ini diperlukan anak untuk mengucapkan kata dengan benar, dan menggabungkan kata menjadi kalimat yang benar. Jika model yang baik ini kurang maka anak sulit belajar bicara dan hasilnya berada di bawah kemampuan mereka. d) Kesempatan untuk berpraktek. Motivasi anak untuk berbicara menjadi berkurang tatkala kesempatan berbicara dihilangkan, dan orang lain tidak mengerti, sehingga anak akan merasa marah dan putus asa. e) Motivasi. Jika isyarat dan tangis bisa menjadi pengganti bicara untuk memperoleh keinginannya, maka dorongan untuk belajar akan melemah. f) Bimbingan.
Bimbingan
yang
baik
adalah
dengan
cara:
menyediakan model yang baik, mengatakan kata-kata dengan perlahan dan jelas sehingga bisa dipahami, dan memberikan bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut. 4) Sosio emosional Menurut Seefeldt & Wasik (2008) anak usia tiga-lima tahun mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti sedih, marah, dan bahagia. Situasi emosi mereka cepat berubah dan sangat bergantung pada kegiatan. Mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
juga sulit memisahkan perasaan dari tindakan. Bagi mereka mengendalikan
perasaan
hati
sering
merupakan
tantangan.
Mengajarkan anak tentang cara yang sesuai untuk mengungkapkan emosi
mereka
merupakan
tonggak
yang
penting
dalam
perkembangan mereka. Anak usia empat tahun mulai memahami bahwa pengungkapan emosi secara ekstrim bisa mempengaruhi orang di sekitarnya. Mereka mulai memahami bahwa orang lain itu mempunyai perasaan juga. Sehingga pada saat anak menginjak usia lima tahun, mereka mulai mengatur emosi dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang secara sosial lebih diterima. Yasin Musthofa (2007) mengungkapkan bahwa ciri-ciri perkembangan sosial masa kanak-kanak awal adalah: a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan di lingkungan keluarga dan lingkungan bermain. b) Anak sudah mulai mengikuti peraturan. c) Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain, walaupun masih kecenderungan egosentris. d) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain. e) Anak mulai memiliki sikap simpati, empati dan altruisme, yaitu kepedulian terhadap orang lain. Perilaku sosial anak usia empat tahun menurut Seefeldt & Wasik (2008) mulai membedakan antara anak-anak yang mereka sukai untuk bermain dan anak-anak yang mereka tidak sukai. Tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
mereka semakin tertarik untuk bermain dengan anak-anak yang lain dalam sebuah kelompok. Ketika menginjak usia lima tahun mereka menjadi
sangat
sosial
dengan mengembangkan keterampilan
kerjasama yang efektif. Pada usia tiga sampai lima tahun, menurut Seefeldt & Wasik (2008), hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi anak. Anak-anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah. Pola perilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak awal (Hurlock, 1978) meliputi pola perilaku sosial dan pola perilaku asosial. Pola perilaku sosial meliputi: a) Kerja sama. Sampai anak berumur 4 tahun mereka belajar bermain atau bekerjasama dengan anak lain. Semakin banyak kesempatan yang diberikan untuk melakukan sesuatu bersama, maka semakin cepat mereka belajar kerja sama. b) Persaingan. Akan menambah sosialisasi anak jika persaingan dijadikan dorongan bagi anak untuk berusaha. Tetapi jika diekspresikan dalam bentuk pertengkaran atau kesombongan maka akan megakibatkan sosialisasi yang buruk. c) Kemurahan hati. Anak belajar jika kemurahan hati dengan berbagai akan menghasilkan penerimaan sosial. d) Hasrat akan penerimaan sosial. Keinginan untuk diterima oleh orang dewasa timbul lebih awal kemudian baru timbul diterima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
oleh teman sebaya. Keinginan ini akan mendorong anak menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. e) Simpati. Anak baru mulai berperilaku simpatik sampai mereka mengalami
situasi
yang
mirip
dengan
duka.
Anak
mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong teman atau menghibur seseorang yang sedang sedih. f) Empati. Empati hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain. g) Ketergantungan. Ketergantungan akan mendorong anak untuk berperilaku
dalam
cara
yang
diterima
secara
sosial.
Ketergantungan kepada orang lain ini dalam bentuk bantuan, perhatian, dan kasih sayang. h) Sikap ramah. Anak bersedia bersama atau melakukan sesuatu untuk orang atau anak lain untuk mengekspresikan sikap ramah dan kasih sayang anak. i) Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Sikap ini muncul jika anak diberi kesempatan dan dorongan untuk berbagi, belajar memikirkan orang lain, dan berbuat untuk orang lain. j) Meniru. Anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan sosial dari meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial. k) Perilaku kelekatan (attachment behavior). Ketika bayi anak mengembangkan kelekatan pada ibu atau pengasuh, perilaku ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
kemudian pada saat menginjak masa kanak-kanak awal dialihkan kepada anak lain dan membina persahabatan dengan mereka. Menurut Steinberg, Hughes, dan Piaget (Anggani Sudono, 2004) ciri-ciri perkembangan sosio-emosional anak usia 4 tahun antara lain yaitu: sangat antusias, lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri, dapat membereskan alat permainannya, tidak menyukai bila dipegang tangannya, ada kecenderungan berlari lepas di halaman sekolah, ada keinginan untuk membawa pulang barang-barang milik sekolah, dan menyukai hasil pekerjaannya dan selalu ingin membawanya pulang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Hidayat (2012) menyatakan bahwa PTBK dalam pengertian ini dimaksudkan untuk meningkatkan program layanan BK sehingga menjadi lebih baik. PTBK dilakukan oleh peneliti sendiri oleh karena itu masalah yang akan dipecahkan dalam rangka peningkatan layanan BK adalah masalah yang dirasakan dan dihadapi oleh peneliti sendiri. Penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas dalam konteks proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Sehingga penelitian ini menjadi bagian dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto 2006) penelitian yang akan dilakukan menggunakan penelitian tindakan (action research) yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini mengkaji rendahnya keterampilan bekerjasama pada anak usia dini kelas A TK Mangunan
Yogyakarta.
Alternatif
pemecahannya
dengan
bercerita
menggunakan media boneka dari kain flanel. Proses pelaksanaan tindakan dilakukan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak kelas A Taman Kanak-Kanak Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Kelas ini terdiri dari 20
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
anak dengan 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan bekerjasama yang dilakukan dengan metode bercerita menggunakan media boneka dari kain fanel. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas A Taman Kanak-Kanak Mangunan yang terletak di Jl. Yogya-Solo Km 12 Mangunan Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013, selama tiga minggu dengan pembagian waktu sebagai berikut : satu minggu pertama pada tanggal 28 Novemberr 2013 mengadakan tindakan siklus pertama. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2013. Siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2013. D. Setting Penelitian Penelitian ini menggunakan setting kelas. Data diperoleh pada saat proses bimbingan klasikal yang dilaksanakan di dalam kelas. 1. Partisipan dalam Penelitian Pelaksanaan penelitian ini, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif dan beberapa teman pengamat, yaitu: a. Mitra Kolaboratif Nama
: Francisia Fegawati Pramono, S.Pd.
NIP
:-
Pangkat/ Gol.
:-
Jabatan
: Wali kelas A
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
b. Pengamat 1 Nama
: Desak Made Suniari
NIM
: 091114018
Status
: Mahasiswa BK USD
c. Pengamat 2 Nama
: Fransiska Wening Panitis
NIM
: 091114012
Status
: Mahasiswa BK USD
2. Topik Bimbingan Upaya perbaikan akan dilaksanakan selama 3 siklus. Masingmasing siklus adalah satu pertemuan selama 30 menit. Adapun topik bimbingan pada siklus-siklus perbaikan adalah sebagai berikut: a. Siklus 1 Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama Topik Bahasan : Gotong Royong Waktu
: 28 November 2013 pukul 09.30 – 10.00 WIB
Tempat
: Aula TK Mangunan
Jumlah Siswa
: 20 Orang
b. Siklus 2 Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama Topik Bahasan : Peduli Sesama Waktu
: 5 Desember 2013 pukul 09.30 – 10.00WIB
Tempat
: Ruang Kelas A TK Mangunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Jumlah Siswa
: 20 Orang
c. Siklus 3 Fokus Penelitian : Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama Topik Bahasan : Kebersamaan Waktu
: 12 Desember 2013 pukul 09.00–10.00 WIB
Tempat
: Ruang Aula TK Mangunan
Jumlah Siswa
: 20 Orang
3. Pengorganisasian Kelas Pengorganisasian kelas dalam penelitian ini anak duduk secara melingkar dan acak agar anak tidak hanya berdekatan dengan teman terdekatnya. Hal ini dimaksudkan agar anak terlatih bergabung dengan teman-teman yang lain. E. Prosedur Penelitian Pada PTBK ini peneliti menggunakan model Hopkins (1993) yang mencakup empat langkah utama namun diawali dengan adanya identifikasi masalah. Keempat langkah utama tersebut, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang sebagai satu siklus (Wiriatmadja, 2005). Keempat langkah tersebut tergambar dalam gambar di bawah ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Gambar: 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) Bagan PTBK di atas dapat diartikan bahwa setiap tahapan penelitian wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kriteria keberhasilan PTBK itu sendiri. Berdasarkan bagan PTBK dapat diketahui bahwa kegiatan penelitian diawali dari tahap identifikasi masalah. Tahap identifikasi masalah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan FGD (Focus Group Discussion) yang meliputi wawancara dan observasi. Kegiatan tersebut dilakukan untuk merumuskan akar masalah agar lebih mempermudah peneliti untuk membuat tahap perencanaan. Tahap perencanaan disusun berdasarkan hasil identifikasi masalah. Tahap ini digunakan sebagai acuan pemberian tindakan bimbingan. Tahap tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada tahap tindakan ini peneliti memberikan tindakan kepada anak sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Pada pelaksanaan tahapan tindakan ini peneliti tetap melakukan observasi dan wawancara guna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
untuk mengetahui hasil yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. Pada tahapan ini peneliti akan melihat kesesuaian proses dengan pelaksanaan dan membuat refleksi setiap siklus. Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi setelah melakukan tindakan. Refleksi ini berisi renungan dari peneliti dan hasil yang diperoleh melalui observasi. Pada tahapan refleksi ini selain hasil penelitian dan renungan dari peneliti juga berisi evaluasi proses. Jika pada tahap ini peneliti belum mencapai tujuan dari patokan yang telah dibuat maka peneliti akan melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang telah dilakukan. F. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dapat dijabarkan sesuai dengan bagan PTK di atas. Secara teknis Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling sama dengan PTK namun perbedaan yang muncul adalah PTK dilaksanakan pada mata pelajaran tertentu dan PTBK dilaksanakan pada program bimbingan dan konseling. Tahapan pada bagan di atas dapat diuraikan di bawah ini. 1.
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah diperoleh berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang meliputi wawancara dan observasi. Pada penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan metode FGD melalui wawancara dan observasi. Dari hasil FGD diperoleh bahwa keterampilan bekerjasama anak-anak TK Mangunan Yogyakarta kurang maksimal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas yang ada di TK Mangunan Yogyakarta masih terdapat anak-anak yang tidak menyapa terhadap sesama teman, terdapat anak yang tidak mau bergabung dengan teman-teman kelompok. Anak masih terlihat asyik dengan kegiatan sendiri tanpa membutuhkan interaksi dengan teman bermainnya. Anak masih terlihat egois dan bermain dengan menguasai permainannya, Selain itu cara anak bekerjasama dalam sebuah kelompok juga masih kurang sehingga perlu ditingkatkan. Berdasarkan observasi di TK Mangunan Yogyakarta saat proses pembelajaran berlangsung menunjukan masih terdapat siswa yang tidak mau bergabung dengan kelompok, beberapa anak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-temannya, Anak hanya berbagi makanan kepada teman-teman tertentu saja. Kurangnya keterampilan bekerjasama anak di TK Mangunan Yogyakarta juga bisa dilihat dari kurangnya interaksi anak dengan teman sebaya dan kurangnya sikap saling membutuhkan dan kerjasama dalam kegiatan di sekolah. Misalnya dalam kegiatan menempel berkelompok, anak masih egois dan tidak mau dibantu teman, dalam kegiatan pembelajaran anak sulit sekali berbagi alat tulis misalnya penghapus dan pensil. Contoh lain yaitu anak sulit sekali bekerjasama dalam permainan, misalnya dalam bermain sepak bola anak hanya ingin menguasai bola tanpa memberi kesempatan anak yang lain untuk ikut menendang bola.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan melalui wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan observasi terdapat kesamaan yaitu kurangnya interaksi pada anak, anak-anak masih egois dan anak-anak tidak mau bergabung dalam kelompok saat guru kelas membagikan tugas dalam kelompok. Hal ini menunjukan masih kurang maksimal sikap bekerjasama pada anak. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu menganalisis data kemudian membuat kesimpulan. Pemilihan rencana tindakan berdasar FGD yang telah dianalisis untuk mendapatkan inti permasalahan. Terkait dengan inti permasalahan maka peneliti memilih topik-topik yang berhubungan dengan keterampilan bekerjasama yang sesuai dengan tugas perkembangan sosial anak-anak usia dini yaitu Gotong Royong, Peduli Sesama, dan Kebersamaan. Rencana tindakan dijabarkan kedalam tiga siklus. Siklus I a.
Perencanaan (Planing) Perencanaan tindakan untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama pada anak yaitu melalui metode bercerita menggunakan boneka dari kain flanel. Cerita yang dipilih “asal mula nyamuk berdengung” dengan menggunakan media boneka dari kain flannel dengan karakter orang jawa yang telah disesuaikan dengan judul cerita yang telah dipilih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan bimbingan klasikal: a) Peneliti menetapkan cerita rakyat “Asal mula nyamuk berdengung” yang sesuai dengan kebutuhan anak untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama pada anak. Alasan pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial terkait perkembangan anak usia dini seperti kerjasama, tolongmenolong dan cinta damai. Pemilihan boneka berdasarkan cerita yang akan dibawakan. b) Peneliti
menetapkan
boneka
dari
kain
flanel
yang
mendukung cerita, serta media yang sesuai dengan topik cerita. Peneliti memilih boneka yang sesuai dengan tokohtokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang digunakan dengan karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan boneka tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macammacam suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa sehingga anak-anak dapat menghormati teman-teman yang berbeda suku. c) peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta menetapkan jadwal pertemuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka a) Peneliti menetapkan SPB dengan topik kerjasama. b) Peneliti memberikan salam pembuka. c) Peneliti menetapkan cerita, cerita yang telah dipilih adalah cerita rakyat dari gunung kidul yaitu “Asal mula nyamuk berdengung” d) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang akan digunakan dan disesuaikan dengan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung. e) Peneliti menutup kegiatan. 3) Menyiapkan instrument Interactional Group Disccusion (IGD) Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara dengan guru kelas, observasi check list, serta dokumentasi. 4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus I apa maksudnya Wawancara dengan guru kelas, observasi dan dokumentasi, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perilaku bekerjasama anak. Indikator keberhasilan dilihat dari peningkatan setiap siklus. 5) Pelaksanaan tindakan (Action) Pemberian tindakan melalui bimbingan klasikal dengan topik yang telah ditetapkan. Bimbingan klasikal diawali dengan pengantar cerita, kemudian anak-anak mendengarkan cerita yang diperankan menggunakan boneka dari kain flanel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a) Peneliti mengkondisikan tempat dan suasana yang nyaman di dalam kelas. b) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara melingkar dan secara acak. Hal ini bertujuan agar anak-anak mau membaur dengan semua temannya tanpa pilih-pilih. c) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan memberikan
pengantar
tentang
cerita
yang
akan
disampaikan. d) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam cerita
“asal
mula
nyamuk
berdengung‟‟
dengan
menggunakan boneka dari kain flanel. e) Peneliti bercerita menggunkan boneka dari kain flanel dan anak-anak mendengarkan. f)
Peneliti
memberikan
kesempatan
pada
anak
untuk
menceritakan kembali nama-nama tokoh dan sifat-sifat yang dimiliki tokoh-tokoh dalam cerita. 6) Observasi (observation) atau pengamatan Observasi
dilaksanakan
saat
peneliti
melakukan
bimbingan klasikal. Observasi dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan check list dan dokumentasi dilakukan oleh mitra kolaboratif. Pengamatan dilakukan guna mendapatkan rekam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
data mengenai layanan bimbingan klasikal yang telah dilaksanakan. 7) Refleksi (reflection) Refleksi ini dilakukan untuk memahami proses dan melihat pengaruh pelaksanaan bimbingan klasikal terhadap perubahan perilaku anak secara kognisi, afeksi, psikomotorik dan konasi serta kendala nyata dalam penelitian tindakan. Refleksi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan selanjutnya. Siklus II meliputi : a. Perencanaan (Planing) Setelah melakukan refleksi dari upaya perbaikan siklus I. Cerita yang dipilih pada siklus II “bawang merah dan bawang putih” menggunakan boneka dari kain flannel dengan karakter keluarga yang disesuaikan dengan cerita. Upaya perbaikan siklus 2 disusun sebagai berikut: Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan bimbingan klasikal : a) Peneliti menetapkan cerita “bawang merah dan bawang putih”. Alasan pemilihan cerita bawang merah dan bawang putih karena didalam cerita tersebut mengandung nilai sosial
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
yaitu saling menolong dan iri hati hanya akan merugikan diri sendiri yang sesuai dengan kebutuhan anak guna untuk meningkatkan kerjasama pada anak. b) Peneliti menetapkan boneka dari kain flanel yang sesuai dengan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, serta media yang mendukung cerita. Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini peneliti memilih boneka figur keluarga yaitu: ibu, nenek tua, kakak dan adik. Penggunaan boneka figur keluarga dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja anggota dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini diharapkan anak-anak bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak memiliki salah satu anggota keluarga c) Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta menetapkan jadwal pertemuan. 2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka : a) SPB dengan topik peduli terhadap sesama. b) Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari jawa tengah yaitu „‟Bawang merah dan bawang putih” c) Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung. 3) Menyiapkan instrument Interactional Group Disccusion (IGD) penelitian ini menggunakan wawancara dengan guru kelas,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
observasi checklist yang dilakukan oleh guru kelas, dokumentasi dilakukan oleh mitra kolaboratif. 4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus II Wawancara
dengan
guru
kelas,
observasi,
serta
dokumentasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan keterampilan bekerjasama anak sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan sikus berikutnya. b. Pelaksanaan Tindakan (Action) Pada siklus kedua menggunakan metode bercerita dengan media boneka dari kain flanel yang telah disesuaikan dengan topik bimbingan. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan kualitas dari keterampilan bekerjasama anak. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Peneliti mengkondisikan tempat agar suasana nyaman. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak bosan dan mendapat suasana baru. 2) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan dan acak. Bertujuan agar anak-anak mau membaur dengan teman-teman yang lain. 3) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
4) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam cerita “Bawang merah dan bawang putih‟‟ dengan menggunakan boneka. 5) Peneliti
bercerita
menggunakan
boneka
dan
anak-anak
mendengarkan. 6) Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti memberikan kesempatan menceritakan kembali tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki. c. Observasi (Observation) atau Pengamatan Pengamatan atau obseravasi tetap dilakukan selama proses pemberian tindakan pada putaran kedua ini. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal dapat membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak. Selain melakukan pengamatan peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas sedangkan dokumentasi dilakukan oleh mitra kolaboratif. d. Refleksi (reflection) Refleksi ini digunakan untuk melihat pengaruh secara kognisi, afeksi, psikomotorik pada siklus II guna untuk memperbaiki pada siklus selanjutnya. Refleksi dilakukan oleh peneliti terhadap diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Siklus III meliputi: a.
Perencanaan (Planing) Rencana tindakan pada putaran ketiga dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada putaran kedua. Cerita yang dipilih “Si bungkuk dan si buta” dengan menggunakan media boneka dari kain flanel dengan karakter manusia yang disesuaikan dengan cerita tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam kegiatan bimbingan klasikal: a) Peneliti menetapkan cerita “si bungkuk dan si buta” alasan pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial yaitu berbagi kepada sesama, memaafkan orang yang bersalah dan bersahabat. Hal tersebut terkait dengan tugas perkembangan anak-anak usia dini. b) Peneliti menetapkan boneka yang sesuai dengan tokohtokoh yang ada dalam cerita serta media yang sesuai dengan topik cerita. Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita yang akan dibawakan, kali ini boneka yang digunakan dengan karakter keluarga yaitu saudara atau teman. c) Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta menetapkan jadwal pertemuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
2) Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka: a) SPB dengan topik kebersamaan. b) Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari jawa tengah yaitu „‟Si bungkuk dan si buta” c) Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung. 3) Menyiapkan Instrument Interactional Group Disccusion (IGD) Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas, observasi check list yang akan dilakukan oleh guru kelas, serta dokumentasi. 4) Menetapkan indikator keberhasilan siklus III Wawancara dengan guru kelas, observasi, dokumentasi, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perilaku bekerjasama anak yang bisa dilihat dari kenaikan setiap siklus. b.
Pelaksanaan Tindakan (Action) Tindakan pada siklus ketiga menggunakan metode bercerita dengan media boneka dari kain flanel yang telah disesuaikan dengan topik bimbingan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari perilaku bekerjasama anak. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
1) Peneliti mengkondisikan suasana agar nyaman 2) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan secara acak, hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan teman-teman terdekat. 3) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan. 4) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam cerita “Si bungkuk dan si buta‟‟ dengan menggunakan boneka. 5) Peneliti
bercerita
menggunkan
boneka
dan
anak-anak
mendengarkan. 6) Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki. c.
Observasi (Observation) atau Pengamatan Pengamatan/observasi dilakukan selama proses pemberian tindakan pada putaran ketiga ini. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal dapat membantu mengembangkan perilaku bekerjasama pada anak. Selain itu peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas. serta dokumentasi dilakukan oleh mitra kolaboratif.
d.
Refleksi (Reflection) Refleksi pada putaran ketiga dilakukan dengan memperhatikan pada hasil pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian tindakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
akan tetap dilanjutkan apabila belum ada perubahan perilaku yang merupakan indikator dari keterampilan bekerjasama itu sendiri. Refleksi ini digunakan untuk melihat pengaruh secara kognisi, afeksi, psikomotorik anak pada siklus III. Refleksi dilakukan oleh peneliti terhadap diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif. G. Teknik Pengumpulan Data Saat Proses Penelitian Menurut Wijaya Kusuma (2010) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Data dan hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta maupun angka. Sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian adalah menggunakan bukti-bukti dokumentasi, gambar, pengamatan dan instrumen. Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu : 1.
Wawancara Mendalam Menurut Dedy Mulyana (2004), wawancara mendalam tergolong dalam jenis wawancara tak terstruktur. Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dapat diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi saat wawancara. Dedy Mulyana (2004) menambahkan bahwa wawancara mendalam adalah metode yang dimungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya dan lingkungannya dengan menggunakan istilahnya sendiri tentang gejala yang diteliti, tidak sekadar menjawab pertanyaan. Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode wawancara mendalam. Alasan peneliti menggunakan metode
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
wawancara mendalam adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi yang diinginkan secara lebih detail dan mendalam. Adapun kekurangan dari wawancara adalah informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. 2.
Observasi Observasi (pengamatan) dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian, dengan menggunakan lembar observasi yang merupakan panduan dalam melakukan penilaian terhadap indikator-indikator dari aspek yang diamati. Bentuk lembar observasi (pengamatan) dimaksud adalah berbentuk daftar dengan daftar checklist berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam indikator keterampilan bekerjasama. Langkah-langkah menggunakan observasi yaitu, pengamat hanya melakukan pengamatan kemudian melihat daftar atau lembar observasi, kemudian memberikan penilaian ke tanda checklist pada lembar observasi. Alasan peneliti menggunakan observasi yaitu karena banyak gejala yang diselidiki dengan observasi datanya lebih akurat dan sulit dibantah. Keunggulan dari observasi yaitu banyak objek yang hanya bisa diambil datanya hanya dengan observasi. Misalnya karena objek banyak dan tidak ada waktu untuk wawancara dan mengisi kuesioner. Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan memperbanyak observer dan banyak kejadian yang dipandang kecil yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain ternyata sangat menentukan hasil penelitian. Akan tetapi, observasi juga memiliki kelemahan yaitu, observasi tergantung pada kemampuan pengamat dalam mengingat kejadian dan keadaan dalam waktu pengamatan tersebut. Sering juga menjumpai objek yang tidak menyenangkan karena tahu bahwa objek tersebut sedang di observasi. Pedoman Penilaian Observasi Menurut Departemen Agama RI (2004) penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan
pembelajaran. Menurut
Pedoman penilaian Kemendiknas dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK SD (2010): a.
Anak yang belum berkembang (BB) Seperti: dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian diberi tanda centang ( ).
b. Anak yang mulai berkembang (MB) seperti: anak melaksanakan tugas namun belum benar, maka pada kolom penilaian diberi tanda centang ( ). c.
Anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) seperti: anak melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain, maka pada kolom penilaian diberi tanda centang ( ).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) anak
melaksanakan
tugas dan melebihi seperti yang diharapkan, maka pada kolom penilaian diberi tanda centang ( ). 3.
Dokumentasi Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prastasi, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Suharsini Arikunto, 2006). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini foto-foto kegiatan anak. Alasan
peneliti
menggunakan
dokumentasi
adalah
untuk
memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok anak dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas berlangsung digunakan dokumentasi. Peneliti menggunakan metode ini untuk mendokumentasikan foto anak yang diambil pada waktu anak dalam kegiatan bercerita menggunakan boneka. Keunggulan dari dokumentasi adalah hasil yang diperoleh apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah, maka metode ini tidak begitu sulit untuk dilakukan. Akan tetapi, kelemahan dari metode ini adalah objek sulit untuk dirubah, harus tetap. H. Instrumen penelitian Instrumen penelitian (Wijaya Kusuma, 2010) adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya hasilnya lebih baik, dalm arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
lebih mudah diolah. Seperangkat instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut : 1.
Pedoman Wawancara Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dengan guru kelas. Wawancara ini berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam keterampilan bekerjasama. Adapun kisi-kisi pedoman wawancara adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Kisi-kisi lembar wawancara terhadap guru kelas Aspek Sub/ Pertanyaan Aspek Dimensi Respons guru a. Mendengarkan 1. Apakah anak-anak kelas terhadap mendengarkan dengan baik keterampilan ketika peneliti bercerita bekerjasama dengan media boneka? anak Jelaskan! 2. Apakah anak-anak mendengarkan ketika ada teman bercerita menggunakan media boneka? Jelaskan! b. Menghormati 1. Apakah anak-anak mampu menghargai dan menaruh hormat terhadap orang lain? Misalnya, anak saling menyapa, mengucapkan terima kasih? Jelaskan! c. Interaksi tatap 1. Apakah anak-anak menatap muka teman yang sedang bertanya atau berbicara? Jelaskan! d. Komunikasi 1. Apakah anak-anak merespon saat diberi pertanyaan? Misalnya? 2. Apakah anak-anak mengarahkan pandangan ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
e. Interaksi sosial
2.
arah lain ketika ada teman bertanya? 3. Apakah anak-anak memegang benda lain ketika ada teman yang bertanya? 1. Apakah anak-anak saling membantu dalam menata ruang kelas sebelum memulai kegiatan bimbingan? Misalnya? 2. Apakah anak-anak saling berkelahi?
Pedoman observasi Pedoman observasi merupakan garis besar atau kisi-kisi yang digunakan berdasarkan aspek-aspek keterampilan bekerjasama sebagai acuan dalam mengumpulkan data. Pengumpulan data melalui metode observasi ini dilaksanakan saat bimbingan berlangsung. Adapun kisi-kisi pedoman observasi adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Kisi-kisi lembar observasi anak Aspek Indikator
No Item Jumlah
a. Mendengarkan
Mampu menangkap pesan
b. Menghormati
Mampu menjunjung dan 4,5,6,7 menghargai orang lain Mampu mempengaruhi antara 8,9 individu Mampu berinteraksi secara 10,11,1 verbal 2,13,14, Mampu berinteraksi secara 15, non verbal Mampu mempengaruhi antara 16,17, kelompok 18
c. Interaksi Tatap muka d. Komunikasi
e. Interaksi Sosial
1,2,3
3 4 2 6
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
3.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk memperoleh gambaran visualisasi mengenai aktivitas siswa selama proses bimbingan berlangsung. Dokumentasi berupa foto-foto saat kegiatan berlangsung selama bimbingan dengan menggunakan media kamera. Dokumentasi dilakukan untuk melihat catatan-catatan yang dilakukan dalam penelitian.
I.
Teknik Analisis Data Moleong (2005) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga data ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Adapun secara lebih rinci analisis datanya adalah sebagai berikut: 1.
Analisis data hasil wawancara Data hasil wawancara dianalisis dengan mendiskripsikan atau merangkum hasil wawancara dengan berpedoman pada aspek-aspek keterampilan bekerjasama.
2.
Analisis data observasi Data kuantitatif, yang berupa nilai presentase yang diperoleh pada aspek yang telah diamati. Data yang diperoleh melalui lembar observasi setiap setiap siklus dikumpulkan lalu dipresentase berapa siswa yang berhasil. Ini untuk mengetahui penguasaan anak secara umum. Data
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
kualitatif berupa data aktivitas anak yang diperoleh melalui catatan khusus pencapaian anak dalam keterampilan dalam bekerjasama. 3.
Analisis data dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Dokumentasi dilakukan untuk melihat catatan-catatan atau arsip-arsip yang dilakukan dalam penelitian. Data hasil dokumentasi dianalisis dengan mendiskripsikan sesuai gambar yang diambil.
J. Kriteria Keberhasilan 1.
Kuantitatif Dalam indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu meningkatnya keterampilan bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka yaitu 80% dari aspek penilaian. Untuk menentukan keberhasilan anak, digunakan rumus :
Presentase
Kategori
85 – 100%
Sangat Baik
71 – 84 %
Baik
65 – 70 %
Cukup
51 – 64 %
Kurang
0 – 50 %
Sangat Kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
2.
Kualitatif a.
Anak-anak mulai bisa menyapa terhadap sesama teman.
b.
Anak-anak mulai mau bergabung dengan teman – teman kelompok.
c.
Anak tidak hanya diam ketika diberi tugas dan harus berdiskusi dengan teman-temannya.
d.
Anak-anak tidak membeda-bedakan teman, misalnya anak-anak perempuan hanya bergaul dengan yang perempuan saja dan anak laki-laki hanya bermain dengan yang laki-laki.
e.
Anak mulai bisa berbagi makanan kepada teman-teman tanpa pilihpilih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling ini dilaksanakan di TK Mangunan
Yogyakarta.
Tindakan
dalam
penelitian
ini
adalah
mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui media boneka dari kain flanel. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November 2013 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus untuk setiap siklus direncanakan 1 kali pertemuan. Adapun waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling kelas A TK MangunanYogyakarta dijabarkan sebagai berikut : Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas A TK Mangunan Siklus Hari/Tanggal Pra Jumat, 4 Oktober 2013 Kamis, I 28 November 2013
II
Kamis, 5 Desember 2013
Topik Saling menolong Gotong Royong
Peduli Sesama
85
Media Boneka Tidak menggunakan media boneka Menggunakan media boneka serta media-media yang mendukung. Boneka yang digunakan disesuaikan dengan cerita yang dibawakan saat bimbingan. Judul cerita pada siklus I asal mula nyamuk berdengung. Menggunakan media boneka dan media yang mendukung. Boneka disesuaikan dengan cerita yang dibawakan saat bimbingan. Judul cerita pada siklus II bawang merah dan bawang putih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
III
Kamis, 12 Desember 2013
Saling membantu
Menggunakan media boneka dan media yang mendukung. Boneka disesuaikan dengan cerita yang dibawakan saat bimbingan. Judul cerita pada siklus III si bungkuk dan si buta.
Penjabaran hasil penelitian dan pembahasan tiap siklus sebagai berikut: 1. Pra Tindakan Pra tindakan dilaksanakan selama 1 x pertemuan, dengan alokasi waktu 1 x 30, dan pada bimbingan ini dilakukan observasi untuk mengamati perilaku anak terkait keterampilan bekerjasama anak. Tindakan yang dilakukan pra tindakan adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun SPB dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru kelas A TK Mangunan Yogyakarta. Peneliti juga menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman wawancara dan observasi yang telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan merencanakan segala sesuatu sebelum pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilaksanakan saat perencanaan meliputi : 1) Penyusunan Perangkat Bimbingan a) Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
SPB disusun sebagai pedoman pelaksanaan bimbingan supaya sesuai dengan metode bimbingan yang digunakan. Metode yang digunakan adalah metode cerita yang difokuskan untuk keterampilan bekerjasama. Pada pra tindakan materi yang diberikan adalah saling menolong. 2) Penyusunan Instrumen Penelitian a) Pedoman Wawancara Pedoman wawancara untuk guru kelas yang bersangkutan. Pertanyaan yang diajukan kepada guru sebanyak lima butir. Wawancara ini digunakan guna untuk menambah wawasan peneliti yang tidak tercatat dalam observasi. b) Lembar Observasi Lembar observasi telah dibuat dan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan selama pelaksanaan pra tindakan terkait keterampilan bekerjasama selama mengikuti bimbingan. b. Pelaksanaan Pra Tindakan Pada hari Jumat, 4 Oktober 2013 melaksanakan pra tindakan. Peneliti bersama dua mitra kolaboratif. Pada pelaksanaan pra tindakan ini yang menjadi mitra kolaboratif adalah dua orang guru kelas yang bersangkutan. Cerita yang diberikan berjudul ”Persahabatan Tiga Ekor Binatang” peneliti hanya membacakan cerita menggunakan buku cerita. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pra tindakan yaitu sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
1) Kegiatan awal: a) Peneliti membuka dengan salam pembuka. b) Peneliti bersama dengan guru kelas meminta anak-anak duduk secara rapi di luar halaman sekolah. c) Peneliti membacakan judul cerita yang akan dibacakan. 2) Kegiatan inti: a) Peneliti membacakan cerita yang berjudul “Persahabatan Tiga Ekor Binatang”. Cerita ini menceritakan tiga binatang yang bersahabat dalam susah dan senang. Sebelumnya peneliti mengkonsultasikan dengan guru kelas terlebih dahulu dalam menyesuaikan cerita. Alasan peneliti memilih cerita tersebut karena mengandung nilai-nilai sosial seperti saling menolong, kerjasama, dan tidak membeda-bedakan teman. Selain itu pemilihan cerita disesuaikan dengan perkembangan anak. Saat peneliti menceritakan cerita terdapat anak-anak yang malas untuk mendengarkan cerita, anak-anak bermain dengan teman-teman terdekatnya, dan ada anak yang pergi tanpa ijin. b) Peneliti bertanya pada anak-anak seusai membacakan cerita namun hanya beberapa anak yang spontan merespon pertanyaan. c) Peneliti mengajak anak-anak bermain “menuntun orang buta”. Peneliti meminta anak-anak untuk berpasangan dua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
orang. Salah satu dari dua orang matanya
ditutup
menggunakan kain yang berwarna gelap dan dianggap sebagai orang yang buta dan tugas anak yang tidak ditutup matanya adalah menuntun anak yang matanya ditutup berjalan ke suatu tempat tujuan. Adapun tujuan dari permainan ini adalah mengajak anak untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan. Ketika melakukan perjalanan menuntun orang buta terdapat anak yang mencelakakan temannya yaitu dengan cara menjatuhkan temannya ke dalam tempat yang kotor, terdapat pula anak yang menangis karna ditakut-takuti oleh temannya, dan masih terdapat anak yang menggeret temannya kedalam lobang yang agak dalam. 3) Kegiatan penutup: a) Peneliti mengevaluasi kegiatan hari ini dengan cara bertanya pada anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak. b) Peneliti mengajak anak-anak bersama-sama membereskan tikar yang telah dipakai selama kegiatan hari ini. c) Peneliti mengajak anak-anak bersiap-siap dan berdoa. d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam dan pulang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
c. Data Hasil Wawancara dan Observasi Pra Tindakan 1) Data Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas maka ditemukan beberapa pernyataan sebagai berikut: a) Bimbingan
hari
menggunakan mendengarkan.
ini
kurang
metode
cerita,
Anak-anak
menarik
karena
anak-anak
kurang
hanya
hanya
bisa
menunjukkan
rasa
gembira dan kurang merespon pertanyaan yang diberikan. b) Saat permainan masih terdapat anak-anak yang kurang antusias, masih terdapat anak-anak yang mengarahkan pandangan ke arah yang lain, dan anak-anak kurang menunjukkan muka senang. 2) Data Hasil Observasi a) Kuantitatif Tabel 4.2. Perkembangan keterampilan bekerjasama anak pra tindakan Hal-hal yang diobservasi
1. Anak dapat mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 2. Anak dapat mendengarkan ketika teman sedang berbicara 3. Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 4. Anak menyapa teman-temannya 5. Anak dapat mengucapkan salam
Jumlah anak BB
MB
11
2
BSH BSB 3
4
55% 10%
15% 20%
10 2 50% 10% 11 2
2 6 10% 30% 3 4
55% 10% 12 3 605 15% 11 2 55% 10%
15% 20% 2 3 10% 15% 3 4 15% 20%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih
9 3 45% 15% 12 2
3 5 15% 25% 2 4
60% 10% 10 3 50% 15% 11 3 55% 15%
10% 20% 3 4 15% 20% 2 4 10% 20%
60% 10% 13 3
10% 20% 2 2
perasaannya 13. Anak menunjukan muka senang (mata berbinar) 14. Anak duduk dengan tegap
65% 15%
10% 10%
12 3 60% 15% 10 3 50% 15%
2 3 10% 15% 3 4 15% 20%
15. Anak menunjukan rasa gembira
9 3 45% 15%
3 5 15% 25%
16. Anak bersama-sama menata ruang
13 2 65% 10% 11 3
2 105 3
55% 15%
15% 15%
12 2 60% 10%
3 3 15% 15%
7. Anak berbicara secara sopan kepada
orang lain 8. Anak saling senyum dengan teman 9. Anak dapat menatap teman yang
sedang berbicara 10. Anak mau memberi semangat kepada 10 2 3 5 teman 50% 10% 15% 25% 11. Anak bisa berbicara dengan jelas 12 2 2 4 12. Anak bisa mengungkapkan
kelas 17. Anak mau membereskan alat-alat yang digunakan setelah bermain 18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan ruang kelas
3 15% 3
Tabel prosentase (%) nilai pra tindakan Hasil yang dicapai pada pra tindakan masih belum maksimal dan belum mencapai target. Apabila dipresentase keberhasilan keterampilan bekerjasama dari 20 anak pada pra tindakan ini adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Hasil observasi pra tindakan Anak dapat mendengarkan dengan sungguh45% sungguh ketika diberi penjelasan Anak dapat mendengarkan ketika teman 50% sedang berbicara Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 45% Anak menyapa teman-temannya 40% Anak dapat mengucapkan salam 45% Anak bisa mengucapkan terima kasih 55% Anak berbicara secara sopan kepada orang 40% lain Anak saling senyum dengan teman 50% Anak dapat menatap teman yang sedang 45% berbicara Anak mau memberi semangat kepada teman 50% Anak bisa berbicara dengan jelas 40% Anak bisa mengungkapkan perasaannya 35% Anak menunjukan muka senang (mata 40% berbinar) Anak duduk dengan tegap 50% Anak menunjukan rasa gembira 55% Anak bersama-sama menata ruang kelas 35% Anak mau membereskan alat-alat yang 45% digunakan setelah bermain Anak tidak langsung pergi meninggalkan 40% ruang kelas RATA-RATA 45% Tabel prosentase (%) nilai perkembangan pra tindakan Hal-hal yang diobservasi
b) Kualitatif Berdasarkan pengamatan, pada pra tindakan anak-anak kurang memperhatikan dan ribut saat peneliti membacakan cerita. Anak-anak kurang antusias saat menjawab pertanyaan. Saat bermain games anak-anak kurang kerjasama dengan anak-anak yang lain, kurang dalam membaur serta menyapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
teman-temannya, bahkan terdapat anak yang mencelakai temannya. Observasi
dilakukan
oleh
peneliti
saat
proses
bimbingan dan di luar jam bimbingan. Observasi ini dilakukan saat anak-anak istirahat. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terkait keterampilan bekerjasama masih terdapat anak yang belum mau bergaul dengan temantemannya, anak hanya bergaul dengan teman-teman tertentu saja. Anak masih belum bisa berbagi makanan saat ada temannya yang ingin meminta makanannya. Anak masih harus dibantu oleh guru kelas yang bersangkutan untuk menyapa orang lain dan mengucapkan terima kasih. d. Refleksi Setelah dilaksanakan bimbingan dengan metode bercerita dengan media boneka pada pra tindakan, selanjutnya dilaksanakan refleksi terhadap bimbingan yang telah berlangsung. Guru kelas dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan pra tindakan dan melakukan evaluasi. Secara umum, pelaksanaan bimbingan klasikal telah sesuai dengan SPB yang telah disusun. Namun demikian, masih terdapat hambatan yang muncul saat pelaksanaan sehingga perlu dilakukan perbaikan. Beberapa hambatan itu antara lain:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
1) Saat peneliti bercerita, sebagian anak tidak memperhatikan dan mendengarkan 2) Anak bermain dengan benda yang lain ketika mendengarkan cerita. 3) Saat bermain games anak-anak belum terlibat sepenuhnya. 4) Anak-anak kurang antusias. 2. Siklus I Siklus I dilaksanakan dalam 1 x pertemuan, dengan alokasi waktu 1 x 30 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan sebagai berikut : a. Perencanaan Siklus I dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang terjadi pada saat pra tindakan, yaitu lebih meningkatkan kegiatan bimbingan dengan menghadirkan media boneka dari kain flanel, anak diingatkan untuk lebih memperhatikan cerita yang akan disampaikan oleh pembimbing dengan menggunakan boneka dari kain flanel. Pada tahap perencanaan tindakan siklus I, peneliti menyusun Satuan Layanan Bimbingan (SPB). Pada bimbingan ini, peneliti lebih memfokuskan pada cerita yang berisi pesan-pesan mengenai kerjasama dengan orang lain menggunakan boneka dari kain flanel dan media yang menarik berdasarkan refleksi dari pra tindakan. Selanjutnya peneliti juga menyusun instrumen penelitian seperti pedoman wawancara dan observasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
Ket: peneliti bercerita dengan boneka b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan SPB dengan cerita asal mula nyamuk berdengung dan media boneka dari kain flanel yang telah disiapkan. Peneliti memilih boneka yang sesuai dengan tokoh-tokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang digunakan dengan karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan boneka tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macam-macam suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa sehingga anak-anak dapat menghormati teman-teman yang berbeda suku. Cerita rakyat yang
dipilih
sudah
dimodifikasi
oleh
peneliti
dengan
menyederhanakan alur cerita dan menggunakan gambar-gambar sebagai simbol untuk memudahkan anak. Alasan pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial terkait perkembangan anak usia dini seperti kerjasama, tolong-menolong dan cinta damai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
Peneliti sebelumnya telah mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru kelas yang bersangkutan. Selama bimbingan berlangsung peneliti dibantu oleh 2 mitra kolaboratif peneliti dalam melakukan pengamatan. Topik yang dibahas dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah “Gotong Royong”. Siklus I dilakasanakan pada tanggal 28 November 2013 mulai pukul 09.30 WIB sampai 10.00 WIB. Jumlah siswa yang hadir pada siklus I berjumlah 20 siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan yang terjadi pada siklus I sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking agar suasana menjadi nyaman. b) Peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar dan diacak, hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan teman-teman terdekat. c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita “asal mula nyamuk berdengung” dengan menggunakan boneka dari kain flanel. 2) Kegiatan Inti a) Peneliti bercerita menggunakan boneka dari kain flanel dengan judul cerita “asal mula nyamuk berdengung”. Cerita ini cerita rakyat dari daerah gunung kidul yogyakarta yang menceritakan kerjasama antara pak dukuh, mbok surmi, trinil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
dan trunul serta para warga yang bekerjasama dalam mengusir ratu nyamuk yang selama ini mengganggu para warga. Berkat kerjasama para warga akhirnya mereka mampu memberantas ratu nyamuk itu. Cerita rakyat dimodifikasi oleh peneliti dengan menyederhanakan alur cerita dan menggunakan gambargambar sebagai simbol untuk memudahkan anak. Alasan pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial terkait perkembangan anak usia dini seperti kerjasama, tolongmenolong dan cinta damai. Pemilihan boneka berdasarkan cerita yang akan dibawakan. Peneliti memilih boneka yang sesuai dengan tokohtokoh cerita. Pada cerita ini boneka yang digunakan dengan karakter orang jawa. Adapun alasan pemilihan boneka tersebut karena peneliti ingin memperkenalkan macammacam suku di indonesia yang salah satunya adalah jawa sehingga anak-anak dapat menghormati teman-teman yang berbeda suku. b) Peneliti bertanya pada anak-anak mengenai cerita yang disampaikan “siapa saja nama-nama pemain yang ada dalam cerita?”, “siapa yang mau menjadi pak dukuh, trinil dan trunul, mbok surti, Mengapa?”, siapa yang tidak mau menjadi ratu nyamuk? mengapa?‟‟.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
c) Peneliti mengajak anak-anak bermain “menjala nyamuk” yang diperankan menggunakan boneka dari kain flanel. Pertama-tama peneliti menawarkan siapa yang mau menjadi salah satu tokoh dalam cerita menjala nyamuk. Anak-anak antusias dan bersemangat ingin menjadi salah satu peran dalam
cerita
menjala
nyamuk.
Kemudian
peneliti
memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih boneka yang sesuai dengan perannya. Tokoh-tokoh yang ada dalam bermain menjala nyamuk yaitu: nyamuk-nyamuk yang suka mengganggu, trinil dan trunul yang baik hati. Peneliti memulai bermain menggunakan boneka dan bertanya kepada nyamuk mengapa suka
mengganggu,
kemudian
nyamuk-nyamuk
itu
menjawab”karena kau lapar, karena aku bisa terbang, karena aku tidak bisa diam”. Kemudian peneliti bertanya kepada trunul dan trinil “trunul dan trinil apakah kalian sering diganggu oleh para nyamuk?”. Trunul dan trinil menjawab bermacam-macam jawaban. Lalu peneliti bertanya kembali “apakah yang harus kita lakukan untuk mengusir nyamuknyamuk itu”?. Anak-anak pun antusias dan bersemangat menjawab untuk mengusir nyamuk-nyamuk itu. Mereka akhirnya berhasil mengusir nyamuk-nyamuk yang suka mengganggu itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Melalui
penggunaaan
boneka
anak-anak
dapat
berkreasi, merespon pertanyaan yang diberikan oleh orang lain, anak menjadi lebih berani berbicara dan menghargai pendapat
teman,
anak-anak
belajar
kerjasama
dalam
menyelesaikan masalah. 3) Penutup a) Peneliti melakukan evaluasi mengenai bimbingan hari ini dengan cara bertanya kepada anak-anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak. b) Peneliti mengajak anak-anak membereskan tempat dan kursi c) Peneliti mengajak anak-anak berdoa dan bersiap-siap pulang. d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam kemudian pulang. c. Data Hasil Wawancara dan Observasi 1) Data Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan guru kelas maka ditemukan pernyataan sebagai berikut: a) Bimbingan hari ini menyenangkan karena menggunakan media boneka sehingga anak-anak sangat tertarik baik dari cerita yang dibawakan maupun dengan media boneka itu sendiri. b) Bermain menggunakan boneka cukup mengajarkan anakanak kerjasama dengan teman-teman yang lain. Misalnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
anak-anak sudah mulai menyapa teman-temannya. Anakanak sudah terlihat antusias saat bermian boneka. c) Ya, sudah mulai memperhatikan dan mendengarkan ketika pencerita bercerita dengan boneka, anak-anak sudah mulai mendengarkan dan memperhatikan meskipun masih ada beberapa anak yang masih perlu dibantu. d) Ya, ketika ada teman yang maju di depan bercerita dengan boneka anak-anak terlihat sudah mulai memperhatikan dan mulai mendengarkan. Namun ada beberapa anak yang masih harus diingatkan. e) Ya, sudah mulai menyapa teman-teman sekitarnya, mulai menyapa ibu guru misalnya mengucapkan selamat pagi atau siang. Beberapa anak sudah mulai bisa mengucapkan terima kasih tanpa harus ada bantuan dari guru tapi ya masih ada yang belum mampu mengucapkan terima kasih saat diberi pertolongan. f)
Terkait keterampilan bekerjasama pada hari ini masih terdapat anak yang belum bersama-sama menata ruang kelas yang akan digunakan, masih terdapat anak yang bermalasmalasan, dan masih terdapat anak yang berbicara dengan teman yang lain ketika mengikuti bimbingan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
g) Saat anak-anak dibagi dalam kelompok kecil dan harus mendengarkan teman yang sedang berbicara anak-anak sudah mulai mampu menghargai temannya. h) Ya, anak-anak sudah mulai merespon saat diberi pertanyaan oleh peneliti terkait cerita yang dibawakan. Namun yang belum bisa merespon juga masih ada beberapa anak. i)
Anak-anak mulai memperhatikan teman yang berbicara di depan
kelas.
Sebagian
anak
sudah
mulai
mampu
memperhatikan teman yang berbicara dan tidak mengalihkan pandangan ke arah lain. j)
Anak-anak sebagian sudah saling membantu dalam menata ruang kelas saat bimbingan akan berlangsung. Misalnya beberapa anak sudah mulai bersama-sama menata meja dan kursi mereka.
2) Data Hasil Observasi a) Kuantitatif Tindakan siklus 1 dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalahmasalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan. Observasi yang dilakukan pada saat bimbingan berlangsung menghasilkan data siklus I yang dirangkum dalam hasil observasi 20 anak sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
Tabel 4.3. Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus I Jumlah anak Hal-hal yang diobservasi BB
MB BSH BSB
1. Anak dapat mendengarkan dengan 7 4 sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 35% 20% 2. Anak dapat mendengarkan ketika teman 7 3 sedang berbicara 35% 15% 3. Anak bisa merespon saat diberi 7 2 pertanyaan 35% 10% 4. Anak menyapa teman-temannya 7 3 35% 15% 5. Anak dapat mengucapkan salam 6 3 30% 15% 6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 6 4 30% 20% 7. Anak berbicara secara sopan kepada 6 3 orang lain 30% 15% 8. Anak saling senyum dengan teman 5 2 25% 10% 9. Anak dapat menatap teman yang sedang 5 3 berbicara 25% 15% 10. Anak mau memberi semangat kepada 6 3 teman 30% 15% 11. Anak bisa berbicara dengan jelas 6 4 30% 20% 12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 5 3 25% 15% 13. Anak menunjukan muka senang (mata 5 4 berbinar) 25% 20% 14. Anak duduk dengan tegap 15. Anak menunjukan rasa gembira
4 5 20% 25% 5 25% 4 20% 5 25% 5 25% 5 25% 5 25% 6 30% 5 25% 5 25% 5 25% 6 30%
5 25% 7 35% 5 25% 6 30% 5 25% 6 30% 7 35% 7 35% 6 30% 5 25% 6 30%
5 6 25% 30% 6 4 4 6 30% 20% 20% 30%
6 3 30% 15% 16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 5 4 25% 20% 17. Anak mau membereskan ala-alat yang 6 3 digunakan setelah bermain 30% 15% 18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan 7 4 ruang kelas 35% 20% Tabel Prosentase (%) Nilai siklus I
4 20% 5 25% 5 25% 4 20%
7 35% 6 30% 6 30% 5 25%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Apabila
dipresentase
keberhasilan
keterampilan
bekerjasama dari 20 anak pada siklus I adalah sebagai berikut:
No 1.
Hal-hal yang diobservasi
Hasil observasi siklus I 65%
Anak dapat mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 2. Anak dapat mendengarkan ketika 65% teman sedang berbicara 3. Anak bisa merespon saat diberi 65% pertanyaan 4. Anak menyapa teman-temannya 65% 5. Anak dapat mengucapkan salam 70% 6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 70% 7. Anak berbicara secara sopan kepada 70% orang lain 8. Anak saling senyum dengan teman 75% 9. Anak dapat menatap teman yang sedang 75% berbicara 10. Anak mau memberi semangat kepada 70% teman 11. Anak bisa berbicara dengan jelas 70% 12. Anak bisa mengungkapkan 75% perasaannya 13. Anak menunjukan muka senang (mata 75% berbinar) 14. Anak duduk dengan tegap 70% 15. Anak menunjukan rasa gembira 70% 16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 75% 17. Anak mau membereskan ala-alat yang 70% digunakan setelah bermain 18. Anak tidak langsung pergi 65% meninggalkan ruang kelas RATA-RATA 70% Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus I
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
b) Kualitatif Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, tampak beberapa anak yang belum bersama-sama menata ruang kelas ketika akan memulai bimbingan, beberapa anak masih duduk bersandar dan malas saat mendengarkan cerita dengan menggunakan media boneka, dan beberapa anak masih berbicara dengan teman yang lain ketika diberi pertanyaan. Selain di kelas peneliti melakukan observasi di luar kelas tepat saat anak anak istirahat. Sebagian anak membereskan meja dan kursi yang telah dipakai saat bimbngan berlangsung. Salah satu anak mengatakan “ ayo dibereskan dulu kursinya bareng-bareng” lalu ada beberapa anak langsung membereskan kursi secara bersama-sama. Beberapa anak istirahat di kelas dan makan bekal yang dibawanya dari rumah. Tiba-tiba ada satu anak yang membuka bekalnya dan makan. Satu anak datang dan meminta sedikit makanannya namun tidak diijinkan. Lalu ada satu anak datang dan berkata “kan kata ibu guru kita harus bebagi makanan sama teman, nggak boleh pelit‟‟ lalu si anak tersebut membagi makanannya dan tersenyum. Pada anak-anak yang lain dijumpai mereka sedang bermain bola di halaman sekolah. Ada satu anak jatuh karena bermain bola dan menangis kemudian teman-teman yang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
menghampiri
dan
melihatnya.
Lalu
beberapa
anak
mengatakan “udah jangan nangis ya” anak yang lain mengatakan “ayo dibawa ke tempat bu guru di kantor biar dikasih obat terus udah nggak sakit lagi”. Kemudian anakanak bersama-sama membawa teman yang sakit ke ruang guru untuk diobati. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak-anak sudah mulai bisa membangun kerjasama. Hal ini terlihat saat anak-anak saling membantu dan saling mengingatkan antar teman yang satu dengan yang lain. d. Refleksi Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan untuk
melihat
seberapa
besar
perkembangan
keterampilan
bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Pada siklus I anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain boneka dengan judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu bercerita dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak bersama-sama untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
pun mampu bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada siklus I beberapa anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa dilihat ketika beberapa anak sudah mulai memperhatikan teman ataupun orang lain yang sedang berbicara di depan, beberapa anak sudah mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah mampu mengorganisir teman-temannya membereskan tempat yang mereka pakai. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak sudah mampu mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat anak-anak
bersama-sama
mendengarkan
pengumuman
dan
mengucapkan salam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa antusias anak mengikuti bimbingan pada saat menggunakan media boneka pada siklus I lebih baik dibandingkan dengan pra tindakan. Pada siklus I ada hambatan-hambatan yang dialami yaitu anak-anak masih sulit untuk diarahkan, tidak mendengarkan penjelasan peneliti, dan hanya mau bergabung dengan teman-teman terdekatnya. Peneliti pada saat siklus I mempunyai kekurangan dalam menyampaikan cerita menggunakan boneka yaitu suara yang kurang jelas dan volume yang kurang keras. Peneliti belum tegas dalam menegur anak yang malas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
3. Siklus II Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I, dalam pelaksanaan perbaikan siklus II bertujuan untuk memperbaiki tindakan pada siklus I. Siklus II dilaksanakan I kali pertemuan, dengan alokasi waktu 1 x 30 menit. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang terjadi pada saat siklus I, yaitu peneliti membawakan cerita yang berbeda dan lebih menarik dengan media boneka dari kain flanel yang disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih. Sebelumnya peneliti mengkonsultasikan cerita terlebih dahulu kepada guru kelas yang bersangkutan. Alasan pemilihan cerita bawang merah dan bawang putih karena di dalam cerita tersebut mengandung nilai-nilai sosial yaitu saling menolong dan iri hati hanya akan merugikan diri sendiri. Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini peneliti memilih figur keluarga yaitu: ibu, nenek, kakak dan adik. Penggunaan boneka figur keluarga dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja yang termasuk anggota dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini anak-anak diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak memiliki salah satu anggota keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
Ket: Peneliti bercerita dengan boneka b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan SPB dan media boneka yang telah disiapkan. Peneliti sebelumnya telah mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru kelas yang bersangkutan. Selama bimbingan berlangsung peneliti dibantu oleh 2 mitra kolaboratif peneliti dalam melakukan pengamatan. Topik yang dibahas dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah “peduli terhadap sesama”. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2013 mulai pukul 09.30 WIB sampai 10.00 WIB. Jumlah siswa yang hadir pada siklus II berjumlah 20 siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan yang terjadi pada siklus II sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking agar suasana menjadi nyaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
b) Peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar dan diacak, hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan teman-teman terdekat. c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih” dengan menggunakan boneka. 2) Kegiatan Inti a)
Peneliti bercerita menggunakan boneka dengan judul cerita “Bawang Merah dan Bawang Putih”. Cerita ini menceritakan tentang alkisah dua orang perempuan yang baik hati (bawang putih) dan berhati jahat (bawang merah) serta ibu tiri yang jahat (ibu bawang merah). Bawang putih pernah diusir oleh ibu tirinya dan kemudian dia bertemu dengan seorang nenek yang baik hati dan memberinya labu yang berisi emas. Bawang merah dan ibunya iri melihatnya, akhirnya mereka berdua datang untuk menemui sang nenek dan meminta labu tapi yang terjadi adalah labu itu berisi ular yang membunuh mereka berdua. Sebelumnya peneliti mengkonsultasikan cerita terlebih dahulu kepada guru kelas yang bersangkutan. Alasan pemilihan cerita bawang merah dan bawang putih karena di dalam cerita tersebut mengandung nilai-nilai sosial yaitu saling menolong dan iri hati hanya akan merugikan diri sendiri. Pemilihan boneka disesuaikan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
cerita yang akan dibawakan. Pada tahap siklus kedua ini peneliti memilih figur keluarga yaitu: ibu, nenek, kakak dan adik. Penggunaan boneka figur keluarga dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja yang termasuk anggota dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini anak-anak diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak memiliki salah satu anggota keluarga. b)
Peneliti bertanya pada anak-anak mengenai cerita yang disampaikan “siapa saja nama-nama pemain yang ada dalam cerita?”, “siapa yang mau menjadi bawang merah, bawang putih, ibu tiri dan nenek? Mengapa?”. Anak-anak merespon secara bersama-sama secara spontan saat diberi pertanyaan.
c)
Peneliti mengajak anak-anak bermain menggunakan boneka. Peneliti menetapkan judul cerita yaitu pak tani, bebek dan si kancil yang suka mencuri. Peneliti menanyakan pada anakanak siapakah yang ingin menjadi peran dalam tokoh cerita itu, lalu anak-anak bersemangat ingin menjadi salah satu tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak kemudian memilih boneka sesuai dengan keinginannya. Setelah anak-anak selesai mengambil boneka peneliti memulai membuka “teman-teman yang pintar mari kita mendengarkan cerita pak tani, bebek dan si kancil yang suka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
mencuri”. Anak-anak dengan bersemangat mendengarkan cerita. Peneliti bertanya „ pak tani, apa yang bapak tanam di ladang itu?”, lalu pak tani menjawab” aku menanam cabe, tomat, timun dan kol”. Kemudian bebek mencetus “aku temannya pak tani dan suka membantu pak tani”. Pak tani dan bebek bersahabat. Peneliti bertanya kepada kancil “halooo kancil”,lalu kancil menjawab” hai hahahah aku mau mencuri di ladangnya pak tani‟. Pak tani mendapati hasil tanamannya hilang setiap hari. Lama kelamaan pak tani mengetahui kancilah yang sering mencuri tanamannya, hati pak tani sedih sekali. Sang kodok merasa kasihan kepada pak tani. Peneliti bertanya kepada anak-anak “teman-teman mari kita bantu pak tani dan sang kodok supaya tanaman pak tani tidak dicuri lagi oleh kancil”. Kemudian anak-anak menjawab “ kita buat lubang supaya kancil masuk lubang, buat tali lalu diikat, disemprot”. Peneliti bertanya kepada pak tani “bagaimana pak tani”? lalu pak tani menjawab “ahaaa kita buat lubang saja biar kancil masuk lubang terus mati”. Kemudian pak tani membuat lubang dengan dibantu sang kodok. Akhirnya kancil punterperangkap dalam lubang itu dan menjerit-jerit kesakitan. Lalu kancil meminta maafkepada pak tani dan pak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
tani pun memaafkan kancil dengan syarat janji tidak akan mengulangi lagi. Melalui bermain boneka ini anak-anak diharapkan bisa peduli dengan teman-teman atau orang yang sedang berkesusahan. Melalui cerita menggunakan boneka, anakanak bersama diajak untuk membantu pak tani yang sedang susah karena tanamannya dicuri oleh kancil. Peneliti bertanya kepada anak-anak dalam cerita tadi “siapa yang menyerupai kamu?”, siapakah yang tidak seperti kamu?”. Anak-anak antusias dan bersemangat saat bimbingan berlangsung. 3) Penutup: a) Peneliti melakukan evaluasi mengenai bimbingan hari ini dengan cara bertanya kepada anak-anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak. b) Peneliti mengajak anak-anak membereskan tempat dan kursi c) Peneliti mengajak anak-anak berdoa dan bersiap-siap pulang. d) Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam kemudian pulang. c. Data Hasil Wawancara dan Observasi 1.
Data Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan guru pendidik maka ditemukan pernyataan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
a) Bimbingan
hari
ini
sangat
menyenangkan
karena
menggunakan media boneka dan cerita yang bervariasi sehingga anak-anak sangat tertarik dan antusias baik dari cerita yang dibawakan maupun dengan media boneka itu sendiri. b) Bermain boneka dengan bercerita dapat meningkatkan kerjasama anak. Anak yang biasanya hanya diam sekarang sudah mulai mau berbicara. Anak-anak sudah mulai mau berbaur dengan teman-teman yang lain. Anak-anak sangat antusias dan bersemangat saat mengikuti bimbingan. c) Ya, sebagian besar anak-anak mendengarkan saat peneliti bercerita menggunakan media boneka, hal ini terliahat saat anak-anak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. d) Ya, ketika ada teman yang sedang bercerita di depan kelas sebagian
anak
sudah
bisa
mendengarkan
serta
memperhatikan. e) Anak-anak sudah saling menyapa, mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam tanpa harus ada aba-aba dari guru. f)
Ya, sebagian besar anak sudah mampu menatap teman yang mengajaknya bicara tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
g) Anak-anak sebagian besar merespon saat diberi pertanyaan, serta mampu bersama-sama memecahkan masalah yang diberikan secara bersama-sama. h) Anak-anak mampu membereskan tempat yang dipakai saat bimbingan berlangsung tanpa aba-aba dari guru. 2.
Data Hasil Observasi a) Kuantitatif Tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalahmasalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan. Observasi yang dilakukan pada saat bimbingan berlangsung menghasilkan data siklus II yang dirangkum dalam hasil observasi 20 anak sebagai berikut : Tabel 4.4. Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus II Hal-hal yang diobservasi 1. Anak dapat mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 2. Anak dapat mendengarkan ketika teman sedang berbicara 3. Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 4. Anak menyapa temantemannya 5. Anak dapat mengucapkan salam 6. Anak bisa mengucapkan
Jumlah anak BB 4
MB BSH BSB 5
5
6
20% 25% 25% 30% 3
6
6
5
15% 3 15% 3 15% 2 10% 2
30% 5 25% 4 20% 5 25% 6
30% 6 30% 5 25% 6 30% 6
25% 6 30% 8 40% 7 35% 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
terima kasih 7. Anak berbicara secara sopan kepada orang lain 8. Anak saling senyum dengan teman 9. Anak dapat menatap teman yang sedang berbicara 10. Anak mau memberi semangat kepada teman 11. Anak bisa berbicara dengan jelas 12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 13. Anak menunjukan muka senang (mata berbinar) 14. Anak duduk dengan tegap
10% 3 15% 1 5% 1 5% 2 10% 3 15% 1 5%
30% 6 30% 5 25% 6 30% 5 25% 6 30% 6 30%
30% 6 30% 6 30% 6 30% 7 35% 5 25% 6 30%
30% 5 25% 8 40% 7 35% 6 30% 6 30% 7 35%
1 5 7 7 5% 25% 35% 35% 2 5 5 8 10% 25% 25% 40%
15. Anak menunjukan rasa gembira
0 6 7 0% 30% 35% 16. Anak bersama-sama menata 2 6 6 ruang kelas 10% 30% 30% 17. Anak mau membereskan 2 5 6 alat-alat yang digunakan setelah bermain 10% 25% 30% 18. Anak tidak langsung pergi 1 5 6 meninggalkan ruang kelas 5% 25% 30%
7 35% 6 30% 7 35% 8 40%
Tabel Prosentase (%) Nilai siklus II Apabila
dipresentase
keberhasilan
keterampilan
bekerjasama dari 20 anak pada siklus II adalah sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Hal-hal yang diobservasi Anak dapat mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan Anak dapat mendengarkan ketika teman sedang berbicara Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan Anak menyapa teman-temannya Anak dapat mengucapkan salam Anak bisa mengucapkan terima kasih Anak berbicara secara sopan kepada orang lain Anak saling senyum dengan teman Anak dapat menatap teman yang sedang berbicara Anak mau memberi semangat kepada teman Anak bisa berbicara dengan jelas Anak bisa mengungkapkan perasaannya Anak menunjukan muka senang (mata berbinar) Anak duduk dengan tegap Anak menunjukan rasa gembira Anak bersama-sama menata ruang kelas Anak mau membereskan alat-alat yang digunakan setelah bermain Anak tidak langsung pergi meninggalkan ruang kelas RATA-RATA
Hasil observasi siklus II 80%
85% 85% 85% 90% 90% 85% 95% 95% 90% 85% 95% 95% 90% 100% 90% 90% 95% 90%
Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus II
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
b) Kualitatif Berdasarkan observasi pada siklus II, anak-anak menunjukan rasa gembira, anak-anak mendengarkan dengan sungguh-sungguh,
anak-anak
merespon
saat
diberi
pertanyaan. Namun masih terdapat anak yang belum bersama-sama menata ruang kelas. Pada bimbingan hari ini siswa tampak lebih serius dan antusias mendengarkan cerita menggunakan media boneka. Observasi yang dilakukan peneliti tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas terutama saat jam istirahat. Saat jam istirahat hampir semua anak-anak berhamburan untuk keluar kelas dan bermain. Peneliti menjumpai beberapa anak yang tinggal di dalam kelas. Anak-anak membuka bekal mereka dan makan di kelas. Salah satu anak membuka bekalnya namun karena terlalu kuat membuka tutupnya maka makanannya pun berhamburan di lantai. Lalu si anak tersebut menangis dan seketika itu juga teman-teman yang ada di kelas bersama-sama membantu membereskan makanan yang jatuh ke lantai. Teman-teman yang lain menawarkan makanannya dan kemudian mereka makan bersama. Di luar kelas dijumpai anak laki-laki sedang bermain sepak bola sendiri
kemudian datang beberapa anak
mendatanginya. Lalu si anak tersebut mengajak anak-anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
yang lain untuk bermain bola secara bersama-sama. Dengan rasa gembira mereka bermain bola secara bersama sama. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak-anak sudah berkembang dengan baik dalam bekerjasama dengan orang lain. Hal ini dapat dilihat pada anak-anak yang dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain dapat membantu temanteman yang lain. d. Refleksi Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan untuk
melihat
seberapa
besar
perkembangan
keterampilan
bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Pada siklus II anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain boneka dengan judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu bercerita dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak bersama-sama untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak pun mampu bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada siklus II beberapa anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
dilihat ketika beberapa anak sudah mulai memperhatikan teman ataupun orang lain yang sedang berbicara di depan, beberapa anak sudah mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah mampu mengorganisir teman-temannya membereskan tempat yang mereka pakai. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Beberapa anak sudah mampu mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat anak-anak bersama-sama membantu temannya yang kesusahan, mendengarkan penjelasan dan mengucapkan salam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa antusias dan semangat anak mengikuti bimbingan pada saat mendengarkan cerita menggunakan media boneka pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dilihat dari sikap anak yang mendengarkan dan bersemangat saat peneliti bercerita menggunakan media boneka. Pada saat kegiatan bermain boneka sudah tampak bahwa ada peningkatan kerjasama antar anak, misalnya saat memecahkan masalah. 4. Siklus III Siklus III dilaksanakan dengan alokasi waktu 1 x 30 menit. Siklus III dilakukan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang muncul dan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus II. Pada akhir siklus III juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
dilakukan observasi oleh mitra kolaboratif. Pada tindakan siklus III, tindakan yang dilakukan sebagai berikut: a. Perencanaan Siklus III dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang terjadi pada saat siklus II, yaitu peneliti ingin lebih meningkatkan keterampilan bekerjasama anak melalui media boneka dari kain flanel. Dalam siklus ini, peneliti menggunakan boneka yang berbeda dengan siklus II. Anak-anak diajak untuk memperhatikan saat peneliti bercerita menggunakan boneka. Pada tahap perencanaan tindakan siklus III, peneliti menyusun Satuan Layanan Bimbingan materi “Saling membantu”. Peneliti juga menyusun instrumen penelitian seperti pedoman observasi dan pedoman wawancara. Cerita yang telah dipilih si bungkuk dan si buta. Alasan pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial yaitu berbagi kepada sesama,memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Hal tersebut terkait dengan tugas perkembangan anak-anak usia dini. Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih, kali ini boneka yang digunakan dengan karakter keluarga yaitu saudara atau teman supaya anak-anak lebih mengenal anggota keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
Ket: Peneliti bercerita dengan boneka b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan SPB yang telah disusun oleh peneliti dan sebelumnya telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru pendidik yang bersangkutan. Selama bimbingan berlangsung peneliti dibantu oleh dua mitra kolaboratif dalam melakukan pengamatan. Materi siklus III mencakup saling membantu yang disajikan melalui media boneka, adapun tahap-tahap pelaksanaan bimbingan pada siklus III adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal a) Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking agar suasana menjadi nyaman. b) Peneliti mengajak anak-anak duduk secara acak, hal ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan teman-teman terdekat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
c) Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita “Si buta dan si bungkuk” dengan menggunakan boneka. 2) Kegiatan Inti a) Peneliti bercerita menggunakan media boneka dengan judul cerita “si buta dan si bungkuk”. Cerita ini menceritakan si buta dan si bungkuk yang bersahabat sejak lama. Si buta dan si bungkuk sering berburu binatang untuk dimasak. Suatu ketika mereka berburu binatang di hutan dan mendapatkan hasil buruan, namun si bungkuk berbuat licik kepada si buta. Lama kelamaan si buta mengetahui jika diakali oleh si bungkuk. Si buta marah dengan si bungkuk, namun akhirnya mereka berdua saling memaafkan dan kembali menjadi sahabat. Peneliti terlebih dahulu mengkonsultasikan cerita tersebut kepada guru pembimbing sebelum bimbingan berlangsung. Alasan pemilihan cerita karena mengandung nilai-nilai sosial yaitu berbagi kepada sesama,memaafkan orang yang bersalah kepada kita. Hal tersebut terkait dengan tugas perkembangan anak-anak usia dini. Pemilihan boneka disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih, kali ini boneka yang digunakan dengan karakter keluarga yaitu saudara atau teman. Peneliti bertanya pada anak-anak mengenai cerita si bungkuk dan si
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
buta. Siapa sajakah nama-nama tokoh pemain dalam cerita tersebut? Siapa yang ingin menjadi si buta? Si bungkuk?. Peneliti bertanya kepada anak-anak mengenai cerita si buta dan si bungkuk. Siapa saja nama tokoh-tokoh pemain dalam cerita tersebut?, Siapa yang ingin menjadi si buta dan si bungkuk? Mengapa? b) Peneliti mengajak anak-anak bermain menggunakan boneka. Saat ini peneliti mengajak anak-anak bermain boneka secara spontan tanpa memberikan judul. Peneliti hanya memberikan nama-nama tokoh yaitu teddy, jheny, dan kakak. Anak-anak berantusias ingin memerankan. Peneliti memilih anak-anak yang belum pernah menjadi peran dalam cerita. Mula-mula peneliti bertanya kepada kakak “hai kakak apa yang akan kamu lakukan?”, lalu kakak menjawab “aku akan mengajak jhenny ke mall beli baju, yuk jhenny ke pasar‟ jhenny menjawab “iya kak aku ikut ke pasar”. Dan teddy hanya diam saja karena tidak diajak ke mall oleh kakak dan jhenny. Peneliti bertanya pada anak-anak “bagaimana ya perasaan teddy?” lalu anak-anak menjawab kasihan dan sedih. Penelliti kemudian bertanya “bagaimana jika kita menghibur tedy agar tidak sedih lagi” salah satu anak menjawab “aku mau nyanyi buat teddy” lalu anak tersebut menyanyi lihat kebunku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
Peneliti bertanya kepada teddy “ bagaimana teddy senang ngga?” teddy menjawab senang dan tersenyum. Peneliti mengajak anak-anak bernyanyi “burung pipit‟ bersama-sama. Alasan pemilihan boneka menggunakan figur boneka keluarga seperti kakak adik adalah supaya anak-anak lebih mengenal anggota keluarga. Pemilihan cerita secara spontan menggunakan boneka ini diharapkan agar anak-anak dapat mengemukakan ide-ide yang bisa membantu teddy ketika ditinggal sendiri. Anak-anak yang biasanya masih kurang terlibat
diharapkan
menggunakan menghibur
terlibat
boneka
teddy
yang
melalui
ini. sedih
cerita
spontan
Anak-anakbersama-sama dengan
bersama-sama
bernyanyi. 3) Penutup a) Peneliti mengevaluasi kegiatan hari ini dengan cara bertanya pada anak-anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak. b) Peneliti mengajak anak-anak untuk membereskan segala peralatan dan permainan serta membereskan tempat yang telah dipakai. c) Peneliti mengajak anak-anak untuk bersiap-siap dan berdoa. d) Peneliti mengajak anak-anak memberikan salam kemudian pulang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
c. Data Hasil Wawancara dan Observasi Siklus III 1) Data hasil wawancara a) Bimbingan
hari
ini
sangat
menyenangkan
karena
menggunakan media boneka dan cerita yang bervariasi sehingga anak-anak sangat tertarik dan antusias baik dari cerita yang dibawakan maupun dengan media boneka itu sendiri. b) Keuntungan menggunakan boneka, anak-anak menjadi terlibat dan berhubungan secara personal dengan cerita, membuat hubungan anak-anak lebih mudah antara perasaan emosional mereka dan yang dimiliki tokoh dalam cerita. c) Bermain
menggunakan
boneka
mengajarkan
anak-anak
bekerjasama dengan teman-teman yang lain. Anak-anak yang pasif
menjadi
berani
berbicara.
Anak-anak
belajar
memecahkan masalah secara bersama-sama. Anak-anak sudah terlihat antusias. d) Ya, jelas ada perubahan pada anak-anak. Anak-anak yang tadinya tidak mau bergabung dengan teman-teman yang lain kini mulai bergabung dan membaur. e) Anak-anak mampu menghargai orang yang sedang berbicara di depan kelas. Anak-anak mampu mendengarkan dan bisa menceritakan kembali apa yang didengarnya. f) Ya, anak-anak menatap teman yang sedang berbicara tanpa mengarahkan pandangan lain ataupun memegang benda lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
g) Anak-anak bersama-sama saling membereskan tempat yang dipakai saat bimbingan berlangsung. 2) Data Hasil Observasi a) Kuantitatif Tindakan siklus III dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama anak dan mengatasi masalahmasalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan. Adapun hasil penilaian siklus III adalah sebagai berikut : Tabel 4.5. Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus III Jumlah anak Hal-hal yang diobservasi BB MB BSH BSB 1. Anak dapat mendengarkan 1 dengan sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 5% 2. Anak dapat mendengarkan 0 ketika teman sedang berbicara 0% 3. Anak bisa merespon saat 2 diberi pertanyaan 10% 4. Anak menyapa teman2 temannya 10% 5. Anak dapat mengucapkan 1 salam 05% 6. Anak bisa mengucapkan 1 terima kasih 5% 7. Anak berbicara secara sopan 1 kepada orang lain 5% 8. Anak saling senyum dengan 1 teman 5% 9. Anak dapat menatap teman 1 yang sedang berbicara 5% 10. Anak mau memberi semangat 1 kepada teman 5%
0
12
7
0%
60%
35%
0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
1 5% 1 5% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
19 95% 17 85% 18 90% 19 95% 19 95% 19 95% 19 95% 19 95% 19 95%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
11. Anak bisa berbicara dengan jelas 12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 13. Anak menunjukan muka senang (mata berbinar) 14. Anak duduk dengan tegap 15. Anak menunjukan rasa gembira
0 0% 0 0%
0 0% 0 0%
0 0% 1 5%
20 100% 19 95%
0 0% 0 0%
0 0% 0 0%
0 0% 0 0%
20 100% 20 100%
0 0% 0 0% 0
0 0% 0 0% 0
4 16 20% 80% 0 20 0% 100% 0 20
0% 0 0%
0% 0 0%
16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 17. Anak mau membereskan alaalat yang digunakan setelah bermain 0% 18. Anak tidak langsung pergi 0 meninggalkan ruang kelas 0%
100% 20 100%
Tabel Prosentase (%) Nilai siklus III Apabila
dipresentase
keberhasilan
keterampilan
bekerjasama 20 anak pada siklus III ini adalah sebagai berikut:
No
Hal-hal yang diobservasi
1.
Anak dapat mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan Anak dapat mendengarkan ketika teman sedang berbicara Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan Anak menyapa teman-temannya Anak dapat mengucapkan salam Anak bisa mengucapkan terima kasih Anak berbicara secara sopan kepada orang lain Anak saling senyum dengan teman Anak dapat menatap teman yang sedang berbicara
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Hasil observasi siklus III 95% 100% 90% 90% 95% 95% 95% 95% 95%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Anak mau memberi semangat kepada teman Anak bisa berbicara dengan jelas Anak bisa mengungkapkan perasaannya Anak menunjukan muka senang (mata berbinar) Anak duduk dengan tegap Anak menunjukan rasa gembira Anak bersama-sama menata ruang kelas Anak mau membereskan alat-alat yang digunakan setelah bermain Anak tidak langsung pergi meninggalkan ruang kelas RATA-RATA
95% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 97%
Tabel Prosentase (%) Nilai Perkembangan Siklus III b) Kualitatif Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, siswa tampak lebih memperhatikan dan serius mengikuti bimbingan. Anak-anak tampak lebih antusias dan bersemangat. Anak lebih terlihat ceria. Anak-anak dapat memberikan kesempatan pada teman yang belum pernah bermain dan bercerita menggunakan boneka. Salah satu anak mengatakan “aku udah pernah, sekarang yang belum pernah aja kak yang bermain boneka”. Anak-anak
pun
dukungan
pada
dengan anak
penuh yang
semangat
belum
memberikan
pernah
bercerita
menggunakan boneka. Saat ada anak yang bercerita dengan boneka anak-anak terlihat saling memperhatikan dan mendengarkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
sungguh-sungguh. Anak-anak terlihat bekerjasama ketika peneliti mengajak untuk membantu teman yang sedih dalam cerita tersebut. Anak-anak bersama-sama mencari jalan keluar agar anak yang sedih dalam cerita itu tidak lagi sedih. Lalu mereka bersama-sama bernyanyi untuk menghibur anak yang sedih. Anak-anak tampak gembira dan bersemangat. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kerjasama antar anak sudah berkembang dengan baik, hal ini dapat dilihat pada anak-anak yang tanpa dibantu oleh guru sudah memiliki inisiatif untuk membantu teman-temannya. d. Refleksi Setelah dilaksanakan bimbingan peneliti melakukan refleksi yang mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan untuk
melihat
seberapa
besar
perkembangan
keterampilan
bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Pada siklus III anak-anak mampu secara kognitif. Hal ini terlihat saat peneliti bertanya kembali mengenai cerita anak-anak mampu menjawab dan menerangkan kembali, saat anak-anak diajak bermain boneka tanpa judul yang telah ditetapkan anak-anak mampu bercerita dengan baik dan ketika peneliti mengajak anak-anak bersama-sama untuk memecahkan masalah dalam cerita anak-anak pun mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pada siklus III beberapa anak sudah mampu secara afektif. Hal ini bisa dilihat ketika beberapa anak sudah mulai memperhatikan teman ataupun orang lain yang sedang berbicara di depan, beberapa anak sudah mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah mampu mengorganisir teman-temannya membereskan tempat yang mereka pakai. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar
tertentu.
Beberapa
anak
sudah
mampu
mempraktikan sikap bekerjasama yang terlihat saat anak-anak bersama-sama membantu temannya yang kesusahan, mendengarkan penjelasan dan mengucapkan salam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa antusias dan semangat anak mengikuti bimbingan pada saat mendengarkan cerita menggunakan media boneka pada siklus III jauh lebih baik dibandingkan dengan siklus II. Hal ini dilihat dari sikap anak yang mendengarkan dan bersemangat saat peneliti bercerita menggunakan media boneka. Pada saat kegiatan bermain boneka sudah tampak bahwa ada peningkatan kerjasama antar anak, misalnya anak dapat bercerita dengan boneka tanpa topik cerita yang ditentukan oleh peneliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan meliputi hasil wawancara dengan guru kelas dan observasi siklus III. 1. Hasil Wawancara Melalui wawancara, peneliti memperoleh data tentang tanggapan dari guru pendidik terkait penggunaan metode bercerita dengan media boneka untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama anak. Hasil wawancara dapat dirangkum sebagai berikut: a.
Guru pendidik berpendapat bahwa anak-anak merasa senang dan tertarik serta lebih antusias saat bimbingan menggunakan media boneka.
b.
Guru pendidik berpendapat melalui penggunaan boneka pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam cerita lebih mudah ditangkap oleh anak-anak.
c.
Guru pendidik berpendapat melalui penggunaan boneka dan bermain keterampilan bekerjasama anak dapat dikembangkan karena dengan bermain anak-anak dituntut bersama-sama dengan temannya mencapai tujuan secara bersama.
d.
Guru pendidik berpendapat melalui metode bercerita dengan media boneka anak-anak mulai berani berbicara di depan kelas. Anak-anak dilatih untuk belajar bersama-sama menghargai orang yang sedang berbicara di depan kelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132
e.
Guru pendidik berpendapat anak-anak secara bersama-sama dengan temannya belajar untuk memecahkan masalah demi mencapai tujuan bersama.
2. Hasil Lembar Observasi Berdasarkan
hasil
dari
lembar
observasi
keterampilan
bekerjasama yang telah disusun. Berikut adalah data hasil observasi pra tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III. Tabel 4.6. Data Hasil Observasi keterampilan bekerjasama Pra tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Siklus
Persentase Rata-rata Aktivitas anak
Kategori
Pra tindakan
45%
Rendah
Siklus I
70%
Cukup
Siklus II
90%
Sangat Baik
Siklus III
97%
Sangat Baik
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi pada pra tindakan 45% siklus I dilakukan dengan hasil 70% dengan kategori cukup, setelah peneliti melanjutkan pada siklus II menghasilkan 90% termasuk dalam kategori sangat baik, dan dilakukan penelitian kembali pada siklus III yaitu 97% termasuk dalam kategori sangat baik. Berikut ini adalah grafik peningkatan hasil penelitian :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133
Gambar 4.1. Grafik hasil peningkatan penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III
100
Pra tindakan Siklus I
97
80
90
60
Siklus II
70
Siklus III
40 20 0
45
Siklus III Siklus II Siklus I Pra tindakan
Grafik Hasil Peningkatan Penelitian C. Pembahasan Upaya untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama melalui metode bercerita dengan media boneka pada anak usia dini telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Penelitian tindakan yang terdiri dari 3 siklus perbaikan menghasilkan beragam data mengenai perilaku nyata anak di kelas A TK Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Data tersebut dijadikan sebagai tolak ukur mengenai keberhasilan dalam penelitian tindakan ini. Data yang dihasilkan melalui melalui berbagai macam teknik pengumpulan data menghasilkan data yang variatif namun terlihat sejalan. Mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak usia dini bukan suatu hal yang mudah. Metode bercerita yang hanya menggunakan buku cerita dan tanpa media membuat anak tidak tertarik. Hal tersebut bisa jadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
karena berbagai macam faktor diantaranya guru kelas yang bersangkutan kurang kreatif dalam menerapkan metode, belum menggunakan media bimbingan, anak seringkali kurang dilibatkan sehingga anak tidak bisa berekspresi. Semua faktor tersebut menjadikan bimbingan klasikal membuat siswa kurang bisa bekerjasama dengan orang lain. Hal tersebut tampak pada pelaksanaan pra tindakan. Dari hasil penelitian pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan pada keterampilan bekerjasama anak melalui metode bercerita dengan media boneka. Berdasarkan pengamatan terkait keterampilan bekerjasama anak, terlihat peningkatan pada anak
mulai
terampil
mendengarkan,
berkomunikasi,
berinteraksi,
menghormati. Hal-hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru kelas yang bersangkutan dan wawancara. Hasil penelitian sebelum tindakan pada siklus I, yaitu kegiatan pra tindakan anak menunjukan bahwa pada pra tindakan anak-anak belum antusias, kurang memperhatikan dan ribut saat peneliti membacakan cerita. Anak-anak harus dipaksa duduk oleh guru agar mau mendengarkan. Anakanak kurang merespon saat peneliti memberi pertanyaan. Saat bermain games “menuntun orang buta jalan” anak-anak belum mampu bekerjasama dengan anak-anak yang lain. Hal ini terlihat pada anak yang hanya mau berjalan sendiri tanpa peduli dengan temannya. Hanya mau bermain dengan temanteman yang disukai. Ketika ada teman yang terjatuh pun anak-anak hanya diam saja dan tidak membantu. Kemudian untuk siklus selanjutnya penenliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
menggunakan metode bercerita melalui media boneka yang dianggap dapat membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak. Keadaan yang berbanding terbalik justru terlihat pada pelaksanaan perbaikan siklus I, II dan III dimana metode bercerita dengan media boneka digunakan. Berdasarkan wawancara dan pengamatan keduanya menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan pra penelitian. Anak menjadi lebih terampil dalam hal mendengarkan, berkomunikasi, menghormati, dan berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu peneliti juga merasakan kepuasan pribadi melihat kondisi anak yang terlihat saling bekerjasama memecahkan masalah secara bersama-sama saat bermain menggunakan boneka. Anak yang sebelumnya hanya diam saja mulai berani berbicara mengeluarkan pendapat. Kegiatan ini memotivasi anak untuk menumbuhkan keterampilan bekerjasama dalam suatu kegiatan atau bermain. Anak akan terbiasa dalam bekerjasama dengan teman dan lebih baik dalam berinteraksi. Keterampilan bekerjasama anak bisa dilatih dengan bermain misalnya salah satunya bermain boneka, karena bermain adalah dunia kerja anak dan menjadi hak setiap anak untuk bermain tanpa dibatasi usia. Dalam pasal 33 konvensi hak-hak anak (dalam Mayke, 2010) disebutkan hak anak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi yang sesuai dengan usia yang bersangkutan untuk turut serta bebas dalam kehidupan budaya seni. Kegiatan bermain yang bisa meningkatkan sebuah interaksi dan mengembangkan keterampilan bekerjasama pada anak di TK Mangunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
Yogyakarta adalah dengan menggunakan media boneka. Bermain boneka ini tidak hanya akan membantu mengembangkan keterampilan bekerjasama, tetapi juga mengembangkan aspek lainnya. Seperti yang dikemukakan Geldard (2008) adapun fungsi-fungsi penggunaan boneka yaitu, Menampilkan fantasi serta bakat-bakat anak terkait dengan interaksi pada orang lain dan interaksi anak-anak pada dirinya sendiri. Bermain peran menjadi orang atau binatang yang menjadi kesukaan anakanak. Menciptakan dialog dalam drama, memerankan kepribadian anak dan perilaku orang yang mereka benci atau teman yang mereka sukai dan telah terpisah dari mereka. Mempelajari dan melatih perilaku yang dapat diterima. Merangsang anak bereksplorasi, bereksperimen dan berekspresi. Melatih anak belajar menggunakan alat bersama dengan anak lain dan bermain bersama/ bekerjasama. Aspek sosial yang terlihat dari bermain boneka adalah anak melakukan kegiatan bersama dengan teman kelompoknya. Mempertahankan hubungan yang sudah terbina. Aspek lain yang bisa diambil dari bermain boneka untuk mengasah ketajaman
penginderaan.
Penginderaan
meliputi
penglihatan
dan
pendengaran. Dengan bermain boneka dapat mengasah penglihatan karena membantu anak melihat bentuk, warna, dan model melalui media boneka. Mengasah pendengaran, saat anak-anak mendengarkan cerita melalui boneka anak terlatih untuk mendengarkan orang lain. Untuk itu, kegiatan bermain boneka ini akan melatih anak dalam bekerjasama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, II dan III ini membuktikan bahwa dengan bermain dan bercerita dengan media boneka sangat baik digunakan pada anak terutama anak usia dini yang dimana masih dalam proses penyerapan berbagai informasi. Hal ini terlihat pada perilaku anak di sekolah yang kurang dalam berbagi dengan teman, tidak mau mengalah dan kerjasama anak dengan kelompok atau teman sebaya masuk dalam kategori kurang, dalam hal ini stimulasi tidak hanya pada kegiatan bermain tetapi dapat dilakukan saat guru mendekati dan berinteraksi dengan murid. D. Keterbatasan Penelitian Di dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti juga memiliki kendalakendala yang tidak bisa dipecahkan oleh peneliti sehingga penelitian tidak maksimal. Adapun kendala-kendala yang tidak bisa dipecahkan dalam penelitian ini yaitu dari faktor siswa, ada satu anak yang masih ditunggui oleh orangtuanya di saat kegiatan bimbingan berlangsung. membuat anak tidak mandiri dan percaya diri, harus dibujuk dulu, dijelaskan berulang-ulang untuk melakukan permainan boneka. Ada anak yang diam dan kemudian tiba-tiba menangis lalu meminta pulang. Menurut informasi yang didapat peneliti ketika melakukan tanya jawab dengan orangtua anak, didapat informasi bahwa sebagian orangtua memberikan permainan yang lebih memfokuskan pada perkembangan kognisi anak, sehingga tidak membutuhkan interaksi dengan teman lain. Permainan tersebut misalnya video game, play station, game online, dan jenis-jenis permainan lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
Keterbatasan waktu dalam kegiatan bermain boneka membuat peneliti harus membagi waktu agar permainan selesai tepat waktu dan semua anak bisa melakukan permainan. Selain itu keterbatasan kemampuan dalam peneliti melakukan penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan bekerjasama anak usia dini di TK Mangunan Yogyakarta dapat dikembangkan melalui penggunaan media boneka sesuai dengan analisis data, terlihat dari hasil pra tindakan, siklus I, siklus II dan siklus III. Dari 20 anak, dapat dilihat jumlah anak yang memiliki keterampilan bekerjasama yang baik. Pada siklus 1 atau sebesar 70% yang termasuk pada kategori cukup dan pada siklus II sebesar 90% yang berarti termasuk kategori sangat baik, dan siklus III sebesar 97%. Penggunaan media boneka dengan keterampilan bekerjasama meningkat dari siklus I sampai siklus III. Keterampilan bekerjasama melalui penggunaan boneka mengalami perubahan yang baik. Perubahan tersebut terlihat sekali ketika anak berinteraksi dengan teman dalam bermain boneka. Anak dapat aktif serta anak menjadi tertarik dan antusias dalam proses kegiatan bimbingan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah : 1.
Bagi Guru Guru diharapkan dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini, salah satunya menggunakan boneka sehingga penyampaian materi bimbingan lebih menyenangkan. Guru juga hendaknya sedini mungkin
139
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140
membiasakan anak untuk saling berbagi, dan bekerjasama dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan bekal yang baik bagi anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa maupun dengan seusianya. Selain itu, Guru diharapkan mampu untuk terus meningkatkan kreatifitasnya menghasilkan metode baru yang bisa diterapkan dalam bimbingan agar anak tidak bosan dan semakin bersemangat dalam bersekolah. 2.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mengaplikasikan metode bercerita dengan media boneka untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama anak dalam mengikuti suatu kegiatan. Bagi peneliti juga diharapkan semakin variatif, inovatif, dan kreatif dalam menggunakan boneka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141
DAFTAR PUSTAKA Adistyasari, Ria. 2013. “Meningkatkan Keterampilam Sosial dan Kerjasama Anak Dalam Bermain Angin Puyuh”. Program sarjana. Universitas Nergeri Semarang. Semarang. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud. Geldard, Kathryn. 2008. Konseling Anak-anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hidayat, Dede Rahmat & Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT. Indeks. Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Jakarta : Erlangga. Johnson, D.W. & Johnson, R.T, & Holubec,E. 1993. Circles of learning. Edina: Interaction Book Company. Majid, Abdul Aziz. 2008. Mendidik dengan Cerita. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moeslichatoen.2004. Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Moleong L.J.1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Musfiroh, T. 2008. Cerita Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana. Patmonodewo, S. 2003. Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Depdikbud.
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Saputra, Yudha M & Rudyanto. 2005.Pembelajaran kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Seefeldt, Carol & Barbara.2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang. Sobarna, Ayi. 2010. Efektivitas Metode “Storytelling”Bermedia Boneka untuk Pengembangan Kemampuan Berkomunikasi. Jurnal Mimbar, Vol. XXVI, NO. 1 (Januari-Juni 2010), halaman 71-80. Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar BaruAlgensindo. Suwangsih, Dede . 2011. Membentuk Moralitas Anak Usia Dini Melalui Penerapan Metode Storytelling Dengan Media Wayang (Kelompok B Tk Hati Mekar Kabupaten Sumedang). http://repository.upi.edu/operator/upload/pro_2011_iecs_dede_metode _storytelling_dengan_media_wayangx(1).pdf . Diunduh pada 26 September 2012 pukul 21:00 WIB Tedjasaputra, Mayke S.2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. WJS, Purwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143
Lampiran 1 Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
Program Rancangan Kegiatan Penelitian Tindakan Nama Kegiatan
Focus Group Discussion
Rincian Kegiatan
Keterangan
Pengumpulan data awal melalui:
Hasil FGD sebagai dasar untuk
1.
Wawancara
menentukan tema dan menyusun angket
Hasil wawancara dengan guru terkait keterampilan
kuesioner penelitian kepada anak-anak TK
bekerjasama ditemukan masalah:
Mangunan Yogyakrta
a. Anak belum mau bergabung dalam kelompok kecil saat guru membagi kelompok secara acak b. Anak kurang saling membantu c. Anak masih membeda-bedakan teman. 2.
Observasi Hasil observasi ditemukan masalah: a. Anak kurang bisa bekerjasama dengan anak yang lain, hal ini terlihat saat anak berada dalam kelompok kecil yang dibagi oleh guru. b. Anak kurang berkomunikasi dengan teman
c. Anak kurang saling membantu dengan teman
143
yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
yang lain. d. Anak hanya mau bergabung dengan temanteman terdekat.
Siklus I
Perencanaan: Perencanaan tindakan untuk meningkatkan kerjasama 1. Merencanakan tindakan yang akan anak yaitu melalui metode bercerita menggunakan
diterapkan dalam kegiatan bimbingan
boneka
klasikal -
Peneliti menetapkan cerita rakyat atau dongeng “Asal mula nyamuk berdengung” yang sesuai dengan kebutuhan anak untuk meningkatkan kerjasama pada anak
-
Peneliti menetapkan boneka serta benda-benda yang sesuai dengan topik cerita
-
peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta 144
menetapkan jadwal pertemuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
2. Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka -
SPB dengan topik saling membantu
-
Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari gunung kidul yaitu „‟Asal mula nyamuk berdengung”
-
Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada dalam cerita rakyat tersebut serta bendabenda yang mendukung.
3. Menyiapkan instrument IGD -
Pada pengumpulan data ini peneliti menggunakan observasi yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu check list, dokumentasi, serta wawancara dengan guru. 145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
4. Menetapkan indikator keberhasilan siklus I -
Observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perilaku kerjasama anak, guna sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi.
Tindakan: Pemberian tindakan terhadap anak yaitu 1. Tempat di ruang kelas, peneliti melakukan bimbingan klasikal dengan topik yang
mengkondisikan tempat dan suasana
berkaitan dengan tema yang telah ditetapkan,
yang nyaman.
bimbingan klasikal diawali dengan pengantar 2. Peneliti mengajak anak-anak duduk cerita terlebih
dahulu,
kemudian
anak-anak
mendengarkan
cerita
yang
diperankan
menggunakan boneka.
secara melingkar dan diacak, ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan teman-teman terdekat. 146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
3. Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan. 4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam cerita “asal mula nyamuk berdengung‟‟ dengan menggunakan boneka 5. Peneliti bercerita menggunkan boneka dan anak-anak mendengarkan 6. Peneliti memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan nama-nama tokoh dan sifat-sifat yang dimiliki dengan cara bertanya pada anak. Pengamatan: Bimbingan
klasikal
dilaksanakan
oleh
Dalam pelaksanaan bimbingan
peneliti sendiri. Dalam pelaksanaan bimbingan
klasikal peneliti sekaligus melakukan
klasikal, peneliti sekaligus melakukan observasi
observasi
perilaku anak dalam bimbingan klasikal
Peneliti menggunakan observasi check
terhadap
perilaku
anak. 147
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
list, sedangkan dokumentasi dilakukan oleh mitra kolaboratif. Refleksi: Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk memahami
Refleksi ini digunakan untuk
proses dan melihat pengaruh pelaksanaan bimbingan
melihat pengaruh, melihat hambatan
klasikal terhadap perubahan perilaku anak serta
dan kekurangan pada siklus 1 guna
kendala nyata dalam penelitian tindakan. Refleksi
untuk
dalam penelitian ini dilakukan untuk merevisi
selanjutnya. Peneliti melakukan refleksi
tindakan selanjutnya.
terhadap tindakannya dan dibantu oleh
memperbaiki
pada
siklus
mitra kolaboratif Siklus II
Perencanaan: Rencana tindakan pada putaran kedua 1. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan
dengan
mempertimbangkan
hasil
diterapkan dalam kegiatan bimbingan
refleksi pada putaran pertama. Rencana tindakan
klasikal
pada siklus kedua tetap dilakukan menggunakan
- Peneliti menetapkan cerita atau
boneka namun dengan topik yang berbeda.
dongeng yang sesuai dengan kebutuhan anak guna untuk meningkatkan kerjasama pada anak. 148
- Peneliti menetapkan boneka serta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
media yang mendukung topik cerita. - Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta menetapkan jadwal pertemuan. 2. Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka: - SPB dengan topik peduli terhadap sesama - Cerita yang akan diberikan adalah cerita rakyat dari jawa tengah yaitu „‟Bawang merah dan bawang putih” - Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada dalam cerita rakyat tersebut serta media yang mendukung. 3. Menyiapkan instrument IGD - Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan observasi yang akan 149
dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
check list, dokumentasi, serta wawancara dengan guru. 4. Menetapkan indikator keberhasilan siklus II - Observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perilaku kerjasama anak sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi. Tindakan: Tindakan
pada
siklus
kedua
tetap 1. Tempat di luar kelas atau alam terbuka,
menggunakan metode bercerita dengan media
peneliti mengkondisikan tempat dan
boneka yang telah disesuaikan dengan topik
suasana yang nyaman. Ini dimaksudkan
bimbingan Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
agar anak tidak bosan dan mendapat
kualitas dari perilaku kerja sama anak.
suasana baru. 2. Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan dan diacak, ini 150
bertujuan agar anak-anak tidak hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
bergabung dengan teman-teman terdekat. 3. Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan. 4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh dan sifat yang ada dalam cerita “Bawang merah dan bawang putih‟‟ dengan menggunakan boneka 5. Peneliti bercerita menggunakan boneka dan anak-anak mendengarkan 6. Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti memberikan kesempatan menceritakan kembali tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki dengan cara bertanya. 151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Pengamatan : Pengamatan/obseravasi
tetap
dilakukan
Dalam
pelaksanaan
bimbingan
selama proses pemberian tindakan pada putaran
klasikal peneliti sekaligus melakukan
kedua
observasi
ini.
mengetahui
Pengamatan sejauh
mana
dilakukan upaya
untuk
terhadap
perilaku
anak.
pemberian
Peneliti menggunakan observasi check
bimbingan klasikal dengan tema kerjasama dapat
list, sedangkan dokumentasi dilakukan
meningkatkan kerjasama pada anak.
oleh mitra kolaboratif.
Refleksi : Kegiatan refleksi pada putaran kedua
Refleksi
ini
digunakan
untuk
dilakukan dengan memperhatikan pada hasil
melihat pengaruh, melihat hambatan dan
pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian
kekurangan pada siklus II guna untuk
tindakan akan tetap dilanjutkan apabila belum ada
memperbaiki pada siklus selanjutnya.
perubahan perilaku yang merupakan indikator dari
Refleksi dilakukan oleh peneliti terhadap
kerjasama itu sendiri.
diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.
152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
Siklus III
Perencanaan: Rencana tindakan pada putaran ketiga tetap 1. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan
dengan
mempertimbangkan
hasil
diterapkan dalam kegiatan bimbingan
refleksi pada putaran kedua. Rencana tindakan
klasikal
pada siklus ketiga tetap dilakukan menggunakan
-
boneka namun dengan topik yang berbeda.
Peneliti menetapkan cerita atau dongeng yang sesuai dengan kebutuhan anak guna untuk meningkatkan kerjasama pada anak.
-
Peneliti menetapkan boneka serta benda-benda yang sesuai dengan topik cerita.
-
Peneliti bersama dengan guru mengorganisir anak-anak serta menetapkan jadwal pertemuan.
2. Mengembangkan SPB, cerita, dan boneka: SPB dengan topik aku dan teman
-
Cerita yang akan diberikan adalah
153
-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
cerita rakyat dari jawa tengah yaitu „‟Si bungkuk dan si buta” -
Boneka yang akan digunakan adalah tokoh-tokoh yang ada dalam cerita rakyat tersebut serta bendabenda yang mendukung.
3. Menyiapkan instrument IGD -
Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan observasi yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu check list , dokumentasi, serta wawancara dengan guru.
4. Menetapkan indikator keberhasilan siklus III -
Observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat 154
keberhasilan perilaku kerjasama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
anak guna sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi.
Tindakan: Tindakan pada siklus ketiga tetap menggunakan
1. Tempat di dalam kelas, peneliti
metode bercerita dengan media boneka yang telah
mengkondisikan tempat dan
disesuaikan dengan topik bimbingan Hal ini
suasana yang nyaman.
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dari perilaku kerja sama anak.
2. Peneliti mengajak anak-anak duduk secara berdekatan dan diacak, ini bertujuan agar anak-anak tidak hanya bergabung dengan temanteman terdekat. 3. Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan dilanjutkan memberikan pengantar tentang cerita yang akan disampaikan. 4. Peneliti mengenalkan tokoh-tokoh 155
dan sifat yang ada dalam cerita “Si
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
buta dan si bungkuk‟‟ dengan menggunakan boneka 5. Peneliti bercerita menggunkan boneka dan anak-anak mendengarkan 6. Setelah anak-anak mendengarkan cerita kemudian peneliti memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan kembali tokohtokoh yang ada dalam cerita dan sifat-sifat yang dimiliki dengan cara bertanya.
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
Pengamatan : Pengamatan /observasi
tetap dilakukan
Dalam pelaksanaan bimbingan
selama proses pemberian tindakan pada putaran
klasikal peneliti sekaligus melakukan
ketiga ini. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
observasi
sejauh mana upaya pemberian bimbingan klasikal
Peneliti menggunakan observasi check
dengan
list, sedangkan dokumentasi dilakukan
tema
kerjasama
kerjasama pada anak.
dapat
meningkatkan
terhadap perilaku anak.
oleh mitra kolaboratif.
157
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Refleksi : Kegiatan
ketiga
Refleksi ini digunakan untuk
hasil
melihat pengaruh, melihat hambatan
pemberian tindakan yang direvisi. Pemberian tindakan
dan kekurangan pada siklus III guna
akan tetap dilanjutkan apabila belum ada perubahan
untuk mengetahui keberhasilan mealaui
perilaku yang merupakan indikator dari kerjasama itu
metode bercerita dan media boneka.
sendiri.
Refleksi
dilakukan
refleksi
dengan
pada
putaran
memperhatikan
pada
dilakukan
oleh
peneliti
terhadap diri sendiri dan dibantu mitra kolaboratif.
158
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158
Lampiran 2 Satuan Layanan Bimbingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 159
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan
: Saling tolong-menolong
B. Bidang Bimbingan : Pribadi – sosial C. Jenis Layanan
: Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan F. Standart Kompetensi: Siswa mampu memahami pentingnya tolong-menolong G. Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengembangkan rasa saling tolongmenolong H. Indikator
: Siswa dapat menerapkan sikap saling tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari
I. Sasaran
: Siswa TK
J. Materi Pelayanan : Cerita Persahabatan Tiga Ekor Binatang K. Metode
: Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah Kegiatan
Sesi 1.
Pembimbing a. Membuka kegiatan dengan
Siswa
Waktu
a. Mendengarkan
5 menit
a. Mendengarkan
5 menit
b. Berpartisipasi
15 menit
a. Kesimpulan
a. Mendengarkan
5 menit
b. Menutup kegiatan
b. Mendengarkan
salam a. Bercerita menggunakan media boneka dengan judul 2.
persahabatn tiga ekor binatang b. Memberikan kesempatan pada anak untuk bermain menuntun orang buta
3. Total
30 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 160
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas N. Waktu
: 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan P. Alat dan bahan
: Boneka
R. Rencana tindak lanjut
: Konseling bagi yang membutuhkan
S. Daftar Pustaka
: www.ceritanusantara.com
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 161
Handout Tolong-menolong terbatas kepada hal-hal yang bersifat positif saja, tidak pada yang negatif. Misalnya kita tidak boleh menolong si penjahat untuk memudahkan ia melakukan kejahatannya. Demikian pula kita tidak boleh menolong orang lain menunjukkan tempat yang di dalamnya terdapat kemaksiatan. Karena menolong yang demikian sama artinya dengan kita menjerumuskan orang lain, bahkan menjerumuskan diri sendiri. Tolong-menolong akan lebih diperlukan lagi dalam hidup bertetangga, baik tetangga di tempat kita tinggal, di tempat bermain, dan sebagainya. Dalam hidup bertetangga misalnya kita memerlukan pertolongan orang lain ketika di rumah kita terdapat musibah kebakaran, kematian dan sebagainya. Alangkah sedihnya manakala kita mendapat musibah sementâra tetangga kita malah menertawakannya atau malah sengaja menambah beban. Ini semua memerlukan pertolongan orang lain. Pertolongan itu baru akan tercipta manakala kita juga mau menolong orang lain. Karena itu kita tidak hanya mengharapkan pertolongan orang lain saja, melainkan kita juga harus mau menolongnya. Untuk itu, maka perlu saling menolong. Dengan cara seperti itu, maka berbagai kesulitan yang dialami oleh sesama manusia akan dapat diatasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 162
Persahabatan Tiga Ekor Binatang Di dalam sebuah sumur menetas dan tumbuh hampir bersamaan tiga ekor binatang, yaitu seekor siput, kura-kura, dan katak. Mereka bersahabat, dan setiap hari bermain bersama di sumur yang sudah jarang digunakan itu. Suatu hari kura-kura memandang ke atas, ke arah permukaan sumur yang terang benderang. Bagaimana keadaan di atas sana ya? Tampaknya sangat terang dan segar. Ayo naik ke sana teman-teman!” “Bodoh kamu, kura-kura….! Bagaimana mungkin kita memanjat sampai ke atas? Aku aja yang bisa melompat tidak bisa mencapai permukaan. Apalagi kamu yang hanya bisa merangkak pelan, hampir merayap…Apalagi kamu siput, jalanmu seperti itu mana mungkin bisa memanjat…” Katak mencela rencana si kura-kura. Tak peduli kata-kata si katak, keesokan harinya si kura-kura mulai merangkak pelan memanjat dinding sumur yang ditumbuhi lumut dan tanaman perdu. “Jalan aja pelan gitu kok nekad mau memanjat sumur! Dasar bodoh! Aku aja yang bisa melompat tinggi tak mungkin bisa mencapai atas…Hoooi tahu diri dong…!” Begitulah celaan katak kepada kura-kura yang disampaikan berulang kali. Kura-kura sambil tersenyum meneruskan usahanya. “Jalan pelan begitu kapan nyampainya?” mendengar teriakan katak, kura-kura menambah kecepatan jalannya. “Tuh capek khan? Udah, nyerah aja!” kura-kura justru menghentikan istirahatnya dan mulai berjalan lagi. Begitulah setiap celaan katak membuat kura-kura semakin bersemangat membuktikan bahwa dia bisa lebih baik. “Siput, kamu jangan ikut-ikutan si kura-kura! Jalanmu merayap pelan gitu mana mungkin bisa memanjat!” Siput yang sebenarnya tertarik mengikuti jejak kurakura mengurungkan niatnya. Kura-kura terus merangkak memanjat dinding sumur, makan dedaunan yang tumbuh di dinding sumur, hingga akhirnya mencapai mulut lubang sumur. Dia melongok ke dalam lubang dan berteriak “Hei katak dan siput… Naiklah! Di sini pemandangan bagus, terang dan hawanya segar. Kalian pasti bisa memanjat ke sini!” “Ogah kura-kura…! Kamu mau tanggung jawab kalau aku terpeleset dan jatuh?! Hei siput… Jangan dengar si kura-kura…Memanjat ke atas tidak semudah yang dia bilang,kamu pasti tidak bisa!”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 163
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan
: Gotong Royong
B. Bidang Bimbingan : Pribadi – sosial C. Jenis Layanan
: Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan F. Standart Kompetensi: Siswa mampu memahami pentingnya rasa gotong royong G. Kompetensi Dasar : Siswa mampu mengembangkan rasa gotong royong H. Indikator
: Siswa dapat menerapkan rasa gotong royong dalam kehidupan sehari-hari
I. Sasaran
: Siswa TK
J. Materi Pelayanan : Cerita rakyat dari gunung kidul dengan judul “asal mula nyamuk berdengung” K. Metode
: Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah Kegiatan
Sesi 1.
Pembimbing a. Membuka
kegiatan
Siswa dengan a. Mendengarkan
Waktu 5 menit
salam a. Bercerita menggunakan media
a. Mendengarkan
5 menit
b. Berpartisipasi
15 menit
a. Kesimpulan
a. Mendengarkan
5 menit
b. Menutup kegiatan
b. Mendengarkan
boneka dengan judul “asal 2.
mula nyamuk berdengung” b. Memberikan kesempatan pada anak bercerita dengan boneka dengan judul “menjala nyamuk”
3. Total
30 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 164
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas N. Waktu
: 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan P. Alat dan bahan
: Boneka
R. Rencana tindak lanjut
: Konseling bagi yang membutuhkan.
S. Daftar Pustaka
: www.ceritanusantara.com
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 165
Handout Arti kerjasama Kerjasama merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dan menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua orang menurut batas kemampuannya masing-masing.
ASAL MULA NYAMUK BERDENGUNG
Alkisah, pada zaman dahulu di kaki bukit di daerah kabupaten Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah dusun terpencil yang jauh dari keramaian. Penduduk di dusun tersebut senantiasa hidup rukun, damai, dan sejahtera. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka berladang dan berternak hewan seperti sapi dan kambing. Setiap hari mereka pergi ke ladang dan ngarit (mencari rumput) untuk ternak mereka dengan perasaan senang dan aman. Suatu ketika suasana damai dan tenang itu terusik oleh kabar akan kedatangan Ratu Nyamuk ke dusun itu. Seluruh warga pun menjadi cemas dan takut keluar rumah untuk mencari nafkah. Bagaimana mereka tidak takut, tubuh Ratu Nyamuk itu amat gemuk dan ukurannya sebesar kambing. Ratu Nyamuk itu juga memiliki kaki yang panjang dan berbulu. Demikian paruhnya amat runcing dan tajam sehingga dapat menusuk kulit hewan yang kasar seperti kuda sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang atau hewan yang dihisap darahnya akan meninggal karena kehabisan darah. warga 1: “Bagaimana kalau Ratu Nyamuk itu kita jebak dan binasakan ramairamai?” warga lainnya:
“Maaf, Saudara. Saya kira apa yang kamu usulkan tidak akan berhasil, Ratu Nyamuk itu dapat terbang tinggi sehingga sulit untuk menjebaknya, apalagi membinasakannya.”
Suasana musyawarah tersebut cukup menegangkan. Sudah banyak usulan yang disampaikan oleh warga, namun belum satu pun yang disepakati secara bersamasama oleh seluruh peserta rapat. Sebagian besar dari warga sudah ada yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 166
merasa cemas dan putus asa karena belum juga menemukan cara yang tepat untuk membinasakan si Ratu Nyanuk. Kepala dusun : “Tenang, Saudara-saudara! Kita tidak perlu putus asa, Setau saya, Ratu Nyamuk itu memakai sebuah subang yang menjadi rahasia kesaktiannya. Jika subang itu kita ambil, tentu kekuatannya akan hilang dan akan berubah menjadi kecil. Dengan demikian, kita dapat menghalaunya dengan mudah.” Warga 1 : “Tapi, Pak Dukuh. Siapa yang akan berani mengambil subang Ratu Nyamuk itu?” tanya seorang warga. Kepala dusun : “Saya juga mendengar bahwa saat ini si Ratu Nyamuk sedang siap bertelur. Dengan demikian, dia pasti memerlukan pertolongan untuk mengeluarkan telurnya. Satu-satunya orang yang dapat menolongnya adalah dukun bayi,” Warga : “Lalu bagaimana si dukun dapat mengambil subang Ratu Nyamuk itu?” Kepala dusun : “Sebelum menolongnya, dukun bayi itu harus meminta sebuah syarat kepada Ratu Nyamuk untuk menyerahkan subangnya,” Mendengar penjelasan itu seluruh peserta rapat mengangguk-anggukan kepala pertanda setuju. Akhirnya, para warga sepakat untuk meminta pertolongan Mbok Surti, satu-satunya dukun bayi yang ada di dusun itu. Mbok Surti dikenal sebagai dukun bayi yang pemberani dan memiliki banyak pengetahuan. kepala dusun :“Bagaimana Mbok Surti, apakah kamu mau bersedia melaksanakan tugas ini?” kepada Mbok Surti yang juga hadir dalam musyawarah itu. Mbok Surti : “Demi keamanan dan ketentraman bersama, aku bersedia melaksanakan amanat para warga ini,” Suatu hari, saat hendak bertelur, Ratu Nyamuk itu datang menemui Mbok Surti untuk meminta pertolongan. Sesuai dengan yang diamanatkan kepadanya, Mbok Surti pun mengajukan persyaratan kepada Ratu Nyamuk itu. Mbok Surti: “Saya bersedia membantumu wahai Ratu Nyamuk, tetapi dengan syarat kamu harus menyerahkan subangmu kepadaku,” Ratu Nyamuk :“Baiklah, Mbok. Aku terima persyaratanmu,” Setelah menyerahkan subangnya kepada Mbok Surti, Ratu Nyamuk itu segera terbang ke atas sebuah pohon. Sementara itu, Mbok Surti segera menyimpan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 167
subang itu baik-baik. Ia kemudian mengambil seonggok jerami dan meletakannya di bawah pohon temapat Ratu Nyamuk bertengger. Ratu Nyamuk: “Hai, Mbok Surti! Untuk apa jerami itu?” Mbok Surti:
“Kamu akan bertelur diatas jerami ini agar telur-telurmu aman,”
Ratu Nyamuk itu segera terbang rendah diatas tumpukan jerami setelah Mbok Surti memintanya. Begitu dia hendak mengeluarkan telurnya, Mbok Surti dengan cepat membakar tumpukan jerami itu. Api pun menyala sangat besar dan padam dengan cepat sehingga menimbulkan kepulan asap tebal yang berwarna hitam. Tak ayal, Ratu Nyamuk pun jatuh ke tanah dan menggelepar-gelepar terkena kepulan asap jerami. Beberapa saat kemudian, telur sebesar jagung keluar dari tubuhnya dengan jumlah yang sangat banyak. Pada saat yang bersamaan, tubuh Ratu Nyamuk perlahan-lahan berubah menjadi kecil hingga sebesar telurnya. Hal itu dikarenakan tubuhnya yang sangat lemah, sementara subang saktinya sudah tidak melekat padanya. Beberapa saat kemudian, telur Ratu Nyamuk yang jumlahnya sangat banyak itu tiba-tiba menetas menjadi nyamuk-nyamuk kecil. Ratu Nyamuk itu kemudian mengajak anak-anaknya untuk mengelilingi Mbok Surti dan merebut kembali subangnya. Namun, ketika dia hendak meminta kembali subangnya kepada Mbok Surti, suara yang keluar dari mulutnya hanya suara dengungan. Ratu Nyamuk : “Ngung...ngung...ngung...,” Suara dengungan itu lalu ditirukan oleh semua anak-anaknya. Mbok Surti yang tidak mengerti maksud dengungan itu lalu meninggalkan mereka. Namun, Ratu Nyamuk dan anak-anaknya mengejar dan mengelilinginya dengan berdengung. Oleh karena merasa terganggu oleh suara dengungan itu, Mbok Surti segera mengumpulkan jerami dan membakarnya. Begitu api yang membakar jerami itu padam, asap tebal pun mengepul dan mengenai Ratu Nyamuk dan anak-anaknya. Mereka pun berterbangan meninggalkan Mbok Surti karena tidak tahan dengan asap jerami itu. Berkat bantuan Mbok Surti mengusir nyamuk-nyamuk tersebut, penduduk itu kembali hidup nyaman dan aman. Mereka pun dapat mencari nafkah dan mencari rumput di ladang tanpa dihantui perasaan cemas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 168
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan
: Peduli terhadap sesama
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan sosial C. Jenis Layanan
: Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan F. Standart Kompetensi: Memahami pentingnya peduli terhadap sesama G. Kompetensi Dasar: Mengetahui dan membina kepedulian terhadap sesama H. Indikator
:Menumbuhkan rasa kasih sayang dan peduli terhadap
sesama I. Sasaran
: Siswa TK
J. Materi Pelayanan : K. Metode
: Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah Kegiatan
Sesi 1
Guru Pembimbing
Siswa
a. Membuka kegiatan dengan salam
a. Mendengarkan
Waktu 5 menit
b. Memberikan pengantar materi dan b. Mendengarkan pengantar cerita. a. Bercerita
menggunakan media a. Berperan aktif
5 menit
boneka tongkat tentang bawang 2
merah bawang putih b. Memberikan kesempatan pada b. berperan aktif anak
untuk
bercerita
15 menit
dengan
media boneka 3 Total
a. Kesimpulan
a. Mendengarkan
b. Menutup kegiatan
b. Mendengarkan
5 menit
30 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 169
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas N. Waktu
: 1 x 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan P. Alat dan bahan
: Boneka
R. Rencana tindak lanjut
: Konseling bagi yang membutuhkan.
S. Daftar Pustaka
: www.ceritanusantara.com
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 170
Handout Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak semata wayangnya bernama Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini terganggu lantaran si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat keluarga kecil itu bersedih karena kehilangan orang yang dicintai. Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang Putih telah meninggal, kedua orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja. Namun, lama-kelamaan, timbul juga pemikiran di pikiran ayah Bawang Putih untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak ingin putri semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu. Setelah berdiskusi dengan Bawang Putih, keduanya pun melangsungkan pernikahan. Saat baru menikah, ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik terhadap Bawang Putih. Akan tetapi, ternyata itu hanyalah kamuflase keduanya. Diam-diam, keduanya merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Bawang Putih. Maka, ibu tiri dan Bawang Merah menyuruh Bawang Putih melakukan banyak pekerjaan rumah yang berat-berat. Tentunya, semua beban ini tidak diceritakan Bawang Putih kepada ayahnya. Lagipula, setelah menikah dengan ibu Bawang Merah, ayahnya bukannya kunjung bahagia melainkan malah sakit-sakitan yang berujung pada kematiannya. Bawang Putih yang sedih mengetahui dirinya sebatang kara tetap tak bisa berbuat apapun di hadapan ibu tiri dan Bawang Merah. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah mematuhi perintah ibu dan saudara tirinya. Bawang Putih berharap keduanya bisa berubah. Namun, mereka malah semakin menjadi-jadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 171
Suatu hari, ketika Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci, baju kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Bawang Putih melapor kepada ibu tirinya. Namun, bukannya mengasihaninya, ibu tiri Bawang Putih malah menyuruh untuk mencarinya sampai ketemu. Jika tidak, Bawang Putih tidak diperbolehkan pulang. Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari baju kesayangan ibu tirinya. Namun, sejauh kakinya melangkah tidak ditemukannya baju kesayangan ibunya. Padahal hari sudah malam. Bawang Putih hampir saja menangis jika tidak melihat lampu minyak di gubuk tepi sungai. Bawang Putih pun menghampirinya. Bawang Putih: Tok. Tok. Tok. ( mengetuk pintu gubuk itu). Nenek tua : memperhatikan Bawang Putih dan berkata, "Hai, gadis manis, apa yang kamu lakukan malam-malam?" Bawang putih : "Begini, Nek, aku kehilangan sebuah baju dan sedang mencarinya, apakah Nenek melihatnya?" Nenek tua "Apakah baju yang kamu cari berwarna merah?" Bawang Putih : "Ah iya benar sekali, Nek. Bisakah Nenek memberikannya padaku?" Nenek tua : tersenyum. "Dengan satu syarat. Kamu harus tinggal di sini dan membantu Nenek selama seminggu. Bagaimana?" Bawang Putih "Baiklah, Nek, aku mau." Tinggallah Bawang Putih selama seminggu di gubuk si Nenek. Selama tinggal di sana, Bawang Putih melakukan apa yang sudah dijanjikannya dengan rajin dan tanpa mengeluh sedikit pun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 172
Seminggu pun lewat. Akhirnya, Nenek itu memanggil Bawang Putih untuk mengembalikan baju ibu tirinya. Bahkan, si Nenek memberikan Bawang Putih bonus sebuah labu. Ada dua labu yang disodorkan untuk dipilih Bawang Putih, labu besar dan labu kecil. Bawang Putih mengambil labu yang kecil. Nenek tua, "Kenapa kamu mengambil labu yang kecil, Nak?" "Bawang putih : Tangan-tanganku kecil dan tenagaku hanya kuat mengangkat labu yang kecil. Jadi, aku memilih labu kecil." Si Nenek pun tersenyum. Bawang Putih pulang dengan riang gembira. Sesampainya di rumah, setelah memberikan baju kepada ibu tirinya, Bawang Putih membelah labu kecil miliknya. Tak disangka ternyata isinya emas-berlian yang sangat banyak. Bawang Merah yang mengintip tak jauh dari situ segera memanggil ibunya. Melihat emas-berlian itu, ibu Bawang Merah segera merebutnya dari tangan Bawang Putih. Ibu : "Dari mana kau mendapatkan ini semua?" Bawang Putih menceritakannya dengan jujur tanpa kurang satu detail pun. Ibu Bawang Merah kemudian punya ide. Dia memerintahkan Bawang Merah untuk melakukan hal serupa Bawang Putih. Bawang Merah pun setuju. Dia pergi ke rumah Nenek itu dan tinggal selama seminggu. Namun, dasar pemalas, Bawang Merah tidak melakukan semuanya dengan sungguh-sungguh. Pada akhir minggu, Bawang Merah dipanggil oleh si Nenek yang hendak mengembalikan bajunya. Waktu si Nenek hendak beranjak, Bawang Merah bertanya, "Mana labu untukku?" Si Nenek bingung mendengar pertanyaan itu. Namun, akhirnya dia mengerti. Kemudian, membawakan dua labu, kecil dan besar, kepada Bawang Merah. Tentu saja, Bawang Merah mengambil labu yang besar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 173
Nenek tua : tersenyum dan. "Kenapa kamu memilih labu yang besar?" Bawang merah; "Yang besar tentu isinya banyak." Lalu Bawang Merah pulang ke rumah. Ibunya yang sudah tidak sabar segera menyambut kedatangan putrinya. Keduanya kemudian membelah labu besar pemberian si Nenek. Bukannya keluar emas-berlian, yang keluar justru binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking dan sebagainya yang segera mematuk mereka berdua. Keduanya langsung meninggal di tempat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 174
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan
: Kebersamaan
B. Bidang Bimbingan : Bimbingan Sosial C. Jenis Layanan
: Bimbingan Klasikal
D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman dan pengembangan F. Standart Kompetensi: Memahami pentingnya kebersamaan G. Kompetensi Dasar: Mengetahui dan membina kebersamaan H. Indikator
:Menumbuhkan rasa kebersamaan dengan orang lain
I. Sasaran
: Siswa TK
J. Materi Pelayanan
:
K. Metode
: Bercerita
L. Kegiatan dan Langkah Sesi 1
Kegiatan Guru Pembimbing
Siswa
a. Membuka kegiatan dengan salam
a. Mendengarkan
Waktu 5 menit
b. Memberikan pengantar materi dan b. Mendengarkan pengantar cerita. a. Bercerita
menggunakan
media a. Berperan aktif
5 menit
boneka tentang si buta dan si 2
bungkuk b. Memberikan
15 menit kesempatan
pada b. berperan aktif
anak bercerita dengan boneka 3 Total
a. Kesimpulan
a. Mendengarkan
b. Menutup kegiatan
b. Mendengarkan
5 menit
30 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 175
M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas N. Waktu
: 1 x 30 menit
O. Penyelenggara Pelayanan : Praktikan P. Alat dan bahan
: Boneka
R. Rencana tindak lanjut
: Konseling bagi yang membutuhkan.
S. Daftar Pustaka
: www.ceritanusantara.com
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 176
Handout Alkisah, hiduplah dua orang pemuda bersahabat. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemuda yang satu bertubuh kekar tetapi matanya buta, sedangkan sahabatnya dapat melihat namun tubuhnya bungkuk. Oleh karena itu, orang sering menyebut mereka dengan panggilan Si Buta dan Si Bungkuk. Kedua sahabat ini seakan tidak dapat terpisahkan karena kemana pun pergi akan selalu bersama. Selain itu, keduanya juga saling memahami. Jika salah seorang sedang marah, sahabatnya akan berdiam diri atau membujuk agar kemarahannya reda. Begitu juga ketika menghadapi suatu masalah, mereka akan mengatasinya secara bersama-sama. Tetapi apabila diperhatikan lebih seksama, ternyata rasa saling membutuhkan itu lebih menguntungkan Si Bungkuk ketimbang Si Buta. Anehnya, Si Buta yang sangat baik hatinya tidak sedikit pun merasa curiga kalau Si Bungkuk selalu menipunya. Ketika mereka sedang makan di acara selamatan misalnya, Si Bungkuk selalu saja mengambil jatah lauk berupa ikan atau ayam dan hanya menyisakan nasi dan sayuran dalam piring Si Buta. Sebenarnya kelakuan “nakal” Si Bungkuk tersebut tidak hanya dilakukan pada saat ada
acara selamatan saja, tetapi juga setiap ada kesempatan.
Si Bungkuk selalu memanfaatkan kebutaan mata sahabatnya untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Celakanya, Si Buta tidak mengetahui hal itu dan tetap menganggap Si Bungkuk juga jujur seperti dirinya. Tetapi, sepandai-pandai tupai melompat suatu saat akan jatuh juga ke tanah. Hal ini terjadi ketika Si Bungkuk mengajak Si Buta pergi ke hutan untuk berburu binatang. Konon, karena waktu itu belum ada senapan, para pemburu hanya menggunakan peralatan tradisional berupa jipah atau faring (jaring), tombak, dan kadang anjing sebagai pencari jejak binatang buruan. Peralatan ini juga dipakai oleh Si Bungkuk dan Si Buta untuk berburu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 177
Dalam perjalanan ke tengah hutan, Si Bungkuk berkata, “Nanti kalau mendapatkan binatang buruan, hasilnya akan kita bagi dua sama rata.” Perkataan Si Bungkuk tadi tentu saja membuat hati Si Buta menjadi gembira. Dengan bersemangat ia langsung memerintahkan anjing burunya untuk mencari jejak binatang. Sedangkan Si Bungkuk mengikutinya dari belakang sambil membawa tombak di tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti arah yang ditunjukkan oleh si anjing buru. Rupanya hari itu mereka sedang bernasib baik. Tidak berapa lama berjalan sang anjing buru telah berhasil menemukan seekor rusa jantan cukup besar dengan tanduknya yang bercabang-cabang. Si Bungkuk segera menombak rusa jantan tersebut hingga mati. Setelah mati, tubuh rusa segera dipotong-potong dengan tujuan untuk dibagi dua sama rata menurut keinginan Si Bungkuk. Tetapi karena sifat Si Bungkuk yang licik, maka setelah dibagi dua bagian Si Buta hanyalah berupa tulang-tulang rusa. Sedangkan daging dan lemaknya menjadi milik Si Bungkuk. kata Si Bungkuk: “Karena telah dibagi dua, sebaiknya kita masak sendiri-sendiri saja agar sesuai dengan selera kita,” Keduanya pun mulai memasak sesuai dengan selera masing-masing. Oleh karena Si Bungkuk tidak pandai memasak, ia hanya menusuk daging-daging besar bagiannya kemudian membakarnya. Sedangkan Si Buta yang pandai memasak segera mengeluarkan bumbu-bumbu gulai yang dibawanya dari rumah. Setelah daging rusa matang keduanya lalu duduk berhadapan untuk makan bersama. kata Si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging besar ke dalam mulutnya “Nikmat,”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 178
kata Si Buta sambil mencium bau harum masakannya. Namun, ketika mulai memakannya barulah ia sadar kalau yang dimasaknya hanyalah berupa tulang-belulang rusa dan berkata; “Sedap,” kata Si Buta : “Aku kira hasil buruan kita berupa rusa besar dan gemuk. Rupanya hanya rusa kecil yang banyak tulangnya. Besok pagi kita harus berburu lebih keras lagi,” sambil tetap mengiggit gulai tulangnya dengan sangat keras karena kesal hingga bola matanya hampir keluar. Ketika bola mata Si Buta hampir keluar dari lubangnya, atas kehendak Tuhan, secara ajaib ia dapat melihat. Si buta : “Aku dapat melihat! Aku dapat melihat!” teriaknya kegirangan sambil menatap sekeliling dan akhirnya tertuju pada daging-daging milik Si Bungkuk dan tulang-tulang hasil buruan miliknya. Si Buta : “Wah, rupanya rusa buruan kita memang besar dan gemuk. Engkau telah berbuat curang kepadaku!” teriak dengan sangat marah. Si Buta lalu berjalan menuju tulang-tulang rusa yang menjadi bagiannya dan mengambil sebuah tulang kaki. Tulang itu kemudian dipukulkan berkali-kali ke tubuh Si Bungkuk hingga menjerit kesakitan dan minta ampun. Namun, Si Buta yang sudah tidak buta lagi tetap saja memukulinya sebagai pelampiasan rasa amarahnya terhadap Si Bungkuk. Agar tidak dipukuli terus oleh Si Buta, Si Bungkuk berusaha bangkit menghindar. Dan, sama seperti Si Buta, terjadi keajaiban pula pada Si Bungkuk. Setelah bangkit badannya tidak bungkuk lagi layaknya manusia normal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 179
Si bungkuk : “Aku tidak bungkuk lagi! Aku tidak bungkuk lagi!” Keduanya pun akhirnya sadar kalau itu adalah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka kemudian saling meminta maaf dan diakhiri dengan berpelukan sebagai tanda terjalinnya persahabatan kembali.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 180
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrument Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
Kisi –kisi lembar wawancara terhadap guru kelas
Aspek
Respons guru kelas terhadap keterampilan bekerjasama anak
Sub aspek/dimensi
a. Mendengarkan
b. Menghormati
c. Interaksi tatap muka
d. Komunikasi
Pertanyaan
1. Apakah anak-anak mendengarkan dengan baik ketika peneliti bercerita dengan media boneka? Jelaskan! 2. Apakah anak-anak mendengarkan ketika ada teman bercerita menggunakan media boneka? Jelaskan! 1. Apakah anak-anak mampu menghargai dan menaruh hormat terhadap orang lain? Misalnya, anak saling menyapa, mengucapkan terima kasih? Jelaskan! 1. Apakah anak-anak menatap teman yang sedang bertanya atau berbicara? Jelaskan! 1. Apakah anak-anak merespon saat diberi pertanyaan? Misalnya? 2. Apakah anak-anak mengarahkan pandangan ke arah lain ketika ada teman bertanya? 3. Apakah anak-anak memegang benda lain ketika ada teman yang bertanya? 180
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
e. Interaksi Sosial
1. Apakah anak-anak saling membantu dalam menata ruang kelas sebelum memulai kegiatan bimbingan? Misalnya? 2. Apakah anak-anak saling berkelahi?
181
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Kisi-kisi lembar observasi anak
Aspek Indikator
Mendengarkan
a. Mampu menangkap pesan
Menghormati
a. Mampu menjunjung dan menghargai orang lain
Interaksi Tatap Muka
a. Mampu mempengaruhi antara individu
Komunikasi
a. Mampu berinteraksi secara verbal
No Item
Jumlah
1,2,3
3
4,5,6,7
4
8,9
2
10,11,12,13,14,15, 6
b. Mampu berinteraksi secara non verbal
Interaksi Sosial
a. Mampu mempengaruhi antara kelompok
16,17,18
3
182
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 182
Lampiran 4 Instrument Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 183
Berikut ini panduan wawancara guru kelas mengenai bimbingan. Panduan wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan anak menurut guru kelas yang bersangkutan.
A. Panduan Wawancara pra Tindakan 1. Bagaimana dengan bimbingan hari ini? 2. Apakah perilaku-perilaku yang muncul saat bimbingan? 3. Lalu ibu bagaimana menghadapinya? 4. Media apa yang ibu gunakan selama ini? 5. Apakah ibu pernah menggunakan media boneka?
B. Panduan wawancara ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan anak setelah diadakan bimbingan melalui metode bercerita dengan media boneka pada setiap siklus. 1. Bagaimana dengan bimbingan hari ini? jelaskan! 2. Bagaimana dengan metode bercerita dan media boneka yang digunakan hari ini ? jelaskan! 3. Apakah anak-anak mendengarkan dengan baik ketika peneliti bercerita dengan media boneka? Jelaskan! 4. Apakah anak-anak mendengarkan ketika ada teman bercerita menggunakan media boneka? Jelaskan! 5. Apakah anak-anak mampu menghargai dan menaruh hormat terhadap orang lain? Misalnya, anak saling menyapa, mengucapkan terima kasih? Jelaskan! 6. Apakah anak-anak menatap teman yang sedang bertanya atau berbicara? Jelaskan! 7. Apakah anak-anak merespon saat diberi pertanyaan? Misalnya? 8. Apakah anak-anak mengarahkan pandangan ke arah lain ketika ada teman bertanya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 184
9. Apakah anak-anak memegang benda lain ketika ada teman yang bertanya? 10. Apakah anak-anak saling membantu dalam menata ruang kelas sebelum memulai kegiatan bimbingan? Misalnya? 11. Apakah anak-anak saling berkelahi? 12. Perilaku yang menunjukan peningkatan keterampilan bekerjasama, misalnya? jelaskan!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 185
Pedoman Observasi Keterampilan Bekerjasama anak
Nama: No PERNYATAAN 1. Anak dapat mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan 2. Anak dapat mendengarkan ketika teman sedang berbicara 3. Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan 4. Anak menyapa temantemannya 5. Anak dapat mengucapkan salam 6. Anak bisa mengucapkan terima kasih 7. Anak berbicara secara sopan kepada orang lain 8. Anak saling senyum dengan teman 9.. Anak dapat menatap teman yang sedang berbicara 10. Anak mau memberi semangat kepada teman 11. Anak bisa berbicara dengan jelas 12. Anak bisa mengungkapkan perasaannya 13. Anak menunjukan muka senang (mata berbinar) 14. Anak duduk dengan tegap 15 Anak menunjukan rasa gembira 16. Anak bersama-sama menata ruang kelas 17. Anak mau membereskan alatalat yang digunakan setelah bermain 18. Anak tidak langsung pergi meninggalkan ruang kelas
BB
Tanggal: MB BSH
BSB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 186
Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
Hasil Skoring Siklus Pra Tindakan No/Siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
1 BSH BB BB BB MB BB MB BB BB BSH BB BB BB BB BSH BB BSB BSB BSB BSB
2 BB BSB BSB BSB BSB BSB BB BSH BB BSH BB BB BB BB BB BB BB MB BB MB
3 MB BB BB BB BB BSB BSB BSB BSB BB BSH BB MB BB BB BSH BB BSH BB BB
4 BSB BB MB MB BSH BB MB BB BB BSH BB BB BB BSB BSB BSB BB BB BB BB
5 BB BB MB MB BB BSH BB BB BSH BB BSB BSB BSB BSB BB BSH BB BB BB BB
6 7 BSB BB BSB BB BSB BB BSB BB MB BSH BSB BB BSB BB BSH BB BB BB BSH MB MB BB BB BSH MB BB BB BB BB MB BB BSB BSH BB BB BSB BB BSB BB BSB
8 BB BSB BB BSB BB MB MB MB BB BB BSB BB BSB BSB BB BSH BSH BSH BB BB
9 BSB BSB BSB BB BB BB BSH BSH BB BB BB BB BB MB BB MB BB BB MB BSB
10 BB BSB BB BSB MB BB MB BB BB BSH BSB BB BB BSB BSB BB BB BSH BB BSH
11 MB BB MB BB BSH BB BSB BSH BB BSB BB BB BB BB BB BSB BB BB BB BSB
12 BB BB BB BSB BB BSH MB BB BB BB BB BSH MB BSB MB BB BB BB BB BB
13 BSB BB BB BB MB BB BSB BB BSB BB BSH MB BB BB MB BB BB BSH BB BB
14 BB BSH BB BSH BB BSH MB BB BB MB BB BSB BSB BSB BSB BB BB BB BB MB
15 BB BB BB BB BB BSH BSH BB BSH BSB BSB BSB BSB BSB MB BB BB MB BB MB
16 BB BB BB MB BSH BB MB BSB BB BB BB BB BB BSH BB BB BB BB BSB BSB
17 BB BB BB MB BB BSH BSB BSH BB BSH BB MB BB BSB BB MB BB BB BB BSB
18 MB MB BSB BSH BSH BSH BSB BB BB BB BB BB BB BSB BB BB BB BB BB BB
Keterangan : BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik 186
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Hasil Skoring Siklus I No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 BB BB BB BB BB BB BB BSH BSH MB MB MB MB BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
2 MB MB MB BB BB BB BB BB BB BB BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
3 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BB MB MB BB BB BB BB BB BB
4 BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH MB MB MB BB BB BB BB BB BB BB
5 BB BB BB BB BB BB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
6 BB MB BB MB BB MB BB BB BB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
7 BB BB BB BB BB BB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB
8 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH BSH MB MB BB BB BB BB BB
9 BB BB BB BB BB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
10 BB BB BB BB BB BB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH
11 BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB MB MB MB MB BB BB BB BB BB BB
12 BB BB BB BB BB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB
13 BB BB BB BB BB BSH BSH BSH BSH BSH MB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
14 BB BB BB BB BB BB MB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH
15 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BB BB BB BB BB BB
16 BB BB BB BB BB MB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH
17 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BB BB BB BB BB BB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH
18 BB BB BB BB BB BB BB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
Keterangan : BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik
187
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Hasil Skoring Siklus II No/Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 BB MB BB MB MB BSH BB MB MB BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
2 MB MB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BB BB BB
3 BB BB BB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB MB MB MB MB MB
4 MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BB BB BB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
5 BB BB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
6 MB MB MB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BB BB
7 BB BB BB MB MB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
8 BB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH BSH MB MB MB MB MB
9 BB BSH BSH BSH BSH BSH BSH MB MB MB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
10 MB MB BB BB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH
11 BB BB MB MB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
12 BB MB MB MB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH BSH
13 BB MB MB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH
14 BB MB MB BB MB MB MB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSH BSH BSH
15 MB MB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
16 MB MB BB BB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB
17 BB BB MB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
18 BB MB MB MB MB MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
Keterangan : BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik
188
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
Hasil Skoring Siklus III No/Siswa 1 1 BSH 2 BSB 3 BSB 4 BSB 5 BSH 6 BSH 7 BSB 8 BSB 9 BSB 10 BSH 11 BSH 12 BSH 13 BSH 14 BSH 15 BSH 16 BSH 17 BSB 18 BSH 19 BSH 20 BSH
2 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
3 BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSB BSB BSB BSB BSB
4 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
5 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
6 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
7 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
8 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
9 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
10 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
11 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
12 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
13 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
14 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
15 BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSB BSB BSB BSH BSB BSB BSB BSB BSH BSH BSB BSB BSB BSB
16 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
17 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
18 BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
Keterangan : BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik
189
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
Hal-hal yang diobservasi
Pra Tindakan BB 11
MB 2
BSH 3
BSB 4
Anak dapat mendengarkan ketika teman sedang berbicara
10
2
2
Anak bisa merespon saat diberi pertanyaan
11
2
Anak menyapa teman-temannya
12
Anak dapat mengucapkan salam
Siklus I
Siklus II
BB 7
MB 4
BSH 4
BSB 5
Jml (%) 13 65%
BB 4
MB 5
BSH 5
BSB 6
Jml (%) 16 80%
BB 1
6
10
50%
7
3
5
3
4
9
45%
7
2
3
2
3
8
40%
7
11
2
3
4
9
45%
Anak bisa mengucapkan terima kasih
9
3
3
5
11
Anak berbicara secara sopan kepada orang lain
12
2
2
4
Anak saling senyum dengan teman
10
3
3
Anak dapat menatap teman yang sedang berbicara
11
3
2
MB 0
BSH 12
BSB 7
5
13
65%
3
6
6
5
17
85%
4
7
13
65%
3
5
6
6
17
3
5
5
13
65%
3
4
5
8
6
3
5
6
14
70%
2
5
6
55%
6
4
5
5
14
70%
2
6
8
40%
6
3
5
6
14
70%
3
4
10
50%
5
2
6
7
15
75%
4
9
45%
5
3
5
7
15
75%
Jml (%) 19 95%
0
0
11
9
20
100%
85%
2
0
11
7
18
90%
17
85%
2
0
0
18
18
90%
7
18
90%
1
0
0
19
19
95%
6
6
18
90%
1
0
0
19
19
95%
6
6
5
17
85%
1
0
0
19
19
95%
1
5
6
8
19
95%
1
0
0
19
19
95%
1
6
6
7
19
95%
1
0
0
19
19
95%
190
Jml (%) 9 45%
Anak dapat mendengarkan dengan sungguhsungguh ketika diberi penjelasan
Siklus III
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
Anak mau memberi semangat kepada teman
10
2
3
5
10
50%
6
3
5
6
14
70%
2
5
7
6
18
90%
1
0
0
19
19
95%
Anak bisa berbicara dengan jelas
12
2
2
4
8
40%
6
4
5
5
14
70%
3
6
5
6
17
85%
0
0
0
20
20
100%
Anak bisa mengungkapkan perasaannya
13
3
2
2
7
35%
5
3
6
6
15
75%
1
6
6
7
19
95%
0
0
1
19
20
100%
Anak menunjukan muka senang (mata berbinar)
12
3
2
2
8
40%
5
4
5
6
15
75%
1
5
7
7
19
95%
0
0
0
20
20
100%
Anak duduk dengan tegap
10
3
3
4
10
50%
6
4
4
6
14
70%
2
5
5
8
18
95%
0
0
0
20
20
100%
Anak menunjukan rasa gembira
9
3
3
5
11
55%
6
3
4
7
14
70%
0
6
7
7
20 100%
0
0
4
16
20
100%
Anak bersama-sama menata ruang kelas
13
2
2
3
7
35%
5
4
5
4
15
75%
2
6
6
6
18
90%
0
0
0
20
20
100%
Anak mau membereskan alatalat yang digunakan setelah bermain
11
3
3
3
9
45%
6
3
5
6
14
70%
2
5
6
7
18
90%
0
0
0
20
20
100%
Anak tidak langsung pergi meninggalkan ruang kelas
12
2
3
3
8
40%
7
4
4
5
13
65%
1
5
6
8
19
95%
0
0
0
20
20
100%
45%
70%
90%
97%
RATA-RATA
191
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 191
Lampiran 6 Foto-foto Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 192
Dokumentasi Siklus I
Ket: peneliti membuka pertemuan bimbingan dengan salam
Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh dalam cerita dengan boneka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 193
Ket: peneliti bercerita dengan boneka
Ket: anak-anak antusias memilih boneka yang hendak dimainkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 194
Dokumentasi siklus II
Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
Ket: peneliti bercerita dengan boneka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 195
Ket: peneliti memberikan kesempatan kepada anak-anak yang hendak bercerita dengan boneka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 196
Dokumentasi siklus III
Ket: peneliti memperkenalkan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita
Ket: peneliti bercerita dengan boneka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 197
Ket: anak-anak masuk dalam kelompok kecil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 198
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 199