PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH TERAPI TARI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Tirza Yoga Nugroho NIM : 099114128
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
'And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it - Paulo Coelho –
You educate a man; you educate a man. You educate a woman; you educate a generation - Brigham Young –
Izinkan alam semesta memberikan kekuatan bagi hidupmu, dan lakukanlah segala sesuatu seperti untuk Sang Misteri dan bukan untuk manusia - Tirza –
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan khusus untuk alam semesta dan Sang Misteri sebagai penciptanya. Karena telah memberi kesempatan kepada seorang Tirza menjadi seorang perempuan yang ingin menguatkan banyak perempuan lain. Terimakasih Santa Edith Stein, santa pelindungku untuk selalu mengingatkan aku untuk menjadi tangguh. Untuk Papa, Mama, Ko Niu, Koko dan Ciciku. Untuk seorang Ayah Budi yang luar biasa bagiku dan untuk Hendy Hardiawan yang selalu memberi aku semangat.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Desember 2014 Penulis
Tirza Yoga Nugroho
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH TERAPI TARI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS Tirza Yoga Nugroho ABSTRAK Depresi merupakan gangguan mental yang paling umum terjadi. Depresi bisa terjadi kepada siapapun dari berbagai latar belakang usia, budaya, dan ras. Salah satu subjek yang rentan terhadap depresi adalah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). ODHA terutama perempuan memiliki kerentanan yang jauh lebih tinggi terhadap depresi karena pengaruh hormon dibanding ODHA laki-laki. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi tari terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. Subjek penelitian adalah 32 perempuan dengan HIV/AIDS berusia 22-40 tahun di Yogyakarta. Penelitian mengajukan hipotesis bahwa terapi tari memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. Desain penelitian ini adalah PretestPosttest Control Group Design. Pengelompokan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara random. Analisis data menggunakan uji t menunjukkan nilai t (5,263) dan p=0,000 (p<0,005) dengan rata-rata gain score kelompok eksperimen (17,5) lebih tinggi dibanding rata-rata gain score kelompok kontrol (1,125). Dengan demikian hipotesis diterima. Kata kunci: Depresi, perempuan, HIV/AIDS, terapi tari
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
The Effect of Dance/Movement Therapy to Depression Level on Women with HIV/AIDS Tirza Yoga Nugroho ABSTRACT Depression is a very common mental disorder. Depression may occur to everyone with a different background of age, culture, and race. One of the most potential subject of depression is PLWHA (People Living With HIV/AIDS). PLWHA especially women with PLWHA tend to be more vulnerable than men related to their hormones. This experiment research aims to find out the effect dance/movement therapy (DMT) to depression level on women with HIV/AIDS. The subjects were 32 women with HIV/AIDS aged 22-40 years old in Yogyakarta. The hypothesis says that dance/movement therapy (DMT) influence the depression level on women with HIV/AIDS. The research design is Pretest-Posttest Control Group Design. The subjects were divided into two groups, experiment group and control group with random assignment. Independent sample t-test show the value of t score (5,263) and p=0,000 (p<0,005). The average of experiment group gain score (17,5) is higher than the average of control group gain score (1,125). Therefore, the hypothesis is accepted. Keywords: Depression, women, HIV/AIDS, dance/movement therapy (DMT)
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Tirza Yoga Nugroho
NIM
: 099114128
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perputakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet dan media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 15 Desember 2014 Yang menyatakan,
Tirza Yoga Nugroho
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan semesta alam yang telah memberikan berkat penyertaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS. Skripsi ini merupakan syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, masukan, saran, bahkan kritikan dari banyak pihak yang telah berkontribusi terhadap terselesaikannya karya tugas akhir ini. Oleh karena itu peneliti hendak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus Dosen Penguji 1 yang telah memberikan saran dan masukan. 3. Ibu M.M. Nimas Eki Suprawati, M.Si, Psi., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah dengan telaten dan sabar memberi dukungan dan bimbingan dengan segala kondisi dan keterbatasan saya. Terimakasih, Ibu.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Ibu Debri Pristinella, M.Si., selaku Dosen Penguji 2 dan salah satu dosen favorit saya yang telah membantu memberikan saran dan masukan untuk karya ini. 5. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik saya selama ini. Terimakasih untuk diskusi yang selalu bermakna bagi saya. 6. Romo Priyono Marwan, SJ yang telah bersedia membuka pemikiran saya lebih luas dan memberi saya semangat dalam mengejar dan menyelesaikan apa yang harus saya selesaikan. 7. Mas Doni, Mas Muji, Mas Gandung, Bu Nanik, yang telah membantu saya selama berproses di Fakultas Psikologi. 8. Papa, Mama, Ko Diaz, Ci Santi, Ko Niu, Ik Nok dan Om Eddy yang sudah selalu bertanya “Kapan selesai?” dan sudah memberikan bantuan luar biasa sehingga saya bisa menempuh pendidikan ini. 9. Kesayanganku, Hendy Hardiawan, teman hidup, sahabat, kakak, adik, partner menari, bahkan teman bertengkar yang hebat. Terimakasih sudah membuatku selalu merasa dikasihi, disayangi, dan mampu melakukan banyak hal. 10. Bapak Hardi, bapakku dan juga mamakku, simbahku, dan adikku, Yogi Satriawan. Terimakasih, keluargaku, aku merasa sangat dicintai. 11. Sahabat-sahabatku, Tiara, Diana, dan Lani untuk support yang luar biasa selama ini. Ayo kita menari lagi. xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Virly Yuriken yang jauh disana, thank you ils, kalo ga ada lo gw pasti kaga selese nulis skripsi. 13. Ginza, Albert, Al yang selalu bikin ketir-ketir ngerjain ini karena pada uda mau selesai semua. Terutama Albert, thank you boy kita berjalan sampai akhir bersama-sama. 14. Asri Nurani, temen kimchil gw yang oke banget. Thank you bebs, selalu makes my day brighter than before dengan ke-embuh-an mu itu. Sukses buatmu juga ya 15. Mba Anna dari Komisi Penanggulangan AIDS DIY yang sudah mau direpotkan berhari-hari untuk rekomendasi penelitian. 16. Mba Dyah, Mba Nur, Mas Rudy, Mas Even, Mba Virgie, Mba Ochi, Mba Krisna, dan semua teman-teman Victory Plus yang sudah mau memberikan saya kesempatan berproses bersama. 17. Kak Mega “Memey” Lestari Silalahi yang sudah menjadi terapis tari yang luar biasa dan teman berbagi yang manis. 18. Mas Iput Agustioko dan Jeffri Fernando Turnip untuk dokumentasi karya ini dan segala macam kerepotannya. 19. Kakak-kakak tingkat yang selalu mendukung, Kang Kreteng, Mas David, Mba Dessy, terimakasih banyak semua bantuannya. 20. Adik-adik tingkat, terutama Nyonyoku, Nathan Agung dan teman-teman asisten laboratorium, Fiona, Vira, Hoyi. Terimakasih semua support dan bantuannya ya.. xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21. Kak Clay Dengah yang selalu bawel nanyain sampai dimana progress skripsi. Thank you kak, lo the best lah! 22. Teman-teman Psikologi angkatan 2009, terutama Rani, Gusbay, Mas Panjul, Patrick, Andang, Keket, Ko Albert, dan Lisa. Thank you ya semua buat bantuan luar biasanya. 23. Terimakasih sangat banyak buat teman-teman kantor yang selalu seru. Vera, Danur, Uyeq, Mba Naila, Mas Yoyok yang mendukung aku ngerjain skripsi ini meskipun harus mencuri banyak waktu di jam kerja. Terutama direktur aku yang kece badai sedunia ga ada yang ngalahin, Inna Hudaya. Terimakasih, Teh. 24. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu. Terimakasih. Peneliti menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan adanya masukan dan saran untuk pengembangan penelitian ini. Penulis,
Tirza Yoga Nugroho
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………….
i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING…………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...
iii
HALAMAN MOTTO………………………………………………
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…...
vi
ABSTRAK…………………………………………………………
vii
ABSTRACT………………………………………………………..
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…..
ix
KATA PENGANTAR……………………………………………...
x
DAFTAR ISI……………………………………………………….
xiv
DAFTAR TABEL………………………………………………….
xviii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….
xix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….
xx
BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG…………………………… xiv
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II
B. RUMUSAN MASALAH………………………...
7
C. TUJUAN PENELITIAN………………………….
7
D. MANFAAT PENELITIAN……………………….
8
LANDASAN TEORI A. TINGKAT DEPRESI PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS 1. DEPRESI a. Definisi Depresi…………………………
9
b. Gejala-gejala Depresi……………………
10
c. Jenis-jenis Depresi……………………….
15
d. Faktor-faktor penyebab Depresi………….
17
e. Alat Ukur Depresi………………………..
19
2. PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS………..
20
B. TERAPI TARI……………………………………
20
C. PENGARUH TERAPI TARI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS…………………………………….....
xv
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. HIPOTESIS………………………………………
BAB III
BAB IV
29
METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN…………………………….
30
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN……
30
C. DEFINISI OPERASIONAL……………………..
31
D. SUBJEK PENELITIAN…………………………
32
E. INSTRUMEN MANIPULASI…………………..
32
F. METODE PENGUMPULAN DATA……………
34
G. DESAIN PENELITIAN…………………………
34
H. PROSEDUR PENELITIAN…………………….
34
I. METODE ANALISIS DATA…………………..
37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. JENIS PENELITIAN……………………..…..
38
B. PELAKSANAAN PENELITIAN 1. TAHAP PRETEST……………………………
38
2. TAHAP MANIPULASI/TREATMENT……
39
3. TAHAP POSTTEST………………………….
40
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. HASIL PENELITIAN 1. SUBJEK PENELITIAN……………………
40
2. DESKRIPSI DATA PENELITIAN………..
41
3. DATA OBSERVASI………………………
42
D. HASIL UJI STATISTIK 1. UJI ASUMSI a. Uji Normalitas…………………………..
43
b. Uji Homogenitas………………………..
44
2. UJI HIPOTESIS……………………………
45
E. PEMBAHASAN……………………………….
46
BAB V
PENUTUP A. KESIMPULAN………………………………..
53
B. SARAN………………………………………..
53
DAFTAR PUSTAKA
55
LAMPIRAN
60
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Data Subjek Penelitian……………………………….
40
Tabel 2
Data Deskriptif Penelitian……………………………
41
Tabel 3
Uji Normalitas Shapiro-Wilk…………………………….
44
Tabel 4
Levene’s Test for Equality of Variances………………..
44
Tabel 5
Independent Sample t-test………………………………..
45
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Dinamika Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS
xix
29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Beck Depression Inventory II (BDI-II)..………………..
60
Lampiran 2 Hasil Perolehan Data Kelompok Kontrol……………..
65
Lampiran 3 Hasil Perolehan Data Kelompok Eksperimen…………
67
Lampiran 4 Data Hasil Observasi…………………………………..
69
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Depresi adalah gangguan mental yang paling umum terjadi dimana seseorang berada dalam tingkat suasana hati (mood) yang rendah dan enggan dalam melakukan aktivitas yang mempengaruhi pikiran, perilaku, dan perasaan seseorang (Salmans, 1995). Menurut World Heatlh Organization (WHO), depresi dialami hampir 121 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2010). Depresi dapat terjadi pada siapa saja dari beragam latar belakang usia, etnis, dan lingkungan. WHO menyatakan bahwa depresi dialami 20% wanita, 10% pria, dan 5% remaja baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan anak-anak pun bisa mengalami depresi oleh karena situasi dan kondisi tertentu dalam kehidupannya. Salah satu subjek yang memiliki kecenderungan mengalami depresi cukup tinggi adalah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Menurut Direktorat Jenderal Pengenalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (Ditjen PP) dan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai 52.348 orang baik laki-laki
maupun
perempuan
dari
berbagai
latar
belakang
usia
(http://spiritia.or.id). Di Yogyakarta sendiri angka penderita HIV/AIDS mencapai 2442 kasus atau sekitar 33% dari keseluruhan jumlah penderita 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
HIV/AIDS di Indonesia. Angka ini terhitung hingga bulan Desember 2013 (http://aidsyogya.or.id). Secara umum, penderita HIV/AIDS mengalami shock ketika mereka didiagnosis mengidap HIV/AIDS (Miller dalam Wessel-Bloom, 2004). Respon lain yang mengikuti adalah stress karena hidup dengan HIV positif dapat menjadi sangat berat. Hal ini terkait dengan rasa kehilangan, baik kehilangan pekerjaan, kehilangan dukungan orang terdekat, dan kehilangan fungsi tubuh yang seharusnya. Individu yang didiagnosa penyakit berat dapat mengalami ketakutan dan mengalami ancaman terhadap self-image, kepercayaan diri, dan identitas dirinya (Kobayashi; Sugimoto; Matsuda; Matsushima; Kishimoto, 2008). Banyak bukti menjelaskan bahwa hampir setiap penyakit dipengaruhi emosi individu. Para penderita HIV/AIDS seringkali mengalami ketakutan dan merasakan ketidakpastian akan kehidupan akan kehidupan yang akan mereka jalani selanjutnya (Wessel-Bloom, 2004). Reaksi ketakutan individu dapat mempengaruhi tubuh dalam kinerjanya menghasilkan hormon epinefrin yang dikenal sebagai adrenalin. Hormon ini mempengaruhi munculnya emosi-emosi yang kuat seperti rasa marah atau rasa takut, serta merespon kesiapan tubuh terhadap stress (Seaward, 2012). Selain reaksi yang ditimbulkan karena diagnosis HIV positif muncul, ODHA harus menghadapi penolakan dan pengabaian, serta deskriminasi dari masyarakat dimana mereka tinggal (http://aidsindonesia.or.id). Berbagai reaksi dari individu secara pribadi dan reaksi masyarakat dimana para ODHA berada dapat memicu timbulnya kecemasan dan depresi pada ODHA. Kecemasan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
depresi ini juga dapat timbul karena rasa ketidakpastian yang dirasakan ODHA terhadap hidupnya (Miller, 1987). Biasanya simtom-simtom ini muncul sesaat setelah diagnosa HIV positif dan ketika komplikasi dari penyakit ini berkembang (Wessel-Bloom, 2004). Beedham dan Wilson-Barnett (1995) melakukan studi yang memberikan hasil bahwa penderita HIV/AIDS mengalami depresi dan level depresinya sangat fluktuatif tergantung kejadian dan berbagai hal terkait perkembangan penyakitnya. Ketika ODHA mengalami depresi mereka merasa tidak ada satupun hal yang dapat membantu mereka. Selain itu, mereka juga mungkin akan kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri (Wessel-Bloom, 2004). Dari keseluruhan ODHA, ODHA perempuan merupakan individu yang memiliki resiko dua kali lebih besar mengalami depresi (Penzak, Reddy & Grimsley, 2000). Hal ini dikarenakan perempuan cenderung memiliki tipe hormon yang berbeda dengan laki-laki. Ketika perempuan mengalami perubahan hormon, masa-masa ini dapat menjadi pemicu depresi pada perempuan (Nonacs, 2006). Penelitian yang dilakukan de Mello & Malbergier (2006) terhadap perempuan dengan HIV positif menunjukkan bahwa perempuan dengan HIV positif menghadapi kesulitan secara afektif dan dalam relasi seksual terkait problem dalam pernikahan dan perceraian. Selain itu, kemungkinana adanya depresi pada perempuan dengan HIV positif dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pekerjaan, atau lingkungan geografis mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
Depresi sebenarnya merupakan gejala wajar sebagai respon normal terhadap suatu pengalaman atau kejadian dalam hidup (Aditomo & Retnowati, 2004). Depresi menjadi maladaptif dan abnormal bila hadir dalam intensitas yang tinggi dan menetap. Literatur psikologi membedakan depresi abnormal menjadi dua, yaitu mayor (unipolar) dan mania (bipolar) (APA, 1994). Terapi untuk depresi dikembangkan dengan beberapa teori psikologi yang popular. Ada lima teori etiologi yang popular membahas depresi dan terapi untuk depresi. Kelima teori tersebut adalah teori biologis, teori psikodinamika, teori kognitif, teori behavioral, dan teori sistem keluarga (Carr, 2001). Menurut teori biologis, predesposisi gangguan mood termasuk depresi mungkin diturunkan secara genetis (Andrew dalam Carr, 2001). Selain itu teori biologis menjelaskan bahwa rendahnya level hormon tiroksin dan tingginya hormon kortisol memiliki pengaruh terhadap meningkatnya simtom depresi (Deakin dalam Carr,2001). Dalam terapi psikodinamika, individu dibantu mengenali dan memahami emosi, pemikiran, pengalaman masa lalu, dan menggali insight sehingga problematika yang dihadapi di masa sekarang dapat dilewati. Selain itu individu juga diajak mengevaluasi pola yang mereka kembangkan selama masa hidup
mereka
(http://goodtherapy.org).
Selanjutnya
terapi
kognitif
menyimpulkan bahwa individu mengalami depresi karena cara pandang yang salah terhadap dirinya sehingga memicu menurunnya penghargaan diri (selfesteem). Rendahnya penghargaan diri inilah yang akhirnya memicu depresi. Terapi kognitif mengajak individu memposisikan kembali pola berpikir dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
perasaan
mereka
dengan
perubahan
yang
terjadi
dalam
tubuhnya
(http://goodtherapy.org). Terapi behavioral menyimpulkan bahwa individu mengalami depresi karena berkurangnya penguatan pada diri individu sehingga terapi behavioral menekankan pemberian penguatan pada individu yang mengalami depresi. Teori terakhir yang juga membahas depresi adalah teori sistem keluarga. Teori ini menyatakan bahwa depresi disebabkan oleh tekanan dalam hubungan keluarga, tidak adanya dukungan dari keluarga atau significant others, sistem kepercayaan, dan pola interaksi dalam keluarga (Carr, 2001). Terapi menurut teori ini menekankan kepada pemberian perhatian (caregiving) dan peningkatan pola interaksi keluarga yang lebih baik. Terapi depresi lain yang menjadi populer adalah terapi tari atau dikenal dengan Dance/Movement Therapy (DMT). Terapi tari merupakan cabang termuda dari terapi seni (art therapy) dimana dalam penelitian yang pernah dilakukan Wessels-Bloom (2004) terhadap pasien ODHA memunculkan hasil yang positif. Melalui terapi tari ini, ODHA secara umum mengalami peningkatan dalam kondisi kesehatannya (Wessels-Bloom, 2004). Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya kekebalan tubuh para ODHA yang dicapai melalui penguatan konstruk psikologis tertentu seperti stress, dukungan sosial, serta penghargaan diri yang diperoleh melalui DMT (Wessels-Bloom, 2004). Terapi tari sendiri didefnisikan oleh American Dance/Movement Therapy (ADMT) UK pada tahun 2004 sebagai berikut “dance/movement therapy is the psychotherapeutic use of movement and dance through which a person can
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
engage creatively in a process to further their emotional, cognitive, physical, and social integration” (Karkou & Sanderson, 2006). Ritter & Low (1996, 1998) melakukan meta analisis di US dan dikalkulasi ulang oleh Cruz & Sabers (1998) menunjukkan bahwa terapi tari terbukti efektif menurunkan stress dan meningkatkan kesehatan bagi klien atau pasien dengan berbagai kesulitan kronis, pasien kanker payudara, pecandu alkohol, serta individu dengan gangguan mental tertentu (Karkou & Sanderson, 2006). Lebih dari itu, terapi tari juga dapat diterapkan pada semua individu dari berbagai latar belakang usia dan ras serta dapat dilakukan secara individu, berpasangan, ataupun kelompok (http://adta.org) Fleksibilitas terapi tari yang dapat diterapkan dalam berbagai latar belakang budaya dan ras membuat terapi tari dipilih untuk terapi depresi yang baik (Seide, 1986). Berbeda dengan terapi seni lain seperti terapi musik, terapi gambar, dan terapi teater yang perlu penyesuaian terkait latar belakang budaya dan ras serta terkadang mensyaratkan terapi dilakukan secara kelompok (Behrends; Muller; Dziobek, 2012). Terapi tari secara biologis terbukti dapat meningkatkan kemampuan seseorang sehingga tidak rentan terhadap depresi dan stress dengan meregulasi tingkat hormon serotonin dan dopamin. Kedua hormon tersebut membantu individu yang memiliki perasaan terisolasi karena situasi depresi karena AIDS merupakan penyakit yang mengisolasi penderitanya (Penzak et.al, 2000). Lebih dari itu, menari juga meningkatkan kepercayaan diri yang akan membantu individu meningkatkan self-esteem.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
Perilaku non-verbal seperti tari mentransformasikan berbagai hal yang tidak dapat dituangkan dalam tulisan atau kata-kata atau gambar, sehingga terapi keratif ini memegang peranan penting dalam konseling interkultur dan psikoterapi
karena
hampir
secara
keseluruhan
menyentuh
tingkat
ketidaksadaran (Wessels-Bloom, 2004). Tujuan terapi tari sendiri adalah untuk membebaskan emosi-emosi yang ditekan dan disimpan dalam tubuh sebagai tekanan dan keyakinannya terhadap nilai pelepasan katarsis tari (Chodrow, 2008). Selanjutnya, terapi tari dapat meningkatkan komunikasi dimana individu dapat memanfaatkan ini sebagai sarana menjauhkan diri dari tekanan, kecemasan, kemarahan, mengurangi depresi, serta meningkatkan dan mengkonstitusi ulang bentuk tubuhnya (Seide, 1986). Terapi tari dapat diterapkan dalam berbagai latar belakang budaya dengan prinsip dasar bahwa bahasa tubuh merupakan bentuk komunikasi paling dasar yang dapat dipahami di berbagai budaya. B. Rumusan Masalah Apakah terapi tari berpengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terapi tari memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi dunia kesehatan mental dan psikoterapi bahwa terapi tari atau Dance/Movement Therapy (DMT) merupakan sarana mengungkapkan emosi-emosi yang ditekan dan mampu meningkatkan komunikasi individu, dalam hal ini ODHA perempuan, sehingga individu menurun tingkat depresinya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menjadi alternative terapi psikologis bagi ODHA perempuan karena terapi ini dapat menjadi sarana bagi mereka untuk mengekspresikan diri sekaligus melepaskan rasa terisolasi dari penyakit yang mereka derita. Selain itu terapi ini dapat menjadi sarana meningkatkan komunikasi dan menurunkan tingkat depresi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS 1. Depresi a. Definisi Depresi Menurut DSM-IV depresi merupakan kondisi dimana seseorang merasa sedih, kosong, atau terganggu yang diikuti perubahan kognisi dan somatic yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas fungsional individu. Individu yang mengalami depresi akan merasa putus asa dan kehilangan harapan. Seringkali mereka berpikir mengenai kematian dan mengakhiri hidupnya atau bunuh diri karena merasa tidak mampu bangkit kembali dari keadaan mereka dan melakukan berbagai hal. Bahkan untuk penderita depresi mayor yang berat, berpakaian saja menjadi hal yang sangat berat untuk dilakukan. Depresi akan diikuti oleh perubahan fisik, seperti gangguan makan atau gangguan tidur. Mereka yang mengalami depresi mungkin kehilangan nafsu makan atau malah makan dalam jumlah yang berlebihan. Mereka juga rentan mengalami kesulitan tidur, kesulitan berkonsentrasi, dan terus merasa lelah dan kehilangan energy. Beberapa penderita depresi bahkan
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
mengalami reaksi fisik seperti pusing atau rasa sakit yang seringkali tidak dapat dijelaskan (Lynch & Kilmartin, 2013). Depresi mayor atau yang sering dikenal dengan istilah depresi unipolar terjadi dua kali lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki di berbagai belahan dunia. Hal ini dikarenakan perempuan cenderung memiliki tipe hormon yang berbeda dibanding laki-laki. Para ahli meyakini bahwa pada saat perempuan berada dalam tahun-tahun reproduktifnya, perempuan mengalami fluktuasi hormon yang konstan, selain itu perubahan hormon yang fluktuatif ini dapat memicu depresi pada perempuan (Nonacs, 2006). Dalam penelitian ini, pengertian depresi terbatas pada definisi dan etiologi yang dikemukakan oleh teori kognitif bahwa depresi disebabkan oleh adanya pandangan diri yang negatif sehingga berpengaruh terhadap menurunnya penghargaan diri (Carr, 2001). Depresi merupakan suatu gangguan yang berkaitan dengan perubahan suasana hati, adanya cara pandang diri yang negatif dan penyalahan diri, serta regresi dan keinginan untuk bunuh diri yang diikuti perubahan vegetatif serta perubahan tingkat aktivitas seperti retardasi dan agitasi (Beck, 1967). b. Gejala-Gejala Depresi Berdasarkan definisi yang dikemukakan Beck (1967), depresi dapat dikenali melalui gejala-gejalanya. Menurut Beck, gejala depresi dapat dikenali berdasarkan manifestasinya dalam diri individu. Manifestasi tersebut meliputi manifestasi emosional, manifestasi kognitif, manifestasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
motivasional, manifestasi fisik dan vegetatif, serta adanya delusi dan halusinasi. 1) Manifestasi Emosional Manifestasi emosional depresi berkaitan dengan berbagai perubahan pada perasaan atau perilaku nyata individu yang secara langsung diakibatkan oleh keadaan emosinya. Gejala-gejala ini meliputi : a) Dejected mood merupakan perasaan ditolak. Individu merasa kesepian, bosan, dan tidak memiliki siapapun. b) Munculnya berbagai perasaan negatif mengenai diri sendiri, dalam gejala ini individu merasa benci terhadap diri sendiri dan merasa diri tidak berharga. c) Hilangnya kepuasan, dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan dalam melakukan berbagai hal yang biasanya dilakukan individu. Gejala ini sampai juga pada hilangnya kepuasan akan kegiatan makan, tidur, dan kepuasan seksual. d) Kehilangan kelekatan emosional dengan orang lain atau kegiatan yang biasa dilakukan diikuti hilangnya kepuasan terhadap kegiatan tersebut. e) Meningkatnya frekuensi menangis atau tidak dapat menangis meskipun sebenarnya ingin. f) Kehilangan kegembiraan. Individu yang mengalami depresi kerap kali merasa kehilangan rasa humor dan kegembiraan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
2) Manifestasi Kognitif Manifestasi kognitif terdiri atas tiga kelompok perilaku individu yang menyimpang. Kelompok pertama meliputi perilaku akibat tanggapan penderita yang menyimpang mengenai dirinya. Gejala-gejala yang termasuk dalam kelompok ini adalah penilaian diri yang rendah, gambaran diri yang menyimpang dan harapan yang negatif. Kelompok kedua menggambarkan dugaan pasien tentang penyebab terjadinya masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan kelompok ketiga adalah penyimpangan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Pada umumnya individu merasa bimbang dan terombang-ambing ketika harus mengambil sebuah keputusan (Beck, 1967). Berikut ini adalah gejala yang termasuk dalam tiga kelompok seperti yang telah disebutkan di atas. a) Penilaian yang rendah terhadap diri sendiri. Individu yang mengalami depresi melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang kurang dalam segala hal seperti kemampuan, kecerdasan, kesehatan, kekuatan, daya tarik personal, popularitas, dan kekayaan. b) Adanya harapan yang negatif, individu cenderung murung dan pesimis terhadap berbagai hal serta kehilangan harapan. Mereka cenderung membayangkan hal-hal yang buruk dan menolak kemungkinan adanya perkembangan dalam kehidupannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
c) Individu mencela atau mengkritik dirinya sendiri bila tidak dapat memenuhi atau melakukan tuntutan-tuntutan atau kewajibankewajiban yang terlalu tinggi. d) Sulit mengambil keputusan, bahkan dalam hal-hal kecil sekalipun. Individu cenderung melakukan prokrastinasi dalam melakukan berbagai hal. e) Memiliki gambaran diri (body image) yang buruk. Gejala ini lebih sering muncul pada perempuan dibanding pada laki-laki. 3) Manifestasi Motivasional Manifestasi motivasional merupakan manifestasi yang tampak paling menonjol dalam depresi. Manifestasi ini meliputi pengalaman sadar akan hasrat dan dorongan-dorongan yang ada dalam diri individu. Gejala ini dapat dilihat dengan cara mengamati perilaku individu yang mengalami depresi. Karakteristik yang menonjol pada individu ditinjau dari manifestasi ini adalah adanya kemunduran sifat dasar (regressive nature). Individu menarik diri dari aktivitas yang sebenarnya berguna bagi dirinya. Mereka juga cenderung menghindar dari tanggung jawab, tidak memiliki inisiatif, serta mengalami penurunan kuantitas energi. Gejala-gejala manifestasi motivasional secara lebih spesifik adalah sebagai berikut : a) Hilangnya motivasi dan keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas bahkan aktivitas yang paling sederhana sekalipun, seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
makan, minum, atau mengkonsumsi obat untuk meringankan stressnya. b) Keinginan untuk menghindar, melarikan diri, dan menarik diri dari berbagai aktivitas. c) Keinginan untuk bunuh diri yang seringkali muncul. d) Meningkatnya ketergantungan terhadap orang lain secara berlebihan. Ketergantungan disini dimaksudkan lebih pada keinginan untuk dibantu, dibimbing, atau diarahkan daripada proses nyata bergantung terhadap orang lain. 4) Manifestasi Fisik dan Vegetatif Dalam manifestasi fisik dan vegetatif dijelaskan oleh beberapa peneliti sebagai bukti adanya gangguan otonomi dasar atau hipotalamus yang merupakan penyebab timbulnya depresi. Gangguan otonomis dasar merupakan gangguan pada sistem syaraf otonomis yang mengakibatkan gangguan pada detak jantung, tekanan darah, dan gangguan-gangguan lain yang sejenis. Sedangkan gangguan hipotalamus adalah gangguan pada bagian otak yang mengatur pengendalian emosi, fungsi tidur, dan fungsi fisiologis lainnya. Manifestasi-manifestasi fisik dan vegetatif tampak pada hal-hal sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
a) Kehilangan selera makan b) Gangguan tidur, bisa berupa insomnia atau hypersomnia c) Kehilangan dorongan seksual d) Mudah merasa lelah 5) Delusi dan Halusinasi Delusi atau yang dikenal juga dengan istilah waham adalah keyakinan yang keliru, yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang kekeliruannya, dan tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan dosial budaya orang yang bersangkutan. Sedangkan halusinasi adalah penghayatan (seperti persepsi) yang dialami melalui panca indera dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal. Delusi dan halusinasi merupakan gejala hilangnya kontak individu dengan realitas atau lingkungan (Fauziah & widury, 2008). c. Jenis-Jenis Depresi Depresi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Beck (1967) mengklasifikasikan depresi menurut penyebab (etiology) depresi yang menghasilkan depresi endogen dan depresi eksogen. Depresi endogen adalah depresi yang disebabkan oleh faktor internal atau dari dalam diri individu yang bisa berupa kekacauan biologis atau genetis individu. Depresi eksogen adalah depresi yang disebabkan oleh faktor eksternal atau dari luar individu. Faktor eksternal ini bisa berupa kejadian yang menyedihkan seperti kematian, kehilangan pekerjaan, atau kesulitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
finansial. Depresi eksogen seringkali disebut juga dengan istilah depresi reaktif karena terjadi setelah adanya sebuah kejadian pada diri individu. Selanjutnya Beck (1967) mengemukakan klasifikasi selanjutnya berdasarkan tingkat aktivitas utama individu menjadi depresi agitasi dan depresi retardasi. Depresi agitasi ditandai dengan adanya aktivitas berlebihan atau tidak henti-hentinya. Individu cenderung tidak bisa berhenti bergerak, sering meremas-remas tangan, atau menggaruk bagian tubuhnya hingga terluka. Depresi retardasi ditandai dengan berkurangnya aktivitas spontan, dimana individu cenderung diam pada satu posisi dalam jangka waktu yang lebih lama dari jangka waktu normal. Selain klasifikasi yang diberikan Beck, depresi juga diklasifikasikan berdasarkan fase depresi yang dialami individu yaitu depresi mayor (unipolar) dan depresi mania (bipolar). Pada depresi mayor individu akan mengalami kesedihan yang mendalam, kehilangan gairah terhadap hal-hal yang menyenangkan atau yang dulu pernah diminati. Sedangkan depresi mania ditandai dengan adanya periode mania yaitu adanya perasaan gembira, optimism, dan gairan yang berlebihan atau meluap-luap (APA, 2003). Secara singkat, jenis depresi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) klasifikasi yaitu berdasarkan penyebab yakni depresi endogen dan eksogen, berdasarkan tingkat aktivitas utama yakni depresi agitasi dan depresi
retardasi,
dan
berdasarkan
fase
mayor(unipolar) dan depresi mania (bipolar).
depresi
yakni
depresi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
d. Faktor-Faktor Penyebab Depresi Faktor-faktor penyebab depresi dibedakan menjadi 4 (empat) dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi psikologis, dimensi sosial, dan dimensi sosiokultural (Sue et al., 2008) 1) Dimensi Biologis Pendekatan biologis terhadap penyebab depresi secara umum berfokus pada kecenderungan genetis, disfungsi fisiologis, dan kombinasi keduanya. Faktor genetika cenderung menjadi penyebab utama depresi pada individu. Selain itu, faktor biologis lain seperti fungsi neurotransmitter yang meningkatkan hormon kortisol yang menjadi penyebab utama depresi. Jika hormon ini tidak ditekan laju sekresinya akan memperburuk kondisi depresi individu. 2) Dimensi Psikologis Ditinjau dari dimensi psikologis ada tiga sudut pandang yang diambil. Dari sudut pandang psikodimanima, individu dapat mengalami depresi ketika terjadi peristiwa keterpisahan misalnya karena seseorang yang dikasihi meninggal atau pergi. Selain itu individu dapat mengalami
depresi
mengekspresikan
ketika
kekurangan
atau
tidak
mampu
amarahnya.
Selanjutnya
dari
sudut
pandang
behavioral, individu dapat mengalami depresi karena kehilangan seseorang yang dicintai hanya saja dalam sudut pandang ini lebih berfokus pada berkurangnya penguatan (reinforcement) individu setelah peristiwa kehilangan tersebut. Kemudian dari sudut pandang kognitif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
memandang bahwa depresi disebabkan oleh karena pandangan individu yang negatif tentang berbagai hal di hidupnya. Pandangan negatif ini berlaku dalam cara individu memandang kesehariannya. Pandangan inilah yang berpengaruh terhadap menurunnya penghargaan diri (selfesteem) sebagai faktor yang menyebabkan depresi. 3) Dimensi Sosial Dimensi sosial berfokus pada hubungan dan stressor interpersonal serta dukungan sosial yang membuat seseorang rentan atau sebaliknya tahan terhadap depresi. Dimensi ini diangkat dari sudut pandang teori sistem keluarga. Hal ini dikuatkan dengan temuan bahwa orang-orang di dunia barat lebih rentan mengalami depresi karena adanya pola budaya dimana diri sendiri menajdi lebih penting dari orang lain sehingga seseorang sulit menemukan makna hidup dan mengarah kepada meningkatnya depresi (Sue, 2008) 4) Dimensi Sosiokultural Dimensi sosiokultural berfokus pada budaya, demografi, dan faktor sosioekonomi yang menjadi penyebab meningkat atau menurunnya depresi. Contohnya, perempuan memiliki kecenderungan tingkat depresi yang jauh lebih tinggi dari laki-laki. Berbagai faktor biologis maupun psikologis juga telah dikemukakan terkait perbedaan jenis kelamin
sebagai
penyebab
depresi.
Nolen-Hoeksema
(2010)
mengemukakan hipotesis bahwa cara seseorang merespon suasana hati depresif berkontribusi terhadap kronisitas dan kambuhnya episode
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
depresi dalam dirinya. Perempuan cenderung memikirkan dan memperkuat suasana hati depresi mereka, sedangkan laki-laki cenderung meredam atau menentukan cara untuk meminimalkannya. e. Alat Ukur Depresi Depresi oleh beck diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikenal sebagai Beck Depression Inventory II (BDI-II) dalam versi Bahasa Indonesia. BDI-II merupakan instrumen pengukuran mandiri yang terdiri dari 21 aitem pernyataan untuk mengukur tingkat depresi pada dewasa dan remaja di atas usia 13 tahun. BDI-II disusun sebagai indikator adanya simtom-simtom
depresi
sesuai
kriteria
DSM-IV.
Instrumen
ini
dikembangkan oleh Aaron T. Beck, Robert A. Steer, dan Gregory K. Brown. BDI-II merupakan paper and pencil questionnaire yang pada umumnya diadministrasikan selama 5-10 menit oleh subjek sendiri atau disajikan seara oral (wawancara). 21 aitem pada BDI-II terdiri dari 4 skala rasio 0-3. Total skor yang mungkin adalah 0-63, dimana total skor ini nantinya dikonversi untuk mennetukan kondisi atau keberadaan simtom depresi pada individu (Community-University Partnership for the Study of Children, Youth, and Families, 2011). Robinson (dalam Aditomo & Retnowati, 2004) mencatat bahwa BDI-II memiliki reliabilitas konsistensi internal yang baik yaitu 0,93 dengan reliabilitas test-retest 0,70. Leigh & Anthony Tolbert (2001) dalam The Pharma Innovation Journal (2013) menemukan reliabilitas test-retest BDIII sebesar 0,76. Validitas BDI-II berkisar antara 0,6-0,9. Di Indonesia,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
BDI-II telah diadaptasi dan diteliti beberapa kali reliabilitasnya. Prabandari (dalam Hasanat, 1994) mencatat reliabilitas BDI-II versi Bahasa Indonesia adalah sebesar 0,93. 2. Perempuan dengan HIV/AIDS Perempuan dengan HIV/AIDS atau ODHA adalah individu berjenis kelamin perempuan yang telah positif terinfeksi virus HI (Human Immunodeficiency). ODHA adalah akronim dari Orang Dengan HIV/AIDS. Dalam bahasa Inggris ODHA disebut dengan PLWHA (People Living With HIV/AIDS).
B. Terapi Tari Association of Dance/Movement Therapy (ADMT) memberikan definisi terapi tari sebagai penggunaan gerakan menjadi salah satu metode psikoterapi dimana seseorang dapat terlibat secara kreatif dalam sebuah proses integrasi emosional, kognitif, fisik, dan sosial yang lebih dalam (Karkou & Sanderson, 2006). Terapi tari berdiri dengan prinsip bahwa melalui gerakan ekspresif dan tari individu dapat ikut mengalami pertumbuhan personalnya karena terdapat hubungan antara gerak dan emosi seseorang (Payne, 1992). Melalui eksplorasi gerak yang dialami ini memungkinkan individu untuk meningkatkan keseimbangan secara spontan dan adaptif. Melalui gerak dan tari ini pula, individu berbagi simbol diri mereka ketika menari bersama rekan-rekannya yang memunculkan hubungan nyata antara satu individu dengan yang lain. Terapis tari memfasilitasi supaya tercipta suasana yang erat dimana setiap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
perasaan
individu
dapat
secara
aman
diekspresikan,
dipahami,
dan
dikomunikasikan (Payne, 1992). Pemahaman Jung (dalam Chodorow, 2008) terhadap nilai terapeutik dari pengalaman artistik sangat esensial terhadap teori dan praktek dari DMT. Menurut Jung, simbol dari diri seseorang muncul dari dalam diri melalui gerakan atau movement (Jung, 1969). Dalam hal ini individu diajak melakukan gerakan-gerakan (movements) sesuai dengan afek yang ingin digambarkannya. Melalui movements inilah individu diajak menyadari, menerima, dan memahami dirinya yang dalam pandangan humanistik cara ini mampu meningkatkan penghargaan diri (self-esteem) sebagai faktor penting dari kesehatan mental individu (Benson; Collin; Ginsburg; Grand; Lazyan; Weeks, 2012). Movements itu sendiri memperkuat sistem kardiovaskular, sistem endokrin, sistem kekebalan tubuh, dan sistem syaraf pusat sehingga otak pun menjadi aktif melalui sistem motoric. Movements meningkatkan level endorphin dalam otak dimana ada 3 (tiga) neurotransimitter utama disana yaitu norepinephrine, dopamine, dan serotonin. Ketiga neurotransmitter ini berhubungan erat dengan mood, kognisi, perilaku, dan kepribadian sehingga terimplikasi pada efek peningkatan mood. Movements meningkatkan fungsi neurotransmitter yang membantu regulasi mood, mengontrol kecemasan, dan kemampuan mengatasi stress dan agresi, serta membuat individu menjadi semakin atentif dan mudah bersosialisasi (Hall, 1998).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
Dalam terapi tari dikenal penggunaan active mirroring of movement yang dikenal juga dengan istilah empathetic reflection atau kinaesthetic empathy. Ketika individu melakukan gerakan secara bersama-sama, tumbuhlah empati dan perasaan positif terhadap rekannya yang mengarah kepada munculnya dukungan sosial, termasuk di dalamnya interaksi terapeutik dimana peran dari neuron mirror dalam keterlibatan empatis teridentifikasi (Karkou et al., 2012). Empati sendiri adalah kemampuan individu untuk memahami individu lain (Fischman dalam Chaiklin&Wengrower, 2009) sehingga melalui kinesthetic empathy juga terapis memfasilitasi perkembangan diri individu ketika prosesnya terhenti atau terganggu oleh suatu kondisi, misalnya depresi (Fischman dalam Chaiklin&Wengrower, 2009). Bagi individu dengan depresi, DMT memungkinkan untuk memberikan efek positif. Contohnya, suasana hati individu akan meningkat karena penggunaaan gerak dan tari merupakan salah satu bentuk latihan fisik. Latihan fisik telah terbukti memberikan efek positif berupa relaksasi sehingga simtom depresi dapat berkurang/menurun (Mead, 2010). Perwujudan kreativitas, imajinasi gerak, penggunaan gerakan simbolis, dan penggunaan gerak sebagai metafora dapat menjadi ciri unik dari DMT yang melatarbelakangi adanya efek spesifik pada perubahan terapeutik individu (Karkou, 2006). Metafora gerak juga merupakan sarana yang berguna baik untuk mengurangi jarak emosional antara terapis dank lien serta mendekatkan jarak emosional terhadap perasaan dan kenangan klien yang menyakitkan (Karkou et al., 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Proses kreatif dari DMT memiliki 4 (empat) tahap. Setiap tahap memiliki seperangkat tujuan yang berkorelasi dengan tujuan DMT yang lebih besar. Dalam penelitian ini, tujuan DMT adalah untuk mengekspresikan emosi individu dalam rangka menurunkan simtom depresi. Tahap-tahap DMT tergolong progresif dan biasanya ditinjau kembali dari keseluruhan proses DMT (http://adta.org). Adapun tahap-tahap tersebut adalah : 1) Preparation Tahap ini merupakan tahap awal DMT atau disebut tahap persiapan dimana individu disiapkan untuk menjalani proses terapi. Pada tahap ini terapis menyiapkan ruang gerak yang aman dan nyaman tanpa gangguan dan pengalih perhatian dalam rangka membangun relasi supportif dengan individu-individu yang diterapi. Hal ini dilakukan dengan cara menyiapkan ruang terapi yang bersih dan lapang serta mencairkan suasana melalui introduksi diri terapis dan apa yang akan mereka lakukan bersama serta manfaat yang ingin dicapai bersama-sama. Pada tahap ini individu disiapkan untuk bergerak, secara biologis kondisi fisik mereka disiapkan supaya tidak mengalami shock dan ketegangan fisik ketika melakukan gerakan. Lebih dari itu, terapis memfasilitasi individu agar merasa nyaman dan aman untuk mulai bergerak dengan mata tertutup. Tujuan menutup mata saat bergerak ini adalah supaya masing-masing individu secara bebas dan tanpa judgement dapat mulai mencoba mengekspresikan perasaannya melalui gerakan. Selain itu menutup mata bertujuan agar individu mulai memupuk rasa percaya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
dirinya karena antara satu sama lain berfokus pada diri masing-masing dan tidak melihat rekan-rekannya.
2) Incubation Tahap ini adalah tahap relaksasi dimana individu diajak melepaskan kontrol kesadaran sehingga gerakan tubuh meraka menjadi simbol dari alam bawah sadar mereka. pada tahap ini individu masih bergerak dengan menutup matanya. Terapis mengajak individu untuk mulai bergerak mengikuti apa yang mereka rasakan dan pikirkan tanpa harus melihat rekanrekan lain. Jadi, dalam tahap ini terapis sekaligus memfasilitasi individu untuk dapat mengeksplorasi perasaan mereka dan memaksimalkan ketubuhan mereka dalam gerak. 3) Illumination Tahap ini adalah tahap dimana makna dari setiap gerakan menjadi lebih jelas. Bisa jadi gerakan yang muncul memuat emosi negatif atau emosi positif. Proses ini diintegrasikan kedalam kesadaran melalui dialog dengan terapis selama mereka bergerak. Melalui refleksi atau diskusi ini, individu dapat mengungkapkan pengalaman bawah sadarnya dan terapis dapat memberikan affirmasi dan penguatan yang dapat diterima oleh individu. Jadi, dalam tahap ini terapis mengajak individu untuk berbagi apa saja yang mereka ungkapkan melalui gerak-gerak yang tercipta. Melalui proses illumination
inilah
individu
menyadari
hal-hal
mengenai
dirinya,
pengalaman masa lalunya, bagaimana cara pandangnya terhadap diri dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
pengalaman tersebut. Setelah mereka menyadarinya, individu diajak menerima kemudian menghargai apa yang sudah dilewatinya. Setelah individu menerima dan menghargai pengalaman mereka dan menyadari cara pandangnya, terapis mengajak dan mendorong individu untuk merubah cara pandangnya yang keliru dan negatif menjadi lebih positif. 4) Evaluation Tahap ini merupakan tahap dimana individu dan terapis mendiskusikan signifikansi proses terapi dan mengeksplorasi pengalaman individu, serta mempersiapkan individu untuk mengakhiri sesi terapi. Terapis memberikan penguatan atau reinforcement untuk dapat melangkah lagi dari apa yang sudah pernah berhenti karena depresi yang dialami individu.
Gerakan tubuh sebagai komponen inti dari tari itu sendiri menjadi sarana penilaian dan intervensi dari terapi tari. Secara keseluruhan, terapi tari menggunakan kombinasi sudut pandang psikodinamika, behavioral, humanistik, dan kognitif. Individu diajak menyadari pengalaman masa lalu mereka menjadi salah satu indikator adanya sudut pandang psikodinamika. Pemberian reinforcement dalam rangka memberi pemahaman kepada individu bahwa “it’s okay to have a bad past time” menjadi ciri khas pandangan behavioral. Selanjutnya dari sudut pandang humanistik, terapi tari mengajak individu menerima dan menghargai apa yang menjadi pengalaman mereka dan menghargai diri mereka. Hal ini terkait dengan self-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
esteem yang menjadi salah satu faktor depresi yang harus ditingkatkan untuk menurunkan tingkat depresi. Akhirnya, setelah individu menyadari, menerima, dan menghargai diri dan pengalaman hidup mereka, mendapat penguatan (reinforcement) untuk melangkah lagi, mereka dapat mengubah cara pandang yang keliru dan negatif seperti yang dikemukakan teori kognitif bahwa cara pandang yang keliru dan negatif merupakan faktor penyebab depresi.
C. Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS Depresi paling utama disebabkan oleh rendahnya penghargaan diri (selfesteem) dimana hal ini dimulai dari adanya pandangan yang keliru dan negatif terhadap diri sendiri dan pengalaman hidup yang telah dialami. Pengalaman ini dapat berupa kehilangan, baik karena kematian, perpisahan, atau penolakan dan deskriminasi. Dalam hal ini perempuan HIV/AIDS masuk ke dalam salah satu kategori ini, karena mereka mengalami penurunan penghargaan diri akibat status baru yang disandangnya sebagai ODHA. Mereka juga mendapatkan penolakan, baik dari masyarakat secara umum maupun orang-orang terdekat mereka yang seharusnya memberikan dukungan dan penguatan. Depresi yang dialami oleh para perempuan dengan HIV/AIDS ini adalah depresi eksogen karena disebabkan oleh peristiwa yang menyedihkan atau menyakitkan. Menyadari bahwa fungsi tubuhnya dan dirinya tidak seperti dulu karena adanya virus HI menjadi stressor tersendiri yang memicu munculnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
depresi. Penolakan dan deskriminasi dari masyarakat menambah daftar stressor yang membuat simtom-simtom depresi muncul pada para perempuan dengan HIV/AIDS ini. Secara biologis ketika individu mengalami depresi, sekresi hormon kortisol menjadi lebih tinggi. Melalui terapi tari sekresi hormon ini ditekan dengan meningkatkan level endorphin yang akan melepaskan hormon norephinephrine, dopamine, dan serotonin melalui gerak atau movement. Ketika level endorphin meningkat, kondisi mood yang negatif dan kecemasan individu berkurang serta kemampuan individu mengatasi stress mengalami peningkatan (Kavanagh, 2009). Selain
itu,
mengekspresikan
tahap
incubation
emosi-emosinya.
memfasilitasi Mereka
dapat
individu
untuk
melakukan
dapat
berbagai
eksplorasi gerak sebagai bentuk ekspresi emosi dan diri mereka. Selanjutnya dalam tahap illumination, individu dapat menyadari diri, menyadari pengalaman masa lalunya yang mengarah kepada penerimaan akan diri mereka dan masa lalu mereka. Setelah individu menyadari dan menerima diri mereka, mereka mendapatkan affirmasi bahwa ”it’s okay to have those past times. It’s okay to have a positive and negative side” dan juga reinforcement bahwa mereka mampu dan bisa untuk melangkah lagi melanjutkan hidup. Hal ini merupakan salah satu cara bagi para perempuan dengan HIV/AIDS untuk dapat menyadari dan berpikir (thinking) mengenai memori dan pengalaman masa lalu yang memicu emosi negatif mereka. Kemudian mereka belajar mengintuisi berbagai hal yang ada dulu da nada sekarang, serta merasakan (feeling) gerakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
yang mereka lakukan sebagai bentuk ekspresi perasan mereka (Boeree, 2009) Dari sinilah penghargaan diri mereka dapat mulai ditumbuhkan dan penghargaan diri (self-esteem) yang meningkat menjadi indikator penting terhadap menurunnya simtom-simtom depresi. Proses penyadaran, penerimaan, dan penghargaan diri yang terjadi menjadi titik awal dari meningkatnya penghargaan diri (self-esteem) dan dari situlah dimulai modifikasi pandangan negatif yang dimiliki individu secara kognitif. Ketika cara pandang yang keliru dan cenderung negatif ini berubah, individu dapat menjadi pribadi yang lebih sehat secara mental. Para perempuan dengan HIV/AIDS ini pun akan mendapatkan manfaat lebih dari meningkatnya penghargaan diri mereka. Beberapa konstruk psikologis seperti stress dan depresi apabila diatasi akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik mereka dan sistem kekebalan tubuh. Wessels-Bloom (2004) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kondisi psikologis seseorang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga tingkat keparahan penyakit dapat berkurang. Lebih dari semuanya, terapi tari dapat menjadi sarana meningkatkan empati yang mengarah pada dukungan sosial, sehingga hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi lebih baik. Ketika dukungan sosial didapatkan dan individu memiliki hubungan interpersonal yang baik, penghargaan diri (self-esteem) yang sudah ditumbuhkan tadi dapat semakin meningkat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
HIV/AIDS PEREMPUAN PEREMPUAN dengan HIV/AIDS DEPRESI EKSOGEN Depresi karena peristiwa yang menyedihkan
Menurunnya fungsi tubuh karena virus HI
Penolakan dan deskriminasi
Menurunnya penghargaan diri (self-esteem)
Terapi Tari / Dance/Movement Therapy (DMT)
Biologically Meningkatkan level endorphin
IncubationStage Individu mengekspresikan emosi
IlluminationStage Individu menyadari, menerima, dan menghargai diri
Self-esteem meningkat
Tingkat Depresi Menurun
Gambar 1. Pengaruh Terapi Tari terhadap Tingkat Depresi Perempuan dengan HIV/AIDS
D. Hipotesis Berdasarkan teori dan referensi penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut : Terapi tari dapat menurunkan tingkat depresi pada perempuan dengan HIV/AIDS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini ingin mengetahui pengaruh terapi tari terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. Desain yang akan digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design karena dalam desain ini baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan random assignment. Random assignment bertujuan menyetarakan kedua kelompok sehingga terkontrol konstansinya (Seniati; Setiadi; Yulianto, 2005). Dalam penelitian ini, tingkat depresi subjek diukur sebelum pemberian terapi dan setelah diberikan terapi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
B. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variable Dependen (VD) Dalam penelitian ini variable dependen adalah tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. 2. Variable Independen (VI) Dalam penelitian ini variable independen adalah terapi tari.
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
C. Definisi Operasional 1. Variable Dependen Variable dependen dalam penelitian ini adalah tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. Depresi merupakan kondisi dimana seseorang merasa sedih, kosong, atau terganggu diikuti perubahan kognisi dan somatic yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas fungsional individu. Tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS diukur menggunakan Beck Depression Inventory II (BDI-II). BDI-II merupakan konstruk skala pengukur depresi yang disusun oleh Aaron T. Beck, Robert A. Steer, dan Gregory K. Brown. BDI-II terdiri dari 21 aitem yang memuat indikatorindikator simtom depresi berdasarkan DSM-IV. 21 aitem BDI-II ini terdiri dari respon yang berbobot 0-3 yang disusun berdasarkan konten emosional, dimana 0 mengindikasikan mood yang baik atau rendahnya perasaan depresif dan 3 mengindikasikan tingginya reaksi depresif (Gussak, 2007). 2. Variable Independen Variable independen dalam penelitian ini adalah terapi tari. Terapi tari merupakan penggunaan gerakan kreatif sebagai salah satu metode psikoterapi untuk mengintegrasi emosi, kognisi, fisik, dan sosial individu. Gerakan-gerakan kreatif yang digunakan adalah gerakan-gerakan simbolik yang mewakili ekspresi emosi individu. Manipulasi yang dilakukan terhadap variable independen ini adalah dengan membagi kelompok subjek menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok ini dibagi secara random. Subjek dalam kelompok eksperimen diberikan sesi terapi tari selama 5 sesi, masing-masing 60 menit dan subjek dalam kelompok kontrol tidak diberi perlakuan apapun. D. Subjek Penelitian Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah perempuan berusia 18-40 tahun yang disebut perempuan dewasa (Santrock, 1998) dan telah positif diperiksa secara medis menderita HIV/AIDS. Jumlah subjek adalah 32 perempuan yang akan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. E. Instrumen Manipulasi Penelitian ini menggunakan instrumen manipulasi sebagai berikut : 1. Ruangan Tertutup Terapi tari dilakukan di dalam ruangan tertutup untuk menghindari distraksi berupa suara atau aktivitas lain di luar ruangan yang mungkin menghambat jalannya terapi. Dalam terapi ini, terapi dilakukan di dalam studio tari dengan sirkulasi udara yang baik. 2. Musik Pengiring Musik pengiring yang digunakan dalam terapi ini merupakan musik ilustrasi kontemporer. Terapi menggunakan musik ilustrasi supaya individu tidak terpancang pada ketukan instrument musik tertentu seperti apabila menggunakan musik tradisi. Tempo musik dalam terapi ini bervariasi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
mulai dari tempo lambat hingga tempo cepat dan ritme lembut hingga ritme yang keras. Hal ini dimaksudkan agar musik dapat berperan sebagai trigger bagi klien untuk mengeksplorasi perasaan dan emosi-emosinya dalam situasi yang terbentuk bersama musik yang didengarnya. Terapis sekaligus memberikan penguatan dan affirmasi kepada subjek bersamaan dengan musik diperdengarkan. 3. Waktu Terapi Terapi tari dilakukan pada hari dan jam yang sama setiap minggunya dengan asumsi bahwa subjek berada pada kondisi yang sama setiap kali mengikuti sesi terapi. Terapi dilakukan pada sore hari sesuai kesepakatan bersama antara peneliti, terapis, dan subjek penelitian. 4. Suasana Terapi Terapi tari dilakukan dengan suasana lingkungan terapi yang tenang dan positif. Tenang disini dalam arti tidak ada distraksi berupa suara berisik dari luar ruangan atau suara keluar masuk pintu ruangan terapi. Positif disini dimaksudkan sebagai suasana dimana terapis memberikan motivasi dan kata-kata positif dalam rangka mengajak subjek untuk bergerak serta menciptakan hubungan yang baik dengan subjek supaya mereka tidak canggung untuk bergerak dan dapat mengekspresikan diri secara maksimal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
F. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan alat penelitian berupa skala pengukuran depresi yaitu The Beck Depression Inventory-Short Form (BDI-II). BDI-II merupakan alat assessmen psikologi yang baku. Pertimbangan peneliti memilih skala ini adalah karena skala ini cukup popular dan telah diuji konsistensinya selama lebih dari 25 tahun. Selain itu, penelitian sebelumnya terhadap depresi pada ODHA perempuan secara umum menggunakan skala ini untuk mengukur tingkat depresi (de Mello; Malbergler, 2005). G. Desain Penelitian Desain penelitian eksperimen ini menggunakan Between Design, yaitu Randomized Pretest-posttest Control Group Design karena dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan random assignment untuk menyetarakan kedua kelompok sehingga terkontrol konstansinya (Seniati; Setiadi; Yulianto, 2005). Selain itu peneliti melakukan balancing dengan cara mengatur pertemuan dengan subjek di kelompok eksperimen berbeda dengan subjek di kelompok kontrol. Selanjutnya, peneliti melakukan single blind cover story dimana subjek penelitian tidak tahu tujuan penelitian yang sebenarnya. Hal ini mengantisipasi adanya faking dalam perilaku subjek selama kondisi treatment. H. Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini melewati beberapa langkah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
1. Penyusunan Materi Terapi Tari Materi terapi tari yang diberikan sebagai perlakuan terhadap subjek penelitian disusun oleh peneliti bersama dengan seorang therapist tari yang telah memiliki pengalaman di bidang tari dan terapi tari itu sendiri. Therapist itu sendiri menurut Oxford English Dictionary adalah orang yang memiliki keterampilan khusus pada bidang yang diterapi (Soanes & Stevenson, 2003). Dalam hal ini therapist tari adalah orang yang memiliki keterampilan khusus pada bidang tari dan telah melakukan terapi tari secara professional. 2. Perizinan Demi kelancaran kegiatan penelitian, peneliti meminta izin kepada Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melakukan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Meminta surat pengantar pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang ditanda tangani oleh dekan fakultas. Surat ini menjelaskan bahwa peneliti adalah mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu, surat ini juga menjelaskan maksud dan tujuan serta sasaran penelitian. b) Menyerahkan
surat
pengantar
tersebut
ke
Sekretariat
Komisi
Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memperoleh surat izin melakukan penelitian yang akhirnya diberikan 3 (tiga) hari setelah surat pengantar dari fakultas diserahkan ke KPA DIY.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
c) Menyerahkan surat izin dari Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Istimewa Yogyakarta ke lembaga swadaya masyarakat (LSM) Victory Plus, sebagai LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan ODHA dan memperoleh izin untuk melakukan penelitian 1 minggu setelahnya. 3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian a) Opening Peneliti memperkenalkan diri serta membangun rapport dengan subjek sehingga tercipta suasana yang akrab. b) Pretest Peneliti membagikan skala penelitian dengan acuan skala penelitian BDI-II untuk mengetahui tingkat depresi subjek sebelum treatment. c) Random Assignment Peneliti membagi subjek menjadi 2 (dua) kelompok, tanpa melihat hasil pretest dan secara acak subjek dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. d) Briefing Peneliti memperkenalkan terapis dan menjelaskan kepada subjek mengenai aktivitas yang akan dilakukan. e) Sesi Terapi Peneliti melakukan treatment bersama terapis sebanyak 5 kali terapi, masing-masing 60 menit. Penentuan 5 sesi dalam manipulasi didasarkan pada studi penelitian-penelitian lain dengan terapi tari yang rata-rata melakukan terapi minmal 3 sesi sehingga dapat melihat perubahan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
terjadi pada subjek (Burger, Thompson, Saarikallio, Luck, Toiviainen, 2003; Cohen & Shamus, 2009). f) Posttest Peneliti membagikan skala penelitian yang sama seperti yang dibagikan sebelum terapi pada pertemuan keakraban setelah 5 kali sesi terapi untuk mengetahui tingkat depresi subjek setelah treatment. g) Closing Peneliti mengadakan sesi keakraban bersama subjek untuk mengucapkan terimakasih atas kerjasama yang dilakukan selama aktivitas terapi tari. h) Follow Up Peneliti melakukan follow up dengan melakukan terapi tari kepada subjek di kelompok kontrol untuk menghindari demoralization subjek pada kelompok kontrol.
I. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari pretest dan posttest tersebut dianlisa menggunakan independent sample t-test untuk melihat apakah terapi tari memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta izin dan rekomendasi dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti mengirim surat perizinan dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan melampirkan proposal penelitian kepada KPA DIY. Setelah itu KPA DIY memberikan surat izin dan rekomendasi untuk peneliti kepada LSM Victory Plus. Selanjutnya peneliti mengirimkan surat izin dan rekomendasi dari KPA DIY ke LSM Victory Plus kemudian berkoordinasi dengan staff LSM Victory Plus untuk pelaksanaan penelitian. B. Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Pretest Tahap pretest diakukan pada tanggal 13-14 Juni 2014 pada peremuan dengan status HIV positif. Pengambilan data pretest melibatkan 32 subjek yang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing terdiri dari 16 subjek. Kedua kelompok tersebut adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol dilakukan pretest pada tanggal 13 Juni 2014 pukul 16.3- - 18.00 WIB. Kelompok eksperimen mendapatkan pretest pada tanggal 14 Juni 2014 pukul 10.00 – 11.30 WIB. Semua subjek pada 38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
kelompok kontrol maupun eksperimen diminta mengisi 21 aitem apda skala Beck Depression Inventory II (BDI-II). 2. Tahap Manipulasi / Treatment Manipulasi dilakukan pada kelompok eksperimen dengan jumlah subjek 16 orang perempuan ODHA. Subjek pada kelompok eksperimen mengikuti terapi tari selama 5 sesi yang berlangsung selama 90 menit setiap sesinya. Terapi tari merupakan penggunaan gerak atau tari dalam psikoterapi yang mengarah pada integrasi kognitif, emosi, fisik, dan sosial dalam diri individu. Kelompok kontrol tidak mendapatkan treatment apapun. Terapi tari diberikan oleh seorang therapist yang sudah memiliki pengalaman di bidang terapi tari. Terapi tari disini bertujuan untuk menurunkan tingkat depresi pada subjek yang menyandang status HIV. Terapi tari dilakukan selama 5 sesi setiap hari Selasa dan Jumat pukul 16.00 – 17.30 WIB dan dimulai pada hari Jumat, 30 Juni 2014. Terapi tari ini dilaksanakan di Studio Miryam, Mrican, Sleman, Yogyakarta. Pada sesi terapi yang pertama, waktu terapi berlangsung lebih lama 30 menit karena subjek masih tampak menyesuaikan diri dengan aktivitas menari yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Beberapa subjek tampak kurang berminat pada awal sesi terapi, namun tampak lebih bersemangat di sesi kedua dan seterusnya. Bahkan, beberapa subjek tampak mulai berani mengkespresikan diri dengan gerakan tari yang dibuatnya sendiri sebagai ungkapan emosinya. Secara umum, subjek mampu mengikuti kegiatan terapi tari dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
3. Tahap Posttest Posttest dilakukan pada hari Jumat, 18 Juli 2014 pada 16 subjek pada kelompok eksperimen dan 16 subjek pada kelompok kontrol. Posttest ini dilakukan setelah kelompok eksperimen mendapatkan 5 (lima) sesi terapi tari. Posttest dilakukan di Studio Miryam, Mrican, Sleman, Yogyakarta. Kelompok kontrol mengikuti posttest pada pukul 10.00-11.00 WIB dan kelompok eksperimen pada pukul 16.00-17.00 WIB.
C. Hasil Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah 32 orang perempuan ODHA berusia 22-40 tahun baik dari lini 1 ataupun lini 2. Lini 1 dan lini 2 ini merupakan indikator tingkat keparahan penyakit. Lini 1 adalah tingkatan awal dari HIV sedangkan lini 2 adalah tingkatan yang lebih tinggi atau lebih parah.
Tabel 1. Data Subjek Penelitian No
Kelompok
Jumlah
Usia
Status ODHA
1
Kontrol
16 orang
22-40 tahun
Lini 1 dan Lini 2
2
Eksperimen
16 orang
22-40 tahun
Lini 1 dan Lini 2
Total
32 orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
2. Deskripsi Data Penelitian Nilai rata-rata (mean) dan jumlah subjek (N) pada penelitian ini dalam masing-masing kelompok adalah sebagai berikut : Tabel 2. Tabel Data Deskriptif Penelitian No
Keterangan
Kelompok Subjek
N
Mean
Standard Deviasi
1
Pretest
Kel. Eksperimen
16
32,56
5,059
Kel. Kontrol
16
29,44
7,052
Kel. Eksperimen
16
15,06
11,602
Kel. Kontrol
16
30,56
3,864
Kel. Eksperimen
16
-17,5
11,547
Kel. Kontrol
16
-1,125
8,188
2
3
Posttest
Gain Score
Apabila dilihat dari rata-rata gain score, kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat depresi sebesar 17,5 dan kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 1,125. Jika dilihat dari data keseluruhan, dari 16 subjek dalam kelompok kontrol, 6 subjek mengalami penurunan tingkat depresi, 8 subjek mengalami peningkatan, dan 2 subjek tidak mengalami perubahan tingkat depresi. Selanjutnya, dari 16 subjek dalam kelompok eksperimen, 14 subjek mengalami penurunan tingkat depresi, 1 subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
mengalami peningkatan, dan 1 subjek tidak mengalami perubahan tingkat depresi. 3. Data Observasi Data observasi dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan terhadap perilaku subjek selama 5 sesi terapi. Data ini dapat menjadi data tambahan terkait factor-faktor yang menggambarkan depresi subjek. Terapi tari yang dilakukan selama 5 sesi dimulai dengan perkenalan subjek dengan terapis. Sebagai pembuka, terapis menari di hadapan subjek, sesaat setelah itu terapis mengajak subjek untuk sharing kesan apa yang timbul ketika melihat terapis menari. Beberapa subjek berani menyatakan pendapatnya. Secara umum mereka berpendapat bahwa tarian terapis membangkitkan ingatan mereka dan mereka seperti melihat diri mereka ada dalam sosok yang dibawakan terapis dalam tarian. Pada pertemuan pertama, secara keseluruhan subjek mengikuti kegiatan terapi dengan baik meskipun tampak masih malu atau canggung untuk bergerak. Pada pertemuan kedua, secara umum subjek sudah mulai berani mengungkapkan ekspresi dirinya melalui gerakan. Mereka menirukan gerakan terapis dengan baik dan sesekali bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek sudah mulai membuka diri kepada terapis dan kepada rekanrekannya. Akan tetapi, ada 2 subjek yang tampak masih diam dan terlihat tidak mau bergerak serta lebih banyak duduk.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
Pertemuan ketiga, keempat, dan kelima secara keseluruhan subjek tampak sudah lebih nyaman mengungkapkan perasaannya melalui gerakan. Bahkan 2 (dua) subjek yang pada 2 (dua) kali pertemuan awal tampak diam sudah mulai mau bertanya kepada terapis bagaimana mereka bisa bergerak untuk
mengungkapkan
dirinya.
Subjek
lain
tampak
menyatakan
keinginannya untuk menari lebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa subjek sudah mulai merasa percaya diri. Sharing yang dilakukan terapis dengan masing-masing subjek semakin interaktif dan meningkat pada 3 (tiga) pertemuan terakhir. Subjek semakin berani mengeksplorasi diri melalui gerak dan ini mengindikasikan bahwa kepercayaan diri sudah tumbuh dan hal ini dapat membantu meningkatkan penghargaan diri (self-esteem).
D. Hasil Uji Statistik 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Test of Normality Shapiro-Wilk karena jumlah subjek keseluruhan ada dibawah 50 orang subjek (Santoso A, 2010). Uji normlitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data dalam populasi ini normal atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan gain score pada tiap kelompok. Gain score adalah hasil skor pretest dengan posttest.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
Tabel 3. Tabel Uji Normalitas Shapiro-Wilk Statistic
Df
Sig.
.961
32
.295
gain
a. Lilliefors Significance Correction
Uji normalitas Shapiro-Wilk dengan data gain score kelompok eksperimen dan kontrol menghasilkan z score sebesar 0,961 dengan p=0,295 (p>0,05). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa data dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene’s Test. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian yang sama. Tabel 4. Tabel Uji Homogenitas Levene’s Test for Equality of Variances F
Sig.
4,046
.053
Equal variances assumed gain Equal variances not assumed
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Uji Levene’s Test yang telah dilakukan menghasilkan nilai F sebesar 4,046 dengan signifikansi 0,053 (sig. F>0,05). Hal ini memberikan kesimpulan bahwa data daam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen homogen. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda atau uji t dari data subjek dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data yang digunakan untuk uji t adalah gain score dari masing-masing subjek dalam setiap kelompok. Tabel 5. Tabel Uji t Gain score total
Levene’s Test for
Equal variances
Equal variances not
assumed
assumed
F
4.046
Sig.
.053
t
5.263
5.263
df
30
27.041
Sig.(2-tailed)
.000
.000
Mean Difference
18.62500
18.62500
Std. Error Difference
3.53892
3.53892
11.39756
11.36254
25.85244
25.88575
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of Difference
Lower
Upper
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Uji Independent sample t-test yang dilakukan menghasilkan nilai t sebesar 5,263 dengan p=0,000 (p<0,05). Pengambilan kesimpulan dari uji hipotesis ini menggunakan perbandingan nilai probabilitas atau signifikansi, yaitu p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada gain score antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
E. Pembahasan Hasil uji beda terhadap gain score kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menghasilkan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan tingkat depresi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perubahan tingkat depresi pada kelompok eksperimen jauh lebih besar dibandingkan perubahan tingkat depresi pada kelompok kontrol. Selanjutnya, apabila dilihat dari mean score masing-masing kelompok, mean gain score kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan mean gain score kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat depresi. Penurunan tingkat depresi yang terjadi dipengaruhi oleh metode terapi yang digunakan dan karakteristik terapis yang membawakan terapi. Terkait metode, terapis memberikan gerakan-gerakan ekspresif yang dilakukan subjek dimana ini membantu subjek mengalami pertumbuhan personalnya, karena terdapat hubungan antara gerak dan emosi seseorang (Payne, 1992). Contohnya, ketika subjek membuat gerakan yang mengekspresikan kemarahannya, kemudian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
subjek berteriak. Dalam gerakan itu, subjek melepaskan emosinya dan menerima bahwa ia sedang marah. Setelah itu, subjek merasa bahwa ia harus “melangkah” dari rasa marahnya dengan meakukan sesuatu agar masalahnya teratasi. Perasaan dan kemauan subjek untuk “melangkah” dari masalahnya mnjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan personal dalam diri subjek. Depresi yang diangkat dari para perempuan dengan HIV/AIDS ini adalah depresi eksogen yang disebabkan oleh adanya sebuah kejadian menyakitkan atau menyedihkan yang dialami subjek. Kejadian menyakitkan atau menyedihkan ini adalah adanya diagnosa bahwa subjek positif mengidap HIV/AIDS. Peristiwa ini menjadi stressor yang membuat subjek memiliki cara pandang atau pola pikir yang keliru mengenai dirinya dan masa depannya. Adanya kesalahan cara pandang yang cenderung negatif ini menyebabkan subjek kehilangan penghargaan diri (self-esteem) yang mengarah pada munculnya simtom-simtom depresi (Carr, 2001). Terapi tari yang menggunakan sudut pandang psikodinamika, behavioral, dan humanistik memfasilitasi subjek meningkatkan penghargaan diri yang dimilikinya sehingga pola pikir dan cara pandang yang negatif dapat dirubah dan simtom depresi dapat diminimalisir kehadirannya. Terapi tari yang bertujuan melepaskan emosi yang selama ini “membeku” dalam diri subjek membantu subjek melakukan katarsis melalui tari (Chodrow, 2008). Contohnya, dalam terapi ini terapis memberikan pengertian kepada subjek untuk melakukan gerakan sesuai dengan afek yang ingin mereka tunjukkan; bisa afek marah, kecewa, menangis, senang, berbunga-bunga, dan berbagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
afek lain. Subjek diberi kebebasan untuk mengungkapkan gerak sesuai afeknya (Jung, 1969) baik melalui gerakan tangan saja, kaki, tubuh, kepala, atau ekspresi wajah saja. Terapis menerapkan metode active mirroring movement atau kinesthetic empathy dimana subjek diajak meniruka gerakan terapis atau gerakan rekanrekannya. Metode ini menumbuhkan empati dan perasaaan positif terhadap rekan-rekannya yang mengarah kepada dirasakannya dukungan sosial, perasaan dimana mereka merasa tidak sendirian. Lebih dari itu, metode ini membuat mereka seperti mengingat sesuatu di masa lampau dimana mereka ingin menjadi seperti orang yang dikaguminya dengan menirukannya. Disinilah apa yang disebut Martin (1939) sebagai “jejak” dari ingatan masa lalu muncul melalui pengalaman sensori-motor mereka. Pada akhirnya, dengan menyadari apa yang mereka alami di masa lalu, subjek dapat belajar menerima masa lalu dan menyadari bahwa hal tersebut tidak dapat diubah. Selanjutnya, mereka terdorong untuk “melangkah” melanjutkan masa kini dengan lebih baik untuk masa depan tanpa harus menyalahkan atau menolak apa yang terjadi di masa lalu. Tari, sebagai salah satu bentuk latihan fisik sendiri membantu meningkatkan mood atau suasana hati subjek (Mead, 2010) karena efek relaksasi yang dihasilkan latihan tari ini, sehingga mereka lebih mudah menerima penguatan-penguatan dari terapis terkait masa lalu yang mereka ingat. Latihan fisik ini juga meningkatkan kekebalan tubuh subjek setelah mengikuti sesi terapi, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil tes kekebalan tubuh salah satu subjek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
Dari proses penyadaran dan penerimaan ini, subjek mengalami peningkatan kepercayaan diri yang mengarah kepada meningkatnya penghargaan diri (selfesteem) mereka. Meningkatnya penghargaan diri subjek memberikan pengaruh terhadap pola pikir mereka sehingga subjek terbantu untuk merubah pola pikir atau cara pandang yang negatif terhadap diri dan masa depan mereka. Dimulai dari sinilah, simtom-simtom depresi mengalami penurunan. Lebih dari itu, subjek yang melakukan terapi ini secara berkelompok mengalami dan menjalani waktu-waktu terapi dengan rekan-rekannya. Subjek juga secara tidak langsung mengenal dan memahami rekan-rekannya melalui gerak yang mereka tirukan atau lihat. Hal ini membantu subjek mencapai pemahaman empatik terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain (Karkou, Meekums, & Nelson, 2012). Dari munculnya pemahaman empatik inilah subjek menyadari adanya dukungan sosial dari rekan-rekannya. Dari hasil observasi, peneliti dapat melihat bahwa subjek secara keseluruhan mengikuti setiap proses terapi, tampak menerima penguatan-penguatan yang diberikan terapis ketika mereka bergerak dan tampak menikmati setiap proses yang ada dalam sesi terapi. 2 (dua) orang subjek yang pada sesi awal tampak enggan bergerak merasakan adanya kebutuhan untuk berinteraksi dengan rekan-rekannya melalui gerak dan pada akhirnya tampak mulai menikmati sesisesi terapi. Hal ini menjadi indikator bahwa setiap subjek yang mengalami depresi memiliki kebutuhan akan dukungan sosial sehingga mereka merasa memiliki arti dan bahwa hidup mereka tidak berhenti hanya sampai saat ini mereka didiagnosis HIV/AIDS.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Selain dari metode terapi tari yang diterapkan, karakteristik kepribadian terapis juga menjadi hal yang mempengaruhi keberhasilan terapi. Karakteristik yang mendukung tercapainya tujuan terapi adalah terapis yang friendly, helpful, dan positif. Hal ini tampak dari kesan awal subjek bertemu dengan terapis. Pada awalnya, subjek masih tampak diam dan pasif, namun setelah terapis menyapa dan mengajak subjek berkenalan dengan pembawaan diri yang friendly dan ceria, subjek mulai menunjukkan penerimaan yang positif seperti bertanya atau sekedar tersenyum kepada terapis. Selain itu terapis yang helpful ketika subjek mengeksplorasi diri mereka membuat subjek menjadi lebih berani mengungkapkan diri dan bergerak bahkan tidak segan bertanya kepada terapis. Lebih dari itu, sifat positif terapis yang memberikan berbagai penguatan (reinforcement) kepada subjek untuk dapat bergerak sesuai perasaan jiwa mereka menjadi salah satu faktor bagi subjek dapat secara lepas dan bebas mengeluarkan berbagai emosi yang sudah lama membeku. Dalam hasil penelitian ini, ditemukan adanya 1 (satu) subjek dalam kelompok eksperimen yang tidak mengalami perubahan tingkat depresi dan 1 (satu) subjek mengalami peningkatan. Jika dilihat kembali pada data observasi, 2 (dua) subjek yang mengalami peningkatan dan tidak mengalami perubahan adalah subjek yang kurang aktif pada pertemuan pertama dan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor yang mebuat subjek resisten terhadap treatment yang diberikan sehingga tingkat depresinya meningkat atau tidak mengalami perubahan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
Di luar sesi terapi, kedua subjek tersebut sempat menyatakan pendapatnya bahwa kegiatan menari dirasa terlalu berat dan sulit dilakukan bagi mereka. Ini terkait dengan perasaan dan pandangan subjek terhadap tubuhnya. Subjek merasa tubuhnya terlalu gemuk dan terlalu berat untuk digerakan dan menari. Subjek merasa tidak percaya diri dengan melihat tubuhnya sendiri menari di dalam ruang cermin. Karena ketidak percayaan diri inilah subjek menjadi malas bergerak. Di sisi lain, subjek mengungkapkan bahwa lingkungan dimana ia tinggal tidak supportif seperti lingkungan dimana ia menari. Subjek meyatakan bahwa ia merasa stress ketika berada di rumah, sehingga ia enggan untuk bergerak karena perasaan lega dan senang yang ia rasakan hanya bertahan sementara ketika ia berada bersama rekan-rekannya saja. Berdasarkan penjelasan di atas, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pemberian terapi tari terbukti dapat mengurangi tingkat depresi pada perempuan dengan HIV/AIDS. Hal ini terlihat dari penurunan tingkat depresi secara keseluruhan pada kelompok yang diberi perlakuan. Meskiun kelompok kontrol juga mengalami perubahan, kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat depresi yang lebih besar. Berkaitan dengan tujuan dari penelitian, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana terapi tari mempengaruhi subjek dalam berbagai faktor yang menggambarkan depresinya. Terapi tari memberikan efek positif mulai dari sisi biologis yaitu menekan laju hormon kortisol dan meningkatkan sistem endokrin. Dari sisi psikologis, terapi tari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
membantu subjek membawa kembali apa yang mereka tekan dari masa lalu kedalam kesadaran, menerimanya, dan membangkitkan keinginan untuk melangkah. Selanjutnya dari sisi sosial, subjek terbantu merasakan adanya dukungan sosial. Dari kesemuanya itu, subjek mengaami pertumbuhan dalam aspek kognitif yang ditunjukkan dengan perkembangan pola pikir dan perubahan pandangan terhadap dirinya menjadi lebih positif. Dari aspek emosi, subjek menunjukkan adanya usaha mengelola dan mengeksplorasi emosi-emosi negatifnya agar dapat memiliki gambaran diri positif. Dari aspek motivasi, subjek menyatakan adanya keinginan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Sedangkan dari aspek fisik dan vegetatif subjek mengalami peningkatan yang dibuktikan oleh meningkatnya hasil tes kekebalan tubuhnya. Keterbatasan-keterbatasn pada penelitian ini perlu diperhatikan agar dapat menjadi catatan bagi peneliti selanjutnya. Contohnya, kondisi-kondisi yang dialami subjek yang digambarkan oleh kedua subjek yang mengalami peningkatan dan tidak mengalami perubahan tingkat depresi pada kelompok eksperimen, sehingga hasil penelitian selanjutnya dapat menjawab rumusan masalah sebuah penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Hasil perhitungan statistic dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada gain score kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Gain score pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terapi tari memiliki pengaruh terhadap tingkat depresi perempuan dengan HIV/AIDS. Meskipun setiap subjek menunjukkan adanya perubahan yang berbeda-beda, bahkan ditemukan subjek yang tingkat depresinya tetap atau meningkat. B. Saran 1. Saran Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan perluasan data dengan memperbanyak jumlah subjek atau mencoba memberikan treatment ini terhadap subjek yang memiliki karakteristik khusus. Karakteristik khusus yang dimaksud misalnya subjek difabel, tuna netra, tuna wicara, atau tuna rungu. Karena penelitian ini hanya meneliti subjek perempuan, penelitian selanjutnya mungkin dapat dilakukan pada subjek dengan jenis kelamin laki-laki sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada banyak populasi.
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
2. Saran Berkaitan dengan Manfaat Penelitian a. Saran bagi LSM Program terapi tari terbukti berhasil menurunkan tingkat depresi pada perempuan dengan HIV/AIDS sehingga baik bagi LSM untuk dapat meneruskan program ini mengingat bahwa masih banyak perempuan yang tergabung dalam LSM ini belum mendapatkan informasi mengenai adanya terapi tari yang akan memberikan efek positif bagi dirinya. b. Saran bagi subjek Program terapi tari ini dapat membantu subjek mengekspresikan dirinya, mengungkapkan emosinya, dan mempererat persaudaraan antara rekan sesame ODHA sehingga sebaiknya dilanjutkan secara mandiri oleh subjek.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Aditomo A. & Retnowati S. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri, dan Kecenderungan Depresi Pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi (1), 1-15 American Dance Therapy Association (ADMT) official webasite – http://adta.org American
Psychology
Association
(APA)
official
website
–
http://apa.org/topics/depress/index.aspx diakses 30 Oktober 2013 American Psychiatric Association. 2003. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 4th Ed. (DSM-IV). Washington DC: APA Benson N., Collin C., Ginsburg J., Grand V., Lazyan M., Weeks M. 2012. The Psychology Book. London: Dorling Kindersley Limited Behrends A., Müller S., Dziobek I. 2012. Moving In And Out Of Synchrony: A Concept for A New Intervention Fostering Empathy Through Interactional Movement And Dance. The Arts in Psychotherapy (39), 107-116 Boeree CG. 2009. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Primasophie Burger B., Thompson MR., Saarikallio S., Luck G., Toiviainen. 2003. On Happy Dance: Emotion Recognition in Dance Movements. Jyväskylä: Geoff Lucl & Oliver Brabant (Eds) Carr A. 2001. Abnormal Psychology: Psychology Focus. Philadelphia: Taylor and Francis, 77-104 Chaiklin S., Wengrower H. 2009. The Art and Science of Dance/Movement Therapy: Life is Dance. New York: Routledge
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
Chodorow J. 2008. Dance Therapy and Depth Psychology. New York: Routledge Cohen SO, Walco GA. 1999. Dance/Movement Therapy for Children and Adolescents with Cancer. American Cancer Society January/February Vol.7 No.1 Cohen GE & Shamus E. 2009. Depressed, Low Self-Esteem: What Can Exercise Do For You?. United States: The Internet Journal of Allied Health Sciences and Practice Community-University Partnership for The Study of Children, Youth, and Families. 2011. Review of The Beck Depression Inventory 2nd Edition (BDI-II). Edmonton, Alberta, Canada Cruz RF., Sabers DL. 1998. Dance/Movement Therapy is More Effective Than Previously Reported All Effect Sizes are not Created Equally: Response to Ritter and Low. The Arts in Psychotherapy, 25(2), 101-104 Ditjen PP & Kemenkes RI – Departemen Kesehatan Republik Indonesia http://www.kemenkes.go.id/index.php?vw=2&id=394 diakses 30 Oktober 2013 http://spiritia.or.id/Stats.StatCurr.pdf diakses 22 Juni 2014 Forever Young Dance Studio – http://goodtherapy.org Gussak D. 2007. The Effectiveness of Art Therapy in Reducing Depression in Prison Population. International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology, 51(4), 444-460 Hasanat NU. 1994. Apakah Wanita Lebih Depresif Daripada Pria?. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Jung CG. 1969. Man and His Symbol. New York: Anchor Press
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Karkou V., Sanderson V. 2006. Art Therapies: A Research-Based Map of The Field. Edinburgh: Elsevier Karkou V., Meekums B., Nelson EA. 2012. Dance/Movement Therapy for Depression. Cochrane Depression, Anxiety, and Neurosis Group, Issue 6 Kavanagh S. 2009. Mapping Our Way Through The Arts. International Art Therapy Association, UK Kobayashi M., Sugimoto T., Matsuda A., Matsushima E., Kishimoto S. 2008. Association Between Self-Esteem and Depression Among Patients With Head and Neck Cancer: A Pilot Study. Wiley InterScience Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia – http://aidsindonesia.or.id http://www.aidsindonesia.or.id/news/223/4/12/02/2010/People-with-HIV-fightignorance-discrimination#sthash.zyMeWotr.dpbs diakses pada 19 Juni 2014 http://www.aidsindonesia.or.id/contents/37/78/Info-HIV-danAIDS#thash.cPsrIE5d.dpbs Komisi Penanggulangan AIDS Yogyakarta – http://aidyogya.or.id http://aidsyogya.or.id/2014/data-hiv-aids/data-kasus-hiv-dan-aids-diy-s-d-des2013/ diakses pada 19 Juni 2014 Lynch JR., Kilmartin C. 2013. Overcoming Masculine Depression: The Pain Behind The Mask. Routledge Mead GE., Morley W., Campbell P., Grieg CA., McMurdo M., Lawlor DA. 2010. Exercise for Depression (review). Cochrane Database of Systematic Review Mello VA & Malbergier A. 2006. Depression in Women Infected with HIV. Sao Paulo: Rev Bras Psiquiatr, 28(1) 10-17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
Nolen-Hoeksema S. 2010. Abnormal Psychology 5th Edition. New York: McGraw-Hill Nonacs, R. 2006. A Deeper Shade of Blue: A Woman’s Guide to Recognizing and Treating Depression in Her Childbearing Years Paperback. New York: Simon & Schuster Paperback Payne H. 1992. Dance/Movement Therapy: Theory and Practice. New York: Routledge Penzak S., Reddy Y., Grimsley S. 2000. Depression in Patients with HIV Infection. American Society of Health-System Pharmacists, 57; 376-386 Ritter M & Graff-Low K. 1996. Effects of Dance/Movement Therapy: A Metaanalysis. The Arts in Psychotherapy 23(3), 249-260 Salmans, S. 1995. Depression: Questions You Have-Answered You need. Allentown: People’s Medical Society Santoso A. 2010. Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Press Santrock JW. 1998. Adolescence (7th ed). USA: McGraw-Hill Seide MP. 1986. American Journal of Dance Therapy. Vol.9 (83) Seniati L., Setiadi B., Yulianto A. 2005. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks Soanes C & Stevenson A. 2003. Oxford Dictionary of English. New York: Oxford University Press Sue D., Sue DW., Sue S. 2008. Understanding Abnormal Behavior. Boston: Wadsworth
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
Wessels-Bloom, S. 2004. Dancing for Life: An Exploration of The Effectiveness of Dance/Movement Therapy as an Intervention for HIV. Rand Afrikaans University World Health Organization (WHO) – http://www.who.int http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/index.html
diakses
30
Oktober 2013 http://www.who.int/topics/depression/en diakses 30 Oktober 2013 http://www.who.int/mental_health/management/depression/who_paper_depresi on_wfmh_2012.pdf diunduh 30 Oktober 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 1 THE BECK DEPRESSION INVENTORY II (BDI-II)
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
BDI Nama (inisial):
Status Perkawinan:
Usia:
Pekerjaan:
Pendidikan Terakhir:
Jenis Kelamin:
Instruksi: Kuisioner ini terdiri dari 21 pernyataan. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian lingkarilah satu pernyataan yang paling menggambarkan perasaan anda selama ± 2 minggu ini, termasuk hari ini. pastikan anda hanya memilih satu saja pernyataan dari tiap-tiap nomor.
1. a. Saya tidak merasa sedih b. Saya merasa sedih c. Saya selalu sedih dan saya tidak dapat mengatasinya d. Saya merasa sangat sedih dan tidak bahagia, yang membuat saya tidak tahan lagi 2. a. Secara khusus saya tidak merasa kecil hati terhadap masa depan saya b. Saya merasa kecil hati terhadap masa depan saya c. Saya merasa tidak punya apapun untuk melihat masa depan d. Saya merasa tidak ada harapan untuk masa depan saya dan tidak ada hal yang dapat memperbaikinya 3. a. Secara tidak merasakan adanya kegagalan b. Saya merasa gagal lebih dari yang dirasakan orang lain c. Jika saya melihat ke belakang, yang saya lihat adalah banyaknya kegagalan d. Saya merasa sepenuhnya gagal sebagai seorang manusia 4. a. Saya dapat merasakan kepuasan atas hal-hal yang saya lakukan b. Saya tidak menikmati hal-hal yang saya lakukan c. Saya tidak dapat merasakan kepuasan lagi atas banyak hal d. Saya tidak puas dan bosan dengan segala sesuatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
5. a. Saya tidak secara khusus merasa bersalah b. Saya kadang-kadang merasa bersalah c. Saya sering merasa bersalah d. Saya selalu merasa bersalah 6. a. Saya tidak merasa bahwa saya dihukum b. Saya merasa saya bisa saja dihukum c. Saya berharap saya dihukum d. Saya merasa saya dihukum 7. a. Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri b. Saya kecewa dengan diri saya sendiri c. Saya muak dengan diri saya sendiri d. Saya membenci diri saya sendiri 8. a. Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk dari orang lain b. Saya bersikap kritis terhadap kelemahan dan kesalahan saya c. Saya selalu menyalahkan diri saya sendiri atas kesalahan-kesalahan saya d. Saya menyalahkan diri sendiri untuk semua hal buruk yang terjadi 9. a. Saya tidak mempunyai pikiran sedikitpun untuk bunuh diri b. Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan melakukannya c. Saya akan bunuh diri d. Saya akan bunuh diri begitu ada kesempatan 10. a. Saya tidak menangis melebihi biasanya b. Saya menangis lebih dari biasanya c. Saya selalu menangis sekarang d. Saya biasanya menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis walaupun saya ingin 11. a. Saya tidak lebih mudah kesal akan hal-hal dibandingkan sebelumnya b. Saat ini saya agak lebih mudah kesal dibandingkan biasanya c. Saya sering merasa kesal d. Saya selalu merasa kesal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
12. a. Saya tidak kehilangan minat terhadap orang lain b. Saya kurang berminat terhadap orang lain dibandingkan biasanya c. Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain d. Saya tidak ada minat sama sekali terhadap orang lain 13. a. Saya membuat keputusan sebaik biasanya b. Saya lebih sering menunda membuat keputusan dibanding sebelumnya c. Saya merasa lebih sulit membuat keputusan dibandingkan biasanya d. Saya tidak dapat membuat keputusan lagi 14. a. Saya tidak merasa lebih buruk dibandingkan biasanya b. Saya khawatir jika saya terlihat lebih tua dan tidak menarik c. Saya merasa ada perubahan yang menetap dalam penampilan saya yang membuat saya tidak menarik lagi d. Saya percaya bahwa saya terlihat buruk 15. a. Saya dapat bekerja sebaik-baiknya b. Saya membutuhkan usaha ekstra untuk memulai melakukan sesuatu c. Saya harus berusaha mendorong diri saya sendiri untuk melakukan sesuatu d. Saya tidak dapat melakukan apapun 16. a. Saya dapat tidur sebaik sebelumnya b. Saya tidak tidur sebaik sebelumnya c. Saya bangun 1-2 jam lebih cepat dibandingkan biasanya dan sulit untuk tidur kembali d. Saya bangun beberapa jam lebih cepat dibandingkan biasanya dan tidak dapat tidur lagi 17. a. Saya tidak lebih lelah dibandingkan biasanya b. Saya lebih mudah lelah dibandingkan biasanya c. Saya merasa lelah untuk melakukan hampir semua kegiatan d. Saya terlalu lelah untuk melakukan sesuatu 18. a. Nafsu makan saya sebaik biasanya b. Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya c. Nafsu makan saya jauh lebih buruk d. Saya tidak memiliki nafsu makan sama sekali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
19. a. Saya tidak kehilangan banyak berat badan b. Saya kehilangan berat badan lebih dari lima pound (2,3 kg) c. Saya kehilangan berat badan lebih dari sepuluh pound (4,5 kg) d. Saya kehilangan berat badan lebih dari lima belas pound (6,8 kg) 20. a. Saya tidak lebih khawatir terhadap kesehatan saya dibandingkan sebelumnya b. Saya khawatir terhadap masalah fisik, seperti pusing, rasa sakit, mulas, atau sembelit c. Saya sangat khawatir terhadap masalah fisik dan sulit untuk memikirkan hal lain d. Saya sungguh sangat khawatir terhadap masalah fisik saya dan tidak dapat memikirkan hal lain 21. a. Saya tidak melihat ada perubahan dalam minat saya terhadap seks b. Saya menjadi kurang tertarik pada seks dibandingkan sebelumnya c. Saya hampir tidak tertarik terhadap seks d. Saya kehilangan ketertarikan terhadap seks
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
LAMPIRAN 2 HASIL PEROLEHAN DATA KELOMPOK KONTROL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
DATA KELOMPOK KONTROL Nama Subjek
Pre-Test
Post-Test
Gain Score
AK
27
27
0
BK
32
30
2
CK
12
35
23
DK
25
32
7
EK
33
32
1
FK
30
30
0
GK
30
29
1
HK
33
26
7
IK
22
29
7
JK
28
31
3
KK
37
25
12
LK
27
28
1
MK
42
31
11
NK
28
29
1
OK
39
41
2
PK
26
34
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
LAMPIRAN 3 HASIL PEROLEHAN DATA KELOMPOK EKSPERIMEN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
DATA KELOMPOK EKSPERIMEN Nama Subjek
Pre-Test
Post-Test
Gain Score
A
31
21
10
B
27
8
19
C
40
7
33
D
31
2
29
E
34
21
13
F
36
37
1
G
26
20
6
H
37
31
6
I
31
7
24
J
29
14
15
K
37
23
14
L
27
3
24
M
44
7
37
N
30
8
22
O
32
32
0
P
29
0
29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
LAMPIRAN 4 DATA HASIL OBSERVASI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
DATA HASIL OBSERVASI 1. PERTEMUAN I Pada pertemuan pertama, peneliti memperkenalkan terapis kepada subjek. Terapis berbagi pengalaman bersama subjek dan peneliti mengenai tari dan pengalaman-pengalaman menarinya. Selain itu terapis juga menceritakan bagaimana menari menjadi bagian penting bagi hidup terapis dan peneliti. Sebagai persembahan perkenalan, terapis menari di hadapan subjek selama 5 menit. Tarian yang dibawakan adalah tari kontemporer. Setelah itu, subjek mulai berdinamika dan menari bersama rekan-rekannya dan terapis. Terapis mengajak subjek membuat gerakan sederhana sebagai simbol perkenalan diri mereka masing-masing. Setelah itu setiap subjek memperkenalkan dirinya melalui gerakan. Terapis kemudian membagi subjek menjadi dua kelompok dan memilih kapten. Terapis memberi instruksi kepada kapten untuk mengajak kelompoknya membuat gerak tari yang bercerita. Subjek diberi kebebasan memilih apa saja yang ingin mereka ceritakan. Mereka diberi waktu 30 menit untuk berdinamika di kelompok masing-masing. Dari 16 subjek, tampak 2 subjek yang kurang aktif dalam kegiatan ini. 1 orang subjek lebih banyak duduk dan melihat, dan yang lain tampak tidak melakukan apapun seperti teman-temannya. Setelah 30 menit berlalu, masing-masing kelompok menari. Kelompok yang pertama menceritakan pengalaman mereka berumah tangga. Mereka membuat gerakan-gerakan sederhana yang menjadi simbol aktivitas seharihari dalam rumah tangga mereka dan dinamikanya. Gerakan-gerakan yang disimbolkan antara lain memasak, menyapu, ngobrol dengan pasangan, pertengkaran, dan menangis. Kelompok kedua menceritakan pengalaman mereka menjadi seorang murid di sekolah. Gerakan-gerakan yang disimbolkan antara lain menulis, bemain, dan dihukum oleh guru. Dinamika berlangsung selama 30 menit. Setelah itu, seluruh subjek melakukan pendinginan dipimpin terapis dan kemudian istirahat. Ketika beristiraha, peneliti dan terapis bersama-sama mengajak subjek sharing terkait kegiatan menari hari itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
2. PERTEMUAN II Pertemuan kedua dimulai dengan pemanasan yang dipimpin oleh terapis. Setelah itu terapi memberikan kain-kain kepada subjek sebagai properti yang akan mereka gunakan untuk menari. Pada pertemuan kedua ini, dokumentasi sudah mulai dilakukan sesuai kesepakatan dengan semua subjek penelitian. Terapis mulai memberikan contoh gerakan dengan kain yang dibagikan. Terapis memberikan clue bahwa gerakan yang dilakukan itu menceritakan kisah hidupnya. Sesaat kemudia, tampak beberapa subjek mengajukan diri untuk melakukan gerakan yang menjadi ceritanya. Setiap satu subjek melakukan gerakannya, subjek lain memperhatikan dan memberi apresiasi berupa tepuk tangan. Beberapa subjek sempat tampak canggung dan menolak melakukan gerak. Akhirnya, pada pertemuan ini ada 8 subjek yang melakukan gerakan dan menceritakan mengenai kisahnya dalam tarian. Pada pertemua kedua ini, kedua subjek yang tampak kurang aktif dan berminat terhadap kegiatan ini masih terlihat banyak duduk dan menunjukkan ekspresi kurang berminat. Akan tetapi, satu subjek sudah mau membaur bersama rekan-rekannya meskipun tampak kaku dan menunjukkan ekspresi tidak nyaman. Pertemuan kedua ditutup dengan pendinginan dan sharing bersama terapis dan peneliti.
3. PERTEMUAN III Pertemuan ketiga dimulai dengan pemanasan yang dipimpin terapis. Peneliti kemudian membagikan rok panjang sebagai properti tari hari itu. Terapis kemudian memberikan beberapa gerakan dengan rok sebagai propertinya. Terapis membuat gerakan-gerakan yang manis dan tersenyum ketika menari. Terapis mengatakan,”aku cantik ketika aku tersenyum dan bahagia.” Para subjek bertepuk tangan dan mulai melakukan gerakan-gerakan cantik yang mereka suka. Terapis mengamati dan memberikan reinforcement dan affirmation sebagai umpan balik terhadap gerakan-gerakan yang diungkapkan oleh subjek. Seluruh subjek tampak tertawa dan menunjukkan ekspresi senang. Mereka berinteraksi dengan rekan-rekan mereka dan mulai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
saling bercerita lewat tarian mereka. Pada pertemuan ini kedua subjek yang sebelumnya tampak kurang berminat sudah terlihat berbaur dan menari seperti rekan-rekannya. Pertemuan ketiga ditutup dengan pendinginan dan sharing bersama peneliti dan terapis. Para subjek saling membagikan pendapat bagaimana mereka menjalani kegiatan pada pertemuan ini, bahkan kedua subjek yang awalnya tampak diam dan kurang berminat mulai mengutarakan pendapat positif terkait kegiatan ini.
4. PERTEMUAN IV Pertemuan keempat dibuka dengan pemanasan yang dipimpin salah satu subjek. Subjek ini memimpin rekan-rekannya dan terapis melakukan pemanasan dengan gerakan yang ia ciptakan sendiri. Selesai pemanasan, terapis membagi subjek menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 orang. Terapis membagikan kain berukuran besar kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk masuk ke dalam kain besar tersebut. Kain-kain tersebut adalah simbol atas masalah mereka. terapis memberikan instruksi untuk merobek kain tersebut sebagai simbol bahwa mereka mengatasi masalahnya dan beranjak melanjutkan hidup. Pertemuan ditutup dengan pendinginan dan sharing. Masing-masing subjek memberikan pendapatnya mengenai kegiatan hari ini. Secara umum, mereka memahami apa yang mereka lakukan dan mengambil kesimpulan bahwa mereka mampu bersama-sama memecahkan masalah yang menjebak mereka dalam keterpurukan.
5. PERTEMUAN V Pertemuan ini dibuka dengan adanya seorang subjek yang menari dengan gerakan-gerakan yang cantik dan mengajak rekan-rekannya menari. Terapis kemudian bergabung bersama mereka. Sesaat kemudian terapis mengajak mereka membentuk lingkaran dan bergerak bersama dalam lingkaran tersebut. Lingkaran itu adalah simbol keutuhan, bahwa mereka semua adalah diri yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
utuh, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Beberapa subjek tampak meneteskan airmata dan memeluk rekan di samping kanan dan kirinya. Terapis memberikan waktu kepada mereka untuk menikmati waktu-waktu ini sembari memberikan penguatan agar mereka menyadari diri, menerima, dan memahami bahwa “it’s okay to have an HIV, aku tetap berharga, aku tetap berguna bagi orang lain, aku tetap seorang perempuan yang berharga dan layak dicintai. Aku berdaya dan aku bisa.” Beberapa saat setelah itu terapis mengajak mereka bergembira dan menari lagi dengan gerakan-gerakan yang lebih enerjik sebagai simbol bahwa mereka harus semangat melangkah lagi. Pertemuan ditutup dengan pendinginan dan sharing. Sharing dibuka dengan pengalaman yang dirasakan seorang subjek selama lima sesi terapi dan disusul dengan subjek lain. seluruh subjek merasakan hal yang hampir sama. Mereka mengatakan bahwa mereka merasa gembira dan lepas ketika menari.