PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KETERLAKSANAAN PENDEKATAN CURA PERSONALIS DALAM PENDIDIKAN CALON GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling
Oleh : Dian Kristiana Nim : 101114083
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KETERLAKSANAAN PENDEKATAN CURA PERSONALIS DALAM PENDIDIKAN CALON GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling
Oleh : Dian Kristiana Nim : 101114083
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
SKRIPSI
KETERLAKSANAAN PENDEKATAN CURA PERSONALIS DALAM PENDIDIKAN CALON GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Oleh : Dian Kristiana NIM : 101114083
Telah disetujui oleh :
Pembimbing,
(Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si)
Tanggal, 16 Desember 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
KETERLAKSANAAN PENDEKATAN CURA PERSONALIS DALAM PENDIDIKAN CALON GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA Dipersiapkan dan ditulis oleh : Dian Kristiana NIM : 101114083 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 8 Januari 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Ketua Sekretaris Anggota I Anggota II Anggota III
Nama lengkap
Tanda Tangan
: Dr. Gendon Barus, M.Si : Juster Donal Sinaga, M.Pd : Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si : Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si : Dr. Gendon Barus, M.Si
................................. ................................. ................................. ................................. .................................
Yogyakarta, 8 Januari 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan
Rohandi, Ph.D
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iv
MOTTO
[tÄ çtÇz ÅxÅuâtà ~|àt àt~âà uxÄâÅ àxÇàâ |àâ ÅxÇt~âà~tÇ [tÄ çtÇz ~|àt tÇzztÑ áâÄ|à àxÜÇçtàt Åâwt{ ]tw| ~xàt~âàtÇ |àâ ~tÜxÇt ~|àt uxÄâÅ uxÜtÇ| âÇàâ~ ÅxÇvÉut fxàxÄt{ ~|àt ÅxÇvÉut àxÜÇçtàt ~|àt ÅtÅÑâ ;W|tÇ<
PERSEMBAHAN SKRIPSI ini ku persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus Kedua orangtuaku tercinta Kakak dan adikku tersayang Orang yang ku cinta Teman-teman BK angkatan 2010 Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Januari 2015
Penulis
(Dian Kristiana)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa UniversitasSanata Dharma
Nama
: Dian Kristiana
NIM
: 101114083
Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakan Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul : KETERLAKSANAAN PENDEKATAN CURA PERSONALIS DALAM PENDIDIKAN CALON GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Yogyakarta, 8 Januari 2015
Yang menyatakan
Dian Kristiana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
ABSTRAK KETERLAKSANAAN PENDEKATAN CURA PERSONALIS DALAM PENDIDIKAN CALON GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA Dian Kristiana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana keterlaksanaan pendekatan cura personalis dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma?; 2) Apa saja hambatan-hambatan implementasi pendekatan cura personalis dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma? Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Responden penelitian terdiri dari empat dosen dan delapan mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara. Analisis data dengan proses reduksi data, coding, dan interpretasi. Keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melalukan wawancara dengan dua pihak yaitu dosen dan mahasiswa lalu melakukan member check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cura personalis telah terlaksana dalam bentuk dosen memberikan rasa percaya sehingga mahasiswa merasa nyaman dan terdorong mengembangkan potensi. Mahasiswa terbuka dengan kesulitannya dan dosen terbuka untuk membantu. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Empati ditunjukkan melalui kepedulian dosen membantu mahasiswa dalam kesulitan sehingga mahasiswa merasa dipahami perasaan dan pikirannya. Dosen memberikan tanggapan sebagai wujud benar-benar mendengarkan dengan penuh perhatian. Dosen menghargai dan mahasiswa merasa dihargai oleh dosen dengan diberikan pujian, diberikan kesempatan, dan diingatkan saat melakukan kesalahan. Akan tetapi ada mahasiswa yang merasa kurang mendapat tanggapan, kurang dihargai dari segi waktu dan kurang mendapat motivasi. Dosen tidak menjaga rahasia, pendapatnya membuat down, kadang terlambat, ngejudge, dan memahami mahasiswa yang dekat dengannya saja. Hambatan kurang terlaksananya cura personalis yaitu mahasiswa kurang terbuka karena rasa sungkan, takut, dan malu. Kesibukan dosen membuat waktu untuk mendampingi mahasiswa secara pribadi masih kurang dan belum ada pengenalan setiap pribadi mahasiswa. Dosen menganggap mahasiswa yang tidak konsultasi itu tidak ada masalah.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
viii
ABSTRACT THE FEASIBILITY OF CURA PERSONALIS APPROACH OF THE TEACHER CANDIDATES’ IN THE GUIDANCE AND COUNSELLING TEACHER EDUCATION IN SANATA DHARMA UNIVERSITY Dian Kristiana Sanata Dharma University Yogyakarta 2015 This study aims to determine 1) How feasibility is the cura personalis approach to teach teacher candidates in the Guidance and Counselling Teacher Education, Sanata Dharma University?; 2) What are obstacles to the implementation of cura personalis approach in the Guidance and Counselling Teacher Eduction, Sanata Dharma University?. This is a qualitative research. The respondents were four lecturers and eight students of the Guidance and Counselling Teacher Education Study Program of Sanata Dharma University. The data collection method was a structured interview. The research instrument was the form containing guidelines for the interview. The data was analyzed using data reduction process, coding, and interpretation. The measure the validity of the data, researchers used a triangulation technique where researchers put through an interview with the two parties, namely faculty members and students, before checking. The results showed that cura personalis had been implemented in the class where lecturers build trust with the students so they feel comfortable and encouraged to develop their potential. Students were open to discuss difficulty, while the lecturers were open to provide help. Communication between lectuters and students was established directly and indirectly. Empathy was shown by the faculty members who helped students in difficulty so that students felt understood. Lecturers provided feedback as a form of genuine listening. Students felt appreciated by the lecturers through praise, opportunity and criticism. However, there were students who felt that they did not get adequate response unappreciated in terms of time and thus they lacked motivation to study. Lecturers were honest, sometimes looked down on the students, were judgmental, and only knew students who were close to them. The obstracles to the implementation of cura personalis were that students were less open, shy, and afraid. The hectic schedule of the lecturers coused them to have little time to assist the student in person and lectuters did not recognize students personally. Lecturers assumed that students did not consult becuse they had no problems.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. 2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakaprodi Program Studi Bimbingan dan Konseling dan dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis dan telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 4. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. dan Dr. CB. Mulyatno, Pr. yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
x
5. Orangtuaku tercinta Bapak Jumadi Atmo Taruno dan Ibu Yohana Jarliah serta kakakku Devid Kristiantoro, kakak iparku Yulista Librolva Meitarita dan adikku Dena Krismareta tersayang dan keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma. 6. Stefanus Sendy Laksono atas bantuan, waktu, dukungan dan motivasi selama pengerjaan skripsi. 7. Teman-temanku (Melani, Febri, Ayu, Suster Mariane, Yogi, Yoha) atas sharing dan dukungannya. 8. Adik-adikku angkataan 2011 dan 2012 telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini sangat diperlukan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, 8 Januari 2015
Dian Kristiana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halamam HALAMAN JUDUL .....................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................
v
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......
vi
ABSTRAK ......................................................................................
vii
ABSTRACT ....................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ...........................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................
1
B. Identifikasi Masalah ...........................................
3
C. Pembatasan Masalah ..........................................
4
D. Rumusan Masalah ..............................................
4
E. Tujuan Penelitian ................................................
4
F. Manfaat Penelitian ..............................................
5
G. Batasan Istilah
...............................................
6
A. Hakikat Cura Personalis .....................................
7
1. Definisi cura personalis ................................
7
2. Faktor-faktor..................................................
11
3. Ciri-ciri ..........................................................
12
KAJIAN PUSTAKA
xi
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Aspek ................................................................
12
5. Upaya untuk meningkatkan cura personalis ....
16
B. Konselor ..................................................................
19
1. Definisi ..............................................................
19
2. Pelayanan Bimbingan dan Konseling ................
20
3. Tugas guru Bimbingan dan Konseling ..............
21
4. Kompetensi ........................................................
22
5. Kualitas ..............................................................
23
6. Pribadi Konselor ................................................
28
C. Dosen .......................................................................
29
1. Definisi ...............................................................
29
2. Tugas Dosen .......................................................
30
3. Kompetensi Dosen .............................................
32
D. Prodi Bimbinggan dan Konseling Universitas Sanata Dharma .....................................
33
E. Kaitan Cura Personalis
BAB III
BAB IV
dengan Bimbingan dan Konseling ...........................
34
F. Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................
35
G. Kerangka Berpikir ....................................................
37
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................
38
C. Responden Penelitian .............................................
38
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...........
39
E. Keabsahan Data .....................................................
40
F. Teknik Analisa Data ..............................................
41
HASIL PENELITIAN A. Hasil .......................................................................
43
1. Keterlaksanaan .................................................
43
2. Hambatan .........................................................
62
B. Pembahasaan ..........................................................
72
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V
PENUTUP A. Simpulan ...............................................................
84
B. Keterbatasan Penelitian ........................................
85
C. Saran .....................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
88
LAMPIRAN ...................................................................................... .
90
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Pembelajaran Cura Personalis ...........................................
37
Gambar 3.1 Ilustrasi: Reduksi data, penyajian data, dan verifikasi .......
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 3.1 Panduan Wawancara .............................................................
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ...........................................................
90
Lampiran 2 : Surat Kesediaan Menjadi Responden ................................
91
Lampiran 3 : Surat Kesediaan Menjadi Narasumber ..............................
103
Lampiran 4 : Jadwal Wawancara Responden dan Narasumber ..............
105
Lampiran 5 : Verbatim ............................................................................
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah. A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan tidak terlepas dari pendidik dan peserta didik. Setiap pendidik diharapkan dapat melaksanakan cura personalis. Cura personalis penting dilaksanakan dalam pendidikan agar peserta didik terbantu dalam mengatasi masalahnya. Oleh Paul Suparno (2004 :2), cura personalis diartikan sebagai perhatian kepada pribadi, atau pendampingan pribadi. Salah satu Universitas di Yogyakarta yang menggunakan cura personalis adalah Universitas Sanata Dharma. Universitas Sanata Dharma menyebutkan cura personalis dalam visi misinya. Salah satu kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan Universitas Sanata Dharma yang menunjukkan cura personalis yaitu INSADHA. Dalam buku Panduan INSADHA Mahasiswa Baru (2010: 73) dijelaskan, Iniasiasi Sanata Dharma adalah kegiatan awal untuk mengantar mahasiswa baru masuk ke dalam dinamika kampus Universitas Sanata Dharma menunjukkan aspekaspek cura personalis. Tetapi pada kenyataannya masih banyak dosen di Universitas yang tidak melaksanakan cura personalis. Hal ini terjadi karena dosen dituntut untuk melakukan tridharma perguruan tinggi yaitu tugas di bidang pendidikan dan pengajaran, melakukan penelitian dan pengabdian
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
masyarakat sehingga dosen harus membagi waktu dan hal itu membuat dosen sibuk. Berdasarkan pengalaman peneliti selama kuliah di prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma peneliti menemukan fenomena bahwa di prodi Bimbingan dan Konseling diketahui terdapat beberapa mahasiswa yang merasa kecewa karena tidak dihargai oleh dosen. Hal tersebut terlihat ketika ada salah satu mahasiswa bertanya dan dosen tidak menanggapinya. Selain itu, peneliti juga melihat bahwa terdapat dosen yang tidak berkomunikasi secara baik dengan mahasiswanya. Hal ini terlihat ketika salah seorang teman yang mengungkapkan kekecewaannya karena ia diberitahu dosen secara langsung bahwa ia tidak pantas menjadi Guru Bimbingan dan Konseling karena pakaian yang ia kenakan. Setelah diberitahu hal tersebut mahasiswa ini merasa bahwa dirinya di judge tidak baik sebelum dosen tersebut mengenalnya lebih dalam hanya karena pakaian yang ia kenakan. Setelah kejadian tersebut mahasiswa ini sering tidak masuk mata kuliah yang diajarkan dosen tersebut dan ketika bertemu ia tidak pernah menyapa karena ia merasa kecewa dan sakit hati atas perkataan yang dilontarkan olehnya. Suparno (2004: 3) menjelaskan bahwa terdapat dosen yang tidak mengenal nama mahasiswanya. Dosen hanya memanggil mahasiswa dengan nomor urut absensi pada saat kuliah berlangsung. Hal ini dilakukan agar cepat dan dosen tidak perlu menghafal nama mahasiswanya. Selain itu, dijelaskan juga bahwa terdapat dosen yang tidak mau ditemui di luar jam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
kuliah karena dosen sibuk dengan urusannya. Hal ini membuat para mahasiswa merasa bahwa ia tidak dimanusiakan karena mereka akan merasa senang, lebih dihargai, dan lebih dikenal jika dosen hafal nama mereka. Namun demikian, dosen juga yang mau memberikan waktu di luar jam kuliah membuat mahasiswa merasa lebih dekat dan bersahabat dengan dosen sehingga mereka tidak canggung untuk mengungkapkan permasalahnnya. Hal tersebut yang membuat peneliti semakin menemukan bahwa cura personalis sangatlah penting untuk dilaksanakan khususnya dalam dunia pendidikan. Ketidakterlaksanaan cura personalis di dunia pendidikan ini membawa dampak yang kurang baik bagi peserta didik. Oleh karena itu, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Keterlaksanaan Pendekatan Cura Personalis dalam Pendidikan Calon Guru Bimbingan dan Konseling di Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma“ untuk mengetahui seberapa jauh keterlaksanaan dan hambatan cura personalis dalam ruang lingkup prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. B. Identifikasi Masalah 1. Cura personalis dosen dan mahasiswa belum diketahui hasilnya. 2. Ketidakterlaksanaan cura personalis membuat mahasiswa tidak dekat dengan dosen dan merasa tidak dihargai. 3. Banyak dosen yang kurang menyadari bahwa cura personalis sangatlah penting dilakukan dalam pendidikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
4. Dosen terlalu sibuk sehingga kurang melaksanakan cura personalis. C. Pembatasan Masalah Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini sangat luas dan cukup kompleks. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk memberikan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih fokus dan sesuai dengan tujuan. Pembatasaan masalah dalam penelitian ini adalah cura personalis ditinjau dari interaksi dosen dengan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keterlaksanaan pendekatan cura personalis ditinjau dari interaksi dosen dengan mahasiswa dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2014/2015? 2. Apa hambatan-hambatan implementasi pendekatan cura personalis ditinjau dari interaksi dosen dengan mahasiswa dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui keterlaksanaan pendekatan cura personalis ditinjau dari interaksi dosen dengan mahasiswa dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2014/2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Mengetahui
hambatan-hambatan
implementasi
pendekatan
5
cura
personalis ditinjau dari interaksi dosen dengan mahasiswa dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu Bimbingan dan Konseling, sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tapi pada ruang lingkup yang luas dan mendalam. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Prodi Bimbingan dan Konseling Melalui penelitian ini Prodi Bimbingan dan Konseling memperoleh informasi tentang keterlaksanaan pendekatan cura personalis dosen dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling. b. Para dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Malalui penelitian ini dosen dapat mengevaluasi, memahami pentingnya pendekatan cura personalis dosen dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling. Selain itu, dosen dapat menerapkan
cura
personalis
Bimbingan dan Konseling.
dalam
pendidikan
calon
guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
c. Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Melalui penelitian ini mahasiswa prodi Bimbingan dan Konseling merasa lebih dekat dengan dosen, dihargai, didengarkan dan terbantu dalam masalahnya. G. Batasan Istilah 1. Cura Personalis adalah pendampingan secara intensif pada setiap pribadi sehingga terjalin rasa percaya, terbuka, komunikasi, empati, mendengarkan, dan rasa hormat. Cura personalis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dosen berinteraksi dengan mahasiswa baik dalam perkuliahan maupun di luar jam kuliah. 2. Calon Guru Bimbingan dan Konseling adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. 3. Prodi Bimbingan dan Konseling adalah salah satu program studi dalam fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Sanata Dharma. 4. Dosen
adalah
pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka ini dipaparkan hakikat cura personalis, konselor, dosen, prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, kaitan cura personalis dengan Bimbingan dan Konseling, hasil penelitian sebelumnya, dan kerangka berpikir. A. Hakikat Cura Personalis 1. Definisi Cura Personalis Berdasarkan hasil wawancara dengan Romo Mulyatno, Pr (23 September 2014) Cura berarti mendampingi, menemani, dan membantu perkembangan. Personalis artinya pribadi. Cura Personalis itu biasanya istilah yang digunakan dalam pendidikan. Harus bertolak pada pengalaman pribadi yang dididiknya itu karena subjek pendidikan adalah peserta didik atau pribadi dengan segala pengalamannya, segala cita-cita, harapannya, mengalami permasalahan pribadinya dengan kebutuhankebutuhannya, dengan segala kerinduannya. Maka cura personalis itu mendampingi, mendidik secara intensif, mendengarkan, mengajak komunikasi dengan cara dialog dengan manusiawi. Dari situlah ditemukan apa kebutuhan yang cocok untuk pribadi itu. Tanda-tanda adanya cura personalis dilihat dari visi misi Universitas Sanata Dharma dan mahasiswa merasa terbantu. Dalam sudut pandang yang berbeda, Romo Paul Suparno, S.J (wawancara, 1 Oktober 2014) menjelaskan cura personalis itu bukan termasuk dalam konteks pendidikan melainkan pendampingan bagi
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
orang yang melakukan retret. Orang yang melakukan retret berdoa supaya bertemu Tuhan dan pembimbing yang membantu dia. Agar dapat membimbing dengan baik diharapkan yang dibimbing itu bisa terbuka, sehingga pembimbing bisa terbuka dan membantu dia untuk bertemu Tuhan disitulah cura personalis. Dalam mendampingi penting untuk mendengar dan empati. Model seperti ini diambil oleh pendidikan. Di pendidikan tuhannya diganti ilmu pengetahuan. Mahasiswa mencari kebenaran supaya semakin terampil dan berkembang. Seperti orang retret yang ingin bertemu Tuhan ingin mencari kebenaran. Supaya semakin terampil yaitu didampingi oleh dosen. Tugas dosen adalah membuat mahasiswa agar semakin kompeten, semakin mengerti, semakin terampil. Tapi dosen hanya bisa membantu mahasiswa kalau mahasiswa terbuka. Misal mahasiswa tidak bisa mengikuti kuliah karena tidak bisa mikir, uangnya habis, tidak mengerti materinya, mengantuk saat di kelas, tidak tertarik dengan Bimbingan dan Konseling, kesulitan mahasiswa berbedabeda dan ini bisa dibantu jika mahasiswa terbuka dan jika mahasiswa hanya bercerita pada teman, dosen juga tidak tahu. Dosen juga harus terbuka, empati untuk mendengarkan mahasiswanya dan adanya kepercayaan. Jadi, cura personalis merupakan bantuan secara khusus menurut situasi. Tapi dosen harus mendeteksi sendiri misal perilaku yang terlihat menyimpang saat di kelas. Dosen harus mendampingi secara pribadi dengan memanggil mahasiswa tersebut dan tidak bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
diceramahi. Tanda-tanda adanya cura personalis dilihat dari visi misi Universitas Sanata Dharma dan mahasiswa merasa dibantu atau tidak. Esti Sumarah (psiusd.wordpress.com.) berpendapat bahwa cura personalis termasuk sikap yang menghidupi spriritualitas ignatian1 yang memiliki arti rasa hormat dan penghargaan yang mendalam bagi setiap pribadi dengan mengakui keunikan, keagungan, kebaikan serta keluhuran martabatnya. Cura personalis adalah kepedulian akan setiap pribadi, memandang setiap orang sebagai insan yang dikenal, dipanggil dan dicintai secara pribadi oleh Allah sendiri. Cura personalis berarti mengakui bahwa setiap orang itu mempunyai rasa ikut memiliki (a sense of belonging), bahwa setiap orang itu sungguh berarti dan karena itu seharusnya tidak terpuruk jatuh dalam keretakan jiwa (falls through the cracks). Kolvenbach (2007; 10: 12 : 15) mengatakan bahwa ‘Cura personalis’ is expressed in the human acts of ‘giving’ and ‘receiving’. ‘Cura personalis’ is simply help from person to person, so that God and man may really meet. ‘Cura personalis’ is to draw attention, to watch, to put on guard and to warn. ‘Cura personalis' dinyatakan dalam kisah manusia 'memberi' dan 'penerimaan'. ‘Cura personalis' adalah hanya membantu, dari satu orang ke orang lain, sehingga Allah dan manusia dapat benar-benar bertemu.
1
Spiritualitas Ignatian adalah api, semangat, cara hidup atau cara kerja yang bisa kita teladani dari diri Ignatius Loyola dan para pengikutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
'Cura personalis' adalah untuk menarik perhatian, untuk menonton, untuk menempatkan pada penjaga dan untuk memperingatkan. Dalam Spiritualitas Ignatius Loyola (www.ignatiusloyola.net), cura personalis menekankan pada pihak yang didampingi haruslah tetap memiliki kebebasan dan kemampuan untuk memilih secara bebas dengan cinta kasih dan kemurahan hati. Mereka yang didampingi perlu terbuka bercerita dan yang mendampingi penting untuk bertanya, meneguhkan ataupun memberikan bantuan. Memberikan cura personalis harus tetap dengan rasa hormat mendampingi dan menghargai pengalaman rohani yang dialami pihak lain, dan dengan rendah hati dan sabar
mencoba
memahami
pengalaman
tersebut,
membetulkan
pemahaman yang keliru supaya pihak yang didampingi dijauhkan dari kesalahan. Mereka yang mendampingi tidak akan bisa memberikan cura personalis apabila yang didampingi tidak mau terbuka untuk menceritakan apa yang dialami. Cura personalis hanya akan bisa berlangsung dan terjadi secara positif dan benar bila berada dalam iklim saling percaya satu sama lain (mutual trust). Cura personalis akan berbuah subur bila kedua belah pihak saling terbuka dan berkomunikasi secara otentik satu sama lain atas
dasar
kepercayaan
yang
matang.
Semangat
untuk
mau
mendengarkan dan lebih mau memahami daripada mempersalahkan serta kehendak yang baik harus menjadi dasar yang kokoh dalam cura personalis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Dari pendapat beberapa sumber di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa cura personalis bertujuan mendampingi, menemani, membantu, dan peduli secara intensif kepada setiap pribadi. Maka diperlukan rasa percaya agar dapat terbuka dan berkomunikasi, diperlukan empati untuk memahami dan mendengarkan, rasa hormat untuk menghargai setiap pribadi. 2. Faktor-faktor Peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi cura personalis, antara lain : a. Situasi Yang
dimaksud
dengan
situasi
adalah
keadaan
yang
menunjukkan waktu dan tempat. Situasi ada 2 yaitu situasi secara umum atau kondisi yang tidak terduga misal sedang berjalan atau berpapasan lalu bertegur sapa, saat pelaksanaan kegiatan belum tentu semua dosen mendampingi. Dalam situasi khusus misal perkuliahan dan bimbingan skripsi. b. Perbedaan usia Perbedaan usia ini terlihat dari cara pendekatan, ada yang formal dan informal misal dosen muda terlihat lebih santai dan lebih mudah dekat dengan mahasiswa karena tidak terpaut usia yang jauh. c. Peran Peran dapat diartikan serangkaian perilaku yang diharapkan seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
formal dan informal. Individu yang melakukan sesuatu sesuai situasi untuk memenuhi harapan. Dilihat dari dosen sebagai pejabat, dosen sebagai pengampu mata kuliah dan doen sebagai pembimbing tentu memiliki peran yang berbeda. Dosen bisa sebagai orangtua atau teman bagi mahasiswa. Dosen yang kebapakan atau keibuan, dosen bisa menjadi contoh karena mahasiswa merasa kagum. Dari ketiga faktor ini saling berkaitan dan saling mendukung. 3. Ciri-ciri Berdasarkan hasil wawancara dengan Romo Mulyatno, Pr (23 September 2014) ciri-ciri cura personalis yaitu perhatian secara pribadi, ada pendampingan, ada proses mendengarkan, ada pengenalan pribadi, ada bantuan-bantuan khusus pada mahasiswa-mahasiswa yang membutuhkan bantuan dalam bentuk-bentuk konkrit baik itu di strukturasi dalam program prodi, dosen, maupun sikap dosen terhadap mahasiswanya. Sedangkan hasil wawancara dengan Romo Paul Suparno, S.J (1 Oktober 2014) ciri-ciri cura personalis yaitu adanya komunikasi, mendengar, memperhatikan, dan membantu. 4. Aspek Setelah
peneliti
membaca
dari
beberapa
sumber,
peneliti
menyimpulkan bahwa aspek-aspek dalam penelitian ini adalah a. Rasa percaya Rogers (Kurnanto, 2013 : 56) berpendapat bahwa kepercayaaan yang mendalam terhadap kemampuan individu untuk mengembangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
potensi yang ada dalam diri. Dengan begitu, individu maju dengan sendirinya. b. Terbuka Menurut etimologi bahasa, keterbukaan berasal dari kata terbuka. Terbuka adalah sikap jujur, rendah hati, dan menerima pendapat orang lain secara adil. Keterbukaan merupakan pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya (www.academia.edu). c. Komunikasi/komunikatif Siahaan (2000: 1) menjelaskan komunikasi adalah sarana vital untuk mengerti diri sendiri, mengerti orang lain, umtuk memahami apa yang dibutuhkannya dan apa yang dibutuhkan orang lain, apa pemahaman kita dan apa pemahaman sesama. Dengan komunikasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
dapat diterka sejauh mana kita berkehendak dan sejauh mana kita dapat mengerti orang lain. Siahaan
(2000:
4)
menjelaskan
komunikasi
adalah
seni
penyampaian informasi (pesan, ide, sikap atau gagasan) komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang menghendaki komunikator. Shannon dan Weaver (Wiryanto, 2004: 7) menjelaskan komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. d. Empati Kurnanto
(2013:
57)
mengatakan,
empati
pada
dasarnya
merupakan kemampuan untuk memasuki dunia subyektif orang lain, dan kemampuan untuk mengkomunikasikan pemahaman itu kepada orang yang bersangkutan. Kemampuan untuk menyatakan empati secara efektif tergantung kepada adanya sikap perlakuan yang asli dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk memahami dunia pribadi orang lain. Geldard (2008:45) berpendapat, empati berarti mampu sepenuhnya memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
hampir-hampir meniadakan identitas diri untuk menyatu dengan orang tersebut. Goleman (2002: 428) mengatakan, empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain dan berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal. e. Mendengarkan aktif Kurnanto (2013 :19) mengatakan, mendengarkan aktif melibatkan mendengarkan isi, suara, dan bahasa tubuh orang yang berbicara (Corey, Corey, & Corey, 2009). Hal ini juga melibatkan komitmen berkomunikasi kepada orang yang berbicara bahwa Anda benar-benar mendengarkan. Teknik utama yang digunakan adalah dengan mengamati bahasa nonverbal yang tampak dari gerak tubuh, ekspresi wajah dan khususnya pergeseran tubuh. Menurut Kurnanto (2013: 56), mendengarkan secara aktif bukan hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan konseli, melainkan juga menangkap makna di belakang pernyataan verbal dari konseli. Dalam hal ini konselor harus mampu memberi kemudahan untuk munculnya pernyataan yang paling sungguh-sungguh dari pengalaman individu yang subyektif. f. Rasa hormat Menurut Kurnanto (2013: 58), rasa hormat diartikan sikap menghargai orang lain sebagaimana adanya. Sikap menghormati ini mengisyaratkan
pandangan
bahwa individu
satu dan
lainnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
mempunyai kedudukan yang sama. Individu merupakan pribadi tersendiri yang unik yang mempunyai hak untuk memandang segala sesuatu dari sisi yang menguntungkan dirinya. Menurut Kurnanto (2013: 57), penghargaan positif itu mengangkat upaya untuk mengkomunikasikan dan tidak disertai dengan penilaian terhadap perasaan dan pemikiran perhatian dan kasih sayang tanpa syarat.
Perhatian
dan
kehangatan
itu
adalah
gagasan
untuk
mengembagkan suatu sikap penerimaan terhadap individu sebagai keseluruhan. Menurut Geldard (2008: 44), sikap hormat berarti menghargai orang lain sebagai manusia yang mampu menemukan solusi-solusi atas persoalan-persoalan sendiri, dan memandang positif kepadanya dengan asumsi bahwa, terlepas dari apa yang dilakukannya, dia telah berbuat yang
terbaik
sesuai
dengan
kemampuannya.
Sikap
hormat
menyetarakan keyakinan bahwa orang yang dibantu memiliki kemampuan untuk menanggung beban kehidupannya, bertumbuh, dan berpotensi menebarkan pengaruh positif di dunia ini. Sikap hormat adalah menghargai dan memperlakukan orang sebagaimana adanya dan sebagai manusia yang layak dihargai. 5. Upaya untuk Meningkatkan Keterlaksanaan Cura Personalis Suparno (2004:4-5) menjelaskan upaya-upaya untuk meningkatkan keterlaksanaan cura personalis antara lain :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
a. Memanggil nama seseorang secara pribadi. Kita diharapkan baik sebagai, karyawan, dan mahasiswa, mulai mengembangkan menyebut nama orang dengan namanya dan bukan nomor. Dosen menyapa mahasiswa di kuliahnya dengan nama, memanggil orang dengan nama, memanggil teman dengan nama. Model dengan angka dicoba dikurangi, dan bila dipaksa dengan nomor pun perlu menyebut nama orang itu. b. Dosen diharapkan rela membuka diri terhadap para mahasiswa yang datang ke kantor kerjanya, bahkan bersedia menjawab pertanyaan mahasiswa di gang. Kerelaan menerima mahasiswa secara pribadi menjadi tanda pendekatan cura personalis. c. Dosen diharapkan mendekati dan menyapa mahasiswa yang kelihatan mempunyai persoalan dan hambatan pribadi. Dengan mendengarkan mereka, kita dapat mengajak mereka berbicara dan akhirnya membantu mengatasi persolan mereka. d. Universitas Sanata Dharma kiranya perlu membuka kesempatan konseling atau pendampingan pribadi. Dosen dan karyawan yang mau menjadi volunteer diumumkan sehingga mahasiswa dapat memilih kapan mau bertemu dengan volunteer konseling atau pendampingan pribadi. e. Ada baiknya mahasiswa membentuk kelompok-kelompok kecil sehingga dapat saling memberikan sapaan pribadi pada rekan-rekan lain. Ada semacan peer group yang dapat saling membantu dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
menolong teman-teman lain secara lebih dekat, lebih personal sesuai dengan situasi masing-masing f. Tugas pendamping akademik (PA) dapat dikembangkan menjadi pendamping mahasiswa suatu angkatan. PA lebih mengerti situasi angkatan karena lebih kecil jumlahnya. Dengan sering bertemu mahasiswa angkatan tersebut, beberapa mahasiswa yang mengalami persoalan pribadi maupun kuliah dapat dibantu lebih tepat buka hanya secara klasikal. g. Bimbingan skripsi pribadi adalah kesempatan paling baik untuk cura personalis mahasiswa. Dalam bimbingan skripsi, dosen diharapkan tidak hanya membantu mahasiswa menyelesaikan skripsi, tapi dapat membantu mereka untuk semakin berkembang dan maju sebagai pribadi. dalam suasana bimbingan itu, dosen dapat melakukan pendekatan cura personalis, membantu mahasiswa secara pribadi bangkit dari persoalan hidupnya. Sejalan dengan pendapat Paul Suparno, Gordon (1997 : 23) dalam konteks menjadi guru efektif mengatakan hubungan guru dan murid dapat dikatakan baik bila mempunyai (1) keterbukaan dan transparan, sehingga memungkinkan terjalinnya keterusterangan dan kejujuran satu dengan lainnya; (2) penuh perhatian, bila tiap pihak mengetahui bahwa dirinya dihargai
oleh
pihak
lain;
(3)
saling
ketergantungan
(lawannya
ketergantungan) dari pihak yang satu ke pihak yang lain; (4) keterpisahan, untuk
memungkinkan
guru
dan
murid
menumbuhkan
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
mengembangkan keunikan, kreativitas, dan individualitas masing-masing; (5) pemenuhan kebutuhan bersama, sehingga tidak ada satu pihak yang dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan pihak yang lain. Rooijakkers (2005 : 43) menjelaskan beberapa cara yang digunakan oleh pengajar agar pertanyaan dari murid mempunyai daya guna yaitu mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh pihak murid, memuji atau menghargai setap pertanyaan yang baik, memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh murid sedemikian rupa, sehingga seluruh pendengar dapat mendengar dan mengertinya, kalau pertanyaan telah selesai dijawab, pelajaran dapat dilanjutkan. Kedua pendapat tersebut sejalan dengan pendekatan cura personalis. B. Konselor 1. Definisi Menurut Depdiknas (2007 : 235), konselor adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Konselor (PPK). Sedangkan
penerima/pengguna
pelayanan
profesi
bimbingan
dan
konseling dinamakan Konseli. Winkel (2007 : 171) menjelaskan bahwa konselor sekolah, yaitu tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (full-time guidance counselor). Tenaga profesional ini dapat berjumlah lebih dari satu orang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Mamat (2010 : 8) menjelaskan, konselor adalah pendidik yang dididik dan dihasilkan oleh progarm studi Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Konselor adalah tenaga profesional yang harus memiliki sertifikasi dan lisensi untuk menyelenggarkan layanan profesionalnya. Dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konselor adalah pendidik yang berkualifikasi (S-1) dihasilkan oleh program studi Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi yang mencurahkan waktunya untu pelayanan bimbingan. 2. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Menurut Prayitno (2004 : 99), bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku. Prayitno (2004 :105) menjelaskan, konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien)yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli agar dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku serta dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang dihadapinya dan berujung pada pemecahan masalah tersebut. 3. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling PP No.74 Tahun 2008 tentang beban dan tugas guru BK menyebutkan guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam: a.
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
b.
Pengembangan
kehidupan
sosial,
yaitu
bidang
pelayanan
yangmembantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
22
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
d.
Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
4. Kompetensi Permendiknas No.27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, antara lain: a. Pegagogik 1) Menguasai teori dan praksis pendidikan 2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli 3) Menguasai esenssi layanan bk dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikaan b. Kepribadian 4) Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa 5) Menghargai dan menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih 6) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat 7) Menampilkan kinerja berkualitas tinggi c. Sosial 8) Mengimplementasikan kolaborasi internal di tempat bekerja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
9) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi BK 10) Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi d. Profesional 11) Menguasai konsep dan praksis penilaian (assesment) untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli 12) Menguasai kerangka teoritik da praksis BK 13) Merancanag program BK 14) Mengimplementasikan program BK yang komprehensif 15) Menilai proses dan hasil kegiatan BK 16) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional 17) Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK 5. Kualitas Pribadi Konselor Cavanagh (Syamsu Yusuf, 2010: 37-44) menjelaskan kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut : a. Pemahaman Diri (Self-knowledge) 1) Konselor menyadari dengan baik tentang kebutuhan dirinya. Sebagai konselor dia memiliki kebutuhan diri, seperti: (a) kebutuhan untuk sukses; (b) kebutuhan merasa penting, dihargai, superior, dan kuat. 2) Konselor menyadari dengan baik tentang perasaan-perasaan. Perasaan-perasaan itu seperti: rasa marah, takut, bersalah, dan cinta. Ketidaksadaran konselor akan perasaannya dapat berakibat buruk terhadap proses konseling.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
3) Konselor menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalam konseling, dan apa yang menyebabkan dirinya melakukan pertahanan diri dalam rangka mereduksi kecemasan tersebut. 4) Konselor memahami atau mengakui kelebihan (kekuatan) atau kelemahan (kekurangan) dirinya. b. Kompeten (Competent) 1) Secara terus menerus meningkatkan pengetahuannya tentang tingkah laku dan konseling dengan banyak membaca atau menelaah buku-buku atau jurnal-jurnal yang relevan; mengahdiri acara-acara seminar dan diskusi tentang berbagai hal yang terkait dengan profesinya. 2) Menemukan pengalaman-pengalaman hidup baru yang membantu untuk lebih mempertajam kompetensi, dan mengembangkan keterampilan konselingnya. Upaya itu ditempuhnya dengan cara menerima resiko, tanggung jawab, dan tentangan-tantanagn yang dapat menimbulkan rasa cemas. Kemudian dia menggunakan rasa cemas itu untuk mengaktualisasaikan potensi-potensinya 3) Mencoba gagasan-gagasan atau pendekatan-pendekatan baru dalam konseling. Mereka senantiasa mencari cara-cara yang paling tepat atau berguna untuk membantu klien. 4) Mengevaluasi efektivitas konseling yang dilakukannya, dengan menelaah setiap pertemuan konseling, agar dapat belerja lebih produktif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
5) Melakukan kegiatan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang telah dilaksanakan untuk mengembangkan atau memperbaiki proses konseling. c. Kesehatan Psikologis 1) Memperoleh pemuasan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan seks. 2) Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya. 3) Menyadari kelemahan atas keterbatasan kemmapuan dirinya. 4) Tidak hanya berjuang untuk hidup, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih baik. Konselor dapat menikmati kehidupan secara nyaman. Dia melakukan aktivitas-aktivitas yang positif, seperti : membaca, menulis, bertamasya, bermain (berolahraga), dan berteman. d. Dapat Dipercaya 1) Memiliki pribadi yang konsisten. 2) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya. 3) Tidak pernah membuat orang lain (klien) kecewa atau kesal. 4) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak inkar janji, dan mau membantu secara penuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
e. Jujur (honesty) 1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh dirinya sendiri (real self) sama sebangun dengan yang dipersepsi oleh orang lain (public self) 2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran. f. Kekuatan (Strength) 1) Dapat membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling 2) Bersifat fleksibel 3) Memilii identitas diri yang jelas. g. Bersikap Hangat Yang dimaksud dengan bersikap hanta adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.Klien yang datang meminta bantuan konselor, pada umumnya yang kurang mengalami kehantan dalam hidupnya, sehingga dia kehiolangan kemmapuan untuk bersikap ramah, memberikan perhatian, dan kasih sayang.Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan “sharing” dengan komselor.Apabila hal itu diperoleh, maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman. h. Actives Responsiveness Keterlibatan konselor dalam proses konselingbersifat dinamis, tidak pasif. Melalui respon yanh aktif, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap kebutuhan klien. Di sini, konselor mengajukan pertanyaan yang tepat, memberikab umpan balik yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
bermanfaat, memberikan inforamsi yang berguna, mengemukakan gagasan-gagasan
baru,
berdiskusi
dengan
klien
tentang
cara
mengambil keputuasan yang tepat, dam membagi tanggung jawab dengan klien dalam proses konseling. i. Sabar (Patience) Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu untuk mengembnagkan dirnya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-gesa. j. Kepekaan (Sensitivity) 1) Sensitif terhadap reaksi dirinya sendiri. 2) Mengetahui kapan, di mana, dan berapa lama mengungkap masalah klien (probing) 3) Mengajukan pertanyaan tentang persepsi klien tentang masalah yang dihadapinya. 4) Sensitif terhadap sifat-sifat yang mudah tersinggung dirinya. k. Kesadran Holistik (Holistic Awareness) 1) Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yangg kompleks. 2) Menemukan
cara memberikan
konsultasi
yang
mempertimbangkan tentang perlunya referal (rujukan). 3) Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
tepat
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
6. Pribadi Konselor Mamat (2011 :22-26) menjelaskan bahwa pendidik di dalamnya termasuk konselor, seyogyanya adalah pribadi-pribadi yang memiliki ciriciri: a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Ciri ini hendaknya tampil dalam perilaku keseharian seorang konselor, dalam memperlakukan klien, dan dalam pengambilan keputusan ketika merancang pendekatan yang akan digunakan. b. Berpandangan positif dan dimanis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, individual, dan sosial. Konselor hendaknya memandang klien bukan sebagai makhluk yang dapat diperlakukan semena-mena sesuai rasa senang konselor. c. Menghargai harkat dan martabat manusia dan hak asasinya, serta bersikap demokratis. Karakteristik ini menunjuk kepada suatu perlakuan konselor tgerhadap klien dengan didasarkan pada anggapan bahwa klien sama dengan dirinya sendiri sebagai makhluk yang mempunyai harkat dan martabat mulia. d. Menampilkan nilai, norma, dan moral yang berlaku dan berakhlak mulia. Karakteristik ini memberikan gambaran nawa konselor dituntut selalu bertindak dan berperilaklu sesuai nilai, norma, dan moral yang berlaku. e. Menampilkan integritas dan stabilitas kepribadian dan kematangan emosional. Seorang konselor hendaknya memiliki kepribadian utuh,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
sehingga ia tidak mudah terpengaruh oleh suasana yang timbul pada saat konseling. f. Cerdas, kreatif, mandiri, dan berpenampilan menarik. Ciri ini sangat diperlukan oleh seorang konselor, sebab ia harus dapat mengambil keputusan tentang tindakan apam pun kondisinya. C. Dosen 1. Definisi Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 pasal 1 (2) tentang guru dan dosen, Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (SERDOS Terintegrasi) 2012 : 5 menyebutkan Dosen adalah salah satu komponen esensial dalam suatu sistem pendidikan di perguruan tinggi. Peran, tugas, dan tanggungjawab dosen pendidikan
nasional,
sangat penting dalam mewujudkan tujuan yaitu
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yang meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang profesional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Dari beberapa sumber di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. 2. Tugas Dosen Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (SERDOS Terintegrasi) 2012 : 206- 210 menyebutkan tentang tugas dosen yaitu melaksanakan tridharma dan tugas penunjang tridharma sebagai berikut : a. Melakukan pendidikan merupakan tugas di bidang pendidikan dan pengajaran yang dapat berupa 1) Melaksanakan perkuliahan/tutorial dan menguji serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan di laboratorium, praktik keguruan, praktik bengkel/studio/kebun percobaan/teknologi pengajaran; 2) Membimbing seminar Mahasiswa; 3) Membimbing kuliah kerja nyata (KKN), praktik kerja nyata (PKN), praktik kerja lapangan (PKL); 4) Membimbing tugas akhir penelitian mahasiswa termasuk membimbing, pembuatanlaporan hasil penelitian tugas akhir; 5) Penguji pada ujian akhir; 6) Membina kegiatan mahasiswa di bidang akademik dan kemahasiswaan; 7) Mengembangkan program perkuliahan;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
8) Mengembangkan bahan pengajaran; 9) Menyampaikan orasi ilmiah; 10) Membina kegiatan mahasiswa di bidang akademik dan kemahasiswaan; 11) Membimbing Dosen yang lebih rendah jabatannya; 12) Melaksanakan kegiatan detasering dan pencangkokan dosen. b. Melakukan penelitian merupakan tugas di bidang penelitian dan pengembangan karya ilmiah yang dapat berupa 1) Menghasilkan karya penelitian; 2) Menerjemahkan/menyadur buku ilmiah; 3) Mengedit/menyunting karya ilmiah; 4) Membuat rancangan dan karya teknologi; 5) Membuat rancangan karya seni. c. Melakukan pengabdian kepada masyarakat dapat berupa 1) Menduduki jabatan pimpinan dalam lembaga pemerintahan/pejabat negara sehingga harus dibebaskan dari jabatan organiknya; 2) Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat; 3) Memberi latihan/penyuluhan/penataran pada masyarakat; 4) Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
5) Membuat/menulis karya pengabdian kepada masyarakat. d. Tugas penunjang tridharma perguruan tinggi dapat berupa 1) Menjadi anggota dalam suatu panitia/badan pada perguruan tinggi; 2) Menjadi anggota panitia/badan pada lembaga pemerintah; 3) Menjadi anggota organisasi profesi; 4) Mewakili perguruan tinggi/lembaga pemerintah duduk dalam panitia antar lembaga; 5) Menjadi anggota delegasi nasional ke pertemuan internasional; 6) Berperan serta aktif dalam pertemuan ilmiah; 7) Mendapat tanda jasa/penghargaan; 8) Menulis buku pelajaran SLTA kebawah; 9) Mempunyai prestasi di bidang olahraga/kesenian/sosial. 3.
Kompetensi Dosen Undang-undang RI No 14 tahun 2005 pasal 1 (10), kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yang meliputi : a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik (penguasaan dosen pada berbagai macam pendekatan, metode, pengelolaan kelas, dan evaaluasi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan perkembangan mahasiswa); b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
didik (kesanggupan dosen untuk secara baik menampilkan dirinya sebagai teladan dan memperlihatkan antusiasme dan kecintaan terhadap profesinya); c. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam (keluasan wawasan akademik dan kedalaman pengetahuan dosen terhadap materi keilmuan yang ditekuni); d. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat(kemampuan dosen untuk menghargai kemajemukan, aktif dalam berbagai kegiatan sosial, dan mampu bekerja dalam team work). D. Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Prodi Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu prodi dari jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang bertujuan menghasilkan sarjana pendidikan bidang bimbingan dan konseling yang profesional, humanis, berkarakter, tangguh dan bermartabat. Dihasilkannya guru Bimbingan dan Konseling yang memiliki kompetensi pendukung dalam pelayanan bimbingan dan konseling bagi individu berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah inklusi. Metode pembelajaran berfokus pada experiental learning melalui dinamika kelompok, proses kelompok, olah refleksi, diskusi, seminar, praktikum dan studi kasus. Suasana pembelajaran mengedepankan cara-cara dialogis,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
demokratis, reflektif, penuh penghargaan terhadap individual dan nilai-nilai humanis. Pendampingan akademik dan pengembangaan pribadi seutuhnya para mahasiswa dilakukan secara intensif melalui berbagai kegiatan terencana, seperti pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM), Weekend moral, The Top Ten Soft Skills Training, pelatihan pemantapan karir, motivation Training, Leadership Training Community Live-in Program Building Compasioan, GnC dan praktek di sekolah. Dilengkapi dengan laboratorium BK. E. Kaitan Cura Personalis dengan Bimbingan dan Konseling Cura personalis sesuai dengan Bimbingan dan Konseling, salah satunya ada konseling pribadi. Dalam konseling pribadi, konselor harus mengenal secara pribadi konselinya. Dalam proses itu, melalui mendengarkan, bergaul, berinteraksi, bahkan bermain bersama supaya pengenalannya mendalam. Kalau sudah mengenal mendalam lalu bisa membantu mengarahkan kemana sesuai kebutuhan yang dibantunya. Sehingga dalam pendidikan calon guru bimbingan dan konseling/konselor pendekatan cura personalis menjadi penting. Mengingat calon guru bimbingan dan konseling kelak akan menjadi guru bimbingan dan konseling maka perlu pembentukan pribadi calon guru bimbingan dan konseling yang baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
F. Hasil Penelitian Sebelumnya Berdasarkan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa penelitian dari jurnal yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan diantaranya: a.
Penelitian G. Sukadi (2007) yang berjudul Menciptakan Keterlibatan Berbicara Peserta Didik dalam Pembelajaran di Kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Hasil penelitian menjelaskan bahwa manajemen dan iklim kelas yang belum dilakukan secara profesional, diduga
menjadi
salah
satu
elemen
dalam
pembelajaran
yang
mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah. Iklim kelas dalam pembelajaran belum banyak di bahas di Indonesia. Padahal, berdasarkan penelitian para ahli iklim kelas mempunyai korelasi positif dengan perilaku dan tingkat prestasi peserta didik. Skala iklim kelas yang banyak menimbulkan keprihatinan di Indonesia adalah skala keterlibatan (involvement), khususnya dalam wujud oral activities. Meskipun telah dilakukan aneka upaya perbaikan oelh guru dan sekolah, hasilnya belum seperti diharapkan. Diduga salah satu penyebab utamanya berasal dari adat budaya peserta didik. Ditawarkan pula pendekatan cura personalis dan "pendekatan budaya" sebagai usaha untuk memperbaiki keterlibatan berbicara peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Pendekatan cura personalis merupakan pendekatan utama dalam sekolah-sekolah Yesuit. Pendekatan budaya lebih merupakan konsekuensi lanjut dari kenyataan bahwa pribadi selalu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
bersifat sosial. Peserta didik mempunyai keluarga dan hidup dalam adat budaya tertentu. b.
Penelitian Ire Puspa Wardhani (2001) yang berjudul Peranan Kompetensi dan Life Skill Dosen Berbasis Cura Personalis pada Peningkatan Kompetendi Mahasiswa. Subyek dalam penelitian adalah mahasiswa. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kompetensi mendidik dan mengajar dosen sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar dan life skill dosen berbasis cura personalis merupakan salah satu aspek peningkatan kompetensi dan kualitas mahasiswa, yang saat ini dibutuhkan guna perbaikan mutu pendidikan tinggi di Indonesia. Kurikulum berbasis kompetensi yang juga menjadi salah satu faktor penentu mutu pendidikan,
perlu
dikembangkan
agar
mahasiswa
mampu
mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmu tersebut lebih bermanfaat bagi diri pribadi dan masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
G. Kerangka Berpikir Gambar 2.1. Pembelajaran Cura Personalis
D
M
Wawancara
Wawancara
Dosen
Mahasiswa
Hasil Keterlaksanaan Pendekatan Cura Personalis di Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Kesimpulan
Rekomendasi
Terlihat interaksi antara dosen dengan mahasiswa kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap dosen dan mahasiswa. Dari hasil wawancara tersebut diolah dan terlihat hasil dari keterlaksanaan cura personalis di prodi Bimbingan dan Konseling. Hasil dan kesimpulan menjawab rumusan masalah yaitu keterlaksanaan dan hambatan implementasi cura personalis di prodi Bimbingan dan Konseling. Dari kesimpulan yang didapat, peneliti memberikan rekomendasi berupa saran kepada beberapa pihak antara lain: dosen, mahasiswa, peneliti lain, dan prodi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab metode penelitian ini dipaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Bogdan dan Taylor (Tohirin, 2012 : 2) menjelaskan, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif ini terkait dengan judul peneliti tentang keterlaksanaan pendekatan cura personalis dosen dalam pendidikan calon guru Bimbingan dan Konseling di prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Dalam hal ini, penelitian bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pendekatan cura personalis di prodi Bimbingan dan Konseling. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2014. C. Responden Penelitian Responden penelitian pendekatan cura personalis dalam pendidikan calon guru BK, dengan sumber data sebagai berikut:
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
1. Dosen a. Pernah menjadi DPA b. Sudah
memiliki
pengalaman
mengajar
di
Program
Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma minimal 10 tahun c. Sudah menjadi dosen tetap d. Kompetensi yang dimiliki sesuai dengan bidang yang ditekuni. 2. Mahasiswa a. Mahasiswa masih aktif mengikuti perkuliahan b. Merupakan mahasiswa semester 4-7 yang dipilih secara acak dengan teknik sampel purposif. D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Menurut Sugiyono (2010 : 317), teknik wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam tentang diri sendiri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur untuk mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya (Sugiyono, 2010: 319). Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman wawancara, peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
menggunakan alat bantu untuk merekam saat pelaksanaan wawancara agar menjadi lancar. Menurut Sugiyono (2010 : 305-306), dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri untuk menetapkan fokus penelitian, memilih responden sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti menyimpulkan aspek berdasarkan beberapa sumber yang peneliti baca. Di bawah ini peneliti menampilkan panduan wawancara. Tabel 3.1. Panduan Wawancara No 1
Aspek
Responden Dosen
Rasa Percaya
Mahasiswa 2
Dosen
Terbuka
Mahasiswa 3
Dosen
Komunikasi
Mahasiswa 4
Dosen
Empati
Mahasiswa 5
Dosen
Mendengarkan
Mahasiswa 6
Dosen
Rasa Hormat
Mahasiswa
Item Pertanyaan Bagaimana Anda memberikan rasa percaya kepada mahasiswa baik di kelas maupun di luar kelas? Bagaimana dosen memberikan rasa percaya selama ini yang sudah kamu rasakan? Bagaimana Anda terbuka kepada mahasiswa baik di kelas maupun di luar kelas? Bagaimana dosen terbuka selama ini yang sudah kamu rasakan? Bagaimana Anda berkomunikasi dengan mahsiswa baik di kelas maupun di luar kelas? Bagaimana dosen berkomunikasi selama ini yang sudah kamu rasakan? Bagaimana Anda berempati terhadap mahasiswa saat di kelas maupun di luar kelas? Bagaimana dosen berempati selama ini yang kamu rasakan? Bagaimana Anda mendengarkan mahasiswa saat di kelas maupun di luar kelas? Bagaimana dosen mendengarkan selama ini yang kamu rasakan? Bagaimana Anda memberikan rasa hormat terhadaap mahasiswa saat di kelas maupun di luar kelas? Bagaimana dosen memberikan rasa hormat selama ini yang sudah kamu rasakan?
E. Keabsahan Data Sugiyono (2010 : 366) berpendapat bahwa uji keabsahan data meliputi uji credibility (validitas internal) dengan perpanjangan pengamatan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. Transferability (validitas eksternal) berarti hasil penelitian dapat diterapkan pada populasi yang diambil, konteks dan situasi sosial lain. Dependability (reliabilitas) dengan melakukan proses penelitian ke lapangan untuk menghasilkan data. Confirmability (obyektivitas) berarti hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian ini menggunakan uji credibility (validitas internal) dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,
analisis kasus negatif dan
member check. F. Teknik Analisis Data Analisis dalam penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman (Sugiyono) 2010 : 337 yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Langkah pertama, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, cari tema, polanya, kode pada aspek tertentu dan membuang yang tidak perlu. Kedua, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks bersifat naratif, menghubungkan antar kategori maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. Ketiga, verifikasi yaitu penarikan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 3.1. Ilustrsi: Reduksi data, penyajian daya dan verifikasi
Catatatan Lapangan
6V1n%jl8735hshs=+mnKMbFshaggd68$&*!@ #$%^&*()_+24fbjsjL/><mljss sTYlMvLKADV&8$345^$bj# @gnJJHtR_$$%mLN132HKV majskll46jwy7654&%nnsHKL HnaUYTRWWVBJu**89290
Reduksi Data: Memilih yang penting, membuat kategori (huruf besar, huruf kecil, angka), membuang yang tidak dipakai SDEAWQUIOPL MNHBFTRDLP OIUYTRZXCVN MKTRUIJBV
qpowwiuelakjs hdgbznmxlmak jssnxtgdujsklap siuettsgsassbn
132435465768 779809287365 202986254667 111332682638
dmjkk
Menyajikan ke pola 123456789
ABCDEFGHIJK LMNOPQRSTU VWXYZ
abcdefghjklm nopqrstuvwq yz
Verifikasi Penarikan kesimpulan yang menjawab
masalah.
rumusan
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab hasil penelitian ini dipaparkan hasil dan pembahasan. A. Hasil Penelitian 1.
Keterlaksanaan Data penelitian menunjukkan bahwa pendekatan cura personalis dilaksanakan oleh dosen prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dalam mendidik calon guru Bimbingan dan Konseling. Tampak dalam sikap-sikap dosen sebagai berikut: a. Rasa percaya Dalam interaksi dosen dengan mahasiswa, dosen memberikan rasa percaya kepada setiap mahasiswa dengan memberikan dorongan untuk menggali potensi. Selain itu dosen juga menjaga rahasia setiap masalah mahasiswa. Hal ini tampak dari kutipan wawancara dosen A Saya menantang mahasiswa menggali potensi yang dimiliki karena saya yakin manusia memiliki potensi yang besar dan bisa berkembang secara utuh dan optimal. Saya selalu mendorong mahasiswa menangkap makna dari setiap pengalamannya... mendorong mahasiswa mengambil keputusan sendiri... berusaha tidak mengomongkan orang itu di depan umum. Kita juga jaga rahasia mahasiswa apapun yang disampaikan kita simpan. Senada dengan dosen A, dosen B juga mengatakan hal yang sama Saya memotivasi, saya mengundang, saya memberi peneguhan, dan mendorong. Saya tampil apa adanya, hak mahasiswa untuk percaya atau tidak. Bukan jaim dalam bentuk pencitraan. Saya tulus dan mereka menangkap itu.
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Hal ini menunjukkan bahwa dosen memberikan rasa percaya penuh pada mahasiswa dengan cara yang tulus dan apa adanya sehingga mahasiswa bisa menilai sendiri sikap yang ditunjukkan dosen. Dosen C juga memberikan rasa percaya penuh pada mahasiswa dengan melibatkan mahasiswa secara aktif melalui kegiatan dan presentasi. Dosen berperan sebagai orangtua sehingga mahasiswa bisa mengutarakan keluh kesahnya. Sehingga mahasiswa menjadi lebih baik. Dosen D memberikan kepercayaan penuh dengan cara mahasiswa menunjukkan kemampuannya. Dari pernyataan dosen tersebut tergambar sikap rasa percaya dosen kepada mahasiswa. Walaupun setiap dosen memiliki caranya masing-masing.
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
dosen
telah
memberikan rasa percaya penuh kepada mahasiswa dengan cara memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan dengan mengikuti kegiatan, presentasi. Rasa percaya yang ditunjukkan dosen dalam bentuk menjaga rahasia mahasiswa, menjadi orang tua yang mendorong dan memotivasi untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang penting dalam hidupnya. Sebaliknya mahasiswa juga merasa dosen telah menunjukkan rasa percaya kepada mahasiswa dengan memberikan pesan dan nasehat agar mahasiswa bisa lebih semangat. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa A.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
...memberikan wejangan atau pesan-pesan kepada mahasiswa agar lebih termotivasi misal dengan mengatakan meskipun banyak kesulitan tetap semangat ya. Diberikan tanggungjawab, rasa percaya. Sejalan dengan pernyataan mahasiswa A, mahasiswa E menyatakan hal yang sama ...beberapa kali dosen mengatakan jangan takut salah karena dengan tahu kesalahan kita bisa memperbaiki kesalahan tersebut. Itu cara dosen untuk membuat kita percaya akan kemampuan yang kita miliki. Dosen memberikan wadah berupa kegiatan sehingga mahasiswa dapat menyalurkan bakat dan potensi yang dimiliki, bisa menerapkan kedisiplinan, menyalurkan ide-ide, belajar percaya diri, belajar berpendapat, menambah pengalaman dan masih banyak yang bisa dipelajari melalui kegiatan yang diselenggarakan prodi maupun universitas. Pernyataan mahasiswa E menunjukkan bahwa mahasiswa merasa percaya dengan dosen karena dosen menyemangati mahasiswa lewat perkataan dan pesan-pesan sehingga membuat mahasiswa yakin akan kemampuan diri. Sedikit berbeda dengan yang diungkapkan mahasiswa A dan E, mahasiswa C menjelaskan bahwa tumbuhnya rasa percaya mahasiswa dikarenakan mahasiswa merasa nyaman kepada dosen. Mahasiswa D merasa percaya dengan dosen karena dosen memiliki asas kerahasiaan. Sedangkan mahasiswa G bisa percaya kepada dosen jika dosen dapat terbuka kepada mahasiswa. Lain lagi dengan pendapat mahasiswa F yang menyatakan rasa percaya yang dirasakan lebih mengarah pada rasa percaya diri dimana mahasiswa dapat menampilkan rasa percaya dirinya secara lebih luas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
dengan mengikuti berbagai macam acara yang di adakan oleh prodi. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa F Dosen juga mendukung dalam kegiatan karena bisa menjadi wadah untuk menyalurkan bakat, potensi yang kita miliki serta memunculkan rasa percaya diri. seminar juga merupakan kegiatan yang memberikan wawasan bagi kita sebagai calon guru BK. Kegiatan pengakraban kelas di mulai dari kelas kemudian per angkatan kemudian dosennya juga ikut untuk membangkitkan semangat dan motivasi mahasiswa. Hal yang hampir sama diungkapkan mahasiswa H Mahasiswa baru sekarang juga sudah dibekali dengan berbagai kegiatan dan memberikan pemahaman tentang BK sehingga ke depannya bukan sekedar hanya sebagai mahasiswa BK saja. Jadi, dapat dilihat bahwa dosen memberikan wadah bagi mahasiswa melalui berbagai kegiatan, mahasiswa memiliki rasa percaya kepada dosen dan prodi karena masa depan mereka akan terjamin dan mahasiswa dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga mereka dapat lebih berkembang. Dari pernyataan yang diungkapkan mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa merasakan rasa percaya yang diberikan dosen. Walaupun setiap mahasiswa merasakan bentuk atau sikap rasa percaya yang berbeda dari setiap dosen. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah memiliki rasa percaya kepada dosen karena dosen terbuka dengan mahasiswa, mahasiswa merasa nyaman dengan dosen, dan mahasiswa diberikan nasehat dan semangat untuk dapat berkembang menjadi lebih baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
b. Terbuka Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen
sudah terbuka
kepada mahasiswa dengan cara menerima setiap mahasiswa yang mau konsultasi dengan dosen di ruangan. Hal ini tampak dari petikan wawancara dosen A “Karena kebutuhan mahasiswa berbeda-beda, setiap dosen diberikan ruangan masing-masing, jadi kalau ada yang merasa ingin dikonsultasikan ya datang saja. Jujur”. Senada dengan dosen A, dosen B mengatakan hal yang sama Mereka tidak tahu cara melihat daftar nilai melalui sistem dan datang saya jelaskan. Saya merasa ketika mereka perlu ya saya cerita tentang pengalaman yang saya alami, saya ceritakan tapi jika diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa dosen meluangkan waktu pada mahasiswa untuk berbagi pengalaman dan membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam studi. Dosen C terbuka kepada mahasiswa dengan cara memberikan penjelasan mengenai urusan akademik seperti menjelaskan mengenai silabus selama perkuliahan 1 semester. Sedangkan dosen D terbuka kepada mahasiswa dengan mengajarkan kepada mahasiswa untuk bercerita tentang pengalamannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap dosen memiliki cara yang berbeda untuk terbuka kepada mahasiswa. Dosen terbuka pada setiap
mahasiswa
dengan
mempersilakan
mahasiswa
datang
berkonsultasi. Hal ini ditunjukkan dengan cara dosen terbuka berbagi pengalaman pada mahasiswa, terbuka memberikan penjelasan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
hal akademik, dan dosen mendekati mahasiswa pada setiap kesempatan untuk berbagi pengalamannya. Sebaliknya, mahasiswa telah terbuka kepada dosen dengan cara bertanya mengenai hal-hal yang tidak mereka ketahui, mengenai masalah pribadi, ataupun mengenai kegiatan organisasi. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa A Ketika saya butuh, ada kesulitan saya tidak sungkan untuk datang ke dosen dan ketika kita membutuhkan bantuan dosen pasti membantu baik itu kesulitan dalam kuliah, kegiatan, organisasi ataupun masalah pribadi. Kalau ada waktu luang saya ngobrol-ngobrol dengan dosen jadi sambil belajar juga cara dosen menanggapi kita, belajar konseling oh dia pakai teknik ini dan saya merasa diterima. Ketika dosen perlu menyampaikan sesuatu yang penting entah di mata kuliah atau di luar mata kuliah. Sedangkan mahasiswa C merasa dosen telah terbuka kepada mahasiswa. Begitu pula sebaliknya mahasiswa juga terbuka, hal ini dilakukan dengan cara saling bertanya, dosen memberi tahu hal-hal mengenai akademik, dan dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bercerita. Mahasiswa D merasa dosen telah terbuka kepada mahasiswa yaitu dengan cara sharing dan berbagi pengalaman ketika perkuliahan. Demikian juga mahasiswa E merasa dosen telah menunjukkan rasa terbuka kepada mahasiswa dengan cara menjelaskan silabus dan mengajak berbicara mahasiswa pada waktu senggang. Mahasiswa F merasa dosen telah terbuka terhadap mahasiswa, baik yang memiliki permasalahan atau tidak karena dosen dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
senang hati menerima setiap mahasiswa yang mau berkonsultasi. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa F ...dosen juga tidak segan untuk mengulang materi perkuliahannya. Dosen juga membahas beberapa kali jangan takut salah dan lama-lama saya jadi berani, karena dengan tahu kesalahan dan kita dapat memperbaiki kesalahan kita. Dosen juga terbuka, misal kalau mahasiswa nggak tahu/nggak ngerti/ada kesulitan lain, mahasiswa bertanya apa saya bisa bertemu/konsultasi. Dosen juga bilang silakan dan beliau welcome saja. Hal serupa juga diungkapkan mahasiswa G Bisa lebih berteman dan nyaman saat bertemu di luar, biasanya konsultasi tentang mata kuliah dan cerita tentang diri kita yang tidak bisa diceritakan saat kuliah tentang masalah saya dan lebih leluasa saat di luar jam perkuliahan. Kalau kita sebagai mahasiswa terbuka dosen juga saya kira mau membantu kesulitan kita. Ada sebagian dosen yang sudah terbuka dan sebagian tidak. Dari pernyataan kedua mahasiswa menujukkan bahwa mahasiswa lebih merasa terbuka dengan dosen apabila konsultasi atau berbincang dilakukan diluar jam kuliah. Ketika dua pihak saling terbuka maka dosen bisa membantu dan mahasiswa bisa dibantu. Hampir sama dengan mahasiswa H “dosen memberikan kesempatan untuk bertanya. Kebanyakan dosen welcome aja kalau ada mahasiswa yang ingin berkonsultasi”. Dosen terbuka kepada mahasiswa meskipun tidak ditunjukkan melalui perilaku melainkan melalui perkataan dan pertanyaan dan itu ternyata membuat mahasiswa senang. Dosen juga terbuka menerima konsultasi dari mahasiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Setiap mahasiswa merasakan keterbukaan yang berbeda-beda dari dosen.
Keterbukaan
telah
ditunjukkan
oleh
dosen
maupun
mahasiswa. Mahasiswa merasa nyaman kepada para dosen karena mereka welcome atau dengan senang hati mau membantu para mahasiswa yang memliki kesulitan ataupun yang sekedar ingin konsultasi. c. Komunikasi Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen berkomunikasi kepada mahasiswa secara verbal dan non verbal, secara langsung dan tidak
langsung
seperti
menunjukkan
ekspresi
muka
yang
menyenangkan dan berkomunikasi secara tidak langsung dengan menerima sms mahasiswa yanag berkaitan dengan kuliah. Hal ini tampak dari petikan wawancara dosen A “Berkomunikai dapat dilihat secara verbal dan nonverbal, secara langsung dan tidak langsung asertif, tergantung situasi, saya bisa tegas/asertif”.
Senada dengan dosen A, dosen B mengatakan hal yang sama Komunikasi melalui sms, email, tertulis, verbal dengan menyapa dan mereka membalas sapaan saya. Kalau dalam berkomunikasi ya terbuka kalau tidak terbuka tidak bisa terbantu. Saya tidak mau menerima sms di luar jam kerja dan urusan dinas ketika di rumah. Itu saya lakukan agar mahasiswa merasa dihargai dengan mendidik seperti itu. Pernyataan tersebut menunjukkan dosen berkomunikasi baik dengan mahasiswa. Baik melalui sosial media maupun ketika bertemu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
langsung. Tetapi komunikasi dengan dosen tersebut dibatasi dengan cara tidak membalas sms di luar jam kerja. Dosen C dengan lebih leluasa berkomunikasi kepada mahasiswa dengan mengajak berbicara dan bercanda disela-sela jam kuliah. Dosen
tersebut
juga
memanfaatkan
DPA
sebagai
sarana
berkomuikasi dengan mahasiswa pada saat kegiatan rutin seperti dialog prodi sehingga DPA mampu menyalurkan pendapat-pendapat mahasiswa pada saat rapat prodi. Sedangkan dosen D juga memanfaatkan media sosial sebagai alat komunikasi dengan mahasiswa. Dosen juga memanfaatkaan waktu saat dialog prodi untuk sharing satu per satu tentang permasalahan yang dialami selama 1 semester. Dari
pernyataan
dosen
tersebut
tergambar
dosen
telah
berkomunikasi baik dengan mahasiswa melalui komunikasi verbal dan nonverbal maupun langsung dan tidak langsung. Dosen juga mau menerima dan membalas SMS yang dikirim mahasiswa dan berkomunikasi lewat sosial media. Dosen melakukan komunikasi secara langsung yaitu mengajak mahasiswa berbicara dan bercanda di sela-sela waktu kuliah. Dosen juga memanfaatkan kegiatan rutin yang dilaksanakan
prodi
untuk
memudahkan
DPA
berkomunikasi
langsung dengan mahasiswa sehingga pendapat mahasiswa bisa ditampung dan disampaikan saat rapat prodi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Sebaliknya, mahasiswa juga merasa komunikasi antara dosen dan mahasiswa berjalan dengan baik. Komunikasi biasanya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dosen mau membalas sms mahasiswa yang bertanya mengenai perkuliahan dan mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengutarakan keluh kesah melalui kegiatan rutin yaitu dialog prodi. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara mahasiswa A ...tidak hanya bertemu langsung tapi lewat email, sms, telepon.... lewat DPA atau saat dialog prodi. Saat menghadapi situasi kelas itu tidak monoton tapi mungkin ada ice breaking, pertanyaan candaan yang bisa mengaktifkan situasi kelas karena ada interaksi yang menarik. Ketika berbicara, bertanya atau bercerita ya dosen menunggu sampai aku selesai baru dosennya berbicara atau menanggapi. Kemudian diluar kuliah, saat kegiatan dosen lebih santai dan bersahabat. Ketika dosen butuh misal buat video atau kegiatan apa, membantu seminar, dosen mengkonfirmasi ke saya. Sejalan dengan mahasiswa A, mahasiswa C juga merasakan hal yang sama “Bisa secara langsung saat kuliah maupun di luar perkuliahan, komunikasi 2 arah, lewat alat komunikasi”. Mahasiswa D juga mengatakan bahwa Komunikasi lewat telepon, sms, ketemu langsung. Dari komunikasi itu jawaban dari dosen menyenangkan dan pesannya tersampaikan. Apa yang menjadi pertanyaan terjawab. Dosen mengarahkan mana yang terbaik untuk saya. Demikian juga mahasiswa F mengatakan bahwa Komunikasinya 2 arah dan saling mendengarkan. Komunikasinya baik karena dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
bertanya. Saat mahasiswa diskusi dosen bertanya bagaimana pendapatmu?. Dari pernyataan mahasiswa C, D, F, terlihat komunikasi antara dosen dan mahasiswa berjalan lancar baik secara langsung maupun melalu interaksi yang tidak langsung. Mahasiswa E merasa komunikasi dosen dan mahasiswa terlaksana apalagi dosen memilki fasilitas agar mahasiswa dapat melihat pengumuman secara mudah di internet. Mahasiswa G lebih nyaman apabila berkomunikasi secara langsung karena melalui komunikasi langsung mereka dapat dengan leluasa mengutarakan masalah pribadi mereka sehingga dosen dapat membantu masalah yang mereka hadapi dengan memberikan nasehat dan jalan alternatif untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Dari pernyataan mahasiswa tersebut terlihat bahwa komunikasi yang dilakukan dosen dan mahasiswa berjalan dengan baik dan lancar. Baik komunikasi secara langsung maupun tak langsung. Mahasiswa bisa saling bersapa lewat media sosial ataupun bertemu langsung dengan dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi lewat sms jika memilki permasalahan mengenai kegiatan akademik ataupun permasalahan pribadi. d. Empati Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen sudah empati dengan memberikan perhatian dan bantuan kepada mahasiswa yang memiliki masalah. Hal ini tampak dari kutipan wawancara dosen A
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Kalau yang nilainya kurang kita beri tugas untuk perbaikan, kalau yang nilainya baik ya diberikan pengayaan. Kalau mahasiswa tidak berangkat ya sampaikan salam dari saya. Saat memberikan kuliah ketika ada yang kurang jelas dan bertanya ya kita jawab. Kita pahami dia merasa begini, perasaan dan pikirannya begini. Dosen disini ada waktu khusus dalam rapat untuk membahas mahasiswa yang bermasalah dan tentunya mengadakan upaya-upaya dalam membantu mahasiswa tersebut. Memahami betul apa yang ingin disampaikan. Tapi kalau tidak datang ya kita anggap beres. Senada dengan dosen A, dosen B mengatakan hal yang sama “kalau tahu tentang dirinya kan jadi paham dirinya seperti apa. Banyak ngobrol. Saya merasa belum melakukan pendampingan secara pribadi”. Jadi dosen berempati dengan mengenal mahasiswa lebih jauh sehingga dapat membantu permasalahannya. Sedangkan dosen
C
menyatakan
berempati
kepada
mahasiswa
dengan
menyalurkan bakat minat mahasiswa melalui kegiatan sehingga potensi mahasiswa semakin berkembang. Dosen D memberikan, menunjukkan empati dengan memberikan semangat dan melihat hal positif dari setiap mhasiswa. Dosen menggunakan suatu metode agar mahasiswa paham dengan materi kuliah. Dari pernyataan dosen tersebut tergambar bahwa empati sudah dilakukan dengan baik oleh para dosen. Hal ini ditunjukkan dengan cara membantu mahasiswa yang memiliki permasalahan studi, memberikan semangat pada mahasiswa yang mempunyai masalah, memberikan pujian dan melihat hal-hal positif dari diri mahasiswa (tidak ngejudge) dengan lebih mengenal mahasiswa, menyalurkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
potensi dan bakat yang dimiliki mahasiswa serta menggunakan metode saat di kelas agar mahasiswa paham. Sebaliknya, mahasiswa juga telah merasakan empati dosen seperti ketika memberikan toleransi kepada mahasiswa, mendampingi saat ada masalah, dan mengadakan upaya membantu mahasiswa. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa A ...dosen mengerti lalu membuat keputusan untuk melakukan berapa kali rapat saja karena ada tugas dan kuliah. Ketika ada kegiatan di luar kuliah itu diijinkan dan diberi kesempatan tapi tetap dengan ketentuan 3x tidak masuk. Kemudian saat dosen mendampingi teman saya yang terkena masalah dan disitu saya menjadi saksi dari masalah tersebut dan saya merasakan bahwa dosen mendampingi, peduli. Dengan membahas permasalahan mahasiswa saat rapat dosen. Sejalan dengan mahasiswa A, mahasiswa C juga mengatakan hal yang sama “dosen cukup bisa menyamakan cara pikir dengan mahasiswa. Kalau ada mahasiswa terlambat 1, 2 kali dosen masih dimaklumi. Hal ini menunjukkan mahasiswa merasakan empati dosen karena dosen bisa memahami cara pikir mahasiswa dan memberikan toleransi. mahasiswa merasakan empati dari dosen. Mahasiswa D juga merasakan empati yang ditunjukkan melalui ekspresi dosen saat mahasiswa bercerita, dosen memahami perasaan dan pikiran mahasiswa. Berikut kutipan wawancaranya ...aku cerita sedih-sedih dosen tahu mengekspresikannya, kalau aku cerita senang ekspresi dosen juga senang. Dosen menerima apa yang menjadi pikiran dan perasaan yang saya rasakan aku cerita sedih-sedih dosen tahu mengekspresikannya, kalau aku cerita senang ekspresi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
dosen juga senang. Dosen menerima apa yang menjadi pikiran dan perasaan yang saya rasakan. Senada dengan mahasiswa D, mahasiswa F mengatakan hal yang sama ...dosen BK memiliki rasa empati... dosen memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan rasa empati itu atau cara dia memahami mahasiswa itu... dalam kelompok dosen mengatakan, ya saya mengerti kesulitan kelompok ini. Dosen memberikan masukan, tambahan, dan kritik yang membangun. Jadi dosen berempati kepada mahasiswa dengan menunjukkannya melalui ekspresi dosen terhadap mahasiswa saat berpendapat, konsultasi
atau
cerita
dan
dosen
memahami
permasalahan
mahasiswa. Mahasiswa juga merasa dosen memiliki empati dengan dosen memberikan solusi pada masalah mahasiswa. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa E Ada dosen yang mengatakan kalau uda puas dengan nilainya silakan dikembalikan kalau belum diperbaiki lagi. Kalau misal mahasiswa telat/nggak masuk dosen tidak langsung menyalahkan tapi memahami dengan bertanya. Senada dengan
pernyataan
mahasiswa
E,
mahasiswa G
mengatakan hal yang sama Saat ada tugas ke sekolah tapi saya tidak diberitahu dan saya tidak hadir. Kemudian oleh kelompok dan dosen menyarankan agar saya menuliskan apa yang didapat teman saya dan itu cukup membantu saya...dosen mengingatkan, membimbing saat kuliah dan memahami bahwa sikap mahasiswa kan berbeda-beda. Cara dosen memahami mahasiswa itu relatif, misal dosen memberikan kuis setiap minggunya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Mahasiswa merasakaan empati dosen dengan memberi solusi pada permasalahan mahasiswa. Sedangkan mahasiswa H merasakan empati dosen saat dosen bisa membaur dengan mahasiswa. Setiap mahasiswa merasakan cara empati dari dosen yang berbeda-beda. Secara keseluruhan mahasiswa merasakan empati dosen dengan dipahami pikiran dan perasaan mahasiswa, dosen tahu cara mengekspresikan bahwa dosen paham dan dosen memberikan solusi dari permasalahan mahaiswa. e. Mendengarkan Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen mendengarkan dengan baik setiap kalimat yang disampaikan oleh mahasiswa dengan mencerna apa yang disampaikan mahasiswa dengan sunggugsungguh, sehingga tidak salah memahami maksud ucapan mahasiswa. Hal ini tampak dari petikan wawancara dosen A “mendengarkan, menangkap betul apa yang disampaikan mahasiswa”. Sedangkan dosen B mengatakan sudah mendengarkan mahasiswa secara baik tapi waktu yang dibutuhkan terbatas dan tidak pada setiap pada kesempatan dosen menanggapi mahasiswa karena faktor lain yang lebih penting. Dosen C mendengarkan masalah mahasiswa dan melakukan upaya dengan menyalurkan melalui kegiatan. Dosen D mengajak mahasiswa yang lain untuk saling menghargai dengan saling mendengarkan satu sama lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Setiap dosen sudah mendengarkan mahasiswa dengan baik walau dengan caranya masing-masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosen tidak menanggapi mahasiswa jika dosen memiliki kepentingan lain yang lebih mendesak dan mengganti di waktu yang lain. Dosen mendengarkan mahasiswa saat menceritakan pengalaman, pendapat dan keluh kesah. Sebaliknya, mahasiswa merasa dosen mendengarkan dengan empatik, serius, dan dosen mengkondisikan saat bercanda yang bercanda. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa A Dosen mendengarkan dengan empatik, serius, nggak mainmain. Dosen juga bisa mengkondisikan, melihat situasi kalau bercanda ya nanggapinnya bercanda kalau serius ya serius. Sedangkan mahasiswa B merasa bahwa dosen mendengarkan dengan memberikan penerimaan terhadap mahasiswa. Mahasiswa juga merasa dosen mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi respon. Hal ini tampak dari petikan wawancara mahasiswa C “Dosen mendengarkan dengan penuh perhatian, merespon dengan baik”. Hal sama juga diungkapkan mahasiswa D bahwa mahasiswa merasa dosen mendengarkan dengan penuh perhatian. Mahasiswa E lebih merasa dosen mendengarkan secara aktif. Mahasiswa F merasa dosen mendengarkan dengan memberikan umpan balik. Sedangkan mahasiswa H merasa dosen tidak hanya sekedar mendengarkan mahasiswa tapi juga melakukan usaha-usaha memberikan solusi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Dari pernyataan beberapa mahasiswa sudah cukup tergambar bahwa dosen mendengarkan mahasiswa karena mahasiswa juga merasakan kehadiran, keterlibatan dosen dengan mendengarkan dengan empatik, serius, sesuai kondisi, mendengarkan dengan penuh perhatian,
memberikan
respon/umpan
balik,
memberikan
penerimaan, menunjukkan ekspresi, mendengarkan aktif, dan memberikan solusi. f. Rasa hormat Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen
menghargai
mahasiswa saat mahasiswa memiliki inisiatif. Menghargai dengan memberikan hak mahasiswa. Hal ini tampak dari kutipan wawancara dosen A Saya melihat sesuatu yang positif disitu misalnya mereka berani berbicara, berani berpendapat. Saya menghargai inisiatif mahasiswa misal berani tampil, berani omong, kesalahan saya anggap mereka belajar dari kesalahan. Berusaha memberikan kuliah dengan baik. Menjawab pertanyaan mahasiswa jika ada yang bertanya. Menerima mahasiswa jika ada yang konsultasi. Sering mahasiswa sms dan saya tanggapi. Kalau yang ada masalah atau tugas telat ya kita panggil. Dosen B juga menyatakan hal yang sama yaitu dosen menghargai mahasiswa dengan memberikan haknya seperti mengembalikan tugas ke mahasiswa, menjawab pertanyaan, mendampingi, dan memberikan kesempatan
pada
mahasiswa
untuk
bertanya.
Dosen
juga
mengingatkan mahasiswa yang melakukan kesalahan. Dosen juga sudah menunjukkan rasa hormat dengan cara berkomunikasi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
menerapkan aturan kepada para mahasiswa dan para dosen sehingga mahasiswa dapat lebih menghormati dosen. Hal ini tampak dari kutipan wawancara dosen C Menanyakan kabar mahasiswa, menyapa, tanya perkembangannya. Saat kuliah memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bertanya... tanya pendapatnya, ajakan untuk terlibat. ... dosen kita ingatkan dirapat-rapat terlambat boleh tapi ada batasnya. Berbeda dengan dosen D yang memliki rasa penghargaan tinggi kepada mahasiswa dengan tidak melihat sisi buruk mahasiswa melainkan dosen melihat sisi baik mahasiswa agar mahasiswa tidak minder tetapi semakin berkembang. Dari pernyataan dosen tersebut telah tergambar bahwa dosen memiliki rasa hormat kepada mahasiswa dengan cara yang berbeda. Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
dosen
menghargai
dan
memberikan penghargaan kepada mahasiswa dengan memberikan pujian,
memberikan
kesempatan
untuk
memperbaiki,
dan
memberikan dispensasi kepada mahasiswa yang terlambat pada mata kuliahnya sehingga hal ini dapat membuat mahasiswa merasa bahwa dirinya dihargai. Sebaliknya, mahasiswa merasa dihargai secara verbal daan nonverbal misal pujian dan jabat tangan, dosen peduli paada mahsiswa yang tidak masuk dan hasil belajarnya kurang dipanggil, diberikan respon yang baik, diberikan kesempatan. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa A
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
...verbal dan non verbal. Dosen mengatakan kamu hebat, kreatif, luar biasa, semakin terbang melambung ya. Non verbal berupa pelukan, senyuman, sapaan, jabat tangan... mahasiswa yang nggak masuk itu dosen masih mencaricari mahasiswa yang nggak masuk itu dosen masih mencari-cari... teman yang mengalami kesulitan dalam hal kognitif dan dilihat dari hasil belajarnya memang kurang kemudian dipanggil oleh dosen. Ketika bertanya ya jawabannya serius. Ketika ngobrol santai ya bisa juga bercanda. Saya merasa dianggap, nggak dicuekin... tidak membiarkan mahasiswa tapi terus menanyakan, memberikan kesempatan untuk datang lagi, bertanya. Diberikan waktu dan kesempatan sampai benar-benar selesai... agar mahasiswa merasa lebih diterima, diangkat, saling mengenal dan sadar kalau BK itu pilihan yang baik. Sejalan dengan mahasiswa A, mahasiswa B juga merasakan hal yang sama Penerimaan dosen baik terhadap saya, ada rasa antusias saat menangagapi pertanyaan atau saat saya menjawab pertanyaan. Saat dosen menyapa dan menanyakan kabar... memancing agar mahasiswanya aktif, mau berbicara, bersemangat, termotivasi. Mahasiswa merasa dihargai dengan diberikan pujian, diberikan respon yang baik. Mahasiswa C juga merasa dihargai dengan diterima, saat pertanyaannya ditanggapi oleh dosen dengan antusias, dan dosen menggunakan metode agar mahasiswa aktif sehingga mahasiswa merasa diperhatikan. Hal yang sama juga dirasakan mahasiswa D yang merasa dihargai oleh dosen dengan diberikan pujian dan dosen mampu menerima pendapat mahasiswa. Mahasiswa E merasa dihargai dengan diberikan pujian sehingga mahasiswa merasa dianggap, dosen memperlakukan mahasiswa secara bermartabat, dosen juga menghargai usaha
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
mahasiswa. Mahasiswa F merasa dihargai dengan dosen menjawab pertanyaan mahasiswa dengan penuh perhatian. Mahasiswa G merasa dihargai dengan diterima dan dosen memanusiakan mahasiswa. Mahasiswa H merasa dihargai dosen dengan diingatkan, didengarkan saat bercerita, pendapat mahasiswa tidak disalahkan, mahasiswa merasa diterima. Beberapa mahasiswa merasakan hal yang sama dan mahasiswa lain merasakan hal yang berbeda. Namun, dari pernyataan mahasiswa tersebut
menggambarkan
tersampaikan
kepada
bahwa
apa
mahasiswa
yang
karena
diberikan
dosen
mahasiswa
juga
merasakannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa merasa dihargai oleh dosen. Hal ini ditunjukkan dengan mahasiswa diberikan pujiaan, diberikan respon yang baik, memberikan kesempatan paada mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan, dosen mampu menerima pendapat
maahsiswa
menghargai
usaha
dan
merespon
maahasiswa,
dengan
mahasiswa
antusias, diingatkan
dosen saat
melakukan kesalahan sehingga mahasiswa semakin merasa dianggap dan diperlakukan secara bermartabat. 2.
Hambatan Pelaksanaan cura personalis di Prodi Bimbingan dan Konseling sudah berjalan walaupun belum secara ideal. Dari data penelitian, berikut diungkapkan hambatan implementasi pendekatan cura personalis di prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
a. Rasa percaya Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen dan mahasiswa menyadari kurang terlaksananya cura personalis. Dosen sudah memberikan rasa percaya tapi terkadang dari mahasiswa yang kurang mau untuk terlibat. Hal ini tampak dari petikan wawancara dosen C “Kita tawarkan berbagai kegiatan, tapi ya alasannya capek dan banyak tugas”. Dalam hal ini dosen memberikan rasa percaya kepada mahasiswa dalam bentuk kegiatan tapi mahasiswa yang kurang mau terlibat. Sebaliknya, yang dirasakan mahasiswa yaitu belum percaya kepada dosen karena melihat temannya yang konsultasi tapi tidak mendapat tanggapan dan mahasiswa menjadi ragu terhadap kemampuan dosen. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa B Saya berkaca dari teman-teman yang konsul tapi nggak mendapat tangagapan dari dosen, kecewanya itu Aku pengen terbuka, pengen cerita tapi aku ragu dosen ini bisa nggak ya, tahu nggak ya. Hal ini semakin diperjelas dengan pernyataan mahasiswa C yang mengungkapkan
bahwa
terkadang
dosen
terlalu
sibuk
jadi
kesempatan mahasiswa untuk bertemu kurang. Selain itu ada dosen yang kurang memberikan motivasi pada mahasiswa seperti dosen kurang bersemangat saat mengajar, saat mahasiswa bertanya dosen kurang menunjukkan respon yang baik, kedekatan dosen ke mahasiswa kurang karena kurang bisa menyatu dengan mahasiswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
dan hal ini yang menjadi penghambat rasa percaya mahasiswa ke dosen. Dari pernyataan mahasiswa G juga terlihat bahwa ketika dosen sudah terbuka tapi mahasiswa yang belum ada rasa percaya. Selain itu dari dosen juga perlu ada pendekatan khusus pada mahasiswa seperti konseling atau jika ada sesuatu atau masalah dari mahasiswa, mahasiswa tersebut dipanggil agar masalahnya terbantu. Jadi jelas bahwa yang menjadi hambatan dari dosen adalah kurang melakukan pendekatan khusus kepada mahasiswa karena keterbatasan waktu. Sehingga hal ini membuat mahasiswa merasa kurang mendapat respon yang baik dan mahasiswa menjadi kurang dekat dan percaya kepada dosen. b. Terbuka Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen melihat saat di kelas mahasiswa belum terbuka dengan kesulitannya karena tidak berani bertanya. Hal ini tampak dari kutipan wawancara dosen D Orang-orang yang tidak bertanya mungkin karena dia takut atau tidak memperdulikan karena dia tidak siap. Kalau yang tidak aktif karena badannya disitu tapi mentalnya tidak disitu. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa dosen berusaha mendeteksi keadaan mahasiswa agar dosen dapat membantu mahasiswa tapi mahasiswa masih belum mau terbuka dengan kesulitannya. Sebaliknya, memang ada mahasiswa yang tidak berani datang konsultasi karena rasa malu, enggan, sungkan, tidak jujur. Kemudian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
dosen mendampingi mahasiswa tersebut, namun dosen juga tidak bisa mendampingi semua mahasiswa dan hanya mahasiswa tertentu saja yang memang membutuhkan karena mengingat kesibukan dosen dan banyaknya mahasiswa dengan berbagai karakter. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa A Tapi kadang ada mahasiswa yang mau datang aja nggak berani apalagi berkonsultasi, rasa malu, enggan, malas, sungkan, tidak mau terbuka, jujur. Jadi dosen juga tidak tahu masalah kita karena dosen tidak bisa mendampingi dengan plek. Memang tidak semua didampingi tapi ya beberapa yang mungkin memang benar-benar membutuhkan. Mungkin hanya mahasiswa tertentu saja yang memang kelihatan dari pengamatan misal di kelas sering nggak masuk jadi dosen baru tahu dan bisa memberikan perhatian khusus. Dosen juga punya tugas, kegiatan lain yang harus dikerjakan sehingga pendampingan ke mahasiswa kurang walaupun sudah jalan. Hal tersebut terlihat pada mahasiswa yang berkepribadian introvert. Seperti yang diungkapkan mahasiswa B bahwa dia merasa kurang bisa dekat dengan dosen dan kurang terbuka. Mungkin kalau orang lain bisa dengan mudah terbuka, mudah bergaul. Tapi mahasiswa B merasa berkepribadian introvert jadi kurang bisa dengan mudah terbuka pada orang lain. Menurut mahasiswa C, saat di kelas terlihat beberapa mahasiswa masih diam dan belum aktif. Padahal dosen terbuka ketika mahasiswa tidak mengerti, dosen juga menjelaskan. Tapi kembali lagi pada mahasiswa, jika mahasiswa mau terbuka dosen juga terbuka. Terkadang dosen sudah terbuka dan mau membantu kesulitan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
mahasiswa baik itu pribadi maupun akademik. Tapi mahasiswanya yang sulit untuk terbuka dan ditemui. Begitu juga dengan pernyataan mahasiswa E, mahasiswa bisa terbuka jika dari dosen juga terbuka, begitu pula sebaliknya mahasiswa harus terbuka agar bisa terbantu. Disisi lain dosen terkadang hanya terbuka pada mahasiswa tertentu saja seperti mahasiswa yang dekat, disukai atau sering bertemu dengan dosen. Senada dengan pendapat mahasiswa di atas, mahasiswa F, G, dan H menyatakan hal yang sama Tapi kalau mahasiswanya tidak aktif, diam saja dosen tidak tahu dan mungkin dosen menganggap mahasiswa sudah mengerti.”. “Kalau kita sebagai mahasiswa terbuka dosen juga saya kira mau membantu kesulitan kita. Ada sebagian dosen yang sudah terbuka dan sebagian tidak”. “Mahasiswa masih banyak yang pasif saat mengikuti kuliah. Tapi kadang yang terjadi di kelas mahasiswa malah diam, sunyi. Dari pernyataan mahasiswa terungkap hambatan karena dari diri mahasiswa sendiri yang tidak berani berkonsultasi, berpendapat, dan bertanya karena rasa malu, enggan, sungkan. Mahasiswa kurang mau terbuka
dengan
dosen
apalagi
dengan
mahasiswa
yang
berkepribadian introvert. Beberapa dosen juga terbuka tapi karena kesibukannya jadi kurang bisa menjangkau ke semua mahasiswa. Hanya mahasiswa tertentu saja yang merasakan keterbukaan seperti mahasiswa yang dekat dengan dosen dan sering bertemu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
c. Komunikasi Dalam interaksi dosen dan mahasiswa, dosen merasa komunikasi melalui dialog prodi kurang ideal karena tidak menjangkau setiap mahasiswa. Hal ini tampak dari kutipan wawancara dosen B Secara klasikal usaha itu ada dan saya merasa sudah melakukannya, tapi tidak secara pribadi. Walaupun sudah diterapkan dalam dialog prodi tapi itu tidak ideal. Yang menjadi hambatannya yaitu waktu. Selain
itu,
keterbatasan
waktu
yang
dimiliki
dosen
untuk
berkomunikasi dengan mahasiswa juga menjadi hambatan. Hal yang hampir sama juga diungkapkan dosen C ...karena dosen sibuk dan mahasiswa juga sibuk. Kadang dosen ada waktu-waktu senggang tapi mahasiswa sibuk kuliah. Tapi dalam dialog prodi sering yang bermasalah itu tidak hadir lalu bagaimana ya menjangkaunya kalau tidak hadir. Mahasiswa yang bersangkutan tidak mau tau apa yang dibahas saat dialogal itu, mau kita ajak ngobrolngobrol itu malah tidak berangkat. Tampak bahwa yang menjadi hambatan yaitu ketika dosen ingin mengajak mahasiswa yang bermasalah untuk ngobrol, mahasiswa tidak hadir dan waktu dosen juga terbatas karena tidak hanya fokus pada kebutuhan mahasiswa saja. Dari pernyataan dosen tersebut, terlihat bahwa komunikasi dirasa kurang ideal karena belum sepenuhnya menjawab kebutuhan mahasiswa
dan
keterbatasan
waktu
dosen
dengan
berbagai
kesibukannya. Sebaliknya, mahasiswa merasa komunikasi masih kurang karena hanya saat perkuliahan dan saat dosen mendampingi PPL. Dosen juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
berkomunikasi pada mahasiswa tertentu saja yang dekat dan kurang memperhatikan mahasiswa yang malas. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa B Aku jarang komunikasi dengan dosen, paling kalau ada keperluan aja misal konsultasi tentang PPL. Apalagi dengan mahasiswanya yang bermasalah seperti males dan lain-lain itu dosen kurang mau tahu dan kurang ada inisiatif untuk membantu. Kadang anak-anak yang deket aja yang bisa, tapi kalau anak yang introvert kurang diperhatikan oleh dosen. Saat kuliah dosen memberikan materi setengah-setengah, kita yang ndengerin juga setengah-setengah. Apalagi dengan mahasiswa yang kurang tertarik dengan prodi BK, harusnya bisa lebih didampingi, dipedulikan. Mahasiswa E merasa sudah ada komunikasi tapi masih dirasa kurang oleh mahasiswa seperti penyampaian informasi yang mendadak terkait tugas kuliah dan jam perkuliahan, terkadang sms tidak dibalas. Demikian juga dengan mahasiswa G bahwa penyampaian informasi mendadak, padahal malam sebelumnya bisa memberitahu karena ada pengurus kelas. Itu juga membuat sebagian mahasiswa kecewa karena harus datang pagi-pagi tapi tidak ada kuliah. Mahasiswa H juga merasa komunikasi dengan dosen masih jarang, mungkin karena keterbatasan waktu. Dari pernyataan mahasiswa di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa mahasiswa merasa komunikasinya masih jarang dan pada saat tertentu saja dan kadang informasi yang disampaikan dosen ke mahasiswa itu mendadak. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan waktu dosen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
d. Empati Dari interaksi dosen dan mahasiswa, dosen menganggap kalau mahasiswa yang tidak datang atau konsultasi dianggap tidak ada masalah. Hal ini tampak dari petikan wawancara dosen A “Tapi kalau tidak datang ya kita anggap beres”. Sedangkan dosen B menyatakan yang menjadi hambatan yaitu belum ada pengenalan pada setiap pribadi mahasiswa walaupun sudah ada usaha tapi masih kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan mahasiswa. Dapat dilihat bahwa yang menjadi hambatan yaitu karena pengenalan pada setiap ptibadi mahasiswa belum ada dan dosen menganggap jika mahasiswa yang tidak datang konsultasi itu tidak ada masalah. Sebaliknya, ada mahasiswa belum merasakan empati dosen karena dosen hanya melihat permukaannya saja tanpa mau memahami mahasiswa tersebut dan dosen memahami karena mahasiswa tersebut dekat dengan dosen. Hal ini tampak dari kutipan wawancara mahasiswa B Kadang orang hanya melihat di permukaannya saja, nggak mau tahu, nggak mau menyelami, memahami kenapa sih dia begini, orang taunya oh memang dia begitu tanpa mau memahami mahasiswa tersebut. Kalau dosen yang ingin memahami mahasiswanya itu belum ada dan hanya beberapa mahasiswa yang aktif saja yang dekat. Sedangkan mahasiswa C merasa ada dosen yang belum mamahami mahasiswa seperti menyindirnya dan pendapatnya membuat mahasiswa down. Mahasiswa E merasa dosen kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
memahami mahasiswa dengan tidak menjaga rahasia, dosen suka telat padahal mahasiswa menunggu untuk mengikuti perkuliahan. Diungkapkan juga oleh mahasiswa G bahwa ada dosen yang kurang mengayomi mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan nilai mahasiswa D karena berbagai alasan dari dosen padahal tidak terbukti seperti itu. Pernyataan di atas juga menunjukkan kurang terlaksananya cura personalis. Dari pernyataan mahasiswa tersebut, dapat disimpulkan bahwa dosen terkadang hanya melihat permukaannya dari masalah mahasiswa dan tidak mau memahami apa yang terjadi dengan mahasiswa dan membantunya. Selain itu dosen tidak menjaga rahasia mahasiswa, pendapatnya malah membuat mahasiswa down, dosen telat, ngejudge mahasiswa dan dampaknya pada nilai mahasiswa, dan dosen mamahami mahasiswa yang dekat dengannya saja. Hal ini terjadi karena dosen kurang mengenal, memahami dan dekat dengan mahasiswa. e. Mendengarkan Dari interaksi dosen dan mahasiswa, mahasiswa merasa dosen hanya mendengarkan saja tapi bukti nyatanya belum ada. Hal ini tampak dari petikan wawancara mahasiswa “Tapi bukti nyatanya apa dosen bisa bantu kita. Kadang juga mikir dosen ini bisa nggak ya. Kalau mendengarkan iya tapi ya masih kurang”. Mahasiswa H juga merasa saat dialog prodi mahasiswa didengarkan tapi bukti nyatanya belum ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Sedangkan mahasiswa lain merasa sudah mau berusaha melakukan yang terbaik tapi dosen kurang bisa mendengarkan keluh kesah mahasiswa. Hal ini tampak dari kutipan mahasiswa G Kadang mahasiswa sudah mau berusaha, berubah menjadi lebih baik, sudah mau mencoba. Tapi kenapa dosen tidak mau, saya tidak menuntut dosen seperti ini itu tapi mereka di sini orangtua kita jadi ya harusnya bisa mendengarkan keluh kesah mahasiswa dengan mendengar saja sudah cukup. Dari
pernyataan
mahasiswa tersebut,
disimpulkan
bahwa
mahasiswa menganggap apa yang disampaikan itu diterima oleh dosen tapi belum ada rencana tindak lanjut atau pelaksanaannya sehingga memunculkan keraguan. f. Rasa hormat Dari interaksi dosen dan mahasiswa, mahasiswa D merasa ada dosen yang membantah hasil presentasi mahasiswa dan ini membuat mahasiswa merasa kurang dihargai. Sedangkan mahasiswa F merasa dosen memberikan toleransi pada mahasiswa yang terlambat mengikuti ujian dan hal ini nantinya membuat mahasiswa kurang dihargai sebagai calon guru BK. Mahasiswa juga merasa kurang dihargai dari segi waktu karena pengumuman yang mendadak tentang jam perkuliahan yang kosong. Hal in tampak dari kutipan wawancara mahasiswa G Kurang berkenan yaitu waktu, saat kuliah kosong dosen baru memberi tahu pada hari itu. Sehingga mahasiswa sudah datang ke kampus tapi tidak ada kuliah. Itu yang membuat sebagian mahasiswa kecewa karena kurang dihargai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Dari pernyataan mahasiswa tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kurang merasa dihargai dari segi waktu. Mahasiswa juga merasa dosen yang membantah hasil presentasi mahasiswa membuat mahasiswa kurang merasa dihargai usahanya, dosen harusnya bisa memnberikan contoh dengan menghargai waktu. Hal ini terjadi karena kurangnya menghargai waktu dan kurangnya usaha yang sudah dilakukan. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian pada dosen dan mahasiswa, berikut dipaparkan pembahasan pendapat secara umum dengan berpedoman hasil wawancara. 1. Rasa percaya Rasa percaya telah diberikan secara penuh pada mahasiswa dengan cara memberikan
kesempatan
pada
mahasiswa
untuk
menunjukkan
kemampuan dengan mengikuti kegiatan, presentasi, dosen menjaga rahasia mahasiswa yang cerita, mampu menjadi oranag tua yang bisa mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang penting dalam hidupnya. Mahasiswa telah memiliki rasa percaya kepada dosen dengan dosen terbuka dengan mahasiswa sehingga mahasiswa merasa nyaman dengan dosen, dan mahasiswa juga diberikan nasehat dan semangat untuk dapat berkembang menjadi lebih baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Berdasarkan pernyataan dosen dan mahasiswa terdapat kesesuaian yaitu dosen memberikan rasa percaya sehingga mahasiswa merasa nyaman dan mendorong mahasiswa agar dapat mengembangkan potensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rogers (Kurnanto, 2013 : 56) menyatakan kepercayaaan yang mendalam terhadap kemampuan individu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Dengan begitu, individu maju dengan sendirinya. Tetapi ada mahasiswa yang merasa bahwa tidak mendapat tanggapan dan dosen kurang memberikan motivasi dan hal ini berpengaruh pada rasa percayanya pada dosen. Akan tetapi dari salah satu dosen menyatakan bahwa sudah memberikan rasa percaya melalui berbagai hal tapi kembali pada mahasiswa ada keinginan untuk terlibat aktif atau tidak. Berikut adalah salah satu kutipan pernyataannya: Dosen C
: Ketika mahasiswa diminta aktif untuk mengikuti kegiatan ada saja alasannya capek, banyak tugas kuliah. Mahasiswa B : Saya berkaca dari teman-teman yang konsul tapi nggak mendapat tangagapan dari dosen, kecewanya itu Aku pengen terbuka, pengen cerita tapi aku ragu dosen ini bisa nggak ya, tahu nggak ya. Jadi yang menjadi hambatan dari dosen adalah kurang melakukan pendekatan khusus kepada mahasiswa karena keterbatasan waktu. Sehingga hal ini membuat mahasiswa merasa kurang mendapat respon yang baik dan mahasiswa menjadi kurang dekat dan percaya kepada dosen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
2. Terbuka Dosen terbuka pada setiap mahasiswa dengan mempersilakan mahasiswa datang berkonsultasi. Hal ini ditunjukkan dengan cara dosen terbuka berbagi pengalaman pada mahasiswa, terbuka memberikan penjelasaan dalam hal akademik, dan dosen mendekati mahasiswa pada setiap kesempatan untuk berbagi pengalamannya. Rasa terbuka telah ditunjukkan oleh dosen maupun mahasiswa. Mahasiswa merasa nyaman kepada para dosen karena mereka welcome atau dengan senang hati mau membantu para mahasiswa yang memliki kesulitan ataupun yang sekedar ingin konsultasi. Berdasarkan
pernyataan
dosen
dan
mahasiswa,
keduanya
menunjukkan keterbukaan. Mahasiswa terbuka dengan kesulitan yang dialaminya dan dosen terbuka untuk membantu dengan mempersilakan datang pada dosen. Hal ini sesuai dengan etimologi bahasa, bahwa keterbukaan berasal dari kata terbuka. Terbuka adalah sikap jujur, rendah hati, dan menerima pendapat orang lain secara adil. Keterbukaan merupakan pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, mengacu kepada kesediaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya (www.academia.edu). Dosen menyatakan saat di kelas masi terlihat beberapa mahasiswa belum terbuka dengan kesulitannya karena tidak berani bertanya. Dari mahasiswa sendiri juga merasa tidak berani berkonsultasi, berpendapat, dan bertanya karena rasa malu, enggan, sungkan. Dosen juga terbuka tapi karena kesibukannya jadi kurang bisa menjangkau ke semua mahasiswa. Hanya mahasiswa tertentu saja yang merasakan keterbukaan seperti mahasiswa yang dekat dengan dosen dan sering bertemu. Berikut salah satu kutipan pernyataannya: Dosen D
: Orang-orang yang tidak bertanya mungkin karena dia takut atau tidak memperdulikan karena dia tidak siap. Kalau yang tidak aktif karena badannya disitu tapi mentalnya tidak disitu. Mahasiswa A : Tapi kadang ada mahasiswa yang mau datang aja nggak berani apalagi berkonsultasi, rasa malu, enggan, malas, sungkan, tidak mau terbuka, jujur. Jadi dosen juga tidak tahu masalah kita karena dosen tidak bisa mendampingi dengan plek. Memang tidak semua didampingi tapi ya beberapa yang mungkin memang benarbenar membutuhkan. Mungkin hanya mahasiswa tertentu saja yang memang kelihatan dari pengamatan misal di kelas sering nggak masuk jadi dosen baru tahu dan bisa memberikan perhatian khusus. Dosen juga punya tugas, kegiatan lain yang harus dikerjakan sehingga pendampingan ke mahasiswa kurang walaupun sudah jalan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Jadi yang menjadi hambatan adalah dari diri mahasiswa sendiri yang tidak berani berkonsultasi/berpendapat/bertanya karena rasa malu, enggan, sungkan. Mahasiswa kurang mau terbuka dengan dosen apalagi mahasiswa yang berkepribadian introvert. Beberapa dosen juga terbuka tapi karena kesibukannya jadi kurang bisa menjangkau ke semua mahasiswa. Hanya mahasiswa tertentu saja yang merasakan keterbukaan seperti mahasiswa yang dekat dengan dosen dan sering bertemu. 3. Komunikasi Komunikasi sudah dilakukan dengan baik oleh para dosen. Hal ini ditunjukkan dosen melalui komunikasi verbal dan nonverbal maupun langsung dan tidak langsung. Dosen mau menerima dan membalas sms yang dikirim mahasiswaa dan berkomunikasi lewat sosial media. Dosen juga melakukan komunikasi secara langsung yaitu mengajak mereka berbicara dan bercanda di sela-sela waktu kuliah. Prodi memiliki program kegiatan rutin yang memudahkan DPA untuk berkomunikasi langsung dengan mahasiswa sehingga pendapat mahasiswa bisa ditampung dan disampaikan saat rapat prodi. Komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa dengan dosen telah dilakukan dengan baik dan lancar baik secara langsung maupun tak langsung. Mahasiswa bisa saling bersapa lewat media sosial ataupun bertemu langsung dengan para dosen dan mereka dapat berkomunikasi lewat sms jika memilki permasalahan mengenai kegiatan akademik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Komunikasi antara dosen dan mahasiswa dilakukan dengan baik. Komunikasi dalam hal apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Siahaan (2000: 1), komunikasi adalah sarana vital untuk mengerti diri sendiri, mengerti orang lain, umtuk memahami apa yang dibutuhkannya dan apa yang dibutuhkan orang lain, apa pemahaman kita dan apa pemahaman sesama. Dengan komunikasi dapat diterka sejauh mana kita berkehendak dan sejauh mana kita dapat mengerti orang lain. Menurut Siahaan (2000: 4), komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap atau gagasan) komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang menghendaki komunikator. Sedangkan menurut Shannon dan Weaver (Wiryanto, 2004: 7), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Dari wawancara dosen dan mahasiswa, ada dosen yang merasa komunikasi yang dilakukannya kurang ideal karena tidak menjawab kebutuhan mahasiswa dan keterbatasan waktu dosen dengan berbagai kesibukannya juga berpengaruh. Beberapa mahasiswa juga merasakan hal yang yaitu komunikasinya masih jarang dan pada saat tertentu saja dan kadang informasi yang disampaikan dosen ke mahasiswa itu mendadak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Hal tersebut terjadi karena keterbatasan waktu dosen. Berikut salaah satu kutipan hasil wawancaranya: Dosen B
: Secara klasikal usaha itu ada dan saya merasa sudah melakukannya, tapi tidak secara pribadi. Walaupun sudah diterapkan dalam dialog prodi tapi itu tidak ideal. Yang menjadi hambatannya yaitu waktu. Mahasiswa E : Komunikasi masih kurang, misalnya walaupun sudah ada usaha seperti menempelkan pengumuman, tapi itu waktunya mepet, kadang tidak ada kuliah tapi baru tahunya hari itu pas kita datang ke kampus. Jadi kuliahnya kosong tapi memberitahuannya mendadak. Dosen kalau ditanya nggak dijawab, di sms nggak di balas. Pernah ada tugas email tapi pada nggak tahu akhirnya sekelas nggak ngumpulin. Dapat dilihat bahwa komunikasinya belum ideal, masih jarang, pada saat tertentu saja dan kadang informasi yang disampaikan dosen ke mahasiswa itu mendadak. Hal tersebut karena keterbatasan waktu dosen. 4. Empati Empati sudah dilakukan dengan baik oleh para dosen. Hal ini ditunjukkan
dengan
cara
membantu
mahasiswa
yang
memiliki
permasalahan studi, memberikan semangat pada mahasiswa yang mempunyai masalah, memberikan pujian dan melihat hal-hal positif dari diri mahasiswa (tidak ngejudge), dengan lebih mengenal mahasiswa, menyalurkan
potensi
dan
bakat
yang dimiliki mahasiswa serta
menggunakan metode saat di kelas agar mahasiswa paham. Mahasiswa merasakan empati dosen dengan dipahami pikiran dan perasaan mahasiswa, tahu cara mengekspresikan bahwa dosen paham dan dosen memberikan solusi dari permasalahan mahaiswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Empati dari dosen ke mahasiswa ditunjukkan dalam bentuk kepedulian dosen saat membantu mahasiswa dalam kesulitan atau sharing dalam hal apapun dan mahasiswa merasa dipahami perasaan dan pikirannya. Hal ini juga didukung dengan pendapat Kurnanto (2013: 57) yang menyatakan bahwa empati pada dasarnya merupakan kemampuan untuk memasuki dunia subyektif orang lain, dan kemampuan untuk mengkomunikasikan pemahaman itu kepada orang yang bersangkutan. Kemampuan untuk menyatakan empati secara efektif tergantung kepada adanya sikap perlakuan yang asli dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk memahami dunia pribadi orang lain. Geldard (2008:45) juga menambahkan empati berarti mampu sepenuhnya memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, sehingga hampir-hampir meniadakan identitas diri untuk menyatu dengan orang tersebut. Menurut Goleman (2002: 428) empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain dan berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal. Berdasarkan
hasil
wawancara
dosen
dan
mahasiswa,
dosen
menyatakan bahwa pengenalan pada setiap pribadi mahasiswa belum ada dan dosen menganggap jika mahasiswa yang tidak datang konsultasi itu tidak ada masalah. Sedangkan mahasiswa menyatakan hal yang berbeda yaitu dosen tidak menjaga rahasia mahasiswa, pendapatnya malah membuat mahasiswa down, dosen telat, ngejudge mahasiswa dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
dampaknya pada nilai mahasiswa, dan dosen mamahami mahasiswa yang dekat dengannya saja. Berikut kutipan hasil wawancaranya: Dosen A&B : Tapi kalau tidak datang ya kita anggap beres. Saya secara pribadi belum melakukan pendampingan tersebut. Tapi saya disini kan tidak jemput bola ya, jadi kalau secara aktif saya merasa belum. Kalau ideal itu kan saya harus benar-benar mengenal kamu satu persatu individu. Lah wong pengenalan setiap pribadi aja nggak ada. Kalau dikelas ya situasi di kelas. Mahasiswa B : Kadang orang hanya melihat di permukaannya saja, nggak mau tahu, nggak mau menyelami, memahami kenapa sih dia begini, orang taunya oh memang dia begitu tanpa mau memahami mahasiswa tersebut. Kalau dosen yang ingin memahami mahasiswanya itu belum ada dan hanya beberapa mahasiswa yang aktif saja yang dekat Dapat dilihat bahwa yang menjadi hambatan adalah kurangnya pengenalan kepada setiap mahasiswa sehingga hal ini membuat mahasiswa merasa dosen hanya melihat permukaannya saja dari masalah mahasiswa dan tidak mau memahami apa yang terjadi dengan mahasiswa dan membantunya. Mahasiswa juga merasa dosen mamahami mahasiswa yang dekat dengannya saja. 5. Mendengarkan Dosen sudah mendengarkan mahasiswa dengan baik tapi dosen tidak menanggapi mahasiswa jika dosen memiliki kepentingan lain yang lebih mendesak dan mengganti di waktu yang lain. Mahasiswa merasakan merasakan kehadiran, keterlibatan dosen dengan
mendengarkan
dengan
empatik,
serius,
sesuai
kondisi,
mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan respon/umpan balik, memberikan penerimaan, mendengarkan aktif, dan memberikan solusi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Dalam mendengarkan dosen memberikan tanggapan sebagai wujud bahwa dosen memanag benar-benar mendengarkan dengan penuh perhatian. Hal ini sama seperti pendapat Kurnanto (2013 :19) mendengarkan aktif melibatkan mendengarkan isi, suara, dan bahasa tubuh orang yang berbicara (Corey, Corey, & Corey, 2009). Hal ini juga melibatkan komitmen berkomunikasi kepada orang yang berbicara bahwa Anda benar-benar mendengarkan. Teknik utama yang digunakan adalah dengan mengamati bahasa nonverbal yang tampak dari gerak tubuh, ekspresi wajah dan khususnya pergeseran tubuh. Menurut Kurnanto (2013: 56) mendengarkan secara aktif bukan hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan konseli, melainkan juga menangkap makna di belakang pernyataan verbal dari konseli. Dalam hal ini konselor harus mampu memberi kemudahan untuk munculnya pernyataan yang paling sungguh-sungguh dari pengalaman individu yang subyektif. Disisi lain mahasiswa merasa dosen kurang mendengarkan mahasiswa saat menceritakan pengalaman, berpendapat dan mengungkapkan keluh kesahnya. Mahasiswa juga masih menganggap apa yang disampaikan itu diterima tapi belum ada rencana tindak lanjut atau pelaksanaannya sehingga memunculkan keraguan. 6. Rasa hormat Rasa hormat telah ditunjukkan oleh dosen kepada mahasiswa dengan cara saling menghargai dan memberikan penghargaan kepada mahasiswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
dengan memberikan pujian, memberikan kesempatan untuk memperbaiki, dan memberikan dispensasi kepada mahasiswa yang terlambat pada mata kuliahnya sehingga hal ini dapat membuat mahasiswa merasa bahwa dirinya dihargai. Mahasiswa merasa dihargai oleh dosen. Hal ini ditunjukkan dengan mahasiswa diberikan pujiaan, diberikan respon yang baik, memberikan kesempatan paada mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan, dosen mampu menerima pendapat maahsiswa dan merespon dengan antusias, dosen menghargai usaha mahasiswa, mahasiswa diingatkan saat melakukan kesalahan. Dalam hal ini dosen menghargai dan mahasiswa merasa dihargai oleh dosen dengan diberikan pujian, diberikan kesempatan, dan diingatkan saat melakukan kesalahan. Hal ini sama seperti yang dikatakan Kurnanto (2013: 58) rasa hormat diartikan sikap menghargai orang lain sebagaimana adanya. Sikap menghormati ini mengisyaratkan pandangan bahwa individu satu dan lainnya mempunyai kedudukan yang sama. Individu merupakan pribadi tersendiri yang unik yang mempunyai hak untuk memandang segala sesuatu dari sisi yang menguntungkan dirinya. Menurut Kurnanto (2013: 57) penghargaan positif itu mengangkat upaya untuk mengkomunikasikan dan tidak disertai dengan penilaian terhadap perasaan dan pemikiran perhatian dan kasih sayang tanpa syarat. Perhatian dan kehangatan itu adalah gagasan untuk mengembagkan suatu sikap penerimaan terhadap individu sebagai keseluruhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Menurut Geldard (2008: 44) sikap hormat berarti menghargai orang lain sebagai manusia yang mampu menemukan solusi-solusi atas persoalan-persoalan sendiri, dan memandang positif kepadanya dengan asumsi bahwa, terlepas dari apa yang dilakukannya, dia telah berbuat yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. Sikap hormat menyetarakan keyakinan bahwa orang yang dibantu memiliki kemampuan untuk menanggung
beban
keduhupananya,
bertumbuh,
dan
berpotensi
menebarkan pengaruh positif di dunia ini. Sikap hormat adalah menghargai dan memperlakukan orang sebagaimana adanya dan sebagai manusia yang layak dihargai. Mahasiswa menyatakan ada dosen yang membantah hasil presentasi dan itu membuat mahasiswa merasa kurang dihargai usahanya. Selain itu dosen harusnya bisa memberikan contoh dengan menghargai waktu. Berikut salah satu kutipan hasil wawancaranya: Mahasiswa D : Tapi ada dosen yang membantah saat presentasi Mahasiswa G : waktu, saat kuliah kosong dosen baru memberi tahu pada hari itu. Sehingga mahasiswa sudah datang ke kampus tapi tidak ada kuliah. Itu yang membuat sebagian mahasiswa kecewa karena kurang dihargai. Hal ini terjadi karena dosen kurang menghargai waktu dan usaha yang sudah dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP Pada bab ini dipaparkan simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. A. Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
sudah
dibahas,
peneliti
menyimpulkan beberapa hal yaitu: 1.
Cura personalis antara dosen dan mahasiswa di prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma telah terlaksana. Hal ini ditunjukkan dengan dosen memberikan rasa percaya sehingga mahasiswa merasa nyaman dan mendorong mahasiswa agar dapat mengembangkan potensi. Dosen dan mahasiswa saling terbuka sehingga mahasiswa bisa terbantu dengan mempersilakan datang pada dosen. Komunikasi dilakukan dengan baik dalam hal apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. Empati dari dosen ke mahasiswa ditunjukkan dalam bentuk kepedulian dosen saat membantu mahasiswa dalam kesulitan atau sharing dalam hal apapun dan mahasiswa merasa dipahami perasaan dan pikirannya. Dosen memberikan
tanggapan
sebagai
wujud
dosen
benar-benar
mendengarkan dengan penuh perhatian. Mahasiswa merasa dihargai oleh dosen dengan diberikan pujian, diberikan kesempatan, dan diingatkan saat melakukan kesalahan. Akan tetapi ada mahasiswa merasa tidak mendapat tanggapan dan kurang diberikan motivasi. Dosen tidak menjaga rahasia mahasiswa, pendapatnya malah
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
membuat mahasiswa down, dosen telat, ngejudge, dan dosen mamahami mahasiswa yang dekat dengannya saja. b. Dari sisi mahasiswa yang menjadi hambatan: mahasiswa masih menganggap apa yang disampaikan itu diterima tapi belum ada rencana tindak lanjut atau pelaksanaannya sehingga memunculkan keraguan; mahasiswa masih kurang dihargai dari segi waktu; mahasiswa tidak mau terbuka dengan kesulitannya karena rasa sungkan, takut, dan malu. Sedangkan dari dosennya karena kesibukannya jadi waktu untuk mendampingi mahasiswa secara pribadi masih kurang. Pengenalan pada setiap pribadi mahasiswa belum ada dan dosen menganggap jika mahasiswa yang tidak datang konsultasi itu tidak ada masalah. B. Keterbatasan Penelitian 1.
Peneliti tidak melakukan observasi sebelum wawancara dengan responden
2.
Responden tidak diambil berdasarkan mahasiswa yang hasil belajarnya baik atau jelek. Tapi peneliti mengambil secara acak
3.
Teori tentang cura personalis terbatas, sehingga peneliti kesulitan menemukan bukunya.
C. Saran Setelah
penelitian
tentang
keterlaksanaan
cura
personalis
dilaksanakan, peneliti memiliki saran untuk beberapa pihak, antara lain:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
1. Dosen a. Dosen lebih memberikan penghargaan pada mahasiswa seperti pujian. b. Dosen memberikan waktu khusus untuk agar mahasiswa bisa konsultasi. c. Komunikasi lebih intens sehingga informasi yang diberikan tepat waktu. d. Dosen lebih bisa menjaga rahasia mahasiswa yang konsultasi dengannya. 2. Mahasiswa Mahaiswa lebih bisa terbuka dengan kesulitannya dan lebih mendekatkan diri dengan dosen. 3. Peneliti lain a. Bisa menggunakan metode yang lain seperti kuantitatif b. Dapat dilakukan penelitian pada guru bimbingan dan konseling c. Gunakan waktu penelitian secara berkualitas d. Lebih banyak mencari referensi terkait peenelitian e. Penelitian dilengkapi dengan observasi agar hasil penelitian bisa optimal. 4. Prodi a. Apa yang disampaikan mahasiswa ke dosen tidak hanya ditampung tapi ada usaha untuk melakukan perbaikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
b. Ditambahkan kegiatan yang membuat dosen dan mahasiswa lebih dekat sehingga hubungan antara dosen dan mahasiswa lebih erat. Sehingga cura personalis lebih terlaksana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar Pustaka
Buku Panduan INSADHA Mahasiswa Baru. 2010/2011. Tajam Ilmumu Berani Aksimu. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Cura Personalis dan Pertanggungjawaban Batin dalam Tradisi Serikat dan Latihan Rohani. http://www.ignatiusloyola.net/feeds/posts/default?startindex=55&max-results=18. 08 Juni 2008 23:10 Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal. Geldard Kathryn & Geldard. 2004. Membantu memecahkan masalah orang lain dengan Teknik Konseling. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Goleman, Daniel.2002. Emotional Intelligensi, (terj T.Hermaya). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gordon, Thomas. 1997. MGE (Menjadi Gutu Efektif). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Karnadi. 2006. Undang-Undang RI no.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Cipta Jaya. Kurnanto, M Edi. 2013. Konseling Kelompok. Bandung : Alfabeta. Kolvenbach, Peter-Hans. 2007. Cura Personalis. Review Of Ignatian Spirituality XXXVIII. Permendiknas No.27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Peraturan Pemerintah No.27. Tahun 2008 Tentang Beban Dan Tugas Guru Bimbingan dan Konseling. Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rooijakkers, Ad. 2005. Mengajar dengan Sukses. Jakarta : PT Gramedia. Siahaan. 2000. Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya. Jakarta: Gunung Mulia. Spiritualitas Ignatian: Api, Semangat, Cara Kerja dan Cara Hidup USD https://www.usd.ac.id/deskripsi.php?idt=usd_berita&noid=120.03 August 2006 | 13:06 WIB 88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sukadi, G. 2007. Menciptakan Keterlibatan Berbicara Peserta Didik Dalam Pembelajaran di Kelas. No. 32, th. XXIII January. Tersedia: https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/jurnal.php?id=abstraksi&model=nom or&id_j=10&id_m=25&id_k=733. Sumarah, Ignatia Esti. 2011. Penerapan Semangat “Cura Personalis” dalam Konteks Karya Pelayanan Dosen di Universitas Sanata Dharma.Tersedia : http://psiusd.wordpress.com/2011/04/29/penerapan-semangat-curapersonalis-dalam-konteks-karya-pelayanan-dosen-di-universitas-sanatadharma/. Suparno, Paul. 2004. Cura Personalis dalam Universitas Jesuit. Spiritualitas Ignatian : Vol 5 no.1 Maret. Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: Rajawali Pers. Syahdewa. 2012. Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (SERDOS Terintegrasi). Jakarta : Bp Panca Bakti. Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Wardhani, Ire Puspa. 2001. Peranan Kompetensi Life Skill Dosen Berbasis Cura Personalis pada Peningkatan Kompetensi Mahasiswa. SISKOMTEK : No. 1/ Vol. 2/ July. Winkel, W.S &Sri Hastuti, M.M.2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. http://www.academia.edu/5498450/Komunikasi_Antar_Pribadi Mulyatno, Pr. (wawancara, 23 September 2014). Paul Suparno, SJ. (wawancara, 1 Oktober 2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN II Surat Kesedian Menjadi Responden
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN III Surat Kesediaan Menjadi Narasumber
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
LAMPIRAN IV Jadwal Wawancara Responden dan Narasumber
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jadwal Wawancara
No 1 2 3 4 5 6 7 8
No 1 2 3 4
No 1 2
Responden A B C D E F G H
Tabel 1 Jadwal Wawancara Mahasiswa Tanggal Waktu 20 Oktober 2014 13.00-14.00 23 Oktober 2014 15.40-16.00 23 Oktober 2014 12.30-13.00 21 Oktober 2014 13.00-13.30 20 Oktober 2014 11.30-12.15 21 Oktober 2014 14.00-14.30 22 Oktober 2014 13.30-14.00 24 Oktober 2014 13.00-13.30
Tempat Depan lab Bahasa Depan sekre Depan sekre Depan sekre Depan lab Bahasa Depan sekre Hall selatan Depan lab Bahasa
Responden A B C D
Tabel 2 Jadwal Wawancara Dosen Tanggal Waktu 29 Oktober 2014 10.30-11.00 31 Oktober 2014 09.30-10.00 12 September 2014 13.00-13.45 22 September 2014 13.00-13-45
Tempat Ruang Dosen Ruang Rapat Ruang Dosen Ruang Dosen
Tabel 3 Jadwal Wawancara Narasumber Responden Tanggal Waktu 23 September 2014 12.40-13.00 Mulyatno, Pr 13.00-13-30 Paulus Suparno, SJ 1 Oktober 2014
105
Tempat R. K 417 Ruang Dosen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN V Verbaltim
106
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
C I
R A
B
C
Hasil Wawancara Dosen Verbaltim Kesimpulan Dosen memberikan rasa percaya pada Saya menantang mahasiswa menggali potensi yang dimiliki karena saya setiap mahasiswa dengan memberikan yakin manusia memiliki potensi yang besar dan bisa berkembang secara dorongan untuk menggali potensi. Selain utuh dan optimal. Saya selalu mendorong mahasiswa menangkap makna dari setiap pengalamannya, misal karena gagal, tidak berhasil baik itu dari diri itu dosen juga menjaga rahasia setiap sendiri maupu dari orang lain dan memetik hasil pengalaman tersebut. Saya, masalah mahasiswa. misal mereka ijin kuliah atau meninggalkan kuliah ya saya persilakan untuk ambil keputusan sendiri Kalau ada mahasiswa yang memberikan respon saat di kelas. Kita berusaha tidak mengomongkan orang itu di depan umum. Kita juga jaga rahasia mahasiswa apapun yang disampaikan kita simpan, kita terima. Dalam membantu mahasiswa dalam perkuliahan saya memotivasi, saya Dosen memberikan rasa percaya penuh pada mahasiswa dengan cara yang tulus mengundang, saya memberi peneguhan ya macam-macam, mendorong, dan apa adanya sehingga mahasiswa bisa saya sudah melakukan. Saya tampil apa adanya, hak mahasiswa untuk menilai sendiri sikap yang ditunjukkan percaya atau tidak. Buka jaim dalam bentuk pencitraan. Saya tulus dan dosen. mereka menangkap itu. Kita selalu menekankan dan memberikan motivasi. Kita beritahu ke Dosen memberikan rasa percaya penuh mahasiswa baru tentang kegiatan, kita ada insipro, self transformation pada mahasiswa dengan melibatkan training 1 pekan pertama sebelum kuliah, maba pergi ke tempat yang sejuk yang mereka secara aktif melalui kegiatan dan jauh untuk merelungi masa depan, perjuangan ke depan yang panjang, presentasi. Dosen berperan sebagai menyatukan hati, dan perasaan bersama teman-teman keluarga besar supaya orangtua sehingga mahasiswa bisa merasa senasib, sepenanggungan, itu kita bangun supaya yang tidak termotivasi mengutarakan keluh kesahnya. Sehingga itu bangun. Ada saudara disini kami menjadi akrab, pengertian, saling tolong mahasiswa menjadi lebih baik. Tapi sehingga terciptalah suasana yang membantu. Mereka datang ke sini kita kembali lagi pada mahasiswanya mau atau sambut dengan multikulturfiesta, insipro, stadium general, untuk proses tidak untuk ikut terlibat. pengenalan bahwa anda disini tidak jauh dari tempat anda berada, anda disini ada dosen sebagai orangtua. Sehingga pilihan di BK ini semakin mantap, banyak peluang, banyak kesempatan. Tidak ada pengangguran di lulusan BK ini selalu ada permintaan dari sekolah-sekolah katholik, kristen. Ini membesarkan hati mahasiswa yang menjadikan BK bukan sebagai pilihan pertamanya. Kemudian disini diharapkan ada perubahan motivasi untuk terus melangkahkan tujuannya. Diharapkan mahasiswa selalu menyadari bahwa akademik itu terbangun kalau ada kemampuan manajemen tinggi dan mengelola
106
Interpretasi Rasa percaya telah diberikan secara penuh pada mahasiswa dengan cara memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan dengan mengikuti kegiatan, presentasi, dosen menjaga rahasia mahasiswa yang cerita, mampu menjadi orang tua yang bisa mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang penting dalam hidupnya. Tapi kembali lagi pada mahasiswanya mau atau tidak untuk ikut terlibat aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
D
II
A
B
waktu dengan baik karena sks itu tergantung dari kemampuan tersebut. Untuk mahasiswa lebih ke tugas individu untuk dapat mengalami tugas itu sendiri. Kalau ada tugas-tugas yang disajikan dalam kelompok ya tentu tugas dikerjakan secara berkempok. Tapi tidak dalam arti rutin, kadang-kadang mata kuliah ini kelompoknya dengan ini dan selalu berbeda kelompok dalam setiap mata kuliah. Malalui restrukturisasi, organisasi selalu ada pergantian-pergantian kelompok. Menolong mahasiswa yang awalnya tidak mau terlibat dan dengan adanya kelompok ini yang akhirnya ini ya teman-teman mereka ini yang menggerakkan. Hampir semua mata kuliah ada tugas presentasi. Supaya yang tertinggal ini dapat mengikuti kecepatan temannya yang lain. Tapi dalam organisasi ini dan tugas kuliah ini merupakan upaya mengaktifkan mahasiswa. Sehingga mahasiswa ada kemauan keras, kerja keras untuk ikut serta. Mahasiswa kita saat memilih program studi BK ini bukan prioritas pertama, tapi rasa kebanggaan selalu kita tanamkan, memberikan pengertian bahwa memilih prodi ini bukan sebuah kegalauan tapi harus selalu bangga di tengah masyarakat bahwa lulusannya selalu dibutuhkan. Lulusan kita masa tunggunya tidak lama, sebulan sudah dapat panggilan kerja sekurang-kurangnya di sekolah-sekolah Ketika mahasiswa diminta aktif untuk mengikuti kegiatan ada saja alasannya capek, banyak tugas kuliah, ya kita mau apa. Sepasif-pasifmya mahasiswa ya pasti berkegiatan. Walaupun tidak berbarengan dengan angakatannya, tapi dengan angkatan lain itu tidak menjadi masalah. Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menunjukkan kemampuannya. Melihat mahasiswa mau menunjukkan keaktifannya dan mau terlibat. Karena kebutuhan mahasiswa berbeda-beda, setiap dosen diberikan ruangan masing-masing, jadi kalau ada yang merasa ingin dikonsultasikan ya datang saja. Jujur, kalau omong iya ya iya, kalau janji ya janji. Ketika mereka tidak tahu cara melihat daftar nilai melalui sistem dan datang saya jelaskan. Saya merasa ketika mereka perlu ya saya cerita tentang pengalaman yang saya alami, saya ceritakan tapi jika diperlukan.
Dosen memberikan kepercayaan penuh dengan cara mahasiswa menunjukkan kemampuannya. Dosen sudah memberikan rasa terbuka kepada mahasiswa dengan cara menerima setiap mahasiswa yang maau konsultasi dengan dosen di ruaangan. Dosen terbuka pada mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan cara dosen meluangkan waktu pada mahasiswwa untuk berbagi pengalaman dan membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan
107
Dosen terbuka pada setiap mahasiswa dengan mempersilakan mahasiswa datang berkonsultasi. Hal ini ditunjukkan dengan cara dosen terbuka berbagi pengalaman pada mahasiswa, terbuka memberikan penjelasan dalam hal akademik, dan dosen mendekati mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
C
D
III
Menjelaskan silabus. Kita terbuka menyampaikan kalau yang tidak berangkat lebih dari 25% tidak keluar nilai itu general. Lalu diakhir semester 4 ada sesi program supaya mahasiswa tidak seenaknya biar mereka memiliki karakteristik. Mahasiswa yang sadar secara optimal mengisi hari-hari muda. Saya kira itu bagian dari cara menjunjung harkat martabat manusia bagi mereka yang berjuang. Tidak memberi peluang bagi mahasiswa yang leyeh-leyeh, senang-senang. Saya rasa mahasiswa terlibat dengan baik, setia, kerja keras. Saat di kelas saya meminta mahasiswa untuk bercerita pengalaman menyedihkan atau menyenangkan. Kemudian mereka bercerita. itu juga melatih orang untuk terbuka. Ada situasi dimana orang-orang yang tidak bertanya mungkin karena dia takut atau tidak memperdulikan karena dia tidak siap. Kalau yang tidak aktif karena badannya disitu tapi mentalnya tidak disitu.
A
Verbal dan nonverbal , secara langsung dan tidak langsung asertif, terantung situasi, saya bisa tegas / asertif.
B
Komunikasi melalui sms, email, tertulis, verbal dengan menyapa dan mereka membalas sapaan saya. Kalau dalam berkomunikasi ya terbuka kalau tidak terbuka tidak bisa terbantu. Saya tidak mau menerima sms di luar jam kerja dan urusan dinas ketika di rumah. Itu saya lakukan agar mahasiswa merasa dihargai dengan mendidik seperti itu. Saya mendidik bukan berarti memenuhi keinginan mereka. Bingkai mendidik hanya melayani pada waktu tertentu, bukan berarti saya tidak menghargai dia. Secara klasikal usaha itu ada dan saya merasa sudah melakukannya, tapi tidak secara pribadi. Walaupun sudah diterapkan dalam dialog prodi tapi itu tidak ideal. Yang menjadi hambatannya yaitu waktu. Lewat DPA masalah-masalah dijaring. Jadi dengan adanya DPA ini
C
dalam studi. Dosen terbuka pada mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan cara memberikan penjelasan mengenai urusan akademik seperti menjelaskan mengenai silabus selama perkuliahan 1 semester.
Dosen terbuka pada mahasiswa. hal ini ditunjukkan dengan mengajarkan pada mahasiswa untuk bercerita tentang pengalamannya. Namun saat di kelas dosen melihat mahasiswa belum terbuka dengan kesulitannya karena tidak berani bertanya. Dosen berkomunikasi pada mahasiswa secara verbal dan non verbal, secara langsung dan tidak langsung seperti menunjukkan ekspresi muka yang menyenangkan dan berkomunikasi secara tidaak langsung dengan menerima sms mahasiswa yanag berkaitan dengan kuliah. Dosen berkomunikasi baik dengan mahasiswa. Baik melalui sosial media maupun ketika bertemu langsung. Tetapi komunikasi dengan dosen tersebut dibatasi dengan cara tidak membalas sms di luar jam kerja. Komunikasi melalui dialog prodi dirasa kurang ideal karena tidak menjangkau setiap mahasiswa dan keterbatasan waktu dari dosen. Dosen dengan leluasa berkomunikasi
108
pada setiap kesempatan untuk berbagi pengalamannya. Namun saat di kelas dosen melihat mahasiswa belum terbuka dengan kesulitannya karena tidak berani bertanya.
Komunikasi sudah dilakukan dengan baik oleh para dosen. Hal ini ditunjukkan dosen melalui komunikasi verbal dan nonverbal maupun langsung dan tidak langsung. Dosen mau menerima dan membalas sms yang dikirim mahasiswaa dan berkomunikasi lewat sosial media. Dosen juga melakukan komunikasi secara langsung yaitu mengajak mereka berbicara dan bercanda di selasela waktu kuliah. Prodi memiliki program kegiatan rutin yang memudahkan DPA untuk berkomunikasi langsung dengan mahasiswa sehingga pendapat mahasiswa bisa ditampung dan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
D
kiranya ada sapaan-sapaan yang bermartabat. Setiap semester kita masih menghidupi semangat dialogal, itu usaha untuk mengingatkan. Mengingatkan mahasiswa saat diperkuliahan. Saat bimbingan krs, brs ol, klasikal mengingatkan di semester 4 ada sesi program lari agak kenceng dikit biar tidak ketinggalan. Menjadwal pertemuan dengan mahasiswa, beberapa dosen sudah melakukan dan beberapa belum. Kita menyapa mahasiswa atau gojek disela-sela jalan selesai kuliah sambil ngobrol. Setiap dosen dimintai untuk mengumpulkan jadwal pengumpulan tugas. Tujuan kita agar mahasiswa tidak kelelahan dalam mengerjakan tugas karena waktu. Jadi kita isi waktu-waktu itu sehingga jangan sampai terjadi 1 bulan mahasiswa tidak ada tugas dan sebulan berikut penuh. Jadi kita mengusahan agar tugas-tugas itu mengisi waktu-waktu mahasiswa dengan sesuai. Karena dosen sibuk dan mahasiswa juga sibuk. Kadang dosen ada waktuwaktu senggang tapi mahasiswa sibuk kuliah. Tapi sering yang bermasalah itu tidak hadir lalu bagaimana ya menjangkaunya kalau tidak hadir. Mahasiswa yang bersangkutan tidak mau tau apa yang dibahas saat dialogal itu, mau kita ajak ngobrol-ngobrol itu malah tidak berangkat. Saya kira tidak selalu bertemu saya tapi bisa juga lewat sms atau lainnya. Berkomunikasi bukan hanya dengan mahasiswa saya saja ketika saya menjadi DPA tapi ada juga dari mahasiswa lain. Kalau anak bimbingan saya sebagai DPA yaa saya memanfaatkan itu, mahasiswa saya yang mengalami kesulitan. Dialogal juga saya manfaatkan mengumpulkan mahasiswa apa yang menjadi masalah dan keinginan mereka. Bukan hanya sampai dialogal saya, mereka mengatakan dalam kelompok ini nggak solid, tidak bisa merangkul teman-teman. Kemudian mau kami saling merangkul. Kemudian kita buat program selama 1 semester. Mereka jadi lebih menghargai, kan semester depan masih saya menjadi DPA nya. Lewat dialogal saya membuat program-program bersama mahasiswa. Saat di kelas saya harus menjelaskan dengan jelas tugas ini untuk apa, dikerjakan sendiri atau bersama-sama. Kalau bersama nanti jangan-jangan mereka datang saja, yang 1 kerja yang lain tidak kerja. Saya peduli terhadap orang yang benar-benar memperhatikan. Lalu bagaimana dengan orang yang maunya nebeng nama saja. Bagaimana saya memperdulikannya, saya harus mengatakan tugas ini dikerjakan bersama. Kemudian cara mengaktifkan mahasiswa pertama
dengan para mahasiswa dengan mengajak berbicara daan bercanda disela-sela jam kuliah. Dosen tersebut juga memanfaatkan DPA sebagai sarana berkomuikasi dengan mahasiswa pada saat kegiatan rutin seperti dialog prodi sehingga DPA mampu menyalurkan pendapat-pendapat mahasiswa pada saat rapat prodi. Akan tetapi yang menjadi hambatan yaitu ketika dosen ingin mengajak mahasiswa yang bermasaalah untuk ngobrol, mahasiswa tidak hadir dan waktu dosen juga terbatas karena tidak hanya fokus pada kebutuhan mahasiswa saja.
Dosen berkomunikasi dengan mahasiswa melalui media sosial. Dosen juga memanfaatkaan waktu saat dialog prodi untuk sharing satu per satu tentang permasalahan yang dialami selama 1 semester.
109
disampaikan saat rapat prodi. Namun hal itu dirasa kurang ideal karena belum sepenuhnya menjawab kebutuhan mahasiswa dan keterbatasan waktu dosen dengan berbagai kesibukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
IV
A
B
C
yaitu saya meminta mahasiswa memberikan pendapatnya secara bergilir jadi mau tidak mau mereka harus menyampaikan pendapatnya. Kedua dalam suatu aktifitas semua omong, oke sekarang kita bicara tentang pengertian mata kuliah ini, 1 kata saja apa yang kamu ketahui tentang mata kuliah ini, jadi semua orang menyampaikan pendapatnya. Kemudian kelompok lain sekarang bagianmu menyampakan rangkainanya. Mahasiswa itu sungkan berpendapat karena waduh nanti takut salah, tapi bagi saya tidak, berpendapatlah karena ini saatnya aktif berpikir. Kalau yang nilainya kurang kita beri tugas untuk perbaikan, kalau yang nilainya baik ya diberikan pengayaan. Kalau mahasiswa tidak berangkat ya sampaikan salam dari saya. Saat memberikan kuliah ketika ada yang kurang jelas dan bertanya ya kita jawab. Kita pahami dia merasa begini, perasaan dan pikirannya begini. Dosen disini ada waktu khusus dalam rapat untuk membahas mahasiswa yang bermasalah dan tentunya mengadakan upaya-upaya dalam membantu mahasiswa tersebut. Memahami betul apa yang ingin disampaikan. Kalau tidak datang ya kita anggap beres. Ya kalau tahu tentang dirinya kan jadi paham dirinya seperti apa. Banyak ngobrol, saat mahasiswa cerita. Saya merasa belum melakukan pendampingan secara pribadi. Kalau usaha atau keinginan untuk melakukan pendampingan secara pribadi itu ada tapi tidak ideal seperti kebutuhan mahasiswa. Saya sudah melakukan tapi jika dibandingkan dengan kebutuhan mahasiswa itu kurang. Misal saya kaget ketika ada mahasiswa sebagai pribadi mengalami masalah yang tibatiba sudah meledak nah itu kan masalah tersebut tidak diketahui. Saya secara pribadi belum melakukan pendampingan tersebut. Tapi saya disini kan tidak jemput bola ya, jadi kalau secara aktif saya merasa belum. Kalau ideal itu kan saya harus benar-benar mengenal kamu satu persatu individu. Lah wong pengenalan setiap pribadi aja nggak ada. Kalau dikelas ya situasi di kelas. Tapi prodi sendiri menawarkan berbagai fasilitas, sarana untuk menyalurkan minat, bakat, ya mahasiswa mesti pandai-pandai mengatur waktu. Kemudian kita ini prodi yang heboh ya banyak kegiatan. Dimulai dari awal semester stadium general, multikultur fiesta, bakti sosial, GnC, empati, mata pena bagi yang minat menulis. Ada band, saya kira ini
Dosen sudah memberikan rasa empatinya dengan memberikan perhatian dan batuan pada mahasiswa yang memiliki masalah. Dosen menganggap kalau mahasiswa yang tidak datang atau konsultasi dianggap tidak ada masalah.
Dosen berempati dengan mengenal mahasiswa lebih jauh sehingga dapat membantu permasalahannya. Tapi yang menjadi hambatan yaitu belum ada pengenalan pada setiap pribadi mahasiswa walaupun sudah ada usaha tapi masih kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan mahasiswa.
Dosen berempati pada mahasiswa dengan menyalurkan bakat minat mahasiswa melalui kegiatan sehingga potensi mahasiswa semakin berkembang.
110
Empati sudah dilakukan dengan baik oleh para dosen. Hal ini ditunjukkan dengan cara membantu mahasiswa yang memiliki permasalahan studi, memberikan semangat pada mahasiswa yang mempunyai masalah, memberikan pujian dan melihat hal-hal positif dari diri mahasiswa (tidak ngejudge) dengan lebih mengenal mahasiswa, menyalurkan potensi dan bakat yang dimiliki mahasiswa serta menggunakan metode saat di kelas agar mahasiswa paham. Yang menjadi hambatan yaitu pengenalan pada setiap ptibadi mahasiswa belum ada dan dosen menganggap jika mahasiswa yang tidak datang konsultasi itu tidak ada masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
D
V
A
mewadahi, menampung gairah-gairah muda. Untuk meraih sukses itu tidak dipengaruhi dan tidak terbatas. Kecerdasan emosi, tidak hanya hard skill mata kuliah. Jadi mahasiswa yang masih dingin-dingin panas itu kita tawarkan ini ada PKM ayo menulis dan berkelompok maju. Untuk kegiatan-kegiatan pengembangan diri sebaiknya pergi ke kelompok-kelompok. Prodi juga mendanai, nah itu kita sediakan. Misal dalam kelompok ada anak bercerita kepada saya, “saya dipanggil guru BK waktu SMA karena ketahuan merokok”, kemudian tanggapan saya baik kamu sudah jujur, kamu juga tidak malu, itu pengalaman baik kamu masih mengingat dengan baik. Itu bentuk kepedulian yang mungkin pengalamannya itu diremehkan orang lain. Ada mahasiswa yang pendiam, minder, kemudian saya bentuk dalam kelompok sekarang jadi nggak minder. Contoh lain, kalau pikiran saya ah mahasiswa itu memang malas berarti itu saya tidak peduli, tapi saya peduli dengan contoh tersebut.Tidak ada mahasiswa yang tidak bertanya tapi saya tahu kalau dia tidak tahu. Nah masalah saya bagaimana saya menyampaikan materi agar mahasiswa paham. Kalau ada mahasiswa yang tidak paham saya kan jadi prihatin. Lalu saya menggunakan cara atau metode saat di kelas agar mahasiswa menjadi paham. Kita tanya jika kita belum paham apa yang disampaikannya. Saya mendengarkan, menangkap betul apa yang disampaikan mahasiswa.
B
Ketika mahasiswa mengajak bicara tapi saya buru-buru karena akan mengajar ya saya tidak dengarkan karena saya menghargai mahasiswa saya yang menunggu kuliah.
C
Yang tadinya kekeh mengambil prodi lain setahun disini akhirnya menemukan kebahagiaan-kebahagiaan dan dikhir semester 4 sudah ditemukan banyak aktif terlibat pendampingan anak-anak muda, remaja. Baik itu saya kira memantapkan motivasi dan pilihan mereka.
111
Dosen memberikan, menunjukkan empati dengan memberikan semangat dan melihat hal positif dari setiap mhasiswa. Dosen menggunakan suatu metode agar mahasiswa paham dengan materi kuliah.
Dosen mendengarkan dengan baik setiap kalimat yang disampaikan oleh mahasiswa dengan mencerna apa yang disampaikan mahasiswa dengan sunggug-sungguh, sehingga tidak salah memahami maksud ucapan mahasiswa. Dosen sudah mendengarkan mahasiswa secara baik tapi waktu yang dibutuhkan terbatas dan tidak pada setiap pada kesempatan dosen menanggapi mahasiswa karena faktor lain yang lebih penting. Dosen mendengarkan masalah mahasiswa dan melakukan upaya dengan menyalurkan melalui kegiatan.
Dosen sudah mendengarkan mahasiswa dengan baik tapi dosen tidak menanggapi mahasiswa jika dosen memiliki kepentingan lain yang lebih mendesak dan mengganti di waktu yang lain. Dosen mendengarkan mahasiswa saat menceritakan pengalaman, pendapat dan keluh kesah.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
D
VI
A
B
C
D
Ketika salah satu dalam kelompok ada yang bercerita atau bicara. Saya bilang ke teman-teman yang lain mari kita mendengarkan. Mencoba mendengarkan dengan baik. Saya melihat sesuatu yang positif disitu misalnya mereka berani berbicara, berani berpendapat. Saya menghargai inisiatif mahasiswa misal berani tampil, berani omong, kesalahan saya anggap mereka belajar dari kesalahan. Berusaha memberikan kuliah dengan baik. Menjawab pertanyaan mahasiswa jika ada yang bertanya. Menerima mahasiswa jika ada yang konsultasi. Sering mahasiswa sms dan saya tanggapi. Kalau yang ada masalah atau tugas telat ya kita panggil. Saya memberikan haknya dan saya penuhi haknya. Misal pekerjaan saya kembalikan ke mahasiswa. Saya berusaha menjawab kesulitannya. Saya mendampinginya. Ketika ujian ya saya koreksi. Ketika skripsi juga saya periksa drafnya. Saya mengingatkan mahasiswa yang melakukan kesalahan atau agak menyimpang sehingga dia merasa dihargai juga. Saya menghargai pendapat mahasiswa. Kalau waktunya masih ya saya beri kesempatan untuk bertanya. Menanyakan kabar mahasiswa, menyapa, tanya perkembangannya. Saat kuliah memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bertanya, ada kesulitan nggak, tanya pendapatnya, ajakan untuk terlibat. Beberapa dosen kita ingatkan dirapat-rapat terlambat boleh tapi ada batasnya. Saya juga mengenal mahasiswa lain, selain mahasiswa yang saya bimbing (sebagai DPA maupun sebagai dosen mata kuliah). Ketika ada mahasiswa yang bertanya atau memberikan jawaban atau bercerita walaupun itu baik atau tidak baik saya tetap mengatakan wah ini pelajaran penting, bukan mengatakan wah ini salah, bukan mengatakan ah gitu aja dilebay-lebayin. Sama seperti konseling, kalau konseling itu kan kalian belajar pasti ada yang tidak tepat. Nah ketidaktepatan itu menjadi bahan untuk belajar. Misal ada konseling yang konseli menangis dan konselor ikut nangis. Nah saya bilang ini contoh baik kongkrit. Bukan saya mengatakan ini salah. Kemudian dalam kuliah lain kan membentuk kelompok, saya mengajak mahasiswa merumuskan sendiri berdasarkan pengalaman. Saya menghargai mereka karena berani untuk terbuka, bercerita tentang pengalamannya.
Dosen mengajak mahasiswa yang lain untuk saling menghargai dengan saling mendengarkan satu sama lain. Dosen menghargai mahasiswa saat mahasiswa memiliki inisiatif. Menghargai dengan memberikan hak mahasiswa.
Dosen menghargai mahasiswa dengan memberikan haknya seperti mengembalikan tugas ke mahasiswa, menjawab pertanyaan, mendampingi, dan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk bertanya. Dosen juga mengingatkan mahasiswa yang melakukan kesalahan. Dosen sudah menunjukkan rasa hormat dengan cara berkomunikasi dan menerapkan aturan kepada para mahasiswa dan para dosen sehingga mahasiswa dapat lebih menghormati dosen Dosen memliki rasa penghargaan yang tinggi terhadap para mahasiswa. Dosen tidak melihat sisi buruk mahasiswa melainkan dosen melihat sisi baik mereka agar para mahasiswa tidak minder tetapi semakin berkembang.
112
Rasa hormat telah ditunjukkan oleh dosen kepada mahasiswa dengan cara saling menghargai dan memberikan penghargaan kepada mahasiswa dengan memberikan pujian, memberikan kesempatan untuk memperbaiki, dan memberikan dispensasi kepada mahasiswa yang terlambat pada mata kuliahnya sehingga hal ini dapat membuat mahasiswa merasa bahwa dirinya dihargai.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
C I
R A
B
C
D
E
Hasil Wawancara Mahasiswa Verbaltim Kesimpulan Mahasiswa merasa dosen telah Dosen memberikan kepercayaan atau rasa percaya pada mahasiswa menunjukkan rasa percaya kepada dengan memberikan wejangan atau pesan-pesan kepada mahasiswa agar mahasiswa dengan memberikan pesan dan lebih termotivasi misal dengan mengatakan meskipun banyak kesulitan tetap semangat ya. Diberikan tanggungjawab, rasa percaya misal saat nasehat agar mahasiswa bisa lebih presentasi PKM terkait media lingkungan. semangat. Mahasiswa merasa belum percaya pada Saya berkaca dari teman-teman yang konsul tapi nggak mendapat dosen karena melihat temannya yang tangagapan dari dosen, kecewanya itu Aku pengen terbuka, pengen cerita konsultasi tapi tidak mendapat tanggapan tapi aku ragu dosen ini bisa nggak ya, tahu nggak ya. dan ragu terhadap kemampuan dosen. Misal saat kuliah seminar pendapat dosen bikin kita jadi semangat. Tumbuhnya rasa percaya mahasiswa dikarenakan mahasiswa merasa nyaman Kepedulian dosen juga terlihat dari kedekatannya dengan mahasiswa, biasanya kalau udah dekat dosen juga terbuka dan saling percaya. Kadang kepada dosen. Tapi terkadang dosen terlalu sibuk jadi kesempatan mahasiswa untuk juga kalau ada dosen yang tidak suka dengan mahasiswa tersebut sekali bertemu kurang. Selain itu ada dosen yang saja maka dosen tidak memperhatikan mahasiswa tersebut, kalau mau kurang memberikan motivasi pada tanya ekspresi mukanya aneh, diabaikan dengan dosennya seperti itu. mahasiswa seperti dosen kurang Kadang juga ada dosen yang mood-moodan. Kadang ada juga dosen yang bersemangat saat mengajar, saat kurang perhatian ke mahasiswa karena mungkin kurang bisa menyatu mahasiswa bertanya dosen kurang dengan mahasiswanya dan dengan jumlah mahasiswa yang banyak dan menunjukkan respon yang baik, kedekatan berbagai macam karakter. Kalau dosennya nggak semangat berpengaruh dosen ke mahasiswa kurang karena kurang ke mahasiswanya juga. Kadang ada dosen yang tugasnya mengajar ya bisa menyatu dengan mahasiswa dan hal mengajar, mungkin kurang peka terhadap mahasiswanya. Selain itu ini yang menjadi penghambat rasa percaya waktu, dosen terlalu sibuk jadi kesempatan bertemu mahasiswa menjadi mahasiswa ke dosen. kurang. Mahasiswa merasa percaya dengan dosen Aku dateng ke dosen itu karena aku ngerasa nyaman dan pengajarannya karena dosen memiliki asas kerahasiaan. di kelas itu enak, kalau kita mencintai mata pelajarannya kita juga mencintai dosennya juga. Jadi dari situ tumbuh rasa percaya. Misal dosen mengatakan saya tidak membocorkan rahasia ini/masalah ini Mahasiswa merasa percaya dengan dosen karena dosen menyemangati mahasiswa ke siapapun. Saat aku bicara dengan dosen/datang pada dosen tanpa paksaan. Aku pernah disalahin temenku karena ada uts, padahal bahannya uda lewat perkataan dan pesan-pesan sehingga dikasih tahu, tapi ketika aku cerita ke dosen tentang hal itu dan dosen membuat mahasiswa yakin akan memberikan motivasi dalam bentuk kata-kata. Percaya pada panitia PBN, kemampuan diri.
113
Interpretasi Mahasiswa telah memiliki rasa percaya kepada dosen hal ini dikarenakan dosen terbuka dengan mahasiswa, mahasiswa merasa nyaman dengan dosen, dan mahasiswa diberikan nasehat dan semangat untuk dapat berkembang menjadi lebih baik. Disisi lain ada mahasiswa yang merasa bahwa ketika ada mahasiswa yang konsultasi tidak mendapat tanggapan dan saat mengajar ada dosen yang kurang bersemangat dan berpengaruh pada mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
F
G
penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan kebijakan. Kemudian beberapa kali dosen mengatakan jangan takut salah karena dengan tahu kesalahan kita bisa memperbaiki kesalahan tersebut. Itu cara dosen untuk membuat kita percaya akan kemampuan yang kita miliki.Dosen memberikan wadah berupa kegiatan sehingga mahasiswa dapat menyalurkan bakat dan potensi yang dimiliki, bisa menerapkan kedisiplinan, menyalurkan ide-ide, belajar percaya diri, belajar berpendapat, menambah pengalaman dan masih banyak yang bisa dipelajari melalui kegiatan yang diselenggarakan prodi maupun universitas. Dengan kegiatan tersebut saya merasa nyaman, banyak teman, membuat saya semakin berkembang. Dosen juga mendukung dalam kegiatan karena bisa menjadi wadah untuk menyalurkan bakat, potensi yang kita miliki serta memunculkan rasa percaya diri. Walaupun dalam hal akademik kurang baik paling tidak ada hal lain yang mendukung. Saat kegiatan harusnya bukan hanya mahasiswa saja yang ambil bagian. Dalam suatu kegiatan misal pensi, kalau dosen ikut kan bisa menyatukan mahasiswa juga, ini loh dosen ikut masa mahasiswa tidak. Jadi bisa menjadikan semangat buat mahasiswa yang lain juga. Selain itu, kadang ada mahasiswa yang kalau dihina itu malah menunjukkan menjadi lebih baik, tapi ada juga yang malah down. Nah itu lah makanya perlu ada motivasi-motivasi. Acara seminar juga merupakan kegiatan yang memberikan wawasan bagi kita sebagai calon guru BK. Kegiatan pengakraban kelas di mulai dari kelas kemudian per angkatan kemudian dosennya juga ikut untuk membangkitkan semangat dan motivasi mahasiswa. Tapi saat PSB, dosen pembimbing kelas kurang pemberikan masukan dalam kegiatan harusnya turut ambil bagian dalam PSB agar mahasiswa lebih semangat. Kemudian contoh di kelas, kenapa kadang-kadang mahasiswa terlambat, nah itu kita perlu melakukan praktek konseling sendiri antara dosen dan mahasiswa. Jadi dosen tahu keluhan-keluhan mahasiswa dan secara tidak langssung belajar konseling juga/ memecahkan masalah apalagi kita kuliah di BK. Per mahasiswa masalahnya berbeda-beda nah dari situ kan bisa mulai menerapkan ilmunya. Kita kan belajar di BK jadi cobalah mempraktekkan apa yang diomongkan. Katanya tidak boleh ngejuts
Rasa percaya yang dikatakan oleh mahasiswa ini lebih mengarah pada rasa percaya diri dimana mahasiswa dapat menampilkan rasa percaya dirinya secara lebih luas dengan mengikuti berbagai macam acara yang di adakan oleh prodi.
Mahasiswa bisa percaya kepada dosen jika dosen dapat terbuka dengan para mahasiswa. Yang menjadi penghambat yaitu ketika dosen sudah terbuka tapi mahasiswa yang belum ada rasa percaya. Selain itu dari dosen juga perlu ada pendekatan khusus pada mahasiswa seperti konseling atau jika ada sesuatu atau masalah dari mahasiswa, mahasiswa tersebut dipanggil agar masalahnya terbantu.
114
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
H
II
A
siswa nah itu dipraktekkan. Jadi dosen tidak perlu menunggu sampai nilainy jelek atau nyaris DO tapi kalau sekiranya ada masalah tolong dipanggil. Mungkin beberapa dosen sudah malakukannya tapi kan belum ke semuanya. Yang menjadi penghambat bentuk kepedulian yaitu kesibukan dosen apalagi DPA saya seorang ibu, yang pasti harus mengurusi rumah tangga dan lain-lain juga. Kalau yang muda ya karena masih muda masih bisa menyesuaikan. Kemudian dari mahasiswa sendiri yang tidak mau terbuka, jadi bagaimana bisa terbantu. Ketika mengajar dosen ada bercandanya juga, tersenyum jadi itu yang memancing kita untuk ikut aktif atau menggunakan ice breaking di awal atau disela-sela kuliah. Barulah kita keluar dari zona nyaman kita untuk bertanya. Sekarang kan kelasnya diacak ganjil genap jadi ya itu salah satu upaya dosen untuk menyatukan mahasiswanya. Mahasiswa bisa percaya jika dari dosen bisa terbuka dan membuat mahasiswa juga terbuka jadi memberikan semangat, motivasi terhadap mahasiswa. Mahasiswa baru sekarang juga sudah dibekali dengan berbagai kegiatan dan memberikan pemahaman tentang BK sehingga ke depannya bukan sekedar hanya sebagai mahasiswa BK saja. Apa yang di pelajari itu dia tahu benar bagaimana menerapkannya bukan hanya sekedar menjalani. Seiring berjalannya waktu semakin berkembang. Ketika saya butuh, ada kesulitan saya tidak sungkan untuk datang ke dosen dan ketika kita membutuhkan bantuan dosen pasti membantu baik itu kesulitan dalam kuliah, kegiatan, organisasi ataupun masalah pribadi. Kalau ada waktu luang saya ngobrol-ngobrol dengan dosen jadi sambil belajar juga cara dosen menanggapi kita, belajar konseling oh dia pakai teknik ini dan saya merasa diterima. Ketika dosen perlu menyampaikan sesuatu yang penting entah di mata kuliah atau di luar mata kuliah, itu wujud terbukanya walaupun tidak semua dosen tapi hampir semua. Ketentuan nilai itu juga transparansi. Tapi kadang ada mahasiswa yang mau datang aja nggak berani apalagi berkonsultasi, rasa malu, enggan, malas, sungkan, tidak mau terbuka, jujur. Jadi dosen juga tidak tahu masalah kita karena dosen tidak bisa mendampingi dengan plek. Memang tidak semua didampingi tapi ya beberapa yang mungkin memang benar-benar membutuhkan. Mungkin hanya mahasiswa tertentu saja yang memang
115
Mahasiswa tersebut memiliki rasa percaya kepada dosen dan prodi karena masa depan mereka akan terjamin dan mahasiswa dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga mereka dapat lebih berkembang.
Mahasiswa telah menunjukkan rasa terbukanya kepada dosen dengan cara bertanya mengenai hal-hal yang tidak mereka ketahui, mengenai masalah pribadi, ataupun mengenai kegiatan organisasi. Tapi ada mahasiswa yang tidak berani datang konsultasi karena rasa malu, enggan, sungkan, tidak jujur. Disisi lain dosen juga tidak bisa mendampingi semua mahasiswa tapi hanya mahasiswa tertentu saja yang memang membutuhkan karena mengingat kesibukan dosen dan banyaknya mahasiswa dengan berbagai karakter.
Rasa terbuka telah ditunjukkan oleh dosen maupun mahasiswa. Mahasiswa merasa nyaman kepada para dosen karena mereka welcome atau dengan senang hati mau membantu para mahasiswa yang memliki kesulitan ataupun yang sekedar ingin konsultasi. Terkadang dari mahasiswa sendiri yang tidak berani berkonsultasi/berpendapat/bertany a karena rasa malu, enggan, sungkan. Dosen juga terbuka tapi karena kesibukannya jadi kurang
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
B
C
D
E
kelihatan dari pengamatan misal di kelas sering nggak masuk jadi dosen baru tahu dan bisa memberikan perhatian khusus. Dosen juga punya tugas, kegiatan lain yang harus dikerjakan sehingga pendampingan ke mahasiswa kurang walaupun sudah jalan. Dosen harus membagi waktu juga. Dengan segala keterbatasan pendekatannya, dosen harus siap menghadapi mahasiswa dengan berbagai macam ini. Karena saya merasa berkepribadian introvert jadi kurang/nggak bisa deket dengan dosen dan kurang terbuka. Mungkin kalau orang lain terbuka gampang, bergaul gampang, tapi aku nggak bisa. Kalau misal dalam kuliah kita nggak ngerti kita bisa tanya dan dosen juga mau untuk menjelaskan, membantu kita yang nggak ngerti. Jadi ya memang harus ada keterbukaan, kejujuran dari kita. Kalau mahasiswa nggak masuk dosen masih menanyakan. Dosen ngajak mahasiswanya barengbareng buat merinci misal penilaiannya mau seperti apa, kalian yang minta kalian kan yang butuh. Jadi nggak ada silabus tapi langsung di bahas kita mau belajar tentang mata kuliah ini kalian mau metode seperti apa. Dosen juga bukan hanya membantu dalam hal akademik, tapi dalam masalah pribadi juga, misalnya ayo datang ke ruangan berbagi cerita. Kalau kita diam dosen juga nggak ngerti kita mudeng atau nggak dengan penjelasan beliau. Kemudian tergantung mahasiswanya, kalau mahasiswa mau terbuka mau disentuh ya dosen juga mau terbuka. Tapi kalau mahasiswanya lari-lari terus ya gimana. Ketika kita belum paham dosen bisa menjelaskan apa yang belum kita pahami. Dosen mampu saat memberikan nasihat, bisa memberikan contoh dari pengalaman dosen , jadi aku bisa belajar dari contoh itu, punya semangat dari contoh itu. Saat jam luar kelas dosen mau menerima konsultasi. Bisa diajak cerita-cerita dalam semua hal Sebelum kuliah dosen menjelaskan silabus, yang dipelajari apa. Kalau ada materi yang kurang jelas kita bisa bertanya dan dosen menjawab. Dosen juga cukup terbuka ketika beliau ada waktu ya kita bisa ngobrol lama. Kalau mahasiswanya nggak mau aktif, dosen punya daftar nama di nilai, dia manggil namanya mahasiswa untuk menjawab pertanyaan.
116
bisa menjangkau ke semua mahasiswa terlebih mahasiswa. Hanya mahasiswa tertentu saja yang merasakan keterbukaan seperti mahasiswa yang dekat dengan dosen dan sering bertemu. Mahasiswa belum ada rasa terbuka pada dosen karena kepribadiannya yang introvert. Dosen telah menunjukkan rasa terbuka kepada mahasiswa begitu pula sebaliknya hal ini dilakukan dengan cara saling bertanya, memberi tahu hal-hal mengenai akademik, dan memberikan kesempatan untuk bercerita. Tapi mahasiswa bisa dibantu jika mahasiswanya juga terbuka.
Dosen telah menunjukkan rasa terbuka kepada mahasiswa yaitu dengan cara sharing dan berbagi pengalaman ketika perkuliahan.
Dosen telah menunjukkan rasa terbuka kepada mahasiswa dengan cara menjelaskan silabus dan mengajak berbicara mahasiswa pada waktu senggang. Tapi mahasiswa bisa terbuka
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
F
G
H
Tapi kadang ketika di kelas mahasiswanya yang nggak mau tanya ketika nggak ngerti. Tapi ya tergantung dosennya, kalau dosennya terbuka dengan semua mahaiswa ya mahasiswanya juga terbuka. Di sisi lain juga dosen melayani mahaisiswa tertentu, mungkin yang dekat, disukai, yang bertemu setiap hari.
jika dari dosen juga terbuka, begitu pula sebaliknya mahasiswa harus terbuka agar bisa terbantu. Disisi lain dosen terkadang hanya terbuka pada mahasiswa tertentu saja seperti mahasiswa yang dekat, disukai atau sering bertemu dengan dosen.
Kalau ada kesulitan, dosen juga tidak segan untuk mengulang materi perkuliahannya. Ketika kita takut untuk bertanya, takut salah. Dosen juga membahas beberapa kali jangan takut salah dan lama-lama saya jadi berani, karena dengan tahu kesalahan dan kita dapat memperbaiki kesalahan kita. Dosen juga terbuka, misal kalau mahasiswa nggak tahu/nggak ngerti/ada kesulitan lain, mahasiswa bertanya apa saya bisa bertemu/konsultasi. Dosen juga bilang silakan dan beliau welcome saja. Kadang kalau ada kesulitan materi yang diajarkan mahasiswa tidak mau bertanya. Dan jika mahasiswanya tidak aktif, diam saja dosen tidak tahu dan mungkin dosen menganggap mahasiswa sudah mengerti. Bisa lebih berteman dan nyaman saat bertemu di luar, biasanya konsultasi tentang mata kuliah dan cerita tentang diri kita yang tidak bisa diceritakan saat kuliah tentang masalah saya dan lebih leluasa saat di luar jam perkuliahan. Kalau kita sebagai mahasiswa terbuka dosen juga saya kira mau membantu kesulitan kita. Ada sebagian dosen yang sudah terbuka dan sebagian tidak. Untuk mengaktifkan partisipasi mahasiswa biasanya dosen memberikan kesempatan untuk bertanya Kebanyakan dosen welcome aja kalau ada mahasiswa yang ingin berkonsultasi. Tapi ya tergantung situasi. Kalau pas rapat ya nggak mungkin, masa mahasiswa nyusu-nyusu ayo pak saya ingin konsultasi kan ya nggak mungkin. Kalau mahasiswanya berpikir dengan akal sehatnya pasti mahasiswa juga ngerti bahwa dosen tidak hanya ngurusin mahasiswanya saja. Saat pensi, dosen juga mendampingi walaupun tidak ikut serta tapi kepedulian ada dengan bertanya, membicarakan kelas ini mau menampilkan apa dan lain sebagainya. Mahasiswa masih banyak yang pasif
Dosen telah menunjukkan rasa terbuka terhadap mahasiswa baik yang memiliki permasalahan atau tidak karena mereka dengan senang hati menerima setiap mahasiswa yang mau berkonsultasi. Tapi terkadang masih ada mahasiswa tidak mau terbuka dengan kesulitannya.
Mahasiswa lebih merasa terbuka dengan dosen apabila konsultasi atau berbincang dilakukan diluar jam kuliah. Jika dari dua pihak saling terbuka maka bisa membantu dan dibantu. Dosen telah menunjukkan rasa terbuka pada mahasiswa meskipun tidak ditunjukkan melalui perilaku melainkan melalui perkataan dan pertanyaan, hal itu ternyata membuat mahasiswa senang. Dosen juga terbuka menerima konsultasi dari mahasiswa taapi saat di kelas beberapa mahasiswa belum terbuka.
117
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
III
A
B
C
saat mengikuti kuliah. Tapi kadang yang terjadi di kelas mahasiswa malah diam, sunyi. Kalau terkait dengan mata kuliah itu tidak hanya bertemu langsung tapi lewat email, sms, telepon. Komunikasi itu bisa lewat DPA atau saat dialog prodi kita bisa omongkan semuanya. Saat menghadapi situasi kelas itu tidak monoton tapi mungkin ada ice breaking, pertanyaan candaan yang bisa mengaktifkan situasi kelas karena ada interaksi yang menarik. Ketika berbicara, bertanya atau bercerita ya dosen menunggu sampai aku selesai baru dosennya berbicara atau menanggapi. Kemudian diluar kuliah, saat kegiatan dosen lebih santai dan bersahabat. Ketika dosen butuh misal buat video atau kegiatan apa, membantu seminar, dosen mengkonfirmasi ke saya tentang apa yang saya buat. Aku nggak ada keberanian untuk memulai komunikasi. Mungkin karena kita sungkan pada dosen jadi nggak leluasa bertanya. Aku jarang komunikasi dengan dosen, paling kalau ada keperluan aja misal konsultasi tentang PPL. Dosen berkomunikasi dengan santai tapi kalau terlalu santai ya sepetinya terlalu menganggap gampang. Tapi tergantung situasi juga dan dosennya siapa. Dosen kurang bisa mau mengenal mahasiswanya lebih dekat itu kurang karena mungkin kepribadian dosennya memang seperti itu. Mungkin beberapa dosen yang mau peduli terutama dosen senior. Apalagi dengan mahasiswanya yang bermasalah seperti males dan lain-lain itu dosen kurang mau tahu. Kadang dosen kurang ada inisiatif untuk membantu. Aku merasa dosen jalan sendiri dan aku jalan sendiri. Karena dosen BK sedikit, sehingga tidak bisa menjangkau semua mahasiswa. Paling tidak 1 dosen mendampingi 5 atau 10 orang. Jadi kalau ada masalah itu ada yang ngebelain, jadi yang saya rasakan selama ini kalau ada masalah ya masalah itu ditangani sendiri. Apalagi anak-anak yang intovert kaya aku dan teman-teman yang lain mungkin ada masalah ya dijalani sendiri. kadang anak-anak yang deket aja yang bisa, tapi kalau anak yang menyendiri kurang diperhatikan oleh dosen. Saat kuliah dosen memberikan materi setengah-setengah, kita yang ndengerin juga setengahsetengah. Dosen ngomong apa nggak ngerti. Apalagi dengan mahasiswa yang kurang tertarik dengan prodi BK, harusnya bisa lebih didampingi, dipedulikan. Bisa secara langsung saat kuliah maupun di luar perkuliahan, komunikasi
Antara dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi dengan baik dan bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dosen mau membalas sms mahasiswa yang bertanya mengenai perkuliahan dan mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengutarakan keluh kesah melalui kegiatan rutin yaitu dialog prodi. Komunikasi yang dirasakan mahasiswa masih kurang karena hanya saat perkuliahan dan saat dosen mendampingi PPL. Dosen berkomunikasi pada mahasiswa tertentu saja yang dekat.
Komunikasi antara dosen dan mahasiswa
118
Komunikasi yang dilakukan oleh para mahasiswa dengan dosen telah dilakukan dengan baik dan lancar baik secara langsung maupun tak langsung. Mahasiswa bisa saling bersapa lewat media sosial ataupun bertemu langsung dengan para dosen dan mereka dapat berkomunikasi lewat sms jika memilki permasalahan mengenai kegiatan akademik. Tapi beberapa mahasiswa merasa komunikasinya masih jarang dan pada saat tertentu saja dan kadang informasi yang disampaikan dosen ke mahasiswa itu mendadak. Hal tersebut karena keterbatasan waktu dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
2 arah, lewat alat komunikasi. D
E
F
G
H
Komunikasi lewat telepon, sms, ketemu langsung. Dari komunikasi itu jawaban dari dosen menyenangkan dan pesannya tersampaikan. Apa yang menjadi pertanyaan terjawab. Dosen mengarahkan mana yang terbaik untuk saya. Secara lisan, facebook, sms, atau telefon. kalau ujian dikasih tahu bahannya, selalu menanyakan kabar, keadaan. Dosen menyediakan informasi tentang jadwal krs, pengumunan-pengumuman. Dosen memberikan saran. Dosen menunjukkan prosedur saat mahasiswanya nanya tentang kuliah/tugas. Tapi dalam komunikasi masih kurang, misalnnya walaupun sudah ada usaha seperti menempelkan pengumuman, tapi itu waktunya mepet, kadang tidak ada kuliah tapi baru tahunya hari itu pas kita datang ke kampus. Jadi kuliahnya kosong tapi memberitahuannya mendadak. Dosen kalau ditanya nggak dijawab, di sms nggak di balas. Pernah ada tugas email tapi pada nggak tahu akhirnya sekelas nggak ngumpulin. Komunikasinya 2 arah dan saling mendengarkan. Komunikasinya baik karena dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya atau bertanya. Saat mahasiswa diskusi dosen bertanya bagaimana pendapatmu? Kalau komunikasi kadang bisa ngobrol di depan sekretariat lebih enak atau mungkin bertemu di luar. Dalam berkomunikasi awalnya tentang kuliah tapi kemudian menuju ke hal pribadi. itulah wujud keterbukaan dan kepercayaannya. Kalau kebanyakan dosen di kelas rata-rata baik karena pengajaran dulu dan sekarang beda. Kadang kalau kuliah kosong kan bisa malam sebelumnya memberitahu, kenapa tidak diberitahu padahal ada pengurus kelas. Kalau seperti itu kan sudah jauh-jauh datang pagi-pagi tapi kuliah kosong, nah taunya baru pagi itu. Selain itu terkait informasi terkadang ada mahasiswa kurang tau atau tidak tau tentang kegiatan atau pengumuman. Kadang teman yang tahu juga ada yang nggak mau ngasih tau. Ya kan masing-masing punya urusan sendiri-sendiri. Komunikasi dengan dosen masih jarang, kadang ada komunikasi kadang
lancar baik secara langsung maupun melalu interaksi yang tidak langsung. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa lancar baik secara langsung maupun melalu interaksi yang tidak langsung. Komunikasi yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa terlaksana dengan lancar apalagi mereka memilki fasilitas untuk dapat melihat pengumuman secara mudah di internet. Walaupun sudah ada komunikasi tapi masih dirasa kurang oleh mahasiswa seperti penyampaian informasi yang mendadak, terkadang sms tidak dibalas.
Komunikasi antara dosen dan mahasiswa lancar baik secara langsung maupun melalu interaksi yang tidak langsung. Mahasiswa lebih nyaman apabila berkomunikasi secara langsung karena melalui komunikasi langsung mereka dapat dengan leluasa mengutarakan masalah pribadi mereka sehingga dosen dapat membantu masalah yang mereka hadapi dengan memberikan nasehat dan jalan alternatif untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Komunikasi sudah ada tapi masih kurang karena penyampaian informasi mendadak. Mahasiswa jarang berkomunikasi dengan
119
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
IV
A
B
C
nggak, ya mungkin karena masalah waktu. Ketika dalam suatu event harus rapat, kita ada kuliah dan saya bilang jangan banyak rapat-rapat. Lalu dosen memberikan kesempatan pada kita untuk ngomong dan dosen mengerti lalu membuat keputusan untuk melakukan berapa kali rapat saja karena ada tugas dan kuliah. Ketika ada kegiatan di luar kuliah itu diijinkan dan diberi kesempatan tapi tetap dengan ketentuan 3x tidak masuk. Kemudian saat dosen mendampingi teman saya yang terkena masalah dan disitu saya menjadi saksi dari masalah tersebut dan saya merasakan bahwa dosen mendampingi, peduli. Dengan membahas permasalahan mahasiswa saat rapat dosen itu menunjukkan bahwa dosen peduli. Kadang orang hanya melihat di permukaannya saja, nggak mau tahu, nggak mau menyelami, memahami kenapa sih dia begini, orang taunya oh memang dia begitu tanpa mau memahami mahasiswa tersebut. Kalau dosen yang ingin memahami mahasiswanya itu belum ada dan hanya beberapa mahasiswa yang aktif saja yang dekat. Dosen cukup bisa menyamakan cara pikir dengan mahasiswa, disitu kita menjadi nyaman. Kalau ada mahasiswa terlambat 1, 2 kali dosen masih dimaklumi. Tapi ada juga dosen yang nyindir, kalau misalnya kita kuliah jam 7 kan suka ada yang telat itu disindir. Ada dosen yang malah kata-katanya bikin down.
D
Misal aku cerita sedih-sedih dosen tahu mengekspresikannya, kalau aku cerita senang ekspresi dosen juga senang. Dosen menerima apa yang menjadi pikiran dan perasaan yang saya rasakan.
E
Ada dosen yang mengatakan kalau uda puas dengan nilainya silakan dikembalikan kalau belum diperbaiki lagi. Kalu misal mahasiswa telat/nggak masuk dosen tidak langsung menyalahkan tapi memahami dengan bertanya. Saat disuruh buat 4 tugas tapi baru dikasih 3 tugas, ak sms dosennya kok baru 3 tugas. Tapi malah sms ku dipasang di fb. Jadi dosen ini nggak menjaga
dosen karena keterbatasan waktu. Mahasiswa merasakan empati dosen seperti ketika memberikan toleransi kepada mahasiswa, mendampingi saat ada masalah, dan mengadakan uapaya membantu mahasiswa.
Mahasiswa belum merasakan empati dosen karena dosen hanya melihat permukaannya saja tanpa mau memahami mahasiswa tersebut dan dosen memahami karena mahasiswa tersebut dekat dengan dosen. Mahasiswa merasakan empati dosen karena dosen bisa memahami cara pikir mahasiswa dan memberikan toleransi. Tapi mahasiswa merasa ada dosen yang belum mamahami mahasiswa seperti menyindirnya dan pendapatnya membuat mahasiswa down. Mahasiswa merasakan empaati dari dosen. Hal ini ditunjukkan melalui ekspresi dosen saat mahasiswa bercerita, dosen memahami perasaan dan pikiran mahasiswa. Mahasiswa merasa dosen memiliki empati, hal ini ditunjukkan dengan dosen memberikan solusi pada masalah mahasiswa. Tapi mahasiswa merasa dosen kurang memahami mahasiswa dengan tidak menjaga rahasia, dosen suka telat
120
Mahasiswa merasakan empati dosen dengan dipahami pikiran dan perasaan mahasiswa, tahu cara mengekspresikan bahwa dosen paham dan dosen memberikan solusi dari permasalahan mahaiswa. Tapi dosen juga terkadang hanya melihat permukaannya dari masalah mahasiswa dan tidak mau memahami apa yang terjadi dengan maahsiswa dan membantunya. Selain itu dosen tidak menjaga rahasia mahasiswa, pendapatnya malah membuat mahasiswa down, dosen telat, ngejudge mahasiswa dan dampaknya pada nilai mahasiswa, dan dosen mamahami mahasiswa yang dekat dengannya saja.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
F
G
H
V
A
rahasia. Tapi ada juga dosen yang menjelaskan materi kuliahnya dengan terburu-buru. Kadang ada juga dosen yang suka telat bisa sampai setengah jam kadang pagi kadaang sore sehingga penjelasan materinya dipersingkat jadi mahasiswa harus banyak baca biar ngerti. Secara keseluruhan dosen BK memiliki rasa empati. Tapi juga relatif, misal setiap dosen memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan rasa empati itu atau cara dia memahami mahasiswa itu. Misal dalam kelompok dosen mengatakan, ya saya mengerti kesulitan kelompok ini. Dosen memberikan masukan, tambahan, dan kritik yang membangun. Selama ini saya juga sudah merasakan bantuan dosen, waktu itu ada tugas ke sekolah tapi saya tidak diberitahu dan saya tidak hadir. Kemudian oleh kelompok dan dosen menyarankan agar saya menuliskan apa yang didapat teman saya dan itu cukup membantu saya. Selain itu dosen mengingatkan, membimbing saat kuliah dan memahami bahwa sikap mahasiswa kan berbeda-beda. Cara dosen memahami mahasiswa itu relatif, misal dosen memberikan kuis setiap minggunya. Masalah lain saya pernah mengalami jarang kuliah dan ada lagi tugas yang sudah saya kumpulkan itu tidak ada. Padahal saya mengumpulkan tugas dan ada saksinya yaitu teman saya yang sama-sama mengumpulkan. Padahal absen saya tidak melebihi, dosen bilang absen saya melebihi jadi tidak bisa keluar nilainya. Saya minta bukti, tapi nggak bisa menunjukkan. Nah itu kan dosen tidak mengayomi mahasiswanya. Kemudian saya sudah ujian dan nilai masih tetap keluar D. Ya mungkin dosen berpikir ya itu kan urusanmu. Sekarang dosen lebih membaur. Dosen sudah seperti teman sendiri. Aku kamu, bukannya ada jarak. Tapi sekarang hampir semua dosen kalau dulu hanya dosen muda. Dosen juga nggak pernah menyalahkan pendapat kita, tapi hanya menambahkan saja. Misal baik sih seperti ini tapi baiknya seperti ini, dosen menambahkan saja. Sanggahan yang sopan dan baik. Dosen mendengarkan dengan empatik, serius, nggak main-main. Dosen juga bisa mengkondisikan, melihat situasi kalau bercanda ya nanggapinnya bercanda kalau serius ya serius.
121
padahal mahasiswa menunggu untuk mengikuti perkuliahan.
Mahasiswa merasakan empati dosen. Hal ini ditunjukkan melalui ekspresi dosen terhadap mahasiswa saat berpendapat, konsultasi atau cerita dan dosen memahami permasalahan mahasiswa. Mahasiswa merasakaan empati dosen dengan memberi solusi pada permasalahan mahasiswa. Tapi mahasiswa merasa ada dosen yang kurang mengayomi mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan nilai mahasiswa D karena berbagai alasan dari dosen padahal tidak terbukti seperti itu.
Mahasiswa merasakan empati dosen. Hal ini ditunjukkan dengan dosen bisa membaur dengan mahasiswa.
Mahasiswa merasa dosen mendengarkan dengan empatik, serius, dan dosen mengkondisikan saat bercanda yang bercanda. Selain itu mahasiswa merasa dosen hanya mendengarkan saja tapi bukti nyatanya belum ada.
Mahasiswa merasakan merasakan kehadiran, keterlibatan dosen dengan mendengarkan dengan empatik, serius, sesuai kondisi, mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
B
C
D E F
G
H
VI
A
Ada penerimaan juga seperti teman-teman yang lain. Dosen mendengarkan pas diskusi, pas kita punya masalah mereka mendengarkan. Tapi bukti nyatanya apa dosen bisa bantu kita. Kadang juga mikir dosen ini bisa nggak ya. Kalau mendengarkan iya tapi ya masih kurang. Dosen mendengarkan dengan penuh perhatian, merespon dengan baik.
Apa yang kita sampaikan itu didengarkan oleh dosen. Dosen mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan nasihat. Dosen mendengarkan aktif. Dosen menunjukkan perhatian dengan mengangukkan kepala. Selama aku berpendapat dosen mendengarkan karena tujuannya mahasiswa nanya atau berpendapat dosen memberikan umpan balik yang sesuai. Kadang mahasiswa sudah mau berusaha, berubah menjadi lebih baik, sudah mau mencoba. Tapi kenapa dosen tidak mau, saya tidak menuntut dosen seperti ini itu tapi mereka di sini orangtua kita jadi ya harusnya bisa mendengarkan keluh kesah mahasiswa dengan mendengar saja sudah cukup. Sejauh usaha-usaha yang dilakukan dosen cukup membantu. Sewaktu dialog prodi banyak hal yang dibicarakan tapi belum terselesaikan/ belum tuntas/belum ditanggapi misal masalah jadwal kuliah. Mahasiswa kuliah pagi kemudian jeda lama sorenya kuliah lagi dan itu menjadi kurang efektif. Melalui verbal dan non verbal. Dosen mengatakan kamu hebat, kreatif, luar biasa, semakin terbang melambung ya dan itu membuat saya merasa senang. Non verbal berupa pelukan, senyuman, sapaan, jabat tangan. Saya merasa dibudidayakan dan semakin berkembang. Kalau ada mahasiswa yang nggak masuk itu dosen masih mencari-cari. Kemudian ada teman yang mengalami kesulitan dalam hal kognitif dan dilihat dari hasil belajarnya memang kurang kemudian dipanggil oleh dosen. Ketika bertanya ya jawabannya serius. Ketika ngobrol santai ya bisa juga bercanda. Saya merasa dianggap, nggak dicuekin. Itu yang membuat saya merasa saya
Mahasiswa merasa dosen mendengarkan dengan memberikan penerimaan terhadap mahasiswa.
Mahasiswa merasa dosen mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi respon. Mahasiswa merasa dosen mendengarkan dengan penuh perhatian. Mahasiswa merasa dosen mendengarkan aktif. Mahasiswa merasa dosen mendengarkan dengan memberikan umpan balik.
122
respon/umpan balik, memberikan penerimaan, mendengarkan aktif, dan memberikan solusi. Mahasiswa masih menganggap apa yang disampaikan itu diterima tapi belum ada rencana tindak lanjut atau pelaksanaannya sehingga memunculkan keraguan.
Mahasiswa sudah mau berusaha melakukan yang terbaik tapi dosen kurang bisa mendengarkan keluh kesah mahasiswa. Mahasiswa merasa dosen mendengarkan mahasiswa dengan melakukan usaha-usaha memberikan solusi. Tapi saat dialog prodi mahasiswa merasa didengarkan tapi bukti nyatanya belum ada. Mahasiswa merasa dihargai secara verbal daan nonverbal misal pujian dan jabat tangan, dosen peduli paada mahsiswa yang tidak masuk dan hasil belajarnya kurang dipanggil, diberikan respon yang baik, diberikan kesempatan.
Mahasiswa merasa dihargai oleh dosen. Hal ini ditunjukkan dengan mahasiswa diberikan pujiaan, diberikan respon yang baik, memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan, dosen mampu menerima pendapat maahsiswa dan merespon dengan antusias, dosen
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
B
C
D
E
dihargai. Dengan tidak membiarkan mahasiswa tapi terus menanyakan, memberikan kesempatan untuk datang lagi, bertanya. Diberikan waktu dan kesempatan sampai benar-benar selesai. Dengan adanya self transformation, multikultur fiesta, insipro, GnC, HMPS dan masih banyak kegiatan lain yang memang mendukung mahasiswa sebagai wujud kepedulian/perhatian untuk mahasiswa agar mahasiswa merasa lebih diterima, diangkat, saling mengenal dan sadar kalau BK itu pilihan yang baik. Terutama pada mahasiswa yang memang sejak awal tidak tertarik masuk BK, mungkin karena keinginan orangtua dan pilihan terakhir Kalau nilainya bagus dosen memberikan pujian, ya ditingkatkan lagi. Saya merasa dihargai ketika saya menyampaikan gagasan atau pendapat itu diberi tanggapan, nggak dicuekin. Ketika kita buat kesalahan dosennya bilang kesalahan adalah proses belajar, ya kita harus belajar dari kesalahan. Penerimaan dosen baik terhadap saya, ada rasa antusias saat menangagapi pertanyaan atau saat saya menjawab pertanyaan. Saat dosen menyapa dan menanyakan kabar. Misal ketika ada yang berbeda dan tidak seperti biasanya juga menanyakan “kenapa kamu”. Kadang juga “kamu kok diem” itu juga bisa memancing agar mahasiswanya aktif, mau berbicara, bersemangat, termotivasi. Pas datangnya lebih awal saat kuliah dosen mengatakan ini contoh yang baik buat orang lain karena orang lain terlambat. Pas presentasi itu dikasih pujian itu suatu penghargaan bagi saya. Ketika di kelas kalau saat presentasi dosen mampu menerima yang saya ungkapkan. Dosen membantu membuat jawaban atau keputusan. Tapi ada dosen yang membantah saat presentasi. Dosen memberikan kata-kata baik, mengucapkan terima kasih dan tepuk tangan setelah saya berpendapat. Dosen ngemong mahasiswanya, kalau nggak masuk ditanyain. Dosen cukup memperhatikan mahasiswa, mengenali, menyapa. Dosen pernah bilang manusia itu tak pernah tergantikan. Dosen memperlakukan munusia dengan cara yang berbeda-beda, memperlakukan manusia sesuai martabatnya, tidak langsung menyalahkan pendapat mahasiswa, tapi dosen menunjukkan salahnya
123
menghargai usaha mahasiswa, mahasiswa diingatkan saat melakukan kesalahan. Tapi ada dosen yang membantah hasil presentasi mahasiswa dan itu membuat mahasiswa kurang mersa dihargai usahanya, dosen harusnya bisa memnberikan contoh dengan menghargai waktu. Mahasiswa merasa dihargai dengan diberikan pujian, diberikan respon yang baik.
Mahasiswa merasa dihargai dengan diterima, saat pertanyaannya ditanggapi oleh dosen dengan antusias, dan dosen menggunakan metode agar mahasiswa aktif sehingga mahasiswa merasa diperhatikan. Mahasiswa merasa dihargai oleh dosen. Hal ini ditunjukkan dengan dosen memberikan pujian dan dosen mampu menerima pendapat mahasiswa. Tapi ada juga dosen yang membantah hasil presentasi mahasiswa. Mahasiswa merasa dihargai dosen. Hal ini ditunjukkan dengan dosen memberikan pujian pada mahasiswa, mahasiswa merasa dianggap, dosen memperlakukan mahasiswa secara bermartabat, dosen menghargai usaha mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
F
G
H
dimana. Dosen menghargai hasil presentasi kami walaupun kelompoknya 4 tapi hanya 2 yang datang. Banyak juga bentuk kegiatan yang semakin mendukung mahasiswa untuk semakin mengenal diri, semakin dekat dengan sesama, semakin mantap dengan pilihan studi misal kegiatan PPKM 1, 2, insadha, insipro, multikultur fiesta, seminar, kuliah umum. Saat di kelas, aku dihargai saat memberikan pendapat atau bertanya. Saat dosen menjawab pertanyaanku itu dengan penuh perhatian. Pas aku nggak ngerti, dosen nggak bilang ah gitu aja nggak ngerti. Tapi dosen nggak gitu, dosen menjelaskan apa yang menjadi kesulitan kita sampai kita benar-benar ngerti. Dosen kurang peduli pada mahasiswa yang terlambat saat ujian itu dibiarkan masuk dan mengikuti ujian, harusnya kita bisa disiplin apalgi kita calon guru BK juga harus bisa memberikan contoh. Saya merasa dosen menghargai saya karena kenyataannya ada yang menerima mahasiswa, masih memanusiakan manuasia. Kurang berkenan yaitu waktu, saat kuliah kosong dosen baru memberi tahu pada hari itu. Sehingga mahasiswa sudah datang ke kampus tapi tidak ada kuliah. Itu yang membuat sebagian mahasiswa kecewa karena kurang dihargai. Sekarang kalau ada mahasiswa yang nggak berangkat bukannya masa bodoh, absen langsung A. Tapi dosen lebih mengingatkan, misal ke teman tolong lah yang ga masuk diingatkan kenapa nggak masuk? mungkin dia kurang perhatian dari kita. Sekarang dosen lebih mengarahkan untuk saling perhatian satu sama lain. Dosen menghargai saat kita bercerita didengarkan, merasa diterima. Pendapat kita tidak disalahkan tapi dosen memberikan sanggahan.
Mahasiswa merasa dihargai. Hal ini ditunjukkan dengan dosen menjawab pertanyaan mahasiswa dengan penuh perhatian. Dosen memberikan toleransi pada mahasiswa yang terlambat mengikuti ujian dan hal ini nantinya membuat mahasiswa kurang dihargai sebagai calon guru BK Mahasiswa merasa dihargai dengan diterima dan dosen memanusiaka mahasiswa. Tapi ada hal mengenai waktu mahasiswa kurang dihargai karena pengumuman yang mendadak tentang jam perkuliahan yang kosong. Mahasiswa merasa dihargai dosen dengan diingatkan, didengarkan saat bercerita, pendapat mahasiswa tidak disalahkan, mahasiswa merasa diterima.
124