PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENINGKATAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN MIMIKA PROVINSI PAPUA TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
.
Disusun Oleh: Isep Gwijangge Nim : 081324045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Isep Gwijangge
Nomor Mahasiswa
: 081324045
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tahun 2013.” Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalitas kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 24 November 2014 Yang menyatakan
(Isep Gwijangge)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya tulisan ini kupersembahkan untuk penuntun jalan hidupku Sang pencipta Tuhanku Tuhan Allah dan anak Penyelamatku Yesus Kristus. Karena setiap langka Ia selalu menemaniku, dan dalam hal saya jatu bagun Dia selalu bekerja untukku. Ku persembahkan tulisan ini untuk seluruh masyarakat
Timika yang sedang
mengalalami situasi pendidikan yang paling sulit, namun suatu saat ada cahaya terang yang akan menerangimu, dan nantikanlah cahaya itu setiap saat, dan dalam situasi itu membuatku terinpirasi untuk menulis sebuah tulisan ini. Kupersembahkan untuk kalian sahabat-sahabat seperjuangan asal Papua yang di prodi Pendidikan Ekonomi,yakni: Arry Alpred Yupin, Aminus Dollame, Yoseph Werke, dan Obeth Lepitalen, yang mana pemberian semgangat dalam penulisan skripsi dan membuatku teringat akan kalian semua. Kupersembahkan tulisan ini, untuk ayahku tercinta, dan ibuku yang membesarkan dan membimbing saya sejak kecil hingga saat ini, saya tidak bisa membahagiakanmu, tapi
satu
yang
membuatku
bangga
karena
engkau
melahirkanku
untuk
membahagiakan mereka-mereka yang membutuhkan pertolonganku, dan aku berjanji bahwa aku akan menyelematkan penderitaan mereka. Untuk itulah aku ada di dunia ini. Rekan-rekan seperjuanganku prodi pendidikan Ekonomi Angkatan 2008, karena aku belajar dari semangat kalian menginspirasiku untuk menyelesaikan skripsi ini. Kupersembahkan untuk Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), yang mana membiayai Tingkat Perguruan Tinggi sampai selesai. Penulis mengakaui bahwa LPMAK adalah bagian dari Orangtuaku yang memperhatikan selama menunjang pendidikan. v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kupersembahkan tulisan ini, untuk kawan-kwan, adik-adik Ikatan pelajar mahasiswa nduga (IPMN) kota study yogyakarta yang mendorong dan memberikan motivasi penulisan skripsi ini.
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Pertama panjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tahun 2013” Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa ucapan terima kasih dan penghormatan dari hati penulis kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan ilmu sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan sekaligus dosen juga ketua tim penbguji penulis. 3. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai. Penulis, juga ucapan terimakasih besarnya kepada Bapak Teguh yang sebagimana didikan,
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan ilmunya selama permulaan kuliah sampai terakhir penulisan skripsi ini beliau selalu ada untuk memberikan ilmunya kepada penulis. 4. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga rasa terimakasih karena ilmu-ilmunya yang membuat penulis menjadi manusia berguna bagi kelompok masyarakatku. 5. Bapa Dr. Yohanes Harsoyo selaku doden penguji yang telah menguji dan mengiritik penulis agar kedepannya belih baik lagi. 6. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi. 7.
Kakak Yullyana Gwijangge yang memfasilitasi selalua ada untuk menjawab keluan-keluan penulis saat kuliah sampai dengan membiayai selama penelitian dan selalu membantu, masukan maupun saran untuk
penulis
selama penulisan skripsi 8. Kakak Enias G dan Kak Ise G, selaku kaka kandung yang dapat mempengaruhi kehidupan penulis dan dalam motivasi belajar. 9. Adik-adikku tersayang Marni Gwijangge, Fonny Gwijangge Bjilly Billal Gwijangge, dan Tarnei Wandikbo yang selalu menemani,menghibur, meringankan beban biaya print dan poto copy
penulis selama penulisan
skripsi ini. 10. Bapak Siswantanto dan kawan Holap yang membantu penulis dalam koreksi dan edit tulisan skripsi ini.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11. Suadara-saudariku seperjuangan (Aminus Dolame, Arry alfret Yupini, Yoseph Werke), kebersamaanya dan membantu juga mempengaruhi kehidupan Penulis salah satunya dalam penulisan skripsi ini. 12. Kekasih tercinta Maria Natalia P yang selalu medampingi dan memberikan dukungan penulis dan membantu koreksi kata-kata yang kurang tepat dalam penulisan skripsi ini. 13. Ambah-ambah Tuhan di Kabupaten Pati jawa tengah, Bapak Ricardo dan Istrinya beserta kawan-kawan Tim pelayanan Doa yang mendoakan penulis dalam berbagai pergumulan sampai dengan skripsi ini selesai. Penulis tidak akan belas apapun tetapi biarlah yang punya kuasa yang akan membalasnya di kemudian hari. 14. Saudara-saudaraku sedaerah Ikatan Pelajar Mahasiswa Nduga (IPMNI) di Yogyakrta dan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Mimika kota study yogyakarta yang mendorong dan dukungannya untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 15. Seluruh kawan-kawan PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang cerah dimana pun kalian berada dan
menjadi yang terbaik dan
lakukan yang terbaik. 16. Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), yang mana membiayai Penulis kuliah sampai dengan skripsi ini selesai. mengakaui bahwa LPMAK adalah bagian dari Orang tuaku yang memperhatikan selama menunjang kuliah.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera Tuhanku Yesus Kristus selalu menyertai setiap saat dan setiap kalian. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun sehingga nantinya penulis dapat memperbaikinya. Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 24 / November/ 2014
Isep Gwijangge
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman Judul..................................................................................................................... i Halaman Persetujuan Pembimbing ..................................................................................... ii Halaman Pengesahan .......................................................................................................... iii Halaman Persetujuan Publikasi .......................................................................................... iv Halaman Persembahan ........................................................................................................ v Halaman Motto.................................................................................................................... vii Kata Pengantar .................................................................................................................... viii Daftar Isi.............................................................................................................................. xi Daftar Tabel ........................................................................................................................ xvi Daftar Gambar ..................................................................................................................... xx ABSTRAK .......................................................................................................................... xxi BAB I PENDAULUAN ...................................................................................................... 1 A.
Judul penelitian .......................................................................................................... 1
B.
Latar Belakang ........................................................................................................... 1
C.
Batasan Masalah ........................................................................................................ 12
D.
Rumusan Masalah ...................................................................................................... 13
E.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................................................ 14
F.
Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 15 xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G.
Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 16 1.
Secara Teoritis .................................................................................................. 17
2.
Secara Praktis ................................................................................................... 17
a.
Untuk Guru ....................................................................................................... 17
b.
Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika................................................... 17
c.
Untuk LPMAK ................................................................................................. 18
d.
Untuk Mahasiswa yang Akan Meneliti berikutnya .......................................... 18
e.
Bagi Penulis...................................................................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................. 20 A.
B.
Profesionalisme guru ................................................................................................. 20 1.
Profesi Guru ..................................................................................................... 20
2.
Profesional Guru .............................................................................................. 22
3.
Profesionalisme Guru ....................................................................................... 22
Tinjauan Kompetensi Guru........................................................................................ 29 1.
Kompetensi Profesional Guru .......................................................................... 30
a.
Guru sebagai Tenaga Profesional ..................................................................... 37
b.
Guru sebagai Tenaga Pendidik dan Pembimbing ............................................ 42
c.
Beberapa Peranan guru..................................................................................... 49
2.
Kompetensi Pedagogis ..................................................................................... 54
a.
Pengertian Pedagogik ....................................................................................... 54
b.
Strategi Pembelajaran ....................................................................................... 63
3.
Kompetensi Sosial ............................................................................................ 68
a.
Pengertian Kompetensi Sosial.......................................................................... 69 xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C.
D.
b.
Ruang Lingkup Kompetensi Sosial .................................................................. 70
c.
Kerangka Berpikir Kompetensi Sosial ............................................................. 72
d.
Fungsi Kompetensi Sosial ................................................................................ 72
4.
Kompetensi Kepribadian .................................................................................. 74
a.
Kepribadian Manusia ....................................................................................... 74
b.
Pengertian Kompetensi Kepribadian ................................................................ 75
c.
Peran Kompetensi Kepribadian ........................................................................ 76
d.
Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian ........................................................ 77
Kinerja Guru .............................................................................................................. 81 1.
Pengertian Kinerja Guru................................................................................... 81
2.
Peningkatan Kinerja Guru ................................................................................ 82
3.
Pengukuran Kinerja Guru dan Indikatornya .................................................... 88
Pemberdayaan Guru................................................................................................... 91 1.
Kebijakan Pemberdayaan Guru ........................................................................ 91
2.
Upah ................................................................................................................. 96
3.
Memiliki Pengetahuan dan Kenterampilan ...................................................... 101
4.
Peningkatan Kesejahtran Guru ......................................................................... 101
5.
Kebijakan Reward dan Insentif ........................................................................ 106
E.
Pembinaan Guru-Guru Oleh LPMAK ....................................................................... 110
F.
Hasil Upaya Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan .............................................. 116 1.
Pemerintah Daerah ........................................................................................... 118
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................... 121 A.
Jenis Penelitian .......................................................................................................... 121 xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 123
C.
Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................................... 125
D.
Variabel Penelitian..................................................................................................... 128
E.
Sumber Data .............................................................................................................. 129
F.
Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 132
G.
Teknik Analisis Data ................................................................................................. 137
H.
Keabsahan Data ......................................................................................................... 140
BAB IV GAMBARAN UMUM HASIL OBJEK PENELITIAN ...................................... 142 A.
B.
Gambaran Umum Kota Mimika .............................................................................. 142 1.
Kondisi Georafis .............................................................................................. 142
2.
Kependudukan .................................................................................................. 143
3.
Kinerja Layanan Pendidikan ............................................................................ 144
4.
Rasio Murid Terhadap Guru ............................................................................ 146
5.
Sarana Prasana.................................................................................................. 147
6.
Kualifikasi dan Sertifikasi Guru ....................................................................... 148
7.
Jumlah Sekolah RSBI dan SSN ....................................................................... 149
Analisis Data .............................................................................................................. 150 1.
Kondisi Awal Profesionalisme Guru................................................................ 150
2.
Pemberdayaan Guru oleh Dinas Pendidikan .................................................... 151
3.
Pembinaan Guru-Guru Oleh LPMAK............................................................. 155 a.
Misi dan Visi LPMAK............................................................................ 155
b.
Program Beasiswa ................................................................................. 156
c.
Peran LPMAK Peningkatan Kinerja Guru ............................................. 159 xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
C.
d.
Membangun Profesionalisme Guru ........................................................ 160
e.
LPMAK Fasilitasi Guru Studi Banding .................................................. 162
f.
Pemberdayaan dan Pembinaan oleh PLMAK ........................................ 163
Hasil Pemberdayaan Guru Oleh Dinas P & K dan LPMAK............................ 166 a.
Hasi Pemberdayaan Guru Oleh Dinas P & K ......................................... 169
b.
Hasil Pemberdayaan Guru Oleh LPMAK .............................................. 170
Profil Sekolah ............................................................................................................ 170 1. SMA Negeri 1 Timika ................................................................................... 170 2. SMA Advent Timika ..................................................................................... 173 3. SMA YPPGI Timika ..................................................................................... 175 4. Profil Responden ........................................................................................... 177
BAB V HASIL PEMBAHASAN ....................................................................................... 180 A.
Hasil Penelitian .......................................................................................................... 180
B.
Pembahasan ............................................................................................................... 192 1.
Hasil Pengamatan Dinas Pendidikan Menengah .............................................. 192
2.
Hasil Pengamatan dan Wawancara Singkat dengan LPMAK ......................... 193
3.
Hasil Wawancara dengan Para Guru/ Responden ............................................ 196 1.
Karakteristik Responden ......................................................................... 186 a. Masa Kerja .................................................................................. 196 b. Status Kepegawaian dan Kesejahtraan/ Gaji .............................. 199 c. Jenis Kelamin.............................................................................. 201 d. Suku/ Etnis .................................................................................. 202 e. Kemampuan ................................................................................ 205 xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Latar Belakang Memili Profesi Guru ..................................................... 207
3.
Sikap Responden Terhadap Profesi Guru Ideal ...................................... 209
4.
Harapan Guru Kedepan .......................................................................... 212
5.
Motivaasi Guru ....................................................................................... 212
6.
a.
Motif Ekonomi .............................................................................. 213
b.
Motif Agama ................................................................................. 214
c.
Motif Sosia .................................................................................... 215
Faktor yang Menghabat Peningkatan Kinerja Guru ............................... 217
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................ 220 A.
Kesimpulan ................................................................................................................ 220
B.
Saran .......................................................................................................................... 224
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 229 LAMPIRAN ........................................................................................................................ A.
Pertanyaan Wawancara .............................................................................................. 232
B.
Dokumentasi/ Foto.....................................................................................................
C.
Rekomendasi Dinas Pendidikan Menengah Atas Kabupaten Mimika Papua ..........
D.
Surat Inzin Penelitian Dari Program Studi ................................................................ 1.
Surat Izin Penelitian 020a/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 ..................................
2.
Surat Izin Penelitian 020b/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 ..................................
3.
Surat Izin Penelitian 020c/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 .................................. `
4.
Surat Izin Penelitian 020d/Pnlt/Kajur/ PIPS/ II/ 2014 ..................................
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar Tabel Tabel 1.1 Kompetensi Dan Indikator Kompetensi .............................................................. 27 Tabel 2.1 Kompetensi Profesional ....................................................................................... 35 Tabel 2.2 Kompetensi Pedagogik ...................................................................................... 66 Tabel 2.3 Kompetensi Sosial ............................................................................................... 73 Tabel 2.4 Kompetensi Kepribadian...................................................................................... 80 Tabel 3.1 Tunjangan Tenaga Kependidikan Terhitung Bulan Oktober 2002 ...................... 97 Tabel 4.1 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni ..................................... 145 Tabel 4.2 Rasio Murid (M) Terhadap Guru (G) dan Sekolah (S) ..................................... 146 Tabel 4.3 Kondisi Gedung Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan .................................... 147 Tabel 4.4 Jumlah Guru Menurut Kualifikasi Pendidikan .................................................. 148 Tabel 4.5 Jumlah Guru Bersertifikasi Menurut Jenjang Pendidikan. ................................ 149 Tabel 4.6 Peserta Beasiswa LPMAK Menurut Suku dan Jenjang Pendidikan .................. 157 Tabel 4.7 Daftar Nama Pelatihan Gasyng Tahun 2013...................................................... 163 Tabel 4.8 Daftar Nama Pengwas dan Tim di Yogyakarta ................................................ 164 Tabel 4. 9 Daftar peserta worshop inplementasi pandai matematika gasing ..................... 164 Tabel 4.10 Daftar Peserta beasiswa LPMAK Berdasarkan Tahun .................................... 166 Tabel 5.1 Jadwal Proses Belajar Mengajar ........................................................................ 173 Tabel 5.2 Profil Sekolah SMA Advent .............................................................................. 174 Tabel 5.3 Daftar Nama Respoden ...................................................................................... 179
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Proses Pengambilan Sampel .................................................. 130 Gambar 2 komponen dalam Analisis Data.............................................. 140
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK PENINGKATAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN MIMIKA PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 Isep Gwijangge 081324045 UniversitasSanata Dharma Yogyakarta 2014 Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi: 1) kondisi awal profesionalisme guru di Kabupaten Mimika Papua; 2) pemberdayaan guru-guru SMA Negeri I Mimika, Advent, dan YPPGI oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Mimika; 3) pembinaan guru-guru oleh lembaga pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkat kankualitas pendidikan di Mimika, dan 4) hasil pemberdayaan dan pembinaan oleh Dinas P dan K, LPMAK dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan di Mimika. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif, di kabupaten Mimika di Kota Timika,. Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Sekolah Menengah Atas di KabupatenM imika, setiap Kepala Sekolah SMA di Kabupaten Mimika Papua Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). Subjek penelitian pelengkap dalam penelitian ini adalah individu-individu tertentu sebagai kunci informan objek pada penelitian ini adalah Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimika, maka meneliti semua aspek kehidupan guru-guru Sekolah Menengah Atas di Timika Papua.Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara, medalam studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian antara lain: (1) kodisi awal profesionalisme guru lebih maju. (2) pemerintah daerah (P & K) kabupaten Mimika tidak aktif/ fokus memperdayakan guru; (3) pemerintah daerah (P & K) tidak pernah kontrol dan evaluasi terkait hasil pencapaian kerja guru di kota Mimika; (4) pemerintah daerah (P& K) tidak pernah melengkapi atau memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak dan fasilitas terbatas secara teratur; (5) pemerintah daerah (P & K) tidak menetapkan tujuan manajemen dan strategi yang efektif untuk Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Mimika; (6) pemerintah daerah (P & K) tidak pernah memberikan pengawasan yang ketat kepada guru-guru yang ditugaskan di sekolah sehingga guru bertindak semaunya dengan mengajar atau tidak mengajar menjadi hak/ keputusan ditangan guru; (7) setelah perjanjian MoU dengan LPMAK tidak berfungsi kerja sama antara Dinas Pendidikan (P & K) danLembaga Pengembangan Masayarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sebagai pengendali mutu pendidikan dan pusat pembangunan sumber daya manusia tujuh suku di Kabupaten Mimika, (8) Dinas Pendidikan Menengah (P &M) tidak berjinergi dengan Lembaga, Donatur, dan Relawan yang pedulikan pembangunan Pendidikan Daerah tertinggal Kabupaten Mimika sehingga terjadi penghambatan proses pendidikan tersebut (9) Pendidikan di Mimika antara Kota, Distrik dan Desa tidak merata.
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT THE IMPROVEMENT OF HIGH SCHOOL TEACHER’S PERFORMANCE IN MIMIKA REGENCY PAPUA PROVINCE IN 2013
Isep Gwijangge 081324045 Sanata Dharma University Yogyakarta 2014 This research aims to identify: 1) The initial condition of professionalism of teacher in Mimika regency Papua; 2) The empowerment of SMA Negeri I Mimika, Advent, dan YPPGI’s teachers done by the Department of Education and Culture in the Mimika Regency; 3) Training of teachers done by Amungme and Kamoro community development agency (LPMAK) in improving the quality of education in Mimika; and 4) The result of the empowerment and training of teachers done by the Department of Education and Culture, LPMAK in improvery the quality of education in Mimika. This research applied a qualitative method with descriptive exploratory approach, in Mimika regency in the town of Timika. The main research subject is the every principle of the Department of Education and Culture of High Schools in Mimika Regency, Amungme and Kamoro Community Development Agency (LPMAK). Complementary research subject as particular individuals and the key informants the object of this research were the High School Teacher Performance, and Mimika all aspects of the lives of High School Teachers, in Timika Papua.The primary data collection technique are participant observation, interviews, deep documentation study, and combined three or triangulation. Data were analysed by applying qualitative analysis Miles and Huberman interactive model. The results of the research are: (1) The initial condition of professionalism of teacher is more advanced. (2) Local government (Department of Education and Culture) Mimika Regency is not active in empowering the teachers; (3) Local government (Department of Education and Culture) never controls and evaluates the achievement of teachers’ work in Mimika; (4) Local government (Department of Education and Culture) never renovates schools which were damaged and never completes the limited facilities properly; (5) Local Government (Department of Education and Culture) is not setting up management objectives and effective strategy for high school education in Mimika; (6) Local government (Department of Education and culture) never gives strict observation for the teachers who have been given tasked in the school, therefore the teachers do as they pleased with teaching or not teaching is their own decision; (7) After MoU is done the cooperation between LPMAK and Department of Education and culture is not functioning as a controlling medium for the quality of education and centre for human resources development for seven tribes in Mimika Regency; (8) The Department for High School Education is not working well with agencies, donators, and voluntary people who care for educational development in Mimika Regency which hampered the process of education; (9) The Education in Mimika among towns, districts and villages is not equality.
xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAULUAN A.
Judul Penelitian Peningkatan kinerja guru sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Mimika Provinsi Papua tahun 2013.
B.
Latar Belakang Pentingnya kinerja guru dalam dunia pendidikan khususnya di kabupaten Mimika Papua. Kinerja guru adalah perilaku atau respon yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerja tenaga pengajar menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang di alami guru, jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil dan tujuan. Terkadang kinerja guru hanya berupa respon, tetapi biasanya memberi hasil. Dalam kaitan kinerja guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada dasarnya, demikian pula perihal efektivitas tenaga guru adalah sejauh mana kinerja tersebut dapat memberikan pengaruh kepada peserta didik dan pada umumnya kepada masyarakat. Kinerja guru pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk membina dan mengembangkan guru profesional yang dilakukan dari guru, oleh guru, dan untuk guru. Hal ini penting terutama untuk melakukan pemetaan terhadap kompetensi dan kinerja guru tersebut memberikan
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
layanan kepada masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui kinerja guru. Perubahan pola pikir guru tersebut diharapkan dapat menjadi titik tolak peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika. Kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Guru mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan kualitas pendidikan perlu, memberikan perhatian besar kepada peningkatan kinerja guru yang baik dalam segi jumlah maupun kualitasnya. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakantenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, penilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal dan pada umumnya karena siswa sering guru dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelengaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan guru dalam
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. Guru adalah orang pertama yang mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan penanaman nilai-nilai budaya, agama terhadap anak didik dalam proses pendidikan guru memang peran penting setelah orangtua dan keluarga di rumah. Di lembaga pendidikan guru menjadi orang pertama yang bertugas membimbing, mengajar, dan menilai anak didik mencapai kedewasaan. Untuk mengetahui perkembangan
tersebut
membutuhkan
profesionalisme
guru
dalam
menjalankan tugas sebagai guru pengajar dan guru pendidik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah. Tentang kedudukan guru dan dosen pasal 2 ayat (1): “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, di ayat (2) mengatakan bahwa pengakuan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidikan.
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Prinsip profesionalitas Pasal 7 ayat (1), profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: 1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; 2). memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang dan tugas; 4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara keberlanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; 9)memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru (Yamin 2011: 198). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Akademik guru dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa: “Kualifikasi akademik guru SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1)”. (BSNP, 2007c: 6). Dalam PMPN ini juga disebutkan “Guru harus menguasai empat kompetensi utama, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Ke-empat kompentensi ini terintegrasi dalam kinerja guru”. (BSNP, 2007c. 8). Kenyataan dari hasil pendidikan di Kabupaten Mimika Papua tentang profesionalitas
guru
terdapat
beberapa
4
kesenjangan
yang
sangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memperiatinkan, diantaranya adalah kurangnya menguasai landasan mengajar, kurangnya menekuni ilmu yang diajarkan kurangnya mengenal dan mengasihi siswa, kurangnya teori motivasi, dan kurangnya mengenal lingkungan
masyarakat.Disisi
lain
kenerja
profesional
guru
pun
dipersoalkan ketika membicarakan masalah peningkatan kualitas pendidikan di Papua khususnya Kabupaten Mimika. Kontroversi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab yang munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut, bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan prilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat (3) yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah “kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya kompetensi
membimbing
yang ditetapkan
peserta
dalam
didik
Standar
memenuhi
Nasional
standar
pendidikan”
pendidikan di Papua, kualitas pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan pendidikan
tingkat
menengah
atas
5
masih
rendah.
Faktor
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mempengaruhi terhadap peningkatan kualitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), ternyata sama, yaitu faktor keterbatasan profesionalisme guru, kompetensi guru, pemberdayaan guru, peningkatan sertifikasi guru. Kualitas pendidikan belum seperti yang diharapkan. Menurut (Sukmadinata 2006:203), “Selain masih kurangnya sarana dan fasilitas belajar adalah faktor guru. Pertama, guru belum bekerja dengan sungguhsungguh. Kedua, kemampuan profesional guru masih kurang”. Menurut Sanusi (2007:17), “Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya yang standar, karena ia belum memiliki keahlian dalam isi dari bidang studi, pedagogik, didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisiplin dan bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga kependidikan lain”. Rendahnya kualitas pendidikan guru disebabkan oleh beragam faktor. Pertama, rendahnya kesejahteraan guru. Gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, sehingga tidak ada alokasi dana untuk melanjutkan pendidikan. Kedua, rendahnya kualitas kualifikasi, dan kompetensi guru. Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala dalam mendidik. Jika kualitas guru rendah maka mereka akan sulit dan atau kalah berkompetensi dengan guru yang lebih berkualitas, sehingga berakibat hilangnya kesempatan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Selain itu, penguasaan guru terhadap materi pelajaran yang diajarkan kepada muridmuridnya juga lemah. Ketiga, rendahnya komitmen guru untuk meraih
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pendidikan yang lebih tinggi. Keempat, rendahnya motivasi guru untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Motivasi yang tinggi dapat mengalahkan segala kendala yang melekat pada guru. Menurut UUD Nomor 14 tahun 2005 Pasal 34 (1) Pemerintah dan pemerintah
daerahwajib
akademik
dan
membina
kompetensi
dan
guru
mengembangkan
padasatuan
kualifikasi
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/ataumasyarakat. (2)
Satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan
oleh
masyarakat
wajibmembina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. (3)Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkanprofesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan olehPemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Selain itu juga Ketentuanumum UUDpasal 1 menyatakan bahwa: 1.
Lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.
2.
Masyarakat adalah kelompok warga negara indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas pendidikan Kabupaten Mimika Papua, maka Pemerintah Daerah bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sepakat tingkatkan mutu pendidikan Mimika, LPMAK bersama Dinas Pendidikan
dan
Pengajaran
Kabupaten
Mimika
menandatangani
Momerandum of Understanding (MoU) untuk program perbaikan mutu pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Mimika. Namun sepertinya pemerintah tidak peduli dengan peningkatan kualitas pendidikan, hal ini jelas bahwa semenjak tergulirnya otonomi khusus papua tahun 2001 pemerintah
Kabupaten
Mimika
tidak
berhasil
dalam
peningkatan
pendidikan. Fakta saja kita bisa melihat langsung bahwa Permerintah Mimika tidak pernah mendirikan asrama permanen bagi pelajar dan mahasiswa di setiap kota studi, pengiriman siswa IPDN di Bandung tidak sesuai dengan UUD OTSUS, dan tidak ada pembiayaan sisiwa, maupun mahasiswa perguruan tinggi. Seperti dokter, pilot, guru, teknisi, pengacara dan lain dalam jumlah volume yang besar. Melalui kerja sama ini LPMAK dan Pemerintah dapat menjalankan program dengan lebih sinkron, sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Namun beban ini ditanggung oleh LPMAK dan beberapa Lembaga mitra lainnya guna meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut. Dengan mengambil alih turus berupaya menwujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas diantaranya sosialisasi pendidikan, pembangunan gedung sekolah, pengadaan sarana-prasarana, pemberian beasiswa bagi siswa asli
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(pribumi tuju suku), pengiriman siswa di luar Papua dan pengontrakan guruguru dan memfasilitasi guru-guru ikut sertifikasi guru. Berbagai upaya telah dilakukan unuk mengangkat para lulusan SMA di Mimika mampu bersaing dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan juga bekerja di daerahnya sendiri serta dalam ruang lingkup nasional maupun internasional. Sementara itu menurut Uno (2008) dalam Yamin, Maisah (2010: 87) tenaga pengajar atau guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan kehalian khusus sebagai guru dan tidak dapat melakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut diluar bidang pendidikan. Dengan demikian tenaga pengajar dengan kinerjanya adalah menyangkut seluruh aktivitas yang ditunjukan oleh tenaga pengajar dalam tanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu peserta didik. Guru merupakan kunci tenaga profesional yang mempunyai peran sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan tanggung jawab dan bermoral. Peran guru sangat penting dalam pembentukan karakter dan sikap murid, karena murid membutuhkan contoh di samping pengetahuan tentang nilai baik-buruknya, benar-salah, dan indah-tidak indah. Dibutuhkan guru yang berkompeten profesional karena
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
perannya dalam pengembangan intelektual, emosional, dan spritual murid. Kualitas guru merupakan komponen penting bagi pendidikan yang sukses dalam
(Mustafah
2011:10).
Menurut
Killen
(1998)
pengetahuan
kemampuan, dan kejakinan guru memiliki pengaruh penting terhadap apa yang dipelajari siswa. Peningkatan kualitas pendidikan di Mimika Papua ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Namun selama ini masyarakat Mimika-Papua merasakan bahwa adanya ketertinggalan didalam pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Hal tersebut diperoleh dari perbandingan kinerja guru meningkatkan kualitas pendidikan Mimika dan kota-kota lain di Papua dan pada umumnya di Indonesia. Pendidikan telah menjadi terobosan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Mimika Papua yang tidak kalah bersaing dengan kualitas sumber daya manusia di kota-kota lain. Jika profesionalitas guru rendah, maka layak diajukan pertanyaan tentang profesionalitas guru dan sekolah bagi pencapaian keberhasilan siswa. Sebab bisa jadi, kecerdasan intelektual, kehidupan keluarga, kawan bermain, dan kelas sosial siswa yang merupakan faktor penting bagi pencapaian keberhasilan siswa. Jika guru tidak dapat membuat perubahan pada peningkatan prestasi siswa, menurut Ornstein (1990), paling tidak harus ada tiga hal berikut yang harus menjadi perhatian guru. Kebutuhan minimal untuk fokus pada kompetensi (sebelum mengajar),
kebutuhan
mimimal untuk fokus pada kompetensi guru, dan guru harus bertanggung
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
jawab pada prestasi siswa.Sehingga peran seorang guru profesional itu mengenalkan siswa tentang pintu dunia menuju keberhasilan serta menjawab persoalan yang ada di dunia pendidikan dan profesionalistas guru akan menciptakan kualitas peserta didik yang handal dan siap dipakai dalam dunia pendidikan maupun di dunia bisnis. Namun rendahnya kualitas kinerja guru disebabkan oleh beragam faktor. Faktor yang pertama adalah rendahnya kesejahteraan guru, gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari sehingga tidak bisa untuk melanjutkan pendidikan demi memperdalami ilmu pengetahuan. Kedua, rendahnya sertifikasi kompetensi guru. Ketiga, faktor kultur budaya setempat. Selain itu tampak jelas bahwa masalah yang serius kinerja guru profesional meningkatkan kualitas pendidikan berbagai jenjang pendidikan baik, formal maupun informal masih sangat rendah itulah disebabkan kualitas pendidikan yang menghambat ketersediaan sumber daya manusia yang
mempunyai
kenterampilan
dan
keahalian
untuk
memenuhi
pembangunan Kabupaten Mimika diberbagai bidang masih terlantar. Dengan demikian peneliti akan mengeksplorasi kinerja guru SMA untuk beberapa indikator antara lain yaitu bagimana kondisi awal profesionalisme guru-guru di Kota Mimika, bagaimana pembinaan peran pemerintah daerah dan lembaga pengembangan masyarakat Angmungme dan Kamoro dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika, serta bagimana upaya pemberdayaan guru-guru SMA Kota Mimika dan, hasil bagimana ada peningkatan ataukah tidak ada peningkatan. Berdasarkan latar belakang
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
masalah di atas maka penulis akan berfokus pada masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat
kabupaten Kota Mimika dengan berdasarkan
hasil sosialisasi pendidikan. Maka berdasarkan penjelasan di atas peneliti akan meneliti dengan judul penelitian
merumuskan judul proposal
(Peningkatan Kinerja Guru SMA Di Kabupaten Mimika Provinsi Papua).
C.
Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah kinerja guru SMA untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Kota Mimika Papua. Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMA perlu dipandang untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMA tersebut adalah bagimakondisi
awal kompetensi profesionalisme
guru, bagimana peminaan pemberdayaan guru-guru di Kota Mimika dan fasilitas sekolah, dukungan seluruh lapisan masyarakat, dukungan pemerintah daerah, juga pembinaan dukungan lembaga pengembangan masyarakat Angmungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Mimika, selain itu ada juga pengaruh geografis, pengaruh lingkungan dan rendahnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan. Namun peneliti hanya meneliti tentang kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika Provinsi Papua dengan beberapa indikator di antaranya adalah bagimana kondisi awal
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kompetensi profesionalisme guru di Mimika, serta bagaimana pembinaan pemberdayaan guru-guru SMA, dan bagimana upaya pembinaan Lembaga Pengembangan
Masyarakat
Amungme
dan
Kamoro
meningkatkan
kemampuan kinerja profesionalisme guru di Kota Mimika Provinsi Papua serta bagimana hasil peningkatan kualitas pendidikan di Kota Mimika. Peneliti akan meneliti beberapa guru dari beberapa sekolah pada Sekolah Menengah Atas (SMA), di Kota Mimika. Dan Disini tidak ada pembatasan masalah tentang peningkatan kinerja guru sekolah menengah atas di kota Mimika, dan penelitian ini meneliti secara eksploratif atau deskriptif kualitatif. D.
Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumusan masalahnya sebagai berikut: 1.
Bagaimana kondisi awal profesionalisme guru di Kabupaten Mimika Papua?
2.
Bagaimana pemberdayaan guru-guru SMA Negeri I Mimika, Advent, dan YPPGI oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan di Kabupaten Mimika?
3.
Bagaimana pembinaan guru-guru oleh lembaga pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Mimika?
4.
Bagaimana hasil pemberdayaan dan pembinaan oleh Dinas P dan K, LPMAK dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan di Mimika ?
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja guru SMA. Kinerja guru yang dimaksud adalah unjuk kinerja guru yang ditunjukkan dalam penampilan, nilai dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sehubungan dengan pengertian tersebut, penilaian kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu upaya memperoleh gambaran tentang pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya (Mulyasa, 2013:88). Guru sekolah menengah atas kabupaten kota Mimika-Papua menjadi masalah, maka penelitian ini akan mengarahkan ke sana, dalam arti masalah apa yang terjadi pada guru-guru sekolah menengah atas di Kota Mimika. Tujuannya adalah bagimana guru-guru yang bertugas di Kota Mimika benar-benar berkompeten dalam bidangnya masing-masing dengan mampu meningkatkan dan menciptakan perubahan-perubahan melalui pendidikan sekolah menengah atas tersebut. Untuk menghindari salah pengertian atau penafsiran terhadap istilahistilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penegasan definisi operasional
yang berhubungan dengan istilah-istilah yang
dimaksud, sebagai berikut: 1.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
14
melatih,
menilai,
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengevaluasi peserta didik pada SMA, dalam hal ini guru SMA di Kota Mimika. 2.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang
memerlukan keahlian, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu dan kompetensi tertentu serta memerlukan pendidikan profesi yang dipersyaratkan. 3.
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus miliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
4.
Kinerja guru adalah kemampuan pencapaian hasil kerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru SMA negeri maupun swata dalam melaksanakan kompetensi tugasnya, dalam hal ini mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar serta menilai hasil evaluasi belajar siswa.
F.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini merupakan hal pokok yang harus ada dan harus ditetapkan terlebih dahulu, sebelum seseorang melakukan kegiatan tertentu yang terdiri dari beberapa tahap yang sering berhubungan atau sama lainnya dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti. Dalam penelitian yang peneliti lakukan dapat menjelaskan masalah-masalah yang terjadi di
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kabupaten Mimika provinsi Papua, mengenai kualitas pendidikan. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengeksplorasikan bagimana kondisi awal kompetensi profesionalisme guru Sekolah menengah atas di Kota Mimika Provinsi Papua tahun 2013.
2.
Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan profesionalisme guru SMA di kota Mimika tahun 2013.
3.
Untuk
mengetahui
bagimana
pembinaan
oleh
Lembaga
Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Mimika Papua. 4.
Untuk menjelaskan bagimana hasil pemberdayaan dan pembinaan guru-guru
oleh
Dinas
Pendidikan
dan
kebudayaan
lembaga
Pengembangan masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah menengah Atas di Kota Mimika.
G.
Manfaat Penelitian Adapun kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti selalu ada
kegunaannya, demikian juga dengan penelitian yang peneliti akan melakukan penelitian, di SMA Kabupaten Mimika Provinsi Papua guru memberikan
informasi
kepada
diantaranya sebagai berikut: 16
berbagai
pihak
yang
membutukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Secara teoritis Hasil
penelitian
ini
dapat
dijadikan
sebagai
acuan
dalam
pengembangan pengetahuan yang berkaitan dengan tinjuan kinerja guru SMA yang baik untuk menemukan konsep atau teori-teori yang berkaitan dengan tinjauan kenerja guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kinerja guru profesional yang bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah menengah atas.
2.
Secara praktis a.
Untuk Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan mengajar, memperbaiki kinerja guru, dan meningkatkan kompentensi keprofesionalisme guru. Dan juga mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih dalam sesuai dengan bidang studi masing-masing.
b.
Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap tingkat kinerja guru sebagai dampak dari keberhasilan atau kegagalan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan untuk menilai sejauh mana pencapaian kinerja atau proses pembelajaran di sekolah kearah pencapaian kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Dan masukan dalam membuat keputusan mengenai penempatan guru, pengawasan guru, dan pengontrolan guru dalam hal peningkatan
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kualias pendidikan. Dan juga pemerintah daerah berfokus sehingga kualiatas pendidikan akan lebih baik dan bersaing dengan kota-kota lainnya. c.
Untuk Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur tentang kondisi kinerja guru, untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja guru melalui fasilitasi sertifikasi guru, sesuai dengan visi-misi biro pendidikan yang ingin tercapai, dan dapat mendorong untuk menggangkat kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika.
d.
Untuk Peneliti Selanjutnya Penelitian merupakan kegiatan usaha yang mengembangkan. Usaha yang membutuhkan waktu dan sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang semangat
dalam rangka meraih cita-citanya. Maka jadilah
peneliti baik dan memberikan informasi-informasi yang terbaik dari hasil penelitian berikut yang akan menjelaskan kondisi pendidikan di Kabupaten Mimika nantinya dan miliki keterampilan-keterampilan lebih khususnya dalam penelitian dibidang apapun, karena data dan fakta yang peneliti temukan dapat bermanfaat bagi generasi yang kemudian hari ikut jejak kami berikutnya.
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
Bagi Penulis Bagi penulis dalam kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada penulis dibidang penelitian dan dapat memecahkan masalah-masalah yang penulis ingin menyampaikan informasi kepada semua pihak yang peduli tehadap pendidikan dalam hal ini tentang kondisi pendidikan di seluruh Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat khususnya Kabupaten Mimika. Dengan latar belakang ini penulis memohon agar dapat membantu penulis dalam hal kegiatan penelitian sehingga dapat memberi informasi kepada mereka yang membutuhkan salah satunya adalah peneliti sendiri.
19
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A.
Tinjauan Profesionalisme Guru
1.
Profesi Guru Kata profesi indentik dengan kata kehalian, demikian juga Javis (1983) dalam Yamin (2011:3) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang yang ahli (expert). Pada sisi lain profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas. Hal demikian padat dibaca pula pendapat Volmer dan Mills (1966), McCully (1969), dan Kommer (dalam Sagala, 2000:195-196), mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan traning, bertujuan menciptakan keterampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga keterampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran, upah, dan gaji (payment). Berbagai pengertian profesi di atas menimpulkan makna, bahwa profesi yang dipandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, kenterampilan, kemampuan, keahlian, dan kedisiplinan untuk menciptakan anak memiliki prilaku sesuai yang diharapkan.
20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan biasa seperti halnya dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Tetapi itu harus diterapkan kepada masyarakat untuk untuk kepentingan masyarakat umum, bukan untuk kepentingan individual, kelompok, atau golongan tertentu. Dalam melaksanakan pekerjaan itu harus melalui norma-norma itu. Orang yang melakukan pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki daya pikir, ilmu dan kenterampilan yang tinggi. Disamping itu ia juga dituntut dapat mempertanggung-jawabkan segala tindakan dan hasil karyanya yang menyangkut profesi itu. Pengembangan profesi guru memiliki hubungan fungsional dan pengaruh terhadap kinerja guru karena memperkuat kemampuan profesional guru dalam melaksanakan pekerjaan. Pola pengembangan profesi yang dapat dilakukan antara lain 1) program tugas belajar, 2) program sertifikasi dan 3) penempatan dan workshop. Pengembagan seperti ini mampu menempatkan guru dalam bekerja secara baik. Kerena sangat tidak mungkin seorang guru yang memiliki pengetahuan sangat sempit dan menghasilkan dan memberikan pencerahan kepada siswa yang baik. Jika seorang guru memiliki pendidikan yang baik maka ada kemungkinan dalam bekerja akan selalu mempertahankan dan memperhatikan profesionalismenya karena merasa malu dengan guru yang lain yang berpendidikan rendah tetapi kinerjaanya lebih baik. Perasaan ini memupuk dan mengacu guru untuk lebih baik dalam bekerja.
21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Profesional Guru Guru yang profesional dipersyaratkan mempunyai: (1) Dasar ilmu yang kuat sebagai pengetahuan terhadap masyarakat teknologi dan msyarakat ilmu pengetahuan, (2)Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praktis pendidikan masyarakat, (3) Pengembangan kemampuan profesional berkeseimbangan, profesi merupakan profesi yang berkembang turus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program preservice dan inservice karena pertimbangan birokrasi yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
3.
Profesionalisme Guru Profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profesionalism yang secara Leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisme mengacu kepada sikap dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi. Menurut
akadum
bahwa
ada
lima
penyebab
rendahnya
profesionalisme guru yaitu: (1). Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2). Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
norma dan etika profesi keguruan, (3). Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruanan masih stengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihakpihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, (4). Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5). Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal peningkatan profesionalisme anggotanya. Menurut ketentuan umum pasal 1 Undang-undang kompetensiadalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam profil guru terdapat empat kompetensi yang mendasar yakni: 1.
Kompetensi pedagogik
2.
Kompetensi profesional
3.
Kompetensi pribadi dan
4.
Kompetensi sosial Menurut Sardiman (dalam Yamin, Dan Maisah 2010:12) yang ada
kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru: 1.
Menguasahi bahan Sebelum guru tampil di depan kelas mengelola interaksi belajarmengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang
23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dikontrakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang mendukung jalannya proses belajar-mengajar.
2.
Mengelola program belajar-mengajar Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajarmengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru.
3.
Mengelola kelas Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar. Kalau belum kondusif, guru-guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pembelajaran” dan menciptakan iklim belajarmengajar yang serasi.
4.
Mengunakan media atau sumber Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu: a. Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media. Hal ini perlu selektif, karena dalam menggunakan suatu media itu juga harus mempertimbangkan komponen-komponen yang lain dalam proses belajar-mengajar, misalnya apa meteri dan bagimana metodenya.
24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda. c. Memggunakan mengelola laboratorium dalam rangka proses pembelajaran. Misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen, dan lain-lain. d. Menggunakan buku pegangan/ buku sumber. Buku sember perlu lebih dari satu dan kemudian ditambah buku-buku lain yang menunjang. e. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar. Bahkan dalam hal ini juga dituntut dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi anak didiknya. f. Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan. Hal ini menempati posisi yang cukup strategis. g. Menguasai
landasan-landasan
pendidikanPendidikan
adalah
serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa dapat diwujutkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. 5.
Mengelola interaksi belajar-mengajar. Lima kompetensi sebagaimana telah diuraikan di atas adalah merupakan dasar dan sarana pendukung bagi guru dalam melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar.
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Untuk memperlancar kegitan pengelolaan intraksi belajar-mengajar, diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
7.
Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Dalam tugas dan perannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/ penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.
8.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Guru di sekolah disamping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian maka guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.
9.
Memahami prisip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Pendapat di atas senada dengan apa yang di kemukakan oleh
Churmain 2008 dalam (Yamin, Dan Maisah 2010:15) mengemukakan sepuluh kemampuan dasar guru seperti (1) menguasai bahan pelajaran; (2) mengelola
program
belajar
mengajar;
(3)
mengelola
kelas;
(4)
menggunakan media sumber; (5) menguasai ladasan-landasan pendidikan; (6) mengelola interaksi belajar-mengajar; (7) menilai prestasi siswa untuk
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kepentingan pengajaran; (8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan
dan
penyuluhan;
(9)
mengenal
dan
menyelengarakan
administrasi sekolah; dan (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Untuk lebih jelasnya rincian komponen kompetensi guru menurut Majid yang dikutip Sardiman kemudian (dalam Yamin, dan Maisah 2010:15-18) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Kompetensi Dan Indikator Kompetensi Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi Indikator
1.
2.
Penusunan rencana pembelajaran
1. Mampu mendeskripsikan tujuan/ kompetensi pembelajaran 2. Mampu memlih/ menentukan materi 3. Mampu mengorganisir materi 4. Mampu menentukan metode/ strategi pembelajaran 5. Mampu menentukan sumber belajar/ media/ alat praga pembelajaran. 6. Mampu menyusun perangkat penilaian. 7. Mampu menetukan teknik penilaian. 8. Mampu mengalokasikan waktu.
Pelaksanaan interaksi belajar mengajar
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mampu membuka pelajaran Menyajikan materi Mampu mengunakan metode/ strategi Mampu mengunakan bahasa yang komunikatif Mampu menggunakan bahasa yang komunikatif Mampu motivasi siswa Mampu mengorganisasi kegiatan Mampu berinteraksi dengan siswa secara komunikatif 9. Mampu menyimpulkan pelajaran 27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10. 11. 12.
Mampu memberikan umpan balik Mampu melaksanakan penilaian Mampu menggunakan waktu
1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesuksesan 2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda. 3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid. 4. Mampu memeriksa jawaban.
3.
4.
Penilaian prestasi belajar peserta didik
Pelaksaan tindak lanjut hasil penilaian
5. Mampu mengklasifikasi hasil-hasil penelitian. 6. Mampu mengelolah dan menganalisis hasil penilaian. 7. Mampu membuat mengelolah hasil penilaian. 8. Mampu membuat interpretasi kecederungan hasil penilaian. 9. Hasil mampu korelasi antar soal berdasarkan penilaian. 10. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian 11. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis.
1. Menyusun laporan tidak lanjut hasil penilaian 2. Mengklasifikasikan kemampuan siswa 3. Mengindentifikasi kebutuhan tidak lanjut hasil penilaian 4. Melaksanakan tidak lanjut 5. Mengevaluasi hasil tidak lanjut 6. Menganalisis hasil evaluasi program tidak lanjut hasil penilaian.
Komponen Kompotensi Pengembangan Potensi Kompetensi
5.
Perkembangan potensi
Indikator 1. Mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mengandung potensi melalui bebagai kegiatan ilmiah 2. Mengalih bahasan buku pelajaran/ karya ilmiah 3. Mengembangkan berbagai model
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. 5. 6. 7. 8. 9.
pembelajaran Menulis makalah Menulis/ menyusun diklat pelajaran Menulis buku pelajaran Menulis modul Menulis karya ilmiah Melakukan penelitian ilmiah (action research)
10. Menemukan teknologi tepat guna 11. Membuat alat perangkat/ media 12. Menciptkan karya seni 13. Mengikuti pelatihan kualifikasi 14. Mengikuti pendidikan kualifikasi 15. Mengikuti kegiatan
Komponen Kompetensi Akademik
B.
6.
Pemahaman wawasan
1. Memahami visi dan misi 2. Memahami hubungan pendidkan dan pengajaran 3. Memahami konsep pendidikan dasar 4. Memahami fungsi sekolah 5. Mengindentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil pendidikan 6. Membangun sisten yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah
7.
Penguasaan bahan kajian akademik
1. Memahami struktur pengetahuan 2. Menguasai subtansi materi 3. Menguasai subtansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa
Tinjauan Kompetensi Guru Menyangkut berbisacara profil guru sebernarnya kompetensi itu sendiri. Dalam profil guru terdapat empat kompetensi yang mendasar yakni: 1) Kompetensi profesional
29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2) Kompetensi pedagogik 3) Kompetensi sosial dan 4) Kompetensi pribadian.
1.
Kompetensi profesional Kompetensi profesional mengacu pada pengertian kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik/ siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional perlu dimiliki oleh seorang guru, sehingga selayaknya menjadi bahan/ materi ajar (Agung 2012: 101-108). Menghasilkan guru kompetensi & profesional selain itu sejumlah aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan diantaranya: 1) Kode etik profesi Profesi guru merupakan pekerjaan/ jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusu, kehalian dan kentrampilan untuk melayani dan memberikan advice pada orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu. Eksplisit, profesi berarti pekeerjaan yang memerlukan kompetensi khusus dan kemampuan intelektual tinggi berupa penguasan yang didasari pengetahuan tertentu. Karasteristik profesi mengacu pada kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, memiliki pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan peraktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang dapat dikomunikasikan, memiliki kemampuan dan kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri, mementingkan kepentingan orang lain, memiliki kode etik, memiliki sangsi dan tanggung jawab komunitas, serta mempunyai sistem upah dan budaya profesional. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 (pasal 7 ayat 1) ditegaskan, bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional, yaitu: (i). memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; (ii) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang dan tugasnya; (iii) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; (iv) mengetahui kode etik profesi; (v) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (vi) memperoleh penghasilan yang yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (vii) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
profesi
secara
berkelanjutan;
(viii)
memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya; dan (ix) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa seorang guru yang menjalankan profesinya dengan dilandasi norma-norma yang berlaku secara benar disebut profesional. Profesi yang didasar atas kehalian, pengetahuan dan kode etik tertentu sering desebut dengan profesionalme. Dalam kaitan itu banyak pihak berpendapat, bahwa profesionalisme guru merupakan suatu hal yang cukup penting diperhatikan. Artinya, agar guru menjalankan profesinya secara profesional haruslah memiliki penguasaan pengetahuan,
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
keahlian, dan keterampilan yang memandai, serta didasari atas kode etik guru. 2) Pengembangan penguasaan materi Ilmu pengetahuan teknologi mengalami perkembangan yang pesat, yang mau tidak mau menuntut guru untuk mengembangkan penguasaan materi oleh guru terkait dengan mata pelajaran yang diampunya. Perkembangan ini baru dapat dilakukan guru apabila dirinya turus-menerus mewujudkan kemauan, kemampuan, dan upaya mencari, menemukan, dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan dari dari berbagai sumber. Melalui penguasan itu guru pun akan berusaha untuk meningkatkan bahan/ materi ajar dalam pelaksanaan tugas pembelajaran. Guru yang kurang memperlihatkan
kemampuan
mengembangkan
penguasaan
materi
cenderung terjebak kedalam pola dan materi ajar yang tidak memahami perubahan, menonton, menjenuhkan, dan kurang membangkitkan gairah belajar peserta didiknya. Bukan itu semata, guru yang kurang mampu mengembangkan penguasaan materi akan mengalami ketertinggalan perkembangan iptek, sehingga tidak mustahil akan mempengaruhi pengelolaan pembelajaran yang diisi dengan teori, konsep, dan lain-lainnya yang sudah usang. 3) Pengembangan penguasaan kompentensi mata pelajaran Kompetensi guru bukan merupakan suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis dalam arti mengandung harapan untuk dikembangkan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. Perkembangan kompetensi terhadap
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mata pelajaran yang diampu oleh seorang guru tidak hanya mencakup materi semata, tetapi segenap hal yang berhubungan dengan pelaksaan tugas pembelajaran, berupa mamfaat metode, teknologi pembelajaran, dan lainlainnya. Dalam lingkup makna kompetensi di sini, tetapi juga kepribadian, profesional, dan sosial. Salah satu pendukung pengembangan penguasaan kompetensi adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dapat dilakukan seorang guru dengan membatasi pada objek kajian tertentu terkait dengan pelaksaan tugas pembelajaran, mulai dari pemberian perhatian pada peserta didik, materi pembelajaran, pengembangan dan penguasaan metode pembelajaran tertentu dan sebagainya. Penguasaan dan penerapan PTK pada dasarnya dapat menjadi pintu masuk bagi guru dalam upaya pengembangan kompetensi dan profesional kerja. 4) Pengembangan materi/ bahan ajar Pada dasarnya pekembangan materi/ bahan ajar oleh guru dipengaruhi penguasaan teori terhadap mata pelajaran yang diampunya. Seorang guru akan terkedala mengembangkan materi/ bahan ajar dalam pembelajaran apabila tidak diimbangi dengan penguasaan teori yang memadai. Sebaliknya, penguasaan materi cenderung kurang memberikan dampak positif terhadap hasil belajar peserta didiknya, apabila guru kurang mampu mengembangkannya dalam pengelolaan pembelajaran, melainkan diduga hanya akan menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang setengahsetengah atau tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5) Pengembangan diri (potensi) Dalam meneliti jenjang karir profesi guru, seorang guru diwajibkan untuk memenuhi persyaratan angka kredit yang ditentukan fenomena yang muncul, masih banyak guru di jenjang pendidikan dasar dan menengah mengalami kesulitan dalam memenuhi angka kredit untuk kenaikkan golongan atau kepangkatan. Bahkan dalam menyiapkan materi/ bahan ajar, banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan cara meng-copypaste milik rekan sejawat dari bidang studi yang sama ataupun yang diperoleh dari KKG/MGMP. Kemandirian akan kreatifitas guru tidak tampak dalam pengembangan materi/ bahan ajar, padahal apa yang disalinnya itu belum tentu sesuai dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas pembelajaran. Menurut (Yamin, dan Maisah, 2010:10) kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap sub-kompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut: 1.
Sub-kompetensi menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial; memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial; menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/ materi dibidang studi secara profesional dalam konteks global. Secara ringkas kompetensi guru dapat digambarkan sebagai berikut:
Profesional: 1.
Konsep struktur dan metode keilmuan/ teknologi/ seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar
2.
Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
3.
Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
4.
Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan
5.
Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Menurut Sanusi (1990) sepuluh kemampuan dasar guru sebagai
standar unjuk kerja guru. Yamin, Dan Maisah yang dikutip Sanusi, merincikan kesepuluh kemampuan dasar itu menjadi 17 gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar profesional, yang kemudian dibagikannya menjadi tiga gugus kemampuan profesional, dan terbagi jenis kegiatan profesional seperti tabel berikut: Tabel 2.1 Kemampuan-kemampuan profesional guru Gugus pengetahuan dan penguasaan teknis dasar profesional 1. Pengetahuan disiplin
tentang
Guru kemampuan profesional 1. Merencanakan program belajar-mengajar
35
Jenis kegitan profesional 2.1 merumuskan tujuantujuan intruksional
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan studi (structure, consepts, dan ways of knowing) 3. Pengetahuan tentang karakteristik/ perkembangan belajar. 4. Pengetahuan tentang berbagai model teori belajar (umum maupun khusus) 5. Pengetahuan dan belajar umum dan khusus 6. Pengetahuan tentang karakteristik dan kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik sebagai latar belakang dan konteks berlangsungnya proses belajar. 7. Pengetahuan tentang proses sosialisasi dan & kulturalisasi. 8. Pengetahuan dan penghayatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. 9. Pengetahuan penguasaan berbagai media sumber belajar. 10. Pengetahuan tentang sebagai jenis informasi kependidikan dan manfaatnya. 11. Penguasaan teknik mengamati proses belajar-mengajar 12. Penguasaan berbagai metode mengajar 13. Penguasaan teknik menyusun instrumen penilaian kemajuan belajar. 14. Penguasaan teknik peresanan dan pengembangan
2.2 menguraikan deskripsi satuan bahasan 2.3 merancang kegiatan belajar-mengajar 2.4 memilih media dan sumber belajar 2.5 menyusun instrumen evaluasi
2. Melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar.
a.
b.
c.
36
memimpin dan membimbing proses belajar mengajar. Mengatur dan mengubah suasana belajar-mengajar Menetapkan dan mengubah urutan kegiatan belajar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
program belajarmengajar. 15. Pengetahuan tentang dinamika hubungan interaksi antara manusia, terutama dalam proses belajarmengajar 16. Pengetahuan tentang sistem pendidikan sebagai bagian terpadu dari sistem sosial negara-bangsa 17. Penguasaan teknik memperoleh informasi yang diperlukan untuk kepentingan proses pengambilan keputusan.
a.
Guru sebagai tenaga profesional Berbicara soal kedudukan guru sebagai tenaga profesional, akan lebih
tepat kalau diketahui terlebih dahulu mengenai maksud kata profesi. Pengertian profesi memiliki banyak konotasi, salah-satu diantaranya pendidikan, termasuk guru. Secara umum profesi diartikan sebagai pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjutan di dalam ilmu dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasinya, menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental dari pada yang besifat manual work. Pekerjaan profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang bepijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi kemaslahtan orang lain.
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Seorang pekerja profesional, khususnya guru dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional juga ditandai adanya informasi responsitiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari objek kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja profesional atau guru harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. Kalau kompetensi seorang teknisi lebih bersifat mekanik dalam arti sangat mementingkan kecermatan, sedang kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional pendidikan, ditandai dengan serententan diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menurus. Dalam hal ini disamping kecermatan untuk menentukan langkah, guru harus juga sabar, ulet dan “telaten” serta tangap terhadap setiap kondisi, sehingga diakhir pekerjaannya akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan. Sehubungan dengan profesional seseorang, Wolmer dan Mill mengemukakan bahwa pekerjaan itu baru dikatakan sebagai suatu profesi, apabila memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut: 1.
Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya:
2.
a.
Memiliki pengetahuan umum yang luas;
b.
Memiliki keahlian khusus yang mendalam.
Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya: a.
Adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesional;
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
b.
Memiliki otonomi jabatan;
c.
Memiliki kode etik jabatan;
d.
Merupakan karya bakti seumur hidup.
Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, maksudnya: a.
Memperoleh dukungan masyarakat;
b.
Mendapat pengesahan dan perlindungan hukum;
c.
Memiliki persyaratan kerja yang sehat;
d.
Memiliki jaminan hidup yang layak.
Selanjutnya
Westby
dan
Gibson,
mengemukakan
ciri-ciri
keprofesional di bidang pendidikan sebagai berikut: 1.
Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagaisuatu profesi.
2.
Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang kedokteran, harus pula mempelajari, anatomi, bakteriologi, dan sebagainya. Juga profesi dibidang keguruan misalnya harus mempelajari psikologi, metodik dan lain-lain.
3.
Diperlukan kesiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan profesional.
4.
Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja.
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
Memiliki organisasi prefesional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat. Pengertian profesi dengan segala ciri dan persyaratannya tersebut akan
membawa konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan, terutama yang berkenan dengan komponen tenaga pendidikan. Salah satu konsekuensi itu diantaranya adalah berkenaan dengan accountability dari program pendidikan itu sendiri. Hal ini sebagai suatu petunjuk bahwa keberhasilan program pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peranan masyarakat secara keseluruhan, baik sumber asal dan sumber daya, maupun sebagai pemakai hasil. Jadi kompetensi lulusan tidak semata-mata tanggung jawab pengajar/ guru, akan tetapi juga ditentukan oleh pemakai lulusan serta masyarakat pada umumnya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung akan terkena akibat dari adanya lulusan tersebut. Hal semacam ini harus dipahami oleh setiap unsur manusiawi yang terlibat di dalam program pendidikan, termasuk guru. Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dibidang pendidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memandai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan kentampilan serta sikap yan lebih mantap dan
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki kompeten terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. Kemudian tingkat yang ketiga adalah guru sebagai developer. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua, dalam tingkatannya sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke dapan dalam menjawab tantangantantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Sebagai pencerminan dari perbedaan-perbedaan individual, maka logis kalau dikatakan setiap guru itu pun memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal kualifikasi kemampuan.
Kualifikasi pada tingkat pertama
tentunya merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru, untuk kemudian menuju pada tingkat kesempurnaan yakni inovator dan developer. Oleh karena itu, ada sementara pendapat bahwa yang berperan sebagai inovator dan developer itu biasanya guru-guru angkatan yang sudah agak lama, dengan alasan mereka sudah memiliki banyak pengalaman kerja. Tetapi sebaliknya ada juga pendapat yang menyatakan justru dari kelompok guru-guru mudalah yang kinerjanya lebih banyak mengambil peran dalam soal pembaruan. Alasan yang dikemukaan adalah bahwa tenaga-tenaga muda itu masih cukup potensial dan biasanya lebih responsif di dalam
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mensifati ide pembaruan. Persoalan ini memangsulit dijawab, tetapi masih memerlukan kajian yang lebih lanjut. Hanya yang perlu diingat bahwa ukuran yang lebih tepat untuk upaya reformasi itu tidak sekedar banyaknya pengalaman kerja, tetapi persoalannya cukup kompleks, sebab menyangkut sikap mental dan kultur masing-masing. Dengan demikian, jelas bahwa untuk melihat seberapa besar tingkat kualifikasi kemampuan guru tidak dapat dipisahkan sikap dan perilaku guru itu sendiri. Sehubungan dengan itu maka perlu ditegaskan bahwa selain faktorfoktor pengetahuan, kecakapan, kenterampilan dan tangap terhadap ide pembaruan serta wawasan yang lebih luas sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya masih memerlukan persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus itu adalah faktor yang menyebabkan seseorang itu merasa senang, karena merasa terpangil hati nuraninya untuk menjadi seorang pendidik/guru. Oleh Waterink, faktor khusus itu disebut dengan istilah rouping atau “panggilan hati nurani”. Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seorang guru untuk melakukan kegiatannya. Sardiman (2010: 133,137).
b.
Guru Sebagai Pendidik Dan Pembimbing Seorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi
yang akan diajarkan, tetapi pertamakali ia harus merupakan seorang yang memiliki “kepribadian Guru” dengan segala ciri tingkat kedewasaannya.
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dengan kata lain untuk menjadi pendidik atau guru, seorang harus memilki kepribadian. Masalah yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai “pendidik”. Guru memang seorang “pendidik”, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya “mengajar” seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. “mendidik” sikap mental seseorang tidak cukup hanya “mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan, dengan guru sebagai idolanya. Dengan “mendidikkan” dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada bebagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya, diharapkan anak didik/siswa dapat menghayati
kemudian
menjadikan
hak
miliknya,
sehingga
dapat
menumbuhkan sikap mental. Jadi tugas seorang guru bukan sekedar menumpahkan semua ilmu pengetahuan tetapi juga “mendidik” seseorang menjadi warga negara yang baik, menjadi seseorang yang berpribadi baik dan utuh. Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada siwanya. Nilainilai
tersebut
harus
diwujudkan
dalam
tingkah
laku
sehari-hari.
Mendidikkan adalah memanusiakan manusia. Dengan demikian, secara esensial dalam proses pendidikan, guru itu bukan hanya berperan sebagai “ pengajar” yang transfer of knowledge tetapi juga “pendidik” yang transfer of values. Ia bukan saja pembawa ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia.
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi beberapa syarat khusus. Untuk mengajar ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seperangkat latihan kenterampilan keguruan, dan pada kondisi itu pula, ia belajar memersonalisasikan beberapa sikap keguruan yang diperlukan. Semuanya itu akan menyatu dalam diri seorang guru sehingga merupakan
seorang pribadi
khusus,
yakni
ramuan dari
pengetahuan, sikap dan keterampilan keguruan serta penguasaan beberapa ilmu pengetahuan yang akan ia transformasikan pada anak didik/ siswanya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa itu. Dilihat dari segi perkembangannya, pada zaman kuno guru seringkali diberi peringkat “pendidik” yang jauh lebih kuat. Para siswa atau anak didik diarahkan menjadi manusia-manusia yang taat pada Maha Pencipta, sopan, tunduk kepada ketentuan serta adat-istiadat yang berlaku, walaupun kadangkadang hal itu tidak rasional. Kemudian pada zaman kolonial, fungsi guru sebagai “pengajar” lebih menonjol. Hal ini disesuaikan dengan maksud kaum kolonial untuk menghasilkan orang-orang yang dapat bekerja untuk kaum kolonial. Soal pribadi dan etika serta sikap mental kurang mendapatkan perhatian. Dalam perkembangan masa berikutnya secara tidak disadari dalam berbagai praktik dan pelaksanaan dalam kegiatan belajar-mengajar khususnya proses pendidikan pada umumnya, fungsi guru sebagai “pengajar” (penyampai ilmu pengetahuan) masih cederung menonjol. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari bahwa guru pada umumnya
44
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
akan memberikan kriteria keberhasilan anak didiknya melalui nilai-nilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya, serta kurang memperhatikan sikap dan tingkah laku anak sehari-harinya. Dalam kaitan ini guru dianggap sebagai seorang yang hanya lebih dan tinggi soal ilmu pengetahuan saja. Akibatnya eksistensi guru hanya akan dihormati siswanya sewaktu mengajar di sekolah, sedang di luar sebagai yang sama saja dengan manusia pada umumnya. Sungguh suatu sikap belajar yang salah kalau memandang bahwa guru adalah sekedar berilmu pengetahuan yang tinggi. Perlu ditegaskan bahwa tidak cukup untuk menjadi guru hanya dengan bermodal pengetahuan. Banyak persoalan atau unsur-unsur yang harus dipelajari dan dikuasai. Guru adalah sebagai seorang yang memiliki kiat. Dalam hubungannya dengan fungsi sebagai pendidik, maka guru berarti menjadi pribadi yang terintegrasi. Selanjutnya sebagai kelanjutan atau penyempurnaan fungsi guru sebagai pendidik, maka harus berfungsi sebagai pembimbing. Pengertian pendidik dalam hal ini lebih luas dari fungsi “membimbing”. “Bimbingan” adalah termasuk sarana dan serangkaian usaha pendidikan. Seorang
guru
menjadi
pendidik
berarti
sekaligus
menjadi
pembimbing. Sebgai contoh guru yang berfungsi sebagai “pendidik” dan “pengajar” seringkali melakukan pekerjaan bimbingan, misalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang sesuatu keterampilan dan sebagainya. Jadi yang
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
jelas dalam pendidikan kegiatan “mendidik”, “mengajar” dan “bimbingan” sebagai yang tidak dapat terpisahkan. Bimbimgan dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendididk, guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang dihadapi oleh anak didik. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik dari siswa, baik perkembangan fisik maupun mental. Guru
dalam
melaksanakan
tugasnya
sebagai
pendidik
dan
pembimbing, minimal dua fungsi, yakni fungsi moral dan fungsi kedinasan. Tujuan secara umum, guru dengan segala peranannya akan keliatan lebih menonjol fungsi moralnya, sebab walaupun dalam situasi kedinasan pun guru tidak dapat melepaskan fungsi moralnya. Oleh karena itu, guru dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing juga diwarnai oleh fungsi moral itu, yakni dengan wujud bekerja secara sukarela, tanpa pamrih dan semata-mata demi pangilan hati nurani, atau seperti telah dikemukakan di atas dengan istilah roeping. Sehubungan dengan ini, ada tiga alternatif yang perlu diperhatikan oleh para guru dalam menjalankan tugas pengabdiannya, yakni: 1.
Merasa terpanggil;
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Mencintai dan menyayangi anak didik;
3.
Mempunyai rasa tanggung jawab secara penuh dan sadar mengenai tugasnya. Ketiga hal ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dengan yang lain. Karena orang merasa terpanggil hati nuraninya untuk mendidik, maka ia harus mencintai anak didik dan menyadari sepenuhnya apa yang sedang dan akan dikerjakannya. Begitu juga karena ia mencintai anak didik dan ada panggilan hati nuraninya, karena merasa bertanggung jawab secara penuh atas keberhasilan pendidikan anak seasuhannya. Konsep inilah yang harus dipegang teguh oleh guru dalam upaya mendidik dan membimbing para siswanya. Pendidikan adalah usaha mendidik memimpin anak didik secara umum unutk mencapai perkembangangan menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan bimbingan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak didik/ siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah disampaikan Ki Hajar Dewantoro dengan sistem among, “ing madyo mangun karso”. Sehubungan dengan beberapa fungsi yang dimiliki guru, maka terdapat beberapa aspek utama yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru. 1.
Guru harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaannya. Sebagai pendidik harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan.
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Teladan dalam hal ini bukan berarti guru harus menyerupai seorang yang istimewa. Guru tidak perlu menggangap dirinya sebagai manusia super, manusia yang serba tahu dan tak pernah melakukan kesalahan. Guru harus berlaku biasa, terbuka serta menghindarkan segala perbuatan tercela dan tingkah laku yang menjatuhkan martabat sebagai seorang pendidik. 2.
Guru harus mengenal diri siswanya. Bukan saja mengenai sifat dan kebutuhannya secara umum sebagai sebuah kategori, bukan saja mengenal jenis minat dan kemampuan, serta cara dan gaya belajarnya, tetapi juga mengetahui secara khusus sifat, bakat, minat, kebutuhan, pribadi serta aspirasi masing-masing anak didiknya.
3.
Guru harus memiliki pecakapan memberi bimbingan. Di dalam mengajar lebih berhasil kalau disertai dengan kegiatan bimbingan yang banyak berpusat pada kemampuan intelektual, guru perlu memiliki pengetahuan yang memungkinkan dapat menetapkan tingkat-tingkat
perkembangan
setiap
anak
didiknya,
baik
perkembangan emosi, minat dan kecakapan khusus. Dengan mengetahui taraf-taraf perkembangan dalam berbagai aspek itu, maka guru akan dapat menetapkan rencana yang lebih sesuai sehingga anak didik akan mengalami pengajaran yang menyeluruh dan internal. 4.
Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan. Pengetahuan ini sebagai landasan atau memberi makna
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pada arah perkembangan anak didiknya. Anak didik berkembang dan berubah dan tidak hanya asal berkembang dan berubah, melainkan akan berkembang sesuai dengan pengalaman berdasarkan minat dan kebutuhan yang ingin dicapainya. 5.
Guru harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan. Perkembangan budaya manusia yang menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang itu tumbuh dengan pesatnya, sehingga membawa akibat-akibat dalam berbagai kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan yang diajarkan pada anak-anak didik pun harus dapat mengikuti perkembangan budaya manusia. Kalau guru tidak mengikuti perkembangan, berarti akan ketertinggalan dan apa yang diajarkan tidak lagi sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hal ini harus diatasi oleh guru secara kontinu dengan memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuan yang diajarkan.
c.
Beberapa Peranan Guru Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik dan
“pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai intaraksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi
belajar-mengajar,
dapat
49
dipandang
sebagai
sentral
bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswanya. Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut: 1.
Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam perkembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
2.
Hvighurst menjelasakan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungan dengan teman sejawat, sebagai mediator sebagai hubungan dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3.
James W. Wrown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan meteri pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4.
Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ide tetapi jugaberperan sebagai transfomer dan katalisator dari nilai dan sikap. Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut: a.
Informator Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, loboratorium, studi
lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dari pada itu berlaku teori komunikasi berikut:
b.
Teori stimulus-respons.
Teori disomance-reduction.
Teori pendekatan-fungsional.
Organisator Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,
workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. c.
Motivator Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merancang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
belajar-mengajar. Dalam semboyan pendidikan di Taman siswa sudah lama dikenal dengan istilah “ing madya mangun karsa”. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. d.
Pengarah/ direktor Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru
dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Guru harus juga “handayani”. e.
Inisiator Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya. Jadi termasuk pula dalam lingkup semboyan “ing madya mangun karsa”. f.
Transmitter Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertidak selaku penyebar
kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. g.
Fasilitator Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan
fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
berlangsung secara efektif. Hal ini bergayut dengan semboyan “Tut wuri Handayani”. h.
Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam
kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media. i.
Evaluator Ada kecedurungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai
otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademisi maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Tetapi kalau diamati agak mendalam evaluasievaluasi yang dilakukan guru itu sering hanya merupakan evaluasi ekstrinsik dan sama sekali belum menyentuh evaluasi yang ekstrinsik. Evaluasi yang dimaksud adalah yang mencakup pula evaluasi intrinsik. Untuk ini guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat dari biasa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik dan kompleks, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran (Sardiman 2010: 137-146).
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Kompetensi Pedagogis a.
Pengertian kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang
artinya anak laki-laki, dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harafiah membantu anak laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke sekolah (www.Rezaervani.com http://groups. Yahoo.com/group/rezaervani) MenurutHoogeveld (Belanda), dalam bukunya Idrus (2011: 31-32) adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Langeveld (1980) membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi artinya pendidikan yang lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan. Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak. Sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa ialah andragogi. Dengan pengertian itu maka pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak. Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan pembelajaran itu dapat menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau sebaliknya yaitu dimulai dari andragogi yang diikuti pedagogi, demikian pula daur selanjutnya; andragogi-pedagogi-andragogi, dan seterusnya. Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa. Rumusan kompetensi pedagogik di dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28, ayat 3 (Tim Redaksi Fokusmedia, 2005;77) dikutip oleh Idrus (2011:33-35) menyebutkan bahwa kompetensi ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi; (a) pemahaman terhadap peserta didik; (b) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran; (c) evaluasi hasil belajar; dan (d) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik Mukhlas, 2008: 9) ialah kamampuan dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan
atau landasan kependidikan; (b)
pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (f)
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
evaluasi proses dan hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88) dalam bukunya Mustafa (2011:30-31) adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus;
(d)
perencanaan
pembelajaran;
(e)
pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dan dapat dijelaskan lagi oleh Mustafa (2011:31-42) yaitu sebagai berikut: a.
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Seorangguru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang
terkait dengannya. Di antaranya yaitu fungsi dan lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarkat, sistem pendidikan nasional dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagimana harus bersikap di sekolah dan masyarakat, dan bagimana cara memenuhi kualifikasi statusnya, yaitu sebagai guru
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
profesional.
Joseph
Fisher
(t.th:117)
menulis,
“pendidikan
adalah
penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar”. b.
Pemahaman tentang peserta didik. “Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami
tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhinya”. (Sukmadinata, 2006: 197). Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat mereka lebih ingin tahu. Horowitz, et al. (Hammond dan Bransford, 2005: 88) menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini: Guru yang baik memahami bahwa mengajar
bukan
sekedar
berbicara,
dan
belajar
bukan
sekedar
mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukkan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Selanjutnya, mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memilih tugas yang produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara yang menimbulkan pemahaman. Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat penting, dan termasuk perbedaan dalam: kecerdasan, emosional, bakat, dan bahasa. Demikian juga seorang guru harus memperlakukan siswa dengan respek,
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
apakah ia dari keluarga miskin atau kaya. Guru harus mampu mengarahkan siswa untuk fokus pada kemampuannya dalam bidang tertentu dan menunjukkan cara yang tepat untuk meraihnya. Setiap siswa memiliki kapasitas untuk sukses di sekolah dan dalam kehidupan. Semua siswa mampu sukses dalam menyerap kurikulum melalui dorongan dan bantuan yang tepat. Yang utama adalah bagaimana agar setiap anak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang bermutu, baik fasilitas gedungnya maupun pendidiknya. Dengan demikian, dapat diketahui
sampai sejauh mana pendidikan
dapat
mengembangkan
kompetensi mereka masing-masing. Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Dalam proses mengajar dan mendidik itu, setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih sayang terhadap siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi dewasa. c.
Pengembangan kurikulum/silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran
banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidang studinya.
Meskipun
demikian,
58
guru
harus
memperhatikan
proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller (1985:12) dan dikutip lagi oleh Mustafa (2011:34) mencakup tiga hal: 1.
Menyusun tujuan umum (TU) dan tujuan khusus (TK). TU dan TK biasanya merefleksikan posisi kurikulum secara keseluruhan. Posisi transmisi menekankan TK yang spesifik dan kadang-kadang dinyatakan dalam istilah perilaku. Daftar TK dalam posisi ini bisa jadi sangat luas. Dalam posisi transaksi, TK diharapkan fokus pada konsep atau keterampilan intelektual yang kompleks.
2.
Mengidentifikasi materi yang tepat. Pengembang kurikulum harus memutuskan
materi
mengidentifikasi
apa
kriteria
yang untuk
tepat
untuk
pemilihannya.
kurikulum Orientasi
dan sosial,
psikologis, filosofis, minat siswa, dan kegunaan merupakan beberapa kriteria yang dapat digunakan. Kriteria apa yang digunakan akan menunjukkan orientasi kurikulum. Misalnya, minat siswa merupakan kriteria yang lebih penting dalam posisi transpormasi dibanding dalam posisi transmisi. 3.
Memilih strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar dapat dipilih menurut beberapa kriteria, yaitu: orientasi, tingkat kompleksitas, keahlian guru, dan minat belajar. Dalam posisi transmisi, mengajar harus terstruktur, spesifik, dan dapat diulang. Orientasi transaksi fokus pada
strategi
yang
mendorong
penyedidikan.
Dalam
posisi
transpormasi, strategi mengajar disesuaikan untuk membantu siswa membuat hubungan antara dunia luar dan dunia dalam mereka.
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru juga harus memahami hakikat kurikulum. Doll (1974:22) menyatakan, “definisi kurikulum yang telah diterima secara umum telah berubah dari materi dan daftar pelajaran menjadi seluruh pengalaman yang diberikan pada siswa di bawah bimbingan sekolah”. Sama dengan, Eisner (2002:26) menjelaskan makna kurikulum, yaitu “seluruh pengalaman yang dialami anak di bawah pengawasan sekolah”. Pengalaman ini sebagian besar telah didesain sekolah sebelumnya. Ia menjelaskan juga bahwa, “kurikulum sekolah atau pelatihan, atau kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukan yang dimaksudkan dapat mendidik satu atau lebih siswa”. Guru sebagai pengembang kurikulum juga diharapkan tidak melupakan aspek moral dalam proses pembelajarannya. Para pengembang kurikulum harus memerhatikan aspek moral, sebagaimana ditegaskan McNiel (1977) dan dikutip lagi oleh Mustafa (2011: 36), “manusia telah sadar betul bahwa tanpa dasar moral, pendekatan pemerintah, teknologi, dan materi tidak akan cukup. Karena itu, pengembang kurikulum harus peduli moral”. Miller dan Seller (1985:47) menjelaskan juga bahwa, “pendidikan seharusnya mengajarkan anak untuk mengendalikan dan mengontrol diri mereka.” d.
Perencanaan pembelajaran. Menurut Naegie (2002:8), “guru efektif mengatur kelas mereka
dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bagaimana hal itu harus dilakukan”. Guru mengetahui apa yang akan diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan metode dan media pembelajran setiap akan mengajar. Perencanaan pembelajaran menyimbulkan dampak positif. Menurut Khaldun dan dikutip oleh Ahmad (Jejen Musfah, 2011:37), ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunakan”. Selain memahami metode pembelajaran dengan baik, guru juga harus memahami tiga prinsip pembelajaran, yaitu “hubungan (contiguity), pengulangan, dan penguatan”. (Brigs, dan Wager, 1992), pertama, adanya hubungan, bahwa kondisi pendorong harus dihadirkan secara bersamaan dengan respons yang diinginkan. Kedua, adanya pengulangan, bahwa kondisi pendorong dan responnya harus diulang, atau dipraktikkan, agar pembelajaranberkembang dan ingatan lebih kuat. Ketiga, adanya penguatan. Belajar tentang aktivitas baru dapat menguatkan ketika aktivitas tersebut diikuti oleh ungkapan kepuasaan salah satunya melalui pemberian hadiah.
e.
Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus mencul dari para
guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak menonton, baik dari sisi kemasan maupun isi materinya. Menurut Mulyasa (2007) yang dikutip oleh Mustafa (2011:37), “secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri”.
f.
Evaluasi hasil belajar. Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung
pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan, dan kemampuannya bekerja efektif dalam penilaian. “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik.” (BSNP, 2006:4). Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif sesuai karakteristik mata pelajaran. Karena itu, seorang guru harus kreatif menggunakan penilaian dalam pengajaran. Ada lima alasan prinsip mengapa penilaian merupakan bagian penting dari proses pengajaran. “pertama, penilaian kelas menegaskan pada siswa tentang hasil yang kita inginkan ia menegaskan pentingnya meraih sasaran. Kedua, penilaian kelas menyediakan dasar informasi untuk siswa, orang tua, guru, pimpinan, dan pembuat kebijakan. Ketiga, penilaian kelas memotivasi siswa untuk mencoba atau tidak mencoba. Keempat, penilaian
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kelas menyaring siswa di dalam atau di luar program, memberi mereka akses pada pelayanan khusus yang mereka butuhkan. Kelima, penilaian kelas menyediakan dasar evaluasi guru dan pimpinan”. Penilaian kelas akan berjalan baik apabila mengikuti lima prinsip penilaian. Mustafa, (Stiggin, 1994:viii). g.
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. “Belajar
keterampilan
merupakan dan
perilaku
proses
di
diperoleh,
mana
pengetahuan,
dipahami,
konsep,
diterapkan,
dan
dikembangkan. Anak-anak mengetahui persaan mereka melalui rekannya dan belajar. Maka, belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan perilaku.” Tulis Pollard (2005). Pengajaran memiliki dua fokus, yaitu perilaku siswa yang berhubungan dengan tugas kurikulum, juga membantu perkembangan kepercayaan siswa sebagai pelajar.
b.
Strategi Pembelajaran
1)
Menguasai bahan Sebelum guru itu tampil di depan kelas mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar.
2)
Mengelola program belajar mengajar
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajarmengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. 3)
Mengelola kelas Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar. Kalau belum kondusif, guru harus berusaha suboptimal mungkin untuk membenahinya.
4)
Mengunakan media/sumber Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu: a. Mengenal, memilih dan menggunakan suatu media. b. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana. Maksudnya agar mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda. c. Menggunakan buku pegangan/ buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari satu dan kemudian ditambah buku-buku lain yang menunjang. d. Menggunakan
perpustakaan
dalam
proses
belajar-mengajar.
Bahkan dalam hal ini guru juga dituntut dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi anak didiknya. e. Menguasai landasan-landasan kependidikan
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. 5)
Mengelola interaksi belajar-mengajar Lima kompetensi sebagaimana telah diuraikan di atas
adalah
merupakan dasar dan sarana pendukung bagi guru dalam melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar. 6)
Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar-mengajar, termasuk antara lain mengetahaui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
7)
Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Dalam tugas dan perannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing
ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 2.2 kompetensi pedagogik guru Kompetensi Pedagogik
No
1.
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2.
Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik.
3.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
1.1 memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spritual, dan latar belakang sosial-budaya. 1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreaktif dalam mata pelajaran yang diajarkan.
3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. 3.2 Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. 3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu 3.4 Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. 3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
karakteristik peserta didik. 3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
4.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
4.1 Memnahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. 4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. 4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas. 4.4 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. 4.5 Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
5.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (apabila dibutuhkan).
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu, (apabila dibutuhkan).
6.
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. 6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
7.1 Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan atau bentuk lain. 7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara seksikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
8.
Menyelenggarakan penilaian dan eveluasi proses dan hasil belajar.
9.
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10.
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan krakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses penilaian dan hasil belajar. 8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi dan hasil belajar. 8.5 Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkeseinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen. 8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. 8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar. 9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. 9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. 9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
10.1 Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. 10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diampu.
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Kompetensi Sosial Seorang guru-sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong , bukan sebaliknya, yaitu individu yang menutup dan tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya.
1.
Pengertian Kompetensi Sosial Mustafa (2011:52-53) menjelaskan kompetensi sosial merupakan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. (BSNP, 2006:88) Menurut Sukmadinata (2006: 193), “Diantara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealisme, yaitu cita-cita luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita ini dapat diwujudkan guru melalui: pertama, kesungguhannya mengajar dan mendidik para murid. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi langsung dengan mereka di beberapa tempat seperti ibadah-ibadah keagamaan, kumpulan-kumpulan pemuda-pemudi, pesta adat setempat dan
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
lain-lain. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel, sajak, maupun artikel ilmiah. Idrus (2011:63) yang dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Menurut Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnyw sebagai guru. Menurut Suyatno (2008: 16) kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkumunikasi dan bergaul secara efektif dengan: (1) peserta didik, (2) sesama pendidik dan tenaga kependidikan, (3) orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. a.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Ruang Lingkup Kompetensi Sosial Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan dengan
kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman, (Langeveld, 1955). Menurut Wijaya (1994), Satori (2007) dalam Fachruddin, Idrus (2011:64) kompetensi sosial adalah sebagai berikut: a.
Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
b.
Bersikap simpatik
c.
Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah
d.
Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan
e.
Memahami dunia sekitarnya (lingkungan). Sendangkan menurut Samani (2008:6) yang dimaksud dengan
kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian dari masyarakat yang mencakup kemampuan untuk; a.
Berkomuniksi lisan, tulisan, dan/ isyarat
b.
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
Bergaul secara santun efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
d.
Bergaul
secara
santun
dengan
masyarakat
sekitar
dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku. e.
Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
3.
Pengertian Kompetensi sosial Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup kompetensi sosial seperti tersebut di atas maka inti dari pada kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Jadi guru dituntut mengenal banyak kelompok sosial seperti kelompok bermain, kelompok kerja sama, pendeta, kepala suku , tokohtokoh masyarakat, kelompok muda-mudi, dan lain-lain. Pengertian interaksi sosial ini amat berguna dalam memperhatikan dan mempelajari
berbagai
masalah
masayarakat,
termasuk
masalah
pembelajaran. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin terjadi kehidupan bersama yang terwujud dalam pergaulan. Pergaulan hidup memang terjadi apabila para anggota masyarakat saling berbicara, saling berbagi pengalaman, bahkan juga saling bersaing dan berselisih. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial sebagai satu pengertian yang mengacu kepada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Secara umum dapat
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dikatakan, bahwa bentuk umum
proses sosial adalah interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. 4.
Fungsi Kompetensi Sosial Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta dalam secara aktif dalam proses pembangunan. Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunaan. Guru perlu menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat penting, yakni sebagai; (1) motivator dan inovator dalam Pembangunan Pendidikan, (2) perintis dan pelopor pendidikan, (3) penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, (4) pengabdian. Tabel 2. 3 kompetensi sosial guru No
Kompetensi Sosial 1.
2.
Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi
1.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran. 1.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
2.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. 2.2 Bekomunikasi dengan orang tua peserta didik 73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
4.
4.
secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik. 2.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
3.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik. 3.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. 4.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. 4.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk lain.
Kompetensi Kepribadian a.
Kepribadian Manusia Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:35) menjelaskan bahwa
manusia memiliki banyak sebutan antara lain adalah sebagai makhluk sosial (masyarakat), sama dengan hewan, makhluk beragama, budaya, berakal, individu, rakus, suka berkeluh kesah, sebagai pemimpin (khalifah), dan makhluk yang paling sempurna. Sebagai makhluk individu yang mempunyai kemauan, harapan, cita-cita, perasaan akan mampu membangun kpribadiannya sebagai makhluk yang paling sempurna dari segala makhluk
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ciptaannya. Dengan kata lain kesempurnaan manusia itu ada pada perbedaannya
dengan
makhluk-makhluk
lain.
Salah
satu
unsur
kesempurnaan mausia itu dibandingkan dengan makhluk lain dari semua ciptaan Allah adalah pada kepribadiannya itu. Sebagai makhluk pribadi (individu) maka manusia itu diciptakan Allah mempunyai akhlak, jujur, adil/bijaksana, ingin damai, mau berkorban, penolong, dll.
b.
Pengertian Kompetensi Kepribadian Menurut Fachruddin Sudagar, Ali Idrus ( 2011:39) kompetensi
kepribadian adalah setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Menurut Suyatno (2008:17-18) kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kepribadian yang mantap dan stabil, memiliki indikator esensial: (1) bertindak sesuai dengan norma hukum; (2) bertindak sesuai dengan norma sosial; (3) bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. Kepribadian yang dewasa, memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif, memiliki indikator esensial: (1), menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat, serta (2) menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Kepribadian yang berwibawa, memiliki indikator esensial: (1) memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik , dan (2) memiliki perilaku yang disegani.Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, memiliki indikator esensial: (1) bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Menurut Yamin, Maisah (2010:9) kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c.
Peran Kompetensi Kepribadian Kompetensi
kepribadian
berperan
menjadikan
guru
sebagai
pembimbing, panutan, contoh, teladan bagi siswa. Dengan kompetensi 76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kepribadian yang dimikinya maka guru bukan saja sebagai pendidik dan pengajar tapi juga sebagai tempat siswa dan masyarakat bercermin. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru harus “Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”.Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motivasi belajar siswa serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya. Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan siswa tercipta situasi pendidikan yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala problematikanya,
guru juga harus
mempunyai wibawa yang sehingga siswa segan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan teladan dan contoh dalam membimbing, mengembangkan kreaktivitas dan membangkitkan motivasi belajar.
d.
Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian itu adalah hal yang bersifat universal, yang
artinya harus dimiki guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
individu (pribadi) yang menunjang terhadap keberhasilan tugas guru yang diembannya. Kompetensi kepribadian guru Menurut Sanusi (1991), dikutip lagi oleh Saudagar, Idrus (2011:45) mencakup hal-hal sebagai berikut. a.
Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsurunsurnya.
b.
Pemahaman,
penghayatan
dan
penampilan
nilai-nilai
yang
seyogyanya dianut oleh seoran guru. c.
Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Menurut Satori, ddk (2007:2,6-2.10) kompetensi kepribadian yang
perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut. a.
Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b.
Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan
mampu
untuk
menyelesaikan
berbagai
persoalan
yang
dihadapinya. c.
Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat. d.
Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berpikir kritis dalam masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama maka guru dituntut seorang guru untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasangagasan mengenai permasalahan yang ada di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup firi dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya.
e.
Menjadi guru yang baik tidak semudah membalikan telapak tangan, hal ini menuntut kesabaran dalam mencapainya. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.
f.
Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya.
g.
Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembangaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.
h.
Hubungan
manusiawi
yaitu
kemampuan
guru
untuk
dapat
berhubungan dengan orang lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i.
Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik yang positif maupun yang negatif
j.
Guru
mampu
melakukan
perubahan-perubahan
dalam
mengembangkan profesinya sebagai inovator dan kreator. Menurut Mustafa (2011:43) esensi pembelajaran adalah perubahan perilaku. Guru akan mampu mengubah perilaku peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia baik. “Pribadi guru harus baik karena inti pendidikan adalah perubahan perilaku, sebagaimana makna pendidikan adalah proses pembebasan peserta didik dari ketidakmampuan, ketidak benaran, ketidakjujuran, dan buruknya hati, akhlak, dan keimanan”.
Tabel 2. 4 kompetensi kepribadian guru No
Kompetensi Kepribadian 1.
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2.
Menampilkan diri 2.1 Berprilaku jujur, tegas, dan manusiawi. sebagai pribadi yang 2.2 Berprilaku yang mencerminkan ketaqwaan dan akhlak jujur, berakhlak mulia, mulia. dan teladan bagi peserta 2.3 Berprilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan didik dan masyarakat. anggota masyarakat di sekitarnya.
3.
Menampilkan diri 3.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan sebagai pribadi yang stabil. mantap, stabil, dewasa, 3.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, arif, dan berwibawa. dan berwibawa.
1.1. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender. 1.2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional yang beragam.
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Menunjukan etos kerja, 4.1 Menunjukakan etos kerja dan tanggungjawab yang tanggung jawab yang tinggi. tinggi, rasa bangga 4.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri. menjadi guru, dan rasa 4.3 Bekerja mandiri secara profesional. percaya diri.
5.
Menunjung tinggi kode 5.1 Memahami kode etik profesi guru. etik profesi guru. 5.2 Menerapkan kode etik profesi guru 5.3 Berprilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.
C.
KINERJA GURU
1.
Pengertian Kinerja Guru Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah seseorang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan dan prestasi pekerjanya sebagai akumulasi dari pengetahuan, kentrampilan, nilai dan sikap yang telah dimilikinya (Mulyasa 2013:88). Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan
dan
memberikan
kontribusi
yang
maksimal
terhadap
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini, 2001). Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; kejelasan
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe, Dale, 1992). Fatah (1996) Menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang disadari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Dari beberapa penjelasan tentang kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2.
Peningkatan Kinerja Guru
Kinerja guru yang ditunjukkan dapat diamati dari kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang tentunya sudah dapat mencerminkan suatu pola kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan kearah yang lebih baik. Seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekerja secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan di atas. Jadi betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila tidak memiliki kepribadian dan dedikasi dalam bekerja yang tinggi. Guru yang memiliki kinerja yang baik tentunya memiliki komitmen yang tinggi
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dalam pribadinya artinya tercermin suatu kepribadian dan dedikasi yang paripurna. Tingkat komitmen guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang paling rendah menuju paling tinggi.
Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang sangat sedikit. Sebaliknya seseorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam bekerja. Demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan di sini adalah tingkat kemampuan guru dalam
mengelola
pembelajaran,
mengklarifikasi
masalah-masalah
pembelajaran, dan menentukan alternatif pemecahannya.
Langkah strategis dalam upaya Peningkatan kinerja guru dapat dilakukan melalui beberapa terobosan antara lain :
1.
Kepala Sekolah harus memahami dan melakukan tiga fungsi sebagai penunjang peningkatankinerja guru antara lain :
a.
Membantu guru memahami, memilih dan merumuskan tujuan pendidikan yang dicapai.
b.
Mendorong guru agar mampu memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi dan dapat melihat hasil kerjanya.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
Memberikan pengakuan atau penghargaan terhadap prestasi kerja guru secara layak, baik yang diberikan oleh kepala sekolah maupun yang diberikan semasa guru, staf tata usaha, siswa, dan masyarakat umum maupun yang diberikan pemerintah.
d.
Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan kerja kepada guru untuk mengelola proses belajar mengajar dengan memberikan kebebasan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.
e.
Membantu memberikan kemudahan kepada guru dalam proses pengajuan kenaikan pangkatnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
f.
Membuat kebijakan sekolah dalam pembagian tugas guru, baik beban tugas mengajar, beban administrasi guru maupun beban tugas tambahan lainnya harus disesuaikan dengan kemampuan guru itu sendiri.
g.
Melaksanakan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan keinginan guru-guru secara berkesinambungan
dalam
upaya
memperbaiki
dan
meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. h.
Mengupayakan selalu meningkatkan kesejahteraannya yang dapat diterima guru serta memberikan pelayanan sebaikbaiknya.
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
i.
Menciptakan hubungan kerja yang sehat dan menyenangkan dilingkungan sekolah baik antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan tata usaha maupun yang lainnya.
j.
Menciptakan dan menjaga kondisi dan iklim kerja yang sehat dan menyenangkan di lingkungan sekolah, terutama di dalam kelas, tempat kerja yang menyenangkan, alat pelajaran yang cukup dan bersifat up to date, tempat beristirahat di sekolah yang nyaman, kebersihan dan keindahan sekolah, penerangan yang cukup dan masih banyak lagi.
k.
Memberikan
peluang
pada
guru
untuk
tumbuh
dalam
meningkatkan pengetahuan, meningkatkan keahlian mengajar, dan memperoleh keterampilan yang baru. l.
Mengupayakan adanya efek kerja guru di sekolah terhadap keharmonisan anggota keluarga, pendidikan anggota keluarga, dan terhadap kebahagiaan keluarganya.
m.
Mewujudkan dan menjaga keamanan kerja guru tetap stabil dan posisi kerjanya tetap mantap sehingga guru merasa aman dalam pekerjaannya.
n.
Memperhatikan peningkatan status guru dengan memenuhi kelengkapan status berupa perlengkapan yang mendukung kedudukan kerja guru, misalnya tersedianya ruang khusus untuk
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
melaksanakan tugas, tempat istirahat khusus, tempat parkir khusus, kamar mandi khusus dan sebagainya. ( Junaidin, 2006). o.
Menggerakkan guru-guru, karyawan, siswa dan anggota masyarakat untuk mensukseskan program-program pendidikan di sekolah.
p.
Menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis dan nyaman sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Langkah lain yang dilakukan oleh sekolah untuk peningkatan kinerja guru melalui peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang sedang berkembang sekarang ini dan mendorong guru untuk menguasainya. Melalui teknologi informasi yang dimiliki baik oleh daerah maupun oleh individual sekolah, guru dapat melakukan beberapa hal diantaranya : (1) melakukan penelusuran dan pencarian bahan pustaka, (2) membangun Program Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan sebuah rencana pengajaran, (3) memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut dengan virtual classroom ataupun virtual university, (4) pemasaran dan promosihasil karya penelitian.
2.
Dinas Pendidikan setempat selaku pihak yang ikut andil dalam mengeluarkan dan memutuskan kebijakan pada sektor pendidikan dapat melakukan langkah sebagai berikut :
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
Memberikan kemandirian kepada sekolah secara utuh
b.
Mengontrol setiap perkembangan sekolah dan guru.
c.
Menganalisis setiap persoalan yang muncul di sekolah
d.
Menentukan alternatif pemecahan bersama dengan kepala sekolah dan guru terhadap persoalan yang dihadapi guru
Kinerja guru tidak dapat berdiri sendiri melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor lain melalui interaksi sosial yang terjadi di antara diri mereka sendiri maupun dengan komponen yang lain dalam sekolah. Hal lain yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan moral kerja guru. Moral kerja sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang merupakan perwujudan suatu kemauan yang dibawa serta ke sekolah dan kerjannya. Pemahaman tentang moral kerja yang belum sempurna menyebabkan tidak dapat mempengaruhi kinerja secara spesifik. Padahal moral kerja yang tinggi dapat meningkatkan semangat untuk bekerja lebih baik. Moral kerja dapat pula dipengaruhi oleh motif-motif tertentu yang bersifat subyektif maupun obyektif. Adapun yang menjadi motif untuk bekerja lebih baik adalah kebutuhan-kebutuhan (needs) yang menimbulkan suatu tindakan perbuatan yang menimbulkan suatu perbuatan (behaviour) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut (goals). Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan kehaliannya, begitu pula halnya dengan penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan kehaliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru diberikan tugas tidak sesuai dengan
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan mengambat perkembangan moral kerja guru. Menurut Pidata (1999) bahwa moral kerja positif ialah suasana kerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai suatu yang dipaksakan melainkan sebagai suatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Hal ini dipertegas oleh Munandar (1992) yang mengatakan bahwa kemempuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan. Kemampuan terdiri dari berbagai macam, namun secara konkrit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: a.
Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan kagiatan mental, terutama dalam penguasaan sejumlah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya dan cara bekomunikasi maupun tehknik mengevaluasinya.
b.
Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibabannya. (Daryanto, 2001). .
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Pengukuran Kinerja dan Indikatornya Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaaan individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan batin kepada seseorang sehingga pekerjaan itu disenangi dan digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif dan efisien sepertti produktifitasnya, efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai. Sedangkan evaluasi kerja melalui perilaku dilakukan dengan cara membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain. Hal ini diperkuat oleh pendapat As’ad (1995) dan Robbins (1996) yang menyatakan bahwa dalam melakukan evaluasi kerja seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam kriteria yaitu: (1). Hasil tugas, (2). Perilaku dan (3). Ciri individu. Evaluasi hasil tugas adalah mengevaluasi hasil pelaksanaan kerja indidu dengan beberapa kriteria (indikator) yang dapat diukur. Evaluasi prilaku dapat dilakukan dengan cara membandingkan perilakunya dengan rekan kerja yang lain dan evaluasi ciri individu adalah mengamati karakteristik individu dalam berprilaku maupun bekerja, cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga dapat dikategorikan cirinya dengan ciri orang lain. Evaluasi atau penilaian kenerja menjadi
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penting sebagai feed back sekaligus sebagai follow up bagi perbaikan kinerja selanjutnya. Kinerja merefleksikan kesuksesan sesuatu organisasi, maka dipandang penting untuk memngukur karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yakni kentrampilan,
upaya
sifat
keadaan
dan
kondisi
eksternal
http://muhlis.files.wordpress.com/profesionalisme-kinerja-guru. Tingkat kentrampilan merupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman, kemampuan kecakapankecakapan antar pribadi serta kecakapan teknik. Upaya tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan tugas pekerjaan. Sedangkan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja. Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut Catetter (dalam Mulyasa,
2003)
mengemukakan
ada
empat
kriteria
kinerja:
(1).
Karakteristik individu, (2). Proses, (3). Hasil dan (4). Kombinasi antara karakter individu, proses dan hasil. Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi: (1) unjuk kerja, (2) penguasaan materi, (3) penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4) penguasaan cara-cara menyesuaian diri, (5) kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan baik (Sulistyorini, 2001).
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi kinerja guru mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan yaitu: (1) guru sebgagai pengajar, (2) guru sebagai pembimbing dan, (3) guru sebagai administrator kelas. (Danim 2002). Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja guru antara lain: a.
Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.
b.
Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa
c.
Penguasaan metode dan strategi mengajar
d.
Memberikan tugas-tugas kepada siswa
e.
Kemampuan mengelola kelas.
f.
Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.
D.
Pemberdayaan Guru
1.
Kebijakan Pemberdayaan Guru Dituangkan dalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 14 Tahun 2005 tentangGuru Dan DosenPasal 7 ayat 2 Pemberdayaan profesi guru
atau
pemberdayaan
profesi
dosen
diselenggarakan
melalui
pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Bertitik
tolak
dari
problema
internal
guru
sebagai
tenaga
kependidikanan, yang pernah di lansir oleh sebuah surat kabar terkemuka di indonesia kompas pada tanggal menuliskannya
antara
lain
20
Nopember 2004
“menurunnya
kualias
guru,
yang lalu, rendahnya
kesejahteraan yang diterima guru, diskriminasi status guru”. Jika kita pandang keberadaan guru dan problema internal, maka pekerjaan guru bukan suatu profesi. Sedangkan kriteria profesi yang pada pekerjaan guru kurang sempurna (Yamin, 2011:1). Upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan dipengaruhi oleh produktivitas danprofesionalisme guru dalam
memberikan layanan
pendidikan. Oleh karena, beban kerjaguru sejatinya diorientasikan sebagai bagian dalam upaya memberdayakan baik bagi guru,lembaga pendidikan, maupun siswa. Pada konteks inilah telaah mengenai beban guruperlu dilakukan. Di muat pada Jurnal Educare. Vol 1 Tahun I Januari–Juli 2007. UPI Bandung
terbatas
karena
adanya
kebijakan
politik
peningkatan
produktivitas dan kualitas yang menindas atau pun keterbatasan guru sebagai agen pengembang karena salah didik terhadap mentalnya kurikulum, pengembangan dan sendiri. Pemikiran kritis seperti ini, pemberdayaan guru sebagai kata peningkatan kualitas pendidikan menjadi
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memberikan sebuah arahan bahwa semangat pemberdayaan atau semangat sangat penting, terlebih lagi dengan pembebasan dari keterbatasan menjadi adanya kebijakan peraturan fungsi praktis guru dalam memberikan perundangan baru yang pendidikan. mempersyaratkan guru dan dosen untuk berbalikan dengan harapan dan mendapatkan sertifikat profesi. Dengan pemikiran Freire, di tataran empiris landasan pemikiran seperti ini, masih terlihat sejumlah guru yang ruang- pemberdayaan dalam konteks gerak hidupnya serba terbatas. Untuk pemberdayaan guru, meminjam
analisa
bekerja di luar profesi pendidikan dapat jadi guru tidak mampu, sementara diartikan sebagai
proses belajar keinginan untuk meningkatkan profesi
mengajar yang merupakan usaha keguruannya kurang modal (Babari dan Prijono, 1996:72), akhirnya terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan mereka mengambil sikap menunggu atau menanti tibanya giliran untuk baik bagi individu maupun kolektif, guna mendapatkan jatah pembinaan atau mengembangkan daya (potensi) dan pelatihan dalam jabatan (in job training) kemampuan yang terdapat dalam diri yang diselenggarakan Pemerintah baik individu dan kelompok masyarakat Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat sehingga mampu melakukan Daerah transformasi sosial. Meminjam penjelasan yang usaha pemberdayaan guru itu sendiri dikemukakan Ginanjar Kartasasmita (self-teacher) dan juga peserta didik. (Kartasasmita, 1996) bahwa Seiring dengan hal ini, untukpemberdayaan adalah sebuah upaya mendapatkan pemahaman dan analisaproteksi terhadap
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
individu atau kelompok yang kritis terhadap beban kerja guru, masyarakat dari perlakuan yang tidak tepat kiranya untuk sedikit menjelaskanadil. Makna ini relevan untuk mengenai falsafah kerja. Analisa kritisdikembangkan menjadi satu pendekatan terhadap makna kerja ini diharapkanbahwa pemberdayaan guru dapat dapat memberikan sumbangan dalamdidekati dari sisi hukum atau menjelaskan falsafah pemberian
bebanperlindungan
terhadap
hak-hak
asasi
kerja
guru
sebagaimana guru secara umum dikemukakan dalam undang-undang Ketiadaan hukum yang jelas dan guru dan dosen tersebut. pasti akan mempengaruhi terhadap (a) Munculnya pembahasan hak guru dalam menerima
kompensasi mengenai beban kerja, bisa disebabkan terkait
kegiatan-kegiatan profesionalnya, adanya fakta bahwa (b) guru tidak efektif (c) hak guru dalam mendapatkan dalam memberikan layanan pendidikan perlakuan yang sama sebagai tenaga di sekolah, (d) rendahnya produktivitas profesi guru, dan (e) hak guru untuk guru sebagai tenaga profesi, (f) adanya mendapatkan perlakuan yang layak dari guru yang bekerja separuh waktu, (g) pengelola atau pemiliki satuan tingginya kemungkinan guru untuk pendidikan/Yayasan. Memiliki tempat pekerjaan lebih dari satu sehubungan dengan hal ini, lahirnya lokasi dengan alasan untuk mencukupi UU Sisdiknas dan UU Guru dan Dosen kebutuhan hidup. Dengan berbagai Nomor 14 Tahun 2005 merupakan angin alasan tersebut, menyebabkan ada segar yang dapat dirasakan oleh guru kecenderungan guru kurang betah di sekolah atau 94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kurang betah menghadapi dan dosen. Namun demikian, masih ada sejumlah persoalan hukum dan anak di dalam kelas. Implikasi praktis implementasi terkait dengan peraturan dari persoalan seperti ini, sudah tentu perundangan tersebut. Salah satu akan berpengaruh langsung terhadap masalah tersebut, yaitu penafsiran dan kualitas layanan dan mutu lulusan penerapan beban kerja guru di tingkat pendidikan. satuan pendidikan. Berdasarkan pemikiran seperti ini, maka secara sistematis dan legal. Kalau kita katakan pekerjaan guru itu merupakan profesi, banyak dasar hukum dan peraturan yang menunjukkan guru sebagai suatu profesi. Jikalau memang guru sebagai tenaga profesional, maka mereka layak menerima fasilitas apa yang diterima profesional lainnya, seperti dokter, pengacara, olahragawan, dan lain-lain. Kenyataan selama ini berbeda, coba menengok kehidupan guru-guru, kehidupan mereka pas-pasan, mungkin di suatu daerah disediakan perumahaan dinas sederhana untuk tempat menyelang mereka pensiun, begitu juga mereka yang mengajar di daerah terpencil, dan terisolir dengan gaji yang diterima tidak mencukupi kebutuhan keluarga, dan hampir tidak ada insentif, honor, di luar gaji perbulan. Apalagi guru bantu, guru honorer, dan guru sukarela gaji yang diterima mereka tidak dapat menutupi kebutuhan keluagah per-bulan, akhirnya benar juga lagu yang disenanjungkan oleh Rhoma Iramagali lobang tutup lobang, sedangkan guru adalah manusia biasa yang memiliki banyak kebutuhan hidup, dan berusaha mencukupi kebutuhan hidup dengan kredit melalui cicilan setiap bulan, namun dipundak guru dipikul beban dan
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tanggung jawab kependidikanan yang besar, mencerdaskan kehidupan bangsa, merubah perilaku dan moral anak didik (Yamin 2011:2). Lanjut Yamin guru mengembangkan tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga kependidikanan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Ayat 2. Pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 2.
Upah Upah dalam kriteria Glenn Langford menempati posisi pertama, karena merupakan suatu yang paling utama, dengan upah seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan primer. Kebutuhan primer manusia seperti makan, minum, dan perumahan terabaikan akan bisa membuat
manusia
tidak
konsentrasi,
serius
dalam
menunaikan
pekerjaannya. Upah yang seimbang akan mampu memberikan motivasi seseorang untuk bekerja maksimal, disamping itu mana kala upah terabaikan dalam suatu organisasi sering terjadi suatu gejolak dan kelesuan kerja. Seseorang bekerja dengan prestasi tinggi harus diimbangi dengan penghargaan yang tinggi pula, yaitu berupa upah yang layak. Demikian pula
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pekerjaan yang beresiko tinggi diimbangi dengan upah yang tinggi, hal yang demikian suatu yang adil dalam pandangan profesional (16). Penggunaan istilah “profesional” menunjukkan suatu pekerjaan pelayanan jasa kepada masyarakat, layanan jasa diberikan kepada seseorang yang membutuhakan, seperti dokter, pengacara, dokter, guru, olahragawan, apoteker, akuntan, pengarang, dan lain sebagainya. Penjual jasa akan menjual kepada masyarakat, dengan mendapat imbalan atau upah yang telah ditentukan oleh penjual jasa atau kesepakatan kedua bela pihak. Olahragawan profesional menjual jasa olahraganya kepada orang dalam bentuk pertandingan anat sesama olahragawan profesional, dalam olahraga dikenal olahragawan profesional dan amatir, akan tetapi di dalam profesi, pengara, guru, dan lain-lain tidak dikenal istilah amatir. Dokter menjual jasa kesehatan, pengacara menjual jasa bantuan dan perlindungan hukum, dan guru menjual jasa bimbingan, pelajaran, dan latihan. Profesi seseorang akan memiliki prestasi, kehalian, dan spesialisasi lebih, demikian juga guru akan mendapat imbalan berupa gaji dan tunjangan fungsional yang berbeda, seperti; dosen berpangakat guru besar akan bebeda imbalan diterimannya dibanding dengan dosen berpangkat lektor, dan lain sebagainya. Sesungguhnya tepatlah apa yang pernah disampaikan oleh Collite (1987) dalam (Yamin 2011; 16 & 17) bahwa pekerjaan dosen, guru, dan instruktur adalah profesi yang dilaksanakan secara profesional. Guru akan mendapat tunjangan jabatan fungsional sebagaimana yang telah diatur
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 3 tahun 2003 tentang tunjangan tenaga kependidikan sebagai berikut; Tabel 3.5Tunjangan Tenaga KependidikanTerhitung Mulai Bulan Oktober 2002 Golongan/ Besar Tunjangan No 1 1.
2 Guru
2.
Pamong
3.
4.
5.
6.
7.
Keterangan
Jabatan II
II
IV
3
4
5 Rp. 206. 250,
Rp. . 168.750., Rp. 168.750,
Rp. 206. 250
Rp.168.750
Rp. 206. 250,
Pemilik
Guru Yang Diberi Tambahan Sebagai Kepala Taman KanakKanak, Raudhatul Athfal/Bustanul Atfal Dan Sederajat Guru Diberi Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar Biasa, Madrasah, Ibtidaiyah, Dan Yang Sederajat Guru Yang Diberikan Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Madrasah, Ibtidaiyah Dan Sederajat Guru Yang Diberi Tugas Tambahan Kepala Sekolah Menengah, Sekolah Luar Biasa,
6
Rp. 262. 500, Rp. 262. 500, Rp. 262. 500,
Tunjangan Yang Diberikan Kepada
Rp. 293.750
Rp. 293.750,
Rp.331. 250
Rp. 331. 250
Rp. 387.500
Rp. 387.500
Guru Yang Diberi Tugas Tambahan Sebagai
Kepala
Sekolah
Sudah
Termasuk Tunjangan Tenaga Kependidikanan
Rp.
Rp. 368. 750
Rp.425.00
Rp.
Rp. 431. 250
Rp.487.500
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
9.
10.
Madrasah Aliyah Yang Sederat Pengawas Sekolah Dan Pengawas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Pada Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal/ Busthanul Athfal , Sekolah Dasar. Madrasah Ibtidaiya, Sekolah Luar Biasa, Dan Yang Sederajat Pengawas Mata Pelajaran/ Rumpun Mata Pelajaran Dan Pengawas Bimbingan Dan Konseling Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Madrasa Aliyah Dan Yang Sederajat
Rp.
Rp. 368. 750
Rp. 425.00
Rp.
Rp. 493. 750
Rp. 550.00
Rp.
Rp. 493. 750
Rp. 550.00
Penerimaan tunjangan yang menjadi patokan dari jasa yang diberikan oleh seorang guru di luar gaji pagawai negeri sipil. Guru sebagai tenaga profesional bukan saja melakukan tugas pembelajaran dalam ruang lingkup mikro akan tetapi juga dalam lingkup makro, yaitu; melaksanakan amanah bangsa indonesia menjalankan fungsi pendidikan sebagaimana UndangUndang Sistem Pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, bab II, pasal tiga; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak berbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa. Kemudian
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bab XI, pasal 40, ayat 2 bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban; a.
Penciptaan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis;
b.
Menyampaikan komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan
c.
Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Pengangkatan tenaga kependidikan di lembaga pendidika, secara garis
besar dapat digolongkan pada dua macam, yaitu guru negeri dan guru swasta. Guru negeri tidak hanya bertugas di sekolah negeri, tetapi sebagian diperbantukan ke sekolah swasta, di indonesia sampai saat ini masih banyak membutuhkan tenaga guru, tidak semua sekolah negeri memiki guru yang lengkap, terutama guru mata pelajaran tertentu, seperti guru matematika, biologi, fisika, kimia, agama, dan mata pelajaran lain. Pengangkatan tenaga kependidikan yang selaulu mendapat perhatian pemerintah, maupun pemerintah memiliki anggaran yang terbatas, maka sebab itu pemerintah mencari jalan keluar untuk mengangkat guru bantu dengan beban pembiayaan pada Anggaran pendapatan belanja negara. Pengangkatan guru bantu diatur dengan keputusan mentri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 034/u /2003, tanggal 26 maret 2003. Dalam pasal 1, ayat 1 guru bantu adalah guru bukan pegawai negeri, kemudian pasal 2 menyatakan guru bantu berkedudukan sebagai pegawai departemen 100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pendidikan nasional yang ditugas secara penuh pada sekolah. Guru bantu mempunyai kewajiban sesuai pasal 6 adalah: a.
Melaksanakan tugas mengajar, melatih, membimbing, dan unsur pendidikan lainnya kepada peserta didik sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b.
Melaksanakan tugas-tugas administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
c.
Mengetahui segala ketentuan yang belaku di sekolah tempat tugas; dan mematuhi ketentuan yang diatur dalam surat perjanjian kerja (SPK)
3.
Memiliki pengetahuan dan kenterampilan Besar dan kecilnya upah yang diterima oleh seorang profesional
sangat terkait sekali denagan pengetahuan dan kentrampilan yang dimilikinya. Pekerja profesional dapat saja menerima tawaran upah dengan bebagai alasan dan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi juga tenaga profesional yang meniliki pengetahuan
dan
kenterampilan yang tinggiakan menawarkan jasanya dengan upah yang tinggi, semakin mahir dan terampil seseorang semakin tinggi pula tawaran upahnya, demikian juga sebaliknya tenaga profesional dengan pengetahuan dan kentrampilan rendah tidak mungkin akan menjualkan jasanya dengan harga tinggi, manakalah ditawarkan dengan tawaran tinggi, dia tidak dapat konsumen, oleh sebab itu harus menawarkan biaya yang sehimbang. 101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengetahuan dan kentrampilan diperlukan dalam pekerjaan profesional, (Yamin 2011: 22). 4.
Peningkatan Kesejahtraan Guru Guru dibutuhkan skill, kentrampilan, dan kreativitas di luar pekerjaan jawibnya mengajar di sekolah untuk meningkatkan kesejahtraan keluarga, dengan membuat usaha sampingan di luar jam dinas, usaha tersebut tidak mengurangi tanggung jawab sebagai guru, akan tetapi guru yang profesional. Kita banyak menemui guru, yang belum mampu manfaatkan waktu senggang di luarjam dinas, barang kali ini terjadi lantaran guru tidak memiliki kentrampilan khusus, atau merasa sungkan untuk berbuat di luar pekerjaan pokok, kegiatan yang akan dilakukan adalah kegiatan terhormat, seperti melakukan les, kentrampilan lain yang tidak mengurangi wibawa guru. Beban Kerja : Apa itu Kerja ? pemerintah memberikan rambu-rambu beban
kerja
dengan
tujuan
untuk
Sebagaimana
dikemukakan
memberdayakan peran dan fungsi guru sebelumnya, bahwa guru adalah sebuah di dalam kelas atau di dunia pendidikan. Menurut
Bahri dalam(Martinis
dan Maisah
2010:79) secara
keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal guru. Hal ini dikarenakan figur guru itu bermacam-
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
macam seperti guru silat, guru mengaji, guru vokal, guru mata pelajaran, mahaguru, dan sebagainya. Apapun istilah yang dikedepankan tentang figur guru, yang pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan terhadap jasa guru yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang. Masyarakat melihat figur guru sebagai manusia serba bisa tanpa cela dan nista. Mereka melihat figur yang karismatik. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan prilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru maka masyarakat memaci makinya habis-habisan dan hilangnya wibawa guru itu. Menurut Mulyasa (2007) dalam (Martinis dan Maisah 2010: 80), semua orang jakin bahwa guru memiliki adil yang sangat besarterhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik unuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua iru menunjukkan bahwasetiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat bekembang secara optimal.
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Minat, bakat,kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan bekembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu mempeerhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin diantara kita masih ingat, ketika duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya untuk memegang pencil dengan benar. Guru pula yang memberikan dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertidak sebagai pembantu ketika peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut keabsahan kreatifitas dan profesionalisme. Memahami uraian di atas, beberapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat peting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan menggembangkan sumber daya manusia (SDM), serta kesejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
potensinya, secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan masyarakat, dengan memposisikan diri sebagai berikut: 1.
Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2.
Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3.
Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.
4.
Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahan.
5.
Menumpuk rasa percaya diri, berani dan betanggung jawab.
6.
Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan, bersilaturrhami dengan lain secara wajar.
7.
Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.
8.
Menjadi pembantu jika diperlukan. Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajaran pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Dengan kewenangan yang dimiliki kepala sekolah, maka salah satu persoalan utama kebijakan yang dapat dilaksanakan di sekolah adalah pembeerdayaan guru. Kajian masalah pemberdayaan guru atau keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan di sekolah merupakan tindakan sebagai
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
insentif bagi banyak guru. Mungkin saja bagi kebanyakan guru memelihara keterlibatan dalam pengambilan keputusan menjadi hak keputusan profesional guru. Adanya
fokus kebijakan daerah
dalam peningkatan kualitas
pengajaran dan pembelajaran pendidikan akan muncul persoalan, adakah kebijakan
memajukan
pemberdayaan
guru
yang
sama
mendekati
peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran dan prestasi murid. Jawaban atas masalah tersebut mengaju kepada dua alasan, yaitu: Pertama, keputusan sekolah dalam hal peningkatan mutu pengajaran dan pembelajaran yang memerlukan dukungan dan praktik dari guru profesional. Karena itu tingginya kualitas keputusan dan pelaksanaan keputusan dalam hal peningkatan pembelajaran adalah ditentukan oleh keterlibatan guru. Di sinilah perlunya para kepala sekolah melibatkan guru dalam perencanaan dan keputusan program peningkatan mutu pembelajaran. Kedua, keputusan yang akan dilaksanakan akan lebih baik jika dipengaruhi guru dan diharapkan mereka melaksanakan dengan sepenuhnya partisipasi karena itu sangat menentukan keberhasilan. Dalam konteks ini, alasan pemberdayaan guru berdasarkan beberapa asumsi, yaitu: pertama, bahwa guru ingin melibatkan dalam pembuatan keputusan sekolah. Kedua, bahwa guru dilibatkan dalam level pengambilan keputusan sekolah adalah dapat memenuhi minat pribadinya.
5.
Kebijakan Reward dan Insentif
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kebijakan yang dapat dibuat kepala sekolah melalui bekerja sama dengan pihak sekolah yang terkait dalam rangka peningkatan reward dan insentif para personel sekolah. Sebenarnya melalui kebijakan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten di era otonomi Daerah dapat dirumuskan hulang peningkatan reward dan insentif bagi para guru untuk mendukung peningkatan mutu sekolah. Tentu saja, dukungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten dan kota dituntut untuk membuktikan janji ketika pemilihan umum dalam membenahi mutu pendidikan. Tetapi selain itu kepala sekolah juga dapat lebih proaktif dengan memobilisasikan sumber daya sekolah untuk meningkatkan reward dan insentif bagi guru di sekolahnya masing-masing.Sebagai orang yang memahami kebijakan pendidikan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan, maka dengan kewenangan dan kerja sama dengan pihak sekolah perlu dipikirkan dan dirancangkan kebijakan peningkatan prestasi pembelajaran siswa. Menurut Duke dan Canady dalam (Martinis dan Maisah 2010: 83) bahwa reward (imbalan) dibagi kepada dua bagian, yaitu: 1.
Extrinsic reward (reward buatan), yaitu adanya imbalan bergantung pada kedudukan seseorang secara langsung. Muncul dari prestise dan kekuasaan sesuai peranannya sehingga berbeda atas yang lain.
2.
Extrinsic reward (reward buatan), adalah bersifat subjektif dan alamiah, karena itu bersifat pribadi.
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Ancillari reward (imbalan tambahan), yaitu imbalam bersifat objektif simultan dan subjek mencakup aspek pekejaan yang dinilai oleh kelompok tertentu. Sebagai contoh, para guru dalam keluarga atau yang menikmati perjalanan mungkin akan menemukan sepanjang musim liburan semesteran dan akhir tahun ajaran periode reward dalam perjalanan. Ditegaskan Matesson dan Ivancevic (1989) memang dalam
manajemen ilmiah sangat ditentukan kegunaan potensial dari pembayaran sebagai pendorong dalam banyak rata-rata, bonus, pembegian keuntungan, dan rencana pembiayaan insentif lainnya. Memang tidak semua orang dengan sistem pembayaran yang baik memberi respon kinerja yang baik. Artinya, ada pegawai yang termotivasi dengan sistem pembayaran gaji, insentif dan lainnya, tetapi yang tidak demikian adanya.dengan kata lain, ada perbendaan individu pegawai dalam suatu organisasi merespon sistem pengajian mencakup reward, bonus, dan insentif. Intinya adalah bahwa kebijakan dalam peningkatan reward, insentif, atau bonus bagi perusahaan dapat mendorong peningkatan kinerja dan kepuasan kerja. Motivasi menurut Donal dalam (Martinis dan Maisah 2010: 84) adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Adapun tanda-tanda adanya motivasi seseorang adalah sebagai berikut: a)
Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri pribadi perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sistem neurofisiologi dalam organisme manusia, misalnya: karena terjadinya perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar. Disamping itu, ada juga perubahan energi yang tidak diketahui. b)
Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal). Mulamula berupa keterangan psikologis, lalu berupa sesuatu emosi. Suasana emosi ini menimbulkan suasana tingkah laku yang bermotif. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya.contoh: seorang dapat terlibat dalam suatu diskusi, dia tertarik pada masalah yang sedang dibicarakan, karenanya dia mengemukakan pendapatnya dengan katakata yang lancar dan cepat.
c)
Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon ke arah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi keterangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Tiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan. Contoh: si A ingin mendapat hadiah, maka ia belajar misalnya mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, menempuh tes, dan sebagainya.
d)
Fungsi Motivasi. Menurut Ramayulis alam (Martinis dan Maisah 2010: 85) motivasi
adalah suatu proses mengantarkan anak didik kepada pengalaman yang diinginkan mereka dapat belajar. Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a)
Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berniat dan siaga. Artinya seorang pendidik (orang tua) hendaknya tidak akan pernah berhenti memberi motivasi kepada anaknya agar turus belajar.
b)
Memusatkan
perhatian
anak
pada
tugas-tugas
tertentu
yang
berhubungan dengan pencapaian belajar. Artinya orang tua sebagai pendidik pertama bagi anaknya turus memberikan perhatian kepada anak dan mengarahkan anak sesuai dengan bakat yang dimilikinya. c)
Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang. Artinya orang tua hendaknya bisa memenuhi kebutuhan anaknya baik yang bersifat moril amupun materil dalam jangka waktu yang relatif panjang.
E.
Pembinaan Guru-Guru Oleh (LPMAK) Undang-Undang
Republik
IndonesiaNomor
14
Tahun
2005ketentuanumum dalam Bab 1 pasal 1 poin ke 18menyatakan bahwa Masyarakat adalah kelompok warga negara indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Salah satu prinsip gerakan reformasi dalam pendidikan adalah “pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta mereka dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan”.Terdapat faktor utama yang perlu diperhatikan dalam membangun sekolah masa depan, yaitu;
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Involved and Connected Learning CommunitySalah satu indikator penting paradigma pendidikan masa depan adalah keterlibatan secara aktif seluruh komponen masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Mereka yang dimaksud adalah stake-holder, orangtua, oraganisasi massa (ORMAS), perguruan tinggi, dan Dunia Usaha dan Industri (DUDI).
2.
Proficient and Inviting Curriculum-Driven Setting Beberapa hal yang terkait langsung dengan hal di atas, yaitu: (a) pembangunan fisik mendukung terlaksananya pendidikan berbasis masyarakat, (b) pembangunan infrastruktur pendukung yang memungkinkan mobilitas yang tinggi dengan pertukaran data yang lebih mudah, (c) semua ruang kelas dirancang dan dilengkapi media pembelajaran yang diperlukan, sehingga memungkinkan proses pembelajaran dapat berjalan
kapan
saja,
dan
(d)
media
pembelajaran
mampu
memobilisasi, fleksibel, dan mudah disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam aktivitas pembelajaran. Peran Swasta di Dunia Pendidikan Sangat Dibutuhkan Pada dasarnya, pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak meski
secara
khusus
pemerintah
mendapatkan
mandat
untuk
menyelenggarakan pendidikan. Karena itu, peran institusi baik itu BUMN, pihak swasta, maupun organisasi sosial sangat dibutuhkan untuk memajukan pendidikan.
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dengan peran serta lembaga-lembaga terkait, tentunya dapat membantu meringankan beban pemerintah guna memajukan pendidikan di daerah. Saat ini, tidak sedikit institusi yang berperan aktif memajukan pendidikan melalui kegiatan kampanye pendidikan dan sosialisasi pendidikan. Pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak. Mustahil jika pemerintah melaksanakan tugas untuk membangun dunia pendidikan sendirian karena pendidikan itu sangat kompleks. (http://www.rmol.com/Peran-SwastaDunia-Pendidikan). Peran serta pendidikan dalam masyarakat Di Negara yang menunjung tinggi demokrasi, diyakini bahwa pemerintah
dibuat
dari,
oleh,
dan
untuk
rakyat.
Kebijaksanaan-
kebijaksanaan negaranya, termasuk kebijaksanaan pendidikannya, sebagai bagian dari perangkat untuk menjalankan pemerintahan di Negara tersebut, juga berasal dari, oleh dan untuk rakyat. Selain alasan demokrasi, kebijaksanaan demokrasi tersebut secara konkrit dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh rakyat dibidang pendidikan. Masyarkat lebih banyak tahu mengenai masalah mereka sendiri, dan bahkan juga banyak mengetahui bagimana cara memecahkannya. Maka, keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, justru memperkukuh pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pelaksana formal.
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah termasuk salah satu wujud dari implementasi kebijaksanaan yang formulasikan. Bentuk pembangunan tersebut tidak hanya masalah fisik dan mental, melainkan juga sekaligus pembangunan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat, dengan demikian termasuk bagian atau objek dari pembangnan itu sendiri. Masyarakat juga dipandang sebagai modal dasar pembangunan, yang jika digalakkan akan besar sumbangannya terhadap pembangunan pendidikan. Keterlibatan mereka dalam melaksanakan kebijaksanaan, pendidikannya adalah manifestasi dari pemanfaatan dan pendayagunaan modal dasar pembangunan sebagai loyalitas rakyat atas pemerintahnya, melainkan yang juga tak kalah penting adalah sebagai miliknya. Dengan adanya persamaan memiliki terhadap kebjaksanaan-kebijaksanaan, masyarakat akan semakin banyak
sumbangan
dalam
pelaksanaan-pelaksanaan
kebijaksanaan,
termasuk kebijaksanaan pendidikan. Masyarakat selaku penguna jasa lembaga pendidikan memiliki kewajiban
untuk
mengembangkan
serta
menjaga
keberlangsungan
penyelengaraan proses pendidikan, sebagaimana diamanatkan oleh UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 BAB IV yang didalamnya memuat bahwasannya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Peran serta masyarakat/ partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pelayanan pendidikan. Selain itu masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil. Dalam peraturan pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III pasal 4 peran serta / partisipasi masyarakat dapat berbentuk: a)
Pendirian dan penyelanggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah;
b)
Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan suatu atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan peserta didik;
c)
Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/ atau penelitian dan pengembangan;
d)
Pengadaan dan penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan atau diselenggarakan oleh pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional;
e)
Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;
f)
Pengadaan dan pemberian bantuan ruang, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar;
g)
Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar; 114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
h)
Pemberian kesempatan untuk magang atau latihan kerja;
i)
Pemberian
bantuan
manajemen
bagi
penyelenggaraan
satuan
pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional; j)
Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan dan penyelenggaraan pengembangan pendidikan;
k)
Pemberian
bantuan
dan
kerja
sama
dalam
penelitian
dan
pengembangan; dan l)
Keikutsertaan dalam program pendidikan atau penelitian yang diselenggarakan oleh pemerintah di dalam dan di luar negeri (http://gadogadozaman.blogspot.com/peran-masyarakat pendidikan). Hasilnya dalam peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 BAB III
pasal 4 peran serta / partisipasi masyarakat akan lebih jelasnya dapat dilihat bab 4, yang akan menjelaskan peran LPMAK dalam dibidang pendidikan di Kabupaten Mimika-Papua. Tingkatkan Peran Swasta pada Sektor Pendidikan, Pemerintah perlu meningkatkan peran swasta pada sektor pendidikan di daerah. Hal tersebut sangat diperlukan untuk menopang kualitas dan daya saing sumber daya manusia (SDM) di Mimika. Untuk mengatasi masalah dalam peningkatan kualitas pendidikan di Papua khusunya Kabupaten Mimika, mengharapkan adanya kemudahan regulasi yang mendukung pihak swasta untuk berperan lebih optimal. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan saat ini masih belum memberikan perhatian dan malah cenderung menganaktirikan lembaga pendidikan swasta. 115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Peningkatan pendidikan yang berkualitas juga tidak terlepas dari perkembangan teknologi dan link-match dengan dunia usaha. “Kita tidak dapat memungkiri lembaga pendidikan swasta lebih responsif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan dunia usaha karena itu terkait dengan investasi Tenaga Kerja, Pendidikan daerah yang unggul dan Produktif untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” di Mimika. Pemerintah dapat memberikan akses lebih besar kepada lembaga pendidikan swasta.
Pemerintah bisa
melonggarkan
regulasi
untuk
pengembangan program studi dan perizinan pembukaan gedung dan sekolah-sekolah baru yang didorong oleh permintaan masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan masih kurang. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan hanya bersifat dukungan dana. Padahal yang lebih penting adalah partisipasi dalam hal proses pendidikan yang meliputi; (1) pengambil keputusan, (2) monitoring, (3) evaluasi, dan (4) akuntabilitas. Dengan demikian, sekolah dan masyarakat secara bersama-sama bertanggungjawab dan berkepentingan terhadap hasil pelaksanaan pendidikan, bukan sekolah yang bertanggungjawab kepada masyarakat terhadap hasil pelaksanaan pendidikan itu sendiri. F.
Hasilnya Upaya Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Pasal 34 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerahwajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru padasatuan
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/ataumasyarakat. (2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajibmembina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. (3)Pemerintah dan Pemerintah Daerahwajib memberikan anggaran untuk meningkatkanprofesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan olehPemerintah, Pemerintah Daerah, danmasyarakat. Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak terlalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegitan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya.
Disisi
lain
kenerja
guru
pun
dipersoalkan
ketika
memperbincangkan masalah peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi dan ideal yang harus dijalani guru sesuai dengan Undangundang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kenyataan yang terjadi di lapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu, upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga non-pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan kabupaten mimika akan tampak jelas berhasil atau tidaknya pemberdayaan dan pembinaan oleh lembaga-lembaga tertentu.
1.
Pemerintah daerah Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001 Republik Indonesia Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dalam rangka mengurangi kesenjangan pembangunan di Provinsi Papua, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta memberikan kesempatan kapada penduduk asli Papua
untuk
berpartisipasi
dalam
pembangun
maka,
Pemerintah
mengeluarkan Undang-undang tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (nomor 21 tahun 2001). Dasar dari OTSUS adalah bahwa Propinsi Papua diberikan kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan UU OTSUS kemudian juga menyebutkan bahwa Perdasus dan Perdasi tersebut harus berpedoman
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pada peranturan perundang-undangan. Pemerintah Provinsi kemudian memprioritaskan empat sektor, yaitu: 1) Sektor Pendidikan, 2) Sektor Kesehatan, 3) Sektor Infrastruktur, dan 4) Sektor Ekonomi (kerakyatan). UU nomor 34 tahun 2004 tentang Otonomi DaerahKapasitas Pemerintah daerah dan DPRP/DPRD (Provinsi & Kabupaten, Kota) dalam kebijakan pembangunan sektor pendidikan sebagai prioritas utama, tetapi pada kenyataan belum terwujud semestinya. Sebagai contoh; pembebasan SPP, keringanan biaya sekolah, dana pendidikan 30%,beasiswa,dan lainnya belum terealisasi dengan baik. Mekanisme dan prosedur kerjasama antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam hal menangani pendidikan belum terpadu (tidak ada KISS) dan cenderung masing-masing jalan sendiri. Akibat rendah pelayanan pendidikan di menyebabkan
semua
kekurangan
dan
tingkat lokal
keluhan-keluhan
biasanya
dilimpahkan kepada para Kepala Sekolah yang tidak punya kuasa dan kewenangan sehingga tidak dapat berbuat banyak. Penyelesaian terhadap berbagai keluhan tidak ditanggapi secepat mungkin untuk mencari solusinya. Penggalakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif ) sangat tidak mungkin dilakukan, apalagi dengan kebijakan Pemerintah apply kurikulum berbasis kompetensi. Para guru yang mengajar serba tidak mengetahui standar pelajaran dan penilaian yang seharusnya di terapkan. Kepala sekolah dan para guru belum semuanya memiliki pedoman pelaksanaan CBSA dan
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KBK, Khususnya bagi sekolah-sekolah didaerah pedalaman, daerah terisolir, dan terpencil di Kabupaten Mimika. Sebenarnya pendidikan swasta sangat besar kontribusinya sejak dahulu, khususnya Pendidikan di Kabupaten Mimika pada umumnya di seluruh tanah Papua. Sekolah-sekolah swasta memperoleh subsidi penuh (tenaga guru, sarana prasarana, dana) dan kewenangan untuk mengelola pendidikan sekolah yang di atur dengan peraturan perundang-undangan, sehingga mutu sekolah dan kelulusannya terjamin baik. Kelemahan pengelolaan oleh pengurus yayasan pendidikan seperti SMA YPK, SMA YPPK, SMA ADVENT serta Yayasan lainnya pada tingkat lokal belum optimal dikarenakan kurang profesional dalam manajemen pendidikan.
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif, karena permasalahan belum jelas, holistik, dinamis dan penuh makna sehingga peneliti tidak menentukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang peneliti lakukan. Dengan demikian peneliti sebagai pengamat
penuh dalam penelitian ini untuk
menganalisis, mengamati, serta mendapatkan informasi dan data yang akurat, maka memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data dalam penelitian. Penelitian kualitatif tidak pernah terlepas dari istilah analisis fenomenologi.
Peneliti
dalam
pandangan
fenomenologis
berusaha
memahami peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moleong, 2006). Seperti yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti melakukan kajian di bidang sosiologi dan antropologi selain kajian di bidangmanajemen sumber daya manusia dan psikologi industri untuk membantu peneliti dalam mengintrepretasikan fenomena atau situasi sosial yang diteliti. Tujuan penelitian ini
adalah
untuk
meneliti dan menjelaskan
peningkatan kinerja guru Sekolah Menengah Atas di Kota Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Karena kondisi pendidikan di kabupaten Mimika 121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
lebih khususnya dan pada umunya Papua, permasalahanya sangat kompleks, apakah persoalan itu disebabkan kurangnya perhatian pemerintah daerah, kurangnya dukungan masyarakat sekitar, kurangnya semangat belajar siswa, kurangnya motivasi belajar siswa, atau persoalan guru?, ini sangat memprihatinkan
dan
peneliti
berkomitmen
untuk
melangkah
dan
menciptakan suatu terobosan dalam hal ini adalah melalui penelitianlah yang akan menemukan titik permasalahannya. Maka, yang pertama peneliti memulai dari arena guru setelah itu belum menemukan juga titik masalahnya maka peneliti juga meneliti di arena lain setelah penelitian ini selesai, karena fokus peneliti hanya pada Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Timika Papua.Berkaitan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu “Analisis Kenigkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Kabupaten Mimika Provinsi Papua.”Oleh karena itu peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
deskriptif eksploratif,
dengan penelitian ini hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu peristiwa, masalah, keadaan dan sebagaimana adanya sehingga bersifat hanya sekedar mengungkapkan fakta. Hasil dari penelitian ini ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang masalah yang sebenarnya dari objek yang peneliti akan diselidiki. Dalam penelitian ini sangat menarik karena disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreaktif dan mendalam, serta menunjukkan ciri-ciri alamiah yang penuh ke-otentik, dengan mengungkapkan gejala secara 122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menyeluruh. Penelitian ini bersifat deskriptif dan mengeskplorasi serta cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif dan perspektif subyek. B.
Lokasi Penelitian Tempat/ lokasi penelitian yang peneliti melakukan penelitian adalah kabupaten Mimika di kota Timika, karakteristik lokasinya adalah pusat pemerintahan kabupaten Mimika dan penelitian yang peneliti fokuskan adalah wilayah kota Timika dataran rendah yaitu Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Kuala Kencana, dan Mimika Baru. Karena itu terdapat beberapa persoalan yang sangat kompleks dan harus diatasi oleh berbagai pihak dan salah satunya adalah masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu tentang tinjauan kinerja guru Sekolah Menenga Atas di Kota Mimika. Lebih jelasnya dapat dijelaskannya sebagai berikut. Kabupaten Mimika yang beribukota di Timika, secara Geografis terletak antara 134°31′-138°31´ Bujur Timur dan 4°60'-5°18' Lintang Selatan. Pada bagian Utara terdapat Pegunungan Jayawijaya, dengan puncak tertinggi adalah Gunung Indburg (4860m) dari permukaan laut, yang terletak di sebelah Utara kota Tembagapura. Batas Wilayah Kabupaten Mimikaadalah:Sebelah Utara: Kabupaten Paniai, Kabupaten Nabire, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Deyai Sebelah Barat: Kabupaten Kaimana Sebelah Selatan: Laut Arafuru Sebelah Timur: Kabupaten Jayawijaya dan 123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kabupaten Yakuhimo. Kabupten Mimika mencakup wilayah seluas 19.592 km2 atau 4,75 % dari luas wilayah Provinsi Papua. Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran rendah. Keadaan topografi Kabupaten Mimika ditandai dengan 5 (lima) kelas kemiringan lereng, yaitu : 0-3%, 3-8%, 8-15%, 15-25%, dan >40%. Lereng dengan kemiringan >40 % menyebar memanjang di sebelah Utara Kabupaten Mimika. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah Tembagapura, Jila, dan Agimuga, sedangkan kelas kemiringan 3-8%, 815%, 15-25% menyebar di wilayah bagian tengah, dan 3-8% menyebar di bagian selatan sampai ke wilayah bagian tengah Kabupaten Mimika. Distrik yang bertopografi dataran rendah adalah Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Jila, Kuala Kencana, dan Mimika Baru. Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura dan Jila adalah Distrik yang tidak memliki pantai. Sedangkan Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Jita, Agimuga sebagian wilayahnya berbatasan dengan Laut Arafura, sehingga distrik tersebut memiliki pantai. Dengan mengapa peneliti memilih Daerah
kota Mimika sebagai
tempat penelitian kalau melihat letak geografisnya dekat dari pusat pemerintahan kota Timika dan sangat sulit peneliti melakukan penelitian di tempat seperti ini. Tetapi peneliti tidak menganggap ini sebagai suatu
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
persoalan tapi peneliti menganggap ini sebagai suatu tantangan yang sangat menarik untuk mencobanya. Peneliti akan langsung terjun ke lapangan penelitian paling penting bagi peneliti adalah bagaimana meraba langsung persoalan yang dialami masyarakat dalam arti guru Sekolah Menengah Atas dan para muridnya yang bertugas di Kota Mimika ini atau mendapatkan informasi dan data yang paling konkrit sesuai dengan kehidupan masyarakat. Sehingga permasalahan yang terjadi di lokasi seperti ini bisa diketahui pandangan umum.
C.
Subjek Dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian merupakan suatu unit analisis yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimika, setiap Kepala Sekolah yang ada di Kabupaten Mimika Papua. Subjek penelitian pelengkap dalam penelitian ini adalah
adalah
individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti. Informan yang diambil diharapkan dapat memberikan informasi yang sebanyak mungkin, sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili terhadap penelitian. Terkait dengan pemilihan
125
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
informan, Spradlay dalam (Bungin 2003: 54) mengemukakan kriteria untuk menentukan informan, sebagai berikut: a)
Subjek yang cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi.
b)
Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.
c)
Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk diwawancarai.
d)
Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu. Teknik pengambilan informan adalah purposive sampling yaitu teknik
pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini adalah orang yang dianggap tahu tentang apa yang peneliti harapkan, atau orang yang dapat dipercaya sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/ situasi yang sedang diselidiki oleh peneliti. Maka dalam Penelitian ini melibatkan Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudyaan Sekolah Menengah Atas Kabupaten Mimika Papua dan setiap kepala sekolah yang bertugas di SMA-SMA se-Mimika sebagai kunci informan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kelayakan untuk memenuhi persyaratan sebagai informan awal.
126
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kedua tokoh tersebut adalah orang yang mengetahui betul kondisi guru sekolah menengah atas di kota mimika dan sudah mengenal betul tentang kinerja guru-guru tersebut. Maka dalam penelitian ini daftar informan sementara belum bisa dirumuskan secara per-individu, tetapi peneliti merumuskan secara menyeluruh bahwa informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Sekolah Menengah Atas Kabupaten Mimika, setiap Kepala Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Mimika, setiap guru yang bertugas di SMA Mimika Papua, dan tokohtokoh masyarakat yang ada di mimika serta orang-orang yang terpercaya yang bisa memberikan informasi yang akurat dan lengkap masalah yang diselidiki oleh peneliti. Dari pandangan peneliti, masalah yang sedangselidiki itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan veriabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diselidiki akan dijadikan sebagai objek penelitian. Objek penelitian menurut Sugiyono adalah “Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011:38). Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Kinerja guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimika, maka peneliti meneliti semua aspek kehidupan guru-guru Sekolah Menengah Atas di Timika Papua. 127
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D.
Variabel Penelitian Menurut Best dalam Narbuko Dan Achmadi (2008:118) yang disebut variabel penelitian adalah kondidisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu penelitian. Sedangkan Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang maksud variabel penelitian adalah segala sesuatu obyek pengamatan penelitian. Dari kedua pengertian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen utama. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Maka dari penelitian ini peneliti akan meneliti dengan variabel “Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mimika Provinsi Papua.” Dalam penelitian ini ada satu variabel yang perlu dibuat adalah “ Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas ”. Dari variabel ini akan ditentukan indikator-indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau, variabel penelitian dari penelitian ini adalah Peningkatan kinerja guru Sekolah Menengah Atas. Maka indikator-indikatornya adalah sebagai berikut: profesi guru, profesional, dan profesinalisme; guru profesional; Kinerja guru; upaya pemberdyaaan guru; dan serta pembinaan guru-guru oleh (LPMAK); dan hasilnya
128
Lembaga pengembangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Masyarakat Amungme dan Kamoro dalam upaya
peningkatan kualitas
pendidikan. Dari indikator-indikator tersebut di atas dijabarkan lagi menjadi beberapa butir pertanyaan dan butir-butir pertanyaan tersebut dilihat di lampiran.
E.
Sumber Data Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh. Subjek penelitian data dalam penelitian ini, yaitu subjek penelitian utama dan subjek penelitian pelengkap. Penelitian pelengkap adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian merupakan suatu unit analisis yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah
Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, yang
menangani di bagian Sekolah Menengah Atas, dan setiap kepala sekolah yang bertugas di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Mimika Papua. Subjek penelitian pelengkap adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai oleh peneliti untuk keperluan informasi yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti. Informan yang diambil diharapkan dapat memberikan informasi yang sebanyak mungkin, sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili terhadap masalah yang sedang diselidiki. Dalam penelitian ini, peneliti tidak membatasi informan atau pemberi data tentang subjek yang peneliti selidiki.
129
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah porposive dan Snowball, itu dapat digambarkan sebagai berikut.
B
A
G
I
D
C
F
J E
H
Gambar 1: Proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif, porposive dan snowball. Dalam bukunya Sugiyono (2011:220).
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam penelitian ini peneliti telah merencanakan A sebagai informan pertama yang memiliki informasi dan data yang akurat yaitu kepala dinas Kependidikan dan kebudayaan Kabupaten Mimika Papua merupakan informasi tentang objek penelitian. Peneliti menetapkan kepala dinas sebagai sumber perancang program dan penentu serta pembagian atau penetapan guru-guru di Kota Mimika Papua. Peneliti memilih informan ini yang bisa “membukakan pintu” untuk mengenali keseluruhan objek penelitian secara luas. Selanjutnya peneliti merencanakan B, informan kedua yang memiliki informasi dan data yang akurat di lapangan yaitu, kepalas sekolah SMA Negeri 1, Kepala sekolah SMA negeri 2, kepala sekolah SMA JPPGI,
130
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kepala sekolah SMA JPPK, kepala Sekolah SMA Adven sebagai orang kedua. Dan peneliti menetapkan informan C sebagai orang ketiga yang terpercaya yaitu, Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK). Di biro pendidikan LPMAK di kabupaten Mimika papua, karena lembaga ini merupakan lembaga yang memiliki hubungan kerja sama dengan pemerintah daerah untuk memajukan sumber daya manusia di kabupaten mimika dan salah satunya adalah menangani persoalan pendidikan di Mimika Papua. Selanjutnya, peneliti belum juga memperoleh data yang lengkap dan akurat maka Peneliti menetapkan informan D sebagai orang ke empat yang bisa melengkapi informasi atau data yang sudah terkumpul sebelumnya yaitu tata usaha (TU) pada setiap sekolah di mana peneliti mendapatkan informasi dan data sebelumnya. Selanjutnya, peneliti menetapkan informan E, sebagai pelengkap yaitu tokoh-tokoh masyarakat yang ada di daerah objek penelitian dan informan F sebagai orang terdekat peneliti yang bisa memberikan informasi dan data objek penelitian dan informan G juga sebagai pelengkap informasi yaitu masyarakat yang ada di daerah objek penelitian yang bisa memberikan informasi yang mereka alami tentang pendidikan dan apa yang mereka inginkan dari pendidikan itu sendiri serta pemahaman mereka tentang guru dan lain sebagainya. Kemudian, peneliti memilih beberapa siswa yang dapat dipercaya oleh peneliti dan bisa memberikan informasi tentang objek penelitian. Peneliti
131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memilih mereka ini karena segala sesuatu yang terjadi di sekolah adalah mereka yang mengalaminya di sini peneliti tidak membutuhkan informasi dan data yang akurat melainkan peneliti berusaha mendalami pengalamanpengalaman yang mereka alami di sekolah. Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah subjek darimana peneliti memperoleh data dari orang pertama A sebagai informan awal sampai orang terakhir sebagai pelengkap yang membukakan pintu ke lapangan penelitian sampai dengan penutup pintu keluar penelitian dalam arti bahwa peneliti menetapkan informan pertama yaitu kepala dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Mimika, sebagai pintu masuk pada keseluruhan objek penelitian dan informan terakhir adalah setiap siswa sekolah menengah atas di Kota Kabupaten Mimika yang di mana daerah objek penelitian sebagai penutup pintu penelitian.
F.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memadai standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara, medalam studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi.
132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:
1.
Observasi Sebelum melakukan wawancara dan penggalian data lebih lanjut. Peneliti melakukan observasi terhadap objek kajian terlebih dahulu. Ini memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi karekter guru-guru sekolah menengah atas di daerah Timika dan memahami karakteristik masyarakat di mana daerah penelitian. Dari sinilah data observasi ini akan bisa menjadi data awal di samping itu metode wawancara, dan metode dokumentasi yang akan peneliti lakukan. Dalam metode observasi ini peneliti sebagai pengamat penuh dan mengamati dan mencatat dengan sistematik tentang objek yang sedang diselidiki oleh peneliti. Observasi yang dilakukan peneliti dengan cara pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap objek yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan turun langsung ke lapangan dan mengamati secara langsung terhadap objek yang akan diteliti dan mencatat hal-hal
yang
paling
penting
bagi
peneliti
untuk
dianalisis
dan
dikembangkan. Dan lebih penting bagi peneliti dalam obsevasi ini adalah mengamati, menganalisis dan mencatat hal-hal pokok tentang kerja Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, serta guru sekolah menengah atas yang bertugas di Daerah-Daerah kota Timika Papua dan mencatat kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
133
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Wawancara Metode wawancara merupakan salah satu cara mendapatkan informasi-informasi yang penting yang layak diangkat sebagai data penelitian lapangan selama penelitian. Adapun wawancara yang dilakukan nanti juga bersifat cross check antara Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, setiap guru-guru yang bertugas di daerah Timika Papua, serta masyarakat setempat yang peneliti wawancarai. Dalam penelitian ini peneliti sebagai pewawancara dan mewawancarai beberapa orang dengan tujuan bertukar informasi ide melalui tanya jawab. Peneliti mewawancarai beberapa orang dengan berapa pertanyaan yang mendasar tujuannya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Teknik wawancara yang peneliti lakukan adalah dengan pendekatan wawancara semiterstruktur, dalam wawancara ini pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan daripada wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Wawancara tak struktur ini adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
134
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ditanyakan.Teknik
wawancara
ini
dilakukan
secara
akrab
dengan
pertanyaan-pertanyaan terbuka. Kelonggaran seperti ini diharapkan mampu menggali dan mengungkap kejujuran informan dalam memberikan informasi yang dengan kenyataan yang ada.Dan mengapa peneliti lebih memilih metode wawancara ini, karena peneliti mau mendapatkan informasi yang pasti dari infoman, dengan melihat geografis serta melihat secara umum profil pendidikan di daerah pedalaman ini masih terisolir untuk itu peneliti juga tidak sewenang-wenang untuk menanyakan dengan pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Karena dengan pertanyaan-pertanyaan yang seperti itu kemungkinan tidak menemukan akar persoalan yang terjadi di kelompok masyarakat pada umumnya. Profil pendidikan di daerah kabupaten Mimika Papua secara umum masih terisolir atau sangat kompleks dan masih terbelakang, dengan itu salah satu pendekatan untuk membukakan persoalan itu harus melalui pendekatan membukakan
penelitian pintu
dengan
atau
menggunakan
menerangi
kegelapan
berbagai yang
cara
agar
menyelemuti
pendidikan di daerah ini. Jadi salah satu masalah yang diangkat adalah tentang peningkatan kinerja guru sekolah menengah atas di Mimika ini sehingga peneliti tidak mencari sesuatu yang kehendaknya saja dengan pertanyaan-pertanyaan sistematis dengan jawaban yang tidak sesuai fakta yang ada di masyarakat.
135
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Dokumentasi Menurut Sugiyono (2011:240) dokumen merupakan catatan pristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan. Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yaitu setiap bahan tertulis baik bersifat internal maupun eksternal. Metode ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data yang bersifat dokumenter. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi adalah teknik untuk mencari data dengan cara mencatat data yang berfungsi sebagai data pendukung, seperti: a.
Data monografi kabupaten Mimika, Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika BaratTengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh dan Kuala kencana.
b.
Data mengenai profesi guru-guru sekolah menengah atas di Kabupaten Mimika Papua.
c.
Dokumentasi berupa foto-foto sekolah, siswa, dan para guru di Timika.
d.
Dokumentasi
berupa
foto-foto
selama
peneliti
mengadakan
pengumpulan data di pusat kota maupun letak sekolah-sekolah di Kabupaten Mimika.
136
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G.
Teknik Analisis Data Melakukan analisis data adalah pekerjaan yang paling sulit namun bagi peneliti ini bukanlah suatu masalah tapi ini adalah satu bagian yang harus peneliti lewati sehingga peneliti memerlukan kerja keras untuk menentukan teknik analisis data yang tepat. Analisis di lakukan agar datadata yang sudah terkumpul di lapangan dapat diorganisasi sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis kualitatif, dimana data dianalisis dengan cara diinterprestasikan sesuai tujuan penelitian yang sudah ditentukan, dalam hal ini data tidak dianalisis dengan angka-angka. Proses yang dilakukan peneliti adalah dalam menemukan jawaban penelitian dengan cara peneliti memulai melakukan pengumpulan data lewat observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap masalah yang diselidiki serta ingin diketahui, kemudian dikumpulkan memerlukan daya kereatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Analisis data adalah bagian dari proses penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka teknik analisis data yang dipakai untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif model interaktif sebagaimana diajukan oleh Miles dan Huberman yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Miles dan Huberman dalam (Sugiyono 2011:246).
137
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
Pengumpulan data Data
yang diperoleh
dari
hasil
observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek yaitu deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai. Catatan refleksi yaitu catatan yang memuat kesan, komentar, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Guna mendapatkan catatan ini maka peneliti melakukan wawancara beberapa informan. 2.
Rekduksi data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan data kedalam pola-pola dengan membuat transkip penelitian untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat menarik kesimpulan.
138
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Penyajian data Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Penyajian data adalah sekumpulan informasi
tersusun
sehingga
memberikan
kemungkinan
penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka sajian data dapat diwujudkan dalam bentuk bagan dan tabel sebagai wadah panduan informasi tentang apa yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti.
4.
Penarikan kesimpulan Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam (Sugiyono 2011:252)
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Reduksi data dapat dibantu dengan analisis data dari model Miles dan Huberman dalam bukunya Sugiyono (2011:247)
139
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Penerikan kesimpulan
Gambar 2: Komponen dalam analisis data interaktif model.
H. Keabsahan Data Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan, atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan. Suatu temuan dalam penelitian ini pada objek adalah pastinya
berbeda karena untuk mendapatkan data-data dan
informasi peneliti menetapkan banyak informan dan berbagai sumber data diantaranya adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan kabupaten Mimika, para guru yang bertugas di Daerah Kabupaten Mimika Papua, tokoh-tokoh masyarakat di tempat penelitian, dan sesuai kondisi sekolah di Daerah tersebut. Proses yang dilakukan peneliti adalah dalam menemukan jawaban penelitian dengan cara peneliti memulai melakukan pengumpulan data lewat wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap objek penelitian yang ingin diketahui oleh peneliti. Data yang telah terkumpul diklasifikasikan berdasar kategori yang ditentukan. Setelah diklasifikasikan masing-masing
140
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
data yang terkumpul dalam satu kategori, selanjutnya peneliti melakukan interprestasi. Di saat ada data yang lain atau informasi yang berbeda didapatkan dari berbagai informan, tentunya proses triangulasi data akan dilakukan untuk mempermudah interprestasi. Selain itu, hal ini dimaksudkan agar peneliti dipermudah dalam mencari kesimpulan. Sehingga kesimpulan yang ditarik dalam hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Dengan demikian peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk memberi informasi atau memberi pertanggungjawaban pada hasil penelitian atau
penemuan ini kepada semua pihak yang berkepeningan lebih
khususnya pemerintah Daerah Kabupaten Mimika Papua, serta semua masyarakat yang berada di Daerah Kabupaten Mimika Papua. Karena sebagian informasi dan data yang akan terkumpul adalah berdasarkan fakta di lapangan. Dan dari berbagai data dan informasi yang diperoleh dari informan dalam penelitian ini pun bisa saja tidak sesuai fakta di lapangan. Maka peneliti harus lebih teliti memahami dan mengambil kesimpulannya secara objektif, sehingga kesimpulan akhir daripada hasil penelitian ini bisa memberikan nilai positif kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika, maupun semua masyakarakat yang berada di Timika, diantaranya Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), dan lain-lain. Dengan demikian agar pihak-pihak ini bersamasama dapat memperhatikan wajah pendidikan di daerah Timika.
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL OBJEK PENELITIAN A.
Gambaran Umum Kota Mimika
1.
Kondisi Geografis Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten di Papua yang terbentang
pada
posisi
134’31”-138’31”Bujur
Timur
dan
4’60”-
5’18”Lintang Selatan, dengan luas wilayah19.529 km2 atau 4,75% dari luas wilayah Propinsi Papua. Kabupaten ini terdiri atas 12 Distrik dengan batasbatas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Kabupaten Paniai, Dogiyai dan Deyai
Sebelah barat
: Kabupaten Kaimana
Sebelah selatan
: Laut Arafuru
Sebelah timur
: Kabupaten Asmat, Nduga dan Yahukimo
Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran rendah. Distrik yang memiliki topografi dataran tinggi adalah Tembagapura, Agimuga dan Jila. Kesembilan distrik lainnya berada pada wilayah topografi dataran rendah dan pesisir pantai yaitu; Mimika Baru, Kuala-Kencana, Mimika Timur, Mimika Timur Tengah, Mimika Timur Jauh, Mimika Barat, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh dan Jila. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Mimika dengan topografi dataran tinggi, rendah dan pesisir pantai menjadikan wilayah pedalaman Mimika sebagai salah satu daerah yang sulit dijangkau karena sulitnya akses ke wilayah distrik-distrik tertentu, yang hanya dapat di tempuh dengan pesawat 142
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kecil, boat-boat penyeberangan tradisional bahkan ada yang harus ditempuh dengan berjalan kaki. 2.
Kependudukan Penduduk dapat dipandang sebagai potensi dasar yang sangat dibutuhkan dalam suatu proses pembangunan baik dari aspek jumlah (kuantitas) maupun kualitasnya. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas dapat menjadi acuan bagi pengembangan wilayah dan sumber daya alam. Secara fungsional peran penduduk lebih diarahkan pada dinamika sebagai subjek pembangunan. Kota Mimika adalah Ibu Kota Kabupaten Timika Propinsi Papua yang merupakan salah satu dari kota penghasil tambang terbesar di dunia oleh PT Freeport Indonesia yang ada di Papua yang menjadi pusat perhatian dari seluruh masyarakat Indonesia. Hal itu menjadi salah satu alasan untuk memperbaiki taraf hidup bagi masyarakat indonesia pada umumnya dan masyarakat Papua pada khususnya. Selain itu Kabupaten Mimika merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, industri dan perdagangan masyarakat Papua. Begitu pula Kebudayaan yang ada di Timika turuntemurun merupakan kebudayaan yang berasal dari nenek moyang masyarakat Papua (Amungme, Kamoro, Dani, Damal, Moni, Mee dan Nduga) yang biasa disebut dengan istilah tujuh suku. Serta kebudayaan lainnya yang masih melekat erat di masyarakat Papua yang di pengaruhi dengan kebudayaan-kebudayaan modern dari luar daerah Papua.
143
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dalam upaya penyelenggaraan Pendidikan Menegah di Kabupaten Mimika belum bisa semaksimal yang diharapkan, karena dalam bidang pendidikandi Kabupaten Mimika masih belum memenuhi standar. Hal itu disebabkan karena kurangnya perhatian dari Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat tentang pentingnya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan yang ada di kota Mimika. Meskipun sampai saat ini pemerintah sudah melakukan berbagai cara, namun pendidikan di Kabupaten Mimika belum memenuhi standar mutu dan kualitas pendidikan. Jika peningkatan Pendidikan di Kabupaten Mimika bisa memenuhi standar mutu dan kualitas para guru-guru maka, di Kota sertapedalaman seharusnya lebih merata. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar menjadi kepedulian bagi Dinas Pendidikan Menengah, Keuskupan Timika dan LPMAK terhadap Pendidikan di Kota Mimika yang hanya terlihat oleh kasat mata.
3.
Kinerja Layanan Pendidikan
Kinerja pelayanan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika meliputi tiga aspek pembangunan pendidikan nasional yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan;peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan; penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik. Dalam rangka mewujudkan perluasan dan pemerataan akses layanan pendidikan kepada masyarakat Kabupaten Mimika makaDinas pendidikan telah melaksanakan berbagai layanan dibidang pendidikan formal maupun
144
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
non formal sebagaimana yang terekam dalam data pokok Dinas Pendidikan diketahui bahwa selama kurun waktu 2008-2010 atau tiga tahun terakhir upaya perluasaan dan pemerataan akses pelayanan pendidikan sudah dilaksanakan dengan indikator adanya peningkatan jumlah satuan pendidikan baik formal maupun non formal dari tahun ke tahun. Namun upaya ini tentu belum maksimal karena masih terpusat pada distrik Mimika Baru yang berada di wilayah. Kecapaian kinerja perluasan akses layanan pendidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika dari tahun 2007/2008 sampaidengan 2009/2010 pada setiap satuan/jenjang pendidikan SMA/MA Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan. Tabel 4:1Angka Partisipasi Kasar danAngka Partisipasi Murni No
Jenjang Pendidikan
Angka Partisipasi
APK/APM
1
2
3
4
5
2
SMA/AMK (16-18)
40,90%
23,5%
68,02%
Sumber: Data Primer Dinas PdanK Kab. Mimika. Tabel diatas menunjukkan, pada tahun pelajaran 2009/2010 APK SMA/SMK di Kabupaten Mimikahanya mencapaiAPK sebesar 40.90% masih dibawah target APK Nasional yaitusebesar 68,02%. Penduduk 16-18 tahun yang belum mengecam pendidikan sampai ke tingkat sekolah
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menengah masih berkisar 50% dari total keseluruhan penduduk usia 16-18 tahun. 4.
Rasio Murid Terhadap Guru Indikator lain yang dapat dipakai untuk mengukur pencapaian kinerja dalam rangka perluasan dan pemerataan akses layanan pendidikan adalah dengan melihat ratio perbandingan antara jumlah siswa/murid pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah guru dan sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Tabel Ratio Murid Terhadap Guru dan Sekolah disajikan dibawah ini : Tabel 4.2Rasio Murid (M) Terhadap Guru (G) dan Sekolah (S) Wilayah
SMA/MA-
Murid
Sekolah
Guru
Ratio
(M)
(S)
(G)
S-M
G-M
S-G
4.531
17
433
266
10,46
25,5
SMK Sumber: Data Primer Dinas Pendidikan Menengah Data rasio pada tabel 4.2. diatas dapat dijelaskan sebagai berikut pada jenjang Sekolah Menengah Atas, dan kejuruan setiap sekolah memiliki murid rata-rata 266 orang, dari 433 guru yang mengajar sebanyak 4.531 murid, maka setiap guru rata-rata mengajar 10 orang murid. Kemudian dari sekitar 433 guru dengan 17 sekolah berarti setiap sekolah memiliki 26 guru. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana (bangunan sekolah) tersedia, guru yang mengajar di sekolah dan daya tampung siswa
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
untuk semua jenjang pendidikan di Kabupaten Mimika dinilai cukup memadai.
5.
Sarana Prasarana Salah satu faktor penting yang menunjang keberhasilan pendidikan adalah ketersediaan sarana prasarana yang memadai dan kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Perkembangan prasarana fisik pendidikan di Kabupaten Mimika sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3Kondisi Gedung Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan
No
Jenjang
1 2 3 4 5 6
TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Jumlah
Negeri 3 319 40 25 35 422
Status Swasta 99 325 51 48 32 555
Jumlah 102 644 91 73 67 977
Kondisi Rusak Baik 95 7 535 109 82 9 61 12 57 10 830 147
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab.Mimika 2011 Mecermati tabel di atas, bahwa dari total 977 ruang sekolah dari TK sampai dengan SMA/SMK, jumlah ruang sekolah swastra relative lebih banyak yaitu 555 ruang . Sementara itu dari 977 ruang sekolah terdapat 147 ruang dalam kondisi rusak. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat demi proses belajar mengajar yang lebih nyaman dan memenuhi standar pelanyanan pendidikan.
147
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Salah satu aspek yang mendukung peningkatan mutu pendidikan adalah mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Di KabupatenMimika jumlah guru tercatat 2.424 orang dengan kualifikasi pendidikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4Jumlah Guru Menurut Kualifikasi Pendidikan Jenjang Kualifikasi Pendidikan D2 D3 S1 Pendidikan SMP SMA/SPG D1 70 30 100 7 15 TK 20 27 60 200 550 150 SD/MI 5 25 65 150 220 SMP/MTs 5 1 1 8 168 SMA/MA 25 1 34 185 SMK 20 132 117 366 749 738 JUMLAH Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab.Mimika
Total S2 -
S3 -
5 5 1 11
1 1
380 1.150 461 187 246 2.424 380
Dari tabel di atas, kualifikasi pendidikan guru dari jenjang pendidikan D3 mencapai jumlah tertinggi yaitu sebesar 749 orang, sementara dari lulusan S1 sebesar 738 orang, D2 sebesar 366 orang, SMA/SPG sebesar 132 orang, S2 sebesar 11 orang, S3 sebesar 1 orang dan lulusan SMP sebesar 20 orang. Sementara itu guru yang sudah mendapatkan pengakuan sebagai guru professional atau guru yang sudah bersertifikasi baik guru, guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah maupun guru yang diangkat kedalam jabatan fungsional yaitu pengawas di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika sampai tahun 2010 dipresentasikan pada tabel dibawah ini :
148
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.5Jumlah Guru Bersertifikasi Menurut Jenjang Pendidikan.
No
Jenjang Pendidikan TK SD SMP SMA SMK Pengawas
1 2 3 4 5 6 Jumlah
Jumlah Guru Bersertifikat Menurut Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010 1 1 5 9 2 2 10 15 3 9 10 9 4 7 8 7 2 4 11 22 14 44
Jumlah
16 29 31 26 6 108
Sumber : Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kab. Mimika tahun 2010
7.
Jumlah Sekolah RSBI dan SSN SBI (Sekolah Bertaraf Internasional), RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), RSSN (Rintisan Sekolah Standar Nasional) dan SSN (Sekolah Standar Nasional) merupakan salah satu bentuk unggulan dalam peningkatan mutu, relevansi dan daya saing. Berkembangnya SBI, RSBI, RSSN dan SSN di Kabupaten Mimika diharapkan dapat memberikan imbas positif terhadap perkembangan sekolah lain dan perkembangan mutu pendidikan di daerah ini. Namunjumlah sekolah di Kabupaten Mimika yang sudah diakui sebagai sekolah berstandar nasional maupun internasional masih sangat sedikit, sehingga upaya-upaya untuk mendorong dan memotivasi sekolah memenuhi persyaratan sekolah berstandar nasional dan internasional perlu terus dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika.
149
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
Analisis Data
1.
Kondisis Awal Profesionalisme Guru Tangapan masyarakat mengenai pendidikan di Mimika- papua selalu saja ada yang membanding-bandingkan pendidikan tempo dulu-dulu dengan pendidikan jaman sekarang. Dalam berbagai kesempatan dan bebagai perjalanan ke Papua entah di wilayah Mimika maupun seluruh papua, ketika kita bertanya kepada para guru maupun praktisi pendidikan, jawaban yang mereka lontarkan yaitu pendidikan saat ini mudur. Tidak heran, jawaban itu juga dikemukaan oleh kepala daerah papua soal pendidikan ironisnya, kemuduran itu justru dijadikan pembading masa penjajahan Belanda lebih dari puluhan tahun silam. Oleh karena itu mantan kepala SD inpres Kwamki baru Timika, Cantius Amareyauw kondisi ini tanpa keraguan mudurnya pendidikan “Ia sulit membayangkan bagimana pendidikan di Mimika tidak bisa maju, sedangkan dia yang pernah mengajar di ibu kota kabupaten saja sulit mengakses materi pelajaran. Kondisi tersebut sunggu jauh berbeda ketika masa Belanda di papua, lebih dari puluan tahun yang lalu. Saat itu, buku-buku pelajaran hingga perabot kelas dicukupi sehingga guru relatif mengajar”. Tetapi kondisi anak-anak Mimika saat ini tidak beranjak dari masa lalunya buta huruf dan angka. Kondisi tersebut hampir sama dengan setengah abad silam bahkan mutu pendidikan lebih buruk lagi. Di pendalaman banyak sekolah tidak berpodasi, gedung tanpa guru yang lebih suka keluyuran di kota sambil menunggu gaji buta.
150
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yang diungkapkan penciunan guru Sabinus Bokeyauw “mutu pendidikan di papua khususnya Mimika jauh menurun, guru-guru tidak lagi jiwa mengabdi untuk membuat anak-anak menjadi pintar, setidaknya bisa membaca dan menulis. Kalau masa belanda, disiplin belajar-mengajar diterapkan dengan ketat, termasuk mencari murid jika tidak masuk sekolah. Kini jauh melonggar guru-guru yang mengabdi stengah mati seorang diri dan mengajar enam kelas sekaligus di pendalaman diperlakukan sama dengan yang tidak pernah mengajar di sekolah, tidak ada sangsi tegas “ jika dulu tidak mengajar satu kali saja gaji sebulan ditahan, apa lagi ke kota pasti dimarahi pastor dan disuruh kembali di kampung” yang berprinsip menerima gaji buta sama dengan mencuri”. Apa lagi saat ini pengawas sekolah yang tidak berfungsi dan banyak pengawas yang tidak pernah tahu lokasi sekolah yang diawasinya, mereka tidak pernah datang dan membiarkan guru-guru meninggalkan sekolah atau tugas. Pengembangan pendidikan kota dan kampung yang faktanya bahwa semestinya tidak terjadi, karena keseimbangannya tidak saling seimbang kota semakin maju pertumbuhan pendidiknya dan pendidikan dibagian kampung masih ketertinggalan. Dengan kondisi seperti itu sebenarnya sebagai seorang guru harus memiliki belas kasih dan ketabahan, karena polosok desa ini mengadapi tantangan jadi menyukai tantangan berarti guru tersebut menyelamatkan banyak generasi muda pedalaman Mimika Papua. Apabila seorang guru tidak menyukai tantangan dan tidak memiliki belas kasih, maka apa yang
151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
terjadi tidak menempati tugas dan hanya tinggal di kota sampai habis bulan ambil gaji begitu saja tanpa bersalah, sehingga para siswa juga tetap begitu dan tidak berkembang. Jadi seorang guru yang bertugas di sekolah mempunyai strategi yang khusus agar tidak terjadi penyelewengan dan tidak menempati tugasnya akibat dari pada itu bisa saja membatasi semangat belajar siswa dan tidak memotivasi dengan baik. Untuk mengatasi persoalan pendidikan di Mimika, perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat Mimika untuk meningkatkan daya saing antara kota-kota lain di Papua dan pada umumnya di Indonesia, apabila pendidikan Mimika ini memberi pupuk dengan baik maka kualitas tamatan pasti tidak jauh berbeda dengan tamatan kota lain. Tempo dulu guru selalu aktif bahakan guru yang cari siswa bila siswa tidak masuk satu kali saja. Sistem pendidikan lebih maju karena, para guruguru dulu kerja keras. Dan juga di Papua dulu satu dua guru bisa menganagani satu sekolah dengan ketekunan dan pengabdian kepada masyarakat Papua. Masalah pengawasan/ kontrol dari Pemerintah daerah tidak ketat terhadap para guru di zaman globalisasi ini. Pada hal ada guru yang nakal, tidak mengajar asal trima gaji, hal ini terjadi di seluruh Papua tidak terkeuali. Hanya satu dua guru yang stenga mati mengabdi memberikan pelayanan pendidika. Contohnya ada guru di papua yang bisa mengajar seorang diri kelas satu sampai kelas eman.
152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Contoh kasus lain yang nyata adalah terjadi di distrik/ kecamatan Agimuga Kabupaten Mimika beberapa tahun lalu saat kunjungan tim kampanye penduli pendidikan papua dipinpin oleh Paul Sugiyo dari Binterbusi Semarang. Menemukan bahwa gedung sekolah distrik agumuga tidak ada guru satu pun dan anak-anak hanya datang ke sekolah bermainmain lalu pulang. Hal ini terjadi karena, lemanya pengawasan dari pemerintah daerah Mimika dalam hal ini Dinas pendidikan Kabupaten Mimika.
2.
Pemberdayaan Guru oleh Dinas Pendidikan Seandainya mental dan moral para birokrak yang ada di Mimika Papua mulai dari Bupati daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat tingkat Daerah (DPRD), dan Dinas Pendidiakan sebagai pengambil kebijakan untuk meningkatkan tingkat mutu
pendidikan di tanah Mimika Papua, dan
sampai pelaksana teknis seperti kepala sekolah untuk lingkungan sekolah “baik/ jujur/ adil” maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan di Mimika Papua yang nantinya akan lahir SDM Mimika Papua yang handal. Namun kondisi dan fakta dari Dinas pendidikan Kabupaten Mimika sama sekali tidak ada dalam hal peningkatan kinerja guru SMA. Hal ini sangat jelas bahwa data maupun fakta fasilitasi guru-guru mengikuti sertifikasi pun belun jelas.
153
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bisa saja melalui sosialisasi tentang kinerja guru kepada para guruguru, sehingga sejak guru itu bisa mendapat pendidikan dan ilmu yang lebih tinggi. Karena waktu ini adalah masa emas bagi para guru dalam membentuk kecerdasan dan krakter SDM. Masalah guru sangat fital dalam dunia pendidikan Mimika Papua, andai sebuah sekolah memiliki fasilitas sekolah dan dilengkapi dengan lap komputer, lap bahasa inggris, perpustakaan, gedung sekolah yang mewah, guru juga lengkap dengan kualifikasi pendidikan sarjana(S1). Tetapi kopetensi masih di bawah standar apakah perkembangan pendidikan akan tetap terjaminkah? Apalagi guru dengan kualifkasi
sarjana(S1) bukan
pendidikan sosial yang justru belakangan ini mendominasi semua satuan pendidikan mulai dari TK, SD, SMP dan SMA/SMK yang ada di tanah Mimika Papua. Apalagi guru yang angkat menjadi PNS dengan ijasah palsu padahal SMA aja belum lulus, ini aja perlu diperhatikan dan mau dibawa kemana pendidikan di Mimika Papua ini. Persoal seperti ini perlu menjadi perhatian serius oleh Dinas Pendidikan dan terlebih lagi oleh pemerintah daerah dan tujuanya adalah biar ada terobosan-terobosan baru untuk mengatasi masalah guru baik kopetensi dan kesejahteraannya. Perlu dibahas adalah fasilitas serkolah, seperti gedung sekolah dilengkapi dengan perpustakaan yang memadai, buku pelajaran sesuai kurikulum, dan alat-alat pembantu lainnya. Untuk konteks Papua yang perlu diperhatikan adalah kopetensi guru, jika guru itu profesional dan memiliki kemampuan dalam bidang
tertentu, maka guru tersebut pastinya akan
154
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
membawa perubahan dalam hal mengoperasikan dan menggunakan alat-alat sekolah dan juga guru yang andal pastinya menciptakan suasana kelas yang hidup serta memberi pemahaman terhadap siswa. Tetapi kenyataanya mala pemerintah buta dalam perhatikan pendidikan di Kabupten Mimika karena hasilnya masih nol dan harus mulai dari awal masalah pendidikan di Kabupaten Mimika.
3.
Pembinaan Guru-Guru Oleh (LPMAK) Undang-Undang
Republik
IndonesiaNomor
14
Tahun
2005
ketentuanumum dalam Bab 1 pasal 1 poin ke 18menyatakan bahwa Masyarakat adalah kelompok warga negara indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. I.
Misi dan Visi LPMAK Misi berupaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosialekonomi masyarakat suku Amungme dan Kamoro serta lima kekerabatan yang berdomisili di kabupaten Mimika, melalui kemitraan dengan pemerintah, lembaga adat, lembaga agama, dan lembaga lainnya serta memastikan bahwa pengelolaannya berkesinambungan. Berfokus
pada
pemberdayaan
masyarakat
yang
partisipatoris
berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan buaya di bidang pendidikan, kesehatan, ekomoni kerakyatan, dan bidang lainnya yang sesuai dan semuanya dapat menciptakan rasa aman bagi lingkungan sekitar.
155
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Visi mendambakan masyarakat suku Amungme dan suku Kamoro serta lima suku kekerabatan suku lainnya, yakni suku Dani, Damal, Nduga, Moni dan Mee yang berdomisili di wilayah Kabupaten Mimika telah berhasil mencapai tingkat kualitas hidup yang layak, sejahatera lahir dan batin serta berperan sebagai penggerak pembangunan secara berkelanjutan. Sesuai dengan misi-visi diatas LPMAK bergerak di bidang pendidikan melalui biro pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Lembaga ini telah melakukan bebagai terobosan dalam pendidikan. Upaya yang dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di Kabupaten Mimika adalah program beasiswa, pengelolaan asrama, kerja sama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, dan kerja sama dengan lembaga mitra pendidikan.
II.
ProgamBeasiswa Jenis biaya yang diberikan terkait beasiswa bagi palajar/ maahasiswa antara lain biaya hidup, biaya pendidikan, dana bantuan tahap hakir studi, transportasi pesawat dan bantuan kesehatan dan kematian bagi program beasiswa. Selain itu biaya yang diberikan bagi TK dan SD di daerah terpencil Kabupaten Mimika yakni sarana prasarana pendidikan, bantuan tenaga kependidikan, transportasi, insentif dan perumahan guru. Peserta beasiswa asal tujuh suku per Desember 2005 telah mancapai 5. 435 orang. Namun pada tahun 2006 telah melakukan monitoring ke seluruh lembaga
156
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
studi di mana pelajar/ mahasiswa itu mengenyam pendidikan. Hasilnya, banyak mahasiwa tidak aktif sekolah maka dihentikan beasiswanya. Dengan demikian peserta beasiswa perdesember 2007 sangat menurun yakni mencapai 681 peserta. Peserta beasiswa LPMAK ini terbesar di 157 lembaga studi.
Tabel 4.6 Peserta Beasiswa LPMAK Menurut Suku dan Jenjang Pendidikan No
Jenjang Studi
Suku
Amungme
Komoro
Damal
Dani
Mee
Jumlah
Moni
Nduga
Papua
Papua lain
1
SD
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
2
SLTP
5
-
-
-
2
2
-
2
-
9
3
SLTA
45
27
7
10
13
14
6
-
-
123
4
D1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
5
D2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
6
D3
5
5
-
4
2
2
-
-
1
19
7
S1
147
61
24
131
65
47
28
9
9
521
8
S2
2
-
2
-
1
1
1
-
-
7
9
S3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
10
NA
1
-
1
-
-
-
-
-
-
2
205
93
34
145
83
65
35
11
10
681
Total
Sumber: profil organisasi LPMAK
Sementara data matrikulasi tahun 2007/2008 berjumlah 135 orang yang tersebar di beberapa lembaga studi, yakni Unipa Manokwari: 28 mahasiswa/ i, Unsrat Manado: 40 mahasiswa/ i, Unklap Manado: 25 mahasiswa/ i, Sanata Dharma Yogyakarta: 20 mahasiswa/ i, dan Widya
157
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Madala Surabaya: 22 mahasiswa/ i,. Selain itu, pelajar yang mengikuti matrikulasi di semarang: 25 sisiwa/ i dan SMA Tompaso: 35 siswa/ i. LPMAK telah mengentikan beasiswa bagi peserta beasiswa berstatus karyawan swasta dan pegawai PNS. Sistem pemerimaan peserta beasiswa dilakukan dengan seleksi penyaringan oleh lembaga studi yang sudah bekerja sama dengan LPMAK. 1.
Pengelolaan asrama Dalam pengelolaan asrama LPMAK bekerja sama dengan yayasan
pendidikan yang memiliki pengalaman dalam mengelola asrama seperti Keuskupan, Yayasan PESAT dan Binterbusih. Asrama milik LPMAK sebanyak delapan unit yakni empat unit di Timika, dua unit di Kaokanao yang semuanya di kelola oleh Gereja Katolik Keuskupan Timika dan Yayasan PESAT, dua unit lainnya berada di Semarang Jawa Tengah. LPMAK juga mengontrak satu unit asrama di Manado untuk 14 orang mahasiswa lulusan SMA Lokon Manado dan Tompaso. Dua unit asrama (putra-putri) dihibahkan ke Keuskupan Timika. 2.
3.
Kerjasama dinas P dan K kabupaten Mimika a.
Peningkatan mutu dan kualitas guru MIPA tingkat SLTA
b.
Seleksi peserta Olimpiade MIPA bagi pelajar SLTA di Mimika
c.
Peningkatan mutu pengelolaan pendidikan Dasar di Mimika
d.
Dukungan Helicopter bagi guru-guru di Pendalaman Mimika.
Kerjasamadengan lembaga mitra pendidikan.
158
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a.
Bantuan dana kepada yayasan pengelola pendidikan di Kabupaten Mimika yakni YPPK, YPPGI dan yayasan Adven untuk pembangunan sarana dan prasarana serta perbaikan mutu pengelolaan pendidikan di masing-masing lembaga.
b.
Kerja sama dengan Keuskupan Timika untuk program Guru kontrak yang ditugaskan di sekolah-sekolah dasar pesisir Mimika.
c.
Kerja sama dengan lembaga studi terakreditasi seperti UNIPA Manokwari Papua, Unika Semarang Jawah Tengah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, UNIKA Widya Madala Surabaya, UNKLAB Manado, UNSRAT Manado, St. Nikolaus Lokon Manado, Uncen Jayapura dan Ikopin Bandung serta Institute Nemangkawi Timika.
d.
Kerja sama dengan lembaga peduli pendidikan (MBE), Edu Bisnis Consulting (konsultan penyusunan RPJM/RPJP Biro pendidikan) dikutip dari (profil organisasi LPAMK hal: 18).
III.
Peran LPMAK Peningkatan Kinerja Guru Karena itu polityic education, oleh berbagai lembaga keagamaan, lembaga peduli pendidikan, LPMAK dan organisasi kepemudaan lainnya penting terus berupaya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Mimika-Papua untuk memenuhi hasil yang signifikan.
159
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A.
Membagun profesionalisme guru Komitmen LPMAK menunjukkan bahwa berperan dalam upaya meningkatkan mutu sember daya manusia di Kabupaten Mimika melalui pendidikan. Sebagai investasi jangka panjang, guru memegang peranan kunci bagi peningkatan kualitas sember daya manusia. Prakarsa Biro Pendidikan LPMAK dalam program pengembangan profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah akan strategis bagi pembangunan bangsa yang berkelanjutan dan memberikan wujud nyata bagi peningkatan kualitas pendidikan kabupaten mimika. Hal itu tercermin dari Biro Pendidikan LPMAK penyelengaraan program pengembangan profesionalisme guru dan kepala sekolah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) secara berkelanjutan. Angkatan pertama KTSP telah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan dan telah berakhir pada Januari 2009. Sebagai kelanjutan, Biro Pendidikan LPMAK kembali menyelengarakan pelatian sejenis untuk angkatan II, lokakarya I (tahap I) untuk angkatan II diselengarakan pada tanggal 21 hingga 24 juli 2009. Dalam lokakarya ini setiap peserta telah melakukan tugasnya dengan baik sehingga diharapkan selanjutnya peserta dapat menerapkannya di sekolah masing-masing. Pada kegiatan tahap II, yang menurut rencana akan diselengarakan pada oktober-november 2009, para fasilitator didampingi oleh staf Biro Pendidikan LPMAK akan melakukan observasi kelas/ sekolah
160
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
para peserta untuk melihat secara nyata bebagai hasil yang dapat dicapai maupun kendala yang mungkin dihadapi oleh para guru dan kepala sekolah. Guna memastikan keberlanjutan semangat belajar para guru dan kepala sekolah ini, maka setiap peserta diharakan agar terlibat bahkan sedapat-dapatnya menjadi penggerak dalam komunitas belajar para pendidik di Kabupaten Mimika. Semua upaya ini bertujuan untuk mengembangkan kualitas pendidikan bagi anak-anak Papua, khususnya di Kabupaten Mimika. Konsultan Biro pendidika LPMAK, Prof Dr Anita Lie mengatakan, manfaat dari KTSP diantara membekali dan memberdayakan guru-guru dan pimpinan di sekola-sekolah Di Kabupaten Mimika dalam program pengembangan kompetensi dan profesionalisme. Selain itu membekali guruguru dan kepala sekolah dengan referensi tentang konsep-konsep, paradigma, dan best practices dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pengajaran. Program bimbingan guru-guru dan pimpinan kepala sekolah untuk melaksanakan refleksi dan evaluasi atas praktik-praktik mereka sendiri di sekolah. Tapi juga membekali dan memperdayakan guru-guru dan pimpinan kepala sekolah untuk melaksanakan perubahan positif dan signifikan dalam praktik-praktik pengajaran di kelas atau praktik manajerial di sekolah serta membekali dan memperdayakan guru-guru dan pimpninan kepala sekolah untuk menjadi agen perubahan bagi guru-guru lain dan membentuk komunitas belajar para pendidik (buletin landas edisi 41/tahun iv/2009:5).
161
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
LPMAK Fasilitasi Guru Studi Banding LPMAK tidak hanya semata-mata berikan beasiswa dan sarana prasarana namun menfasilitasi guru-guru yang terbaik menurut lembaga tersebut, mengirim ke surabaya. Hal ini upaya yang terus perkelanjutan sampai tuntaskan masalah kualitas pendidika di kabupaten Mimika-papua. LPMAK secara resmi mengirim sepuluh guru terbaik yang mengikuti beberapa tahap pelatihan Kurikulum satuan tingkat pendidikan yang diadakan oleh biro pendidikan LPMAK. Guru adalah hal yang paling penting dalam pendidikan karena merupakan agen perubahan. Guru adalah pangilan jiwa yang tidak ternilai. Semangat itu yang mendorong LPMAK untuk mengumpul guru-guru dari pendalaman maupu di Kota se-Mimika, sekaligus wujud apersiasi kepada para guru. Para guru dengan fasilitas yang sangat terbatas tetapi tetap dapat memberikan yang terbaik bagi anak-anak didik. Bapak dan Ibu guru juga sudah mengikuti KTSP maka akan terlihat sendirinya persamaan dan perbedaan situasi pendidikan antara Kabupaten Mimika dan di Surabaya, dan selanjutnya mengikuti progran ini, para guru diharapkan dapat menularkan pengetahuan dan pengalaman kepada guru-guru lainnya di tempat tugas (buletin landas LPMAK edisi 48/2010:5).
162
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C.
Pemberdayaan dan Pembinaan Oleh LPMAK Hasil pemberdayaan dan pembinaan oleh LPMAK Tabel 4.7 Daftar Nama Pelatihan Gasyng Tahun 2013 No 1
Nama Eda Rumkel
Asal sekolah SD YPPK Manasari
Keterangan Kontrak Keuskupan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Emanuel Walon Baltasar Koa Frans Solle Ratna Veronika Adrian Thina Tsolon Luter Wojari Dedy Pasula Mewin Rahalus Maria Gereti Manuk Maria Ohoiwutun Nonsiata Wee Bernolpus Welerebun Matias Kiwan Ferdi V Jemahat Juliana Dogopia Maria Yuneta Beatrix D. Warawarin Yohanes Ado Hokon Fransiskus Ohoiwutun Yasinta Moke Hendrikus Malen Rikardus Obaris Hendrikus Nalim Mensianus Harman Yosifus Elferus Kende Rufinus Andir Siprianus Rhaki Agustina Salwati Stefanus Gebze Abdon T. Nenotek Ferdinan Takesan Yosep Kaise Hidayat Balu Marten Yamco Marius Hesegem Andries Palambu Klaudis Lisias Liborius Amkorep Philipus Lefteuw Melkianus Here
SD YPPK Manasari SD YPPK Otakwa SD YPPK Otakwa SD YPPK Kiliarma SD YPPK Amungun SD YPPK Amungun SD YPPK Aramsaulki SD YPPK Mioko SD YPPK Atuka SD YPPK Timuka SD YPPK Keakwa SD YPPK Kakonao SD YPPK Kakonao SD YPPK Ipaya SD YPPK Amar SD YPPK Amar SD YPPK Mupuruka SD YPPK Wumuka SD YPPK Akar SD YPPK Akar SD YPPK Kipia SD YPPK Kipia SD YPPK Taparmai SD YPPK Aindua SD YPPK Aindua SD YPPK Yapakopa SD YPPK Potowaiburu SD YPPK Potowaiburu SD Inpres Tsinga SD Inpres Tsinga SD Inpres Bibilawak SD Inpres Anowarop SD Inpres Anowarop SD Inpres Jagamin SD Inpres Jagamin SD Inpres Hoya SD Inpres Jila SD Inpres Sumapro SD Inpres Wapu SD Inpres Wapu
Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan PNS Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan PNS Kontrak Keuskupan PNS Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan PNS PNS Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan PNS Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan PNS PNS Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS Kontrak Keuskupan Kontrak Keuskupan PNS PNS PNS
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42 Kristina Goo 43 Yulliana Tadu 44 Yulin B. Suebu 45 Thomi Tsolme Sumber: LPMAK , Mimika
SD Inpres Jita SD Inpres Jita SD YPJ MPCC
PNS PNS PTFI MPCC
Warshop Pengawas Tentang Supervisi Akademik dan Manajerial 2013 Tabel 4.8 Daftar Nama Pengwas dan Tim di Yogyakarta No
Nama peserta
Bidang pengawasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Wiji Utami Meike Palandi Petrus Pedro Nong Wawa Alexander Jamlay Batmomolin Redemtor Eduardus Kasihiu Silfester Halyanan Condradus Warawarin Hendrikus Tifi Syamsiah Jacobus Soway Apollo Rahawarin Petrus Yatanea Susana Rahawarin Efraim Saria Modestus Romrime Dommigus Kapiyau Lukas Berkat Parulian Gulton Titus Kemong Lodefikus Saklil Rosalina Okoseray Markus Wora Jumlah sumber: LPMAK , Mimika
TK TK SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SD SMP SMP SMP Kasubdin Kaur Kaur Kep. Biro Kabak Biro CCB PTFI Staf Biro
P/L P P L L L L L L L P L L L P L L P L L L L P L
Tabel 4 .9 Daftar peserta worshop inplementasi pandai matematika gasing 6-12 Februari 2014 No 1 2 3 4 5
Nama Willim Bagau Ayup Giyai Marthen Yanco Nico Bunai Yosep Kaize
Asal Sekolah SD Inpres Jagamin SD Inpres Jagamin SD Inpres Jagamin SD Inpres Arwanop SD Inpres Arwanop
164
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Joni Takesan Maryanto Arie Newe Renia Nggasual Yulius Piligame Ruben Kadepa Siprianus Kegey Friska Limentiane Simon Yoseya Piligame Yongky Otemusuh Ahmadyani Isak Omabak Absalum Esegem Apran Ninggamer Markus Lepang Alfonsina O Sorontou Angelus Degey Yahya Mote Sanjaya Silaban Jack Dendegau Janius Hanas Iplina Magal Soeleman Radukan Mince Kaize Agus Kogoya Noh Faot Sri Anita Lamber Solme Enesta tenau Yusuf A. Benggu Petrus syufi Ponsiua Hunganwarin Yobabda Way Inri Sumule Titus Onoyama Maria Pogolamun Raden Dini Anastasi Kibak Rosina Linda Holbala Wyo Lianti Taliwuna Fransiska Anggaibak Paulus Pasule Eduardus Dini Markus Pigome Milkeda Yakim Palina Pigome Aryanti Manggoa
SD Inpres Arwanop SD Inpres Arwanop SD Inpres Arwanop SD Inpres Arwanop SD Inpres Jila SD Inpres Jila SD Inpres Jila SD Inpres Jila SD Inpres Jila SD Inpres Jila SD Inpres Bela SD Inpres Bela SD Inpres Banti SD Inpres Banti SD Inpres Banti SD Inpres Hoya SD Inpres Hoya SD Inpres Hoya SD Inpres Hoya SD Inpres Hoya SD Inpres Hoya SD Inpres Tsinga SD Inpres Tsinga SD Inpres Tsinga SD Inpres Tsinga SD Inpres Tsinga SD Inpres Sumapro SD Inpres Sumapro SD Inpres Sumapro SD YPPK Belakmakama SD YPPK Belakmakama SD YPPK Belakmakama SD YPPK Belakmakama SD YPPK Belakmakama SD YPPK Belakmakama SD YPPK Belakmakama SD YPPK Putsyinara SD YPPK Putsyinara SD YPPK Putsyinara SD YPPK Putsyinara SD YPPK Putsyinara SD YPPK Putsyinara SD YPPK Putsyinara SD YPPK Balujaulki SD YPPK Balujaulki SD YPPK Balujaulki SD YPPK Balujaulki SD YPPK Balujaulki
165
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54 55 56
Deky Deikme
SD YPPK Balujaulki SD YPPK Balujaulki SD Inpres Wapu
Rano Samsul Bahri sumber: LPMAK , Mimika
Tabel 4. 10 Daftar Peserta beasiswa LPMAK Berdasarkan Tahun Keterangan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Total 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah peserta aktif 557 616 618 723 734 3248 per- desember Jumlah peserta di 150 77 63 69 61 420 hentikan Jumlah peserta lulus 90 63 62 64 93 372 Total jumlah peserta 797 756 743 856 888 setiap tahum
4.
Hasil pemberdayaan guru oleh Dinas P & K dan LPMAK
Terlebih lagi dengan adanya kewajiban untuk memenuhi target-target materi kurikulum tertentu yang seringkali menimbulkan rasa stress, baik guru. Demi mengejar target materi, seringkali terjadi pemaksaan penjajaan materi kepada siswa. Mengerti atau tidak mengerti apa yang telah disampaikan guru, menjadi urusan belakangan.
Beban lain yang harus ditanggung guru yaitu menyangkut kewajiban membuat berbagai perangkat administrasi yang sudah secara baku dan bermacam-macam jenisnya. Bahkan ada persepsi bahwa guru yang baik adalah yang memiliki administrasi lengkap. Dari sini timbul sikap pragmatis, yang penting administrasi bagus, meskipun pada kenyataannya, antara yang tertulis dalam administrasi dengan pelaksanaan, sesungguhnya sangat bertolak belakang.
166
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hal yang mendasar dan menjadi persoalan utama guru adalah menyangkut kesejahteraannya. Tunjangan fungsional yang diskriminatif dibandingkan dengan profesi lain telah menimbulkan rasa cemburu di kalangan guru. Selain itu, berbagai kasus pemotongan gaji untuk kepentingan yang tidak masuk akal seringkali terjadi. Begitu juga, prosedur kenaikan pangkat yang berbelit-belit dan selalu berakhir dengan pungutanpungutan yang tidak jelas, kiranya semakin melengkapi rasa frustrasi guru.
Akumulasi berbagai persoalan yang dihadapi guru berdampak luas terhadap melemahnya kinerja guru. Guru melaksanakan tugas semata-mata sebagai rutinitas, tanpa disertai proses kreatif dan inovatif. Sudah bisa hadir di kelas pun di anggap cukup. Sekali-kali tidak masuk kelas dan hanya diwakili oleh tugas yang harus dikerjakan siswa, masih dianggapnya wajar. Pemberian evaluasi kepada siswa berjalan seadanya, manakala hasil ulangan jeblok pun, tidak perlu lagi usaha untuk meneliti kenapa terjadi kegagalan, apalagi berusaha mencari pengentasannya. Bahkan berdampak pula terhadap relasi antara guru dengan siswa yang terasa senjang. Guru tidak peduli lagi apa yang terjadi dengan siswa, baik tentang kondisi fisik, kesehatan, kesulitan, kebutuhan, minat, perasaan, kemampuan maupun harapan-harapannya. Yang jelas, kalau ada siswa yang tidak hadir atau ngantuk di kelas tetap akan dianggap sebagai tindakan indisipliner yang perlu diberi sanksi.
167
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Fenomena yang mencerminkan larut marutnya wajah pendidikan Mimika dan keterpurukan guru semacam itu harus ditebus mahal dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia seperti sekarang ini, yang tentunya semua itu harus segera berakhir, jika kita semua ingin menjadi orang yang terhormat, sejajar dengan orang-orang lain yang sudah lebih dulu maju.
Sejalan dengan hadirnya gerakan reformasi di tengah-tengan kehidupan kita, maka perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan sistem pendidikan harus dilakukan, termasuk di dalamnya usaha untuk menempatkan guru sebagai kunci utama keberhasilan pendidikan. Seyogyanya guru diberikan otonomi yang lebih luas dalam melaksanakan berbagai tugas, fungsi dan kewajibannya, sehingga tidak lagi harus terpaku pada pola-pola yang dibakukan, seperti berbagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang menyebabkan kreativitas guru menjadi terpasang. Guru harus didorong berbuat lebih kreatif dan inovatif untuk menemukan sendiri berbagai metode dan cara baru yang paling sesuai dan tepat dalam proses pembelajaran, yang ditujukan demi keberhasilan para siswanya.
Berbagai bentuk ganjalan yang berkaitan dengan kesejahteraan guru hanya bisa dilakukan melalui komitmen dari pemerintah daerah, untuk menempatkan guru sebagai profesi yang berhak mendapatkan penghargaan dan balas jasa yang layak. Pemberian tunjangan tidak dilakukan secara diskriminatif lagi, sehingga tidak terjadi lagi berbagai kesenjangan yang
168
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
lebar, baik antara guru dengan guru itu sendiri, guru dengan dosen, maupun guru dengan profesi lainnya.
Berbagai bentuk pemarasan terhadap guru, dengan cara apa pun tidak bisa dibenarkan lagi dan harus segera dihentikan. Birokrat yang masih bermental korup sudah waktunya untuk tidak diberi tempat lagi, karena bagaimana pun, guru saat ini sudah sanggup menunjukkan sikap kritis dan keberaniannya untuk mengambil sikap yang terbaik bagi dirinya.
Akhirnya, sejalan dengan upaya pemberdayaan guru, baik dari segi kinerja maupun kesejahteraannya, maka harapan untuk terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi kenyataan, yang pada gilirannya nanti akan terbentuk manusia-manusia yang sanggup menjadi pelopor pembangunan di daerah Mimika, dengan memiliki dan wawasan sanggup berkiprah secara lokal maupun nasional.
1) Hasil pemberdayaan guru oleh Dinas P & K Berbicara mengenai hasil pemberdayaan guru akan muncul banyak pertanyaan. Mengapa demikian karena, Mimika banyak rupiah yang brgulir dalam jumlah besar namun, kualitas pendidikan sangat tertinggal jauh. Hal ini terjadi karena pihak berwenang yaitu Dinas Pendidikan tidak penduli dengan kondisi para guru yang ada di Kabupaten Mimika. Setidaknya Dinas pendidikan memberi pelatian, fasilitas belajar, biaya hidup dan fasilitasi para guru mengikuti sertifikasi guru, agar para guru-guru meningkatkan semangar mengajar demi kemajuan SDM Kabupaten Mimika
169
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan bersaing dengan kota-kota lain. Tetapi kenyataan tidak ada hasilnya yang jelas, di mana selama ini target pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan. Pemerintah hanya bolak-balik jakarta-mimika dan tidak perhatikan kemajuan dan kesejahtraan bagi para guru sehingga kondidi pendidikan
Kabupaten
Mimika
sangat
memperburuk,
juga
tidak
berkembang maju.
2) Hasil pemberdayaan guru oleh LPMAK Kehadiran LPMAK bagaikan malaikat di tengah masyarakat tujuh suku sehingga masyarakat bisa meraskan pentingnya pendidikan bagi generasi muda Mimika. LPMAK memberikan hasil yang positf bagi siswa maupun para guru karean, LPMAK membiayai dan memfasilitasi para guru untuk mengikuti pelatihan.
C.
Profil Sekolah
1.
SMA NEGERI I TIMIKA SMA Negeri I Mimika ini merupakan salah satu SMA Negeri yang berada di Kota Mimika yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Pendidikan Menengah. SMA Negeri I ini berlokasi di Jl. Yos Sudarso kotak Pos 68. SMA Negeri 1 Mimika atau sekarang lebih dikenal dengan SMA RSBI Negeri 1 Mimika. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1991 ini merupakan sekolah menengah atas pertama di kabupaten Mimika. SMA
170
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Negeri 1 Mimika berdiri pada tahun 1991 dan pada saat itu sekolah ini bernama SMA Negeri 4 Fakfak karena Timika masih merupakan bagian dari kabupaten Fakfak. SMA Negeri 1 Mimika atau sering disebut ‘smansa’ ini juga, merupakan sekolah pertama dan satu-satunya di kabupaten Mimika yang mendapat predikat RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau RSBI adalah suatu program pendidikan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional yang berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, yang menyatakan bahwa
Pemerintah
dan/atau
Pemerintah
Daerah
menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Sebagai sekolah pertama dengan awal yang cukup matang, serta predikat RSBI yang didapatkannya, SMA Negeri 1 Mimika bisa dikatakan salah satu sekolah terfavorit di kota Timika. SMA Negeri 1 Mimika telah banyak memberikan sumbangsih positif terhadap kemajuan potensi SDM Papua khususnya Kabupaten Mimika. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa-siswi berprestasi yang berhasil dicetak dari sekolah ini. Sebagai salah satu tujuan utamanya, SMA Negeri 1 Mimika selalu mengupayakan dan berusaha memberikan hasil yang terbaik dalam memajukan potensi putra-putri daerah Kabupaten Mimika.
171
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tetapi yang belajar di SMA Negeri 1 Mimika sebagian besar merupakan siswa-siswi pendatang yang berasal dari wilayah di luar Papua sedangkan yang berasal dari daerah Papua hanya sebagian kecil saja. Maka SMA Negeri I Mimika belum bisa meningkatkan sumber daya manusia yang berasal dari Papua, karena hal itu disebabkan oleh banyaknya sumber daya manusia yang berasal dari luar daerah Papua. Sekolah ini juga memiliki sebuah motto sederhana yaitu ‘3S’(Senyum, Sapa, Salam). Tujuan dari motto ini adalah membangun sikap ramah, aman, dan anti kekerasan antar anggota SMA Negeri 1 Mimika. Tidak hanya mencerdaskan para siswa-siswinya, tetapi SMA Negeri 1 Mimika juga berusaha membentuk pribadi siswa-siswinya yang tetap menjunjung nilai kesopanan, keramahan, keamanan/antikekerasan dan kedisiplinan. Dengan motto ini, diharapkan seluruh anggota keluarga besar SMA Negeri 1 Mimika dapat terus menerapkannya di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Melekatnya motto ini di dalam hati setiap anggota keluarga SMA Negeri 1 Mimika akan membentuk pribadi yang baik disetiap siswasiswinya dan merupakan ciri khas yang membedakan SMA Negeri 1 Mimika dengan sekolah-sekolah lainnya. Selain itu SMA Negeri 1 Mimika memiliki beberapa fasilitas penunjang proses belajar-mengajar dan fasilitas lainnya. Antara lain 26 ruang kelasyang dilengkapi sebuah proyektor per kelasnya, sebuah musholah,
perpustakaan,
laboratoriumbahasa,
laboratoriumbiologi,
laboratoriumfisika, laboratoriumkimia, laboratoriumkomputer, lapangan
172
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
olahraga, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kesehatan, ruang badan kesiswaan, ruang kesiswaan, ruang tata usaha, kantin, pos satpam, wc, lahan parkir motor dan mading (majalah dinding). Dengan fasilitas-fasilitas yang cukup memadai, SMA Negeri 1 Mimika selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam mengembangkan potensi siswa-siswinya, baik dari segi akademik maupun nonakademik.
Tabel. 4.1Jadwal Proses Belajar Mengajar Jadwal Proses Belajar Mengajar SMA Negeri I Mimika Hari Jam Keterangan Senin Pukul 07:00-13:30 07:00 Upacara Selasa Pukul 07:00-13:30 Rabu Pukul 07:00-13:30 Kamis Pukul 07:00-13:30 Jumat Pukul 07:00-11:15 07:00-08:00 Senam Sabtu Pukul 07:00-13:30 Catatan: Untuk kegitan diluar jam pelajaran/ ekstrakurikuler ditentukan sesuai kebutuhan.
Sumber: hasil foto observasi SMA Negeri 1 Mimika Tahun 2014
2.
SMA ADVENT TIMIKA SMA Advent Timika merupakan salah satu SMA Swasta yang berada di Kota Mimika yang dikelola oleh yayasan swastadan Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Pendidikan Menengah. SMA Advent ini berlokasi di Jl. C. Heatubun nomor 3, yang didirikan pada tahun 2000 dengan agenda kegiatan belajar mengajar dipagi hari. Bangunan sekolah ini merupakan milik yayasan Advent yang mempunyai peringkat akreditasi.
173
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 5.2Profil Sekolah SMA Advent No
Identitas Sekolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Sekolah SMA Advent Mimika Nomor STATISTIK 302251201002 Provinsi Papua Otonomi Daerah Otonomi Khusus Kecamatan Mimika Baru Desa/ Kelurahaan Kwanki Baru Jalan dan Nomor Jl. C. Heatubun nomor 3 Kode Pos 99910 Telpon Faxcimile/ Fax Daerah Perkotaan Status Sekolah Swasta Akreditasi 13 A. Organisasi a. SMA” 3” B. Pemerintah b. SMA”A” 14 Tahun Berdiri 2000 15 Kegitan Belajar/ Mengajar Pagi 16 Bangunan Sekolah Milik Sendiri 17 Terletak pada Lintasan Kabupaten Timika 18 Organisasi Penyelengara Yayasan Pendidikan Advent Sember: hasil foto observasi SMA Advent Mimika tahun 2014 Visi dan Misi a.
Visi : Menjadi sekolah Kristen yang unggul dalam iman, ilmu dan pelayanan.
b.
Misi: Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan yang bermutu berdasarkan nilai-nilai luhur serta falsafah kekristenan
c.
Tujuan 1)
Melatih siswa-siswinya untuk berpendidikan yang lebih tinggi
2)
Untuk mencapai nilai akademi yang lebih sempura
3)
Untuk membangun keseimbangan perkembangan karakter 174
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4)
Untuk melatih siswa/i menjadi warga negara yang baik
5)
Membantu pertumbuhan fisik yang kuat dan membentuk mental dan sprit yang sehat.
3.
PROFILSMA YPPGI TIMIKA SMA YPPGI Timika ini juga merupakan salah satu SMA Swasta yang berada di Kota Mimika yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-gereja Injili Papua dengan beralamat/ berlokasi Jl. Cenderawasih/ SP II Timika- Papua. Suatu Perjuangan panjang yang harus dilalui Sekolah dengan berbagai tantangan yang berat baik dari dalam maupun dari luar. Perjalanan panjang dari kwamki lama ke Timika Jln. Cenderawasih/ SP II Timika merupakan perjalanan dengan banyak masalah, tantangan, kendala yang cukup berat tetapi disertai dengan berkat dan penyertaan Tuhan yang selalu dinyatakan. SMA YPPGI setia dan terus bekerja keras untuk pendidikan bagi anak bangsa dan lebih khususnya lagi bagi anakanak Papuayang berada di kabupaten Mimika. Berikut sejarah singkat perjalanan SMA YPPGI Timika, Tahun 2004 Sekolah didirikan di Kwamki Lama dan melaksanakan KBM di Bangunan SD YPPGI Kwamki Lama, pada siang hari. (Kelas X Jumlah siswa 45 Siswa). Tahun 2004-2006 Juni KBM dilangsungkan di kwamki lama. (Kelas X,XI IPA& IPS), Tahun 2006 Bulan Agustus Sekolah pindah Lokasi di Timika di STT KR, Tahun pelajaran 2006/2007 KBM berlangsung di STT KR Belakang Polsek Mimika Baru (selama 1 Tahun), Tahun Pelajaran
175
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2007/2008 Pindah lokasi di Gereja KINGMI Bahtera Timika yang beralamat di Jln. C.Heatubun Timika papua, Tahun 2007 mendapatkan lokasi Tanah dan mendapat 1 hektar (100m x 100m)dan tahun 2008 memasuki lokasi baru.Tahun 2008 mendapat bantuan bangunan dari Block Grant Pusat Jakarta berupa 3 Ruang Kelas Baru (RKB) dan 1 Lab. Computer.Tahun 2010 mendapatkan bantuan Bangunan Fisik 2 RKB dari PEMDA Kabupaten Mimika dan sudah dibangun tahun 2010.
a.
Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana sekolah yang tersedia adalah:Memiliki Lokasi Sekolah berukuran 100m x 100m.Memiliki 5 Ruang Kelas.Memiliki 1 Ruang Laboratorium Computer (saat ini sementara dipakai sebagai Kantor Sekolah).Kursi dan meja Belajar. b. Kebutuhan Sarana Prasanana Adapun kebutuhan sarana fisik antara lain :Lab. Fisika, Kimia, Biologi (IPA)Ruang Perpustakaan.Lab. BahasaKantor Sekolah.Pagar sekolah. c.
Visi & Misi Sekolah:
V i s i: Terciptanya Sumber Daya Manusia Papua (SDMP) yang beriman, kualitas, produktif dan berdaya saing yang memiliki karakter Kristus. M i s i :1)Membentuk watak dan kepribadian siswa yang bermartabat dan berjiwa
kebangsaan
yang
berkarakter
Kristus,m2)
Mengembangkan pendidikan iptek, seni, dan budaya yang unggul,
176
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3) Menumbuhkan semangat keunggulan dalam prestasi akademik maupun non akademik, 4) Meningkatkan kinerja Guru dan Pegawai, 5)Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas sekolah sebagai pusat pengembangan pendidikan berdasarkan standar nasional, 6) Menciptakan suasana belajar yang efektif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM) serta, 7) merevitalisasi perpustakaan sekolah yang memadai, dan 8)Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien. D.
Profil Responden Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap profesi guru dalam hal peningkatan kinerja guru SMA Kabupaten Mimika 2013 dengan segala problematikanya. Profesi guru diindentikkan dengan profesi yang mulia. Peran guru sabagai ‘Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’ telah didengungkan semenjak zaman penjajahan Belanda dahulu. Oleh sebab itu, dewasa ini profesi guru justru di-nomordua-kan bila dilihat dari segi kehidupan yang layak. Mungkin saat ini Pemerintah sudah mulai memprioritaskan sektor pendidikan melalui dana APBN. Terbukti dengan naiknya anggaran untuk sektor pendidikan dalam APBN sebagai bukti nyataterhadap peningkatan kualitas pendidikan yang di dalamnya termasuk juga peningkatan kesejahteraan guru. Namun, peningkatan kesejahteraan guru hanya dinikmati oleh sebagian guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
177
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti sengaja untuk mengambil sampel responden yang berasal dari SMA Negeri I dan SMA Swasta Advent dan YPPGI yang ada di Kota Mimika. Pada saat menentukan contoh, peneliti mengganggap bahwa peningkatan kinerja guru merupakan status paling rendah dalam profesi guru, baik dilihat dari sisi status kepegawaian maupun tingkat pemberdayaan dan kesejahteraan guru. Para guru yang dijadikan contoh merupakanguru yang bertugas di SMA Negeri dan SMA Swasta di Mimika, dimana SMA Negeri dan SMA Swasta tersebut mewakili SMA-SMA Kota Mimika dengan tidak bermaksud merendahkan atau mengunggulkan SMA-SMA tempat para responden mengajar, peneliti menyebutkan bahwa SMA Negeri dan Swasta yang dimaksud penelitiadalah SMA Negeri 1, dimana SMA Negeri Itersebut merupakan salah satu SMA yang menerapkan sistem dan proses belajar mengajar yang bersifat modern. Sedangkan SMA Swasta yang dimaksud peneliti adalah SMA Swasta Advent dan YPPGI Mimika, dimana SMASMA tersebut berada di dalam kota namun agak jauh dari jalan raya yang terletak di antara pemukiman penduduk dan perkebunan warga. SMA Advent dan SMA YPPGI melaksakanproses kegiatan belajar-mengajarnya adalah pagi sampai siang hari. Dari alasan tersebut, peneliti tertarik untuk mengungkap prestasi kinerja guru yang ada di SMA Negeri 1 sampai ke SMA swasta yang dimana data Guru
yang
digunakan
peneliti
untuk
menyeleksi
responden
berdasarkanRekomendasi yang berasal dari Dinas Pendidikan Menengah
178
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KabupatenMimika dan kepala sekolah masing-masing sekolah. Dan juga tidak lupa nama-nama responden akan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 5.3Daftar Nama Respoden NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KODE R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16
NAMA RESPODEN Stepanus Piator, S. Pd. Hein Karubaba Orgenes Walli S. Th Lidia Alfin Tampinongko Sri Nova R.T S. Pd Altje. D. Pungus Lenni Sjafirudin Selfina Rabrageri Frengky Gosal Joula Lamia Marlina L. Gultom Betty O. M. Massie Lina Rosalia S. Pd Drs. Daud Pangala Yusri Ludia Sampe Bawan
SEKOLAH SMA NEGERI I SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA ADVENT SMA YPPGI SMA YPPGI SMA YPPGI
Lebih jelasnya foto para responden akan terlampir di halam belakang
179
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Hasil Penelitian Pasal 34 (1) Pemerintah danpemerintah daerahwajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru padasatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/ataumasyarakat.(2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajibmembina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. (3)Pemerintah dan pemerintah daerahwajib memberikan anggaran untuk meningkatkanprofesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan olehPemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Namun dalam penelitian ini, penelitimembahas hasil temuan masalah pada peningkatan kinerja guru sekolah Menengah Atas di Kota Mimika yang menjadi terget peneliti adalah tiga Sekolah Menengah Atas dan enam belas orang guru yang menjadikan terget wawancara oleh peneliti. Selain guru-guru tambahan informasi lainnya dari dinas pendidikan menengah dan lembaga pengembangan masyarakat amungme dan karomro (LPMAK). Peneliti ikut sertakan kedua lembaga ini kerena, intansi Dinas Pendidikan Menengah dan LPMAK adalah benar-benar tahu tentang kondisi pendidikan di Kabupaten Mimika, sehingga peneliti tidak meragukan mengamati dan wawancara lembaga-lembaga tersebut.
180
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Menjadi fokus peneliti disini adalah tentang gambaran umum keadaan guru-guru pada setiap sekolah di Ibu KotaKabupaten Timika, yaitu dekat dari pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika. Penjelasan ini sesuai dengan hasil temuan di lapangan dimana peneliti melakukan penelitian, maka yang dibahas disini adalah sesuai dengan temuan atau fakta di lapangan. Peneliti melakukan penelitian selama satu bulan yaitu dari bulan Maret tanggal 6/2014–April tanggal 6/2014. Tentang keadaan prestasi kinerjaguru-guru Sekolah Menengah Atas di Kota Mimika tersebut. Pengabdian guru-guru di kota serius menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di kota mimika. Peneliti menemukan guru yang bertugas di sekolah hanya keterpaksaan dengan motif ekonomi, sosial dan agama. Sehingga peneliti mendapatkan data, atau informasi langsung dari guru-guru selain itu juga peneliti memperoleh data atau informasi dari masyarakat melalui wawancara terkait peningkatan kinerja guru-guru di Kota Mimika. Peneliti memwawancarai langsung dengan enam belas orang tentang guru-guru di kota mimika, dalam wawancari peneliti mengunakan wawancara tertulis untuk mengetahui kinerja guru yang diwawancara. Ternyata setiap guru yang diwawancarai secara tertulis tidak betanggung jawab atas tugas yang dipercayakan, hanya seorang guru yang cepat dan tuntas menjawab wawancara. Namun sebagian besar guru yang lain saat peneliti minta kembali lembar wawancara jawab dari guru-guru tersebut ada yang bilang lupa, ada juga yang bilang hilang. Berarti menurut peneliti 181
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mereka bekerja juga tidak sunggu-sunggu dalam meningkatkan kinerja para guru-guru tersebut. Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak terlalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai foktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sunggu-sunggu baik yang sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru-guru di kota mimika terhadap profesinya. Disisi lain kenerja guru pun dipersoalkan ketika memperbincangkan masalah peningkatan mutu dan kualitas pendidikan Kota Mimika. Kontroversi antara kondisi dan ideal yang harus dijalani guru sesuai dengan Undang-undang tentang Sisten Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi di lapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan
182
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku akan dapat meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu, upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga non-pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan Kabupaten Mimika akan tampak jelas berhasil atau tidaknya pemberdayaan dan pembinaan oleh lembaga-lembaga tersebut. Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001 Republik Indonesia Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dalam rangka mengurangi kesenjanganpembangunan di Provinsi Papua, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta memberikan kesempatan kapada penduduk asli Papua untuk berpartisipasi dalam pembangun maka, Pemerintah mengeluarkan Undang-undang tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (nomor 21 tahun 2001). Dasar dari OTSUS adalah bahwa Propinsi Papua diberikan kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan UU OTSUS kemudian juga menyebutkan bahwa Perdasus dan Perdasi tersebut harus berpedoman pada peranturan perundang-undangan. Pemerintah Provinsi kemudian memprioritaskan empat sektor, yaitu: 1)
Sektor Pendidikan
2)
Sektor Kesehatan
3)
Sektor Infrastruktur, dan
4)
Sektor Ekonomi (kerakyatan)
183
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UU nomor 34 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah Kapasitas Pemerintah daerah dan DPRP/DPRD (Provinsi & Kabupaten, Kota) dalam kebijakan pembangunan sektor pendidikan sebagai prioritas utama, tetapi pada kenyataan belum terwujud seperti semestinya. Sebagai bukti bahwa saat peneliti menemukan permasalah besar ada di Dinas Pendidikan menengah yang mestinya melayani masyarakat namun, pemerintah sendiri jarang masuk di kantor sehingga banyak yang membutuhkan tetapi tidak ada keberadaan di tempat makanya layanan pendidikan itu sendiri mengambat. Pembebasan SPP, keringanan biaya sekolah, dana pendidikan 30 %,beasiswa,dan lainnya belum terealisasi dengan baik. Mekanisme dan prosedur
kerjasama
antara
Pemerintah
Provinsi
dan
Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam hal menangani pendidikan belum terpadu (tidak ada) dan cenderung masing-masing jalan sendiri. Akibat rendah pelayanan pendidikan ditingkat lokal menyebabkan semua kekurangan dan keluhankeluhan biasanya dilimpahkan kepada para Kepala Sekolah yang tidak punya kuasa dan kewenangan sehingga tidak dapat berbuat banyak. Penyelesaian terhadap berbagai keluhan tidak ditanggapi secepat mungkin untuk mencari solusinya. Dinas pendidikan menengah atas dalam laporan tertulis pernah mencairkan dana pendidikan namun faktanya masih ada siswa di kota mimika yang membayar uang sekolah dan lainnya. Hal ini peneliti wawancarai salah seorang siswa Eniel Tabuni, ia menyatakan bahwa “biaya sekolah dibayar sendiri, hanya saja kepalah sekolah dan
184
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
guru-guru mengerti latar belakang saya sehingga beban biaya sekolah diringankan tetapi saya harus bekerja membersikan alaman sekolah”. Penggalaman sangat tidak mungkin dilakukan, apalagi dengan kebijakan Pemerintah terhadap Para guru yang mengajar serba tidak mengetahui standar pelajaran dan penilaian yang seharusnya di terapkan. Kepala sekolah dan para guru belum semuanya memiliki pedoman pelaksanaan CBSA dan KBK, Khususnya bagi sekolah-sekolah didaerah pedalaman, daerah terisolir, dan terpencil di Kabupaten Mimika. Sebenarnya pendidikan swasta sangat besar kontribusinya sejak dahulu, khususnya Pendidikan di Kabupaten Mimika pada umumnya di seluruh tanah Papua. Sekolah-sekolah swasta memperoleh subsidi penuh (tenaga guru, sarana prasarana, dana) dan kewenangan untuk mengelola pendidikan sekolah yang di atur dengan peraturan perundang-undangan, sehingga mutu sekolah dan kelulusannya terjamin baik. Kelemahan pengelolaan oleh pengurus yayasan pendidikan seperti SMA YPPGI, SMA YPPK, SMA ADVEN serta Yayasan lainnya pada tingkat Kabupaten Mimika belum optimal dikarenakan kurang profesional dalam manajemen pendidikan. Diharapkan dalam PERDASI pendidikan perlu diberikan kewenangan sebagai
upaya
memberdayakan
lembaga-lembaga
pendidikan
swasta.Kabupaten/ Kota agar diperkuat mekanisme komunikasi dan koordinasi antar semua pihak yang berkepentingan mengembangkan ketentuan berkualitas dan mutu dalam pelayanan pendidikan dan
185
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memperkuat atau mengintensifkan supervisi ke sekolah-sekolah(supervisi sekolah). Penataan
sarana
dan
prasarana
sekolah
untuk
mendukung
peningkatan mutu sistem manajemen berbasis sekolah harus menjadi sasaran utama perhatian dari pengambilan kebijakan. Agar bantuan ditargetkan/ditujukan secara khusus pada sekolah-sekolah yang lebih membutuhkan baik negeri maupun swasta di bandingkan sekolah yang sudah mapan. Perbaikan kesejahteraan guru dan kemudian memiliki fasilitas untuk dapat semangat bekerja di kota maupun daerah terpencil (Sintese kapasitas pembangunan papua hal 15). Di zaman otonomi kasus ini banyak sekali ijazah palsu atau mereka yang menyelesaikan pendidikannya dengan ijazah persamaan setelah menjadi pejabat publik yang bergengsi. Tidak lupa Gubernur saja saat pelantikannya berlarut-larut hanya masalah ijazah walaupun secara kaulitas masyarakat tahu bahwa Barnabas Suebu adalah salah satu dari sedikit orang Papua yang genius yang masyarakat Papua miliki saat itu. Kami belum punya data kepastian ada tidak PNS di Papua yang buta huruf, tapi banyak realita ada terutama Kabupaten pemekaran baru. Kembali kesoal pendidikan, bahwa pemerintah sering menerapkan kebijakan ganda, pada negeri ini agar penduduknya tidak berpendidikan untuk menutupi kedok kejahatan kolonialisme pemerintah daerah yang sangat mematikan masa depan generasi Papua dan pada khususnya generasi muda Kabupaten Mimika.
186
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Upaya kecerdasan rakyat dimatikan dengan membiarkan orang-orang hidup tanpa pendidikan. Anak-anak sekolah paling tinggi berpendidikan sampai SMA atau kalau mengeyam perguruan tinggi dengan kurikulum dan pengajaran serta buku standar dipaketkan pihak penguasa. Hal ini terus berlangsung di Papua. Apalagi MKU, antropologi, sebagai mata kuliah wajib semua jurusan yang diajarkan di Uncen karangan Koenjraningrat, bahwa orang Papua pernah berkeliaran di daerah Jawa Timur, untuk apa ini semua dengan kedok ilmiah? Kelangganan ikut wisudah tampa ilmu pengethuan hanya dengan ada rupiah ada ijaza. Mengemukakan semua kelemahan ini bukan semata-mata membuka kedok sendiri tapi memenuhi tujuan judul tulisan tentang PENINGKATAN KENERJA GURU SEKOLAH MENENGA ATAS SMA DI KABUPATEN MIMIKA PROVINSI PAPUA beberapa kelemahan bahwa esensinya, kelemahan itu ada diseputar pendidikan. Artinya masyarakat dalam berbagai laporan menunjukkan tingginya angka buta aksara. Tujuan tuliasan ini soal pendidikan disini untuk membuktikan bahwa kelemahan orang Mimika-Papua sebagai diutarakan diatas nyata adanya. Sehingga ada perhatian semua pihak terutama Pemerintah Daerah untuk menuju Mimika maju berkualitas, soal pendidikan adalah amatlah mendasar. Pesan penulis untukBupati, dan Kepala Dinas Pendidikan Menengah Atas, bahwa dalam era Otsus dengan kelimpahan banyak rupiah yang mengalir ke Mimika Papua lebih banyak di alokasikan pada sektor pendidikan, dengan memberi kesempatan guru-guru menambah ilmu,
187
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pertahatikan putra/putri Mimika dalam bentuk beasiswa, baik didalam negeri maupun di luar negeri, dan membangun fasilitas sekolah-sekolah yang dengan teknologi. Jika Mimika pada umunya Papua mau keluar dari ketertinggalan pendidikan, kebodohan, dan kemiskinan Selain itu kelemahan bahwa lembaga pendidikan dengan fasilitas lengkap, dan guru adalah faktor utama bagi pendidik dapat berhasil guna mempersiapkan Guru-guruMimika Papua kelak untuk membangun diri, marga, suku, negeri dan bangsanya penting dikerjakan sekarang oleh Dinas Pendidikan Menengah Atas. Melalui lembaga Dinas Pendidikan Menengah Atas secara periodik dapat mengirim anak-anak Papua disejumlah negara Eropa, Amerika dan Australia, Jepang dan Korea. Sepulangnya mereka sudah dapat melakukan berubahan besar diMimika adalah harapan dan kepastian jika investasi pendidikan ini diperhatikan. Hal ini juga, pernah disampaikan oleh mantanGubernur Bas Suebu dapat mengumpulkan para Bupati dan mengintruksikan agar masing-masing Kabupaten dapat mengirimkan putra-putri terbaiknya di sejumlah negara Eropa, Australia dan Asia atau Amerika/Latin. Bagian ini sudah dengan rekomendasi untuk diperhatikan oleh Gubernur dan segera mengintruksikan para Bupati agar sesegera mungkin mengutus duta pelajar anak-anak Papua di berbagai negara dalam berbagai jurusan dalam negeri maupun keluar negeri. Sikap Pemerintah Kabupaten Mimika tidak ada data yang jelas karena peneliti langsung kepangan dan dari pengamatan, pengalaman dan tada-data sampai saat ini tidak ada.
188
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jika ada kemungikanan besar mereka kirim secara keluarga juga kemungkinan ada, karena sampai saat ini pembebasan datang dari langit, mesianisme, kargoisme dan hedonisme atau mudah tergoda kenikmatan sesaat adalah kurangnya moralitas dan pendidikan di Mimika-Papua. Kebijakan Pemerintah Daerah tidak jelas menyebabkan mayarakat di Mimika-Papuamenjadi buta pendidikan,Kesehatan, Infrastruktur, Ekonomi (kerakyatan) dan politik. Mengapa penulis menggungkapkan demikian karena persoalan masalah yang terjadi di Kabupaten Mimika tidak ada seorangpun yang mengatasi. Sebab pemerintah juga ikut serta terlibat dalam masalah-masalah yang selama ini berlangsung di Mimika. Hal ini terjadi karena ijaza tanpa ilmu, ada rupiah ada ijaza yang sudah ungkapkan di atas, sebagaimana seorang mengatur dan mengintruksikan untuk menyelesaikan persoalan yang ada, jika ia saja tidak mengerti persoalan tersebut. Pada saat peneliti medatangi Dinas Pendidikan Menengah Kabupaten Mimika kondidisi intansi itu sendiri sangat memperihatinkan. Walaupun melihat gedung dari luar tanpak indah bagus tetapi, orang-orang yang kerja di dalam gedung tersebut, tidak profesional dalam penanganan masalah pendidikan di Kabupaten Mimika. Sebenarnya Dinas pendidikan adalah pelayanan publik tertapi masalah yang peneliti temukan dinas tersebut ialah tempat umum, seperti pasar, atau ruangan disco misik. Setiap hari masyarakat membutuhkan pelayanan yang rasa nyaman dan kondusip. Tetapi faktanya lain karena tamu lagi menunggu antri dari
189
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hari- ke hari namun orang-orang yang bekerja di Dinas tersebut hanya tidak penduli dengan masyarakat lalu putar musick dengan keras-keras dan juga angat telpon/ HP dengan suara yang terlalu keras sehingga tidak bisa melihat masyarakat yang datang untuk membutuhkan pelayanan rasa nyaman dan aman dari keributan mala sebaliknya. Yang dimaksud peneliti masyarakat adalah para kepala sekolah dan para mahasiwa serta masyarakat yang memerlukan dan keperluan sekolah dan keperluan kegiatan pendidikan untuk membantu dalan hal menangani persoalan masalah pendidikan di Mimika Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Mimika, Cantius juga pernah Meminta seluruh tenaga didik atau guru yang ada di Daerah Mimika untuk bisa meningkatkan krativitasnya dalam memberikan pelajaran kepada siswa. “seorang tenaga didik dituntut untuk bisa memberikan pelajaran dengan cara yang mudah dimengerti oleh para murid, sehingga bisa menyerap sacara maksimal ilmu pengetahuan yang diajarkan pada saat itu. Seorang guru harus bisa memberikan pelajaran dengan cara yang tidak membosankan agar para siswa bisa belajar dengan santai tapi serius, karena apabila seorang pengajar hanya menjelaskan dari bukuyang dibaca hal tersebut dipastikan akan membuat para siswa jenuh dalam mengikuti pelajaran”. Dewan pendidikan tersebut diangkat dengan SK Bupati sesuai dengan aturan pendidikan wajib mendapat dana operasional termasuk sekretariat. Kenyataannya
dewan
pendidikan
tidak
perhatikan
sama
sekali.
dibandingkan dengan daerah diPapua lain, Dewan pendidikan dapat
190
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
perhatian pemerintah. Namun di Mimika tidak ada perhatian dari Pemerintah melalui intansi terkait, pada hal perannya sangat besar untuk membantu Pemerintah Mimika dalam hal kontrol masalah pendidikan di mimika. Pemerintah hanya melihat sekolah yang ada di kota saja tetapi juga melihat yang di pendalaman pesisir atau pendalaman gunung. Seharusnya semua merata memberikan perhatian dan berpola asrama juga harus diterapkan karena anak-anak bisa belajar disiplin melalui berpola asrama. Lihat contoh anak-anak yang diasramakan oleh LPMAK, pemerintah dan lembaga pemerhati pendidikan semestinya mendukung dan memberikan pelatihan kepada para tenaga pendidik agar bisa meningkatkan kualitas yang diharapkan dalam pekerjaannya tidak hanya konsunsi saja. Selain itu kepala sekolah juga dituntut untuk bisa membimbing para bawahannya dan membuat suatu bidang untuk ditonjolkan agar sekolah yang dipimpin bisa menjadi lebih maju serta bersaing dengan sekolah-sekolah favorit. Sekolah tidak favorit dapat menjadi terkenal apabila kepala sekolahnya mampu menonjolkan suatu bidang yang tidak dimiliki oleh sekolah lain. Misalnya selalu menjadi juara dalam perlombaan olah raga atau olimpiade atau halhal positif yang lain. Sampai dengan saat ini sebagian kepala sekolah yang ada di Mimika masing-masing kurang berkualitas dan hal tersebut dapat dari kinerja sertanya dalam memimpin sekolah. Berani mengatakan kurang berkualitas karena untuk melakukan rekurutmen tidak mengunakan sistem atau struktur yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
191
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolahnya, oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah daerah yang betul-betul berkualitas dan bermutu. Dicontohkan, sebagai salah satu bukti bahwa kepalah sekolah yang kurang berkualitas dapat dilihat dari kemajuan pembangunan sekolah serta mutu tenaga pengajarnya atau guru di sekola tersebut kurang diperhatikan. (buletin landas LPMAK edisi 48/2010:7). Secara
keseluruhan semua intansi
yang
menangani
masalah
pendidikan di mimika kurang profesional karena saat peneliti wawancara banyak masalah yang ditemukan yaitu: kurang profesioanal dalam manajemen, tidak menepati waktu tepat, dan pengawasan serta pengontrolan tidak ketat. Beberapa kasus yang jumpai peneliti pada saat wawancara maupun observasi adalah Dinas Pendidikan Menengah Atas tidak begitu konsisten memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat termasuk peneliti, sekolah-sekolah tidak memberikan informasi yang akurat kepada peneliti, walaupun memberikan informasih namun itu hanya berdasarkan hasil wawancara peneliti.
B.
Pembahasan 1.
Hasil Pengamatan Dinas Pendidikan Menengah Sekolah menengah atas memiliki peranan penting yang cukup
beragam dalam memberikan layanan kepada masyarakat, khusunya peserta
192
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
didik. Sehingga perlu dipahami dulu tentang kinerja, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah unjuk seseorang yang ditunjukan dalam penampilan, perbuatan dan perestasi kerjanya sebagai akumulasi sebagai pengetahuan, kentrampilan, nilai ,dan sikap yang telah dimilikinya (mulyasa 2013:88). Sehubungan dengan pengertian tersebut, pengertian kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, kenterampilan, nilai, dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan perestasi kerjanya. Oleh karena itu, berdasarkan gambaran umum peneliti dan hasil temuan faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kinerja Guru SMA merupakan hal yang bersifat individu. Setiap individu memiliki tingkat perestasi kinrja yang berbeda-beda sesuai dengan situasi, nilai-nilai yang berlaku dalam dirinya (Anorogo dalam Slamet, 2006). Hal ini tidak menutup kemungkinan faktor nilai-nilai kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja responden pada penelitian ini. Begitupula faktor-faktor yang lain seperti kondisi responden bila dilihat dari karakteristik biografi dan karekteristik masing-masing pribadi responden.
2.
Hasil pengamatan dan wawancara singkat dengan LPMAK Peran LPMAKsesuai dengan misi-visi LPMAK bergerak di bidang pendidikan
melalui
biro
pendidikan
193
untuk
meningkatkan
kualitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pendidikan di kabupaten mimika provinsi papua. Lembagai ini telah melakukan bebagai terobosan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten mimika adalah program beasiswa, pengelolaan asrama, pengontrakan guru-guru sejak tahun 2007 sampai saat ini 2014, kerja sama Dinas P dan K kabupaten Mimika, dan kerja sama dengan lembaga mitra pendidikan. Hasil wawancara singkat dengan Biro Pendidikan LPMAK, “kapan membaik kondisi anak-anak kita ini membaik, maka LPMAK mengontrak guru untuk SD-SD sini tetapi LPMAK lansung tangani tidak namun lewat gereja keuspupan Timika, lalu keuskupan kontrak guru-guru tapi LPMAK membiayai dan LPMAK tidak langsung bayar gaji guru bisa hanya lewat keuskupan lalu gaji guru-guru akan dibayarkan oleh keuskupan Timika sehingga mudah dikontrol oleh keuskupan dan LPMAK. LPMAK kontrak guru-guru sebanyak tuju pulu lima (75) orang sejak tahun 2007jalansampai tahun 2014 ini, kalau guru-guru ini tidak ada sekolah semua akan terlantar ancur tidak berjalan aktivitas proses belajar mengajar. Banyak tenaga guru yang pemerintah daerah angakat menjadi PNS tetapi banyak yang tidak aktif di sekolah khususnya di daerah agimuga dan pantai Mimika, selain itu PEMDA juga tidak ada teguran memang ada teguran tapi yang medongkrak misalnya teguran berupa tahan gaji namun tidak terima gaji biasa juga dapat insentif pada hal tidak aktif mengajar. Kalau LPMAK guru tidak aktif mengajar tidak bayar gaji juga berhentikan dari tugas
194
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
makanya guru-guru dari LPMAK, betah tinggal di tempat tugas mengajar dan gaji diantarkan langsung kepada guru-guru tersebut. “mutu pendidikan di Mimika-papua jauh menurun, guru-guru tidak lagi jiwa mengabdi untuk membuat anak-anak menjadi pintar, setidaknya bisa membaca dan menulis. Kalau masa Belanda, disiplin belajar-mengajar diterapkan dengan ketat, termasuk mencari murid jika tidak masuk sekolah. Kini jauh melonggar guru-guru yang mengapdi stengah mati seorang diri dan mengajar enam kelas sekaligus di pendalaman diperlakukan sama dengan yang tidak pernah mengajar di sekolah, tidak ada sangsi tegas “ jika tidak mengajar satu kali saja gaji sebulan ditahan, apa lagi ke kota pasti dimarahi pastor dan LPMAK disuruh kembali di kampung” yang berprinsip menerima gaji buta sama dengan mencuri”. Apa lagi saat ini pengawas sekolah yang tidak berfungsi dan banyak pengawas yang tidak pernah tahu lokasi sekolah yang diawasinya, mereka tidak pernah datang dan membiarkan guru-guru meninggalkan sekolah atau tugas Untuk salah satu tolak ukur maju-mudurnya pendidikan Kabupaten Mimika adalah pemerataan guru-guru yang tidak merata. Kita tidak bisa tolak ukur dari SD, SMP, dan SMA yang ada di kota saja tetapi, semua sekolah yang ada di kota maupun pendalaman. Untuk jadikan tolak ukur mutuh pendidikan Mimika adalah di pendalaman karena, banyak sekolah yang ada di pendalaman Mimika yang di kota bukan semua putra/putri asli mimika yang asli anak-anak di pendalaman, kalau di kota ini kebanyakan
195
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dari anak-anak pendatang jadi jangan lihat dari sekolah-sekolah yang ada di kota saja”.
3.
Hasil Wawancara dengan Para Guru/Responden
1.
Karakteristik Respoden
a)
Masa kerja Alasan utama peneliti dalam memilih responden yang ada dalam
penelitian ini adalah bervariasi, tidak hanya lama masa kerja responden tetapi ada respoden yang masa kerjanya lebih dari satu tahun bahakan kurang dari 38 tahun. Responden yang dipilih peneliti adalah responden yang memiliki masa kerja yang bervariasi dari 1 tahun sampai dengan lebih dari 10 tahun menekuni profesi guru. Lamanya masa kerja ternyata tidak berpengaruh terhadap peningkatan kinerja responden karena tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, status kepegawaian, pemberdayaan, maupun kesejahteraan. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh peneliti dari responden dimana peneliti mengungkap ada responden (R2) yang telah mengabdi selama 38tahun,yang masih berstatus sebagai Guru swasta. Responden lain juga demikian. Diantara 16 responden, 1) responden (R2) telah mengabdi sebagai guru selama 38 tahun, 2) responden (R12) menekuni profesi guru 29 tahun, 3) respoden (R1) mengabdi sebagai profesi guru selama 18 tahun, 4) responden (R3) mengapdi sebagai guru selama 14 tahun, 5) responden (R6) menekuni sebagai profesi guru selama 13 tahun/ 7 bulan, 6) responden (R7) telah
196
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menekuni profesi sebagai guru selama 12 tahun/ 8 bulan, 7) responden(R10, R14)menekuni profesi sebagai guru selama 10 tahun, 8) responden (R8) menekuni profesi sebagai guru selama 8 tahun/ 8 bulan, 9) responden (R4)menekuni profesi sebagai guru selama 7 tahun/ 5 bulan, 10) responden(R11) menekuni telah mengabdi sebagai profesi guru selama 6 tahun/ 5 bulan, 11) responden (R9) telah mengabdi sebagai profesi guru selama 5 tahun, 12) responden (R15) telah mengabdi sebagai profesi guru selama 3 tahun, 13) responden (R5, R16) menyatakan menekuni sebagai profesi guru selama 2 tahun/ 8 bulan, dan serta responden(R13) menekuni profesi guru selama 1 tahun. Memang sungguh sangat memprihatinkan bila melihat kondisi responden yang telah mengapdi sebagai guru kurang dari 10 tahun bahkan lebih dari 10 tahun namun masih menyandang status PNS, Swata dan juga Honorer. Responden merupakan gambaran kecil dari sekian banyak guru di Kabupatan Mimika dan pada umumnya di Papua yang masih ada. Selama mengapdi sebagai profesi guru, berarti selama itu pula para responden berada dalam kondisi yang masih mencemaskan masa depan mereka. Namun dengan semakin lamanya responden mengapdi tanpa mempedulikan status yang beragam, maka responden tersebut memiliki persepsi yang lebih mendalam terhadap profesinya. Ada yang tidak mendahulukan tentang kesejahteraan dan status kepegawaian, tetapi responden memiliki persepsi tersendiri terhadap profesinya sebagai guru. Tentunya persepsi tiap responden berbeda-beda.
197
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ketika peneliti menanyakan tentang persepsi responden terhadap semboyan yang sering diungkap-ungkapkan sejak zaman penjajahan yakni “Guru Adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, sebagian responden tidak setuju dengan semboyan tersebut. Salah satu responden (R1) yang tidak setuju dengan semboyan tersebut menyatakan bahwa semboyan tarsebut “hanya untuk para guru agar tidak protes dengan nasibnya dan para guru tertuju pada hal tersebut sehingga perlakuan yang tidak adil bagi para guru, untuk guru di Mimika tidak karena seorang guru makan lalu melaksanakan tugasnya, ibaratkan mobil jika mesin saja tidak bisa jalan namun ada oli dan bensin sehingga menambah tenaga mesin dalu bodinya berjalan, sama halnya dengan profesi guru saat ini”. Sedangkan responden lainnya yang tidak setuju dengan semboyan tersebut (R6 R11, R12, R14,) menyatakan bahwa pada zaman dulu iya tetapi sekarang ini tidak setuju dengan semboyan tersebut karena ada pekerjaan yang tidak mengharapkan balas jasa, termasuk salah satunya profesi guru. Balas jasa yang dimaksudkan responden disini adalah balas jasa berupa materi atau uang. Sementara itu responden satu yang tidak setuju juga adalah (R15) menyatakan bahwa bukan tanpa jasa tetapi berkat guru, kita menjadi lebih baik, maka profesi guru adalah pangilan jiwa bukan dipuji oleh masyarakat, yang memjadi problema adalah guru juga manusia biasa yang tidak luput dari kelemahaan maka perluh perhatikan juga kesejahatraannya, bila guru tidak makam, minum tidak bisa mengajar atau bekerja.
198
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Akan tetapi responden lainnya (R2, R3, R4, R5, R7, R8, R9 R10, R13, dan R16) menyatakan setuju pada semboyan tersebut. Alasan mereka setuju dengan semboyan tersebut karena kematangan pengalaman hidup mereka yang memandang bahwa profesi guru dari dulu sampai sekarang tidak pernah berorientasi pada materi saja. Begitu pula yang dirasakan responden saat ini yang menjadikan materi bukan tujuan utama dan melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan penuh keikhlasan. Hidup ini adalah seni yang berkarya agar apa kita kerjakan bermanfaat bagi orang banyak, utamakan kemauan
berkarya
sehingga
nantinya
materihal
akan
sendirinya
mengikutinya. Sehingga bisa ditarik suatu hasil dalam penelitian tentang Peningkatan Kinerja Guru SMA ini adalah masa kerja yang bervariasi tidak cukup lama dan cukup lama dengan status sebagai guru tidak menyurutkan motivasi individu dalam menjalankan profesinya, karena selama itu pulalah individu tetap menjalankan aktivitasnya sebagai guru seperti biasa.
b)
Status Kepegawaian dan Kesejahtraan/ Gaji Responden Dengan profesi sebagai guru, para responden tentunya memiliki
penghasilan yang berbeda-beda dari guru berstatus PNS, guru Yayasan swasta tetap, dan guru honorer. Untuk guru yang telah berstatus PNS, gaji yang diperolehnya sudah ditetapkan oleh peraturan pemerintah sesuai dengan golongan guru yang bersangkutan. Menurut PP No 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru, gaji yang diterima guru atau dosen dengan
199
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
status PNS mencapai lebih dari Rp 3 juta karena gaji pokok yang diterima mencapai dua kali lipatnya. Apalagi yang telah lolos dalam proses sertifikasi guru, hampir dipastikan besaran gajinya jauh lebih besar. Biasanya untuk guru tetap yayasan dan guru PNS masih mendapatkan tambahan gaji berupa tunjangan fungsional dan tunjangan pensiun (khusus untuk PNS). Sedangkan guru yang masih berstatus honor, gaji yang diterimanya berdasarkan banyaknya jumlah jam mengajar yang ditugaskan oleh sekolah dalam seminggu. Jika jam mengajar sedikit,itu artinya penghasilan yang diterimanya juga sedikit. Sedangkan guru Yayasan yang statusnya Swasata gaji yang diperolehnya merupakan gaji tetap yang diberikan oleh Yayasan dengan tidak terhitung jumlah jam pelajaran yang diajarkan. Ketidak samaan fasilitas/ upah yang diterima oleh para respoden sebagai guru PNS dengan guru Yayasan di sekolah masing-masing merupakan masalah yang banyak ditemui peneliti pada saat melakukan wawancara dengan para responden. Perbendaan fasilitas-fasilitas antara lain sebagai gaji tetap dan tunjangan dan lain sebagainya. Gaji yang di peroleh responden berdasarkan status kepegawaian dan lama kerjanya. Dan berikut status kepegawaian PNS (R1, R14, R15), sedangkan pegawai yayasan tetap para responden (R2, R3,R6, R7, R8, R9, R10, R12,) dan para respomden yang berstatu honor adalah (R4, R5, R13,) juga yang tidak menyebutkan statusnya adalah para responden (R, R11, R16) dengan status yang beragam maka kesejahtraan juga tidak sama yang diperoleh para responden tersebut.
200
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
seperti yang diucapkan oleh para responden (R9, R11) “ untuk Mimika dan pada umumnya Papua gaji dan tunjangan tidak mencukupi kebutuhan, bahkan ada fasilitas-fasilitas yang kita tidak bisa miliki atau mengikuti seperti tunjangan, dana kesehatan dan fasilitas worshop”. Selain itu para responden juga keinginan kuat untuk menjadi guru dengan status PNS. Sebagian besar/ sembilan orang responden yang pernah mencobah mendaftar untuk menjadi PNS, namun tidak pernah diterima. Dan akhirnya para responden menerima nasibnya sebagai guru swasta/honorer, selain itu ada juga salah satu responden (R9) yang tidak berkehinginan untuk mencobah mendaftar PNS tetapi sangat menikmati dengan pekerjaan ini. Berkeinginan menjadi guru berstatus PNS sangat kuat dilatarbelakangi oleh kepastian masa depan dari status kepegawaian sebagai PNS serta faktor kesejahtraan yang diterima apa bila telah diterima status PNS. Dan juga responden lain yang tidak menyebutkan gaji atau tunjangan yang diterimanaya, dengan alasan kalu tentang gaji itu rahasia pribadi menurut para responden tersebut. c)
Jenis Kelamin Kadang-kala masalah perbendaan gender masih problema diberbagai
profesi. Tetapi profesi guru perbedaan gender tidak ada persoalan yang harus dibincangkan karena, jika dalam profesi guru jumlah guru laki-laki dan perempuan hampir sama. Kedudukan pun bagi sama rata, jaman sekarang sudah ada banyak yang menduduki kepala sekolah guru pria
201
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
maupun guru wanita. Jika dulu memang posisi ini dikuasai oleh guru-guru pria saja tetapi sekarang tidak demikian. Dari penelitian ini peneliti mencoba cari tahu apakah di sekolah tempat responden bekerja ada perbedaan gender, apakah suatu hal yang diskriminatif atau tidak. Namun para responden yang peneliti wawancarai semua menyatakan tidak ada perbendaan semua sama karena, apa yang dikerjakan satu tujuan untuk mencapai keberhasilan dalam peningkatan kaulitas pendidikan tersebut. Selain itu peneliti juga wawancarai guru perenpuan apakah sebagai wanita bekerja itu wajib atau tidak, salah satu responden (R6) menyatakan tidak “karena, jika hamil pasti tidak mengajar, juga anak lagi belum tentu bapa atau orang lain yang jaga makanya itu kami wanita kadang ijin atau citi melahirkan jadi belum tentu bekerja itu wajib”. Sedangkan kelimabelas para responden lainya menyatakan wajib. d)
Suku/ Etnis Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat peningkatan kinerja
guru adalah faktor suku/ Etis, dan budaya. Berbeda suku, berbeda pula budayanya, sehingga sikap dan kepribadian individu yang terbentuk oleh budaya juga bisa berbeda dalam menjalani hidupnya. Bahkan setiap suku mempunyai suatu ciri khas budaya yang berbeda dengan suku lainnya dalam kaitannya dengan persepsi individu dalam bekerja. Namun dalam (Mulyasa 2013) hubungan guru dengan peserta didik, hubungan guru dengan orang tua/wali murid, hubungan guru dengan masyarakat, dan hubungan guru
202
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dengan sekolah dan rekan sejawat, serta hubungan guru dengan profesi. Hal ini juga untuk nilai-nilai dasar yang bersumber dari kode etik guru. Perbedaan suku/etnis sudah tertuang dalam kode etik guru indonesia bersumber dari: 1) nilai agama dan pancasila, 2) nilai-nilai kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, 3) nilai-nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmania, emosional, inteltual, sosial, dan spritual. Oleh sebab itu, di Indonesia terkenal dengan beragam suku, budaya yang mempunyai ciri khas masing-masing. Tidak hanya suku-suku yang berasal dari pribumi, suku/etnis yang non-pribumi pun turut menambah keragaman budaya di Kabupaten Mimika yang memang terkenal dengan tuju suku ditambah suku sambang sampai merauke yang multikultural. Dalam penelitian yang dilakukan di Kota Mimika, para responden mengaku bahwa mereka berasal dari berbagai suku, budaya dan berbagai wilayah di Indonesia juga asal daerah yang berbeda pula. Para responden (R2, R8) berasal dari Pupua suku Serui dan (R3) Papua sentani, (R4, R6, R7, R9, R10, R12) berasal dari sulawesi Manando suku Minahasa, (R14,R15, R 16) berasal dari sulawesi sukuToraja, (R5, R11) berasal dari Sumatera Medan suku Batak dan (R1) berasal dari Flores. Keragaman para responden yang berbeda-beda asal wilayah, suku sehingga, peneliti tidak mudah mengindetifikasi hal-hal yang berhubungan peningkatan motivasi
203
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kinerja responden dalam kaitannya budaya yang melekat pada para responden tersebut. Budaya yang berbeda-beda akan berpengaruh pada kinerja para responden karena di mana tempat bekerja tidak semudah berhadaptasi dengan kondisi di mana para resonden mengabdi. Semua responden menyakatakan bahwa pada awalnya sangat sulit namun lama-kelamaan sudah biasa dan menyatu, jadi tidak perluh dipersoalkan lagi. Namum yang menjadi tantangan baru adalah menghadapi siswa baru yang berasal dari pendalaman, para pesponden menyatakan apa yang dikerjakan selama satu tahun tidak ada hasil bagi siswa-siswi yang berasal dari pendalaman, entah itu dari segi kuantitas maupun kualitas kerjanya. Sementara siswa-siswi yang berasal dari sekolahnya dalam kota Mimika sudah bisa karena, para responden terbiasa mendegar, melihat, terlibat langsung, dan mengamati komunikasi intraksi yang terjadi di sekolah maupun di lingkungan sosial masyarakat. Walaupun para responden tidak jujur menyatakan perbedaan suku/ etnis akan terpengaruh pada nilai perestasi peningkatan kinerja guru, namun peneliti tahu bahwa para responden tidak jujur dalam hal ini. Karena, peneliti juga pernah mengalami, dan juga untuk memahami apa yang disampaikan oleh paraguru yang berbeda suku, budaya apa lagi perbendaan pulau lebih sulit lagi untuk dimengerti apa yang disampaikan oleh para guru tersebut. Selain itu para guru juga biasanya menyampaikan materi terpaku pada buku teks tidak pernah guru yang pake media maka anak didik tidak
204
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bisa mengerti. Kadang kala para guru diwawancarai tidak pernah jujur dengan fakta dan kebenaran hanya membela dirinya sendiri. Seperti contohnya peneliti tahu benar persoalan pendidikan di Papua dan pada khususnya Kabupaten Mimika. Namun saat peneliti wawancara tidak ada para responden yang jujur mala sebaliknya para responden balik mewawancarai peneliti, hal itu menutupi dalam perestasi peningkatan kenerja para responden juga umunnya kinerja para guru di Kabupaten Mimika.
e)
Kemampuan Dalam profesi guru, pada dasarnya kemampuan intelektual yang
paling diunggulkan,
takterkecuali
pada guru olahraga
yang juga
mengandalkan kemampuan fisik. UU Guru & Dosen juga telah memberikan stimulus kepada profesi guru untuk meningkatkan kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Atas dasar itulah, dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap kemampuan responden yang berhubungan dengan peningkatan kerja para responden. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa responden kurang memiliki untuk meningkatkan kemampuannya. Kinerja berprestasi responden juga terbilang rendah. Sebetulnya semua responden memiliki keinginan untuk berprestasi, namun terlantar dengan berbagai kondisi yang dialaminya, sehingga menurunkan tingkat perestasi kinerjanya.
205
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pada saat penelitian, peneliti ingin mengetahui adakah keinginan responden untuk meningkatkan ilmu kemampuan intelektualnya, misalnya dengan kuliah lagi atau dengan mengikuti workshop-workshop yang menunjang profesinya. Setelah dilakukan wawancara, semua responden menyatakan ingin ya selalu berkeinginan untuk menambah ilmu tetapi yang menjadi persoalannya adalah faktor pendudukung yang tidak mencukupi. Selain itu salah satu responden menyatakan bahwakeinginan melanjutkan kuliah lagi di S2 seperti yang diutarakan oleh (R1,) akan tetapi yang sesuai dengan ilmu yang ditekuninya (kimia murni) namun responden terbatasi oleh beberapa kondisi yakni kondisi finansial yang terbatas. Selain itu, para responden (R3) beralasan bahwa ilmunya yang sekarang tidak cukup sehingga selalu ingin meningkatkan penguasaan ilmu. Sedangkan para responden menyatakan (R2, R4, R5, R6, R7, R8, R,9, R10, R11, R12, R13. 14, R15, dan R16) jawabannya sama “iyaberkeinginan tambah ilmu itu selalu ada tetapi apa boleh buat jika memgambat oleh berbagai faktor sehingga trima apa adanya yang sekarang ini”. Salah satu cara yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kemampuan para responden dengan cara mengamati setiap masuk-keluar responden ternyata para responden tidak ada kemampuan untuk menambah ilmu dengan cara metode baru atau media baru, yang diperagakan oleh para guru responden tersebut selama peneliti mengamati setiap responden maupun para guru yang di jumpai saat melakukan penelitian di sekolah-sekolah.
206
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Latar Belakang Memilih Profesi Guru Setiap orang pasti mempunyai alasan atau latar belakang atas pilihan yang diambilnya, termasuk ketika seseorang memilih pekerjaan yang digelutinya. Menurut Sinamo (2005), Setiap orang terlahir ke dunia dengan panggilan yang spesifik. Panggilan hidup itu dijalani setiap orang terutama melalui pekerjaannya.Secara natural, orang akan berhasil ketika dia menemukan dan melaksanakan panggilan jiwanya. Alasannya, setiap orang pasti dilengkapi potensi dan kemampuan untuk melakukan panggilan itu. Maka orang yang terpanggil menjadi guru itu sebenarnya sudah dilangkapi dengan bakat/kemampuan mengajar, ketekunan dengan rumus-rumus atau teori-teori yang dikuasainya, dan keinginan untuk memberikan ilmunya. Dengan penelitian ini, ada berbagai latar belakang yang dijadikan alasan oleh para responden memilih profesi guru. Alasan responden memilih profesi guru ada yang dimulai sejak sebelum menempuh pendidikan tinggi, ada juga yang dilatarbelakangi ketidaksengajaan mendapatkan kesempatan bekerja sebagai guru dan ada juga tidak mau menjawabnya seperti responden (R15). Sementara responden (R3,R5, R11, R13) yang mengemukakan bahwa tidak ada alasan memilih profesi guru sebagai pekerjaan, namun profesi guru ini panggilan dari Tuhan dan panggilan hati maka harus menekuninya sampai dengan tidak bisa bekerja lagi atau sampai dengan penciun.
207
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Juga ada responden lain yang berpendapat bahwa responden (R4, R6, R7, R9, R12, & R16) alasan memilih guru sebagai pekerjaannya karena, sudah menjadi cita-cita dari sejak kecil, panggilan dan pilihannya sendiri tidak ada dorongan atau paksaan dari pihak lain. Sedangkan untuk para responden yang akhirnya memilih profesi guru karena ketidak-sengajaan, tersebut pada awalnya memang dilatarbelakangi oleh ketidak tertarikan responden pada profesi guru. Akan tetapi setelah mendapat kesempatan mengajar, para responden menikmati perannya tersebut. Saat ditanya kenapa responden memilih guru sebagai profesinya, salah satu responden (R1) mengemukakan ketertarikannya untuk menekuni profesi guru muncul sejak tahun 1995 bulan maret dan sampai tidak dibutuhkan lagi alias pensiun, apalagi didukung oleh keluarganya terutama istri dan kerabat terdekatnya. Pangilan terhadap profesi guru juga timbul karena untuk menolong orang yang membutuhkan hal ini diungkapkan oleh pararesponden (R2, R8, R10, R14) terhadap sosok guru yang diidolakannya pada saat responden sekolah. Ketika memilih profesi guru itu menjadikan responden terdorong untuk menekuni profesi guru, sehingga diwujudkannya untuk mendorong, mendidik,
dan
mengajar
anak-anak
bangsa
yang
ketertinggan.
Keterbatasanguru maka diminta untuk mengajar sekolah tersebut. Memang kondisi kondisi ekonomi yang mengalami oleh responden (R2 , R8, R10, R14) juga akhirnya menjadi pertimbangan responden untuk memilih untuk mengikuti kuliah atau berali ke profesi lain. Seseorang akan merasa 208
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
termotivasi apabila telah mendapatkan apa yang diinginkannya. Secara khusus, motivasi diartikan oleh Masud (2002) sebagai penilaian, perasaan atau sikap umum guru terhadap pekerjaannya yang meliputiantara lain: gaji, hubungan sosial ditempat kerja, lingkungan kerja, dan pekerjaan itu sendiri. Faktor keluarga memang dominan dalam mempengaruhi responden dalam memilih profesi guru. Ketika ditanya tentang tanggapan keluarga terhadap profesi responden sebagai guru, semua responden menyatakan bahwa sebagian besar keluarga para responden mendukung profesinya sebagai guru. Keluarga para responden menyatakan bangga menjadi bagian dari keluarga seorang guru. Selain itu, keluarga yang tidak banyak menuntut juga merupakan bentuk dukungannya pada profesi responden. Setidaknya pemilihan profesi guru oleh para responden dalam penelitian ini masih mencerminkan nilai-nilai kerja serta persepsi responden terhadap profesi guru yang berdampak pada motivasi para responden dalam menjalankan profesinya. Namun hanya responden (R2) mengemukakan bahwa tidak ada tanggapan dari keluarga mendukung atau tidaknya memilih profesi sebagai guru 3.
Sikap Responden TerhadapProfesi Guru Ideal Setelah mengungkap berbagai kisah kehidupan responden selama menjadi profesi guru dengan berbagai keterbatasannya, kondisi guru ideal itu seperti apa yang diinginkan oleh para responden sebagai guru profesional.
Hal
tersebut
dilakukan
209
untuk
memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
permbandinganantara kondisi nyata yang dialami oleh responden saat ini dengan gambaran guru ideal yang bisa dijadikan pegangan responden untuk peningkatan kerja dirinya sendiri. Gambaran guru ideal yang didapat dari para responden tidak sama dari hal-hal yang mempengaruhi kinrerja guru adalah ada yang berstatus pegawai PNS dan juga ada yang pegawai swasta. Salah satu hal yang paling diinginkan responden adalah masalah status kepegawaian. Semua para responden mengatakan bahwa idealnya guru di seluruh Indonesia berstatus PNS, termasuk guru yang mengajar di sekolah swasta, sedangkan yayasan yang mengelola sekolah swasta tersebut hanya bertindak sebagai lembaga. Begitu pula dengan profesionalitas guru juga harus ditingkatkan. Selain itu, menurut responden fungsi guru tidak hanya mengajar mata pelajaran yang dikuasainya, tapi juga harus bisa mendidik moral siswa-siswinya. Sedangkan tentang posisi guru yang ideal menurut responden memang selayaknya guru juga harus bisa dijadikan teladan oleh siswa-siswinya dan juga mampu melayani siswa-siswinya dengan baik dalam hal memberikan materi pelajaran di sekolah. Selain itu responden lainya juga mengatakan guru ideal adalah pekerjaan mulia, guru adalah pendidik dan pengajar, harus bisa menjadi orang tua, dan sahabat bagi siswa serta guru juga harus memiliki ilmu teknologi yang matang untuk menuntun anak didik. Dan juga sudah lebih baik sebelum tahun 2007/2008 karena masih kurang banyak peminatnya menjadi guru yang ideal.
210
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ketika para responden ditanya oleh peneliti mengenai gaji ideal yang seharusnya mereka terima, para responden jawaban yang reponden lontarkan berbeda-beda. Ada yang menyebut nominal tertentu dengan berbagai alasan yang mendasarinya, ada pula yang tidak menyebutkan nominal. Bagi responden yang menyebut nilai gaji yang idel menurut, mereka beranggapan bahwa gaji ideal mereka adalah Rp 4.140.000 sampai Rp 4.200.000 per bulan untuk wilayah papua khusunya Kabupaten Mimika masih kurang (R1, R3, R6), alasannya adalah Untuk menunjang fungsi profesi guru, selain mengajar juga untuk pengembangan profesi misalnya dengan melanjutkan kuliah(R3). Alasan lainnya adalah besaran gaji menyesuaikan kebutuhan hidup sehari-hari (R1). Selain itu, gaji ideal dengan nominal tersebut dimaksudkan agar guru bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya dan mengantisipasi ketiadaan tunjangan hari tua bagi guru swasta (R6). Sementra (R2,
R4, R5,R7,R8,R9,R10, R11, R12,
R13,danR14) tidak menjawab. Sedangkan (R15,R16)menyatakan bagi guru ideal dan gaji yang ideal itu, dilihat dari kondiri dan wilayahnya tidak sama semuanya, bagi kami disini tidak bisa katakan lewat ucapan tetapi melihat perubah dalam pelayanan, pekerjaan, kesejahtraan itu sendiri. Dengan demikian para responden berpendapat ampir sama namun dari penyampaiannya dan ucapannya yang berbeda-beda, itulah situasi kondisi para guru-guru di Kabupaten Mimika Papua.
211
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Harapan Guru Ke Depan Setiap individu pasti mempunyai harapan yang berbeda-beda tentang masa depannya masing-masing. Begitupula dengan para responden yang memiliki harapan terkait profesinya sebagai guru selain memiliki gambaran ideal dalam profesi mereka. Peningkatan kinerja guru dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa statusnya sebagai guru juga perlu diperhatikan oleh Pemerintah melaluhi Dinas Pendidikan Menengah Kabupaten Mimika, tidak hanya PNS yang diperhatikan pemerintah. Pelaksanaan UU tentang Guru dan Dosen pun diharapkan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, yayasan tempat berjuang para responden juga diharapkan memberikan tanggapan positif atas komitmen yang dimiliki para responden yang telah mengabdi lebih dari 8 sampai 10 tahun sehingga yayasan bersedia mengangkat para responden menjadi Guru Tetap Yayasan. Dan juga pemerintah setempat seharusnya melakukan suatu sistem atau trobosan untuk memperhatikan status dan kesejahtraan guru-guru di Mimika dengan cara yang lebih mudah dikontrol atau awasi tetapi para pemimpin juga tidak profesional maka, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Mimika sangat minim alias terbelakang dari yang harapkan.
5.
Sumber Motivasi Dari penelitian ini, menemukan bahwa hal yang mendorong motivasi prestasi kinerja para responden. Faktor-faktor yang menjadi sumber
212
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
motivasi peningkatan kinerja tersebut adalah motif ekonomi, motif agama, dan motif sosial.
a.
Motif Ekonomi Tujuan memang merupakan motif utama seseorang untuk bekerja. Hal
tersebut terjadi karena setiap orang yang bekerja tujuan utamanyaadalah untuk mendapatkan upah atau gaji yang nantinya akan digunakan untukmemenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Motif ekonomi ini dapat berupa pemberian gaji yang tinggi, ataupun tunjangan. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa beberapa responden menyadari bahwa tujuan mereka bekerja adalah untuk mendapatkan gaji. Yang dipaparkan oleh salah responden (R12) “bila mana motivasi itu dari diri sendiri maka pertama, tidak bisa kita ungkiri lagi kita ingin sekali membantu ekonomi keluarga, kedua karena memang sudah panggilan, misalkan kita dikasih pekerjaan lain belum tentu dengan karakter kita saat ini”. Namun motif ekonomi bukan satu-satunya tujuan dalam menjalankan profesinya sebagai guru, karena setiap guru memiliki nilai-nilai kerja yang berbeda, yakni menganggap profesinya sebagai guru ini merupakan sebuah ‘panggilan’. Begitupula yang terjadi pada responden lain (R3, R9) yang menganggap motif ekonomi ini merupakan sumber dari kinejarnya dalambekerja maka motivasi lainnya adalah sebagai pelayanan dan hanya tanggung jawab sebagai seorang pelayanan. Namun kedua responden
213
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tersebut juga memiliki sumber motivasi lain selain motif ekonomi. Sedangkan para responden (R1, R2,R4,R5,R10, R11,R13,R15) berpendapat bahwa motif ekonomi tidak terlepas dari kembutuhan sehari-hari karana, profesi apapun yang orang kerja adalah untuk mendapat upah atau gaji, tidak mungkin orang kerja kerena alasan hanya pengabdian, di profesi mana pun pertama mencari nafkah sama halnya dengan profesi guru juga demikian. Sementara para responden lainya tidak menjawan motif ekonomi adalah (R6, R7, R14, 16). Pada dasarnya seseorang akan bekerja dengan prestasi yang tinggi karena, di mana tempat bekerja memperlakukanya dengan adil. Upah dan kesejahtraannya terpenuhi kebutuhan yang diinginkannya dapat peroleh sesuai dengan tingkat kemampuanya.
b.
Motif Agama Para responden yang memakai dasar-dasar ajaran agama sebagai
sumber motivasi prestasi kerja mereka. Nilai-nilai relegi yang terdapatpada diri semua responden tak terkecuali yang mendasari motivasi kerja responden tersebut. Dalam (Mulyasa 2013:88) kode etik guru bersumber dari nilai-nilai agama dan pancasila. Setiap manusia yang beragama pasti memiliki dasar-dasar agama yang digunakan untuk menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Bahkan tidak sedikit manusia yang beranggapan bahwa hidup mereka selama di dunia ini merupakan suatu bentuk ibadah kepada Tuhan, tidak terkecuali dalam hal
214
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bekerja. Semuaresponden mengemukakan hal yang sama, yaitu bekerja dimaknai sebagai salah satu bentuk ibadah. Para responden tersebut menilai bahwa dalam profesinya sebagai guru tidak hanya menanamkan nilai-nilai pendidikan formal, akan tetapi ada tanggung jawab moral dalam menanamkan nilai agama, yakni akhlak mulia pada setiap anak didiknya. Oleh sebab itu, nilai moral-spiritual yang telah tertanam dalam diri responden membuat para responden menjadikannya sumber motivasi baginya.
c.
Motif Sosial Pada hasil penelitian ini terdapat motif sosial yang didasasi oleh nilai-
nilai sosial individu yang timbul dari dalam diri individu untuk memberikan sesuatu yang dimilikinya untuk turut berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada penelitian ini terungkap pengaruh nilai sosial yang mendasari individu terhadap prestasikinerja responden. Dalam Sadirman (2010:130) bahwa sosialal senantiasa berhubungan dengan kehidupan sosial, atau kehidupan bersama antar manusia. Untuk dapat bergaul dengan sesama manusia dituntut adanya kemampuan berintraksi dan memenuhi beberapa persyaratan.1) guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien dengan orang tua/ wali murid dalam melaksanakan proses pendidikan, 2) guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, efektif dan efisien
215
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan, 3) guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah. Dalam menjalankan profesinya sebagai guru, beberapa responden berusaha memberikan kemampuan yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi orang tua wali, masyarakat, dan sekolah. Responden juga berusaha memberikan disisi materialisme maka dalam hal ini orientasi nilai sosial yang diutamakan. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden (R14) dalam memaknai profesinya sebagai guru ”tidak hanya pengabdian di sekolah saja tetapi sebagai anggota masyarakat juga harus mengabdi untuk sosial di mana kita berada. Jika suatu waktu diutus mengabdi di daerah lain kita
siap
bersedia
karena
itu
termasuk
pengabdian
sosial
yang
dilaksanakan”. Para responden semua (R1,R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10, R11, R12, R13, R15, & R16 ) menyatakan bahwa pada intinya kami adalah tidak terpisakan dari orang tua siswa, masyarakat, dan warga masyarakat di sekolah juga. Tidak hanya mengajar tetapi juga ikut terlibat dalam kegiatankegiatan yang ada dalam kehidupan sosial, para responden juga tidak terlepas dari sosial selain profesi sebagai guru. Juga para responden juga warga masyarakat di mana mereka berada sehingga para responden tidak terlepas dari hubungan sosial antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok sosial masyarakat. Guru juga punya beban moral ada enta itu menjaga nama baik pribadi maupun secara organisasi profesi guru, hanya saja masih banyak yang terjadi di mana-mana. Jika seorang
216
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
guru melagar atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji ditengah-tengah masyarakat sehingga, yang melihat guru itu tidak baik. Semua manusia punya kelemahan namun caranya bagimana kita menjaga nama baik profesi sebagai seorang pendidik dan pengajar, apa lagi masyarakat/ atau siswa biasanya guru dihormati oleh masyarakat umum.
6.
Faktor yang menghambat Peningkatan Kinerja Guru Faktor
utama
penghambat
peningkatan
kinerja
Guru
SMA
adalahminimnya ketidak seriusan dari intansi pendidikan itu sendiri dalam hal
pemberdayaan
dan
kesejahteraan
yang
diperoleh,
sehingga
menimbulkan persepsi negatif para responden. Seorang guru tidak dapat bekerja maksimal karena minimnyakesejahteraan yang diperoleh untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, seperti yang diungkapkan oleh beberapa para responden (R15,): “ semua guru itu namanya manusia seperti manusia pada umumnya sehingga kemauan dan keinginan untuk memiliki tidak terbatas. Jika profesi lain yang menguntungkan bisa saja berahli profesi tersebut kenapa tidak bisa. Ya keinginan menjar ideal itu ada hanya saja
alatnya
yang
tidak
mencukupi
seperti
teknologi,
mengikuti
sertifikasinya harus dikembangkan. Namun yang menjadi problema adalah makan, minum saja tidak mencukupi mana mungkin bisa menambah ilmu lagi. Masa guru saja lapar disuruh ikut kembangkan kereatif, tidak mungkin terjadi toh tampah dorongan dari material yang bisa mendukung”.
217
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden (R2) “ ya banyak faktor tapi yang memjadi beban saya adalah jika saat ini melihat kondisi anak-anak masih banyak yang putus sekolah sehingga, merasa sedi. Nanti kedepan siapa yang pimpin mereka, apakah mereka menajadi pesuruh seumur hidup atau nanti tukang mintaminta (alias pengemis) bila suatu saat nantiTimika lebih maju seperti kota besar lainnya. Selain itu mungkin kami para guru dan orang tua yang gagal dalam inplementasikan generasi muda dikemudian hari. Sedangkan yang tidak memberikan tangapanya tapi hanya menyatakan ya pasiti ada adalah (R3, R6, R9, R10,R12, R14). Sementara para responden lainnya yang menyatakan tidak ada yaitu (R1, R5, R8, R11, R13, R16). Selain yang sama sekali tidak menyatakan faktor yang menghabat kinerja guru adalah para responden (R4, R7). Sebenarnya faktor-faktor yang menghabat prestasi kinerja guru, ini tidak mungkin bagi papua karena, sudah ada kelimpaan rupiah, tetapi yang menjadi pertanyaan dan harus dijawab adalah pemimpin-pemimpin Papua yang tidak berkompeten sehingga masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa serta masyarakat tidak bisa di perhatikan dengan sunggu-sunggu oleh Dinas yang terkait. Selain itu guru juga kadang kala yang berstatus PNS tidak bekerja sunggu-sunggu, asal tidak kerja tapi dapat gaji itu yang terjadi pada guru. Kalau kita tegok di tempat lain kesejahtraan dan fasilitas penjunyang itu sudah ada lengkap jadi para guru tidak mengelu lagi tetapi berpikir mengajar dan pendidik.
218
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain itu faktor insfrastruktur yang tidak memadai untuk menunjang peningkatan kinerja guru dan juga dalam hal pembangunan fisik tidak merata antara kota dan pendalaman sehingga kondisi mutu pendidikan di Mimika sangat rendah di bandingkan kota-kota lain di penggunungan tengah papua. Pendidikan di Mimika belum efektif membangun sember daya manusia muda/ mudi pribumi Mimika asal tujuh suku. Jika lembaga pendidikan menyatakan ada kemajuan namun, itu hanya omong kosong belaka atau hanya dari kacat mata luar saja. Data kemajuan tersebut dari orang-orang pendatang dari luar papua, yakni imigran, pedagang dan karyawan yang berdomisili di Mimika Kota. Jadi tidak bisa menyatakan mutu pendidikan Mimika maju, melainkan mudur lebih jauh dibanding waja pendidikan tempo dulu.
219
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB VI PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan, hasil penelitian serta pembahasan yang diperoleh peneliti menarik kesimpulan bahwa terdapat masalah yang sangat serius berada di Dinas Pendidikan Menengah, LPMAK dan para guru belum maksimal menangani masalah pendidikan maupun kinerja guru itu sendiri di Kabupaten Mimika. Untuk memperoleh keberhasilan pendidikan, keberadaan profesi guru sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan lagi dalam hal kinerja guru sebab kinerja guru merupakan kemampuan yang ditunjukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Kinerja guru dapat diamati melalui unsur perilaku yang ditampilkan guru sehubungan dengan pekerjaan dan prestasi yang dicapai berdasarkan indikator kinerja guru. Masalah yang sangat serius adalah tingkat kinerja guru yang berpatok pada motif kessejahtraan, ekonomi, sosial dan agama berarti para guru bekerja tidak sunggu-sunggu. Kondisi pendidikan mudur atau maju jika kita bandingkan pendidikan kota Timika tempo dulu dan sekarang, sekarang mudur tidak maju. Angka data penunjukkan Pendidikan Kota Mimika maju tetapi kontribusi angka itu dari mana kita harus tahu bahwa angka itu bukan dari putra/putri Mimika melainkan angka itu dari putra/putri luar Mimika dan luar Papua yang mengenyam pendidikan di Kota Mimika. Dari tahun ke
220
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tahun masalah pendidikan tidak ada perubahan. Memang benar jika dalam data dinas Pendidikan dan Kebudayaan ada peningkatan pendidikan ada namum itu tidak benar karena, jika ada satu atau dua sekolah yang memberikan hasil mutu dan kualitaspendidikan baik, sedangkan sebagian besar sekolah memberikan hasil yang kurang memuaskan di Kabupaten Mimika berarti masalah Pendidikan masih belum tangani dengan serius oleh pemimpin mimika itu sendiri. Temuan di lapangan bahwa problema ada pada pemberdayaan guru tidak secara efektif dalam mempersiapkan profesionalisme gurunya untuk menciptakan profesionalitanya, dan pemberdayaan guru muarahnya pada pemberian dukungan penuh dalam mempersiapkan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru-guru, maka secara otomatis akan mempengaruhi semangat mengajar guru di kota mimika berkurang. Pengaruh dari dukungan atas pengabdian guru otomastis mencipatakan suatu perubahan dalam diri guru dan lingkungannya. Sehingga keutuhan gambaran guru dapat dikonstruksi dari ciri khasnya dan mengarah pada kompetensi guru yang memuat tiga komponen dasar, yakni (1) guru yang kompoten mengajar bidang studi yang diajarkan, (2) guru yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, dan (3) guru yang trampil dalam melakukan tugas kesehariannya. Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh beberapa indikator antara lain pertama kepribadian dan dedikasi yang tinggi menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dari sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing peserta didik; faktor pengembangan 221
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
profesional guru sangat penting karena tugas dan perannya bukan hanya memberikan informasi ilmu pengetahuan melainkan membentuk sikap, karakter, dan jiwa; kemampuan menjagar, guru merupakan penguasaan guru atas kompetensi; komunikasi yang terjadi dalam lingkungan kerja adalah memberikan dukungan bagi kelancaran tugas guru di sekolah; selain itu faktor tingkat kesejahtraan, memberikan insentif yang pantas sebagai wujud memperbaiki tingkat kesejahtraan guru guna mencegah guru melakukan kegiatan membolos karena mencari tambahan di luar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya melakukan perbaikan pada kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar tetapi juga perlu dan penting diikuti dengan penataan manajemen pendidikan yang mengarah pada peningkatan kinerja guru melalui optimalisai peran sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pihak Dinas Pendidikan setempat untuk memberikan rasa nyaman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu optimalisasi kegiatan penataran harus betul-betul menyetuh kebutuhan guru agar bermanfaat bagi peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar siswa sehingga kedepan kegiatan pelatihan dan semacamnya harus mampu diprogramkan supaya tidak tumpang tindih dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar sebagai dampak guru mengikuti kegiatan tersebut. Guru sekolah menengah atas kota Mimika terlihat, aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru pengajar. Dan juga memberikan 222
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kontribusi kualitas pendidikan di Kota Mimika, tetapi tidak sepenuhnya meningkatkan kinerja guru SMA seluruh Mimika, karena masalahnya guru yang bekerja di kota dan mengajar di pingiran Mota Mimika tidak sama untuk meningkatkan kualitas Peningkatan kinerja guru pada jenjang Penididikan Penegah Atas. Dinas pendidikan tidak optimal memberikan hasil yang baik dalam pembagunan kemajuan sember daya manusia di Mimika. Terutama peningkatan kualitas kinerja guru karena, para guru masih berkinginan menamba ilmu namun Dinas Pendidikan tidak pernah memfasilitasi para guru tersebut. Untuk memperoleh keberhasilan pendidikan, keberadaan profesi guru sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan dalam hal ini kinerja guru sebab kinerja guru merupakan kemampuan yang ditunjukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Kinerja guru dapat diamati melalui unsur perilaku yang ditampilkan guru sehubungan dengan pekerjaan dan prestasi yang dicapai berdasarkan indikator kinerja guru. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan sehingga perlu melakukan upaya pembenahan baik secara internal maupun eksternal maka hal yang harus dipenuhi oleh guru dengan memahami dan mengusai kompetensi dasar yang dipersyaratkan.
223
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang mendapat beberapa saran yang dapat diterapkan bagi pembangunan sumber daya manusia (SDM) Kabupaten Mimika. Kemajuan sumber daya manusia di tergantung pada diri sendiri orang papua yaitu pemimpin kita. Pemimpin tidak kompeten maka dampak dari pada tidak kompeten itu sangat luar biasa, dan menjadi korban utama adalah rakyatnya sendiri. Pemimpin adalah tolak ukur pembangunan suatu wilayah, pemimpin adalah pengambil keputusan, daya pikir pemimpin adalah cerdas dan universal. Pendidikan sekolah menengah di kabupaten Mimika secara umumnya dan secara khususnya pendidikan sekolah menengah di Kabupaten Timika terajadi kemajuan yang sangat luar biasa. Tetapi hal itu hanya sekedar isu yang membenarkan diri sendiri sehingga masyarakat luar dipuji kinerja yang gagal secara universal itu. Di bawah komado kepala Dinas Pendidikan menegah kabupaten Mimika gagal membangun sumber daya putra-putri asli tuju suku mimika dan umunyapapua. Kepemimpinan sekarang tidak ada monotoring/mengontrol, mengawasi, dam memperhatikan sekolah-sekolah di Kabupaten Mimika, dan juga perlu memperhatikan kegiatan para guruguru di sekolah masing-masing. Setelah mengadakan penelitian di dinas pendidikan menengah dan seko-sekolah SMA di kota mimika. Sehingga kami dapat memberikan saran yang dapat dijadikan acuan bagi pihak Dinas Pendidikan Menengah, sekolah-sekolah, dan guru-guru. Sehingga, segera memperbaiki dan
224
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tuntaskan kinerja Dinas Pendidikan menengah kabupaten Mimika. Tingkatkan kualitas kepemimpin Dinas Pendidikan Menengah kabupaten Mimika, maka perlu adanya peningkatan dalam berbagai faktor. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Masalah peningkatan prestasi kinerja guru di Kabupaten Kimika adalah ada di Instansi Dinas Pendidikan menengah Kabupaten Mimika, maka segera evaluasi kinerja Kepala Dinas Pendidikan menengah
Kabupaten
Mimika.
Tujuannya
adalah
untuk
menggutamakan masa depan putra/putri muda di Kabupaten Mimika, dan juga profil pendidikan di kabupaten Mimika lebih baik dari sekarang, karena dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 ini tidak ada kemajuan dan perubahan yang signifikan, namun terjadi sekarang adalah kemunduran kualitas kependidikan sekolah-sekolah di Mimika tidak merata mendapat pelayanan yang layak oleh Dinas dan kemunduran pendidikan di Kota Timika serta kemunduran pendidikan pendalaman dan pesisir pantai di Kabupaten Mimika. Tidak bisa tolak ukur pendidikan Mimika maju, jika kota dan kampung masalah pendidikan tidak merata sampai saat ini. 2.
Guru-guru menjalankan tugas di sekolah dengan baik, berarti tidak mempersalahkan guru-guru yang bertugas di. Sekolah. Tetapi guru sebagian besar tidak lagi jiwa membanggun, dan mengabdi. sehingga penulis sarankan bahwa kesalahan terbesar ada di Dinas Pendidikan
225
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Menengah Kabupaten Mimika. Karena tidak ada monotoring dengan ketat oleh Dinas sendiri. 3.
Sekolah-sekolah di kota Mimika beroperasi secara sukup baik, tapi penulis sarankan kepada kepala dinas pendidikan menengah dan para kepala sekolah agar lebih meningkatkan manajemen waktu yang efisien dan efektif sehingga pekerjaan tidak menjadi tumpukan. Karana hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa waktu dan pelayanan tidak optimal, hal ini terjadi karena, Dinas Pendidikan menengah sendiri tidak kompeten dan tidak profesional.
4.
Dinas pendidikan menengah harus tingkatkan dan fasilitasi guru-guru dalam rangka mengikuti pelatihan-pelatihan, kursus, seminar-seminar studi banding antar daerah, kota, dan provinsi . Kegihatan ini lebih khusus untuk guru-guru SMA seluruh di Kabupaten Mimika.
5.
Dinas Pendidikan Timika buatlah suatu sistem kerja kontrak guru jangka pendek dan jangka panjang. Karena saat ini zaman otonomi khusus plus UP4 yang banyak dana mengalir di papua dan khususnya di Mimika. memfokuskan untuk pendidikan di Timika. Karena peneliti melihat tidak ada program kerja satu pun untuk pendidikan di mimika yang jelas dan nyata. Saat ini kinerja
Dinas Pendidikan
adalah tertudu pada program lama yaitu satu program kerja untuk sekabupaten Mimika tidak berfokus pada pendidikan menengah. 6.
Satu hal yang perlu penulis sarankan adalah tidak adanya hubungan kerja sama yang baik antara Dinas Pendidikan dan Lembaga
226
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), kabupaten Mimika. Pada hal sudah beberapa tahun lalu sudah tanda tangan kerja sama MoU tapi faktanya tidak jelas kerja sama arahnya ke mana dan sampai mna hasilnya, hal ini jadi pertanyaan besar. Seolah-olah beban ini ditanggung oleh LPMAK dan kinerja Dinas pendidikan ke nama?Maka tingkatkanlah hubungan kerja sama yang baik dan mempertanggungg jawabkan sesuai dengan bagiannya pekerjaannya masing-masing. 7.
Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah SMA di Kabupaten Mimika. Supaya mendukukng proses belajar mengajar seperti melengkapi koleksi buku-buku di perpustakaan dan alat-alat praktik lainya yang diperlukan sesuai dengan program bidang studi yang ada di sekolah masing-masing.
8.
Kegiatan proses belajar mengajar hendaknya lebih tingkatkan terutama peningkatan terhadap kedisiplinan para guru dalam pengajaran maupun pelayanan, sehingga dapat lebih kondusif dan maju prestasi kinerja guru.
9.
Untuk sekolah neregi dan sekolah-sekolah favorit utamakan tuju pulu lima persen (75%) anak daerah. Karena yang diutamakan adalah SDM anak-anak pribumi, hal ini penulisan temukan kebanyakan sekolah negeri utamakan anak-anak pendatanng sehingga untuk mengetahui peningkatan prestasi anak-anak Mimika sangat menutupi oleh anak-
227
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
anak non Mimika dan masih anak-anak pribumi yang sekolahnya pilih yang tidak berkualitas sehingga kemajuan SDM sangat minim di Mimika. 10.
Hal ini penting bagi seluruh lapisan masyarakat Papua dan pada khususnya Kabupaten Mimika bahwa, jagan ikut-ikutan dengan istilah ada rupiah ada ijaza. Hal ini banyak gelar yang palsu merajalela di serluruh papua sehingga pembangunan dalam pendidikan sangat mundur sekali dari pada zaman belanda tiga stagah abad yang lalu. Jika hal ini turus-turusan bagaimana dengan ilmu yang sebenarnya berisi dan mempunyai kompentensi yang luar biasa sehingga Papua bisa bersaing dengan kota-kota besar lain di Indonesia bahkan di tingkat Manca Negara.
228
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar Pustakar. 1. Aminus Dollame proposal analisis profesionalitas guru SD daerah pendalaman kabupaten mimika. 2. Dr. H. Martinus Yamin, M. Pd. Cetakan ke lima 2011: Profesionalisme guru dan implementasi KTSP penrbit Gaung Persada Press Jakarta 3. Dr. H. Martinus Yamin, M. Pd. & Dra. Maisah, M. Pd. I.standarisasi kinerja guru gaung persada press Jakarta 2010 4. Dr. Mululyasa, M. Pd. Menjadi Guru Profesional cetakan kesebelas 2011 bandung dicetak oleh PT remaja Rosdakarya Offset-Bandung 5. Dr. Jejen Musfah, M.A. peningkatan kompentensi guru melalui sumber belajar teori dan praktek edisi pertama cetakan ke I2011 penerbit perdana media grup 6. Dr. Ibrahim Bafadal, M. Pd. Seri manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah penerbit PT bumi angkasa jakarta 7. Dr. Iskandar, Agung, M. Si Menghasilkan guru kompetensi & profesional cetakan pertama, Oktober 2012: 101-108). Penerbit Bee Media Indonesia 8. Drs Cholid Narbuko Dan Drs H. Abu Achmadi
229
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Metode Penelitian cetakan kesembilan Jakarta: penerbit PT Bumi Aksana 2008 9. Guru Dr. H. Martinus Yamin, M. Pd. Dan Dra. Maisah, M. Pd. I. Standarisasi Kinerja 10. landas LPMAK andalan masyarakat halaman 7 edisi 27-28, november-desember 2007). 11. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru 2013 penerbit Pt Remaja Offset- Bandung. 12. Sardiman Intraksi dan Motivasi belajar mengajar Ed. 1-18.- Jakarta: Rajawali Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Pers 2010 Dicetak Kharisma Putra Utama Offset 13. Jurnal Educare. Vol 1 Tahun I Januari–Juli 2007. UPI Bandung 14. (www.Rezaervani.com http://groups. Yahoo.com/group/rezaervani) 15. http://bloggermalastukangcopypaste.blogmoncrot.com/hubungan-antaratingkat-pendidikan-dan-pelatihan-dengan-kinerja-profesional-guru-smanegeri-di-kota-blitar/ 16. http://www.rmol.com/Peran-Swasta-di-Dunia-Pendidikan-SangatDibutuhkan). 17. http://gadogadozaman.blogspot.com/peran-serta-masyarakat-dalampendidikan). 18. http://muhlis.files.wordpress.com/profesionalisme-kinerja-guru).
230
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19. http://muhlis.files.wordpress.com/profesionalisme-kinerja-guru
231
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran A: Pertanyaan Panduan Wawancara Guru Wawancara untuk Penelitian “Peningkatan Kinerja Guru SMA di Kabupaten Mimika Provinsi Papua” A.
B.
Identitas responden / Informan 1.
Nama : ................................................................................................
2.
Tempat dan Tanggal Lahir : ...............................................................
3.
Jenis Kelamin : .................................................................................
4.
Suku :..................................................................................................
5.
Alamat : ..............................................................................................
6.
Pendidikan Terakhir : .........................................................................
7.
Tahun Lulus : .....................................................................................
8.
Status Perkawinan : ............................................................................
9.
Status dalam Keluarga :......................................................................
10.
Status Kepegawaian : .........................................................................
11.
Masa Kerja : .......................................................................................
12.
Jumlah Jam Mengajar : ......................................................................
13.
Gaji : ...................................................................................................
14.
Tunjangan yang diperoleh: .....................................................................
Latar belakang memilih profesi guru 1.
Apa alasan anda memilih guru sebagai pekerjaan anda?
2.
Ketika memilih pekerjaan sebagai guru, apakah anda meminta atau memperoleh pertimbangan
dari
orang
lain?
Seperti
pertimbangannya? 3.
Sejak kapan menjadi guru? Dan mau sampai kapan?
4.
Adakah masalah dengan status kepegawaian sebagai Guru?
5.
Pernah mencoba mendaftar menjadi PNS? ( Jika belum jadi PNS)
6.
Bagaimana tanggapan keluarga anda tentang pekerjaananda?
232
apa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C.
Kesejahteraan Responden 1.
Apakan gaji anda sebagai guru mencukupi untuk memenuhi kebutuhan?
2.
Jumlah jam mengajar anda apakah sudah sesuai dengan gaji yang anda terima? Alasannya?
3.
Berapa gaji guru yang ideal menurut anda?
4.
Dengan segala kekurangan yang anda alami, apakah anda menerima kondisi seperti ini? Apakah karena anda orang jawa
yang punya
prinsip menerima? 5.
Apakah anda mempunyai pekerjaan sambilan selain mengajar?
6.
Mengapa anda masih menekuni pekerjaan sambilan? (jika jawaban pertanyaan sebelumnya menyatakan ada pekerjaan sambilan)
7.
Jika ada profesi lain yang lebih menguntungkan secara materi, apakah anda mempunyai keinginan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai guru dan beralih ke profesi tersebut?
8.
(Untuk guru wanita) sebagai wanita, menurut anda bekerja itu wajib atau tidak?
9.
D.
Ada perbedaan perlakuan antara guru laki-laki dan guru perempuan?
Motivasi Kerja 1.
Adakah keinginan anda untuk menjadi guru yang berprestasi?
2.
Apakah anda berusaha berinisiatif untuk menciptakaninovasi baru dalam metode mengajar?
3.
Adakah keinginan untuk meningkatkan ilmu lagi? (misal dengan kuliah lagi atau mengikuti workshop-workshop)
4.
Ketika gaji dianggap kurang, apa yang bisa anda jadikan motivasi?
5.
Apakah anda sering absen / kosong jam pelajaran? Mengapa?
6.
Apakah ada target yang membebani anda ketika mengajar? (misal: target kelulusan atau target akreditasi sekolah)
233
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E.
Sikap Responden terhadap Profesi Guru 1.
Bagaimana anda melihat profesi guru saat ini?
2.
Apa ada beban moral anda sebagai guru bila berada di tengah-tengah masyarakat?
3.
Kalau yang anda jalani, guru itu sebagai profesi:
Karena hobi/bakat mengajar
Untuk pengabdian/sosial
Ibadah
Atau
karena
sebagai
sumber
nafkah
untuk
memenuhi
kebutuhan? 4.
“Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, menurut anda?
5.
Apa prisnsip hidup anda?
6.
Hal terberat atau bahkan terburuk yang anda alami ketika menjadi guru?
7.
Hal paling berkesan atau menyenangkan yang anda alami ketika menjadi guru?
8.
Apa harapan anda kedepan tentang pekerjaan anda, dan gambaran guru yang ideal seperti apa?
234
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran B : Foto Responden
Drs. Daud Pangala Guru SMA YPPGI
Yusri Guru SMA YPPGI
Sem Pakage Kepala Sekolah SMA YPPGI Kepala sekolah Serta para Guru-Guru SMA Advent
Kepalah Sekolah SMA Negeri 1
Para Guru-Guru SMA Negeri 1 Mimika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran C : Lokasi Penelitian
Gedung Pemerintahan Dinas Pendidikan Menengah Mimika Gedung SMA Negeri 1 Mimika
Gedung SMA YPPGI MIMIKA
Gedung SMA Advent Mimika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI