PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MAKNA KERENDAHAN HATI SANTO VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Belinha Da costa Monteiro NIM: 091124040
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Tarekatku KYM yang tercinta, tempatku ditempa dan diajari untuk belajar rendah sebagai salah satu keutamaan yang dipegang teguh oleh St. Vincentius a Paulo Kedua orangtuaku sebagai orang yang pertama yang telah mengajarkan kerendahan hati! Semua orang yang telah mendukung panggilanku menjadi pengikut Kristus yang sejati secara khusus melalui pengabdian hidup di tarekat KYM Semua yang telah berjasa dalam hidupku, terimakasih atas segalanya.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Kita tak perlu mengamati dan memperhatikan secara khusus kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri kita; sebaliknya kita harus berusaha mengenal apa saja yang tidak baik dan penuh cacat yang terdapat dalam diri kita, dan bahwa inilah sarana yang ampuh untuk memelihara kerendahan hati.” (Santo Vincentius a Paulo, 2010 hlm 77)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah “MAKNA KERENDAHAN HATI ST. VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM).” Hal yang melandasi penulisan skripsi ini adalah fenomena dalam masyarakat yang semakin hari semakin mengedepankan kekerasan dalam berbagai bentuk. Para suster KYM yang mengikrarkan ketiga kaul hidup dalam zaman ini sehingga terbuka peluang dapat merasakan kekerasan seperti yang terjadi dalam masyarakat. Penulis menyadari pentingnya kerendahan hati untuk bisa hidup di zaman seperti ini. Tanpa kerendahan hati, maka setiap orang akan hidup dengan mengedepankan kekerasan dalam meraih segala hal yang diinginkan. Manusia akan hidup dalam keegoisan dan tidak mengenal kasih sayang terhadap sesama. Dalam konteks inilah kerendahan hati sangat diperlukan. Kerendahan hati ini perlu dimulai dan dihidupi dalam persaudaraan para suster KYM di komunitas kecil yang pada akhirnya menyebar luas ke dalam dunia. Kerendahan hati dalam hidup dan pelayanan para suster KYM akan menjadikan dunia sekitarnya menjadi sebuah tempat yang damai. Penulis mengawali skripsi ini dengan memaparkan makna kerendahan hati dari berbagai aspek terutama pemahaman Injili dan pemahaman kepribadian yang rendah hati. Selanjutnya, penulis memaparkan kerendahan hati yang dihidupi oleh Santo Vincentius a Paulo sebagai model. Penulis sadar bahwa tidak mudah bagi kita untuk sampai pada kerendahan hati seperti yang kita harapkan. Kita masih perlu belajar dan menghidupi kerendahan hati karena dunia luar kita semakin penuh dengan berbagai tindak kekerasan yang seringkali mendorong kita untuk melakukan pembalasan. Secara khusus kepada para suster KYM, Santo Vincentius a Paulo mengatakan bahwa Kita tak perlu mengamati dan memperhatikan secara khusus kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri kita; sebaliknya kita harus berusaha mengenal apa saja yang tidak baik dan penuh cacat yang terdapat dalam diri kita, dan bahwa inilah sarana yang ampuh untuk memelihara kerendahan hati. Dengan begitu, menyadari kekurangan dan semua hal yang tidak baik dalam diri kita, merupakan sarana untuk belajar kerendahan hati bagi para suster KYM. Pribadi yang rendah hati, akan lebih cenderung mengenal dan melihat hal-hal buruk dalam dirinya daripada menyombongkan kelebihan-kelebihan dalam diri sendiri. Dengan kerendahan hati, maka para suster KYM akan mampu menghadapi kekerasan yang terjadi di sekitarnya dengan melawannya dengan keutamaan kerendahan hati. Karena itu, para suster KYM diharapkan untuk semakin mampu menghidupi keutamaan kerendahan hati karena dengan semangat rendah hati dunia ini akan penuh damai dan terhindar dari berbagai bentuk kekerasan.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The title of this writing is "THE MEANING OF HUMILITY ST. VINCENTIUS DE PAULO IN THE SISTERHOOD OF THE SISTER OF LOVE OF JESUS AND MARY MOTHER OF GOOD HELP (KYM)." Thing that underlies this paper is the phenomenon in a society that is increasingly prioritized violence in many forms. The KYM Sisters three vows are pledged to live in this era so there are opportunities to feel the violence that occurs in the community. The authors recognize the importance of humility to be able to live in times like these. Without humilit, then everyone would live by promoting violence to achieve everything desired. Humans will live in selfishness and knows no compassion for others. In this context, humility is needed. This humility should be initiated and the sisterhood of the sister of love of Jesus and Mary Mother of Good help lived in a small community that eventually spread to the world. Humility in the life and ministry of the KYM sisters will make the surrounding world into a peaceful place. Researcher begins this work by describing the meaning of humility, especially understanding the various aspects of evangelical and low understanding of personal humility. Furthermore, the researcher describes humility lived by St. Vincent a Paulo as models. The writer is aware that it is not easy for us to arrive at humility as we expect. We still need to learn and live out humility because our outer world increasingly filled with acts of violence that often encourages us to take vengeance. To the members of KYM sisters, St. Vincentius a Paulo said that we do not need to observe and pay particular attention to the virtues that exist within us; instead we should try to know what is not good and full of defects that are within us, and that this is a powerful tool to maintain humility . By doing so, aware of the shortcomings and all the things that are not good in us, a means to learn humility for the KYM sisters. Personal humility, would be more likely to know and see the bad things in themselves rather than boast advantages in yourself. With humility, then the KYM sisters will be able to deal with the violence surrounding the fight with the virtue of humility. Because of that, the KYM sisters expected to increasingly able to support the primacy of humility because the humble spirit of this world will be full of peace and avoid the various forms of violence.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang penuh kasih, karena penulis merasakan betapa besar kasih-Nya yang dilimpahkan secara khusus selama penulisan skripsi ini berlangsung, hingga sampai selesai dikerjakan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik. Judul skripsi ini adalah “MAKNA KERENDAHAN HATI SANTO VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM).” Banyak hal dapat penulis rasakan selama penulisan skripsi ini berlangsung. Pentingnya disipilin diri, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, menyeimbangkan hidup doa, kepentingan komunitas atau persaudaraan dengan tetap mengutamakan penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah. Ada kalanya penulis jatuh pada godaan lebih mengutamakan yang satu, namun di saat yang bersamaan muncul tuntutan yang juga tidak kalah penting. Berkat doa dan selalu berpengharapan bahwa Allah selalu menyelenggarakan hidup penulis, maka semua masalah dan kendala bisa diatasi dan penulisan skripsi ini juga akhirnya bisa terselesaikan. Dukungan dari berbagai pihak menjadi salah satu energi positif bagi penulis untuk selalu bersemangat meneruskan penulisan skripsi ini, khususnya dosen pembimbing yang sedemikian besar memberi perhatian dengan menyediakan waktu yang cukup, tenaga dan pikiran, untuk membimbing penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. Kebaikan dosen pembimbing untuk menjadi pendengar dan juga sebagai “problem solver” ketika penulis mengalami drop/down selama penulisan skripsi ini berlangsung, sungguh
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menjadi kekuatan bagi penulis dalam melalui masa-masa yang sulit ini. Dukungan dari pimpinan KYM dan semua saudara sekomunitas dengan cara mereka masingmasing sungguh menjadi daya kekuatan bagi penulis. Tidak lupa juga persaudaraan dari segenap anggota dari Lembaga Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Berkat bantuan dari berbagai pihak tersebut, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran yang tak ternilai kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. 2. P. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A sebagai pembaca II yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berharga demi penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Y. Supriyati, M. Pd., Sebagai dosen Wali yang setia mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. 4. Segenap staf dosen program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma. 5. Pimpinan tarekat KYM beserta dewannya yang memberikan kesempatan untuk studi. 6. Segenap anggota komunitas KYM Louisa de Marillac Yogyakarta yang memberikan dukungan, semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. 7. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan perhatian selama penulisan skripsi ini berlangsung.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................
ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii PERSEMBAHAN.............................................................................................. iv MOTTO .............................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................xviii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
4
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................
5
E. Metode Penulisan ...................................................................................
5
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................
6
BAB II. KERENDAHAN HATI MENURUT SANTO VINCENTIUS ........
8
A. Pengertian Kerendahan Hati....................................................................
8
B. Kerendahan Hati Menurut Vicentius....................................................... 12 1. Pengertian Kerendahan Hati menurut Vincentius............................. 12 a. Pengenalan Diri Sendiri............................................................... 13 b. Kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan ........... 15 2. Sarana-sarana untuk Memperoleh Kerendahan Hati menurut St. Vincentius ...................................................................... 18 a. Doa .............................................................................................. 18
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Kerasulan ..................................................................................... 19 c. Hidup Persaudaraan ..................................................................... 21 C. Makna Kerendahan hati Vincentius dalam hidup para Suster KYM ............................................................................................ 22 1. Kerendahan hati dalam hubungan dengan Allah .............................. 23 2. Kerendahan hati dalam karya kerasulan ........................................... 25 3. Kerendahan hati dalam hidup persaudaraan ..................................... 26 D. Tantangan Zaman .................................................................................... 28 1. Gaya Konsumtif ................................................................................ 29 2. Berpusat pada diri ............................................................................. 30 3. Kesombongan ................................................................................... 31 BAB III. KERENDAHAN HATI DALAM PERSAUDARAAN TAREKAT KYM ............................................................................. 32 A. Pengertian Persaudaraan ......................................................................... 32 1. Persaudaraan Kristiani ...................................................................... 32 2. Spiritualitas Persaudaraan KYM....................................................... 38 3. Persaudaraan dalam Komunitas ........................................................ 40 4. Persaudaraan dalam Karya ................................................................ 47 5. Persaudaraan dalam Kerjasama ........................................................ 49 B. Kerendahan Hati ...................................................................................... 50 1. Kerendahan Hati Dalam Kaul ........................................................... 51 a. Kaul Kemiskinan ......................................................................... 53 b. Kaul Kemurnian .......................................................................... 53 c. Kaul Ketaatan .............................................................................. 55 2. Kerendahan Hati dalam Komunitas .................................................. 57 3. Kerendahan Hati dalam Doa ............................................................. 61 4. Kerendahan Hati dalam Kerasulan ................................................... 63 5. Kerendahan hati dalam Kepemimpinan ............................................ 64 C. Kerendahan Hati Vincentian dalam Dinamika Persaudaraan ................. 66 1. Kerendahan Hati orang miskin dalam persaudaraan ........................ 66 2. Allah Mengangkat orang miskin....................................................... 68
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Kuasa Allah dalam derita Manusia ................................................... 70 4. Kerendahan Hati buah kedewasaan iman melalui usaha terus-menerus .................................................................................... 71 D. Masalah-masalah dalam Penerapan Kerendahan hati “Vincentius” dalam hidup para suster KYM ......................................... 72 1. Kurangnya keteladanan dari komunitas ............................................ 73 2. Kurangnya keteladanan dari senior dengan yuinor ........................... 74 3. Kerendahan hati yang dianggap tidak relevan zaman Sekarang ............................................................................................ 77 BAB IV. PROGRAM PEMBINAAN SUSTER KYM DALAM ON GOING FORMATION DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS.................................................... 79 A. Gambaran Umum Katekese .................................................................... 79 1. Pengertian Katekese .......................................................................... 79 2. Prinsip-prinsip Katekese ................................................................... 82 3. Tujuan Katekese................................................................................ 84 4. Tugas Konkret Katekese ................................................................... 85 a. Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan ........................... 85 b. Membimbing umat beriman untuk memahami misteri Kristus ......................................................................................... 86 c. Mendorong umat beriman bertindak aktif dalam Gereja dan masyarakat ............................................................................ 86 5. Unsur-unsur Katakese ....................................................................... 88 a. Pengalaman Hidup/Praktik Hidup ............................................... 88 b. Komunukasi Pengalaman Hidup ................................................. 88 c. Komunikasi dengan Tradisi kristiani........................................... 88 d. Arah Keterlibatan Baru................................................................ 89 B. Proses Katekese dalam On Going Formation ......................................... 89 1. Kemampuan Intelektualitas .............................................................. 80 2. Kemampuan Sosialitas ...................................................................... 89 3. Kemampuan Rasa Merasa rohani ..................................................... 90 4. Kemampuan Kesehatan Jasmani....................................................... 90
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Kemampuan Mental-Psikologis ........................................................ 90 6. Kenyataan Kebutuhan Masyarakat ................................................... 90 C. Peranan Katekese dalam On Going Formation bagi pembentukan pribadi yang berhati kerendahan hati................................ 92 D. Pemilihan Metode Katekese .................................................................... 93 1. Model: Shared Christian Prakxis (SCP) ........................................... 93 2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Katekese Model (SCP)................... 95 a. Pengungkapan Praksis Faktual .................................................... 95 b. Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman hidup Faktual ......................................................................................... 95 c. Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau ........................................................................ 96 d. Interpretasi Tafisr Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani tradisi dan visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Peserta ........................................................................... 96 e. Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah Di Dunia............................................................. 97 E. Usulan Program Pembinaan Suster KYM ............................................... 98 1. Pengertian Program Pembinaan ........................................................ 98 2. Latar Belakang Program Pembinaan ................................................ 99 3. Tujuan Program Pembinaan .............................................................. 101 4. Tema-Tema Dalam Program Pembinaan .......................................... 102 5. Penjabaran Program ..........................................................................105 BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 129 A. Kesimpulan.............................................................................................. 129 B. Saran ........................................................................................................ 130 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 132 LAMPIRAN ....................................................................................................... 135
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
DKU
: Direktorium Kateketik Umum, direktorium yang dikeluarkan di Roma pada 11 April 1971.
EN
: Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil 8 Desember 1975.
KHK
: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II. 25 Januari 1983.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 4 Desember 1963.
C. Singkatan lain Art
: Artikel
BBEV
: Butir-butir Emas Vincentius
Bdk
: Bandingkan
Direktorium KYM
: Direktorium Kongregasi suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik yang dikeluarkan pada Kapitel Umum 2009 di Pematang Siantar.
HaVin
: Hari Vincentius
Kan
: Kanon
Konstitusi KYM
: Konstitusi Kongregasi suster Kasih Yesus dan Maria Bunda
Pertolongan yang Baik dikeluarkan di Pematang
Siantar 29 Juni 2003.
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
: Nomor
PPK KYM
: Pedoman Pembinaan Kongregasi suster Kasih Yesus dan Maria
Bunda Pertolongan yang Baik. Dikeluarkan pada
kapitel Umum 2009 di Pematang Siantar. Psl
: Pasal
SCP
: Shared Christian Praxis
Sr
: Suster
St
: Santo/Santa
Stat KYM
: Statuta Kongregasi suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik dikeluarkan di Pematang Siantar 1 November 2003.
SV
: Surat Vincentius
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kerendahan hati merupakan salah satu keutamaan yang diajarkan Kristus kepada para murid-murid dan para pengikutNya. Kerendahan hati yang dicontohkan Kristus ini jugalah yang seharusnya dicontoh dan diteladani oleh para pendiri tarekat religius dan kemudian menganjurkan kepada anggota tarekatnya untuk melakukan hal yang sama. Kerendahan hati yang dimaksudkan Yesus seperti dikemukakan pada Mat 11:29, “Belajarlah padaKu karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” Hanya Tuhan Yesus yang telah mengatakan dan yang telah dapat mengatakan: Discite a me quia mitis sum et humilis corde. Belajarlah padaKu, bukan pada orang lain, bukan pada seorang manusia, melainkan kepada Allah, belajarlah padaKu. Belajar rendah hati atau kerendahan hati diwarisi dari Tuhan itu sendiri. Keutamaan kerendahan hati telah dianjurkan Tuhan kepada manusia oleh Dia sendiri: Belajarlah padaKu, Aku yang rendah hati. Rendah hati yang diajarkan oleh Yesus bukan hanya secara lahiriah saja, untuk pamer dan membanggakan diri, melainkan rendah hati di dalam hati; bukan dengan kerendahan hati yang dangkal dan sementara melainkan dengan hati yang benar-benar direndahkan di hadapan BapakKu abadi, dengan hati yang senantiasa direndahkan di hadapan manusia-manusia dan demi orang-orang berdosa dengan terus memandang hal-hal yang hina dan rendah, dan senantiasa merangkulnya dengan sepenuh hati, secara aktif maupun pasif. Belajarlah padaKu betapa saya rendah hati dan belajarlah menjadi rendah hati seperti itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Kerendahan hati pada kesempatan lain diajarkan oleh Yesus dalam Mat 23:12, “Barangsiapa merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Ajakan untuk rendah hati tersebut merupakan sebuah ajaran mengenai keselamatan yang telah datang dari surga. Yesus dalam kesempatan lain mengatakan bahwa “Yang merendahkan diri akan ditinggikan, dan yang meninggikan diri akan direndahkan.” Hal ini dikemukakan berkaitan dengan adanya beberapa orang yang mau tampil sebagai manusia yang pandai, sebagai pribadi yang kuat dan bijaksana, sebagai orang yang cerdas, sebagai superior yang baik dan petugas yang waspada. Justru orang-orang inilah yang akan direndahkan dan dihina. Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi art. 76 menulis demikian: Dunia mengundang dan mengharapkan dari kita kesederhanaan hidup, semangat doa cintakasih kepada semua, khususnya kepada yang lemah dan miskin, ketaatan dan kerendahan hati, lepas bebas dan pengorbanan diri. Tanpa ada kesucian ini, dunia kita akan sulit menyentuh hati orang-orang modern. Ini beresiko menjadi sia-sia dan hampa. Kerendahan hati menjadi salah satu perhatian Paus untuk kita yang hidup dalam dunia modern, sebab dengan dan dalam kerendahan hatilah kita bisa mencapai dan dicapai orang lain, kita berani membuka diri dan membiarkan orang lain masuk. Yesus sang Guru bahkan pernah mengatakan, Belajarlah dari pada-Ku, sebab Aku ini lembut dan rendah hati” (Vincentius, 2008: 130). Kata-kata Yesus tentang kelembutan dan kerendahan hati inilah yang melatarbelakangi penulisan Skripsi ini. Ia memperkenalkan diriNya sebagai pribadi yang lembut dan rendah hati yang seharusnya dimiliki seorang religius termasuk suster KYM, seperti
yang
diteladankan atau dihidupi oleh Santo Vincentius a Paulo pelindung KYM. Dengan kerendahan hati “kita akan belajar dengan ketekunan yang besar pelajaran yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
diberikan oleh Kristus kepada kita, “Belajarlah dari padaKu karena aku lemah lembut dan rendah hati”. Sebab seperti Dia sendiri yang katakan, dengan kelembutan hati kita akan memiliki tanah. Dengan menghayati keutamaan ini kita akan memenangkan hati orang agar berpaling kepada Tuhan. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh mereka yang keras hatinya kepada sesama. Dan dengan kerendahan hati kita akan mendapatkan surga.” Karena kecintaan kita akan kerendahan hati kita, kita akan perlahan-lahan, melangkah dengan keutamaan ini ke sana, ke surge.’’ (Vincentius, 2008: 131). Yesus pernah mengatakan “Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah padaKu,
karena
Aku
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan” Mat 5:5 kiranya pantas kalau tema kerendahan hati ini dihidupkan terusmenerus dalam situasi zaman yang semakin penuh kekerasan hampir di bidang kehidupan dalam masyarakat. Dalam pengalaman hidup para suster khususnya dalam hidup persudaraan KYM, kadang mengabaikan prinsip kerendahan hati. Sering sesama suster saling menuntut dan bahkan mengungkapkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan yang lain. Seakan kerendahan hati tidak lagi mengambil peran dalam pembentukan kepribadian yang matang dan membangun dalam hidup persaudaraan. Sesungguhnya kerendahan hati ini menjadi salah satu keutamaan yang harus dimiliki oleh seorang suster KYM, dan ini yang belakangan ini nampak semakin menipis dan suram. Zaman yang serba maju ikut menggilas peradaban hidup persaudaraan para suster KYM, kerendahan hati yang sering juga disebut mendengarkan ternyata sekarang menjadi sesuatu yang sepertinya sangat sulit dipraktekkan manusia dan para suster lebih gampang mengungkapkan sebuah kata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
yang tidak membangun dibandingkan kata yang lembut yang mendamaikan hati dan menyejukkan jiwa ketika mendengarnya, jiwa yang hampa menjadi segar. Menyadari situasi dan kondisi zaman ini (yang begitu penuh dengan egoisme), maka kerendahan hati yang diteladankan oleh St. Vincentius, sangat perlu untuk diingatkan kembali para suster KYM, jika hal ini diabaikan maka satu keutamaan yang paling berarti dalam membangun pribadi seorang suster KYM menjadi pribadi yang rendah hati akan terkikis dan terbaikan, hanya akan tinggal dalam kata-kata tanpa tindakan nyata. Ini sangat penting dalam menjawab panggilan Allah. Panggilan untuk hadir menjadi pilihan yang rendah hati sehingga mampu menghadirkan pribadi Allah yang begitu teramat rendah hati. Bertolak dari situasi di atas dan terdorong oleh niat untuk semakin mendalami salah satu ajaran St. Vinsensius dalam hidup panggilan sebagai seorang KYM, maka judul skripsi ini penulis beri “Makna kerendahan hati St. Vincentius a Paulo Bagi hidup persaudaraan suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan baik (KYM).”
B. Rumusan Masalah Secara garis besar penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ini: 1. Apa makna kerendahan hati bagi para suster KYM? 2. Bagaimana para suster KYM menjalani dan mengusahakan kerendahan hati dalam hidup persaudaraan mereka? 3. Usaha apa yang harus dilakukan untuk menciptakan dan menumbuhkan kerendahan hati bagi para suster KYM?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
C. Tujuan Penulisan 1. Membantu dan menyadarkan para suster KYM untuk dapat mengerti dan memaknai kerendahan hati bagi hidup persaudaraan 2. Memberikan bahan refleksi bagi para suster KYM tentang pentingnya kerendahan hati dalam hidup persaudaraan 3. Membantu para suster KYM supaya dapat bersikap rendah hati dalam hidup persaudaraan dalam kongregasi KYM.
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan masukan (sebuah wacana) kepada tarekat KYM agar semakin mengenal dan mengetahui bagaimana seharusnya sikap dan pribadi seorang suster KYM seturut semangat St. Vincentius a Paulo. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis betapa pentingnya bertumbuh menjadi pribadi yang rendah hati sehingga semakin mampu menunjukkan
wajah
Allah
yang
begitu
Agung
dan
penuh
dan
kelembutan. Bagi para pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya karakter kerendahan hati dalam hidup persaudaraan.
E. Metode penulisan Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan studi kepustakaan yakni dengan menyerap dan membaca buku-buku dari berbagai sumber. Selain itu, penulis juga memperkaya karya tulis ini dengan ilustrasi dari para suster KYM serta pengalaman dan penghayatan pribadi yang dialami oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
penulis sendiri pada setiap perjumpaan dan dalam kebersamaan dengan suster-suster KYM.
F. Sistematika Penulisan Karya tulis ini mengambil judul “Makna Kerendahan hati St. Vincentius a Paulo bagi hidup persaudaraan Suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan yang baik (KYM)”. Dari judul ini penulis mengembangkannya menjadi lima bab. Pada bab I (Pendahuluan) penulis akan memberikan gambaran secara umum penulisan skripsi ini. Gambaran umum mencakup: latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan. Pada bab II penulis akan berbicara atau menguraikan tentang: Pengertian Kerendahan Hati, Kerendahan hati menurut Vincentius yang mencakup: Doa, Kerasulan, Hidup persaudaraan. Selanjutnya dijelaskan mengenai makna Kerendahan hati “Vincentius” dalam hidup para suster KYM yang mencakup: Kerendahan hati dalam hubungan dengan Allah, Kerendahan hati dalam karya kerasulan, dan Kerendahan hati dalam hidup persaudaraan, masalah-masalah dalam Penerapan Kerendahan hati “Vincentius” dalam hidup para suster KYM yang mencakup: kurangnya keteladanan dari komunitas, kurangnya keteladanan dari senior dengan yuinor, dan kerendahan hati yang dianggap tidak relevan zaman sekarang Bab III akan berbicara tentang “kerendahan hati dalam persaudaraan KYM yang dibahas dalam dua bagian yakni: hidup persaudaraan yang meliputi persaudaraan religius, tahap-tahap pembinaan hidup persaudaraan, dan bagian yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
kedua mengenai kerendahan hati dalam hidup persaudaraan KYM dibagi atas dua bagian yakni: langkah-langkah membina kerendahan hati mencakup doa, kehidupan bersama, dan kaul-kaul serta bagian kedua mengenai tantangan ke depan. Usulan program pembinaan suster KYM-Model Shared Christian Praxis “SCP” akan diuraikan pada bab IV yang akan dibagi dalam dua bagian yakni: usulan program Pembinaan Suster KYM-Model SCP dan contoh SCP dengan integrasi unsur-unsur kerendahan hati berdasarkan keutamaan St. Vinsentius a Paulo bagi persaudaraan KYM yang meliputi jadwal pelaksanaan SCP dan contoh perisapan SCP. Pada bagian akhir karya tulis sebagai bab V, penulis akan memberikan simpulan secara keseluruhan dan memberikan saran yang diperhatikan oleh tarekat KYM bahwa makna kerendahan hati sangat penting bagi para suster dalam menjalani panggilan hidup dalam tarekat religius tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KERENDAHAN HATI MENURUT SANTO VINCENTIUS
A. Pengertian Kerendahan Hati Istilah kerendahan hati sering dipahami sebagai sikap yang mengatakan bahwa “saya tidak memiliki apa-apa, penuh dosa, serba kekurangan, penuh kelemahan, dan tidak dapat menyumbangkan apa-apa” (Madya Utama, 2003: 36) Pemahaman seperti ini sebenarnya lama-kelamaan justru akan membawa orang kepada sebuah rasa rendah diri. Pengertian dan makna kerendahan hati harus dipahami sesuai dengan yang diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri dalam hidupNya. Istilah kerendahan hati itu sendiri cukup banyak disebut dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar mengenai kerendahan hati, perlu bercermin pada Yesus seperti diungkapkan dalam Kidung Filipi 2:5-11 Kerendahan hati menurut Kidung Filipi ini dimaksudkan sebuah sikap penuh rasa syukur karena kepenuhan (segala rahmat dan charisma) yang telah kita terima dari Allah. Kesadaran bahwa kita telah menerima kharisma dari Allah akan mendorong kita untuk mengembangkan kharisma-kharisma tersebut, bukan untuk kepentingan kita sendiri melainkan untuk kesejahteraan bersama (Vincentius, 2010: 135). Selain itu, menurut Madya Utama (2003: 36). kerendahan hati merupakan dorongan untuk memberikan anugerah Allah demi kepentingan bersama ini, dalam situasi tertentu yang dapat menuntut suatu pengorbanan luar biasa, dan kadang kala hidup kita sendiri menjadi taruhannya. Kerendahan hati menurut Kidung Filipi menggarisbawahi beberapa hal yang mencerminkan kerendahan hati seperti mengosongkan diri. Kidung Filipi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
2:7 menggarisbawahi pentingnya kesediaan untuk mengosongkan diri sebagai aspek dari kerendahan hati agar dapat mengosongkan diri, manusia perlu mengalami kepenuhan, sebab mengosongkan diri tidak identik dengan penolakan diri. Mengosongkan diri juga bukan sikap yang terus-menerus menolak dan mengingkari apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan, apa yang sedang menjadi keprihatinan kita, maupun sejarah hidup kita. Mengosongkan diri seperti dikemukakan Jonas adalah sebuah sikap untuk setapak demi setapak berani melepaskan diri dari aspek-aspek kehidupan kita yang paling dangkal, paling superficial (Madya Utama, 2003: 37). Lebih lanjut Jonas mengemukakan bahwa mengosongkan diri adalah sebuah tindakan untuk memasuki jatidiri kita yang semakin dalam dan semakin otentik. Karena jatidiri kita itu juga mengandung baik unsur-unsur positif maupun negatif, maka mengosongkan diri juga berarti cara kita merangkul baik segi-segi yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi di dalam diri kita. Dengan demikian, mengosongkan diri berarti melihat seluruh hidup kita dengan perspektif yang lebih luas, yakni perspektif Yesus sendiri bahwa kita benar-benar dicintai oleh Allah tanpa syarat (Madya Utama, 2003: 37). Kerendahan hati menurut Kidung Filipi juga diartikan sikap lepas bebas. Sikap lepas bebas bukan berarti sikap acuh tak acuh, tidak peduli, malas, dan sembrono. Sikap lepas bebas juga tidak identik dengan sikap kaum nihilis yang tidak mau mempercayai sesuatupun yang konkret. Sikap lepas bebas juga bukan sikap yang menggunakan kebebasan untuk hanya mencukupi kebutuhan diri sendiri, yang oleh santo Paulus dikecam sebagai tidak bermoral.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Sikap lepas bebas adalah sikap merindukan kehadiran Allah secara aktif, sekaligus membiarkan bagaimana Allah akan menampakkan diriNya pada saat ini. Bahkan Allah dapat hadir di dalam rasa-perasan kita yang sering kita beri cap negatif: rasa malu, cemburu, iri hati, marah, serakah, takut, jengkel (Madya Utama, 2003: 38). Namun dengan sikap lepas bebas yang kita miliki, kita tidak boleh hanya berhenti pada rasa-perasaan negatif tersebut serta menolaknya karena kita anggap jelek. Sikap lepas bebas justru mendorong kita untuk menyadari dampak negatif dari rasapersaaan tersebut atas hidup kita dan orang lain. Menghadapi segala sesuatu dengan sikap lepas bebas pertama-tama berarti, kita memiliki kesadaran bahwa kita tidak dapat mengontrol Allah (Madya Utama, 2003: 38). Kesadaran semacam ini pada gilirannya akan menghasilkan keterbukaan terhadap Allah dalam segala hal. Kerendahan hati juga diartikan sebagai sebuah sikap hidup seseorang yang berpusat pada Allah, mengakui kebutuhannya akan Allah dan mempercayai Allah dengan seluruh hidupnya (Vincentius, 2010: 136). Dengan kata lain, kerendahan hati yang dimaksud adalah selalu menyerahkan hidup kita dengan penuh kepercayaan kepada Allah dan membiarkan Allah menjadi pusat dan arah hidup. Kerendahan hati seperti ini muncul dari pengenalan kita secara personal akan Kristus serta komitmen kita untuk mengikuti Dia. Penekanannya terdapat dalam kualitas afektif cinta kita kepada Kristus. Demi cinta kita kepada Kristus inilah kita bersedia mengalami apa yang dialami oleh Kristus agar hidup kita semakin menyerupai Dia, dengan tujuan akhir supaya dalam segala hal nama Allah dipuji dan dimuliakan. Kerendahan hati ini juga yang dicontoh dan diteladani oleh para pendiri tarekat religius dan kemudian menganjurkan kepada anggota tarekatnya untuk melakukan hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
yang sama. Pengertian kerendahan hati yang dimaksudkan Yesus seperti dikemukakan pada Mat 11:29, “Belajarlah padaKu karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” Hanya Tuhan Yesus yang telah mengatakan dan yang telah dapat mengatakan: Discite a me quia mitis sum et humilis corde. Belajarlah padaKu, bukan pada orang lain, bukan pada seorang manusia, melainkan kepada Allah, belajarlah padaKu. Belajar rendah hati atau kerendahan hati diwarisi dari Tuhan itu sendiri (Vincentius, 2010: 130). Keutamaan kerendahan hati telah dianjurkan Tuhan kepada manusia oleh Dia sendiri: Belajarlah padaKu, Aku yang rendah hati. Rendah hati yang diajarkan oleh Yesus bukan hanya secara lahiriah saja, untuk pamer dan membanggakan diri, melainkan rendah hati di dalam hati; bukan dengan kerendahan hati yang dangkal dan sementara melainkan dengan hati yang benar-benar direndahkan di hadapan BapakKu abadi, dengan hati yang senantiasa direndahkan di hadapan manusia-manusia dan demi orang-orang berdosa dengan terus memandang hal-hal yang hina dan rendah, dan senantiasa merangkulnya dengan sepenuh hati, secara aktif maupun pasif (Vincentius, 2010: 131). “Belajarlah padaKu betapa Saya rendah hati dan belajarlah menjadi rendah hati seperti itu”(Mat 11:29). Kerendahan hati pada kesempatan lain diajarkan oleh Yesus dalam Mat 23:12 “Barangsiapa merendahkan dirinya akan ditinggikan.” Ajakan untuk rendah hati tersebut merupakan sebuah ajaran mengenai keselamatan yang telah datang dari surga. Yesus dalam kesempatan lain mengatakan bahwa “Yang merendahkan diri akan ditinggikan, dan yang meninggikan diri akan direndahkan.” Hal ini dikemukakan berkaitan dengan adanya beberapa orang yang mau tampil sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
manusia yang pandai, sebagai pribadi yang kuat dan bijaksana, sebagai orang yang cerdas, sebagai superior yang baik dan petugas yang waspada. Justru orang-orang inilah yang akan direndahkan dan dihina (Vincentius, 2010: 133).
B. Kerendahan Hati menurut Vincentius 1. Pengertian Kerendahan Hati menurut Vincentius Kerendahan hati merupakan salah satu keutamaan yang sangat dicintai dan selalu menyemangati St. Vincentius a Paulo dalam melaksanakan karya pelayanannya. Dalam bagian ini akan diuraikan apa kerendahan hati itu menurut St. Vincentius a Paulo yang juga merupakan semangat tarekat KYM dalam hidup dan karya. Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo diartikan sebagai: (a) mengenal dan menerima diri sendiri seperti apa adanya, juga dari segi negatif, (b) tidak merasa ragu-ragu bila orang lain sudah tahu kelemahan dan kekurangan kita. Orang lain boleh mengenal diri kita seperti apa adanya, dan (c) jangan mempromosikan diri sendiri dengan membicarakan suksesmu dan memamerkan kehebatanmu. Suksesmu dan kehebatanmu adalah rahmat (Vincentius, 2003: 12). Kerendahan hati yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo ialah: pertama, memandang diri sendiri dalam seluruh kejujuran kita bahwa kita adalah manusia-manusia yang tidak pantas; kedua, bergembira tatkala orang lain melihat ketidakpantasan diri kita dan merendahkan kita; ketiga, tidak menganggap diri sebisa mungkin, semata-mata karena ketidakpantasan diri kita, bahwa Tuhan telah bekerja di dalam diri kita, atau kebaikan Tuhan telah mengalir kepada orang lain lewat kita. Intinya, St. Vincentius a Paulo mau menyampaikan bahwa kerendahan hati itu sama artinya bahwa kebaikan itu berasal dari belas kasih Allah saja, dan karena jasa orang lain (Reksosusilo, 1987: 94).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
Kerendahan hati seperti yang disampaikan St. Vincentius a Paulo seperti di atas tidak boleh diartikan atau disamakan dengan sikap “kecil hati” atau minder. Santo vincentius a Paulo sama sekali tidak memaksudkan hal tersebut. Dengan keutamaan kerendahan hati ini, St. Vincentius a Paulo mau menyadarkan kita bahwa hidup kita merupakan anugerah kasih Allah. Kita sungguh-sungguh tergantung hanya pada Allah. Tidak ada sesuatu yang tidak berasal dari padaNya. Apapun diri manusia, apa saja yang dilakukan, dan apa saja yang dimiliki, semuanya berasal dari Allah. Oleh karena itu, bagi orang yang rendah hati tidak ada alasan untuk menyombongkan diri, juga tidak ada alasan untuk memandang kesuksesan sebagai melulu usaha manusia. Semua hal yang ada dipandang semata-mata sebagai anugerah Allah (Vincentius, 2010: 137). Menurut St. Vincentius a Paulo, orang rendah hati juga senantiasa terbuka untuk mengakui segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, orang yang rendah hati sadar bahwa dirinya memerlukan orang lain dan tidak dapat bekerja tanpa mereka. Hal ini merupakan wujud konkret dari ketergantungan manusia dengan Allah (Reksosusilo, 1987: 95). Terkait dengan kerendahan hati, St. Vincentius a Paulo mengajarkan bahwa sumbernya dapat berasal dari: pengenalan diri sendiri dan kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan. Sumber kerendahan hati tersebut seperti dijelaskan berikut.
a. Pengenalan diri sendiri Contoh pengenalan diri yang paling baik adalah pengenalan Bunda Maria seperti tertulis dalam Luk 1:26-38 yakni: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
menurut perkataanmu.” Kutipan tersebut memperlihatkan kerendahan hati dari Bunda Maria yang menyebut dirinya sebagai “Hamba Tuhan.” Kutipan ini merupakan tanggapan Maria dengan rendah hati mentaati kehendak atau perintah Allah (Vincentius, 2008: 76). Orang yang rendah hati dan taat adalah orang menggembirakan bagi banyak orang. Pengenalan terhadap diri menjadi sumber kerendahan hati seperti dicontohkan Bunda Maria melalui pengenalan dirinya sebagai seorang hamba. Seorang hamba adalah pelayan Tuhan namun memiliki posisi yang tinggi di mata Tuhan. Contoh
pengenalan
diri
yang
diberikan
Bunda
Maria
ini
juga
menginspirasikan kerendahan hati bagi St. Vincentius a Paulo. St. Vincentius a Paulo melakukan pengenalan terhadap dirinya sendiri sebagai seorang yang hina dan tidak berarti di mata Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa salah satu sumber kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo adalah dengan pengenalan diri sendiri. Siapa saja yang berusaha mengenali dirinya dengan baik akan menyadari bahwa sungguh tepat dan logis menganggap dirinya hina. Bila kita berusaha sekuat tenaga untuk mengenali diri, kita akan menemukan bahwa dalam segala sesuatu yang kita pikirkan, kita katakan, dan kita lakukan baik secara substansial maupun dalam hal sampingan kita mempunyai alasan yang berlimpah untuk merasa pantas dicela dan dihina. Kalau kita tidak mau menipu diri dengan rayuan gombal, kita akan melihat diri kita bukan hanya paling jelek di antara semua manusia, melainkan juga dalam arti tertentu lebih jelek daripada setan-setan yang ada di neraka (Vincentius 2008: 59). Sikap pengenalan terhadap diri sendiri yang hina ini, dapat tercermin dari sikap sehari-hari yang mengosongkan diri terhadap penyelenggaraan Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
Seorang yang mengenal dirinya hina dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, namun percaya bahwa dirinya dicintai oleh Allah.
b. Kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan Salah satu sumber lain kerendahan hati adalah kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan. Kristus meskipun tidak berdosa namun banyak mendapat hinaan. Dengan belajar kepada kasih Kristus ini, maka manusia dapat belajar kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan Kristus sendiri. Hal itu dilakukan St. Vincentius a Paulo seperti dikutip (Vincentius, 2010: 34). berikut. Oh kerendahan hati yang suci dan indah, betapa engkau berkenan di mata Allah, karena Tuhan kita Yesus Kristus sendiri mau turun di bumi untuk mengajarkannya dengan teladan maupun dengan kata. Oh para romo dan para bruderku, semoga Tuhan berkenan menanamkan baik-baik keutamaan ini dalam hati kita. Ya, kasih akan penghinaan, merasa senang kalau kita ditertawakan, kalau kita dianggap kecil, tidak diperhitungkan, kalau semua orang menilai kita manusia yang tidak mempunyai keutamaan, yang bodoh, yang tak mampu berbuat apa-apa. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo menjadikan kerendahan hati Yesus yang banyak mendapat hinaan sebagai sumber kerendahan hati. Kerendahan hati yang dicontohkan Yesus sendiri merupakan keutamaan yang mendasari kerendahan hati para anggota religius seperti yang dimiliki St. Vincentius a Paulo (Vincentius, 2010: 44). Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo memiliki tiga unsur utama yakni: pertama, merasa dirinya secara jujur pantas untuk mendapat penghinaan. Hal itu seperti dikemukakan St. Vincentius a Paulo Kita harus senantiasa mengakui diri kita tak mampu melakukan apapun yang bermutu. Karena itu pikirkan, puteri-puteriku, bila kalian belum menyadari sungguh-sungguh bahwa kalian adalah miskin, tak bernilai, tak mampu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
berbuat apapun yang baik, dan kalau kalian belum merasa senang kalau memang dinilai demikian, kalian tak pernah akan mencapai kesempurnaan. Setelah merenungkan bahwa kalian memang tidak pantas, kalian harus bangkit dengan mengarahkan kasih kepada Allah dan berkata “Meskipun saya tidak pantas melakukan hal itu, karena Allah menghendakinya dan menginginkannya dari saya, maka saya akan melakukannya untuk berkenan kepadaNya (Vincentius, 2010: 129). Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo menegaskan kepada para anggota tarekat untuk menyadari diri sebagai orang yang tidak sempurna sehingga perlu mengarahkan seluruh perhatiannya kepada kasih Allah. Kedua, merasa senang kalau orang lain mengenal kelemahan kita dan karenanya kita dihina. Unsur kerendahan hati lainnya menurut St. Vincentius a Paulo adalah dengan mengenal kelemahan diri. Hal itu seperti dijelaskan berikut “Tingkat kedua kerendahan hati ialah merasa senang kalau orang lain mengenal kelemahankelemahan kita dan karenanya kita dicela.” (Vincentius, 2008: 208). Ketiga, menyembunyikan, bagi kita juga, segala kebaikan yang kita lakukan dan menganggap itu hasil dari kebaikan Tuhan dan doa-doa orang lain. Unsur kerendahan hati ini seperti dijelaskan (Vincentius, 2008: 205) bahwa “Bila Tuhan berkenan melakukan sesuatu kebaikan dalam diri kita atau melalui kita, kita harus menyembunyikannya, dengan memusatkan perhatian kita pada ketidakmampuan kita; dan kalau itu tidak mungkin, kita harus memandang kebaikan itu sendiri sebagai hasil belaskasihan ilahi dan jasa orang lain” (Vincentius, 2002: 35). Kutipan
tersebut
menjelaskan
bahwa
kebaikan
dalam
diri
harus
disembunyikan sebagai wujud kerendahan hati. Kerendahan hati dengan sikap menyembunyikan kebaikan dalam diri sendiri sebagai bentuk keteladanan kerendahan hati seperti yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo, yakni: suka hidup tersebunyi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
menghindari kecenderungan sikap lain dari yang lain, dan selalu memiliki tempat yang terakhir. (1). Suka hidup tersembunyi. Hal itu seperti dijelaskan “Marilah meneladani kerendahan hati suster itu dengan menumbuhkan keinginan menjadi orang yang tak dikenal dan tak diperhitungkan; hendaknya kita beranggapan bahwa kalau kita mengumumkan kebaikan yang kita lakukan, kita akan kehilangan nilainya di hadapan Allah’ (Vincentius, 2007: 53). (2). Menghindari kecenderungan bersikap lain dari yang lain. Hal itu seperti dijelaskan Adi Sapto Widodo (2008: 7) bahwa: Kerendahan hati dipelihara melalui usaha untuk menyesuaikan diri dengan cara bertindak yang biasa seperti orang lain. Kerendahan hati itu bermusuhan dengan keinginan untuk tampil lain dari yang lain. Seorang suster yang tidak mengikuti cara bertindak yang biasa seperti orang lain, lambat laun akan mendapat hukuman dari Allah, karena dia sombong, dan itulah sifar buruk setan sendiri yang telah diusir Allah dari surga karena kesombongannya. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa bersikap lain dari yang lain merupakan salah satu sikap yang bertentangan dengan kerendahan hati dan tidak sesuai dengan kerendahan hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo; (3). Selalu memilih tempat yang terakhir. Hal itu seperti dijelaskan (Vincenitus, 2008: 114) bahwa: kita harus selalu memilih barisan terakhir, sadar bahwa kita adalah yang terkecil Putera Allah berkata kepada murid-muridNya: bila salah seorang dinatara kalian mau menjadi yang pertama, harus menjadi yang terkecil Seorang suster adalah rendah hati bila… selalu ingin menjadi yang terakhir (bila) dia melaporkan segala yang baik tentang temannya agar temannya itu dipilih sebagai suster Abdi, sedangkan dia sendiri merendahkan dirinya agar tidak terpilih. Inilah suster-susterku, tanda kerendahan hati yang sejati. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa kerendahan hati salah satunya ditunjukkan dari sikap para anggota yang mau memilih menjadi yang terkecil sehingga setiap orang dituntut untuk merendahkan dirinya. Sifat-sifat rendah hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo juga ditunjukkan beberapa hal lainnya, yakni: selalu memilih yang paling jelek bagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
dirinya, selalu menyerah pada pendapat orang lain, kurang percaya pada kemampuannya sendiri, dan dengan demikian menghormati kemahakuasaan Allah, tidak takut mendapat penghinaan di muka umum, merendahkan diri baik kalau disanjung maupun kalau dihina, dan mencintai kemiskinan karena merupakan sumber penghinaan (Vincentius, 2008: 7).
2. Sarana-sarana untuk Memperoleh Kerendahan Hati menurut St. Vincentius Kerendahan hati dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Menurut St. Vincentius a Paulo, sarana-sarana memperoleh kerendahan hati dapat dilakukan melalui doa, kerasulan, dan hidup persaudaraan. Sarana-sarana memperoleh kerendahan hati tersebut dapat dijelaskan seperti berikut.
a. Doa Doa merupakan sarana komunikasi manusia dengan Tuhan. Melalui doa, setiap orang dapat membina hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Bagi St. Vincentius a Paulo doa merupakan salah satu sarana untuk memperoleh kerendahan hati (Adi Sapto Widodo, 2008: 7). Dengan menggantungkan diri sepenuhnya terhadap penyelenggaraan Allah, maka seseorang telah menunjukkan kerendahan hati yang benar-benar tergantung pada Allah. Doa sebagai sarana kerendahan hati sebagaimana yang dimaksudkan St. Vincentius a Paulo dapat dilihat dari kutipan Adi Sapto Widodo (2008: 7) berikut. Marilah berkata kepada Tuhan: Penyelamatku, berilah aku rahmat mengasihi kehinaan saya dan rahmat agar saya tak pernah mencari pujian orang lain, melainkan mengasihi tugas yang paling rendah dan tempat yang terakhir… Ya Penyelamatku, Engkau rela menjadi teladan kami dalam kelahiranMu sebagai manusia, Engkau telah memberikan teladan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
kerendahan hati sepanjang hidupMu… Engkaulah sumber kerendahan hati sepanjang dan semua keutamaan lain. Engkaulah sumber kerendahan hati dan semua keutamaan lain. Kepada siapa lagi kami dapat pergi minta tolong? Kepada siapa lagi kami dapat datang untuk memperoleh keutamaan-keutamaan ini, kecuali kepada Engkau, ya Tuhan? Engkaulah pencipta semua keutamaan. Berilah agar kami mendapat bagian dalam keutamaan-keutamaan ini (Vincentius, 2007: 58). Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa St. Vincentius a Paulo mengajarkan bahwa doa merupakan salah satu sarana penting untuk memperoleh kerendahan hati. Dalam kutipan tersebut tercemin bahwa manusia tidak memiliki tempat untuk meminta pertolongan selain kepada Allah. Tersirat dengan jelas adanya ketergantungan manusia kepada Allah. Sikap ketergantungan yang diungkapkan melalui doa merupakan sebuah perwujudan kerendahan hati manusia. Artinya, manusia mengandalkan semata-mata kekuatan Tuhan. Tanpa Tuhan memberikan kekuatan manusia tidak mampu melakukan apa-apa. Selain itu, melalui kutipan tersebut juga dijelaskan bahwa melalui doa manusia menyadari bahwa hanya Allah yang menjadi sumber kerendahan hati. Manusia memohon kepada Allah agar diberi keutamaan yang sesuai dengan kehendakNya. Manusia benar-benar mengalami ketergantungan kepada Allah karena manusia tidak berdaya bila terlepas dari Allah.
b. Kerasulan Kerendahan hati menurut St. Vincentius a Paulo salah satunya dapat dilihat atau diwujudkan dalam karya kerasulan. Hidup yang dipandang sebagai anugerah Allah semata mendorong seseorang untuk senantiasa bersyukur. Oleh karena itu, bersyukur menjadi ciri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
orang yang rendah hati. Wujud konkret dari orang yang bersyukur jika orang tersebut tidak suka membanding-bandingkan. Ciri lainnya dari orang yang rendah hati adalah jika orang tersebut mau bekerja keras dan mau melakukan pekerjaanpekerjaan yang dianggap rendah hati. Sikap ini dengan jelas nampak dalam diri seorang pelayan (Adi Sapto Widodo, 2008: 7). Terkait dengan kerasulan, St. Vincentius a Paulo menghabiskan hidupnya dengan memberikan pelayanan kepada orang miskin. Bagi St. Vincentius kerasulan atau pelayanan sebagai wujud dari kerendahan hati karena dalam diri kaum miskin ditemukan kehadiran Tuhan. Hal itu seperti dijelaskan dalam De Armen “Hormatilah, hargailah, cintailah, layanilah setiap orang. Tuhan Yesus hadir dalam setiap orang yang kamu hadapi. Pernyataan tersebut menunjukkan kecintaan St. Vincentius a Paulo yang demikian dalam kepada kaum miskin. Sikap inilah yang menjadi sikap yang paling dicintainya dan menonjol dalam semua karya usaha pengabdiannya. Di samping itu iman dan cinta kasih yang mendalam pada Tuhan mendorongnya menghasilkan suatu pernyataan dalam kata-kata sebagai berikut “Evangelizare pauberibus misit me” Luk 4:18 artinya Ia mengutus aku untuk mewartakan Injil kepada kaum miskin. Pernyataan ini adalah satu-satunya yang diinginkan St. Vincentius dalam hidupnya dan ungkapan ini merupakan titik tolak segala karya kerasulannya dan penjelasan dari semua saja yang ia jalankan di dalam pengabdiannya terhadap Gereja Kristus (Adi Sapto Widodo, 2008: 7). Karya kerasulan St. Vincentius a Paulo juga dilakukan untuk mengatasi dan menangani situasi masyarakat yang terlantar imannya akaibat dari macam-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
macam pergolakan yang merusak dalam abad itu, dan untuk memberi akhir pada keadaan masyarakat yang dilanda penderitaan. St. Vincentius a Paulo menghimpun gembala-gembala yang sanggup melaksanakan Sabda Kristus “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku” (Yoh 10:14) Kerendahan hati dalam kerasulan menurut St. Vincentius a Paulo sebagai wujud semangat yang membuka hati untuk mencari kehendak Allah dengan sungguh-sungguh. Semangat kerendahan hati sangat membantu dalam melayani sesama sebagai hamba dan saudara dan menunjukkan belas kasih kepada mereka.
c. Hidup Persaudaraan Hidup persaudaraan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan oleh St. Vincentius a Paulo itu sendiri. Hidup persaudaraan menurut St. Vincentius dapat melatih dan menumbuhkan kerendahan hati bagi anggota tarekat. Hidup bersama orang lain membutuhkan adanya sikap mengalah, mau berkorban demi orang lain yang ada dalam persaudaraan. Kerendahan hati dapat dicapai dalam hidup persaudaraan menurut St. Vincentius a Paulo dapat diperoleh melalui beberapa hal, yakni: (a) sering melakukan tindakan untuk merendahkan diri. Hal itu seperti dijelaskan bahwa “marilah berusaha melakukan dengan senang hati tindakan yang mewujudkan kerendahan hati, baik dalam batin maupun dalam tindakan yang kelihatan” (Vincentius, 2002: 59). Seni mengasihi Allah dikembangkan dengan mengasihi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
Allah secara nyata; demikian pula seni menghayati kerendahan hati dikembangkan dengan merendahkan diri secara nyata (Vincentius, 2010: 26). Menurut S. Bernardus, kebiasaan merendahkan diri merupakan sarana yang tepat untuk menjadi rendah hati (Vincentius, 2010: 81). (b) mencintai penghinan kecil-kecil. Dalam hidup persaudaraan setiap anggota harus mampu mencintai penghinaan kecil-kecil; (c) memerangi kecenderungan kodrat kita untuk meninggalkan diri. Dalam hidup persaudaraan setiap orang harus mampu memerangi kecenderungan kodrat untuk meninggikan diri sendiri di antara para anggota tarekat lainnya; dan (d) jangan segan-segan menyampaikan di depan umum detail-detail yang memalukan kita. Dalam hidup persaudaraan setiap orang dituntut untuk mau dan mampu menyampaikan di depan umum detail-detail yang dianggap memalukan diri sendiri.
C. Makna Kerendahan Hati Vincentius dalam Hidup Para Suster KYM Kerendahan hati yang dihidupi oleh St. Vincentius a Paulo merupakan dasar kerendahan hati yang dipraktikkan oleh tarekat KYM. Keutamaan kerendahan hati ini memungkinkan rahmat Tuhan terus mengalir dan berkarya dalam diri para anggota tarekat KYM. Dalam salah satu konferensinya, St. Vincentius a Paulo mengatakan “bagi orang yang memiliki kerendahan hati, segala kebaikan akan mengalir dan dianugerahkan kepadanya. Kebalikannya, bagi dia yang tidak memilikinya, segalanya bahkan kebaikan yang ada padanya akan diambil darinya.” Terkait dengan keutamaan kerendahan hati yang sangat dibutuhkan para suster, St. Vincentius a Paulo pernah mengingatkan para suster seperti yang dijelaskan berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Beberapa kali saya telah mengunjungi komunitas suster-suster dan sering saya telah bertanya kepada beberapa di antara mereka mana keutamaan yang paling mereka hargai, dan untuk keutamaan mana mereka merasa paling tertarik. Dan saya menanyakan hal ini juga kepada suster yang paling tak suka menerima penghinaan. Ternyata di antara 20 suster, mungkin hanya satu tidak menjawab bahwa keutamaan yang paling disukai ialah kerendahan hati. Itulah tandanya bahwa semua menghargai keutamaan ini sebagai keutamaan yang indah dan patut dicintai (Vincentius, 2010: 54). Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa kerendahan hati bagi para suster merupakan keutamaan yang paling disukai. Dalam hal yang sama, bagi tarekat KYM kerendahan hati seperti yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo merupakan keutamaan yang paling dihargai. Hal itu dikarenakan kerendahan hati dapat melandasi perbuatan-perbuatan lain baik dalam doa, karya kerasulan, maupun dalam hidup bersama.
1. Kerendahan Hati dalam Hubungan dengan Allah Doa berarti bersatu dengan Tuhan, mendekatkan diri pada tuhan dan menjalin hubungan dengan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan dalam doa disadari sebagai hal yang sangat penting dalam hidup sebagai seorang religius khususnya dalam mengolah pengalamannya. Mengucapkan doa tidak cukup tetapi kita sendiri menjadi doa dalam segala perhatian kita (De Armen, 2003: 29). Namun dalam kenyataannya kesadaran akan pentingnya doa tersebut tidak selalu mudah untuk dilaksanakan dalam hidup sehari-hari. Kesulitan dalam membina hubungan antara doa dengan sikap hidup disebabkan oleh padatnya kegiatan sehari-hari. Akibatnya para suster menemukan kesulitan dalam membagi waktu antara doa dan tugas. Banyak sekali demi tugas tertentu suster mudah mengabaikan doa. Hambatan lain dalam doa adalah pribadi yang kurang mampu menyangkal diri atau membiarkan diri dikuasai oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
kemalasan. Selama itu doa dirasa kurang efisien karena masih dikuasai oleh perasaan. Ini disebabkan karena kurang mampu mengolah pengalamannya sampai ke akar-akarnya sehingga tingkah laku kurang menampakkan buah dari doa. Orang dapat lupa bahwa doa yang tekun dan dilandasi sikap kerendahan hati memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi dan mengatasi segala masalah (Darminta, 1997: 27). Para suster menyadari bahwa Tuhan Mahapengampun sehingga kadangkala ketika ada masalah atau bentrokan dengan sesama dibiarkan berlarut-larut. Pada salah satu kesempatan sharing pengalaman suster-suster KYM mengatakan bahwa mereka terkadang memandang doa sebagai pemenuhan aturan karena merasa dikejar-kejar oleh waktu untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab lain. Kurang bergairah dalam menjalankan doa karena hanya sebagai sesuatu yang rutin dan aturan yang harus dijalankan tetapi tidak dengan sepenuh hati. Kenyataan hidup doa seperti ini memang dialami oleh suster karena itu diberi himbauan baik bagi seluruh tarekat maupun bagi anggota komunitas, karena doa merupakan kebutuhan utama dalam hidup, tanpa doa yang tak henti-hentinya tak ada pewartaan yang sejati. Hanya ada satu menuju jalan keselamatan yaitu keselamatan dari Allah yang membawa perubahan situasi dalam hidup. Orang sering mengharapkan terjadinya penyelesaian tuntas sekarang ini sehingga tidak perlu lagi ada masalah dalam hidup (Darminta, 1997: 25-26).
2. Kerendahan Hati dalam Karya Kerasulan Karya kerasulan merupakan salah satu tugas perutusan anggota tarekat religius. Setiap anggota dipanggil untuk melakukan kerasulan sesuai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
bidangnya masing-masing. KYM sebagai salah satu tarekat religius, diwajibkan para anggotanya untuk melakukan karya kerasulan seperti diterangkan dalam Konstitusi Tarekat seperti berikut. Dalam menerima tugas perutusan, suasana hatiku tidak seperti biasanya, tidak menentu dan rasa cemas menyelubungi hatiku. Apalagi ke tempat yang asing dan orangnya pun belum kukenal. Sementara itu muncul pertanyaan, apa yang harus saya siapkan agar bisa menjalankan tugas yang diberikan? Dalam kecemasan saya berusaha untuk diam sejenak sambil merenungkan perutusan tersebut. Saya menemukan bahwa saya diutus untuk membaharui dunia, seperti yang tertulis dalam Konstitusi (Konstitusi KYM, art. 1). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap anggota tarekat religius dipanggil untuk melakukan karya kerasulan yakni untuk membaharui dunia. Dalam menerima tugas ini suster kadang kurang percaya diri dan kecemasan selalu ada dalam diriku juga tidak percaya akan talenta-talenta yang disediakan Tuhan dalam dirinya. Serahkanlah kecemasan kepada Tuhan, Dialah yang tahu apa yang perlu dan apa yang tidak perlu. Dengan kata-kata ini kecemasan suster dapat berkurang dan percaya bahwa Tuhan selalu menemani dan mendampinginya dimanapun berada. Prajusta (2007: 107) mengatakan bahwa menghadapi masalah perlu keberanian untuk mengubah apa yang dapat diubah, ketabahan untuk menerima apa yang tidak dapat diubah, dan kebijaksanaan untuk dapat membedakannya. Namun dengan perpindahan komunitas di tempat yang baru bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterima. Penugasan yang baru menimbulkan pergulatan batin untuk meningggalkan mereka yang telah menjadi bagian hidup.
3. Kerendahan Hati dalam Hidup Persaudaraan Dalam menjalani hidup persaudaraan seperti yang ada di tarekat KYM, dibutuhkan keutamaan kerendahan hati. Setiap anggota tarekat KYM memiliki sikap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
dan keinginan yang berbeda-beda. Untuk dapat memahami perbedaan dari masingmasing anggota tarekat tersebut, setiap orang diharapkan memiliki kerendahan hati sehingga mampu mengalahkan egoisme pribadi dan hanya ingin mendahulukan kepentingan tarekat sesuai dengan visi dan misinya yang terlibat dalam membangun Gereja. Semangat kerendahan hati ini dapat dibina melalui tinggal bersama di komunitas-komunitas kecil bersama beberapa orang suster yang tidak diikat berdasarkan hubungan darah tetapi karena dipanggil Allah dan dipersatukan. Dalam komunitas kecil ini, para suster melatih kerendahan hati untuk saling menerima segala kelebihan dan kekurangan para anggota komunitas lain. Kerendahan hati merupakan wujud dari kasih terhadap sesama anggota tarekat. Kasih itu kreatif sampai akhir demikianlah persaudaraan akan tercipta rukun jika setiap individu berusaha untuk menciptakan kasih yang kreatif hingga akhir, sehingga suasana hidup bersama mengundang suasana yang membuat orang merasa nyaman merasa kerasan dan setiap suster bertumbuh dalam panggilan, mendapatkan perhatian dari semua pihak. Sikap ini ditumbuhkembangkan oleh sikap hormat terhadap keunikan setiap suster, oleh tanggung jawab bersama satu terhadap yang lain singkatnya oleh kepercayaan satu sama lain atas dasar iman. Mengambil inisiatif dan menerima inisiati dari orang lain menjadi bagian dalam memperhatikan suasana hidup komunitas. Untuk hal ini, dibutuhkan kerendahan hati dari setiap anggota untuk menerima setiap keunikan dari masing-masing anggota tarekat (Direktorium KYM, art. 16). Dalam KHK yang dicanangkan pada tanggal 25 januari 1983 ada sebuah kanon yang dikhususkan untuk hidup persaudaraan dalam seksi hidup religius. Pada KHK kanon 602 dikatakan: “oleh hidup persaudaraan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
menjadi ciri masing-masing tarekat, semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus. Hendaknya hidup persaudaraan itu ditentukan sedemikian rupa, sehingga semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Dengan persatuan persaudaraan itu, yang berakar dan berdasar dalam cinta kasih, para anggota hendaknya menjadi gambar dari pendamaian menyeluruh dalam Kristus. Sebelum berbicara lebih jauh tentang persaudaraan KYM, langkah-langkah pembinaan persaudaraan dan relevansi kerendahan hati dalam hidup persaudaraan, penulis mencoba untuk melihat tujuan pembentukan persaudaraan dalam komunitas religius. Komunitas religius (dalam hal ini KYM) dapat menjalankan tugas perutusannya secara bersama-sama. Sebab hakekat komunitas adalah kebersamaan atau dalam bahasa lain disebut persaudaraan. Yang menjadi landasan hidup persaudaraan para suster KYM dalam hidup berkomunitas adalah Kis 4:32 “kumpulan orang yang telah percaya itu hidup sehati sejiwa, dan tidak seorangpun berkata bahwa suatu dari kepunyaan adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para suster KYM senantiasa diajak untuk hidup seturut cara hidup jemaat perdana.
D. Tantangan Zaman Pembinaan kerendahan hati dalam tarekat KYM salah satunya dilakukan melalui refleksi tantangan ke depan. Tantangan ke depan dimaksudkan bahwa tarekat KYM sebagai salah satu tarekat religius ke depan akan memiliki tantangan yang semakin berat. Para anggota tarekat KYM akan semakin banyak terjun dalam dunia nyata seperti dalam karya kerasulan. Hal ini dapat semakin menjauhkan setiap anggota tarekat satu dengan yang lain. Setiap anggota tarekat merasa bahwa karya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
kerasulan yang dimiliki merupakan hal yang utama sehingga setiap orang merasa diri menjadi yang lebih penting dibandingkan dengan anggota tarekat yang lain. Seiring dengan perkembangan jaman, semangat kerendahan hati menjadi semakin sulit diperjuangkan. Kerendahan hati dalam bersikap dan bertingkah laku misalnya: sikap mengalah, tidak menonjolkan diri sendiri, rela berkorban demi kebahagiaan orang lain menjadi semakin menonjol di antara anggota tarekat religius. Kerendahan hati menjadi semakin sulit karena setiap anggota tarekat dihadapkan pada semakin besarnya tuntutan dari karya yang ditanganinya. Selain itu, tantangan di masa depan kecenderungan anggota tarekat untuk menonjolkan diri, mencari popularitas diri sendiri akan menjadi salah satu tantangan yang sulit dihindari. Anggota tarekat yang diberikan jabatan atau pekerjaan dengan wewenang tertentu seringkali justru dijadikan sebagai ajang menonjolkan diri, mencari popularitas diri sendiri sehingga sikap dan perilaku suster tersebut jauh dari kerendahan hati. Kondisi dan tantangan ke depan tersebut menjadi salah satu kesempatan bagi tarekat KYM untuk melakukan pembinaan kerendahan hati terhadap para anggota tarekat. Hal ini perlu dilakukan agar sejak dini para anggota disadarkan akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang anggota tarekat KYM yang harus tetap menjaga kerendahan hati seperti yang dihidupi St. Vincentius a Paulo.
1. Gaya Konsumtif Sikap konsumtif merupakan salah satu tantangan yang dialami oleh para suster dewasa ini. Para suster juga ikut tergoda dengan barang-barang duniawi seperti HP, dan berbagai fasilitas mewah yang bersifat duniawi. Seiring dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi, perilaku konsumptif manusia semakin tinggi. Tidak bisa dipungkiri bahwa godaan untuk hidup konsumtif di kalangan para suster juga semakin tinggi. Terkait dengan barang-barang duniawi, misalnya seperti barangbarang elektonik para suster juga ikut menginginkannya. Tidak hanya itu, godaan untuk menikmati hidup mewah, juga dapat melanda para suster di jaman sekarang. Kecenderungan untuk bergaya konsumtif ini, para suster tidak jarang berusaha untuk membenarkan diri dengan alasan karena kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan karya kerasulan, menunjang studi atau perkuliahan, atau tugas-tugas lainnya. Kecenderungan gaya konsumtif di kalangan pada suster mencerminkan memudarnya semangat kerendahan hati yang dimiliki. Para suster tidak lagi merasa nyaman dengan fasilitas yang sederhana. Hal ini membuatnya sering menjadi gelisah terutama bila kebutuhan-kebutuhan yang diinginkannya tidak dapat terpenuhi (Darminta, 2010: 12).
2. Berpusat pada diri Setiap orang seakan-akan berlomba-lomba untuk menonjolkan diri, merasa diri paling hebat, ingin dianggap paling mampu. Sikap-sikap semacam ini dianggap sebagai suatu hal yang lumrah dan wajar di tenag-tengah persaingan yang semakin ketat dalam menarik simpati-simpati duniawi. Pada kondisi seperti ini, kerendahan hati tidak lagi dianggap penting karena hal itu hanya akan memasung sikap-sikap dan perilaku sombong dari manusia yang semakin menonjol Kondisi duniawi seperti dijelaskan tersebut juga seringkali melanda dan mempengaruhi hidup para anggota tarekat religius sehingga mudah terbawa arus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Untuk menghadapi situasi yang demikian, maka sangat diperlukan kaum religius yang sungguh mau menghayati kerendahan hati. Kerendahan hati di jaman sekarang sebagai suatu hal yang ketinggalan jaman karena justru saat ini setiap orang berlomba-lomba menonjolkan diri dan mencari popularitas diri sendiri. Hal itu juga terjadi di kalangan anggota tarekat bahwa suster yang diberikan jabatan atau pekerjaan dengan wewenang tertentu seringkali justru dijadikan sebagai ajang menonjolkan diri, mencari popularitas diri sendiri sehingga sikap dan perilaku suster tersebut jauh dari kerendahan hati (Aniceta KYM, 2013: 34). Salah satu tantangan berat para suster dewasa ini adalah adanya kencenderungan dalam diri untuk menjadi pusat perhatian. Apapun yang dilakukannya semata-mata bertujuan untuk kemuliaan diri sendiri. Ciri-ciri dari keinginan suster untuk berpusat pada diri sendiri ditunjukkan dengan sikap ekshibisi (pamer, tampil): membuat kesan, membuat orang terpesona, terkesima, meluap gembira, mengejutkan, membangkitkan gairah, menumbuhkan daya tarik, membuat orang kagum dan memikat orang lain untuk terpesona dengan dirinya sendiri. Selain itu, para suster memiliki keinginan untuk diperhatikan: agar kebutuhannya dipenuhi oleh bantuan simpatik orang lain yang disukainya. Ingin dirawat, didukung, ditopang, dilindungi, dicintai, dinasihati, dibimbing, dimanja, dimaafkan, dihibur, dan ingin selalu mempunyai pendukung.
3. Kesombongan Godaan duniawi yang demikian kuat dewasa ini menjadi salah satu penyebab kerendahan hati sering tidak bisa diwujudkan dalam kehidupan nyata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
(Darminta, 2010: 12). Para suster dalam menjalankan peran, tugas dan tanggungjawabnya menganggap bahwa melalui jabatan atau pekerjaan yang dimilikinya membuatnya semakin tidak menyadari sudah jauh dari kerendahan hati. Hal ini mengakibatkan para suster menjadi sering tidak jauh berbeda dari masyarakat yang bukan anggota tarekat yang umumnya mendewa-dewakan pemilikan harta kekayaan, kekuasaan, kenikmatan duniawi, popularitas diri yang semuanya itu bertolak belakang dengan kerendahan hati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III KERENDAHAN HATI DALAM PERSAUDARAAN TAREKAT KYM
A. Pengertian Persaudaraan Persaudaraan KYM didasari persaudaraan kristiani yang diikat dan didasarkan pada cinta kasih bukan terutama karena atas dasar hubungan darah atau hubungan keluarga. Persaudaraan dalam KYM dilandasi oleh cinta kasih yang sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus sendiri yakni: saudara dan saudariku adalah mereka yang melaksanakan Firman Allah.
1. Persaudaraan Kristiani Persaudaraan KYM mengambil pola persaudaraan seperti yang dijelaskan oleh Yesus sendiri dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru, persaudaraan sejati yang meliputi semua orang baru terwujud dalam Yesus Kristus. Dalam Gereja sebagai kelanjutan Kristus sendiri persaudaraan itu memang belum sempurna, namun merupakan suatu tanda nyata dari perkembangan perwujudannya. Universalitas persaudaraan sejati seperti dikehendaki Allah dapat kita dengar dari Yesus sendiri yang berkata, “Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku Mat 12:50; Luk 8:21 Bila dalam Perjanjian Lama persaudaraan masih lebih dibatasi oleh unsur kebangsaan (nasionalisme) dan keagamaan dalam Perjanjian Baru batas-batas itu diatasi, sehingga sungguh universal (Martasujita, 2000: 26). Perbedaan persekutuan antara yang menurut bangsa dan yang menurut agama/iman yang masih ada dalam zaman ketika Yesus tampil ditolak secara tegas oleh-Nya:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abrahan adalah Bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini (Mat 3:7-9). Persaudaraan yang semula hanya timbul dari kelahiran menurut kodrat (daging) kini juga timbul dari kelahiran kembali. Persaudaraan kodrati dapat hancur seperti dalam cerita tentang Kain dan Habel, sedangkan persaudaraan sejati berlandaskan keputraan Allah 1Yoh 3 Persaudaraan yang semula hanya berdasarkan Abraham, dalam Perjanjian Baru mencapai puncaknya dan kepenuhannya dalam Yesus Kristus sehingga anak-anak Abraham sejati ialah mereka yang percaya akan Yesus Gal 3:7-29; Rm 4:11 Dalam Perjanjian Baru, dijelaskan bahwa dengan kematian-Nya sebagai silih, Kristus mengadakan persaudaraan yang sebenarnya Ef 2:11-18 Persaudaraan sejati bukan timbul melulu atas kehendak baik untuk bersatu; bukan pula karena orang ingin mengikuti teladan hidup Yesus, melainkan karena orang mau memasuki persekutuan yang nyata dan tampak untuk diselamatkan. Kristus adalah sebab, dasar dan tujuan persaudaraan yang dikehendaki Allah (Martasujita, 2000: 26). Inti persaudaraan dan perwujudannya ialah kasih. Sebab dalam kasih persaudaraanlah kita sungguh dilahirkan kembali 1 Ptr 1:22 Dalam kasih ini seseorang tidak terikat dengan sesamanya melainkan akan Allah. Sapaan kepada saudara ialah “terkasih” atau “saudara yang dikasihi Allah” 1 Tes 1:4 Kelehamankelehaman saudara harus dipikul Rm 15:1 Apabila mereka sungguh tak mau “berdosa terhadap Kristus” (1 Kor 8:12). Berdasarkan pengertian tentang saudara dalam Kitab Suci (khususnya dalam Perjanjian Baru), secara teologis-biblis dapat diketahui ciri-ciri persaudaraan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
dikehendaki Yesus. Persaudaraan bukanlah sesuatu yang teoritis atau abstrak, melainkan konkret dan terwujud, suatu kenyataan. Persaudaraan adalah suatu persekutuan secara pribadi dengan saudara-saudara dalam Kristus. Dimana ada relasi, ada hubungan nyata, di situ persaudaraan dapat berkembang menjadi lebih erat dan kuat (Kis 28:15). Persaudaraan universal mengatasi segala batas namun dalam pelaksanaannya terikat juga oleh waktu dan tempat, justru karena harus konkret. Secara konkret persaudaraan harus terwujud dalam kesatuan Gereja. Gereja adalah Tubuh Kristus yang merupakan kesatuan dalam keanekaragaman namun sekaligus sebagai keanekaragaman dalam kesatuan. Ciri khas persaudaraan kristiani ialah bahwa orang menjadi saudara sejati satu sama lain hanya dalam Yesus Kristus. Sebab berkat kematianNya di salib Yesus menjadi anak Allah “yang sulung di antara banyak saudara’ Rm 8:29 Kemudian sesudah bangkit, Kristus menyebut murid-murid-Nya “saudara-saudara-Ku” Yoh 20:17; Mat 28:10 Yang menerima Yesus Kristus menjadi anak Allah, saudara Kristus, bukan atas dasar keturunan Abraham melalui daging melainkan karena iman kepada Kristus dank arena menjalankan kehendak Bapa Mat 12: 46:50 Sebagai anak Allah kita dapat menyebut Allah sebagai Abba, Bapa, dan karenanya juga menjadi ahli waris janji-janji Allah bersama Kristus Rm 8:14-17 Ciri lain dari persaudaraan ialah bahwa suatu persaudaraan harus merupakan suatu persekutuan bukan hanya dengan Kristus, tetapi juga sekaligus persekutuan satu sama lain sebagai saudara dalam Kristus (Martasujita, 2000: 26). Hubungan antara mereka harus dijiwai dengan perintah Yesus seperti misalnya dalam Mat 5:21-26. Ada kewajiban saling menegur Mat 18:15 meskipun harus tetap terbuka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
terhadap semua orang Mat 5:47 terutama diminta kasih kepada orang-orang yang paling “kecil” sebab dalam diri mereka itu mereka menjumpai Kristus sendiri Mat 25:40 Ciri paling khas persaudaraan kristiani ialah kasih. Kedatangan Yesus mengubah dasar tatasusila dan tatanilai orang-orang Yahudi yang tergantung pada Taurat. Isi pokok ajaran Yesus ialah kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia sebagai perintah utama. Kebenaran ajaran-Nya itu dibuktikannya sendiri dalam kedatangan-Nya sebagai Putera Allah, yang mengutus-Nya untuk menyelamatkan manusia berdosa. Perintah utama itu merupakan perintah rangkap, yakni kasih kepada Allah dan kepada manusia yang disamakan. Seluruh hukum Taurat dan ajaran para nabi bergantung pada perintah utama itu (Mat 22:40) Letak kebaruan dasar persaudaraan kristiani sejati menurut kasih Yesus adalah sebagai berikut (Martasujita, 2000 :34): 1. Kasih kepada Allah dan kepada manusia diikatkan satu sama lain dan tak terpisahkan; 2. Seluruh hukum Taurat dikembalikan kepada perintah utama rangkap itu; dan 3. Kasih kepada sesama adalah universal Kasih sesama yang universal itu mengalir dari kasih Allah sendiri yang merangkul semua tanpa perbedaan. Ikatan erat antara kasih kepada Allah dan kepada sesama diajarkan Yesus dalam Mat 5:23-24. Orang harus berdamai dahulu dengan sesama sebelum menghadap Allah. Dan orang tidak dapat mohon ampun kepada Allah sebelum bersedia mengampuni sesamanya. Demikian penting hal ini sehingga termasuk dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada kita. Kasih kepada sesama bukan hanya dibuktikan dalam saling mengambpuni, melainkan juga dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
saling menolong, sebagai saluran belaskasih Allah. Inti persaudaraan sejati adalah kasih, maka kasih kepada Allah dan sesama harus murni. Berdasarkan pengertian persaudaraan menurut Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru, anggota tarekat religius mewujudkan persaudaraan ini dalam bentuk komunitas religius. Komunitas adalah sebuah kehidupan bersama. Kehidupan bersama adalah suatu anugerah dan karunia Allah. Ciri khas dari suatu karunia adalah diberikan, dihadiahkan. Komunitas sebagai karunia berarti bahwa komunitas yang dimiliki anggota tarekat religius bukanlah hasil daya upaya mereka, bukan pula hasil jerih payah mereka (Martasujita, 2000: 26). Anggota tarekat religius tidak mempunyai suatu jasa apapun terhadap komunitas. Setiap anggota komunitas religius yang ada dipandang dan diterima sebagai anugerah dan karunia Tuhan dan bukan sebagai milik atau bawahan yang bisa dimanfaatkan. Semua anggota tarekat religius adalah karunia Tuhan. Anggota tarekat religius tidak pernah merencanakan siapasiapa yang akan menjadi teman komunitas mereka. Anggota tarekat tidak bisa memprogram siapa-siapa yang akan menemaninya dalam komunitas. Hal tersebut seperti dikemukakan Martasudjita (1999: 88) seperti berikut: Kita tidak bisa memprogram siapa-siapa yang akan menemani kita dalam keluarga ataupun komunitas. Siapa yang menjadi ayah dan ibu saya tidak pernah bisa saya rencanakan sebelumnya. Mereka tiba-tiba adalah orang tua saya. Siapa yang akan menjadi kaka dan adik saya tidak bisa saya program sebelumnya. Tahu-tahu kakak dan adik saya adalah mereka. Mereka ya seperti itu. Siapa yang akan menjadi pemimpin komunitas saya tidak dapat saya atur dan program. Tahu-tahu ya dia itu pemimpin kita. Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa persaudaraan yang terwujud dalam komunitas religius tidak bisa diprogram atau direncanakan. Anggota tarekat religius tidak pernah bisa merencanakan siapa yang menjadi anggotanya, siapa yang menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
pemimpin, dan siapa yang menjadi teman komunitasnya. Dalam hal ini tampak bahwa persaudaraan dalam tarekat religius seperti KYM merupakan persaudaraan sejati yang dipersatukan karena Kristus. Hal senada dikemukakan (Darminta, 1982 :7). bahwa hidup bersama dalam suatu komunitas merupakan salah satu ciri pokok hidup religius. Penghayatan konkret hidup religius sehari-hari terlaksana dalam suatu komunitas. Dalam komunitas itu hidup bersama mendapatkan bentuk konkret dan pengaturan yang menunjang tumbuh dan perkembangan hidup rohani maupun terlaksananya tugas perutusan. Hidup bersama dalam suatu komunitas merupakan tuntutan mutlak bagi seorang religius. Tidak mengherankan bahwa salah satu syarat untuk dapat bergabung dan diterima dalam suatu tarekat religius adalah tidak adanya hambatan yang berat untuk membangun dan menghayati hidup bersama. Tegasnya, dituntut adanya kemampuan dan kemudahan untuk hidup bersama. Dalam hidup bersama di suatu komunitas religius, terjadilah suatu pertemuan dalam iman, dimana orang menghayati spiritualitas dan charisma tarekat yang asma, mengikuti Kristus bersama-sama, merasul dalam kebersamaan, berdoa bersama, berbagi rasa hidup dan pengalaman, berbagi milik dan harta, berbagi kesedihan dan kemauan untuk mengabdi Kristus. Menurut Konsili Vatikan II, hidup religius yang diterima oleh Gereja sebagai anugerah Allah, hidup dalam lingkup persekutuan Gereja, sejauh digerakkan oleh Roh Kudus, prinsip persekutuan dan kesatuan Gereja. Hidup religius secara khusus dipanggil untuk menampakkan persekutuan hidup Gereja. Diharapkan bahwa di dalam komunitas-keomunitas religius terpuruk dan terpelihara persaudaraan sebagai cirri khas hidup bersama (Darminta, 1982: 9).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
Di lain pihak orang juga semakin sadar dan mengalami bahwa dirinya tidak dapat hidup dan berkembang secara penuh tanpa orang lain. Hanya dalam kebersamaan dalam suatu komunitas orang akan mendapatkan kepenuhan. Saling berkontak dan berjumpa merupakan salah satu aspek penting. Di dalam Tuhan orang menemukan hubungan persaudaraan dan kesamaan antara sesama manusia. Setiap anggota tarekat sadar bahwa ikatan-ikatan yang mengikat persaudaraan bersumber pada Tuhan dan dari Tuhan mendapatkan arti dan kekuatan (Darminta, 1982: 9).
2. Spiritualitas Persaudaraan KYM Spiritualitas KYM didasarkan pada spiritualitas Vincentius. Spiritualitas Vincentius mulai ditanamkan kepada para suster sejak awal, yaitu sejak masa pembinaan di Postulat lewat studi. Pada tahap pembinaan selanjutnya di Novisiat, para suster mulai mengikuti kegiatan HaVin (Hari Vincentius). Para novis pergi ke lorong-lorong untuk menemukan orang miskin. Dengan ini kepekaan dan kepedulian novis mulai terasah dan akan membantunya untuk menemukan jati dirinya sebagai Vinsensian yang tanggap akan kebutuhan orang-orang di sekitarnya. Ada juga program Live in yang dilaksanakan saat novis dan menjelang Kaul Kekal dengan tujuan untuk meneguhkan panggilannya sebagai seorang suster sekaligus sebagai Vinsensian. Pada kegiatan tersebut, para suster tinggal langgsung bersama umat dan mengalami secara langsung pahit getirnya kehidupan di luar. Kegiatan ini menempa pribadi para suster untuk menjadi suster yang tangguh dan mampu menghadapi zaman (Laura, 2010: 34).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
Spiritualitas Santo Vincentius kini masih hidup dan berkembang dalam jiwa suster-suster KYM. Vincentius hidup di zamannya begitu juga dengan Pastor van Erp dan suster-suster KYM. Berangkat dari spiritualitas yang sama kita dipanggil juga untuk mengaktualisasikan semangat ini sesuai dengan konteksnya. Sebagaimana Vincentius dan Pastor Antonius Van Erp berani peka dan tanggap akan kepribadian dan kebutuhan masyarakat pada zamannya begitu juga dengan para suster KYM (Laura, 2010: 35). Spiritualitas St. Vincentius a Paulo berrati meresapkan dan menggemakan semangat Yesus kristus dalam hidup. Spritualitas tidak bertumbuh begitu saja jika tidak digali, dipikirkan, direnungkan, dan dihayati dalam kenyataan hidup konkret setiap hari. Tentu saja spiritualitas bukanlah sesuatu yang kaku, tetapi bentuk, roh atau jiwa dari sebuah kehidupan yang dipengaruhi oleh kebudayaan dan perkembangan zaman. Sebagai salah satu anggota Vinsensian, para suster KYM juga menjadi pewaris 5 keutamaan Santo Vincentius yakni: kesederhanaan, kerendahan hati, kelembutan hati, matiraga, dan penyelamatan jiwa-jiwa bersumber dari Yesus kristus sendiri. Demikianlah pendiri Bapak Antonius Van Erp mewariskannya bagi para Suster KYM, sebagaimana ia telah menghidupinya dengan semangat St. Vincentius a Paulo. Semua teladan itu adalah sebuah sikap yang mendalam dan keintiman dengan Tuhan sendiri yang Maha lembut (Sumaji, 2004: 85). Peraturan yang diwariskan oleh Vincentius adalah Yesus kristus sendiri, dengan jelas yaitu perkataan atau ajaran Yesus tentang kerendahan hati. Kerendahan hati itu harus didasarkan pada Pribadi Yesus Kristus sendiri yang rela
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
merendahkan diri dengan wafat di kayu salib, demikianlah peraturan ini menjadi milik semua pewaris semangat St. Vincentius dalam hal ini termasuk KYM, kerendahan hati itu harus dittai bahkan dengan jelas Vincentius mengatakan bahwa sumbernya dapat berasal dari: pengenalan diri sendiri dan kasih kepada Kristus yang sering mendapat penghinaan. Dalam salah satu konferensinya, St. Vincentius a Paulo mengatakan “bagi orang yang memiliki kerendahan hati, segala kebaikan akan mengalir dan dianugerahkan kepadanya. Kebalikannya, bagi dia yang tidak memilikinya, segalanya bahkan kebaikan yang ada padanya akan diambil darinya.”
3. Persaudaraan dalam Komunitas Menurut (Darminta, 1982: 7). hidup bersama merupakan hidup dalam persekutuan, dimana orang sanggup dan rela untuk saling membantu, menopang, menghibur, dan memberi semangat maupun saling memberi koreksi. Dasar dari semua itu adalah cinta, sebab manusia dipanggil untuk hidup cinta. Pada dasarnya hidup bersama ada persaudaraan, yang dibangun oleh Roh Kudus dalam iman yang sama, harapan yang sama dan cinta kasih yang sama. Menurut (Darminta, 1982: 11). hidup bersama secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: suatu perjumpaan tetap dari pribadi-pribadi yang dipersatukan dalam suatu keluarga sejati atas nama Tuhan. Hidup bersama ikut ambil bagian pada charisma yang sama, dijiwai oleh cinta kasih, diperkuat oleh kehadiran Kristus dan sekaligus diikat oleh ikatanikatan hukum oleh Gereja dan sanggup untuk menyerahkan segala-galanya untuk saling melayani dan membangun tubuh Kristus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
Hidup bersama kaum religius yang dipersatukan menjadi saudara merupakan usaha untuk menghayati secara penuh hidup kristiani dengan memberi nilai secara khusus kepada aspek kebersamaan hidup secara radikal. Persekutuan hidup diungkapkan dengan adanya perlakuan sosial yang sama, meski berbeda tugas, aturan dan wajib yang mengikat semua dalam hidup komunitas, struktur hidup yang disepakati yang mengatur perjumpaan antara sesama anggota dan antar anggota dan komunitas, sehingga semua anggota dapat hidup, berdoa dan bekerja bersama-sama. Semua hasil kerja menjadi milik bersama. Dengan begitu, Kristus menjadi pusat komunitas religius, pusat pertemuan anggota-anggota komunitas. Komunitas religius menjadi ekspresi yang belih bermakna dari Gereja sebagai persekutuan umat Allah (Darminta, 1982: 11). Menurut (Darminta, 1982: 12) faktor-faktor pemersatu persaudaraan dalam komunitas religius, yakni: (1) Kristus, (2) kekuatan anggota-anggota, (3) struktur dan pengaturan, dan (4) pimpinan. Kristus menjadi pemersatu utama dimaksudkan adalah bahwa pertama-tama tali pemersatu ialah Kristus sendiri sebab Kristuslah yang merupakan titik pertemuan dan ikatan yang mempersatukan anggota-anggota komunitas. Secaca khas hidup bersama yang dipersatukan dalam persaudaraan tumbuh dan berkembang dalam persatuan dengan misteri paskah. Komunitas menjadi religius sejauh persaudaraan dan persahabatan yang mengikat anggota-anggota itu diresapi oleh kehadiran Kristus, sebab cinta kasih sejati menyatakan kehadiran Kristus. Pemersatu lainnya hidup bersama adalah kekuatan anggota-anggota. Menurut (Darminta, 1982: 12) kekuatan anggota-anggota itu sendiri juga memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
kekuatan dan daya hidup kepada komunitas dan anggota-anggota dalam komunitas. Hidup bersama dibangun dari hari ke hari oleh anggota-anggotanya. Hidup bersama menjadi kuat, bila masing-masing menyumbangkan milik dan pribadi. Persatuan hati dan budi dihayati dalam hidup bersama dengan saling memberi diri. Setiap anggota saling membuka diri dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih. Hidup bersama menjadi pengalaman hidup dalam persatuan dan kasih yang didasarkan atas kemerdekaan, kepercayaan, keterbukaan satu sama lain dan komunikasi. Setiap peristiwa
sehari-hari
merupakan
kesempatan
untuk
mengungkapkan
dan
menunjukkan kebaikan, cinta, saling menghornati, saling melayani, saling mempercayai, saling memberi nasehat, saling membangun dan saling memberi semangat (Darminta, 1982: 13). Memberikan diri dalam sebuah komunitas membuat orang mampu untuk menerima anggota komunitas lainnya dengan sepenuh hati, sepenuh budi, sepenuh jiwa dan sepenuh tenaga. Ikatan persaudaraan semakin dirasakan dan karenanya terjamin dan terbina. Kalau demikian hidup bersama tidak lagi hanya dilihat sebagai hidup laku tapa tetapi ungkapan hidup persatuan dengan Allah sendiri. Hidup bersama membutuhkan struktur dan pengaturan yang menunjang terlaksananya kesatuan dan persekutuan hidup. Oleh karena itu, wajar bila di dalam setiap komunitas religius, sesuai dengan ciri khas tarekat masing-masing. Dibentuk pengaturan dan disiplin hidup bersama yang harus diterima oleh setiap anggota sebagai bagian dari kenyataan hidup bersama sehari-hari. Pengaturan hidup seperti doa bersama, bekerja, makan bersama, rekreasi, istirahat ataupun menetapkan saat-saat hening dimaksudkan untuk membantu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
anggota-anggotanya menjadi manusia rohani, mempertahankan persatuannya dengan Tuhan lewat integrasi semua kemampuan, pemurnian pikiran, pengrohanian perasaanperasaan, untuk semakin mempunyai hormat yang makin dalam atas hidup di dalam Tuhan (Darminta, 1982: 13). Struktur hidup dalam komunitas merupakan sarana untuk menjalin hubungan cinta antar anggota, sebab struktur dan pengaturan hidup tidak mengganti hukum hati dan hukum cinta, tetapi mempermudah dan memperjelas penghayatannya dalam cara hidup, berdoa dan bekerja bersama-sama. Struktur sendiri perlu terbuka tidak beku, untuk selalu diperbaharui dan ditinjau, supaya selalu merupakan sarana yang menunjang hidup bersama erat dalam persaudaraan dan dengan kerohanian dan charisma tarekat. Dalam KHK yang dicanangkan pada tanggal 25 Januari 1983 ada sebuah kanon yang dikhususkan untuk hidup persaudaraan dalam seksi hidup religius. Pada kanon 602 dikatakan oleh hidup persaudaraan yang menjadi ciri masing-masing tarekat, semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus. Hendaknya hidup persaudaraan itu ditentukan sedemikian rupa, sehingga semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Dengan persatuan persaudaraan itu, yang berakar dan berdasar dalam cinta kasih, para anggota hendaknya menjadi gambar dari pendamaian menyeluruh dalam Kristus Komunitas religius dalam hal ini KYM dapat menjalankan tugas perutusannya secara bersama-sama. Sebab hakekat komunitas adalah kebersamaan atau dalam bahsa lain disebut persaudaraan. Yang menjadi landasan hidup persaudaraan para suster KYM dalam hidup berkomunitas adalah Kis 4:32 “kumpulan orang yang telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
percaya itu hidup sehati sejiwa, dan tidak seorangpun berkata bahwa suatu dari kepunyaan adalah miliknya sendiri, tapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para suster KYM senantiasa diajak untuk hidup seturut cara hidup jemaat perdana. Dalam Konstitusi KYM art. 44 dikatakan: Persekutuan dibentuk oleh orang-orang yang meniru teladan dari kesatuan Yesus Kristus bersama murid-muridNya; orang-orang yang seraya mengakui perbedaan pandangan, watak dan sikap, satu sama lain mencari tujuan bersama dan menggumulinya bersama; orang-orang yang saling memberi perhatian, sehingga setiap orang didengar, setiap orang berhak berbicara, setiap orang merasa aman satu sama lain; orang-orang yang menerima diri sendiri dan orang lain karena setiap hari menyadari bahwa mereka diterima oleh Allah Dalam komunitas itulah terjadi komunikasi cinta serta perhatian satu terhadap yang lain. “Inilah perintahKu yaitu supaya kamu saling menghasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Inilah perintahKu kepadamu: kasihilah seorang akan yang lain” Yoh 15:12-17 sebab dalam komunitas kita menghayati kesatuan di dalam perbedaan dan menjalankan prioritas-prioritas untuk melakukan evangeliassi dan pelayanan kepada kaum miskin dan mengadakan doa bersama. Dalam komunitas kita bertekun untuk pendidikan dan pengajaran serta pengembangan diri, kita menjadi saling percaya, kita mempunyai sense of belonging; kita melakukan share diri bersama, kita bergembira bersama dengan saling menguatkan sebagai saudara serta percaya bahwa orang/pribadi yang dihadapi memiliki nilai-nilai kepribadian yang harus dihormati, kita selalu bersatu hati dalam pujian dan doa bersama Kis 2:41-47 Persaudaraan religius yang terbentuk tidaklah bersifat homogen tetapi heterogen baik pribadi maupun sasaran pelayanan mereka yang mencakup orang dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
bangsa dan budaya yang lain. Dalam heterogenitas (kemajemukan) ini kiranya makna kerendahan hati itu menjadi hidup dan konkret. Hidup religius selalu dihayati di dalam hidup persaudaraan dalam sebuah hidup orang-orang yang hidup bersama sebagai saudara dan demi Yesus Kristus ini, kita menemukan rahmat yang juga kita rasakan dalam hati kita masing-masing. Untuk mengikuti Yesus kita bergabung dalam satu persaudaraan. Seterusnya kedua kenyataan selalu disebut bersama: Allah dan sesama/saudara sekomunitas (Louf, 1987 :22-25). Fraterna Komunio (berbagi hidup dalam semangat persaudaraan) adalah sebuah ungkapan yang sangat tua di dalam tulisan monastic. Ketika hidup komunitas dalam arti sempit muncul pertama kali, menurut studi-studi historis masa kini berasal dari Pakhomeus pada abad ke-4 maka pengelompokan monastic diberi nama berasal dari Perjanjian Baru: Hagia Koinonia, yang berarti persaudaraan kudus atau persekutuan kudus. Kata koinonia diambil dari Kis 2:42 Istilah ini merupakan suatu penjelasan perihal Gereja Perdana yang paling dikenal: “mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (koinonia). Mereka saling berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Koinonia ini diterangkan dalam kalimat-kalimat berikut ini: menyerahkan semua barang mereka sebagai dana bersama, pergi ke kenisah sebagai stau kesatuan tubuh, suatu semangat yang sehati, makan bersama dengan gembira dan berhati tulus satu dengan yang lain. Lukas menambahkan: “mereka disukai semua orang” maksudnya: kelompok ini menyebarkan pendalamaian dalam Kristus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Menurut teladan Gereja Perdana, hendaknya kehidupan bertekun dalam ajaran Injil, dalam liturgi suci dan terutama dalam perayaan Ekaristi, dalam doa serta persekutuan semangat yang sama Kis 2:4-20. “Berkomunitas, dan menjadi komunitas secara baru, akan merupakan suatu anugerah dan tugas: ini tidak datang dengan sendirinya, tetapi kita harus mengupayakannya. Kita akan mengalami saat-saat jatuh bangun. Akan ada saat-saat gembira dan sedih dalam pengalaman hidup bersama. Dengan melaksanakannya kita akan belajar bagaimana menanganinya (Konstitusi KYM art. 45). Sebagai seorang KYM dalam menjalankan hidup persaudaraannya dalam komunitas hendaknya memiliki kemampuan untuk hidup berkomunitas tersebut yang dirumuskan dalam beberapa hal berikut: PPK KYM, 2008: 10-11. a. Mampu hidup sehati dan sejiwa dan memberi kesaksian mengenai kehadiran Tuhan serta mengenai cinta kasihNya yang meyakinkan b. Mampu mengabdikan diri penuh cinta kasih satu sama lain c. Mampu menghayati satu cita-cita dan tujuan bersama untuk menumbuhkan usaha untuk selalu mengembangkan kebersamaan. d. Mampu menghayati satu tubuh meski banyak anggota, berusaha saling mengindahkan karena semua berharga dan ambil bagian di dalamnya 1 Kor 12:1231 e. Tekun dan terbuka untuk terus-menerus belajar dan diajar oleh pengalaman hidup komunitas dan pelayanan serta mampu hidup dalam kasih, damai, keadilan, dan kebenaran. f. Mampu menghayati visi, misi, tujuan, dan charisma Kongregasi serta tujuan yang sama g. Mampu menghayati kesatuan hati, gerak, budi, dalam komunitas meski bermacammacam watak, perangai, sifat, sikap, kemampuan, dan bakat h. Mampu menghatai hidup bersama dengan sikap sederhana, rela berkorban, jujur dan setia i. Mampu mengosongkan diri seperti Kristus, mencintai Tuhan dan sesama secara radikal. j. Sanggup merefleksikan pengalaman hidup sebagai orang beriman k. Menerima diri sendiri dan orang lain serta situasi apa adanya dan tidak menuntut lebih l. Mengakui dan menggunakan bakat yang dimiliki dengan baik m. Memiliki rasa kesetiakawanan yang tulus dan menjalankan pengabdian dengan gembira.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Hidup dalam persaudaraan KYM juga berarti senantiasa bersatu dengan charisma Kongregasi KYM, yakni charisma kesederhanaan dalam pola hidup, tutur kata dan perbuatan yang digerakkan oleh keterpautan kasih dengan Bapa yang mengasihi pribadi Yesus Kristus yang terarah kepada tindakan kasih kepada sesama yang menderita karena penindasan dan ketidakadilan, membela dan memberdayakan mereka. Nilai-nilai charisma itu mewujudkan diri secara personal, relasional dan tatanan sosial (PPK KYM, 2008: 12). Hidup dalam komunikasi akan mengalami tahap yang membangun kearah yang lebih baik apabila setiap orang menyadari dirinya sebagai yang paling lemah di dalam komunitas. Karena orang-orang yang paling lemahlah yang selalu ada di hati dan pusat sebuah komunitas Kristiani. Hal itu memberi ciri khas pada komunitas Kristiani, suatu iklim yang khas. Walaupun demikian kita kerap berhadapan dengan komunitas yang di dalamnya terdapat pengelompokan manusiawi dimana terdapat serangkaian keinginan dan ambisi yang saling bertabrakan, yang sering saling tidak cocok, dan membutuhkan usaha untuk hidup dalam harmoni (Louf, 1987: 21).
4. Persaudaraan dalam Karya Karya kerasulan merupakan salah satu tugas perutusan anggota tarekat KYM. Setiap suster KYM dipanggil untuk melakukan kerasulan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Terkait dengan karya kerasulan tersebut, dapat dilihat dari misi dan kerasulan Kongregasi KYM. Praktik kerasulan kita sebagai Kongregasi dan sebagai suster di dalamnya adalah: siap sedia bagi Kerajaan Allah dengan kemampuan yang ada pada diri para suster. Tujuan Kongregasi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
spiritualitas St. Vincentius A Paulo menentukan arah para suster KYM. Dalam karya tersebut, setiap suster KYM saling bahu membahu demi tercapainya cita-cita pendiri tarekat. Adapun bidang-bidang konkrit kegiatan para suster adalah misi dan pembangunan masyarakat; mengurus pendidikan kaum muda; merawat orang jompo; sakit dan cacat, mengurus orang-orang yang kekurangan dan kelompokkelompok yang diabaikan di dalam masyarakat. Dalam menjalankan karya ini, para suster harus tetap menjalankannya dalam semangat persaudaraan. Artinya, setiap suster harus mampu menghargai setiap karya yang dimiliki para suster sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dalam hal ini, tidak boleh ada suster yang beranggapan bahwa karya yang dimilikinya lebih berharga dibandingkan dengan karya yang dimiliki oleh suster lainnya. Setiap karya suster adalah sebagai kelengkapan satu dengan yang lain dan saling membutuhkan. Dalam menjalankan karya para suster tersebut, setiap suster juga harus mampu saling menolong satu dengan yang lain sebagai wujud dari persaudaraan yang telah diikat dan dipersatukan atas dasar cinta kasih seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Dalam hal ini setiap suster hendaknya bekerja menurut kemampuannya; berdoa dan bekerja. Bila sakit dan menjadi tua, para suster juga akan berupaya untuk memahami kerasulan penderitaan sebagai misi. Kerasulan harus berakar pada perhatian dan kehadiran bagi orang-orang yang hidup, didorong oleh rasa iklhas satu sama lain. Ketika para suster menjalankan karya, para suster harus selalu didasari oleh semangat spiritualitas yang sama dari St. Vincentius a Paulo. Hal itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
ditunjukkan dengan pakaian atau jubah yang dikenakan para suster adalah sama sebagai saudara. Semua suster selalu memakai cincin Kongregasi dengan tulisan YMYV (Yesus-maria-Yosef-Vinsensius) sebagai kesaksian dan simbol hidup religius menurut spiritualitas Vinsensian (Konstitusi KYM, art. 29).
5. Persaudaraan dalam Kerjasama Kerjasama merupakan salah satu bagian penting yang harus dimiliki oleh para anggota tarekat dalam hidup berkomunitas. Dalam kesehariannya, para suster KYM diserahi sebuah tugas dan tanggungjawab masing-masing. Pelaksanaan karya ini merupakan perwujudan dari semangat St. Vincentius yang mewajibkan para pengikutnya untuk berkarya. Dalam melaksakan tugas dan tanggungjawab masing-masing suster, kerjasama merupakan hal sangat penting. Setiap para suster meskipun memiliki karya yang berbeda namun satu sama lain harus mampu mempertahankan kerjasama. Hal itu terkait dengan kerjasama sebagai salah satu bagian dari persaudaraan dalam komunitas. Kerjasama dalam persaudaraan memiliki makna, bahwa susah dan senang sama-sama ditanggung bersama. Seorang suster yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, maka suster lainnya wajib membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh suster tersebut. Hal ini merupakan perwujudan dari semangat persaudaraan dalam tarekat KYM bahwa para suster yang meskipun tidak merupakan saudara berdasarkan hubungan keluarga, namun karena ikatan cinta kasih, telah menjadi bagian dari dirinya sendiri. Terkait dengan itu, maka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
dalam setiap kesulitan para suster wajib saling membantu satu sama lain layaknya dengan saudara kandung sendiri.
B. Kerendahan Hati Kerendahan hati dalam persaudaraan KYM merupakan salah satu keutamaan yang diajarkan oleh Santo vincentius. Dalam salah satu konferensinya, St. Vincentius a Paulo mengatakan “bagi orang yang memiliki kerendahan hati, segala kebaikan akan mengalir dan dianugerahkan kepadanya. Kebalikannya, bagi dia yang tidak memilikinya, segalanya bahkan kebaikan yang ada padanya akan diambil darinya. (Vincentius, 2010: 53). Terkait dengan keutamaan kerendahan hati yang sangat dibutuhkan para suster, St. Vincentius a Paulo pernah mengingatkan para suster seperti yang dijelaskan berikut: Beberapa kali saya telah mengunjungi komunitas suster-suster dan sering saya telah bertanya kepada beberapa di antara mereka mana keutamaan yang paling mereka hargai, dan untuk keutamaan mana mereka merasa paling tertarik. Dan saya menanyakan hal ini juga kepada suster yang paling tak suka menerima penghinaan. Ternyata di antara 20 suster, mungkin hanya satu tidak menjawab bahwa keutamaan yang paling disukai ialah kerendahan hati. Itulah tandanya bahwa semua menghargai keutamaan ini sebagai keutamaan yang indah dan patut dicintai (Vincentius, 2008: 54)
Kerendahan hati bagi para suster merupakan keutamaan yang paling disukai. Dalam hal yang sama, bagi tarekat KYM kerendahan hati seperti yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo merupakan keutamaan yang paling dihargai. Hal itu dikarenakan kerendahan hati dapat melandasi perbuatan-perbuatan lain baik dalam kaul, dalam komunitas, dalam doa, dalam kerasulan, dan dalam kepemimpinan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Kerendahan hati yang harus dimiliki anggota tarekat KYM adalah kerendahan hati seperti yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo, yakni: (a) memandang diri sendiri dalam seluruh kejujuran kita bahwa kita adalah manusia-manusia yang tidak pantas; (b) bergembira tatkala orang lain melihat ketidakpantasan diri kita dan merendahkan kita; (c) tidak menganggap diri sebisa mungkin, semata-mata karena ketidakpantasan diri kita, bahwa Tuhan telah bekerja di dalam diri kita, atau kebaikan Tuhan telah mengalir kepada orang lain lewat kita. Kerendahan hati yang disampaikan St. Vincentius a Paulo adalah kerendahan hati yang artinya bahwa kebaikan itu berasal dari belas kasih Allah saja, dan karena jasa orang lain (Roman, 1993: 55). Kerendahan hati penting bagi anggota tarekat KYM agar para suster selalu menyadari, bahwa: (a) suster mampu memandang dirinya sebagai manusia yang tidak pantas di hadapan Tuhan; (b) para suster atau anggota tarekat KYM bergembira tatkala orang lain melihat ketidakpantasan dirinya dan merendahkan dirinya; (c) suster atau anggota tarekat KYM tidak menganggap dirinya orang yang serba bisa, tapi suster semata-mata merasakan atas ketidakpantasan dirinya, bahwa Tuhan telah bekerja di dalam diri para suster KYM, atau kebaikan Tuhan telah mengalir kepada orang lain lewat diri para suster KYM (Roman, 1993: 56).
1. Kerendahan Hati Dalam Kaul Dalam menjalani hidup bersama sebagai saudara, setiap anggota religius dituntut mampu menghayati dan menghidupi kaul-kaul yang diucapkannya. Dalam mewujudkan hal tersebut, anggota tarekat KYM yang telah diikat dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
persaudaraan bersama Kristus harus saling mendukung dan menguatkan. Dalam tarekat religius seperti KYM, pengikraran kaul-kaul merupakan salah satu sarana untuk merendahkan diri di hadapan Allah. Dengan mengucapkan kaul, maka anggota tarekat religius tidak lagi bertindak sesuai dengan kehendak diri sendiri tetapi ingin bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini memperlihatkan bahwa melalui kaul-kaul, para anggota tarekat dapat belajar dan menghidupi keutamaan kerendahan hati. Bersedia dipimpin dan diarahkan Allah sebagaimana yang dihidupi oleh pendiri tarekat merupakan salah satu wujud nyata kerendahan hati dari para suster. Sebagai seorang religius yang dipanggil secara khusus yang mau membaktikan diri seutuhnya dengan ikatan ketiga kaul, yaitu: kemiskinan, keperawanan, dan ketaatan. Hidup religius berarti hidup sebagai manusia kristiani yang menerima permandian dan memilih hidup berkaul sebagai jalan khusus yang dapat membantu kedekatannya kepada Kristus. Sebagai seorang religius, kaul merupakan sarana yang utama untuk mencapai persatuan dengan Allah. Kaul merupakan sarana dalam hakekat hidup membiara sekaligus ciri khas religius yang membedakan dari orang kristiani pada umumnya. Hidup berkaul merupakan cara hidup yang ditempuh melalui nasihat-nasihat Injili. Nasihat Injili tersebut adalah hidup miskin, murni, dan taat. Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) Kanon 668, pengertian kaul dijelaskan: Kaul adalah hidup yang dibaktikan dengan kaul atas nasihat-nasihat Injili, dimana orang beriman dengan mengikuti Kristus secara lebih dekat atas dorongan Roh Kudus, dipersembahkan secara utuh kepada Tuhan yang dicintai, demi kehormatan bagi-Nya dan demi pembangunan Gereja serta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
keselamatan dunia. Mereka dilingkupi dengan dasar baru dan khusus mengejar kesempurnaan cinta kasih dalam pelayanan Kerajaan Allah, dan sebagai tanda unggul dalam Gereja mewartakan kemuliaan surgawi.
Dengan demikian hidup dan kegiatan para religius memiliki nilai sebagai tanda eskatologis: mereka memaklumkan nilai-nilai kekudusan dan keselamatan manusia yang sudah datang ke dunia. Kaul-kaul yang diucapkan oleh para religius merupakan tantangan yang terus-menerus, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. Melalui kaul-kaul hidup mereka diarahkan kepada pewartaan Kabar Baik dan secara kenabian menolak pemilikan berlebihan, cinta diri dan sikap membebani orang lain yang mewujud dalam kedagingan manusia (Darminta, 2003: 48). Maka pembaktian diri menjadi inti panggilan yang diungkapkan melalui ketiga kaul yakni: kaul kemiskinan, kemurnian, dan kaul ketaatan yang diwujudkan dalam hidup hariannya, artinya dengan komitmen dan pemberian diri secara total kepada Allah. Pembaktian diri dalam kaul-kaul ini juga membuat para religius lebih bebas untuk melaksanakan karya cinta kasih yang menjadi tanggungjawab dari kaul-kaul tersebut. Kaul-kaul sangat membantu menyerahkan diri para anggota tarekat kepada Allah dan sesama. Kaul kemiskinan merupakan kesadaran sebagai orang yang berkaul sungguh miskin di hadapan Tuhan. Sadar bahwa para suster berkaul kemiskinan memampukan mereka untuk membuat prioritas dalam memiliki barang-barang duniawi. Juga membuat para suster rela menyerahkan segala tenaga, waktu, dan kemampuan untuk mengabdi Tuhan dan sesama. Tetapi kadang sulit mengendalikan diri sehingga membeli barang yang dibutuhkan atau menggunakan barang yang diterima tanpa sepengetahuan pimpinan (Konstitusi KYM, art. 23).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
Pentingnya anggota tarekat religius bertumbuh dalam kerohanian khususnya dalam kaul seperti:
a. Kaul Kemiskinan Kaul kemiskinan merupakan salah satu tuntutan untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan sesama anggota tarekat. Melalui kaul kemiskinan, setiap anggota tarekat menghayati kebersamaannya dengan anggota-anggota terekat lainnya sebagai saudara. Tidak ada anggota tarekat yang kaya atau miskin tapi di hadapan Tuhan semuanya sama. Pentingnya anggota tarekat religius menghayati kaul kemiskinan karena dalam diri manusia terdapa kecenderungan untuk memiliki harta benda, baik yang sangat berharga maupun yang kurang berharga. Pemenuhan kecenderungan akan harta sering kali justru menimbulkan hasrat lebih besar lagi, yang kadang-kadang membuat orang menjadi buta akan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai injili (KOPTARI, 2008 :54). Kaum religius demi kaul kemiskinan melepaskan kepemilikan pribadi atas harta benda dan menjadikannya milik bersama. Kaum religius seperti KYM demi kaul kemiskinan membuat dirinya hidup miskin seperti kaum miskin. Komitmen ini merupakan salah satu sarana penting untuk membangun komunitas persaudaraan, suatu komunitas yang terbuka, baik antara anggota komunitas maupun terhadap masyarakat sekitar, khususnya kaum miskin dan tersisih.
b. Kaul Kemurnian Anggota tarekat religius juga dapat bertumbuh dalam kerohanian yang utuh dalam persaudaraan melalui penghayatannya pada kaul kemurnian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
Dalam Konstitusi KYM, art. 29 dikatakan “sebagai pilihan pribadi suster menerima panggilan ini untuk memberi dan menerima cinta dalam selibat, tanpa pasangan hidup yang khusus”. Kesendirian yang menyertainya membuat suster lebih siap bagi Allah dan bagi sesamanya. Dalam hal ini, setiap anggota tarekat harus saling mendukung untuk mewujudkan hidup murni. Hidup bersama dalam sebuah sebuah komunitas, para anggota telah diikat sebagai saudara satu sama lain. Dalam persaudaraan tersebut, para anggota tarekat memiliki cita-cita yang sama yakni memurnikan dan mensucikan dirinya setiap hari. Dalam kehidupan sehari-hari penghayatan terhadap kaul kemurnian tidaklah selalu mudah dilaksanakan. Setiap anggota tarekat menyadari bahwa dalam dirinya ada daya tarik tertentu terhadap lawan jenis, sehingga hal tersebut membuat para anggota tarekat seperti suster waspada dalam pergaulan. Juga sebagai manusia memang dalam diri ada keinginan untuk memiliki dan dimiliki oleh orang tertentu terutama lawan jenis. Tetapi kesadaran sebagai orang berkaul selibat membantu suster untuk mengatur sikap dan terus-menerus untuk saling menyemangati satu sama lain dalam persaudaraan agar suster sungguh setia pada pilihannya (Konstitusi KYM, art. 33). Saling mendukung dalam persaudaran seperti menghidupi kaul kemurnian, merupakan hal prinsip yang harus ditunjukkan setiap anggota tarekat religius. Dengan demikian, para anggota dapat bertumbuh dalam kerohanian yang utuh dalam persaudaraan khususnya dalam penghayatan kaul kemurnian yang diikrarkannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
c. Kaul Ketaatan Anggota tarekat religius juga dapat bertumbuh dalam kerohanian yang utuh dalam persaudaraan melalui penghayatan kaul ketaatan. Kaul ketaatan merupakan salah satu bentuk kerendahan hati, dimana dirinya tidak lagi dengan bebas melakukan apa yang menurutnya baik dan menyenangkan untuk dirinya sendiri tetapi melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah melalui hidup bersama dengan anggota tarekat lainnya. Ketaatan yang ditunjukkan oleh anggota tarekat merupakan perwujudan dari ketaatan Kristus pada Bapa-Nya. Ketika Yesus dicobai dan pada saat tergantung di kayu salib, Yesus menunjukkan ketaatan-Nya yang sempurna kepada Bapa (Martasudjita, 1999: 71). Ketaatan Yesus ini menjadi dasar penghayatan kaul ketaatan anggota tarekat religius seperti KYM. Kaul ketaatan yang diikrarkan anggota tarekat religius, memiliki konsekuensi hilangnya kepentingan-kepentingan pribadi seperti keinginan untuk mempertahankan sesuatu seperti benda, harta sebagai hak milik. Ketika pimpinan melihat hal itu dibutuhkan untuk kepentingan bersama, maka anggota tarekat harus merelakannya dengan mentaati apa yang dianjurkan oleh pimpinan tersebut. Hal yang sama juga dalam hal mempertahankan komunitas atau karya yang dimiliki anggota tarekat. Apabila pimpinan menilai seorang anggota tarekat harus pindah komunitas, maka anggota tersebut harus tunduk dan taat pada anjuran pimpinan (KOPTARI, 2008: 54). Ketaatan sering begitu mudah dilaksanakan dalam hidup persaudaraan karena suster sadar bahwa suster yang berkaul dan setiap suster wajib mentaati aturan-aturan dan ketetapan yang disepakati bersama dalam komunitas (Kongregasi KYM, 2003: 10). Tetapi kadang dalam diri suster tidak ada pengontrolan diri sehingga dapat berbuat sesuka hati. Ketaatan sulit diwujudkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
dalam hidup jika berhadapan dengan orang yang hanya bisa memberi perintah saja (Kongregasi KYM, 2003:.10). Ketaatan dalam tarekat seperti yang ada dalam tarekat KYM dapat dicontohkan dalam majalah “Taat pada keputusan bersama” seorang mantan pimpinan yang taat pada komunitasnya mengatakan sebagai berikut: Warga komunitas susteran Mamamia sangat kagum dengan Suster Teladania. Suster Teladania adalah mantan provincial dan sekarang memegang karya pendidikan yang cukup besar. Ia punya banyak kenalan orang-orang besar dan orang-orang dihormati oleh orangtua siswa. Ia pun sangat sibuk dengan karya yang dipercayakan tarekat kepadanya. Namun dalam setiap pertemuan komunitas ia hadir. Ia dengan senang hati ikut menjalankan hasil pertemuan rumah, termasuk hal-hal kecil dalam hidup bersama yang harus diabaikan atau diremehkan. Bila ia berjanji apapun, selalu menepati. Dan yang lebih mengensankan lagi, perhatiannya pada setiap anggota komunitas sangat besar. Pada hari ulang tahun temantemannya, ia tidak lupa memberi kartu ucapan (Suparno, 2005: 39).
Pengalaman tersebut dapat menyadarkan para suster dalam sebuah tarekat untuk dapat mencontoh cara hidup suster yang ada dalam cerita di atas. Orang sibuk mencintai diri dan segala sesuatu hanya dilakukan berdasarkan perhitungan untung rugi bagi dirinya. Seharusnya jika suster memiliki askese batin maka ia tetap stabil dalam mencintai, ia tetap sanggup mencintai meskipun disakiti dan tidak membalas dendam. Dari pengalaman dan pergulatan batin suster KYM, dapat dilihat bahwa penghayatan panggilan sangat dipengaruhi oleh situasi batin seseorang. Jika situasi batin tidak enak, suster tidak akan mewujudkan kesadarannya akan sesuatu yang baik. Dapat dikatakan bahwa penghayatan panggilan sangat dipengaruhi oleh daya-daya dan kebutuhan psikologis yang ada pada diri setiap orang (Mardi Prasetya, 1993: 68).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Daya-daya atau unsur kepribadian dalam diri seseorang terdiri dari pikiran, perasaan dan kehendak yang mendorong seseorang dalam bertindak. Kebutuhan psikologis dalam diri seseorang tidak selamanya mendukung penghayatan panggilan. Kebutuhan psikologis yang tidak mendukung penghayatan panggilan, kebutuhan yang mendukung tujuan realisasi diri maupun bersifat netral. Kebutuhan yang bersifat netral artinya dapat mendukung penghayatan panggilan atau sebaliknya, tergantung dari motivasi yang menggerakkan pribadi dalam bertindak (Mardi Prasetya, 1992: 72). Penghayatan kaul-kaul oleh para anggota tarekat bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat dilaksanakan secara otomatis. Uraian tersebut di atas telah memperlihatkan bahwa penghayatan kaul-kaul membutuhkan proses yang terusmenerus dan selalu mendapat dukungan dari anggota tarekat lainnya yang hidup dalam komunitas persaudaraan. Melalui kaul kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian para anggota tarekat berusaha untuk selalu berlatih untuk selalu menghidupinya dengan dengan keutamaan kerendahan hati (Mardi Prasetya, 2001: 50).
2. Kerendahan Hati dalam Komunitas Hidup persaudaraan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan oleh St. Vincentius a Paulo itu sendiri. Hidup persaudaraan menurut St. Vincentius dapat melatih dan menumbuhkan kerendahan hati bagi anggota tarekat. Hidup bersama orang lain membutuhkan adanya sikap mengalah, mau berkorban demi orang lain yang ada dalam persaudaraan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
Kerendahan hati dapat dicapai dalam hidup persaudaraan menurut St. Vincentius a Paulo dapat diperoleh melalui beberapa hal, yakni: (a) sering melakukan tindakan untuk merendahkan diri. Hal itu seperti dijelaskan bahwa “marilah berusaha melakukan dengan senang hati tindakan yang mewujudkan kerendahan hati, baik dalam batin maupun dalam tindakan yang kelihatan” (Vincentius, 2010: 59). Seni mengasihi Allah dikembangkan dengan mengasihi Allah secara nyata; demikian pula seni menghayati kerendahan hati dikembangkan dengan merendahkan diri secara nyata (Vincentius 2008: 76). Kebiasaan merendahkan diri merupakan sarana yang tepat untuk menjadi rendah hati (Vincentius, 2007: 181).
(b) mencintai penghinan kecil-kecil. Dalam hidup
persaudaraan setiap anggota harus mampu mencintai penghinaan kecil-kecil; (c) memerangi kecenderungan kodrat kita untuk meninggalkan diri. Dalam hidup persaudaraan setiap orang harus mampu memerangi kecenderungan kodrat untuk meninggikan diri sendiri di antara para anggota tarekat lainnya; dan (d) jangan segan-segan menyampaikan di depan umum detail-detail yang memalukan kita. Dalam hidup persaudaraan setiap orang dituntut untuk mau dan mampu menyampaikan di depan umum detail-detail yang dianggap memalukan diri sendiri. Kehidupan bersama dalam tarekat KYM merupakan suatu hal penting. Kehidupan bersama seperti terjadi dalam komunitas-komunitas bukan sekedar kumpulan orang-orang yang hidup bersama, tetapi satu kesatuan dari orang-orang yang hidup bersama menurut pola interaksi yang baik dan mengembangkan (Martasujita, 2001: 26).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
Komunitas religius seperti yang ada pada tarekat KYM merupakan kesatuan orang-orang oleh ikatan panggilang yang sama, dan mengikuti semangat pribadi yang sama. Komunitas itu juga memiliki visi-misi yang sama atau tujuan hidup yang satu dan sama. Komunitas juga merupakan medan atau lingkungan hidup yang diwarnai oleh interaksi antar pribadi yang saling meneguhkan hidup dan panggilan, saling memperkuat dan memperkaya satu sama lain atau berpartisipasi dalam panggilan yang satu dan sama yaitu mengikuti Yesus Kristus. Komunitas religius secara istimewa bernilai sebagai tanda. Yang pokok bukanlah pelayanan-pelayanan professional para anggotanya, tetapi tanda yang mereka berikan kepada dunia bahwa Kerajaan Persaudaraan telah dating, meski dunia penuh dengan persaingan, dan bahwa selibat mempersiapkan seorang religius untuk mencintai Allah dan sesama secara penuh (Darminta, 2003: 25). Komunitas dalam tarekat KYM juga memiliki arti yang demikian yakni dipanggil secara khusus untuk membaktikan diri seutuhnya demi kemuliaan Allah dan pelayanan cinta kasih dapat dilihat bagaimana komunitas KYM terbentuk. Dalam komunitas KYM, sikap rendah hati sangat dibutuhkan khususnya dalam menjalin kerjasama dengan sesama anggota komunitas lainnya. Di dalam komunitas kerjasama harus bersumber pada persatuan. Karena dalam persatuan, orang terpanggil untuk selalu bersama, saling peduli, menuju tujuan yang sama, sehingga akan selalu bekerja sama. Kerjasama tanpa persatuan akan menimbulkan ketegangan dan perselisihan (Vanier, 2006: 32). Orang-orang yang berbeda dalam satu komunitas religius biasanya tidak mempunyai ikatan darah tetapi karena dipanggil Allah dan dipersatukan. Maka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
diharapkan semua anggota dapat mengakui dan menerima seluruh perbedaan yang ada dalam diri setiap anggota. Akan ada saat-saat gembira dan sedih dalam pengalaman hidup bersama dan ini menjadi milik bersama artinya suka dan duka sama-sama mengalami karena dipanggil menjadi saudara satu dengan yang lain. Anggota komunitas harus menciptakan situasi dan lingkungan hidup yang memungkinkan untuk bersatu dan bertumbuh dalam seluruh aspek hidup. Dalam Konstitusi KYM, dijelaskan: Hal-hal yang membantu hidup berkomunitas adalah: bimbingan yang diberi dan diterima; rapat-rapat yang terarah kepada pertemuan sejati; minta nasihat dan kesepakatan-kesepakatan bersama; rasa hormat terhadap rahasia pribadi dan terhadap kebersamaan; rasa hormat terhadap keheningan dan percakapan yang perlu; saat-saat perayaan untuk meneguhkan dan memurnikan komunitas; evaluasi yang teratur mengenai apa yang kita buat bersama (Konstitusi KYM, art. 47).
Hidup
persaudaraan
dalam
komunitas
religius
bukanlah
sekedar
sekelompok orang yang hanya mau melayani saja tetapi komunitas religius adalah orang yang dipanggil oleh Allah agar mereka dapat menikmati anugerah rahmat khusus dalam hidup Gereja (LG, art. 43). Oleh karena itu, hidup religius bercirikan mengikuti Kristus. Dalam menjalani hidup persaudaraan tersebut, dibutuhkan keutamaan kerendahan hati. Setiap anggota tarekat KYM memiliki sikap dan keinginan yang berbeda-beda. Untuk dapat memahami perbedaan dari masing-masing anggota tarekat tersebut, setiap orang diharapkan memiliki kerendahan hati sehingga mampu mengalahkan egoisme pribadi dan hanya ingin mendahulukan kepentingan tarekat sesuai dengan visi dan misinya yang terlibat dalam membangun Gereja. Kerendahan hati para anggota tarekat ini harus dibina
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
secara terus-menerus sehingga setiap suster mampu mengalahkan egoisme pribadi masing-masing. Semangat kerendahan hati ini dapat dibina melalui tinggal bersama di komunitas-komunitas kecil bersama beberapa orang suster yang tidak diikat berdasarkan hubungan darah tetapi karena dipanggil Allah dan dipersatukan. Dalam komunitas kecil ini, para suster melatih kerendahan hati untuk saling menerima segala kelebihan dan kekurangan para anggota komunitas lain.
3. Kerendahan Hati dalam Doa Doa merupakan salah satu sarana untuk membangun kerendahan hati dalam diri para anggota tarekat KYM. Sebagai salah satu tarekat religius, KYM dalam menjalankan misi dan visinya di dunia selalu akan diwarnai dengan doa. Karena hidup tarekat KYM tanpa doa yang terus-menerus akan menjadi kering dan tidak membawa kebahagiaan. Maka dalam setiap komunitas religius akan diatur sedemikian jadwal doa bersama maupun pribadi seperti: doa-doa ibadat harian, doa Rosario, rekoleksi, retret, penyembahan Sakreman Maha Kudus dan doa-doa lainnya. Semua diatur dengan baik agar semua anggota komunitas dapat hidup dengan baik dan dengan relasi yang intim dengan Allah melalui doa-doa yang selalu dilakukan dan diusahakan. Doa yang dimiliki oleh setiap anggota tarekat KYM menunjukkan hubungan khusus dirinya dengan Allah. Dalam berdoa tersebut, para suster harus mengosongkan dirinya sebagai lambang kerendahan hatinya yang tidak berdaya apa-apa tanpa adanya hubungan yang sangat dekat dengan Allah. Pengosongan diri pada saat hadir di hadapan Allah adalah simbol kerendahan hati. Agar para suster
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
mampu ke tahap tersebut, maka sejak awal dalam pembinaan di tarekat KYM sudah diajarkan dan dibina hidup doa sejak masuk atau bergabung dengan tarekat KYM. Terkait dengan doa sebagai sarana kerendahan hati, maka setiap anggota tarekat KYM harus memiliki semangat doa yang tinggi. Hal itu seperti dijelaskan dalam (Konstitusi KYM, art. 38). bahwa “Hidup dalam kaul berarti hidup dalam iman. Iman tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan anugerah yang harus kita mohon. Hidup religius kita akan teguh atau jatuh tergantung dari doa-doa di dalam hidup nyata, di dalam misi kita di dunia.” Setiap anggota komunitas KYM harus memberi waktu yang cukup untuk berdoa dalam membina relasi dengan Allah. Karena doa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hidup seorang religius maka dalam Konstitusi KYM, art. 38-42. yang menjelaskan tentang hidup doa: Setiap suster membutuhkan doa. Harus ada waktu untuk itu, yakni untuk keheningan dan refleksi. Yesus memberi kita suatu teladan dalam doa. Dia berdoa dengan bermacam-macam cara: berdiri, dengan para muridNya, saat bekerja, menempatkan segala sesuatu dalam hubungan dengan Bapa-Nya. Meskipun ia selalu siap sedia kepada semua orang, Ia Tuhan bagaimana menyendiri. Ia membawa orang kepada Allah dan membawa Allah kepada orang. Dalam cara ini, bagi kitapun akan ada pengaruh timbal balik antara karya dan doa, sehingga karya kita menjadi lebih ikhlas dan doa kita menjadi lebih jujur. Setiap orang harus hadir dalam refleksi pada waktu yang ditentukan; dia harus tahu dia sedang sibuk dengan apa. Dalam keheningan doa, kita sampai kepada keheningan yang perlu, agar diilhami dan mengilhami orang lain (Konstitusi KYM, art. 39).
Kutipan tersebut memperlihatkan bahwa doa merupakan nafas dari tarekat religius. Tanpa doa, maka segala karya yang dimiliki tarekat tidak akan berguna. Hal ini memperlihatkan bahwa setiap anggota tarekat KYM harus sungguhsungguh memperhatikan baik doa pribadi maupun doa bersama. Cara-cara doa pribadi diatur masing-masing. Setiap ornag harus menemukan caranya sendiri dari pengalaman dan bimbingan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Kerendahan hati melalui doa dibutuhkan oleh semua anggota tarekat atau semua suster. Oleh karena itu, apabila ada suster yang tidak lagi peduli dengan doa, maka dapat dikatakan semangat rendah hati dalam diri suster tersebut sudah tidak ada lagi. Suster yang meninggalkan hidup doa merupakan gambaran kesombongan diri karena merasa karya kerasulan yang dimiliki menjadi lebih penting daripada menjalin hubungannya secara khusus dengan Tuhan. Para suster menjadi lebih fokus pada karya yang dipegangnya. Doa seakan-akan menjadi sebuah rutinitas dan kewajiban dan bukan lagi sebagai sebuah kebutuhan. Anggota tarekat KYM sebagian menjadi kurang waktu yang dimilikinya untuk berdoa. Kecenderungan mengabaikan hidup doa tersebut, membuat para suster merasa diri sudah tidak lagi membutuhkan doa dan ini menjadi gambaran kesombongan diri yang merasa bahwa kesuksesan yang dimiliki dalam karya kerasulan merupakan kekuatan dan kehebatan yang dimilikinya.
4. Kerendahan Hati dalam Kerasulan Karya kerasulan merupakan salah satu cirri dari tarekat KYM. Semua anggota dipanggil untuk terlibat dalam salah satu bentuk karya pelayanan sebagaimana yang dimiliki oleh tarekat. Hal tersebut seperti dijelaskan dalam Konstitusi KYM bahwa KYM sebagai salah satu tarekat religius, diwajibkan para anggotanya untuk melakukan karya kerasulan seperti diterangkan dalam Konstitusi Tarekat seperti berikut. Dalam menerima tugas perutusan, suasana hatiku tidak seperti biasanya, tidak menentu dan rasa cemas menyelubungi hatiku. Apalagi ke tempat yang asing dan orangnya pun belum kukenal. Sementara itu muncul pertanyaan, apa yang harus saya siapkan agar bisa menjalankan tugas yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
diberikan? Dalam kecemasan saya berusaha untuk diam sejenak sambil merenungkan perutusan tersebut. Saya menemukan bahwa saya diutus untuk membaharui dunia, seperti yang tertulis dalam Konstitusi (Konstitusi KYM, art. 1). Setiap anggota tarekat religius dipanggil untuk melakukan karya kerasulan yakni untuk membaharui dunia. Dalam menjalankan karya kerasulan tersebut, setiap suster KYM diharapkan mampu mencerminkan keutamaan kerendahan hati seperti yang diwariskan oleh St. Vincentius (Vincentius, 2002: 29). Dalam Konstitusi KYM dijelaskan juga bahwa jabatan atau karya kerasulan yang dimiliki oleh setiap anggota tarekat hanyalah sebagai sarana untuk memberikan pelayanan kepada orang miskin dan terpinggirkan. Oleh karena itu, setiap karya kerasulan harus didasarkan pada kerendahan hati, yakni menyadari bahwa para suster hanya sebagai perantara. Setiap suster yang dipercayakan sebuah karya kerasulan tidak boleh melekat dengan karya tersebut. Karya kerasulan yang dimiliki bukanlah milik pribadinya. Oleh karena itu, setiap suster harus rela melepaskan dan meninggalkannya bila suatu saat pimpinan menilai karya kerasulan tersebut dapat diteruskan oleh suster lainnya.
5. Kerendahan hati dalam Kepemimpinan Pimpinan memiliki peran sentral dalam sebuah komunitas religius. Seornag pimpinan harus mampu mengayomi semua anggota tarekat KYM dengan latar belakang suku, etnis, budaya yang berbeda. Dapat dikatakan bahwa pimpinan merupakan pemersatu persaudaraan dalam komunitas religius. Pimpinan dalam komunitas, betatapun kecilnya komunitas itu merupakan syarat mutlak untuk terbentuknya komunitas religius. Bila komunitas hidup bersama religius itu pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
dasarnya merupakan persekutuan hidup dalam cinta dan pelayanan, pimpinan sebagaimana struktur dan pengaturan, merupakan manifestasi ikatan cinta dan pelayanan dalam kharisma dan kerohanian bersama. Pimpinan hidup religius merupakan tanda kekuatan ikatan antar anggota dengan komunitas, tarekat, charisma, Gereja dan Kristus, sekaligus merupakan tanda kesatuan dalam pelayanan (Darminta, 1982: 14). Pimpinan tidak hanya bertanggungjawab atas terlaksananya hidup bersama-sama sehari-hari, maupun kerasulan, tetapi juga bertanggungjawab atas pertumbuhan dan perkembangan kesucian masing-masing dalam kerohanian dan charisma tarekat. Dari pimpinan diharapkan adanya penyemangatan, penyatuan, pembinaan dan bimbingan atas komunitas dan anggota untuk mencari dan mengenal kehendak Allah dan melaksanakannya dengan kesatuan hati dan budi. Sementara dari anggota komunitas dituntut adanya keterbukaan dan kepercayaan kepada pimpinan religius, karena ia akan membantu untuk mengarahkan hidup bersama dan hidup setiap anggotanya dalam mengejar kesucian dan kesempurnaan hidup. Pimpinan ada demi terwujudnya hidup bersama, demi terlaksananya penghayatan kaul, dalam pelayanan dan kerasulan. Dengan kata lain, pimpinan merupakan kekuatan hidup religius sendiri. Dalam melaksanakan tugas dan perannya sebagai pemimpin, seorang pimpinan harus memiliki semangat rendah hati. Menjadi pemimpin bukan berarti memposisikan diri sebagai penguasa atau memiliki kuasa atas anggota tarekat. Seorang pemimpin adalah seorang pelayan terhadap anggota tarekat religius. Kerendahan hati dalam diri seorang pemimpin yang demikian merupakan suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
tuntutan dalam kepemimpinan tarekat KYM. Pemimpin harus memiliki keutamaan kerendahan hati seperti yang diwariskan oleh St. Vincentius A Paulo. Seorang pemimpin dalam persaudaraan sering disebut gembala yang merupakan sosok yang meninggalkan ke-99 ekor dombanya dan yang mencari seekor yang hilang untuk dibawanya pulang di atas pundaknya. Seorang pemimpin adalah dia yang dapat memberi cinta dan mampu mengajarkan kerendahan hati kepada anggotanya, dia yang dapat menjadikan dirinya kecil dan rendah, yang dapat berbuat apa yang pernah dilakukan oleh Yesus, yaitu berlutut untuk mencuci kaki sesamanya (Vincentius, 2002: 67).
C. Kerendahan Hati Vincentian dalam Dinamika Persaudaraan Rendah hati merupakan keutamaan yang selalu ada dan bisa dilihat pada diri Vincentius. Ia mempunyai sikap pasrah kepada penyelenggaraan Ilahi. Bagi Vincentius rendah hati itu terletak pada sikap yang mencintai yang dihina, yang tidak disenangani oleh orang lain, menghendaki direndahkan dan dihina bergembiralah demin cinta kepada Yesus Kristus (Tondowidjojo, 2003: 95).
1. Kerendahan Hati orang miskin dalam persaudaraan Salah satu pembinaan kerendahan hati pada tarekat KYM adalah melalui kehidupan bersama atau berkomunitas. Tujuan hidup bersama KYM adalah menguduskan para anggotanya dengan hidup bersumber pada Yesus Kristus sesuai dengan nasihat Injili dan membaktikan diri pada pelayanan cinta kasih yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
konkret kepada sesama terutama mereka yang lemah, kecil, dan miskin demi terciptanya dunia yang layak dihuni dengan semboyan Ora et Labora. Setiap anggota tarekat ditekankan untuk dapat meneladan atau meniru kesatuan Kristus bersama para murid-Nya seperti dimuat dalam Konstitusi: Persekutuan dibentuk oleh orang-orang yang meniru teladan dari kesatuan Yesus Kristus bersama murid-muridNya; orang yang seraya mengakui perbedaan pandangan, watak dan sikap satu sama lain. Mencari tujuan bersama dan menggumulinya bersama; orang-orang yang saling memberi perhatian, sehingga setiap orang didengar, setiap orang berhak berbicara, setiap orang merasa aman satu sama lain; orang-orang yang menerima diri sendiri dan orang lain, karena setiap hari menyadari bahwa mereka diterima oleh Allah (Konstitusi KYM, art. 44). Oleh karena itu, demi tujuan bersama yaitu membantu orang-orang yang miskin dan menderita dalam membangun dunia yang lebih baik sangat penting membangun relasi yang baik dengan siapa saja terutama dengan anggota komunitas agar pelayanan bagi orang miskin dan menderita sungguh dapat menjawab kebutuhan mereka. Benar untuk membangun komunikasi, masingmasing pribadi harus dapat saling mengerti dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Dengan demikian tujuan yang telah disetujui bersama dapat menjawab kebutuhan mereka yang dilayani. Rendah hati merupakan keutamaan yang selalu ada dan bisa dilihat pada diri Vincentius. Ia mempunyai sikap pasrah kepada penyelenggaraan Ilahi. Bagi Vincentius rendah hati itu terletak pada sikap yang mencintai yang dihina, yang tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki direndahkan dan dihina bergembiralah demi cinta kepada Yesus Kristus (Tondowidjojo, 1984: 95). Sikap seperti ini dimiliki oleh orang miskin yakni merasa diri serba kekurangan dan tidak berdaya tanpa pertolongan Tuhan. Semangat seperti ini menjadi sarana untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
mendekatkan diri para anggota tarekat KYM dengan sesamanya. Keterbatasan ini mencerminkan kerendahan hati bahwa dalam setiap suster KYM menyadari keterbatasannya dan selalu membutuhkan orang lain dalam Kongregasi.
2. Allah Mengangkat orang miskin Dalam buku Pauperibus Misit Me disebutkan: Vincentius dan kelompok imam yang dipimpinnya itu memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin, anak-anak yang ditelantarkan oleh orangtuanya, orang-ornag sakit, dan sebagainya. Kemudian ia juga membentuk organisasi para suster untuk melakukan kegiatan amal. Santo Vincentius diangkat oleh Gereja sebagai pelindung segala karya amal kasih. Para pendiri berharap agar Vincensian terus-menerus berusaha meneladan hidup dan karya Santo Vincentius yang pada pokoknya adalah: a. Mengasihi Allah, Bapa kita, dengan mencucurkan keringat kita dan lengan baju tersingsing b. Melihat Kristus dalam diri orang miskin dan orang miskin dalam Kristus; c. Ambil bagian dalam belaskasih dan kasih yang membebaskan dari Kristus penginjil dan pelayan orang miskin; d. Mendengarkan bimbingan Roh Kudus (Ruth, 2010: 3). Kerendahan hati para Vinsensian dengan cara melayani orang miskin, juga dijelaskan bahwa mereka adalah raja dan penguasa kita, karena Tuhan kita berada dalam kaum miskin. Kaum miskin itu tuan kita, raja kita, kita haruslah mentaatinya. Oleh sebab itu bukan merupakan suatu yang berlebihan menyebut mereka demikian, karena Tuhan kita berada di dalam mereka. Mereka menghadirkan pribadi Tuhan kita, yang mengatakan: lalu merekapun akan menjawab, katanya: Tuhan bilamana kami melihat Engkau lapar, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Engkau. Mat 25:37. Sebagai konsekuensinya Tuhan kita benar-benar berada bersama orang miskin. Melayani orang miskin itu juga melanjutkan perutusan Kristus sendiri di dunia. Tuhan juga melindungi secara materiil meeka yang mencintai
kaum
miskin.
Kristus
mencintai
kaum miskin
dan
sebagai
konsekuensinya ia mencintai mereka yang mencintai kaum msikin. Sebab bila kita banyak mencintai seorang pribadi maka kita juga tersentu untuk mencintai temantemannya. Sedangkan kaum miskin adalah teman-teman Kristus. Orang miskin adalah raja dan penguasa kita, karena Tuhan kita berada dalam kaum miskin. Kaum miskin itu tuan kita, raja kita, kita harus mentaatinya. Oleh sebab itu, tidak berlebihan menyebut mereka demikian karena Tuhan kita berada dalam mereka. Pelayanan itu diberikan kepada Tuhan kita dan lagi ia memandangnya sebagai suatu kenyataan “cum ipso sum in tribulation”: saya dengan Dia dalam kesulitan “Jika ia sakit, Aku juga sakit, bila ia berada dalam penjara, Aku juga dipenjara, jika ia menderita luka pada kakinya, AKu juga seperti dia menderita” (Mat 25:36). Para suster KYM juga diingatkan untuk meneladani sikap St. Martinus orang suci ini meskipun masih katekumen meliat minta sedekah, lalu ia menghunus pedangnya, lalu separoh dari mantolnya dipotong dan diberikannya kepada si miskin. Perbuatan cinta kasih semacam ini benar-benar berkenan pada Tuhan. Sehingga pada malam berikutnya Tuhan Yesus menamppakan diri kepadanya terselubung dengan mantol yang diberkan kepada si miskin tadi. Gereja menaroh penghargaan dan penghormatan yang besar pada perbuatan cinta kasih St.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
Martinus bukannya sebagai Uskup atau Uskup Agung, meskipun jabatan itu begitu luhur (Tondowijdojo, 1990 : 11). Orang-orang miskin adalah majikan-majikan kita, penguasa kita. Kita harus mentaati mereka. Bukannya sesuatu yang berlebihan jika menyebutnya demikian, karena dalam orang-orang miskin kita memiliki Tuhan dalam diri kita. Sungguh konsep majikan yang biasanya melekat pada orang-orang kaya kini diberikan pada orang-orang kecil. Vincentius membuat sesuatu yang luar biasa. Kerendahan hatinya ternyata mampu mengubah pandangan kita akan orang-orang kecil.
3. Kuasa Allah dalam Derita Manusia Allah berkuasa sepenuhnya atas hidup manusia. Apabila manusia mengalami pasang surut, ketika merasa tidak berdaya, Tuhan sanggup memulihkan keadaan manusia tersebut. Demikian juga pada suster KYM bila sedang mengalami masalah, merasa berat dalam menjalankan karya kerasulan yang dimiliki, atau mengalami jatuh sakit, Allah dapat memulihkan para suster KYM untuk kuat kembali. Para Vinsensian yang memiliki semangat spiritualitas St. Vincentius dituntut untuk hanya mengandalkan kekuatan Tuhan. Dalam setiap penderitaan, permasalahan, suka dan duka yang dialami oleh para suster, hanya Tuhanlah yang menjadi tempat mengadu dan berpasrah. Allah berkuasa atas penderitaan yang dialami oleh para suster dan Allah juga sanggup memulihkan para suster dari setiap penderitaan yang dialaminya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sejengkalpun para suster mampu keluar dari deritanya tanpa adanya kuasa Allah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
yang dilimpahkan kepadanya. Kepercayaan kepada kuasa Allah yang sanggup membawa para suster keluar dari setiap derita ini, akan membuat para suster belajar berpasrah dan semakin memiliki kerendahan hati dalam menjalani hidup persaudaraan.
4. Kerendahan Hati Buah Kedewasaan Iman melalui Usaha Terus-menerus Kerendahan hati sebagai salah satu keutamaan yang diwariskan oleh St. Vincentius a Paulo tidaklah terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh para suster KYM. Kerendahan hati tersebut merupakan buah dari kedewasaan iman melalui usaha terus-menerus dari setiap suster KYM melalui pengabdian dirinya pada tarekat. Para suster ketika memutuskan untuk bergabung ke dalam Kongregasi KYM, banyak belajar dari spiritualitas St. Vincentius salah satunya mengenai kerendahan hati. Kerendahan hati ini diperoleh seiring dengan semakin matangnya perjalanan suster dalam kongregasi. Panggilan para suster yang semakin bertumbuh dan berkembang dalam ikatan cinta Kristus, juga akan disertai dengan bertumbuhnya semangat rendah hati seperti yang diwariskan oleh St. Vincentius kepada para Vinsensian. Hal ini memperlihatkan bahwa semnagat rendah hati berkembang bersama seiring dengan bertumbuhnya iman para suster yang digali secara terus-menerus. Artinya, terkait dengan kerendahan hati hanya karena iman yang semakin matanglah yang dapat membuat seorang suster KYM memiliki kerendahan hati. Iman yang semakin dewasa yang dimiliki oleh suster yang diperoleh melalui banyak hak seperti doa, karya kerasulan, dan hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
berkomunitas dapat mengarahkan sikap suster untuk semakin rendah hati yakni merasa bahwa dirinya tidak dapat terlepas dari Allah yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan dalam karya-karyanya. (Vincentius, 2010: 37).
D. Masalah-masalah dalam Penerapan Kerendahan Hati “Vincentius” Dalam Hidup Para Suster KYM Kerendahan hati seperti yang dihidupi oleh Santo Vincentius merupakan salah satu keutamaan yang berasal dari Allah yang harus diwarisi oleh manusia sebagai perwujudan diri anak-anak Allah. Meskipun kerendahan hati tersebut merupakan keutamaan Allah namun dalam praktiknya, tidak selalu mudah dilaksanakan. Hal yang sama juga bisa terjadi pada para anggota tarekat religius seperti KYM. Hal itu terkait dengan cara menghayati dari kerendahan hati yang sangat sulit karena setiap orang dituntut untuk memiliki sikap mengalah, bersedia mengutamakan orang lain, dan rela berkorban demi kebahagiaan orang lain. Para anggota tarekat religius seperti para suster KYM juga menyadari bahwa menghayati kerendahan hati itu sebagai suatu hal yang sulit sehingga dalam kehidupan sehari-hari para suster dapat merasakan bahwa sikap dan perilakunya masih jauh dari kerendahan hati yang dimaksudkan oleh St. Vincentius a Paulo. Kerendahan hati yang dimaksud dalam hal ini berkaitan dengan bersikap, bertingkah laku dan berperilaku para suster. Adapun masalah-masalah yang dihadapi para suster dalam penerapan kerendahan hati yang dimaksudkan St. Vincentius dalam hidup para suster KYM adalah seperti diuraikan berikut ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
1. Kurangnya Keteladanan dari Komunitas Komunitas
memiliki
peranan
penting
dalam
memberikan
contoh
kerendahan hati bagi para anggota tarekat, karena mutu hidup komunitas sangat mempengaruhi perkembangan panggilan religius mereka. “Hidup bersama yang makin memperkembangkan kebersamaan merupakan rahmat dan tugas, tidak muncul dengan sendirinya tetapi kita harus mengusahakannya (Vincentius, 2007: 336). Oleh karena itu apapun yang menjadi harapan dan cita-cita dalam komunitas religius, tidak mungkin tercapai tanpa adanya usaha dari setiap pribadi untuk saling mengerti, saling membantu, dan saling mengembangkan. Kehidupan komunitas akan sangat mempengaruhi anggota komunitas lain. Dalam komunitas diharapkan
semua
anggota
saling
membantu
untuk
memelihara
dan
mengembangkan pribadi yang lain. Untuk itu tidak ada keinginan untuk menjatuhkan dan menghancurkan orang lain dengan sikap maupun kata-kata. Pada kenyataan dalam kehidupan para anggota tarekat religius seperti para suster KYM, makna komunitas seringkali masih jauh dari harapan yang dicitacitakan para pendiri tarekat misalnya sebagai wadah untuk mewujudkan dan mempraktikkan berbagai keutamaan injili seperti kerendahan hati sebagaimana yang dihidupi oleh pendiri tarekat (Aniceta KYM, 2009: 42). Komunitas para suster yang ditempati masih jauh dari situasi komunitas selayaknya yang dicitacitakan pendiri tarekat. Komunitas para anggota tarekat seperti yang ditempati para suster sering masih menjadi ajang persaingan dan ajang balas dendam serta unjuk popularitas.” Komunitas yang seharusnya menjadi tempat yang damai dengan orang-orang
sederhana,
seringkali
menjadi
tempat
ornag-orang
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
mementingkan dirinya sendiri tanpa mau tahu akan kepentingan orang lain. Dalam kondisi seperti ini kerendahan hati sebagaimana yang dihidupi oleh St. Vincentius belum sepenuhnya menjadi nyata dalam komunitas-komunitas (Aniceta KYM, 2009: 42). Kondisi komunitas seperti dijelaskan tersebut, memperlihatkan bahwa peran pemimpin komunitas tidak begitu berpengaruh, karena ada anggota komunitas yang merasa diri lebih mampu dan lebih senior yang menjadi lebih berperan dalam komunitas. Hal ini mengakibatkan para suster yang tinggal di komunitas tersebut sering merasa tertekan dengan perlakuan suster lainnya yang lebih merasa diri lebih tahu dan lebih berkuasa (Aniceta KYM, 2009 :46). Kondisi komunitas para suster yang demikian, memperlihatkan bahwa praktik kerendahan hati yang seharusnya ditemukan di dalam komunitas para suster tidak bisa dirasakan oleh para anggota komunitas. Para suster hanya menemukan persaingan, kemarahan, kesombongan, sikap mau menonjolkan diri sendiri, ketidakpedulian satu sama lain yang sama sekali tidak menggambarkan kerendahan hati seperti yang dihidupi oleh pendiri tarekat tersebut.
2. Kurangnya keteladanan dari senior dengan yuinor Keteladanan merupakan salah satu hal penting yang harus ditunjukkan oleh para anggota tarekat religius dalam kehidupan nyata sehari-hari. Di kalangan para anggota tarekat religius salah satunya keteladanan kerendahan hati seperti yang dimaksudkan St. Vincentius dapat dilihat dari keteladanan yang diberikan para suster senior kepada para suster yunior. Sebagai anggota tarekat, para suster senior
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
sudah dididik lebih dulu bagaimana cara menghidupi dan mempraktikkan kerendahan hati dalam tarekat (Aniceta KYM, 2009 :62). Oleh karena itu, para suster senior memiliki tanggungjawab yang besar untuk memberikan contoh kerendahan hati yang dimulai dari diri sendiri kepada para suster yunior. Sebaliknya, para suster yunior yang relatif masih baru sebagai anggota tarekat memiliki keinginan untuk mendapatkan contoh dari para suster senior bagaimana cara kerendahan hati dalam tarekat diwujudkan. Contoh atau keteladanan kerendahan hati yang harus diberikan oleh para suster senior kepada suster yunior merupakan hal penting diterapkan dalam sebuah tarekat. Ketika para suster senior mampu memberikan contoh kerendahan hati kepada para suster yunior, maka para suster yunior juga akan mencontohkan hal yang sama kepada yuniornya ketika dirinya sudah menjadi suster senior. Pentingnya contoh keteladanan oleh para suster senior ini kepada suster yunior menunjukkan adanya keterlibatan dua arah dalam menghidupi kerendahan hati seperti yang dimaksud oleh pendiri tarekat. Iman tidak mungkin tumbuh dan berkembang tanpa keterlibatan orang lain, demikian juga dengan kerendahan hati itu sendiri (Aniceta KYM, 2009 :31). Dalam perkembangan penghayatan kerendahan hati ini, suster yunior ini membutuhkan keteladanan dari para suster senior. Disinilah letak pentingnya contoh yang harus diberikan oleh para suster senior. Para suster senior adalah orang-orang yang seharusnya memberikan contoh kepada suster yunior karena mereka telah terlebih dahulu mendapatkan pembinaan dari pemimpin tarekat untuk menghidupi nilai-nilai rohani yang harus diperjuangkan setiat anggota tarekat seperti yang ada di tarekat KYM.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
Para suster senior adalah orang-orang yang diharapkan menjadi pendorong dan sumber informasi bagi para yunior dalam mengembangkan pribadinya. Hal ini kiranya perlu disadari oleh para suster senior untuk meningkatkan peran serta dan keteladanan yang sangat penting dalam memberikan contoh kerendahan hati kepada para yuniornya. Pada kenyataan para suster senior seringkali belum mampu memberikan keteladanan kerendahan hati kepada para yuniornya. Para suster yunior juga belum merasakan keteladanan kerendahan hati yang diberikan oleh para suster seniornya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Kerendahan hati yang dihidupi oleh pendiri tarekat seperti yang dicontohkan oleh St. Vincentius justru tidak diwujudkan oleh para suster senior itu sendiri. Para suster senior yang seharusnya menjadi tumpuan harapan para suster yunior untuk mendapat keteladanan kerendahan hati namun justru tidak ditemukan sehingga dapat mengecewakan suster-suster yunior (Aniceta KYM 2009: 34). Suster-suster yunior seringkali menemukan suster senirnya bersikap sombong, mau menang sendiri, dan ingin menonjolkan diri. Sikap dan perilaku seperti ini justru berbanding terbalik dengan kerendahan hati yang seharusnya dicontohkan kepada para suster yunior. Suster yunior itu sendiri sering dituntut untuk bersikap rendah hati, taat, terbuka, namun suster senior justru sebaliknya tidak menunjukkan kerendahan hati dalam bersikap dan berperilaku. Kondisi seperti dijelaskan di atas, seringkali membuat para suster yunior merasa kehilangan contoh dan keteladanan khususnya dalam tarekat. Kerendahan hati yang dihidupi oleh pendiri tarekat menjadi tidak nyata dalam kehidupan para
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
suster sehingga terkesan hanya bersifat teori semata. Suster senior yang seharusnya memberikan keteladanan kerendahan hati untuk para suster yunior namun dalam praktiknya tidaklah demikian. Para suster yunior dalam tarekat seringkali ingin melihat lebih banyak praktik kerendahan hati yang dicontohkan oleh para suster senior sehingga suster yunior semakin yakin bahwa semangat kerendahan hati merupakan nilai-nilai hidup yang harus diperjuangkan, dipertahankan, dan dihidupi secara trus-menerus oleh semua anggota tarekat baik suster senior maupun suster yunior.
3. Kerendahan hati yang dianggap tidak relevan zaman sekarang Dalam situasi seperti sekarang ini dimana masyarakat cenderung mengejar dan mendewakan pemilikan harta kekayaan, kekuasaan, kenikmatan duniawi, popularitas diri, maka kerendahan hati semakin sulit untuk dipraktikkan. Setiap orang seakan-akan berlomba-lomba untuk menonjolkan diri, merasa diri paling hebat, ingin dianggap paling mampu. Sikap-sikap semacam ini dianggap sebagai suatu hal yang lumrah dan wajar di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat dalam menarik simpati-simpati duniawi. Pada kondisi seperti ini, kerendahan hati tidak lagi dianggap penting karena hal itu hanya akan memasung sikap-sikap dan perilaku sombong dari manusia yang semakin menonjol (Aniceta KYM, 2009 :34). Kondisi duniawi seperti dijelaskan tersebut juga seringkali melanda dan mempengaruhi hidup para anggota tarekat religius sehingga mudah terbawa arus. Untuk menghadapi situasi yang demikian, maka sangat diperlukan kaum religius yang sungguh mau menghayati kerendahan hati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
Pada kenyataan, kerendahan hati seperti yang dihidupi pendiri tarekat sering menjadi terbaikan. Kerendahan hati dalam bersikap dan bertingkah laku misalnya: sikap mengalah, tidak menonjolkan diri sendiri, rela berkorban demi kebahagiaan orang lain dapat dianggap menjadi kurang relevan di jaman sekarang termasuk di kalangan para anggota tarekat religius. Kerendahan hati di jaman sekrang sebagai suatu hal yang ketinggalan jaman karena justru saat ini setiap orang berlomba-lomba menonjolkan diri dan mencari popularitas diri sendiri. Hal itu juga terjadi di kalangan anggota tarekat bahwa suster yang diberikan jabatan atau pekerjaan dengan wewenang tertentu seringkali justru dijadikan sebagai ajang menonjolkan diri, mencari popularitas diri sendiri sehingga sikap dan perilaku suster tersebut jauh dari kerendahan hati (Aniceta KYM, 2009: 54). Godaan duniawi yang demikian kuat dewasa ini menjadi salah satu penyebab kerendahan hati sering tidak bisa diwujudkan dalam kehidupan nyata. Para suster dalam menjalankan peran, tugas dan tanggungjawabnya menganggap bahwa melalui jabatan atau pekerjaan yang dimilikinya membuatnya semakin tidak menyadari sudah jauh dari kerendahan hati. Hal ini mengakibatkan para suster menjadi sering tidak jauh berbeda dari masyarakat yang bukan anggota tarekat yang umumnya mendewa-dewakan pemilikan harta kekayaan, kekuasaan, kenikmatan duniawi, popularitas diri yang semuanya itu bertolak belakang dengan kerendahan hati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV PROGRAM PEMBINAAN SUSTER KYM DALAM ON GOING FORMATION DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS A. Gambaran Umum Katekese Untuk membantu para suster KYM menemukan makna Kerendahan hati SantoVincentius dalam hidup persaudaraan, penulis menawarkan katekese model Shared Christian Praxsis. Dengan katekese ini, diharapkan kerendahan hati Santo Vincentius dapat menjiwai seluruh hidup pun karya para suster KYM dimanapun berada, berkomunitas dan berkarya. Namun untuk memberi gambaran katekese secara menyeluruh, penulis tetap menjelaskan katekese secara umum.
1. Pengertian Katekese Kata katekese berasal dari kata catechein (kt, Kerja) dan catechesis (kt. Benda). Akar katanya adalah kat dan echo. Kat artinya keluar, ke arah luas dan echo artinya gema/gaung. Berarti makna dari katekese adalah suatu gema yang diperdengarkan/disampaikan ke arah luas/keluar. Gema dapat terjadi jika ada suara yang penuh dengan keyakinan dan gema tidak pernah berhenti pada satu arah, maka katekese juga harus dilakukan dengan penuh keyakinan dan tidak pernah berhenti pada satu arah. Dalam kitab suci juga terdapat kata katekese, terutama pada: Luk 1:4, Kis 18:25, Kis 21:21, Rm 2.18, 1 Kor 14:19 dan Gal 6:6 (http://www.imankatolik.or.id) Dalam konteks ini katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dam pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman, jadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
katekese biasanya diperuntukkan baik orang-orang yang sudah dibaptis di tengah umat yang sudah Kristen. Namun pada prakteknya, terutama pada masa Gereja Purba, katekese dimengerti sebagai pengajaran bagi para calon baptis ini merupakan arti sempit dari kastekese. Sedangkan Gereja masa kini menempatkan katekese untuk pengertian yang lebih luas (http://www.imankatolik.or.id). Dalam direktorium kateketik Umum (1971) disebutkan bahwa: a. Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda, yang bertujuan membuat iman umat hidup, dasar, dan aktif lewat cara pengajaran (DKU art. 17). b. Dalam ruang lingkup kegiatan pastoral, istilah katekese diartikan sebagai karya gerejani, yang menghantarkan kelompok maupun perorangan kepada iman yang dewasa (DKU art. 21). c. Katekese terpadu dengan karya-karya pastoral Gereja yang lain, tetapi sifat khasnya, yakni sebagai inisiasi, pendidikan, dan pembinaan, tetap dipertahankan (DKU art. 31). d. Isi katekese adalah wahyu Allah, misteri Allah dan karya-karya-Nyayang menyelamatkan, yang terjadi dalam sejarah umat manusia (DKU art. 37). (http://www.imankatolik.or.id). Katekese juga diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara sempurna. Dalam katekese tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese mengandaikan ada perencanaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Komunikasi yang dimaksud dalam katekese umat, bukan saja antara pendamping dengan peserta tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri sehingga mampu mengungkapkan diri demi pengembangan hidup lebih baik bagi para peserta, dan yang ditukarkan adalah:penghayatan iman dan bukan pengetahuan tentang rumusan iman tetapi para peserta diharapkan mengenal penghayatan iman sendiri di dalam rumusan-rumusan resmi Gereja (Lalu, 2007: 12). Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae, memberikan pengertian katekese sebagai berikut: “Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT, art.18). Dalam Evangelii Nuntiandi juga disebutkan perihal katekese yakni: a. Evangelisasi adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan jati dirinya yang paling dasar. Gerejaada untuk mewartakan Injil (EN, art.14). b. Bagi Gereja penginjilan berarti membawa kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil mengubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi manusia baru (EN, art.18) c. Injil harus diwartakan melalui kesaksian hidup (EN, art. 21). d. Kabar Baik yang diwartakan dengan kesaksian hidup cepat atau lambat haruslah diwartakan dengan Sabda Kehidupan. Dan segi yang penting dari pewartaan Sabda Kehidupan adalah kotbah dan katekese (EN, art. 22). Dalam Catechesis Tradendae dijelaskan mengenai katekese sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
a. Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugas yang amat penting, yang disadarioleh tugas perutusan dari Yesus sendiri kepada para murid-Nya (CT, art. 1). b. Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Dasar katekese adalah “penugasan Kristus kepada para rasul dan penggantipengganti mereka”. Dalam Mat 28:19-20, Yesus mengutus para rasul untuk “pergi”, “menjadikan semua bangsa murid-Ku”, “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, dan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu.” Dalam tafsir Injil Matius dijelaskan bahwa tugas para rasul mencakup pewartaan awal kepada orang yang belum mengenal Tuhan, pengajaran kepada para katekumen, dan pengajaran kepada orang yang telah menjadi anggota Gereja agar iman mereka lebih mendalam (http://www.imankatolik.or.id).
2. Prinsip-Prinsip Katekese Prinsip-prinsip katekese meliputi (http://www.imankatolik.or.id): a. Usaha katekese merupakan tanggung jawab seluruh umat sebagai Gereja b. Usaha katekese mementingkan “proses” (bukian hasil yang langsung/”instan”). Dengan kata lain: yang lebih utama adalah bukan “target”/”hasil” yang sudah dicapai, melainkan “proses” menuju/memperoleh hasil yang sudah dicapai, melainkan “proses” menuju/memperoleh hasil. c. Peserta katekese sebagai “subjek”/pelaku yang berperan dalam proses. d. Katekese membantu orang menghayati imannya dalam situasi actual (orang mampu mewujudkan imannya secara konkrit dalam hidup/ada integritas antara iman dan hidup bersama orang lain).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
e. Katekese berupaya mendorong umat untuk membantu relasi yang harmonhis dengan Tuhan, sesame maupun lingkungannya. Dalam hal ini, proses katekese yang bertujuan mematangkan dan mendewasakan iman harus dilaksanakan secara sadara dan terencana dengan penuh tanggung jawab (tidak “improvisasi”) f. Katekese harus memperhitungkan situasi peserta (latar belakang psikologi, minat, kebutuhannya). Katekese harus menjadi lebih kontekstual. g. Proses katekese adalah proses pendidikan iman yang membebaskan. Dalam proses katekese setiap pribadi dihargai martabatnya sederajat, dimana setiap orang bebas mengungkapkan iman dari masing-masing pribadi harus dilihat sebagai pengalaman yang dapat memperkaya sesamanya dalam proses berkatekese.; h. Katekese diharapkan membangun iman yang “terlibat” (mendorong “aksi”) i. Pendamping katekese sebagai “fasilitator” yang memudahkan terjadinya komunikasi iman. Untuk itu, tidak tepatlah kalau pendamping bertindak sebagai orang yang ‘maha tahu’ apalgi sebagai penceramah yang mendominasi proses pertemuan. j. Proses katekese harus mampu “menjemput/menyentuh” pengalaman hidup ataupun pengalaman iman peserta, sebagai medan pertemuan manusia dengan Allah.
Sarana maupun metode katakese yang diupayakan, semuanya bertujuan untuk memudahkan terjadinya komunikasi iman. Pemikiran bahwa dalam pertemuan katakese “yang penting asal diisi dengan banyak kegiatan bagi umat” bertentangan dengan prinsip suatu proses katakese yang bertanggung jawab (http://www.imankatolik.or.id). Katakese hanya salah satu dari upaya-upaya pastoral secara menyeluruh. Proses perkembangan iman haru dilengkapi dengan upaya-upaya pastoral secara menyeluruh. Proses perkembangan iman harus dilengkapi dengan upaya-upaya pastoral yang lain. Jadi dapat diambil pengertian secara menyeluruh bahwa katakese adalah usaha-usaha dari pihak gereja untuk menolong umat agar semakin memahami,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-sehari. Usaha ini mengandung unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta serta pendewasaan iman. (Adisusanto, 2003: 33). berpendapat bahwa: katekese merupakan suatu aspek dalam pewataan Injil yakni warta gembira keselamatan untuk pembinaan iman banyak orang. Katekese adalah pelayan sabda Allah, ia mesti sadar akan hakikat dan tugasnya. Katekese menolong manusia dengan memberitakan sabda pembebasan dan penyelamatan Allah.
3. Tujuan katekese a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari. b. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiranNya dalam kenyataan hidup sehari-hari. c. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup kristiani kita. d. Kita semakin bersatu dalam kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan gereja semesta. e. Sehinggga kitsa sanggup memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah dunia dalam semangat kerendahan hati (Lalu, 2007: 97). Catechesi Tradendae mengatakan bahwa tujuan khas katekese adalah berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari-kehari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perhidup Kristen umat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
beriman, muda maupun tua. Kenyataannya itu berarti: merangsang, pada taraf pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang dikaruniakan secara efektif melalui baptis. Dengan kata lain, maksud katekese adalah mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu. Hakikat dan tujuan katekese di Indonesia dirumuskan oleh para Uskup sebagai berikut: Katekese salah usaha saling menolong terus menerus dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristen menuju hidup kristiani yang dewasa penuh (Naskah Kerja MAWI) 1976).
4. Tugas Konkret Katekese a. Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan Pertobatan sebagai momen fundamental dan pemersatu dinamisme iman termasuk bidang katekese sekalipun pertobatan itu pada dirinya adalah sasaran evangelisasi dalam arti sempit. Akan tetapi kenyataan menunjukkan terutama dalam gereja yang telah bertradisi kristiani bahwa penyerahan diri secara menyeluruh pada awal satu katekese tidak mungkin terjadi. Hal ini sebagian disebabkan oleh kebiasaan pembabtisan pada usia kanakkanak dan sebagian lagi oleh kekurangan pelayanan pastoral. Yang berakibat bahwa terhambatnya perkembangan iman secara teratur dan tidak tercapainya pertobatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
b. Membimbing umat beriman untuk memahami misteri Kristus Katekese yang berfungsui sebagai media pendidikan iman tidak boleh melupakan aspek pengetahuan iman dan juga sikap iman. Tugasnya adalah mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan lengkap perihal Misteri Kristus sebagai objek sentral iman.
c. Mendorong umat beriman bertindak aktif dalam Gereja dan masyarakat Dalam proses pendidikan iman yang terarah pada kedewasaan harus dikembangkan pula komponen operatif, yakni berbuat sesuatu bagi Gereja dan masyarakat sesuai dengan situasi dan pola hidup. Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa katekese berupa inisiasi ke dalam suatu proses yang mengubah manusia secara intern. Dasar teologi perubahan ini adalah kebersamaan dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Dalam seluruh proses evangelisasi tujuan katekese adalah: menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan, artinya masa orang Kristen sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sesudah menyerahkan diri utuh-utuh kepadaNya melalui hati yang jujur, berusaha makin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya: mengerti “misterimisteriNya”, kerajaan Allah yang diwartakan olehNya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat InjilNya, dan jalan yang telah digariskanNya bagi siapapun yang ingin mengikutiNya (CT, art. 20). Secara singkat tugas-tugas katekese dapat dipadukan dalam fungsi dan aktivitas gereja (http://www.imankatolik.or.id).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
1) Katekese berupa inisiasi untuk tugas diakonia Bentuknya: memberikan kesaksian di dunia, mendidik melakukan karya kasih dan melayani kaum tersingkir dari masyarakat, berjuang demi keadilan dan kedamaian. 2) Katekese berupa inisasi untuk tugas Koinonia Katekese berkaitan dengan persekutuan gerejawi hendaknya diusahakan semangat persaudaraan dan setia kawan, kemampuan berkomunikasi, berdialog dan berpartisipasi dalam hidup menggereja, sikap taat yang wajar dan dewasa terhadap pemerintah. 3) Katekese berupa inisiasi untuk mendengar dan mewartakan sabda (kerygma). Katekese bertugas membangkitkan semangat umat untuk ikut aktif dalam fungsi profetis Gereja termasuk mengusahakan: pembacaan Kitab Suci, pendidikan dalam mendengar sabda Allah, penyiapan orang-orang untuk merasul dan aktif dalam karya misioner. 4) Katekese berupa inisiasi kedalam liturgi Katekese mempersiapkan umat untuk menerima sakramen-sakramen dengan layak dan bermanfaat, untuk mencintai dan dan meditasi, untuk menghayati kebaktian-kebaktian liturgi lainnya. 5) Katekese berupa inisiasi untuk panggilan hidup menggereja Termasuk dalam kegiatan ini mengungkapkan pelayanan dan peranan pribadipribadi dalam hidup menggereja, memberitakan pengarahan dan pembinaan panggilan imamat dan hidup membiara. 6) Menumbuhkan dan mendewasakan sikap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
Pendidikan sikap harus juga menjadi sasaran katekese, bahkan tugas ini jauh lebih menentukan. Pengetahuan agama dan perilaku kristiani tidak menjamuin pertumbuhan iman, jika tidak padu dengan pendewasaan sikap iman. Sehingga pendewasaan sikap iman dijadikan tujuan sentral dari kegiatan katekese. Untuk memahami tujuan sental perlu dipahami konsep biblis dan tradisi yang menempatkan pada pusat hidup seorang Kristen sikap dasariah ini, iman pengharapan
dan cinta kasih, dalam proses pendidikan iman
ketiganya tidak terpisahkan, sebab pada dasarnya pengharapan dan cinta adalah dimensi yang tidak terpisahkan dari sikap iman.
5. Unsur-unsur Katakese a. Pengalaman Hidup/Praktek Hidup Proses kesaksian yang berpangkal pada pengalaman yang sungguh-sungguh dialami termasuk situaso beriman actual dalam masyarakat. Pengalaman ini menyangkut keseluruhan fungsi dan kegiatan umat dengan macam-macam pandangan dan sikap hidup. b. Komunikasi pengalaman iman Pengalaman konkret tersebut dikomunikasikan dan diolah oleh peserta katekese umat. Dalam komunikasi ini diungkapkan keprihatinan maupun kegembiraan iman yang merupakan keadaan dan sikap umat pada saat itu. c. Komunikasi Dengan Tradisi Kristiani Iman kita didasari oleh Yesus Kristus dan iman para rasul akan Dia sebagai penyelamat dunia. Maka komunikasi iman tidak dapat dilepaskan dari kesaksian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
hidup para rasul yang terungkap dalam Kitab Suci yang dihayati Gereja sepanjang masa. Komunikasi iman ini menyangkut ajaran Gereja yang secara resmi diteruskan oleh Hirarki. Ajaran Kristiani harus dimengerti secara luas (Tradisi, Spiritualitas, Liturgi dan segala praktek hidup Gereja yang menampakkan Kristus). d. Arah Keterlibatan Baru Katakese umat sebagai komunikasi iman harus menolong para peserta katakese umatuntuk mengalami panggilan mereka dan menjalankan pengutusan mereka. Untuk itu komunikasi iman terarah kepada pembaharuan hidup dan keterlibatan kelompok umat dalam pengembangan masyarakat, maka diungkapkan dalam bentuk perencanaan yang konkret dan kemudian perencanaan itu dijalankan sehingga terdapat pengalaman dan praktek baru dialami oleh kelompok peserta.
B. Proses Katekese Dalam On Going Formation Hal-hal yang kiranya dapat membantu untuk menemukan panggilan hidup, perlu memahami (http://www.imankatolik.or.id):
1. Kemampuan Intelektualitas Kemampuan intelektualitas perlu didugai secermat sejauh bias, sebab panggilan hidup dasar dan panggilan hidup profesi itu menuntut syarat-syarat kemampuan intelektualitas yang berbeda-beda. Dalam hal ini test bakat dan minat dapat membantu, disamping pengamatan diri sendiri yang jujur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
2. Kemampuan Sosialitas Potensi seseorang dalam pergaulan sosial itu berbeda-beda. Sedangkan panggilan hidup dasar dan panggilan hidup profesi itu juga menuntut kemampuan dan ketrampilan pergaulan social yang berbeda-beda.
3. Kemampuan Rasa Merasa Rohani Dalam hidup manusia ada rasa-perasaan jasmani-manusiawi, namun juga ada rasa perasaan rohani, seperti: rasa kagum terhadap kebesaran Allah melalui ciptaan, rasa sesal dan tobat kepada Allah. Panggilan-panggilan hidup dasar maupun panggilan-panggilan hidup profesi itu juga membutuhkan rasa-merasa rohani yang berbeda-beda (http://www.imankatolik.or.id).
4. Kemampuan Kesehatan Jasmani Kesehatan jasmani fisik perlu juga dilihat secara nyata-objektif. Sebab panggilan hidup dasar maupun panggilan hidup profesi itu membutuhkan syarat-syarat kesehatan jasmani berbeda-beda.
5. Kemampuan mental-psikologis Kesehatan mental psikologis pada dasarnya berarti kekuatan keseimbangan kepribadian. Artinya antara lain: orang mampu mengendalikan nafsu-nafsunya.
6. Kenyataan kebutuhan masyarakat a. Kebutuhan Nasional (bangsa Indonesia):
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Suatu bangsa, di mana seseorang lahir, hidup dan bekerja, ada aneka kebutuhan kehidupan,
baik
kebutuhan
kehidupan,
baik
kebutuhan-kebutuhan
materiil,maupun kebutuhan-kebutuhan non materiil (rohaniah). Kebutuhankebutuhan tersebut sangat diperlukan oleh bangsa untuk dilengkapi/diatasi. Panggilan hidup dasar dan panggilan hidup profesi bisa terkait dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut (http://www.imankatolik.or.id). b. Kebutuhan Internasional Bisa terjadi orang tertarik untuk melihat kebutuhan-kebutuhan internasional, entah kebutuhan rohaniah (mis: kebutuhan tenaga misionaris, kebutuhan perwakilanperwakilan Indonesia di luar negeri), entah kebutuhan jasmaniah. Panggilan hidup dasar maupun panggilan hidup profesi bisa terkait dengan kebutuhankebutuhan internasional (http://www.imankatolik.or.id). c. Kenyataan kebutuhan gereja Katolik 1) Kebutuhan Gereja Katolik Indonesia Gereja Katolik yang tesebar di Indonesia mempunyai aneka kebutuhan yang perlu dilengkapi, baik kebutuhan-kebutuhan materiil, maupun kebutuhan-kebutuhan rohaniah (seperti:katekis-katekis, kader-kader Awam Katolik dalam bidang: Sosial-politik-ekonomi-hukum-budayakeamanan-iptek). Bisa terjadi panggilan hidup dasar maupun panggilan hidup profesi terkait dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut di atas. 2) Kebutuhan Gereja Katolik Internasional Gereja Katolik dipelbagai bangsa, dalam hidup dan karyanya, membutuhkan aneka kebutuhan materiil maupun kebutuhan rohaniah. Panggilan hidup dasar, maupun panggilan hidup profesi, bisa terjadi terkait dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
kebutuhan-kebutuhan Gereja Katolik internasional tersebut (mis: Gereja katolik di Afrika) (http://www.imankatolik.or.id).
C. Peranan Katekese Dalam On Going Formation bagi pembentukan pribadi yang berhati kerendahan hati Selama hidup para biarawati hendaknya dengan tekun mengikuti pengembangan
rohani,
ilmiah
dan
praktis,
para
pemimpin
hendaknya
memikirkann kemudahan dan waktu untuk itu (KHK, 661). Tujuan diadakannya On Going Formation adalah membantu para suster menjadi sanggup menghayati panggilannya menurut Injil dalam dalam keadaan masyarakat dan kongregasi yang terus menerus berubah. Semua suster berkaul kekal mempunyai hak dan kewajiban menjalani pembinaan lanjut seperti yang digariskan dalam program pembinaan. Sebab pembinaan lanjut merupakan perwujudan terus-menerus panggilan kita. Pembinaan lanjut meliputi: 1. Pemantapan rohani agar tetap segar dan sanggup menanggapi perkembangan baru dalam gereja, kongregasi dan masyarakat. 2. Pendalaman persaudaraan agar makin rela mempersembahkan diri demi pertumbuhan bersama.; 3. Pengalaman karya dengan setia dan bakti menjadi sumber kegembiraan 4. Peningkatan keahlian agar makin tepat guna dalam menjawab tantangan masyarakat dan kebudayaan yang berubah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Pembinaan lanjut berlangsung seumur hidup, sebab kita ditantang untuk terus menerus setia pada panggilan hidup kita dalam keadaan majemuk dan konkrit Gereja dan masyarakat (PPK KYM, 2008: 16). Peranan katekese mengambil tempat yang sangat tepat dan penting bagi pembinaan Lanjut. Beberapa program yang ditawarkan meliputi: Rekoleksi bulanan, Ret-ret Tahunan, Hari-hari studi (pendalaman Kitab Suci, Konstitusi, Direktorium, Statuta, spiritualitas dan hal-hal lain yang dianggap aktual), kursus, week end, kursus medior, senior, KPR dan studi formal lainnya, bimbingan. Pelaksanaan pembinaan lanjut hendaknya terprogram baik dari pimpinan maupun dari suster yang bersangkutan (PPK KYM, 2008: 16). Dalam hal ini dikhususkan pembinaan lanjut dalam bentuk katekese model SCP guna membentuk pribadi suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam hidup panggilannya.
D. Pemilihan Model Katekese 1. Model: Shared Christian Praxis “SCP” Shared Christian Praxis merupakan suatu model katekese yang menekankan keterlibatan peserta. Model ini menekankan peserta untuk mengkomunikasikan pengalaman hidup mereka sebagai suatu pengalaman iman secara pribadi atau bersama, sehingga mampu mengambil keputusan demi terwujudnya Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia (Groome, 1997: 1). Model ini diawali dengan refleksi kritis pengalaman hidup peserta yang dikonfrontasikan dengan pengalaman hidup iman dan visi kristiani, supaya muncul
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
kesadaran dan keterlibatan baru. Dalam model ini dialog tidak hanya terjadi antara pendamping dengan peserta, tetapi juga antara peserta dengan peserta (groome, 1997: 1). Tiga komponen pokok yang perlu didalami dari SCP adalah: a. Praksis Praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk tercapainya suatu informasi kehidupan. Dalam tindakan itu terkandung proses kesatuan dialektis antara praktek dan teori yaitu kreativitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru. Praksis mempunyai tugas komponen yakni: aktivitas, refleksi dan kreativitas, yang berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak, dan mendorong praksisbaru yang secara etis dan moral dapat dipertanggungjawabkan (Groome, 1997: 2). b. Kristiani Katekese ini mencoba mengusahakan supayakekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan peserta pada zamannya sekarang. Dengan proses ini diharapkan kekayaan iman gereja sepanjang sejarah berkembang menjadi pengalaman iman jemaat pada zaman sekarang. His-tory menjadi my own story. Yang meliputi dua unsur yakni: pengalaman hidup iman kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya (Groome, 1997: 3). c. Shared Istilah ini menunjuk pengetian komunikasi yang timbal balik, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, sikap egalitarian, terbuka (inklusif)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
baik untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat Tuhan. Istilah ini juga menekankan proses katekese yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan,dan solidaritas. Dalam “sharing” semua peserta diharapkan secara terbuka siap mendengar dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Dalam kata lain ‘sharing” juga terkandung hubungan dialekti, antar pengalaman hidup faktual peserta dengan tradisi dan visi kristiani (Groome, 1997: 4).
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Katekese Model “SCP” a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Praksis Faktual Dalam langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup dan keterlibatan mereka entah dalam bentuk cerita, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek, lambang dll. Dalam proses pengungkapan itu, peserta dapat menggunakan perasaan mereka, menjelaskan nilai,sikap kepercayaan, dan keyakinan yang melatarbelakanginya (Groome, 1997: 5). b. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual Dalam langkah kedua ini mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis, dan kreatif dalam memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri (tematema dasar) maupun masyarakatnya. Peserta diajak untuk menggunakan sarana baik analisa sosial maupun analisa cultural. Segio pemahaman, pengenangan, serta imajinasi akan berguna sekali apabila dimanfaatkan. Tujuan langkah ini adalah memperdalam refleksi dan mengantar peserta pada keadasaran kritis akan keterlibatan mereka, akan asumsi dan alas an
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
(pemahaman), motivasi, sumber historis (pengenangan), kepentingan dan konsekuensi yang disadari dan hendak diwujudkan (imajinasi). Dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan sampai pada nilai dan visinya yang pada langkah keempat akan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman Gereja sepanjang sejarah (tradisi) dan visi kristiani. Langkah ini bersifat analisis yang kritis (Groome, 1997: 5 & 6). c. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau Inti dari langkah ini adalah: mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat, dan relevan bagi peserta pada zaman sekarang, peranan pendamping mendapat tempat pada langkah ini. Diharapkan
pendamping
dapat
membuka
jalan
selebar-lebarnya,
menghilangkan segala macam hambatan sehingga semua peserta mempunyai peluang besar untuk menemukan nilai-nilaidari tradisi dan visi kristiani (Groome, 1997: 6) d. Langkah IV: Interpretasi/tafsir Dialektis antara tradisi dan Visi Kristiani dengan Visi dengan Tradisi dan Visi Peserta Langkah
ini
mengajak
peserta
supaya
dapat
meneguhkan,
mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokokpokok penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua. Kemudian pokok-pokok penting itu dikonfrontasikan dengan hasil interpretasi tradisi dan visi kristiani dari langkah ketiga. Diharapkan peserta dapat secara aktif menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
e. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Langkah kelima bertujuan mendorong peserta sampai pada tindakan dan niat baru menyangkut pribadi maupun bersama. Mendorong peserta sebagai orang Kristen yang mengusahakan pertobatan terus menerus, membantu peserta mengambil keputusan secara moral, social dan politis sesuai dengan nilai iman kristiani (Sumarno Ds, 2009: 22). Kekhasan pada langkah kelima ini ialah mendorong peserta supaya sampai pada keputusan konkrit yakni menghidupi dan menghayati iman kristiani yang telah dipahami, direfleksikan dan mempertanggungjawabkannya dalam hidup ditengah masyarakat. Dalam pengambilan keputusan hendaknya dipengaruhi oleh topik utama yang menjadi pokok renungan dan oleh konteks pribadi dan sosial peserta . artinya pertobatan yang merangkum segi personal meliputi intelektual, moral dan mental, sedangkan segi sosial meliputi solidaritas. Berpihak pada yang miskin dan tertindas demi mewujudkan kerajaan Allah ditengah masyarakat (Groome, 1997: 36). Peran pendamping pada langkah ini perlu mengusahakan aktivitas yang partisipatif dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan yang berorientasi pada tindakan praktis. Pendamping sendiri hendaknya mendorong peserta untuk memanfaatkan imajinasi mereka (Groome, 1997: 37). Peserta diharapkan semakin terlibat dan aktif mewujudkan keputusanya secara konkrit demi terwujutnya kerajann Allah. Peserta diajak untuk merayakan liturgy sederhana dan mendoakan bersama keputusan yang telah mereka buat dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
medorong mereka konsiste dengan keputusan yang mereka ambil (Groome, 1997: 50).
E. Usulan Program Pembinaan Suster KYM 1. Pengertian Program Pembinaan Suhardiyanto (2008 :4) mengatakan bahwa korban adalah suatu landasan untuk menentukan isi dan urutan-urutan rencana yang akan dilakukan. Kata program itu sendiri mengandung bermacam-macam makna dan arti. Program ini dibuat bertitik tolak pada keadaan hidup membiara yang hidup pada zaman penuh kekerasan. Bukan saja secara fisik bahkan juga non fisik. Sabda Yesus juga menyatakan suatu kebenaran, bahwa sesungguhnya didalam setiap manusia ada hukum perkembangan, yang diletakkan Allah. Maka setiap manusia harus berkembang dari waktu ke waktu dalam seluruh perjalanan hidupnya, sampai saat kematianya. Yesus penuh menyadari, bahwa manusia tidak mungkin menyamai kesempurnaan pribadi Allah Bapa. Kalau begitu mengapa Yesus masih juga menyatanya? Karena Yesus sangat mau menekankan, bahwa sesungguhnya setiap manusia harus mengikuti hukum perkembangan yang menyempurnakannya dari ke waktu, meskipun tidak akan mungkin sama sempurna dengan pribadi Allah Bapa. Yesus menyatakan, bahwa manusia yang benar seturut kehendak Allah, menciptakanya, adalah manusia yang putus asa, manusia yang pemalas, manusia yang tidak suka belajar terus-menerus, manusia yang tak punya daya juang adalah manusia-manusia yang tidak selaras dengan gambaran manusia dalam berpikiran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Allah. Dalam pengapdiaNya, Allah akan sungguh meminta pertanggangjawaban manusia atas pengelolaan hukum perkembangan tersebut (pembentukan terus menerus (diupdate:20/05/0912:36:42) oleh Romo. I. Warna Binarja, SJ). Pemebinaan para suster KYM Indonesia ialah segala usaha pembinaan untuk pengembangan diri setiap anggota kongregrasi (PPK KYM , art. 1).
2. Latar Belakang Program Pembinaan Pedoman pembinaan dalam lembaga religius yang dikeluarkan kongregasi untuk lembaga Hidup Bakti dan Serikat Kerasulan, Roma: 1990, artikel 66 menyebutkan: “Selama hidup para religius hendaknya dengan tekum mengikuti pengembangan rohani, ilmiah, dan praktis: para Pemimpin hendaknya memikirkan kemudahan dan waktu untuk itu” (KHK, 661). “karena itu setiap lembaga religius merencanakan dan mewujudkan suatu program pembinaan yang tetap, yang cocok bagi semua anggotanya. Program ini hendaknya merupakan suatu program yang tidak hanya diarahkan pada pembinaan intelek saja, melalui juga pada pembinaan seluruh pribadi, teristimewa dalam perutusan rohaninya….” Vita Consecrata artikel 69 mengenai Pembinaan Terus Menerus menegaskan bahwa, “pembinaan awal harus berkaitan erat dengan pembinaan terus menerus, dan sementara itu menciptakan kesediaan pada siapapun untuk mempersilahkan diri dibina setiap hari hidupnya… Tidak seorangpun dikecualikan dari Kewajiban bertumbuh secara manusiawi sebagai religius.” Pembentukan diri terus menerus merupakan konsekwensi diri dari kepribadian manusia
yang
berhukum
kodrat
perkembangan.
Tidak
mau
berkembang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
menyempurna secara kualitatif berarti bertengtangan dengan hukum kodrat yang ditanamkan Allah dalam diri orang tersebut. Karena manusia adalah ciptaan allah yang merupakan kesatuan jiwa-badan, maka hukum perkembangan yang ada dalam dirinya
menghaeuskan
manusia
mengembangkan
kejiawaan-kerohanian
dan
kejasmaianya. Yesus menegaskan “manusia itu hanya hidup dari roti saja, tetapi juga hidup dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat 4:4). Hidup jasmani harus dipelihara disempurnakan dari hari kehari. Apa saja artiarti kongkritnya? Demikian pun hidup rohani manusia harus dipelihara dan disempurnakan dari hari-kehari. Apa saja arti-arti kongkritnya? Kelalain dalam mengurus perkembangan jasmani dan rohani, berarti hidup jasmani semakin merosotmemburuk, demikian pun hidup rohaninya juga akan semakin merosot menuju kehancuran-kekacaubalauan. Zaman yang semakin keras ternyata tidak hanya mempengaruhi pola hidup masyarakat biasa dalam hal mereka yang non religius. Kerasnya zaman juga menggilas dan masuk kedalam kebiasaan orang-orang yangmengikat diri dalam tiga kual yang tinggal dalam biara. Manusia sekarang cenderung mengabaikan orang lain bahkan dengan cara yangtidak baik dan sewajarnya, bukan saja dengan kekerasan semata tetapi juga melebihi aturan moral yang berlaku. Religius KYM yang juga hidup pada zaman ini juga menghadapi tantangan yang sama. Perbedaan watak antara anggota juga menjadi tantangan untuk menghadirkan kerajaan Allah yang penih kelembutan. Kepribadian yang berbeda, latar belakang yang berbeda, situasi zaman yang semakin menantang dengan segala tawaranyapun masuk dan mempengaruhi pola hidup bagi kaum berjubah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
Apa yang dilihat, dialami dan dirasakan juga sungguh mempengaruhi pribadi para suster, jika ternyata diperoleh perlakuan yang baik, maka otomatis juga akan memberikan yang baik, jika setiap saat disuguhkan kekerasan maka hatipun perlahan akan terbiasa dengan kekerasan, manusia sering bukan menjadi dirinya karena sesuatu pembiasaan, terbiasa mengantuk maka akan mengantuk terus, terbiasa terlambat maka akan sesering terlambat, walaupunsebenarnya pribadinya yang sesungguhnya bukanlah demikian. Sesuatu dibiasakan akan menciptakan pribadi yang sedemikian rupa. Demikian pula dalam hal kekerasan, pribadi yang terbiasa kasar akan dengan mudah kasar terhadap sesamanya, terbiasa lembut maka akan terbiasa lembut dengan sesamanya, terbiasa tersenyum akan selalu terbiasa tersenyum kepada siapa saja. Program ini merupakan salah satu usulan, sebagai salah satu kemungkinan agar para pembina, dan pemimpin kongregasi mulai dari dini mencoba untuk membiasakan para susternya untuk senantiasa membentuk dirinya menjadi pribadi yang lembut hati seperti Vincentius. Program ini perlu dikaji lebih dalam agar dari dini dalam proses pembinaan para suster KYM gaung kerendahan hati mendapatkan prioritas yang cukup, sehingga dengan demikian terbentuklah pribadi KYM yang siap hidup dalam persaudaraan dan pelayanan dengan semangat kerendahan hati.
3. Tujuan Program Pembinaan Pembinaan para calon,yang langsung bertujuan memperkenalkan mereka dengan hidup religius dan membuat mereka menyadari cirri khasnya di dalam gereja, terutama ditujukan untuk membantu para religius pria dan wanita menyadari kesatuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
hidup mereka dalam Kristus melalui Roh, dengan memadukan secara harmonis unsur-unsur rohani, apostolik doctrinal dan praktis (PPK KYM, hal. 7). Tujuan pembinaan para suster KYM ialah agar hidup setiap anggota makin hari semakin sesuai dengan Injil Suci seturut semangat St. Vincentius a Paulo.
4. Tema-Tema Dalam Program Pembinaan Mengingat bahwa kerendahan hati merupakan salah satu keutamakan yang diwariskan oleh Santo Vincentius dalam membangun pribadi seorang religius dalam karya pelayanannya dan kehidupanya sehari-hari, demi pertumbuhan panggilanya menuju kepada kekudusan yang sejati maka penulis mengusulkan program pembinaan dengan tema umum “KERENDAHAN HATI PARA SUSTER KYM DALAM PERSAUDARAAN DAN PELAYANAN”. Kelembutan dan keramahan membuka pintu hati. Dalam jalan Vincentius dikatakan “kerendahan hati! Oh kerendahan hati, oh betapa indah keutamaan ini. Kelembutan dan kerendahan hati bagaikan dua saudara kembar yang sangat rukun dan tak terpisahkan, seperti halnya ketulusan dan kebijaksanaan (Vincentius, 2007: 184). Tumbuh dalam cinta merupakan tujuan terdalam hidup dalam komunitas, yaitu cinta kepada diri sendiri, kepada Allah, dan kepada sesama manusia sebagai saudara dan saudari. Ajakan pertumbuhan itu memang sangat menantang untuk zaman yang kerap kali dikuasai oleh indivualisme, yang menjurus kehidup yang bagaikan tidak memerlukan sesame dan Allah (PPK KYM, : 27). Suster KYM akan bertumbuh dengan subur apabila senantiasa bertumbuh menjadi pribadi yang berhati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
lembut. Tidak ada orang yang lebih tekun dan kuat dalam kebaikan daripada mereka yang lembut dan ramah (Vincentius, 2002: 85). Dalam (PPK KYM, 2008: 10). dikatakan pembinaan kepribadian dan kebudayaan, yaitu pembinaan bagi setiap suster menuju kematangan sebagai pribadi dan penyadaran diri sebgai bagian masyarakat dimana dia hidup dan berkarya. Pribadi KYM yang matang tentunya apabila warisan 5 keutamaan yang diwariskan Vincentius telah menjadi bagian dari hidup yang takterpisahkan dan satu diantaranya itu adalah kerendahan hati. Pribadi yang matang tentulah pribadi yang memiliki kematangan hidup dalam hidup dalam hal kerendahan hati. Maka dengan demikian semakin matang pulalah menjadi seorang pelayan kasih bagi kaum miskin. Memngingat bahwa pertumbuhan pribadi para suster adalah sesuatu berubah setiap saat, maka pertemuan akan dilaksanakan dalam bulan-bulan penting kongregasi, dan tepatnya dilaksakan ketika banyak para suster dari segala umur dan tingkatan yang dapar berkumpul, berbagi bersama. Maka lewat ini ada baiknya pertemuan ini dilaksanakan pada ret-ret kongregasi sehingga lebih efisien dan tepat. Dan satu pertemuan lainya diberikan pada saat parasuster novis akan mengikrarkan kaul perdana dalam kongregrasi yakni pada awal bulan Mei atau ketika para suster tersebut sedang mengadakan ret-ret persiapan untuk pengikraran kaul perdana. Dengan demikian para suster dibeklai dengan satu keutamaan yang sangat penting yang akan menjadi minyak bagi lentera panggilan yang bersinar akan kelembutan. Dengan ususlan program ini diharapkan agar para suster KYM memperoleh gambaran seorang suster KYM yang berhati rendah hati seturut semangat bapak pelindung St. Vincentius a Paulo. Sehingga terbantu untuk bertumbuh menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
pribadi KYM yang bersemngat kerendahan hati dalam hidup persaudaraan yang akhirnya akan bergaung juga dalam hidup pelayaan terhadap orang-orang miskin. Dengan
demikian
semakin
nyatalah
keutamaan
kerendahan
hati
tersebut
menghadirkan kerajaan Allah ditengah dunia yang keras. Bahan yang ditawarkan dalam prigram ini akan diolah dalam beberapa pertemuan dengan model SCP (Shared Christion Praxis.). Dengan menggunakan model ini pertemuan lebih diwarnai oleh sharing bersama untuk membangun persaudaraan yang semakin berhati rendah hati dan refleksi pribadi yang menguatkan pribadi para suster untuk meningkatkan keutamaan kerendahan hati dalam hidup persaudaraan, khusunya membentuk diri menjadi pribadi yang berhati rendah hati. Dengan demikian perpaduan dua hal ini akan semakin mendorong para suster KYM saling menghargai satu dengan yang lain, berbagi satu dengan yang lain, dan sekaligus menemukan cara yang terbaik bagi tebentunya seorang pribadi KYM yang berhati lembut dalam hidup persaudaraan. Jika tiap-tiap pribadi menyumbangkan gagasan yang terbaik maka kedepanya program ini akan membangun kehidupan persaudaraan KYM yang semakin menghadirkan kerajaan Allah yang teramat rendah hati. Atas dasar pertimbangan di atas penulis membagi tema yang akan menjadi tema umum dan dua sub tema yang terdiri dari: Tema umum
: Kerendahan hati para suster KYM dalam persaudaraan dan pelayanan
Tujuan umum : Membantu para suster KYM bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi religius yang rendah hati sehingga dapat hidup dalam persaudaraan dan pelayanan Tema I
: Menjadi pribadi religius KYM yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
Tujuan I
: Supaya para suster KYM dapat menyadari dan bertumbuh dalam salah satu keutamaan yang sangat berguna dan penting dalam mewujudkan persaudaraan yang sejati.
Tema II
: Menjadi suster KYM yang rendah hati dalam persaudaraan
Tujuan II
: Mendorong dan membantu para suster KYM agar semakin menyadari arti suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. PENJABARAN PROGRAM Tema Umum : “KERENDAHAN HATI PARA SUSTER KYM DALAM PERSAUDARAAN DAN PELAYANAN” Tujuan Umum : Membantu para suster KYM bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi religius yang rendah hati dalam hidup persaudaraan dan pelayanan No
Sub Tema
Tujuan
(1) 1
(2) Menjadi pribadi religius KYM yang memiliki rendahhati dalam persaudara an
(3) Supaya para suster KYM dapat menyadari dan bertumbuh dalam salah satu keutamaan yang sangat berguna dan penting dalam mewujudkan persaudaraan yang sejati
Judul Pertemuan
Tujuan
(4) (5) a. Aku dipanggil - mendorong menjadi suster dan KYM yang membantu rendah hati dalam para suster persaudaraan KYM agar semakin menyadari akan panggilan Tuhan dan mampu menjadi sosok religius yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan dan melayani mereka yang miskin sebagai
Materi (6) - Pengertian kerendahan hati - Teladan kerendahan hatiyang diwariskan oleh St. Vicentius - Belajar dari Yesus sang Guru kerendahan hati - Manfaat kerendahan hati dalam hidup persaudaraan KYM
Metode (7) - Sharing kelompok - Diskusi kelompok - Refleksi pribadi -Tanya Jawab
Sarana
Sumber bahan
(8)
(9) - Kolose 3: 1215 - Statuta (KYM) art. 1-2 - Directorium (KYM, art. 48 - Konstitusi (KYM) art. 45-46
- Teks lagu, kasih - Teks doa pembukaan dan doa penutup - Slide, kecantikan sejati seorang wanita - Teks pertanyaan pendalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(1)
(2)
(3)
(4)
b. Menjadi pribadi KYM yang rendah hati dalam melayani kaum papa sebagai majikan
c. Bantuan katekese model SCP dalam meningkatkan perkembangan
(5) majikan.
(6)
- Mengajak - Siapa itu para suster religius KYM untuk KYM yang melayani menyatakan kaum papa orang dengan miskin rendah hati sebagai - Meneladan majikan. sikap - Panggilan Vincentius suster dalam KYM melayani sebagai kaum miskin hamba sebagai dalam majikan melayani dengan orang semangat miskin kerendahan hati
Membantu - Pengertian para suster SCP KYM - Langkahmenemukan
(7)
- Informsasi - Kerja kelompok - Menonton film - Share - Pleno
- Informasi - Menonton
(8) (9) - teks Kitab Suci perjanjian Baru - Film - Luk. 12: 13-20 - Alat tulis - PPK KYM, hlm - Kitab Suci 12-13 - Panitia KOPTARI, hlm. 1-6
- Alat tulis
- Groome, Thomas H. (Shared Christian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(1)
(2)
(3)
(4) kerendahan hati para suster KYM
d. doa dalam usaha bagi para suster KYM dalam membentuk rendah hati
(5) (6) (7) (8) cara untuk - langkah SCP, - Kerja kelompok - Film bertumbuh hakikat, - Tanya jawab - Kitab Suci menjadi prinsip dan (share) pribadi yang tujuan SCP - Pleno rendah hati - Metode katekese dalam hidup persaudaraan - SCP membantu kita siap menanggapi panggilan Tuhan menjadi pribadi yang rendah hati
Melalui katekese model SCP para suster KYM diajak untuk menyadari
- Pengertian doa - Menggali pengalaman hidup rohani bersama dengan Tuhan dalam keheningan
-
Informasi Tanya jawab Kerja kelompok Pleno
- Alat tulis - Kitab Suci
(9) Praksis: Suatu Berkatekese - (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembanga n Katekese Puskat (buku asli diterbitkan 1991) - Lalu, (2005) Ketekese Umat. Komisi Kateketik KWI. Jakarta: Obor - Yak 1; 19) - Konstitusi KYM. art 3843 - Luk 6: 22-26)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(1)
(2)
(3)
(4)
2
Pengaruh kerendaha n hati dalam pelayanan terhadap kaum miskin sebagai majikan
Mendorong dan membantu para suster KYM untuk menjadi sosok religius yang memiliki rendah hati dalam melayani mereka yang miskin sebagai majikan
e. Pengaruh kerendahan hati dalam menumbuhkan kesetiaan terhadap panggilan lewat kaul-kaul religius
f. Pengaruh kerendahan hati para suster KYM terhadap pelaksanaan karya kasih
(5) pentingnya hidup doa dalam pembentukan pribadi yang rendah hati Mengajak para suster KYM untuk menyadari dan menggali makna kerendahan hati demi menumbuhkan kesetiaan terhadap panggilan lewat kaulkaul religius
(6) dan hubungan yang intim dengan Tuhan
- Menggali makna kaul kemiskinan, keperawanan, dan ketaatan - Pengaruh kerendahan hati dalam mewujudkan ketiga kaul religius
(7)
-
Informasi Refleksi Sharing Pleno
Membantu - Teladan hidup - Informasi para suster dan karya Tuhan - Kerja kelompok KYM untuk yang rendah hati - Pleno membentuk dalam mencinta dan mengolah kaum miskin - Tawaran diri menjadi kerajaan Allah pribadi yang rendah hati yang rendah hati
(8)
- Alat tulis - Kitab Suci
- Alat tulis - Video - Kitab Suci
(9)
- Mat. 11: 29 - Konstitusi KYM. art. 49-56,
- Luk 1: 51-53 - Konstitusi KYM, Hal. 2627 - Louf. Andre. Hidup di dalam komunitas. hal. 22-25.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) lewat hidup karya sehingga karya Tuhan yang rendah hati sungguh dapat dirasakan oleh semua orang khususnya kaum miskin
(6) lewat para suster KYM
(7)
(8)
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
6. Contoh Persiapan Katekese a. Identitas 1)
Tema
: Menjadi suster KYM yang rendah hati dalam persudaraan
2)
Tujuan
: Mendorong dan membantu para suster KYM agar semakin menyadari
arti
menjadi
suster
KYM
yang
kerendahan hati dalam persaudaraan 3)
Peserta
: Para calon suster KYM (Postulan)
4)
Tempat
: Postulan KYM Pematang Siantar
5)
Hari/tgl
: Satu minggu sebelum penerimaan jubah Postulan
6)
Waktu
: Pkl 19: 00 -21: 00: WIB
7)
Metode
: - Sharing kelompok - Diskusi kelompok - Refleksi pribadi - Tanya jawab
8)
Model
: SCP (Shared Christian Praxis)
9)
Sarana
: - Teks lagu Jiwaku memuliakan Tuhan - Teks lagu Cinta Kasih Tuhan dan Kasih - Teks doa pembukaan - Teks doa Penutup - Slide singkat “Kecantikan sejati seorang wanita” - Teks pertanyaan pendalaman
memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
- Teks Kitab Suci Perjanjian Baru 1. Sumber bahan : - Kol 3: 12 – 15 - Statuta KYM art. 1-2 - Directorium KYM art. 48 - Konstitusi KYM art. 45-46
b. Pemikiran Dasar Dewasa ini, panggilan untuk menjadi sosok seorang suster yang rendah hati sudah sangat sulit karena sudah banyak dipengaruh olehi perkembangan zaman ini. semua orang pada sibuk untuk mencari apa yang diinginkan agar bisa menenangkan dan membahagiakan diri tanpa peduli dengan yang lain. Di masyarakat pada umumnya bahkan di biarapun sudah sangat sulit untuk menghayati salah satu keutamaan yang sangat penting ini yaitu kerendahan hati. Karena masing-masing orang berusaha untuk menjadi orang yang terpandang orang yang populer pekerjaan apapun yang di lalukan hanya untuk mencari popularitas diri tanpa memperhatikan orang di sekitar. Sebelum kita membicarakan perubahan yang begitu sensitif ini, kita harus mempunyai gagasan yang jelas tentang kerendahan hati. Secara sederhana, yang bermaksud dengan kerendahan hati adalah kepudulian terhadap kaum miskin dan kepedulian terhadap mereka yang sakit atau kesedihan pribadi untuk mencintai itulah yang sangat diharapkan pada bagi semua orang secara khusus para suster KYM.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
St. Paulus secara khiusus berkata : “sekalipun aku dapat berbicara dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat tapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” Bahasa cinta kasih yang ditawar oleh Tuhan adalah sebuah bahasa yang syarat dengan kerendahan hati. Hal tersebut semakiin ditegaskan dalam Kol 3:12-15 menjadi seorang manusia baru, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakalan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran. Sabda yang lebih jelas dan lebih radikal itulah yang dibutuhkan. Santo Paulus mengikuti jejak Yesus. Yesus sendiri menjawab pertanyaan orang-orang Farisi tentang perintah yang terbesar dari seluruh hukum dengan berkata: “kamu harus mencintai Tuhan Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwamu dengan dengan seluruh akal budimu. Inilah perintah pertama yang tersebar terutama. Perintah yang kedua, kamu harus mencintai sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri. Seluruh hukum dan perintah nabi tertuang dalam perintah ini, dan untuk semua itu kita sabagai orang yang dipanggil diajak untuk belajar dari padaNya yang lemah lembut dan rendah hati dalam persaudaraan.
c. Pengembangan Langkah-langkah dalam Pelaksanaan 1) Pembukaan a) Pengantar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
Para yang terkasih pada pertemuan doa kita kali ini kita akan menimba bersamasama kekayaan rohani yang telah diwariskan oleh bapak spiritualitas kita Santo Vincentius a Paulo. Salah satu keutamaan yang ditawarkanya kepada kita adalah hati yang rendah hati “kerendahan hati”. Tidak mudah, karena hal tersebut juga merupakan sebuah perjuangan berat yang telah dilaluinya. Diapun berguru dari banyak pribadi selain Kristus dia pun terpesona dan terdorong untuk disposisi bathinnya yang keras dengan kelembutan lewat teladan hidup yang penuh kelembutan yang diteladankan oleh Santo Fransiskus dari Sales. Dia mengajarkan kepada kita kerendahan hati adalah kunci keberhasilan untuk menjadikan persaudaraan dan pelayanan dapat menuai banyak buah yang berlimpah dan menjadikan dunia untuk layak huni.
b) Lagu Pembukaan: Jiwaku Muliakan Tuhan Refren : Yang rendah hatinya ditinggikan Allah yang lapar berkelimpahan Solis
: Jiwaku muliakan Tuhan dan rohku sukacita dalam Allah selamatku Karena kerahimanNya turun-temurun dan semua bangsa sebut aku bahagia Ditunjukkanya kekuatan tanganNya yang congkak hati di cerai beraikannya yang hina dina ditinggikannya yang lapar dilimpahinya dengan harta (Kembali Ke Refren)
c) Doa Pembukaan Allah Bapa yang baik kami bersyukur atas rahmat kesehatan yang masih Engkau berikan kepada kami, kami syukuri juga atas rahmat kesempatan ini Engkau masih hadiahkan bagi kami untuk merenungkan bahwa aku dipanggil untuk menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
suster KYM yang rendah hati dalam persaudaraan. kami ini manusia lemah dan rapuh yang kadang kurang menyadari panggilan ini maka berkatilah kami dan utuslah Roh KudusMu untuk menerangi hati dan pikiran kami agar kesempatan ini kami pergunakan dengan baik untuk membenahi diri kami lewat pendalaman iman ini sehingga kami menjadi orang yang memiliki kerendahan hati dalam persudaraan dan juga kami menjadi sosok religius yang memiliki kerendahan hati dalam melayani mereka yang miskin sebagai majikan Bapa Sang Guru kelembutan dan kerendahan hati kami bersyukur padaMu atas semua anugrahMu yang tak terbatas bagi kami hingga saat ini khususnya dalam perjalanan panggilan kami. Datanglah dan penuhilah hati kami dalam kebersamaan kasih ini, dalam doa yang memohonkan rahmat kelembutan dan kerendahan hati ini. PadaMu kami hantarkan hidup kami yang rapuh ini, mohon agar Engkau dengan kasihMu yang teramat lembut dan rendah hati menganugrahi kami hati seperti hatiMu, hingga kami mampu membangun persaudaraan yang sejati seperti yang Engkau damba dari kami semua. Bersama engkau kami pasti akan mampu. Engkau kami puji karena kasihMu tiada akan pernah berhenti kini dan sepanjang segala masa. Amin.
2) Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Praksis Hidup Faktual Para suster yang terkasih marilah kita sekarang melihat kembali pengalaman-pengalaman yang kita alami sehubungan dengan karakter hidup yang penuh kelemahlembutan dan rendah hati. a) Mengajak peserta untuk menyaksikan/menonton sebuah slide singkat “Kecantikan Sejati Seorang Wanita” durasi 5 menit (terlampir dalam bentuk CD).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
b) Penceritaan kembali isi slide singkat: pedamping meminta beberapa peserta mencoba menceritakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari slide “Kecantikan Sejati Seorang Wanita”. c) Intisari slide “Kecantikan Sejati Seorang Wanita” tersebut adalah: Dalam slide tersebut dikisahkan seorang wanita yang bernama Audrey Hepbrun yang memiliki kecantikan sejati tidak terletak hanya pada fisik semata tetapi lebih dari inner beauty yang mendukung kecantikan fisik yang dimilikinya. Dalam slide dilukiskan bagaimana ia dengan segala daya pesona yang dimilikinya mampu merangkul banyak orang dalam kelembutan dan kerendahan hatinya sebagai seorang wanita. Dia mengajarkan bagaimana menjadikan
mata sebagai sarana hanya
untuk melihat hal-hal yang baik dalam kehidupan ini, bagaimana jari-jemarinya digunakan dengan penuh kelembutan untuk mengasihi anak-anak yang terlantar, korban bencana alam, yang membutuhkan belaian kasih seorang ibu. Dia juga membagikan trik bagaimana mempergunakan mulut untuk mengucapkan kata-kata lembut dan rendah hati yang menyenangkan hati dan membuat orang lain bahagia dan lega. Dia mengajak semua untuk menyadari bahwa usia yang semakin tua adalah suatu proses dimana buah yang kita peroleh tentunya semakin manis dalam kehidupan. Demikianlah seluruh langkah-langkahnya dipenuhi dengan kecantikan seorang wanita yang sejati. d) Mengungkapkan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami slide tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
1) Ceritakanlah hal-hal apa yang dilakukan oleh Audrey Hepburn dalam membentuk dirinya menjadi pribadi yang rendah hati dalam persaudaraan 2) Ceritakanlah hal-hal apa yang anda lakukan dalam membentuk pribadi menjadi pribadi yang rendah hati dalam persaudaraan? e) Suatu Contoh Arah Rangkuman Dalam slide tersebut sebagai seorang wanita Audrey Hepburn telah mencoba menciptakan dirinya sebagai sosok yang tampil cantik hingga masa tuanya. Tidak mudah tetapi tahap demi tahap dilaluinya dengan langkahlangkah tepat serta jitu yang menjadikanya wanita yang cantik luar dan dalam. Hatinya
bersinar
memancarkan
ketulusan
hatinya
dari
dalam.
Dia
mengembangkan sifat-sifat kewanitaannya dengan pilihan kegiatan yang tepat. Dia membagikan hidupnya seorang wanita yang sungguh berhati lembut dan rendah hati Selain itu dia juga melatih hal-hal positif yang dikembangkan dari seluruh anggota tubuhnya. Semua bagian fisiknya dilatihnya untuk menjadi bagian yang terpenting dalam menjadikannya sosok wanita yang cantik sekaligus sejati. Positif thingking dan bervisi pada belas kasih dan kerendahan hati. Demikian juga dalam kehidupan kita sehari-hari kitapun masing-masing sudah mencoba sedaya mampu kita untuk menjadikan diri kita cantik luar dan dalam. Menjadikan kita sosok wanita yang sejati penuh kasih sayang dan rendah hati.. Memang tidak mudah, butuh proses yang panjang tetapi kita selalu diajak untuk mengusahakannya agar menjadi lebih baik dari hari kehari. Kadang kita gagal dan menyerah adalah sebuah bagian dari proses hidup dan ketika kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
mandeg untuk mewujutkanya maka kita menjadi kurang membantu diri kita sendiri lebih maju dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakter rendah hati.
3) Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual a) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau slide diatas dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut: 1) Mengapa Audrey Hepburn mampu menjadi sosok yang dikenal sebagai pribadi yang rendah hati? 2) Mengapa anda berusaha menjadikan diri anda menjadi pribadi yang rendah hati?
b) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta,pendamping memberikan rangkuman singkat. c) Suatu contoh arah rangkuman: Seorang
wanita
yang
sejati
memang
sepatutnya
belajar
untuk
mengembangkan dan membina sifat-sifat hakiki yang dimilikinya sebagai wanita agar semakin lemah lembut dan rendah hati. Wanita dengan sifat-sifat alaminya mempunyai daya tarik untuk lebih mudah untuk berempati terhadap sesamanya dan hal itu akan semakin lebih baik apabila dibiasakan untuk mengembangkanya lewat sikap-sikap setiap hari yang mendukung terbentuknya hal tersebut. Perhatian pada hal-hal sederhana akan menjadikan karakter kewanitaannya semakin sejati dan semakin dapat menghasilkan buah-buah yang baik yaitu memiliki sikap lemah lembut dan rendah hati dalam kehidupan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
4) Langkah III:
Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau.
a) Pendamping meminta salah satu Postulan untuk membaca teks Kitab Suci dari Kol 3:12-15 b) Setelah itu peserta diberi kesempatan untuk merefleksikan teks tersebut dengan dibantu oleh pertanyaaan penuntun sebagai berikut: 1) Ayat-ayat manakah yang menunjukan tentang sikap kerendahan hati? mengapa? 2) Nilai-nilai seperti seperti apakakah yang dapat kamu ambil dari teks kitab suci tersebut agar anda menjadi orang yang rendah hati dalam persaudaraan? mengapa? c) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menentukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas 2 (dua) pertanyaan diatas. d) Pendamping memberikan interpretasi atau tafsir dari bacaan Kitab Suci dari hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya, sbb: Para suster yang terkasih, untuk menjadi sebuah komunitas yang menghadirkan Kerajaan Allah yang layak dihuni tidak dituntut untuk melakukan sesuatu yang luar biasa, hanya hal-hal sederhana yang diajarkan untuk dilaksanakan dalam hidup panggilan dan pelayanan setiap hari, salah satunya adalah sikap bathin yang lemah lembut dan rendah hati. Kolose 3:12-15 telah menunjukan hal-hal pokok yang harus kita miliki agar terciptalah sebuah komunitas kasih yang akan menjadikan hidup persaudaraan dan pelayanan lebih bermakna dan hidup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120
Dalam hal ini ayat ke 12 sebagai pondasi yang ditawarkan adalah bahwa sebagai orang-orang pilihan Allah hendaknya mengenakan belas kasih, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Perikope tersebut sesungguhnya menawarkan sebuah wujud transformasi hidup.
Transformasi
hanya
bisa
terjadi
bila
identifikasi
terjadi.
Identifikasi yang terus menerus dengan Kristus akan menyebabkan transformasi akan menyerupai Kristus. Kedua hal ini tidak terpisahkan. Pada prikop ini dapat dilihat bagaimana transformasi itu diteruskan dengan menerapkan tingkah laku yang mulia dan menumbuhkan karakter Ilahi (ayat 12-15) karakter-karakter yang dijabarkan dalam ayat 12-15 adalah karakter Kritikus yang di praktikan-Nya sepanjang hidup dalam pelayananNya didunia ini. Dalam perikope ini Paulus memaparkan kehidupan lama dan kehidupan baru yang sungguh-sungguh kontras, tidak ada sifat dan perilaku yang dapat berjalan seiring, maka yang lama harus ditinggalkan dan yang baru menggantikanya. Paulus juga menekankan bahwa panduan untuk mengurangi hidup Kristen adalah dipenuhi belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (ayat 12). Serta hati penuh pengampunan (ayat 13), kasih (ayat 14) dan damai sejahtera (ayat 15). Sungguh sebagai anak-anak pilihan Allah umatnya dianjurkan untuk mengenakan seluruh pakaian kekudusan tersebut.
Kristen
yang
sejati
menurut
paulus
adalah
seseorang
yang
mempraktikkan perbuatan baik yang sejalan dengan karakter yang sudah diubahkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121
5) Langkah IV: Interpretasi/tafsir Dialektis antara tradisi dan Visi Kristiani dengan tradisi dan visi Peserta a) Pengantar Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan sikap-sikap mana yang harus kita lakukan yang ditawarkan oleh Yesus agar kita bertumbuh menjadi umat pilihanya dalam hal ini sebgai seorang yang dipanggil untuk menjadi suster KYM. Tawaran-tawaran yang disampaikan oleh Yesus hendak menjadikan kita sososk wanita yang hadir menjadi manusia baru yang selama ini kita kurang memberikan diri kita untuk dibentuk menjadi sosok sejati sebagai seorang wanita dalam hal ini sosok yang berhati rendah hati. Masuknya saudari dalam lembaga religius ini menjadi pondasi awal bagi anda untuk membentuk pribadi sebagai sosok wanita yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan. Dan sebagai umat pilihan-Nya kita pun diajak untuk meneladani Dia Sang Guru kerendahan hati, dan hal itu telah ditawarkanya dengan cara-cara yang patut kita kembangkan dalam menjadikan diri kita pribadi yang sejati lewat langkah-langkah konkrit. b) Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menhayati dan menyadarkan dari pada Allah satu-satunya sang Guru kerendahan hati dalam menapaki awal baru panggilan hidup kita ini, kita akan melihat situasi konkrit dunia sekitar kita dengan mencoba merenungkan beberapa pertanyaan berikut: 1) Sikap-sikap mana yang bisa kita perjuangkan agar kita dapat semakin bertumbuh dan berkembang dalam kerendahan hati sebagai suster KYM agar kita menjadi sosok yang rendah hati dalam persudaraan KYM?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122
2) Apakah saudari-saudari semakin disadarkan, dalam panggilan sebagai seorang calon suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan? mengapa? Saat hening diiringi dengan music instrument dan sebuah lagu “you are beautiful” dari “cherry bell” untuk mengiringi renungan secara pribadi akan pesan Injil sesuai dengan situasi konkrit peserta sebagai calon suster KYM dengan pengaduan tiga (3) pertanyaan diatas. Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu. Sebelum suasana hening dimulai pendamping membacakan isi Directorium KYM Bab VI art sebagi sumber inspirasi. Directorium KYM Bab VI art. 16 3) Pembacaan Directorium KYM Bab VI art. 16 Perhatian suasana Komunitas Art 16: Suasana yang membuat orang merasa kerasan dan setiap suster bertumbuh dalam panggilan, hendaknya mendapat perhatian dari pemimpin. Suasana ini ditumbuhkembangkan oleh sikap hormat terhadap keunikan setiap suster, oleh tanggungjawab bersama satu terhadap lainnya.singkatnya, oleh kepercayaan satu sama lainya atas dasar iman. Mengambil inisiatif dari orang lain menjadi bagian dalam memperhatikan suasana hidup komunitas. Sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini dapat diberi rangkuman singkat dari hasil-hasil renungan pribadi mereka misalnya, sbb: 4) Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta: Dalam perikope diatas telah banyak menawarkan nilai-nilai yang akan sangat berguna bagi kita selaku calon suster. Marilah kita kembali menyadari, bahkan berani meninggalkan hal-hal yang menghambat panggilan kita sebagai seorang calon suster. Kita hendaknya semakin berani melihat kelemahan pun kekuatan kita sebagai seorang wanita dan memohonya pada Tuhan agar dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123
bantuanNya mampu mengubah hati kita seturut kehendakNya, menjadi sosok wanita yang sejati penuh kelemahlembutan. Tidaklah mudah membentuk diri kita menjadi sosok wanita yang sejati dalam hal ini wanita yang penuh kelemahlembutan, dan tidak mudah melaksanakan semua tawaran yang diberikan oleh Yesus agar kita menjadi sosok yang sungguh-sungguh pilihan. Namun dengan kekuatan sendiri kita pasti tidak mampu untuk meneladani Yesus, tetapi hanya denganrahmatNya dengan kekuatan Allah sendiri, maka Dialah yang sanggup memampukan kita meneladani semua sikapNya dalam hal ini teladannya dalam kerendahan hati. 6) Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia ini a) Pengantar Saudari-saudari yang terkasih dalam Kristus Sang Guru kelembutan dan rendah hati, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman kita sebagai seorang calon suster lewat sebuah slide yang mengisahkan sosok Audrey Hepburn yang memiliki kecantikan sejati seorang wanita. Dia dengan tekun membentuk dirinya menjadi sosok yang mengembangkan segala kekuatan fisiknya dengan kedalaman inner beauty yang semakin membuatnya memiliki kecantikan dan memiliki kerendahan hati sejati untuk memeluk banyak orang yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang khususnya bagi mereka yang miskin. Demikian kita sebagai suster KYM kita juga belajar untuk mengemabangkan diri kita dan membina diri kita agar kita menjadi sosok suster KYM yang memiliki sikap kerendahan hati dalam persaudaraan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124
Dari perikope yang telah kita dengarkan dan renungkan bersama Tuhan juga menawarkan kepada kita hal-hal apa yang kita usahakan untuk kita memiliki, agar kita menjadi manusia baru dan sungguh-sungguh menjadi umat pilihan-Nya yang telah dipanggil-Nya untuk bekerja diladang anggur-Nya. Sebelum kita diajak untuk mengusahakan semuanya itu kita diingatkan kembali bahwa Yesus Sang Guru kelemahlembutan dan rendah hati itu sendiri telah menjadi teladan bagi kita untuk hal itu, Dia telah terlebih dahulu berjuang untuk setia menjadi pribadi yang rendah hati dalam mencintai semuanya. Maka kita diajak untuk tidak putus asa karena Dia yang akan mencurahkan berkatNya bagi kita jika kita dengan sunggugsungguh mau menjadikanya bagian dari hidup kita dalam persaudaraan dan pelayanan kita. Untuk membentuk pribadi yang cantik dan rendah hati tidaklah mudah tetapi kita tetap berusaha lewat niat-niat kita yang sudah kita bangun dan kita percaya bahwa bersama dengan Yesus sang Guru kerendahan hati tetap membimbing kita agar kita mampu membentuk diri kita menjadi sosok seorang suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan maupun pelayanan kita kepada orang miskin sebagai majikan kita. b) Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi, kelompok atau bersama) untuk lebih meningkatkan pelayanan kita, khususnya dalam tugas kita sebagai calon suster KYM sesuai dengan teladan Yesus Kristus Sang Guru kerendahan yang sejati. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu membuat niat-niat: 1) Niat apa yang hendak kita lakukan untuk semakin menjadi suster KYM yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125
2) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat tersebut? Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil merumuskan niat tersebut, dapat diputarkan music instrument. Kemudian niat-niat kelompok bersama, kalau ada bisa dibicarakan dan didiskusikan bersama guna menentukan niat bersama agar mereka semakin memperharui sikap kelompok sebagai seorang calon suster dalam persaudaraan dan pelayanan.
7) Penutup a) Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua bisa menyanyikian bersama lagu “Kasih Dari Surga”: oleh Nikita. Kasih dari surga memenuhi tempat ini Kasih dari Bapa surgawi Kasih dari Yesus mengalir di hatiku Membuat damai di jiwiku Mengalir kasih dari tempat tinggi Mengalir kasih tahta Allah Bapa Mengalir…..mengalir…mengalir…dan mengalir Mengalir memenuhi hatiku b) Kesempatan hening sejak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah pserta untuk kemudian dinyalakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126
c) Kesempatan doa umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan menghubungkan dengan kebutuhan dan situasi hidup religius dalam persaudaraan pun pelayanan. Setelah itu doa umat diusulkan secara spontan dari pendamping yang merangkum keseluruhan langkah dalam SCP ini dalam kelima langkah ini d) Doa penutup Bapa sumber kasih kerendahan hati, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau telah menyertai kami dan hadir bersama kami dalam doa ini. Kami sudah melihat dan mendalami bersama tentang seorang wanita cantik yaitu Audrey Hepbum, dia berusaha membuat dirinya cantik bukan hanya fisik tetapi sampai ke kedalaman hatinya sehingga ia menjadi cantik tetapi juga memiliki sikap lamah lembut dan rendah hati sehingga menjadi berkat bagi banyak orang. Bapa lewat sabdaMu juga kami merasa diingatkan dan ditegur semoga segala yang baik yang telah kami dengarkan dari sabdaMu, dan segala kekuatan yang telah kami bagikan dan sharingkan bersama membuat kami semakin menyadari dari dan tujuan hidup kami yang sejati. Menjadi rendah hati untuk menghasilkan buah-buah yang baik untuk dinikmati oleh siapa saja dalam hidup kami, terutama dalam hidup panggilan persaudaraan dan pelayanan kami. Kami sudah melihat bersama contoh yang telah diteladankan oleh wanita cantik Audrey Hepburn, semuanya mengajak kami untuk semakin berani mengembangkan pribadi kewanitaan kami yang mempuyai keunggulan. Bapa kami juga sudah melihat perjuanagn dan pengalaman kami dalam mewujudkan dalam hidup kami, tidak mudah untuk menemukan pribadi yang demikian tetapi kami diberi tawaran rahmatMu semakin diteguhkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127
beberapa hal yang harus kami wujutkan sebagai orang yang dipanggil untuk mejadi suster KYM yang memiliki sosok rendah hati dalam persaudaraan kami. Tuhan, perjalanan kami selanjutnya dalam panggilan suci ini hendak kami persembahkan kepadaMu, semoga Engkau senantiasa sudi menyertai kami, dalam perjuangan hidup ini, hingga kami alatMu untuk menghadirkan kerajaan Allah yang teramat rendah hati. Bapa, tanpa Engkau kami tidak akan sanggup untuk mengubah segala disposisi bathin kami yang kurang baik dan mengembangkan diri kami dengan semakin sempurna. Maka kami mohon bantulah kami ya Tuhan untuk mewujudkan nyatanya dalam hidup kami sebagai bibit awal bagi kami untuk semakin maju melangkah dalam panggilanMu ini karena kami percaya bahwa bersama Engkau ya Bapa kami dimampukan untuk semakin setia. Bapa, kami telah membuat niat-niat kami sebagai sarana untuk membantu kami dalam mengusahakan apa yang menjadi cita-cita kami yaitu menjadi pribadi yang memiliki kerendahan hati dalam persaudaraan dan pelayanan kami, berkati dan tuntun kami agar kami berjuang terus-menerus untuk menjadi orang yang rendah hati dalam persaudaraan dan pelayanan kami. Engkaulah kekuatan kami dan teladan kerendahan hati yang kami imani kini dan sepanjang segala masa. Amin. e) Lagu Penutup : Cinta Kasih Tuhan Puji Syukur 1031 Cinta Kasih Tuhan Dasar Persatuan Kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128
Marilah Kawan Kita Satukan Dalam Keluarga Allah
Reff : Marilah Satukan Hatimu dalam pengabdianmu Wartakanlah Cinta Kasihnya Dalam Karya dan Karsa
Kebenaran Tuhan Pokok keselamatan kita seluruh umat menyembah Tuhan Dalam Roh dan Kekudusan (Kembali ke Refren)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129
LAMPIRAN
Jiwaku memuliakan Tuhan Refren : Yang rendah hatinya ditinggikan Allah yang lapar berkelimpahan Solis
: Jiwaku muliakan Tuhan dan rohku sukacita dalam Allah selamatku Karena kerahimanNya turun-temurun dan semua bangsa sebut aku bahagia Ditunjukkanya kekuatan tanganNya yang congkak hati di cerai beraikannya yang hina dina ditinggikannya yang lapar dilimpahinya dengan harta (Kembali Ke Refren)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
Kasih dari Surga
Kasih dari surga memenuhi tempat ini Kasih dari Bapa surgawi Kasih dari Yesus mengalir di hatiku Membuat damai di jiwiku Mengalir kasih dari tempat tinggi Mengalir kasih tahta Allah Bapa Mengalir…..mengalir…mengalir…dan mengalir Mengalir memenuhi hatiku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
Cinta Kasih Tuhan
Cinta Kasih Tuhan Dasar Persatuan Kita Marilah Kawan Kita Satukan Dalam Keluarga Allah
Reff : Marilah Satukan Hatimu dalam pengabdianmu Wartakanlah Cinta Kasihnya Dalam Karya dan Karsa
Kebenaran Tuhan Pokok keselamatan kita seluruh umat menyembah Tuhan Dalam Roh dan Kekudusan (Kembali ke Refren)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian yang menutup seluruh penulisan skripsi yang dibagi dalam dua bagian pertama berupa kesimpulan atas seluruh pikiran yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian bagian kedua berupa saran untuk mendalami makna kerendahan hati santo Vincentius a Paulo dalam hidup persaudaraan para suster KYM.
A. Kesimpulan Pada bagian kesimpulan ini, penulis hendak menegaskan kembali hal-hal perlu diperkembangkan sehubungan dengan salah satu keutamaan hidup yang diwariskan oleh St. Vincentius a Paulo. Hal itu dimaksudkan agar para suster KYM semakin berkembang dan bertumbuh menjadi pribadi yang rendah hati dalam hidup persaudaraan dalam berkomunitas. Ada beberapa kesimpulan yang dapat diberikan seperti berikut: 1. Pemersatu utama dalam hidup persaudaraan religius, khususnya persaudaraan KYM adalah Kristus sendiri yang berseru: “Belajarlah kepadaKu sebab Aku lembut dan rendah hati.” Kerendahan hati hendaknya menjadi sumber kesaksian bagi segenap suster KYM sebagai bagian dari aksi panggilannya dalam masyarakat. 2. Komunitas
persaudaraan
KYM
merupakan
“Sekolah”
kerendahan
hati
sebagaimana ditegaskan oleh Santo Vincentius a Paulo. Dalam persaudaraan itulah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130
setiap pribadi saling memberi diri untuk melenurkan kepentingan pribadi tanpa kehilangan jati dirinya dan membentuk karakter kepribadian bersama yang menjadi cirri khas persaudaraan religius. Peleburan jati diri untuk membentuk karakter persaudaraan yang rendah hati dapat dilakukan dalam program bina lanjut atau on going formation persaudaraan KYM. 3. On going formation hanya bisa berlangsung dengan efektif jika para anggotanya (suster KYM) terbiasa melakukan refleksi pribadi dan komunal. Refleksi ini menjadi media bagi tumbuhkembangkan roh kerendahan hati sebagaimana yang diajarkan oleh Santo Vincentius A. Paulo sendiri. Refleksi juga menjadi media menyembuhkan “luka-luka batin” akibat kerendahan hati yang diperoleh dari persaudaraan. 4. Pribadi yang lemah lembut terbentuk dalam proses yang berkesinambungan. Salah satu prose situ adalah dengan metode katekese. Tentu saja katekese yang berkaitan serta bertujuan untuk mengembangkan kerendahan hati seorang pribadi religius pada jaman ini.
B. Saran Setelah melihat beberapa simpulan di atas, berikut beberapa saran yang bisa dilakukan khususnya oleh para suster KYM dalam upaya mengembangkan kepribadian yang rendah hati. 1. Memperkenalkan sedini mungkin keutamaan-keutamaan Vincentian yang menjadi charisma persaudaraan KYM sesuai dengan maksud pendiri. Perkenalan charisma
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131
tarekat ini hendaknya dilakukan secara periodic khususnya dalam masa on going formation, tidak saja hanya kepada para aspiran, postulant, dan novis. 2. Membuat program-program pembinaan yang tepat sejak masuk menjadi calon suster hingga jenjang yang paling atas secara berkesinambungan dan secara continue. Dalam hal ini, misalnya di tahap awal dimulai dengan mengolah latar belakang hidup “background hidup” calon suster tersebut sehingga memampukan si calon di tahap awal dengan mudah mengenal diri dan menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan sehingga mulai menapaki panggilan dengan langkah pasti. 3. Menanggapi kemajuan dan tuntuan jaman, para suster KYM hendanya diberi kebebasan yang bertanggungjawab untuk menjadi media dan sarana kesaksian kerendahan hati dalam masyarakat. Untuk maksudnya ini hendaknya diadakan kegiatan live-in bersama seluruh persaudaraan Vinsentian, agar mereka saling memperkaya keutamaan-keutamaan Injili ini sesuai dengan kehendak Santo Vincentius a Paulo sendiri. 4. Pada masa juniorat diberi 2 kali kesepakatan untuk mengadakan live ini di tempattempat yang menantang (background yang keras), misalnya di tengah perkampungan masyarakat kumuh, di kota-kota besar yang menantang, dan tempat-tempat yang cocok untuk melatih diri menjadi sarana kerendahan hati. 5. Kerendahan hati hendaknya menjadi trade mark, karakter yang membedakan persaudaraan KYM dengan persaudaraan religius lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto, F.X. (2003). Katekese sebagai Pendidikan Iman. (Seri Puskat 372). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. Adi Sapto Widodo CM. (2008). Kerendahan Hati Dalam Temu Kaum Muda Vinsensian ( Ed. ). Kumpulan Materi 5 Keutamaan Vinsensian. Hasil Pertemuan Kaum Muda Vinsensian berlangsung di Malang pada 7-9 November 2008. Aniceta KYM. (2009). Laporan Kapitel KYM. Ditulis Kapitel umum 13 Maret 2009 Pematang Siantar. Darminta, J. (1982). Dasar-dasar Hidup Religius. Berbagai Segi Penghayatan Hidup Religius Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius. -----------. (2003). Hidup Religius. Yogyakarta: Kanisius. -----------. (2010). Perspektif Hati dalam Pendidikan Etika. Girisonta: Pusat Spiritualitas Girisonta. De Armen, (2003). Butir-butir Vincentius Bapa kaum miskin. Medan: Bina Media. Didik Bagiyowinadi, F.X. http://www.imankatolik.or.id, diakses tanggal 21 Juli 2013. Groome, Thomas H. (1997). Share Christian Praksis: Suatu Model Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). (1983). (Kartosiswoyo Pr, Koordinator Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan November 1983). Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985. Kongregasi KYM. (2003a). Konstitusi Kongregasi Suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna. -----------. KYM. (2003b). Statuta Kongregasi Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna. -----------. (2008). Pedoman Pembinaan Kongregasi Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna. -----------. (2009). Directorium Kongregasi Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan baik (KYM). Pematang Siantar: Aneka Guna. Kongregasi Suci untuk para Klerus. ( 1991). Direktorium Kateketik Umum. (Thom Wingnyata & Lukas Lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen asli diterbitkan 1971). Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardowiryana, Penerjemah ). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan 1966). KOPTARI. (2008). Membangun Komunitas Formatif. Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Jakarta: Obor. Laura. (2011). Spiritualitas Vincentius. Rohani, 2 hal. 34-35. Louf, Andre. (1987). Hidup di dalam Komunitas. Seri Gedono 1 (R. Harjodinono, Penerjemah). Surabaya: Dioma. (buku asli diterbitkan 1979).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134
Madya Utama, L. (2003). Kerendahan Hati: Bercermin pada Yesus. Rohani, 2 hal. 36-37. Mardi Prasetya, F. (1992). Psikologi Hidup Rohani Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius. ------------. (1993a ). Psikologi Hidup Rohani Jilid. 2. Yogyakarta: Kanisius. ------------. (1993b). Psikologi Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius. ------------. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti Jilid 2. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita. (1999). Pedoman Kepemimpinan Partisipatif dalam Gereja. Malang: Keuskupan Malang. -----------. (2000). Komunitas Peziarah Sebuah Spiritualitas Hidup Bersama. Ygyakarta: Kanisius. Paulus VI (2013) Pewartaan Injil. (Hadiwikarta, J. Penejermah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan 1975). Prajusta, A. (2007). Problem Solving Strategies. London: Springer. Purwono Adhi, Nugroho. http://www.imankatolik.or.id, diakses tanggal 21 Juli 2013. Reksosusilo, S. (1987). Reksa Pastoral dalam Situasi Dewasa ini. Surabaya: Dioma. Roman, M. J. (1993). HidupPanggilan dan Spiritualitasnya. Surabaya: Dioma. Ruth, KYM. (2010). Pauperibus Misit Me. Yogyakarta: Bina Utama. Suhardiyanto, H.J. (2008). Sejarah Pendidikan Agama Katolik Indonesia. Diktat Mata Kuliah Semester IV, Prodi IPPAK, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sumaji, K. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik. Yogyakarta: Kanisius. Sumarno Ds., M. (2009). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Semester VI, Prodi IPPAk, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Suparmono Paul, (2005). Taat Pada Keputusan Bersama. Rohani, 2 hal. 39 Tondowidjojo, John. (1984). St. Vinsensius de Paul terhadap Orang Miskin. Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama. -----------. (1990). Menyimak Keutamaan St. Vinsensius. Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama. -----------. (2003). Kerendahan Hati Menurut St. Vintencius. Surabaya: Bina Tama. Van Winsen, G, (2002). Dibimbing oleh St. Vinsensius a Paulo dalam Semangat Belaskasih. Manado: Komisi Spiritualitas CMM Indonesia Tomohon. Vanier, J. (2006). An Excerpt from Becoming Human. Surabaya: Dioma. Vincentius, (2002). Surat-surat Vincenitus I (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya: Dioma. (Buku asli diterbitlan 1667) -----------. (2003). Surat-surat Vincentius II (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya: Dioma. (Buku asli diterbitkan 1668) -----------. (2007a). Kerendahan Hati Terhadap Pujian dan Tepuk Tangan. (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya: Dioma. (Buku asli diterbitkan 1967). -----------. (2007b). Surat-surat Vincentius VII (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya: Dioma. (Buku asli diterbitkan 1669) -----------. (2008). Surat-surat Vincentius VIII (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya: Dioma. (Buku asli diterbitkan 1671 -----------. (2010). Surat-surat Vincentius IX (Ponticelli, S. Penerjemah). Surabaya: Dioma. (Buku asli diterbitkan 1673) Warna Binarja, I. (2010). Panggilan Hidup. Klaten: Rumah Retret Panti Semedi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135
Wignyosumarta, F.X. Sukendar. http://www.imankatolik.or.id, diakses tanggal 21 Juli 2013. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan 1979). -----------. (1996) Vita Consectrata. Seri Dokumen Gerejawai No. 69. Jakarta: SMT Mardi Yuano.