PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAMPAK PENGALAMAN TRAUMATIK DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA ADOPSI (SEBUAH STUDI KASUS) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Stanislaus Murdisantana NIM: 081114026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahan sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat. 6:33-34)
PERSEMBAHAN Bersama dengan Tuhan Yesus yang telah memampukanku dan selalu membimbingku dengan segala macam cara-Nya, memberikan petunjuk jalan untuk ku lalui, dan segala anugerah dalam hidupku untuk mengingatkanku juga akan doa, Maka kupersembahkan skripsi ini untuk yang tercinta:
Ayah, Ibu, dan Kakakku yang Terkasih, Penuh Kesabaran, Kasih Sayang, dan Dukungan Doa.
Lucia Sumiyati, teman-teman keluarga besar BK Sanata Dharma, dan saudara-saudara yang telah banyak membantu dengan segala doa, dukungan, kerjasama, dan perhatiannya. Terima kasih untuk semuanya.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK DAMPAK PENGALAMAN TRAUMATIK DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI REMAJA ADOPSI (SEBUAH STUDI KASUS) Penelitian ini bermaksud untuk memahami permasalahan yang dihadapi subyek dan memperoleh gambaran tentang perkembangan sosial yang mengalami hambatan karena tekanan yang dipengaruhi oleh adanya penolakan dan tuntutan dari masyarakat dengan harapan untuk diterima dan pengalaman nyata yang berdampakpada pembentukan konsep diri. Hal tersebut di latar belakangi oleh status subyek saat ini sebagai remaja adopsi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, kunjungan rumah, dan wawancara konseling sebagai suatu usaha untuk membantu subyek mengatasi masalah. Data atau informasi yang diperoleh peneliti manfaatkan untuk menggambarkan keadaan serta permasalahan subyek saat ini. Data peneliti peroleh dari subyek dan beberapa sumber informasi lainnya, sehingga peneliti dapat menentukan pendekatan konseling yang tepat san sesuai dalam memberikan pendampingan. Subyek penelitian ini adalah seorang mahasiswa dari universitas swasta di Yogyakarta, berusia 21 tahun. Saat penelitian berlangsung, subyek duduk di semester sembilan. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa subyek mengalami permasalahan yang berkaitan dengan pikiran/pandangan yang irrasional terhadap diri sendiri dan orang lain, yaitu: subyek beranggapan bahwa, permasalahan dan kegagalan selama ini bersumber dari penilaian orang dan diri subyek secara negatif mengenai status subyek sebagai anak adopsi, sehingga mengakibatkan hilangnya percaya diri subyek. Berdasarkan pandangan atau tanggapan yang irrasional tersebut, maka penekatan konseling Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) sangat tepat digunakan dalam menangani kasus ini. Setelah peneliti mengadakan wawancara konseling dengan subyek selama lima kali pertemuan, subyek mulai menunjukkan perubahan, yaitu memiliki pandangan yang rasional terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pandangan rasional tersebut mempengaruhi cara subyek dalam berpikir, berperasaan, merefleksikan, dan berperilaku suatu kejadian. Subyek menyadari bahwa sesungguhnya kegagalan dan permasalahan yang dialami bukan disebabkan oleh orang lain, tetapi bersumber pada cara menanggapi suatu permasalahan, subyek menyadari bahwa anak adopsi bukanlah suatu kesalahan, namun karena dianggap masih asing di masyarakat. Perilaku nyata yang sesuai dan realistis subyek, nampak pada keinginan untuk bergaul dengan teman-teman lainnya, ikut secara aktif dalam obrolan dan dalam kegiatan yang ada. Subyek mulai membaur, tidak sekedar diam atau menyendiri, mulai berkonsentrasi dengan studi dan segala kegiatan yang ada.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE IMPACT OF TRAUMATIC EXPERIENCE IN FORMING THE SELF-CONCEPT IN ADOPTED ADOLESCENT (A CASE STUDY) This study intends to understand the problems faced by the subject and to gain an overview of social development. The obstacles appear due to the pressure that is affected by the rejection and the demands of the society. The subjects expect to be accepted around the community, as well as real experiences that have an impact on the formation of the subject’s self-concept. The condition happened due to the current subject status as an adopted teenager. The type of this research is descriptive-qualitative research with case study research design. The methods of data collection in this study are observation, home visits, and counseling interviews in an effort to help the subject overcome the problem. The data or information obtained is used to describe the current situation as well as the subject’s problems. The researchers obtained the data from the subject and other resources, so that the researcher can determine the appropriate approach for counseling in providing assistance. The subject of this study is a student of a private university in Yogyakarta, aged 21 years. During the research, the subject was in semester 9. From the research, it is revealed that the subject encountered problems related to irrational mind/view towards himself and others, namely: the subject thinks that, the problems and failures encountered come from the subject’s and others’ self-assessment which tend to be negative on the status of the subject as an adopted child, and thus resulting in subject’s loss of self-confidence. Based on the views or responses that are irrational, then the Rational Emotive Behavior Therapy counseling approach (REBT) is highly appropriate in this case. After the researcher conducted an interview with the subject for five counseling sessions, the subject began to show changes, that is having a rational view towards himself and others. The rational view of the subject affects the way of thinking, feeling, reflecting, and acting in certain circumstances. The subject realizes that the real failures and problems experienced were not caused by someone else, but it came from how to respond to a problem, the subject realizes that an adopted child is not a mistake, but because the society thinks an adopted child as an uncommon thing. The subject’s true behavior which is appropriate and realistic appears in the subject’s intention to mingle with other friends, participate actively in the chat and certain activities. The subject begins to mingle, not just silent or aloof, and he begins to concentrate with his study and all existing activities.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur yang tak terhingga penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan dan memampukan penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dapat selesai tentu pula karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Bantuan berupa bimbingan, kritik, saran, dukungan maupun doa, maka dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang setulustulusnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, serta selaku pembimbing yang dengan sabar dan penuh perhatian mendengarkan keluh kesah penulis, memberikan kesempatan pada penulis untuk menulis skripsi dengan model studi kasus pada Program Studi Bimbingan dan Konseling. 2. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah banyak memberikan bekal dan bantuan kepada penulis, selama menjalani studi di Universitas Sanata Dharma. 3. Isan (bukan nama yang sebenarnya), atas kesediaannya menjadi subyek penelitian dalam skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. 4. Khusus kepada orangtua dan kakak yang telah sabar menanti kelulusan penulis dalam menyelesaikan studi S1, serta selalu memberikan motivasi, materi, dan doa restu kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii MOTTO ....................................................................................................................... iv PERSEMBAHAN........................................................................................................ iv PERNYATAAN HASIL KARYA................................................................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ vi ABSTRAK .................................................................................................................. vii ABSTRACT............................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix DAFTAR ISI................................................................................................................ xi DAFTAR TABEL...................................................................................................... xiii BAB I ............................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1 B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian............................................................................................... 8 E. Batasan Istilah ..................................................................................................... 9 F. Rencana Terapi bagi Kasus ............................................................................... 10 BAB II......................................................................................................................... 11 KAJIAN TEORITIS ................................................................................................... 11 A. Hakekat Remaja ................................................................................................ 11 1. Pengertian Remaja ......................................................................................... 11 2. Ciri-ciri Masa Remaja.................................................................................... 12 3. Tugas Perkembangan Masa Remaja .............................................................. 15 B. Konsep Diri ....................................................................................................... 17 1. Pengertian Konsep Diri.................................................................................. 17 2. Terbentuknya Konsep Diri............................................................................. 18 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ........................................... 19 4. Penggolongan Konsep Diri............................................................................ 21 5. Konsep Diri pada Anak atau Remaja Adopsi ................................................ 22 C. Pengalaman Trauma ......................................................................................... 22 D. Dampak Pengalaman Traumatik Anak Adopsi terhadap Pembentukan Konsep Diri... 25 xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III ....................................................................................................................... 27 METODE PENELITIAN............................................................................................ 27 A. Desain Penelitian ............................................................................................... 27 B. Subyek Penelitian .............................................................................................. 28 C. Setting Penelitian ............................................................................................... 28 D. Instrumen Penelitian.......................................................................................... 29 E. Validasi Data ..................................................................................................... 33 F. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 33 BAB IV ....................................................................................................................... 35 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 35 A. Deskripsi Umum Kasus..................................................................................... 35 B. Analisis Lingkungan Keluarga, Sosial, dan Suasana Akademik....................... 36 C. Sintesis............................................................................................................... 46 D. Diagnosis ........................................................................................................... 49 E. Prognosis ........................................................................................................... 50 F. Pengobatan/Treatment....................................................................................... 50 G. Evaluasi dan Tindak Lanjut............................................................................... 63 BAB V......................................................................................................................... 64 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 64 A. Kesimpulan........................................................................................................ 64 B. Saran .................................................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 72
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1 Panduan Pertanyaan Wawancara ......................................................................... 31 Tabel 2 Panduan Observasi ……….................................................................................. 32
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disajikan latar belakang masalah, fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan rencana terapi bagi kasus. A. Latar Belakang Masalah Keluarga terbentuk karena adanya ikatan perkawinan yang lazim yaitu pernikahan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang kemudian menjadi sepasang suami dan istri. Pernikahan merupakan suatu ikatan yang erat, sakral dan suci. Ikatan pernikahan banyak mengandung kewajiban dan tanggung jawab yang perlu dilaksanakan oleh masing-masing peran suami dan istri. Dikatakan banyak mengandung kewajiban dan tanggung jawab, karena perkawinan bukan sekedar cara manusia memuaskan kebutuhan biologisnya saja, melainkan sebagai pemenuhan dari fungsi kemanusiaan terhadap kebutuhan untuk saling mencintai. Dari suatu ikatan perkawinan setiap pasangan suami istri mendambakan keluarga yang bahagia, sejahtera, dan langgeng. Untuk itu suami istri harus saling membantu dan saling melengkapi, sehingga masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai harapan. Setiap pasangan suami istri mendambakan kehadiran anak untuk melengkapi keluarga yang telah mereka bangun bersama.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Kehadiran anak sebagai anggota baru di dalam keluarga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pasangan suami istri. Dengan hadirnya anak dalam keluarga, peran pasangan tunggal berubah bukan sekedar peran sebagai suami istri, melainkan peran suami istri menjadi orang tua bagi anak-anaknya. Orang tua bertanggung jawab untuk mengasuh anak hingga tumbuh dewasa. Untuk melengkapi keluarga agar menjadi “Keluarga Ideal”, terdapat pilihan mempunyai anak kandung atau mengadopsi anak dari orang lain. Adopsi biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak atau pasangan suami istri yang memutuskan untuk tidak mempunyai anak yang mengajukan permohonan pengesahan atau pengangkatan anak. Demikian juga bagi mereka yang memutuskan untuk tidak menikah atau tidak terikat dalam perkawinan, namun ingin memiliki anak, mereka dapat mengadopsi anak sesuai dengan prosedur yang ada. Keluarga adalah lingkungan sosial bagi anak untuk mulai tumbuh dan berkembang. Anak mulai belajar bersosialisasi dengan anggota keluarganya. Setiap anggota keluarga penting pula untuk memberikan kasih sayang bagi anak tersebut dan bagi setiap anggota lainnya. Kehadiran anak kandung maupun adopsi di dalam keluarga, tidak terlepas dari perannya sebagai anggota dalam masyarakat. Proses penerimaan anak di dalam masyarakat tidak sepenuhnya dapat diterima begitu saja, khususnya bagi anak adopsi. Ejekan, perlakuan yang berbeda dan juga sindiran, terkadang menimbulkan tekanan pula bagi si anak, karena keberadaannya di masyarakat belum dapat diterima dan dihargai. Saat masih kanak-kanak mungkin anak tersebut tidak memikirkan apa yang dikatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
orang lain terhadapnya, namun pada saat beranjak remaja atau dewasa, pengalaman masa kanak-kanak dapat diingat kembali dan dapat memicu timbulnya suatu masalah. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, anak akan mengalami berbagai kejadian, entah itu kejadian yang menyenangkan atau kejadian yang dianggapnya tidak menyenangkan. Kejadian yang tidak menyenangkan akan dipendam dan direkam dalam ingatan karena ketidakmampuan anak menyelesaikan permasalahan yang timbul dari kejadian yang tidak menyenangkan saat itu. Pada saat kejadian yang tidak menyenangkan yang mirip dengan kejadian sebelumnya terjadi kembali, hal tersebut akan menjadi beban dan seringkali menimbulkan perasaan tersinggung, marah, sakit hati, tidak dihargai atau perasaan negatif lainnya. Apabila anak berada di dalam lingkungan yang tidak mendukung baginya, anak akan merasa tidak nyaman dan tidak tenang, sehingga muncullah pikiran dan perilaku untuk “membentengi diri”. Perilaku “membentengi diri” dapat berupa kurangnya bersosialisasi dengan orang sekitar, menjadi pendiam, bersikap acuh tak acuh, atau menjadi seorang yang suka memberontak. Perilaku tersebut muncul karena kejadian yang tidak menyenangkan yang pernah dialami yaitu, perasaan tidak dihargai kehadirannya di lingkungan tempat ia berada. Masalah-masalah yang dialami individu seringkali dan hampir semua berasal dari dalam diri. Tanpa sadar individu telah menciptakan rantai masalah yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan yang pernah dialami. Pengalaman tidak menyenangkan tersebut hanyalah disimpan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
suatu waktu dapat muncul kembali dan mempengaruhi pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya. Burns (1993) menjelaskan konsep diri merupakan pusat dunia seseorang dan kerangka referensi dalam membuat pengamanan terhadap dirinya. Tiga hal yang berpengaruh pada pembentukan konsep diri. Pertama, pengalaman masa lalu. Kedua, kelompok di mana subyek mengidentifikasikan dirinya. Ketiga, peran dalam kehidupan, yaitu peran yang dicapai oleh subyek seperti kecerdasan dan keterampilan serta peran sosial yang diberikan oleh masyarakat seperti peran menurut umur maupun menurut jenis kelamin. Terbentuknya konsep diri subyek tidak dapat dilepaskan dari pengalamannya selama hidup. Anak mulai mengingat kembali kejadian yang tidak menyenangkan saat masa kanak-kanak dimulai saat anak beranjak pada masa remaja. Dapat pula kejadian yang tidak menyenangkan yang pernah dialaminya, dialami kembali pada masa remaja sehingga rentan bagi anak dalam membentuk konsep diri. Menurut Erikson (1982), masa remaja atau pubertas adalah sebuah tahapan krusial karena pengertian seseorang tentang identitas muncul di periode ini. Seringkali individu pada masa remaja harus menolak kebajikan orangtua atau nilai kelompok sebayanya, sebuah dilema yang semakin meningkatkan kebingungan identitas. Menurut Erikson (Jess Feist & Gregory J. Feist, 2008) Kebingungan identitas adalah gejala masalah yang mencakup gambar-diri yang terpecah-belah, sebuah ketidakmampuan membangun keintiman, perasaan kemendesakan waktu, kurangnya kosentrasi pada tugas-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
tugas yang disyaratkan, dan penolakan terhadap standar keluarga atau komunitas. Pengalaman anak adopsi tidak dihargai kehadirannya yang timbul saat kanak-kanak dengan adanya cemoohan dan perilaku negatif lainnya, menimbulkan perasaan-perasaan negatif dan konflik batin yang dapat memicu timbulnya suatu masalah khususnya pembentukan konsep diri anak pada masa remaja. Dilihat dari sikap orangtua yang memutuskan untuk melakukan adopsi, terdapat dua kemungkinan, yakni: Pertama, tidak dapat menerima kenyataan, di dalam hati pasangan suami istri ada perasaan memberontak, karena mereka beranggapan adalah suatu aib apabila mereka tidak dapat melahirkan anak-anak sendiri. Masingmasing pihak melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Kedua, menerima kenyataan ini dengan rela dan wajar, tidak menganggap hal ini sebagai suatu kelemahan. Suami istri semacam ini beranggapan bahwa kebahagiaan suatu keluarga tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya anak kandung dalam suatu keluarga. Pasangan itu menganggap adopsi sebagai suatu hal yang wajar dan tidak perlu ditutup-tutupi, tetapi tidak berarti juga untuk diceritakan kepada sembarang orang tanpa alasan-alasan tertentu. Sikap anak-anak adopsi merupakan pantulan dari sikap orangtua yang mengadopsi mereka. Hal inilah yang menjadi alasan ketertarikan peneliti untuk mengambil judul “Dampak Pengalaman Traumatik dalam Pembentukkan Konsep Diri Remaja Adopsi”. Subyek penelitian adalah seorang mahasiswa yang saat ini duduk di semester
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
genap di sebuah perguruan tinggi swasta Yogyakarta. Subyek menceritakan adanya hambatan-hambatan yang terasa saat mulai menjalani masa remaja. Adanya ketakutan, kecemasan, kekhawatir, dan perasaan-perasaan lainnya dalam diri yang mengganggu akibat tanggapan negatif lingkungan sekitar yang mengetahui akan statusnya sebagai anak adopsi hingga saat ini. Perasaan-perasaan yang ditangkap tersebut, mempengaruhi pola pikir yang beragam serta mempengaruhi sikap yang nampak seperti tertutup untuk menceritakan masalah yang dihadapi dan berani cerita hanya pada orangorang tertentu yang dia percayai. Selain itu, menurut beberapa teman-teman subyek, subyek dianggap sebagai orang yang sombong, pendiam dan juga egois, namun selain pendapat negatif terhadap subyek, terdapat pula pendapat bahwa subyek adalah orang yang sederhana, perhatian, dan juga jujur.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian Fokus penelitian ini adalah menggali, memahami, mendiskripsikan sejauh mana pengalaman traumatik bagi anak adopsi dalam membentuk konsep diri seorang remaja. Pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana subyek memaknai penerimaan/penolakan akan dirinya sebagai anak adopsi? 2. Bagaimana subyek memaknai penerimaan/penolakan keluarga asuhnya? 3. Bagaimana subyek memaknai penerimaan/penolakan lingkungan di luar keluarga asuhnya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
4. Apakah dampak pengalaman traumatik sebagai anak adopsi melukai konsep diri subyek? 5. Bagaimana subyek mampu menumbuhkan rasa aman dalam dirinya? 6. Bagaimana subyek memenuhi kebutuhan rasa dicintai dan dimiliki dalam dirinya?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui bagaimana subyek memaknai penerimaan/penolakan akan dirinya sendiri sebagai anak adopsi. 2. Mengetahui bagaimana subyek memaknai penerimaan/penolakan keluarga asuhnya. 3. Mengetahui bagaimana cara subyek memaknai penerimaan/penolakan lingkungan di luar keluarga asuhnya. 4. Mengetahui dampak pengalaman traumatik subyek sebagai anak adopsi melukai konsep diri subyek. 5. Mendiskripsikan kemampuan subyek dalam menumbuhkan rasa aman dalam dirinya. 6. Mendiskripsikan bagaimana subyek memenuhi kebutuhan rasa dicintai dan dimiliki dalam dirinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
D. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat teoritik: Penelitian ini dapat mendiskripsikan kepada pembaca mengenai pengalaman traumatik anak adopsi dalam membentuk konsep diri sebagai remaja, sehingga pembaca dapat mengetahui bagaimana berempati, memberlakukan dan bersikap terhadap individu yang merupakan anak adopsi.
2. Manfaat praktis: a. Bagi subyek Membantu
individu
sebagai
subyek
penelitian
untuk
memiliki pemahaman yang kian baik tentang konsep dirinya sebagai anak adopsi, sehingga dapat mengaktualisasikan potensinya sebagai makhluk individual, sosial, spiritual, menuju kepada keseimbangan hidup yang lebih sejahtera. b. Bagi orangtua Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan tentang peran orang tua yang menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi terbentuknya konsep diri anak. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk lebih memahami kehidupan dan perkembangan perilaku anak.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
c. Bagi masyarakat umum Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk mengetahui lebih dalam tentang anak adopsi dalam membentuk konsep diri, serta memperluas wawasan masyarakat awam sebagai bahan pertimbangan dalam memahami dan memberlakukan anak adopsi. d. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pengalaman traumatik anak adopsi dalam membentuk konsep diri pada subyek penelitian. Selain itu peneliti juga dapat berlatih dalam menggunakan
teori
mengaktualisasikan
yang
diperoleh
kemampuan
yang
dalam dimiliki
perkuliahan dalam
dan
bidang
penelitian.
E. Batasan Istilah 1. Pengalaman traumatik adalah suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas yang bersifat negatif. 2. Anak adopsi adalah anak yang diangkat dalam suatu keluarga untuk menjadi anggota keluarga tersebut yang bukan merupakan keluarga biologisnya. 3. Konsep diri adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan penghargaan, penilaian seseorang tentang dirinya. 4. Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang individu secara utuh dan mendalam dengan tujuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
memahami keberadaan dirinya dengan lebih baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.
F. Rencana Terapi bagi Kasus Bentuk terapi yang peneliti rencanakan untuk menolong kasus adalah pendekatan konseling Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT). Pendekatan ini bermaksud membantu merubah pikiran dan perasaan irasional subyek agar menjadi labih rasional dalam menghadapi permasalahannya, terlebih pikiran irasional subyek mengenai pengalaman adopsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KAJIAN TEORITIS Dalam bab ini disajikan pengertian pengalaman, trauma, adopsi, konsep diri, hakekat remaja, dan konsep diri remaja anak adopsi. A. Hakekat Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja sering disebut sebagai masa adolesen, yang berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Kedewasaan atau kematangan ini mencakup kematangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Sudirman, 1995:121). Sarlito (1989:14) menjelaskan bahwa untuk masyarakat Indonesia, masa remaja berlangsung pada usia antara 11-14 tahun, sedangkan menurut WHO tahun 1974 (dalam Sarlito, 1989:9) remaja adalah suatu masa di mana: a. Individu berkembang dari saat pertama ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Indvidu mengalami perkembagan psikologi pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
2. Ciri-ciri Masa Remaja Adapun ciri-ciri masa remaja menurut Hurlock, (1980:207): a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Bagi sebagian besar anak muda antara 12-16 tahun, masa remaja merupakan tahun yang penuh kejadian yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan hal yang penting karena perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja. Perkembangan fisik pada remaja mengakibatkan seorang remaja perlu melakukan penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat yang baru dalam melakukan kegiatannya. b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Peralihan tidak berarti lepas dari kejadian atau peristiwa yang terjadi
sebelumnya,
perkembangan
ke
melainkan tahap
berkembang
perkembangan
dari
satu
berikutnya.
tahap
Artinya,
pengalaman terhadap kejadian yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada masa sekarang dan yang akan datang. Kadang perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi pada masa anak akan meninggalkan bekas dan mempengaruhi masa remaja. c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada tiga perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
1) Meningginya emosi yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi 2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru. 3) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. d. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit di atasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan karena: 1) Sepanjang masa kanak-kanak masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. 2) Para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Seperti dijelaskan Erikson (Hurlock, 1980:207) identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, dan apa peranannya dalam masyarakat. Remaja mempertanyakan apakah ia seorang anak atau orang dewasa; apakah ia mampu percaya diri; apakah ia akan berhasil atau gagal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
f. Anggapan stereotip budaya. Bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus memimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan buruk tentang remaja membuat peralihan remaja ke masa dewasa menjadi sulit. Hal di atas menimbulkan pertentangan antara remaja dengan orang tua, sehingga orang tua dan remaja terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua apabila menemui masalah. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaiman adanya terlebih daam cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa apabila melakukan kegiatan seperti yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
dilakukan orang dewasa, remaja akan dianggap dewasa dan dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya.
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja Pada setiap tahap perkembangan dalam kehidupan manusia ada sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut adanya perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Havighurt (Willis, 1981:8) mendefinisikan tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu, jika tugas perkembangan itu berhasil akan menimbulkan kebahagiaan individu, sebaliknya jika tugas itu gagal akan menimbulkan kesulitan baginya pada masa mendatang. Menurut Wattenberg (Mappiare, 1982:106) tugas perkembangan remaja sebagai berikut: a. Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa. Ketika memasuki masa remaja seorang remaja diharapkan dapat mengontrol dirinya sendiri. Tugas perkembangan ini timbul karena remaja sudah dianggap seperti orang dewasa yang umumnya mampu mengontrol dirinya. Kemampuan dalam mengontrol dirinya membuat dia diterima oleh lingkungannya. b. Memperoleh kebebasan. Memperoleh kebebasan termasuk salah satu diantaranya tugas perkembangan yang penting bagi remaja. Remaja diharapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
belajar dan berlatih membuat rencana, bebas membuat alternatif pilihan, dan bebas melaksanakan pilihan-pilihannya itu dengan bertanggung jawab. Remaja diharapkan dapat melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang dewasa lainnya secara berangsur-angsur. c. Bergaul dengan teman lawan jenis. Di dalam hati remaja mulai muncul rasa tertarik dengan lawan jenisnya. Pada mulanya mereka merasa ragu dan malu untuk bergaul lebih dekat dengan lawan jenisnya, tetapi lama-kelamaan mereka terbiasa bahkan ada yang lebih banyak bergaul dengan lawan jenisnya. d. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru. Remaja
diharapkan
mulai
belajar
mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup dan pergaulannya dalam masa dewasa kelak. Ketrampilan-ketrampilan baru itu tidak saja menyangkut apa yang dituntut pada bidang pekerjaan, melainkan juga bersangkutan dengan ketrampilan dalam kehidupan berkeluarga. Remaja perempuan misalnya dapat melakukan latihan mengatur meja makan, memasak, mencuci dan sebagainya. Remaja lelaki dapat membantu membersihkan halaman, mengepel lantai dan sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
e. Memiliki citra diri yang realistis. Remaja diharapkan dapat memberi penilaian terhadap dirinya secara apa adanya. Mereka diharapkan dapat mengukur kelebihan dan kekurangannya dan dapat menerima diri apa adanya, memelihara dan memanfaatkannya secara positif. Remaja juga diharapkan memiliki gambaran diri secara realistis dan bukan lagi berdasarkan fantasi seperti yang pernah mereka alami semasa anak-anak.
B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Noesjirwan (1979:13), konsep diri adalah seluruh pandangan seseorang tentang dirinya. Pandangan itu adalah hasil dari bagaimana seseorang melihat dirinya, bagaimana pemikiran atau pendapatnya tentang dirinya sendiri, bagaimana sikapnya terhadap dirinya. Menurut Rogers (Takiuddin, 1999) konsep diri adalah suatu bentuk konseptual yang tetap, teratur dan koheren yang dibentuk oleh persepsi-persepsi individu tentang kekhasan dirinya yang berhubungan dengan orang lain. Lebih lanjut ia mengatakan konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya yang meliputi pengamatan, penilaian dan sikap-sikap yang dianggap sebagai miliknya sendiri. Hurlock, (1992:58) berpendapat bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Gambaran ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
merupakan gambaran dari kenyataan yang dimiliki tentang dirinya sendiri yang mencakup citra fisik diri dan citra psikologis diri. Terbentuknya citra fisik berkaitan dengan penampilan fisik seseorang, daya tariknya, dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya, dan berbagai bagian tubuh untuk berperilaku, dan harga diri orang tua di mata yang lain. Dasar psikologis diri adalah pikiran, perasaan, dan emosi yang terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan seperti kejujuran, keberanian, kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri (self-concept) adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan, dan penghargaan, perasaan seseorang tentang dirinya sendiri yang diperoleh dari bagaimana individu itu melihat dirinya, dan perhatian individu terhadap lingkungan atau orang lain kepadanya yang meliputi dimensi fisik, moral, sosial, dan psikologis.
2. Terbentuknya Konsep Diri Terbentuknya konsep diri seseorang dimulai sejak kanak-kanak, dan bukan merupakan bawaan sejak lahir. Ini didukung oleh pendapatnya Burns (1993:186) bahwa konsep diri merupakan hasil belajar, bukan bawaan sejak lahir, tetapi perkembangan secara bertahap sebagai hasil pemahaman tentang dirinya dan orang lain yang diperolehnya dari pengalaman-pengalaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
Rogers (dalam Burns, 1993) mengemukakan bahwa gambaran diri yang sudah tertanam dengan baik di masa kecil akan berkembang dan mengambil cara khusus untuk mengungkapkannya. Salah satu alasan mengapa rasa hormat dan penghargaan terhadap diri seseorang sangat penting adalah ketika orang melepaskan sikap kekanak-kanakkannya dan memperluas pandangannya di masa dewasa, dia tetap mempertahankan gambaran dirinya yang sudah terbentuk dan akan memilih tujuan-tujuan serta mengerjakan apa yang dirasa tepat untuk orang sepertinya. Apabila gambaran baik mengenai diri sendiri dicemoohkan oleh orang lain, pengalaman ini merupakan pengalaman yang menyakitkan bagi dirinya. Jadi, konsep diri merupakan hasil dari pengalaman belajar, bukan pembawaan sejak lahir, berkembang secara bertahap sebagai hasil dari pemahaman tentang dirinya dan orang lain yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Hurlock (1980:235) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri pada remaja: a. Usia kematangan Remaja yang matang lebih awal, diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Sedangkan remaja yang matang terlambat, diperlakukan seperti anak kecil akan merasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
salah mengerti dan bernasib kurang baik sehingga kurang dapat menyesuaikan diri. b. Penampilan diri Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tari fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri, sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial. c. Hubungan keluarga Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. d. Kepatutan seks Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. e. Nama dan julukan Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan julukan yang bernada cemoohan. f. Teman-teman sebaya Teman-teman sebaya mempengaruhi konsep diri dalam dua cara. Pertama konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan kedua ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok. g. Kreativitas Remaja yang sejak kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam mengerjakan tugas-tugas akan mengembangkan perasaan dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep diri. h. Cita-cita Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik ia akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan, ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
4. Penggolongan Konsep Diri Konsep diri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Konsep diri positif Menurut Burns (1993:72) konsep diri positif selalu dianggap sinonim dengan gambaran diri yang menyenangkan, konsep diri yang baik atau harga diri yang tinggi. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif biasanya mampu menerima dirinya apa adanya, baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
;kekurangan maupun kelebihannya, dan mampu mengembangkan kemampuannya secara baik. b. Konsep diri negatif Menurut Burns (1993:72) konsep diri negatif sinonim dengan harga diri rendah. Konsep diri rendah menunjukkan pada orang-orang yang umumnya memiliki perasaan rendah diri, ragu-ragu tentang nilai yang dimiliki, merasa diri tidak berharga, tidak merasa puas dengan keunikan dirinya. Konsep diri negatif diartikan sebagai evaluasi diri yang negatif dan membenci diri. Orang yang memiliki konsep diri negatif merasa tidak diperhatikan, merasa tidak disenangi, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Orang yang memiliki konsep diri negatif peka terhadap kritikan dan cenderung menyalahkan dirinya atas pengalaman buruk yang menimpanya.
5. Konsep Diri pada Anak atau Remaja Adopsi Adopsi
mencakup
tindakan
mengadopsi
dan
diadopsi.
Mengadopsi adalah untuk mengambil ke dalam keluarga seseorang (anak dari orang tua lain), terutama akibat perbuatan hukum formal. Hal ini juga dapat berarti tindakan hukum mengasumsikan orangtua seorang anak yang bukan milik sendiri (Wikipedia, 2011). C. Pengalaman Trauma Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dsb.). Berasal dari kata peng-alam-an. Pengalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut pengetahuan (Vardiansyah, 2008). Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negatif, dalam istilah psikologi disebut posttraumatic syndrome disorder. Trauma (psikologis) adalah pengalamanpengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri, sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya (Supratiknya, 1995). Pengalaman trauma berarti kejadian yang menjadikan seseorang tahu akan peristiwa yang meninggalkan bekas dan menjadi suatu benturan jika kejadian terulang kembali dan sifat kejadian negatif. Selain trauma, hubungan-hubungan yang patogenik terhadap orangtua atau masyarakat sekitar pun mempengaruhi pembentukan konsep diri. Patogenik adalah hubungan tidak serasi yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada individu. Coleman, Butcher dan Carson (1980), ada tujuh macam pola hubungan yang bersifat patogenik: a. Penolakan Bentuk-bentuknya antara lain melantarkan secara fisik, tidak menunjukkan cinta dan kasih sayang, tidak menunjukkan perhatian pada minat dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
prestasi, tidak meluangkan waktu, menghukum secara kejam dan sewenang-wenang, tidak menghargai hak dan perasaan. b. Overproteksi dan sikap serba mengekang Bentuknya antara lain mengawasi secara berlebihan, menyediakan berbagai kemudahan hidup secara berlebihan, menerapkan aturan-aturan yang ketat sehingga membatasi otonomi dan kebebasan individu. c. Menuntut secara tidak realistik Memaksa individu agar memenuhi standar yang sangat tinggi dalam segala hal, sehingga menimbulkan rasa tidak mampu pada individu. d. Bersikap terlalu memanjakan Perlakuan yang seperti ini akan menjadikan individu egois, serba menuntut, dan sebagainya. e. Disiplin yang salah Penanaman disiplin yang terlalu keras atau terlalu longgar oleh orang tua dan masyarakat sekitar. Yang penting adalah memberikan rambu-rambu dan bimbingan sehingga individu tahu apa yang dianggap baik atau buruk serta apa yang diharapkan atau tidak diharapkan darinya. f. Komunikasi yang kurang atau yang irasional Situasi komunikasi di mana terjadi ketidakcocokan antara kata dan perbuatan dalam menyampaikan suatu pesan (Bateson, 1960).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
g. Teladan buruk dari orang Orang memberikan teladan yang tidak baik kepada individu. Teladan buruk dari orang dapat menjadi persemaian bagus untuk melahirkan individu yang bermasalah.
D. Dampak Pengalaman Traumatik Anak Adopsi terhadap Pembentukan Konsep Diri Salah satu kebutuhan anak adopsi adalah penerimaan dirinya, baik secara fisik dan juga psikologis, selain itu adanya penghargaan dan juga kepercayaan akan apa yang dikerjakan sebagai sebuah rasa aman anak. Saat anak masih kecil, anak belum mengerti akan apa yang dilontarkan orang lain terhadap dirinya. Anak cenderung mengerti akan keberadaannya pada suatu lingkungan, namun belum paham akan aura atau perasaan-perasaan yang terlontar dari orang lain pada dirinya. Perasaan-perasaan negatif yang terlontar pada diri anak, baru dapat diolah pada saat anak masuk usia remaja dengan berbagai anggapan yang menjadikan mempengaruhi pembentukan konsep diri. Saat masih kecil, cenderung anak melakukan aktivitasnya atas tuntutan dari orang tuanya. Namun saat anak mulai beranjak dewasa dan belajar untuk menentukan sebuah pilihan, penghargaan dan kepercayaan sangatlah dibutuhkan dan diharapkan oleh anak. Namun terkadang orangtua pun selaku yang mengasuh, belum dapat menerima anak asuhnya menentukan sebuah pilihan penting sebelum menjadi orang yang sukses terlebih dulu. Hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
itu pun yang menjadi salah satu sumbangan orang tua dalam membentuk konsep diri anak, khususnya bagi anak adopsi dalam mewujudkan tuntutan dari pihak luar dirinya. Pada masa pertumbuhannya seorang anak membutuhkan lingkungan yang mampu menyediakan figur yang lengkap. Yang paling penting adalah figur ayah dan figur ibu, lebih beruntung lagi jika ia mampu menemukan figur seorang kakak dan adik. Figur kakak dan adik akan membantu perkembangan relasi sosialnya, yakni suatu kesediaan untuk berbagi dan peka akan kebutuhan orang lain. Figur ayah dan ibu akan membantu membentuk norma-norma dasar hidupnya. Figur seorang ayah akan memenuhi perkembangan rasionalitasnya: cara berpikir logis, sikap tegas, pengambilan keputusan. Sedangkan figur seorang ibu akan memenuhi perkembangan afeksinya: nilai rasa, kepekaan, sikap sosial, emosi, dan perasaannya. Keluarga yang tak mampu memenuhi kebutuhan akan figur-figur yang lengkap akan terasa sama seperti keadaan panti asuhan ataupun model single parent bagi si anak. Sisi-sisi perkembangannya tidak sempurna. Baik dalam aspek kognitif, afeksi ataupun kemandirian terjadi ketimpangan. Aspek yang satu akan mendominasi aspek defisit tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, peneliti menyajikan hal-hal yang terkait dengan metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini, yaitu: desain penelitian, subyek penelitian, setting penelitian, instrumen penelitian, validasi data, teknik analisis data. Furchan (1982) mengatakan bahwa dengan metodologi inilah kita menentukan strategi yang harus dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Menurut Furchan (1982) studi kasus adalah penyelidikan intensif tentang seorang individu. Studi kasus ini merupakan suatu studi kasus yang mendalam tentang individu dan berjangka waktu relatif lama, terus menerus, mendalam dengan menggunakan subyek tunggal yang artinya kasus yang dialami satu orang. Studi kasus ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari suatu obyek. Hal ini berarti data dan informasi yang diperoleh, baik melalui wawancara, observasi, dan bentuk lainnya dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Penelitian kualitatif ini bersifat alamiah. Peneliti tidak berusaha memanipulasi keadaan maupun kondisi lingkungan penelitian melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena pada situasi di mana fenomena tersebut ada. Studi dalam situasi alamiah merupakan studi yang berorientasi pada penemuan 27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
(discovery oriented). Penelitian ini secara sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan yang sesungguhnya. Penelitian ini merupakan suatu studi kasus dimana peneliti berusaha menggali, memahami, mendiskripsikan sejauh mana dampak pengalaman traumatik dalam pembentukan konsep diri remaja adopsi. Subyek penelitian di sini adalah Isan (nama samaran) seorang mahasiswa universitas swasta di Yogyakarta berumur 21 tahun.
B. Subyek Penelitian Poerwandari (Dinoto, 2004) menjelaskan karakteristik penelitian kualitatif diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan masalah penelitian. Subyek penelitian adalah seorang mahasiswa dari salah satu unversitas swasta di Yogyakarta. Subyek berusia 21 tahun, subyek lahir dan dibesarkan di Yogyakarta. Penampilan psikis nampak pendiam, kurang terbuka, berwajah muram, kurang perhatian, tampak sombong. Subyek memiliki pikiran yang irasional dalam menanggapi berbagai pendapat dari masyarakat sekitar mengenai statusnya sebagai anak adopsi.
C. Setting Penelitian Penelitian dilakukan saat subyek memiliki waktu luang dan juga pada hari-hari tertentu di mana tidak mengganggu waktu beraktivitas. Biasanya dilakukan saat sore hari. Tempat untuk melakukan wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
secara mendalam dilakukan di kampus, tempat makan, ataupun di tempat lain yang kiranya mendukung proses penelitian.
D. Instrumen Penelitian Menurut Winkel (1997) pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan pengertian yang luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang subyek yang hendak diteliti, serta membantunya untuk memperoleh pemahaman akan diri sendiri. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Teknik pencatatan data dalam penelitian ini adalah narrative recording yaitu dengan cara menceriterakan kembali suatu kejadian, keadaan lingkungan yang bertujuan untuk memperoleh data yang luas dan komprehensif tentang tingkah laku, kehidupan sosial serta lingkungan sosial subyek. Metode pencatatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasikan konsep diri dalam perilaku yang akan diamati, dan mengidentifikasi pengalaman traumatik. Peneliti menggunakan beberapa metode dalam usaha untuk memperoleh data dan informasi tersebut, antara lain: 1. Wawancara Poerwandari (Dinoto, 2004) menyatakan metode wawancara adalah percakapan dan tanya-jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu atau makna subyektif yang muncul. Wawancara informasi menurut Winkel (1997) adalah teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi secara lisan mengenai subyek. Dalam wawancara informasi ini, penulis melengkapi informasi yang telah terkumpul dan mengecek kebenaran informasi yang telah penulis peroleh. Wawancara ini dilakukan terhadap subyek sendiri dan teman akrab subyek. Wawancara mendalam individu (individual depth interview/IDI), merupakan interaksi antara peneliti (pewawancara) dengan seseorang peserta tunggal (Cooper& Schindler, 2006:241-250). Wawancara mendalam individu biasanya membutuhkan waktu antara 20 menit (melalui telepon) sampai 2 jam (wawancara tatap muka), tergantung pada isu atau topik yang dibahas. Wawancara mendalam individu biasanya direkam (audio dan atau video) dan kemudian diterjemahkan sehingga memberikan rincian informasi yang kaya bagi peneliti. Informan yang dipilih sebagai peserta wawancara dipilih bukan karena opini mereka mewakili opini umum tetapi karena pengalaman serta sikap mereka mencerminkan keseluruhan cakupan isu yang sedang dipelajari. Selain itu informan yang diwawancara memiliki kemampuan verbal agar dapat memperkaya rincian informasi yang dinginkan peneliti. Alat yang digunakan sebagai panduan adalah panduan wawancara (interview guide).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Aspek
1.
Identitas responden
2.
Makna diri subyek sebagai anak adopsi
3.
Makna keluarga asuh subyek
4.
Makna lingkugan /masyarakat sekitar subyek
5.
Perkembangan kognitif
6.
Perkembangan afeksi
31
Tabel 1 Panduan Pertanyaan Wawancara Sub dalam Indikator Item Aspek Identitas diri 1. Nama subyek 2. Tempat, tanggal lahir 3. Agama 4. Usia 5. Jenis kelamin 6. Pendidikan 7. Penampilan 8. Suku bangsa 9. Ciri-ciri fisik (tinggi dan berat badan) Tanggapan Ceritakan apa yang kamu subyek ketahui tentang anak mengenai adopsi anak adopsi Tanggapan 1. Ceritakan bagaimana keluarga suasana lingkungan mengenai keluarga keberadaan 2. Ceritakan bagaimana subyek tanggapan keluarga mengenai keberadaanmu Tanggapan 1. Bagaimana suasana masyarakat lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggalmu? tentang 2. Bagaimana tanggapan keberadaan masyarakat tentang subyek keberadaanmu? PikiranPengalaman 1. Ceritakan pengalaman pikiran positif yang kamu alami ! subyek Pengalaman 2. Bagaiman kamu mengenai negatif menanggapinya? pengalaman sebagai anak adopsi PerasaanPerasaan 1. Bagaimana perasaanmu perasaan aman terhadap keadaanmu subyek Perasaan sendiri? mengenai dicintai 2. Bagaimana perasaanmu pengalaman Perasaan terhadap orang di sebagai lainnya sekitarmu? anak adopsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
2. Observasi Poerwandari (Dinoto, 2004) menyatakan metode observasi merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Alat yang digunakan sebagai panduan adalah panduan observasi (observation guide).
Tempat
Tabel 2 Panduan Observasi Ya Tidak
Lingkungan Keluarga 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bangun pagi Sarapan/makan di rumah Mandi Membantu orangtua Tidur malam Kegiatan lain Lingkungan Masyarakat
1. 2. 3. 4.
Menyapa tetangga/orang Mengikuti kegiatan desa Kegiatan pemuda Kegiatan lain Lingkungan Kampus
1. 2. 3. 4.
Mengikuti perkuliahan Mengikuti kegiatan kampus Mengikuti kegiatan prodi Mengikuti kegiatan bersama teman 5. Kegiatan lain
Ket.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
E. Validasi Data Validasi pengamatan
data
dalam
menggunakan suatu
konteks
triangulasi. yang
Triangulasi
harus
dicek
adalah dengan
membandingkannya dengan pengamatan lain yang situasinya setara (J. Nisbet & J. Watt, 1994). Dalam pengumpulan data untuk sebuah studi kasus triangulasi dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari hasil penggunaan teknik utama dengan berbagai metode dan berbagai sumber lainnya. Sumber yang dimaksud di sini orang-orang yang terdekat dengan subyek penelitian, misalkan orang tua, teman-teman, sahabat dekat, dll. Peneliti menggunakan Triangulasi Peneliti, yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji validitasinya dari beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda (Patton, 2006).
F. Teknik Analisis Data Poerwandari (Dinoto, 2004) menyatakan, setelah melakukan observasi dan wawancara terhadap subyek, peneliti melakukan pengolahan data dengan cara: 1. Peneliti menuliskan transkrip dari hasil wawancara yang telah dilakukan. 2. Peneliti membaca transkrip dari hasil wawancara yang telah dilakukan. 3. Mengidentifikasi tema-tema yang muncul (coding). Peneliti mengenali dan mengelompokkan hasil wawancara yang telah ditulis tersebut ke dalam tema-tema atau pokok-pokok pikiran yang muncul dari hasil wawancara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Mengintepretasikan
data.
Peneliti
menjelaskan
data
yang
34
telah
dikumpulkan dan dikelompokkan tersebut sebagai keseluruhan rangkaian hasil penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan hasil pelaksanaan penelitian sebagaimana diugkapkan pada bab sebelumnya, bahwa data yang sudah diperoleh dianalisis dengan menggunakan Prosedur Laporan Studi Kasus. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti menggunakan agenda untuk wawancara informasi dengan sumber informasi yaitu dengan beberapa teman akrab subyek, beberapa teman yang mengenal subyek, ibu dan kakak angkat subyek dan dengan subyek penelitian sendiri. A. Deskripsi Umum Kasus 1. Nama
: Isan (samaran)
2. Usia
: 21 tahun
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Sekolah
: universitas swasta Yogyakarta
5. Penampilan fisik
: Tinggi badan 160 cm, berat badan ± 47 kg, kulit
bewarna hitam keciklatan, rambut pendek rapi, cara berpakaian rapi dan sederhana. 6. Penampilan psikis
: Pendiam, kurang terbuka, berwajah muram,
perhatian, tampak sombong. 7. Gejala yang ditampakkan : a. Isan dipandang menampakkan wajah kurang senyum dan sikap serius, bahkan terkadang teman Isan melihat banyak beban yang dialami Isan. 35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
b. Isan juga dipandang sebagai orang yang agak sombong dengan sikap pendiam dan tidak terlalu merespon lingkungan sekitar. c. Lebih suka menyendiri atau menyibukkan diri sendiri dengan mendengarkan musik melalui headset atau dengan aktivitas lainnya. 8. Sumber Informasi : a. Ibu Ana (ibu angkat) b. Tini (kakak angkat) c. Yati (pacar subyek) d. Anto dan Rena (teman akrab) e. Isan (subyek sendiri) Hari/tanggal Senin, 21-10-2012 Senin, 29-10-2012 Sabtu, 31-10- 2012 Kamis, 21-11-2012 Sabtu, 21-12- 2012
Waktu 13.00 WIB 16.00 WIB 15.00 WIB 13.00 WIB 15.00 WIB
Sumber Informasi Anto (teman akrab) Rena (teman akrab) Yati (pacar) Ibu Ana (Ibu angkat) Tini (Kakak angkat)
Tempat Kamar kos Anto Taman kampus Tempat makan Rumah subyek Rumah subyek
B. Analisis Lingkungan Keluarga, Sosial, dan Suasana Akademik 1. Lingkungan Sosial a. Suasana di rumah Rumah Isan terletak di daerah pedesaan kecamatan MinggirYogyakarta dengan status ekonomi warga termasuk tingkat menengah ke atas dan sebagian tingkat menengah ke bawah. Keadaan rumah tampak bersih dengan peralatan rumah yang lengkap, terawat, dan tersusun rapi. Fasilitas yang ada di rumah cukup lengkap dan cukup memadai seperti: kendaraan bermotor, laptop, dan lain sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
b. Hubungan Isan dengan keluarga Secara pribadi, Isan mengakui bahwa Ia pernah mengenal, orang yang telah memperjuangkannya masuk ke dalam keluarganya saat ini. Namun saat Isan berumur ± 8 tahun, ayah angkatnya telah meninggal dunia, belum banyak yang dikenal atau didapat dari sosok ayah tersevut. Hal itu yang membuat Isan kurang paham bagaimana sebaiknya sebagai seorang anak laki-laki di keluarga atau di masyarakat. Hubungan Isan dengan ibunya pun baik, namun Isan mengakui bahwa tidak setiap masalah yang Ia hadapi mampu Ia ceritakan kepada ibunya, karena ketidakinginan Isan menjadikan beban bagi ibunya atau keterikatan yang berlebihan antara Isan dan ibunya. Mengingat Isan adalah anak adopsi dan pernah kehilangan ayah asuhnya, layaknya anak yang haus akan figur peran ayah. Hubungan Isan dengan kakaknya pun baik, Isan mengakui bahwa lebih banyak hal-hal yang dihadapi dan diceritakan kepada kakaknya dibanding dengan ibunya, walaupun tidak semua Isan ceritakan
kepada
kakaknya
dikarenakan
Isan
masih
mempertimbangkan seandainya cerita itu mengganggu kerja kakaknya di luar kota atau pun menjadikan salah paham dalam berkomunikasi dengan keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
c. Suasana di kampus Mahasiswa/mahasiswi yang studi di kampus tempat Isan kuliah mayoritas dari keluarga yang mampu dengan tingkat ekonomi menengah atau menengah ke atas, karena Isan kuliah di salah satu universitas ternama di Yogyakarta. Namun teman-teman Isan menilai penampilan Isan nampak sederhana dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Menurut Anto, Isan merupakan mahasiswa yang tidak terlalu mencolok dalam berpenampilan daripada teman-teman di sekitarnya. Dalam memutuskan sesuatu hal yang menjadi masalah atau kendala dalam beraktivitas Ia selalu memberikan pertimbangan dan juga pilihan-pilihan yang memudahkan teman-teman menangkap inti masalahnya, walaupun terkadang dengan bahasa yang singkat dan “kurang enak” bagi teman-teman yang belum mengenal dekat Isan. Isan sendiri menanggapi memang dirinya tidak pintar dalam merangkai bahasa, terlebih bahasa yang ingin dia katakan terkadang rumit dalam merangkai kata yang dimaksud. Di kampus, Isan tidak banyak mengikuti kegiatan-kegiatan dari kampus atau pun dari program studinya, sehingga Isan tidak terlalu dikenal oleh mahasiswa lainnya terutama bagi angkatan yang lebih muda dibanding Isan. Namun, Isan tetap mau mengikuti dan ikut serta menjadi salah satu anggota kepengurusan jika di program
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
studinya menyelenggarakan acara seandainya Isan cocok dengan acara itu. Menurut beberapa teman Isan sesaat setelah bekerjasama atau pun sekilas memandang gaya Isan bekerja, mereka menilai bahwa Isan tidak terlalu banyak bicara saat bekerja dan lebih banyak beraktivitas yang bermanfaat saat bekerja. Cara itu banyak membantu dan memuaskan dalam hasil kerjanya. d. Hubungan Isan dengan teman-teman di kampus Isan cenderung mendekati teman-teman yang dianggap kurang terkenal di program studinya, karena Ia berpendapat bahwa: “teman-teman yang pintar atau sudah terpandang, sudah banyak yang memperhatikan dibanding teman-teman yang biasa-biasa saja dengan potensi yang melebihi teman-teman yang terpandang”. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Isan enggan untuk banyak bergaul dengan teman-teman yang terpandang dan hal itulah yang menjadikan Isan dianggap sebagai mahasiswa yang pendiam. Sedangkan menurut Anto dan juga beberapa teman-teman Isan, Isan adalah orang yang peduli atau perhatian terhadap temanteman lainnya. Isan lebih banyak bergaul pada orang-orang tertentu saja di kampus, tidak terlalu mencolok dalam bergaul dengan temanteman yang dianggap pintar atau terpandang di program studinya. Karena saat bergaul dengan teman-teman yang dikiranya cocok dengan Isan pun Ia mau menampakkan sikap yang humoris.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Namun, terdapat juga beberapa teman yang menganggap Isan adalah orang yang pendiam dan keras kepala. Pendapat itu yang cenderung muncul dari teman-teman yang tidak terlalu dekat dengan Isan dan beberapa teman yang dianggap terpandang dalam satu program studi dengan Isan. Isan sendiri tidak begitu mempedulikan pendapat/penilaian negatif yang diberikan oleh teman-teman di kampus terhadap dirinya terlebih pendapat yang kurang baik kepada Isan, Isan mengatakan: “Mereka tidak mengenal saya dan apa yang telah saya alami, karena mereka hanya sebatas tahu dan kenal saya, mereka mempunyai hak untuk menilai/berpendapat tentang saya, jika memang menerima saya, ok, tetapi jika tidak ya maaf. Saya tidak mau memaksakan, jika mau belajar bersama ya ayo, karena saya tidak mau mereka mengenal sebatas kasihan terhadap saya dan tidak banyak pula yang mengetahui masalah saya sebenarnya” Isan terkadang memilih untuk diam dan menyingkir jika dituntut untuk menonjolkan masalah apa yang sedang Ia hadapi. Ia Nampak ingin berusaha sendiri dan mungkin hanya beberapa orang saja yang Ia perkenankan mengetahui masalah apa yang Ia hadapi dan mengganggunya. e. Hubungan Isan dengan lingkungan masyarakat Menurut Ana (Ibu subyek): “Isan adalah anak yang baik, sopan, dan rajin. Walaupun saat Isan kecil masyarakat sekitar banyak mengejek dia karena statusnya tersebut, namun lama kelamaan masyarakat pun sudah dapat menerima dan menganggap sama keadaan Isan seolah sebagai anak kandung saya”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Hal itu nampak saat seperti saat masyarakat sekitar mengadakan acara gotong royong atau acara nikahan, Isan sudah diakui dan diajak untuk ikut serta dalam acara atau kegiatan tersebut. Orang-orang sudah tidak banyak yang menyindir Isan, walaupun masih tetap ada beberapa orang yang terkadang menganggap Isan sebagai anak adopsi. Menurut Isan sendiri, saat masih kecil memang dia sering kali diejek mengenai posisinya sebagai anak adopsi oleh banyak masyarakat sekitar atau pun oleh teman-temannya saat Isan kecil. Menurut Isan: “Pada saat itu aku belum mengetahui maksud dari apa yang dikatakan orang kepadaku, aku tidak terlalu menanggapinya karena ibuku sudah sering mengatakan dan menjelaskan hal itu kepadaku, dimana posisiku sebagai seorang anak adopsi, tetapi ibuku memperlakukanku selayaknya anak kandungnya” Walaupun terkadang perkataan orang itu sangat mengganggu, tetapi tidak setiap saat, hanya pada saat Isan menyendiri atau pada saat Isan mengalami masalah yang tak tahu harus bagaimana sebaikya menanggapi.
2. Kelompok sosial a. Teman perempuan yang dekat dengan Isan Menurut pangakuan Isan, Ia memiliki banyak teman perempuan yang kenal dengan Isan dan beberapa dekat dengan Isan, baik itu di kampus ataupun di luar kampus. Namun yang paling dekat dengannya adalah Yati (pacar subyek), bahkan banyak cerita yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
telah dialaminya, Ia ceritakan pada Yati hingga hal-hal yang pernah mengganggu Isan. Isan mengatakan: “walaupun aku punya kenalan cewek, tetapi aku hanya sebatas berteman dengan mereka. Aku enggan untuk menceritakan apa yang aku alami kepada setiap orang, aku hanya menceritakan pada Yati karna aku memiliki impian bersamanya, sehingga aku ingin dia mengenal aku yang sebenarnya dan dia tidak mempermasalahkan itu”. Hal itulah yang menjadikan Isan tidak sembarangan menceritakan apa yang Ia alami termasuk dengan lawan jenis, namun Ia tetap mau berkomunikasi dan bergaul dengan mereka. b. Teman laki-laki yang dekat dengan Isan Isan mengakui bahwa Ia punya teman laki-laki, namun sekedar mereka mengenal Isan, tidak sampai mereka mengetahui masalah-masalah yang Isan alami. Anto pun mengungkapkan bahwa Isan bukanlah seorang yang suka akan kebiasaan banyak anak lakilaki saat ini lakukan yaitu, suka merokok, minum-minuman beralkohol ataupun free sex. Terkadang teman-teman yang mengajak Isan kumpul-kumpul tidak enak sendiri atau menghormati dengan sikap yang dimiliki oleh Isan. c.
Siapa yang menjadi teman cerita saat Isan mengalami masalah? Isan mengakui bahwa teman ceritanya adalah pertama Yati (pacar subyek) dan kedua adalah Tini (kakak subyek). Namun tidak setiap permasalahan yang dialami Isan, Ia ceritakan kepada mereka berdua, terkadang bahkan banyak permasalahan yang justru Isan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
selesaikan
sendiri,
karena
Isan
merasa
tidak
ingin
43
terlalu
menggantungkan diri dengan orang lain dan ingin menjadi orang yang mandiri. d. Apa perasaan Isan saat mengalami permasalahan yang sedang Ia hadapi? Isan mengakui perasaan yang dialaminya saat menghadapi permasalahan yang dianggapnya berat adalah kesepian, bersalah, marah, kecewa, dan putus asa. Secara sadar Isan merasakan perasaanperasaan tersebut dikarenakan campur aduk dan ketidak fokusan dalam mencari pemecahan masalahnya. Isan ingin berbagi dengan orang lain, tetapi enggan jika mendapatkan respon yang sekedar setengah-setangah
atau
diperhatikan
keinginan
dan
tidak
memuaskan mendapat
hasratnya
solusi
dalam
untuk usaha
menyelesaikan masalahnya. e. Apakah Isan berusaha mengatasi masalah-masalahnya dan bagaimana caranya? Menurut Isan, Ia berusaha untuk mengatasi permasalahannya dengan cara meminta pertimbangan dari teman yang menurutnya Ia percayai dan memiliki respon yang cukup baik terhadap apa yang Ia ceritakan,
walaupun
Isan
tidak
sepenuhnya
menceritakan
permasalahannya. Isan enggan untuk menceritakan sepenuhnya karena Isan tidak mau orang yang meresponnya hanya karena belas kasihan atau malah kembali menjadikan “senjata” untuk menjatuhkan Isan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
disebar-sebarkan kepada orang lain. Maka Isan hanyalah menceritakan permasalahannya kepada orang yang dikiranya Ia percayai.
3. Pengalaman Stres Stres yang dialami Isan dikarenakan adanya perbedaan antara konsep diri sebagai diri yang ideal menurut orang di sekitar dan diri nyata yang dilatarbelakangi oleh konsep anak kandung dengan anak adopsi, sehingga menyebabkan setiap permasalahan berat diarahkan oleh Isan kepada kenyataan diri sebagai anak adopsi, ditambah lingkungan sekitar yang masih/pernah menganggap dirinya sebagai anak adopsi dengan sebutan yang bermacam-macam. Permasalahan yang dihadapinya membuat perubahan pikiran dan perilaku pada diri Isan. Menurutnya, anak adopsi bukanlah sebuah kesalahan, karena anak adopsi pun memiliki hak untuk hidup, merasakan sesuatu, memikirkan sesuatu, dan melakukan sesuatu. Namun, pada kenyataan masyarakat masih belum dapat menerima keberadaan subyek sebagai anak adopsi. Cemoohan, perlakuan yang tidak sama, dan pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi saat kecil, terolah saat mulai beranjak remaja. Tanggapan subyek pun beragam, sekedar diam, menahan rasa marah, menahan rasa diadili secara tidak langsung, hingga diam menyalahkan diri sendiri, dan masih banyak tanggapan yang lain sebagai bentuk menciptakan rasa aman pada diri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
4. Perkembangan Konsep Diri a. Sifat dan sikap positif Isan Menurut Ibu Ana, Isan adalah anak yang telaten dalam bekerja, tahu akan pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan (menyapu, mengepel, dll). Makanannya pun tidak terlalu menntut, apa yang dimasak Ibu Ana untuk Isan, ia mau memakannya. Maka Ibu Ana memiliki pengharapan yang besar kepada Isan untuk menjadi orang yang sukses terlebih dahulu dan tidak menjadi bahan cemoohan orang. Menurut Yati, Isan adalah orang yang totalitas dalam mengerjakan peran yang dtanggungnya, orangnya humor, memiliki perhatian saat teman membutuhkan bantuan, dan tepat waktu dalam berjanji. Yati menambahkah, beberapa hal tersebut menjadi beberapa alasan untuk nyaman berhubungan dengannya. b. Sifat dan sikap negatif Isan Menurut Rena, terkadang sikap Isan dalam berbicara terkadang mengungkit-ngungkit masalah yang pernah terjadi, walaupun untuk yang sudah cukup mengenal Isan itu adalah konteks bercandaannya, namun bagi yang lainnya mungkin dapat sakit hati atau marah. Isan memiliki pemikiran apa pun yang ia lakukan harus dapat terwujud dan dilakukannya sendiri, sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Hal ini yang membuat Isan merasa kesepian pada saat mengalami hambatan atau kegagalan. Selain itu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Isan merasa mendapatkan tekanan pada saat dituntut atau didesak dalam mengerjakan pekerjaan yang memilik tanggung jawab besar.
C. Sintesis Isan diadopsi oleh orangtua angkatnya ketika masih bayi di sebuah rumah sakit. Saat berumur sekitar 5-6 tahun, Isan seringkali diberitahu oleh Ana ibunya untuk tidak terlalu mendengarkan perkataan orang di sekitarnya saat bermain, khususnya warga sekitar tempat tinggal Isan. Isan hanya mengiyakan apa yang dikatakan ibunya tersebut yang ternyata adalah ibu angkatnya. Seringkali orang sekitar mengejek Isan saat itu dengan perkataan “bocah le nemu” atau “bocah le tuku” (“anak dari hasil menemukan” atau “anak dari hasil beli”). Isan tidak memahami apa kata orang saat itu, bahkan tetap saja bermain dengan anak-anak lainnya layaknya anak kecil di masa itu. Hingga ketika berumur sekitar 6-7 tahun, Ibu Ana (ibu angkatnya) memberitahukan dengan perlahan dan menjelaskan terhadap Isan status sebenarnya dalam keluarga tersebut. Isan saat itu sedikit demi sedikit mulai memahami, namun tetap beranggapan bahwa keluarga yang ada di sekelilingnya adalah keluarga sesungguhnya, dikarenakan Isan tidak pernah bertemu dengan orangtua kandungnya dan tidak pernah tahu alasan pasti kenapa Isan ditinggalkan oleh orangtua kandungnya. Pada umur 8 tahun, Isan mulai kehilangan figur seorang ayah tiri, karena ayah yang pernah memperjuangkannya telah meninggal dunia. Saat itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Isan tidak mengetahui keadaan apa yang sebenarnya terjadi, ia hanya mengetahui saat itu ramai di rumahnya dan banyak teman yang mengajaknya bermain. Ia pun terhanyut dalam waktu bermain bersama teman-temannya, namun saat acara pemberangkatan jenazah selesai, orang-orang mulai berbubaran dan teman-temannya pun akhirnya pulang meninggalkannya. Isan merasa kesepian, namun larut dalam keletihan setelah selesai asyik bermain dengan teman-temannya. Semasa SMP, Isan sering kali dijadikan sebagai bahan cemoohan oleh teman kelompoknya, terlebih mengenai ayahnya, karena saat itu di sekolahnya terdapat guru laki-laki yang sudah tua dan tidak menikah. Temanteman Isan pun menganggap guru tersebut sebagai ayahnya. Isan pun tidak berani melawan banyak teman yang mencemoohinya dan ia terkesan sekedar diam, walaupun perasaannya marah dan ingin memukuli anak-anak yang seenaknya mencemoohinya. Isan pun dikenal pendiam saat SMP, teman-teman yang sering diajaknya bermain hanyalah beberapa saja. Ketika Isan menyendiri di kamar, sempat menyalahkan diri karna dia adalah anak adopsi dan karna ayahnya telah meninggal. Saat SMA, Isan pernah menyukai teman wanita. Ketika itu belum lama masuk kelas X dan ia melirik temannya itu saat penyaringan anggota organisasi sekolah. Tidak lama ia menyatakan suka dan tidak lama pula temannya merespon Isan. Hubungan mereka jalani bersama. Selama hubungan ± 3 bulan, temannya itu sekedar mendiamkan Isan, bertemu hanya sebentar, mengobrol pun hanya diam. Mulai saat itu, Isan merasa sakit hati terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
temannya hingga saat Isan sendiri di kamar, ia menangis dan seolah-olah hal itu terjadi karna ia adalah anak adopsi. Bidang akademik Isan tergolong anak yang biasa, bahkan saat SMP ia pernah hampir tidak naik kelas. Saat SMA, ia lebih tertarik masuk di kelas IPS, karena ia beranggap tidak sekedar mempelajari ilmu sosial, namun ia sendiri juga ingin menjadi orang yang bersikap sosial. Bidang sosial, Isan lebih memilih-milih dalam bergaul. Saat berada dalam kelompok besar, ia cenderung berada di belakang dan banyak diam. Namun saat beranjak di universitas, ia lebih menikmati saat ada teman yang membutuhkan bantuannya dan ia dapat membantu teman. Isan merasa dianggap ada dan diterima dalam situasinya tersebut. Saat dituntut bertemu dengan orang tertentu yang mengenal keluarganya, Isan merasa malas jika orang tersebut menanyakan “Kamu adalah anak adopsi itu ya ?”. Seolah ada yang salah dengan anak adopsi dan ia beranggap orang belum menerima keadaannya sebagai anak adopsi. Saat ia merasa belum diterima di lingkungan tempat ia berada, ia lebih memilih untuk menutup diri dengan cara tidak banyak berbicara. Berdasarkan uraian singkat mengenai diri Isan di atas, terdapat sikap yang dilakukan sebagai wujud untuk menutup diri, yaitu berdiam untuk tidak banyak berbicara dan menyendiri saat merasa belum diterima dan saat mengalami suatu masalah. Selain itu, merasa belum diterima dan belum tercapainya tuntutan yang ada di lingkungan Isan berada, terasa menekan diri Isan antara diri Isan sebenarnya sebagai remaja adopsi dengan keinginan orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
terhadap diri Isan. Apakah karena Isan adalah anak adopsi, sehingga tidak diterima dan seolah ada yang salah dengan kenyataannya sebagai remaja adopsi. Pernyataan Isan tersebut di atas merupakan pandangan irasional yang perlu dicari penyelesaiannya, sehingga Isan lebih mampu berpikir dan menyikapi secara rasional dalam melihat dan menyikapi kenyataan dirinya sebagai remaja adopsi yang positif.
D. Diagnosis Masalah yang dialami oleh Isan termasuk dalam ragam bimbingan pribadi sosial. Dalam kasus ini, Isan bersikap menutup diri dan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di mana ia berada. Hal itu dilatar belakangi karena pertama, kenyataan Isan sebagai remaja adopsi dan kedua, kehilangan figur ayah yang telah lama meninggal. Perkiraan masalah yang dialami Isan yang pertama, disebabkan karena kenyataannya sebagai remaja adopsi, sehingga Isan merasa ada yang salah dengan “anak adopsi” dengan penerimaan orang di sekitar saat Isan masih kecil dan mempengaruhi pikirannya saat beranjak remaja, khususnya saat Isan menghadapi permasalahan. Selain itu, Isan bersikap menutup diri dan Kedua, kehilangan figur ayah yang telah lama meninggal. Figur seorang ayah akan memenuhi perkembangan rasionalitasnya: cara berpikir logis, sikap tegas, pengambilan keputusan. Menurut Rogers (Hall dan Lindzey, 1993) apabila perbedaan antara diri ideal (seperti harapan) dan diri nyata besar,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
maka orang akan merasa tidak puas dan tidak dapat menyesuaikan diri, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dalam kesejahteraan hidup. Pendapat tersebut terbukti pada diri Isan, sehingga Isan menjadi menilai negatif pada dirinya, memliki keyakinan bahwa tekanan yang dialaminya disebabkan karena kenyataannya sebagai remaja adopsi tidak sesuai dengan harapan yang tidak terwujud dari orang-orang yang tidak menerimanya, sehingga Isan merasa tidak puas dan tidak bahagia dalam menghadapi kenyataan dirinya.
E. Prognosis Berdasarkan pikiran/anggapan yang irrasional, maka peneliti menggunakan pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) yang dipelopori oleh Ellis, sebagai jalan untuk dapat membantu Isan dalam menyelesaikan masalahnya. Peneliti mencoba menggunakan teknik REBT untuk mengubah pikiran/anggapan Isan yang irrasional, sehingga terjadi perubahan yang berarti dalam pikiran/anggapan, perasaan, kemauan, perilaku menjadi rasional.
F. Pengobatan/Treatment Pada bagian ini dipaparkan pelaksanaan proses konseling sesuai dengan pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT). Pelaksanaan wawancara konseling dengan Isan dilakukan pada bulan November dan Desember 2012. Namun, sebelum wawancara konseling dilaksanakan, peneliti juga melakukan wawancara informasi dengan kedua teman akrab subyek, ibu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
angkat, kakak angkat, dan teman dekat subyek sekaligus melakukan observasi. Rincian wawancara konseling dengan Isan adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Konseling Hari/tanggal
Waktu
Durasi
Tempat
Jumat, 16-11-2012
13.00 WIB
45 menit
Taman kampus
Selasa, 25-11-2012
11.00 WIB
60 menit
Kedai makan
Rabu, 12-12-2012
14.00 WIB
45 menit
Taman kampus
Minggu, 16-12-2012
15.00 WIB
90 menit
Tempat ziarah gua Lawangsih
Kamis, 20-12-2012
10.00 WIB
60 menit
Taman kampus
2. Skema Kasus Wawancara Konseling Pikiran/anggapan irasional : Isan beranggapan bahwa masalah-masalah yang ia hadapi adalah karena Isan seorang anak adopsi, banyak yang belum menerima kenyataan akan dirinya sebagai anak adopsi dan seolah ada yang salah dengan kenyataannya tersebut. Pikiran akan dirinya sebagai anak adopsi yang membuat Isan bersikap menutup diri, lebih suka menyendiri, tidak banyak berbicara, dan memilih-milih dalam berteman. Isan juga merasa tertekan akan harapan atau tuntutan orang di sekitarnya yang tahu akan diri Isan yang sebenarnya, sehingga ia beranggapan bahwa dirinya tidak sesuai tuntutan orang di sekitar dengan keadaan diri yang sebenarnya. Pertemuan I Hari/tanggal : Jumat, 16-11-2012 Waktu
: 13.00 WIB
Tempat
: Taman kampus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Durasi
52
: 45 menit
Fase I : 1. Menyambut konseli 2. Mengajak konseli berbasa-basi 3.
Mempersilahkan konseli untuk mengemukakan masalah yang ingin disampaikan
Fase II : 1. Isan selalu memandang masalah yang dialaminya adalah karena dampak dari dirinya sebagai anak adopsi. Bahkan orang yang dekat dengan dirinya, yaitu teman dekatnya pun sempat mengecewakannya. Isan pun menjadi kehilangan kepercayaan diri dan menyalahkan diri sendiri terhadap masalah yang dialami teman dekatnya, sehngga subyek menganggap dirinya tidak seberuntung seperti teman-teman lainnya.
Pertemuan II Hari/tanggal : Jumat, 25-11-2012 Waktu
: 11.00 WIB
Tempat
: Kedai makan
Durasi
: 60 menit 2. Isan cenderung tidak banyak bicara dan lebih suka menyendiri, karena ia takut jika teman-teman dan orang di sekitarnya yang belum mengetahui bahwa Isan adalah anak adopsi menjadi tahu. Isan menganggap terdapat suatu kesalahan pada kenyataannya sebagai
anak
adopsi,
seperti
halnya
orang
di
sekitar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
menganggapnya sebagai anak yang tidak berguna dan tidak diakui dalam masyarakat. Isan juga beranggapan rahasia atau lukanya tersebut dapat menjadi “senjata” bagi orang-orang bahkan teman-teman di sekitar untuk menyerang dirinya. Sedangkan harapan atau tuntutan orang-orang di sekitar yang mengetahui kenyataan dari diri Isan pun sudah cukup membebani diri Isan. Isan enggan pula untuk menceritakan masalah atau kejadian
yang ia
alami
kepada keluaganya, karena ia
beranggapan tidak ingin menjadikan masalahnya menambah beban bagi keluarga. Hal itu pula yang menjadikan Isan lebih menutup dirinya kepada banyak orang.
Pertemuan III Hari/tanggal : Rabu, 12-12-2012 Waktu
: 14.00 WIB
Tempat
: Taman kampus
Durasi
: 45 menit
Fase III: Analisis masalah A. Kejadian yang dialami baru-baru ini 1. Isan terlihat sering tidak banyak bicara dan menyendiri saat berkumpul dengan teman-temannya. 2. Tidak merasa nyaman, gelisah, dan hilang percaya diri jika berada di tengah banyak orang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
3. Sulit tidur pada malam hari, bahkan sering menyebabkan pusing saat beraktivitas di hari berikutnya. 4. Pola makannya pun menjadi tidak teratur, menyebabkan gangguan maag pada lambungnya. B. Tanggapan Kognitif (r-kognitif yang irrasional) terhadap kejadian yang dialami Isan (A) 1. Isan beranggapan bahwa apabila teman-temannya mengetahui masalah yang sedang dialami, mereka akan mengejek, dan menganggap rendah dirinya. 2. Isan beranggapan bahwa dirinya orang gagal dan tidak sempurna, karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan orang di sekitar. C. Akibat dari tanggapan kognitif yang irrasional baik dalam perasaan (r-afektif) maupun dalam perilaku nyata. 1. r-afektif a. Isan merasa takut identitas yang sebenarnya diketahui sebagai anak adopsi, sehingga ia selalu merasa khawatir dan cemas jika berkumpul dengan teman-teman di kampus. b. Isan merasa sedih dan tertekan, karena belum dapat memenuhi harapan, serta tuntutan orang-orang di sekitar yang menganggap dirinya sekedar anak pengganggu di keluarga. c. Isan juga merasa sedih dan kehilangan atas meninggalnya ayah angkat, sebagai pemenuh peran ayah dalam keluarga,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
sehngga ia merasa bingung untuk memenuhi gambaran figur seorang ayah yang sebenarnya. 2. perilaku nyata a. Memilih untuk tidak banyak bicara dan menyendiri saat bergaul dengan teman-teman. b. Bersikap sinis atau menyinggung dalam berkata dengan teman. c. Cenderung tidak peduli terhadap masukan atau penilaian orang lain terhadapnya dengan cara diam.
Pertemuan IV Hari/tanggal : Minggu, 16-12-2012 Waktu
: 15.00 WIB
Tempat
: tempat ziarah Gua Lawangsih
Durasi
: 90 menit
Fase IV Penyelesaian Masalah D. 1. Peneliti menjelaskan alasan Isan mengalami masalah, yaitu keyakinan atau interpretasi (B) irrasional terhadap kejadian yang dialami Isan (A). a. Isan beranggapan bahwa teman-teman pasti akan menilai negatif terhadap dirinya dan akan mengasihani Isan, karena kenyataan Isan adalah anak adopsi yang saat ini beranjak remaja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
b. Isan beranggapan bahwa masalah yang ia alami, disebabkan oleh kenyataannya sebagai anak adopsi yang masih dianggap salah atau belum diterima oleh masyarakat sekitar. c. Isan beranggapan bahwa tekanan yang ia alami, disebabkan karena tuntutan orang-orang di sekitar yang bertentangan dengan kehidupan nyata Isan dibanding kehidupan menurut masyarakat pada umumnya. 2. Peneliti memberikan pertanyaan menantang kepada Isan. a. Seandainya temanmulah yang mengalami masalah seperti ini, akankah kamu peduli dan akan tetap bergaul tanpa memandang status sebagai anak adopsi atau anak kandung ? b. Tidakkah kamu mensyukuri akan nasibmu saat ini, diadopsi
oleh
keluarga
yang
bertanggung
jawab
dibandingkan anak-anak yang tidak sepenuhnya terpenuhi kebutuhannya di panti asuhan atau bahkan ada yang dibuang, sehingga mati dan tidak terurusi ? c. Apakah kamu menyadari bahwa kegagalan yang kamu alami berasal dari dalam dirimu sendiri dalam berpikir, berperasaan, dan bersikap ? d. Sadarkah dirimu akan kemampuan yang kamu miliki dan lebih dapat kamu kembangkan menjadi lebih baik lagi ?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
e. Tidakkah kamu menyadari dampak dari sikap dirimu dengan bertindak diam dan menyendiri saat bergaul dengan teman tidak akan menyelesaikan masalah yang kamu alami ? f. Sadarkah dirimu akan masalah yang kamu miliki saat ini bukan hanya dirimu yang mengalaminya ? g. Apakah kamu menyadari bahwa perubahan sikapmu dalam menghadapi masalah akan menimbulkan rasa curiga bahkan membebani keluarga, terlebih ibu dan kakakmu ? 3. Peneliti memberikan pandangan-pandangan atau contoh-contoh untuk mengajak Isan agar berpikir lebih rasional. a. Agar dirimu dapat bergaul dengan baik, diperlukan sikap penerimaan dan keterbukaan yang baik. Tindakanmu yang diam dan menyendiri akan membuat temantemanmu menilai dirimu secara negatif. Hal itu terjadi karena dirimu tidak memberikan kesempatan membuka diri untuk orang di sekitarmu bahkan untuk dirimu sendiri, sehngga pemahamanmu terhadap penilaian orang kepadamu sangatlah terbatas dan sebaliknya. b. Untuk mereka yang telah menilai dirimu
negatif dan
dirimu sekedar cuek dengan penilaian mereka, justru akan membuat mereka semakin yakin terhadap penilaian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
mereka kepadamu. Sempatkanlah dirimu merencanakan sesuatu yang positif dan nyata dengan maksud membela diri, bahwa dirimu tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan padamu. Misalkan, jika dirimu tidak dapat bergaul dengan teman-teman, sempatkanlah waktu untuk berkumpul dan secara aktif hadir dalam komunikasi itu, perbanyaklah untuk ikut berbicara dan berkegiatan, selayaknya kegiatan yang akan kamu lakukan adalah kegiatan yang positif. Hal yang positif dan nyata akan lebih baik dibandingkan jika dirimu membela dengan perkataan yang belum ada buktinya atau punsekedar diam. Selain itu akan memberikan kepuasan dibanding dirimu terlalu memikirkan dan akan menjadikan tekanan dalam beraktivitas. c. Ibu dan kakakmu sangatlah menghargai akan hadirnya dirimu dalam keluarga dan berharap pada dirimu, karena mereka bertanggung jawab dengan cara merawat, membiayai, menyayangi, dan masih banyak hal yang telah mereka lakukan yang belum kamu sadari. Misalkan dalam pendidikan, dirimu pun dibiayai hingga saat ini kuliah dan kelak mereka berharap dirimu dapat selesai dan mencari pekerjaan untuk kehidupan yang sukses bagi dirimu dan orang di sekitarmu. Bayangkan anak lain yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
berstatus sepertimu atau yang berada di panti asuhan, mereka harus bekerja keras terlebih dahulu dengan cara mengamen atau menjadi pedagang asongan atau yang lainnya, demi biaya sekolah, bahkan tidak sampai sekolah, hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti lapar dan lainnya. Menurut apa yang pernah kamu ceritakan pun, dirimu tidak mengalami hal macam itukan. d. Berhasil
tidaknya
pencapaian
hidup
yang
baik,
bergantung pada pengalaman dan proses, baik dalam merencanakan, melaksanakan, dan dalam mengevaluasi hidupnya.
Pertemuan V Hari/tanggal
: Kamis, 20-12-2012
Waktu
: 10.00 WIB
Tempat
: taman kampus
Durasi
: 60 menit
E. 1. r-kognitif yang rasional a. Isan menyadari bahwa sikap pendiam dan menyendiri yang
sering
ia
lakukan,
membuat
dirinya
tidak
berkesempatan mengenal orang lain dan orang lain pun tidak mengenal diri Isan. Sehingga orang di sekitar Isan menilai negatif diri Isan dan hal itu semakin diperkuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dengan
sikap
tidak
membela
diri,
bahkan
60
tidak
memberikan kesempatan orang untuk mengenal dan Isan pun tidak mengenal orang lain. Membuat orang semakin leluasa menilai negatif dirinya dan ia pun selalu berpendapat buruk terhadap penilaian orang. Isan pun akan dan telah sedikit demi sedikit ikut berkumpul dengan teman-temannya, walaupun ia tetap tidak ingin setiap orang mengetahui kenyataan status Isan sebagai anak adopsi. Isan berpendapat, selain ia tidak ingin hal tersebut dijadikan sebagai suatu ejekan, ia juga ingin menghargai apa yang telah diperjuangkan keluarga angkat sebagai anak kandung/sendiri. b. Isan memahami, bahwa diam dan menyendiri akan membuat dirinya semakin dinilai negatif oleh orang di sekitarnya. Ia berencana untuk membela diri dan berencana melakukan tindakan positif yang nyata untuk membuktikan bahwa dirinya tidak selalu seperti apa yang orang nilai. Misalkan yang akan ia lakukan adalah mau berkumpul dengan teman-teman dan secara aktif ikut berkomunikasi di dalamnya, ia juga ingin segera menyelesaikan
pendidikannya,
guna
membuktikan
dirinya dapat berhasil menyelesaikan studi dan berlanjut akan bekerja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
c. Isan mensyukuri dan menyadari akan pengorbanan yang telah dilakukan keluarga angkatnya, yakni ibu, kakak, dan ayahnya yang telah almarhum. Ia beranggapan, kini tidak ada lagi keluarga angkat, merekalah yang ia anggap sebagai keluarga yang ia miliki satu-satunya sebagai keluarga kandung. Isan bertekad segera menyelesaikan studinya, bekerja, dan menjadi salah satu bagian kebanggaan keluarga. d. Isan juga menyadari, bahwa apa yang ia lakukan selama ini dalam cara berpikir, berperasaan, menanggapi, dan merefleksikan masa lalu merupakan kesalahan, karena ia selalu berpatok kepada statusnya sebagai anak adopsi. Bukan masa lalu yang akan ia bawa hingga sekarang, namun kenyataan saat ini secara positif, dan masa depan secara “mengalir”, tidak dijadikan sebuah tekanan. Biarlah orang lain masih mengingat dan mengungkit status Isan sebagai anak adopsi, namun keluarga dan dirinya tetap menganggap sebagai anak kandung dan sama seperti yang lainnya.
2. r-afektif yang wajar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
a. Isan terlihat mulai menumbuhkan rasa percaya diri, menerima diri, dan kenyataan yang sesungguhnya sebagai statusnya yang merupakan anak adopsi. b. Isan tidak lagi merasa sedih dan marah pada dirinya sebagai anak adopsi. c. Isan tidak lagi merasa takut dan khawatir akan apa yang orang nllai, serta sedikit demi sedikit mulai membuka diri untuk bergaul dengan teman-temannya. d. Isan tidak lagi menilai dirinya negatif, yaitu dengan tidak merasa bahwa dirinya seorang yang tidak berguna atau seorang yang gagal dan tidak diinginkan. 3. Perilaku yang sesuai dan realistis a. Isan tidak lagi cenderung menyendiri dan mulai ikut berkomunikasi saat berkumpul dengan teman-temannya. b. Isan mulai menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan teman-temannya. c. Isan mulai fokus untuk memperhatikan dan segera menyelesaikan studinya, hingga kelak dapat bekerja dan mencapai harapan untuk membanggakan diri danorang tuanya. d. Isan mulai belajar untuk menerima masukan dari orang di sekitar, penilaian orang terhadap dirinya dengan lebih positif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Fase V Penutup 1. Menegaskan kembali keputusan yang telah diambil. 2. Memberikan semangat/bombongan. 3. Menawarkan
bantuan,
seandainya
ada
hal
yang
ingin
dibicarakan. 4. Berpisah dengan Isan.
G. Evaluasi dan Tindak Lanjut Wawancara konseling yang dilaksanakan selama bulan November dan Desember 2012, telah terlaksana dengan baik hingga pada fase ke-5. Tujuan atau target yang diharapkan pada setiap pertemuan telah tercapai. Perubahan-perubahan yang tampak pada diri Isan, yaitu Isan mampu berpikir lebih rasional sehingga cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku mampu ia refleksikan hingga menjadikan perubahan yang lebih baik pada diri Isan. Namun peneliti merasa belum mencapai hasil wawancara yang maksimal, karena pendirian Isan yang tidak ingin masalah yang dianggapnya berat, diketahui oleh orang banyak, khususnya diketahui oleh ibunya. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat ia tidak ingin merasa dikasihani dan tidak ingin ibunya memiliki kekhawatiran yang berlanjut-lanjut terhadap kehidupan Isan mendatang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman yang diperoleh peneliti selama penelitian. A. Kesimpulan Penolakan masyarakat terhadap anak adopsi dalam keluarga akan memberikan pengaruh negatif dalam pembentukkan konsep diri anak, seakan anak adopsi diadili keberadaannya dalam masyarakat, baik tidak secara langsung atau pun langsung kepada anak. Sedangkan penerimaan masyarakat akan keberadaan anak adopsi dalam keluarga, memberikan pengaruh positif dalam pembentukan konsep diri anak, seakan anak adopsi diberikan hadiah atau penghargaan dan diakui dengan baik keberadaannya dalam masyarakat, secara langsung atau pun tidak langsung kepada anak. Hal inilah yang terjadi pada diri Isan (subyek): 1. Isan saat mengingat status dirinya sebagai seorang remaja adopsi, Ia seakan seperti memiliki dua sisi mata uang yang tak dapat terpisahkan, yaitu sisi pertama Ia beranggapan tidak ada yang salah pada dirinya, layaknya manusia pada umumnya, memiliki anggota badan lengkap, pikiran, dan perasaan, namun pada sisi mata yang lain, seakan terdapat kesalahan pada dirinya, melalui tanggapan orang sekitar, cemoohan, dan perlakuan yang tidak sama dengan orang lainnya. Awal mula Ia tidak memikirkan hal itu, namun ternyata cukup mengganggu dirinya, hingga 64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
2. membuat Ia enggan bergaul dengan orang banyak, menutup diri akan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya, dan berpikir secara negatif terhadap setiap permasalahan. Saat ini Ia lebih mampu memandang setiap permasalahan dengan selektif dan lebih positif, hal tersebut terbukti dengan Isan lebih sering berkumpul dengan teman-teman, berkomunikasi secara aktif, dan berani menghadapi permasalahan dengan lebih tenang. 3. Dalam keluarga angkatnya saat ini, Ia lebih dihargai dan diperhatikan yang mungkin menurutnya setara seperti anak kandung pada umumnya. Terkadang dulu Ia pun merasa sedikit terganggu dengan cara ibu angkatnya dalam menasehati, dibanding-bandingkan dengan orang lain. Namun, Ia beranggapan wajar saat ini dengan cara ibu angkat dalam menasehati, selayaknya perhatian, kepedulian, kekhawatiran, dan kasih saying yang dimiliki seorang ibu pada umumnya terhadap anaknya. Hubungan dengan kakaknya, Isan dari dulu merasa baik-baik saja, namun saat ini terasa lebih baik saat Isan mengenalkan Yati (pacar Isan) kepada kakaknya. Hal ini pertama kalinya Isan mengenalkan pacarnya kepada kakaknya sebagai tanda adanya keseriusan dalam ia berhubungan. Tanggapan kakaknya pun menerima dengan baik dan harapan Isan, Yati sebagai jembatan agar diri Isan lebih baik dan mampu terbuka terhadap setiap masalah yang Ia hadapi. 4. Terhadap
lingkunan
sekitar
atau
masyarakat,
Isan
beranggapan
kecenderungan masyarakat menolak dibanding menerima dengan baik keberadaan Isan pada saat kecil, menjadikan trauma dalam bersosial dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
berdampak pada konsep diri Isan saat beranjak remaja. Semeninggalnya ayah angkat Isan pun, ikut berdampak pada konsep diri Isan, karena hilangnya sosok dan figur ayah yang Ia kenal dalam keluarga, menjadikan Isan tidak mendapatkan pendampingan yang maksimal sebagai anak lakilaki. Saat masih kecil pun Isan cenderung menjadi bahan ejekkan temantemannya dan juga masyarakat sekitar. Saat SD, SMP, maupun SMA, Isan juga sering menjadi bahan ejekkan. Namun, seberanjaknya dewasa dan lama tinggal dalam lingkungan masyarakat saat ini, Isan dapat banyak belajar dan masyarakat mulai banyak yang mengakui keberadaannya dalam lingkungan masyarakat. 5. Masalah yang dialami Isan sebelumnya mengakibatkan perkembangan sosialnya terganggu. Hal ini menjadikan diri Isan menutup diri, menjadikan “benteng diri” dengan cara enggan banyak berbicara dan sering menyendiri. Sikap Isan tersebut membatasi orang lain untuk mengenal Isan dan Isan pun terbatasi pengetahuannya akan penilaian orang terhadapnya. Hal ini nampak saat Isan berkumpul dengan temanteman di kampus, cenderung untuk menyendiri dan diam. Menurut beberapa teman Isan pun, menilai Isan cenderung tertutup dan enggan bergaul dengan banyak teman. Dalam memandang atau berkata pun nampak sinis atau menyindir lawan jumpa atau bicara. Tekanan yang dialami Isan, dipengaruhi oleh adanya perbedaan antara konsep diri menurut
orang lain dengan kenyataan dalam
dirinya, sehingga
memunculkan pikitan-pikiran dan perasaan yang tidak sehat. Hasil dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
pikiran dan perasaan yang tidak sehat dicerminkan dalam perilaku yang berdampak pada konsep diri mengenai anak adopsi. Tekanan-tekanan yang semakin menumpuk dan berusaha untuk dihadapi sendiri, mengakibatkan ketegangan emosi yang cukup serius yang disebabkan oleh adanya tuntutan melampaui batas penerimaan dan kemampuannya, sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tuntutan-tuntutan yang diterima, menyebabkan konflik antara penerimaan dengan penolakan. Konflik penerimaan yaitu adanya harapan untuk diterima, diperlakukan dengan baik agar dapat menjadi diri sendiri, sedangkan konflik penolakan yaitu adanya perlakuan nyata tidak diterima keberadaannya, layaknya orang yang melakukan kesalahan dan dituntut dengan pikiran-pikiran dari orang lain. Konflik penolakan ini banyak dialami saat masih kecil dengan cemoohan atau ejekan dari orang sekitar. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang menimbulkan krisis dan konflik dalam diri, sehingga menyebabkan hilangnya rasa percaya diri dan keyakinan. 6. Sebelumnya Isan membentuk rasa aman dalam dirinya dengan cara, menutup diri dari orang lain atau membuat “benteng diri”, enggan banyak bergaul dengan orang sekitar, dan nampak sebagai orang yang pendiam. Setiap permasalahan Ia pendam dan hadapi sendiri. Namun, perlahanlahan Ia belajar sedikit demi sedikit untuk terbuka mulai saat hadirnya sosok Yati dalam kehidupannya, walau Yati yang menjadi orang pertama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
dan cukup berpengaruh dalam kehidupan Isan, sehingga peneliti pun cukup terbantu dengan keberadaan Yati dalam penelitian ini. 7. Rasa dicintai yang dimiliki pertama kali Isan rasakan adalah hadirnya sosok keluarga dalam kehidupannya, walau sosok keluarga angkat yang begitu memperjuangkan dirinya berada dalam keluarga dan menjadikan diri Isan hidup hingga saat ini. Rasa dicintai kedua yang Isan miliki adalah dari sosok Yati yang telah banyak menerima Isan apa adanya. Kedua sosok tersebut, Isan rasakan begitu menerima apa adanya diri Isan, tanpa melihat status Isan sebagai seorang anak angkat, menjadikan Isan memiliki bibit dicintai dan nyaman akan keberadaannya mulai saat ini. Dalam penyelesaian kasus ini, peneliti menggunakan pendekatan REBT (Rational Emotive Behaviour Theraphy) yang dipelopori oleh Ellis. Peneliti melihat adanya pikiran dan perasaan yang irrasioanl dalam masalah yang dihadapi subyek penelitian. Akibat masalah yang dihadapinya saat ini, Isan mengembangkan pandangan/pikiran dan perasaan yang irrasional terhadap dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, pendekatan REBT (Rational Emotive Behaviour Therapy) dalam proses konseling sangat tepat digunakan untuk mengatasi masalah yang dialami Isan, sehingga ia dapat berpikir secara lebih rasional dalam memandang dirinya dan orang lain. Selain itu, Isan mampu mengembangkan perasaan dan sikap atau perilaku yang wajar dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam menjalin relasi sosial. Setelah peneliti mengadakan konseling dengan Isan selama 5 kali pertemuan, Isan mulai menunjukkan perubahan baik dalam cara berpikir,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
berperasaan maupun dalam berperilaku. Perubahan dalam cara berpikir yaitu Isan menyadari bahwa kegagalan yang dialami bukan disebabkan oleh orang lain, namun berasal dari dalam dirinya sendiri, menyadari bahwa setiap orang memberikan perhatian dengan cara yang tidak sama. Perubahan perasaan yang awalnya mengalami kecemasan, kekhawatiran, ketakutan akhirnya beralih menjadi lebih positif, senang, berani, dan percaya diri. Isan menunjukkan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang wajar yaitu, ia merasa percaya diri dalam bergaul dengan teman-teman di kampus ataupun di luar kampus dan pada orang sekitar. Isan merasa lega akan pikiran yang selama ini mengganggunya dapat diatasi, sehingga Isan dapat fokus kembali pada hidupnya dan mulai mewujudkan harapan yang selama ini tertunda.
B. Saran 1. Bagi Isan sendiri a. Tetaplah berpikiran positif pada diri sendiri dan pada orang lain, mau menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sendiri, maupun pada orang lain. b. Berperilaku positif dalam menanggapi masukan dan penilaian orang lain. Tekun dalam berdoa selalu, mendekatkan diri pada Tuhan. c. Sempatkan dan bersedia untuk merefleksikan kejadian yang kurang baik, maupun yang baik, serta rencanakan pula perbaikan positif dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
menyikapi kejadian yang kurang baik. Kembangkan potensi yang dimiliki dan belajarlah selalu. 2. Bagi teman dekat Isan a. Memantau perkembangan yang terjadi pada diri Isan, terlebih dalam perkembangan sosialnya agar perubahan positif yang terjadi saat ini bersifat menetap dan semakin membaik. b. Memberikan perhatian lebih kepada Isan secara pribadi karena masalah yang dialami Isan merupakan masalah yang cukup berat, karena Isan tidak dapat menceritakan dan tidak diperbolehkan orang lain tahu, terlebih pada keluarganya. 3. Bagi peneliti lain Penggunaan tape-recorder penting dalam merekam proses konseling, namun tidak diwajibkan. Dikatakan penting karena rekaman tersebut sebagai bukti otentik, sehingga data yang diperoleh dapat akurat dan dapat meminimalkan kesalahan atau penyimpangan data. Selain itu, dalam penelitian ini dituntut obyektivitas dari peneliti. Dalam kasus ini, peneliti tidak menggunakan tape-recorder dikarenakan permintaan dari subyek penelitian dan para informan dengan alasan mereka tidak merasa nyaman apabila pembicaraannya direkam. Selain itu, subyek penelitian membuat perjanjian dengan peneliti bahwa ia akan menceritakan masalah yang dihadapinya dan mau menjadi subyek apabila pembicaraannya tidak direkam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Peneliti menghargai permintaan dari subyek penelitian dan para informan. Peneliti sebaiknya dapat membangun kepercayaan terhadap subyek, membangun kepercayaan adalah hal yang penting sehingga proses konseling yang bertujuan untuk menyembuhkan/mengarahkan dapat berlangsung efektif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Farianti, 2005. Studi Kasus Tentang Stres Yang Dipengaruhi Oleh Perbedaan Antara Konsep Diri Ideal Dan Diri Nyata. Skripsi (in edita). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. J. Kristiana. 1983. Gema Bimbingan: Anak Adopsi dan Permasalahannya. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Jess Feist & Feist, G. J. 2008. Theories of Personaity edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Lalu, 2008. Konsep Diri Seorang Remaja yang Berasal Dari Keluarga Broken Home Suatu Studi Kasus. Skripsi (in edita). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Nelson, R. & Jones. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nisbet, J. & Watt, J. 1994. Studi Kasus Sebuah Panduan Praktis. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Pertman, A. 2000. Adoption Nation: How the Adoption Revolution Is Transforming America. Internet. Dalam http//www.wikipedia.com /adopsi. Diunduh tanggal 30 September 2011, Jam 10.08. Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. Vardiansyah, Dani. 2011. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.3. Internet. Dalam http//www.wikipedia.com /pengalaman. Diunduh tanggal 30 September 2011, Jam 9.57. 72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
Winkel, W. S & Sri Hastuti, M. M. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. ____________. 2003. Komunikasi Keluarga (KOMKEL): Ketika Anak Adopsi Hadir di Tengah Keluarga. Yogyakarta: Kanisius.