PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU HITUNG PADA PEMBELAJARAN MATERI OPERASI HITUNG PERKALIAN BILANGAN BULAT BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VII SMP DI SLB N 1 BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Yasinta Friska Ratnaningrum 101414063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 April 2015 Penulis
Yasinta Friska Ratnaningrum
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Yasinta Friska Ratnaningrum, 101414063. 2015. Penggunaan Alat Peraga Kartu Hitung Pada Pembelajaran Materi Operasi Hitung Perkalian Bilangn Bulat Bagi Siswa Tunarungu Kelas VII SMP di SLB N 1 Bantul Yogyakarta tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga kartu hitung untuk materi operasi hitung perkalian bilangan bulat. (2) mengetahui keterlibatan siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga kartu hitung untuk materi operasi hitung perkalian bilangan bulat. (3) mengetahui minat siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga kartu hitung untuk materi operasi hitung perkalian bilangan bulat. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) memberikan soal pre-test dan post-test (2) mengamati tingkah laku dan respon siswa tunarungu selama pembelajaran berlangsung. Kemudian mengisi lembar observasi untuk mengtahui keterlibatan siswa, serta mengisi angket untuk mengetahui minat siswa. (3) dokumentasi Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SLB B N 1 Bantul Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah empat orang siswa. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan alat peraga kartu hitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat hasil belajar yang dicapai keempat siswa yang terlihat dari hasil nilai pre-test dan post-test di mana rata-rata pre-test sebesar 73,32% dan rata–rata post-test sebesar 96,65%. (2) siswa mau terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. Siswa cepat memahami penjelasan dan memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung. (3) minat siswa dalam pembelajaran operasi hitung perkalian bilangan bulat tergolong tinggi, di mana siswa aktif selama pembelajaran dan terbantu dengan adanya alat peraga dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, siswa mau menjawab pertanyaan dan mau berdiskusi dengan temannya. Siswa juga berkonsentrasi dan mengikuti pelajaran dengan baik, siswa senang, termotivasi dan semangat dalam belajar. Kata kunci : Alat Peraga, Kartu Hitung, Operasi Hitung Perkalian Bilangan Bulat, Siswa Tunarungu
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Ratnaningrum, Yasinta Friska. 101414063. (2015). The use of the teaching aid arithmetic card on learning the arithmetic operation of integer multiplication material for deaf students in grade VII in SLB N 1 Bantul Yogyakarta in the academic year of 2014/2015. Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Science and MathematicsEducation. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aimed to find out (1) the achievementof deaf students in a mathematics learning which usesateaching aid “kartu hitung” for the arithmetic operation of the integer multiplication material (2) the involvement of deaf students in a mathematics learning which uses a teaching aid “kartu hitung” for the arithmetic operation of the integer multiplication material (3) the interest of deaf students in a mathematics learning which uses a teaching aid “kartu hitung” for the arithmetic operation of the integer multiplication material. The type of the research was qualitative and quantitative descriptive. The data were gathered by (1) giving the pre test and post test (2) observing the behavior and responses of deaf students during the learning process. After that, the researcherfilled in the observation sheet to find out the students’ involvement and completed the questionnaire to find out the students’ interest. The subjects of the research were the students in grade VII of SLB N 1 Bantul in the academic year of 2014/2015. There were four students. The researcher conducted the research using a teaching aid“kartu hitung”. The results of the research pointed out that (1) there was an enhancement on the achievement achieved by those four students seen from the score of the pre-test and post-test, in which the average score of the pre test was 73,32% and the average score of the post test was 96,65% (2) the students wanted to take part actively during the learning process, the students quickly understood the explanation and gave positive responses during the learning process (3) the students’ interest in the arithmetic operation of the integer multiplicationwas high, in which the students were active during the learning process and helped by the teaching aid in doing the exercises given, the students wanted to answer the questions and dicuss with their friends. The students also concentrated and followed the learning process well. They were happy, motivated, and enthusiastic in studying. Keywords: teaching aid, arithmetic operation of integer multiplication, deaf students
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yasinta Friska Ratnaningrum NIM
: 101414063
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Penggunaan Alat Peraga Kartu Hitung Pada Pembelajaran Materi Operasi Hitung Perkalian Bilangan Bulat Bagi Siswa Tunarungu Kelas VII SMP di SLB N 1 Bantul Yogyakarta tahun Ajaran 2014/2015 “ Dengan demikian saya memberikannya kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 15 April 2015 Yang menyatakan
Yasinta Friska Ratnaningrum
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Alat Peraga Kartu Hitung Pada Pembelajaran Materi Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian Bilangn Bulat Bagi Siswa Tunarungu Kelas VII SMP di SLB N 1 Bantul Yogyakarta tahun Ajaran 2014/2015” ini dengan baik. Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 3. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terima kasih atas saran, kritik, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. 4. Segenap dosen dan seluruh staff sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 5. Bapak kepala sekolah SLB N 1 Bantul Bapak Muh. Basuni, M.Pd 6. Bapak Subiyanto selaku guru pelajaran matematika yang telah membimbing dan mendampingi dalam pelaksanaan penelitian di sekolah. viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Siswa-siswi SLB B N 1 Bantul kelas VII, terima kasih atas kerja samanya dalam membantu pelaksanaan penelitian. 8. Bapak, ibu, dan adikku tercinta Ayu, Uti terima kasih karena kalian selalu mengingatkan untuk selalu menyelesaikan skripsi ini, serta selalu memberikan dukungan dan doa selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini. 9. Mas Hendrikus dan putri cantikku Callista, yang selalu menambah semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan mengajariku cara untuk membagi waktu. 10. Venta dan Rini yang selalu memberikan semangat dan dukungan penuh selama proses pembuatan skripsi Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga berguna dalam perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak. Terima kasih.
Penulis
Yasinta Friska Ratnaningrum
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………..........
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….........
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………..
iv
ABSTRAK………………………………………………………………
v
ABSTRACT……………………………………………………………..
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA…
vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………....
xiv
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….
xvi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
1
A. Latar Belakang ………………………………………………….
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………..
4
C. Rumusan Masalah……………………………………………….
4
D. Tujuan Penelitian………………………………………………..
5
E. Pembatasan Masalah……………………………………………
5
F. Manfaat Penelitian………………………………………………
5
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
G. Batasan Istilah…………………………………………………...
6
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………
8
A. Tunarungu ………………………………………………………
8
B. Karakteristik Anak Tunarungu …………………………………
9
C. Klasifikasi Ketunarunguan Berdasarkan Kemampuan Mendengar 16 D. Metode Komunikasi Anak Tunarungu …………………………
17
E. Strategi dan Media Pembelajaran untuk Anak Tunarungu ………. 19 F. Penilaian yang Cocok Bagi anak Tunarungu …………………….. 20 G. Hasil Belajar……………………………………………………...
21
H. Pengajaran Tentang Matematika…………………………………. 23 I. Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran…………………………. 25 J. Minat Siswa dalam Pembelajaran………………………………… 29 K. Media Pendidikan………………………………………………… 31 L. Bilangan Bulat……………………………………………………. 33 M. Permainan Kartu Hitung……………………..…………………… 34 N. Kerangka Berpikir………………………………………………..
40
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. 42 A. Jenis Penelitian…………………………………………………...
42
B. Subjek Penelitian………………………………………………… 42 C. Objek Penelitian………………………………………………….
42
D. Waktu dan Tempat……………………………………………….
42
E. Jenis Data………………………………………………………… 42 F. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….
43
G. Instrumen Pembelajaran dan Penelitian………………………….
43
H. Validitas Instrumen………………………………………………
45
I. Teknik Analisis Data…………………………………………….
46
J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian…………………………………
48
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN…..
51
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian………………………………… 51 B. Hasil Penelitian…………………………………………………… 61 C. Analisis……………………………………………………………. 66 D. Pembahasan………………………………………………………. 72 E. Keterbatasan Penelitian…………………………………………... 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 76 A. Kesimpulan………………………………………………………. 76 B. Saran……………………………………………………………… 77 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 79
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1
Hasil Belajar Siswa Soal pre-test………………………
61
Tabel 4.2
Hasil Belajar Siswa Soal post-test……………………..
61
Tabel 4.3
Hasil Observasi Keterlibatan Semua Siswa pada Pertemuan Pertama………………………………….....
Tabel 4.4
Hasil Observasi Keterlibatan Semua Siswa pada Pertemuan Kedua ……………………………………..
Tabel 4.5
63
Hasil Angket Minat Semua Siswa pada Pertemuan Pertama ………………………………………………..
Tabel 4.6
62
64
Hasil Angket Minat Semua Siswa pada Pertemuan Kedua …………………………………………………
65
Tabel 4.7
Analisa Hasil pre-test …………………………………
66
Tabel 4.8
Analisa Hasil post-test …………………………………
67
Tabel 4.9
Analisa Hasil Keterlibatan Siswa pada Pertemuan Pertama ………………………………………………….
Tabel 4.10
Analisa Hasil Keterlibatan Siswa pada Pertemuan Kedua ……………………………………………………
Tabel 4.11
69
Analisa Hasil Minat Siswa pada Pertemuan Kedua ……………………………………………………
Tabel 4.12
68
70
Analisa Hasil Minat Siswa pada Pertemuan Kedua ……………………………………………………
xiii
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1
Guru memberikan contoh soal ke siswa………
56
Gambar 4.2
Guru memberikan contoh soal ke siswa……....
58
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1
Hasil Belajar Siswa………………………… ....
72
Grafik 4.2
Keterlibatan Siswa………………………………
73
Grafik 4.3
Minat Siswa……………………………………… 74
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………………………. 81 Soal pre-test……………………………………………………………… 87 Soal post-test …………………………………………………….. 88 Instrumen Observasi Keterlibatan Siswa…………………………. 89 Kuisioner Minat Siswa…………………………………………… 90 Hasil pre-test siswa………………………………………………. 91 Hasil post-test siswa……………………………………………….. 95 Hasil observasi keterlibatan siswa pertemuan pertama…………… 99 Hasil observasi keterlibatan siswa pertemuan kedua…………….. 103 Hasil kuisioner minat siswa pertemuan pertama…………………. 107 Hasil kuisioner minat siswa pertemuan kedua………………….
111
Foto selama pembelajaran berlangsung………………………….
115
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan
pendengarannya
yang
mengakibatkan
terhambatnya
kemampuan bicaranya. Bagi anak tunarungu, matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Salah satunya dikarenakan dalam matematika
terdapat
banyak
simbol-simbol
dan
istilah
yang
membingungkan. Oleh karena itu anak mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika terlebih lagi anak tunarungu memiliki hambatan dalam mendengar dan berbahasa. Keadaan seperti itulah yang menjadi penghalang bagi anak tunarungu dalam mengolah informasi yang mereka dapat dalam kegiatan belajar. Bunawan (2000:55) mengemukakan bahwa bila anak mengerjakan tugas yang menuntut daya logika dan abstraksi yang lebih tinggi, ketrampilan berbahasa menjadi suatu persyaratan. Persyaratan tersebut seolah menegaskan bahwa bukan merupakan hal yang janggal apabila anak tunarungu mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang menggunakan daya abstraksi yang lebih tinggi. Roehler & Cantlon (1997), topangan menjadi penanda interaksi sosial antara anak dan guru yang mendahului terjadinya internalisasi pengetahuan, ketrampilan, disposisi dan menjadi alat pembelajaran yang dapat mengurangi keambiguan serta meningkatkan kesempatan anak 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
mengalami perkembangan. Permasalahan tersebut benar terjadi pada semua anak di sekolah, baik sekolah umum maupun sekolah luar biasa. Di sekolah luar biasa, anak-anak tunarungu juga sulit belajar matematika, bahkan mungkin masalah mereka lebih rumit dari anak normal. Daya abstraksi anak tunarungu kurang sekali dibandingkan anak yang pendengarannya normal. “Daya abstraksi yang kurang pada beberapa tugas hanya akibat dari terbatasnya kemampuan berbahasa anak, bukan merupakan suatu keadaan keterbelakangan mental” (Permanarian,1995:13). Ditemukan
pada
saat
proses
pembelajaran
matematika
berlangsung, guru menggunakan pendekatan konvensional yang kurang melibatkan anak dalam membangun interaksi belajar mengajar. Kurangnya keterlibatan tersebut membuat anak menjadi pasif, bosan dan jenuh saat proses pembelajaran matematika berlangsung sehingga mereka memilih melakukan aktivitas lain seperti mengobrol dan melamun. Sehingga tidak heran bila muncul sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan, membuat kantuk dan jenuh. Dalam proses belajar diperlukan dorongan agar anak memiliki kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian dan kemauan untuk belajar. Dengan pembelajaran tanpa media, anak beranggapan bahwa matematika merupakan pembelajaran yang sulit sehingga anak merasa malas kalau belajar matematika. Dengan penggunaan media, diharapkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
anak akan mengikuti pelajaran matematika dengan gembira dan minat belajar mereka akan lebih besar. Anak akan merasa senang, tertarik dan bersikap positif terhadap pelajaran matematika. Di SMPLB Negeri 1 Bantul, guru dalam pembelajaran matematika kurang membimbing anak dalam membangun pengetahuan para siswa melainkan hanya sebatas menyuruh siswa untuk meniru dengan apa yang dicontohkan guru sebelumnya. Hal ini membuat siswa terutama yang kurang mengerti dengan materi yang disampaikan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melihat keterlibatan,
hasil
belajar
dan
minat
siswa
tunarungu
dengan
pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu hitung. Media pembelajaran melalui kartu hitung adalah salah satu alat bantu untuk menyampaikan pesan secara visual yang memiliki arti bahwa warna tertentu menyatakan tanda positif atau negatif. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, dalam penelitian ini mengambil judul PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU HITUNG PADA PEMBELAJARAN MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VII SMP DI SLB N 1 BANTUL YOGYAKARTA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
A. Identifikasi Masalah Berdasar latar belakang di atas, masalah-masalah yang teridentifikasi dalam penelitian sebagai berikut : 1. Pemanfaatan media pembelajaran yang tidak maksimal dapat menyebabkan kelambatan siswa dalam berpikir luas, dikarenakan pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya berpusat pada guru. 2. Siswa cenderung cepat bosan saat belajar berhitung, dan siswa mudah melupakan materi yang baru saja diajarkan, sehingga berpengaruh pada minat dan prestasi belajar siswa pada matematika. 3. Siswa belum pernah menggunakan media pembelajaran sehingga mereka lebih cepat bosan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah-masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk operasi hitung perkalian bilangan bulat? 2. Bagaimana
keterlibatan
siswa
tunarungu
dalam
pembelajaran
matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk operasi hitung perkalian bilangan bulat? 3. Bagaimana minat siswa tunarungu dalam mengikuti pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk operasi hitung perkalian bilangan bulat?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian Berdasar rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebaai berikut : 1. Mengetahui hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk materi operasi hitung perkalian bilangan bulat. 2. Mengetahui keterlibatan siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk materi operasi hitung perkalian bilangan bulat. 3. Mengetahui minat siswa tunarungu dalam mengikuti pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk materi operasi hitung perkalian bilangan bulat. D. Pembatasan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan media kartu hitung berupa kartu yang memiliki arti bahwa warna tertentu menyatakan tanda positif atau negatif. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru, dapat membantu menentukan metode yang tepat untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. 2. Bagi siswa, menambah pengetahuan siswa tentang alat peraga kartu hitung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
3. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang pendidikan, sehingga nantinya dapat diterapkan saat menjadi guru. F. Batasan Istilah 1. Alat Peraga Matematika Menurut Djoko Iswandji (dalam Th. Widyantini dan Sigit TG, 2010:4) alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. 2. Kartu Hitung Memiliki arti bahwa kartu berwarna merah menyatakan tanda positif, dan kartu berwarna kuning menyatakan tanda negatif. 3. Keterlibatan Diartikan sebagai peran serta siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. 4. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi hasil yang bersifat kuantitatif (seperti kemajuan dalam prestasi) dan hasil bersifat kualitatif (seperti perubahan sikap siswa). 5. Minat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Suatu gejala psikis berupa keingintahuan, ketertarikan, rasa senang terhadap suatu obyek untuk mengetahui dan belajar tentang suatu obyek tanpa merasa terpaksa karena menarik perhatian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A.
Tunarungu Andreas Dwijosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung (19 juni 1988) mengemukakan bahwa tuna rungu adalah suatu kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang, terutama indra pendengaran. Menurut Sri Moerdiani (1987: 27) dalam buku psikologi anak luar biasa bahwa anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami gangguan pendengaran sedemikian rupa sehingga tidak mempunyai fungsi praktis dan tujuan komunikasi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Adapun Moh Amin dalam buku Ortopedagogik (1991: 1) umum mengemukakan bahwa anak tuna rungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebakan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh organ pendengaran yang
mengakibatkan
hambatan
dalam
perkembanganya
sehingga
memerlukan bimbingan pendidikan khusus. Salim (1984 : 8) memberikan batasan mengenai tunarungu ditinjau dari segi medis dan pedagogis sebagai berikut : “Tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus”.
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan dalam mendengar yang di sebabkan karena tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan alat pendengaran sehingga anak memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan bahasa serta potensi yang dimiliki anak seoptimal mungkin. Atau dengan menggunakan bahasa lain, bahwa anak tuna rungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang diakibatkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya indra
pendengaran
sehingga
mengalami
hambatan
dalam
perkembanganya. Denagn demikian anak tuna rungu memerlukan pendidikan secara khusus untuk mencapai kehidupa lahir batin yang layak. B. Karakteristik Anak Tunarungu Semua individu memiliki karakteristik tertentu demikian pula anakanak yang mengalami ketunarunguan dan dampak yang paling mencolok yaitu terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara, mereka terbatas dalam kosa kata dan pengertian kata-kata yang abstrak. Hal ini karena mereka hanya memanfaatkan penglihatan dalam belajar bahasa. Belajar bahasa hanya melalui penglihatan memiliki banyak kelemahankelemahan sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan intelegensinya secara maksimal, akibatnya mereka tampak bodoh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan perkembangan bahasa anak normal sekitar usia enam bulan anak mencapai pada tahap meraban. Pada perkembangan ini semua anak mengalaminya karena merupakan awal untuk belajar bahasa. Anak yang sejak lahir mengalami ketunarunguan, pada saat bayi mengulang-ulang bunyi bayi tidak dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan begitu pula ia tidak dapat mendengar respon yang dikeluarkan oleh orang tua atau orang-orang yang dekat darinya. Ada beberapa perbedaan karakteristik antara anak tunarungu dengan anak normal. Hal ini disebabkan keadaan mereka yang sedemikian rupa sehingga mempunyai karakter yang khas yang menyebabkan anak tunarungu mendapatkan kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga mereka perlu mendapat pembinaan
yang
khusus
untuk
mengatasi
masalah
ketunarunguan. Karakteristik yang khas dari anak tunarungu adalah sebagai berikut: 1. Fisik Jika dibandingkan dengan kecacatan lain nampak jelas dalam arti tidak terdapat kelainan. Tetapi bila diperhatikan lebih teliti mereka mempunyai karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Tati Hernawati (1990 : 1) sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
a. Cara berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak tunarungu yang mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat keseimbangannya. b. Gerakan mata cepat yang menunujukan bahwa ia ingin menguasai lingkungan sekitarnya. c. Gerakan kaki dan tangan yang cepat. d. Pernapasan yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan terjadi karena tidak terlatih terutama pada masa meraban yang merupakan masa perkembangan bahasa. 2. Bahasa dan Bicara Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Dengan kondisi yang disandangnya anak tunarungu akan mengalami hambatan dalam bahasa dan bicaranya. Pada anak tunarungu proses penguasaan bahasa tidak mungkin diperoleh melalui pendengaran. Dengan demikian anak tunarungu mempunyai ciri-ciri perkembangan bahasa sebagai berikut: a. Fase motorik yang tidak teratur. Pada fase ini anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur, misalnya : 1) Gerakan tangan. 2) Menangis. Menangis permulaan adalah gerak refleks dari bayi yang baru lahir. Menangis sangat penting bagi perkembangan selanjutnya karena dengan menangis secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
tidak sengaja sudah melatih otot-otot bicara, pita suara dan paru-paru. b. Fase meraban (babbling) Pada awal fase meraban (babling) tidak terjadi hambatan karena fase meraban ini merupakan kegiatan alamiah dari pernapasan dan pita suara. Mula-mula bayi babling, kemudian ibu meniru. Tiruan itu terdengar oleh bayi dan ditirukan kembali. Peristiwa inilah yang menjadi proses terpenting dalam pembinaan bicara anak. Bagi anak tunarungu tidak terjadi pengulangan bunyinya sendiri, karena anak tunarungu tidak mendengar tiruan ibunya. Dengan demikian perkembangan bicara selanjutnya menjadi terhambat.
c. Fase penyesuaian diri. Suara-suara yang diajarkan orang tua dan ditiru oleh bayi kemudian ditirukan kembali oleh orang tuanya secara terus menerus. Pada anak tunarungu hal tersebut terbatas pada peniruan
penglihatan
(visual) yaitu
gerakan-gerakan
atau
isyarat-isyarat, sedangkan peniruan pendengaran (auditif) tidak terjadi karena anak tunarungu tidak dapat mendengar suara. Tiga faktor yang saling berkaitan antara ketidakmampuan bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran menurut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Daniel F. Hallahan dan James M. Kauffman yang dikutip oleh Andreas Dwijosumarto (1990 : 2) adalah sebagai berikut : 1. Penerima auditori tidak cukup sebagi umpan balik ketika ia membuat suara. 2. Penerimaan verbal dari orang dewasa tidak cukup menunjang pendengarannya. 3. Tidak mampu mendengar contoh bahasa dari orang mendengar. Ciri khusus anak tunarungu berkenaan dengan bahasanya adalah miskin dalam kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung arti kiasan. Sedangkan ciri-ciri anak tunarungu berkenaan dengan bicaranya adalah nada bicaranya tidak beraturan, bicaranya terputus-putus akibat dari penguasaan kosa kata yang terbatas, dalam bicara cenderung diikuti oleh gerakan-gerakan tubuh serta sulit menguasai warna dan gaya bahasa. 3.
Intelegensi Secara garis besar pendapat tentang intelegensi anak tunarungu di klasifikasikan menjadi tiga bagian. a. Pertama anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal (YukeSiregar, 1981 : 2 ) b. Kedua, dianggap bahwa intelegensi anak tunarungu lebih rendah dari anak normal .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c. Bahwa
anak
tunarungu
mengalami
kekurangan
14
potensi
intelektual pada segi non verbal. 4. Kepribadian dan emosi. Semua anak memerlukan perhatian dan dapat diterima di lingkungan yang di tempati. tidak terkecuali anak tunarungu, tetapi semua itu akan sulit didapatkan oleh anak tunarungu karena mereka hanya dapat merasakan ungkapan tersebut melalui kontak visual. Berbeda dengan anak normal yang dapat merasakan ungkapan yang diberikan melalui nada suara yang diperoleh dengan cara mendengar. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan emosi anak tunarungu. Karena keadaanya itu anak tunarungu merasa terasing dan terisolasi dari lingkungannya. Sering terjadi, ketidak mampuan mereka dalam berkomunikasi mengakibatkan suatu kekurangan dalam keseluruhan pengalaman anak yang sebenarnya dasar bagi perkembangan, sikap dan kepribadian. Beberapa sifat yang terjadi pada anak tunarungu akibat dari kekurangannya adalah : a.
Sifat egosentris yang lebih besar daripada anak normal, dunia penghayatan mereka lebih sempit maka akan lebih terarah pada dirinya sendiri. Sifat egosentis ini berarti : 1) Sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan pada perasaan orang lain. 2) Dalam perilakunya sering di kuasai oleh perasaan dan pikiran sendiri mereka sulit menyusuaikan diri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
b. Mempunyai perasaan takut akan hidup. c. Sikap ketergantungan kepada orang lain. d. Perhatian yang sukar di alihkan. e. Kemiskinan dalam bidang fantasi. f. Sifat yang polos, sederhana tanpa banyak problem. g. Mereka dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa. h. Lekas marah dan cepat tersinggung. i. Kurang mempunyai konsep tentang relasi atau hubungan. 5. Sosial Setiap manusia memerlukan interaksi dengan lingkungannya. Untuk dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya di perlukan kematangan sosial. Yuke R Siregar (1986 : 26) mengemukakan tentang saran untuk mencapai kematangan sosial, yaitu: a.
Pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai sosial dan kekhasan dalam masyarakat.
b.
Mempunyai kesempatan yang banyak untuk menerapkan kemampuannya.
c.
Mendapatkan kesempatan dalam hubungan sosial.
d.
Mempunyai dorongan untuk mencari pengalaman.
e.
Struktur kejiwaan yang sehat yang mendorong motivasi yang baik.
Karena kondisi yang dialami oleh anak tunarungu sulit untuk mencapai
kematangan
oleh
karenanya
tidak
jarang lingkungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
memperlakukan mereka dengan tidak wajar. Hal ini akan menyebabkan mereka cenderung memiliki rasa curiga pada lingkungan, memiliki perasaan tidak aman dan memiliki kepribadian yang tertutup, kurang percaya diri, menafsirkan sesuatu secara negatif, memiliki perasaan rendah diri dan merasa disingkirkan, kurang mampu mengontrol diri dan cenderung mementingkan diri sendiri. C. Klasifikasi Ketunarunguan Berdasarkan Kemampuan Mendengar Hallahan dan Kauffman klasifikasi ketunarunguan berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran di bagi kedalam dua kelompok besar yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Klasifikasi lain dikemukakan oleh Streng yang dikutip Somad dan Hernawati (1997: 28-31 ) sebagai berikut: 1. Mild Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang memiliki ciri- ciri : a.
Sukar mendengar percakapan yang lemah.
b.
Menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang
c.
kesulitannya.
Perlu latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan perkembangan
penguasaan perbendaharaan kata.
2. Marginal Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
17
Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak
normal
dan
kadang-kadang
mereka
mendapat
kesulitan dan menangkap percakapan kelompok. c.
Mereka
akan
sedikit
mengalami
kelainan
bicara
dan
perbendaharaan kata yang terbatas. d. Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca, penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan
artikulasi
dan
perhatian
dalam
perkembangan
perbendaharaan kata. 3. Moderat loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 40-60 dB yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Mereka mengerti percakapan keras pada jarak satu meter.
b.
Perbendaharaan kata terbatas
4. Severa loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB. Memiliki ciri-ciri mereka masih biasa mendengar suara keras dari jarak yang dekat misalnya klakson mobil dan lolongan anjing. Mereka diajar dalam suatu kelas khusus untuk anak-anak tunarungu. Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas khusus. 5. Profound loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB keatas. Memiliki ciri mendengar suara yang keras pada jarak 1 inci (2,24 cm) atau sama sekali tidak mendengar walaupun menggunakan alat bantu dengar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
D. Metode Komunikasi Anak Tunarungu Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu, yaitu :
1. Metode oral adalah metode berkomunikasi dengan cara yang lazim digunakan oleh orang yang mendengar, yaitu melalui bahasa lisan. 2. Metode membaca ujaran Anak tunarungu mengalami kesulitan untuk menyimak pembicaraan melalui pendengarannya. Oleh karena itu, ia dapat memanfaatkan penglihatnnya untuk memahami pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimik si pembicara. 3. Metode manual ( isyarat ) Metode manual yaitu metode komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dan ejaan jari ( finger spinding ). Komponen bahasa isyarat meliputi : a. Abjad jari ( finger spelling ), adalah jenis isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan untuk menggambarkan abjad atau untuk mengeja huruf dan angka. b. Ungkapan
badaniah/bahasa
tubuh,
meliputi
keseluruhan
ekspresi tubuh, seperti sikap tubuh, ekspresi muka ( mimik ), pantomimik, dan gesti atau gerakan yang dilakukan seseorang secara wajar dan alami.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
c. Bahasa isyarat asli, yaitu suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati oleh kelompok atau daerah tertentu. Secara garis besar, bahasa isyarat asli dibedakan menjadi 2, yaitu: · Bahasa isyarat alamiah · Bahasa isyarat konseptual d. Bahasa isyarat formal, yaitu bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya menggunakan kosakata isyarat dengan struktur bahasa yang sama persis dengan bahasa lisan. 4. Komunikasi total Menurut Denton (1970, hlm.3 ) dengan komunikasi total setiap anak tunarungu memiliki kesempatan mengembangkan setiap sisa pendengarannya dengan alat bantu dengar dan atau sistem terpercaya untuk
memperbesar kemampuan
mendengarnya E. Strategi dan Media Pembelajaran untuk Anak Tunarungu 1. Strategi pembelajaran strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunarungu, yaitu meliputi: a. Strategi individualisasi Merupakan strategi pembelajaran dengan mempergunakan suatu program yang disesuaikan dengan perbedaan individu, baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
karakteristik,
kebutuhan
maupun
kemampuannya
20
secara
perorangan. b. Strategi kooperatif Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran. c. Strategi modifikasi perilaku Strategi ini bertujuan untuk mengubah perilku siswa ke arah yang lebih positif melalui conditioning ( pengondisian ) dan membantunya agar lebih produktif sehingga menjadi individu yang mandiri. 2. Media pembelajaran Media yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak tunarungu, lebih menekankan pada media yang bersifat visual. Bagi anak tunarungu yang tergolong kurang dengar, dapat digunakan pula media audio dan audiovisual, tetapi keterserapan pada unsur audionya terbatas. F. Penilaian yang Cocok Bagi Anak Tunarungu Tujuan dan fungsi assesmen tersebut menurut Usa Sutisna (1984) antara lain untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang diajarkan serta untuk memberikan umpan balik terhadap guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar serta program perbaikan bagi siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Kegiatan penilaian bagi siswa tunarungu, harus memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut: 1.
Berkesinambungan Berkesinambungan ialah suatu hal atau cara yang dilakukan secara berkelanjutan
atau
berkesinambungan
secara
ialah
terus
memantau
menerus. proses,
Penilaian
kemajuan,
dan
perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas. 2.
Menyeluruh Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
3.
Objektif Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender dan hubungan emosional.
4.
Pedagogis Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
G. Hasil Belajar Menurut Sardiman A.M (1986:22-23), hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Jadi yang dimaksud di sini adalah nilai tes matematika yang diberikan guru sebagai hasil penguasaan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Menurut Munadi (2008:2004), ada 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan eksternal. 1. Faktor Internal a. Faktor Psikologis Faktor psikologis antar anak pastinya berbeda. Guru tidak bisa menyamaratakan kondisi setiap siswanya. Perbedaan ini juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor psikologis berupa tingkat intelegensi, minat, motivasi, kognitif dan daya nalar para siswa. b. Faktor Fisiologis Kondisi fisiologis seperti kesehatan, cacat jasmani maupun sebagainya juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena hal tersebut mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
c. Faktor Eksternal Lingkungan juga berpengaruh bagi hasil belajar siswa. Apabila sekolah terletak di tepi jalan raya, pasar, atau tempat ramai lainnya pasti akan membuat suasana belajar yang kurang kondusif. Selain letak sekolah, ruang kelas juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam kelas. H. Pengajaran Tentang Matematika 1. Pengertian matematika Menurut Johnson dan Mykie Bust dalam Mulyono ( 1999 : 252) yang mengemukakan bahwa ” Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan – hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan Fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”. Menurut Lerner dalam Mulyono ( 1999 : 252 ) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan,
mencatat
dan
mengkomunikasikan
ide
mengenai elemen dan kuantitas. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud matematika adalah bahasa simbolis dan universal, berfungsi untuk mengekspresikan hubungan – hubungan kuantitatif dan keruangan serta untuk memudahkan dalam berfikir. 2. Tujuan pembelajaran matematika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Pembelajaran matematika secara umum mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Membimbing dan memupuk sikap teliti cermat, tekun dan sistimatika. b.Melatih kerja dengan tenang,sungguh – sungguh dan bertanggung jawab c. Mendidik anak menjadi anak cerdas, tangkas dan trampil. d. Membimbing murid – murid agar kelak kemudian hari dalam menghadapi persoalan – persoalan dapat berfikir secara sistimatis,analitis , bebas dan aktif. 3. Cabang Matematika Menurut pendapat Mulyono Abdurrahman ( 1999 : 218 ) menyebutkan bahwa matematika yang diajarkan di SD umum terdiri dari tiga cabang yaitu : a. Aritmatika yaitu cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan –hubungan, bilangan – bilangan dengan perhitungan
mereka
terutama
menyangkut
penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian b. Aljabar yatu penggunaan abjad dan titik – titik sebagai lambang bilangan yang diketahui atau sebelum diketahui c. Geometri yaitu cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis. 4. Alasan perlunya siswa belajar matematika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Menurut Mulyono Abdurrahman ( 1999 : 219 ) menyebutkan bahwa alasan siswa belajar matematika yaitu: a. Selalu digunakan dalam segi kehidupan b. Semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai c. Merupakan sarana komukasi yang kuat, ringkas dan padat d. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan keruangan f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa alasan siswa beljar matematika adalah selalu digunakan dalam segala kehidupan dan dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis ,ketelitian dan keruangan. I. Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterlibatan/partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan (Made Pidarta, 1990:33). Menurut Moelyoto Tjokrowinoto yang dikutip oleh Suryosubroto (1997:278) partisipasi didefinisikan sebagai penyetaraan mental dan emosi seseorang di dalam suatu situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan bersama, bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Abdul gafur (2001:6) mengemukakan bahwa proses belajar akan lebih berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Nana Sudjana (2000:55) menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran dibutuhkan keikutsertaan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program kegiatan pembelajaran. 1. Perencanaan Program Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, sumbersumber yang tersedia dan kemungkinan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran, penyususnan prioritas kebutuhan, perumusan tujuan belajar, dan penetapan program kegiatan pembelajaran. 2. Pelaksanaan Program Partisipasi dalam tahap pelaksanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar yang mencakup :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
a. Kedisiplinan siswa yang ditandai dengan keteraturan dalam kehadiran pada setiap kegiatan pembelajaran. b. Pembinaan hubungan antar siswa dan antar siswa dengan guru sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai dan saling membantu. c. Tekanan kegiatan pembelajaran adalah pada peranan siswa yang lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran. 3. Evaluasi Program Evaluasi dilakukan untuk mengolah dan menyajikan data atau informasi yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Partisipasi dalam tahap evaluasi ini bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui tentang sejauh mana perubahan yang telah dialami dan dicapai oleh mereka melalui pembelajaran partisipatif. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah peran serta seseorang dalam suatu kegiatan kelompok untuk mencapai
tujuan
bersama.
Di
dalam
pembelajaran
diperlukan
pengembangan kemampuan belajar mandiri dan kritis. Dalam hal ini maka jelaslah dalam proses pembelajaran menuntut keterlibatan siswa dalam memahami materi yang diajarakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pembelajaran yang bersifat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
partisipatif, yaitu pembelajaran yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan siswa. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, sedangkan keaktifan lebih dibebankan kepada siswa. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran tidak sebatas sebagai pendengar dan pencatat, tetapi lebih dari itu, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa benar-benar menempatkan siswa sebagai
subyek
yang sedang belajar dan
membutuhkan bimbingan serta arahan. Dengan adanya keterlibatan siswa, siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai sebagai individu yang sedang belajar. Siswa tentu akan merasa senang dan kondisi ini akan sangat mendukung tumbuhnya kesadaran, keinginan dan kemauan pada diri siswa untuk belajar. Membuat siswa mau belajar, inilah tujuan utama kegiatan pembelajaran di sekolah. Sebab kemauan belajar merupakan kondisi yang harus ada jika guru menginginkan siswa dapat menyerap dan menguasai materi pelajaran yang dipelajari. Adapun yang dikaji dalam partisipasi belajar siswa (Made Sumadi, 2002:6) adalah : 1. Partisipasi bertanya 2. Partisipasi menjawab 3. Menyelesaikan tugas secara tuntas 4. Partisipasi dalam diskusi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
5. Mencatat penjelasan guru 6. Menyelesaikan soal di papan tulis 7. Mengerjakan tes secara individu 8. Menyimpulkan materi pelajaran di akhir pelajaran Dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa adalah peran serta siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dapat terlihat pada keaktifan mereka dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti, keterlibatan dalam diskusi kelompok, mencatat penjelasan guru, menyelesaikan soal di papan tulis, mengerjakan tes secara individu dan menyimpulkan materi pelajaran di akhir pembelajaran. J. Minat Siswa dalam Pembelajaran Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
minat
adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah, keinginan. Menurut Winkel (1987:105) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dan subyek merasa tertarik pada hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Perasaan merupakan faktor psikis yang nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar. Sardiman A.M (1986:76) mengartikan minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Slameto (2010:180) mengemukakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, akan semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dilihat dari keterlibatan siswa dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu gejala psikis berupa keingintahuan, ketertarikan, rasa senang terhadap suatu obyek untuk mengetahui dan belajar tentang suatu obyek itu tanpa merasa terpaksa karena menarik perhatian Faktor – faktor yang dapat menimbulkan minat menurut Soedarsono (1998:29) adalah sebagai berikut : 1. Faktor kebutuhan dari dalam Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
2. Faktor motif sosial Timbulnya minat pada diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan di mana ia berada 3. Faktor emosional Faktor itu merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu keinginan atau obyek tertentu K. Media Pendidikan 1. Pengertian Media Pendidikan Menurut Arief S. Sadiman ( 1986 : 7 ) ”media pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, sehingga dapat dirangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Menurut Oemar Hamalik ( 1986 : 6 ) ”media pendidikan adalah alat, metode,
dan
tehnik
yang
digunakan
dalam
rangka
lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah sehingga tujuan pengajaran yang dinginkan”. Menurut Gagne dalam Arief S. Sadiman ( 1986 : 6 ) ”media pendidikan adalah berbagai komponen yang dapat mempengaruhi serta merangsang siswa dalam proses belajarnya”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud media pendidikan dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat merangsang perhatian dan perbuatan, serta dapat memotivasi siswa sehingga terjadi proses belajar yang baik pada diri siswa. 2. Jenis – jenis Media Pendidikan Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1990 : 3) ada beberapa jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pengajaran yaitu : a. Media grafis seperti gambar, foto, dan lain – lain, media grafis sering juga disebut media dua dimensi yakni dalam bentuk model yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. b. Media tiga dimensi yaitu dalam model seperti model padat (solid model ), model penampang, model susun, model kerja, mooh up, diorama dan lain lain. c. Madel proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan strategi pembelajaran dengan OHP dan lain – lain. d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. Menurut Setijadi ( 1986 : 38 ) media pendidikan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : a. Audio seperti telepon, radio, konferensi jarak jauh dan lain sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
b. Bahan cetak seperti selebaran, gambar ungkap, papan tullis, sigram, grafik, peta dan lain sebagainya. c. Audio cetak seperti blangko, diagram, bahan acuan dan sebagainya yang digunakan bersama pita atau piringan radio. d. Visual proyeksi diam seperti film bingkai, transparansi, dan hologram. e. Audio visual proyeksi diam seperti film rangkai suara, film bingkai suara. f. Visual gerak seperti film gerak dan video. g. Audio visual gerak seperti telepon gambar ( konfeerensi ) dan video ( play back langsung). h. Objek fisik seperti benda yang nyata ( patung, orang ) dan peragaan atau model benda sesungguhnya. i. Sumber – sumber manusia dan lingkungan seperti studi wisata, situasi permainan perdu, studi kasus dengan menggunakan anggota kelompok dan partisipasi kelompok. j. Komputer seperti komputer dan alat peragaan. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat ditegaskan bahwa media permainan kartu dalam penelitian ini termasuk media grafis L. Bilangan Bulat Menurut B.Harahap dan ST.Negoro (1979:7), bilangan bulat adalah bilangan – bilangan yang terdiri atas semua bilangan asli, nol dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
semua lawan bilangan asli. Berdasarkan Ensiklopedia Matematika, bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif {1,2,3,…}, bilangan bulat negatife {…,-3, -2, -1}, dan {0}. Jadi, himpunan bilangan bulat dapat dituliskan sebagai berikut {…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …}.
M. Permainan
Kartu Hitung
Yang dimaksud media permainan kartu dalam penelitian ini adalah media permainan kartu yang berbentuk persegi yang terbuat dari kertas buffalo yag berukuran 3 x 3 cm yang berwarna merah (menunjukkan bilangan positif) dan warna kuning (menunjukkan bilangan negatif), yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, dimana peserta yang terlibat di dalamnya atau pemain – pemainnya bermain dengan menggunakan aturan – aturan yang telah ditentukan. Adapun wujud alat peraga tersebut sejumlah kartu positif dan negatif seperti gambar berikut
+
-
Model ini akan memberikan gambaran secara visual kepada siswa mengenai operasi hitung perkalian bilangan bulat. Adapun aturan dalam penggunaan model kartu positif dan negatif ini sebagai berikut
+ -
Menunjukkan bilangan bulat positif 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Menunjukkan bilangan bulat negatif 1
Model nol ditunjukkan oleh pasangan kartu positif dan negatif seperti gambar berikut
+ Operasi
hitung
+ + perkalian
bilangan
bulat
didefinisikan
dengan
menempatkan model kartu ke dalam suatu tempat, dapat berbentuk persegi, persegi panjang atau bentuk lainnya. Misalnya perkalian 3 x 4, dapat dideskripsikan sebagai tiga kelompok yang berisi 4-an. Bilangan pertama (3) sebagai operator yang akan menunjukkan apa yang harus dilakukan terhadap bilangan yang kedua (4). Jika operator bertanda positif, maka letakkan kartu positif atau negatif ke dalam tempat tersebut. Jika operator bertanda negatif, maka ambil sejumlah kartu positif atau negatif dari tempat tersebut sesuai yang ditunjukkan bilangan kedua. Sebagai contoh Contoh 1 : 2 x 3 Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut : a. Menyiapkan tempat kartu (misalnya berbentuk persegi panjang)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
b. Karena bilangan pertama (2) bernilai positif, maka 2 x 3 diartikan peletakan dua kelompok kartu yang masing-masing berisi tiga kartu positif
+
+
+
Kelompok pertama
+
+
+
Kelompok kedua
c. Setelah dilihat ternyata ada 6 kartu positif. Berarti 2 x 3 = 6
Contoh 2 : 2 x (-3) Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut : a. Menyiapkan tempat kartu (misalnya berbentuk persegi panjang)
b. Karena bilangan pertama (2) bernilai positif, maka 2 x (-3) diartikan peletakan dua kelompok kartu yang masing-masing berisi tiga kartu negatif -
-
-
Kelompok pertama
-
-
-
Kelompok kedua
c. Setelah dilihat ternyata ada 6 kartu negatif. Berarti 2 x(- 3) = - 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Contoh 3 : (-2) x 3 Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut : a. Menyiapkan tempat kartu (misalnya berbentuk persegi panjang)
b. Karena bilangan pertama (-2) bernilai negatif, maka (-2) x 3 diartikan pengambilan dua kelompok kartu yang masing-masing berisi tiga kartu positif. Namun tidak ada kartu positif yang dapat diambil, maka letakkan pasangan nol (pasangan kartu negatif dan positif) dipersegi panjang tersebut sampai terdapat dua kelompok 3 kartu positif yang cukup untuk diambil. Kemudian ambil kartu tersebut. -
-
Kelompok pertama
+
+
+
-
-
-
+
+
diambil
Kelompok kedua
+
diambil
c. Setelah dilihat ternyata ada 6 kartu negatif. Berarti 2 x(- 3) = - 6 Contoh 4 : (-2) x (-3) Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut : a. Menyiapkan tempat kartu (misalnya berbentuk persegi panjang)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
b. Karena bilangan pertama (-2) bernilai negatif, maka (-2) x (-3) diartikan pengambilan dua kelompok kartu yang masing-masing berisi tiga kartu negatif. Namun tidak ada kartu negatif yang dapat diambil, maka letakkan pasangan nol
(pasangan kartu
negatif dan positif) dipersegi panjang tersebut sampai terdapat dua kelompok 3 kartu negatif yang cukup untuk diambil. Kemudian ambil kartu tersebut. -
-
-
diambil
+
+
+
Kelompok pertama
-
-
-
+
+
+
diambil Kelompok kedua
c. Setelah dilihat ternyata ada 6 kartu positif. Berarti (-2) x (- 3) = 6
1. Fungsi media permainan kartu hitung bagi anak tunarungu John D Latuheru (1988 : 112 – 113) mengemukakan fungsi permainan kartu sebagai berikut : a. Kondisi atau situasi dimana permainan sangat penting bagi anak didik, karena mereka akan bersikap lebih positif terhadap permainan kartu ini. b. Permainan dapat mengajarkan tentang fakta dan konsep secara tetap guna, sama dengan pembelajaran konvensional pada objek yang sama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
c. Pada umunnya permainan kartu dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik, permainan dapat juga mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain. d. Bantuan yang paling baik dari permainan kartu adalah bagi dominan efektif (yang menyangkut perasaan atau budi pekerti) yaitu memberi bantuan motivasi untuk belajar serta bantuannya dalam masalah yang menyangkut perubahan sikap. e. Dalam bidang berhitung, media permainan dapat meningkatkan kemampuan anak, dan dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran yang konvensional. 2. Keuntungan media permainan kartu John D Latuheru (1988 : 112 – 113) mengemukakan keuntungan permainan kartu sebagai berikut : a. Melalui permainan kartu siswa dapat dengan segera melihat atau mengetahui hasil dari pekerjaan mereka. b. Permainan kartu memungkinkan peserta untuk memecahkan masalah – masalah nyata. c. Biaya untuk latihan dapat dikurangi dengan adanya permainan. d. Permainan memberikan pengalaman – pengalaman nyata dan dapat diulangi sebanyak yang dikehendaki. 3. Kelemahan media pembelajaran kartu John D Latuheru (1988 : 115) mengemukakan bahwa kelemahan media permainan kartu sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
a. Efektivitas belajar dengan melalui permainan tergantung dari materi
yang
dipilih
secara
khusus
serta
bagaimana
menggunakannya. b. Penggunaan bahan untuk permainan biasanya memerlukan suatu pengaturan kelompok secara khusus, bila ada siswa yang tidak melakukan,
biasanya
mengganggu
atau
menghambat
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. c. Bahan permainan mungkin sekali membutuhkan biaya serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar. d. Membutuhkan adanya diskusi – diskusi sesudah permainan dan itu dilaksanakan demi keberhasilan tujuan pembelajaran tersebut. e. Waktu dalam hal ini merupakan suatu rintangan yang sangat berarti secara induktif memang membutuhkan waktu jika dibandingkan dengan mengajar secara langsung. N. Kerangka Berpikir Salah
satu
cara
untuk
menciptakan
suasana
yang
kondusif,
menyenangkan dan tidak membosankan adalah dengan memberikan metode yang kreatif. Strategi dalam pembelajaran untuk anak tunarungu adalah menekankan latihan cukup banyak menuntut kemampuan berpikir. Oleh karena itu cara untuk menyampaikan materi pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika dengan sebuah permainan yang menarik perhatian anak tunarungu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Permainan matematika merupakan metode mengajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah satunya melalui media permainan kartu, di mana peserta yang terlibat di dalamnya bermain menggunakan aturan yang berlaku. Siswa yang berhasil menyelesaikan soal dengan media kartu hitung maka akan terangsang terus, pada akhirnya siswa tersebut memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep yang lebih mendalam. Dengan pemakaian metode permainan kartu dalam pelajaran matematika untuk anak tunarungu serta memperhatikan karakteristik dan sifat-sifat yang ada pada diri anak tunarungu dapat mengikuti pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Skemanya sebagai berikut : Skema 2.1 Pembelajaran matematika dengan media kartu hitung bilangan bulat
Siswa tidak bosan
Prestasi meningkat
Guru menjadi kreatif
Pelajaran tidak monoton
Keterlibatan siswa baik Minat siswa bagus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dikatakan kualitatif karena data yang diperoleh sesuai dengan keadaan apa adanya dan untuk menganalisis keterlibatan dan minat siswa berdasarkan instrument pengamatan aktivitas siswa di kelas. Sedangkan data hasil belajar siswa yang berupa angka dideskripsikan secara kuantitatif. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi tunarungu di kelas VII SLB N 1 Bantul yang terletak di Jl.Wates 147 Km.3 Yogyakarta dan berjumlah 4 siswa. C. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan alat peraga kartu hitung pada materi operasi hitung perkalian bilangan bulat untuk anak tunarungu (SLB B) di SLB N 1 Bantul kelas VII. D. Waktu dan Tempat Waktu pengambilan data pada bulan Agustus – Oktober 2014 di SLB N 1 Bantul Yogyakarta. E. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data Keterlibatan 42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Data ini diperoleh dari pengamatan saat penelitian berlangsung, untuk melihat keterlibatan saat proses pembelajaran berlangsung. 1. Data Minat Siswa Data ini diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa saat sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan alat peraga untuk mengetahui minat siswa. 2. Data Hasil Belajar Siswa Data ini didapat dari hasil pre-test dan post-test yang diberikan ke siswa. Soal pre-test dan post-test berupa soal isisan singkat. A. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data kualitatif. Pengamatan di sini dilengkapi dengan lembar pengamatan yang berfungsi untuk mencatat tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Angket Lembar angket diisi siswa untuk mengetahui minat siswa . 3. Tes Akan diberikan pre-test dan post-test untuk melihat hasil belajar siswa. B. Instrumen Pembelajaran dan Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran Peneliti mempersiapkan RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Peneliti juga akan membuat soal tes tertulis yang akan digunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Soal terdiri dari 19 soal isian singkat yang terdiri dari 10 soal untuk melihat kemampuan membaca dan menuliskan bilangan bulat dalam bentuk angka dan kata yang dikategorikan sebagai soal A. Kemudian dikategori B, terdapat 7 soal untuk melihat kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian bilangan bulat positif dan negatif, yang terbagi menjadi 2 soal perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif, 2 soal perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, 3 soal perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif. Sedangkan dikategori C diberikan 2 soal kontekstual untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap soal cerita. 2. Instrumen Penelitian a. Lembar Pengamatan Keterlibatan Digunakan untuk mengamati dan mencatat keterlibatan siswa tunarungu yang menjadi subyek penelitian saat penelitian di kelas berlangsung. 8 peryataan yang akan diamati oleh peneliti di sini yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran seperti menjawab pertanyaan guru, mengerjakan tugas yang diberikan, mau bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan, berdiskusi dengan teman terkait materi pembelajaran, mencatat penjelasan guru serta keaktifan siswa dalam menyimpulkan materi diakhir pembelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
b. Lembar Kuisioner Minat Pengisian
kuisioner
pembelajaran
ini
dilakukan
menggunakan
alat
dua
kali,
sebelum
peraga
dan
sesudah
pembelajaran menggunakan alat peraga. Dalam pengisian kuisioner ini siswa menanggapi 11 nomor yang berisi seputar minat mereka dalam belajar matematika di sekolah bersama guru dan teman-temannya, seperti kemudahan matematika bagi mereka, semangat belajar mereka saat pelajaran matematika, perhatian mereka terhadap penjelasan guru, keseringan mereka membaca buku matematika di rumah, kesenangan mereka belajar matematika belajar bersama guru di kelas, suasana kelas yang mendukung atau tidak, kesukaan mereka terhadap pelajaran matematika, dan apakah mereka ingin pintar matematika atau tidak. Dari kesebelas poin tersebut 2 diantaranya merupakan pernyataan negatif yaitu apa mereka merasa bosan saat belajar matematika, dan mereka malu bertanya ke guru saat mengalami kesulitan.. C. Validitas Instrumen Uji validitas digunakan untuk menguji suatu data penelitian, sehingga dapat diketahui apakah data yang digunakan mempunyai kualitas yang baik atau tidak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : a. Validitas isi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Dalam validitas isi ini, penulis membuat instrument sesuai dengan kisi-kisi materi tersebut. b. Penilaian Pembimbing Instrumen tes hasil belajar, angket penelitian dan wawancara yang telah dibuat, ditunjukkan kepada guru dan dosen pembimbing untuk mendapat kritik dan saran agar instrument tersebut baik dan dapat digunakan. D. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Observasi Keterlibatan Siswa dan Data Kuisioner Minat Siswa Data hasil observasi keterlibatan dan lembar kuisioner minat siswa dianalisis dengan menggunakan persentase (%). Rumus analisis data yang digunakan peneliti adalah rumus menurut Anas Sudijono (2008:43)
Keterangan : f
= banyak siswa dalam indikator tertentu
n
= banyaknya siswa di kelas
P = angka persentase Sebagai pedoman untuk mengkategorikan keterlibatan dan minat siswa dalam aktivitas pembelajaran, digunakan pengelompokan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
dengan rentang skala menurut Suharsimi Arikunto (2012:89) dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.1 Rentang Skala Sangat tinggi = 80 ≤ P < 100 Tinggi
= 60 ≤ P < 80
Cukup
= 40 ≤ P < 60
Rendah
= 20 ≤ P < 40
Sangat rendah = 0 ≤ P < 20 2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Tes belajar yang diperoleh siswa merupakan hasil belajar siswa secara individual, yaitu hasil pre-test dan post-test. Tes hasil belajar siswa akan dianalisis dengan membandingkan membandingkan nilai pre-test dan nilai post-test. Soal pre-test dan post-test di sini terdiri dari 19 soal isian singkat yang terdiri dari 10 soal untuk melihat kemampuan membaca dan menuliskan bilangan bulat dalam bentuk angka dan kata yang dikategorikan sebagai soal A. Kemudian dikategori B, terdapat 7 soal untuk melihat kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian bilangan bulat positif dan negatif, yang terbagi menjadi 2 soal perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif, 2 soal perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, 3 soal perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif. Sedangkan dikategori C diberikan 2 soal kontekstual untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap soal cerita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Cara penilaian pre-test dan post-test adalah sebagai berikut : Skor
Banyak
Jumlah Skor
Per Soal
Soal
Per Kategori
A
1
10
10
B
2
7
14
C
3
2
6
Kategori
Total
30
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan yaitu : a. Mempersiapkan surat untuk penelitian b. Bertemu dengan Kepala Sekolah untuk perijinan penelitian. c. Bertemu dengan guru pembimbing untuk berdiskusi mengenai pelaksanaan penelitian, meminta saran dan informasi tentang pembelajaran di SLB. d. Mempersiapkan alat peraga yang akan dipakai untuk penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
e. Berkonsultasi dan memperkenalkan alat peraga kepada guru pendamping. f. Observasi kelas g. Mempersiapkan instrument-instrumen yang dibutuhkan untuk penelitian. 2. Rencana Kegiatan Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh guru pembimbing yang membantu peneliti dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain: a. Kegiatan Pembelajaran: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2) Mempraktekkan penggunaan alat peraga 3) Melakukan evaluasi setelah pembelajaran b. Untuk
melihat
minat
siswa
dalam
pembelajaran
yang
menggunakan alat peraga berupa kartu hitung antara lain: 1) Mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa saat pembelajaran berlangsung. 2) Mengamati respon-respon siswa yang muncul saat pembelajaran berlangsung. 3. Alat Peraga yang Digunakan Peneliti menggunakan alat peraga kartu hitung pada materi operasi hitung perkalian bilangan bulat. Alat peraga ini terdiri dari: a. Kartu dengan 2 warna berbeda yang bernilai positif dan negatif.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Kertas
putih
sebagai
papan
untuk
tempat
kartu
50
saat
pengoperasian bilangan. 4. Evaluasi Pembelajaran Dilakukan pada pertemuan keempat. Hal ini dilakukan untuk melihat pemahaman siswa akan materi yang diajarkan dan menganalisis minat siswa terhadap alat perga kartu hitung. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memberikan soal-soal (post-test) dan dilakukan pada akhir pembelajaran. 5. Rencana Pelaksanaan a. Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan 4 kali, dengan rincian: 1) Pertemuan awal adalah pemberian soal pre-test. 2) Pertemuan pertama dan kedua adalah pemberian materi operasi
hitung
perkalian
bilangan
bulat
dengan
menggunakan alat peraga kartu hitung. 3) Pertemuan terakhir adalah pemberian soal post-test. b. Pelaksanaan penelitian akan dibantu oleh guru pembimbing, mengingat susahnya berkomunikasi dengan anak tunarungu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian Penelitian dilakukan di SLB N 1 Bantul. Subyek penelitian adalah 4 orang siswa kelas VII SLB N 1 Bantul, di mana mereka memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Dalam penelitian ini peneliti adalah fasilitator yang menyediakan alat peraga serta sebagai pengamat. Materi yang akan dibahas di sini adalah operasi hitung perkalian bilangan bulat menggunakan alat bantu berupa alat peraga yang diberi nama kartu hitung. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk melihat kegiatan pembelajaran sehari-hari dan melihat model pembelajaran yang dilakukan di SLB N 1 Bantul, sehingga dapat membantu dalam merancang pembelajaran dalam penelitian ini, selain itu kegiatan observasi juga dilakukan untuk membantu peneliti mengenal para siswa yang akan dijadikan obyek penelitian sehingga dapat membantu dalam kelancaran penelitian. Dari kegiatan observasi yang dilakukan pada 26 Agustus 2014, peneliti melihat kurikulum yang digunakan di SLB N 1 Bantul sama dengan sekolah-sekolah lainnya, hanya saja pemberian materinya disesuaikan dengan kemampuan siswa, karena seperti diketahui bahwa
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
berbicara. Hal yang berbeda dari sekolah umum adalah, di SLB N 1 Bantul pelajaran matematika hanya seminggu sekali. Untuk usia, rata-rata anak tunarungu di sekolah ini memiliki usia yang sesuai dengan kelasnya seperti siswa pada sekolah umum. Dalam pembelajaran di kelas, mereka tidak hanya menerima materi pembelajaran saja, tetapi juga belajar berbicara. Peneliti melihat pula karakter-karakter yang dimiliki siswa, yaitu : S1 : S1 adalah anak yang hiperaktif, jika dibanding dengan tiga teman lainnya, kemampuan akademik S1 paling rendah, terlebih dalam hal berhitung S1 sangatlah kurang. Di kelas S1 anak yang paling banyak tingkah, ada saja hal yang dilakukannya ketika guru sedang memberi materi. S2 : S2 aktif dalam pembelajaran, dia merupakan siswa baru pindahan dari Banyumas . Jika dibanding dengan teman sekelasnya, S2 siswa yang pintar. Selain punya kepercayaan diri yang tinggi, dia selalu aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru walaupun jawabannya belum tentu benar. Dia selalu menjawab pertanyaan paling cepat dari siswa lainnya. S2 pun pandai mengelola emosinya, disaat dia salah menjawab pertanyaan, dia tidak cemberut ataupun sedih, malah tertawa sambil mencoba menjawab pertanyaan lagi, dan lagilagi jawabanya salah. S3 : S3 siswa yang aktif dan selalu fokus saat pelajaran. Kemampuan S3 dalam menangkap pelajaran sangat bagus, hampir sama dengan S2,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
S3 selalu menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya. Jawaban yang dilontarkan oleh S3 lebih banyak yang tepat dibandingkan dengan S2. Walaupun S3 termasuk anak yang pendiam di kelasnya, tapi dia selalu bersemangat saat pelajaran berlangsung. S4 : S4 merupakan siswa paling diam dan tenang selama di kelas. Kemampuan dalam menangkap pelajaran S4 lebih rendah dibanding dengan S2 dan S3, namun S4 lebih tekun mencatat dan selalu fokus memperhatikan penjelasan guru saat pelajaran berlangsung. S4 tidak banyak bicara namun selalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kepadanya walaupun menjawabnya lama dan salah. Susasana di kelas saat observasi kondusif. Di SLB N 1 Bantul, dalam satu ruangan ada yang terbagi jadi dua kelas, seperti ruang kelas yang dipakai oleh kelas VII, ruangan yang berukuran 8 x 6 meter dibagi untuk dua kelas. Pembelajaran yang terjadi saat observasi sangat baik, guru tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi, selalu meminta siswa maju ke depan mengerjakan soal dan menuliskan jawabannya, juga mengucapkan kata-kata apa yang mereka tulis, karena guru juga mengajarkan mereka mengasah kemampuan berbicaranya. Guru juga mengajarkan siswa untuk belajar bekerja sama, sehingga ada komunikasi diantara mereka, selain belajar berkomunikasi mereka juga belajar bersosialisasi satu sama lain. Di kelas VII ini, jadwal pelajaran matematika diberikan setiap hari Selasa, jam ke 5,6,7 setelah pelajaran olah raga, walaupun sudah siang dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
lelah setelah berolah raga, mereka tetap bersemangat walaupun tidak sesemangat pada pagi hari, dan konsentrasinyapun tidak sepenuh pagi hari. 1. Pelaksanaan Penelitian di dalam Kelas Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, yaitu : a. Pertemuan Awal Pertemuan hari pertama dilaksanakan pada tanggal 23 September 2014. Pada penelitian hari pertama dilakukan pre-test untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan alat peraga. Sebelumnya para siswa sudah menerima materi pembelajaran tentang operasi hitung bilangan bulat saat Sekolah Dasar. Karena baru selesai masa liburan, maka sebelum dilakukan pretest, guru terlebih dahulu mengingatkan para siswa tentang materi operasi bilangan bulat, membaca dan menuliskan bilangan. Semua siswa terlihat paham akan penjelasan tersebut. Setelah siswa cukup mengingat, kemudian mereka diminta mengerjakan soal pre-test Pada pertemuan pertama ini siswa mengerjakan soal pre-test berdasarkan kemampuan mereka. Siswa mengerjakan sendirisendiri dengan tenang dan serius. Waktu yang diberikan guru untuk mengerjakan soal selama 20 menit. Saat siswa mengerjakan soal, guru berkeliling kelas untuk melihat pekerjaan siswa, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
sesekali memberi petunjuk tentang perintah soal, sehingga siswa tidak salah mengartikan soalnya. S1 terlihat bingung, tetapi dia tidak bertanya kepada guru, hanya menunjukkan ekspresi kebingungan yang diikuti dengan gerakan tubuhnya yang menandakan dia sedang kebingungan (menggarukgaruk kepala dan tengok kanan kiri). Sedangkan murid yang lain terlihat tenang dalam mengerjakan soal. Pre-test selesai dalam waktu 20 menit sesuai dengan waktu yang diberikan oleh guru. Setelah megerjakan pre-test merekapun istirahat. b. Pertemuan Pertama Pertemuan Pertama diadakan pada tanggal 14 Oktober 2014, dimulai pukul 10.10 dan berakhir pukul 12.15. Sebelumnya siswa diingatkan kembali mengucapkan negatif dan positif. Setelah mengingatkan siswa, kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan memperkenalkan alat peraga. Lalu pembelajaran dimulai dengan memperkenalkan warna merah dan kuning (yang merupakan warna dari alat peraga kartu hitung). Siswa terlebih dahulu belajar mengucapkan kata merah dan kuning. Setelah siswa bisa mengucapkan dengan baik, kemudian mulai diajarkan aturan penggunaan alat peraga, di mana merah adalah positif, satu kartu merah bernilai 1, dan kuning adalah negatif di mana satu kartu kuning bernilai 1 juga, sedangkan jika kedua kartu dipasangkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
akan bernilai 0. Setelahnya alat peraga mulai digunakan untuk perhitungan bilangan bulat.
Gambar 4.1 Guru memberikan contoh soal ke siswa Supaya mudah dalam menjelaskan cara pemakaian alat peraga, guru meletakkan alat peraga di meja tengah, kemudian para siswa mendekat ke guru untuk melihat penjelasan yang diberikan. Setelah diberi beberapa contoh soal, para siswa kembali ke tempat duduk masing-masing, kemudian guru membagikan satu set alat peraga ke setiap siswa. Pada pertemuan kali ini siswa diajarkan terlebih dahulu operasi hitung perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif, serta perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif. Guru menuliskan soal pada lembar putih, karena itu cara untuk berkomunikasi dengan para siswa. Misalnya guru memberi soal 2 x 3, kemudian guru menuliskan pada kertas putih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
2 x 3, karena angka pertama bernilai dua, maka guru menjelaskannya ada 2 baris, kemudian yang belakang angka positif 3, berarti ambil kartu merah sebanyak 3 kemudian diletakkan dimasing-masing baris 3 kartu positif. Dapat dilihat jumalh kartu merah ada 6. Berarti 2 x 3 = 6 2x3= Baris 1
+
+
+
Baris 2
+
+
+
Kemudian guru memberi contoh soal positif dengan negatif. Misalnya 2 x (-3). Karena angka pertama bernilai 2 positif, berarti ada 2 baris. Kemudian angka kedua bernilai negatif 3, maka siswa diminta untuk mengambil kartu kuning sebanyak 3 kemudian diletakkan di masing-masing baris 3 kartu negatif. 2 x (-3)= Baris 1
-
-
-
Baris 2
-
-
-
Selama
pembelajaran
berlangsung
tidak
ditemukan
kesulitan yang berarti sepanjang pembelajaran kali ini. Semua siswa terlihat aktif dan ceria dalam pembelajaran, mereka sangat antusias dalam menggunakan alat peraga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
c. Pertemuan Kedua Pertemuan Kedua dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2014. Pertemuan dimulai pukul 10.10 dan berakhir pukul 12.15. Pembelajaran kali ini siswa kembali menggunakan alat peraga.
Gambar 4.2 Guru memberi contoh soal
Materi yang diajarkan adalah perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif, serta bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif. Siswa semakin bersemangat bermain dengan alat peraga. Sebelum siswa diberi soal, guru terlebih dahulu memberikan contoh soal, dan semua siswa sangat antusias melihat penjelasan guru. Seperti Pertemuan Pertama, guru menuliskan contoh soal pada lembaran kertas putih. Misal soal yang diberikan (-2) x 3, karena angka pertama 2, berarti ada 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
baris. Kemudian angka ketiga bernilai 3 positif, berarti ada 3 kartu positif yang diambil. Tetapi karena tidak ada kartu positif yang dapat diambil, anak-anak harus meletakkan pasangan nol, yaitu dengan mengambil satu kartu merah dan satu kartu kuning. Jadi di setiap baris, akan diletakkan 3 pasangan nol. Setelah itu, karena tiga bernilai positif, maka diambilah semua kartu merah. Yang tersisa hanya enam kartu kuning. Jadi hasil dari (-2) x 3 adalah (-6). (-2) x 3= Baris 1
+
+
+
-
-
-
+
+
+
Baris 1 -
-
-
-
-
-
Baris 2
Baris 2 -
-
-
Contoh lain adalah (-2) x (-3). Angka pertama bernilai -2 berarti terdapat 2 baris dan terjadi pengambilan kartu dikedua baris tersebut. Angka kedua bernilai -3 berarti ada 3 kartu negatif yang diambil. Namun tidak ada kartu negatif yang dapat diambil dari kedua baris, maka anak-anak harus meletakkan 3 pasangan nol pada setiap barisnya. Setelah itu diambil semua kartu kuning karena angka kedua bernilai negatif. Pada tempat tersebut tersisa 6 kartu merah. Jadi hasil dari -2 x -3 = 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
(-2) x (-3)= Baris 1
Baris 2
+
+
+
-
-
-
Baris 1
Baris 2 +
+
+
-
-
-
+
+
+
+
+
+
Setelah penjelasan selesai, guru meminta salah satu siswa untuk mencoba mengerjakan soal dengan alat peraga, siswapun langsung bisa mempraktekannya dengan benar sambil diberi arahan oleh guru. Setelah diberi beberapa contoh soal, para siswa diberi 10 soal yang ditulis oleh guru di papan tulis dan harus mereka jawab dengan menggunakan alat peraga. Setiap satu soal guru memberi waktu 3 menit, setelah siswa selesai mengerjakan 1 nomor, siswa diminta untuk tunjuk tangan, kemudian guru memeriksa hasil hitungan siswa. d. Pertemuan Terakhir Pada pertemuan keempat ini dilakukan post-test. Post-test dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2014. Siswa diberi waktu 20 menit untuk mengerjakan soal post-test ini. Siswa mengerjakan post-test dengan tenang dan dikerjakan sendiri-sendiri tanpa diskusi dengan tenang. Setelah 20 menit mereka semua sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
selesai mengerjakan semua soal kemudian mengumpulkan pekerjaan mereka ke guru. A. Hasil Penelitian 1. Data pre-test Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Soal pre-test
S1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
Tota l Skor A 10
S2
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
10
2 2 2 2
S3
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0
2 2 2 2 2 2 2
14
3 3
6
100
S4
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
10
0 2 0 0 2 2 2
8
0 0
0
60
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B
a a b b 1 2 1 2 0 2 0 0
Tota l c c c Skor 1 2 3 B 6 2 2 0 2 2 2 14
Tota l Skor 1 2 C 0 0 0 0 0 0 C
Total Skor Keseluruha n 53 80
2. Data post-tests
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Soal post-test A
Tota Soal pre-test
B
Tota l c c c Skor 1 2 3 B 12 2 2 2 2 2 2 14
Tota l Skor 1 2 C 6 3 3 6 3 3 C
Total Skor Keseluruha n
S1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
l Skor A 10
S2
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
10
2 2 2 2
S3
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
10
2 2 2 2 2 2 2
14
3 3
6
100
S4
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
10
2 2 2 0 2 2 2
12
3 3
6
93
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a a b b 1 2 1 2 2 2 2 0
93 100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
3. Data keterlibatan Siswa Berikut akan dipaparkan hasil keterlibatan semua siswa pada Pertemuan Pertama dan ketiga a. Pertemuan Pertama : 14 Oktober 2014
NO
1.
2.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Keterlibatan Semua Siswa pada Pertemuan Pertama Tabel 4.3 Hasil Observasi BUTIR-BUTIR SASARAN Keterlibatan YA Semua Siswa pada TIDAK SI Pertemuan S2 S3 Pertama S4 S1 S2 S3 Siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
3.
Siswa mau menyelesaikan soal di papan tulis
4.
Siswa mau bertanya mengalami kesulitan
5.
Siswa mau berdiskusi dengan teman berkaitan dengan materi
6.
Siswa mencatat penjelasan guru
7.
Siswa mau mengerjakan tugas
8.
Siswa mau menyimpulkan materi pelajaran di akhir pelajaran
Soal pre-test
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
saat
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
S4
√
√
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
b. Pertemuan Kedua : 21 Oktober 2014 Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterlibatan Semua Siswa pada Pertemuan Kedua NO
1.
2.
BUTIR-BUTIR SASARAN
Siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
YA Soal pre-test
TIDAK
SI
S2
S3
S4
√
√
√
√
√
√
√
√ √
3.
Siswa mau menyelesaikan soal di papan tulis
√
√
4.
Siswa mau bertanya mengalami kesulitan
√
√
5.
Siswa mau berdiskusi dengan teman berkaitan dengan materi
√
√
√
6.
Siswa mencatat penjelasan guru
√
√
√
√
7.
Siswa mau mengerjakan tugas
√
√
√
√
8.
Siswa mau menyimpulkan materi pelajaran di akhir pelajaran
√
√
√
saat
S1
S2
S3
S4
√ √ √
√
√
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
4. Data Angket Minat Siswa Berikut akan dipaparkan hasil minat semua siswa pada pembelajaran sebelum menggunakan alat peraga, dan sesudah menggunakan alat peraga a.
Sebelum Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga Tabel 4.5 Hasil Angket Minat Semua Siswa pada Pertemuan Pertama Soal pre-test YA
No
DESKRIPSI
1.
Matematika pelajaran yang mudah bagiku
2.
S2
S3
√
√
√
Aku selalu semangat belajar matematika
√
√
√
3.
Aku selalu memperhatikan penjelasan guru
√
√
√
4.
Ketika diberi soal, aku merasa bisa mengerjakan
√
√
√
5.
Aku mudah merasa bosan belajar matematika di sekolah
√
√
6.
Aku sering membaca buku matematika di rumah
7.
Aku senang belajar dengan guru matematika di sekolah
8.
Suasana di kelas mendukung untuk belajar
9.
Aku tidak malu bertanya kepada guru Aku menyukai pelajaran matematika Aku ingin pintar matematika
10. 11.
S1
TIDAK
√
√
S4
S1
S2
S3
S4 √ √
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
b. Sesudah Pembelajaran Menggunakan alat Peraga Tabel 4.6 Hasil Angket Minat Semua Siswa pada Pertemuan Kedua YA No
DESKRIPSI
1.
TIDAK
S1
S2
S3
S4
Matematika pelajaran yang mudah bagiku
√
√
√
√
2.
Aku selalu semangat belajar matematika
√
√
√
√
3.
Aku selalu memperhatikan penjelasan guru
√
√
√
√
4.
Ketika diberi soal, aku merasa bisa mengerjakan
√
√
√
√
5.
Aku mudah merasa bosan belajar matematika di sekolah
6.
Aku sering membaca buku matematika di rumah
7.
Aku senang belajar dengan guru matematika di sekolah
√
√
√
√
8.
Suasana di kelas mendukung untuk belajar
√
√
√
√
9.
Aku tidak malu bertanya kepada guru
√
√
√
√
Aku menyukai pelajaran matematika Aku ingin pintar matematika
√
√
√
√
√
√
√
√
10. 11.
√
S1
S2
S3
S4
√
√
√
√
√
√
√
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
B. Analisis Berikut ini adalah hasil analisis pre-test & post-test, keterlibatan, dan minat siswa dalam Pertemuan Pertama dan ketiga : 1. Pre-test & post-test
Pre-test Tabel 4.7 Analisis Hasil Pre-test Bagian A
Kriteria
Bagian B
Kriteria
Bagian C
Kriteria
S1
100%
Sangat tinggi
42,8%
Cukup
0%
Sangat rendah
S2
100%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
0%
Sangat rendah
S3
100%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
S4
100%
Sangat tinggi
57,1%
Cukup
0%
Sangat rendah
Rata-rata perbagian
100%
Sangat tinggi
74,9%
Tinggi
25%
Rendah
Rata-rata Pre-test
73,32%
Kriteria
Tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Post-test Tabel 4.8 Analisis Hasil Post-test Bagian A
Kriteria
Bagian B
Kriteria
Bagian C
Kriteria
S1
100%
Sangat tinggi
85,7%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
S2
100%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
S3
100%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
S4
100%
Sangat tinggi
85,7%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
Rata-rata perbagian
100%
Sangat tinggi
92,8%
Sangat tinggi
100%
Sangat tinggi
Rata-rata 96,65% Post-test Kriteria
Sangat tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
2. Keterlibatan Siswa a. Pertemuan Pertama Tabel 4.9 Analisis Hasil Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Pertama
S1 NO
Y 1.
2.
Siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
3.
Siswa mau menyelesaikan soal di papan tulis
4.
Siswa mau bertanya saat mengalami kesulitan
5. 6. 7. 8.
S2
S3
S4
BUTIR-BUTIR SASARAN
Siswa mau berdiskusi dengan teman berkaitan dengan materi Siswa mencatat penjelasan guru Siswa mau mengerjakan tugas Siswa mau menyimpulkan materi pelajaran di akhir pelajaran
T
Y
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
T
Y
T
Y
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0 1 0
T
0
0
Rata – Rata Persiswa
25%
75%
100%
75%
Kriteria Ketercapaian
Rendah
Tinggi
Sangat tinggi
Tinggi
Rata – Rata Kelas
68,75%
Kriteria Ketercapaian
Tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Pertemuan Kedua Tabel 4.10 Analisis Hasil Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Kedua
S1 NO
Y 1.
2.
S2
S3
S4
BUTIR-BUTIR SASARAN Siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru Siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
T
Y
T
Y
T
Y
1
1
1
1
1
1
1
1 1
3.
Siswa mau menyelesaikan soal di papan tulis
0
1
1
4.
Siswa mau bertanya saat mengalami kesulitan
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5. 6. 7. 8.
Siswa mau berdiskusi dengan teman berkaitan dengan materi Siswa mencatat penjelasan guru Siswa mau mengerjakan tugas Siswa mau menyimpulkan materi pelajaran di akhir pelajaran
0
T
0
Rata – Rata Persiswa
50%
100%
100%
87,5%
Kriteria Ketercapaian
Cukup
Sangat Tinggi
Sangat tinggi
Sangat Tinggi
Rata – Rata Kelas
84,37%
Kriteria Ketercapaian
Sangat Tinggi
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
3. Minat Siswa a. Pertemuan Pertama
Tabel 4.11 Analisis Hasil Minat Siswa Pada Pertemuan Pertama SI No
S2
S3
S4
DESKRIPSI Y
Y
0
1
T
Y
T
Y
T
1.
Matematika pelajaran mudah bagiku
2.
Aku selalu semangat belajar matematika
0
3.
Aku selalu memperhatikan penjelasan guru
0
4.
Ketika diberi soal, aku merasa bisa mengerjakan
0
5.
Aku mudah merasa bosan belajar matematika di sekolah
6.
Aku sering membaca buku matematika di rumah
0
0
7.
Aku senang belajar dengan guru matematika di sekolah
0
0
1
0
8.
Suasana di kelas mendukung untuk belajar
0
0
1
0
9.
Aku tidak kepada guru
1
0
0
0
0
1
1
0
1 36,36%
1 72,72%
Rendah
Tinggi
10. 11.
malu
yang
T
bertanya
Aku menyukai pelajaran matematika Aku ingin pintar matematika Rata-Rata Per Siswa Kriteria Ketercapaian Rata-Rata Kelas Kriteria Ketercapaian
0
1 18,18% Sangat rendah
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0 0 0
36,36% Rendah
0
1 18,18% Sangat rendah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
b. Pertemuan Kedua
Tabel 4.12 Analisis Hasil Minat Siswa Pada Pertemuan Kedua SI No
S2
S3
S4
DESKRIPSI Y
1.
Matematika pelajaran mudah bagiku
2.
yang
T
Y
T
Y
T
Y
1
1
1
1
Aku selalu semangat belajar matematika
1
1
1
1
3.
Aku selalu memperhatikan penjelasan guru
1
1
1
1
4.
Ketika diberi soal, aku merasa bisa mengerjakan
1
1
1
1
5.
Aku mudah merasa bosan belajar matematika di sekolah
1
1
6.
Aku sering membaca buku matematika di rumah
0
1
7.
Aku senang belajar dengan guru matematika di sekolah
1
1
1
1
8.
Suasana di kelas mendukung untuk belajar
1
1
1
1
9.
Aku tidak kepada guru
0
0
0
0
1
1
1
1
1 81,81% Sangat tinggi
1 1 90,90% 90,90% Sangat Sangat tinggi tinggi 86,35% Sangat tinggi
10. 11.
malu
bertanya
Aku menyukai pelajaran matematika Aku ingin pintar matematika Rata-Rata Per Siswa Kriteria Ketercapaian Rata-Rata Kelas Kriteria Ketercapaian
1
T
1
1
0
1 81,81% Sangat tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
C. Pembahasan 1. Hasil Belajar
Grafik 4.1 Hasil Belajar Siswa Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, dengan pertemuan pertama dan keempat adalah pemberian soal pre-test dan post-test. Pemberian soal pre-test dan post-test
bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Setelah dilaksanakan pre-test dan post-test. Rata-rata pre-test siswa sebesar 73,32% (berada dalam kategori tinggi) dan rata-rata post-test siswa sebesar 96,65% (berada dalam kategori sangat tinggi). Pada bagian A, kemampuan membaca dan menuliskan bilangan bulat, rata-rata yang di dapat sebesar 100%. Pada bagian B, kemampuan menghitung bilangan bulat, rata-rata yang didapat saat pre-test sebesar 74,9%, kemudian saat post-test terjadi peningkatan menjadi 92,8%. Begitu juga pada bagian C, kemampuan menyelesaikan soal kontekstual juga mengalami peningkatan rata-rata, dari 25% menjadi 100%. Dari hasil yang didapat dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata. Menurut Munadi (2008:2004) salah satu
faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar ialah faktor fisiologis, dimana kondisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
fisiologis seperti cacat jasmani dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran. Salah satu metode komunikasi anak tunarungu ialah dengan metode membaca, dimana ia dapat memanfaatkan penglihatannya untuk memahami pembicaraan orang lain melalui gerak bibir dan mimik si pembicara. Dengan menggunakan alat peraga ini, siswa tunarungu menjadi lebih tertarik untuk belajar karena mereka dapat mempraktekannya langsung sehingga mereka dapat lebih mengingat apa yang telah diajarkan oleh guru melalui alat peraga. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa, dimana setelah menggunakan alat peraga siswa lebih mengerti dan lebih mudah dalam mengerjakan soal. 2. Keterlibatan Siswa
Grafik 4.2 Keterlibatan Siswa
Untuk mengetahui besarnya tingkat keterlibatan siswa, selama pembelajaran berlangsung (pada pertemuan pertama dan kedua) peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
melakukan observasi dengan mengisi lembar observasi keterlibatan siswa yang sudah dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya. Secara umum keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika pada pertemuan pertama sebesar 68,75% (berada pada kategori tinggi) dan pada pertemuan kedua rata-rata keterlibatan siswa sebesar 84,37% (berada pada kategori sangat tinggi). Pembelajaran dengan alat peraga yang terpusat pada siswa ini menyebabkan siswa merasa memiliki kegiatan pembelajaran tersebut, karena siswa diikutsertakan secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga mendorong siswa untuk percaya diri. Dengan metode pembelajaran ini siswa juga menjadi lebih aktif dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya serta pemikirannya dalam kelompok maupun individu. Siswa melakukan persaingan atau kompetisi dengan siswa lain, mengetahui hasil kerjanya,mendapat pujian karena berhasil mendapat nilai baik. 3. Minat Siswa
Grafik 4.3 Minat Siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Pada penelitian ini, minat belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat baik. Hal ini terlihat dari hasil angket sebelum pembelajaran menggunakan alat peraga yang mengalami peningkatan bila dibandingkan hasil angket setelah menggunakan alat peraga. Rata-rata minat belajar siswa yang awalnya 36,36% berada pada kategori rendah, setelah menggunakan alat peraga menjadi 86,35% berada pada kategori sangat tinggi. Hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa siswa mempunyai minat yang sangat tinggi selama pembelajaran, siswa mengungkapkan bahwa mereka senang saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil angket minat siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu hitung dapat meningkatkan ketertarikan, perhatian, dan rasa senang. Peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar matematika siswa mengalami peningkatan dibandingkan sebelum menggunakan alat peraga kartu hitung. Selain itu tujuan dari tindakan untuk meningkatkan minat belajar siswa juga tercapai. D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
adalah
peneliti
tidak
menggunakan instrumen penelitian saat melakukan observasi, selain itu peneliti kurang memperhatikan tingkat kesulitan materi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Hasil belajar siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk operasi hitung perkalian bilangan bulat mengalami peningkatan. Terlihat dari hasil rata-rata nilai pre-test dan post-test, dari 73,32% yang termasuk dalam kriteria tinggi menjadi 96,65% masuk dalam kriteria sangat tinggi. 2. Keterlibatan siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika materi
operasi hitung perkalian bilangan bulat menggunakan alat peraga kartu hitung termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, keterlibatan siswa mengalami pengingkatan, pada pertemuan pertama keterlibatan siswa sebesar 68,75% yang menurut Suharsimi Arikunto rentang skala ini termasuk dalam kriteria tinggi. Sedangkan pada pertemuan kedua, keterlibatan siswa menjadi 84,37% termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Dapat dilihat dari siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung, siswa juga mau bertanya saat mengalami kesulitan, meskipun tidak menggunakan bahasa lisan secara langsung melainkan menggunakan bahasa verbal. Siswa mau berdiskusi dengan teman terkait dengan materi, mengerjakan tugas yang 76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
1. diberikan dan terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa menjadi lebih aktif dan tidak mudah bosan karena siswa dapat bermain sambil belajar. 2. Minat siswa tunarungu dalam pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga kartu hitung untuk operasi hitung perkalian bilangan bulat mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama minat siswa sebelum pembelajaran menggunakan alat peraga sebesar 36,36%,yang termasuk dalam kriteria rendah dan pada pertemuan kedua sebesar 86,35%. Menurut Suharsimi Arikunto, angka ini termasuk pada kriteria sangat tinggi. Dapat dilihat siswa mau memperhatikan penjelasan dari guru disetiap pertemuan dan mau bertanya ke guru saat mengalami kesulitan, dibuktikan dengan siswa bisa mengerjakan dengan benar soal yang diberikan oleh guru. Dengan adanya alat peraga, suasana di kelas menjadi mendukung untuk proses pembelajaran. Matematikapun menjadi pelajaran yang mudah bagi mereka. Mereka menyukai dan ingin pintar matematika. A. Saran 1. Bagi Pembaca Bagi pembaca yang ingin melanjutkan penelitian ini, disarankan untuk memilih sekolah yang siswanya tidak memiliki hambatan dalam kehadiran di kelas, sehingga penelitian dapat dilakukan dalam waktu yang tepat sesuai rencana dan siswa sebagai subyek penelitian juga lebih mudah menerima materi yang diberikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
2. Bagi Sekolah Diharapkan lebih tertib dalam memberlakukan jam pelajaran yang ada di sekolah, jadi saat jam istirahat atau jam pergantian pelajaran bisa tepat waktu, sehingga waktu tidak terbuang dengan sia-sia. 3. Bagi Guru Disarankan untuk lebih banyak melakukan variasi dalam pembelajaran terutama dalam pemakaian media alat peraga dalam pembelajaran, supaya para siswa lebih semangat dalam belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Arief S. Sadiman. 1986. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali. Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung : Citra Aditya bakti. Usa Sutisna. 1984. Pendidikan Anak Terbelakang Mental. Jakarta : Depdikbud. Suharsimi Arikunto. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Nana Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production. Wardani, I.G.A.K, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta : Universitas Terbuka. http://husadaindah.wordpress.com/2012/03/15/makalah-tunarungu-ii/ Diposkan oleh Loek Slank di 7/01/2013 08:53:00 AM (diakses bulan April 2014) http://www.learner.org/courses/learningmath/number/session4/part_c/indec.html. (diakses bulan Agustus 2014) http://sitinurisneni.blogspot.com/2010/03/karakteristik-dan-masalahperkembangan.html (diakses bulan Agustus 2014) Abdul Gafur. (2001). Pemilihan Strategi dan Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sardiman A.M, 1986, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Winkel, W.S. dan Hastuti,Sri,2004,Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,Yogyakarta:Media Abadi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Harahap, B dan ST Jakarta:Yudhistira
Negoro.1979.
Penuntun
Matematika
SMP
80
2.
Abdurahman Mulyono.2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soedarsono. 1988. Beberapa Prinsip dalam Penelitian. Yogyakarta : Bimbingan Penelitian Karya Ilmiah FIP IKIP Yogyakarta. Suryobroto. 1986. Mengenal Metode Pengajaran dari Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SLB Negeri 1 Bantul
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: VII / I
Pertemuan ke
:1–4
Alokasi Waktu
: 12 x 35 menit
A. Standar Kompetensi 1. Memahami dan dapat melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar 1. Mengenal bilangan bulat dan melakukan operasi perkalian bilangan bulat
C. Indikator 1. Membaca dan menuliskan bilangan bulat dalam kata-kata dan angka 2. Menyelesaikan perkalian bilangan bulat positif dengan positif 3. Menyelesaikan perkalian bilangan bulat positif dengan negatif 4. Menyelesaikan perkalian bilangan bulat negatif dengan positif 5. Menyelesaikan perkalian bilangan bulat negatif dengan negatif
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat membaca dan menuliskan bilangan bulat dalam kata-kata dan angka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
2. Siswa dapat menyelesaikan perkalian bilangan bulat positif dengan positif 3. Siswa dapat menyelesaikan perkalian bilangan bulat positif dengan negatif 4. Siswa dapat menyelesaikan perkalian bilangan bulat negatif dengan positif 5. Siswa dapat menyelesaikan perkalian bilangan bulat negatif dengan negatif
E. Materi Ajar 1. Membaca dan menulis bilangan bulat 2. Operasi perkalian bilangan bulat
F. Metode Pembelajaran Tanya jawab, penggunaan alat peraga, latihan soal
G. Langkah- langkah Pembelajaran Pertemuan Awal ● Kegiatan Awal Siswa diminta untuk membaca dan menuliskan sebuah bilangan kemudian diberi soal latihan untuk mengingatkan siswa tentang bilangan bulat. ● Kegiatan Inti ● Eksplorasi › Guru membantu siswa untuk mengingat tentang materi bilangan bulat yang sudah pernah diberikan dengan melakukan tanya jawab ● Elaborasi › Siswa diberi soal pre-test
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
› Guru mengingatkan batas waktu mengerjakan soal › Guru mengumpulkan pekerjaan siswa
● Konfirmasi › Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa › Guru bertanya jawab tentang kesulitan pengerjaan soal pre-test ● Kegiatan Penutup Guru memberitahu siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya, yaitu pembelajaran menggunakan alat peraga kartu hitung
Pertemuan Pertama ● Kegiatan Awal Mengingatkan kembali tentang konsep bilangan bulat dan contohnya ● Kegiatan Inti ● Eksplorasi › Guru memberikan penjelasan singkat tentang bilangan bulat › Guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai perkalian bilangan bulat positif dengan positif, dan positif dengan negatif Misal : 3 x 2 = . . . 3 x (-2) = . . . Soal cerita ○ Ibu mempunyai 3 keranjang, masing-masing berisi 2 mangga. Berapa jumlah manga ibu? ○ Kakak meminjam 2 pensil sebanyak tiga kali. Berapa jumlah pensil yang dipinjam kakak?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
› Guru memperkenalkan alat peraga kartu hitung bilangan bulat dan bagaimana cara penggunaannya ● Elaborasi › Guru membantu siswa dalam menggunakan alat peraga › Siswa mengerjakan soal dengan menggunakan alat
peraga
› Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa ● Konfirmasi › Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa › Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan dan menyimpulkan ● Kegiatan Penutup Guru memberitahu siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya,
Pertemuan kedua ● Kegiatan Awal Melakukan apersepsi dengan mengingatkan siswa materi dan penggunaan alat peraga pada materi sebelumnya ● Kegiatan Inti ● Eksplorasi › Guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai perkalian bilangan bulat negatif dengan positif, dan negatif dengan negatif Misal : (-3) x 2 = . . . (- 3) x (-2) = . . . Soal cerita Sebuah termometer bersuhu -3 derajat celcius. Jika akan dijadikan dingin 2 kali lipatnya. Berapakah suhunya?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
› Guru mengingatkan siswa tentang cara penggunaan alat peraga kartu hitung ● Elaborasi › Guru membantu siswa dalam menggunakan alat peraga › Siswa mengerjakan soal dengan menggunakan alat
peraga
› Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa ● Konfirmasi › Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa › Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pahaman, memberikan penguatan dan menyimpulkan ● Kegiatan Penutup Guru memberi pekerjaan rumah kemudian memberitahu siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya
Pertemuan Terakhir ● Kegiatan Awal Melakukan apersepsi dengan mengingatkan siswa materi dan penggunaan alat peraga pada materi sebelumnya ● Kegiatan Inti ● Eksplorasi › Guru membahas pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya › Guru mengingatkan siswa tentang operasi hitung perkalian bilangan bulat yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya melalui beberapa contoh soal ● Elaborasi › Siswa diberi soal post-test › Guru mengingatkan batas waktu pengerjaan soal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
› Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa ● Konfirmasi › Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa › Guru bersama siswa membahas kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal post-test ● Kegiatan Penutup Guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas bersama
H. Alat/bahan dan Sumber Belajar ● Alat peraga kartu hitung bilangan bulat ● Black board, kapur, penghapus papan tulis
I. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
● Membaca dan Tugas menuliskan bilangan Individu bulat dalam kata-kata dan angka ● Melakukan operasi perkalian
Bentuk Instrumen
Instrumen/Soal
Isian
● 20 dibaca . . . ● -17 dibaca . . . ● Negatif lima ditulis . . . ● 5 x (-5) = . . .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
Soal Pre Test Nama
:
Kelas
:
Kerjakan soal di bawah ini dengan teliti! A. Membaca dan menuliskan bilangan bulat dalam bentuk angka dan kata 1. (20) dibaca …. 2. (-17) dibaca …. 3. (4) dibaca …. 4. (-9) dibaca …. 5. (34) dibaca …. 6. Negatif lima ditulis … 7. Sepuluh ditulis … 8. Negatif tujuh puluh satu ditulis … 9. Negatif delapan belas ditulis … 10. Dua puluh dua ditulis … B. Melakukan operasi perkalian bilangan bulat a. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif 1. 4 x 3 = . . . 2. 7 x 2 = . . . b. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif 1. 5 x (-5) = . . . 2. (-3) x 7 = . . . c. Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif 1. (-5) x (-2) = . . . 2. (-2) x (-4) = . . . 3. (-3) x (-8) = . . . C. Soal Cerita (Tuliskan cara menghitung dan jawabannya) 1. Ibu mempunyai 3 tas Masing-masing tas berisi 2 mangga Berapa jumlah manga yang dipunyai ibu?
2. Adik membeli 2 plastik kelereng Masing-masing plastik berisi 4 kelereng Berapa jumlah kelereng yang dipunyai adik?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
Soal Post Test Nama
:
Kelas
:
Kerjakan soal di bawah ini dengan teliti! D. Membaca dan menuliskan bilangan bulat dalam bentuk angka dan kata 11. (10) dibaca …. 12. (7) dibaca …. 13. (-5) dibaca …. 14. (-3) dibaca …. 15. (14) dibaca …. 16. Negatif tujuh ditulis … 17. Sebelas ditulis … 18. Negatif dua puluh satu ditulis … 19. Enam belas ditulis … 20. Tiga puluh dua ditulis … E. Melakukan operasi perkalian bilangan bulat d. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif 3. 3 x 3 = . . . 4. 5 x 2 = . . . e. Perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif 3. 3 x (-5) = . . . 4. (-3) x 6 = . . . f. Perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif 4. (-4) x (-2) = . . . 5. (-2) x (-5) = . . . 6. (-3) x (-5) = . . . F. Soal Cerita (Tuliskan cara menghitung dan jawabannya) 3. Ibu mempunyai 4 tas Masing-masing tas berisi 3 mangga Berapa jumlah manga yang dipunyai ibu?
4. Adik membeli 3 plastik kelereng Masing-masing plastik berisi 2 kelereng Berapa jumlah kelereng yang dipunyai adik?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
INSTRUMEN OBSERVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
Pertemuan ke
:
Hari, tanggal
:
Nama Siswa
:
NO
BUTIR-BUTIR SASARAN
1.
Siswa mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
2.
Siswa mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
3.
Siswa mau menyelesaikan soal di papan tulis
4.
Siswa
mau
bertanya
saat
mengalami kesulitan 5.
Siswa
mau
berdiskusi
dengan
teman berkaitan dengan materi 6.
Siswa mencatat penjelasan guru
7.
Siswa mau mengerjakan tugas
8.
Siswa mau menyimpulkan materi pelajaran di akhir pelajaran
YA
TIDAK
KETERANGAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
KUISIONER MINAT SISWA SESUDAH PEMBELAJARAN
Nama Siswa
:
Pertemuan ke
:
Hari, tanggal
:
No.
DESKRIPSI
TANGGAPAN YA
1.
Matematika pelajaran yang mudah bagiku
2.
Aku
selalu
semangat
belajar
matematika 3.
Aku
selalu
memperhatikan
penjelasan guru 4.
Ketika diberi soal, aku merasa bisa mengerjakan
5.
Aku mudah merasa bosan belajar matematika di sekolah
6.
Aku
sering
membaca
buku
matematika di rumah 7.
Aku senang belajar dengan guru matematika di sekolah
8.
Suasana di kelas mendukung untuk belajar
9.
Aku tidak malu bertanya kepada guru
10.
Aku menyukai pelajaran matematika
11.
Aku ingin pintar matematika
TIDAK
KETERANGAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114