PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Benny Kusumawati NIM: 081124015
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: almarhum ayahku tercinta Petrus Sukapjo, ibuku Monica Partinah, teman-teman angkatan 2008, serta para siswa SMA Stella Duce II Yogyakarta.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO “Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia”. (Ams 3:18)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Juli 2014 Penulis
Benny Kusumawati
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Benny Kusumawati NIM
: 081124015
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II, YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalandata, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Juli 2014 Yang menyatakan,
Benny Kusumawati
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II, YOGYAKARTA.Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan akan pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) sebagai sarana pembentuk pribadi siswa belum dapat mencapai hasil yang maksimal. Kenyataan menunjukkan bahwa sering kali Pendidikan Agama Katolik dipandang sebelah mata, dimana para siswa terkadang acuh tak acuhdan menganggap Pendidikan Agama Katolik hanya sebagaipemenuhan nilai. Moral anak juga mengalami kemerosotan yang cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Kurangnya penghayatan para siswa terhadap materi yang telah diterima mengakibatkan perkembangan pribadi dan imannya belum terbentuk secara maksimal. Keadaan ini disebabkan oleh Pendidikan Agama Katolik di sekolah belum mampu menjawab tujuan Pendidikan Agama Katolik itu sendiri, sehingga proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik belum berhasil membentuk para siswa menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Peranan guru dalam Pendidikan Agama Katolik juga dituntut untuk dapat mendampingi para siswa mencapai tujuan bersama, dimana kreatifitas dan variasi dalam mengelola materi menjadi faktor yang sangat mendukung bagi para siswa dalam mengembangkan pribadi. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah memberikan penjelasan tentang peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan tanggung jawab siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta. Oleh karena itu, untuk menjawab masalah ini penulis mengumpulkan data yang akurat dengan menyebarkan kuesioner kepada para siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta. Penelitian tersebut sudah dilaksanakan dan kemudian hasilnya dijabarkan dalam pembahasan. Hasil akhir menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di SMA Stella Duce II Yogyakarta sudah berjalan dengan baik dan membantu peserta didik dalam mengembangkan diri menjadi pribadi yang bertanggungjawab. Pendidikan Agama Katolik itu sendiri tidak luput dari kekurangan yakni hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Hal ini nampak pada kesadaran para siswa masih belum berkembang dengan baik. Peran guru Pendidikan Agama Katolik menentukan dalam pembentukan para siswa sehingga guru harus mempersiapkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
The title of the writing is THE ROLE OF THE CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION IN THE DEVELOPMENT OF THE SENSE OF RESPONSIBILITY OF THE CLASS XI STUDENTS OF STELLA DUCE II HIGH SCHOOL OF YOGYAKARTA. The bacground behind the title chosen is because of the whole learning process of the Catholic Religious Education as medium individual formation is not reaching the maximum outcome yet as it should be. The fact we are facing is that the Catholic Religious Education is oftenly looked as an unimportance subject by the students. It is just for their school grade fullfilment. The consequence is the students lack of in giving their attention when the subject is taught. And of course, it will continue to the lack of their comprehension in life. When it is lacking in comprhension it will also affect faith and individual development. At the end of these serial consequences, the problem of morality is found, that the students tend to commit bad deeds. The situation above shows us that the goal of the learning process of the Catholic Religious Education needs improving to make the students become more responsible. And for that, the role of a teacher is also demanded in order to gain the common goal. Here, creativity and variation of teaching become a main factor to support the students to develop their personality. The main problem in this writing is to explain the role of the role of the Catholic Religious Education in the development the sense of responsibility of the Class XI Students of Stella Duce II High School of Yogyakarta. Thus, to find the answer of the problem, the accurate data were strongly needed. And for this reason, the questionnairs were given to the students class XI of Stella Duce II High School of Yogyakarta. After that, the data were analyzed. Other resources used were books related. This study was to get the informations and ideas of teaching for the teachers. The result show that Catholic Religious Education is like a bridge of formal education at school, where the students are taught to fully comprehend of Biblical values, so that they will have moral consciousness, responsible for their life. All aspects of the school must build a good relationship and cooperation, so that the whole process of Catholic Religious Education will go smoothly and the main goal of the education can be achieved.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena limpah berkat dan kasihNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PERANAN
PENDIDIKAN
AGAMA
KATOLIK
(PAK)
DI
SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II, YOGYAKARTA. Skripsi ini ditulis sebagai bentuk keterlibatan penulis akan perkembangan proses pembelajaran pendidikan agama katolik di jaman sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan pendidikan agama katolik adalah agar siswa memiliki kemampuan membangun hidup yang semakin beriman, sehingga mampu menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari, di dalam maupun di luar sekolah. Dengan memiliki iman yang utuh, maka pribadi siswa tersebut akan terbentuk dengan baik. Selain itu, skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari seluruh bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah menyetujui penulisan skripsi ini. 2. Dra. Y. Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang selalu mendampingi, memberikan perhatian dan waktunya, memberikan ide-ide dan
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
saran yang sangat berguna selama proses penyelesaian skripsi dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen wali dan sekaligus dosen penguji kedua yang sudah mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. 4. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum. selaku dosen penguji ketiga yang memberikan perhatian serta dukungan dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 5. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan dorongan kepada penulis. 6. Kepada Ayah (Almarhum) dan Ibu tersayang, kakak, teman-teman angkatan 2008, semua pihak dan segenap keluarga yang turut memberikan cinta, semangat dan doanya. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang berguna demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Yogyakarta, 18 Juli 2014 Penulis
Benny Kusumawati
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...........................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT .......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
xv
BAB I.
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................
6
D. Rumusan Masalah ............................................................................
6
E. Tujuan Penulisan .............................................................................
6
F. Manfaat Penulisan ...........................................................................
7
G. Metode Penulisan.............................................................................
7
H. Sistematika Penulisan ......................................................................
8
BAB II. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH DAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA ............................................................. A. Pendidikan Agama Katolik .............................................................
10 10
1. Pendidikan....................................................................................
11
a. Pengertian Pendidikan pada Umumnya ...................................
11
b. Tujuan Pendidikan ...................................................................
14
c. Unsur-unsur Pendidikan...........................................................
16
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ........................................
17
a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ..................
17
b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ........................
21
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik ............................
22
d. Konteks Pendidikan Agama Katolik di Sekolah....... ...............
23
e. Proses Pendidikan Agama Katolik di Sekolah.........................
25
f. Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ............
27
B. Perkembangan Tanggung Jawab .....................................................
30
1. Perkembangan ..............................................................................
30
a. Pengertian Perkembangan ........................................................
30
b. Ciri-ciri Perkembangan ............................................................
31
2. Tanggung Jawab dan Kepribadian ...............................................
32
a. Pengertian Tanggung Jawab ....................................................
32
b. Jenis Tanggung Jawab................................................................ 34 c. Pengertian Kepribadian ............................................................
37
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian........................ 38 e. Hubungan Tanggung Jawab dan Kepribadian .........................
39
f. Kesadaran Moral yang Terbentuk ............................................
41
g. Kepribadian yang Matang ........................................................
43
h. Kepribadian yang Bertanggung Jawab ....................................
44
C. Peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah bagi Perkembangan Tanggung Jawab Siswa .......................................... 1. Pendidikan Agama Katolik Membentuk Kedewasaan Iman .......
46 46
2. Pendidikan Agama Katolik Membentuk Tanggung Jawab .........
48
D.Gambaran Keadaan SMA Stella Duce II Yogyakarta ........................
49
1. Sejarah Singkat SMA Stella Duce II Yogyakarta ........................
49
2. Tujuan, Visi dan Misi SMA Stella Duce II Yogyakarta ..............
52
3. Keadaan Siswi SMA Stella Duce II Yogyakarta .........................
54
4. Kegiatan Belajar Mengajar PAK di SMA Stella Duce II Yogyakarta ..................................................................................
55
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN TENTANG PERANAN
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA ............................................. A. Latar Belakang Penelitian ...............................................................
57 57
B. Tujuan Penulisan .............................................................................
58
C. Manfaat Penulisan ...........................................................................
59
D. Jenis Penelitian ................................................................................
59
E. Metode Penulisan.............................................................................
60
F. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................
60
G. Responden Penelitian.......................................................................
60
H. Instrumen Penelitian ........................................................................
61
I.
Variabel Penelitian...........................................................................
62
J.
Hasil Penelitian ................................................................................
63
K. Pembahasan Hasil Penelitian ...........................................................
71
L. Keterbatasan Penelitian ...................................................................
79
BAB IV. UPAYA PENINGKATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNGJAWABSISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA ............................. A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .....................................
80 81
B. Usulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................
82
BAB V. PENUTUP .........................................................................................
93
A. Kesimpulan ......................................................................................
93
B. Saran ................................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
97
LAMPIRAN .....................................................................................................
99
Lampiran 1: Surat Persetujuan dari Kaprodi ...................................................
(1)
Lampiran 2: Surat Penelitian dari Sekolah .....................................................
(2)
Lampiran 3: Kuesioner Penelitian ...................................................................
(3)
Lampiran 4: Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 1 ............................................
(7)
Lampiran 5: Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 2.............................................
(8)
Lampiran 6: Jadwal Pelajaran SMA Stella Duce II Yogyakarta .....................
(9)
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Ams
: Amsal
B. Singkatan Resmi Dokumen-dokumen Gereja GE
: Gravissimum Education, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristiani, tanggal 4 Desember 1963
C. Singkatan Lain-lain Art
: Artikel
BPS
: Buku Panduan Sekolah
CB
: Carolus Borromeus
DIY
: Daerah Istimewa Yogyakarta
ESDC
: English Speaking and Debet Club
HCS
: Hollandsch Chinneses School
Komkat : Komisi Kateketik KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
OSIS
: Organisasi Siswa Intra Sekolah
PAK
: Pendidikan Agama Katolik
RI
: Republik Indonesia
RPP
: Rencana Program Pembelajaran
SCJ
: Sacerdotum a Sacro Cor de Jesu
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SD
: Sekolah Dasar
SK
: Surat Keputusan
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMAK
: Sekolah Menengah Atas/Kejurusan
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SPG
: Sekolah Pendidikan Guru
Sr
: Suster
TK
: Taman Kanak-kanak
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Fenomena pendidikan Indonesia saat ini terkadang merisaukan bagi para pemerhati pendidikan. Pendidikan sering kali disepelekan. Pendidikan dalam arti sepenuhnya sangat sulit dicapai. Bahkan kenyataannya, pendidikan yang baik dan berkesinambungan saat ini jarang sekali diselenggarakan baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Sekolah Katolik merupakan bagian dari tugas penyelamatan Gereja, khususnya untuk pendidikan iman. Namun dalam kenyataannya, sekolah mengalami begitu banyak masalah dalam proses pendidikan. Banyaknya pengaruh dalam masa remaja itu sendiri cukup membahayakan proses pembentukan kepribadian, khususnya tanggung jawab peserta didik tersebut seperti mencontek, tawuran atau perkelahian antar sekolah, membuat kelompok geng dalam sekolah, mengkonsumsi narkoba, minum-minuman keras, nonton video porno yang berakibat pada seks bebas, pergaulan tidak sehat, dll. Padahal sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, tetapi juga mencakup tanggung jawab pendidikan secara luas. Itu berarti pendidikan tidak hanya berkutat pada pengetahuan tetapi juga mencakup mendidik pribadi. Dalam hal ini guru tidak hanya mengajar tetapi juga berperan sebagai pembentuk kepribadian. Guru atau pendidik dituntut untuk lebih memperhatikan perkembangan individu sehingga mampu menyusun sistem pendidikan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 berarti. Dalam pengertian ini, berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara pengetahuan dan nilai-nilai yang harus dimiliki tiap individu untuk menjadi pribadi yang matang. Karena itu, harus tetap dijaga keseimbangan antara pengetahuan dan nilai-nilai yang diberikan. Pendidikan agama wajib menyalurkan pengetahuan
yang mampu
memotivasi peserta didik untuk menjalin dan mengembangkan hubungan dengan Tuhan. Pengajaran agama juga harus memberi peluang kepada pembentukan sikap dalam diri siswa tersebut. Bagi sekolah katolik, Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan bagian dari pelayanan sabda. Hidup dan iman peserta didik yang menerima Pendidikan Agama Katolik di sekolah haruslah ditandai dengan perubahan yang terus menerus. Perubahan yang terus menerus ini akan menentukan bagaimana kualitas diri dan mutu kepribadian seseorang, sehingga keberhasilan dalam hidup dapai dicapai dengan baik (Riberu, 2004: 24). Sekolah seharusnya mampu membimbing peserta didik untuk dapat mengerti, mendalami serta mewujudnyatakan nilai-nilai moral yang menjadi penunjang dalam pembentukan diri peserta didik tersebut. Tanggung jawab merupakan salah satu nilai moral yang sangat penting dalam kehidupan ini. Tanggung jawab berarti melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik (Lickona, 2012: 72). Tanggung jawab dan kesadaran yang dimiliki oleh seseorang akan menentukan bagaimana seseorang dapat mempertanggungjawabkan sikap dan tindakan yang dilakukannya. Kesadaran yang tinggi tentu menandakan seseorang memiliki kesadaran moral yang tinggi. Pendidikan agama memiliki peran yakni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan agama mengusahakan pengembangan sikap hidup orang beriman. Puncak pengembangan ini adalah terbentuknya hati nurani dengan kesadaran moral tinggi. Dalam silabus Pendidikan Agama Katolik juga mengatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual (Komkat KWI, 2007: 11). Karena itu pelajaranpelajaran yang diberikan dalam pendidikan kiranya sanggup menjawab tuntutan ini. Gravissimum Educationis juga menegaskan bahwa sekolah memiliki makna istimewa tersendiri dari segala upaya pendidikan yang ada. Sekolah Katolik memiliki tujuan yang khas yakni menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah yang dijiwai semangat Injil, kebebasan dan cinta kasih, serta membantu peserta didik dalam mengembangkan kepribadian mereka secara lebih utuh (GE, art. 5). Menjadi pribadi matang dan mandiri berarti pribadi yang mengenal kemampuan dan kewajiban sosialnya, sehingga kelak dapat berperan aktif sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab. Perwujudan semua hal diatas tentunya menjadi hal mendasar yang dimiliki oleh sekolah Katolik yang mengusahakan pendidikan yang bersifat utuh, yang memperkembangkan seluruh aspek hidup manusia yang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan (Heryatno Wono Wulung, 2008: 12). Sekolah Katolik wajib menyelenggarakan Pendidikan Agama Katolik yang bervisi spiritual, yakni dengan mengedepankan hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 Sekolah SMA Stella Duce II Yogyakarta merupakan sekolah Katolik yang memiliki pendidikan yang bervisi spiritual. Pendidikan yang bervisi spiritual berarti
Pendidikan
Agama
Katolik
secara
konsisten
terus
berusaha
memperkembangkan kedalaman hidup peserta didik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. SMA Stella Duce II Yogyakarta memiliki visi untuk menjadi lembaga pendidikan yang didasari oleh relasi yang berbelarasa untuk membantu para siswa membentuk diri menjadi pribadi yang utuh, bermoral baik, berkemampuan intelektual memadai, cerdas, mandiri, kreatif, terampil, memiliki wawasan kebangsaan dan semangat berbelarasa terhadap sesama manusia terutama yang miskin, tersisih, dan menderita. Visi yang dimiliki oleh SMA Stella Duce II Yogyakarta diatas ingin memaparkan pentingnya mempersiapkan peserta didik yang memiliki kepribadian utuh dan beriman. Selain itu, para siswa juga dibantu untuk memiliki watak yang baik, bersikap jujur, adil, dan berbudi pekerti luhur dengan memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan nilai khususnya nilai-nilai Kristiani, sehingga mampu ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, mengambil bagian dalam keadilan, perdamaian, dan penyelamatan lingkungan hidup. Pendidikan
Agama
Katolik
berperan
penting
dalam
menciptakan
penyesuaian antara pengetahuan dan nilai-nilai yang harus dimiliki. Karena itu, kedudukan Pendidikan Agama Katolik pun harus mendapat tempat dan tidak dapat digantikan. Pertanyaannya, apakah Pendidikan Agama Katolik saat ini masih sanggup menjawab tuntutan pendidikan pada umumnya? Dengan dapat menjawab pertanyaan ini, Pendidikan Agama Katolik memperlihatkan kedudukannya dalam dunia pendidikan formal bahwa Pendidikan Agama Katolik sanggup memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 bukan hanya pengetahuan melainkan juga sanggup membentuk kematangan pribadi bagi peserta didik secara utuh. Dan tentunya keberhasilan ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan gambaran Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan kepribadian di SMA Stella Duce II Yogyakarta, maka penulis merasa tertarik untuk memberi judul karya ilmiah ini PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA.
B. Identifikasi Masalah Pendidikan Agama Katolik masih sering dipandang sebelah mata, peserta didik terkadang lebih suka fokus ke mata pelajaran tertentu dan menomorduakan Pendidikan Agama Katolik. Pendidikan Agama Katolik hanya dianggap sebagai permenuhan nilai semata. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik terkadang kurang bahkan menjauh dari tujuan Pendidikan Agama Katolik, sehingga proses itu tidak berhasil menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang matang dan bertanggung jawab. Moral anak mengalami kemerosotan bukan dalam pengetahuan melainkan perilaku, khususnya tanggung jawab peserta didik tersebut seperti mencontek, tawuran atau perkelahian antar sekolah, membuat kelompok geng dalam sekolah, mengkonsumsi narkoba, minum-minuman keras, nonton video porno yang berakibat pada seks bebas, pergaulan tidak sehat, dll. Peran guru dan proses Pendidikan Agama Katolik terkadang masih kurang mampu menyentuh dan menyapa diri peserta didik dengan masih ditemukan banyak sikap dan perilaku yang menyimpang dalam kenakalan remaja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dalam skripsi ini, maka penulis tidak membahas semua permasalahan yang ada. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah yang akan difokus pada PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan pokok dapat dirumuskan dalam pertanyaan penulisan sebagai berikut: 1.
Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Katolik?
2.
Apa yang dimaksud dengan perkembangan tanggung jawab?
3.
Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMA Stella Duce II Yogyakarta mampu membentuk tanggung jawab siswa dalam kegiatan, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari?
E. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: 1.
Memaparkan apa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Katolik.
2.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan tanggung jawab.
3.
Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan tanggung jawabnya sebagai siswa di SMA Stella Duce II Yogyakarta, baik di dalam maupun di luar sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 F. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Memberikan meningkatkan
sumbangan tujuan
gagasan
Pendidikan
dan
hasil
Agama
penulisan
Katolik
di
bagi sekolah
dalam bagi
perkembangan tanggung jawab dirinya dalam kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. 2.
Menemukan dampak positif Pendidikan Agama Katolik dalam pengembangan tanggung jawab siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta.
3.
Mendapatkan pemahaman pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan yang dialami oleh siswa dalam tanggung jawabnya sebagai siswa secara lebih utuh.
G. Metode Penulisan Metode dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode survey, yaitu metode yang menganalisis suatu data yag ditinjau dari dua hal antara kenyataan dan ketentuan yang ada. Metode ini digunakan untuk memahami peranan PAK dalam hubungannya dengan perkembangan tanggung jawab ini Dengan metode ini pula, maka akan diperoleh gambaran sejauh mana siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta dapat menemukan peranan Pendidikan Agama Katolik (PAK) demi pengembangan kematangan pribadi mereka. Dalam karya ini juga mencoba memahami apa yang menjadi hambatan para siswi untuk dapat menemukan peranan PAK dalam mengembangkan pribadi mereka yang utuh dan bertanggung jawab.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 H. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan pokokpokok sebagai berikut: Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Dalam bab II penulis akan menguraikan empat bagian, pada bagian pertama mengenai peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang mencakup pengertian pendidikan pada umumnya, tujuan pendidikan, unsur-unsur pendidikan, pengertian, tujuan, ruang lingkup, peranan, konteks, proses Pendidikan Agama Katolik di sekolah dan peranan guru Pendidikan Agama Katolik. Bagian kedua mengenai
perkembangan
tanggung
jawab
yang
mencakup
pengertian
perkembangan, ciri-ciri perkembangan, pengertian tanggung jawab, pengertian kepribadian, faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, jenis-jenis tanggung jawab, hubungan tanggung jawab dengan kepribadian, kesadaran moral yang terbentuk, kepribadian yang matang, kepribadian yang bertanggung jawab. Bagian ketiga menguraikan gambaran keadaan SMA Stella Duce II Yogyakarta yang mencakup sejarah singkat, tujuan, visi dan misi, keadaan siswi, kegiatan belajar mengajar PAK di SMA Stella Duce II Yogyakarta. Dan bagian ke empat menguraikan latar belakang penelitian. Bab III menguraikan metodologi penelitian yang mencakup tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu, responden, instrumen, variabel, hasil penelitian, pembahasan penelitian serta keterbatasan penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 Bab IV menguraikan upaya peningkatan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah bagi perkembangan tanggungjawab siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta yang memuat usulan program berupa RPP untuk meningkatkan pemahaman bahwa Pendidikan Agama Katolik memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan tanggung jawab remaja menuju pribadi yang lebih utuh, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari Bab V sebagai bab penutup akan menguraikan kesimpulan dan saran bagi proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMA Stella Duce II Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH DAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA
A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Pendidikan Agama Katolik merupakan hal pokok yang memiliki pengaruh besar di dalam lingkup sekolah, khususnya dalam membantu peserta didik meningkatkan iman dan kepribadiannya menjadi dewasa, baik dalam lingkup sekolah, masyarakat maupun keluarga. Dewasa dalam pengertian menyeluruh yakni dewasa dalam usianya, pikirannya, perasaannya, kemauannya, sehingga bertingkah laku dewasa serta memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam setiap perkataan dan tingkah lakunya. Pendidikan Agama Katolik sebagai pendidikan iman juga diharapkan mampu menjadi jembatan untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan sekaligus menjadi solusi pemecahan masalah yang dihadapi para siswa. Pemahaman lebih luas mengenai Pendidikan Agama Katolik akan lebih jelas dalam pembahasan lebih lanjut. Pada bab ini akan diuraikan dalam dua bagian, bagian pertama mengenai peranan Pendidikan Agama Katolik yang mencakup pengertian pendidikan pada umumnya, tujuan pendidikan, pengertian, tujuan, ruang lingkup, peranan, proses Pendidikan Agama Katolik di sekolah dan peranan guru Pendidikan Agama Katolik. Bagian kedua mengenai perkembangan tanggung jawab yang mencakup pengertian perkembangan, pengertian tanggung jawab, pengertian kepribadian, hubungan tanggung jawab dengan kepribadian, kesadaran moral yang terbentuk, kepribadian yang matang, kepribadian yang bertanggung jawab.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 1.
Pendidikan pada Umumnya
a.
Pengertian Pendidikan pada Umumnya Pada dasarnya, setiap pendidikan merupakan sebuah proses yang memiliki
tujuan untuk membantu seseorang dalam mempersiapkan dirinya berkembang di tengah-tengah masyarakat serta meningkatkan hubungannya dengan Sang Pencipta. Makna sejati dari sebuah pendidikan itu sendiri adalah sebuah usaha bersama dalam proses yang terorganisir untuk membantu manusia mengembangkan dirinya dan menyiapkan diri dalam mengambil bagian dari masyarakat dan di hadapan Tuhan (Mardiatmadja, 1986: 19). Tilaar (1999: 28) juga menegaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan. Proses tersebut mengimplikasikan bahwa di dalam setiap peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Kemampuan-kemampuan tersebut misalnya berupa dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang ada pada diri manusia tersebut. Proses ini merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus bersamaan dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Perkembangan yang terus berjalan ini tidak boleh mengesampingkan sesama manusia serta lingkungan di sekitar. Karena proses pendidikan yang berkesinambungan dari seorang manusia tidak pernah akan selesai. Pendidikan tidak akan berhenti ketika seseorang telah melewati masa-masa pendidikan di sekolah, dibangku kuliah maupun menjadi seorang yang dewasa. Akan tetapi, proses itu akan terus berkembang selama ada interaksi antara manusia dengan sesamanya serta lingkungan alamnya. Dalam proses itu juga seseorang dibantu untuk menyadari kenyataan-kenyataan di dalam hidupnya, bagaimana ia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 harus dimengerti, dimanfaatkan, dihargai dan dicintai, serta menyadari apa yang telah menjadi tugas-tugas serta kewajiban yang harus dilakukannya sehingga mampu membawanya pada lingkungan sekitar, sesamanya manusia dan Tuhan, sebagai pedoman dalam hidupnya. Manusia memiliki dunia yang tak terbatas, ia tidak terikat pada lingkungannya, tetapi terbuka terhadap dunia, ia bisa memiliki pengalamanpengalaman baru. Hampir seluruh tata kelakuan manusia merupakan hasil dari proses belajar, pilihan dan kebiasaan. Hal ini mengharuskan seorang manusia untuk dapat membangun dunianya, budayanya, pengalamannya, perilakunya dan tata perilakunya sendiri. Semuanya ditentukan oleh kemanusiaanya sendiri sebagai seorang manusia. Dalam arti luas, maka pendidikan merupakan sebuah proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan dunianya dan membangun dunianya atau kebudayaannya. Alam dan manusia merupakan satu kesatuan yang struktural. Melalui kebudayaan, manusia membudayakan alam dan melalui alam seorang manusia diduniakan. Relasi manusia dengan lingkungannya atau dunianya itu menjadi relasi yang diperantarakan pada saat manusia menciptakan alat-alat untuk menguasai dan mengendalikan lingkungannya. Kebudayaan tidak hanya mengatur tingkah laku manusia, tetapi juga membatasi kemungkinan-kemungkinan manusia sehingga manusia tetap bisa menciptakan kebudayaan bagi dunianya sendiri. Tujuan dari pendidikan adalah membantu peserta didik untuk dapat menyerap kebudayaan, dimana sebuah kebudayaan harus terus menerus dihasilkan dan dihasilkan kembali oleh manusia. Pendidikan bukan merupakan sebuah kebiasaan bagi seseorang untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 Pendidikan yang otentik adalah pendidikan dalam kebebasan, pendidikan yang membuka peluang sebesar-besarnya bagi seorang peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan sendiri dan memilih untuk ambil bagian di dalam pendidikan (Sastrapratedja, 2001: 10). Tilaar (1999: 28) mengutip pandangan Ki Hadjar Dewantara dalam salah satu pidatonya pada Kongres Pendidikan Antar Indonesia Tahun 1949 mengatakan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah usaha kebudayaan semata-mata, bahwa perguruan itu ialah persemaian benih-benih kebudayaan bangsa Indonesia. Hal ini mengartikan bahwa lembaga pendidikan bukan hanya mengajar untuk menjadikan orang pintar, tetapi mendidik berarti menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam kehidupan agar menjadi manusia berpribadi beradab dan bersusila. Pelaksanaan pendidikan itu sendiri berlangsung di dalam keluarga, perguruan dan masyarakat luas. Dari sudut pandang perguruan, ada pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan formal berlangsung di lembagalembaga perguruan. Pendidikan informal berlangsung sebagai kursus-kursus, di luar sistem persekolahan resmi. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan-pendidikan yang secara umum dilakukan oleh lembaga-lembaga nonperguruan dalam masyarakat misalnya televisi, radio, dan sebagainya (Mardiatmaja, 1986: 50). Dalam proses perkembangan hidup manusia diberi kebebasan menemukan siapa dirinya secara tepat, dimana mereka selalu berhubungan dengan segala hal yang ada di dalam dirinya maupun di luar dirinya. Dengan demikian pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Karena proses pendidikan merupakan proses pembudayaan, begitu juga sebaliknya (Tilaar, 1999: 32).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 b.
Tujuan pendidikan Semua orang dari suku, kondisi atau usia mana pun, berdasarkan martabat
mereka selaku pribadi, mempunyai hak yang tidak dapat diganggu gugat atas pendidikan. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II menegaskan bahwa tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya (GE, art. 1). Dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan, anak-anak dan kaum remaja perlu dibantu untuk menumbuhkan secara laras-serasi bakat pembawaan fisik, moral dan intelektual mereka. Dengan demikian mereka setapak demi setapak akan mencapai kesadaran bertanggung jawab yang kian penuh, dan kesadaran itu akan tampil dalam usaha terus menerus untuk dengan seksama mengembangkan hidup mereka sendiri (GE, art. 1). Pada dasarnya tujuan pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari pendidikan yang berada dalam konteks kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, tujuan pendidikan merupakan kongruen dengan visi masyarakat di mana pendidikan itu berada. Karena proses pendidikan mengandalkan nilai-nilai hidup di dalam masyarakat, dengan sendirinya bahwa pendidikan itu merupakan perwujudan dan penghayatan dari nilai-nilai tersebut (Tilaar, 1999: 30). Mardiatmadja (1986: 51) mengutip pandangan menurut GBHN, bahwa tujuan pendidikan ada empat: yaitu pengembangan pribadi, pengembangan warga negara, perkembangan kebudayaan dan pengembangan bangsa. Dari keempat bidang ini, perlu juga diusahakan 3 segi yang tidak boleh dilupakan yakni segi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 kognitif, segi afektif, dan segi konatif. Dari masing-masing segi harus terus dikembangkan agar budi peserta didik lebih mampu berkembang agar sikap hatinya semakin tumbuh seimbang dan kehendak dalam tingkah lakunya semakin baik. Dengan demikian tujuan pendidikan tidak hanya melulu pada menyalurkan pengetahuan semata, akan tetapi sekaligus berperan dalam mengembangkan potensi-potensi dalam diri peserta didik untuk belajar terus menerus. Arah pendidikan sering kali memakai istilah sebagai pemberdayaan manusia. Pemberdayaan atau empowerment berkaitan dengan pengertian power yang berarti kekuatan. Di dalam istilah empowerment, power diartikan sebagai daya untuk berbuat, kekuatan bersama, dan kekuatan dari dalam. Pendidikan bertujuan membentuk diri peserta didik menurut ketiga kekuatan tersebut. Daya untuk berbuat merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah-masalah, bekerja dan mampu membangun ketrampilan dan pengetahuan yang ada di dalam dirinya. Pendidikan merupakan usaha untuk membantu membangun kekuatan bersama, agar peserta didik membangun solidaritas atas dasar tujuan dan pengertian yang sama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dengan demikian, pendidikan mampu membangun suatu komunitas persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua pihak. Kekuatan spiritual yang muncul dari dalam diri seseorang merupakan hal yang paling penting karena kekuatan inilah yang mampu membuat manusia lebih manusiawi. Dalam hal ini pembentukan harga diri dan penghargaan terhadap martabat manusia tersebut mulai dibangun (Sastrapratedja, 2001: 11).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 c.
Unsur-unsur Pendidikan Pendidikan yang dilaksanakan tentu memiliki unsur-unsur penting yang
saling berhubungan satu dengan lainnya. Unsur-unsur pendidikan itu sendiri antara lain:
1) Peserta Didik Peserta didik adalah subjek didik yang akan diproses untuk menjadi manusia dewasa yang memiliki kepribadian dan watak yang diharapkan, yaitu watak yang memiliki kepribadian dan akhlak mulia. Seorang pendidik harus mampu memahami setiap karakteristik peserta didik agar dapat membawa peserta didik ke arah yang lebih dewasa. Setiap peserta didik memiliki potensi untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya (Mohamad Surya, 2010: 28).
2) Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan. Sebagai seorang pendidik harus memiliki kewibawaan yang mampu memberikan pancaran untuk mengakui, menerima dan menuruti dengan penuh pengertian. Pendidik memiliki peran untuk membantu perkembangan peserta didik itu sendiri, karena mereka menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan baikburuknya proses pelaksanaan di sekolah (Mohamad Surya, 2010: 28).
3) Materi dan Alat Pendidikan Materi atau bahan menjadi faktor utama dalam mencapai tujuan pendidikan untuk disampaikan kepada peserta didik agar dapat dikuasai dan dipahami. Materi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 yang diterima dan dipahami oleh peserta didik harus menggunakan alat atau metode dalam melakukan komunikasi antara pendidik dan peserta didik (Mohamad Surya, 2010: 28).
4) Situasi Pendidikan Situasi berlangsungnya proses pendidikan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Proses berlangsungnya pendidikan perlu memiliki lingkungan yang mendukung, yakni lingkungan yang nyaman sehingga proses pendidikan tidak terganggu. Situasi pendidikan yang dimaknai secara fisik, antara lain: gedung sekolah, halaman, tempat tinggal, teman sebaya, kelompok belajar, dan sebagainya. Secara psikologis seperti: suasana hening, tidak bising, nyaman dan perasaan gembira (Mohamad Surya, 2010: 28).
2.
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
a.
Pengertian Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Agama merupakan suatu pedoman hidup yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, dimana agama membantu seseorang menemukan makna hidup yang lebih mendalam. Dalam tujuan pendidikan tidak hanya ditekankan pada segi agama seperti hukum, ajaran-ajarannya, upacara dan lain sebagainya, namun juga dapat menghayati relasi yang terjalin dengan Tuhan. Oleh karena itu sekolah memiliki peranan dalam membantu mewujudkan tujuan hidup seseorang dalam hal iman. Heryatno Wono Wulung (2008: 23) menuliskan bahwa Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 peserta didik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilainilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Dalam silabus Pendidikan Agama Katolik
untuk Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan (SMA/SMK) menegaskan bahwa: Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama untuk mewujudkan persatuan nasional (Komkat KWI, 2007: 11). Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan upaya sadar dan terencana untuk membantu siswa berkembang menjadi dewasa dalam semua segi kehidupannya. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki budi pekerti yang baik dan peningkatan dalam imannya. Seseorang tidak akan memiliki iman yang kuat hanya dengan memiliki buku-buku pengetahuan agama, doa-doa permohonan, kitab suci, atau pun teori-teori agama yang telah diterima, namun dengan menghayati pengalaman-pengalaman dalam hidupnya maka akan semakin mampu mendalami tujuan hidupnya. Seorang yang beriman adalah orang yang mampu melihat, menyadari, menghayati kehadiran Allah dalam hidupnya, dan berusaha melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari. Iman merupakan pusat hidup kepribadian seseorang dimana semakin dalam iman yang dimiliki akan semakin mempengaruhi kepribadian orang tersebut. Seseorang yang beriman dewasa akan memiliki keyakinan dan motivasi yang tinggi di dalam hidupnya serta berani berbagi pengalaman hidup dengan orang lain, sehingga mampu membedakan mana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 hal-hal penting dan yang tidak penting dalam hidupnya. Misalnya memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan dan mampu untuk memaafkan. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk membantu peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan, dan penghayatan iman dalam konteks hidup sehari-hari. Proses semacam ini diharapkan semakin memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik. Peran Pendidikan Agama Katolik sebagai jembatan, jalan bagi para peserta didik untuk sampai pada penghayatan iman mereka dalam kenyataan hidup seahri-hari. Iman yang dewasa diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh karena mencakup segi pemikiran, hati dan praksis (Komkat KWI, 2007: 11). Pendidikan iman di sekolah merupakan proses pendewasaan iman diharapkan mampu membantu memperkembangkan iman peserta didik secara seimbang. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Katolik juga tidak pernah membatasi perhatiannya hanya kepada kegiatan rohani yang terpisah dari kenyataan hidup lainnya. Sebaliknya Pendidikan Agama Katolik harus mampu mendorong peserta didik untuk mengambil bagian di dalam penindasan serta ketidakadilan. Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu mempelopori terwujudnya kebebasan agar para peserta didik dapat dibantu mengambil keputusan hidup yang sungguh-sungguh keluar dari hati nuraninya. Yan Riberu (2004: 25) juga menulis bahwa pendidikan agama ini juga mengusahakan pengembangan sikap hidup orang beriman. Puncak pengembangan ini berupa terbentuknya hati nurani dengan kesadaran moral yang tinggi. Para pendidik agama wajib mendorong para peserta didik melalui proses demi proses sehingga para peserta didik mampu berpegang pada paham dan nilai bukan karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 kebiasaan melainkan menurut kesadaran yang berasal dari diri sendiri. Pendidikan agama dikatakan berhasil bukan karena mampu mengalihkan ajaran-ajaran pokok agama, melainkan pendidikan agama yang mampu mengembangkan sikap-sikap hidup seseorang yang senantiasa dibimbing hati nuraninya melakukan sesuatu dengan penuh kesadaran moral tinggi. Pendidikan agama di sekolah hendaknya tampil sebagai mata pelajaran yang penting, dengan tuntutan dan kepentingan yang sama dengan pelajaranpelajaran yang lainnya. Pendidikan agama harus mampu menyampaikan pesan dan peristiwa Kristiani dengan kesungguhan dan kedalaman yang sama dengan apa yang disampaikan oleh disiplin lainnya. Pendidikan agama hendaknya tidak hanya ditempatkan sebagai pelajaran tambahan di sekolah, melainkan sebagai hal dasar yang memiliki peran sangat penting di dalam kegiatan sekolah yang mampu membentuk kepribadian para peserta didik. Melalui cara ini, penyajian pesan-pesan Kristiani mampu mempengaruhi cara memahami asal mula dunia, pengertian sejarah, dasar nilai-nilai etis, fungsi agama dalam budaya, tujuan manusia dan hubungannya dengan alam. Pendidikan agama di sekolah dikembangkan dalam konteks sekolah yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari pandangan pribadi masing-masing guru namun tetap mempertahankan sifat khas pendidikan agama sehingga tetap mampu menanggapi tujuannya (Sutarjo Adisusilo, 2012: 40). Hidup dan iman peserta didik yang menerima pendidikan agama di sekolah ditandai dengan perubahan yang terus-menerus. Pendidikan agama disekolah juga perlu memperhitungkan faktafakta untuk dapat mencapai tujuannya. Bagi peserta didik yang percaya, pendidikan agama mampu membantu mereka memahami dengan lebih baik pesan Kristiani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 Bagi peserta didik yang sedang mencari atau yang ragu-ragu, juga dapat menemukan pendidikan agama kemungkinan untuk menemukan apa artinya iman yang tepat kepada Yesus Kristus, dan memberikan mereka kesempatan untuk menguji pilihan mereka sendiri secara lebih dalam. Sedangkan bagi peserta didik yang tidak percaya, pendidikan agama hanya bersifat pewartaan missioner injil, dimana katekese akan mendewasakan iman mereka.
b.
Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dalam buku silabus Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah
Atas/Kejuruan (SMA/SMK) menjabarkan bahwa Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan membangun hidup yang semakin beriman. Tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah untuk membantu naradidik menghayati imannya di dalam hidup sehari-hari, sehingga mereka sungguh-sungguh menjadi orang Katolik yang imannya dewasa (Heryatno Wono Wulung, 2008: 23). Tujuan Pendidikan Agama Katolik itu sendiri tidak dapat dibatasi dalam lingkup sekolah, tetapi juga menyangkut bagaimana memberikan pendidikan iman di tengah-tengah masyarakat. Tujuan Pendidikan Agama Katolik yang diterapkan di sekolah maupun di luar sekolah haruslah bersifat utuh yang mampu mencakup seluruh aspek hidup beriman peserta didik, baik itu segi kognitif, afeksi dan praksis. Pendidikan di dalam iman membantu memperkembangkan seluruh aspek secara seimbang sehingga memiliki arah pendidikan yang bersifat konatif. Bersifat konatif berarti, tujuan pendidikan di dalam iman sudah diolah dan dipertimbangkan matangmatang, sehingga diyakini kebenarannya, dan selanjutnya mendorong semua pihal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 supaya semakin setia serta konsisten mewujudkannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari. Pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik memiliki kesadaran kritis yang reflektif dan mampu berpikir sendiri, juga menolong mereka untuk menjadi lebih peka pada kebutuhan komunitas dan lingkungannya sehingga memiliki wawasan yang luas (Heryatno Wono Wulung, 2008: 23). Ignatia Esti Sumarah (2003: 39) juga menulis pandangan Konsili Vatikan II bahwa pendidikan agama yang diberikan di sekolah Katolik bertujuan menanamkan pendidikan moral menciptakan lingkungan hidup yang dijiwai oleh semangat injil, kebebasan dan cinta kasih sehingga membantu peserta didik dalam mengembangkan kepribadiannya. Cita-cita Pendidikan Agama Katolik menurut iman Katolik adalah sebagai arah menuju jalan keselamatan di tengah-tengah segala masalah dan pergumulan hidup sehari-hari seseorang (GE art. 7 dan 8). Konsili Vatikan II juga menegaskan bahwa sekolah Katolik merupakan sebuah lembaga pendidikan resmi demi mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri. Tujuan Pendidikan Agama Katolik itu sendiri mencakup pengembangan pribadi yang utuh, membentuk kesadaran etis dan sosial, lebih bertanggung jawab, mampu memilih secara bebas dan benar, serta menyiapkan para peserta didik untuk membuka diri terhadap kenyataan hidup dan semakin mampu memaknai hidup.
c.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik Komkat KWI (2007: 12) membagi ruang lingkup pembelajaran PAK
SMA/SMK ke dalam empat aspek, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 1) Pribadi Siswa Dalam aspek pribadi siswa dibahas tentang pemahaman diri sebagai lakilaki dan perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam hal berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya. 2) Yesus Kristus Dalam aspek Yesus Kristus dibahas bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah. Dengan meneladani Yesus, diharapkan para peserta mampu menjadi pribadi yang lebih baik dalam bertingkah laku dan bertutur kata. 3) Gereja Dalam aspek Gereja dibahas arti dan makna Gereja, yang sebagai persekutuan murid-murid Yesus dipanggil serta diutus menjadi pewarta, saksi dan pelaksana karya keselamatan Allah, serta bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari. 4) Kemasyarakatan Dalam aspek kemasyarakatan dibahas secara mendalam hidup bersama dalam masyarakat sesuai dengan Firman/Sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja, atas dasar keyakinan, bahwa kehadiran Yesus dan GerejaNya di dunia bukan hanya untuk Gereja tetapi untuk semua orang.
d.
Konteks Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Konteks Pendidikan Agama Katolik akan menjabarkan dua pendekatan
yaitu sosialisai dan edukasi. Sosialisasi merupakan proses dimana kita menjadi diri sendiri dengan berinteraksi dengan orang lain, dengan aturan dan nilai hidup yang diikuti, serta pola tingkah laku yang diharapkan oleh lingkungan sosial itu sendiri. Sedangkan edukasi adalah sebagai proses dimana kita dengan sadar mendidik diri sendiri dan peserta didik agar secara bersama mengalami perkembangan hidup yang utuh. Sosialisasi dan edukasi itu sendiri antara lain:
1) Sosialisasi Menuju Pribadi yang Lebih Matang Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung seumur hidup di mana seseorang memasukkan diri dalam persekutuan hidup bersama. Dalam proses ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 kita diajak untuk bisa beradaptasi pada sistem nilai yang dianut dan norma-norma hidup yang berlaku di masyarakat (Heryatno Wono Wulung, 2008: 44). Manusia tetap berperan sebagai subyek yang bebas dalam berpikir, mengambil keputusan dan bertindak menurut hati nuraninya. Di dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah kesadaran diri sebagai subyek perlu ditegaskan dan ditekankan. Selain hal itu, perlunya meningkatkan hubungan yang berkaitan dengan masyarakat dan individu, antara kenyataan sosial dan kesadaran perseorangan.
2) Sosialisasi Menuju Hidup Beriman yang Dewasa Untuk menjadi orang beriman kristiani yang mantap dan dewasa kita perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan hidup sesama jemaat lainnya (Heryatno Wono Wulung, 2008: 46). Melalui interaksi tersebut iman seseorang akan dibentuk dan dikembangkan. Penyelenggaraan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus bertitik tolak pada kebutuhan peserta didik sehingga mampu mengarahkan mereka menjadi orang Katolik yang sungguh beriman.
3) Proses Sosialisasi Memerlukan Edukasi yang Bersifat Kritis Pendidikan Agama Katolik bukan hanya proses sosialisasi, tetapi juga proses edukasi yang kritis yang memberdayakan. Pendidikan Agama Katolik juga berusaha supaya dapat meningkatkan hubungan yang bersifat dialektis antara jemaatnya dengan warga dan begitu pula sebaliknya. Perkembangan iman juga merupakan proses dialektis. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Katolik yang diselenggarakan di sekolah perlu meningkatkan proses sosialisasi yang bersifat dialektis (Heryatno Wono Wulung, 2008: 51).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 e.
Proses Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Setiap sekolah Katolik wajib menyelenggarakan Pendidikan Agama Katolik
yang bervisi spiritual, yakni dengan mengedepankan hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Pendidikan yang bervisi spiritual itu dapat terwujud apabila suasana sekolah Katolik juga dijiwai oleh cinta kasih dan kebebasan injili. Kebebasan injili merupakan kebebasan sejati, dimana mengalir dari hati nurani seseorang dengan berani mengatakan “ya” baik kepada sabda Allah, kehidupan sesama maupun dirinya sendiri. Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya mengejar prestasi akademis dan berhenti pada pengetahuan saja, melainkan secara utuh
memperkembangkan
nilai-nilai
kejujuran,
kepekaan,
kepedulian,
kebijaksanaan, dan hati nurani peserta didik. Pendidikan diharapkan tidak hanya menyebarkan informasi, akan tetapi juga memberikan inspirasi hidup kepada para peserta didik antara lain bagaimana menghadapi kenyataan hidup di masa sekarang dan menjawab tantangan di masa depan. Pendidikan Agama Katolik diharapkan mampu membantu para peserta didik semakin terampil dalam menemukan makna hidup dari kenyataan sehari-hari. Elemen dasariah dari pendidikan itu sendiri adalah perkembangan atau perwujudan diri
yang
terus
menerus.
Sikap
dasar
terus
menerus
belajar
dan
memperkembangkan diri ini perlu ditekankan karena sifat manusia yang terus berkembang, sejarah hidup manusia yang tidak pernah berhenti dengan ada perubahan-perubahan pada dunia dan globalisasi pada masa sekarang (Heryatno Wono Wulung, 2008: 15). Simon Rachmadi (2001: 84) menulis bahwa refleksi merupakan komunikasi yang berguna untuk menggali dan menghayati pengalaman hidup peserta didik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 secara lebih mendalam. Proses refleksi itu sendiri merupakan cara membaca pengalaman hidup nyata, agar para peserta didik mampu melihat sisi-sisi angugerah ilahi yang membangkitkan iman di dalam dirinya. Untuk sampai pada komunikasi pengalaman iman itu sendiri, orang membutuhkan kemampuan berefleksi dan ketrampilan dalam memaknai kenyataan hidup yang dialami sehari-hari. Dengan
adanya
komunikasi
tentu
akan
saling memperkaya
dan
meneguhkan pengalaman iman para peserta yang lain pula. Namun semua penilaian tersebut tidak semata-mata menghitung seberapa banyak informasi yang bisa dihafal, melainkan bagaimana kesungguhan hati para peserta didik di dalam melakukan refleksi dan terus menerus mendalaminya secara lebih mendalam lagi komunikasinya dengan Allah di dalam hidup sehari-hari. Sebagai komunikasi iman, Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang menekankan pada tindakan menuju penghayatan iman yang lebih “baik”. Pendidikan Agama Katolik menekankan proses perkembangan iman, peneguhan serta perwujudan cinta kasih. Sehingga suasana kebersamaan, kesalingan serta penghargaan pada masing-masing pribadi sangat penting untuk diciptakan di dalam kelas atau pun dalam kegiatan pembinaan yang lain. Suasana sekolah semacam ini mampu membuat peserta didik merasa martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya dipahami, pertanyaan dan keluhannya diperhatikan. Selain itu, mereka juga dibantu menemukan identitas diri dan perannya di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Di samping itu, suasana kelas yang menggembirakan perlu ditekankan agar tidak membosankan dan menekan. Dengan memiliki visi dan suasana semacam ini, maka tujuan Pendidikan Agama Katolik bisa tercapai dengan baik (Heryatno Wono Wulung, 2008: 18).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 f.
Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Kelayakan pendidikan dapat diukur dari ketersediaan sarana dan prasarana
belajar, media dan sumber belajar, serta guru yang professional. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dalam lembaga pendidikan formal, yaitu sekolah. Untuk menjadi guru yang professional, guru harus mampu menjalankan tugasnya secara professional, mampu membelajarkan peserta didiknya baik dalam materi maupun praktek tentang pengetahuan yang dikuasainya dengan baik. Beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: a) sebagai pekerja professional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih, b) sebagai pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, c) sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik. Peran guru seperti ini menuntut pribadi guru harus memiliki kemampuan manajemen kelas yang baik, teknis, serta keikhlasan bekerja yang dilandaskan pada panggilan hati untuk melayani orang lain (Mohamad Surya, 2010: 8).
Guru merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan formal di sekolah. Sebagai seorang pendidik, guru menjadi tokoh, teladan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi teladan, di tengah-tengah membangun, dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi (ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani). Kedudukan seperti itu merupakan tantangan untuk para guru, bukan saja di depan kelas melainkan juga di tengah masyarakat. Oleh karena itu, guru harus memiliki kualitas pribadi yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin (Isjoni, 2008: 23).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 Memahami peserta didik, cara mereka berkembang dan cara mereka belajar merupakan hal yang sangat penting agar pengajaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi efektif. Pengetahuan guru tentang tumbuh kembang peserta didik membantu guru dalam mengatur kelas agar efektif, membantu dalam memilih latihan-latihan yang tepat untuk peserta didik, mengarahkan proses pembelajaran, dan menjaga agar siswa tetap termotivasi untuk belajar. Guru harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan yang terjadi dari berbagai aspek, yakni aspek fisik, sosial, emosional, kognisi dan linguistik. Guru yang demikian tahu bagaimana cara membantu peserta didik agar mereka dapat belajar tentang hal yang tepat pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat, sehingga mereka dapat mencapai kemajuan yang maksimal (Linda, 2009: 14) Menjadi seorang guru berarti mendampingi peserta didik secara total dalam berproses menjadi pribadi yang utuh. Yustiana (2012: 33) beliau juga menulis bahwa guru Katolik dipanggil untuk membentuk pribadi peserta didik sehingga peserta didik siap berperan dalam kehidupan bermasyarakat, mengambil bagian dalam perubahan dan perbaikan struktur sosial agar tercipta peradaban manusia yang bermartabat. Guru secara terus menerus berdaya upaya dalam pembentukan pribadi peserta didik secara utuh dan mengembangkan sikap tanggung jawab dan kepedulian terhadap masyarakat terutama masyarakat yang kurang diperhitungkan. Guru menjadi penggerak dalam perubahan sosial yang diwujudkan melalui pembinaan utuh peserta didik sehingga mampu mengemban tanggung jawab, menggunakan kebebasan secara tepat, dan terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat. Para guru juga perlu mengetahui cara menciptakan kelas yang penuh dengan informasi dan mendorong terciptanya kerja sama dengan lingkungan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 Memiliki profesi sebagai guru agama Katolik bukanlah tugas yang mudah, tugas ini merupakan suatu panggilan dariNya yang mempercayakan diri kita untuk mendampingi peserta didik menemukan imannya yang utuh dalam hidupnya sehingga mampu mengantar peserta didik menuju kematangan iman yang sejati. Melalui sikap meneguhkan, menyemangati, mengasihi, memperhatikan serta mendampingi merupakan sikap yang harus kita miliki sebagai bentuk tanggapan kita terhadap panggilan menjadi seorang guru agama Katolik. Menjadi seorang guru agama Katolik tentunya harus memiliki spiritualitas dalam diri sehingga lebih mudah bagi kita masuk dalam kehidupan peserta didik. Spiritualitas seorang guru itu sendiri nampak dalam semangat, sikap dasar dan gaya hidup sebagai murid-murid-Nya berakar pada relasi yang intim dan mendalam diri kita dengan hidup Yesus Kristus. Relasi penuh kepercayaan dan persahabatan pribadi dengan Yesus Kristus merupakan dasar dan sumber spiritualitas guru agama Katolik (Heryatno Wono Wulung, 2008: 103). Pengalaman dikasihi dan mengasihi Yesus Kristus inilah yang menjadi dorongan bagi guru agama Katolik dalam mengembangkan sikap mengasihi para peserta didik yang memiliki masalah dalam hidup pribadinya. Kehebatan Yesus dalam menghadapi para murid dapat menjadi contoh dalam menjalin interaksi dan komunkasi dengan peserta didik. Proses penyelenggaraan Pendidikan Agama Katolik menjadi sarana komunikasi pengalaman bahwa peserta didik dicintai oleh Yesus dan menjadi sarana untuk bersama-sama semakin menyadari dan menghayati kehadiran kasih Yesus di dalam kehidupannya. Membantu para peserta didik menemukan makna hidup di dalam proses belajar merupakan suatu hal yang sangat penting. Guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 agama Katolik harus mampu memberikan dirinya serta melayani siapa saja yang membutuhkan, terutama para peserta didik yang memiliki masalah serta banyak kesulitan dalam hidupnya. Dengan demikian, guru agama Katolik semakin mampu menyadari cinta kasih Yesus Kristus yang berlimpah dalam hidup sehari-hari.
B. Perkembangan Tanggung Jawab 1.
Perkembangan
a.
Pengertian Perkembangan Monks, dkk (1984: 1) mengatakan bahwa perkembangan menunjukkan
suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Dalam perkembangan pribadi terjadi perubahanperubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan memiliki kesamaan dengan istilah pertumbuhan. Hal ini ingin menunjukkan bahwa seseorang bertambah dalam berbagai kemampuannya yang bermacam-macam, bahwa ia lebih mengalami perubahan-perubahan dalam hidupnya. Istilah perkembangan itu sendiri lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang nampak. Perkembangan itu sendiri dapat diartikan juga sebagai “Suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik secara fisik (jasmani) maupun non fisik (rohani) menuju pada tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara berkesinambungan (Syamsu Yusuf, 2011: 1). Perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar, khususnya mengenai isinya. Isi itu sendiri mengenai apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah belajar. Selain itu juga bagaimana hal sesuatu itu dipelajari juga turut menentukan proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 perkembangan itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan merupakan proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu struktur tingkah laku yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan dan belajar.
b.
Ciri-ciri Perkembangan Perkembangan dalam diri manusia sangat mempengaruhi pada aspek fisik
maupun non fisik, kedua aspek ini merupakan hal yang berhubungan satu sama lain (Syamsu Yusuf, 2011: 3). Perkembangan itu sendiri memiliki beberapa ciri seperti berikut ini: 1) Terjadinya perubahan ukuran dalam (a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh lainnya; dan (b) aspek psikis: semakin bertambahnya penbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta menggunakan imajinasinya. Perkembangan fisik dan psikis turut mempengaruhi perkembangan dalam diri manusia itu sendiri. 2) Terjadinya perubahan proporsi dalam (a) aspek fisik: proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya, dan pada usia remaja proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia dewasa; dan (b) aspek psikis: perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain, khususnya kepada teman sebaya. Perubahan-perubahan ini mengacu pada perkembangan sosialnya dengan lingkungan sekitar . 3) Lenyapnya tanda-tanda lama dalam (a) aspek fisik: lenyapnya kelenjar anak-anak yang terletak di bagian dada, rambut halus, dan gigi susu; dan (b) aspek psikis: lenyapnya masa mengoceh, bentuk gerak-gerik kanak-kanak seperti merangkak dan perilaku impulsif (melakukan sesuatu sebelum berpikir). Perkembangan ini mengarah pada perubahan bentuk badan dan juga perkembangan manusia dari tahun ke tahun 4) Munculnya tanda-tanda baru dalam (a) aspek fisik: tumbuh dan pergantian gigi dan matangnya organ-organ seksual pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) maupun sekunder (membesarnya payudara dan pinggul pada wanita serta tumbuhnya kumis serta perubahan suara pada pria) ; dan (b) aspek psikis: berkembangnya rasa ingin rahu, terutama yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, lingkungan alam, nilai-nilai moral dan agama. Perkembangan ini akan berjalan dengan baik dengan adanya dukungan dari beberapa aspek seperti keluarga, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat sekitar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 Pada prinsipnya perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu karena setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap sebelumnya, dan merupakan prasyarat untuk perkembangan selanjutnya. Namun perkembangan itu sendiri memiliki pencapaian kematangannya pada waktu dan tempo yang berbeda-beda, ada pribadi yang mengalami tempo cepat dan ada juga dalam tempo yang lambat. Perkembangan dalam diri manusia itu merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan tidak pernah berhenti di titik manapun. Seorang manusia terus berkembang dengan segala pengalaman yang dialami dalam perjalanan hidupnya sampai mencapai pada kematangan. Setiap aspek perkembangan dalam diri manusia baik secara fisik maupun non fisik saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya: apabila seorang anak pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (cacat, sakit-sakitan) maka secara otomatis akan mempengaruhi perkembangan mentalnya. Demikian pula apabila seorang anak kurang
dalam
perkembangan
spiritualitas
keagamaannya,
maka
akan
mempengaruhi anak tersebut juga memiliki kepribadian dan karaktek yang kurang baik.
2.
Tanggung Jawab dan Kepribadian
a.
Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab merupakan salah satu nilai moral yang utama yang ada di
dalam hukum moral, karena memiliki tujuan, nilai yang nyata, di mana mereka mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Tanggung jawab sangat diperlukan untuk mengembangkan jiwa yang sehat, membentuk kepribadian yang memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 kepedulian akan hubungan interpersonal dan menjadi masyarakat yang humanis. Tanggung jawab merupakan dasar landasan sekolah yang tidak hanya memperbolehkan, tetapi mengharuskan para guru untuk memberikan pendidikan tersebut untuk membangun manusia-manusia yang mampu memposisikan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat yang bertanggung jawab (Lickona, 2012: 72). Tanggung jawab merupakan suatu kewajiban untuk menyelesaikan tugas yang telah diterimanya secara tuntas dengan ikhlas dan sungguh-sungguh melalui usaha yang maksimal serta berani menanggung segala akibatnya. Bersedia menanggung segala resiko dari apa yang akan dilakukan merupakan wujud dari orang yang memiliki tanggung jawab itu sendiri. Individu yang bertanggung jawab adalah individu yang dapat memenuhi tugas dan kebutuhan dirinya sendiri, serta dapat memenuhi tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya dengan baik (Rintyastini, 2006: 49). Tanggung jawab berarti melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik. selain itu dengan bertanggung jawab berarti seseorang mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan integritas. Integritas berarti mutu, sifat dan keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga mewakili potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran seseorang. Orang yang menjalankan tanggung jawab dengan penuh integritas berarti melibatkan segala kemampuan untuk mencapai usaha yang maksimal guna terpenuhinya tanggung jawab. Hal ini tentu memberikan suatu kepuasan tersendiri bagi orang yang melakukan tanggung jawab karena ia dapat menyumbangkan sesuatu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 Seseorang yang mau memikul tanggung jawab adalah cara kehidupan dunia ini berjalan sekaligus merupakan ujian bagi kematangan seseorang. Seseorang tidak akan begitu saja melepaskan tanggung jawabnya jika ia sudah cukup matang untuk bersikap dan cukup kuat untuk memikul tanggung jawab. Sikap bertanggung jawab sudah bisa memberikan daya tarik dan kedamaiannya sendiri. Orang yang dipercaya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bertanggung jawab akan lebih siap menerima pengembangan mental penuh atau kedewasaan daripada orang yang tidak bisa dipercaya. Julian (2008: 148) mengatakan bahwa di dalam orang yang bertanggung jawab akan secara bertahap tumbuh berbagai jenis unsur kepribadian. Mengembangkan tanggung jawab bisa berasal dari dua hal: kebiasaan atau latihan sejak usia dini. Tanggung jawab harus dilatihkan dan dibebankan pada kaum muda sejak usia sedini mungkin, karena usia muda merupakan periode yang harus dimanfaatkan untuk mengembangkan tanggung jawabnya seseorang akan lebih merasa bermanfaat selama hidupnya. Ketika kebiasaan tanggung jawab sudah terbentuk, seseorang tidak akan pernah mengerjakannya setengah-setengah, tetapi akan bertanggung jawab mengerjakannya sampai tuntas. Jadi, rasa tanggung jawab adalah sikap baik sebagaimana sikap-sikap lain yang bisa membentuk kepribadian baik seseorang (Julian, 2008: 149).
b.
Jenis Tanggung Jawab Tanggung jawab seorang manusia tidak hanya berhenti pada dirinya sendiri,
melainkan juga untuk hal lainnya. Wujud tanggung jawab ada bermacam-macam, tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan kepada Tuhan. Jenis-jenis tanggung jawab itu sendiri antara lain:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 1) Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri Tanggung jawab terhadap diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab terhadap diri sendiri merupakan hal dasar dalam melakukan kewajiban-kewajiban lainnya sebagai tuntutan dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi yang memiliki pendapat sendiri dalam berbuat dan bertindak. Bertanggung jawab pada diri sendiri tentu akan mampu bertanggung jawab pada hal-hal lainnya pula. Dengan berani bertanggung jawab berarti kita sudah mampu melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan diri sendiri sehari-hari secara rutin. Misalnya, ketika seorang peserta didik ingin menjadi ketua OSIS namun peserta didik tersebut tidak memiliki sikap yang patut dicontoh sebagai ketua, sehingga bagaimana peserta didik yang lain mau memilih peserta didik tersebut sebagai ketua OSIS (Rintyastini, 2006: 52).
2) Tanggung Jawab Sebagai Anggota Keluarga Setiap keluarga membutuhkan anggotanya untuk melaksanakan tugas dan peran dengan baik agar keharmonisan dalam keluarga tetap terjalin dengan baik pula. Segala tugas yang dilakukan dengan ikhlas akan menunjukkan kepedulian kita akan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh anggota keluarga yang lainnya. Sebagai contoh: sebagai seorang anak kita harus belajar dengan baik dan membantu meringankan tugas orang tua ketika berada di rumah. Dengan melaksanakan tanggung jawab sebagai anak, maka hal tersebut tentunya menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 suatu kebanggaan bagi kedua orang tua kita. Apabila dalam hal-hal kecil kita abaikan, maka semakin sulit bagi kita untuk membangun rasa tanggung jawab dalam diri kita maupun untuk orang lain (Rintyastini, 2006: 53).
3) Tanggung Jawab Sebagai Peserta Didik di Sekolah Tanggung jawab sebagai siswa ditunjukkan melalui kecintaannya pada sekolah dengan selalu berusaha disiplin, baik dalam perkataan maupun tingkah lakunya. Hal tersebut akan nampak dari cara berhadapan dengan guru, keseriusan dalam mengikuti setiap mata pelajaran, selalu mengerjakan pekerjaan rumah, berpakaian yang rapi dan bersih serta dapat berhubungan baik dengan teman atau warga sekolah yang lain. Dengan terbiasa melaksanakan tanggung jawab dengan baik, maka akan membantu diri sendiri menjadi lebih tertib (Rintyastini, 2006: 55).
4) Tanggung Jawab Sebagai Anggota Masyarakat Pada dasarnya seorang manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Seorang manusia dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai anggota masyarakat tentu harus memiliki tanggung jawab sehingga dapat melangsungkan hidup yang baik ditengah-tengah masyarakat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada masyarakat. Bertanggung jawab terhadap masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial, bisa berupa sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara, dan lain-lain. Bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat akan melatih seseorang menjadi pribadi yang lebih matang, dimana kita akan memiliki wawasan yang lebih luas (Rintyastini, 2006: 57).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 5) Tanggung Jawab Sebagai Umat Beragama Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan normanorma agama, misalnya perasaan berdosa. Perubahan tanggung jawab kaum muda dalam beragama masih mudah terpegaruh, namun kesadaran diri sudah mengalami peningkatan yang baik. Misalnya: aktif dalam kegiatan menggereja dan lingkungan misalnya seperti menjadi misdinar, lektor, mengikuti komunitas doa, Rosario, doa lingkungan atau katekese di lingkungan dan lain sebagainya (Rintyastini, 2006: 57).
c.
Pengertian Kepribadian Sjarkawi (2006: 25) menegaskan bahwa kepribadian adalah khas bagi setiap
pribadi. Kepribadian itu sendiri meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak, hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan dan cara seharihari dalam berinteraksi dengan orang lain. Suprihadi Sastrosupono (1979: 6) juga mengungkapkan bahwa kata kepribadian sering kali berhubungan dengan keadaan seseorang atau karakter seseorang. Kepribadian sering menyangkut masalah watak, sifat, tetapi itu semua tercermin dalam perbuatan dan nampak dalam tindakan seseorang. Arti kepribadian sendiri adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosionil maupun yang sosial. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya. Heuken (1981: 15) juga mengungkapkan hal yang sama diatas, bahwa kepribadian bukanlah tumpukan sifat-sifat yang terpisah-pisah. Kepribadian merupakan suatu satu kesatuan yang harmonis. Hal ini menunjukkan bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 kepribadian bukan hanya tingkah laku yang baik, kecerdasan, perasaan yang dewasa, kemampuan bergaul atau bercita-cita luhur semata-mata. Kepribadian ialah gabungan harmonis dari sifat-sifat yang sebanyak itu. Keunikan manusia di dalam kepribadiannya merupakan hasil dari komunikasi intensif unsur-unsur anggotanya, yang mempunyai taraf yang berbedabeda. Sebaliknya, masing-masing unsur yang menjadi anggota dalam diri manusia juga mempribadikan pola kontras atau kepribadian manusia sebagai satu subyek, sehingga kepribadian tersebut juga dicerminkan di dalam unsur-unsur tersebut. Dengan demikian, dari satu pihak kepribadian merupakan hasil interaksi bagianbagian yang merupakan anggota dalam diri manusia, dan dari pihak lain bagianbagian diresapi oleh kepribadian keseluruhan manusia (Hardono Hadi, 1996: 98).
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Kepribadian seseorang dapat dipengaruhi dua faktor, yakni faktor internal
dan faktor eksternal sebagai berikut:
1) Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri orang tua itu sendiri. Faktor ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan, biasanya berupa bawaan sejak lahir dan merupakan keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau yang bisa jadi gabungan atau kombinasi dari keduanya. Hal ini membuktikan bahwa sikap atau kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Misalnya: sifat ceria, periang yang dimiliki oleh seorang ibu akan menurun pada anaknya (Sjarkawi, 2006: 19).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang, seperti keluarga, teman, tetangga maupun dari berbagai media audiovisual seperti televisi, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya. Lingkungan keluarga menjadi faktor pertama dan utama dalam membentuk pribadi seorang anak. Karena orang tua memiliki peran dalam memberikan teladan kepada anak, sehingga secara tidak langsung baik atau buruknya sifat yang dimiliki seorang anak merupakan ciri dari apa yang diterapkan oleh orang tua. Misalnya: orang tua yang sering marah di depan anak akan membawa anak pada pribadi yang mudah marah juga. Selain faktor keluarga, sering kali perngaruh teman sebaya maupun sekelompok manusia lain yang memiliki pengaruh bagi seseorang. Hal ini disebabkan karena manusia tidak dapat hidup seorang diri (Sjarkawi, 2006: 19).
e.
Hubungan Tanggung Jawab dan Kepribadian Hati, moral dan tanggung jawab merupakan hal yang berhubungan satu
sama lain. Hati berfungsi untuk mendorong, moral untuk melakukan dan tanggung jawab sebagai kesediaan menanggung segala resiko, entah baik atau buruk. Sehingga bertanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian seseorang untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan karena hal itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga resiko atau sanksi apapun akan diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan (Umar Tirtaraharja, 2008: 8). Tanggung jawab dan kepribadian merupakan dua hal berbeda namun saling berhubungan satu sama lain, dengan memiliki tanggung jawab berarti kita melatih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 diri untuk berproses sebagai orang yang memiliki kepribadian baik, begitu juga sebaliknya. Tanggung jawab dan seluruh nilai lainnya yang berasal dari landasan nilai terpenting ini memberikan muatan moral yang dapat dan harus diajarkan oleh sekolah. Sekolah memerlukan suatu konsep karakter dan komitmen untuk mengembangkan konsep tersebut dalam diri para peserta didiknya. Sjarkawi (2006: 23) menegaskan bahwa kepribadian yang berkembang dapat dilihat melalui gambaran diri seseorang, cara berinteraksi dan pandangan serta harapan terhadap orang lain yang berkaitan dengan perilaku sosialnya yang terbentuk melalui riwayat perkembangan hidupnya. Riwayat hidup seseorang bisa diwujudkan sebagai suatu perubahan yang melewati tiga tahap. Tahap pertama mengakui kewibawaan, tahap kedua mengatur bagaimana bergaul dengan teman sebayanya, dan tahap ketiga memantapkan gaya hidup tertentu yang hendak direalisasikannya. Kepribadian yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak, moral, budi pekerti, etika dan estetika seseorang ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari di manapun ia berada. Semua nilai-nilai tersebut akan menjadi landasan perilaku seseorang sehingga tampak dan membentuk menjadi budi pekertinya sebagai wujud kepribadian orang tersebut. Kepribadian itu sendiri merupakan karakteristik atau gaya dan sifat khas diri seseorang yang mengacu pada bagaimana individu tersebut tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya (Sjarkawi, 2006: 34). Thomas Lickona (2012: 84) menegaskan bahwa dalam pribadi dengan karakter yang baik, nilai moral secara umum bekerja sama untuk saling mendukung satu sama lain. Namun hal tersebut terkadang tidak selalu sama, terkadang orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 baik sering gagal dalam melakukan perbuatan moral mereka yang terbaik. Namun dengan seiring kita mengembangkan kepribadian yang berproses seumur hidup, kehidupan moral yang kita jalani secara bertahap mengarah pada penilai, perasaan dan pola pelaksanaan perbuatan yang baik. Sjarkawi (2006: 26) mengatakan bahwa tindakan moral sebagai penafsiran diri di mana perkembangan moral diletakkan dalam konteks perkembangan pribadi sebagai suatu keseluruhan. Orientasi moral yang dianut seseorang, yaitu cara ia bereaksi terhadap aturan, harapan-harapan orang lain, bahkan wawancara yang menyangkut pertimbangan moral, pada dasarnya berhubungan dengan struktur kepribadian orang yang bersangkutan. Struktur kepribadian mencerminkan perkembangan moral seseorang. Seseorang yang mampu melibatkan diri dengan otoritas, dengan harapan kelompok sebayanya, atau dengan kewajiban keluarga dan pekerjaannya, akan banyak tergantung pada tingkatan usia dan moralitas yang bersangkutan. Peningkatan pertimbangan moral pada diri seseorang yang dirancang secara sengaja melalui pendidikan di sekolah maupun di rumah, dapat membantu pembentukan kepribadian seseorang karena dengan terbentuknya pertimbangan moralnya, seseorang akan berperilaku sesuai dengan cara berpikir moral yang ada padanya. Perilaku yang ada pada diri seseorang berlandas pada pertimbanganpertimbangan moral kognitif, yakni mengakui bahwa kepribadian seseorang dapat dibentuk melalui pertimbangan moral yang melandasi cara berpikirnya.
f.
Kesadaran Moral yang Terbentuk Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah segala hal yang
berurusan dengan sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 atau sopan santun. Kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh cara berpikir moral seseorang. Moral yang baik, yang dimiliki oleh seseorang akan mengasilkan kepribadian yang baik pula, demikian juga sebaliknya. Pendidikan moral yang didapat oleh seseorang akan dapat membantu orang tersebut dalam pembentukan kepribadian yang baik dan moralitasnya (Sjarkawi, 2006: 34). Perkembangan moral pada dasarnya merupakan interaksi, suatu hubungan timbal balik antara anak dengan anak, antara anak dan orang tua, antara peserta didik dengan pendidik, dan seterusnya. Hal ini sangat penting karena hanya dengan interaksi berbagai aspek dalam diri seseorang dengan sesamanya atau dengan lingkungan sekitarnya sehingga seseorang dapat berkembang menjadi semakin dewasa baik secara fisik, spiritual dan moral (Sutarjo Adisusilo, 2012: 4). Widyarta (1971: 6) mengatakan bahwa setiap manusia memiliki kesadaran moral, dalam segala situasi hidup ia mampu menilai secara konsekuen apa yang benar atau salah, baik atau buruk. Ada kalanya orang yang memiliki pribadi yang matang pun menghadapi situasi konflik atau situasi moral yang kurang jelas, akan tetapi pribadi yang matang dalam menghadapi kesulitan dapat mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan tersebut dengan menerima segala konsekuensinya. Pada pribadi yang bermoral matang, kewajiban dihayati sebagai suatu tuntunan dari inti kepribadiannya sendiri, sebagai tuntunan intern yang erat berhubungan dengan harga atau martabat dirinya. Bagi orang bermoral matang, tindakan yang dilakukan merupakan suatu hal dipandang dari sudut konsekuensi untuk diri sendiri dan sesama. Tanpa moral yang baik, karakter segala bentuk apapun tidak akan bisa dibentuk.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 g.
Kepribadian yang Matang Kematangan seseorang berhubungan erat dengan perkembangan mental.
Orang yang sudah matang akan memiliki kemampuan membedakan situasi dan kondisi tertentu kemudian menilai pentingnya hal tersebut berdasarkan kebutuhan yang utama dalam hidupnya. Semakin matang seseorang maka ia akan semakin tenang dan mampu menjaga dirinya saat menghadapi cobaan maupun masalah dalam hidupnya. Hal ini akan memberikan cermin bagi kepribadian seseorang sehingga membuatnya menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dapat membantu kualitas diri yang lain berkembang secara utuh (Julian, 2008: 153). Kematangan bergantung pada beberapa perkembangan atas identifikasi dan kualitas personal seseorang. Cara untuk mengembangkan kematangan adalah dengan terus mengembangkan mentalnya untuk melihat akhir dari suatu pekerjaan yang ia lakukan atau tanggung jawab yang ia pikul. Hal kedua yang diharapkan adalah memiliki mental yang kuat untuk menghadapi setiap gangguan. Orang yang matang tidak akan pernah meninggalkan segala tanggung jawabnya karena itu yang membuatnya menjadi manusia yang bertanggung jawab dan membantu kualitaskualitas lain dalam diri untuk berkembang secara maksimal (Julian, 2008: 151). Widyarta (1971: 1) mengatakan bahwa pada dasarnya pribadi yang matang adalah pribadi yang sudah tidak lagi menjadi tanggungan atau berlindung di bawah naungan orang tuanya. Bagi orang yang matang, hidup mempunyai tujuan, mempunyai makna yang patut dikejar. Oleh karenanya, hidup pribadi yang matang pun memperlihatkan rencana dan “keterarahan”, keutuhan dan integrasi. Kematangan adalah kesiapan untuk menyelesaikan tugas hidup atas tanggung jawab sendiri. Perlu diingat bahwa dalam kenyataannya nilai-nilai insani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 yang membuat manusia menjadi pribadi, tidak selalu cukup diakui dalam suatu gambaran manusia. Dimana suatu nilai insani yang hakiki itu ditentang, disitu pula kematangan insan akan lebih sukar dicapai. Demikian misalnya, apabila suatu gambaran manusia kurang menghargai martabat individu atau kurang mengakui segi spiritual manusia, disitu perkembangan kepribadian ke arah kematangannya akan dihambat (Widyarta, 1971:19). Kedewasaan berisi karakter yang turut memikul tanggung jawab. Saat seorang bertanggung jawab, ada sejumlah kebaikan lainnya yang tumbuh dalam dirinya sebagai sifat tambahan. Itu antara lain ia memiliki respek terhadap ucapannya sendiri dan ucapan orang lain. Dengan tidak mementingkan diri sendiri dan sanggup menepati janji adalah syarat utama dari sifat bertanggung jawab (Julian, 2008: 230).
h.
Kepribadian yang Bertanggung Jawab Meadow (1989: 140) menegaskan bahwa seorang pribadi merupakan
karunia yang berasal dari Sang Pencipta kehidupan. Sebagai pribadi yang bertumbuh menjadi remaja yang dewasa, hendaknya mampu menyadari hal tersebut dan semakin memiliki tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat. Bertanggung jawab atas diri sendiri berarti bahwa seseorang mau mengakui berbagai responsnya terhadap situasi hidup sungguh-sungguh sebagai responsnya sendiri. Kendati respons tersebut didasarkan pada stimulus tertentu, namun tetap memiliki corak khas pribadi yang bersangkutan. Trauma-trauma kehidupan, yakni pelbagai realitas pahit yang harus dialami seseorang sejak di dalam kandungan, akan berkesempatan menunjukkan pengaruhnya ketika yang bersangkutan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 mengaktifkan sifat-sifat negatifnya. Namun, ia dapat keluar dari cengkeraman kebiasaan yang lahir dari sifat-sifat negatif tersebut apabila ia mampu bertanggung jawab atasnya. Separuh jalan ke arah perubahan telah ditempuh bila seseorang mengakui bahwa sifat-sifat negatif yang ditunjukkannya selama ini merupakan sifat-sifat esensinya, yang bisa dikendalikan oleh dirinya. Seseorang yang bertanggung jawab atas dirinya akan mampu berkata. “Saya adalah saya”. Seseorang yang bertanggung jawab atas dirinya tidak hanya menjaga kesehatan fisiknya, melainkan juga kesehatan mental, psikologis dan spiritualitasnya. Seorang remaja yang bertanggung jawab berarti ia sekaligus mampu menerima dirinya sendiri, baik di tengah-tengah keluarga, teman bergaul dan masyarakat. Seseorang dapat mengenal kekurangan-kekurangannya dengan benar, mengusahakan untuk mengatasinya tetapi bersama itu merelativir kekurangan-kekurangan tersebut. Orang yang menerima diri sendiri memiliki keutuhan batin. Ia tidak memusuhi diri sendiri, tidak selalu menentang atau mencaci maki dirinya sendiri (Widyarta, 1971:14). Pribadi remaja yang penuh tanggung jawab digambarkan memiliki pandangan moral berdasarkan peraturan-peraturan, ia dapat memutuskan suatu tindakan dengan memperhatikan motif-motif dan kemungkinan hasilnya. Ia telah menentukan cita-citanya melalui usaha yang keras dan berat. Ia sangat kritis terhadap dirinya sendiri sehubungan dengan usaha yang tengah dilakukannya. Ia memiliki kesadaran yang sungguh-sungguh tentang pedoman-pedoman yang telah ditetapkan bagi dirinya, dan bukan sekedar melakukan apa yang dianjurkan oleh orang lain. Pribadi yang bertanggung jawab memandang hubungannya dengan orang lain berdasarkan cita-cita dan perasaannya terhadap orang tersebut, seorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 teman adalah tempat berbagi pikiran mengenai tujuan dan nilai-nilai yang dimiliki, tidak hanya sekedar teman untuk bermain bola gelinding atau menonton film. Ia sangat menyadari pemahaman-pemahaman yang telah dimiliki melalui upaya yang gigih bahwa dirinya harus berarti bagi orang lain dan mungkin berusaha untuk menanamkannya pada diri orang lain sekaligus agar orang lain mengatahui nilainilai yang dianutnya (Meadow, 1989: 73). Pribadi yang bertanggung jawab menanamkan keyakinan bahwa dirinya memiliki sesuatu yang berharga untuk diberikan kepada orang lain dan orang lain merasakan hal yang sama terhadap dirinya. Menjadi pribadi yang bertanggung jawab tidak muncul secara otomatis, namun harus dipupuk dan dibina selama masa pertumbuhan karena setiap pribadi mengalami tugas perkembangannya masingmasing dan berbeda-beda pula. Untuk meningkatkan kesadaran dalam bertanggung jawab itu sendiri diperlukan pendidikan, keteladanan dan takwa kepada Tuhan. Dengan menunjukkan kualitas diri yang baik, maka ia akan tumbuh dengan semangat memikul pertanggung jawaban yang besar pula.
C. Peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah bagi Perkembangan Tanggung Jawab Siswa 1.
Pendidikan Agama Katolik Membentuk Kedewasaan Iman Pendidikan iman dalam arti khusus yakni usaha manusia untuk menciptakan
situasi dan suasana hidup beriman sedemikian rupa, hingga membantu dan mempermudah perkembangan iman. Pendidikan Agama Katolik merupakan suatu usaha untuk membantu dan mempermudah perkembangan iman peserta didik. Perkembangan iman yang terjadi pada setiap peserta didik merupakan rahmat dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 Allah yang diberikan secara cuma-cuma. Perkembangan hidup iman seseorang tidak pernah lepas dari perkembangan manusiawi. Kedewasaan Kristiani dan kedewasaan manusiawi memiliki perkembangan yang seimbang. Kedewasaan manusiawi menuntut suatu taraf kedewasaan Kristiani dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat diartikan bahwa seorang yang memiliki iman yang dewasa akan mempengaruhi kedewasaan pribadi seseorang dan keduanya akan berkembang secara bersama-sama. Iman yang dewasa diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan bersifat utuh karena mencakup segi pemikiran, hati dan praksis. Iman Kristiani mencakup tindakan meyakini (believing), mempercayai (trusting) dan melakukan kehendak Allah (doing God’s will). Iman yang dewasa menempati tempat yang sentral dalam kepribadian. Sikap iman seseorang dikatakan dewasa ketika terintegrasi dengan keseluruhan kepribadian sebagai titik pusat seluruh aspek kehidupan dan tindakan. Sikap iman yang dewasa merupakan hasil proses integrasi, yang mengkoordinir dan menyelaraskan semua nilai dan motivasi seseorang menuju ke sikap iman. Iman yang dewasa membuat seorang beriman mampu membuat perbedaan dan pertimbangan. Seorang beriman dewasa adalah seorang yang dianugerahi kemampuan membeda-bedakan. Anugerah ini membuat seseorang mampu mengartikulasikan perasaan religious, merevisi dan mengadaptasi perwujudan iman. Demikian halnya dengan kedewasaan atau kematangan pribadi seseorang. Orang yang sudah dewasa dan matang sudah memiliki kemampuan untuk bisa membedakan situasi dan objek tertentu lalu menilai pentingnya hal-hal itu berdasarkan prioritas. Kedewasaan seseorang berisi karakter turut memikul tanggung jawab.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Mencapai suatu kematangan atau kedewasaan diperlukan suatu kesadaran, karena kebanyakan orang dalam dunia sekarang ini tidak mampu menyesuaikan tugas yang dituntut dari mereka oleh situasi dunia dan oleh Gereja. Melampaui masa kanak-kanak dan remaja bukanlah merupakan sesuatu yang luar biasa, melainkan kebutuhan mutlak bagi siapapun juga yang telah mencapai kedewasaan jasmani dan hendak menempatkan dirinya dalam masyarakat umum dan dalam umat Kristiani. Kedewasaan merupakan suatu arah hidup seorang manusia dan untuk mencapai kedewasaan Krisitiani segala sesuatu disesuaikan dengan kemampuan manusia. Pendidikan Agama Katolik di sekolah diharapkan dapat membantu memperkembangkan iman peserta didik secara seimbang dan integratif sehingga
iman
dan
pribadinya
menjadi
semakin
matang,
dan
mampu
mewujudkannya secara nyata di dalam hidupnya sehari-hari.
2.
Pendidikan Agama Katolik Membentuk Tanggung Jawab Seorang manusia diberikan kebebasan masing-masing dalam bersikap dan
bertingkah laku. Kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya. Di dalam suasana hati yang bebas, manusia dapat sungguh menghayati dan mewujudkan imannya. Iman yang sungguh dihayati berdasarkan pemikiran, hati dan praksis akan membebaskan manusia dan menjadikannya sebagai pribadi yang bebas dan otentik. Iman yang dewasa hanya dapat diwujudkan oleh orang yang benar-benar bebas, karena iman dan kebebasan terdapat kaitan yang sangat erat. Iman dan kebebasan memiliki hubungan simbiotik, saling mengandaikan, saling memberi dan menerima. Kebebasan diartikan sebagai bebas untuk menanggapi cinta kasih Allah di dalam hidupnya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 bebas untuk mengasihi sesama, bebas untuk ikut memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Seorang manusia dapat mengalami kebebasan yang penuh apabila dia sungguh mampu bersatu dengan hidup Allah, menempatkan Allah sebagai pusat hidupnya. Ketika seorang manusia bebas dengan Allah, maka dengan sendirinya membuat kita bebas kepada diri sendiri, dan dengan jalan tersebut kita pun bebas untuk berbuat baik dengan sesama. Kebebasan seseorang berarti bebas untuk memilih tanpa paksaan batin apa pun, ia bebas mengatur dirinya sendiri berdasarkan keyakinan, kesadaran pilihan dan keputusan. Begitu pula dengan kebebasan yang diberikan kepada setiap manusia, bagaimana seorang manusia dapat
menggunakan
kebebasan
yang
diberikan
kepadanya
serta
mempertanggungjawabkannya dalam setiap sikap dan tingkah lakunya. Pendidikan Agama Katolik di sekolah diharapkan dapat mendorong, membantu peserta didik untuk terus berusaha sampai pada kebebasan sejati. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga perlu mempelopori terwujudnya kebebasan agar peserta didik dapat dibantu untuk mengambil keputusan hidup yang sungguh-sungguh keluar dari hati nuraninya. Iman Kristiani yang matang dan dewasa yang dihayati di dalam kebebasan menjadi peranan penting dari Pendidikan Agama Katolik di sekolah dan diwujudnyatakan melalui pertobatan yang terus menerus diperbaharui.
D. Gambaran Keadaan SMA Stella Duce II Yogyakarta 1.
Sejarah Singkat SMA Stella Duce II Yogyakarta Karya pendidikan Yayasan Tarakanita dikelola oleh Konggregasi Suster-
suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus (Suster CB). Karya pendidikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 pertama diawali di Bengkulu, pada 19 Desember 1929 yang dikelola HCS (Hollandsch Chinneses School) yang pada mulanya dikelola oleh para iman SCJ. Kemudian Sekolah tersebut diserahkan kepada suster CB pada tanggal 6 Januari 1930 dari Pastor Neilen, SCJ. Beberapa tahun kemudian, pada tanggal 11 Juni 1935, para Suster CB juga melayani pendidikan HCS di Lahat dengan menghadirkan 3 Suster CB di sana. Sekolah di Lahat ini diterima dari Pastor Hoogeboom, SCJ yang telah menetap di Lahat sejak tahun 1933. Kedua sekolah di Sumatera tersebut walaupun dilalui dengan penuh perjuangan, namun sampai sekarang cukup berkembang (BPS, 2012: 6). Para suster yang menjalankan karya pelayanan pendidikan di Sumatera, sempat harus menjalani hidup di camp tahanan, bahkan beberapa dari mereka meninggal dunia. Namun justru dalam kesendiriannya di camp tahanan 2 orang suster (Sr. Laurentia de Sain, CB dan Sr. Catharinia Liedmeier, CB) memimpikan adanya sekolah yang dikelola Suster CB di Yogyakarta. Impian tersebut akhirnya terwujud. Setelah proklamasi kemerdekaan, di Yogyakarta mulai didirikan berbagai sekolah, yaitu SMP Stella Duce Dagen, SMAK Stella Duce di Jalan Sumbing 1 (Jalan Sabirin) dan SMA Stella Duce di Jalan Dr. Sutomo 16. Setelah beberapa sekolah di Yogyakarta mulai berjalan, menyusul kemudian sekolahsekolah di Jakarta, Magelang, Surabaya, Solo Baru, dan Tangerang. Sekolahsekolah Tarakanita terpencar di berbagai daerah tersebut, sejak awal berdirinya masing-masing berdiri sendiri dan dikelola para suster yang bertugas di daerah mana mereka diutus untuk berkarya di sekolah tersebut (BPS, 2012: 6). Seiring dengan tuntutan zaman, sekolah-sekolah yang ada harus dikelola dengan baik dengan sebuah sistem managemen yang baik, untuk itu diperlukan sebuah lembaga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 yang mengelolanya, maka dibentuklah Yayasan Tarakanita. Saat ini kantor pusat Yayasan Tarakanita berkedudukan di Jakarta. Oleh karena sekolah Tarakanita tersebar di berbagai daerah, maka demi efisiensi dan efektifitas pengelolaan didirikanlah kantor-kantor wilayah dimana sekolah-sekolah tersebut berada. Yayasan Tarakanita memiliki 7 kantor wilayah yaitu Bengkulu, Lahat, Tangerang, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Surabaya. Kantor wilayah Yogyakarta mengelola TK-SD Tarakanita Bumijo, SD Tarakanita Tritis, SD Tarakanita Ngembesan, SMP Stella Duce 1 Dagen, SMP Stella Duce 2 Suryodiningratan, SMA Stella Duce 1 Sabirin, SMA Stella Duce 2 Trenggono, dan SMA Stella Duce Bantul (BPS, 2012: 6). SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah alih fungsi dari SPG Stella Duce yang berdiri sejak 1 April 1949. Berdasarkan SK Kakanwil Propinsi DIY atas nama Mendikbud RI No.011/1.13/Kpts/1989 tanggal 28 Januari 1989, SPG Stella Duce resmi beralih fungsi menjadi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Dengan siswa berjumlah 63 orang yang terbagi dalam 3 kelas, SMA Stella Duce 2 mengawali karyanya dibawah pimpinan Sekolah Th. Sri Artinah. Perjuangan selama 3 tahun akhirnya membuahkan hasil setelah melalui proses akreditasi pada bulan September 1991, status SMA Stella Duce 2 menjadi DISAMAKAN berdasarkan SK No.476/C/Kep/1991. Dalam perkembangannnya status akreditasi selalu DISAMAKAN dan pada tahun 2008 Terakreditasi “A”. Di sisi lain kepemimpinan sekolah silih berganti antara lain Th. Sri Artinah, Sr. Yohanita, CB, Ant. Suparjo, Sr. Theresiata, CB, Dra. M. Sri Purwanti, Dra. Sr. Jeanne, CB, Dra. Ch. Rini Suharsih, Dra. Anna Harsanti dan per 1 Juli 2011 diangkatlah Sr. B. Fidelis Budiriastuti, CB, S.Pd. sebagai Kepala Sekolah (BPS, 2012: 8).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 2.
Tujuan, Visi dan Misi SMA Stella Duce II Yogyakarta
a.
Tujuan SMA Stella Duce II Yogyakarta Sekolah SMA Stella Duce II merupakan sekolah Katolik yang memiliki
tujuan dan visi misi dalam menyelenggarakan pendidikan. SMA Stella Duce memiliki dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus yang meliputi:
UMUM : Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BPS, 2012: 11). KHUSUS : 1) Memberi pelayanan pendidikan sesuai dengan visi dan misi pendidikan Yayasan Tarakanita. 2) Membantu peserta didik agar dalam dirinya tumbuh semangat berbelarasa tinggi terhadap sesama terutama yang miskin, tersisih, dan menderita. 3) Membantu remaja putri agar mampu mengenali dan mengembangkan potensi dirinya sendiri secara optimal. 4) Mendampingi remaja putri secara optimal dengan mengembangkan komunikasi dan kerjasama yang harmonis antara sekolah, orangtua, dan masyarakat. 5) Mendampingi remaja putri agar terbentuk watak yang baik, bersikap jujur, adil, dan berbudi pekerti luhur dengan memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan nilai khususnya nilai-nilai Kristiani, memiliki semangat persaudaraan sejati, memiliki keterampilan khusus di luar akademik sehingga mampu ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, mengambil bagian dalam gerakan penegakan keadilan, perdamaian, dan penyelamatan lingkungan hidup. 6) Menyiapkan remaja putri untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai untuk bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi (BPS, 2012: 11).
b.
Visi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sebagai bagian dari Yayasan Tarakanita
bercita-cita menjadi lembaga pendidikan yang didasari oleh relasi yang berbelarasa untuk membantu peserta didik membentuk diri menjadi pribadi yang utuh,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 bermoral baik, berkemampuan intelektual memadai, cerdas, mandiri, kreatif, terampil, memiliki wawasan kebangsaan dan semangat berbelarasa terhadap sesama manusia terutama yang miskin, tersisih, dan menderita (BPS, 2012: 9).
c.
Misi SMA Stella Duce II Yogyakarta memiliki misi dalam menciptakan
pendidikan selama proses belajar mengajar di sekolah, yakni sebagai berikut: 1) Membantu peserta didik agar dalam dirinya tumbuh semangat berbelarasa tinggi terhadap sesama terutama yang miskin, tersisih dan menderita. Ini diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari naradidik bukan hanya di dalam ligkungan sekolah namun di dalam hidup bermasyarakat. Sekolah juga memiliki program Live in setiap tahunnya bagi siswi kelas XI agar naradidik semakin mengenal kenyataan kehidupan yang dialami oleh masyarakat sekitarnya. 2) Menciptakan suasana belajar yang kondusif agar peserta didik mampu mengenali dan mengembangkan potensi dirinya sendiri secara optimal. 3) Mengupayakan terjadinya komunikasi dan kerjasama yang harmonis antar sekolah, orangtua, dan masyarakat dalam rangka mengoptimalkan pendampingan terhadap peserta didik. 4) Memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan nilai khususnya nilainilai Kristiani agar terbentuk watak baik, sikap jujur, adil, dan berbudi pekerti luhur. 5) Membantu peserta didik agar memiliki kemampuan akademik yang memadai untuk bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi. 6) Mendampingi peserta didik agar mampu mengembangkan semangat persaudaraan sejati dengan melatih diri untuk mengelola perbedaan di antara mereka. 7) Membantu peserta didik agar memilki keterampilan khusus di luar akademik sehingga mampu ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat. 8) Membantu peserta didik agar mampu ambil bagian dalan gerakan penegakan keadilan, perdamaian, dan penyelamatan lingkungan hidup. Dari Visi dan misi tersebut ditemukan nilai-nilai/semangat dasar yang dihidupi dan diperjuangkan untuk menuju pembentukan pribadi yang utuh yaitu Cc5: Compassion (Bela rasa), Credo-Concelebration (Kepercayaan kepada Tuhan yang
dinyatakan
dalam
peristiwa
religius),
Competence
(Kompetensi),
Conviction/Conscience (Keyakinan diri dan ketaatan kepada suara hati), Creativity
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 Dan Consistency (Kreativitas dan Konsistensi), Community (Komunitas). Semboyan : Unggul, Mandiri dan Ceria (BPS, 2012: 9-10).
3.
Keadaan Siswi SMA Stella Duce II Yogyakarta Siswi merupakan salah satu unsur penting dalam kelangsungan karya
pendidikan dalam sekolah yang di kelola yayasan Tarakanita. Salah satunya adalah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang naradidiknya adalah berjenis kelamin perempuan serta memiliki beraneka suku, agama, dan situasi ekonomi yang berbeda-beda. Pada Tahun Pelajaran 2013/2014, jumlah siswi SMA Stella Duce 2, Yogyakarta, mengalami peningkatan. Kelas X terdiri dari lima kelas. Sementara itu, terdapat 5 kelas untuk kelas dan terdapat 5 kelas untuk kelas XII. Peserta didik seluruhnya ada 419 siswi yang terdiri atas 158 siswi kelas X, 137 siswi kelas XI, dan 124 siswi kelas XII rincian sebagai berikut:
Tabel 1: Jumlah Siswi Setiap Kelas KELAS X
KELAS XI
KELAS XII
X A : 32 siswi
XI IPA 1 : 24 siswi
XII IPA: 34 siswi
X B : 32 siswi
XI IPA 2 : 22 siswi
XII IPS 1 : 25 siswi
X C : 32 siswi
XI IPS 1 : 30 siswi
XII IPS 2 : 26 siswi
X D : 30 siswi
XI IPS 2: 32 siswi
XII IPS 3 : 24 siswi
X E: 32 siswi
XI BHS : 29 siswi
XII BHS : 15 siswi
Jumlah = 158 siswi
Jumlah = 137 siswi
Jumlah = 124 siswi
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah yang memiliki para siswi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, SMA Stella
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Duce 2 Yogyakarta menyediakan fasilitas asrama putri yang terletak di kompleks sekolah. Hal ini bertujuan agar siswi mampu mengenal dan berinteraksi dengan berbagai siswi dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
4.
Kegiatan Belajar Mengajar PAK di SMA Stella II Yogyakarta Kegiatan pelaksanaan proses belajar mengajar untuk materi Pendidikan
Agama Katolik [Lampiran 21: (33)] di SMA Stella Duce II Yogyakarta sudah terjadwal sebagai berikut:
Tabel 2: Jadwal Pendidikan Agama Katolik Kelas X
Hari & Jam
Kelas XI
Hari & Jam
Kelas XII
Hari & Jam
XA
Rabu, 8 Kamis, 5 Kamis, 7-8
XI IPA 1
Jumat, 6-7
XII IPA
XI IPA 2
Senin, 7 Sabtu, 1 Senin, 8 Rabu, 4 Rabu, 3 Kamis, 4 Kamis, 1-2
XII IPS 1
Rabu, 6 Kamis, 6 Selasa, 8 Sabtu, 3 Rabu, 5 Jumat, 1 Senin, 6 Selasa, 4 Senin, 3-4
XB XC XD XE
Jumat, 5 Sabtu, 4 Jumat, 3-4
XI IPS 1
Senin, 1 Sabtu, 2
Bahasa
XI IPS 2
XII IPS 2 XII IPS 3 Bahasa
Kegiatan proses belajar mengajar setiap pagi selalu diawali dengan memulai renungan dan doa bersama melalui pengeras suara yang dipimpin oleh siswi yang bertugas. Hal ini merupakan hal wajib yang dilakukan oleh seluruh siswi-siswi dan guru SMA Stella Duce II Yogyakarta. Begitu juga pada jam 12.00 Wib seluruh warga SMA Stella Duce II melakukan doa angelus bersama dan di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 akhir pelajaran juga ditutup dengan doa bersama dengan 4 macam bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Jerman dan Jawa. Di luar kegiatan belajar mengajar di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta juga memiliki kegiatan ekstra kurikuler yaitu di bidang pengembangan intelektual seperti kegiatan komputer, English Speaking and Debet Club (ESDC), di bidang pengembangan seni dan sastra seperti orkestra, biola dasar, flute, cello, gitar, clarinet, bina volalia, teater dan bidang pegembangan olah fisik dan keterampilan seperti basket, volli, badminton, renang, dance, cheer, taewondo dan keputrian. Kegiatan
ekstra
kurikuler
ini
juga
dapat
membantu
naradidik
untuk
mengembangkan talenta yang dimiliki oleh para naradidik sesuai dengan minat mereka masing-masing.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN TENTANG PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA DI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA
Pada bab ini akan diuraikan tiga bagian pokok yaitu, penelitian Pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan tanggungjawab siswa SMA Kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta yang meliputi tujuan, manfaat, jenis, metode, tempat dan waktu, responden, instrumen, variabel, hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Untuk mengetahui peranan Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan tanggungjawab siswa SMA Stella Duce II Yogyakarta maka diadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Adapun metodologi penelitiannya adalah sebagai berikut:
A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Agama Katolik merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam membantu mengembangkan iman serta kepribadian para peserta didik untuk menjadi pribadi yang lebih matang, baik di dalam maupun di luar sekolah. Pendidikan Agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran yang lain. Namun sering kali Pendidikan Agama Katolik dipandang sebelah mata, sehingga terkadang dianggap sebagai mata pelajaran tambahan saja. Sekolah-sekolah Katolik tentu sudah memiliki ketentuan dan cara tersendiri dalam mengemas proses pembelajaran agama, namun tetap pada tujuan yang sama yakni mengembangkan iman peserta didik secara lebih mendalam dan utuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 Sebagai peserta didik yang sedang memasuki usia remaja, setiap individu mengalami proses perkembangan yang berbeda-beda. Perkembangan menuju pribadi yang utuh dan mampu bertanggung jawab bukanlah proses yang mudah dicapai. Guru Pendidikan Agama Katolik memiliki peran yang sangat penting untuk menghidupkan semangat para peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik itu sendiri. Dengan semangat, tentunya akan semakin mendukung peserta didik untuk semakin menghayati serta mendalami apa yang disampaikan di dalam materi yang ada. Komunikasi dan kreatifitas dari guru ikut mempengaruhi keaktifan peserta didik di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada sekarang ini, dan dari teori-teori mengenai Pendidikan Agama Katolik serta gambaran pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMA Stella Duce II Yogyakarta, maka penulis mengadakan penelitian. Penelitian dilakukan untuk siswa Kelas XI. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peranan Pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan tanggung jawab. Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan data yang dapat membuktikan bahwa Pendidikan Agama Katolik berperanan bagi perkembangan tanggung jawab di SMA Stella Duce II Yogyakarta sehingga akan menghasilkan suatu pendampingan bagi remaja agar dapat membentuk pribadi yang matang dan bertanggung jawab.
B. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan di SMA Stella Duce II Yogyakarta adalah:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 1.
Memaparkan apa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Katolik.
2.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan tanggung jawab.
3.
Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan tanggung jawabnya sebagai siswa di SMA Stella Duce II Yogyakarta, begitu juga dalam keluarga maupun kehidupan masyarakat.
B. Manfaat Penulisan Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan di SMA Stella Duce II Yogyakarta adalah: 1.
Memberikan
sumbangan
gagasan
dan
hasil
penulisan
bagi
dalam
meningkatkan tujuan Pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan tanggung jawab dirinya dalam kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. 2.
Menemukan dampak positif akan pentingnya Pendidikan Agama Katolik dalam pengembangan tanggung jawab siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta.
3.
Mendapatkan pemahaman pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan yang dialami oleh siswa dalam tanggung jawabnya sebagai siswa secara lebih utuh.
C. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto. Riduwan (2007: 50) mengutip pendapat Sugiyono bahwa penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
D. Metode Penulisan Metode penulisan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Metode survey biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif (Riduwan, 2007: 49). Dengan metode ini, maka akan diperoleh gambaran sejauh mana siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta dapat menemukan peranan Pendidikan Agama Katolik (PAK) demi pengembangan tanggungjawab para naradidik.
E. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Stella Duce II Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013.
F. Responden Penelitian Pengambilan sampel harus didasarkan pada ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu. Subjek yang diambil benar-benar merupakan subjek yang paling banyak terdapat pada populasi. Pengambilan sampel dengan teknik purposive ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi (Suharsimi Arikunto, 1997: 117). Purposive
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 Sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbangan yakni teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2007: 63). Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah dapat menentukan besarnya sampel berdasarkan pertimbangan informasi yang diperoleh. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksium (Sugiyono, 2010: 301). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 297). Jumlah populasi yang ada di SMA Stella Duce II khususnya kelas XI ada 125 siswa yang dibagi dalam 5 kelas, yakni XI IPA, XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3 dan XI Bahasa. Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI IPS1 dan XI IPS2 SMA Stella Duce II Yogyakarta yang berjumlah 62 siswi, masing-masing kelas sebanyak 20 siswi dari 40 siswi yang akan diteliti. Penelitian ini dibatasi pada kelas XI IPS 1 dan 2 saja karena mengingat begitu banyaknya kelas sehingga dimaksudkan agar sampel penelitian tidak terlalu banyak.
G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dapat diwujudkan dalam benda misalnya: angket, daftar cocok, dan lain-lain. Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data (Suharsimi Arikunto,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 1997: 126). Untuk memperoleh data penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada para siswa. Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner sangat cocok untuk digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Jenis kuesioner yang digunakan yakni kuesioner tertutup, artinya kuesioner disusun dengan menyediakan pilihan jawabannya, sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Suharsimi Arikunto, 1997: 129). Responden tidak memiliki kebebasan untuk memberikan jawaban sesuai keinginan mereka. Kuesioner tertutup merupakan instrument yang cocok untuk mendapatkan jawaban tentang peranan Pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan tanggungjawab di SMA Stella Duce II Yogyakarta sehingga hal ini dapat menyadarkan bahwa Pendidikan Agama Katolik sangat penting sehingga para siswa perlu meningkatkan kesadarannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bertanggungjawab, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Dalam hal ini kuesioner ditujukan kepada para siswa kelas XI IPS sebagai responden penelitian.
H. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).
Aspek-aspek
yang akan diteliti sehubungan dengan peranan Pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan tanggungjawab siswa SMA Stella Duce II Yogyakarta. Oleh karena itu, penulis mengelompokkan variabel penelitian ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3: Variabel Penelitian Pendidikan Agama Katolik No
Variabel yang Diungkap
Aspek yang Diungkap
Nomor Soal
Jml
1.
Peranan Pendidikan Agama Katolik
Pemahaman Tentang Agama Katolik Pemahaman Tentang Materi PAK Metode Pembelajaran Suasana Dan Interaksi Dalam Pembelajaran PAK Sarana Dalam Pembelajaran Peranan Guru PAK
1, 2
2
3, 4 5,6,7 8, 9 10, 11 12, 13, 14, 15, 16 17, 18
2 3 2
19, 20
2
21, 22
2
23
1
24, 25
2
2.
I.
Perkembangan Tanggung Jawab
Keaktifan Dalam Kegiatan Gerejani Tanggung Jawab Dalam Kegiatan Doa Lingkungan Tanggung Jawab Sebagai Warga Sekolah Keaktifan Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah Tanggung Jawab Terhadap Teman, Anggota Sekolah, Lingkungan dan Masyarakat TOTAL
2 5 2
25
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari data sebelumnya,
maka pada bagian ini
penulis
akan melaporkan hasil
penelitian dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 pembahasaannya berdasarkan variabel penelitian seperti yang tercantum dalam variabel penelitian.
1.
Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SMA Stella Duce II Yogyakarta Gambaran pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik terdiri dari berbagai
macam proses pembelajaran berdasarkan kondisi dan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang membantu memperdalam pemahaman peserta didik dengan imannya. Seperti metode, sarana, suasana dan interaksi dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat dari hasil kuesioner pada tabel di bawah ini:
Tabel 4: Pemahaman siswa tentang Pendidikan Agama Katolik (N=40) No Item (1) 1
2
3
4
Pernyataan
Alternatif Jawaban
(2)
(3)
PAK memiliki peranan penting a. Sangat setuju dalam mengembangkan iman b. Setuju serta pribadi siswa di sekolah c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju PAK memiliki kedudukan sama a. Sangat setuju dengan mata pelajaran yang lain b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju Penilaian siswa terhadap a. Sangat baik Pendidikan Agama Katolik b. Baik yang diterima selama di sekolah c. Cukup baik d. Kurang baik Materi PAK dapat diterima oleh a. Ya murid b. Kadang-kadang c. Tidak d. Tidak sama sekali
Jumlah Persen (%) (4) (5) 17 23
42,5 57,5
4 29 7
10 72,5 17,5
1 27 11 1 14 25
2,5 67,5 27,5 2,5 35 62,5
1
2,5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 Dari 40 responden, ada 17 responden sangat setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik memiliki peranan penting dalam mengembangkan iman serta pribadi peserta didik di sekolah (42,5%) dan 23 responden setuju (57,5%). Sebanyak 29 responden setuju Pendidikan Agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lain (72,5%) dan 7 responden tidak setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lain (17,5%). Sebanyak 27 responden yang mengatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik yang diterima dengan baik (67,5%) dan 1 responden mengatakan Pendidikan Agama Katolik yang diterima di sekolah masih kurang baik (2,5%). Ada 14 responden yang mengatakan materi Pendidikan Agama Katolik dapat diterima (35%) dan 1 responden mengatakan tidak sama sekali (2,5%)
Tabel 5: Metode Pendidikan Agama Katolik (N=40) No Item (1) 5
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
(2) Situasi dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
(3) a. Sangat senang b. Senang c. Tidak Senang d. Sangat tidak senang a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju a. Sangat terbantu b. Terbantu c. Tidak terbantu d. Sangat tidak terbantu
(4) 1 35 4
Persen (%) (5) 2,5 87,5 10
6 33 1
15 82,5 2,5
4 35 1
10 87,5 2,5
6
Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan kepribadian dan iman siswa
7
Proses pendidikan agama katolik membantu untuk memahami ajaran mengenai iman katolik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 Ada 35 responden senang mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (87,5%), sedangkan 4 responden tidak senang mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (10%). Ada 33 responden setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan kepribadian dan iman peserta didik (82,5%) dan 1 responden tidak setuju (2,5%). Sebanyak 35 responden mengatakan terbantu dengan proses Pendidikan Agama Katolik yang membantu peserta didik memahami ajaran iman katolik (87,5%) dan 1 responden tidak terbantu (2,5%).
Tabel 6: Proses dan Sarana Pendidikan Agama Katolik (N=40) No Item (1) 8
9
10
11
Pernyataan (2) Metode pembalajaran pendidikan agama katolik membuat semakin semangat dalam mengikuti pembelaharan PAK. Aktif bertanya ketika mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar.
Pendidikan Agama Katolik berperan penting dalam mengembangkan kepribadian dalam proses, metode, materi dan sarana yang digunakan. Sarana dan fasilitas sekolah mendukung proses kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran agama.
Alternatif Jawaban
Jumlah (4)
a. b. c. d.
(3) Sangat semangat Semangat Tidak semangat Sangat tidak semangat
Persen (%) (5)
24 13 3
60 32,5 7,5
a. b. c. d.
Selalu bertanya Sering bertanya Jarang bertanya Tidak pernah bertanya
5
12,5 10 77,5
a. b. c. d.
Ya Ragu-ragu Tidak Tidak sama sekali
26 12
65 30
2
5
a. Sangat Mendukung b. Mendukung c. Kadang-kadang mendukung d. Tidak sama sekali
2
5
18 17
45 42,5
3
7,5
4 31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 Sebanyak 24 responden semangat mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan metode pembelajaran yang diberikan (60%) sedangkan 3 responden lainnya sangat tidak semangat (7,5%). Ada 5 responden aktif bertanya ketika mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar (12,5%) dan 31 responden jarang bertanya (77,5%). Ada 26 responden mengatakan Pendidikan Agama Katolik berperan penting dalam mengembangkan kepribadian dalam proses, metode, materi dan sarana yang digunakan (65%) sedangkan 2 responden mengatakan tidak sama sekali (5%). Ada 18 responden setuju bahwa sarana dan fasilitas sekolah sangat mendukung proses kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran agama (45%) sedangkan 3 responden mengatakan tidak sama sekali (7,5%).
Tabel 7: Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik (N=40) No Item (1) 12
Pernyataan (2) Metode yang digunakan guru selalubervariasi
13
Guru selalu memberi kesempatan untuk berdiskusi
14
Guru menyediakan waktu untuk menyampaikan permasalahan dalam pelajaran Guru menyediakan waktu untuk menyampaikan masalah pribadi dan memberikan bimbingan untuk menyelesaikan masalah Pelajaran agama selalu
15
16
Alternatif
a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.
(3) Ya Kadang-kadang Tidak Tidak sama sekali Selalu Sering Jarang Tidak pernah Selalu Sering Jarang Tidak pernah Selalu Sering Jarang Tidak pernah
a. Selalu
Jumlah (4) 3 22 13 2 2 16 22
Persen (%) (5) 7,5 55 32,5 5 5 40 55
1 3 23 18
2,5 7,5 57,5 45
4 22 14
10 55 35
16
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 dimulai dan diakhiri dengan doa bersama
b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah
4 16 4
10 40 10
Ada 3 responden yang mengatakan bahwa metode yang digunakan oleh guru selalu bervariasi (7,5%) dan 2 responden mengatakan metode yang digunakan guru sama sekali tidak bervariasi (5%). Ada 16 responden mengatakan bahwa guru selalu memberikan kesempatan untuk berdiskusi (5%), sedangkan 22 responden mengatakan guru jarang memberikan kesempatan untuk berdiskusi (55%). Ada 23 responden mengatakan guru jarang menyediakan waktu untuk menyampaikan permasalahan dalam pelajaran (2,5%), sedangkan 18 responden mengatakan tidak pernah (45%). Ada 4 responden mengatakan bahwa guru sering menyediakan waktu untuk menyampaikan masalah pribadi dan memberikan bimbingan untuk menyelesaikan masalah (10%), sedangkan 14 responden mengatakan tidak pernah (35%). Sebanyak 16 responden selalu memulai dan mengakhiri pelajaran agama Katolik dengan doa bersama (40%), sedangkan 4 responden mengatakan tidak pernah (10%).
2.
Perkembangan Tanggung jawab Siswa Kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta Pada bagian yang kedua ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana
Pendidikan Agama Katolik memiliki peranan dalam perkembangan tanggung jawab siswa dalam kegiatan sehari-hari, baik dalam kegiatan di sekolah maupun kegiatan di luar sekolah. Adapun untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat dari hasil kuesioner pada tabel di bawah ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Tabel 8: Keaktifan Dalam Kegiatan Menggereja dan Lingkungan (N=40) No Item (1) 17
18
19
20
Pernyataan (2) Ikut serta dalam perayaan ekaristi harian dalam seminggu Ikut serta dalam kegiatan kerasulan di gereja seperti Misdinar, Mudika, dll. Ikut serta dalam kegiatan lingkungan seperti pendalaman iman, sharing kitab suci atau katekese Ikut serta dalam kegiatan doa Rosario selama bulan Maria
Alternatif Jawaban
Jumlah
a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d.
(3) 1 Kali 2 Kali 3 Kali Tidak Pernah Selalu mengikuti Sering mengikuti Jarang mengikuti Tidak pernah mengikuti Selalu mengikuti Sering mengikuti Jarang mengikuti Tidak pernah mengikuti
(4) 27 4 2 7 7 6 11 16 2 7 20 11
Persen (%) (5) 67,5 10 5 17,5 17,5 15 27,5 40 5 17,5 50 27,5
a. b. c. d.
Selalu mengikuti Sering mengikuti Jarang mengikuti Tidak pernah mengikuti
6 10 18 6
15 25 45 15
Ada 27 responden mengatakan hanya 1 kali mengikuti perayaan ekaristi harian dalam seminggu (67,5%) dan 7 responden mengatakan tidak pernah (17,5%). Ada 7 responden selalu mengikuti kegiatan kerasulan di gereja seperti misdinar, mudika (17,5%) sedangkan 16 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (40%). Sebanyak 2 responden mengatakan selalu mengikuti kegiatan pendalaman iman, sharing kitab suci atau katekese di lingkungan (5%), sedangkan 11 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (27,5%). Ada 10 responden selalu mengikuti kegiatan Rosario selama bulan Maria (15%), dan 6 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (15%).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 Tabel 9: Proses Perkembangan Tanggung jawab (N=40) No Item (1) 21
22
23
24
25
Pernyataan (2) Aktif mengikuti kegiatan kerohanian di sekolah yang merupakan kegiatan wajib siswa Mengerjakan tugas pribadi maupun tugas kelompok di sekolah dengan penuh semangat dan tepat pada waktunya Memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik semakin mendorong siswa untuk menolong dan peduli terhadap sesama di sekitar Pendidikan Agama Katolik semakin mendorong siswa untuk melestarikan dan peduli terhadap lingkungan
(4) 19 10 6 5
Persen (%) (5) 47,5 25 15 12,5
12 22 6
30 55 15
a. Sangat Memanfaatkan b. Memanfaatkan c. Kadang-kadang memanfaatkan d. Tidak sama sekali
6 13 20
15 32,5 50
1
2,5
a. b. c. d.
Ya Kadang-kadang Tidak Tidak sama sekali
28 11
70 27,5
1
2,5
a. b. c. d.
Ya Kadang-kadang Tidak Tidak sama sekali
24 15 1
60 37,5 2,5
a. b. c. d. a. b. c. d.
Alternatif Jawaban (3) Selalu mengikuti Sering mengikuti Jarang mengikuti Tidak pernah mengikuti Selalu mengerjakan Sering mengerjakan Jarang mengerjakan Tidak pernah mengerjakan
Jumlah
Sebanyak 19 responden selalu mengikuti kegiatan kerohanian di sekolah yang merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh peserta didik (47,5%) sedangkan 5 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (12,5%). Ada 22 responden selalu mengerjakan tugas pribadi maupun tugas kelompok di sekolah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 dengan penuh semangat dan tepat waktu (55%) sedangkan 6 responden jarang mengerjakan (15%). 13 responden sangat memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (32,5%). Ada 28 responden mengatakan Pendidikan Agama Katolik semakin mendorong siswa untuk menolong dan peduli terhadap sesama yang ada di sekitar (70%) dan 1 responden mengatakan tidak sama sekali (2,5%). Ada 24 responden mengatakan Pendidikan Agama Katolik semakin mendorong peserta didik untuk melestarikan dan peduli terhadap lingkungan (60%) dan 1 responden mengatakan tidak (2,5%).
J.
Pembahasan Hasil Penelitian Dari 40 responden, hasil penelitian yang diseleksi dari XI IPS 1 dan XI IPS
2, maka akan termuat dalam pembahasan penelitian sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMA Stella Duce II Yogyakarta
a.
Pemahaman Siswa tentang Pendidikan Agama Katolik Berdasarkan jawaban dalam tabel 3 Pendidikan Agama Katolik memiliki
peranan penting dalam mengembangkan iman serta pribadi peserta didik di sekolah. Ada 17 responden menjawab sangat setuju (42,5%) dan 23 responden setuju (57,5%). Dua jawaban tersebut nampak bahwa sebagian besar peserta didik paham bahwa melalui Pendidikan Agama Katolik, iman mereka tumbuh menjadi dewasa dan memiliki pribadi yang lebih bertanggung jawab dalam segala hal. Pendidikan Agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lain. Sejumlah 29 responden sangat setuju Pendidikan Agama Katolik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 memiliki kedudukan yang sama (72,5%). Peserta didik menyadari bahwa semua mata pelajaran memiliki kedudukan yang sama, tidak ada yang perlu diutamakan dan terbelakang, sehingga semua mata pelajaran menjadi hal penting yang perlu dicapai. Sedangkan 7 responden tidak setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lain (17,5%). Hal ini nampak bahwa peserta didik kadang menyepelekan Pendidikan Agama Katolik itu sendiri dan mengutamakan mata pelajaran lain. Penilaian peserta didik terhadap Pendidikan Agama Katolik yang diterima di sekolah seperti dalam pernyataan penilaian terhadap Pendidikan Agama Katolik. Dari pernyataan tersebut ada 27 responden yang mengatakan bahwa baik (67,5%) dan 1 responden mengatakan Pendidikan Agama Katolik yang diterima di sekolah masih kurang baik (2,5%). Disini dapat dikatakan bahwa peserta didik sebagian besar sudah menyadari bahwa kehadiran Pendidikan Agama Katolik dapat diterima dengan baik yang membantu mereka dalam mengembangkan pribadi mereka. Penilaian peserta didik terhadap materi Pendidikan Agama Katolik seperti dalam pernyataan penilaian terhadap materi Pendidikan Agama Katolik. Dari pernyataan tersebut ada 14 responden yang mengatakan materi Pendidikan Agama Katolik dapat diterima (35%) dan 1 responden mengatakan tidak sama sekali (2,5%). Dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta didik dapat diterima dengan baik, baik dalam teori maupun praktek dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Metode Pendidikan Agama Katolik Situasi dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik terlihat
dari jawaban responden. sebanyak 35 responden mengatakan senang mengikuti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (87,5%). Disini sudah nampak bahwa peserta didik senang mengikuti seluruh proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sedangkan 4 responden tidak senang mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (10%). Dari jawaban ini dapat dilihat ada beberapa peserta didik yang malas mengikuti proses pembelajaran dan menyepelekannya. Proses Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan kepribadian dan iman peserta didik. Ada 33 responden yang mengatakan setuju (82,5%) dan 1 responden tidak setuju (2,5%). Dari pernyataan ini nampak bahwa proses Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan pribadi dan iman peserta didik menjadi pribadi yang matang. Pendidikan Agama Katolik memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moral kehidupan sehingga peserta didik akan berkembang lebih baik. Proses Pendidikan Agama Katolik membantu peserta didik memahami ajaran iman katolik. Sebanyak 35 responden mengatakan terbantu (87,5%) dan 1 responden tidak terbantu (2,5%). Dengan adanya Pendidikan Agama Katolik, peserta didik semakin mendalami ajaran-ajaran iman Katolik bukan hanya dalam teori saja, akan tetapi bagaimana menanggapi ajaran Katolik dalam kehidupan peserta didik sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.
c.
Proses dan Sarana Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik menggunakan metode pembelajaran yang
membuat semangat peserta didik. Sebanyak 24 responden mengatakan semangat mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan metode pembelajaran yang diberikan (60%) sedangkan 3 responden sangat tidak semangat (7,5%). Dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 jawaban ini dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta didik semangat mengikuti pembelajaran yang diberikan dengan metode yang digunakan oleh guru.Peserta didik aktif bertanya kepada guru atau teman ketika mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar di kelas. Ada 5 responden yang mengatakan aktif bertanya ketika mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar (12,5%) dan 31 responden jarang bertanya (77,5%). Dari jawaban ini nampak hanya sebagian peserta didik yang aktif bertanya dan yang lain jarang bertanya. Peserta didik kurang memperhatikan pelajaran sehingga interaksi antara peserta didik dengan guru kurang terjalin baik. Proses, metode, materi dan sarana yang digunakan dalam Pendidikan Agama Katolik berperan penting dalam mengembangkan kepribadian peserta didik. Ada 26 responden yang mengatakan ya (65%) sedangkan 2 responden mengatakan tidak sama sekali (5%). Disini nampak bahwa proses, metode, materi dan sarana yang digunakan oleh guru sudah cukup membantu peserta didik mengenal serta mengembangkan kepribadian peserta didik. Sarana dan fasilitas yang ada di sekolah mendukung proses kegiatan belajar. Ada 18 responden yang mengatakan setuju bahwa sarana dan fasilitas sekolah sangat mendukung proses kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran agama (45%) sedangkan 3 responden mengatakan tidak sama sekali (7,5%). Dalam hal ini nampak bahwa sarana dan fasilitas di sekolah sangat dibutuhkan karena memiliki pengaruh yang kuat dalam proses pembelajaran.
d.
Peranan Guru PAK Guru selalu menggunakan metode yang bervariasi dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ada 3 responden yang mengatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 bahwa metode yang digunakan oleh guru selalu bervariasi (7,5%) dan 2 responden mengatakan metode yang digunakan guru sama sekali tidak bervariasi (5%). Dapat dilihat bahwa guru kurang mempersiapkan metode-metode yang menarik dalam setiap proses pembelajaran, sehingga peserta didik kurang semangat mengikuti pembelajaran. Apabila hal ini tidak mendapat solusi, maka proses pembelajaran akan terkesan monoton dan hal ini tentu akan membuat peserta didik jenuh/bosan. Guru selalu memberikan kesempatan berdiskusi untuk membahas materi yang diberikan. Ada 16 responden mengatakan bahwa guru sering memberikan kesempatan berdiskusi (40%), sedangkan 22 responden mengatakan guru jarang memberikan kesempatan untuk berdiskusi (55%). Disini nampak bahwa guru sudah memberikan cukup waktu untuk peserta didik berdiskusi membahas materi yang diberikan. Hal ini sangat membantu peserta didik untuk semakin mendalami secara lebih baik dari materi yang didapatkan. Guru selalu menyediakan waktu luang untuk menyampaikan permasalahan dalam pelajaran Ada 23 responden mengatakan jarang (2,5%), sedangkan 18 responden mengatakan tidak pernah (45%). Disini dapat dilihat bahwa guru sebisa mungkin memberi waktu luang kepada peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam pelajaran agar proses pendalaman materi dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Jika hal ini dibiarkan, tujuan Pendidikan Agama Katolik hanya berhenti pada penyampaian informasi/materi saja. Selain berperan sebagai pendidik, guru juga memiliki peran penting sebagai motivator peserta didik sehingga peserta didik yang mengalami kesulitan akan merasa terbantu dan dapat menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya dalam pelajaran maupun di luar jam pelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 Guru menyediakan waktu untuk menyampaikan permasalahan pribadi dan memberikan bimbingan untuk menyelesaikan masalah peserta didik. Ada 4 responden yang mengatakan bahwa guru sering menyediakan waktu untuk menyampaikan
permasalahan
pribadi
dan
memberikan
bimbingan
untuk
menyelesaikan masalah peserta didik (10%), sedangkan 14 responden mengatakan tidak pernah (35%). Dari jawaban responden tersebut dapat dilihat bahwa interaksi secara personal dari guru dengan peserta didik kurang terjalin dengan baik. Guru memiliki dua peranan, dimana bukan hanya menjadi seorang pendidik akan tetapi berperan sebagai orang tua, teman, kakak yang mampu memberikan bimbingan kepada peserta didik yang memiliki permasalahan pribadi. Peserta didik selalu memulai dan mengakhiri pelajaran agama Katolik dengan doa bersama. 16 responden mengatakan selalu memulai dan mengakhiri pelajaran agama Katolik dengan doa bersama (40%), sedangkan 4 responden mengatakan tidak pernah (10%). Disini nampak bahwa sebagian besar peserta didik sudah menyadari bahwa relasinya dengan Tuhan merupakan hal yang sangat penting.
2.
Perkembangan Tanggung Jawab Siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta
a.
Keaktifan dalam Kegiatan Menggereja dan Lingkungan Peserta didik ikut serta dalam perayaan ekaristi harian dalam seminggu.
Sebanyak 27 responden mengatakan hanya 1 kali mengikuti perayaan ekaristi harian dalam seminggu (67,5%) dan 7 responden mengatakan tidak pernah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 (17,5%). Disini nampak jelas bahwa peserta didik kurang aktif dalam kegiatan menggereja, khususnya dalam ekaristi harian. Keaktifan peserta didik dalam ikut serta kegiatan kerasulan di gereja. Ada 7 responden selalu mengikuti kegiatan kerasulan di gereja seperti misdinar, mudika (17,5%) sedangkan 16 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (40%). Kurangnya minat sebagai warga dan anggota gereja sangat nampak sekali. Peserta didik sering disibukkan oleh kegiatan-kegiatan diluar sekolah yang terkadang tidak dipikirkan pengaruhnya dalam perkembangan dirinya. Peserta didik ikut serta dalam kegiatan lingkungan seperti pendalaman iman, sharing kitab suci atau katekese. Sebanyak 2 responden mengatakan selalu mengikuti kegiatan pendalaman iman, sharing kitab suci atau katekese di lingkungan (5%), sedangkan 11 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (27,5%). Dari jawaban tersebut peserta didik tidak pernah aktif mengikuti kegiatan lingkungan seperti pendalaman iman, sharing kitab suci atau katekese. Peserta didik tidak tertarik mengikuti kegiatan yang membantu mereka mendalami ajaran katolik untuk semakin mengembangkan pribadi dan imannya secara lebih utuh dan dewasa. Keaktifan peserta didik dalam ikut serta kegiatan doa Rosario selama bulan maria. Ada 10 responden sering mengikuti kegiatan Rosario selama bulan maria (15%), dan 6 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (15%). Dalam hal ini, nampak sekali peserta didik kurang minat mengikuti kegiatan rohani.
b.
Proses Perkembangan Tanggung Jawab Peserta didik aktif mengikuti kegiatan kerohanian di sekolah yang
merupakan kegiatan wajib peserta didik. Sebanyak 19 responden mengatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 selalu mengikuti kegiatan kerohanian di sekolah yang merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh peserta didik (47,5%) sedangkan 5 responden mengatakan tidak pernah mengikuti (12,5%). Disini dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta didik mengikuti kegiatan wajib di sekolah. Kegiatan-kegiatan kerohanian ini merupakan salah satu faktor pendukung yang membantu peserta didik menemukan jati dirinya di dalam iman Katolik. Peserta didik mengerjakan tugas pribadi maupun tugas kelompok di sekolah dengan penuh semangat dan tepat pada waktunya. Ada 22 responden yang mengatakan sering mengerjakan tugas pribadi maupun tugas kelompok di sekolah dengan penuh semangat dan tepat waktu (55%) sedangkan 6 responden jarang mengerjakan (15%). Dalam hal ini nampak bahwa sebagian besar peserta didik sudah mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai warga sekolah yakni dalam mengerjakan tugas-tugas pribadi maupun kelompok di sekolah walaupun ada sebagian yang menyepelakan tugasnya sendiri. Peserta didik memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Ada 13 responden yang mengatakan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (32,5%) sedangkan 1 responden mengatakan tidak sama sekali (2,5%). Dapat dilihat bahwa talenta seseorang bukan hanya di dalam pengetahuan dan prestasinya di kelas, akan tetapi keterampilan dalam hal lain, misalnya dirigen, bermain musik-musik gereja dan tentunya talenta-talenta yang mendukung dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 Pendidikan Agama Katolik semakin mendorong peserta didik untuk menolong dan peduli terhadap sesama yang ada di sekitar. Sebanyak 28 responden mengatakan ya (70%) dan 1 responden mengatakan tidak sama sekali (2,5%). Dari pernyataan tersebut, nampak bahwa peserta didik dimampukan untuk mengenal kasih, rasa empati dan simpati kepada sesamanya dengan saling tolong-menolong, peduli kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Kesadaran peserta didik dalam hal ini menunjukkan pribadi yang semakin matang. Pendidikan Agama Katolik semakin mendorong peserta didik untuk melestarikan dan peduli terhadap lingkungan. Ada 24 responden mengatakan ya (60%). Nampak bahwa peserta didik sudah memiliki tanggungjawabnya sebagai warga masyarakat dengan melestarikan dan peduli terhadap lingkungan. Misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan, turut serta dalam kegiatan gotong royong, dll. Hal ini mampu mendorong peserta didik untuk tidak hanya berkembang menjadi pribadi yang utuh, baik di sekolah maupun di dalam masyarakat sekitar.
K. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih banyak kekurangan dari hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas dan peneliti menyadari bahwa hal ini merupakan keterbatasan penelitian. Sebagaimana tertulis dalam hasil penelitian di atas, peneliti hanya mengambil sebagian kecil dari peranan Pendidikan Agama Katolik yang ada bagi siswa SMA Stella Duce II, Yogyakarta. Masih banyak hal yang dapat diteliti mengenai peranan Pendidikan Agama Katolik bagi perkembangan tanggungjawab siswa kelas XI SMA Stella Duce II, Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih jelas lagi dapat diteliti pada penelitian berikutnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV UPAYA PENINGKATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SEKOLAH BAGI PERKEMBANGAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE II YOGYAKARTA
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang dilaksanakan selama ini masih memiliki berbagai kekurangan. Untuk membantu proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menarik minat peserta didik, maka perlu rencana pembelajaran yang kreatif. Perencanaan dalam program pembelajaran merupakan bagian yang penting dan perlu bagi para guru dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan memiliki perencanaan pembelajaran yang baik dan kreatif, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran dan peserta didik akan lebih senang mengikuti seluruh proses pembelajaran dan terbantu di dalam mendalami materi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan fakta yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya dalam bab II mengenai gambaran umum Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan tanggung jawab serta gambaran umum mengenai pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMA Stella Duce II Yogyakarta, hasil penelitian pada bab III, maka dalam bab penutup ini penulis mencoba memberikan usulan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
di
dalam
rangka
membantu
meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi mengembangkan tanggung jawab siswa kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta. Penulis berharap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dapat membantu guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih variatif dan menyenangkan serta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 mampu memotivasi para peserta didik untuk lebih bersemangat dalam mengikuti seluruh proses Pendidikan Agama Katolik.
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1.
Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Munthe (2009: 200) mengatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indicator atau beberapa indicator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
2.
Langkah-langkah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelaksanaan
pembelajaran
merupakan
kegiatan
pembelajaran
yang
berimplementasi pada pengalaman belajar peserta didik (Munthe, 2009: 200). Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Langkah-langkah rencana pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: • Mengisi kolom identitas • Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan • Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan digunakan pada silabus yang telah disusun • Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator yang telah ditentukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 • Mengidentifikasikan materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran • Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan • Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan awal, inti dan akhir • Menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan • Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dan lain-lain. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) itu sendiri memiliki beberapa prinsip, yakni: memperhatikan perbedaan individu peserta didik, mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya membaca dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan dan keterpaduan, serta menerepakan teknologi informasi dan komunikasi.
B. Usulan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1.
Latar Belakang Pemilihan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam proses Pendidikan Agama Katolik (PAK), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menjadi faktor yang sangat penting bagi guru untuk mempersiapkan pembelajaran. Selain itu, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga membantu memotivasi peserta didik untuk semakin bersemangat mengikuti seluruh proses pembelajaran. Peserta didik diharapkan mampu mengikuti seluruh proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh sehingga mampu menanamkan tanggung jawabnya sebagai warga sekolah menyelesaikan tugastugasnya serta semakin mampu mendalami materi yang diberikan untuk diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian dan pembicaraan singkat dengan guru bidang studi Pendidikan Agama Katolik bahwa Pendidikan Agama Katolik masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 memiliki beberapa kekurangan. Artinya, metode pembelajaran yang digunakan selama ini kurang bervariasi dan belum cukup mampu menarik minat peserta didik sehingga dapat menimbulkan rasa malas, bosan bahkan peserta didik tidak termotivasi mengikuti proses pembelajaran.
2.
Alasan Pemilihan Tema Alasan memilih tema berdasarkan situasi dan keadaan peserta didik yang
penulis temukan. Pengambilan tema berdasarkan silabus yang disusun oleh Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia. Penulis menggunakan silabus dan RPP sebagai acuan dalam menggunakan rencana pembelajaran pendidikan agama katolik (PAK) kelas XI SMA Stella Duce II Yogyakarta. Penulis berharap rencana program pembelajaran ini mampu menjawab kebutuhan guru dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam segala hal, baik di dalam maupun di luar sekolah. Berdasarkan harapan tersebut, penulis menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan salah satu sub pokok bahasan. Penulis memilih sub pokok berdasarkan silabus yang dijabarkan dalam buku silabus PAK untuk SMA/SMK yang disusun oleh Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia (KOMKAT KWI) yakni “Ajaran Sosial Gereja”. Ajran Sosial Gereja memaparkan tentang permasalahan-permasalahan Gereja seperti upah buruh yang rendah, kemiskinan, dan lain sebagainya. Tujuan pemilihan sub pokok bahasan ini adalah agar peserta didik semakin memahami dan menyadari pentingnya menjadi pribadi yang sanggup bertanggung jawab dalam segala hal melalui ajaran-ajaran sosial gereja yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 4.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a.
Identitas
b.
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Katolik
Kelas
: XI
Semester
: Genap
Sub pokok Bahasan
: Ajaran Sosial Gereja (ASG)
Waktu
: 2 x 45 Menit
Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan menggereja sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
c.
Kompetensi Dasar Mengenal dan memahami hubungan Gereja dan dunia, sehingga bersedia ikut terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.
d.
Indikator 1) Menjelaskan arti dan latar belakang Ajaran Sosial Gereja 2) Menyebutkan macam-macam Ajaran Sosial Gereja 3) Menyebutkan pokok-pokok penting Ajaran Sosial Gereja 4) Menjelaskan alasan mengapa Ajaran Sosial Gereja kurang bergema di Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 5) Menyebutkan dan menjelaskan nilai yang dapat dipetik dari Ajaran Sosial Gereja bagi umat Katolik di Indonesia
e.
Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari Kompetensi “AJARAN SOSIAL GEREJA” peserta didik mampu: 1) Menjelaskan Ajaran Sosial Gereja 2) Bertindak sebagai wujud nyata dari Ajaran Sosial Gereja
f.
Metode Pembelajaran Tanya jawab, sharing, diskusi, informasi dan penugasan
g.
AlokasiWaktu 2 x 45 menit
h.
Materi Pembelajaran 1) Arti dan MaknaAjaran Sosial Gereja Ajaran Sosial Gereja adalah ajaran Gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota- masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama. Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik atau dukungan. Ajaran sosial Gereja bersifat lunak, bila dibandingkan dengan ajaran Gereja dalam arti ketat, yaitu dogma. Ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 Gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisakan. Karena masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman,maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang muncul.
2) Ajaran Sosial Gereja di Indonesia Banyak kritikan untuk Gereja Katolik di Indonesia yang belum menunjukkan keperpihakkannya terhadap orang-orang miskin. Hal ini mungkin saja Gereja Katolik di Indonesia, belum begitu memahami ajaranajaran sosial Gereja. Mengapa? (a) Penampilan Gereja di Indonesia lebih merupakan penampilan Ibadat daripada penampilan gerakan sosial. Jika ada penampilan gerakan sosial itu masih sebatas karitatif, seperti membantu yang miskin, mencarikan pekerjaan. Banyak orang Katolik yang sudah puas kalau sudah
menjalankan
ibadatnya
di
gereja,
atau
memberikan
sumbangannya pada mereka yang sengsara. Sedangkan, mencari sebab mengapa ada kemiskinan, mengapa ada pengangguran belum dianggap sebagai hal yang berhubungan dengan iman. (b) Warga Gereja Katolik yang hidup kecukupan tidak termasuk kelompok orang-orang yang benar-benar menderita. Kalaupun ada orang Katolik yang begitu prihatin pada korban, mereka tetap berada sebagai orang lain daripada yang menjadi korban itu sendiri. Mereka merasa tidak terlibat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 (c) Banyak orang-orang Katolik yang begitu sadar akan “kekecilannya”, mereka sering berucap: “Kami hanya minoritas…” Kesadaran minoritas itu lebih banyak digunakan untuk tidak berbuat. (d) Karena perkara-perkara social dijadikan ajaran, maka perkara-perkara social tersebut baru menjadi bahan tertulis, bahan kajian, bahan seminar. Padahal, perkara-perkara sosial itu baru memiliki arti jika sudah sampai pada tahap pelaksanaan.
i.
KegiatanPembelajaran NO
1).
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Awal:
WAKTU
KETERANGAN
10 menit
- Doa bersama
- Kegiatan belajar diawali dengan Doa
persiapan
bersama
belajar
- Melakukan Presensi Siswa
- Daftar Absen
- Mengingat pelajaran yang lalu - Memberikan pembelajaran
penjelasan dan
materi
- Langkah-
langkah-langkah
langkah
kegiatan secara garis besar 2).
Kegiatan Inti: - Siswa membaca dan mendengarkan cerita “BURUH MUDA” yang terdapat dalam buku pegangan hal 17-18 - Siswa mendengarkan paparan atau masukan dari Guru tentang Ajaran Sosial Gereja (ASG)
pembelajaran 70 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 - Siswa mendengarkan paparan atau masukan dari Guru tentang Ajaran Sosial Gereja di Indonesia - Siswa diminta membuat kelompok diskusi
untuk
mendalami
tentang
Ajaran Sosial Gereja, dipandu dengan sebuah
contoh
cerita
kecil
yang
terdapat di buku pegangan. - Melalui dialog dengan Guru dan Siswa mendalami
isi
kasus-kasus
yang
menimba para buruh (guru mengambil dari surat kabar) - Siswa menyimak paparan dari Guru dan bertanya tentang hal-hal yang belum jelas atau belum dimengerti - Tanya jawab dengan Guru untuk mendalami dan menyadari pengamalan Ajaran Sosial Gereja di Indonesia - Siswa melaporkan hasil diskusi dan memberikan
kesempatan
kepada
kelompok lain untuk menanggapinya - Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap materi yang telah dipelajari siswa - Siswa merefleksikan apa yang telah dipelajarinya 3).
Kegiatan Akhir: - Siswa merangkum apa yang telah dipelajarinya
10 menit
Doa sesuai
penutup dengan
hasil
- Guru memberikan tugas: Peserta didik untuk mengadakan observasi masalah-
kesimpulan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 masalah sosial di masyarakat setempat - Doa Penutup dipimpin oleh salah seorang siswa
j.
Alat Dan Bahan Belajar 1) Laptop 2) LCD
k.
Sumber Belajar 1) Kitab Suci Amsal 3: 28 2) Komisi Kateketik KWI. (2004). Perutusan Murid-Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK. Buku Guru 2. Yogyakarta: Kanisius 3) Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966) 4) Pengalaman Siswa 5) Kasus yang menimpa para buruh yang diambil dari surat kabar Kedaulatan Rakyat tanggal 19 Juni 2014 “Gaji Tak Dibayar, Buruh PT DSK Gelar Aksi”
l.
Evaluasi 1) Tugas Mandiri Mengadakan observasi untuk menemukan masalah-masalah sosial di masyarakat setempat. 2) Test Tertulis (a) Bentuk Soal
: Essay
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 (b) Jumlah Soal
:3
(c) Contoh Soal
:
(1) Apakah yang dimaksud dengan Ajaran Sosial Gereja? (2) Ajaran Sosial Gereja itu bersifat lunak, apakah artinya? (3) Ajaran Sosial Gereja kurang bergema dalam Gereja di Indonesia, mengapa? (d) Kunci Jawaban dan Penilaian NO 1.
KUNCI JAWABAN Ajaran Sosial Gereja:
NILAI 25
Ajaran Sosial Gereja adalah ajaran Gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota- masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik atau dukungan. 2.
Ajaran Sosial Gereja itu bersifat lunak: Ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisakan. Karena masalahmasalah yang dihadapi oleh manusia beragam bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang muncul.
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 3.
Ajaran Sosial Gereja kurang bergema dalam Gereja di
50
Indonesia: - Penampilan Gereja di Indonesia lebih merupakan penampilan Ibadat dari pada penampilan gerakan sosial. Jika ada penampilan gerakan sosial itu masih sebatas karitatif, seperti membantu yang miskin, mencarikan pekerjaan. - Warga Gereja Katolik yang hidup kecukupan tidak termasuk kelompok orang-orang yang benar-benar menderita. Kalaupun ada orang Katolik yang behgitu prihatin pada korban, mereka tetap berada sebagai orang lain daripada yang menjadi korban itu sendiri. Mereka merasa tidak terlibat. - Banyak orang-orang Katolik yang begitu sadar akan “kekecilannya”, mereka sering berucap: “Kami hanya minoritas…” Kesadaran minoritas itu lebih banyak digunakan untuk tidak berbuat. - Karena perkara-perkara sosial dijadikan ajaran, maka perkara-perkara sosial tersebut baru menjadi bahan tertulis, bahan kajian, bahan seminar. Jumlah Nilai
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 BAB V PENUTUP
Pada bagian akhir penulisan ini, penulis ingin mengemukakan beberapa kesimpulan dari seluruh penulisan dalam skripsi yang telah disusun ini. selain itu juga penulis juga akan menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi
peningkatan
peranan
Pendidikan
Agama
Katolik
bagi
perkembangan tanggungjawab siswa kelas XI di SMA Stella Duce II Yogyakarta.
A. Kesimpulan Pendidikan Agama Katolik (PAK) merupakan salah satu jembatan bagi peserta didik untuk menghantarkan mereka kepada penghayatan iman mereka dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil penelitian, peserta didik menyadari kehadiran Pendidikan Agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran yang lainnya. Selain itu, mereka juga menyadari bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu mereka dalam mengembangkan dirinya menjadi dewasa dan memiliki pribadi yang bertanggung jawab di dalam maupun di luar sekolah melalui materi, proses pembelajaran serta sarana dan prasarana yang mereka terima. Peranan Guru PAK juga menjadi sangat penting, dimana guru harus mampu membimbing para peserta didik untuk sampai pada perkembangan pribadi yang lebih bertanggung jawab dan memiliki iman yang utuh. Dari hasil penelitian, nampak bahwa guru perlu mempersiapkan metode pembelajaran yang lebih menarik sehingga dapat mendorong peserta didik untuk lebih bersemangat dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 mengikuti seluruh proses pembelajaran. Sarana dan prasarana sekolah yang dapat mendukung perlu dipersiapkan oleh guru sehingga peserta didik sungguh-sungguh menghayati materi yang diterima dengan baik dan sekaligus mewujudnyatakannya di dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan aktif sehingga peserta didik senang dan dengan sepenuh hati mendengarkan setiap penjelasan materi sehingga peserta didik didukung untuk menghayati materi secara lebih mendalam. Perkembangan pribadi peserta didik bukan semata perubahan dalam hal fisik dan kecerdasan intelektualnya saja, melainkan juga perkembangan moral di dalam peserta didik itu sendiri. Perkembangan moral tersebut merupakan interaksi berbagai aspek yang mencerminkan bagaimana pribadi peserta didik berkembang menjadi semakin dewasa dan bertanggung jawab di dalam sekolah, lingkungan masyarakat maupun gereja. Berdasarkan penelitian yang ditujukan kepada peserta didik kelas XI tampak bahwa peserta didik sudah memiliki tanggung jawab sebagai warga sekolah dan masyarakat dengan mampu mengerjakan tugas-tugas pribadi dari sekolah, peduli kepada lingkungan serta mampu mengembangkan kepekaan mereka dengan menolong sesamanya. Namun di sisi lain, peserta didik masih kurang memiliki tanggung jawab dan minatnya dalam kegiatan menggereja, dimana kegiatan-kegiatan tersebut mampu menjadi motivasi mereka untuk semakin mendalami imannya secara lebih utuh. Selain faktor lingkungan, peranan keluarga dan masyarakat sekitar juga turut membentuk bagaimana peserta didik dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Berdasarkan semua kenyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMA Stella Duce II Yogyakarta sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 berjalan dengan baik dan membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Pendidikan Agama Katolik itu sendiri tidak luput dari kekurangan yakni hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Hal ini nampak pada kesadaran para siswa dalam hal-hal lainnya yang masih belum berjalan dengan baik. Peran guru Pendidikan Agama Katolik juga menentukan dalam pembentukan para siswa sehingga guru juga harus mempersiapkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik menjadi jauh lebih baik lagi. Dengan kerjasama yang baik dari seluruh aspek sekolah maupun di luar sekolah diharapkan Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak semata-mata hanya sebagai kewajiban yang harus diikuti, akan tetapi sungguh-sungguh menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dihayati para peserta didik sehingga mereka mampu mempersiapkan diri menuju pribadi yang lebih bertanggung jawab.
B. Saran 1.
Bagi Sekolah
a.
Hendaknya diadakan pembinaan bagi para guru agar dapat mempersiapkan diri menjadi lebih kreatif dalam pengelolaan materi maupun dalam mendampingi para siswa.
b.
Perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang keaktifan di luar sekolah, sehingga proses perkembangan tanggung jawab siswa bukan berhenti pada Pendidikan Agama Katolik di sekolah saja tetapi tetap berkelanjutan.
c.
Pentingnya peningkatan sarana dan prasarana sekolah yang dapat mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik sehingga para siswa dibantu untuk semakin mendalami seluruh proses dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 2.
Bagi Guru
a.
Guru perlu memberikan materi bervariasi dan membuat suasana kelas menjadi menyenangkan sehingga para siswa akan terdorong untuk lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Materi yang disiapkan harus relevan dengan keadaan siswa sehingga diharapkan mampu membantu siswa mendalami materi secara mendalam dan berkembang menjadi pribadi bertanggung jawab.
b.
Guru perlu menciptakan relasi secara lebih mendalam dengan para siswa, baik di dalam dan di luar kelas sehingga mampu membantu para siswa dalam segala permasalahan pribadi maupun pelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L. dkk. (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Buku Pedoman Sekolah Tahun Ajaran 2012-2013. (2012). Manual ini dikeluarkan oleh SMA Stella Duce II Yogyakarta untuk penerimaan siswa baru tahun ajaran 2012-2013. Dapiyanta. (2009). Panorama Pendidikan Agama di Sekolah. Rohani, No. 07, hh. 115. Esti Sumarah, Ignatia. (2003). Cita-cita Pendidikan Agama Menurut Iman Katolik, Basis, No. 07-08, hh. 37-43. Hardono Hadi. (1996). Jatidiri Manusia Berdasarkan Filsafat Organisme A.N. Whitehead. Yogyakarta: Kanisius. Heryatno Wono Wulung, F. X. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Buku Ajar untuk Mahasiswa Prodi IPPAK Semester V, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Heuken, Adolf. (1981). Tantangan Membina Kepribadian. Yogyakarta: Cipta Loka Carako. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Isjoni. (2008). Guru sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Julian, James, M. dkk. (2008). Belajar Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Baca. Komisi Kateketik KWI. (2007). Silabus Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas/Kejuruan. Yogyakarta: Kanisius. _______. (2004). Perutusan Murid-Murid Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK. Buku Guru 2. Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Lalu, Yos. (1999). Situasi Pendidikan Di Tengah Arus Globalisasi. Ekawarta, No. 02 dan 03, hh. 13-24. Lickona, Thomas. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Linda, Ammond Darling dkk. (2009). Guru yang Baik di Setiap Kelas. Jakarta: PT. Indeks. Mardiatmadja, B.S. (1986). Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Meadow, Mary Jo. (1989). Memahami Orang Lain. Yogyakarta: Kanisius. Mohamad Surya, dkk. (2010). Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. Monks, dkk. (1984). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mulyaningtyas, dkk. (2007). Bimbingan dan Konseling untuk SMA dan MA kelas XII. Yogyakarta: Erlangga. Munthe, Bermawy. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Rachmadi, Simon. (2001). Mengangkat Dimensi Religiusitas dalam PAK. Jurnal Teologi Gema, No. 57, hh. 73-89.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 Riberu, Yan. (2004). Relevansi Pendidikan Agama Katolik. Praedicamus, No. 08, hh. 22-27. Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rintyastini, Yulita, dkk. (2006). Bimbingan dan Konseling SMP. Yogyakarta: Erlangga. Sastrapratedja, M. (2001). Pendidikan sebagai Humanisasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara. Suprihadi Sastrosupono, M. (1979). Etika dan Kepribadian. Semarang: Satya Wacana. Sutarjo Adisusilo. (2012). Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syamsu Yusuf, dkk. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tilaar. (1999). Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Umar Tirtaraharja. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Widyarta, B. (1971). Beberapa Gagasan Tentang Kepribadian yang Masak. Yogyakarta. Wijdan, Aden SZ. (2005). Paradigma Perubahan Keagamaan, Unisia, No. 55, hh. 98104. Yustiana. (2012). Guru: Berguru Pada Sang Guru. Educare, No. 9, hh. 32-33.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1: Surat Penelitian dari Kampus
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2: Surat Penelitian dari Sekolah
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN SMA Stella Duce II Yogyakarta I. IDENTITAS a. Nama : b. Kelas : II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Anda dimohon untuk membaca dengan cermat dan teliti pada setiap pada setiap soal di bawah ini. 2. Jawablah dengan jujur dan sesuai dengan suara hati anda. 3. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang telah tersedia III. SOAL 1. Setujukah Anda bahwa Pendidikan Agama Katolik memiliki peranan yang sangat penting, khususnya dalam mengembangkan iman serta pribadi Anda di sekolah? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Setujukah Anda bahwa Pendidikan Agama Katolik memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran yang lain yang ada di sekolah? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Bagaimana penilaian Anda terhadap Pendidikan Agama Katolik yang Anda terima selama ini di sekolah? a. Sangat baik b. Baik c. Cukup baik d. Kurang baik 4. Apakah materi Pendidikan Agama Katolik yang diberikan oleh guru di sekolah dapat Anda terima dengan baik? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak d. Tidak sama sekali 5. Apakah Anda merasa senang ketika mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di sekolah? a. Sangat senang b. Senang
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c. Tidak Senang d. Sangat tidak senang 6. Setujukah Anda bahwa Pendidikan Agama Katolik turut membantu perkembangan kepribadian dan iman Anda? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang Anda terima di sekolah, apakah Anda merasa terbantu untuk memahami ajaran mengenai iman katolik? a. Sangat terbantu b. Terbantu c. Tidak terbantu d. Sangat tidak terbantu 8. Apakah metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik membuat Anda semakin semangat dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik? a. Sangat semangat b. Semangat c. Tidak semangat d. Sangat tidak semangat 9. Apakah Anda aktif bertanya kepada guru atau teman ketika Anda mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar di kelas? a. Selalu bertanya b. Sering bertanya c. Jarang bertanya d. Tidak pernah bertanya 10. Menurut Anda, apakah Pendidikan Agama Katolik berperan penting dalam mengembangkan kepribadian Anda, misalnya proses pembelajaran, metode, materi dan sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran? a. Ya b. Ragu-ragu c. Tidak d. Tidak sama sekali 11. Apakah sarana dan fasilitas yang ada di sekolah mendukung proses kegiatan belajar khususnya pelajaran Agama? a. Sangat Mendukung b. Mendukung c. Kadang-kadang mendukung d. Tidak sama sekali 12. Apakah selama proses pembelajaran pendidikan agama katolik metode yang digunakan guru selalu bervariasi? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d. Tidak sama sekali 13. Apakah dalam proses belajar mengajar Anda diberi kesempatan untuk berdiskusi untuk membahas materi yang diberikan oleh guru? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 14. Apakah guru menyediakan waktu luang bagi Anda untuk menyampaikan permasalahan yang Anda alami dalam pelajaran? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 15. Apakah guru menyediakan waktu luang bagi Anda untuk menyampaikan permasalahan pribadi dan memberikan bimbingan untuk menyelesaikan masalah yang Anda alami? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 16. Apakah Anda selalu memulai dan mengakhiri kegiatan belajar khususnya pelajaran agama katolik dengan berdoa bersama? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah 17. Berapa kali Anda mengikuti perayaan ekaristi harian dalam seminggu? a. 1 Kali b. 2 Kali c. 3 Kali d. Tidak Pernah 18. Apakah Anda pernah mengikuti salah satu kegiatan kerasulan digereja seperti: Misdinar, Mudika? a. Selalu mengikuti b. Sering mengikuti c. Jarang mengikuti d. Tidak pernah mengikuti 19. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan pendalaman iman, sharing kitab suci atau katekese di lingkungan? a. Selalu mengikuti b. Sering mengikuti c. Jarang mengikuti d. Tidak pernah mengikuti 20. Berapa kali Anda mengikuti kegiatan doa Rosario selama bulan maria? a. Selalu mengikuti b. Sering mengikuti
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c. Jarang mengikuti d. Tidak pernah mengikuti 21. Apakah Anda mengikuti kegiatan kerohanian di sekolah yang merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh siswa? a. Selalu mengikuti b. Sering mengikuti c. Jarang mengikuti d. Tidak pernah mengikuti 22. Apakah Anda mengerjakan tugas pribadi maupun tugas kelompok di sekolah dengan penuh semangat dan tepat pada waktunya? a. Selalu mengerjakan b. Sering mengerjakan c. Jarang mengerjakan d. Tidak pernah mengerjakan 23. Apakah Anda memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik? a. Sangat Memanfaatkan b. Memanfaatkan c. Kadang-kadang memanfaatkan d. Tidak sama sekali 24. Apakah Pendidikan Agama Katolik, semakin mendorong Anda untuk menolong dan peduli terhadap sesama yang ada di sekitar Anda? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak d. Tidak sama sekali 25. Apakah Pendidikan Agama Katolik, semakin mendorong Anda untuk melestarikan dan peduli terhadap lingkungan? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak d. Tidak sama sekali
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5 : Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 1
NAMA SISWA XI IPS 1
No Urut 1 2 3 4 5
No Induk 3547 3575 3578 3579 3585
6
3588
Angelina Maya Prihandini
7
3589
Anindita Dipo Renoati
8
3590
Antonetta Tina Endah Cahyani
9
3591
Aprilia Ertanto
10
3594
Audrey Christabel Angela Nauli
11
3596
Ayu Tri Arganing Tyas
12
3598
Azila Zalwa Zuraeda
13
3599
Balissa Rosarina Suryaprasetya
14
3601
Benedicta Songga Devi
15
3602
Benedith Maria Pasaribu
16
3607
Brigitta Senja Anindruya N
17
3612
Delfina Hanna Chrisyandra
18
3614
Elisabeth Dyah Ayu Damayanti
19
3617
Elok Putrid Irianti
20
3621
Eva Angelita Siahaan
21
3622
Felisitas Marvelia Anggi
22
3625
Fransisca Avea Rena Regita
23
3631
Giofani Anggita
24
3632
Gracecilia Paula Siwabessy
25
3633
Heliana Maria Anggreani Paying R
26
3634
Ivana Gita Natalie Ginting
27
3641
Eldina Dwiutama
28
3645
Lucia Benasita
29
3646
Ludovica Vania Wandita D
30
3649
Maria Ayu Dwi Lestari
Ade Utami Adella Diaz Agata Christy Sekar Pradini Agatha Mega Ardita Amazia W Yudha
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6: Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 2
No Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
No Induk 3652 3654 3658 3662 3663 3666 3671 3672 3673 3674 3681 3684 3687 3689 3691 3695 3696 3597 3700 3702 3703 3704 3708 3710 3712 3713 3715 3716 3718 3876 3877 3878
NAMA SISWA XI IPS 2 Maria Goreti Firman Swasti Maria Nadia Sri Lestari Matea Ave Hardyanita Dewantri Meliana Kristin Messa Novita Monica Simanihuruk Niken Ayu Agustiani Olivia Lauwira Paskalia Clarita Patricia Tyasrinestu Rita Theresia Raden Roro L. Braniati Ayuningtyas SP Sarah Anwiska Sinta Debi Dianingsih Sri Dewi Ayu Indah Lestari Stella Moris Deo Vani Stella Savira Stevany Claresta Maurend Teresia Belawati Sugiarto Valeria Vela Herawati Vanesya Gabriella Vaulika Ardi Rinjani Yacinta Dinda Oktaviani Yefta Rachel Yoharinafeliaana Feby Yosephine Woro Purnamasari Yustien Lay Yustina Dini Putranti Esther Gracia Andries Angelina Devi A Grecelia Maharani Dewi Megasari
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7: Jadwal Pelajaran SMA Stella Duce II Yogyakarta
(9)