PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DEMI KEBAHAGIAAN DAN KEUTUHAN PERKAWINAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh Herybertus Yuni Styairawan NIM. 081124048
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Istriku satu-satunya Agustina Sutrisniati
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
You can make it if you try (The Rolling Stone)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 Juli 2013 Penulis,
Herybertus Yuni Styairawan
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Herybertus Yuni Styairawan
Nomor Mahasiswa : 081124048 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul: “USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DEMI KEBAHAGIAAN DAN KEUTUHAN PERKAWINAN”, berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada penulis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 1 Juli 2013 Penulis,
Herybertus Yuni Styairawan
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DEMI KEBAHAGIAAN DAN KEUTUHAN PERKAWINAN. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap pendampingan keluarga muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran saat ini. Keluarga muda Katolik disaat mengalami kesulitan dalam membangun keluarga, mereka kurang mendapat pendampingan yang cukup sehingga banyak keluarga muda yang bingung dalam menghadapi tantangantantangan yang timbul dalam hidup berkeluarga. Bertitik tolak dari kenyataan itu, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para keluarga muda Katolik agar mendapat pendampingan yang lebih baik demi meraih kebahagiaan dan keutuhan keluarga. Persoalan pokok dalam skrispi ini adalah bagaimana memberikan pendampingan bagi keluarga muda Katolik yang sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan ajaran Gereja di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu pemberian kuesioner semi tertutup kepada para keluarga muda Katolik sudah dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga muda Katolik sudah memiliki kesadaran perlunya membangun keluarga selaras dengan ajaran Gereja. Sebagian besar keluarga Katolik memilih katekese sebagai bentuk pendampingan. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan gagasan dari para ahli yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan dalam membantu pelaksanaan pendampingan keluarga muda Katolik demi kebahagiaan dan keutuhan perkawinan. Mengingat pendampingan keluarga muda Katolik demi kebahagiaan dan keutuhan perkawinan penting, penulis menyumbangkan suatu program katekese bagi keluarga muda Katolik.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT This small thesis entitles USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DEMI KEBAHAGIAAN DAN KEUTUHAN PERKAWINAN. The title was chosen based on the writer’s concern toward Chatolic newly weds in Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Parish nowdays. The newly weds have difficulties in buiding their family. As the result, they are lack of sufficient Assistance so they are upset in facing obstacles in building their family. As a starting point from that fact, this thesis is purposed to help the Catholic newly weds in order to get better to reach a happiness and wholeness family. This small thesis’s main problem is how the Assists facilitates the Catholic newly weds based on their needs and it harmonizes with Church doctrine in Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Parish. It needs accurate data to study that problem. Therefore, semi closed questionnaire has been given to the newly weds. The result of this research shows that the newly weds has had awareness of the importance of building their family which is harmonized with Church doctrine. Most of the Catholic families choose catechesis as the form of assistance. A literature study is done to get some ideas from some experts that can be used as the support in helping to realize the assistance toward the Catholic newly weds for their happiness and the harmony of marriage. Recall to the importance of the assistance toward the Catholic newly weds for their happiness and harmony marriage.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN DEMI KEBAHAGIAAN DAN KEUTUHAN PERKAWINAN . Penyusunan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis mengenai pendampingan keluarga muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Bertitik tolak dari situasi tersebut maka penulis menyusun skripsi ini dengan maksud membantu para keluarga muda Katolik agar mendapatkan pendampingan yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para keluarga muda Katolik di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dalam meraih kebahagiaan dan keutuhan perkawinan. Dalam menyusun dan menyelasaikan skripsi ini, penulis sungguh menyadari akan peran serta banyak pribadi yang penulis yakini sebagai tangantangan Tuhan sendiri untuk terlibat dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar. Atas segala bantuan yang penulis terima dan rasakan, dengan tulus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dharma yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi. 2.
Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J. selaku pembimbing utama dari penyusunan proposal sampai dengan bab 3.
3.
Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. yang telah berkenan menjadi dosen pembimbing pengganti Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J. dan telah memberikan semangat serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penulisan skripsi.
4.
Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing kedua dan berkenan membantu dalam proses penelitian dengan
penuh kesabaran serta
memberikan semangat dalam penulisan skripsi. 5.
Y.H. Bintang Nusantara, S.F.K., M.Hum. sebagai dosen pembimbing dan dosen penguji ketiga dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
6.
Al. Purwa Hadiwardoyo, Pr yang telah memberikan petunjuk tentang bukubuku yang diperlukan dalam penulisan skripsi.
7.
Segenap staf dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah mendampingi dan memberikan semangat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.
8.
Istriku Agustina Sutrisniati yang telah memberikan semangat dan selalu mendoakan sehingga penulisan skripsi dapat berjalan dengan lancar.
9.
Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro, Pr. selaku Romo kepala di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Paroki ini dan berkenan memberikan masukan demi kelancaran penulisan skripsi.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10. Para keluarga muda Katolik di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner. 11. Sahabat mahasiswa IPPAK khususnya angkatan 2008 baik yang sudah lulus, yang masih setia memperjuangkan kelulusannya, maupun yang sudah memilih jalan lain, selama ini telah senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi. 12. Staf Perpustakaan Prodi IPPAK, Perpustakaan Kolose St. Ignatius Kotabaru, Perpustakaan USD, dan perpustakaan Kota Jogja yang telah membantu dan mengizinkan penulis untuk menggunakan berbagai buku yang diperlukan selama menyelesaikan penulisan skripsi. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang selama ini membantu dan memberikan perhatian kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna serta memerlukan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca serta seluruh umat khususnya keluarga Katolik dalam meraih cita-cita hidup bahagia dan keutuhan keluarga.
Yogyakarta, 1 Juli 2013 Penulis,
Herybertus Yuni Styairawan
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv MOTTO ..................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Latar Belakang ...................................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ...........................................................................................2 C. Batasan Masalah.................................................................................................5 D. Rumusan Masalah ..............................................................................................5 E. Tujuan Penulisan ................................................................................................6 F. Manfaat ..............................................................................................................6 G. Metode Penulisan ...............................................................................................7 H. Sistematika Penulisan.........................................................................................8 BAB II PENDAMPINGAN KELUARGA KATOLIK MENURUT AJARAN GEREJA KATOLIK .................................................................9 A. Keluarga Katolik ................................................................................................9 1. Pengertian Keluarga .....................................................................................9 2. Keluarga Katolik ........................................................................................10 a. Keluarga Katolik Bahagia ....................................................................11
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Keluarga Katolik sebagai Gereja Mini .................................................12 c. Keluarga Katolik sebagai Lahan Pembinaan Awal Warga Gereja ......13 3. Buah yang Diharapkan dari Keluarga Katolik Bahagia ............................13 4. Keutuhan Keluarga.....................................................................................15 B. Program Pendampingan Keluarga....................................................................16 1. Pengertian ..................................................................................................16 2. Pendampingan Keluarga ............................................................................17 C. Tahap-tahap Pendampingan Keluarga Katolik ................................................18 1. Pendampingan Pra-pernikahan...................................................................18 a. Pendampingan Anak-anak ...................................................................18 b. Pendampingan Remaja dan Kaum Muda .............................................18 c. Pendampingan Calon Pengantin ..........................................................19 2. Pendampingan Menjelang Peneguhan Pernikahan ....................................20 3. Pendampingan Pasca Pernikahan ...............................................................20 D. Struktur Pendampingan Keluarga Katolik .......................................................23 E. Pelaksana Pendampingan Keluarga Katolik ....................................................24 BAB III PENDAMPINGAN KELUARGA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN....................................26 A. Gambaran Umum Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ........................26 1. Sejarah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ...................................26 2. Letak Geografis Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .....................31 3. Situasi Umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ..........................32 4. Pembagian Wilayah dan Lingkungan .......................................................32 5. Pendampingan keluarga muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ..........................................................................................34 B. Metodologi Penelitian ......................................................................................34 1. Tujuan Penelitian .......................................................................................34 2. Jenis Penelitian ...........................................................................................35 3. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................35 4. Metode Penelitian.......................................................................................35 5. Responden Penelitian .................................................................................36
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Instrumen Penelitian...................................................................................36 7. Variabel Penelitian .....................................................................................37 C. Hasil Penelitian ................................................................................................38 1. Kebahagiaan ...............................................................................................38 2. Keutuhan Perkawinan ................................................................................41 3. Program Pendampingan .............................................................................43 D. Pembahasan Hasil Penelitian ...........................................................................47 1. Kebahagiaan ...............................................................................................47 2. Keutuhan Perkawinan ................................................................................48 3. Program Pendampingan .............................................................................49 E. Rangkuman Penelitian .....................................................................................50 BAB IV USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA KATOLIK PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN .....51 A. Latar Belakang Penyusunan Program ..............................................................51 B. Katekese ...........................................................................................................52 C. Usulan Program ................................................................................................55 D. Rumusan Tema dan Tujuan .............................................................................56 E. Penjabaran Program .........................................................................................58 F. Contoh Pelaksanaan Program Pendampingan Keluarga Muda demi Kebahagiaan dan Keutuhan Perkawinan ..........................................................64 BAB V PENUTUP .................................................................................................75 A. Kesimpulan ......................................................................................................75 B. Saran.................................................................................................................78 1. Bagi Para Pendamping Keluarga Pada Umumnya .....................................78 2. Bagi Para Pendamping Keluarga di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ..........................................................................................79 3. Bagi Romo Paroki ......................................................................................80 4. Bagi Para Keluarga Muda Katolik ............................................................80 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Variabel yang diteliti................................................................................37 Tabel 2: Kebahagiaan (N=40) ................................................................................38 Tabel 3: Keutuhan Perkawinan (N=40) .................................................................41 Tabel 4: Program Pendampingan (N=40) ..............................................................43
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Deuterokanonika. Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA
: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 18 November 1965.
FC
: Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22 November 1981.
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik PPK
: Pedoman Pastoral Keluarga
C. Singkatan Lain Alb
: Albertus
CB
: Carolus Boromeus
Dr
: Doktor
FABC : Federation of Asian Bishops’ Conferences Ir
: Insinyur
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KU
: Katekese Umat
KUKSI : Konggres Umat Katolik Seluruh Indonesia ME
: Marriage Encounter
Mgr
: Monseigneur
Pr
: Projo, Imam diosesan
RS
: Rumah Sakit
SCP
: Shared Christian Praxis
SJ
: Society of Jesus
SMU
: Sekolah Menengah Umum
St
: Santo/Santa
UU
: Undang-undang
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga adalah komunitas atau unit paling kecil dari masyarakat. Dari ‘rahim’ keluarga kita dikandung dan dilahirkan. Begitu besar pengaruh keluarga pada perkembangan seseorang, karena keluargalah yang merupakan lingkungan pertama dan atmosfir utama yang membentuk seseorang. Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam Gereja mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan Gereja. Kedudukan dan fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental karena dari keluarga terbentuk masyarakat. Era globalisasi membuat peristiwa dengan segala perilakunya, entah yang baik maupun yang buruk, bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat. Di satu sisi era ini mempermudah hidup manusia, namun di sisi lain juga bisa menghancurkan manusia dan peradabannya. Salah satu yang pantas dicermati adalah dampak globalisasi terhadap keluarga, terutama keluarga muda dengan usia perkawinan dibawah lima tahun yang keadaannya masih belum mantap. Di satu pihak, keluarga-keluarga memang diuntungkan, namun di lain pihak keluarga-keluarga juga dibahayakan oleh era tersebut. Menghadapi ini semua, keluarga-keluarga muda perlu lebih bersungguhsungguh dan lebih tekun mewujudnyatakan nilai-nilai keluarga dan juga menjalin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
kerjasama dengan keluarga-keluarga lain, dan lebih menyerahkan keluarga kepada penyelenggaraan Allah. Pastoral keluarga muda merupakan sesuatu yang mendesak di jaman ini. Beberapa kasus yang akhir-akhir ini muncul di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran berujung pada anulasi dan beberapa keluarga muda Katolik yang berpisah tanpa tersentuh pendampingan. Upaya penyelesaian masalah keluarga tidak hanya menjadi tanggung jawab suami-isteri, melainkan juga menyangkut tanggung jawab pastoral Gereja, karena keluarga merupakan sel terkecil Gereja yang perlu dipelihara kelestariannya oleh Gereja juga.
B. Identifikasi Masalah Selain pengaruh globalisasi ada beberapa permasalahan dalam keluarga muda. Sejauh pengamatan penulis baik di lingkup paroki maupun wilayah, beberapa hal yang menjadi permasalahan di antaranya adalah ”tinggal dengan mertua”. Keluarga tinggal terpisah, keluarga dengan ekonomi sangat terbatas, keluarga dengan keberadaan orang ketiga, dan keluarga belum mendapatkan karunia anak. Tinggal dengan mertua membuat potensi konflik menantu-mertua meningkat, terutama jika terjadi perbedaan pendapat. Biasanya pihak mertua cenderung mendikte menantunya, sehingga menantu merasa tidak nyaman.
Suami-istri tinggal terpisah dengan
berbagai alasan seperti, keduanya bekerja tetapi tempat kerja masing-masing bejauhan, yaitu suami di Jakarta, istri di Bantul. Pada keluarga dengan ekonomi terbatas masalah terutama dialami oleh mereka yang belum memiliki pekerjaan tetap atau yang sedang mengembangkan usahanya. Keluarga dengan keberadaan orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
ketiga, maksudnya bukan hanya adanya orang ketiga yang tinggal bersama dengan keluarga itu, namun juga orang lain yang berelasi dengan keluarga atau salah satu anggota keluarga tersebut, misalnya bekas pacar.
Pada keluarga yang belum
mendapat anak, masalah muncul biasanya dari luar, antara lain karena tetangga selalu menanyakan perihal anak, maklum anggapan sebagian besar orang, menikah harus punya anak, orang tua ingin menimang cucu dan lain-lain. Kenyataannya, pelaksanaan pastoral keluarga saat ini belum maksimal. Kalaupun ada pendampingan, biasanya tidak kontinu dan programnya tidak berkesinambungan. Pendampingan yang sudah berjalan baru sebatas pada Kursus Persiapan Perkawinan
yang keikutsertaan
pesertanya
pun
sering dengan
keterpaksaan. Selain itu program pastoral yang ada dengan segala keterbatasannya juga baru menjangkau sedikit keluarga. Selain itu, tenaga terampil yang menangani pastoral pendampingan keluarga juga masih amat kurang. Buku-buku pegangan, pedoman, dan referensi
untuk
menangani pastoral pendampingan keluarga masih amat terbatas. Kalaupun ada, buku- buku tersebut umumnya jarang dibaca dan dimanfaatkan. Pendampingan keluarga muda yang berkelanjutan juga masih sangat kurang. Ada kesan, pendampingan keluarga dalam wadah Marriage Encounter (ME) cenderung membentuk kelompok eksklusif. Marriage Encounter (ME) merupakan gerakan pastoral yang dikemas dalam bentuk weekend. Gerakan pastoral ini bersifat regional yang mencakup teritori daerah tertentu (misal distrik Jakarta, distrik Bandung dan sebagainya) dan tidak masuk dalam struktur hierarki (keuskupan ataupun paroki tertentu). Peserta yang dilayani dalam pastoral keluarga dalam wadah ME-pun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
keluarga-keluarga dengan umur pernikahan lebih dari lima tahun. Padahal yang masih rentan dalam menghadapi masalah adalah keluarga yang usia perkawinannya masih muda (Relasi, mengenal lebih mendalam “Mariage Encounter.htm : 2013). Secara konkret kurangnya pastoral keluarga menyebabkan pemahaman keluarga muda akan perkawinan kurang mendalam. Hal ini bisa diketahui dari hasil perbincangan sederhana ketika keluarga muda ditanya soal tujuan, hakikat, maksud, dan inti dasar perkawinan, yang umumnya tidak mereka ketahui. Keluarga menurut ajaran Katolik adalah hasil kesepakatan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai dan secara bebas membentuk persekutuan yang tak terceraikan, sampai salah satu meninggal (KHK kanon 10551056). Mereka berdua memiliki kekhasan masing-masing yang membuat mereka berdua berbeda. Perbedaan ini disatukan dalam perkawinan, sehingga tidak ada satu perkawinanpun yang tanpa masalah. Permasalahan yang sering dihadapi keluarga muda adalah adanya pasangan yang egois, yang tidak mampu terbuka satu sama lain dan tak bisa saling menghargai. Masalah yang ada sering meruncing karena ketidakdewasaan pasangan suami-istri untuk memberikan respons dalam menghadapi masalah yang sedang dialami. Masalah khas tersebut akhirnya mengerucut pada persoalan yang terkait dengan relasi mereka berdua. Relasi suami-istri yang kurang harmonis biasanya berpengaruh kepada relasi terhadap anak, dan relasi terhadap masyarakat. Oleh karena itu, keluarga muda membutuhkan pendampingan yang lebih luas jangkauannya dan juga lebih berkualitas. Layanan pastoral yang sudah ada amat perlu untuk ditingkatkan. Berkaitan dengan ini, alternatif-alternatif
layanan pastoral
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
keluarga khususnya untuk keluarga muda perlu ditambah. Menanggapi hal ini penulis memberi judul karya tulis ini: “USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS
GANJURAN
DEMI
KEBAHAGIAAN
DAN
KEUTUHAN
PERKAWINAN”
C. Batasan Masalah Sebagai batasan masalah, sasaran dari program pendampingan adalah keluarga muda Katolik dengan umur pernikahan kurang dari lima tahun. Tempat pelaksanaan program di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Dengan tujuan demi kebahagiaan dan keutuhan perkawinan.
D. Rumusan Masalah Dari beberapa keprihatinan yang diuraikan dalam latar belakang dan identifikasi masalah, penulis merumuskan permasalahan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pendampingan keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran? 2. Sejauh mana pendampingan keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mencapai tujuan? 3. Masalah apa saja yang dihadapi di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dalam pelaksanaan pendampingan keluarga Katolik muda?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
4. Pelayanan apa saja yang sudah disediakan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran untuk keluarga Katolik muda? 5. Bentuk layanan apa yang diinginkan para keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran?
E. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pelaksanaan pendampingan keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran 2. Membantu mengetahui sejauh mana pendampingan keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mencapai tujuan. 3. Membantu mengetahui masalah yang dihadapi di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dalam pelaksanaan pendampingan keluarga Katolik muda. 4. Membantu mengetahui pelayanan yang sudah disediakan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran untuk keluarga Katolik muda 5. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
F. Manfaat 1. Bagi penulis, penulis semakin mendapat wawasan tentang pelaksanaan pendampingan keluarga muda yang dilaksanakan di paroki Hati Kudus Tuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Yesus Ganjuran, dengan harapan mendapat bekal yang lebih baik dalam menjalani hidup berkeluarga. 2. Membantu paroki dalam upaya mengetahui sejauh mana tujuan pendampingan tercapai. 3. Bagi paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendampingan keluarga, mendapat tambahan usulan program dengan harapan bisa menjangkau umat yang lebih luas. 4. Bagi pembaca diharap bisa membantu dalam upaya mendapatkan layanan dari paroki dan memahami pentingnya pendampingan dalam keluarga muda. 5. Bagi pembaca yang mempunyai tanggung jawab dalam membangun dan melestarikan keluarga mendapatkan tambahan masukan sehingga semakin mampu melaksanakan tugasnya sebagai keluarga dengan lebih baik.
G. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptis analitis yang dilengkapi dengan studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk memperoleh kerangka pemikiran untuk menanggapi permasalahan yang diangkat. Penulisan ini ditujukan untuk memperoleh gambaran pastoral keluarga di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran khususnya pendampingan keluarga muda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
H. Sistematika Penulisan BAB I
: Berisi pendahuluan.
BAB II
: Bicara tentang pendampingan keluarga Katolik seturut ajaran Gereja
BAB III
: Bicara tentang gambaran umum paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dan pelaksanaan pendampingan keluarga Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
BAB IV
: Bicara tentang program pendampingan keluarga Katolik
BAB V
: Berisi kesimpulan dan saran-saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENDAMPINGAN KELUARGA KATOLIK MENURUT AJARAN GEREJA KATOLIK
A. Keluarga Katolik 1. Pengertian Keluarga Keluarga dibentuk melalui ikatan perkawinan. Perkawinan merupakan sebuah perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup. Kebersamaan dalam perkawinan dilandaskan atas dasar persetujuan bebas tanpa paksaan, saling pasrah diri jiwaraga atas dasar cinta kasih yang tulus (Gilarso, 1996 : 9). Perkawinan mempunyai tujuan untuk kesejahteraan suami-istri, prokreasi dan pendidikan anak (KHK 1983 Kanon 1055). Sedangkan menurut Undang-Undang perkawinan tahun 1974, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suamiistri, dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU perkawinan 1974 pasal 1). Menurut Heuken keluarga dalam arti sempit adalah ibu, bapak dan anakanaknya; dalam arti luas seluruh sanak saudara/famili. Dasar pembentukan keluarga adalah perkawinan ayah dan ibu. Keluarga merupakan unsur terkecil pembentuk masyarakat (Heuken, 2005:122). Keluarga Katolik berlandaskan ikatan sakramental suami-istri. Sakramen perkawinan merupakan sumber rahmat kekuatan yang tetap untuk mengatasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
kesulitan-kesulitan yang tak terhindarkan dan untuk membangun keluarga bahagia. Kesulitan-kesulitan bisa timbul karena persatuan suami-isteri bersifat dinamis, bisa berkembang tetapi juga bisa mengalami kemunduran atau bahkan mengalami kehancuran (Gilarso, 1996 : 10). Oleh karena itu ikatan Sakramental suami-istri menjadi alat bagi Tuhan sumber hidup untuk mengalirkan hidup lewat keluarga. Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia moderen Gaudium et Spes (GS) dikatakan: “Pria dan wanita yang karena perjanjian nikah “bukan lagi dua tetapi satu daging” saling membantu dan melayani dalam persatuan pribadi dan karya yang mesra. Mereka mengalami makna kesatuannya dan seharusnya meraihnya makin hari makin dalam. harapannya kesatuan suami-istri setiap hari berkembang semakin baik, sehingga dengan bertambahnya usia pernikahan diharapkan kesatuan suami-istri juga semakin erat (GS artikel 48).
2. Keluarga Katolik Keluarga Katolik bukan hanya sekedar komunitas, melainkan juga merupakan persekutuan anggota berdasarkan semangat persaudaraan dan iman. Dalam keluarga Katolik yang pertama harus ada yaitu iman. Iman yang dimaksud bukannya pengetahuan iman, namun sungguh sikap yang terwujud dalam tindakan dan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga Katolik adalah persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman sejati (Gilarso, 1996: 13). Untuk selanjutnya bila dipakai istilah keluarga yang dimaksud adalah keluarga Katolik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
a. Keluarga Katolik Bahagia Bahagia ditandakan dengan perasaan batin yang nyaman, damai, penuh dengan sukacita dan penuh cinta yang mendalam. Keadaan ini bisa dicapai ketika seseorang mampu menerima keadaan diri sendiri baik itu sesuatu yang dipandang sebagai kekurangan maupun kelebihan. Sikap jujur pada diri sendiri, berpikiran positif dan mensyukuri hidup akan mendukung terciptanya kebahagiaan (Carlson, 2002: 23, 103-105). Kebahagiaan merupakan kepuasan atas sesuatu yang baik dan yang dihayati bukan perasaan. Manusia bahagia, karena mengisi hatinya dengan kepuasan yang melampaui apa yang duniawi (Heuken, 2005: 71). Kebahagiaan adalah keadaan di mana keinginan/kebutuhan seseorang terpenuhi, terdapat relasi saling mencinta dan dicintai, diterima kelebihan dan kekurangannya,
dilengkapi
dalam
kelemahannya,
saling
mendukung/
mengembangkan, mengalami saling diampuni dan mengampuni (Suhardiyanto, komunikasi pribadi, tanggal 2 April 2012). Gereja menyatakan bahwa relasi saling mencintai antara suami-istri turut dalam pengorbanan salib Kristus. Relasi saling mencintai dilaksanakan dalam pengorbanan cinta suami-istri demi kebahagiaan bersama. (Bala Pito Duan, 2003: 26-27). Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (FC) mengatakan bahwa pernikahan sakramental dimeteraikan dalam darah Kristus. Rasa saling mencintai antara suami-istri hendaknya sama seperti cinta Kristus kepada manusia. Tuhan mencurahkan Roh Kudus dan menganugerahkan hati baru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
dan menjadikan suami-istri mampu saling mencintai dalam kasih Kristus. (FC artikel 13) Menurut Linda Adams (Adams dan Lenz, 1995: 202, 230) dalam menjalin relasi demi mewujudkan kebahagiaan diperlukan sikap timbal balik dengan saling memperhatikan, saling mempedulikan dan saling menghormati. Hal ini bila dilakukan keluarga tentu keluarga juga akan mendapat manfaatnya demi terwujudnya keluarga bahagia. Sikap saling menerima berarti bersedia memandang segala kekurangan maupun kelebihan pasangan secara objektif dan positif. Sikap saling menerima ini diwujudkan dengan saling mendengarkan dengan sikap terbuka dan penuh pengertian. Rasa saling mendukung/mengembangkan diperlukan sebab seturut Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983 kanon 1135, sejak pernikahan baik suami maupun istri memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membangun kebersamaan hidup (Rubiyatmoko, 2011: 148). Rasa saling mendukung/mengembangkan menciptakan suasana nyaman dan menjadi wujud dari sikap timbal balik saling menerima satu sama lain. Sebagai wujud nyata sakramen memberi rahmat dan kewajiban bagi pasangan suami-istri (pasutri) melaksanakan tuntutan cintakasih untuk hidup dan saling mengampuni (FC artikel 13).
b. Keluarga Katolik sebagai Gereja Mini Keluarga merupakan tanda yang menghadirkan cinta Kristus. Keluarga lewat anggota-anggotanya melaksanakan imamat umum karena pembaptisan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
(Bala Pito Duan, 2003: 42). Keluarga menjadi perwujudan khusus dari persatuan gerejawi (FC artikel 21). Salah satu tugas keluarga adalah tugas menggereja, dimana keluarga ambil bagian dalam perutusan Gereja untuk membangun Kerajaan Allah. Relasi keluarga dan Gereja membentuk keluarga sebagai Gereja mini (FC artikel 49).
c. Keluarga Katolik sebagai Lahan Pembinaan Awal Warga Gereja Seturut dengan salah satu tujuan perkawinan yaitu pendidikan anak, pasutri memiliki kewajiban terhadap pendidikan anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka. Pendidikan tidak hanya pendidikan susila, fisik, kemasyarakatan tapi juga pendidikan keagamaan (Rubiyatmoko, 2011: 148).
3. Buah yang Diharapkan dari Keluarga Katolik Bahagia Buah yang diharapkan dari keluarga Katolik bahagia tidak hanya kebahagiaan keluarga saja, namun juga keluarga diharapkan mampu menjalankan tugas perutusannya, yakni apa yang dapat dan harus dilakukannya. Tugas perutusan keluarga meliputi empat hal. Pertama, keluarga membangun persekutuan pribadi-pribadi; kedua, keluarga melayani kehidupan; ketiga, keluarga berperan serta dalam pengembangan masyarakat; keempat, keluarga mengambil bagian dalam hidup dan perutusan Gereja (FC artikel 17) Keluarga
membangun
persekutuan
pribadi-pribadi.
Dimulai
dari
persekutuan suami dan istri, orang tua dan anak-anak, dan persekutuan sanaksaudara. Dalam membangun persatuan ini keluarga mendasarkan pada cinta kasih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
suami-istri dan perluasannya, cinta kasih antar anggota keluarga, antar sanak saudara (FC artikel 18). Persatuan suami-istri disempurnakan melalui Sakramen Perkawinan. Roh Kudus yang dicurahkan dalam Sakramen Perkawinan memberikan karunia persatuan cinta kasih seperti cinta yang menghubungkan Yesus Kristus dan Gereja. Karunia ini menjadi daya dorong agar keluarga semakin maju dalam membangun persatuan sehingga menampakkan cinta kasih yang menghubungkan Yesus Kristus dan Gereja (FC artikel 19). Dalam Kitab Kejadian disebutkan, “Allah memberkati mereka, lalu berfirman kepada mereka, beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kej 1: 28). Allah memanggil manusia untuk mengambil bagian dalam karya-Nya dengan bekerja sama secara bebas dan bertanggung jawab meneruskan anugerah hidup manusiawi. Oleh karena itu keluarga memiliki tugas untuk melayani hidup, tugas meneruskan citra ilahi dari generasi ke generasi berikutnya. Tugas ini tidak semata-mata terbatas pada menurunkan anak namun lebih luas lagi dalam arti membuahkan kekayaan hidup moral dan spiritual (FC artikel 28). Keluarga menerima perutusan dari Allah untuk menjadi sel masyarakat. Perutusan ini karena Allah telah menjadikan persekutuan nikah sebagai dasar masyarakat manusia. Dalam Dekrit Kerasulan Awam Apostolicam Actuositatem (AA), perutusan ini dilaksanakan melalui berbagai usaha memajukan keadilan dan melayani orang lain yang menderita kekurangan (AA artikel 11). Dengan demikian keluarga tidak tertutup untuk diri sendiri, tetapi juga terbuka pada keluarga-keluarga lain dan perlu berperan serta dalam pengembangan masyarakat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
(FC artikel 42). Pengalaman hidup bersatu dan berbagi rasa dalam keluarga merupakan sumbangan bagi masyarakat demi pengembangan persekutuan yang matang antar pribadi yang tercermin dalam hidup keluarga sehari-hari. Persekutuan ini merangsang terbentuknya persekutuan yang lebih luas dalam lingkup masyarakat (FC artikel 43). Dalam masyarakat, peranan sosial keluarga diusahakan baik itu dengan usaha keluarga sendiri maupun bersama dengan keluarga-keluarga lain. Karena keluarga Katolik merupakan Gereja mini, keluarga dipanggil untuk ambil bagian secara aktif dan bertanggung jawab dalam tugas perutusan Gereja. Partisipasi keluarga dalam tugas perutusan sebagai nabi, imam dan raja dilaksanakan sesuai dengan kekhasan keluarga yaitu persekutuan suami-istri sebagai pasangan hidup, orang tua dan anak-anak sebagai keluarga. Tugas perutusan ini ditampilkan melalui persekutuan yang didasari iman dan mewartakan Injil, persekutuan yang berdialog dengan Allah dan persekutuan yang melayani manusia (FC artikel 50).
4. Keutuhan Keluarga Allah mengasihi umat-Nya dimaklumkan dalam cinta kasih suami-istri. Ikatan cinta kasih pasutri menjadi gambaran dan lambang persatuan antara Allah dengan umat-Nya. Oleh karena itu suami-istri harus memelihara kesetiaan seperti kasih Tuhan yang senantiasa setia (FC artikel 12). Persatuan antara Allah dengan umat-Nya mencapai kepenuhannya dalam Yesus Kristus. Yesus mewahyukan kebenaran sejati dari perkawinan, Ia memampukan manusia untuk mewujudkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
kebenaran ini secara utuh menyeluruh, sehingga cinta pasutri mencapai kepenuhannya. Perjanjian nikah pasutri yang keduanya dibaptis merupakan simbol nyata dari perjanjian baru dan kekal antara Kristus dengan Gereja. Hal ini menjadikan persekutuan hidup dan cinta pasutri sebagai sakramen, berciri menyatukan jiwa-badan, tak terceraikan, setia dan terbuka bagi keturunan (FC artikel 13). Ciri hakiki perkawinan adalah kesatuan dan tak terceraikan (KHK 1983 kanon 1056). Kesatuan menunjuk unsur kesatuan pasutri secara lahir dan batin, selain itu kesatuan menunjuk unsur monogam yaitu pernikahan dilaksanakan hanya antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Sedangkan ciri tak terceraikan bahwa perkawinan mempunyai akibat tetap dan tidak dapat diceraikan atau diputuskan oleh kuasa manapun kecuali kematian (Rubiyatmoko, 2011: 21).
B. Program Pendampingan Keluarga 1. Pengertian Menurut Mangunhardjana, program adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan acara-acara yang akan dilaksanakan (Mangunhardjana, 1986: 16). Sedangkan pendampingan merupakan usaha dua arah untuk menyongsong masa depan dengan tujuan, materi, bentuk, metode dan teknik tertentu (Mangunhardjana, 1989: 22). Sifatnya yang dua arah membuat pendampingan menuntut keaktifan peserta. Peserta bukan obyek pendampingan semata namun juga menjadi subyek pendampingan. Dalam hal ini pendamping bertindak sebagai fasilitator sehingga tujuan pendampingan bisa tercapai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
2. Pendampingan Keluarga Zaman modern tidak hanya membawa pengaruh positif tetapi juga membawa pengaruh negatif pada kehidupan keluarga. Untuk menghadapi pengaruh negatif ini Gereja perlu mendampingi keluarga-keluarga (Hardiwiratno, 1994 :185). Seturut KHK 1983 kanon 1063, pendampingan keluarga menjadi tanggung jawab para gembala umat dan komunitas umat beriman. Pendampingan diberikan agar keluarga dapat menghidupi lebih dalam dan matang misteri perkawinan mereka. Pendampingan dapat diberikan melalui katekese menyeluruh mengenai perkawinan, persiapan dan katekese khusus untuk mereka yang akan menikah, perayaan liturgi perkawinan dan pendampingan setelah pernikahan. Katekese menyeluruh dimaksudkan untuk memberi pemahaman yang menyeluruh mengenai perkawinan dan kehidupan keluarga. Katekese ini tidak hanya diberikan kepada pasutri tetapi juga orang muda, remaja dan untuk persiapan lebih dini pada anak-anak. Persiapan dan katekese khusus diberikan demi kesiapan dan kematangan kepribadian dan pemahaman akan sakramen perkawinan beserta konsekuensinya. Perayaan liturgi bukan hanya merupakan sarana pengudusan tetapi juga menyatakan bahwa keluarga yang dibangun mengambil bagian dalam panggilan umum Gereja. Pendampingan setelah pernikahan khususnya bagi pasangan muda perlu agar mereka mampu menghadapi tantangan dan kesulitan yang ada (Rubiyatmoko, 2011: 38-39).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
C. Tahap-tahap Pendampingan Keluarga Katolik Keluarga dipanggil untuk berkembang dan bertumbuh selangkah demi selangkah dalam mewujudkan nilai-nilai dan tugas-tugas perkawinan. Oleh karena itu kegiatan pastoral Gereja dalam menyertai keluarga juga langkah demi langkah, dalam berbagai tahap pembinaan dan pengembangannya (FC artikel 65). Pedoman Pastoral Keluarga menyebutkan pendampingan keluarga dimulai sejak masa pra-pernikahan, menjelang peneguhan perkawinan dan dilanjutkan dengan pendampingan pasca pernikahan (PPK artikel 74). 1. Pendampingan Pra-pernikahan Zaman ini menuntut persiapan perkawinan yang lebih baik. Gereja perlu meningkatkan program-program persiapan yang lebih baik. Persiapan dilakukan sebagai proses yang berjalan bertahap dan berkelanjutan. Persiapan meliputi tiga tahap utama yaitu persiapan bagi anak-anak, persiapan bagi remaja dan kaum muda, dan persiapan calon pegantin (FC artikel 66). a. Pendampingan Anak-anak Pendampingan yang dibicarakan di sini terlebih pendampingan penanaman nilai-nilai kristiani, kemanusiaan dan seksualitas. Penanaman nilai-nilai ini tidak hanya bermaksud memberi pengetahuan namun juga bermaksud membentuk kepribadian dan perilaku (PPK artikel 74). b. Pendampingan Remaja dan Kaum Muda Pendampingan remaja dan kaum muda bermaksud menuntun remaja untuk menemukan diri mereka sendiri dengan segala kekhasan masing-masing, baik itu berupa kelemahan maupun kekuatan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
mereka. Dalam masa ini ditunjukkan bahwa perkawinan juga merupakan panggilan dan perutusan. Perlu ditunjukkan juga bahwa perkawinan merupakan hubungan antarpribadi seorang wanita dan seorang pria yang secara terus menerus dikembangkan demi tercapainya tujuan perkawinan (FC artikel 66). Selain itu pendampingan ditujukan untuk mengarahkan mereka pada kemandirian hidup dan kepribadian yang matang. Oleh karena itu mereka juga diarahkan untuk mengupayakan kesejahteraan demi masa depan mereka dengan berbagai cara tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip moral kristiani. c. Pendampingan Calon Pengantin Pendampingan
diadakan
dalam
bulan-bulan
dan
minggu-minggu
mendekati pernikahan (FC artikel 66). Pendampingan calon pengantin dilakukan, baik yang berkaitan dengan tuntutan-tuntutan administratif secara sipil maupun secara gerejawi, serta penghayatan perkawinan itu sendiri. Pendampingan bisa diberikan melalui kursus-kursus persiapan perkawinan (PPK artikel 73). Nilainilai yang ditanamkan dalam pendampingan mirip dengan yang diberikan pada masa katekumenat, yaitu pengetahuan iman yang lebih dalam, makna rahmat dan tanggung jawab keluarga Katolik, maupun membangun kesadaran untuk ambil bagian dalam upacara liturgi perkawinan. Untuk itu kursus-kursus persiapan perkawinan perlu dirancang agar calon pengantin tidak hanya mendapat bekal pengetahuan saja namun terlebih agar semakin merasakan keinginan untuk masuk dalam persekutuan gerejani secara aktif (FC artikel 66). Pada masa pertunangan pendampingan diarahkan untuk lebih memantapkan rencana mereka dalam membangun keluarga kristiani (PPK artikel 73).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
2. Pendampingan Menjelang Peneguhan Pernikahan Sifat sakramental perkawinan menuntut sikap iman dalam perayaan peneguhan pernikahan. Pendampingan diarahkan agar calon pengantin siap menerima sakramen perkawinan secara iman. Seturut hukum Gereja kanon 1065 sangat dianjurkan agar calon pengantin menerima sakramen Penguatan, sakramen Tobat, dan sakramen Ekaristi sebelum menerima sakramen perkawinan. Sakramen Penguatan menjadi konsekuensi logis dari tugas-tugas utama sebagai suami-istri dan orang tua. Penerimaan sakramen Tobat dan Ekaristi bertujuan agar calon pengantin lebih menghayati rahmat perkawinan yang dicurahkan kepada mereka (Rubiyatmoko, 2011: 40-41).
3. Pendampingan Pasca Pernikahan Pendampingan pasca pernikahan dimaksudkan untuk membantu pasangan suami-istri dalam mendalami dan menghayati panggilan dan perutusan sebagai keluarga (FC artikel 69). Pendampingan keluarga dilakukan tidak hanya untuk keluarga
yang bermasalah.
Dalam
pelaksanaan
pendampingan
keluarga
bermasalah digolongkan sebagai keluarga dalam kondisi khusus (PPK artikel 74). Pendampingan keluarga biasa dikelompokkan menjadi Pendampingan Keluarga Muda, Pendampingan Keluarga Madya, dan pendampingan keluarga dengan usia perkawinan lebih dari 25 tahun. Keluarga muda yang dimaksud adalah keluarga yang umur pernikahannya antara 0 sampai 5 tahun (keluarga muda). Dalam masa ini pasangan suami-istri berada dalam masa penyesuaian diri dalam hidup bersama. Ada banyak hal yang tampaknya kecil namun perlu disesuaikan seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
misalnya selera makan, cara berpakaian, kebiasaan-kebiasaan lama sewaktu masih bujang, perbedaan-perbedaan karena latar belakang pendidikan, keluarga, lingkungan dan sebagainya. Selain itu biasanya keluarga muda Katolik juga baru belajar mendampingi anak-anak. Hal-hal tersebut mudah menimbulkan perasaan kecewa, jengkel, marah dan frustasi, apalagi jika ditambah dengan memendam perasaan, keinginan ataupun maksud hati dengan anggapan bahwa pasangan harus tahu sendiri (Gilarso, 1996 : 42). Keluarga madya adalah keluarga yang umur pernikahannya antara 6 sampai 25 tahun. Dalam masa ini pasangan suami-istri didorong untuk mengembangkan komunikasi di antara mereka berdua dan mendidik anak yang menginjak usia dewasa menjelang perkawinan. Pada umumnya keluarga dengan usia perkawinan lebih dari 25 tahun sudah tidak membutuhkan pendampingan khusus, namun masih terbuka kemungkinan dalam beberapa hal keluarga masih membutuhkan bantuan. Sebaiknya pendampingan diberikan sesuai dengan kebutuhan dengan tetap memperhatikan otonomi dan privasi mereka (PPK artikel 74). Sedangkan untuk keluarga berkebutuhan khusus (bermasalah) diperlukan perhatian dan pelayanan khusus sesuai dengan permasalahan dan situasi yang dihadapi. Untuk itu pendampingan keluarga bermasalah dikelompokkan menjadi pendampingan keluarga dalam perkawinan yang belum sah, pendampingan keluarga single parent, pendampingan keluarga cerai sipil, pendampingan keluarga yang sedang pisah, pendampingan keluarga dengan “harta terpisah”, pendampingan keluarga yang tidak memperoleh anak, pendampingan keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
dalam konflik berat, dan pendampingan keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Bagi keluarga dalam perkawinan yang belum sah, pendampingan diarahkan agar perkawinannya disahkan.
Bagi keluarga single parent,
pendampingan diarahkan agar ayah atau ibu mampu mengemban “tugas ganda” baik sebagai ayah maupun ibu agar anak-anak dapat berkembang secara wajar. Bagi keluarga cerai sipil, pendampingan diarahkan agar mereka tidak terhalang untuk menerima sakramen-sakramen dan diupayakan untuk bisa rujuk kembali. Bagi keluarga yang sedang pisah, misalnya pisah ranjang, pendampingan diarahkan untuk juga menyadari,
bahwa dengan pisah ranjang pasutri tidak
berarti bebas dari ikatan perkawinan, selain itu pasutri tetap didorong dan dibantu agar rujuk. Bagi keluarga berharta terpisah, pendampingan diarahkan agar pasutri menyadari bahwa pada prinsipnya kesatuan keluarga meliputi segala segi termasuk harta benda. Untuk itu pasutri didampingi agar mengelola harta benda bersama-sama. Bagi keluarga yang tidak memperoleh anak, pendampingan diarahkan agar pasutri menyadari bahwa tidak memperoleh anak bukan berarti gagal total dalam perkawinan. Selain itu pasutri yang menginginkan anak diarahkan agar berusaha memiliki anak dengan cara-cara yang legal dan sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Bagi keluarga dalam konflik berat, pendampingan diarahkan agar pasutri dapat mengatasi konflik secara bijaksana sehingga keutuhan keluarga tetap terjaga. Bagi keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, pendampingan diarahkan agar keluarga tetap menerima dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
mengasihi anaknya. Jika memungkinkan, anak dibantu agar dapat mandiri (PPK artikel 74).
D. Struktur Pendampingan Keluarga Katolik Pendampingan keluarga menjadi menjadi tanggung jawab Gereja (FC artikel 70). Gereja mewujudkan tanggung jawab ini lewat keuskupan-keuskupan. Pada tingkat keuskupan penanggung jawab pendampingan keluarga adalah Uskup.
Dalam mengemban tanggung jawab ini, Uskup membagi tugas dan
tanggung jawab kepada paroki-paroki. Pada tingkat paroki penanggung jawab pendampingan keluarga adalah pastor paroki. Dalam mewujudkan tanggung jawab ini Uskup dan pastor paroki dibantu oleh Komisi Keluarga Keuskupan atau semacamnya di wilayahnya masing masing (PPK artikel 72). Demi terlaksananya tugas dan tanggung jawab ini, perlu disiapkan tenaga terampil. Imam, bruder dan suster pun perlu disiapkan untuk bisa mengemban tugas ini (FC artikel 70). Keluarga seharusnya tidak hanya menjadi obyek pendampingan, karena berkat rahmat yang diterima dalam sakramen perkawinan, keluarga juga memiliki tugas perutusan istimewa sebagai agen pastoral keluarga bagi keluarga lain, terutama yang membutuhkan. Dalam mengemban tugas ini keluarga bertindak dalam kesatuan dan kerja sama dengan warga Gereja lainnya yang dimulai dengan membina keluarga sendiri, baru setelah itu merasul untuk keluarga lain (FC artikel 71). Kelompok-kelompok dan berbagai gerakan pastoral yang sudah ada, baik itu perkumpulan spiritualitas, pendidikan maupun kerasulan ikut bertanggung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
jawab dalam pendampingan keluarga. Kelompok-kelompok ini mengemban tanggung jawab sesuai dengan ciri khas, tujuan, keefektifan dan caranya masingmasing (FC artikel 72).
E. Pelaksana Pendampingan Keluarga Katolik Penanggung jawab utama atas pendampingan keluarga ialah uskup. Uskup melaksanakan pendampingan di tingkat paroki melalui para imam dan diakon. Dalam pelaksanaan pendampingan para imam dan diakon perlu mengadakan dialog dengan kaum awam. Kaum awam memberikan kesaksian melalui pengalaman hidup mereka sedangkan para imam dan diakon menjelaskan ajaran Gereja sehingga kesaksian kaum awam menjadi kesaksian yang selaras dengan terang iman (FC artikel 73). Selain para imam, biarawan-biarawati dan anggota institut sekular mengembangkan pelayanan mereka bagi keluarga-keluarga. Pelayanan dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok, dengan perhatian khusus bagi anakanak terlantar, tidak dikehendaki, yatim piatu, miskin atau cacat, orang sakit, dan keluarga-keluarga yang sedang mengalami kesulitan (FC artikel 74). Para spesialis awam (dokter, ahli hukum, psikolog, pekerja sosial, konsultan, dan sebagainya) baik secara pribadi maupun sebagai anggota perhimpunan atau usaha, sebaiknya memberi pendampingan keluarga sesuai dengan keahlian masing-masing. Wujud pendampingan itu berupa penyuluhan, nasihat, pengarahan dan dukungan (FC artikel 75). Penting pula partisipasi pengelola sarana komunikasi sosial (media massa) untuk mendukung ini semua,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
mengingat pengaruhnya yang cukup mendalam terhadap para pengguna, baik dari segi moral, intelektual maupun religius. Oleh karena itu pengelola media massa (penulis, penerbit, produser, wartawan, komentator, dan aktor) harus menjaga agar media massa membantu pembentukan keluarga sejahtera sesuai dengan kapasitasnya masin-masing (FC artikel 76).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III PENDAMPINGAN KELUARGA BAGI KELUARGA MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN
Dalam bab II sudah dibahas tentang pendampingan keluarga Katolik seturut ajaran Gereja Katolik. Dalam bab ini akan diberikan gambaran umum tentang Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebagai tempat penelitian dan dipaparkan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran pastoral keluarga di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran khususnya pendampingan keluarga muda. . A. Gambaran Umum Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran 1. Sejarah Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mempunyai sejarah yang unik. Lahirnya paroki ini justru dipelopori oleh kaum awam yang sungguh-sungguh melaksanakan ajaran sosial Gereja. Selain itu dalam pembangunannya berpijak pada budaya lokal. Sejak didirikan, Gereja ini telah membangun semangat Hati Kudus Tuhan Yesus dalam tradisi jawa dengan mengadopsi nilai-nilai budaya yang terus tumbuh baik jasmani maupun rohani. Pada tanggal 1 September 1862 keluarga kristiani pertama datang ke Ganjuran mereka adalah Stefanus Barends dan Elise Francisca Wilhelmina. Mereka pengusaha perkebunan tebu. Setelah Stefanus Barends meninggal dunia pada tahun 1876, perusahaan dilanjutkan oleh Ferdinand Barends putranya. Namun keluarga ini bertahan di Ganjuran hanya 2 generasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Pada tahun 1910 Dr Joseph Schmutzer dan Ir Julius Schmutzer datang ke Ganjuran. Mulai tahun 1912 mereka memimpin pabrik gula Ganjuran Gondanglipuro Bantul. Sebagai keluarga Katolik yang saleh dan setia hidup religiusitasnya, keluarga Schmutzer melaksanakan ajaran sosial gereja dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan memperlakukan buruh pabrik sebagai rekan kerja dan memberikan bukan hanya gaji tetapi juga keuntungan perusahaan sebagai bagi hasil (Utomo, 2011:2). Antara tahun 1919 sampai dengan 1930 keluarga Schmutzer membangun sekolah-sekolah yang tersebar di dusun-dusun dalam radius kurang lebih 10 km dari Ganjuran untuk warga pribumi. Para pengajarnya diambil dari warga pribumi sendiri. Sekolah pertama yang dibangun berupa standard school (sekolah dasar) di dusun Ganjuran dan tiga buah Volkschool (sekolah rakyat) di dusun Kanutan, Bekang dan Cepaka. Pada tahun 1926 dibangun volkschool untuk puteri di Ganjuran, pada tahun 1928 dibangun Kopschool standaard untuk puteri, Vervolschool Meden dan Volkschool Klagaran. Tahun berikutnya keluarga Schmutzer membangun 4 volkschool, yakni volkschool Srihardono (1929), volkschool puteri srihardono, volkschool Krajan, dan volkschool Sangkeh (1930). Total sekolah yang dibangun ada 12 buah. Pada tahun 1920 Julius Schmutzer menikah dengan Caroline Maria Theresia van Rijckevorsel, seorang perawat dan aktivis sosial. Setahun kemudian mereka mendirikan poliklinik yang ditahun 1930 ditingkatkan menjadi rumah sakit St. Elizabeth Ganjuran dan pengelolaannya diserahkan kepada suster-suster Carolus Boromeus (CB). Karya dalam bidang kesehatan berlanjut dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
mendirikan RS Onder de bogen pada tahun 1928-1929, yang sekarang lebih dikenal sebagi RS Panti Rapih Yogyakarta. Melalui karya-karya keluarga Schmutzer ini benih iman kristiani tumbuh di Ganjuran. Hingga pada tahun 1924 dibangunlah gedung Gereja dan diberkati oleh Mgr. Van Velsen SJ, Vikaris Apostolik Batavia waktu itu. Pada tahun yang sama, romo van Driesche, SJ menjabat sebagai pastor pertama di gereja ini. Selain itu, sebagai ungkapan berkat Tuhan yang melimpah, pada tahun 1927 dengan mengadopsi gaya hindu-jawa dibangunlah candi Hati Kudus Tuhan Yesus. Patung Hati Kudus dan sekaligus Kristus Raja dipasang di dalam candi yang menggambarkan kedamaian dan keadilan Tuhan atas tanah ini. Patung ini juga melambangkan Kebapakan dan Keibuan Tuhan (Utomo, 2011:3). Candi diberkati oleh Mgr. Van Velsen pada tahun 1930. Sebagai bentuk syukur sekaligus penyerahan bumi Nusantara kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Sebab dibawah naungan Hati Kudus Tuhan Yesus pabrik gula Gondanglipuro mampu melewati krisis ekonomi dunia yang memaksa banyak pabrik gula bangkrut dan ditutup. Pemberkatan dihadiri oleh pemuka-pemuka tarekat diadakan pada tanggal 11 Februari bertepatan dengan hari penampakan Bunda Maria di Lourdes. Di tahun yang sama, karena jasa-jasanya di bidang kerasulan sosial, Julius Schmutzer menerima penghargaan bintang Gregorius Agung dari Tahta Suci. Pada tahun 1934 keluarga Schmutzer kembali ke negeri Belanda. Pada tahun ini romo Alb. Soegijapranata, SJ menjabat sebagai pastor Ganjuran. Atas prakarsa romo Alb. Soegijapranata, SJ mulai tahun 1938 diadakan tradisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
perarakan sakramen Maha Kudus sebagai penghormatan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus di altar candi Ganjuran. Pada tahun 1940 romo Alb. Soegijapranata, SJ diangkat menjadi uskup Indonesia yang pertama. Beliau mengajak umat Katolik di seluruh Indonesia untuk menjadi Katolik 100% dan Indonesia 100%. Disamping itu beliau merintis gerakan petani, nelayan dan buruh Pancasila dalam Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) yang diselenggarakan pada tahun 1955 (Utomo, 2011:4) Romo Yustinus Darmojuwono berkarya di Ganjuran pada tahun 1947 sampai dengan tahun 1950 (yang kemudian menjadi Uskup Agung Semarang dan Kardinal Indonesia pertama). Pada tahun 1948 pabrik gula Gondanglipuro hancur dibumi hangus dan di bumi angkut sampai habis dalam revolusi fisik di Indonesia. Bangunan gereja, candi, rumah sakit dan sekolah-sekolah selamat dari kehancuran dan masih tumbuh bersama dengan anggota jemaat Gereja sampai sekarang. Pada tahun 1978 saat Mgr. Yustinus Darmojuwono menjabat sebagai uskup agung KAS, beliau memperbarui persembahan pulau Jawa kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Pastor Jonkbloedt, SJ (pastor paroki 1972 – 1982) menyebutkan “Persembahan ini bukan hanya mewakili orang-orang Jawa saja, tetapi seluruh bangsa Indonesia”. Atas prakarsa romo Suryosudarmo, SJ saat menjabat sebagai pastor paroki, pada tahun 1981 gedung pastoran direnovasi menjadi bangunan bertingkat dua. Hal ini dilakukan demi memperkuat pelayanan gereja yang semakin banyak dan memerlukan ruangan yang lebih luas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Pada tahun 1988 romo Gregorius Utomo, Pr, mulai berkarya di Ganjuran. Pada tahun 1990 beliau memprakarsai Seminar Aksi Sosial se-Asia di Ganjuran yang disponsori oleh Federasi Konferensi para Uskup se-Asia (FABC). Seminar yang dilaksanakan pada tanggal 12 sampai dengan 16 Oktober 1990 ini menghasilkan Deklarasi Ganjuran. Isi deklarasi ganjuran adalah membangun pertanian dan pedesaan lestari yang bersahabat dengan alam, murah secara ekonomi, berakar/sesuai dengan kebudayaan setempat dan berkeadilan sosial. Sebagai kelanjutannya dibentuk Paguyuban Tani Hari Pangan Sedunia. Kemudian pada tahun 1994 paguyuban ini berkembang menjadi Paguyuban Tani dan Nelayan Hari Pangan Sedunia. Sementara itu setiap tanggal 16 Oktober diperingati sebagai hari pangan sedunia dengan menyelenggarakan pameran hasil bumi dan produk-produk pertanian organik serta semua yang ada kaitannya dengan poertanian organik termasuk bibit organik, bibit lokal, bibit kaum tani, yang merupakan awal pertanian organik. Pameran ini diselenggarakan selama satu minggu. Sesuai dengan cita-cita keluarga Schmutzer, pada tahun 1997 dibangun panel jalan salib corak Hindu-Jawa. Pembangunan dilaksanakan oleh Nyoman Alim dari Sanggar Linang Sayang Muntilan dan dengan pendanaan yang berasal dari para anggota jemaat dan donatur. Panel ini diberkati dalam prosesi yang dipimpin oleh Romo Sutowibowo. Melihat perkembangan peziarah yang semakin banyak, pada tahun ini juga di bawah pimpinan romo Emmanuel. Supranawa, Pr, dilakukan pemasangan konblok di halaman candi untuk kenyamanan para peziarah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Awal bulan mei 1998 ditemukan sumber air di bawah candi Hati Kudus Tuhan Yesus dan diberkati oleh romo Emmanuel Pranowo, Pr pastor paroki pada waktu itu. Air ini diberi nama Tirta Perwitasari sesuai dengan nama orang pertama yang karena devosi pada Hati Kudus Tuhan Yesus merasakan kesembuhan melalui air ini. Pada tanggal 22-24 Juni 2011 bersama paroki Petrus dan Paulus Klepu dan paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Pugeran menjadi tuan rumah Konggres Ekaristi Keuskupan yang ke 2. Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mendapat bagian untuk golongan dewasa dan dipercaya menyelenggarakan upacara penutupan konggres. Pada tahun ini juga dibangun kapel Adorasi abadi. Kapel Adorasi Abadi ini dibuka untuk seluruh umat selama 24 jam tanpa henti dan setiap seminggu sekali diadakan misa Adorasi.
2. Letak Geografis Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terletak kurang lebih 17 km di selatan kota Yogyakarta. Komplek gereja dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 2,5 hektar terdiri dari Gedung gereja, gedung pastoran, kapel adorasi, bangunan candi, tempat pertemuan, parkiran, makam dan halaman gereja. Komplek gedung gereja diberi sebutan khusus yaitu “Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus”. Dalam area parkir dibangun kios-kios untuk melayani kebutuhan peziarah akan benda-benda rohani, buku-buku doa serta aneka makanan dan minuman. Komplek gereja di sebelah utara berbatasan dengan Rumah Sakit St. Elizabeth dan panti asuhan Santa Maria, Sebelah Timur SMU Stella Duce Bantul, sebelah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
selatan lapangan Sumbermulyo, sebelah barat persawahan. Komplek Gereja berada di bawah pemerintahan Dusun Ganjuran, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Situasi Umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Jumlah umat kurang lebih 8000 jiwa yang tersebar di 12 wilayah dan 54 lingkungan. Sebagian besar umat paroki ini bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, dan buruh pekerja. Dengan tingkat ekonomi rata-rata menengah kebawah. Untuk tingkat ekonomi menengah keatas didominasi oleh pegawai dan pedagang besar.
4. Pembagian Wilayah dan Lingkungan Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terbagi dalam 12 wilayah. Masing-masing wilayah terdiri dari beberapa lingkungan. Pembagian wilayah dan lingkungan adalah sebagai berikut: wilayah St. Bartolomeus Siten yang terbagi dalam 4 lingkungan yaitu lingkungan St. Maria Siten Tengah, lingkungan St. Lukas Siten Lor, St. Yusup Jombok, St Markus Mandungan. Wilayah St. Fransiskus Xaverius Kanutan terdiri dari 4 lingkungan yaitu lingkungan St. Antonius Jowilayan, St. Michael Mundu Kauman, St. Ignatius Gilang, St. Andreas Santeman Kremen. Wilayah St. Philipus Gondanglipuro terdiri dari 5 lingkungan yaitu lingkungan St. Paulus Gandekan, St. Michael Kaligondang, St. Barnabas Jogodayoh, St. Lukas Gunungan I, St. Markus Gunungan II. Wilayah St. Paulus Cepoko Karangmojo Peni (Cakap) terdiri dari 4 lingkungan yaitu lingkungan St.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Yakobus Minor Peni, St. Yohanes Pemandi Karangmojo I, St. Benidictus Cepoko, St. Yohanes Rasul Cepoko. Wilayah St. Markus Kedon Tangkilan (Ketan) terdiri dari 3 lingkungan yaitu lingkungan St. Lukas Kedon Lor, St. Andreas Kedon Kidul, St. Chrystophorus Tangkilan. Wilayah St. Matheus Caben terdiri dari 7 lingkungan yaitu lingkungan St. Gregorius Magnus Sabrang Gresik Mejing (SGM), St. Petrus Caben kulon wetan, St. Yusuf Tegal Jetis Karang, St. Tarcicius Karang Bajang tengah kidul, St. Franciscuss Xaverius Bebekan Destan, St. Yusuf Gambuhan, St. Ignatius Nglarang. Wilayah St. Lukas Tambran terdiri dari 6 lingkungan yaitu lingkungan St. Petrus Pundong, St. Yusuf Jamprit, St. Vicentius Pundong Kidul I, St. Andreas Pundong Kidul II, St. Paulus Paker, St. Yakobus Tulasan. Wilayah St. Markus Ngireng-ireng terdiri dari 6 lingkungan yaitu lingkungan St. Paulus Kepuh, St. Petus Turi Japuhan, St. Agustinus Tempel Selo, St. Laurentius Cangkring, St. Victorianus Warungpring, St. Yusuf Ngireng-ireng. Wilayah St. Yusuf Kretek terdiri dari 3 lingkungan yaitu lingkungan St. Matheus Greges, St. Yakobus Mayor Gading, St. Yohanes Mriyan. Wilayah St. Yusuf Baros terdiri dari 3 lingkungan yaitu lingkungan St. Matheus Muneng, St. Markus Baros I, St. Gregorius Baros II. Wilayah St Albertus Gunturgeni terdiri dari 3 lingkungan yaitu lingkungan St. Paulus Sanden, St. Petrus Kuroboyo, St. Simon Gunturgeni. Wilayah St. Albertus Magnus terdiri dari 6 lingkungan yaitu lingkungan St. Petrus daleman, St. Thomas Nopaten, St. Robertus Bellarminus Sabunan Jombok, St. Franciscuss Assisi Kauman Tambalan, St. Petrus Krekah Karang Anom, St. Bartholomeus Banjarwaru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
5. Pendampingan keluarga muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Tim pendampingan keluarga di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran berada di bawah tanggung jawab dewan paroki bidang paguyuban. Program pendampingan khusus bagi keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran bisa dikatakan belum ada. Program yang ada masih berkisar kursus persiapan perkawinan, belum menyentuh pendampingan keluarga Katolik muda. Kursus persiapan perkawinan dilaksanakan dua kali dalam setahun. Saat ini sudah ada usaha mempersiapkan tenaga pendamping untuk menyentuh pendampingan keluarga namun masih dalam tahap rintisan.
B. Metodologi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran adalah untuk: a. Mengetahui pelaksanaan pendampingan keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran b. Membantu mengetahui sejauh mana pendampingan keluarga Katolik muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mencapai tujuan. c. Membantu mengetahui masalah yang dihadapi di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dalam pelaksanaan pendampingan keluarga Katolik muda. d. Membantu mengetahui pelayanan yang sudah disediakan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran untuk keluarga Katolik muda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah ex post facto. Penelitian ex post facto yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti atau mengkaji suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi atau menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut (Sugiyono, 1999: 7).
3. Tempat dan Waktu Penelitian Bagian ini menguraikan tempat dimana penelitian akan dilakukan sesuai dengan lokasi penelitian. Bersamaan dengan tempat atau lokasi penelitian perlu juga dilengkapi dengan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan (Riduwan, 2010: 69). Penelitian ini dilakukan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dan dilaksanakan pada bulan November 2012.
4. Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Zuriah (Zuriah, 2006: 47), metode survei merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan kepada responden melaui angket/kuesioner atau interview demi memperoleh gambaran mengenai suatu populasi. Selain itu metode survei bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh responden dalam memecahkan masalah. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai pastoral keluarga yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
dilaksanakan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, hambatan dan kesulitannya serta harapan dari keluarga yang menjadi sasaran pastoral.
5. Responden Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 120), jika populasi kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pertimbangan tersebut dalam penelitian ini ditentukan sampel sebesar 10% dari populasi. Responden dalam penelitian ini adalah keluargakeluarga Katolik warga Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, khususnya keluarga Katolik dengan umur pernikahan dibawah lima tahun. Sampel 10% dari 394 keluarga muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yaitu 40 keluarga. Pemilihan responden penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Dalam purposive sampling pemilihan sampel didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu (Sutrisno Hadi, 1973: 97). Dalam hal ini sampel ditentukan dengan sengaja berdasarkan keadaan populasi (Hermawan Wasito,1992:59). Sampel yang diambil dengan kriteria keluarga dengan usia pernikahan dibawah lima tahun.
6. Instrumen Penelitian Demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai suatu obyek (Arikunto, 2006:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
151). Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka memberikan pertanyaan dengan pilihanpilihan terbuka pada responden sedang kuesioner tertutup pertanyaan diberikan dengan batasan pilihan-pilihan tertutup. Jenis kuesioner yang digunakan penulis adalah kuesioner semi tertutup. Yaitu kuesioner dengan menyediakan tempat kosong untuk memberi kebebasan kepada responden dalam menjawab pertanyaan seandainya alternatif jawaban yang disediakan tidak sesuai.
7. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Azwar, 2005: 62). Variabel ialah ciri atau karakteristik dari individu, obyek, peristiwa yang nilainya berubah-ubah (Nana Sudjana, 2004: 11). Variabel
yang
diungkapkan
dalam
penelitian
ini
sehubungan
dengan
pendampingan keluarga Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran demi keutuhan dan kebahagiaan ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Variabel yang diteliti No
Variabel
Aspek yang terungkap
Item
Jumlah soal
1
Kebahagiaan
Relasi saling mencintai Relasi saling menerima kelebihan
1
1
2, 3
2
4
1
dan kekurangan pasangan Relasi mendukung/mengembangkan
saling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No
Variabel
Aspek yang terungkap
Item
38
Jumlah soal
Relasi
saling
diampuni
dan
5, 6
2
Relasi saling menghomati
7
1
Relasi saling memperhatikan
8
1
Keutuhan
Pengertian keluarga Katolik
9, 10
2
perkawinan
Ciri-ciri keluarga Katolik
11,
3
mengampuni
2
12, 13
3
Perkawinan Katolik monogam
14
1
Kesatuan pasutri secara lahir batin
15
1
Program
Layanan yang disediakan paroki
16
1
pendampingan
Layanan yang diterima dari paroki
17
1
Faktor-faktor
menghambat
18
1
Layanan yang diharapkan dari paroki
19
1
Usulan bentuk layanan
20
1
yang
sampainya layanan
C. Hasil Penelitian Hasil penelitian di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dengan 40 responden keluarga muda dengan usia pernikahan dibawah 5 tahun, tertera pada tabel berikut ini: 1. Kebahagiaan Tabel 2: Kebahagiaan (N=40) No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Apakah keluarga anda didasarkan relasi saling mencintai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Ya
40
100
b. Kadang-kadang
0
0
c. Tidak
0
0
..........................
0
0
a. Ya
32
80
b. Kadang-kadang
2
17.5
c. Tidak
1
2.5
d. ..........................
0
0
a. Ya
38
95
b. Kadang-kadang
2
5
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
38
95
b. Kadang-kadang
2
5
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
32
80
b. Kadang-kadang
8
20
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
31
77.5
b. Kadang-kadang
9
22.5
2
3
4
Apakah anda menerima kekurangan pasangan anda?
Apakah anda menerima kelebihan pasangan anda?
Apakah anda mendukung pasangan anda untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya?
5
6
Apakah anda selalu mengampuni kesalahan pasangan?
Apakah anda selalu merasa diampuni?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
c. Tidak
0
0
..........................
0
0
a. Ya
39
97.5
b. Kadang-kadang
1
2.5
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
28
70
b. Kadang-kadang
11
27.5
c. Tidak
1
2.5
d. ..........................
0
0
7
8
Apakah saling menghormati satu sama lain?
Apakah
anda
selalu
memperhatikan
penampilan
pasangan?
Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa seluruh responden menyatakan bahwa keluarga mereka didasarkan relasi saling mencintai. Untuk menerima kekurangan pasangan ternyata lebih sulit dari pada menerima kekurangan hal ini terlihat dari jumlah responden yang menerima kekurangan pasangan sejumlah 32 responden dengan prosentase 80%. Sedangkan untuk menerima kelebihan pasangan sebanyak 95%. Hampir seluruh responden sepakat dalam hal mendukung pasangan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yaitu dengan prosentase 95%. Relasi saling mengampuni yang diwujudkan dalam mengampuni pasangan dipilih 80% responden dan sebanyak 20% menyatakan kadang-kadang. Sedang yang menyatakan selalu merasa diampuni 77,5% responden dan 22.5%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
menyatakan kadang-kadang. Sebanyak 97,5% responden menyatakan sikap saling menghormati satu sama lain terjadi dalam keluarga. Dalam hal memperhatikan penampilan pasangan 70% menyatakan selalu memperhatikan, 27,5% menyatakan kadang-kadang. sedang 2,5% menyatakan tidak peduli dengan penampilan pasangannya.
2. Keutuhan Perkawinan Tabel 3: Keutuhan Perkawinan (N=40) No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Ya
39
97.5
b. Kadang-kadang
1
2.5
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
39
97.5
b. Kadang-kadang
1
2.5
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
40
100
b. Kadang-kadang
0
0
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
9
10
Keluarga anda merupakan pesekutuan iman
Sakramen
perkawinan
menjadi
sumber
rahmat
kekuatan yang tetap untuk mengatasi kesulitankesulitan keluarga anda.
11
Keluarga yang anda bangun adalah keluarga yang tidak terceraikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Ya
40
100
b. Kadang-kadang
0
0
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
34
85
b. Kadang-kadang
6
15
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
40
100
b. Kadang-kadang
0
0
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
a. Ya
40
100
b. Kadang-kadang
0
0
c. Tidak
0
0
d. ..........................
0
0
12
Keluarga
anda
mendukung
perkembangan
iman
seluruh anggota keluarga.
13
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga anda selalu mewujudkan iman kristiani.
14
Keluarga anda merupakan keluarga dengan hanya satu istri satu suami.
15
Kesatuan keluarga anda adalah kesatuan secara lahir batin.
Dari tabel 3 di atas diungkapkan bahwa keluarga merupakan persekutuan iman dengan jumlah pemilih 97,5%. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi keluarga terkadang dirasa berat. Hal ini membuat 97,5% responden menjadikan sakramen
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
perkawinan sebagai sumber rahmat kekuatan yang tetap untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada. Sesuai dengan ciri hakiki perkawinan Katolik, seluruh responden menyatakan keluarga yang dibangun merupakan keluarga yang tak terceraikan. Selain itu seluruh responden sepakat bahwa keluarga mendukung perkembangan iman seluruh anggota keluarga. Dalam hal mewujudkan iman kristiani dalam kehidupan sehari-hari dilakukan sejumlah 85% responden. Sedangkan dalam hal kesetiaan dalam keluarga dengan hanya satu istri satu suami disetujui oleh seluruh responden. Demikian juga dengan kesatuan keluarga merupakan kesatuan lahir dan batin seluruh responden menjawab “ya”.
3. Program Pendampingan Tabel 4: Program Pendampingan (N=40) No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
16
Layanan apa saja yang disediakan paroki sejauh anda
a. Rekoleksi
11
27.5
b. Retret
0
0
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman
18
45
1
2.5
2
5
tahu?
iman) d. Jawaban yang disampaikan: •
Belum pernah ikut kesemuanya/informasi tidak sampai
•
Kursus perkawinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2.5
3
7.5
•
Rekoleksi, pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman), kunjungan romo
•
Rekoleksi, retret, pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman)
17
•
Tidak ada
1
2.5
•
Tidak tahu
3
7.5
a. Rekoleksi
12
30
b. Retret
2
5
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman
16
40
Layanan apa saja yang telah anda terima dari paroki.
iman) d. Jawaban yang disampaikan: •
Belum kesemuanya
1
2.5
•
Belum pernah
1
2.5
•
Kursus keluarga
1
2.5
•
Kursus
hidup
1
2.5
Rekoleksi, retret, pertemuan dalam bentuk
3
7.5
perkawinan/persiapan
berkeluarga •
katekese (pendalaman iman)
18
•
Tidak ada
2
2.5
•
Tidak tahu
1
2.5
a. Tidak tahu ada layanan
16
40
b. Jadwal layanan yang tidak sesuai
12
30
c. Tidak ada petugas yang melayani
6
15
1
2.5
Menurut anda apa saja yang menghambat sehingga layanan dari paroki tidak sampai pada keluarga anda.
d. Jawaban yang disampaikan: •
Informasi layanan kurang jelas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
•
Informasi tidak sampai/sosialisasi kurang
1
2.5
•
Kegiatannya baru sebatas mengadakan kursus
1
2.5
•
Kurangnya pendekatan paroki dengan umat
1
2.5
1
2.5
1
2.5
a. Rekoleksi
6
15
b. Retret
8
20
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman
19
47.5
1
2.5
1
2.5
iman/pendampingan
1
2.5
Rekoleksi, retret, pertemuan dalam bentuk
2
5
(khususnya keluarga muda) •
Tidak tahu ada layanan, kurang perhatian keluarga terhadap pelayanan yang ada.
•
Waktu kadang tidak memungkinkan untuk kami bisa berangkat
19
Layanan seperti apa yang anda harapkan dari paroki
iman) d. Jawaban yang disampaikan: •
Adanya kursus perkawinan ulang/penyegaran kursus pada pasangan-pasangan di atas 10 tahun pernikahan,
sehingga
kemungkinan
untuk
jauh/lelah menjalani pernikahan akan terhindari, sehingga tetap semangat membangun keluarga kristiani dengan pasangannya. •
Pertemuan katekese dengan mengakomodir ibu dan anak balita sehingga anak tidak ditinggal selama orang tuanya mengikuti kegiatankegiatan rohani.
•
Pertemuan
pendalaman
keluarga muda •
katekese (pendalaman iman)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
No
Pernyataan
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
20
•
Tidak ada
1
2.5
•
Tidak tahu
1
2.5
a. Rekoleksi
8
20
b. Retret
7
17.5
c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman
19
47.5
Bentuk layanan yang anda harapkan dari paroki
iman) d. Jawaban yang disampaikan: •
Ada konseling rumah tangga yang khusus
1
2.5
•
Pendampingan keluarga muda (yang baru
1
2.5
2
5
1
2.5
1
2.5
memiliki seorang momongan balita) kegiatan tidak harus melulu rohani tapi baik juga dimasukkan bidang-bidang ekonomi keluarga, kesehatan, masa tumbuh kembang anak. •
Rekoleksi, retret, pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman)
•
Seminar untuk keluarga muda tentang ekonomi, pendidikan anak atau psikologi rumah tangga.
•
Wisata rohani
Dari tabel 4 diketahui bahwa layanan yang disediakan paroki 45% menjawab dalam bentuk katekese, 27,5% menjawab rekoleksi dan 27,5% lainnya mengungkapkan jawaban sendiri. Beberapa diantaranya menyatakan tidak tahu dengan alasan tidak adanya informasi dan menyebutkan kursus perkawinan selain itu muncul satu jawaban “kunjungan romo” sebagai bentuk layanan. Sejumlah 40% menyatakan telah menerima layanan dari paroki dalam bentuk katekese,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
sedangkan yang merasa belum pernah mendapat layanan dengan berbagai alasan sebanyak 17,5%. Faktor-faktor yang menghambat layanan dari paroki sehingga tidak sampai pada umat sejumlah 40% menyatakan tidak mengetahui adanya layanan, 15% mengatakan tidak ada petugas yang melayani dan sebanyak 7,5% menyatakan informasi yang kurang dari paroki, dan kurangnya perhatian dari paroki terhadap keluarga dan waktu yang tidak sesuai dengan kemampuan keluarga. Layanan yang diharapkan dari paroki sejumlah 47,5% berharap pertemuan dalam katekese, 2,5% mengharapkan adanya “kursus” sebagai penyegaran bagi keluarga. Sebagai usulan pada paroki bentuk layanan pertemuan katekese dipilih 47,5% responden, beberapa memiliki usulan adanya konseling untuk keluarga, pendampingan keluarga muda (khususnya yang mempunyai anak usia balita) dalam berbagai bidang kehidupan berkeluarga (ekonomi keluarga, pendidikan anak, tumbuh kembang anak dan sebagainya), seminar untuk keluarga muda dan wisata rohani.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dengan 40 responden keluarga muda dengan usia pernikahan dibawah 5 tahun, sebagai berikut: 1. Kebahagiaan Menurut tabel 2, diketahui bahwa responden yang terdiri dari keluarga muda mengungkapkan bahwa keluarga dibangun berdasarkan relasi saling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
mencintai (100%). Relasi saling mencintai diwujudkan dengan relasi saling menerima kekurangan (80%) dan menerima kelebihan (95%). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga muda menyadari pentingnya kerendahan hati menyingkirkan ego pribadi dengan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan demi kebahagiaan keluarga. Sikap ini juga tercermin dalam relasi saling mengampuni, dimana terbangun kesadaran untuk selalu mengampuni pasangan (80%). Selain itu, keluarga muda setuju bahwa sikap saling menghormati satu sama lain menjadi dasar dalam membangun keluarga (97,5%). Sedangkan dalam hal memperhatikan penampilan sebagai wujud perhatian pada pasangan juga menjadi perhatian pasangan para keluarga muda (70%). Dapat dikatakan bahwa keluarga muda sudah menyadari keluarga yang mereka bangun mengarah pada keluarga bahagia.
2. Keutuhan Perkawinan Berdasarkan data yang tersaji dalam tabel 3, dapat diketahui bahwa keluarga muda menjadikan keluarga yang dibangun sebagai persekutuan iman (97,5%). Kesadaran membangun keluarga sebagai persekutuan iman menuntun keluarga muda menjadikan sakramen perkawinan sebagai sumber rahmat kekuatan yang tetap untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi (97,5%). Para keluarga muda memahami ciri hakiki perkawinan Katolik sebagai keluarga yang tak terceraikan. Mereka berusaha mewujudkan iman kristiani dalam kehidupan sehari-hari (85%), selalu setia dengan pasangan, dan menjaga kesatuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
lahir batin. Bisa dikatakan bahwa keluarga muda telah memiliki pemahaman yang baik tentang keutuhan keluarga.
3. Program Pendampingan Berdasarkan tabel 4 dapat diperoleh gambaran mengenai program pendampingan beserta harapan-harapan dari keluarga muda di paroki sebagai berikut: Katekese menjadi layanan yang paling banyak diketahui oleh keluarga muda (45%). Sebagian hanya mengetahui sebatas kursus persiapan perkawinan dan sebagian yang lain tidak tahu kalau ada layanan dari paroki. Hal ini menggambarkan katekese menjadi sarana yang disukai oleh keluarga muda. Selain itu informasi tentang layanan dari paroki jangkauannya masih kurang luas. Hal ini lebih jelas terlihat dalam tabel 4 item nomor 18, dimana sebagian besar keluarga menyatakan tidak tahu adanya layanan (40%). Selain informasi yang tidak sampai, jadwal layanan yang tidak sesuai dengan irama hidup keluarga dikeluhkan sebagian keluarga yang mengetahui adanya layanan. Keterbatasan sumber daya/petugas yang melayani juga menjadi keluhan sebagian keluarga muda (15%). Selain banyak diketahui oleh keluarga muda, katekese juga menjadi layanan yang banyak diharapkan (47,5%), retret menjadi pilihan berikutnya (20%). Usulan lain yang menyangkut bentuk layanan adalah konseling keluarga, kursus pasca perkawinan dan wisata rohani. Dari tabel 4 item nomor 19 dan 20, keluarga muda mengusulkan beberapa materi yang perlu disampaikan dalam layanan pastoral,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
diantaranya adalah perihal ekonomi keluarga, kesehatan, masa tumbuh kembang anak, pendidikan anak dan psikologi rumah tangga. Selain itu layanan yang diberikan perlu mengakomodasi kebutuhan keluarga yang memiliki balita.
E. Rangkuman Penelitian Pada dasarnya keluarga muda di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran memiliki pemahaman yang cukup akan pentingnya membangun keluarga sesuai dengan ajaran Gereja (keluarga Katolik). Namun keterbatasan layanan dari paroki yang disebabkan oleh berbagai hal seperti keterbatasan informasi yang sampai pada umat, keterbatasan tenaga pastoral, dan jadwal yang tidak sesuai dengan kondisi keluarga, menjadi hambatan keluarga muda untuk mendapatkan dukungan dari paroki. Adapun layanan yang diharapkan oleh keluarga muda adalah dalam bentuk katekese. Sedangkan materi layanan diharapkan mampu mencakup berbagai tantangan yang dihadapi keluarga, yaitu: perihal ekonomi keluarga, kesehatan, masa tumbuh kembang anak, pendidikan anak dan psikologi rumah tangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA KATOLIK PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN
A. Latar Belakang Penyusunan Program Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga muda merindukan layanan dari paroki. Namun jangkauan layanan untuk keluarga muda di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran masih kurang luas. Kurangnya jangkauan layanan dari paroki disebabkan karena masih banyak kendala yang dihadapi paroki dalam melayani keluarga muda. Salah satu hambatan yang menonjol adalah ketidaktahuan keluarga muda akan layanan dari paroki. Ketidaktahuan ini bisa disebabkan oleh berbagai hal. Bisa jadi karena kurangnya publikasi yang memadai atau bahkan jumlah layanan dari paroki yang masih kurang dibanding dengan kebutuhan umat. Kesadaran keluarga muda untuk selalu mengusahakan membangun keluarga Katolik cukup tinggi. Namun usaha ini masih sebatas kemampuan masing-masing secara pribadi dan belum mendapatkan pendampingan yang memadai. Melihat banyaknya keluarga muda di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang masih belum terjamah pendampingan yang memadai, demi membantu usaha yang sudah baik dilakukan, para keluarga muda perlu diberi pendampingan yang disiapkan dengan baik sehingga keluarga muda sungguh terbantu dalam menghadapi hambatan dan tantangan dalam membangun keluarga Katolik. Dalam hal ini dipilih pendampingan dalam bentuk katekese.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
B. Katekese Dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) I dihasilkan bahwa arah katekese di Indonesia adalah Katekese Umat. Selanjutnya dalam PKKI II Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antar anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Komunikasi iman yang terjadi antar peserta dalam Katekese Umat dilaksanakan sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam
suasana terbuka,
ditandai
sikap
saling menghargai
dan
saling
mendengarkan (Suhardiyanto, 2010 : 20). Proses dialog dalam suasana terbuka membuat peserta Katekese Umat aktif berpikir, aktif berbicara, aktif mengambil keputusan. Komunikasi iman yang terjadi dalam Katekese Umat membuat tema yang dibicarakan dekat dengan hidup nyata yang dialami peserta. Oleh karena itu Katekese Umat menjadi sarana yang sangat strategis untuk menumbuhkan sikap iman umat (Suhardiyanto, 2010 : 21). Shared Christian Praxis (SCP) merupakan suatu alternatif Katekese Umat model pengalaman hidup. SCP menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif yang mermaksud mendorong peserta untuk merefleksikan secara kritis pengalaman hidup dan mengkonfrontasikannya dengan pengalaman iman Kristiani dengan tujuan agar secara pribadi maupun kelompok mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno, 2011 : 14-15).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Praxis dalam pengertian suatu tindakan (pengalaman hidup) yang sudah direfleksikan. Praxis meliputi seluruh pengalaman hidup baik itu dalam bentuk kegiatan fisik dan mental, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik bersama. Praxis menekankan refleksi kritis terhadap tindakan pribadi dan sosial dalam hidup bersama masyarakat serta terhadap “Tradisi” dan “Visi” iman kristiani. Selain itu praxis dibentuk dari perpaduan antara aktivitas dan refleksi (Sumarno, 2011 : 15). Refleksi kritis yaitu refleksi yang melibatkan kemampuan rasional (akal budi) dan afektif (rasa) dari seluruh pribadi manusia. Refleksi melibatkan pengalaman dalam hidup pribadi dan bersama. Refleksi dimaksudkan untuk mencari pemahaman tentang kenyataan masa kini (pengalaman iman yang direfleksikan), mengkritisi dasar pemikiran yang ada, menilai baik-buruknya dari praxis yang ada. Refleksi kritis mengandaikan suatu kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang benar, guna memahami dan merasakan suatu pengalaman. (Sumarno, 2011 : 15-16). Sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengethauan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Sharing bisa terjadi bila ada sikap kerendahan hati mau menerima dan memberi pengalaman pribadi, pengalaman iman secara jujur dan terbuka, saling mendukung, bijaksana terhadap hal yang akan di-sharing-kan dan yang diterima dari hasil sharing orang lain. Dengan mendengarkan orang lain peserta diharapkan mampu menemukan menemukan kehendak Tuhan. Dalam sharing diharapkan bukan hanya terjadi dialog antar peserta saja, tetapi juga dialog antar peserta dengan Tuhan (Sumarno, 2011 : 17).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Tradisi (dengan huruf besar T) maksudnya seluruh pengalaman iman umat dalam bentuk apapun yang sudah terungkap dan sudah dibakukan oleh Gereja dalam rangka menanggapi perwahyuan Allah di dunia ini. Tradisi Gereja meliputi seluruh corak kehidupan kristiani, kitab suci tertulis, ajaran Gereja resmi, interpretasi/tafsir, penelitian para teolog, pratek suci, ibadat, sakramen, simbol, ritus, pesta/peringatan, hiasan atau lukisan yang menjadi ekspresi iman umat akan pengalamannya berhadapan dengan Allah, berdasarkan peristiwa historis, khususnya kehadiran Allah dalam hidup, mati dan kebangkitan Kristus (Sumarno, 2011 : 17). Visi (dengan huruf besar V) dalam Gereja merupakan manifestasi konkrit dari jawaban manusia terhadap janji Allah yang terwujud dalam sejarah atau Tradisi. Setiap manusia dalam menjalani hidupnya berusaha menanggapi janji Allah dan merumuskannya dalam visi kristianinya atas dasar pengenalannya akan tradisi atau pengalaman yang dihayatinya. Dalam katekese, visi kristiani peserta merupakan kritik atas praksis perbuatannya di masa kini dan menjadi ukuran keberimanan manusia (Sumarno, 2011 : 17). Interpretasi berarti memperjelas, menafsirkan, mengritik teks dari Tradisi sejauh diungkapkan oleh para ahli dalam rangka membimbing umat guna menemukan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari. Dalam interpretasi, peserta melihat kenyataan dari masa sekarang, memandang masa lampau dan masa depan dengan kacamata masa sekarang. Dalam memahami teks Tradisi perlu diperhatikan 1) apa yang ditandaskan atau diakui; 2) apa yang terbatas atau apa yang perlu dihindari dari pemikiran; 3) usaha peserta untuk memperoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
pengertian baru. Dengan kata lain Tradisi menjadi sumber kritis dari praxis masa kini (Sumarno, 2011 : 18).
C. Usulan Program Adanya kebutuhan dan harapan para keluarga muda warga paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, pada bagian ini disajikan usulan program pendampingan keluarga muda sebagai usaha untuk membantu keluarga muda mewujudkan keluarga Katolik yang utuh dan bahagia. Karena Katekese Umat menjadi sarana yang sangat strategis untuk menumbuhkan sikap iman umat dan pendampingan keluarga dengan menggunakan katekese menjadi pilihan para keluarga muda di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, maka program pendampingan yang diusulkan dalam bentuk katekese. Keluarga muda sudah mendapatkan pendampingan sebelum pernikahan dengan “Kursus Persiapan Perkawinan” dengan berbagai materi mencakup ajaran Gereja Katolik tentang Perkawinan, Liturgi Perkawinan dan Ibadat keluarga, seksualitas, UU perkawinan sipil dan Gereja, membangun kehidupan iman dalam keluarga, psikologi pria dan wanita, ekonomi rumah tangga dan komunikasi dalam keluarga (jadwal kursus persiapan perkawinan paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran putaran 1 tahun 2012). Program pendampingan ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan keluarga muda akan pendampingan dari Paroki. Selain itu lewat katekese ini keluarga muda diharapkan sungguh terbantu dalam mewujudkan keluarga Katolik yang utuh dan bahagia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Agar tujuan program pendampingan ini dapat tercapai diharapkan kreativitas pemandu pertemuan (fasilitator) dalam persiapan dan penyajian materi, agar pendampingan dapat dilaksanakan dalam suasana menarik sehingga peserta terdorong untuk aktif terlibat dalam pertemuan katekese.
D. Rumusan Tema dan Tujuan Tema umum
: Membangun keluarga Katolik bahagia dan lestari seturut Ajaran Gereja
Tujuan umum
: Melalui katekese keluarga muda dibantu dalam membangun keluarga yang bahagia dan lestari dengan mendalami dan menghayati Ajaran Gereja.
Tema umum ini dibagi dalam tiga subtema yang lebih kecil yaitu: 1) Keluarga Katolik turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja, 2) membangun keluarga Katolik bahagia, 3) Menjadi keluarga Katolik lestari • Tema 1
: Keluarga Katolik turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja.
Tujuan Tema 1 : Keluarga muda Katolik semakin menyadari akan tugas dan perutusannya.
Subtema membangun keluarga Katolik bahagia dibagi lagi menjadi beberapa sub tema. • Tema 2
: Psikologi rumah tangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Tujuan Tema 2 : Keluarga muda semakin menyadari demi membangun keluarga Katolik mereka perlu saling memahami pribadi masing-masing.
• Tema 3
: Membangun keluarga yang sehat.
Tujuan Tema 3 : Keluarga muda semakin menyadari bahwa kesehatan keluarga menjadi tanggung jawab bersama.
• Tema 4
: Pendidikan anak tanggung jawab bersama pasangan suamiistri.
Tujuan Tema 4 : Keluarga
muda
dibantu
dalam
melaksanakan
tugas
mendidik anak sesuai dengan Ajaran Gereja dan masa tumbuh kembang anak.
• Tema 5
: Saling mendukung dalam menata ekonomi keluarga
Tujuan Tema 5 : Membantu keluarga muda dalam menata ekonomi rumah tangga mereka.
Sedangkan tema Menjadi keluarga Katolik lestari menjadi satu tema. • Tujuan Tema 6 : Menjadi keluarga Katolik lestari Tujuan Tema 6 : Keluarga muda dibantu dalam membangun keluarga Katolik yang lestari seturut Ajaran Gereja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
E. Penjabaran Program PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MUDA PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN Tema umum
: Membangun keluarga Katolik bahagia dan lestari seturut Ajaran Gereja
Tujuan umum
: Melalui katekese keluarga muda dibantu dalam membangun keluarga yang bahagia dan lestari dengan mendalami dan menghayati Ajaran Gereja.
Tema
Sub Tema
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
2
3
4
5
6
7
Pertemuan 1 1) Keluarga
a. Keluarga
Keluarga muda
Katolik
Katolik
turut serta
serta
dalam hidup
hidup
dan
perutusan
perutusan
Gereja
Gereja
-
turut Katolik semakin
Peserta
diajak
memahami
dalam menyadari akan dan tugas dan perutusannya. -
untuk Informasi Madah bahwa Diskusi
Bakti
keluarga Katolik turut Sharing
Kitab
serta dalam tugas dan Pleno
suci
perutusan Gereja.
Tanya
Kertas
perutusan jawab
Spidol
Tugas
dan
Keluarga Katolik yaitu membangun persekutuan
-
Kompendium KGK no 350.
-
FC 49-64.
Artikel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema
59
Sub Tema
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
2
3
4
5
6
7
Pertemuan 1
pribadi-pribadi, melayani
kehidupan,
turut
serta
mengembangkan masyarakat, turut serta dalam
hidup
dan
perutusan Gereja. 2) Membangun b. Psikologi keluarga
rumah tangga
Keluarga muda
-
Peserta
diajak
semakin menyadari
semakin
Katolik
demi membangun
bahwa
bahagia.
keluarga Katolik
membangun
mereka perlu saling memahami pribadi masing-masing
-
untuk Informasi Madah
-
FC art 22 - 25
menyadari Diskusi
Bakti
-
GS 48
dalam Sharing
Kitab
-
Psikologi
suci
Keluarga,
Katolik perlu memahami Tanya
Kertas
Gilarso 1996 :
pribadi pasangan.
Spidol
17-29)
Peserta
diajak
keluarga Pleno
jawab untuk
LCD
menyadari bahwa setiap
Laptop
orang memiliki harapan
Speaker
(T
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema
60
Sub Tema
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
2
3
4
5
6
7
Pertemuan 1
Masing-masing
pada
aktiv
pasangannya. -
Peserta
diajak
membangun
untuk
harapan-
harapan
yang
mendukung terciptanya keluarga bahagia. c. Membangun
Keluarga muda
-
Kesehatan
bila
tidak Informasi Madah
keluarga yang semakin menyadari
dijaga dengan baik bisa Diskusi
Bakti
sehat.
bahwa kesehatan
menimbulkan
Kitab
keluarga menjadi
yang berat, oleh karena Pleno
tanggung jawab
itu
bersama.
Katolik
masalah Sharing
keluarga
menjaga keluarga.
diajak
suci
muda Tanya
Kertas
untuk jawab
Spidol
kesehatan
FC art 30-33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema
61
Sub Tema
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
2
3
4
5
6
7
Pertemuan 1
-
Kesehatan
keluarga
menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota keluarga. d. Pendidikan
Keluarga muda
pasutri
memiliki Informasi Madah
FC art 36-40
anak tanggung dibantu dalam
kewajiban
terhadap Diskusi
Bakti
GS 52
jawab bersama melaksanakan tugas
pendidikan
anak-anak Sharing
Kitab
Ef 6:1-4
pasangan
mendidik anak
yang
suami-istri.
sesuai dengan
Tuhan kepada mereka
Ajaran Gereja dan
-
-
dipercayakan Pleno
suci
Tanya
Kertas
Pendidikan tidak hanya jawab
Spidol
masa tumbuh
pendidikan susila, fisik,
kembang anak.
kemasyarakatan juga
tapi
pendidikan
keagamaan yang sesuai dengan
masa
kembang anak.
tumbuh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema
62
Sub Tema
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
2
3
4
5
6
7
Pertemuan 1
e. Saling mendukung
Membantu keluarga
-
muda dalam menata
Pasutri
menyadari Informasi Madah
Kis 2:41-47
bahwa pada prinsipnya Diskusi
Bakti
Ekonomi rumah
dalam menata ekonomi rumah
kesatuan
Kitab
tanggal (T
ekomoni
meliputi
suci
Gilarso, 1996 :
Tanya
Kertas
135-153)
Pasutri didampingi agar jawab
Spidol
tangga mereka.
keluarga
keluarga Sharing segala
segi Pleno
termasuk harta benda. -
mengelola harta benda bersama-sama. 3) Menjadi
f. Menjadi
keluarga
keluarga
Katolik
Katolik lestari
lestari
Keluarga muda
Ikatan cinta kasih pasutri Informasi Madah
Mrk 10:1-12
dibantu dalam
menjadi gambaran dan Diskusi
Bakti
FC art 18-21
membangun
lambang
Kitab
Cerita “Kembali
keluarga Katolik
antara
suci
Bersulang Kasih”
yang lestari seturut
umat-Nya
Ajaran Gereja
-
-
persatuan Sharing Allah
dengan Pleno Tanya
Kertas
Persekutuan hidup dan jawab
Spidol
cinta
pasutri
sakramen, berciri
sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema
63
Sub Tema
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
2
3
4
5
6
7
Pertemuan 1
menyatukan jiwa-badan, tak terceraikan, setia dan terbuka bagi keturunan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
F. Contoh Pelaksanaan Program Pendampingan Keluarga Muda demi Kebahagiaan dan Keutuhan Perkawinan Tema
: Menjadi keluarga Katolik lestari
Tujuan
: Keluarga muda dibantu dalam membangun keluarga Katolik yang lestari seturut Ajaran Gereja
Model
: Shared Christian Praxis
Metode
: - Sharing - Refleksi Pribadi - Informasi - Tanya Jawab
Sarana
: - Kitab Suci - Madah Bakti - Laptop - Proyektor (LCD) - Sound system
Sumber Bahan
: - Cerita “Kembali Bersulang Kasih” (Majalah Hidup Edisi No. 41 Tanggal 12 Oktober 2008) - Mrk 10:1-12 - FC art 18-21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
A. PEMIKIRAN DASAR Membangun keluarga lestari merupakan impian semua pasangan suami-istri. Meskipun Gereja telah menyelenggarakan Kursus persiapan perkawinan demi membantu pasangan suami-istri dalam membangun keluarga, namun dalam kenyataannya banyak dari calon keluarga yang menganggap kursus persiapan perkawinan hanya formalitas belaka. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya calon keluarga yang mencari tempat kursus yang jadwalnya paling singkat. Sehingga dalam membangun keluarga lestari seturut ajaran Gereja banyak keluarga yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu pendampingan pasca pernikahan masih perlu dilakukan. Dalam Injil Markus (Mrk 10:1-12) menguraikan bahwa perkawinan Katolik tidak mengijinkan perceraian. Dimana pasutri yang sudah dipersatukan dalam perkawinan telah disatukan menjadi “satu daging”. Allah sendiri yang telah mempersatukan suami-istri sedemikian erat, sehingga mereka bukan lagi dua melainkan satu. Yesus menafsirkan izin perceraian yang diberikan oleh Musa sebagai izin yang terpaksa diberikan karena ketegaran hati orang-orang Yahudi, bukan kehendak nabi Musa sendiri. Oleh karena itu bila ada yang menceraikan suami atau istrinya lalu menikah lagi dengan orang lain pantas dianggap “berbuat zinah” Dari pertemuan ini peserta dan pendamping diharapkan untuk dibantu dalam membangun keluarga Katolik yang lestari seturut Ajaran Gereja dan selalu menjaga keutuhan keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
B. PENGEMBANGAN LANGKAH- LANGKAH 1. Pembukaan a. Pengantar Bapak-Ibu yang terkasih, dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di tempat ini karena kasih Allah dalam Yesus. Kita di sini berkumpul sebagai umat yang beriman kepada Kristus, di mana kita masing-masing telah sepakat untuk membangun keluarga kristiani lewat saling menerimakan sakramen perkawinan yang sudah bapak-ibu laksanakan dan telah disaksikan dan diteguhkan oleh pejabat Gereja yang berwenang. Untuk itu kita harus berani membuka diri agar semakin mampu membangun keluarga Katolik lestari seperti apa yang diharapkan Kristus melalui Gereja untuk kita. Sebentar lagi akan kita simak kisah keluarga Alfonsus Liquori Eddy Partadinata. Kita akan belajar membangun keluarga lestari. Semoga dengan adanya pertemuan ini kita dapat mewujudkan keluarga Katolik lestari seturut ajaran Gereja. b. Lagu Pembukaan
: Madah Bakti 477
c. Doa Pembukaan
:
Bapa Yang Maha Kasih, puji syukur kami sampaikan pada-Mu. Pada hari ini Engkau berkenan mengumpulkan kami di tempat ini, agar kami selau Engkau mampukan untuk menjaga kelestarian keluarga kami seturut ajaran-Mu. Bukalah hati kami, agar kami mampu menyampaikan sharing
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
dan menerima ajaran-Mu dengan baik. Ya bapa berkatilah pertemuan kami kali ini, agar sungguh menjadi berkat bagi kami. 2. Langkah I: Mengungkapkan pengalaman hidup peserta a) Salah seorang peserta membacakan kisah keluarga Alfonsus Liquori Eddy Partadinata yang berjudul Kembali Bersulang Kasih. b) Penceritaan kembali tentang apa yang terjadi pada keluarga Alfonsus Liquori Eddy Partadinata: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali kisah keluarga Alfonsus Liquori Eddy Partadinata tersebut secara singkat dan jelas. c) Inti pada kisah Kembali Bersulang Kasih tersebut adalah: Pak Eddy pergi dari rumah meninggalkan keluarganya dan meninggalkan pesan agar iserinya Agatha Eva Leonita tidak mencarinya. Ibu Eva menyerahkan kepergian suaminya kepada Tuhan. Tanpa diduga putra kedua mereka mengirim pesan melalui pager dengan mengancam akan membakar rumah bila ayahnya tidak pulang. Ancaman ini akhirnya membawa pak Eddy pulang. Sikap pak Eddy sebelum pertobatan adalah mengejar materi dengan mendirikan empat perusahaan. Uang banyak telah membuat pak Eddy terlena, sehingga keluarganya terbengkelai. Bahkan sampai ada perempuan lain dalam keluarganya. Setelah berbaikan Eddy dan Eva mengikuti retret penyembuhan batin.
Selanjutnya
mereka
aktif
dalam
persekutuan
doa.
Dan
berkecimpung dalam pewartaan. Keinginan bisa mewartakan Tuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
bersama sang istri, nyatanya tak pernah lekang. Setiapkali menerima komuni, Eddy menggenggam tangan istrinya. Dalam hati, ia memadahkan permohonan, ”Tuhan, pakailah kami berdua sebagai saluran berkat-Mu...” d) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan: 1) Ceritakanlah kesulitan/permasalahan apa yang dialami oleh keluarga Eddy dan Eva? 2) Ceritakanlah kesulitan/permasalahan apa yang pernah anda alami dalam hidup berkeluarga? e) Arah Rangkuman Eddy dibesarkan oleh keluarga yang kurang mampu, dalam hidupnya sering mendapat cibiran dari tetangganya oleh Karena itu Eddy menjadi gila uang dan gila sekolah namun obsesi Eddy ini membuat keluarganya mengalami masalah. Bahkan Eddy berniat meninggalkan keluarganya. Melalui cerita tadi kita semua diajak untuk melihat pengalaman kehidupan kita sehari- hari dalam berkeluarga, dimana kita sering sekali menjumpai persoalan-persoalan yang kadang terasa sangat berat. Namun dengan usaha yang tak kenal lelah, pasrah kepada Tuhan, mau dibangun dalam iman persoalan-persoalan itu dapat kita hadapi dengan baik.
3. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta a) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita “saling memberikan diri” dengan pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
1) Bagaimana caranya keluarga Eddy dan Eva mengatasi kesulitankesulitan yang mereka hadapi? 2) Bagaimana caranya anda mengatasi kesulitan-kesulitan yang anda hadapi? b) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat: Kita sebagai umat yang beriman kepada Kristus, hendaknya kita membangun keluarga seturut dengan ajaran Kristus. Keluarga dengan dilandasi iman akan Kristus terlihat saat menghadapi kesulitan-kesulitan yang timbul. Setiap kali mendapatkan kesulitan hidup berkeluarga, keluarga menyerahkan diri pada Tuhan lewat doa. Setiap kali memulai pekerjaan, diskusi keluarga selalu didahului dengan doa. Permasalahanpermasalahan yang timbul dihadapi bersama dengan mendiskusikan bersama sehingga konsekuensi yang timbul dari pengambilan keputusan bisa dihadapi bersama dengan baik.
4. Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani a) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop langsung dari Kitab Suci, Injil Markus 10:1-12 atau dari teks fotocopy yang dibagikan. b) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
1) Ayat-ayat mana yang menunjukkan kelestarian keluarga? 2) Pesan apa yang dapat anda ambil untuk membangun keluarga Katolik? c) Peserta diajak untuk sendiri- sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop sehubungan dengan jawaban atas 1(dua) pertanyaan b. di atas. d) Pendamping
memberikan
tafsir
dari
Injil
Markus
10:1-12
dan
menghubungkan dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan. Ayat 1 memberi gambaran keadaan yang ada di sekitar Yesus. Ayat 2 sampai dengan 4 memberi gambaran bagaimana orang Farisi mencobai Yesus dengan menanyakan perihal perceraian yang diijinkan oleh Musa. Ayat 5 Yesus mengemukakan bahwa ijin dari Musa merupakan keterpaksaan karena ketegaran orang Yahudi. Ayat 6 sampai dengan 12 Yesus menunjukkan bahwa perkawinan itu menurut kehendak Allah dan bercirikan tak terceraikan. Dalam Injil Markus (Mrk 10:1-12) menguraikan bahwa perkawinan Katolik tidak mengijinkan perceraian. Dimana pasutri yang sudah dipersatukan dalam perkawinan telah disatukan menjadi “satu daging”. Allah sendiri yang telah mempersatukan suami-istri sedemikian erat, sehingga mereka bukan lagi dua melainkan satu. Yesus menafsirkan izin perceraian yang diberikan oleh Musa sebagai izin yang terpaksa diberikan karena ketegaran hati orang-orang Yahudi, bukan kehendak nabi Musa sendiri. Oleh karena itu bila ada yang menceraikan suami atau istrinya lalu menikah lagi dengan orang lain pantas dianggap “berbuat zinah”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
5. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit a) Pengantar Dalam pembicaraan tadi, telah kita temukan bahwa perkawinan merupakan kehendak Tuhan dan bersifat lestari/tak terceraikan. Yesus memberi pengajaran bahwa perkawinan menyatukan dua pribadi. Mereka tidak lagi dua melainkan satu. Lewat pertemuan ini kita diajak untuk membangun keluarga Katolik lestari. Suami dan istri saling memberikan diri seutuhnya demi membangun keluarga. Penyerahan keluarga kepada Kristus menjadikan keluarga semakin erat dan lestari. Kristus menjadi penopang, penghibur, dan pengayom keluarga. b) Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin mengerti dan menghayati hidup membangun keluarga lestari seturut kehendak Allah, kita akan melihat kembali diri kita, keluarga kita, usaha-usaha telah kita lakukan dalam membangun keluarga. Marilah kita mohon bantuan dari Allah agar kita dimampukan untuk membangun keluarga lestari sesuai dengan harapan Allah sendiri. Untuk itu mari kita hening, diam sejenak mengecap, meresapi dan mengendapkan segala pesan yang telah disampaikan oleh Allah ke dalam hati kita. Sejauh mana kita sudah mengandalkan Tuhan demi menjaga kesatuan keluarga dan membangun keluarga lestari? Peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadi. c) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Injil Markus memberi penggambaran yang baik tentang bagaimana sebaiknya persatuan suami-istri dibangun. Persatuan suami-istri dibangun dalam persatuan yang utuh, hingga mereka bukan lagi dua melainkan satu keluarga. Keutuhan keluarga dibangun dengan kesetiaan. Bila ada yang nekat bercerai dan menikah maka mereka berada dalam hidup zinah. Demi menjaga keutuhan keluarga, keluarga perlu menyerahkan diri kepada Tuhan, agar kehendak Tuhan yang terjadi. Relasi suami-istri dalam menjaga kelestarian keluarga diwujudkan dalam membangun kesetiaan mengembangkan sikap rendah hati. Dalam menjaga kelestarian keluarga dilaksanakan dengan saling mendukung dalam menghadapi tantangan hidup berkeluarga.
6. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit a) Pengantar Bapak-Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita telah bersama- sama melihat, berbagi dan menggali pengalaman- pengalaman kita yang berawal dari kisah hidup keluarga Edi dan Eva. Mereka telah memberi contoh kepada kita dalam membangun keluarga yang lestari. Penginjil Markus telah memberikan bahwa sebaiknya relasi suami-istri dibangun dalam kesatuan yang utuh. Semoga pengalaman-pengalaman yang telah kita sharingkan, menguatkan kita dalam menempuh berbagai tantangan dalam hidup berkeluarga dan semakin menyemangati kita untuk membangun keluarga lestari sesuai dengan ajaran Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
b) Setelah kita sharingkan pengalaman-pengalaman kita, dan kita gali bersama bagaimana membangun keluarga lestari seturut kehendak Allah, serta telah kita ungkapkan apa yang telah kita lakukan dan kesulitankesulitan kita dalam melaksanakan ajaran Allah dalam berkeluarga, sekarang mari kita sampaikan hasil permenungkan kita pada hari ini dalam bentuk niat-niat yang akan kita lakukan setelah pertemuan ini. 1) Niat apa yang akan kita lakukan sebagai umat yang beriman kepada Kristus, khususnya dalam membangun keluarga Katolik lestari? c) Setelah mempunyai jawaban masing- masing, niat- niat pribadi yang sudah ada diungkapkan oleh masing- masing umat. d) Setelah mengungkapkan niat- niat pribadinya, umat dibawa dalam suasana diskusi untuk membicarakan niat- niat bersama yang akan segera dilaksanakan oleh mereka.
7. Penutup a) Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, pendamping mengajak peserta untuk membawa segala permohonan mereka ke dalam doa umat. b) Doa penutup. Tuhan Yesus Kristus kami mengucap syukur atas segala penyertaanMu selama pertemuan ini. Karena selama pertemuan ini, kami boleh menerima pengajaran yang telah Kau berikan kepada kami sebagai anggota umat yang beriman kepada Engkau. Engkau telah memberi pengajaran kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
kami dalam upaya kami untuk membangun keluarga yang lestari. Ya, Bapa berkatilah kami agar dapat melaksanakan apa yang telah kami rencanakan ini. Kami tahu tantangan yang kami hadapi tidaklah ringan. Dampingilah kami selalu agar kami mampu menghadapi rintanganrintangan itu. Akhirnya ya Tuhan, semua niat ini kami sampaikan kepadaMu lewat perantara Juru Selamat kami, Yesus Kristus, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin. c) Sesudah Doa Penutup, pertemuan diakhiri dengan menyanyikan lagu dari Madah Bakti No. 455 (Jadilah Saksi Kristus).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan rangkuman isi dari bab-bab sebelumnya, yaitu gagasan penting yang menjadi kesimpulan dari karya tulis ini. Pada bagian berikutnya akan diuraikan beberapa saran dan usulan dalam upaya pendampingan keluarga muda Katolik demi meraih kebahagiaan dan menjaga keutuhan perkawinan.
A. Kesimpulan Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam Gereja memiliki peranan yang sangat besar terhadap perkembangan Gereja. Era globalisasi membuka kesempatan keluarga untuk semakin berkembang. Namun di sisi lain era ini memberikan dampak negatif yang bisa membahayakan keutuhan dan kebahagiaan keluarga. Seiring dengan semakin pesatnya era globalisasi tantangan hidup berkeluarga semakin meningkat. Keluarga tidak hanya menghadapi tantangan dari pesatnya perkembangan jaman, namun juga menghadapi tantangan dari dalam diri keluarga itu sendiri, keluarga besar, lingkungan sekitar, dan tantangan akan pemenuhan kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu pastoral keluarga merupakan sesuatu yang mendesak di jaman ini. Keluarga perlu mendapat pendampingan yang sesuai dengan dinamika hidup berkeluarga. Mereka sangat membutuhkan adanya pendampingan dari Gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Keluarga dibentuk melalui ikatan perkawinan. Perkawinan merupakan sebuah perjanjian antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup. Keluarga Katolik dibangun dilandaskan pada ikatan sakramental suami-istri. Perkawinan sakramental dimeteraikan dalam darah Kristus. Tuhan mencurahkan Roh Kudus dan menganugerahkan hati baru dan menjadikan suami-istri mampu saling mencintai dalam kasih Kristus. Relasi saling mencintai antara suami-istri turut dalam pengorbanan salib Kristus dan dilaksanakan dalam pengorbanan cinta suami-istri demi kebahagiaan bersama. Oleh karena itu keluarga Katolik merupakan persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman, serta disebut juga sebagai Gereja mini. Sebagai Gereja mini keluarga memiliki tugas dan perutusan yang meliputi empat hal. Pertama, keluarga membangun persekutuan pribadipribadi. Dalam membangun persekutuan ini keluarga mendasarkan pada cinta kasih suami-istri dan perluasannya, cinta kasih antar anggota keluarga, dan antar sanak saudara. Kedua, keluarga melayani kehidupan. Tugas ini tidak semata-mata terbatas pada menurunkan anak namun lebih luas lagi dalam arti membuahkan kekayaan hidup moral dan spiritual. Ketiga, keluarga berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Perutusan ini dilaksanakan melalui berbagai usaha memajukan keadilan dan melayani orang lain yang menderita kekurangan. Dengan demikian keluarga tidak tertutup untuk diri sendiri, tetapi juga terbuka pada keluarga-keluarga lain. Tugas dan perutusan yang keempat, keluarga mengambil bagian dalam hidup dan perutusan Gereja. Partisipasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
keluaga dalam tugas pertutusan Gereja dilaksanakan sesuai dengan kekhasan keluarga yaitu persekutuan suami-istri sebagai pasangan hidup, orang tua dan anak-anak sebagai keluarga. Perjanjian nikah suami-istri yang keduanya dibaptis merupakan simbol nyata dari perjanjian baru dan kekal antara Kristus dan Gereja. Hal ini menjadikan persekutuan hidup dan cinta suami-istri sebagai sakramen, berciri menyatukan jiwa-badan, tak terceraikan, setia dan terbuka bagi keturunan. Ciri tak terceraikan menunjukkan bahwa perkawinan mempunyai akibat tetap dan tidak dapat diceraikan atau diputuskan oleh kuasa manapun kecuali kematian. Pendampingan keluarga dimulai sejak masa pra-pernikahan, menjelang peneguhan pernikahan dan dilanjutkan dengan pendampingan pasca pernikahan. Pendampingan masa pra-pernikahan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: pendampingan anak-anak, pendampingan remaja dan kaum muda, dan persiapan calon pengantin. Pendampingan menjelang peneguhan pernikahan ditujukan agar calon pengantin siap menerima sakramen perkawinan secara iman. Pendampingan pasca pernikahan dikelompokkan menjadi pendampingan keluarga muda, pendampingan keluarga madya, dan pendampingan keluarga dengan usia perkawinan lebih dari 25 tahun serta pendampingan keluarga dengan kondisi khusus. Berdasarkan hasil penelitian yang terungkap dalam bab 3, disimpulkan bahwa pada dasarnya keluarga muda telah memiliki pemahaman yang cukup akan pentingnya membangun keluarga sesuai dengan ajaran Gereja. Demi mewujudkan pemahaman ini mereka perlu mendapatkan dukungan dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Gereja. Dukungan yang mereka harapkan adalah dalam bentuk pertemuan katekese. Berangkat dari harapan keluarga muda di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran agar mereka mendapatkan pendampingan sesuai harapan mereka demi mewujudkan kebahagiaan dan menjaga keutuhan perkawinan mereka, penulis mengusulkan sebuah program pendampingan keluarga dalam bentuk katekese. Usulan program dilaksanakan dalam 6 (enam) pertemuan. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dengan waktu kurang lebih 2 (dua) jam. Tema yang penulis usulkan adalah Membangun Keluarga Katolik Bahagia dan Lestari Seturut Ajaran Gereja. Adapun tujuan dari program pendampingan ini adalah agar melalui katekese keluarga muda dibantu dalam membangun keluarga yang bahagia dan lestari dengan mendalami dan menghayati Ajaran Gereja.
B. Saran Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, berikut ini akan diajukan beberapa saran untuk para pendamping keluarga pada umumnya, secara khusus para pendamping keluarga, romo paroki, dan bagi para keluarga muda Katolik di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. 1. Bagi Para Pendamping Keluarga Pada Umumnya Tantangan yang dihadapi keluarga seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi semakin berat dan beragam. Para pendamping perlu terus mengembangkan kemampuan pendampingan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
selalu mengikuti informasi-informasi baru melalui media cetak maupun elektronik ataupun sumber informasi lain. Supaya arah pendampingan yang sesuai, pendamping perlu mengadakan observasi dan evaluasi secara berkala. Program pendampingan sebaiknya dilaksanakan berkelanjutan dan disesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Selain itu agar pendampingan selaras dengan ajaran Gereja dan tepat sasaran, perlu koordinasi yang baik dengan berbagai elemen Gereja baik itu hierarki maupun para ahli seperti: ahli hukum perkawinan, ekonomi, pendidikan anak, psikologi dan sebagainya yang berkaitan dengan pendampingan keluarga.
2. Bagi Para Pendamping Keluarga di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Program yang disusun dalam skripsi ini telah disusun menurut tema-tema yang banyak dipilih oleh keluarga muda di paroki dan bisa dijadikan alternatif dalam pelaksanaan pendampingan keluarga muda Katolik di paroki. Pendampingan yang disusun dalam bentuk katekese, karena banyak dipilih oleh keluarga muda. Dalam melaksanakan program ini masih terbuka kesempatan bagi para pendamping untuk mengolah materi yang ada sesuai dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Selain itu bisa dilengkapi dengan sumber-sumber lain bila dirasa perlu. Kerjasama antar pendamping diperlukan demi meningkatkan kualitas pendampingan. Program pendampingan yang disusun ini masih bersifat komunal
dan
diadakan
secara
berkelompok
belum
menyentuh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
pendampingan secara personal. Mengingat kekhasan masing-masing keluarga dalam menghadapi permasalahan yang terjadi, untuk ke depan perlu dipikirkan juga pendampingan secara personal. Pendampingan personal ini sangat diperlukan terutama untuk keluarga dengan kasus khusus.
3. Bagi Romo Paroki Mengingat beberapa kasus yang dialami keluarga muda diparoki yang berujung pada pembatalan. Pendampingan keluarga menjadi masalah yang perlu mendapat prioritas dan perhatian yang lebih. Untuk itu, dukungan dari romo paroki untuk para pendamping keluarga sangat diperlukan baik itu dalam bentuk pembinaan, pendampingan, dukungan moral, spiritual, materi, pendanaan, dan sarana prasarana yang memadai. Bila dirasa perlu, untuk tema-tema tertentu romo paroki bisa mengundang para ahli. Pendampingan akan lebih terarah bila dibentuk tim khusus yang berisi orang-orang yang berkompeten. Tim khusus ini bertanggung jawab untuk membuat program pendampingan, meningkatkan kemampuan para pendamping yang sudah ada dan mengkader pendamping-pendamping baru.
4. Bagi Para Keluarga Muda Katolik Membangun keluarga Katolik tantangannya tidak semudah yang dibicarakan. Keluarga muda perlu menyadari bahwa masih membutuhkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
pendampingan dari Gereja. Untuk itu diperlukan sikap rendah hati, siap untuk didampingi, dan mau terbuka untuk didampingi. Perlu diketahui bahwa pendampingan beda dengan pembinaan. Dalam pendampingan pendamping dan yang didampingi posisinya sejajar, tidak ada senioritas ataupun sikap menggurui dalam pendampingan. Jadi keluaga muda tidak perlu takut untuk mendapatkan pendampingan. Setiap keluarga Katolik berhak mendapat pendampingan dari Gereja. Oleh karena itu untuk mendapatkan pendampingan keluarga muda tidak perlu menunggu ketika adanya masalah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adams Linda dan Lenz Elinor. (1995). Be Your Best Jadilah Diri Anda Sendiri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. _________. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bala Pito Duan Yeremias. (2003). Keluarga Kristiani Kabar Gembira Bagi Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius. Etty Maria. (2008). Kembali Bersulang Kasih. Majalah Hidup Edisi No. 41 Tanggal 12 Oktober 2008 Gilarso, T. (1996). Membangun Keluarga Kristiani Pembinaan Persiapan Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius Hardiwiratno, J. (1994). Menuju Keluarga Bertanggung Jawab. Jakarta: Obor. Heuken, Adolf. (2005). Ensiklopedi Gereja, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. ________. (2009). Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Terjemahan dari Catechismo della Chiesa Cattolica. Yogyakarta: Kanisius. ________. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. Mangunharjana, A.M.(1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius. Nana Sudjana. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Paroki HKTY Ganjuran. (2011). Buletin Perwitosari. Edisi 1. Yogyakarta: Paroki HKTY Ganjuran. ________. (2012). Buletin Perwitosari. Edisi 2. Yogyakarta: Paroki HKTY Ganjuran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Purwa Hadiwardoyo, Al. (1988). Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Relasi. (2013). Mengenal Lebih Mendalam Mariage Encounter. http://v2.meindonesia.org/relasi/?p=2343. diakses 31 Juli 2013 Riberu, J. (1983). Tonggak Sejarah Pedoman Arah, terjemahan dokumendokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan MAWI. Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rubiyatmoko, Robertus. (2011). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Kanisius. Suhardiyanto, H.J. (2010). Sejarah PAK Indonesia. Diktat Mata Kuliah Sejarah PAK Indonesia. Sumarno Ds, M. (2011). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki (PPL PAK Paroki). Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki. Utomo, Gregorius. (2011). Gereja Hati Kudus Yesus di Ganjuran. Yogyakarta: Unggul Jaya Yohanes Paulus II (1981). Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, Amanat Apostolik Familiaris Consortio. (Terj.) Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki .....................................................
(1)
Lampiran 2: Surat Penelitian untuk Ketua Lingkungan..................................
(2)
Lampiran 3: Program Tim Kerja Pend Keluarga ............................................
(3)
Lampiran 4: Jadwal Kursus Perkawinan paroki HTKY .................................
(4)
Lampiran 5: Kuesioner Penelitian...................................................................
(5)
Lampiran 6: Teks Cerita Kembali Bersulang Kasih .......................................
(9)
Lampiran 7: Teks Kitab Suci Markus 10:1-12................................................ (12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5 KUESIONER KELUARGA KATOLIK YANG BAHAGIA DAN UTUH A. Kata Pengantar Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana keluarga katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dalam mewujudkan keluarga bahagia dan utuh. Maka dari itu, pada kesempatan ini, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam keluarga. B. Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pernyataan dan pertanyaan. Sebelum mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu dimohon untuk membaca setiap pernyataan dan pertanyaan dengan cermat. Setelah membacanya dengan cermat, Bapak/Ibu dipersilahkan untuk memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan yang dialami Bapak/Ibu dalam keluarga dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang telah disediakan 1. Apakah keluarga anda didasarkan relasi saling mencintai a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 2. Apakah anda menerima kekurangan pasangan anda? a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 3. Apakah anda menerima kelebihan pasangan anda? a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 4. Apakah anda mendukung pasangan anda untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya? a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. ..........................
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Apakah anda selalu mengampuni kesalahan pasangan a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 6. Apakah anda selalu merasa diampuni? a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 7. Apakah saling menghormati satu sama lain? a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 8. Apakah anda selalu memperhatikan penampilan pasangan? a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 9. Keluarga anda merupakan pesekutuan iman a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 10. Sakramen perkawinan menjadi sumber rahmat kekuatan yang tetap untuk mengatasi kesulitan-kesulitan keluarga anda a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 11. Keluarga yang anda bangun adalah keluarga yang tidak terceraikan. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. ..........................
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Keluarga anda mendukung perkembangan iman seluruh anggota keluarga a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 13. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga anda selalu mewujudkan iman kristiani a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 14. Keluarga anda merupakan keluarga dengan hanya satu istri satu suami. a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 15. Kesatuan keluarga anda adalah kesatuan secara lahir batin a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang d. .......................... 16. Layanan apa saja yang disediakan paroki sejauh anda tahu? a. Rekoleksi b. Retret c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. .......................... 17. Layanan apa saja yang telah anda terima dari paroki a. Rekoleksi b. Retret c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. .......................... 18. Menurut anda apa saja yang menghambat sehingga layanan dari paroki tidak sampai pada keluarga anda a. Tidak tahu ada layanan b. Jadwal layanan yang tidak sesuai c. Tidak ada petugas yang melayani d. ..........................
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19. Layanan seperti apa yang anda harapkan dari paroki a. Rekoleksi b. Retret c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. .......................... 20. Bentuk layanan yang anda harapkan dari paroki a. Rekoleksi b. Retret c. Pertemuan dalam bentuk katekese (pendalaman iman) d. ..........................
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6 Kembali Bersulang Kasih HIDUPKATOLIK - Sepulang dari gereja, Agatha Eva Leonita terhenyak mendapati sepucuk surat dari suaminya tergeletak di rumahnya. ”Dia memberitahu akan pergi, saya tak usah mencarinya,” sitirnya. Padahal, Eva baru saja ingin menguakkan pintu maaf bagi suaminya, Alfonsus Liquori Eddy Partadinata. Meski pria yang menikahinya tahun 1975 itu kerap menorehkan luka di hatinya, dengan sikapnya yang acuh tak acuh, Eva masih mendambakan rumah tangganya utuh kembali. Sesaat sebelumnya, di hadapan altar Gereja St Bonaventura, Pulo Mas, Jakarta Timur, Eva terhanyut dalam khusyuknya doa. Sementara itu, bendungan air matanya jebol. Seraya menatap salib di dinding gereja, ia mencanangkan ikrar akan memulihkan relasinya yang terkoyak dengan sang suami selama dua tahun belakangan. Begitu suaminya beranjak dari rumah, Eva sontak mengusung persoalan ini ke pangkuan Tuhan. Seraya menunjukkan selembar surat dari suaminya itu ke arah salib di kamar tidurnya, ia mendaraskan doa. ”Nyatanya, Tuhan lekas bertindak,” ucap Eva mengenang peristiwa pada 29 Mei 1992 itu. Tak dinyana, putra keduanya Vadyan Pranata mengirim pesan kepada ayahnya melalui pager. ”Kalau Papa tidak pulang, malam ini juga rumah akan dibakar!” Ancaman itu sanggup menggoyahkan kekerasan hati sang ayah. Tak lama kemudian, Eddy menelepon ke rumah. Pekikan Vadyan merobek keheningan malam. ”Papa pulang, korek api sudah ada di tanganku!” Selang beberapa waktu, Eddy tiba di rumah. Lantas, rekonsiliasi mulai bertaut di antara mereka. Sejak itu, perlahan-lahan koreng di batin Eva mengering. ”Padahal, sudah tiga kali suami mau menceraikan saya,” kata warga Paroki St Monika, Serpong, Tangerang ini seraya menyapu pandangan. Pengalaman itu membuat Eva dan Eddy mulai menanggalkan ego masing-masing. Seiring waktu, mereka berkarya di bidang pewartaan. Menanggung cibiran Sikap Eddy, sebelum pertobatannya, bermuasal dari realita kelabu yang berliku. Ia lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang tak berpunya. Ayahnya pegawai negeri berpangkat rendah. Alhasil, keluarganya kerap menanggung cibiran dari orang-orang di sekitarnya. Pengalaman kelam itu membuahkan pemikiran ekstrem di benak Eddy: hanya orang kaya dan bertitel yang dihormati. ”Akibatnya, saya gila cari uang dan gila sekolah,” kenang Eddy. Setelah lulus dari Jurusan Kimia Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Eddy mempersunting Eva. Sewaktu putra pertamanya, Jovian Pranata masih orok, Eddy sudah keburu memburu gelar kesarjanaan lainnya. Ia menimba ilmu di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kesibukan kuliah dan mengejar harta membuat keluarganya terbengkalai. Selain berbisnis, Eddy mengajar di Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Ia juga giat memberikan pelatihan-pelatihan kepada para perwira Angkatan Laut.
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
”Saya menjadi dosen bukan karena dedikasi tetapi karena ingin menjaring relasi bisnis,” ucap Eddy. Dari hari ke hari, benak Eddy dijejali ambisi. Ia pun mengepakkan sayap bisnis dengan mendirikan empat perusahaan di bidang farmasi dan perdagangan. ”Karena banyak uang, saya lupa diri hingga ada perempuan lain dalam hidup saya,” kata Eddy terus terang. Sementara itu, Eva terbenam dalam rutinitas rumah tangga. Kesehariannya kerap bergelimun kejenuhan. Tak jarang suaminya tak pulang ke rumah. Sulur wasangka pun menjurai di benaknya. ”Anehnya, setiapkali suami melakukan sesuatu, saya memperoleh tanda melalui mimpi,” tukas Eva. Pertengkaran demi pertengkaran pun meletup membuat batin Eva penat. Meski demikian, keinginannya bersulang kasih dengan suaminya tak beringsut. Secara sistematis Setelah berbaikan, Eddy dan Eva mengikuti Retret Penyembuhan Luka Batin yang diselenggarakan oleh Pastor Yohanes Indrakusuma OCarm di kawasan Bogor. Selanjutnya, mereka rajin hadir dalam persekutuan doa. Setahun berselang, Eddy menjadi Koordinator Persekutuan Doa Stasi Pulo Gebang, Jakarta Timur. ”Tuhan menangkap saya secara sistematis,” tegas Eddy. Sementara itu, satu per satu perusahaan-perusahaan Eddy ambruk sehingga banyak waktu luang untuk melayani. ”Awalnya, kami mendirikan persekutuan doa di lingkungan supaya banyak rumah tangga yang berantakan seperti yang kami alami bisa diselamatkan,” ungkap penggiat persekutuan doa ini. Kerinduan akan Tuhan yang menggebu menuntun pasutri ini mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi di Paroki St Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ternyata, kursus itu belum memuaskan dahaga rohani mereka. Selanjutnya, mereka mengikuti Trainer’s Course di Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah. Selain itu, Eddy dan Eva juga memperluas wawasan dengan mengikuti kursus-kursus Kitab Suci yang dipandu oleh Pastor Tom Jacobs SJ (Almarhum). ”Berbarengan dengan itu, saya menjadi Ketua Persekutuan Doa Karismatik Katolik Dekanat Jakarta Timur,” urai Eddy. Tak lama berselang, Eddy bergabung dalam Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik-Keuskupan Agung Jakarta (BPK PKK-KAJ). Tahun 1998, Eddy menjadi Kepala Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah. Setahun kemudian, Eddy menjadi Ketua Bidang Evangelisasi di BPK Harian. ”Dengan kondisi demikian, tentu saja saya tidak bisa berbuat macam-macam lagi,” kata Eddy seraya melepas tawa. Belakangan, Eddy menjadi Wakil Koordinator Umum BPK PKK-KAJ. ”Karena tugas di bidang pembinaan BPK, saya sering diminta membina tim-tim persekutuan doa. Di samping itu, saya juga mengajar di Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah,” imbuhnya. Ikut mewartakan Seiring waktu, kebersamaan dengan sang suami dalam pelayanan mengantar Eva menjadi pewarta. Seperti Eddy, Eva juga menjadi pengajar di Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah. Selain itu, ia juga mewartakan dalam berbagai kesempatan, seperti dalam persekutuan doa, pendalaman iman, dan juga Kursus Persiapan Perkawinan.
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Eva seakan bermetamorfosis. Sosok yang semula pemalu berganti menjadi pewarta yang sanggup bicara di hadapan banyak orang. ”Padahal, dulu saya ini susah bicara. Jika diajak suami menghadiri pertemuan dengan klien, saya minder,” ungkapnya. Ia yakin, kemampuannya mengajar merupakan anugerah Tuhan. ”Tuhan memampukan kami mengajar,” timpal Eddy. Sejak tahun 1996, Eva kerap memimpin rombongan ziarah ke gua-gua Maria di Jawa Barat, Jawa Tengah, Medan, Bangka, Batam, Manado, dsb. ”Sejak pertama kali berziarah ke Sendangsono saya sudah terkesan. Waktu itu, saya minta didoakan oleh Bunda Maria agar suami bertobat,” kenangnya. Setelah kekerasan hati suaminya luluh, Eva membawanya berziarah ke Sendangsono tahun 1992. Selang setahun, Eva bersama suami dan kedua putranya berziarah ke Lourdes dan Tanah Suci. ”Meski uang simpanan kami habis karena biayanya besar sekali, saya tak peduli,” lanjut Eva. Kegemarannya membawa rombongan ziarah membuat Eva mandiri. Bila awalnya, ia masih ditemani suaminya memimpin rombongan, belakangan ia melakukannya sendiri. Biasanya ia bekerjasama dengan travel biro yang mengoordinir tetek-bengek ziarah. ”Dulu, saya memimpin satu bus rombongan, sementara suami juga memimpin satu bus rombongan.” Belakangan, aktivitas rohani Eddy kian membukit sehingga tak mungkin lagi ia membawa rombongan ziarah. Eva mengaku, tidak menggalang dana dalam memimpin ziarah. Semua semata karena devosinya yang mendalam kepada Bunda Maria. ”Kalau ada kelebihan uang, saya serahkan kepada Gereja,” akunya. Meraih tangan Awalnya, Eddy sempat risih dibuntuti istrinya dalam tugas-tugas pewartaan. ”Sepertinya dia mau mengontrol saya,” kilahnya. Namun, lamakelamaan ia justru merasa nyaman didampingi Eva. ”Sekarang kalau bertugas sendiri, saya malah canggung. Apalagi, orang-orang selalu menanyakan istri saya.” Karena mendalami Kitab Suci dan melayani bersama, Eddy dan Eva membiasakan diri berhimpun dalam doa dan diskusi di rumahnya. Tak jarang terjadi gesekan pendapat di antara keduanya. ”Berbeda pendapat itu biasa,” beber Eddy. Meski demikian, mereka sepakat mewartakan bersama jika waktunya memungkinkan. Ketika anak-anaknya masih remaja, tak jarang Eddy dan Eva membawa mereka dalam persekutuan doa. ”Adakalanya kami melantunkan pujipujian bersama,” tambah Eva. Kadang anak-anak mereka terlibat dalam kepanitiaan acara rohani yang diselenggarakan oleh Eddy dan Eva. ”Mewartakan itu membawa sukacita. Ada kebahagiaan tersendiri membagikan pengalaman akan Tuhan,” lanjut Eddy dengan paras berseri-seri. Itu sebabnya, keletihan tak kuasa menderanya kendatipun ia baru tiba di rumah setelah rembulan lindap dari hamparan cakrawala. Keinginan bisa mewartakan Tuhan bersama sang istri, nyatanya tak pernah lekang. Setiapkali menerima komuni, Eddy menggenggam tangan istrinya. Dalam hati, ia memadahkan permohonan, ”Tuhan, pakailah kami berdua sebagai saluran berkat-Mu...”
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7 Markus 10:1-12 PERCERAIAN 10:1. Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula. 10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" 10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?" 10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." 10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. 10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, 10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, 10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. 10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." 10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. 10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. 10:12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."
(12)