PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA BAGI SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 DEPOK
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Oleh: Dwi Rahmawati Hanung Puguh Wijayanti 101224051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Motto Jangan pernah menyesal dengan keputusan yang telah kau ambil, sebenarnya tak ada keputusan yang baik atau buruk. Tinggal bagaimana manusia itu membuat pilihan tersebut menjadi baik atau buruk. (Anonim) Perjuangkanlah hal yang menurutmu membahagiakan karena bahagiamu ditentukan oleh dirimu sendiri bukan orang lain. (Dwi Rahmawati Hanung Puguh W)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persembahan Skripsi ini saya persembahkan untuk: Orang tua tersayang Hadi Suharso dan Suryatijah Terimakasih atas semua yang kalian berikan, walaupun semua tak pernah sesuai dengan apa yang sewajarnya tapi saya tetap bangga dengan kalian.
Iwan Risnanto Yang penuh sabar, setia, sayang, dan pengertian menemani saya selama ini dan sampai selamanya.
Alfadeo Rizky Anthony Faith Malaikat kecilku yang selalu memberikan motivasi dengan tingkahnya yang pintar, lucu, menggemaskan, dan terkadang menjengkelkan.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 September 2015 Penulis
Dwi Rahmawati Hanung Puguh Wijayanti
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama
: Dwi Rahmawati Hanung Puguh Wijayanti
Nomor Mahasiswa
: 101224051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA BAGI SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 DEPOK
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal : 21 September 2015 Yang menyatakan,
Dwi Rahmawati Hanung Puguh Wijayanti
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Wijayanti, Dwi Rahmawati Hanung Puguh. 2015. Pengembangan Materi Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Depok. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa kelas X. Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2 Depok yang berjumlah 57 siswa. Penelitian ini diawali dengan analisis kebutuhan siswa dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan wawancara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah produk berupa pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia. Produk ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu 1) observasi dan pengumpulan data di lapangan, 2) membuat desain produk, 3) penilaian desain produk oleh ahli, 4) melakukan uji coba produk di lapangan. Uji coba produk dilakukan untuk mendapatkan masukan dan saran terhadap produk pengembangan, dan 5) revisi produk. Penilaian ahli merupakan cara untuk mengetahui kualitas dari hasil pengembangan materi ini. Penilaian yang digunakan meliputi aspek 1) ketepatan pilihan kata, 2) keefektifan kalimat dalam media, 3) penggunaan bahasa yang mudah dipahami, 4) kejelasan petunjuk dalam setiap kegiatan, 5) kesesuaian materi dengan kompetensi dan indikator, 6) kemenarikan urutan materi sehingga mudah untuk dipahami, 7) kemenarikan ilustrasi media, 8) kemenarikan komposisi huruf, tata letak dan warna dalam media, 9) kebermanfaatan media, dan 10) variasi model latihan. Nilai pada poin 4, 9, dan 10 mendapat nilai „baik sekali‟, poin 1,2,3,5,6, dan 8 mendapat nilai „baik‟, dan poin 7 mendapat nilai „kurang baik‟. Hasil dari uji coba di lapangan dan validasi produk tersebut menyatakan bahwa, materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia ini layak dan baik untuk digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas X.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Wijayanti, Dwi Rahmawati Hanung Puguh. 2015. Development of Learning Material on the Politeness of Using Indonesian Language for Grade X Students of SMK Negeri 2 Depok. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. This research reviewed the development of learning material on the politeness of using Indonesian language for grade X students. The research subjects were 57 students of SMK Negeri 2 Depok. This research began with a need analysis of the students by using questionnaire, observation, and interview. The objective of this research was to develop a product in the form of the development of learning material on the politeness of using Indonesian language. The product was developed through several stages: 1) observation and data gathering in the field, 2) making the product design, 3) assessment of the product design by expert, 4) conducting trial of the product in the field. The trial of the product was conducted to obtain feedback and suggestions for product development, and 5) revision of the product. Expert‟s assessment was a way to see the quality of the result of the material development. The used assessment included several aspects: 1) appropriateness of diction, 2) effectiveness of sentences in media, 3) use of easily understood language, 4) clarity of instruction in each activity, 5) suitability of the material with the competence and indicators, 6) attractiveness of the material sequence to be easily understood, 7) attractiveness of the media illustration, 8) attractiveness of the letter composition, layout and color in the media, 9) usefulness of the media, and 10) variation of the exercise model. Value at points of 4, 9 and 10 scored 'very good', points of 1,2,3,5,6 and 8 scored 'good', and point of 7 scored 'not good'. The result of the trial in the field and the validation of the product showed that the learning material on politeness of using Indonesian language was feasible and good to be used for teaching grade X students.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan berkat-Nya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Pengembangan Materi Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Indonesia Bagi Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Depok”, ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan memberi dorongan serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini. 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. 3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen
pembimbing
pertama yang
dengan sabar dan bijaksana membimbing, menuntun, dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua yang dengan sabar dan bijaksana membimbing, menuntun, dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Robertus Marsidiq karyawan sekretariat PBSI yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSI sampai dengan menyelesaikan skripsi ini. 6. Ayahku tercinta Hadi Suharso dan Ibuku tersayang Suryatijah yang penuh kasih sayang mendukungku, menuntunku dengan penuh perhatian, serta selalu mendoakan dan memfasilitasi penulis. 7. Iwan Risnanto dan Alfa Deo Rizky Anthony Faith yang menyemangati, menginspirasi dan selalu mendoakan penulis. 8. Sahabat-sahabatku Kristin Anggraeni, S.Pd., Beti Meliana Fitri, yang telah membantu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Walaupun demikian, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pengabdi pendidikan dan semua pemerhati pendidikan, terutama bagi penulis sendiri. Selamat membaca, memahami, dan mengkritisi.
Yogyakarta, 21 September 2015 Penulis,
Dwi Rahmawati Hanung Puguh Wijayanti
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................... …………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
ABSTRACT....................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR ISI MODUL…………………………………………………......
xiv
DAFTAR BAGAN .........................................................................................
xv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
4
1.5 Batasan Istilah ..........................................................................
5
1.6 Sistematika Penulisan ..............................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
7
2.1 Penelitian yang Relevan ...........................................................
7
2.2 Landasan Teori ........................................................................
9
2.2.1 Pragmatik .............................................................................
9
2.2.2 Teori Tindak Tutur ..............................................................
10
2.2.3 Prinsip Kesantunan .............................................................
12
2.2.4 Etika Berbahasa dalam Kegiatan Bertutur ...........................
13
2.2.5 Kesantunan dalam Berbahasa Indonesia...............................
14
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.6 Penentu Kesantunan ............................................................
15
2.2.7 Indikator Kesantunan Berbahasa Indonesia .........................
16
2.2.8 Kurikulum 2013 ...................................................................
21
2.2.9 Materi Pembelajaran……………………………………….
25
2.2.10 Tipe-tipe Materi .................................................................
26
2.2.11 Unsur-unsur Pembelajaran ………………………………
27
2.2.12 Kerangka Berpikir…………………………………………
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
33
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................
33
3.2 Sumber Data .............................................................................
33
3.3 Data Penelitian .........................................................................
33
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................
33
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................
34
3.6 Teknik Analisis Data ...............................................................
34
3.7 Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) …………………...............................................
35
3.8 Prosedur Pembuatan Produk………………………………….
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN .......................
42
4.1 Deskripsi Data ..........................................................................
42
4.2 Analisis Data ............................................................................
44
4.2.1 Analisis Data Kuesioner ..................................................
44
4.2.2 Analisis Data Wawancara ...............................................
56
4.2.3 Analisis Data Observasi ..................................................
57
4.3 Pembahasan ..............................................................................
58
BAB V PENUTUP……………………………………………………………
66
5.1 Kesimpulan ..............................................................................
66
5.2 Implementasi ............................................................................
67
5.3 Saran .........................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
69
LAMPIRAN………… ....................................................................................
71
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI MODUL
Halaman Muka Kata Pengantar ……………………………………………………………….
i
Petunjuk Penggunaan Modul………………………………………………
ii
Daftar Isi……………………………………………………………………...
iii
BAB I…………………………………………………………………………
1
A. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar………………………………
1
B. Berbahasa Indonesia yang Santun…………………………………….
2
BAB II………………………………………………………………………..
4
BAB III……………………………………………………………………….
6
BAB IV……………………………………………………………………....
8
BAB V……………………………………………………………………….
10
BAB VI………………………………………………………………………
13
BAB VII……………………………………………………………………..
15
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................
30
Bagan 3.1 Prosedur Pembuatan Produk ......................................................
37
Bagan 3.2 Pengembangan Modul Kesantunan Siswa .................................
40
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Penggunaan Bahasa yang Beraura Santun .................................
45
Tabel 4.2 Penggunaan Bahasa dalam Pergaulan ........................................
47
Tabel 4.3 Penggunaan Maksim Kerendahan Hati ......................................
50
Tabel 4.4 Penggunaan Maksim Kebijaksanaan ..........................................
51
Tabel 4.5 Penggunaan Maksim Kemurahan Hati .......................................
53
Tabel 4.6 Penggunaan Maksim Kesetujuan ...............................................
54
Tabel 4.7 Penggunaan Maksim Penerimaan .............................................
56
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi dalam masyarakat yang paling utama.
Dengan bahasa orang dapat menyampaikan pesan kepada orang lain. Tarigan (1994:2) menyatakan keterampilan berbahasa terdapat empat aspek, yaitu berbicara, membaca, menulis, dan mendengarkan. Gorys Keraf (1991:6) menyatakan dalam berbahasa tergantung pada medium yang dipakai dan relasi antara partisipan yang terlibat dalam tuturan. Terdapat dua ragam dalam berbahasa, yaitu ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan. Seperti yang kita ketahui, ragam lisan merupakan ragam bahasa yang diucapkan secara langsung oleh penutur kepada lawan tutur. Sedangkan, ragam bahasa tulis merupakan ragam bahasa yang tertulis seperti buku, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang mempunyai beberapa pedoman penulisan pada setiap ragam tulis. Mengungkapkan gagasan tulis tidaklah mudah karena dalam bahasa tulis tidak terdapat intonasi, gerak-gerik ataupun mimik yang dapat membantu pemahaman terhadap isi atau gagasan yang diungkapkan oleh penulis. Oleh karena itu, bahasa tulis harus lebih baik dan lebih jelas daripada bahasa lisan. Tulisan merupakan media komunikasi antara penulis dan pembaca. Penulis mengungkapkan ide, maksud, tujuan, gagasan ke dalam bentuk wacana atau tulisan. Selanjutnya, pembaca menafsirkan apa makna yang tersirat dari wacana atau tulisan tersebut.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Ragam bahasa tulis maupun lisan tentu tidak akan lepas dari aspek kesantunan. Dalam aspek ini kesantunan sangat diperhatikan karena berpengaruh terhadap interaksi sosial penutur dan lawan tutur. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat dan dipergunakannya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Apabila bahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, ia akan mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai orang yang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak berbudaya. Cara berbahasa yang baik sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi (penutur dan mitra tutur) demi kelancaran komunikasi. Oleh karena itu, masalah ini harus mendapatkan perhatian, terutama dalam proses belajar mengajar bahasa. Dengan mengetahui tatacara berbahasa diharapkan orang lebih bisa memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi karena hal tersebut bertujuan mengatur serangkaian hal berikut. 1. Apa yang sebaiknya dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu. 2. Ragam bahasa apa yang sewajarnya dipakai dalam situasi tertentu. 3. Kapan giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan. 4. Bagaimana sikap dan gerak-gerik ketika berbicara. 5. Kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan. Banyak ahli yang menyatakan teori kesantunan berbahasa. Diantaranya adalah Grice (1975:45). Ia menyatakan setiap penutur harus menaati empat maksim kerjasama, yaitu: maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
maksim pelaksanaan. Austin (dalam Nababan,1987), menyatakan ujaran terbagi menjadi dua jenis yaitu: ujaran konstantif dan ujaran performatif. Sedangkan, Searle (dalam Rahardi,2005), membagi tuturan menjadi lima macam yaitu: asertif, direktif, ekspresif, komisif, deklaratif. Berbahasa yang baik adalah ketika kita dapat berbahasa dengan baik dan benar. Berbicara yang baik dapat terlihat ketika mitra tutur dapat mengerti secara jelas apa yang kita bicarakan, dan tentunya tidak membuat mitra tutur menjadi rendah diri. Disini kesantunan menjadi perlu dalam sebuah tuturan dengan mitra tutur. Dewasa ini perilaku berbahasa yang baik belum terdapat pedoman pasti. Namun, cara berbahasa yang baik sudah tersosialisasikan secara luas di kalangan masyarakat. Dengan pembelajaran kesantunan berbahasa yang dikolaborasikan dengan pelajaran Bahasa Indonesia di dalam kelas dapat meningkatkan kesantunan berbahasa siswa di sekolah. Di dalam sebuah pembelajaran di kelas, terkadang ada siswa yang berbicara atau bertanya kurang santun terhadap gurunya (biasanya guru tersebut yang tidak disukai siswa). Sehingga terkesan murid kurang menghargai guru yang sedang mengajar di kelas tersebut. Sehingga, materi kesantunan yang ada perlu dikembangkan dan ditingkatkan di sekolah yang nantinya dapat digunakan tidak hanya di lingkungan sekolah, namun dapat digunakan di lingkungan masyarakat. Pengembangan materi kesantunan ini selain dapat meningkatkan kualitas tuturan antara penutur dan mitra tutur juga merupakan target dalam kurikulum baru (2013) tentang aspek sikap sosial dan keterampilan. Di sekolah khususnya SMK yang pada dasarnya siswa yang dipersiapkan langsung untuk dunia kerja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
tentu membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk terjun di dunia kerja (sosial). Kesantunan berbahasa tentu sangat diperlukan untuk membuat orang lain (atasan atau sesama karyawan) senang dan tidak merasa rendah diri ketika sedang terlibat percakapan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian pengembangan ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuannya adalah ingin mengembangkan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK. 1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak.
1. Bagi guru bahasa Indonesia, sebagai bahan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh kesantunan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran. 2. Bagi mahasiswa dan calon guru bahasa Indonesia, sebagai bahan pertimbangan dan renungan dalam melakukan komunikasi di dalam kelas, sehingga kegiatan komunikasi dapat berjalan secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan 3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi atau bandingan untuk melakukan penelitian lain yang mengambil objek kemampuan berbahasa dan penguasaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
tingkat kesantunan, agar penelitian yang hendak dikaji memiliki ciri dan kekhasan tertentu. 4. Bagi siswa, sebagai upaya peningkatan kemampuan berbahasa santun yang selama ini terabaikan, dan meningkatkan kualitas diri dan kualitas pembelajaran di kelas. 5. Bagi peneliti, sebagai salah satu bagian dari syarat penyelesaian perkuliahan dan tugas akhir. 1.5 Batasan Istilah Pembahasan dalam penelitian ini hanya mencakup beberapa hal saja. Oleh karena itu, penulis mencantumkan batasan istilah yang dipakai supaya pembahasan dalam penelitian ini tidak melebar dan meluas sehingga mudah dimengerti para pembaca. 1. Pengembangan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pengembangan berarti proses atau cara perbuatan mengembangkan. Pengembangan bahasa ditujukan untuk meningkatkan kualitas bahasa agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan komunikasi dalam masyarakat. 2. Kesantunan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kesantunan berasal dari kata dasar santun yang berarti halus dan baik ( budi bahasanya, tingkah lakunya).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
3. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran merupakan materi minimal yang dipersiapkan untuk para pengajar dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik (Anitah:2010:1). 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pada bab I akan diuraikan tentang pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi kajian pustaka, yang terdiri dari: penelitian yang relevan dan landasan teori. Bab III berisi tentang metodologi penelitian, yang terdiri dari: jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uraian produk penelitian, dan analisis data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian, dan pembahasannya. Bab V berisi tentang penutup, yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Ada empat penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang pertama dilakukan oleh M.T. Oktaviani Pratiwi pada tahun 2010 dalam skripsinya yang berjudul “Kesantunan Berbahasa Elit Politik Dalam Tayangan di Metro TV: Today’s Dialogue dan SaveOur Nations”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tuturan yang tidak santun, bentuk tuturan yang santun, indikator tuturan yang santun, dan kaidah kesantunan berbahasa. Skripsi ini juga mendeskripsikan tentang kesantunan berbahasa yang digunakan oleh elit politik. Hasilnya peneliti menemukan bahwa sebagian tuturan elite politik belum menggunakan bahasa yang santun. Penutur melakukan pelanggaran terhadap kaidah-kaidah kesantunan berbahasa. Pelanggaran yang paling menonjol adalah pelanggaran konsep muka positif. Penelitian kedua dilakukan oleh Ayuningtyas Kusumastuti pada tahun 2010 dalam skripsinya yang berjudul Kesantunan Berbahasa Indonesia Pembawa Acara Stasiun Televisi Swasta Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan keteraturan pembawa acara televisi dalam merealisasikan kesantunan tuturan. Hasilnya peneliti menemukan enam kelompok tuturan santun pembawa acara televisi, kemudian empat strategi yang digunakan para pembawa acara untuk mewujudkan tuturan santun tersebut, dan peneliti menemukan penanda bahasa verbal dan nonverbal yang menunjukkan kesantunan berbahasa para pembawa acara televisi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Yohanes Supriyantono pada tahun 2011 dalm skripsinya yang berjudul Kesantunan Menyuruh, menolak, dan Menerima Suruhan Dalam Bahasa Indonesia Antara Guru Dan Murid Di SMP Sanjaya Girimulyo. Skripsi ini mempunyai tujuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah bagaimanakah kesantunan menyuruh, menerima, dan menolak antara guru dan murid dalam bahasa Indonesia. Hasilnya peneliti menemukan bahwa kesantunan berbahasa Indonesia dalam bentuk kalimat imperatif dapat diwujudkan dengan penanda kesantunan mari, ayo, tolong, sebaiknya, silakan, dimohon, diminta, dan diharap. Kesantunan berbahasa Indonesia dalam bentuk kalimat interogatif ditandai oleh penggunaan modalitas, kata tanya, dan kata negative tidak. Kesantunan berbahasa Indonesia dalam kalimat deklaratif ditandai oleh pernyataan keadaan tertentu, kebutuhan bagi penutur, pernyataan senang penutur, dan kalimat definitif. Penelitian keempat dilakukan oleh Weny Anugraheni pada tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul Jenis Kesantunan Dan Penyimpangan Maksim Kesantunan Dalam Tuturan Imperatif Guru Kepada Siwa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi ini mempunyai tujuan untuk menjawab dua pertanyaan yaitu jenis kesantunan apa yang terdapat dalam tuturan imperatif guru kepada siswa dan jenis penyimpangan maksim kesantunan apa saja yang terdapat dalam tuturan imperatif yang diucapkan guru kepada siswa. Hasil pertama dari penelitian tersebut yaitu terdapat dua jenis kesantunan dalam tuturan imperatif yaitu jenis kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan deklaratif dan kesantunan pragmatik imperatif dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
tuturan interogatif. Hasil kedua peneliti menemukan lima penyimpangan maksim yang terjadi dalam tuturan imperatif yang dituturkan guru SMP Negeri 1 Pringsurat yaitu maksim kemurahan hati, maksim kebijaksanaan, maksim cara, maksim pemufakatan, dan maksim penghargaan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada spesifikasinya. Peneliti mengambil tema, pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia pada siswa SMK. 2.2
Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik Leech (dalam Nababan, 1987) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Bila dikaitkan dengan semantik, studi semantik bersifat komplementer yang berarti bahwa studi tentang penggunaan bahasa dilakukan baik sebagai bagian terpisah dari sistem formal bahasa maupun sebagai bagian yang melengkapinya. Levinson (dalam Nababan, 1987) menyatakan bahwa pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Sementara Parker (dalam Wijana, 1996) menyatakan “Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of languange use to communicate”. Pragmatik akan selalu berhubungan dengan penutur dan makna yang dipengaruhi oleh situasi. Oleh karena itu, sebuah tuturan bisa memiliki makna yang berbeda dari makna secara semantis. Hal itu berarti bahwa makna dalam pragmatik bersifat eksternal karena dipengaruhi oleh konteks, sedangkan makna dalam semantik bersifat internal. Terjadinya perbedaan makna tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
disebabkan oleh konteks yang digunakan. Konteks yang dimaksud adalah ihwal siapa yang mengatakan, kepada siapa, tempat, dan waktu diujarkannya suatu kalimat,
anggapan-anggapan
mengenai
yang
terlibat
dalam
tindakan
mengutarakan kalimat. 2.2.2 Teori Tindak Tutur Austin (dalam Nababan, 1987) menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pernyataan tersebut kemudian mendasari lahirnya teori tindak tutur. Yule (2006) mendefinisikan tindak tutur sebagai tindakan yang dilakukan melalui ujaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan. Ada dua jenis ujaran menurut Austin (dalam Nababan, 1987), yaitu ujaran konstatif dan performatif. Ujaran konstantif ujaran yang tidak melakukan tindakan dan dapat diketahui salah-benarnya. Menurut Austin, ujaran konstantif adalah jenis ujaran yang melukiskan suatu keadaan faktual, yang isinya boleh jadi merujuk ke suatu fakta atau kejadian historis yang benar-benar terjadi pada masa lalu. Ujaran konstantif memiliki konsekuensi untuk ditentukan benar atau salah berdasarkan hubungan faktual antara si pengujar dan fakta sesungguhnya. Jadi, dimensi pada ujaran konstatif adalah benar-salah, contoh: “Kamu terlihat bahagia”. Ujaran performatif yaitu ucapan yang berimplikasi dengan tindakan si penutur sekalipun sulit diketahui salah-benarnya, tidak dapat ditentukan benar-salahnya berdasarkan faktanya karena ujaran ini lebih berhubungan dengan perilaku atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
perbuatan si penutur, contoh: “Dengan ini Saudara saya nyatakan bersalah”. Dimensi pada ujaran performatif adalah senang-tidak senang. Selanjutnya, Searle (dalam Rahardi, 2005) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut. a. Asertif (Assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), menbual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming). b. Direktif (Directives), yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan (orderin), memerintah (commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending). c. Ekspresif (Expressives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan,
misalnya
berterima
kasih
(thanking),
memberi
selamat
(congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blambing), memuji (praising), berbelasungkawa (condoling). d. Komisif (Commissives), yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
e. Deklarasi (Declarations), yakni bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan
dengan
kenyataan,
misalnya
berpasrah
(resigning),
memecat
(dismissing), membaptis (chistening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommicating), dan menghukum (sentencing). 2.2.3 Prinsip Kesantunan Pertuturan akan berlangsung dengan baik apabila penutur dan mitra tutur dalam pertuturan itu menaati prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech (1983). Tuturan yang santun menurut Leech, ditandai oleh adanya enam maksim yang menyertainya sebagai berikut. a. Maksim kebijaksanaan Maksim ini menggariskan bahwa setiap pertuturan harus meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. b. Maksim penerimaan Maksim ini menghendaki setiap peserta pertuturan hendaknya memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri. c. Maksim kemurahan hati Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat pada orang lain. d. Maksim kerendahan hati Maksim ini menuntut setiap peserta tuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
e. Maksim kesetujuan Maksim ini menghendaki agar setiap penutur dan lawan tutur memaksimalkan kesetujuan diantara mereka, dan meminimalkan ketidaksetujuan diantara mereka. f. Maksim simpati Maksim ini mengharuskan setiap penutur untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Teori Leech (1983) menyebutkan ada enam maksim kesantunan. Namun pada penelitian dan pembuatan materi ajar peneliti meyebutkan lima maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan hati, maksim kerendahan hati, dan maksim kesetujuan. 2.2.4 Etika Berbahasa dalam Kegiatan Bertutur Kesantunan berbahasa erat kitannya dengan substansi bahasanya, sedangkan etika berbahasa selalu erat kaitannya dengan perilaku atau tingkah laku dalam bertutur. Geertz (dalam Chaer, 2010) mengatakan bahwa sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya itu disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Etika berbahasa berhubungan dengan norma-norma sosial dan sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Berbahasa akan mengatur kita dalam hal apa yang harus dikatakan pada seseorang lawan tutur pada waktu dan keadaan tertentu berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu, ragam bahasa yang paling wajar digunakan dalam waktu dan budaya tertentu, kapan dan bagaimana kita menggunakan waktu untuk menyela atau bergantian berbicara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
dengan lawan tutur, kapan kita harus diam dan mendengarkan tuturan mitra tutur, dan bagaimana kualitas suara dan gerak fisik kita ketika berbicara. 2.2.5 Kesantunan dalam Berbahasa Indonesia Secara singkat ada beberapa kaidah yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan tuturan kita agar terdengar santun oleh pendengar atau lawan tutur kita, diantaranya sebagai berikut. a. Formalitas, artinya ketika bertutur dengan mitra tutur kita hendaknya jangan memaksa atau jangan angkuh. b. Ketidaktegasan, artinya kita harus membuat tuturan yang sedemikian rupa agar lawan tutur kita dapat menemukan pilihan (option). c. Kesamaan atau kesekawanan, artinya kita harus bertindak seolah-olah kita dan mitra tutur kita menjadi sama atau mitra tutur menjadi senang. Santun atau tidaknya tuturan kita dapat dilihat dari penggunaan bahasanya. Bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang berupa rangkaian kata – kata atau tuturan yang membentuk wacana / teks baik lisan maupun tertulis. Sedangkan bahasa non verbal adalah bahasa yang dinyatakan berupa tindakan, kinesik, kinestetik, gestur, nada, mimik, dan sebagainya ketika seseorang sedang berbicara. Dalam berbahasa kita akan terlihat santun apabila pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa yang kita gunakan
tepat.
Pilihan
kata
mengungkapkan
makna
dan
adalah maksud
ketepatan dalam
pemakaian
konteks
kata
tertentu
untuk
sehingga
menimbulkan efek pada mitra tutur. Sedangkan yang dimaksud dengan gaya bahasa dalam tuturan yaitu kesanggupan penutur menggunakan gaya bahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
bukan hanya sekedar untuk mengefektifkan maksud pemakaian bahasa, melainkan juga memperlihatkan keindahan tuturan dan kehalusan budi bahasa penutur. 2.2.6 Penentu Kesantunan Seperti diungkapkan oleh Pranowo (2009), kesantunan berbahasa ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut. a. Faktor Penentu Kesantunan Faktor penentu kesantunan adalah segala hal yang dapat mempengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun atau tidak santun. Aspek penentu kesantunan dalam bahasa verbal lisan antara lain meliputi aspek intonasi, aspek nada bicara, aspek pilihan kata, dan aspek struktur kalimat. Faktor penentu kesantunan yang dapat diidentifikasi dari bahasa verbal tulis yaitu pilihan kata (diksi) yang berkaitan dengan nilai rasa, panjang pendeknya struktur kalimat, ungkapan, gaya bahasa, dan sebagainya. Ketika seseorang berkomunikasi tidak hanya memperhatikan faktor kebahasaan, namun juga faktor non kebahasaan yang diantaranya adalah sikap penutur terhadap mitra tutur, pranata sosial budaya masyarakat, topik yang dibicarakan, dan konteks yang menjadi bahan tuturan. b. Faktor yang dapat Menggagalkan Komunikasi Banyak faktor yang menyebabkan komunikasi gagal mencapai tujuan, faktor penyebabnya antara lain; (a) mitra tutur tidak mempunyai informasi lama sebagai dasar memahami informasi baru yang disampaikan penutur, (b) mitra tutur tidak tertarik dengan isi informasi yang disampaikan oleh penutur, (c) mitra tutur tidak berkenan dengan cara penyampaian informasi penutur, (d) apa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
diinginkan atau diharapkan memang tidak ada atau tidak dimiliki oleh mitra tutur, (e) mitra tutur tidak memahami apa yang dimaksud oleh penutur, (f) ketika menjawab pertanyaan, mitra tutur justru melakukan kesalahan atau melanggar kode etik. c. Faktor Kebahasaan sebagai Penanda Kesantunan Faktor yang menentukan santun atau tidaknya pemakaian bahasa ditentukan oleh dua hal, yaitu faktor kebahasaan, dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan adalah faktor yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun nonverbal. d. Faktor Nonkebahasaan sebagai Penentu Kesantunan Faktor nonkebahasaan yang ikut menentukan kesantunan berbahasa yaitu topik pembicaraan dan konteks situasi komunikasi. Konteks situasi komunikasi adalah segala keadaan yang melingkupi teradinya komunikasi. Hal ini dapat berhubungan dengan tempat, waktu, kondisi psikologis penutur, respon lingkungan terhadap tuturan, dan sebagainya. 2.2.7 Indikator Kesantunan Berbahasa Indonesia Indikator adalah penanda yang dapat dijadikan penentu apakah pemakaian bahasa si penutur itu santun atau tidak. Penanda tersebut dapat berupa unsur kebahasaan maupun nonkebahasaan. Berikut indikator kesantunan menurut beberapa ahli, yaitu: a. Indikator Kesantunan Menurut Dell Hymes (1978) Dell Hymess (dalam Pranowo, 2005) menyatakan bahwa ketika seseorang berkomunikasi hendaknya memperhatikan beberapa komponen tutur yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
diakronimkan dengan istilah SPEAKING. Masing-masing huruf dalam akronim merupakan inisial dari istilah berikut. 1. (S) Setting and Scene
(latar) mengacu pada tempat dan waktu terjadinya
komunikasi. 2. (P) Participants (peserta) mengacu pada orang yang terlibat dalam komunikasi. 3. (E) Ends (tujuan komunikasi) mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi. 4. (A) Act Sequence (pesan yang ingin disampaikan) mengacu pada bentuk pesan yang ingin disampaikan dalam bahasa tulis atau bahasa lisan. 5. (K) Key (kunci) mengacu pada pelaksanaan percakapan. 6. (I) Instrument sesuatu yang mendukung maksud. 7. (N) Norms (norma) mengacu pada pranata sosial kemasyarakatan yang mengacu pada norma perilaku partisipan dalam berkomunikasi. 8. (G) Genres (ragam / register) mengacu pada ragam bahasa yang digunakan. b. Indikator Kesantunan Menurut Grice (2000) Grice menyatakan bahwa santun tidaknya pemakaian bahasa dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut. 1. Ketika berbicara harus mampu menjaga martabat mitra tutur agar tidak merasa dipermalukan. 2. Ketika berkomunikasi tidak boleh mengatakan hal–hal yang kurang baik mengenai mitra tutur atau orang atau barang yang ada kaitannya dengan mitra tutur. 3. Tidak boleh mengungkapkan rasa senang atas kemalangan mitra tutur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
4. Tidak boleh menyatakan ketidaksetujuan dengan mitra tutur sehingga mitra tutur merasa jatuh harga dirinya. 5. Tidak boleh memuji diri sendiri atau membanggakan nasib baik atau kelebihan diri sendiri. c. Indikator Kesantunan Menurut Leech (1983) Leech
memandang
prinsip
kesantunan
merupakan
“piranti”
untuk
menjelaskan mengapa penutur sering bertutur secara tidak langsung dalam mengungkapkan maksudnya. Tuturan dianggap santun jika ditandai dengan halhal berikut. 1. Tuturan dapat memberikan keuntungan kepada mitra tutur (maksim kebijaksanaan). 2. Tuturan
lebih
baik
menimbulkan
kerugian
pada
penutur
(maksim
kedermawanan). 3. Tuturan dapat memberikan pujian kepada mitra tutur (maksim pujian). 4. Tuturan tidak memuji diri sendiri (maksim kerendahan hati). 5. Tuturan dapat memberikan persetujuan kepada mitra tutur (maksim kesetujuan). 6. Tuturan dapat mengungkapkan rasa simpati terhadap yang dialami oleh mitra tutur (maksim simpati). 7. Tuturan dapat mengungkapkan sebanyak–banyaknya rasa senang pada mitra tutur (maksim pertimbangan). Menurut Kunjana (2005: 66-68), indikator kesantunan Leech terdapat lima macam diantaranya:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
1. Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk pada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya, semakin tuturan tersebut menguntungkan diri penutur, maka semakin dianggap tidak santunlah tuturan tersebut. 2. Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk pada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Semakin memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak maka semakin santunlah tuturan tersebut. 3. Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan, menunjuk pada langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan tersebut. Demikian sebaliknya, semakin tuturan bersifat tidak langsung, akan dianggap semakin santunlah tuturan tersebut. 4. Authority scale atau skala keotoritasan, menunjuk pada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak status sosial antara penutur dan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak status sosial antara keduanya, akan cenderung berkurang peringkat kesantunan tuturan yang digunakan. 5. Social distance scale atau skala jarak sosial, menunjuk pada hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
dekat jarak sosial diantara keduanya,tuturan yang digunakan akan cenderung kurang santunlah tuturan tersebut. Sebaliknya, semakin jauh jarak sosial antara keduanya maka cenderung semakin santunlah tuturan tersebut. d. Indikator Kesantunan Menurut Pranowo (2005) Indikator lain diungkapkan oleh Pranowo, bahwa agar komunikasi dapat terasa santun, tuturan ditandai dengan hal-hal berikut: 1. Perhatikan suasana perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan (angon rasa). 2. Pertemukan perasaan Anda dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan (adu rasa). 3. Jagalah agar tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan di hati (empan papan). 4. Jagalah agar tuturan memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur (rendah hati). 5. Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi (sikap hormat). 6. Jagalah agar tuturan selalu memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur (sikap tepa salira). Selain itu, indikator diatas juga dapat dilihat melalui pemakaian kata-kata tertentu sebagai pilihan kata yang dapat mencerminkanrasa santun, misalnya: 1.Gunakan kata „tolong‟ untuk meminta bantuan orang lain. 2.Gunakan frasa „terima kasih‟ sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
3. Gunakan kata „maaf‟ untuk tuturan yang diperkirakan menyinggung perasaan orang lain. 4. Gunakan kata „beliau‟ untuk menyebut orang ketiga yang lebih dihormati. 5. Gunakan kata „Anda‟ untuk menyebut orang lain yang belun dikenal. 2.2.8 Kurikulum 2013 (SMK) Kurikulum dikembangkan dan diterapkan secara periodik setiap tahunnya, ini berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang pesat. Dalam penyusunan kurikulum tersebut sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan nilai-nilai lokal dan nasional, melainkan harus dikembangkan dalam konteks internasional. Terdapat beberapa karakteristik kebaruan kurikulum 2013 diantaranya sebagai berikut. a. Cara pandang kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2013 mempunyai orientasi pada siswa, fokus pembelajaran terdapat pada siswa bukan pada guru. b. Menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) yang menekankan pada lima langkah, yaitu mengamati, menanya, menalar / mengumpulkan informasi, mencoba/eksperimen, dan komunikasi (lisan/tulis). c. Kurikulum 2013 juga memperkenalkan Kompetensi Inti yang terbagi menjadi empat, yaitu. c.1. KI 1 berisi tentang sikap religius c.2. KI 2 berisi tentang sikap sosial c.3. KI 3 berisi tentang pengetahuan faktual, konseptual, dll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
c.4. KI 4 berisi tentang keterampilan d. Penilaian kurikulum 2013 dilakukan untuk seluruh KI. KI 1 dan KI 2 dinilai menggunakan non tes (observasi, angket, dan skala sikap). Penilaian dengan tes biasanya digunakan untuk KI 3. Sedangkan, untuk KI 4 bisa menggunakan penilaian dalam bentuk tes maupun non tes (unjuk kerja, proyek, dan portofolio). e. Tugas guru dalam kurikulum 2013 disamping sebagai fasilitator juga menyusun RPP sedangkan silabus tidak disusun oleh guru tetapi disediakan oleh pemerintah. Pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, langkah-langkah pendekatan tersebut adalah: 1. Mengamati (observing) Pada proses mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik menjadi senang dan tertantang, mudah pelaksanaannya. Hal lain manfaat dari proses ini adalah untuk pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2. Menanya (questioning) Guru yang baik adalah guru yang mampu merangsang peserta didik untuk meningkatkan
dan
mengembangkan
ranah
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan. Saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing/memandu peserta didik belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
didik, pada saat itu ia mendorong muridnya untuk menjadi pembelajar yang baik. 3. Menalar (associating) Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi. Artinya, pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. 4. Mencoba (experimenting) Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus mencoba terutama untuk mater yang sesuai, mata pelajaran IPA misalnya. Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (a) persiapan, (b) pelaksanaan, (c) tindak lanjut. 5. Membentuk jejaring (networking) Jejaring pembelajaran disebut juga pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran dimana kewenangan guru lebih bersifat direktif, sebaliknya peserta didiklah yang harus lebih aktif. Pada kurikulum 2013 untuk siswa SMK terdapat beberapa KD yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa Indonesia. Ini terdapat pada setiap jenjang kelas di SMK, mulai dari kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Kelas X terdapat pada KI 2 (menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia), KD 2.4 (menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk bernegosiasi dalam perundingan). Kelas XI terdapat pada KI 2 (menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia), KD 2.4 (menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan paparan) dan KD 2.5 (menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggungjawab dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk menyampaikan penjelasan). Kelas XII terdapat pada KI 2 (menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia), KD 2.2 (menunjukkan perilaku tanggungjawab, peduli, dan santun
dalam
menggunakan
menyampaikan berita).
bahasa
Indonesia
untuk
memahami
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
2.2.9 Materi Pembelajaran Materi
pembelajaran
(instructional
materials)
adalah
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari peserta didik. Secara khusus, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai. Materi pembelajaran atau pokok-pokok materi perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam merinci atau menguraikan materi pembelajaran adalah menentukan jenis materi pembelajaran. Isi mata ajar memberikan informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan. Pada gilirannya, informasi menumbuhkan pengetahuan yang merupakan tata hubungan antara rincian fakta. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy). 1.Relevansi atau kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
2.Konsistensi atau keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi dua macam. 3. Adequacy atau kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum. 2.2.10 Tipe-tipe Materi Tipe-tipe materi pembelajaran dapat diklasifikasi
sebagai berikut.
1. Fakta Fakta adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama, objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. 2. Konsep Konsep adalah segala hal yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
3.Prinsip Prinsip dapat berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. 4. Prosedur Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. 5. Sikap atau Nilai Sikap merupakan hasil dari proses belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja. 2.2.11 Unsur-unsur Pembelajaran Unsur-unsur sebuah pembelajaran, menurut Martha Kaufeldt (2008) dalam buku Teachers, Change Your Bait! Brain – Compatible Differentiated Instruction (dalam Muhammad Faiq), terdapat 6 unsur dalam sebuah proses pembelajaran yaitu: (a) lingkungan fisik, (b) lingkungan sosial, (c) penyajian oleh guru, (d) konten atau materi pembelajaran, (e) proses pembelajaran, (f) produk pembelajaran. Martha Kaufeldt menyarankan dalam menentukan strategi-strategi pengajaran guru harus memperhatikan ke-6 unsur ini dengan baik dan mempertimbangkan keserasiannya dengan otak siswa. Strategi pengajaran terbaik tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal apabila diterapkan dalam lingkungan yang berlawanan dengan prinsip-prinsip cara otak siswa bekerja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Beberapa tips yang diberikan oleh Kaufeldt berkaitan dengan ke-6 unsur pembelajaran tersebut adalah: 1. Lingkungan Fisik a. Pertimbangkanlah bagaimana dampak-dampak yang akan muncul oleh adanya rangsangan lingkungan terhadap otak dan tubuh (fisik) siswa. b. Buatlah pengubahan tempat duduk dalam ruang kelas anda agar dapat mengakomodasi pilihan-pilihan yang diinginkan oleh siswa. c. Guru juga mengkaji kemungkinan-kemungkinan penggunaan tempat belajar (sumber belajar) lainnya selain dalam ruang kelas. 2. Lingkungan Sosial a. Kepada semua siswa, guru harus dapat memantapkan perasaan memiliki dan diikutsertakan dalam kelompok-kelompok belajar. b. Buatlah pengaturan terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai dalam kaitan pembentukan pasangan diskusi atau kelompok-kelompok belajar. Ini dpat membantu mengurangi kemungkinan stres pada siswa dn tentu saja lebih menghemat waktu. c. Guru harus mampu mengenali kelompok-kelompok belajar yang terbentuk secara natural di dalam kelas. Ini penting karena dapat membantu guru mengajar ulang atau mengelompokkan siswa-siswa berdasarkan minat mereka. 3. Penyajian oleh Guru a. Dalam menyajikan materi ajar, guru harus dapat menggunakan hal-hal baru yang dapat menarik perhatian siswa, dan mungkin dengan tambahan humor.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
b. Buatlah koneksi antara konsep dan keterampilan baru dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga membuat pembelajaran mereka menjadi kontekstual. c. Buatlah proses-proses pembelajaran dan penemuan dengan sebuah proyek, percobaan, eksperimen, atau pemanfaatan IT. 4. Konten atau Materi Pembelajaran a. Selalu menekankan arti konten, relevansi, dan manfaatnya sehingga siswa tertantang dan termotivasi untuk belajar. b. Buatlah siswa menjadi terpikat dengan materi ajar. Caranya dengan mengajarkan suatu wilayah spesifik secara lebih mendalam. c. Usahakan mengatur agar pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum itu cocok dan dapat memberi akomodasi kepada seluruh siswa dalam berbagai tingkatan dan kesiapan siswa yang berbeda-beda. 5. Proses Pembelajaran a. Dalam proses pembelajaran, masukkan beragam kegiatan dan refleksi agar terbangun ingatan jangka panjang. b. Susunlah secara harmonis peluang-peluang untuk pilihan dengan menggunakan berbagai tingkat kemampuan siswa sehingga mereka berkesempatan untuk sukses. c. Manfaatkan sumber-sumber teknologi yang ada untuk pengumpulan beragam informasi untuk mengintegrasikan pemahaman siswa. 6. Produk-Produk Pembelajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
a. Rancanglah urutan-urutan proyek sehingga memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan pemahamannya melaluipencapaian-pencapaian nyata. b. Berikan tugas-tugas, atau pertanyaan-pertanyaan pada level yang lebih tinggi (higher order thinking) dalam taksonomi Bloom. c. Rancanglah beragam produk dan tes bagi siswa untuk menunjukkan seberapa dalam pemahaman mereka akan suatu konten pembelajaran. 2.2.12 Kerangka Berpikir Pragmatik Kesantunan
Kurikulum
Pengembangan materi pembelajaran kesantunan Modul kesantunan Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji tentang pemakaian bahasa antara unsur bahasa itu sendiri dan pemakai bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kesantunan berasal dari kata dasar santun yang berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Sedangkan menurut Robin Lakoff (1973), kesantunan adalah sebuah tuturan yang tidak terdengar memaksa atau angkuh, tuturan memberi pilihan pada lawan tutur, dan lawan tutur menjadi senang. Bruce Fraser (1978), berpendapat bahwa kesantunan adalah properti yang diasosiasikan dengan tuturan dan di dalam hal ini menurut pendapan si lawan tutur, bahwa si lawan tutur tidak melampaui haknya atau tidak mengingkari dalam memenuhi kewajibannya. Kesantunan menurut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
Leech (1993), adalah sebuah tuturan dikatakan santun apabila memenuhi enam maksim yang termasuk dalam prinsip kesantunan. Maksim tersebut adalah kebijaksanaan, penerimaan, kemurahan, kerendahan hasil, kesetujuan, dan kesimpatian. Menurut Brown dan Levinson (1978), kesantunan itu berkisar atas nosi muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif mengacu pada citra diri setiap orang yang rasional, yang berkeinginan agar semua yang dilakukan, dimilikinya diakui oleh orang lain sebagai hal yang baik, menyenangkan, dan patut dihargai. Sebaliknya, muka negatif mengacu pada citra diri seseorang yang rasional yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan membiarkannya bebas melakukan tindakan atau bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Grice (1975), berpendapat kesantunan akan tercapai jika memenuhi empat maksim. Maksim tersebut adalah maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan pelaksanaan. Sedangkan Pranowo (2005), berpendapat bahwa kesantunan dapat dicapai ketika memperhatikan hal-hal berikut : (1) angon rasa, (2) adu rasa, (3) empan papan, (4) sifat rendah hati, (5) sikap hormat, dan (6) tepa selira (Abdul Chaer, 2010:45). Dari berbagai pengertian kesantunan bahasa yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesantunan adalah sebuah tuturan yang tidak terdengar memaksa atau angkuh, tuturan memberi pilihan pada lawan tutur, dan lawan tutur menjadi senang dan memenuhi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Kurikulum dikembangkan dan diterapkan secara periodik setiap tahunnya, ini berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
teknologi yang pesat. Sehingga diharapkan penggunaan kurikulum dapat membantu proses belajar siswa dengan lebih baik. Dari teori kesantunan yang telah ada dan kurikulum sebagai panduan pembelajaran maka disusunlah sebuah pengembangan pembelajaran kesantunan bahasa Indonesia bagi siswa. Sehingga dapat terwujud pembelajaran yang lebih baik dan santun, dan tercipta lingkungan komunikasi yang baik antara guru dan murid. Setelah pembelajaran di dalam kelas terwujud secara kondusif kemudian disusun modul untuk pembelajaran kesantunan bahasa Indonesia bagi siswa sebagai acuan dalam proses belajar dan mengajar di kelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan pembelajaran (Learning Development
Research).
Penelitian
ini
ingin
mengembangkan
materi
pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK, sehingga tuturan yang terjadi di dalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar dapat santun. 3.2
Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, peneliti
mengumpulkan data secara langsung dari sumber datanya. Subjek uji coba dari penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Yogyakarta, yang diwakili oleh kelas XII Teknik Pertambangan-A, yang berjumlah 29 siswa dan kelas XII Teknik Otomasi Industri, yang berjumlah 28 siswa, SMK Negeri 2 Depok, Yogyakarta. 3.3 Data Penelitian Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode (1) observasi (untuk mengumpulkan data yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
berkaitan dengan proses belajar mengajar), (2) analisis kebutuhan siswa, dan (3) wawancara dengan siswa dan guru. 3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan teknik wawancara dan angket. Analisis kebutuhan materi pembelajaran kesantunan.
Peneliti
membuat
rambu-rambu
wawancara
dan
observasi
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Instrumen tersebut dapat dilihat pada lembar lampiran. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada kajian analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis dengan rincian dan menjelaskan secara runtut keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat. Langkah teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Tahap tabulasi data Kegiatan pengolahan data diawali dengan tabulasi data dalam suatu tabel induk. b. Tahap identifikasi Peneliti melakukan identifikasi terhadap data yang telah terkumpul. c. Tahap interpretasi Pemaknaan temuan – temuan dalam penelitian. d. Tahap deskripsi Peneliti memaparkan hasil kajian yang telah dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
3.7 Metode Penelitian Dan Pengembangan (Research and Development) Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono,2010:408). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas. Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan produk tertentu untuk bidang pendidikan dan sosial masih rendah. Menurut ahli lain penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (Punaji,2010:196). Pengembangan dalam pengertian secara umum berarti pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolusi), dan perubahan secara bertahap. Selain itu, menurut Nana (2005) penelitian dan pengembangan adalah sebuah proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan
produk
yang
telah
ada,
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Produk tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras seperti buku, modul, dan sebagainya, tetapi bisa berbentuk perangkat lunak. Penelitian dalam bidang pendidikan umumnya tidak diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomenafenomena yang bersifat fundamental, serta praktik-praktik pendidikan. Berikut langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian pendidikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
3.7.1 Potensi dan Masalah Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan, masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Kenakalan remaja adalah salah satu contoh masalah dewasa ini. Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa ketidaksantunan atau ketidaksopanan antara guru dan murid. Sehingga potensi untuk memasukkan kesantunan berbahasa Indonesia dalam pembelajaran sangat perlu untuk dilakukan. 3.7.2 Pengumpulan Data Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan terkini, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. 3.7.3 Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan bermacammacam. Dalam dunia pendidikan, produk yang dihasilkan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pendidikan. Produk pendidikan misalnya buku ajar, modul, metode mengajar, kurikulum, dan lainnya. 3.7.4 Validasi Desain Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan menghadirkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. 3.7.5 Revisi Desain Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli, maka akan diketahui kelemahannya. Dari kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain oleh peneliti itu sendiri. 3.7.6 Uji Coba Produk Dalam bidang pendidikan desain produk bisa langsung diuji coba setelah divalidasi dan direvisi. Pengujian dilakukan untuk mendapatkn informasi apakah metode baru tersebut lebih efektif dibandingkan dengan metode mengajar yang lama. 3.7.7 Revisi Produk Desain metode belajar perlu direvisi agar kreatifitas murid dalam belajar meningkat. Setelah direvisi, maka perlu diuji coba pada kelas yang lebih luas. Setelah diperbaiki maka dapat diproduksi masal, atau digunakan pada lembaga pendidikan yang lebih luas. 3.7.8 Uji Coba Pemakaian Produk Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka produk baru tersebut dapat diterapkan dalam lingkup lembaga yang lebih luas. 3.7.9 Revisi Produk Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian di lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Tahap-tahap di atas apabila digambarkan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
Potensi dan Masalah
Pengumpulan data atau informasi
Desain produk
Uji coba produk
Revisi desain
Validasi desain
Uji coba pemakaian produk
Revisi produk
Revisi produk
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Produk 3.8 Prosedur Pembuatan Produk Pengembangan
materi
pembelajaran
kesantunan
berbahasa
Indonesia
didasarkan pada teori Sugiono (2010). Berdasarkan hasil analisis data di atas, peneliti mengembangkan produk dengan tahapan sebagai berikut. a. Melakukan observasi dan mengumpulkan data terhadap masalah ketidaksantunan di sekolah. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap masalah kesantunan siswa di SMKN 2 Depok. Peneliti menggunakan teknik observasi kelas, kuesioner, dan wawancara sebagai instrumennya. Teknik observasi kelas digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana interaksi kesantunan bahasa antara guru dan siswa, maupun siswa dan siswa yang terjalin selama proses belajar mengajar berlangsung. Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan angket kuesioner kepada seluruh siswa. Siswa diharapkan menjawab beberapa pertanyaan dengan mengisi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
kolom yang tersedia dengan jawaban yang sejujurnya, mengenai kesantunan bahasa yang mereka kuasai dan mereka pergunakan dalam percakapan sehari-hari, baik dikelas maupun dilingkungan sekolah. Langkah yang terakhir adalah wawancara dengan siswa dan guru. Langkah ini digunakan sebagai umpan balik dari langkah sebelumnya. Pada langkah wawancara ini peneliti melakukan cross check beberapa pertanyaan dari kuesioner bagaimana pendapat siswa dan guru mengenai kesantunan bahasa yang mereka ketahui. b. Membuat desain produk yang akan dihasilkan (modul). Berdasarkan langkah di atas, pada tahap ini peneliti membuat modul pembelajaran kesantunan berbahasa untuk siswa. c. Penilaian desain produk (modul). Pada tahap penilaian ini, modul dinilai oleh seorang ahli dibidangnya. Penilaian dilakuakan untuk mengetahui layak atau tidaknya modul tersebut digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan kesantunan berbahasa siswa. d. Revisi desain Bila modul belum layak dan belum memenuhi kriteria yang semestinya, maka dilakukan revisi. e. Melakukan uji coba produk (modul). Tahap selanjutnya adalah uji coba lapangan. Pada tahap ini modul yang telah dinilai oleh para ahli, dan direvisi menurut saran ahli diujicobakan dilapangan pada proses belajar mengajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
f. Revisi Produk
Dari hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh saran dan masukan agar modul yang dihasilkan nantinya dapat lebih baik. Setelah mendapat saran dan masukan, dilakukan revisi produk. g. Produk Akhir
Setelah dilakukan penilaian dari para ahli dan subjek lapangan maka modul tersebut dapat digunakan untuk sarana pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia. Prosedur pembuatan produk apabila disederhanakan dengan bagan akan tampak sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Observasi kelas Pengambilan data menggunakan analisis kebutuhan
Kuesioner Wawancara
Desain materi yang akan dipergunakan
Penilaian oleh para ahli
Konsultasi dengan para ahli
Revisi produk
Uji coba lapangan
Konsultasi dengan para ahli
Revisi produk
Produk akhir
Gambar 3.2 Bagan Pengembangan Modul Kesantunan Siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan materi kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK. Hal ini dilakukan karena belum ada penelitian sebelumnya yang membahas tentang kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK. Pengembangan kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK dirasa perlu karena akhir-akhir ini sering sekali terjadi tawuran antar pelajar atau bahkan antar sekolah, yang mungkin penyebabnya adalah sebuah celotehan atau gurauan antar siswa. Data diperoleh melalui penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 23-24 Januari 2015. Data dalam penelitian ini berjumlah 57 untuk kuesioner, 4 untuk wawancara, dan 2 untuk observasi. Ini terbagi atas siswa kelas XII Teknik Pertambangan-A berjumlah 29 siswa, dan siswa kelas XII Teknik Otomasi Industri berjumlah 28 siswa. Peneliti menggunakan metode observasi, analisis kebutuhan siswa, dan angket. Data dalam penelitian ini terdiri atas tiga macam. Data pertama berupa hasil kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan dan empat pilihan jawaban yaitu ya, tidak, sering, dan kadang-kadang. Dari data kuesioner tersebut akan dihitung jawaban terbanyak dari setiap pertanyaan yang diajukan. Jawaban tersebut nantinya akan menjadi acuan peneliti dalam menyusun sebuah bahan ajar yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa siswa. Hasilnya lebih dari 50% siswa terkadang siswa menggunakan Bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa gaul
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
serta bahasa daerah dalam berinteraksi dengan sesama teman di kelas maupun diluar kelas. Lebih dari 50% siswa dengan sengaja maupun tidak menyinggung perasaan dan mencela barang maupun orang lain. Sebagian besar dari siswa bahkan bisa dikatakan semunya telah menggunakan bahasa Indonesia dengan frasa atau kata yang beraura santun diantaranya tolong, maaf, dan terimakasih. Namun, kata „beliau‟ dan „Anda‟ masih belum digunakan untuk menyebut orang lain yang lebih dihormati. Siswa lebih cenderung berbicara secara langsung pada pokok permasalahan dibandingkan dengan berbicara secara panjang lebar. Kurang dari 50% siswa lebih suka berbicara secara langsung daripada berbicara lanjang lebar, sedangkan kurang dari 50% siswa yang lain masih suka berbicara secara tidak langsung. Data kedua berupa wawancara dengan guru dan siswa yang terdiri dari tiga pertanyaan. Data ini digunakan sebagai umpan balik (cross check) dari pertanyaan kuesioner yang diajukan kepada siswa. Sehingga diperoleh data yang akurat tentang permasalahan yang sedang diteliti.
Hasilnya siswa sebenarnya
mengetahui bahwa berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari itu sangat penting dilakukan dan bahasa merupakan sebuah identitas dari orang tersebut. Semakin santun bahasa yang digunakan, akan semakin dihargailah orang tersebut. Data ketiga berupa observasi kegiatan belajar-mengajar di kelas. Jika data pertama dan kedua bersumber langsung dari objek penelitian, maka data yang ini merupakan hasil dari pengamatan peneliti terhadap objek penelitian itu sendiri. Bagaimana mereka berinteraksi dengan teman dan guru di dalam kelas maupun diluar kelas. Dari observasi ini diperoleh data, di kelas siswa menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
bahasa yang kurang santun terhadap guru dan sesama siswa yang lain. Ketika siswa berbicara dengan sesama teman, dan menegur teman yang salah, dengan kata yang tidak santun seperti “goblok (bodoh)”, ada pula yang menyoraki teman yang mendapat nilai jelek, tak sedikit pula yang memenggal atau memotong kalimat teman atau guru yang sedang menjelaskan sesuatu. 4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Data Kuesioner Dewasa ini penggunaan bahasa yang santun cenderung kurang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam lingkungan pendidikan/sekolah. Siswa lebih cenderung mengikuti tren bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun. Bahasa yang tidak santun dapat berakibat lunturnya kepedulian antar sesama, bahkan akibat buruknya dapat menjadi sumber permusuhan dan perselisihan. Dari hasil angket, peneliti mengelompokkan hasilnya kedalam beberapa kolom sebagai berikut. 1. Penggunaan Bahasa yang Beraura Santun Santun atau tidaknya sebuah tuturan dapat dilihat dari bahasa yang digunakan oleh penutur dan lawan tuturnya. Bahasa yang santun dapat dilihat dari beberapa aspek pilihan kata dan kalimat yang digunakan, nada atau intonasi suara, dan gerak mimik wajah. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Tabel 4.1 Penggunaan Bahasa yang Beraura Santun No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Sering
Kadangkadang
1.
Apakah Anda selalu menggunakan kata „tolong‟ untuk meminta bantuan pada orang lain?
32
-
11
14
2.
Apakah Anda selalu menggunakan frasa „terima kasih‟ sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain?
41
-
10
6
3.
Apakah Anda selalu menggunakan kata „maaf‟ketika tuturanmu menyinggung perasaan orang lain?
35
1
9
12
4.
Apakah Anda selalu menggunakan kata „beliau‟ untuk menyebut orang ketiga yang lebih dihormati?
16
14
2
25
5.
Apakah Anda selalu menggunakan kata „Anda‟ untuk menyebut orang lain yang belum dikenal?
13
20
6
18
Dapat dilihat dari hasil kuesioner di atas, pada penggunaan kata yang beraura santun. Terdapat 14 siswa (56%) yang menjawab kadang-kadang ketika menggunakan kata „tolong‟ ketika mereka meminta bantuan pada orang lain. Jumlah ini masih lebih banyak dibanding dengan jawaban sering sebanyak 11 siswa (19%). Dari sini dapat kita katakan bahwa ada beberapa siswa yang masih belum menggunakan kata „tolong‟ untuk meminta bantuan pada orang lain. Ketika menginginkan bantuan dari orang lain seharusnya menggunakan kata “tolong”. Dengan menggunakan kata tersebut, orang lain yang membantu akan dengan sukarela dan senang hati membantu dibandingkan dengan langsung menyuruh tanpa mengucapkan kata „tolong‟
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Saat menerima bantuan dari orang lain kata “terima kasih” dapat mewakili atas jasa yang telah orang lain lakukan. Dengan demikian, mereka akan merasa dihargai atas apa yang dilakukan. Jika dilihat dari hasil kuesioner tersebut lebih dari (50%), atau sebanyak 41 siswa sudah melakukan hal tersebut. Setiap individu pasti pernah melakukan kesalahan, setiap kali bersalah kita pasti langsung meminta maaf agar kesalahan kita dapat diampuni dan tidak menimbulkan dendam. Namun tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Ini dibuktikan dari hasil kuesioner terdapat 1 siswa yang tidak menggunakan kata „maaf‟ ketika melakukan kesalahan. Siswa yang menjawab kadan-kadang sebanyak 12 orang (21%). Artinya, ada beberapa siswa yang dengan sengaja berbuat salah dan enggan untuk meminta maaf. Hal tersebut tentu bukan cerminan berbahasa Indonesia yang santun. Jika kondisi seperti ini masih dilakukan, ditakutkan
dapat
menimbulkan
tawuran
antar
pelajar,
kekacauan,
dan
kesalahpahaman. Begitupun dengan penggunaan kata sapaan „beliau‟ dan „Anda‟. Sebanyak 14 siswa (25%) tidak menggunakan kata tersebut untuk menyebut orang ke-3 yang lebih dihormati. Jumlah ini mempunyai selisih sedikit dengan siswa yang menggunakan kata sapaan tersebut untuk menyebut orang ke-3 yang lebih dihormati, yakni 16 siswa (28%). Artinya, siswa masih cenderung menggunakan kata „dia‟ untuk menyebut orang ke-3. Kata „Anda‟ rupanya belum cukup banyak digunakan untuk menyapa orang lain yang tidak dikenal. Sebanyak 20 siswa (35%), tidak menggunakan kata tersebut untuk menyapa orang lain yang belum dikenali. Sama kasusnya dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
penggunaan kata „beliau‟, masih banyak siswa yang menggunakan sebutan „kamu‟ ketika berbicara dengan orang yang belum dikenal. Tidak salah karena kata „kamu‟ juga digunakan dalam bahasa Indonesia, namun alangkah lebih baik dan lebih santun menggunakan kata „Anda‟. 2. Penggunaan Bahasa dalam Pergaulan Dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua siswa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan di sekolah maupun di rumah. Sebagian dari mereka banyak menggunakan bahasa daerah dan bahasa gaul sebagai bahasa keseharian mereka. Ini dikarenakan mereka mendapat B1 (bahasa ibu) adalah bahasa daerah bukan bahasa Indonesia. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut. Tabel 4.2 Penggunaan Bahasa dalam Pergaulan No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Sering
Kadangkadang
1.
Apakah Anda menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari?
6
6
9
36
2.
Apakah Anda berbicara menggunakan bahasa gaul terhadap teman di kelas maupun di luar kelas?
4
21
6
25
3.
Apakah Anda berbicara menggunakan bahasa gaul terhadap guru di kelas maupun di luar kelas?
-
55
-
2
4.
Apakah Anda berbicara menggunakan campuran antara bahasa gaul dan bahasa Indonesia terhadap teman di kelas maupun di luar kelas?
9
19
7
22
5.
Apakah Anda berbicara menggunakan campuran antara bahasa gaul dan bahasa Indonesia terhadap guru di kelas maupun di luar kelas?
1
49
1
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Berdasarkan hasil kuesioner yang diujicobakan pada siswa didapatkan hasil sebagai berikut. Dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari siswa menjawab ya sebanyak 6 orang, dan 9 orang menjawab sering. Namun, sebanyak 6 orang menjawab tidak dan 36 orang menjawab kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa siswa tidak selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Selain penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari, ternyata masih ada siswa yang menggunakan bahasa gaul (bahasa anak muda zaman sekarang). Sebanyak 4 orang masih mnggunakan dalam percakapan sehari-hari, 25 orang menjawab kadang-kadang, siswa menjawab sering sebanak 6 orang dan jawaban tidak sebanyak 21 orang. Ketika siswa ditanya apakah mereka menggunakan campuran bahasa gaul dan bahasa Indonesia dalam percakapan antar teman, siswa menjawab tidak sebanyak 19 orang. Siswa menjawab ya sebanyak 9 orang, sering 7 orang, dan 22 orang menjawab
kadang-kadang.
Artinya,
masih
banyak
siswa
yang
belum
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun dalam percakapan sehari-hari. Dalam kesehariannya, siswa mendapat B1 (bahasa ibu) bukan bahasa Indonesia. Sehingga, mereka berkomunikasi dengan sesama teman menggunakan bahasa daerah atau mungkin dengan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Ketika berinteraksi dengan sesama teman mereka cenderung menggunakan bahasa yang paling mudah mereka pahami, diucapkan, lebih bisa mengakrabkan mereka, dan yang paling penting kita ketahui bahwa siswa lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
sering mengikuti perkembangan mode atau tren berbahasa masa kini. Siswa cenderung menggunakan bahasa gaul. Meskipun begitu, siswa cukup tahu bahwa berbicara dengan guru tentu tidak santun jika menggunakan bahasa gaulatau bahasa lain selain bahasa Indonesia. Ini terbukti 55 orang menjawab tidak ketika ditanya apakah menggunakan bahasa gaul dengan guru di kelas maupun di luar kelas. Selain itu, 49 siswa menjawab tidak ketika ditanya apakah menggunakan campuran bahasa gaul dan bahasa Indonesia dalam kelas maupun di luar kelas. Dari data tersebut dapat ditarik sedikit kesimpulan bahwa sebagian besar siswa masih menganut paham lama ketika berbicara dengan lawan tutur. Berbicara santun hanya kepada orang yang umurnya lebih tua. Sebenarnya berbicara santun tidak hanya dilakukan atau dipraktikkan kepada orang yang umurnya lebih tua saja. Pada saat sekarang ini, berbicara kepada orang yang lebih muda pun seharusnya menggunakan bahasa yang santun. 3. Penggunaan Maksim Kerendahan Hati Dalam peggunaan maksim ini siswa atau peserta tutur diharapkan mampu untuk bersikap rendah hati dengan tidak membanggakan diri sendiri atau memuji diri sendiri di depan orang lain. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Tabel 4.3 Penggunaan Maksim Kerendahan Hati No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Sering
Kadangkadang
1.
Ketika berbicara apakah pernah menempatkan posisi diri lebih tinggi dari orang lain?
2
33
1
21
2.
Ketika berbicara apakah pernah memuji diri sendiri atau membanggakan diri sendiri pada orang lain?
3
28
-
26
Teori kesantunan yang banyak dipakai oleh beberapa orang adalah teori kesantunan yang dikemukakan oleh Leech (1983). Dalam karya ilmiah ini penulis mencantumkan lima (5) diantaranya adalah maksim kerendahan hati, maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan hati, maksim kesetujuan, dan maksim penerimaan. Maksim kerendahan hati menurut Leech (1983) adalah maksim yang menuntut setiap peserta tuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Dari data kuesioner yang berkaitan dengan maksim kerendahan hati, ketika siswa ditanya apakah pernah menempatkan diri lebih tinggu dari orang lain, siswa menjawab tidak sebanyak 33 orang. 21 orang menjawab kadang-kadang, 2 orang menjawab ya, dan 1 orang menjawab sering. Artinya, banyak siswa yang telah mempraktikkan maksim ini dalam percakapan sehari-hari. Namun, masih terdapat beberapa orang yang memang dengan sengaja dan memiliki alasan tertentu menempatkan dirinya lebih unggul dan lebih baik dibandingkan oran lain. Data kedua, ketika ditanya apakah pernah memuji diri sendiri atau membanggakan diri sendiri pada orang lain, siswa menjawab tidak 28 orang, 3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
orang menjawab ya, dan 26 orang menjawab kadang-kadang. Dari data tersebut, siswa yang senang membanggakan diri sendiri cenderung sedikit. Sesungguhnya membanggakan diri sendiri dan tidakan memuji diri sendiri di depan orang lain jika dilakukan pada batasan yang wajar merupakan hal yang baik. Dalam kasus ini, tindakan yang dilakukan sudah melanggar atau melampaui maksim kerendahan hati. Sebab, makna dari memuji diri sendiri dan membanggakan diri sendiri lebih tergolong pada tidakan yang menyombongkan diri atas prestasi, maupun hal lain yang telah diperoleh seseorang dan tidak diperoleh orang lain. Sehingga dia akan merasa tinggi hati dan sombong. Sikap ini tentu melanggar maksim kerendahan hati. 4. Penggunaan Maksim Kebijaksanaan Dalam penggunaan maksim kebijaksanaan ini diharapkan siswa atau peserta tutur dapat memaksimalkan kerugian pada diri sendiri, dan memaksimalkan keuntungan untuk orang lain. Jika orang berpegang pada prinsip ini maka tuturan yang diucapkannya akan semakin santun. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut. Tabel 4.4 Penggunaan Maksim Kebijaksanaan No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Sering
Kadangkadang
1.
Ketika berbicara apakah Anda suka berbicara langsung (to the point)?
20
4
13
21
2.
Ketika berbicara apakah Anda suka menggunakan kalimat yang panjang lebar?
5
25
3
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Dari hasil kuesioner siswa diperoleh data sebagai berikut. Sebanyak 20 orang ketika berbicara senang dengan gaya berbicara langsung pada pokok permasalahan, 13 orang menjawab sering, 21 orang menjawab kadang-kadang, dan 4 orang menjawab tidak. Pertanyaan kedua, ketika ditanya apakah suka berbicara menggunakan kalimat yang panjang lebar (tidak langsung), siswa menjawab tidak 25 orang, 5 orang menjawab ya, 3 orang menjawab seringdan 25 orang menjawab kadangkadang. Ini artinya, banyak siswa yang lebih senang menggunakan gaya bicara langsung
pada
pokok
permasalahan
dibandingkan
harus
berbelit-belit
menggunakan kalimat yang panjang lebar. Dalam berbicara, ada yang menganggap semakin panjang kalimat yang digunakan semakin santunlah ucapan tersebut. Hal ini dibenarkan oleh Leech (1983), bahwa dalam sebuah pertuturan setiap peserta harus meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Dari hasil penelitian ini siswa cenderung lebih sering berbicara secara langsung daripada berbicara panjang lebar. Sebab mereka sudah terpengaruh oleh pengetahuan masa kini. Dengan berbicara secara langsung, dapat menghemat waktu dan lebih efisien. Memang dikalangan orang tertentu berbicara secara langsung merupakan sesuatu yang kurang santun, namun pada zaman sekarang tidak sedikit pula orang yang berbicara secara langsung. Sesuai dengan pertanyaan selanjutnya, bahwa siswa sudah terpengaruh oleh kekinian cara berbahasa sehingga mereka berbicara tidak lagi panjang lebar dan berbelit-belit, namun
langsung dan menuju pada pokok permasalahan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Sedangkan, siswa yang menjawab kadang-kadang, mungkin mereka masih terpengaruh lingkungan keluarganya yang seperti kita ketahui bahwa ada beberapa orang yang masih memegang teguh bahasa daerah dan adat istiadat yang berlaku sejak lama, misalnya keluarga keraton dan keturunannya. Sehingga, siswa mendapat B1 bahasa daerah bukan bahasa Indonesia. 5. Penggunaan Maksim Kemurahan Hati Dengan maksim ini diharapkan agar siswa atau peserta tutur dapat saling menghormati, tidak saling mengejek, tidak saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut. Tabel 4.5 Penggunaan Maksim Kemurahan Hati No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Sering
Kadangkadang
1.
Ketika berbicara dengan orang lain apakah pernah sengaja menyinggung perasaannya?
3
23
3
28
2.
Ketika berbicara apakah pernah mencela orang lain disekitarmu?
2
17
2
36
3.
Ketika berbicara apakah pernah mencela barang atau kepunyaan orang lain?
1
25
5
26
Maksim kemurahan hati Leech (1983), adalah maksim yang menghendaki setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat pada orang lain. Dari data di atas, ketika siswa ditanya apakah pernah dengan sengaja menyinggung perasaan orang lain, 3 orang menjawab ya, 23 orang menjawab tidak, 3 orang menjawab sering, dan 28 orang menjawab kadang-kadang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Pertanyaan selanjutnya, apakah pernah mencela orang lain, 2 orang menjawab ya, 17 orang menjawab tidak, 2 orang menjawab sering, dan 36 orang menjawab kadang-kadang. Untuk pertanyaan terakhir, apakah pernah mencela barang orang lain, 1 orang menjawab ya, 25 orang menjawab tidak, 5 orang menjawab sering, dan 26 orang menjawab kadang-kadang. Berdasarkan data di atas, siswa sudah menerapkan maksim kemurahan hati dalam percakapan sehari-hari. Namun, jawaban kadang-kadang jumlahnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan jawaban tidak. Ini berarti masih banyak pula siswa yang belum menerapkan maksim tersebut dengan baik. Hal tersebut sering terjadi karena manusia merupakan mahkluk sosial dimana kadang manusia satu ingin lebih unggul dibandingkan dengan manusia yang lain. Jika hal tersebut dilakukan terus menerus dan diterapkan pada semua orang, maka akan menimbulkan perselisihan bahkan pertengkaran 6. Penggunaan Maksim Kesetujuan Dengan maksim ini diharapkan agar peserta tutur dapat saling mendapat kesetujuan atau kesepakatan dalam bertutur. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut. Tabel 4.6 Penggunaan Maksim Kesetujuan No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Sering
Kadangkadang
1.
Apakah Anda sering membuat orang lain merasa senang ketika berbicara denganmu?
25
1
10
21
2.
Ketika sedang berbicara apakah pernah memotong kalimat orang lain sebelum mereka selesai berbicara?
9
19
4
24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Dari data di atas, 25 orang menjawab ya ketika ditanya apakah sering membuat orang lain merasa senang jika berbicara, 1 orang menjawab tidak, 4 orang menjawab sering, dan 21 orang menjawab kadang-kadang. Siswa sudah menerapkan maksim kesetujuan dengan membuat orang lain merasa senang ketika berbicara. Semakin banyak kesetujuan yang disepakati, maka akan semakin meminimalkan kemungkinan adanya pertengkaran dan permusuhan. Pertanyan kedua, ketika siswa ditanya apakah pernah memotong kalimat / pembicaraan orang lain sebelum mereka selesai berbicara, 9 orang menjawab ya, 19 orang menjawab tidak, 4 orang menjawab sering, dan 24 orang menjawab kadang-kadang. Dari data tesebut sebagian siswa sudah menerapkan maksim kesetujuan dengan tidak memotong / menyela orang lain yang sedang berbicara. Walaupun jawaban kadang-kadang masih lebih tinggi yaitu ada 24 orang. Perbuatan memotong pembicaraan orang lain sebelum mereka selesai berbicara merupakan perbuatan yang tidak santun. Secara tidak langsung perbuatan tersebut telah menyinggung perasaan orang lain yang sedang berbicara, karena tidak menghargai apa yang sedang diucapkan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan maksim kesetujuan masih perlu ditingkatkan. 7. Penggunaan Maksim Penerimaan Dalam peggunaan maksim ini diharapkan para peserta tutur dapat saling menghargai dan dapat memaksimalkan kerugian pada diri sendiri, meminimalkan keuntungan pada diri sendiri. Data dapat dilihat pada deskripsi berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Tabel 4.7 Penggunaan Maksim Penerimaan No 1.
Pertanyaan Ketika berbicara apakah pernah membuat orang lain kehilangan rasa percaya diri?
Ya
Tidak
Sering
Kadangkadang
3
32
4
18
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sudah menerapkan maksim penerimaan. Jawaban siswa ketika ditanya apakah pernah membuat orang lain merasa kehilangan rasa percaya diri ketika berbicara?. Siswa terbanyak menjawab tidak sebanyak 32 orang, 3 orang menjawab ya, 4 orang menjawab sering, dan 18 orang menjawab kadang-kadang. Meskipun sebagian besar siswa sudah menerapkan maksim ini, namun ada beberapa siswa yang belum menerapkan maksim ini secara maksimal. Sehingga, masih perlu peningkatan dalam penggunaannya. 4.2.2 Analisis Data Wawancara Instrumen kedua yang dipakai oleh peneliti adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan peneliti meliputi wawancara dengan guru dan siswa. Pertanyaan yang diajukan seperti pada pedoman pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti (terlampir). Berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada tiga siswa diperoleh hasil sebagai berikut, siswa pada dasarnya mengetahui akan pentingnya berbahasa Indonesia yang santun. Bahasa tersebut, menurut siswa adalah sebuah bentuk atau cara untuk menghormati orang lain, dengan cara tersebut maka orang lain akan berbalik menghormati lawan tuturnya. Pada praktiknya, siswa belum menggunakan bahasa Indonesia dengan santun. Sebagian masih menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
bahasa daerah saat berbicara dengan sesama teman. Mereka menganggap dengan menggunakan bahasa daerah dapat lebih akrab satu dengan yang lain. Lingkungan juga berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang mereka gunakan dalam berkomunikasi. Sebab siswa masih mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar dimana mereka tinggal. Berkaitan dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru, siswa berpendapat sebagian guru ada yang belum menggunakan bahasa Indonesia. Pada umumnya siswa lebih menurut dengan apa yang dikatakan atau diperintahkan oleh seorang guru. Selaras dengan hal tersebut guru seharusnya memberikan contoh berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun. Materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia dapat dilakukan dimana saja. Jika disekolah, menurut seorang guru pembelajaran kesantunan dapat diajarkan melalui aspek menulis dan berbicara. Dari kedua aspek tersebut, diselipkan materi penggunaan kesantunan berbahasa. 4.2.3 Analisis Data Observasi Instrumen ketiga yang dipakai oleh peneliti adalah observasi siswa. Observasi dilakukan ketika guru mengajar di kelas. Peneliti melakukan penelitian mendalam dengan panduan beberapa pertanyaan (terlampir). Berdasarkan hasil observasi kelas yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh data penggunaan bahasa Indonesia secara santun di setiap kelas adalah baik, namun masih ada beberapa siswa yang menggunakan bahasa daerah dalam proses belajar. Ketika berbicara dengan teman mereka terkadang menggunakan bahasa daerah. Bahasa yang digunakan cenderung negatif dan mengolok-olok teman yang salah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
menjawab atau mendapatkan nilai yang terendah di kelas, misalnya dengan kata „goblok‟. Ketika ada teman mereka yang salah menjawab sebuah pertanyaan, siswa lain dengan serentak menyorakinya. Pada saat bertanya atau menjawab pertanyaan guru pun, terkadang siswa menyisipkan kata yang bukan bahasa Indonesia, misalnya „apik, nggak, sorry‟. Dari data di atas penggunaan bahasa Indonsia pada sesama siswa adalah kurang. Ketika siswa berbicara dengan teman yang seusia dengannya, penggunaan bahasa Indonesianya cenderung kurang santun. Kadang-kadang pilihan kata yang digunakan dapat menyakiti lawan bicara. Santun dalam berbahasa Indonesia tidak selalu digunakan untuk berbicara dengan orang yang usianya lebih tua. Apabila berbicara dengan yang lebih muda usianya pun seharusnya juga menggunakan bahasa Indonesia yang santun. 4.3 Pembahasan Kesantunan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), sopan. Bahasa Indonesia yang santun sudah mendapat perhatian dari para ahli sejak lama, namun belum banyak dipraktikkan dalam masyarakat luas. Leech (1983), dalam bukunya mengatakan tuturan seseorang dapat dikatakan santun apabila memenuhi enam maksim yaitu, a) maksim kebijaksanaan (tact maxim), b) maksim kedermawanan/penerimaan (generosity maxim), c) maksim kemurahan hati (approbation maxim), d) maksim kerendahan hati (modesty maxim), e) maksim kesetujuan (agreement maxim), f) maksim simpati (sympathy maxim). Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini mencamtumkan lima dari maksim Leech, penggunaan bahasa yang menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
kata beraura santun, dan penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK kelas X diperoleh hasil sebagai berikut. Pada kelompok bahasa Indonesia dengan menggunakan pilihan kata yang beraura santun cukup banyak siswa yang menggunakan kata maaf, tolong, dan terimakasih. Tetapi pada penggunaan kata Anda dan beliau masih banyak yang kurang. Hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan kata yang beruara santun tersebut dalam percakapan sehari-hari. Siswa terbiasa menggunakan kata sapaan kamu atau dia dalam berbicara. Perlu adanya pembiasaan dalam penggunaan kata yang beraura santun seperti di atas dalam percakapan sehari-hari dimulai dari lingkungan kelas. Pada kelompok penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari hasilnya ternyata masih banyak siswa yang kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia. Artinya dalam percakapan sehari-hari siswa tidak selalu menggunakan bahasa Indonesia. Siswa lebih sering menggunakan bahasa daerah dan sedikit bahasa anak muda atau istilahnya bahasa gaul. Ini dikarenakan kebiasaan siswa sehari-hari dari lingkungan sudah akrab dan terbiasa menggunakan bahasa daerah dibandingkan dengan berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Kesantunan itu sendiri sering dikaitkan dengan kebudayaan suku bangsa. Suku Jawa dianggap logat berbahasanya lebih santun dibandingkan dengan yang lain, seperti logat Batak, logat Papua, logat Surabaya, dan lainnya. Memang dapat kita perhatikan bahwa logat-logat tersebut jika kita dengarkan lebih identik dengan kasar dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
penggunaan nada yang tinggi. Indonesia ini merupakan negara yang kaya akan budaya, tetapi bukan berarti budaya satu lebih unggul dari pada budaya yang lain. Sehingga, dalam kesantunan berbahasa Indonesia logat Jawa tidak lebih unggul dibandingkan dengan logat bahasa dari budaya yang lain. Nababan (1984), membagi definisi kebudayaan menjadi empat yaitu: 1. Kebudayaan sebagai pengatur atau pengikat masyarakat. 2. Kebudayaan sebagai hal yang diperoleh manusia melalui pembelajaran. 3. Kebudayaan sebagai kebiasaan dan perilaku manusia. 4. Kebudayaan sebagai sistem kominikasi yang dipakai mesyarakat untuk memperoleh kerja sama kesatuan dan kelangsungan hidup masyarakat manusia. Melihat dari definisi kebudayaan di atas jika dikaitkan antara kebudayaan dan berbahasa santun, tidak dibenarkan apabila berbahasa dengan sesama manusia dalam anggota masyarakat tidak berpegang pada aturan kesantunan berbahasa. Meskipun, ada beberapa budaya yang mempunyai kebiasaan logat berbahasa dengan nada yang tinggi, jika ia masuk dalam masyarakat yang mempunyai kebiasaan menggunakan bahasa dengan nada yang rendah, pasti ia akan berusaha untuk memelankan suaranya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Dewasa ini, perilaku santun berbahasa Indonesia dinilai kurang dalam praktik di
lapangan.
Jangankan
berbahasa
Indonesia
yang
santun,
seseorang
menggunakan bahasa Indonesia saja merasa malu atau minder. Mereka akan bangga jika menggunakan bahasa asing (bahasa Ingrris, Mandarin, dan sebagainya). Apalagi remaja sekarang, cenderung menggunakan bahasa gaul
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, baik dirumah maupun di sekolah. Hanya sebagian kecil saja yang masih mempertahankan untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun dapat dimulai dari lingkungan keluarga atau sering disebut dengan bahasa ibu (B1). Dalam kasus ini, bahasa Indonesia untuk siswa SMK cenderung lebih banyak digunakan untuk dunia kerja, Saat ini mitra tutur yang dihadapi semakin beragam. Dengan demikian, kesantunan berbahasa Indonesia tidak lagi diukur dari budaya dan logat berbicara dari masing-masing daerah, melainkan kesantunan diukur dari normanorma kesantunan, dan etika berbahasa secara santun. Pada kelompok penggunaan maksim kemurahan hati siswa sudah mampu mengaplikasikan dalam percakapan sehari-hari. Pada dasarnya siswa sudah mengetahui bahwa berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik akan dinilai lebih menghormati mitra tutur. Berbicara dengan santun tidak harus menggunakan kalimat yang panjang dan berbelit-belit. Penggunaan kalimat yang panjang dapat menjadikan lawan tutur bosan mendengarkan bahkan ada yang dengan sengaja pergi meninggalkan penutur. Alasan lain, kalimat yang panjang dan berbelit-belit dapat menyamarkan makna dan maksud dari kalimat yang ingin disampaikan. Pada penggunaan makim kebijaksanaan ini siswa sudah banyak yang menggunakan metode berbicara yang ringkas, langsung pada pokok persoalan. Dalam praktiknya tidak semua siswa berbicara dengan metode tersebut, masih terdapat beberapa siswa yang masih menggunakan metode berbicara yang menggunakan kalimat yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
panjang dan cenderung berbasa-basi. Hal tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal. Bahasa Indonesia yang santun tidak selalu menggunakan kalimat yang panjang dan berbelit. Pada kelompok maksim kemurahan hati banyak siswa yang sudah menerapkannya dalam percakapan sehari-hari. Namun jawaban kadang-kadang masih lebih tinggi dibandingkan jawaban tidak. Siswa sudah mengetahui jika berbicara santun bertujuan untuk menghormati lawan tutur. Jika seseorang berbicara santun pada mitra tutur maka apa yang kita ucapkan merupakan cerminan dari kita sendiri. Penggunaan maksim ini perlu pembiasaan pada saat berbicara dengan mitra tutur. Siswa yang sudah menerapkan maksim ini perlu mempertahankan agar tuturan yang tercipta tetap santun. Kesetujuan atau kesepakatan dalam berbicara itu sangat penting, bahkan dalam hal sekecil apapun. Jika kesetujuan tidak didapat maka dapat menimbulkan perselisihan atau pertengkaran. Dalam hasil observasi banyak siswa yang sudah menerapkan masim kesetujuan dalam berbicara. Banyak siswa yang sudah membuat orang lain senang ketika berbicara. Namun pada saat orang lain berbicara masih ada beberapa siswa yang dengan sengaja memotong kalimat mitra tutur yang belum selesai. Ini merupakan pelanggaran dari maksim kesetujuan. Memotong kalimat orang lain merupakan tindakan yang tidak santun, mitra tutur belum sepenuhnya menyampaikan pendapat dan maksud dari kalimat yang diucapkan, tiba-tiba dipaksa berhenti. Perlu adanya peningkatan cara berbahasa yang santun agar hal tersebut tidak terulng bahkan menjadi kebiasaan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Pada kelompok maksim penerimaan siswa sudah banyak mnerapkannya dalam percakapan sehari-hari. Dalam berbicara, ketika membuat orang lain merasa tidak percaya diri dan minder merupakan tindakan yang tidak santun. Hal tersebut dapat menjatuhkan harga diri seseorang jika dilakukan di depan banyak orang. Dalam hal ini siswa perlu mempertahankan penerapan maksim penerimaan ini ketika berbicara. Pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia untuk siswa SMK kelas X disusun berdasarkan kurikulum 2013. Kurikulum2013 merupakan kurikulum yang tetap diterapkan pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang telah berlaku selama 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaan pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah sebagai percobaan. Pada tahun 2014, kurikulum 2013 sudah diterapkan untuk siswa kelas X dan XI. Kurikulum 2013 memiliki tiga apek penilaian aitu, aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK. Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan materi kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK, terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan pada siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa secara santun di kelas maupun di luar kelas. Berbicara santun, tidak hanya dengan orang yang kita kenal, dengan orang yang tidak kita kenali pun seharusnya kita berbicara dengan santun. Ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam berbahasa santun pada siswa diantaranya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
(a) berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (b) tidak menggunakan bahasa gaul yang kasar dan cenderung mengolok-olok teman, (c) tidak berbicara dengan sengaja menyinggung perasaan orang lain, (d) tidak berbicara dengan sengaja mencela orang lain dan barang atau kepunyaan orang lain, (e) selalu menggunakan kata “tolong” ketika meminta bantuan orang lain, (f) menggunakan frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas bantuan orang lain, (g) menggunakan kata “maaf” ketika ada tuturan yang menyinggung perasaan orang lain, (h) tidak memotong kalimat orang lain ketika mereka sedang berbicara, (i) menggunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ke tiga yang lebih dihormati, (j) menggunakan kata “Anda” ketika menyebut orang lain yang belum dikenal. Produk yang baik tentu telah melewati beberapa tahap penilaian oleh ahli. Peneliti telah melakukan dua tahap uji coba produk pengembangan, yaitu: 1) uji coba oleh ahli dan 2) uji coba lapangan. Uji ahli dilakukan oleh dosen ahli materi Universitas Sanata Dharma, guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 2 Depok, Yogyakarta. Penilaian dilakukan melalui kuesioner dan observasi. Dari hasil penilaian yang dilakukan oleh para ahli, maka didapatkan hasil penilaian yang digunakan sebagai acuan untuk menilai baik atau tidaknya produk pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK. Materi produk pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia ini dinilai oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku dosen ahli materi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penilaian dilihat dari aspek, 1) ketepatan pilihan kata, 2) keefektifan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
kalimat dalam media, 3) penggunaan bahasa yang mudah dipahami, 4) kejelasan petunjuk dalam setiap kegiatan, 5) kesesuaian materi dengan kompetensi dan indikator, 6) kemenarikan urutan materi sehingga mudah untuk dipahami, 7) kemenarikan ilustrasi media, 8) kemenarikan komposisi huruf, tata letak dan warna dalam media, 9) kebermanfaatan media, dan 10) variasi model latihan. Nilai dari masing-masing aspek adalah baik pada poin 1,2,3,9,dan 10, namun ada nilai yang kurang baik yaitu pada poin 4,5,6,7, dan 8. Setelah dilakukan perbaikan produk, dilakukan uji coba lapangan. Dimana produk tersebut dinilai oleh Sri Wahyuni Pudjiastuti, S.Pd. selaku guru ahli bahasa Indonesia. Penilaian yang digunakan meliputi aspek 1) ketepatan pilihan kata, 2) keefektifan kalimat dalam media, 3) penggunaan bahasa yang mudah dipahami, 4) kejelasan petunjuk dalam setiap kegiatan, 5) kesesuaian materi dengan kompetensi dan indikator, 6) kemenarikan urutan materi sehingga mudah untuk dipahami, 7) kemenarikan ilustrasi media, 8) kemenarikan komposisi huruf, tata letak dan warna dalam media, 9) kebermanfaatan media, dan 10) variasi model latihan. Nilai pada poin 4,9 dan 10 mendapat nilai „baik sekali‟, poin 1,2,3,5,6, dan 8 mendapat nilai „baik‟, dan poin 7 mendapat nilai „kurang baik‟.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
BAB V PENUTUP Pada bab V ini peneliti menyajikan beberapa hal, yaitu 1) kesimpulan, 2) implementasi, dan 3) saran-saran. 5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pengembangan, dapat ditarik sebuah simpulan
sebagai berikut. Rancangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa kelas X SMK Negeri 2 Depok dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu 1) analisis kebutuhan siswa, kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi bagaimana kesantunan dalam penggunaan bahasa Indonesia siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Informasi didapatkan melalui kuesioner, wawancara dengan guru dan siswa, dan observasi langsung. 2) membuat desain produk, 3) penilaian produk oleh ahli, 4) revisi produk, 5) uji coba produk di lapangan, 6) revisi produk. Dari proses tersebut dihasilkan sebuah produk materi bahan ajar kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa kelas X. Produk akhir materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan bernar serta santun. Produk ini berisi materi pembelajaran kesantunan yang dilengkapi dengan latihan dan gambar-gambar. Materi pembelajaran tersebut kemudian dinilai oleh dosen ahli materi dan guru bahasa Indonesia. Penilaian dilakukan terhadap produk materi secara umum. Hasil dari penilaian tersebut adalah baik dan ada beberapa hal yang perlu perbaikan. Perbaikan uji coba produk hanya didasarkan pada hasil penilaian dosen ahli dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
guru bahasa Indonesia. Setelah dilakukan perbaikan dan konsultasi dengan dosen bahasa Indonesia dihasilkan produk materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa kelas X SMK Negeri 2 Depok. 5.2 Implementasi Produk materi pembelajaran kesantunan ini kemudian diimplementasikan sebagai berikut. Produk pengembangan materi ini dapat diterapkan untuk peningkatan pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia untuk siswa kelas X di SMK Negeri 2 Depok, karena pengembangan ini dilakukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan di SMK Negeri 2 Depok. Jika produk pengembangan ini diterapkan pada kelas XI, XII, atau sekolah SMK lain, maka harus memperhatikan beberapa hal berikut. a. Kesesuaian materi dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar di setiap kelas. b. Kesesuaian metode belajar yang digunakan pada setiap kelas. c. Kesesuaian taraf berfikir siswa. 5.3 Saran-saran Saran-saran dalam pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia ini terdiri dari dua hal, yaitu 1) saran pemanfaatan produk, dan 2) saran untuk pengembangan selanjutnya. a. Saran Pemanfaatan Produk Pertama produk pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar di SMK Negeri 2 Depok, karena pengembangan ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Kedua, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan dalam produk ini, maka perlu adanya bimbingan guru yang berkompeten dalam hal ini adalah guru bahasa Indonesia. b. Saran untuk Pengembangan Selanjutnya Saran
yang dikemukakan
untuk
pengembangan
lebih
lanjut
adalah
pengembangan ini hanya sebatas kesantunan berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan ini dapat dijadikan salah satu model pengembangan materi pembelajaran kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa kelas X.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA Anugraheni, Weny. 2011. Skripsi Jenis Kesantunan dan Penyimpangan Maksim Kesantunan dalam Tuturan Imperatif Guru Kepada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Universitas Sanata Dharma. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Faiq, Muhammad. 2014. Unsur-Unsur dalam Proses Pembelajaran dan Hubungannya dengan Strategi Pengajaran. http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2014/10/unsur-unsur-dalamproses-pembelajaran.html. 30 September 2015. Furchan, Arief. 2011. Pengantar Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ismail,
Penelitian
dalam
Pendidikan.
Asri. 2015. MateriPembelajaran. Online. http://lifeiseducation09.blogspot.co.id/2013/03/-materi-pembelajaran.html. 28 September 2015.
Kusumastuti, Ayuningtyas. 2010. Skripsi Kesantunan Berbahasa Indonesia Pembawa Acara Stasiun Televisi Swasta Nasional. Universitas Sanata Dharma. Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik ( Teori dan Penerapannya ). Jakarta Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Ogie,
Ana. Materi Pendidikan Pembelajaran. Online. http://infomakalah.blogspot.co.id/2010/05/materi-pendidikan-pembelajaran.html. 28 September 2015.
Pranowo. 2009. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pratiwi, M.T. Oktaviani. 2010. Skripsi Kesantunan Berbahasa Elit Politik dalam Tayangan di Metro TV: “Today’s Diologue dan Save Our Nations”. Universitas Sanata Dharma. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik : Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Retnoningsih, Ana., dan Suharso. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Supriyantono, Yohanes. 2011. Skripsi Kesantunan Menyuruh, menolak, dan Menerima Suruhan dalam Bahasa Indonesia Antara Guru dan Murid Di SMP Sanjaya Girimulyo Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Sanata Dharma. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Yule, George. 2006. Pragmatik (Terjemahan Indah Fajar Wahyuni). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kuesioner Untuk Siswa Nama : No. Presensi : Kelas : Petunjuk pengisian kuesioner : 1. Isilah kolom identitas siswa di atas dengan lengkap. 2. Informasi yang benar dari Anda sangat diharapkan. 3. Info dari Anda akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi nilai atau prestasi belajar Anda. 4. Berilah tanda silang (x) pada kolom yang sesuai dengan jawaban Anda. 5. Pilihlah satu jawaban dari setiap pertanyaan yang disediakan. 6. Jawablah sesuai dengan keadaan Anda yang sebenarnya.
No
Pertanyaan
YA
TIDAK SERING KADANGKADANG
1.
Apakah Anda menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan seharihari?
2.
Apakah Anda berbicara menggunakan bahasa gaul terhadap teman di kelas maupun di luar kelas?
3.
Apakah Anda berbicara menggunakan bahasa gaul terhadap guru di kelas maupun di luar kelas?
4.
Apakah Anda berbicara menggunakan campuran antara bahasa gaul dan bahasa Indonesia terhadap teman di kelas maupun di luar kelas?
5.
Apakah Anda berbicara menggunakan campuran antara bahasa gaul dan bahasa Indonesia terhadap guru di kelas maupun di luar kelas?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6.
Ketika berbicara dengan orang lain apakah pernah sengaja menyinggung perasaannya?
7.
Ketika berbicara apakah pernah menempatkan posisi diri lebih tinggi dari orang lain?
8.
Ketika berbicara apakah pernah mencela orang lain disekitarmu?
9.
Ketika berbicara apakah pernah mencela barang atau kepunyaan orang lain?
10. Apakah Anda selalu menggunakan kata ‘tolong’ untuk meminta bantuan pada orang lain? 11. Apakah Anda selalu menggunakan frasa ‘terima kasih’ sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain? 12. Apakah Anda selalu menggunakan kata ‘maaf’ketika tuturanmu menyinggung perasaan orang lain? 13. Ketika berbicara apakah pernah membuat orang lain kehilangan rasa percaya diri? 14. Ketika berbicara apakah pernah memuji diri sendiri atau membanggakan diri sendiri pada orang lain? 15. Ketika berbicara apakah Anda suka berbicara langsung (to the point)? 16. Ketika berbicara apakah Anda suka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menggunakan kalimat yang panjang lebar? 17. Apakah Anda sering membuat orang lain merasa senang ketika berbicara denganmu? 18. Ketika sedang berbicara apakah pernah memotong kalimat orang lain sebelum mereka selesai berbicara? 19. Apakah Anda selalu menggunakan kata ‘beliau’ untuk menyebut orang ketiga yang lebih dihormati? 20. Apakah Anda selalu menggunakan kata ‘Anda’ untuk menyebut orang lain yang belum dikenal?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Data Hasil Kuesioner Siswa Kelas XII Teknik Otomasi Industri, SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta No. Ya Persentase % Tidak Persentase % Sering Persentase % Kadang-kadang Persentase % 1 3 11 0 0 7 25 18 64 2 1 4 9 32 4 14 14 50 3 0 0 26 93 0 0 2 7 4 5 18 7 25 3 11 13 46 5 1 4 22 79 0 0 5 18 6 1 4 18 64 1 4 8 29 7 2 7 15 54 1 4 10 36 8 1 4 12 43 0 0 15 54 9 1 4 17 61 0 0 10 36 10 16 57 0 0 6 21 6 21 11 20 71 0 0 6 21 2 7 12 17 61 1 4 6 21 4 14 13 2 7 18 64 0 0 8 29 14 3 11 13 46 0 0 12 43 15 8 29 3 11 9 32 9 32 16 3 11 14 50 1 4 11 39 17 14 50 0 0 5 18 9 32 18 4 14 12 43 1 4 10 36 19 9 32 6 21 1 4 12 43 20 5 18 9 32 4 14 10 36 Abstain 1 siswa Data 28 siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Data Hasil Kuesioner Siswa Kelas XII Teknik Pertambangan - A, SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta No. Ya Persentase % Tidak Persentase % Sering Persentase % Kadang-kadang Persentase % 1 3 10 6 21 2 7 18 62 2 3 10 12 41 2 7 11 38 3 0 0 29 100 0 0 0 0 4 4 14 12 41 4 14 9 31 5 0 0 27 93 1 3 1 3 6 2 7 5 17 2 7 20 69 7 0 0 18 62 0 0 11 38 8 1 3 5 17 2 7 21 72 9 0 0 8 28 5 17 16 55 10 16 55 0 0 5 17 8 28 11 21 72 0 0 4 14 4 14 12 18 62 0 0 3 10 8 28 13 1 3 14 48 4 14 10 34 14 0 0 15 52 0 0 14 48 15 12 41 1 3 4 14 12 41 16 2 7 11 38 2 7 14 48 17 11 38 1 3 5 17 12 41 18 5 17 7 24 3 10 14 48 19 7 24 8 28 1 3 13 45 20 8 28 11 38 2 7 8 28 Abstain 1 siswa Data 29 siswa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Data Hasil Kumulatif Jawaban Siswa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ya Persentase % 6 11 4 7 0 0 9 16 1 2 3 5 2 4 2 4 1 2 32 56 41 72 35 61 3 5 3 5 20 35 5 9 25 44 9 16 16 28 13 23
Tidak Persentase % 6 11 21 37 55 96 19 33 49 86 23 40 33 58 17 30 25 44 0 0 0 0 1 2 32 56 28 49 4 7 25 44 1 2 19 33 14 25 20 35
Sering Persentase % Kadang-kadang Persentase % 9 16 36 63 6 11 25 44 0 0 2 4 7 12 22 39 1 2 6 11 3 5 28 49 1 2 21 37 2 4 36 63 5 9 26 46 11 19 14 25 10 18 6 11 9 16 12 21 4 7 18 32 0 0 26 46 13 23 21 37 3 5 25 44 10 18 21 37 4 7 24 42 2 4 25 44 6 11 18 32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS GURU DI KELAS
Nama Guru
:
Kelas
:
Jam ke
:
PETUNJUK 1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar! 2. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA, TIDAK, atau KURANG sesuai keadaan yang Anda amati! BUTIR – BUTIR SASARAN
NO 1.
Guru mengajar siswa dengan santun
2.
Guru menggunakan bahasa Indonesia ketika mengajar
3.
Guru sering menggunakan bahasa gaul ketika mengajar
4.
Guru bertanya sebuah soal/permasalahan kepada siswa secara santun
5.
Guru menjawab pertanyaan siswa dengan santun
6.
Guru menyuruh siswa maju dengan santun
7.
Guru menegur siswa dengan santun
8.
Guru bertanya kepada siswa yang tidak mengerti/belum faham secara santun
YA
TIDAK
KURANG
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DI KELAS
Kelas
:
Jam ke
:
Pokok bahasan/topik :
PETUNJUK 1. Amati aktivitas siswa di kelas dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar! 2. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA,TIDAK, atau KURANG sesuai keadaan yang Anda amati! NO
BUTIR – BUTIR SASARAN
1.
Siswa menggunakan bahasa Indonesia ketika pelajaran berlangsung
2.
Siswa bertanya kepada guru dengan santun
3.
Siswa menjawab pertanyaan guru dengan santun
4.
Siswa berbicara dengan sesama teman dengan santun
5.
Siswa menegur teman yang salah dengan santun
YA
TIDAK
KURANG
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Panduan Wawancara Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Nama NIP Lama Mengajar
: : :
Pertanyaan : 1. Apakah kesantunan dalam berbahasa Indonesia penting? Mengapa? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………… 2. Mengapa siswa cenderung menggunakan bahasa gaul? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………… 3. Bagaimana Ibu mengajarkan materi dengan bahasa yang santun? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Panduan Wawancara Siswa
Nama No. Presensi
: :
Pertanyaan : 1. Apakah kesantunan dalam berbahasa Indonesia penting? Mengapa? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………… 2. Apakah Anda sering menggunakan bahasa gaul? Jika ya, mengapa? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………… 3. Menurut Anda, apakah bapak/ibu guru sudah mengajarkan bahasa Indonesia secara santun? (jika belum belum berilah alasannya) ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Panduan Wawancara Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Nama NIP Lama Mengajar
: Sri Wahjuni Pudjiastuti, S.Pd : 197104142006042016 : 18 tahun
Pertanyaan : 1. Apakah kesantunan dalam berbahasa Indonesia penting? Mengapa? Sangat penting. Bahasa mencerminkan pribadi, karakter, dan budaya. Seseorang yang menggunakan bahasa yang santun menunjukkan kalau dia memiliki pribadi dan karakter yang baik pula. 2. Mengapa siswa cenderung menggunakan bahasa gaul? Karena siswa cenderung terpengaruh oleh lingkungan mereka. Siswa masih mudah terpengaruh oleh banyaknya perubahan di lingkungan mereka. 3. Bagaimana Ibu mengajarkan materi dengan bahasa yang santun? Penggunaan bahasa yang santun diajarkan melalui pembelajaran menulis dan berbicara. Salah satu penekanan materi tersebut adalah pada penggunaan bahasa yang santun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Panduan Wawancara Siswa
Nama No. Presensi
: Achmad Safi’i : 01
Pertanyaan : 1. Apakah kesantunan dalam berbahasa Indonesia penting? Mengapa? Ya. Karena ketika berbicara dengan orang lain dengan bahasa yang santun mereka akan lebih menghargai kita. 2. Apakah Anda sering menggunakan bahasa gaul? Jika ya, mengapa? Tidak. 3. Menurut Anda, apakah bapak/ibu guru sudah mengajarkan bahasa Indonesia secara santun? (jika belum belum berilah alasannya) Ya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Panduan Wawancara Siswa
Nama No. Presensi
: Intan Wahyu Wulandari : 10
Pertanyaan : 1. Apakah kesantunan dalam berbahasa Indonesia penting? Mengapa? Penting. Karena menurut saya itu kadang mencerminkan watak / perilaku dari orang tersebut. 2. Apakah Anda sering menggunakan bahasa gaul? Jika ya, mengapa? Hanya kadang. itupun saya lakukan hanya untuk bercanda saja, dan intensitasnya sangat sedikit sekali. 3. Menurut Anda, apakah bapak/ibu guru sudah mengajarkan bahasa Indonesia secara santun? (jika belum belum berilah alasannya) Beberapa guru memang sudah, namun ada juga yang belum. Mungkin itu memang kebiasaan beliau. Kita sebagai siswa sudah seharusnya dapat memilih teladan yang baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Panduan Wawancara Siswa
Nama No. Presensi
: Ilham Muhammad : 11
Pertanyaan : 1. Apakah kesantunan dalam berbahasa Indonesia penting? Mengapa? Ya. Karena bahasa merupakan salah satu identitas seseorang. Jika seseorang dapat menggunakan bahasa dengan baik maka baik jugalah seseorang tersebut. 2. Apakah Anda sering menggunakan bahasa gaul? Jika ya, mengapa? Ya. Saya menggunakan bahasa gaul ketika berbicara dengan sesama teman, agar pembicaraan tidak terkesan kaku / formal ketika berbicara dengan teman. 3. Menurut Anda, apakah bapak/ibu guru sudah mengajarkan bahasa Indonesia secara santun? (jika belum belum berilah alasannya) Menurut saya guru disini penggunaan bahasanya tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hanya beberapa guru yang menggunakannya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kebanyakan guru disini menggunakan bahasa yang santai, artinya bahasa yang mudah ditangkap dan difahami siswa. Jadi tidak selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI VALIDASI PRODUK PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA KELAS XII SMK KARYA DWI RAHMAWATI H.P.W IDENTITAS Nama
: ........................................
Pendidikan
: S1/S2/S3
Tanggal Pelaksanaan Penilaian : ...................................... PETUNJUK Berilah penilaian terhadap produk pengembangan materi kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK, dengan memberikan tanda cek (v) dalam setiap kolom pada masing-masing pertanyaan A. PENILAIAN MATERI No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Baik Baik Kurang Sekali Baik
Ketepatan pilihan kata yang digunakan dalam penulisan materi. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam media. Penggunaan bahasa yang mudah dipahami siswa. Kejelasan petunjuk dalam setiap kegiatan latihan. Kesesuaian materi dengan kompetensi dan indikator. Kemenarikan urutan materi, sehingga siswa lebih mudah memahami. Kemenarikan ilustrasi dalam media. Kemenarikan komposisi huruf, tata letak, dan warna dalam media. Kebermanfaatan media bagi siswa. Variasi model latihan bagi siswa
B. PENILAIAN ASPEK LAIN 1. Apakah keunggulan produk pengembangan materi pembelajaran ini? .......................................................................................................... .......................................................................................................... 2. Apakah kelemahan produk pengembangan materi pembelajaran ini? ........................................................................................................... ...........................................................................................................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Apa saran Anda terhadap produk pengembangan materi kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK untuk menjadi salah satu pedoman untuk melakukan perbaikan? .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... ..........................................................................................................................
Yogyakarta,
Juli 2015
Validator
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MATERI PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya penyusunan modul kesantunan berbahasa Indonesia bagi siswa SMK ini telah berhasil disusun. Modul ini disusun dengan tujuan untuk memberi masukan atau bahan pertimbangan untuk guru maupun siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar serta santun dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah. Dewasa ini penggunaan bahasa Indonesia yang santun jarang ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Terlebih lagi, siswa SMK dididik untuk dapat langsung terjun ke dalam dunia kerja. Sehingga, sangat perlu sekali untuk dapat menguasai bahasa yang santun dalam percakapan sehari-hari nantinya dengan sesama rekan kerja, klien, maupun dengan atasan. Pada akhirnya penulis mengucapkan terimakasih untuk semua seluruh pengguna modul ini. Penulis berharap, dengan adanya modul ini kesantunan dalam berbahasa Indonesia semakin meningkat dan tawuran antar pelajar dapat hilang, karena tawuran antar pelajar didasari oleh salah kata, atau tersinggungnya seseorang. Selain itu, dalam modul ini tentu banyak sekali kekurangan, maka kritik dan saran sangat diharapkan dari pengguna modul ini. Terimakasih.
Yogyakarta,
i
Juli 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL A. Petunjuk Bagi Siswa Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul ini langkahlangkah yang perlu diperhatikan antara lain: a. Baca dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, siswa dapat bertanya pada guru yang mengampu kegiatan belajar. b. Kerjakan setiap tugas dan soal latihan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar. c. Jika belum menguasai materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada guru yang mengampu kegiatan pembelajaran. B. Petunjuk Bagi Guru Dalam setiap kegiatan belajar guru berperan untuk: a. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar. b. Membimbing siswa melalui tugas-tugas latihan. c. Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab pertanyaan siswa mengenai proses belajar. d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Daftar Isi
Halaman Muka Kata Pengantar.................................................................................................................................i Petunjuk Penggunaan Modul...........................................................................................................ii Daftar Isi.........................................................................................................................................iii BAB 1 Pentingnya Berbahasa Santun..............................................................................................1 a. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar .............................................................................1 b. Berbahasa Indonesia Yang Santun......................................................................................2 BAB 2 Menumbuhkan Sikap Bijaksana ..........................................................................................4 BAB 3 Menumbuhkan Sikap Kerendahan Hati ...............................................................................6 BAB 4 Menumbuhkan Sikap Kemurahan Hati ...............................................................................8 BAB 5 Menumbuhkan Sikap Kesetujuan .....................................................................................10 BAB 6 Menumbuhkan Sikap Penerimaan .....................................................................................13 BAB 7 Berbahasa Indonesia Menggunakan Frasa Yang Beraura Santun .....................................15
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB 1 Pentingnya Berbahasa Santun Kompetensi Dasar
Indikator
: a. Memahami pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun. b. Menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. : a. Mampu mendeskripsikan kesantunan berbahasa Indonesia. b. Mampu menggunakan bahasa Indonesia yang santun dalam percakapan sehari-hari. c. Mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan santun ketika menyampaikan sebuah paparan atau penjelasan.
Manusia adalah mahkluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk mencukupi kebutuhannya. Kebutuhan ini mendorong adanya proses komunikasi antar sesama dalam menjalin hubungan dengan manusia lainnya. Hal ini membutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa yang santun adalah sebuah bahasa yang digunakan dengan tutur kata yang lembut dan tidak melukai perasaan orang lain. Hal yang demikian selalu diharapkan dalam setiap pertuturan, agar hubungan yang terjalin selalu baik dan jauh dari prasangka buruk dari setiap penutur. Dengan berbahasa santun, setiap orang pasti akan dihargai oleh orang lain begitupun sebaliknya. Namun, pada dasarnya setiap manusia memiliki naluri ingin menang sendiri dan merasa dirinyalah yang paling hebat. Dia bisa berkuasa atas diri orang lain. Sehingga menimbulkan perasaan dendam, iri hati, prasangka buruk, dan merasa dirinya paling benar. Hal tersebut dapat kita hindari dengan berbahasa yang santun dengan orang lain. Berbahasa santun dapat dimulai dari diri kita sendiri di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, bahkan lingkungan yang lebih luas dunia kerja misalnya. Bahasa Indonesia secara baik dan benar baru pada tataran kaidah bahasa yang baik dan benar dalam bentuk tata bahasa, pedoman pembentukan istilah, dan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hal itu tentunya belumlah cukup untuk membentuk kepribadian bangsa yang berbudaya, beradab, dan bermartabat. A. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta santun sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan bahasa, orang akan tahu bagaimana kepribadian
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI seseorang dan kepribadian sebuah bangsa. Berbahasa terbagi menjadi dua bagian, bahasa verbal dan non verbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang menggunakan kata-kata secara lisan maupun tulisan. Bahasa non verbal adalah bahasa yang menggunakan mimik dan gerak tubuh. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan waktu, tempat, dan dengan siapa kita berkomunikasi. Sebagai penjelas perhatikan contoh berikut. Bapak : “Bu, tolong bapak dibuatkan teh manis” Ibu : “Iya Pak” Bapak : “Bu, apakah Ibu bisa membuatkan Bapak secangkir teh manis” Ibu : “Iya Pak” Dalam tuturan (1) di atas bahasa yang digunakan sudah baik, karena di rumah pada waktu sore hari dengan suasana yang santai, pembicaraan antara sepasang suami istri. Akan berbeda jika menggunakan tuturan (2) seperti di atas. Bahasa Indonesia yang digunakan terkesan resmi dan kaku. Berbahasa yang benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku (misalnya: EYD, KBBI). Sebagai penjelas perhatikan contoh berikut. Anto : „Di, antarkan berkas ini ke ruangan rapat” Andi : “Baik Pak Anto” Anto : “Pergilah, antarkan ini ke ruang rapat” Andi : “Baik Pak Anto” Dalam tuturan (1) di atas bahasa yang digunakan sudah benar, karena sudah memenuhi kaidah S,P,O, dan K dalam penulisan kalimat. Pada tuturan (2) bahasa yang digunakan tidak benar karena tidak terdapat unsur S,P,O, dan K secara utuh. B. Berbahasa Indonesia yang Santun Berbahasa Indonesia dengan santun adalah menggunakan bahasa Indonesia dengan budi bahasa yang halus, nilai rasa yang baik, dan penuh kesopanan, serta berusaha menghindari konflik antara pembicara dengan lawan berbicaranya di dalam proses berkomunikasi. Berbahasa Indonesia dengan santun memungkinkan kita disenangi banyak orang, disegani, dan dihormati. Sebaliknya, berbahasa Indonesia dengan tidak santun dapat menyebabkan kita dibenci, dicibir, direndahkan, dan tidak disenangi banyak orang. Santun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), sabar, tenang, sopan, penuh rasa belas kasihan, suka menolong. Sehingga, bahasa yang santun dapat diartikan sebagai ragam bahasa yg dipakai dalam situasi sosial yang mewajibkan adanya norma sopan santun.
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Latihan Dari beberapa kalimat berikut, pilihlah jawaban yang paling benar! Serta berikan alasannya! 1. a. Tempat tinggalnya berpindah-pindah. b. Tempat tinggalnya pindah-pindah. c. Tinggalnya pindah-pindah. 2. a. Hati-hatilah jalan di tempat ramai. b. Hati-hatilah berjalan di tempat ramai. c. Berhati-hatilah berjalan di tempat ramai. 3. a. Pemerintah mengimport gula dari Amerika. b. Pemerintah mengimpor gula dari Amerika. c. Pemerintahan mengimpor gula dari America. 4. a. Kualitas gula impor tidak lebih baik daripada kualitas gula lokal. b. Kwalitas gula mpor tidak lebih baik dari pada kualias gula lokal. c. Kwalitas gula import lebih baik dari kwalitas gula lokal. 5. a. Ia dikasih tahu oleh orang tuanya. b. Ia diberi tahu oleh orang tuanya. c. Dia diberi tahu sama orang tuanya. 6. a. Pengaspalan jalan baru saja selesai beberapa hari yang lalu. b. Pengaspalan jalan baru saja rampung beberapa hari yang lalu. c. pengaspalan jalan lagi rampung beberapa hari yang lalu. 7. a. Kami sudah terima penjelasan dari pejabat yang berwenang. b. Sudah kami terima penjelasan dari pejabat yang berwenang. c. Kami sudah terima penjelasan daripada pejabat yang berwenang. 8. a. Orang itu sedang ke toko. b. Orang itu sedang pergi ke toko. c. Orang itu pergi ke toko. 9. a. Sebelum ibu menjahit, adik belajar. b. Ibu menjahit, adik belajar. c. Sebelum ibu menjahit; adik belajar. 10. a. Kakak pulang pada hari Minggu. b. Kakak pulang hari Minggu. c. Waktu itu ayah belum berangkat.
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB 2 Menumbuhkan Sikap Bijaksana Kompetensi Dasar : a. Memahami maksim kebijaksanaan dalam berkomunikasi. b. Menggunakan maksim kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator : a. Mampu menjelaskan pengertian tuturan yang mengandung sikap bijaksana. b. Mampu memberi contoh tuturan yang mencerminkan sikap bijaksana dalam sebuah percakapan. c. Mampu menggunakan pilihan kata dalam tuturan yang mencerminkan sikap bijaksana. d. Mampu menunjukkan ciri tuturan yang mengandung sikap bijaksana.
Dalam sebuah komunikasi, antara penutur dan mitra tutur hendaknya berhati-hati dalam mengungkapkan sebuah kata dan kalimat. Apabila kita salah mengucapkan sebuah kata dengan disengaja atupun tidak, maka akan menyinggung perasaan orang lain. Sikap bijaksana itu sendiri adalah suatu tindakan atau perilaku yang selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya) serta pandai dan hati-hati (cermat dan teliti) apabila menghadapi kesulitan. Perhatikan contoh dibawah ini. Ani : “Ran apa kabar? Lama gak ketemu semakin apalah-apalah deh kamu.” Rani : “Kabar baik An, kamu sendiri gimana? Sekolah dimana sekarang?.” Ani : “Aku cuma bisa masuk di SMA Harapan Kita. Nilaiku kurang 0,5 untuk masuk di SMA Unggulan.” Rani : “Ooh, pantas saja kamu jarang kelihatan kamu sekolah di daerah ya! Aku sekolah di SMA Teladan disana fasilitasnya lengkap gak seperti sekolah daerah yang hanya punya fasilitas standar. ” Dalam percakapan di atas, Rani bersikap tidak bijaksana. Dia merasa sekolahnya sekarang lebih baik dari sekolah Ani. Fasilitas di sekolahnya lebih lengkap dibanding sekolah Ani. Berbeda dengan Ani, dia telah bersikap bijaksana dengan mencoba merugikan dirinya sendiri karena tidak masuk sekolah unggulan karena nilainya tidak memenuhi kriteria yang diharapkan. Akan berbeda jika tuturannya sebagai berikut. Joko : ”Doni bagaimana keadaanmu? Sudah sembuh sakit tifusmu?” Doni : “Iya Ko, sudah lumayan sembuh tinggal pemulihan saja. Masih lemas badan saya.”
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Joko : “Ya semoga lekas sembuh Don, supaya bisa masuk sekolah lagi dan main basket bersama lagi. Kamu gak masuk, di kelas jadi sepi gak ada teman bercanda.” Doni : “Ah bisa saja kamu Ko. Memangnya saya pelawak? Don saya boleh pinjam buku kamu? Saya mau belajar supaya tidak tertinggal pelajaran selama sakit.” Joko : “Oh tentu boleh, tapi jangan lupa dikembalikan ya hahaha....” Doni : “Beres” Percakapan diatas sangat berbeda dengan percakapan sebelumnya. Joko memaksimalkan keuntungan Doni untuk belajar karena dia sedang sakit, dan ia juga memaksimalkan kerugian dirinya sendiri karena selama bukunya dipinjam ia tidak dapat belajar. Sikap bijaksana dapat diidentifikasi dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut: (1) semakin panjang tuturan yang digunakan oleh seseorang, biasanya dianggap semakin besar keinginan orang untuk bersikap santun kepada lawan tuturnya, (2) tuturan yang diungkapkan dengan tidak langsung dianggap lebih santun dibandingkan tuturan yang diucapkan secara langsung, (3) memerintah dengan kalimat berita atau tanya dianggap lebih santun dibandingkan dengan menggunakan kalimat perintah atau imperatif.
Latihan 1. Anda sebagai ketua OSIS. Di sekolah akan diadakan acara perpisahan siswa kelas XII. Anda diminta untuk memberikan sambutan dalam acara tersebut. Buatlah sambutan dengan menggunakan bahasa yang santun dan mencerminkan sikap bijaksana! 2. Dari kalimat di bawah ini, ubahlah menjadi kalimat yang santun dan mengandung sikap bijaksana dengan pilihan kata yang tepat! a. Adik saya ulang tahun hari ini, datanglah kerumah pukul 15.00 WIB! b. Buku ini terlalu berat untuk saya bawa sendiri, bawakan separuhnya! c. Harga bahan makanan pokok semakin melambung tinggi. Pemerintah rasanya tidak berpihak pada rakyat. d. Kemarin saya lupa mencatat pelajaran kimia, boleh pinjam catatanmu? e. Buku saya tertinggal dirumahmu, tetapi saya sedang menjaga adik dirumah, kamu bisa mengantarkannya kerumah?
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB 3
Menumbuhkan Sikap Kerendahan Hati Kompetensi Dasar
Indikator
: a. Memahami maksim kerendahan hatidalam berkomunikasi. b. Menggunakan maksim rendah hati dalam percakapan sehari-hari. : a. Mampu mendeskripsikan sikap rendah hati. b. Mampu menunjukkan tuturan yang mencerminkan sikap rendah hati. c. Mampu menunjukkan ciri tuturan yang mengandung sikap rendah hati. d. Mampu menggunakan tuturan dengan maksim rendah hati dalam menyampaikan opini.
Sikap rendah hati adalah sebuah sikap yang tidak sombong dan tidak angkuh. Tidak menonjolkan apa yang ia punyai dan ia miliki. Dalam pertuturan, sikap rendah hati dapat diwujudkan dengan menempatkan diri lebih merendah di depan mitra tutur, namun bukan berarti kita rendah sepenuhnya. Dengan kata lain, kita tidak memuji diri sendiri dihadapan mitra tutur. Sebagai contoh perhatikan tuturan berikut. Erna : “Bu Gita itu orangnya baik ya.” Ratu : “Ya, memang baik orangnya, sabar menghadapi anak yang bandel sekalipun.” Erna : “Besok kalau jadi guru aku mau seperti dia” Cita : “Kamu pulang kampung besok naik apa?” Ayu : “Naik pesawat lah” Cita : “Wah hebat ya kamu pulang ke Surabaya bisa naik pesawat” Ayu : “Iya memang. Orang tuaku kan punya segalanya” Tuturan (1) mematuhi prinsip kesantunan, karena penutur memuji orang lain dan respon yang diberikan mitra tutur juga memuji orang yang dibicarakan. Berbeda dengan tuturan (2), tuturan tersebut tidak mematuhi prinsip kesantunan karena mitra tutur memaksimalkan rasa hormat pada dirinya sendiri, dengan kata lain ia memuji dirinya sendiri di depan orang lain atau mitra tutur. Sikap rendah hati biasanya mempunyai ciri sebagai berikut: (1) menempatkan diri lebih rendah dihadapan mitra tutur, (2) tidak memperlihatkan kelebihan diri sendiri dihadapan mitra tutur, (3) menempatkan posisi lawan tutur lebih tinggi dibanding dengan penutur.
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Latihan 1. Ketika di kelas sedang ada diskusi tentang sampah, kamu diminta untuk menyampaikan opini atau pendapatmu tentang sampah. Buatlah dialog dengan bahasa yang santun dan mencerminkan sikap rendah hati dalam menyampaikan opini! 2. Berilah tanda cek (v) pada tuturan yang mengandung sikap rendah hati! No Tuturan Rendah Hati 1 Rumah saya di desa jelek tak sebagus rumah kalian yang seperti istana ini! 2 Dalam lomba cerdas cermat kemarin hanya saya yang bisa masuk semifinal! 3 Makanlah dulu Nak, di dapur nasi gorengnya masih banyak. 4 Meskipun saya mendapat omset miliaran rupiah, tetapi tanpa adanya petani kopi seperti mereka saya tidak bisa apa-apa. 5 Jika kamu tidak sibuk hari ini, bantulah saya menyelesaikan dekorasi untuk pentas besok malam. 6 Padahal makanan ini enak dan harganya murah, kenapa mereka tak mau membeli. Apa mereka memang tidak tahu mana makanan yang berkelas? 7 Meskipun nilaiku tak bagus, saya pasti bisa masuk SMA favorit. Bapak saya kan punya kenalan di SMA itu. 8 Saya bantu mencuci karpetnya, kebetulan saya sedang tidak ada pekerjaan. 9 Saya hanya orang biasa tak pantas bersanding dengan orang berada sepertimu. 10 Karya seni buatanmu bagus. Saya yang bertahun-tahun membuatnya tak bisa sebagus itu hasilnya
7
Tidak Rendah Hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB 4
Menumbuhkan Sikap Kemurahan Hati Kompetensi Dasar : a. Memahami maksim kemurahan hati dalam sebuah percakapan. b. Menggunakan tuturan yang mencerminkan sikap kemurahan hati. Indikator : a. Mampu mendeskripsikan sikap murah hati. b. Mampu menunjukkan tuturan yang mencerminkan sikap murah hati. c. Mampu menunjukkan ciri tuturan yang mengandung sikap murah hati. d. Mampu menggunakan tuturan yang mengandung sikap murah hati dalam percakapan sehari-hari.
Sikap kemurahan hati merupakan sebuah sikap yang diharapkan untuk saling menghormati, tidak saling mengejek, tidak saling mencaci, dan tidak saling merendahkan orang lain. Berbeda dengan sikap kerendahan hati. Meskipun kedua sikap ini mengajarkan untuk saling mengalah di depan orang lain. Untuk memperjelasnya perhatikan contoh berikut. Didik : “Wah, sepeda kamu baru ya?” Andri : “Ah tidak, ini pinjam kakakku dia libur kuliah jadi aku pakai sepedanya” Didik : “Wah sepeda kamu baru ya?” Andri : “Iya dong, bagus bukan. Di sekolah baru aku lho yang punya sepeda ini” Dari tuturan di atas dapat kita ketahui, tuturan (1) mematuhi prinsip kesantunan, karena penutur (Didik) berusaha memaksimalkan keuntungan pada lawan tuturnya. Sedangkan, lawan tuturnya (Andri) juga berupaya santun dengan berusaha meminimalkan keuntungan diri sendiri. Sedangkan pada tuturan (2) tidak mematuhi prinsip kesantunan, karena lawan tutur (Andri) berupaya untuk memaksimalkan keuntungan diri sendiri dan tidak menghargai orang lain. Sikap murah hati dapat diperhatikan dengan beberapa ciri sebagai berikut: (1) penutur merasa senang jika dapat membantu lawan tuturnya, (2) penutur tidak merasa kehilangan meskipun ia telah membrikan sesuatu kepada lawan tutur.
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Latihan 1. Berilah tanda cek (v) pada tuturan yang mengandung sikap kemurahan hati! No 1 2 3
4
Tuturan
Murah Hati
Meskipun tidak juara 1, namun usahamu sudah maksimal. Lain waktu pasti bisa menjadi juara 1. Kesempatan hanya datang satu kali, kamu pasti menyesal telah melewatkannya. Bawa saja bukunya, saya sudah selesai membaca. Yang penting jangan sampai telat mengembalikan ke perpustakaan. Bukan soal mau mengaku atau tidak, tetapi kejujuran itu sangat penting.
5
Seandainya dulu kamu mau belajar lebih serius, pasti kamu bisa diterima di fakultas kedokteran.
6
Kamu pasti bisa memenangkan debat hari ini, karena bapak sangat yakin kamu pasti bisa.
7
Meskipun masakan restoran itu sangat enak, tetapi masakan ibu jauh lebih enak dibandingkan masakan restoran manapun. Kenapa harus meminjam pekerjaan rumahku, kalau kamu sudah pandai dalam hal hitung-menghitung.
8
9
Kalau kamu tak yakin lebih baik tidak perlu, karena hasilnya akan percuma tidak akan maksimal.
10
Kamu seharusnya lebih bersyukur dan lebih rajin belajar, dibandingkan dengan Bapak dulu harus kesawah dan menggembala sapi tetapi masih bisa juara kelas. Masak kamu yang sudah hidup enak tak bisa menjadi juara?
9
Tidak Murah Hati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB 5
Menumbuhkan Sikap Kesetujuan Kompetensi Dasar : a. Memahami maksim kesetujuan ketika berkomunikasi. b. Menggunakan maksim kesetujuan dalam percakapan seharihari. Indikator : a. Mampu menjelaskan pengertian tuturan yang mengandung sikap kesetujuan. b. Mampu memberikan contoh tuturan yang menunjukkan sikap kesetujuan pada suatu hal dalam percakapan. c. Mampu menunjukkan ciri tuturan yang mengandung sikap kesetujuan. d. Mampu mengaplikasikan tuturan yang mengandung sikap kesetujuan dalam sebuah perundingan atau negosiasi.
Dalam sebuah percakapan tentu ada sebuah kesepakatan atau kesetujuan antara penutur dan mitra tuturnya. Apalagi jika percakapan tentang sebuah proyek besar, tentu akan banyak kesetujuan dan ketidaksetujuan di dalam forum. Sikap setuju digunakankan agar antara penutur dan mitra tutur dapat sepaham dan tidak ada perdebatan. Namun, tidak selalu semua yang dikatakan oleh mitra tutur dapat kita setujui. Kita dapat menolak pendapat orang lain supaya terkesan santun dengan cara menolak secara tidak langsung. Artinya, kita menolak dengan halus menggunakan kata-kata yang tepat dan usahakan memberikan alternatif jawaban yang lain supaya dapat dipertimbangkan. Sebagai contoh perhatikan percakapan di bawah ini. (1) Anik : “San bagaimana ini proposal untuk diskusi nanti belum dicetak, kamu bisa tidak keluar sebentar?” Sando : “Oke bisa, aku sedang tak ada kegiatan kok, mana filenya!” Anik : “Terima kasih ya San.” Sando : “Sama-sama” (2) Anik : “San bagaimana ini proposal untuk diskusi nanti belum dicetak, kamu bisa tidak keluar sebentar?” Sando : “Aku tidak bisa, aku sibuk” Anik : “Tolong sebentar saja kamu cetak di depan, aku di panggil Bu Karmiatun nih” Sando : “Ya sudah, sini filenya.”
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (3) Anik : “San bagaimana ini proposal untuk diskusi nanti belum dicetak, kamu bisa keluar sebentar?”” Sando : “Aku sedang sibuk, kamu minta Andi saja dia sedang main dilapangan.” Anik : “Oke baiklah.” Di atas dapat diperhatikan tuturan (1) dan (3) dapat dikategorikan sebagai tuturan yang santun karena penutur dan mitra tuturnya saling menyetujui ide yang diberikan. Berbeda dengan tuturan (2), dalam tuturan tersebut tidak ada kesepakatan atau kesetujuan antara penutur dan mitra tutur. Sehingga, dapat menyebabkan suatu konflik maupun perdebatan. Jika seorang penutur ingin bersepakat dengan lawan tutur sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut: (1) sebisa mungkin menghindari penolakan secara langsung terhadap lawan tutur, (2) memberikan alternatif jawaban atau gagasan kepada lawan tutur sebagai bahan pertimbangan, (3) meminimalkan perbedaan diantara penutur dan lawan tutur dan hindari konflik dengan mitra tutur.
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Latihan 1. Berilah tanda cek (v) pada tuturan yang mengandung sikap kesetujuan! No Tuturan Kesetujuan 1
2
3
4 5
6
7 8 9 10
Bukan masalah benar atau salah, namun bagaimana menghadapi Bapak kepala sekoalh ketika beliau bertanya tentang masalah ini. Kalau begitu nanti sore kita kerjakan bersama, kalau perlu dikerjakan lembur agar besok dapat segera diproses. Sebaiknya kita segera pulang, hujan akan segera turun. Kalau kita tetap disini kita akan kemalaman sampai rumah. Bagaimanapun nanti hasil rapat, kita wajib menyetujuinya. Meskipun dia ketua OSIS keputusan harus diambil dari hasil voting terbanyak bukan semata-mata karena jabatannya tertinggi disini. Saya keberatan jika harga bahan makanan dinaikkan lagi. Pasalnya gaji tidak naik tetapi harga kebutuhan semakin mencekik leher saja. Kalau kamu tidak keberatan saya antar kamu sampai rumah. Laporan kerja lapangan kita dikembalikan dan disuruh memperbaiki karena banyak kekurangan. Saya bawakan makanan untukmu, dihabiskan ya. Ini buatanku sendiri dijamin bebas pengawet. Jika Aldo tetap berperangai seperti itu ia tidak akan lama menjadi ketua kelas kita.
12
Tidak setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB 6
Menumbuhkan Sikap Penerimaan Kompetensi Dasar : a. Memahami maksim penerimaan dalam berkomunikasi. b. Menggunakan tuturan yang mengandung maksim penerimaan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator : a. Mampu mendeskripsikan sikap penerimaan. b. Mampu menunjukkan tuturan yang mencerminkan sikap penerimaan. c. Mampu menunjukkan ciri tuturan yang mengandung sikap penerimaan. d. Mampu menggunakan tuturan yang mengandung maksim penerimaan dalam kehidupan sehari-hari.
Penerimaan diambil dari kata dasar terima yang artinya mendapat sesuatu. Sehingga, sikap penerimaan ini merupakan sebuah sikap yang diharapkan agar penutur dan mitra tutur dapat saling menghargai dan dapat memaksimalkan kerugian diri sendiri serta meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri. Perhatikan contoh berikut. Ari : “ Sini saya bantu membawa bukunya” Dewi : “Tidak usah, bukunya tidak berat kok” Dapat kita perhatikan pada tuturan tersebut, penutur memaksimalkan keuntungan bagi lawan tutur dengan cara menembahkan beban pada dirinya sendiri. Hal tersebut dilakukan dengan cara menawarkan bantuan pada lawan tuturnya.
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Latihan 1. Berilah tanda cek (v) pada tuturan yang mengandung sikap penerimaan! No
Tuturan
1
Kalau kamu tidak bisa dan butuh bantuan aku bisa membantumu. Aku siap 24 jam membantumu. Sudah diantar pulang, tak bilang terima kasih malah marah-marah. Yang belum membayar uang gedung tidak boleh mengikuti ujian. Kalau besok mau pulang, biar diantar adikmu sekalian dia mau bertemu budhenya. Kalau ingin pandai dan sukses, belajarlah yang rajin. Jangan hanya mengandalkan jawaban teman dan mencontek. Kalau Deo diterima di UGM, dia bisa tinggal dirumah saya. Biar saya punya teman untuk ngobrol. Bawa saja bukuku, nanti kalau belum faham kamu bisa bertanya besok disekolah.
2 3 4 5
6
7
Penerimaan
8
Bagaimanapun juga dia tidak boleh tinggal disini, meskipun ia mau bayar berapapun harganya.
9
Sakitmu bukan sebuah alasan untuk tidak mencuci bajumu sendiri bukan?
10
Ini uang yang saya janjikan, nanti jika kurang kamu bisa datang ke kantor saya.
14
Bukan Penerimaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB 7
Berbahasa Indonesia dengan Menggunakan Frasa Yang Beraura Santun
Kompetensi Dasar : a. Memahami bahasa Indonesia yang mengandung frasa beraura santun. b. Menggunakan bahasa Indonesia yang mengandung frasa beraura santun. Indikator : a. Mampu menjelaskan pengertian kata beraura santun. b. Mampu menggunakan kata dan frasa beraura santun dalam percakapan sehari-hari. c. Mampu menunjukkan atau membedakan kata yang beraura santun dengan kata yang tidak beraura santun.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Karena jika tidak digunakan sesuai dengan fungsinya, bahasa dapat menjadi alat kekerasan verbal yang terwujud dalam tutur kata seperti memaki, memfitnah, menghasut, menghina, dan lain sebagainya. Selain itu dampak dari kekerasan verbal tersebut akan berlanjut pada kekerasan fisik seperti permusuhan, perkelahian, aksi anarkisme, provokasi dan sebagainya. Di Indonesia hal tersebut sering terjadi. Bahkan perilaku tersebut sudah menjadi rahasia umum. Seseorang dengan mudahnya mengeluarkan katakata yang tak pantas. Tak aneh bila pembicaraan yang mengabaikan sopan santun menjadi pemicu terjadinya kekerasan. Seringkali kita bertanya-tanya, siapa sih yang wajib berbicara dengan santun? Untuk apa berbicara santun itu? Bukankah dengan bahasa percakapan sehari-hari orang sudah mengerti dan tidak merasa keberatan? Secara teoritis, semua orang harus berbahasa secara santun. Setiap orang harus berbahasa santun agar bisa menjaga etika, dan tujuan komunikasi dapat tercapai. Komunikasi akan santun jika antara penutur dengan mitra tutur selalu berprasangka baik satu sama lain. Komunikasi juga akan terasa santun jika penutur berbicara secara terbuka dan seandainya menyampaikan kritik disampaikan secara umum, tidak ditujukan khusus kepada pribadi tertentu. Berbicara juga dapat dikatakan santun jika penutur menggunakan bentuk tuturan yang lugas, dan tidak ada yang ditutup-tutupi, penutur harus mampu membedakan situasi dan kondisi, antara serius dan bercanda.
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ada beberapa cara yang apat membuat sebuah tuturan menjadi santun, salah satunya adalah menggunakan pilihan kata (diksi) yang mencerminkan kesantunan, misalnya: 1. Menggunakan kata “tolong” ketika hendak meminta bantuan dari orang lain. 2. Menggunakan kata “terima kasih” setelah orang lain melakukan tindakan yang diinginkan oleh penutur, atau sebagai penghargaan atas kebaikan orang lain. 3. Menggunakan kata “beliau” untuk orang ketiga yang lebih dihormati. 4. Menggunakan kata “maaf” untuk ucapan yang merugikan mitra tutur dan dapat menyinggung perasaan orang lain. 5. Menggunakan kata “Anda” untuk orang lain yang belum dikenal. Disamping bentuk-bentuk verbal diatas, ternyata bentuk non-verbal juga dapat menunjukkan kesantunan, misalnya: 1. Memperlihatkan wajah ceria. 2. Selalu tampil dengan tersenyum ketika berbicara. 3. Melihat ke arah wajah mitra tutur ketika sedang berbicara (tidak melihat ke arah lain). 4. Posisi tangan yang selalu merapat pada tubuh (tidak berkacak pinggang).
A. Latihan Berilah tanda cek (v) pada kolom yang disediakan dari setiap tuturan berikut yang menunjukkan tuturan santun atau tidak santun! No. Tuturan Santun Tidak santun 1. Apakah Ibu mau hadir dalam rapat besok? 2.
Mohon maaf saya terlambat datang, jalanan macet sekali.
3. 4.
Sekiranya ada waktu, saya mohon Anda datang untuk meramaikan acara. Apakah ada buku yang tertinggal disini?
5.
Terimakasih sudah mengantarkan saya pulang ya Nak.
6.
Saya tidak bisa hadir Pak, karena ada acara keluarga besok.
7.
Tolong antarkan saya ke minimarket dekat jembatan itu!
8.
Apakah benar Anda tidak salah menulis alamatnya?
9.
Besok jemput Dio sekalian ya Pak!
10.
Beliau akan datang ke kantor besok Kamis
16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Pranowo. 2010. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soewandi, A.M. Slamet. 2007. Bahan Penataran Wartawan KOMPAS dan Tambahan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tentang Penulis
Dwi Rahmawati Hanung Puguh Wijayanti, lahir pada 20 Oktober 1991 di Ngawi, Jawa Timur. Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Majasem, dan lulus pada 2004. Kemudian, 2007 lulus dari SMP Negeri 1 Kendal. Pada tahun 2010 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 2 Magetan. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan S1 program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
BIOGRAFI PENULIS
Dwi Rahmawati Hanung Puguh Wijayanti, lahir pada 20 Oktober 1991 di Ngawi, Jawa Timur. Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Majasem, dan lulus pada 2004. Kemudian, 2007 lulus dari SMP Negeri 1 Kendal. Pada tahun 2010 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 2 Magetan. Penulis melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi pada tahun 2010 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan penulis mengikuti organisasi dan kepanitiaan lomba yang diselenggarakan oleh prodi, sebagai salah satu tugas dan mata kuliah wajib.