PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Nikolaus Subandi 091224029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
JENIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Nikolaus Subandi 091224029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, penelitian ini peneliti atau Si Bungsu atau Dimas Nikolaus Subandi atau Mr. B persembahakan kepada: Tri Tunggal Maha Kudus: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus Keluarga Besar Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Si Bungsu kepada Keluarga: Yth. Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Yth. Ibu Yosepha Calasantia Susanti; Yts. Kangmas Antonius Susanto, Yts. Kangmas Suryana, dan Yts. Mbakayu LidwinaWindaryani; serta keluarga besar Mbah Kakung Frederikus Yusmin (Alm.) dan Mbah Kakung Petrus Yatimin (Alm.) serta Mbah Putri Alfonsa Alfatekah dan Mbah Putri Supini Ytc. Kekasihku, Temanku, Sahabatku, Pelabuhan Hatiku, yang akan menemaniku hingga akhir hayat: Martha Sovia Rosalina Bapak dan/atau Ibu Kos: Suradji (kos 1), Sulis (kos 2), Kos Wisma Al-Barokah, dan Kos Pelangi Para Sahabat Karib di Yogyakarta: Rm. Eduardus Sateng Tanis, Fernando Juliawan, Agustinus Datu Linggi’, Rinaldus Beatus Jo, Andreas Frengki Wijayanto, dan Marthina Omega Sriasa; juga Sr. Maria Fatima Kontesa, Ade Supiyanto, serta rekan-rekan CANA Community, Wisma Al-Barokah dan Kos Pelangi. Teman-teman dan Sahabat dari Taman Kanak-kanak Hingga SMA: Faisal, teman-teman HVC, teman-teman Tim ‘Comet’, dll.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Dari Alkitab Karena Dia yang melalui umatnya, memberiku petunjuk melalui tugas pertama untuk menjadi ‘Lektor’ saat Misa Hari Raya Natal Keluarga Kudus (Ketapang: Misa Kanak-kanak Tuhan Yesus Kristus) Matius 5:13-16, Jadilah “Garam Dunia dan Terang Dunia”
Dari Catatan Peneliti Refleksi penulis dari Sekolah Menengah Pertama,
“Hari Ini Harus Lebih Baik dari pada Hari Kemarin, Hari Esok Harus Lebih Baik dari pada Hari Ini”
Refleksi penulis usai mengikuti bedah buku “Menjadi Guru yang Cerdas dan Humanis” oleh pengarang Ignatia Esti Sumarah dan Eny Winarti pada tanggal 26 Mei 2015,
“Selalu Belajar dan Bersyukur serta Melayani”
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 September 2015 Penulis
Nikolaus Subandi
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Nikolaus Subandi
Nomor Induk Mahasiswa
: 091224029
Demi membangun ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjududul: JENIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal: 1 September 2015 Yang menyatakan
Nikolaus Subandi
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Subandi, Nikolaus. 2015. Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan teknik pengodean terbuka. Melalui penelitian ini dan sesuai dengan rumusan masalah, peneliti menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, dan (5) ter-. Kesalahan penggunaan sufiks – an; kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di-+-an, (2) di-+-kan, (3) peng+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, dan (6) meng-+-i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…-an, (2) peng-…-an dan (3) ke-…-an. Adapun saran bagi dosen pengampu mata kuliah bahasa Indonesia agar dapat lebih memperhatikan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia mahasiswanya. Dengan memberikan latihan-latihan yang disertakan contohcontoh kesalahan dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia untuk menghidari kesalahan-kesalahan yang akan terjadi. Dosen pembimbing penelitian disarankan agar lebih cermat dalam memberikan masukan dan koreksi kepada mahasiswa terutama dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada karya tulis ilmiah mahasiswa. Hal ini sangat bermanfaat karena mahasiswa yang merupakan kaum akademisi yang juga diharapkan dan selalu berkarya di bidangnya dan membagikan karyanya yang salah satunya dalam bentuk tulisan yang akan dibaca oleh banyak orang. Peneliti menyarankan pula bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang imbuhan-imbuhan yang jarang digunakan seperti penggabungan imbuhan prefiks dengan konfiks; prefiks dengan infiks; konfiks dengan infiks; dll. Akan menjadi menarik dan juga semakin berkembanglah teori penggunaan imbuhan bahasa Indonesia, jika ada penelitian tentang hal ini.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Subandi, Nikolaus. 2015. Types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes in Electrical Engineering Student Final Project Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. This qualitative descriptive study aimed to describe the types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes contained in Electrical Engineering Students’ Final Assignment of Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Before describing the findings, researchers collected data with documentation techniques. Then the researchers analyzed data collected with open coding techniques. Through this research and in accordance with the formulation of the problem, researchers produced the findings as follows. Indoneisan affixes error types covers (1) misuse prefixs, (2) misuse suffixes, (3) misuse simulfixes, and (4) misuse konfix. The misuses marked by the addition of affixes, removal of affixes, stacking fault of affixes, and miss formation of affixes. Prefix is the highest number of errors compared to the number of errors the use of suffixes, the number of errors the use of konfiks, and the number of errors the use of simulfixes. Misuse of prefixes covers (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, and (5) ter-. Misuse of suffixes covers -an, misuse of simulfixes covers (1) di-+-an, (2) di-+kan, (3) peng-+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, and (6) meng-+-i, misuse of konfiks covers (1) per-…-an, (2) peng-…-an dan (3) ke-…-an. As for advice for lecturers Indonesian subjects in order to pay more attention to the use of affixes Indonesian students. By providing exercises that included examples of errors in the use of Indonesian affixes to avoid errors that will occur. Supervisor research suggested that more careful in providing input and corrections to the students, especially in the use of Indonesian affixes the student scientific papers. This is very useful because students who are academics who are also expected and always worked in their field and share their work is one of them in the form of a paper to be read by many people. Besides it is also for researchers suggest further research to also examine the additive that is rarely used or considered unusual in the Indonesian language. The suffix is rarely used as a merger prefix with konfiks; prefix with infix; konfiks with infix; etc. Will become increasingly attractive and also developed the theory of Indonesian affixes use, if any research on this.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memeroleh gelar sarjana. Perolehan gelar yang harus dicapai sebagai tanda perjuangan yang luar biasa, salah satu cita-cita, rasa syukur, tanggung jawab, bentuk kasih dari orangtua kepada anaknya. Tidak sedikit tenaga, pikiran, biaya, motivasi, dan lain-lain yang mereka curahkan kepada penulis. Tentu karya ini bukan satu-satunya yang ada demikian, namun pengantar ini hanya sebatas ungkapan yang dapat peneliti sampaikan pada bagian awal dari penulisan skripsi ini. Penelitian yang peneliti lakukan merupakan seiota dari seluruh ilmu pengetahuan dan cabang ilmu pengetahuan yang dapat disumbangkan melalui penulisan skripsi ini. Berawal dari rasa keingintahuan peneliti serta pemenuhan syarat untuk memeroleh gelar sarjana, peneliti sadar dan semakin terbuka wawasan yang dimiliki. Namun ada hal yang lebih penting dan mendasar bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan Tuhan, Allah, adalah untuk selalu berkarya dalam hidupnya. Dengan penuh perjuangan pula, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan tugas pokok saat ini. Bahasa Indonesia memberikan banyak peluang, kesempatan, dan harapan bagi para pengguna dan pemelajarnya. Hal-hal tersebut menunjukan bahwa sebagai pengguna dan pemelajar harus lebih aktif dan proaktif dalam berbahasa Indonesia. Salah satu bentuk usaha yang berupa seiota inilah hasil persembahan peneliti kepada pengguna dan pemelajar bahasa Indonesia. Seberapa jauh yang peneliti buat harus ada masukan, pendapat, debat dan diskusi, serta penelitian lain untuk melengkapi dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada. Dalam penelitian ini pula, peneliti masih memiliki rasa ingin tahu bahwa seberapa jauh lagi peneliti sanggup untuk menyumbangkan pendapat dan pikiran melalui penelitian selanjutnya yang tentunya masih berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga ingin berbagi pendapat dengan x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
peneliti lain—tidak menutup kemungkinan pengguna dan pemelajar bahasa Indonesia—untuk berdiskusi demi kelanjutan pembahasan dan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Melalui kata pengantar ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan
ketulusan
hati telah
mendidik,
mendampingi,
membimbing,
mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi. 2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi,
membimbing,
mendukung,
dan
memotivasi,
memberi
perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi. 3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sekalu Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen triangulasi data penelitian yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi. 4. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi,
membimbing,
mendukung,
dan
memotivasi,
memberi
perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Para dosen yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia. 6. Bapak R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, atas bantuan dan pelayanan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi. 7. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Ibu Yosepha Calasantia Susanti, yang tiada hentinya mendukung dalam bentuk apa pun serta doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus; Juga kepada saudari-saudaraku yang selalu mendukung dan mendoakanku; Kepada kekasihku beserta keluarga, Martha Sovia Rosalina yang dengan setia mendukung, mendoakan peneliti sepenuh hati, dan bersedia menantiku hingga selesai studi. 8. Rekan penelitian payung, Renaldus Beatus Joe, Sr. Maria Felis Contesa, Ade Supianto, Devi Pusawati, yang dengan luar biasa mendukung dan memotivasiku serta kerja sama yang baik dalam penyelesaian penelitian dan skripsi. 9. Teman/sahabat kost Agustinus Datu Linggi’ dan Fernando Juliawan, serta teman gendheng Andreas Frengky Wijayanto dalam memotivasi, mengkritik, mengingatkan, diskusi, dan memberi pendapat, serta canda tawa dan bergila bersama yang membuat bergairah dan kembali bergairah peneliti dalam melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi. 10. Teman-teman seangkatan 2009 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, teman-teman seangkatan dari TK, SD, SMP, dan SMA di Ketapang Kalimantan Barat yang walaupun jarang bertemu lagi yang dalam tegur sapa melalui media elektronik selalu mendukung dan memotivasi. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua dukungan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sekali lagi penulis/peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih mengalami kesulitan serta tidak lepas dari kekurangan dan/atau kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik; serta diskusi yang lebih mendalam berkaitan dengan tema dan topik skripsi ini, besar harapan dan cita-cita peneliti untuk membahas lebih jauh dan mendalam mengenai tema dan topik penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya serta sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 1 September 2015 Penulis
Nikolaus Subandi
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv MOTTO ....................................................................................................... v HALAMAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................. viii ABSTRACT ................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4 1.5 Batasan Istilah ....................................................................................... 4 1.6 Sistematika Penyajian ............................................................................ 6 BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 7 2.1 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 7 2.2 Kajian Teori .......................................................................................... 10 xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa ...................................................... 10 2.2.2 Imbuhan .......................................................................................... 13 2.2.2.1 Prefiks ............................................................................................. 15 2.2.2.2 Infiks ............................................................................................... 28 2.2.2.3 Sufiks .............................................................................................. 29 2.2.2.4 Konfiks ............................................................................................ 36 2.2.2.5 Simulfiks ......................................................................................... 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 42 3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 42 3.2 Sumber Data dan Data Penelitian .......................................................... 43 3.3 Instrumen Penelitian ............................................................................... 43 3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 44 3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 44 3.6 Triangulasi Data ..................................................................................... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50 4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 50 4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ..................................................... 51 BAB V PENUTUP ...................................................................................... 78 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 78 5.2 Saran ...................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 81 LAMPIRAN ............................................................................................... 83 BIODATA PENULIS ................................................................................. 157
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sering dilakukan oleh banyak orang terutama kaum terpelajar. Tulisan-tulisan yang dihasilkan beragam, dari ragam tidak ilmiah sampai ragam ilmiah. Syair, lirik lagu, pantun, surat pribadi, surat kabar, dan artikel bebas dapat diketegorikan ke tulisan yang tidak ilmiah. Disertasi, tesis, skripsi dan tugas akhir adalah contoh dari hasil kegiatan menulis melalui penelitian yang merupakan ragam ilmiah. Pada kegiatan menulis, baik ragam ilmiah maupun tidak ilmiah, tidak jarang ditemui terjadinya kesalahan. Kesalahan yang terjadi bentuknya pun beragam. Kesalahan yang dilakukan ini merupakan bagian dari kesalahan berbahasa. Menurut Pateda (1989:50), “kesalahan dalam berbahasa terjadi pada (1) daerah fonologi, (2) daerah morfologi, (3) daerah sintaksis, dan (4) daerah semantis”. Selain hal tersebut, Pateda (1989:50) mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi 6 faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2) bahasa ibu, (3) lingkungan, (4) kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi. Berdasarkan pendapat Pateda mengenai kemungkinan terjadinya kesalahan berbahasa, peneliti menentukan untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi di daerah morfologi bahasa dengan fokus penelitian pada kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia. Sebelumnya penelitian tentang penggunaan imbuhan
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
bahasa Indonesia juga mendapat perhatian dari ketiga peneliti terdahulu yang peneliti temukan hasil penelitiannya. Ketiga penelitian tersebut dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng (2005) meneliti tentang kesalahan berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar, tahun ajaran 2004/2005 dalam menggunakan kata berimbuhan me-, Enung Marlina (1989) meneliti tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia, dan Donata Simu (1985) meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran -kan pada basis kata kerja intransitif dalam bahasa Indonesia. Peneliti akan meneliti jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah yang berupa tugas akhir mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Peneliti akan mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), imbuhan gabung (simulfiks), dan imbuhan terbelah (konfiks). Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan Tahun 2013” dengan 2 dasar pemikiran. Kedua dasar pemikiran tersebut adalah (1) penggunaan imbuhan bahasa Indonesia sangat penting dalam barbahasa Indonesia baik dalam bahasa tertulis maupun lisan; (2) pentingnya penggunaan imbuhan bahasa Indonesia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
dalam penulisan karya ilmiah khususnya bagi mahasiswa Teknik Elektro dalam menyusun tugas akhir. Peneliti menentukan tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro sebagai subjek penelitian karena tugas akhir tersebut dapat dijadikan indikator keterampilan berbahasa mahasiswa teknik elektro. Di samping
hal tersebut tugas akhir
merupakan wadah bagi para peneliti—mahasiswa Teknik Elektro—untuk menunjukkan ide atau gagasan yang mereka miliki kepada orang lain. Ketersampaian ide atau gagasan yang mereka miliki tergantung ketepatan pemakaian bahasa yang digunakan. Mahasiswa Teknik Elektro fokus studinya adalah ilmu yang berkaitan dengan keelektronikan bukan kebahasaan—bahasa Indonesia. Istilah-istilah dalam bahasa keelektronikan yang terkadang sulit dilekatkan ke imbuhan bahasa Indonesia yang mengakibatkan mereka cenderung salah dalam menuliskannya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah apa saja jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat di tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, peneliti berharap adanya manfaat bagi para pihak yang memerlukan. 1. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam penyusunan karya ilmiah seperti tugas akhir, terutama dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan, inspirasi dan wawasan kepada mahasiswa dan dosen pembimbing akan pentingnya imbuhan bahasa Indonesia saat membimbing mahasiswa menyusun karya ilmiah seperti tugas akhir. 3. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan serta wawasan dalam berbahasa Indonesia terutama dalam menggunakan imbuhan bahasa Indonesia.
1.5 Batasan Istilah Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013 Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
dengan fokus penelitian berupa jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia. Adapun istilah-istilah yang menjadi pokok dalam penelitian ini. a. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada penelitian ini bermaksud mendeskripsikan sebab kesalahan, penanda kesalahan, dan bentuk kesalahan yang terjadi dalam proses menggunakan—dari penentuan imbuhan pada sebuah dasar hingga akhirnya menuliskannya dalam bentuk kata jadiannya—berdasarkan jenis imbuhan bahasa Indonesia yaitu prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), dan simulfiks (imbuhan gabung). Kesalahan penggunaan imbuhan tersebut akan dideskripsikan dari kesalahan yang terdapat pada tugas akhir-tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. b. Jenis dapat diartikan sebagai kalisifikasi kesalahan penggunaan imbuhan berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu. c. Kesalahan berbahasa adalah tidak tepatnya pengguanaan kaidah-kaidah berbahasa dalam bahasa lisan maupun tertulis. Dalam penelitian ini adalah kesalahan berbahasa dalam tulisan. d. Imbuhan merupakan bubuhan pada kata dasar yang membentuk kata baru; afiks. Suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Imbuhan terbagi menjadi empat jenis imbuhan dan dari setiap jenis itu memiliki bentuk, arti dan fungsi masing-masing.
1.6 Sistematika Penyajian Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III adalah metodologi penelitian berisi jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, triangulasi. Pada bab IV dipaparkan hasil penelitian data, analisis data, dan pembahasan. Hasil penelitian data ini diperoleh dari data penelitian, yaitu tugas akhir-tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis. Hasil analisis data tersebut kemudian dibahas untuk memecahkan masalah yang terdapat di bab 1, yaitu di dalam rumusan masalah. Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang peneliti buat berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan inilah yang menjadi hasil dari penelitian ini. Selain itu, peneliti juga memaparkan beberapa saran yang diperlukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Penelitian yang Relevan Donatus Doweng Kumanireng (2005) meneliti tentang kesalahan
berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar, tahun ajaran 2004/2005 dalam menggunakan kata berimbuhan me-. Donatus Doweng Kumanireng menemukan ada tiga jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar. Ketiga jenis kesalahan itu meliputi (1)kesalahan penggunaan variasi bentuk afiks me- ada 50 kesalahan, (2) kesalahan penggunaan fungsi dan makna afiks me- ada 69 kesalahan, dan (3) pemenggalan kata berimbuhan me- ada 30 kesalahan. Enung Marlina (1989), tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya Enung Marlina membandingkan kata kerja berimbuhan pada bahasa Sunda dengan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia. Enung Marlina menemukan adanya kemiripan kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dengan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia yang menghasilkan ramalan kesukaran atau ramalan kesalahan bagi siswa Sunda dalam belajar Bahasa Indonesia. Kesukaran yang terjadi karena siswa Sunda cenderung untuk membentuk kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia dengan memakai afiks pembentuk kata kerja bahasa Sunda. Donata Simu (1985), meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran kan pada basis kata kerja intransitif dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya,
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Donata Simu menemukan keanehan atau kejanggalan dalam proses pelekatan akhiran -kan dengan kata kerja intransitif yang terjadi pada, (1) terjadinya peristiwa yang penyebabnya ada di luar kehendak atau kontrol subjek. (2) terjadinya peristiwa pada diri subjek, ditujukan pada sekelilingnya baik pada benda atau orang tertentu maupun umum, disebabkan oleh hal atau keadaan tertentu, (3) terjadinya peristiwa karena dikehendaki subjek dan tidak dapat diwakilkan pada orang lain. Dalam penelitiannya, Donata Simu juga menemukan kata kerja-kata kerja intransitif yang dapat dilekati akhiran -kan yang dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan arti yang timbul dalam konteksnya: (1) kelompok data yang objeknya dikenai tidakan atau kegiatan yang tertera di dalamnya, (2) kelompok data yang objeknya tertera dalam keadaan tertentu (statif), (3) kelompok data yang objeknya aktif melakukan tindakan atau kegiatan yang tertera di dalamnya. Donata Simu menyimpulkan bahwa pelekatan akhiran -kan pada kata kerja intransitif yang membutuhkan objek merupakan kebiasaan para pengguna asli bahasa Indonesia. Kebiasaan ini sudah menjadi kaidah sehingga jika pelekatan itu tidak diikuti akan dianggap salah atau janggal. Penelitian yang telah dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng (2005), Enung Marlina (1989), dan Donata Simu (1985), menujukkan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia dari tahun yang berbeda terdapat adanya kesalahan. Kesalahan terjadi karena pengguna memiliki konvensi berbahasa tersendiri yang dianggap tidak sesuai dengan perkembangan teori yang ada, seperti yang dilakukan oleh Donata Simu; Berasal dari pengguna bahasa yang memiliki bahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
yang lebih dari satu (dwibahasawan), seperti penelitian yang dilakukan oleh Enung Marlina; dan tidak pahamnya pengguna bahasa akan aturan berbahasanya sehingga terjadi kesalahan berbahasa seperti penelitian yang dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng. Dari ketiga penelitian tersebut, peneliti melihat bahwa setiap pengguna memiliki latar belakang dan/atau pengalaman berbahasa yang berbeda-beda. Dari ketiga penelitian terdahulu yang diperoleh peneliti, hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan berbahasa yang dilakukan pengguna bahasa ternyata tidak lepas dari kesalahan berbahasa karena tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia. Demikianlah ketiga penelitian terdahulu yang peneliti jadikan landasan dalam penelitian ini. Ketiga penelitian ini juga mendukung dan berkaitan penelitian ini karena topik utama yang dibahas berkaitan dengan kesalahan berbahasa dengan fokus penelitian imbuhan bahasa Indonesia. Dari kesamaan topik dan fokus penelitian tersebut ada aspek yang belum dibahas dan menjadi perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu kesalahan berbahasa dalam menggunakan imbuhan bahasa Indonesia yang meliputi prefiks, infiks, akhiran, dan gabungan imbuhan serta imbuhan terbelah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan penyebab kesalahan berbahasa khususnya penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada subjek penelitian yaitu tugas akhir mahasiswa teknik elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2
10
Kajian Teori Pada subbab ini, peneliti memaparkan teori-teori yang membahas variabel-
variabel yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Dari judul “Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan Tahun 2013”, peneliti akan memaparkan variabel jenis-jenis kesalahan berbahasa, variabel imbuhan serta jenis-jenisnya sebagai berikut.
2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa Pada bagian ini peneliti akan memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan jenis-jenis kesalahan berbahasa. Hal tersebut meliputi pengertian dan jenis-jenis kesalahan berbahasa itu sendiri. Berkaitan
dengan
kesalahan
berbahasa,
Setyawati
(2010:13-14)
berpendapat bahwa kesalahan memiliki nuansa kata dengan penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Setyawati (2010:13) menyatakan bahwa kata ‘salah’ dapat diantonimkan dengan kata ‘betul’, sehingga ‘salah’ dapat diartikan tidak betul atau tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Setyawati (2010:13) melanjutkan bahwa penyimpangan adalah menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa tahu norma yang benar, namun menyimpang karena alasan tertentu sehingga tidak menggunakan norma yang ada. Pelanggaran dalam hal berbahasa, Setyawati (2010:14) menyatakan bahwa pengguna bahasa tahu akan adanya norma namun dengan penuh kesadaran tidak mengikuti norma yang ada. Selanjutnya Setyawati (2010:14) menyatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
kehilafan dalam hal berbahasa bahwa terjadinya proses psikologis pengguna bahasa yang mengakibatkan kekhilafan menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya. Akibatnya adalah kekhilafan tersebut memunculkan sikap keliru. Setyawati
(2010:15)
menyimpulkan
“kesalahan
berbahasa
adalah
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor
penentu
berkomunikasi
atau
menyimpang
dari
norma
kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.” Selain Setyawati, Ekowardono (1989:1) berpendapat, “sebab mendasar (fundamental) terjadinya kesalahan berbahasa ialah kurangnya penguasaan bahasa pada pemakai bahasa. Penguasaan yang kurang itu dapat terjadi dalam aspek fonologis, morfologis, sintaktis, leksikal (semantis) atau pun dalam aspek situasi sosiolinguistis dan psikolingusistis yang mendukung penggunaan aspek-aspek itu”. Ekowardono (1989:1) melajutkan gagasannya sebagai berikut. Bagi pemakai bahasa yang monolingual keadaan itu kerap terjadi pada masa awal usaha penguasaan bahasa ibunya, yakni pada masa kanak-kanak. Dalam masa perkembangannya secara berangsur-angsur kekurangan penguasaan aspek-aspek itu teratasi berkat bimbingan alamiah dari lingkungan bahasanya. Bagi pemakai bahasa dwilingual atau multilingual kurangnya penguasaan bahasa kedua menimbulkan gejala yang disebut interferansi, yakni gejala tercampurkannya fenomena bahasa pertama di dalam pemakaian bahasa kedua. Pendapat-pendapat tersebut didukung oleh pendapat Pateda (1989:50) bahwa kesalahan dalam berbahasa terjadi pada (1) daerah fonologi, (2) daerah morfologi, (3) daerah sintaksis, dan (4) daerah semantis. Kemudian Pateda
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
(1989:50) mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi enam faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2) bahasa ibu, (3) lingkungan, (4) kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi. Seturut dari penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan seturut pendapat Pateda, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa di daerah morfologi, yaitu kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan/afiks. Menurut Tarigan (1988:198), “kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata”. Tarigan (1988) melanjutkan bahwa salah satu cara untuk meneliti terjadinya kesalahan berbahasa adalah menggunakan perspektif taksonomi siasat permukaan. Tarigan (1988:148) berpendapat bahwa taksonomi siasat permukaan adalah suatu cara untuk menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah. Tarigan (1988:149) menambahkan bahwa secara garis besar kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam taksonomi siasat permukaan adalah penghilangan, penambahan, salah formasi, dan salah susun. Tarigan (1988:149) berpendapat bahwa kesalahan-kesalahan yang bersifat penghilangan yang dimaksud taksonomi siasat permukaan adalah ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan/tulisan yang baik dan benar. Selanjutnya kesalahan bersifat penambahan. Menurut Tarigan (1988:151), “kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Kemudian kesalahan yang berupa salah formasi, menurut Tarigan (1988:154), “kesalahan yang berupa misformaton atau salah-formasi ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah”. Kesalahan yang keempat adalah salah susun; Tarigan (1988:157) menyatakan bahwa kesalahan tersebut ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau tuturan—dalam penelitian ini berupa tulisan.
2.2.2 Imbuhan Di dalam morfologi bahasa, Arifin dan Junaiyah (2009) berpendapat bahwa terdapat suatu proses yang disebut proses morfologis. Di dalam proses morfologis terdapat suatu proses yang disebut afiksasi atau pengimbuhan. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:10), “afiksasi adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks”. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:2-3), afiks atau imbuhan adalah morfem terikat yang tidak dan/atau memiliki alomorf . Ramlan (2009:55) memberikan penjelasan bahwa imbuhan (afiks) ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Chaer (2011:197) berpendapat, “dalam penggunaan imbuhan acapkali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan dahulu untuk dapat digunakan di dalam pertuturan”. Chaer (2011:197) melanjutkan bahwa imbuhan dapat mengubah makna, jenis, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda
dengan
kata
dasar
atau
bentuk
dasarnya.
Chaer
(2011:197)
menambahkan bahwa imbuhan mana yang harus digunakan tergantung pada keperluan penggunaannya di dalam pertuturan. Untuk keperluan pertuturan itu malah sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paparan teori Arifin dan Junaiyah mengenai imbuhan yang digunakan sebagai acuan dalam analisis data penelitian. Arifin dan Junaiyah (2009:5) berpendapat, “afiks atau imbuhan di dalam bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting sebab kehadiran imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.” Peneliti mencontohkan sebuah dasar yang dibubuhi konfiks peng-…-an sebagai berikut. a. Bentuk b. Kategori c. Fungsi d. Makna
hijau penghijauan hijau penghijauan hijau penghijauan hijau penghijauan
(kata dasar) (kata jadian) (kata sifat) (nomina) (keterangan) (bisa subjek) (proses, perbuatan, atau cara menghijaukan)
Dari contoh tersebut sangat jelas bahwa imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan berbahasa. Kata ‘hijau’ dapat merupakan kata dasar yang berkategori kata sifat, selain itu kata ‘hijau’ memiliki fungsi sebagai keterangan. Ketika kata ‘hijau’ dibubuhi konfiks peng-…-an akan menjadi kata ‘penghijauan’, yang terjadi adalah kata ‘penghijauan’ merupakan kata jadian, kata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
tersebut berkategori nomina yang memiliki fungsi tertentu dalam kalimat bisa saja sebagai subjek, dan makna yang muncul adalah proses, perbuatan, atau cara menghijaukan. “Bahasa Indonesia memiliki empat jenis imbuhan, yaitu prefiks (prefiks), infiks (infiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbelah (konfiks)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:4). Keempat jenis imbuhan tersebut dijabarkan sebagai berikut. 2.2.2.1 Prefiks “Prefiks (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian). Bahasa Indonesia memiliki 8 prefiks (prefiks), yaitu ber- dan per-, meng- dan di-, ter-, ke, dan se-”(Arifin dan Junaiyah, 2009:6). Kedelapan prefiks tersebut dijabarkan dan dijelaskan oleh Arifin dan Junaiyah (2009:22-57) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut. a. Prefiks ber“Prefiks atau prefiks ber- memiliki variasi bentuk ber-, be-, bel- (dan meryang sudah merupakan bentuk arkais)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:22). Adapun contohnya sebagai berikut. 1) ber- + suku awal mengandung -er2) ber- + 3) ber- +
{ajar} {unjur}
be-, seperti bekerja, beternak; dan dasar yang berfonem awal /r/ seperti berawa dan berencana. belajar belunjur ber-, seperti bergaul dan berteman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
“Prefiks ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Kalimat yang predikatnya berupa kata kerja berprefiks ber- tidak memiliki objek, tetapi dapat memiliki pelengkap atau keterangan” (Arifin dan Junaiyah, 2009:23). Kata kerja berprefiks ber- memiliki makna seperti berikut: 1) ‘memiliki’ atau ‘mempunyai’, seperti Kakak membeli televisi berwarna. ‘kakak membeli televisi yang memiliki warna’; televisi yang ada warna’ Adik latihan menulis di buku bergaris. ‘adik latihan menulis di buku yang ada garisnya’; ‘ buku yang ada garis’ 2) ‘menyatakan’ atau ‘mengakui’, seperti Saya berkakak kepadanya. ‘saya menyatakan kakak kepadanya’; ‘saya menyapanya kakak’ Andre bersaudara dengan Tina. ‘Andre menyatakan saudara dengan Tina’; ‘Andre menyapa Tina saudara/i’ 3) ‘menghasilkan’ atau ‘mengeluarkan’, seperti Pohon itu berbuah mangga. ‘pohon itu menghasilkan mangga’ gunung berapi (arkais: gunung merapi) ‘gunung yang mengeluarkan api’ 4) ‘biasa melakukan’, ‘bertindak sebagai’, ‘bekerja sebagai’, seperti Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’ Kakekku bertukang di rumah tetangga. ‘kakek bekerja sebagai tukang di rumah tetangga’ 5) ‘melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri (resiprokal)’, seperti Ia sedang bercukur. ‘ia sedang mencukur dirinya sendiri’ Agus sedang bersikat gigi. ‘Agus sedang menyikat giginya sendiri’ 6) ‘mendapat’, ‘dapat di-…’, atau ‘dikenai’, seperti Kalimat itu berterima. ‘kalimat yang dapat diterima’ Dona berhujan saat ke kantor. ‘Dona dikenai hujan saat ke kantor’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
7) ‘memakai’ atau ‘mengenakan’, ‘menggunakan’; ‘mengendarai’ atau ‘naik’, seperti Didi bersepeda ke rumahku. ‘Didi mengendarai sepeda ke rumahku’ Dono berjam tangan Rolex. ‘Dono mengenakan jam tangan Rolex’
8) ‘menjadi kelompok’, seperti Agar dapat menang kalian harus bersatu. ‘Agar dapat menang kalian harus menjadi satu (bekerja sama dalam satu kelompok)’ Mereka bertujuh adalah anggota Cherrybelle. ‘mereka tujuh orang yang menjadi satu kelompok adalah anggota Cherrybelle’ b. Prefiks mengArifin dan Junaiyah (2009:29-34) memilih prefiks meng- sebagai salah satu prefiks dalam bahasa Indonesia dan tidak memilih me- atau meN-. Menurut Arifin dan Junaiyah variasi bentuk meng- (dibandingkan variasi bentuk lain, yaitu: mem-, men-, meny-, me-, dan menge-)
lebih banyak memberikan distribusi ketika
dilekatkan ke bentuk dasar. Prefiks meng- mengalami proses morfologis yang menentukan penggunaan variasi bentuk meng-. Penggunaan variasi bentuk tersebut berdasarkan kepada fonem awal bentuk dasar yang akan dilekatinya. Proses morfologis dapat digambarkan sebagai berikut. meng- menjadi: meng mem men meny me menge-
+ + + + + +
{vokal, g, k, h, kh, x} {b, f, p, v} {t, d, sy, z} {s,c, j} {l, r, y, w, nasal} kata ekasuku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (transitif dan taktransitif). Makna yang timbul dari prefiks meng- adalah sebagai berikut. 1) ‘melakukan’, ‘mengerjakan’, seperti Anak itu rajin membaca buku. ‘anak itu rajin melakukan baca buku’ Penjahit itu sedang memotong kain. ‘penjahit itu sedang melakukan potong kain’ 2) ‘menjadi’, seperti Otot lengannya membesar. ‘otot lengannya menjadi besar’ Jangan berpikir mendua. ‘jangan berpikir menjadi dua cabang’ 3) ‘melakukan peringatan’, seperti Misa meniga hari kakek. ‘misa memperingati tiga hari kakek meninggal’ Kenduri menujuh bulan. ‘kenduri memperingati tujuh bulan kehamilan’ 4) ‘menggunakan’ atau ‘memakai’, seperti menggunting baju ‘memotong baju menggunakan gunting’ mengapak pohon ‘memotong/menebang pohon menggunakan kapak’ 5) ‘membuat’ atau ‘menghasilkan’, seperti menggambar pemandangan ‘membuat gambar pemandangan’ orang itu sering membual ‘orang itu sering membuat bualan’ 6) ‘mengeluarkan (suara)’, seperti kambing mengembik ‘kambing mengeluarkan suara (bunyi) embik’ harimau mengaum ‘harimau mengeluarkan suara (bunyi) aum’ 7) ‘memberi’ atau ‘melengkapi dengan’, seperti mengecat mobil ‘melengkapi mobil dengan cat’ memagari rumah ‘memberi atau melengkapi rumah dengan pagar’ 8) ‘menuju’, seperti Air Asia mengudara 10.000 kaki. ‘Air Asia menuju udara yang tingginya 10.000 kaki’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
George Lorenso menepi karena motornya bermasalah. ‘George Lorenso menuju tepi lintasan balapan karena motornya bermasalah’ Awu melaut dengan selamat sampai Surabaya. ‘Awu menuju laut dengan selamat sampai Surabaya’ 9) ‘mencari’, seperti Ia mendamar ke hutan. ‘ia mencari damat ke hutan’ Darmana pergi merotan. ‘Darmana pergi mencari rotan’ 10) Dalam ragam lisan terdapat beberapa kata yang sering diucapkan dengan salah, seperti berikut. (a) (b) (c) (d)
meng- + traktir meng- + transfer meng- + kritik meng- + praktik(kan)
“menraktir” “menransfer” “mengritik” “memraktikkan”
Keempat kata tersebut dalam ragam lisan diucapkan salah, seharusnya adalah sebagai berikut. (a) (b) (c) (d)
meng- + traktir meng- + transfer meng- + kritik meng- + praktik(kan)
mentraktir mentransfer mengkritik mempraktikkan
Jika prefiks meng- dilekatkan pada dasar yang dimulai dengan gugus konsonan, seperti dr, gr, kl, pr, str, tr, gugus tersebut tidak luluh. c. Prefiks diPrefiks di- memiliki bentuk yang tetap atau tidak berubah (Arifin dan Junaiyah, 2009:39). Arifin dan Junaiyah (2009:40) menyatakan bahwa prefiks diberfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif; prefiks di- berkaitan dengan prefiks meng-, seperti dibawa >< membawa, diukur >< mengukur, dipuji >< memuji.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Prefiks di- memiliki makna sebagai berikut: 1) ‘dikenai laku’ atau ‘dikenai tindakan’, seperti Ia dihukum karena korupsi. ‘ia dikenai hukuman/tindakan hukum karena korupsi’ Ayam itu dipotong menjadi beberapa bagian. ‘Ayam itu dikenai tindakan potong menjadi beberapa bagian’ 2) ‘dikenai dengan’, seperti Pohon itu diparang. ‘pohon itu dipotong /dikenai dengan parang’ Kain itu disiletnya. ‘kain itu dipotong nya dengan silet’ 3) ‘dibuat atau ‘dijadikan’, seperti Nangka itu digulai. ‘nangka itu itu dibuat/dijadikan gulai’ Daging sapi itu direndang. ‘daging sapi itu dibuat/dijadikan rendang’ 4) ‘diberi’ atau ‘dilengkapi dengan’, seperti Dinding kamarnya dicat biru langit. ‘dinding kamarnya diberi cat biru langit’ Cristiano Ronaldo disanksi tiga kali tidak bertanding. ‘Christiano Ronaldo diberi sanksi tiga kali tidak bertanding’ d. Prefiks ke“Prefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada dasar, seperti kepada dan ketua” (Arifin dan Junaiyah, 2009:40). Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks ke-, yaitu prefiks ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal dan bertalian dengan prefiks ter-) dan prefiks ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (Arifin dan Junaiyah, 2009:41).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Prefiks ke- memiliki makna sebagai berikut. 1) Prefiks ke- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut: (a) (dalam ragam cakapan), prefiks ke- semakna dengan prefiks ter-, yang berarti ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan’, atau ‘menderita kejadian’, seperti Yang dicari sudah ketemu. ‘yang dicari sudah tertemu’ Ita ketawa terbahak-bahak. ‘ia tertawa terbahak-bahak’ Bajumu kebawa saya. Bajumu terbawa saya’ Dia mati kelindas truk. ‘dia mati terlindas truk’ (b) ‘di urutan’ atau “pada urutan’, seperti Ia menjadi juara ketiga. ‘ia menjadi juara di/pada urutan tiga’ Rusman menikahi anak ketiga Pak Bagong. ‘Rusman menikahi anak di/pada urutan tiga Pak Bagong’ 2) Prefiks ke- pembentuk kata benda yang memiliki makna sebagai berikut: (a) ‘yang memiliki sifat atau ciri’, seperti ketua kekasih kehendak ketahu
‘yang memiliki sifat/ciri tua’ ‘yang memiliki sifat kasih’ ‘yang berciri hendak’ ‘yang memiliki ciri tahu’
(b) ‘kelompok kesatuan atau kelompok bilangan yang dianggap satu’ atau ‘kumpulan’, seperti Ketiga orang itu bekerja sama dengan baik. ‘kumpulan tiga orang itu bekerja sama dengan baik’ Kedua produk itu kami beri diskon 25%. ‘kumpulan dua produk itu kami beri diskon 25%’ Bahasa Indonesia memiliki kata hendak dan tahu, disamping kata kehendak dan ketahu. Hal itu juga sejalan ketika pengguna bahasa menggunakan ragam cakap, seperti kemiri (miri), kemenyan (menyan), ketimun (timun), kecambah (cambah), dan ketumbar (tumbar). Nama-nama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
itu, sering diucapkan tanpa prefiks ke-, tetapi maknanya tidak berubah (Arifin dan Junaiyah, 2009:42). e. Prefiks perArifin dan Junaiyah (2009:42) berpendapat bahwa prefiks per- mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada dasar karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan imbuhan ber-. Perubahan bentuk prefiks per- seperti imbuhan ber-. 1) per2) per- + {ajar} + {unjur} 3) per- +
pe- jika berarti ‘yang ber-…’, seperti pedagang, perenang, peserta. pelajar pelunjur
per-, seperti perpanjang dan personal
“Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks per-, yaitu prefiks per- pembentuk kata kerja (perfiks verbal) dan per- (pe-, pel-) sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:43). Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:43), prefiks per- memiliki makna sebagai berikut. 1) Prefiks per- yang membentuk kata kerja (a) ‘(men)jadikan lebih’ (biasanya prefiks per- dilekatkan pada dasar yang berupa kata sifat), seperti Perindah rumahmu. ‘jadikan lebih indah rumahmu’ Perbesar gambar itu. ‘jadikan lebih besar gambar itu’ Persingkat waktunya. ‘jadikan lebih singkat waktunya’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
(b) ‘membagi menjadi’, seperti Perdua roti itu. ‘bagi dua roti itu’ Seperdua gajinya utuh. ‘satu bagian dari du bagian gajinya utuh’ 2) Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:45), prefiks per- (pe-, pel-) yang membentuk kata benda adalah sebagai berikut. (a) ‘yang memiliki’ atau ‘yang ber-…’, seperti meja persegi ‘meja yang memiliki segi’; ‘meja yang bersegi’ anak pemalu ‘anak yang memiliki rasa malu’ (b) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang mengeluarkan’, seperti kambing pesusu ‘kambing yang menghasilkan susu’ sapi peanak ‘sapi yang menghasilkan anak’ ayam pedaging ‘ayam yang menghasilkan daging’ (c) ‘yang biasa melakukan’ (sebagai profesi, kebiasaan, kegemaran) atau ‘yang ber-…’, seperti pertapa ‘(orang) yang bertapa’ peladang ‘(orang) bekerja di ladang’; ‘(orang) yang berladang’ (d) ‘yang melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri’, seperti peuji ‘yang beruji’ lelaki pedandan ‘lelaki yang (suka) berdandan’ (e) ‘yang dikenai laku’ atau ‘yang ber-…’, seperti pesuruh ‘yang bersuruh’; ‘yang disuruh’ petatar ‘yang bertatar’; ‘yang ditatar’ f. Prefiks peng“Prefiks peng- mengalami perubahan bentuk. Karena bentuk dan maknanya berkaitan dengan bentuk dan makna prefiks meng-, perubahan bentuk prefiks peng- pun sejalan dengan perubahan prefiks meng-” (Arifin dan Junaiyah,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
2009:47-48). Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48), prefiks peng- berfungsi untuk membentuk kata benda; dan bertalian bentuk dan maknanya dengan prefiks meng-. Artinya, artinya setiap kata benda yang berprefiks peng- bertalian bentuk dan maknanya dengan kata kerja berprefiks meng-. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48-49), prefiks peng- memiliki makna sebagai berikut. 1) ‘yang melakukan’, seperti Atlet pelempar lembing. ‘atlet yang melakukan lembar lembing’ Jonny adalah penghias ruangan yang dapat diandalkan. ‘Jonny adalah orang yang menghias (melakukan hias) ruangan yang dapat diandalkan’ 2) ‘yang menjadi’ atau ‘yang menjadikan’, seperti Ia memang amat peragu. ‘ia memang (orang) yang amat menjadi ragu’ Sabun mandi adalah cairan pembersih tubuh. ‘sabun mandi adalah cairan yang menjadikan bersih tubuh. penghapus pensil. ‘yang menjadikan pensil hilang (di atas kertas) atau terhapus di atas kertas’ pemberat ‘yang menjadikan berat’ 3) ‘yang menggunakan’ atau ‘yang memakai’, seperti penyabit ‘yang menggunakan sabit (untuk menyabit)’ penggergaji ‘yang menggunakan gergaji (untuk menggergaji)’ 4) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang membuat’, seperti penenun kain songket ‘yang membuat kain songket’ penyambal teri ‘yang membuat sambal teri’ 5) ‘yang mengeluarkan (suara)’, seperti pengembik ‘yang mengeluarkan suara embik’ pengaum ‘yang mengeluarkan suara aum(an)’ 6) ‘yang memberi’ atau ‘yang melengkapi dengan’, seperti pengecat gedung ‘yang melengkapi gedung dengan cat’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
dollar Amerika menjadi pematok harga barang elektronik ‘dollar Amerika menjadi (nilai) yang member patok(an) harga barang elektronik’ 7) ‘yang menuju’, seperti pendarat ‘yang menuju darat’; ‘yang mendarat’ penyelam ‘yang menuju air untuk menyelam’ 8) ‘yang mencari’ atau ‘yang mengumpulkan’, seperti perotan ‘yang mencari/mengumpulkan rotan’ pendata ‘yang mengumpulkan data’ g. Prefiks seMenurut Arifin dan Junaiyah (2009:52), bahasa Indonesia mempunyai dua jenis se- sebagai prefiks, yaitu se- yang merupakan bentuk klitik (dari kata esa) dan se- yang membentuk adverbia (keterangan/tambahan). Keduanya tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan kata yang lain. Prefiks se- berfungsi untuk membentuk klitik dan membentuk adverbia (Arifin dan Junaiyah, 2009:52). Fungsi prefiks se- dapat dijelaskan dengan contoh: seirama (satu irama), sesekolah (satu sekolah), sekamar (satu kamar) yang merupakan prefiks se- yang merupakan klitik. Prefiks se- yang merupakan adverbia dapat dicontohkan dengan seenaknya, selambatnya, segirangnya, dan semampunya. Makna yang timbul dari prefiks se- antara lain sebagai berikut (Arifin dan Junaiyah, 2009:53). 1) Se- yang berupa bentuk klitik (a) ‘satu’, seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
sedesa ‘satu desa’ sekota ‘satu kota’ seiman ‘satu iman’ (b) ‘seluruh’, seperti se-Indonesia ‘seluruh Indonesia’ seisi kamar ‘seluruh isi kamar’ (c) ‘sama’ atau ‘sampai’, seperti sepandai ‘sama pandai’ dalamnya selutut ‘dalamnya sampai lutut (misal masuk kolam)’ tingginya sepinggang ‘tingginya sampai pinggang’ 2) Prefiks se- sebagai pembentuk adverbia (prefiks adverbial) (a) ‘dengan’, seperti seizinku ‘dengan izinku’ serestu orang tuanya ‘degan restu orang tuanya’ (b) ‘seturut’ atau ‘menurut’, seperti setahuku ‘menurut yang aku tahu’ seingatku ‘menurut yang aku ingat’ seenaknya ‘dengan enaknya’ (c) ‘setelah’, seperti setibanya ‘setelah tibanya’ sedatangnya ‘setelah datangnya’ h. Prefiks terArifin dan Junaiyah (2009:54) menyatakan bahwa imbuhan ter- dibagi menjadi dua. Kedua prefiks tersebut adalah prefiks ter- yang membentuk kata kerja (prefiks verbal yang bertalian dengan prefiks ber-); dan prefiks ter- yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
membentuk kata sifat (prefiks adjektival). Makna kedua prefiks ter- dijabarkan sebagai berikut. 1) Prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna sebagai berikut (Arifin dan Junaiyah, 2009:54). (a) ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’, seperti Kami datang ketika pintu sudah terbuka. ‘kami datang ketika pintu sudah/dalam keadaan terbuka’ Ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang terjatuh di tepi lapangan. ‘ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang dalam keadaan jatuh di tepai lapangan’ (b) ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau tiba-tiba’, seperti Ia berlari terkencing-kencing karena ketakutan. ‘Ia berlari sampai tiba-tiba kencing karena ketakutan’ Pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan. ‘pintu mobil Mercedes itu telah mengalami goresan karena diparkir sembarangan’ Udara kotor yang terhirup akan mengakibatkan bersin. ‘udara yang kotor yang dengan tidak sengaja dihirup akan mengakibatkan bersin’ (c) ‘dapat’ (biasanya didahului oleh kata tidak atau dilengkapi dengan akhiran kan) Alam yang indah tidak terperikan. ‘alam yang indah tidak dapat diperikan’ Harga mainan itu terjangkau oleh orang tuanya. ‘harga mainan itu dapat dijangkau oleh orang tuanya’ Imbuhan ter- yang bermakna ‘telah selesai dilakukan’ atau ‘sudah selesai dikerjakan’ baik dengan sengaja (sadar) atau tidak sengaja (tidak sadar), seperti pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan, merupakan kata kerja yang mengandung aspek perfektif (aspek selesai sudah).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Di bidang hukum, khususnya hukum peradilan ada istilah seperti tersangka, terdakwa, dan terpidana. Prefiks ter- yang digunakan pada istilah tersebut memberikan arti ‘yang di…’. Istilah-istilah tersebut biasanya digunakan sebagai padanan istilah bahasa Inggris
yang menggunakan bentuk past participle
adjective, seperti ‘sun burned’ ‘terbakar matahari’ dan ‘related problem’ ‘masalah yang terkait’. 2) Prefiks ter- yang membentuk kata sifat memiliki arti ‘paling’, seperti Aku adalah pemuda terganteng di kampung. ‘aku adalah pemuda paling ganteng di kampung’ Olahraga termurah adalah olahraga lari. ‘olahraga paling murah adalah olahraga lari’ 2.2.2.2 Infiks “Infiks (sisipan) adalah imbuhan yang dilekatkan di tengah dasar. Bahasa Indonesia memiliki 4 infiks, yaitu -el, -em, -er, dan -in” (Arifin dan Junaiyah, 2009:6). Arifin dan Junaiyah (2009:57-58) menambahkan bahwa kata dengan infiks dianggap sebuah kata bukan kata berimbuhan. Namun Arifin dan Junaiyah (2009:11) memberi penjelasan bahwa infiks -el- mengandung makna ‘kumpulan’, ‘aneka’; infiks -em- bermakna ‘sifat’; infiks -er- mengandung makna ‘mengandung’; dan infiks -in- digunakan sebagai padanan akhiran asing -end, ent, dan -and yang berarti ‘yang di-…-kan’ atau -ence.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Keempat infiks tersebut jika dibubuhkan ke dalam kata dapat dicontohkan sebagai berikut. a. b. c. d.
Infiks -el, seperti telunjuk, telapak, pelatuk, gelembung, dan geligi. Infiks -em, seperti kemuning, kemelut, kemilau, gemerlap, dan temali. Infiks -er, seperti serabut, seruling, gerigi, Infiks -in, seperti kinerja, sinambung, tinambah
2.2.2.3 Sufiks “Akhiran adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar” (Arifin dan Junaiyah, 2009:6). Bahasa Indonesia memiliki setidaknya enam sufiks atau akhiran dan beberapa sufiks atau akhiran bahasa asing yang juga digunakan dalam bahasa Indonesia. Akhiran-akhiran tersebut dijabarkan dan dijelaskan oleh Arifin dan Junaiyah (2009:58-75) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut. a. Sufiks -an Sufiks -an tidak mengalami perubahan bentuk ketika dibubuhkan pada sebuah dasar. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58) akhiran -an memiliki fungsi sebagai berikut. 1) sebagai pembentuk kata benda, yang memiliki hubungan dengan verba meng-; 2) dalam ragam cakapan, sufiks –an berfungsi sebagai pembentuk kata sifat dan pembentuk kata kerja. Makna yang hadir ketika suatu kata atau dasar dibubuhi oleh sufiks –an, menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58-59) adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
1) sebagai pembentuk kata benda, sufiks -an berarti, ‘hasil’, ‘perolehan’, ‘akibat’, atau ‘yang dikenai laku’, seperti manisan buah ‘hasil memaniskan buah’ pukulan ‘hasil menggerakkan telapak tangan dalam keadaan tertutup’ benjolan ‘akibat yang timbul karena terkena benda tumpul (dengan tenaga yang besar)’ uang taruhan ‘uang yang dipertatuhkan’ liburan ‘yang dilakukan saat libur’ buaian ‘yang di buai’ sisipan ‘yang disisipkan’ 2) sufiks –an yang berarti ‘kumpulan’, ‘gugus’, seperti lautan ‘kumpulan laut’ daratan ‘kumpulan darat’ puluhan ‘kumpulan puluh’ 3) sufiks -an yang berarti ‘yang mempunyai atau yang mengandung’, seperti buah durian ‘buah yang mempunyai duri’ anak jalanan ‘anak yang (ada) di jalan’; ‘anak jalan’ tepian sungai ‘bagian/sisi tepi sungai’ 4) sebagai pembentuk kata sifat, sufiks -an (dalam ragam cakapan) berarti ‘terlampau’ atau ‘terlalu’, seperti gedean ‘terlalu gede’ panasan ‘terlalu panas’, ‘lebih panas’ banyakan ‘terlalu/terlampau banyak’ gantengan ‘lebih/terlalu ganteng’ 5) sufiks -an yang berarti ‘terlampau’ atau ‘terlalu’ tampaknya berasal dari konfiks ke-…-an tetapi ke- pada konfiks itu tidak diucapkan, seperti kekecilan ‘terlalu/terlampau kecil’ kebesaran ‘terlalu/terlampau besar’ kegendutan ‘terlalu/terlampau gendut’ kepanasan ‘terlalu/terlampau panas’ kedinginan ‘terlalu/terlampau dingin’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
6) dalam ragam cakapan, sufiks -an (berasal dari konfiks pembentuk kata kerja: ber-…-an), arti yang timbul ‘melakukan dengan pelaku atau laku yang banyak’ atau ‘saling’, seperti Dona dan Dono tabrakan di depan kelas. ‘Dona dan Dono saling tabrak di depan kelas’ Sudah banyak orang yang berjualan. ‘sudah banyak orang yang berjual’ b. Sufiks –anda Sufiks -anda (-nda, atau -da) merupakan sufiks penghormat atau (sufiks honorifik) pada sejumlah istilah kekerabatan, seperti anakanda, ananda, anaknda, dan ibunda (Arifin dan Junaiyah, 2009:60). c. Sufiks–i Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:60) sufiks -i ada dua, yaitu sufiks -i sebagai pembentuk kata kerja dan sufiks -i (-iah, -wi, -wiah) sebagai pembentuk kata sifat. Sebagai pembentuk kata kerja, sufiks -i memiliki makna sebagai berikut. 1) ‘… di’, seperti Aku turuni tangga itu lambat-lamabat. ‘aku turun di tangga itu dengan lambat’ Dono menaiki pohon mangga. ‘Dono naik di pohon mangga’ ‘… kepada’, seperti Kami kunjungi dia di rumah sakit. ‘Kami berkunjung kepada dia di rumah sakit’ Dia lempari aku dengan batu. ‘Dia lempar kepada aku dengan batu’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
‘… ke’, seperti Hadapi dia dengan tenang. ‘Hadap ke dia dengan tenang’ memasuki ‘masuk ke’ Burung itu menghinggapi dahan pohon mangga. ‘Burung itu hinggap ke dahan pohon mangga’ ‘… dari’, seperti hindari bahaya ‘menghindar dari bahaya’ saya memiliki tiga buku. ‘saya pemilik dari tiga buku’ 2) ‘membuang dari’, seperti menguliti sapi ‘membuang kulit ayam (membuang kulit dari badan ayam)’ menyisiki ikan ‘membuang sisik (dari badan) ikan’ 3) ‘berulang-ulang’ atau ‘berkali-kali’, seperti Adik melempari mangga. ‘Adik melempar mangga berkali-kali’ Kakek memolesi tembok dengan cat. ‘kakek memoles tembok berkali-kali dengan cat’ 4) ‘memberikan … kepada’, seperti menugasi saya ‘memberikan tugas kepada saya’ memanasi nasi ‘memberikan panas kepada nasi’ ‘memasangi … dengan’ atau ‘memasangkan … pada’, seperti memagari taman ‘ memasangi taman dengan pagar’ menghitami kuku ‘memasangkan hitam pada kuku’ ‘… untuk’, seperti menagisinya ‘menangis untuknya’ Nike menghadiahi Adidas sepeda baru ‘Nike memberi hadiah untuk Adidas sepeda baru’ Sufiks -i (-wi, -iah, -wiah) sebagai pembentuk kata sifat memiliki arti ‘bersifat’ atau ‘berkenaan dengan’, seperti berikut. 1) 2) 3) 4) 5)
alami ‘bersifat alam’; ‘berkenaan dengan alam’ Badani ‘bersifat badan’; ‘berkenaan dengan badan’ Jasmaniah ‘bersifat jasmani’; ‘berkenaan dengan jasmani’ Akharwi ‘bersifat akhirat’; ‘berkenaan dengan akhirat’ Kesalahan manusiawi ‘ kesalahan bersifat/berkenaan dengan manusia’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Arifin dan Junaiyah (2009:61) menambahkan bahwa akhiran -i, -wi, -iah, wiah diserap dari bahasa Arab. Akhiran-akhiran tersebut digunakan untuk penentuan penggunaan imbuhan berdasarkan jenis kelamin. Akhiran -i atau -wi termasuk kelompok maskulin dan akhiran -iah atau -wiah termasuk kelompok feminim. d. Sufiks -kan Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:65) sufiks -kan berfungsi sebagai pembentuk kata kerja; sufiks -kan memiliki arti sebagai berikut. 1) ‘menyebabkan’ atau ‘menjadikan’, seperti Kisah sedih itu menangiskan kami. ‘Kisah sedih itu menjadikan kami menangis’ Gerakan itu selamatkan kami dari bertabrakan. ‘gerakan itu menyebabkan kami selamat dari bertabrakan’ 2) ‘melakukan untuk/bagi orang lain’ (benefaktif), seperti Aku membukakan ayah pintu. ‘aku membuka pintu untuk ayah’ Adik membelikan ibu oleh-oleh dari Bandung. ‘adik membeli oleh-oleh dari Bandung untuk ibu’ 3) ‘sungguh-sungguh’, seperti Dengarkan keterangan saya. ‘dengar sungguh-sungguh keterangan saya’ Kenangkan semua kebaikan dari orang tua. ‘kenang sungguh-sungguh kebaikan dari orang tua’ 4) ‘dengan’, seperti Pukulkan sapu pada kucing belang itu. ‘pukul dengan sapu kucing belang itu’ Jangan lepaskan tali itu. ‘jangan lepas dengan tali itu’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
e. Sufiks -wan Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:70-71) sufiks -wan (-wati, -man) adalah bentuk terikat yang memiliki arti ‘yang memiliki’ dan ‘yang bergerak di’; dan sufiks ini hanya dapat dibubuhkan ke kata benda. Hal tersebut dalap kita lihat dari contoh sebagai berikut. 1) ‘yang memiliki’, seperti sukarelawan ‘yang bersukarela’ jutawan ‘yang berjuta kekayaan (uang)’ budiman ‘yang berbudi’ 2) ‘yang bergerak di’, seperti olahragawan ‘yang bergerak di bidang olahraga’ wartawan ‘yang bergerak di bidang warta’ f. Sufiks -in dan -at Arifin dan Junaiyah (2009:72) mengatakan bahwa, sufiks -in dan -at diserap dari bahasa Arab. Kedua sufiks tersebut digunakan berkaitan dengan jenis kelamin. Sufiks -in untuk lelaki dan -at untuk perempuan. Adapun contoh sufiks in dan -at sebagai berikut: hadirin ‘lelaki yang hadir’; hadirat ‘perempuan yang hadir’; muslimin ‘lelaki muslim’; muslimat ‘perempuan muslim’. Namun kata akhirat adalah kata yang diserap secara utuh yang berarti ‘alam baka’, ‘alam setelah kehidupan di dunia’ bukan kata akhir yang mendapat sufiks -at. Arifin dan Junaiyah (2009:73) melanjutkan bahwa pembedaan jenis kelamin juga ada dalam bahasa Indonesia. Fonem /a/ digunakan untuk makna ‘laki-laki’ dan fonem /i/ untuk makna ‘perempuan’. Penggunaan fonem /a/ dan fonem /i/ di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
akhir kata yang akan digunakan. Adapun contoh dari penggunaan fonem tersebut sebagai berikut: siswa ‘murid laki-laki’; siswi ‘murid perempuan’; dewa ‘dewa yang laki-laki’; dewi ‘dewa yang perempuan’. Kemudian Arifin dan Junaiyah (2009:73) melanjutkan bahwa kata-kata seperti: sekretariat, rektorat, bukanlah kata yang memperoleh imbuhan berdasarkan jenis kelamin. Kedua kata tersebut diserap secara utuh dari bahasa Belanda yaitu: secretariat ‘bagian organisasi yang menangani pekerjaan tugas sekretaris’ dan rectorat ‘bagian universitas yang menangani pekerjaan tugas rektor’. g. Sufiks Lain dari Bahasa Asing Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:73) banyak sekali istilah dari bahasa asing digunakan dalam bahasa Indonesia. Istilah-istilah bahasa asing tersebut juga tidak jarang memiliki akhiran. Hal tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut: nomination, nominator, dan nomine. Ketiga istilah tersebut biasa kita dengar dalam suatu perlombaan yang diucapkan pembawa acara. Untuk pemeran utama pria terbaik nominasinya adalah … . Dikesempatan lain pembawa acara mengatakan Untuk pemeran utama wanita terbaik Nominatornya adalah … . Dari kedua kata dicontoh tersebut manakah yang benar? Kata nominasi adalah hasil penyesuaian istilah dari bahasa Inggris yaitu nomination yang memiliki arti ‘the act, process, or an instant of nominating’ yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘proses, perbuatan, atau cara mengusulkan’. Kata nominator adalah kata dari bahasa Inggris yaitu nominator yang berarti ‘a person who nominates’ yakni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
‘orang yang mengusulkan kandidat pemenang’ atau ‘pengusul kandidat pemenang’. Kalimat yang sebenarnya yang ingin diucapkan oleh pembawa acara ialah mengungkapkan konsep orang (pemeran utama pria/wanita terbaik) yang diusulkan untuk menjadi kandidat pemenang. Untuk itu seharusnya pembawa memilih kata nomine (Inggris: nominee berarti ‘a person who has been nominated’ yakni ’orang yang dicalonkan’ atau ‘orang yang diunggulkan’). Berdasarkan ilustrasi tersebut, Arifin dan Junaiyah (2009:74) mengajak orang Indonesia
untuk menggunakan istilah-istilah bahasa
Indonesia daripada
menggunakan istilah asing tetapi tidak mengerti maknanya. Hal tersebut, menurut Arifin dan Junaiyah (2009:74) terdapat kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antara perbicara dan pendengar jika dalam berbahasa lisan dan antara penulis dan pembaca jika dalam berbahasa tertulis. 2.2.2.4 Konfiks “Konfiks, lazim juga desebut imbuhan terbelah, adalah imbuhan yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar” (Arifin dan Junaiyah, 2009:7). Arifin dan Junaiyah (2009:7) melanjutkan bahwa konfiks harus dilekatkan sekaligus pada dasar dengan mengapit dasar karena konfiks adalah imbuhan tunggal yang memiliki satu kesatuan bentuk dan satu kesatuan makna. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:7) konfiks atau imbuhan terbelah dalam bahasa Indonesia ada 5, yaitu ke-…-an, ber-…an, per-…-an, peng-…-an, dan se-…-nya. Penjelasan mengenai konfiks atau imbuhan terbelah dijelaskan oleh Arifin dan Junaiyah (2009:75-91) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
a. Konfiks ke-…-an Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis konfliks ke-…-an, yaitu sebagai pembentuk kata kerja, sebagai pembentuk kata sifat dan sebagai pembentuk kata benda (Arifin dan Junaiyah, 2009:75). 1) Sebagai pembentuk kata kerja, konfiks ke-…-an berarti ‘menderita atau mengalami kejadian’; ‘menderita atau mengalami keadaan’, seperti Tadi malam aku kedinginan, ‘tadi malam aku menderita dingin’ Kemarin sore aku kehujanan, ‘kemaren sore aku mengalami hujan’ 2) Sebagai pembentuk kata sifat, konfiks ke-…-an berarti ‘terlalu atau terlampau’, seperti Bajunya kebesaran, ‘bajunya terlampau besar’ Karena dicium pipinya menjadi kemerahan, ‘karena dicium pipinya menjadi terlalu merah’ 3) Sebagai pembentuk kata benda, konfiks ke-…-an berarti sebagai berikut. (a) ‘mempunyai ciri atau sifat’, seperti Keadilan, ‘bersifat atau berciri adil’ Kemakmuran,’bersifat atau berciri makmur’ (b) ‘tempat’, seperti Kami datang ke rumah kediamannya, ‘kami datang ke rumah tempatnya diam/tinggal’ Paman saya bekerja di kantor kedutaan Indonesia, ‘paman saya bekerja di kantor duta Indonesia’ Konfiks ke-…-an yang merupakan predikat dari sebuah kalimat dan berupa kata kerja seiring arti dengan imbuhan ter-, di-, di-+-kan dan -nya. Secara umum, konfiks ke-…-an yang memiliki arti ‘mengalami kejadian’ atau ‘mengalami keadaan’ menunjukkan makna malafektif atau adversatif yakni makna yang mengandung sisi negatif yang muncul sehubungan arti dengan imbuhan di-,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
namun tidak selalu, (Arifin dan Junaiyah, 2009:76-77). Konfiks ke-…-an, jika dibubuhkan ke sebuah kata yang mengalami pengulangan yang membentuk kata sifat justru memiliki arti ‘agak’, ‘mirip’ atau ‘seperti’, (Arifin dan Junaiyah, 2009:78). b. Konfiks ber-…an Konfiks ber-…-an berfungsi sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut. 1) ‘melakukan sesuatu dengan laku atau pelaku banyak’, ‘tidak beraturan’, seperti Orang berhamburan keluar. ‘banyak orang berhambur keluar’ Di kantor itu kertas berserakan. ‘di kantor itu banyak kertas tidak beraturan’ 2) ‘saling’ atau ‘berbalasan’, seperti Anak-anak itu berkelahi berpukulan. ‘anak-anak itu berkelahi slaing pukul’ Setelah sekian lama romeo tidak berjumpa dengan Juliet, mereka melepas rindu dengan berpelukan. ‘setelah sekian lama romeo tidak berjumpa dengan Juliet, mereka melepas rindu dengan saling peluk’ c. Konfiks per-…-an Konfiks per-…-an memiliki variasi bentuk per-…-an, pel-…-an, dan pe-…-an. Konfiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata benda dan bertalian dengan prefiks pembentuk kata kerja ber-. Makna-makna yang timbul dari konfiks per-…-an adalah sebagai berikut. 1) ‘Perihal’ atau ‘yang berhubungan dengan’ Perolehan angka.’perihal beroleh angka’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Pelajaran bahasa. ‘perihal bahan ajar bahasa’ 2) ‘hasil memper-…’ atau ‘perihal memper-…’ Perpanjangan masa berlaku KTP. ‘hasil memperpanjang masa berlaku KTP’ Indonesia adalah Negara persatuan. ‘Indonesia adalah Negara hasil mempersatukan wilayah-wilahnya (atau wilayah-wilayah yang dipersatukan). 3) ‘tempat ber-…’ Peristirahatan terakhir. ‘tempat beristirahat yang terakhir’ Perusahaan sawit. ‘tempat berusaha sawit’ d. Konfiks peng-…-an Konfiks peng-…-an mempunyai variasi bentuk (pe-…-an, pem-…-an, pen-…an, peny-…-an dan penge-…-an). Konfiks itu amat bertalian bentuk dan maknanya dengan prefiks meng- dengan variasi bentuk seperti: (me-…, mem-…, men-…, meny-…, menge-…) Konfiks peng-…-an, memiliki makna sebagai berikut. 1) ‘proses, perbuatan, atau cara meng-…’, seperti Penulisan. ‘proses perbuatan atau cara menulis’ Pengaturan. ‘proses perbuatan atau cara mengatur’ Pengucilan. ‘proses perbuatan atau cara mengucil’ 2) ‘tempat meng-…’, seperti Pelabuhan hati. ‘tempat melabuhkan hati’ Penitipan sepeda. ‘tempat menitipka sepeda’ Penyimpanan beras. ‘tempat menyimpan beras’ e. Konfiks se-…-nya Konfiks se-…-nya digunakan untuk kata membentuk keterangan. Konfiks tersebut dapat dilekatkan pada dasar yang berupa kata sifat yang mengalami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
perulangan ataupun tidak. Makna yang timbul dari se-…-nya yang dilekatkan pada dasar yang mengalami reduplikasi adalah ‘paling’ atau tingkat elatif yang tinggi, (Arifin dan Junaiyah, 2009:90). Contohnya sebagai berikut. sebaiknya ‘sepatutnya’ setingginya ‘sama tingginya’ sejujurnya ‘dengan jujur’ sepintarnya ‘sama pintarnya’
sebaik-baiknya ‘paling baik’ setinggi-tingginya ‘paling tinggi’ sejujur-jujurnya ‘paling jujur’ sepintar-pintarnya ‘paling pintar’
Konfiks se-+R(eduplikasi)-nya memiliki kesamaan makna dengan prefiks ter(pembentuk kata sifat), yaitu paling, namun dalam penggunaannya dalam kalimat tidak dapat dipertukarkan, (Arifin dan Junaiyah, 2009:91). Contohnya sebagai berikut. Dia adalah anak yang paling pintar di sekolah itu. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi ‘Dia adalah anak yang terpintar di sekolah itu.’ Dia adalah anak yang paling pintar di sekolah itu. Kalimat tersebut tidak dapat diubah menjadi ‘Dia adalah anak yang *sepintar-pintarnya di sekolah itu.’
2.2.2.5 Simulfiks Simulfiks atau imbuhan gabung adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap (Arifin dan Junaiyah, 2009:7). Contohnya adalah kata memberdayakan. Dalam proses afiksasi, afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar daya adalah bermenjadi berdaya, setelah itu sufiks -kan menjadi berdayakan. Akhirnya prefiks meng- dilekatkan pada kata tersebut sehingga menjadi memberdayakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
Berdasarkan pendapat Arifin dan Junaiyah, peneliti menangkap dan menyimpulkan bahwa simulfiks pada sebuah kata jadian tetap mempertahankan variasi bentuk, makna, dan fungsi dari masing-masing afiks yang digabungkan. Simulfiks terbentuk ketika pengguna bahasa akan mempersingkat makna yang akan disampaikan ke dalam satu kata jadian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab metodologi penelitian ini akan diuraikan mengenai: (1) jenis penelitian, (2) sumber data, (3) instrumen penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data, dan (6) triangulasi. 3.1 Jenis Penelitian Peneliti berusaha mencapai tujuan penelitian dengan meneliti kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia. Imbuhan bahasa Indonesia berupa awalan, akhiran, sisipan, konfiks, dan gabungan. Peneliti mendeskripsikan bagaimana bentuk kesalahan-kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat pada subjek penelitian. Kesalahan-kesalahan yang diteliti berasal dari tugas akhir-tugas akhir mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Penelitan ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah “penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”. “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan” (Arikunto, 2009:234).
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian “Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh” (Arikunto, 2006: 129). Berdasarkan teori tersebut, data penelitian ini bersumber dari tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Dalam penelitian ini, data yang dibutuhkan adalah kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia di dalam kalimat yang terdapat pada dokumen-dokumen tugas akhir mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013.
3.3 Instrumen Penelitian Arikunto (2009:101) menyatakan bahwa instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan agar lebih sistematis dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data. Berdasarkan pendapat Arikunto (2009:101) instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti layak sebagai instrumen penelitian karena merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang pernah mempelajari imbuhan-imbuhan bahasa Indonesia dalam Matakuliah Morfologi Bahasa Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
3.4 Teknik Pengumpulan Data Arikunto (2009:100) menyatakan “metode pengumpulan data adalah caracara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Berdasarkan pernyataan Arikunto, teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara mengambil dokumen tersebut yang merupakan hasil dokumentasi pihak perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, peneliti melakukan kunjungan ke perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk men-download semua tugas akhir mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Kedua, peneliti memilih secara acak tugas akhir yang akan diteliti. Ketiga, peneliti peneliti membaca dan menandai data-data kesalahan penggunaan imbuhan dari setiap tugas akhir tersebut. Keempat, peneliti mencatat data-data kesalahan dalam penggunaan imbuhan ke dalam tabel dan memberi kode pada masing-masing data.
3.5 Teknik Analisis Data Pada subbab ini berisi pemaparan bagaimana cara peneliti menganalisis data yang telah diperoleh. Data yang diperoleh berupa hasil penulisan tugas akhir mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Adapun metode yang peneliti gunakan untuk menganalisis data yang menurut Moleong (2008:220) adalah teknik content analysis atau kajian isi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Menurut Holsti (1969 yang dipaparkan Guba dan Lincoln, 1981:240 yang peneliti peroleh dari Moleong, 2008:220), “kajian isi adalah teknik apa pun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis”. Adapun beberapa hal yang menjadi dasar kajian isi yang peneliti jadikan dasar secara langsung berkenaan/bersinggungan dengan data penelitian. Dasar-dasar tersebut peneliti gunakan sebagai langkah-langkah untuk menganalisis data. Guba dan Lincoln (1981:247 yang peneliti peroleh dari Moleong, 2008:220) bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi prinsip dasar dalam kajian isi. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. 1. Proses mengikuti aturan. Setiap langkah dilakukan atas dasar aturan dan prosedur yang disusun secara eksplisit. Aturan itu harus berasal dari kriteria yang ditentukan dan prosedur yang ditetapkan. 2. Proses analisis data dilakukan dengan sistematis. Hal ini bertujuan pembentukan kategori. 3. Proses generalisasi. 4. Proses
yang
terjadi
dilakukan
dengan
mempersoalkan
isi
yang
termanifestasikan. 5. Proses dalam kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif, namun dapat pula dilakukan bersama kualitatif. Peneliti tidak menekankan analisis secara kuantitatif, namun peneliti menekankan pada analisis secara kualitaitf. Data yang peneliti butuhkan adalah data yang melanggar aturan atau tidak sesuai dengan aturan yang ada seperti paparan teori yang peneliti gunakan. Dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
hal ini sudah tersampaikan dengan jelas, jika data sesuai aturan/teori peneliti abaikan dan jika tidak sesuai aturan/teori peneliti ambil/gunakan analisis dan dijadikan bukti. Adapun langkah-langkah peneliti dalam proses analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Langkah pertama adalah penentuan aturan dalam meneliti. Aturan yang peneliti tetapkan dan dibimbing oleh dosen pembimbing adalah dengan memeroleh minimal 150 data yang mengalami kesalahan dalam penulisan penggunaan imbuhan dan menggunakan teori mutahir sebagai dasar untuk menganalisis data. Data-data yang dibutuhkan peneliti sebut dengan data target dalam hal ini untuk membedakan terhadap data secara keseluruhan. 2. Langkah kedua, peneliti memilih teori yang dijadikan dasar untuk mengupas data hingga memeroleh data yang dibutuhkan. Peneliti menggunakan teori dan /atau buku sebagai berikut. “Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa” karya Henry Guntur Tarigan yang peneliti gunakan untuk mengidentifikasi adanya kesalahan. Imbuhan bahasa Indonesia yang dikemukaan oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah yang berujudul “Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi; Edisi Kedua”. 3. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia dengan membaca data secara keseluruhan hingga target minimal data tercapai. Tahap ini peneliti menggunakan teori dan/buku karya Henry Guntur Tarigan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
4. Dalam pembacaan data, jika teridentifikasi terdapat data yang dibutuhkan peneliti memberikan tanda agar sumbernya dapat ditemukan kembali. Penandaan diberikan kepada data target dengan formasi sebagai berikut. Nama pengarang; (Urutan Judul TA,TE, 2013, nomor halaman, urutan paragraf, urutan kalimat dalam paragraf). 5. Langkah ini peneliti menganalisis setiap data target yang sudah terkumpul menggunakan teori dan/atau buku yang berkaitan dengan imbuhan bahasa Indonesia karya Zaenal Arifin dan Junaiyah. 6. Langkah keenam adalah proses generalisasi. Proses mengeneralkan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara memilah data yang pada dasarnya tidak sesuai/tidak mengikuti atau melanggar aturan dari teori yang peneliti gunakan. Klasifikasi yang dibuat peneliti berdasarkan pada data target dan akan digunakan untuk menjawab masalah dan tujuan penelitian. 7. Data-data target peneliti manifestasi/tampilkan dalam bentuk tabel yang berisi hasil analisis yang beserta penjelasan letak kesalahan dan bentuk perbaikan dari setiap data target. Data-data target yang termanifestasikan inilah yang menjadi modal bagi peneliti untuk membuat kesimpulan. 8. Sebelum menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, peneliti menyerahkan hasil analisis kepada triangulator untuk diuji keabsahannya. 9. Melakukan perbaikan berdasarkan saran triangulator. 10. Menarik beberapa kesimpulan umum dari data yang telah ditriangulasikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
3.6 Triangulasi Data Moleong (2008:330) berpendapat bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan tujuan untuk menyatakan validitas dan tingkat kepercayaan dari hasil temuan. Pertama, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Patton (1987:331; dalam Moleong 2008:330) menyatakan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan data/informasi yang diperoleh melalui waktu dan/atau alat yang berbeda. Peneliti melakukannya dengan menyertakan penandaan/kode sumber data pada setiap data target. Kedua, peneliti menggunakan triangulasi metode. Hal ini peneliti lakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang terdapat dalam “teknik mempelajari dokumen melalui analisis konten” yang dinyatakan oleh Moleong (2008:219-223) untuk proses analisis data. Ketiga, peneliti menggunakan triangulasi teori. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori Zaenal Arifin dan Junaiyah dalam buku yang berjudul “Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi; Edisi Kedua” dan teori Henry Guntur Tarigan dalam buku yang berjudul “Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa”. Peneliti melakukannya dengan strategi yang menurut Guba dan Lincoln (1981:245-246 dalam Moleong, 2008:221) yaitu strategi pulang-pergi (teoridata-teori-data dan seterusnya). Keempat, peneliti menggunakan triangulasi logis. Hal ini peneliti
lakukan
dengan
melakukan
bimbingan
dengan
Bapak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sebagai dosen triangulator data penelitian dan sekaligus dosen mata kuliah menulis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Pada subbab pertama dijelaskan tentang deskripsi data dan hasil penemuan, pada subbab kedua dijelaskan hasil analisis data dan pembahasan. 4.1 Deskripsi Data Data penelitian ini berupa kesalahan dalam penggunaan imbuhan dalam tugas akhir mahasiswa teknik elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Peneliti menggunakan tujuh tugas akhir sebagai sumber data penelitian karena dengan ketujuh tugas akhir tersebut peneliti sudah memenuhi syarat jumlah minimal data yang dibutuhkan. Data yang peneliti peroleh berjumlah 155 data. Tugas akhir- tugas akhir tersebut sebagai berikut; (1) Prayadi Sulistyanto: Syringe Pump Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno, (2) Zefni Reinhard Sopacua: Wet Sterilisator Using ATMega8535, (3) Metodius Danny Christian Manalu: Produksi Obat Asma Seduh Berbasis Mikrokontroler ATmega8535, (4) Bernadus Juk: Robot Penerima Tamu, (5) Sturminus Theofanus Lering: Penentuan Jenis Golongan Darah Manusia Berbasis Mikrokontroler AtMega 8535, (6) Oktovianus Ferryandi: Alat Ukur Kadar Kurkumin Menggunakan Monokromator Prisma, (7) Yonathan Abi Putra Ariyanto: Mesin Pencuci Piring.
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Dari ketujuh tugas akhir tersebut ditemukan beberapa jenis kesalahan penggunaan imbuhan. Secara umum jenis-jenis kesalahan penggunaan imbuhan meliputi (1) prefiks, (2) sufiks, (3) simulfiks, dan (4) konfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) prefiks meng- ,(2) prefiks di-, (3) prefiks ke-, (4) prefiks peng-, dan (5) prefiks ter-. Kesalahan penggunaan sufiks adalah sufiks -an. Kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) simulfiks di- + -an, (2) simulfiks di- + -kan, (3) simulfiks peng-+-kan, (4) simulfiks meng- + -kan, (5) simulfiks meng- + -an, dan (6) simulfiks meng- + -i. Kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) konfiks per-…-an, (2) konfiks peng-…-an dan (3) konfiks ke-…-an. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan.
4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan Berdasarkan data yang peneliti temukan, peneliti menganalisis terhadap data tersebut. Tidak semua data peneliti tampilkan, hanya beberapa data yang peneliti gunakan untuk mewakili setiap jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang peneliti temukan. Data-data kesalahan dalam penelitian ini peneliti klasifikasikan menjadi, (1) kesalahan dalam penggunaan prefiks, (2) kesalahan dalam penggunaan sufiks, (3) kesalahan dalam penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan dalam penggunaan konfiks. Data-data kesalahan yang peneliti temukan dari setiap jenis imbuhan, masing-masing data tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
(1) Prefiks “Awalan (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian). Bahasa Indonesia memiliki delapan awalan (prefiks), yaitu ber- dan per-, meng- dan di-, ter-, ke, dan se”(Arifin, 2009:6). Berdasarkan hasil penelitian, data yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut. (a) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Prefiks MengArifin (2009) menyatakan bahwa meng- adalah prefiks yang memiliki variasi bentuk, yaitu mem-, men-, meny-, me-, dan menge-. Variasi bentuk tersebut berdasarkan kepada fonem awal bentuk dasar yang dilekatinya. Prefiks mengberfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (transitif dan taktransitif). Makna yang timbul dari prefiks meng- adalah ‘melakukan’, ‘mengerjakan’; ‘menjadi’; ‘melakukan peringatan’; ‘menggunakan’ atau ‘memakai’; ‘membuat’ atau ‘menghasilkan’; ‘mengeluarkan (suara)’; ‘memberi’ atau ‘melengkapi dengan’; ‘menuju’; ‘mencari’. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan 11 kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Pada tabel 4.10 dapat dilihat nilai error yang terjadi pada nilai laju aliran diatas 400 ml/jam masih besar, untuk meminimalisir nilai error pada laju aliran diatas 400 ml/jam dilakukan kreksi error dengan mengambil nilai error rata-rata setiap kenaikan 100 ml/jam. (1, TE, 2013, 48, 1, 1) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks -kan pada kata meminimalisir. Jika menggunakan imbuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
bahasa Indonesia yang benar menjadi meminimalkan dengan simulfiks meng- + kan dan imbuhan -isir yang bukan imbuhan bahasa Indonesia pada kata tersebut tidak dipakai atau ditiadakan. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Pada tabel 4.10 dapat dilihat nilai error yang terjadi pada nilai laju aliran di atas 400 ml/jam masih besar, untuk meminimalkan nilai error pada laju aliran di atas 400 ml/jam dilakukan kreksi error dengan mengambil nilai error rata-rata setiap kenaikan 100 ml/jam.
Contoh 2: Di mana noisecanceler akan memfilter triger yang masuk ke pin ICP1akan disaring selama 4 siklus clock, jika selama 4 siklus clock tersebut trigernya berubah maka akan diabaikan. (2, TE, 2013, 12, 1, 2) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun prefiks meng- pada kata memfilter. Penggunaan imbuhan kepada istilah atau kata dalam bahasa asing penulisannya harus disertakan tanda hubung /‘-’, sehingga penggunaannya tepat. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Di mana noisecanceler akan mem-filter triger yang masuk ke pin ICP1akan disaring selama 4 siklus clock, jika selama 4 siklus clock tersebut triger-nya berubah maka akan diabaikan. Contoh 3: Apabila sambungan tersebut dikenai cahaya melalui lensa yang membuka pada bungkus transistor, maka timbul aliran arus kontrol yang menghidupkan transistor ON. (5, TE, 2013, 20, 5, 3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi pada kata membuka. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah prefiks ter-. Penggunaan prefiks meng- dalam kalimat tersebut memiliki arti yang tidak mendukung konteks kalimat. Oleh karena itu, penggunaan imbuhan yang tepat untuk mendukung konteks kalimat tersebut yang memiliki arti dalam keadaan yaitu prefiks ter-. Dengan demikian kata ‘membuka’ diganti dengan kata ‘terbuka’. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Apabila sambungan tersebut dikenai cahaya melalui lensa yang terbuka pada bungkus transistor, timbul aliran arus kontrol yang menghidupkan transistor ON.
(b) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Prefiks DiArifin (2009) menyatakan bahwa di- adalah prefiks yang memiliki bentuk tetap atau tidak berubah. Prefiks di- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif; awalan di- berkaitan dengan awalan meng-, seperti dibawa >< membawa, diukur >< mengukur, dipuji >< memuji. Makna yang timbul jika dilekati oleh prefiks di-, yakni ‘dikenai laku’ atau ‘dikenai tindakan’; ‘dikenai dengan’; ‘dibuat atau ‘dijadikan’; ‘diberi’ atau ‘dilengkapi dengan’. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan 45 kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Contoh 1: Pada pengaturan laju aliran diatas 10 ml/jam, digunakan gelas ukur berukuran 1000 ml sebagai tempat penampungan hasil laju aliran apabila gelas ukur berukuran 10 ml sudah penuh. (1, TE, 2013, 38, 1, 3)
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks di- pada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Pada pengaturan laju aliran di atas 10 ml/jam, digunakan gelas ukur berukuran 1000 ml sebagai tempat penampungan hasil laju aliran apabila gelas ukur berukuran 10 ml sudah penuh. Contoh 2: Ketika bit ini di-clear maka akan mengakhiri mode free running dan masuk ke mode konversi tunggal (singleconversion) (2, TE, 2013, 17, 1, 4) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks –kan pada kata di-clear. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di- + -kan.Untuk memeroleh arti kausatif menyebabkan terjadinya suatu proses—dalam hal ini proses menambahkan sesuatu—imbuhan yang tepat dalah simulfiks di- + -kan. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Ketika bit ini di-clear-kan, maka akan mengakhiri mode free running dan masuk ke mode konversi tunggal (singleconversion)
(c) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Prefiks KeArifin (2009) menyatakan bahwa ke- adalah prefiks yang memiliki bentuk tetap atau tidak berubah jika dilekatkan pada dasar. Bahasa Indonesia memiliki dua buah awalan ke-, yaitu awalan ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal dan bertalian dengan awalan ter-) dan awalan ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (Arifin, 2009:41). Menurut Arifin (2009) ke- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti (dalam ragam cakapan), awalan ke- semakna dengan awalan ter-, yang berarti ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan’, atau ‘menderita kejadian’; ‘di urutan’ atau “pada urutan’. Sedangkan ke- pembentuk kata benda yang memiliki makna seperti ‘yang memiliki sifat atau ciri’; ‘kelompok kesatuan atau kelompok bilangan yang dianggap satu’ atau ‘kumpulan’. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan 11 kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang berfungsi untuk memasukan cairan obat kedalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur [5]. (1,TE, 2013, 4, 2, 1) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks ke- pada kata kedalam. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kedalam merupakan kata depan ke, sehingga kata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang (digunakan) untuk memasukkan cairan obat ke dalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur [5]. Contoh 2: Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilitas sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus. (6, TE, 2013, 69, 2, 1) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi prefiks ke- pada kata kestabilitas. Penggunaan imbuhan keseharusnya ditiadakan karena arti imbuhan tersebut tidak mendukung fungsi dan makna kata tersebut di dalam kalimat. Dengan menggunakan konfiks ke-…-an yang berarti sesuatu hal atau peristiwa yang telah terjadi, akan mendukung pembentukan kata dan arti kata yang tepat untuk kalimat tersebut. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilan sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus. (d) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Prefiks PengArifin (2009) menyatakan bahwa peng- adalah prefiks yang memiliki variasi bentuk dan makna yang yang timbul sejalan dengan prefiks meng-.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Menurut Arifin (2009:48) awalan peng- berfungsi untuk membentuk kata benda; dan bertalian bentuk dan maknanya dengan awalan meng-. Artinya, artinya setiap kata benda yang berawalan peng- bertalian bentuk dan maknanya dengan kata kerja berawalan meng-. Makna yang timbul jika suatu dasar dilekati prefiks peng-, yaitu ‘yang melakukan’; ‘yang menjadi’ atau ‘yang menjadikan’; ‘yang menggunakan’ atau ‘yang memakai’; ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang membuat’; ‘yang mengeluarkan (suara)’; ‘yang memberi’ atau ‘yang melengkapi dengan’; ‘yang menuju’; ‘yang mencari’ atau ‘yang mengumpulkan’, (Arifin, 2009:48-49). Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan tiga kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Dalam register TIMSK timer/conter0 memiliki bit TOIE0 sebagai bit peng-aktif interupsi timer/counter0 (TOIE0=1 enable, TOIE0=0 disable). (4, TE, 2013, 12, 1, 3) Kalimat tersebut mengalami kesalahan yang berupa salah susun ditandai dengan prefiks peng- pada kata peng-aktif dalam penulisannya salah. Penggunaan imbuhan pada kata tersebut tidak memerlukan tanda hubung/‘-’. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Dalam register TIMSK timer/conter0 memiliki bit TOIE0 sebagai bit pengaktif interupsi timer/counter0 (TOIE0=1 enable, TOIE0=0 disable).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Contoh 2: Besarnya tegangan keluaran berbeda-beda, tergantung dari terjadi penggumpal darah jenis golongan darahnya. (5, TE, 2013, 30, 1, 2) Kalimat tersebut mengalami kesalahan yang berupa salah formasi ditandai oleh arti imbuhan peng- pada kata ‘penggumpal’ dalam kalimat tersebut tidak tepat. Penggunaan imbuhan yang tepat untuk memperoleh arti proses, cara mengatau perbuatan adalah menggunakan imbuhan peng-...-an. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Besarnya tegangan keluaran berbeda-beda, tergantung dari penggumpalan sampel darah yang terjadi. (e) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Prefiks TerArifin (2009:54) menyatakan bahwa imbuhan ter- dibagi menjadi dua. Kedua awalan tersebut adalah awalan ter- yang membentuk kata kerja (prefiks verbal yang bertalian dengan awalan ber-); dan awalan ter- yang membentuk kata sifat (prefiks adjektival). Menurut Arifin (2009) prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’; ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja atau tiba-tiba’; ‘dapat’ (biasanya didahului oleh kata tidak atau dilengkapi dengan akhiran -kan); ‘telah selesai dilakukan’ atau ‘sudah selesai dikerjakan’ baik dengan sengaja (sadar) atau tidak sengaja (tidak sadar); di bidang hukum memberikan arti ‘yang di…’. Sedangkan prefiks ter- yang membentuk kata sifat memiliki arti ‘paling’. Berdasarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
deskripsi tersebut, peneliti temukan satu kesalahan. Kesalahan tersebut peneliti tampilkan sebagai berikut. Limitswitch memiliki 2 kontak yaitu NO (NormallyOpen) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan. (3, TE, 2013, 24, 1, 9)
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi pada kata tertekan. Penggunaan imbuhan ter- pada kata tertekan dalam kalimat tersebut tidak tepat jika dikaitkan dengan konteks kalimat. Konteks kalimat tersebut menyatakan harus adanya pelaku (agens) yang melakukan suatu tindakan, sehingga kalimat tersebut lebih tepatnya menggunakan imbuhan diyang menyatakan terdapat pelaku (agens) yang dengan sengaja (secara sadar) melakukan suatu tindakan. Peneliti menggunakan prefiks di- agar tidak terlalu mengubah sturktur kalimat. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Limitswitch memiliki 2 kontak yaitu NO (NormallyOpen) dan kontak NC (Normally Close). Salah satu kontak akan aktif jika tombolnya ditekan (oleh pengguna alat).
(2) Sufiks Arifin (2009:6) menyatakan, “akhiran adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar”.
Bahasa Indonesia memiliki setidaknya enam sufiks atau
akhiran dan beberapa sufiks atau akhiran bahasa asing yang juga digunakan dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, data yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
(a) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Sufiks -an Sufiks -an tidak mengalami perubahan bentuk ketika dibubuhkan pada sebuah dasar. Menurut Arifin (2009:58) akhiran -an memiliki fungsi sebagai pembentuk kata benda, yang memiliki hubungan dengan verba meng- dan dalam ragam cakapan, sufiks –an berfungsi sebagai pembentuk kata sifat dan pembentuk kata kerja. Makna yang hadir ketika suatu kata atau dasar dibubuhi oleh sufiks –an, menurut Arifin (2009:58-59) adalah sebagai pembentuk kata benda, sufiks -an berarti, ‘hasil’, ‘perolehan’, ‘akibat’, atau ‘yang dikenai laku’; ‘kumpulan’, ‘gugus’; ‘yang mempunyai atau yang mengandung’; sebagai pembentuk kata sifat, sufiks -an (dalam ragam cakapan) berarti ‘terlampau’ atau ‘terlalu’; ‘terlampau’ atau ‘terlalu’ tampaknya berasal dari konfiks ke-…-an tetapi ke- pada konfiks itu tidak diucapkan; dalam ragam cakapan, sufiks -an (berasal dari konfiks pembentuk kata kerja: ber-…-an), arti yang timbul ‘melakukan dengan pelaku atau laku yang banyak’ atau ‘saling’. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan satu kesalahan. Kesalahan tersebut peneliti tampilkan sebagai berikut. Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang dimasukan ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam yang berarti menyatakan jumlah cairan dalam milliliter dalam satuan jam. (1,TE, 2013, 4, 2, 2) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan sufiks -an pada kata satuan. Penggunaan sufiks -an seharusnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
ditiadakan. Penggunaan sufiks -an pada kata “satuan” dengan blok kuning tidak tepat untuk menjelaskan frase yang berada di depan kata satuan, yaitu ‘…jumlah cairan dalam milliliter dalam…’dan kata sesudahnya, yaitu ‘jam’. Kata satuan memiliki arti/makna ‘kumpulan’ ataupun ‘gugus’ namun dalam ilmu pasti— misalnya matematika—menyatakan hal tersebut merupakan takaran tertentu, misalnya satuan dalam matematika adalah ml/jam, km/jam, mil/jam, m/s, kg, ton, dll. Pada tulisan “ml/jam” sesungguhnya berarti banyaknya ml (mililiter) dalam setiap jam atau banyaknya ml (mililiter) dalam satu jam. Penggunaan imbuhan yang benar dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang masuk ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam; ml/jam berarti banyaknya jumlah cairan dalam milliliter dalam satu jam. Atau dengan bentuk di bawah ini. Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang masuk ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam; ml/jam berarti banyaknya jumlah cairan dalam milliliter dalam setiap jam.
(3) Simulfiks Simulfiks atau imbuhan gabung adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap (Arifin, 2009:7). Contohnya adalah kata memberdayakan. Dalam proses afiksasi, afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar daya adalah ber- menjadi berdaya, setelah itu sufiks -kan menjadi berdayakan. Akhirnya prefiks meng- dilekatkan pada kata tersebut sehingga menjadi memberdayakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Seperti yang telah peneliti sampaikan pada bab II, berdasarkan pendapat Arifin, peneliti menangkap dan menyimpulkan bahwa simulfiks pada sebuah kata jadian tetap mempertahankan variasi bentuk, makna, dan fungsi dari masingmasing afiks yang digabungkan. Simulfiks terbentuk ketika pengguna bahasa akan mempersingkat makna yang akan disampaikan ke dalam satu kata jadian. Berdasarkan hasil penelitian, data yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut.
(a) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Simulfiks Di-+-an Berdasarkan data yang peneliti peroleh, terdapat lima kesalahan penggabungan imbuhan di-+-an. Penggabungan imbuhan tersebut salah menurut peneliti karena makna yang timbul sangat sulit diterka. Hal tersebut oleh peneliti ujikan ke kata dasar lain seperti, dimajuan, ditepian, dikerasan, dibotolan, tidak masuk akal dan berdasarkan pendapat Arifin yang telah dijelaskan pada bab II arti/makna yang ditimbulkan oleh masing-masing afiks, yaitu di- dan –an tidak dapat selaras atau diselaraskan. Dan hal tersebut oleh peneliti, penggabungan kedua imbuhan/afiks tersebut tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti tampilkan kesalahan-kesalahan penggunaan simulfiks di-+-an yang diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang dimasukan ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam. (1,TE, 2013, viii, 1, 2) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan simulfiks di-+-an pada kata dimasukan yang sebenarnya tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
terdapat dalam bahasa Indonesia. Kata ‘masuk’
64
tidak perlu diberi imbuhan.
Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang masuk ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam.
Contoh 2: Pada influsion pump jenis larutan obat yang dimasukan ke dalam tubuh pasien maksimal sebesar 500 cc. (1,TE, 2013, 4, 3, 3) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut berupa salah formasi simulfiks di- + -an pada kata dimasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Dengan demikian penggunaan afiks yang tepat adalah simulfiks di-+-kan. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Pada influsion pump, jenis larutan obat yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien maksimal sebesar 500 cc.
(b) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Simulfiks Di-+-kan Berdasarkan
data
yang
peneliti
peroleh,
terdapat
9
kesalahan
penggabungan imbuhan di-+-kan. Penggabungan imbuhan tersebut dapat diterima. Berdasarkan pendapat Arifin yang telah dijelaskan pada bab II, arti/makna yang ditimbulkan dari penggabungan masing-masing afiks di- dan – kan dapat selaras. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti tampilkan kesalahan-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
kesalahan penggunaan simulfiks di-+-kan yang diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Perancangan rangkaian osilator digunakan kristal dengan frekuensi 12Mhz dan menggunakan kapasitor 22pF (datasheet) pada pin XTAL1 dan XTAL2 di mikrokontroler. (2, TE, 2013, 41, 2, 2) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks di-+ -kan pada kata digunakan. Pada kalimat tersebut, kata digunakan berkedudukan sebagai predikat. Dilihat dari struktur kalimat predikat yang dibutuhkan adalah predikat aktif, sehingga penggunaan simulfiks di- + -kan pada kalimat tersebut tidak tepat. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah meng- + -kan. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Rancangan rangkaian osilator menggunakan kristal dengan frekuensi 12 Mhz dan menggunakan kapasitor 22 pF (datasheet) pada pin XTAL1 dan XTAL2 di mikrokontroler. Contoh 2: Timer di-nolkan saat proses pembanding tercapai (compare match). (4, TE, 2013, 13, 2, nomor b) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks di-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata dinolkan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata di-nolkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
ditulis menjadi dinolkan. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Timer dinolkan saat proses pembanding tercapai (compare match).
(c) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Simulfiks Peng-+-kan Berdasarkan data yang peneliti peroleh, terdapat satu kesalahan penggabungan imbuhan peng-+-kan. Penggabungan imbuhan tersebut dapat diterima. Berdasarkan pendapat Arifin yang telah dijelaskan pada bab II, arti/makna yang ditimbulkan dari penggabungan masing-masing afiks peng- dan – kan dapat selaras. Simulfiks peng-+-kan menurut peneliti memiliki makna/arti ‘pelaku/… yang meng-…-kan’. Peneliti mencontohkan, penggunakan 50% kecerahan hand phone agar matanya tidak sakit. Arti yang terdapat pada kata penggunakan pada contoh kalimat tersebut adalah pengguna (sebagai pelaku atau … yang meng-…kan) menggunakan 50% kecerahan hand phone agar matanya tidak sakit. Hal ini menurut peneliti adalah bentuk yang jarang digunakan dalam berbahasa Indonesia, namun bentuk ini tidak menutup kemungkinan penggabungan kedua imbuhan tersebut untuk mempersingkat makna yang ingin disampaikan. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti tampilkan kesalahan penggunaan simulfiks peng-+-kan sebagai berikut. Keypad matrik 4x3 hanya pemanfaatkan satu pin mikrokontroler Arduino Uno yaitu pada pin A.4. (1,TE, 2013, 28, 1, 2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks peng- + -kan pada kata “pemanfaatkan”. Penggabungan kedua imbuhan tersebut tidak dapat menimbulkan arti atau makna tertentu. Imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng- + -kan. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Keypad matrik 4x3 hanya memanfaatkan satu pin mikrokontroler Arduino Uno yaitu pada pin A.4.
(d) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Simulfiks Meng-+-kan Penggunaan simulfiks meng-+-kan sudah lazim bagi pengguna bahasa Indonesia. Penggabungan imbuhan tersebut dapat dengan mudah diterima. Berdasarkan pendapat Arifin yang telah dijelaskan pada bab II, arti/makna yang ditimbulkan dari penggabungan masing-masing afiks meng- dan –kan dapat selaras. Berdasarkan data yang peneliti peroleh, terdapat 11 kesalahan penggabungan imbuhan meng-+-kan. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti tampilkan kesalahan-kesalahan penggunaan simulfiks meng-+-kan yang diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Bit ini berguna untuk meng-aktif-kan interupsi inputcapture (penangkap kejadian pada pin ICP1/PB0) ketika bit di-set [6]. (2, TE, 2013, 13, 3, 1) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktif-kan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Bit ini berguna untuk mengaktifkan interupsi inputcapture (penangkap kejadian pada pin ICP1/PB0) ketika bit di-set [6].
Contoh 2: FOCn tidak akan memicu terjadinya interupsi atau menolkan timer pada mode CTC. (7, TE, 2013, 7, 1, 2) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng-+-kan pada kata menolkan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah karena salah menggunakan alomorf dari meng-, sehingga kata menolkan
dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan.
Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. FOCn tidak akan memicu terjadinya interupsi atau mengenolkan timer pada mode CTC.
(e) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Simulfiks Meng-+-an Penggabungan kedua imbuhan ini berkaitan dengan kesalahan penggunaan simulfiks di-+-an. Berdasarkan data yang peneliti peroleh, terdapat delapan kesalahan penggabungan imbuhan meng-+-an. Penggabungan imbuhan tersebut salah menurut peneliti karena makna yang timbul sangat sulit diterka. Hal tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
oleh peneliti ujikan ke kata dasar lain seperti, memajuan, menepian, mengerasan, membotolan, tidak masuk akal dan berdasarkan pendapat Arifin yang telah dijelaskan pada bab II arti/makna yang ditimbulkan oleh masing-masing afiks, yaitu meng- dan –an tidak dapat selaras atau diselaraskan. Dan hal tersebut oleh peneliti, penggabungan kedua imbuhan/afiks tersebut tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti tampilkan kesalahan-kesalahan penggunaan simulfiks meng-+-an yang diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang berfungsi untuk memasukan cairan obat kedalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur [5]. (1,TE, 2013, 4, 2, 1) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata memasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang (digunakan) untuk memasukkan cairan obat ke dalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur [5].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Contoh 2: Digunakan untuk tiga piring, memasukan dan mengeluarkan piring secara manual. (7, TE, 2013, 2, 2, nomor 5) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata memasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Digunakan untuk tiga piring, memasukkan dan mengeluarkan piring secara manual.
(f) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Simulfiks Meng-+-i Penggunaan simulfiks meng-+-i sudah lazim bagi pengguna bahasa Indonesia. Penggabungan imbuhan tersebut dapat dengan mudah diterima. Berdasarkan pendapat Arifin yang telah dijelaskan pada bab II, arti/makna yang ditimbulkan dari penggabungan masing-masing afiks meng- dan -i dapat selaras. Berdasarkan data yang peneliti peroleh, terdapat satu kesalahan penggabungan imbuhan meng-+-i. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti tampilkan kesalahan penggunaan simulfiks meng-+-i sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Contoh: Cara kerja rangkaian yaitu ketika pencucian sudah berahir maka mikrokontroler memberi logika 1 pada salah satu pin I/O pada port B.4 tersebut. (7, TE, 2013, 23,1, 3) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -i pada kata memberi. Jika menggunakan simulfiks meng-+-i objek harus diletakkan langsung di belakan kata ‘memberi’, yaitu salah satu pin I/O pada port B.4 tersebut. Ketika simulfiks meng-+-i diganti dengan meng-+-kan, maka objek tidak langsung diletakkan di belakang kelompok kata, yaitu logika 1 yang berkedudukan sebagai pelengkap di dalam kalimat. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Cara kerja rangkaian, yaitu ketika pencucian sudah berakhir maka mikrokontroler memberikan logika 1 pada salah satu pin I/O pada port B.4.
(4) Konfiks “Konfiks, lazim juga desebut imbuhan terbelah, adalah imbuhan yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar” (Arifin, 2009:7). Arifin (2009:7) melanjutkan bahwa konfiks harus dilekatkan sekaligus pada dasar dengan mengapit dasar karena konfiks adalah imbuhan tunggal yang memiliki satu kesatuan bentuk dan satu kesatuan makna. Menurut Arifin (2009:7) konfiks atau imbuhan terbelah dalam bahasa Indonesia ada 5, yaitu ke-…-an, ber-…an, per-…-an, peng-…-an, dan se-…-nya. Berdasarkan hasil penelitian, data yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
(a) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Konfiks Per-…-an Konfiks per-…-an memiliki variasi bentuk per-…-an, pel-…-an, dan pe…-an. Konfiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata benda dan bertalian dengan awalan pembentuk kata kerja ber- (Arifin, 2009). Makna yang timbul jika dasar dibubuhi konfiks per-…-an adalah ‘Perihal’ atau ‘yang berhubungan dengan’; ‘hasil memper-…’ atau ‘perihal memper-…’; ‘tempat ber-…’. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan 35 kesalahan. Kesalahankesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1 dan contoh 2: Pada perancangan tersebut, untuk mendapat satu putaran penuh motor stepper memerlukan 20 pulsa, sedangkan motor stepper yang diimplementasikan membutuhkan 200 pulsa sehingga perhitungan laju aliran dilakukanperubahan sebagai berikut: (1,TE, 2013, 37, 1, 3) Contoh 1) kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per-...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-,
adalah dengan kata penghitungan yang
menggunakan konfiks peng-…-an. Contoh 2) kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per-...-an pada kata perubahan. Imbuhan pada kata perubahan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata pengubahan yang menggunakan konfiks
peng-…-an. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut
adalah sebagai berikut. Pada perancangan tersebut, untuk mendapat satu putaran penuh motor stepper memerlukan 20 pulsa, sedangkan motor stepper yang diimplementasikan membutuhkan 200 pulsa sehingga penghitungan laju aliran dilakukan pengubahan sebagai berikut.
(b) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Konfiks Peng-…-an Konfiks peng-…-an mempunyai variasi bentuk (pe-…-an, pem-…-an, pen…-an, peny-…-an dan penge-…-an). Konfiks itu amat bertalian bentuk dan maknanya dengan awalan meng- dengan variasi bentuk seperti: (me-…, mem-…, men-…, meny-…, menge-…) (Arifin, 2009). Makna yang timbul jika dasar dibubuhi konfiks peng-…-an adalah ‘proses, perbuatan, atau cara meng-…’; ‘tempat meng-…’. Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan 12 kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut diwakili oleh beberapa contoh berikut. Contoh 1: Menggunakan bahasa pemrograman C (CodeVision AVR) untuk memprogram mikrokontroler. (4, TE, 2013, 2, 3, nomor e) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi imbuhan peng-…-an pada kata pemrograman. Konteks yang diharapakan dalam kalimat tersebut adalah adanya pelaku (agens) yaitu peneliti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
penelitian tersebut menggunakan bahasa C (CodeVision AVR) yang berhubungan dengan atau berupa suatu hal/perihal yaitu bahasa program untuk memprogram mikrokontroler. Berdasarkan konteks itu untuk memeroleh makna yang berhubungan dengan atau perihal, penggunaan imbuhan yang tepat adalah per…-an. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Peneliti menggunakan bahasa perprograman C (CodeVision AVR) untuk memprogram mikrokontroler.
Contoh 2: Alat ini sudah bekerja sesuai dengan perancangan. (7, TE, 2013, 37, 1, poin 3) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-,
sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil
merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Alat ini sudah bekerja sesuai dengan rancangan.
(c) Bentuk Data yang Salah dalam Penggunaan Konfiks Ke-…-an
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis konfliks ke-…-an, yaitu sebagai pembentuk kata kerja, sebagai pembentuk kata sifat dan sebagai pembentuk kata benda (Arifin, 2009:75). Bentuk dari konfiks ini tetap atau tidak berubah. Makna yang timbul ketika dasar dibubuhi oleh konfliks ke-…-an adalah sebagai berikut. Sebagai pembentuk kata kerja, konfiks ke-…-an berarti ‘menderita atau mengalami kejadian’. Sebagai pembentuk kata sifat, konfiks ke…-an berarti ‘terlalu atau terlampau’. Sebagai pembentuk kata benda, konfiks ke…-an berarti ‘mempunyai ciri atau sifat’; ‘tempat’. Konfiks ke-…-an yang merupakan predikat dari sebuah kalimat dan berupa kata kerja seiring arti dengan imbuhan ter-, di-, di-+-kan dan -nya. Secara umum, konfiks ke-…-an yang memiliki arti ‘mengalami kejadian’ atau ‘mengalami keadaan’ menunjukkan makna malafektif atau adversatif yakni makna yang mengandung sisi negatif yang muncul sehubungan arti dengan imbuhan di-, namun tidak selalu, (Arifin, 2009:76-77). Konfiks ke-…-an, jika dibubuhkan ke sebuah kata yang mengalami pengulangan yang membentuk kata sifat justru memiliki arti ‘agak’, ‘mirip’ atau ‘seperti’, (Arifin, 2009:78). Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti temukan satu kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut peneliti tampilkan sebagai berikut. Contoh: Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilitas sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus. (6, TE, 2013, 69, 2, 1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan ke- yang digabung dengan imbuhan asing itas pada kata kestabilitas. Makna dari penggabungan kedua arti imbuhan tersebut tidak mendukung pembentukan dan fungsi kata tersebut di dalam kalimat. Konteks yang diharapkan pada kalimat tersebut, yaitu suatu keadaan yang berarti ‘mengalami kejadian’ atau ‘mengalami keadaan’. Dengan demikian imbuhan yang tepat untuk kata mendukung pembentukan kata dan arti kata yang tepat untuk kalimat tersebut adalah ke-…-an. Penggunaan imbuhan yang benar pada kalimat tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilan sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus. Akhirnya peneliti tegaskan kembali bahwa penyebab kesalahan yang terjadi bukan karena bahasa yang digunakan melainkan pengguna bahasa itu sendiri.
Setyawati (2009:15-16) menyatakan bahwa ada tiga kemungkinan
penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, yakni (1) terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, (2) kekurangpahaman pemakai terhadap bahasa yang dipakainya, dan (3) pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Pada penelitian ini, kesalahan penggunaan imbuhan yang yang terjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian analisis data di bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Secara umum jenis-jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang peneliti temukan meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Dari keempat kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan, prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Berdasarkan data kesalahan yang peneliti temukan, kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, dan (5) ter-. Kesalahan penggunaan sufiks -an, kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di- + -an, (2) di- + -kan, (3) peng-+-kan, (4) meng- + -kan, (5) meng+ -an, dan (6) meng- + -i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…an, (2) peng-…-an dan (3) ke-…-an.
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
5.2 Saran Pada bagian akhir penelitian ini peneliti memberikan beberapa saran yang perlu diperhatikan bersama. (1) Dosen Pengampu Matakuliah Bahasa Indonesia Dosen Pengampu Matakuliah Bahasa Indonesia disarankan agar dapat lebih memperhatikan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia mahasiswanya. Dengan memberikan latihan-latihan yang disertakan contoh-contoh kesalahan dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia untuk menghidari kesalahankesalahan yang akan terjadi. (2) Dosen Pembimbing Dosen pembimbing penelitian disarankan agar lebih cermat dalam memberikan masukan dan koreksi kepada mahasiswa terutama dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada karya tulis ilmiah mahasiswa. Hal ini sangat bermanfaat karena mahasiswa yang merupakan kaum akademisi yang juga diharapkan dan selalu berkarya di bidangnya dan membagikan karyanya yang salahsatunya dalam bentuk tulisan yang akan dibaca oleh banyak orang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
(3) Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain yang merupakan kaum akademisi dan sebagai pelopor penggunaan bahasa Indoneisa yang baik dan benar, peneliti memberikan saran untuk tetap melakukan penelitian yang berkaitan dengan analisis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan pada karya ilmiah, karena keterpahaman suatu karya tulis yang berupa karya ilmiah juga difaktori oleh ketepatan penggunaan bahasa yang salah satunya penggunaan imbuhan bahasa Indonesia. Di samping hal tersebut peneliti menyarankan pula untuk juga meneliti tentang imbuhan yang jarang digunakan atau yang dianggap tidak lazim dalam berbahasa Indonesia. Imbuhan yang jarang digunakan seperti penggabungan imbuhan prefiks dengan konfiks; prefiks dengan infiks; konfiks dengan infiks; dll. Akan menjadi menarik dan juga semakin berkembanglah teori penggunaan imbuhan bahasa Indonesia, jika ada penelitian tentang hal ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2009. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Grasindo. Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. ────────────. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ekowardono, B. Karno. 1989. Media Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni; Edisi: No.1 Th. XIII Jan: 1989. Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. EndeFlores: Nusa Indah. Kumanireng, Donatus Doweng. 2005. Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran 2004/2005 dalam Menggunakan Kata Berimbuhan Me-. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Marlina, Enung. 1989. Kata Kerja Berimbuhan Bahasa Sunda dan Kata Kerja Berimbuhan Bahasa Indoneisa: Suatu Tinjauan Kontrastif. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma. Moleong, Lexy J. 2008 (Edisi Revisi). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mukhadis, Amat. 2006. Tata Tulis Artikel Ilmiah. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah, Edisi 5: Juli 2006: 49-62. Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Ende: Amoldus Nusa Indah. Ramlan, M. 2009. Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono.
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka. Simu, Donata. 1985. Kemampuan Melekatnya Akhiran –kan pada Basis Kata Kerja Intransitif Bahasa Indonesia (Tesis). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ─────────────. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur dan Tarigan, Djago. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Berikut ini adalah tringaulasi data-data penelitian beserta analisis data penelitian yang berjudul “Jenis Kesalahan Berbahasa Dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia Pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013”. Triangulator dimohon untuk mengkoreksi data-data tersebut dan memberi tanda (√) pada kolom persetujuan “Ya” jika data beserta analisis data tersebut benar, dan memberi tanda (√) pada kolom persetujuan “Tidak” jika data beserta analisis data tersebut belum benar. Data-data tersebut peneliti peroleh dari tugas akhir-tugas akhir dengan urutan sebagai berikut. 1) Prayadi Sulistyanto. 2013. Syringe Pump Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 2) Zefni Reinhard Sopacua. 2013. Sterilisator Basah Menggunakan Atmega8535. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 3) Metodius Danny Christian Manalu. 2013. Produksi Obat Asma Seduh Berbasis Mikrokontroler Atmega8535. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 4) Bernadus Juk. 2013. Robot Penerima Tamu. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 5) Sturmius Theofanus Lering. 2013. Penentuan Jenis Golongan Darah Manusia Berbasis Mikrokontroler At-Mega 8535. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 6) Oktovianus Ferryandi. 2013. Alat Ukur Kadar Kurkumin Menggunakan Monokromator Prisma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 7) Yonathan Abi Putra Ariyanto. 2013. Mesin Pencuci Piring. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Pada setiap data, peneliti memberi keterangan sumber data sebagai berikut: nomor urut judul tugas akhir, program studi, tahun, halaman, paragraf, kalimat; contoh: (1, TE, 2013, 100, 1, 3).
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel Data Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan Tahun 2013 1. Data
Kategori Prefiks mengData Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat)
1
Pada tabel 4.10 dapat dilihat nilai error yang terjadi pada nilai laju aliran diatas 400 ml/jam masih besar, untuk meminimalisir nilai error pada laju aliran diatas 400 ml/jam dilakukan kreksi error dengan mengambil nilai error rata-rata setiap kenaikan 100 ml/jam. (1, TE, 2013, 48, 1, 1)
2
Di mana noisecanceler akan memfilter triger yang masuk ke pin ICP1akan disaring selama 4 siklus clock, jika selama 4 siklus clock
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan 2) Prefiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan mengseharusnya meng- + kan
Prefiks
meng-
Analisis
Persetujuan
Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks -kan pada kata meminimalisir. Jika menggunakan imbuhan bahasa Indonesia yang benar menjadi meminimalkan dengan simulfiks meng- + -kan dan imbuhan -isir yang bukan imbuhan bahasa Indonesia pada kata tersebut tidak dipakai atau ditiadakan.
Pada tabel 4.10 dapat dilihat nilai error yang terjadi pada nilai laju aliran di atas 400 ml/jam masih besar, untuk meminimalkan nilai error pada laju aliran di atas 400 ml/jam dilakukan kreksi error dengan mengambil nilai error rata-rata setiap kenaikan 100 ml/jam.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun prefiks meng- pada kata memfilter. Penggunaan imbuhan kepada
Di mana noisecanceler akan mem-filter triger yang masuk ke pin ICP1akan disaring selama 4 siklus clock, jika selama 4 siklus clock tersebut triger-nya
Ya
Tidak
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tersebut trigernya berubah maka akan diabaikan. (2, TE, 2013, 12, 1, 2) 3
Untuk meng-clear secara Prefiks manual bit ini maka bit harus seharusnya di-set. simulfiks (2, TE, 2013, 14, 2, 3)
Mengseharusnya meng- + kan
4
Untuk meng-clear secara Prefiks manual bit ini maka bit harus seharusnya di-set. simulfiks (2, TE, 2013, 14, 3, 3)
Mengseharusnya meng- + kan
5
Untuk meng-clear secara Prefiks manual bit ini maka bit harus seharusnya di-set. simulfiks (2, TE, 2013, 14, 4, 3)
Mengseharusnya meng- + kan
istilah atau kata dalam bahasa asing penulisannya harus disertakan tanda hubung /‘-’, sehingga penggunaannya tepat. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks -kan pada kata meng-clear. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng- + -kan. Adanya objek bit pada kalimat tersebut yang mengharuskan hadirnya sufiks -kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks -kan pada kata meng-clear. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng- + -kan. Adanya objek bit pada kalimat tersebut yang mengharuskan hadirnya sufiks -kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks -kan pada kata meng-clear. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng- + -kan.
berubah maka akan diabaikan.
Untuk meng-clear-kan bit secara manual, bit harus di-set.
Untuk meng-clear-kan bit secara manual, bit harus di-set.
Untuk meng-clear-kan bit secara manual, bit harus di-set.
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Untuk meng-clear secara Prefiks manual bit ini maka bit harus seharusnya di-set. simulfiks (2, TE, 2013, 14, 5, 3)
Mengseharusnya meng- + kan
7
Untuk meng-clear secara manualbit ini maka bit ini harus di-set. (4, TE, 2013, 18, 1, 3)
Prefiks seharusnya simulfiks
Mengseharusnya meng- + kan
8
Apabila sambungan tersebut dikenai cahaya melalui lensa yang membuka pada bungkus transistor, maka timbul aliran arus kontrol yang menghidupkan transistor ON.
Prefiks
Mengseharusnya ter-
Adanya objek bit pada kalimat tersebut yang mengharuskan hadirnya sufiks -kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks -kan pada kata meng-clear. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng- + -kan. Adanya objek bit pada kalimat tersebut yang mengharuskan hadirnya sufiks -kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks -kan pada kata meng-clear. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng- + -kan. Adanya objek bit pada kalimat tersebut yang mengharuskan hadirnya sufiks -kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi pada kata membuka. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah prefiks ter-. Penggunaan prefiks mengdalam kalimat tersebut memiliki
Untuk meng-clear-kan bit secara manual, bit harus di-set.
Untuk meng-clear-kan bit secara manual, bit harus di-set.
Apabila sambungan tersebut dikenai cahaya melalui lensa yang terbuka pada bungkus transistor, timbul aliran arus kontrol yang menghidupkan transistor ON.
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(5, TE, 2013, 20, 5, 3)
9
Pada rangkaian 3.11 terdapat tombol push-button yang berfungsi untuk mereset keadaan mikrokontroler. (6, TE, 2013, 33, 2, 1)
Prefiks
Meng-
10
Sistem pada mikrokontroler akan mereset bila pin reset mendapat logika 0. (6, TE, 2013, 33, 2, 2)
Prefiks
Meng- .
11
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
Prefiks
Meng-
arti yang tidak mendukung konteks kalimat. Oleh karena itu, penggunaan imbuhan yang tepat untuk mendukung konteks kalimat tersebut yang memiliki arti dalam keadaan yaitu prefiks ter-. Dengan demikian kata ‘membuka’ diganti dengan kata ‘terbuka’. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi prefiks meng- pada kata mereset. Jika menggunakan prefiks mengyang dibubuhkan ke kata bahasa asing maka penulisan yang benar adalah me-reset. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi prefiks meng- pada kata mereset. Jika menggunakan prefiks mengyang dibubuhkan ke kata bahasa asing maka penulisan yang benar adalah me-reset. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan simulfiks
Pada rangkaian 3.11 terdapat tombol push-button yang berfungsi untuk me-reset keadaan mikrokontroler.
Sistem pada mikrokontroler akan me-reset bila pin reset mendapat logika 0.
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya [9]. (7, TE, 2013, 9, 4, 1)
2. Data
meng-+-kan pada kata stabilisasi. Penggunaan imbuhan pada kalimat tersebut akan lebih baik jika menggunakan imbuhan bahasa Indonesia yaitu simulfiks meng-+-kan.
pemutus dan penyambung (switching), menstabilkan tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya [9].
Kategori Prefiks diData Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat)
1
Pada pengaturan laju aliran diatas 10 ml/jam, digunakan gelas ukur berukuran 1000 ml sebagai tempat penampungan hasil laju aliran apabila gelas ukur berukuran 10 ml sudah penuh. (1, TE, 2013, 38, 1, 3)
2
Laju aliran yang dihasilkan oleh alat syringepump otomatis berbasis
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Prefiks seharusnya kata depan
prefiks seharusnya kata depan
Bentuk Analisis Kesalahan Penggunaan Keterangan Perbaikan Jenis Imbuhan diPada pengaturan laju aliran di Kesalahan penggunaan imbuhan seharusnya dalam kalimat tersebut ditandai atas 10 ml/jam, digunakan gelas ukur berukuran 1000 ml sebagai di. dengan penambahan prefiks ditempat penampungan hasil laju pada kata diatas. Penggunaan aliran apabila gelas ukur imbuhan di- seharusnya berukuran 10 ml sudah penuh. ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. diKesalahan penggunaan imbuhan Laju aliran yang dihasilkan oleh seharusnya dalam kalimat tersebut ditandai alat syringepump otomatis dengan penambahan prefiks diberbasis mikrokontroler Arduino di
Persetujuan Ya
Tidak
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mikrokontroler Arduino Uno sesuai dengan yang dimasukkan oleh pengguna untuk pengaturan laju aliran dibawah 200ml/jam. (1, TE, 2013, 40, 1, 1) 3
Penyimpangan laju aliran mulai terjadi pada laju aliran diatas 200ml/jam. (1, TE, 2013, 40, 1, 2)
prefiks seharusnya kata depan
diseharusnya di
4
Mengacu pada tabel 4.1, error terjadi pada saat laju cairan diatur diatas 200 ml/jam. (1, TE, 2013, 46, 1, 1)
prefiks seharusnya kata depan
diseharusnya di
pada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-.
Uno sesuai dengan yang dimasukkan oleh pengguna untuk pengaturan laju aliran di bawah 200ml/jam.
Penyimpangan laju aliran mulai terjadi pada laju aliran di atas 200ml/jam.
Mengacu pada tabel 4.1, error terjadi pada saat laju cairan diatur di atas 200 ml/jam.
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5 dan Pada tabel 4.10 dapat dilihat 6 nilai error yang terjadi pada nilai laju aliran diatas 400 ml/jam masih besar, untuk meminimalisir nilai error pada laju aliran diatas 400 ml/jam dilakukan kreksi error dengan mengambil nilai error ratarata setiap kenaikan 100 ml/jam. (1, TE, 2013, 48, 1, 1) 7 Pada tabel 4.12 dapat dilihat koreksi error sudah dibawah batas toleransi kesalahan 5% [31]. (1, TE, 2013, 51, 1, 1)
8
Ketika bit ini di-clear maka akan mengakhiri mode free running dan masuk ke mode konversi tunggal (singleconversion) (2, TE, 2013, 17, 1, 4)
5 dan 6) Prefiks seharusnya kata depan
5 dan 6) imbuhan diseharusnya kata depan di.
5 dan 6) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks di- pada kata diatas. Penggunaan imbuhan diseharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-.
Pada tabel 4.10 dapat dilihat nilai error yang terjadi pada nilai laju aliran di atas 400 ml/jam masih besar, untuk meminimalkan nilai error pada laju aliran di atas 400 ml/jam dilakukan kreksi error dengan mengambil nilai error rata-rata setiap kenaikan 100 ml/jam.
Prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
Pada tabel 4.12 dapat dilihat koreksi error sudah di bawah batas toleransi kesalahan 5% [31].
Prefiks seharusnya simulfiks
diseharusnya di- + -kan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dibawah. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dibawah merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks –kan pada kata di-clear. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di- + -kan. Untuk memeroleh arti kausatif
Ketika bit ini di-clear-kan, maka akan mengakhiri mode free running dan masuk ke mode konversi tunggal (singleconversion)
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
IC LM 35 merupakan sensor suhu dimana tegangan keluarannya proposional lincar untuk suhu dalam °C, mempunyai perubahan keluaran secara linear dan juga dapat dikalibrasi dalam K [8]. (2, TE, 2013, 19, 1, 1)
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks diseharusnya kata depan di.
10
Rangkaian relay ini berfungsi untuk mengaktifkan heater dimana heater ini berfungsi untuk memanaskan air pada boks sterilisator. (2, TE, 2013, 37, 4, 1)
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks diseharusnya kata depan di.
11
Rangkaian system minimum berfungsi sebadai I/O untuk mengolah data dari sensor
Prefiks
Kata depan di seharusnya
menyebabkan terjadinya suatu proses—dalam hal ini proses menambahkan sesuatu—imbuhan yang tepat dalah simulfiks di- + kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan prefiks di-
IC LM 35 merupakan sensor suhu di mana tegangan keluarannya proposional lincar untuk suhu dalam °C, mempunyai perubahan keluaran secara linear dan juga dapat dikalibrasi dalam K [8].
Rangkaian relay ini berfungsi untuk mengaktifkan heater di mana heater ini berfungsi untuk memanaskan air pada boks sterilisator.
Rangkaian system minimum berfungsi sebagai I/O untuk mengolah data dari sensor suhu
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
13
suhu LM35 dan mengontrolrelay yang telah di program. (2, TE, 2013, 41, 1, 1) Resolusi modephasecorrect PWM dapat kita tentukan secara tetap 8-,9-, 10-bit atau kita tentukan menggunakan register ICR1 atau OCR1A dimana resolusi minimal yang diizinkan adalah 2-bit (ICR1/OCR1A diisi dengan 0x0003) dan maksimal 16-bit (ICR1/OCR1A diisi dengan 0xFFFF). (3, TE, 2013, 9, 1, 2) Jika membutuhkan tombol reset, dapat ditambah dengan rangkaian reset seperti pada gambar 2.5[2]. (3, TE, 2013, 11, 1, 3)
prefiks di-
pada kata program. Penggunaan kata di pada frase di program ditiadakan.
LM35 dan mengontrol relay yang telah diprogram.
Prefiks seharusnya kata depan.
diseharusnya di.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-.
Resolusi modephasecorrect PWM dapat kita tentukan secara tetap 8-,9-, 10-bit atau kita tentukan menggunakan register ICR1 atau OCR1A di mana resolusi minimal yang diizinkan adalah 2-bit (ICR1/OCR1A diisi dengan 0x0003) dan maksimal 16-bit (ICR1/OCR1A diisi dengan 0xFFFF).
Prefiks seharusnya simulfiks .
diseharusnya di- + -kan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks –kan pada kata ditambah. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di- + -kan. Untuk memeroleh arti kausatif menyebabkan terjadinya suatu proses—dalam hal ini proses menambahkan sesuatu—imbuhan yang tepat dalah simulfiks di- + kan.
Jika membutuhkan tombol reset, dapat ditambahkan dengan rangkaian reset seperti pada gambar 2.5[2].
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Limitswitch memiliki 2 kontak yaitu NO (NormallyOpen) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan. (3, TE, 2013, 24, 1, 9)
Prefiks
diseharusnya di.
15
Port D digunakan sebagai input rangkaian driver karena terdapat fungsi PWM didalamnya. (3, TE, 2013, 29, 1, 2)
Prefiks seharusnya kata depan.
diseharusnya di.
16
Program pemotongan ini akan Kata depan di eksekusi setelah tombol seharusnya start ditekan kemudian portB.0 prefiks. akan berlogika high yang menandakan relay yang terhubung pada blender dalam kondisi ON dan kemudian timer akan aktif selama 300
di seharusnya di-.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata didalamnya. Penggunaan imbuhan diseharusnya ditiadakan. Di pada kata didalamnya merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan prefiks dipada kata eksekusi. Penggunaan kata di pada frase di eksekusi ditiadakan.
Limitswitch memiliki 2 kontak yaitu NO (NormallyOpen) dan kontak NC (Normally Close) di mana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya ditekan.
Port D digunakan sebagai input rangkaian driver karena terdapat fungsi PWM di dalamnya.
Program pemotongan ini akan dieksekusi setelah tombol startditekan. PortB.0 akan berlogika high yang menandakan relay yang terhubung pada blender dalam kondisi ON dantimer akan aktif selama 300 detik (5menit).
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
18
19
detik (5menit). (3, TE, 2013, 55, 2, 1) Sebelum melakukan running ke-2 hendaknya batasan suhu pada pengering dan pemanas air ditambah lalu di program ulang supaya tidak ada kadar air pada serbuk senggugu sehingga saat diseduh, serbuk benar-benar larut. (3, TE, 2013, 62, 2, nomor 2) Diluar panjang gelombang tersebut sensor tidak akan mendeteksinya. (4, TE, 2013, 22, 1, 6)
Kata depan seharusnya prefiks
di seharusnya di-.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan prefiks dipada kata program. Penggunaan kata di pada frase di program ditiadakan.
Sebelum melakukan running ke2 hendaknya batasan suhu pada pengering dan pemanas air ditambah lalu diprogram ulang supaya tidak ada kadar air pada serbuk senggugu sehingga saat diseduh serbuk benar-benar larut.
prefiks seharusnya kata depan.
diseharusnya kata depan di.
Di luar panjang gelombang tersebut sensor tidak akan mendeteksinya.
Prefiks Untuk dapat menggunakan transistor sebagai saklar maka seharusnya simulfiks . transistor dikonfigurasi sehingga bekerja di daerah cutoff dan saturasi [6]. (4, TE, 2013, 22, 2, 1)
diseharusnya di- + -kan.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata diluar. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diluar merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks –kan pada kata dikonfigurasi. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di- + -kan. Untuk memeroleh arti kausatif
Untuk dapat menggunakan transistor sebagai saklar, maka transistor dikonfigurasikan sehingga bekerja di daerah cutoff dan saturasi [6].
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Motor servo adalah sebuah motor dengan system umpan balik tertutup dimana posisi dari motor akan diinformasikan kembali ke rangkaian control yang ada di dalam motor servo. (4, TE, 2013, 23, 1, 2)
Prefiks seharusnya kata depan.
diseharusnya di.
21
Pada saat fungsi ini dieksekusi, Prefiks seharusnya mikrokontroler akan kata depan. memberikan logika high pada relay untuk mengaktifkan relay dimana relay akan mengaktifkan modul mp3. (4, TE, 2013, 86, 2, 2)
diseharusnya di.
22
Pada saat fungsi ini dieksekusi, Prefiks mikrokontroler akan seharusnya memberikan logika high pada kata depan.
diseharusnya di.
menyebabkan terjadinya suatu proses—dalam hal ini proses menambahkan sesuatu—imbuhan yang tepat dalah simulfiks di- + kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks di-
Motor servo adalah sebuah motor dengan system umpan balik tertutup di mana posisi dari motor akan diinformasikan kembali ke rangkaian control yang ada di dalam motor servo.
Pada saat fungsi ini dieksekusi, mikrokontroler akan memberikan logika high pada relay untuk mengaktifkan relay di mana relay akan mengaktifkan modul mp3.
Pada saat fungsi ini dieksekusi, mikrokontroler akan memberikan logika high pada
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
relay untuk mengaktifkan relay dimana relay akan mengaktifkan modul mp3. (4, TE, 2013, 87, 1, 2)
23
Pada saat fungsi ini dieksekusi, Prefiks mikrokontroler akan seharusnya memberikan logika high pada kata depan. relay untuk mengaktifkan relay dimana relay akan mengaktifkan modul mp3. (4, TE, 2013, 88, 1, 2)
diseharusnya di.
24
Konfigurasi pin-pin keluaran op-amp dapat di lihat pada Tabel 3.1. (5, TE, 2013, 32, 1, 2)
Kata depan seharusnya prefiks
Kata depan di seharusnya prefiks di-
25
Konfigurasi port dan gambar rangkaian sensor dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.7, sedangkan untuk konfigurasi port LCD 16x2 dapat di lihat pada Gambar
Kata depan seharusnya awalan
Kata depan di seharusnya prefiks di-
pada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan prefiks dipada kata lihat. Penggunaan kata di pada frase di lihat ditiadakan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan prefiks dipada kata lihat. Penggunaan kata di pada frase di lihat ditiadakan.
relay untuk mengaktifkan relay di mana relay akan mengaktifkan modul mp3.
Pada saat fungsi ini dieksekusi, mikrokontroler akan memberikan logika high pada relay untuk mengaktifkan relay di mana relay akan mengaktifkan modul mp3.
Konfigurasi pin-pin keluaran opamp dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Konfigurasi port dan gambar rangkaian sensor dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.7, sedangkan untuk konfigurasi port LCD 16x2 dapat dilihat pada Gambar 3.10.
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
3.10. (5, TE, 2013, 35, 1, 1) Perangkat lunak ini berguna untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital agar dapat diproses didalam mikrokontroler AT-Mega 8535. (5, TE, 2013, 38, 1, 1)
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks diseharusnya kata depan di.
27
Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan nilai tegangan referensi untuk sensor A1 adalah sebesar 1.30 Volt. (5, TE, 2013, 52, -, 1)
prefiks seharusnya kata depan
prefiks diseharusnya kata depan di
28
Dari Tabel 4.8 diatas terlihat Prefiks bahwa ada perbedaan tegangan seharusnya ketika terjadi prosesaglutinasi kata depan pada sampel darah. (5, TE, 2013, 53, 1, 1)
Prefiks diseharusnya kata depan di.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata didalam. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata didalam merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas
Perangkat lunak ini berguna untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital agar dapat diproses di dalam mikrokontroler AT-Mega 8535.
Berdasarkan penghitungan di atas, maka didapatkan nilai tegangan referensi untuk sensor A1 adalah sebesar 1.30 Volt.
Dari Tabel 4.8 di atas terlihat bahwa ada perbedaan tegangan ketika terjadi prosesaglutinasi pada sampel darah.
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
Dari data yang didapat diatas, selanjutnya mikrokontroler akan memproses dan menentukan jenis golongan darah yang diujikan sesuai dengan perintah program yang ada dalam mikrokontroler ATMega8535. (5, TE, 2013, 54, 1, 1)
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks diseharusnya kata depan di.
30
Dari program diatas terlihat nilai tegangan referensi telah diubah kedalam nilai ADC. (5, TE, 2013, 55, 1, 1)
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks diseharusnya kata depan di.
31
Nilai tunggal yang mewakili semua data atau kumpulan pengamatan dimana nilai tersebut menunjukkan pusat
Prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata diatas. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata diatas merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan
Dari data yang didapat di atas, selanjutnya mikrokontroler akan memproses dan menentukan jenis golongan darah yang diujikan sesuai dengan perintah program yang ada dalam mikrokontroler AT-Mega8535.
Dari program di atas terlihat nilai tegangan referensi telah diubah kedalam nilai ADC.
Nilai tunggal yang mewakili semua data atau kumpulan pengamatan di mana nilai tersebut menunjukkan pusat data
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
data disebut ukuran pemusatan. (6, TE, 2013, 23, 3, 1)
32
33
34
Prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
Kata depan seharusnya prefiks
Kata depan di seharusnya imbuhan di-
Pada daerah dibawah kutubPrefiks kutub magnet besarnya momen seharusnya putar tetap karena besarnya kata depan gaya Lorentz. (7, TE, 2013, 9, 3, 1)
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
Mesin pencuci piring dari hasil perancangan ini menunjukkan bahwa sub sistem telah bekerja dengan baik, namun secara keseluruhan sistem tidak bekerja sesuai dengan yang diinginkan, dimana mikrokontroler tidak bekerja sesuai dengan flowchart yang dirancang. (7, TE, 2013, viii, 3, 1) Konfigurasi dari bit WGMn(1:0) dapat di lihat pada tabel 2.2. (7, TE, 2013, 34, 1, 3)
imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan prefiks dipada kata lihat. Penggunaan kata di pada frase di lihat ditiadakan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dibawah. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dibawah
disebut ukuran pemusatan.
Mesin pencuci piring dari hasil perancangan ini menunjukkan bahwa sub sistem telah bekerja dengan baik, namun secara keseluruhan sistem tidak bekerja sesuai dengan yang diinginkan, di mana mikrokontroler tidak bekerja sesuai dengan flowchart yang dirancang. Konfigurasi dari bit WGMn(1:0) dapat dilihat pada tabel 2.2.
Pada daerah di bawah kutubkutub magnet besarnya momen putar tetap karena besarnya gaya Lorentz.
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Pemakaian transistor disini digunakan sebagai saklar. (7, TE, 2013, 10, 1, 3)
Prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
36
Kalau beban inductor bersifat induktif, maka diperlukan dioda, guna menghubungkan singkat tegangan induksi yang biasanya muncul disaat saklar dalam keadaan off, sehingga dapat menghindarkan kerusakan pada transistor. (7, TE, 2013, 10, 3, 1)
Prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
37
Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan perancangan dimana ditambahkan toggle untuk memilih kotak yang
prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata disini. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata disini merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata disaat. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata disaat merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan
Pemakaian transistor di sini digunakan sebagai saklar.
Kalau beban induktor bersifat induktif, maka diperlukan dioda, guna menghubungkan singkat tegangan induksi yang biasanya muncul di saat saklar dalam keadaan off, sehingga dapat menghindarkan kerusakan pada transistor. Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan rancangan di mana toggle ditambahkan untuk memilih kotak yang akan
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
akan dihidupkan, hal ini bertujuan untuk penghematan agar hanya kotak yang digunakan saja yang aktif. (7, TE, 2013, 19, 3, 1) 38
Toggle yang digunakan berkaki 3, kaki yang ditengah sebagai out dan kaki yang di samping-samping sebagai masukan. (7, TE, 2013, 20, 1, 1)
prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
39
Gambar 4.3 memperlihatkan cara pengujian rangkaian transistor sebagai saklar. Dimana vcc diberi masukan 10 V. (7, TE, 2013, 34,1, 2)
prefiks seharusnya kata depan
Imbuhan diseharusnya kata depan di.
imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata ditengah. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata ditengah merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks dipada kata dimana. Penggunaan imbuhan di- seharusnya ditiadakan. Di pada kata dimana merupakan kata depan di, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan di-.
dihidupkan, hal ini bertujuan untuk penghematan agar hanya kotak yang digunakan saja yang aktif. Toggle yang digunakan berkaki 3, kaki yang di tengah sebagai out dan kaki yang di sampingsamping sebagai masukan
Gambar 4.3 memperlihatkan cara pengujian rangkaian transistor sebagai saklar di mana vcc diberi masukan 10 V.
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
input tegangan high dari mikrokontroler diambil dari pembagi tegangan melalui dua resistor 10k yang diseri (7, TE, 2013, 34, 1, 4)
Prefiks seharusnya simulfiks
diseharusnya di-+-kan
41
Waktu lamanya pensterilan akan di tampilkan / dihitung apabila suhu sudah mencapai batas maksimal. (2, TE, 2013, 65, 1, 3)
Sufiks seharusnya Simulfiks
-kan seharusnya di- + -kan
42
Keseluruhan proses tersebut, mulai dari pemotongan, pemgeringan, dan penyeduhan di kendalikan oleh mikrokontroler AVR ATmega8535. (3, TE, 2013, 2, 1, 4)
Sufiks seharusnya simulfiks .
-kan seharusnya di- + -kan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilangan sufiks –kan pada kata ditambah. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di- + -kan. Untuk memeroleh arti kausatif menyebabkan terjadinya suatu proses—dalam hal ini proses menambahkan sesuatu—imbuhan yang tepat dalah simulfiks di- + kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilanganan prefiks di- pada kata tampilkan. Penggunaan perposisi di seharusnya ditiadakan dan pengguaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilanganan prefiks di- pada kata kendalikan. Penggunaan perposisi di seharusnya ditiadakan dan pengguaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di-+-kan.
Input tegangan high dari mikrokontroler diambil dari pembagi tegangan melalui dua resistor 10k yang diserikan.
Waktu lamanya pensterilan akan ditampilkan/dihitung apabila suhu sudah mencapai batas maksimal.
Keseluruhan proses tersebut mulai dari pemotongan, pengeringan, dan penyeduhan yang dikendalikan oleh mikrokontroler AVR ATmega8535.
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Suara yang terdapat pada modul mp3 akan di kuatkan oleh modul amplifier, kemudian diteruskan ke speaker. (4, TE, 2013, 3, 1, 4)
Sufiks seharusnya simulfiks .
-kan seharusnya di- + -kan.
44
Nilai tahanan fototransistor (R) Sufiks memakai perhitungan seharusnya berdasarkan pada hukum ohm, simulfiks persamaannya adalah sebagai berikut: R = V/I
-kan seharusnya di-+-kan
45
(2.12) dengan nilai resistor fototransistor simbolkan R, tegangan masukan adalah V, dan I sebagai arus maksimal fototransistor. (5, TE, 2013, 21, 2, 2) Rangkaian penguat yang dipakai adalah sebuah penguat operasional yang di konfigurasikan sebagai penguat tidak-pembalik (noninverting).
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilanganan prefiks di- pada kata kuatkan. Penggunaan perposisi di seharusnya ditiadakan dan pengguaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilanganan prefiks di- pada kata simbolkan. Pengguaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di-+-kan.
Suara yang terdapat pada modul mp3 akan dikuatkan oleh modul amplifier, kemudian diteruskan ke speaker.
Nilai tahanan fototransistor (R) memakai perhitungan berdasarkan pada hukum ohm, persamaannya adalah sebagai berikut: R = V/I (2.12) dengan nilai resistor fototransistor disimbolkan R, tegangan masukan adalah V, dan I sebagai arus maksimal fototransistor.
Sufiks seharusnya simulfiks
-kan seharusnya di- + -kan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penghilanganan prefiks di- pada kata konfigurasikan. Penggunaan perposisi di seharusnya ditiadakan dan
Rangkaian penguat yang dipakai adalah sebuah penguat operasional yang dikonfigurasikan sebagai penguat tidak pembalik (noninverting).
di
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(5, TE, 2013, 31, 1, 3)
3. Data
pengguaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di-+-kan.
Kategori Prefiks keData Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat)
1
Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang berfungsi untuk memasukan cairan obat kedalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur [5]. (1,TE, 2013, 4, 2, 1)
2
Pengujian dilakukan dengan memasukan ujung syringe kedalam gelas ukur berukuran 10 ml. (1, TE, 2013, 38, 1, 2)
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan prefiks
Bentuk Kesalahan Penggunaa nJenis Imbuhan Prefiks keseharusnya kata tugas ke.
prefiks seharusnya kata depan
prefiks keseharusnya kata depan ke
Analisis
Persetujuan
Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kedalam. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kedalam merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kedalam. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kedalam merupakan kata depan ke,
Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang (digunakan) untuk memasukkan cairan obat ke dalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur [5].
Ya
Tidak
Pengujian alat dengan cara ujungnya dimasukkan ke dalam gelas ukur berukuran 10 ml.
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
4
5
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks keseharusnya kata depan ke.
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks keseharusnya kata depanke.
Dengan menggeser logika low Prefiks pada kaki D4 sampai D7 seharusnya secara berurutan dan kata depan bergantian, maka akan menyebabkan motor berputar
Prefiks keseharusnya kata depan ke.
Pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa saat pin D4 mikrokontroler Arduino Uno member output 0 volt atau logika”low” maka IC L298 pin 1Y1 akan member output 0 volt sehingga motor stepper akan berputar kekiri satu langkah. (1, TE, 2013, 56, 1, 1) Saat pin D5 mikrokontroler Arduino uno member output 0 volt atau logika”low” maka IC L298 pin 1Y2 akan member output 0 volt sehingga motor stepper akan berputar kekiri satu langkah. (1, TE, 2013, 56, 1, 2)
sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kekiri. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kekiri merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kekiri. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kekiri merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kekiri. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya
Pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa saat pin D4 mikrokontroler Arduino Uno member output 0 volt atau logika”low” maka IC L298 pin 1Y1 akan member output 0 volt sehingga motor stepper akan berputar ke kiri satu langkah. Saat pin D5 mikrokontroler Arduino uno member output 0 volt atau logika”low” maka IC L298 pin 1Y2 akan member output 0 volt sehingga motor stepper akan berputar ke kiri satu langkah.
Dengan menggeser logika low pada kaki D4 sampai D7 secara berurutan dan bergantian, maka akan menyebabkan motor berputar ke kiri dengan
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kekiri dengan banyaknya langkah sesuai dengan jumlah pergeseran logika low. (1, TE, 2013, 56, 1, 3) 6
7
Dalam mode ini registerpencacah TCNT1bekerja secara normal selalu mencacah/menghitung ke-atas atau counting-up hingga mencapai nilai maksimal 0xFFFF lalu 0x0000 lagi atau yang disebut overflow yang menyebabkan flag-TOV1 secara otomatis setyang menandakan terjadinya interupsi jika interupsi timer/counter1overflow diaktifkan [6]. (2, TE, 2013, 14, 6, 1) Pertama, akar senggugu dimasukan kedalam blender untuk proses pemotongan. (3, TE, 2013, 27, 2, 1)
Prefiks seharusnya kata depan
Prefiks keseharusnya kata depan ke.
prefiks seharusnya kata depan.
keseharusnya ke.
ditiadakan. Ke pada kata kekiri merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata ke-atas yang penulisannya menggunakan tanda hubung ‘-’. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata ke-atas merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kedalam. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kedalam merupakan kata depan ke,
banyaknya langkah sesuai dengan jumlah pergeseran logika low.
Dalam mode ini registerpencacah TCNT1bekerja secara normal selalu mencacah/menghitung ke atas atau counting-up hingga mencapai nilai maksimal 0xFFFF lalu 0x0000 lagi atau yang disebut overflow yang menyebabkan flag-TOV1 secara otomatis setyang menandakan terjadinya interupsi jika interupsi timer/counter1overflow diaktifkan [6].
Pertama, masukkan akar senggugu ke dalam blender untuk proses pemotongan.
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
9
Dalam mode ini register pencacah TCNT1 bekerja secara normal selalu mencacah/menghitung ke-atas atau counting-up hingga mencapai nilai maksimal 0xFFFF lalu 0x0000 lagi atau yang disebut overflow yang menyebabkan flag-TOV1 secara otomatis set yang menandakan terjadinya interupsi jikainterupsi timer/counter1 overflowdiaktifkan [2]. (4, TE, 2013, 18, 2, 1) Mengacu pada persamaan 4.1 maka nilai tegangan yang dihasilkan dapat diubah kedalam bentuk nilai ADC sehingga dapat dibaca dan diproses oleh mikrokontroler. (5, TE, 2013, 54, 1, 2)
Prefiks seharusnya kata depan
keseharusnya kata depan ke.
Prefiks seharusnya kata tugas
Prefiks keseharusnya kata tugas ke.
sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata ke-atas yang penulisannya menggunakan tanda hubung ‘-’. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata ke-atas merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kedalam. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kedalam merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-.
Dalam mode ini register pencacah TCNT1 bekerja secara normal selalu mencacah/menghitung ke atas atau counting-up hingga mencapai nilai maksimal 0xFFFF lalu 0x0000 lagi atau yang disebut overflow yang menyebabkan flag-TOV1 secara otomatis set yang menandakan terjadinya interupsi jikainterupsi timer/counter1 overflow diaktifkan [2]. Mengacu pada persamaan 4.1 maka nilai tegangan yang dihasilkan dapat diubah ke dalam bentuk nilai ADC sehingga dapat dibaca dan diproses oleh mikrokontroler.
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Pengubahan nilai tegangan referensi kedalam nilai ADC dapat dilihat pada Tabel 4.9. (5, TE, 2013, 54, 1, 3)
Prefiks seharusnya kata tugas
Prefiks keseharusnya kata tugas ke.
11
Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilitas sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus. (6, TE, 2013, 69, 2, 1)
Prefiks seharusnya konfiks
Keseharusnya ke-…-an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan prefiks kepada kata kedalam. Penggunaan imbuhan ke- seharusnya ditiadakan. Ke pada kata kedalam merupakan kata depan ke, sehingga kata tersebut itu tidak memiliki fungsi dan arti imbuhan ke-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi prefiks kepada kata kestabilitas. Penggunaan imbuhan keseharusnya ditiadakan karena arti imbuhan tersebut tidak mendukung fungsi dan makna kata tersebut di dalam kalimat. Dengan konfiks ke-…-an yang berarti sesuatu hal atau peristiwa yang telah terjadi mendukung pembentukan kata dan arti kata yang tepat untuk kalimat tersebut.
Pengubahan nilai tegangan referensi ke dalam nilai ADC dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilan sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus.
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Data
1
2
3
Kategori Prefiks pengData Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Dalam register TIMSK timer/conter0 memiliki bit TOIE0 sebagai bit peng-aktif interupsi timer/counter0 (TOIE0=1 enable, TOIE0=0 disable). (4, TE, 2013, 12, 1, 3) Besarnya tegangan keluaran berbeda-beda, tergantung dari terjadi penggumpal darah jenis golongan darahnya. (5, TE, 2013, 30, 1, 2)
Proses penginisialisasi ADC terjadi di PORT A sedangkan inisialisasi LCD di PORT C.
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan prefiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan peng-.
Prefiks seharusnya konfiks.
Pengseharusnya Peng-...-an
Prefiks seharusnya konfiks
Prefiks pengseharusnya
Analisis Keterangan Kalimat tersebut mengalami kesalahan yang berupa salah susun ditandai dengan prefiks peng- pada kata peng-aktif dalam penulisannya salah. Penggunaan imbuhan pada kata tersebut tidak memerlukan tanda hubung/‘-’. Kalimat tersebut mengalami kesalahan yang berupa salah formasi ditandai oleh arti imbuhan peng- pada kata ‘penggumpal’ dalam kalimat tersebut tidak tepat. Penggunaan imbuhan yang tepat untuk memperoleh arti proses, cara meng- atau perbuatan adalah menggunakan imbuhan peng-...-an . Kalimat tersebut mengalami kesalahan yang ditandai dengan formasi penggunaan prefiks peng-
Persetujuan Perbaikan
Ya
Tidak
Dalam register TIMSK timer/conter0 memiliki bit TOIE0 sebagai bit pengaktif interupsi timer/counter0 (TOIE0=1 enable, TOIE0=0 disable). Besarnya tegangan keluaran berbeda-beda, tergantung dari penggumpalan sampel darah yang terjadi.
Proses penginisialan ADC terjadi di PORT A sedangkan inisialisasi LCD di PORT C. 109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(5, TE, 2013, 38, 1, 2)
5.
Kategori Prefiks ter-
Data
Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat)
1
Limitswitch memiliki 2 kontak yaitu NO (NormallyOpen) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan. (3, TE, 2013, 24, 1, 9)
konfiks peng-...-an
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan prefiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan terseharusnya di-.
yang digabung dengan imbuhan –isasi yang bukan imbuhan bahasa Indonesia.berdasarkan hal tersebut, untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penginisialan yang menggunakan imbuhan peng-…-an adalah yang benar.
Analisis
Persetujuan
Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi pada kata tertekan. Penggunaan imbuhan ter- pada kata tertekan dalam kalimat tersebut tidak tepat jika dikaitkan dengan konteks kalimat. Konteks kalimat tersebut menyatakan harus adanya pelaku (agens) yang melakukan suatu
Limitswitch memiliki 2 kontak yaitu NO (NormallyOpen) dan kontak NC (Normally Close). Salah satu kontak akan aktif jika tombolnya ditekan (oleh pengguna alat).
Ya
Tidak
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tindakan, sehingga kalimat tersebut lebih tepatnya menggunakan imbuhan di- yang menyatakan terdapat pelaku (agens) yang dengan sengaja (secara sadar) melakukan suatu tindakan. Peneliti menggunakan prefiks di- agar tidak terlalu mengubah sturktur kalimat.
6. Data
1
Kategori Sufiks -an Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang dimasukan ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam yang berarti menyatakan jumlah cairan dalam milliliter dalam satuan jam. (1,TE, 2013, 4, 2, 2)
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan sufiks
Bentuk Analisis Kesalahan Penggunaan Keterangan Perbaikan Jenis Imbuhan -an Kesalahan penggunaan imbuhan Prinsip kerja syring pump adalah seharusnya dalam kalimat tersebut ditandai mengatur laju cairan yang tanpa afiks dengan penambahan sufiks -an masuk ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam; ml/jam berarti pada kata satuan. Penggunaan sufiks -an seharusnya ditiadakan. banyaknya jumlah cairan dalam Penggunaan sufiks -an pada kata milliliter dalam satu jam. “satuan” dengan blok kuning tidak tepat untuk menjelaskan frase Atau dengan bentuk di bawah yang berada di depan kata satuan, ini. yaitu ‘…jumlah cairan dalam
Persetujuan Ya
Tidak
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
milliliter dalam…’dan kata sesudahnya, yaitu ‘jam’. Kata satuan memiliki arti/makna ‘kumpulan’ ataupun ‘gugus’ namun dalam ilmu pasti— misalnya matematika— menyatakan hal tersebut merupakan takaran tertentu, misalnya satuan dalam matematika adalah ml/jam, km/jam, mil/jam, m/s, kg, ton, dll. Pada tulisan “ml/jam” sesungguhnya berarti banyaknya ml (mililiter) dalam setiap jam atau banyaknya ml (mililiter) dalam satu jam.
7. Data
1
Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang masuk ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam; ml/jam berarti banyaknya jumlah cairan dalam milliliter dalam setiap jam.
Kategori Simulfiks di- + -an Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang dimasukan ke dalam tubuh
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan simulfiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan di- + -an
Analisis Keterangan
Persetujuan Perbaikan
Ya
Tidak
Kesalahan penggunaan Prinsip kerja syring pump adalah imbuhan dalam kalimat tersebut mengatur laju cairan yang masuk ke dalam tubuh dengan satuan ditandai dengan penambahan 112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dengan satuan ml/jam. (1,TE, 2013, viii, 1, 2)
2
3
Simulfiks Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang dimasukan ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam yang berarti menyatakan jumlah cairan dalam milliliter dalam satuan jam. (1,TE, 2013, 4, 2, 2)
Pada influsion pump jenis larutan obat yang dimasukan ke dalam tubuh pasien maksimal sebesar 500 cc. (1,TE, 2013, 4, 3, 3)
Simulfiks
di- + -an seharusnya tanpa afiks
di- + -an seharusnya di- + -kan
simulfiks di-+-an pada kata dimasukan yang sebenarnya tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Kata ‘masuk’ tidak perlu diberi imbuhan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan penambahan simulfiks di-+-an pada kata dimasukan yang sebenarnya tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Kata ‘masuk’ tidak perlu diberi imbuhan.
ml/jam.
Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang masuk ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam; ml/jam berarti banyaknya jumlah cairan dalam milliliter dalam setiap jam. Atau dengan perbaikan di bawah ini.
Prinsip kerja syring pump adalah mengatur laju cairan yang masuk ke dalam tubuh dengan satuan ml/jam; ml/jam berarti banyaknya jumlah cairan dalam milliliter dalam satu jam. Kesalahan penggunaan Pada influsion pump, jenis imbuhan dalam kalimat tersebut larutan obat yang dimasukkan ke berupa salah formasi simulfiks dalam tubuh pasien maksimal di- + -an pada kata dimasukan. sebesar 500 cc. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
5
Pertama, akar senggugu dimasukan kedalam blender untuk proses pemotongan. (3, TE, 2013, 27, 2, 1)
Menguji terlebih dahulu komponen yang harus digunakan karena terkadang komponen yang dirancang bekerja tidak sesuai dengan yang diharapan. (7, TE, 2013, 37, 2, poin 1)
simulfiks seharusnya sufiks.
simulfiks
di- + -an seharusnya -kan.
di-+-an seharusnya di-+-kan
tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Dengan demikian penggunaan afiks yang tepat adalah simulfiks di-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut berupa salah formasi simulfiks di- + -an pada kata dimasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Dengan demikian penggunaan afiks yang tepat adalah sufiks –kan atau simulfiks di-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks di- + -an pada kata diharapan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat
Pertama, masukkan akar senggugu ke dalam blender untuk proses pemotongan. Pertama, akar senggugu dimasukkan ke dalam blender untuk proses pemotongan.
Pengujian dilakukan terlebih dahulu terhadap komponen yang harus digunakan karena terkadang komponen yang dirancang bekerja tidak sesuai dengan yang diharapkan.
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks di-+-kan yang berarti ‘dijadikan’ (bentuk pasif dari ‘menjadikan’).
8. Data
1
Kategori Simulfiks di- + -kan Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Perancangan rangkaian osilator digunakan kristal dengan frekuensi 12Mhz dan menggunakan kapasitor 22pF (datasheet) pada pin XTAL1 dan XTAL2 di mikrokontroler. (2, TE, 2013, 41, 2, 2)
Kategori Bentuk Kesalahan Kesalahan Penggunaan Penggunaan Jenis Jenis Imbuhan Imbuhan Simulfiks di-+ -kan seharusnya meng- + kan
Analisis
Persetujuan
Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks di-+ -kan pada kata digunakan. Pada kalimat tersebut, kata digunakan berkedudukan sebagai predikat. Dilihat dari struktur kalimat predikat yang dibutuhkan adalah predikat aktif, sehingga penggunaan simulfiks di- + -kan pada kalimat tersebut tidak tepat. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah meng- + -kan.
Rancangan rangkaian osilator menggunakan kristal dengan frekuensi 12 Mhz dan menggunakan kapasitor 22 pF (datasheet) pada pin XTAL1 dan XTAL2 di mikrokontroler.
Ya
Tidak
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Pada perancangan rangkaian reset digunakan resistor sebesar 10kΩ dan kapasitor sebesar 10µF berdasarkan gambar 2.2. (2, TE, 2013, 41, 3, 3)
Simulfiks
di-+ -kan seharusnya meng- + kan
3
Timer di-nolkan saat proses pembanding tercapai (compare match). (4, TE, 2013, 13, 2, nomor b)
Simulfiks
di- + -kan.
4
Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan perancangan dimana ditambahkan toggle untuk memilih kotak yang akan dihidupkan, hal ini bertujuan untuk penghematan agar
simulfiks
di-+-kan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks di-+ -kan pada kata digunakan. Pada kalimat tersebut, kata digunakan berkedudukan sebagai predikat. Dilihat dari struktur kalimat predikat yang dibutuhkan adalah predikat aktif, sehingga penggunaan simulfiks di- + -kan pada kalimat tersebut tidak tepat. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah meng- + -kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks di+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata di-nolkan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata dinolkan ditulis menjadi dinolkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun dan/atau salah formasi simulfiks di-+-kan pada kata ditambahkan. Simulfiks yang digunakan sudah tepat hanya saja peletakan fungsi kedudukan dari
Rancangan rangkaian reset menggunakan resistor sebesar 10 kΩ dan kapasitor sebesar 10 µF berdasarkan gambar 2.2.
Timer dinolkan saat proses pembanding tercapai (compare match).
Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan rancangan, di mana toggle ditambahkan untuk memilih kotak yang akan dihidupkan, hal ini bertujuan untuk penghematan agar hanya kotak yang digunakan saja yang
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hanya kotak yang digunakan saja yang aktif. (7, TE, 2013, 19, 3, 1)
masing-masing kata dalam kalimat yang tidak tepat. Alternatifnya, kalimat tersebut disusun ke bentuk aktif yang menggunakan simulfiks meng-+kan.
5
Pada alat pencuci piring ini driver motor yang digunakan. (7, TE, 2013, 20, 2, 1)
simulfiks
di-+-kan seharusnya meng-+-kan
6
Pada perancangan ini digunakan LED sebagai indikator telah selesainya proses pencucian. (7, TE, 2013, 23, 1, 1)
Simulfiks
di-+-kan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks di-+-kan pada kata digunakan. Jika menggunakan simulfiks di-+kan perlu adanya keterangan di belakang kata ‘digunakan’. Ketika simulfiks di-+-kan diganti dengan meng-+-kan, maka objek dari kalimat tersebut akan jelas tanpa adanya keterangan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks di-+-kan pada kata digunakan. Jika menggunakan simulfiks di-+kan perlu adanya keterangan di belakang kata ‘digunakan’ bukan
aktif. Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan rancangan. Peneliti menambahkan toggle untuk memilih kotak yang akan dihidupkan, hal ini bertujuan untuk penghematan agar hanya kotak yang digunakan saja yang aktif. Alat pencuci piring ini menggunakan driver motor.
Rancangan ini menggunakan LED sebagai indikator telah selesainya proses pencucian. Pada rancangan ini, LED digunakan (oleh peneliti) sebagai indikator telah
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7,8, dan 9
9. Data
1
Untuk jumlah pilihan kotak ada tiga yaitu untuk kotak pertama yang diinisialisasikan start1, kotak kedua diinisialisaikan start2, kotak ketiga diinisialisasikan start3. (7, TE, 2013, 28, 2, 1)
7, 8, dan 9) simulfiks
7, 8, dan 9) di-+-kan
subjek. Ketika simulfiks di-+-kan diganti dengan meng-+-kan, maka objek dan keterangan dari kalimat tersebut akan jelas. 7, 8, dan 9) Kalimat tersebut mengalami kesalahan yang berupa salah formasi. Imbuhan – isasi bukan imbuhan bahasa Indonesia, penulisan simulfiks di+-kan yang tepat pada kata yang berblok kuning seharusnya menjadi diinisialkan bukan diinisialisasikan.
selesainya proses pencucian.
Untuk jumlah pilihan kotak ada tiga yaitu untuk kotak pertama yang diinisialkan start1, kotak kedua diinisialkan start2, kotak ketiga diinisialkan start3.
Kategori Simulfiks peng-+-kan Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Keypad matrik 4x3 hanya pemanfaatkan satu pin mikrokontroler Arduino Uno yaitu pada pin A.4. (1,TE, 2013, 28, 1, 2)
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Simulfiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan peng- + kan seharusnya meng- + kan
Analisis Keterangan Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks peng- + -kan pada kata “pemanfaatkan”. Penggabungan
Persetujuan Perbaikan
Ya
Tidak
Keypad matrik 4x3 hanya memanfaatkan satu pin mikrokontroler Arduino Uno yaitu pada pin A.4.
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kedua imbuhan tersebut tidak dapat menimbulkan arti atau makna tertentu. Imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng- + kan.
10. Kategori Simulfiks meng- + -kan Data
Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat)
1
Bit ini berguna untuk mengaktif-kan interupsi inputcapture (penangkap kejadian pada pin ICP1/PB0) ketika bit di-set [6]. (2, TE, 2013, 13, 3, 1)
2
Bit ini berguna untuk mengaktif-kan intrupsi OutputCompare A Match ketika bit ini di-set.
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Simulfiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Meng- + kan
Simulfiks
Meng- + kan
Analisis Keterangan Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda
Persetujuan Perbaikan
Ya
Tidak
Bit ini berguna untuk mengaktifkan interupsi inputcapture (penangkap kejadian pada pin ICP1/PB0) ketika bit di-set [6].
Bit ini berguna untuk mengaktifkan intrupsi OutputCompare A Match ketika bit ini di-set. 119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(2, TE, 2013, 13, 3, 2)
3
Bit ini berguna untuk mengaktif-kan intrupsi OutputCompare B Match ketika bit ini di-set. (2, TE, 2013, 14, 1, 1)
Simulfiks
Meng- + kan
4
Bit ini berguna untuk mengaktifkan intrupsi overflow TCNT1 ketika bit ini di-set. (2, TE, 2013, 14, 1, 2)
Simulfiks
Meng- + kan
hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan.
Bit ini berguna untuk mengaktifkan intrupsi OutputCompare B Match ketika bit ini di-set.
Bit ini berguna untuk mengaktifkan intrupsi overflow TCNT1 ketika bit ini di-set.
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Jika meng-aktif-kan interupsi inputcapture ketika pada saat ada triger pada pin ICP1maka CPU akan menyalin (copy) isi TCNT1 pada saat itu ke register pengkap ICR1. (2, TE, 2013, 15, 2, 2)
Simulfiks
Meng- + kan
6
Bit ini berguna untuk mengaktif-kan interupsi input capture (penangkap kejadian pada pin ICP1/PB0) ketikabit di-set [2]. (4, TE, 2013, 17, nomor 5, 2)
Simulfiks .
Meng- + kan.
7
Bit ini berguna untuk mengaktif-kan interupsi Output Compare A Match ketika bit ini di-set. (4, TE, 2013, 17, nomor 5, 4)
Simulfiks .
Meng- + kan.
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktif-
Jika mengaktifkan interupsi inputcapture ketika pada saat ada triger pada pin ICP1, CPU akan menyalin (copy) isi TCNT1 pada saat itu ke register pengkap ICR1.
Bit ini berguna untuk mengaktifkan interupsi input capture (penangkap kejadian pada pin ICP1/PB0) ketikabit diset [2].
Bit ini berguna untuk mengaktifkan interupsi Output Compare A Match ketika bit ini di-set.
121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Bit ini berguna untuk mengaktif-kan interupsi Output Compare B Match ketika bit ini di-set. (4, TE, 2013, 17, nomor 5, 6)
Simulfiks .
Meng- + kan.
9
Bit ini berguna untuk mengaktifkan interupsi overflow TCNT1 ketika bit ini di- set. (4, TE, 2013, 17, nomor 5, 8)
Simulfiks .
Meng- + kan.
10
FOCn tidak akan memicu terjadinya interupsi atau menolkan timer pada mode CTC. (7, TE, 2013, 7, 1, 2)
Simulfiks
Meng-+-kan
kan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktif-kan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah susun simulfiks meng-+-kan karena tanda hubung ‘-’ disertakan pada kata meng-aktifkan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah, sehingga kata meng-aktifkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng-+-kan pada kata menolkan. Penulisan simulfiks pada kalimat tersebut salah
Bit ini berguna untuk mengaktifkan interupsi Output Compare B Match ketika bit ini di-set.
Bit ini berguna untuk mengaktifkan interupsi overflow TCNT1 ketika bit ini di-set.
FOCn tidak akan memicu terjadinya interupsi atau mengenolkan timer pada mode CTC.
122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Sedangkan untuk mengaktifkan motor menggunakan rangkaian transistor yang digunakan sebagai pengaktif. (7, TE, 2013, 30, 2, 2)
simulfiks
meng-+-kan seharusnya di-+-kan
karena salah menggunakan alomorf dari meng-, sehingga kata menolkan dapat ditulis dengan benar menjadi mengaktifkan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng-+-kan pada kata menggunakan dan diikuti kata digunakan pada bagian berikutinya.
Rangkaian transistor digunakan untuk mengaktifkan motor.
11. Kategori Simulfiks meng- + -an Data
1
Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang berfungsi untuk memasukan cairan obat kedalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan simulfiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Meng- + an seharusnya Meng- + kan.
Analisis
Persetujuan
Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata memasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa
Syring pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang (digunakan) untuk memasukkan cairan obat ke dalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur [5].
Ya
Tidak
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
teratur [5]. (1,TE, 2013, 4, 2, 1)
2
Gambar 2.9 menunjukan bentuk fisik dari Slide PotMotorized(10k linearTaper). (1,TE, 2013, 12, 2, 5)
Simulfiks
Meng- + -an seharusnya Meng- + kan
3
Pengujian dilakukan dengan memasukan ujung syringekedalam gelas ukur berukuran 10 ml. (1, TE, 2013, 38, 1, 2)
Simulfiks
Meng- + an seharusnya di- + -kan
Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata menunjukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata memasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut..
Gambar 2.9 menunjukkan bentuk fisik dari Slide PotMotorized(10k linearTaper).
Pengujian alat dengan memasukkan ujung syringe ke dalam gelas ukur berukuran 10 ml.
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Untuk memasukan cairan kedalam tubuh. (1, TE, 2013, 53, tabel 4.14, 1)
Simulfiks
Meng- + -an seharusnya Meng- + kan
5
Untuk menggerakan ulir pendorong tabung suntik (1, TE, 2013, 53, tabel 4.14, 3)
Simulfiks
Meng- + -an seharusnya Meng- + kan
Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata memasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata menggerakan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan.
Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh.
Untuk menggerakkan ulir pendorong tabung suntik.
125
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Program utama yang diimplementasikan pada alat syringepump otomatis berbasis mikrokontroler Arduino Uno mengalami penambahan pada blok inisialisasi yaitu menambahan inisialisasi LCD. (1, TE, 2013, 57, 3, 1)
Simulfiks seharusnya konfiks
Meng- + -an seharusnya peng-…-an
7
Fungsi yang pertama untuk memasukan bilangan bulat, dan fungsi yang kedua untuk bilangan pecahan. (1, TE, 2013, 62, 1, 2)
Simulfiks
Meng- + -an seharusnya Meng- + kan
8
Digunakan untuk tiga piring, memasukan dan
Simulfiks
Meng-+-an seharusnya
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata menambahan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah konfiks peng-…-an memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata memasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai
Program utama yang diimplementasikan pada alat syringepump otomatis berbasis mikrokontroler Arduino Uno mengalami penambahan pada blok inisialisasi yaitu penambahan inisialisasi LCD.
Fungsi yang pertama untuk memasukkan bilangan bulat, dan fungsi yang kedua untuk bilangan pecahan.
Digunakan untuk tiga piring, memasukkan dan mengeluarkan
126
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengeluarkan piring secara manual. (7, TE, 2013, 2, 2, nomor 5)
meng-+-kan
dengan salah formasi simulfiks meng- + -an pada kata memasukan. Simulfiks tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia dan simulfiks tersebut tidak memiliki arti dan fungsi tertentu sehingga tidak tepat untuk konteks kalimat tersebut.. Penggunaan imbuhan yang tepat adalah simulfiks meng-+-kan.
piring secara manual.
12. Kategori Simulfiks meng- +-i Data
1
Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Cara kerja rangkaian yaitu ketika pencucian sudah berahir maka mikrokontroler memberi logika 1 pada salah satu pin I/O pada port B.4 tersebut. (7, TE, 2013, 23,1, 3)
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan simulfiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan meng-+-i seharusnya meng-+-kan
Analisis Keterangan Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi simulfiks meng- + -i pada kata memberi. Jika menggunakan simulfiks meng-+-i objek harus diletakkan langsung di belakan kata ‘memberi’, yaitu salah satu pin I/O pada port B.4 tersebut.
Persetujuan Perbaikan
Ya
Tidak
Cara kerja rangkaian, yaitu ketika pencucian sudah berakhir maka mikrokontroler memberikan logika 1 pada salah satu pin I/O pada port B.4.
127
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ketika simulfiks meng-+-i diganti dengan meng-+-kan, maka objek tidak langsung diletakkan di belakang kelompok kata, yaitu logika 1 yang berkedudukan sebagai pelengkap di dalam kalimat.
13. Kategori Konfiks per-…-an Data
1 dan 2
Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Pada perancangan tersebut, untuk mendapat satu putaran penuh motor stepper memerlukan 20 pulsa, sedangkan motor stepper yang diimplementasikan membutuhkan 200 pulsa sehingga perhitungan laju aliran dilakukanperubahan sebagai berikut: (1,TE, 2013, 37, 1, 3)
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Konfiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan per-...-an seharusnya peng-…-an
Analisis
Persetujuan
Keterangan
Perbaikan
1) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per-...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses,
Pada perancangan tersebut, untuk mendapat satu putaran penuh motor stepper memerlukan 20 pulsa, sedangkan motor stepper yang diimplementasikan membutuhkan 200 pulsa sehingga penghitungan laju aliran dilakukan pengubahan sebagai berikut.
Ya
Tidak
128
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
Penentuan jeda dalam tiap langkah motor stepper dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: (1,TE, 2013, 37, 1, 4)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. 2) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per-...-an pada kata perubahan. Imbuhan pada kata perubahan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata pengubahan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan
Penentuan jeda dalam tiap langkah motor stepper dapat dilakukan dengan penghitungan sebagai berikut.
129
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4 dan 5
Pada percobaan kedua, setelah dilakukan perubahan perhitungan jeda, maka diperoleh hasil laju aliran sesuai dengan yang diharapkan. (1,TE, 2013, 38, 1, 1)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. 4) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per-...-an pada kata perubahan. Imbuhan pada kata perubahan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata pengubahan yang menggunakan konfiks peng-…-an. 5) Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per-...-an pada kata
Pada percobaan kedua, setelah dilakukan pengubahan penghitungan jeda, maka diperoleh hasil laju aliran sesuai dengan yang diharapkan.
130
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Perhitunganerror rata-rata untuk laju aliran 200,01 ml/jam sampai 300 ml/jam yang mengacu pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut: (1, TE, 2013, 46, 1, 4)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an.
Penghitungan error rata-rata untuk laju aliran 200,01 ml/jam sampai 300 ml/jam yang mengacu pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut.
131
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Perhitunganerror rata-rata untuk laju aliran 400,01 ml/jam sampai 500 ml/jam yang mengacu pada tabel 4.5 adalah sebagai berikut: (1, TE, 2013, 48, 1, 2)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
8
Perhitungan nilai kapasitor untuk penyearah 12 VDC, dilakukan seperti persamaan 2.8 dengan nilai tegangan output trafo diketahui sebesar 18 VAC (VM), arus maksimal yang diinginkan sebesar 1A dan tegangan input minimal IC regulator sebesar 14,5VDC (VMIN), sehingga diperoleh nilai minimal kapasitor C1sebagai berikut:
Konfiks
Per-…-an seharusnya peng-…-an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses,
Penghitungan error rata-rata untuk laju aliran 400,01 ml/jam sampai dengan 500 ml/jam yang mengacu pada tabel 4.5 adalah sebagai berikut.
Penghitungan nilai kapasitor untuk penyearah 12 VDC, dilakukan seperti persamaan 2.8 dengan nilai tegangan output trafo diketahui sebesar 18 VAC (VM), arus maksimal yang diinginkan sebesar 1A dan tegangan input minimal IC regulator sebesar 14,5VDC (VMIN), sehingga diperoleh nilai minimal kapasitor C1sebagai berikut:
132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(2, TE, 2013, 35, 1, 1)
9
Perhitungan nilai kapasitor untuk penyearah 5 VDC, dilakukan seperti persamaan 2.8 dengan nilai tegangan output trafo diketahui sebesar 12 VAC (VM), arus maksimal yang diinginkan sebesar 1A dan tegangan input minimal IC regulator sebesar 7,5VDC (VMIN), sehingga diperoleh nilai minimal kapasitor C3 sebagai berikut: (2, TE, 2013, 36, 2, 1)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
10
Perhitungan nilai IR1, R1 dan R2 adalah sebagai berikut : (5, TE, 2013, 30, 3, 5)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan
Penghitungan nilai kapasitor untuk penyearah 5 VDC, dilakukan seperti persamaan 2.8 dengan nilai tegangan outputtrafo diketahui sebesar 12 VAC (VM), arus maksimal yang diinginkan sebesar 1A dan tegangan input minimal IC regulator sebesar 7,5VDC (VMIN), sehingga diperoleh nilai minimal kapasitor C3 sebagai berikut:
Penghitungan nilai IR1, R1 dan R2 adalah sebagai berikut.
133
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Perhitungan nilai aman arus pada LED infra merah (IF’) : (5, TE, 2013, 30, 3, 6)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
12
Setelah nilai aman arus LED konfiks infra merah (IR1) didapat, maka perhitungan nilai resistor LED infra merah (R1) adalah :
Per-...-an seharusnya peng-…-an
kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan.
Penghitungan nilai aman arus pada LED infra merah (IF’) :
Setelah nilai aman arus LED infra merah (IR1) didapat, maka penghitungan nilai resistor LED infra merah (R1) adalah :
134
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(5, TE, 2013, 30-31, 3, 7)
13
Perhitungan nilai resistor fototransistor (R2) : (5, TE, 2013, 30-31, 3, 8)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an.
Penghitungan nilai resistor fototransistor (R2) :
135
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Berdasarkan pada persamaan 2.9, perhitungan nilai penguatan tegangan adalah sebagai berikut : (5, TE, 2013, 32, 1, 4)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
15
Dari perhitungan yang dilakukan maka didapatkan nilai tegangan rata-rata setiap sensor. (5, TE, 2013, 42, 2, 2)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses,
Berdasarkan pada persamaan 2.9, penghitungan nilai penguatan tegangan adalah sebagai berikut.
Dari penghitungan yang dilakukan maka didapatkan nilai tegangan rata-rata setiap sensor.
136
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Untuk persamaan perhitungan nilai tegangan referensi sensor adalah sebagai berikut : (5, TE, 2013, 51, -, 5)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
17
Maka perhitungan nilai tegangan referensi sensor A1 adalah sebagai berikut : (5, TE, 2013, 51, -, 7)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan
Untuk persamaan penghitungan nilai tegangan referensi sensor adalah sebagai berikut.
Maka penghitungan nilai tegangan referensi sensor A1 adalah sebagai berikut.
137
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Perhitungan ini juga berlaku untuk sensor lainnya, seperti yang terlihat pada Tabel 4.6. (5, TE, 2013, 52, -, 2)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
19
Tahap berikutnya adalah Konfiks melakukan perhitungan nilai tegangan saat terjadi proses aglutinasi dan saat tidak terjadi
Per-...-an seharusnya peng-…-an
kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan.
Penghitungan ini juga berlaku untuk sensor lainnya, seperti yang terlihat pada Tabel 4.6.
Tahap berikutnya adalah melakukan penghitungan nilai tegangan saat terjadi proses aglutinasi dan saat tidak terjadi
138
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
proses aglutinasi pada sampel darah karen penentuan jenis golongan darah bergantung pada ada tidaknya proses aglutinasi pada sampel darah yang diujikan. (5, TE, 2013, 52, 1, 1)
20
Untuk perhitungan nilai tegangan dan pengubahan kedalam nilai ADC dapat dilihat pada Tabel 4.11. (5, TE, 2013, 56, 1, 5)
konfiks
Per-...-an
Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an.
proses aglutinasi pada sampel darah karena penentuan jenis golongan darah bergantung pada ada tidaknya proses aglutinasi pada sampel darah yang diujikan.
Untuk penghitungan nilai tegangan dan pengubahan kedalam nilai ADC dapat dilihat pada Tabel 4.11.
139
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Hasilpengukuran yang didapatkan hanya sampai pada nilai absorban, sedangkan persentase kadar kurkumin didapatkan dari hasil perhitungan. (6, TE, 2013, 1, 4, 4)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
22
Hasil perhitungan nilai keluaran pengondisi sinyal dapat dilihat pada Tabel 3.3. (6, TE, 2013, 31, 2, 2)
konfiks
per-...-an seharusnya peng-…-an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses,
Hasil pengukuran yang didapatkan hanya sampai pada nilai absorban, sedangkan persentase kadar kurkumin didapatkan dari hasil penghitungan.
Hasil penghitungan nilai keluaran pengondisi sinyal dapat dilihat pada Tabel 3.3.
140
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Perhitungan nilai resistor yang digunakan adalah sebagai berikut: (6, TE, 2013, 34, 2, 2)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
24
Hasil kalibrasi ini akan digunakan untuk proses perhitungan kadar kurkumin. (6, TE, 2013, 55, 1, 2)
Konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan
Penghitungan nilai resistor yang digunakan adalah sebagai berikut.
Hasil kalibrasi ini akan digunakan untuk penghitungan kadar kurkumin.
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Perhitungan kadar kurkumin dilakukan setelah proses kalibrasi selesai dilakukan. (6, TE, 2013, 56, 2, 1)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
26
Hasil perhitungan kadar konfiks kurkumin dan persentase kadar kurkumin secara manual dan hasil pengukuran
Per-...-an seharusnya peng-..-an
kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan.
Penghitungan kadar kurkumin dilakukan setelah proses kalibrasi selesai dilakukan.
Hasil penghitungan kadar kurkumin dan persentase kadar kurkumin secara manual dan hasil pengukuran menggunakan
142
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menggunakan alat ukur hasil perancangan dan spektrofometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.8. (6, TE, 2013, 56, 4, 1)
27
Tabel 4.8 Hasil perhitungan konfiks kadar kurkumin dan persentase kadar kurkumin (6, TE, 2013, 56, Judul Tabel 4.8)
Per-...-an seharusnya peng-…-an
Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an.
alat ukur hasil perancangan dan spektrofometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Penghitungan Kadar Kurkumin dan Persentase Kadar Kurkumin
143
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Tampilan hasil perhitungan kadar kurkumin pada LCD character ditunjukkan pada Gambar 4.18. (6, TE, 2013, 56, 4, 1)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
29
Hasil pengukuran tegangan keluaran pengondisi sinyal akan dibandingkan dengan hasil perhitungan manual. (6, TE, 2013, 61, 3, 1)
konfiks
per-...-an seharusnya peng-…-an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses,
Tampilan hasil penghitungan kadar kurkumin pada LCD character ditunjukkan pada Gambar 4.18.
Hasil pengukuran tegangan keluaran pengondisi sinyal akan dibandingkan dengan hasil penghitungan manual.
144
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30 dan 31
Tujuan dilakukan perbandingan antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan secara manual adalah untuk menilai sistem sudah berjalan sesuai denganperancangan atau belum. (6, TE, 2013, 61, 3, 2)
30 dan 31) konfiks
30 dan 31) per-...-an seharusnya peng-…-an
32
Setelah itu, dilakukan perhitungan terhadap besar error persentase kadar kurkumin untuk perubahan satu nilai ADC pada etanol. (6, TE, 2013, 70, 2, 3)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perbandingan dan perhitungan. Imbuhan pada kata perbandingan dan perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata pembandingan dan penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-…
Tujuan pembandingan antara hasil pengukuran dan hasil penghitungan secara manual adalah untuk menilai sistem sudah berjalan sesuai dengan perancangan atau belum.
Setelah itu, dilakukan penghitungan terhadap besar error persentase kadar kurkumin untuk perubahan satu nilai ADC pada etanol.
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Tabel 4.16 (Lanjutan) Hasil perhitunganerror persentase kadar kurkumin untuk perubahan satu nilai ADC etanol (6, TE, 2013, 71, judul tabel 4.16)
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
34
Perhitungan error persentase konfiks kadar kurkumin juga dilakukan
Per-...-an seharusnya
atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai
Tabel 4.16 (Lanjutan) Hasil PenghitunganErrorPersentase Kadar Kurkumin Untuk Perubahan Satu Nilai ADC Etanol
Penghitungan error persentase kadar kurkumin juga dilakukan
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
untuk perubahan satu nilai ADC larutan kunyit pada daerah Karanganyar. (6, TE, 2013, 71, 1, 1)
35
Tabel 4.17 Hasil perhitunganerror persentase kadar kurkumin untuk perubahan satu nilai ADC larutan kunyit daerah Karanganyar (6, TE, 2013, 71, judul tabel 4.17)
peng-…-an
konfiks
Per-...-an seharusnya peng-…-an
dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan yang menggunakan konfiks peng-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi konfiks per...-an pada kata perhitungan. Imbuhan pada kata perhitungan memiliki arti hasil memper-… atau perihal memper-… . Dengan arti yang demikian, penggunaan kata itu tidak sesuai dengan konteks yang berlangsung pada kalimat. Kata yang tepat untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penghitungan
untuk perubahan satu nilai ADC larutan kunyit pada daerah Karanganyar.
Tabel 4.17 Hasil PenghitunganError Persentase Kadar Kurkumin Untuk Perubahan Satu Nilai ADC Larutan Kunyit Daerah Karanganyar
147
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang menggunakan konfiks peng-…-an.
14. Kategori Konfiks peng-…-an Data
1
Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Menggunakan bahasa pemrograman C (CodeVision AVR) untuk memprogram mikrokontroler. (4, TE, 2013, 2, 3, nomor e)
Kategori Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Konfiks
Bentuk Kesalahan Penggunaan Jenis Imbuhan Peng-...-an seharusnya per-…-an
Analisis Keterangan Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi imbuhan peng-…-an pada kata pemrograman. Konteks yang diharapakan dalam kalimat tersebut adalah adanya pelaku (agens) yaitu peneliti penelitian tersebut menggunakan bahasa C (CodeVision AVR) yang berhubungan dengan atau berupa suatu hal/perihal yaitu bahasa program untuk memprogram mikrokontroler. Berdasarkan konteks itu untuk memeroleh makna yang berhubungan dengan atau
Persetujuan Perbaikan
Ya
Tidak
Peneliti menggunakan bahasa perprograman C (CodeVision AVR) untuk memprogram mikrokontroler.
148
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Perancangan perangkat keras seperti ditunjukkan pada Gambar (3.1) yang terdiri dari: rangkaian mikrokontroler ATMega 8535 dan system pendukung, rangkaian tombol pilihan dan tombol mulai, driver motor, motor, relay, kran sabun, kran air dan Led sebagai indikator. (7, TE, 2013, 15, 1, 2)
Konfiks seharusnya sufiks
Peng-...-an seharusnya -an
3
Perancangan perangkat lunak yang terdiri dari program utama, timer pilihan, pengendali motor dan pengendali kran air. (7, TE, 2013, 15, 1, 3)
konfiks seharusnya sufiks
Peng-...-an seharusnya -an
perihal, penggunaan imbuhan yang tepat adalah per-…-an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an.
Rancangan perangkat keras ditunjukkan pada Gambar (3.1) yang terdiri dari: rangkaian mikrokontroler ATMega 8535 dan system pendukung, rangkaian tombol pilihan dan tombol mulai, driver motor, motor, relay, kran sabun, kran air dan Led sebagai indikator.
Rancangan perangkat lunak terdiri dari program utama, timer pilihan, pengendali motor dan pengendali kran air.
149
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Untuk perancangan ini menggunakan rangkaian tombol dengan logika tinggi ditunjukkan pada Gambar 3.7. (7, TE, 2013, 19, 2, 1)
konfiks seharusnya sufiks
Peng-...-an seharusnya -an
5
Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan perancangan dimana ditambahkan toggle untuk memilih kotak yang akan dihidupkan, hal ini bertujuan untuk penghematan agar hanya kotak yang digunakan saja yang aktif. (7, TE, 2013, 19, 3, 1)
konfiks seharusnya sufiks
Peng-...-an seharusnya -an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an.
Rancangan ini menggunakan rangkaian tombol dengan logika tinggi yang ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Selama proses pengerjaan alat terjadi perubahan rancangan di mana toggle ditambahkan untuk memilih kotak yang akan dihidupkan, hal ini bertujuan untuk penghematan agar hanya kotak yang digunakan saja yang aktif.
150
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Pada perancangan ini digunakan LED sebagai indikator telah selesainya proses pencucian. (7, TE, 2013, 23, 1, 1)
Konfiks seharusnya sufiks
peng-…-an seharusnya -an
7
Pada perancangan ini digunakan sebuah buzzer sebagai tanda apabila proses pencucian piring telah selesai. (7, TE, 2013, 24, 1, 1)
konfiks seharusnya sufiks
Peng-...-an seharusnya -an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an.
Pada rancangan ini, LED digunakan sebagai indikator telah selesainya proses pencucian.
Pada rancangan ini, sebuah buzzer digunakan sebagai tanda apabila proses pencucian piring telah selesai.
151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Untuk diagram alur perancangan utama dapat dilihat pada gambar 3.14. (7, TE, 2013, 24, 2, 1)
konfiks seharusnya sufiks
Peng-...-an seharusnya -an
9
Proses awal program dimulai dengan penginisialisasian portport dan variabelvariabel yang akan digunakan. (7, TE, 2013, 24, 2, 2)
Konfiks
peng-…-an
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggabungan konfiks peng-…an dengan imbuhan -isasi- yang bukan imbuhan bahasa Indonesia, oleh karena itu untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penginisialan menggunakan imbuhan peng-…-an dan imbuhan -isasi- tidak digunakan atau ditiadakan.
Diagram alur rancangan utama dapat dilihat pada gambar 3.14.
Proses awal program dimulai dengan penginisialan port-port dan variabelvariabel yang akan digunakan.
152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
konfiks seharusnya prefiks
Peng-...-an seharusnya di-
10
Perancangan ini bekerja secara semi otomatis dengan menggunakan mikrokontroler sebagai pengontrol untuk menyemprotkan air bersih, air sabun dan menggerakan spon. (7, TE, 2013, 24, 2, 3)
11
Setelah penginisialisasian Konfiks proses akan masuk ke checking start disni untuk memilih kotak mana yang akan dijalankan. (7, TE, 2013, 25, 1, 2)
peng-…-an
12
Alat ini sudah bekerja sesuai dengan perancangan. (7, TE, 2013, 37, 1, poin 3)
peng-…-an seharusnya -an
Konfiks seharusnya sufiks
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan adalah alat itu dirancang untuk fungsi tertentu, sehingga imbuhan yang tepat adalah prefiks di-. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggabungan konfiks peng-…an dengan imbuhan -isasi- yang bukan imbuhan bahasa Indonesia, oleh karena itu untuk memperoleh arti proses, perbuatan, atau cara meng-, adalah dengan kata penginisialan menggunakan imbuhan peng-…-an dan imbuhan -isasi- tidak digunakan atau ditiadakan. Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan
Alat ini dirancang untuk bekerja secara semi otomatis dengan menggunakan mikrokontroler sebagai pengontrol untuk menyemprotkan air bersih, air sabun dan menggerakan spon.
Setelah penginisialan, proses selanjutnya adalah checking start, yaitu proses memilih kotak mana yang akan dijalankan.
Alat ini sudah bekerja sesuai dengan rancangan.
153
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
imbuhan peng-…-an pada kata perancangan.Imbuhan peng-…-an pada kata perancangan memiliki arti proses, perbuatan, atau cara meng-, sedangkan konteks yang diharapkan oleh penulis adalah ‘hasil merancang’ atau ‘sesuatu yang di-…’. Kalimat tersebut akan tepat jika menggunakan sufiks -an.
154
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15. Kategori Konfiks ke-…-an Data
1
Data Kesalahan Penggunaan Imbuhan (Program Studi, Tahun, Halaman, Paragraf, Kalimat) Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilitas sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus. (6, TE, 2013, 69, 2, 1)
Bentuk Kategori Kesalahan Kesalahan Penggunaan Penggunaan Jenis Jenis Imbuhan Imbuhan Prefiks Keseharusnya seharusnya konfiks ke-…-an
Analisis
Persetujuan
Keterangan
Perbaikan
Kesalahan penggunaan imbuhan dalam kalimat tersebut ditandai dengan salah formasi penggunaan imbuhan ke- yang digabung dengan imbuhan asing -itas pada kata kestabilitas. Makna dari penggabungan kedua arti imbuhan tersebut tidak mendukung pembentukan dan fungsi kata tersebut di dalam kalimat. Konteks yang diharapkan pada kalimat tersebut, yaitu suatu keadaan yang berarti ‘mengalami kejadian’ atau ‘mengalami keadaan’. Dengan demikian imbuhan yang tepat untuk kata mendukung pembentukan kata dan arti kata yang tepat untuk kalimat tersebut adalah ke-…-an.
Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap kestabilan sistem yang bertujuan untuk mengetahui alat ukur hasil perancangan ini dapat menghasilkan hasil pengukuran yang sama atau tidak, jika dilakukan pengukuran menggunakan etanol dan larutan kunyit dengan keadaan yang sama secara terus menerus.
Ya
Tidak
155
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIODATA PENULIS
Nikolaus Subandi lahir di Ketapang, Kalimantan Barat pada tanggal 9 September 1990. Memulai pendidikan formal di TK Santa Maria Ketapang pada tahun 1996. Setelah tamat TK, melanjutkan pendidikan di SD Pangudi Luhur Santo Yosef Ketapang pada tahun 1997. Setelah tamat SD, melanjutkan pendidikan di SMP Pangudi Luhur Santo Albertus Ketapang pada tahun 2003. Setelah tamat SMP, melanjutkan pendidikan di SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang pada tahun 2006. Setelah lulus pendidikan tingkat SMA, melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009 dengan konsentrasi pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada 1 September 2015, dinyatakan lulus dengan skripsi yang berjudul Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013.
157