PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN KOMBINASI BAHAN AKTIF KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG WINDU (Peneaus monodon) DAN EKSTRAK Aloe vera
SKRIPSI
Diajukan oleh : Reinaldy Dharmawan NIM : 128114020
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN KOMBINASI BAHAN AKTIF KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG WINDU (Peneaus monodon) DAN EKSTRAK Aloe vera
Skripsi yang diajukan oleh : Reinaldy Dharmawan NIM : 128114020
telah disetujui oleh
Pembimbing utama,
(Phebe Hendra, Ph.D, Apt.) Tanggal 20 November 2015 ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN KOMBINASI BAHAN AKTIF KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG WINDU (Peneaus monodon) DAN EKSTRAK Aloe vera Oleh : Reinaldy Dharmawan NIM : 128114020
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 23 November 2015
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Dekan
(Aris Widayati M.Si., Ph.D., Apt.)
Panitia Penguji :
Tanda tangan
1. Phebe Hendra, Ph.D, Apt.
...............................
2. Ipang Djurnarko, M.Sc., Apt.
...............................
3. Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt.
...............................
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat dan keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta
- Kahlil Gibran –
Laporan Skripsi ini saya persembahkan untuk : Kedua Orang Tua Saya (Denny Dharmawan & Lenny Setiono) Keluarga Kakak Pertama Saya (Valencia D., Viktor L., dan V. Kaylee L.) Kakak Kedua Saya (Florencia D.) dan Almamaterku.
“We are just a small family with a big love under His protection”
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 20 November 2015 Penulis
(Reinaldy Dharmawan)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Reinaldy Dharmawan NIM : 128114020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN KOMBINASI BAHAN AKTIF KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG WINDU (Peneaus monodon) DAN EKSTRAK Aloe vera Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memintra izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian surat pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya, Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 19 Desember 2015
Yang menyatakan,
Reinaldy Dharmawan
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Sediaan Gel Penyembuh Luka pada Tikus Jantan Galur Wistar dengan Kombinasi Bahan Aktif Kitosan dari Limbah Kulit Udang Windu (Peneaus monodon) dan Ekstrak Aloe vera. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian tahun 2015 yang berhasil didanai oleh Dinas Pendidikan Tinggi dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Univesitas Sanata Dharma. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang memberikan bantuan dan dukungan pada pihak-pihak berikut (in no particular order): 1. Bu Phebe Hendra Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, semangat, motivasi, dan pencerahan pada proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penelitian ini. 3. Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penelitian ini. 4. Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma khususnya Fakultas Farmasi, baik dosen, laboran, sekretariat farmasi, dan sebagainya atas perannya dalam membimbing,
membantu
dan memberikan arahan hingga
terselesaikannya skripsi ini. 5. Keluarga saya yang memberikan doa, dukungan penuh, motivasi, dan perhatian selama ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Adis Pranaya Yakin sebagai rekan penelitian yang menjalani bersama penelitian ini dengan tekad pantang menyerah dan daya juang yang tinggi. 7. Kelompok PKMP “Gelitik”, Richardus Yudistira, Nadia Okky Luciana, Adis Pranaya Yakin, dan Fenny Marisza atas kesediaan melakukan penelitian PKMP. 8. Dikti yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian PKMP sehingga penulis dapat melanjutkan penelitian skripsi. 9. Keluarga “Gembira” Ella, Venny, Edward, Novi, Sona, Siti, dan Adis yang telah mewarnai hidup penulis dengan kegembiraan. 10. Sahabat-sahabat FKK dan FST 2012 yang telah berjuang, belajar, dan berdinamika bersama selama ini. Penulis juga berterima kasih kepada pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung yang tidak tercantum dalam naskah ini. Penulis meminta maaf jika ada kekurangan ataupun kata-kata yang tidak berkenan. Penulis membuka selebar-lebarnya jika ada kritik maupun saran terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memajukan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Yogyakarta, 20 November 2015,
Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ............. vi PRAKATA ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv INTISARI .......................................................................................................... xv ABSTRACT ......................................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 1. Rumusan masalah................................................................................... 4 2. Keaslian penelitian ................................................................................. 4 3. Manfaat penelitian .................................................................................. 5 B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................ 6 A. Udang Windu (Peneaus monodon) .............................................................. 6
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Kitin dan Kitosan .......................................................................................... 7 C. Lidah Buaya (Aloe vera L.) ........................................................................... 20 1. Sejarah Aloe vera L. .............................................................................. 20 2. Klasifikasi dan morfologi Aloe vera L. ................................................. 21 3. Kandungan Aloe vera L. ....................................................................... 22 4. Manfaat Aloe vera L. ............................................................................. 24 D. Sediaan Gel .................................................................................................. 25 E. Luka Terbuka dan Uji Penyembuhan Luka. .................................................. 28 F. Landasan Teori .............................................................................................. 38 G. Hipotesis ........................................................................................................ 39 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 40 A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 40 B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 40 1. Variabel utama ....................................................................................... 40 2. Variabel pengacau .................................................................................. 41 C. Definisi operasional ....................................................................................... 41 D. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 43 1. Alat ........................................................................................................ 43 2. Bahan...................................................................................................... 43 E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 43 1. Pemilihan bahan. .................................................................................... 43 2. Penyiapan bahan .................................................................................... 44 3. Ekstraksi kitosan dari kulit udang ......................................................... 44 4. Ekstraksi Aloe vera ............................................................................... 45 5. Pembuatan gel kitosan dari kulit udang dan ekstrak Aloe vera ............. 46 6. Sterilisasi produk ................................................................................... 47 x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Karakterisasi kitosan dari kulit udang .................................................... 47 8. Pengujian gel kitosan dan ekstrak Aloe vera pada hewan uji . .............. 48 9. Pembuatan luka pada hewan uji ............................................................ 49 10. Pemberian gel, kontrol positif dan negatif pada hewan uji .................... 50 11. Pengamatan kecepatan penyembuhan luka ............................................ 50 F. Analisis Data .................................................................................................. 50 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 52 A. Pembuatan Gel Kitosan dengan Ekstrak Aloe vera ....................................... 52 B. Pengujian Karakterisasi Gel.....……………………………………………. 57 1. Uji Organoleptis .................................................................................... 57 2. Uji Daya Sebar Gel...………………………………………………….. 59 3. Uji pH .........……………………………………………………………60 4. Uji viskositas …………………………………………………………. 61 C. Uji efektifitas anti luka .................................................................................. 63 1. Uji Kualitatif .......................................................................................... 64 2. Uji Kuantitatif ....................................................................................... 69 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 76 A. Kesimpulan ................................................................................................... 76 B. Saran ............................................................................................................. 76 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 77 LAMPIRAN ...................................................................................................... 83 BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................125
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel I.
Sumber-sumber kitin dan kitosan .................................................... 16
Tabel II.
Standar Mutu Kitosan ...................................................................... 18
Tabel III.
Kandungan gizi dalam 100g lidah buaya ......................................... 23
Tabel IV.
Kandungan-kandungan yang terdapat pada Aloe vera ..................... 23
Tabel V.
Mediator yang berperan dalam proses penyembuhan luka .............. 37
Tabel VI.
Formulasi gel ................................................................................... 46
Tabel VII.
Organoleptis gel kelompok uji ......................................................... 58
Tabel VIII. Daya sebar kelompok uji .................................................................. 59 Tabel IX.
Hasil pH formula gel yang dibuat .................................................... 61
Tabel X.
Hasil uji viskositas ......................................................................... 62
Tabel XI.
Kualitatif luka tikus pada hari ketujuh ............................................. 65
Tabel XII.
Hasil rata-rata diameter luka (mm) ..................................................69
Tabel XIII. Hasil rata-rata persentase penyembuhan luka ................................. 69 Tabel XIV. Hasil perbandingan antar kelompok perlakuan dengan MannWhitney.............................................................................................72
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Struktur kimia dari kitin dan kitosan .............................................. 15
Gambar 2.
Fase penyembuhan luka.................................................................. 30
Gambar 3.
Fase inflamasi ................................................................................. 30
Gambar 4.
Fase Proliferasi. .............................................................................. 33
Gambar 5.
Fase Remodelling ............................................................................ 35
Gambar 6.
Luka pada setiap hewan uji ............................................................49
Gambar 7.
FTIR Kitosan .................................................................................. 55
Gambar 8.
Diagram hasil uji viskositas ............................................................ 62
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Aloe vera. .................................................................................... 83
Lampiran 2.
Kulit udang. ................................................................................. 84
Lampiran 3.
Serbuk kitosan. ............................................................................ 84
Lampiran 4.
Ekstrak kental Aloe vera ............................................................. 85
Lampiran 5.
Foto gel kombinasi ...................................................................... 85
Lampiran 6.
Ethical clearance penelitian ........................................................ 86
Lampiran 7.
Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli ........ 87
Lampiran 8.
Hasil analitis gel (pH, viskositas, dan daya sebar) ...................... 88
Lampiran 9.
Data keberadaan keropeng .......................................................... 91
Lampiran 10. Data kemerahan luka ................................................................... 93 Lampiran 11. Data Diameter Luka Tikus .......................................................... 96 Lampiran 12. Rendemen Aloe vera. .................................................................. 98 Lampiran 13. Data statistik ................................................................................ 99
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik gel kitosan dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera dan pengaruhnya terhadap penyembuhan luka tikus jantan galur Wistar. Parameter yang digunakan meliputi uji organoleptis, daya sebar, pH, dan viskositas gel. Pengujian keefektivitas anti luka diamati melalui keberadaan keropeng, kemerahan luka, dan diameter luka yang dianalisis berdasarkan uji statistiik. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak pola searah. Sebanyak 7 ekor tikus jantan galur Wistar diberikan perlakuan pemberian luka sebanyak 7 kelompok luka secara acak. Kelompok I (kontrol Bioplacenton) diberikan bioplacenton. Kelompok II (kontrol kitosan) diberikan gel kitosan 2%. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberikan gel ekstrak Aloe vera konsentrasi 3%. Kelompok IV, V, dan VI (perlakuan gel kombinasi) diberikan gel kombinasi kitosan 2% dengan konsentrasi ekstrak Aloe vera 1%; 2% dan 3%. Kelompok VII tidak diberikan perlakuan setelah pembuatan luka. Pengamatan kualitatif dilakukan dari hari pertama hingga hari ketujuh, dan pengamatan kuantitatif dilakukan pada hari ketujuh setelah pembuatan luka. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak Aloe vera pada gel kitosan merubah warna menjadi kehijauan, menurunkan viskositas, meningkatkan daya sebar, tanpa perubahan pH, bau, dan bentuk gel. Tidak ada perbedaan pada proses penyembuhan luka baik pada luka dengan gel kitosan 2% atau gel kombinasi kitosan dan ekstrak Aloe vera pada tikus jantan galur Wistar. Kata kunci : kitosan, Peneaus monodon, Aloe vera, karakteristik gel kitosan, peyembuhan luka, gel kombinasi
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
The purposes of this study were to investigate the characteristic of combination gel derived from Peneaus monodon skin tissue and Aloe vera extract and it’s effects of wound healing in Wistar male rats by looking at it’s organoleptic, spreadability, pH, and viscosity. The effect of wound healing activity observed by measure the presence the scab, redness, and the wound diameters that analysed by statistic. This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total 7 male Wistar rats were wounded with 7 wounds each rat by punch biopsy. Group I (bioplacenton) was given bioplacenton gel. Group II (chitosan control) was given chitosan gel 2%. Group III (Aloe vera extract control) was given Aloe vera extract 3%. Group IV, V, and VI (gel combination) was given a combination of chitosan gel 2% and Aloe vera extracts with concentration 1%, 2%, and 3%. Group VII weren’t given any treatment after making the wound. Qualitative observation did on the first day until seventh day, whereas quantitative observation did on the first day and seventh day. The result of this study showed that addition of Aloe vera extract on the chitosan 2% gel changed colour to green, decreased viscosity, increased spreadability without any specific change of pH, odor, and gel form. There was no different result in wound healing process, neither the chitosan 2% gel nor extract Aloe vera extracts on male Wistar rats. Keywords: chitosan, Peneaus monodon, Aloe vera, chitosan gel characteristic, wound healing, gel combination
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai luas wilayah 5.180.053 km2 yang terdiri dari total luas daratan 1.922.570 km2, dan total luas lautan 3.257.483 km2, sehingga lebih dari 60 persen wilayah Indonesia adalah lautan. Oleh karena itu banyak sekali hewan air yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Banyak biota laut yang digunakan sebagai sumber pangan Indonesia yang biasa disebut dengan seafood atau makanan laut. Udang windu adalah suatu binatang laut yang memiliki kulit agak keras, dan dibesarkan dalam budidaya secara luas untuk makanan. Bagian yang dikonsumsi dari udang untuk dijadikan seafood adalah bagian daging dan terkadang bagian kepala. Bagian kulit atau cangkang dari udang windu belum banyak dimanfaatkan dan pada umumnya akan menjadi limbah lingkungan. Udang windu merupakan hewan laut jenis Crustacea yang bagian kulit luarnya tersusun atas zat kitin. Zat kitin yang mengalami deasetilasi molekul basa N parsial akan berubah menjadi zat yang dinamakan kitosan. Kitosan sekarang ini banyak dimanfaatkan dalam dunia pangan, medis, farmasi, dan bioteknologi (Khan, Peh, Ching, 2002). Banyaknya aplikasi kitosan dalam dunia medis dan farmasi dikarenakan alasan limbah industri makanan laut begitu besar serta sifatnya yang biokompatibel dan biodegradabel. Aplikasi kitosan dalam dunia medis di antaranya ialah untuk penyembuh luka (Fernandes dan Kim, 2000). Larutan kitosan 2%
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
diketahui dapat mempercepat proses penyembuhan luka baik secara makroskopik maupun mikroskopik (Laksana, 2013). Lidah buaya atau Aloe vera merupakan salah satu tanaman populer yang memiliki segudang manfaat. Tanaman ini telah lama dikenal sebagai “The Miracle Plant" serta telah banyak digunakan orang diberbagai negara seperti Cina, Kongo, dan Amerika sebagai obat luka, rambut rontok, tumor, wasir, dan laksansia. Lidah buaya telah dimanfaatkan oleh sekitar 23 negara yang tercantum dalam daftar prioritas WHO sebagai bahan baku utama obat dan kosmetika (Fit, 1983; Wijayakusumah, 1990). Luka adalah rusaknya kesatuan jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, dan Setiowulan., 2000; Sjamsuhidajat, dan Jong, 1998). Luka terbuka di kulit disebabkan goresan, tekanan, atau benda tajam. Waktu untuk proses penyembuhan luka terbuka ini dibagi atas tahap inflammasi selama 0-3 hari, tahap proliferasi 324 hari dan tahap maturasi 24-365 hari (Australian Wound Management Association, 2008). Waktu proses penyembuhan luka yang relative lama, menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada pasien, dan kulit menjadi rentan mengalami infeksi oleh mikroorganisme. Salah satu penanganan pada penderita luka terbuka yaitu dengan mengobati luka tersebut menggunakan sediaan topikal, karena bentuk sediaan oral maupun parenteral belum cukup efektif dan spesifik menyembuhkan luka terbuka. Pemberian sediaan topikal yang tepat dan efektif diharapkan dapat mengurangi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
mencegah infeksi pada luka. Bentuk sediaan gel topikal dipilih karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu, memiliki penyebaran dan pelepasan obat yang baik pada kulit, nyaman dipakai, memberi rasa dingin, tidak lengket, dan mudah dicuci dengan air (Voigt, 1994). Kandungan senyawa lidah buaya yang diduga berperan sebagai penyembuh luka adalah acemannan, yang merupakan golongan polisakarida. Peran acemannan (mannosa-6 fosfat) dalam penyembuhan luka bakar adalah untuk merangsang fibroblas, efek anti-inflamasi, efek antimikroba dan efek pelembab (Maenthaisong, Chaiyakunapruk, Niruntraporn, dan Kongkaew, 2007). Tamanan Aloe vera menghasilkan glikosida anthraquinone (10-30%), aloin (A dan B), mucilage (30%), resin (16- 63%), gula (sekitar 25%), asam lemak, glycoprotein, enzim (termasuk cyclooxygenase dan bradykinase) lupeol, asam salisilat, nitrogen urea, asam sinamat, fenol, sulfur, magnesium laktat, prostanoids dan serat. Aloins mempunyai efek laksatif, aloctin, campesterol, β-sitosterol dan acemannan mempunyai efek anti-inflamasi. Acemannan memiliki efek immunostimulan sedangkan lupeol, asam salicylic, fenol, dan sulfur memiliki efek antiseptik (Ebadi, 2001). Penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian terkait manfaat limbah kulit udang windu terhadap penyembuhan luka pada tikus melalui PKMP (Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian) yang didapatkan hasil konsentrasi kitosan 2% sebagai konsentrasi terbaik dalam penyembuhan luka terbuka (Yakin, Dharmawan, Yusdistira, Luciana, dan Sihaloho, 2015). Pada penelitian kali ini dilakukan membuatan formulasi bentuk sediaan gel dengan bahan dasar kitosan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
dari kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera yang diujikan pada luka terbuka tikus jantan galur Wistar. Penggunaan kombinasi kitosan dan Aloe vera dikarenakan menurut literatur masing-masing bahan tersebut memiliki manfaat untuk penyembuhan luka, namun penelitian ini akan membuktikan apakah dengan dikombinasikannya gel kitosan dengan ekstrak Aloe vera akan berpengaruh atau tidak terhadap kecepatan penyembuhan luka. Penelitian ini akan memperlihatkan proses regenerasi sel kulit tikus jantan galur Wistar pada pemberian variasi konsentrasi kitosan dan ekstrak Aloe vera untuk mengetahui konsentrasi efektif. 1. Rumusan masalah a. Bagaimana karakteristik gel kitosan yang dibuat dari limbah kulit udang Windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera? b. Bagaimana pengaruh penambahan ekstrak Aloe vera pada gel penyembuh luka dengan zat aktif kitosan dari kulit udang windu (Peneaus monodon) terhadap penyembuhan luka tikus jantan galur Wistar?
2. Keaslian penelitian Sejauh yang peneliti ketahui belum ada penelitian mengenai formulasi gel kitosan dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera dan uji aktivitas penyembuhannya terhadap luka pada tikus wintar galur jantan. Penelitian serupa yaitu pembuatan polimer bakteri selulosa dengan kitosan untuk penyembuhan luka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
(Laksana, 2013). Perbedaan penelitian terletak pada pross pembuatan gel kitosan, dan material utama yang diuji.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang pembuatan gel penyembuh luka berbahan dasar kitosan dari kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera. b. Manfaat metodologis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu metode pengembangan pembuatan gel kitosan dan Aloe vera sebagai penyembuh luka. c. Manfaat praktis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif gel penyembuh luka yang dibuat dari kedua bahan alam yang bersifat ramah lingkungan.
B. Tujuan 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari gel kitosan dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera ditinjau dari bentuk, warna, bau, pH, daya sebar dan viskositas.
2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian gel kitosan dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera terhadap penyembuhan luka tikus jantan galur Wistar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Udang Windu Udang adalah jenis hewan yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman yang bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang biasa dijadikan makanan laut (seafood) (Suyanto dan Takarina, 2009). Udang windu ( Penaeus monodon Fab.) merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan di Indonesia, dalam upaya menghasilkan devisa negara dari ekspor nonmigas (Lamadi, 2009). Seiring dengan maraknya ekspor udang beku ke beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, dan Amerika Serikat, maka limbah yang dihasilkan akan bertambah pula. Limbah udang berasal dari kulit, kepala dan ekornya. Kulit udang windu mengandung protein (25-40%), kitin (15-20%) dan kalsium karbonat (45-50%). Kitosan merupakan biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Akhir-akhir ini kitosan banyak dimanfaatkan dalam beragam industri dengan alasan limbah industri makanan laut begitu besar dan perlu untuk diolah menjadi sesuatu yang berguna selain itu karena sifat-sifat kitosan yang tidak beracun dan biodegradable (Suhardi, 1992).
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
Menurut Agung (2007), dalam dunia internasional, udang windu (Peneaus monodon) dikenal dengan nama black tiger, tiger shrimp atau tiger prawn. Adapun udang windu diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Penaeidae
Genus
: Peneaus
Spesies
: Peneaus monodon Fabricus Ditinjau dari morfologinya, tubuh udang windu (Peneaus monodon)
terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada (kepala-dada) disebut cephalothorax dan bagian perut (abdomen) yang terdapat ekor dibagian belakangnya. Semua bagian badan beserta anggota-anggotanya terdiri dari ruas-ruas (segmen). Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton, yang terbuat dari zat chitin (Suyanto, dan Mujiman, 2001). B. Kitin dan Kitosan Sejarah penemuan kitin dimulai pada tahun 1811 oleh Henry Broconnot sebagai hasil isolasi dari jamur, sedangkan kitin dari kulit serangga diisolasi pertama kali pada tahun 1820-an. Kitosan ditemukan oleh C. Roughet pada tahun 1859 dengan merefluks kitin dan alkali pada suhu 1800C. Disini proses deasetilasi kitin dapat berlaku tanpa pemutusan rantai polimernya (Brine, 1984).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
Kitosan merupakan produk dari proses deasetilasi kitin yang memiliki sifat unik sehingga dapat digunakan dalam berbagai keperluan. Hal ini menyebabkan kitosan memiliki potensi industri yang cukup besar, akan tetapi potensinya belum dimanfaatkan secara optimum di Indonesia. Kitosan juga merupakan produk alami yang tidak beracun dan polisakarida yang tidak larut air, yang diekstrak dari kulit udang. Disamping itu kitosan juga merupakan biopolimer kationik yang dapat didegradasi (Kofuji, Qian, Murata, Kawashima, 2005). Kitin sebagai sumber awal kitosan merupakan biopolimer yang cukup melimpah di alam. Sebagian besar kitin dapat diperoleh dari krustasea laut seperti kepiting, udang, oyster, dan cumi-cumi (Yi et al., 2005). Sumber kitin dan kitosan yang cukup banyak dan terdapat dalam perairan Indonesia adalah limbah udang. Hal ini sejalan dengan munculnya udang yang telah menjadi salah satu komoditas primadona dalam industri pengolahan hasil perikanan, sejak diresmikannya program peningkatan devisa non migas terutama dari sub sektor perikanan (Suptijah, Salamah, Sumaryanto, Purwaningsih, Santoso, 1992). Sumber kitin dan kitosan yang merupakan limbah udang dapat dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan jenis pengolahannya yaitu kepala udang (biasanya merupakan hasil samping dari industri pembekuan udang tanpa kepala), kulit udang (biasanya merupakan hasil samping dari industri pembekuan udang atau industri pengalengan udang), dan campuran keduanya (biasanya berasal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
dari industri pengalengan udang) (Suptijah, Salamah, Sumaryanto, Purwaningsih, Santoso, 1992). Perbedaan kitin dan kitosan hanya terdapat pada perbandingan gugus amina primer dan amida pada atom C-1 unit polimer. Jika gugus amina primer lebih banyak (>50 %) daripada gugus amida maka polimer disebut kitosan. Besarnya jumlah gugus amina primer dapat dilihat derajat deasetilasi (DD) kitosan. Semakin besar derajat deasetilasi (DD) maka gugus amina primer dalam rantai polimer semakin banyak. Pengukuran derajat deasetilasi kitosan dapat dihitung melalui beberapa metode antara lain : metode spektrofotometer IR (Khan et al., 2002). Kitin murni mengandung gugus asetamida (NH-COCH3), dan kitosan murni mengandung gugus amino (NH2). Perbedaan gugus ini akan mempengaruhi sifat-sifat kimia senyawa tersebut (Roberts,1992). Kitin berbentuk padatan amorf atau kristal, berwarna putih, dan dapat terurai secara hayati (biodegradable). Kitin bersifat tidak larut dalam air, asam anorganik encer, asam organik, alkali pekat dan pelarut organik tetapi larut dalam asam pekat seperti asam sulfat, asam nitrit, asam fosfat, dan asam format anhidrat. Kitin dalam asam pekat dapat terdegradasi menjadi monomernya dan memutuskan gugus asetil (Einbu, 2007). Ketika derajat N-asetilasi (didefinisikan sebagai ratarata jumlah unit N-asetil-D-glukosamin per 100 monomer yang dituliskan sebagai persentase) kurang dari 50%, maka kitin dapat larut dalam larutan asam dan kemudian disebut kitosan (Pillai ,Willi, Chandra 2009).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Hasil isolasi kulit udang akan menghasilkan senyawa kitin yang merupakan polimer dari glukosamin yaitu polisakarida yang mengandung gugus asetatamida, sedangkan kitosan merupakan hasil proses hidrolisa kitin dengan alkali sehingga terjadi proses deasetilasi dari gugus asetamida menjadi gugus amina. Pada prinsipnya, proses transformasi kitin menjadi kitosan dapat melalui hidrolisis dengan asam dan basa. Hidrolisis dalam suasana basa terdiri atas dua metode, secara homogen dan heterogen. Perlakuan secara heterogen dalam suasana basa kuat merupakan metode yang umum dilakukan dalam proses deasetilasi kitin menjadi kitosan dan menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi dan massa molekul yang bervariasi, namun sampai saat ini belum ada metode baku untuk proses deasetilasi kitin (Rinaudo, 2006). Proses utama dalam pembuatan kitosan meliputi penghilangan protein dan kandungan mineral melalui proses deproteinasi dan demineralisasi, yang masingmasing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya, kitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam larutan basa (Tolamatea, Desbrieresb, Rhazia, Alaguic, 2003; Rege dan Lawrence, 1999). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi adalah konsentrasi HCl, temperatur, waktu reaksi, serta ukuran partikel sampel. Faktorfaktor ini akan mempengaruhi sifat fisika-kimia dari kitin yang akan dihasilkan (Marquis-Duval, 2008). Banyak variasi derajat demineralisasi, waktu ekstraksi, temperatur, ukuran partikel, serta konsentrasi solute dengan solven yang dituliskan oleh banyak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
pustaka. Namun, yang terpenting dalam proses demineralisasi adalah konsentrasi HCl atau volume HCl yang digunakan karena dibutuhkan 2 molekul HCl yang untuk mengkonversi 1 molekul kalsium karbonat menjadi 1 molekul kalsium klorida, walaupun sangat sulit untuk menghilangkan semua mineral yang ada dalam kulit udang karena adanya heterogenitas mineral (Younes, 2015). Temperatur berpengaruh pada kecepatan reaksi demineralisasi yaitu semakin tinggi temperatur akan meningkatkan kecepatan reaksi demineralisasi dengan cara meningkatkan penetrasi solven ke dalam matriks kitin, terlebih lagi terdapat reaksi yang hanya terjadi pada temperatur tinggi (Truong, Hausler, Monette, Niquette, 2007). Tahap deproteinasi cukup sulit dilakukan karena proses ini menggunakan bahan kimia yang dapat memutuskan ikatan antara kitin dengan protein dan juga mendepolimerisasikan biopolimer. Tahap ini cukup penting untuk dilakukan terutama dalam aplikasi biomedis, karena cukup besarnya persentase manusia yang alergi terhadap udang. Salah satu penyebab pembuat alergi tersebut adalah komponen protein dari udang. Tahap deproteinasi dapat dilakukan dengan berbagai reagen yaitu, NaOH, Na2CO3, NaHCO3, KOH, K2CO3, Ca(OH)2, Na2SO3, NaHSO3, CaHSO3, Na3PO4 dan Na2S. Reaksi yang terjadi cukup beragam sesuai dengan reagen yang digunakan. NaOH adalah reagen yang paling sering digunakan untuk proses deproteinasi pada ekstraksi kitin (Younes, 2015). Uji biuret dilakukan untuk memastikan tidak ada protein yang tertinggal pada filtrat setelah proses deproteinasi. Reagen biuret berisikan kalium hidroksida
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
(KOH), kalium natrium tartrat (KNaC4 H4O6), dan tembaga sulfat (CuSO4). Prinsipnya adalah apabila terdapat 2 buah ikatan peptida atau lebih dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa yang akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru ungu karena adanya ikatan koordinasi dan ikatan kovalen antara atom tembaga (Cu) dan 4 atom N dari ikatan protein (Martono, Hartini, Gunawan, 2012). Kitosan mempunyai
sifat
spesifik
yaitu adanya
sifat
bioaktif,
biokompatibel, pengkelat, anti bakteri dan dapat terbiodegrasi. Kualitas kitosan dapat dilihat dari sifat intrinsiknya, yaitu kemurniannya, massa molekul, dan derajat deasetilasi. Umumnya kitosan mempunyai derajat deasetilasi 75-100% (Muzzarelli, 1983). Kitosan berbentuk spesifik dan mengandung gugus amino dalam rantai karbonnya. Hal ini menyebabkan kitosan bermuatan positif yang berlawanan dengan polisakarida lainnya (Rinaudo 2006). Kitosan merupakan polielektrolit netral pada pH asam. Bahan-bahan seperti protein, anion polisakarida, dan asam nukleat yang bermuatan negatif akan berinteraksi kuat dengan kitosan membentuk ion netral. Kitosan
merupakan
polisakarida
yang
masuk
ke
dalam
kelas
makromolekul, memiliki kecenderungan bioaktif dan umumnya dibuat dari bahanbahan alam dari hasil pertanian maupun berasal dari limbah udang, kerangkerangan maupun kepiting. Selulosa, pektin merupakan biopolimer turunan dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
yang terdahulu, sedangkan kitin dan kitosan merupakan turunan akhir (Prashanth dan Tharanathan, 2007). Kitin dan kitosan merupakan senyawa kimia yang mudah menyesuaikan diri, hidrofilik, memiliki reaktivitas kimia yang tinggi yang disebabkan oleh kandungan gugus OH dan gugus NH2 yang bebas, dan ligan yang bervariasi. Kumpulan gugus hidroksil (hidroksil pertama pada C-6 dan hidroksil yang kedua pada C-3) serta gugus amino yang sangat reaktif (C-2) atau N-asetil yang seluruhnya terdapat pada kitin (Prashanth dan Tharanathan 2007). Di samping itu, ketahanan kimia keduanya cukup baik yaitu kitosan larut dalam larutan asam, tetapi tidak larut dalam basa dan posisi silang kitosan memiliki sifat yang sama baiknya dengan kitin, serta tidak larut dalam media campuran asam dan basa (Tang, Shi, Qian, 2007). Kitosan larut dalam asam mempunyai keunikan yaitu membentuk gel yang stabil dan mempunyai dwi kutub, yaitu muatan negatif pada gugus karboksilat dan muatan positif pada gugus NH. Karakterisasi kitosan dapat ditentukan dari kelarutannya dalam asam lemah seperti asam asetat. Kitosan lebih mudah larut dalam asam asetat 1-2 % dan akan membentuk suatu garam ammonium asetat (Tang et al., 2007). Kitosan berbentuk spesifik dan mengandung gugus amino dalam rantai karbonnya. Hal ini menyebabkan kitosan bermuatan positif yang berlawanan dengan polisakarida yang lainnya (Whang, Aminuddin, Hudson, Cuculo, 2005). Kitosan merupakan polielektrolit netral pada pH asam. Bahan-bahan seperti protein,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
anion polisakarida, dan asam nukleat yang bermuatan negatif akan berinteraksi kuat dengan kitosan membentuk ion netral (Qin et al., 2005). Kitosan mengandung cukup banyak gugus polisakarida setelah selulosa. Berat molekul kitosan 1,036 x 105 dalton. Berat molekul ini tergantung dari derajat deasetilasi yang dihasilkan pada saat ekstraksi. Semakin banyak gugus asetil yang hilang dari polimer kitin, maka semakin kuat interaksi interaksi antar ion dan ikatan hidrogen dan peroksida dari kitosan (Tamura, Tsuruta, Tokura, 2002). Kitin dan kitosan merupakan senyawa kimia yang mudah menyesuaikan diri, hidrofilik, memiliki reaktifitas kimia yang tinggi (karena mengandung gugus OH dan gugus NH2) untuk ligan yang bervariasi (sebagai bahan pewarna dan penukar ion). Disamping itu ketahanan kimia keduanya cukup baik, yaitu kitosan larut dalam larutan asam tetapi tidak dalam larutan basa dan posisi silang kitosan memiliki sifat yang sama baiknya dengan kitin, serta tidak larut dalam media campuran asam dan basa (Prashanth dan Tharanathan 2007). Pembentukan kitosan dari kitin terjadi penambahan gugus fungsi NH2 akibat deasetilasi (Gambar 1.). Semakin tinggi tingkat deasetilasinya, maka semakin murni kitosan yang dihasilkan. Jadi sebenarnya kitin dan kitosan merupakan polimer yang sama, namun yang membedakan adalah derajat deasetilasinya (DD). Secara umum, jika molekul polimer memiliki lebih dari 50% N-asetilglukosamin maka disebut dengan kitin, sedangkan jika unit N-glukosamin lebih dari 50% maka disebut dengan kitosan (Foudad, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
Gambar 1. Struktur kimia dari kitin dan kitosan (Foudad, 2008)
Terdapat 2 metode deasetilasi yaitu metode heterogen dan homogen. Pada metode heterogen, kitin yang diperoleh direaksikan dengan NaOH panas selama beberapa jam, hingga menghasilkan kitosan sebagai residu yang tidak dapat larut, dengan derajat deasetilasi 85%-99%. Pada metode homogen kitin didispersikan dalam larutan NaOH pada suhu 25oC selama 3 jam atau lebih kemudian didisolusikan dalam serpihan es batu sekitar 0oC. Metode homogen ini menghasilkan kitosan yang larut dengan derajat deasetilasi 48%-55% (Chang, Tsai, Lee, Fu, 1997; Sannan, Kurita, Iwakura, 1976; Kurita, Sannan, Iwakura, 1977). Kitosan merupakan biomolekul non toksik dengan LD50 setara dengan 16 g/kg BB (Tang et al., 2007). Kitosan komersial memiliki bobot molekul rata-rata antara 3.800 dan 500.000 g/mol dan derajat deasetilasi 2% hingga 40% (Kumar, Ravi, dan Majeti, 2000). Semakin banyak gugus asetil yang hilang dari biopolimer kitosan, maka semakin kuat interaksi antar ion dan ikatan hidrogen dari kitosan (Tang et al., 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Tabel I. Sumber-sumber kitin dan kitosan ( Muzzarelli, 1983 ) No
Sumber
Jumlah ( %)
1.
Jamur / cendawan
5-20
2.
Tulang cumi-cumi
3-20
3.
Kalajengking
30
4.
Laba-laba
38,5
5.
Kecoa
35
6.
Kumbang
37
7.
Ulat sutra
44
8.
Kepiting
69
9.
Udang
70
Kitosan dapat ditemukan pada berbagai makhluk hidup seperti udang, kepiting, kalajengking, ulat sutra, dan sebagainya. Udang memiliki persentase kitosan terbesar dibandingkan dengan hewan lainnya seperti yang terlihat dalam tabel I. (Muzzarelli, 1983). Kitosan bersifat hidrofilik, menahan air dalam strukturnya dan membentuk gel secara spontan. Pembentukan gel berlangsung pada harga pH asam dan sedikit asam, disebabkan sifat kationik kitosan. Gel kitosan terdegradasi secara berangsurangsur, sebagaimana halnya kitosan melarut (Muzzarelli, 1983). Kitosan yang memiliki sifat reaktivitas kimia yang tinggi menyebabkan kitosan mampu mengikat air dan minyak. Hal ini didukung oleh adanya gugus polar dan non polar yang dikandungnya. Karena kemampuan tersebut, kitosan dapat digunakan sebagai bahan pengental atau pembentuk gel yang sangat baik, sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
pengikat, penstabil, dan pembentuk tekstur. Kitosan memiliki kemampuan yang sama dengan bahan pembentuk tekstur lain seperti karboksi metil selulosa (CMC) dan metil selulosa (MC) yang dapat memperbaiki penampakan dan tekstur suatu produk karena memiliki daya pengikat air dan minyak yang kuat dan tahan panas (Tang et al., 2007). Penentuan kualitas kitosan tergantung pada pemakaiannya,misalnya pada proses pemurnian (non makanan) biasanya tidak memperdulikan mutunya. Namun untuk aplikasi lain terutama yang berhubungan dengan kesehatan kualitas sangat dibutuhkan (Tamura et al., 2002). Kitosan digunakan sebagai desinfektan/antibakteri dikarenakan beberapa sifat yang dimiliki yaitu kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak dan kemampuannya dalam memberikan pelapisan terhadap
produk
sehingga
meminimalkan
interaksi
antara
produk
dan
lingkungannya. Berbagai hipotesa yang sampai saat ini masih berkembang mengenai mekanisme kerja kitosan sebagai pengawet adalah afinitas yang dimiliki oleh kitosan yang sangat kuat dengan DNA mikroba sehingga dapat berikatan dengan DNA yang kemudian mengganggu mRNA dan sintesa protein (Hardjito 2006). Pada umumnya, mutu kitosan ditentukan oleh beberapa parameter yaitu bobot molekul, kadar air, kadar abu, kelarutan, warna dan derajat deasetilasi. Standar mutu yang didasarkan pada spesifikasi dari PT. Vitalhouse, salah satu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
distributor kitin dan kitosan terbesar di Indonesia, untuk beberapa penerapan dan aplikasi disajikan pada Tabel II. Tabel II. Standar Mutu Kitosan
Sifat aktifitas antimikroba dari kitosan dalam melawan bakteri tergantung dari berat molekul dan derajat deasetilasi. Berat molekul dan derajat deasetilasi yang lebih besar menunjukkan aktifitas antimikroba yang lebih besar (No, Park, Lee, Meyers, 2002). Kitosan sebagai polikationik amin akan berinteraksi dengan kutub negatif dari lapisan sel bakteri. Reduksi sejumlah sel bakteri disebabkan oleh perubahan permukaan sel dan kehilangan fungsi pelindung dalam sel bakteri tersebut. Bakteri Gram negatif dengan lipopolisakarida dalam lapisan luarnya memiliki kutub negatif yang sangat sensitif terhadap kitosan (Chaiyakosha, Charernjirtragul, Umsakul, Vuddhakul, 2007). Dalam penelitiannya Tsai, Su, Chen,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
dan Pan (2002) menemukan bahwa kitosan dapat menghambat pertumbuhan Escherichia
coli,
adanya
penghambatan
ini
disebabkan
oleh
adanya
keelektronegatifan permukaan sel E. coli. Perubahan dalam potensial permukaan E.coli selama pertumbuhan, yaitu terjadinya peningkatan keelektronegatifan seiring dengan peningkatan umur sel, yaitu sampai pertumbuhan lambat, namun keelektronegatifan akan menurun setelah bakteri mencapai fase stasioner. Di lain pihak, Suptijah (2006) menyatakan bahwa kitosan dapat digunakan sebagai antibakteri dengan mekanisme sebagai berikut: kitosan dapat berikatan dengan membran sel, diantaranya dengan glutamat yang merupakan komponen membran sel. Selain berikatan dengan protein membran, terutama fosfatidil kolin (PC) sehingga menyebabkan permeabilitas inner membran (IM) jadi meningkat dan dengan meningkatnya permeabilitas IM memberi jalan yang mudah untuk keluarnya cairan sel. Khususnya pada E. coli setelah 60 menit komponen enzim βgalaktosidase dapat terlepas, berarti dapat keluar dengan sitoplasma bahkan sambil membawa komponen metabolit yang lain, yang berarti terjadi lisis. Sehubungan dengan meningkatnya lisis maka tidak akan terjadi pembelahan sel (regenerasi), bahkan dapat sampai mati. Wang (1992) menemukan bahwa aktifitas bakterisidal dari kitosan telah diobservasi dapat melawan beberapa bakteri gram negatif diantaranya adalah Escherichia coli. Dalam penelitiannya Chaiyakosha et al., (2007) menemukan bahwa kitosan dengan konsentrasi 150 ppm dan lama perendaman selama 5 menit mampu mengurangi bakteri Vibrio parahaemolyticus sebesar 90%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
Kitosan dapat menyembuhkan luka dan lapisan dari kitosan merupakan zat pembawa yang stabil dalam preparasi faktor pertumbuhan fibroblast umum pada obat lepas lambat yang sudah dicoba pada tikus yang memiliki gen diabetes (Mizuno, Yamamura, Yano, Osada, Saeki, Takimoto, 2003). C. Lidah Buaya (Aloe vera L.) 1. Sejarah Aloe vera L. Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman asli Afrika, yang memiliki ciri fisik daun berdaging tebal, sisi daun berduri, panjang mengecil pada ujungnya, berwarna hijau, dan daging daun berlendir. Pada awalnya lidah buaya sebagai tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Lidah buaya tumbuh subur di daerah yang berhawa panas dan terbuka dengan kondisi tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Pembudidayaan lidah buaya tergolong sangat mudah dan tidak memerlukan biaya dan perawatan yang besar. Hal ini akan mendorong dan pertimbangan untuk menjadikan lidah buaya sebagai bahan baku makanan (Sudarto, 1997). Lidah buaya (Aloe vera L.) pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17 dibawa oleh petani keturunan Cina. Tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias yang ditanam sembarang di pekarangan rumah dan digunakan sebagai bahan kosmetik yaitu untuk penyubur rambut. Baru pada dekade 1990an, tanaman ini dilirik menjadi bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang berkhasiat menyehatkan (Furnawanthi, 2002). Di Indonesia, lidah buaya (Aloe vera L.) sudah lama ditanam oleh penduduk sebagai tanaman obat keluarga sekaligus tanaman hias karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
bentuknya yang tergolong sangat unik. Penanaman secara khusus dan besarbesaran belum umum dilakukan, kecuali di beberapa tempat yang telah terdapat pengolahan lidah buaya (Aloe vera L.) tersebut. Namun dengan semakin meluasnya penggunaan lidah buaya (Aloe vera L.) dan meningkatnya permintaan sebagai bahan baku industri, maka lidah buaya dapat dijadikan sebagai lahan bisnis baru serta dapat dijadikan sebagai tanaman agroindustri (Sudarto, 1997). 2. Klasifikasi dan morfologi Aloe vera L. Klasifikasi Lidah buaya : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Anak kelas : Lilidae Bangsa : Liliales Suku : Liliaceae Marga : Aloe Spesies :Aloe vera L. (Backer dan Bakhuizen, 1968) Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika, Asia dan Amerika. Hal ini disebabkan bagian stomata daun lidah buaya dapat tertutup rapat pada musim kemarau karena untuk menghindari hilangnya air daun. Lidah buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim dingin. Lidah buaya termasuk tanaman yang efisien dalam penggunaan air, karena dari segi fisiologi tumbuhan, tanaman ini termasuk tanaman yang tahan kekeringan (Furnawanthi, 2002). Lidah buaya dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai daerah pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya menyebar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
keseluruh dunia mulai daerah tropika sampai ke daerah sub tropika. Tanah yang dikehendaki lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan organik dan gembur. Kesuburan tanah pada lapisan olah sedalam 30 cm sangat diperlukan, karena akarnya yang pendek tanaman ini tumbuh baik di daerah bertanah gambut yang pHnya rendah (Furnawanthi, 2002). 3. Kandungan Aloe vera L. Menurut Henry (1979), unsur utama dari cairan lidah buaya adalah aloin, emodin, resin, gum dan unsur lainnya seperti minyak atsiri. Dari segi kandungan nutrisi, gel atau lendir daun lidah buaya mengandung beberapa mineral seperti Zn, K, Fe dan vitamin seperti vitamin A. Menurut Departemen Kesehatan R.I (1992), lidah buaya memiliki kadar air lebih dari 99%. Kandungan gizi lidah buaya berupa protein, kalsium, lemak, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C, abu, dan serat. Dalam 100 gram lidah buaya setidaknya dapat memberikan energi sebesar 4 kal seperti yang tertera pada tabel III. Disisi lain Hamman (2008), menuliskan berbagai kandungankandungan yang terdapat dalam Aloe vera. Ia menjelaskan lebih spesifik komponen-komponen yang terdapat dalam tanaman lidah buaya menurut klasifikasinya. Ia mengklasifikasikan kandungan lidah buaya menjadi 10 kelas seperti yang tertera dalam tabel IV.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Tabel III. Kandungan gizi dalam 100g lidah buaya Zat Gizi Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g) Serat (g) Abu (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin C (mg) Vitamin A (IU) Vitamin B (mg) Kadar air (g)
Kandungan / 100g Bahan 4,00 0,10 0,20 0,30 0,10 85,00 186,00 0,80 3,48 4,59 0,01 99,20
(Depkes RI, 1992) Tabel IV. Kandungan-kandungan yang terdapat pada Aloe vera Kelas Antraquinon
Komponen Aloe-emodin, aloetic-acid, anthranol, aloin A dan B, isobarbaloin, emodin, ester dari cinnamic acid Carbohydrates Pure mannan, acetylated mannan, acetylated glucomannan, glucogalactomannan, galactan, galactogalacturan, arabinogalactan, galactoglucoarabinomannan, substansi pectic, xylan, selulosa Chromones 8-C-glucosyl-(2’-O-cinnamoyl)-7-O-methylaloediol A, 8-Cglucosyl-(S)-aloesol, 8-C-glucosyl-7-O-methyl-(S)-aloesol, 8C-glucosyl-7-O-methylaloediol, 8-C-glucosyl-7-Omethylaloediol, 8-C-glucosyl-noreugenin, isoaloeresin D, isorabaichromone, neoaloesin A Enzymes Alkaline phospatase, amylase, carboxypeptidase, catalase, cyclooxidase, cyclooxygenase, lipase, oxidase, phosphoenolpyruvate carboxylase, superoxide dismutase Inorganic compounds Calcium, chlorine, chromium, copper, iron, magnesium, manganase, potasium, phosphorus, sodium, zinc Miscellaneous Arachidonic acid, γ-linolenic acid, steroid (campestrol, including organic cholesterol, β-sitosterol), trigliserida, triterpenoid, glibberillin, compounds and lipid lignins, potassium sorbate, salicylic acid, uric acid Asam amino Alanine, arginine, aspartic acid, glutamic acid, glycine, essensial dan nonhistidine, hydroxyproline, isoleucine, leucine, lysine, essensial methionine, phenylalanine, proline, threonine, tyrosine, valine Proteins Lectins, substansi mirip lectin Sakarida Mannosa, glucosa, L-rhamnose, aldopentose Vitamin B1, B2, B6, C, β-karoten, choline, folic acid, α-tocopherol
(Hamman, 2008)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
Lidah buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membunuh kuman, serta senyawa antrakuinon dan kuinon sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Lidah buaya juga merangsang pertumbuhan sel baru dalam kulit. Dalam gel lidah buaya terkandung lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, sehingga sel akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan tubuh. Adapun manfaat lain dari lidah buaya adalah untuk mengobati cacingan, susah buang air besar, sembelit, penyubur rambut, luka bakar atau tersiram air panas, jerawat, noda hitam, batuk, diabetes, radang tenggorokan, menurunkan kolesterol (Sudarto, 1997). Disisi lain Hamman (2008), menuliskan berbagai kandungankandungan yang terdapat dalam Aloe vera. Ia menjelaskan lebih spesifik komponen-komponen yang terdapat dalam tanaman lidah buaya menurut klasifikasinya. Ia mengklasifikasikan kandungan lidah buaya menjadi 10 kelas seperti yang tertera dalam tabel IV. 4. Manfaat Aloe vera L. Khasiat dan penggunaan Aloe vera L. sangat bervariasi yaitu sebagai laksatif, biogenik stimulator yang mempercepat proses reepitalisasi jaringan, penyubur rambut, antibakteri, antiviral, dan antifungi, arthritis dan rematik, tukak lambung dan gangguan pencernaan, hepatoprotektor, menurunkan kadar lemak dalam darah dan imunomodulator (Marshall, 1990; Sidik, 1996; Fit, 1983). Tamanan lidah buaya juga memiliki efek terapetik pada kanker, AIDS, asma, diabetes dan berbagai penyakit kulit seperti herpes simplex, luka terbakar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
dan terluka. Penggunaan secara lokal ekstrak daun dapat berefek anestetika, membunuh mikroba, meningkatkan mikrosirkulasi dan untuk menyembuhkan chronic skinulcer (Ebadi, 2001). Lidah buaya tidak menyebabkan keracunan pada manusia maupun hewan, sehingga sebagai bahan industri lidah buaya dapat diolah menjadi produk makanan dalam bentuk serbuk, gel, jus dan ekstrak. Cairan yang keluar dari potongan lidah buaya tadi bila diuapkan menjadi bentuk setengah padat, dapat digunakan sebagai alat pencuci perut atau obat pencahar (Suryowidodo, 1998). Gel lidah buaya juga memperlihatkan aktivitas anti penuaan karena mampu menghambat proses penipisan kulit dan menahan kehilangan serat elastin serta menaikkan kandungan kolagen dermis yang larut air. Lidah buaya terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes (Okyar, Can, Akev, Baktir, Sutlupinar , 2001). D. Sediaan Gel Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. Idealnya pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi dan kosmetik harus inert, aman, tidak bereaksi dengan komponen lain. Penambahan gelling agent dalam formula perlu dipertimbangkan yaitu tahan selama penyimpanan dan tekanan tube selama pemakaian topikal. Beberapa gel, terutama polisakarida alami peka terhadap penurunan derajat mikrobial. Penambahan bahan pengawet perlu untuk mencegah kontaminasi dan hilangnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
karakter gel dalam kaitannya dengan mikrobial (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1996). Menurut Lachman, Lieberman, dan Kanig (1994) sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut: 1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain. 2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topical. 3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan. 4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan. 5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel. 6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
Prinsip absorbsi gel melalui kulit adalah difusi pasif yaitu proses di mana suatu substansi bergerak dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul (Anief, 1997). Persamaan kecepatan difusi menurut hukum Fick 1 (Martin, 1993): 𝑑𝑐 𝐷 . 𝐴 .𝐾 = (𝐶1 − 𝐶2) 𝑑𝑡 𝑉. ℎ 𝑑𝑐 𝑑𝑡
= kecepatan difusi obat persatuan waktu
D = koefisien difusi (cm2 / dt) A = luas permukaan membran (cm2 ) K = koefisien partisi V = viskositas zat h = ketebalan membran (cm) C1 = konsentrasi obat dalam sediaan (g/cm3 ) C2 = konsentrasi obat yang dilepaskan (g/cm3 )
Menurut Martin (1993), difusi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Konsentrasi obat: semakin besar konsentrasi zat aktif, difusi obat akan semakin baik. 2. Koefisien partisi: perbandingan konsentrasi dalam 2 fase. Semakin besar koefisien partisi dan semakin cepat difusi obat. 3. Koefisien difusi: semakin luas membran, koefisien difusi semakin besar, difusi obat semakin meningkat. 4. Viskositas: semakin besar viskositas suatu zat, koefisien difusi semakin besar, dan difusi akan semakin lambat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
5. Ketebalan membran: semakin tebal membran, difusi akan semakin lambat. Absorbsi per kutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi obat melalui stratum korneum. Stratum korneum terdiri dari kurang lebih 40 % protein (pada umumnya keratin) dan 40 % air dengan lemak berupa pertimbangan 14 terutama sebagai trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semi permeabel, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif, jadi jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat atau airnya. Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit (Ansel, 1989). E. Luka Terbuka dan Uji Penyembuhan Luka Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat adanya pengaruh dari luar, baik tekanan, goresan, dan lain-lain. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat trauma seperti luka akibat kecelakaan (Hunt, 2003; Mann, 2001). Luka terbuka adalah luka yang terjadi karena rusaknya jaringan kulit bagian luar hingga terjadi pendarahan luar. Luka terbuka memungkinkan mikroorganisme untuk masuk ke dalam bagian dalam kulit melalui luka ini. Luka insisi merupakan luka terbuka disebabkan karena pisau, gunting, atau benda tajam lainnya yang cukup dalam dan memiliki resiko pendarahan cukup tinggi (Grafft, dan Sarff, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bioseluler dan biokimia terjadi berkesinambungan. Jenis penyembuhan yang paling sederhana dapat terlihat pada insisi pembedahan yang tepi lukanya dapat saling didekatkan untuk dimulainya proses penyembuhan. Penyembuhan seperti ini disebut penyembuhan primer (healing by first intention). Apabila luka yang terjadi cukup parah seperti adanya kerusakan epitel yang menyebabkan kedua tepi luka berjauhan maka disebut penyembuhan sekunder (healing by second itention) (Price dan McCarty,1992). Berdasarkan perubahan morfologik, terdapat tiga fase penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi / remodeling. (Spector dan Spector, 1993). Pada setiap fase penyembuhan tersebut terdapat satu jenis sel khusus yang mendominasi (gambar 2.). Fase awal yakni fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya suatu cidera, dengan tujuan untuk menyingkirkan jaringan mati dan mencegah infeksi. Fase proliferasi berlangsung kemudian, di mana akan terjadi keseimbangan antara pembentukan jaringan parut dan regenerasi jaringan. Fase yang paling akhir merupakan fase terpanjang dan hingga saat ini merupakan fase yang paling sedikit dipahami, yaitu fase remodeling yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural dari luka (Gurtner, 2007). Pada fase inflamasi terjadi proses hemostasis yang cepat dan dimulainya suatu siklus regenerasi jaringan (Lorenz, Longaker, 2006). Fase inflamasi dimulai segera setelah cidera sampai hari ke-5 pasca cidera. Tujuan utama fase ini adalah hemostasis, hilangnya jaringan yang mati dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen (Gurtner, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Gambar 2. Fase penyembuhan luka, waktu dan sel karakteristik yang tampak pada waktu tertentu (Gurtner, 2007).
Gambar 3. Fase inflamasi (Gurtner, 2007) Komponen jaringan yang mengalami cidera, meliputi fibrillar collagen dan tissue factor, akan mengaktivasi jalur koagulasi ekstrinsik dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada fase ini (gambar 3.). Pembuluh darah yang cidera mengakibatkan termobilisasinya berbagai elemen darah ke lokasi luka. Agregasi platelet akan membentuk plak pada pembuluh darah yang cidera. Selama proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
ini berlangsung, platelet akan mengalami degranulasi dan melepaskan beberapa growth factor, seperti platelet-derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor- (TGF-). Hasil akhir kaskade koagulasi jalur intrinsik dan ekstrinsik adalah konversi fibrinogen menjadi fibrin (Gurtner, 2007). Berbagai mediator inflamasi yakni prostaglandin, interleukin-1 (IL-1), tumor necrotizing factor (TNF), C5a, TGF- dan produk degradasi bakteri seperti lipopolisakarida (LPS) akan menarik sel neutrofil sehingga menginfiltrasi matriks fibrin dan mengisi rongga luka. Migrasi neutrofil ke luka juga dimungkinkan karena peningkatan permeabilitas kapiler akibat terlepasnya serotonin dan histamin oleh mast cell dan jaringan ikat. Neutrofil pada umumnya akan ditemukan pada 2 hari pertama dan berperan penting untuk memfagositosis jaringan mati dan mencegah infeksi. Keberadaan neutrofil yang berkepanjangan merupakan penyebab utama terjadinya konversi dari luka akut menjadi luka kronis yang tak kunjung sembuh (Regan, Barbul, 1994; Gurtner, 2007). Makrofag juga akan mengikuti neutrofil menuju luka setelah 48-72 jam dan menjadi sel predominan setelah hari ke-3 pasca cidera. Debris dan bakteri akan difagositosis oleh makrofag. Makrofag juga berperan utama memproduksi berbagai growth factor yang dibutuhkan dalam produksi matriks ekstraseluler oleh fibroblas dan pembentukan neovaskularisasi. Keberadaan makrofag oleh karenanya sangat penting dalam fase penyembuhan ini (Gurtner, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Limfosit dan mast cell merupakan sel terakhir yang bergerak menuju luka dan dapat ditemukan pada hari ke-5 sampai ke-7 pasca cidera. Peran keduanya masih belum jelas hingga saat ini (Gurtner, 2007). Fase inflamasi disebut juga lag phase atau fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit, belum ada tensile strength, di mana pertautan luka hanya dipertahankan oleh fibrin dan fibronektin (Regan, Barbul, 1994). Sel punca mesenkim akan bermigrasi ke luka, membentuk sel baru untuk regenerasi jaringan baik tulang, kartilago, jaringan fibrosa, pembuluh darah, maupun jaringan lain. Fibroblas akan bermigrasi ke luka dan mulai berproliferasi menghasilkan matriks ekstraseluler. Sel endotel pembuluh darah di daerah sekitar luka akan berproliferasi membentuk kapiler baru untuk mencapai daerah luka. Ini akan menandai dimulainya proses angiogenesis. Pade akhir fase inflamasi, mulai terbentuk jaringan granulasi yang berwarna kemerahan, lunak dan granuler. Jaringan granulasi adalah suatu jaringan kaya vaskuler, berumur pendek, kaya fibroblas, kapiler dan sel radang tetapi tidak mengandung ujung saraf (Anderson, 2000). Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4 hingga hari ke-21 pasca cidera. Keratinosit yang berada pada tepi luka sesungguhnya telah mulai bekerja beberapa jam pasca cidera, menginduksi terjadinya reepitelialisasi. Pada fase ini matriks fibrin yang didominasi oleh platelet dan makrofag secara gradual digantikan oleh jaringan granulasi yang tersusun dari kumpulan fibroblas,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
makrofag dan sel endotel yang membentuk matriks ekstraseluler dan neovaskular (gambar 4.) (Gurtner, 2007).
Gambar 4.. Fase Proliferasi (Gurtner, 2007) Faktor setempat seperti growth factor, sitokin, hormon, nutrisi, pH dan tekanan oksigen sekitar menjadi perantara dalam proses diferensiasi sel punca (Anderson, 2000). Regresi jaringan desmosom antar keratinosit mengakibatkan terlepasnya keratinosit untuk bermigrasi ke daerah luka. Keratinosit juga bermigrasi secara aktif karena terbentuknya filamen aktin di dalam sitoplasma keratinosit. Keratinosit bermigrasi akibat interaksinya dengan protein sekretori seperti fibronektin, vitronektin dan kolagen tipe I melalui perantara integrin spesifik di antara matriks temporer. Matriks temporer ini akan digantikan secara bertahap oleh jaringan granulasi yang kaya akan fibroblas, makrofag dan sel endotel. Sel tersebut akan membentuk matriks ekstraseluler dan pembuluh darah baru. Jaringan granulasi umumnya mulai dibentuk pada hari ke-4 setelah cidera (Lorenz, Longaker, 2006).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Fibroblas merupakan sel utama selama fase ini dimana ia menyediakan kerangka untuk migrasi keratinosit. Makrofag juga akan menghasilkan growth factor seperti PDGF dan TGF-β yang akan menginduksi fibroblas untuk berploriferasi, migrasi dan membentuk matriks ekstraseluler. Matriks temporer ini secara bertahap akan digantikan oleh kolagen tipe III. Sel endotel akan membentuk pembuluh darah baru dengan bantuan protein sekretori VEGF, FGF dan TSP-1. Pembentukan pembuluh darah baru dan jaringan granulasi merupakan tanda penting fase proliferasi karena ketiadaannya pembuluh darah baru dan atau jaringan granulasi merupakan tanda dari gangguan penyembuhan luka. Setelah kolagen mulai menggantikan matriks temporer, fase proliferasi mulai berhenti dan fase remodeling mulai berjalan (Gurtner, 2007). Faktor proangiogenik yang diproduksi makrofag seperti vascular endothelial growth factor (VEGF), fibroblas growth factor (FGF)-2, angiopoietin1 dan thrombospondin akan menstimulasi sel endotel membentuk neovaskular melalui proses angiogenesis. Hal yang menarik dari fase proliferasi ini adalah bahwa pada suatu titik tertentu, seluruh proses yang telah dijabarkan di atas harus dihentikan. Fibroblas akan segera menghilang segera setelah matriks kolagen mengisi rongga luka dan pembentukan neovaskular akan menurun melalui proses apoptosis. Kegagalan regulasi pada tahap inilah yang hingga saat ini dianggap sebagai penyebab terjadinya kelainan fibrosis seperti jaringan parut hipertrofik (Gurtner, 2007). Fase ketiga dan terakhir adalah fase remodelling. Selama fase ini jaringan baru yang terbentuk akan disusun sedemikian rupa seperti jaringan asalnya. Fase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
maturasi ini berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun. Fase ini segera dimulai segera setelah rongga luka terisi oleh jaringan granulasi dan proses reepitelialisasi usai. Perubahan yang terjadi adalah penurunan kepadatan sel dan vaskularisasi, pembuangan matriks temporer yang berlebihan dan penataan serat kolagen sepanjang garis luka untuk meningkatkan kekuatan jaringan baru. Fase akhir penyembuhan luka ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun (gambar 5.) (Gurtner, 2007).
Gambar 5. Fase Remodelling (Gurtner, 2007) Kontraksi dari luka dan remodeling kolagen terjadi pada fase ini. Kontraksi luka terjadi akibat aktivitas miofibroblas, yakni fibroblas yang mengandung komponen mikrofilamen aktin intraselular. Kolagen tipe III pada fase ini secara gradual digantikan oleh kolagen tipe I dengan bantuan matrix metalloproteinase (MMP) yang disekresi oleh fibroblas, makrofag dan sel endotel. Sekitar 80% kolagen pada kulit adalah kolagen tipe I yang memungkinkan terjadinya tensile strength pada kulit (Gurtner, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi kolagen terjadi pada fase ini. Kolagen yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenase dan kemudian diserap. Sisanya akan mengerut sesuai tegangan yang ada. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan dari dasarnya (Bisono, Pusponegoro, 1997). Kolagen awalnya tersusun secara tidak beraturan, sehingga membutuhkan lysyl hydroxylase untuk mengubah lisin menjadi hidroksilisin yang dianggap bertanggung jawab terhadap terjadinya cross-linking antar kolagen. Cross-linking inilah yang menyebabkan terjadinya tensile strength sehingga luka tidak mudah terkoyak lagi. Tensile strength akan bertambah secara cepat dalam 6 minggu pertama, kemudian akan bertambah perlahan selama 1-2 tahun. Pada umumnya tensile strength pada kulit dan fascia tidak akan pernah mencapai 100%, namun hanya sekitar 80% dari normal (Marzoeki, 1993; Schultz, 2007). Metaloproteinase matriks yang disekresi oleh makrofag, fibroblas dan sel endotel akan mendegradasi kolagen tipe III. Kekuatan jaringan parut bekas luka akan semakin meningkat akibat berubahnya tipe kolagen dan terjadinya crosslinking jaringan kolagen. Pada akhir fase remodeling, jaringan baru hanya akan mencapai 70% kekuatan jaringan awal (Gurtner, 2007). Berbagai mediator atau sitokin yang turut berperan pada penyembuhan luka dapat dilihat pada tabel V.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
Tabel V. Mediator yang berperan dalam proses penyembuhan luka Nama
Singkatan
Sumber
Deskripsi
Vascular endothelial growth factor
VEGF
Sel endotel
Memicu angiogenesis.
Fibroblast growth factor-2
FGF-2
Makrofag, sel mast, sel endotel, limfosit T
Memicu angiogenesis. Menstimulasi migrasi dan pertumbuhan sel endotel.
Keratinocyte growth factor
KGF
Fibroblas
Epidermal growth factor
EGF
Platelet, makrofag
Mengontrol pertumbuhan dan maturasi keratinosit. Menginduksi sekresi epitel dan growth factor lain. Menstimulasi sekresi kolagenase oleh fibroblas untuk remodeling matriks.
Transforming growth factor-
TGF-
Platelet, makrofag, sel T dan B, hepatosit, timosit, plasenta
Tumor necrotizing factor-
TNF-
Granulocyte colonystimulating factor
G-CSF
Granulocytemacrophage colonystimulating factor
GM-CSF
Makrofag, sel T dan B, natural killer (NK) cells Sel stroma, fibroblas, sel endotel, limfosit Makrofag, sel stroma, fibroblas, sel endotel, limfosit
Interferon-
IFN-
Interleukin-1
IL-1
Interleukin-4
IL-4
Interleukin-8 neutrofil,
IL-8
Makrofag, sel B dan T, fibroblas, sel epitel Makrofag, keratinosit, sel endotel, limfosit, fibroblas, osteoblas Sel T, basofil, sel mast, sel stroma sumsum tulang Monosit, fibroblas, sel endotel, keratinosit, sel T
Endothelial nitric oxide synthase Inducible nitric oxide synthase
eNOS iNOS sel
Sel endotel, neuron Neutrofil, endotel
Memicu angiogenesis. Sebagai chemoattractant, menginduksi ekspresi molekul adesi dan memicu molekul pro inflamasi yang menstimulasi migrasi leukosit dan fibroblas. Menginduksi sintesa MMP. Meregulasi marginasi dan sitotoksisitas leukosit PMN. Menstimulasi proliferasi, survival, maturasi dan aktivasi granulosit. Menstimulasi proliferasi, survival, maturasi dan aktivasi granulosit dan makrofag. Menginduksi granulopoiesis. Aktivasi makrofag, proliferasi fibroblas.
menghambat
Peptida pro inflamasi. Menginduksi kemotaksis leukosit PMN, fibroblas dan keratinosit. Mengaktivasi leukosit PMN. Mengaktivasi proliferasi fibroblas. Menginduksi sintesa kolagen dan proteoglikan. Mengaktivasi leukosit PMN dan makrofag untuk memulai kemotaksis. Menginduksi marginasi dan maturasi keratinosit.
Sintesis nitric oxide pada sel endotel. Sintesis nitric oxide oleh makrofag dan keratinosit basal
(Gurtner, 2007)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Proses
pengamatan
penyembuhan
luka
dapat
dilakukan
38
secara
makroskopis misalnya dengan melakukan pengamatan terhadap pengaruh sediaan komersil dan sampel uji pada beberapa peubah misalnya panjang luka, kelembaban, warna luka, dan penyempitan luka (Anggraeni, 2008). Selain itu dapat dilakukan analisis kuantitatif terhadap laju penyembuhan luka melalui metode Morton, yang didasarkan pada perbedaan diameter dan luas luka pada hari pertama dan hari pengamatan (Kusmiati, Rachmawati, Siregar, Nuswantara, Malik, 2006). F. Landasan Teori Kitosan merupakan polimer alami yang didapatkan dari kulit kepiting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan dapat menjadi agen dalam penyembuhan luka. Kitosan juga memiliki sifat sebagai anti-mikroba. Efek penyembuhan luka dapat dipercepat karena terhambatnya infeksi oleh mikroba. Larutan kitosan membentuk kompleks poli- ion dengan hidrokoloid anionic dan menghasilkan gel. Kitosan cenderung bersifat asam dalam larutan karena sifat kitosan yang larut dalam asam. Fungsi lain dari kitosan adalah sebagai agen peningkat viskositas. Viskositas kitosan dalam larutan meningkat dengan peningkatan konsentrasi kitosan dan peningkatan pH pada larutan. Konsentrasi kitosan 2% dalam sediaan gel merupakan konsentrasi yang baik untuk proses penyembuhan luka terbuka. Kandungan senyawa lidah buaya yang diduga berperan sebagai penyembuh luka adalah acemannan, yang merupakan golongan polisakarida. Peran acemannan (mannosa-6 fosfat) dalam penyembuhan luka adalah untuk merangsang fibroblas, efek anti-inflamasi, efek antimikroba dan efek pelembab.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Kombinasi gel kitosan dari kulit udang windu (Peneaus monodon) dan ekstrak Aloe vera memiliki aktivitas farmakologik. Kombinasi ini diharapkan membentuk suatu sediaan gel yang memiliki aktivitas penyembuh luka yang baik, dengan stabilitas yang baik, biocompatible, biodegradable, dan bersifat antibakteri. Pada akhirnya gel kombinasi ini dapat mempercepat proses penyembuhan luka melalui mekanisme stimulasi proliferasi dan regenerasi sel. G. Hipotesis Gel kitosan yang dibuat dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera sebagai penyembuh luka pada tikus jantan galur Wistar mampu mempercepat penyembuhan luka sel kulit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Gel Kitosan dari Kulit Udang Windu (Peneaus monodon) dengan Penambahan Ekstrak Aloe vera sebagai Penyembuh Luka pada Tikus Galur Wistar Jantan” merupakan jenis penelitian yang bersifat eksperimental murni sederhana dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variable utama dan variable pengacau. 1. Variabel utama : Variabel utama dalam penelitian ini meliputi a. Variabel bebas : Kombinasi konsentrasi ekstrak Aloe vera dengan kitosan 2% dalam gel. b. Variabel tergantung : (1) Kemampuan gel kitosan dengan ekstrak Aloe vera dalam penyembuhan luka tikus jantan galur Wistar yang diamati secara kualitatif dan kuantitatif. (2) Kualitas dari gel kitosan yang terbuat dari kulit udang dan ekstrak Aloe vera.
40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
2. Variabel pengacau : Variabel pengacau dalam penelitian ini meliputi : a. Variabel pengacau terkendali : tempat pengambilan limbah udang yang digunakan, tempat pengambilan Aloe vera, usia kematangan Aloe vera, subjek hewan uji, umur subjek hewan uji, jenis kelamin hewan uji, berat subjek hewan uji. b. Variabel pengacau tidak terkendali : suhu, kelembapan, cuaca, cahaya matahari, kondisi patologis dan fisiologis tikus.
C. Definisi Operasional 1.
Kitosan yang diperoleh dari kulit udang windu adalah polisakarida alami yang terdiri dari kopolimer glukosamin dan N – asetilglukosamin, dan dapat diperoleh dari deasetilasi kitin
2.
Lidah buaya / Aloe vera yang didapat dari merupakan salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam industri, diantaranya industri kesehatan, kosmetik atau kecantikan, makanan, dan sebagainya.
3.
Gel adalah sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi dikulit yang berambut.
4.
Luka adalah bagian kulit yang jaringannya sobek dan terbuka karena adanya pengaruh dari luar, baik tekanan, goresan, dan lain-lain. Luka dalam penelitian ini merupakan luka full thickness yang berarti luka yang diperoleh dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
proses pengambilan penuh pada bagian kulit mulai dari epidermis sampai area dermis dengan cara menyobek area kulit menggunakan punch biopsy steril (diameter sekitar 0,5 cm) pada bagian punggung (dorsal) dari hewan uji yang digunakan. 5.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi.
6.
Parameter penyembuhan luka merupakan tolak ukur dari tingkat penyembuhan luka yang meliputi parameter kuantitatif berupa diameter dan luas permukaan luka, serta parameter kualitatif berupa timbulnya keropeng, dan tingkat kemerahan luka yang diamati pada hari pertama dan ketujuh sehingga menentukan tingkat efektivitas suatu sediaan.
7.
Lama pemberian adalah lama pemberian gel anti luka pada luka terbuka tikus dari hari pertama sampai hari ke tujuh.
8.
Keropeng adalah proses pembekuan darah yang berupa jalinan fibrin dan trombosit pada proses pembekuan darah yang telah selesai yang ditunjukan dengan adanya kerak kering yang berwarna kecoklatan pada daerah luka.
9.
Kemampuan gel adalah kemampuan gel kitosan dan ekstrak Aloe vera dalam meningkatkan regenerasi sel kulit pada tingkat poliferasi.
10. Kualitas gel yang acceptable adalah gel dengan range pH 6,5-7,5, viskositas 2000-4000 cps, homogen, dan ukuran partikel zat aktif kecil sehingga tidak terasa pada saat aplikasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
D. Alat dan Bahan 1.
Alat Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini, meliputi : Silet pencukur bulu, punch biopsy, pinset, gunting bedah, nampan Lionstar®, kertas penutup, alatalat gelas, kertas pembungkus, water heater, termometer, sendok, magnetik stirrer, corong buchner, pompa vakum, timbangan analitik, oven,
2.
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi limbah kulit udang yang didapatkan dari restoran seafood daerah Sleman, Yogyakarta, Aloe vera, HCl 37% p.a, NaOH, aseton p.a, kupro sulfat anhidrat, kalium iodide, iodium, asam sulfat, perak nitrat, aquadest, reagen biuret, Ketamine, Etil klorida, pH stick universal, tikus jantan galur Wistar (Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma).
E. Tata Cara Penelitian 1.
Pemilihan bahan Bahan yang dipilih adalah kulit udang dari satu rumah makan di daerah Palagan Tentara Pelajar, Sleman Yogyakarta. Bahan ini diambil dalam kurun waktu seminggu sekali pada bulan Maret. Bahan lain yang digunakan adalah Tanaman lidah buaya atau Aloe vera yang diambil dari kebun tanaman di daerah Sleman Yogyakarta. Waktu panen tanaman lidah buaya ini adalah pada bulan Agustus dengan usia panen 3-4 bulan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
44
Penyiapan bahan Kulit udang yang diambil dari limbah warung maupun restoran seafood, kemudian dicuci dengan air agar kotoran yang melekat hilang, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 110-120oC selama kurang lebih satu jam. Setelah kering kemudian dihancurkan menjadi serbuk dengan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan bernomor 40 sehingga diperoleh serbuk dengan ukuran partikel yang lebih kecil dari ukuran ayakan. Hasil ayakan digunakan sebagai sampel.
3.
Ekstraksi kitosan dari kulit udang a. Penghilangan mineral (demineralisasi) Sebanyak 150 g serbuk kulit udang ditambahkan dengan 2,250 L HCl 1,5 M dengan perbandingan 1:15 (b/v) antara sampel dengan pelarut. Campuran dipanaskan pada suhu 70- 80oC selama 4 jam sambil dilakukan pengadukan pada 50 rpm kemudian disaring. Padatan yang diperoleh dicuci dengan akuades untuk menghilangkan HCl yang tersisa. Filtrat terakhir yang diperoleh diuji dengan larutan AgNO3, bila sudah tidak terbentuk endapan putih maka sisa ion Cl yang terkandung sudah hilang. Selanjutnya padatan dikeringkan pada oven dengan temperatur 70oC selama 24 jam sehingga diperoleh serbuk kulit udang tanpa mineral yang kemudian didinginkan dalam desikator. Langkah demineralisasi dari kulit udang ini diulang sebanyak dua kali, yang satu digunakan pada tahap optimasi konsentrasi NaOH dan yang satu lagi digunakan pada tahap optimasi suhu pada proses deasetilasi (Weska dan Moura, 2006).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
b. Deproteinase Masing-masing serbuk kulit udang kering dimasukkan ke dalam gelas beaker 1 L dan ditambahkan larutan NaOH 3,5% masing-masing dengan perbandingan 1:10 (b/v) antara sampel dengan pelarut. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 65-70oC selama 4 jam sambil dilakukan pengadukan pada 50 rpm. Selanjutnya padatan disaring dan didinginkan sehingga diperoleh khitin, yang kemudian dicuci dengan akuades sampai pH netral. Filtrat yang diperoleh diuji dengan pereaksi biuret, bila filtrat berubah menjadi biru berarti protein yang terkandung sudah hilang. Kitin yang sudah dicuci ditambahkan etanol 70% untuk melarutkan kitosan terlarut sebanyak 100 mL dan dilanjutkan dengan penyaringan, pencucian kembali dengan akuades panas dan aseton untuk menghilangkan warna sebanyak dua kali masing- masing 100 mL, lalu dikeringkan pada suhu 80oC selama 24 jam kemudian didinginkan dalam desikator. (Weska dan Moura, 2006). c. Deasetilasi kitin menjadi kitosan Kitin hasil deproteinisasi direndam dalam larutan NaOH dengan konsentrasi NaOH 5 % sedangkan suhu dan waktu reaksi dibuat konstan yaitu 120oC selama 4 jam. 4.
Ekstraksi Aloe vera Tanaman lidah buaya yang sudah ditanam selama 3-4 bulan, dipilah dan diambil bagian daunnya. Daun lidah buaya dicuci dan dibersihkan, diangin-anginkan, dipotong kecil-kecil, ditimbang dalam keadaan kering, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
dioven pada suhu 50oC selama 24 jam. Daun lidah buaya yang telah kering, digiling dan diserbuk. Simplisia kering yang telah didapatkan direndam dengan pelarut etanol dengan perbandingan 1:10 (lidah buaya : etanol) selama 48 jam, lalu disaring. Ampas dari penyaringan dibuang dan pelarut diuapkan hingga selama 24 jam hingga terbentuk ekstrak kental dari lidah buaya. 5.
Pembuatan gel dengan kitosan dari kulit udang dan ekstrak Aloe vera Serbuk kitosan dan ekstrak Aloe vera diformulasikan dengan basis gel carbopol dengan bahan : R/ Carbopol 0,75 Metil Paraben 0,02 Gliserin 2,0 TEA 2,0 Aquadest ad 100 Formulasi gel dengan variasi Aloe vera dapat dilihat dalam tabel VI. Tabel VI. Formulasi gel Formula
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Formula 5
Carbopol
0,75 g
0,75 g
0,75 g
0,75 g
0,75 g
Metil Paraben
0,02 g
0,02 g
0,02 g
0,02 g
0,02 g
Gliserin
2g
2g
2g
2g
2g
TEA
2g
2g
2g
2g
2g
Kitosan
2g
-
2g
2g
2g
Aloe vera
-
3g
1g
2g
3g
Aquadest
93,23 g
92,23 g
92,23 g
91,23 g
90, 23 g
Bahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
47
Sterilisasi produk Sterilisasi produk tidak dilakukan dengan mensterilkan sediaan yang telah jadi, namun dengan cara mensterilkan semua peralatan yang akan digunakan untuk membuat gel. Sterilisasi dilakukan dengan cara mencelupkan semua alat yang akan digunakan kedalam alkohol.
7.
Karakterisasi gel kitosan dari kulit udang Gel kitosan yang telah jadi dan dapat digunakan diuji karakterisasinya menggunakan uji pengamatan secara organoleptis, uji viskositas, uji pH, dan uji daya sebar dari gel. Pengamatan secara organoleptis yang dilakukan adalah pengamatan pada gel yang hanya menggunakan mata tanpa alat bantu. Parameter yang dinilai dari uji organoleptis adalah warna, bau, dan aplikasi gel pada kulit. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menempatkan sampel dalam viskometer Rion vt 04 f hingga spindel terendam. Jarum spindle atau nomor rotor yang digunakan adalah nomor rotor 2. Rotor yang dipilih adalah rotor nomor 2 dikarenakan besaran viskositas yang diberikan oleh gel adalah berkisar di atas 200 dpas. Viskometer Rion vt 04f dijalankan, kemudian viskositas dari gel dapat dibaca dengan menunggu hasil pembacaan stabil. Pengukuran pH gel dilakukan dengan menggunakan pH universal. Pengamatan dilakukan dengan mengambil gel yang akan diuji sebanyak 1 gram kemudian pH universal dimasukan kedalam gel hingga semua kolom warna pH terbasahi. pH universal yang telah terbasahi dibandingan dengan panduan pH yang tertempel pada kotak pH, dan pH dari gel dapat diketahui.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Pengukuran daya sebar dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 1 gram sediaaan gel dan diletakkan dengan hati-hati di atas kaca nulat berdiameter 10 cm. Selanjutnya ditutup dengan kaca transparan dan diberikan pemberat diatasnya dari bobot 0 gram hingga bobot mencapai 200 gram, kemudian diukur diameter yang terbentuk setelah 1 menit. 8.
Pengujian gel kitosan dan ekstrak Aloe vera pada tikus Tujuh ekor tikus menjadi kelompok perlakukan gel dengan kitosan dari limbah kulit udang konsentrasi 2% yang merupakan konsentrasi efektif untuk menyembuhkan luka yang didapatkan dari penelitian sebelumnya ditambah dengan penambahan ekstrak Aloe vera dengan variasi konsentrasi 1, 2, dan 3%. Kemudian pada tiap-tiap tikus dibuat luka pada bagian punggung yang digunakan dalam pengamatan perlakuan. Dibuat enam luka pada punggung, yaitu kontrol positif (bioplacenton®), kontrol negatif (Gel kitosan 2%), kontrol gel Aloe vera konsentrasi perlakukan tertinggi (3%) tanpa kitosan, perlakuan gel kitosan dengan ekstrak Aloe vera dengan tiga konsentrasi berbeda (1, 2, 3%) (Gambar 6.). Dengan demikian setiap kelompok besar terdapat 7 replikasi perlakuan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Gambar 6. Luka pada setiap tikus : (A) kontrol positif Bioplacenton®; (B) kontrol negatif gel kitosan 2%; (C) perlakuan dengan ekstrak Aloe vera konsentrasi tertinggi (3%); (D) perlakuan gel kitosan dengan ekstrak Aloe vera 1%; (E) perlakuan gel kitosan dengan ekstrak Aloe vera 2%; (F) perlakuan gel kitosan dengan ekstrak Aloe vera 3%; (G) kontrol negatif kassa steril
9.
Pembuatan luka pada tikus Sebanyak 7 ekor tikus dari kelompok pertama diberi ketamine secara intraperitoneal (i.p.) dengan dosis yang dapat menimbulkan efek anesthesia pada tikus, yaitu sebesar 0,2 ml/250 g BB (ketamine). Setelah tikus tertidur, pada bagian bulu bagian belakangnya ini dibersihkan dengan alat cukur steril. Setelah bulunya dibersihkan maka daerah kulit yang akan disayat dibersihkan dengan alcohol 70% secukupnya. Kemudian dibuat luka berbentuk lingkaran atau membulat menggunakan alat punch biopsy steril dengan diameter 6mm pada lapisan kulit tikus sedalam 2mm. Setelah dilakukan prosedur pembuatan luka, tikus dikembalikan pada wadahnya masing-masing (Dipietro dan Burn, 2003).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
10. Pemberian gel, kontrol positif dan kontrol negatif pada tikus Setelah tikus yang dibuat luka sebanyak 6 luka, luka tikus tersebut dioleskan dengan gel berbagai konsentrasi sebagai perlakuan. Pada tikus juga digunakan beberapa kontrol, yaitu kontrol positif, kontrol negatif, dan kontrol perlakuan dengan menggunakan gel ekstrak Aloe vera saja. Pengolesan luka dengan gel ini dilakukan setiap 24 jam sekali selama 7 hari.
11. Pengamatan kecepatan penyembuhan luka Setelah gel ini diaplikasikan pada luka terbuka kulit tikus selama 7 hari yang diamati setiap harinya, tiap luka tikus ini diamati proses penyembuhan lukanya. Kecepatan penyembuhan luka dilihat secara kualitatif dan kuantitatif makroskopik. Pengamatan kualitatif dilakukan dengan melihat keberadaan keropeng dan warna pada luka serta daerah yang berada disekitarnya. Pengamatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung diameter luka, pengurangan diameter (Kusmiati, et.al, 2006).
F. Analisis Data 1.
Analisis karakteristik yang dilakukan meliputi analisis viskositas, analisis daya sebar, pH, dan organoleptis dari gel kitosan yang terbuat dari limbah kulit udang windu dengan atau tanpa penambahan ekstrak Aloe vera.
2.
Analisis hasil untuk kecepatan penyembuhan luka dilakukan dengan pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif dilakukan dengan mencatat keberadaan keropeng, dan warna pada luka serta daerah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
disekitarnya. Pengamatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung diameter luka. 3.
Analisis secara statistik dilakukan untuk uji pengurangan diameter luka. Analisis ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : a. Mengecek normalitas distribusi data melalui uji Shapiro-Wilk b. Mengecek kesamaan varian antar kelempok melalui uji Levene c. Melakukan analisis uji parametrik (One Way ANOVA) atau non parametric (Kruskal-Wallis) untuk 7 kelompok tidak berpasangan. d. Uji Post Hoc untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompok dengan nilai yang memenuhi parametrik menggunakan Post- Hoc LSD, dan yang tidak memenuhi dengan menggunakan Post-Hoc Mann Whitney. Hasil perhitungan statistic data analisis pengurangan diameter luka pada tiap kelompok yang dibuat menunjukan data analisis tidak memenuhi syarat uji parametrik, sehingga analisis dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal – Wallis dan dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Mann – Whitney untuk menyatakan perbedaan antar kelompok.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari gel kitosan dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera dan pengaruhnya terhadap regenerasi sel kulit tikus jantan galur Wistar. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yaitu “Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Windu (Peneaus monodon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Gel Kitosan Gel Anti Luka”. Penelitian kali ini akan mengembangkan penelitian sebelumnya dengan mengkombinasi gel penyembuh luka kitosan dengan ekstrak Aloe vera yang mana menurut literatur, ekstrak gel kitosan dan ekstrak Aloe vera masing-masing memiliki manfaat sebagai penyembuh luka. Penelitian ini akan mengamati ada atau tidaknya efek sinergis dari kedua bahan tersebut, atau justru kedua kombinasi ini akan menurunkan efek penyembuhan luka satu sama lain. A. Pembuatan Gel Kitosan dengan Ekstrak Aloe vera Percobaan diawali dengan pembuatan gel kitosan dari kulit udang windu serta ekstrak Aloe vera sebagai bahan dasar. Kulit udang windu yang telah dipilah dan dikeringkan perlu dikontrol ukuran partikelnya dibawah 425µm dengan ayakan nomor mesh 40 (seluruh partikel melewati ayakan mesh nomor 40). Menurut Dirjen POM (1995), seluruh serbuk berasal dari simplisia hewani yang melewati nomor nominal 40 dikategorikan dalam kategori setengah kasar, dengan batas derajat halus
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
40% dari seluruh serbuk melewati ayakan dengan nomor 80. Semua serbuk dari nomor ayakan 40 diambil dan diaayak kembali dengan nomor 80 dan setelah didapat 40% dari total serbuk, maka sampel tersebutlah yang digunakan karena sudah memenuhi batas derajat halus. Bahan aktif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan dari kulit udang windu. Sebelum mendapatkan kitosan, diperlukan ekstraksi kitin karena kitosan merupakan produk dari proses deasetilasi atau pemutusan gugus asetil dari kitin. Perbedaan kitin (β-(1→4)-N-acetyl-D-glucosamine) dan kitosan (-(1→4)D-glucosamine) adalah pada kitosan gugus asetil telah terputus oleh proses deasetilasi. Tahap ekstraksi kitin dilalui oleh 2 proses, yaitu demineralisasi dan deproteinasi. Demineralisasi adalah tahap penghilangan mineral-mineral pada sampel kulit udang dengan larutan asam. Tujuannya agar mineral-mineral seperti kalsium karbonat dapat hilang dari sampel. Larutan asam yang digunakan adalah HCl, dengan alasan dapat mendekomposisi kalsium karbonat menjadi garam kalsium larut air, dan karbon dioksida. Pada percobaan ini yang digunakan adalah HCl 1,5M dengan perbandingan 1:15 (g/v). Pemanasan dilakukan dengan tujuan untuk menguapkan dioksida yang terbentuk serta membantu mempercepat proses reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan membantu mempercepat proses reaksi. Kemudian hasil disaring untuk membuang larutan HCl yang tersisa dan air dari hasil proses demineralisasi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa HCl yang masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
terdapat pada sampel. Pengujian filtrat terakhir dengan AgNO3 diperlukan dengan tujuan memastikan tidak ada sisa ion Cl yang terkandung dalam sampel. Uji ini ditunjukan dengan tidak terbentuknya endapan putih yang merupakan AgCl. Pembilasan dilakukan berulang-ulang hingga tidak terbentuk endapan putih pada pengujian filtrat dengan AgNO3. Hal ini menandakan sudah tidak ada ion Cl dari HCl yang dapat mengubah AgNO3 menjadi AgCl yang berupa endapan putih. Perendaman dan pengadukan sampel dengan HCl dilakukan pada magnetik stirer selama 4 jam. Semakin lama waktu pengadukan maka kadar abu yang dihasilkan akan semakin sedikit, namun bila waktu reaksi dibiarkan cukup lama hingga berhari-hari maka akan terjadi degradasi polimer (Shimahara, Ohkouchi, Ikeda, 1998). Penelitian ini menggunakan waktu reaksi 4 jam dimana waktu tersebut cukup untuk mereaksinya sebagian besar mineral yang ada dalam sampel dengan HCl, namun degradasi polimer masih sangat minim atau bahkan belum terjadi. Tahap deproteinasi dilakukan dengan tujuan memutuskan ikatan antara kitin dengan protein dan juga mendepolimerisasikan biopolimer menggunakan NaOH. Dekolorisasi atau depigmentasi bertujuan menghilangkan warna dan
pigmen pada kitin sehingga sampel kitin menjadi tidak berwarna (putih). Dekolorisasi ini dilakukan menggunakan aseton dan dibantu dengan aquades panas agar proses dekolorisasi lebih cepat selesai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
Proses deasetilasi yaitu penghilangan gugus asetil dari kitin menjadi kitosan. Proses deasetilasi dapat dilakukan dengan menggunakan reagen asam maupun reagen basa. Penelitian ini menggunakan NaOH sebagai reagen basa. Alasan tidak digunakan reagen asam dikarenakan rentannya ikatan glikosidik beberapa monosakarida pada sampel kitin terhadap asam, sehingga proses deasetilasi yang dilakukan lebih baik menggunakan reagen basa. Kitosan yang dihasilkan berwarna putih, berbentuk kristal granul lembut, dan tidak mempunyai bau yang menyengat. Karakterisasi kitosan menggunakan analisis Gugus Fungsi dengan Fourier Transford Spectm Infra Red Spectroscopy (FT-IR) yang pada dasarnya merupakan gambaran dari pita absorpsi yang spesifik dari gugus fungsional yang mengalami vibrasi karena pemberian energi. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya absorbs pada frekuensi tertentu merupakan penanda ada tidaknya gugus fungsional tertentu. Gambar berikut merupakan gambaran FT-IR dari serbuk kitosan dari kulit udang windu.
Gambar 7. FTIR Kitosan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
Pada gambar 7. terlihat adanya puncak (peak) absorpsi pada bilangan gelombang 1560,53 cm-1, yang merupakan karakteristik adanya vibrasi stretching gugus amino kitosan. Pada panjang gelombang 1315,43 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi C-H. Puncak karakteristik lainnya berada pada bilangan gelombang 3452,31 yang menunjukkan vibrasi amina NH simetrik 2932,5 cm-1 yang menunjukkan vibrasi C-H, dan dua puncak pada 896,45 cm-1 serta 403,07 cm-1 yang menunjukkan keberadaan struktur sakarida kitosan. Berdasarkan puncak yang terlihat pada gambaran FT-IR, maka dapat disimpulkan serbuk yang diperoleh dari kulit udang windu mengandung serbuk kitosan. Uji lain atau uji yang lebih spesifik dari uji FTIR untuk spesifik uji kitosan sampai saat ini belum tersedia sehingga uji FTIR ini dipercaya sebagai uji yang paling akurat untuk melihat ada atau tidaknya kitosan dalam suatu senyawa tersebut. Penelitian dari pengumpulan bahan hingga menghasilkan gel kitosan (tanpa ekstrak) yang telah diuji secara kualitatif telah dilakukan pada penelitian PKMP. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan pada PKMP adalah gel kitosan yang dibuat dengan konsentrasi 1, 2, dan 3% mempunyai warna cokelat keruh yang warnanya semakin pekat apabila konsentrasi bertambah, tidak ada bau yang khas, tidak kasar pada kulit, meninggalkan residu putih pada saat diaplikasikan di kulit. Gel yang paling efektif untuk menyembuhkan luka adalah gel kitosan dengan konsentrasi 2% dan rendemen sebesar 8,785% (Yakin, Dharmawan, Yusdistira, Luciana, dan Sihaloho, 2015).
Ekstraksi Aloe vera dilakukan dengan cara maserasi dengan alasan unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam dan hemat penyari.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol. Pelarut ini dipilih karena telah memenuhi dua persyaratan pelarut menurut Harbone (1987) yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut yang terbaik untuk bahan yang diekstraksi dan pelarut tersebut harus terpisah dengan cepat setelah pengocokkan. Kekurangan metode ekstraksi maserasi yaitu proses ekstrasi cukup lama karena membutuhkan waktu beberapa hari dan hasil penyarian tidak sempurna karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sedikit. Pada penelitian ini hasil rendemen ekstral kental lidah buaya yang didapatkan adalah 8,62% b/b.
B. Pengujian Karakterisasi Gel Gel yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan beberapa pengujian yaitu uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas dan fokus uji penelitian ini adalah uji efektifitas anti luka pada tikus jantan galur Wistar. 1. Uji Organoleptis Tujuan dari uji organoleptis adalah untuk melihat karakterisasi gel kitosan yang terbuat dari limbah kulit udang windu serta gel kitosan dengan penambahan ekstrak Aloe vera secara kasat mata atau dengan mata tanpa menggunakan alat bantuan apapun seperti mikroskop dan lain-lain, serta menggunakan alat indera yang ada seperti indra peraba, penciuman, dan perasa. Pada uji organoleptis ini, seluruh kelompok gel uji yang telah jadi dilihat warnanya, dan bau yang dihasilkan. Hasil pengamatan uji organoleptis sediaan ditunjukkan dalam tabel VII.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Tabel VII. Organoleptis gel kelompok uji Kriteria Positif Negatif Ekstrak
Kombinasi Kombinasi Kombinasi I II III
Bentuk
Cair, kental
Cair, kental
Cair, kental
Cair, kental
Warna
Putih bening
Putih keruh
Hijau keruh
Hijau Keruh
Hijau Keruh
Hijau Keruh
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
Bau Khas Ringan
Bau Khas Ringan
Bau Khas Ringan
Bau Khas Ringan
Keterangan: Positif Negatif Ekstrak Kombinasi I Kombinasi II Kombinasi III
Cair, kental Cair, kental
: Gel Bioplacenton® : Gel dengan kitosan 2% : Gel dengan Ekstrak Aloe vera 3% : Gel dengan kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 1% : Gel dengan kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 2% : Gel dengan kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 3%
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa bentuk dari gel kombinasi tetap berupa cairan kental atau tidak mengubah bentuk dari gel kitosan dan ekstrak Aloe vera 3%. Warna yang ditimbulkan oleh ekstrak lidah buaya adalah hijau. Kepekatan warna gel bertambah seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak lidah buaya yang dicampurkan ke dalam gel. Gel dapat dikatakan memenuhi aspek acceptability bila warna yang dihasilkan tidak berubah dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan, homogen atau tidak tergantung pada zat aktif yang digunakan, dan bebas dari cemaran. Dengan hasil ini, gel kitosan 2% yang dicampurkan dengan ekstrak Aloe vera dapat memenuhi aspek acceptability secara organoleptis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
2. Uji Daya Sebar Gel Tujuan uji daya sebar gel untuk mengetahui kemampuan penyebaran gel pada permukaan kulit. Daya sebar gel dipengaruhi oleh konsistensi dari sediaan gel. Apabila konsistensi gel semakin lunak, maka daya sebar akan lebih luas sehingga akan lebih mudah diabsorbsi dan mudah dioleskan. Sediaan harus bersifat mudah diabsorbsi supaya bahan obat dapat masuk ke dalam kulit dan menimbulkan efek, apabila sulit diabsorbsi maka efek yang ditimbulkan oleh sediaan akan membutuhkan waktu yang lama atau dapat tidak menimbulkan efek sama sekali. Hasil pengujian daya sebar gel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel VIII. Tabel VIII. Daya sebar kelompok uji Beban (g)
Positif
Negatif
Ekstrak
Kombinasi Kombinasi Kombinasi I II III
0
4,05±0,05 3,55±0,06 4,03±0,05
3,98±0,05
4,03±0,05
4,05±0,06
50
4,55±0,13 4,05±0,10 4,65±0,06
4,68±0,15
4,70±0,12
4,55±0,10
100
5,08±0,10 4,40±0,08 5,20±0,08
4,95±0,06
5,05±0,15
4,98±0,17
150
5,70±0,80 4,75±0,13 5,83±0,18
5,58±0,17
5,68±0,22
5,75±0,14
200
6,13±0,10 5,13±0,13 6,33±0,10
5,88±0,10
6,00±0,14
6,10±0,18
Keterangan: Positif Negatif Ekstrak Kombinasi I Kombinasi II Kombinasi III
: Gel Bioplacenton® : Gel dengan kitosan 2% : Gel dengan Ekstrak Aloe vera 3% : Gel dengan kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 1% : Gel dengan kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 2% : Gel dengan kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 3%
Pada tabel VIII. dapat dibandingkan daya sebar antara gel dengan kitosan saja dan keberadaan ekstrak Aloe vera pada gel kitosan tersebut. Dapat dilihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
terjadi kenaikan daya sebar pada gel kitosan yang telah ditambahkan ekstrak Aloe vera baik kombinasi I, II, maupun III pada semua beban. Perbandingan daya sebar antara ekstrak Aloe vera 3% dengan kombinasi III menunjukkan pengaruh keberadaan kitosan yang telah dijadikan gel pada ekstrak Aloe vera 3% terhadap daya sebar sediaan. Hasil yang dapat dilihat pada tabel VIII menunjukkan penurunan daya sebar pada kombinasi III, sehingga dapat disimpulkan keberadaan kitosan dalam ekstrak Aloe vera 3% menurunkan daya sebar sediaan. Pada pengujian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil daya sebar gel dengan urutan dari tinggi ke rendah yaitu gel ekstrak > bioplasenton® > kombinasi III > kombinasi II > kombinasi I > gel kontrol negatif. Hasil tersebut menunjukkan ekstrak Aloe vera yang diberikan menaikkan daya sebar dari gel seiring dengan peningkatan konsentrasi dan keberadaan kitosan menurunkan daya sebar dari gel. Hal ini berpengaruh karena viskositas masing-masing formula. Semakin tinggi viskositas maka akan menurunkan daya sebar dari gel, sedangkan semakin rendah viskositas maka akan meningkatkan daya sebar dari gel. 3. Uji pH Tujuan dari uji pH adalah untuk mengetahui derajat keasaman dari sediaan gel yang dibuat oleh peneliti. Pengujian dilakukan dengan mengambil sedikit sampel dari tiap gel yang dibuat ada kaca arloji kemudian dilarutkan pada sedikit air. Larutan gel tersebut kemudian dioleskan pada kertas pH universal. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan yang ada pada kemasan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Uji pH dilakukan pada semua sediaan gel kitosan 2% dan ekstrak lidah buaya yang dihasilkan setelah pembuatan menggunakan indikator kertas pH universal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dihasilkan memiliki pH yang acceptable untuk diaplikasikan pada kulit. pH sediaan yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah pH netral yaitu 6,5 – 7,5. Hal ini didasarkan pada kenyamanan penggunaan sediaan, di mana apabila pH sediaan terlalu rendah maka dimungkinkan akan mengiritasi kulit. Tabel dibawah ini merupakan tabel hasil pengamatan uji pH sediaan yang dihasilkan pada 48 jam setelah pembuatan. Tabel IX. Hasil pH formula gel yang dibuat. Formula pH Gel Bioplacenton® 7 Gel kitosan 2% 7 Gel ekstrak Aloe vera 3% 7 Gel kitosan kombinasi 2% + Aloe vera 1% 7 Gel kitosan kombinasi 2% + Aloe vera 2% 7 Gel kitosan kombinasi 2% + Aloe vera 3% 7
Hasil pH kelompok gel yang diujikan dengan pH universal menunjukkan hasil yang seragam yaitu berada pada pH 7 untuk seluruh kelompok uji. Hal ini menunjukkan penambahan Aloe vera dengan berbagai konsentrasi (1, 2, dan 3%) tidak merubah pH pada sediaan gel kitosan. Hasil pengujian pH ini juga menunjukkan bahwa gel kitosan yang dikombinasikan dengan ekstrak lidah buaya acceptable atau aman digunakan pada kriteria pH sediaan. 4. Uji viskositas Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui viskositas atau kekentalan dari sediaan atau gel yang dibuat peneliti. Pengujian dilakukan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
menggunakan alat viscometer untuk pengujian viskositas sediaan gel kitosan. Prosedur ini diulangi sebanyak 3 kali untuk replikasi dengan memberi jeda kurang lebih 1-2 menit. Hasil uji viskositas dapat dilihat dalam diagram yang tertera pada gambar 8. 255 250 245 240 235 230 225 220 215 210 205 Kontrol positif Kontrol Negatif Kontrol Ekstrak saja
Kitosan + Ekstrak 1%
Kitosan + Ekstrak 2%
Kitosan + Ekstrak 3%
Viskositas (dPaS)
Gambar 8. Diagram hasil uji viskositas
Tabel X. Hasil uji viskositas Formula Kontrol positif Kontrol negatif Kontrol ekstrak saja Kitosan + ekstrak 1% Kitosan + ekstrak 2% Kitosan + ekstrak 3%
Viskositas rata-rata 240 ± 0 250 ± 0 220 ± 0 250 ± 0 240 ± 0 240 ± 0
Dari pengujian yang dilakukan peneliti diperoleh hasil viskositas dari kontrol positif sebesar 240 dPas, kontrol negatif sebesar 250 dPas, gel esktrak saja sebesar 220 dPas, gel kitosan + ekstrak konsentrasi 1% sebesar 250 dPas dan gel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
kitosan + ekstrak 2% dan 3% sebesar 230 dPas. Ekstrak lidah buaya memiliki viskositas paling rendah, sedangkan gel tanpa lidah buaya memiliki viskositas paling tinggi. Perbandingan antara viskositas gel kitosan 2% dengan kombinasi I tidak menunjukkan perbedaan viskositas, namun bila gel kitosan 2% dibandingkan dengan kombinasi II dan III menunjukkan adanya penurunan viskositas sebesar 10 dPaS. Hal ini menunjukkan pada konsentrasi Aloe vera yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan viskositas namun pada konsentrasi rendah yaitu 1 % tidak ada perbedaan viskositas setelah ditambahkan ekstrak Aloe vera maupun tidak menggunakan ekstrak Aloe vera. Bila ekstrak Aloe vera dibandingkan dengan gel kombinasi III, menunjukkan peningkatan viskositas sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian gel kitosan dalam ekstrak Aloe vera menaikkan viskositas sediaan. Hal ini dapat disebabkan karena adanya ikatan matriks yang hancur dengan keberadaan ekstrak Aloe vera. Ikatan matriks tersebut akan melemah dan menyebabkan viskositas sediaan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi Aloe vera. C. Uji Efektivitas Anti Luka Efektifitas penyembuhan luka dari gel kitosan diuji berdasarkan luka yang telah dibuat dengan punch biopsy dan diamati selama 7 hari. Tikus dilukai sebanyak 7 luka pada setiap tubuhnya, dengan rincian 3 luka disebelah kanan badan, 3 luka disebelah kiri badan, dan 1 berada di tengah dekat ekor. Luka yang dibuat disebelah kanan dan kiri bukan pada tengah atas (punggung) atau tengah bawah (perut) tikus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
karena apabila luka dibuat pada punggung tikus dikhawatirkan akan mengenai tulang punggung tikus, dan apabila dibuat pada perut tikus dikhawatirkan luka tikus akan terpengaruh dengan hal-hal lain seperti kontaminasi karena luka akan terkena sekam padi, urine, feses dan kotoran lain yang mungkin ada pada kandang tikus tersebut. Pengamatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif dinilai dari hasil penilaian subjektif peneliti mengenai tingkat keropeng luka dan tingkat kemerahan pada luka yang terlihat pada subjek uji. Pengamatan kuantitatif dilihat dari diameter luka dari diameter luka hari pertama dengan diameter luka hari ke-7. Perbedaan diameter luka antar kelompok uji dihitung dengan menggunakan statistik. 1. Uji Kualitatif Pengujian efektivitas anti luka gel uji secara kualitatif dilihat dari 2 parameter yaitu keberadaan keropeng dan kemerahan luka. Keberadaan keropeng menunjukkan terjadinya proses reepitelisasi yang pada umumnya dapat terlihat pada fase proliferasi. Kemerahan luka terjadi karena terbentuknya jaringan granulasi yang pembentukannya dimulai pada tahap akhir fase inflamasi. Data hasil keberadaan keropeng luka dan kemerahan luka pada hari ke tujuh ditunjukkan dalam tabel XI.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Tabel XI. Kualitatif luka tikus pada hari ketujuh Perlakuan Luka Bioplasenton
Gambar
Deskripsi Pada luka terdapat warna kemerahan yang cukup tua dan keberadaan keropeng masih terlihat
Gel kitosan 2%
Pada luka terlihat sudah cukup tipis dengan warna kemerahan. Keropeng sudah sangat minim
Ekstrak vera 3%
Pada luka berwarna kemerahan, dan keropeng tipis masih dapat terlihat menutupi hampir seluruh luka
Aloe
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Kombinasi kitosan 2% dan Aloe vera 1%
Pada luka hanya terdapat 1 bagian seperti titik kecil yang berwarna merah tua dengan bagian sekitarnya sudah memiliki warna yang mirip dengan warna kulit tikus. Tidak ada keropeng
Kombinasi kitosan 2% dan Aloe vera 2%
Pada luka berwarna kemerahan yang cukup muda dan terdapat bagian yang sedikit memiliki keropeng
Kombinasi kitosan 2% dan Aloe vera 3%
Pada luka berwarna merah sangat muda dan tidak ada keropeng
Tanpa perlakuan
Pada luka berwarna merah tua dan keberadaan keropeng masih terlihat menutupi sebagian luka tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Pada hasil pengamatan keberadaan keropeng untuk seluruh kelompok uji hari pertama belum membentuk keropeng. Keropeng baru mulai muncul pada hari kedua dan semakin membesar atau menebal hingga hari keempat. Pada hari kelima keropeng yang telah menebal sebelumnya sudah mulai lepas dan membentuk keropeng baru lagi sehingga sebagian besar kelompok uji memiliki keropeng tipis. Pada hari keenam dan ketujuh, keropeng pada seluruh kelompok uji sudah sangat minim bahkan beberapa luka sudah dapat dikatakan sembuh. Pengamatan hasil keberadaan keropeng pada kelompok uji satu sama lain terdapat sedikit perbedaan walaupun tidak signifikan. Pada hari kedua kelompok uji kombinasi kitosan 2% dan lidah buaya 1% menunjukkan pembentukan keropeng yang lebih tebal atau lebih banyak daripada kelompok uji lain. Pada kelompok uji kitosan 2%, ekstrak lidah buaya 3%, kombinasi I, II, dan III memiliki keberadaan keropeng yang sudah sangat minim atau dapat dikatakan sembuh pada hari keenam. Pada kelompok uji bioplacenton dan tanpa perlakuan pengelupasan keropeng hingga sudah sangat minim atau dapat dikatakan luka sembuh terdapat pada hari ketujuh. Perbedaan keberadaan keropeng pada kelompok uji ini menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan sehingga belum dapat menunjukkan hasil yang lebih baik antara suatu kelompok uji dengan yang lain dalam hal keberadaan keropeng. Pada hasil pengamatan tingkat kemerahan luka seluruh kelompok uji pada hari pertama masih berwarna merah muda atau berwarna sesuai dengan jaringan yang terlihat. Pada hari kedua terdapat perbedaan dari hari pertama untuk seluruh kelompok uji yaitu sudah ada perbedaan warna dalam satu luka yaitu ada bagian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
yang lebih gelap atau merah tua namun warna merah tua ini belum menyeluruh. Pada hari ketiga, kelompok bioplasenton, kitosan 2%, kombinasi I, II, dan III sudah menunjukkan warna merah tua yang menyeluruh atau dominan, sedangkan kelompok uji ekstrak lidah buaya 3% dan kelompok tanpa perlakuan masih terdapat warna yang lebih muda. Pada hari keempat, seluruh kelompok uji telah berwarna merah tua secara menyeluruh atau dominan pada luka. Warna kecoklatan dapat dilihat pada luka seluruh kelompok uji pada hari kelima, dan keenam. Pada hari ketujuh untuk kelompok uji bioplasenton, kombinasi I, II, dan III warna merah atau kemerahan sudah sangat minim atau beberapa luka sudah dapat dikatakan sembuh, sedangkan pada kelompok uji kitosan 2%, ekstrak lidah buaya 3%, dan luka tanpa perlakuan masih terlihat warna merah kecoklatan. Pengukuran perbedaan warna antara suatu kelompok uji dengan kelompok uji yang lain belum menunjukkan hasil yang signifikan yang dikaitkan dengan efektivitas penyembuhan luka. Warna luka satu sama lain relatif mirip pada hari yang sama dan pengamatan warna luka pun cukup sulit karena luka pada hari ketiga dan selanjutnya sudah terdapat keropeng yang cukup tebal sehingga menutupi warna luka yang sesungguhnya. Beberapa warna keropeng yang sudah tebal adalah warna putih sebagian adapula yang sedikit gelap. Pengukuran tingkat kemerahan luka belum dapat menyimpulkan adanya kelompok yang signifikan lebih baik antara suatu kelompok uji dengan kelompok uji yang lain. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah adanya pengujian kualitatif lain yang dapat menunjukkan perbedaan signifikan dalam hal penyembuhan luka, misalnya dengan uji histopatologi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
2. Uji Kuantitatif Uji efektivitas penyembuhan luka secara kuantitatif dilihat berdasarkan diameter luka pada hari ketujuh. Tabel XIII. menunjukkan diameter luka masingmasing kelompok uji yang diamati pada hari ketujuh. Tabel 4.8 menunjukkan persentase penyembuhan luka masing-masing kelompok uji yang diamati pada hari ketujuh. Tabel XII. Hasil rata-rata diameter luka (mm) Kelompok uji Bioplasenton Kitosan 2% Ekstrak lidah buaya 3% Kitosan 2% + Ekstrak lidah buaya 1% Kitosan 2% + Ekstrak lidah buaya 2% Kitosan 2% + Ekstrak lidah buaya 3% Tanpa perlakuan
Hari 1 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00 6,00 ± 0,00
Hari 7 1,71 ± 2,9 1,79 ± 1,11 1,43 ± 1,13 1,07 ± 1,27 1,17 ± 1,17 1,14 ± 1,18 3,8 ± 0,8
Tabel XIII. Hasil rata-rata persentase penyembuhan luka Kelompok uji Bioplasenton Kitosan 2% Ekstrak lidah buaya 3% Kitosan 2% + Ekstrak lidah buaya 1% Kitosan 2% + Ekstrak lidah buaya 2% Kitosan 2% + Ekstrak lidah buaya 3% Tanpa perlakuan
Hari 7 91,87 % 91,10 % 94,32 % 96,81 % 96,20 % 96,39 % 59,89 %
Diameter luka pada masing-masing kelompok uji dibandingkan satu sama lain yang diujikan secara statistik. Uji awal yang dilakukan dalam uji statistik adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan sebagai awal dari prasyarat dilakukannya uji parametrik. Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, di mana angka signifikansi >0,05 maka data berdistribusi normal (Santoso, 2010). Data yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah data hasil penelitian yang berupa diameter luka yang ada pada tikus dengan 7 kelompok dan pengamatan dari hari pertama dan hari ke tujuh. Uji yang digunakan untuk normalitas data adalah uji Shapiro-Wilk dikarenakan sampel data yang digunakan tidak lebih dari 50 sampel. Hasil uji normalitas yang didapatkan data pada kelompok kitosan 2%, ekstrak lidah buaya 3%, kombinasi I, dan kombinasi II tidak normal karena nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data penelitian ini tidak normal. Uji selanjutnya adalah pengujian apakah ada perbedaan yang bermakna antara diameter luka hari pertama dengan hari ketujuh. Uji ini dapat dilakukan dengan uji Wilcoxon dan uji T-test. Uji Wilcoxon merupakan uji yang mengkomparasikan numerik dua kelompok berpasangan dengan distribusi yang tidak normal sedangkan uji T-test untuk data yang normal. Pada penelitian ini digunakan uji Wilcoxon pada kelompok bioplasenton®, kombinasi kitosan 2% + ekstrak Aloe vera 3%, dan kontrol tanpa perlakuan karena memiliki data yang terdistribusi tidak normal, sedangkan pada kelompok kitosan 2%, ekstrak Aloe vera 3%, kombinasi kitosan 2% + Aloe vera 1%, dan kombinasi kitosan 2% + Aloe vera 2% menggunakan uji T-test karena memiliki data yang terdistribusi normal. Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan statistik metode Wilcoxon dan T-test adalah p value yang pada setiap kelompok < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok uji yang satu dengan kelompok uji yang lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Hasil yang didapatkan untuk membandingkan hari pertama dan hari ketujuh pada seluruh kelompok uji menunjukkan nilai signifikansi < 0,05. Hasil berbeda bermakna ini mensimpulkan bahwa ada proses penyembuhan luka yang terjadi pada hari 1 sampai 7 yang terlihat dari penurunan diameter luka tikus. Uji selanjutnya adalah uji Kruskal Wallis. Uji Kruskal Wallis adalah uji nonparametrik berbasis peringkat yang tujuannya untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel independen pada variabel dependen. Penggunaan uji Kruskal Wallis ini dilakukan karena merupakan uji non parametris sehingga asumsi normalitas boleh dilanggar. Angka signifikansi < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok uji yang satu dengan kelompok uji yang lainnya. Hasil uji Kruskal Wallis dalam penelitian ini didapatkan angka signifikansi 0,16 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antar satu kelompok uji dan kelompok yang lainnya. Oleh karena uji Kruskall Wallis adalah uji yang hanya dapat mengetahui adakah perbedaan yang bermakna secara statistik tanpa bisa mengetahui antar perlakuan mana yang berbeda, maka diperlukan uji Post Hoc atau disebut juga uji lanjut. Uji Post Hoc setelah Kruskall Wallis yang digunakan adalah uji Mann Whitney U Test untuk menguji perbedaan Mean antara satu kelompok atau perlakuan dengan perlakuan lainnya. Hasil pengolahan data menggunakan uji Mann Whitney ditunjukan dalam tabel XV.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Tabel XIV.. Hasil perbandingan antar kelompok perlakuan dengan Mann-Whitney Positif Kitosan Positif Kitosan BTB Ekstrak BTB Komb I BTB Komb II BTB Komb III BTB Tanpa BB perlakuan Keterangan: Positif Negatif Ekstrak Komb I Komb II Komb III BTB BB
BTB
Ekstrak BTB BTB
Komb I BTB BTB BTB
Komb II BTB BTB BTB BTB
BTB BTB BTB BTB
BTB BTB BTB
BTB BTB
BTB
BB
BB
BB
BB
Komb III BTB BTB BTB BTB BTB
Tanpa perlakuan BB BB BB BB BB BB
BB
: Gel Bioplacenton® : Gel dengan kitosan 2% : Gel dengan Ekstrak Aloe vera 3% : Gel kombinasi kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 1% : Gel kombinasi kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 2% : Gel kombinasi kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 3% : Berbeda tidak bermakna : Berbeda bermakna
Tabel XV menunjukkan beberapa hasil yang dihasilkan oleh pengolahan statistik data penelitian ini berdasarkan diameter luka pada tikus. Kelompok dengan gel kitosan 2% bila dibandingkan dengan kelompok tanpa perlakuan menghasilkan hasil berbeda bermakna yang berarti kitosan 2% dapat membantu penurunan diameter luka. Ekstrak Aloe vera 3% bila dibandingkan dengan luka tanpa perlakuan menghasilkan hasil berbeda bermakna secara statistik yang berarti ekstrak Aloe vera 3% membantu dalam mengurangi diameter luka. Gel kombinasi kitosan 2% dan ekstrak Aloe vera 1% apabila dibandingkan dengan luka tanpa perlakuan menghasilkan hasil berbeda bermakna yang berarti gel kombinasi kitosan 2% dan ekstrak Aloe vera 1% dapat membantu menurunkan diameter luka tikus. Gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 1% bila dibandingkan dengan gel kitosan 2% menghasilkan hasil berbeda tidak bermakna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
secara statistik yang berarti baik gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 1% atau gel kitosan 2% mempunyai kemampuan yang sama sehingga ekstrak Aloe vera 1% yang ditambahkan sebagai kombinasi tidak memberikan pengaruh yang berarti untuk membantu proses penurunan diameter luka tikus. Gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 2% bila dibandingkan dengan luka tanpa perlakuan memberikan hasil berbeda bermakna, artinya gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 2% dapat membantu proses penurunan diameter luka tikus. Gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 2% bila dibandingkan dengan luka dengan kitosan 2% menghasilkan hasil yang berbeda tidak bermakna secara statistik dimana hal itu berarti baik gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 2% atau gel kitosan 2% mempunyai kemampuan yang sama sehingga ekstrak Aloe vera 2% yang ditambahkan sebagai kombinasi tidak memberikan pengaruh pada kemampuan gel untuk membantu proses penurunan diameter luka tikus. Gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 3% bila dibandingkan dengan luka tanpa perlakuan memberikan hasil berbeda bermakna secara statistik, berarti gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 3% dapat membantu proses penurunan diameter luka tikus. Gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 3% bila dibandingkan dengan gel kitosan 2% menghasilkan hasil berbeda tidak bermakna secara statistik menunjukkan bahwa baik gel kombinasi maupun gel yang hanya berisi gel kitosan 2% sama-sama menurunkan diameter luka pada tikus sehingga penambahan ekstrak Aloe vera 3% pada formula tidak memberikan efek yang bermakna dalam menyembuhkan luka pada tikus. Gel kombinasi kitosan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
2% dengan ekstrak Aloe vera 3% bila dibandingkan dengan gel ekstrak Aloe vera 3% menghasilkan hasil berbeda tidak bermakna secara statistik dimana berarti bahwa baik gel kombinasi maupun gel yang hanya berisi ekstrak Aloe vera 3% sama-sama dapat menurunkan diameter luka pada tikus, sehingga dapat disimpulkan penggunaan kombinasi ekstrak Aloe vera 3% dengan kitosan 2% sama efektivitas penyembuhan lukanya dengan penggunaan ekstrak Aloe vera 3% saja. Pemberian bioplacenton bila dibandingkan dengan luka tanpa perlakuan memberikan hasil berbeda bermakna dimana berarti bioplacenton dapat membantu penurunan diameter luka. Bioplacenton bila dibandingkan dengan luka dengan gel kitosan 2% menghasilkan hasil berbeda tidak bermakna, artinya baik bioplacenton atau gel kitosan 2% sama-sama membantu penurunan diameter luka. Bioplacenton bila dibandingkan dengan ekstrak Aloe vera dengan konsentrasi 3% menghasilkan hasil berbeda tidak bermakna dimana artinya adalah baik bioplacenton atau gel ekstrak Aloe vera dengan konsentrasi 3% sama-sama membantu penurunan diameter luka. Bioplacenton bila dibandingkan dengan gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 1% menghasilkan hasil berbeda tidak bermakna, artinya baik bioplacenton atau gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 2% sama-sama memberikan efek penurunan diameter luka. Bioplacenton bila dibandingkan dengan gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 2% memberikan hasil berbeda tidak bermakna dimana artinya adalah baik bioplacenton maupun gel kombinasi kitosan 2% dengan ekstrak Aloe vera 3% sama-sama membantu proses penurunan diameter luka tikus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Berdasarkan uji efektivitas penyembuhan luka secara kuantitatif ini disimpulkan bahwa apabila dibandingkan dengan tidak diberikan perlakuan, gel kombinasi I, II, maupun III memberikan pengaruh penyembuhan luka atau peningkatan regenerasi sel kulit dari tikus jantan galur Wistar. Namun apabila dibandingkan dengan gel kitosan 2% saja atau ekstrak lidah buaya saja, menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan secara statistik sehingga tidak perlu digunakan kombinasi ini. Pada penelitian ini, kombinasi Aloe vera 1,2, dan 3% dengan kitosan 2% tidak memberikan pengaruh yang berarti sehingga lebih baik tidak dikombinasikan dengan pertimbangan efisiensi dan biaya. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu adanya kombinasi lain dari ekstrak Aloe vera dengan kitosan yang dapat memberikan perubahan signifikan terhadap penyembuhan luka terbuka. Harapannya adalah ditemukannya kombinasi yang paling efektif sehingga menunjukkan perubahan signifikan terhadap penyembuhan luka. Saran lainnya juga dapat menggunakan metode luka yang lain, misalnya luka bakar, ataupun luka sayat untuk mengetahui efektivitas penyembuhan luka tersebut. Alasannya dengan kombinasi ini memungkinkan adanya mekanisme yang lebih baik dalam hal penyembuhan luka bakar ataupun luka sayatan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik dari gel kitosan dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera memiliki bentuk cair dan kental; berwarna hijau keruh; berbau khas ringan; pH sediaan 7; dengan penurunan viskositas seiring dengan kenaikan konsentrasi ekstrak Aloe vera; serta peningkatan daya sebar seiring dengan kenaikan konsentrasi ekstrak Aloe vera. 2. Pemberian gel kitosan dari limbah kulit udang windu (Peneaus monodon) dengan penambahan ekstrak Aloe vera pada ketiga kombinasi memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap regenerasi sel kulit tikus jantan galur Wistar.
B. Saran 1. Perlu dilakukan pengujian histopatologi untuk mengetahui perbedaan yang lebih signifikan secara kualitatif. 2. Perlu dilakukan penggunaan kombinasi lain dari ekstrak Aloe vera dengan kitosan yang dapat memberikan perubahan signifikan terhadap penyembuhan luka. 3. Perlu dilakukan pengujian efek penyembuhan luka dengan metode pembuatan luka yang berbeda, seperti luka sayat atau luka bakar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA Agung, M. 2007, Penelusuran Efektifitas Beberapa Bahan Alam Sebagai Kandidat Antibakteri Dalam Mengatasi Penyakit Vibriois Pada Udang Windu, Thesis, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran, Jatinangor. Anderson, J.M., 2000, The cellular Cascades of Wound Healing, Bone Engineering ed., em squared inc., Toronto, pp.81–93. Anggraeni, D.R., 2008, Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma Longa Linn.) dalam Proses Persembuhan Luka pada Mencit (Musc musculus albinus), Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta, pp. 10-17. Ansel, C.H., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press, Jakarta, pp. 88-90. Australian Wound Management Association, 2008, General Wound Care, NWS Health, Sydney, pp. 3. Backer, C.A dan Bakhuizen van den Brink, R.C. 1968, Angiospermae Families : Flora of Java, pp. 191-238. Bisono, Pusponegoro, A.P., 1997, Luka, Syok, Bencana, edisi Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, pp.73-75. Brine, C. J., 1984, Introduction Chitin : Accomplishment and Perspectives. In : Chitin, Chitosan, and Related Enzymes, Zizakis, J. P. (Ed.), Academic Press, Orlando, pp.xvii-xxiii. Chaiyakosha S, Charernjirtragul W, Umsakul K, Vuddhakul V. 2007, Comparing the Efficiency of Chitosan with Chlorine for Reducing Vibrio Parahaemolyticus in Shrimp, Food Control, 18: 1031-1035. Chang, K.L.B., Tsai, G., Lee, J., Fu, W.R., 1997, Heterogeneous N-deacetylation of Chitin in Alkaline Solution, Carbohyd. Res., 303, 327–332. Departemen Kesehatan RI., 1992, Daftar Komposisi Bahan Makanan, Bharata Karya, Jakarta. Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 1045. Dipietro, L.A, Burns, A. L, 2003, Wound Healing Methods and Protocols, Humana Press, Totawa, New Jersey, pp. 1-15. Ebadi,M., 2001, Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, CRC, Florida, USA. Einbu, A., 2007, Characterisation of Chitin and a Study of its Acid-Catalysed Hydrolysis, PhD Thesis, Department of Biotechnology, Faculty of Natural
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Science and Technology, Norwegian University of Science and Technology, Trondheim, pp. 7. Fernandes, dan Kim,S. O., 2000, Physicochemical and Functional Properties of Crawfish Chitosanas Effected by Different Processing Protocol., Thesis, The Departement of Food Science, Seoul National University, pp. 6-8, 28- 29. Fit, 1983, Aloe vera : The Miracle Plant, Anderson World Books. Inc., Mountain View. Florida. USA. Fouad, D.R.G., 2008, Chitosan as an Antimicrobial Coumpound : Modes of Action and Resistance Mechanisms, Dissertation, Rheinischen Friedrich Wilhelms Universitat Bonn, pp. 1-20. Furnawanthi, S. P. 2007, Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib, Argomedia Pustaka, Tangerang. Grafft, J.A., dan Sarff, R., 2012, EMS for Secure Facilities, Delma Cengange Learning, Clifton Park, pp. 130-131. Gurtner, G.C., 2007, Grabb and Smith’s plastic surgery, 6th ed, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 15-22. Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia, Penerbit ITB, Bandung. Hardjito L. 2006, Aplikasi Kitosan Sebagai Bahan Tambahan Makanan dan Pengawet, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hamman, J., H., 2008, Composition and Application of Aloe vera leaf gel, Molecules 2008, 13: 1599-616. Henry, R. 1979, An up Dated Review of Aloe vera, Cosm and Toiletries, 94 : 4250. Hunt K.T., 2003, Wound Healing In: Doherty MG Current Surgical Diagnosis and Treatment, 12th Ed., McGraw-Hills, USA, pp.75-87. Khan, T.A., Peh, K.K., dan Ching, H.S., 2002, Reporting Degree of Deacetylation Values of Chitosan: The Influence of Analytical Methods, Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 5(3), 205-212. Kofuji K, Qian CJ, Murata Y, Kawashima S. 2005, Preparation of Chitosan Microparticles by Water-in-Vegetable Oil Emulsion Coalescence Technique. Journal of Reactive and Functional Polymers, 65, 77-83. Kumar, Ravi, N., V., Majeti, 2000, A review of chitin and chitosan applications. Reactive & Functional Polymers, 46, 1-27. Kurita, K., Sannan, T., Iwakura, Y., 1977, Studies on Chitin : Evidence for Formation of Block and Random Copolymers of N-acetyl-D-glucosamine
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
and D-glucosamine by Hetero- and Homogeneous Hydrolyses. Makromol. Chem., 178, 3197–3202. Kusmiati, Rachmawati, F., Siregar, S., Nuswantara, S., dan Malik, A., 2006, Produksi Beta – 1,3 Glukan dari Agrobacterium dan Aktivitas Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih, Makara Sains, 10, 1, 24-29. Lachman, L., Lieberman, A. H., and Kanig L. J., 1996, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga, UI Press, Jakarta, pp. 399-412. Laksana, A.A., 2013, Pengaruh Pemberian Sediaan Biomaterial Selulosa Bakteri Acetobacter xylinum dari Limbah Ketela Pohon (Manihot utilissima Pohl.) dengan Penambahan Kitosan sebagai Material Penutup Luka pada Tikus Galur Wistar Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta. Lamadi, A, 2009, Pembenihan Udang Windu (Peneaeus monodon), Politeknik Negri Jember, Jember. Lorentz, H. P., Longaker, M. T. 2006, Wound Healing: Repair Biology and Wound and Scar Treatmen, Plastic surgery. 2nd ed, Saunders Elsevier, Philadelphia, pp. 209-234. Maenthaisong, R., Chaiyakunapruk, N., Niruntraporn, S., Kongkaew, C., 2007, The efficacy of Aloe vera used for Burn Wound Healing: A systematic Review, Burns, 33, 713-718. Mann, A., 2001, Keratinocyte-Drived Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Factor Accelerates Wound Healing: Stimulation of Keratinocyte Proliferation, Granulation Tissue Formation, and Vascularization. JInvest Dermatol, 117:1382-1390. Mansjoer, A.,Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., dan Setiowulan, W., 2000, Kapita selekta kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Marshall J.M., 1990, Aloe vera gel: What is the evidence?, Pharma Jr., 24,360-2. Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th Ed., Lea & Febiger, Philadelphia, pp. 284-290, 295-304. Marquis-Duval, F.O, 2008, Isolation et Valorisation des Constituants de la Carapace de la Crevette Nordique, Ph.D. Dissertation, Laval University, Quebec, Canada. Martono Y., Hartini S., Gunawan I.R., 2012, Analisis Protein dan Identifikasi Asamamino pada Tepung Gaplek Terfotifikasi Protein Tepung Biji Saga Pohon (Adenanthera Paranina LINN.), Pemberdayaan Manusia dan Alam yang Berkelanjutan Melalui Sains, Prosiding, Jakarta, ID 109-116. Marzoeki, D., 1993. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya (Luka, Asepsis/Antisepsis dan Desinfektan, Luka Bakar), Airlangga University Press, Surabaya, pp.39.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Mizuno, K., Yamamura, K., Yano, K., Osada, T., Saeki, S., Takimoto, N., 2003 Effect of Chitosan Film Containing Basic Fibroblast Growth Factor on Wound Healing in Genetically Diabetic Mice, Journal of Biomedical Materials Research, 64A, 177-181. Muzzarelli, R. A. A., 1983, Chitin and Its Derivatives: New Trends of Applied Research, Carbohydrate Polymers, 3, 53-75. No, H.K., Park N.Y., Lee S.H., Meyers S.P., 2002, Antibacterial Activity of Chitosan and Oligomers with Different Molecular Weights, International Journal of Food Microbiology, 74: 62-72. Okyar, A., A. Can, N. Akev, G. Baktir, dan N. Sutlupinar, 2001, Effect of Aloe vera leaveson blood glucose level in type I and type II diabetic rat models, Phytoter res, 15 (2). Pillai, C.K.S. ,Willi P., Chandra, S. 2009, Chitin And Chitosan Polymers: Chemistry, Solubility And fiber Formation, Progress in Polymer Science, 34:641–678 Prashanth K.V.H., Taranathan R.N., 2007, Chitin / Chitosan : Modification and Their Unlimited Application Potential- An Overview, Trends in Food Science and Technology, 18 : 117 – 131. Price, S.A, dan Mc Carty L.W., 1992, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi ke 6, Volume 1, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, pp. 5-7. Qin C., Li H., Xiao Q., Liu Y., Zhu J., Du Y., et.al, 2005, Water-solubility of Chitosan and Its Antimicrobial Activity, Journal of Carbohiydrate Polymer, 63:367-374. Rinaudo, M., 2006, Chitin and Chitosan: Properties and Application, Progress in Polymer Science, 31, 603-632. Regan, M.C., Barbul, A., 1994, The Cellular Biology of Wound Healing, SpringerVerlag, Berlin, pp. 2-13. Rege, P. R. dan Lawrence H. B., 1999, Chitosan Processing : Influence of Process Parameters during Acidic and Alkaline Hydrolysis and Effect of the Processing sequence on The Resultant Chitosan’s Properties, Carbohydrate Research, 321, 235-245. Robert, G. A., 1992, Chitin Chemistry, Nottingham Politechnic, McMillan, USA. Sannan, T., Kurita, K., Iwakura, Y., 1976, Studies on Chitin, 2. Effect of Deacetylation on Solubility. Makromol. Chem., 177, 3589–3600. Santoso, S., 2010, Statistik Multivariat, Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 123126.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Schultz, G.S., 2007, The Physiology of Wound Bed Preparation. Surgical wound healing and management ed, Informa Healthcare USA Inc., New York, pp.15. Sidik, 1996, Aloe Vera Linn : Satu Lagi Tumbuhan Multiguna Bagi Kesehatan, Jurusan Farnasi FMTPA UNPAD, Bandung. Shimahara, K., Ohkouchi, K., Ikeda, M., 1992, In Chitin Chemistry, Macmillan Press, London, UK, p. 56. Sjamsuhidajat, R. dan Jong, W.D.,1998, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta. Spector, W.G., dan Spector, T.D., 1993, Pengantar Patologi Umum, Edisi ke 3, Gadjah Mada Universiti Press, Yogyakarta, pp. 130-145. Sudarto, Y. 1997, Lidah Buaya, Kanisius, Yogyakarta. Suhardi, 1992, Buku Monograf Khitin dan Khitosan, PAU UGM, Yogyakarta. Suptijah P, Salamah E, Sumaryanto H, Purwaningsih S, Santoso J., 1992, Pengaruh berbagai Isolasi Khitin Kulit Udang terhadap Mutunya, Laporan Penelitian, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suptijah P. 2006, Deskripsi Karakteristik Fungsional dan Aplikasi Kitin Kitosan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suryowidodo, C.W. 1988, Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Bahan Baku Industri, Warta IHP, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBIHP), Bogor. Suyanto, S.R., Mujiman, A., 2001, Budidaya Udang Windu, Penebar Swadaya, Jakarta. Suyanto, S.R., Takarina, E.P., 2009, Panduan Budidaya Udang Windu, Penebar Swadaya, Jakarta. Tang ZX, Shi LE, Qian JQ, 2007, Neutral Lipase from Aqueous Solutions on Chitosan Nano-Particles, Biochemical Engineering Journal, 34 : 217-223. Tamura H, Tsuruta Y, Tokura S., 2002, Preparation of Chitosan-Coated Alginate Filament, Materials Science and Engineering 20 : 143-147. Tolaimatea, A., Desbrieresb, J., Rhazia, M., dan Alaguic, A., 2003, Contribution to the Preparation of Chitins and Chitosans with Controlled Physico-chemical Properties, Polymer Journal, 44, 7939-7952. Truong, T., Hausler, R., Monette, F., Niquette, P, 2007, Fishery Industrial Waste Valorization for The Transformation of Chitosan by Hydrothermo-Chemical Method, Rev. Sci. Eau, 20, 253–262.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Tsai G.J., Su W.H., Chen H.C., Pan C.L., 2002, Antimicrobial Activity of Shrimp Chitin and Chitosan on the Experimentally Induced Murine Candidiasis, Microbiology and Immunology, 28 : 903-912. Voigt, R. 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press, Yogyakarta. Wang G.H., 1992, Inhibition and Inactivation of Five Species of Foodborne Pathogens by Chitosan, Journal of Food Protection, 55 : 916-919. Weska, R. F., dan Moura, J. M., 2006, Optimazion of Deasetylation in the Production of Chitosan from Shrimp Waste, Journal Food Enginering, 80:749-753 Whang H.S., Aminuddin N., Hudson S.M., Cuculo J.A., 2005, Conversion of Cellulose, Chitin and Chitosan to Filaments with Simple Salt Solutions, Woodhead Publishing Limited, England. Wijayakusumah, H.M.H., 1990, Lidah Buava Tanaman Obat, Murah dan Mudah Didapat, Sinar Tani, Jakarta. Yakin, A.P., Dharmawan R., Yudistira R., Luciana N.O., Sihaloho F.M., 2015, “Gelitik” Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Windu sebagai Gel Kitosan Gel Anti Luka, Laporan PKM, Yogyakarta. Yi, H., Wu, L.Q., Bentley W.E., Ghodssi R., Rubloff G.W., Culver J.N., et.al, 2005, Biofabrication with Chitosan, Biomacromolecules, 6: 2881-2894. Younes, I., Rinaudo, M., 2015, Chitin and Chitosan Preparation from Marine Sources, Structure, Properties and Applications, Marine Drugs, 13, 11331174.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
LAMPIRAN
Lampiran 1. Aloe vera a
b c
Keterangan : a) Lidah buaya utuh; b) Lidah buaya yang telah dipotong kecil-kecil; c) Proses ekstraksi Aloe vera
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Kulit Udang
Lampiran 3. Serbuk Kitosan
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Lampiran 4. Ekstrak kental Aloe vera
Lampiran 5. Gel kombinasi
a
b
c
Keterangan : a) gel kombinasi kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 1%; b) gel kombinasi kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 2%; c) gel kombinasi kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 3%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Ethical clearance penelitian
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Surat Keterangan Penggunaan IBM SPSS Statistics 22 Asli
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8. Hasil analisis gel (pH, viskositas dan daya sebar)
1. Bioplasenton PH VISKOSITAS
RATA-RATA HOMOGENITAS BEBAN (gram) 0 50 100 150 200
(-)
(I)
4,1 4,5 5,2 5,8 6,2
4 4,4 5 5,7 6,2
7 240 dPaS 240 dPaS 240 dPaS 240 dPaS Tidak ada partikel SD RATA-RATA (cm) 4 4 4,05 0,05 4,7 4,6 4,55 0,1291 5,1 5 5,075 0,09574 5,7 5,6 5,7 0,08165 6,1 6 6,125 0,09574 (/)
(\)
2. Gel kitosan 2% PH VISKOSITAS
RATA-RATA HOMOGENITAS BEBAN (-) ( I ) (gram) 0 3,5 3,5 50 4 4 100 4,3 4,4 150 4,6 4,7 200 5 5,1
7 250 dPaS 250 dPaS 250 dPaS 250 dPaS Ada partikel
(/)
(\)
3,6 4 4,5 4,9 5,3
3,6 4,2 4,4 4,8 5,2
SD RATA-RATA (cm) 3,55 0,05774 4,05 0,1 4,4 0,08165 4,75 0,1291 5,125 0,1291
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Ekstrak Aloe vera PH VISKOSITAS
RATA-RATA HOMOGENITAS BEBAN (gram) 0 50 100 150 200
7 220 dPaS 220 dPaS 220 dPaS 220 dPaS Tidak ada partikel
(-)
(I)
(/)
(\)
4,1 4,7 5,2 5,7 6,4
4 4,6 5,2 5,6 6,3
4 4,6 5,1 6 6,4
4 4,7 5,3 5,9 6,2
RATA-RATA ( cm) 4,025 4,65 5,2 5,825 6,325
SD 0,05 0,05774 0,08165 0,18257 0,09574
4. Kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 1% PH VISKOSITAS
7 250 dPaS 250 dPaS 250 dPaS RATA-RATA 250 dPaS HOMOGENITAS ADA PARTIKEL BEBAN (-) ( I ) (gram) 0 4 4 50 4,7 4,5 100 5 4,9 150 5,5 5,6 200 5,8 5,9
SD RATA-RATA ( cm) 3,9 4 3,975 0,05 4,5 4,8 4,675 0,15 5 4,9 4,95 0,05774 5,4 5,8 5,575 0,17078 5,8 6 5,875 0,09574 (/)
(\)
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 2% PH VISKOSITAS
7 240 dPaS 240 dPaS 240 dPaS 240 dPaS ADA PARTIKEL
RATA-RATA HOMOGENITAS BEBAN (-) ( I ) (gram) 0 4 4 50 4,6 4,8 100 5 5.1 150 5,6 5,8 200 5,9 6
(/)
(\)
4 4,6 4,9 5,4 5,9
4,1 4,8 5,2 5,9 6,2
RATA-RATA (cm) 4,025 4,7 5,05 5,675 6
SD 0,05 0,11547 0,15275 0,22174 0,14142
6. Kitosan 2% dan Ekstrak Aloe vera 3% PH VISKOSITAS
RATA-RATA HOMOGENITAS BEBAN (gram) 0 50 100 150 200
7 240 dPaS 240 dPaS 240 dPaS 240 dPaS ADA PARTIKEL
(-)
(I)
(/)
(\)
4 4,7 5,2 5,8 6,3
4 4,5 5 5,5 5,9
4,1 4,5 4,8 5,7 6,2
4,1 4,5 4,9 5,8 6
RATA-RATA (cm) 4,05 4,55 4,975 5,7 6,1
SD 0,05774 0,1 0,17078 0,14142 0,18257
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 9. Data Keberadaan Keropeng
1. Luka dengan bioplasenton Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 ++ ++ +++ + + Replikasi 2 + ++ ++ Replikasi 3 ++ ++ ++ + + Replikasi 4 + + +++ Replikasi 5 + +++ +++ + Replikasi 6 ++ ++ ++++ ++++ ++++ +++++ Replikasi 7 + ++ ++ 2. Luka dengan kitosan 2% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ ++ +++ Replikasi 2 + ++ +++ + Replikasi 3 + ++ +++ +++ Replikasi 4 ++ +++ +++ ++ Replikasi 5 + ++ +++ Replikasi 6 ++ ++ +++ Replikasi 7 ++ +++ +++ + 3. Luka dengan ekstrak Aloe vera 3% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ + Replikasi 2 + ++ +++ + + Replikasi 3 + +++ ++++ ++ ++ ++ Replikasi 4 ++ ++ + + Replikasi 5 ++ +++ +++ + Replikasi 6 ++ ++ +++ +++ Replikasi 7 ++ +++ +++ +
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Luka dengan kitosan 2% + Aloe vera 1% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ + Replikasi 2 + ++ +++ + + Replikasi 3 + +++ ++++ ++ ++ ++ Replikasi 4 ++ ++ + + Replikasi 5 ++ +++ +++ + Replikasi 6 ++ ++ +++ +++ Replikasi 7 ++ +++ +++ + 5. Luka dengan kitosan 2% + Aloe vera 2% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ + Replikasi 2 + ++ +++ + Replikasi 3 ++ +++ + ++ + + Replikasi 4 + +++ +++ +++ Replikasi 5 Replikasi 6 ++ ++ +++ ++ ++ Replikasi 7 ++ +++ +++ 6. Luka dengan kitosan 2% + Aloe vera 3% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ + Replikasi 2 ++ +++ +++ + Replikasi 3 ++ +++ + ++ + + Replikasi 4 + +++ +++ + Replikasi 5 + ++ ++ + Replikasi 6 ++ ++ +++ Replikasi 7 ++ +++ +++
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
7. Luka tanpa perlakuan Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ ++ ++ + + Replikasi 2 + ++ +++ + + + Replikasi 3 ++ ++ + ++ + + Replikasi 4 + ++ +++ + + + Replikasi 5 + ++ ++ + ++ ++ Replikasi 6 + ++ +++ + Replikasi 7 ++ +++ +++ + Keterangan : : Belum terbentuk keropeng + : Terbentuk kulit kering tipis ++ : Terbentuk kulit kering hingga menonjol keluar +++ : Terbentuk kulit kering tebal hingga menutupi atau melebihi luas luka
Lampiran 10. Data Kemerahan Luka
1. Luka dengan bioplasenton Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + + +++ ++++ ++++ +++++ +++++ Replikasi 2 + + +++ +++ ++++ ++++ +++++ Replikasi 3 + ++ +++ ++++ ++++ +++++ +++++ Replikasi 4 + ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 5 + ++ ++ +++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 6 + ++ ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 7 + ++ +++ +++ +++ ++++ +++++ 2. Luka dengan kitosan 2% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ +++ +++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 2 + ++ ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 3 + ++ +++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 4 + + +++ ++++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 5 + ++ +++ ++++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 6 + + ++ +++ ++++ ++++ +++++ Replikasi 7 + ++ +++ +++ ++++ +++++ +++++
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Luka dengan ekstrak Aloe vera 3% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ ++ +++ +++ ++++ +++++ Replikasi 2 + ++ +++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 3 + ++ ++ +++ ++++ ++++ +++++ Replikasi 4 + + ++ ++ +++ ++++ ++++ Replikasi 5 + ++ +++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 6 + + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 7 + ++ ++ +++ +++ ++++ ++++ 4. Luka dengan kitosan 2% + Aloe vera 1% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 + ++ +++ +++ +++ ++++ Replikasi 2 + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 3 + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 4 + + ++ +++ +++ ++++ Replikasi 5 + ++ +++ +++ +++ ++++ Replikasi 6 + + ++ +++ +++ ++++ Replikasi 7 + ++ ++ +++ ++++ ++++
Hari 7 +++++ +++++ ++++ +++++ +++++ ++++ +++++
5. Luka dengan kitosan 2% + Aloe vera 2% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 2 + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 3 + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 4 + ++ ++ +++ +++ ++++ Replikasi 5 + ++ ++ +++ +++ ++++ Replikasi 6 + ++ ++ +++ ++++ ++++
Hari 7 +++++ +++++ +++++ ++++ ++++ +++++
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6. Luka dengan kitosan 2% + Aloe vera 3% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 2 + + +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 3 + ++ ++ ++ +++ ++++ Replikasi 4 + ++ ++ +++ +++ ++++ Replikasi 5 + ++ +++ +++ ++++ ++++ Replikasi 6 + + ++ +++ ++++ ++++ Replikasi 7 + ++ ++ +++ ++++ ++++
Hari 7 +++++ ++++ ++++ ++++ +++++ +++++ +++++
7. Luka tanpa perlakuan Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 1 + ++ ++ ++ +++ +++ ++++ Replikasi 2 + + ++ +++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 3 + ++ ++ +++ +++ +++ ++++ Replikasi 4 + + ++ ++ +++ ++++ ++++ Replikasi 5 + ++ ++ +++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 6 + + ++ +++ ++++ ++++ ++++ Replikasi 7 + ++ ++ +++ ++++ ++++ ++++ Keterangan : + : Merah muda (terlihat jaringan) ++ : Merah muda dengan sebagian luka berwarna lebih tua +++ : Merah tua ++++ : Merah kecoklatan +++++ : Warna merah minim, sebagian besar sudah berwarna keputihan
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Lampiran 11. Data Diameter Luka Tikus 1. Bioplasenton Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 6 6 6 5 2 2 Replikasi 2 6 6 6 5,5 3,5 1 Replikasi 3 6 6 5 5 3,5 3,5 Replikasi 4 6 5 5 4 3 3 Replikasi 5 6 5 5 4 4 3,5 Replikasi 6 6 6 6 7 8 8 Replikasi 7 6 5 4 4 3 2 RATA-RATA 6 5,57143 5,28571 4,92857 3,85714 3,28571 SD = 2,87021
Hari 7 1 0 0 2 1 8 0 1,71429
2. Kitosan 2% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 6 6 6 5 5 3,5 Replikasi 2 6 5,5 5 5 4 2 Replikasi 3 6 5 5 5 4 3 Replikasi 4 6 6 6 6 4 2 Replikasi 5 6 5 5 4 3,5 2 Replikasi 6 6 6 6 7 4,5 2 Replikasi 7 6 5 4 4 2 1 RATA-RATA 6 5,5 5,28571 5,14286 3,85714 2,21429 SD = 1,1127
Hari 7 3,5 2 2,5 2 1,5 1 0 1,78571
3. Ekstrak Aloe vera 3% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 6 5 5 5 4 2 Replikasi 2 6 6 5 5 5 4 Replikasi 3 6 6 6 5 5 3,5 Replikasi 4 6 6 6 6 4 2 Replikasi 5 6 5 5 4 3,5 3 Replikasi 6 6 6 6 7 5 3 Replikasi 7 6 6 4 3 3 3 RATA-RATA 6 5,71429 5,28571 5 4,21429 2,92857 SD = 1,13389
Hari 7 0 2 0 2 1 2 3 1,42857
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
4. Kombinasi gel kitosan 2% + Aloe vera 1% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 6 5 5 3,5 1,5 1 Replikasi 2 6 6 6 6 5 2 Replikasi 3 6 5 4 5 5 3,5 Replikasi 4 6 5 4,5 3,5 2 1 Replikasi 5 6 6 5 5 3,5 3 Replikasi 6 6 6 6 6 6 2 Replikasi 7 6 6 6 6 3 2 RATA-RATA 6 5,57143 5,21429 5 3,71429 2,07143 SD = 1,27242
Hari 7 1 0 3,5 0 1,5 1,5 0 1,07143
5. Kombinasi gel kitosan 2% + Aloe vera 2% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 6 6 3,5 2 1,5 1 Replikasi 2 6 6 5 5 4 2 Replikasi 3 6 6 5 4 4 1 Replikasi 4 6 5 4,5 4,5 4 2 Replikasi 5 6 6 6 7 6 3 Replikasi 6 6 6 5,5 5 4 2 RATA-RATA 6 5,83333 4,91667 4,58333 3,91667 1,83333 SD = 1,16905
Hari 7 0 1 1 2 3 0 1,16667
6. Kombinasi gel kitosan 2% + Aloe vera 3% Replikasi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Replikasi 1 6 6 5 4 1,5 1 Replikasi 2 6 6 6 6 6 4 Replikasi 3 6 5 5 4,5 6 2,5 Replikasi 4 6 6 6 6 5 3 Replikasi 5 6 5 4 4 4 2 Replikasi 6 6 6 6 7 5 2 Replikasi 7 6 5 4,5 4,5 3,5 1 RATA-RATA 6 5,57143 5,21429 5,14286 4,42857 2,21429 SD = 1,18019
Hari 7 0 2,5 2,5 2 1 0 0 1,14286
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Luka tanpa perlakuan Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Replikasi 6 6 5,5 5,5 5 4 4 Replikasi 1 6 6 5,5 5 5 2,5 2 Replikasi 2 6 6 6 6 6 4,5 4 Replikasi 3 6 6 6 6 6 5 4,5 Replikasi 4 6 6 6 5,5 5 4 4 Replikasi 5 6 6 6 6 6 4 4 Replikasi 6 6 5,5 5 4,5 4,5 4 4 Replikasi 7 6 5,9 5,7 5,5 5,4 4 3,8 RATA-RATA SD= 0,80917
Lampiran 12. Rendemen Aloe vera
Rendemen ekstrak kental
= =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 84,62 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 8,462 %
× 100%
× 100%
98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
Lampiran 13. Data statistik
Kelompok Case Processing Summary Kelompok
Cases Valid N
Ukuran_luka
dimension 1
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Luka 1
7
100,0%
0
,0%
7
100,0%
Luka 2
7
100,0%
0
,0%
7
100,0%
Luka 3
7
100,0%
0
,0%
7
100,0%
Luka_4
7
100,0%
0
,0%
7
100,0%
Luka 5
6
100,0%
0
,0%
6
100,0%
Luka 6
7
100,0%
0
,0%
7
100,0%
Luka 7
7
100,0%
0
,0%
7
100,0%
Tests of Normality Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Statistic
Ukuran_luka
dimension1
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Luka 1
,317
7
,032
,665
7
,002
Luka 2
,148
7
,200*
,986
7
,982
Luka 3
,264
7
,149
,887
7
,262
Luka_4
,229
7
,200*
,834
7
,088
Luka 5
,223
6
,200*
,908
6
,421
Luka 6
,262
7
,158
,807
7
,048
Luka 7
,462
7
,000
,618
7
,000
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Histograms Ukuran Luka
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Normal Q-Q Plots
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kruskal-Wallis Test Ranks Kelompok Ukuran_luka
N
Mean Rank
Luka 1
7
19,64
Luka 2
7
26,64
Luka 3
7
23,14
Luka_4
7
18,50
Luka 5
6
20,08
Luka 6
7
20,43
Luka 7
7
42,43
dimension1
Total
48
Test Statisticsb,c Ukuran_luka Chi-square
15,611
df
6
Asymp. Sig. Monte Carlo Sig.
,016 ,000a
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
,000
Upper Bound
,061
a. Based on 48 sampled tables with starting seed 2000000. b. Kruskal Wallis Test c. Grouping Variable: Kelompok
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mann-Whitney Test
Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 1
7
6,21
43,50
Luka 2
7
8,79
61,50
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
15,500
Wilcoxon W
43,500
Z
-1,173
Asymp. Sig. (2-tailed)
,241 ,259a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test
Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 1
7
6,79
47,50
Luka 3
7
8,21
57,50
Total
14
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
19,500
Wilcoxon W
47,500
Z
-,664
Asymp. Sig. (2-tailed)
,507 ,535a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 1
7
7,50
52,50
Luka 4
7
7,50
52,50
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
24,500
Wilcoxon W
52,500
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
,000 1,000 1,000a
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 1
7
6,79
47,50
Luka 5
6
7,25
43,50
Total
13
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
19,500
Wilcoxon W
47,500
Z
-,224
Asymp. Sig. (2-tailed)
,823 ,836a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test
Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 1
7
7,29
51,00
Luka 6
7
7,71
54,00
Total
14
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
23,000
Wilcoxon W
51,000
Z
-,201
Asymp. Sig. (2-tailed)
,841 ,902a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 1
7
5,07
35,50
Luka 7
7
9,93
69,50
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
7,500
Wilcoxon W
35,500
Z
-2,237
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
,025 ,026a
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 2
7
8,07
56,50
Luka 3
7
6,93
48,50
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
20,500
Wilcoxon W
48,500
Z
-,526
Asymp. Sig. (2-tailed)
,599 ,620a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 2
7
8,93
62,50
Luka 4
7
6,07
42,50
Total
14
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
14,500
Wilcoxon W
42,500
Z
-1,302
Asymp. Sig. (2-tailed)
,193 ,209a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 2
7
8,00
56,00
Luka 5
6
5,83
35,00
Total
13
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
14,000
Wilcoxon W
35,000
Z
-1,017
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
,309 ,366a
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 2
7
8,43
59,00
Luka 6
7
6,57
46,00
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
18,000
Wilcoxon W
46,000
Z
-,848
Asymp. Sig. (2-tailed)
,396 ,456a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 2
7
4,43
31,00
Luka 7
7
10,57
74,00
Total
14
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
3,000
Wilcoxon W
31,000
Z
-2,823
Asymp. Sig. (2-tailed)
,005 ,004a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 3
7
8,36
58,50
Luka 4
7
6,64
46,50
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
18,500
Wilcoxon W
46,500
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
-,790 ,430 ,456a
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 3
7
7,43
52,00
Luka 5
6
6,50
39,00
Total
13
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
18,000
Wilcoxon W
39,000
Z
-,444
Asymp. Sig. (2-tailed)
,657 ,731a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 3
7
7,86
55,00
Luka 6
7
7,14
50,00
Total
14
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
22,000
Wilcoxon W
50,000
Z
-,331
Asymp. Sig. (2-tailed)
,740 ,805a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 3
7
4,36
30,50
Luka 7
7
10,64
74,50
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
2,500
Wilcoxon W
30,500
Z
-2,912
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
,004 ,002a
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 4
7
6,86
48,00
Luka 5
6
7,17
43,00
Total
13
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
20,000
Wilcoxon W
48,000
Z
-,148
Asymp. Sig. (2-tailed)
,882 ,945a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 4
7
7,29
51,00
Luka 6
7
7,71
54,00
Total
14
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
23,000
Wilcoxon W
51,000
Z
-,200
Asymp. Sig. (2-tailed)
,841 ,902a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 4
7
4,14
29,00
Luka 7
7
10,86
76,00
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
1,000
Wilcoxon W
29,000
Z
-3,089
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
,002 ,001a
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 5
6
7,08
42,50
Luka 6
7
6,93
48,50
Total
13
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
20,500
Wilcoxon W
48,500
Z
-,074
Asymp. Sig. (2-tailed)
,941 ,945a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 5
6
3,75
22,50
Luka 7
7
9,79
68,50
Total
13
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
1,500
Wilcoxon W
22,500
Z
-2,878
Asymp. Sig. (2-tailed)
,004 ,002a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Mann-Whitney Test Ranks Kelompok Ukuran_luka dimension1
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Luka 6
7
4,36
30,50
Luka 7
7
10,64
74,50
Total
14
Test Statisticsb Ukuran_luka Mann-Whitney U
2,500
Wilcoxon W
30,500
Z
-2,895
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
,004 ,002a
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N A_h7 - A_h1
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
6a
4,50
27,00
Positive Ranks
1b
1,00
1,00
Ties
0c
Total
7
a. A_h7 < A_h1 b. A_h7 > A_h1 c. A_h7 = A_h1
Test Statisticsb A_h7 - A_h1 -2,217a
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,027
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
B_h1
6,0000
7
,00000
,00000
B_h7
1,7857
7
1,11270
,42056
Paired Samples Correlations N Pair 1
Std. Error Mean
B_h1 & B_h7
Correlation 7 .
Sig. .
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
B_h1 - B_h7
Std. Deviation
4,21429
Std. Error Mean
1,11270
Lower
,42056
3,18521
Upper 5,24336
Paired Samples Test t Pair 1
B_h1 - B_h7
df
Sig. (2-tailed)
10,021
6
,000
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
C_h1
6,0000
7
,00000
,00000
C_h7
1,4286
7
1,13389
,42857
Paired Samples Correlations N Pair 1
C_h1 & C_h7
Correlation
Sig.
7 .
.
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
C_h1 - C_h7
Std. Deviation
4,57143
Std. Error Mean
1,13389
,42857
Paired Samples Test t Pair 1
C_h1 - C_h7
10,667
df
Sig. (2-tailed) 6
,000
Lower 3,52275
Upper 5,62011
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
D_h1
6,0000
7
,00000
,00000
D_h7
1,0714
7
1,27242
,48093
Paired Samples Correlations N Pair 1
D_h1 & D_h7
Correlation
Sig.
7 .
.
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
D_h1 - D_h7
Std. Deviation
4,92857
Std. Error Mean
1,27242
,48093
Paired Samples Test t Pair 1
D_h1 - D_h7
df
10,248
Sig. (2-tailed) 6
,000
T-Test Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
E_h1
6,0000
6
,00000
,00000
E_h7
1,1667
6
1,16905
,47726
Lower 3,75178
Upper 6,10536
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
Paired Samples Correlations N Pair 1
E_h1 & E_h7
Correlation
Sig.
6 .
.
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
E_h1 - E_h7
Std. Deviation
4,83333
Std. Error Mean
1,16905
Lower
,47726
3,60650
Paired Samples Test t Pair 1
E_h1 - E_h7
df
Sig. (2-tailed)
10,127
5
,000
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N F_h7 - F_h1
a. F_h7 < F_h1 b. F_h7 > F_h1 c. F_h7 = F_h1
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
7a
4,00
28,00
Positive Ranks
0b
,00
,00
Ties
0c
Total
7
Upper 6,06017
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Test Statisticsb F_h7 - F_h1 -2,388a
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,017
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N G_h7 - G_h1
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
7a
4,00
28,00
Positive Ranks
0b
,00
,00
Ties
0c
Total
7
a. G_h7 < G_h1 b. G_h7 > G_h1 c. G_h7 = G_h1
Test Statisticsb G_h7 - G_h1 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-2,456a ,014
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
BIOGRAFI PENULIS Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1994, merupakan anak ketiga dari pasangan Denny Dharmawan dan Lenny Setiono. Pendidikan penulis dimulai pada tahun 2001 di SD Ricci 1 Jakarta. Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan di SMP Ricci 1 Jakarta. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan menengah keatas di SMA Ricci 1 Jakarta pada tahun 2009-2012. Setelah itu penulis meneruskan ke pendidikan tinggi pada program studi S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada masa pendidikan penulis di Universitas Sanata Dharma, penulis pernah menjadi bagian kepengurusan organisasi DMPF tahun 2014-2015 bagian Quality Control. Pada masa kepengurusan tersebut, penulis menjadi Ketua panitia dari acara Komisi Pemilihan Umum Fakultas (KPU Fakultas) untuk pemilihan BEMF dan DPMF tahun 2015-2016. Penulis juga pernah bekerja sebagai asisten praktikum Bentuk Sediaan Farmasi (BSF) pada tahun 2013/2014, asisten praktikum Komunikasi Farmasi pada tahun 2014/2015, dan asisten praktikum Farmasi Komunitas pada tahun 2015/2016. Pada tahun 2014 penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P) sebagai anggota dari kelompok “GELITIK - Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Windu (Peneaus monodon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Gel Kitosan Gel Anti Luka” yang didanai Dikti pada tahun 2015. Penulis melanjutkan penelitian dari PKM tersebut hingga mengkombinasi gel kitosan dengan ekstrak Aloe vera sebagai tugas akhir / skripsi untuk menempuh S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Dengan daya juang, ketekunan, hingga doa dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.