PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Festina Asnawati Mendröfa NIM : 111124041
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
Oleh Festina Asnawati Mendröfa NIM
: 111124041
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ
Tanggal, 14 Agustus 2015
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh Festina Asnawati Mendröfa NIM : 111124041 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 31 Agustus 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama
Tanda tangan
Ketua
: Drs. F.X. Heryatno W.W, SJ., M.Ed
………...........
Sekretaris
: Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd
………….......
Anggota
: Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ
……………...
Y. H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum
……………...
P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si
………………
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada seluruh anggota persaudaraan Suster-suster Fransiskanes dari Reute (OSF Sibolga-Jerman) di manapun berada yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menerima ilmu dan bagi siapa saja yang telah mendukung saya dengan caranya masing-masing selama kuliah di IPPAK Yogyakarta hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku”.
(Filipi 4:13)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31Agustus 2015 Penulis
Festina Asnawati Mendröfa
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
Nama
: Festina Asnawati Mendröfa
Nomor Mahasiswa
: 111124041
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada) saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Penulis,
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi ini “PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YAGYAKARTA”, dipilih berdasarkan pengalaman, keprihatinan dan refleksi penulis bahwa wali baptis kurang memiliki pemahaman yang benar mengenai peran, tugas, dan tanggungjawabnya. Para wali baptis dalam melaksanakan peran dan tugas mereka selama ini masih belum merupakan suatu kesadaran. Kehadiran mereka hanya sebatas memenuhi persyaratan litugis pembaptisan. Pemahamanan ini disebabkan oleh kurangnya keterlibatan dan pengetahuan akan tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis. Sebab dalam teori dikatakan bahwa wali baptis wajib mendampingi iman anak mulai sejak dibaptis sampai pada tingkat iman yang dewasa. Bertitik tolak dari alasan tersebut di atas, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para wali baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, agar menyadari dan mengingat kembali peran, tugas, dan tanggungjawab mereka dalam mendampingi dan mengembangkan iman anak pada zaman ini. Maka dalam skripsi ini dibahas dua hal seputar peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis dalam mengembangkan iman anak. Di samping itu juga disertakan hasil penelitian mengenai peran wali baptis dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa secara keseluruhan belum semua wali baptis menjalankan peran, tugas, dan tanggungjawabnya dalam mengembangkan iman anak baptis selama ini. Dalam skripsi ini ditawarkan suatu bentuk penyegaran kembali panggilan sebagai pendamping dan pendidik iman bagi para wali baptis di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta melalui rekoleksi. Tujuannya para wali baptis kembali diajak untuk menyegarkan semangat pelayanannya dalam salah satu tugas perutusan Yesus Kristus yakni sebagai pelayan. Sehingga di masa yang akan datang para wali baptis lebih serius, bersemangat dalam melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
The thesis’ title, namely “THE ROLE OF GODPARENTS IN THE FAITH DEVELOPMENT OF TEENAGE GODCHILDREN IN THE PARISH OF KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA”, has been chosen based on the writer’s experience, concern and reflection that some godparentshave no sufficient knowledge about their role, duty and responsibility. The writer saw that some godparents did not have full awareness of their role. Their presence is of liturgical formality only. It is suspected that the lack of involvement and knowledge related to their duty and responsibility as godparents as the causes. Theoretically godparents have responsibility to guide their godchildren spiritually, starting from the act of baptism until grownups. Hence, this thesis is meant to help the godparents of Kristus Raja Baciro Parish in Yogyakarta to re-realize and recall their role, duty and responsibility in guiding and nurturing the faith of their godchildren today. Therefore, this thesis discusses two things related to the role, duty and responsibility of godparents and the effort to enhance the role, duty and responsibility of godparents in nurturing their godchildren’s faith. Meanwhile, the result of the research on the role of godparents in nurturing the faith of the teenagers in Kristus Raja Baciro parish in Yogyakarta is also attached. This writing also offers a refreshment in a form of recollection moment for the godparents in Kristus Raja Baciro parish in Yogyakarta related to their calling as guides and preceptors of faith. The aim of the refreshment moment is to give the godparents new energy in ministering the people in accordance to Jesus Christ’s command of becoming servants of the others. It is supposed that through this moment the godparents will be more spirited and concerned in carrying out their role, duty and responsibility as godparents.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha baik, karena kasih-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA. Skripsi ini merupakan karya ilmiah dan sumbangan terhadap paroki-paroki secara khusus tim kerja bidang pewartaan paroki dan kepada para wali baptis yang ada di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta dan sekaligus untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan di FKIP-JIP-Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penulisan skripsi ini tidak berjalan dengan mulus, namun penulis dapat belajar untuk semakin tekun, sabar dan tidak mudah putus asa. Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah menyumbangkan ide dan gagasannya,
kemudahan
dan
kesempatan
sehingga
memungkinkan
terselesaikannya skripsi ini. Secara khusus terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno W.W. SJ.,M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan dan sabar membimbing penulis selama kuliah di kampus IPPAK. 2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., sebagai pembimbing utama, yang penuh kesabaran
dan
kerelaan
untuk
x
mendampingi,
membimbing,
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memberikan masukkan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai. 3. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum sebagai dosen penguji II sekaligus pembimbing akademik yang memberi semangat, masukan dan dukungan baik selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi ini. 4. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si sebagai dosen penguji III yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan dan dukungan kepada penulis. 5. Para dosen dan staf karyawan yang telah membimbing dan memberi dukungan selama penulis kuliah di IPPAK Sanata Dharma Yogyakarta. 6. Dewan Pimpinan Regio dan seluruh persaudaraan OSF Sibolga yang memberikan kepercayaan dan kesempatan bagi penulis untuk studi di IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 7. Teman-teman angkatan 2011yang telah memberi dukungan, semangat, kegembiraan selama bersama studi dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 8. Para suster OSF Sibolga komunitas saudara Leo Demangan Yogyakarta, yang mendukung dan menyemangati penulis selama studi dan saat penulisan skripsi ini. 9. Orang tua (ibu) dan segenap anggota keluarga saya yang memberikan semangat dan dukungan selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10. Semua sahabat dan kenalan secara khusus Pastor Ando Gurning, Pr yang terlibat mendukung, menyemangati dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis menyadari, bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan yang membutuhkan koreksi dari pembaca, baik dari segi penulisan maupun dari segi isi. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan skripsi ii. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian. Terimakasih.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015 Penulis
Festina Asnawati Mendröfa
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................
vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
ABSTRACT .......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Rumusan Permasalahan ......................................................................
7
C. Tujuan Penulisan ................................................................................
8
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................
9
E. Metode Penulisan ...............................................................................
9
F. Sistematika Penulisan .........................................................................
10
BAB II. PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DAN GAMBARAN UMUM PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
12
A. SAKRAMEN BAPTIS .......................................................................
12
1. Baptis, Gerbang Sakramen Lain ...................................................
12
2. Buah Rahmat dari Sakramen Baptis .............................................
14
3. Makna Teologis Sakramen Baptis ................................................
15
a. Baptis Mempersekutukan Orang Beriman dengan Kristus ....
15
b. Baptis Mempersatukan Orang Beriman dengan
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Allah Tritunggal ....................................................................
15
c. Baptis Memasukkan Orang Beriman dalam Gereja ...............
16
d. Baptis Sebagai Ikatan Kesatuan Ekumenis ............................
17
4. Simbol, Liturgi Sakramen Baptis, dan Nama Baptis ....................
17
a. Simbol.....................................................................................
17
b. Liturgi .....................................................................................
18
c. Nama Baptis ...........................................................................
19
5. Pelayanan dan Petugas Sakramen Baptis .....................................
19
a. Pelayan Sakramen Baptis .......................................................
19
b. Petugas Sakramen Baptis........................................................
20
1) Orang Tua .........................................................................
20
2) Wali Baptis .......................................................................
21
3) Penjamin (Fakultatif) ........................................................
21
4) Umat .................................................................................
22
B. TUGAS DAN PERAN WALI BAPTIS .............................................
22
1. Sejarah Wali Baptis ......................................................................
23
2. Pengertian Wali Baptis .................................................................
25
3. Peran, Tanggungjawab, dan Partisipasi Wali Baptis ....................
27
a. Peran Wali Baptis ...................................................................
27
b. Tangungjawab Wali Baptis ....................................................
29
c. Partisipasi Wali Baptis dalam Liturgi Pembaptisan ...............
30
1. Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Bayi dan Anak-Anak........................................................................
31
2. Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Dewasa ........
32
3. Pasca Pembaptisan ( Mistagogi dan Krisma) ...................
33
C. PERKEMBANGAN IMAN ...............................................................
33
1. Pengertian Iman - Perkembangan Iman........................................
34
2. Beberapa Sumber Pokok untuk Memperkembangkan Iman ........
40
a. Ekaristi ....................................................................................
40
b. Doa..........................................................................................
41
c. Kitab Suci ...............................................................................
42
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d. Devosi .....................................................................................
42
e. Bacaan Rohani ........................................................................
44
f. Pengalaman Pribadi Seseorang ...............................................
45
D. PERAN KHAS WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA ........................................... 1. Kebutuhan Perkembangan Iman Usia Remaja .............................
45 45
2. Peran Wali Baptis dalam Perkembangan Iman Usia Remaja .......
49
E. GAMBARAN UMUM PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA ................................................................................
50
1. Sejarah Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta...........................
50
2. Tata Penggembalaan Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta .....
54
a. Bidang Liturgi dan Peribadatan ..............................................
54
b. Bidang Pewartaan ...................................................................
55
c. Bidang Pelayanan Kemasyarakatan........................................
56
d. Bidang Paguyuban dan Tata Organisasi .................................
57
e. Bidang Sarana dan Prasarana .................................................
57
f. Bidang Penelitian dan Pengembangan ...................................
58
BAB III METODOLOGI LAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...................................................................................
59
A. Metodologi Penelitian .......................................................................
59
1. Rumusan Permasalahan ..............................................................
59
2. Tujuan Penelitian ........................................................................
60
3. Manfaat Penelitian ......................................................................
61
4. Jenis Penelitian ............................................................................
61
5. Metode Penelitian........................................................................
62
6. Pengumpulan Data ......................................................................
62
7. Analisis Data ...............................................................................
63
8. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
64
9. Responden Penelitian ..................................................................
65
10. Variabel Penelitian ......................................................................
66
11. Instrumen Penelitian....................................................................
68
B. LAPORAN HASIL PENELITIAN ...................................................
70
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Hasil Dokumen ...........................................................................
70
2. Hasil Observasi ...........................................................................
71
3. Hasil Wawancara ........................................................................
72
a. Pengertian Responden Tentang Wali Baptis .........................
72
b. Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis ................................
75
c. Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali Baptis ....................................................................................
78
d. Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan Iman Remaja.................................................
81
e. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menjalankan Peran, Tugas dan Tanggungjawab sebagai Wali Baptis ............................................................................
84
f. Keteladanan Hidup Wali Baptis ............................................
86
g. Pengetahuan Wali Baptis tentang Makna, Simbol, Liturgi Baptis ........................................................................
88
h. Perasaan karena Terpilih Sebagai Wali Baptis .....................
91
i. Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja .......................
92
j. Harapan-harapan Para Responden ........................................
94
k. Nasehat yang Diterima Anak Baptis dari Wali Baptis ..........
96
l. Bentuk Pendampingan yang Diharapkan Anak Baptis Kepada Wali Baptis............................................................... C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TENTANG TENTANG PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA .............................................................. 1. Pemahaman Tentang Peran dan Tugas Wali Baptis Terhadap Perkembangan Iman Anak Baptis Usia Remaja .........................
97
98 98
2. Pelaksanaan Peran, Tugas dan tanggungjawab Wali Baptis dalam Mengembangkan Iman Anak Usia Remaja................................. 104 3. Kepentingan Kehadiran Wali Baptis dalam Mengembangkan Iman Anak Baptis Usia Remaja di Paroki Kristus Raja Baciro .. 113 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Peran dan
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tugas Wali baptis dalam Mengembangkan Iman Anak Baptis .. 117 5. Upaya Meningkatkan Peran Wali Baptis dalam Mengembangkan Iman Anak Baptis Usia Remaja ..................... 121 6. Rangkuman ................................................................................. 125 BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI BAGI WALI BAPTIS PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA ................... 129 A. Latar Belakang Program ................................................................... 129 B. Alasan Pemilihan Program ................................................................ 131 C. Tujuan Program ................................................................................. 133 D. Usulan Program ................................................................................. 134 E. Persiapan Rekoleksi Wali Baptis Kristus Raja BaciroYogyakarta ... 140 a. Pembukaan .................................................................................. 141 b. Kegiatan Inti I ............................................................................. 143 c. Kegiatan Inti II ............................................................................ 150 d. Kegiatan Inti III ........................................................................... 154 e. Kegiatan Inti IV........................................................................... 156 f. Penutup........................................................................................ 156 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 157 A. Kesimpulan ......................................................................................... 157 B. Saran ................................................................................................... 159 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 161 Lampiran 1: Permohonan Izin Penelitian ...........................................
(1)
Lampiran 2: Laporan Hasil Wawancara .............................................
(2)
Lampiran 3: Tesk Lagu Hati Sebagai Hamba .................................... (34) Lampiran 4: Gambar Yesus yang Menggendong Domba .................. (35) Lampiran 5: Teks Injil Yohanes ......................................................... (36) Lampiran 6: Foto Responden ............................................................. (37) Lampiran 7: Teks Lagu Jadilah Saksi Kristus .................................... (39)
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Semua singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan Kitab Suci sesuai dengan daftar singkatan Perjanjian Baru dalam Alkitab Katolik Deutrokanonik cetakkan tahun 2000 oleh Bimas Katolik Departemen Agama, Repuplik Indonesia dalam rangka PELITA IV. Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8. Mat : Matius Mrk : Markus Yoh : Yohanes Kis : Kisah para rasul Rm : Roma Gal : Galatia Ef : Efesus B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja KGK
: Katekismus Gereja Katolik. Dicetak oleh Percetakan Arnoldus, Ende, 1995.
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia.
KHK
: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
UR
: Unitatis Redintegratio, Dekrit Konsili Vatikan ke II tentang Ekumenisme, 21 November 1965.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MAWI
: Majelis Agung Waligereja Indonesia
GE
: Gravissimum Educationis. Pernyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.
KKGK
: Kompendium Katekismus Gereja Katolik, diterbitkan oleh Penerbit Dioma, 2005.
GS
: Gaudium Et Spes. Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja Dewasa ini, 7 Desember 1965.
AG
: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II InI mengenai Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1965.
OICA
: Ordo Initiation Christianei Adultorum (Ritus Inisiasi Kristen Orang Dewasa).
Kan
: Kanon.
C. Singkatan Lain: PIA
: Pendampingan Iman Anak
PIR
: Pendampingan Iman Remaja
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
Komkat : Komisi Kateketik Bdk
: Bandingkan
CREBO : Crew Multimedia Baciro KAM
: Keuskupan Agung Medan
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sakramen inisiasi terdiri dari tiga sakramen yakni: Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, dan Sakramen Krisma. Sakramen-sakramen inisiasi memiliki kesatuan hubungan sebagai sakramen-sakramen yang menandai kehidupan dan perkembangan hidup manusia sejak lahir, tumbuh, dan berkembang karena terpenuhinya seluruhnya kebutuhan manusiawinya (Martasudjita, 2003:214). Sakramen baptis adalah awal kehidupan baru, sakramen Krisma (penguatan) yang menguatkan kehidupan ini, dan sakramen Ekaristi yang mengenyangkan umat beriman dengan tubuh dan darah Kristus untuk mengubahnya kedalam Kristus (KGK 1275). Dengan pembaptisan orang diinisiasikan atau diantar ke dalam Gereja sebagai anggotanya (KWI, 1996: 418). Pembaptisan suci merupakan dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam Roh (Vitae spiritualis ianua) dan menuju sakramen-sakramen yang lain. Oleh pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah. Kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam tugas perutusan-Nya (KGK 1213). Orang yang dibaptis menjadi serupa dengan Kristus, karena melalui pembaptisan seseorang digabungkan bersama Kristus. Pembaptisan menandai warga Kristiani dengan satu meterai (character) rohani yang tidak dapat dihapuskan, satu tanda bahwa orang tersebut masuk bilangan Kristus. Tanda ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
tidak dihapuskan oleh dosa manapun, meskipun dosa menghalangi-halangi pembaptisan untuk menghasilkan buah keselamatan (KGK 1272). Meterai Tuhan (“Dominicus character”) menurut Agustinus adalah meterai yang dengannya Roh Kudus telah memeteraikan kita untuk hari penyelamatan (Ef 4:30). Orang beriman yang telah mempertahankan “meterai” sampai akhir, artinya setia kepada tuntunan yang diberikan bersama pembaptisannya (KGK 1274). Pemberian sakramen baptis kepada anak-anak tidak dengan sendirinya menjadi jaminan bahwa iman anak bertumbuh dan berkembang. Pemeteraian Roh Kudus yang terjadi lewat pembaptisan dan terlebih pengurapan minyak pada dahi anak, membutuhkan usaha manusia untuk mengembangkan iman anak yang sudah dibaptis. Oleh karena itu, Gereja sangat menganjurkan agar iman anak didampingi baik oleh orang tua maupun wali baptis. Kitab Hukum Kanonik (KHK) sangat menggarisbawahi betapa pentingnya peranan orang tua dan wali baptis dalam pengembangan iman anak. KHK mengatakan: “Umat yang akan menerima sakramen baptis sedapat mungkin diberi wali baptis, yang berkewajiban mendampingi calon baptis dewasa dalam inisisi Kristiani dan mengajukan bersama orang tua calon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga wajib berusaha agar yang dibaptis hidup secara Kristiani yang sesuai dengan baptisnya serta memenuhi dengan setia kewajibankewajiban yang melekat pada baptisan itu” (KHK, kan. 872).
Berkaitan dengan tugas umat beriman yang tertuang dalam KHK di atas, Katekismus Gereja Katolik (KGK) juga menggarisbawahi betapa pentingnya peranan orang tua/wali baptis. Tugas mereka adalah jabatan gerejani yang sebenarnya (officium). Seluruh persekutuan Gereja ikut bertanggungjawab untuk pengembangan dan perlindungan rahmat pembaptisan (KGK 1255). Baik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
pengertian KHK maupun KGK, nampak bahwa rahmat pembaptisan ini dapat berkembang atas bantuan orang tua dan wali baptis. Baik orang tua maupun wali baptis harus menjadi orang Kristiani yang baik yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis pada jalan kehidupan Kristiani. Menanggapi begitu pentingnya peran dan tanggung jawab wali baptis dan seluruh persekutuan Gereja dalam pengembangan dan perlindungan rahmat pembaptisan ini serta bertitik tolak dari Injil Markus 16:15-16a. Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahkluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.” Atas dasar pemikiran di atas, penulis mencoba melihat peranan wali baptis di gereja paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Sebagai paroki yang terhimpun dalam satu wilayah tertentu, Paroki Kristus Raja Baciro berusaha untuk mewujudkan cita-cita Injili yang coba diterjemahkan baik dalam KHK, KGK dan terlebih buku Pedoman Dewan Paroki Kristus Raja Baciro. Buku Pedoman tersebut tidak pernah lepas dari konteks Keuskupan Agung Semarang yang mempunyai buku Pedoman juga. Dewan Paroki mencoba mengkonkretkan unsur Tritugas Kristus: imam (menguduskan), Nabi (pewartaan), dan sebagai Raja (menggembalakan). Secara khusus sebagai nabi (pewartaan), paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta memberikan perhatian dengan membentuk tim kerja di bidang pewartaan, diantaranya adalah: tim kerja baptisan bayi, tim kerja inisiasi, tim pendampingan iman anak (PIA), tim kerja pendampingan iman remaja (PIR), tim
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
kerja pendampingan iman orang dewasa, tim kerja kerasulan Kitab Suci, dan tim kerja katekis (Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki, 2011: 39-40). Wujud konkrit yang telah dilakukan di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta selama ini adalah memilih beberapa orang yang menjadi penanggung jawab dalam bidang tersebut dan dipercayakan untuk melaksanakan apa saja yang berkaitan dengan pembaptisan baik itu sebelum maupun sesudahnya. Misalnya, sebelum upacara pembaptisan dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan pembekalan kepada para orang tua anak yang akan dibaptis dan bagi para wali baptis yang akan menjadi orang tua kedua bagi anak baptis dalam pendampingan iman anak baptis untuk selanjutnya. Wali baptis yang dipilih menjadi orang tua kedua dalam perkembangan iman anak baptis untuk selanjutnya bekerjasama dengan orang tua anak baptis harus mampu menjadi teladan hidup. Bagi penulis dipilih menjadi wali baptis menunjukkan suatu penghargaan dan kepercayaan dari keluarga yang dibaptis. Wali baptis dipilih berdasarkan keteladanan hidup, kualitas pribadi dan persahabatan (OICA 11, Ordo Initiation Christianei Adultorum). Penulis memahami bahwa keberadaan wali baptis tidak hanya penting pada saat pembaptisan, tetapi juga bertanggung jawab mendampingi calon baptis secara terus menerus. Tanggung jawab untuk memperkembangkan iman umat bukan hanya menjadi tanggung jawab romo, suster, katekis namun wali baptis dan orang tua juga mempunyai tanggungjawab yang besar pula untuk kehidupan beriman umat. Orang tua dan wali baptis sendiri harus menjadi orang Kristiani yang baik yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis pada jalan kehidupan Kristiani (KGK 1255). Melalui perkataan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
terlebih teladan hiduplah orang tua dan wali baptis membina anak baptis mereka dalam iman dan praktek kehidupan Kristani (KHK, kan. 774 §2). Wali baptis harus mengusahakan kebajikan dalam dirinya sendiri dan memberikan teladan dalam hidup doa kepada seluruh umat. Karena seorang wali baptis telah berjanji untuk membantu orang yang baru dibaptis dan setuju untuk mewakili komunitas iman dan mendorong anak baptisnya untuk tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik sendiri. Penulis melihat bahwa pada umumnya wali baptis masih kurang berperan dalam perkembangan hidup iman anak baptis. Perkembangan iman sering bersamaan dengan perkembangan kepribadian seseorang. Misalnya, pada usia remaja, menurut para ahli psikologi (Feist, 2008: 233), anak berada dalam masalah identitas diri (ego identity).
Dalam kaitan dengan iman dan sesuai
dengan perkembangan kemampuan kritis psikologi remaja, anak remaja sering menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam hati dan praksis hidup. Mereka juga mengamati secara kritis kepincangan-kepincangan
di
masyarakat
yang
gaya
hidupnya
kurang
memperdulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturanbenturan dan tantangan yang membutuhkan seorang pendamping. Pendamping yang di maksud dalam konteks liturgi adalah orang tua dan wali baptis (sebagai orang tua kedua). Bila pendampingan orang tua dan wali baptis berlangsung, tentu tingkat partisipasi remaja bersangkutan dalam bentuk kehadiran pada pertemuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
atau pendalaman iman di lingkungan (bdk.KWI, 1996: 353-355) dapat dilihat atau dirasakan. Pernyataan di atas dapat juga kita buat dalam bentuk pertanyaan apakah fenomena partisipasi remaja dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan dan gereja disebabkan oleh peranan wali baptis? Untuk asumsi sementara dan berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, penulis melihat bahwa peranan wali baptis belum optimal. Selama ini penulis merefleksikan bahwa wali baptis kurang memiliki pemahaman yang benar mengenai peran dan tugasnya. Para wali baptis dalam melaksanakan tugas dan peran mereka selama ini belum merupakan suatu kedasaran. Kehadiran mereka hanya sebatas memenuhi persyaratan liturgis, yaitu menggendong pada saat bayi hendak dibaptis; sebagian besar beranggapan bahwa mereka hanya berperan dalam proses baptisan. Pemahaman ini sedikit terlalu sempit karena kurangnya keterlibatan dan pengetahuan akan tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis. Sebab dalam teori dikatakan bahwa wali baptis wajib mendampingi iman anak mulai sejak dibaptis sampai pada tingkat iman yang dewasa. Seperti yang pernah terjadi ketika penulis mengikuti proses pembekalan bagi para orang tua anak baptis dan wali baptis di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, saat itu wali baptis tidak hadir. Suatu hal yang sangat memprihatinkan karena pembekalan sesungguhnya merupakan hal yang sangat penting bagi wali baptis. Melalui pembekalan wali baptis mengetahui dan memahami peran dan tanggungjawabnya baik pada saat upacara penerimaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
sakramen baptis maupun selanjutnya (Mistagogi) sampai anak dewasa dalam imannya. Penulis melihat bahwa merupakan hal yang sangat penting bagi para wali baptis untuk mengikuti pembekalan sebelum perayaan sakramen pembaptisan dilaksanakan. Peran mereka sebagai pendamping iman bagi anak baptis tidak berhenti pada saat upacara pembaptisan saja melainkan berkelanjutan sampai pada anak yang telah dibaptis dewasa dalam imannya. Penulis melihat bahwa masih ada wali baptis yang tidak mengetahui perkembangan iman anak baptis. Banyak wali baptis kurang menjadi teladan iman terhadap anak baptis dalam penghayatan iman Kristiani yang diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sering terjadi bahwa hubungan yang berkelanjutan dengan anak yang dibaptis tidak ada kelanjutannya. Berdasarkan pengalaman konkret ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengambil judul skripsi PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman wali baptis tentang peran dan tugasnya terhadap perkembangan iman anak baptis selama ini? 2. Bagaimana pelaksanaan peran wali baptis dalam pengembangan iman untuk remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
3. Sejauh mana kepentingan peran wali baptis dalam pengembangan iman remaja selama ini? 4. Faktor-faktor pendukung dan penghambat manakah yang dialami oleh wali baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam pengembangan iman anak baptisnya ? 5. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam pengembangan iman anak baptis usia remaja supaya anak baptisnya dapat mencapai kedewasaan dalam iman Kristiani?
C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memahami sejauh mana wali baptis mempunyai wawasan tentang tugas dan perannya sebagai wali baptis.
2.
Mengetahui
bagaimana
pelaksanaan peran
wali
baptis
selama
ini
dilaksanakan di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. 3.
Mengetahui sejauh mana kepentingan kehadiran wali baptis dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja.
4.
Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh wali baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengembangakan iman anak baptisnya.
5.
Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja supaya mencapai kedewasaan dalam imannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
D. MANFAAT PENULISAN Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Membantu para wali baptis agar dapat memahami dan menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis yang berperan dalam perkembangan iman anak baptis selanjutnya. 2. Mendorong pihak Gereja, yakni pastor paroki dan katekis untuk memberikan pengajaran atau pembinaan kepada orang tua dan wali baptis agar mereka mengetahui tugas dan tanggungjawab mereka sebagai orang tua dan wali baptis dalam perkembangan iman anak yang dibaptis. 3. Memberi sumbangsih bagi wali baptis agar mampu meningkatkan peran mereka sebagai wali baptis sehingga senantiasa setia dalam membantu perkembangan iman anak yang dibaptis. Dengan demikian, kelak anak baptisnya menjadi dewasa dalam iman serta mampu melihat peran Allah yang hadir dalam kehidupan ini. 4. Sebagai
sumber
pembelajaran
bagi
penulis
dalam
merencanakan,
melaksanakan dan menyusun suatu penelitian agar hasilnya dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan.
E. METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Untuk memperlancar penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif melibatkan tiga unsur pokok, yakni: teknik wawancara, teknik observasi, pencatatan dan penggunaan dokumen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan (paroki Kristus Raja Baciro). Tujuan utama
metode penulisan ini terletak pada usaha untuk
menggambarkan dan mengungkap dan kedua adalah untuk menjelaskan apa yang menjadi temuan penulis di lapangan. Ada tiga prinsip berkenaan dengan pengumpulan dan penggunaan data yang dipakai oleh penulis yakni, pertama: penggunaan multi sumber; kedua: penciptaan data dasar bagi studi kualitatif; dan ketiga adalah pemeliharaan rangkaian terbukti. Sehubungan dengan itu lima sumber data yang akan dipakai penulis dalam penenelitian ini yakni: pertama dokumentasi, kedua: rekaman arsip, ketiga: wawancara,
keempat: observasi
langsung, dan kelima adalah observasi partisipan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN Judul yang dipilih yaitu: peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam lima bab. Adapun perinciannya sebagai berikut: Bab I berisi Pendahuluan yang menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II berisi peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Bab kedua ini merupakan kajian teori yang menyajikan teori-teori dari berbagai buku dan literatur untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
melandasi pemikiran dan gagasan tentang peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Kajian teori juga meliputi: sakramen baptis, buah rahmat dari sakramen baptis, empat makna teologis sakramen baptis, simbol-liturgi sakramen baptis dan nama baptis, pelayan dan petugas sakramen baptis, sejarah wali baptis, pengertian wali baptis, partisipasi serta peran dan tugas wali baptis, pengertian perkembangan iman, beberapa sumber untuk mengembangkan iman, peran khas wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja, dan gambaran umum paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Pengertian remaja serta sejarah paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Bab III berisi metodologi penelitian, laporan dan hasil penelitian tentang peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Dengan pemahaman ini diharapkan para wali baptis di paroki Kristus Raja Baciro di masa yang akan datang semakin serius, setia menghayati dan melaksanakan peran mereka sebagai wali baptis. Bab IV berisi usulan program yang efektif berdasarkan hasil penelitian, sehingga penelitian ini sungguh teraktualisasi. Bab V berisi penutup. Pada bab V penulis akan membuat kesimpulan umum dan saran sebagai penutup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
BAB II PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DAN GAMBARAN UMUM PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
Mengetahui bahwa calon baptis sedapat mungkin diberi wali baptis, yang berkewajiban mendampingi calon baptis dewasa dalam inisisi Kristiani dan mengajukan bersama orang tua calon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga wajib berusaha agar yang dibaptis hidup secara Kristiani yang sesuai dengan baptisnya serta memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptisan itu (KHK, kan.872). Oleh karena itu pada bab II ini pada variabel pertama penulis akan menjelaskan tentang sakramen baptis, buah rahmat dari sakramen baptis, empat makna teologis sakramen baptis, simbol- liturgi sakramen baptis dan nama baptis, pelayan dan petugas sakramen baptis, sejarah wali baptis, pengertian wali baptis, partisipasi serta peran dan tugas wali baptis. Variabel kedua membahas mengenai pengertian perkembangan iman remaja serta sejarah paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
A. SAKRAMEN BAPTIS 1. Baptis, Gerbang Sakramen lain Dalam Gereja Katolik, ada tujuh sakramen yang dipahami dan dihayati sebagai “Tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman, mempersembahkan penghormatan kepada Allah, serta menghasilkan pengudusan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
manusia” (KHK kan. 840). Salah satuya adalah sakramen baptis. Baptis berasal dari kata Yunani baptizein yang berarti membenamkan, mencemplungkan, atau menenggelamkan kedalam air, entah seluruh atau sebagian (Martasudjita, 2013: 217). Sakramen ini selalu ditempatkan di awal ketujuh sakramen yang ada karena sakramen baptis dipahami sebagai pintu gerbang sakramen-sakramen lain. Hal tersebut didasarkan pada KHK kan. 849 yang berbunyi: “Baptis, gerbang sakramen-sakramen lain, yang perlu untuk keselamatan”. Hal ini berarti bahwa orang dapat menerima sakramen-sakramen lain yang disediakan oleh Gereja Katolik kalau orang tersebut sudah menerima sakramen baptis terlebih dahulu, sebab sakramen ini menjadi syarat mutlak untuk menyambut sakramen-sakramen lain secara sah. Hal tersebut juga dikatakan dalam KHK kan. 842 § 1 bahwa: “Orang yang belum dibaptis tidak dapat diizinkan menerima sakramen-sakramen lain dengan sah”. Hal ini selaras dengan kehendak Kristus, bahwa semua orang yang dibaptis memiliki kehidupan kekal (Yoh 3:5). Seorang yang menjadi Kristiani berarti menggabungkan diri atau menjalani suatu masa perkenalan dan masa latihan yang biasa disebut dengan inisiasi. Inisiasi Kristiani ini merupakan perkembangan yang berlangsung cukup lama mengikuti suatu pola yang kurang lebih sama, pola tersebut dapat dibedakan dalam tiga tahap empat masa. Tiga tahap tersebut adalah, tahap pertama: pelantikkan katekumenat, tahap ke dua pemilihan calon baptis, dan tahap ke tiga sakramen-sakramen inisiasi. Ada empat masa yakni: masa prakatekumenat, masa katekumenat, masa photizomenat (masa persiapan akhir), dan masa mistagogi (Komkat KAS, 2012: 17-18).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Sakramen baptis merupakan salah satu dari tiga sakramen inisiasi. Sakramen baptis menginisiasi, memasukan, mengantar orang ke dalam Gereja sebagai anggotanya (Iman Katolik, 1996: 418). Umat yang akan menerima sakramen baptis hendaknya didampingi oleh wali baptis. “Calon baptis sedapat mungkin diberi wali baptis, yang berkewajiban mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi kristiani, dan bersama orang tua mengajakcalon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga wajib berusaha agar yang dibaptis menghayati hidup kristiani yang sesuai dengan baptisnya dan memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu” (KHK, kan. 872).
2. Buah Rahmat dari Sakramen Baptis Bertitik tolak pada KGK 1263-1268, Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang dalam buku Katekese Inisiasi (2012: 28) menguraikan buah-buah rahmat dari sakramen baptis, yakni: a.
Seseorang yang dibaptis telah menjadi manusia baru dan tentu saja mempunyai tujuan hidup yang jelas, yaitu menjadikan hidupnya sebagai sarana berkat dan keselamatan bagi orang di sekitarnya.
b.
Seseorang yang dibaptis telah mendapatkan pengampunan dosa asal dan dosa pribadi, maka seseorang telah mendapatkan anugerah dan rahmat untuk mengenakan busana kebakaan karena telah ditutupi dari noda-noda dosa serta dipermandikan karena dibersihkan dari segala dosa.
c.
Seseorang yang dibaptis telah menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus dan kenisah Roh Kudus. Orang yang dibaptis digabungkan dengan Gereja, dengan Tubuh Kristus, dan mengambil bagian dalam imamat Kristus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
Seseorang mendapatkan rahmat pengurapan karena ia adalah kudus dan rajawi, berpartisipasi dalam tugas Kristus.
3. Makna Teologis Sakramen Baptis E. Martasudjito, dalam
buku Sakramen-sakramen Gereja menuliskan
empat makna teologis sakramen baptis (Martasudjita, 2003: 228-232). Empat makna teologis sakramen baptis itu adalah: a. Baptis Mempersekutukan Orang Beriman dengan Kristus Baptisan mempersekutukan kita bukan hanya dengan pribadi Yesus Kristus tetapi juga memasukkan orang ke dalam seluruh peristiwa Yesus Kristus yang meliputi sengsara, wafat, hingga kebangkitan serta hidup-Nya bagi Allah. Dengan baptisan kita mengenakan Kristus (Gal 3:27), artinya apa yang terjadi dalam diri Kristus juga terlaksana dalam diri kita. Dari kutipan rasul Paulus kepada jemaat di Roma 6:1-14 terdapat tiga hal yang terjadi dalam baptisan: pengampunan atau pembersihan dosa, senasib dengan Kristus yang wafat dan bangkit, dan persatuan orang beriman dengan Allah sendiri. b. Baptis Mempersatukan Orang Beriman dengan Allah Tritunggal Baptisan mempersatukan orang Kristiani dengan Allah sendiri, karena melalui pembaptisan orang Kristiani dimasukkan kedalam komunitas Trinitas: relasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam diri Allah ada relasi komunikatif antara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Komunikasi Trinitas berarti komunikasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus sedemikian rupa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
sehingga ketiga pribadi tetap merupakan satu keilahian (Allah Yang Maha Esa) dan sekaligus masing-masing pribadi tidak pernah terpisah dan tidak pernah tercampur. Komunikasi kasih yang membangun komunitas Ilahi dalam Trinitas ini diwahyukan dalam sejarah keselamatan. Sang Putra menjadi
manusia dalam
Yesus Kristus, di mana keseluruhan hidup Yesus tetap bersama dengan Allah Bapa dan yang menyatukan Bapa dengan Yesus adalah Roh Kudus. Pada saat wafat Putra Allah menyerahkan diri secara total kepada Allah Bapa dalam Roh dan dalam kebangkitan-Nya Bapa menerima persembahan dan penyerahan diri Putra-Nya. Melalui baptis orang beriman menggabungkan diri dalam dinamika kasih Trinitas tersebut. Berkat Roh Kudus yang dianugerahkan kepada orang beriman, orang Kristiani masuk ke dalam dinamika hubungan kasih Allah Bapa dan Putra. Dengan baptis, orang beriman mengalami kesatuan dan kebersamaan dengan Allah Tritunggal yang merupakan anugerah semata, bukan karena jasa kita. c. Baptis Memasukkan Orang Beriman dalam Gereja Dengan baptis, seseorang dimasukkan dalam Gereja sebagai warga baru. Proses inisiasi merupakan suatu saat di mana orang harus tetap bertumbuh dan berkembang
dalam iman Gereja. Baptis meliputi dua macam gerak yang
merupakan satu realitas komunikasi dan perjumpaan. Pertama: melalui baptis, seseorang masuk dalam Gereja, diterima dan diakui sebagai warga baru dengan segala hak dan kewajibannya. Kedua, dalam baptis Gereja menjadi hidup dan tumbuh dalam orang Kristiani. Artinya dalam diri orang Kristiani terjadi internalisasi seluruh hidup Gereja: iman, tradisi, dan ungkapannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
d. Baptis sebagai Ikatan Kesatuan Ekumenis Dari ketujuh sakramen dalam Gereja Katolik, baptis merupakan salah satu sakramen yang diterima dan diakui oleh Gereja. Gereja yang satu sudah semakin dapat mengakui validitas praktek baptisan dari Gereja lain. Meskipun pengakuan itu tidak selalu terjadi, mengingat masing-masing Gereja terkadang memiliki ritus yang berbeda. Dokumen Lima mengatakan bahwa pada umumnya Gereja-Gereja memandang pernyataan mengenai baptisan sebagai pernyataan yang baik dan sesuai dengan tradisi para rasul. Yang dipermasalahkan hanyalah baptisan bayi. Meskipun demikian, baptisan diterima oleh semua Gereja dan dengan demikian umat Kristiani menyebut baptisan sebagai ikatan kesatuan ekumenis. Dari pihak Gereja Katolik, pengakuan akan makna baptis sebagai kesatuan ekumenis tercermin dalam UR 22, yang berbunyi “Baptis merupakan ikatan sakramen antara semua orang yang dilahirkan kembali karenanya”.
4. Simbol, Liturgi Sakramen Baptis, dan Nama Baptis a. Simbol Dalam sakramen baptis ada simbol atau lambang dan liturgi yang digunakan seperti sakramen-sakramen Gereja pada umumnya. Adapun lambang dan simbol yang digunakan adalah: 1)
Air Air melambangkan pembersihan, kesucian dan kelahiran kembali dalam
Roh Kudus. Dengan demikian baptisan hanya dapat diterimakan secara sah dengan pencurahan air dan dengan rumusan kata-kata yang diwajibkan, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
“Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Air yang harus dipergunakan dalam menerimakan baptis, diluar keadaan terpaksa, haruslah air yang diberkati menurut ketentuan-ketentuan buku liturgi ( KHK kan. 853). Air yang digunakan dalam keadaan terpaksa adalah air baptis yang sudah diberkati atau
sekurang-kurangnya
diberkati
sewaktu
upacara
baptisan.
Baptisan
dilaksanakan dengan memasukkan ke dalam air atau dengan dituangi air. 2) Lilin yang Bernyala lilin yang bernyala yang diterima oleh baptis baru dalam upacara sakramen baptis merupakan lambang bahwa seseorang yang dibaptis diterangi oleh Kristus dan harus senantiasa berusaha hidup dalam terang Kristus (Komisi Kateketik KAS, 2012: 27). 3) Minyak Krisma Minyak wangi yang telah diberkati Uskup, berarti bahwa Roh Kudus diserahkan kepada yang baru dibaptis. Ia menjadi seorang Kristen, artinya seorang yang diurapi oleh Roh Kudus, digabungkan sebagai anggota dalam Kristus, yang telah diiurapi menjadi imam, nabi, dan raja (KGK 1241). 4) Kain Putih Kain putih (KGK 1243) berarti bahwa orang yang telah dibaptis mengenakan Kristus (sebagai busana).
b. Liturgi Ritus utama dalam upacara baptis meliputi: litani dan pemberkatan air, penyangkalan setan, pengurapan dengan minyak katekumen, pengakuan iman,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
baptis, pengurapan sesudah baptis sesudah menggunakan pakaian putih serta penyerahan lilin bernyala (Komisi Kateketik KAS, 2012: 27). Namun, dalam keadaan darurat, setiap orang dapat membaptis, sejauh ia mempunyai niat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja, dan menuangkan air diatas kepala orang yang dibaptis dan berkata: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus” (KGK 1240).
c. Nama Baptis Pemberian nama baptis yang dipilih diambil dari deretan nama-nama orang kudus yang ada dalam Gereja Katolik, mempunyai makna pertama, agar keutamaan, kesucian,dan keteladanan orang kudus itu terpancar pada orang yang menyandang nama orang kudus itu. Kedua, agar orang kudus itu membantu calon baptis melalui doa dan relasi secara khusus dengan calon baptis sehingga calon baptis dapat hidup pantas di hadapan Allah. Ketiga, nama baptis juga merupakan simbol anugerah hidup baru yang diterima (Komisi kateketik KAS, 2012: 27).
5. Pelayan dan Petugas Sakramen Baptis a. Pelayan Sakramen Baptis Sakramen baptis dapat diterimakan baik dalam keadaan normal maupun darurat, dengan tetap mengindahkan aspek keabsahan sakramen baptis itu sendiri, yaitu mencurahkan air tiga kali di dahi, sambil mengucapkan”(Nama calon baptis), Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus”. Dalam keadaan normal, sakramen baptis dapat diterimakan uskup, imam, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
diakon tertahbis: “Pelayan baptis adalah uskup, imam, dan diakon” (KHK kan.861 §1). Sedangkan dalam keadaan darurat, sakramen baptis dapat diterimakan semua orang Katolik yang sudah dibaptis seperti yang dikatakan dalam KHK kan. 861 § 2: “Bilamana pelayan tidak ada atau berhalangan, baptisan dapat dilaksanakan secara licit oleh katekis ataupun oleh orang lain yang oleh Ordinaris wilayah yang ditugaskan untuk fungsi itu, bahkan dalam darurat oleh siapapun yang mempunyai maksud yang semestinya;…”atau dengan ungkapan “Setiap orang beriman dapat memberikan sakramen baptis kepada orang yang berada dalam bahaya maut atau dalam sakrat maut, kalau tidak ada imam ataupun diakon” (Ga I, 2014:95).
b. Petugas Sakramen Baptis 1) Orang Tua Dalam peristiwa pembaptisan bayi, kehadiran orang tua sangat penting dan menentukan dibandingkan dengan wali baptis, karena merekalah yang akan membesarkan dan mendidik anak-anaknya, khususnya dalam pembinaan iman anak-anaknya termasuk mempersiapkan mereka untuk menerimakan sakramensakramen lain seperti komuni pertama, Ekaristi, dan sakramen penguatan (Prasetya, 2008:25-26). Mengingat pentingnya peranan orang tua baik pada saat pembaptisan maupun sesudah pembaptisan, kehadiran orang tua dalam penerimaan sakramen baptis sangat diharapkan: “Sangatlah diharapkan supaya orangtua menghadiri upacara pembaptisan anaknya dan menyaksikan kelahirannya kembali dari air dan Roh Kudus”, termasuk untuk memberikan persetujuan atas pembaptisan ini: Orang tuanya, sekurang-kurangnya satu dari mereka atau secara legitim menggantikan orangtuanya, menyetujuinya” (KHK kan. 868 §1, 10).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
2) Wali Baptis Pembaptisan adalah sakramen iman. Iman membutuhkan persekutuan umat beriman. Setiap orang beriman hanya dapat beriman dalam iman Gereja. Iman yang dituntut untuk pembaptisan tidak harus sempurna dan matang, cukuplah satu tahap awal yang hendak berkembang. Kepada para katekumen dan wali baptis disampaikan pertanyaan: “Apa yang kamu minta dalam Gereja Allah?” dan ia menjawab; “Iman” (KGK 1253). Berdasarkan pernyataan tersebut, Wali baptis tidak hanya bertugas pada saat penerimaan sakramen baptis, tetapi mendampingi terus-menerus sampai akhirnya bayi atau anak baptis dapat hidup secara Kristiani dan setia melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan baptisan yang telah diterimanya (KHK. Kan 872).
3) Penjamin (fakultatif) Menurut Prasetya (2008: 28), Penjamin dalam sakramen baptis adalah seorang beriman Katolik baik laki-laki ataupun perempuan yang berani memberikan jaminan bahwa bayi ini pantas diterima dalam Gereja Katolik dan akan dididik dalam iman Katolik. Oleh karena itu, keberadaan penjamin hanya berkaitan dengan kasus-kasus khusus agar bayi tersebut dapat dibapits; misalnya, keberadaan bayi yang tidak diketahui siapa orang tuanya atau keberadaan bayi yang berasal dari perkawinan yang tidak sah atau keberadaan bayi disebabkan karena kehamilan di luar nikah atau pada saat pembaptisan, orang tuanya tidak dapat hadir karena alasan berat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Dalam situasi biasa, keberadaan penjamin tidak diperlukan karena oleh orang tua sendiri, bayi tersebut akan dibesarkan dan dididik imannya secara Katolik dan itu sesuai dengan maksud baptisan yang telah diterimanya. Berdasarkan kasus-kasus seperti itu, kehadiran penjamin sangat penting dan diperlukan dalam peristiwa pembaptisan.
4) Umat Pentingnya
kehadiran umat
dalam
peristiwa
pembaptisan
selain
menunjukkan aspek perhatian dan cintanya kepada mereka yang hendak menerima sakramen baptis dan meneguhkan pengakuan iman yang dilakukan oleh orang tua dan wali baptis, juga sebagai perwujudan pengakuan iman Gereja. Umat Allah ikut serta secara aktif untuk menampakkan penerimaan para baptisan baru ke dalam Gereja. Dengan demikian, iman yang menjadi dasar pembaptisan bukan hanya milik keluarganya saja, melainkan milik seluruh Gereja (Prasetya, 2008: 29).
B. TUGAS DAN PERAN WALI BAPTIS Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai pokok-pokok wali baptis. Penulis akan mengajak melihat beberapa pendapat tentang wali baptis. Pada bagian awal ini penulis akan membahas mengenai sejarah wali baptis, pengertian wali baptis, peran-tugas dan partisipasi wali baptis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
1. Sejarah Wali Baptis Adanya wali baptis atau saksi baptis dalam sakramen pembaptisan tidak menjadi syarat mutlak bagi sahnya sakramen baptis. Dalam keadaan darurat, baptisan tetap sah bila dilakukan tanpa ada wali baptis. Namun, adanya wali baptis atau saksi baptis ini merupakan kebiasaan lama yang sudah mengakar dalam tradisi katolik. Oleh karena itu, keberadaan wali baptis atau saksi baptis tetap diusahakan (Irwanto, 2005: 25). Sejarah wali baptis bermula dari adanya penjamin dalam tradisi pembaptisan Gereja Purba. Sebelum menjadi wali baptis para penjamin saat upacara pelantikkan katekumen disebut sebagai penobat (Komisi Liturgi MAWI, 48). Sebagai penobat, penjamin bertindak sebagai saksi para calon baptis. Setelah upacara pelantikkan para penjamin dapat menjadi wali baptis. Mereka dapat bertindak sebagai wali baptis terutama karena mereka telah menjadi saksi untuk Gereja dan untuk Kristus di hadapan manusia. Nama
wali
baptis
dalam
masa
awal
Gereja
disebut
dengan
penjamin/sponsor. Peran wali baptis sebagai penjamin/sponsor dilakukan oleh St. Barnabas terhadap St. Paulus yang baru bertobat (Kis 9:27). Peran wali baptis sebagai penjamin/sponsor seperti St. Barnabas sudah berkembang pada awal sejarah Gereja, terlebih ketika Gereja mengalami masa penganiayaan dari kekaisaran Romawi sampai munculnya Edict Milan (313 M). Pada masa itu menjadi Kristen berarti mesti siap untuk menjadi martir, dibunuh demi iman, karena kekristenan dianggap sebagai musuh negara yang harus ditumpas. Maka ibadahpun dilakukan secara sembunyi-sembunyi di katakombe-katakombe.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Pewartaan Injil tidak bisa dilakukan secara terang-terangan (Bagiyowinadi, 2009: 20). Untuk mengetahui apakah lawan bicara juga Kristen digunakan gambar ikan sebagai sandi (Yun, ikan = ICHTUS singkatan dari Yesus Kristus, Anak Allah, Penyelamat). Bila ada seseorang yang tertarik menjadi Kristen, dia akan menghadap Uskup setempat. Dan Uskup meminta dia mencari teman seorang Kristen yang menjadi penjamin/sponsor baginya (Bagiyowinadi, 2009: 21). Sebelum abad IX beberapa orang tua sudah memilih orang lain bertindak sebagai wali baptis anaknya. Baru pada abad IX ada peraturan resmi sponsor haruslah di luar kedua orang tuanya. Maka muncullah istilah latin patrinus (bapa baptis) dan Matrina (ibu baptis). Melalui kelahiran baru dalam pembaptisan itu mereka menjadi orang tua spiritual bagi anak baptisnya. Dengan adanya wali baptis yang bukan orang tuanya, pembinaan iman bisa berkelanjutan, kalaupun orang tua tiba-tiba meninggal. Sejak awal relasi spiritual antara wali baptis dan anak baptis sedemikian erat sehingga Kaisar Yustinus (abad VI) mengeluarkan larangan penikahan antara wali baptis dengan anak baptis (Bagiyowinadi, 2009: 22). Dalam liturgi pembaptisan bayi masa itu, wali baptis berperan untuk menerimakan anak baptis dari bejana baptis. Selanjutnya Karel Agung, raja Frank yang memerintah tahun 751-758, berusaha menjadikan institusi wali baptis sebagai pendidikan iman bagi kaum awam. Dia menggaris bawahi tugas wali baptis sebagai pendidik iman bagi anak baptisnya termasuk untuk mengajarkan doa-doa dasar kepada mereka (Bagiyowinadi, 2009: 23).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Dari penjelasan tersebut di atas, gereja Katolik tetap mempertahankan bahwa setiap calon baptis yang akan dibaptis sedapat mungkin diberi wali baptis yang mendampingi calon baptis menghayati hidup Kristiani yang sesuai dengan baptisannya dan memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu.
2. Pengertian Wali Baptis Kamus Liturgi mendefiniskan bahwa wali baptis adalah orang beriman Katolik yang dipilih oleh katekumen untuk menjadi pendampingnya dalam tahaptahap terakhir inisiasi Ktisten. Sesudah katekumen dibaptis, ia tetap harus memperhatikan perkembangan hidup baptisan baru tersebut. Wali baptis berkewajiban menolong anak baptis sebaik mungkin dengan kata dan teladan dalam perkembangan hidup rohani. Kewajiban seorang wali baptis sangat penting terlebih-lebih jika orang tua anak baptis tidak mau mengembang tanggung jawabnya dan dengan demikian wali baptis dapat menjadi orang tua kedua bagi anak baptis tersebut. Wali baptis wajib berusaha supaya orang anak baptis yang mendapat pendampingan darinya menerima pembinaan dan pendidikan Katolik dan tetap setia pada janji baptis (Ernest Mariyanto, 2004: 226). Wali baptis adalah seorang beriman Katolik, baik laki-laki maupun perempuan, yang sudah dewasa usia dan imannya yang ditunjuk untuk mendampingi proses perkembangan iman orang yang dibaptis, baik kanak-kanak maupun orang dewasa. Menurut Prasetya (2011: 49), wali baptis adalah orang yang dianggap tepat untuk menjadi penjamin pada sakramen penguatan ketika
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
anak sudah cukup besar untuk menerimanya. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau sesuatu yang menghalangi orang tua untuk membesarkan anaknya dalam iman Katolik, wali baptis mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa anak memperoleh pendidikan iman yang diperlukan. Dengan demikian, keberadaan dan tugas wali baptis tidak hanya penting pada saat pembaptisan, tetapi juga bertugas untuk mendampingi calon baptis terus menerus sampai dapat hidup secara kristiani dan setia melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan baptisan yang telah diterimanya (Prasetya, 2011: 49). Wali baptis oleh Yohanes Chrysostomus yang dikutip dalam buku Bina liturgia 5 juga disebut “Bapa rohani” hal ini mau menunjukkan sifat kemesraan seorang ayah yang mendidik anak-anaknya dalam hal-hal rohani dan mendorang mereka kepada kebajikan (MAWI, 1986: 49). Dari pengertian di atas, Kitab Hukum Kanonik 874 menuliskan syaratsyarat untuk menjadi seorang wali baptis yakni: 1. Ditunjuk oleh calon baptis atau orang tuanya atau oleh orang yang mewakili mereka, atau bila mereka itu tidak ada, oleh pastor paroki atau pelayan baptis, serta memiliki kecakapan dan maksud untuk melaksanakan tugas itu; 2. Telah berumur genap enambelas tahun, kecuali jika umur lain ditentukan oleh Uskup diosesan, atau pastor paroki ataupun pelayan baptis menilai bahwa kekecualian atas alasan wajar dapat diterima; 3. Seorang Katolik yang telah menerima penguatan dan sakramen Ekaristi Maha Kudus, lagi pula hidup sesuai dengan iman dan tugas yang diterimanya; 4. Tidak dijatuhi atau dinyatakan ternoda oleh suatu hukuman kanonik;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
5. Bukan ayah atau ibu dari calon baptis; seseorang yang telah dibaptis dalam suatu jemaat gerejawi bukan Katolik hanya dapat diizinkan tampil hanya bersama dengan seorang wali baptis Katolik, dan itu sebagai saksi baptis. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa wali baptis adalah orang yang sungguh mempunyai kewajiban penting untuk menjaga, mendampingi dan membantu orang tua dalam mendampingi anak sehingga semakin hari anak semakin memiliki iman yang kokoh sehingga tidak mudah untuk mengikuti arus zaman yang semakin deras serta semakin hari semakin aktif dalam mengikuti kegiatan menggereja. Kunci utama mengemban tanggungjawab sebagai wali baptis adalah kemauan dan kerelaan.
3. Peran, Tugas, dan Partisipasi Wali Baptis a. Peran Wali Baptis Setiap calon baptis hendaknya mempunyai wali baptis namun bukan demi sahnya pembaptisan karena tanpa wali wali baptis, pembaptisan tetap sah. Dalam keadaan darurat, baptisan tetap sah bila dilakukan tanpa adanya wali baptis. Namun adanya wali baptis atau saksi baptis ini merupakan kebiasaan lama yang sudah mengakar dalam tradisi Katolik. Oleh karena itu, keberadaan wali baptis atau saksi baptis sebaiknya tetap diusahakan (Irwanto, 2005: 25). Dalam Kitab Hukum Kanonik ditegaskan bahwa: “Calon baptis sedapat mungkin diberi wali baptis yang berkewajiban mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi Kristiani, dan bersama orangtua mengajukan calon baptis bayi untuk dibaptis menghayati hidup Kristiani yang sesuai dengan baptisannya dan memenuhi kewajiban yang melekat pada baptis itu” (KHK 872).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Dengan demikian wali baptis diharapkan dapat menunjukkan jalan kepada katekumen untuk mewujudkan (menerapkan) Injil dalam hidupnya sendiri dan dalam hubungannya dengan masyarakat. Wali baptis diharapkan dapat mendampingi dalam keragu-raguan dan kebimbangan, memberi kesaksian dan menjaga perkembangan hidup Kristiani para baptis baru agar tetap setia pada janji baptis. Dengan melihat begitu besarnya tugas seorang wali baptis, seorang wali baptis tidak begitu saja lepas dari tanggungjawabnya karena hal ini sangat berpengaruh bagi perkembangan iman anak baptis (KWI, 1996: 426). Supaya rahmat pembaptisan dapat berkembang, bantuan orang tua dan wali baptis sangat penting. Mereka harus turut bertangung jawab dan harus menjadi orang Kristiani yang baik, yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis pada jalan kehidupan Kristiani. Tugas mereka adalah jabatan gerejani yang sebenarnya officium (KGK 1255). Bila yang dibaptis adalah seorang bayi atau anak kecil yang orang tuanya adalah umat beriman Katolik, wali baptis membantu orang tuanya di mana orang tua tetap merupakan pengajar iman utama bagi anaknya (Gravissimus Educationis, GE 3). Bila yang dibaptis adalah seorang bayi atau anak kecil yang orang tuanya bukan Katolik, atau yang dibaptis adalah seorang dewasa, wali baptis harus menjadi teladan utama dalam pertumbuhan spiritual anak baptisnya. Pertolongan yang dapat diberikan oleh seorang wali baptis adalah teladan iman. Seorang wali baptis tidak dapat memberikan teladan iman bila ia tidak berbagi (sharing) mengenai imanya. Dengan demikian, wali baptis harus mengusahakan kebajikan dalam dirinya sendiri dan memberikan teladan dalam hidup doa kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
seluruh umat. Karena seorang wali baptis telah berjanji untuk membantu orang yang baru dibaptis dan setuju untuk mewakili komunitas iman dan mendorong anak baptisnya untuk tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik sendiri.
b. Tanggung Jawab Wali Baptis Berdasarkan penegasan diatas, Herman Yosef Ga I dalam buku Sakramen dan Sakramentali menurut Kitab Hukum Kanonik (2011: 125) memaparkan apa yang merupakan tanggung jawab ibu/bapa wali baptis itu sendiri yaitu: 1)
Mengajar atau mendidik dengan memperlihatkan kepada calon baptis dewasa, atau membantu orang tua calon baptis bayi,
bagaimana
mempraktekkan ajaran Allah dan Injil Suci dalam hidup pribadi dan sosial. Di samping itu, ibu/bapa wali baptis bertugas juga serentak sebagai pembawa dan pemberi kesaksian Kristiani dan menjadi pelindung atas pertumbuhan hidup beriman calon baptis sebagai buah dari sakramen baptis. 2) Membantu calon baptis dewasa atau orang tua calon baptis bayi yang sekurang-kurangnya dilakukan pada tahap akhir persiapan pembaptisan (masa pemurnian). 3) Menyertai calon baptis dewasa dalam mengajukan diri menjadi calon wali baptis dan serantak berdiri sebagai seorang saksi atas hidup dan perilaku iman, moral, dan maksud baik calon baptis. 4) Mewakili Gereja dalam meneriman calon baptis menjadi anggota baru Keluarga Kerajaan Allah secara spiritualitas dan memainkan peran nyata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Gereja kepada calon baptis sebagai seorang bunda. Ibu/bapa wali baptis menjadi anggota baru dari keluarga spiritual baptisan baru. Konferensi Wali Gereja Indonesia dalam Iman Katolik menjelaskan bahwa peran wali baptis adalah mendampingi katekumen pada hari “pemilihan”, dalam perayaan sakramen-sakramen inisiasi dan pada “mistagogi”, artinya wali baptis menunjukkan jalan kepada katekumen supaya menerapkan Injil dalam kehidupannya sendiri dan dalam hubungannya dengan masyarakat. Wali baptis pun harus memberi kesaksian dan menjaga perkembangan hidup Kristianinya (Iman Katolik, 1996: 426). Melihat keberadaan peran wali baptis yang berlangsung selama hidup ini, sebaiknya ditanggapi dengan upaya pencarian wali baptis secara bijaksana, jangan asal-asalan, sesuai dengan syarat wali baptis. Khususnya untuk baptisan anakanak, tidaklah bijaksana jika orang tua memilih wali baptis yang sudah lanjut usianya karena yang sering terjadi adalah wali baptis tersebut sakit-sakitan, bahkan meninggal dunia, pada saat anak sangat memerlukan kehadirannya itu. Itulah sebabnya, keberadaan wali baptis jangan dipahami sebatas formal saja, tetapi harus ditempatkan dalam kerangka pendampingan terus-menerus bagi anak dalam menatap masa depannya yang masih panjang dengan segala tantangan dan kesulitan zamannya (Prasetya, 2011: 51).
c.
Partisipasi Wali Baptis dalam Liturgi Pembaptisan Di atas telah diuraikan apa yang menjadi peran dan tanggung jawab wali
baptis. Bagiyowinadi (2009: 63-74) dalam buku Wali Baptis peran dan tanggung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
jawabnya, menguraikan apa saja yang merupakan partisipasi wali baptis dalam liturgi pembaptisan, antara lain yaitu: 1.
Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Bayi dan Kanak-Kanak
a.
Mengikuti pembekalan bersama dengan orangtua anak baptis Bersama dengan orangtua anak yang dibaptis, wali baptis mengikuti
pembekalan. Kegiatan pembekalan ini cukup penting bagi wali baptis karena akan dibicarakan tanggung jawab mendidik anak setelah pembaptisan serta dalam pembekalan akan disampaikan bagaimana pelaksanaan liturgi pembaptisan misalnya: siapa yang memasang busana putih pada baptisan baru, siapa yang menyalakan lilin baptis pada lilin paska, dan lain sebagainya (Bagiyowinadi, 2009: 64).
b. Pada saat upacara pembaptisan Sama halnya dengan orangtua anak yang dibaptis, wali baptis dalam upacara pembaptisan mempunyai peran (Bagiyowinadi 2009: 66), yakni: 1)
Pada saat upacara pembaptisan secara puplik wali baptis menyatakan kesanggupannya untuk membantu orang tua menjalankan tugasnya,
2) Wali baptis ikut membubuhkan tanda salib pada dahi calon baptis setelah orangtua, 3) Bersama orangtua memperbaharui janji baptis dengan menolak setan dan mengakui iman. Kemudian masih dimungkinkan dengan: 4) Ikut memegang anak baptis setelah penuangan air baptis, 5) Menyeka kepala anak baptis dengan handuk sesudah penuangan air baptis,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
6) Membantu memasangkan busana putih pada anak baptis, 7) Membantu menyalakan lilin baptis pada lilin Paskah.
2.
Partisipasi Wali Baptis dalam Pembaptisan Dewasa
a.
Upacara Pemilihan Calon Baptis Pada upacara pemilihan calon baptis untuk baptis dewasa yang juga
disebut sebagai inisiasi tahap ke dua, wali baptis mulai ambil peran dalam liturgi. Pada bagian awal upacara pemilihan calon baptis dewasa, wali baptis akan diminta kesaksiannya apakah calon baptis dewasa tersebut sudah siap untuk menerima baptisan.
b. Pada Saat Upacara Pembaptisan Pada saat upacara pembaptisan dewasa, setelah calon baptis mengucapkan janji baptis, wali baptis mempunyai peran (Bagiyowinadi: 2009: 71-72), yakni: 1)
Pada penuangan air baptis pada kepala calon baptis, salah satu atau kedua wali baptis mendampinginya dengan tangan kanan memegang bahu anak baptis (OICA 226 B).
2) Wali baptis membantu memasangkan busana putih pada anak baptisnya (OICA 229). 3) Wali baptis menyalakan lilin baptis dari api lilin paskah dan memberikan kepada anak baptisnya (OICA 230). 4) Bila upacara pembaptisan ini dilanjutkan dengan penerimaan sakramen Krisma, salah satu atau kedua wali baptis mendampingi anak baptis dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
tangan kanan memegang pundaknya dan menyebutkan nama krismanya kepada pelayan baptis-krisma.
3.
Pasca Pembaptisan (Mistagogi dan Krisma) Setelah penerimaan sakramen inisiasi, para baptisan baru memasuki masa
mistagogi, yakni masa pembinaan lebih lanjut setelah pembaptisan yang diselenggarakan baik dalam liturgi (tujuh kali misa mistagogi selama masa Paskah hingga hari raya Pentakosta) maupun dalam pertemuan kateketis. Wali baptis diharapkan ikut mendampingi anak baptisnya selama masa mistagogi, khususnya dalam rangkaian misa mistagogi (Bagiyowinadi, 2009: 73). Dari teori di atas penulis melihat bahwa adanya wali baptis meskipun tidak merupakan syarat mutlak bagi sebuah sakramen baptis dalam Gereja Katolik, namun menjadi seorang wali baptis adalah tugas penting dalam Gereja Katolik. Maka orangtua dan wali baptis sendiri harus menjadi orang Kristiani yang baik yang mampu dan siap mendampingi anak dan orang dewasa yang baru dibaptis pada jalan kehidupan Kristen
(KGK 1255). Melalui perkataan dan terlebih
teladan hiduplah orang tua dan wali baptis membina anak baptis mereka dalam iman dan praktek kehidupan Kristani (KHK, kan. 774 §2).
C. PERKEMBANGAN IMAN Pada pembahasan sebelumnya sudah membahas menganai wali baptis, sekarang penulis akan memaparkan mengenai perkembangan iman. Pada bagaian pertama ini akan dibahas mengenai iman-perkembangan iman serta tahap-tahap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
perkembangan iman dan beberapa sumber pokok untuk memperkembangkan iman. 1. Pengertian Iman-Perkembangan Iman Dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa “setiap orang yang mau dibaptis diminta untuk mengucapkan pengakuan iman” (KKGK, 259). Bagi anak yang dibaptis, pengakuan itu dilakukan oleh orang tua dan Gereja. Sekalipun dilakukan oleh orangtua dan Gereja, perkembangan iman anak diserahkan kepada wali baptis dan seluruh komunitas gerejawi. Menurut KGK, iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah. Iman merupakan persetujuan manusia secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah. Manusia menyerahkan diri seluruhnya terhadap Allah dan mengimani secara absolut, bahwa apa yang oleh Allah adalah tepat dan benar (KGK 150). Adapun yang merupakan ciri-ciri iman menurut KKGK 28 adalah, pertama: iman merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua orang yang memintanya dengan rendah hati. Kerendahan hati adalah keutamaan adikodrati yang perlu untuk memperoleh keselamatan. Ciri iman yang kedua, yakni: iman adalah tindakan manusiawi, yaitu tindakan akal budi manusia yang atas dorongan kehendak yang digerakkan oleh Allah mengimani dengan bebas kebenaran Ilahi. Thomas H. Groome dalam bukunya Cristian Religious Education (2010: 97-100) memaparkan beberapa pengertian iman menurut Fowler yang telah melakukan penelitian mengenai iman dari perspektif strukturalis, yang menyatakan bahwa cara beriman seseorang juga berkembang melalui tahap-tahap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
yang berurutan dan dapat dikenali. Adapun pemahaman Fowler mengenai iman yakni: 1) Iman sebagai yang utama Bagi Fowler, iman adalah inti manusia yang mendasar, disposisi fundamental yang mewarnai dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah iman. Dengan demikian bagi Fowler iman adalah fokus utama, disposisi atau orientasi
utama
berada
di
dunia
dengan
mana
seseorang
membuat,
mempertahankan, atau mengubah makna manusia. Iman adalah orientasi utama keberadaan seseorang. 2) Iman sebagai kegiatan mengetahui yang aktif Fowler memahami iman bukanlah sebagai keadaan atau milik statis, tetapi sebagai kegiatan mengetahui, mengartikan, dan menafsirkan pengalaman. Dengan demikian orang mampu memaknai kehidupan. Iman adalah proses mengetahui partisipatoris, dan pengetahuan dalam setiap pengalaman seseorang 3) Iman sebagai hubungan Bagi Fowler iman adalah fenomena hubungan yang mutlak. Dalam pengertian ini, bagi Fowler iman mempunyai dua kutub yakni hubungan antara diri kita dengan dunia sehari-hari dan orang lain. Dalam penelitiannya, Fowler menemukan bahwa hubungan seseorang dengan sebuah kutup manapun dari tiga serangkai (diri kita, sesama kita, Allah) mempengaruhi hubungan dengan kutup yang lain. Dengan demikian, hubungan kita dengan dunia sehari-hari dan dengan orang lain membentuk dan dibentuk oleh hubungan kita dengan pusat-pusat nilai (Kristus) dalam lingkungan akhir kita (finalitas hidup, yakni keselamatan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
kebahagiaan, hidup kekal, kebangkitan), dan hubungan kita dengan lingkungan akhir kita membentuk dan dibentuk oleh hubungan kita dengan dunia sehari-hari dan orang lain. 4) Iman sebagai sesuatu yang rasional dan bersifat “perasaan” Bagi Fowler, karena iman adalah mengetahui dunia secara aktif dan cara berhubungan dengan dunia luar, maka kegiatan beriman berdimensi baik kognitif maupun afektif. Fowler menjelaskan bahwa iman adalah kegiatan mengetahui atau mengartikan di mana “kognisi” (sang rasional) tidak dapat dipisahkan dengan “afeksi” (sang perasaan). Dimensi perasaan adalah aspek emosional afektif yang muncul dari iman sebagai cara berhubungan. Dimensi perasaan berarti mengasihi, memperhatikan, dan menghargai orang lain. 5) Iman sebagai hal yang universal yang ada dalam diri manusia Iman yang universal dibagikan Fowler kedalam pelbagai ekspresi oleh perbedaan-perbedaan cara seseorang memahami “lingkungan dasar” (kerajaan Allah) dan “pusat-pusat nilai” (Allah). Keputusan seseorang untuk terus berpartisipasi di dalam dunia adalah perwujudan dari iman. Crapps (1994: 37) berpendapat, Fowler mendefinisikan bahwa iman merupakan orientasi dasar, “inti struktural” keberadaan manusia. Bagi Fowler iman mencakup bentuk-bentuk yang dipergunakan orang untuk berpikir dan mengambil keputusan moral, cara yang dipakai untuk mengatur dunia, peran yang sudah diambil, tempat outoritas mereka, batas-batas kesadaran sosial mereka, dan cara yang diambil dalam menggunakan lambang-lambang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Di atas penulis telah menguraikan beberapa definisi tentang iman. Berkaitan dengan definisi iman, penulis mengikuti definisi yang dikatakan oleh Ernest Maryanto dalam Kamus Liturgi (Maryanto, 2004:78). Ia mengatakan bahwa iman adalah “Jawaban positif “ya” dari manusia terhadap Allah yang terdorong oleh hasrat menyelamatkan manusia, mewahyukan Diri dan rencanaNya kepada manusia. Iman juga merupakan perjumpaan diagonal antara Allah dan manusia; Allah menyapa, manusia menjawab; Allah menyatakan diri, manusia menanggapi”. Tentu saja pandangan tentang iman menurut Ernest Maryanto tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Buku Iman Katolik. Dalam Iman Katolik sangat digaris bawahi bahwa iman itu merupakan jawaban atas panggilan Allah, yang sangat menekankan penyerahan pribadi manusia kepada Allah dalam perjumpaan. Iman Abraham menjadi contoh utama untuk mengungkapkan relasi manusia dengan Allah sendiri (KWI, 1996:129). Dari penjelasan di atas, perkembangan iman yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini lebih tertuju kepada formatio iman berjenjang sebagaimana dijelaskan oleh Dewan Karya Pastoral KAS. Formatio iman secara berjenjang artinya formatio iman dilaksanakan melalui tahap-tahap usia, mulai dari balita sampai usia lanjut (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 39). Tujuan utama dari formatio iman adalah orang mencapai kepenuhan di dalam Kristus. Orang menjadikan Kristus sebagai dasar, pusat dan arah hidupnya. Dengan demikian formatio iman tidak sekedar memperkenalkan, tetapi mengajak orang untuk masuk, berelasi dan bersatu dengan Yesus sehingga dari pengalaman itu, seseorang mengalami keselamatan. Untuk itu kepenuhan hidup mengandung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
unsur-unsur kemuridan, kedewasaan, dan kesaksian (Dewan karya pastoral KAS, 2014: 26). Kemuridan yang menjadi tujuan dari formasi iman adalah kesadaran diri dipanggil oleh Yesus untuk berrelasi dan tinggal bersama-Nya, belajar mengalami kehidupan-Nya, sampai pada akhirnya hidupnya diperbaharui menjadi tanda kehadiran Yesus yang mewartakan keselamatan (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 27). Dalam kemuridan ada inisiasi, relasi, imitasi, dan misi. Seorang murid adalah seorang yang dipanggil untuk masuk dalam persekutuan dengan Allah, tinggal bersama dengan-Nya, meneladan hidup-Nya, dan akhirnya diutus untuk melanjutkan karya penyelamatan. Formatio iman membantu orang untuk mengalami pendewasaan iman. Orang semakin berakar dan bertumbuh dalam Kristus sampai akhirnya hidupnya menjadi sebuah tanda kehadiran Kristus sendiri (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 28). Kristus tidak hanya diterima, tetapi dibatinkan sampai akhirnya merasuki seluruh hidupnya. Hal ini sama seperti yang dikatakan oleh Paulus sendiri kepada jemaat di Galatia: “Sekarang bukan lagi aku yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2: 20). Sedangkan formatio iman misioner menyangkut gerak keluar untuk memberikan kesaksian akan imannya. Iman bukan sebagai sesuatu yang diletakkan di bawah gantang, tetapi ditempatkan di atas gantang. Misioner berarti seseorang berani bersaksi tentang imannya, berani berbicara tentang Kristus kepada orang lain (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 31). Berkaitan dengan perkembangan iman, penulis akan menguraikan tahaptahap perkembangan iman menurut James Fowler yang dikutip oleh Dewan Karya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
Pastoral KAS, dari buku Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan Eksistensial menurut James Fowler (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 40-41), yaitu: 1. Tahap iman intuitif (2-6 tahun) Dalam tahap ini, di mana orang mengalami Tuhan sebagai yang perkasa yang menuntut kepatuhan dan memberikan hukuman, surga imaginatif dan nereka yang mengerikan. 2. Tahap iman mistis literal (7-12 tahun) Dalam tahap kedua ini, menurut Fowler, orang mulai percaya melalui simbol-simbol religius dan mengalami Tuhan yang adil. 3. Tahap iman sintesis konvensional (13-21 tahun) Dalam tahap ini orang mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan mulai mencari identitas diri dalam hubungannya dengan Tuhan, namun identitas itu belum terbentuk secara penuh. 4. Tahap iman individual-reflektif (22-30 tahun) Orang yang berada dalam tahap ini, mulai memeriksa imannya secara kritis dan merefleksikan imannya secara serius. 5. Tahap iman konjungtif (31-60 tahun) Menurut Fowler, mereka yang berada dalam tahap ini sering mengalami memahami adanya paradoks dan kontrakdiksi dalam hidup, imannya telah diintegrasikan dalam hidupnya. 6. Tahap iman universal (60 tahun ke atas) Dalam tahap keenam ini, di mana orang telah mencapai kepenuhan hidup rohani, hidupnya menyatu dengan Tuhan sehingga berani berkorban demi iman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Dari uraian tersebut di atas, formatio iman berjenjang merupakan formation iman yang memperhatikan perkembangan psikologi dan perkembangan iman. Adanya perhatian terhadap perkembangan psikologi seseorang dapat membantu keberhasilan sebuah pendampingan. Setiap usia jenjang memiliki karakter psikologi yang berbeda-beda, untuk itulah formatio iman berjenjang memperhatikan perkembangan psikologi umat yang didampingi.
2. Beberapa Sumber Pokok untuk Memperkembangkan Iman Perkembangan iman seseorang hanya akan terjadi dengan bantuan rahmat dan pertolongan dari roh kudus, karena iman adalah suatu kegiatan manusia. Menurut Mardi Prasetya (1992: 140) perjalanan rohani seseorang merupakan usaha masing-masing pribadi untuk mengubah diri atau mentransformasikan hidup dalam Kristus sampai dapat mengatakan bersama Paulus: “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:22). Ada beberapa sumber yang dapat membantu seseorang untuk dapat memperkembangkan iman, antara lain: a.
Ekaristi Ekaristi adalah sumber dari puncak hidup Kristiani (LG, 11). Ekaristi
adalah Gereja dalam bentuk sakramen. Ekaristi merupakan tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia (LG 1). Ekaristi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
merupakan tanda dan sarana, artinya “Sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antara manusia. Ekaristi itu perayaan iman bersama umat. Suatu perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat. Dalam perayaan Ekaristi umat sungguh menghayati dalam iman kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah-tengah umat. Dengan demikian terungkap dua dimensi Ekaristi, sama seperti Gereja yaitu segi Ilahi dan segi insani atau gerejawi. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri (KWI, 1996: 402). Pusat perayaan Ekaristi bukanlah roti dan anggur, melainkan Kristus yang karena iman hadir dalam seluruh umat. Dengan demikian, Penghayatan seseorang terhadap Ekaristi dan sakramen lainnya merupakan suatu pengalaman iman. Dalam iman orang dipersatukan dengan Tuhan dan sesama (KWI, 1996: 412).
b. Doa Doa adalah pertemuan antara pribadi Allah dan manusia yang saling mengasihi, saling mencari dan saling merindukan. Doa adalah bersatu dengan Allah membangun persahabatan dengan-Nya, menyampaikan permohonan kepada-Nya. Bagi jiwa, doa mirip dengan makanan bagi tubuh. Bagi para pengikut Kristus doa adalah kehidupan (Hadrys, 2007: 1). Doa dapat timbul dari kesusahan hati yang bingung, tetapi juga dari kegembiraan jiwa menuju kemasa depan yang bahagia. Doa tidak membutuhkan banyak kata (Mat 6:7), tidak terikat pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus, meskipun dapat didukung olehnya (KWI, 1996: 194). Kesetiaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
seseorang dalam membangun relasi yang erat dengan Tuhan dalam doa dapat membantu seseorang memperkembangkan imannya.
c.
Kitab Suci Ketekunan seseorang membaca dan merenungkan Kitab Suci akan sangat
membantu untuk bisa menemukan kekayaan imannya. Kitab Suci merupakan Sabda Allah yang mengundang siapa saja untuk dapat berdialog dengan Tuhan, dengan demikian dialog itu mampu membangkitkan iman seseorang untuk selalu berelasi dengan Tuhan yang adalah tujuan hidup sebagai umat beriman ( Kis 1:11; Yoh 3:21).
Hidup
rohani
lahir
dari perjumpaan
antara
Allah
yang
mengkomunikasikan hidup-Nya kepada manusia dan manusia secara aktif menerima tawaran dari Allah itu sendiri (Darminta, 2007: 17).
d. Devosi Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam budaya manusia. Karena itu, devosi memerlukan penerapan atau perwujudan konkrit dari aspirasi rohani, entah secara pembatinan ataupun secara penghayatan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Legitimasi kehidupan devosional adalah perlunya konkretisasi hidup rohani, yang secara indrawi dapat dirasakan, disentuh, dipandang, serta diresapkan. Unsur penting di dalam
devosi ialah penggerakkan hati atau
kehidupan afektif. Kehidupan devosional mempunyai makna dan nilai bila bentuk devosi
itu
mampu
menunbuhkan
dan
menyuburkan
hidup
seseorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
(Darminta,1995: 36-37). Adapun beberapa devosi yang dapat dilakukan seseorang untuk mengembangkan hidup beriman, antara lain: 1) Doa Rosario Doa Rosario adalah sebuah doa yang paling sederhana yang dapat didoakan secara bersama-sama atau pribadi. Dengan mengulang mendoakan doa Salam Maria, kita masuk dalam suasana doa dan renungan. Dalam doa Rosario seseorang diajak untuk merenungkan hidup Yesus bersama dengan Bunda Maria. Dengan ketekunan dan kesetiaan memelihara devosi kepada Bunda Maria semakin memampukan seseorang untuk tekun dan setia memelihara iman bersama Bunda Maria. “Memelihara devosi khusus kepada Santa Perawan Bunda Allah, teladan dan pelindung segenap hidup bakti, juga dengan doa “ KHK 662, 4). Bakti atau devosi kepada Bunda Maria bersumber pada iman yang sejati, mengajak siapa saja yang mendoakannya mengakui keunggulan Bunda Allah, dan mendorong kita sebagai putra-putra-Nya mencintai Bunda kita dan meneladan keutamaan-keutamaannya (LG 67).
2) Adorasi Adorasi atau pujian kepada Sakramen Maha Kudus merupakan praktek devosi sembah sujud di hadapan sakramen Maha Kudus. Pentakhtaan Sakramen Maha Kudus muncul dalam hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus (Martasudjita, 2005: 424).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
3) Ziarah Ziarah adalah salah satu jalan yang memampukan manusia Kristiani pada khususnya menemukan makna pencarian tujuan hidup. Bagi umat Katolik, tujuan berziarah adalah: Pertama, untuk bersyukur kepada Allah, dengan menghormati tempat yang terkait dengan peristiwa kehidupan Yesus dan Bunda Maria. Kedua, mengunjungi situs makam para kudus, tempat mereka hidup dengan relikwi mereka. Ketiga, untuk merayakan Sakramen Tobat dan Ekaristi di tempat tertentu guna memperoleh indulgensi (Majalah Hidup No. 20 Tahun ke-36, 2009: 11).
4) Litani Kata `litani' berasal dari bahasa Latin `litania', `letania'. Artinya suatu bentuk doa tanggapan yang meliputi serangkaian seruan atau permohonan, mengenai suatu subyek utama atau suatu tema suci utama. Litani biasanya didoakan dalam perayaan liturgis yang penting: baptis, tahbisan imam, kaul biarwan-biarawati, dan lain-lain. adapun maksud dari doa litani adalah sebelum menghadap Allah, Gereja menggabungkan diri dengan Kristus Sang Pengantara dan para kudus-Nya (Puji Syukur, 1992: 128).
e. Bacaan Rohani Bacaan rohani merupakan salah satu sumber hidup rohani. Tulisan-tulisan dalam bacaan rohani sangat inspirataif dan menarik baik itu pengalaman yang dialami oleh pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain yang membantu untuk memperkembangkan hidup beriman (Darminta, 2007:19).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
f.
45
Pengalaman Pribadi Seseorang Pengalaman pribadi seseorang dianggap penting karena merupakan
pengalaman hidup konkrit yang secara langsung bisa diolah dan dipahami oleh manusia itu sendiri. Dari pengalaman itulah seseorang bisa melihat dan mengolah hidupnya sehingga wujud dari seseorang bisa berarti dan dapat dirasakan bila itu sungguh merupakan pengalaman iman. Orang baru dapat merasakan apa makna kontemplasi, bila dipraktekkan cara kontemplasi itu, dari usaha itulah orang baru dapat mengerti dan merasakan makna kesukaran-kesukaran hidup rohani yang harus diperjuangkan untuk dapat menuju pada kesempurnaan hidup (Darminta, 2007: 14).
D. PERAN KHAS WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA Pada bagian sebelumnya penulis telah memaparkan mengenai sakramen baptis, iman-perkembangan iman serta tugas dan peran wali baptis. Pada bagian ini penulis akan memaparkan sekilas tentang remaja dalam kaitannya dengan perkembangan imannya. 1.
Kebutuhan Perkembangan Iman Usia Remaja Para psikolog masih berbeda pendapat sehubungan dengan definisi dari
remaja. Secara etimologis kata remaja berasal dari kata Latin adolescere (adolescintia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1990: 206). Batasan umur pertumbuhan dan kedewasaan seorang remaja juga tetap masih diperdebatkan. Namun dalam skripsi ini, penulis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
tidak masuk pada perdebatan para ahli, hanya untuk memberi batasan sejauh berkaitan dengan skrispsi ini. Remaja adalah suatu masa dimana individu berjuang untuk tumbuh dan menjadi orang yang mampu diterima dalam masyarakat pada umumnya, menggali serta memahami arti dan makna dari panggilan yang ada. Wihtherington membagi dua masa remaja yaitu masa remaja awal (pre adolence) yang berkisar usia 12-15 tahun dan masa remaja akhir (late adolence) yang berkisar pada usia 15-18 tahun (Hurlock 1990:206). Teori Erik Erikson (Feist, 2008: 223-225) mengatakan bahwa manusia sering berada dalam konflik. Pada usia 12-18 (pre dan late adolence), Erik Erikson mengatakan bahwa manusia sedang berada dalam konflik identitas dan kacau peranan. Penyebab utama dari identitas-kacau peran ialah karena sedang terjadi prose peralihan yang sukar dari masa remaja menuju dewasa. Juga termasuk menyangkut kepekaan sosial dan sejarah yang sebelumnya kurang disadari. Konflik ini dapat menjadi penyebab bagi remaja merasa kosong, cemas dan tidak pasti. Dengan usia yang demikian remaja harus mengambil keputusan yang penting yang sangat berguna untuk dirinya, tetapi ia merasa tidak mampu melakukannya. Dorongan untuk mengambil keputusan selalu datang dari masyarakat, yang dalam arti negatif dapat menyebabkan remaja menolak untuk mengambil keputusan yang tampak dalam sikap kekanak-kanakan. Belajar mengambil keputusan sering juga terlihat dari usahanya untuk memahami dan memiliki pandangan tokoh atau figur yang dikaguminya yang terlihat dalam bentuk partisipasinya berkumpul.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
Bila dilihat dari sudut tingkah laku, umumnya remaja inkonsisten dan tidak dapat diduga. Pada suatu saat ia mempunyai reservasi dari dalam untuk tidak melibatkan dirinya pada orang lain, dan masuk dalam rasa takut untuk ditolak, dikecewakan atau salah arah. Pada saat berikutnya ia dapat menjadi penurut, pencinta/pengagum, murid, tanpa peduli akan apa konsekuensinya (bdk. Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 44). Ketakutan oleh perubahan besar yang dialami dalam dirinya sendiri, apalagi bila dorongan masyarakat yang tidak berfungsi positif demi pembentukan identitas diri menyebabkan timbulnya krisis identitas. Krisis identitas ini dapat sangat berbahaya, karena seluruh masa depan seseorang dan generasi berikutnya tergantung padanya. Apalagi krisis itu semakin terarah pada perkembangan identitas yang negatif, yakni rasa memiliki sejumlah kemampuan yang jelek atau ciri-ciri yang tak panta seperti terungkap dalam ungkapan remaja: “Merekalah yang jahat, bukan saya” (Feist, 2008: 223-225). Dalam skripsi ini identitas berarti kepercayaan/keyakinan diri yang berkembang, kemampuan untuk mempertahankan kesamaan batin dan kontinuitas sesuai dengan kesamaan dan kontinuitas dari arti seseorang bagi orang lain. Dengan perkataan lain, identitas adalah kesadaran menjadi “diri yang koheren”. Ciri khas dari kesadaran “diri yang koheren” adalah adanya kesinambungan, kesamaan akan kesadaran diri. Yang dituntut dari “diri yang koheren” ialah proses identifikasi dan internalisasi sebagai pembentuk dasar yang kokoh dan tetap bagi kepribadian. Dalam kaitannya dengan iman kepercayaan, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap hal-hal yang ideal terutama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
menyangkut usahanya untuk menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Rujukan utama relasi yang intim antara manusia dengan Allah sering dilihat pada diri orang sekitarnya (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 44). James Fowler sendiri melihat bahwa iman seperti yang disebut di atas adalah tahap Iman Sintesis Konvensional (13-21 Tahun). Dalam kaitannya dengan formasio iman terutama untuk jenjang remaja yang mengalami krisis identitas (Erik Erikson) dan iman yang sintetis dan konvensional (Fowler), Keuskupan Agung semarang sangat mengharapkan agar pada usia 13-21 tahun, para remaja sudah mampu mengakui/mengungkapkan imannya secara pribadi dan melibatkan diri dalam tugas-tugas Gereja serta mengembangkan komunio. Untuk mendukung itu, formasio sangat penting untuk memperhatikan pertemanan di antara mereka. Pada masa ini remaja lebih senang berkegiatan kalau ada teman sebayanya yang juga hadir dan terlibat. Dorongan teman lebih kuat dari pada anjuran dan ajakan orang tua (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 44). Dari uraian tersebut di atas, penulis melihat bahwa kehadiran atau pendampingan dari orang dewasa (wali baptis) sangat dibutuhkan oleh para remaja. Pendampingan yang dimaksud adalah pendamping harus bisa masuk dalam pertemanan dengan remaja. Dalam hal ini
pendamping tidak tampil
sebagai guru yang memerintah, tetapi sebagai sahabat yang mengajak dan melibatkan mereka. Menjadi sahabat yang bisa mengerti kehidupan mereka. Sehingga dengan demikian mereka terbuka untuk menshringkan pengalamanpengalaman hidup mereka baik itu pengalaman yang menggembirakan maupun pengalaman yang kurang menggembirakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
49
Peran Wali Baptis dalam Perkembangan Iman Usia Remaja Melihat
bahwa
betapa
pentingnya
pendampingan
iman
bagi
perkembangan iman usia remaja, peran wali baptis yang menjadi orangtua kedua sangat dibutuhkan untuk menjadi pendamping bagi mereka. Pendampingan bagi para remaja misalnya pendampingan melalui kelompok. Di sana ada gerak bersama, permainan, refleksi, dan akhirnya peneguhan. Karena itu dibutuhkan pendampingan yang memiliki hati untuk anak-anak, kreatif dan inovatif. Pendampingan memahami masalah-masalah remaja agar bisa menjadi teman bertukar
pengalaman/wawasan,
pendamping,
dan
peneguh.
Pendamping
memanfaatkan media digital, seni dan hobby untuk mengembangkan iman remaja. Melalui cara-cara yang unik anak dilibatkan dalam kehidupan menggereja, misalnya: ikut misdinar, lektor, paduan suara, atau kelompok teater (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 44). Secara sakramental, anak diajak untuk bertekun dalam Ekaristi dan penerimaan sakramen pengampunan dosa serta dipersiapkan untuk menerima Sakramen Penguatan. Sakramen Penguatan yang mereka terima diharapkan memberikan kebanggaan akan kekatolikkan dan memberi daya semangat yang lebih untuk terlibat dalam Gereja bersama dengan teman-teman sebayanya (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 45). Secara konkrit para wali baptis dapat memperkenalkan kehidupan seminari atau biara suster/bruder/frater yang juga merupakan salah satu acara dalam persiapan penerimaan Sakramen Penguatan. Sangat lebih baik lagi apa bila anakanak remaja didorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan misalnya: kegiatan kampung/perumahan serta ditumbuhkan kepekaan akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
permasalahan lingkungan hidup dan lain sebagainya (Dewan Karya pastoral KAS, 2014: 45).
E.
GAMBARAN UMUM YOGYAKARTA
PAROKI
KRISTUS
RAJA
BACIRO
Penelitian ini akan dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Paroki Kristus Raja Baciro dipilih sebagai tempat untuk mengadakan penelitian karena berdasarkan pertimbangan bahwa selain lokasi mudah dijangkau, penulis adalah salah seorang umat paroki Kristus Raja Baciro. Dengan demikian penulis lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian. Pada bagian ini penulis membahas tentang sejarah paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta dan tata penggembalaan paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
1. Sejarah Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
Untuk menjelaskan sejarah Paroki Kristus Raja Baciro, penulis menggunakan dua sumber utama yakni Buku Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta Keuskupan Agung Semarang dan dari website www.parokibaciro.org. Umat Allah di Paroki Kristus Raja Baciro adalah persekutuan umat beriman yang merupakan bagian dari umat Allah Keuskupan Agung Semarang yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus (LG 4). Umat yang disatukan dalam persekutuan Gereja (Yoh. 17:21-22) tetapi juga sumber dan tujuan hidup seluruh umat manusia (LG: GS 19). Dalam peziarahannya, umat Allah paroki Baciro dipanggil untuk terlibat dalam karya keselamatan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
bersumber pada persekutuan Tritunggal Mahakudus, melalui Kristus menuju Bapa dalam Roh Kudus (Pedoman pelaksanaan Dewan Paroki, 2011: 14). Cikal bakal paroki Kristus Raja Baciro berasal dari salah satu kring paroki Santo Antonius Kota Baru yang dirintis pada tahun 1943. Saat itu paroki Kristus St.Antonius Kota Baru berusaha menambah tempat ibadat di Kring Baciro karena perambahan penduduk. Banyak umat Katolik baik yang datang dari Pulau Jawa maupun dari daerah Jawa sendiri berpindah ke wilayah ini sehingga pemekaran demi pemekaran pun harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pastoral umat. Pada tanggal 27 Oktober 1963 beberapa kring yang berdekatan digabung menjadi satu paroki dan diresmikan dengan bangunan Panti Paroki yang berpusat pada jalan Melati Wetan No. 13 Yogyakarta. Bersamaan dengan hari berdirinya, salah satu ordo yang ikut dalam pelayanan pastoral adalah para suster dari Ordo Dominikan (OP). Sebagai pimpinan komunitasnya adalah Moeder Tomasiana. Dalam usaha untuk ikut ambil bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, pada tahun 1964 Paroki Kristus Raja Baciro mengembangkan pendidikan dasar di tengah masyarakat. Wilayah Sorowajan, Colombo dan Baciro sendiri dijadikan sebagai pusat pendidikan. Sampai sekarang, para suster mengelola lembaga pendidikan yang berada di bawah Yayasan Katamso. Sebelum dibubarkan sebagai partai terlarang, Barisan Tani Indonesia (BTI) sebagai ormas Partai Komunis Indonesia menentang rencana pembangunan pastoran dan susteran di lahan persawahan milik paroki sendiri. Anggota Barisan Tani Indonesia menanami tanaman secara paksa di lahan tersebut. Konflik ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
berakhir dengan dibubarkannya Partai Komunis Indonesia oleh pemerintah. Pembangunan pun berjalan dengan lancar. Perkembangan umat Katolik di Paroki ini juga menunjukkan suatu pertumbuhan yang cukup menggembirakan sebab sejak tahun 1995 hingga 1996 paroki Kristus Raja Baciro telah berkembang menjadi 17 Kring. Karena pertumbuhan umat yang semakin pesat, paroki ini dimekarkan kembali ke dalam beberapa paroki yakni paroki santo Yohanes Pringulung, Paroki Babarsari dan Gereja Pangkalan TNI AU Adisucipto. Pada tahun 2006, satu tahun setelah gempa di Nias, wilayah Yogyakarta mengalami gempa dengan kekuatan 5,8 scala righter (SR). Cukup banyak bangunan yang rusak sebagai akibat gempa. Bagian altar dari gereja Kristus Raja misalnya, runtuh dan menyebabkan konstruksi bangunan gereja tidak aman untuk dipergunakan. Untuk menghindari jatuhnya korban, dibangunlah gereja sementara di atas gereja lama. Karena umat tidak tertampung maka dibangunlah gereja baru yang berlokasi di belakang gereja sementara. Pada tahun 2010 pembangunan gereja baru masih berjalan dan aktivitas paroki semakin berkembang. Baik aktivitas kehidupan beriman maupun aktivitas umat untuk berjuang bersama, bahu-membahu berusaha menyelesaikan proses pembangunan gereja baru. Harapan ini telah terwujud, pada tanggal 25 November 2012 diadakan pemberkatan dan peresmian gedung baru Gereja Kristus raja Baciro Yogyakarta. Bagi masyarakat yang berbudaya Jawa, pemberkatan diakui sungguh sempurna bukan karena kehadiran Gubernur DIY tetapi Hamengku Buwono X sendiri dihormati masyarakat sebagai raja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
Pada bulan September 2013, pembangunan gereja baru (relokasi) dimulai kembali. Gereja Kristus Raja Baciro dibangun dengan menyerap budaya Yogyakarta. Bentuk bangunan kubah yang berbentuk Joglo, bangunan rumah adat Yogyakarta. Gereja yang sangat indah dengan sentuhan budaya Jawa yang khas. Sejak diberlakukannya Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP) Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta, jumlah lingkungan dimekarkan menjadi 36 (tiga puluh enam) lingkungan yang tergabung dalam 6 (enam) wilayah. Secara administratif pemerintahan keenam wilayah tersebut berada di tiap-tiap lingkungan. Wilayah pertama yang terdiri dari lima lingkungan berada di sebelah utara gereja paroki Kristus Raja Baciro. Wilayah kedua terdiri dari enam lingkungan berada sebelah Timur dan Utara gereja Baciro. Wilayah tiga berada di sebelah Selatan dan Barat Gereja Baciro. Wilayah empat berada di bagian Timur laut dari gereja Baciro. Waliyah Lima berada dibagian Timur kali dan wilayah enam berada di bagian paling Timur gereja paroki Kristus Raja Baciro. Pemekaran lingkungan ini dilakukan agar pelayanan iman kepada umat semakin luas dan sedekat mungkin menyentuh setiap individu umat. Untuk di paroki sendiri cukup banyak kegiatan-kegiatan pastoral berjalan. Sebagai sumber dan puncak hidup, umat paroki Baciro merayakan ekaristi pada hari Sabtu sore dan tiga kali pada hari minggu. Menariknya, setiap hari minggu pagi perayaan Ekaristi dirayakan dalam bahasa Jawa dengan tujuan untuk lebih menyentuhkan iman Katolik kepada seluruh umat yang berbudaya Jawa sebagai salah satu usaha memenuhi teks Kitab Yohanes: “Sabda telah menjadi daging, dan tinggal di antara kita” (bdk. Yoh 1:1-18).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
2. Tata Penggembalaan Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta Panggilan
dan
tugas
perutusan
Gereja
untuk
mewartakan
dan
menghadirkan persekutuan hidup Ilahi dalam setiap paguyuban yang ada, itu dilaksanakan melalui karya kegiatannya yang konkrit (AG 5), baik itu di bidang liturgi dan peribadatan, pewartaan, kemasyarakatan, maupun bidang paguyuban dan tata organisasi. Untuk melaksanakan panggilan dan perutusannya, umat Allah paroki menghayati Roh dan jiwa communio dalam tata penggembalaan umat beriman. Intisari atau Roh communio adalah persekutuan Allah Tritunggal sendiri. Jiwa communio tampak pada keterlibatan setiap orang beriman pada tingkat apapun dan bentuk apapun dalam mewartakan dan menghadirkan communio Allah Tritunggal itu. Konkritnya, dalam tata penggembalaannya, paroki melibatkan, mengembangkan, dan memperdayakan seluruh umat
(Tritugas Kristus).
Sedangkan dalam hubungannya dengan masyarakat, umat Allah bersikap terbuka untuk bekerjasama dengan siapapun yang berkendak baik. Segala bentuk kepengurusan dalam Gereja menjadi tanda dan sarana keterlibatan seluruh umat dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan umat. Keterlibatan umat paroki dapat dilihat dari keenam bidang kerja berikut ini. a. Bidang Liturgi dan Peribadatan Gereja tidak pernah lepas dari liturgi dan peribadatan. Untuk mendukung pelaksanaan Liturgi dan peribadatan, paroki Kristus Raja Baciro membentuk tiga belas tim yakni: tim kerja koor/paduan suara dan dirigen; kerja musik liturgi; tim kerja lektor; tim kerja pemazmur; tim kerja putra altar; tim kerja prodiakan paroki; tim kerja Ekaristi harian; tim kerja devosi; tim kerja panduan liturgi; tim kerja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
paramenta/peralatan misa; tim kerja kolekte; tim kerja dekorasi altar; tim kerja tata laksana. Terlihat bahwa paroki Baciro menyadari betapa pentingnya liturgi. Banyak hal yang dapat ditimba dari tiap-tiap tim. Setiap tim membuat rencana program kerja dan anggaran kegiatan tahunan; pelatihan, pendampingan, menentukan dan menyusun lagu liturgi bahkan inovasi terhadap panduan liturgi sesuai dengan kebutuhan
dan
aturan
misalnya
merupakan
salah
satu
usaha
untuk
mengkontekstualkan liturgi.
b. Bidang Pewartaan Iman tanpa pewartaan merupakan kesia-sian belaka. Oleh karena itu, iman harus diwartakan. Pewartaan itu dilaksanakan dalam pelbagai cara. Untuk paroki Kristus Raja Baciro, pewartaan itu membutuhkan persiapan dengan membentuk tim kerja sehingga terfokus dengan baik. Tim bidang pewartaan terdiri dari: Tim kerja katekis; Tim kerja baptisan bayi; Tim kerja inisiasi; Tim kerja pendampingan iman anak (PIA); Tim kerja pendampingan iman remaja (PIR); Tim kerja pendampinan iman orang dewasa Tim kerja kerasulan Kitab Suci; Tim kerja pemandu; Tim kerja komunikasi sosial. Para pewarta perlu melakukan pengembangan diri dan secara bersama melakukan kaderisasi merupakan tugas utama para katekis. Para pendamping orang tua baptis perlu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan demi terlaksananya baptisan bayi. Dalam konteks tim kerja inisiasi, pendampingan dan pemberian pelajaran juga termasuk tugas penting sehingga nantinya Iman anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
yang akan didampingi oleh Tim Kerja Pendampingan Iman Anak berjalan dengan baik sampai pada pendampingan Iman orang dewasa. Agar pewartaan tetap berakar menurut semangat Injil Tuhan kita Yesus Kristus, maka Tim Kerasulan Kitab Suci perlu melakukan suatu koordinasi mulai dari tingkat lingkungan sampai ke keuskupan. Segala sarana perlu dipakai agar Injil yang sering tertuang dalam ajaran Gereja terkomunikasikan dengan efektif, efisien, dan realistis baik secara internal (umat) maupun eksternal (masyarakat).
c. Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Dalam bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta membentuk tim: kerja kesehatan; kerja pangruktilaya; kerja PSE; pendampingan keluarga; Aksi Puasa Pembangunan (APP) ; pendidikan; hubungan antar agama dan kepercayaan; dan karya kerasulan kemasyarakatan. Beberapa program umum dari bidang Pelayanan Kemasyarakatan yakni: melaksananan pelayanan yang murah untuk membantu umat dan masyarakat, bekerjasama dengan personal atau lembaga terkait di lingkup paroki, memberikan bantuan dana duka kepada salah satu anggota yang meninggal, melakukan pendampingan terhadap keluarga-keluarga pada umumnya baik dari sisi moralspiritual maupun intelektual, membantu umat yang terancam puutus sekolah karena tidamk adanya biaya. Peningkatan kesejahteraan umat juga pokok perhatian tim sehingga pemberdayaan ekonomi umat dengan melakukan pelatihan-pelatihan untuk menggali potensi bahkan untuk menambah wawasan umat juga menjadi program tim.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
d. Bidang Paguyuban dan Tata Organisasi Pengelompokan umat beriman berdasarkan usia, harus dipandang sebagai salah satu usaha untuk mencoba menangkap apa yang menjadi kebutuhan umat berdasarkan usia. Tiap-tiap tim yang tergabung dalam bidang paguyuban dan tata organisasi perlu melakukan suatu usaha untuk mewujudkan program sesuai dengan bidang masing-masing. Mengkoordinasi umat lansia misalnya, merupakan salah satu usaha agar umat yang lansia dapat berperan dalam berbagai segi kehidupan umat beriman. Selanjutnya, potensi kaum muda digali oleh tim kerja mudika lewat pendampingan dan kaderisasi sedangkan dari
tim kerja ibu-ibu Paroki juga
berusaha untuk melakukan pendampingan dan kaderisasi. Terlihat jelas bahwa kaderisadi dan pendampingan menjadi program umum di bidang Paguyuban dan tata organisasi.
e. Bidang Sarana dan Prasarana Bidang sarana dan Prasarana terdiri dari tim: kerja inventarisasi harta benda; pemeliharaan gedung; pemeliharaan taman; keamanan; rumah tangga pastoran; rumah tangga paroki; listrik, telepon, dan air; dan sound system Seluruh tim yang bergabung dalam sarana dan prasarana berusaha memelihara apa yang sudah ada terutama yang berkaitan dengan fasilitas parokial. Bidang sarana dan prasarana juga berusaha untuk menciptakan rasa nyaman di gereja agar umat dapat memuji dan memuliakan Allah, misalnya: mengusahakan fasilitas sound system siap dan layak untuk digunakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
f. Bidang Penelitian dan Pengembangan Jika paroki sebagai lembaga tetap mengembangkan diri, maka ia harus berusaha untuk menga-update diri sesuai dengan tuntutan zaman. Yesus yang bertanya kepada para murid-Nya: “menurut orang siapakah anak manusia... dan menurut kamu siapakah aku?” merupakan salah satu usaha untuk mengkaji apa yang sudah dilakukan-Nya. Demikian juga halnya dengan paroki Baciro yang membentuk bidang Penelitian dan Pengembangan untuk melakukan pengkajian terhadap perkembangan dan dinamika umat. Lebih spesifik tim kerja sumber daya melakukan pendataan sumber daya manusia untuk pengembangan umat bahkan mengolahnya untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pengembangan umat. Untuk mendukung satu sama lain, tim kerja Pengembangan Teritori, tim kerja Data bahkan tim kerja sumber daya harus bahu membahu mewujudkan tiaptiap program antara yang satu dengan yang lain. Kerjasama antar tim akan menjadi kekuatan dari bidang ini. Dari seluruh programa kerja dari setiap bidang dan tim, penulis akan mencoba untuk melihat secara spesifik point-poin yang berkaitan dengan pembinaan iman remaja. Tujuan utamanya, untuk lebih mudah melihat hal-hal yang menolong pendampingan. Juga yang paling utama ialah apakah poin-point program kerja itu melibatkan para wali baptis di dalamnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
BAB III METODOLOGI, LAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini
menguraikan tiga bagian pokok, yaitu metodologi penelitian,
laporan, dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data tentang peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
A. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dipaparkan tentang rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, pengumpulan data, analisis data, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, variabel penelitian dan instrumen penelitian. 1. Rumusan Permasalahan a.
Bagaimana pemahaman tentang peranan dan tugas wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro.
b.
Bagaimana pelaksanaan peran wali baptis dalam pengembangan iman remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
c.
Sejauh mana kepentingan peran wali baptis dalam pengembangan iman remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
d.
60
Faktor-faktor pendukung dan penghambat manakah yang dialami oleh wali baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam pengembangan iman anak baptis di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
e.
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja supaya anak baptisnya dapat mencapai kedewasaan dalam iman Kristiani.
2.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
a.
Mengetahui pemahaman tentang peran dan tugas wali baptis
dalam
mengembangkan iman anak baptis. b.
Mengetahui
bagaimana
pelaksanaan
peran
wali
baptis
dalam
mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro. c.
Mengetahui sejauh mana kepentingan kehadiran wali baptis dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro.
d.
Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh wali baptis ketika melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengembangkan iman anak baptis.
e.
Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja supaya mencapai kedewasaan dalam imannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
61
Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan di paroki
Kristus Raja Baciro Yogyakarta adalah: a. Setelah memahami peran wali baptis terhadap perkembangan iman anak baptis usia remaja paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan, ketrampilan dan kemampuan penulis dalam bidang pewartaan baik sebagai religius maupun sebagai katekis dalam hidup menggereja di masa mendatang. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi paroki Kristus Raja Baciro secara khusus bidang pewartaan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam pelaksanaan pendampingan iman untuk anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro. c. Semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan bagi prodi IPPAK Sanata Dharma dalam bidang pewartaan yang didukung melalui penelitian di paroki Kristus Raja Baciro.
4.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto. Sugiyono
dalam Riduwan (2008: 50) menyatakan penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
62
Metode Penelitian Metode penelitian yang gunakan oleh penulis adalah metode penelitian
kualitatif.
Metode
penelitian kaulitatif
adalah
metode
penelitian
yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme/interpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014: 347).
6.
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah melalui wawancara
terstruktur. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara penulis telah menyiapkan insrtumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, penulis juga menggunakan alat bantu seperti Handphone (untuk merekam), kamera yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar (Sugiyono, 2014: 387). Melalui data yang terkumpul penulis secara selektif akan memperoleh informasi tentang keadaan responden. Penulis akan mencatat data yang diperoleh melalui wawancara kemudian mendiskripsikan masalah-masalah yang ada di lingkungan responden. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,2014: 386). Dalam penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
ini penulis melibatkan tiga unsur pokok, yakni; teknik wawancara, teknik observasi, dan pencatatan melalui dokumen. Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan (paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta). Sugiyono, mengutip dari Esterberg (2002) menuliskan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik (Sugiyono, 2014: 384). Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2014: 386).
7.
Analisis Data Dalam rangka penelitian kualitatif, analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
catatan
di
lapangan,
dan
dokumentasi,
dengan
cara
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2014: 402). Setelah data-data terkumpul
melalui observasi,
wawancara
dan
pencatatan melalui dokumen, penulis mengelompokkan jawaban-jawaban responden menurut kelompok variabel. Kemudian penulis akan mendeskripsikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
jawaban-jawaban dari responden dan akan diuraikan pada bagian laporan dan hasil penelitian. 8. Tempat dan Waktu Penelitian a.
Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta dipilih
sebagai tempat atau lokasi
penelitian, karena berdasarkan pertimbangan: Pertama, lokasi mudah dijangkau oleh penulis. Kedua: penulis lebih mudah memperoleh izin melakukan penelitian karena penulis adalah salah seorang umat paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dan awal bulan Juni 2015. Adapun alasan penelitian dilakukan pada bulan ini yakni, pertama: bulan ini merupakan bulan Maria. Kedua: Keuskupan Agung Semarang menetapkan bulan Mei ini sebagai Bulan Katekese Liturgi yang memasuki tahun ke- 17 dengan tema “Liturgi sebagai Syukur atas Iman dan Panggilan”. Dengan himbauan tersebut, Gereja Kristus Raja Baciro mempunyai moment untuk lebih mendalami tentang liturgi sebagai syukur atas iman dan panggilan. Dan sebagai wujud konkritnya umat paroki Kristus Raja Baciro mengadakan pertemuan di setiap lingkungan untuk memahami tema tersebut melalui bahan yang telah disediakan oleh KAS. Penulis juga turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Pada awal bulan juni ada penerimaan komuni pertama bagi anak-anak serta ada baptisan bayi. Dengan demikian penulis bisa lebih mudah untuk bertemu dengan para responden dan umat yang hendak diwawancarai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
9. Responden penelitian a.
Populasi Sugiyono mengutip dari Spradley, istilah populasi disebut dengan “social
situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (aktivity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2014: 363). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah, pertama: wali baptis yang pernah menjadi wali baptis, remaja Katolik Kristus Raja Baciro Yogyakarta, ketua bidang pewartaan, prodiakon paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta yang masih aktif dalam kegiatan menggereja sehingga membantu penulis untuk memperoleh data-data yang hendak diperoleh. Dalam penelitian ini penulis telah mewawancarai romo paroki Kristus Raja Baciro untuk memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendaknya diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlah lebih sedikit dari pada jumlah populasi (Sunyoto, 2009: 125). Sampel penelitian ini adalah umat (representatif) paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta) yang terdiri dari: tujuh orang anak baptis usai remaja (13-21 tahun) yang telah dibaptis di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta dan delapan orang wali baptis yang masih aktif dalam kehidupan menggereja serta masih menjadi wali baptis selama tiga tahun terakhir dan tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang pernah menjadi wali baptis di paroki Baciro. Selain itu romo paroki, ketua bidang pewartaan, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
prodiakon Kristus Raja Baciro juga menjadi sampel dalam penelitian ini. Sampel yang berjumlah 20 orang ini dipilih karena dianggap mampu mewakili populasi dan mampu memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh penulis. Adapun alasan penulis mengapa penelitian ini memfokuskan pada tiga tahun terakhir (2012-2015), karena dalam kurung waktu tersebut (2012-2013) merupakan tahun iman dan dikeluarkannya surat Apostolik bapak Paus Benediktus XVI tentang PORTA FIDEI (pintu kepada iman). Bapak Paus Benediktus melihat krisis iman yang mendalam yang dialami oleh umat Kristiani dibanyak bangsa sebagai akibat dari sekularisasi global. Menanggapi ini, KAS menegaskan dan memberi perhatian pada formation iman berjenjang yang telah dibagi menjadi enam tahap sebagai gema dari Tahun Iman (Oktober 2012November 2013) sekaligus mengarahkan umat untuk memasuki Jubileum Teragung tahun 2033 dalam mengenangkan 2.000 tahun penebusan oleh Yesus Kristus.
10. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 96). Dalam skripsi terdiri dari dua variabel, yakni: a.
Variabel Independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yakni peran wali baptis di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. b. Variabel Dependen Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yakni perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Tabel 1. Variabel Penelitian NO
(1) 1
2
Variabel yang diungkap (2) Peran wali baptis
Indikator
(3) 1. Pengertian wali baptis.
2. Peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis sebelum, pada saat pembaptisan, dan sesudah pembaptisan. 3. Pelaksanaan peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis. 4. Kepentingan kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman. 5. Faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis. 6. Pengetahuan wali baptis tentang simbol-simbol liturgis dalam upacara baptisan. 7. Keteladanan hidup wali baptis. 8. Perasaan karena terpilih sebagai wali baptis. 9. Pesan atau harapan kepada para wali baptis 10. Pendampingan yang khas bagi iman remaja. Perkembangan 1. Pengetahuan tentang wali baptis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iman baptis
68
anak 2. Nasehat yang masih mereka ingat dari wali baptis. 3. Bentuk pendampingan yang diharapkan dari wali baptis. 4. Teladan hidup dari wali baptis 5. Kepentingan kehadiran wali baptis. 6. Harapan remaja kepada para wali baptis.
11.
Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari observasi
baik langsung maupun partisipan, dokumentasi, dan wawancara terstruktur (sructured interview). Dalam melakukan wawancara penulis telah menyiapkan instrumen peneliti berupa pedoman pertanyaan-pertanyaan. Dalam wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan penulis mencatatnya (Sugiyono, 2014: 386). Hasil wawancara akan direkam dengan Handphone (HP) sebagai alat bantu pada saat wawancara agar penulis dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Hasil rekaman kemudian ditulis kembali dalam bentuk print out sebagai dokumen. Instrumen penelitian ini adalah pedoman pertanyaan wawancara. Adapun butir-butir pokok yang dijadikan penulis dalam wawancara adalah sebagai berikut: 11.1
Instrumen Penelitian Untuk Wali Baptis dan Responden lainnya:
1. Menurut bapak/ibu pengertian wali baptis itu apa?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
2. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi peran, tugas, dan tanggungjawab seorang wali baptis baik sebelum pembaptisan, pada saat upacara pembaptisan, dan sesudah pembaptisan? 3. Bagaimana bapak/ibu melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis terhadap anak baptis bapak/ibu selama ini? 4. Menurut bapak/ibu mengapa penting kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak? 5. Faktor-faktor pendukung dan penghambat manakah yang bapak/ibu alami sebagai wali baptis ketika melaksanakan peran dan tugas bapak/ibu dalam mengembangkan iman anak baptis? 6. Menurut bapak/ibu apa saja simbol-simbol yang dipakai dalam upacara pembaptisan dan apa makna dari simbol-simbol tersebut? 7. Menurut bapak/ibu keteladanan hidup macam apakah yang harus dihidupi oleh seorang wali baptis? 8. Menurut bapak/ibu pendampingan yang khas macam apa yang diberikan bagi bagi iman remaja pada zaman ini? 9. Apakah bapak/ibu bangga atau senang karena terpilih menjadi wali baptis? 10. Apakah bapak/ibu mempunyai pesan atau harapan kepada para wali baptis?
11.2 Instrumen Penelitian untuk Anak Baptis 1. Menurut saudara/saudari siapa wali baptis? 2. Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudara/saudari alami?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
3. Nasehat-nasehat apa yang masih saudara/saudari ingat dari wali baptis. 4. Bentuk pendampingan macam apa yang saudara/saudari harapkan dari wali baptis. 5.
Keteladanan hidup macam apakah yang saudara/saudari harapkan dari wali baptis.
6. Menurut saudara-saudari apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak baptis. 7. Apa yang menjadi harapan saudara/i kepada wali baptis?
B. LAPORAN HASIL PENELITIAN 1. Hasil Dokumen Dokumen yang dipakai penulis untuk mengetahui perihal data-data diambil dari buku induk paroki Kristus Raja Baciro, buku pedoman pelaksanaan dewan paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta 2011 dan dari lampiran SK No.001/SK/DP. Baciro/1/2015 tentang susunan pengurus dewan paroki inti Kristus Raja Baciro Yogyakarta periode 2015-2017. Menurut dokumen laporan tiga tahun terakhir (2012-2015) Paroki Kristus Raja Baciro menunjukkan bahwa jumlah anak yang dibaptis terdiri dari 70 jiwa. Secara liturgis-kanonik dari ketujuh puluh jiwa terdapat 58 orang baptisan bayi dan 22 orang termasuk sebagai baptisan dewasa. Dari jumlah tersebut laki-laki berjumlah 43 orang dan perempuan berjumlah 27 orang. Dari dokumen ini, baptisan bayi berarti mereka yang lahir dalam tahun yang bersangkutan atau satu dan dua tahun sebelum anak menerima baptisan. Sedangkan baptisan dewasa berarti mereka yang lahir dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
dibaptis tidak termasuk pada tahun yang telah didefenisikan oleh penulis. Sedangkan yang menjadi wali baptis bagi peserta baptis berjumlah 63 orang. Nampak bahwa terdapat peserta wali baptis menjadi emban baptis tidak hanya untuk satu orang anak baptis.
2. Hasil Observasi Setiap minggu ke II dalam bulan, paroki Kristus Raja Baciro memberikan pembekalan bagi orangtua dan wali baptis yang didampingi oleh ibu Monika Chandra Wahyu HP dari lingkungan Santo Andreas Rasul Miliran sebagai koordinator tim kerasulan baptisan bayi. Pembekalan di mulai pukul 09.30-11.00 WIB. Dalam kegiatan pembekalan ada sessi tanya-jawab. Pelaksanaan pembaptisan dilaksanakan pada minggu ke III pukul 08.00-09.30 pada saat misa kudus oleh romo yang bertugas pada minggu yang bersangkutan. Dari observasi yang dilakukan oleh penulis ketika mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua dan wali baptis yang diadakan di paroki Kristus Raja Baciro ada keprihatinan yang dirasakan dan dialami oleh penulis. Pertama, pada saat pembekalan peserta yang hadir tidak diberikan buku panduan. Pendamping dalam menyampaikan materi lebih berupa informasi. Menurut penulis untuk mempermudah dan memperdalam pemahamam orang tua dan wali baptis tentang materi pembekalan bisa ditampilkan dalam bentuk power point dan diberikan Hand out kepada peserta. Kedua: pada saat pembekalan para wali baptis tidak semuanya hadir. Dari tujuh orang calon baptisan baru hanya ada satu orang wali baptis yang hadir. Akibat dari tidak hadirnya wali baptis pada saat pembekalan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
ini, maka pada saat pembaptisan berlangsung ada wali baptis yang tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan, mereka serba canggung. Wali baptis ada yang hanya berdiri sebagai pelengkap upacara liturgis pembaptisan. Ketiga: upacara liturgis penerimaan baptisan baru pada saat itu berlangsung kurang hikmah. Romo yang bertugas pada saat itu serba buru-buru sehingga menimbulkan kesan bahwa makna terdalam dari penerimaan baptisan baru menjadi anggota Tubuh Kristus dalam keluarga Gereja menjadi hilang. Dalam penelitian ini penulis memilih sepuluh responden yang berperan sebagai wali baptis dan tujuh responden sebagai anak baptis. Untuk lebih memperoleh data yang lebih valid, penulis telah mewawancarai ketua tim bidang pewartaan, prodiakon dan romo paroki Kristus Raja Baciro. Dalam penelitian ini penulis sebut sebagai responden lain.
3.
Hasil Wawancara Berikut ini akan dipaparkan laporan hasil wawancara berdasarkan
pertanyaan yang diajukan penulis kepada wali baptis, anak baptis usia remaja, ketua tim bidang pewartaan, prodiakon dan romo paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. a.
Pengertian Responden Tentang Wali Baptis Pak Tresno (R5) memahami wali baptis sama dengan saksi dalam
pernikahan. Mereka
adalah orang yang bertanggungjawab terutama dalam
perkembangan iman anak. Pengertian ini sama dengan apa yang dikatakan Dewa (R11) bahwa wali baptis adalah saksi ketika Dewa dibaptis, orang yang bertangungjawab dan sebagai pendamping waktu upacara baptisan karena wali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
baptis menyaksikan anak baptis ketika dibaptis. Dan mereka adalah orang yang berperan dalam kehidupan anak baptis. Beberapa responden memahami bahwa wali baptis adalah mereka yang telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak yang dibaptis, mereka yang mendampingi anak baptis bersama orangtua saat pembaptisan, sebagai polisi iman, mereka yang membimbing dan mengarahkan anak baptis, sebagai orang tua kedua, ibu atau bapak wali, orang yang memberi kekuatan dan contoh kepada anak baptis. Orang yang berperan dalam kehidupan iman anak baptis, orang yang bertanggungjawab untuk anak baptis, mereka yang membimbing dan mendidik selain orangtua. Sedangkan responden lain memberikan pengertian tentang wali baptis, yakni: sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga, orang tua dari sisi iman, mereka yang mendampingi katekumen yang dibaptis untuk ke depan disamping orangtuanya dan orang tua secara rohani. Dalam tabel 2, 3 dan 4 di bawah ini, secara lengkap penulis akan memaparkan hasil wawancara mengenai pengertian responden tentang wali baptis. Tabel 2: Pengertian Wali Baptis Menurut Wali Baptis NO Responden 1
Jawaban Responden
R1,R2,R5,R6, Mereka yang telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak yang dibaptis untuk mendampingi anak baptis pada saat R9 upacara pembaptisan dan sudah berjanji akan menjadi pendamping iman bagi anak baptisnya sampai dewasa dalam imannya. Dalam upacara pembaptisan wali baptis yang mengendong anak baptis. R3 Mereka yang mendampingi anak baptis bersama dengan orang tuanya pada saat upacara pembaptisan. Maka mereka berhak untuk membimbing iman anak tersebut sampai dewasa atau sampai mereka menikah. R4 Sebagai saksi sama dengan saksi dalam pernikahan. Sebagai saksi, mereka yang bertanggungjawab mendampingi dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R5,R7
R8
R10
74
perkembangan iman anak tersebut sesudah pembaptisan. Wali baptis itu diistilahkan sebagai “Polisi iman” yakni: mereka yang membimbing, mangarahkan iman anak seperti polisi sehingga iman anak tersebut tidak meleset atau nyleneh kemana-kemana sehingga terarah. Sebagai orangtua kedua kalau dia baptis bayi. Dia mendampingi perkembangan iman anak baptis. Bagi mereka yang dibaptis dewasa wali baptis sebagai teman yang memberikan dorongan, semangat kepada anak baptis. Orang yang memberi kekuatan kepada anak baptis, memberi contoh kepada anak baptis dan mengingat mereka untuk ke gereja. Wali baptis membantu orang tua untuk mengembangkan iman anak.
Tabel : 3 Pengertian Wali Baptis Menurut Anak Baptis NO Responden R11, R12,R14, R15 R13
Jawaban Responden Saksi pada saat pembaptisan. Orang yang bertanggungjawab dan sebagai pendamping waktu upacara pembaptisan. Orang yang berperan dalam kehidupan iman anak baptis. Mereka yang mewakili orang tua saat menerima sakramen baptis. Mereka adalah orang tua kedua.
R16
Mereka yang menguatkan iman anak baptisnya.
R17,
Mereka yang membimbing, yang mendidik selain orang tua. Wali baptis berperan sebagai orang tua kedua.
Tabel : 4 Pengertian Menurut Responden lain NO Responden R18
R19 R20
Jawaban Responden Sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga. Wali baptis bukan hanya sebagai pelengkap, tempelan upacara pembaptisan. Wali baptis itu adalah orang tua dari sisi iman. Mereka yang mendampingi katekumen yang dibaptis untuk ke depan disamping orang tuanya. Mereka sebagai bapak/ibu rohani. Mereka membantu mendidik, mendorong baptisan baru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
75
Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis Menurut ibu Ning (R5) peran, tugas dan tanggungjawab seorang wali
baptis sebelum pembaptisan adalah: mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua dan mereka yang dibaptis. Peran wali baptis long live. Ibu Ananta (R6) mengatakan sebelum pembaptisan berlangsung bagi calon baptis dewasa saya menanyakan motivasi mengapa mau menjadi Katolik. Pak Rudi (R7) dan bu Harni berperan mengarah mereka (baptis dewasa) untuk aktif ke lingkungan dan siap-siap untuk mengikuti upacara pembaptisan.
Membantu jika orang tua
meminta untuk mencarikan nama baptis bagi calon baptis itulah yang menjadi peran dan tanggungjawab wali baptis menurut pak Mantri (R20). Pada saat liturgi pembaptisan berlangsung, menurut ibu Debby (R1) yang menjadi peran wali baptis adalah: mengendong anak yang dibaptis, mendampingi anak baptis dan melayani romo. Beberapa responden mengatakan pada saat pembaptisan mereka menyaksikan bahwa pembaptisan itu benar-benar terlaksana secara resmi, mendampingi mereka yang dibaptis, hening dalam mengikuti proses pembaptisan, memberikan tanda salib di kening baptisan baru dan menjawab pertanyaan dari romo tentang kesanggupan dalam mendampingi anak baptis selanjutnya. Peran, tugas dan tangungjawab wali baptis sesudah pembaptisan menurut pak Anung (R3) dan pak Windu (R19) yakni menjadi pendamping iman bagi anak baptisnya dan ini berlangsung seumur hidup (long live). Memantau anak baptis, sebagai teman yang bisa memberikan dorongan dan semangat, mengingatkan mereka yang dibaptis supaya iman yang dibaptis itu jangan sampai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
hilang, mengingatkan apakah anak baptis sudah ke gereja atau belum, sebagai oasis atau penyeimbang dan sebagai bapak/ibu rohani. Dalam tabel 5, 6 dan 7 di bawah ini penulis akan memaparkannya secara lengkap. Tabel : 5 Peran Wali Baptis Sebelum Pembaptisan Menurut Wali Baptis NO Responden
Jawaban Responden
R2, R3,R4, Mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua dan R5, R8 mereka yang dibaptis R6 Secara khusus bagi mereka yang dibaptis dewasa menanyakan motivasi mengapa mau menjadi Katolik R7 Mengarah mereka yang dibaptis dewasa untuk aktif ke lingkungan untuk mengikuti pendalaman iman dan rajin ke gereja. R10 Siap-siap untuk mengikuti upacara pembaptisan. Tabel : 6 Peran Wali Baptis Sebelum Pembaptisan Menurut Responden lain NO Responden Jawaban Responden R18 Mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua dan mereka yang dibaptis. R19 Peran wali baptis itu long live. R20 Membantu jika orangtua meminta mencarikan nama baptis bagi calon baptis. Tabel : 7 Peran Wali Baptis Pada Saat Liturgi Pembaptisan Menurut Wali Baptis NO Responden Jawaban Responden R1 Mengendong anak yang dibaptis, membantu memegang saat anak dituangi air, membantu romo. R2, R3, R6, Berdiri mendampingi pada saat upacara pembaptisan, R8, R9, R10 membawakan lilin. Memberikan tanda salib di kening baptisan baru, melap kepala anak baptis setelah air dituangkan di kepala anak baptis, melap setelah kepala anak diminyaki, meletakkan kain putih di dada anak baptis dan memegang dan kemudian menyerahkan lilin yang bernyala kepada orang tua yang dibaptis. R4 Menyaksikan bahwa pembaptisan itu benar-benar terlaksana secara resmi. Ikut membubuhkan tanda salib pada dahi anak baptis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R5 R7
77
Mendampingi mereka yang dibaptis, ikut maju saat anak yang dibaptis disirami air dan diberi minyak. lebih hening dalam mengikuti proses pembaptisan, supaya lebih menghayati arti pembaptisan itu.
Tabel : 8 Peran Wali Baptis Pada Saat Liturgi Pembaptisan Menurut Anak Baptis NO Responden Jawaban Responden Semua anak Mendampingi anak yang dibaptis. baptis Tabel : 9 Peran Wali Baptis Pada Saat Liturgi Pembaptisan Menurut Responden lainnya NO Responden Jawaban Responden R20 Sebagai wali mendampingi dan menjawab pertanyaan dari romo tentang kesanggupan dalam mendampingi anak baptis selanjutnya. Tabel: 10 Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis Sesudah Liturgi Pembaptisan Menurut Wali Baptis NO Responden Jawaban Responden R1, R2, R3, Berlangsung seumur hidup. Menjadi pendamping iman bagi R4, R5, R7 anak baptisnya. Mendidik iman anak, menjadi orangtua, menjadi tempat/teman curhat (sharing), mendoakan mereka, dan memberikan nasehat sejauh itu diterima oleh anak baptis. R6 Memantau anak baptis, yakni: mendorong dan membantu perkembangan iman anak baptis. R8 sebagai teman yang bisa memberikan dorongan, semangat bagi mereka yang dibaptis (dewasa), menegur dengan cara yang tidak menyakiti hati mereka. R9 Sebagai pendamping calon baptis. Mengingatkan mereka supaya iman yang dibaptis itu jangan sampai hilang. R10 Mengingatkan apakah anak baptis sudah ke gereja atau belum. Diajak untuk ikut komuni pertama dan menjadi putra altar. Tabel: 11 Peran dan Tanggungjawab Wali Baptis Sesudah Liturgi Pembaptisan Menurut Responden lain NO Responden R18
Jawaban Responden “Oasis/penyeimbang”. Ketika ada kecenderungan ketika anak tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R19 R20
78
pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian. Disitulah pentingnya adanya wali baptis. Tugas seorang wali baptis adalah: menjadikan seseorang menjadi Katolik penuh, kalau sudah menerima kelengkapan inisiasi. Sampai mengantar anak menjadi Katolik yang penuh. Peran wali baptis itu long live. Ia harus siap mendampingi orang yang dibaptis, di mana itu seumur hidup. Secara khusus pada masa mistagogi bagi mereka yang dibaptis dewasa wali mendampingi agar baptisan baru lebih mendalami dalam praktek. Misalnya, di lingkungan, gereja dan di wilayah. Selanjtunya, wali baptis bersikap sebagai bapak/ibu rohani.
c. Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali Baptis Responden
menyampaikan
secara
jujur
dan
terbuka
bagaimana
pelaksanaan peran mereka selama ini dijalankan. Ada berbagai macam cara yang telah responden lakukan. Ibu Debby (R1) dan bu Candra
(R8) masih tetap
menjalin komunikasi dengan anak baptis dalam bentuk sharing pengalaman. Ibu Thersia (R2) dan Pak Tresno (R4) bersikap sebagai orang tua, yakni menyapa, mengunjungi, memotivasi dan mengingatkan kehidupan kerohanian anak baptis, mengajak ikut terlibat dalam kegiatan rohani seperti koor dan misdinar, komuni pertama, dan krisma. Mengkonsultasikan keadaan anak baptis kepada kepada orang tua anak baptis.
Pak Anung (R3) membuat pertemuan sekali sebulan
dengan anak baptis (Trah). Bagi ibu Ning (R5) komunikasi dengan anak baptis berhenti karna kehilangan jejak di mana mereka berada. Selain itu beberapa responden mengatakan mereka menggunjungi dan mengingatkan anak baptis untuk rajin berdoa dan ke Gereja, kepoh positif. Sedangkan ibu Harni ((R10) mengatakan bahwa selama ini sama sekali belum melaksanakan perannya. Peran, tugas dan tanggungjawabnya berhenti pada saat upacara pembaptisan saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Data yang diperoleh penulis dari anak baptis bahwa pelaksanaan peran wali baptis ada yang sudah terlaksana dan ada juga yang belum terlaksana. Tidak terlaksana menurut Dewa (R11) karena
wali baptis sudah meninggal dunia.
Terlaksana pada saat ada acara keluarga (Trah) wali baptis membimbing dan memberi nasehat. Venti (R12) mengatakan bahwa wali baptisnya pada acara “Trah” hanya menanyakan bagaimana kabar dan situasi keluarga, tidak menanyakan mengenai perkembangan iman anak serta bagaimana keaktifan Venti di gereja. Tifani (R13) mengatakan wali baptisnya selalu membimbing dan mengajak supaya lebih aktif ikut kegiatan-kegiatan di gereja dan lingkungan. Sedangkan Prasetyo (R15) dengan berani dan jujur mengatakan bahwa pendampingan dari wali baptis selama ini tidak pernah ada atau putus karena jarang ketemu. Romo paroki (R18), pak Windu (R19) dan pak Mantri (R20) mengatakan satu atau dua orang sudah melaksanakan peran itu. Wali baptis masih belum menjalankan perannya. kehadiran mereka masih sekedar formalitas dan seremonial saja. Hanya asal memenuhi persyaratan upacara. Dalam tabel 12, 13 dan 14 di bawah ini penulis menguraikan dengan jelas jawaban dari responden mengenai pelaksanaan peran, tugas dan tanggungjawab wali baptis selama ini. Tabel : 12 Pelaksanaan Peran, tugas dan tanggungjawab Wali Baptis Menurut Wali Baptis NO Responden R 1, R6 R2,R4
Jawaban Responden Wali baptis dianggap sebagai orang tua sendiri. Segala kesulitan yang dialami anak baptis disharingkan kepada wali baptis. Dengan demikian, komunikasi tetap berjalan. Bersikap sebagai orang tua: menyapa, mengunjungi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R3 R5
R7 R8
R9 R10
80
memotivasi dan mengingatkan kehidupan kerohanian anak baptis, mengajak ikut terlibat dalam kegiatan rohani seperti koor dan misdinar, komuni pertama, dan krisma. Mengkonsultasikan keadaan anak baptis kepada orang tua baptis. Membuat pertemuan sekali sebulan dengan anak baptis. perkumpulan keluarga yang disebut dengan “TRAH”. Ada usaha untuk menjalankan tugas sebagai wali baptis namun komunikasi dengan anak baptis berhenti karna kehilangan jejak di mana mereka berada. Dikunjungi dan mengingatkan anak baptis untuk rajin berdoa dan ke gereja. Sering ketemu dengan anak baptis karena masih satu lingkungan. Mengajak anak baptis untuk ikut doa lingkungan terlebih-lebih pada bulan Mei ini ada rosario setiap malam. Jadi ada kesempatan untuk bertemu dengan mereka. “Kepoh positif” pingen tahu perkembangan anak baptis. Belum menjalankan perannya. Kehadirannya masih sekedar formalitas saja.
Tabel : 13 Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali Baptis Menurut Anak Baptis NO Responden Jawaban Responden R11, R14, Peran wali baptis tidak berkelanjutan karena wali baptis R15 sudah meninggal dunia, pendampingan tidak ada karena jarang ketemu dengan wali baptis. Peran wali baptis putus pada saat upacara pembaptisan. R12 Dalam pertemua keluarga misalnya: misa syukuran atau jika ada acara dalam keluarga, wali baptis hanya menanyakan bagaimana kabar dan situasi keluarga anak baptisnya. Wali baptis tidak menanyakan mengenai perkembangan iman dan untuk menanyakan bagaimana keaktifan Venti di gereja jarang. R13, R16, Membimbing anak baptisnya supaya lebih aktif ikut R17 kegiatan-kegiatan di Gereja dan lingkungan supaya lebih dekat pada Tuhan. Selama ini ibu Candra (wali baptis saya) selalu mengajak ikut aktif dalam kegiatan lingkungan (ikut kegiatan doa rosario), rajin ke gereja. Waktu saya mau menerima Krisma, yang membimbing adalah ibu Candra sendiri. Ibu Candra juga mengingatkan orang tua saya tentang tugas dan tanggungjawab mereka sebagai orang tua.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Tabel : 14 Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tanggungjawab Wali Baptis Menurut Responden lain NO Responden R18
R19 R20
d.
Jawaban Responden Satu atau dua orang sudah melaksanakan peran itu. Namun ini masih merupakan pekerjaan rumah yang tidak gampang karena pasti dalam jangka waktu yang sudah cukup lama peran wali baptis sebagai hanya sebagai pelengkap upacara pembaptisan. Wali baptis masih belum menjalankan perannya. Kehadiran mereka masih sekedar formalitas saja. Kehadiran wali baptis pada saat upacara pembaptisan sekadar untuk seremoni, hanya asal memenuhi persyaratan upacara.
Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan Iman Anak Remaja Ibu Ananta (R6) mengatakan bahwa kepentingan kehadiran wali baptis
adalah Sebagai orang tua kedua bagi anak. Maka wali baptis juga bertanggungjawab dalam pendampingan iman bagi anak. Selain itu responden melihat kehadiran wali baptis adalah sebagai orang tua yang harus mendampingi remaja dengan segala kegiatannya dalam organisasi, menjadi pendamping iman bagi anak baptis sampai dewasa dalam imannya, membuka hati atau jiwa anak baptis untuk dekat pada Tuhan, mendampingi anak dalam menghadapi kemajuan zaman (IT), mengingatkan anak baptis bahwa dia sudah dibaptis dan dengan sendirinya dia telah menjadi anggota Gereja dan menjadi anak Tuhan, menjadi orang tua kedua bagi anak baptis, anak remaja
masih labil dan gampang
terpengaruh maka kepercayaan mereka belum kuat dengan demikian mereka perlu didampingi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Menurut Dewa (R11) kepentingan kehadiran wali baptis adalah sebagai orang tua yang mengakrabkan dan memperkenalkan para remaja yang belum saling kenal dalam kegiatan menggereja karena sifatnya dalam kelompokkelompok ada wajah-wajah baru. Wali baptis menjadi pembimbing apalagi jika orang tua sibuk dan tidak tahu bagaimana membimbing anak, menguatkan iman anak baptis supaya tidak goyah. Sedangkan jawaban yang diberikan oleh responden lain tentang kepentingan kehadiran wali baptis adalah kehadiran wali baptis sejajar dengan orang tua, mereka sebagai orang tua dari sisi iman bagi anak yang dibaptis dan menjadi pendamping bagi remaja. Jawaban para responden secara rinci penulis uraikan pada tabel 15, 16 dan 17 di bawah ini. Tabel : 15 Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan Iman Menurut Wali Baptis NO Responden R1
Jawaban Responden Menjadi pendamping iman bagi anak baptisnya sampai dewasa dalam imannya. R3 “Iman anak itu rapuh”, anak itu tidak punya pegangan. Apalagi dalam situasi keluarga yang sedang bermasalah. Kehadiran seorang wali baptis sangat penting. Membuka hati/jiwa anak itu untuk dekat pada Tuhan. R5 Untuk mengingatkan anak baptis bahwa dia sudah dibaptis dan dengan sendirinya dia telah menjadi anggota Gereja dan menjadi anak Tuhan. Anak perlu didampingi supaya dia mengetahui apa yang merupakan ajaran Gereja Katolik dan dengan demkian dia mengetahui apa itu ajaran Tuhan. R6, R2 Wali baptis adalah orang tua kedua bagi anak baptis. Maka wali baptis juga bertanggungjawab dalam pendampingan iman. R7 Mereka mempunyai tanggungjawab, beban moral kepada anak baptisnya dalam hal iman. R10, R8, Kebutuhan anak remaja akan kemajuan IT. Anak remaja itu R9, R4 masih labil dan gampang terpengaruh. Kepercayaan mereka belum kuat. Mereka menghadapi banyak godaan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
pergaulan. Jika tidak didampingi maka iman mereka akan melenceng.
Tabel : 16 Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan Iman Menurut Wali Baptis Menurut Anak Baptis NO Responden R11, R12
R13
R16, R15
R17
Jawaban Responden Mereka adalah sebagai orang tua, sebagai sarana untuk mengingatkan anak baptis dan juga mendampingi anak baptisnya. Terutama mengajak untuk aktif dalam kegiatankegiatan yang ada di lingkungan, gereja, dan masyarakat. Selain itu, kepentingan wali baptis itu adalah mengakrapkan, memperkenalkan para remaja yang belum saling kenal dalam kegiatan menggerja karena sifatnya dalam kelompok-kelompok ada wajah-wajah baru. Mereka adalah orang tua kedua. Jadi kalau misalnya orang tua utama sibuk bekerja dan kadang tidak ada waktu untuk memberi nasehat kepada anaknya, dan ada juga orang tua yang tidak selalu bisa mengajari anaknya, maka wali baptis bisa membimbing kita. Jadi wali baptis itu penting banget. Untuk menguatkan iman anak baptisnya supaya tidak goyah imannya. Membantu mengembangkan iman supaya hidup, bertumbuh dan berkembang. Kalau orang tua sibuk dan seiring ditinggalkan sendirian di rumah, maka eyang (sebagai orang tua kedua) yang menggantikan orang tua.
Tabel : 17 Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Terhadap Perkembangan Iman Menurut Responden lain NO Responden Jawaban Responden R18 Kedudukan wali baptis sejajar dengan orang tua, tanggungjawab kepada anak yang dibaptis itu besar sekali. Sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga. Gereja mengizinkan orang tua membaptis anak-anak dan ini terimbas kepada pendampingan yang penuh kepada anakanak dimana anak-anak sendiri tidak bisa mempertanggungjawabkan imannya disaat dia baptis bayi. Untuk memelihara kepastian bahwa sianak nanti akan didampingi dalam proses pendidikan imannya penanggungjawab utamanya adalah orang tua lalu dibantu oleh orang yang lebih cukup netral, yang bisa sewaktuwaktu memainkan peran untuk memastikan bahwa si anak itu mendapatkan pendampingan yang cukup dalam kehidupan, imannya sampai pada kedewasaan/kepenuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R19
R20
84
sebagai seorang Katolik ketika menerima sakramen inisiasi secara penuh. Maka tanggungjawab sedemikian pangjang dan lama itu membutuhkan semacam “Oasis/penyeimbang”. Ketika ada kecenderungan ketika anak tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian. Disitulah pentingnya adanya wali baptis. Wali baptis itu posisinya penting. Maka, karena penting, wali baptis itu tidak asal copot, besok dibaptis dan sekarang dicopot wali baptisnya. Peran wali baptis itu sebagai orang tua dari sisi iman bagi anak yang dibaptis. Pendampingan kepada remaja selama ini kurang diperhatikan. Maka mereka perlu untuk didampingi.
e. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menjalankan Peran, Tugas dan Tanggungjawab sebagai Wali Baptis
Jawaban ibu Theresia (R2) dan ibu Debby (R1) tentang faktor pendukung yang mereka alami dalam menjalankan peran sebagai wali baptis yakni: adanya dukungan dari anggota keluarga dan niat yang tulus dalam melaksanakan peran tersebut, peran orang tua anak baptis, adanya pembekalan yang diadakan di Paroki Baciro, kerjasama antara orang tua dengan ketua lingkungan dan wali baptis, media elektronik seperti Handphone, relasi personal yang sudah dijalankan sejak terpilih sebagai wali baptis, keterlibatan anak dalam perkumpulan atau kegiatan gerejani. Faktor penghambat dalam menjalankan peran, tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis selama ini menurut pak Anung (R3) adalah: privasi orang sangat berpengaruh, kecenderungan orang jika tidak sesuai di hatinya maka dia akan berontak dengan mengatakan: siapa kamu? Maka jika wali baptis sering bertemu dengan anak baptisnya sangat berbeda dengan mereka yang jarang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
ketemu. Masalah keterbatasan waktu menurut pak Anung juga menjadi penghambat dalam melaksanakan peran sebagai wali baptis. Budaya pekewoh menurut pak Tresna (R4) termasuk faktor penghambat dalam melaksanakan peran sebagai wali baptis. Ada orang tua yang tidak mendukung kegiatan wali baptis, jarak yang jauh (pindah tempat tinggal) dan hilangnya HP anak baptis, situasi yang kurang mengenakkan dalam keluarga, orang tua yang masih sibuk mencari nafkah. Orang tua anak baptis tidak menganjurkan atau tidak mengharuskan agar mengikuti pembekalan sebelum pembaptisan menurut ibu Harni (R10) merupakan faktor penghambat dalam menjalankan perannya sebagai wali baptis untuk selanjutnya selama ini. Tidak tahu bahwa tugas sebagai wali baptis itu berlangsung seumur hidup sampai anak dewasa dalam imannya. Pada tabel 18 dan 19 dibawah ini penulis afaktor
memaparkan lebih rinci
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan peran, tugas dan
tanggungjawab wali baptis selama ini. Tabel : 18 Faktor Pendukung dalam Melaksanakan Peran dan Tugas untuk Mengembangkan Iman Remaja Menurut Wali Baptis NO Responden R1, R2, R7 R4
R5, R3
R6
Jawaban Responden Adanya dukungan dari anggota keluarga, niat atau ketulusan hati dalam menjalankan tugas sebagai wali baptis. Adanya pembekalan merupakan faktor pendukung bagi wali baptis dalam menjalankan perannya sebagai wali baptis untuk selanjutnya. Oleh karena itu, pembekalan menjadi sangat penting. Kalau ada kerjasama orang tua, ketua lingkungan,wali baptis, tugas pendampingan perkembangan iman anak bisa berjalan dengan baik, bisa memperlancar iman anak itu. Media elektronik seperti Handphone menjadi sangat mendukung untuk menjalankan peran sebagai wali baptis. Berpindahnya anak baptis ke daerah lain tidak lagi menjadi penghalang untuk menjalankan peran sebagai wali baptis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R7,R8
R9
86
Relasi personal yang sudah dijalankan sejak terpilih sebagai wali baptis sehingga tidak ada rasa sungkan bila hendak menegur dan mengingatkan anak baptis. Keterlibatan anak dalam perkumpulan atau kegiatan gerejani (koor, misdinar) akan mendukung proses “pendampingan” anak baptis bagi wali baptis.
Tabel : 18 Faktor Penghambat dalam Melaksanakan Peran dan Tugas UntuK Mengembangkan Iman Remaja Menurut Wali Baptis NO Responden R3 R4
R5
R6, R7 R8 R9 R10
f.
Jawaban Responden Individualime dan privasi orang sangat ditekankan. “Pekewoh” (karakter Jawa). Jika orang tidak membutuhkan saya maka untuk apa saya datang; kepedulian orang tua, tidak memperkenalkan wali baptis kepada anak baptis dan juga begitu sebaliknya; tempat yang tidak ada untuk mengadakan kegiatan bagi anak-anak di lingkungan. Orang tua tidak mendukung kegiatan wali baptis yang berusaha mengajak anak baptis untuk aktif dalam kegiatan lingkungan. Orang tua tidak mendukung, orang tua tidak bisa diajak kompromi. Jarak yang jauh, pindah tempat tinggal ketika Handphone anak baptis hilang. Situasi yang kurang mengenakkan dalam keluarga. Orang tua yang masih sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya. Orang tua anak baptis tidak menganjurkan atau mengharuskan wali baptis untuk mengikuti pembekalan, komuniksi dengan keluarga anak baptis kurang.
Keteladanan Hidup Wali Baptis Seorang wali baptis diharapkan mampu menjadi teladan kepada siapa saja. Dari hasil wawancara bu Candra dan bu Ananta mengatakan bahwa keteladanan hidup seorang wali baptis adalah teladan dalam hal iman, aktif di gereja dan di lingkungan, menjadi teladan dalam bertutur kata dan bersikap ataupun dalam bergaul, dewasa dalam berpikir dan bijaksana, tidak suka bertengkar dan mengomongkan orang lain, jarkoni, mau melayani. Sedangkan keteladanan hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
seorang wali baptis menurut Laras (R17) adalah rajin berdoa, mau berbagi kepada sesama, membacakan cerita sabagai pengantar tidur, mendidik baik dalam segi iman maupun moral yang sifatnya harus “balance” karena iman tanpa perbuatan adalah sia-sia dan seorang wali baptis mampu memberi inspirasi. Beberapa anak baptis juga mengatakan keteladan hidup dari wali baptis adalah: keteladanan yang dapat dilihat dari sikap, peduli, aktif ikut kegitan di gereja dan di lingkungan walaupun banyak kesibukkan, sabar, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, menjadi pendidik baik dari segi moral maupun dari segi iman dan memberi inspirasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh romo paroki dan pak Windu bahwa seorang wali baptis harus bisa menjadi teladan dalam hal ikut ambil peran serta dalam masyarakat, beriman teguh, minimal tiap hari minggu ke gereja, aktif di lingkungan syukur-syukur di gereja. Atau lebih idealnya lagi bahwa hidupnya selalu mengikuti 10 perintah Allah, menyapa dan mengajak anak baptis untuk aktif ikut dalam kegiatan menggereja. Sedangkan menurut pak Mantri seorang wali baptis menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, menyapa dan mengajak anak baptis untuk rajin dan aktif ke lingkungan dan gereja. Dalam Tabel 19, 20 dan 21 berikut penulis memaparkan hasil yang diperoleh dari wawancara dengan responden secara lengkap. Tabel : 19 Keteladanan Hidup Wali Baptis Menurut Wali Baptis NO Responden R3, R8
R4
Jawaban Responden Teladan dalam iman, teladan bagi hidup menggereja. Aktif di lingkungan dan kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari, dalam pergaulan. Tidak suka bertengkar dan tidak mengomongkan orang lain. Mempunyai pemikiran yang dewasa, mempunyai iman yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R5 R6
R7
88
kuat dan bijaksana. Bertutur kata yang baik, bersikap sebagai orang yang dicontoh. Jarkoni, iso ujar ora iso lakoni, gajah diblangkoni. Wali baptis jika mau melangkah atau jika mau mengucapkan sesuatu harum lebih hati-hati atau punya rem. Aktif di lingkungan, gereja dan mau melayani.
Tabel : 20 Keteladanan Hidup Wali Baptis Menurut Anak Baptis NO Responden R13
R16, R12 R17
R10
Jawaban Responden Aktif ikut kegitan di gereja dan di lingkungan walaupun banyak kesibukkan (sebagai pendidik), pengertian, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, sangat sabar apalagi kalau sudah kelelahan dari sekolah. Mempunyai iman yang kuat, rajin ke gereja, peduli. Rajin berdoa, mau berbagi kepada sesama, membacakan cerita sebagai pengantar tidur, mendidik baik dalam segi iman maupun moral yang sifatnya harus “balance” karena iman tanpa perbuatan adalah sia-sia, memberi inspiirasi Ikut ambil peran serta dalam masyarakat, beriman teguh.
Tabel : 21 Keteladanan Hidup Wali Baptis Menurut Responden lain NO Responden R10 R19
R20
Jawaban Responden Ikut ambil peran serta dalam masyarakat, beriman teguh. Minimal tiap minggu ke gereja. Kalau wali baptis setiap minggu datang ke Gereja, maka dia pun harus menerapkan itu di tengah-tengah masyarakat dan umat. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia”. Aktif di lingkungan, syukursyukur di gereja. Lebih idealnya lagi, hidupnya selalu mengikuti 10 perintah Allah. Menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, menyapa dan mengajak anak baptis untuk rajin dan aktif ke lingkungan dan gereja.
g. Pengetahuan Wali Baptis Tentang Makna Simbol Liturgi Baptis Dalam Liturgi pembaptisan Gereja Katolik ada banyak simbol atau lambang yang digunakan pada saat proses pembaptisan berlangsung seperti: air, minyak,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
kain putih dan lilin. Masing-masing dari lambang atau simbol tersebut tentu mengandung makna. Pada saat penenlitian ada wali baptis yang bisa memberi makna atau arti dari lambang tersebut. Namun ada juga wali baptis yang kurang paham tentang makna dari lambang atau simbol-simbol tersebut. Menurut ibu Harni makna dari simbol air adalah: air merupakan sumber kehidupan yang selalu dibutuhkan oleh setiap orang. Dengan air menurut ibu Harni seseorang mendapat kesegaran rohani atau siraman rohani. Siraman rohani diartikan dengan Firman Tuhan dan Tubuh Kristus yang kita santap dalam perayaan Ekaristi. Ada juga responden yang mengatakan bahwa dengan air seseorang dibersihkan dari dosa asal. Pak Mantri mengatakan air merupakan syarat utama dari pembaptisan. Air dicurahkan sebanyak tiga kali pada formulasi pembaptisan. Makna dari minyak Krisma menurut ibu Candra adalah: pengurapan seperti Yesus diurapi menjadi nabi. Maka kitapun menjadi nabi di manapun kita berada. Beberapa wali baptis memahami makna dari minyak krisma adalah: dilahirkan kembali, Roh Kudus mulai berkarya pada mereka yang baru menerima baptisan, iman diperbaharui lagi sebagai Katolik, sebagai tanda pembebasan manusia dari dosa, pengurapan atau diurapi seperti Yesus. Dengan demikian mereka yang telah dibaptis ikut ambil bagian dalam tugas Yesus Kristus, minyak menguatkan iman seseorang. Kain putih menurut pak Tresno melambangkan Kristus, dengan demikian anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan Kristus, lambang kesucian (kita bersih). Untuk membersihkan atau melap. Baju menurut pak Mantri merupakan “jati diri”. Pakaian yang kotor, yaitu dosa-dosa diganti dengan pakaian baru. Dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
makna dari lilin yakni: lambang kebangkitan Kristus, sebagai penerang, hendaknya anak baptis bisa juga menjadi terang di tengah keluarga dan masyarakat. Seseorang yang dibaptis menjadi keluarga baru, dan diharapkan cahaya itu terus bersinar. Secara lengkap dalam tabel 22 di bawah ini penulis memaparkannya. Tabel : 22 Makna Simbol Air Baptis Menurut Wali Baptis dan Responden Lain
NO Pernyataan Makna Simbol Air
Makna Simbol Minyak Krisma
Menurut Wali Baptis Responden Jawaban Responden R5, R6, R8 Dibersihkan dari dosa asal. R10
R4 R5
Iman diperbaharui lagi sebagai Katolik.
R6
Sebagai tanda pembebasan manusia dari dosa.
R8
Pengurapan, seperti Yesus diurapi menjadi nabi. Maka kitapun menjadi nabi di manapun kita berada. Minyak menguatkan iman seseorang supaya kuat memanggul salib. Lambang kebangkitan Kristus.
R10 Makna Simol Lilin
R4 R5, R6,R8
R10
Makna Simbol Kain Putih
Air merupakan sumber kehidupan yang selalu dibutuhkan oleh setiap orang. Dengan air seseorang mendapat kesegaran rohani/siraman rohani. Siraman rohani diartikan dengan Firman Tuhan, tubuh Kristus yang kita santap. Dilahirkan kembali, roh kudus mulai berkarya pada mereka yang baru menerima baptisan.
R4
Jika kita sudah dibersihkan dari dosa, maka kitapun mampu menjadi terang atau cahaya. Para baptisan baru diharapkan sebagai penerang. Lilin itu kecil, namun dalam ruangan gelap bisa menerangi. Hendaknya anak baptis bisa juga menjadi terang di tengah keluarga, masyarakat. Kain putih ini bukan sembarangan kain putih. Kain putih itu melambangkan Kristus. Maka anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
Kistus mulai saat ini. R3,R5, R10
Lambang kesucian, kita bersih.
R6
Untuk membersihkan atau melap.
NO Pernyataan Makna Simbol Air
Makna Simbol Minyak Krisma Makna Lilin
Simbol
Makna Simbol Kain Putih
h.
Menurut Responden Lain Responden Jawaban Responden R20 Air merupakan syarat utama dari pembaptisan. Air dicurahkan sebanyak tiga kali pada saat formulasi pembaptisan (N..aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus). R20 Diurapi dengan minyak berarti ambil bagian dalam tugas Yesus Kristus yaitu sebagai imam, nabi, dan raja. R20 Seseorang yang dibaptis menjadi keluarga baru, dan diharapkan cahaya itu terus bersinar. R20 Baju merupakan “jati diri”. Pakaian yang kotor, yaitu dosa-dosa diganti dengan pakaian baru.
Perasaan Karena Terpilih Sebagai Wali Baptis Menjadi wali atau emban baptis tidak semua orang bisa terpilih. Pada saat
wawancara penulis mengetahui bagaimana perasaan responden secara khusus wali baptis ketika dipilih menjadi wali baptis. Mereka dengan jujur, ceria dan penuh semangat mengatakan bahwa mereka bangga karena dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak yang dibaptis untuk menjaga, mendampingi iman anak selanjutnya. Menjadi wali baptis menurut pak Tresno ada “kepuasan bathin”, senang karena berguna bagi orang lain. Pak Anung mengatakan tidak terlalu bangga karena dipilih menjadi wali baptis karena menjadi seorang wali baptis adalah merupakan kewajiban sebagai orang Katolik. Dan ada wali baptis (Pak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Rudi, R7) yang dengan spontan mengatakan bahwa tidak bangga menjadi wali baptis karena menjadi wali baptis itu merupakan beban. Kualitas bangga adalah bagaimana supaya ke depan anak baptis lebih baik, tetap teguh pada imannya. Dalam tabel 23 di bawah ini penulis memaparkan lebih jelas jawaban dari responden bagaimana perasaan mereka ketika terpilih menjadi wali baptis. Tabel 23: Perasaan Karena Terpilih Sebagai wali Baptis NO Responden Jawaban Responden R2,R5, R6, Bangga, senang karena dipilih dan dipercaya oleh orang tua R8, R9 anak yang dibaptis untuk menjaga, mendampingi iman anak selanjutunya. Tidak semua orang dipilih menjadi wali baptis. R3 Kalau bangga tidak, karena itu sebagai kewajiban yang harus dilakukan. Konotasi dari bangga adalah pamer. Menjadi seorang wali baptis adalah merupakan kewajiban sebagai orang Katolik. R4 Tidak bangga tetapi ada “kepuasan bathin”, membuat hati senang karena berguna bagi orang lain. R7 Bangga-tidak, karena menjadi wali baptis itu merupakan beban. Kualitas bangga bagaimana supaya kedepan anak baptis lebih baik, teguh pada imannya.
i.
Pendampingan yang Khas Bagi Iman Remaja Bentuk pendampingan itu menurut ibu Debby, ibu Theresia dan prodiakon, yakni : pendampingan harus dimulai dari keluarga, dibiasakan ke gereja,
hendaknya
anak disekolahkan di sekolah Katolik supaya ada
kesinambungan proses pendampingan iman, perlu penegasan bagi remaja apa yang seharusnya dilakukan, pendampingan yang berkualitas, pendampingan dalam bentuk rekoleksi dan ada out bound, anak remaja diberikan pendalaman iman baik itu dalam keluarga maupun lingkungan, mereka diajak untuk terlibat dalam kegiatan putra-putri altar jika mereka sudah menerima komuni.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Menurut pak Windu, bentuk pendampingan yang khas bagi remaja harus dicari kegiatan yang sesuai dengan usia mereka, misalnya : Gedget. Ilmu teknologi harus bisa dimanfaatkan untuk pendampingan. Artinya anak diajari bagaimana cara menggunakan media komunikasi yang baik dan benar. Bagaimana menggunakan facebook dengan benar. Juga harus disadari bahwa anak remaja adalah anak sekolah, maka pendampingan harus disesuaikan dengan agenda mereka. Tabel 26 : Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja Tabel : 26.1 Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja Menurut Wali Baptis No Responden Pernyataan Responden R1,R2 Pendampingan harus dimulai dari keluarga. Iman seorang anak remaja jauh lebih kuat dan teguh bila mendapat pendidikan dasar dari keluarga sendiri. R3 Pendidikan iman bagi remaja serba dilematis apalagi jika yang menjadi wali baptis tidak dari keluarga.Orang tua tidak terlalu memperhatikan sisi iman anak dengan memperkenalkan wali baptis. Pendampingan iman anak remaja juga menyangkut relasi antara orang tua baptis dan wali baptis. Dibiasakan ke gereja. R4 Titik tolak pendampingan yang harus dibuat adalah sesuai dengan ARDAS KAS. Dalam Aras Dasar Keuskupan Agung Semarang ditegaskan dengan jelas bahwa keluarga merupakan Gereja basis. Sebagai Gereja Basis, keluarga Katolik setidak-tidaknya menunjukkanya dalam bentuk doa bersama. Doa bersama ini menjadi bahan utama dalam mengembangkan dan mendampingi iman anak. Dalam konteks pendidikan iman, anak dibimbing secara dialogis seperti menanyakan kegiatan anak sepanjang hari”. Mendapat pendidikan secara Katolik juga merupakan suatu kesinambungan proses pendidikan iman. Sekalipun demikian tetap juga disadari bahwa kurangnya minat remaja terhadap kegiatan hidup menggeraja. Hal ini bisa saja diakibatkan oleh kurikulum sekolah yang juga ikut menyita perhatian anak. R5
Gereja pusing mengarahkan kaum muda karena sangat sulit menemukan apa yang menjadi kebutuhan dasar dari remaja. Apalagi remaja mempunyai kebutuhan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
R6
R7
R8 R9 R10
94
cukup dinamis. Pendampingan ini dimulai dari keluarga. Pencarian jati diri merupakan ciri khas remaja. Dengan ciri khas ini perlu penegasan bagi remaja apa yang seharusnya dilakukan. Ketegasan itu juga menuntut suatu keteladanan dari orangtua, bukannya hanya kata-kata tetapi juga perbuatan. Dalam situasi yang seperti ini sangat tepat bila anak remaja diperlakukan sebagai teman Pendampingan yang berkualitas akan membuat anak bertahan pada iman yang sudah diterimanya sejak pembaptisan Dalam bentuk rekoleksi dan ada out bound. Anak-anak remaja diberikan pendalaman iman baik itu dalam keluarga maupun lingkungan Anak diajak untuk terlibat dalam kegiatan putra-putri altar jika mereka sudah menerima komuni.
Tabel : 26.2 Pendampingan yang Khas bagi Iman Remaja Menurut Responden Lain No Responden R19
R20
Pernyataan Responden Dicari kegiatan yang sesuai dengan usia mereka, misalnya: Gadget, IT (Ilmu Teknologi) harus bisa dimanfaatkan untuk pendampingan. Artinya anak diajari bagaimana cara menggunakan media komunikasi yang baik dan benar. Bagaimana menggunakan facebook dengan benar. Juga harus disadari bahwa anak remaja adalah anak sekolah, maka harus disesuaikan dengan agenda mereka Dididik di sekolah Katolik dan didampingi di segala bidang, misalnya: kesenian, olah raga, dsb.
j. Harapan-Harapan Para Responden Harapan wali baptis kepada para wali baptis yang lainnya adalah: supaya menjadi teladan/contoh, tidak cukup hanya berperan pada saat pesta pembaptisan saja, supaya para wali baptis mendorong dan menggerakkan anak-anak baptisnya ikut serta dalam kegiatan lingkungan dan gereja, supaya tidak begitu saja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
mengabaikan anak-anak baptis, menjadi wali baptis itu tidak hanya formalitas, mari kita tunjukkan bahwa kita bisa mendidik anak baptis. Harapan anak baptis kepada wali baptis adalah: sekali dalam sebulan ada pendampingan atau pertemuan kepada anak baptis, supaya wali baptis tetap membimbing sampai tua, jangan lelah dalam mendidik anak baptisnya, karena sepanjang hidup manusia itu terus belajar. Tetap ada perhatian, kepedulian kepada anak baptis, Berilah waktu untuk bercerita kepada anak. Dalam tabel 24 di bawah ini penulis dengan rinci menuliskan jawabanjawaban yang diperoleh dari para responden melalui wawancara. Tabel 24 : Harapan-Harapan Tabel 24.1: Harapan Wali Baptis kepada Wali Baptis NO Responden Jawaban Responden R1, Supaya para wali baptis menjadi teladan/contoh. Tidak R2,R3,R4 cukup hanya berperan pada saat pesta pembaptisan saja apalagi peran ini sangat berkaitan dengan tugas sebagai saksi iman bagi anak yang dibaptis sehingga dengan rasa tanggung jawab tersebut, para wali baptis tahu perjalanan anak tersebut. R5 Supaya para wali baptis mendorong dan menggerakkan anak-anak baptisnya ikut serta dalam kegiatan lingkungan dan gereja. R6 Supaya para wali baptis tidak begitu saja mengabaikan anak-anak baptisnya. Sesekali mungkin/intensif memperhatikan mereka supaya mereka tetap teguh dalam imannya. R7 Menjadi wali baptis itu tidak hanya formalitas. Wali baptis itu membimbing, mengarahkan anak baptis agar lebih berkualitas terutama dalam iman karena mereka adalah anak Tuhan. Menjadi teladan, melayani, rendah hati. R8, R9 Kita berperan tidak hanya pada saat pembaptisan, tetapi kita berperan terus mendampingi anak-anak baptis sampai mereka dewasa. Kita dapat juga berperan saat mereka menentukan pilihan hidup. Kita adalah pendamping iman. R10 Mari kita gunakan peran kita sebagai wali baptis. Mari kita tunjukkan bahwa kita bisa mendidik anak baptis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Tabel 24.2: Harapan Anak Baptis kepada Wali Baptis NO Responden R11
R13 R17
Jawaban Responden Hendaknya ditengah-tengah kesibukkannya para wali baptis paling tidak sekali dalam sebulan ada pendampingan atau pertemuan kepada anak baptis. Dalam pertemuan tersebut, ada sharing pengalaman dari anak baptis terutama sharing. Jika para wali baptis mengalami kesulitan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh para anak baptis, hendaknya dibawa dalam kegiatan lingkungan dan diolah bersamasama. Supaya wali baptis tetap membimbing sampai tua. Jangan lelah dalam mendidik anak baptisnya, karena sepanjang hidup manusia itu terus belajar.
Tabel 24.2: Harapan Responden lain Kepada Wali Baptis NO Responden R18 R19
R20
Jawaban Responden Supaya mereka memahami tugasnya dan menjalankan tugasnya. Wali baptis harus sadar posisinya. Kalau dulu hanya formalitas, maka sekarang dia harus belajar. Dia juga harus mengikuti perkembangan zaman sama seperti para guru, dan juga orang tua. Supaya tidak dibodoh-bodohi oleh anakanak itu. Tetap ada perhatian, kepedulian kepada anak baptis, apalagi jika itu berhubungan dengan gereja, lingkungan. Beri waktu untuk bercerita kepada anak baptis.
k. Nasehat yang Diterima Anak Baptis dari Wali Baptis Dari data yang telah diperoleh, bagi sebagian anak baptis ada nasehatnasehat dari wali baptis yang pernah mereka terima dan masih mereka ingat sampai sekarang. Dalam wawancara secara spontan Venti mengungkapkan nasehat-nasehat yang sampai sekarang masih dia ingat dari wali baptis yaitu: belajar yang baik dan diingatkan untuk tidak pacaran dulu. Selain itu bagi Tifani
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
nasehat yang sampai sekarang masih diingat dari wali baptis adalah: jangan hanya belajar tetapi ikut jugalah dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan dan Gereja, rajin berdoa. Dalam hal sopan-santun Laras juga dinasehati misalnya: kalau makan kakinya jangan naik-naik, biasakan mengucapkan terima kasih Pada tabel 25 penulis akan menuliskan dengan jelas jawaban dari anak baptis tentang nasehat yang masih mereka ingat dari wali baptis. Tabel 25: Nasehat-Nasehat yang Diterima Anak Baptis dari Wali Baptis No Responden R12 R13
R 17
l.
Pernyataan Responden Belajar yang baik. Diingatkan untuk tidak pacaran dulu sekarang, tetapi sekolah dulu. Jangan hanya belajar terus, tetapi ikut jugalah dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan dan gereja. Apalagi pada bulan Mei ini selalu ada kegiatan doa rosario di lingkungan. Rajin berdoa baik sebelum dan sesudah makan maupun kalau mau tidur. Diajari sopan-santun misalnya membiasakan mengucapkan terima kasih.
Bentuk Pendampingan yang Diharapkan Anak Baptis kepada Wali Baptis
Dari wawancara dengan anak baptis, penulis memperoleh data bahwa bentuk pendampingan yang diharapkan Dewa kepada wali baptis adalah: dalam bentuk sharing pengalaman iman dengan anak baptis dan menjadi jembatan antara teman, orang tua dan anak karena dalam kelompok anak remaja masih belum saling kenal. Bagi Venti dan Tifani bentuk pendampingan yang diharapkan dari wali baptis adalah mengajak agar rajin mengikuti kegiatan gerejani, yakni: diajak untuk melibatkan diri dalam kegiatan gerejani. Dalam tabel 26 di bawah ini penulis memaparkan dengan jelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Tabel : 26 Bentuk Pendampingan yang Diharapkan Anak Baptis Kepada Wali Baptis No
Responden R11
Pernyataan Responden Sharing pengalaman iman dengan anak baptis. Wali Baptis menjadi jembatan, antara teman, orang tua, dan anak.
R 12, R13, R17
Supaya mengajak agar rajin ke gereja, ikut kegiatan yang ada di lingkungan, rajin doa Rosario.
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN TENTANG PERAN WALI BAPTIS TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK BAPTIS USIA REMAJA DI PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA 1.
Pemahaman Tentang Peran dan Tugas Wali Baptis Terhadap perkembangan Iman Anak Baptis Usia Remaja
Keterkaitan antara peran-tugas seorang wali baptis dengan pengetahuan wali baptis tentang siapa wali baptis menjadi kunci utama untuk memahami tentang peran dan tugas seorang wali baptis. Pemahaman diri ini akan mendorong para wali baptis menjalankan peran dan tugas mereka semaksimal mungkin. Pemaparan berikut ini terarah pada paham para wali baptis tentang wali baptis itu sendiri. a.
Pengertian Wali Baptis, Peran dan Tugas Wali Baptis Dari hasil penelitian responden mengatakan wali baptis ialah orang yang
menjadi saksi atas pembaptisan seorang anak. Karena mereka adalah sebagai saksi maka menurut pak Tresno (R4) dan Dewa (R11) mereka bertanggungjawab mendampingi perkembangan iman anak tersebut sesudah pembaptisan. Ibu Debby (R1) dan beberapa responden mendefinisikan bahwa wali baptis adalah mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
yang telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak untuk mendampingi anak baptis pada saat upacara pembaptisan dan sudah berjanji akan menjadi pendamping iman bagi anak baptis sampai dewasa dalam imannya bahkan sampai anak menikah (pak Unang, R3). Pemahaman responden tentang wali baptis sama dengan apa yang dituliskan oleh Ernest Maryanto dalam kamus Liturgi. Selain wali baptis seorang beriman Katolik yang dipilih oleh orang tua menjadi pendamping pada saat pembaptisan, wali baptis mempunyai kewajian untuk menolong anak baptis sebaik mungkin dengan kata dan teladan dalam perkembangan hidup rohani. Kewajiban seorang wali baptis dalam mendampingi iman anak menurut Tifani (R13) dan romo paroki (R18) sangat penting terlebih-lebih jika orang tua anak baptis tidak mau mengemban tanggungjawabnya dan dengan demikian wali baptis dapat menjadi orang tua kedua bagi anak baptis tersebut. Wali baptis wajib berusaha supaya anak baptis mendapat pendampingan darinya, menerima pembinaan dan pendidikan Katolik dan tetap setia pada janji baptis (bdk. Ernest Maryanto). Penentuan atau pemilihan wali baptis yang terpercaya dari pihak orang tua untuk mendampingi anak baptis secara implisit berkaitan dengan kesediaan wali baptis untuk mendampingi iman anak sampai iman anak mencapai usia yang dewasa. Secara konkret liturgis pendampingan itu tampak pada saat upacara pembaptisan berlangsung wali baptis mengendong anak bahkan menandai dahi anak dengan salib Kristus (Ibu Debby (R1) dan pak Tresno (R4)). Penggendongan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
itu menunjukkan suatu hak dan tanggungjawab untuk membimbing iman anak tersebut sampai dewasa bahkan sampai anak baptis menikah (pak Anung, R3). Hak dan tanggungjawab untuk membimbing dan mengarahkan dari seorang wali baptis akan lebih tampak apabila kualitas iman anak baptis semakin bertumbuh dan berkembang. Apalagi berkat baptisannya anak telah menjadi anak Tuhan seperti yang dikatakan oleh pak Rudi (R7). Setidak-tidaknya kualitas iman itu tampak dari kesanggupan anak, berkat pendampingan wali baptis, menerima sakramen yang lain seperti komuni pertama, pengakuan dosa dan sakramen krisma. Dalam hidup sehari-hari, tidak berkaitan dengan sakramen, nasehatnasehat bijak yang datang dari wali baptis tentu menjadi sangat penting. Sebab iman sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kepribadian anak. Pengalaman seperti ini terungkap dari responden yang berstatus sebagai anak baptis (Venti, R 12) dan Tifani (R13)). Nasehat-nasehat bijak dari wali baptis mengajak supaya anak rajin berdoa, terlibat dalam kegiatan yang ada di lingkungan dan kegitatankegiatan praktis gerejani. Apalagi pada bulan Mei selalu ada kegiatan doa rosario bersama di lingkungan. Salah satu alasan mengapa anak baptis selalu diarahkan kepada kegiatan menggereja yakni timbulnya suatu kecemasan yang dialami oleh bu Ning (R5). Kecemasan itu berupa anak menjauh dari Tuhan. Ibu Ning mengatakan: “ anak-anak remaja tidak aktif di lingkungan. Para remaja “mati suri” dari tahun ke tahun tidak ada gemanya”. Ketidak aktifnya para remaja dalam kegitan hidup menggereja disebabkan oleh ego remaja yang tinggi dan kurangnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
sapaan dari romo. Satu prinsip bahwa orang muda membutuhkan sapaan yang bisa memberikan motivasi kepada mereka”. Pola pendampingan yang dilakukan oleh ibu Candra (R8) dan bu Debby (R1) terhadap anak baptis menyikapi hal di atas adalah dengan menjadikan anak baptis sebagai anak sendiri dan teman yang memberi dorongan dan semangat, menjadi orang tua kedua dari sisi iman bagi anak (pak Windu, R19). Sebagai “polisi iman” juga termasuk bagian integral dari pola pendampingan yang ditunjukkan oleh ibu Ning (R5). Sama seperti Polisi Lalu Lintas yang menentukan dan membuat lancarnya jalan lalu lintas, demikian juga wali baptis membimbing, mengarahkan iman anak seperti polisi sehingga iman anak tersebut “tidak meleset” atau nyeleneh ke mana-mana sehingga terarah. Di sinilah, dalam arti tertentu wali baptis berperan sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga; bukan
sebagai pelengkap atau tempelan pada saat upacara liturgi
pembaptisan sebagaimana diungkapkan oleh romo paroki (R18). Keseimbangan itu dapat dilihat dalam arti bahwa orang tua yang lebih banyak memikirkan kebutuhan material dari anak sedangkan wali baptis mengusahakan kebutuhan rohani anak baptis (bdk. Bina Liturgi 5); menunjukkan sifat kemesraan seorang ayah/ibu yang mendidik anak-anaknya dalam hal-hal rohani dan mendorong mereka dalam kebajikan. pemahaman ini senada dengan apa yang dikatakan oleh pak Mantri (R20) bahwa wali baptis adalah mereka yang mendampingi katekumen yang dibaptis disamping orang tua bagi kehidupan anak untuk selanjutnya. Mereka sebagai bapak/ibu rohani yang membantu mendidik dan mendorong baptisan baru supaya dewasa dalam imannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
b. Mengenal dan Memahami Simbol Liturgi Tiga unsur penting simbol dalam liturgi pembaptisan yakni: pertama, tentang air. Responden memahami air sebagai sumber hidup yang dibutuhkan oleh setiap orang. Sebagai sumber hidup, air juga mempunyai fungsi membersihkan dan menyegarkan sehingga dalam arti rohani air menyegarkan roh. Dalam konteks teologi-liturgis, pencurahan air pada dahi anak baptis menandakan pembersihan dosa asal anak seperti yang dikatakan oleh bu Ning (R5), bu Ananta (R6) dan ibu Candra (R8). Sebagaimana diimani Gereja Katolik, anak yang lahir berada dalam keadaan status berdosa yang merupakan warisan dari manusia pertama. Penjelmaan Allah menjadi manusia yang tinggal di antara kita memutus rantai dosa. Atas perintah Tuhan Yesus, setiap orang yang percaya kepada-Nya harus dibaptis sehingga pemakaian air menjadi syarat utama yang dipakai oleh Gereja untuk sakramen Baptis (Pak Mantri (R5)). Air dicurahkan sebanyak tiga kali pada saat
formulasi
pembaptisan sekaligus
imam
mengungkapkan “N…aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Air yang dicurahkan pada dahi anak menyimbolkan siraman rohani yang menguduskan tubuh-jiwa dan raga anak baptis. Ritus air yang dicurahkan pada dahi disertai dengan pengucapan Sabda Allah (bdk. Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Matius 28:19). Pada saat anak mencapai usia dewasa anak yang sudah menerima pencurahan air akan mendapat kesempatan pertama menerima Tubuh Kristus sebagai makanan yang paling menyegarkan hidup umat beriman (bdk. bu Harni, (R10)). Setelah pembaptisan, para wali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
baptis mempunyai tugas agar anak baptis tetap berada dalam kesegaran iman atau membantu memberikan siraman rohani kepada anak baptis. Dengan demikian hati, pikiran dan budi anak tetap suci dan bersih. Simbol yang ke dua adalah minyak Krisma. Pengurapan minyak Krisma pada dahi anak baptis berarti menjadikan anak sama seperti Yesus sebagai Nabi, Imam dan Raja (Pak Mantri (R20) dan Ibu Candra R8)). Anak baptis ambil bagian dalam tugas Perutusan Yesus. Tiga misi keselamatan Yesus, mulai berkarya sejak anak baptis menerima pengurapan minyak Krisma (Pak Tesno, R4). Makna pengurapan harus dihidupkan oleh orang tua dan wali baptis pada diri anak. Pengurapan minyak Krisma membebaskan diri anak baptis dari segala dosa dan pada saat mencapai usia dewasa anak baptis sendiri terlibat dalam pembebasan manusia dari dosa (Ibu Ananta, R7). Nilai simbolis dari pengurapan harus terus menerus diperbarui lewat iman sebagai Katolik (Ibu Ning, R5) yang mencapai puncak pada pemikulan salib (Ibu Harni). Simbol ke tiga adalah lilin. Lilin tidak akan pernah lepas dari setiap perayaan liturgi Gereja Katolik. Lilin menyingkapkan arti kebangkitan Kristus yang menjadi cahaya dan terang bagi yang percaya kepadanya (Pak Tresno, R4). Penyerahan lilin kepada orang tua anak baptis mengingatkan keluarga agar tetap mengandalkan cahaya Kristus sebagai penerang dalam “ruang” gelap (Ibu Harni, R10). Berkat pendampingan wali baptis dan orang tua maka anak baptis bisa juga menjadi terang di tengah keluarga dan masyarakat. Dengan lilin seseorang yang dibaptis menjadi keluarga baru dan diharapkan cahaya itu terus bersinar (Pak Mantri, R20).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Simbol ke empat adalah kain putih. Pak Tresno (R4) mengatakan: “Kain putih ini bukan sembarangan kain putih. Kain putih tersebut melambangkan Kristus. Maka anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan Kristus mulai saat ini. Anak tersebut jangan dinodai. Anak merupakan titipan Tuhan. Maka hendaknya dikembalikan kepada Tuhan. Untuk itu anak tersebut didik supaya menjadi anak yang saleh, anak yang soleha”. Sebagai pakaian iman, kain putih menandakan dimulainya hidup baru dalam terang Kristus, simbol kesucian. Perbandingannya dengan baju yang merupakan simbol “jati diri” manusia (Pak Mantri, R20). Kain putih melambangkan kebangkitan Kristus dari kubur. Beriman secara kristiani berarti mengikuti jejak Kristus.
2.
Pelaksanaan Peran, Tugas dan Tangungjawab
Wali Baptis dalam
Mengembangkan Iman Usia Remaja Dalam praktek sehari-hari beberapa wali baptis berperan sebagai orang tua bagi anak baptis. Mereka menyapa, mengunjungi, memotivasi dan mengingatkan kehidupan kerohanian anak baptis, mengajak ikut terlibat dalam kegiatan rohani seperti koor, ikut misdinar, komuni pertama dan krisma, mengkonsultasikan keadaan anak baptis kepada orang tua. Peran wali baptis menurut pak Anung (R3) dan pak Windu (R19) berlangsung seumur hidup. Peran mereka sama seperti orang tua yang mendidik, mendampingi iman anak baptis. Wujud konkrit peran dan tanggungjawab seorang dapat diwujudkan dengan menjadi teman atau tempat curhat/sharing bagi anak, mengingatkan supaya rajin ke gereja dan ikut komuni pertama dan menjadi putra
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Altar, mendoakan anak baptis (ibu Debby, R1) dan memberikan nasehat sejauh itu diterima oleh anak baptis (pak Tresno, R4). Wali baptis juga menunjukkan peran sebagai komunikator yang mendengarkan bahkan membuat jadwal pertemuan dengan anak baptis (Trah). Sebagai komunikator, wali baptis terlibat dalam pesan yang didengarnya dari orang tua anak baptis sehingga perhatian pada dirinya dan aspek-aspek yang tidak terlalu penting bagi wali baptis menjadi hilang. Tujuan komunikasi antara wali baptis dan anak baptis lebih merangsang anak baptis untuk bertindak. Unsur penting yang perlu dihayati wali baptis sebagai komunikator adalah empati. Dalam konteks peran wali baptis, empati berarti wali baptis berusaha menempatkan diri pada apa yang sedang dialami oleh anak baptis sekarang ini dan saat ini. Dengan komunikasi yang empatif, jarak geografis tidak menjadi penghalang dalam menjalankan peran sebagai wali baptis (ibu Ananta, R6). Responden menyatakan sikap empati ini dalam istilah “kepoh positif” (Ibu Titik, R9). Dengan adanya “kepoh positif” yang empati pada diri wali baptis akan ada sikap kontrol sosial pada anak baptis dan orang tua baptis yang akan memudahkan proses penanaman nilai-nilai iman pada diri anak. Sehingga dengan demikian setiap saat orang tua dan anak baptis bisa lebih peduli terhadap kegiatan gerejani. Pelaksanaan peran wali baptis secara konkret sering sejalan dengan pelaksanaan masa-masa liturgi. Hal ini jauh lebih mudah untuk dijalankan misalnya: mengajak anak baptis mengikuti devosi dan Rosario, ziarah atau pendalaman tema-tema iman yang dikeluarkan oleh Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
Tidak dipungkiri juga bahwa pelaksanaan peran wali baptis berjalan hanya sebatas formalitas-liturgis. Sebab banyak wali baptis tidak lagi menjalankan komunikasi dengan anak baptis. Terhadap pernyataan ini Pastor Paroki (R18) menyatakan bahwa satu atau dua orang sudah melaksanakan peran itu. Namun ini masih merupakan pekerjaan rumah yang tidak gampang karena pasti dalam jangka waktu yang cukup lama peran wali baptis hanya sebagai pelengkap upacara pembaptisan. Ada kecenderungan dimana anak tidak mendapat hak untuk memperoleh pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena kelalaiaan. Sebelum berlangsung pembaptisan, peran utama seorang wali baptis ialah kesiapannya untuk mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua sesuai dengan program paroki Kristus Raja Baciro (Pak Tresno (R4), bu Candra (R8), pak Anung, R3). Keikutsertaan untuk mengikuti pembekalan sendiri dapat dipakai oleh wali baptis sebagai sarana untuk menjelaskan arti menaati ajaran-ajaran Gereja sebagai pedoman hidup yang perlu dihayati oleh setiap orang yang memeluknya. Ibu Harni (R10) mengatakan selama beberapa kali menjadi emban baptis tidak pernah mengikuti pembekalan karena orang tua yang dibaptis tidak pernah mengajak untuk mengikuti pembekalan. Apalagi mengikuti pembekalan tidak menjadi keharusan untuk mengikutinya. Ketidak hadiran wali baptis dapat menjadi indikator tersendatnya proses formatio iman berjenjang sebab dalam pembekalan para wali baptis dapat mengetahui apa yang menjadi peran, tugas dan tanggungjawab sebagai orang yang dipilih dan dipercaya untuk mendampingi perkembangan iman anak. Secara efektif, partisipasi dalam pembekalan sudah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
menunjukkan awal mula komunikasi dan akan berlanjut pada saat anak baptis semakin dewasa. Komunikasi yang partisipatif (Bagiyowinadi, 2009: 64) anak baptis lewat pembekalan bersama dengan orang tua menjadi kesempatan untuk mengenal latar belakang anak. Di dalam kegiatan pembekalan akan dibicarakan tanggungjawab mendidik anak baptis yang berjenjang mulai dari sejak pembaptisan serta dalam pembekalan akan disampaikan bagaimana pelaksanaan liturgi pembaptisan, misalnya: siapa yang memasangkan busana putih pada baptisan baru, siapa yang menyalakan lilin paskah, apa makna simbol-simbol yang dipakai dalam liturgi pembaptisan. Secara simbolis wali baptis berdiri mendampingi pada saat upacara pembaptisan; menggendong anak baptis; memberikan tanda salib di kening baptisan baru, melap kepala anak baptis setelah air dituangkan di kepala anak baptis, meletakkan kain putih di dada anak, memegang dan menyerahkan lilin yang bernyala kepada orang tua yang dibaptis dan menyaksikan bahwa pembaptisan itu benar-benar terlaksana secara resmi dalam keheningan, menyatakan kesanggupan mendampingi anak. Pemahaman para responden tentang tugas wali baptis pada saat pembaptisan berlangsung hampir sama dengan apa yang telah diuraikan oleh Bogiyowinadi dalam bukunya “Wali baptis peran dan tanggungjawabnya” yang dipakai oleh penulis untuk memaparkan partisipasi wali baptis pada saat upacara pembaptisan berlangsung yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab sebelumnya. Selain dari apa yang diungkapkan oleh para responden di atas,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
Bagiyowinadi menuliskan tugas wali baptis adalah bersama orang tua memperbaharui janji baptis dengan menolak setan dan mengakui iman. Secara garis besar para responden mengatakan bahwa peran, tugas dan tanggungjawab seorang wali baptis itu berlangsung seumur hidup (Long Live). Mereka menjadi pendamping iman bagi anak baptis. Mendidik iman anak sebagaimana orang tua terhadap anak kandungnya sendiri. Mereka bisa menjadi tempat untuk curhat (sharing), mendoakan mereka dan memberikan nasehat kepada mereka sejauh itu diterima oleh anak baptis (Debby, (R1), pak Anung, (R3) dll ). Pernyataan para responden ini senada dengan apa yang telah dituliskan oleh Ga I dalam buku Sakramen dan sakramentali menurut Kitab Hukum Kanonik bahwa wali baptis mewakili Gereja dalam menerima calon baptis menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah secara spiritualitas dan memainkan peran nyata Gereja kepada calon baptis sebagai seorang bunda. Peran wali baptis tidak sederhana, seorang yang menjadi wali baptis tugasnya tidak ringan. Iman anak yang sudah dibaptis yang dimasukkan menjadi anggota Gereja perlu dipelihara secara terus menerus. Untuk memperlancar pemeliharaan tersebut para wali baptis ikut ambil bagian. Partisipasi yang dimaksud dapat dibandingkan dengan peran sebagai “polisi iman” dan pemelihara iman anak baptis seperti yang dinyatakan oleh ibu Ning. Sebagai “Polisi iman” berarti wali baptis mengarahkan, memperlancar perkembangan iman bahkan mengawasi iman anak baptis supaya tidak meleset kemana-mana. Pada tahap pertama orientasi pendampingan diarahkan kepada orang tua agar sesering mungkin membawa anak dalam kehidupan gerejani entah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
membawanya pada setiap hari minggu maupun dalam kegiatan lingkungan. Apabila anak tidak dibawa ke dalam kegiatan imani seperti yang disebutkan, wali baptis mempunyai tanggungjawab untuk mencari anak yang bersangkutan kepada orang tuanya sehingga sampai pada waktunya anak sanggup untuk mengatakan pergi ke Gereja sebagai pertanda bertumbuhnya iman anak. Pada tahap kedua, orientasi pendampingan iman anak baptis selama kurang lebih tujuh tahun sejak dibaptis terarah kepada orang tua anak sendiri. Rentang waktu yang demikian sering membuat wali baptis bisa kehilangan kontak sehingga tidak dapat mengenali lebih dalam siapakah anak baptis dan sebaliknya siapakah wali baptisnya seperti pengalaman ibu Ning sendiri (R5). Setelah anak mencapai usia yang cukup umur sebagaimana diharapkan oleh Gereja untuk menerima komuni pertama, wali baptis mengingatkan orang tua dan terlebih anak sendiri untuk ikut belajar menerima komuni pertama. Peran yang seperti ini sangat sederhana tetapi bagi wali baptis sangat perlu, mengingat usia anak baptis yang sudah bertumbuh dan berkembang. Walaupun tidak formal, menganjurkan anak baptis untuk mengikuti komuni pertama justru bagi wali baptis membutuhkan pengetahuan iman yang benar. Secara amat sederhana dan sangat singkat, wali baptis dapat memberikan katekese singkat untuk apa mengikuti komuni pertama bagi anak. Juga pada saat belajar komuni pertama, wali baptis dapat bertanya kepada anak apakah sudah ikut pengakuan dosa atau pelajaran apa yang diperoleh selama kursus. Dalam hal ini pun wali baptis secara personal ikut membantu pemandu komuni pertama melakukan pendampingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
akan makna sakramen pengakuan dosa dan sakramen Ekaristi sebagai sakramen Gerejani. Syukuran atas komuni pertama akan membuat anak mengingat peristiwa itu sebagai moment penting dalam perkembangan imannya. Tahap berikutnya menganjurkan anak untuk ikut dalam organisasi-organisasi yang berada di bawah naungan paroki. Perkumpulan yang demikian membuat anak akan semakin bergaul dengan orang yang seiman dan seusia. Pada usia komuni pertama, tugas dan tanggungjawab wali baptis semakin intensif karena
akan mengontrol
kehadiran anak baptis ke gereja. Relasi personal pun akan terbentuk bila anak baptis dicari dan ditanya. Pak Anung dan ibu Theresia mengatakan bahwa wali baptis “berhak membimbing iman anak itu sampai ia dewasa”. Kedewasaan yang dimaksudnya adalah kesanggupan anak menerima sakramen krisma bahkan untuk memutuskan pilihan hidup menikah atau hidup menjadi kaum berjubah (bu Candra, R8). Dengan demikian, tugas wali baptis tidak semata-mata cukup hanya pada saat upacara liturgi baptis saja. Bentuk konkret dari pendampingan itu, misalnya menghadiri penerimaan sakramen perkawinan dari anak baptis itu sendiri. Pendapat ini nyata dikatakan oleh pak Tresno (R4). Setiap orang yang memasuki jenjang atau tahap-tahap kedewasaan iman itu menunjukkan suatu bentuk kedewasaan. Bagi pak Tresno anak baptis yang sudah memasuki jenjang perkawinan tentulah menunjukkan tanda kedewasaan iman. Karena keputusan untuk menikah, membutuhkan suatu kesadaran penuh akan tugas dan tanggungjawab dalam bentuk-bentuk sakramen.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Seorang wali baptis harus mendidik dan menyarankan hal-hal yang berharga bagi anak baptis. Pendidikan yang dimaksud tidaklah menyangkut pendidikan formal tetapi non formal. Pemahaman yang perlu dipegang oleh wali baptis ialah perkembangan kepribadian anak. Anak yang berada dalam usia remaja akan cenderung berkelompok (peer group). Oleh karena kebutuhan ini, wali baptis perlu menganjurkan anak untuk masuk dalam kelompok yang seusia dengan usia anak. Menjadi anggota misdinar merupakan salah satu usaha untuk menyalurkan kebutuhan psikologis anak. Di dalam kelompok ini, anak akan dilatih disiplin dan menjadi pelayan. Keberanian untuk tampil di muka umum juga merupakan salah satu usaha pendewasaan diri secara baik. Dengan masuk kelompok misdinar anak bebas dari pengaruh negatif lingkungan yang tidak disadari. Pemahaman para wali baptis terhadap tugas dan perannya sebagai wali baptis persis sama dengan apa yang diketahui oleh anak baptis. Sebagai responden anak baptis, Dewa (R11) misalnya mengungkapkan bahwa yang menjadi tugas dan peran wali baptis yakni: mengingatkan, mengarahkan, menyarankan anak baptis untuk terlibat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian. Kegiatan kerohanian yang dimaksud berupa ikut kegiatan PA (Putra Altar), OMK (Orang Muda Katolik), ikut doa devosi mis: doa rosario apa lagi pada saat ini yang kebetulan bulan rosario, ikut koor anak, lingkungan, PIA, PIR). Dewa menambahkan lagi bahwa dalam berbagai kegiatan yang diikuti oleh anak-anak baptis (remaja, OMK), wali baptis dapat menjadi fasilitator untuk mengakrabkan anak-anak yang seiman dan sebaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Perkembangan dunia IT yang sangat pesat dan gaya pergaulan orang muda pada zaman ini tidak bisa dipungkiri bahwa anak usia remaja yang masih labil dalam pencarian jati diri lepas dari situasi ini. Iman yang masih rapuh dan belum matang jika tidak didampingi dan diarahkan maka anak remaja akan lebih mudah terjerumus ke dalam hal-hal yang bertentangan dengan etika kristiani. Seperti yang dikatakan oleh ibu Candra (R8) dan beberapa responden lainnya bahwa anak-anak remaja dengan kemajuan IT tanpa mempertimbangkan atau memikirkan sejauh mana pengaruhnya. Maka untuk menyikapi hal tersebut kehadiran wali baptis sangat dibutuhkan. Melihat bahwa tugas dan peran wali baptis dalam pendampingan anak sangat penting dan itu berlangsung seumur hidup, maka seperti yang diungkapkan hampir semua responden bahwa untuk memilih seorang wali baptis tidak hanya asal dicopot begitu saja. Hendaknya diperhatikan kriteria untuk menjadi wali baptis. Pak Windu (R19) dan beberapa responden lainnya dalam wawancara sepikiran dengan apa yang dikatakan oleh romo paroki (R18) tentang kriteria jika seseorang menjadi wali baptis. Kriteria tersebut adalah, pertama: sudah disebut dewasa dalam iman. Ke dua: orang yang sudah menerima sakramen inisiasi secara penuh. Ke tiga: tidak menjadi batu sandungan bagi keluarga itu sendiri maupaun umat beriman lainya. Ke empat: bukan orang yang terkena hukum Gereja (ekskomuniksi). Ke lima: dekat dengan keluarga anak yang dibaptis (bdk KHK 874).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
3. Kepentingan Kehadiran Wali Baptis Dalam Mengembangkan Iman Anak Baptis Usia Remaja di Paroki Kristus Raja Baciro. Kepentingan kehadiran wali baptis menurut responden lebih dari keikutsertaan mereka untuk memperkembangkan iman anak. Wali baptis menjadi rekan utama orang tua membentuk pribadi anak baptis yang mengenal kasih Allah. “Iman anak itu rapuh, anak itu tidak punya pegangan. Apalagi dalam situasi keluarga yang sedang bermasalah. Kehadiran wali baptis sangat penting. Membuka hati/jiwa anak itu untuk semakin dekat dengan Tuhan” (Pak Anung, R3). Anak remaja itu masih labil dan gampang terpengaruh. Kepercayaan mereka belum kuat. Mereka menghadapi banyak godaan dalam pergaulan. Jika tidak didampingi maka iman mereka akan melenceng” (Ibu Harni, R10). Mewariskan iman bukan merupakan pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Ibu Ananta (R6) mengatakan seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat pada zaman ini jika tidak didasari dengan iman yang kuat, maka akan sia-sia. Kenyataan bahwa orang pada zaman sekarang ini banyak orang tidak takut akan Tuhan. Ada banyak kejadian kriminal yang terjadi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan pada zaman ini. Orang tidak lagi segan mengorbankan sesamanya hanya demi kepentingannya sendiri. Orang zaman ini lebih gampang untuk putus asa dan kehilangan pegangan hidup. Menghadapi situasi konkrit ini, dibutuhkan suatu usaha yang besar
dan usaha yang sangat kuat agar iman
bertumbuh dalam diri anak baptis. Perkenalkanlah Tuhan setiap saat kepada mereka. Janganlah jemu, apalagi lalai memperdengarkan firman Tuhan, sebab
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
melalui pendengaran akan firman Tuhan, iman akan timbul di dalam hati mereka (Roma 10:17). Keluarga menurut pak Tresno (R4) merupakan Gereja basis. Tempat pertama untuk menerima pendidikan iman dan mempraktekkannya bahkan keluarga sebagai sekolah iman. Untuk menampakkan kasih Allah, orang tua menjadi pemeran utama menampilkan kasih Allah. Landasan utama terhadap tugas ini karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, sehingga orang tua terikat kewajiban amat serius untuk mendidik anak-anak mereka. Maka orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak- anak mereka” (Gravissimum Educationis 3, lihat juga KGK 1653). Dengan demikian, orang tua harus menyediakan waktu bagi anak- anak untuk membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi yang mengenal dan mengasihi Allah. Kewajiban dan hak orang tua untuk mendidik anak-anak mereka tidak dapat seluruhnya digantikan ataupun dialihkan kepada orang lain (Paus Yohanes Paulus II, Familiaris Consortio 36, 40). Sekalipun kedudukan orang tua tidak tergantikan, wali baptis dapat membantu perkembangan pendidikan iman anak baptis apalagi bila orang tua sangat sibuk untuk mencari nafkah. Apalagi berhadapan dengan kuatnya pengaruh negatif dari mass media maupun lingkungan pergaulan di sekitar; terlalu banyak menonton TV tidak memberikan efek yang baik pada anak; bermain video game yang bersifat kekerasan yang sadis yang secara tidak langsung merangsang sifat agresif seperti kemarahan, kekerasan, tidak mau ngalah, kebiasaan bermain FB (face book). Jika terlalu banyak „bermain‟ sendiri, lama kelamaan ia menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
tidak terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain, berpusat pada diri sendiri. Tidak berarti bahwa TV, game internet dan FB memberikan efek buruk semuanya. Efek negatif itu terjadi jika yang ditonton, atau yang dimainkan tidak sesuai dengan ajaran iman dan moral; atau yang diajak berkomunikasi adalah orangorang yang tidak membangun iman, atau malahan menjerumuskan mereka; atau jika hal menonton TV dan bermain komputer tersebut sampai menyita hampir semua waktu luang. Mengapa? Sebab jika ini yang terjadi, hati dan pikiran anak tidak lagi terarah kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya (Pak Rudi (R7), bu Ananta (R6), ibu Deby (R1), bu Candra (R8),pak Tresno (R4)). Control terhadap perilaku anak seperti yang disebut di atas, tidak cukup hanya diserahkan kepada orang tua, sangat membutuhkan tenaga lain yang sifatnya “hampir sama dengan tenaga kedua orang tua”. Dalam hal ini sangatlah penting kehadiran wali baptis yang telah dipilih orang tua untuk ikut mendampingi anak (Tifani (R13) dan Laras, (R17)). Tugas sebagai wali baptis untuk mendampingi iman anak baptis merupakan perutusan yang diberikan oleh Gereja kepada umat beriman
seperti yang
dikatakan oleh pak Rudi (R7) dan Dewa (R11). Karena itu merupakan tugas dari Gereja maka wali baptis mempunyai kepentingan untuk mengakrapkan, memperkenalkan para remaja yang belum saling kenal dalam kegiatan menggerja karena sifatnya dalam kelompok-kelompok ada wajah-wajah baru. Menurut pak Windu (R19), wali baptis itu posisinya penting. Karena penting, wali baptis itu tidak asal copot, besok dibaptis dan sekarang dicopot wali baptisnya. Romo paroki Kristus Raja Baciro (R18) mengatakan: “ kedudukan wali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
baptis sejajar dengan orang tua, tanggungjawab kepada anak yang dibaptis itu besar sekali. Sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga. Gereja mengizinkan orang tua membaptis anak-anak dan ini terimbas kepada pendampingan yang penuh
kepada
anak-anak
dimana
anak-anak
sendiri
tidak
bisa
mempertanggungjawabkan imannya di saat dia baptis bayi. Untuk memelihara kepastian bahwa sianak nanti akan didampingi dalam proses pendidikan imannya penanggungjawab utamanya adalah orang tua lalu dibantu oleh orang yang lebih cukup netral, yang bisa sewaktu-waktu memainkan peran untuk memastikan bahwa anak mendapatkan pendampingan yang cukup dalam kehidupan, imannya sampai pada kedewasaan/kepenuhan sebagai seorang Katolik ketika menerima sakramen inisiasi secara penuh. Oleh karena itu tanggungjawab sedemikian pangjang
dan lama itu membutuhkan semacam “OASIS/PENYEIMBANG”.
Ketika ada kecenderungan anak tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian. Disitulah pentingnya adanya wali baptis”. Melihat bahwa betapa pentingnya pendampingan iman bagi perkembangan iman usia remaja, peran wali baptis sebagai orang tua kedua sangat dibutuhkan. Untuk menyikapi hal tersebut remaja membutuhkan figur pendamping yang bisa dijadikan sebagai teladan atau panutan. Dibutuhkan pendamping yang memiliki hati untuk anak-anak, kreatif dan inovatif, pendamping yang mampu memahami masalah-masalahremaja agar bisa menjadi teman bertukar pengalaman/wawancara dan pendamping yang bisa memanfaatkan media digital, seni dan hobby untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
mengembangkan iman remaja seperti yang dipaparkan dalam buku Formation Iman Berjenjang, 2014: 45.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Peran dan Tugas dalam mengembangkan Iman Anak Baptis a.
Faktor pendukung: Pak Tresna (R4) mengungkapkan bahwa pembekalan yang diadakan oleh
tim bidang pewartaan paroki Kristus Raja Baciro merupakan faktor pendukung dalam menjalankan peran dan tugas sebagai wali baptis. Dalam pembekalan disampaikan apa yang merupakan peran dan tanggungjawab orang tua dan wali baptis. Maka sangat penting Kesadaran
untuk dihadiri oleh orang tua dan wali baptis.
yang diperoleh melalui pembekalan menjiwai wali baptis dalam
melaksanakan peran dan tugasnya untuk selanjutnya. Relasi personal dan kerja sama yang sudah terjalin selama ini sejak terpilih sebagai wali baptis baik terhadap orang tua dan anak baptis sendiri menurut pak Rudi (R7) dan bu Candra (R8) juga menjadi faktor pendukung dalam proses menjalankan peran sebagai wali baptis. Relasi yang baik ini tidak menimbulkan ada rasa sungkan dari wali baptis bila hendak menegur dan mengingatkan anak baptis. Bahkan wali baptis tidak hanya anak baptisnya saja yang diingatkan, tetapi kedua orang tua mereka juga diingatkan untuk datang ke Gereja dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan (ibu Theresia, R2). Dengan demikian keterlibatan anak untuk aktif terlibat dalam perkumpulan atau kegitan-kegiatan gerejani seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
koor, misdinar akan mendukung proses pendampingan anak baptis bagi wali baptis sesuai dengan pengalaman ibu Titik ( R9). Sebagai seorang wali baptis perlu mempunyai integritas diri atau dalam bahasa Jawa “Jarkoni (Iso ujar, ora iso lakonia), Gajah diblangkoni, iso khotbah ora iso nglakoni” (Ibu ananta (R6) dan Theresia Sumartini (R2)). Sebagai pendamping iman, wali baptis mampu menjadi teladan dalam kehidupan seharihari. Sederhananya, wali baptis mempunyai sikap dan tutur kata yang baik, ikut secara aktif dalam berbagai kegiatan menggereja dan bermasyarakat (bdk, KGK 1255). Baik kegiatan menggereja maupun bermasyarakat merupakan unsur fundamen untuk menunjuk pada suatu bobot keberimanan secara kristiani (ibu Harni dan pak Mantri, Candra). Keteladanan wali baptis dapat menjadi ragi, garam dan terang. Ketiga unsur yang disebut terakhir dalam praksis hidup manusia mengandaikan bahwa tiap-tiap pribadi yang dewasa secara Kristiani tidak hanya memikirkan dirinya sendiri (Ibu Candra) tetapi juga siap sedia berbagi dengan sesama (bdk, KHK, kan.774 §2). Selain hal tersebut di atas, ibu Ananta (R6) mengatakan bahwa media elektronik seperti Handphone juga menjadi pendukung untuk menjalankan peran sebagai wali baptis. Perpindahan anak baptis ke daerah lain dan sebaliknya tidak lagi menjadi penghalang untuk menjalankan peran sebagai wali baptis dalam mendampingi perkembangan iman anak. Ibu Theresia Sumartini (R2) sendiri mengungkapkan
bahwa
ketulusan
hati
dalam
menjalankan
peran
dan
tanggungjawab dan dukungan dari anggota keluarga sendiri adalah merupakan faktor pendukung dalam menjalankan tugas tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
Berhadapan dengan perkembangan kepribadian, sebagai anak baptis, anak remaja berpribadi labil, mudah marah, dan terkadang sangat sulit memahami orang lain. Apalagi anak remaja yang sedang mencari identitas diri sangat membutuhkan public pigure sebagai penuntun. Kesetiaan pada komitmen, konsistensi hidup juga menjadi modal besar bagi wali baptis yang dapat ditiru oleh anak baptis. Dalam situasi zaman sekarang, tidaklah mudah bertahan dalam suatu komitmen tertentu apalagi bila hal tersebut menyangkut kesaksian hidup tentang hidup abadi (Venti, R12). Dimensi iman tidak hanya terletak pada masalah sakramental. Iman berkaitan dengan hidup atau perkembangan kepribadian anak. Pada tahap perkembangan usia remaja, para wali baptis memberikan nasehat-nasehat tidak hanya bersifat kerohanian melulu tetapi juga menyangkut masalah perkembangan kepribadian. Rasa tertarik terhadap lawan jenis atau berpacaran misalnya, kalau tidak didampingi maka akan membuat anak baptis tidak fokus pada masa depan sesuai dengan pengalaman Venti (R12), Tifani (R13), Laras (R17) dan Dewa(R11). Terhadap masalah remaja yang dialami oleh anak baptis, wali baptis dapat memberi kesaksian hidupnya bagaimana cara untuk membuat suatu skala prioritas.
b. Faktor Penghambat Responden mengatakan ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam menjalankan peran sebagai wali baptis selama ini. Pertama, menurt pak Tresno (R4) filosofi Jawa yang mengatakan “Pekewoh” sering menghalangi tugas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
sebagai wali baptis. “Jika orang tidak membutuhkan saya maka untuk apa saya datang,”. Makna Pekewoh menurut pak Tresno yakni saya menunggu dimintai bantu maka baru saya mau membantu. Selain itu, menurut ibu Ning (R5) dan pak Anung (R3) adalah: orang tua sendiri juga tidak memperkenalkan kepada anak siapa yang menjadi wali baptisnya dan juga sebaliknya. Ada orang tua yang tidak mendukung dan tidak bisa diajak kompromi. Usaha wali baptis untuk mengajak anak baptis aktif dalam lingkungan tidak ditanggapi dengan baik oleh orang tua. Tempat yang tidak ada untuk mengadakan kegiatan bagi anak-anak di lingkungan. Jarak yang berjauhan dengan anak baptis. Banyak anak-anak baptis sudah berada di luar kota Yogyakarta (ibu Ning). Sebagian ada yang berada di Purwokerto, Malang, Tangerang bahkan ada mereka yang sudah pindah ke agama lain. Usaha untuk mendapatkan kontak pun mengalami kesulitan. Selain responden yang berperan sebagai wali baptis, romo paroki (R18), pak Windu (R19) dan pak Mantri (R20) melihat bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam menjalankan peran wali baptis selama ini disebabkan oleh wali baptis dipilih tanpa pertimbangan yang matang oleh orang tua dan kurangnya katekese. Pengetahuan yang kurang akan pendidikan iman membuat wali baptis tidak mengetahui perannya. Dari jawaban yang disampaikan oleh responden di atas, maka penulis merangkumkan bahwa wali baptis kurang menjalankan perannya selama ini disebabkan karena pemahaman, pengetahuan dan kesadaran tentang peran wali baptis itu sangat minim. Mengikuti pembekalan dan katekese tentang pendidikan iman masih belum menjadi prioritas. Sehingga kesan bahwa kehadiran para wali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
baptis hanya merupakan formalitas belaka. Kepentingan mereka pada saat upacara pembaptisan merupakan seremonial saja.
5.
Upaya Meningkatkan Peran Wali Baptis dalam Mengembangkan Iman Anak Baptis Usia Remaja
a.
Pembekalan Bagi Wali Baptis dan Orang Tua Upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan peran wali baptis dalam
pengembangan iman anak sekarang dan selanjutnya membutuhkan suatu kesadaran dan pemahaman bagi umat bahwa wali baptis itu mempunyai peran yang penting bagi pendidikan iman anak baptis. Untuk menyikapi ini, dilakukan pendidikan iman terutama pada saat pembekalan bagi orang tua dan wali baptis anak. Pada saat pembekalanlah tempatnya untuk mengajukan kepada keluarga untuk memilih secara serius yang menjadi wali baptis, di mana diharapkan untuk memiliki cukup kedekatan kepada keluarga dan memberikan teladan kepada anakanak baptis supaya mereka bertumbuh menjadi anak yang baik dan teguh pada imannya akan Kristus.
b.
Perlunya Kerjasama antara Orang Tua dan Wali Baptis Relasi personal serta kerjasama yang baik antara orang tua, anak dan wali
baptis selama ini perlu menjadi perhatian dalam proses pendidikan iman anak. Orang tua perlu memperkenalkan wali baptis kepada anaknya. Jika perlu diundang dalam acara-acara tertentu misalnya: ulang tahun kelahiran, ulang tahun baptisan, ulang tahun krisma dan jika perlu ulang tahun perkawinan. Dalam pertemuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
tersebut kesempatan untuk mensharingkan pengalaman satu dengan yang lain dimungkinkan untuk bisa terlaksana (Pak Tresna, R5).
c.
Pendampingan Iman Berkelanjutan Responden mengungkapkan bahwa ada keprihatinan dan kecemasan
tersendiri terhadap iman para remaja dalam konteks perkembangan teknologi. Anak remaja lebih aktif dalam dunia maya bila dibandingkan dengan kegiatan gerejani. Lebih sibuk main handphone dari pada menghadiri perayaan ekaristi dan berbagai kegiatan-kegiatan yang telah disediakan oleh paroki Kristus Raja Baciro. Beberapa saja remaja yang kelihatan aktif mengikuti kegiatan yang ada di paroki. Sama halnya seperti yang diungkapkan oleh ibu Ning (R5) bahwa para remaja sekarang “ mati suri”, tidak kelihatan, tidak ada gemanya. Kecemasan utama dari para wali baptis terhadap anak baptis menyangkut dunia teknologi di samping efek positifnya, teknologi juga mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia itu sendiri. Teknologi dengan segala kecanggihannya dapat membuat anak semakin tidak beriman. Belum lagi anak juga disibukkan dengan sekolah. Kurikulum sekolah juga ikut menyita perhatian anak. Hampir seluruh kegiatan sekolah menyedot perhatian anak-anak dan kurang memperhatikan kegiatan-kegiatan iman. Iman anak rapuh, anak tidak mempunyai pegangan (pak Anung, R3). Jika anak tidak mempunyai pendampingan atau orang yang bisa mengarahkan kearah yang lebih baik, terlebih dalam mengahadapi masalah-masalah dalam keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
dan masalah dalam menempatkan diri dalam menyikapi dunia IT dengan segala kemungkinannya maka iman anak sering menjadi korban. Untuk menyikapi hal tersebut di atas, dari responden yang diwawancarai, titik tolak pendampingan yang harus dibuat adalah sesuai dengan ARDAS KAS. Dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang ditegaskan dengan jelas bahwa keluarga merupakan Gereja Basis. Sebagai Gereja Basis, keluarga Katolik setidaktidaknya menunjukkan dalam bentuk doa bersama. Doa bersama ini menjadi bahan utama dalam mengembangan dan mendampingi iman anak. Dalam konteks pendidikan iman, iman anak dibimbing secara dialogis seperti menanyakan kegiatan anak sepanjang hari. Sikap dialogis ini menjadi modal utama dalam keterlibatan wali baptis dalam proses pendampingan iman sekalipun misalnya anak tidak berada dalam suatu lingkungan namun dengan perkembangan teknologi wali baptis dapat menjalin komunikasi dengan anak baptis sendiri. Kehadiran wali baptis sehubungan dengan dunia teknologi cukup menarik dengan apa yang dilakukan oleh Ananta dan Ibu Debby dengan menggunakan dunia facebook, BBM dan SMS. Tentu saja dengan dunia face book sebagai wali baptis dapat mengetahui isi dari face book dan juga BBM tersebut. Etika sopan santun dalam menggunakan kata akan jauh terarah dengan dunia menggunakan dunia maya tersebut. Nasehatnasehat rohani dan biblis tersampaikan lewat dunia IT tanpa harus melakukan perjumpaan secara personal. Idealnya pendampingan jauh lebih mudah terlaksana bila anak berada di sekolah Katolik karena pendidikan iman sungguh-sungguh berkesinambungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
(Bu Theresia, R2). Kehadiran wadah di Paroki Kristus Raja Baciro untuk menampung anak remaja juga mempunyai tantangan tersendiri. Anak remaja dengan usia yang serba tanggung, agak sulit menempatkan diri dalam wadah terebut. “Mau ke PIA tidak juga, mau ke OMK juga tidak” demikian ungkapan seorang responden sehubungan dengan wadah yang sekarang ini. Kehadiran kelompok CREBO dalam bentuk teater, tarian, ziarah dan dokumentasi peristiwa lewat video membuat anak remaja berkumpul. Kreativitas dan imajinasi secara teknologis anak tersalurkan secara tepat dalam kelompok ini. Dari hasil wawancara romo paroki Kristus Raja Baciro (R18) mengusulkan agar apa yang telah ditemukan penulis dalam penelitian ini disampaikan kepada tim inisiasi paroki dalam bentuk sharing pengalaman atau mengadakan seminar yang nantinya akan disampaikan kepada para wali baptis pada saat pembekalan. Kenyataan bahwa para wali baptis kurang menghayati peran dan tanggug jawabnya sebagai emban baptis, maka ibu Ning
(R5) mengharapkan agar
dibentuk wadah/paguyuban bagi wali baptis sehingga jika ada baptisan orang tua tidak perlu lagi mencari-cari siapa yang menjadi wali baptis bagi calon baptisan baru. Dari kelompok wali baptis inilah orang tua bisa memilih yang menjadi emban baptis. Selain itu, Pak Windu (R19) mengharapkan agar penulis membuat sebuah buku kecil sebagai rezume dari hasil penelitian yang di dalam buku tersebut berisi tentang apa yang menjadi peran dan tanggung jawab wali baptis. Selain ibu Debby (R1) mengusulkan supaya penulis
mengadakan pertemuan
kepada PASUTRI muda yang ada di paroki Kristus Raja Baciro bersama dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
wali baptis dan tim pewartaan. Dalam pertemuan itu hendaknya diberi pemahaman agar PASUTRI Muda lebih selektif dalam memilih siapa yang akan menjadi emban baptis bagi anak mereka. Ini demi pendampingan iman bagi anak untuk selanjutnya (ibu Debby, R1).
6.
Rangkuman Pada umumnya para wali baptis mengetahui apa yang merupakan peran,
tugas, dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis. Pemahaman tentang apa yang menjadi peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis sangat berkaitan dengan pengetahuan tentang siapa wali baptis. Wali baptis adalah mereka yang dipilih karena dipercayai oleh orang tua anak untuk menjadi saksi pada saat upacara pembaptisan dan membantu mendampingi perkembangan iman anak untuk selanjutnya sampai anak dewasa dalam imannya. Tugas wali baptis adalah sebagai orang tua kedua dari sisi iman bagi anak, menjadi oasis/penyeimbang dalam sebuah keluarga ketika ada kecenderungan di mana anak tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian. Pemahaman wali baptis akan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai pendamping dan pendidik iman ini tersirat melalui empat simbol yang dipakai dalam upacara liturgi pembaptisan, yakni: air, minyak, kain putih, dan lilin. Untuk menjaga keutuhan makna dari keempat simbol tersebut kehadiran wali baptis membantu memberikan pendampingan iman berkelanjutan bagi anak, misalnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
dalam bentuk siraman rohani, menjadi teman sharing bagi anak dan keteladanan hidup yang baik. Pelaksanaan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis selama ini satu atau dua orang sudah melakukannya. Dari penelitian penulis menemukan bahwa masih banyak wali baptis yang masih belum melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawabnya selama ini. Kehadiran para wali baptis masih hanya sebatas formalitas untuk memenuhi persyaratan liturgis pembaptisan. Pemahaman, kesadaran dan pembathinan yang serius tentang peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis masih sebatas pengetahuan semata. Faktor pendukung dalam pelaksanaan peran, tugas, dan tanggungjawab selama ini, misalnya adanya pembekalan yang diselenggarakan oleh paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, relasi pribadi yang baik antara anak, orang tua dan wali baptis selama ini sangat membantu para wali baptis dalam melaksanakan peran dan tanggungjawabnya. Namun adanya faktor penghambat yang ditemukan dalam pelaksanan peran, tugas, dan tanggungjawab selama ini sering membuat putusnya relasi rohani dengan anak baptis. Jarak yang jauh, mentalitas pekewoh, relasi yang kurang baik dengan orang tua, dan pengetahuan yang kurang akan pendidikan iman membuat peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis tidak berkelanjutan. Komunikasi iman dengan anak baptis putus. Dari kenyataan tersebut banyak anak baptis yang tidak mengetahui siapa wali baptisnya. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu berjuang untuk tumbuh dan menjadi orang yang dewasa. Dalam kaitannya dengan iman kepercayaan, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
hal-hal yang ideal terutama menyangkut usahanya untuk menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Dalam rentang usia tersebut iman anak masih belum kuat dan iman anak rapuh, labil dan mudah goyah. Pada masa tersebut remaja sangat membutuhkan pendampingan dari orang dewasa (orang tua-wali baptis) yang mampu menemani dan mengarahkan mereka sehingga iman mereka tidak akan melenceng kemana-mana. Remaja yang masih mekar-mekarnya dengan perkembangan dunia IT yang sangat pesat seringkali tidak tahu bagaimana menempatkan diri dalam menyikapinya. Disinilah letak kepentingan kehadiran wali baptis adalah menjadi rekan utama orang tua untuk membantu membentuk kepribadian anak terutama untuk lebih mengenal kasih Allah dalam hidup mereka. Keluarga yang disebut sebagai Basis Gereja adalah tempat pertama dan yang utama bagi anak untuk menerima pendidikan dan pendampingan iman yang mendasar. Keluarga adalah tempat menumbuh kembangkan kayakinan iman secara alami melalui kebiasaan dan pengalaman dalam hidup sehari-hari di tengah keluarga. Perhatian orang tua turut menjadi faktor kunci sukses perkembangan iman anak. Menanggapi bahwa kehadiran wali baptis yang menjadi rekan orang tua dalam membimbing dan mendidik iman anak sangat dibutuhkan pada proses perkembangan iman anak baptis usia remaja dan mengingat bahwa regenerasi iman itu sangat penting untuk dilakukan bagi anak, maka perlu adanya upaya yang dilakukan
oleh
wali
baptis
untuk
meningkatkan
peran,
tugas,
dan
tanggungjawabnya. Wali baptis kembali diajak, diingatkan, dan disadarkan bagaimana mereka dalam melaksanakan perannya selama ini sebagai pendamping
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
dan pendidik iman anak. Dan untuk ke depan, wali baptis lebih serius, bersemangat dan setia dalam menjalankan peran, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik iman. Oleh karena itu, dalam bab IV ini penulis mengusulkan diadakan penyegaran kembali panggilan sebagai pendamping dan pendidik iman bagi wali baptis yang ada di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Penyegaran ini dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi bersama dengan para wali baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI BAGI WALI BAPTIS PAROKI KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA
1. Latar Belakang Program Wali baptis ialah orang yang menjadi saksi atas pembaptisan bagi baptisan baru. Karena mereka adalah sebagai saksi, maka wali baptis bertanggungjawab untuk mendampingi perkembangan iman anak tersebut sesudah pembaptisan sampai anak dewasa dalam imannya. Terpilihnya seorang menjadi wali baptis karena dipercaya oleh orang tua. Oleh karena itu, wali baptis wajib berusaha agar yang dibaptis menghayati hidup Kristiani yang sesuai dengan baptisannya dan memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptisan itu (KHK, kan. 872). Dari hasil penelitian, penulis mengetahui bahwa para wali baptis secara garis besar mengetahui apa yang merupakan tugas, peran dan tanggung mereka mereka sebagai wali baptis. Tugas mereka adalah sebagai orang tua kedua dari sisi iman bagi anak, menjadi oasis/penyeimbang dalam sebuah keluarga ketika ada
kecenderungan
anak
tidak
mendapat
haknya
untuk
mrmperoleh
pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian. Terpilihnya mereka sebagai wali baptis merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka karena merasa dipercayai oleh orang tua anak yang dibaptis untuk menjaga dan mendampingi iman anak untuk selanjutnya. Para wali baptis menganggap bahwa anak yang mereka dampingi merupakan tanggungjawab
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
mereka sebagai orang Katolik. Dengan pemahaman tersebut, ada wali baptis yang telah melakukan pendampingan iman berkelanjutan bagi anak baptis selama ini. Namun tidak dipungkiri juga bahwa pelaksanaan peran wali baptis selama ini berjalan hanya sebatas formalitas-liturgis saja. Kenyataan mengatakan bahwa banyak wali baptis tidak lagi menjalankan komunikasi dengan anak baptisnya. Relasi dengan anak baptis sama sekali tidak ada lagi. Bahkan ada wali baptis yang sampai saat ini tidak mengetahui lagi di mana anak baptisnya berada dan tidak mengetahui bagaimana kehidupan mereka. Janji yang telah diungkapkan oleh para wali baptis kepada Gereja pada saat liturgi pembaptisan untuk mendampingi iman anak kini telah dilupakan. Selanjutnya, bertitik tolak dari faktor penghambat yang dialami oleh para wali baptis dalam pelaksanaan peran dan tugas dalam mengembangkan iman anak baptis selama ini, yakni, pertama: Filosofis orang Jawa yang mengatakan “pekewoh” yang artinya jika orang tidak membutuhkan kehadiran saya atau meminta bantuan saya maka untuk apa saya datang. Kedua, orang tua anak baptis kurang mendukung peran wali baptis itu sendiri. Adanya harapan-harapan yang telah diungkapkan oleh responden baik kepada penulis maupun untuk para wali baptis secara umum. Salah satu yang menjadi harapan responden kepada penulis, yakni supaya diadakan pertemuan dengan para wali baptis yang ada di paroki Kristus Raja Baciro. Dan untuk para wali baptis yakni, pertama: supaya wali baptis betul-betul menjalankan tugas mereka sebagai wali baptis, karena tugas mereka adalah sebagai saksi bagi iman anak yang dibaptis. Sehingga dengan rasa tanggungjawab tersebut, para wali baptis mengetahui perjalanan anak baptis.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
Kedua: supaya wali baptis harus sadar akan posisinya. Kalau dulu hanya formalitas saja, maka sekarang mereka harus belajar. Para wali baptis juga harus mengikuti perkembangan zaman sama seperti para guru dan juga orang tua. Dikaitkan dengan kepentingan kehadiran wali baptis,
responden
mengatakan bahwa wali baptis adalah sebagai orang tua, sebagai sarana untuk mengingatkan dan mendampingi anak baptis. Terutama mengajak untuk aktif dalam kegiatan yang ada di lingkungan, gereja dan masyarakat. Kehadiran wali baptis adalah untuk menguatkan iman anak baptis supaya teguh dalam imannya. Mengingat juga bahwa iman anak itu rapuh, apalagi dengan perkembangan zaman jika anak tidak didampingi maka iman mereka akan mudah beralih. Untuk menindaklanjutkan apa yang telah penulis uraikan tersebut di atas dan secara khusus harapan para responden, maka penulis tertarik untuk mengadakan penyegaran kembali panggilan sebagai pendidik iman bagi para wali baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta melalui rekoleksi. Dalam rekoleksi wali baptis kembali diajak untuk menyegarkan semangat pelayanannya dalam salah satu tugas TrinitasYesus Kristus yakni sebagai pewarta.
B. Alasan Pemilihan Program Dengan melihat situasi yang ada dimana wali baptis banyak yang belum menjalankan peran, tugas dan tanggungjawabnya sebagai wali baptis dan kesadaran wali baptis untuk mengikuti pembekalan ataupun kursus-kursus yang berkaitan dengan tema pembaptisan masih sangat kurang, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penyegaran rohani dalam bentuk rekoleksi kepada wali baptis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2015 Kata “rekoleksi” berasal dari dua kata yaitu “re” yang berarti kembali dan “koleksi” berarti mengumpulkan. Dengan demikian, rekoleksi berarti sebuah usaha untuk mengumpulkan kembali. Apa yang dikumpulkan? Banyak hal yang bisa dikumpulkan. Secara khusus, rekoleksi mau mengajak peserta untuk mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman akan kasih Allah. Pengalamanpengalaman itu dihadirkan kembali, direnungkan, dimaknai dan diolah agar sungguh-sungguh berguna untuk hidup selanjutnya (Hartana, 2008:12). Dalam rekoleksi para wali baptis kembali dibekali baik dari segi pengetahuan, ketrampilan, dan spiritualitas bagaimana supaya peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis tidak berhenti pada saat upacara liturgi pembaptisan. Melalui materi dan pendalam Kitab Suci yang akan direnungkan secara pribadi dan bersama selama rekoleksi diharapkan para wali baptis untuk ke selanjutnya lebih serius, bersemangat, dan setia dalam melaksanakannya. Di samping remaja membutuhkan kehadiran dan pendampingan dari orang-orang yang jauh lebih berpengalaman dari mereka yang bisa membimbing dan meneguhkan langkah mereka sebagai generasi penerus Gereja di masa yang akan datang. Usulan program ini juga didasarkan pada Tema skripsi dan hasil wawancara. Para responden memberikan usul dan harapan kepada penulis dan kepada
para
wali
baptis
pada
umumnya.
Kepada
penulis
responden
menyampaikan supaya diadakan pertemuan dengan para wali baptis yang ada di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
paroki Kristus Raja Baciro. Dan kepada wali baptis umumnya responden berpesan supaya di masa yang akan datang para wali baptis tetap setia dalam menjalankan tugasnya dalam mendampingi dan mengembangkan iman anak. Untuk itu, dalam rekoleksi akan dipaparkan mengenai sakramen baptis, wali baptis, spiritualitas seorang wali baptis, dan pola penggembalaan Yesus. Semoga dengan diadakannya rekoleksi ini wali baptis lebih serius dalam menjalankan perannya sebagai wali baptis di masa yang akan datang. Wali baptis semakin bertambah pengetahuan, ketrampilannya dan semakin memiliki ide-ide untuk ikut ambil bagian dalam mengembangkan iman umat Katolik.
C. Tujuan Program Regenerasi iman dari wali baptis dan para pendidik iman selama ini masih sangat kurang. Kehadiran dan pendampingan iman dari para wali baptis dalam mengembangkan iman anak sangat dibutuhkan pada zaman ini. Wali baptis bukan hanya semata-mata sebagai tempelan atau hanya sebagai pelengkap upacara liturgis pembaptisan semata. Wali baptis mempunyai peran dan tanggungjawab yang sangat penting. Kehadiran mereka adalah sebagai penyeimbang dalam sebuah keluarga. Kepekaan hati merupakan syarat utama untuk menjadi pendamping dan pembimbing iman sehingga tidak terjadi sikap “ pekewoh “. Wali baptis disebut sebagai pelayan dan pendidik iman yang mengarahkan dan menjadi gembala supaya domba-domba-Nya tidak tersesat. Dari uraian tersebut di atas, tujuan program ini dimaksudkan supaya di masa yang akan datang para wali baptis lebih serius, bersemangat, dan setia dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
menjalankan tugasnya sebagai pendamping dan pendidik iman. Juga program ini disusun sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya tumpang tindih akan materi yang akan disajikan kepada peserta.
D. Usulan Program Dengan tujuan yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi usulan program rekoleksi adalah: Tema
: Menjadi Wali Baptis yang Mempunyai Hati sebagai Pelayan dan Tanggap akan Perkembangan Iman Remaja masa kini
Tujuan
: Bersama pendamping pesera semakin menyadari tugas dan panggilannya sebagai pelayan dan pendidik iman sehingga peserta terdorong untuk semakin aktif, serius dalam melaksanakan pendampingan iman bagi remaja untuk selanjutnya
Sub Tema I
: Sakramen Baptis
Tujuan Sub Tema
: Agar peserta mengenal dan memahami lebih mendalam pengertian sakramen baptis
Sub Tema II
: Wali Baptis
Tujuan Sub Tema
: Agar peserta semakin memahami peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis
Sub Tema III
: Spiritualitas Wali Baptis
Tujuan Sub Tema
: Peserta semakin menyadari bahwa dalam pelayanan perlu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
memiliki hati sebagai pelayan, semangat siap berbagi, siap diutus, rela berkorban, dan yang menjadi inti pewartaan adalah Yesus Kristus sendiri Sub Tema IV
: Belajar dari Pola Kepemimpinan Kegembalaan Yesus
Tujuan Sub Tema
: Agar Peserta Mengenal dan Memahami Pola Kepemimpinan Kegembalaan Yesus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136
MATRIKS PROGRAM REKOLEKSI BAGI PARA WALI BAPTIS KRISTUS RAJA BACIRO YOGYAKARTA NO 01
TEMA PERTEMUAN Sakramen baptis
TUJUAN PERTEMUAN Agar peserta memahami makna sakramen baptis
MATERI
METODE
Wali-baptis Informasi peran dan Tanya-jawab tanggungjawab nya Sakramensakramen Gereja Kitab Hukum Kanonik Iman Katolik Katekese inisiasi Katekismus Gereja Katolik Baptis gerbang sakramen lain
SARANA Laptop LCD
SUMBER Bagiyowinadi (2009). “Walibaptis peran dan tangung jawabnya” Martasudjita (20113) “Sakramen-sakramen Gereja” Iman Katolik (1994) Katekese Inisiasi (2012) KGK Prasetyo (2008).“Baptis gerbang sakramen lain”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137
02
Tugas peran baptis
dan Agar peserta wali memahami peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis
03
Spiritualitas Bersama seorang wali pendamping baptis peserta menghayati sikap seorang pelayan yang mempunyai hati dalam melayani, siap
Panduan pelayanan umat di paroki Kamus liturgi sederhana Baptis gerbang sakramen lain Bina liturgia Sakramen dan sakramen tali menurut KHK wali-baptis peran dan tanggungjawab nya KHK 1 Ptr 5,1-4 “Sikap kerelaan dalam melayani” dan Mrk 12:41-44 ”Persembahan seorang janda miskin”
Metode Informasi penugasan
Laptop LCD
Irwanto (2005) “Panduan pelayanan umat di paroki” Mariyanto (2004) “Kamus Liturgi sederhana” Ga I (2014) “ Sakramen dan sakramen tali menurut KHK Bagiyowinadi (2009). “Wali-baptis peran dan tangung jawabnya” Kitab Hukum Kanonik (2006)
Informasi Refleksi pribadi Tanya jawab Diskusi kelompok Sharing pengalaman
Teks lagu Dianne Bergant, SCA dan “jangan Robert J. Karris, OFM, lelah” dan 2002” Tafsiran Alkitap betapa Perjanjian Baru” Baiknya Kitap Suci Perjanjain Baru Gitar Jakarta, 2002, Lembaga Alkitab Indonesia. Laptop Yogyakarta: Kanisius LCD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138
sedia, rela berkorban, dan tanggap akan perkembangan, kebahagiaan dan keselamatan sesamanya.
04
Belajar dari pola kepemimpinan kegembalaan Yesus
Bersama peserta berusaha menghayati semangat kepemimpinan Yesus yang bersikap sebagai seorang gembala, terlibat melayani
Mrk 15:20b32”Yesus disalibkan” Yesus menjadi seorang sahabat yang memberikan nyawa-Nya untuk semua orang yang dikasihi-Nya Yoh 3:22-36 “Dia semakin besar dan aku semakin kecil Yoh 10:11-13 “Gembala yang baik” (Yoh 5:1-9, Mrk 2:1-12, Mat 8:14-17) “Yesus menyembuhkan orang sakit,
Kertas flap Madah Bakti dan spidol Penglaman peserta
Mengamati gambar Yesus yang menggendon g domba Tanya jawab Diskusi kelompok Rangkuman/
LCD Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, 2002, Laptop Tafsiran Alkitab Perjanjian Gambar baru Yesus mengendo Hadiwiyata, 2008, Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: ng domba Kanisius Teks lagu Kitab Suci Perjanjian Baru. “Tuhan Jakarta, 2002, Lembaga lah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139
dan melakukan pelayanan
(membebaskan dari kesulitan). Mat 6-4 “Hal member sedekah”
informasi
Gembala” Gitar
Alkitab Indonesia Soenarto, dkk, 2006 “Yesus Pokok Anggur” Yogyakarta: Kanisius Pengalaman peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
E. Persiapan Rekoleksi Tim Inisiasi Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta Tabel Langkah-langkah kegiatan rekoleksi NO
Hari/ tanggal
Waktu 08.00-08.30 08.30-08.44
1
Sabtu/26 September 2015 08.45-10
10.00-10.30 10.30-12.00
2
11.45-12.00
12.00-15.00
3
15.00-16.00
16.00-16.30 4
16.30-17.00
Kegiatan Check in dan Ice Breaking Pembuka Lagu pembuka Doa pembuka Pengantar Kegiatan Inti I Penjelasan mengenai sakramen baptis Ice Breaking (chicken dance) Snack Kegiatan inti II “Tugas, peran, dan tangungjawab wali baptis”. Menyaksikan Video singkat “Children see children do”. Reflkeksi pribadi/diskusi dari materi dan dari video singkat. Ibadat siang Makan siang istrahat Kegiatan Inti III “ Spiritualitas seorang wali baptis”. Peserta diajak untuk masuk dalam kelompok (3 orang/kelompok) dan merenungkan teks Kitab Suci yang berbicara tentang pelayanan dan membahasnya dalam kelompok. Peserta memplenokan hasil pengalaman diskusi dalam kelompok besar. Snack Kegiatan IV “Belajar dari pola kepemimpinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17.00-17.45
17.45-18.00
141
kegembalaan Yesus”. Peserta diajak mengamati gambar Yesus yang menggendong domba. Peserta diajak untuk mengambil makna dari gambar tersebut secara pribadi (refleksi pribadi). Peserta memplenokan hasil refleksi/makna dari gambar “Yesus mengendong domba”. Peneguhan Penutup: Doa penutup Lagu penutup “jadilah saksi Kristus”. Bubar
Langkah-langkah: 1. Tema
: Menjadi wali baptis yang mempunyai hati sebagai pelayan dan tanggap akan perkembangan iman remaja masa kini.
2. Tujuan
: Peserta semakin menyadari tugas dan panggilannya sebagai pelayan dan pendidik iman yang mempunyai hati sehingga dengan demikian semakin terdorong untuk semakin aktif,
serius
dan
bersemangat
dalam
melaksanakan
pendampingan iman bagi remaja untuk selanjutnya. 3. Waktu
: Sabtu, 26 September 2015 Pkl 08.00-18.00 WIB
4. Peserta
: Para wali baptis paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
5. Proses Pelaksanaan a. Pembukaan 1) Doa Pembuka:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
Ya Tuhan kami bersyukur kepada-Mu atas kasih-Mu dalam hidup kami sehingga kami para wali baptis dapat berkumpul di tempat ini dan dapat memulai rekoleksi ini. Dalam rekoleksi ini kami ingin merenungkan bagaimana kami sebagai wali baptis yang telah dipercaya oleh Gereja dan orang tua calon baptisan baru untuk menjadi pendamping iman bagi perkembangan iman anak-anak mereka, sehingga kamipun boleh belajar untuk mewujudkankan dalam pelayanan kami untuk selanjutnya. Tuhan Bapa kami yang Maha kasih, kami menyadari bahwa Engkau memilih kami dalam tugas sebagai pendidik iman karena Engkau mempercayai kami. Syukur kami haturkan kepada-Mu, atas kepercayaan itu. Tuhan Bapa yang Maha baik, semoga lewat rekoleksi ini kami disadarkan dan semakin aktif, serius, dan bersemangat dalam melaksanakan pelayanan dan pendampingan bagi orangorang yang telah Engkau percayakan kepada kami. Demi Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin 2) Lagu Pembuka : “Hati sbagai hamba” (Lampiran 3) 3) Pengantar Bapak/ibu yang terkasih dalam Tuhan, dalam pertemuan ini kita secara bersama-sama memahami dan merenungkan bagaimana peran, tugas, dan tanggungjawab kita sebagai wali baptis dalam mengembangkan iman anak selama ini. Semoga melalui kesempatan mempelajari, memahami hingga merenungkan, kita sebagai pendamping dan pendidik iman semakin mampu belajar dan serius dalam melaksanakan tugas kita sehingga setiap pelayanan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
yang kita lakukan dijiwai oleh semangat pelayan yang sungguh dijiwai oleh semangat Yesus Kristus. b. Kegiatan Inti I: Materi Pertemuan
: Sakramen Baptis
Tujuan Pertemuan
: Agar peserta mengenal dan memahami lebih mendalam pengertian sakramen baptis.
1) Penjelasan mengenai sakramen baptis a) Baptis merupakan gerbang sakramen lain. Baptis berasal dari kata Yunani baptizein yang berarti membenamkan, mencemplungkan, atau menenggelamkan kedalam air, entah seluruh atau sebagian. Sakramen ini selalu ditempatkan di awal ketujuh sakramen yang ada karena sakramen baptis dipahami sebagai pintu gerbang sakramen-sakramen lain. Hal tersebut didasarkan pada KHK kan. 849 yang berbunyi: “Baptis, gerbang sakramen-sakramen lain, yang perlu untuk keselamatan”. Hal ini berarti bahwa orang dapat menerima sakramen-sakramen lain yang disediakan oleh Gereja Katolik kalau orang tersebut sudah menerima sakramen baptis terlebih dahulu, sebab sakramen ini menjadi syarat mutlak untuk menyambut sakramen-sakramen lain secara sah. Hal tersebut juga dikatakan dalam KHK kan. 842 § 1 bahwa: “Orang yang belum dibaptis tidak dapat diizinkan menerima sakramen-sakramen lain dengan sah”.
Hal ini selaras dengan
kehendak Kristus, bahwa sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Semua orang yang dibaptis memiliki kehidupan kekal (Yoh 3:5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
b) Buah rahmat dari sakramen baptis Bertitik tolak pada KGK 1263-1268, Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang dalam buku Katekese Inisiasi (2012: 28) menguraikan buahbuah rahmat dari sakramen baptis, yakni:
Seseorang yang dibaptis telah menjadi manusia baru dan tentu saja mempunyai tujuan hidup yang jelas, yaitu menjadikan hidupnya sebagai sarana berkat dan keselamatan bagi orang di sekitarnya.
Seseorang yang dibaptis telah mendapatkan pengampunan dosa asal dan dosa pribadi, maka seseorang telah mendapatkan anugerah dan rahmat untuk mengenakan busana kebakaan karena telah ditutupi dari noda-noda dosa serta dipermandikan karena dibersihkan dari segala dosa.
Seseorang yang dibaptis telah menjadi anak angkat Allah, anggota Kristus dan kenisah Roh Kudus. Orang yang dibaptis digabungkan dengan Gereja, dengan Tubuh Kristus, dan mengambil bagian dalam imamat Kristus. Seseorang mendapatkan rahmat pengurapan karena ia adalah kudus dan rajawi, berpartisipasi dalam tugas Kristus.
c) Makna Teologis sakramen baptis
Baptis Mempersekutukan Orang Beriman dengan Kristus Baptisan mempersekutukan kita bukan hanya dengan pribadi Yesus Kristus tetapi juga memasukkan orang ke dalam seluruh peristiwa Yesus Kristus yang meliputi sengsara, wafat, hingga kebangkitan serta hidup-Nya yang bagi Allah. Dengan baptisan kita mengenakan Kristus (Gal 3:27), artinya apa yang terjadi dalam diri Kristus juga terlaksana dalam diri kita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
Baptis Mempersatukan Orang Beriman dengan Allah Tritunggal Baptisan mempersatukan orang Kristiani dengan Allah sendiri, karena melalui pembaptisan orang Kristiani dimasukkan kedalam komunitas Trinitas: relasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam diri Allah ada relasi komunikatif antara Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Komunikasi Trinitas berarti komunikasi kasih antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus sedemikian rupa sehingga ketiga pribadi tetap merupakan satu keilahian (Allah yang Maha Esa) dan sekaligus masing-masing pribadi tidak pernah terpisah dan tidak pernah tercampur. Komunikasi kasih yang membangun komunitas Ilahi dalam Trinitas ini diwahyukan dalam sejarah keselamatan. Sang Putra menjadi manusia dalam Yesus Kristus, di mana keseluruhan hidup Yesus tetap bersama dengan Allah Bapa dan yang menyatukan Bapa dengan Yesus adalah Roh Kudus. Pada saat wafat Putra Allah menyerahkan diri secara total kepada Allah Bapa dalam Roh dan dalam kebangkitan-Nya Bapa menerima persembahan dan penyerahan diri Putra-Nya. Melalui baptis orang beriman menggabungkan diri dalam dinamika kasih Trinitas tersebut. Berkat Roh Kudus yang dianugerahkan kepada orang beriman, orang Kristiani masuk ke dalam dinamika hubungan kasih Allah Bapa dan Putra. Dengan baptis, orang beriman mengalami kesatuan dan kebersamaan dengan Allah Tritunggal yang merupakan anugerah semata, bukan karena jasa kita.
Baptis Memasukkan Orang Beriman dalam Gereja Dengan baptis, seseorang dimasukkan dalam Gereja sebagai warga baru. Proses inisiasi merupakan suatu saat di mana orang harus tetap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
bertumbuh dan berkembang dalam iman Gereja. Baptis meliputi dua macam gerak yang merupakan satu realitas komunikasi dan perjumpaan. Pertama: melalui baptis, seseorang masuk dalam Gereja, diterima dan diakui sebagai warga baru dengan segala hak dan kewajibannya. Kedua, dalam baptis Gereja menjadi hidup dan tumbuh dalam orang Kristiani. Artinya dalam diri orang Kristiani terjadi internalisasi seluruh hidup Gereja: iman, tradisi, dan ungkapannya.
Baptis sebagai Ikatan Kesatuan Ekumenis Dari ketujuh sakramen dalam Gereja Katolik, baptis merupakan salah satu sakramen yang diterima dan diakui oleh Gereja. Gereja yang satu sudah semakin dapat mengakui validitas praktek baptisan dari Gereja lain. Meskipun
pengakuan itu tidak selalu terjadi, mengingat masing-masing
Gereja terkadang memiliki ritus yang berbeda. d)
Simbol liturgi sakramen baptis dan nama sakramen baptis
1)
Simbol Liturgi sakramen baptis
Air Air melambangkan pembersihan, kesucian dan kelahiran kembali dalam Roh Kudus. Dengan demikian baptisan hanya dapat diterimakan secara sah dengan pencurahan air dan dengan rumusan kata-kata yang diwajibkan, yaitu: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Air yang harus dipergunakan dalam menerimakan baptis, diluar keadaan terpaksa, haruslah air yang diberkati menurut ketentuan-ketentuan buku liturgi ( KHK kan. 853). Air yang digunakan dalam keadaan terpaksa adalah air baptis yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
sudah diberkati atau sekurang-kurangnya diberkati sewaktu upacara baptisan. Baptisan dilaksanakan dengan memasukkan ke dalam air atau dengan dituangi air.
Lilin yang Bernyala lilin yang bernyala yang diterima oleh baptis baru dalam upacara sakramen baptis merupakan lambang bahwa seseorang yang dibaptis diterangi oleh Kristus dan harus senantiasa berusaha hidup dalam terang Kristus.
Minyak Krisma Minyak wangi yang telah diberkati Uskup, berarti bahwa Roh Kudus diserahkan kepada yang baru dibaptis. Ia menjadi seorang Kristen, artinya seorang yang diurapi oleh Roh Kudus, digabungkan sebagai anggota dalam Kristus, yang telah diiurapi menjadi imam, nabi, dan raja.
Kain Putih, berarti bahwa orang yang telah dibaptis mengenakan Kristus (sebagai busana).
2) Nama Baptis Pemberian nama baptis yang dipilih diambil dari deretan nama-nama orang kudus yang ada dalam Gereja Katolik, mempunyai makna pertama, agar keutamaan, kesucian,dan keteladanan orang kudus itu terpancar pada orang yang menyandang nama orang kudus itu. Ke dua, agar orang kudus itu membantu calon baptis melalui doa dan relasi secara khusus dengan calon baptis sehingga calon baptis dapat hidup pantas di hadapan Allah. Ke tiga, nama baptis juga merupakan simbol anugerah hidup baru yang diterima. e) Pelayan dan Petugas Sakramen Baptis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
1) Pelayan Sakramen Baptis Sakramen baptis dapat diterimakan baik dalam keadaan normal maupun darurat, dengan tetap mengindahkan aspek keabsahan sakramen baptis itu sendiri, yaitu mencurahkan air tiga kali di dahi, sambil mengucapkan”(Nama calon baptis), Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus”. Dalam keadaan normal, sakramen baptis dapat diterimakan uskup, imam, dan diakon tertahbis: “Pelayan baptis adalah uskup, iman, dan diakon” (KHK kan.861 § 1). Sedangkan
dalam keadaan darurat, sakramen baptis dapat diterimakan
semua orang Katolik yang sudah dibaptis seperti yang dikatakan dalam KHK kan. 861 § 2: “Bilamana pelayan tidak ada atau berhalangan, baptisan dapat dilaksanakan secara licit oleh katekis ataupun oleh orang lain yang oleh Ordinaris wilayah yang ditugaskan untuk fungsi itu, bahkan dalam darurat oleh siapapun yang mempunyai maksud yang semestinya;…”atau dengan ungkapan “Setiap orang beriman dapat memberikan sakramen baptis kepada orang yang berada dalam bahaya maut atau dalam sakrat maut, kalau tidak ada imam ataupun diakon” (Bagiyowinadi, 2009:24-24). 2) Petugas Sakramen Baptis
Orang Tua Dalam peristiwa pembaptisan bayi, kehadiran orang tua sangat penting dan
menentukan dibandingkan dengan wali baptis, karena merekalah yang akan membesarkan dan mendidik anak-anaknya, khususnya dalam pembinaan iman anak-anaknya termasuk mempersiapkan mereka untuk menerimakan sakramensakramen lain seperti komuni pertama, Ekaristi, dan sakramen penguatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
(Prasetya, 2008:25-26). Mengingat pentingnya peranan orang tua baik pada saat pembaptisan maupun sesudah pembaptisan, kehadiran orang tua dalam penerimaan sakramen baptis sangat diharapkan; “Sangatlah diharapkan supaya orangtua menghadiri upacara pembaptisan anaknya dan menyaksikan kelahirannya kembali dari air dan Roh Kudus”, termasuk untuk memberikan persetujuan atas pembaptisan ini: “Orang tuanya, sekurang-kurangnya satu dari mereka atau secara legitim menggantikan orangtuanya, menyetujuinya” (KHK kan. 868 §1, 10). Wali Baptis Kepada para ketekumen dan wali baptis disampaikan pertanyaan: “Apa yang kamu minta dalam Gereja Allah?” dan ia menjawab; “Iman” (KGK 1253). Berdasarkan pernyataan tersebut, wali baptis tidak hanya bertugas pada saat penerimaan sakramen baptis, tetapi mendampingi terus-menerus sampai akhirnya bayi atau anak baptis dapat hidup secara Kristiani dan setia melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan baptisan yang telah diterimaknya (KHK. Kan 872).
Penjamin (fakultatif) Penjamin dalam sakramen baptis adalah seorang beriman Katolik baik
laki-laki ataupun perempuan yang berani memberikan jaminan bahwa bayi ini pantas diterima dalam Gereja Katolik dan akan dididik dalam iman Katolik. Oleh karena itu, keberadaan penjamin hanya berkaitan dengan kasus-kasus khusus agar bayi tersebut dapat dibapits; misalnya, keberadaan bayi yang tidak diketahui siapa orang tuanya atau keberadaan bayi yang berasal dari perkawinan yang tidak sah atau keberadaan bayi disebabkan karena kehamilan di luar nikah atau pada saat pembaptisan, orang tuanya tidak dapat hadir karena alasan berat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
150
Dalam situasi biasa, keberadaan penjamin tidak diperlukan karena oleh orang tua sendiri, bayi tersebut akan dibesarkan dan dididik imannya secara Katolik dan itu sesuai dengan maksud baptisan yang telah diterimanya. Berdasarkan kasus-kasus seperti itu, kehadiran penjamin sangat penting dan diperlukan dalam peristiwa pembaptisan.
Umat Pentingnya
kehadiran umat
dalam
peristiwa
pembaptisan
selain
menunjukkan aspek perhatian dan cintanya kepada mereka yang hendak menerima sakramen baptis dan meneguhkan pengakuan iman yang dilakukan oleh orangtua dan wali baptis, juga sebagai perwujudan pengakuan iman Gereja. Umat Allah ikut serta secara aktif untuk menampakkan penerimaan para baptisan baru ke dalam Gereja. Dengan demikian, iman yang menjadi dasar pembaptisan bukan hanya milik keluarganya saja, melainkan milik seluruh Gereja. c. Kegiatan Inti II: Sub Tema II
: Wali Baptis.
Tujuan Pertemuan
: Agar peserta semakin memahami peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis.
1) Penjelasan tentang wali baptis a)
Sejarah wali baptis Sejarah wali baptis bermula dari adanya penjamin dalam tradisi
pembaptisan Gereja Purba. Sebelum menjadi wali baptis para penjamin saat upacara pelantikkan katekumen disebut sebagai penobat. Sebagai penobat, penjamin bertindak sebagai saksi para calon baptis. Setelah upacara pelantikkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
para penjamin dapat menjadi wali baptis. Mereka dapat bertindak sebagai wali baptis terutama karena mereka telah menjadi saksi untuk Gereja dan untuk Kristus di hadapan manusia. Nama wali baptis dalam masa awal Gereja disebut dengan penjamin/sponsor. Peran wali baptis sebagai penjamin/sponsor dilakukan oleh St. Barnabas terhadap St. Paulus yang baru bertobat (Kis 9:27). Peran wali baptis sebagai penjamin/sponsor seperti St. Barnabas sudah berkembang pada awal sejarah Gereja, terlebih ketika Gereja mengalami masa penganiayaan dari kekaisaran Romawi sampai munculnya Edict Milan (313 M). b) Wali baptis wali baptis adalah orang beriman Katolik yang dipilih oleh katekumen untuk menjadi pendampingnya dalam tahap-tahap terakhir inisiasi Kristen. Sesudah katekumen dibaptis, ia tetap harus memperhatikan perkembangan hidup baptisan baru tersebut. Wali baptis berkewajiban menolong anak baptis sebaik mungkin dengan kata dan teladan dalam perkembangan hidup rohani. Kewajiban seorang wali baptis sangat penting terlebih-lebih jika orang tua anak baptis tidak mau mengemban tanggung jawabnya dan dengan demikian wali baptis dapat menjad orang tua kedua bagi anak baptis tersebut. Wali baptis wajib berusaha supaya orang anak baptis yang mendapat pendampingan darinya menerima pembinaan dan pendidikan Katolik dan tetap setia pada janji baptis. c)
Syarat-syarat menjadi Wali Baptis Kitab Hukum kanonik 874 menuliskan syarat-syarat untuk menjadi
seorang wali baptis yakni:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
Ditunjuk oleh wali baptis atau orang tuanya atau oleh orang yang mewakili mereka, atau bila mereka itu tidak ada, oleh pastor paroki atau pelayan baptis, serta memiliki kecakapan dan maksud untuk melaksanakan tugas itu; Telah berumur genap enambelas tahun, kecuali jika umur lain ditentukan oleh Uskup diosesan, atau pastor paroki ataupun pelayan baptis menilai bahwa kekecualian atas alasan wajar dapat diterima; Seorang Katolik yang telah menerima penguatan dan sakramen Ekaristi Maha Kudus, lagi pula hidup sesuai dengan iman dan tugas yang diterimanya; Tidak dijatuhi atau dinyatakan ternoda oleh suatu hukuman kanonik; Bukan ayah atau ibu dari calon baptis; seseorang yang telah dibaptis dalam suatu jemaat gerejawi bukan Katolik hanya dapat diizinkan tampil hanya bersama dengan seorang wali baptis Katolik, dan itu sebagai saksi baptis. d)
Peran dan Tugas Wali Baptis
5) Mengajar atau mendidik dengan memperlihatkan kepada calon baptis dewasa, atau membantu orang tua calon baptis bayi, bagaimana mempraktekkan ajaran Allah dan Injil Suci dalam hidup pribadi dan sosial. Di samping itu, ibu/bapa wali baptis bertugas juga serentak sebagai pembawa dan pemberi kesaksian Kristiani dan menjadi pelindung atas pertumbuhan hidup beriman calon baptis sebagai buah dari sakramen baptis. 6) Membantu calon baptis dewasa atau orang tua calon baptis bayi yang sekurang-kurangnya dilakukan pada tahap akhir persiapan pembaptisan (masa pemurnian).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
7) Menyertai calon baptis dewasa dalam mengajukan diri menjadi calon wali baptis dan serantak berdiri sebagai seorang saksi atas hidup dan perilaku iman, moral, dan maksud baik calon baptis. 8) Mewakili Gereja dalam meneriman calon baptis menjadi anggota baru Keluarga Kerajaan Allah secara spiritualitas dan memainkan peran nyata Gereja kepada calon baptis sebagai seorang bunda. Ibu/bapa wali baptis menjadi anggota baru dari keluarga spiritual baptisan baru. Partisipasi wali baptis dalam pembaptisan bayi dan kanak-kanak adalah: a.
Mengikuti pembekalan bersama dengan orang tua anak baptis
b.
Pada saat upacara pembaptisan:
8) Secara puplik wali baptis menyatakan kesanggupannya untuk membantu orang tua menjalankan tugasnya, 9) Wali baptis ikut membubuhkan tanda salib pada dahi calon baptis setelah orang tua, 10) Bersama orang tua memperbaharui janji baptis dengan menolak setan dan mengakui iman, 11) Ikut memegang anak baptis setelah penuangan air baptis, 12) Menyeka kepala anak baptis dengan handuk sesudah penuangan air baptis, 13) Membantu memasangkan busana putih pada anak baptis, 14) Membantu menyalakan lilin baptis pada lilin Paskah. Partisipasi wali baptis dalam pembaptisan dewasa adalah: Pada saat upacara pembaptisan dewasa, setelah calon baptis mengucapkan janji baptis, wali baptis mempunyai peran (Bagiyowinadi: 2009: 71-72), yakni:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
5) Pada penuangan air baptis pada kepala calon baptis, salah satu atau kedua wali baptis mendampinginya dengan tangan kanan memegang bahu anak baptis. 6) Wali baptis membantu memasangkan busana putih pada anak baptisnya. 7) Wali baptis menyalakan lilin baptis dari api lilin paskah dan memberikan kepada anak baptisnya. 8) Bila upacara pembaptisan ini dilanjutkan dengan penerimaan sakramen Krisma, salah satu atau kedua wali baptis mendampingi anak baptis dengan tangan kanan memegang pundaknya dan menyebutkan nama krismanya kepada pelayan baptis-krisma. 9) Pasca pembaptisan (Mistagogi dan Krisma), wali baptis diharapkan ikut mendampingi anak baptisnya selama masa mistagogi, khususnya dalam rangkaian misa mistagogi. d.
Kegiatan Inti III Tema
: Spiritualitas wali baptis
Sub Tema
: Peserta semakin menyadari bahwa dalam pelayanan perlu memiliki hati sebagai pelayan, semangat siap berbagi, siap diutus, rela berkorban, dan yang menjadi inti pewartaan adalah Yesus Kristus.
1)
Pengertian Spiritualitas Spiritualitas adalah Roh Allah yang memotivasi dan menyemangati,
menjiwai, memberi kekuatan, membimbing serta meneguhkan agar tidak mudah putus asa dalam melaksanakan tugasnya. Para wali baptis mampu setia dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
melaksanakan tugasnya sebagai pendamping dan pendidik iman bagi tunas-tunas muda Gereja. Seorang pendamping dan pendidik iman perlu mengetahui dan menghidupi apa yang seharusnya menjadi spiritualitas pelayanan. Spiritualiatas pelayanan merupakan semangat yang menjiwai untuk selalu memotivasi dan menyemangati, menjiwai, memberi kekuatan, memberi serta meneguhkan agar tidak mudah putus asa dalam melaksanakan tugasnya dengan setia dan penuh kerelaan. Dapat dikatakan bahwa spiritualitas seorang wali baptis merupakan spiritualitas Injil yang dihayati yakni ”Bukan aku sendiri yang hidup dalalm diriku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 3:27). 2)
Kegiatan Peserta diberi waktu masuk dalam kelompok. Kemudian peserta diberi
tugas untuk merenungkan bersama dalam kelompok kecil teks Kitab Suci yang berbicara tentang sikap seorang pelayan. Pemandu memberikan kebebasan kepada kelompok untuk memilih teks Kitab Suci yang menjadi bahan permenungan, yaitu:
1 Petrus 5,1-4 “Sikap kerelaan dalam melayani”.
Markus 12:41-44 “Persembahan seorang janda”.
Markus 15:20b-32 “Yesus yang disalib”.
Yohanes 3:22-36 “ Dia semakin besar dan aku semakin kecil”. (Untuk saling memperkaya satu sama lain, setelah peserta membahas teks Kitab Suci dalam kelompok kecil, kemudian pendamping meminta 2 (dua) kelompok untuk memplenokan hasil diskusi dalam kelompok besar).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
e.
156
Kegiatan Inti IV: Sub Tema
:Belajar dari pola kepemimpinan kegembalaan Yesus.
Tujuan sub tema
:Agar
peserta
mengenal
dan
memahami
pola
kepemimpinan kegembalaan Yesus. a)
Peserta diajak mengamati gambar Yesus yang mengendong domba.
b)
Membaca teks Kitab Suci Yohanes 10:11-13 “Gembala yang baik”.
c)
Peserta diajak untuk merefleksikan makna dari gambar dan teks Kitab Suci tersebut dengan panduan pertanyaan: Dengan mengamati gambar tersebut, bagaimana sikap Yesus dalam menggembalakan domba-domba-Nya? Sikap-sikap apa saja yang perlu kita perjuangkan untuk menjadi pelayan yang tanggap akan perkembangan iman remaja masa kini.
d)
Niat-niat apa saja yang hendak kita lakukan untuk meningkatkan peran, tugas, dan tangungjawab kita sebagai pendamping dan pendidik iman anak remaja pada masa kini.
e)
Kemudian pendamping membagikan kertas dan pulpen kepada peserta untuk menuliskan aksi konkrit. Peserta dibagi dalam kelompok masing-masing kelompok berjumlah 3 orang. Dalam kelompok peserta menggabungkan sikap dan niat yang telah dibuat dan menyimpulkannya menjadi komitmen.
f)
Pengendapan dari seluruh kegiatan rekoleksi.
f.
Penutup:
1)
Doa penutup : spontan
2)
Lagu penutup “jadilah saksi Kristus” (lampiran 7) – Bubar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
BAB V Penutup A. Kesimpulan Peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis bekerja sama dengan orang tua adalah merupakan jabatan gerejani yang sebenarnya officium (KGK 1255). Tanggungjawab mereka adalah mengajar dan mendidik calon baptis dan membantu orang tua bagaimana mempraktekkan ajaran Allah dan Injil Suci dalam hidup pribadi dan sosial. Di samping itu, ibu/bapak wali baptis bertugas sebagai pembawa dan pemberi kesaksian Kristiani dan menjadi pelindung atas pertumbuhan hidup beriman calon baptis sebagai buah dari sakramen baptis. Untuk itu, kehadiran wali baptis sebagai pendampingan dan pendidikan iman bagi perkembangan iman anak usia remaja pada zaman ini sangat dibutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada awal bulan Mei 2015 sampai awal Juni 2015 yang lalu dinyatakan bahwa sebagian besar wali baptis masih belum melaksanakan peran, tugas, dan tanggungjawabnya dalam mengembangkan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Kehadiran wali baptis selama ini di paroki Kristus Raja Baciro masih sebatas formalitas saja atau tempelan pada saat litugi pembaptisan. Janji yang telah mereka ucapkan di hadapan Tuhan dan umat pada saat upacara pembaptisan berhenti pada saat upacara pembaptisan juga. Kesadaran, penghayatan pembathinan akan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai seorang wali baptis selama ini masih belum merupakan suatu kesadaran penuh. Namun meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa ada satu atau dua orang wali baptis di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
paroki Kristus Raja Baciro yang telah melaksanakan peran, tugas, dan tanggugjawabnya sebagai wali baptis, yakni menjadi pendamping dan pendidik iman bagi anak baptis. Berdasarkan penelitian dari wawancara para responden memberikan usul dan harapan kepada penulis dan kepada para wali baptis umumnya. Kepada penulis responden menyampaikan supaya diadakan pertemuan dengan wali baptis yang ada di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. Dan kepada wali baptis pada umumnya responden menyampaikan supaya di masa yang akan datang wali baptis sungguhsungguh menjalankan tugasnya sebagai wali baptis karena tugas seorang wali baptis adalah sebagai saksi bagi iman anak baptis dan tugas tesebut berlangsung seumur hidup sampai anak dewasa dalam imannya akan Kristus. Bentuk penyegaran kembali panggilan sebagai pendamping dan pendidik iman yang diperkenalkan kepada para wali baptis atau yang mau ditawarkan dalam skripsi ini adalah rekoleksi bagi wali baptis. Berpedoman pada spiritualitas Yesus Kristus
dalam tugas pelayanan dan kegembalaan-Nya. Seorang pelayan yang
mempunyai hati adalah seorang pribadi yang rela berkorban, siap berbagi, dan siap diutus. Agar sampai pada sasarannya, bentuk penyegaran rohani yang digunakan adalah rekoleksi. Dengan rekoleksi mau mengajak para wali baptis
untuk
mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman akan kasih Allah selama ini dalam tugas pangilan sebagai wali baptis. Pengalaman-pengalaman itu dihadirkan kembali, direnungkan, dimaknai dan diolah agar sungguh-sungguh berguna bagi hidup untuk selanjutnya. Dengan demikian para wali baptis semakin serius,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bersemangat,
kreatif,
dan setia dalam
melaksanakan peran,
tugas,
159
dan
tanggungjawab sebagai wali baptis untuk selanjutnya.
A. Saran Demi peningkatan mutu
tugas pelayanan pastoral di paroki Kristus Raja
Baciro Yogyakarta dan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis dari lapangan, maka untuk itu diharapkan kepada: 1. Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta
Sangat baik bila pembinaan berupa pembekalan, katekese iman bagi para wali baptis dan umat lebih ditingkatkan.
Perlu melengkapi buku pegangan berupa buku pedoman tentang wali baptisperan dan tanggungjawabnya dan diberikan kepada para wali baptis ataupun tim bidang pewartaan paroki.
Kiranya berkenan menerima tawaran program rekoleksi bagi wali baptis yang telah disusun oleh penulis.
2. Para wali baptis sebagai pendidik iman Supaya lebih serius, bersemangat dalam meningkatkan peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai pendidik iman bagi tunas-tunas muda Gereja di masa yang akan datang. 3.
Orang Tua
Supaya
membina kerjasama yang baik dengan para wali baptis agar
pendidikan dan pengembangan iman anak dapat berjalan dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Supaya
pendampingan
dan
pendidikan
iman
bagi
anak
160
dapat
berkesinambungan, maka diharapkan supaya orang tua memperkenalkan kepada anak siapa wali baptisnya dan juga sebaliknya. Sehingga dalam pendampingan baik wali baptis, anak baptis dan orang tua sudah saling mengenal satu dengan yang lain. Dalam momen-momen tertentu dalam keluarga misalnya: ulang tahun anak, ulang tahun baptisan anak, kegiatan rohani, dsb perlu mengundang wali baptis.
Bertitik tolak dari ARDAS KAS, bahwa keluarga merupakan Gereja Basis. Untuk itu hendaknya di dalam keluarga dibiasakan budaya dialog dalam mendidik anak-anak agar proses pengembangan iman kepada anak dapat tercapai dengan baik, hendaknya orang tua membiasakan membawa anak ke gereja.
4.
Kaum Remaja Supaya kaum remaja Katolik sedapat mungkin melibatkan diri dalam segala kegiatan yang ada baik di gereja, lingkungan, dan masyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
DAFTAR PUSTAKA:
Agus Cremers, (1995,Terjemahan), Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan Eksistensial menurut James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius. Bergant, Dianne CSA dan Robert J. Karris, OFM. (2002). Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Benediktus XIV. (2011). Surat Apostolik “Motu Proprio Data-Porta Fidei” tentang “Pintu Kepada Iman” dalam http// www.katolisitas.org. Diakses tgl 15 Oktober 2015. Crapps, Robert. (1994). Perkembangan Kepribadian & Keagamaan. Yogyakarta: Kanisius. Cahyo Irwanto Ignasius, Pr. (2005). Panduan Pelayanan Umat di Paroki. Yogyakarta: Kanisius. Darminta, J. SJ. (1995). Mistik, Devosi dan Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius. _________ (2007). “Spiritualitas Dasar Kristiani”. Diktat mata kuliah Spiritualitas Kristiani untuk mahasiswa semester VII.Yogyakarta: IPPAK-USD. Didik Bagiyowinadi, F.X. Pr. (2009). Wali-Baptis Peran dan Tanggungjawabnya. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Dewan Keuskupan Agung Semarang (2004). Formasio Iman Berjenjang. Yogyakarta: Kanisius. Dewan Paroki Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta. (2011). Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki. Yogyakarta: Paroki Kristus Raja Baciro. Feist Gregory, J. (2008). Theories Of Personality. Pustaka Pelajar Yogyakarta. Ga I, Herman Yosef. (2004). Sakramen dan Sakramentali Menurut Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: Obor. Gromme, Thomas. (2010). Christian Religionus Education. Jakarta: Gunung Mulia. Hurlock, Elisabet(1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, cetakan kelima.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
Hartana. (2008). Sebelas Langkah Menuju Pribadi Unik, Cerdas, Solider, dan Beriman. Yogyakarta: Kanisius. Hadiwiyata. (2008). Tafsiran Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius. Rukyanto, B. A. (2009). Makna Ziarah. Majalah Hidup No. 20, Thn. Ke-63 Mei 2009. Hal. 11. Jakarta: Obor. Jacek Hadrys . (2007). 101 Tanya-Jawab Tentang Doa. Dari: Fidei Press. Martasudjita, E. Pr.(2003). Pengantar Liturgi – Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. Mariyanto, Ernest. (2004). Kamus Liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisius. Mardi Prasetya, SJ. (1992). Psikologi Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Liturgi MAWI. (1986). Bina Iman Liturgia 5. Jakarta: Obor. KGK, (1995). Katekismus Gereja Katolik. Ende: Arnoldus. KWI, (1996). Buku Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Kitab Hukum Kanonik (2005). (V. Kartosiswo, Lic. Iur. Can. Dkk, penerjemah). KKGK, (2011). Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Kateketik KAS. (2012). Katekese Inisiasi. Yogyakarta: Kanisius. KAM. (1992). Puji Syukur. Jakarta: Obor. Lembaga Alkitab Indonesia. 2002. Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta: LAI. Lembaga Biblika Indonesia. 2002. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru. (Editor: Bergant, CSA dan Karris, OFM). Prasetya, L. (2008). Baptis: Gerbang Sakramen Baptis. Yogyakarta: Kanisius. __________ (2011). Pelayanan Sakramen Baptis. Yogyakarta: Kanisius. Sunyoto Danang. (2009). Analisis Regresi dan Uji Hipotesi. Yogyakarta: Media Pressindo. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2 Hasil Wawancara Wawancara dengan semua responden dalam penelitian ini berlangsung dengan lancar. Para responden yang diwawancarai dapat menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara (penulis) dengan baik bahkan mereka dapat bercerita dengan terbuka tanpa ada rasa sungkan. Jumlah wali baptis yang diwawancarai sebanyak 10 (sepuluh) orang, anak baptis usai remaja sebanyak 7 (tujuh) orang dan responden lain sebanyak 3 (tiga) orang. Responden lain dalam hal ini yakni; romo paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta, ketua tim bidang pewartaan, dan prodiakon. Para respnden sebagian ada yang sudah kenal sebelumnya dengan penulis dan ada juga yang baru kenal pada saat penelitian. Dari wawancara tersebut data yang diperoleh sesuai dengan beberapa point pertanyaan yang telah disediakan oleh penulis. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan responden. Responden 1 (R1): a. Identitas Responden : Nama : Ibu Debby Usia : 45 tahun Waktu pelaksanaan wawancara : Minggu, 03 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis? Responden : Mereka yang telah dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak untuk mendampingi anak baptis pada saat upacara pembaptisan dan sudah berjanji pada saat upacara pembaptisan akan menjadi pendamping iman bagi anak baptisnya. Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan tanggungjawab wali baptis pada saat pembaptisan, dan sesudah pembaptisan? Responden : Pada saat pembaptisan, mereka yang menggendong anak baptis dan membantu memegang saat anak dituangi air, membantu romo. Sesudah pembaptisan menjadi tempat cuhat/sharing, mendoakan mereka, memberi nasehat sejauh itu diterima. Penulis : Bagaimana peran, tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini? Responden : Anak baptis telah menggangap saya sebagai orang tua. Segala kesulitan yang dialami oleh anak baptis disharingkan kepada saya. Dengan demikian, komunikasi tetap berjalan. Hubungan kekeluargaan di anrara kami semakin akrab dan bahkan say dianggap sebagai keluarga sendiri. Penulis : Menurut ibu mengapa penting kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini? Responden : Menjadi pendamping iman bagi anak baptis sampai dewasa dalam imannya.
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis
Responden
Penulis
Responden Penulis Responden
Penulis
a.
: Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab ibu sebagai wali baptis selama ini? : Adanya dukungan dari anggaota keluarga, adanya niat yang tulus dalam menjalankan tugas sebagai wali baptis. Dan faktor penghambat tidak ada. : Menurut ibu, pendampingan iman khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? : Pendampingan iman itu dimulai dari keluarga sendiri. : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik, kepada penulis? : Saya berpesan kepada wali baptis supaya menjadi teladan/contoh. Supaya penulis mengadakan pertemuan kepada PASUTRI muda, wali baptis, dan tim bidang pewartaan yang ada di paroki Kristus Raja Baciro. Dalam pertemuan tersebut, penulis memberikan pemahaman agar PASUTRI muda lebih selektif dalam memilih siapa yang akan menjadi emban baptis bagi anak mereka. Ini demi pendapingan iman bagi anak untuk selanjutnya. : Terima kasih ibu atas informasi dan waktunya.
Responden II (R2) Identitas responden : Nama : Ibu Theresia Sumartini. Usia : : 58 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara : 15 Mei 2015
b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis? Responden : Untuk menjawab siapa itu wali baptis, dapat dilihat dari tugas, peran, dan tanggungjawab seorang wali baptis Penulis : Kalau begitu, menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan tanggungjawab wali baptis? Responden : Seorang wali baptis mempunyai kewajiban untuk menguatkan iman anak tersebut. Kewajiban ini berkesinambungan sampai mereka dewasa, jangan sampai meleset dari iman mereka. Seorang wali baptis juga mendidik, dan menyarankan agar anak bersekolah di sekolah Katolik agar pendidikan iman anak tersebut berkesinambungan. Seorang wali baptis mengingatkan anak baptisnya apakah sudah ke Gereja atau belum, sudah komuni atau belum, diberi motivasi agar ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat rohani misalnya: ikut koor. Saya tidak hanya mengingatkan anak baptis, tetapi saya juga mengingatkan orang tua anak baptis karena yang lebih berperan dalam perkembangan iman anak adalah orang tua. Jadi, yang menjadi tugas wali baptis sebelum pembaptisan adalah; (3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ikut pembekalan. Pembekalan ini penting diikuti oleh para wali baptis karena: pada saat pembekalan disitu akan dijelaskan apa yang menjadi tanggungjawab seorang wali baptis terhadap anak baptis, dan apa yang akan dilakukan oleh oleh wali baptis pada saat proses pembaptisan terjadi. Pada saat pembaptisan yakni: mendampingi, melayani romo, melap, membawakan lilinnya. Dan tugas selanjutnya adalah: mendampingi anak baptis. Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini? Responden : Penting, mengingat pada zaman sekarang banyak pergaulan bebas. Maka dalam situasi tersebut, wali baptis sebagai orang tua harus mendampingi remaja dengan segala kegiatannya atau organisasi. Tetapi sekali lagi saya menekankan bahwa orang tualah yang lebih berperan. Anak tidak perlu dibiarkan begitu saja, jika perlu mengantar dan mendampingi mereka di mana tempat kegiatan anak berlangsung. Anak tidak hanya disuruh begitu saja. Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab selama ini? Responden : Yang merupakan faktor pendukung adalah saya menjalankan tugas itu dengan tulus hati, tidak merasa itu seperti beban, keluarga juga sangat memberi dukungan kepada saya. Selama ini saya tidak menemukan faktor pengambat dalam pelaksanaan peran sebagai wali baptis. Penulis : Menurut ibu, pendampingan yang khas macam apa yang diberikan bagi pendampingan iman remaja pada zaman ini? Responden : Pendampingan iman itu dimulai dari dasar (keluarga),wali baptis mengingatkan orang tua. Iman seorang anak itu akan menjadi teguh jika pendidikan dasarnya kuat. Pendidikan dasar itu sangat penting dan pendidikan dasar ini diterima/diperoleh oleh anakanak di dalam keluarga mereka sendiri. Anak disekolahkan di sekolah-sekolah Katolik, supaya pendidikan itu berkesinambungan Penulis : Apakah ibu bangga karena terpilih menjadi wali baptis? Responden : Ya..bangga karena, saya dipilih dan dipercaya oleh orang tua anak yang dibaptis untuk mendampingi iman anak ini selanjtunya. Tidak semua orang dipilih menjadi wali baptis. Seorang wali baptis mempunyai kewajiban untuk mendampingi iman anak. Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak baptis, dan penulis: Responden : a. Harapan kepada wali baptis: Supaya para wali baptis menjadi teladan/contoh. Para wali baptis tidak hanya berperan pada saat pesta pembaptisan saja. Supaya wali baptis betul-betul menjalanan tugas mereka sebagai wali baptis, karena tugas mereka adalah sebagai saksi bagi iman anak yang dibaptis. Sehingga dengan rasa tanggung jawab tersebut, para wali baptis tahu perjalanan anak tersebut.
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Harapan kepada para remaja: Hendaknya para remaja menjadi anak yang kuat, teguh imannya. Jadilah anak yang berbakti kepada Gereja, keluarga. Jadilah anak yang mempunyai dasar yang kuat dalam iman. Responden III (R3) a. Identitas Responden: Nama : pak Anung Usia : 38 Tahun Waktu wawancara : 18 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis? Responden : Untuk menjawab siapa itu wali baptis, dapat dilihat dari tugas, peran, dan tanggungjawab seorang wali baptis. Penulis : Menurut bapak apa yang merupakan peran, tugas, dan tanggungjawab seorang wali baptis? Responden : Ia bertanggung jawab untuk perkembangan iman anak yang dibaptis untuk selanjutnya. Selama ini, hal ini kurang diperhatikan, terutama dari orang tua anak itu sendiri. Yang terjadi selama ini, kadang orang tua tidak memperkenalkan wali baptis itu kepada anaknya/orang tua tidak berusaha untuk mendekatkan anak baptis itu. Kepedulian orang tua kurang. Dan ini juga yang merupakan keprihatinan di mana wali baptis menjadi formalitas saja. Seorang wali baptis berhak membimbing iman anak itu sampai dewasa. Kadang sampai menikah. Maka yang menjadi peran wali baptis sebelum pembaptisan, pada saat pembaptisan, dan sesudah pembaptisan adalah: Sebelum: karena hubungan saya dengan anak baptis masih sebagai keluarga, maka sebelum pembaptisan pendampingan kepada si anak baptis sudah ada. Saya juga mengikuti pembekalan (seminggu sebelum pembaptisan). Bagi saya mengikuti pembekalan ini penting karena, pada saat pembekalanlah diberitahukan apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab seorang wali baptis. Pada saat pembaptisan: saya mendampingi anak baptis bersama dengan orang tua. Berdiri di sebelah kiri anak baptis. Dan sesudah pembaptisan, saya mendampingi iman anak. Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis bapak jalankan selama ini? Responden : Intensitas pertemuan keluarga minimal sekali dalam sebulan istilahnya “Trah” (biar nanti tidak kepaten obor) saya pergunakan untuk menyapa anak baptis. Pada kesempatan ini juga, orang tua mengingatkan atau mengeluh kepada saya “iniloh pak de…anakmu..begini-begini…”. dan pada kesempatan tersebut saya memberikan nasehat kepada anak baptis. Penulis : Menurut bapak, mengapa penting dilaksanakan pendampingan iman kepada remaja saat ini?
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
: Banyak anak yang tidak mengenal wali baptisnya. Penting karena iman anak itu rapuh, anak itu tidak punya pegangan, tidak ada pendampingan. Apalagi dalam situasi keluarga yang sedang bermasalah itu. Kehadiran seorang wali baptis sangat penting. Pendampingan itu juga penting demi iman anak itu sendiri. Penulis : Apakah bapak menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran sebagai wali baptis selama ini? Responden : Ya, saya menemukan. Faktor penghambat adalah: prefasi seseorang sangat berpengaruh. Kecenderungan orang, jika itu tidak sesuai di hatinya, maka dia tidak akan berontak dengan mengatakan “kamu siapa”?. Maka jika seorang wali baptis sering bertemu dengan anak baptisnya sangat berbeda dengan mereka yang jarang bertemu. Kepedulian seseorang jika sesuatu hal tidak diinginkan dari orang tersebut, maka akan berontak. Masalah waktu/keterbatasan waktu. Seharusnya saya mau mengadakan pendampingan, karena sesuatu hal, maka pendampingan tidak terjadi. Apalagi jika ada hal yang penting untuk ditanggapi tetapi karena keterbatasan waktu, maka tertunda. Faktor pendukung: Peran dari orang tua. Jika orang tua memahami, menyadari mengenai baptisan, khususnya pendampingan terhadap iman anak maka hubungannya dengan wali baptis, itu semuanya akan berjalan dengan baikbaik saja. Tetapi jika orang tua tidak memahami, menyadari mengenai baptisan maka persis hanya sebagai formalitas, itulah merupakan kesalahan besar. Penulis : Menurut bapak, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam sakramen pembaptisan? Responden : Minyak. Lilin, sebagai lambang penerang. Air sebagai sarana dan kain putih lambang kesucian. Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? Responden : Wali baptis harus menjadi teladan dalam iman, para wali baptis hendaknya menjadi teladan bagi hidup menggereja. Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? Responden : Ini dilematis, apalagi jika yang menjadi emban baptisnya tidak dari keluarga. Karena ada orang tua yang tidak memperkenalkan wali baptis kepada anaknya dan akhirnya anak baptis kurang menerima dan jika permasalahan ada, maka bisa terjadi bahwa ini adalah urusan saya. Pendampingan yang khas menurut saya adalah dibiasakan anak untuk rajin ke gereja. Penulis : Apakah bapak bangga karena dipilih sebagai wali baptis? Responden : Kalau bangga tidak, karena itu sebagai kewajiban yang harus saya lakukan. Jika itu saya artikan sebagai kebanggaan, konotasinya
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis Responden
adalah kesombongan. Menjadi seorang wali baptis adalah merupakan tugas dan tanggung jawab sebagai orang Katolik. : Apakah bapak mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik? : Pesan atau harapan saya kepada wali baptis adalah supaya para wali baptis memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai wali baptis. Dan kepada para remaja pesan saya adalah: semoga para remaja tidak meninggalkan Gereja dan teguh dalam imannya.
Responden IV(R4) a. Identitas : Nama: pak Tresno Umur: 58 tahun Waktu pelaksanaa wawancara : 18 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis? Responden : Wali baptis adalah sama dengan saksi dalam pernikahan Penulis : Menurut bapak apa yang merupakan tugas, peran, dan tanggungjawab wali baptis? Responden : Wali baptis bertanggung jawab terutama dalam perkembangan iman anak tersebut. Itulah yang menjadi inti dari tugas, peran dan tanggung jawab seorang wali baptis. Wali baptis itu itu sama dengan saksi dalam pernikahan. Dan yang menjadi peran, tugas, dan tanggungjawab wali baptis Sebelum pembaptisan adalah : para wali baptis mengikuti pembekalan. Pada saat pembaptisan: Wali baptis menyaksikan bahwa pembaptisan itu benar-benar terlaksana secara resmi. Sesudah romo membubuhi tanda salib pada kening mereka uyang dibaptis, maka wali baptis juga memberikan tanda salib pada dahi anak yang dibaptis. Mengikuti proses pembaptisan selanjutnya. Sesudah pembaptisan: bertanggungjawab dalam perkembangan iman anak tersebut. Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis bapak jalankan selama ini? Responden : Mengingatkan anak baptis (jika itu masih anak) apakah sudah ke gereja. Mengingatkan anak baptis untuk komuni pertama, ikut misdinar (sejauh itu masih satu daerah). Sesudah SMP mengingatkan anak baptisya untuk mempersiapkan diri untuk menyambut Krisma. Tidak hanya anak baptis orang tua anak juga diingatkan. Bagi mereka yang dibaptis secara dewasa, ada banyak yang menjadi harapan saya, yakni: supaya memberikan hadiah kepada saya yaitu mereka menjadi Suster, Romo, Bruder. Bagi mereka yang sudah dewasa, pak Tresno juga membimbing mereka
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dalam permasalahan-permasalahan hidup terutama untuk menentukan pilihan hidup. Penulis : Menurut bapak pentingkah kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak remaja pada masa kini? Responden : Penting dilakukan pendampingan iman bagi anak, karena: anakanak zaman sekarang dengan segala kecaggihan teknologi. Jika anak tidak didampingi maka anak bisa melenceng dari imanya. Penulis : Sesuai dengan pengalaman bapak, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat yang bapak alami dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab selama ini? Responden : Yang menjadi faktor pendukung adalah: adanya pembekalan bagi para wali baptis. Pembekalan ini merupakan sesuatu yang penting. Faktor penghambat adalah: “Pekewoh” (karakter jawa). Jika orang tidak membutuhkan saya maka untuk apa saya datang. Kepedulian orang tua, tidak memperkenalkan wali baptis kepada anak baptis dan juga begitu sebaliknya. Jarak yang berjauhan dengan anak baptis. Untuk itu saya sarankan agar yang menjadi wali baptis adalah tetangga. Tempat yang tidak ada untuk mengadakan kegiatan bagi anak-anak di lingkungan. Penulis : Menurut bapak, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam sakramen pembaptisan? Responden : Kain putih, kain putih ini bukan sembarangan kain putih. Kain putih itu melambangkan Kristus. Maka anak yang baru dibaptis itu telah mengenakan Kristus mulai saat ini. Maka anak tersebut jangan dinodai. Anak merupakan titipan Tuhan maka hendaknya dikembalikan kepada Tuhan. Untuk itu anak tersebut dididik supaya menjadi anak yang saleh, anak yang soleha. Minyak Krisma, merupakan simbol dilahirkan kembali, Roh Kudus mulai berkarya pada mereka yang baru menerima baptisan. Lilin: cahaya paskah sebagai lambang kebangkitan Kristus. Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? Responden : Para wali baptis harus menjadi teladan dalam iman, para wali baptis hendaknya menjadi teladan bagi hidup menggereja. Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? Responden : Bertitiik tolak dari ARDAS KAS: keluarga merupakan Gereja basis. Apakah keluarga sudah menjadi Gereja basis selama ini. Ini bisa dilihat dari apakah di dalam keluarga-keluarga Katolik masih ada doa bersama. Anak dididik melalui dialog misalnya: orang tua menanyakan apa yang merupakan kegiatan anak sepanjang hari. Untuk itu, wali baptis perlu dilibatkan dalam pendampingan iman anak. Penulis : Apakah bapak bangga karena dipilih sebagai wali baptis?
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden Penulis Responden
Penulis
: Bangga tidak, tetapi ada “kepuasan bathin”, dimana membuat hati senang karena berguna bagi orang lain. : Apakah bapak mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik, dan kepada orang tua? : Pesan saya kepada wali baptis, supaya wali baptis menjalankan tugasnya dalam mendapingi iman anak untuk selanjutnya. Kepada para remaja, kalau ada kegiatan-kegaitan hendaknya diikuti. Kepada orang tua, hendaknya orang tua mendukung anak-anaknya. Kepentingan anak jangan dikalahkan oleh kepentingan orang tua. Orang tua hendaknya memperkenalkan wali baptis kepada anaknya. Jika perlu mengundang dalam acara-acara tertentu sehingga terjalin relasi yang baik dan berkelanjutan antara wali baptis dengan anak baptisnya. Dan kepada pemberi materi persiapan wali baptis, hendaknya lebih melibatkan orang tua dan wali baptis. : Terima kasih bapak atas waktunya. Responden V (R5)
a. Identitas : Nama : Ibu Ning. Usia : 50 tahun. Waktu pelaksanaan wawancara : 19 Mei 2015 b. Hasil wawancara : Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis? Responden : Wali baptis itu diistilahkan dengan “polisi iman” yakni mereka yang membimbing, mengarahkan iman anak seperti polisi sehingga iman anak tidak meleset atau nyleneh ke mana-mana. Penulis :Menurut ibu apa yang merupakan peran, tugas dan tanggungjawab wali baptis? Responden : Mendampingi iman anak sejak anak tersebut dibaptis. Seharusnya sampai nanti, nanti dan nanti, setiap saat. Sampai sekarang saya mengalami kehilangan arah kemana anak baptis berada. Karena selama saya kehilangan kontak dengan anak baptis saya. Tidak terlacak di mana mereka berada. Dengan demikian sampai saat ini, saya tidak ada kelanjutan dari peran, tugas, dan tanggungjawab saya sebagai wali baptis. Tidak berkelanjutan, berhenti saat upacara pembaptisan terjadi. Sesuai dengan apa yang saya mengerti dan pahami bahwa menurut romo sebagai emban baptis harus terus dan terus mengingatkan anak baptisnya tentang ajaran Gereja. Mereka perlu didampingi terus menerus sampai nanti supaya mereka tidak kehilangan arah karena tidak ada kontak atau sapaan. Jadi, yang menjadi peran atau tanggungjawab wali baptis: Sebelum pembaptisan adalah: Para wali baptis mengikuti pembekalan. Pada saat pembekalan tersebut, para wali baptis diberi pengertian dan informasi tentang apa yang merupakan tugas,
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
peran dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis. Menurut saya pembekalan ini penting untuk dihadiri oleh para wali baptis. Jujur saya sendiri belum pernah mengikuti pembekalan. Saat upacara pembaptisan: Wali baptis mendampingi mereka yang dibaptis, ikut maju saat anak yang dibaptis disirami air dan diberi minyak. Pemberian tanda salib di dahi anak baptis itu merupakan tugas gereja (romo). Sesudah pembaptisan: Mendampingi perkembangan iman anak. Penulis : Bagaimana pelaksanaan peran sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini? Responden : Saya ada usaha untuk menjalankan tugas sebagai wali baptis, namun komunikasi dengan anak baptis berhenti karena kehilangan jejak di mana mereka berada. Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis bagi pendampingan perkembangan iman anak remaja pada masa kini? Responden : Sangat penting. Untuk mengingatkan anak baptis bahwa dia sudah dibaptis dan dengan sendirinya dia telah menjadi anggota Gereja dan anak Tuhan. Anak perlu didampingi supaya dia mengetahui apa yang merupakan ajaran Gereja Katolik dan dengan demikian dia mengerti ajaran Tuhan. Kalau iman anak tidak dibimbing, maka iman anak bisa meleset ke mana-mana. Wali baptis adalah sebagai polisi iman. Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis selama ini? Responden : Faktor pendukung adalah: kalau ada kerjasama orang tua, ketua lingkungan,wali baptis maka tugas pendampingan perkembangan iman anak bisa berjalan dengan baik, bisa memperlancar iman anak itu. Faktor penghambat, yakni: orang tua tidak mendukung kegiatan wali baptis yang berusaha mengajak anak baptis untuk aktif dalam kegiatan lingkungan. Orang tua tidak mendukung, orang tua tidak bisa diajak kompromi. Penulis : Menurut ibu keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? Responden : Bertutur kata yang baik, bersikap sebagai orang yang dicontoh, aktif di lingkungan. Penulis : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam sakramen pembaptisan? Responden : Air, dibersihkan dari dosa. Lilin, para baptisan baru diharapkan sebagai penerang. Minyak, menjadi atau iman diperbaharui lagi sebagai Katolik. Kain putih lambang kesucian, kita bersih. Penulis : Menurut ibu pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? Responden : Gereja pusing mengarahkan kaum muda karena sangat sulit menemukan apa yang menjadi kebutuhan dasar dari remaja. Apa
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis Responden
Penulis Responden
lagi remaja mempunyai kebutuhan yang cukup dinamis. Mulai dari tindakan sehari-hari, lebih aktif di lingkungan. Ada keprihatinan mengapa para remaja, OMK tidak aktif di lingkungan. Para remaja “mati suri”. Dari tahun ketahun tidak ada.Wadah penampungan bagi remaja sudah ada. Misalnya: ziarah, sinetron. Saya melihat bahwa keterlibatan para remaja kurang karena: kurangnya sapaan dari romo, orang muda butuh sapaan/butuh disapa. : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis? : Bangga, senang menjadi wali baptis karena wali baptis bertugas untuk menjaga iman anak. Mengapa saya yang dipilih/atau dipercayakan menjaga iman anak. : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik, dan penulis? : Pesan saya saya kepada wali baptis supaya para wali baptis mendorong anak-anak baptis supaya tidak lari dari kegiatan lingkungan atau gereja, ikut aktif dalam kegiatan lingkungan dan gereja. Dan pesan saya kepada penulis adalah: supaya wali baptis diberi wadah /ada paguyuban wali baptis. Hendaknya diadakan pertemuan dengan wali baptis.Yang menjadi wali baptis itu hendaknya ditetapkan supaya tidak asal copot sana-copot sini. Ada kesan bahwa para wali itu dicopot begitu saja. Adanya kelompok wali baptis, sehingga jika ada baptisan orang tua tidak perlu lagi mencari-cari siapa yang menjadi wali baptis anaknya. Dari kelompok wali baptis inilah orang tua bisa memilih siapa yang menjadi wali baptis bagi anaknya. Yang menjadi wali baptis itu hendaknya dipilih tidak dari lingkungan keluarga (famili).
Responden VI (R6) a. Identitas responden: Nama : Ibu Titik Ananta Usia : 55 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara: 20 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis? Responden : Mereka yang telah berjanji dan dipercaya oleh orang tua anak yang dibaptis untuk mendampingi dan mengarahkan iman anak baptis. Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan tanggungjawab wali baptis baik sebelum pembaptisan, pada saat pembaptisan dan sesudah pembaptisan? Responden : Seharusnya mendampingi secara iman, mengarahkan cara hidup anak baptis. Sampai sekarang meskipun berjauhan jaraknya, saya masih ada kontak dengan anak baptis. Saya menanyakan bagaimana hidupnya, bukan bagaimana kehidupannya. Maka yang menjadi peran wali baptis sebelum pembaptisan secara khusus
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis Responden
Penulis Responden
Penulis
Responden
Penulis Responden
baptis dewasa, saya menanyakan motivasi mengapa mau menjadi Katolik karena sebelumnya anak baptis beragama Muslim dan Konguju. Saya memberikan motivasi dan memberikan penjelasan bahwa menjadi Katolik itu tidak mudah. Menanyakan kebenaran apakah menjadi Katolik benar-benar atau hanya karena terpaksa. Jawaban diberikan bahwa, mereka tertarik masuk Katolik karena perkawinan secara Katolik adalah monogami dan tidak terceraikan oleh apapun. Pada saat pembaptisan terjadi tugas wali baptis adalah: mengikuti tata cara pembaptisan. Secara moral ibu Ananta mempunyai beban dan tanggung jawab untuk mendampingi orang tersebut secara rohani. Sesudah pembaptisan saya memantau anak baptis. Dan ternyata saya shock dan merasa prihatin karena anak baptisnya itu ada yang pindah agama karena alasan usaha atau alas an ekonomi. Melihat kenyataan tersebut, saya merasa berdosa karena anak baptis ada yang sudah pindah agama. Dan bertanya bagaimana pendampingan yang menjadi tanggungjawab saya sebagai wali baptis, yakni: mendorong dan membantu perkembangan iman anak baptis? : Bagaimana peran sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini? : Komunikasi lewat BBM, FB, menanyakan kabar mereka bagaimana. Jarak yang berjauhan antara kami tidak menjadi penghalang. Saya menanyakan bagaimana hidupnya bukan kehidupannya. : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini? : Sangat penting. Wali baptis adalah orang tua kedua bagi anak baptis. Maka wali baptis juga bertanggungjawab dalam pendampingan iman. Kenyataan bahwa: fungsi wali baptis itu kurang, wali baptis itu hanya sebagai simbol saja. Peran wali baptis seakan-akan berhenti pada saat pembaptisan. : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab selama ini? : Yang menjadi faktor penghambat: jarak yang jauh (tidak terlalu menghambat banget). Faktor pendukungm adalah media elektronik seperti Handphone menjadi sangat mendukug untuk menjalankan peran sebagai wali baptis. Berpindahnya anak baptis ke daerah lain tidak lagi menjadi penghalang dalam menjalankan peran sebagai wali baptis. : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam sakramen pembaptisan? : Lilin, terang jika kita sudah dibersihkan dari dosa, maka kitapun mampu menjadi terang. Minyak: sebagai tanda pembebasan manusia dari dosa. Kain putih: untuk membersihkan atau melap. Air: pembersihan, penyucian sendiri dari dosa.
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis
: Menurut ibu, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? Responden : Jarkoni…iso ujar ora iso lakoni, gajah diblangkoni. Wali baptis jika mau melangkah atau jika mau mengucapkan sesuatu harus lebih hati-hati atau punya rem. Penulis : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis? Responden : Sangat bangga dan bersyukur karena terpilih menjadi wali baptis. Tidak setiap orang terpilih menjadi wali baptis. Saya lebih bersyukur menjadi wali baptis dari pada sebagai saksi pengantin. Karena menjadi wali baptis lebih bisa melihat proses dan perkembangan iman anak selanjutnya. Proses ini saya lambangkan sebagai “Embrio” yang secara pelan-pelan menjadi badan manusia. Penulis : Menurut ibu, pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? Responden : Pendampingan iman dimulia dari keluarga. Sekarang para remaja sedang pencarian jati diri, maka ada banyak hal yang mau dicobacoba oleh anak remaja. Sejak dini ditegaskan kepada anak, ini yang boleh dan ini yang harus dan sebaliknya. Dari awal harus ada ketegasan-ketegasan kepada anak supaya anak tidak mengalami kebingungan. Keteladanan hidup dari orang tua, bukan hanya OMDONG (omong doang). Memperlakukan anak sebagai teman. Penulis : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik Responden : Usul/harapan untuk para remaja: supaya kaum remaja lebih mengeksplor talenta yang mereka miliki. Sedapat mungkin digali, diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan yang positfi. Peran orang tua sangat besar karena orang tualah yang mengenal mereka secara penuh. Harapan kepada para wali baptis: Supaya para wali baptis tidak begitu saja mengabaikan anak-anak baptisnya. Sesekali mungkin/intensif memperhatikan mereka supaya mereka tetap teguh dalam imannya. Tugas menjadi emban baptis bukan merupakan formalitas. Usul untuk Sr.Martina: untuk lebih mendaya gunakan para wali baptis entah bagaimana caranya. Pembekalan sangat penting bagi para wali baptis. Penulis : Terima kasih ibu atas waktu dan informasinya. Responden VII (R7) a. Identitas: Nama : Yohanes Rudi Umur : 45 Tahun Waktu pelaksanan wawancara: 20 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis?
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
Penulis
: pembimbing anak dalam hal iman sampai anak dewasa dalam iman dan dalam rohani. Sebagai orang tua pembimbing dalam hal iman. :Menurut bapak apa yang merupakan tugas peran, dan tanggungjawab wali baptis baik sebelum pembaptisan, pada saat upacara pembaptisan dan sesudah pembaptisan?
Responden: Sebelum pembaptisan : mengarahkan (baptis dewasa) untuk aktif ke lingkungan, mengikuti pendalaman iman. Pada saat pembaptisan : Lebih hening dalam mengikuti proses pembaptisan, supaya lebih menghayati arti pembaptisan itu. Setelah upacara pembaptisan: Mengingatkan anak baptis supaya jangan lupa berdoa, rajin ke Gereja, jadilah manusia yang kuat dalam imannya. Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis bapak jalankan selama ini? Responden : Setiap ketemu dikunjungi dan mengingatkan mereka untuk rajin ke gereja. Penulis : Menurut bapak apakah penting kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini? Responden : Penting, agar anak remaja tidak lepas dari koridor imannya. Wali baptis mempunyai tanggungjawab dalam pendampingan iman kepada anak. Penulis : Sesuai dengan pengalaman bapak apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab selama ini? Responden : Faktor pendukung adalah: keluarga, adanya kesadaran akan peran dan tugas sebagai wali baptis. Faktor penghambat, yaitu: jarak yang jauh dengan anak baptisnya terutama mereka yang menerima baptisan dewasa. Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? Responden : Aktif di gereja dan lingkungan, mau melayani. Penulis : Apakah bapak bangga karena dipilih sebagai wali baptis? Responden : Bangga (tidak), karena menjadi wali baptis itu merupakan beban. Tetapi, kualitas bangga bagaimana supaya kedepan anak baptis itu lebih baik, lebih teguh dalam hal imannya. Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? Responden : Dalam bentuk pendampingan umum supaya mereka tumbuh dalam iman, agar tidak keluar dari koridor imannya. Pendampingan yang berkualitas agar anak itu tidak terlepas dari imannya. Penulis : Apakah bapak mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik?
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
Penulis
: Menjadi wali baptis itu tidak hanya formalitas. Wali baptis itu membimbing, mengarahkan anak baptis agar lebih berkualitas terutama dalam iman karena mereka adalah anak Tuhan. Menjadi teladan, melayani, rendah hati. Dan pesan saya kepada anak remaja adalah: ikutlah apa yang menjadi aturan, ajaran Gereja. : Terima kasih bapak atas info dan waktunya.
Responden VIII (R8) a. Identitas: Nama : Ibu Monika Candra Usia : 47 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara: 20 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis? Reponden : Sebagai orang tua ke dua (kalau dia baptis bayi), mendampingi perkembangan iman anak tersebut. Sebagai teman yang bisa memberikan dorongan, semangat bagi mereka yang dibaptis dewasa, menegur dengan cara yang tidak menyakiti hati mereka yang ditegur. Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan tanggungjawab wali baptis sebelum pembaptisan, pada saat pembaptisan dan sesudah pembaptisan? Responden : Sebelum pembaptisan wali baptis mengikuti pembekalan. Pada saat pembaptisan wali baptis sebagai pendamping, tidak hanya di gereja tetapi mendamping terus menerus sampai anak itu menjadi dewasa. Memberikan tanda salib di dahi anak baptis sesudah romo. Sesudah pencurahan air baptis, wali baptis membersihkan air dari dahi anak baptis, dan pada saat menerima minyak krisma, wali baptis juga membersihkan. Dan selanjutnya, wali baptis berperan sebagai orang tua kedua. Maka mereka mendampingi anak, paling tidak mengingatkan anak (karena ada mereka yang cuek) misalnya: ikut komuni pertama, diajak untuk didaftarkan kalau belum (kelas III SD). Dan kalau krisma, juga mereka diingatkan. Penulis : Bagaimana peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai wali baptis ibu laksanakan selama ini? Responden :Saya sering ketemu dengan anak baptis, setiap malam mengadakan doa lingkungan terlebih-lebih pada bulan Mei ini ada rosario setiap malam. Jadi ada kesempatan untuk bertemu dengan anak baptis. Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis dalam mendapingi perkembangan iman anak pada zaman ini? mengapa? Responden : Perkembangan zaman ini makin melaju. Jadi para remaja yang masih mekar-mekarnya membutuhkan pendampingan. Penting karena anak-anak remaja dengan adanya kamajuan IT. Mereka banyak yang mengikuti perkembangan itu tanpa memikirkan
(15)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis
Responden
Penulis Responden
Penulis Responden
Penulis
Responden Penulis Responden Penulis Responden
Penulis
sejauh mana pengaruhnya. Maka pendampingan itu perlu, dalam bentuk rekoleksi yang ada Outboandnya dan juga ada rekoleksinya. Ada keprihatinan bahwa anak remaja kurang adanya pendampingan apalagi itu mereka yang ada di lingkungan. :Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab sebagai wali baptis selama ini? :Yang menjadi faktor penghambat adalah: situasi yang tidak mengenakkan dalam keluarga. Dan yang menjadi faktor pendukungnya adalah: adanya keterbukaan, komunikasi dengan anak baptis. :Menurut ibu, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? : Teladan dalam kehidupan sehari-hari, pergaulan, dalam hal iman, rajin ke Gereja dan aktif dalam kegiatan-kegitatan. Kalau kerja wali baptis hanya bertengkar terus dan mengomongkan orang lain dan ini tidak baik. : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam sakramen pembaptisan? : Air berarti dibersihkan dari dosa asal. Lilin, setelah diterima menjadi anak Tuhan, kita diharapkan menjadi terang, cahaya. Kain putih merupakan lambang hati yang suci, kita diterima sebagai keluarga dan minyak Krisma sebagai lambang pengurapan, seperti Yesus diurapi menjadi nabi. Maka kitapun menjadi nabi di manapun kita berada. : Menurut ibu, pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? : Menurut saya pendampingan dalam bentuk rekoleksi dan ada Out boandnya. : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis? : Senang karena dipercaya, dipilih. Karena memandang saya. Saya tidak menyangka… kok memilih saya? : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, dan anak remaja Katolik? : Pesan saya kepada para wali baptis adalah: kita berperan tidak hanya pada saat pembaptisan, tetapi kita berperan terus mendampingi anak-anak baptis sampai mereka dewasa. Kita berperan saat mereka menentukan pilihan hidup. Kita adalah pendamping iman. Dan kepada anak remaja saya berpesan: bergaul boleh, tetapi dilihat juga dari sisi positifnya, karena diluar sana ada banyak hal-hal yang negatif. Maka ambillah yang baiknya. Ketika mau berkeluarga, pilihlah pasangan hidup yang seiman. Jika mau menjadi suster, ya..itu betul-betul panggilan, bukan karena ikutikutan atau karena terpaksa. : Terima kasih ibu atas informasi dan waktu yang telah diberikan.
(16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden IX (R9) a. Identitas: Nama : Ibu Fransiska Titik Usia :52 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara : 3 Juni 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis? Responden : Sebagai pendamping calon baptis. Mereka adalah ibu atau bapak wali dari calon baptisan. Bagi saya menjadi wali berarti mereka bertanggungjawab, mengingatkan mereka yang dibaptis supaya iman yang dibaptis itu jangan sampai hilang. Penulis : Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan tanggungjawab wali baptis? Responden : Sebagai orang tua, saya mengingatkan anak yang dibaptis jika ada rasa malas dan menanyakan kepada orang tua jika tidak rajin ke gereja. Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini? Responden : Di lingkungan Muja-muji ada istilah “KEPOH POSITIF”. jadi dengan demikian umat yang tidak hadir di gereja diingatkan, itu loh..kok nggak pernah ke gereja atau tidak pernah aktif ke lingkungan…yuk…kita jenguk. Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak remaja pada zaman masa kini? Responden : Penting, anak-anak remaja dengan adanya kamajuan IT, mereka banyak yang mengikuti perkembangan itu tanpa memikirkan sejauh mana pengaruhnya. Maka pendampingan itu perlu. Pergaulan anak remaja pada zaman ini sangat berbeda dengan zamana ketika saya masih muda dulu. Sekarang ini pergaulan muda-mudi sangat bebas dan diharapkan mereka dalam memilih pasangan hidup, pilihlah pasangan yang seiman. Penulis : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab selama ini? Responden : Faktor penghambat yang saya temukan adalah: komunikasi yang kurang, anak-anak ada yang sudah pindah agama karena kurang pendampingan dari keluarga sendiri. Orang tua yang masih sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya. Dan yang menjadi faktor pendukung adalah: kalau anak-anak itu aktif dalam kegiatan misalnya: koor, jadi gampang untuk ditemui. Penulis : Menurut ibu, pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? Responden : pendampingan yang bersifat positf supaya anak-anak tersebut tidak terjerumus. Anak-anak remaja diberikan pendalaman iman
(17)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis Responden Penulis Responden
Penulis
baik itu dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sendiri. : Apakah ibu bangga karena dipilih sebagai wali baptis? : tidak bangga, tetapi senang karena keluarga menunjuk dan mempercayai saya untuk menjadi wali baptis. : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik? : pesan saya kepada para wali baptis yaitu: aktiflah terhadap anak baptis dan ingatkanlah mereka. Dan pesan saya kepada orang tua: pilihlah yang menjadi wali baptis yang bisa menjadi teladan dan bisa membimbing iman anak. : Terima kasih ibu atas waktu dan informasinya. Respnden X (R10)
a. Identitas : Nama : Ibu Harni Usia :44 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara : 14 Juni 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut ibu siapa itu wali baptis? Responden : Orang yang memberi kekuatan kepada anak baptis, memberi contoh kepada anak baptis dan mengingat mereka untuk ke gereja. Wali baptis membantu orang tua untuk mengembangkan iman anak. Penulis :Menurut ibu apa yang merupakan tugas, peran, dan tanggungjawab wali baptis sebelum pembaptisan, dan pada saat upacara pembaptisan, dan sesudah pembaptisan? Responden : Karena saya diminta oleh keluarga, maka tugas saya sebelum pembaptisan adalah siap-siap untuk mengikuti upacara pembaptisan. Pada saat pembaptisan: saya mendampingi waktu upacara pembaptisan. Duduk/berdiri di sebelah anak yang dibaptis, maju dan membawa lilin. Saya memberikan tanda salib di kening, menahan air dengan kain putih supaya air tidak kemana-mana, meletakkan kain putih di dada anak yang dibaptis, memberikan lilin kepada orang tua. Dan sesudah pembaptisan tugas mengingatkan supaya anak ke gereja. Penulis : Bagaimana peran sebagai wali baptis ibu jalankan selama ini? Responden : Sampai sekarang saya belum menjalankan peran saya sebagai wali baptis. Peran saya hanya berhetin pada saat upacara pembaptisan saja. Selain itu anak baptis sudah pada pindah dan tidak ada lagi komunikasi dengan mereka. Penulis : Menurut ibu apakah penting kehadiran wali baptis terhadap pendampingan iman anak remaja pada zaman ini? Responden : Penting, karena anak remaja itu masih labil dan gampang terpengaruh. Jadi kepercayaan mereka belum kuat. Mereka banyak
(18)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis
Responden
Penulis Responden
Penulis Responden Penulis
Responden Penulis Responden
Penulis
menghadapi godaan dalam dunia pergaulan. Ya..bila tidak didampingi, bisa melenceng. : Sesuai dengan pengalaman ibu, apa yang merupakan faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab selama ini? : Yang menjadi faktor penghambat adalah: orang tua anak baptis tidak menganjurkan atau mengharuskan wali baptis untuk mengikuti pembekalan, komunikasi dengan keluarga anak baptis kurang….komunikasi hanya seputar “Hello saja”. Kalau ditanya faktor pendukung, saya tidak menemukannya. : Menurut ibu, apa makna dari simbol-simbol yang dipakai dalam sakramen pembaptisan? : Air merupakan sumber kehidupan yang selalu dibutuhkan oleh setiap orang. Dengan air seseorang mendapat kesegaran rohani/siraman rohani. Siraman rohani diartikan dengan Firman Tuhan, tubuh Kristus yang kita santap. Minyak menguatkan iman seseorang supaya kuat memanggul salib. Kain putih lambang kesucian, kita bersih. Lilin itu kecil, namun dalam ruangan gelap bisa menerangi. Hendaknya anak baptis bisa juga menjadi terang di tengah keluarga, masyarakat. : Menurut ibu, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? : Rajin ke gereja, ikut ambil peran serta dalam kegiatan kemasyarakatan, beriman teguh. : Menurut ibu pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja? : Anak diajak untuk terlibat dalam kegiatan putra-putri Altar jika mereka sudah menerima komuni. : Apakah ibu mempunyai pesan atau harapan kepada wali baptis, anak remaja Katolik? : Supaya peran kita sebagai wali baptis kita gunakan, kita tunjukkan bahwa kita bisa mendidik anak baptis. Dan usul saya kepada orang tua: setiap ada pembaptisan, wali baptis harus diikut sertakan untuk ikut pembekalan. Jangan hanya orang tua yang mengikuti pembekalan. : Terima kasih ibu atas waktu dan informasinya.
Responden XI (R11) a. Identitas: Nama : Dewa Usia : 16 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara : 24 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut saudara siapa wali baptis?
(19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
Penulis Responden
Penulis Reponden Penulis Responden Penulis Responden Penulis Responden
Penulis Responden
: Wali baptis ialah: saksi ketika saya dibaptis. Orang yang bertanggungjawab dan sebagai pendamping waktu upacara baptisan karena wali baptis menyaksikan anak baptisnya ketika dibaptis. Orang yang berperan dalam kehidupan iman anak baptis. : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudara alami? : Peran wali baptis tidak ada karena sudah meninggal dunia. Tapi sepengetahuan saya bahwa yang merupakan peran wali baptis adalah: orang yang mendampingi saat menerima sakramen baptis dan seterusnya. Orang yang mengingatkan, mengarahkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kerohanian (ikut kegiatan OMK, disarankan untuk mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan, ikut doa devosi mis: doa rosario apa lagi pada saat ini yang kebetulan bulan rosario, ikut koor anak, lingkungan, PIA). Dalam kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh anak-anak baptis (remaja, OMK), wali baptis bisa menjadi alat untuk mengakrabkan anak-anak yang belum saling kenal dalam kelompok tersebut. Karena ada kesan, bahwa ada banyak anak merasa canggung untuk masuk dalam kelompok-kelompok yang ada karena mereka masih belum saling kenal. Jadi wali baptis bisa berperan di dalamnya untuk mengakrapkan mereka. : Nasehat-nasehat apa yang masih saudara ingat dari wali baptis? : Tidak ada nasehat-nasehat yang diberikan, karena wali baptis saya sudah meninggal dunia ketika saya masih kecil. : Bentuk pendampingan macam apa yang saudara harapkan dari wali baptis? : Sharing pengalaman iman dengan anak baptis dan menjadi jembatan, antara teman, orang tua, dan anak. : Keteladanan hidup macam apakah yang saudara harapkan dari wali baptis? : Rajin ke gereja, peduli pada sesama. : Menurut saudara, apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak remaja pada zaman ini? : Cukup penting. Mereka adalah sebagai orang tua, sebagai sarana untuk mengingatkan dan mendampingi anak baptisnya. Terutama mengajak untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan, gereja,dan masyarakat. Selain itu, kepentingan wali baptis itu adalah mengakrapkan, memperkenalkan para remaja yang belum saling kenal dalam kegiatan menggerja karena sifatnya dalam kelompok-kelompok ada wajah-wajah baru. : Apa yang menjadi harapan saudara kepada wali baptis? : Hendaknya ditengah-tengah kesibukkannya para wali baptis paling tidak sekali dalam sebulan ada pendampingan atau pertemuan kepada anak baptis. Dalam pertemuan tersebut, ada sharing pengalaman dari anak baptis. Jika para wali baptis mengalami kesulitan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh
(20)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
para anak baptis, hendaknya dibawa dalam kegiatan lingkungan dan diolah bersama-sama. : Terima kasih atas informasi yang telah diberikan. Responden XII (R12)
a. Identitas : Nama : Cornelia Venti Usia : 19 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara: 26 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut saudari siapa wali baptis? Responden : Mereka yang mendampingi saat kita menerima sakramen pembaptisan selain orang tua. Ini sama juga dengan saat kita menerima komuni pertama dan Krisma. Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudara alami? Responden : Sampai sekarang masih ada kontak dengan wali baptis. Kalau ada acara keluarga, misalnya: ada hari raya besar, misa arwah dalam keluarga ada kesempatan untuk bertemu dengan wali baptis. Selain itu, wali baptis saya, masih tinggal di Yogyakarta dan gampang untuk dijumpai atau ketemunya. Dalam pertemuan tersebut, Budde paling bertanya tentang kabar saya dan kabar orang tua saya. Untuk menanyakkan perkembangan iman dan mengenai keaktifan di gereja dan lingkungan, Budde jarang menanyakan. Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis? Reponden : Belajar yang baik. Saya diingatkan untuk tidak pacaran dulu sekarang, tetapi sekolah dulu. Wali baptis saya sangat senang jika saya dan keponakkan lainnya bisa menyelesaikan studi dengan baik. Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudari harapkan dari wali baptis? Responden : Supaya mengajak agar rajin ke Gereja. Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari wali baptis? Responden : Wali baptis saya sampai sekarang hidup sendirian atau tidak menikah. Yang masih saya ingat bahwa pernah suatu saat ketika salah satu anggota keluarga meninggal dunia, maka Budde inilah yang mempersiapkan segalanya terutama pakaian yang dibutuhkan oleh yang meninggal itu. Selain itu, bagi saya yang bisa dijadikan teladan dari wali baptis adalah Bude saya itu tidak menikah, padahal zaman sekarang banyak orang yang membutuhkan pendamping, butuh keramaian/tidak mau hidup sendiri. Tetapi Bude saya mau. Penulis : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak remaja pada zaman ini?
(21)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
Penulis Responden Responden
: Seharusnya itu perlu, karena yang mendampingi dari waktu kecil sampai sekarang adalah para wali baptis. Namun, saya sendiri sampai sekarang masih belum mempunyai relasi yang cukup mendalam dengan wali baptis saya. : Apa yang menjadi harapan saudari kepada wali baptis? : Tidak ada. Tapi mungkin kedepan saya yang lebih membina lagi komunikasi dengan Bude saya. :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.
Responden XIII (R13) a. Identitas: Nama : Maria Margareta Tifani Usia : 16 Tahun b. Hasil wawancara: 27 Mei 2015 Penulis : Menurut saudari siapa wali baptis? Responden : Yang mewakili orang tua saat menerima sakramen baptis. Mereka adalah orang tua kedua. Jadi kalau misalnya orang tua utama sibuk bekerja dan kadang tidak ada waktu untuk memberi nasehat kepada anaknya, dan ada juga orang tua yang tidak selalu bisa mengajari anaknya maka wali baptis bisa membimbing kita. Jadi wali baptis itu penting banget. Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudari alami? Responden : Selama ini ibu Candra (wali baptis saya) selalu mengajak ikut aktif dalam kegiatan lingkungan (ikut kegiatan doa rosario), rajin ke Gereja. Waktu saya mau menerima krisma, yang membimbing adalah ibu Candra sendiri. Ibu Candra juga mengingatkan orang tua saya tentang tugas dan tanggungjawab mereka sebagai orang tua. Dengan demikian anak tetap teguh pada agamanya. Soalnya di sekolah-sekolah negeri banyak campuran agama. Dengan demikian seseorang harus teguh pada agamanya/teguh pada imanya. Karena kalau tidak teguh, maka gampang pindah keyakinan/kepercayaan. Jadi harus ada pendirian supaya tidak pindah-pindah ke agama lain. Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis? Reponden :Wali baptis selalu mengingatkan supaya saya jangan hanya belajar terus, tetapi supaya ikut juga dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan dan gereja. Apalagi pada bulan Mei ini selalu ada kegiatan doa rosario di lingkungan. Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudari harapkan dari wali baptis? Responden : Mengajak ikut aktif dalam kegiatan lingkungan (ikut kegiatan doa rosario), rajin ke gereja. Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari wali baptis?
(22)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
Penulis Responden
Penulis Responden Penulis
: Wali baptis saya sangat aktif dalam kegiatan-kegaitan menggereja. Padahal beliau sendiri itu seorang guru SD yang pasti mempunyai pasti kesibukkan. Tetapi itu tidak menjadi penghalang untuk aktif terlibat dalam kegiatan menggereja. Dan itu perlu ditiru dan diteladani. Selain itu, ibu Candra juga seorang pribadi yang sangat pengertian dengan anaknya. Semua kegitan keagamaan sejauh mungkin diikuti. Ibu Candra seorang pribadi yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, sangat sabar apalagi kalau sudah kelelahan dari sekolah, dia tidak suka marah-marah. Dibandingkan dengan saya sendiri, saya susah untuk ngerti orang lain, Fani gampang marah. : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak remaja pada zaman ini? : Penting, mereka adalah orang tua kedua. Jadi kalau misalnya orang tua utama sibuk bekerja dan kadang tidak ada waktu untuk memberi nasehat kepada anaknya, dan ada juga oarngtua yang tidak selalu bisa mengajari anaknya..maka wali baptis bisa membimbing kita. Jadi wali baptis itu penting banget. : Apa yang menjadi harapan saudari kepada wali baptis? : Supaya wali baptis tetap membimbing sampai tua. :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.
Responden XIV (R14) a. Identitas : Nama : Fredi Usia : 14 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara: 26 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut saudara siapa wali baptis? Responden : Orang yang bertanggungjawab untuk anak yang dibaptis. Dan tanggungjawab mereka adalah menemani anak baptis pada waktu menerima baptisan. Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudara alami? Responden : Pernah disapa oleh wali baptis ketika saya ikut doa di lingkungan. Pada saat itu wali baptis menegur “ mengapa selama ini tidak aktif ikut kegiatan lingkungan”? Tegurannya hanya sebatas itu saja. Untuk menanyakan tentang bagaimana di sekolah, tidak pernah. Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudara ingat dari wali baptis? Reponden : Tidak ada. Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudara harapkan dari wali baptis? Responden : (Responden tidak memberi jawaban). Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudara harapkan dari wali baptis?
(23)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden Penulis Responden
Penulis Responden Penulis
: (Responden tidak memberi jawaban). : Menurut saudara, apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak remaja pada zaman ini? : Amat sangat penting. Selanjutnya penulis melanjutkan bertanya, mengapa kehadiran mereka begitu penting? Responden tidak bisa menjawab. Maka ibunya yang hadir pada saat itu, memberikan pendapat. Mengapa kehadiran wali baptis penting, karena kalau mereka tidak ada, siapa yang menegur kamu nanti, siapa yang membimbing kamu nanti? Wali baptis adalah tempat untuk bertanya tentang apa saja. : Apa yang menjadi harapan saudara kepada wali baptis? : (Responden tidak memberi jawaban). :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.
Responden XV (R15) a. Identitas : Nama : Agung Prasetyo Usia : 14 Tahun Waktu pelaksanaan wawancara: 28 Mei 2015 b. Hasil wawancara: Penulis : Menurut saudara siapa wali baptis? Responden : Orang yang mendampingi saat dibaptis. Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudari alami? Responden : Pendampingan dari wali baptis tidak ada. Karena jarang ketemu dan tempat sangat berjauhan. Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudara ingat dari wali baptis? Reponden : Tidak ada, karena jarang bertemu dengan wali baptis saya. Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudara harapkan dari wali baptis? Responden : Tidak tahu. Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari wali baptis? Responden : (Responden tidak memberi jawaban). Penulis : Menurut saudara, apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak remaja pada zaman ini? Responden : Tugas wali baptis adalah mendampingi dan mengarahkan anak baptisnya. Orang yang membantu mengembangkan iman supaya iman lebih hidup. Selanjutnya penulis menanyakan maksudnya iman supaya lebih hidup maksudnya apa? Responden menjawab: supaya iman lebih bertumbuh, lebih berkembang. Penulis : Apa yang menjadi harapan saudara kepada wali baptis? Responden : (Responden tidak memberi jawaban). Penulis :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.
(24)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden XI (R16) a. Identitas : Nama : Feni Usia : 12 Tahun Waktu wawancara : 03 Juni 2015 b. Hasil wawancara : Penulis : Menurut saudari siapa itu wali baptis? Responden :Yang menguatkan iman anak baptisnya. Mereka yang mendampingi anak baptisnya saat dibaptis. Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudari alami? Responden : Sampai sekarang masih ada hubungan dengan anak baptis dalam bentuk ajakkan untuk rajin ke gereja. Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis? Reponden : (Responden tidak memberi jawaban). Penulis : Bentuk pendampingan macam apa yang saudari harapkan dari wali baptis? Responden : (Responden tidak memberi jawaban). Penulis : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari wali baptis? Responden : Rajin ke gereja, imannya kuat. Penulis : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak remaja pada zaman ini? Responden : Ya, penting, di dalam menguatkan iman anak baptisnya. Mengapa perlu dikuatkan: supaya tidak goyah imannya. Penulis : Apa yang menjadi harapan saudari kepada wali baptis? Responden : (Responden tidak memberi jawaban). Penulis :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan. Responden XVII (R17) a. Identitas : Nama : Laras Usia : 18 Tahun Waktu wawancara : 05 Juni 2015 b. Hasil wawancara : Penulis : Menurut saudari siapa itu wali baptis? Responden : Mereka yang membimbing, yang mendidik selain orang tua. Wali baptis berperan sebagai orang tua kedua. Penulis : Sesuai pengalaman selama ini, bagaimana pelaksanaan peran wali baptis saudari alami? Responden : Ketika wali baptis saya (Eyang) masih hidup Eyang sering membacakan cerita sebelum tidur. Ada banyak nasehat-nasehat dari eyang. Penulis : Nasehat-nasehat apa yang masih saudari ingat dari wali baptis?
(25)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Reponden
Penulis Responden
Penulis Responden
Penulis Responden
Penulis
: Saya diajari supaya rajin berdoa baik sebelum dan sesudah makan maupun kalau mau tidur. Diajari sopan-santun, misalnya: kalau makan kakinya jangan naik-naik. Diajari etiket makan: cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, pakai tangan yang benar (tangan kanan). Biasakan mengucapkan terima kasih. : Keteladanan hidup macam apakah yang saudari harapkan dari wali baptis? : Eyang rajin berdoa, mau berbagi kepada sesama. Sebelum tidur dibacakan cerita sebagai penghantar tidur. Mendidik iman dan moral harus balance (seimbang). Disamping iman berkembang, perbuatan juga harus berkembang atau sinkron. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. : Menurut saudari, apakah penting kehadiran wali baptis bagi perkembangan iman anak remaja pada zaman ini? : penting, dimana seperti pengalaman saya sendiri karena kedua orang tua sibuk dan saya sering ditinggalkan sendirian di rumah, maka Eyang (sebagai orangtua kedua yang menggantikan orang tua). : Apa yang menjadi harapan/pesan saudari kepada wali baptis dan teman-teman remaja? : Jangan lelah dalam mendidik anak baptisnya, karena sepanjang hidup manusia itu terus belajar. Dan untuk teman-teman remaja saya berpesan supaya Lebih terlibat lagi dalam kegiatan menggereja terutama terlibatlah dalam kegiatan yang ada di lingkungan. Hasilnya tidak langsung besar, pedulilah di lingkungan. Kita adalah generasi penerus di lingkungan dan juga di gereja. :Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan.
Responden XIII (R 18) a. Identitas : Nama : Romo Adolfus Suratmo, Pr Usia : 46 Tahun Status : Romo Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta Waktu pelaksanaan wawancara :07 Juni 2015 b. Hasil Wawancara : Penulis : Menurut pendapat romo, siapa sebenarnya wali baptis itu? Responden : Menurut saya wali baptis adalah: sebagai penyeimbang dari sebuah keluarga. Sekarang, Gereja mengizinkan orang tua membaptis anak-anak dan ini terimbas kepada pendampingan yang penuh kepada anak-anak dimana, anak-anak sendiri tidak bisa mempertanggungjawabkan imannya disaat dia dibaptis bayi. Untuk memelihara kepastian bahwa si anak nanti akan didampingi dalam proses pendidikan imannya penanggungjawab utamanya adalah orang tua lalu dibantu oleh orang yang lebih cukup netral, yang bisa sewaktu-waktu memainkan peran untuk memastikan bahwa si
(26)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis Responden
Penulis Responden
Penulis
Responden
anak itu mendapatkan pendampingan yang cukup dalam kehidupan, imannya sampai pada kedewasaan/kepenuhan sebagai seorang Katolik ketika menerima sakramen inisiasi secara penuh. Maka tanggungjawab sedemikian panjang dan lama itu membutuhkan semacam “Oasis/penyeimbang”. Ketika ada kecenderungan ketika anak tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendampingan iman secara khusus dari orang tua karena berbagai kelalaian. Disitulah pentingnya adanya wali baptis. Tugas seoang wali baptis adalah: menjadikan seseorang menjadi katolik penuh, kalau sudah menerima kelengkapan inisiasi. Tugas seorang wali baptis sepenuhnya itu, sampai disitu. Sampai mengantar anak menjadi Katolik yang penuh. Maka untuk memilih siapa wali baptis itu, dilihat usianya. Maka seorang wali baptis adalah pasti seorang Katolik yang dikenal baik, cukup dekat dan kenal dengan keluarga itu, supaya dapat memberikan bantuan rohani maupun suppot spiritual bagi keluarga itu dan bagi anak yang didampingi. Di sini bukan hanya sebagai “tokoh”. Tetapi yang paling penting adalah orang yang memiliki kedekatan dengan keluarga itu sendiri, wali baptis bukan hanya sebagai pelengkap, tempelan upacara pembaptisan. : Menurut romo apa yang merupakan kualifikasi/kritetia seperti apa untuk menjadi seorang wali baptis? : Sudah disebut dewasa dalam iman, orang yang sudah menerima sakramen inisiasi secara penuh. Tidak menjadi batu sandungan bagi keluarga itu sendiri maupun bagi umat beriman lainnya, bukan orang yang terkena hukum Gereja, ekskomunikasi dan dekat dengan keluarga anak yang dibaptis. : Apa perbedaan kemendesakkan fungsi peran wali baptis antara baptisan dewasa dan bayi? : Kemendesakkan fungsi peran wali baptis di dalam proses pendampingan iman cukup berbeda antara baptisan dewasa dan bayi. Kemendesakkan baptisan dewasa ialah: orang itu sendiri sudah bisa melalui proses wawancara, proses pendekatanpendekatan lainnya. Orang itu sendiri secara sungguh-sungguh sudah bisa mengelola kehidupan imannya kepada kedewasaan rohani. Kemendesakkan bagi baptisan bayi berbeda dengan baptisan dewasa. Pendampingan sangat dibutuhkan oleh bayi. Mulai dari awal sampai dewasa dalam imannya. Pendampingan iman yang cukup sangat diharapkan/dibutuhkan. : Sebagai romo paroki di paroki Kristus Raja Baciro ini, bagaimana romo melihat para wali baptis dalam menjalankan/melaksanakan peran, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai wali baptis? : Satu atau dua orang ada yang sudah mejalankan peran itu. Namun ini masih menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah karena pasti dalam jangka waktu yang sudah cukup lama peran wali baptis sebagai pelengkap upacara pembaptisan (ini yang harus disadari
(27)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis Responden
Penulis
Responden
Penulis Responden
betul), maka dibutuhkan kesadaran kepada umat bahwa wali baptis itu mempunyai peran yang penting bagi pendidikan iman anak baptis. Untuk menyikapi ini, dilakukan pendidikan iman terutama disaat pembekalan orang tua dan wali baptis anak. Pada saat pembekalanlah tempatnya untuk mengajukan kepada keluarga untuk memilih secara serius wali baptis, di mana diharapkan untuk memiliki cukup/memiliki kedekatan kepada keluarga dan memberikan teladan kepada anak-anak yang dibaptis itu supaya mereka tumbuh, mekar menjadi anak yang baik. Dan ini belum sepenuhnya dilaksanakan. Sekarang Keuskupan Agung Semarang sudah mulai mensosialisasikan supaya memilih entah saksi manten, wali krisma, wali baptis adalah mereka yang memiliki peran bagi kehidupan orang yang bersangkutan. Dan itu akan mendapatkan dampak yang baik. : Mengapa para wali baptis belum sepenuhnya menjalankan peran mereka selama ini? : Pengalaman saya mengatakan bahwa para wali baptis belum sepenuhnya menjalankan perannya selama ini. faktor-faktor apa yang menyebabkan demikian adalah: katekese kurang, para wali baptis tidak tahu perannya apa, pendampingan secara serius terhadap keluarga-keluarga yang mau dibaptis juga belum lama, Orang tua tidak cukup memahami tugasnya. Orang tua mempunyai pemahaman bahwa dengan membaptis anak tugasnya sudah selesai. Padahal baptisan merupakan pintu masuk bagi sakramensakramen lain yang harus diterima anak-anak, pembekalan tidak cukup. Itu belum lama ada pembekalan. Peran wali baptis dalam sakramen insisasi itu memainkan peran penting. Kedudukan wali baptis sejajar dengan orang tua, tanggungjawab kepada anak yang dibaptis itu besar sekali. Maka, merekapun perlu mendapatkan pendampingan, pembekalan supaya para wali baptis mengetahui persis apa yang harus dilakukan ketika seorang anak dibaptis. : Menurut romo keefektifan pendampingan, yang menjadi wali baptis itu dari keluarga atau saudara dalam keluarga atau orang lain? : Orang yang netral, dia ideal, bukan saudara dan bukan familli dekat. Karena jika famili dekat akan kesulitan jika ada konflik rumah tangga. Wali baptis tidak nyaman untuk mendidik. Kalau orang netral, apaun situasinya dia memiliki kedekatan dengan keluarga sehingga tegur sapa dan komunikasinya lancar. : Apakah ada pesan/harapan romo kepada para wali baptis dan kepada penulis? : Supaya mereka memahami tugasnya dan menjalankan tugasnya. Dan pesan/usul kepada penulis adalah: apa yang telah ditemukan dalam penelitian, itu disampaikan kepada tiem inisiasi paroki (omong-omong atau mengadakan seminar).
(28)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penulis
: Terima kasih romo atas informasi dan waktunya yang telah diberikan kepada saya.
Responden XIX (R 19) a. Identitas : Nama : Pak Windu Usia : 43 Tahun Status : ketua bidang pewartaan paroki Kristus Raja Baciro Waktu pelaksanaan wawancara: 08 Juni 2015 b. Hasil Wawancara : Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis? Responden : Siapa wali baptis itu bisa dilihat dari tugas, peran, dan tanggungjawab seorang wali baptis. Peran wali baptis tidak sederhana, seorang yang menjadi wali baptis tugasnya tidak ringan. Ia harus siap mendampingi orang yang dibaptis, di mana itu seumur hidup. Dan seorang wali baptis harus menjadi teladan, artinya orang tuapun dalam memilih wali baptis harus memilih mereka yang benar hidupnya. Bisa dikatakan tidak ada celanya. Karena sekali itu nanti dikatakan ada celanya, ini bagi anak yang dibaptis itu pasti akan mengikuti. “Wali baptisnya saja begitu kok, aku juga nanti begitu”. Bagi saya, wali baptis itu seperti orang tua dari sisi iman bagi orang yang dibaptis. Maka seorang wali baptis itu disarankan bukan dari keluarga. Karena, kalau dari keluarga itu ada tidak enaknya. Mau menegur, tidak enak, itu khan masih keluarga. Jadi kalau bukan dari keluarga, maka ia mengamati dari luar dan bukan dari dalam. Penulis : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang harus dihidupi oleh seorang wali baptis? Responden :Wali baptis itu tidak ada celanya, mereka harus memberikan teladan. Keteladanan hidup maksudnya bahwa seorang wali baptis minimal tiap minggu ke gereja. Ini sangat penting untuk anak. Dan kalau ini sudah dipenuhi, tentu di dalamnya ada yang bisa dibuat. Satu ungkapan dalam Gereja kita “ iman tanpa perbuatan adalah sia-sia”. Kalau wali baptis setiap minggu datang ke Gereja, maka diapun harus menerapkan itu di tengah-tengah masyarakat dan umat, aktif di lingkungan, syukur-syukur di Gereja. Lebih idealnya lagi, hidupnya selalu mengikuti 10 perintah Allah. Wali baptis itu adalah orang tua dari sisi iman. Penulis : Menurut bapak apakah penting kehadiran wali baptis dalam pendampingan iman bagi anak remaja pada zaman ini? dan mengapa itu penting? Responden : Wali baptis itu posisinya penting. Maka, karena penting, wali baptis itu tidak asal copot, besok dibaptis dan sekarang dicopot wali baptisnya. Wali baptis itu harus disiapkan sebelumnya, karena peran wali baptis itu sebagai orang tua dari sisi iman bagi anak
(29)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang dibaptis. Seperti yang sudah terjadi selama ini di paroki Baciro, kalau minggu ketiga itu ada baptis bayi, maka mingguan keduanya pembekalan bagi wali baptis dan orang tua. Penulis : Bagaimana bapak meliht selama ini di paroki Baciro apakah para wali baptis sudah menjalankan peran, tugas dan tanggungjawab mereka kepada anak baptisnya: Responden : Menurut pengalaman dan pengamatan saya selama ini, wali baptis masih belum menjalankan perannya. Kehadiran mereka masih sekedar formalitas saja. Ini yang sudah berjalan dari sisi praktek selama ini. Dan ini harus dirombak. Maka pembekalan untuk orang tua dan wali bapis itu penting. Perannya mereka di situ. Mereka harus sadar bahwa mereka bukan hanya pajangan disaat mereka mendampingi mereka yang dibaptis. Mereka harus menjalankan peran mereka sampai anak tersebut dewasa, buktinya: jika ada sesuatu nanti dengan anak ini, misalnya: terpengaruh dengan iman lainnya atau perbuatan sehari-harinya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, disitulah wali baptis sungguh bertanggungjawab. Dan ini harus ditekankan kapada wali baptis. Makanya pembekalan bagi wali baptis dan orang tua itu penting. Praktek peran wali baptis sampai sekarang masih sebagai formalitas. Penulis : Dari penjelasana Peran bahwa wali baptis hanya sebagai formalitas. Apa yang membuat wali baptis sulit menjalankan peran mereka selama ini? Responden : Intensitas pertemuan dengan anak baptis tidak selalu sering, sehingga mereka sama sekali tidak menyentuh hidup keseharian anak baptisnya seperti apa. Wali baptis dipilih tanpa pertimbangan yang matang oleh orang tua. Wali baptis tidak dibekali dengan peran mereka sebagai wali baptis. Maka menjadi wali baptis itu hanya sebagai formalitas saja. Mereka tidak dibekali pemahaman yang cukup tentang tugas dan peran-peran mereka. Orangtua sering mengajak anak baptis untuk bergaul, bertemu denganwali baptisnya. Wali baptis harus dibekali tentang posisi dan perannya. Sehingga mereka akan kuat. Wali baptis itu harus yang muda, ini menyangkut pendampingan kepada yang dibaptis, sampai mereka dewasa baru bisa dilepas. Peran wali baptis itu “LONG LIVE”, berlangsung sepanjang hidup. Penulis : Menurut bapak pendampingan yang khas macam apa yang sesuai dengan para remaja pada masa kini? Responden : Dimulai dari keluarga, pemahaman kepada orang tua Kegiatan yang sesuai dengan usia mereka, misalnya: GEGNET, IT (Ilmu Teknologi) harus bisa disesuaikan dengan mereka. Misalnya: bagaimana cara menggunakan media komunikasi yang baik dan benar. Bagaimana menggunakan FB dengan benar.
(30)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Anak remaja itu sekolah, maka pendampingan disesuaikan dengan agenda mereka. Penulis : Apakah bapak ada pesan/harapan kepada para wali baptis yang ada di paroki Kristus Raja Baciro?esan kepada wali baptis? Responden :Wali baptis harus sadar posisinya. Kalau dulu hanya formalitas, maka sekarang dia harus belajar. Dia juga harus mengikuti pekembangan zaman sama seperta para guru, dan juga orang tua. Supaya tidak dibodoh-bodohi oleh anak-anak itu. Penulis : Apakah bapak ada pesan,usul, saran kepada penulis? Responden : Untuk teman-teman IPPAK lebih sering lagi berkunjung ke paroki-paroki /lingkungan bekerjasama dengan dengan Sie pewartaan. Dan mendengar keluhan mereka apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh paroki terkait dengan pewartaan dan evangelisasi. Supaya teman-teman dari IPPAK ada pengalaman bagaimana situasi di tiap paroki. Teman-teman IPPAK bisa belajar di dalamnya “ Lern in that” (belajar ilmu dan juga belajar tentang situasi paroki)”. Secara khusus untuk penulis supaya membuat sebuah buku berupa resume tentang peran wali baptis dan itu diberitahukan di paroki. (satu buku kecil yang di dalamnya berisi tentang apa tugas-tugas wali baptis). Memberikan pemahaman kepada umat tentang apa yang menjadi tugas-tugas dan peran wali baptis itu. Misalnya: antara baptis bayi dan baptis dewasa. Baptis dewasa dibagi dua, yakni: mereka yang masih bisa menerima pelajaran dan mereka yang sudah sepuh/lansia. Dipersiapkan untuk mengahadapi masa akhir hidup mereka. Penuilis: Terima kasih bapak atas waktunya. Responden XX (R 20) a. Identitas : Nama : Bapak Sumantri Usia : 65 Tahun Status : Prodiakon Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta Waktu pelaksanaan wawancara : 13 Juni 2015 b. Hasil wawancara : Penulis : Menurut bapak siapa itu wali baptis? Responden : Untuk menjawab siapa wali baptis, ini berkaitan dengan apa yang merupakan peran, tugas dan tanggungjawab seorang wali baptis. kedudukan seorang wali baptis adalah mendampingi katekumen yang dibaptis disamping orang tuanya. Wali baptis mendidik, mendorong baptis baru. Penulis : Apa yang merupakan peran, tugas, dan tangungjawab wali baptis sebelum pembaptisan, pada saat pembaptisan dan sesudah pembaptisan? Responden : Sebelum pembaptisan:
(31)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pada masa ini peran wali baptis masih belum kelihatan. Barangkali membantu orang tua (jika diminta) untuk mencarikan nama pelindung anak baptis. Pada saat pembaptisan: Mendampingi dan menjawab pertanyaan dari romo tentang kesanggupannya dalam mendampingi anak baptis. Sesudah pembaptisan: Terlebih-lebih pada masa mistagogi. Wali baptis membantu baptisan baru (baptisan dewasa). Penulis : Menurut bapak, apa makna simbol-simbol yang dipakai dalam liturgi pembaptis? Responden : Air merupakan syarat utama dari pembaptisan. Air dicurahkan sebanyak tiga kali pada saat formulasi pemabatisan (N..aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus). Diurapi dengan minyak berarti batisan baru ambil bagian dalam tugas Yesus Kristus yaitu sebagai imam, nabi, dan raja. Lilin melambangkan bahwa seseorang yang dibaptis menjadi keluarga baru, dan diharapkan cahaya itu terus bersinar. Sedangkan kain putih (baju) merupakan “jati diri”. Pakaian yang kotor, yaitu dosa-dosa diganti dengan pakaian baru. Penulis : Bagaimana bapak melihat dan mengalami pelaksanaan peran, tugas, dan tangungjawab wali baptis selama ini dalam mendampingi perkembangan iman anak baptis usia remaja di paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta? Responden : Saya mengalami bahwa para wali baptis sekedar untuk seremonial saja, asal memenuhi persyaratan saja. Selanjutnya tidak berperan lagi. Ada seorang wali baptis yang saya kenal. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana bapak ini melaksanakan tugasnya karena sudah dua tahun lebih dia tidak pernah datang ke gereja, tidak mengadakan kontak dengan anak baptis. Bagi saya fungsinya sebagai wali baptis tidak berjalan semestinya. Penulis : Menurut bapak, apa yang membuat para wali baptis tidak melaksanakan perannya atau hanya sebagai seremial saja? Responden : Bagi saya menjadi wali baptis itu tidak sembarangan orang. Mereka adalah orang yang mempunyai pengalaman hidup rohani yang baik. mereka adalah orang yang mempunyaai posisi, misalnya: seorang pendidik, ketua lingkungan, seorang yang aktif dalam dewan paroki. Maka faktor yang menjadi penghambat dalam melaksanakan peran itu adalah: tempat tinggal yang berjauhan (perpindahan), wali baptis lupa kepada anak baptisnya, dan persiapan pembekalan dan pengertian mengenai peran dan tugas serta tanggungjawab wali baptis sangat kurang. Penulis : Menurut bapak pendampingan iman yang khas macam apa yang harus diberikan kepada para remaja pada zaman ini, mengingat mereka adalah generasi penerus Gereja?
(32)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Responden
Penulis Responden Penulis Responden
Penulis
:Hendaknya anak dididik di sekolah-sekolah Katolik, mereka didampingi di segala bidang misalnya: bidang kesenian, bidang olah raga, dsb. : Menurut bapak, keteladanan hidup macam apa yang perlu diberikan oleh wali baptis? : Keteladanan dalam sikap, dewasa secara rohani, tidak ada halangan secara etika umum dan Gereja. : Apa pesan/harapan bapak kepada para wali baptis? : Marilah bapak/ibu wali baptis tetap ada perhatian, kepadulian kepada anak baptis apalagi jika itu yang berhubungan dengan gereja, lingkungan. Mari kita beri waktu kepada anak baptis dan gnomon-ngomong dengan mereka. : Baik, terima kasih bapak atas informasi dan waktu yang telah diberikan kepada saya. Tuhan memberkati.
(33)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3
Hati Sebagai Hamba
Ku tak membawa apapun juga Saat ku datang ke dunia Ku tinggal semua pada akhirnya Saat ku kembali ke surge Reff: Inilah yang ku punya Hati s’bagai hamba Yang mau taat dan setia padaMu Bapa Kemanapun ku bawa Hati yang menyembah Dalam roh dan kebenaran Sampai s’lamanya Bridge: Bagaimana ku membalas kasihMu S’gala yang kupunya itu milikMu Itu milikMu oh…
(34)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4 Gambar Yesus yang Mengendong Domba
(35)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5 Yohanes10:11-13 “ Gembala yang Baik” 10:11 Akulah gembala yang baik . Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 10:13 Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.
(36)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6 Foto Responden (Wali Baptis) Ibu Theresia Sumartini
Foto Responden (Wali Baptis) Ibu Ananta
(37)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6 Responden (Wali Baptis) Pak Rudi
Ressponden (Anak Baptis) Maria Margareta Tifani
(38)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7 Teks Lagu “ Jadilah Saksi Kristus”. Sesudah dirimu diselamatkan jadilah saksi Kristus Cahaya hatimu jadi terang, jadilah saksi Kristus Tujuan hidupmu jadi nyata, jadilah saksi Kristus. Setelah dirimu kau tinggalkan, jadilah saksi Kristus Kehidupan baru kau dapatkan, jadilah saksi Kristus Api cinta Kristus kau kobarkan, jadilah saksi Kristus. Di saat hatimu jadi hampa, jadilah saksi Kristus Tiada hasratmu dalam karya, jadilah saksi Kristus Tiada harapan kan berjuang, jadilah saksi Kristus. Dalam memaafkan kawan lawan, jadilah saksi Kristus Dalam menggagahkan persatuan, jadilah saksi Kristus. Dalam meluaskan kerja sama, jadilah saksi Kristus Dalam membangunkan nasib rakyat, jadilah saksi Kristus. Dalam meningkatkan nasib rakyat, jadilah saksi Kristus Dalam membagikan suluh smangat, jadilah saksi Kristus.
(39)