PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh Robertus Ari Setianto Kurniawan 104114013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

i

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI SKRPSI GAYA BAⅡASA PERBANDINGAN DALAM NOVEL PEMCダ L4」 Иttτ

σttNEttS 24R41野 r

KARYA AYU UTAMI

104114013

Pembimbing

Prof.Ilr.I.

I

Tanggale..盛長は

Praptomo Baryadi, M. Hum.

Pembimbing

。スoく

II

Tanggallζ

Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum.

ll

。。 dね転 ..o颯

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI SKRIPSI

GAYA BAⅡ ASA PERBANDINGAN DALAM NOVEL PEMC∠【口乙ⅣIXFfИ MWIИ KARYA AYU UTAVII E》

ttσ

ipersiapkan dan ditulis oleh

Robertus Ari Setianto Kumiawan

NIM:104114013

Y ogy akarta, 20 I anuan 20 I 5

Dekan Fakultas Sastra 七as Sanata Dharma

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERI\-YATAAII KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya

tulis ini tidak memuat

bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakart a, 20 J arroari 201 5 Pcnulis

rt

(

Robertus Ari Setianto Kumiawan

IV

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNI-YATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Robertus Ari Setianto Kurniawan

NIM:

104114013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dhama karya ilmiah saya yang berjudul:

"GAYA BAHASA PERBANDINGAN

DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT I-AJANG KARYA AYU UTAMI,,

beseTta

(bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada

perangkat yang diperlukan

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

media lain, mengolalurya atau dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara

terbatas, dan mempublikasikan di intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pa
J

an.wi

201 5

Yang menyatakan, .

Setianto Kurniawan

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Perbandingan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, Karya Ayu Utami”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan, nasihat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan dan mengucapkan penghargaan sebagai rasa terima kasih yang sebesar– besarnya kepada: 1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar, teliti, dan selalu siap sedia membimbing serta mendampingi penulis ketika mengalami kesulitan selama proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga atas semangat dan perhatian yang telah beliau berikan, semoga akan menjadi motivasi bagi penulis untuk melangkah ke depan. 2. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan perhatian, selalu siap sedia membimbing serta memberi saran, masukan, dan pemikiran. 3. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku Kaprodi Sastra Indonesia dan penguji yang dengan sabar serta perhatian dalam membantu proses penyusunan karya ilmiah ini, dan segala masukan atau saran yang beliau sampaikan. 4. Seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia Drs. B. Rahmanto, M.Hum.; Drs. F.X Santoso, M.S.; S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum.; Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum.; Dr. Yosep Yapi Taum, M,Hum.; Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, SU, MA., yang telah

vi

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI memberikan bekal

ilmu kepada penulis.

Segenap karyawan fakultas sastra atas

banfuannya selama ini.

5.

Kedua orang tua penulis, Florentius Sarijo Sudjianto (alrn) dan Yustina Suwarti atas dukungan, doa, dan kasih sayangmu yang tidak henti-hentinya.

6. Kedua kakak Fransiska Romana Ari Irmawanti

dan Crecentiana Ari Dewi Perwitasari

beserta keluarga kecil mereka yang telah memberikan semangat, motivasi, dan keceriaannya.

7.

Pinka Tsarina Wima, atas dukungan, doanya, dan memberi motivasi secara terusmenerus.

8.

Ternan-teman angkatan 2010 dan sahabat-sahabat

di The Frankenstone serta tim

JOGJARASA.COM atas dukungan dan bantuannya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa

segala- sesuatu tiada yang sempurna. Demikian

juga skipsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itur, segala kritik dan saran yang membangun penulis terima dengan terbuka. Penulis berharap semoga skipsi ini berguna bagi masyarakat.

Yogyakarta, 20 J arltat'r 201

V‖

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI

MOTTO

Keajaiban tak akan datang menyambutmu yang diam saja dan menyelesaikan pekerjaanmu. Kamu punya persoalan dan pekerjaan besar. Sadarlah bahwa kamu memiliki kekuatan dan semangat. Hidup ini untuk melakukan sesuatu. Tak hanya diam menunggu keajaiban itu datang untukmu. -Robertus Ari Setianto Kurniawan-

viii


PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada: 

Tuhan yang selalu melindungi dan memberi kesehatan untuk menyelesaikan skripsi ini.



Kepada Ibuku atas dorongan doa, semangat, kasih sayang, dan pengorbanannya yang tak ada henti-hentinya dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kepada Ayahku yang berada di Surga.

ix

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK Setianto, Ari. 2014. “Gaya Bahasa Perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami”. Skripsi Strata I (S1) Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini menyampaikan hasil penelitian gaya bahasa perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Ada dua rumusan masalah yang dijawab dalam penelitian ini. Pertama, apa saja jenis-jenis gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Kedua, apa fungsi gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian gaya bahasa perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang bertujuan untuk (i) mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami, (ii) mendeskripsikan fungsi gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dasar. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data. Data diperoleh dari sumber tertulis yang didapatkan dari kalimat-kalimat naratif maupun kutipan langsung yang sudah tertulis di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode padan, metode agih, dan dilanjutkan dengan teknik ganti (substitusi). Pemaparan hasil analisis data dilakukan dengan metode informal dan metode formal. Dari hasil penelitian, penulis menemukan sembilan jenis gaya bahasa perbandingan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, dari sepuluh jenis gaya bahasa perbandingan. Hasil temuan gaya bahasa tersebut di antaranya (a) perumpamaan atau simile berjumlah 57, (b) metafora berjumlah 18, (c) personifikasi berjumlah 18, (d) depersonifikasi berjumlah 7, (e) antitesis berjumlah 12, (f) pleonasme dan taulogi berjumlah 15, (g) perifasis berjumlah 13, (h) antisipasi atau prolepsis berjumlah 14, dan (i) koreksio atau epanortosis berjumlah 5. Sedangkan hasil penelitian fungsi gaya bahasa, ditemukan lima dari tujuh fungsi bahasa, yaitu fungsi bahasa (i) fungsi imajinatif (the imaginative function) berjumlah 73, (ii) fungsi representasional (the representational function) berjumlah 52, (iii) fungsi personal (the personal function) berjumlah 17, (iv) fungsi regulasi (the regulatory function) berjumlah 1, dan (v) fungsi heuristik (the heuristic function) berjumlah 1.

x

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Setianto, Ari. 2014. “Comparative in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel by Ayu Utami”. Thesis for Undergraduate (S1) Indonesian Literature Studies Programme, Indonesian Literature Majors, Faculty of Literature, Sanata Dharma University. This thesis discuss the result of the comparative language style in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel. There are two problem formulations which are answered in this research. First, what kinds of the comparative language styles that can be found in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel by Ayu Utami. Second, the function of the comparative language styles in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel by Ayu Utami. The research of the comparative language style in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel has a purpose to (i) describe the genres of the comparative language styles that can be found in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel by Ayu Utami, (ii) describe the function of the language style which exist in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel by Ayu Utami. This is a basic study. This research was done through three stages, namely collecting data, analyzing data, and offering the analyzing data. Data was acquired from the written sources from narrative sentences or the direct quotation which is written in Pengakuan Eks Parasit Lajang novel. The data collection was done by note method and nonparticipant technique. The data analysis in this research was done through matching method, “agih” method, and continued by substitution method. The offering of the analyzing data was done through informal method and formal method. From the result of the research, the writer found nine styles of comparative language in the Pengakuan Eks Parasit Lajang novel, from ten styles of comparative language. The result of the language style namely (a) 57 metaphor or simile, (b) 18 metaphor, (c) 18 personification, (d) 7 depersonifikasi, (e) 12 antitesis, (f) 15 pleonasme and taulogi, (g) 13 perifasis, (h) 14 antisipasi or prolepsis, and (i) 5 koreksio or epanortosis. Whereas the result of the function of language styles research, the writer found five of seven language functions, namely (i) 73 imaginative function (ii) 52 representational function, (iii) 17 personal function, (iv) 1 regulatory function, and (v) 1 heuristic function.

xi

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................................................ v KATA PENGANTAR........................................................................................................ vi-vii HALAMAN MOTTO............................................................................................................ viii HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................................... ix ABSTRAK................................................................................................................................ x ABSTRACT............................................................................................................................. xi DAFTAR ISI..................................................................................................................... xii-xv BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................ 1-18 1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1-3 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................... 4-5 1.5 Tinjauan Pustaka.................................................................................................. 5-7 1.6 Landasan Teori........................................................................................................ 7 1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa........................................................................ 7-8 1.6.2 Jenis-Jenis Gaya Bahasa Perbandingan.............................................. 8-10 1.6.3 Pengertian Fungsi Bahasa................................................................. 11-13 1.7 Metode dan Teknik Penelitian............................................................................... 13 1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data................................................. 14 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data..................................................... 14-16 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data................................................... 17 1.8 Sistematika Penyajian...................................................................................... 17-18 BAB II JENIS-JENIS GAYA BAHASA PERBANDINGAN DI DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG, KARYA AYU UTAMI............................ 19-60 2.1 Pengantar............................................................................................................... 19 2.2 Gaya Bahasa Perumpamaan atau Simile.......................................................... 19-30 2.2.1 Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda seperti......... 20-27 xii

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2.2.1.1 Penanda seperti Pembanding Sifat..................................... 20-21 2.2.1.2 Penanda seperti Pembanding Gagasan............................... 21-22 2.2.1.3 Penanda seperti Pembanding Benda Mati......................... 23-24 2.2.1.4 Penanda seperti Pembanding Binatang.............................. 24-25 Tabel 1. Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) Penanda seperti.... 25-26 2.2.2 Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda bagaikan..... 27-29 2.2.2.1 Penanda bagaikan Pembanding Gagasan................................ 27 2.2.2.2 Penanda bagaikan Pembanding Benda Mati........................... 28 Tabel 2. Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) Penanda bagaikan...... 29 2.2.3 Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda ibarat.......... 29-30 Tabel 3. Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) Penanda ibarat............. 30 2.3 Gaya Bahasa Metafora..................................................................................... 30-38 2.3.1 Perbandingan Manusia dengan Benda Mati...................................... 31-32 2.3.2 Perbandingan Manusia dengan Sifat................................................. 32-33 2.3.3 Perbandingan Bagian Tubuh Manusia dengan Gagasan................... 33-34 2.3.4 Perbandingan Benda Mati dengan Nama tempat, Ide....................... 34-35 2.3.5 Perbandingan Tumbuhan dengan Nama Tempat.................................... 35 2.3.6 Perbandingan Istilah dengan Gagasan.................................................... 36 2.3.7 Perbandingan Gagasan dengan Binatang.......................................... 36-37 Tabel 4. Gaya Bahasa Metafora...................................................................... 37-38 2.4 Gaya Bahasa Personifikasi.............................................................................. 39-44 2.4.1 Penginsanan Bagian Tubuh Manusia...................................................... 40 2.4.2 Penginsanan Benda Mati................................................................... 40-41 2.4.3 Penginsanan Ide atau Gagasan................................................................ 41 2.4.4 Penginsanan Alam............................................................................. 41-42 2.4.5 Penginsanan Binatang............................................................................. 42 2.4.6 Penginsanan Tumbuhan.................................................................... 42-43 Tabel 5. Gaya Bahasa Personifikasi................................................................ 43-44 2.5 Gaya Bahasa Depersonifikasi......................................................................... 44-48 2.5.1 Penginsanan Benda Mati terhadap Manusia........................................... 45 2.5.2 Penginsanan Ide atau Gagasan terhadap Manusia............................. 45-46 2.5.3 Penginsanan Alam terhadap Manusia..................................................... 46 2.5.4 Penginsanan Binatang terhadap Manusia.......................................... 46-47 Tabel 6. Gaya Bahasa Depersonifikasi........................................................... 47-48 xiii

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2.6 Gaya Bahasa Antitesis.................................................................................... 48-51 Tabel 7. Gaya Bahasa Antitesis..................................................................... 51-52 2.7 Gaya Bahasa Pleonasme dan Taulogi............................................................. 52-54 2.7.1 Gaya Bahasa Pleonasme.................................................................... 52-53 2.7.2 Gaya Bahasa Taulogi......................................................................... 53-54 Tabel 8. Gaya Bahasa Pleonasme dan Taulogi.................................................... 54 2.8 Gaya Bahasa Perifrasisi.................................................................................. 55-56 Tabel 9. Gaya Bahasa Perifrasisi.......................................................................... 56 2.9 Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis................................................................. 56 Tabel 10. Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis................................................ 58 2.10 Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortesis........................................................ 58-60 Tabel 11. Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortesis.............................................. 60 BAB III FUNGSI GAYA BAHASA PERBANDINGAN DI DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG, KARYA AYU UTAMI............................ 61-87 3.1 Pengantar............................................................................................................... 61 3.2 Fungsi Gaya Bahasa Perumpamaan atau Simile.............................................. 62-64 3.2.1 Fungsi Imajinatif............................................................................... 62-63 3.2.2 Fungsi Representasional................................................................... 63-64 3.3 Fungsi Gaya Bahasa Metafora......................................................................... 65-67 3.3.1 Fungsi Representasional................................................................... 65-66 3.3.2 Fungsi Imajinatif............................................................................... 66-67 3.4 Fungsi Gaya Bahasa Personifikasi................................................................... 67-69 3.4.1 Fungsi Imajinatif............................................................................... 67-68 3.4.2 Fungsi Representasional................................................................... 68-69 3.4.3 Dua Fungsi Bahasa dalam Satu Gaya Bahasa........................................ 69 3.5 Fungsi Gaya Bahasa Depersonifikasi.............................................................. 70-72 3.5.1 Fungsi Imajinatif............................................................................... 70-71 3.5.2 Fungsi Representasional......................................................................... 71 3.5.3 Fungsi Personal...................................................................................... 72 3.6 Fungsi Gaya Bahasa Antitesis......................................................................... 72-76 3.6.1 Fungsi Representasional................................................................... 72-73

xiv

PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3.6.2 Fungsi Imajinatif.................................................................................... 74 3.6.3 Fungsi Personal...................................................................................... 75 3.6.4 Fungsi Regulasi...................................................................................... 76 3.7 Fungsi Gaya Pleonasme dan Taulogi............................................................... 76-78 3.7.1 Fungsi Representasional......................................................................... 77 3.7.2 Fungsi Heuristik................................................................................ 77-78 3.7.3 Fungsi Personal...................................................................................... 78 3.8 Fungsi Gaya Bahasa Perifrasisi....................................................................... 78-82 3.8.1 Fungsi Personal................................................................................. 79-80 3.8.2 Fungsi Representasional................................................................... 80-81 3.8.3 Fungsi Imajinatif............................................................................... 81-82 3.9 Fungsi Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis................................................ 82-85 3.9.1 Fungsi Personal................................................................................. 82-83 3.9.2 Fungsi Representasional................................................................... 83-84 3.9.3 Fungsi Imajinatif.................................................................................... 85 3.10 Fungsi Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortesis.......................................... 85-87 3.10.1 Fungsi Representasional...................................................................... 86 3.10.2 Fungsi Personal.................................................................................... 87 BAB IV PENUTUP.......................................................................................................... 88-91 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 92 LAMPIRAN.................................................................................................................... 93-109 BIOGRAFI........................................................................................................................... 110

xv


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek penelitian ini adalah

gaya bahasa dalam novel Pengakuan Eks

Parasit Lajang (PEPL) karya Ayu Utami (2013) penerbit Kepustakaan Populer Gramedia. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai bahasa. Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu (Keraf, 1984: 112-113). Berikut ini contoh jenis-jenis gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami: (1) Baru sekarang aku menyukai lekuk pinggangku, atau menyenangi buah dadaku sambil berharap keduanya masih bisa tumbuh lebih besar. (PEPL, halaman 7). (2) Taman itu akan lenyap dengan sendirinya, seperti istana yang perlahan ditiup angin (PEPL, halaman 10). (3) Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki menyenangi tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar, ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang kesuburan yang akan menyihir mereka dalam pengalaman indah menghisap di masa kanak. (PEPL, halaman 8).

Pada contoh (1), (2), dan (3) terdapat jenis gaya bahasa metafora, gaya bahasa erotesis, dan jenis gaya bahasa simile. Kata buah dadaku pada contoh (1) merupakan jenis gaya bahasa metafora yang diganti secara metaforis berarti payudara. Kemudian pada contoh (2) dan (3) dijumpai jenis gaya bahasa simile, karena ditandai kata seperti yang memperbandingkan dua hal secara eksplisit yang hakikatnya dua hal tersebut berlainan dan sengaja dianggap sama.

1


2

Gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat-kalimat naratif maupun kutipan langsung dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami dipilih sebagai topik dalam penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, ini banyak ditemukan jenis-jenis gaya bahasa. Kedua, terkait dengan banyaknya ditemukan jenis-jenis gaya bahasa yang mengandung makna-makna tertentu. Masalah pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah jenis-jenis gaya bahasa perbandingan yang terkandung di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami. Perhatikan contoh berikut: (4) Kelak aku percaya, cerita yang utuh memiliki simetri yang mengherankan sehingga kau bisa membacanya bolak-balik. Seperti sebuah cermin. (PEPL, halaman 11). (5) Skala penilaian akan menghasilkan manusia super dan manusia pecundang. (PEPL, halaman 21).

Pada contoh (4) terdapat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda kata seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Kau yaitu seorang manusia dan pembanding dengan benda mati yaitu sebuah cermin. Contoh (5) terdapat dua perbandingan secara eksplisit yaitu manusia dengan ide atau gagasan dalam kata super dan pecundang. Kata super dan pecundang adalah gagasan dari penulis untuk menggambarkan manusia itu sendiri. Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah fungsi tiap-tiap gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu


3

Utami. Berikut ini disajikan dua contoh fungsi gaya bahasa dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang: (6) Kau menjelma peta, seperti yang dikatakan orang, yang rindu dijelajahi. Kau adalah lembab hutan yang menyimpan hasrat untuk disibakkan. Kau adalah pucuk-pucuk yang gelisah untuk disengat petir. Tunas-tunas yang menanti untuk dituai. Birahimu meleleh, tak bisa menyebunyikan diri. Itulah rasa pengetahuan. (PEPL, halaman 8). (7) Ibunya memandangi semua itu seperti melihat doa yang terkabul. (PEPL, halaman 302).

Pada contoh (6) digunakan jenis gaya bahasa hiperbola yang memiliki fungsi imajinatif (imaginative function), yakni memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Pada contoh (7) terdapat fungsi bahasa fungsi representasional (representational function) yang ditunjukkan kalimat Ibunya memandangi semua itu seperti melihat doa yang terkabul. Kalimat tersebut menunjukkan sebuah fakta yang dapat dinalar oleh manusia dan bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Kemudian contoh (7) juga memiliki sebuah penggambaran, ditandai kata seperti yang merupakan salah satu ciri dalam gaya bahasa simile atau perumpamaan.


4

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.2.1 Apa saja jenis-jenis gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami? 1.2.2 Apa fungsi gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami?

1.3 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa perbandingan beserta fungsi gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1.3.1 Mendeskripsikan jenis-jenis gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami. 1.3.2 Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini adalah deskripsi tentang jenis-jenis gaya bahasa perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang beserta fungsinya. Hasil penelitian ini memberi manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis,


5

penelitian ini dapat bermanfaat dalam bidang semantik, sosiolinguistik, dan stilistika. Dalam bidang semantik, penelitian ini bermanfaat bahwa makna kalimat dapat diungkapkan dengan berbagai cara yang terwujud dalam gaya bahasa. Dalam bidang sosiolingistik, hasil penelitian ini memberikan informasi tentang ragam bahasa di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Dalam bidang stilistika, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan contoh penggunaan gaya bahasa dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menunjukkan modul penggunaan gaya bahasa perbandingan dan dapat memberi pemahaman serta informasi mengenai jenis-jenis gaya bahasa beserta fungsi dan penandanya di dalam sebuah novel atau karya sastra. Hasil penelitian ini juga memberikan pemahaman tentang jenis-jenis gaya bahasa beserta fungsi dan penandanya di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat bagi penggemar karya-karya Ayu Utami agar dapat mempermudah dalam memahami cerita atau isi novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami.

1.5 Tinjauan Pustaka Topik tentang gaya bahasa secara luas telah dikemukakan antara lain oleh Tarigan (1985: 8-203), Keraf (1984: 112-145), Keris Mas (1990: 13-14), dan Keka (2011). Tarigan (1985: 8-203) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya Bahasa menyatakan pengertian gaya bahasa, yaitu bahasa yang indah yang


6

dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah penggunaan kata tertentu yang dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Tarigan mengelompokkan gaya bahasa perbandingan menjadi sepuluh jenis yang meliputi simile atau perumpamaan,

metafora,

personifikasi,

dipersonifikasi,

alegori,

antitesis,

pleonasme, perifasis, prolepsis, dan koreksio. Keraf (1984: 112-145) dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa menyatakan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlibatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frase atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Gaya bahasa dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (i) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, (ii) gaya bahasa berdasarkan nada, (iii) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan (iv) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Keris Mas (1990: 13-14), dalam bukunya Gaya Bahasa Sastera, menjelaskan gaya bahasa adalah cara atau ragam bahasa yang dipakai, khususnya dalam tulisan atau karangan. Penggunaan atau pemakaian bahasa mempunyai jenis-jenis yang khusus. Khusus untuk maksud-maksud yang tertentu seperti untuk menguraikan ilmu pengetahuan, untuk berucap kepada khalayak yang tidak terpelajar atau khalayak terpelajar, untuk menulis berita dalam akhbar-akhbar,


7

untuk mengarang rencana atau esai. Untuk kegunaan perundang-undangan, untuk ilmu sains dan teknologi dan lain-lain. Termasuk gaya untuk karangan yang mengharuskan membangkitkan perasaan seni. Penggunaan bahasa untuk tujuantujuan khusus itu mempunyai gaya masing-masing. Sebelumnya, penelitian gaya bahasa perbandingan pernah dilakukan oleh Syrila Keka dalam skripsinya berjudul “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kidung Agung” pada bulan Juni, tahun 2011. Penelitian tersebut menghasilkan dua analisis, yaitu tentang “Penanda Perbandingan dan Urutan Perbandingan dalam Kidung Agung dengan kata seperti, seumpama, bagaikan, dan serupa” dan “Makna Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kidung Agung”.

1.6 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian gaya bahasa, jenis-jenis gaya bahasa perbandingan berserta penjelasannya, dan fungsi gaya bahasa berserta penjelasannya.

1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal-hal lainnya yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Edgard Dale, 1971: 220 dalam Tarigan, 1985: 05).


8

Tarigan (1985: 05) dalam buku Pengajaran Gaya Bahasa mendefinisikan gaya bahasa merupakan cara mempergunakan bahasa secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakaian bahasa). 1.6.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa Perbandingan Dalam buku Pengajaran Gaya Bahasa, Tarigan (1985: 08-203) mengatakan bahwa gaya bahasa perbandingan dikelompokkan menjadi sepuluh jenis yaitu gaya bahasa perumpamaan atau simile, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme dan taulogi, perifasis, antisipasi atau prolepsis, dan koreksio atau epanortosis. Berikut uraian mengenai jenis-jenis gaya bahasa perbandingan: a. Gaya Bahasa Perumpamaan atau Simile Gaya bahasa perumpamaan atau simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu bersifat eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, laksana, bagaikan, dll. Contoh: Seperti air dengan minyak. b. Gaya Bahasa Metafora Gaya bahasa metafora adalah perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda (tanpa kata seperti, bagaikan, laksana, dll). Perbandingan ini yang


9

paling padat, singkat, dan tersusun rapi. Contoh: Tak ada gunanya berdebat dengan orang yang berkepala batu. c. Gaya Bahasa Personifikasi Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada barang yang tak bernyawa, gagasan-gagasan, dan ide yang abstrak (menginsankan atau memanusiakan benda-benda). Contoh: Daun pohon kelapa melambai-lambai di tepi pantai. d. Gaya Bahasa Depersonifikasi Gaya bahasa depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada manusia atau insani (membendakan manusia atau insan). Contoh: Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah. e. Gaya Bahasa Alegori Gaya bahasa alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek-obyek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan (fabel dan parabel: cerita yang di dalamnya terdapat binatang-binatang yang bersifat atau bertingkah laku seperti manusia. Misal: Cerita Kancil,dll). Contoh: Si jago merah telah pergi, tinggal asap menyapu runtuhan di pasar minggu. f. Gaya Bahasa Antitesis Gaya bahasa antitesis adalah gaya bahasa yang megadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (kata-kata yang mengandung ciri semantik yang bertentangan). Contoh: Gadis yang secantik Ida diperistri oleh Dedi yang jelek itu.


10

g. Gaya Bahasa Pleonasme dan Taulogi Gaya bahasa pleonasme adalah pemakaian kata berlebihan (mubazir), yang sebenarnya tidak perlu dan bila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh. Sedangkan taulogi, jika kata yang berlebihan itu pada dasarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain. Contoh: Ayah telah menyaksikan kecelakaan tersebut dengan mata kepalanya sendiri. h. Gaya Bahasa Perifrasisi Gaya bahasa perifrasis agak mirip dengan pleonasme. Perbedaannya kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan satu kata saja. Contoh: Ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat dengan damai buat selama-lamanya (= meninggal atau berpulang). i. Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis Gaya bahasa antisipasi adalah gaya bahasa yang berwujud mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa yang sebenarnya terjadi. Contoh: Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak Bupati. j. Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortosis Gaya bahasa koreksio adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki atau dikoreksi kembali. Contoh: Dia benar-benar mencintai Tetty, eh bukan, tapi Terry.


11

1.6.3 Pengertian Fungsi Bahasa Menurut Tarigan (1986: 03-11), fungsi bahasa adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. Setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik; di satu pihak dia bertindak sebagai pembicara dan di pihak lain sebagai penyimak. Dalam komunikasi yang lancar, proses perubahan dari pembicara menjadi penyimak, dari penyimak menjadi pembicara, begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa biasa dan wajar, yang bagi orang kebanyakan tidak perlu dipermasalahkan apalagi dianalisis dan ditelaah. Lain halnya bagi para pakar atau ahli dalam bidang linguistik dan pengajaran bahasa. Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali fungsi komunikatif. Terkait dengan penggunaan bahasa, menurut Halliday (dalam Sumarlam, 2010: 13) terdapat tiga metafungsi bahasa, yaitu: 1) Fungsi ideasional (ideational function), merujuk pada fungsi bahasa sebagai

wahana

dalam

mengekspresikan

sesuatu.

Fungsi

ini

menyatakan bahwa fungsi bahasa adalah untuk mengungkapkan isi dan pengalaman penuturnya. 2) Fungsi interpersonal (interpersonal function), merujuk pada fungsi bahasa yang dapat digunakan untuk memberikan tanggapan, penilaian, penyikapan, maupun untuk meyakinkan. Dalam fungsi ini, bahasa jelas


12

berfungsi sebagai alat komunikasi yang terkait dengan gaya tuturan, konteks, dan hubungan penutur dan petutur. 3) Fungsi tekstual (textual function), bahasa merupakan fungsi bahasa yang diwujudkan dalam teks sebagai alat kebahasaan. Ini berarti penggunaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsurnya, seperti pemilihan kata dan kaidah kebahasaan Dalam buku Explorations in the Functions of Language (1973), Halliday juga mengungkapkan tujuh fungsi bahasa, yaitu: 1) Fungsi instrumental (the instrumental function), melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. 2) Fungsi regulasi (the regulatory function), bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa. Terkadang fungsi regulasi ini memang agak sukar dibedakan dari fungsi instrumental. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan ini bertindak untuk mengatur serta mengendalikan orang lain. Demikianlah, pengaturan pertemuan-pertemuan antara orangorang – persetujuan, celaan, ketidaksetujuan pengawan tingkah laku, menetapkan peraturan dan hukum – merupakan ciri fungsi regulasi bahasa. 3) Fungsi

representasional

penggunaan menyampaikan

bahasa

(the untuk

fakta-fakta

dan

representational membuat

function)

adalah

pernyataan-pernyataan,

pengetahuan,

menjelaskan

atau

melaporkan, dengan perkataan lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat seseorang.


13

4) Fungsi interaksional (the interactional function) bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi sosial. Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore), adat-istiadat dan budaya setempat, tata karma pergaulan, dan sebagainya. 5) Fungsi personal (the personal function) memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. 6) Fungsi heuristik (the heuristic function) melibatkan penggunaan bahasa untuk

memperoleh

ilmu

pengetahuan,

mempelajari

seluk-beluk

lingkungan. Fungsi heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban. 7) Fungsi imajinatif (the imaginative function) melayani penciptaan sistemsistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif. Mengisahkan ceritacerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktek penggunaan fungsi imajinatif bahasa.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut dijelaskan masingmasing tahap dalam penelitian ini.


14

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah adalah gaya bahasa perbandingan dan fungsi gaya bahasa yang ada di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami (2013) penerbit Kepustakaan Populer Gramedia. Data yang dikumpulkan adalah gaya bahasa perbandingan dan fungsi gaya bahasa dalam kalimat-kalimat naratif maupun kutipan langsung di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data, adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat kalimat – kalimat atau kata yang mengandung gaya bahasa perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis gaya bahasa dan fungsi gaya bahasa.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data Langkah setelah klasifikasi data adalah menganalisis data. Untuk menjawab rumusan masalah pertama (apa saja jenis-jenis gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami), digunakan metode padan referensial dan metode agih dengan teknik ganti. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya kenyataan yang ditunjukan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto, 1993: 13-14). Metode


15

padan referensial dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan referen yang terbanding dan pembanding. Metode agih yang digunakan adalah teknik ganti (substitusi), yaitu teknik analisis yang berupa penggantian unsur satuan lingual data. Dalam teknik ini unsur manapun yang diganti, unsur itu selalu merupakan unsur yang justru sedang menjadi pokok perhatian dalam analisis. Hasil penggunaan teknik ini kemungkinan ada dua yaitu berupa tuturan yang dapat diterima (yang gramatikal) dan tuturan yang tidak dapat diterima (tidak gramatikal) (Sudaryanto, 1993: 48). Kegunaan teknik ganti ini adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti dengan unsur penganti. Jika dapat digantikan berarti kedua unsur tersebut berada dalam kelas atau kategori yang sama. Makin banyak kemungkinan penggantian unsur yang sama dalam berbagai satuan lingual, makin tinggi kadar kesamaannya, dan hal itu berarti makin membentuk kemungkinan bahwa unsur yang dapat saling menggantikan itu dalam kelas yang sama (Sudaryanto, 1993: 49). Berikut contoh penerapan dari dua metode tersebut. (8)

Lebih-lebih lagi, aku juga pernah cinta monyet dengan anak yang dulunya adalah pacar Tri di SD. (PEPL, halaman 24).

Pada contoh (8) terdapat perbandingan secara eksplisit cinta monyet, dan yang menjadi terbanding adalah sebuah hubungan atau lebih tepatnya berpacaran. Kata cinta merupakan gagasan atau sebuah ungkapan rasa sayang seseorang. Adapun kata monyet merupakan binatang yang suka bercanda dan selalu usil dan tidak pernah serius. Arti cinta monyet adalah rasa sayang seseorang yang belum bisa dibilang serius atau hanya sekedar candaan di masa kanak-kanak (KBBI).


16

Demikian, cinta monyet adalah hubungan atau pacaran yang belum serius pada masa kanak-kanak. Apabila diterapkan metode agih dengan teknik ganti, cinta monyet bisa disubstitusi dengan kata berhubungan dan berpacaran. Berikut hasil dari penggantiannya: (8a)

Lebih-lebih lagi, aku juga pernah berhubungan/berpacaran dengan anak yang dulunya adalah pacar Tri di SD. (PEPL, halaman 24).

Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah kedua (apa fungsi gaya bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami), digunakan metode padan pragmatis, yaitu suatu metode padan yang alat penentunya adalah mitra wicara (Sudaryanto, 1993 : 13). Peneliti/penulis sebagai mitra tutur yang dapat menafsirkan maksud di dalam tuturan itu sendiri. Melalui metode ini, peneliti dapat melihat dan mengetahui maksud serta tujuan dalam ungkapan. Contoh penerapan: (9)

Kakakku hanyalah cermin, yang menampakkan apa yang telah terjadi dalam diriku. (PEPL, halaman 23).

Contoh (9) mengemban gagasan imajinatif yang tidak dapat terjadi dalam kehidupan nyata, atau realitas sebenarnya. Hal ini ditunjukkan pada kalimat Kakakku hanyalah cermin. Kata Kakakku (seorang manusia) disamakan dengan sebuah cermin atau benda mati. Ungkapan tersebut tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata, karena secara realitas sebenarnya, manusia bukanlah benda mati yang dapat disamakan atau dianggap sebagai cermin.


17

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan

metode

informal.

Hasil

penelitian

ini

disajikan

dengan

menggunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif (Sudaryanto, 1993:145). Penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan tabel-tabel sesuai keperluan.

1.8 Sistematika Penyajian Laporan penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab pertama, pendahuluan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian. Rumusan masalah menjelaskan masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian. Tujuan penelitian mendeskripsikan tujuan diadakan penelitian. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas tentang gaya bahasa. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metode penelitian merincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyampaian hasil analisis data yang digunakan


18

penulis dalam penelitian ini. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam skripsi ini. Bab II berisi tentang uraian dan analisis gaya bahasa perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami. Bab III berisi tentang uraian fungsi gaya bahasa di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami. Bab IV berisi penutup, kesimpulan dan saran.


BAB II JENIS-JENIS GAYA BAHASA PERBANDINGAN DI DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI 2.1 Pengantar Gaya bahasa perbandingan dikelompokkan menjadi sepuluh, yakni (a) perumpamaan atau simile, (b) metafora, (c) personifikasi, (d) depersonifikasi, (e) alegori, (f) antitesis, (g) pleonasme dan taulogi, (h) perifasis, (i) antisipasi atau prolepsis, dan (j) koreksio atau epanortosis (Tarigan, 1985 : 8-203). Gaya bahasa perbandingan yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang adalah sembilan jenis gaya bahasa perbandingan dari sepuluh jenis gaya bahasa perbandingan. Kesembilan gaya bahasa tersebut yaitu (a) perumpamaan atau simile, (b) metafora, (c) personifikasi, (d) depersonifikasi, (e) antitesis, (f) pleonasme dan taulogi, (g) perifasis, (h) antisipasi atau prolepsis, dan (i) koreksio atau epanortosis. Berikut penjelasan dari sembilan gaya bahasa perbandingan yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami. 2.2 Gaya Bahasa Perumpamaan atau Simile Gaya bahasa perumpamaan atau simile adalah perbandingan dua hal bersifat eksplisit yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang meliputi dua struktur,

19


20

yaitu terbanding dan pembanding. Strukturnya ada dua kemungkinan, yaitu (i) terbanding diikuti pembanding dan (ii) pembanding diikuti terbanding. Perbandingan tersebut bisa dengan manusia diikuti manusia, manusia diikuti bagian tubuh manusia maupun sebaliknya, manusia diikuti benda mati maupun sebaliknya, manusia diikuti tumbuhan maupun sebaliknya, manusia diikuti binatang maupun sebaliknya, manusia diikuti alam maupun sebaliknya, manusia diikuti nama tempat maupun sebaliknya, dan manusia diikuti ide atau gagasan (nama sifat, keadaan, istilah, dll). 2.2.1 Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda seperti Di bawah ini merupakan gaya bahasa perumpamaan seperti yang dikelompokkan menurut konteks pembandingnya, yaitu di antaranya: (a) sifat, (b) gagasan, (c) benda mati, dan (d) binatang. 2.2.1.1 Penanda Seperti Pembanding Sifat Berikut ini merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut pembandingnya yaitu kata sifat. (10) (11) (12)

Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula saja, yang takut pada kalung salib. (PEPL, halaman 14). Kata kakakku, aku sungguh tampak seperti seorang ibu dan dia anak kecil yang manja dan malas. (PEPL, halaman 22). Ibuku baik sekali, seperti malaikat, seperti Bunda Maria. (PEPL, halaman 118).

Contoh (10) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda kata sifat. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada


21

terbanding kata Ia yaitu seorang manusia dan pembanding dengan kata sifat yakni kata drakula yang takut pada kalung salib. Contoh (11) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda kata sifat. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata aku yaitu seorang manusia dan pembanding dengan kata sifat yakni seperti seorang ibu dan dia anak kecil yang manja dan malas. Contoh (12) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda kata sifat. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Ibuku yaitu seorang manusia dan pembanding dengan kata sifat yakni baik sekali, seperti malaikat, seperti Bunda Maria. 2.2.1.2 Penanda seperti Pembanding Gagasan Kemudian pada Pembanding Gagasan, berikut ini disajikan dua contoh gaya bahasa perumpamaan atau simile dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang menurut pembanding gagasannya. (13) (14)

Tapi ia merasa seperti si anak hilang yang pulang. (PEPL, halaman 297). Seperti kala bayi berada dalam rahim. (PEPL, halaman 262).

Pada kalimat contoh (13) terdapat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan


22

tersebut tampak pada terbanding kata ia yaitu seorang manusia dan pembanding dengan suatu gagasan yaitu seperti si anak hilang yang pulang. Kalimat contoh (14) terdapat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan dengan diikuti pembandingnya. Perbandingan tersebut tampak pada kalimat Seperti kala bayi berada dalam rahim, yaitu menunjukan sebuah gagasan, konsen atau situasi tertentu yang terbanding dengan bayi dalam rahim. (15) (16)

Aku seperti kekasih yang dicampakkan tanpa kabar berita. (PEPL, halaman 14) Ia selalu lebih rapi ketimbang hari biasa. Kadang sangat rapi, seperti om-om hendak ke pesta. (PEPL, halaman 17).

Contoh (15) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata aku yaitu seorang manusia dan pembanding dengan suatu gagasan yaitu kekasih tanpa kabar berita. Pada contoh (16) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Ia yaitu seorang manusia dan pembanding dengan sebuah gagasan atau ide yaitu om-om hendak ke pesta.


23

2.2.1.3 Penanda Seperti Pembanding Benda Mati Berikut ini merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut pembandingnya yaitu dengan benda mati. (17) (18)

Mereka memegang kamera seperti senapan, dan menembak setelah membidik terang-terangan. (PEPL, halaman 234). Di bagian produk perempuan, tampak tubuh-tubuh telanjang berjejer pada ban berjalan, seperti pabrik boneka Barbie. (PEPL, halaman 34).

Kalimat contoh (17) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding Mereka memegang kamera yaitu manusia (lebih dari satu) dan pembanding dengan benda mati yaitu senapan. Pada kalimat contoh (18) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding Perempuan yaitu manusia dan pembanding dengan benda mati yaitu boneka barbie. (19) (20) (21)

Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin. Jika sudah pecah, jadi tidak berharga. (PEPL, halaman 34). Seorang redaktur berkata, ia seperti menemukan permata dalam diriku. (PEPL, halaman 65). Dengan rumah baru itu, mereka tidak lagi menaruh anak-anak dalam satu kamar yang sama, seperti sardin kaleng. (PEPL, halaman 89).

Contoh (19) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah


24

terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata perempuan yaitu seorang manusia dan pembanding dengan benda mati yaitu porselin. Kemudian pada contoh (20) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Ia yaitu seorang manusia dan pembanding dengan benda mati yaitu permata. Contoh (21) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding anak-anak yaitu seorang manusia dan pembanding dengan benda mati yaitu sardin kaleng. 2.2.1.4 Penanda Seperti Pembanding Binatang Berikut ini merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut pembandingnya yaitu dengan binatang. (22) (23)

Mereka mulai melahap hidangan seperti binatang liar. (PEPL, halaman 91). Lalu lelaki itu melucutinya, dan mengagumi ia seperti bidadari kecil dalam rupa unggas yang merdu ataukah peri yang sendu. (PEPL, halaman 206). (24) Sebab ia selalu ingin mendekati orang seperti anak kucing yang ingin disentuh. (PEPL, halaman 145)

Contoh (22) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah


25

terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Mereka yaitu seorang manusia dan pembanding dengan binatang yaitu binatang liar. Contoh (23) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Lelaki yaitu seorang manusia dan pembanding dengan binatang yaitu kata rupa unggas. Pada contoh (24) merupakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda seperti. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Ia yaitu seorang manusia dan pembanding dengan binatang yaitu anak kucing. Tabel 1. Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda seperti Pembahasan gaya bahasa perumpamaan (simile) dengan penanda seperti dapat ditabelkan sebagai berikut: No

Hal yang Diperbandingkan

Data

Perbandingan dengan Sifat Terbanding

Pembanding

10

Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula saja, yang takut pada kalung salib.

Ia (orang ketiga tunggal)

Drakula

11

Kata kakakku, aku sungguh tampak seperti seorang ibu dan dia anak kecil yang manja dan malas.

Aku (tokoh utama)

Seorang Ibu

12

Ibuku baik sekali, seperti malaikat, seperti Ibuku Bunda Maria.

Malaikat/Bunda Maria


No


Data

26

Perbandingan dengan Gagasan Terbanding

Pembanding

13

Tapi ia merasa seperti si anak hilang yang pulang.


Si anak hilang yang pulang

14

Seperti kala bayi berada dalam rahim.

Situasi/keadaan

Kala bayi berada dalam rahim

15

Aku seperti kekasih yang dicampakkan tanpa kabar berita.

Aku (tokoh utama)

Kekasih yang dicampakkan

16

Ia selalu lebih rapi ketimbang hari biasa. Kadang sangat rapi, seperti om-om hendak ke pesta.


Om-om hendak ke pesta

No


Data


Pembanding

17

Mereka memegang kamera seperti senapan, dan menembak setelah membidik terang-terangan.

Memegang kamera

Senapan

18

Di bagian produk perempuan, tampak tubuh-tubuh telanjang berjejer pada ban berjalan, seperti pabrik boneka Barbie.

Perempuan

Pabrik boneka Barbie

19

Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin. Jika sudah pecah, jadi tidak berharga.

Perempuan

Porselin

20

Seorang redaktur berkata, ia menemukan permata dalam diriku.


Menemukan permata

21

Dengan rumah baru itu, mereka tidak lagi menaruh anak-anak dalam satu kamar yang sama, seperti sardin kaleng.

Anak-anak

Sardin kaleng

No


seperti

Data


Pembanding

22

Mereka mulai melahap hidangan seperti binatang liar.

Mereka (orang ketiga jamak)

Binatang liar

23

Lalu lelaki itu melucutinya, dan mengagumi ia seperti bidadari kecil dalam rupa unggas yang merdu ataukah peri yang sendu.


Bidadari kecil

24

Sebab ia selalu ingin mendekati orang seperti anak kucing yang ingin disentuh.


Anak kucing


27

2.2.2 Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda bagaikan Dalam simile bagaikan berikut ini menyajikan dua tipe perbandingan yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, yaitu dengan gagasan dan benda mati. 2.2.2.1 Penanda bagaikan Pembanding Gagasan Penanda bagaikan Pembanding Gagasan akan disajikan dalam dua contoh perbandingan dengan gagasan yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Perhatikan contoh berikut: (25) (26)

Tapi ia melorot lagi dengan segera bagaikan tak punya tulang punggung. (PEPL, halaman 67). Pada musim hujan, banjir bandang bisa tiba-tiba menerjang bagaikan hari kiamat. (PEPL, halaman 124).

Contoh (25) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda bagaikan. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata Ia yaitu seorang manusia dan pembanding dengan sebuah gagasan yaitu tulang punggung. Contoh (26) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda bagaikan. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata banjir yaitu alam dan pembanding dengan sebuah gagasan yaitu hari kiamat.


28

2.2.2.2 Penanda bagaikan Pembanding Benda Mati Penanda bagaikan Pembanding Benda Mati juga akan menyajikan dua contoh perbandingan yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Perhatikan contoh berikut: (27) (28)

Pada tebing-tebing yang mengelilingi kami bagaikan tembok ada sebuah pintu tertutup. (PEPL, halaman 74). Mereka senang dengan kamera besar bagaikan bazoka, yang membuat objek foto merasa akan dibunuh. (PEPL, halaman 234).

Contoh (27) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda bagaikan. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada kata tebing-tebing sebagai terbanding dan pembandingnya sebuah benda mati yaitu tembok. Pada contoh (28) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda bagaikan. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada kata kamera besar sebagai terbanding dan pembandingnya sebuah benda mati yaitu kata bazoka.


29

Tabel 2. Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda bagaikan Pembahasan gaya bahasa perumpamaan (simile) dengan penanda bagaikan dapat ditabelkan sebagai berikut: No


Data


Pembanding

25

Tapi ia melorot lagi dengan segera bagaikan tak punya tulang punggung.


Tak punya tulang punggung

26

Pada musim hujan, banjir bandang bisa tiba-tiba menerjang bagaikan hari kiamat.

Banjir bandang

Hari kiamat

No


Data

Perbandingan dengan Benda Mati Terbanding

Pembanding

27

Pada tebing-tebing yang mengelilingi kami bagaikan tembok ada sebuah pintu tertutup.

Tebing-tebing

Tembok

28

Mereka senang dengan kamera besar bagaikan bazoka, yang membuat objek foto merasa akan dibunuh.

Mereka senang dengan kamera besar

Bazoka

2.2.3 Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda ibarat Penanda ibarat yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang terdapat dua tipe yang pembandingnya sebuah benda mati dan gagasan. Berikut penjelasannya: (29) (30)

Ayahku ibarat Kitab Perjanjian Lama. (PEPL, halaman 122). Selaput dara ibarat segel dari Allah. (PEPL, halaman 33).

Contoh (29) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda ibarat. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding


30

dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding kata ayahku yaitu seorang manusia dan pembanding dengan benda mati yaitu Kitab Perjanjian Lama. Contoh (30) memuat gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan penanda ibarat. Struktur perbandingan dari kiri ke kanan, yaitu di kiri adalah terbanding dan di sebelah kanan adalah pembanding. Perbandingan tersebut tampak pada terbanding selaput dara yaitu sebuah gagasan dan terdapat pada bagian tubuh manusia atau perempuan dan pembanding dengan segel dari Allah. Tabel 3. Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dengan Penanda ibarat Pembahasan gaya bahasa perumpamaan (simile) dengan penanda ibarat dapat ditabelkan sebagai berikut: No


Data

Perbandingan dengan kata ibarat Terbanding

Pembanding

29

Ayahku ibarat Kitab Perjanjian Lama.

Ayahku

Kitab Perjanjian Lama.

30

Selaput dara ibarat segel dari Allah.

Selaput dara

Segel dari Allah

2.3 Gaya Bahasa Metafora Gaya bahasa metafora adalah perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda (tanpa kata seperti, bagaikan, laksana, dll). Perbandingan ini yang paling padat, singkat, dan tersusun rapi.


31

Jenis-jenis gaya bahasa metafora yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis perbandingan dengan beberapa struktur, yakni sebagai berikut: Perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Lajang Parasit meliputi dua struktur, yaitu terbanding dan pembanding. Strukturnya ada dua kemungkinan, yaitu (i) terbanding dengan pembanding dan (ii) pembanding dengan terbanding. Dalam gaya bahasa metafora perbandingan bersifat antara dua hal yang masingmasing memiliki sifat yang berlawanan atau berbeda. Perbandingan tersebut antara manusia dengan benda mati, manusia dengan ide atau gagasan tertentu, bagian tubuh manusia dengan gagasan dan alam, benda mati dengan nama tempat, bagian tubuh manusia, gagasan, ide, dan tumbuhan dengan nama tempat dan gagasan, istilah dengan gagasan, sifat dengan binatang, dan perbandingan antara alam dengan bagian tubuh manusia. 2.3.1 Perbandingan Manusia dengan Benda Mati Berikut ini gaya bahasa metafora dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut penandanya. Contoh di bawah ini merupakan metafora perbandingan manusia dengan benda mati. Perhatikan contoh berikut: (31) (32)

Aku bersyukur bahwa aku tidak pacaran betulan dengan si pemuda celana rombeng. (PEPL, halaman 17). Pastor bola kasti! Sepanjang upacara hatiku tidak enak. Misa usai. Semangatku remuk. Aku harus mengakui dosa pada pastor yang suka mengubah anak kecil jadi bola. (PEPL, halaman 131)


32

Contoh (31) terdapat dua perbandingan secara eksplisit dengan penanda pemuda merupakan seorang manusia dengan benda mati yaitu celana rombeng. Pemuda celana rombeng memiliki makna seorang pemuda yang memakai barang bekas atau celana yang sudah rusak karena keadaan yang sudah terlalu lama dipakai dan pemuda celana rombeng bisa disubtitusi dengan pemuda menggunakan celana bekas. Contoh (32) merupakan metafora dengan perbandingan eksplisit dan padat antara manusia dengan benda mati. Pastor adalah seorang pemimpin agama yang diperbandingkan dengan benda mati yaitu bola kasti. 2.3.2 Perbandingan Manusia dengan Sifat Berikut ini merupakan gaya bahasa metafora dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut perbandingannya. Berikut penjelasannya: (33) (34) (35)

Dan ada beberapa cerita sedih lain yang membuat aku kelak menyimpulkan bahwa keluarga itu sesungguhnya adalah keluarga monster. (PEPL, halaman 122). Setelah hamparan rumput hijau, aku akan menapaki undak-undak batu yang telah rumpang untuk menuju jalan raya tempat anak cucu setan. (PEPL, halaman 125). Ah, menurut saya, perempuan tetap berhak menjadi cewek matre jika si cowok hanya menjadikan dia objek seks belaka! (PEPL, halaman 259).

Contoh (33) terdapat perbandingan secara eksplisit dan padat antara manusia dengan sifat, yaitu keluarga monster. Keluarga monster memiliki makna sifat yang tidak baik, buruk, ataupun jahat. Jadi apabila diganti keluarga monster dapat disubtitusi keluarga orang jahat. Contoh (34), terdapat perbandingan eksplisit yaitu kata anak yang merupakan seorang manusia dengan cucu setan yang merupakan sebuah gagasan


33

yang bersifat buruk dan tidak baik. Kata anak cucu setan ini dapat diganti atau disubtitusi anak yang tidak baik atau anak nakal seperti yang digambarkan dalam novel. Contoh (35) terdapat perbandingan secara padat dan eksplisit yaitu cewek dan matre. Kedua kata tersebut masing-masing memiliki makna sendiri-sendiri yang berbeda. Cewek yaitu manusia, sedangkan kata matre adalah suatu sifat yang memandang materi atau harta. Jadi cewek matre berarti seorang perempuan yang memandang seseorang khususnya lekaki dari hartanya atau materi lelaki itu sendiri. Cewek matre dapat pula diganti atau disubtitusi cewek materialistis. 2.3.3 Perbandingan Bagian Tubuh Manusia dengan Gagasan dan Alam Berikut ini merupakan gaya bahasa metafora dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut perbandingannya yang disajikan dalam dua contoh. Berikut penjelasannya: (36) (37)

Lelaki tidak boleh begitu. Lelaki kan akan jadi kepala keluarga. (PEPL, halaman 26). Lalu perempuan-perempuan itu siap dikirim ke muka bumi. (PEPL, halaman 34).

Contoh (36) terdapat perbandingan eksplisit yaitu bagian tubuh manusia dengan sebuah gagasan. Bagian tubuh manusia adalah kepala dan gagasannya adalah keluarga. Apabila kedua kata tersebut di satukan dapat memiliki makna tau arti, yaitu kata kepala memiliki makna pemimpin dan kata keluarga adalah tempat lelaki menjadi pemimpin. Jadi apabila kepala keluarga dapat disubtitusi dengan pemimpin keluarga.


34

Contoh (37) terdapat dua perbandingan eksplisit yaitu muka yang merupakan bagian tubuh manusia atau dengan kata lain muka sama dengan wajah. Kemudian kata kedua adalah bumi yaitu alam. Sedangkan muka bumi dapat disubtitusi dengan wajah bumi atau gambaran bentuk bumi. 2.3.4 Perbandingan Benda Mati dengan Nama tempat dan Gagasan Berikut ini merupakan gaya bahasa metafora dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut perbandingannya. Dalam contoh di bawah ini disebutkan perbandingan gaya bahasa metafora benda mati dengan nama tempat, ide atau gagasan. Berikut penjelasannya: (38) (39)

Aku membayangkan sebuah pabrik surgawi. (PEPL, halaman 34). Apalagi di tempat tidur yang penuh dengan ampas perzinahan. (PEPL, halaman 41).

Contoh (38) memiliki perbandingan antara dua hal, yaitu pabrik sebagai benda mati dan surgawi sebagai nama tempat. Apabila dua kata ini disatukan dapat memiliki arti bahwa ada sebuah tempat produksi layaknya pabrik yang memproduksi hal-hal yang bersifat surgawi atau yang dianggap manusia sebagai tempat yang damai dan banyak keindahan di dalamnya. Kata pabrik surgawi dapat disubtitusi dengan tempat indah atau tepat yang damai. Contoh (39) terdapat perbandingan eksplisit antara kata ampas dan kata perzinahan. Kata ampas merupakan kata benda dan berwujud yang memiliki arti ‘sisa’ dari sesuatu. Kemudia kata perzinahan merupakan sebuah tindakan atau gagasan untuk melakukan tindakan. Kata ampas perzinahan dapat dikatakan sisa perzinahan atau hubungan suami istri.


35

2.3.5 Perbandingan Tumbuhan dengan Gagasan dan Nama Tempat Berikut ini merupakan gaya bahasa metafora dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut perbandingannya. Dalam contoh di bawah disebutkan perbandingan gaya bahasa metafora tumbuhan dengan nama tempat dan gagasan. Berikut penjelasannya: (40) (41)

Setelah mereka mencicipi buah dari Pohon Pengetahuan, kau memang harus pergi dari taman surgawi. (PEPL, halaman 10). Taman Firdaus dunia itu telah rimbun. (PEPL, halaman 63).

Contoh (40) merupakan metafora dengan memperbandingkan dua hal secara eksplisit antara tumbuhan berupa pohon dan gagasan berupa pengetahuan. Pohon adalah tumbuhan yang dapat menghasilkan buah dan dedaunan. Sedangkan pengetahuan adalah gagasan yang bisa berupa sebuah ilmu tertentu. Jadi Pohon Pengetahuan dalam novel Pengakuan Eks Parasit lajang digambarkan sebuah tumbuhan berupa pohon yang memiliki ilmu ataupun menghasilkan pengetahuan. Kata pohon pengetahuan dapat disubtitusi dengan sumber ilmu

atau

perpustakaan. Pada contoh (41) memiliki perbandingan antara dua hal, yaitu kata taman sebagai benda tumbuhan dan kata firdaus dunia sebagai nama tempat. Apabila dua kata ini disatukan dapat memiliki arti bahwa ada sebuah tempat berupa taman yang dianggap sebagai tempat yang damai dan banyak keindahan di dalamnya atau disubtitusi dengan taman keindahan.


36

2.3.6 Perbandingan Istilah dengan Gagasan Berikut ini merupakan gaya bahasa metafora dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut perbandingannya. Dalam contoh di bawah disebutkan perbandingan gaya bahasa metafora istilah dengan gagasan. Berikut penjelasannya: (42)

Dan yang belum laku... Kaum pria yang mulai tua dan belum laku mulai dimasukkan ke dalam ruang Bujang Lapuk. (PEPL, halaman 181).

Pada Contoh (42) merupakan metafora dengan memperbandingkan dua hal secara eksplisit yaitu bujang dan lapuk. Kata bujang merupakan sebuah istilah bagi seorang laki-laki yang belum menikah dan kata lapuk adalah penggambaran dari sesuatu yang sudah tidak memilki tenaga layaknya ‘kayu’ yang sudah keropos dan lapuk. Kata bujang lapuk dapat disubtitusi dengan seorang laki-laki yang belum menikah hingga umurnya sudah tua atau lelaki tak beristri. 2.3.8 Perbandingan Gagasan dengan Binatang Berikut ini merupakan gaya bahasa metafora perbandingan gagasan dengan binatang dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut perbandingannya. Berikut penjelasannya: (43)

Lebih-lebih lagi, aku juga pernah cinta monyet dengan anak yang dulunya adalah pacar Tri di SD. (PEPL, halaman 24).

Pada contoh (43) terdapat perbandingan secara eksplisit cinta monyet, dan yang menjadi terbanding adalah sebuah hubungan atau lebih tepatnya berpacaran. Kata cinta merupakan gagasan atau sebuah ungkapan rasa sayang seseorang.


37

Sedangkan kata monyet merupakan binatang yang suka bercanda dan selalu usil dan tidak pernah serius. Arti cinta monyet adalah rasa sayang seseorang yang belum bisa dibilang serius atau hanya sekedar candaan di masa kanak-kanak. Cinta monyet bisa disubtitusi dengan berpacaran atau berhubungan.

Tabel 4. Perbandingan Gaya Bahasa Metafora Hasil Pembahasan gaya bahasa metafora dapat ditabelkan sebagai berikut: No


Perbandingan Manusia dengan Benda

Data

Mati Terbanding

Pembanding

31

Aku bersyukur bahwa aku tidak pacaran betulan dengan si pemuda celana rombeng.

Pemuda

Celana rombeng

32

Pastor bola kasti! Sepanjang upacara hatiku tidak enak. Misa usai. Semangatku remuk. Aku harus mengakui dosa pada pastor yang suka mengubah anak kecil jadi bola.

Pastor

Bola kasti

No


Perbandingan Manusia dengan Sifat Terbanding

Pembanding

33

Dan ada beberapa cerita sedih lain yang membuat aku kelak menyimpulkan bahwa keluarga itu sesungguhnya adalah keluarga monster.

Keluarga Jahat/Tidak Baik

Keluarga Monster

34

Setelah hamparan rumput hijau, aku akan menapaki undak-undak batu yang telah rumpang untuk menuju jalan raya tempat anak cucu setan.

Anak nakal

Anak cucu setan

35

Ah, menurut saya, perempuan tetap berhak menjadi cewek matre jika si cowok hanya menjadikan dia objek seks belaka!

Cewek materialistis

Cewek Matre


No


Perbandingan Bagian Tubuh Manusia dengan Gagasan dan Alam

Data

Terbanding

Pembanding

35

Lelaki tidak boleh begitu. Lelaki kan akan jadi kepala keluarga.

Pemimpin keluarga

Kepala keluarga

37

Lalu perempuan-perempuan itu siap dikirim ke muka bumi.

Wajah/gambaran bentuk bumi

Muka Bumi

No

38


Perbandingan

Benda

Mati

dengan

Nama tempat dan Gagasan

Data

Terbanding

Pembanding

38

Aku membayangkan sebuah pabrik surgawi.

Tempat yang indah/damai (keadaan)

Pabrik Surgawi

39

Apalagi di tempat tidur yang penuh dengan ampas perzinahan.

Sisa persetubuhan

Ampas Perzinahan

No


Perbandingan

Tumbuhan

dengan

Gagasan dan Nama Tempat Terbanding 40

Setelah mereka mencicipi buah dari Pohon Pengetahuan, kau memang harus pergi dari taman surgawi.

41

Taman Firdaus dunia itu telah rimbun.

No


Sumber Ilmu (perpustakaan)

Pohon Pengetahuan

Taman

Firdaus dunia

Perbandingan Istilah dengan Gagasan Terbanding

Data 42

Dan yang belum laku... Kaum pria yang mulai tua dan belum laku mulai dimasukkan ke dalam ruang Bujang Lapuk.

No


Lelaki tua tak beristri (belum nikah)

Perbandingan

Pembanding Bujang Lapuk

Gagasan

dengan

Binatang

Data

Terbanding 43

Pembanding

Lebih-lebih lagi, aku juga pernah cinta monyet dengan anak yang dulunya adalah pacar Tri di SD.

Pacaran/hubungan

Pembanding Cinta Monyet


39

2.4 Gaya Bahasa Personifikasi Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada barang yang tak bernyawa, gagasan-gagasan, dan ide yang abstrak (menginsankan atau memanusiakan benda-benda). Dalam gaya bahasa personifikasi ditemukan jenis-jenis penginsanan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, yaitu Penginsanan bagian tubuh manusia penginsanan benda mati, penginsanan ide atau gagasan, penginsanan alam, penginsanan binatang, dan penginsanan tumbuhan. Berikut pengelompokannya. 2.4.1 Penginsanan Bagian Tubuh Manusia Berikut ini merupakan gaya bahasa personifikasi dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Dalam novel Ayu Utami ditemukan gaya bahasa personifikasi dengan penginsanan bagian tubuh manusia. Perhatikan contoh berikut: (44)

Setelah tiga tahun penuh darah yang bungkam itu, aku lahir dan seorang penguasa baru duduk di takhta. (PEPL, halaman 90).

Contoh (44) memuat gaya bahasa personifikasi dengan penginsanan pada bagian tubuh manusia, yaitu pada darah yang bungkam. Kata itu menunjukkan bahwa darah dapat berbicara dan melakukan aktifitas layaknya manusia. 2.4.2 Penginsanan Benda Mati Berikut ini merupakan gaya bahasa personifikasi dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut penginsanannya. Dalam contoh


40

di bawah disebutkan penginsanan gaya bahasa personifikasi pada benda mati. Perhatikan berikut ini: (45) (46) (47)

Waktu menendangmu ke dalamnya. (PEPL, halaman 74). Alarm menjeritkan darurat. (PEPL, halaman 74). Cermin itu hanya menceritakan dari luar apa yang telah terjadi padaku. (PEPL, halaman 139).

Contoh (45) memuat gaya bahasa personifikasi dengan penginsanan pada benda mati, yaitu pada waktu menendangmu. Kata itu menunjukkan bahwa waktu seakan-akan memiliki kaki dan dapat melakukan aktifitas layaknya manusia. Contoh (46) memuat gaya bahasa personifikasi dengan penginsanan pada benda mati, yaitu pada alarm menjerit. Kata itu menunjukkan bahwa alarm dapat memiliki alat bicara layaknya manusia dan melakukan aktifitas layaknya manusia. Contoh (47) memuat gaya bahasa personifikasi dengan penginsanan pada benda mati yakni cermin itu hanya menceritakan. Kata itu menunjukkan bahwa cermin seolah-olah memiliki alat untuk berbicara serta dapat bercerita layaknya manusia. 2.4.3 Penginsanan Ide atau Gagasan Berikut ini merupakan gaya bahasa personifikasi dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut penginsanannya. Dalam contoh di bawah disebutkan penginsanan gaya bahasa personifikasi pada ide atau gagasan. Perhatikan contoh berikut: (48)

Tapi pada saat yang sama kegelapan mengintai dari wilayah gentong-gentong air. (PEPL, halaman 101).


(49)

41

Jika kau menggabungkan doa dengan seks, maka akan dua resiko. Doa membunuh gairah seks. (PEPL, halaman 201).

Contoh (48) terdapat penginsanan ide atau gagasan abstrak yaitu kegelapan mengintai. Kata kegelapan menurut contoh (48) adalah penginsanan kepada manusia yang seakan-akan memiliki mata untuk melihat dan dapat mengintai layaknya manusia. Contoh (49) terdapat penginsanan ide atau gagasan abstrak yaitu doa membunuh gairah seks. Kata doa adalah ide atau gagasan abstrak yang dapat melakukan aktivitas layaknya manusia yaitu pada kata membunuh. 2.4.4 Penginsanan Alam Berikut ini merupakan gaya bahasa personifikasi dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut penginsanannya. Dalam tabel di bawah disebutkan penginsanan gaya bahasa personifikasi pada alam. (50) (51) (52)

Bulan berjalan. Tahun berganti. (PEPL, halaman 57). Di kota itu ada sebuah istanah, yang menyingkapkan diri ketika kabut lari. (PEPL, halaman 87). Alam bisu. Dan si lelaki itu galau. (PEPL, halaman 223).

Contoh (50) memuat penginsanan alam terhadap manusia yaitu pada bulan berjalan. Kata bulan adalah bagian dari alam yang digambarkan memiliki kaki dan dapat melakukan aktivitas layaknya manusia yaitu pada kata berjalan. Contoh (51) terdapat penginsanan alam terhadap manusia yaitu pada kabut lari. Kata kabut adalah bagian dari alam yang digambarkan memiliki kaki dan dapat melakukan aktivitas layaknya manusia yaitu pada lari.


42

Contoh (52) memuat penginsanan alam terhadap manusia yaitu pada alam bisu. Kata alam pada contoh (52) digambarkan alat bicara dan dapat melakukan aktivitas layaknya manusia yaitu pada kata bisu. 2.4.5 Penginsanan Binatang Berikut ini merupakan gaya bahasa personifikasi dengan penginsanan binatang. Di dalam contoh di bawah ini disebutkan penginsanan gaya bahasa personifikasi bagian tubuh manusia. Berikut penjelasannya: (53)

Burung-burung mencukuri jambul hutan. (PEPL, halaman 88).

Contoh (53) terdapat penginsanan binatang terhadap manusia yaitu pada Burung-burung mencukuri jambul hutan. Kata burung adalah bagian dari binatang yang memiliki sayap untuk terbang. Pada contoh (53) kata burung digambarkan memiliki kemampuan serta dapat melakukan aktivitas layaknya manusia yaitu pada kata mencukuri. 2.4.6 Penginsanan Tumbuhan Berikut ini merupakan gaya bahasa personifikasi penginsanan tumbuhan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Perhatikan contoh berikut: (54)

Beberapa pohon raksasa menggeram, gemetar, lalu tercabut dari tanah dengan kekuatan yang menakutkan. (PEPL, halaman 92).

Contoh (54) terdapat penginsanan tumbuhan terhadap manusia yaitu pada pohon raksasa menggeram, gemetar. Kata pohon jenis tumbuhan yang


43

digambarkan memiliki sifat yang sama layaknya manusia yaitu pada kata menggeram dan gemetar.

Tabel 5. Gaya Bahasa Personifikasi Hasil Pembahasan gaya bahasa personifikasi dapat ditabelkan sebagai berikut: No


Data 44

Setelah tiga tahun penuh darah yang bungkam itu, aku lahir dan seorang penguasa baru duduk di takhta.

No


Data

Penginsanan Bagian Tubuh Manusia Terbanding

Pembanding

Darah

Bungkam

Penginsanan Benda Mati Terbanding

Pembanding

45

Waktu menendangmu ke dalamnya.

Waktu

Menendangmu

46

Alarm menjeritkan darurat.

Alarm

Menjeritkan

47

Cermin itu hanya menceritakan dari luar apa yang telah terjadi padaku.

Cermin

Menceritakan

No


Data

Penginsanan Ide atau Gagasan Terbanding

Pembanding

48

Tapi pada saat yang sama kegelapan mengintai dari wilayah gentong-gentong air.

Kegelapan

Mengintai

49

Jika kau menggabungkan doa dengan seks, maka akan dua resiko. Doa membunuh gairah seks.

Doa

Membunuh


No


Data

Penginsanan Alam Terbanding

Pembanding

50

Bulan berjalan. Tahun berganti.

Waktu

Berjalan

51

Di kota itu ada sebuah istanah, yang menyingkapkan diri ketika kabut lari.

Kabut

Lari

52

Alam bisu. Dan si lelaki itu galau.

Alam

Bisu

No


Data Burung-burung mencukuri jambul hutan.

No


Data 54

Penginsanan Binatang Terbanding

53

Beberapa pohon raksasa menggeram, gemetar, lalu tercabut dari tanah dengan kekuatan yang menakutkan.

44

Pembanding

Burung-burung

Mencukuri jambul hutan Penginsanan Tumbuhan

Terbanding

Pembanding

Bergoyang

Menggeram, gemetar

(keadaan/situasi)

2.5 Gaya Bahasa Depersonifikasi Gaya bahasa depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada manusia atau insani (membendakan manusia atau insan). Dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang gaya bahasa depersonifikasi dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian, yakni penginsanan manusia menjadi benda mati, penginsanan manusia menjadi ide atau gagasan, penginsanan manusia menjadi alam, dan penginsanan manusia menjadi binatang. Berikut penjelasannya. 2.5.1 Penginsanan Benda Mati Terhadap Manusia Berikut ini merupakan gaya bahasa depersonifikasi penginsanan manusia terhadap benda mati dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang


45

dikelompokkan menurut perbandingannya. Dalam contoh di bawah disebutkan perbandingan gaya bahasa depersonifikasi antara manusia terhadap benda mati. Berikut penjelasannya: (55) (56)

Kakakku hanyalah cermin, yang menampakkan apa yang telah terjadi dalam diriku. (PEPL, halaman 23). Dan Tri... dengan demikian sesungguhnya ia kecipratan sebagai ampas yang aku tak mampu bersihkan dari perbuatan-perbuatanku. (PEPL, halaman 28).

Contoh (55) melekatkan benda mati pada manusia atau insani. Contoh (55) menunjukkan hal tersebut yaitu pada kakakku hanyalah cermin. Kata kakakku adalah seorang manusia yang digambarkan terhadap benda mati yaitu pada kata cermin. Contoh (56) melekatkan benda mati pada manusia atau insani. Contoh (56) menunjukkan hal tersebut yaitu pada sebagai ampas. Kata ampas adalah benda mati yang dilekatkan kepada seorang manusia yaitu kata Tri. 2.5.2 Penginsanan Gagasan terhadap Manusia Berikut ini merupakan gaya bahasa depersonifikasi penginsanan ide atau gagasan terhadap manusia dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Di dalam contoh di bawah ini disebutkan perbandingan gaya bahasa depersonifikasi antara manusia terhadap ide atau gagasan. Berikut penjelasannya: (57)

Tapi pada saat yang sama kegelapan mengintai dari wilayah gentong-gentong air. (PEPL, halaman 101).

Contoh (57) melekatkan ide atau gagasan pada manusia atau insani. Contoh (57) menunjukkan hal tersebut yaitu pada kegelapan mengintai. Kegelapan


46

mengintai adalah penginsanan gagasan kata kegelapan yang seolah-olah memiliki mata untuk mengintai layaknya seorang manusia. 2.5.3 Penginsanan Alam dan Tumbuhan Terhadap Manusia Berikut ini merupakan gaya bahasa depersonifikasi penginsanan alam terhadap manusia dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Di dalam contoh di bawah disebutkan perbandingan gaya bahasa depersonifikasi antara manusia terhadap alam. Perhatikan contoh berikut: (58) (59)

Ia (ibu) adalah udara. (PEPL, halaman 118). Tapi ia tahu bisa menjadi duri dalam daging setiap kali misa. (PEPL, halaman 270).

Contoh (58) melekatkan alam pada manusia atau insani. Contoh (58) menunjukkan hal tersebut yaitu pada ia dan udara. Kata ia adalah seorang manusia yang digambarkan terhadap alam yaitu pada kata udara. Contoh (59) melekatkan bagian tumbuhan pada manusia atau insani. Contoh (59) menunjukkan hal tersebut yaitu pada ia dan duri. Kata ia adalah seorang manusia yang digambarkan terhadap bagian tumbuhan yaitu pada kata duri. 2.5.4 Penginsanan Binatang Terhadap Manusia Berikut ini merupakan gaya bahasa depersonifikasi penginsanan binatang terhadap manusia dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Contoh berikut ini disebutkan perbandingan gaya bahasa depersonifikasi antara manusia terhadap binatang. Perhatikan berikut ini: (60)

Di taman ini saya adalah seekor burung. Terbang beribu-ribu mil dari sebuah negeri yang tak mengenal musim, bermigrasi mencari semi, tempat harum rumput bisa


47

tercium, juga pohon-pohon, yang tak pernah kita tahu namanya, atau umurnya. (PEPL, halaman 203).

Contoh (60) melekatkan binatang pada manusia atau insani. Contoh (60) menunjukkan hal tersebut yaitu pada saya adalah seekor burung. Kata saya adalah seorang manusia yang digambarkan terhadap binatang yaitu pada kata burung.

Tabel 6. Gaya Bahasa Depersonifikasi Hasil Pembahasan gaya bahasa depersonifikasi dapat ditabelkan sebagai berikut: No


Penginsanan Benda Mati Terhadap

Data

Manusia Terbanding

Pembanding

55

Kakakku hanyalah cermin, yang menampakkan apa yang telah terjadi dalam diriku.

Kau (orang kedua)

Cermin

56

Dan Tri... dengan demikian sesungguhnya ia kecipratan sebagai ampas yang aku tak mampu bersihkan dari perbuatan-perbuatanku.

Tri

Ampas

No


Penginsanan Gagasan terhadap

Data 57

Manusia Tapi pada saat yang sama kegelapan mengintai dari wilayah gentong-gentong air.

Terbanding

Pembanding

Mengintai

kegelapan


No


Data

Penginsanan Alam dan Tumbuhan Terhadap Manusia Terbanding

Pembanding

58

Ia (ibu) adalah udara.


Udara

59

Tapi ia tahu bisa menjadi duri dalam daging setiap kali misa.


Duri

No


Penginsanan Binatang Terhadap Manusia

Data 60

48

Di taman ini saya adalah seekor burung. Terbang beribu-ribu mil dari sebuah negeri yang tak mengenal musim, bermigrasi mencari semi, tempat harum rumput bisa tercium, juga pohon-pohon, yang tak pernah kita tahu namanya, atau umurnya.

Terbanding

Pembanding

Saya (tokoh utama tunggal)

Seekor burung

2.6 Gaya Bahasa Antitesis Gaya bahasa antitesis adalah gaya bahasa yang megadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (kata-kata yang mengandung ciri semantik yang bertentangan). Berikut ini merupakan gaya bahasa antitesis dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut perbandingannya. Dalam contoh di bawah disebutkan perbandingan gaya bahasa antitesis antara dua antonim. Berikut penjelasannya: (61) (62)

Aku membolak-balik mencari kisah yang seru dan meninggalkan bagian yang membosankan. (PEPL, halaman 117). Ibuku keturunan peri. Ayahku keturunan monster. (PEPL, halaman 122).


49

Contoh (61) terdapat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada seru dengan membosankan, dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. Contoh (62) memuat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada peri dengan monster. Pada kata peri adalah sosok yang memiliki sifat baik hati seperti malaikat, sedangkan sosok monster memiliki sifat jahat atau buruk. Jadi, dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. (63) (64)

Setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang. (PEPL, halaman 62). Tapi, memang, kita tidak pernah tahu mana yang merupakan Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. (PEPL, halaman 88).

Contoh (63) terdapat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada pemenang dengan pecundang. Pada kata pemenang memiliki makna menjadi sesuatu yang terbaik, sedangkan sosok pecundang memiliki makna sebaliknya sehingga dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. Contoh (64) memuat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada baik dengan jahat. Pada kata baik adalah suatu hal memiliki sifat baik hati, sedangkan jahat memiliki makna sebaliknya atau buruk. Jadi, dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. (65)

Di pavilliun itu tinggal dua bibiku. Yang satu kurus yang satu gemuk. (PEPL, halaman 94).


(66)

50

Mereka saudara perempuan Ayah. Yang kurus kakaknya, yang gemuk adiknya. (PEPL, halaman 94).

Contoh (65) memuat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada kurus dengan gemuk. Pada kata kurus adalah sosok yang memiliki keadaan, bentuk yang kecil, sedangkan gemuk memiliki sifat, keadaan, situasi yang besar. Jadi, dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. Contoh (66) memuat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada kakaknya dengan adiknya. Pada kata kakaknya adalah sosok yang memiliki sifat lebih tinggi di atas kata adiknya yang memiliki tingkatan tinggi rendah. Jadi, dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. (67) (68) (69)

Aku tahu aku lebih senang diapeli cowok yang naik mobil dari pada yang naik motor atau malah bis kota. (PEPL, halaman). Darinya aku tahu bahwa dunia ini memiliki tempat terang dan tempat gelap. (PEPL, halaman 93). Nilai-nilai mereka melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan. (PEPL, halaman 32).

Contoh (67) memuat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada mobil dengan motor. Pada kata mobil adalah kendaraan berroda empat berbeda keadaan atau bentuk dengan motor yang beroda dua. Jadi, dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. Contoh (68) memuat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada tempat terang dengan tempat gelap. Pada


51

kata tempat terang adalah memiliki sifat, keadaa, situasi yang berbeda dengan tempat gelap. Jadi, dua kata tersebut adalah mengandung ciri semantik yang bertentangan. Contoh (69) memuat gaya bahasa antitesis dengan perbandingan antara dua antonim. Hal tersebut ditunjukkan pada melarang dengan menginginkan. Pada kata melarang adalah memiliki sifat yang harus dihindari, berbeda dengan menginginkan yang memiliki sifat kemauan atau mengharuskan.

Tabel 7. Gaya Bahasa Antitesis Hasil Pembahasan gaya bahasa antitesis dapat ditabelkan sebagai berikut: No


Data

Perbandingan Dua Antonim Terbanding

Pembanding

61

Aku membolak-balik mencari kisah yang seru dan meninggalkan bagian yang membosankan.

Seru

Membosankan

62

Ibuku keturunan peri. Ayahku keturunan monster.

Ibuku Ayahku Ibuku Peri

Peri (Malaikat) Monster (Sifat jahat) Ayahku Monster

63

Setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang.

Pemenang

Pecundang

64

Tapi, memang, kita tidak pernah tahu mana yang merupakan Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Baik

Di pavilliun itu tinggal dua bibiku. Yang satu kurus yang satu gemuk.

Kurus

65

Jahat

Gemuk


66

Mereka saudara perempuan Ayah. Yang kurus kakaknya, yang gemuk adiknya.

Kakaknya

Adiknya

67

Aku tahu aku lebih senang diapeli cowok yang naik mobil dari pada yang naik motor atau malah bis kota.

Mobil

Motor

68

Darinya aku tahu bahwa dunia ini memiliki tempat terang dan tempat gelap.

Tempat terang

Tempat gelap

69

Nilai-nilai mereka melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan.

Melarang

Menginginkan

52

2.7 Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi Gaya bahasa pleonasme adalah pemakaian kata berlebihan (mubazir), yang sebenarnya tidak perlu dan bila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh. Sedangkan tautologi, jika kata yang berlebihan itu pada dasarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain. 2.7.1 Gaya Bahasa Pleonasme Berikut ini merupakan gaya bahasa pleonasme dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut kalimat dengan kata-kata mubazir. Berikut penjelasannya: (70) (71) (72)

Kelak aku tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar. (PEPL, halaman 13). Rabu malam kami berzinah dengan sangat ribut sehingga orang lain tidak bisa tidur. (PEPL, halaman 45). Aku akan berpapasan dengan kawanan kambing atau menghindarkan langkahku dari tahi mereka yang berbentuk seperti pil jamu. (PEPL, halaman 125).


53

Pada kalimat contoh (70) memuat gaya bahasa pleonasme yang mengandung kata-kata mubazir yaitu dengan bibir merah segar. Kata-kata tersebut dianggap mubazir karena apabila dihilangkan arti atau makna kalimat yang diikutinya tetap utuh. Contoh (71) terdapat gaya bahasa pleonasme yang mengandung kata mubazir yaitu dengan sangat ribut sehingga orang lain tidak bisa tidur. Kata-kata tersebut dianggap mubazir karena apabila dihilangkan arti atau makna kalimat tetap utuh. Kalimat contoh (71) bisa cukup ditulis dengan Rabu malam kami berzinah. Contoh (72) memuat gaya bahasa pleonasme yang mengandung kata mubazir yaitu yang berbentuk seperti pil jamu.. Kata-kata tersebut dianggap mubazir karena apabila dihilangkan arti atau makna kalimat tetap utuh. 2.7.1 Gaya Bahasa Tautologi Berikut ini merupakan dua contoh gaya bahasa tautologi dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut kalimat dengan kata-kata berlebihan yang pada dasarnya mengandung perulangan dari (sebuah) kata lain. Berikut penjelasannya: (73) (74)

Keduanya sama sebab dipimpin oleh “bapak”, lelaki. (PEPL, halaman 219). Sekolah itu dipimpin oleh biarawati berkerudung putih atau kelabu. (PEPL, halaman 112).

Pada kalimat contoh (73) memuat gaya bahasa taulogi karena mengandung perulangan dari sebuah kata sebelumnya yang bersifat sama. Kata tersebut adalah


54

lelaki yang sebelumnya sudah ada kata “bapak” yang menjelaskan bahwa kata itu adalah seorang lelaki. Contoh (74) memuat gaya bahasa pleonasme yang mengandung kata mubazir yaitu berkerudung putih atau kelabu. Kata-kata tersebut dianggap mubazir karena apabila dihilangkan arti atau makna kalimat tetap utuh dan tanpa ada kata tersebut sudah dapat menjelaskan bahwa seorang biarawati berkerudung putih atau kelabu.

Tabel 8. Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi Hasil Pembahasan gaya bahasa pleonasme dan tautologi dapat ditabelkan sebagai berikut: No


Data

Gaya Bahasa Pleonasme Terbanding

Pembanding

70

Kelak aku tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar.

Aku

Gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar

71

Rabu malam kami berzinah dengan sangat ribut sehingga orang lain tidak bisa tidur.

Kami bezinah

Dengan sangat ribut sehingga orang lain tidak bisa tidur

72

Aku akan berpapasan dengan kawanan kambing atau menghindarkan langkahku dari tahi mereka yang berbentuk seperti pil jamu.

Aku

Kawanan kambing

No


Data

Gaya Bahasa Taulogi Terbanding

Pembanding

73

Keduanya sama sebab dipimpin oleh “bapak”, lelaki.

Bapak

Lelaki

74

Sekolah itu dipimpin oleh biarawati berkerudung putih atau kelabu.

Biarawati

Berkerudung putih atau kelabu


55

2.8 Gaya Bahasa Perifrasisi Gaya bahasa perifrasis agak mirip dengan pleonasme. Perbedaannya kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan satu kata saja. Berikut ini merupakan gaya bahasa perifrasis dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang disajikan menurut kata berlebihan dengan kata penggantinya. Berikut penjelasannya: (75) (76) (77) (78)

Aku mengerjakan PR-nya sementara ia mengedot botol susu (=malas). (PEPL, halaman 22). Lidah-lidah jingga menjilat-jilat (=api). Kau hanya bisa melintasi celah jurang bersama seseorang . (PEPL, halaman 74). Toko jam Pakde tampaknya tidak sukses (=bangkrut). Toko itu tutup dan Pakde kembali ke Yogyakarta, tempat asal Ayah dan Ibu. (PEPL, halaman 104). Setiap kali melihat perubahan pada lekuk lelaki pertamanya, A membayangkan dirinya seorang suami, memandang istri yang mulai melar karena melahirkan anakanak mereka. Lelaki itu mulai kehilangan selera. Lalu lelaki itu tertarik pada perempuan baru. Lalu agama dan adat membolehkan dia mengambil istri muda (=poligami). (PEPL, halaman 200).

Pada kalimat contoh (75) terdapat gaya bahasa perifrasisi yang mengandung kata berlebihan. Kata tersebut yaitu mengedot botol susu. Dalam konteks kalimat (75) kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja yaitu malas. Contoh (76) memuat gaya bahasa perifrasisi yang mengandung kata berlebihan. Kata tersebut yaitu Lidah-lidah jingga menjilat-jilat. Dalam konteks kalimat (76) kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja yaitu api. Contoh (77) terdapat gaya bahasa perifrasisi yang mengandung kata-kata berlebihan. Kata-kata tersebut yaitu tampaknya tidak sukses dan Toko itu tutup. Dalam konteks kalimat (77) kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja yaitu bangkrut.


56

Contoh (78) memuat gaya bahasa perifrasisi yang mengandung kata-kata berlebihan. Kata-kata tersebut yaitu Lalu lelaki itu tertarik pada perempuan baru. Lalu agama dan adat membolehkan dia mengambil istri muda. Dalam konteks kalimat (78) kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja yaitu poligami.

Tabel 9. Gaya Bahasa Perifrasisi Hasil Pembahasan gaya bahasa perifasisi dapat ditabelkan sebagai berikut: No

Kalimat

Terbanding

Pembanding

75

Aku mengerjakan PR-nya sementara ia mengedot botol susu.

Malas

Mengedot botol susu.

76

Lidah-lidah jingga menjilat-jilat (=api). Kau hanya bisa melintasi celah jurang bersama seseorang.

Api

Lidah-lidah jingga menjilat-jilat

77

Toko jam Pakde tampaknya tidak sukses. Toko itu tutup dan Pakde kembali ke Yogyakarta, tempat asal Ayah dan Ibu.

Bangkrut

Tidak Sukses

78

Setiap kali melihat perubahan pada lekuk lelaki pertamanya, A membayangkan dirinya seorang suami, memandang istri yang mulai melar karena melahirkan anakanak mereka. Lelaki itu mulai kehilangan selera. Lalu lelaki itu tertarik pada perempuan baru. Lalu agama dan adat membolehkan dia mengambil istri muda.

Poligami

Lalu lelaki itu tertarik pada perempuan baru. Lalu agama dan adat membolehkan dia mengambil istri muda.

Data

2.9 Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis Gaya bahasa antisipasi adalah gaya bahasa yang berwujud mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa yang sebenarnya terjadi.


57

Berikut ini merupakan gaya bahasa antisipasi atau prolepsis dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang disajikan dalam contoh menurut gagasan kalimat dengan gagasan penerusnyanya. (79) (80) (81)

Tapi kami bahagia bahwa ia adalah pesilat kedua di kelasnya di Asia Tenggara dan aku termasuk sepuluh gadis terpilih dari seribu pendaftar. (PEPL, halaman 58). Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot. (PEPL, halaman 94). Katanya dengan bangga, ia telah punya tunangan, dan inilah cincin dari sang kekasih. (PEPL, halaman 115).

Pada kalimat contoh (79) terdapat gaya bahasa antipasi karena mengandung gagasan atau peristiwa yang ditempatkan pada awal kalimat dan diteruskan gagasan penerusnya. Hal itu ditunjukan pada gagasan Tapi kami bahagia kemudian diteruskan gagasan selanjutnya. Pada kalimat contoh (80) memuat gaya bahasa antipasi karena mengandung gagasan atau peristiwa yang ditempatkan pada awal kalimat dan diteruskan gagasan penerusnya. Hal itu ditunjukan pada gagasan Lebih menakutkan lagi. Kemudian diteruskan gagasan selanjutnya. Pada kalimat contoh (81) memuat gaya bahasa antipasi karena mengandung gagasan atau peristiwa yang ditempatkan pada awal kalimat dan diteruskan gagasan penerusnya. Hal itu ditunjukan pada gagasan Katanya dengan bangga. Kemudian diteruskan gagasan selanjutnya.


58

Tabel 10. Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis Hasil Pembahasan gaya bahasa antisipasi atau plolepsis dapat ditabelkan sebagai berikut: No

Kalimat

Terbanding

Pembanding

Tapi kami bahagia bahwa ia adalah pesilat kedua di kelasnya di Asia Tenggara dan aku termasuk sepuluh gadis terpilih dari seribu pendaftar.

Bahagia

bahwa ia adalah pesilat kedua di kelasnya di Asia Tenggara dan aku termasuk sepuluh gadis terpilih dari seribu pendaftar.

80

Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot.

Menakutkan

di ujung tembok yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot.

81

Katanya dengan bangga, ia telah punya tunangan, dan inilah cincin dari sang kekasih.

Bangga

ia telah punya tunangan, dan inilah cincin dari sang kekasih.

Data 79

2.10 Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortesis Gaya bahasa koreksio adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki atau dikoreksi kembali. Berikut ini merupakan gaya bahasa koreksio atau epanortesis dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut penandanya. Dalam contoh di bawah disebutkan penanda koreksi dengan kata perbaikan atau koreksi. (82) (83)

Pada hari yang sama, seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan Matahari. (PEPL, halaman 15). Untuk menghiburnya aku sering mengajaknya jalan-jalan ke luar kota naik mobilku. Maksudku, mobil Ayahku. (PEPL, halaman 51).


(84) (85)

59

Ada orang yang begitu pendek sehingga tidak boleh ikut main roller coaster di Disneyland, sebab di sana ada batas tinggi badan, eh, batas pendek badan. (PEPL, halaman 61). Suara gas itu menyakinkan aku bahwa yang datang adalah pacarku, bukan pacar kakakku. (PEPL, halaman 17).

Pada kalimat contoh (82) memuat gaya bahasa koreksio karena mengandung kata penegasan yang kemudian diperbaiki atau dikoreksi. Penanda kata koreksi yaitu melainkan. Kemudian kata Matius dikoreksi atau penegasan menjadi Matahari. Pada kalimat contoh (83) terdapat gaya bahasa koreksio karena mengandung kata penegasan yang kemudian diperbaiki atau dikoreksi dengan penanda maksudku. Kemudian kata mobilku dikoreksi atau penegasan menjadi mobil Ayahku. Pada kalimat contoh (84) terdapat gaya bahasa koreksio karena mengandung kata penegasan yang kemudian diperbaiki atau dikoreksi dengan penanda eh. Kemudian kata tinggi badan dikoreksi menjadi batas pendek badan. Pada kalimat contoh (85) terdapat gaya bahasa koreksio karena mengandung kata penegasan yang kemudian diperbaiki atau dikoreksi dengan penanda bukan. Kemudian kata pacakku dikoreksi menjadi pacar kakakku.


60

Tabel 11. Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortesis Hasil Pembahasan gaya bahasa antisipasi atau plolepsis dapat ditabelkan sebagai berikut: No

Kalimat Utuh

Terbanding

Pembanding

85

Pada hari yang sama, seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan Matahari.

Matius

Matahari

86

Untuk menghiburnya aku sering mengajaknya jalan-jalan ke luar kota naik mobilku. Maksudku, mobil Ayahku.

Mobil Ayahku

Mobilku

87

Ada orang yang begitu pendek sehingga tidak boleh ikut main roller coaster di Disneyland, sebab di sana ada batas tinggi badan, eh, batas pendek badan.

Batas pendek badan.

Batas tinggi badan

88

Suara gas itu menyakinkan aku bahwa yang datang adalah pacarku, bukan pacar kakakku.

Pacarku

Pacar kakakku

Data


BAB III FUNGSI BAHASA DALAM GAYA BAHASA PERBANDINGAN DI DALAM NOVEL PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG, KARYA AYU UTAMI 3.1 Pengantar Menurut Tarigan (1986: 03-11), fungsi bahasa adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini. Bahasa adalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. Fungsi bahasa dalam gaya bahasa perbandingan adalah untuk mengetahui gagasan penulis melalui bahasa-bahasa yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Dalam buku berjudul Explorations in the Functions of Language karya Halliday (1973), ditemukan tujuh fungsi gaya bahasa yang meliputi: (1) Fungsi Instrumental (the instrumental fuction), (2) Fungsi regulasi (the regulatory function), (3) Fungsi representasional (the representational function), (4) Fungsi interaksional (the interactional function), (5) Fungsi personal (the personal function), (6) Fungsi heuristik (the heuristic function), dan (7) Fungsi imajinatif (the imaginative function). Berikut fungsi bahasa perbandingan yang terdapat di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.

61


62

3.2 Fungsi Gaya Bahasa Perumpamaan atau Simile Gaya bahasa perumpamaan atau simile adalah perbandingan dua hal bersifat eksplisit yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Berikut ini fungsi gaya bahasa perumpamaan atau simile dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang dikelompokkan menurut fungsinya yaitu fungsi imajinatif dan fungsi representasional. 3.2.1 Fungsi Imajinatif Fungsi imajinatif adalah penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajiatif. Mingisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktik penggunan fungsi imajinatif bahasa. Fungsi ini bersifat imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah

dan berpetualang melalui keindahan bahasa itu

sendiri seperti yang ada pada ungkapan itu sendiri. Perhatikan contoh berikut: (86) (87) (88)

Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula saja, yang takut pada kalung salib. (PEPL, halaman 14). Di bagian produk perempuan, tampak tubuh-tubuh telanjang berjejer pada ban berjalan, seperti pabrik boneka Barbie. (PEPL, halaman 34). Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin. Jika sudah pecah, jadi tidak berharga. (PEPL, halaman 34).

Contoh (86) terdapat fungsi gaya bahasa imajinatif yang ditandai kata seperti dengan ungkapan Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula saja, yang takut pada kalung salib. Karena fungsi imajinatif adalah fungsi bahasa penciptaan gagasan-gagasan yang imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah atau berpetualang melalui keindahan bahasa itu sendiri seperti pada ungkapan contoh (86).


63

Contoh (87) terdapat fungsi gaya bahasa imajinatif yang ditandai kata seperti dengan ungkapan Di bagian produk perempuan, tampak tubuh-tubuh telanjang berjejer pada ban berjalan, seperti pabrik boneka Barbie. Karena fungsi imajinatif adalah fungsi bahasa penciptaan gagasan-gagasan yang imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah atau berpetualang melalui keindahan bahasa itu sendiri seperti pada ungkapan contoh (87). Contoh (88) terdapat fungsi gaya bahasa imajinatif yang ditunjukkan dalam ungkapan Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin. Jika sudah pecah, jadi tidak berharga. Karena fungsi imajinatif adalah fungsi bahasa penciptaan gagasan-gagasan yang imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah atau berpetualang melalui keindahan bahasa itu sendiri seperti pada ungkapan contoh (88). 3.2.2 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (89) (90) (91)

Tapi ia merasa seperti si anak hilang yang pulang. (PEPL, halaman 297). Seperti kala bayi berada dalam rahim. (PEPL, halaman 262). Mereka memegang kamera seperti senapan, dan menembak setelah membidik terang-terangan. (PEPL, halaman 234).


64

Pada kalimat contoh (89) terdapat fungsi bahasa fungsi representasional yang ditunjukkan pada kalimat Tapi ia merasa seperti si anak hilang yang pulang. Kalimat tersebut menunjukkan sebuah fakta yang dapat dinalar oleh manusia dan bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Pada kalimat (89) juga memiliki sebuah penggambaran, yaitu ditandai kata seperti yang merupakan salah satu ciri dalam gaya bahasa simile atau perumpamaan. Pada kalimat contoh (89) terdapat fungsi bahasa fungsi representasional yang ditunjukkan pada kalimat Seperti kala bayi berada dalam rahim. Kalimat tersebut menunjukkan sebuah fakta yang dapat dinalar oleh manusia dan bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Pada kalimat (89) juga memiliki sebuah penggambaran, yaitu ditandai kata seperti yang merupakan salah satu ciri dalam gaya bahasa simile atau perumpamaan. Pada kalimat contoh (90) terdapat fungsi bahasa fungsi representasional yang ditunjukkan pada kalimat Mereka memegang kamera seperti senapan, dan menembak setelah membidik terang-terangan. Kalimat tersebut menunjukkan sebuah fakta yang dapat dinalar oleh manusia dan bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Pada kalimat (90) juga memiliki sebuah penggambaran, yaitu ditandai kata seperti yang merupakan salah satu ciri dalam gaya bahasa simile atau perumpamaan.


65

3.3 Fungsi Gaya Bahasa Metafora Gaya bahasa metafora adalah perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda (tanpa kata seperti, bagaikan, laksana, dll). Perbandingan ini yang paling padat, singkat, dan tersusun rapi. Dalam gaya bahasa metafora ditemukan dua fungsi bahasa, yaitu fungsi imaginatif dan fungsi representasional. Berikut data dikelompokkan menurut dua fungsi tersebut. 3.3.1 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (92) (93)

Aku bersyukur bahwa aku tidak pacaran betulan dengan si pemuda celana rombeng. (PEPL, halaman 17). Ah, menurut saya, perempuan tetap berhak menjadi cewek matre jika si cowok hanya menjadikan dia objek seks belaka! (PEPL, halaman 259).

Contoh (92) terdapat fungsi bahasa representasional, yaitu ditunjukkan dalam kalimat Aku bersyukur bahwa aku tidak pacaran betulan dengan si pemuda celana rombeng. Kalimat tersebut mengandung sebuah gagasan yang sebenarnya dan bisa terjadi dalam dunia nyata. Kalimat tersebut juga memiliki sebuah penggambaran dengan membandingkan antara lelaki dengan celana rombeng.


66

Contoh (93) merupakan fungsi bahasa representasional, yaitu ditunjukkan dalam kalimat Ah, menurut saya, perempuan tetap berhak menjadi cewek matre jika si cowok hanya menjadikan dia objek seks belaka!. Kalimat tersebut penggambaran yang mengandung sebuah gagasan sebenarnya dan bisa terjadi dalam dunia nyata. Karena cewek matre memiliki makna negatif yaitu seorang perempuan yang hanya menyukai harta dan memandang laki-laki dari materi atau atau harta. 3.3.2 Fungsi Imajinatif Fungsi imajinatif adalah penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajiatif. Mingisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktik penggunan fungsi imajinatif bahasa. Fungsi ini bersifat imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah



Lalu perempuan-perempuan itu siap dikirim ke muka bumi. (PEPL, halaman 34). Setelah rantai reaksi ini terjadi beberapa kali, barulah mereka tahu bahwa tak ada gunanya marah. (PEPL, halaman 32). Aku membayangkan sebuah pabrik surgawi. (PEPL, halaman 34).

Contoh (94) terdapat fungsi bahasa imajinatif karena terdapat gagasan bersifat imajinatif, yang tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Hanya ada dalam pikiran penulis, yaitu pada kalimat Lalu perempuan-perempuan itu siap dikirim ke muka bumi. Kalimat tersebut bersifat imajinatif karena pada dasarnya semua makhluk hidup ada di bumi dan tidak ada dari luar bumi.


67

Contoh (95) memuat fungsi bahasa imajinatif karena terdapat gagasan bersifat imajinatif, yang tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Hanya ada dalam pikiran penulis, yaitu pada kata rantai reaksi. Contoh (96) terdapat fungsi bahasa imajinatif karena terdapat gagasan bersifat imajinatif, yang tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Hanya ada dalam pikiran penulis, yaitu pada kata pabrik surgawi.

3.4 Fungsi Gaya Bahasa Personifikasi Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada barang yang tak bernyawa, gagasan-gagasan, dan ide yang abstrak (menginsankan atau memanusiakan benda-benda). Fungsi bahasa dalam gaya bahasa personifikasi ditemukan dua fungsi bahasa, yaitu fungsi imajinatif dan fungsi representasional. Data dikelompokkan menurut dua fungsi tersebut. Berikut pengelompokannya. 3.4.1 Fungsi Imajinatif Fungsi imajinatif adalah penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajiatif. Mingisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktik penggunan fungsi imajinatif bahasa. Fungsi ini bersifat imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah


sendiri seperti yang ada pada ungkapan itu sendiri. Perhatikan contoh berikut: (97)

Setelah tiga tahun penuh darah yang bungkam itu, aku lahir dan seorang penguasa baru duduk di takhta. (PEPL, halaman 90).


(98) (99)

68

Waktu menendangmu ke dalamnya. (PEPL, halaman 74). Alarm menjeritkan darurat. (PEPL, halaman 74).

Pada kalimat contoh (97) memuat jenis gaya bahasa personifikasi yang di dalamnya terdapat fungsi bahasa imajinatif. Fungsi bahasa tersebut terlihat dari kata-kata yang bersifat imajinatif, yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Kata tersebut yaitu, darah yang bungkam yang pada dasarnya darah adalah bagian dari tubuh manusia yang tidak memiliki mulut untuk bicara maupun bungkam. Pada kalimat contoh (98) terdapat jenis gaya bahasa personifikasi yang di dalamnya terdapat fungsi bahasa imajinatif. Fungsi bahasa tersebut terlihat dari kata-kata yang bersifat imajinatif, yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Kata tersebut yaitu, Waktu menendangmu yang pada dasarnya waktu tidak memiliki kaki untuk menendang, karena waktu merupakan benda mati. Pada kalimat contoh (99) memuat jenis gaya bahasa personifikasi yang di dalamnya terdapat fungsi bahasa imajinatif. Fungsi bahasa tersebut terlihat dari kata-kata yang bersifat imajinatif, yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Kata tersebut yaitu, Alarm menjeritkan yang pada dasarnya alaram adalah benda mati yang dan tidak memiliki alat bicara untuk menjerit. 3.4.2 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut:


(100)

69

Dan ia tetap ditunggu dengan setia. Oleh organ tua yang diam di sana, tak sadari oleh siapapun, bahkan oleh para suster penjaga sekolah. (PEPL, halaman 297).

Pada contoh (100) memuat kalimat yang di dalamnya terdapat gaya bahasa personifikasi dan fungsi bahasa representasional. Fungsi bahasa tersebut ditunjukkan pada kalimat organ tua yang diam. Organ tua merupakan bagian dari alat musik. Contoh (100) organ tua itu digambarkan tidak bisa berbunyi dengan semestinya dengan perumpamaan kata diam dan menjadi hal yang ada atau bisa terjadi dalam kehidupan nyata. 3.4.2 Dua Fungsi Bahasa Dalam Satu Gaya Bahasa Personifikasi Dua contoh di bawah ini terdapat dua fungsi bahasa. Yaitu a. fungsi bahasa fungsi imajinatif dan b. fungsi bahasa representasional. Berikut penjelasannya: (101) (102)

Bulan berjalan. Tahun berganti. (PEPL, halaman 57). Alam bisu. Dan si lelaki itu galau. (PEPL, halaman 223).

Pada contoh (101) memuat kalimat yang di dalamnya terdapat gaya bahasa personifikasi dengan fungsi imajinatif dan fungsi bahasa representasional. Fungsi bahasa imajinatif tersebut ditunjukkan pada kata Alam bisu, yang pada dasarnya bulan tidak memiliki alat bicara dan hanya bisa terjadi dalam imajinasi atau pikiran seseorang. Kemudian fungsi representasional pada kalimat Dan si lelaki itu galau, karena hal tersebut merupakan kejadian nyata dalam kehidupan manusia. Pada contoh (102) memuat kalimat yang di dalamnya terdapat gaya bahasa personifikasi dengan fungsi imajinatif dan fungsi bahasa representasional. Fungsi


70

bahasa imajinatif tersebut ditunjukkan pada kata Bulan berjalan, yang pada dasarnya bulan tidak memiliki kaki untuk berjalan

dan bisa terjadi dalam

imajinasi atau pikiran seseorang. Kemudian fungsi representasional pada kata tahun berganti, karena hal tersebut merupakan kejadian nyata dalam kehidupan.

3.5 Fungsi Gaya Bahasa Depersonifikasi Gaya bahasa depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada manusia atau insani (membendakan manusia atau insan). Dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang gaya bahasa depersonifikasi terdapat tiga fungsi bahasa, yakni fungsi imajinatif, fungsi representasional, dan fungsi personal. Berikut data dikelompokkan menurut fungsi-fungsi tersebut. 3.5.1 Fungsi Imajinatif Fungsi imajinatif adalah penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajiatif. Mingisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktik penggunan fungsi imajinatif bahasa. Fungsi ini bersifat imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah



Kakakku hanyalah cermin, yang menampakkan apa yang telah terjadi dalam diriku. (PEPL, halaman 23). Tapi ia tahu bisa menjadi duri dalam daging setiap kali misa. (PEPL, halaman 270). Ia (ibu) adalah udara. (PEPL, halaman 118).

Pada contoh (103) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Kakakku hanyalah cermin. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak


71

bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Karena manusia bukanlah sebuah cermin atau benda mati. Pada contoh (104) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Tapi ia tahu bisa menjadi duri dalam daging setiap kali misa. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Karena manusia tidak bisa berubah menjadi duri. Contoh (104) membandingkan antara manusia dengan benda mati yaitu sebuah duri. Pada contoh (105) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Ia (ibu) adalah udara. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Karena manusia bukanlah sebuah udara. Contoh (105) mencoba membandingkan antara manusia dengan alam yaitu udara. 3.5.2 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (106)

Dan Tri... dengan demikian sesungguhnya ia kecipratan sebagai ampas yang aku tak mampu bersihkan dari perbuatan-perbuatanku. (PEPL, halaman 28).

Contoh (106) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kata Tri dan sebagai

ampas. Menurut kalimat

(106) fungsi

bahasa

representasional muncul dari penggambaran Tri yang sebagai ampas yang


72

digambarkan sebagai orang yang terkena imbas dari perbuatan orang lain. Hal tersebut juga dapat terjadi di kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. 3.5.3 Fungsi Personal Fungsi personal yaitu fungsi bahasa yang memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Perhatikan contoh berikut: (107)

Di taman ini saya adalah seekor burung. Terbang beribu-ribu mil dari sebuah negeri yang tak mengenal musim, bermigrasi mencari semi, tempat harum rumput bisa tercium, juga pohon-pohon, yang tak pernah kita tahu namanya, atau umurnya. (PEPL, halaman 203).

Pada contoh (107) terdapat fungsi bahasa personal, yaitu pada kalimat saya adalah seekor burung. Kalimat tersebut merupakan bentuk ekspresi, emosi dari seseorang atau pribadi. Hal tersebut ditandai pada subjek yaitu kata saya.

3.6 Fungsi Gaya Bahasa Antitesis Gaya bahasa antitesis adalah gaya bahasa yang megadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (kata-kata yang mengandung ciri semantik yang bertentangan). Dalam gaya bahasa antitesis terdapat empat fungsi bahasa, yaitu fungsi representasional, fungsi imajinatif, fungsi personal, dan fungsi regulasi. Berikut pengelompokan fungsi-fungsi tersebut.


73

3.6.1 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (108) (109) (110)

Setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang. (PEPL, halaman 62). Di pavilliun itu tinggal dua bibiku. Yang satu kurus yang satu gemuk. (PEPL, halaman 94). Mereka saudara perempuan Ayah. Yang kurus kakaknya, yang gemuk adiknya. (PEPL, halaman 94).

Contoh (108) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang. Menurut kalimat (108) fungsi bahasa representasional muncul dari penggambaran bahwa setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang layaknya sebuah kompetisi yang memiliki juri sebagi tim penilai. Hal tersebut merupakan sebuah pendapat yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. Contoh (109) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang. Menurut kalimat (109) fungsi bahasa representasional muncul dari penggambaran bahwa setiap setiap manusia bisa memiliki tubuh gemuk dan kurus. Hal tersebut merupakan sebuah gagasan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. Contoh (110) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang. Menurut kalimat (110)


74

fungsi bahasa representasional muncul dari kalimat Mereka saudara perempuan Ayah. Yang kurus kakaknya, yang gemuk adiknya, bahwa setiap manusia dapat memiliki kakak maupun adik. Hal tersebut merupakan gagasan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. 3.6.2 Fungsi Imajinatif Fungsi imajinatif adalah penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajiatif. Mingisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktik penggunan fungsi imajinatif bahasa. Fungsi ini bersifat imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah


sendiri seperti yang ada pada ungkapan itu sendiri. Perhatikan contoh berikut: (111) (112)

Ibuku keturunan peri. Ayahku keturunan monster. (PEPL, halaman 122). Tapi, memang, kita tidak pernah tahu mana yang merupakan Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. (PEPL, halaman 88).

Pada contoh (111) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Ibuku keturunan peri. Ayahku keturunan monster. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Kalimat tersebut merupakan bentuk dimensi-dimensi imajinatif bahasa, penulis dapat berpetualang ke seberang kehisupan nyata dan menjelajahinya melalui bahasa itu sendiri. Pada contoh (112) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Tapi, memang, kita tidak pernah tahu mana yang merupakan Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Kalimat tersebut


75

merupakan bentuk dimensi-dimensi imajinatif bahasa, penulis dapat berpetualang ke seberang kehisupan nyata dan menjelajahinya melalui bahasa itu sendiri, seperti Pohon Pengetahuan yang dapat mengetahui antara baik dan buruk. 3.6.3 Fungsi Personal Fungsi personal yaitu fungsi bahasa yang memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Perhatikan contoh berikut: (113) (114) (115)

Aku membolak-balik mencari kisah yang seru dan meninggalkan bagian yang membosankan. (PEPL, halaman). Aku tahu aku lebih senang diapeli cowok yang naik mobil dari pada yang naik motor atau malah bis kota. (PEPL, halaman). Darinya aku tahu bahwa dunia ini memiliki tempat terang dan tempat gelap. (PEPL, halaman 93).

Pada kalimat contoh (113) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Aku membolak-balik mencari kisah yang seru dan meninggalkan bagian yang membosankan. Menurut kalimat (113) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. Pada kalimat contoh (114) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Aku tahu aku lebih senang diapeli cowok yang naik mobil dari pada yang naik motor atau malah bis kota. Menurut kalimat (114) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. Pada kalimat contoh (115) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Darinya aku tahu bahwa dunia ini memiliki


76

tempat terang dan tempat gelap. Menurut kalimat (115) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. 3.6.4 Fungsi Regulasi Fungsi regulasi yaitu, bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa. Terkadang fungsi regulasi ini memang agak sukar dibedakan dari fungsi instrumental. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan ini bertindak untuk mengatur serta mengendalikan orang lain. Demikianlah, pengaturan pertemuan-pertemuan antara orang-orang – persetujuan, celaan, ketidaksetujuan pengawan tingkah laku, menetapkan peraturan dan hukum – merupakan ciri fungsi regulasi bahasa. Perhatikan contoh berikut: (116)

Nilai-nilai mereka melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan. (PEPL, halaman 32).

Kalimat contoh (116) terdapat fungsi bahasa regulasi atau bentuk bahasa yang bertujuan untuk mengatur serta mengendalikan orang lain. Hal tersebut ditunjukkan dalam kalimat Nilai-nilai mereka melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan.

3.7 Fungsi Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi Gaya bahasa pleonasme adalah pemakaian kata berlebihan (mubazir), yang sebenarnya tidak perlu dan bila kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap


77

utuh. Sedangkan tautologi, jika kata yang berlebihan itu pada dasarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain. Dalam gaya bahasa ini kata mubazir justru menjadi acuan untuk memperjelas gagasan tertentu yang di dalamnya terdapat fungsi-fungsi bahasa, yaitu fungsi representasional, fungsi heuristik, dan fungsi personal. Berikut data di kelompokkan menurut fungsi-fungsi tersebut. 3.7.1 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (117) (118)

Kelak aku tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar. (PEPL, halaman 13). Esoknya ia telah muncul di rumahku dengan motor Suzuki-nya. (PEPL, halaman 19).

Contoh (117) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Kelak aku tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar. Menurut kalimat (117) fungsi bahasa representasional merupakan sebuah pendapat yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya bisa terjadi. Contoh (118) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Esoknya ia telah muncul di rumahku dengan motor Suzuki-nya. Menurut kalimat (118) fungsi bahasa representasional merupakan sebuah pendapat atau


78

gagasan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. 3.7.2 Fungsi Heuristik Fungsi heuristik adalah fungsi bahasa yang melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari seluk-beluk lingkungan. Fungsi heuristik seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban. Perhatikan contoh berikut: (119)

“Sudah ngapain aja?” ia bertanya dengan gaya bijaknya yang menyamarkan rasa ingin tahu. (PEPL, halaman 24).

Contoh (119) terdapat fungsi bahasa heuristik yang ditandai dengan sebuah kalimat tanya yaitu “Sudah ngapain aja?” ia bertanya dengan gaya bijaknya yang menyamarkan rasa ingin tahu. Fungsi heuristik adalah fungsi bahasa yang disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban. Rasa ingin tahu dari orang lain merupakan salah satu ciri fungsi bahasa ini. 3.7.3 Fungsi Personal Fungsi personal yaitu fungsi bahasa yang memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Perhatikan contoh berikut: (120)

Kue itu kutaruh di piring dan kutinggalkan berbasuh agar aku bisa memakannya dengan khidmat. (PEPL, halaman 119).

Pada kalimat contoh (120) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Kue itu kutaruh di piring dan kutinggalkan


79

berbasuh agar aku bisa memakannya dengan khidmat. Menurut kalimat (120) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku.

3.8 Fungsi Gaya Bahasa Perifrasisi Gaya bahasa perifrasis agak mirip dengan pleonasme. Perbedaannya kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan satu kata saja. Dalam gaya bahasa perifasi ditemukan tiga fungsi bahasa, yaitu fungsi bahasa personal, fungsi representasional, dan fungsi imajinatif. Berikut pengelompokannya. 3.8.1 Fungsi Personal Fungsi personal yaitu fungsi bahasa yang memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Perhatikan contoh berikut: (121) (122) (123)

Aku mengerjakan PR-nya sementara ia mengedot botol susu. (PEPL, halaman 22). Ya, aku mencari-cari pembenaran yang tampak masuk akal untuk melancarkan kehendak dan nafsuku sendiri, meskipun pada saat itu aku belum mau mengakuinya. (PEPL, halaman 27). Nik memang berencana untuk selesai kuliah cepat-cepat, cari kerja, punya uang, dan mengawini aku. (PEPL, halaman 46).

Pada kalimat contoh (121) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Aku mengerjakan PR-nya sementara ia mengedot botol susu. Menurut kalimat (121) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku.


80

Pada kalimat contoh (122) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Ya, aku mencari-cari pembenaran yang tampak masuk akal untuk melancarkan kehendak dan nafsuku sendiri, meskipun pada saat itu aku belum mau mengakuinya. Menurut kalimat (122) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. Pada kalimat contoh (123) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Nik memang berencana untuk selesai kuliah cepat-cepat, cari kerja, punya uang, dan mengawini aku. Menurut kalimat (123) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. 3.8.2 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (124) (125) (126)

Toko jam Pakde tampaknya tidak sukses. Toko itu tutup dan Pakde kembali ke Yogyakarta, tempat asal Ayah dan Ibu. (PEPL, halaman 104). Bibi gemuk selalu ingin membelikan aku macam-macam . (PEPL, halaman 123). Setelah celingak-celinguk menyakinkan diri bahwa tidak ada orang dewasa, ia menunjukkan yang di tangannya. (PEPL, halaman 135).

Contoh (124) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Toko jam Pakde tampaknya tidak sukses. Toko itu tutup dan Pakde


81

kembali ke Yogyakarta, tempat asal Ayah dan Ibu. Menurut kalimat (124) fungsi bahasa representasional merupakan sebuah pendapat yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. Contoh (125) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat

Bibi gemuk selalu ingin membelikan aku macam-macam. Menurut

kalimat (125) fungsi bahasa representasional merupakan sebuah pendapat yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. Contoh (126) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat

Setelah celingak-celinguk menyakinkan diri bahwa tidak ada orang

dewasa. Menurut kalimat (126) fungsi bahasa representasional merupakan sebuah pendapat yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. 3.8.3 Fungsi Imajinatif Fungsi imajinatif adalah penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajiatif. Mingisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktik penggunan fungsi imajinatif bahasa. Fungsi ini bersifat imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah



Lidah-lidah jingga menjilat-jilat. Kau hanya bisa melintasi celah jurang bersama seseorang. (PEPL, halaman 74). Enam-sekat pesilatnya mulai lumer; ia tak berolahraga lagi. Segaris senyum muncul di bawah perutnya yang mulai berdaging. (PEPL, halaman 199). Sekarang ia tak berdaya menahan penumpukan daging. (PEPL, halaman 199).


82

Pada contoh (127) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Lidah-lidah jingga menjilat-jilat. Kau hanya bisa melintasi celah jurang bersama seseorang. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Kalimat tersebut merupakan bentuk dimensi-dimensi imajinatif bahasa, penulis dapat berpetualang ke seberang kehisupan nyata dan menjelajahinya melalui bahasa itu sendiri dalam mpikirannya atau umajinasinya. Pada contoh (128) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Enam-sekat pesilatnya mulai lumer; ia tak berolahraga lagi. Segaris senyum muncul di bawah perutnya yang mulai berdaging. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Kalimat tersebut merupakan bentuk dimensi-dimensi imajinatif bahasa melalui pilihan kata atau diksi, penulis dapat berpetualang ke seberang kehisupan nyata dan menjelajahinya melalui bahasa itu sendiri. Pada contoh (129) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Sekarang ia tak berdaya menahan penumpukan daging. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Kalimat tersebut merupakan bentuk dimensi-dimensi imajinatif bahasa, penulis dapat berpetualang ke seberang kehisupan nyata dan menjelajahinya melalui bahasa itu sendiri.

3.9 Fungsi Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis Gaya bahasa antisipasi adalah gaya bahasa yang berwujud mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa yang sebenarnya terjadi. Dalam gaya bahasa antipasi atau prolepsis ditemukan tiga


83

fungsi bahasa yaitu fungsi bahasa personal, fungsi representasional, dan fungsi imajinatif. Berikut pengelompokannya. 3.9.1 Fungsi Personal Fungsi personal yaitu fungsi bahasa yang memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Perhatikan contoh berikut: (130) (131) (132)

Sejak itu dan sampai selamanya aku tahu bahwa tak ada satu lelaki pun yang tahu tentang aku lebih dari diriku sendiri. (PEPL, halaman 18). Tapi kami bahagia bahwa ia adalah pesilat kedua di kelasnya di Asia Tenggara dan aku termasuk sepuluh gadis terpilih dari seribu pendaftar. (PEPL, halaman 58). Ia merasa lucu sekali bahwa sekarang aku menafsirkan kalimat itu dengan cara baru. (PEPL, halaman 106).

Pada kalimat contoh (130) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Sejak itu dan sampai selamanya aku tahu bahwa tak ada satu lelaki pun yang tahu tentang aku lebih dari diriku sendiri. Menurut kalimat (130) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. Pada kalimat contoh (131) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Tapi kami bahagia bahwa ia adalah pesilat kedua di kelasnya di Asia Tenggara dan aku termasuk sepuluh gadis terpilih dari seribu pendaftar. Menurut kalimat (131) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek kami. Pada kalimat contoh (132) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Ia merasa lucu sekali bahwa sekarang aku


84

menafsirkan kalimat itu dengan cara baru. Menurut kalimat (132) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. 3.9.2 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (133) (134) (135)

Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot. (PEPL, halaman 94). Ibuku adalah sumber kebahagiaanku, sampai-sampai aku tidak begitu ingat momen-momen paling berkesan dengannya. (PEPL, halaman 118). Pada musim kering, airnya sedikit dan kita boleh menyebrang untuk melompat masuk ke dalam taman. (PEPL, halaman 124).

Contoh (133) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot. Menurut kalimat (133) fungsi bahasa representasional merupakan sebuah gagasan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. Contoh (134) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Ibuku adalah sumber kebahagiaanku, sampai-sampai aku tidak begitu ingat momen-momen paling berkesan dengannya. Menurut kalimat (134) fungsi bahasa representasional adalah sebuah gagasan atau ungkapan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya.


85

Contoh (135) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Pada musim kering, airnya sedikit dan kita boleh menyebrang untuk melompat masuk ke dalam taman. Menurut kalimat (135) fungsi bahasa representasional adalah sebuah ungkapan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. 3.9.3 Fungsi Imajinatif Fungsi imajinatif adalah penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajiatif. Mingisahkan cerita-cerita dongeng, membaca lelucon, atau menulis novel merupakan praktik penggunan fungsi imajinatif bahasa. Fungsi ini bersifat imajinatif, atau mustahil dalam kehidupan nyata. Selain itu, fungsi imajinatif dapat menjelajah


sendiri seperti yang ada pada ungkapan itu sendiri. Perhatikan contoh berikut: (136)

Betapapun A takjub dan terharu pada rumusan perkamen tua tentang Kasih, yang ia baca sejak kecil, ia tidak boleh memuja Kasih daripada Birahi di dalam komputer ini. (PEPL, halaman 175).

Pada contoh (136) terdapat fungsi bahasa imajinatif yang ditunjukkan pada kalimat Betapapun A takjub dan terharu pada rumusan perkamen tua tentang Kasih, yang ia baca sejak kecil, ia tidak boleh memuja Kasih daripada Birahi di dalam komputer ini. Kalimat tersebut bersifat imajinatif yang tidak bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Kalimat tersebut merupakan bentuk dimensi-dimensi imajinatif bahasa, penulis dapat berpetualang ke seberang kehisupan nyata dan menjelajahinya melalui bahasa itu sendiri.


86

3.10 Fungsi Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortesis Gaya bahasa koreksio adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki atau dikoreksi kembali. Dalam gaya bahasa koreksio ditemukan dua fungsi bahasa, yaitu fungsi represenrasional dan fungsi personal. Berikut penjelasannya. 3.10.1 Fungsi Representasional Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, menggambarkan atau melaporkan, dengan kata lain “menggambarkan” (atau torepresent) realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat orang. Perhatikan contoh berikut: (137) (138)

Pada hari yang sama, seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan Matahari. (PEPL, halaman 15). Ada orang yang begitu pendek sehingga tidak boleh ikut main roller coaster di Disneyland, sebab di sana ada batas tinggi badan, eh, batas pendek badan. (PEPL, halaman 61).

Contoh (137) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Pada hari yang sama, seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius,

melainkan

Matahari.

Menurut

kalimat

(137)

fungsi

bahasa

representasional adalah sebuah gagasan atau ungkapan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. Contoh (138) terdapat fungsi bahasa representasional yang ditunjukan pada kalimat Ada orang yang begitu pendek sehingga tidak boleh ikut main roller coaster di Disneyland, sebab di sana ada batas tinggi badan, eh, batas pendek


87

badan. Menurut kalimat (138) fungsi bahasa representasional adalah sebuah gagasan atau ungkapan yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata dan dapat menjadi fakta atau hal yang sebenarnya. 3.10.2 Fungsi Personal Fungsi personal yaitu fungsi bahasa yang memberi kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam. Perhatikan contoh berikut: (139) (140)

Untuk menghiburnya aku sering mengajaknya jalan-jalan ke luar kota naik mobilku. Maksudku, mobil Ayahku. (PEPL, halaman 51). Suara gas itu menyakinkan aku bahwa yang datang adalah pacarku, bukan pacar kakakku. (PEPL, halaman 17).

Pada kalimat contoh (139) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Untuk menghiburnya aku sering mengajaknya jalan-jalan ke luar kota naik mobilku. Maksudku, mobil Ayahku. Menurut kalimat (139) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku. Pada kalimat contoh (140) terdapat fungsi bahasa personal yang ditunjukan pada kalimat penggambaran yaitu Suara gas itu menyakinkan aku bahwa yang datang adalah pacarku, bukan pacar kakakku. Menurut kalimat (140) fungsi bahasa personal muncul dari kalimat tersebut yang merupakan bentuk ekspresi atau emosi dari seseorang dengan subjek Aku.


BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai "Gaya Bahasa Perbandingan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang” tahun 2013, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang ditemukan sembilan gaya bahasa dari sepuluh jenis gaya bahasa perbandingan, yaitu: (i) perumpamaan atau simile, (ii) metafora, (iii) personifikasi, (iv) depersonifikasi, (v) antitesis, (vi) pleonasme dan taulogi, (vii) perifasis, (viii) antisipasi atau prolepsis, dan (ix) koreksio atau epanortosis. Dari sembilan jenis gaya bahasa perbandingan tersebut, terdapat enam jenis gaya bahasa yang paling menonjol di dalam novel, yakni: (a) perumpamaan atau simile, (b) metafora, (c) antitesis, (d) pleonasme dan taulogi, (e) gaya bahasa perifasis, serta (f) antisipasi atau prolepsis. Hal itu ditunjukkan banyaknya penggunaan kalimat-kalimat dengan enam gaya bahasa tersebut. Dalam gaya bahasa perumpamaan atau simile ditemukan empat jenis perbandingan yaitu perbandingan sifat, gagasan, benda mati, dan binatang. Kemudian gaya bahasa metafora ditemukan perbandingan manusia dengan benda mati, manusia dengan gagasan dan alam, benda mati dengan nama tempat atau gagasan, tumbuhan dengan nama tempat dan gagasan, istilah dengan gagasan, dan gagasan dengan binatang.

88


89

Struktur perbandingan adalah dari kiri ke kanan atau terbanding– pembanding dengan dua hal yang berbeda, dapat manusia diikuti benda mati maupun sebaliknya, manusia diikuti binatang maupun sebaliknya, manusia diikuti ide atau gagasan maupun sebaliknya, dan lain sebagainya. Selanjutnya gaya bahasa antitesis ditemukan sebelas contoh yang memuat pertentangan kata atau antonim. Lalu pleonasme dan taulogi ditemukan sebelas contoh kalimat yang mengandung kata belebihan atau mubazir, serta dua contoh taulogi dengan perulangan kata yang berlebihan. Kemudian gaya bahasa perifasis terdapat dua belas contoh yang di dalamnya terdapat kata berlebihan yang pada dasarnya kata berlebihan itu dapat diganti dengan satu kata saja sebagai pengganti. Terakhir gaya bahasa antisipasi prolepsis ditemukan tiga belas contoh kalimat dengan menaruh atau menempatkan gagasan pada awal kalimat yang dilanjutkan dengan gagasan penerusnya. Sedangkan dari tujuh fungsi bahasa, ditemukan penggunaan lima fungsi bahasa dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang yang meliputi: fungsi imajinatif (the imaginative function), fungsi representasional (the representational function), fungsi regulasi (the regulatory function), fungsi personal (the personal function), dan fungsi heuristik (the heuristic function). Tetapi hanya terdapat dua fungsi bahasa yang paling menonjol, yakni fungsi imajinatif dan representasional. Kemudian apabila gaya bahasa dan fungsi bahasa dikaitkan, yang saling berkaitan adalah gaya bahasa perumpamaan atau simile dan fungsi imajinatif serta representasional. Satu gaya bahasa dan dua fungsi bahasa tersebut paling mendominas di dalam keseluruhan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang serta


90

berkaitan. Hai itu dikarenakan gaya bahasa perumpamaan atau simile dengan fungsi

imajinatif

dan

representasional

sama-sama

mengandung

unsur

“menggambaran”. Seperti halnya gaya bahasa perumpamaan atau simile ditandai dengan penanda kata seperti, ibarat, bagai, bagaikan, dan lain sebagainya. Hal ini juga sama dengan fungsi imajinatif dan representasional, yang membedakan dua fungsi bahasa ini adalah fungsi bahasa imajinatif merupakan penggambaran yang menciptakan gagasan-gagasan imajinatif dan mustahil jika terjadi dalam kehidupan

nyata.

Sedangkan

fungsi

representasional

juga

sama-sama

penggambaran, tetapi menggambarkan pernyataan-pernyataan yang dapat terjadi dalam kehidupan nyata atau realitas sebenarnya. Sehingga dengan gaya bahasa perumpamaan atau simile dan dua fungsi bahasa itu cerita dalam novel ini menjadi sangat menarik, serta dapat menciptakan emosi pembaca dan memancing emosi pembaca saat membaca novel Ayu Utami. Hal itu juga bisa menimbulkan kesan bahwa pembaca dapat terlibat dalam merasakan emosi-emosi tokoh-tokoh novel Pengakuan Eks Parasit Lajang.


91

4.2 Saran Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang merupakan sebuah karya sastra yang diciptakan oleh Ayu Utami pada tahun 2013. Isi cerita dalam novel ini, pada dasarnya mengenai seksualitas dan spiritualitas. Tetapi dalam ilmu sastra, novel Ayu Utami ini termasuk dalam novel jenis feminis yang di dalamnya mengutarakan banyak hal-hal terkait gender antara laki-laki dan perempuan. Peneliti menyadari, bahwa permasalahan yang berkaitan dengan gaya bahasa perbandingan dan fungsi bahasa dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang ini belum dikaji dan diteliti secara lengkap dan jelas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penelitian gaya bahasa perbandingan dan fungsi bahasa pada karya ilmiah yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Guntur Tarigan, Henry. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. _____________, Henry. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. _____________, Henry.1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Halliday, M.A.K. 1973. Explorations in The Functions of Language. London: Edward Arnold Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: penerbit Gramedia. Mas, Keris. 1990. Perbincangan Gaya Bahasa Sastera. Kuala Lumpur: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. Moeliono, Anton. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sumarlam. 2010. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Solo: Katta. Syrila Keka, Syrila. 2011. Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kidung Agung. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

Sumber: Utami, Ayu. 2013. Pengakuan Eks Parasit Lajang. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

92


LAMPIRAN

93


94

LAMPIRAN Dalam lampiran menyajikan sembilan jenis gaya bahasa perbandingan yang ditemukan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami, sebagai berikut: 1. Gaya Bahasa Perumpamaan atau simile 1.1 Baru sekarang aku menyukai lekuk pinggangku, atau menyenangi buah dadaku sambil berharap keduanya masih bisa tumbuh lebih besar. (PEPL, halaman 7). 1.2 Sudah lama aku tahu dalam teori bahwa lelaki menyenangi tubuh demikian. Sebentuk tubuh dengan lekuk, seperti gitar, ceruk kecil yang lembab di pusatnya, serta sepasang kesuburan yang akan menyihir mereka dalam pengalaman indah menghisap di masa kanak. (PEPL, halaman 8). 1.3 Kelak aku percaya, cerita yang utuh memiliki simetri yang mengherankan sehingga kau bisa membacanya bolak-balik. Seperti sebuah cermin. (PEPL, halaman 11). 1.4 Kau menjelma peta, seperti yang dikatakan orang, yang rindu dijelajahi. Kau adalah lembab hutan yang menyimpan hasrat untuk disibakkan. Kau adalah pucuk-pucuk yang gelisah untuk disengat petir. Tunas-tunas yang menanti untuk dituai. Birahimu meleleh, tak bisa menyebunyikan diri. Itulah rasa pengetahuan. (PEPL, halaman 8). 1.5 Ibunya memandangi semua itu seperti melihat doa yang terkabul. (PEPL, halaman 302).


95

1.6 Taman itu akan lenyap dengan sendirinya, seperti istana yang perlahan ditiup angin. (PEPL, halaman 10). 1.7 Aku merasa seperti kekasih yang dicampakkan tanpa kabar berita. (PEPL, halaman 14). 1.8 Ia melambai juga, seperti mengatakan bahwa ia menemukan teman SMAnya dan ingin duduk bersama kawan lain. (PEPL, halaman 14). 1.9 Kelak aku berkata padanya bahwa ia seperti drakula saja, yang takut pada kalung salib. (PEPL, halaman 14). 1.10 Peristiwa sedih itu membekas dengan aneh dalam diriku. Seperti sebuah tanda yang terus berulang. (PEPL, halaman 16). 1.11 Ia selalu lebih rapi ketimbang hari biasa. Kadang sangat rapi, seperti omom hendak ke pesta. (PEPL, halaman 17). 1.12 Kata kakakku, aku sungguh tampak seperti seorang ibu dan dia anak kecil yang manja dan malas. (PEPL, halaman 22). 1.13 Di bagian produk perempuan, tampak tubuh-tubuh telanjang berjejer pada ban berjalan, seperti pabrik boneka Barbie. (PEPL, halaman 34). 1.14 Ibuku pernah berkata bahwa perempuan itu seperti porselin. Jika sudah pecah, jadi tidak berharga. (PEPL, halaman 34). 1.15 Tapi di saat yang sama aku menjadi berjarak dari peristiwa itu dan melihatku tampak seperti pembunuh berdarah dingin. (PEPL, halaman 38). 1.16 Seorang redaktur berkata, ia seperti menemukan permata dalam diriku. (PEPL, halaman 65).


96

1.17 Kau seperti satu computer game yang tiba-tiba menyadari dirimu sendiri. (PEPL, halaman 73). 1.18 Dengan rumah baru itu, mereka tidak lagi menaruh anak-anak dalam satu kamar yang sama, seperti sardin kaleng. (PEPL, halaman 89). 1.19 Kaum komunis yang menjadi musuh utamanya telah ditumpas seperti membakar tikus dalam lumbung. (PEPL, halaman 90). 1.20 Mereka mulai melahap hidangan seperti binatang liar. (PEPL, halaman 91). 1.21 Kabut mulai muncul di beberapa titik, seperti dunia roh yang tiris. (PEPL, halaman 92). 1.22 Dari tetiris itu jejari kabut tipis mulai menyebar, berselaput seperti jemari katak, sebelum menebal. (PEPL, halaman 92). 1.23 Beberapa pohon raksasa menggeram, gemetar, lalu tercabut dari tanah dengan kekuatan yang menakutkan. Akar-akarnya seperti pembuluh darah yang terkejut. (PEPL, halaman 92). 1.24 Suatu kali pernah kulihat kawanan cacing berduyun-duyun merayap di sana. Kekuningan dan berlendir seperti darah setan. (PEPL, halaman 94). 1.25 Dari sisi luar, bayang-bayang mereka tampak di tirai, seperti dua makhluk ganjil yang bergerak-gerak pada layar. (PEPL, halaman 95). 1.26 Ibuku baik sekali, seperti malaikat, seperti Bunda Maria. (PEPL, halaman 118). 1.27 Bunganya menyala seperti lidah-lidah api. (PEPL, halaman 126).


97

1.28 Ribuan makhluk bersayap tajam melesat dari sana, seperti anak panah, memenuhi cakrawala. (PEPL, halaman 138). 1.29 Aku memandang diriku seperti sepasang mata yang asing terhadap tubuh yang asing. (PEPL, halaman 139). 1.30 Bersamaan dengan itu, rambut-rambut halus menjalinkan diri seperti dedaunan menutupi celah yang menyadari diri. (PEPL, halaman 139). 1.31 Taman itu pergi, lenyap seperti istana pasir yang perlahan terhembus angin. (PEPL, halaman 141). 1.32 Tak pernah kulihat lagi hujan dari masa kanakku: hujan yang bening, jatuh seperti jarum-jarum panjang, menjelma kubah-kubah kecil kaca air berisi udara tempat serangga bisa menumpang seperti pilot kapal selam yang sedang ke permukaan. (PEPL, halaman 142). 1.33 Sebab ia selalu ingin mendekati orang, seperti anak kucing yang ingin disentuh. (PEPL, halaman 145). 1.34 Dia organ yang tidur. Jadi wajar saja jika dia dipenuhi jejak jaringan. Seperti sarang laba-laba melekati ruang yang ditinggalkan. (PEPL, halaman 164). 1.35 Warna mereka ajaib, seperti raut air, memantulkan binar yang berubah setiap saat. (PEPL, halaman 174). 1.36 Unggas kecil mencari matahari dari celah-celah daun, membiarkan garisgaris cahaya memanasi birahi hingga tanak seperti nasi. (PEPL, halaman 204).


98

1.37 Lalu lelaki itu melucutinya, dan mengagumi ia seperti bidadari kecil dalam rupa unggas yang merdu ataukah peri yang sendu. (PEPL, halaman 206). 1.38 Sang penguasa mengagumi engkau seperti karya seni dan membelimu sebagai salah satu koleksinya. (PEPL, halaman 215). 1.39 Kini ia merasa seperti dua ekor monster dengan ayahnya. (PEPL, halaman 226). 1.40 Hubungan A dan ayahnya kembali seperti relasi dua ekor monster. (PEPL, halaman 226). 1.41 Siswa akademi pelayaran itu memandang dia seperti predator, sehingga A melarikan diri. (PEPL, halaman 228). 1.42 Mereka memegang kamera seperti senapan, dan menembak setelah membidik terang-terangan. (PEPL, halaman 234). 1.43 A sedang mengatupkan kelunakan yang dulu indah dengan suatu cangkang keras yang mengerikan, seperti kerang yang menyembunyikan mutiara. (PEPL, halaman 248). 1.44 Seperti kala bayi berada dalam rahim. (PEPL, halaman 262). 1.45 Basnya memang agak terengah, seperti nafas ban bocor, tetapi sosok tua itu bernyanyi! Betapa menakjubkan. (PEPL, halaman 295). 1.46 Tapi ia merasa seperti si anak hilang yang pulang. (PEPL, halaman 297). 1.47 Ia merasa seperti Yakub yang berkelahi melawan Tuhan. Seperti Thomas yang diizinkan untuk ragu. (PEPL, halaman 297).


99

1.48 Bagaikan menyambut tubuh kekasih, kita tidak boleh dalam keadaan kotor. (PEPL, halaman 45). 1.49 Tapi ia melorot lagi dengan segera bagaikan tak punya tulang punggung. (PEPL, halaman 67). 1.50 Pada tebing-tebing yang mengelilingi kami bagaikan tembok ada sebuah pintu tertutup. (PEPL, halaman 74). 1.51 Pada musim hujan, banjir bandang bisa tiba-tiba menerjang bagaikan hari kiamat. (PEPL, halaman 124). 1.52 Rumah kami bagai penjara. (PEPL, halaman 148). 1.53 Mereka senang dengan kamera besar bagaikan bazooka, yang membuat objek foto merasa akan dibunuh. (PEPL, halaman 234). 1.54 Separuh dirinya adalah bidadari, yang akan membuat lelaki terbuai bagai bayi. (PEPL, halaman 243). 1.55 Yamaha itu bungkam lagi begitu V mencoba memainkannya, bagai tak diizinkan melayani upacara ini. (PEPL, halaman 295). 1.56 Dan akhirnya memenuhi yang dulu ia akui bagai nubuat kepada Pastor A. (PEPL, halaman 295). 1.57 Ayahku ibarat Kitab Perjanjian Lama. (PEPL, halaman 122). 1.58 Selaput dara ibarat segel dari Allah. (PEPL, halaman 33).

2. Gaya Bahasa Metafora 2.1 Aku bersyukur bahwa aku tidak pacaran betulan dengan si pemuda celana rombeng. (PEPL, halaman 17).


100

2.2 Setelah kau mencicipi dari Pohon Pengetahuan, kau memang harus pergi dari taman surgawi. (PEPL, halaman 10). 2.3 Dan ada beberapa cerita sedih lain yang membuat aku kelak menyimpulkan bahwa keluarga itu sesungguhnya adalah keluarga monster. (PEPL, halaman 122). 2.4 Setelah hamparan rumput hijau, aku akan menapaki undak-undak batu yang telah rumpang untuk menuju jalan raya tempat anak cucu setan. (PEPL, halaman 125). 2.5 Pastor Bolakasti! Sepanjang upacara hatiku tidak enak. Misa usai. Semangatku remuk. Aku harus mengakui dosa pada pastor yang suka mengubah anak kecil jadi bola. (PEPL, halaman 131) 2.6 Ah, menurut saya, perempuan tetap berhak menjadi cewek matre jika si cowok hanya menjadikan dia objek seks belaka! (PEPL, halaman 259). 2.7 Lalu perempuan-perempuan itu siap dikirim ke muka bumi. (PEPL, halaman 34). 2.8 Setelah rantai reaksi ini terjadi beberapa kali, barulah mereka tahu bahwa tak ada gunanya marah. (PEPL, halaman 32). 2.9 Aku membayangkan sebuah pabrik surgawi. (PEPL, halaman 34). 2.10 Lelaki tidak boleh begitu. Lelaki kan akan jadi kepala keluarga. (PEPL, halaman 26). 2.11 Apalagi di tempat tidur yang penuh dengan ampas perzinahan. (PEPL, halaman 41). 2.12 Taman Firdaus dunia itu telah rimbun. (PEPL, halaman 63).


101

2.13 Dan yang belum laku... Kaum pria yang mulai tua dan belum laku mulai dimasukkan ke dalam ruang Bujang Lapuk. (PEPL, halaman 181). 2.14 Lebih-lebih lagi, aku juga pernah cinta monyet dengan anak yang dulunya adalah pacar Tri di SD. (PEPL, halaman 24).

3. Gaya Bahasa Personifikasi 3.1 Setelah tiga tahun penuh darah yang bungkam itu, aku lahir dan seorang penguasa baru duduk di takhta. (PEPL, halaman 90). 3.2 Waktu menendangmu ke dalamnya. (PEPL, halaman 74). 3.3 Alarm menjeritkan darurat. (PEPL, halaman 74). 3.4 Cermin itu hanya menceritakan dari luar apa yang telah terjadi padaku. (PEPL, halaman 139). 3.5 Tapi pada saat yang sama kegelapan mengintai dari wilayah gentonggentong air. (PEPL, halaman 101). 3.6 Jika kau menggabungkan doa dengan seks, maka akan dua resiko. Doa membunuh gairah seks. (PEPL, halaman 201). 3.7 Bulan berjalan. Tahun berganti. (PEPL, halaman 57). 3.8 Di kota itu ada sebuah istanah, yang menyingkapkan diri ketika kabut lari. (PEPL, halaman 87). 3.9 Alam bisu. Dan si lelaki itu galau. (PEPL, halaman 223). 3.10 Burung-burung mencukuri jambul hutan. (PEPL, halaman 88).


102

3.11 Beberapa pohon raksasa menggeram, gemetar, lalu tercabut dari tanah dengan kekuatan yang menakutkan. (PEPL, halaman 92). 3.12 Dan ia tetap ditunggu dengan setia. Oleh organ tua yang diam di sana, tak sadari oleh siapapun, bahkan oleh para suster penjaga sekolah. (PEPL, halaman 297). 3.13 Namun sesuatu aneh terjadi. Yamaha itu bungkam. (PEPL, halaman 295). 3.14 Dan ia tetap ditunggu dengan setia. Oleh organ tua yang diam di sana, tak sadari oleh siapapun, bahkan oleh para suster penjaga sekolah. (PEPL, halaman 297). 3.15 Embun dan kabut masih hidup di sana. (PEPL, halaman 87). 3.16 Kabut tak pernah lagi merayap dari sana untuk menenggelamkan kota. (PEPL, halaman 141).

4. Gaya Bahasa Depersonifikasi 4.1 Kakakku hanyalah cermin, yang menampakkan apa yang telah terjadi dalam diriku. (PEPL, halaman 23). 4.2 Dan Tri... dengan demikian sesungguhnya ia kecipratan sebagai ampas yang aku tak mampu bersihkan dari perbuatan-perbuatanku. (PEPL, halaman 28). 4.3 Ia (ibu) adalah udara. (PEPL, halaman 118). 4.4 Tapi ia tahu bisa menjadi duri dalam daging setiap kali misa. (PEPL, halaman 270).


103

4.5 Di taman ini saya adalah seekor burung. Terbang beribu-ribu mil dari sebuah negeri yang tak mengenal musim, bermigrasi mencari semi, tempat harum rumput bisa tercium, juga pohon-pohon, yang tak pernah kita tahu namanya, atau umurnya. (PEPL, halaman 203).

5. Gaya Bahasa Antitesis 5.1 Aku membolak-balik mencari kisah yang seru dan meninggalkan bagian yang membosankan. (PEPL, halaman 117). 5.2 Skala penilaian akan menghasilkan manusia super dan manusia pecundang. (PEPL, halaman 21). 5.3 Ibuku keturunan peri. Ayahku keturunan monster. (PEPL, halaman 122). 5.4 Setiap nilai memiliki pemenang dan pecundang. (PEPL, halaman 62). 5.5 Tapi, memang, kita tidak pernah tahu mana yang merupakan Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. (PEPL, halaman 88). 5.6 Di pavilliun itu tinggal dua bibiku. Yang satu kurus yang satu gemuk. (PEPL, halaman 94). 5.7 Mereka saudara perempuan Ayah. Yang kurus kakaknya, yang gemuk adiknya. (PEPL, halaman 94). 5.8 Aku tahu aku lebih senang diapeli cowok yang naik mobil dari pada yang naik motor atau malah bis kota. (PEPL, halaman). 5.9 Darinya aku tahu bahwa dunia ini memiliki tempat terang dan tempat gelap. (PEPL, halaman 93).


104

5.10 Nilai-nilai mereka melarang, tetapi tubuh mereka menginginkan. (PEPL, halaman 32). 5.11 Airnya pun hanya bisa panas sekali atau dingin sekali. (PEPL, halaman 229). 5.12 Dalam seni kita tidak bicara mengenai benar dan salah. (PEPL, halaman 237).

6. Gaya Bahasa Pleonasme dan Taulogi 7.1 Kelak aku tahu bahwa ia pun mengenang aku sebagai gadis cantik dalam gaun biru dengan bibir merah segar. (PEPL, halaman 13). 7.2 Rabu malam kami berzinah dengan sangat ribut sehingga orang lain tidak bisa tidur. (PEPL, halaman 45). 7.3 Pendapat itu sesungguhnya sangat mengherankan aku. Ia mengatakannya tanpa penghinaan apapun, hanya sangat yakin. (PEPL, halaman 51). 7.4 Hari itu menakjubkan. Aku bukan lagi anak SMA yang berseragam. (PEPL, halaman 13). 7.5 Seperti layaknya orang Jepang, kepalanya mengaguk-angguk kaku sambil bercakap. (PEPL, halaman 55). 7.6 Aku akan berpapasan dengan kawanan kambing atau menghindarkan langkahku dari tahi mereka yang berbentuk seperti pil jamu. (PEPL, halaman 125). 7.7 Keduanya sama sebab dipimpin oleh “bapak”, lelaki. (PEPL, halaman 219).


105

7.8 Sekolah itu dipimpin oleh biarawati berkerudung putih atau kelabu. (PEPL, halaman 112). 7.9 Semua mahasiswa baru bungah dengan jaket universitas kami, satu-satunya universitas yang memakai nama Indonesia, titik. (PEPL, halaman 13). 7.10 Esoknya ia telah muncul di rumahku dengan motor Suzuki-nya. (PEPL, halaman 19). 7.11 “Sudah ngapain aja?” ia bertanya dengan gaya bijaknya yang menyamarkan rasa ingin tahu. (PEPL, halaman 24). 7.12 Ia kemudian pacaran dengan teman lamanya, seorang gadis yang imut dan manis. (PEPL, halaman 28). 7.13Hari sabtu tidak membereskan ampas persetubuhan dengan benar. (PEPL, halaman 45). 7.14 Kue itu kutaruh di piring dan kutinggalkan berbasuh agar aku bisa memakannya dengan khidmat. (PEPL, halaman 119). 7.15 Kali ini ibuku membantah suaminya dengan lembut. (PEPL, halaman 121). 7.16Di bawah bulan, A memandangi Rik yang tidur dengan si kucing sawah. (PEPL, halaman 250).

7. Gaya Bahasa Perifrasisi 7.1 Aku mengerjakan PR-nya sementara ia mengedot botol susu (=malas). (PEPL, halaman 22).


106

7.2 Kehadiran Nik membuatku meninjau ulang pendapatku (=berpikir kembali) sebelum ini yang membikin aku sedih tentang manusia (PEPL, halaman 21). 7.3 Lidah-lidah jingga menjilat-jilat (=api). Kau hanya bisa melintasi celah jurang bersama seseorang . (PEPL, halaman 74). 7.4 Toko jam Pakde tampaknya tidak sukses (=bangkrut). Toko itu tutup dan Pakde kembali ke Yogyakarta, tempat asal Ayah dan Ibu. (PEPL, halaman 104). 7.5 Setiap kali melihat perubahan pada lekuk lelaki pertamanya, A membayangkan dirinya seorang suami, memandang istri yang mulai melar karena melahirkan anak-anak mereka. Lelaki itu mulai kehilangan selera. Lalu lelaki itu tertarik pada perempuan baru. Lalu agama dan adat membolehkan dia mengambil istri muda (=poligami). (PEPL, halaman 200). 7.6 Ya, aku mencari-cari pembenaran yang tampak masuk akal (=alasan) untuk melancarkan kehendak dan nafsuku sendiri, meskipun pada saat itu aku belum mau mengakuinya. (PEPL, halaman 27). 7.7 Nik memang berencana untuk selesai kuliah cepat-cepat, cari kerja, punya uang, dan mengawini aku (=menikah). (PEPL, halaman 46). 7.8 Bibi gemuk selalu ingin membelikan aku macam-macam (=memanjakan). (PEPL, halaman 123).


107

7.9 Setelah celingak-celinguk menyakinkan diri bahwa tidak ada orang dewasa (=keadaan aman), ia menunjukkan yang di tangannya. (PEPL, halaman 135). 7.10 Di sudut yang lebih terhormat ada tabernakel, lemari kecil yang dibuat dari logam mulia. Di dalamnya Tubuh Kristus disimpan. Orang yang lewat di sana akan berhenti sejenak untuk membungkuk atau menunduk kepala (=memberi penghormatan). (PEPL, halaman 143). 7.11 Tahun berjalan dan perlahan Nik kehilangan sebagian ketampanannya (=bertambah tua, menua). (PEPL, halaman 199). 7.12 Enam-sekat pesilatnya mulai lumer; ia tak berolahraga lagi. Segaris senyum muncul di bawah perutnya yang mulai berdaging (=perutnya membesar). (PEPL, halaman 199). 7.13 Sekarang ia tak berdaya menahan penumpukan daging (=gemuk). (PEPL, halaman 199).

8. Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis 8.1 Tapi kami bahagia bahwa ia adalah pesilat kedua di kelasnya di Asia Tenggara dan aku termasuk sepuluh gadis terpilih dari seribu pendaftar. (PEPL, halaman 58). 8.2 Lebih menakutkan lagi, di ujung tembok yang sama ada pohon daun kedondong yang dihuni bekicot. (PEPL, halaman 94). 8.3 Katanya dengan bangga, ia telah punya tunangan, dan inilah cincin dari sang kekasih. (PEPL, halaman 115).


108

8.4 Sejak hari itu Mat nyaris selalu mengiringi aku, juga saat-saat istirahat. (PEPL, halaman 15). 8.5 Sejak itu dan sampai selamanya aku tahu bahwa tak ada satu lelaki pun yang tahu tentang aku lebih dari diriku sendiri. (PEPL, halaman 18). 8.6 Ia merasa lucu sekali bahwa sekarang aku menafsirkan kalimat itu dengan cara baru. (PEPL, halaman 106). 8.7 Yang lebih mengerikan lagi, samar-samar aku tahu bahwa setelah mati orang akan berubah menjadi jerangkong. (PEPL, halaman 107). 8.8 Ibuku adalah sumber kebahagiaanku, sampai-sampai aku tidak begitu ingat momen-momen paling berkesan dengannya. (PEPL, halaman 118). 8.9 Pada musim kering, airnya sedikit dan kita boleh menyebrang untuk melompat masuk ke dalam taman. (PEPL, halaman 124). 8.10 Di tengah kebingungan aku mengambil keputusan untuk mencocokkan dosaku dengan Sepuluh Perintah Allah. (PEPL, halaman 130). 8.11 Kadang aku pergi sekolah dengan becak, kendaraan yang dikayuh oleh si tukang seperti menggenjot sepeda. (PEPL, halaman 133). 8.12 Betapapun A takjub dan terharu pada rumusan perkamen tua tentang Kasih, yang ia baca sejak kecil, ia tidak boleh memuja Kasih daripada Birahi di dalam komputer ini. (PEPL, halaman 175). 8.13 Pada bulan madu di Indonesia, yang sebagian dihabiskan di tempat tinggal A di Jakarta, lelaki belanda itu bercerita kepada seluruh pedagang kaki lima yang lewat di depan rumah bahwa ia tidak bisa membuat istrinya orgasme. (PEPL, halaman 265).


109

8.14 Pada tahun Nik meninggal, pada tahun itu pula ia melakukan sesuatu yang dulu ia tak mau lakukan, dengan Nik atau dengan lelaki manapun: menikah. (PEPL, halaman 302).

9. Gaya Bahasa Koreksio atau Epanortosis 9.1 Pada hari yang sama, seseorang telah mengisinya. Namanya Mat. Bukan Matius, melainkan Matahari. (PEPL, halaman 15). 9.2 Untuk menghiburnya aku sering mengajaknya jalan-jalan ke luar kota naik mobilku. Maksudku, mobil Ayahku. (PEPL, halaman 51). 9.3 Ada orang yang begitu pendek sehingga tidak boleh ikut main roller coaster di Disneyland, sebab di sana ada batas tinggi badan, eh, batas pendek badan. (PEPL, halaman 61). 9.4 Suara gas itu menyakinkan aku bahwa yang datang adalah pacarku, bukan pacar kakakku. (PEPL, halaman 17).


110

BIOGRAFI Robertus Ari Setianto Kurniawan lahir di Kulon Progo pada tanggal 6 Desember 1989. Setelah menamatkan jenjang studi SMP-nya di Pangudi Luhur Moyudan, Robertus Ari melanjutkan studinya ke SMK Negeri 3 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 setelah lulus dari SMK 3 Yogyakarta, penulis ini mencoba mencari pengalaman dengan bekerja kurang lebih satu tahun dalam bidang Event Organizer (EO). Setelah dirasa cukup bekerja, dia melanjutkan studi ke Universitas Sanata Dharma pada tahun 2009 jurusan Pendidikan Agama Katolik. Karena merasa tidak cocok, Robertus Ari trasnfer untuk pindah jurusan ke Sastra Indonesia tahun 2010. Selama di Sastra Indonesia, Robertus Ari aktif dalam kegiatan Prodi. Seperti Bengkel Sastra dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Akhirnya Penulis ini menyelesaikan studinya dengan menyusun skripsi berjudul “ Gaya Bahasa Perbandingan dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami” dan lulus pada bulan Januari 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Recommend Documents