PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENDAM MPINGAN N ORANG TUA T TERH HADAP AN NAK DALA AM MENG GIKUTI KE EGIATAN MISDINA AR DI PA AROKI SAN NTO PETR RUS DAN PAULUS KELOR, K WONOSAR W RI, G GUNUNGK KIDUL, DA AERAH ISTIMEWA YOGYAK KARTA SKRIPSI Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat Memperoleeh Gelar Saarjana Pendiidikan Progrram Studi Ilmu Pendiddikan Kekhuususan Penddidikan Agaama Katolikk
Oleh: Priska Veria Kusuma NIM: 1111124001
ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN PR KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK AN ILMU PENDIDIK P KAN JURUSA FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA 20166
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SKRIPSI PEI\TDAMPINGAIY ORANG TUA TERIIADAP ANAK
DALAM MENGIKUTI KEGIATAI{ MISDINAR DI PAROKI SATITO PETRUS DAI\ PAULUS KELOR, WONOSARI, GUI\iUNGKIDT]L, DAERAII ISTIMEWA YOGYAKARTA
Priska Veria Kusuma ..
NtrM It:fI.2400{:,
Telah diseiujui oleh:
Pembimbing
/fr,-' ,l ,ornu*o Ds.,
S.J.,
M.A.
tanggal
2l larn:,ari2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, kepada kedua orang tuaku dan adikku, kepada sanak saudara, para sahabat, dan teman-teman angkatan 2011.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO “Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:13)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul “PENDAMPINGAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM MENGIKUTI KEGIATAN MISDINAR DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KELOR, WONOSARI, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Skripsi ini dipilih sebagai bentuk perhatian kepada orang tua dalam mendampingi anak mengikuti kegiatan misdinar. Penulis melihat bahwa dukungan orang tua dalam mendampingi anak mengikuti kegiatan misdinar masih kurang, padahal peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengenalkan, mengarahkan, dan mendukung anak mengikuti kegiatan gerejani, khususnya misdinar. Pokok persoalan dalam skripsi ini adalah sejauh mana orang tua telah melibatkan diri dalam mendukung anak mengikuti kegiatan misdinar. Untuk menjawab persoalan tersebut penulis melakukan penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penyebaran kuesioner. Selain itu, penulis menggunakan wawancara kepada koordinator dan pendamping misdinar untuk memperoleh gambaran awal pendampingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari orang tua cukup memahami arti pendampingan dan peranan misdinar dalam Gereja. Selain itu, orang tua juga sudah cukup memberikan dukungan kepada anak dalam mengikuti kegiatan misdinar. Dalam hal ini, orang tua cukup sadar dalam melaksanakan tugas pendampingan terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar. Orang tua diharapkan lebih meningkatkan lagi kesadarannya dalam mendampingi anak-anak supaya anak semakin terdukung dan dapat melaksanakan tugas pelayanan dengan baik. Pendampingan orang tua merupakan dasar perkembangan anak. Maka dari itu, orang tua perlu memahami dengan baik arti pendampingan dan tugas pendampingan yang seharusnya dilaksanakan. Selain itu, untuk memberikan dukungan yang baik kepada anak, orang tua perlu memahami dengan jelas tentang pentingnya keberadaan misdinar dalam Gereja Katolik. Menjadi misdinar harus memiliki pengetahuan yang luas tentang Gereja, dan orang tua perlu dilibatkan untuk menjawab kebutuhan tersebut. Perhatian dan dukungan dari orang tua memotivasi anak untuk semakin aktif dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar. Dalam proses meningkatkan kesadaran mendampingi anak, orang tua membutuhkan pendampingan iman. Penulis mengusulkan bentuk katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Shared Christian Praxis merupakan model katekese yang menekankan pengalaman hidup. Peserta diajak untuk dapat berbagi pengalaman hidup. Dengan SCP, maka pengalaman orang tua akan terolah dengan baik sesuai dengan tema dan tujuan yang telah ditentukan. Tema-tema yang dipilih berdasarkan pada harapan dari orang tua, yaitu pendalaman tentang peran tugas keluarga Kristiani dalam mendampingi anak. Dengan begitu, orang tua akan semakin disadarkan dan diteguhkan dalam mendampingi anak-anaknya menjadi pelayan Tuhan yang setia.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The title of this thesis is “PARENTAL CARES TOWARDS CHILDREN JOINING THE SILVESTER’S ACTIVITIES IN SAINT PETER AND PAUL PARISH, KELOR, WONOSARI, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. This title was selected based on a concern of the parents in assisting the children joining the activities of the altar boys/girls. The writers observe that the support of parents in assisting the children joining the activities of the altar boys/girls is less, whereas the role of parents is needed in introducing, directing, and supporting the children to join the ecclesial activity, particularly the altar boys/girls. The main problem of this thesis is to what extent the parents have been involved in supporting the child join the activities of the altar boys/girls. To answer the problem, the writers conducted a research. The method used was by distribute questionnaires. Other than that, the writers used an interview to the coordinator and co-altar boys/girls to obtain preliminary data. The results showed that most of the parents enough to understand the meaning of assisting and role of the altar boys/girls in the Church. Moreover, parents also have been enough to provide support to children in joining the activities. In this case, the parents are sufficiently aware in carrying out the task of assisting the child in joining the activities of altar boys/girls. Parents are expected to further enhance the awareness of the care of the children so that children are increasingly supported and able to carry out the task well. Parental assistance is the basic for the development of children. Therefore, parents need to understand the meaning of assisting and the task of assisting that should be implemented. Moreover, to provide good support to children, parents need a clear understanding of the importance of altar boys/girls in the Church. Become an altar boys/girls must have extensive knowledge about the Church, and parents need to be involved to address those needs. Attention and support from the parents can motivate their children to be more active in carrying out duties as a member altar boys/girls. In the process of raising awareness to assist children, parents need faith assistance. The writers propose a model form of catechesis, Christian Shared Praxis (SCP). Shared Christian Praxis is a model that emphasizes the experience of life. Participants are invited to share life experiences. With SCP, the experience of parents will be treated properly in accordance with the theme and objectives that have been determined. The themes are selected based on the expectations of the parents, the deepening of the role of the Christian family in the task of assisting children. Therefore, the parents will be more aware and confirmed in accompanying their children to become faithful servants of God .
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji Syukur atas segala rahmat dan cinta kasih yang telah Tuhan berikan sehingga
penulis
“PENDAMPINGAN
telah
berhasil
ORANG
menyelesaikan TUA
skripsi
TERHADAP
yang
ANAK
berjudul DALAM
MENGIKUTI KEGIATAN MISDINAR DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KELOR, WONOSARI, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Skripsi ini ditulis sebagai bentuk perhatian penulis kepada orang tua dalam melibatkan diri mendampingi anak untuk mengikuti kegiatan misdinar. Orang tua dianggap sebagai sosok yang berperan penting dan bertanggung jawab untuk memperkembangkan kehidupan anak. Orang tua adalah salah satu faktor pendukung anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan misdinar. Perhatian dan dukungan yang orang tua berikan memotivasi anak untuk semakin aktif dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar. Skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan kesempatan dan waktu luang, sabar dalam membimbing, memberikan masukan dan kritikan sehingga penulis lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi.
2.
Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua dan dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan perhatian, semangat, dan dukungan selama penulis menjalani studi di Prodi IPPAK.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku dosen pembimbing ketiga, yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
4.
Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi.
5.
Constantius Padmaka Sigid, Pr., selaku pastor Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
6.
Segenap orang tua anggota misdinar Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu kelancaran penulisan skripsi ini dengan mengisi kuesioner yang diberikan oleh penulis.
7.
Segenap anggota misdinar Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor yang turut membantu kelancaran penulisan dengan semangat pelayanan yang diberikan.
8.
Segenap Romo, Bapak dan Ibu dosen dan seluruh staf karyawan Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang telah membantu kelancaran studi dengan teladan dan ilmu yang diberikan.
9.
Keluargaku: Bapak Valerianus Warsono, Ibu Veronika Sri Ismiyati, dan adik Angelina Distya Karisa, yang dengan penuh kasih dan sayang selalu mendoakan, mendorong, mengingatkan, dan menguatkan penulis dalam menempuh studi hingga selesai.
10. Untuk yang terkasih Tri Adha Ismail Bima Putra dan para sahabat terbaikku: Margaretha Desy Christikaratna, Kartika Putri Dinanti, Agnes Garlosi Kusumaningrum, yang tanpa lelah dengan setia menemani, mendukung, dan xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT .......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Rumusan Masalah............................................................................
4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................
5
D. Manfaat Penulisan ..........................................................................
5
E. Sistematika Penulisan ......................................................................
6
BAB II. PENELITIAN PENDAMPINGAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM MENGIKUTI KEGIATAN MISDINAR DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KELOR ..............................
8
A. Gambaran Umum Pendampingan Orangg Tua terhadap Anak di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor ............................................
8
1. Situasi Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor ............................
9
2. Situasi Pendampingan Orang Tua terhadap Anak dalam Mengikuti Kegiatan Misdinar .....................................................
11
B. Penelitian Pendampingan Orang Tua terhadap Anak dalam Kegiatan Misdinar ...........................................................................
15
1.
Latar Belakang Penelitian.........................................................
xiii
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
Permasalahan Penelitian ..........................................................
17
3.
Tujuan Penelitian .....................................................................
17
4.
Jenis Penelitian ........................................................................
17
5.
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
18
6.
Instrumen penelitian .................................................................
18
7.
Responden Penelitian ...............................................................
19
8.
Variabel Penelitian ..................................................................
19
9.
Laporan Hasil Penelitian ..........................................................
20
10. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
34
11. Kesimpulan Hasil Penelitian ...................................................
44
BAB III. PENDAMPINGAN ORANG TUA MISDINAR ............................
46
A. Pendampingan Orang Tua terhadap Anak .......................................
46
1. Pengertian Pendampingan...........................................................
47
2. Pengertian Pendampingan Orang Tua ........................................
48
3. Tugas Pendampingan Orang Tua ...............................................
51
B. Peranan Misdinar dalam Gereja ......................................................
55
1. Pengertian Misdinar dalam Sejarah Gereja ...............................
55
2. Bentuk bentuk Kegiatan Misdinar ..............................................
58
3. Spiritualitas Misdinar ..................................................................
60
4. Hal hal Pokok yang Perlu Diketahui Misdinar ...........................
62
C. Peran Orang Tua terhadap Kegiatan Misdinar ................................
87
1. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Liturgi (Leiturgia) ..................................................................................
88
2. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Persekutuan (Koinonia) .............................................................
89
3. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Pewartaan Injil (Kerygma) .........................................................
90
4. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Kesaksian (Martyria) ..................................................................
91
5. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Pelayanan (Diakonia) .................................................................
92
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV. USAHA MENINGKATKAN KESADARAN ORANG TUA MENDAMPNGI ANAK DALAM MENGIKUTI KEGIATAN MISDINAR DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KELOR ........................................................................... A. Latar Belakang Pemilihan Program Katekese .................................
93 93
B. Alasan Pemilihan Tema ..................................................................
95
C. Pejabaran Usulan Program Katekese ..............................................
98
D. Petunjuk Pelaksanaan Program .......................................................
100
E. Contoh Persiapan Katekese ............................................................
100
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
115
A. Kesimpulan .....................................................................................
115
B. Saran ...............................................................................................
116
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
118
LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat permohonan izin penelitian ...................................
(1)
Lampiran 2 : Bukti telah dilaksanakan penelitian.................................
(2)
Lampiran 3 : Instrumen penelitian ........................................................
(3)
Lampiran 4 : Contoh instrument penelitian .........................................
(6)
Lampiran 5 : Pedoman wawancara kepada koordinator misdinar tingkat Paroki ................................................................. Lampiran 6 : Pedoman wawancara kepada pendamping misdinar setiap Wilayah ................................................................ Lampiran 7 : Hasil wawancara kepada koordiantor misdinar tingkat Paroki .................................................................. Lampiran 8 : Hasil wawancara kepada pendamping misdinar setiap Wilayah ................................................................. Lampiran 9 : Perikop Teks Kitab Suci .................................................
(9) (10) (11) (12) (15)
Lampiran 10 : Teks lagu ......................................................................... (16) Lampiran 11 : Cuplikan Video ............................................................... (17)
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja FC
: Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22 November 1981.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983. SC
: Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.
C. Singkatan Lain Art
: Artikel
bdk
: Bandingkan
BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional Dll
: Dan lain-lain xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DSA
: Doa Syukur Agung
Dst
: Dan seterusnya
Hal
: Halaman
Kan
: Kanon
KAS
: Keuskupan Agung Semarang
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
OC
: Oleum Catechumenorum
OCh
: Oleum Chrismarum
OI
: Oleum Infirmorum
PIA
: Pendampingan Iman Anak
SCP
: Shared Christian Praxis
SMA
: Sekolah Menengah Atas
TPE
: Tata Perayaan Ekaristi
WIB
: Waktu Indonesia Barat
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam liturgi Gereja, ada berbagai macam pelayan khusus. Ada pelayan tertahbis dan pelayan yang tak tertahbis. Pelayan tertahbis itu meliputi diakon, imam, dan uskup. Sedangkan pelayan tak tertahbis meliputi petugas koor, pembawa persembahan, lektor, misdinar, dll (Maryanto, 2004: 177). Pelayan tak tertahbis mengemban tugas khusus berdasarkan imamat rajawi yang mereka terima saat pembaptisan. Lewat pelayan tak tertahbis, umat Katolik dapat mempersembahkan dirinya melayani Gereja, khususnya dengan menjadi misdinar. Sebagai pelayan tak tertahbis, misdinar memiliki peranan penting dalam perayaan Ekaristi. Misdinar bertugas untuk melayani Imam ketika di altar. Keberadaan misdinar dalam setiap perayaan Ekaristi merupakan suatu ‘keharusan’. Imam akan merasa kewalahan apabila dalam memimpin perayaan Ekaristi tidak dibantu misdinar. Oleh karena itu, Gereja membutuhkan partisipasi dari anak untuk menjadi anggota misdinar dan memberikan diri untuk terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan misdinar yang diadakan. Dalam Rm 12:1 dikatakan bahwa “karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Mempersembahkan tubuh berarti memberikan diri untuk melayani Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Faktanya, tidak semua anak memiliki ketertarikan yang sama untuk mengikuti kegiatan gerejani, khususnya kegiatan misdinar. Ada anak yang memang sejak awal tertarik untuk bergabung karena kemauan sendiri. Ada pula anak yang mengikuti kegiatan karena orang tua yang mengarahkan [Lampiran 7: (11)-(12)]. Dalam hal ini, salah satu faktor pendorong yang dapat membantu anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan adalah orang tua. Bagi anak yang sejak awal tertarik karena kemauan sendiri, tentu saja mereka masih membutuhkan dukungan dari orang tua dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Sedangkan bagi anak yang awalnya tidak memiliki ketertarikan dalam kegiatan misdinar, membutuhkan pendampingan orang tua yang lebih. Dalam Familiaris Consortio art.17 dikatakan bahwa salah satu tugas orang tua dalam keluarga adalah berperan serta dalam kehidupan dan misi Gereja. Orang tua bertanggung jawab untuk mengenalkan dan mendukung anak-anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan di gereja, khususnya kegiatan misdinar. Ditambah lagi, jika melihat situasi dewasa ini, dunia tengah dihadapkan pada keadaan yang perlahan merusak moral dan nilai-nilai iman Kristiani seperti pengaruh media, pola hidup konsumtif, dan ‘mental tidak mau repot’. Situasi tersebut dapat membawa pengaruh yang negatif bagi anak misdinar apabila tidak mendapat pendampingan yang ekstra dari orang tua. Mengingat mereka masih tergolong usia yang masih dalam proses mencari jati diri lewat kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti (Martasudjita, 2008: 16), maka pendampingan orang tua sangat dibutuhkan. Akan sungguh disayangkan apabila anak yang tadinya rajin bertugas misdinar menjadi tidak rajin dan lebih memilih bermain game online karena kurangnya pendampingan dari orang tua.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Kegiatan misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor berlangsung di masing-masing Wilayah. Setiap Wilayah memiliki dinamikanya sendiri. Jumlah misdinar yang ada di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor ± 100 anak. Sampai saat ini, masih jarang kegiatan misdinar yang melibatkan seluruh anggota misdinar untuk berkumpul bersama. Kebanyakan kegiatan misdinar dikoordinir oleh masing-masing Wilayah. Kegiatan bersama yang pernah dilaksanakan adalah mengadakan kunjungan ke Seminari Mertoyudan, camping rohani, outbond, dan rekoleksi bersama [Lampiran 7: (11)-(12)]. Pendampingan yang dilaksanakan oleh orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor selama ini masih terbatas pada pengarahan kepada anak untuk bergabung menjadi anggota misdinar. Pendampingan itu nampak ketika orang tua memberikan izin kepada anak untuk mengikuti setiap kegiatan yang diadakan, mengantar jemput anak ketika ada pertemuan atau latihan misdinar, menegur ketika misdinar tidak melaksanakan tugas pelayanan dengan baik. Keterlibatan anak dalam hidup menggereja, khususnya dalam kegiatan misdinar, tentu sangat diharapkan oleh Gereja. Berdasarkan pengalaman penulis ketika bertemu berbincang dengan orang-orang yang memiliki jabatan khusus dan aktif kegiatan di Gereja seperti anggota dewan harian, prodiakon, ketua lingkungan, mereka juga aktif mengikuti kegiatan misdinar. Selain itu, orangorang yang terpanggil menjadi imam dan biarawan/biarawati juga aktif dalam kegiatan misdinar. Dalam hal ini, kegiatan misdinar membawa pengaruh yang positif bagi perkembangan Gereja sendiri. Namun, semua itu tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dan pendampingan dari orang tua. Dari pihak Gereja, wadah untuk anak supaya terlibat aktif dalam kegiatan sangat terbuka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
lebar. Ditambah lagi, ada ketentuan dari paroki bahwa setiap anak yang hendak menerima Krisma diwajibkan untuk menjadi seorang misdinar ketika sudah menerima komuni pertama. Maka, satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan anak dalam kegiatan Gereja, khususnya kegiatan misdinar adalah orang tua. Oleh karena pentingnya keberadaan misdinar bagi Gereja, maka orang tua perlu dilibatkan. Orang tua dilibatkan dalam mengenalkan, mengarahkan, dan mendukung anaknya untuk mempersembahkan diri kepada Gereja. Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai pendampingan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar. Sudah sejauh manakah orang tua melibatkan diri dalam melaksanakan tugas pendampingan kepada anak khususnya dalam mengikuti kegiatan misdinar? Bertitik tolak dari hal tersebut, maka penulis akan membahas lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul “PENDAMPINGAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM MENGIKUTI KEGIATAN MISDINAR DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KELOR, WONOSARI, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Apakah orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor memahami arti pendampingan dan peranan misdinar dalam Gereja?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
2.
Apakah yang dimaksud dengan pendampingan orang tua dan apakah peranan misdinar dalam Gereja?
3.
Program katekese seperti apa yang baik untuk meningkatkan kesadaran orang tua dalam mendampingi anak misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor?
C. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan dari rumusan masalah di atas adalah: 1.
Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang pemahaman orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor mengenai arti pendampingan dan peranan misdinar dalam Gereja.
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendampingan orang tua dan peranan misdinar dalam Gereja.
3.
Untuk mendiskripsikan program ketekese yang sesuai untuk meningkatkan kesadaran orang tua dalam mendampingi anak misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor.
D. MANFAAT PENULISAN Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi calon katekis tentang pendampingan orang tua dan peranan misdinar dalam Gereja.
2.
Membantu
orang
tua
untuk
lebih
meningkatkan
kesadaran
dalam
mendampingi anak sehingga orang tua semakin terlibat dalam mendampingi anak misdinar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
E. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang pertimbangan dalam memilih judul, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II memaparkan tentang kenyataan pendampingan orang tua yang ada di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor yang meliputi gambaran umum dan situasi pendampingan yang selama ini telah dilaksanakan. Pendampingan yang orang tua berikan selama ini masih terbatas pada pengarahan kepada anak untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan misdinar. Selain itu, akan dipaparkan penelitian yang mengungkapkan secara konkret pendampingan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar. Penelitian mengungkapkan bahwa orang tua sudah melaksanakan pendampingan dengan cukupbaik namun belum maksimal. Bab III adalah uraian tentang pendampingan orang tua terhadap misdinar meliputi pengertian pendampingan, pengertian pendampingan orang tua, tugas orang tua, tugas pendampingan orang tua, pengertian misdinar, bentuk-bentuk kegiatan misdinar, spiritualitas misdinar, hal-hal pokok yang perlu diketahui misdinar, dan peran orang tua dalam kegiatan misdinar dalam kaitannya dengan lima tugas Gereja, yaitu Leiturgia, Koinonia, Kerygma, Martirya, dan Diakonia. Orang tua bertanggung jawab penuh atas perkembangan hidup anak. Tugas pendampingan tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Bab IV adalah usulan program katekese yang dibuat oleh penulis untuk orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor dengan model Shared Christian Praxis (SCP), yang meliputi latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh persiapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
katekese model SCP. Program Katekese dengan model SCP dirasa cocok karena lebih menekankan pengalaman hidup dan dialog partisipasif. Bab V adalah penutup yang mencakup kesimpulan dari keseluruhan skripsi dan saran yang mendukung bagi pendampingan orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
BAB II PENELITIAN PENDAMPINGAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DALAM MENGIKUTI KEGIATAN MISDINAR DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KELOR, WONOSARI, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Misdinar atau putra altar memiliki peranan penting dalam Gereja Katolik. Misdinar atau putra altar adalah seorang pelayan, yakni pelayan Misa Kudus atau pelayan perayaan Ekaristi. Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor lebih sering memakai istilah misdinar. Keberadaan misdinar memberikan warna tersendiri dalam kehidupan menggereja. Kegiatan misdinar menjadi wadah bagi anak-anak yang ingin mencintai dan melayani Tuhan. Kelompok misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor berjalan cukup aktif di masing-masing Wilayah. Setiap Wilayah memiliki dinamika sendiri. Semua itu tak lepas dari peran orang tua. Orang tua hendaknya melibatkan diri untuk mendampingi anak dalam setiap kegiatan yang diikuti, khususnya kegiatan misdinar. Gambaran umum pendampingan diperoleh dengan wawancara sedangkan untuk mendapatkan data penelitian digunakan kuesioner.
A. Gambaran Umum Pendampingan Orang Tua terhadap Anak di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor Dalam Gereja peran anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan menggereja cukup mendapat perhatian. Gereja menyediakan berbagai wadah bagi anak untuk mengembangkan diri dan
meningkatkan kecintaan pada Gereja. Anak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
membutuhkan orang tua untuk mengenal Gereja dengan segala dinamikanya. Dalam hal ini orang tua mendapat peran yang besar dalam mendampingi anak, karena lingkungan terdekat anak adalah orang tua sendiri.
1. Situasi Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor Dinamika kehidupan umat di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor sangat diwarnai oleh alam pedesaan. Ciri khas yang paling menonjol dari warga di pedesaan khsusunya di Paroki Kelor adalah nilai gotongroyong serta budaya jawa yang masih kental. Semangat gotongroyong itu membuat umat di Paroki Kelor sangat menjunjung tinggi kebersamaan. Mereka dapat menghargai dan menghormati satu sama lain serta saling membantu. Selain itu semangat dari kedua rasul, yang menjadi pelindung Paroki, sedikit banyak mewarnai kehidupan umat di Paroki, terlebih semangat kerasulan dan keteguhan iman (Tim Penyusun Buku Lustrum I, 2011: 22).
a. Situasi geografis Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor adalah salah satu Paroki di Gunungkidul. Parokitersebut ditetapkan sebagai Paroki secara definitif pada 2 Agustus 2006. Paroki Kelor terletak di Desa Kelor, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Letak geografis pusat Paroki Kelor sangat strategis karena berada di jalur ramai yang menghubungkan dengan berbagai kecamatan bahkan kota. Pusat Paroki sendiri berada di Desa Kelor. Jarak dari pusat Paroki ke Wilayah-wilayah dan Lingkungan sangat bervariasi, termasuk juga medan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
harus dilalui. Jarak tempuh yang paling jauh dari pusat Parokiadalah 30 km dengan medan berbatu-batu. Meskipun begitu, untuk menjangkau setiap Wilayah tidak begitu sulit karena segala macam transportasi dapat digunakan (Tim Penyusun Buku Lustrum I, 2011: 23).
b. Situasi umat di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor Umat di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor tersebar di 4 (empat) Kecamatan, yaitu Kecamatan Karangmojo, Ponjong, Ngawen, dan Semin. Jumlah umat menurut data statistik sampai dengan akhir tahun 2009 sebanyak 2.714 jiwa, yang tersebar di 8 (delapan) Wilayah. Kedelapan Wilayah tersebut adalah Wilayah Kelor, Jaranmati, Ngawen, Sambeng, Semin, Wonosari Jurangjero, Candirejo, dan Wiladeg. Setiap Wilayahterdiri dari 5-6 lingkungan. Wilayah Wiladeg dan Candirejo tergolong sebagai Wilayahbaru hasil dari pemekaran Wilayah Kelor dan Semin. Umat di Paroki Kelor adalah umat di pedesaan dengan sebagian besar dari mereka adalah petani tadah hujan. Sebagian lainberprofesi sebagai guru, pegawai negeri, pengusaha, dan pedagang. Kebanyakan umat termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah. Sebagaimana pada umumnya orang hidup di pedesaan maka umat di Paroki ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai gotongroyong dan kebersamaan. Selain itu, sebagian besar umat di Paroki Kelor adalah orang-orang tua (usia 40-70: 50%) karena kaum muda kebanyakan pergi merantau untuk bekerja di Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, bahkan sampai ada yang di Kalimantan. Selain bekerja, banyak juga anak muda yang melanjutkan studinya di Yogyakarta(Tim Penyusun Buku Lustrum I, 2011: 23-26).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
2. Situasi Pendampingan Orang Tua terhadap Anak dalam Mengikuti Kegiatan Misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor Di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, perkembangan iman anak cukup mendapat perhatian. Orang tua tentu mengharapkan anak-anak semakin mencintai Gereja. Kegiatan misdinar dijadikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kecintaan anak pada Gereja dan menumbuhkan semangat pelayanan dalam diri anak. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran penting untuk mendampingi anak. Dinamika pendampingan yang dilakukan oleh orang tua disesuaikan dengan kondisi Wilayah masing-masing.
a. Situasi kegiatan misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor Di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, kegiatan misdinar berlangsung di masing-masing Wilayah. Setiap Wilayah mengkoordinir kegiatan misdinar meskipun di tingkat Paroki sendiri juga ada koordinator untuk misdinar yang termasuk dalam kepengurusan Dewan Paroki. Koordinator misdinar tingkat Paroki adalah Hedwigis Oktivana Damasiwi, Fransiska Anida Dyan Kusuma, dan Margarita Harvin. Sampai saat ini, masih jarang kegiatan misdinar yang melibatkan seluruh anggota misdinar untuk berkumpul bersama. Kebanyakan kegiatan misdinar dikoordinir oleh masing-masing Wilayah. Oleh karena setiap Wilayah memiliki kapel sendiri, maka anggota misdinar menjalankan tugas di Wilayah masingmasing, kecuali kegiatan misdinar Wilayah Wiladeg bergabung dengan Wilayah Kelor. Kegiatan bersama yang pernah dilaksanakan adalah mengadakan kunjungan ke Seminari Mertoyudan, camping rohani, dan rekoleksi bersama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
Situasi kegiatan misdinar di masing-masing Wilayah berbeda satu sama lain. Hal tersebut dikarenakan kondisi Wilayah yang juga berbeda-beda. Wilayah tersebut antara lain, Wilayah Kelor dan Wiladeg, Jaranmati, Semin, Ngawen, Candirejo, Sambeng, serta Jurangjero.
1) Wilayah Kelor dan Wiladeg Jumlah anggota misdinar di Wilayah Kelor dan Wiladeg adalah 20 anak. Pertemuan rutin diadakan setiap Minggu sore pukul 16.00 WIB. Kegiatan dalam setiap pertemuan rutin meliputi pembagian jadwal atau tugas hari Minggu, mengadakan beberapa gamesatau permainan, belajar tentang liturgi, berdoa bersama, dan pendalaman Kitab Suci terlebih saat BKSN. Ketika misdinar mendapat tugas untuk koor di gereja pusat, diadakan latihan koor secara rutin. Selain
pertemuan
rutin,
kegiatan
misdinar
yang
sudah
dilaksanakan
adalahcamping rohani dan outbond [Lampiran 8: (12)].
2) Wilayah Jaranmati Anggota misdinar di Wilayah Jaranmati berjumlah 10 anak. Pertemuan rutin diadakan setiap Minggu I dan III dalam setiap bulan. Pertemuan diadakan setiap sore hari. Pertemuan rutin misdinar di Wilayah ini masih terbatas pada pembagian tugas dan latihan misdinar. Misdinar juga sering mengadakan latihan koor apabila mendapat tugas koor di gereja pusat. Selain pertemuan rutin, kegiatan misdinar yang sudah dilaksanakan adalahcamping rohani [Lampiran 8: (12)].
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
3) Wilayah Semin Jumlah anggota misdinar di Wilayah Semin adalah 18 anak. Pertemuan rutin belum diadakan. Pertemuan diadakan apabila terjadi suatu kegiatan yang berlangsung di gereja. Pendamping memberikan pengarahan kepada anggota misdinar sehubungan dengan tugas yang harus dijalankan. Selain itu, pertemuan diadakan untuk anggota baru mengenai pelatihan dan pengenalan liturgi Gereja [Lampiran 8: (13)].
4) Wilayah Ngawen Jumlah anggota misdinar di Wilayah Ngawen adalah 10 anak. Pertemuan rutin diadakan setiap Minggu. Kegiatan saat pertemuan rutin meliputi pembagian tugas, latihan misdinar, dan belajar tentang liturgi Gereja. Kegiatan di luar tugas dan latihan misdinar belum ada [Lampiran 8: (13].
5) Wilayah Candirejo Anggota misdinar di Wilayah Candirejo berjumlah 12 anak. Di Wilayah Candirejo belum ada pertemuan rutin. Kegiatan misdinar dilaksanakan terbatas pada tugas utama yaitu melayani saat misa dan latihan misdinar ketika mendekati hari-hari besar. Pembagian tugas diadakan secara mendadak, sebelum misa dimulai [Lampiran 8: (12)].
6) Wilayah Sambeng Jumlah anggota misdinar di Wilayah Sambeng adalah 20 anak. Pertemuan rutin diadakan dua minggu sekali, setelah misa yaitu setiap Minggu II
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
dan IV.Kegiatan yang dilakukan saat pertemuan meliputi belajar tentang liturgi Gereja, latihan misdinar, dan berdoa bersama.Kegiatan misdinar yang sudah dilaksanakan adalah outbond[Lampiran 8: (13)].
7) Wilayah Wonosari Jurangjero Anggota misdinar di Wilayah Wonosari Jurangjero adalah 10 anak. Pertemuan rutin di Wilayah Jurangjero tidak ada. Misdinar hanya bertugas ketika ada misa di Wilayah, yaitu setiap minggu I dan III. Pembagian tugas dilaksanakan secara mendadak, sebelum misa [Lampiran 8: (12)].
b. Tugas pendampingan orang tua terhadap kegiatan misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor Sampai saat ini, pendampingan yang dilaksanakan orang tua terhadap kegiatan misdinar di Paroki lebih kepada pengarahan untuk terlibat aktif dalam kegiatan. Anak diarahkan (‘disuruh’)
untuk ikut ambil bagian dalam setiap
kegiatan yang dilaksanakan baik dalam lingkup Wilayah maupun Paroki. Orang tua sendiri cukup senang apabila anak-anak dapat secara aktif terlibat dalam kegiatan misdinar. Mereka menganggap bahwa kelompok misdinar memilliki peranan yang penting dalam menumbuhkan keterlibatan anak melayani Tuhan ketika perayaan Ekaristi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pendamping misdinar, mereka mengatakan bahwa orang tua cukup mendukung bila kelompok misdinar dapat hidup. Hidup dalam arti aktif, sering mengadakan kegiatan yang dapat memupuk cinta anak terhadap tugas pelayanan untuk Tuhan. Dukungan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
selama ini orang tua berikan meliputi mengizinkan anak-anak mengikuti kegiatan yang diadakan dan mau mengantar jemput anaknya untuk ikut pertemuan rutin atau latihan. Selain itu, ada orang tua yang memberikan nasihat saat semangat para misdinar sudah mulai kendor.Beberapa orang tua juga menegur saat misdinar tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam hal ini perhatian orang tua terhadap kelompok misdinar cukup besar [Lampiran 8: (14)].
B. Penelitian Pendampingan Orang Tua terhadap Anak dalam Kegiatan Misdinar Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pendampingan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor. Hasil penelitian akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang pendampingan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar.
1. Latar Belakang Penelitian Dalam melaksanakan tugas pelayanan dalam Ekaristi, seorang imam masih membutuhkan bantuan. Salah satu petugas yang membantu imam dalam memimpin Ekaristi adalah misdinar. Boleh dikatakan bahwa misdinar adalah salah satu petugas liturgi yang memiliki peranan sangat penting. Misdinar melayani imam saat mempersembahkan Ekaristi di altar. Dalam suratnya yang ditujukan kepada para misdinar di seluruh dunia, sebagaimana dikutip oleh Waskito (1984: 7), Paus Yohanes Paulus II
menegaskan bahwa tugas yang
dilaksanakan oleh para misdinar di altar menambah keagungan misteri Ekaristi. Oleh karena itu, keberadaan misdinar dalam Gereja begitu dibutuhkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Gereja membutuhkan keterlibatan dan partisipasi dari anak. Namun, tidak semua anak memiliki ketertarikan yang sama dalam mengikuti kegiatan, khususnya kegiatan dalam Gereja. Ada anak yang memang sejak awal tertarik untuk bergabung karena kemauan sendiri, ada pula anak yang mengikuti kegiatan karena orang tua yang mengarahkan. Dalam hal ini salah satu faktor pendorong yang dapat membantu anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan adalah orang tua. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengenalkan Gereja dengan seluruh dinamikanya kepada anak. Dalam keluarga, anak didampingi supaya kelak dapat menjadi anak yang berguna bagi Gereja dan masyarakat. Dari pihak Gereja, wadah untuk anak supaya terlibat aktif dalam kegiatan sangat terbuka lebar. Ditambah lagi, ada ketentuan dari Paroki bahwa setiap anak yang hendak menerima Krisma diwajibkan untuk menjadi seorang misdinar ketika sudah menerima komuni pertama. Maka, satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi keterlibatan anak dalam kegiatan Gereja, khususnya kegiatan misdinar adalah orang tua sendiri. Oleh karena pentingnya keberadaan misdinar bagi Gereja, maka orang tua perlu dilibatkan. Orang tua dilibatkan dalam mengenalkan, mengarahkan, dan mendukung anaknya untuk mempersembahkan diri kepada Gereja. Selain itu, orang tua juga dilibatkan dalam mendidik dan mengajari anaknya dalam hal berdoa, membaca Kitab Suci, menghafal doa-doa harian, berbuat baik kepada teman-teman, peka dan peduli terhadap sesamanya, serta bertindak sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Orang tua perlu dilibatkan sehingga pengajaran tidak sepenuhnya diserahkan kepada pendamping misdinar. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga, dan mereka bertanggung jawab atas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
perkembangan anak. Oleh sebab itu, penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat mengetahui sejauh manakah orang tua melibatkan diri dalam melaksanakan tugas pendampingan kepada anak khususnya dalam mengikuti kegiatan misdinar.
2. Permasalahan Penelitian a. Bagaimana orang tua memahami tentang pendampingan dan peranan misdinar dalam Gereja? b. Apa tugas pedampingan dan dukungan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar? c. Manakah peran pendampingan orang tua bagi kegiatan misdinar?
3. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pemahaman orang tua tentang pendampingan dan peranan misdinar dalam Gereja. b. Untuk mengetahui tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar. c. Untuk mengetahui peran pendampingan orang tua bagi kegiatan misdinar.
4. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto. Penelitian ini meneliti peristiwa yang sudah terjadi atau terlaksana kemudian dilihat pengaruhnya. Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
tindakan, dll dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa secara alamiah (Moleong, 2007:6).
5. Tempat dan Waktu Penelitian Penyebaran kuesioner untuk Wilayah Kelor, Wiladeg, Jaranmati dilaksanakan pada 4 Oktober 2015 dan diambil pada 6 Oktober 2015 sedangkan untuk Wilayah Sambeng, Semin, Candirejo, dan Ngawen, kuesioner disebar pada 6 Oktober 2015 dan diambil pada 11 Okotber 2015. Pengisian kuesioner dilaksanakan dirumah masing-masing dengan harapan orang tua dapat menyediakan waktu cukup untuk mengisi kuesioner dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Wawancara kepada para pendamping misdinar dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2015 bertempat di gereja Santo Petrus dan Paulus Kelor.
6. Instrumen Penelitian Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesiner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014: 230). Kuesioner diberikan kepada orang tua anggota misdinar di masing-masing Wilayah. Untuk melengkapi data penelitian, peneliti melakukan wawancara. Wawancara dilaksanakan kepada pendamping misdinar di setiap Wilayah. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden menggunakan paduan pertanyaan (Nasir, 1985: 234).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
7. Responden Penelitian Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang tua dari anggota misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Menurut Sugiyono (2014: 148), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi disebut sampel. Peneliti menggunakan teknik probability sampling dimana teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari 70 kuesioner yang disebar ke setiap Wilayah, 52 kuesioner kembali. Kuesioner yang kembali akan dijadikan sampel dan kemudian diteliti.
8. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2014: 96), variabel penelitan diartikan sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) variabel yang akan diteliti yang terungkap dalam tabel 1. Tabel 1. Variabel Penelitian No (1) 1 2
Variabel yang diungkap
No. Pernyataan
(2) (3) Pemahaman tentang pendampingan 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan peranan misdinar 10 Tugas pendampingan dan 11,12,13,14,15,16 dukungan orang tua terhadap 17,18,19,20,21,22 23,24,25 kegiatan misdinar
Jumlah Item (4) 10 15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
(1) 3
(2) (3) Peran pendampingan orang tua bagi 26,27,28,29,30,31 32,33,34,35,36,37 kegiatan misdinar 38,39,40 Total pernyataan
(4) 15
40
9. Laporan Hasil Penelitian Untuk mendapatkan prosentase kuesioner rumus yang digunakan adalah dengan membagi jumlah responden yang memilih dengan jumlah total, kemudian dikali 100% . P = f/N x 100% P = presentase f = jumlah responden yang memilih N = jumlah total
a. Pemahaman orang tua tentang pendampingan dan arti misdinar Pada bagian ini memaparkan sejauh mana orang tua memahami tentang pendampingan dan peranan misdinar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Pemahaman orang tua tentang pendampingan dan peranan misdinar (N=52) No Soal (1) 1
Pernyataan (2) Mendampingi misdinar berarti mengarahkan (‘menyuruh’) anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan
Alternatif Jawaban (3) Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
Jumlah (4) 18 34 0 0
Persen % (5) 34,62 65,38 00,00 00,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
(1) 2
3
4
5
6
7
8
9
10
(2) Saya menyadari bahwa anak membutuhkan dukungan orang tua dalam mengikuti kegiatan dalam gereja khususnya kegiatan misdinar Orang tua perlu dilibatkan dalam mengenalkan dan mengarahkan anak untuk mempersembahkan diri dengan menjadi anggota misdinar Orang tua perlu mengetahui dan paham akan segala kegiatan misdinar yang diikuti oleh anak Orang tua harus paham akan pengetauan tentang misdinar dan liturgi dalam gereja supaya dapat membantu mengajarkan kepada anak Misdinar merupakan salah satu petugas liturgi yang penting dalam perayaan Ekaristi Keberadaan misdinar menjadi warna tersendiri bagi Gereja dan menambah keagungan dalam perayaaan Ekaristi Kegiatan misdinar dapat membawa pengaruh yang baik bagi perkembangan anak Kegiatan misdinar memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkan keterlibatan anak melayani Tuhan Kegiatan misdinar menjadi wadah anak untuk semakin mencintai Gereja dan Tuhan
(3) Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(4) 25 27 0 0
(5) 48,08 51,92 00,00 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
19 33 0 0
36,54 63,46 00,00 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
11 40 1 0 9 41 2 0
21,16 76,92 01,92 00,00 17,31 78,84 03,85 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
32 20 0 0 26 25 1 0 25 27 0 0 22 30 0 0 22 30 0 0
61,53 38,47 00,00 00,00 50,00 48,08 01,92 00,00 48,07 51,93 00,00 00,00 42,31 57,69 00,00 00,00 42,31 57,69 00,00 00,00
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner didapat keterangan bahwa pada pernyataan mengenai arti pendampingan kurang dari separuh total responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
yaitu sebanyak 18 (34,62%) sangat setuju apabila pendampingan diartikan dengan mengarahkan ‘menyuruh’ anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan. Sedangkan kurang dari separuh total responden, yaitu 34 (65,38%) menyatakan setuju. Masih pada pokok pemahaman pendampingan, kurang dari separuh responden menyatakan sangat setuju yaitu 27 (51,92%) bahwa orang tua menyadari apabila anak membutuhkan dukungan dalam mengikuti kegiatan dalam gereja khususnya misdinar. Sedangkan lebih dari separuh total responden memilih setuju yaitu 25 (48,08%). Pernyataan pada pemahaman akan pendampingan menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden yaitu 19 (36,54%) menyatakan sangat setuju apabila orang tua perlu dilibatkan dalam mengenalkan dan mengarahkan anak untuk mempersembahkan diri dengan menjadi anggota misdinar. Sedangan lebih dari separuh total responden memilih setuju yaitu 33 (63,46%). Masih pada pemahaman akan pendampingan menunjukkan bahwa kurang dari separuh total responden yaitu 11 (21,16%) memilih sangat setuju dengan pernyataan bahwa orang tua perlu mengetahui dan paham akan segala kegiatan misdinar yang diikuti oleh anak. Sedangkan lebih dari total responden menyatakan setuju yaitu 40 (76,92%) dan1 (0,192%) responden memilih tidak setuju. Pada
pernyataan
terakhir
mengenai
pemahaman
pendampingan
menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 9 (17,31%) menyatakan sangat setuju apabila orang tua harus paham akan pengetahuan tentang misdinar dan liturgi dalam gereja supaya dapat membantu mengajarkan kepada anak. Banyak dari responden menyatakan setuju yaitu 41 (78,84%) dan beberapa responden yaitu 2 (3,86%) menyatakan tidak setuju.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Pada pernyataan mengenai pemahaman akan misdinar menunjukkan bahwa separuh lebih dari total responden yaitu 32 (61,53%) menyatakan sangat setuju bahwa misdinar merupakan salah satu petugas liturgi yang penting dalam perayaan Ekaristi. Sedangkan kurang dari separuh responden menyatakan setuju yaitu 20 (38,47%). Masih mengenai pemahaman akan misdinar menunjukkan bahwa separuh dari total responden yaitu 26 (50%) menyatakan sangat setuju bahwa keberadaan misdinar menjadi warna tersendiri bagi Gereja dan menambah keagungan dalam perayaan Ekaristi. Kurang dari separuh responden menyatakan setuju yaitu 25 (48,07%) dan satu responden menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan mengenai kegiatan misdinar menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden menyatakan sangat setuju yaitu 25 (48,07%) apabila kegiatan misdinar dapat membawa pengaruh yang baik bagi perkembangan anak. Lebih dari separuh responden menyatakan setuju yaitu 27 (51,93%). Tidak ada alternatif jawaban yang lain. Masih pada pokok kegiatan misdinar, kurang dari separuh responden yaitu 22 (42,31%) menyatakan sangat setuju bahwa kegiatan misdinar memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkan keterlibatan anak melayani Tuhan. Sedangkan lebih dari separuh respoden menyatakan setuju yaitu 30 (57,69%). Pada pernyataan terakhir
mengenai pemahaman akan
misdinar
menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden yaitu 22 (42,31%). menyatakan sangat setuju apabila kegiatan misdinar menjadi wadah anak untuk semakin mencintai Gereja dan Tuhan. Lebih dari separuh responden menyatakan setuju yaitu 30 (57,69%).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
b. Tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan misdinar Pada bagian ini akan memaparkan sejauh manakah orang tua melaksanakan tugas pendampingan dan dukungan terhadap kegiatan misdinar yang terungkap dalam tabel 3. Tabel 3. Tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan misdinar (N=52) No Soal (1) 11
Pernyataan (2) Saya mengetahui dan mengenal teman-teman misdinar anak saya
12
Saya mengarahkan anak saya untuk bergabung menjadi anggota misdinar
13
Saya selalu menyemangati anak saya untuk rajin dalam bertugas
14
Saya bersedia mengantar jemput anak saya ketika ada pertemuan misdinar
15
Saya ikut menunggui saat anak saya sedang mengikuti kegiatan misdinar
16
Saya selalu mengizinkan anak saya untuk mengikuti kegiatan misdinar seperti outbond, camping rohani, pertemuan rutin. Saya menyediakan waktu khusus bersama anak saya untuk berbincang seputar kegiatan misdinar yang telah diikuti
17
Alternatif Jawaban (3) Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
Jumlah (4) 8 40 4 0 30 22 0 0 17 35 0 0 14 30 8 0 1 20 30 1 19 33 0 0
Persen % (5) 15,38 76,92 07,70 00,00 57,69 42,31 00,00 00,00 32,69 67,31 00,00 00,00 26,93 57,69 15,38 00,00 01,92 38,47 57,69 01,92 36,53 63,47 00,00 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
7 37 9 0
13,49 69,23 15,38 00,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
(1) 18
19
20
21
22
23
24
25
(2) Saya membelikan buku-buku yang berkaitan dengan misdinar untuk menambah pengetahuan anak saya Saya selalu mengajarkan anak saya supaya selalu memperhatikan saat kakak pendamping memberikan materi tentang misdinar Saya berusaha menjawab semampu saya saatanak saya bertanya tentang misdinar Saya memberikan pengetahuan tentang misdinar beserta dinamikanya kepada anak saya Saya meneguranak saya ketika ia tidak bersedia tugas misdinar
(3) Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(4) 2 34 16 0 12 39 1 0
(5) 03,85 65,38 30,77 00,00 23,08 75,00 01,92 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
9 42 1 0 2 42 8 0 22 27 3 0 17 32 3 0
17,31 80,77 01,92 00,00 03,85 80,77 15,38 00,00 42,31 51,92 05,77 00,00 32,69 61,53 05,78 00,00
21 31 0 0 9 42 1 0
40,38 59,62 00,00 00,00 17,31 80,77 01,92 00,00
Saya memarahi anak saya bila anak saya lebih mementingkan bermain di luar bersama teman dibandingkan berangkat kegiatan misdinar. Saya menasehati anak saya Sangat Setuju untuk selalu menjalankan tugas Setuju pelayanan di altar dengan baik Kurang Setuju Tidak Setuju Saya merasa senang dan Sangat Setuju bangga apabila anak saya rajin Setuju Kurang Setuju tugas misdinar Tidak Setuju
Pengolahan data pada variabel dua mengenai tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan misdinar diperoleh keterangan bahwa pada pernyataan orang tua mengetahui dan mengenal teman-teman misdinar dari anak menunjukkan kurang dari separuh responden yaitu sebanyak 8 (15,38%) menyatakan sangat setuju. Lebih dari separuh responden yaitu sebanyak 40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
(76,92%) memilih setuju, dan sisanya sebanyak 4 (7,70%) responden menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan bahwa orang tua mengarahkan anak untuk bergabung menjadi anggota misdinar menunjukkan lebih dari separuh responden memilih sangat setuju yaitu sebanyak 30 (57,69%) sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 22 (42,31%) menyatakan setuju. Masih pada pokok tugas pendampingan dan dukungan orangtua, pada pernyataan bahwa orang tua selalu menyemangati anak untuk rajin dalam bertugas menunjukkan kurang dari separuh responden yaitu 17 (32,69%) menyatakan sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden memilih setuju yaitu sebanyak 35 (67,31%). Pada pernyataan bahwa orang tua bersedia mengantar jemput anak ketika ada pertemuan misdinar menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden memilih sangat setuju yaitu sebanyak 14 (26,93%) sedangkan lebih dari separuh respoden yaitu sebanyak 30 (57,69%) menyatakan setuju, dan ada beberapa responden yaitu sebanyak 8 (15,38%) menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan bahwa orang tua ikut menunggui saat anak sedang mengikuti kegiatan misdinar menunjukkan bahwa 1 (1,92%) responden memilih sangat setuju. Kurang dari separuh responden yaitu sebanyak 20 (38,46%) memilih setuju. Lebih dari separuh responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 30 (57,69%) memilih kurang setuju dan sisanya 1 (1,92%) responden menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan bahwa orang tua selalu mengizinkan anak untuk mengikuti kegiatan misdinar seperti outbond, camping rohani, pertemuan rutin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
menunjukkan kurang dari separuh responden memilih sangat setuju, yaitu sebanyak 19 (36,53%) sedangkan lebih dari separuh responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 33 (63,47%). Pada pernyataan mengenai orang tua menyediakan waktu khusus bersama anak untuk berbincang seputar kegiatan misdinar yang telah diikuti menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 7 (13,49%) memilih sangat setuju.Lebih dari separuh responden memilih opsi setuju yaitu sebanyak 37 (69,23%) dan sisanya yaitu 8 (15,38%) menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan bahwa orang tua membelikan buku-buku yang berkaitan dengan misdinar untuk menambah pengetahuan anak menunjukkan sedikit dari responden yaitu 2 (3,84%) menyatakan sangat setuju. Lebih besar responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 34 (65,38%) dan sisanya 16 (30,78%) menyatakan kurang setuju dengan pernyataan yang ada. Pada pernyataan mengenai orang tua selalu mengajarkan anak supaya memperhatikan saat kakak pendamping memberikan materi tentang misdinar menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden menyatakan sangat setuju yaitu 12 (23,07%) sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 39 (75%) memilih opsi setuju dan sisanya ada 1 (1,92%) responden memilih kurang setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua berusaha menjawab semampunya saat anak bertanya tentang misdinar menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 9 (17,31%) memilih opsi sangat setuju sedangkan responden terbanyak yaitu 42 (80,77%) memilih opsi setuju dan sisanya 1 (1,92%) responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
Masih pada pokok tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan misdinar, pernyataan bahwa orang tua memberikan pengetahuan tentang misdinar beserta dinamikanya kepada anak menunjukkan sedikit dari responden menyatakan sangat setuju yaitu 2 (3,85%). Responden terbanyak memilih opsi setuju yaitu 42 (80,77%) dan beberapa responden yaitu 8 (15,38%) menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua menegur anak ketika tidak bersedia tugas misdinar menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden yaitu 22 (42,31%) menyatakan sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 27 (51,92%) menyatakan setuju namun ada beberapa responden yaitu 3 (5,77%) menyatakan kurang setuju dengan pernyataan yang ada. Pada pernyataan mengenai orang tua memarahi anak apabila anak lebih mementingkan bermain di luar bersama teman dibandingkan berangkat kegiatan misdinar menunjukkan bahwa kurang dari separuh respoden yaitu 17 (32,69%) menyatakan sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 32 (61,53%). Beberapa responden yaitu 3 (5,78%) menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan bahwa orang tua menasehati anak untuk selalu menjalankan tugas pelayanan di altar dengan baik menunjukkan kurang dari separuh responden yaitu 21 (40,38%) memilih opsi sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden yaitu sebanyak 31 (59,62%) memilih setuju dengan pernyataan yang ada. Peryataan terakhir pada tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan misdinar menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
(17,31%) menyatakan sangat setuju apabila orang tua merasa senang dan bangga anaknya rajin tugas misdinar. Sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 42 (80,77%) menyatakan setuju dan 1 (1,92%) responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan yang ada.
c. Peran pendampingan orang tua bagi kegiatan misdinar Pada bagian ini memaparkan sejauh mana orang tua dalam keseharian melaksanakan peran pendampingan bagi kegiatan misdinar yang terungkap pada tabel 4. Tabel 4. Peran pendampingan orang tua bagi kegiatan misdinar (N=52) No Soal (1) 26
27
28
Pernyataan (2) Saya selalu mengajari dan mengajak anak saya berdoa karena seorang misdinar harus bisa memimpin doa Saya mengajari anak saya doadoa harian karena seorang misdinar harus hafal doa-doa harian Saya mengajari anak saya untuk menjalin relasi yang baik dengan teman-teman misdinar
29
Saya mendidik anak saya untuk mau bergaul dan terbuka dengan teman misdinar
30
Saya membiasakan anak saya untuk membaca Kitab Sucikarena menjadi seorang misdinar juga harus tahu dan paham tentang Kitab Suci
Alternatif Jawaban (3) Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
Jumlah (4) 9 42 1 0 13 36 3 0 15 37 0 0 25 27 0 0 8 39 5 0
Persen % (5) 17,31 80,77 01,92 00,00 25,00 69,23 05,77 00,00 28,84 71,16 00,00 00,00 48,07 51,93 00,00 00,00 15,38 75,00 09,62 00,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
(1) 31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
(2) Saya selalu mengajak anak saya mengikuti pendalaman Kitab Suci supaya ia terbiasa dan paham akan Kitab Suci karena dalam kegiatan misdinar, pendalaman Kitab Suci juga sering dilaksanakan Saya selalu menasehati anak saya untuk berkata dan berperilaku baik sesuai dengan ajaran Yesus Saya mengajarkan kepada anak saya supaya bangga menjadi orang katolik karena seorang misdinar tidak boleh malu mengakui imannya Saya mendidik anak saya untukmenjadi orang yang peka dan peduli kepada teman yang membutuhkan bantuan Saya mengajari anak saya untuk mau berbagi dengan sesamanya misdinar harus memiliki rasa belas kasih Saya setuju dengan diadakannya rekoleksi untuk orang tua dari anggota misdinar Saya mengharapkan pendampingan orang tua diadakan dalam 3 kali dalam setahun Saya berharap rekoleksi dapat memberikan ruang yang cukup untuk sharing dan berbagi pengalaman dalam hidup berkeluarga Saya mengharapkan pendampingan untuk mendalami peran keluarga kristiani dalam hidup menggereja Saya berharap dengan diadakannya pendampingan orang tua, saya dapat lebih mengenal anak saya lebih dalam sebagai anugrah Tuhan yang dipanggil untuk terlibat dalam hidup menggereja
(3) Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
(4) 7 42 3 0
(5) 13,46 80,76 05,78 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
27 25 0 0 28 24 0 0
51,92 48,08 00,00 00,00 53,84 46,16 00,00 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
17 35 0 0 16 36 0 0 17 34 1 0 8 38 6 0 8 43 0 0
32,69 67,31 00,00 00,00 30,76 69,24 00,00 00,00 32,70 65,38 01,92 00,00 15,38 73,07 11,55 00,00 15,38 84,62 00,00 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
16 36 0 0
30,76 69,24 00,00 00,00
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
24 28 0 0
46,15 53,85 00,00 00,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
Pengolahan data variabel peran pendampingan orang tua bagi kegiatan misdinar diperoleh keterangan bahwa pada pernyataan mengenai orang tua selalu mengajak anak berdoa karena seorang misdinar harus bisa memimpin doa menunjukkan sedikit dari responden yaitu 9 (17,31%) menyatakan sangat setuju. Lebih banyak responden memilih opsi setuju yaitu sebanyak 42 (80,77%) dan sisanya 1 (1,92%) responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan yang ada. Pada pernyataan mengenai orang tua mengajari anak doa-doa harian karena seorang misdinar harus hafal doa-doa harian menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden yaitu 13 (25%) menyatakan sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 36 (69,23%) menyatakan setuju dan beberapa responden menyatakan kurang setuju yaitu 3 (5,77%). Pada pernyataan bahwa orang tua mengajari anak untuk menjalin relasi yang baik dengan teman-teman misdinar menunjukkan kurang dari separuh responden yaitu 15 (28,84%) memilih opsi sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 37 (71,16%) memilih opsi setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua mendidik anak untuk mau bergaul dan terbuka dengan teman misdinar menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden yaitu 25 (48,07%) menyatakan sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 27 (51,93%) menyatakan setuju. Masih pada pokok peran pendampingan orang tua terhadap kegiatan misdinar, pernyataan mengenai orang tua membiasakan anak untuk membaca Kitab Suci karena menjadi seorang misdinar juga harus tahu dan paham tentang Kitab Suci menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 8 (15,38%)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
menyatakan sangat setuju sedangkan banyak dari responden yang memilih opsi setuju yaitu 39 (75%) dan sisanya yaitu 5 (9,62%) menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua selalu mengajak anak mengikuti kegiatan pendalaman Kitab Suci supaya anak terbiasa dan paham akan Kitab Suci karena dalam kegiatan misdinar pendalaman Kitab Suci jua sering dilaksanakan menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 7 (13,46%) menyatakan sangat setuju sedangkan banyak dari responden yaitu 42 ( 80,76%) menyatakan setuju dan sisanya 3 (5,78%) menyatakan kurang setuju dengan pernyataan yang ada. Pada pernyataan bahwa orang tua selalu menasehati anak untuk berkata dan berperilaku baik sesuai dengan ajaram Yesus menunjukkan lebih dari separuh responden memilih opsi setuju yaitu sebanyak 27 (51,92%) sedangkan kurang dari separuh responden yaitu 25 (48,08%) menyatakan setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua mengajarkan kepada anak supaya bangga menjadi orang katolik karena seorang misdinar tidak boleh malu mengakui imannya menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden yaitu 28 (53,84%) menyatakan santat setuju sedangkan kurang dari separuh responden yaitu 24 (46,16%) menyatakan setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua mendidik anak untuk menjadi orang yang peka dan peduli kepada teman yang membutuhkan bantuan menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 17 (32,69%) menyatakan sangat setuju sedangkan banyak dari responden yaitu 35 (67,31%) menyatakan setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua mengajari anak untuk mau berbagi dengan sesamanya karena misdinar harus memiliki rasa belas kasih menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden yaitu 16 (30,76%) menyatakan sangat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
setuju sedangkan lebih dari separuh responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 36 (69,24%). Pada pernyataan bahwa orang tua setuju dengan diadakannya rekoleksi untuk orang tua dari anggota misdinar menunjukkan sedikit dari responden yaitu 17 (32,70%) menyatakan sangat setuju sedangkan banyak dari responden memilih opsi setuju yaitu 34 (65,38%) dan sisanya 1 (1,92%) menyatakan kurang setuju dengan pernyataan yang tersedia. Pada pernyataan bahwa orang tua mengharapkan pendampingan orang tua diadakan tiga kali dalam setahun menunjukkan sedikit dari responden yang menyatakan sangat setuju yaitu 8 (15,38%) sedangkan banyak dari responden menyatakan setuju yaitu 38 (73,07%) dan beberapa responden yaitu 6 (11,55%) menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua berharap rekoleksi dapat memberikan ruang yang cukup untuk sharing dan berbagi pengalaman dalam hidup berkeluarga menunjukkan bahwa sedikit dari responden yaitu 8 (15,38%) yang menyatakan sangat setuju sedangkan sisanya sebanyak 43 (84,62%) responden menyatakan setuju. Pada pernyataan mengenai orang tua menaharapkan pendampingan untuk mendalami peran keluarga kristiani dalam hidup menggereja menunjukkan bahwa kurang dari separuh responden yaitu 16 (30,76%) menyatakan sangat setuju sedangkan sisanya lebih dari separu responden yaitu 36 (69,24%) menyatakan setuju. Pernyataan terakhir pada variabel peran pendampingan orang tua terhadap kegiatan misdinar bahwa orang tua berharap dengan diadakannya pendampingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
orang tua, orang tua dapat lebih mengenal anak lebih dalam sebagai anugrah Tuhan yang dipanggil untuk terlibat dalam hidup menggereja menunjukkan kurang dari separuh responden yaitu 24 (46,15%) menyatakan sangat setuju sedangkan lebih dari separuh responden yaitu 28 (53,85%) menyatakan setuju.
10. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini merupakan pembahasan hasil penelitian mengenai pendampingan orang tua terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor.
a. Pemahaman tentang pendampingan dan arti misdinar Hasil penelitian terhadap pemahaman pendampingan dan peranan misdinar menunjukkan bahwa lebih dari separuh total responden yaitu 34 (65,38%) menyatakan setuju bahwa mendampingi misdinar berarti (‘menyuruh’) anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar orang tua cukup menyadari dan memahami bahwa dengan menyuruh anak terlibat aktif dalam kegiatan, mereka telah mendampingi misdinar. Sebanyak 27 (51,92%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju bahwa anak membutuhkan dukungan orang tua dalam mengikuti kegiatan dalam gereja khususnya kegiatan misdinar.Dalam hal ini, orang tua juga cukup menyadari dan memahamibahwa mendampingi anak dalam hidup berarti juga memberikan dukungan kepada anak untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan menggereja khususnya kegiatan misdinar. Sebanyak 33 (63,46%), lebih dari separuh responden menyetujui bahwa orang tua perlu dilibatkan dalam mengenalkan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
mengarahkan anak untuk mempersembahkan diri kepada Gereja dengan menjadi anggota misdinar. Hal tersebut menunjukkan bahwa orangtua cukup memahami bahwa mendampingi anak misdinar berarti bersedia untuk dilibatkan dalam mengenalkan dan mengarahkan anak menjadi anggota misdinar. Sejumlah 40 (76,92%) responden menyatakan setuju apabila orang tua perlu mengetahui dan paham akan segala kegiatan misdinar yang diikuti oleh anak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa banyak orang tua yang cukup menyadari bahwa mendampingi menuntut orang tua untuk mengetahui dan memahami akan segala kegiatan yang diikuti oleh anak. Meskipun begitu masih ada responden yang menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan yang tersedia. Hal itu menunjukkan bahwa masih ada orang tua yang belum sadar dengan tugas pendampingan yang harus dijalankan. Sebanyak 41 (78,84%), lebih dari separuh responden memilih setuju bahwa orang tua harus paham akan pengetahuan tentang misdinar dan liturgi dalam Gereja supaya dapat membantu mengajarkan kepada anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian orang tua cukup menyadari bahwa orang tua juga berkewajiban untuk membagikan pengetahuan tentang misdinar dan liturgi dalam Gereja kepada anak. Hanya 9 (17,30%) orang tua yang benar-benar memahami dan menyadari bahwa mereka harus memiliki pengetahuan yang lebih tentang kehidupan menggereja kemudian mengajarkannya kepada anak. Mungkin orang tuamasih menganggap bahwa pengetahuan tentang Gereja itu anak peroleh lewat kakak pendamping ketika pertemuan misdinar. Sebanyak 32 (61,53%) responden menyatakan sangat setuju bahwa misdinar merupakan salah satu petugas liturgi yang penting dalam perayaan Ekaristi. Lebih dari separuh orang tua telah menyadari dan memahami akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
pentingnya keberadaan misdinar dalam Gereja. Sebanyak 26 (50%), lebih dari separuh responden memilih sangat setuju bahwa keberadaan misdinar menjadi warna tersendiri bagi Gereja dan menambah keagungan dalam perayaan Ekaristi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua orang tua telah memahami dan menyadari bahwa keberadaan misdinar dalam Gereja memiliki peranan yang penting bagi Gereja. Sebanyak 27 (51,93%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju bahwa kegiatan misdinar dapat membawa pengaruh yang baik bagi perkembangan anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua menilai kegiatan misdinar cukup positif. bagi perkembangan anak. Boleh dikatakan, orang tua cukup percaya bahwa kegiatan misdinar yang dilaksanakan, membawa pengaruh baik bagi anak. Sebanyak 30 (57,69%), lebih dari separuh responden setuju bahwa kegiatan misdinar memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkan keterlibatan anak melayani Tuhan. Dalam hal ini orang tua cukup menyadari bahwa dengan mengikuti kegiatan misdinar, dapat menumbuhkan keterlibatan dan semangat melayani dalam diri anak. Sebanyak 30 (57,69%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju bahwa kegiatan misdinar menjadi wadah anak untuk semakin mencintai Gereja dan Tuhan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar orang tua cukup menyadari dan memahami bahwa kegiatan misdinar merupakan salah satu wadah yang diberikan untuk semakin membuat anak mencintai Gereja dan Tuhan. Hasil penelitian di atas merupakan pembahasan dari variabel I tentang pemahaman orang tua akan pendampingan dan peranan misdinar. Pada pokok pembahasan mengenai pemahaman orang tua akan arti pendampingan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
menunjukkan bahwa sebagian besarorang tuacukup memahami arti pendampingan dalam hubungannya dengan kegiatan misdinar. Mereka cukup memiliki kesadaran bahwa mendampingi
misdinar
berarti terlibat untuk
mengenalkan dan
mengarahkan anak untuk aktif mengikuti kegiatan yang diadakan. Mereka paham dan sadar bahwa misdinar misdinar merupakan salah satu petugas liturgi yang memiliki peranan penting dalam peraayaan Ekaristi. Meskipun begitumasih ada beberapa yang menyatakan kurang setuju. Orang tua yang menyatakan setuju berarti mereka cukup sadar akan tugas pendampingannya dalam kegiatan misdinar. Bagi orang tua yang menyatakan kurang setuju berarti mereka belum memiliki kesadaran akan tugas pedampingannya.
b. Tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan misdinar Hasil penelitian tentang tugas-tugas pendampingan dan dukungan orang tua menunjukkan sebanyak 40 (76,92%) menyatakan setuju bahwa orang tua mengetahui dan mengenal teman-teman misdinar anak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa bagi orang tua mengenal teman misdinar anak cukup penting dan perlu dalam pendampingan. Ada beberapa orang tua yang menganggap bahwa dalam pendampingan, tidaklah penting dan perlu untuk mengenal teman misdinar anak,dengan menyatakan kurang setuju. Sebanyak 30 (57,69%), lebih dari separuh responden memilih sangat setuju apabila orang tua mengarahkan anak untuk bergabung menjadi anggota misdinar. Hal tersebut dapat diartikan bahwa orang tua telah mendukung anak sepenuhnya dengan mengarahkan anak untuk bergabung menjadi anggota misdinar. Sebanyak 35 (67,31%) responden setuju bahwa orang tua selalu menyemangati anak untuk rajin dalam bertugas. Dalam hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
ini orang tua cukup mendukung anak untuk melaksanakan tugas misdinar. Sebanyak 30 (57,69%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju bahwa orang tua bersedia mengantar jemput anak ketika ada pertemuan misdinar. Ada 8 (15,39%) responden yang menyatakan kurang setuju. Boleh dikatakan memang orang tua kurang memberikan dukungan terhadap anak dalam mengikuti kegiatan misdinar. Sebanyak 30 (57,69%) responden menyatakan kurang setuju apabila orang tua ikut menunggui anak saat sedang mengikuti kegiatan misdinar. Boleh dikatakan bahwa menunggui anak saat kegiatan bagi orang tua bukan salah satu bentuk pendampinan dan dukungan yang utama. Dalam hal ini, orang tua menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada Gereja. Hanya satu orang tua yang benar-benar mendampingi anak dan menyadari tugas pendampingannya secara penuh. Sejumlah 33 (63,47%) responden setuju bahwa orang tua selalu mengizinkan anak untuk mengikuti kegiatan misdinar seperti outbond, camping rohani, pertemuan rutin. Orang tua yang menyatakan setuju boleh dikatakan cukup mendukung dengan mengizinkan anaknya untuk mengikuti kegiatan misdinar yang diadakan seperti outbond, camping rohani, pertemuan rutin. Sebanyak 37 (69,23%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju bahwa orang tua menyediakan waktu khusus bersama anak untuk berbincang seputar kegiatan misdinar yang telah diikuti. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak orang tua yang cukup peduli dengan apa yang telah anak mereka peroleh dari kegiatan yang telah diikuti. Meskipun begitu ada beberapa orang tua yaitu sejumlah 8 (15,39%) yang sama sekali kurang peduli dengan apa yang anak pelajari dari kegiatan misdinar. Mungkin bagi beberapa orang tua, menanyakan hal tersebut tidak begitu penting dalam pendampingan. Sebanyak 34 (65,38%)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
responden memilih setuju bahwa orang tua membelikan buku-buku yang berkaitan dengan misdinar untuk menambah pengetahuan anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan orang tua dengan membelikan buku tentang misdinar itu cukup penting. Hanya 2 (3,48%) orang tua yang menganggap sangat penting dan mendukung secara penuh. Boleh dikatakan memang mereka telah membelikannya. Sebanyak 16 (30,77%) orang tua yang menyatakan kurang setuju, berarti menggangap buku panduan misdinar tidak penting dimiliki oleh anak. Sebanyak 39 (75%), lebih dari separuh responden setuju bahwa orang tua selalu mengajarkan kepada anak untuk selalu memperhatikan saat kakak pendamping memberikan materi tentang misdinar. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak dari orang tua yang cukup memberikan pengajaran kepada anak untuk memperhatikan orang lain ketika sedang mengajar. Sejumlah 42 (80,77%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju bahwa orang tua berusaha menjawab semampunya saat anak bertanya tentang misdinar. Orang tua cukup menyadari bahwa mereka seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup sehingga ketika anaknya bertanya mereka mampu menjawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua merasa cukup tahu dan paham akan misdinar. Namun masih ada responden yang memang merasa tidak perlu tahu dengan menyatakan kurang setuju. Sebanyak 42 (80,77%) atau lebih dari separuh responden memilih setuju bahwa orang tua memberikan pengetahuan tentang misdinar beserta dinamikanya kepada anak. Boleh dikatakan bahwa orang tua merasa cukup perlu memberikan pengetahuan kepada anak terkait dengan kegiatan misdinar dan diamikanya. Hanya 2 (3,84%) orang yang merasa sangat perlu dan sadar akan hal tersebut. Bahkan 8 (15,4%) orang tua merasa tidak perlu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
memberikan pengetahuan tersebut. Mereka belum memiliki kesadaran dalam hal ini. Sebanyak 27 (51,92%) responden setuju bahwa orang tua menegur anak saat anak tidak bersedia tugas misdinar. Orang tua cukup memiliki kesadaran bahwa mereka harus mengajari anak untuk melaksanakan tugas dengan baik. Boleh dikatakan bahwa orang tua cukup peduli dengan pelaksanan tugas pelayanan anak di altar. Sebanyak 32 (61,53%) atau lebih dari separuh responden memilih setuju bahwa orang tua memarahi anak apabila anak lebih mementingkan bermain di luar bersama teman dibandingkan dengan pertemuan misdinar. Orang tua yang memilih setuju boleh dikatakan bahwa mereka cukup peduli dengan keaktifan anak dalam mengikuti kegiatan. Meskipun begitu ada orang tua yang menyatakan kurang setuju akan pernyataan tersebut. Boleh dikatakan, orang tua acuh dengan kegiatan yang diikuti anak. Masih ada orang tua yang tidak menyadari tugasnya dalam mendampingi anak. Sebanyak 31 (59,62%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju apabila orang tua menasehati anak untuk selalu menjalankan tugas pelayanan di altar dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua cukup mendukung anak untuk selalu menjalankan tugas pelayanan di altar dengan baik. Sebanyak 42 (80,77%) atau lebih dari separuh responden setuju bahwa orang tua merasa senang dan bangga apabila anaknya rajin bertugas misdinar. Boleh dikatakan bahwa orang tua cukup senang dan bangga apabila anaknya rajin bertugas. Hasil penelitian diatas merupakan pembahasan dari variabel 2 tentang tugas pendampingan dan dukungan orang tua terhadap kegiatan misdinar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, boleh dikatakan bahwa orang tua cukup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
menjalankan tugas pendampinganya dengan baik. Hanya saja belum maksimal. Ada beberapa tugas pendampingan dan dukungan yang sudah dijalankan, dan ada yang belum. Selain itu masih ada orang tua yang belum sadar akan tugas pendampingannya dan belum memberikan dukungan untuk anak. Boleh dikatakan bahwa beberapa orang tua belum total dalam mendampingi dan mendukung anak dalam melaksanakan tugas pelayanan menjadi seorang misdinar.
c. Peran pendampingan orang tua bagi kegiatan misdinar Penelitian terhadap peran pendampingan orang tua bagi kegiatan misdinar menunjukkan sebanyak 42 (80,77%) atau lebih dari separuh respondenmenyatakan setuju bahwa orang tua selalu mengajari dan mengajak anak berdoa karena seorang misdinar harus bisa memimpin doa. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua cukup memberikan peran dalam mengajari dan mengajak anaknya untuk berdoa. Masih ada orang tua yang tidak mengajak dan mengajari berdoa dengan menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan yang tersedia. Sebanyak 36 (69,23%), lebih dari separuh responden memilih setuju bahwa orang tua mengajari anak doa-doa harian karena seorang misdinar harus hafal doa-doa harian. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua juga cukup berperan dalam mengajari anak doa-doa harian secara penuh. Sebanyak 37 (71,16%), lebih dari separuh responden menyatakan setuju bahwa orang tua mengajari anak untuk menjali relasi yang baik dengan teman-teman misdinar. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua belum cukup memberikan peran dalam mengajari anaknya untuk menjalin relasi yang baik dengan teman misdinarnya. Sejumlah 27 (51,93%) atau lebih dari separuh responden menyatakan setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
bahwa orang tua mendidik anak untuk mau bergaul dan terbuka dengan teman misdinar. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua cukup berperan dalam mendidik anak. Sebanyak 39 (75%) atau lebih dari separuh responden memilih setuju bahwa orang tua membiasakan anak untuk membaca Kitab Suci karena seorang misdinar harus tahu dan paham tentang Kitab Suci. Hal tersebut boleh dikatakan bahwa orang tua sudah cukup berperan dalam membiasakan anak untuk membaca Kitab Suci. Mereka cukup menyadari bahwa mereka memiliki peran untuk membiasakan anak membaca Kitab Suci. Sebanyak 42 (80,76%) atau lebih dari responden menyatakan setuju bahwa orang tua selalu mengajak anak untuk mengikui pendalaman Kitab Suci supaya anak terbiasa dan paham tentang Kitab Suci karena dalam kegiatan misdinar pendalaman Kitab Suci sering dilaksanakan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa orang tua telah cukup berperan dalam mengajak anak untuk mengikuti pendalaman iman. Sebanyak 27 (51,92%) responden atau sangat setuju bahwa orang tua selalu menasehati anak untuk berkata dan berperilaku baik sesuai dengan ajaran Yesus. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua telah menjalankan peran dengan baik. Lebih dari separuh orang tua yang telah memiliki kesadaran menasehati anaknya untuk berkata dan berperilaku baik sesuai dengan ajaran Yesus. Sebanyak 28 (53,84%) responden menyatakan sangat setuju bahwa orang tua mengajarkan kepada anak supaya bangga menjadi orang katolik karena seorang misdinar tidak boleh malu mengakui imannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua telah sadar melaksanakan perannya untuk mengajarkan kepada anak supaya bangga menjadi orang Katolik. Sebanyak 35 (67,31%) lebih dari separuh responden memilih setuju bahwa orang tua mendidik anak untuk menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
orang yang peka dan peduli dengan teman yang membutuhkan bantuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua cukup mendidik anaknya untuk peka dan peduli dengan teman yang membutuhkan bantuan. Sebanyak 36 (69,24%) atau lebih dari separuh responden setuju bahwa orang tua mengajari anak untuk mau berbagi dengan sesamanya karena seorang misdinar harus memiliki rasa belas kasih. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa orang tua cukup melaksanakan tugas pengajarannya penuh kepada anak, meskipun belum maksimal. Sebanyak 34 (65,38%) responden memilih setuju apabila diadakan rekoleksi untuk orang tua dari anggota misdinar. Orang tua memilih setuju dapat diartikan bahwa mereka cukup mengharapkan diadakannya rekoleksi. Sebanyak 38 (73,07%) responden menyatakan setuju bahwa orang tua mengharapkan pendampingan orang tua diadakan tiga kali dalam setahun. Hal tersebut boleh diartikan bahwa orang tua cukupmengharapkan apabila pendampingan dilaksanakan tiga kali. Masih ada orang tua yang sama sekali yang merasa tidak membutuhkan adanya pendampingan, yaitu sebanyak 6 (11,55%). Sebanyak 43 (84,62%) responden setuju bahwa orang tua berharap rekoleksi dapat memberikan ruang yang cukup untuk sharing dan berbagi pengalaman dalam hidup berkeluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua, cukup mengharapkan adanya sharing dan berbagi pengalaman dalam pendampingan. Sebanyak 36 (69,24%) responden memilih setuju bahwa orang tua mengharapkan pendampingan untuk mendalami peran keluarga kristiani dalam hidup menggereja. Berarti, banyak orang tua yang menganggap bahwa pendalaman peran dalam keluarga kistiani cukupperlu dan penting. Sebanyak 28 (53,85%) responden menyatakan setuju bahwa orang tua berharap dengan diadakannya pendampingan, orang tua dapat lebih mengenal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
anaknya lebih dalam sebagai anugrah Tuhan yang dipanggil untuk terlibat dalam hidup menggereja. Hal tersebut berarti masih banyak orang tua yang menganggap bahwa mengenal anak lebih dalam lagi lewat pendampingan cukup perlu dan penting. Pembahasan di atas merupakan hasil penelitian dari variabel tentang peran orang tua bagi kegiatan misdinar. Dari pernyataan-pernyataan yang diajukan, secara garis besar orang tua cukup menyadari menyadari akan perannya bagi kegiatan misdinar. Mereka sudah cukup berperan dengan baik dalam melaksanakan tugas pendampingan terkait dengan lima tugas Gereja. Meskipun begitu, ada beberapa orang tua yang masih belum sadar akan perannya dalam keluarga. Boleh dikatakan bahwa orang tua belum sepenuhnya menyadari menyadari perannya sebagai orang tua dalam mendidik dan merawat anaknya yang dipanggil untuk terlibat aktif dalam kegiatan misdinar.
11. Kesimpulan Hasil Penelitian Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar orang tua cukup memahami arti pendampingan dalam hubungannya dengan kegiatan misdinar. Mereka cukup memiliki kesadaran bahwa mendampingi misdinar berarti terlibat untuk mengenalkan dan mengarahkan anak untuk aktif mengikuti kegiatan yang diadakan. Mereka paham dan sadar bahwa misdinar merupakan salah satu petugas liturgi yang memiliki peranan penting dalam perayaan Ekaristi. Selain itu, sebagian orang tua sudah cukup menjalankan tugas pendampingannya dengan baik, hanya saja belum maksimal. Ada beberapa tugas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
pendampingan dan dukungan yang sudah dijalankan, dan ada yang belum. Mungkin orang tua memiliki pertimbangannya masing-masing dalam mendukung anak mengikuti kegiatan misdinar. Secara garis besar orang tua cukup menyadari akan perannya bagi kegiatan misdinar. Mereka sudah cukup berperan dengan baik dalam melaksanakan tugas pendampingan terkait dengan lima tugas Gereja. Orang tua cukup menyadari bahwa anak mereka adalah seorang anggota misdinar, jadi mereka harus ikut terlibat dalam mengembangkan iman anak. Mereka bertanggung jawab akan hal itu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III PENDAMPINGAN ORANG TUA TERHADAP MISDINAR
Dalam menjalani kehidupan di dunia seorang anak tidak terlepas dari pendampingan orang tua. Anak merupakan karunia terindah yang diberikan oleh Tuhan supaya dijaga dan dirawat sehingga kelak dapat memberikan hidupnya yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan, serta melayani Gereja dan Tuhan. Salah satu bentuk pelayanan yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti kegiatan misdinar. Misdinar adalah pelayan Tuhan di altar. Misdinar memegang peran yang penting bagi Gereja, karena misdinar membantu imam dalam perayaan Ekaristi. Oleh karena itu, orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak, memiliki peran penting dalam mengenalkan, mengarahkan, dan mendukung anakanak untuk mempersembahkan dirinya melayani Tuhan, khususnya dalam kegiatan misdinar.
A. Pendampingan Orang Tua terhadap Anak Anak merupakan karunia Allah yang diberikan kepada manusia. Sudah menjadi tugas manusia untuk berpartisipasi dalam memperkembangkan kehidupan. Kej 1:28 mengatakan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk beranakcucu dan bertambah banyak, supaya bumi ini penuh. Manusia diberi hak untuk menguasai bumi ini serta merawat segala isinya. Orang tua wajib menjaga dan merawat anak sejak berada dalam kandungan, supaya pada saat tiba waktu untuk dilahirkan, sang anak dapat lahir dengan baik. Setelah anak itu lahir, tugas orang tua belumlah selesai. Mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
masih harus menjaga, merawat dan mendampingi anak hingga tumbuh menjadi pribadi yang dewasa.
1. Pengertian Pendampingan Istilah pendampingan diartikan sebagai suatu usaha untuk membantu kaum muda dalam menyiapkan diri mereka menuju ke masa depan. Pendampingan juga membantu kaum muda untuk mendapatkan pengetahuan, informasi, kecakapan, pengarahan sikap, perbuatan, dan perilaku yang baik (Mangunhardjana, 1986: 21). Dalam pendampingan diharapkan ada usaha dari dua arah yaitu dari pihak pendamping dan yang didampingi. Titik tolaknya adalah adanya keyakinan bahwa peserta yang didampingi memiliki potensi untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih baik. Mayeroff (1993: 15) mengatakan bahwa pada dasarnya, mendampingi berarti menolong orang lain menumbuhkan dan mengaktualisasikan dirinya secara penuh, misalnya orang tua mendampingi anaknya. Boleh juga diartikan “menolong yang lain bertumbuh”. Dalam hal ini pendampingan berarti merupakan usaha seseorang untuk membantu orang lain tumbuh dan mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Dari pernyataan di atas, pendampingan dapat digambarkan sebagai suatu proses atau usaha seseorang untuk membantu orang lain tumbuh dan berkembang lebih baik. Bukan menjadi hal yang sulit dalam melakukan pendampingan, karena setiap pribadi memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Selama pendampingan berlangsung, terjadi proses yang berkelanjutan dan terus-menerus, sampai orang dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
memanfaatkan dan mengembangkannya secara penuh dalam kehidupan seharihari.
2. Pengertian Pendampingan Orang Tua Pendampingan orang tua merupakan tugas yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Pendampingan itu dilaksanakan secara berkelanjutan dan terus-menerus. Dalam mendampingi anak, orang tua memiliki kewajiban untuk menemani, mengarahkan, mendidik, membantu anak-anak untuk berkembang serta bertumbuh untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
a. Pengertian orang tua Orang tua terdiri dari suami atau istri; sepasang pria dan wanita yang telah disatukan oleh Allah, sehingga mereka tidak lagi dua melainkan satu (Mat 19:6). Kepada mereka, Allah menyerahkan anak sebagai buah “titipan” dari-Nya yang harus dihargai, dicintai, diasuh, dan dididik, sehingga ia mampu dan berhasil mengasihi Allah dan sesamanya (Soerjanto&Widiastoeti, 2007:1). Hal tersebut dijelaskan dalam Kitab Hukum Kanonik, kan. 1005 sebagai berikut: Orang tua Kristiani adalah pasangan yang memiliki sebuah perjanjian perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang dibaptis untuk membentuk kebersamaan seluruh hidup yang mengarah pada kesejahteraan suami-istri, kelahiran dan pendidikan anak, dimana perjanjian diangkat oleh Kristus Tuhan menjadi sakramen. Kebersamaan hidup bersama yang terbuka pada kelahiran yang akan membawa lakilaki dan perempuan itu menjadi orang tua, yaitu orang tua Kristiani Setiap suami istri yang telah diikat oleh janji perkawinan, berkewajiban untuk hidup bersama sebagai keluarga baru. Selama hidup bersama, mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
diarahkan untuk mampu membina kesejahteraan dan terbuka pada kelahiran anak. Sepasang suami istri resmi menjadi orang tua ketika anak-anak mereka telah lahir.
b. Tugas orang tua Tugas orang tua adalah merawat dan membesarkan anak-anak. Tugas tersebut berakar dari panggilan utama suami-istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Anak yang dipercayakan Tuhan harus dicintai, dirawat, dipelihara, dilindungi, dididik secara katolik. Itu merupakan tugas dan kewajiban pasutri yang secara kodrati keluar dari hakikat perkawinan.
1) Orangtua sebagai pendidik pertama dan utama Familiaris Consortio art. 36 mengatakan: “Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, orang tua terikat kewajiban amat serius untuk mendidik anak-anak mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka”. Sebagai pendidik utama dan pertama, orang tua adalah sumber iman, moral, pengetahuan, dan ketrampilan bagi anak. Kebiasaan baik orang tua seperti rutin ke gereja, rajin berdoa, biasa berbagi dengan sesama, ramah pada tetangga akan diserap oleh anak sebagai referensi kehidupan iman dan moralnya. Orang tua yang beriman dan bermoral adalah jaminan bagi keimanan dan kebaikan moral anak (Sutarno, 2013: 42-42). Seorang anak akan belajar dari apa yang dilihat dan didengar lewat perbuatan dan tindakan nyata orang tua sehari-hari. Orang tua bertugas untuk membentuk anak-anak menjadi pribadi yang lebih baik. Orang tau sebaiknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
mengetahui segala hal yang dilakukan oleh anak seperti buku dan bacaan yang sedang dipelajari, memahami tingkah laku anak baik di rumah maupun di sekolah, dan mengenal siapa teman-temannya. Tugas mendidik merupakan kewajiban orang tua dan tugas tersebut tidak dapat dialihkan ataupun dipindahtugaskan kepada orang lain sudah menjadi tugas asali yang harus dijalankan.
2) Orangtua sebagai pendidik nilai Nilai dapat dimengerti sebagai segala sesuatu yang positif, indah, baik, menyenangkan, berguna bagi kehidupan pribadi dan kehidupan orang lain. Rumah adalah tempat yang pertama dan utama bagi anak-anak untuk belajar menemukan, mewujudkan, menghayati, serta memperkembangkan nilai-nilai (Tim Brayat Minulya, 2007:93). Nilai-nilai yang diajarkan dan dihidupi dalam keluarga Kristiani sebaiknya sesuai dengan nilai-nilai yang telah Allah tetapkan dalam firman-Nya, sehingga dapat diwujudkan dengan sikap dan tindakan nyata. Nilai yang pertama adalah nilai kebenaran. Nilai ini menunjukkan adanya keselarasan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan, sehingga mendidik anak bertindak jujur. Nilai yang kedua ialah cinta dan kasih sayang. Anak yang hidup dalam keluarga yang penuh dengan cinta dan kasih sayang akan tumbuh dan berkembang lebih baik. Seseorang di masa kini dibentuk oleh masa kecilnya. Masa kecil seorang anak yang mendapat kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya, terjaga perasaan aman dalam diri mereka, akan membuatnya tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang matang.Ia akan menjadi pribadi yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
penuh cinta dan dapat dengan mudah untuk mengasihi sesama serta Tuhannya (Feist, 2008: 87). Nilai yang ketiga ialah nilai tanggung jawab. Seorang anak perlu mengenal dan menanamkan nilai tanggung jawab dalam dirinya untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Nilai yang keempat adalah percaya diri. Rasa percaya diri dibutuhkan oleh anak untuk dapat berkembang dengan baik. Kepercayaan diri membuat anak merasa diterima dan diakui keberadaanya, sehingga hal ini dapat membantunya meraih apa yang ia harapkan.
3. Tugas Pendampingan Orang Tua Tugas mendampingi bukanlah perkara yang mudah dan instan. Mendampingi membutuhkan proses yang panjang serta ketulusan hati. Lewat kehidupan sehari-hari, orang tua dan anak berproses bersama untuk membentuk kehidupan yang baik. Orang tua memberikan yang terbaik untuk perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Sebagai orang tua, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendampingi anak. Tugas mendampingi itu dapat diungkapkan melalui perkataan, sikap, dan perbuatan.
a. Mewujudkan cinta kasih Dalam ensiklik Redemptor Hominis art. 10 dikatakan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa cinta kasih. Keintiman dalam keluarga sangat didukung oleh cinta yang tumbuh antar anggota keluarga. Cinta kasih merupakan elemen paling dasar yang harus dimiliki orang tua kepada anak-anaknya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
Wujud cinta kasih orang tua ditampakkan dalam kehidupan bersama di dalam keluarga, seperti mencukupi kebutuhan jasmani maupun rohani anak, orangtua menyediakan waktu bersama anak, mengetahui problem yang sedang dialami anak, dan menemani anak dalam belajar. Selain itu cinta kasih itu dapat diwujudkan dengan memberkati anakanak dengan perkataan yang positif, baik, dan membangkitkan. Perkataan yang baik akan membuat anak merasa bangga dan berupaya untuk memacu dirinya menjadi seorang yang lebih baik. Semakin banyak kebersamaan anak dengan orang tua, maka akan semakin berpengaruh baik bagi kepribadian anak dan hubungan sosial anak dengan orang lain.
b. Mengarahkan anak untuk mempersembahkan diri membangun Gereja Seorang anak mengenal Gereja untuk yang pertama kali dari orang tua. Orang tua dan anak sebagai kaum beriman Kristiani yang telah dibaptis memiliki tugas perutusan yang sama di dunia sebagai nabi, imam, dan raja. Anak harus tahu dan sadar bahwa berkat pembaptisan yang telah diterima, memiliki konsekuensi bahwa ia sudah resmi menjadi anggota Gereja dan wajib untuk ikut ambil bagian dalam tugas perutusan tersebut. Hal tersebut ditekankan dalam Kitab Hukum Kanonik, kan. 204§1: Kaum beriman Kristiani ialah mereka yang karena melalui baptis diinkorporasi pada Kristus, dibentuk menjadi umat Allah dan karena itu dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas imami, kenabian, dan rajawi Kristus, dan sesuai dengan kedudukan masing-masing, dipanggil untuk menajalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dilaksanakan di dunia. Dalam
Gereja,
banyak
terdapat
kelompok-kelompok
kategorial.
Kelompok-kelompok kategorial dibentuk tidak lain untuk membangun Gereja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
menjadi
lebih
hidup
dan
meningkatkan
kesadaran
umat
untuk
ikut
mengembangkan Gereja. Khusus untuk anak, terdapat kelompok sekolah minggu atau pendampingan iman anak (PIA) dan kelompok misdinar atau putra altar. Orang tua bertugas untuk mengarahkan anak untuk terlibat dalam kegiatan gerejawi. Dalam Luk 18:16 (bdk. Mat 19:14; Mrk 18:16) dikatakan bahwa “Biarkanlah anak-anak datang kepada-Ku, dan jangan menghalang-halangi mereka, sebab mereka itulah yang mempunyai Kerajaan Sorga”. Perkataan Yesus tersebut
menunjukkan bahwa Gereja sangat terbuka bagi anak-anak. Gereja
menyediakan wadah untuk membantu orang tua dalam mendidik serta mencintai Tuhan Allah.
c. Membentengi anak terhadap pengaruh buruk lingkungan sekitar Dalam mengembangkan diri, anak tidak lepas dari lingkungan tempat ia tinggal.
Lingkungan
membentuk
petumbuhan
dan
perkembangan
anak.
Lingkungan pertama yang dikenal anak adalah rumah, maka orangtua memiliki pengaruh paling besar. Orang tua harus peka dan peduli terhadap kehidupan anakanaknya. Mereka harus bisa menjaga anak dari pengaruh buruk lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui dan mengenal teman dari anak, tidak sembarangan dalam memberikan izin ketika bermain, serta mengetahui kegiatan-kegiatan yang dikuti anak baik di sekolah maupun di rumah. Dalam hal ini orang tua bertindak sebagai filter sekaligus tameng. Orang tua membantu anak dalam memilah-milah pengaruh dan memilih apa yang baik bagi anak (Sutarno, 2013: 71-72).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya terjerumus ke dalam pengaruh negatif. Ditambah pula, usia anak yang telah menginjak remaja, lingkungan kehidupannya sudah bertambah luas. Anak mulai mengenal adanya kelompok sosial lain di samping keluarganya. Dalam hal ini, orang tua mengarahkan anak-anaknya supaya dapat memilih mana yang lebih baik untuk perkembangan dirinya (Saly S, 1983: 60).
d. Menjadi pembimbing yang baik Orang tua adalah sosok yang peka terhadap anak. Mereka memahami kebutuhan, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan anak. Kepekaan tersebut memudahkan orang tua untuk mengembangkan iman, moral, pengetahuan, dan kreativitas anak. Orang tua dapat memberikan kesempatan, arahan, atau fasilitas yang ketika anak melakukan sesuatu, menunjukkan kemampuannya, dan keinginan untuk belajar sesuatu. Selain itu, orang tua perlu terbuka pada anak. Orang tua bisa meminta anak untuk menyatakan hal yang telah diketahui atau menanyakan apa yang ingin diketahui (Sutarno, 2013: 72). Bagi anak, orang tua memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan mereka. Ketika anak tidak mengetahui dan merasa ingin tahu akan sesuatu hal, mereka akan bertanya pada orang tua.
e. Memberikan nasihat yang tepat Menjadi penasihat adalah jiwa orang tua. Dalam hal ini orang tua mejadi tempat untuk bertanya, berdiskusi, dan mengadu anak. Orang tua diharapkan mampu memberikan orientasi ketika anak mengalami kebingungan atau keraguan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
menyodorkan pertimbangan-pertimbangan yang tepat ketika anak ingin memutuskan hal yang penting bagi hidupnya, dan menegur ketika anak berbuat kemudian memberikan nasihat yang baik (Sutarno, 2013: 74).
B. Peranan Misdinar dalam Gereja Gereja Katolik menuntut partisipasi atau keterlibatan umat beriman secara penuh, sadar, dan aktif. Keterlibatan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan terlibat aktif dalam kegiatan liturgi. Gereja sangat mengharapkan agar setiap umat beriman terlibat aktif sebagai peserta liturgi secara penuh (Martasudjita, 2008: 15). Dalam hal ini, misdinar memiliki peranan yang penting dalam Gereja, karena misdinar bukan hanya sebagai peserta liturgi saja, melainkan juga sebagai petugas liturgi. Misdinar bertugas mendampingi imam, yang bertindak atas nama Kristus.
1. Pengertian Misdinar dalam Sejarah Gereja Dalam melaksanakan pelayanan di dunia ini, Gereja memiliki susunan kepemimpinan yang hirarkis. Kepemimpinan itu sudah ada sejak zaman Yesus dan para rasul-Nya. Sampai saat ini kepemimpinan itu terus berlanjut. Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup. Para imam yang melaksanakan tugas dalam Gereja masih memiliki pelayan yang setia untuk membantuketika perayaan Ekaristi berlangsung yaitu para prodiakon dan misdinar. Misdinar dalam Gereja memiliki peranan yang penting dan tidak dapat dipisahkan begitu saja karena misdinar sudah ada sejak lama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
a. Sejarah misdinar Sejak zaman Gereja purba, Misa Kudus dirayakan untuk mengenang sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus meskipun Gereja mengalami penganiayaan oleh pemerintah Roma. Sampai pada abad ketiga, yang boleh mengkonsekrasikan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus adalah para uskup. Tubuh dan Kristus itu dibawa oleh para akolit ke gereja-gereja lain atau stasi. Jabatan pelayanan akolit pertama kali dikenal di Roma pada pertengahan abad III. Daby (2015: 10-12) menyatakan bahwa dulu, para akolit adalah para calon imam yang bertugas melayani altar. Akolit dalam bahasa Yunani ‘akolythos’ memiliki arti pelayan atau murid. Tugas pelayanan hanya boleh dilakukan oleh para klerus atau yang telah ditahbiskan. Tugas tersebut mengalami perubahan sejak adanya ‘missa privata’ yang berarti setiap imam sering merayakan misa sendiri dalam Gereja dengan waktu bersamaan di tempat yang berbeda-beda. Gereja menuntut setidaknya ada satu pelayan misa sebagai wakil umat untuk memimpin misa dan pelayan misa itu dilakukan oleh anak laki-laki yang sejak awal belajar sebagai calon klerus atau calon imam. Pada abad 13, ada tuntutan dari Roma bahwa hanya klerus yang boleh melaksanakan pelayanan. Namun demikian kenyataan tetap anak laki-laki yang melayani. Perubahan semakin terjadi sampai pada akhirnya dikeluarkan dokumen resmi Redemptionis Sacramentum art.47, yang mengatakan bahwa: Disambut dengan gembira bila kebiasaan lama dipertahankan, bahwa anak atau remaja hadir sebagai petugas dalam ibadat. Mereka itu disebut putra altar dan melayani di altar seperti tugas akoylt. Untuk karena itu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
hendaknya mereka menerima katekese sesuai dengan daya perkembangannya tentang tugas mereka. Jangan lupa bahwa dari jumlah anak-anak ini berabad-abad lamanya telah tumbuh sejumlah besar imam atau rohaniwan. Maka, untuk mewujudkan pendidikan putra latar secara lebih efektif, hendaknya didirikan dan didukung organisasi-organisasi dimana juga orang tua mereka dapat ambil bagian. Organisasi macam ini bercorak internasioanal termasuk Kongregasi Ibadat dan Sakramen untuk mendirikan organisasi tersebut serta mendirikan dan menyesahkan statusnya. Selain itu, menurut pertimbangan uskup setempat dan dengan diperhatkan norma-norma yang telah ada, maka putra atau wanita dapat juga diizinkan sebagai pelayan altar.
b. Pengertian misdinar Misdinar berasal dari bahasa Jerman yaitu Messdiener yang berarti pelayan Misa Kudus. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah altar servers, atau para pelayan altar, atau boys and girls to service at the altar. Kata servers atau service memiliki arti pelayanan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa misdinar adalah seorang pelayan, yakni pelayan Misa Kudus atau pelayan Perayaan Ekaristi serta melayani perayaan liturgi dan ibadat. Dalam bahasa Indonesia, sering digunakan juga kata putra-putri altar. Menjadi putra-putri altar berarti menjadi anak-anak yang melayani altar (Martasudjita, 2008:12-13).
c. Keanggotaan misdinar Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, yang sudah dibaptis dan telah menerima sakramen komuni pertama, boleh bergabung menjadi anggota misdinar. Usia umum menjadi misdinar adalah 9 atau 10 tahun hingga 17 atau 18 tahun atau usia SMA (Martasudjita, 2008: 16). Jumlah keanggotaan di setiap Paroki berbeda satu sama lain. Hal tersebut dipengaruhi jumlah anak dengan usia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
yang telah disebutkan diatas dengan maju tidaknya kelompok misdinar yang ada di dalam Paroki masing-masing. Menurut tradisi, hanya kaum pria yang boleh melayani altar, tetapi sekarang sudah banyak Paroki yang memperkenankan anak putri untuk menjadi pelayan Misa. Gereja menghendaki semua umat berpartisipasi aktif dalam liturgi entah dengan menjadi misdinar, lektor, koor, maupun sebagai umat (Gabriel, 1997:16).
2. Bentuk-bentuk Kegiatan Misdinar Kelompok misdinar merupakan salah satu kelompok kategorial anak yang ada dalam Paroki. Dalam perkembangannya, kelompok misdinar dalam setiap Paroki memiliki kegiatan masing-masing. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok misdinar tidak jauh dari kegiatan yang dapat meningkatkan kecintaan terhadap Gereja. Kegiatan tersebut meliputi melaksanakan tugas dalam Perayaan Ekaristi, latihan misdinar, dan pertemuan rutin anggota kelompok.
a. Tugas dalam perayaan Ekaristi Tugas utama yang harus dijalankan oleh seorang misdinar adalah melayani imam saat perayaan Ekaristi, baik harian, mingguan, maupun hari-hari besar. Ketika melayani imam di altar, tugas misdinar terbagi menjadi tiga, yaitu sebelum, selama, dan sesudah perayaan Ekaristi. Sebelum perayaan dimulai, misdinar bertugas untuk membantu koster menyiapkan perlengkapan dan peralatan misa serta menyiapkan buku (Gabriel, 1997:22). Selama perayaan berlangsung, misdinar bertugas melayani imam seperti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
membawa piala dan sibori ke altar, membawa ampul berisi air anggur ke imam, menolong imam mencuci tangan, dan membantu imam membersihkan bejanabejana suci (Waskito, 1984: 22). Ketika perayaan Ekaristi selesai, para misdinar masih memiliki tugas membantu koster kembali untuk meringkas buku dan perlengkapan Misa (Gabriel, 1997:22).
b. Latihan misdinar Latihan misdinar biasanya dilakukan menjelang hari-hari besar seperti perayaan Natal dan Pekan Suci (Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah, Minggu Paskah). Dalam pelaksanaannya, Misa meriah yang telah disebut di atas memiliki perbedaan dengan hari Minggu biasa. Setiap perayaan memiliki kekhasan dan keunikannya masing-masing. Alat-alat liturgi yang dibutuhkan biasanya dalam setiap perayaan berbeda, dan jumlahnya
lebih
banyak. Oleh karena itu, butuh persiapan yang matang bagi para misdinar untuk mengetahui fungsi alat-alat liturgi serta kapan alat tersebut digunakan. Dalam khotbahnya pada bulan April 1980, Paus Yohanes Paulus II berpesan sebagaimana dikutip oleh Waskito (1984: 11) bahwa dalam melaksanakan tugas melayani itu dibutuhkan persiapan yang baik supaya pada waktu hari pelaksanaan dapat bertugas dengan baik, khidmad, dan lancar karena liturgi menghubungkan kita dengan Kristus yang amat kudus.
c. Pertemuan rutin Pertemuan rutin diadakan sesuai dengan kesepakatan anggota misdinar. Setiap Paroki berbeda satu sama lain, karena kebutuhan dan keadaan misdinar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
dalam setiap Paroki berbeda. Pertemuan rutin ada yang diadakan seminggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Kegiatan yang dilaksanakan saat pertemuan rutin pada umumnya adalah pembagian jadwal untuk tugas, doa bersama, dan memperdalam pengetahuan tentang liturgi Gereja. Dalam prakteknya, pertemuan misdinar tidak hanya terpaku pada pembagian tugas semata, namun juga dapat dikemas dengan acara yang menarik seperti rujakan, rekreasi bersama, fun bike, diskusi, perkemahan, rekoleksi ataupun olahraga. Bahkan tidak
menutup
kemungkinan para
misdinar
mengadakan anjangsana misdinar ke Paroki lain atau mengunjungi seminari. Hal ini dilakukan untuk semakin menanamkan tali persaudaraan antar anggota, dan menciptakan iklim yang menyenangkan dalam komunitas tersebut. Dalam hal ini, pengurus meminta pertimbangan kepada pendamping ataupun pastur Paroki (Gabriel, 1997:24).
3. Spiritualitas Misdinar Spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti roh, jiwa, semangat. Spiritualitas dapat diartikan sebagai semangat yang menjiwai pelayanan para misdinar. Semangat yang harus dimiliki ialah semangat pengabdian tanpa pamrih. Semangat pengabdian tanpa pamrih meliputi: melayani dengan penuh cinta, melayani tanpa pamrih, dan mewaspadai pirus misdinar.
a. Melayani dengan penuh cinta Melayani merupakan tugas luhur dan mulia. Dalam perayaan Ekaristi, Tuhan sendiri yang dilayani. Melayani dengan penuh cinta dapat diwujudkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
dengan menjalankan tugas dengan penuh cinta. Bila menjalankan tugas dengan penuh cinta, niscaya tugas seberat apapun akan terasa ringan dan menyenangkan. Sebaliknya bila tugas itu hanya dipandang sebagai kewajiban, tentu akan terasa berat (Gabriel, 2001: 92). Selain itu, sebagai pelayan, tidak selayaknya untuk memegahkan diri. Sekalipun mengemban tugas yang luhur, hendaknya tidak menjadi sombong. Kerendahaan hati sebagai misdinar tampak ketika tidak memilih dalam bertugas. Ia selalu siap menerima dan menjalankan setiap tugas yang dipercayakan oleh pengurus (Gabriel, 2001: 92). Seorang misdinar harus bisa bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan. Bertanggung jawab berarti menjalankan tugas dengan sebaikbaiknya seperti mempersiapkan diri, datang tepat waktu, di altar berperilaku santun sehingga membantu kekhusukan umat dalam berdoa. Jika berhalangan dalam bertugas, misdinar harus mencari pengganti (Gabriel, 2001: 93).
b. Melayani tanpa pamrih Melayani tanpa pamrih berarti melayani dengan ketulusan hati. Ada banyak contoh pelayanan misdinar yang tidak tulus hati seperti, mau menjadi misdinar manten, pembaptisan, pemakaman asalkan mendapatkan imbalan, mau bertugas jika ‘ditraktir’ atau diajak jalan-jalan, menjadi misdinar supaya nilai agamanya bagus, atau pelayanan di altar disalahgunakan sebagai sarana untuk mencari perhatian. Semua motivasi itu memang tidak salah, bahkan terkadang memang menambah spirit, tetapi motivasi ber ‘udang di balik batu’ harus dimurnikan bila ingin melayani Tuhan dengan penuh ketulusan hati, tanpa mengharap imbalan (Gabriel, 2001: 93).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Menjadi misdinar, harus siap rela berkorban. Pengorbanan itu meliputi pengorbanan waktu, tenaga, dan bahkan mengorbankan acara atau kegiatan yang disenangi. Sebagai contoh, harus bangun pagi untuk melayani misa harian dan jadwal latihan yang bertabrakan dengan acara TV yang disukai. Tetapi segala pengorbanan itu niscaya akan menjadi persembahan yang berkenan bagi Tuhan. Pengorbanan itu menunjukkan cinta kepada Tuhan Yesus sendiri (Gabriel, 2001: 94).
c. Mewaspadai pirus misdinar Dalam kaitannya dengan spiritualitas misdinar, perlu diketahui pula mengenai pirus yang mengincar para misdinar. Pirus adalah kepanjangan dari pikiran rusak. Adapun yang termasuk pirus misdinar adalah malas, terlebih bila tidak ditugaskan pada misa-misa favorit, mengharap imbalan, sombonglantaran bisa menjadi ‘anaknya romo’, dengki atau iri terhadap kelebihan rekan-rekannya atau kelompok lain, ‘ikut-ikutan’ atau tidak punya pendirian, nakal dan nekad, selalu mencari alasan untuk berdalih, ramai atau kurang bisa bisa menjaga keheningan di gereja dan di sakristi (Gabriel, 2001: 94).
4. Hal-hal Pokok yang Perlu Diketahui Misdinar Dalam melaksanakan tugas pelayanan dalam Gereja, seorang misdinar harus paham dengan segala pengetahuan yang berkaitan dengan liturgi. Tugas pokok seorang misdinar tidak lain adalah ketika perayaan Ekaristi berlangsung, yaitu berperan sebagai petugas liturgi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Oleh karena itu sangat dibutuhkan pemahaman yang baik dan benar mengenai liturgi karena perayaan liturgi itu penuh dengan simbol. Ada berbagai warna, tata gerak, busana, dan berbagai peralatan yang sarat dengan lambang. Agar dapat berpartisipasi dengan baik, diharapkan umat terutama para petugas liturgi memahami makna-makna liturgis tersebut sehingga perayaan Ekaristi dapat berjalan dengan lancar dan khidmat (Gabriel, 2010: 15).
a. Memahami tahun Liturgi Gereja Katolik memiliki kalender tersendiri untuk mengatur perayaan, pesta, peringatan para orang kudus, dan hari biasaselama 1 tahun. Jadi, dalam kalender tersebut, telah diatur bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam Ekaristi harian dan mingguan. Dalam perjalanan satu tahun liturgisnya, Gereja memaparkan seluruh misteri Kristus, dari penjelmaan-Nya, kelahiran-Nya, hingga kenaikan-Nya sampai hari Pentekosta dan sampai penantian kedatangan Tuhan (SC, art. 6). Tahun liturgi berawal pada hari Minggu Adven I (akhir November-awal Desember) dan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam (akhir November).
1) Masa-masa Liturgi Ada 6 (enam) masa liturgi dalam Gereja Katolik, antara lain masa Adven, masa Natal, masa Biasa I, masa Prapaskah, masa Paskah, dan masa Biasa II. Diawali dengan Masa Adven jatuh empat minggu lamanya sebagai persiapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
Natal. Setelah itu, Gereja memasuki Masa Natal yang jatuh pada hari raya Natal sampai dengan Pesta Pesta Pembaptisan Tuhan. Masa Biasa I dimulai dari Pesta Pembaptisan Tuhan sampai dengan hari Selasa sebelum Rabu Abu. Kemudian dilanjutkan dengan Masa Prapaskah yang dimulai pada hari Rabu Abu Sampai dengan Sabtu Suci. Setelah itu masuk pada masa Paskah yang dimulai saat Malam Paskah sampai dengan Hari Raya Pentakosta. Masa yang terakhir adalah masa Biasa II yang merupakan kelanjutan Masa Biasa I dan terdiri dari 33 atau 34 hari Minggu Biasa. Berlangsung mulai hari Senin
setelah Hari Raya Pentakosta
sampai dengan hari Sabtu setelah Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
2) Tahun A, B, C Dalam mewartakan Kerajaan Allah, maka Alkitab khusunya Injil harus terus-menerus diwartakan kepada umat. Karena isi Alkitab itu cukup padat dan luas, Gereja Katolik
membaginya dalam tiga tahun berdasarkan Injil yang
diwartakan. Ketiga tahun tersebut adalah tahun A, B, C untuk mengatur bacaan Injil pada hari minggu. Pembagiannya adalah sebagai berikut, tahun A untuk mengatur Injil Matius, tahun B untuk mengatur Injil Markus, dan tahun C untuk mengatur Injil Lukas. Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut, berdasarkan misteri iman yang sedang dirayakan. Biasanya dibacakan pada pada hari-hari Minggu selama masa Adven, Paskah, dan minggu-minggu tertentu dalam tahun B. Cara mudah untuk menentukan tahun liturgi adalah dengan membagi tahun yang bersangkutan dengan angka 3. Bila sisa satu berarti Tahun
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
A, sisa dua berarti Tahun B, dan bila habis dibagi 3 berarti Tahun C (Gabriel, 2001: 18-19).
3) Tahun ganjil dan tahun genap Untuk bacaan harian diatur dalam tahun ganjil-genap. Disebut tahun ganjil karena angka tahunnya bilangan ganjil (2001, 2003, dst) dan disebut tahun genap karena angka tahunnya bilangan genap (2002, 2004, dst). Tetapi yang berbeda disini hanya bacaan pertama, sedangkan untuk bacaan Injilnya tetap sama (Gabriel, 2001: 19).
4) Cara membaca kalender Liturgi Seorang misdinar harus bisa membaca kalender liturgi dengan tepat. Ketika suatu saat diminta untuk membantu mempersiapkan Misa ataupun ibadat, dapat segera tanggap dan mempersiapkan dengan baik. Berikut adalah contoh membaca kalender liturgi pada hariMinggu di bulan Juli tahun 2015 dan pada hari biasa, yaitu Kamis bulan Juli tahun 2015. 12 Mg Hari Minggu Biasa XV(H).E KemSyah. BcE Am. 7:12-15; Mzm. 89:9ab,10,11-12,13-14; Ef. 1:3-14 (Ef.1:3-10); Mrk. 6:713. O AllTuh. BcO 1Sam. 31:1-4; Contoh pertama, diambil dari hari Minggu tanggal 12 Juli 2015. Hari Minggu Biasa XV artinya adalah Minggu tersebut masuk dalam Minggu biasa ke-15. (H) merupakan kode warna liturgi, yakni singkatan dari warna hijau. Selain hijau, ada warna liturgi putih/kuning (P), merah (M), dan ungu (U). E Kem Syah, artinya dalam perayaan Ekaristi, Kemuliaan dan doa Syahadat (Aku Percaya) harus didaraskan. BcE Am 7:12-15, maksudnya bahwa bacaan pertama Ekaristi diambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
dari kitab Amsal bab 7 ayat 12 sampai 15. Mzm 89:9ab,10,11-12,13-14, maksudnya bahwa petikan mazmur antarbacaan diambil dari Mazmur bab 89 ayat 9ab, ayat 10, ayat 11 sampai 12, ayat 13 sampai 14. Ef 1:3-14 (Ef 1:3-10) adalah bacaan kedua. Mrk 6:7-13 untuk bacaan Injil. BcO 1 Sam 31:1-4 bacaan ofisi/ibadat harian untuk para biarawan/biarawati. 16Km Hari Biasa(H).BcEKel. 3:13-20; Mzm. 105:1,5,8-9,24-25,2627; Mat. 11:28-30. BcO2Sam. 7:1-25. Pfak S. Maria dr Gunung Karmel (P)
Contoh kedua, diambil dari hari biasa, yakni hari Kamis, tanggal 16 Juli 2015. Hari tersebut merupakan peringatan Fakultatif (Pfak) S. Maria dari Gunung Karmel. Dalam liturgi harian, tingkatan peringatan meliputi hari raya (HR), pesta, peringatan wajib (Pw), hari biasa, dan peringatan fakultatif (Pfak). Dalam peringatan fakultatif S. Maria dari Gunung Karmel ini ini warna liturginya adalah putih (P). Kel 3:13-20 merupakan bacaan kitab suci. Mzm 105:1,5,8-9,24-25,2627 adalah mazmur yang harus didaraskan. Mat 11:28-30 adalah bacaan Injil. BcO 2 Sam 7:1-25 bacaan ofisi/ibadat harian untuk para biarawan/biarawati.
b. Warna-warna Liturgi Yang dimaksud dengan warna liturgi adalah warna stola dan kasula yang dipakai imam sewaktu mengadakan kegiatan liturgi atau Ekaristi. Warna ini disesuaikan dengan masa liturgi pada saat itu dan dapat dilihat dalam kalender liturgi (Marsana Windhu, 1997b: 22).
a) Warna kuning Kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan, dan kegembiraan (Marsana Windhu, 1997b: 22). Warna ini bisa dipertukarkan dengan warna putih.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, pesta Tuhan Yesus dan Maria, pesta dan peringatan para Kudus, serta perayaan besar lainnya (Gabriel, 2001:22).
b) Warna merah Merah melambangkan Roh Kudus, darah, api, cinta kasih, pengorbanan, dan kekuatan (Marsana Windhu, 1997b: 23). Warna merah dipakai pada hari raya Minggu Palma, Jumat Agung, Pentekosta, serta pesta para martir (Waskito, 1984:44).
c) Warna putih Putih mengungkapkan kegembiraan dan kesucian. Warna ini bisa dipertukarkan dengan warna kuning dan dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, Kamis Putih. Warna putih juga dipakai untuk pesta Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, para malaikat, para santo dan santa yang bukan martir (Marsana Windhu, 1997b: 23).
d) Warna ungu Ungu mengungkapkan tobat, duka, dan mati raga (Marsana Windhu, 1997b: 23). Warna ungu dipakai pada masa Adven, dan Prapaskah. Terkadang warna ini jua dipakai saat misa arwah atau pemakaman (Gabriel, 2001:22).
e) Warna hijau Hijau melambangkan harapan, syukur, dan kesuburan. Hutan dan persawahan yang subur juga berwarna hijau. Warna ini dipakai pada hari-hari dalam masa biasa (Marsana Windhu, 1997b: 23).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
f) Warna hitam Hitam H menggungkapkann kesedihann atau berkkabung. Waarna ini diipakai pada misaa arwah atauu pemakamaan meskipunn sekarang jarang j dipaakai. Warna yang sering dip pakai sebaggai penggaanti warna hitam adalah warna ungu (Maarsana Windhu, 1997b: 1 23).
c. Pakaiann Liturgi Pakaian P liturrgi adalah busana b yangg dipakai olleh para pettugas liturgii baik uskup, imaan, misdinaar untuk upaacara peribaadatan, term masuk juga upacara u Ekaaristi.
1) Pakaiann imam Pakaian P imaam merupaakan busanaa yang dikkenakan oleeh imam ketika k sedang meemimpin peerayaan Ekaaristi , ibadaat, dan upaccara-upacaraa sakramen yang lainnya.
a) Jubah Juubah
addalah
paakaian
rresmi
paara
rohaniwan n/rohaniwatti. Jubah ada yangg panjangnnya sampai maata kaki dann bagian attasnya menyyempit. Jubbah yang serin ng dilihat adalah puttih yang melambangk m kan kesalehan meskipun jubah j tidakk hanya berrawarna puttih, a hitam. Bentuk dan d tetapi adaa pula yangg cokelat atau warna jub bah menyeesuaikan keebiasaan masing-masi m ing ordo/kong gregasi (Marrsana Winddhu, 1997b: 13-14).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
b) Kolar Kolar K atau collar adalahh kerah warrna putih yaang dikenakann melingkarr pada lehher imam atau a pendeeta. Kolar meenunjukkan bahwa orrang yang bersangkuttan adalah seoorang rohaaniawan/penndeta (Marssana Windh hu, 1997b: 15).
c) Amik Amik A adalaah selemb bar kain pputih denggan beberapa
utas
talli
agar
dapat d
diikkatkan
paada
bahu/pung ggung. Funngsinya unntuk menahhan keringgat. Ketentuan n penggunaaan amik tidak mutllak (Marsaana Windhu, 1997b:15-16 1 6). Amik melambangk m kan perisai dan d keselamattan (Gabriell, 2001: 75).
d) Alba Alba A adalahh semacan jubah j yangg terbuat dari d kain linen n putih. Albba ini sangaat panjang, sampai maata kaki. Albaa dipakai ketika k imam m tidak meemakai jubaah. Dapat dikkatakan bahhwa alba sebagai penngganti jubaah. Ada dua macam m alba, yakni putih berenda ddan yang tiddak berenda (M Marsana Wiindhu, 1997 7b: 16).
e) Singel Singel S meruupakan seb buah tali ikat pinggaang yang panjang, biasannyan berwarrna putih (G Gabriel, 20001:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
75). Ukuran singel teebal dan pannjang. Biasanya diikatt di sekeliling
pinggangg
untuk
mengencaangkan
attau
n alba (Daelly dkk, 20122: 26). merapikan
f) Stola Stola S ialah semacam s seelempang atau a selendaang dari kain halus h yang dikenakan pada p bahu turun t ke dadda. Warna sttola menyeesuaikan warna w kasuula (Marsaana Windhu, 1997b: 1 18). Stola mennunjukkan taanda martabbat untuk diakkon, imam,, dan uskup p. Perbedaaannya terlettak pada caraa pemakaiann stola. Unntuk diakonn calon imaam, stola dipaakai dari baahu kiri berrsilang ke llengan kanaan. Untuk imaam, dari bahhu menyilaang di depann dada. Unttuk uskup, daari bahu menjulur m kee bawah dii depan daada (Gabriel, 2001:18). 2
g) Kasula Kasula K ialahh pakaian paling p luar yang dipakkai imam, seemacam mantol m lebar. Kasulaa merupakkan pakaian khas k bagi imam keetika memppersembahkkan Ekaristi. Warna kassula menyeesuaikan dengan d warrna liturgi ataau pesta yaang dirayak kan. Bentuuk kasula ada a beraneka ragam, disesuaikan deengan keaddaan setemppat (Marsana Windhu, 19997b: 18-199).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
2) Pakaiann uskup Yang Y dimakksud dengan n pakaian uskup u adalah busana yang dikennakan uskup saatt upacara-uppacara liturrgi, termasukk di antarannya Misa, Ibbadat Hariann dan berbagai kesempatan k memberikaan sakramenn.
u a) Jubah ungu Juubah ungu merupakan m jubah liturrgi uskup. Sama dengan juubah resminnya yang beerwarna hitaam/putih, juubah ungu ini dilengkapi d d dengan akseen warna merah m di bagian tepi, lubaang kancingg dan kanccing. Pada bagian lenngan bawah jubbah ungu dilipat d ke atas a sekitar 20-25 cm dan dilapis suttera warna merah. Jub bah ini dipaakai ketika ada upacara-up pacara liturgi (Wibisonno, 2011: 255).
s b) Sabuk sutera Sabuk S ini dipakai d unntuk keperluuan liturgi dan non liturg gi. Sabuk inni dikenakaan di dada bagian baw wah, bukan di pinggang p (W Wibisono, 2011: 25).
c) Rochet Rochet R merupakan busana khusuus uskup yang y mirip denggan superplli. Perbedaaannya terlettak pada lenngan rochetyann lebih sem mpit. Selainn itu pada bagian baawah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
badan dan n lengan roochet terbuat dari rendda yang cu ukup lebar (Wib bisono, 2011: 26).
a ungu d) Mozeta Mozeta M Unggu ialah mantol m keciil yang menutup pundak deengan kanccing di bagian depan. Busana inii juga dipakai usskup ketika ada upacaraa-upacara liiturgi (Wibiisono, 2011: 26)..
e) Pileola a atau Solideeo atau Zuccchetto unguu
Pileola P
ataau
Solideoo
atau
Z Zucchetto
Ungu
merupakann topi bunddar dan keecil yang diikenakan di d atas kepala. Seesuai tradissi, pileola sebenarnya dikenakan n oleh semua kleerus. Pileolla imam beerwarna hitaam, uskup ungu, kardinal merah m dan paus putih (W Wibisono, 2011: 2 26).
u f) Bireta ungu Bireta B ungu adalah topii segi empatt yang dikennakan di atas pileeola. Biretaa uskup berw warna ungu dan bireta imam berwarna hitam, kedduanya dileengkapi dengan pom yang sewarna (W Wibisono, 2011: 2 27).
g) Cappa Magna Cappa C Magnna merupak kan mantol kebesaran uskup u yang pannjangnya seekitar 4.5 meter, baiik untuk uskup u
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
maupun kardinal. k C Cappa magn na boleh dikenakan d u uskup hanya di dalam d Wilayyah keuskuppannya dann untuk peraayaanperayaan yang y palingg agung (Wiibisono, 20111: 27).
h) Pallium m Pallium P merrupakan kaalung putih yang dikennakan di atas kaasula. Palliuum digunakkan sebagaii asesoris khusus k untuk uskkup agung metropolita m an, yaitu usskup agung yang memimpinn suatu keusskupan agun ng (Wibisonno, 2011: 27).
i) Tongkaat uskup Tongkat T Usskup merup pakan tonggkat yang dipakai usskup ketikaa memimpiin perayaann Ekaristi dan
dipakai
uskuup
hanya
dalam
Wilayah
keuskupannnya (Wibissono, 2011: 28).
j) Mitra Mitra M
meruupakan
tuutup
kepaala
yang
digunakann oleh uskupp pada saatt memimpinn upacara liturgi (Maarsana Winddhu, 1997b: 20).
3) Pakaiann misdinar Yang Y dimakksud dengan n pakaian misdinar ad dalah busanna yang diipakai oleh misdiinar atau puutra altar kettika perayaaan liturgi beerlangsung.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
a) Gaun Ketika K perayyaan Ekaristti mingguann maupun hari-hari raya, r misdinnar sering memakai m gaaun. Gaun ialah sem macam rok yang y panjaangnya sam mpai mata kaki. Warrna gaun sessuai dengann warna lituurgi pada hari yang bersangkuutan (Marsaana Windhuu, 1997b: 21).
b) Superpli Superpli S
berasal
dari
bahaasa
latin
superpelliiceum yangg berarti di atas dada. Superpli sering diisebut albaa, namun panjangnyya hanya setengah badan ataau sampai di batas pinggang (Daely dkkk, 2012: 18).
M c) Kerah Misdinar Di D atas supeerpli sering dipakai keerah lebar yang warrnanya sesuuai dengann warna gaaun yang dipakai.Kaadang-kadaang gaun dan d superplli diganti dengan jub bah merah atau hitam. Jika misdinnar sudah memakai jubah, j mereeka tinggal memakai m keerah yang sesuai den ngan warna liturgi (Marrsana Winddhu, 1997: 21-22).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
d. Perlenggkapan Lituurgi Perlengkapa P an liturgi merupakan piranti yang dibutuhkann dan digunnakan ketika adaa perayaan Ekaristi E atau upun ibadatt. Perlengkaapan itu melliputi buku--buku maupun alat-alat a lituurgi. Perlen ngkapan inii harus dip persiapkan sebelumnyaa dan dengan suungguh-sungguh, karenna memilikki peranan yang pentinng dalam setiap s perayaan Ekaristi. E
1) Buku-bbuku Ekaristi Yang Y dimakksud buku-b buku Ekaristti adalah bu uku-buku yaang dipakaii oleh imam ketiika memimiimpin Misaa. Buku-bukku tersebut sangat pentting dan berrguna bagi imam m sebagai peegangan kettika memim mpin perayaaan Ekaristi.
a) Buku Tata T Perayaaan Ekaristi (TPE) ( Buku B Tata Perayaan P E Ekaristi adaalah buku yang y berisi rum musan doaa-doa bak ku yang disusun d seecara sistematik k
dengan
pegangan n
bagi
pastur
unntuk
mengadakkan ibadat Ekaristi E (Maarsana Winddhu, 1997b: 30)
b) Buku Mencari M Pessan Misa Haarian Buku B tersebuut terdiri daari tiga jilid. Buku men ncari pesan misa 1 untuk masa m khususs sedangkann buku men ncari pesan missa 2 dan 3 untuk masa m biasa. Buku tersebut membantu u imam dalam d menncari pesann yang dapat d disampaikkan kepada umat berkaaitan dengaan suatu baccaan (Marsana Windhu, 19997b: 31).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
c) Buku Bacaan B Misaa Buku B tersebbut berisi bacaan-baca b aan untuk hari Minggu daan hari rayaa yang mencakup tiga lingkaran l taahun liturgi A, B, B dan C (M Marsana Winndhu, 1997b: 31).
d) Buku nyanyian n Buku B nyanyiian yang diipakai oleh imam biasaanya adalah Pujji Syukur attau Madah Bakti. Bukuu-buku tersebut berisi doaa-doa dan nyanyian-n nyanyian untuk u berbbagai keperluan termasuk untuk Ekkaristi (Marrsana Wind dhu, 1997b: 31). p Jiika pada haari Minggu,, tidak diaddakan Ekariisti (misalnyya karena pastor berhalangaan hadir) biasanya b diadakan ibaadat sabda sebagai s penngganti Ekaaristi. Untuk kepperluan terssebut terseddia buku Peerayaan Sabbda Hari Minggu M dann Hari Raya. Buk ku ini sebagai penganngan bagi pemuka jem maat (pastor,, prodiakonn, dan lain-lainnyya) untuk mengadakan m n ibadat saabda pada hari h mingg gu dan hari raya (Marsana Windhu, 19997b:31).
2) Alat-alat Liturgi Yang Y dimakksud dengann alat-alat liturgi adallah segala peralatan p buatan yang
diipakai
dallam
rang gka
perayyaan
liturggi
maupu un
peribaadatan
(Martasud djita,2008:644). Kegiataan liturgi yang y pokok k adalah uppacara sakrramen Ekaristi daan upacara penerimaan p n sakramen--sakramen yang y lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
a) Lilin Lilin L lambang
meruupakan
Kristus
lam mbang
sebagai
keehangatan
cahaya/teerang
dan duunia,
nan dan kaasih, serta kehadiran Kristus. Lilin L pengorban digunakann untuk alaat peneranggan dalam upacara/ibaadat. Lilin yan ng dinyalakkan di deppan patung//gambar orrang kudus/petii adalah sebbagai tandaa bakti (Maarsana Wind dhu, 1997b: 32).
b) Kandellar Kandelar K
ialah
teempat
lillin
dipassang
(Martasuddjita, 2008: 70). Ada dua jenis kandelar, yaitu y tunggal daan bercabanng. Kandelar tunggal hanya mem muat satu lilin saja sedanngkan kandelar bercabbang bisa lebih muat tiga lilin dari satu, misalnya bercabangg tiga, mem (Marsana Windhu, 19997b: 33).
c) Piala Piala P dalam m bahasa Latin L disebuut calix. Piala P adalah teempat minuum yang terbuat daari emas atau sekurang-kkurangnya bagian dalaamnya dilappisi emas. Piala P berfungsi sebagai tempat an nggur yanng saat
m misa
dikonsekriir menjadi Darah Krisstus (Martaasudjita, 2008 : 65-66).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
d) Purifi ficatorium Purificatoriu P ummerupak kan kain persegi p em mpat yang dilippat tiga mem manjang. Fungsi dari kain ini addalah untuk mem mbersihkann piala dan untuk alass atau selub bung bagi tanggan petugass pembagi komuni saat memeggang sibori yang berisi hossti-hosti succi (Martasuddjita, 2008: 66).
e) Sendokk kecil Sendok S keciil iala send dok yang diigunakan unntuk mengambiil air dari ampul unntuk dicamppurkan denngan anggur yang y telah lebih daahulu dituuang ke piala p (Martasuddjita, 2008: 67). 6
f) Patena Patena P merrupakan baahasa latinn yang beerarti piring. Daalam liturgi,, patena dig gunakan untuk meletakkkan hosti besaar. Patena bentuknyaa berbeda-bbeda, ada yang y bundar adda pula yanng datar sedikit cekuung. Di bagian ujungnya, terdapat saalib (Daely dkk. d 2012: 54). 5
g) Palla Palla P ialah penutup pialla yang berw warna putih dan bersegi em mpat. Palla terbuat darri bahan yaang pipih, keras k
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
dan dilapisi kain puutih. Palla berfungsi untuk u menuutup piala dari kemungkiinan kemassukan debu atau seranngga 6 (Martasuddjita, 2008: 67).
h) Korporral Korporal K iaalah sehelai kain seggi empat yang y dibentangkkan di ataas meja altar. a Korpporal berfu ungsi sebagai allas untuk piala, p siborii, dan bahann persembaahan yang lain.. Pada salaah satu ujunng korporaal biasanya ada tanda saliib kecil seebagai penu ujuk supayya pemasan ngan korporal tiidak terbalikk (Marsanaa Windhu, 1997b: 34-355).
i) Sibori Sibori S berassal dari bah hasa Latin ciborium yang y berarti bejjana suci. Sibori S ada yang berbeentuk mang gkok dan ada pula p yang seeperti piringg biasa (Daaely dkk, 20012: 53). Digun nakan untuuk tempat hosti-hosti h k kecil yang akan a dikonsekriir menjadi Tubuh Kristus K dalam Misa. Pada P umumnyaa, sibori mem miliki tutup (Martasudjjita, 2008: 65). 6
j) Ampul Ampul A adalaah tempat untuk u menarruh anggur dan air yang akan diperrgunakan ketika Misa. Ampul dapat d berupa seemacam gelas g kecil atau cereek kecil yang y
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
jumlahnyaa dua, untukk anggur daan air (Marttasudjita, 20008: 68).
k) Piksis Piksis P meruupakan wad dah kecil yaang terbuat dari logam daan bagian dalamnya berlapiskann emas. Piiksis digunakann untuk mennyimpan hoosti besar attau hosti kuudus yang akaan dikirimkkan kepada orang sakit s (Marssana Windhu, 1997b: 1 36).
d Lavaboo l) Cerek dan Cerek C yang berisi b air diigunakan unntuk membaasuh tangan im mam saat peersiapan peersembahan sebelum DSA D (Doa Syuukur Agungg) dan sesuudah dituanngi air, tanngan imam dilaap dengan lavabo. Lavabo ialahh kain han nduk yang diguunakan untuuk melap tangan t imaam yang baasah (Martasuddjita, 2008: 69). 6
m) Thuribuulum (wirukk) dan Naviikula (tempaat ratus) Pendupaan P
dalam
perayaaan
Ekaaristi Thuribulum m
menggunaakan alat yang y disebu ut wiruk attau thuribu ulum sebagai teempat bara api dan teempat ratuss atau navikkula sebagai
wadah
ramuan
ratuus
dan
w wangi-wang gian. Navikulaa
n ini dilakuukan ketika perayaan Ekaristi E merriah, Pendupaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
prosesi,
adorasi
Ekaristi,
upacara
pemakam man
7 (Martasuddjita, 2008: 70).
n) Monstrrans Monstran M a adalah tem mpat untukk pentakhtaahan Sakramenn Mahakuddus yang dapat diguunakam unntuk perarakan
Sakraamen
M Mahakudus
sekalligus
diri atas tigga bagian yaitu y pemberkattannya. Moonstran terd bagian peggangan, baggian pokok yang terdappat lunula yang y diartikan sebagai penjepit Sakkramen Mahakudus, M dan bagian kacca yang biaasa disebut custodia c (M Marsana Win ndu, 1997b: 39-40).
o) Asperggil dan panci tempat airr suci Apergil A meruupakan alatt kepyur unttuk pemercikan air suci, sedangakan air sucinyaa ditempatkaan dalam panci p A suci bannyak digunaakan air suci yaang ada tenttengannya. Air pada peraayaan liturggi dan ibadaat berkat, yang y semuaanya menunjukk pada peengenangan akan sakkramen Baaptis (Martasuddjita, 2008:669).
p) Tempatt Minyak Suuci Tempat T minnyak suci iaalah sejeniss kaleng unntuk menyimpaan minyakk yang teelah diberkkati, sehinngga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
sewaktu-w waktu dapatt dipakai. Tempat T minnyak suci diiberi nama am mbri, yang terdiri darri tiga tem mpat. Pertaama, minyak untuk u para katekumenn atau caloon baptis yang y tempatnyaa bertanda OC (Oleum m Catechum menorum) yang y berarti
m minyak
kaatekumen.
Kedua,
m minyak
unntuk
penerimaaan Sakrameen Penguataan/Krisma dengan tem mpat bertanda
OCH
(O Oleum
Chrrismarum)
yang
beerarti
K min nyak untukk pemberk katan penguatann kudus. Ketiga, orang sakkit dengan tempat yaang bertandda OI (Olleum Infirmorum m) yang berarti b minnyak untukk orang sakit s (Marsana Windhu, 19997b: 40).
q) Bel, goong, loncengg Bel, B gong atau a
lonceeng memilikki fungsi yang y
sama, yaittu menandaai peristiwa atau bagiaan penting serta s ajakan unttuk berdoa.. Dibunyikaan ketika Misa M berlang gung (Martasuddjita, 2008: 71). 7
e. Mengen nal sikap-sikkap Liturgi Yang Y dimakksud dengan n sikap Lituurgi adalah tata gerak selama peraayaan liturgi berrlangsung. Seorang misdinar m harrus tahu daan paham akan a sikap--sikap liturgis keetika bertuggas dalam perayaan Ekaristi. E Umat U akan merasa terbbantu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
untuk semakin khusuk dalam berdoa ketika petugas liturgi juga dapat bersikap liturgis, kompak, dan sopan. Ada banyak sikap liturgi dalam Gereja Katolik yang kerap dilakukan dalam setiap perayaan Ekaristi. Sikap-sikap tersebut ada yang khusus dilakukan oleh petugas liturgi, ada yang khusus dilakukan oleh umat, dan ada yang harus dilakukan oleh semua umat yang mengikuti perayaan. Berikut akan dijelaskan beberapa sikap liturgi yang kerap ditemui dalam setiap perayaan Ekaristi, khususnya bagi para misdinar yang harus paham dengan sikap-sikap liturgi (Marsana Windu, 1997a: 11-43).
1) Berjalan Berjalan merupakan gerak maju dalam liturgi yang melambangkan perjalanan umat Allah menuju tanah air surgawi. Berjalan yang baik dan benar dilakukan dengan kepala yang tegak menatap ke depan, mantap, gerakan ritmis tegap, tangan terkatup menyembah di depan dada (Martasudjita, 2008:33).
2) Membuat tanda salib Membuat tanda salib dilakukan ketika hendak memasuki pintu gereja dan sebelum memilih tempat duduk. Membuat tanda salib dengan air suci biasanya telah disediakan di samping pintu masuk gereja. Air suci itu mengingatkan akan baptis yang telah diterima serta melayakkan diri untuk mengikuti Ekaristi. Selain itu membuat tanda salib juga dilakukan ketika mengawali dan mengakhiri Ekaristi, doa pribadi, dan konsekrasi (Marsana Windhu, 1997a:12-13).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
3) Menundukkan kepala, membungkuk dan berlutut Ketiga gerakan tersebut menunjukkan satu makna namun berbeda bobot. Gerakan-gerakan tersebut hendak menyampaikan penghormatan kepada Tuhan atau pemimpin dan sekaligus mengungkapkan rasa ketidakalayakkan. Kepada imam yang menghadirkan Kristus, menundukkan kepala. Kepada altar, membungkukkan badan. Kepada Sakramen Mahakudus di tabernakel, berlutut (Martasudjita, 2008: 34).
4) Mengecup Mengecup adalah tanda cinta dan penghormatan terhadap seseorang atau barang. Mengecup dilakukan oleh para imam sebelum memakai pakaian liturgi seperti alba, amik, stola, kasula, sebagai ungkapan rasa hormat. Selain itu, imam juga mengecup altar sebelum dan sesudah perayaan Ekaristi dengan maksud untuk memberi penghormatan terhadap altar sebagai meja perjamuan Tuhan (Marsana Windhu, 1997a:17-18).
5) Menebah dada Menebah dada sebagai tanda tobat atau penyesalan. Menebah dilakukan oleh umat ketika berdoa tobat ‘saya mengaku’, saat konsekrasi, ketika umat mengucapkan ‘kasihanilah kami’ sebanyak dua kali dan ‘berilah kami damai’ satu kali dalam doa Anak Domba Allah (Marsana Windhu, 1997a:17-18).
6) Duduk Duduk merupakan ungkapan kesiapsediaan umat untuk mendengarkan sabda Tuhan entah melalui bacaan Kitab Suci ataupun homili imam. Duduk juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
menunjukkan sikap tenang untuk menanti, mendengarkan dan menghormati Tuhan. Duduk secara liturgis berarti duduk dengan lutut kaki sejajar. Tidak dengan menumpangkan salah satu kaki di kaki kita yang satunya (Martasudjita, 2008:34).
7) Berdiri Berdiri mengungkapkan sikap siap menyambut, siap mendengarkan, siap menerima, siap diutus, dan siap berkarya. Berdiri dilakukan ketika menyambut perarakan pada waktu masuk dan keluar gereja, ketika menyanyikan/mendoakan Kemuliaan, pembacaan Injil, pada awal Doa Syukur Agung, dan ketika berdoa Bapa Kami (Martasudjita, 2008:34). Dalam misa, sikap berdiri menunjukkan kesiapsiagaan umat dalam melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh Kristus kepada umat-Nya (Daely dkk, 2012: 18).
8) Mengangkat tangan Mengangkat
tangan
melambangkan
permohonan
yang
disertai
pengharapan penuh. Dilakukan oleh imam ketika mengangkat patena dan piala yang berisi roti dan anggur untuk dipersembahkan kepada Tuhan dan ketika hendak mengakhiri Doa Syukur Agung (Marsana Windhu, 1997b:31).
9) Menumpangkan tangan Menumpangkan tangan merupakan tanda menyerahkan wewenang sambil menyerukan turunnya Roh Allah atas diri yang ditumpangi tangan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
Dilakukan untuk memberkati seseorang (tahbisan diakon, imam, dan uskup) serta untuk mendatangkan penyembahan jiwa dan badan atas seseorang (Marsana Windhu, 1997a:37).
10) Meniarap Meniarap merupakan sikap paling total dan penuh. Sikap tersebut mengungkapkan penghormatan kepada Allah dan sekaligus mengungkapkan rasa ketidaklayakan di hadapan Allah. Dilakukan oleh imam saat awal upacara Jumat Agung, atau para calon imam sewaktu litani para kudus pada perayaan pentahbisan (Martasudjita, 2008:35).
11) Memberkati Memberkati merupakan doa, ungkapan permohonan pada Tuhan, semoga yang diminta umat-Nya terkabulkan, terjadi atau terlaksana disertai dengan tanda salib. Dilakukan oleh imam saat menerima persembahan umat, menjelang konsekrasi, akhir perayaan Ekaristi, saat upacara atau kesempatan khusus seperti pernikahan, menempati rumah baru, pemberkatan barang-barang devosi. Oleh uskup dilakukan ketika mengurapi telapak tangan para calon iman baru (Marsana Windhu, 1997a: 42-43).
12) Tangan terkatup, terbuka, terangkat, dan terentang Tangan terkatup mengungkapkan sikap penghormatan dan sembah sujud kepada Tuhan. Sikap-sikap tersebut sering para misdinar lakukan ketika berjalan atau berdiri dan merupakan sikap liturgis paling sopan, bagus, dan indah. Tangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
terbuka mengungkapkan penyerahan diri dan sikap yang membuka hati. Tangan terangkat melambangkan sikap hati yang terarah dan hanya mengandalkan Allah. Tangan terentang menandakan sikap penyerahan diri dan keterbukaan yang total dan utuh (Martasudjita, 2011:35-36).
C. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar Pendampingan orangtua menjadi dasar perkembangan seorang anak. Orang tua mengarahkan, mengajarkan, serta memperkenalkan segala hal yang dibutuhkan dalam perkembangan
anak, termasuk hal yang berkaitan dengan
kegiatan menggereja. Melalui pembaptisan, suami-istri dan anak menerima memiliki tiga martabat Kristus, yakni martabat kenabian, imamat, dan rajawi. Mereka mempunyai tugas mewartakan Injil, menguduskan hidup dengan menghayati sakramen-sakramen dan hidup doa, serta melayani sesama. Berkat Sakramen Baptis pula, mereka secara otomatis menjadi anggota Gereja dan ikut membangun Gereja. Mereka sudah menjadi satu keluarga yang bukan hannya sebuah komunitas basis manusiawi belaka, melainkan juga komunitas basis gerejawi yang mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah. Dalam kesehariannya, Gereja ditampakkan dalam hidup keluarga sebagai suatu persekutuan yang merayakan iman melalui doa peribadatan, mewujudkan pelayanan, dan memberikan kesaksian dalam pergaulan yang semuanya itu menajdi sarana penginjilan yang baru (KWI, 2011: 15). Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka orang tua katolik, sebagai seorang yang telah dibaptis, diharapkan mampu untuk mengemban tugas perutusan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
1.
Peran Orang tua dalam kegiatan misdinar di bidang Liturgi (Leiturgia) Dalam kegiatan misdinar, kehidupan dan kedalaman doa anggota
kelompok sangat diperhatikan. Seorang anggota misdinar harus bisa memimpin doa dan hafal doa-doa harian. Selain itu, sebagai salah seorang petugas liturgi, ketika perayaan Ekaristi berlangsung, mereka harus paham dan bisa menjawab doa-doa yang menjadi bagian dari umat. Saat perayaan Ekaristi berlangsung dengan suara lantang, misdinar mengucapkan jawaban-jawaban dan doa-doa yang menjadi bagian dari umat (Waskito, 1984: 22). Orang tua memiliki peran untuk mengajarkan anak-anaknya doa-doa dalam Gereja. Tidak hanya mengajarkan, orang tua juga harus bisa mengajak anak-anaknya untuk berdoa. Selama anak menjadi anggota misdinar, orang tua masih memiliki tugas untuk membantu anak menghidupi kebiasaan berdoa misalnya , selalu mengajak anak untuk aktif dalam doa lingkungan. Dalam hal ini, orang tua menjadi teladan anak dalam berdoa. Doa-doa yang diajarkan oleh orang tua di dalam keluarga, akan sangat berguna bagi anak. Kebiasaan hidup doa yang diajarkan dalam keluarga akan membuat iman anak semakin kuat dan semakin mencintai Yesus dan Gereja-Nya. Kecintaannya terhadap gereja-Nya itu akan membuat ia aktif dalam kegiatan Gereja, khususnya kegiatan misdinar. Membina hidup doa dalam keluarga memang sudah menjadi kewajiban orang tua. Suami-istri yang telah disatukan oleh ikatan suci perkawinan, mempunyai tanggungjawab membangun kesejahteraan rohani dan jasmani keluarganya dengan doa dan karya. Kepenuhan hidup dalam keluarga katolik dapat tercapai dalam sakramen dan hidup doa. Doa yang dilakukan secara rutin dan setia akan memberikan kekuatan iman dalam hidup (KWI, 2011: 16).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
2.
Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Persekutuan (Koinonia) Dalam kegiatan misdinar, anak-anak berkumpul dan bersekutu dengan
kelompoknya. Mereka dipersatukan menjadi keluarga baru sebagai kelompok misdinar. Mereka harus bisa bersosialisasi dengan baik. Demi membina hubungan yang baik dan mengakrabkan satu sama lain, kegiatan misdinar dibuat menjadi lebih santai. Kegiatan divariasi dengan adanya games, menyanyi bersama, berdoa bersama, jalan-jalan, outbond, dan sebagainya. Seluruh kegiatan itu bermaksud supaya anak-anak dapat semakin mencintai satu sama lain dalam kelompoknya dan semakin bersemangat dalam melayani Tuhan. Orang tua, sebagai orang yang berperan penting dalam kehidupan anak memiliki tugas untuk membantu dan mengarahkan anak-anak mengikuti kegiatan yang baik bagi perkembangan mereka. Orang tua sebaiknya memberikan tempat persekutuan yang baik dan hidup dalam keluarga. Persekutuan yang baik akan membentuk pribadi anak menjadi baik dan hidup dalam kelompoknya. Dalam hal ini, orang tua dapat mengajak dan mengajarkan anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan persekutuan di lingkungan seperti latihan
koor, PIA dan PIR,
perkumpulan remaja kampung, dll. Kebiasaan anak untuk berkumpul dengan teman di Gereja mapun di masyarakat dapat membentuk anak menjadi pribadi yang aktif dan bersemangat dalam pelayanan. Keluarga merupakan persekutuan seluruh hidup antara seorang laki-laki dan perempuan yang berlandaskan perjanjian antara kedua belah pihak dan diteguhkan melalui kesepakatan perkawinan serta diperluas dengan kehadiran anak-anak. Mereka bersekutu, hidup bersama berdasarkan iman dan cinta kasih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain. Mereka mewujudkan persekutuan dengan menciptakan saat-saat bersama, doa bersama, kesetiaan dalam suka dan duka, untung dan malang, sehat dan sakit (KWI, 2011: 16).
3. Peran Orang tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Pewartaan Injil (Kerygma) Anak-anak misdinar, harus tahu dan dekat dengan Kitab Suci. Mereka harus paham dengan sabda dan perintah Allah supaya mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang misdinar juga memiliki tugas untuk mewartakan sabda Allah dimanapun ia berada. Dalam pertemuan misdinar terkadang juga diadakan kegiatan pendalaman iman. Dalam pendalaman iman tersebut, anak-anak diajak untuk lebih dekat dengan Kitab Suci dan ajaran Yesus. Sebagai orang tua, sudah menjadi kewajibannya untuk mengenalkan Kitab Suci kepada anak-anak. Kebiasaan dekat dengan Kitab Suci yang telah ditanamkan dalam keluarga sejak kecil, akan membuat anak sedikit demi sedikit paham dengan Kitab Suci dan merasa dihidupi oleh sabda Allah. Tidak hanya mengenalkan, orang tua masih harus memupuk terus-menerus kebiasaan dekat dengan kitab suci, misalnya rutin mengajak pendalaman kitab suci di lingkungan, rutin menghadiri BKSN. Sungguh baik apabila orang tua memberi kesempatan anak untuk berani memimpin pertemuan. Keluarga menjadi persekutuan pewartaan Injil. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Paul Paulus VI bahwa keluarga, seperti Gereja, harus menjadi tempat dimana Injil dilsalurkan. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran untuk mewartakan atau menyampaikan injil kepada anak-anaknya (FC,art. 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Sabda Allah yang termuat dalam Kitab Suci tidaklah mudah untuk dipahami. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan
pendalaman
Kitab
Suci,
supaya
kelak
dalam
menyalurkan kepada anak-anak, mereka sudah paham dan mudah dalam menyampaikan. Dengan mengenalkan Kitab Suci dan perlahan-lahan membantu anak-anak dalam menangkap isi Kitab Suci, orang tua sudah ikut melaksanakan karya perutusan Gereja dalam hal pewartaan Injil (KWI, 2011: 17).
4. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Kesaksian (Martyria) Menjadi seorang Katolik, berarti harus berani memberikan kesaksian terhadap imannya. Injil yang diwartakan pertama-tama dengan kesaksian yaitu melalui perkataan, tindakan, dan perbuatan. Sebagai seorang misdinar, kesaksian itu dapat dilakukan dengan bertingkah laku baik kepada siapapun dan bertutur kata baik seperti Yesus yang selalu berbuat baik kepada siapapun. Seorang misdinar harus bangga dengan apa yang telah diimani dan selalu memperdalam iman itu supaya kecintaannya terhadap Yesus semakin bertambah. Orang tua, sebagai panutan sang anak, harus bisa memberikan kesaksian imannya kepada anak anaknya. Orang tua merupakan satu-satunya orang yang paling dekat dengan anak. Lewat orang tua iman diperkenalkan. Dalam hal ini, orang tua dapat menjadi teladan bagi anak dalam tindakan dan perbuatan. Hendaknya orang tua menjadi contoh yang baik bagi anak. Orang tua harus bisa menjaga kata-kata, sikap, dan tindakan di hadapan anak. Mereka harus berani untuk memberikan kesaksian imannya dengan perkataan maupun tindakan serta siap menanggung resiko yang muncul atas imannya tersebut (KWI, 2011: 17).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
5. Peran Orang Tua dalam Kegiatan Misdinar di Bidang Pelayanan (Diakonia) Seorang misdinar merupakan seorang pelayan. Ia melayani Tuhan di altar. Di dalam Gereja, memang seorang misdinar bertindak untuk melayani. Namun, dalam hal ini, pelayanan tidak di titik beratkan dalam kegiatan liturgi semata, tetapi juga di luar Gereja. Seorang misdinar harus memiliki rasa pengabdian kepada sesamanya di luar Gereja. Kegiatan misdinar dalam bidang pelayanan biasanya berwujud seperti mengadakan bakti sosial ke panti asuhan, mengunjungi temannya yang sakit, dan membantu sesamanya yang sedang membutuhkan bantuan. Peran orang tua adalah memupuk rasa cinta kasih dalam diri anak-anak kemudian mengajarkan kepada anak untuk mengamalkan cinta kasih yang dimiliki kepada orang lain. Selain itu orang tua harus selalu menumbuhkan semangat pelayanan dalam diri anak baik pelayanan kepada teman-temannya di sekolah, di gereja, bahkan kepada orang-orang yang tidak mampu. Lewat kehidupan sehari-hari, orang tua dapat memberikan contoh melayani yang baik kepada anak-anaknya. Selain itu orang tua harus selalu menanamkan dalam diri anak supaya menghormati dan menghragai sesama. Sungguh baik apabila orang tua melibatkan dalam kegiatan sosial seperti ketika ada bencana melanda. Keluarga, yang terdiri dari orang tua beserta anak-anak dipanggil untuk mengamalkan cinta kasih kepada sesamanya. Dijiwai oleh cinta kasih dan semangat pelayanan, mereka menyediakan diri untuk melayani setiap orang sebagai pribadi dan anak Allah (KWI, 2011: 17).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
BAB IV USAHA MENINGKATKAN KESADARAN ORANG TUA MENDAMPINGI ANAK DALAM MENGIKUTI KEGIATAN MISDINAR DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KELOR, WONOSARI, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Semakin manusia memasuki usia dewasa, kematangan pada iman juga semakin dibutuhkan. Iman orang dewasa harus senantiasa diterangi, dirangsang, dan diperbaharui, khususnya bagi mereka yang telah memutuskan untuk hidup berkeluarga. Tugas yang diemban oleh orang tua begitu besar karena mereka harus bertanggung jawab menumbuhkan dan mengembangkan iman anak. Orang tua membutuhkan pendampingan supaya mereka dapat mendampingi anak lebih baik lagi. Katekese menjadi salah satu pilihan utama karena tujuan dari katekese itu sendiri adalah untuk mencapai kematangan iman. Katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP) dirasa cocok karena menekankan sharing dan menuntut peserta untuk aktif. Dalam pelaksanaannya katekese model SCP lebih menarik karena menggulati pengalaman hidup peserta. Program pendampingan yang diusulkan juga menekankan pada pengalaman hidup peserta selama hidup berkeluarga.
A. Latar Belakang Pemilihan Program Katekese Usaha yang dipilih penulis untuk meningkatkan kesadaran orang tua mendampingi anak dalam mengikuti kegiatan misdinar adalah dengan katekese model SCP. Program katekese ini didasari oleh fakta yang terjadi di lapangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
bahwa masih ada orang tua yang belum menjalankan tugas pendampingannya dengan maksimal. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam meningkatkan iman dan kecintaannya pada Gereja. Orang tua cukup memiliki kesadaran akan tugasnya dalam mendampingi anak khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan misdinar, namun masih perlu ditingkatkan. Tugas mendampingi merupakan tugas utama yang harus orang tua laksanakan. Ketika mereka menerima sakramen pernikahan, mereka telah saling mengucapkan janji untuk mendidik anak-anak secara katolik, sesuai dengan ajaran Yesus. Akan sangat disayangkan apabila dalam keluarga, anak-anak tidak mendapat dukungan dan pendampingan yang maksimal dari orang tua mereka terlebih dalam mengikuti kegiatan dalam Gereja. Menyadari adanya fakta yang muncul dalam kaitan dengan pendampingan orang tua terhadap anak, terutama di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor maka perlu diusahakan pendampingan untuk membantu orang tua untuk semakin menyadari dan menghayati perannya dalam mendampingi anak. Orang tua mengharapkan pendampingan dengan memberikan ruang yang cukup untuk sharing dan berbagi pengalaman satu sama lain. Oleh karena itu penulis mengusulkan adanya pendampingan bagi orang tua berupa katekese dalam model SCP. Model SCP dipilih karena dalam prosesnya lebih menekankan pengalaman hidup peserta secara nyata sehingga lebih menarik karena berdasarkan apa yang telah mereka alami sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Prosesnya tidak hanya berhenti pada pengungkapan apa yang dialami melainkan dilanjutkan dengan mengolah dan memakai dengan nilai-nilai Kristiani kemudian merumuskan aksi konkrit atau nyata. Selain itu, pendampingan membutuhkan dialog atau sharing
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
yang berkelanjutan sehingga pelaksanaan katekese dengan model SCP dirasa cocok mengingatkekhasan SCP menekankan dialog partisipatif. Shared Christian Praxis memang menekankan proses berketekese yang bersifat dialogal dan partisipasif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan pengasan dan mengmbil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan. Proses bermula dari pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul kesadaran baru untuk hidup yang lebih baik (Sumarno Ds, 2011: 14).
B. Alasan Pemilihan Tema Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan hasil yang diharapkan, penulis menyusun program SCP sebagai salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendampingan orang tua kepada anak, khususnya dalam kegiatan misdinar. Berdasarkan hasil penelitan, penulis mengetahui bahwa pendampingan yang orang tua laksanakan selama ini belumlah maksimal. Orang tua membutuhkan pendampingan untuk meningkatkan semangatnya kembali untuk mendampingi anak-anak mereka. Oleh karena itu, penulis mengusulkan beberapa tema yang dapat dilaksanakan sebagai bahan pendampingan bagi orang tua terkait dengan peran dan tugasnya dalam mendampingi anak selama hidup. Tema-tema yang dipilih penulis berdasarkan pada harapan dari orang tua sendiri dan kiranya sesuai dengan situasi dan kondisi orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
Usulan program katekese ini disusun sebagai salah satu bentuk penjelasan bahwa pendampingan orang tua sangat dibutuhkan oleh anak dan memiliki peranan yang penting bagi kehidupan anak, terutama dalam memperkembangkan iman anak sebagai anggota misdinar. Orang tua seharusnya memiliki kesadaranakan hal tersebut. Usulan program ini disusun dalam satu tema umum, kemudian tema tersebut dibagi menjadi tiga sub tema untuk tiga kali pertemuan dan dipaparkan sebagai berikut: Tema Umum
: Membangun keluarga Kristiani yang bertanggung jawab dalam mendampingi misdinar
Tujuan Umum : Bersama pendamping, peserta diajak untuk semakin menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mendampingi anak secara Katolik sehingga terwujud keluarga Kristiani yang terlibat aktif dalam hidup menggereja, khususnya dalam kegiatan misdinar. Tema 1
: Tanggung jawabku sebagai orang tua dalam mendampingi misdinar
Tujuan 1
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk semakin menyadari akan tanggung jawabnya dalam mendampingi anak sehingga anak semakin aktif dalam melayani Tuhan sebagai anggota misdinar.
Tema 2
: Keteladanan keluarga Kristiani bagi misdinar
Tujuan 2
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk menyadari bahwa orang tua adalah cermin atau teladan bagi anak dalam mengembangkan kehidupan sehingga anak dapat menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
pribadi yang baik dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar, terutama dalam perkembangan iman. Tema 3
: Peran keluarga Kristiani dalam mendampingi misdinar
Tujuan 3
: Bersama
pendamping,
peserta
diajak
untuk
semakin
mendalami perannya sebagai orang tua Kristiani yang dipanggil untuk mendampingi anak dan mengarahkan anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan misdinar sehingga anak semakin semangat dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
98
C. Penjabaran Usulan Program Kateksese Tema Umum
: Membangun keluarga Kristiani yang bertanggung jawab dalam mendampingi misdinar
Tujuan
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk semakin menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya dalam mendampingi anak secara Katolik sehingga terwujud keluarga Kristiani yang terlibat aktif dalam hidup menggereja, khususnya dalam kegiatan misdinar.
No (1) 1
Tema (2) Tanggung jawabku sebagai orang tua dalam mendampingi misdinar
Tujuan (3) Bersama pendamping, peserta diajak untuk semakin menyadari akan tanggung jawabnya dalam mendampingi anak sehingga anak semakin aktif dalam melayani Tuhan sebagai anggota misdinar.
2
Keteladanan Bersama pendamping, peserta diajak keluarga Kristiani untukmenyadari bahwa orang tua bagi misdinar adalah cermin atau teladan bagi anak dalam mengembangkan kehidupan sehingga anak dapatmenjadipribadi
• • • • •
• • • • • •
Metode Sarana Sumber bahan (4) (5) (6) • Kitab suci Sharing • Luk 2:4-52 Perjanjian Baru Menonton video • Skripsi ini, hal. 49-52 • video “Tanggung Bernyanyi jawab” Informasi • Laptop Refleksi • Viewer • Speaker • Teks lagu “Semua Baik” • Lilin Sharing • Kitab suci • Luk 6:43-45 Perjanjian Baru • Skripsi ini, hal. Bercerita • Laptop 53-55 Bernyanyi • Viewer Diskusi • Speaker Informasi Refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
99
(1)
3
(2)
Peran keluarga Kristiani dalam mendampingi misdinar
(3) yang baik dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar, terutama dalam perkembngan iman. Bersama pendamping, peserta diajak untuk semakin mendalami perannya sebagai orang tua Kristiani yang dipanggil untuk mendampingi anak dan mengarahkan anak untuk terlibat aktif dalam kegiatan misdinar sehingga anak semakin semangat dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar.
(4) •
• • • • • •
Sharing Diskusi Menonton video Bernyanyi Informasi Refleksi
• • • • • • •
(5) Teks lagu “Limpahkan Kasihmu” Lilin Kitab suci Perjanjian Baru Laptop Viewer Speaker Teks lagu “Betapa Hatiku” Lilin
(6)
• Luk 18:15-17 • Skripsi ini, hal. 90-95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
D. Petunjuk Pelaksanaan Program Program pendampingan ini ditujukan kepada orang tua, boleh bapak atau ibu atau keduanya dari setiap anggota misdinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor. Program ini dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam setahun pada tahun 2016, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember, dan mengambil waktu hari Minggu di setiap bulan yang sudah ditentukan. Minggu pertama di Wilayah Kelor, Wiladeg, Jaranmati. Minggu kedua di Wilayah Semin dan Candirejo. Minggu Ketiga di Wilayah Ngawen dan Jurangjero. Minggu keempat di Wilayah Sambeng. Program pendampingan ini menggunakan model SCP. Oleh karena itu, pendampingan dilaksanakan di setiap Wilayah mengingat jumlah peserta dalam setiap pendampingan tidak boleh terlalu banyak supaya lebih efektif dan peserta dapat mengikuti pendampingan secara mendalam. Pemandu pelaksanaan pertemuan adalah penulis. Lama setiap pertemuan berlangsung sekitar 90 menit. Pelaksanaan pendampingan model SCP terdiri dari lima langkah, yaitu: mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman peserta,
menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta
konkrit, dan mengusahakan suatu aksi konkrit (Sumarno Ds, 2011: 18-22). Dalam hal ini, peserta diharapkan lebih aktif dan partisipasif, karena yang diolah adalah pengalaman hidup peserta.
E. Contoh Persiapan Katekese 1. Identitas Pertemuan a.
Judul Pertemuan : Tanggung
jawabku
sebagai
orang
tua
dalam
mendampingi misdinar b.
Tujuan
: Bersama pendamping, peserta diajak untuk semakin menyadari
akan
tanggung
jawabnya
dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
mendampingi anak sehingga anak semakin aktif dalam melayani Tuhan sebagai anggota misdinar. c.
Peserta
: Orang tua anggota misdinar Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor
d.
Model
: Shared Christian Praxis
e.
Waktu
: 90 menit
f.
Tempat
: Masing-masing Wilayah di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor
g.
Metode
: - Sharing - Menonton video - Bernyanyi - Informasi - Refleksi
h.
Sarana
: - Kitab Suci Perjanjian Baru - Video “Tanggung jawab” - Laptop - Viewer -
Speaker
- Teks Lagu “ Semua Baik” - Lilin i.
Sumber Bahan
: Luk 2:41-52 Skripsi hal. 49-52
2. Pemikiran Dasar Dewasa ini dunia tengah dihadapkan pada keadaan yang perlahan merusak nilai-nilai Kristiani seperti pengaruh media, pola hidup konsumtif,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
mental ‘tidak mau repot’. Kondisi tersebut tentu saja dapat membawa pengaruh negatif bagi perkembangan rohani anak khususnya bagi anak misdinar apabila mereka tidak mendapatkan pendampingan dari orang tua. Kedua orang tua yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sehingga tidak ada waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Jika berkomunikasi tentang halhal yang sehari-hari saja sudah kurang, apalagi pembicaraan tentang Tuhan. Orang tua kurang memberikan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Akibatnya anak merasa kurang mendapat perhatian dan dukungan dalam melakasanakan tugas pelayanannya di gereja. Mereka mau bertugas atau tidak orang tua tidak begitu peduli. Bermain game online lebih menyenangkan dibandingkan bertugas menjadi misdinar di Gereja. Bermain gadget lebih menarik daripada mengikuti pertemuan misdinar. Dalam hal ini orang tua kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik dan mendampingi anak-anak mereka. Injil Lukas 2:41-52 menguraikan secara jelas bagaimana Yusuf dan Maria memberikan tanggung jawab sepenuhnya dalam mendampingi Yesus. Ketika Yesus hilang, Maria dan Yusuf begitu panik sampai mereka harus kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus meski mereka telah melakukan perjalanan satu hari lamanya. Sikap yang dilakukan oleh Maria dan Yusuf mau menunjukkan bagaimana mereka bertanggung jawab terhadap keluarga mereka. Yesus adalah tanggung jawab mereka. Mereka sadar akan tanggung jawabnya dalam mendampingi Yesus. Tanggung jawab berarti siap sedia dan ada kesadaran untuk mendampingi anak sampai anak itu tumbuh menjadi pribadi yang baik. Dalam pertemuan ini, kita diharapkan untuk semakin menyadari sejauh mana kita telah mengerti dan melaksanakan tanggung jawab kita sebagai bapak atau ibu dalam mendampingi anak di dalam keluarga, khususnya dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
mendampingi anak kita sebagai anggota misdinar sehingga anak dapat semakin aktif dalam melaksanakan tugas pelayanannya . 3. Pengembagan Langkah-langkah a. Pembukaan 1) Pengantar Bapak dan Ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus, pada hari ini kita berkumpul di tempat ini sebagai satu saudara untuk menanggapi kasih Yesus yang sungguh luar biasa dalam hidup kita. Selama ini kita kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tanggung jawab kita dalam mendidik dan mendampingi anak-anak. Kesibukan dari bapak dan ibu dengan urusan masing-masing yang terkadang membuat waktu dengan anak menjadi tersita sehingga anak merasa kurang diperhatikan. Hal tersebut menjadi penting untuk kita dalami bersama. Orang tua bertanggung jawab penuh dalam mendidik dan mendampingi anak, layaknya Maria dan Yusuf yang bertanggung jawab dalam mendampingi Yesus. Ketika Yesus hilang, mereka begitu panik dan akhirnya kemballi ke Yerusalem untuk mencari Yesus. Maria dan Yusuf sadar akan tanggung jawabnya. Mereka sadar bahwa Yesus adalah tanggung jawabnya. Bapak ibu yang terkasih di dalam Tuhan, pada kesempatan kali ini kita diajak untuk semakin menyadari sejauh mana kita telah mengerti dan melaksanakan tanggung jawab kita sebagai bapak dan ibu dalam mendampingi anak di dalam keluarga, khususnya dalam mendampingi anak kita sebagai anggota
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
misdinar sehingga anak dapat semakin aktif dalam melaksanakan tugas pelayanannya. 2) Lagu Pembuka “Semua Baik” [Lampiran10: (16)] 3) Doa Pembuka Allah Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur atas segala rahmat yang telah Engkau berikan kepada kami semua. Pada hari ini kami berkumpul bersama untuk menanggapi kasihMu yang sungguh luar biasa dalam hidup kami. Kami sadar bahwa selama ini kami belum melaksanakan tanggung jawab kami dengan baik dalam mendidik anak kami. Kami terlalu sibuk dengan urusan kami masingmasing sehingga kami kurang memberikan waktu untuk berkomunikasi dengan anak kami. Kami mohon rahmat penyertaanMu agar kami semakin menyadari tanggung jawab kami sebagai keluarga Kristiani yang harus mendidik anak-anak kami sesuai dengan ajaranMu. Semoga kami dapat menjadi orang tua yang mampu meneladan sosok Maria dan Yusuf yang setia akan tanggung jawabnya dalam mendampingi Yesus sehingga anak-anak kami dapat semakin aktif dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Dikau kami puji kini dan sepanjang masa. Amin.
b. Langkah I: Mengungkapkan pengalaman hidup peserta 1) Pemandu mengajak peserta untuk melihat film “Tanggung Jawab” [Lampiran 11: (17)] 2) Menceritakan kembali isi film “Tanggung Jawab”: Pendamping meminta beberapa peserta untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari film “Tanggung Jawab”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105
3) Intisari film “ Tanggung Jawab” tersebut adalah: Film ”Tanggung jawab” bercerita tentang seorang ayah yang hidup bersama dengan seorang putrinya yang masih sekolah. Mereka sebenarnya hidup dalam kekurangan, namun sang ayah tidak ingin menunjukkan kekurangan itu kepada putrinya. Putrinya harus fokus pada sekolahnya. Oleh karena itu dia berusaha menutupi semuanya. Dia berusaha mencukupi segala kebutuhan hidup bersama putrinya. Dia bersusah payah mencari pekerjaan kesana kemari. Akhirnya sang ayah bekerja serabutan dengan menjadi cleanning service, sales kopi, dan bahkan kuli angkut. Dia melakukan semua itu karena itu atas dasar tanggung jawab. Dia berusaha melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang harus menghidupi, mendampingi, dan mendidik putri semata wayangnya. Dia melakukan apapun supaya putrinya dapat bersekolah dan mendapat prestasi yang baik. 4) Pengungkapan pengalaman dengan tuntunan pertanyaan: a) Apa kesulitan sang ayah dalam film “Tanggung Jawab” selama melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendampingi anaknya? b) Ceritakanlah kesulitan bapak dan ibu dalam mewujudkan tanggung jawabnya mendampingi anak sebagai anggota misdinar. 5) Arah rangkuman Dalam film “Tanggung Jawab” sang ayah mengambil keputusan yang begitu berat dalam hidupnya. Awalnya dia bersusah payah mencari lamaran pekerjaan kesana kemari, namun tidak ada jawaban. Akhirnya ia memutuskan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
untuk bekerja apapun itu asalkan ia dapat mencukupi kebutuhan anaknya untuk hidup dan membiayainya sekolah. Ia melakukan itu demi kehidupan putrinya. Ia sadar bahwa ia memiliki seorang putri yang harus didampingi dan dihidupi. Ia meninggalkan segala kesenangan yang bisa dilakukannya demi kehidupan putrinya. Dalam hidup sehari-hari, banyak kesulitan yang dihadapi dalam mewujudkan tanggung jawab. Dari dalam diri sendiri, kita terlalu egois karena mementingkan urusan kita sendiri seperti lebih mengutamakan pekerjaanperkerjaan kita. Waktu untuk berkomunikasi dengan anak menjadi berkurang. Selain itu tawaran dari dunia luar yanng lebih menarik dan menggiurkan sering memudarkan minat anak untuk melaksanakan tugas pelayannannya sebagai anggota misdinar.
c. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta 1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau film “Tanggung Jawab” dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut: • Mengapa bapak dan ibu sulit melaksanakan tanggung jawab dalam mendampingi anak-anak yang juga sebagai anggota misdinar? 2) Rangkuman jawaban peserta: Tanggung jawab itu sulit dilaksanakan karena kita kurang sadar bahwa kitapunya tugas untuk mendampingi. Terkadang kita terlalu egois hanya mementingkan kepentingan kita sendiri. Mencari uang lebih diutamakan daripada memberikan perhatian kepada anak. Kita juga sering merasa bahwa dengan mencukupi kebutuhan jasmani seperti makanan dan pakaian, kita sudah merasa melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua. Belum ada ketulusan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
mendampingi secara maksimal. Selain itu tanggung jawab menjadi tidak mudah karena pengaruh dari dunia luar yang semakin menarik dan menggiurkan bagi anak.
d. Langkah III: Menggali pengalaman iman peserta 1) Pemandu membagikan teks foto copy Luk 2:40-52 [Lampiran 9: (15)]. 2) Peserta diberi waktu untuk hening sejenak sambil secara pribadi membaca teks Kitab Suci. 3) Pemandu meminta seorang peserta membacakan Kitab Suci kemudian peserta diberi waktu untuk merenungkan sabda Tuhan dengan dibantu beberapa pertanyaan sbb: a) Ayat-ayat mana yang menunjuk tanggung jawab dalam pendampingan anak? b) Nilai-nilai tanggungjawab mana saja yang dapat dipetik dari perikope di atas? 4) Peserta diajak untuk mencari dan menemukan pesan inti perikop sehubungan dengan jawaban atas dua pertanyaan di atas. 5) Inteprestasi dari Luk 2:40-52 serta menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan sebagai berikut: Injil Lukas menceritakan mengenai bagaimana besarnya tanggung jawab orang tua dalam mendampingi anak-anaknya. Ini pun dialami oleh Yosef dan Maria. Maria mengandung dari Roh Kudus dan ia mendapat tanggung jawab yang besar yakni membesarkan Yesus Putra Allah. Dalam ayat 42 nampak pendampingan yang dilakukan oleh Maria dan Yusuf terhadap Yesus. Mereka bersama-sama pergi ke Yerusalem untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
merayakan Paskah. Perayaan Paskah itu laksanakan di Yerusalem. Untuk sampai ke Yerusalem mereka harus menempuh perjalanan tiga hari lamanya. Jarak yang begitu jauh tidak mengurungkan niat mereka untuk mengajak Yesus ke bait Allah untuk merayakan Paskah. Sebagai orang tua Kristiani, mereka bertanggung jawab untuk mengajak mengenalkan, dan membiasakan Yesus datang ke rumah Tuhan. Dalam ayat 45, semakin ditampakkan begitu besarnya tanggung jawab Maria dan Yusuf sebagai orang tua. Ketika perjalanan pulang Yesus tidak bersama-sama dengan mereka. Hal tersebut membuat mereka panik dan tentu saja mereka berusaha untuk mencari Yesus dengan menanyakan keberadaan Yesus pada sanak saudara. Ketika Maria dan Yusuf tahu Yesus juga tidak bersama dengan sanak saudaranya, bertambahlah kekuatiran mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus. Boleh dikatakan bahwa Maria dan Yusuf takut sesuatu terjadi kepada Yesus. Mereka sadar bahwa Yesus adalah tanggung jawab mereka. Oleh karena itu mereka beusaha untuk menemukan Yesus dengan kembali ke Yerusalem meskipun mereka sudah berjalan satu hari lamanya. Dalam ayat 51, Maria dan Yusuf membawa Yesus pulang dan kembali melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengasuh dan merawat Yesus.Tanggung jawab Maria dan Yusus dalam mendaampingi Yesus tidak hanya sampai pada menemukan Yesus kembali tetapi selamanya. Sampai kembali ke rumah, Maria dan Yusuf masih harus menjaga, merawat dan mengasuh Yesus. Dalam perikope ini dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa sebagai orang tua haruslah memberikan perhatiannya kepada anak dengan menjaga, memperhatikan, mendidik sehingga mereka tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik sesuai dengan ajaran Yesus. Selain itu, anak-anak yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109
masih sangat rentan dapat sangat mudah terbawa arus zaman yang dapat membuat hidup mereka jauh dari Tuhan. Tanggung jawab orang tua sangatlah besar.Orang tua adalah lingkungan yang paling dekat dengan anak. Orang tua harus sadar akan tugas pendampingannya tersebut. Jangan sampai anak-anak yang sebelumnya aktif dalam bertugas misdinar menjadi tidak aktif karena kurangnya perhatian dan dukungan dari orang tua. Kita belajar dari sosok Maria dan Yusuf yang dengan setia melaksanakan tanggung jawabnya dalam merawat dan mendidik Yesus. Ketika hilang mereka begitu khawatir sampai mereka harus kembali ke Yerusalem padahal mereka sudah melakukan perjalanan pulang selama sehari. Hal tersebut tidak mengurungkan niat mereka untuk menemukan Yesus. Mereka menyadari tanggung jawabnya sebagai orang tua yang harus menjaga dan merawat Yesus. Sadar akan tanggung jawabnya itulah yang membuat Maria dan Yusuf mencari Yesus.Yesus menjadi kepentingan utamanya. Kepedulian dan kesetiaan Maria dan Yusuf sebagai orang tua begitu besar dalam merawat dan mendampingi Yesus.
e. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit 1) Pengantar Bapak dan Ibu yang terkasih, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah mendengarkan dan menemukan banyak hal tentang bagaimana kita memahami dan melaksanakan tanggung jawab kita sebagai ayah dan ibu dalam mendampingi anak-anak dalam keluarga. Apa yang telah kita dalami bersama tadi adalah sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan menyadarkan kita sebagai orang tua mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan, karena kita bertanggung jawab dalam perkembangan hidup mereka agar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
mereka dapat semakin aktif dalam melayani Tuhan. Lewat bacaan Kitab Suci kita belajar dari sosok Maria dan Yusuf sebagai bapak dan ibu Yesus yang dengan setia melaksanakan tugas tanggung jawabnya mendampingi Yesus dengan sepenuh hati. Oleh karena itu marilah kita mencoba untuk menerapkan pesan tanggung jawab dalam Kitab Suci dengan kehidupan Bapak dan Ibu di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor dalam mendampingi misdinar. • Sikap-sikap mana yang hendak bapak dan ibu perjuangkan supaya lebih bertanggung jawab dalam mendampingi anak sehingga anak semakin aktif dalam melaksanakan tugas pelayaanan sebagai anggota misidinar di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor? 2)
Peserta diminta hening dan diringi dengan musik instrument River flow
untuk mengiringi renungan secara pribadi akan pesan Injil dengan situasi konkrit kita dengan panduan pertanyaan di atas. Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya itu. Sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini diberikan rangkuman. 3) Arah rangkuman: Kita telah menyadari bersama bahwa tugas sebagai seorang ayah dan ibu dalam mendidik anak-anak adalah sebuah tanggung jawab yang begitu berat dan besar. Lewat bacaan kita semakin diteguhkan dalam melaksanakan tanggung jawab kita sebagai orang tua misdinar. Dengan kekuatan sendiri pasti kita tidak mampu melaksanakannya akan tetapi hanya dengan rahmat dan kekuatan Allah sendiri, maka Dia memampukan kita untuk melaksanakannya. Karena itu kita sebagai orang tua, khususnya di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
sungguh-sungguh menjalani tanggung jawab kita dalam mendampingi anak-anak yang juga sebagai anggota misdinar. Tanggung jawab itu misalnya dapat kita lakukan dengan bersedia mengantar jemput anak ketika ada pertemuan atau latihan, menasehati anak supaya rajin dalam bertugas, mengajari anak untuk berdoa, memberikan sedikit pengetahuan tentang Gereja, dll. Baiklah kita menjadi orang tua yang peduli pada anak-anak kita sehingga anak kita dapat semakin aktif dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar karena merasa didukung oleh orang tua.
f. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit 1) Pengantar Bapak dan ibu yang dikasihi Yesus Kristus. Kita telah bersama-sama menggali pengalaman iman kita lewat film “Tanggung Jawab” dimana seorang ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya dalam keluarga. Kita telah disadarkan bahwa melaksanakan tanggung jawab dalam mendampingi anak bukanlah perkara yang mudah. Kita juga telah mengetahui kesulitan kita dalam melaksanakan tanggung jawab kita sebagai orang tua. Dari pengalaman yang sudah kita ungkapkan tadi semoga kita semakin disemangati untuk dapat melaksanakan tanggung jawab kita secara sungguh-sungguh meski itu berat dan sulit namun kita tidak boleh menyerah karena itu semua demi perkembangan dan pertumbuhan mereka. Lewat bacaan kita dapat belajar dari sosok Maria dan Yusuf yang dengan setia melaksanakan tanggung jawabnya dalam mendampingi Yesus. Kita semakin diteguhkan untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anak kita sebagai anggota misdinar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
dimana mereka adalah pelayan Tuhan. Mereka tentunya membutuhkan pendampingan dari orang tua dalam mempertahankan semangat pelayanan mereka sehingga nantinya mereka dapat semakin aktif melaksanakan tugas pelayanan. Sekarang marilah kita memikirkan niat-niat dan bentuk tanggung jawab kita sebagai orang tua yang bertanggung jawab dalam keluarga. 2) Pertanyaan penuntun membuat niat-niat: a)
Tindakan apa yang dapat bapak dan ibu lakukan di dalam keluarga sebagai orang tua yang bertanggung jawab dalam mendampingi anak supaya aktif dalam melaksanakan pelayanan di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor?
b)
Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam membangun niat-niat tersebut?
3) Peserta diberi kesempatan untuk memikirkan niat-niat pribadi kemudian dipersilahkan untuk mengungkapkan niat pribadinya. Setelah itu, peserta diajak untuk merumuskan niat bersama yang akan dilakukan dalam kelompok. Setelah mendiskusikan niat bersama, kemudian niat-niat yang sudah dibuat bisa dibacakan.
g. Penutup 1) Lilin dihidupkan kemudian peserta diberi kesempatan doa umat secara spontan dan diteruskan ditutup dengan doa Bapa Kami. 2) Doa Penutup Allah sumber kasih, kami bersyukur karena pernyertaan-Mu kami dapat menjalani pendampingan ini dengan baik. Pada hari ini dimana kami dihantar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113
untuk melihat kembali sejauh mana kami melaksanakan tanggung jawab kami sebagai orang tua dalam mendampingi anak-anak yang sudah Engkau percayakan. Dalam mendampingi anak-anak kami seringkali mengalami kesulitan dan tantangan. Kami terlalu sibuk dengan urusan kami masing-masing dan kami kurang menyadari akan tanggung jawab dalam mendidik anak-anak kami. Tanggungjawab Maria dan Yusuf dalam mendidik Yesus sang Putra semakin menyadarkan kami akan arti tanggung jawab yang kami emban sebagai orang tua. Kami semakin diteguhkan untuk menjadi orang tua yang semakin bertanggung jawab. Berilah kami rahmat kesabaran-Mu agar kami tetap setia dan peduli dalam mendampingi putra-putri yang telah Kau titipkan kepada kami. Semoga Engkau semakin memampukan kami dalam memberikan dukungan bagi anak-anak kami sehingga mereka semakin aktif dalam melayani Engkau. Berkatilah segala niatniat baik secara pribadi maupun bersama sehingga kami dapat melaksanakan niatniat tersebut dengan sepenuh hati kami.Semua ini kami mohon lewat perantaraan Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Dalam menjalani kehidupan di dunia, seorang anak membutuhkan pendampingan orang tua. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendampingi anak. Tugas mendampingi tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Orang tua bertanggung jawab penuh atas perkembangan hidup anak.Dalam mendampingi
anak,
orang
mengarahkan,
mendidik,
tua
memiliki
kewajiban
untuk
menemani,
membantu anak-anak untuk berkembang serta
bertumbuh untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor sudah melaksanakan pendampingan dengan cukup baik, hanya saja belum maksimal. Mereka cukup memahami arti pendampingan dan peranan misdinar dalam Gereja. Karena pemahaman mereka yang cukup, maka dalam melaksanakan pendampingan pun mereka juga cukup terlibat. Sebagai keluarga Katolik, cukup memiliki kesadaran dalam mendampingi anak untuk terlibat dalam kegiatan di gereja khususnya kegiatan misdinar saja tidaklah cukup. Kesadaran itu harus lebih ditingkatkan supaya orang tua dapat melaksanakan pendampingan dengan sepenuh hati. Pendampingan dimengerti sebagai usaha atau proses untuk membantu seseorang bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Pendampingan orang tua terhadap anak bermula ketika anak sudah berada dalam kandungan. Setelah anak itu lahir, tugas orang tua belumlah selesai. Mereka masih harus menjaga, merawat dan mendampingi anak hingga tumbuh menjadi pribadi yang dewasa. Sebagai orang tua kristiani, mereka wajib mendidik anak secara Katolik. Keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115
adalah tempat pertama anak untuk mengenal segala sesuatunya, termasuk Gereja dengan segala dinamikanya. Gereja Katolik menuntut partisipasi atau keterlibatan umat beriman secara penuh, sadar, dan aktif. Kegiatan misdinar dijadikan sebagai salah satu sarana supaya anak terlibat secara penuh, sadar, dan aktif. Misdinar memberi warna tersendiri dan menambah keagungan dalam setiap perayaan Ekaristi. Keberadaan misdinar dianggap penting karena tugasnya dalam melayani imam. Oleh karena itu semakin jelas bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anak begitu besar. Orang tua harus mendampingi anak dalam melaksanakan segala sesuatunya, termasuk dalam melaksanakan tugas pelayanan sebagai anggota misdinar. Katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP) dipilih penulis dengan harapan dapat membantu orang tua dalam mendalami dan mengolah pengalaman hidupnya selama mendampingi anak sehingga mereka dapat lebih meningkatkan lagi kesadaran dalam mendampingi anak. Orang tua mengharapkan adanya ruang yang cukup untuk saling sharing dan bertukar pengalaman hidup. Penggunaan katekese model SCP dirasa cocok karena dalam SCP lebih menekankan pengalaman hidup dan dialog partisipasif. Tema-tema yang dipilih tentu saja berdasarkan pada harapan orang tua sendiri dan kiranya sesuai dengan situasi dan kondisi orang tua di Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Isitimewa Yogyakarta.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas terdapat beberapa saran yang mungkin dapat berguna bagi orang tua maupun umat Katolik di Paroki Santo
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 116
Petrus dan Paulus Kelor. Saran yang diberikan ditujukan kepada orang tua, pendamping misdinar, dan pastor Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor.
1.
Bagi Orang Tua Anggota Misdinar Orang tua diharapkan untuk lebih aktif dalam mendampingi anak-
anaknya, misalnya dengan menyediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan anak. Peran orang tua begitu dibutuhkan dalam mengarahkan anak terlibat dalam kegiatan misdinar. Perhatian yang orang tua berikan terhadap anak dapat menumbuhkan semangat anak dalam melaksanakan tugas pelayanannya di gereja, karena anak merasa didukung.
2.
Bagi Pendamping Misdinar Pendamping misdinar membuat program yang terarah mengenai kegiatan
misdinar yang hendak dilaksanakan kemudian dikomunikasikan dengan seksi liturgi dan pastor Paroki. Selanjutnya mengadakan sosialisasi terhadap programprogram yang hendak dilaksanakan dengan
orang tua supaya mereka lebih
memahami dan mengetahui gambaran kegiatan yang akan dilaksanakan. Dengan begitu, orang tua merasa dilibatkan dan memiliki tanggung jawab untuk mendukung putra-putrinya terlibat aktif dalam kegiatan misdinar.
3.
Bagi Pastor Paroki Sungguh baik apabila pastor Paroki berkenan melibatkan diri dalam
mendampingi misdinar. Bentuk keterlibatan yang dimaksud adalah dengan sebulan sekali ikut mendampingi. Ketika mendampingi, pastor dapat memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117
materi atau pengetahuan tentang liturgi Gereja dan memberikan peneguhan kepada anak misdinar lewat spiritualitas yang harus dimiliki seorang misdinar. Anak akan merasa terdukung dan lebih termotivasi dalam memberikan pelayanan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118
DAFTAR PUSTAKA
Daby, P. (2015). Upaya Meningkatkan Pelayanan Putra-Putri Altar Dalam Liturgi melalui Pendampingan Rohani di Stasi Igansius Loyola, Samigaluh, Paroki Santa Liseux, Boro, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma. Daely, Leonardus, dkk. (2012). Buku Pegangan Misdinar. Jakarta: Obor. Feist. (2009). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Gabriel, F.X. (1997). Tanya Jawab Seputar Putra Altar. Dalam F.X Gabriel (Ed.). Seluk-Beluk Putra Altar (hal. 11-29). Malang: Granum Sinapsis. . (2001). Buku Pintar Misdinar. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Kitab Hukum Kanonik. (2006). (V. Kartosiswoyo dkk., Penerjemah). Bogor: Mardiyuana. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1983). Konferensi Waligereja Indonesia. (2011). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Obor. Kongregasi Ibadat dan Tata tertib Sakramen. (2004). Redemptionis Sacramentum. (R.P. Cornelis Bohm, Penerjemah). Jakarta: Komlit KWI. Mangunhardjana, A.M. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius. Marsana Windhu. (1997a). Mengenal 25 Sikap Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. .. . (1997b). Mengenal Peralatan, Warna, dan Pakaian Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, E. (2008). Panduan Misdinar. Yogyakarta: Kanisius. Maryanto, Ernest. (2004). Kamus Liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisius. Mayeroff. (1993). Mendampingi untuk Menumbuhkan. Yogyakarta: Kanisius. Moleong. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. (2004). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, Moh. (1985). Metode Penelitian. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia. Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Buku pedoman untuk penulisan skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sally S. (1983). Peranan Orang tua terhadap Perkembangan Moral Anak. Dalam Singgih D Gunarsa (Ed.). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (hal. 60-70). Jakarta Pusat: PT BPK Gunung Mulia. Soerjanto & Widiastoeti. (2007). Pendidikan Anak-anak dalam Keluarga Katolik. Semarang: Komisi Pendampingan Keluarga KAS. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. Sumarno Ds. (2011). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk mahasiswa semester VI, Program Studi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sutarno. (2013). Catholic Parenting. Yogyakarta: Kanisius. Tim Brayat Minulyo. (2007). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius. Tim Penyusun Buku Lustrum I. (2011). Buku Lustrum I Paroki Kelor. Manuskrip berisi profil Paroki dalam rangka lustrum I, Paroki Santo Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waskito, J. (1984). Putera Altar. Yogyakarta: Kanisius. Wibisono. (2011). Busana Uskup. Liturgi 3, hal. 25-28. Yohanes Paulus II. (1981). Familiaris Consortio. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. Diundangkan pada 22 November 1981.