PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN ALA MONTESSORI UNTUK SISWA KELAS I SD KREKAH YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Theresia Kristi Panca Wijayanti NIM: 091134027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN ALA MONTESSORI UNTUK SISWA KELAS I SD KREKAH YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Theresia Kristi Panca Wijayanti NIM: 091134027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang berkenan memberikan rahmat dan cinta kasih-Nya kepada saya. 2. Kedua nenek saya tercinta, Alm. Tuniyah dan Laminem yang selalu memberikan doa dan dukungan selama ini. 3. Kedua orang tua saya, Alexius Waluyo Subroto dan Lucia Muntiwi tercinta yang selalu setia memberikan dukungan, bimbingan, kasih sayang, dan doa. 4. Keempat kakak saya, Sr. Baptista, S. Kristanto Dwi A. U., C. K. Tri Werdiningtyas, dan M. Kristiarso Wibowo C. Y., yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini. 5. Kedua adik saya L. Kristiawan Satria Sadyoga dan A. Kristi Septiani Setyaningwidhi yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini. 6. Semua saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama ini. 7. Sahabat dan teman telah memberikan dukungan dan doa selama ini. 8. Teman-teman seperjuangan PGSD ’09.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.” (Pengkotbah, 3:11) “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius, 7:7)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Mei 2013 Peneliti,
Theresia Kristi Panca Wijayanti
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama
: Theresia Kristi Panca Wijayanti
Nomor Mahasiswa
: 091134027
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala Montessori untuk Siswa Kelas I SD Krekah.
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 30 Mei 2013 Yang menyatakan,
Theresia Kristi Panca Wijayanti
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Wijayanti, Theresia Kristi Panca. (2013). Pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori untuk siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Kata kunci: metode penelitian pengembangan, alat peraga Montessori, penjumlahan dan pengurangan, dan matematika. Alat peraga merupakan komponen penting dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Alat peraga memudahkan siswa untuk memahami konsep yang abstrak melalui benda konkret. Sementara itu, salah satu metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran adalah metode Montessori. Fenomena yang terjadi, alat peraga Montessori masih mahal karena menggunakan bahan berstandar khusus dan belum diproduksi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD semester genap SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Langkah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4 tahap yaitu, (1) kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan, dan (4) validasi dan revisi produk, sehingga dihasilkan prototipe produk alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan kelas I semester genap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, autoeducation, auto-correction, dan kontekstual; dan (2) memiliki kualitas “sangat baik” berdasarkan skor rerata validasi produk dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, guru kelas I, dan siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta, serta peningkatan skor posttest siswa sebesar 73,44%. Dengan demikian alat peraga penjumlahan dan pengurangan yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas I semester genap.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Wijayanti, Theresia Kristi Panca. (2013). Developing a set of Montessori addition and subtraction materials for the 1𝑠𝑡 grade students of Krekah Primary School, Yogyakarta. A Thesis. Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University. Keywords: research and development method, Montessori method, Montessori materials, addition and subtraction, and mathematics. Media are an important component of learning in Primary School. They help students to understand the abstract concepts through concrete objects. One of the learning methods that make use of materials is the Montessori Method. The Montessori materials, however, are still very expensive because they use special standardized material and have not been produced in Indonesia. The study was aimed at developing a set of Montessori addition and subtraction materials for the 1𝑠𝑡 grade students at Krekah Primary School, Yogyakarta in the second term of the academic year of 2012/2013. This study employed the Research and Development method (R&D). The development procedures consist of four steps: 1) examining the competency standard and the math concept, 2) analyzing the students' needs, 3) producing the Montessori addition and subtraction materials, and 4) validating and revising the prototype of Montessori addition and subtraction materials. The result of the research showed that 1) the set of Montessori addition and subtraction materials developed satisfied the five criteria. It was interesting/attractive, it contained a rational gradation of stimuli, auto-education, auto-correction, and it was contextual; and 2) it was measured as “very good” after a quality assessment involving a couple of Math education experts, the class teacher, and the group of students. The posttest scores of students increased by 73.44%. It could be concluded, therefore, that the developed Montessori material for addition and subtraction was appropriate and ready to test on a wider audience.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala Montessori untuk Siswa Kelas I SD Krekah Yogyakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Karena itu, dengan hati yang tulus perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai. 3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku Wakaprodi PGSD. 4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. 5. Wiyanta, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Krekah Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah. 6. Lisa Erviana, S.Pd.SD. selaku guru kelas I SD Krekah Yogyakarta yang telah memberikan ijin, bantuan, dan dan partisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7. Veronika Fitri Rianasari, M.Si. selaku pakar pembelajaran matematika yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini. 8. Andri Anugrahana, M.Pd. selaku pakar alat peraga yang memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini. 9. Seluruh siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerja sama selama penelitian berlangsung 10. Kedua orang tua saya, Alexius Waluyo Subroto dan Lucia Muntiwi yang telah memberikan dukungan materi maupun moril kepada peneliti. 11. Keempat kakak saya, Sr. Baptista, S. Kristanto Dwi A. U., C. K. Tri Werdiningtyas, dan M. Kristiarso Wibowo C. Y., yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini. 12. Kedua adik saya L. Kristiawan Satria Sadyoga dan A. Kristi Septiani Setyaningwidhi yang selalu memberikan dukungan dan doa selama ini. 13. Budhe Kus, Mas Bayu, dan Mas Nanang yang telah memberikan bantuan, fasilitas, dan dukungan selama penelitian. 14. Teman-teman saya satu perjuangan skripsi payung Montessori, Dian Aprelia Rukmi, Mukti Sari Putri, dan Esterlita Pratiwi. Sebuah kebanggaan bisa berjuang bersama kalian. 15. Sahabat-sahabat saya, Dian Aprelia Rukmi, Maria Yuanita Kurniasih, Yuni Darojatiningtyas, Martina Setyowati, Natalia Susanti, Risti Pamudji, Y. Sigit Dwi W., dan Bonaventura Ika A. R. Sebuah berkat dan keajaiban dapat mengenal dan berbagi cerita bersama kalian. 16. Teman-teman PGSD angkatan 2009 kelas A, Deny Adventy S., Silvia Erawati, A. Risca Putantri, Maria Assumpta P. R., Debora Nareswari Widya P., Gorius Geor, Heronimus Yudi K., Yoga Dharmawan, dan semuanya yang selalu memberikan motivasi untuk terus berkembang. Selamanya kita tetap bersaudara. 17. Teman-teman kelompok PPL SD Krekah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pelaksanaan penelitian.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18. Keluarga kecil di kos TB X No.12, Ibu Sri Wahyuningsih, Bapak Abdullah Edris, Natalia Susanti, Tari, Noni, Fakih, Noufal, dan Awan. 19. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuan, dukungan, dan doanya selama ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan menuju lebih sempurnanya skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat untuk dunia pendidikan. Terima kasih.
Penulis,
Theresia Kristi Panca Wijayanti
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix PRAKATA ............................................................................................................. x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5 1.5 Spesifikasi Produk ........................................................................................... 5 1.6 Definisi Operasional ........................................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 8 2.1 Kajian Pustaka ................................................................................................. 8 2.1.1 Metode Montessori ......................................................................................... 8 2.1.1.1 Sejarah Metode Montessori ......................................................................... 8 2.1.1.2 Karakteristik Metode Montessori ................................................................ 9 2.1.2 Karakteristik Alat Peraga Montessori .......................................................... 11
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.1.2.1 Menarik ..................................................................................................... 11 2.1.2.2 Bergradasi.................................................................................................. 11 2.1.2.3 Auto-education .......................................................................................... 12 2.1.2.4 Auto-correction ......................................................................................... 13 2.1.3 Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala Montessori ....................... 14 2.1.4 Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan di Kelas I SD ................... 15 2.1.5 Karateristik Perkembangan Siswa SD.......................................................... 16 2.1.5.1 Karakteristik Perkembangan Siswa SD Kelas I (7-8 tahun) ..................... 18 2.2 Penelitian yang Relevan ................................................................................. 19 2.2.1 Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan ...................... 19 2.2.2 Penelitian tentang Metode Montessori ......................................................... 20 2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 23 2.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 26 3.1 Jenis Penelitian............................................................................................... 26 3.2 Setting Penelitian ........................................................................................... 28 3.2.1 Objek Penelitian ........................................................................................... 28 3.2.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 29 3.2.3 Subjek Penelitian .......................................................................................... 29 3.3 Prosedur Pengembangan ................................................................................ 29 3.4 Uji Validasi Produk........................................................................................ 32 3.4.1 Uji Validasi Produk oleh Para Ahli .............................................................. 32 3.4.2 Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas .......................... 32 3.5 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 32 3.5.1 Jenis Data ..................................................................................................... 32 3.5.1.1 Analisis kebutuhan .................................................................................... 33 3.5.1.2 Validasi Produk oleh Para Ahli ................................................................. 33 3.5.1.3 Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas ............................. 34 3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 34 3.5.2.1 Analisis Kebutuhan ................................................................................... 34 3.5.2.2 Validasi Produk oleh Para Ahli ................................................................. 35
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.5.2.3 Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas ............................. 35 3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 36 3.6.1 Analisis Kebutuhan ...................................................................................... 36 3.6.2 Validasi Produk oleh Para Ahli .................................................................... 37 3.6.3 Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan ............................................... 37 3.6.3.1 Tes ............................................................................................................. 37 3.6.3.2 Kuesioner .................................................................................................. 38 3.7 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 38 3.7.1 Analisis Kebutuhan ...................................................................................... 38 3.7.2 Validasi Produk oleh Para Ahli .................................................................... 38 3.7.3 Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas ................................ 39 3.7.3.1 Tes Jawaban Singkat (Short Answer) ........................................................ 39 3.7.3.2 Kuesioner .................................................................................................. 40 3.8 Jadwal Penelitian ........................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 42 4.1 Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran .................................. 42 4.2 Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran ................ 42 4.2.1 Wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru Kelas I, dan 7 Siswa Kelas I.. 42 4.2.2 Observasi terhadap Pembelajaran Matematika di Kelas I ............................ 43 4.2.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan ..................................................................... 43 4.2.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Guru ................................................. 43 4.2.3.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa ............................................... 44 4.3 Produksi Alat Peraga Montessori untuk Penjumlahan dan Pengurangan ...... 46 4.3.1 Desain ........................................................................................................... 46 4.3.1.1 Alat Peraga ................................................................................................ 46 4.3.1.2 Album Alat Peraga .................................................................................... 49 4.3.2 Pembuatan Alat Peraga ................................................................................ 50 4.4 Validasi dan Revisi Produk ............................................................................ 52 4.4.1 Hasil Validasi ............................................................................................... 54 4.4.1.1 Pakar Pembelajaran Matematika ............................................................... 54 4.4.1.2 Pakar Alat Peraga ...................................................................................... 55
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.4.1.3 Guru Kelas I .............................................................................................. 55 4.4.2 Analisis I ...................................................................................................... 56 4.4.3 Revisi Produk ............................................................................................... 56 4.4.4 Uji Coba Lapangan Terbatas ........................................................................ 57 4.4.4.1 Tes ............................................................................................................. 60 4.4.4.2 Kuesioner .................................................................................................. 61 4.4.5 Analisis II ..................................................................................................... 62 4.4.6 Penilaian Akhir ............................................................................................. 62 4.4.6.1 Guru Kelas I .............................................................................................. 63 4.4.6.2 Siswa Kelas I ............................................................................................. 64 4.4.6.3 Peneliti ....................................................................................................... 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 65 5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 65 5.2 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 66 5.3 Saran .............................................................................................................. 66
DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 67 LAMPIRAN ......................................................................................................... 70
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Literature map penelitian-penelitian yang relevan ............................. 23 Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian R&D menurut Sugiyono ....................... 27 Bagan 3.2 Langkah-langkah penelitian R&D menurut Borg & Gall ................... 28 Bagan 3.3 Prosedur penelitian pengembangan mengadopsi model Sugiyono dan Borg & Gall ......................................................................................... 30
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 3.8.Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima menurut Sukardjo ................................................................................. 38 Tabel 4.2 Konversi Skala Lima ............................................................................ 52 Tabel 4.3 Kriteria Skor Skala Lima ..................................................................... 53 Tabel 4.8 Komentar Ahli terhadap Produk dalam Uji Validasi ........................... 55 Tabel 4.9 Hasil Pretest dan Posttest .................................................................... 60
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1. Diagram Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest ......................... 61
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 1.1 Kisi-kisi Wawancara ..................................................................... 71 Lampiran 1.2 Kisi-kisi Kuesioner ....................................................................... 71 Lampiran 1.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Guru ............................ 72 Lampiran 1.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Siswa .......................... 76 Lampiran 1.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ............ 78
Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli Lampiran 2.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Ahli .................... 80 Lampiran 2.2 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Pembelajaran Matematika ............................................................ 80 Lampiran 2.3 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Alat Peraga ........................................................................................... 81 Lampiran 2.4 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Guru Kelas I. ............................................................................................................................... 81 Lampiran 2.5 Resume Hasil Penilaian Alat Peraga oleh Para Ahli .................... 82
Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas dengan Tes Lampiran 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Pretest dan Posttest ...................................... 83 Lampiran 3.2 Sampel Pretest ............................................................................... 84 Lampiran 3.3 Sampel Posttetst ........................................................................... 85
Lampiran 4. Kuesioner uji Coba Lapangan Terbatas Lampiran 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa .................. 86 Lampiran 4.2 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa .. 86 Lampiran 4.3 Sampel Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa ..................... 87 Lampiran 5. Surat permohonan Ijin Penelitian ke SD ....................................... 89 Lampiran 6. Surat keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SD ............ 90
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Dokumentasi Lampiran 7.1 Desain Alat Peraga Lampiran 7.1.1 Desain Kancing Penjumlahan dan Pengurangan ......................... 91 Lampiran 7.1.2 Desain Kotak Alat Peraga dan Tutupnya ................................... 92 Lampiran 7.1.3 Desain Kotak Soal ...................................................................... 93 Lampiran 7.2 Kancing Penjumlahan dan Pengurangan ....................................... 94 Lampiran 7.3 Uji Coba Lapangan Terbatas ......................................................... 95
Lampiran 8. Album Alat Peraga ..................................................................... 98
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (6) definisi operasional.
1.1
Latar Belakang Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan anak-anak yang berusia 7-12 tahun.
Pada usia ini anak memiliki karakteristik tersendiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut teori kognitif Jean Piaget anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret dan tahap awal operasi formal (Suparno, 2001:25). Pada tahap operasional konkret pemikiran anak sudah berdasarkan logika atau aturan logis tertentu. Anak sudah mampu memecahkan masalah dengan pemikiran yang lebih teratur dan terarah menggunakan logikanya namun masih terbatas pada masalah konkret. Pada tahap ini konsep akan bilangan, waktu, dan ruang juga semakin terbentuk. Pada aspek afektif anak mulai mencari teman dan menyadari bahwa orang lain memiliki pemikiran yang lain. Aspek psikomotorik ditandai dengan kesukaan anak pada usia ini untuk melakukan aktivitas motorik. Berdasarkan uraian ketiga aspek tersebut dapat diketahui bahwa anak pada usia SD memiliki karaktersitik tersendiri. Berkaitan dengan hal tersebut pentinglah menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran menurut Undang-Undang Pendidikan Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pengertian tersebut berarti bahwa hal pokok dalam pembelajaran adalah terciptanya komunikasi dua arah antara pendidik ke siswa, siswa ke pendidik, dan siswa ke siswa. Sementara itu, Sugiyono dan Hariyanto (2011:17) menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling bergantung dan terorganisir antara kompetensi yang harus diraih siswa, materi pelajaran, pokok bahasan, metode dan pendekatan pengajaran, media pengajaran, sumber belajar,
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pengorganisasian kelas, dan penilaian. Masing-masing komponen memiliki peran dan kontribusi bagi terlaksananya suatu pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila pemilihan dan penggunaan semua komponen tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan pengertian pembelajaran dalam UU Pendidikan No. 20 tahun 2003, pemilihan dan penggunaan komponen yang tepat dapat memfasilitasi terciptanya proses interaksi dua arah dalam pembelajaran. Pada pembelajaran bagi siswa SD salah satu komponen yang penting untuk mendukung terciptanya interaksi tersebut adalah media pembelajaran. Berkaitan dengan karakteristik siswa SD pada uraian sebelumnya,
media yang dapat
diupayakan dalam pembelajaran pada siswa SD adalah alat peraga. Salah satu metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan sebuah metode pembelajaran yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh Montessori, seorang dokter wanita Italia yang memiliki keprihatinan khusus terhadap dunia anak-anak dan pendidikan. Metode ini menekankan pembelajaran yang berbasis sensorial. Untuk mendukung hal tersebut Montessori membuat alat peraga atau didactic apparatus yang dapat digunakan oleh anak. Esensi dari metode Montessori terletak pada proses “normalisasi” seorang anak untuk berkembang. Anak memiliki kesempatan untuk berkembang secara alami sesuai dengan tuntunan dari lingkungannya. Dalam proses tersebut muncul motivasi intrinsik dari seorang anak untuk bekerja yang mendukung terciptanya konsentrasi penuh (flow theory) dan kemampuan untuk menjadi tuan atas dirinya (Kahn, 2003:1). Esensi tersebut didukung dengan filosofi Montessori terhadap anak, bahwa anak merupakan individu yang unik dan memiliki kemampuan melakukan sesuatu menggunakan kemampuannya sendiri sehingga patut untuk dihormati (Seldin, 2006:12). Metode ini berawal dari hasil observasi yang dilakukannya terhadap anak-anak didiknya di Casa Dei Bambini, sebuah sekolah yang didirikan untuk anak-anak yang kurang beruntung di daerah pinggiran Itali. Montessori berhasil membawa anak-anak tersebut lulus dalam ujian nasional yang diselenggarakan untuk anak-anak yang bersekolah di sekolah umum. Berdasarkan keberhasilan tersebut metode ini menjadi metode pembelajaran yang diakui oleh dunia.
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Metode Montessori bukan menjadi hal yang baru dalam pendidikan di Indonesia. Dewasa ini beberapa sekolah di Indonesia mulai menerapkan metode ini seiring dengan banyaknya penelitian yang mengungkapkan keberhasilan metode tersebut. Sekolah Montessori yang pertama di Indonesia berdiri pada tahun 1986 yaitu
Jakarta Montessori School.
Sekolah Montessori lain yag
berkembang saat ini adalah Bali Montessori School, Sekolah Montessori di Bandung, Batam, dan Yogyakarta sendiri. Meskipun demikian sampai saat ini penerapan metode Montessori di Indonesia masih sebatas pada sekolah-sekolah swasta yang berlabel mahal. Hal tersebut menjadi fenomena yang wajar karena alat-alat peraga Montessori belum diproduksi di Indonesia dan masih menggunakan bahan terstandar khusus. Dari sejarahnya, metode ini bermula dari pelayanan pendidikan terhadap anak-anak pinggiran di Itali dan Montessori sendiri mengembangkan media pembelajaran berdasarkan hasil observasinya terhadap kesulitan belajar anak didiknya (Montessori,
2002:36). Hal ini
menunjukkan
Montessori
dikembangkan
bahwa sendiri
sebenarnya sesuai
media
dengan
pembelajaran kemampuan
yang
dimiliki
dapat oleh
penyelenggara pendidikan. Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SD Krekah yang terletak di Ds. Krekah, Gilangharjo, Kec. Pandak Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan didominasi wilayah pertanian. Rata-rata profesi orang tua siswa adalah petani dan buruh. Letak sekolah yang berada di pedesaan membuat sekolah ini memiliki beberapa potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di antaranya hasil alam berupa pohon kelapa, rumput ilalang, pasir laut, batu, dan sabut kelapa. Berdasarkan wawancara terhadap kepala sekolah pada tanggal 24 November 2012 didapatkan bahwa sekolah masih menggunakan alat peraga secara terbatas karena minimnya alat peraga yang dimiliki. Selain itu berdasarkan wawancara dan observasi terhadap guru kelas dan tujuh siswa kelas I pada tanggal 15 Januari 2013 didapatkan bahwa masih ada kesulitan dalam kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I. Siswa mengalami kesulitan untuk penjumlahan dan pengurangan bilangan yang lebih dari 10. Peneliti juga mendapati masih minimnya penggunaan alat peraga oleh guru dalam
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pembelajaran. Guru sendiri menyampaikan bahwa alat peraga untuk kelas I masih minim, sebatas pada gambar-gambar, kartu huruf dan kartu bilangan. Alat-alat peraga tersebut biasanya hanya digunakan di awal semester untuk pengenalan konsep huruf dan bilangan. Guru juga menyampaikan pernah membuat alat peraga sendiri untuk perkalian bilangan dengan menggunakan konsep kelipatan namun media tersebut tidak bertahan lama. Antara kesempatan dan kesenjangan di atas peneliti berinisiatif untuk mengembangkan alat peraga ala Montessori dengan memanfaatkan potensi lokal sebagai upaya membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan yang berkualitas. Alat peraga yang akan dikembangkan oleh peneliti merupakan alat peraga untuk penjumlahan dan pengurangan sesuai dengan kebutuhan siswa kelas I dengan memanfaatkan potensi lokal di daerah sekitar sekolah. Penelitian ini dibatasi pada pengembangan alat peraga Montessori untuk kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika dengan Standar Kompetensi (SK) “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah” dan Kompetensi Dasar (KD) “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka” pada siswa kelas I semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SD Krekah Yogyakarta. 1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah ciri-ciri alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013? 1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013? 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengembangkan alat peraga Montessori sesuai ciri-ciri yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.3.2 Mengembangkan alat peraga Montessori yang berkualitas untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi siswa Siswa kelas I semester genap di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terbantu dalam belajar penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori.
1.4.2
Bagi guru Menambah referensi dalam penggunaan alat peraga
penjumlahan dan
pengurangan yang bersifat kontekstual. 1.4.3
Bagi sekolah Menambah referensi penelitian pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan untuk kelas I semester genap.
1.4.4
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan SD khususnya pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan untuk kelas I semester genap yang bersifat kontekstual.
1.4.5
Bagi peneliti Mendapatkan pengalaman baru dalam mengembangkan alat peraga penjumlahan
dan
pengurangan
ala
Montessori
sebagai
upaya
pengaplikasian ilmu pengetahuan tentang Montessori. 1.5
Spesifikasi Produk Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah kancing
penjumlahan dan pengurangan berupa satu set kancing emas. Satu set kancing emas terdiri atas kancing satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Alat peraga ini dilengkapi dengan kartu bilangan yang terdiri dari satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan serta album alat peraga. Album alat peraga berisi deskripsi alat peraga dan cara penggunaannya. Alat peraga penjumlahan dan pengurangan tersebut mengadaptasi alat peraga Montessori yaitu manik-manik emas.
5
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pada alat peraga Montessori, manik-manik emas terdiri atas manik emas satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Manik emas satuan berupa manik-manik lepas berwarna emas. Manik emas puluhan berupa 10 manik emas satuan yang dironce menjadi satu puluhan. Manik emas ratusan berupa 10 manik emas puluhan yang dironce dengan diberi pemisah atau penanda untuk setiap 1 roncean manik puluhan dan dibentuk menjadi papan ratusan. Manik emas ribuan berupa 10 papan ratusan yang dibentuk menjadi sebuah kubus. Kartu bilangan terdiri atas kartu bilangan satuan berwarna hijau, kartu bilangan puluhan berwarna biru, kartu bilangan ratusan berwarna merah, dan kartu bilangan ribuan berwarna hijau. Pada penelitian ini, peneliti membatasi pengembangan produk berupa kancing emas dan kartu bilangan hanya sampai pada ratusan. Hal tersebut disebabkan dalam KTSP SD bilangan tertinggi yang dipelajari oleh siswa sampai dengan kelas VI adalah bilangan tiga angka atau ratusan. Dengan demikian alat peraga penjumlahan dan pengurangan tersebut berpotensi dapat digunakan secara berkelanjutan sampai dengan kelas VI. Meskipun demikian peneliti lebih menekankan penggunaan kancing satuan dan puluhan dalam penelitian ini, mengingat bilangan yang dipelajari di kelas I merupakan bilangan dua angka atau puluhan. Pengembangan produk dalam penelitian ini bersifat kontekstual yaitu menggunakan potensi lokal di sekitar lokasi penelitian. Peneliti menggunakan potensi lokal berupa tempurung kelapa sebagai bahan utama pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan. Tempurung digunakan sebagai bahan utama pembuatan kancing emas satuan, puluhan, dan ratusan. Tempurung tersebut dibentuk menjadi lingkaran-lingkaran kecil berbentuk kancing dengan ukuran diameter 2 cm kemudian diberi warna emas sesuai dengan manik emas Montessori. Langkah selanjutnya adalah kancing tersebut dironce menyerupai manik emas puluhan dan ratusan. Potensi lokal lainnya yang akan digunakan adalah papan kayu sebagai bahan untuk pembuatan tempat alat peraga penjumlahan dan pengurangan. Kartu bilangan dan album alat peraga akan dibuat dari bahan kertas yang memiliki kualitas baik sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama.
6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.6
Definisi Operasional
1.6.1
Alat peraga Montessori adalah media pembelajaran berbentuk 3 dimensi yang menerapkan filosofi pembelajaran Montessori dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan alat peraga pada umumnya.
1.6.2
Album alat peraga penjumlahan dan pengurangan Montessori adalah buku panduan yang berisi materi pembelajaran, tema pembelajaran, nama alat peraga, tujuan pembelajaran, dan presentasi penggunaan alat peraga, serta beberapa latihan soal.
1.6.3
Penjumlahan bilangan adalah materi dalam mata pelajaran Matematika SD berupa operasi bilangan yang menjumlahkan suatu bilangan dengan bilangan
lainnya
sehingga
menghasilkan
bilangan
tertentu
dan
menggunakan simbol (+) dalam operasi tersebut. 1.6.4
Pengurangan bilangan adalah materi dalam mata pelajaran Matematika SD berupa operasi bilangan yang mengurangkan suatu bilangan dengan bilangan
lainnya
sehingga
menghasilkan
bilangan
tertentu
dan
menggunakan simbol (-) dalam operasi tersebut. 1.6.5
Kontekstual adalah segala sesuatu yang berada di suatu tempat atau daerah dan berpotensi untuk dimanfaatkan
menjadi benda yang memiliki
kegunaan. 1.6.6
Alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori yang bersifat kontekstual adalah alat peraga penjumlahan dan pengurangan yang mengadaptasi alat peraga Montessori dan dikembangkan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar.
1.6.7
Siswa SD adalah siswa kelas I semester 2 SD Krekah, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 27 yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
7
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis.
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Metode Montessori 2.1.1.1 Sejarah Metode Montessori Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang diperkenalkan oleh Maria Montessori. Montessori adalah seorang dokter wanita pertama di Italia yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1870. Minat Montessori pada pendidikan anak-anak khususnya anak bermasalah muncul ketika bekerja di klinik psikiatri. Rasa
ketertarikan
Montessori
pada
pendidikan
anak-anak
bermasalah
membawanya mempelajari penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para pendahulunya seperti Phillipe Pinel, Jean Marc Gaspare Itard dan Eduard Seguin. Menurut Seguin pendidikan harus mencakup berbagai aspek yang meliputi kegiatan muskular dan sensorial, pendidikan intelektual dan pendidikan moral yang di dalamnya terdapat “kemauan” anak atau “will” (Montessori, 2002:30). Montessori mulai masuk dalam bidang pendidikan dengan mendirikan Casa dei Bambini atau Children's House tahun 1907 di Roma. Casa dei Bambini merupakan sebuah sekolah bagi siswa dari golongan pinggiran dan miskin. Kepekaan Montessori dalam menangani anak-anak dan kemampuannya mengelola sekolah dengan melibatkan keluarga berhasil membawa anak-anak yang kurang beruntung tersebut memperoleh hasil optimal pada ujian negara (Montessori, 2002:38). Keberhasilan lainnya adalah Montessori
berhasil
membawa anak-anak pinggiran membaca dan menulis pada usia dini dan menunjukkan kemampuan untuk peduli terhadap diri mereka sendiri (Hainstock, 1997:58). Melalui Casa dei Bambini, Montessori menemukan metode untuk membantu anak didiknya belajar, hasil dari trial and eror yang Montessori lakukan dengan inspirasi dari pemikiran Itard dan Sequin (1846).
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.1.1.2 Karakteristik Metode Montessori Slogan yang digunakan oleh sekolah-sekolah Montessori dan mewakili esensi dari metode Montessori adalah Teach Me to Do It Myself. Slogan tersebut mengandung makna bahwa Montessori mempercayai kemampuan seorang anak untuk bekerja dan menemukan cara belajarnya sendiri (Seldin, 2006:12). Anak dipercaya dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Filosofi tersebut mendukung anak untuk membantu anak menjadi tuan atas dirinya sendiri. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Koh dan Frick dalam penelitiannya mengenai metode Montessori. Koh dan Frick (2010:1) menyatakan bahwa pendidikan Montessori muncul dari filosofinya mengenai membantu anak untuk menjadi tuan atas dirinya dan mandiri. Seorang anak dikatakan akan melakukan belajar ketika anak tersebut sudah siap dan mau untuk belajar. Filosofi tersebut menunjukkan bahwa metode Montessori menghormati kebebasan setiap individu untuk belajar. Kebebasan yang dimaksudkan adalah kebebasan kepada setiap anak untuk tertarik, memilih, dan melakukan kegiatan yang membantu perkembangan dirinya selama hal tersebut tidak mengganggu orang lain (Montessori, 2002:95). Kebebasan menurut Montessori bukanlah membiarkan anak melakukan hal sesuka hatinya tanpa ada batasan melainkan memberikan kesempatan penuh kepada anak untuk berkembang dengan batasan tidak mengganggu kepentingan orang lain. Hasil dari kebebasan tersebut adalah sikap disiplin aktif yaitu anak dapat mengatur dan mengarahkan tindakannya sendiri, anak menjadi tuan atas dirinya (Montessori, 2002:86). Dalam hal ini masing-masing anak akan berkembang sesuai dengan kesiapannya sehingga dalam metode ini hasil belajar yang dicapai oleh setiap anak pun akan berbeda. Pendidik dalam metode Montessori berperan sebagai teman sekaligus observer di kelas. Pendidik memberikan bantuan kepada anak hanya ketika benarbenar dibutuhkan karena anak dipercaya dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sebagai observer, pendidik mengamati kemajuan yang dilakukan oleh setiap anak dalam setiap hari, meskipun hanya berupa kemajuan kecil. Karakteristik lain dari metode Montessori adalah pembelajaran yang berbasis panca indera yang bertujuan mempertajam kepekaan indera seorang anak (Dewantara, 1962:272). Menurut Montessori pendidikan yang berbasis panca
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
indera penting bagi anak karena perkembangan indera anak berlangsung lebih awal dibandingkan perkembangan intelektualnya (Montessori, 2002:215-223). Perkembangan penginderaan yang tepat menjadi hal yang penting bagi anak karena perkembangan indera merupakan persiapan bagi pendidikan intelektual seorang anak. Berdasarkan hal tersebut Montessori mempersiapkan materi-materi didaktis (alat peraga) untuk mendukung pendidikan yang berbasis panca indera. Alat peraga tersebut diproduksi oleh Montessori sendiri dengan mendasarkan pada pemikiran Itard dan Seguin (Hainstock, 1997:13). Montessori menciptakan alat peraga sesuai dengan keterampilan yang ada dalam tahap perkembangan anak, yaitu keterampilan hidup sehari-hari, bahasa, matematika, geografi, kesenian, pengetahuan alam, dan budaya. Berdasarkan karakteristik metode Montessori terdapat tiga kriteria mengenai bagaimana pembelajaran semestinya diberikan kepada anak, yaitu (1) singkat, (2) sederhana, dan (3) objektif (Montessori, 2002:108). Pelajaran sebaiknya diberikan dengan singkat. Singkat yang dimaksudkan adalah menghilangkan kata-kata yang tidak berguna dalam pembelajaran. Ketika seorang pendidik mempersiapkan pelajaran yang akan diberikannya, pendidik mesti sungguh-sungguh mempertimbangkan bobot kata-kata yang akan diucapkannya untuk menilai perlu tidaknya kata-kata tersebut. Pelajaran sebaiknya sederhana. Sederhana yang dimaksudkan adalah pemilihan kata-kata yang akan digunakan haruslah merupakan kata yang paling sederhana dan mengacu pada kebenaran. Pelajaran sebaiknya objektif. Dalam hal ini, pelajaran diberikan kepada anak dengan semestinya, guru tidak boleh menarik perhatian anak kepada dirinya melainkan hanya kepada objek yang ingin guru terangkan. Penjelasan singkat dalam pembelajaran haruslah merupakan penjelasan mengenai objek yang akan dipelajari oleh anak. Secara garis besar karakteristik metode Montessori tampak pada penerapan filosofi yang digunakan dalam pembelajaran, tugas pendidik, dan adanya alat peraga. Montessori
Ketiga komponen tersebut menunjukkan bahwa metode
merupakan
metode
pembelajaran
yang
berlandaskan
pada
perkembangan anak dengan pembelajaran yang berbasis panca indera. Kebebasan anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangan dalam usianya sesuai dengan
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kemampuannya sangat dihormati dalam metode ini. Keberhasilan dari metode ini dilihat dari keberhasilan anak melakukan suatu tugas perkembangan sesuai dengan kesiapan dan kemampuan anak. 2.1.2
Karakteristik Alat Peraga Montessori Alat peraga Montessori diciptakan oleh Montessori sendiri berdasarkan
hasil observasi terhadap anak didiknya di Casa dei Bambini (Montessori, 2002:36 & 81). Alat peraga tersebut berfungsi sebagai sumber belajar sekaligus guru bagi anak ketika belajar sehingga memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan alat peraga pada umumnya. Alat peraga Montessori memiliki empat karakteristik, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, dan (4) auto-correction (Montessori, 2002:170-176). Berikut ini merupakan uraian dari keempat karakteristik alat peraga Montessori. 2.1.2.1 Menarik Alat peraga Montessori diciptakan menarik dengan memiliki nilai keindahan baik dari segi warna dan kecerahannya. Warna-warna yang dipakai pada alat peraga Montessori merupakan warna yang lembut, terang dan menunjukkan langsung ketika ada ketidakharmonisan dengan lingkungan sekitarnya seperti adanya coretan atau noda. Alat peraga yang diciptakan menarik perhatian anak dengan tujuan anak dapat memegang dan merasakan alat tersebut. Hal tersebut menciptakan pembelajaran sensorial atau education of senses dalam metode Montessori (Montessori, 2002:174). 2.1.2.2 Bergradasi Alat peraga Montessori memiliki gradasi rangsangan yang rasional (Montessori, 2002:175). Penekanan gradasi terletak pada keterlibatan lebih dari satu indera dalam pembelajaran Montessori. Ketika anak bermain menggunakan alat peraga Montessori lebih dari satu indera terlibat dalam kegiatan tersebut sehingga memunculkan rangsangan rasional yang bergradasi. Dua hal yang tampak pada alat Montessori berkaitan dengan karakteristik ini adalah bentuk dan warna alat. Kedua hal tersebut mampu melibatkan lebih dari satu indera pada anak ketika menggunakan alat tersebut. Salah satu contoh alat peraga yang memiliki gradasi bentuk adalah Pink Tower. Alat peraga ini terdiri atas 10 kubus dengan ukuran yang bergradasi. 11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kubus pertama berukuran 10 cm untuk setiap sisinya. Kubus kedua berukuran 1 cm lebih kecil dari kubus pertama. Kubus ketiga berukuran 1 cm lebih kecil dari kubus kedua dan begitu seterusnya sampai kubus kesepuluh. Anak akan berlatih menyusun kubus-kubus tersebut dari ukuran paling besar ke ukuran paling kecil dan membentuk sebuah menara (Montessori, 2002:174). Gradasi warna tampak pada alat peraga papan warna. Papan warna merupakan alat peraga yang digunakan anak untuk belajar mengenai berbagai jenis warna. Pada papan warna, satu warna misal warna hijau akan dikenalkan secara gradasi dari hijau muda, lebih tua dan paling tua, begitu juga dengan warna yang lain. Gradasi juga tampak pada penggunaan alat peraga Montessori yang bertahap atau memiliki kelanjutan. Salah satu contohnya adalah alat peraga manik-manik bilangan. Manik-manik bilangan terdiri atas manik bilangan satuan dan manik-manik emas. Pada tahap awal manik satuan digunakan untuk mengenalkan sistem desimal yang kemudian dilanjutkan dengan manik emas untuk pengenalan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. 2.1.2.3 Auto-education Setiap alat peraga Montessori diciptakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak, baik dari segi ukuran maupun beratnya. Tujuan dari hal ini adalah anak dapat bekerja menggunakan alat peraga dengan dirinya sendiri. Tujuan lainnya adalah anak dapat mengetahui sendiri suatu konsep atau pengetahuan baru melalui bekerja menggunakan alat peraga. Sebagai salah satu contohnya adalah satu set blok incastri solidi yang terdiri dari 10 kayu-kayu berbentuk silinder dengan ukuran bergradasi sekitar 2 mm yang disebut dengan incastri (Montessori, 2002:169). Permainan yang dilakukan dengan alat peraga ini adalah anak memasangkan setiap silinder dengan lubang yang tepat. Bagi anak permainan ini sangat menarik. Anak akan berusaha menyelesaikan sendiri permainan tersebut, anak tidak ingin ada intervensi dari orang lain meskipun berupa bantuan. Pengetahuan yang diperoleh anak dari permainan ini adalah anak mempelajari hubungan antara setiap incastri dengan lubang pada blok. Setiap incastri memiliki ukuran yang berbeda dan begitu pula dengan lubang pada blok. Anak mempelajari
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bahwa setiap incastri akan masuk pada lubang yang tepat sesuai dengan ukuran incastri tersebut dan begitu sebaliknya. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa anak belajar mengenai dimensi ukuran pada alat tersebut (Montessori, 2002:170). 2.1.2.4 Auto-correction Alat peraga Montessori selalu memiliki pengendali kesalahan. Tujuan dari adanya pengendali kesalahan adalah anak dapat mengetahui dengan sendirinya tanpa diberitahu oleh orang lain ketepatan dan kebenaran dari aktivitas yang dilakukannya bersama alat peraga tersebut. Sebagai contoh pada permainan menggunakan incastri solidi. Ketika anak memasukkan incastri pada lubang yang tidak tepat, yang terjadi adalah incastri tidak dapat masuk ke dalam lubang atau incastri dapat masuk ke dalam lubang tetapi dengan menyisakan tempat yang longgar. Anak akan menyadarinya kemudian mengeluarkan kembali incastri tersebut dan mencoba memasukkan pada lubang yang lain. Anak akan mengulang permainan ini sampai beberapa kali hingga anak dapat memasukkan incastri pada lubang yang tepat dan merasa puas (Montessori, 2002:171). Dari permainan tersebut anak dapat mengetahui sendiri kesalahan yang dilakukannya dan memperbaiki kesalahannya tanpa harus diberi tahu oleh orang lain. Selain alat peraga, lingkungan dalam pembelajaran Montessori juga dipersiapkan dengan memilki pengendali kesalahan, misalnya kursi dan meja yang digunakan oleh anak-anak (Montessori, 2002:83). Apabila anak melakukan gerakan yang tidak tepat ketika duduk atau berdiri, anak dapat menciptakan suara dari kursi atau meja di dekatnya, dengan demikian anak mengetahui bahwa gerakan yang dilakukannya tidak tepat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan keempat karakteristik tersebut sebagai pedoman dalam mengembangkan alat peraga penjumlahan dan pengurangan. Peneliti juga menambahkan satu karakteristik yaitu kontekstual dalam pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan. Dengan demikian terdapat lima karakteristik yang digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan.
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Karakteristik pertama, menarik terletak pada warna kancing penjumlahan dan pengurangan. Karakteristik ke dua, bergradasi yang terletak pada keterlibatan lebih dari satu indera ketika alat peraga digunakan oleh anak. Indera penglihatan dan peraba digunakan oleh anak ketika belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. Selain itu gradasi juga terletak pada potensi alat yang dapat digunakan secara berkelanjutan untuk kelas selanjutnya dengan materi yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan. Karakteristik ke tiga, autoeducation terletak pada penggunaan kancing penjumlahan dan pengurangan oleh siswa secara mandiri untuk mengenal konsep dan melakukan latihan. Karakteristik ke empat, auto-correction terletak pada kancing penjumlahan yang memiliki bentuk berbeda antara satuan, puluhan, dan ratusan. Selain itu kartu bilangan juga berfungsi sebagai pengendali kesalahan dalam penggunaan alat peraga oleh anak. Pengendali kesalahan juga terletak pada kunci jawaban yang terletak pada halaman sebalik kartu soal. Karakteristik ke lima, kontekstual terletak pada bahan yang digunakan oleh peneliti dalam membuat kancing penjumlahan dan pengurangan, yaitu tempurung kelapa. Bahan tersebut merupakan potensi lokal yang ada di lingkungan sekitar sekolah dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kancing.
2.1.3
Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala Montessori Keterampilan penjumlahan dan pengurangan menggunakan metode
Montessori dimulai dengan pengenalan konsep penjumlahan dan pengurangan statis (tanpa teknik menyimpan) dan dinamis (dengan teknik menyimpan) yang kemudian diikuti dengan latihan-latihan. Alat peraga yang digunakan untuk pengenalan konsep penjumlahan dan pengurangan terdiri atas satu set manikmanik emas dan kartu bilangan. Manik-manik emas terdiri atas manik emas satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Kartu bilangan terdiri atas satuan dengan warna hijau, puluhan dengan warna biru, ratusan dengan warna merah dan ribuan dengan warna hijau. Semua alat peraga tersebut biasanya diletakkan dalam suatu kotak
sebagai tempat
penyimpan.
14
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Latihan penjumlahan bilangan terdiri atas beberapa permainan, yaitu pengenalan konsep penjumlahan dinamis dan statis menggunakan manik-manik emas, latihan penjumlahan dinamis dan statis dengan lembar kerja, permainan ular positif 1° yang menggunakan manik-manik satuan, permainan ular positif 2° yang menggunakan manik-manik satuan dan emas puluhan, dan permainan ular positif 3° yang menggunakan manik-manik satuan, manik emas puluhan, dan manikmanik hitam putih. Permainan ular positif 1° berupa permainan menyusun manikmanik satuan membentuk sebuah piramid. Permainan ular positif 2° berupa permainan penjumlahan dinamis dan statis dengan merubah susunan manik-manik satuan yang memiliki nilai 10 dengan sebuah manik emas sehingga menjadi sebuah ular emas. Permainan ular positif 3° terdiri atas dua buah permainan yaitu permainan menyusun manik-manik hitam putih menjadi piramid dan permainan merubah susunan manik-manik satuan menjadi ular emas berekor hitam atau putih. Manik hitam putih merupakan manik-manik satuan dengan warna hitam untuk manik 1-5 sedangkan warna hitam putih untuk manik 6-9. Sementara latihan pengurangan terdiri dari pengenalan konsep pengurangan statis dan dinamis dengan manik-manik emas, pengurangan statis dengan permainan stamp, pengurangan dinamis dengan permainan stamp, dan permainan ular negatif. Permainan stamp merupakan permainan yang menggunakan alat peraga berupa papan bilangan dengan warna bilangan satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan sama dengan warna kartu bilangan, yaitu hijau untuk satuan dan ribuan, biru untuk puluhan, dan merah untuk ratusan (Album Matematika Montessori: Anak Usia 6-9 tahun, 2011).
2.1.4
Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan di Kelas I SD Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang dipelajari
oleh siswa sekolah dasar. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2007, tujuan dari matematika adalah membangun kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Materi yang menjadi ruang lingkup matematika di SD adalah bilangan, geometri dan pengukuran, pengolahan data.
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan untuk siswa kelas I semester genap. SK yang digunakan adalah “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah” dengan KD “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka”. Materi penjumlahan terdiri atas penjumlahan bilangan satu angka dengan satu angka, penjumlahan bilangan dua angka dengan satu angka, dan penjumlahan bilangan dua angka dengan dua angka. Materi pengurangan terdiri atas pengurangan bilangan satu angka dengan satu angka, pengurangan bilangan dua angka dengan satu angka, dan pengurangan bilangan dua angka dengan dua angka. Jenis bilangan yang digunakan dalam materi penjumlahan dan pengurangan merupakan bilangan kardinal karena menunjukkan sebuah kuantitas. Bilangan ini digunakan untuk meyatakan hitungan dalam menghitung benda, menghitung umur, dan waktu. Konsep yang perlu dikuasai oleh siswa sebelum melakukan penjumlahan dan pengurangan adalah nilai tempat sebuah bilangan. Berkaitan dengan materi penjumlahan dan pengurangan kelas I, siswa perlu menguasai konsep nilai tempat untuk menentukan nilai satuan dan puluhan dari sebuah bilangan. Penguasaan terhadap konsep tersebut membantu siswa untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan dengan konsep dan langkah yang benar.
2.1.5
Karateristik Perkembangan Siswa SD Usia rata-rata anak yang mengenyam pendidikan di SD adalah 7-12 tahun.
Pada usia ini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang meliputi aspek fisik-motorik, bahasa, sosial, emosi, dan intelektual (Yusuf & Sugandhi, 2001:59). Perkembangan aspek fisik-motorik anak ditandai dengan kemajuan berbagai kemampuan motorik halus dan kasar, misalnya menggambar, menulis, berjalan, berlari, berbaris, bermain sepak bola, dan sebagainya. Anak sudah mampu mengkoordinasi gerak atau aktivitas motoriknya dengan baik. Gerak yang dilakukan anak memiliki tujuan yang jelas, misalnya (1) menggerakkan tangan untuk menulis, menggambar, menggunting, melempar, dan sebagainya; (2) menggerakkan kaki untuk berjalan, berlari, menendang bola, dan sebagainya, dan
16
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(3) menggerakkan kepala untuk menggeleng atau menggangguk. Perkembangan bahasa anak ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kata yang dikuasai oleh anak. Syamsuddin dan Syaodih (2001:62) menyebutkan bahwa pada usia awal SD seorang anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata dan bertambah menjadi 5.000 kata di akhir fase ini. Selain itu anak pada usia ini juga sudah mampu mengkomunikasikan gagasannya melalui bahasa lisan dan tulisan menggunakan kalimat yang sederhana. Perkembangan emosi anak pada usia ini terlihat pada kelas tinggi (4,5, dan 6) yang ditandai dengan kemampuan untuk mengontrol ekspresi emosi diri (Yusuf & Sugandhi, 2001:63). Anak memperoleh kemampuan tersebut melalui peniruan dan latihan. Anak meniru orang yang lebih dewasa dalam menunjukkan ekspresi emosi diri. Perkembangan tersebut diiringi dengan perkembangan sosial anak. Pada usia ini seorang anak mulai belajar untuk bergaul dan bekerja dalam kelompok. Anak mulai memperluas interaksi sosial yang dilakukannya, tidak lagi terbatas pada keluarga tetapi mulai bergaul dengan teman sebaya (Yusuf & Sugandhi, 2001:66). Perkembangan sosial anak juga ditunjukkan dengan cara pikir anak yang sosiosentris atau memperhatikan kepentingan orang lain. Anak tidak lagi memandang suatu hal hanya dari dirinya (egoisentris) dan menyadari bahwa orang lain juga memiliki pandangan yang berbeda dari dirinya. Anak mulai menyesuaikan dirinya dengan orang lain dalam interaksi sosial. Perkembangan kognitif anak didasarkan pada teori kognitif Piaget dalam tahap operasional konkret. Tahap ini memiliki ciri yaitu adanya perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-operasi logis yang bersifat reversible yaitu. suatu pemikiran yang dapat dimengerti dalam dua arah atau suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi (Suparno, 2001:69). Anak mulai menggunakan operasi-operasi logis tersebut dalam pemecahan masalah. Anak juga mampu menganalisis masalah dari berbagai segi. Meskipun begitu tahap ini tetap ditandai dengan sistem operasi yang didasarkan pada hal-hal atau benda yang kelihatan nyata/konkret. Karakteristik perkembangan anak usia 7-12 tahun dilihat dari teori perkembangan anak yang dibuat oleh Montessori termasuk ke dalam tahap
17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
fanciulezza (6-12 tahun). Pada tahap ini seorang anak memiliki beberapa periode sensitif yang meliputi (1) periode sensitif untuk logika dan pembenaran dengan ditandai banyaknya pertanyaan menggunakan kata “mengapa”, (2) periode sensitif untuk perkembangan imajinasi, (3) periode sensitif untuk perkembangan moral, (4) periode sensitif untuk perkembangan rasa berkelompok, dan periode (5) sensitif untuk keterampilan fisik. Berdasarkan uraian di atas karakteristik perkembangan anak usia 7-12 tahun ditandai dengan beberapa kemajuan dalam aspek motorik, bahasa, emosi, sosial, dan kognitif. Secara umum anak pada usia ini berada pada masa puncak senang melakukan aktivitas motorik, memiliki rasa ingin tahu yang besar yang menyebabkan anak banyak bertanya, mulai mencari teman dengan cara pikir yang sosiosentris, dan kemampuan kognitif anak dalam memecahkan masalah-masalah yang konkret dengan menggunakan logika. 2.1.5.1 Karakteristik Perkembangan Siswa SD Kelas I (7-8 tahun) Kelas I SD merupakan kelas pertama yang dilalui oleh anak dalam mengeyam pendidikan di SD. Usia minimal anak menurut UU No. 20 tahun 2003 untuk masuk ke SD adalah 7 tahun. Secara umum karakteristik perkembangan siswa SD kelas I hampir sama dengan karakteristik perkembangan siswa SD pada umumnya. Anak pada usia ini senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan sesuatu secara langsung (Desmita, 2009:35). Berdasarkan teori perkembangan kogitif Piaget, anak pada usia ini berada dalam tahap operasional konkret. Anak sudah mengalami kemajuan dalam cara berpikir menggunakan aturan-aturan logis namun masih terbatas pada hal-hal yang konkret. Menurut Montessori anak pada usia 6-12 tahun memiliki periode sensitif untuk logika dan pembenaran. Hal tersebut yang melatarbelakangi pada usia siswa kelas I SD anak sering bertanya pada orang dewasa dan senang belajar ketika dapat merasakan sesuatu secara langsung. Anak pada usia ini juga senang melakukan berbagai aktivitas motorik. Anak senang untuk bergerak dan melakukan kegiatan bersama dengan teman. Menurut teori perkembangan anak milik Montessori, hal tersebut merupakan hal yang wajar karena pada usia ini anak memiliki periode sensitif untuk mengembangkan rasa berkelompok atau sosial.
18
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2
Penelitian yang Relevan
2.2.1
Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengembangan alat peraga
penjumlahan dan pengurangan dalam pembelajaran di SD di antaranya adalah penelitian oleh Letten (2010), Suryati (2012), dan Kristinawati (2012). Letten (2010) meneliti keefektifan penggunaan metode demonstrasi menggunakan media kertas berwarna untuk meningkatkan kemampuan berhitung dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SDK Kotabaru Yogyakarta. Penelitian tersebut berhasil dengan ditunjukkan adanya peningkatan sebesar 90,90% pada kemampuan penjumlahan dan pengurangan yang dimiliki oleh siswa. Suryati (2012) meneliti peningkatan perhatian siswa kelas 3 SD Negeri 02 Sambirejo
tahun
pelajaran
2011/2012
dalam
pembelajaran
matematika
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan penggunaan media botol hijau kuning. Hasil yang diperoleh ditunjukkan dengan 33,33%, dari seluruh siswa di kelas mencapai ketuntasan belajar dan pada siklus II persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebesar 96,29%. Kristinawati
(2012)
meneliti
peningkatan
pemahaman
operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah menggunakan permainan kartu bridge pada siswa kelas II SDN 01 Gemantar Jumantono. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 6,56 dan pada siklus II meningkat menjadi 7,30. Secara garis besar ketiga penelitian di atas meneliti efektivitas penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dengan tujuan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan. Hasil dari ketiga penelitian di atas menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa setelah mengalami pembelajaran menggunakan alat peraga. Berdasarkan studi literatur penelitian di Indonesia mengenai pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan bilangan peneliti belum menemukan satu pun jenis penelitian yang berupa penelitian dan pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan bilangan.
19
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.2
Penelitian tentang Metode Montessori Penelitian yang berkaitan dengan metode Montessori dilakukan oleh
Rathunde (2003), Lillard & Else-Quest (2006), dan Koh & Frick (2010). Rathunde (2003) meneliti perbandingan motivasi, kualitas pengalaman, dan sosial pada sekolah Montessori dengan sekolah menengah tradisonal. Penelitian ini dilakukan terhadap 150 siswa kelas VI dan VIII (60% perempuan dan 40% laki-laki) dari lima sekolah Montessori yang berada di empat negara bagian Amerika Serikat dan 400 siswa kelas VI dan VIII dari dua puluh sekolah menengah tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa Montessori lebih memiliki pengaruh yang tinggi, potensi (semangat dan giat), motivasi intrinsik (kesenangan dan ketertarikan), dan pengalaman berkonsentrasi penuh (flow experience) terhadap tugas akademik di sekolah dan (2) siswa Montessori memiliki kesan yang lebih baik terhadap sekolah dan guru, memiliki persepsi yang positif terhadap teman sekelas (menerima mereka lebih dari sekedar teman atau teman sekelas). Secara umum, siswa Montessori lebih sedikit menghabiskan waktu di kelas mendengarkan untuk pengajaran dan melihat media. Sementara itu siswa Montessori lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dengan alat peraga dan penguasaan diri. Lillard & Else-Quest (2006) meneliti pencapaian nilai akademik dan sosial siswa Montessori dibandingkan dengan siswa sekolah dasar lainnya. Pada penelitiannya Lillard dan Else-Quest membentuk kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian tersebut adalah siswa sekolah Montessori yang terletak di Milwaukee, Misconsin. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang melayani sebagian besar anak-anak yang termarginalkan pada daerah tersebut dan sudah diakui oleh cabang Association Montessori Internationale (AMI/USA) di Amerika. Kelompok siswa tersebut berusia 3-6 tahun dan 6-12 tahun. Kelompok eksperimen dalam penelitian tersebut adalah 40 siswa dari 27 sekolah publik, 13 siswa dari 12 suburban public, private/voucher, atau charter schools. Kebanyakan dari sekolah publik tersebut menggunakan special program seperti kurikulum untuk anak gifted dan talented, language immersions, seni dan pembelajaran berbasis discovery (2006:1893). Hasil penelitian ini terdiri atas dua hal, yaitu (1) siswa Montessori usia 3-6 tahun
20
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menunjukkan hasil yang lebih baik dalam tes membaca dan matematika, memiliki dorongan yang positif dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan kemajuan dalam kesadaran sosial, dan peduli terhadap kejujuran serta keadilan, dan (2) siswa Montessori usia 6-12 tahun lebih kreatif dalam membuat essay dengan susunan kalimat yang lebih kompleks, selektif dalam memberikan respon yang positif terhadap masalah-masalah sosial, dan menunjukkan perasaan yang peka terhadap komunitasnya di sekolah. Secara garis besar, kedua hasil tersebut menunjukkan pencapaian skor akademik dan sosial siswa Montessori lebih tinggi dari kelompok kontrol. Koh & Frick (2010) meneliti penerapan dukungan untuk kebebasan individu (autonomy support) dalam kelas Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik guru yang memiliki autonomy support dalam kelas Montessori dan bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap motivasi intrinsik siswa dalam bekerja. Penelitian ini dilakukan terhadap guru dan asistennya pada sekolah Montessori serta kelas Montessori yang terdiri dari 28 siswa yang berusia 9-11 tahun, sejajar dengan kelas 4-6 pada sekolah dasar tradisional. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah Montessori yag terletak di Indiana, USA. Hasil penelitian ini terdiri atas dua hal, yaitu (1) guru dan asistennya memiliki stategi yang sesuai dengan filosofi Montessori dalam mendukung kemandirian siswa dan (2) siswa Montessori memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya. Berkaitan dengan hasil yang pertama, guru dan asistennya mendukung kemandirian siswa melalui memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sendiri jenis aktivitas yang akan dilakukannya dan teman bekerjanya. Guru mengembangkan kemandirian berpikir siswa melalui pemberian dorongan terhadap kebebasan berpikir siswa, inisiatif diri, dan menghormati pendapat siswa. Dalam menerapkan kontrol, guru dan asistennya mengakui dan menghargai perasaan siswa, mendukung rasional untuk tingkah laku yang diharapkan, dan menekan kecaman. Berkaitan dengan hasil yang ke dua, siswa Montessori memiliki kecenderungan untuk mengerjakan setiap tugas belajarnya dikarenakan siswa menyadari pentingnya aktivitas tersebut untuk dirinya dan tujuan yang dicapai dari aktivitas tersebut. Hasil yang diperoleh dalam
21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
penelitian ini menunjukkan bahwa filosofi Montessori mendukung anak untuk dapat menjadi tuan atas dirinya sendiri dan mandiri (2010:12). Ketiga penelitian terhadap metode Montessori tersebut menunjukkan bahwa metode Montessori berpengaruh positif terhadap perkembangan diri seorang anak secara menyeluruh. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya motivasi intrinsik, kemandirian, pencapaian nilai akademik, dan tingkah laku (sosial) seorang anak ketika belajar di sekolah Montessori. Seorang anak mengalami perkembangan secara alami baik dalam kemampuan maupun kepribadiannya. Hal tersebut sesuai dengan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Montessori yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara merdeka sealamiah mungkin atau sesuai dengan nature anak (Montessori, 2002:9-10). Berdasarkan
studi
literatur
penelitian
di
Indonesia
mengenai
pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan serta metode Montessori,
peneliti
belum
menemukan satu
pun penelitian mengenai
pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan berlandaskan pada filosofi pembelajaran Montessori. Karena itu, penelitian ini akan memberikan khasanah baru pada dunia penelitian khususnya mengenai pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan bilangan. Secara ringkas kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat literature map dalam bagan 2.1.
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bagan 2.1. Literature map dari penelitian-penelitian yag relevan Metode Montessori
Alat peraga penjumlahan dan pengurangan
Rathunde (2003) perbandingan motivasi, kualitas pengalaman, dan sosial pada sekolah Montessori dan sekolah menegah tradisional
Letten (2010) media kertas berwarna
Lillard dan Else-Quest (2006) pencapaian nilai akademik dan sosial siswa Montessori dibandingkan siswa sekolah publik, privat, dan charter.
Suryati (2012) media botol hijau kuning
Frick Koh dan Frick (2010) penerapan kemandirian dan dampaknya terhadap motivasi intrinsik siswa Montessori
dan Ling Koh (2010) penerapan autonomy support pada kelas Montessori
2.3
Kristinawati (2012) kartu bridge
Yang perlu diteliti: Metode Montessori dan pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan untuk siswa SD
Kerangka Berpikir Karakteristik siswa SD berbeda dengan balita, remaja, atau orang dewasa
lainnya. Anak pada usia ini lebih senang bermain, bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang besar, berkelompok, dan merasakan suatu hal secara langsung. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget siswa SD (7-12 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini seorang anak sudah mampu menggunakan operasi-operasi dalam pengetahuan tetapi masih terbatas pada hal/benda yang konkret. Karena itu anak pada usia ini lebih senang belajar dengan objek nyata yang dapat ditangkap oleh panca indera anak.
23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada pembelajaran terdapat komponen-komponen yang mendukung terlaksananya pembelajaran dengan baik. Salah
satunya
adalah
komponen
yang
diperlukan
untuk
menciptakan
pembelajaran yang konkret bagi siswa SD adalah alat peraga. Salah satu metode pembelajaran yang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang berlandaskan pada perkembangan anak dan berbasis panca indera sehingga penting adanya alat peraga. Alat peraga Montessori memiliki beberapa karakteristik tersendiri, salah satunya adanya pengendali kesalahan yang mendukung pembelajaran secara mandiri oleh anak. Keberhasilan metode Montessori dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak membuat metode ini mulai diterapkan oleh sekolah-sekolah di berbagai negara termasuk Indonesia. Beberapa sekolah yang menerapkan metode Montessori adalah Jakarta Montessori School, Bali Montessori School, Bogor Montessori School, Sekolah Montessori di Batam, dan Yogyakarta sendiri. Penerapan metode Montessori di Indonesia masih sebatas pada sekolah-sekolah swasta yang berlabel mahal karena alat peraga Montessori belum diproduksi di Indonesia dan masih menggunakan bahan terstandar khusus. Sementara apabila melihat pada sejarah metode Montessori, alat peraga dalam pembelajaran diciptakan oleh Montessori sendiri dengan berdasar hasil observasinya terhadap anak didiknya di Casa dei Bambini. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di SD Krekah, Bantul terhadap kepala sekolah, guru kelas I, dan delapan siswa kelas I didapatkan permasalahan berkaitan dengan alat peraga dan rendahnya keterampilan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas I. Belum adanya alat peraga yang mendukung pembelajaran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan permasalahan tersebut. Berdasarkan uraian di atas peneliti berinisiatif untuk mengenalkan metode Montessori melalui pengembangan alat peraga ala Montessori yang kontekstual untuk keterampilan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas I SD Krekah, Bantul sebagai solusi dari permasalahan yang ada di SD tersebut.
24
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.4
Hipotesis Penelitian
2.4.1
Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester 2 di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mengandung lima ciri alat peraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, (4) auto-correction, dan (5) kontekstual.
2.4.2
Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester 2 di SD Krekah Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mempunyai kualitas “baik”.
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) uji validasi produk, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, (7) teknik analisis data, dan (8) jadwal penelitian.
3.1
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development
(R&D). Penelitian R&D merupakan proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011:164). Penelitian ini berbasis pada model pengembangan industri yang menggunakan penelitian untuk menemukan suatu desain produk dan prosedur yang baru (Borg & Gall, 2007:589). Penelitian R&D lebih menekankan pengembangan model-model proses, bahan, dan sarana yang berawal dari adanya kebutuhan akan sebuah produk untuk memecahkan suatu permasalahan. Produk yang dihasilkan dapat berupa hardware atau software. Menurut Sugiyono (2011:298) penelitian R&D memiliki 10 langkah yang terdiri atas (1) analisis potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal. Kesepuluh langkah tersebut membentuk suatu siklus yang tampak pada bagan 3.1. Secara garis besar kesepuluh langkah tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu analisis kebutuhan, pengembangan produk, dan uji coba produk.
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Potensi dan masalah
2. Pengumpulan data
3. Desain produk
4. Validasi Desain
8. Uji Coba Pemakaian
7. Revisi Produk
6. Uji Coba Produk
5. Revisi Desain
9. Revisi Produk
10. Produksi Masal Bagan 3.1.Langkah-langkah dalam penelitian R&D
Sementara itu, Walter Dick, Lou Carey, dan James Carey (dikutip dalam
Borg & Gall, 2007:589) menyebutkan bahwa penelitian R&D dalam bidang pendidikan memiliki 10 langkah yang terdiri atas (1) identifikasi tujuan yang meliputi analisis kebutuhan, (2) analisis keterampilan-keterampilan khusus, prosedur, dan tugas-tugas belajar yang terlibat dalam pencapaian tujuan, (3) identifikasi tingkat kemampuan dan perilaku siswa, karakteristik pembelajaran yang ada, dan materi serta keterampilan yang akan dikembangkan, (4) menuliskan rencana pengembangan program atau produk berdasarkan hasil analisis langkah 1, 2, dan 3, (5) pengembangan instrumen penilaian, (6) pengembangan strategi, (7) pengembangan materi, (8) membuat desain evaluasi formatif, (9) melakukan revisi, dan (10) membuat desain evaluasi sumatif. Secara garis besar kesepuluh langkah tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu analisis kebutuhan, pengembangan produk, dan penilaian produk. Alur dari kesepuluh langkah tersebut ditunjukkan pada bagan 3.2.
27
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Step 1 Identify intstructional goal (s) Step 3 Analyze learners and context Step 4 Write performance objectives
Step 2 Conduct instructional analysis
Step 5 Develop assessment instruments
Step 6 Develop instructional strategy
Step 9 Revise instruction
Step 7 Develop and select instructional materials
Step 8 Design and conduct formative evaluation of instruction Step 10 Design and conduct summative evaluation Bagan 3.2 Langkah-langkah R&D menurut Borg & Gall mengadopsi dari Walter Dick, Lou Carey, dan James Carey
3.2
Setting Penelitian
3.2.1
Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah alat peraga Matematika Montessori yang
berupa kancing penjumlahan dan pengurangan.
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.2.2
Lokasi Penelitian Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SD Krekah, Bantul
Yogyakarta. Sekolah tersebut terletak di Ds. Krekah, Gilangharjo, Kec. Pandak, Kab. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 3.2.3
Subjek Penelitian Terdapat dua subjek dalam penelitian ini. Subjek pertama dalam penelitian
ini adalah sekelompok siswa kelas I semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SD Krekah, Bantul. Sekelompok siswa yang dipilih oleh peneliti adalah siswa yang mendapatkan nilai matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada KD “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka”. Pemilihan sekelompok siswa tersebut sebagai subjek pertama karena mengacu pada filosofi metode Montessori, yaitu pembelajaran individual. Alat peraga Montessori didesain untuk pembelajaran yang bersifat individual. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti memilih sekelompok siswa kelas I yang tidak lulus KKM sebagai subjek penelitian untuk mengakomodasi penerapan filosofi Montessori. Subjek kedua adalah guru kelas I SD Krekah yang bernama Lisa Erviana, S.Pd.SD.
3.3
Prosedur Pengembangan Berdasarkan tahapan langkah yang digunakan dalam penelitian R&D
menurut Sugiyono (2011) dan Borg & Gall (2007), peneliti memodifikasi langkah-langkah tersebut menjadi empat tahap. Keempat tahap tersebut terdiri dari (1) kajian SK dan materi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan, (4) validasi dan revisi produk. Alur dari keempat tahap tersebut ditunjukkan pada bagan 3.3. Pada setiap tahap terdapat beberapa langkah yang akan dilakukan oleh peneliti.
29
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tahap I Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran
Tahap II Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Analisis Sumber Belajar Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Produk
Penetapan Kompetensi Dasar dan Materi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Analisis Karakteristik Siswa
Tahap III Memproduksi Alat Peraga Montessori untuk Penjumlahan dan Pengurangan Alat Peraga Pengumpulan Bahan
Desain
Pembuatan
Album Alat Peraga
Tahap IV Validasi dan Revisi Produk Pakar Pembelajaran Matematika
Validasi
Analisis I
Pakar Alat Peraga
Guru Kelas I
Revisi Produk
Uji Coba Lapangan Terbatas
Analisis II
Prototipe Produk Alat Peraga Montessori untuk Penjumlahan dan Pengurangan Kelas I Semester Genap
Bagan 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan Mengadaptasi Model Sugiyono dan Borg&Gall
30
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Berdasarkan bagan 3.3, tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah mengkaji SK dan materi pembelajaran matematika kelas I pada semester genap. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan supaya peneliti memiliki gambaran mengenai materi pembelajaran matematika. Tahap kedua yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan analisis kebutuhan dan pengembangan program pembelajaran. Pada tahap ini peneliti melakukan tiga hal yang terdiri atas analisis sumber belajar, penetapan KD dan materi serta analisis karakteristik siswa. Ketiga hal tersebut dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan melalui kegiatan wawancara dan observasi. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa kelas I SD Krekah mengenai kesulitan belajar siswa, usaha yang sudah dilakukan oleh guru dan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap dua hal, yaitu pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru kelas I dan ketersediaan alat peraga di sekolah. Hal lain yang dapat diperoleh melalui observasi adalah karakteristik siswa kelas I. Peneliti juga melakukan penetapan KD dan materi matematika yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan ketiga hal yang dilakukan pada tahap kedua, peneliti mendapatkan hasil mengenai jenis alat peraga yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada di kelas I. Alat peraga yang akan dikembangkan adalah alat peraga penjumlahan dan pengurangan. Tahap ketiga yang dilakukan oleh peneliti adalah memproduksi alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan. Pada tahap ini peneliti membuat desain alat peraga penjumlahan dan pengurangan serta album alat peraga. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan dan mengumpulkan bahan yang akan digunakan untuk memproduksi alat peraga. Bahan tersebut merupakan bahan yang ada di lingungan sekitar lokasi penelitian. Langkah terakhir pada tahap ini adalah memproduksi alat peraga penjumlahan dan pengurangan dengan memanfaatkan potensi lokal. Tahap keempat yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan validasi dan revisi produk. Validasi dilakukan oleh pakar pembelajaran Matematika, pakar alat peraga, dan guru kelas I. Berdasarkan hasil validasi, peneliti melakukan revisi terhadap produk yang dikembangkan. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh
31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
peneliti adalah melakukan uji coba lapangan terbatas kepada sekelompok siswa kelas I yang sudah dipilih berdasarkan nilai ulangan pada materi penjumlahan dan pengurangan. Setelah peneliti melakukan uji validasi dan uji coba lapangan terbatas diperoleh hasil berupa prototipe produk alat peraga Matematika Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan kelas I semester genap. 3.4
Uji Validasi Produk Uji validasi produk dilakukan dengan tujuan memperoleh tanggapan,
komentar, saran, kritik, dan penilaian terhadap kelayakan dan kualitas produk yang dikembangkan. Uji validasi produk dilakukan dalam dua tahap yaitu uji validasi produk oleh para ahli dan uji validasi produk melalui uji coba lapangan terbatas yang dijelaskan dalam sub bab berikut ini. 3.4.1
Uji Validasi Produk oleh Para Ahli Tahap pertama dalam uji validasi produk adalah meminta penilaian dari
para ahli yang terdiri dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru kelas I SD Krekah. Penilaian, masukan, dan komentar dari beberapa ahli tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan revisi atas kualitas dan kelayakan produk yang dikembangkan. 3.4.2
Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas Tahap kedua yang dilakukan dalam uji validasi produk adalah uji coba
lapangan. Produk yang sudah direvisi berdasarkan hasil penilaian dari uji validasi produk oleh para ahli kemudian diujikan secara terbatas kepada sekelompok siswa kelas I semester genap yang mendapatkan nilai matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada KD “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka” pada tahun ajaran 2012/2013 di SD Krekah Yogyakarta.
3.5
Instrumen Penelitian
3.5.1
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif yang diperoleh dari hasil analisis kebutuhan, hasil validasi produk oleh para ahli dan hasil validasi produk melalui uji coba lapangan terbatas yang diuraikan dalam sub bab berikut ini.
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.5.1.1 Analisis kebutuhan Jenis data yang diperoleh dalam analisis kebutuhan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berbentuk deskripsi mengenai proses pembelajaran yang terlaksana di kelas I, ketersediaan alat peraga di sekolah, khususnya kelas 1 dan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data kuantitatif berbentuk angka atau skor yang menunjukkan kebutuhan alat peraga penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I. Data tersebut diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh siswa kelas I. Subjek yang menjadi narasumber dalam wawancara adalah kepala sekolah, guru kelas I, dan 7 siswa kelas I. Wawancara kepada kepala sekolah bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan alat peraga di sekolah. Wawancara kepada guru kelas I bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan alat peraga di kelas I, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, pengembangan alat peraga oleh guru, dan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Wawancara kepada 7 siswa kelas I bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kesulitan belajar yang dialami siswa, penggunaan alat peraga oleh guru dalam pembelajaran, dan model pembelajaran yang berlangsung di kelas. Observasi dilakukan oleh peneliti di kelas I dan perpustakaan. Peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran Matematika yang berlangsung di kelas I dan ketersediaan alat peraga yang ada di kelas. Selain itu peneliti juga melakukan observasi di perpustakaan yang menjadi tempat penyimpanan semua alat peraga milik sekolah. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan jawaban lebih dari satu. Tujuan dari penggunaan kuesioner adalah memperoleh informasi mengenai karakteristik pembelajaran yang berlangsung di kelas dan kebutuhan siswa terhadap alat peraga. 3.5.1.2 Validasi Produk oleh Para Ahli Pada validasi produk oleh para ahli diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran dari penilaian pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru kelas I SD Krekah
33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Yogyakarta. Data kuantitatif berupa skor yang diberikan oleh para ahli untuk setiap indikator penilaian atas alat peraga yang sudah dikembangkan. 3.5.1.3 Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas Jenis data yang diperoleh dari uji coba lapangan terbatas adalah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa nilai atau skor dari pretest, posttest dan kuesioner yang diperoleh dari sekelompok siswa kelas I yang tidak lulus KKM pada materi penjumlahan dan pengurangan. 3.5.2
Instrumen Pengumpulan Data
3.5.2.1 Analisis Kebutuhan Jenis instrumen yang digunakan dalam analisis kebutuhan adalah wawancara, observasi, dan kuesioner. Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara dan yang diwawancarai yang dilaksanakan sambil bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud memperoleh jawaban dari pihak diwawancarai (Masidjo, 1995:72). Peneliti melakukan wawancara terhadap kepala sekolah, guru kelas I, dan 7 siswa kelas I SD Krekah. Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan teknik wawancara yang menggunakan kombinasi dari teknik terstruktur dan tidak terstruktur. Pada pelaksanaannya peneliti telah membuat topik-topik pertanyaan yang terdapat pada tabel 3.1, tabel 3.2, dan tabel 3.3 (lihat lampiran 1.1 halaman 71). Selanjutnya pertanyaan yang diajukan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan jawaban dari pihak yang diwawancara. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan atau pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2003:158). Jenis observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung yaitu pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti terhadap proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru kelas I dan ketersediaan alat peraga di sekolah. Pada pelaksanaan observasi pembelajaran, peneliti mengamati cara mengajar guru dan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Peneliti membuat catatan anekdot dalam pelaksanaan observasi untuk mencatat hal-hal penting yang terjadi secara detail.
34
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Observasi terhadap ketersediaan alat peraga di sekolah dilakukan peneliti di ruang perpustakaan untuk mengetahui macam alat peraga yang sudah dimiliki oleh sekolah. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:142). Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban lebih dari satu sesuai dengan pendapatnya sendiri (Margono, 2003:168). Kuesioner diberikan kepada guru kelas I dan seluruh siswa kelas I. Kuesioner terdiri dari 10 butir pertanyaan yang mencakup indikatorindikator yang akan dinilai oleh pakar pembelajaran Matematika dan pakar alat peraga. Indikator-indikator tersebut terangkum dalam tabel 3.4 yang dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 71. Hasil penilaian ini selanjutnya digunakan untuk memberikan
pertimbangan
dalam
merancang
alat
peraga
yang
akan
dikembangkan oleh peneliti. 3.5.2.2 Validasi Produk oleh Para Ahli Jenis instrumen yang digunakan dalam uji validasi produk oleh para ahli adalah kuesioner. Rentang nilai pada kuesioner tersebut adalah 1, 2, 4, dan 5 yang mengadopsi pada model skala Likert. Kuesioner diisi oleh para ahli setelah peneliti melakukan presentasi mengenai alat peraga yang sudah dikembangkan. Kuesioner tersebut disusun berdasarkan 5 karakteristik alat peraga yang akan digunakan oleh peneliti dalam pengembangan produk. Kelima karakteristik tersebut terdiri atas 4 karakteristik alat peraga Montessori dan 1 karakteristik yang ditambahkan oleh peneliti. Kelima karakteristik tersebut adalah (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, (4) auto-correction, dan (5) kontekstual. Kisi-kisi kuesioner validasi produk oleh para ahli dapat dilihat pada tabel 3.5 (lihat lampiran 2.1 halaman 80). 3.5.2.3 Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas Jenis instrumen yang digunakan dalam uji validasi produk melalui uji coba lapangan terbatas adalah tes dan non tes.
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Tes Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Margono, 2003:170). Jenis tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes bentuk objektif dengan jawaban singkat (short answer). Tes tersebut digunakan sebagai pretest dan posttest. Jumlah soal yang disusun oleh peneliti sebanyak 20 soal dengan pembagian kriteria 10 soal penjumlahan dan 10 soal pengurangan. Kedua puluh soal tersebut disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah disusun sebelumnya pada tabel 3.6 (lampiran 3.1 halaman 83). 2. Non Tes Jenis instrumen non tes yang akan digunakan dalam uji validasi produk melalui uji coba lapangan terbatas adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:142). Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan atau pernyataan dengan disertai sejumlah alternatif jawaban (Margono, 2003:168). Kuesioner disusun berdasarkan kisi-kisi yang memuat 4 karakteristik alat peraga Montessori. Kisi-kisi tersebut teruraikan pada tabel 3.7 (lampiran 4.1 halaman 86). Tujuan penggunaan kuesioner adalah untuk mengetahui keefektifan alat peraga yang dikembangkan dalam upaya menjawab kebutuhan dan kepuasan siswa terhadap alat peraga tersebut.
3.6
Teknik Pengumpulan Data
3.6.1
Analisis Kebutuhan Pada
pengumpulan
data
mengenai
analisis
kebutuhan,
peneliti
menggunakan wawancara, observasi, dan kuesioner. Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan teknik wawancara yang menggunakan bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran ada yang bersruktur ada pula yang bebas (Arifin, 2009:158). Wawancara tersebut dilakukan peneliti terhadap kepala sekolah, guru kelas I, dan 7 siswa kelas I. Langkahlangkah yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan wawancara adalah
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
merumuskan tujuan, membuat kisi-kisi pertanyaan, dan menyusun daftar pertanyaan pokok yang akan digunakan dalam wawancara. Observasi dilakukan peneliti di ruang kelas I dan perpustakaan untuk memperoleh infromasi mengenai pembelajaran Matematikan dan alat peraga yang ada. Kuesioner ditujukan kepada seluruh siswa kelas I yang berjumlah 27 siswa dan guru kelas I. 3.6.2
Validasi Produk oleh Para Ahli Pada tahapan ini peneliti melakukan presentasi di hadapan para ahli.
Presentasi yang dilakukan oleh peneliti mencakup tiga hal yaitu latar belakang pengembagan alat peraga, proses pembuatan alat peraga, dan simulasi penggunaan alat peraga. Para ahli memberikan penilaian, komentar, dan saran terhadap alat peraga tersebut dengan mengacu pada indikator dalam kuesioner penilaian. Rentang nilai yang ada pada kuesioner penilaian alat peraga adalah 1, 2, 4, dan 5. Hasil dari penilaian tersebut digunakan oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revisi terhadap alat peraga yang dikembangkan. 3.6.3
Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan
3.6.3.1 Tes Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes bentuk objektif dengan jawaban singkat (short answer). Penyusunan soal tes didasarkan pada kisikisi yang memuat indikator-indikator sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest. Pretest dilakukan setelah uji validasi produk oleh para ahli dan di awal penelitian. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal sekelompok siswa yang sudah dipilih sebagai subjek penelitian. Posttest dilakukan di akhir penelitian, setelah siswa selesai mengikuti rangkaian pendampingan belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. Tujuan dari posttest adalah mengetahui kemampuan siswa setelah mengalami pendampingan belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. Secara umum kedua tes tersebut yang digunakan bertujuan untuk mengetahui efektivitas alat peraga penjumlahan dan pengurangan yang sudah dikembangkan oleh peneliti.
37
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.6.3.2 Kuesioner Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini adalah kuesioner tertutup. Siswa memberikan penilaian dengan memilih salah satu jawaban dari pilihan jawaban yang sudah disediakan dalam kuesioner. Kuesioner diujikan kepada sekelompok siswa yang menjadi subjek dalam penelitian. Pengisian kuesioner dilakukan setelah seluruh proses pendampingan belajar menggunakan alat peraga penjumlahan dan pengurangan selesai dilakukan. Hasil kuesioner tersebut selanjutnya akan diolah dalam bentuk turus dengan tujuan mengetahui keberhasilan alat peraga yang dikembangkan dalam menjawab kebutuhan siswa.
3.7
Teknik Analisis Data
3.7.1
Analisis Kebutuhan Teknik analisis data yang digunakan dalam analisis kebutuhan adalah
interpretasi data dan penghitungan nilai dalam bentuk persen. Interpretasi data dilakukan terhadap hasil wawancara dan observasi. Pada pelaksanaannya peneliti menyusun
interpretasi
data
hasil
wawancara
dan
observasi
dengan
mengkonsultasikan secara langsung kepada narasumber. Penghitungan nilai dalam bentuk persen dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kuesioner analisis kebutuhan. Penghitungan tersebut bertujuan untuk mengetahui persentase setiap item pada kuesioner. Rumus persentase jawaban pada kuesioner Persentase jawaban
3.7.2
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ𝑎𝑛
𝑥 100 %
Validasi Produk oleh Para Ahli Data yang diperoleh dalam validasi produk oleh para ahli berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berbentuk skor atau nilai untuk setiap pernyataan pada kuesioner penilaian alat. Skor tiap item pernyataan tersebut kemudian dijumlahkan dan dirata-rata. Skor rata-rata yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima dengan acuan menurut Sukardjo (2008: 101) yang tampak pada tabel 3.8.
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 3.8.Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima menurut Sukardjo Interval Skor X > 𝑋i + 1,0 Sbi 𝑋i + 0,60 SBi < X < 𝑋i + 1,80Sbi 𝑋i - 0,60 SBi < X < 𝑋i + 0,60Sbi 𝑋i - 1,80 SBi < X < 𝑋i + 0,60Sbi X < 𝑋i – 1,80Sbi
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Keterangan: Rerata ideal (𝑋i)
1
: (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) 2 1
Simpangan baku ideal (SBi) : 6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal) X
: Skor aktual Peneliti hanya menggunakan 4 kriteria penilaian alat peraga, yaitu (1)
sangat kurang baik, (2) kurang baik, (4) baik, dan (5) sangat baik. Kriteria sangat kurang baik dan kurang baik mengandung arti bahwa alat peraga yang dikembangkan belum memenuhi keempat karakteristik alat peraga Montessori dan karakteristik ke lima yaitu kontekstual. Kriteria baik dan sangat baik mengandung arti bahwa alat peraga yang dikembangkan telah memenuhi keempat karakteristik alat peraga Montessori dan karakteristik ke lima yaitu kontekstual. Berdasarkan 4 kriteria tersebut, peneliti membuat tiga jenis kesimpulan, yaitu 1 yang berarti layak digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi, 2 yang berarti layak digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran, dan 3 yang berarti tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan. 3.7.3
Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan Terbatas
3.7.3.1 Tes Jawaban Singkat (Short Answer) Pada tahapan ini, analisis data yang dilakukan berupa penghitungan skor yang diperoleh oleh sekelompok siswa kelas I yang dipilih sebagai subjek penelitian. Skor tersebut diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang diberikan dengan materi penjumlahan dan pengurangan yang menghasilkan bilangan dua angka. Nilai untuk setiap soal adalah satu. Penghitungan nilai pretest dan posttest menggunakan rumus berikut ini:
39
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Rumus untuk mendapatkan nilai pretest dan posttest:
Nilai akhir
=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑥 100
Hasil nilai pretest dan posttest siswa digunakan peneliti untuk menghitung nilai rata-rata pretest dan posttest. Dari nilai rata-rata tersebut peneliti dapat mengetahui persentase peningkatan nilai pretest ke posttest. Rumus untuk mendapatkan nilai rata-rata akhir:
Rata-rata nilai akhir
=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Rumus persentase peningkatan nilai:
Persentase peningkatan nilai =
(𝑋 𝑝𝑜𝑠 𝑡𝑒𝑠 − 𝑋 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠 ) 𝑋 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠
𝑥 100%
Keterangan: 𝑋𝑝𝑜𝑠 𝑡𝑒𝑠 : rata-rata nilai posttest 𝑋 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠 : rata-rata nilai pretest
3.7.3.2 Kuesioner Data kuesioner diperoleh dengan menghitung rata-rata skor kuesioner setiap siswa. Rata-rata tersebut diperoleh dari total skor yang diperoleh dibagi dengan jumlah item pernyataan. Setelah rata-rata skor kuesioner diperoleh, peneliti menghitung rata-rata skor kuesioner untuk seluruh siswa. Rata-rata tersebut disebut dengan nilai rata-rata akhir. Nilai rata-rata akhir kemudian dikonverskan menjadi data kualitatif menggunakan skala lima menurut Sukardjo (2008:101). Pada kuesioner yang digunakan peneliti hanya memakai empat kriteria penilaian alat peraga, yaitu (1) sangat kurang baik, (2) kurang baik, (4) baik, dan (5) sangat baik. Berdasarkan empat kriteria tersebut peneliti membuat tiga jenis 40
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kesimpulan, yaitu 1 yang berarti layak digunakan/uji coba lapangan tanpa revisi, 2 yang berarti layak digunakan/uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran, dan 3 yang berarti tidak layak untuk digunakan/uji coba lapangan. Rumus untuk mendapatkan nilai akhir:
Nilai akhir
=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚
Rumus untuk mendapatkan nilai rata-rata akhir:
Rata-rata nilai akhir
3.8
=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Jadwal Penelitian Waktu penelitian berlangsung selama 9 bulan mulai dari bulan November
tahun 2012 sampai bulan Juli tahun 2013.
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian tentang (1) kajian standar dan kompetensi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk pembelajaran penjumlahan dan pengurangan, (4) validasi dan revisi produk, dan (5) alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan SD kelas I semester genap.
4.1
Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran Pada tahap ini, peneliti mengkaji SK dan KD serta materi pembelajaran
Matematika di kelas I semester genap. Hal tersebut bermanfaat untuk memberikan gambaran secara umum mengenai materi pembelajaran matematika yang dipelajari siswa kelas I pada semester genap.
4.2
Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Analisis kebutuhan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (1) wawancara
terhadap kepala sekolah dan guru kelas I serta 7 siswa kelas I, (2) observasi pembelajaran Matematika dan ketersediaan alat peraga di sekolah, dan (3) kuesioner analisis kebutuhan terhadap seluruh siswa kelas I dan guru kelas I. 4.2.1
Wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru Kelas I, dan 7 Siswa Kelas I Wawancara terhadap Bapak Wiyanta, S.Pd. selaku kepala sekolah SD
Krekah Yogyakarta dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 24 November 2012. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sekolah masih memiliki keterbatasan dalam penyediaan alat peraga dan penggunaannya oleh guru yang belum maksimal. Wawancara terhadap Ibu Lisa Erviana, S.Pd.SD. selaku guru kelas I dan 7 siswa kelas I yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013. Berdasarkan wawancara tersebut peneliti memperoleh hasil (1) ketersediaan alat peraga di sekolah, khususnya kelas I masih minim dan (2) kesulitan belajar yang dialami siswa adalah penjumlahan dan pengurangan yang menghasilkan bilangan dua angka pada SK 4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dua angka dalam pemecahan masalah dan KD 4.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. 4.2.2
Observasi terhadap Pembelajaran Matematika di Kelas I Observasi terhadap pembelajaran matematika di kelas I dan ketersediaan
alat peraga di sekolah dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Januari 2013. Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran matematika di kelas I diperoleh hasil bahwa pembelajaran yang berlangsung masih bersifat konvensional. Belum tampak adanya penggunaan metode inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu pembelajaran berlangsung tanpa adanya penggunaan alat peraga oleh guru untuk mengenalkan konsep penjumlahan bilangan dua angka dengan satu angka. Secara umum kegiatan yang dilakukan berupa penjelasan tentang materi kemudian pemberian latihan soal kepada siswa dan penilaian yang dilakukan secara langsung oleh guru dengan meminta siswa maju satu per satu tanpa adanya pembahasan. Hasil dari observasi terhadap ketersediaan alat peraga di sekolah menunjukkan bahwa jumlah dan jenis alat peraga yang dimiliki sekolah masih terbatas dan tingkat penggunaannya oleh guru yang masih rendah. 4.2.3
Kuesioner Analisis Kebutuhan
4.2.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Guru Kuesioner analisis kebutuhan oleh guru diberikan kepada guru kelas I pada hari Rabu, tanggal 13 Februari 2013. Kuesioner tersebut terdiri dari sepuluh pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil kuesioner (lihat lampiran 1.3 halaman 72) diperoleh data bahwa guru sudah pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika berupa bangun datar, bangun ruang, dan benda-benda yang ada di kelas, yaitu buku, pensil, meja, kursi pada materi pengukuran berat dan panjang. Guru juga menyatakan bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran memberikan manfaat, yaitu (1) siswa lebih terbantu dalam memahami konsep dari materi pelajaran, (2) alat peraga dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran, dan (3) penggunaan alat peraga membuat situasi kelas menjadi lebih kondusif. Guru juga menyatakan bahwa kriteria alat peraga yang menarik adalah (1) bentuk, (2) bahan, (3) warna, dan (4) ukuran. Bentuk menjadi prioritas utama karena menurut guru bentuk yang menarik dapat menarik perhatian siswa.
43
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Prioritas kedua adalah bahan, menurut guru pengembangan alat peraga sebaiknya menggunakan bahan yang aman bagi siswa. Prioritas ketiga adalah warna. Guru berpendapat bahwa warna yang digunakan sebaiknya warna yang cerah dan mencolok untuk menarik perhatian siswa. Prioritas keempat adalah ukuran. Menurut guru alat peraga yang berukuran besar akan lebih jelas terlihat daripada yang berukuran kecil. Prioritas yang terakhir adalah berat. Guru berpendapat bahwa alat peraga yang terlalu berat akan merepotkan siswa. Pada item pertanyaan mengenai rentangan biaya yang terjangkau oleh sekolah dalam pengadaan alat peraga, guru memilih rentang biaya Rp 100.000,00–Rp 300.000,00. Berdasarkan penjabaran analisis kebutuhan oleh guru dapat disimpulkan bahwa guru berpendapat bahwa alat peraga lebih membantu siswa untuk memahami suatu konsep dari materi pelajaran dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Karena itu, perlu adanya pengembangan alat peraga matematika yang berdasar pada kebutuhan siswa dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada. 4.2.3.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa Pemberian kuesioner analisis kebutuhan oleh siswa dilaksanakan selama tiga hari yaitu tanggal 28-30 Januari 2013. Hal tersebut karena perlu adanya bimbingan untuk siswa kelas bawah dalam mengisi kuesioner tersebut sehingga dalam pelaksanaannya peneliti membagi seluruh siswa kelas I menjadi 3 kelompok kecil. Pada pelaksanaannya peneliti membimbing satu kelompok yang terdiri dari 9 siswa untuk mengisi kuesioner tersebut. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh siswa, 92,59% siswa kelas I menjawab bahwa guru tidak pernah menggunakan alat peraga ketika mengajar Matematika. Sementara itu, 7,41% siswa menyatakan bahwa guru pernah menggunakan alat peraga ketika mengajar matematika. Alat peraga yang dimaksudkan oleh siswa adalah sempoa namun dalam penggunaannya guru tidak memberikan penjelasan mengenai cara menggunakannya. Siswa hanya sebatas membawa alat tersebut di kelas tanpa menggunakannya secara tepat dan maksimal.
44
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selanjutnya 59,26% siswa menyatakan bahwa mereka lebih suka belajar menggunakan alat peraga dan 40,74% siswa lebih suka belajar tanpa menggunakan alat peraga. Kemudian 74,07% siswa menyatakan bahwa mereka tidak pernah belajar matematika menggunakan benda-benda yang ada di sekitarnya dan 25,93% siswa menyatakan pernah menggunakan benda di sekitar berupa lidi untuk belajar matematika ketika di rumah. Pada item pertanyaan mengenai benda-benda di sekitar yang dapat digunakan untuk belajar matematika 62,96% siswa menyatakan bahwa kayu dapat digunakan untuk belajar Matematika, 33,33% memilih tempurung kelapa dan 14,81% menyebutkan benda lainnya yaitu batu dan lidi. Pada item mengenai urutan ciri-ciri alat peraga yang menarik bagi siswa, sebanyak 77,78% memilih warna sebagai urutan pertama, 74,07% siswa memilih bentuk sebagai urutan kedua, dan 81,84% siswa memilih bahan sebagai urutan yang ketiga. Selanjutnya 96,30% siswa memilih alat peraga yang mudah dibawa. Berikutnya sebesar 92,59% siswa menyatakan bahwa alat peraga memudahkan siswa untuk belajar Matematika. Untuk item berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan siswa ketika belajar, sebanyak 59,26%
lebih suka mengetahui
kesalahannya sendiri dari alat peraga saat belajar matematika dan sisanya sebanyak 40,74% lebih suka mengetahui kesalahannya karena diberitahu guru atau teman ketika belajar matematika menggunakan alat peraga. Item pertanyaan
nomor 9 mengenai kemandirian siswa saat belajar,
sebanyak 96,30% siswa menyatakan dapat menggunakan alat peraga tanpa bantuan guru atau teman untuk belajar matematika. Selanjutnya pada item pertanyaan nomor 10, sebanyak 66,67% siswa memilih lebih suka menggunakan alat peraga secara individu untuk belajar matematika, 18,52% memilih menggunakan
alat
peraga
secara
berkelompok,
dan
14,81%
memilih
menggunakan alat peraga secara klasikal untuk belajar matematika. Rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 (lampiran 1.5 halaman 78). Berdasarkan kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa membutuhkan alat peraga untuk belajar matematika yang memiliki empat kriteria yaitu menarik dengan urutan kriteria (1) warna, (2) bentuk, (3) bahan, dapat digunakan oleh siswa secara mandiri, memberikan
45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kesempatan kepada siswa untuk mengetahui dan mengoreksi sendiri kesalahan yang dilakukannya dan dapat digunakan secara individu.
4.3
Produksi
Alat
Peraga
Montessori
untuk
Penjumlahan
dan
Pengurangan 4.3.1 Desain 4.3.1.1 Alat Peraga Desain alat peraga terdiri dari (1) kancing penjumlahan dan pengurangan, (2) kartu bilangan, (3) kartu soal penjumlahan dan pengurangan, (4) kartu simbol (+), (-), (=), (5) kotak penyimpanan alat peraga, (6) kotak kartu soal, dan (7) kotak pembatas kancing ratusan. Kancing penjumlahan dan pengurangan terdiri atas kancing satuan, puluhan, dan ratusan. Kancing tersebut dibuat menggunakan bahan dari tempurung kelapa. Setiap kancing terdiri atas setangkup kancing berbentuk lingkaran dari tempurung kelapa dengan
diameter 2 cm. Kancing satuan
berbentuk kancing-kancing lepas. Kancing puluhan berbentuk roncean dari sepuluh kancing satuan. Kancing ratusan berbentuk papan persegi panjang yang terdiri dari sepuluh roncean kancing puluhan. Jumlah kancing dalam satu set alat peraga adalah 18 biji kancing satuan, 180 biji kancing puluhan, dan 200 biji kancing ratusan. Peneliti melakukan modifikasi untuk warna yang digunakan pada kancing satuan, puluhan, dan ratusan. Alat peraga Montessori yang asli menggunakan satu warna yaitu emas. Pada kancing penjumlahan dan pengurangan yang dikembangkan, peneliti menggunakan tiga warna yang berbeda yaitu hijau, kuning, dan merah untuk kancing satuan, puluhan, dan ratusan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang lebih menyukai warna yang berwarna-warni. Pemilihan ketiga warna tersebut juga merupakan hasil dari survei melalui wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas I SD Krekah. Gambar desain kancing penjumlahan dan pengurangan dapat dilihat pada lampiran 7.1.1 halaman 91. Kartu bilangan terdiri dari kartu bilangan satuan, puluhan, dan ratusan. Kartu bilangan satuan berukuran 5 cm x 5 cm. Bilangan satuan menggunakan warna hijau sesuai dengan kancing satuan. Kartu bilangan puluhan berukuran 10
46
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
cm x 5 cm. Bilangan puluhan berwarna kuning sesuai dengan kancing puluhan. Kartu bilangan ratusan berukuran 15 cm x 5 cm. Bilangan ratusan menggunakan warna merah sesuai dengan kancing ratusan. Jumlah kartu bilangan yaitu dua set untuk
masing-masing
kartu.
Kartu
bilangan
tersebut
nantinya
dicetak
menggunakan jenis kertas yang tebal. Kartu soal merupakan kartu yang berisi soal dan kunci jawaban di halaman sebaliknya. Soal yang digunakan dalam kartu soal adalah 16 soal penjumlahan dan 16 soal pengurangan. Kedua jenis soal tersebut masih terbagi menjadi tiga kategori untuk setiap jenisnya. Kartu soal penjumlahan terdiri atas penjumlahan tanpa teknik menyimpan (nomor 1-5), penjumlahan dengan teknik menyimpan (npmpr 6-11), penjumlahan bilangan dengan angka 0 (nomor 12-16). Kartu soal pengurangan terdiri atas pengurangan tanpa teknik meminjam (nomor 1-5), pengurangan dengan teknik meminjam (nomor 6-11), dan pengurangan bilangan dengan angka 0 (nomor 12-16). Bilangan tertinggi yang digunakan dalam kartu soal adalah 99 mengingat materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Setiap kartu soal berukuran 9 cm x 7 cm. Penomoran soal menggunakan angka 1-16 yang diletakkan pada pojok kiri atas kartu soal. Selain itu, kartu soal juga dilengkapi dengan indeks penanda untuk setiap kategori soal. Kartu simbol (+), (–), dan (=) berukuran 5 cm x 5 cm. Kartu simbol dibuat dalam jumlah dua set yang terdiri dari dua buah kartu untuk masing-masing jenis kartu simbol. Ketiga kartu simbol tersebut dicetak menggunakan jenis kertas yang sama dengan kertas yang digunakan untuk mencetak kartu soal dan kartu bilangan. Kotak penyimpanan alat peraga digunakan untuk menyimpan kancing penjumlahan dan pengurangan, kartu simbol dan kartu bilangan. Ukuran kotak adalah 27 cm x 23, 5 cm x 7 cm dengan ketebalan kayu kira-kira 1-1,5 cm. Kotak tersebut terdiri dari 5 ruang yaitu (1) ruang untuk kartu bilangan, (2) ruang untuk kartu simbol, (3) ruang untuk kancing satuan, (4) ruang untuk kancing puluhan, (5) ruang untuk kancing ratusan. Ruang untuk kartu bilangan berukuran 19, 5 cm x 7, 5 cm x 7 cm. Ruang untuk kartu simbol dan kancing satuan berukuran 8 cm x 7,5 cm x 7 cm. Ruang untuk kancing puluhan berukuran 19,5 cm x 7,5 cm x 7 cm.
47
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ruang untuk kancing ratusan berukuran 27 cm x 8,5 cm x 7 cm. Ukuran tersebut merupakan ukuran dalam belum termasuk ketebalan kayu yang akan digunakan. Kotak penyimpanan alat peraga dilengkapi dengan tutup yang berukuran 30 cm x 27, 5 cm x 2 cm. Tutup tersebut juga berfungsi sebagai alas kotak ketika digunakan. Jenis kayu yang digunakan merupakan kayu yang ringan, antara lain adalah pinus, sengon, dan melinjo. Hal tersebut bertujuan supaya siswa mudah memindahkan kotak yang berisi alat peraga tersebut. Pembuatan kotak dan tutupnya juga memperhatikan faktor keamanan untuk siswa. Kehalusan kayu dan penggunaan paku sangat diperhatikan. Permukaan kayu pada kotak akan dibuat halus sehingga tidak menyakiti tangan anak ketika memegang kotak. Permukaan paku yang lancip dibuat agar tidak keluar dari permukaan kayu dengan tujuan supaya tidak menyakiti tangan. Selain itu kotak dan tutupnya hanya akan diplitur sehingga warna alami kayu tetap dapat terlihat. Hal tersebut sesuai dengan kotak alat peraga Montessori yang memperlihatkan warna-warna alami bahan. Gambar desain kotak alat peraga dan tutupnya dapat dilihat pada lampiran 7.1.2 halaman 92. Kotak untuk kartu soal dibuat tanpa disertai tutup. Hal tersebut bertujuan supaya indeks untuk setiap kategori soal dapat terlihat. Ukuran kotak soal adalah 9,5 cm x 5 cm x 4 cm. Ukuran tersebut merupakan ukuran ruang dalam belum termasuk ketebalan kayu. Ketebalan kayu yang akan digunakan sekitar 1-1,5 cm. Pewarnaan kotak soal juga sama dengan kotak alat peraga yaitu menggunakan plitur. Kehalusan permukaan kotak dan penggunaan paku juga diperhatikan supaya tidak menyakiti tangan. Jenis kayu yang digunakan sama dengan kayu yang digunakan untuk kotak alat peraga. Gambar desain kotak kartu soal dapat dilihat pada lampiran 7.1.3 halaman 93. Kotak pembatas kancing ratusan berukuran 25 cm x 7 cm x 2 cm. Ukuran tersebut merupakan ukuran dalam dengan ketebalan kayu sekitar 0,5 cm-1cm. Kotak tersebut berfungsi sebagai pembatas kancing ratusan agar dapat membentuk papan persegi panjang. Pewarnaan kotak pembatas menggunakan plitur, sama dengan dua kotak lainnya. Kehalusan permukaan kotak dan penggunaan paku juga diperhatikan supaya tidak menyakiti tangan.
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.3.1.2 Album Alat Peraga Album alat peraga merupakan kelengkapan alat peraga yang berfungsi sebagai pedoman penggunaan alat peraga. Pengertian album dalam penelitian ini berbeda dengan pengertian album pada umumnya, bukan album dalam pengertian map yang berisi kumpulan foto. Album dalam metode Montessori merupakan kumpulan tulisan direktris (guru) mengenai penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Secara umum album alat peraga dalam penelitian ini berisi identitas materi dan langkah-langkah dalam mempresentasikan materi menggunakan alat peraga. Album tersebut terdiri atas dua bab yaitu penjumlahan dan pengurangan. Penjumlahan terdiri atas empat sub bab yaitu (1) pengantar penjumlahan, (2) penjumlahan tanpa teknik menyimpan, (3) penjumlahan dengan teknik menyimpan, (4) penjumlahan bilangan dengan angka 0. Pengantar penjumlahan berisi tentang 3 materi yaitu pengenalan nama alat peraga, pengenalan nilai tempat pada bilangan, dan pengenalan konsep penjumlahan. Tujuan langsung dari materi pengantar adalah mengenalkan alat peraga dan konsep penjumlahan pada anak. Sub bab yang kedua yaitu penjumlahan tanpa teknik menyimpan berisi pengenalan konsep penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan latihan soal menggunakan kartu soal (soal nomor 1-5). Selanjutnya sub bab yang ketiga yaitu penjumlahan dengan teknik menyimpan berisi pengenalan konsep penjumlahan dengan teknik menyimpan dan latihan soal menggunakan kartu soal (soal nomor 6-11). Sub bab yang ketiga yaitu penjumlahan bilangan dengan angka 0 berisi latihan soal yang mencakup dua materi penjumlahan sebelumnya (soal nomor 1216). Materi yang kedua adalah pengurangan. Pengurangan terdiri atas 4 sub bab materi, yaitu (1) pengantar pengurangan, (2) pengurangan tanpa teknik meminjam, (3) pengurangan dengan teknik menyimpan, (4) pengurangan bilangan dengan angka 0. Pengantar pengurangan berisi pengenalan konsep pengurangan yang bertujuan mengenalkan konsep pada anak. Sub bab yang kedua yaitu pengurangan tanpa teknik meminjam berisi pengenalan konsep pengurangan tanpa teknik meminjam dan latihan soal menggunakan kartu soal (soal nomor 1-5). Sub bab yang ketiga yaitu pengurangan dengan teknik meminjam berisi pengenalan konsep pengurangan dengan teknik meminjam dan latihan soal menggunakan
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kartu soal (soal nomor 6-11). Sub bab yang keempat yaitu pengurangan bilangan dengan angka 0 berisi latihan soal yang mencakup dua materi pengurangan sebelumnya (soal nomor 12-16). Album alat peraga dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 98. 4.3.2 Pembuatan Alat Peraga Pembuatan alat peraga terdiri atas empat proses pokok, yaitu (1) pembuatan kancing, (2) pembuatan kotak alat peraga, (3) pembuatan kelengkapan kancing, dan (4) pembuatan album alat peraga. Pembuatan kancing dilakukan oleh seorang pengrajin kancing tempurung kelapa di daerah Nitikan, Bantul, Yogyakarta. Bahan dasar pembuatan kancing adalah tempurung kelapa muda. Hal tersebut karena warna tempurung kelapa muda lebih terang (putih) dibandingkan warna tempurung kelapa tua (coklat kehitaman), sehingga memudahkan dalam proses pewarnaan kancing. Pembuatan kancing diawali dengan pembersihan tempurung kelapa kemudian dilanjutkan pengeringan tempurung dengan menjemurnya di bawah sinar matahari. Proses selanjutnya adalah pembuatan kancing menggunakan mesin pencetak kancing. Kancing yang sudah tercetak selanjutnya dihaluskan menggunakan mesin bubut. Proses tersebut dilanjutkan dengan menangkupkan setia dua buah kancing supaya menjadi satu menggunakan lem. Selanjutnya kancing-kancing yang sudah ditangkupkan tersebut dihaluskan kembali menggunakan mesin bubut supaya bentuknya
lebih
rapi.
Proses
selanjutnya
adalah
pelubangan
kancing
menggunakan mesin. Jumlah lubang kancing adalah satu buah yang diletakkan di tengah kancing. Proses pewarnaan kancing dilakukan oleh tukang cat di daerah Bantul. Cat yang digunakan adalah cat kayu. Teknik pewarnaan menggunakan cara penyemprotan yang bertujuan supaya warna dapat menempel secara rata pada kancing. Kancing-kancing tersebut dimasukkan ke dalam sebuah batang kawat yang kemudian digantungkan supaya memudahkan proses penyemprotan. Penyemprotan dilakukan sebanyak empat kali dengan dua kali penyemprotan untuk setiap sisi kancing. Terdapat tiga jenis warna yang digunakan yaitu hijau untuk kancing satuan, kuning untuk kancing puluhan, dan merah untuk kancing ratusan. Ketiga warna tersebut merupakan hasil pilihan siswa kelas I pada analisis
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kebutuhan. Proses selanjutnya dalam pembuatan kancing adalah peroncean kancing puluhan dan ratusan. Peroncean dilakukan sendiri oleh peneliti. Pembuatan kotak alat peraga dilakukan oleh carpenter di daerah Sleman. Kotak tersebut terdiri atas kotak penyimpanan alat peraga dan kotak untuk kartu soal. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu mahoni. Jenis kayu tersebut berbeda dengan rencana awal yaitu kayu sengon atau pinus karena kualitas serat kayu sengon yang kurang baik ketika dihaluskan permukaannya, sedangkan kayu pinus sulit ditemukan di daerah tersebut. Kayu mahoni menjadi pilihan bahan pembuatan kotak karena tekstur kayu mahoni yang agak keras sehingga awet dan mudah dihaluskan. Selain itu kayu mahoni juga mudah ditemukan dan harganya terjangkau. Kotak untuk penyimpanan alat peraga dilengkapi dengan tutup sedangkan kotak untuk kartu soal tidak dilengkapi dengan tutup. Kotak tersebut dibuat dengan berdasar pada desain kotak alat peraga yang sudah dibuat oleh peneliti. Uraian mengenai kotak alat peraga dapat dilihat dalam sub bab 4.3.1.1. Tahap akhir dari pembuatan kedua kotak tersebut adalah pelapisan kotak menggunakan plitur yang bertujuan supaya kotak tetap awet dan tekstur kayu tetap terlihat. Kelengkapan alat peraga terdiri atas kartu bilangan, kartu simbol (+), (-), dan (=), kartu soal, dan kotak pembatas untuk kancing ratusan. Semua kelengkapan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan desain yang sudah dipersiapkan. Warna bilangan pada kartu bilangan sama dengan warna kancing, hijau untuk satuan, kuning untuk puluhan, dan merah untuk ratusan. Warna simbol pada kartu simbol adalah hitam. Kartu soal dilengkapi dengan indeks soal dengan gradasi warna yang berbeda untuk jenis soal penjumlahan dan pengurangan. Gradasi warna ungu digunakan untuk kartu soal penjumlahan. Gradasi warna jingga digunakan untuk kartu soal pengurangan. Desain kartu bilangan, kartu simbol, dan kartu soal dibuat menggunakan bantuan program Microsoft Word. Karakter font yang digunakan adalah Raavi. Hal tersebut karena angka 4 yang dihasilkan oleh karakter font Raavi hampir menyerupai jenis tulisan yang ada pada kartu bilangan Montessori yang asli. Ukuran huruf yang digunakan untuk bilangan dan simbol adalah 120. Ukuran huruf untuk soal adalah 70. Ketiga kartu tersebut dicetak menggunakan kertas Ivory dengan kategori paling tebal.
51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kotak pembatas kancing ratusan dibuat dengan berdasar pada ukuran kancing ratusan ketika dibentuk menjadi sebuah papan persegi panjang. Kotak tersebut dibuat dengan menggunakan sisa kayu yang dimiliki peneliti di rumah. Kotak tersebut hanya dilapisi plitur seperti kedua kotak yang lain untuk membuat kotak dapat awet dan tektur kayu tetap terlihat. Pembuatan album alat peraga dilakukan sendiri oleh peneliti. Sistematika penulisan dan isi album mengadopsi album Montessori. Pada langkah penggunaan alat peraga, peneliti melengkapinya dengan gambar ilustrasi untuk membantu pembaca dalam menggunakan alat peraga sesuai album alat peraga. Desain album alat peraga dibuat menggunakan bantuan program Microsoft Word. Karakter font yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran huruf 12. Album alat peraga terdiri atas 32 halaman yang terdiri atas halaman cover, pengantar, penggunaan alat peraga untuk materi penjumlahan, dan penggunaan alat peraga untuk pengurangan. Album tersebut dicetak menggunakan kertas HVS A4 80gr.
4.4
Validasi dan Revisi Produk Validasi produk dilakukan oleh para ahli yang meliputi pakar
pembelajaran matematika, pakar alat peraga, dan guru kelas I SD Krekah. Pada pelaksanaan validasi produk oleh para ahli, peneliti melakukan presentasi dan simulasi penggunaan alat peraga di depan para ahli. Validasi produk dilakukan untuk mengetahui kualitas alat peraga yang sudah dikembangkan oleh peneliti. Pedoman penyekoran yang digunakan dalam validasi produk adalah pedoman penyekoran skala lima menurut Sukardjo (2008:101) seperti dalam tabel 4.2. Pada pelaksanaannya peneliti menghilangkan skor 3 dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian yang objektif. Para ahli dapat memberikan skor 1/2 apabila kualitas alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti kurang baik dan skor 4/5 apabila kualitas alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti baik.
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.2 Konversi Skala Lima Interval Skor X > 𝑋i + 1,80 Sbi 𝑋 i + 0,60 SBi < X ≤ 𝑋i + 1,80 Sbi 𝑋 i – 0,60 SBi < X ≤ 𝑋i + 0,60 Sbi 𝑋 i – 1,80 SBi < X ≤ 𝑋i - 0,60 Sbi X ≤ 𝑋I – 1,80 Sbi
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Keterangan: 1
Rerata idel (𝑋i)
: 2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
Simpangan baku ideal
: 6 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
X
: Skor
Peneliti
1
menerapkan
rumus
aktual konversi
di
atas
untuk
melakukan
penghitungan terhadap data-data kuantitatif dengan tujuan memperoleh data kualitatif.
Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan
dengan konversi sebagai berikut.
Diketahui: Skor maksimal
:5
Skor minimal
:1
Rerata Ideal (𝑋i )
: 2 (5 + 1) = 3
1 1
2
Simpangan baku ideal (SBi) : 6 (5 - 1) = 3 = 0,67 Ditanyakan: Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik.
Jawaban: Kategori sangat baik
= X > 𝑋i + 1,80 SBi = X > 3 + (1,80 . 0,67) = X > 3 + (1,21) = X > 4,21
Kategori baik
= 𝑋i + 0,60 SBi < X ≤ 𝑋i + 1,80 SBi
53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI = 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67) = 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21) = 3,40 < X ≤ 4,21
Kategori cukup baik
= 𝑋i - 0,60 SBi < X≤ 𝑋i + 0,60 SBi = 3 - (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67) = 3 – (0,40) < X≤ 3 + (0,40) = 2,60 < X≤ 3,40
Kategori kurang baik
= 𝑋i - 1,80 SBi < X≤ 𝑋i - 0,60 SBi = 3 - (1,80 . 0,67) < X ≤ 3 - (0,60 . 0,67) = 3 - (1,21) < X ≤ 3 - (0,40) = 1,79 < X ≤ 2,60
Kategori sangat kurang baik
= 𝑋 ≤ 𝑋i – 1,80 SBi = X ≤ 3 - (1,80 . 0,67) = X ≤ 3 - (1,21) = X ≤ 1,79
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala lima seperti pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Kriteria Skor Skala Lima Interval Skor X > 4,21 3,40 < X ≤ 4,21 2,60 < X ≤ 3,40 1,79 < X ≤ 2,60 X ≤ 1,79
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang Baik
4.4.1 Hasil Validasi 4.4.1.1 Pakar Pembelajaran Matematika Pakar pembelajaran matematika yang menjadi validator produk dalam penelitian ini adalah Veronika Fitri Rianasari, M.Si. Beliau merupakan salah satu dosen matematika di program studi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Validasi dilakukan pada hari Senin, tanggal 18 Maret 2013. Aspek penilaian pada kuesioner penilaian alat peraga oleh ahli mencakup empat karakteristik alat peraga Montessori dan potensi lokal yang digunakan. Kelima
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
aspek tersebut terdiri atas (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, (4) auto-correction, dan (5) kontekstual. Berdasarkan hasil validasi, skor rata-rata penilaian kualitas alat peraga yang diperoleh adalah 4,5 dengan kategori “sangat baik”. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti sudah memenuhi empat karakteristik alat peraga Montessori dan kontekstual. Meskipun demikian pakar pembelajaran Matematika juga memberikan komentar dan saran perbaikan untuk menambahkan kartu simbol (=) dalam paket alat peraga dan mempertimbangkan kembali penggunaan warna yang berbeda pada kancing satuan, puluhan, dan ratusan. Rekapitulasi hasil validasi pakar pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.4 (lampiran 2.2 halaman 80). 4.4.1.2 Pakar Alat Peraga Pakar alat peraga yang menjadi validator produk dalam penelitian ini adalah Andri Anugrahana, M.Pd. Beliau merupakan salah satu dosen di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Validasi dilakukan pada hari Jumat, tanggal 22 Maret 2013. Berdasarkan hasil validasi oleh pakar alat peraga, skor rata-rata penilaian kualitas alat peraga adalah 4,3 dengan kategori “sangat baik”. Penilaian tersebut juga menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan sudah memenuhi empat karakteristik alat peraga Montessori dan penggunaan potensi lokal. Komentar yang diberikan oleh pakar alat peraga adalah alat peraga yang dikembangkan sudah baik dan dapat dikembangkan lagi untuk kelas selanjutnya di SD. Dari hasil validasi tersebut, pakar alat peraga menyatakan bahwa alat peraga layak digunakan atau uji coba lapangan tanpa revisi. Rekapitulasi hasil validasi pakar palat peraga dapat dilihat pada tabel 4.5 (lampiran 2.3 halaman 81). 4.4.1.3 Guru Kelas I Guru kelas I yang menjadi validator produk dalam penelitian ini adalah Lisa Erviana, S.Pd.SD. Beliau merupakan guru kelas I di SD Krekah. Validasi dilakukan pada hari Rabu, tanggal 20 Maret 2013. Skor rata-rata yang diperoleh dalam validasi tersebut adalah 3,8 dengan kategori “baik”. Guru memberikan skor 2 pada item pernyataan nomor 7 yang berkaitan dengan aspek auto-education. Dalam hal ini guru mencemaskan siswa
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tidak dapat menggunakan alat peraga secara mandiri tanpa adanya bantuan dari guru atau teman. Selain itu guru juga memberikan komentar bahwa alat peraga sudah baik dan perlu adanya penjelasan dengan kalimat yang sederhana kepada siswa ketika menggunakan alat peraga sehingga siswa mudah memahami materi. Dari hasil validasi tersebut, guru kelas I menyatakan bahwa alat peraga layak digunakan atau uji coba lapangan tanpa revisi. Rekapitulasi hasil validasi guru kelas I dapat dilihat pada tabel 4.6 (lampiran 2.4 halaman 81). 4.4.2 Analisis I Skor rata-rata yang diperoleh dari uji validasi produk kepada para ahli adalah 4,2. Rekapitulasi skor tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 (lampiran 2.5 halaman 82). Skor yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas alat peraga yang dikembangkan sudah tergolong dalam kategori “baik”. Meskipun demikian terdapat komentar dan saran dari para ahli terhadap alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti, dapat dilihat pada tabel 4.8. Saran dan komentar tersebut digunakan oleh peneliti sebagai dasar untuk melakukan tindak lanjut terhadap alat peraga yang dikembangkan.
Tabel 4.8 Komentar Ahli terhadap Produk dalam Uji Validasi No. 1.
2.
Pakar Pembelajaran Matematika Pada paket alat peraga dapat ditambahkan kartu simbol (=). Pemberian warna pada alat peraga (kancing satuan, puluhan, dan ratusan) perlu dipertimbangkan dengan matang agar tidak membingungkan anak.
Komentar Pakar Alat Peraga
Guru Kelas I
Alat peraga yang dikembangkan sudah baik.
Alat peraga yang dikembangkan sudah baik.
Perlu dikembangkan lagi jika ingin digunakan di kelas atas
Saat menggunakan alat peraga, berikan penjelasan dengan kalimat yang sederhana agar siswa paham.
4.4.3 Revisi Produk Revisi produk dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan kelengkapan alat peraga yang dikembangkan. Peneliti menambahkan kartu simbol (=) pada paket alat peraga. Revisi tersebut sebagai tindak lanjut yang dilakukan oleh peneliti terhadap komentar dan saran pertama yang diberikan oleh pakar pembelajaran Matematika.
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Berkaitan dengan komentar dan saran yang kedua dari pakar pembelajaran matematika, peneliti melakukan kajian ulang terhadap metode Montessori sebagai tindak lanjut. Hal tersebut karena peneliti menduga bahwa saran tersebut tidak selaras dengan prinsip Montessori. Berdasarkan hasil kajian ulang terhadap metode Montessori, peneliti menemukan bahwa metode Montessori merupakan hasil eksperimental yang mendasarkan pada pengamatan langsung terhadap aktivtas spontan anak yang merdeka dalam berekspresi (Montessori, 2002:10). Salah satu penerapan prinsp tersebut nampak pada karakteristik lingkungan belajar yang diciptakan oleh Montessori. Lingkungan belajar tersebut meliputi didactic apparatus atau alat peraga yang diciptakan oleh Montessori sendiri berdasar kepada anak (Montessori, 2002:36 & 81 dan 1965:12). Dalam hal ini, anaklah yang menjadi acuan dalam pengembangan alat peraga dalam metode Montessori. Untuk memastikan kebenaran kajian ulang yang dilakukan terhadap metode Montessori, peneliti melakukan uji empiris terhadap siswa kelas I pada tanggal 25 Maret 2013. Hasil yang diperoleh dari uji empiris adalah siswa memilih alat peraga yang berwarna-warni. Hasil tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan tindak lanjut berkaitan dengan komentar dan saran kedua dari pakar pembelajaran Matematika. Hal lain yang menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti adalah hasil uji validasi oleh pakar alat peraga dan guru kelas I yang tidak menunjukkan perlu adanya revisi terhadap alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil kajian ulang terhadap metode Montessori dan validasi pakar alat peraga dan guru kelas I tersebut, peneliti tidak melakukan revisi terhadap warna kancing penjumlahan dan pengurangan. 4.4.4 Uji Coba Lapangan Terbatas Uji coba lapangan terbatas dilakukan dalam bentuk pendampingan belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. Kegiatan tersebut dilakukan terhadap 6 siswa kelas I SD Krekah yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM pada KD “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka”. Sebelum melaksanakan pendampingan belajar, peneliti
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengadakan pretest terhadap keenam siswa tersebut. Tujuan pengadaan pretest adalah mengetahui kemampuan awal siswa. Rentang waktu pelaksanaan pendampingan belajar adalah dua minggu. Keenam siswa tersebut dibagi menjadi tiga kelompok (kelompok A, B, dan C) dengan setiap kelompok beranggotakan dua siswa. Setiap kelompok memiliki waktu empat kali pertemuan untuk mengikuti pendampingan tersebut. Satu kali pertemuan berlangsung selama 90 menit. Pembagian materi pendampingan belajar untuk empat kali pertemuan yaitu (1) pengenalan alat peraga dan konsep nilai satuan, puluhan, dan ratusan, (2) pengenalan konsep penjumlahan tanpa dan dengan teknik menyimpan, (3) pengenalan konsep dan latihan pengurangan tanpa teknik meminjam, (4) pengenalan konsep dan latihan pengurangan dengan teknik meminjam. Setelah pelaksanaan pendampingan belajar, peneliti mengadakan posttest dan pemberian kuesioner terhadap keenam siswa tersebut. Kedua hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas kancing penjumlahan dan pengurangan oleh siswa. Pada pelaksanaannya, peneliti menemukan tiga hal menarik berkaitan dengan karakteristik alat peraga dan metode Montessori. Peneliti mengamati bahwa keenam siswa tersebut mengalami perkembangan dalam kemampuan berhitung. Melalui penggunaan kancing penjumlahan dan pengurangan, kemampuan pertama yang tampak berkembang pada anak adalah mengenali nilai satuan, puluhan, dan ratusan pada bilangan. Kemampuan tersebut menjadi dasar bagi anak untuk menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan. Pada latihan penjumlahan dan pengurangan, peneliti mengamati bahwa anak mulai teratur untuk menghitung mulai dari kancing yang memiliki nilai bilangan yang lebih kecil ke nilai bilangan yang lebih besar. Melalui keteraturan tersebut anak dapat menguasai dengan sendirinya konsep penjumlahan dan pengurangan ketika mereka mengerjakan soal posttest tanpa menggunakan alat peraga. Ketika anak mendapatkan soal penjumlahan atau pengurangan yang terdiri dari dua bilangan, anak dapat dengan sendirinya menyelesaikan soal tersebut dengan menghitung dari bilangan satuan terlebih dahulu kemudian menghitung bilangan puluhan. Hal tersebut selaras dengan karakteristik alat peraga Montessori yaitu auto-education.
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hal lain yang ditemukan oleh peneliti dalam pendampingan belajar adalah anak memiliki keinginan yang kuat dan konsentrasi yang tinggi ketika belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. Pada pelaksanaan pendampingan belajar, peneliti mengamati bahwa anak tampak serius dan memiliki dunianya sendiri ketika bekerja dengan kancing penjumlahan dan penurangan. Sebagai salah satu contoh, ketika salah satu anak dampingan sedang bekerja dengan kancing penjumlahan dan pengurangan untuk menyelesaikan latihan soal penjumlahan, anak tersebut tampak serius dengan apa yang dikerjakannya dan tidak terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya. Pada saat itu situasi di luar kelas ramai, banyak siswa kelas atas yang melihat dari jendela kegiatan belajar di dalam kelas, sementara itu salah satu temannya asik bermain di kelas. Meskipun demikian anak tersebut tampak seolah-olah tidak melihat maupun mendengar keributan yang ada di sekitarnya. Anak tersebut tetap bekerja dengan kancing tersebut. Ketika anak mengetahui bahwa jawabannya tidak sesuai dengan kunci jawaban, anak berhenti sejenak. Anak tampak memperhatikan kancing-kancing yang masih tersusun. Anak mendapati bahwa dia melakukan kesalahan dengan meletakkan kancing yang tidak sesuai dengan jumlah bilangan. Anak kembali menghitung kemudian membenarkan jawabannya. Peristiwa tersebut menunjukkan karakteristik alat peraga Montessori yaitu auto-correction. Ketika anak tersebut selesai dengan pekerjaannya, mimik wajah anak tersebut berubah, anak tersebut tersenyum kepada peneliti dan mengatakan bahwa dia berhasil menyelesaikannya. Peristiwa tersebut menunjukkan siswa yang berada dalam tingkat konsentrasi yang tinggi atau disebut dengan flow. Menurut Csikszentmihalyi (Kahn, 2003:2) flow dapat diartikan sebagai kualitas pengalaman yang menunjukkan hubungan antara tantangan dan kemampuan, di mana keduanya berada dalam tingkatan yang tinggi. Flow juga berarti motivasi intrinsik, fokus terhadap tugas yang ditunjukkan dengan konsentrasi yang penuh, tidak peduli terhadap waktu (waktu berjalan dengan cepat), perasaan jelas dan kontrol terhadap tugas atau aktivitas yang dikerjakan, hilangnya kesadaran terhadap diri (ego) ketika melakukan aktivitas (Rathunde, 2003:19). Pada metode Montessori hal tersebut disebut dengan normalization. Normalization merupakan keadaan seorang anak yang menunjukkan ketertarikan
59
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dipilih atas inisatif sendiri, tingkat konsentrasi yang tinggi, dan kemampuan menjadi tuan atas dirinya sendiri (The Absorbent Mind, 1949:257). Anak yang tidak terpengaruh dengan keadaan sekitarnya ketika bekerja menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan menunjukkan bahwa anak tersebut berada dalam tingkat konsentrasi yang penuh, seolah-olah dirinya terserap penuh dengan pekerjaan yang dilakukannya. Anak mencurahkan semua perhatian, konsentrasi dan energinya terhadap pekerjaan yang dilakukannya dan membiarkan dirinya menjadi seorang master atau tuan atas dirinya sendiri. Secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan bahwa anak tertarik dengan apa yang dikerjakannya. Hal tersebut selaras dengan karakteristik alat peraga Montessori yaitu menarik. 4.4.4.1 Tes Hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata nilai keenam siswa adalah 53,33. Dari keenam siswa hanya terdapat satu siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, yaitu 75. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa, peneliti mendapati bahwa siswa mengalami kesulitan untuk menghitung bilangan lebih dari 10 karena sebagian besar siswa masih menghitung menggunakan jari. Selain itu siswa juga masih kesulitan untuk membedakan bilangan satuan dan puluhan serta nilainya dalam sebuah bilangan. Hal tersebut mengakibatkan siswa kesulitan untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan di atas bilangan 10. Rekapitulasi hasil pretest dapat dilihat pada tabel 4.9. Hasil posttest menunjukkan adanya peningkatan terhadap rata-rata nilai keenam siswa. Peningkatan yang terjadi sebesar 73,44% dari nilai rata-rata pretest. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada diagram batang 4.1. Rata-rata nilai keenam siswa tersebut dalam posttest adalah 92,5. Dari keenam siswa terdapat dua siswa yang mendapatkan nilai 100, sedangkan empat siswa yang lain mendapatkan nilai antara 85-95. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, keempat siswa tersebut cenderung terburu-buru dan tidak teliti dalam mengerjakan soal posttest sehingga berdampak pada nilai yang mereka dapatkan. Rekapitulasi hasil posttest dapat dilihat pada tabel 4.9.
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 4.9 Hasil Pretest dan Posttest Nilai Pretest 5 & 6 April 2013 1 F A 55 2 E A 40 3 A B 40 4 L B 55 5 B C 75 6 S C 55 Rerata 53.33 Persentase kenaikan rata-rata nilai siswa No.
Nama Siswa
Kelompok
Posttest 22-Apr-13 100 100 85 85 90 95 92.5 73.44%
Diagram 4.1. Diagram Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest 100 90 80 70 60 50
Pretest
40
Posttest
30 20 10 0 F
E
A
L
B
S
4.4.4.2 Kuesioner Rata-rata skor yang diperoleh pada kuesioner penilaian kualitas alat peraga oleh siswa 1 adalah 4,7 dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata skor siswa 2 adalah 4,5 dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata skor siswa 3 adalah 4,8 dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata skor siswa 4 adalah 4,6 dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata skor siswa 5 adalah 4,6 dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata skor siswa 7 adalah 4,7 dengan kategori “sangat baik”. Hasil rata-rata dari keenam siswa tersebut adalah 4,65 dengan kategori “sangat baik”. Rekapitulasi hasil kuesioner penilaian alat peraga oleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.10 (lampiran 4.2 halaman 86).
61
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.4.5 Analisis II Berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas, diperoleh hasil bahwa (1) kancing penjumlahan dan pengurangan membantu siswa untuk memahami konsep penjumlahan dan pengurangan dan (2) kualitas kancing penjumlahan dan pengurangan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hasil yang pertama ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada pretest dan posttest. Peningkatan rata-rata nilai siswa pada posttest sebesar 73,44%. Hasil yang ke dua ditunjukkan dengan rerata skor yang diperoleh dalam kuesioner penilaian alat peraga oleh keenam siswa adalah 4,65 dengan kategori “sangat baik”. Melalui
kuesioner
penilaian
kualitas
kancing
penjumlahan
dan
pengurangan oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, guru kelas I, dan siswa kelas I diperoleh rerata skor 4,31 dengan kategori “sangat baik”. Perolehan kategori “sangat baik” menunjukkan bahwa kancing penjumlahan dan pengurangan telah memenuhi keempat karakteristik alat peraga Montessori dan karakteristik kontekstual. Hal tersebut sesuai dengan isi pernyataan pada kuesioner penilaian alat peraga yang disusun dengan mengacu pada kelima karakteristik alat peraga yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan kancing penjumlahan dan pengurangan. Resume hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Resume Penilaian Kancing Penjumlahan dan Pengurangan No.
Penilaian
Skor
Kategori
1
Pakar Pembelajaran Matematika
4,5
“Sangat Baik”
2
Pakar Alat Peraga
4,3
“Sangat Baik”
3
Guru Kelas I
3,8
“Baik”
4
Siswa Kelas I
4,65
“Sangat Baik”
Rerata Skor
4,31
Kategori
“Sangat Baik”
4.4.6 Penilaian Akhir Penilaian akhir dilakukan dengan teknik triangulasi pendapat yang berasal dari guru kelas I, siswa kelas I, dan peneliti untuk mengkonfirmasi klaim perolehan skor validasi produk yang termasuk dalam kategori “sangat baik”. 62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rangkuman pendapat guru kelas I, siswa kelas I, dan peneliti setelah uji coba lapangan terbatas menggunakan alat peraga akan dipaparkan sebagai berikut. 4.4.6.1 Guru Kelas I Guru melakukan pendampingan dalam pelaksanaan pendampingan belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan terhadap sekelompok siswa kelas I. Setelah mengikuti pendampingan belajar sebanyak tiga kali pertemuan, guru memberikan komentar mengenai konsentrasi siswa selama belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. Beliau menyampaikan bahwa siswa memiliki tingkat konsentrasi
yang tinggi ketika belajar
menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. Hal tersebut tampak ketika siswa tetap fokus mengerjakan soal menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan sementara keadaan sekitar tidak kondusif, teman belajar dalam kelompoknya sudah selesai dengan pekerjaannya dan bermain dengan alat tulisnya. Sementara itu situasi di luar kelas ramai dan beberapa siswa kelas atas mencoba masuk ke ruangan untuk melihat pendampingan belajar. Meskipun demikian siswa tersebut tidak mempedulikan keadaan sekitar yang ramai, siswa tetap fokus bekerja dengan kancing penjumlahan dan pengurangan. Keadaan tersebut tampak berbeda ketika siswa mengikuti pembelajaran selama jam sekolah berlangsung. Siswa mudah terpengaruh dengan situasi yang tidak kondusif, ketika situasi di luar ramai siswa berlari ke jendela untuk melihat apa yang terjadi. Selain itu siswa juga cenderung menghentikan pekerjaannya selama pembelajaran ketika ada siswa lain yang mengajaknya berbicara. Seminggu setelah pelaksanaan posttest guru menyampaikan bahwa keenam siswa yang mengikuti pendampingan belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan mengalami kemajuan dalam penjumlahan dan pengurangan. Keenam siswa tersebut sudah lancar dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan meskipun bilangan yang digunakan besar (terdiri dari dua angka). Selain itu keenam siswa tersebut juga dapat menentukan nilai tempat sebuah bilangan dengan tepat.
63
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.4.6.2 Siswa Kelas I Setelah pelaksanaan posttest, peneliti melakukan wawancara terhadap keenam siswa kelas I yang menjadi subjek penelitian mengenai perasaan dan kesan siswa terhadap pendampingan belajar yang sudah dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh hasil: (1) siswa merasa senang ketika belajar menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan karena hal tersebut merupakan hal baru bagi mereka, (2) siswa merasa senang dengan warna alat peraga yang berwarna-warni sesuai dengan pilihan warna siswa, dan (3) siswa merasa senang ketika dapat memberikan contoh yang benar kepada temannya dalam menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan. 4.4.6.3 Peneliti Peneliti menilai bahwa produk yang dikembangkan memiliki kualitas yang sangat baik, terbukti dari pendapat yang diungkapkan oleh guru kelas I dan siswa kelas I. Lalu, meski baru baru diuji secara terbatas produk ini bukan hanya memiliki kualitas yang sangat baik tapi juga sangat efektif untuk pembelajaran, terbukti dari hasil peningkatan nilai posttest. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kancing penjumlahan dan pengurangan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut melalui uji coba lapangan yang lebih luas.
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan (1) kesimpulan, (2) keterbatasan penelitian, dan (3) saran. 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
berikut: 5.1.1 Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester 2 di SD Krekah tahun ajaran 2012/2013 mengandung lima ciri alat peraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, (4) auto-correction dan (5) kontekstual. Menarik terletak pada warna kancing penjumlahan dan pengurangan. Bergradasi yang terletak pada keterlibatan lebih dari satu indera ketika alat peraga digunakan oleh anak, yaitu indera penglihatan dan peraba. Selain itu gradasi juga terletak pada potensi alat yang dapat digunakan secara berkelanjutan untuk kelas selanjutnya dengan materi yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan. Auto-education terletak pada penggunaan kancing penjumlahan dan pengurangan oleh siswa secara mandiri untuk mengenal konsep dan melakukan latihan. Auto-correction terletak pada bentuk kancing berbeda antara satuan, puluhan, dan ratusan, serta kunci jawaban yang terletak pada halaman sebalik kartu soal. kontekstual terletak pada bahan yang digunakan oleh peneliti dalam membuat kancing penjumlahan dan pengurangan, yaitu tempurung kelapa. 5.1.2 Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester 2 di SD Krekah tahun ajaran 2012/2013 mempunyai kualitas “sangat baik”. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor rerata validasi produk dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga, guru kelas I, dan siswa kelas I SD Krekah. Alat peraga kancing penjumlahan dan pengurangan memperoleh skor rerata 4,31 dan termasuk kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek lima kriteria alat paraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, (4) auto-
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
correction, dan (5) kontekstual. Alat peraga yang dikembangkan terbukti dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan skor posttest siswa sebesar 73,44%.
5.2
Keterbatasan Penelitian Produk yang dikembangkan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
5.2.1 Produk yang dikembangkan hanya melalui satu kali tahapan uji validasi produk oleh para ahli. 5.2.2 Pada uji validasi produk oleh para ahli, belum adanya ahli Montessori. 5.2.3 Uji coba lapangan terhadap produk baru dilakukan dalam skala yang terbatas. 5.2.4 Soal pretest dan posttest yang digunakan pada uji coba lapangan terbatas belum diuji validitas dan reabilitasnya.
5.3
Saran Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan alat peraga
Montessori adalah sebagai berikut: 5.3.1 Validasi produk oleh para ahli dilakukan lebih dari satu kali. 5.3.2 Adanya ahli Montessori dalam uji validasi terhadap alat peraga yang dikembangkan. 5.3.3 Uji coba lapangan dilakukan dalam skala yang lebih luas dengan adanya kelompok kontrol. 5.3.4 Soal pretest dan posttest diuji validitas dan reabilitas terlebih dahulu sebelum diberikan kepada siswa.
66
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR REFERENSI
Amin, S. M., & Sani, Z. M. (2007). Matematika SD di sekitar kita untuk sekolah dasar kelas I semester 2. Jakarta: Erlangga. Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar . Jakarta: BP. Cipta Jaya. Desmita, (2009). Psikologi perkembangan peserta didik panduan bagi orang tua dan guru dalam memahami pskologi anak usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: ROSDA. Dewantara, K.H. (1962). Karja Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Frick, T. W., and Koh, J. H. L. (2010). Implementing autonomy support: Insights from a Montessori classroom. International Journal of Education, 2(2). 112. dilihat pada 27 Oktober 2012, dari http://go.glegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA24625434&v2.1&u=kpt050 11&it=r&p=GPS&sw=w Gall, D., Gall, J. P., & Borg, W. R. (2007). Educational research: An introduction (8𝑡ℎ edt.). Boston: Pearson Education, Inc. Hainstock, E. G. (1997). The essential Montessori an introduction to the woman, the writings, the method, and the movement. New York: Penguin Books. Hariyanto, S. D. (2011). Belajar dan pembelajaran: teori dan konsep dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kahn, D. (2003). Montessori and optimal experience research: Toward building a comprehensive education reform, The NAMTA Journal, 28(3). 1-10. dilihat pada 27 Oktober 2012, http://www.maitrilearning.com/PDF/KahnResearch.pdf Kelompok 1. (2011). Album matematika Montessori: Anak usia 6-9 tahun. Yogyakarta: PGSD Universitas Sanata Dharma. Kristinawati, E (2012). Peningkatan pemahaman operasi hitung pengjumlahan dan pengurangan bilangan cacah melalui permainan kartu bridge pada siswa kelas II SDN 01 Gemantar Jumantono pada mata pelajaran
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
matematika, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Skripsi. dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tidak
Letten. (2010). Peningkatan kemampuan berhitung dalam operasi penjumlahan dan pengurangan menggunakan media kertas berwarna pada siswa kelas I SDK Kotabaru Yogyakarta, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Magini, A. P. (2010). Ciri-ciri alat peraga dengan pendekatan montessori dalam modul workshop Maria Montessori usia 3-6 tahun, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Magini, A. P. (2010), Presentasi perkembangan anak dalam modul workshop Maria Montessori usia 3-6 tahun, Yogyakrta: Universitas Sanata Dharma. Margono, S. (2003). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Montessori.(1965). DR. Montessori’s own handbook. New York: Shocken Books. Montessori. (1949). The absorbent mind. Rev. Ed. Trans. Claude A. Claremont. India: Kalakshetra. Montessori, M. (2002). The Montessori method. New York: Dover Publication. Rathunde, K. (2003) . A comparison of Montessori and traditional middle schools: Motivation, quality of experience, and social context. The NAMTA Journal, 28(3), 13-46. dilihat pada 1 Mei 2013, dari http://www.montessori-namta.org/PDF/rathudecompare.pdf Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sukardjo. (2008). Kumpulan materi evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sukmadinata, N. S. (2011). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Suryati, L. A. (2012) .Peningkatan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika melalui media botol hijau kuning pada siswa kelas III SD negeri 02 Sambirejo Jumantoro Karanganyar tahun
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2011/2012. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tim, S. (2006), How to raise an amazing child the Montessori Way. New York: DK. Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No 20.tahun 2003. Diunduh tanggal 15 Desember 2012. http://www.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf Yusuf, S., & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan peserta didik: Mata kuliah dasar profesi (MKDP) Bagi para mahasiswa calon guru di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Jakarta: Rajawali Press.
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 1.1 Kisi-kisi Wawancara Tabel 3.1 Kisi-kisi topik pertanyaan wawancara terhadap kepala sekolah No. 1. 2.
3.
Topik Pertanyaan Identitas dan informasi yang berkaitan dengan sekolah meliputi sejarah dan perkembangannya. Ketersediaan alat peraga di sekolah meliputi: a. Alat peraga yang sudah ada di sekolah b. Pengadaan alat peraga di sekolah c. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Penelitian yang sudah dilaksanakan di sekolah
Tabel 3.2 Kisi-kisi topik pertanyaan wawancara terhadap guru kelas I No. 1.
2. 3.
Topik Pertanyaan Ketersediaan alat peraga di kelas I meliputi: a. Alat peraga yang dimiliki oleh kelas I b. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran c. Pengadaan alat peraga oleh guru Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut Tabel 3.3 Kisi-kisi topik pertanyaan wawancara terhadap siswa
No. 1. 2.
Topik Pertanyaan Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
Lampiran 1.2 Kisi-kisi Kuesioner Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan terhadap siswa dan guru Indikator
Nomor Item
Menunjukkan adanya penggunaan alat peraga pembelajaran selama ini. Adanya karakteristik alat peraga yang digunakan. Menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan alat peraga dengan konsep Matematika.
1, 2, 3, 4 5, 6 7, 8, 9, 10
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Guru
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Siswa
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.5 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Waktu
: 28-30 Januari 2013 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
No. 1
Butir Pertanyaan
Jumlah Resp.
Perentase
2 25
7,41% 92,59%
Manakah yang lebih kamu suka? a. Belajar matematika menggunakan alat peraga b. Belajar matematika tanpa menggunakan alat peraga
16 11
59,26 % 40,74%
Apakah kamu pernah menggunakan benda-benda yang ada di sekitarmu untuk belajar matematika? a. Pernah, sebutkan …. b. Tidak pernah
7 20
25,93% 74,07%
Menurutmu, manakah benda di sekitar yang dapat digunakan untuk belajar matematika? a. Kayu b. Tempurung kelapa c. Lainnya, sebutkan: lidi
17 9 4
62,96% 33,33% 14,81%
Urutkan ciri-ciri alat peraga dari yang paling menarik sesuai dengan kesukaanmu! Berilah nomor 1 sampai 3 pada tempat yang disediakan, 1 untuk ciri yang paling kamu sukai. (Urutan 1) a. Warna b. Bentuk c. Bahan
21 2 4
77,78% 7,41% 14,81%
Urutkan ciri-ciri alat peraga dari yang paling menarik sesuai dengan kesukaanmu! Berilah nomor 1 sampai 3 pada tempat yang disediakan, 1 untuk ciri yang paling kamu sukai. (Urutan 2) d. Warna e. Bentuk f. Bahan
5 20 2
18,52% 74,07% 7,41%
Urutkan ciri-ciri alat peraga dari yang paling menarik sesuai dengan kesukaanmu! Berilah nomor 1 sampai 3 pada tempatyang disediakan, 1 untuk ciri yang paling kamu sukai. (Urutan 3) g. Warna h. Bentuk i. Bahan
0 5 22
18,52% 81,48%
Apakah kamu memerlukan alat peraga yang mudah dibawa? a. Perlu b. Tidak perlu
26 1
96,30% 3,70%
Apakah gurumu pernah menggunakan alat peraga ketika mengajar matematika? a. b.
2
3
4
5.1
5.2
5.3
6
Pernah, sebutkan … Tidak pernah
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
8
9
10
Menurutmu, apakah alat peraga memudahkanmu belajar matematika? a. Ya b. Tidak Manakah yang lebih kamu suka saat belajar matematika? a. Mengetahui kesalahanmu sendiri dari alat peraga saat belajar matematika b. Mengetahui kesalahanmu karena diberitahu guru atau teman ketika belajar matematika menggunakan alat peraga Apakah kamu dapat menggunakan alat peraga tanpa bantuan guru atau teman untuk belajar matematika? a. Dapat b. Tidak dapat Manakah yang lebih kamu suka? a. Menggunakan alat peraga secara individu untuk belajar matematika b. Menggunakan alat peraga secara berkelompok untuk belajar matematika c. Menggunakan alat peraga secara klasikal untuk belajar matematika
25 2
92,59% 7,41%
16
59,26%
11
40,74%
26 1
96,30% 3,70%
18
66,67%
5
18,52%
4
14,81%
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli Lampiran 2.1 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Ahli Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Kancing Penjumlahan dan Pengurangan oleh Para Ahli No. 1
Karakteristik Alat Peraga Menarik
2
Bergradasi
3
Auto-correction
4
Auto-education
5
Kontekstual
Indikator
No.Item
Menunjukkan warna yang menarik Menunjukkan bentuk yang menarik Memiliki rangsangan terhadap beberapa indera Menunjukkan bahwa alat peraga dapat digunakan pada jenjang kelas yang berbeda Mengetahui kesalahan sendiri Membetulkan kesalahan sendiri Berlatih secara mandiri Memahami konsep secara mandiri Bahan mudah di temukan di lingkungan sekitar Alat peraga dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 2.2 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Pembelajaran Matematika Tabel 4.4 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Pembelajaran Matematika No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata Skor Kategori
Skor 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4.5 Sangat Baik
80
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.3 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Alat Peraga Tabel 4.5 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Pakar Alat Peraga No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata Skor Kategori
Skor 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4,3 Sangat Baik
Lampiran 2.4 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Guru Kelas I
Tabel 4.6 Rekapitulasi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Guru Kelas I No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata Skor Kategori
Skor 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3,8 Baik
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2.5 Resume Hasil Penilaian Alat Peraga oleh Para Ahli Tabel 4.7 Rekapitulasi penilaian alat peraga oleh para ahli No.
Ahli
Skor
Kategori
1.
Pakar pembelajaran matematika
4,5
“Sangat baik”
2.
Pakar alat peraga
4,3
“Sangat baik”
3.
Guru Kelas I
3,8
“Baik”
Rerata Skor
4,2
Kategori
“Baik”
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas dengan Tes Lampiran 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest Penjumlahan dan Pengurangan Kategori Indikator Nomor Soal Penjumlahan bilangan dua angka dengan satu 1,2,3,4,5 angka Penjumlahan Penjumlahan bilangan dua angka dengan 6,7,8,9 bilangan dua angka Penjumlahan dengan teknik menyimpan 10 Pengurangan bilangan dua angka dengan satu 11,12,13,14,15 angka Pengurangan bilangan dua angka dengan 16,17,18,19 Pengurangan bilangan dua angka Pengurangan bilangan dengan teknik 20 meminjam
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.2 Sampel Pretest
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3.2 Sampel Posttetst
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Kuesioner Uji Coba Lapangan Terbatas Lampiran 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa No. 1
Karakteristik Alat Peraga Menarik
2
Bergradasi
3
Auto-correct
4
Auto-education
5
Kontekstual
Indikator Menunjukkan warna yang menarik Menunjukkan bentuk yang menarik Memiliki rangsangan terhadap beberapa indera Menunjukkan bahwa alat peraga dapat digunakan pada jenjang kelas yang berbeda Mengetahui kesalahan sendiri Mengoreksi kesalahan sendiri Berlatih secara mandiri Memahami konsep secara mandiri Bahan mudah ditemukan di lingkungan sekitar
No.Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9,10
Lampiran 4.2 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa Kelas I No. Siswa 1. F 2. E 3. A 4. L 5. B 6. S Rerata Skor Kategori
Skor 4,5 4,7 4,8 4,6 4,7 4,6
Kategori “Sangat Baik” “Sangat Baik” “Sangat Baik” “Sangat Baik” “Sangat Baik” “Sangat Baik” 4,65 “Sangat Baik”
86
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4.3 Sampel Kuesioner Penilaian Alat Peraga oleh Siswa
87
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Surat permohonan Ijin Penelitian ke SD
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Surat keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SD
90
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7. Dokumentasi Lampiran 7.1 Desain Alat Peraga Lampiran 7.1.1 Desain Kancing Penjumlahan dan Pengurangan
91
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7.1.2 Desain Kotak Alat Peraga dan Tutupnya
92
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7.1.3 Desain Kotak Soal
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7.2 Kancing Penjumlahan dan Pengurangan Gambar 1. Kancing penjumlahan dan pengurangan
Gambar 2. Kartu soal penjumlahan dan pengurangan
94
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 7.3 Uji Coba Lapangan Terbatas
Gambar 2. Siswa mengerjakan soal pretest secara individu tanpa alat peraga (Jumat, 5 April 2013)
Gambar 3. Siswa (kel.B) menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan untuk menyelesaikan soal penjumlahan secara mandiri (Kamis, 11 April 2013)
95
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 4. Siswa berlatih mengenal nilai tempat pada bilangan menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan (Jumat, 12 April 2013)
Gambar 5. Siswa (kel. C) berlatih memasangkan kancing dengan kartu bilangan (Jumat, 12 April 2013)
96
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 6. Siswa (kel. A) menggunakan kancing penjumlahan dan pengurangan untuk menyelesaikan soal latihan pengurangan (Selasa, 16 April 2013)
Gambar 7. Siswa mengerjakan soal posttest secara individu tanpa menggunakan alat peraga (Senin, 22 April 2013)
97
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 8. Album Alat Peraga MATA PELAJARAN MATEMATIKA
A.
Materi Pembelajaran
A.1 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: KONSEP DAN LATIHAN PENJUMLAHAN : Pengantar :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
Tujuan Langsung 1.
:
Mengenalkan konsep bilangan satuan, puluhan dan ratusan
Usia
: dari usia 6 tahun
Syarat
: Anak sudah dapat membilang bilangan sampai dengan 100.
Presentasi : 1.
Membawa alat peraga ke lokasi kerja.
2.
Mengundang anak untuk bekerja bersama direktris.
3.
Direktris membuka kotak kancing penjumlahan dan pengurangan.
4.
Direktris mengambil 1 kancing satuan berwarna hijau sambil berkata, “Ini satu, kancing satuan.”
5.
Direktris bertanya kepada anak, “Mau memegangnya? 98
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Direktris memberikan kesempatan kepada anak untuk memegang dan meraba kancing satuan.
7.
Direktris meletakkan kancing satuan pada alas kerja.
8.
Direktris mengambil 1 kancing puluhan yang berwarna kuning sambil berkata, “Ini kancing puluhan”.
9.
Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah kancing pada kancing puluhan.
10. Direktris meletakkan kancing puluhan di atas kancing satuan.
11. Direktris mengambil 1 kancing ratusan yang berwarna merah sambil berkata, “Ini kancing ratusan.” 12. Direktris menghitung jumlah kancing ratusan dengan menggunakan kancing puluhan. 13. Direktris meletakkan kancing ratusan di atas kancing puluhan. 14. Direktris bertanya kepada anak, “Mana kancing satuan?” 15. Direktris bertanya kepada anak, “Mana kancing ratusan?” 16. Direktris bertaya, “Mana kancing puluhan?” 17. Direktris bertanya, “Ini kancing berapa?” sambil menunjuk kancing puluhan.
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18. Direktris bertanya, “Ini kancing berapa?”sambil menunjuk kancing satuan. 19. Direktris bertanya, “Ini kancing berapa?” sambil menunjuk kancing ratusan. 20. Direktris mengeluarkan kartu bilangan. 21. Direktris mengambil kartu bilangan satu yang berwarna hijau dan meletakkannya di sebelah kanan kancing satuan sambil berkata, “satu”.
22. Direktris mengambil kartu bilangan sepuluh yang berwarna kuning dan meletakkannya di sebelah kanan kancing puluhan sambil berkata, “sepuluh”.
23. Direktris mengambil kartu bilangan seratus dan meletakkannya di sebelah kanan kancing ratusan sambil berkata, “seratus”. 24. Direktris meminta anak membantu mengembalikan alat peraga ke tempatnya. Pengendali Kesalahan : Jumlah kancing Kartu bilangan
100
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A.2 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: Penjumlahan tanpa teknik menyimpan :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
3. Kartu soal
Tujuan Langsung
:
1.
Mengenalkan konsep penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
2.
Latihan
melakukan
operasi
hitung
penjumlahan
tanpa
teknik
menyimpan Usia
: dari usia 6 tahun
Syarat
: Anak sudah dapat membilang bilangan sampai dengan 100.
101
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Presentasi : 1. Membawa alat peraga ke lokasi kerja. 2.
Mengundang
anak
untuk
bermain
penjumlahan
tanpa
teknik
menyimpan. 3.
Direktris mengambil salah satu kartu soal, misal 11 + 13.
4.
Direktris meminta anak menuliskan soal tersebut pada lembar kerja.
5.
Direktris menyusun kartu bilangan 11
6.
Direktris mengambil 1 kancing satuan dan 1 kancing puluhan kemudian meletakkan di sebelah kartu bilangan 11.
7.
Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakkannya di bawah kartu bilangan 11.
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
Direktris menyusun kartu bilangan 13 dibawah kartu simbol penjumlahan (+).
9.
Direktris meminta anak untuk memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 13.
10. Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah semua kancing mulai dari kancing satuan kemudian puluhan. 11. Direktris meminta anak menuliskan hasil penjumlahan tersebut pada lembar kerja. 12. Direktris mengecek jawaban anak menggunakan kunci jawaban yang ada pada halaman sebalik kartu soal. 13. Anak melanjutkan latihan soal selanjutnya. 14. Anak mengembalikan alat peraga ke tempat semula ketika sudah selesai menggunakannya. Pengendali Kesalahan : Kunci jawaban Jumlah kancing Kartu bilangan
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A.3 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: Penjumlahan dengan teknik menyimpan :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
3. Kartu soal
Tujuan Langsung
:
1.
Mengenalkan konsep penjumlahan dengan teknik menyimpan.
2.
Latihan melakukan operasi hitung penjumlahan dengan teknik menyimpan
Usia
: dari usia 6 tahun
Syarat
: Anak sudah dapat melakukan penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
104
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Presentasi : 1.
Membawa alat peraga ke lokasi kerja.
2.
Mengundang anak untuk bermain penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
3.
Direktris mengambil salah satu kartu soal, misal 14 + 9.
4.
Direktris meminta anak untuk menuliskan soal tersebut pada lembar kerja.
5.
Direktris menyusun kartu bilangan 14
6.
Direktris mengambil 4 kancing satuan dan 1 kancing puuhan kemudian meletakkannya di sebelah kartu bilangan 14.
7.
Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakkannya di bawah kartu bilangan 14.
105
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8.
Direktris menyusun kartu bilangan 9 kemudian meletakkannya di bawah kartu simbol penjumlahan (+).
9.
Direktris meminta anak memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 9.
10.
Direktris meminta anak menghitung jumlah semua kancing, dimulai dari kancing satuan. Jumlah seluruh kancing satuan adalah 13. Direktris mengganti 10 kancing satuan dengan 1 kancing puluhan lalu meletakkannya pada kelompok puluhan sehingga kancing satuan tersisa 3 kancing.
Jumlah semua manik (14+9)
10 satuan ditukar dengan 1 puluhan
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11.
Direktris meminta anak menghitung jumlah seluruh kancing puluhan, terdapat 2 kancing puluhan yang menunjukkan bilangan 20.
jumlah kancing setelah 10 kancing satuan ditukar dengan 1 kancing puluhan 12.
Direktris meminta anak menghitung hasil dari 14 + 9.
13.
Direktris meminta anak menuliskan hasil dari 14 + 9 pada lembar kerja.
14.
Direktris mengecek jawaban anak menggunakan kunci jawaban yang ada pada halaman sebalik kartu soal.
15.
Anak melanjutkan latihan soal selanjutnya.
16.
Anak mengembalikan alat peraga ke tempat semula ketika sudah selesai menggunakannya.
Pengendali Kesalahan :
Kunci jawaban
Jumlah kancing
Kartu bilangan
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
A.4 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: Penjumlahan bilangan dengan angka 0 :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
3. Kartu soal
Tujuan Langsung
:
1.
Mengenalkan konsep penjumlahan bilangan dengan angka 0.
2.
Latihan penjumlahan bilangan dengan angka 0.
Usia
: dari usia 6 tahun
Syarat
:
1.
Anak sudah dapat melakukan penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
2.
Anak sudah dapat melakukan penjumlahan dengan teknik menyimpan.
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Presentasi 1 : 1.
Membawa alat peraga ke lokasi kerja.
2.
Mengundang anak untuk bermain penjumlahan bilangan dengan angka 0.
3.
Direktris mengambil salah satu kartu soal, misal 7 + 20.
4.
Direktris meminta anak untuk menuliskan soal tersebut pada lembar kerja.
5.
Direktris menyusun kartu bilangan 7.
6.
Direktris meminta anak memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 7.
7.
Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakkannya di bawah kartu bilangan 7.
8.
Diirektris menyusun kartu bilangan 20 kemudian meletakkannya di bawah kartu simbol penjumlahan (+).
9.
Direktris meminta anak memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 20.
10. Direktris meminta anak menghitung jumlah seluruh kancing mulai dari kancing satuan. 11. Direktris bertanya kepada anak, “Berapa 7 + 20?” 12. Direktris meminta anak menuliskan hasil dari 7 + 20 pada lembar kerja. 13. Direktris mengecek jawaban anak menggunakan junci jawaban yang ada pada halaman sebalik soal. 14. Anak melajutkan latihan soal yang lain. 15. Anak mengembalikan alat peraga ke tempat semula setelah selesai menggunakan.
Pengendali Kesalahan :
Kunci jawaban
Jumlah kancing
Kartu bilangan
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.
Materi Pembelajaran : KONSEP DAN LATIHAN PENGURANGAN
B.1 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: Pengurangan tanpa teknik meminjam :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
3. Kartu soal
Tujuan Langsung
:
2.
Mengenalkan konsep pengurangan tanpa teknik meminjam.
3.
Melatih melakukan operasi hitung pengurangan tanpa teknik meminjam
Usia
: dari usia 6 tahun
Syarat
: Anak sudah dapat membilang bilangan sampai dengan 100.
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Presentasi : 1. Membawa alat peraga ke lokasi kerja. 2. Mengundang anak untuk bermain pengurangan tanpa teknik meminjam. 3. Direktris mengambil salah satu kartu soal, misal 15-12.
4. Direktris meminta anak menuliskan soal tersebut pada lembar kerja. 5. Direktris menyusun kartu bilangan 15.
6. Direktris meminta anak memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 15.
7. Direktris
mengambil
kartu
simbol
pengurangan
(-)
kemudian
meletakannya di bawah kartu bilangan 15.
111
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8. Direktris menyusun kartu bilangan 12 di bawah simbol pengurangan (-).
9. Direktris mengatakan kepada anak 15 – 12 sambil menunjuk bilangan 15 dan 12. 10. Direktris mengambil 2 kancing satuan dari bilangan 15 lalu meletakannya di sebelah kartu bilangan 12.
11. Direktris mengambil 1 kancing puluhan dari bilangan 15 lalu meletakannya di sebelah kiri kancing satuan.
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. Direktris mengatakan kepada anak, “Ini 12.” 13. Direktris meminta anak menghitung sisa kancing yang ada pada bilangan 15.
14. Direktris menanyakan kepada anak, “Jadi, berapa 15-12?” 15. Direktris meminta anak menuliskan hasilnya pada lembar kerja. 16. Direktris mengecek jawaban siswa menggunakan kunci jawaban yang ada di halaman sebalik kartu soal.
17. Anak melanjutkan dengan latihan soal selanjutnya.
Pengendali Kesalahan : Kunci jawaban Jumlah kancing
113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.2 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: Pengurangan dengan teknik meminjam :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
3. Kartu soal
Tujuan Langsung
:
1.
Mengenalkan konsep pengurangan dengan teknik meminjam.
2.
Latihan melakukan operasi hitung pengurangan dengan teknik meminjam
Usia
: dari usia 6 tahun
Syarat
: Anak sudah dapat melakukan pengurangan dengan teknik meminjam.
114
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Presentasi : 1. Membawa alat peraga ke lokasi kerja. 2. Mengundang anak untuk bermain pengurangan dengan teknik meminjam. 3. Direktris mengambil salah satu kartu soal, misal 12-8.
4. Direktris meminta anak menuliskan soal tersebut pada lembar kerja. 5. Direktris menyusun kartu bilangan 12. 6. Direktris meminta anak memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 12.
7. Direktris
mengambil
kartu
simbol
pengurangan
(-)
kemudian
meletakannya di bawah kartu bilangan 12.
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8. Direktris menyusun kartu bilangan 8 kemudian meletakannya di bawah kartu simbol pengurangan (-).
9. Direktris mengatakan kepada anak 12 – 8 sambil menunjuk bilangan 12 dan 8. 10. Direktris bertanya kepada anak, “Bisakah kita mengambil 8 kancing satuan dari 2 kancing satuan pada bilangan 12?” 11. Direktris mengatakan kepada anak, “Kita pinjam 1 kancing puluhan dari bilangan 12 kemudian kita tukarkan dengan 10 kancing satuan”. 12. Direktris menukarkan 1 kancing puluhan dari bilangan 12 dengan 10 kancing satuan kemudian meletakannya pada bilangan 12.
1 kancing puluhan ditukar dengan 10 kancing satuan
116
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10 kancing satuan diletakkan menjadi satu dengan 2 kancing satuan pada bilangan 12
13. Direktris meminta anak menghitung jumlah kancing satuan pada bilangan 12. 14. Direktris bertanya kepada anak, “Apakah sama jumlahnya dengan tadi?” 15. Direktris bertanya kepada anak, “Apakah sekarang kita sudah bisa mengambil 8 kancing satuan dari bilangan 12?” 16. Direktris mengambil 8 kancing satuan dari bilangan 12 kemudian meletakannya di sebelah kartu bilangan 8.
17. Direktris meminta anak menghitung sisa kancing pada bilangan 12. 18. Direktris bertanya kepada anak, “Jadi, berapa 12-8?” 19. Direktris meminta anak menuliskan hasilnya pada lembar kerja. 117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20. Direktris mengecek jawaban siswa menggunakan kunci jawaban yang ada di halaman sebalik kartu soal.
21. Anak melanjutkan dengan latihan soal selanjutnya.
Pengendali Kesalahan : Kunci jawaban Jumlah kancing
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.3 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: Pengurangan bilangan dengan angka 0 :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
3. Kartu soal
Tujuan Langsung 1.
:
Latihan pengurangan bilangan dengan angka 0.
Syarat
:
Anak sudah dapat melakukan pengurangan
tanpa teknik meminjam dan
pengurangan dengan teknik meminjam.
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Presentasi 1 : 1. Membawa alat peraga ke lokasi kerja. 2. Mengundang anak untuk bermain pengurangan bilangan dengan angka 0. 3. Direktris mengambil salah satu kartu soal, misal 95-50.
4. Direktris meminta anak menuliskan soal tersebut pada lembar kerja. 5. Direktris menyusun kartu bilangan 95. 6. Direktris meminta anak memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 95.
7. Direktris
mengambil
kartu
simbol
pengurangan
(-)
kemudian
meletakannya di bawah kartu bilangan 95.
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8. Direktris menyusun kartu bilangan 50 kemudian meletakannya di bawah kartu simbol pengurangan (-).
9. Direktris mengatakan kepada anak 95-50 sambil menunjuk bilangan 95 dan 50. 10. Direktris bertanya kepada anak, “Bisakah kita mengambil 5 kancing puluhan dari bilangan 95?’ 11. Direktris mengambil 5 kancing puluhan dari bilangan 95 kemudian meletakannya di sebelah kanan kartu bilangan 50.
12. Direktris meminta anak menghitung sisa kancing pada bilangan 95. 13. Direktris bertanya kepada anak, “Jadi, berapa 95-50?” 14. Direktris meminta anak menuliskan hasilnya pada lembar kerja.
121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15. Direktris mengecek jawaban siswa menggunakan kunci jawaban yang ada di halaman sebalik kartu soal.
16. Anak melanjutkan dengan latihan soal selanjutnya.
Pengendali Kesalahan : Kunci jawaban Jumlah kancing
122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B.3 Tema Pembelajaran Alat Peraga
: Pengurangan bilangan dengan angka 0 :
1. Kancing penjumlahan yang terdiri dari: Kancing satuan berwarna hijau Kancing puluhan berwarna kuning Kancing ratusan berwarna merah
2. Kartu bilangan yang terdiri dari Kartu bilangan satuan berwarna hijau Kartu bilangan puluhan berwarna kuning Kartu bilangan ratusan berwarna merah
3. Kartu soal
Tujuan Langsung 1.
:
Latihan pengurangan bilangan dengan angka 0.
Syarat
:
Anak sudah dapat melakukan pengurangan tanpa teknik meminjam dan pengurangan dengan teknik meminjam.
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Presentasi 2 : 1. Membawa alat peraga ke lokasi kerja. 2. Mengundang anak untuk bermain pengurangan bilangan dengan angka 0. 3. Direktris mengambil salah satu kartu soal, misal 20-12.
4. Direktris meminta anak menuliskan soal tersebut pada lembar kerja. 5. Direktris menyusun kartu bilangan 20. 6. Direktris meminta anak memasangkan kancing yang sesuai dengan kartu bilangan 20.
7. Direktris
mengambil
kartu
simbol
pengurangan
(-)
kemudian
meletakannya di bawah kartu bilangan 20. 8. Direktris menyusun kartu bilangan 12 kemudian meletakannya di bawah kartu simbol pengurangan (-).
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9. Direktris mengatakan kepada anak 20-12 sambil menunjuk bilangan 20 dan 12. 10. Direktris bertanya kepada anak, “Bisakah kita mengambil 2 kancing satuan dari bilangan 20?’ 11. Direktris mengatakan kepada anak, “Kita pinjam 1 kancing puluhan dari bilangan 20 kemudian kita tukarkan dengan 10 kancing satuan”. 12. Direktris menukarkan 1 kancing puluhan dari bilangan 20 dengan 10 kancing satuan kemudian meletakannya pada bilangan 20. 13. Direktris meminta anak menghitung jumlah seluruh kancing pada bilangan 20.
14. Direktris bertanya kepada anak, “Apakah sama jumlahnya dengan tadi?” 15. Direktris bertanya kepada anak, “Apakah sekarang kita sudah bisa mengambil 2 kancing satuan dari bilangan 20?” 16. Direktris mengambil 2 kancing satuan dari bilangan 20 kemudian meletakannya di sebelah kartu bilangan 12.
125
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17. Direktris mengatakan “Dua” sambil menujuk jumlah kancing satuan pada bilangan 12. 18. Direktris mengambil 1 kancing puluhan dari bilangan 20 kemudian meletakannya di sebelah kiri kancing satuan pada bilangan 12.
19. Direktris mengatakan, “Ini 12” sambil menunjuk kacing pada bilangan 12. 20. Direktris meminta anak menghitung sisa kancing pada bilagan 20.
21. Direktris bertanya kepada anak, “Jadi, berapa 20-12?” 22. Direktris meminta anak menuliskan hasilnya pada lembar kerja. 23. Direktris mengecek jawaban siswa menggunakan kunci jawaban yang ada di halaman sebalik kartu soal.
126
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24. Anak melanjutkan dengan latihan soal selanjutnya.
Pengendali Kesalahan : Kunci jawaban Jumlah kancing
127
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
CURRICULUM VITAE
Theresia Kristi Panca Wijayanti lahir di Demak, 4 Juli 1991. Pendidikan dasar di peroleh di SD N 1 Gajah sampai dengan kelas III dan dilanjutkan di SD K Bintoro Demak, tamat pada tahun 2003. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP N 2 Demak, tamat pada tahun 2006. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Yogyakarta, tamat pada tahun 2009. Pada tahun 2009, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Pada tahun 2010, peneliti mengikuti workshop pembelajaran Montessori usia 3-6 tahun sebagai peserta dan aktif dalam organisasi HMPS PGSD periode 2010/2011 sebagai Ketua I. Pada tahun 2011 peneliti mengikuti workshop pembelajaran Montessori usia 6-9 tahun sebagai panitia sekaligus peserta. Pada tahun 2012 peneliti mengikuti workshop pembelajaran Montessori usia 9-12 tahun sebagai peserta. Pada tahun 2011-2012, peneliti juga lolos dalam pendanaan PKM-M oleh Dikti dan memperoleh juara III dalam PIMNAS XXV. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala Montessori untuk Siswa Kelas I SD Krekah”.
128