PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL (Studi Deskriptif Analitis Pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Hikmat Kristian Jian NIM: 111114001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO
"Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan" (Amsal 2: 4-5)
"Semua Firman ALLAH adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang –orang yang berlindung pada-NYA" (Amsal 30: 5)
"Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai ima, sebab dengan perisai itu kamu dapat memadamkan semua panah api dari si jahat" (Efesus 6: 14-16)
"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut–sungut dan berbantah– bantahan" (Filipi 2: 14)
"Bukan seolah–olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau–kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus" (Filipi 3: 12)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Hasil karya ini Hikmat persembahkan bagi….
Sang Pemberi Hidup, Cinta, Harapan, dan Kebijaksanaan Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membawa pada titik kekuatan, kesabaran, kemurahan, dan pengetahuan, serta pengenalan diri yang bermakna atas kerja keras, ketaatan, dan kesadaran dalam berbagai proses kehidupan
Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal hingga akhir proses perjalanan pendidikan ini Orang tua tercinta, Ayah JI. Aang Nasruddin, Ibu Betty Sukmawati Jian, Adik –adik terkasih, Anugerah Kristian Jian, Gracia Natalia Kristina,
Kakek dan Nenek yang telah disisi Tuhan
Anggota keluarga besarku
Beserta para sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun mereka berada yang mendoakan dan mendukung perjalananku.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL (Studi Deskriptif Analitis Pada Guru–Guru Bimbingan Dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016) Hikmat Kristian Jian Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya–upaya dan permasalahan para Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta sebanyak 32 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional dan pedoman wawancara. Nilai reliabilitas pada penelitian ini adalah 0,910. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi norma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional dikategorikan tinggi (56,25%). Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan hasil analisis aspek kompetensi profesional yang paling dominan dilakukan oleh Guru BK adalah menilai proses dan hasil kegiatan BK (77,73%). Sedangkan aspek kompetensi profesional yang paling jarang dilakukan oleh Guru BK adalah menguasai kerangka teoritik dan praksis BK (58,13%). Hasil penelitian ini juga menemukan 4 butir instrumen upaya Guru BK yang teridentifikasi rendah, yaitu: 1) jarang mengikuti studi banding BK ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis asesmen BK, 2) malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK, 3) jarang mengikuti seminar BK di kampus–kampus dalam mempelajari penyusunan rancangan program BK, dan 4) melalukan setiap kesempatan seminar ke–BK –an dan non ke–BK–an. Keempat hal ini membutuhkan tindak lanjut sebagai dasar untuk mengadakan perbaikan, agar Guru BK mampu memperbaiki dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Namun demikian, dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK, pada intinya disebabkan oleh diri Guru BK bersangkutan, sehingga penekanan yang perlu dilakukan oleh Guru BK adalah membangun komitmen, ketekunan, relasi, komunikasi, motivasi, dan kedisiplinan kerja yang baik dan penuh ketulusan hati. Kata kunci: upaya–upaya Guru BK, kompetensi professional
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT GUIDANCE AND COUNSELING TEACHER EFFORTS TO IMPROVE THE PROFESSIONAL COMPETENCE (Descriptive Analysis Study for Guidance and Counseling Teacher's at IPEKA Educational Foundation in Jakarta Academic Year 2015/2016) Hikmat Kristian Jian Sanata Dharma University 2016 This research is descriptive analysis research using quantitative approach. The purpose in this research is to describe guidance and counseling teacher's efforts and problems to improve professional competence at IPEKA Educational Foundation 2015/2016. This research subject is guidance and counseling teacher's at IPEKA as many as 32 peoples. The instrument were used on this research were questionnaire guidance and counseling teacher effort and interview list. Value of reliability in this research was 0,910. The data analysis technique used in this research is the norm distribution categorization. These research showed the level professional competence's guidance and counseling teacher's effort at IPEKA Educational Foundation in Jakarta categorize in high categorized (56,25%). Other than that, these results showed the results of analysis the most dominant aspects the professional competence was done by guidance and counseling teacher is assess the guidance and counseling process and outcome activities (77,73%). While most aspects of professional competence is rarely done by guidance and counseling teacher is dominate of theoretical concept and practical guidance and counseling (58,13%). These results also found four items guidance and counseling teacher effort that identified low, that is: 1) rarely follow a guidance and counseling comparative study to other schools to studying the guidance and counseling concept and praxis assessment, 2) lazy to visit the library in studying literature about the guidance and counseling theoretical concept and practical, 3) rarely follow the guidance and counseling seminars on college's in studying the draft of guidance and counseling program, and 4) use many opportunity to participate in seminar guidance and counseling and non guidance and counseling. Fourth it requires follow-up as a basic to hold upgrading, so that guidance and counseling teacher is able to repair and improve their professional competence. However, any problems faced by guidance and counseling teacher core caused by the self of guidance and counseling teachers. So the emphasis needs to be done by guidance and counseling teacher is to build commitment, perseverance, build the relationship, communication, motivation, and good disciplined work and full sincerity. Keywords: guidance and counseling teacher effort, professional competence
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih rahmatNYA yang luar biasa melimpah, penulis tugas akhir dengan judul "Upaya–Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis Pada Guru– Guru Bimbingan Dan Konseling Di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/ 2016)" dapat terselesaikan dengan baik. Selama proses penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sungguh banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung, serta mendoakan agar penulis dapat berproses dan menghayati seluruh pengalaman dan perjalanan hidup yang telah dilalui. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling. 3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi. 4. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan, pendampingan, dan perhatian selama penulis menempuh studi. 5. Bapak Moko selaku karyawan sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pelayanan yang terbaik, selama penulis menempuh studi. 6. Bapak Aang Nasrudin, selaku ayah yang telah memberikan dukungan, doa, dan nasihat kepada penulis selama ini. 7. Ibu Betty Sukmawati, selaku ibu yang telah memberikan dukungan, doa, dan nasihat kepada penulis selama ini. 8. Anugerah Kristian Jian, selaku adik pertama yang telah menemani dan tinggal bersama dalam satu kontrakan, selama penulis menempuh studi. 9. Gracia Natalia Kristina, selaku adik kedua yang telah memberikan dan doa, serta menemani selama penulis menempuh studi. 10. Kakek dan nenek dari ayah dan ibu, yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, dan nasihat pada waktu masih hidup, agar penulis menjadi
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pribadi yang taat, patuh, dan sayang terhadap orang tua, adik–adik, dan semua orang yang ada disekitarnya, serta menjadi pribadi yang takut akan Tuhan. 11. Semua sahabatku yang masih mengingatku, dan telah memberikan dukungan, doa, saran, dan arahannya selama aku menyelesaikan skripsi ini. 12. Semua teman BK angkatan 2011, terimakasih atas kebersamaan kita selama proses perkuliahan. 13. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ……. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................ii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii HALAMAN MOTTO............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................vi PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................................................................vii ABSTRAK............................................................................................................viii ABSTRACT...........................................................................................................ix KATA PENGANTAR............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................xii BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................6 C. Pembatasan Masalah...................................................................................7 D. Rumusan Masalah.......................................................................................7 E. Tujuan Penelitian.........................................................................................8 F. Manfaat Penelitian.......................................................................................9 1. Manfaat Teoritis.………………..…………………………………….9 2. Manfaat Praktis.…………………..…………………………………..9 G. Definisi Variabel.........................................................................................11 BAB II: LANDASAN TEORI A. Hakikat Guru Bimbingan dan Konseling.................................................13 1. Pengertian Guru.………………...…………......................................13 2. Pengertian Bimbingan dan Konseling.……………………………....15 3. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling……..……………...…..17 4. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling……..……………………….19
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Hakikat Kompetensi Profesional……………………………...………...21 1. Pengertian Kompetensi Profesional………..………………………..21 a. Pengertian Kompetensi…..……………………………………...21 b. Pengertian Profesional…………………………...……………...24 1) Pengertian Profesi…………………………………………...24 2) Pengertian Profesional……..……………...………………...25 c. Pengertian Kompetensi Profesional……..………………………27 2. Aspek–Aspek Kompetensi Profesional Guru BK…………………...28 3. Indikator Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional…....……………………...……..…......................……...31 C. Permasalahan yang Dihadapi Guru BK…..……………………………..33 D. Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional di Lembaga Pendidikan………..……………………………………….......34 1. Pengertian Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional……..………………………………………..…………..34 2. Upaya–Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……..…………………………………...…………....….36 E. Profil Yayasan IPEKA………….………………………………………44 1. Profil Yayasan IPEKA……….……………………………………..44 2. Lokasi Yayasan IPEKA……….……………………………………46 3. Lembaga–Lembaga Pendidikan Yayasan IPEKA………………….47 a. IPEKA Counseling Center……………………………………...48 b. IPEKA Learning and Development Center…………………….49 1) Modul Utama……………………………………………….50 2) Modul Dasar dan Fungsional…….…………………………50 4. Kegiatan Sosial Yayasan IPEKA…….……………………………..55 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian…………………………………………………………..56 B. Setting Penelitian………………………………...…………….………...57 C. Subjek Penelitian………………………………………………………...57 D. Metode Pengumpulan Data……………………………………………...58
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Wawancara…………………………………………………………..58 2. Kuesioner……………………………………………………………60 E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner………………………………….....64 1. Validitas……..………………………………………………………64 2. Reliabilitas……………………………………………………...…...68 F. Teknik Analisis Data……..……………………………………………...69 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data Melalui Kuesioner...……………...…………......73 1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……………………………………………...73 2. Analisis Aspek Upaya Guru BK….……...…………………………..76 3. Identifikas Butir Item yang Masuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional…….………………………..78 4. Permasalahan–Permasalahan Guru BK Yayasan IPEKA Meningkatkan Kompetensi Profesional…..………………………….81 B. Pembahasan………………………………………………………………82 1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016……...……………………………..…….....82 2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang……….…………..………..…………………87 a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan……....……………….....87 b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang……………..………….......93 3. Item–Item yang Masuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……..………………...……..96 4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional…….……………………………………....109
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…….……………………………………………………….112 1. Tingkat Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional….………………………....112 2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang…….………………..113 a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan…….……………...…....113 b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang…….…………..……….....113 3. Item–Item yang Termasuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta……….………………………………....114 4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional…….……………………....115 B. Saran……….…………………………………………………………....115 1. Bagi Pemerintah…….……………………………………………....115 2. Bagi Lembaga Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia…….………………………....116 3. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling…….……………....116 4. Bagi Yayasan IPEKA………………………………………………117 5. Bagi Kepala Sekolah.……………………………………………….117 6. Bagi Guru.……………………………………….………………….118 a. Guru Bidang Studi.……………………………………………..118 b. Guru Bimbingan dan Konseling.………………………………..119 7. Bagi Peneliti.………………………………………………………..119 DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………………….121
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN–LAMPIRAN 1. Lampiran 1: Tabel 16. Pengolahan Data Hasil Wawancara Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Di Yayasan Ipeka Puri Indah, Jakarta Barat Tahun Ajaran 2015/2016…….……………………………………………...125 2. Lampiran 2: Tabel 5. Kuesioner Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional…….……………………………....135 3. Lampiran 2: Tabel 6. Valid dan Tidak Valid Pengolahan Data Kuesioner…….………………….145
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional variabel penelitian dan batasan–batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia, tentu setiap orang mengenal sosok pendidik yang berjasa membangun, mendidik, mengayomi, melayani, dan membina generasi muda dalam mencapai pribadi yang baik, utuh, unggul, berkarakter, mandiri, dan berkualitas. Sosok pendidik hadir ketika masyarakat membutuhkan informasi penting di era globalisasi dan memodernisasi, sehingga sosok pendidik diharapkan mampu mengembangkan keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, sosok pendidik juga hadir ketika kehidupan masyarakat semakin majemuk dan penuh dengan keberagaman suku, bahasa, ras, budaya, adat–istiadat, dan agama. Meskipun demikian, setiap orang tentu saja pernah menghina, membenci, merendahkan, meremehkan, dan bahkan ada juga beberapa pihak yang ingin mencelakakannya. Sosok pendidik yang dimaksud adalah Guru BK (Bimbingan dan Konseling), sosok pendidik yang dikenal peserta didik sebagai penolong kehidupan. Kehadiran Guru BK sangat dibutuhkan oleh masyarakat ketika masalah kehidupan semakin kompleks, seperti kekerasan dalam rumah tangga, konflik antar suku, ras, dan agama, tawuran antar pelajar, seks bebas, narkoba, serta
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
terbatasnya lapangan pekerjaan. Kompleksitas masalah yang dialami masyarakat, membuat Guru BK dituntut untuk memiliki kompetensi yang baik dalam mencapai tujuan profesional di dunia pendidikan. Kompetensi profesional Guru BK sangat dibutuhkan dalam menangani berbagai permasalahan hidup yang ada disekitarnya, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. Beranjak dari pengalaman peneliti ketika mengikuti kegiatan PPL BK di SMP Negeri 15 Yogyakarta, peneliti menemukan beberapa kesulitan yang dialami Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional. Data yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung, ditemukanlah beberapa faktor yang menghambat Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional, diantaranya: 1) faktor usia; 2) faktor perekonomian; 3) faktor manajemen waktu; 4) faktor ilmu pengetahuan dan teknologi; dan 5) faktor penyesuaian diri terhadap kurikulum baru. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan 5 orang Guru BK di Yayasan IPEKA Puri Indah Jakarta Barat. Hasil wawancara ini berorientasi pada kemampuan dan kedisiplinan setiap Guru BK. Orientasi masalah yang dihadapi oleh Guru BK adalah sebagai berikut: 1) konflik dengan pimpinan yayasan/sekolah, rekan guru mata pelajaran, rekan sesama Guru BK, maupun staff/ karyawan; 2) kebijakan pihak yayasan pusat yang dinilai tidak mendukung Guru BK dalam mengikuti berbagai kegiatan di luar IPEKA; 3) Guru BK mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami filosofi, konsep dasar, tujuan, metode, teknik, dan praksis BK, serta tidak memiliki kemampuan dalam hal manajemen kelas dengan baik, terkhususnya bagi Guru BK dari lulusan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
S1/S2 Non BK; dan 4) Terjadi pro dan kontra antara Guru BK dengan pimpinan yayasan/sekolah, rekan guru mata pelajaran, rekan sesama Guru BK, dan staff/karyawan terkait dengan kinerja Guru BK dalam sistim pendidikan. Terkait dengan permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Puri Indah, Kepala SMA IPEKA Puri Indah mengungkapkan bahwa Guru BK perlu diberikan pengarahan dan pemahaman tentang pentingnya mempelajari hal–hal yang berkaitan dengan bidangnya, seperti (1) bagaimana cara Guru BK komitmen dengan profesinya; (2) bagaimana cara Guru BK memahami dan melaksanakan kode etik profesinya; (3) bagaimana cara Guru BK bekerjasama dengan rekan sesama Guru BK, guru mata pelajaran, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat; (4) bagaimana cara Guru BK membuat program pembelajaran atau layanan dengan baik dan tidak memihak; (5) bagaimana cara Guru BK memberikan layanan BK yang berasas-kan pada pendidikan ke–Tuhan–an Yang Maha Esa; (6) bagaimana cara Guru BK bersikap, bertindak, bertutur kata, berpikir, beradaptasi, berkarya, dan bereksperimen dalam berbagai hal; (7) bagaimana cara Guru BK menguasai, mengimplementasikan, dan merancang setiap program yang hendak dilaksanakan dalam bidang ke–BK–an; serta (8) bagaimana cara Guru BK mengaitkan bidangnya dengan kehidupan rohani. Kedelapan hal ini merupakan tantangan bagi Guru BK dan juga bagi para guru mata pelajaran lainnya, agar setiap tenaga pendidikan perlu memperhatikan hal–hal yang mengarah pada esensitas kinerja yang berdedikasi, bermutu, bermoral, berkarakter, dan ber-Tuhan. Hal ini dapat melengkapi makna kompetensi profesional dalam status setiap guru. Apabila seorang guru tidak memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
kelima esensitas tersebut dan tidak menyatukan makna kompetensi profesionalnya, maka akan menimbulkan keraguan, kesalahan, dan kegagalan, serta kericuhan dalam kinerjanya di lembaga pendidikan. Selain permasalahan–permasalahan yang telah dipaparkan di atas, pendidikan di Indonesia masih terbatas dengan jumlah sumber daya manusianya. Eddy Wibowo, Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Kompas, 23 Januari 2013), menyebutkan bahwa jumlah Guru BK yang ada di Indonesia saat ini hanya mencapi 33.000 orang, artinya, perbandingan jumlah Guru BK dengan peserta didik belum mencapai 1:150, sehingga Guru BK perlu mengupayakan diri dalam meningkatkan kompetensinya sebagai tenaga ke– BK–an dan pendidik yang profesional. Permasalahan–permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK dapat disebabkan juga oleh rendahnya hasil uji kompetensi guru. Muhammad Nuh (dalam Skripsi Pramesti Ayuningtyas, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), mengatakan bahwa nilai uji kompetensi yang diperoleh guru di Indonesia pada tahun 2012 di bawah rata–rata, yaitu 42,25. Artinya, nilai rata–rata uji kompetensi guru di Indonesia pada tahun 2012 masih rendah, dan hal tersebut dapat terjadi pada profesi Guru BK. Hasil penilaian uji kompetensi guru yang diungkapkan oleh Muhammad Nuh (Ayuningtyas, 2012), dapat menurunkan semangat dan kinerja Guru BK dalam mengembangkan kompetensi profesional di sekolah. Berikut ini adalah penyebab–penyebab rendahnya kinerja Guru BK di Indonesia, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
1. Hasil PLPG Guru BK untuk jenjang SMP pada tahun 2010–2011 tingkat kelulusan Guru BK di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, masih di bawah 75%, sedangkan pada tahun 2011–2012 tingkat kelulusan Guru BK masih tidak memuaskan dan mengalami peningkatan sangat signifikan, yaitu 91,5%. (Ayuningtyas, 2012). 2. Hasil Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling wilayah Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diketahui bahwa persentase Guru BK untuk jenjang SMP yang berpendidikan S1 non bimbingan dan konseling cukup tinggi, yaitu 25%. (Ayuningtyas, 2012) 3. Ilfiandra (2006), mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, menunjukkan kinerja Guru BK masih tidak memuaskan. Persentase kinerja Guru BK yang dipandang tidak memuaskan masih cukup tinggi, yaitu 64,28%, sedangkan persentase kinerja Guru BK yang dipandang memuaskan hanya sekitar 35,71%. Berikut ini adalah urutan aspek yang dipandang tidak memuaskan, yaitu: a. Pengetahuan tentang keterampilan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan persentase responden, yaitu 36,74%. b. Kepribadian Guru BK dengan persentase responden, yaitu 29,85%. c. Pengetahuan tentang layanan bimbingan dan konseling dengan persentase responden, yaitu 21,28%. (Harjanti, 2010) Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat tema penelitian, yaitu "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)".
B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang masalah mengenai "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)", peneliti menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut: 1. Ada indikasi kompetensi profesional Guru BK masih sangat terbatas karena kurang memahami landasan teori di bidang ke–BK–an, metode dalam berpraktek konseling, asas–asas dalam memberikan layanan ke–BK– an yang sesuai dengan etika profesi BK, cara membuat media, cara membuat satuan layanan bimbingan, cara mengolah data, dan teknik–teknik dalam konseling. 2. Keterampilan Guru BK dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat terbatas. 3. Keterbatasan jumlah tenaga guru yang berperan di bidang ke–BK–an, dapat menjadi salah satu alasan pihak sekolah untuk menunjuk guru mata pelajaran sebagai Guru BK. 4. Ada indikasi Guru BK kurang mengikuti pelatihan dan pengembangan di bidang ke–BK–an yang diselenggarakan oleh lembaga–lembaga terkait, seperti perguruan tinggi, pemerintah, atau ABKIN.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
5. Belum adanya penelitian yang menunjukkan hasil dari upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya.
C. Pembatasan Masalah Fokus kajian dari penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang teridentifikasi di atas terkait "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)".
D. Rumusan Masalah Fokus dari penelitian ini adalah "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)", sehingga rumusan masalah yang ingin diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi tingkat upaya–upaya yang dilakukan oleh Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya? 2. Aspek kompetensi profesional apa saja yang paling dominan ditingkatkan oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
3. Butir instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah sebagai dasar tindak lanjut program pelatihan pengembangan kompetensi profesional Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta? 4. Permasalahan–permasalahan apa saja yang dihadapi Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan tingkat upaya–upaya Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. 2. Mengetahui aspek kompetensi profesional yang paling dominan diupayakan dan ditingkatkan oleh Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016. 3. Mengetahui butir–butir instrumen yang teridentifikasi rendah sebagai dasar tindak lanjut program pelatihan dan pengembangan kompetensi profesional Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta. 4. Mengetahui permasalahan–permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
F. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini. Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pembahasan dari penelitian ini terkait dengan berbagai upaya yang perlu ditempuh Guru BK dalam memperoleh kompetensi profesionalnya di lembaga pendidikan, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi cara pandang kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru kelas, staff sekolah, dan peserta didik serta lembaga pendidikan dalam mendukung kinerjanya sebagai petugas layanan bimbingan.
2. Manfaat praktis a. Bagi Lembaga Penyelenggara Pendidikan Guru BK Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan Bimbingan dan Konseling Indonesia, terkhususnya bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan agar lembaga pendidikan memberikan perhatian, motivasi, dan dukungan kepada setiap guru dan mahasiswa Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan kompetensi profesional di lembaga pendidikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
b. Bagi Pihak Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat juga bagi pihak sekolah, terkhusus bagi kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan wakil dari penyelenggara pendidikan. Penelitian ini bertujuan agar kepala sekolah memberikan arahan, motivasi dan dukungan kepada Guru BK dalam meningkatkan profesionalnya sebagai tenaga bimbingan di sekolah. Bentuk dukungan yang perlu dilakukan kepala sekolah adalah mengikutsertakan Guru BK dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, sehingga Guru BK memperoleh pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan keahlian baru yang dapat menunjang profesinya sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling.
c. Bagi Guru BK Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan motivasi bagi Guru BK agar terus meningkatkan kompetensi dengan mengembangkan wawasan, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih luas, sehingga Guru BK mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
d. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam rangka untuk melatih diri menjadi seorang Guru BK yang profesional. Selain itu, peneliti dapat mengetahui langkah–langkah yang seharusnya dilakukan dalam mencapai gelar Guru BK yang profesional.
G. Definisi Variabel Supaya tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dari judul penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan-penegasan melalui batasan istilah dalam judul "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)" adalah sebagai berikut: 1. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling adalah upaya memberikan bantuan kepada konseli secara sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram, dan memfasilitasi konseli dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai prinsip, komponen, dan jenis layanan bimbingan dan konseling, sehingga konseli mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan memecahkan permasalahannya sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
2. Guru BK Guru BK adalah pendidik yang memiliki wewenang, keahlian, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, serta memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) di bidang bimbingan konseling, dan memiliki tanggung jawab serta kontribusi penting dalam mendukung keberhasilan peserta didik.
3. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran yang sesuai dengan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan seni yang secara konseptual dapat menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, sehingga dapat memungkinkan guru dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Upaya peningkatan kompetensi profesional adalah upaya seorang tenaga profesional, terkhususnya Guru BK, dalam mentransformasi kemampuan diri di bidang kependidikan melalui penguasaan materi secara konseptual dan dapat menaungi, melengkapi, dan mempersatukan program–program kependidikan, sehingga dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan hakikat Guru Bimbingan dan Konseling, hakikat kompetensi profesional, permasalahan yang dihadapi Guru BK, dan hakikat upaya guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di lembaga pendidikan.
A. Hakikat Guru Bimbingan dan Konseling 1. Guru Pada dasarnya, guru merupakan tenaga profesional yang mengabdikan dirinya di dunia pendidikan dengan tugas pokoknya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing bagi peserta didik agar menjadi pribadi yang menanamkan nilai–nilai Pancasila. Dengan demikian, guru mempunyai kedudukan dan tanggung jawab dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu program pendidikan (dalam Rahman dan Amri: 2014: 18). Selain itu, guru merupakan salah satu komponen dari perangkat sistim yang ada di sekolah, tenaga pendidik yang profesional, dan memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang dianggap sangat potensial dalam membentuk dan membangun karakter, pola pikir, sikap, pola pandang, suara hati, dan komunikasi yang positif, sehingga guru perlu memiliki kemampuan untuk menempatkan diri yang berperan aktif sebagai tenaga yang profesional di bidang pendidikan (dalam Rahman dan Amri: 2014: 45). Mulyasa (2013: 5), berpandangan bahwa guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistim pendidikan secara menyelu-
13
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
ruh dan perlu mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama, sehingga guru merupakan salah satu figur yang menjadi sorotan terkait masalah pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan, cita–cita, dan harapan bangsa di bidang pendidikan, sehingga keahlian, keterampilan, dan kreativitas guru perlu dikembangkan dalam menghasilkan generasi yang cerdas, pandai, dan kreatif. Sudarwan (2010: 17), memaparkan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal. Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyebutkan bahwa kata guru dan pendidik adalah dua hal yang berbeda. Kata pendidik memiliki makna berbahasa Inggris, yaitu educator yang berarti educationist atau educationalist yang bermakna pendidik, spesialis di bidang pendidikan, atau ahli pendidikan. (Peraturan Pemerin-tah No. 74 Tahun 2008), menyebutkan bahwa guru dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: (1) Guru itu sendiri yang dibagi menjadi guru kelas, guru bidang studi, dan guru bimbingan dan konseling, (2) Guru dalam jabatan sebagai kepala sekolah, (3) Guru dalam jabatan sebagai pengawas. Hoetomo (2005: 175), mengatakan bahwa guru adalah seseorang yang bekerja sebagai pengajar, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi, atau sekolah tinggi, dan/ atau universitas. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga kependidikan yang memiliki peran dan posisi sebagai pengajar, pendidik, pengarah, pelatih, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
evaluator dalam membentuk dan membangun tugas perkembangan peserta didik, serta menanamkan nilai–nilai Pancasila kepada peserta didik sebagai pola dasar pembentukan dalam membangun karakter, pola pikir, sikap, pola pandang, suara hati, dan komunikasi yang positif.
2. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling memiliki pengertian yang luas. Winkel dan Hastuti (2010: 27), mengatakan bahwa istilah bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu "guidance and counseling". Namun demikian, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui terlebih dahulu dari kata guidance dan counseling. Pertama, guidance (bimbingan) memiliki pengertian sebagai usaha pemberian bantuan dalam bentuk perencanaan, pengetahuan, pengalaman, informasi, dan pelayanan kepada individu yang mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas perkembangannya. Moegiadi (2010: 29), mengartikan bimbingan sebagai: (1) usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang diri sendiri, (2) usaha memberikan bantuan kepada individu dalam menemukan, memahami, dan mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam dirinya secara efektif, (3) memberikan pelayanan kepada individu agar dapat menentukan pilihan, membuat perencanaan yang jelas, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Natawidjaja (2010: 29), mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu secara berkesinambungan, agar individu dapat memahami dirinya sendiri, sehingga individu mampu mengarahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
dirinya sendiri dan bertindak sewajarnya, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Kedua, Counseling (konseling), memiliki pengertian yang terkait dengan penyuluhan. Kata penyuluhan itu sendiri dianggap kurang sesuai, karena tidak selaras pengertian counseling. Smith (2010: 35), mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor (Guru BK) kepada konseli dalam membuat berbagai intepretasi. Hal–hal yang ingin diintepretasikan dalam proses konseling, yaitu tentang berbagai fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian–penyesuaian yang perlu dilakukan. Andi Mappiare (2010: 35), mengatakan bahwa konseling adalah serangkaian usaha yang dilakukan oleh konselor (Guru BK) dalam membantu konseli secara tatap muka, dengan tujuan agar konseli dapat mengambil tanggung jawab pribadi dalam menghadapi berbagai permasalahan secara khusus. Prayitno dan Amti (Makmun, Psikologi Pendidikan, 2014: 8), mengatakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan terhadap konseli yang sedang mengalami permasalahan melalui wawancara. Palmer dan Mc Mahon (Makmun, 2014: 8), mengatakan bahwa konseling bukan hanya proses pembelajaran kepada konseli, melainkan merupakan suatu aktivitas yang memiliki makna sosial. Secara yuridis, pengertian bimbingan dan konseling tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 111 Tahun 2014 tentang BK Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, mengatakan bahwa bimbingan dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang sesuai kebutuhan dan permasalahan konseli, dan memfasilitasi konseli dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai dengan prinsip, komponen, dan jenis bidang layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan beberapa pengertian tentang bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya memberikan bantuan kepada peserta didik secara sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram, dan memfasilitasi peserta didik dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai prinsip, komponen, dan jenis layanan bimbingan dan konseling, sehingga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan memecahkan permasalahannya sendiri.
3. Guru Bimbingan dan Konseling Guru BK memiliki kategori pengertian yang selaras dengan konselor pendidikan. Pengertian Guru BK, memiliki pemahaman bahwa profesi Guru BK memiliki peran yang sangat penting di lembaga pendidikan. Secara Yuridis, Guru BK dikategorikan sebagai pendidik, seperti halnya yang tercantum dalam (Undang–Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6) tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: pendidik adalah ketenaga pendidikan yang memiliki kualifikasi sebagai guru, dosen, konselor atau Guru BK, pamong belajar, widyaiswara, tutor, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
lain–lain dengan status profesi serta memiliki tugas utamanya dalam proses pembelajaran di sekolah. Jadi, profesi Guru BK dianggap sebagai salah satu daftar pendidik yang ikut berkontribusi dalam keberhasilan peserta didik. Pengertian Guru BK juga tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014, mengatakan bahwa Guru BK adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan memiliki kompetensi di bidang bimbingan dan konseling. Makmun (2014: 12), mendefinisikan Guru BK sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan keahlian dalam memberikan bantuan kepada konseli. Hartono dan Soedarmadji (dalam Makmun, 2014: 13), mengatakan bahwa Guru BK sebagai pihak yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan dianggap sebagai tenaga yang profesional. Berdasarkan beberapa pengertian tentang Guru BK, dapat disimpulkan bahwa Guru BK adalah pendidik yang memiliki wewenang, keahlian, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, serta memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) di bidang ke–BK– an, dan memiliki tanggung jawab serta kontribusi penting dalam mendukung keberhasilan peserta didik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
4. Tugas Guru BK Mengenai tugas–tugas Guru BK, telah tercantum pada (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008) tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru BK yang menyatakan bahwa tugas Guru BK adalah untuk mendukung tugas perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karier dari setiap siswa yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kepribadian masing–masing. Konteks dari tugas guru BK, terdapat pada (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 111 Tahun 2014) tentang BK Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang mengatakan bahwa tugas Guru BK adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan tujuan membantu konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karier. Djumhur dan Moh. Surya (dalam Rahman dan Amri: 2014: 116), berpendapat bahwa seorang Guru BK harus memiliki 5 peranan dalam menjalankan tugas layanannya, yaitu: a. Guru BK sebagai tokoh kunci dalam bimbingan karena memiliki relasi yang sangat baik dengan peserta didik, sehingga Guru BK memiliki kesempatan untuk "mempelajari", mencermati, mengamati, dan memperhatikan hal–hal yang berkaitan dengan kesehatan secara psikologis, tingkah laku, dan kegiatannya selama di sekolah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
b. Memahami peserta didik sebagai individu dengan mengetahui dan mengenal minat, kepribadian, kemampuan, sifat–sifat, kebutuhan, dan masalahnya. c. Melakukan perbaikan tingkah laku peserta didik dengan mempelajari, mencermati, mengenal, dan memahami sebab–sebab timbulnya tingkah laku tertentu yang dapat menimbulkan sesuatu yang kurang baik, serta memperbaiki tingkah laku peserta didik yang kurang baik ke arah yang lebih baik. d. Mengadakan pertemuan personal dengan peserta didik dalam mengetahui kepribadiannya lebih dekat, sehingga Guru BK mampu memberikan bantuan yang memadai kepada peserta didik yang membutuhkan. e. Mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik dalam mengetahui lebih dalam tentang kepribadian, pola hidup, dan latar belakang keluarga peserta didik kesehariannya, sehingga dapat mempermudah Guru BK dalam mengajak orang tua untuk berkolaborasi mencari solusi dari permasalahan dan kebutuhan peserta didik. Terkait dengan upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, tugas Guru BK memiliki kinerja yang bersifat parsial dan setara dengan tugas guru bidang studi lainnya. Namun, konteks dari tugas Guru BK adalah memberikan layanan pendidikan formal melalui bimbingan dan konseling, sehingga Guru BK sangat diharapkan mampu berkolaborasi dengan guru bidang studi dalam menangani permasalahan siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
B. Hakikat Kompetensi Profesional 1. Pengertian Kompetensi Profesional a. Kompetensi Pada dasarnya, kompetensi merupakan deskripsi tentang sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam bekerja, serta wujud pekerjaan yang dapat terlihat (Suyanto, 2013: 47). Selain itu, Rahman dan Amri (2014: 65), mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai–nilai yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan yang dilaksanakan secara profesional dalam menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang sesuai dengan profesinya. Hoetomo (2005: 280), menyatakan bahwa kompetensi sebagai bentuk kewenangan atau kekuasaan dalam menentukan suatu hal atau keputusan. Reber and Reber (2010: 181) menyatakan bahwa kompetensi berasal dari kata berbahasa Inggris, yaitu "competence" yang mengandung makna secara umum, yaitu kemampuan dalam mengerjakan tugas atau mencapai sesuatu. Kompetensi sering disebut sebagai kemampuan seseorang dari segi daya fisik maupun pikiran. Namun demikian, dalam memahami makna dari pengertian kompetensi perlu mencakup berbagai aspek yang terkait dengan fisik, mental, dan spiritualitas. (Jejen, 2011: 27). Mulyasa (Jejen, 2011: 209–210), mengatakan bahwa kompetensi adalah kesatu-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
an pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh setiap guru, terkhususnya Guru BK, dalam menjalankan tugas, baik di dalam dan di luar kelas dengan memiliki 3 standar. Diantara lain sebagai berikut: 1) Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan, tugas, dan jabatannya. 2) Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan diri peserta didik dan lingkungannya. 3) Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan pada kejiwaannya, dapat mengendalikan diri secara emosional, dan selalu mengandalkan Tuhan dalam pekerjaan dan hidupnya, sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas profesionalnya. Finch dan Crunkilton (Mulyasa, 2014: 28) mengemukakan bahwa: "competencies are those tasks, skills, attitudes, values, and appreciation that are deemed critical to successful employment." Makna dari kalimat yang dikemukakan oleh Finch dan Crunkilton, yaitu kompetensi terdiri atas tugas, keterampilan, sikap, nilai, dan apresiasi yang diungkapkan secara kritis untuk keberhasilan kerja. Secara yuridis, pengertian kompetensi terdapat pada (Undang–Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 butir 10),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang perlu dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Departemen Pendidikan Nasional (2004) (dalam Skripsi Mugi Lestari, Universitas Negeri Semarang), menjelaskan bahwa kompetensi bersifat personal, kompleks, dan merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang terkait dengan profesi tertentu, berkenaan dengan bagian–bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan, dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut. Secara garis besar, pengertian kompetensi adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dilandasi oleh cara berpikir, berperilaku, dan bertindak dalam mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab, sehingga dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas atau pekerjaan membutuhkan suatu keterampilan, keahlian, kecakapan, pengetahuan, ketelitian, kemahiran, dan kedisiplinan yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
b. Profesional 1) Profesi Reber and Reber (2010: 752), mengatakan bahwa profesi merupakan istilah yang cenderung memiliki kode etik sebagai bentuk dari pengendalian terhadap perilaku yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh individu. Cully (Mulyasa, 2013: 25) mengartikan profesi sebagai: a vocation in which professionnal knowledge of some department a learning science is used in it's application to the other or in the practice of an art found it. Pernyataan ini mengandung makna bahwa suatu pekerjaan profesional menggunakan teknik dan prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat diabadikan dan dibagikan kepada masyarakat. Rahman dan Amri (2014: 63) mengatakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pendidikan lanjut, keterampilan, keahlian, komitmen pada profesi, tingkat pendidikan yang memadai, keselarasan dengan dinamika kehidupan, dan dedikasi yang tinggi. Howard, dkk (Sudarwan, 2010: 56) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang membutuhkan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh gaji dalam jumlah tertentu. Prayitno (2004: 338) menjelaskan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan. Hakikat profesi adalah tanggapan bijaksana, layanan, dan pengabdian yang ditandai oleh keahlian, teknik, dan prosedur yang matang yang disejajarkan dengan sikap dan kepribadian tertentu. Pada hakikatnya, profesi merupakan suatu ikatan janji terbuka terhadap suatu pekerjaan, lembaga, atau organisasi tertentu, sehingga individu merasa terpanggil di dalamnya. Secara garis besar, profesi adalah suatu pekerjaan yang memiliki lembaga, asosiasi, sertifikasi, kode etik, teknik, dan prosedur sebagai bentuk pengendalian terhadap perilaku, tanggapan bijaksana, layanan, dan pengabdian dalam mengembangkan keahlian dan keterampilan individu melalui proses pendidikan. 2) Profesional Makna profesional, mengacu pada seseorang yang memiliki jabatan, gelar profesi dan mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak, baik secara formal, yaitu pemerintah dan organisasi profesi, maupun secara informal, yaitu masyarakat dan para pengguna jasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
suatu profesi. Kata profesional berasal dari kata berbahasa Inggris, yaitu professionnal yang berarti orang yang memiliki keahlian (dalam Rudi dan Antoni, 2005: 352). Prayitno (2004: 338) menjelaskan bahwa profesional menunjuk pada dua hal, yaitu (1) orang yang menyandang profesi, seperti sebutan bagi seorang profesional; dan (2) penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Namun demikian, istilah profesional sering dipertentangkan dengan istilah non–profesional atau amatiran. Sedangkan dalam Undang–Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 butir 4 yang mengatakan bahwa: profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Secara garis besar, profesional adalah kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang telah terlatih, memiliki jabatan, dan memenuhi standar mutu, serta mendapatkan pengakuan dari pihak lain, sehingga hasil yang diperoleh menjadi sumber penghasilan hidup.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
c. Kompetensi Profesional Mulyasa (2013: 10), menyatakan bahwa kompetensi profesional dinilai sebagai kemahiran dalam merancang, melaksanakan, dan menilai tugas sebagai guru yang meliputi penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Pengertian kompetensi profesional juga tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c, yaitu kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan (dalam Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 2013: 135). Dalam (Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Pasal 3 butir 7 tentang Guru), menyebutkan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang mencakup penguasaan: (1) materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, (2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya. Suyanto (2013: 51), mengatakan bahwa kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
yang harus dikuasai guru yang mencakup, penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dan substansi keilmuannya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Secara garis besar, kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran yang sesuai dengan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan seni yang secara konseptual dapat menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, sehingga dapat memungkinkan guru dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Aspek –Aspek Kompetensi Profesional Guru BK Dalam meningkatkan kompetensi profesional Guru BK, diperlukan adanya aspek-aspek yang mendukung agar Guru BK dapat bekerja secara profesional. Prayitno (dalam tri darma profesi konselor) (2004: 350), terdapat 3 aspek yang perlu dimiliki oleh Guru BK yang profesional adalah sebagai berikut: a. Pengembangan ilmu, yaitu Guru BK harus memiliki dasar keilmuan yang mengarah pada wawasan yang luas, pengetahuan, keterampilan, menjunjung nilai–nilai, dan sikap. b. Pengembangan pelayanan, yaitu Guru BK harus memiliki komponen substansi profesi yang mengarah pada proses pembelajaran dalam bidang pengembangan diri melalui pelayanan konseling.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
c. Penegakkan kode etik profesional, yaitu Guru BK harus mempunyai komponen praktik profesi yang mengarah pada kemampuan Guru BK dalam mematuhi, menaati, dan melaksanakan kode etik profesional pada saat menyelenggarakan proses pembelajaran dan pengembangan diri melalui proses pelayanan konseling. Adams dan Decey (2009: 9), mengatakan bahwa ada beberapa peranan dan kompetensi penting yang perlu diperhatikan Guru BK dalam proses layanan ke–BK–an yang mengarah pada profesional seorang Guru BK adalah sebagai berikut: a. Guru BK sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar yang hendaknya menguasai metode, teknik, teori, teknologi, dan struktur yang sesuai dengan kaidah–kaidah dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. b. Guru BK sebagai mediator, fasilitator, motivator, dan tutor yang hendaknya menguasai pengetahuan dan pemahaman yang komunikatif serta relevan dengan kehidupan pada umumnya, sehingga konselor dituntut untuk meningkatkan berbagai kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan dalam menghadapi segala bentuk permasalahan yang ada dan memiliki pengalaman dalam menemukan solusi yang terbaik dan tepat dari permasalahan tersebut. c. Guru BK sebagai pengelola kelas yang hendaknya menguasai kelas dalam memberikan suasana belajar yang kondusif dan efektif serta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
nyaman agar tujuan layanan ke–BK–an dapat tercapai dan sesuai dengan harapan. d. Guru BK sebagai evaluator yang mampu mengadakan evaluasi dari kegiatan layanan ke–BK–an secara keseluruhan selama beberapa periode tertentu agar dapat diketahui hal–hal apa saja yang sudah dapat atau tidak dapat dicapainya dalam proses layanan ke–BK–an, sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat dilakukan perbaikan. Secara yuridis, aspek-aspek yang perlu dimiliki oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di sekolah, terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008 (dalam skripsi Restu Setyoningtyas, Universitas Negeri Semarang dan Handout), mencantumkan 7 (tujuh) kompetensi profesional yang perlu dimiliki oleh Guru BK. Diantara lain sebagai berikut: a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli. b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. c. Merancang program bimbingan dan konseling. d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif. e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling. f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.
3. Indikator Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Peningkatan kompetensi profesional dapat dicapai oleh Guru BK melalui upaya yang dilakukan. Berikut ini adalah indikator–indikator upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu: a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah siswa 1) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar mandiri. 2) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar dari pihak lain. 3) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan mencari sumber buku yang relevan. b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. 1) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar mandiri. 2) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar dari pihak lain. 3) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan mencari sumber buku yang relevan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
c. Merancang program bimbingan dan konseling. 1) Belajar merancang program bimbingan dan konseling secara mandiri. 2) Belajar merancang program bimbingan dan konseling dari pihak lain. d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif. 1) Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif secara mandiri. 2) Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif dari pihak lain. e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling. 1) Menyadari adanya proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. 2) Mengadakan tindak lanjut terhadap proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional. 1) Aktif dalam organisasi ke–BK–an dan non ke–BK–an. 2) Aktif dalam mengadakan penelitian BK. 3) Aktif dalam seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an. 4) Aktif dalam kegiatan MGBK. 5) Aktif mengikuti PPG–BK.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. 1) Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar mandiri. 2) Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar dari pihak lain.
C. Permasalahan yang Dihadapi Guru BK Permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di dunia pendidikan, seringkali diidentikan dengan permasalahan pengembangan diri dan kompetensi Guru BK dalam memahami landasan teori bimbingan dan konseling. Namun, ada berbagai permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Mulyasa (2013: 10), menyebutkan 4 permasalahan yang sedang dihadapi oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu: a. Masih terdapat banyak guru, termasuk Guru BK yang tidak menekuni profesinya secara utuh, b. Belum adanya standar profesional guru, termasuk Guru BK, sebagaimana tuntutan di negara–negara maju, c. Ada kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan output di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru, termasuk Guru BK yang tidak patuh terhadap etika profesinya, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
d. Kurangnya motivasi guru, termasuk Guru BK, dalam meningkatkan kualitas diri karena guru (Guru BK) tidak dituntut untuk mengadakan penelitian, sebagaimana yang telah diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi. Selain itu, permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya dapat disebabkan oleh beberapa hal. Diantara lain: 1) kurangnya sarana dan prasarana belajar, 2) kurangnya keahlian, kedisiplinan, motivasi, dan kemauan bekerja dalam tim dengan rekan sesama guru, 3) rendahnya kesejahteraan guru, 4) masih rendahnya kualitas, kualifikasi, kompetensi guru, dan 5) rendahnya motivasi guru dalam meraih pendidikan yang lebih tinggi. (Jejen, 2011: 4–6).
D. Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalnya Di Lembaga Pendidikan 1. Pengertian Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Upaya peningkatan dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan perihal tertentu yang hendak ingin dicapai. Kata upaya dapat diartikan sebagai usaha. Usaha itu sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud, pekerjaan yang dapat menghasilkan sesuatu, dan perbuatan (Hoetomo, 2005: 580). Reber dan Reber (2010: 303), mengartikan upaya sebagai tindakan yang dilakukan secara sukarela atau atas inisiatif sendiri. Kata peningkatan berasal dari suku kata "tingkat" yang diartikan sebagai tinggi rendahnya suatu martabat, kedudukan, jabatan, kemajuan, taraf,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
dan kelas (Hoetomo, 2005: 543). Reber dan Reber (2010: 528), kata tingkat berasal dari bahasa inggris, yaitu level, yang artinya sebuah pengukuran suatu performa. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2009: 615), memiliki dua pengertian peningkatan, yaitu 1) kenaikan, promosi; dan 2) eskalasi, pengembangan, serta penambahan. Salim dan Salim (1991: 1620 dan 2010: 737), kata peningkatan berasal dari bahasa Inggris, yaitu improvement yang artinya proses, cara, dan perbuatan untuk meningkatkan perihal tertentu. Wardiman (Suyanto, 2013: 28), mengatakan bahwa upaya profesional adalah upaya guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya dalam bentuk tindakan nyata dalam mendidik dan mengajar. Apabila dari beberapa pengertian di atas dikaitkan dengan upaya peningkatan kompetensi profesional, maka dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan kompetensi profesional adalah upaya seorang tenaga profesional, terkhususnya Guru BK, dalam mentransformasi kemampuan diri di bidang kependidikan melalui penguasaan materi secara konseptual dan dapat menaungi, melengkapi, dan mempersatukan program–program kependidikan, sehingga dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
2. Upaya-Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru BK dapat mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan mengikuti serangkaian program pendidikan dan pelatihan. Pelatihan dan pendidikan Guru BK merupakan kegiatan terstruktur, terorganisir, dan terencana yang dirancang oleh pemerintah dan ABKIN untuk membantu Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di sekolah. Program PPG–BK dapat membuka peluang bagi Guru BK dalam menunjukkan kinerjanya sebagai tenaga profesional. Secara Yuridis, upaya–upaya yang dapat dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru BAB II Pasal 2, menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru BAB I Pasal I butir 4, menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan profesi guru adalah proses pelatihan guru bagi guru dalam jabatan untuk memperoleh sertifikat nasional sesuai dengan tugas atau yang diampu sebagai guru mata pelajaran atau guru kelas. Jadi, dengan kata lain, Guru BK dapat mengupayakan dirinya dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan mengikuti berbagai program penyelenggaraan pendidikan, yaitu sertifikasi, uji kesetaraan guru, pendidikan, dan pelatihan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, maka guru (terkhususnya Guru BK) berhak mengembangkan diri melalui pembinaan dan memiliki kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang ada di sekolah. Penegasan tersebut terdapat dalam (Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 40), menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: 1) pembinaan karier yang sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas; 2) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. (Jejen, 2011: 10). Penjelasan di atas, dapat memperkuat data yang diperoleh melalui hasil wawancara. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, ditemukanlah beberapa hal yang menjadi upaya yang dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di sekolah. Diantara lain sebagai berikut:
a. Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru Bimbingan dan Konseling Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru Bimbingan dan Konseling (PPG–BK) adalah hal yang penting bagi Guru BK. Pendidikan dan pelatihan bimbingan dan konseling memiliki tujuan, yaitu agar setiap Guru BK dapat memperoleh keahlian dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan harapan, mo-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
tivasi, dan cita–cita bagi Guru BK dalam menjalankan tugasnya di sekolah.
b. Mengikuti Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Mengikuti Musyawarah Guru BK (MGBK) merupakan salah satu kegiatan yang perlu diikuti oleh setiap Guru BK. Kegiatan MGBK memiliki tujuan, yaitu membahas, mengevaluasi, dan memperbaiki berbagai pengalaman buruk dari setiap pribadi Guru BK di berbagai sekolah atau perguruan tinggi yang terkait dengan permasalahan, proses layanan, keterlaksanaan program BK, relasi dengan lembaga sekolah, relasi dengan lembaga lainnya, relasi dengan orang tua peserta didik, relasi dengan rekan guru, dan relasi dengan masyarakat yang perlu diketahui dan diselesaikan secara saksama.
c. Mengikuti Seminar atau Workshop Bimbingan dan Konseling Mengikuti seminar atau workshop bimbingan dan konseling, merupakan salah satu upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di lembaga pendidikan. Kegiatan tersebut bertujuan agar Guru BK memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan, baik secara non ke–BK–an maupun ke–BK–an, sehingga kegiatan tersebut menjadi bekal tambahan bagi Guru BK dalam menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
d. Mengadakan Penelitian Mengadakan penelitian, merupakan salah satu bentuk kegiatan yang berguna bagi Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di lembaga pendidikan. Kegiatan memiliki tujuan, yaitu agar Guru BK memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas, sehingga Guru BK diharapkan mampu melaksanakan penelitian tersebut sebagai salah satu kualifikasi memperoleh sertifikasi Guru BK profesional. Santrock (2009: 19), mengatakan bahwa kegiatan penelitian sangat penting dilaksanakan dalam mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas, sehingga hasil yang diperoleh dapat bermanfaat dan memberikan pemahaman yang baru bagi pendidikan di masa depan.
e. Membuat buku Membuat buku adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di lembaga pendidikan. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan berbagai penelitian di lapangan, sehingga hasil penelitiannya tersebut dapat dibukukan. Hal ini dapat menginspirasi bagi seluruh Guru BK, sehingga Guru BK dapat menciptakan mahakarya dan pengetahuan baru di bidang ke–BK–an.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
f. Belajar mengembangkan diri secara pribadi dan mandiri Mengembangkan diri secara pribadi dan mandiri merupakan salah satu upaya yang ditempuh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Jody Capehart (2012: 67) mengatakan: "mengembangkan diri, merupakan suatu kekuatan dalam membangun sebuah jembatan dalam memaksimalkan satu pengalaman belajar bagi semua jenis pembelajaran". Jadi, pengembangan diri tidak hanya berasal dari informasi yang diperoleh dari orang lain, tetapi juga dari proses pribadi yang terus menerus belajar menjadi diri sendiri dengan penuh penerimaan. Terkadang, terdapat banyak paradigma yang salah tentang jati diri, sehingga banyak orang yang terperangkap pada paradigma yang negatif, apabila dikaitkan dengan kompetensi profesional Guru BK, dapat dibentuk ke dalam beberapa pertanyaan antara lain: "Apa yang harus dibangun terlebih dahulu? Bagaimana cara membangun dan menggapainya?". Menjadi seorang Guru BK yang profesional, membutuhkan fondasi sebagai dasar tiang pertama mengenali diri sendiri dan orang lain. Mengenali diri sendiri dan orang lain adalah awal membangun jembatan. Lalu, hal–hal apa saja yang perlu disiapkan untuk membangun jembatan menjadi seorang guru BK profesional? Berikut ini adalah 6 hal yang perlu diperhatikan dan dimiliki oleh Guru BK membangun sebuah jembatan yang utuh dalam mencapai profesionalnya di bidang layanan bimbingan, yaitu: (Jody Capehart, 2012: 71–72)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
1) Kesadaran akan kebutuhan Dalam mencapai suatu gelar Guru BK yang profesional, upaya–upaya yang dapat ditempuh Guru BK adalah mengetahui dan menyadari berbagai kebutuhan yang ingin dicapai dan diperlukan oleh Guru BK. Dengan menelaah kebutuhan pribadi, Guru BK dapat menemukan ide–ide, inovasi, dan pemahaman baru tentang gaya belajar dan mengajar yang berdaya guna dan bermakna.
2) Kesediaan untuk mengubah strategi dari gaya pribadi menjadi gaya murid Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK perlu menyediakan diri untuk mengubah strategi gaya pribadi menjadi gaya seorang murid dan mengenali cara orang lain menumbuhkan gaya belajarnya. Dari strategi tersebut, Guru BK dapat beradaptasi dengan dirinya sendiri. Hal tersebut merupakan proses pembelajaran dan pengenalan terhadap kepribadian Guru BK itu sendiri secara utuh dan tepat.
3) Mobilisasi akan kekuatan pribadi Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK harus memobilisasi dirinya sendiri. Tujuannya untuk mengukur tinggi atau rendahnya kekuatan yang dimiliki dalam mencari berbagai keahlian dan keterampilan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
baru, sehingga perlu adanya motivasi dan dukungan bagi Guru BK untuk lebih maju dan kritis dalam menentukan arah dan tujuannya dengan tepat. Dalam mengukur kekuatan pribadi, Guru BK perlu mengembangkan diri dalam menanamkan suara hati dan tanggung jawab secara realistik dan mandiri. Suara hati terkait dengan perasaan yang mengarah pada cara Guru BK mengelolanya. Suara hati dapat dikembangkan, apabila Guru BK melakukan segala tugasnya dengan kesungguhan hati dan penuh tanggung jawab, sehingga kharisma Guru BK dapat terukur dan teruji.
4) Usaha untuk mempelajari strategi baru Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK perlu memiliki kompetensi dalam mempelajari strategi baru dalam menangani suatu permasalahan yang ada disekitarnya. Strategi ini mengarah pada kemampuan Guru BK dalam mencari suatu solusi yang tepat, agar setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan baik.
5) Mengapresiasi adanya perbedaan Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK perlu mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan yang ada dalam kehidupan masyara-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
kat. Sikap toleransi merupakan bentuk apresiasi dan penghargaan Guru BK terhadap perbedaan yang dimiliki oleh orang lain. Sikap tersebut dapat mencerminkan citra diri yang menghargai karya Tuhan, sehingga Guru BK mampu menyesuaikan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk.
6) Tekad mengajar untuk mencapai tujuan Tekad mengajar untuk mencapai tujuan adalah salah satu yang perlu diupayakan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional. Namun, hal ini perlu dipahami, diukur, dan dianalisis dalam mengetahui tinggi–rendahnya tekad yang dimiliki oleh Guru BK secara pribadi dalam kegiatan belajar–mengajar. Kathleen Butler (dalam Jody Capehart, 2012: 73), mengatakan bahwa mengukur tekad seseorang sangat baik digunakan dalam memastikan apakah tekad yang dimiliki dapat memperkuat atau melemahkan pemahaman baru yang ada disekitarnya. Pengukuran tekad Guru BK dalam kegiatan belajar–mengajar dapat dilakukan oleh Guru BK bersangkutan. Hal ini perlu dilakukan oleh Guru BK bersangkutan agar dapat mengetahui tinggi– rendahnya tekad yang dimilikinya sendiri dalam kegiatan belajar– mengajar, sehingga tekad yang dimiliki oleh Guru BK dapat membangun jembatan penghubung di dalam dirinya. Apabila Guru BK mampu membangun jembatan penghubung di dalam dirinya, maka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
hal ini dapat mengantarkannya pada suatu pencapaian tugas, yakni memiliki kompetensi profesional yang baik sebagai petugas yang memberikan layanan di bidang bimbingan dan konseling.
E. Profil Yayasan IPEKA 1. Profil Awal Berdiri Yayasan IPEKA Yayasan IPEKA merupakan salah satu yayasan Kristen terbesar di Indonesia. IPEKA merupakan singkatan dari Ayat Alkitab, yaitu Iman, Pengharapan, dan Kasih yang terambil dari 1 Korintus 13: 13. Yayasan ini didirikan pada 16 Juli 1979. Yayasan ini didirikan atas dasar keprihatinan seorang hamba Tuhan dari Gereja Kristus Yesus (GKY) melihat keluarga Kristen yang sulit mendapatkan sekolah yang berkualitas bagi anak–anak mereka, sehingga beliau sangat menggumulkan hal tersebut kepada Tuhan untuk membukakan visi mendirikan sekolah Kristen. Yayasan IPEKA berdiri dengan menerapkan filosofi kekristenan dalam membangun pendidikan. Filosofi pendidikan Kristen yang diterapkan oleh yayasan IPEKA memiliki tujuan, yaitu: a. Memfasilitasi pemulihan gambar Allah dalam diri anak–anak. b. Membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan. c. Menjadi manusia sejati yang dapat mewujudkan rancangan indah yang Tuhan persiapkan bagi diri mereka. (Profesor Stephen Perks) Perwujudan dari ketiga tujuan filosofi pendidikan tersebut, Yayasan IPEKA menginvestasikan segala sumber daya untuk mengembangkan ku-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
rikulum pendidikan yang berbasis Alkitab, yaitu IPEKA Christian Education Curriculum. Kurikulum tersebut dirancang dengan ciri khas karakter kristiani yang mengedepankan manusia sebagai pribadi yang tangguh, takut akan Tuhan, berharga, bermoral, cerdas, berprestasi, disiplin, bertanggung jawab, dan terampil. Kurikulum ini merupakan hasil penyeleksian kurikulum yang telah dirancang oleh pemerintah, sehingga seluruh materi dan metode pengajaran dan pembelajaran yang akan diterapkan tidak asal dipelajari, dipahami, dan dimengerti, serta diajarkan pada saat menjelaskan materi kepada siswanya. Yayasan IPEKA mempunyai visi, misi, nilai–nilai inti, dan motto yang mengandung makna kekristenan, sehingga yayasan ini mampu menjadi salah satu yayasan Kristen yang mengintegrasikan pendidikan antara iman dan pengetahuan. Berikut ini visi, misi, nilai–nilai inti, dan motto yang diterapkan oleh yayasan IPEKA, yaitu: 1) Visi yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA, yaitu menjadi lembaga pendidikan Kristen unggulan yang menyatakan Kristus sebagai sumber hikmat dan pengetahuan. 2) Misi yang diterapkan oleh Yayasan Kristen sekolah IPEKA, yaitu mendidik siswa secara utuh berlandaskan nilai kristiani. 3) Nilai–nilai inti yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA, yaitu melayani, disiplin, integritas, pembelajar seumur hidup, dan saling menghargai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
4) Motto yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA, yaitu Better Education in Science and Truth atau disingkat menjadi BEST. Motto ini menerapkan filosofi pendidikan Kristen yang integratif yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, yaitu mempersatukan iman dan ilmu dalam proses pendidikan, sehingga siswa yang dididik di Yayasan IPEKA tidak hanya diajarkan untuk memahami pengetahuan, tetapi juga dididik untuk memahami kegunaan dan penggunaan pengetahuan tersebut yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
2. Lokasi Yayasan Per Wilayah Pada awalnya, Yayasan ini merupakan yayasan kecil yang hanya memiliki jumlah siswa sebanyak 92 orang, jumlah tenaga pendidiknya saat itu pun hanya berjumlah 5 orang. Namun demikian, seiring dengan perkembangan zaman yang sangat pesat dan sulitnya mendapatkan pendidikan yang berkualitas, maka yayasan ini pun mulai mengembangkan program pendidikan. Yayasan ini akhirnya memprogramkan mendirikan banyak gedung sekolah di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat ini, Yayasan IPEKA memiliki banyak sekolah yang tersebar di wilayah D.K.I. Jakarta, Bekasi, dan Tangerang, Sumatera Selatan (Palembang), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Kalimantan Tengah (Balikpapan), dan memiliki lebih dari 1.000 tenaga pendidik dari berbagai bidang dan jabatan, dan juga memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
jumlah siswa lebih dari 10.000 orang. Berikut ini adalah lokasi–lokasi sekolah yang dimaksud yang disajikan dalam bentuk tabel 1 dibawah ini.
No. 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tabel 1 Wilayah dan Lokasi Yayasan IPEKA Di Seluruh Indonesia Wilayah Lokasi TKK, SDK, SMPK, dan SMAK IPEKA Puri, Jakarta Barat. TKK, SDK, SMPK, dan SMAK IPEKA Tomang, Jakarta Barat. IPEKA Integrated Christian School (TKK, SDK, SMPK, dan SMAK), Jakarta Barat. D.K.I. Jakarta, Bekasi, dan TKK, SDK, SMPK, dan SMAK Tangerang IPEKA Pluit, Jakarta Utara. TKK, SDK, SMPK, dan SMAK IPEKA Sunter, Jakarta Utara. TKK, SDK, SMPK, SMAK IPEKA Grand Wisata, Bekasi TKK, SDK, SMPK, dan SMAK IPEKA BSD, Tangerang Sumatera Selatan TKK, SDK, SMPK, dan SMAK IPEKA Palembang Sulawesi Selatan TKK, SDK, SMPK, dan SMAK IPEKA Makassar Kalimantan Tengah TKK, SDK, SMPK, dan SMAK IPEKA Balikpapan.
3. Lembaga-Lembaga Pendidikan Yayasan IPEKA Seiring dengan perkembangan zaman di bidang pendidikan, baik ilmu, pengetahuan, dan teknologi, serta perkembangan di bidang sosial dan karier, Yayasan IPEKA membangun 2 lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai pusat layanan konseling, pembinaan, pelatihan, pembelajaran, dan pengembangan yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan setiap koordinator lokasi yayasan, ketua yayasan, kepala sekolah, guru, karyawan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
dan siswa, serta orang tua siswa dalam menghadapi tantangan global. Lembaga–lembaga yang didirikan oleh Yayasan IPEKA adalah IPEKA Counseling Center (ICC) dan IPEKA Learning and Development Center (ILDC).
a. IPEKA Counseling Center (ICC) Pada awalnya, IPEKA Counseling Center (ICC) merupakan pengembangan dari Pusat Konseling dan Pelatihan IPEKA. Pusat Konseling dan Pelatihan IPEKA didirikan pada tanggal 30 Agustus 1996. Awalnya, lembaga ini hanya berfokus pada masalah individu, keluarga, dan pendidikan. Lembaga ini terbentuk berawal dari keprihatinan akan banyaknya permasalahan psikologis dan rohani yang dialami oleh jemaat gereja, orang tua, dan siswa yang selama ini tidak dapat tertampung dan tidak terakomodasi oleh pihak gereja maupun sekolah, sehingga Yayasan IPEKA memberikan dukungan dengan menyediakan tempat dan fasilitas pelayanan tersebut. Bentuk layanan yang disediakan oleh ICC terdiri atas konseling, psikotes, dan asesmen, serta seminar, dan pelatihan bernuansa kekristenan. Pada tahun 2006, Pusat Konseling dan Pelatihan IPEKA mengalami perubahan menjadi Pusat Konseling IPEKA (IPEKA Counseling Center (ICC)). Perubahan tersebut diiringi dengan perluasan wilayah layanan hingga mencakup dunia usaha dan industri. Filosofi pelayanan yang diterapkan oleh ICC adalah filosofi konseling pasto-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
ral, sehingga pola pandang atau worldview yang digunakan berdasarkan dengan iman Kristen.
b. IPEKA Learning and Development Center (ILDC) ILDC didirikan pada tanggal 15 Januari 2009. ILDC didirikan atas dasar semangat Yayasan IPEKA sebagai yayasan Kristen unggulan yang memiliki sumber daya manusia, yaitu tenaga pendidik dan karyawan yang berkualitas. ILDC memiliki misi, yaitu mengkoordinasi dan menyelenggarakan pelatihan, pembelajaran, dan penelitian. Misi yang diterapkan oleh ILDC merupakan wujud kerinduan Yayasan IPEKA dalam menghasilkan tenaga pendidik dan karyawan yang handal, berkarakter, cerdas, dan terintegrasi, serta cinta Tuhan dalam menjalankan misi di Yayasan IPEKA. Seiring dengan perkembangan zaman, ILDC akan menjadi pusat pembelajaran dan penelitian pendidikan berbasis iman kristiani yang bukan hanya diselenggarakan dalam lingkup IPEKA sendiri, melainkan juga dapat diselenggarakan di luar IPEKA yang juga memiliki basic pendidikan iman kristiani. ILDC juga mampu merancang modul pelatihan, pembelajaran, dan penelitian secara khusus. Modul–modul yang dirancang memiliki pandangan yang sama tentang filosofi pendidikan Kristen yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA sendiri. Berikut ini adalah modul–modul pelatihan yang dirancang oleh ILDC, yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
1) Modul Utama ILDC merancang 3 modul utama pelatihan, yaitu: a) Modul Kepemimpinan, tujuan dari modul tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas soft skill. b) Modul Fungsional, tujuan dari modul tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas hard skill yang sesuai dengan bidang guru bersangkutan. c) Modul Dasar, tujuan dari modul ini adalah mempersiapkan kemampuan dan pengertian dasar yang relevan dengan lingkungan kerja IPEKA.
2) Modul Dasar dan Fungsional Modul ini adalah modul pelaksanaan dengan sejumlah pelatihan, yaitu: a) Mision, Vision, and Values of IPEKA Modul ini mengajak seluruh pimpinan Yayasan IPEKA pusat, pimpinan lokasi, pimpinan sekolah, guru, dan karyawan yang memimpin, mengabdi, dan mengajar di Yayasan IPEKA untuk memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman tentang berorganisasi di tempat mereka bekerja. Oleh karena itu, setiap tenaga pengajar perlu memahami misi, visi, dan nilai–nilai yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Setelah memperoleh, mempelajari, dan memahami modul ini, setiap pimpinan, guru, dan karyawan/staff Yayasan IPEKA dapat menjalankan masing–masing peran dan tugasnya sebagai pendidik yang sesuai dengan misi, visi, motto, dan nilai–nilai Yayasan IPEKA, sehingga hal tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi proses pembelajaran dan pendidikan di Yayasan IPEKA.
b) IPEKA Organizational Culture Sebagai sebuah organisasi, Yayasan IPEKA memiliki 5 (lima) nilai dasar, yaitu melayani, disiplin, pembelajar seumur hidup, integritas, dan saling menghargai. Melalui modul ini, setiap tenaga pendidik mengalami proses internalisasi yang berlandaskan pada 5 nilai tersebut, sehingga setiap tenaga pendidik dapat mengetahui, memahami dan melakukan kelima nilai dasar tersebut, serta menerapkannya dalam proses belajar–mengajar.
c) Biblical Foundation for Christian Educator Modul ini merupakan pelatihan terkait dengan doktrin– doktrin dasar yang dianut oleh GKY. Modul ini membahas secara umum tentang penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, penebusan, dan pengudusan, serta penyucian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
Melalui modul ini, setiap guru dibina dan dilatih untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang Firman Tuhan, sehingga setiap guru dapat mempertanggungjawabkan imannya pada Tuhan melalui bidang pendidikan. Hal ini juga dapat membantu setiap guru dalam memiliki kemampuan untuk membimbing, membina, dan melatih, serta menopang orang lain tentang dasar iman Kristen.
d) Philosophy of IPEKA Christian Education Modul ini adalah pelatihan tentang dasar filosofi pendidikan Kristen yang dianut oleh Yayasan IPEKA. Melalui pendalaman modul ini, setiap pimpinan, guru, karyawan atau staff yang mengabdi dan mengajar di Yayasan IPEKA akan lebih memahami dasar–dasar untuk: (1) Mendidik siswa di dalam Yesus Kristus untuk mengakui kedaulatan Allah. (2) Mendidik siswa untuk mengembangkan karakter dan cara berpikir kekristenan untuk memenuhi panggilan hidupnya dalam membangun peradaban. (3) Mendidik siswa memahami dunia dan realitas dalam kemajemukannya sebagai ciptaan Allah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
(4) Mendidik siswa memahami hakikat manusia, kebutuhannya akan Allah dan tujuan hidupnya sesuai dengan rencana Allah. (5) Mendidik siswa dalam menumbuhkembangkan hikmat, kepandaian, pengetahuan, keterampilan hidup, dan talenta yang Tuhan berikan sebagai pembelajar seumur hidup untuk menggenapi panggilan hidupnya di dalam kasih karunia.
e) Character, Stewardship and Personal Effectiveness Modul ini adalah pelatihan dasar tentang karakter dan cara mengembangkan diri menjadi pribadi yang efektif. Pelatihan ini membahas tentang calling dan stewardship, mission dan vision, communication skill atau listening skill, serta recharging. Melalui modul ini, setiap tenaga pendidik dapat mengetahui panggilan umum dan khususnya secara pribadi dengan Allah, sehingga setiap tenaga pendidik semakin memantapkan hatinya untuk melakukannya, terutama peranan di dalam dunia pendidikan Kristen. Selain itu, setiap tenaga pendidik dapat membangun karakter yang sehat dan berkenan bagi Tuhan, sehingga menjadi pribadi yang efektif, baik di dalam kehidupan pribadinya maupun tim kerjanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
f) IPEKA Basic Leadership Program Modul ini membahas tentang 5 tingkatan kepemimpinan. Pada pembahasannya, definisi kepemimpinan diambil dari teori John C. Maxwell, yaitu kepemimpinan adalah pengaruh. Makna dari definisi tersebut adalah ketika seseorang bertumbuh di dalam kepemimpinan, maka seseorang sedang memperbesar pengaruhnya. Melalui modul ini, setiap tenaga pendidik dapat dibina dan dilatih untuk mempelajari, memahami, dan dapat mengetahui proses pertumbuhan kepemimpinan, serta mempraktikkannya sesuai dengan prinsip kepemimpinan sejati dalam Tuhan.
g) IPEKA Teachers Development Program Program pelatihan ini dirancang untuk membantu setiap guru yang yang mengajar di Yayasan IPEKA dalam memperlengkapi kompetensinya. Program ini menggunakan beberapa modul dengan beberapa pembahasan, yaitu: teori perkembangan dan belajar anak, manajemen kelas, kurikulum dan rencana pengajaran, serta evaluasi belajar. Rancangan modul tersebut memiliki berbagai pembahasan yang diselaraskan dengan Firman Tuhan, sehingga hal tersebut dapat dijadikan pedoman Yayasan IPEKA dalam menyelenggarakan proses pengajaran dan pembelajaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
4. Kegiatan Sosial Yayasan IPEKA Yayasan IPEKA memiliki berbagai kegiatan sosial di bidang pendidikan. Yayasan ini merupakan salah satu yayasan yang ikut mengambil bagian dalam membantu proses pendidikan di daerah. Bentuk bantuan yang disalurkan oleh yayasan ini berupa dana, fasilitas, sarana, prasarana, hingga penambahan jumlah tenaga guru. Hal ini sangat diapresiasi sangat baik dan positif, baik dari pemerintah, pihak sekolah lain, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat, sehingga yayasan ini merupakan salah satu pelopor pendidikan di Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, validitas data, prosedur penelitian tindakan, teknik analisa data, dan indikator keberhasilan.
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Best (Sukardi, 2003:157) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai apa adanya. Sugiyono (2014:463) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat menggambarkan suatu fenomena, peristiwa, dan gejala. Azwar (2014:5) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif lebih menekankan analisis data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Sugiyono (2015:13) menjelaskan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat disebut sebagai metode penelitian tradisional karena metode tersebut sudah lama mantradisi digunakan dalam penelitian. Metode penelitian kuantitatif memiliki landasan filsafat positivisme yang mengarah pada metode penelitian ilmiah karena memenuhi kaidah–kaidah penelitian kuantitatif, yaitu konkrit, objektif, terukur, rasional, dan sistematis.
56
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
B. Setting Penelitian Setting penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pusat Yayasan IPEKA Ruang Tiranus, Kalideres, Jakarta Barat. Penelitian ini dapat dilaksanakan pada saat acara seminar bimbingan dan konseling pada tanggal 14 September 2015. Berikut ini adalah nama–nama sekolah di Yayasan IPEKA Jakarta yang diteliti, beserta dengan lokasi dan wilayah kota yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini:
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Tabel 2 Nama–Nama Sekolah Yayasan IPEKA Jakarta Nama Sekolah Wilayah SDK IPEKA Puri Jakarta Barat SDK IPEKA Tomang Jakarta Barat SDK IPEKA Pluit Jakarta Utara SDK IPEKA Sunter Jakarta Utara SMPK IPEKA Puri Jakarta Barat SMPK IPEKA Tomang Jakarta Barat SMPK IPEKA Pluit Jakarta Utara SMPK IPEKA Sunter Jakarta Utara SMPK IPEKA Grand Wisata Bekasi SMPK IPEKA BSD Tangerang SMAK IPEKA Puri Jakarta Barat SMAK IPEKA Tomang Jakarta Barat SMAK IPEKA Pluit Jakarta Utara SMAK IPEKA Sunter Jakarta Utara
C. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru Bimbingan dan Konseling di Yayasan Sekolah IPEKA Jakarta. Guru BK yang diteliti adalah Guru BK yang memiliki upaya dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Berikut ini adalah jumlah subjek yang diteliti berdasarkan nama sekolah, lokasi, dan/atau wilayah kota yang disajikan dalam bentuk tabel 3 berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Tabel 3 Jumlah Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Nama Sekolah Laki–Laki Perempuan SDK IPEKA Puri, Jakarta Barat 2 SDK IPEKA Tomang, Jakarta Barat 2 SDK IPEKA Pluit, Jakarta Utara 2 SDK IPEKA Sunter, Jakarta Utara 2 SMPK IPEKA Puri, Jakarta Barat 1 1 SMPK IPEKA Tomang, Jakarta Barat 2 1 SMPK IPEKA Pluit, Jakarta Utara 3 SMPK IPEKA Sunter, Jakarta Utara 2 SMPK IPEKA Grand Wisata, Bekasi 1 SMPK IPEKA BSD, Tangerang 2 SMAK IPEKA Puri, Jakarta Barat 1 1 SMAK IPEKA Tomang, Jakarta Barat 1 2 SMAK IPEKA Pluit, Jakarta Utara 1 2 SMAK IPEKA Sunter, Jakarta Utara 1 2 Total 7 25
58
Total 2 2 2 2 2 3 3
2 2 3 3 3 32
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner.
1. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang disusun dalam bentuk pertanyaan. Teknik pengumpulan data ini didasarkan pada permasalahan responden yang hendak diteliti, sehingga peneliti dapat menemukan hal–hal yang dapat dijadikan solusi dari permasalahan responden (Sugiyono, 2010: 194). Komaruddin (2007: 295), mengartikan wawancara sebagai suatu teknik riset dalam bentuk pengamatan langsung melalui pertanyaan kepada responden. Burke, dkk (Sugiyono, 2014: 188) menya-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
takan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan kepada pihak yang hendak diwawancarai. Wawancara yang tersusun dilakukan secara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas tanpa menggunakan pedoman yang telah tersusun (Sugiyono, 2014: 191). Pedoman wawancara yang akan diberikan kepada Guru BK terkait dengan tema penelitian. Berikut ini disajikan pedoman wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu: a. Berapa lama anda sudah berprofesi sebagai Guru BK? b. Hambatan–hambatan apa saja yang pernah dialami Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya? c. Dampak negatif apakah yang anda dapatkan, ketika anda mengalami hambatan dalam meningkatkan kompetensi profesional di sekolah? d. Bagaimana proses anda dalam mengupayakan diri untuk meningkatkan kompetensi profesional anda sebagai Guru BK di sekolah, sedangkan anda mengalami berbagai hambatan? e. Apa yang menjadi kekuatan anda, sehingga anda mampu menyelesaikan hambatan–hambatan yang dapat mengganggu upaya anda meningkatkan kompetensi profesional sebagai Guru BK di sekolah? Hasil wawancara yang diperoleh dapat dilakukan dengan memberikan kode terhadap setiap jawaban yang telah diberikan dari 5 orang Guru BK di Yayasan IPEKA Puri Indah. Hasil wawancara disajikan pada tabel 4 pada Lampiran 1.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
2. Kuesioner Kuesioner ini memuat pernyataan–pernyataan yang berkaitan dengan upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional. Kuesioner ini disusun oleh peneliti dengan menggunakan prinsip penskalaan semantic defferensial. Sugiyono (2010: 140), menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari prinsip penskalaan ini adalah berbentuk data interval, sehingga skala ini dapat mengukur tingkat upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Prinsip penskalaan ini digunakan untuk mengukur tingkat upaya yang dilakukan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Prinsip penskalaan ini disusun dalam bentuk garis kontinum. Jadi, bentuk jawaban yang tersedia terdiri atas: a) "sangat sering", dan b) tidak pernah. Bentuk penskoran yang terdapat pada jawaban, didasarkan pada pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Apabila jawaban responden pada pernyataan adalah positif, maka skoring yang diberikan dimulai dari angka 1 sampai dengan 10. Sedangkan apabila jawaban responden pada pernyataan adalah negatif, maka skoring yang diberikan dimulai dari angka 10 sampai dengan 1. Berikut ini adalah contoh prinsip penskalaan semantic defferential. Gambar 1 Pernyataan Positif Saya datang mengajar tepat waktu Tidak Pernah 1
2
3
4
5
6
7
Sangat Sering 8
9
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 2 Pernyataan Negatif Saya mendapatkan sanksi dari kepala sekolah Tidak Pernah 10
9
8
7
6
5
4
61
Sangat Sering 3
2
1
Setiap pernyataan yang tersedia pada kuesioner ini, responden hanya diminta untuk memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Cara menjawab pernyataan tersebut hanya diminta untuk memberikan tanda lingkaran (O) yang sesuai dengan jawaban responden. Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada setiap item, dengan demikian, dari hasil penjumlahan jawaban responden dari setiap item yang tersedia, dapat diketahui tinggi–rendahnya upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Aspek kuesioner yang dibuat oleh peneliti, didasarkan pada aspek– aspek kompetensi profesional menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifiklasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Berikut ini kisi–kisi instrumen penelitian tentang upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional disajikan dalam tabel 5.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Tabel 5 Kisi –Kisi Instrumen Penelitian Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional No. Item Aspek Indikator Fav Unfav Menguasai konsep dan Menguasai konsep dan praksis asesmen 1 2 praksis asesmen untuk dengan belajar mandiri. memahami kondisi, Menguasai konsep dan praksis asesmen 3 4 kebutuhan, dan masalah dengan belajar dari pihak lain. siswa
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling
Merancang program bimbingan dan konseling
Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional
Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan mencari sumber buku yang relevan.
5
6
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar mandiri.
7
8
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar dari pihak lain.
9
10
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan mencari sumber buku yang relevan.
11
12
Belajar merancang program bimbingan dan konseling secara mandiri. Belajar merancang program bimbingan dan 2konseling dari pihak lain. Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif secara mandiri. Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif dari pihak lain. Menyadari adanya proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. Mengadakan tindak lanjut terhadap proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. Aktif dalam organisasi ke–BK–an dan non ke–BK–an.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Aktif dalam mengadakan penelitian BK
27
28
Aktif dalam seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an.
29
30
Aktif dalam kegiatan MGBK.
31
32
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling
63
Aktif mengikuti PPG–BK.
33
34
Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar mandiri
35
36
Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar dari pihak lain.
37
38
Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar dari buku– buku literatur yang relevan.
39
40
Kuesioner dikonstruk berdasarkan rekapitulasi yang tertera pada tabel 5. Berikut ini adalah rekapitulasi kuesioner yang tertera dalam bentuk alat instrumen yang telah tersusun pada Lampiran 2. Selain itu, pada proses penyusunan rekapitulasi kuesioner, peneliti menemukan beberapa keterbatasan dalam pembuatan dan penye-baran instrumen penelitian ini, yaitu: a. Tidak menemukan instrumen dari berbagai sumber yang menyusun instrument tentang upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional. b. Proses penyusunan dan pembuatan instrumen tidak mudah, sehingga membutuhkan waktu yang lama. c. Struktur bahasa pada instrumen yang sangat tinggi, sehingga terdapat beberapa Guru BK yang mengalami kesulitan untuk memahami artinya. d. Selama proses penyebaran dan pengisian instrumen, peneliti memperhatikan terdapat beberapa Guru BK yang mengalami keraguan dan kebimbangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
e. Instrumen tidak semua mengungkap upaya Guru BK, tetapi terdapat juga instrumen yang mengungkap tentang minat.
E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat tes yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Azwar (2005: 5) mengatakan bahwa validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan ukurnya. Ary, dkk (2007) menjelaskan bahwa validitas berhubungan sejauhmana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Sebelum mengadakan pengujian validitas ke lapangan, peneliti mengadakan uji keterbacaan dari isi instrumen penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauhmana isi, struktur, dan bahasa setiap instrumen penelitian ini dapat dipahami oleh responden. Pada tahap uji keterbacaan instrumen penelitian, peneliti menggunakan 2 mahasiswi dari Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2011 sebagai responden utamanya. Setelah dilakukan uji keterbacaan, responden menyimpulkan bahwa isi dan struktur dari instrumen ini dapat dipahami. Namun demikian, dari segi bahasa sangat tinggi, seperti kata melalukan (arti: membiarkan berlalu), sehingga responden mengalami kesulitan untuk memahami bahasa yang terdapat pada instrumen penelitian ini. Selain itu, responden memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
saran kepada peneliti bahwa instrumen penelitian ini sangat tepat apabila diberikan kepada Guru BK secara langsung, sehingga dapat memperoleh jawaban yang pasti dan sesuai dengan tema penelitian. Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Azwar (2004: 45) mengatakan validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur yang menggunakan teknik analisis rasional dengan cara professional judgement. Penelitian ini memiliki konstruk instrumen yang sesuai dengan aspek yang ingin diukur dan selanjutnya dapat dikonsultasikan dengan para ahli. Hasil konsultasi dan telaah yang dilakukan oleh para ahli dapat dilengkapi dengan melakukan pengujian empirik, yakni dengan mengkorelasikan skor–skor setiap item terhadap skor total pada setiap aspek yang termasuk dalam instrumen penelitian. Skor setiap item dapat dikorelasikan dengan skor total pada setiap aspek, apabila dirumuskan dengan menggunakan spearman's rho. Spearman's rho merupakan salah satu aplikasi SPSS 21.0 for Window yang terdapat pada program komputer. Berikut ini adalah rumusan korelasi dengan menggunakan Spearman's rho, yaitu:
Keterangan: rs
: koefisien korelasi spearman
Σd² : total kuadrat selisih antar rangking n
: jumlah sampel penelitian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Keputusan yang ditetapkan dalam menentukan nilai koefisien validitas adalah > 0,30 (Azwar, 2007: 103). Apabila nilai koefisien validitas pada item kurang dari 0,30 maka item dinyatakan gugur. Perhitungan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi melalui program SPSS 21.0 for Window. Perhitungan data dilakukan untuk menganalisis data item dan subjek yang dianggap valid maupun unvalid. Berdasarkan hasil perhitungan data dari 40 item yang tersedia bagi 32 Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta, peneliti menemukan sebanyak 32 item dinyatakan valid dan 8 item lainnya dinyatakan unvalid yang disajikan dalam bentuk tabel 6 pada lampiran 3. Setelah melakukan uji coba validitas kuesioner, peneliti membuat kisi–kisi kuesioner baru dengan tujuan peneliti dapat mengambil data penelitian yang riil. Kisi–kisi baru ini memuat item–item yang telah dinyatakan valid atau lolos uji validitasnya. Kisi–kisi kuesioner upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Tabel 7 Kisi–Kisi Kuesioner Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional (Setelah Uji Coba Validitas) Item Item Aspek Indikator Fav Unfav 1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah siswa
2. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling
3. Merancang program bimbingan dan konseling
4. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
5. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
6. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional
Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar mandiri.
1
-
Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar dari pihak lain.
3
4
Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan mencari sumber buku yang relevan.
5
6
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar mandiri.
7
8
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar dari pihak lain.
9
-
Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan mencari sumber buku yang relevan.
11
12
Belajar merancang program bimbingan dan konseling secara mandiri. Belajar merancang program bimbingan dan 2konseling dari pihak lain. Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif secara mandiri. Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif dari pihak lain. Menyadari adanya proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. Mengadakan tindak lanjut terhadap proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. Aktif dalam organisasi ke–BK–an dan non ke–BK–an.
13
14
15
-
17
18
19
-
21
22
23
24
25
26
Aktif dalam mengadakan penelitian
27
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
BK Aktif dalam seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an.
7. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling
-
30
Aktif dalam kegiatan MGBK.
31
-
Aktif mengikuti PPG–BK.
33
34
Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar mandiri
35
36
Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar dari pihak lain.
-
-
Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar dari buku–buku literatur yang relevan.
39
40
2. Reliabilitas Reliabilitas adalah tingkat keterpercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang memiliki realibitas tinggi, dapat memberikan hasil ukur yang terpercaya. Apabila hasil ukur telah terpercaya, maka disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007: 127). Sukardi (2003: 127) menjelaskan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dianggap bernilai tinggi, apabila alat ukur yang disusun memiliki hasil yang konsisten. Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumusan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:
Keterangan rumus: dan
: varian skor belahan 1 dan 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
: varian skor skala Hasil perhitungan indeks realibilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209).
No.
Tabel 8 Kriteria Guilford Koefisien Korelasi
Kualifikasi
1.
0,91 – 1,00
Sangat Tinggi
2.
0,71 – 0,90
Tinggi
3.
0,41 – 0,70
Cukup
4.
0,21 – 0,40
Rendah
5.
Negatif – 0,20
Sangat Rendah
Berdasarkan hasil hasil uji realibilitas, instrumen penelitian ini dinyatakan reliabel untuk dijadikan alat penelitian dengan nilai reliabilitas 0,910. Hasil penghitungan reliabilitas disajikan pada tabel 9.
Cronbach's Alpha .910
Tabel 9 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .923
N of Items 32
F. Teknik Analisis Data Sugiyono (2012) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan yang bersifat mengelompokkan data yang berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data pada setiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data yang digunakan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
penelitian ini adalah kategorisasi distribusi norma. Norma kategorisasi ini didasarkan pada norma–norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009). Upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di Yayasan IPEKA Jakarta, mempunyai 5 kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi yang disajikan dalam tabel 10 berikut ini.
a.
b.
c. d.
Tabel 10 Norma Kategorisasi Norma/KriteriaSkor Kategori X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Tinggi µ +1,5 σ <X Sangat Tiinggi Keterangan: Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh Subjek penelitian berdasarkan Perhitungan skala Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh Subjek penelitian menurut Perhitungan skala Standar deviasi (σ /sd) : Luas jarak rentanggan yang dibagi Dalam 6 satuan deviasi sebaran µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum Rumus norma kategori di atas dapat diterapkan sebagai patokan dalam
mengelompokkan subjek dan item yang valid, dengan tujuan untuk menentukan tinggi–rendahnya upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta. Pertama, menghitung kategorisasi pada subjek. Pada pembahasan sebelumnya, subjek dalam penelitian ini adalah Guru BK, dengan jumlah subjek sebanyak 32 Guru BK, sehingga memperoleh hasil perhitungan sebagai berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Skor maksimum teoritik : 10 X 32 = 320 Skor minimum teoritik
: 1 X 32 = 32
Luas jarak
: 320 – 32 = 288
σ Standar deviasi
: 288 : 6 = 48
µ (mean teoritik)
: (320 + 32) : 2 = 352 : 2 = 176
Hasil perhitungan analisis data skor subjek yang disajikan kedalam norma kategorisasi upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di Yayasan IPEKA Jakarta, dapat diketahui melalui tabel 11 yang akan disajikan berikut ini.
Norma/Kriteria Skor X≤ µ -1,5σ µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ µ +1,5 σ <X
Tabel 11 Kategorisasi Skor Subjek Rentang Skor < 104
Kategori Sangat Rendah
104 – 152 152 – 200
Rendah Sedang
200 – 248 > 248
Tinggi Sangat Tinggi
Kedua, menghitung kategorisasi pada item yang valid. Berdasarkan rumusan norma kategorisasi pada tabel 10, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kategorisasi item yang valid. Penentuan kategorisasi item ini berkaitan dengan tinggi atau rendahnya upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesionalnya di Yayasan IPEKA. Pada pembahasan sebelumnya, jumlah item yang valid berjumlah 32 item, sehingga memperoleh hasil sebagai berikut ini:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Skor maksimum teoritik : 10 X 32 = 320 Skor minimum teoritik
: 1 X 32 = 32
Luas jarak
: 320 – 32 = 288
Standar deviasi
: 288 : 6 = 48
µ (mean teoritik)
: (320 + 32) : 2 = 176
Hasil perhitungan analisis data skor item/butir upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta, disajikan dalam norma kategorisasi sebagai berikut ini.
Norma/Kriteria Skor X≤ µ -1,5σ µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ µ +1,5 σ <X
Tabel 12 Kategorisasi Skor Item Rentang Skor < 104
Kategori Sangat Rendah
104 – 152 152 – 200
Rendah Sedang
200 – 248 > 248
Tinggi Sangat Tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Penyajian hasil penelitian ini meliputi hasil pengolahan data melalui wawancara, dan hasil pengolahan data melalui kuesioner, sedangkan pada penyajian pembahasan akan membahas keseluruhan dari hasil penelitian.
A. Hasil Pengolahan Data Melalui Kuesioner 1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional Pada tahap kedua, pengolahan data kuesioner dilakukan dengan menemukan tinggi–rendahnya upaya Guru BK berdasarkan hasil analisis skor per subjek. Pada penjelasan sebelumnya, jumlah Guru BK yang diteliti sebanyak 32 orang di Yayasan IPEKA Jakarta. Analisis skor per subjek berkaitan dengan upaya Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya dapat ditentukan dengan menggunakan kategorisasi (Azwar, 2007: 107–108). Berdasarkan hasil pengkategorisasian per subjek, maka dapat dilakukan analisis dengan deskriptif kategoris dan persentase. Hasil analisis skor per subjek disajikan dalam bentuk tabel 13 di bawah ini.
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Tabel 13 Hasil Analisis Skor Subjek Tingkat Upaya Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional Norma/ Kriteria Skor
Kategori
Rentang Skor
Distribusi Subjek
Persentase
µ +1,5 σ <X
Sangat Tinggi
> 248
4
12,5%
µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ
Tinggi
18
56,25%
µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ
Sedang
200 – 248 152 – 200
10
31,25%
µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ
Rendah
0
0%
X≤ µ -1,5σ
Sangat Rendah
104 – 152 < 104
0
0%
32
100%
TOTAL
Grafik 1 Tingkat Upaya Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional 60
56,25
50 40 31.25 30
Persentase 20
12.5
10
0
0
0 248> Sangat Tinggi
248 - 200 200 - 152 152 - 104 Tinggi Sedang Rendah
104< Sangat Rendah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Berdasarkan di atas menunjukkan bahwa: 1) Terdapat 4 (12,5%) Guru BK, dikategorikan sangat baik dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta. 2) Terdapat 18 (56,25%) Guru BK, dikategorikan baik dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta. 3) Terdapat 10 (31,25%) Guru BK, dikategorikan cukup baik dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta. 4) Terdapat 0 (0%) Guru BK, dikategorikan buruk dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta. 5) Terdapat 0 (0%) Guru BK, dikategorikan sangat buruk dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta. Berdasarkan data di atas, secara umum tingkat upaya Guru BK dikategorikan tinggi dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta. Berdasarkan wawancara dengan 5 orang Guru BK, mengungkapkan bahwa proses yang dilakukan Guru BK untuk meningkatkan kompetensi profesional, yaitu dengan mengikuti seluruh rancangan program dan sistim pendidikan, baik yang dirancang oleh pihak internal Yayasan IPEKA Jakarta maupun pihak eksternal Yayasan IPEKA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Rancangan program dan sistim pendidikan guru memuat tentang berbagai persyaratan menjadi guru, termasuk Guru BK yang memiliki kompetensi profesional, yaitu dengan mengikuti berbagai pembinaan, pelatihan, dan pembelajaran seperti seminar, Musyawarah Guru BK, penelitian, tes UKGBK (Uji Kompetensi Guru BK), Latihan Dasar Kepemimpinan, menemukan relasi antara bimbingan dan konseling dengan rohani, dan menguasai berbagai teknik, metode, dan konsep dalam memberikan layanan ke– BK–an. Selain itu, Guru BK juga mengupayakan diri dengan membangun keyakinan, semangat, kerja keras, komitmen, kedisiplinan, kesiapan hati, dan relasi yang baik dengan rekan kerja dan Tuhan.
2. Analisis Aspek Kompetensi Profesional Guru BK Pada tahap pertama, pengolahan data kuesioner dilakukan dengan menemukan hasil analisis item per aspek. Pada penjelasan sebelumnya, tujuan dari pengolahan data item per aspek, yaitu mengetahui upaya Guru BK yang paling dominan dan yang paling jarang dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Data ini diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan subjek penelitian, yaitu Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dengan jumlah 32 orang. Berikut ini adalah hasil pengolahan data analisis item per aspek akan disajikan pada tabel 14 dan digambar dalam bentuk grafik 2.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
Tabel 14 Hasil Analisis Aspek yang Ditingkatkan Guru BK Aspek Pernyataan Aspek Persentase Aspek 1 Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk 64,13% memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah siswa. Aspek 2 Menguasai kerangka teoritik dan praksis 58,13% bimbingan dan konseling. Aspek 3 Merancang program bimbingan dan konseling. 63,44% Aspek 4 Mengimplementasikan program bimbingan dan 74,48% konseling yang komprehensif. Aspek 5 Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan 77.73% dan konseling. Aspek 6 Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap 61,1% etika profesional. Aspek 7 Menguasai konsep dan praksis penelitian 75,4% dalam bimbingan dan konseling.
No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Grafik 2 Aspek yang Ditingkatkan Guru BK 80 70 60
74.48 64.13
63.44
77.73
75.4 61.1
58.13
50 40 30
20 10 0 1Aspek 2Aspek 3Aspek 4Aspek 5Aspek 6Aspek 7Aspek Persentase
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Keterangan: Grafik di atas menunjukkan bahwa aspek kompetensi profesional yang mendapat presentase paling tinggi dibandingkan dengan aspek lain adalah aspek kelima, yaitu: "menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling", dengan persentase 77,73%. Berturut–turut kemudian, aspek kompetensi profesional yang mendapat presentase paling rendah adalah aspek 2, yaitu: "menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling", dengan persentase 58,13%.
3. Identifikasi Butir Item yang Masuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional Penggolongan skor item upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di Yayasan IPEKA, dapat ditentukan dengan menggunakan kategorisasi Azwar (2007). Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner setelah uji validitas dan reliabilitas, analisis skor item pengukuran kompetensi profesional diperoleh hasil sebagai berikut yang disajikan pada tabel 15:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
Tabel 15 Hasil Analisis Skor Item Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Rentang Skor Kategori Nomor Item Jumlah Presentase Item Sangat Tinggi 1, 5, 22, 23, 24, 26, 7 21,875% > 248 39 Tinggi 6, 7, 9, 13, 14, 17, 14 43,75% 200 – 248 18, 19, 21, 27, 28, 35, 36, 40 Sedang 4, 8, 11, 25, 31, 33, 7 21,875% 152 – 200 34 104 – 152 Rendah 3, 12, 15, 30 4 12,5% < 104 Sangat Rendah 0 0% Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa: 1) Terdapat 7 (21,875%) item memberikan gambaran bahwa upaya Guru BK dikategorisasikan sangat tinggi dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. 2) Terdapat 14 (43,75%) item memberikan gambaran bahwa upaya Guru BK dikategorisasikan tinggi dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. . 3) Terdapat 7 (21,875%) item memberikan gambaran bahwa upaya Guru BK dikategorisasikan sedang dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. 4) Terdapat 4 (12,5%) item memberikan gambaran bahwa upaya Guru BK dikategorisasikan rendah dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, sehingga membutuhkan perbaikan atau tindak lanjut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
5) Terdapat 0 (0%) item memberikan gambaran bahwa upaya Guru BK dikategorisasikan sangat rendah dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Berdasarkan data di atas, disimpulkan bahwa item–item instrumen upaya Guru BK masuk kategori tinggi dan sangat tinggi. Artinya, item– item tersebut intens dilakukan oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Dari 32 item yang dianalisis, terdapat 4 item yang dikategorikan rendah. Artinya, item tersebut kurang intens dilakukan oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Empat item ini akan dijelaskan secara mendasar tentang penyusunan materi pelatihan dan pengembangan kompetensi profesional Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta. Grafik 3 Skor Item Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
43.75
21.875
21.875 Persentase
12.5
0 248> Sangat Tinggi
248 - 200 200 - 152 152 - 104 Tinggi Sedang Rendah
104< Sangat Rendah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
4. Permasalahan–Permasalahan Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui pencarian, pengumpulan, dan pengolahan data yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini menemukan berbagai kesulitan yang dihadapi oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta, terungkap bahwa terdapat beberapa kesulitan dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Diantara lain sebagai berikut: 1. Pada sisi kode etik profesi, terjadi perselisihan atau kesalahpahaman Guru BK dengan para petinggi pimpinan yayasan, pimpinan cabang, pimpinan sekolah, rekan seprofesi, rekan guru bidang studi, wali kelas, pengawas sekolah, dan staff/karyawan, sehingga tidak terjalin suatu relasi, komunikasi, dan kolaborasi yang baik dan sehat (Guru BK 1 dan Guru BK 4). 2. Pada sisi kebijakan dan rancangan sistim pendidikan, Yayasan IPEKA jarang mengikutsertakan Guru BK dalam berbagai kegiatan di sekolah atau yayasan lain, seperti pelatihan, UKG, seminar, musyawarah atau komite guru, dan lain–lain (Guru BK 2). 3. Pada sisi pengetahuan, Guru BK sulit memahami dan mempelajari berbagai teori ke–BK–an, seperti filosofi, konsep dasar, tujuan, metode, teknik, dan praksis dalam bimbingan dan konseling, serta menemukan relasinya dengan bidang kerohanian (Guru BK 3 dan Guru BK 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
B. Pembahasan 1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016 Setelah mengadakan serangkaian penelitian, dan perhitungan, pengkategorisasian, dan menganalisis data, diperoleh suatu gambaran nyata tentang upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional pada Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa tingkat upaya Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta dikategorisasikan tinggi. Hal ini berarti bahwa Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta telah berupaya meningkatkan kompetensi profesionalnya secara maksimal. Wujud dan bentuk kemaksimalan Guru BK dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional adalah menerapkan 7 aspek kompetensi profesional yang termuat dalam Permendiknas RI No. 27 Tahun 2008. Selain itu, wujud dari kemaksimalan Guru BK lainnya dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya adalah mengikuti seluruh kebijakan, program, dan sistim pendidikan yang dirancang oleh pihak Yayasan IPEKA. Kebijakan, program, dan sistim pendidikan yang dirancang oleh pihak yayasan merupakan unsur pelengkap yang sangat membantu pemerintah dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan guru, terkhususnya Guru BK yang sesuai dengan PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru BAB II Pasal 2, Permendikbud RI No. 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru BAB I Pasal I
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
butir 4, dan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 40. Kegiatan–kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan Yayasan IPEKA dalam membantu Guru BK meningkatkan kompetensi profesionalnya adalah kegiatan pembinaan, pelatihan, pendidikan, pembelajaran, pengembangan, uji kesetaraan atau kompetensi guru, dan menyediakan berbagai fasilitas, sarana, dan prasarana. Namun, Hal ini tentu harus didukung dan diikuti oleh Guru BK bersangkutan, sehingga Guru BK perlu menyadari atas kepedulian pihak Yayasan IPEKA yang telah memberikan bantuan pada setiap Guru BK yang mengalami kesulitan dan permasalahan dalam meningkatkan kompetensi profesional. Akan tetapi, pihak Yayasan IPEKA tidak berhenti sampai pada mengadakan berbagai kegiatan guru yang biasa diadakan di kantor pusat Yayasan IPEKA. Yayasan IPEKA akan memberikan wewenang kepada setiap koordinator lokasi, pimpinan cabang yayasan, dan kepala sekolah, serta pengawas sekolah di setiap wilayah dan jenjang untuk melakukan pengawasan dan penilaian kepada setiap guru, termasuk Guru BK untuk mengetahui tingkat kompetensi profesionalnya yang selama ini telah diupayakan oleh guru bersangkutan, termasuk Guru BK dan Yayasan IPEKA (Kepala Bidang ILDC). Esensi tinggi atau rendahnya upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional, terlihat dari kinerja Guru BK bersangkutan; kepala sekolah dalam memimpin para guru, termasuk Guru BK di sekolah disetiap jenjang; pimpinan cabang yayasan yang memimpin beberapa kepala se-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
kolah dan guru, termasuk Guru BK disetiap jenjang; dan koordinator lokasi yang memimpin beberapa pimpinan cabang yayasan, kepala sekolah, dan guru, termasuk Guru BK disetiap jenjang; serta Yayasan IPEKA yang memimpin seluruh pimpinan dan guru, termasuk Guru BK di sekolah. Apabila dikerjakan oleh salah satu pihak, maka tidak dapat menghasilkan para guru, termasuk Guru BK yang berkualitas, serta tingkat upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya menjadi sangat rendah (Kepala Bidang ILDC). Hal tersebut dapat disebut sebagai pencapaian pelaksanaan tugas dan kinerja organisasi pendidikan yang mengutamakan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut (Bastian, dalam Priansa, 2014: 46). Seperti beberapa hal yang telah dipaparkan di atas bahwa Yayasan IPEKA memiliki sasaran, tujuan, misi, dan visi yang menyeluruh, komprehensif, dan sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga dalam proses pendidikan tidak ada satu pun pihak yang diuntungkan maupun dirugikan. Selain itu, Yayasan IPEKA akan memberikan penilaian terhadap kinerja para guru, termasuk Guru BK. Pada pembahasan sebelumnya, penilaian guru, termasuk Guru BK disusun berdasarkan kemampuan guru, termasuk Guru BK dalam menangani dan mengatasi masalah; kemampuan dalam berliterasi; keterampilan dalam pelaksanaan riset; memiliki pemahaman dan mampu bertumbuh secara rohani, mampu berinteraksi dengan pimpinan, rekan sekerja, dan pihak lain; memiliki kepribadian dan keterampilan dalam menciptakan komunikasi yang baik, santun, terarah, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
efektif, serta disiplin; kemampuan dalam menciptakan suatu ide dan inovasi baru; dan lain–lain. Penilaian ini disusun oleh Yayasan IPEKA untuk mengetahui apakah kinerja para guru, termasuk Guru BK dapat menentukan tinggi–rendahnya upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional. Pihak yang diberikan tugas untuk mengadakan pe-nilaian terhadap guru adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan wakil pimpinan dari Yayasan IPEKA pusat yang memiliki wewenang dan tanggung jawab memberikan penilaian kepada guru, karyawan, dan staff secara adil dan tidak memihak, sehingga penilaian harus bersifat integratif dan menyeluruh. Cara pandang dan sikap kepala sekolah juga ikut mempengaruhi penilaian terhadap guru. Apabila kepala sekolah memandang dan menyikapi kinerja guru, termasuk Guru BK sangat baik, maka kepala sekolah akan memberikan penilaian sangat baik, dan bahkan dapat diberikan nilai tambah, pengajuan kenaikkan upah, sampai dengan pengajuan kenaikkan jabatan sebagai wakil atau sederajat oleh kepala sekolah kepada pihak pusat Yayasan IPEKA pusat terhadap guru, termasuk Guru BK yang dituju atau dimaksud. Sedangkan, apabila kepala sekolah memandang dan menyikapi kinerja guru, termasuk Guru BK tidak baik, maka kepala sekolah memberikan penilaian tidak baik, dan bahkan dapat diberikan teguran keras, pemindahan ke lokasi sekolah lainnya, sampai dengan pengajuan kepala sekolah kepada Yayasan IPEKA pusat untuk memberhentikan guru, termasuk Guru BK yang dimaksud. Namun demikian, semua keputusan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
diambil kepala sekolah harus dipertanggungjawabkan, karena setiap keputusan memiliki konsekuensi yang beragam (Kepala Bidang ILDC dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah). Penilaian terhadap guru, termasuk Guru BK disesuaikan dengan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, respon dari guru atau Guru BK bersangkutan, penelusuran dan perkembangan diri guru atau Guru BK bersangkutan, serta dukungan sistim yang diterapkan oleh pihak sekolah atau yayasan, dan program sertifikasi guru atau Guru BK melalui kegiatan ilmiah. Pada penjelasan sebelumnya, pihak Yayasan IPEKA pusat memiliki stuktur penilaian yang ketat dan interdisipliner. Hal ini merupakan tuntutan dari Yayasan IPEKA kepada Guru BK, agar setiap guru, termasuk Guru BK untuk terus mengupayakan dirinya dalam meningkatkan kompetensi profesional dengan baik (Kepala Bidang ILDC dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah). Pada hasil wawancara pun membuktikan bahwa proses Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya sangat tinggi, karena Guru BK di Yayasan IPEKA rutin mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, pendidikan, dan pengembangan guru. Setiap satu bulan sekali, para Guru BK bergabung dengan guru dari bidang studi lainnya berkumpul dalam satu ruangan untuk mengadakan workshop, seminar, komite atau musyawarah guru, pendampingan, pelatihan, pembinaan, uji kompetensi guru, sampai dengan penelitian yang bekerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan terpercaya yang ada di dalam maupun di luar negeri. Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
merupakan bentuk sistim program pendidikan yang dirancang oleh Yayasan IPEKA secara terpadu dalam memberikan dukungan, dorongan, dan motivasi agar para Guru BK memiliki kualitas dan dedikasi yang tinggi.
2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan Pada hasil analisis aspek yang telah dipaparkan di atas, terungkap bahwa pada aspek 5, yaitu menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, merupakan aspek yang paling tinggi atau dominan dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta, karena salah satu program yang dirancang oleh pihak yayasan dalam mencapai mutu, kualitas, dan kuantitas pendidikan adalah mengadakan program penilaian dan evaluasi. Program tersebut dilaksanakan secara menyeluruh yang sesuai dengan visi, misi, motto, 5 nilai inti, kurikulum, dan filosofi pendidikan yang diterapkan Yayasan IPEKA, serta diperuntukkan bagi seluruh pejabat, para guru, karyawan/staff, dan siswa yang ada di Yayasan IPEKA. Hal ini dapat membuktikan bahwa program penilaian yang diterapkan memiliki landasan yang interdisipliner. Drake (2013: 136–137), menjelaskan istilah penilaian interdisipliner merupakan penilaian yang memberikan gambaran tentang konsep
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
dan keterampilan yang melintasi kurikulum, serta berkaitan dengan the know (pemahaman yang bertahan dan ide besar), the do (keterampilan abad ke 21), dan the be, atau dapat disingkat menjadi KDB. KDB dapat membantu para pejabat sekolah, guru, termasuk Guru BK, dalam melaksanakan atau melakukan penilaian proses dan hasil kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, para guru, termasuk Guru BK perlu memahami terlebih dahulu tentang "siapa yang menilai?" dan "ingin menilai apa?" (Drake, 2013: 142). Dalam memahami kedua pertanyaan di atas, para guru, termasuk Guru BK harus mempelajari berbagai pendekatan yang dapat memfokuskan penilaian pada satu area bidang studi. Hal ini dapat menimbulkan berbagai ekspektasi dan cara berpikir yang berbeda, baik dari pihak guru, termasuk Guru BK sebagai pelaksana tugas penilaian, maupun pihak siswa sebagai individu yang dinilai. Tugas penilaian ini merupakan tugas yang sangat memberikan tantangan pada para guru, termasuk Guru BK di yayasan atau sekolah manapun, termasuk Yayasan IPEKA Jakarta. Hal ini harus direncanakan dengan baik, sehingga para guru, termasuk Guru BK dapat melaksanakan tugas penilaian sampai pada titik akhir yang baik, dengan kata lain merencanakan tugas penilaian puncak yang kaya atau dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu Rich Culminating Assessment Task (RCAT).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Merencanakan RCAT merupakan suatu rencana yang tidak mudah untuk dirancang dan dilaksanakan dalam waktu singkat, karena hal ini membutuhkan kecerdasan, ketelitian dan ketepatan dalam mengambil berbagai keputusan dan tindakan. Drake (2013: 144–167) menjelaskan secara terperinci, padat, lengkap, dan jelas bahwa RCAT menuntut refleksi yang penuh pertimbangan karena membutuhkan pemahaman tentang KDB, konteks, rubric atau alat, rincian, dan kriteria penilaian yang jelas yang diperoleh dari proses dan struktur kegiatan siswa secara terperinci, terbuka, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal–hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang dan merencanakan RCAT adalah perlu memperhatikan: (1) keselarasan antara RCAT dengan rancangan kurikulum yang bersifat interdisipliner (seperti rancangan kurikulum Yayasan IPEKA); (2) tingkat efektivitas penilaian dengan RCAT; (3) kemampuan para guru, termasuk Guru BK dalam memahami metode penilaian melalui RCAT yang terfokus pada kurikulum interdisipliner; (4) kemampuan para guru, termasuk Guru BK dalam merancang, merencanakan, menciptakan, dan menyajikan rubric atau alat penilaian RCAT dengan penuh pertimbangan dan dapat dipertanggungjawabkan; serta (5) kemampuan para guru, termasuk Guru BK dalam mempelajari, memahami, dan menemukan, serta melakukan berbagai langkah penilaian dengan metode RCAT yang harus dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
dapat menimbulkan protes, konflik, maupun perpecahan pada suatu lembaga yayasan atau sekolah. Hal–hal di atas merupakan langkah terpadu yang seringkali dilakukan oleh Yayasan IPEKA. Kepala Bidang ILDC menjelaskan bahwa Yayasan IPEKA memiliki kebijakan untuk mengadakan penilaian setiap satu bulan sekali. Rancangan penilaian yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA sangat ketat dan penuh dengan pertimbangan. Susunan penilaian yang dirancang dan diterapkan oleh pihak Yayasan IPEKA terdiri atas kemampuan dalam menangani dan mengatasi masalah; kemampuan dalam berliterasi; keterampilan dalam pelaksanaan riset; memiliki pemahaman dan mampu bertumbuh secara rohani, mampu berinteraksi dengan pimpinan, rekan sekerja, dan pihak lain; memiliki kepribadian dan keterampilan dalam menciptakan komunikasi yang baik, santun, terarah, dan efektif, serta disiplin; kemampuan dalam menciptakan suatu ide dan inovasi baru; dan lain–lain. Susunan penilaian ini selaras dengan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Pertama, Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 Point C yang terkait dengan Menilai Hasil Pembelajaran. Pada point ini dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara siste-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
matis dan berkesinambungan. Melalui penilaian hasil pembelajaran dapat diperoleh berbagai informasi yang bermakna untuk meningkatkan proses pembelajaran berikutnya, serta pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil pembelajaran dilaksanakan secara menyeluruh dan terintegrasi dengan menggunakan tes dan nontes. Pada penilaian nontes dapat berupa pengamatan, pengukuran sikap, dan penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, dan produk jasa. Kedua, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Kaidah umum yang diatur dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2007 meliputi pengertian dasar penilaian, prinsip dasar penilaian, teknik, instrumen, prosedur, dan mekanisme penilaian, serta perbedaan kewenangan penilaian hasil belajar oleh pendidik, sekolah atau yayasan, dan pemerintah. Sedangkan pada kaidah khususnya terkait dengan dasar pelaksanaan penilaian selama proses pembelajaran di kelas oleh guru, termasuk Guru BK. Proses penilaian di dalam kelas yang dilakukan oleh pendidik dikenal dengan istilah penilaian kelas. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional mengatur pelaksanaan penilaian kelas untuk berbagai tingkatan pendidikan. Pedoman penilaian kelas berisi berbagai aturan yang membahas tentang (1) konsep dasar penilaian, (2) teknik penilaian, (3) langkah–langkah pelaksanaan penilaian, (4) peng-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
olahan hasil penilaian, dan (5) pengolahan dan pelaporan hasil penilaian. Proses pemberian nilai terhadap proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan yang telah dipaparkan di atas, perlu disesuaikan dengan tingkat keterampilan, keahlian, dan kemahiran setiap individu, baik yang berperan sebagai pimpinan, guru, karyawan, staff, maupun siswa, serta tidak memihak pada salah satu pihak, dan tetap menghargai pihak yang dinilai. Hal ini tentu harus disesuaikan dengan konteks kurikulum yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA (Kepala Bidang ILDC dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah). Hasil wawancara pun membuktikan bahwa konteks dan isi jawaban para Guru BK mencirikhaskan penilaian proses dan hasil kegiatan dalam bidang bimbingan dan konseling yang interdisipliner. Hal ini dapat diamati dan dicermati pada bagian pengungkapan para Guru BK yang berkenaan tentang cara menilai dirinya sendiri dalam berbagai tugas, peran, kegiatan, dan aktivitas seperti: (1) mengajar di kelas; (2) berelasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan seluruh pimpinan yayasan, pimpinan sekolah, rekan guru mata pelajaran, guru wali kelas, rekan sesama Guru BK, karyawan/staff, dan siswa; (3) mengelola kelas; (4) mempersiapkan materi layanan bimbingan dan konseling; (5) menghadapi, menanggapi, dan menyelesaikan masalah; (6) mengambil keputusan; (7) mengikuti berbagai kegiatan dan aktivitas keguruan yang dipersiapkan dan disediakan oleh pihak yayasan; (8) mempela-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
jari, memahami, menguasai, dan mempraktikkan seluruh makna, konsep, praksis, teknik, metode, media, teknologi, dan asesmen dalam BK; (9) sampai dengan mengukur tingkat keberhasilan layanan BK dalam menumbuhkembangkan tugas perkembangan siswa.
b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang Pada hasil analisis aspek yang telah dipaparkan di atas, terungkap bahwa pada aspek 2, yaitu menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling, merupakan aspek yang paling jarang diupayakan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta, karena minat membaca Guru BK masih rendah, Guru BK tidak atau kurang meng–update berbagai informasi yang berkembang, dan keterbatasan Guru BK dalam mempelajari, memahami, dan mencerna isi kerangka teoritik dan praksis yang sesuai dengan bidangnya. Namun demikian, permasalahan ini bukan hanya dihadapi oleh Guru BK saja, melainkan guru mata pelajaran lainnya pun menghadapi permasalahan yang sama, terkhususnya bagi guru mata pelajaran yang memiliki tanggung jawab dan tugas ganda sebagai Guru BK (Kepala Bidang ILDC). Pada hasil wawancara dengan Guru BK menunjukkan kesesuaian dengan permasalahan yang telah dijabarkan di atas yang dimana Guru BK tidak hanya kesulitan menguasai kerangka teoritik dan praksis dalam BK, melainkan juga mengalami kesulitan dalam mempelajari filo-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
sofi, konsep dasar, tujuan, metode, dan teknik dalam BK yang menyebabkan Guru BK mengalami keraguan, kebingungan, ketidakpahaman, dan ketidaksiapan dalam. Salah satu Guru BK mengungkapkan bahwa penyebab dari permasalahan di atas adalah ketidakaktivan Guru BK itu sendiri dalam mencari buku literatur dan informasi yang relevan, serta membaca, mempelajari, mencermati, memahami, dan mempersiapkannya dengan sebaik mungkin. Selain itu, kurangnya kolaborasi, relasi dan kerjasama, serta solidaritas Guru BK dengan rekan sekerja dapat menyebabkannya tidak menguasai kerangka teoritik dan praksis dalam BK. (Jejen, 2011: 4–6) mengungkapkan bahwa kurangnya sarana dan prasarana belajar; kurangnya keahlian, kedisiplinan, motivasi, dan kemauan bekerja dalam tim dengan rekan sesama guru; masih rendahnya kualitas, kualifikasi, dan kompetensi guru; dan rendahnya motivasi guru dalam meraih pendidikan yang lebih tinggi dapat mempengaruhi kurangnya penguasaan para Guru BK terhadap kerangka teoritik dan praksis dalam BK. Dari permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa terdapat Guru BK yang kurang berkeinginan untuk membagikan informasi, ilmu, keterampilan, dan keahliannya dalam mengajarkan dan menjelaskan kerangka teoritik dan praksis dalam BK kepada Guru BK yang kurang mampu menguasainya, sehingga rekan Guru BK lainnya mengalami kesulitan untuk menguasai lebih dalam setiap teori dan praksis dalam BK. Tapi Guru BK pun harus inisiatif mencari informasi, membaca,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
mempelajari, mengamati, mencermati, dan memahami sendiri setiap kerangka teori dan praksis dalam BK, sehingga Guru BK bersangkutan dapat menguasai sendiri dan menemukan kerangka teoritik dan praksis BK yang sesungguhnya. Selain itu, dukungan, bimbingan, dan pengarahan dari pihak Yayasan IPEKA sangat penting dalam membantu Guru BK menguasai kerangka teoritik dan praksis dalam BK. Pada pembahasan sebelumnya, Yayasan IPEKA memiliki suatu lembaga yang dapat memberikan bantuan, dukungan, dan bimbingan kepada guru, termasuk Guru BK dalam mencari, mempelajari, mencermati, dan memahami, serta mempersiapkan berbagai penguasaan terhadap bidang–bidang pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dengan tugas, peran, dan tanggung jawab setiap guru, termasuk Guru BK. Lembaga yang dimaksud adalah ILDC. Hal ini tentu dapat membantu Guru BK dalam menguasai kerangka teoritik dan praksis dalam BK, namun hal tersebut kembali lagi pada diri setiap pribadi Guru BK, karena tanpa usaha, kerja keras, dan dorongan dari Guru BK itu sendiri, maka semua hal yang telah dilakukan oleh pihak Yayasan IPEKA tidak akan membuahkan hasil yang maksimal (Kepala Bidang ILDC).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
3. Butir Instrumen Termasuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analisis data, diperoleh data yang menunjukan bahwa terdapat 4 item yang terindikasi rendah. Keempat item tersebut diuraikan dan disajikan dalam tabel 16 sebagai berikut.
No. Item 3
12
15
30
Tabel 16 Butir Item Kuesioner Kategori Rendah Aspek Indikator Pernyataan Menguasai konsep Menguasai konsep Saya mengikuti dan praksis dan praksis studi banding asesmen untuk asesmen dengan bimbingan dan memahami kondisi, belajar dari pihak konseling ke kebutuhan, dan lain. sekolah lain dalam masalah siswa. mempelajari konsep dan praksis asesmen dalam BK. Menguasai Menguasai Saya malas kerangka teoritik kerangka teoritik mengunjungi dan praksis dan praksis perpustakaan bimbingan dan bimbingan dan dalam melakukan konseling konseling dengan studi literatur mencari sumber tentang kerangka buku yang relevan. teori dan praksis BK. Merancang Belajar merancang Saya mengikuti program bimbingan program bimbingan seminar BK di dan konseling dan konseling dari kampus–kampus pihak lain. dalam mempelajari penyusunan rancangan program BK. Memiliki Aktif dalam Saya melalukan kesadaran dan seminar ke–BK–an setiap kesempatan komitmen terhadap dan non ke–BK– seminar ke–BK–an etika professional an. dan non ke–BK– an.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa terdapat 4 item upaya Guru BK yang masih rendah. Item–item yang dianggap masih rendah membutuhkan tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh pihak Yayasan IPEKA Jakarta. Namun demikian, hal tersebut perlu mengetahui terlebih dahulu penyebab rendahnya keempat item upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Tahun Ajaran 2015/ 2016. Dari 4 item upaya Guru BK yang dikategorikan rendah, akan dibagi menjadi 3 pembahasan penting, yaitu: Guru BK tidak mengikuti kegiatan–kegiatan di luar kegiatan Yayasan IPEKA, Guru BK melalukan momentum seminar ke–BK–an dan Non ke–BK–an, dan Guru BK malas mengunjungi perpustakaan untuk studi literatur. Pembahasan ini juga akan dijelaskan, didukung, atau diperkuat dengan hasil wawancara dengan Guru BK dan penjelasan secara lengkap oleh Kepala Bidang ILDC, dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah. Pembahasan yang pertama akan membahas tentang Guru BK tidak mengikuti kegiatan–kegiatan di luar kegiatan Yayasan IPEKA. Pada pembahasan ini terdapat 2 item upaya Guru BK yang dikategorikan rendah, yaitu item nomor 3 yang berbunyi: "Saya mengikuti studi banding bimbingan dan konseling ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis asesmen dalam BK", dan item nomor 15, yaitu "Saya mengikuti seminar BK di kampus–kampus dalam mempelajari penyusunan rancangan program
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
BK". Permasalahan ini dapat dialami oleh Guru BK dari berbagai sekolah atau yayasan, baik swasta maupun negeri. Pada satu sisi, Guru BK tidak pernah atau jarang mengikuti studi banding dan seminar karena ketentuan, kebijakan, peraturan, dan sistim pendidikan dari pihak yayasan atau sekolah, terkhususnya di Yayasan IPEKA. Pada hasil wawancara terhadap salah satu Guru BK di Yayasan IPEKA, membuktikan bahwa seluruh kebijakan, peraturan, dan sistim pendidikan yang dirancang, disusun, dan diterapkan oleh Yayasan IPEKA sangat mempersulit Guru BK dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional. Permasalahan yang mempersulit para Guru BK dalam mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesional, terdapat pada bagian himbauan dari Yayasan IPEKA agar Guru BK tidak memfokuskan diri dalam berbagai kegiatan di luar, seperti mengikuti studi banding atau seminar ke sekolah atau yayasan lain dan universitas, sehingga Guru BK yang mengajar dan mengabdi di Yayasan IPEKA kurang memperoleh informasi yang berkembang. Namun, pada satu sisi lain dapat bertolakbelakang yang menyatakan bahwa seluruh ketentuan, kebijakan, peraturan, dan sistim pendidikan yang diterapkan oleh pihak yayasan atau sekolah, terkhususnya di Yayasan IPEKA sangat mendukung Guru BK untuk mengadakan berbagai kegiatan, seperti studi banding dan seminar. Meskipun kegiatan–kegiatan tersebut hanya diadakan dalam lingkup Yayasan IPEKA, tetapi kegiatan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
diselenggarakan dan diadakan oleh pihak yayasan memperoleh dukungan dari pihak di luar Yayasan IPEKA, sehingga seluruh Guru BK di Yayasan IPEKA juga memperoleh informasi yang lengkap dan up to date. Perihal di atas juga diungkapkan oleh beberapa orang Guru BK dalam hasil wawancara yang menyatakan bahwa seluruh kebijakan dan sistim pendidikan yang dirancang, disusun, dan diterapkan oleh pihak Yayasan IPEKA selama ini sangat memberikan dukungan kepada Guru BK dalam mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesionalnya. Yayasan IPEKA memang sejauh ini tidak mewajibkan, memfokuskan, dan mengirimkan Guru BK untuk mengikuti kegiatan di luar, karena pihak Yayasan IPEKA pun memiliki berbagai kegiatan yang sama. Selain itu, pihak Yayasan IPEKA memiliki alasan yang sangat jelas bahwa pihak yayasan memiliki banyak program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan bagi para guru, termasuk Guru BK setiap satu bulan sekali. Program ini diselenggarakan, diadakan, dan dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan rundom atau berita acara yang disusun oleh pihak Yayasan IPEKA pusat, dan di dalam rundom tersebut telah dicantumkan pelaksanaan studi banding dan seminar. Pelaksanaan seminar dan studi banding dapat dilakukan di dalam Yayasan IPEKA sendiri maupun di luar Yayasan IPEKA atau lembaga lainnya (Kepala Bidang ILDC). Namun, Yayasan IPEKA tidak memprioritaskan para guru, termasuk Guru BK untuk mengikuti kegiatan studi banding dan seminar di luar Yayasan IPEKA, karena di Yayasan IPEKA sendiri memiliki program studi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
banding sendiri. Apabila pihak Yayasan IPEKA membutuhkan kolaborasi dan kerjasama dari pihak lain di luar Yayasan IPEKA, maka pihak yayasan yang akan mengundang para guru, termasuk Guru BK dari sekolah atau yayasan lain untuk menghadiri studi banding dan seminar di Yayasan IPEKA, serta menghadirkan berbagai nara sumber terpercaya dan terkemuka dari berbagai universitas di seluruh Indonesia dan mancanegara. Namun demikian, pihak Yayasan IPEKA akan mengutus para guru, termasuk Guru BK yang memiliki jabatan akademik, seperti kepala bagian, kepala bidang, koordinator guru, dan staff ahli untuk mewakili para guru, termasuk Guru BK dalam menghadiri dan mengikuti studi banding dan seminar di luar Yayasan IPEKA. Tapi tidak menutup kemungkinan pihak yayasan juga akan mengutus guru mata pelajaran, termasuk Guru BK untuk mewakili, menghadiri, dan mengikuti kedua kegiatan tersebut (Kepala Bidang ILDC). Selain itu, Yayasan IPEKA jarang mengikutsertakan para guru, termasuk Guru BK dalam kegiatan di luar yayasan, seperti studi banding dan seminar karena Yayasan IPEKA ingin meminimalisir kekosongan jam pelajaran. Pada umumnya, hal ini seringkali terjadi di berbagai sekolah atau yayasan. Hal–hal yang seringkali terjadi ketika guru tidak ada di dalam kelas karena menghadiri kegiatan di luar sekolah atau yayasan adalah banyak siswa yang keluar masuk kelas, terjadi keributan di dalam kelas, kekerasan, sampai pada akhirnya siswa tidak mengerjakan, serta tidak mengumpulkan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, Yayasan IPEKA membuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
kebijakan agar para guru, termasuk Guru BK untuk tetap fokus pada tugas dan tanggung jawab utamanya, yaitu mengajar (Kepala Bidang ILDC). Hal–hal yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa Yayasan IPEKA tidak pernah melarang atau menekan para guru, termasuk Guru BK untuk menghadiri, mengikuti, dan berperan aktif dalam berbagai kegiatan di luar. Tapi pihak Yayasan IPEKA hanya memberikan himbauan dan arahan kepada para guru, termasuk Guru BK untuk tetap fokus sebagai pengajar di Yayasan IPEKA, karena dalam lingkup Yayasan sendiri memiliki kegiatan studi banding dan seminar yang telah diagendakan atau dijadwalkan setiap hari, minggu, dan bulan, serta dilaksanakan di Yayasan IPEKA pusat yang melibatkan para guru, termasuk Guru BK, nara sumber, dosen, dan pihak lain di luar pendidikan dari sekolah atau yayasan dan universitas atau perguruan tinggi di luar Yayasan IPEKA, serta lembaga– lembaga lainnya di luar pendidikan, baik dalam lingkup nasional maupun mancanegara. Pembahasan yang kedua akan membahas tentang Guru BK malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK. Pada pembahasan ini terdapat pada nomor item 12 yang berbunyi: "Saya malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK". Pada point ini, kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa tidak semua orang berminat untuk mengunjungi perpustakaan. Ketika memperoleh atau mendapatkan tugas berkaitan dengan studi literatur dan penelitian, respon yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
timbul adalah malas. Hal ini juga yang pernah dihadapi oleh guru, termasuk Guru BK dalam menjalankan tugasnya yang terkait dengan studi literatur dan penelitian. Hal ini merupakan salah satu bagian yang menjadi keprihatinan dunia pendidikan dalam mewujudkan manusia cerdas dan berdedikasi. Pada hasil wawancara dengan salah satu Guru BK juga mengungkapkan bahwa ketika salah satu guru, termasuk Guru BK diberikan tugas penelitian dan studi literatur di perpustakaan, maka respon yang diberikan pun tidak menyenangkan dan akhirnya mengatakan malas. Hal ini harus timbul dari dalam diri guru, termasuk Guru BK bersangkutan. Tapi untuk kepentingan lembaga, memang hal tersebut harus dipaksakan, mau tidak mau harus menjalankan tugas dengan mencari berbagai sumber buku di perpustakaan. Apabila hal tersebut dilakasanakan dan diselesaikan dengan baik, maka hasilnya juga baik. Selain itu, Yayasan IPEKA merancang beberapa program pembinaan, pengembangan, dan pelatihan yang dapat memacu, mendorong, dan mengajak para Guru BK untuk mengunjungi perpustakaan dalam mengadakan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK, yaitu program penelitian, dan pembelajaran. Program ini bertujuan agar Guru BK mengingat kembali komitmennya menjadi seorang guru pada bidang BK, Guru BK mampu menjadi figur bagi para guru lainnya dan juga siswa untuk memberikan penyadaran bahwa mengunjungi perpustakaan itu sangat penting sebagai tempat sumber ilmu, serta Guru BK mampu menjadi guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
bagi dirinya sendiri agar dapat mengamati, mencermati, memahami, dan mengerti untuk menyediakan dan meluangkan waktunya mengunjungi perpustakaan (Kepala Bidang ILDC dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah). Program penelitian dan pembelajaran juga dapat membangun daya juang para Guru BK untuk memperoleh sertifikasi, kenaikkan gaji, dan maupun kenaikkan pangkat atau jabatan. Hal ini dapat mendorong para guru, termasuk Guru BK untuk datang ke perpustakaan secara terus– menerus, dengan tujuan agar kompetensi para guru, termasuk Guru BK dapat dikembangkan, ditingkatkan, dan dibaharukan, sehingga tenaga pendidik yang dimiliki oleh Yayasan IPEKA menjadi tenaga pendidik yang handal, berkarakter kristiani, berilmu, dan profesional, serta pada akhirnya hasilnya dapat dipergunakan untuk membina, membimbing, mendampingi, dan melatih para tenaga pendidik yang masih pemula (Kepala Bidang ILDC dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah). Pembahasan yang ketiga akan membahas tentang Guru BK melalukan (membiarkan berlalu) setiap kesempatan seminar Non ke–BK–an dan ke–BK–an. Permasalahan tersebut terdapat pada nomor item 30. Pada point terakhir ini, Kepala Bidang ILDC dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah tidak mengetahui secara pasti, apakah para guru, termasuk Guru BK, membiarkan berlalu atau tidak pada setiap kesempatan seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an, tetapi Yayasan IPEKA telah memberikan berbagai bantuan kepada seluruh guru, termasuk Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya masing–masing. Namun demikian, sampai saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
ini Yayasan IPEKA tetap mengupayakan agar setiap guru, termasuk Guru BK memiliki kemauan untuk mengupayakan dirinya sendiri untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Selain itu, dari hasil wawancara dengan beberapa Guru BK di Yayasan IPEKA tidak menunjukkan bahwa para Guru BK melalukan setiap pembahasan pada kesempatan seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an. Namun demikian, perlu ditegaskan kembali bahwa semuanya harus dilakukan atas dasar kemauan, inisiatif, dan keputusan dari Guru BK bersangkutan, karena bantuan yang diberikan oleh pihak Yayasan IPEKA hanya sebagian kecil, sedangkan sebagian besar adalah upaya yang harus diperjuangkan oleh Guru BK bersangkutan. Pada permasalahan yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa daya juang, kerja keras, dan upaya yang dilakukan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional sangat tinggi, bahkan dapat dikatakan sempurna. Namun demikian, Guru BK harus berupaya lebih maksimal dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Upaya–upaya yang perlu dilakukan Guru BK dalam meningkatkan dan memaksimalkan kompetensi profesionalnya adalah dengan mempelajari dan memahami kembali 7 aspek upaya Guru BK. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 yang meliputi: 1) menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli; 2) menguasai kerangka teoritik dan praksis BK; 3) merancang program BK; 4) mengimplementasikan program
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
BK yang komprehensif; 5) menilai proses dan hasil kegiatan BK; 6) memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional; dan 7) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK. Pada hal tersebut, Yayasan IPEKA perlu memperhatikan kembali kompetensi profesional para guru, termasuk Guru BK yang dianggap masih rendah dan membutuhkan tindak lanjut dari berbagai pihak. Hal ini tentu tidak mudah, karena batas kemampuan, keahlian, dan keterampilan setiap guru, termasuk Guru BK berbeda. Pada sisi lain, para guru, termasuk Guru BK harus mengikuti seluruh kebijakan yang telah dirancang, disusun, dan diatur oleh pihak Yayasan IPEKA. Tapi pada satu sisi lainnya, pihak Yayasan IPEKA perlu memahami berbagai kesulitan yang dialami oleh tenaga pendidiknya. Oleh karena itu, setiap orang yang berkepentingan dan menjadi bagian dari keluarga besar Yayasan IPEKA saling membantu, menopang, dan bekerjasama yang sesuai dengan iman, pengharapan, dan kasih dalam Kristus. Dari berbagai pembahasan yang telah dijelaskan oleh Kepala Bidang ILDC, Kepala SMA IPEKA Puri Indah, dan juga Guru BK, maka hal ini dapat dilakukan tindak lanjut, baik tindak lanjut yang dilakukan oleh pihak Yayasan IPEKA sebagai pemimpin lembaga, maupun tindak lanjut yang dilakukan oleh guru, termasuk Guru BK sebagai pelaksana yang sedang berupaya meningkatkan kompetensi profesional secara mandiri. Pertama, tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh Guru BK dalam mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesional, yaitu mengikuti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
seluruh kebijakan yang telah disusun oleh Yayasan IPEKA pusat; mempelajari, mencermati, mengamati, mendalami, dan memahami berbagai informasi baru yang berkembang; mengikuti berbagai seminar, pembinaan, pelatihan, pembelajaran, UKG, dan lain–lain; serta menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh Yayasan IPEKA. Selain itu, Guru BK juga dapat melakukan penelitian secara mandiri tanpa perintah dari pihak Yayasan IPEKA, sehingga hasil yang diperoleh dapat menjadi sumber pembelajaran tambahan bagi guru lainnya. Kedua, tindak lanjut dari pihak Yayasan IPEKA dalam menangani rendahnya upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu: mengadakan pembinaan dan pelatihan lanjutan dengan membentuk ITDP. ITDP kepanjangan dari IPEKA Teacher Development Program. Pada pembahasan sebelumnya, ITDP dirancang oleh pihak Yayasan IPEKA dengan tujuan ITDP dirancang untuk menyelenggarakan berbagai program pendidikan, pembinaan, pelatihan, dan pembelajaran bagi seluruh guru, termasuk Guru BK yang mengalami kesulitan dalam menguasai berbagai disiplin ilmu dan kepemimpinan yang disesuaikan dengan bidang studi yang dimiliki dan jabatannya. Program ITDP dirancang agar para guru, termasuk Guru BK memperoleh status yang layak, bermutu, dan berkualitas, seperti beberapa hal yang telah dijelaskan dalam rekomendasi UNESCO/ILO. Program ini tentu membutuhkan dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga Yayasan IPEKA perlu menjalin kerjasama yang baik dengan pihak atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
lembaga lainnya di luar yayasan, atau sekolah, atau universitas, dan atau lembaga di luar pendidikan. Pada proses penyelenggaraan ITDP, Yayasan IPEKA menggunakan berbagai modul khusus yang dicetak oleh Yayasan IPEKA sendiri dalam mendukung berbagai pelaksanaan pendidikan, pembinaan, pelatihan, dan pembelajaran, serta pengajaran bagi para guru, termasuk Guru BK yang ingin memperbaiki atau meningkatkan kompetensinya secara profesional. Yayasan IPEKA juga memiliki kebijakan dalam mendisiplinkan para guru, termasuk Guru BK untuk mengikuti seluruh proses pelaksanaan ITDP, sehingga para Guru BK dapat mengupayakan dirinya sendiri dalam peningkatan mutu kompetensi profesionalnya. Program ITDP merupakan salah satu bagian dari perencanaan pendidikan yang dirancang oleh Yayasan IPEKA dalam membangun suatu tujuan, strategi, perincian, sampai dengan pencapaian hasil, dan terakhir adalah pemberian umpan balik dari setiap guru, termasuk Guru BK terkait dengan tercapai atau tidaknya suatu upaya guru, termasuk Guru BK bersangkutan dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Hal ini tentunya membutuhkan proses yang tidak mudah karena paradigma proses perencanaan pendidikan harus dikembangkan dan diawali dari tujuan, perumusan alter-natif, dan perkiraan hasil yang ingin diperoleh dari pelaksanaannya (Britton, dalam Soenarya, 2000: 38). Selain itu, Cunningham (Soenarya, 2000: 38) memiliki pendapat yang sejalan dan hal tersebut terkait pengetahuan dan pengembangan tin-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
dakan yang terbaik, dengan kata lain, proses perencanaan tersebut dapat diintegrasikan langsung ke dalam sistim manajemen. Siagian (Soenarya, 2000: 38) memperkuat beberapa pendapat di atas, yaitu suatu proses perencanaan yang baik adalah ketika model perencanaan dikembangkan langsung di dalam sistim manajemen yang sedang dilaksanakan. Berkaitan dengan keorganisasian dalam proses perencanaan pendidikan, Gerloff (Soenarya, 2000: 38) menjelaskan bahwa organisasi sebagai wahana yang mempertinggi dan mempertajam manajemen yang membutuhkan tujuan, sedangkan kegiatan untuk menentukan tujuan, strategi, dan petunjuk pelaksanaan merupakan fungsi utama perencanaan. Ackoff (Soenarya, 2000: 38) menyebutkan terdapat 4 tingkatan perencanaan sebagai sebuah model dari proses perencanaan lainnya yang disarankannya, yaitu memadukan antara tujuan, alat, sumber, dan keorganisasian. Ackoff membagi proses perencanaan ke dalam 2 tingkatan, yaitu: (1) tujuan adalah termasuk dalam perencanaan tingkat strategik; sedangkan (2) alat, sumber, dan keorganisasian adalah termasuk dalam perencanaan taktik. Ackoff juga menambahkan bahwa organisasi tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan, sedangkan organisasi perencanaan merupakan jalur dan sekaligus sebagai wahana proses manajemen. Dari beberapa hal yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dimaknai bahwa Yayasan IPEKA merupakan organisasi tertinggi dalam merancang berbagai tujuan, strategi, dan perincian yang matang dalam mewujudkan harapannya memiliki tenaga pengajar yang berkarakter, berkua-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
litas, bermutu, dan kompeten diberbagai bidang. Yayasan IPEKA pusat, melalui Kepala Bidang ILDC, para pejabat koordinator, dan para staff ahli memiliki wewenang dan kebijakan untuk menyelenggarakan pembinaan, pelatihan, pembelajaran, dan musyawarah guru melalui ITDP dan kegiatan lainnya yang telah dipaparkan di atas, sehingga para guru, termasuk Guru BK dapat mengikutinya dengan baik sebagai upaya dirinya sendiri dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, serta bertanggungjawab atas tugas yang telah direncanakan oleh pihak Yayasan IPEKA pusat.
4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional Berdasarkan hasil penelitian, analisis data melalui pengolahan dan perhitungan kuesioner, dan wawancara, terungkap bahwa Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta memiliki beberapa permasalahan dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Permasalahan yang paling utama yang dapat dicermati dari terhambatnya upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di Yayasan IPEKA Jakarta, yaitu permasalahan dari dalam diri Guru BK itu sendiri. Hal ini dapat diamati dari hasil pengolahan dan perhitungan data melalui kuesioner terungkap bahwa Guru BK masih dapat dikatakan "malas" untuk mencari, membaca, mempelajari, mengamati, dan mencermati kembali kerangka teoritik, praksis, dan filosofi dari bimbingan dan konseling itu sendiri, serta sulit untuk bekerja sama dengan sesama Guru BK mau-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
pun guru mata pelajaran dan pimpinan sekolah atau yayasan. Akibatnya Guru BK tidak memiliki prestasi yang baik di sekolah atau yayasan, tidak memiliki keterampilan dalam mempraktikkan layanan BK, tidak mampu menguasai bahan–bahan teori dan praksis dalam BK, tidak memiliki komitmen dan keyakinan yang kuat untuk melaksanakan tugas sebagai seorang Guru BK, tidak mengikuti kode etik profesi dengan baik yang dapat merusak citra BK itu sendiri dan Guru BK bersangkutan, tidak mengikuti seluruh kebijakan dan rancangan sistim pendidikan yang telah diatur oleh pihak sekolah atau yayasan dan pemerintah, dan tidak mengikuti berbagai kegiatan pelatihan dan pengembangan Guru BK dengan baik, serta tidak mengikuti musyawarah guru, baik MGBK maupun MGMP, dan tidak memiliki karakter yang menunjukkan ketidaksiapan, ketidaknyamanan, dan ketidaksenangan Guru BK untuk bekerja sama dengan rekan sesama Guru BK maupun guru mata pelajaran. Hal ini juga yang telah diungkapkan oleh Guru BK yang menyatakan secara tegas bahwa permasalahan Guru BK itu timbul dari dalam diri Guru BK itu sendiri. Permasalahan itu dapat timbul dan tidak dapat diselesaikan dengan baik, apabila Guru BK bersangkutan tidak mampu mengelola permasalahannya dengan baik dan menjadikannya sebagai beberapa hal yang bermakna. Apabila Guru BK bersangkutan tidak sanggup menyelesaikan permasalahannya sendiri, maka yang terjadi adalah Guru BK bersangkutan tidak memperoleh status sebagai Guru BK yang memiliki kompetensi secara profesional (Guru BK 3 dan Guru BK 4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Hal ini juga yang ditekankan oleh Kepala Bidang ILDC dan Kepala SMA Puri Indah yang mengungkapkan bahwa, permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta merupakan permasalahan dari Guru BK bersangkutan. Oleh karena itu, Guru BK perlu bekerja sama dengan baik dengan semua pihak, baik dengan pimpinan maupun dengan para guru dan karyawan/staff, sehingga pimpinan, para guru, dan karyawan/staff dapat mengetahui kesulitan Guru BK dalam menjalankan tugasnya, begitu pun sebaliknya. Mulyasa (2013: 10) juga menekankan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK karena Guru BK bersangkutan tidak menekuni profesinya secara utuh, dan tidak termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri karena tidak dituntut untuk mengadakan penelitian, sebagaimana yang telah diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran. Pertama, pada bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari penelitian. Kesimpulan penelitian ini mencakup garis besar dari keseluruhan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti. Kedua, pada bagian saran memuat saran–saran peneliti selanjutnya.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, yaitu terkait dengan: upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016, maka diperoleh beberapa kesimpulan. Diantara lain sebagai berikut:
1. Tingkat Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional Pada pembahasan yang pertama dapat disimpulkan bahwa tingkat upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya dukungan, dorongan, dan motivasi dari pihak Yayasan IPEKA pusat yang merancang berbagai program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan Guru BK yang diselenggarakan dan dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan guru mata pelajaran, dan/atau dapat diselenggarakan dan dilaksanakan secara berkelompok yang sesuai dengan bidang studinya.
112
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang Pada pembahasan yang kedua terdapat dua hal yang dapat disimpulkan, yaitu hal–hal yang terkait dengan upaya Guru BK yang paling dominan dan upaya Guru BK yang paling jarang dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesionalnya di Yayasan IPEKA Jakarta. Diantara lain sebagai berikut:
a. Upaya Guru BK Paling Dominan Pada point ini dapat disimpulkan bahwa upaya yang paling dominan diupayakan dan ditingkatkan oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, karena upaya yang dilakukan oleh Guru BK merupakan cakupan program yang dirancang oleh pihak Yayasan IPEKA pusat dalam menghasilkan tenaga pendidik (Guru BK) yang profesional, berkarakter kristiani, bertanggungjawab, bermutu, berwibawa, dan berkompeten.
b. Upaya Guru BK Paling Jarang Pada point ini dapat disimpulkan bahwa upaya yang paling jarang diupayakan dan ditingkatkan oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta, yaitu menguasai kerangka teoritik dan praksis BK, karena Guru BK tidak aktif dalam mencari dan menemukan berbagai sumber buku dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
informasi, sehingga Guru BK tidak memiliki kemampuan untuk mempelajari, memahami, dan mencerna isi dari kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. Selain itu, Guru BK juga kurang berkolaborasi, berelasi, dan bekerjasama dengan rekan Guru BK lainnya dalam mempelajari kerangka teoritik dan praksis BK, sehingga hal tersebut juga yang menyebabkan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling.
3. Item–Item yang Termasuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta Pada pembahasan yang ketiga dapat disimpulkan bahwa, terdapat 4 butir instrumen upaya Guru BK yang dikategorikan rendah dan membutuhkan tindak lanjut. Pihak–pihak yang terlibat dalam menindaklanjuti terhadap upaya–upaya Guru BK yang masih rendah, yaitu pihak pusat Yayasan IPEKA dan Guru BK bersangkutan. Tindak lanjut yang harus diupayakan oleh pihak Yayasan IPEKA adalah memprogramkan ITDP sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan Guru BK, agar Guru BK dapat dimaksimalkan dapat mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesionalnya secara mandiri. Sedangkan, tindak lanjut yang harus diupayakan oleh Guru BK bersangkutan dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya adalah mengikuti program ITDP dengan baik, agar Guru BK bersangkutan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
memiliki pemahaman, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang baik, serta memiliki kemampuan untuk mengolah rasa dan pikiran dengan baik.
4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional Pada pembahasan yang keempat dapat disimpulkan bahwa, permasalahan utama yang dihadapi oleh Guru BK dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta adalah permasalahan yang timbul dari dalam diri Guru BK itu sendiri, sehingga permasalahan tersebut perlu diselesaikan oleh Guru BK bersangkutan. Namun demikian, permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK perlu diselesaikan dengan melibatkan berbagai pihak, baik dari pihak pimpinan Yayasan IPEKA Jakarta, para guru, maupun karyawan/staff, sehingga permasalahan Guru BK dapat diselesaikan dengan baik.
B. Saran Untuk mengoptimalkan upaya–upaya yang dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di Yayasan IPEKA Jakarta, maka peneliti menyarankan: 1. Bagi Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia, melalui Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, hendaknya menjadi pengayom utama bagi para guru, termasuk Guru BK di seluruh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Indonesia, baik para guru yang berada di sekolah negeri maupun sekolah swasta, termasuk Yayasan IPEKA Jakarta, dalam membantu dan memfasilitasi seluruh personil pendidikan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. Pemerintah perlu mengkaji ulang rincian persiapan kegiatan bagi para guru, termasuk Guru BK secara padat dan jelas yang terkait dengan langkah–langkah yang harus ditempuh oleh setiap guru, termasuk Guru BK dalam menggapai kompetensi yang baik dan profesional, sehingga para guru, termasuk Guru BK dapat mengupayakan dirinya sendiri untuk menggapai kompetensi profesional yang diharapkan.
2. Bagi Lembaga Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Lembaga ABKIN hendaknya senantiasa menjadi pengayom utama bagi Guru BK di Indonesia dan wakil dari pemerintah, melalui Mendiknas dan Mendikbud RI dalam rangka membantu dan memfasilitasi Guru BK dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesionalnya. Guru BK dapat mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesionalnya, apabila ABKIN juga turut mengambil bagian dalam setiap proses yang diupayakan oleh Guru BK.
3. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Studi Bimbingan dan Konseling hendaknya menjadi wakil dari pemerintah, wakil ABKIN, dan lembaga pendidikan di bidang ke– BK–an yang menghasilkan calon Guru BK profesional, yang senantiasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
mengembangkan ilmu pengetahuan dan materi perkuliahannya yang bermutu dan berkualitas, sehingga para calon Guru BK dapat mempelajari cara mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesional di masa yang akan datang.
4. Bagi Yayasan IPEKA Yayasan IPEKA hendaknya menjadi pengayom bagi seluruh guru, termasuk Guru BK, yang senantiasa mempertanggungjawabkan seluruh rancangan sistim pendidikan, sehingga rancangan sistim pendidikan yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA dapat membantu dan memfasilitasi para guru, termasuk Guru BK, dalam mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesional. Selain itu, Yayasan IPEKA juga perlu menghadirkan nara sumber dari luar pada setiap kegiatan seminar, pembinaan, pelatihan, dan pembelajaran, serta penelitian bagi para guru, termasuk Guru BK sebagai bentuk tindak lanjutan yang dilakukan oleh Yayasan IPEKA dalam ikut mengambil bagian menangani permasalahan yang dialami oleh setiap guru, termasuk Guru BK.
5. Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah di Yayasan IPEKA Jakarta hendaknya menjadi pengayom bagi para guru, termasuk Guru BK disetiap jenjang mengajar, yang senantiasa memberikan perhatian terhadap setiap upaya yang dilakukan oleh para gurunya, termasuk Guru BK dalam meningkatkan kompetensi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
profesionalnya. Kepala sekolah di Yayasan IPEKA dapat mengadakan kegiatan bagi para guru, termasuk Guru BK disetiap jenjang mengajar yang dapat meningkatkan kompetensi profesionalnya, seperti mengadakan penelitian kecil disetiap jenjang. Hal ini bertujuan agar para guru, termasuk Guru BK merasa terbantu dengan kegiatan yang diadakan oleh kepala sekolah, sehingga dengan kegiatan tersebut para guru, termasuk Guru BK dapat memperoleh kompetensi yang baik dan profesional, serta hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Yayasan IPEKA untuk bahan mengajar, dan akhirnya guru, termasuk Guru BK bersangkutan dapat memperoleh kenaikkan gaji maupun jabatan.
6. Bagi Guru a. Guru Bidang Studi Guru bidang studi hendaknya memberikan dukungan dan mampu bekerja sama dalam satu tim kerja dengan Guru BK pada saat kegiatan seminar, pelatihan, pembinaan, dan pembelajaran, serta penelitian sehingga Guru BK dapat mengembangkan kompetensinya dengan baik dan profesional, serta dapat mengetahui berbagai informasi yang terjadi, baik di dalam maupun di luar kelas, atau di dalam maupun di luar Yayasan IPEKA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
b. Guru Bimbingan dan Konseling Guru BK hendaknya mempunyai komitmen dan tekad pada dirinya sendiri untuk berupaya meningkatkan kompetensi profesionalnya. Ketika pimpinan Yayasan atau sekolah menyediakan seluruh waktu, tempat, fasilitas, dan tenaga, diharapkan Guru BK mampu memanfaatkan dan mempergunakan fasilitas yang telah disediakan. Selain itu, Guru BK diharapkan dapat bekerja sama dengan baik terhadap pimpinan, baik itu pimpinan Yayasan pusat, pimpinan lokasi, pimpinan cabang, maupun pimpinan sekolah disetiap jenjang mengajar; rekan sekerja: guru bidang studi; karyawan; dan staff lainnya yang bekerja dan mengabdi di Yayasan IPEKA, sehingga dalam proses pendidikan, dapat membentuk suatu pola yang dapat menunjukkan integritas seorang yang mengabdi di bidang pendidikan.
7. Bagi Peneliti Lain a. Bagi para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian yang terkait upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional, perlu menguasai betul berbagai hal yang terkait dengan kebutuhan dan permasalahan Guru BK secara nyata, sehingga penelitian yang hendak dikembangkan nanti tidak terjadi miss-research, dengan kata lain dapat diartikan sebagai ketimpangan dalam mengadakan penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
b. Bagi para peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini, dapat mengadakan penelitian di yayasan maupun di sekolah lain yang ada di Indonesia. Penelitian ini hanyalah sebagian kecil yang baru terungkap, sehingga penelitian ini membutuhkan suatu penguatan lebih, agar hal ini dapat diketahui lebih dalam, padat, dan jelas lagi, serta hal tersebut dapat menjadi pedoman bagi para penyelenggara pendidikan untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan yang belum atau telah terlaksana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
DAFTAR PUSTAKA Anggota IKAPI. (2013). Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Brodjonegoro. Soemantri. Satryo. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional. Handout Konsep Diri Capehart. Jody. (2012). Touching Hearts: Changing Lives. Jakarta: Metanoia Publishing. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.PSIKOLOGI_PENDIDIKAN_DAN_BI MBINGAN/SUNARYO_KARTADINATA/STANDARISASI_PROFESI_BIM BINGAN_DAN_KONSELING_INDONESIA.pdf. Danim. Sudarwan. (2010). Otonomi Manajemen Sekolah. Bandung: Alfabeta. http://rethno.blogspot.co.id/standar-penilaian-dan-permendiknasno.html Hoetomo. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. Handout Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Guru BK Inskipp. Francesca. (2012). Pelatihan Keterampilan Konseling: Skills Training for Counselling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://file.upi.edu/Direktori/FP.MIPA/JUR.PEND.FISIKA/AHMAD_SAMSU DIN/Evaluasi_Pembelajaran_Fisika/STANDAR_PENILAIAN_BSNP.pdf Musfah. Jejen. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. http://www.slideshare.net/suediahmad/permendiknas-no-20-tahun-2007standar-penilaian Komaruddin. (2007). Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. http://bksmp1.files.wordpress.com/2009/10/Trilogi-Konselor.pdf. Khairani. Makmun. H. (2014). Psikologi Konseling. Yogyakarta: CV. Aswajaya Pressindo. https://docs.google.com/http://konselingindonesia.com/Download/Mengat asiKrisisIndentitas.pdf.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
L. N. Yusuf. Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press. Handout BK Perkembangan Maksudin. H. (2013). Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://www.slideshare.net/purdiyanto/penilaian-kinerja-guru-pkg. Mulyasa. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. http://metodepenelitian.lecture.ub.ac.id/files/pert5-skala-intrumentasi.pdf. Mulyasa. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. http://eprints.uny.ac.id/Pramesti_Ayuningtyas.pdf. Mulyasa. (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakaraya. Mulyasa. (2014). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Perpustakaan. Nasional. R. I. (2006). UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri. Pusat. Bahasa. Departemen. Pendidikan. Nasional. (2009). Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Bandung: Mizan. Priansa. Juni. Donni. (2014). Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta. http://aresearch.upi.edu/operator/upload/sppb.chapter1.pdf. Handout ABKIN: Sejarah BK dan Lahirnya BK 17 Plus. Rahman. Muhammat. dan. Amri. Sofan. (2014). Kode Etik Profesi Guru: Legalitas, Realitas, dan Harapan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Reber. And. Reber. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Handout Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81 A Tahun 2013. Rohiat. (2010). Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama. Salim. Peter. (2010). Indonesian–English Dictionary Modern. Jakarta: Kompas Media.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
http://www.ipeka.org/wp-content/uploads/2013/08/News33.pdf Salim. Peter. dan. Salim. Yenny. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Santrock. W. John. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. http://abkin.org/peraturan-menteri-pendidikan-nasional-republik-indonesianomor-27-tahun-2008.peraturan. Soenarya. Endang. (2000). Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistim. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Supraktinya. A. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. http://kbbi.web.id/profesional Suseno. Magnis. Franz. (1987). Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. http://id.wikipedia.org/wiki/Profesional Tim Sosiologi. (2007). Sosiologi II: Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira. Tung. Yao. Khoe. (2013). Filsafat Pendidikan Kristen: Meletakkan Fondasi dan Filosofi Pendidikan Kristen di Tengah Tantangan Filsafat Dunia. Yogyakarta: Andi. https://mintotulus.files.wordpress.com/modul-9-profesionalisasi-kode-etikprofesi-bimbingan-dan-konseling.pdf. Usman. Uzer. Moh. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya http://kbbi.web.id/profesi Vos. De. H. (1987). Pengantar Etika. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Winkel. W. S. dan. Hastuti. Sri. M.M. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. http://edukasi.kompasiana.com/berapa-sih-kebutuhan-guru-di-indonesia.html.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
Yusuf. Yunan. M. (2007). Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kualifikasi Guru. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 521
LAMPIRAN 1
No.
Hal–Hal yang
Tabel 1 PENGOLAHAN DATA HASIL WAWANCARA UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL DI YAYASAN IPEKA PURI INDAH, JAKARTA BARAT TAHUN AJARAN 2015/2016 Guru BK 1 Guru BK 2 Guru BK 3 Guru BK 4 Guru BK 5
Kesimpulan
Ditanyakan 1.
Lama bekerja
12 Tahun, jenjang
7 Tahun, jenjang
3 Bulan, jenjang
12 Tahun, jenjang 4 Tahun, jenjang
Guru BK yang
sebagai Guru BK.
SMA.
SMA.
SMP, Guru Agama
SMP
SD, Guru BK lu-
mengajar di
dan seorang
lusan S1 Psikolo-
yayasan IPEKA
Pendeta, lulusan S1
gi.
Puri Indah,
dan S2 Teologi.
Jakarta Barat, terdapat 3 Guru BK yang murni lulusan S1 BK dan 2 Guru BK lainnya merupakan lulusan S1/S2 Teologi dan S1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 521
Psikologi dengan masa kerja sebagai Guru BK diantara 3 bulan hingga 12 tahun, dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. 2.
Hambatan–
Pada bagian kode
Pada bagian sistem
Mempelajari dan
Pada bagian kode
Kurang paham
Guru BK yang
hambatan yang
etik profesi,
yang dirancang
memahami konsep
etik profesi, yaitu
tentang dasar
mengajar di
per-nah dialami
mengalami
oleh yayasan
dasar, filosofi,
terkait dengan
pemberian layanan yayasan IPEKA
Guru BK dalam
hambatan karena
IPEKA. Sistem
tujuan, metode,
kolaborasi antara
BK dengan meng-
Puri Indah,
mening-katkan
ada beberapa hal
yang dirancang
teknik, dan praksis
Guru BK dengan
gunakan teknik,
Jakarta Barat
kompetensi
yang seringkali
memiliki ciri khas
dalam BK.
pihak yayasan,
metode, dan
mengalami
profesionalnya.
berbenturan antara
tersendiri dan
Guru BK dengan
konsep konseling
hambatan dalam
Guru BK
segala sistem yang
koordinator
kepada peserta
meningkatkan
bersangkutan
berasal dari luar
lokasi, Guru BK
didik kelas 1
kompetensi
dengan pihak
tidak terlalu
dengan kepala
hingga kelas 3 SD
profesionalnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 521
yayasan, maupun
diedukasikan.
sekolah, Guru BK
yang sesuai
karena adanya
dengan sesama
Selain itu, adanya
dengan Guru BK,
dengan tugas
keterikatan
Guru BK.
suatu himbauan
Guru BK dengan
perkembangannya. dengan rancangan
bahwa para guru
guru mata
sistem pendidikan
tidak terlalu
pelajaran, dan
dan kurikulum
memfokuskan diri
Guru BK dengan
yang dirancang
dalam menghadiri
karyawan atau
oleh pihak
kegiatan–kegiatan
staff dalam hal
yayasan IPEKA
di luar IPEKA,
berbagi pendapat
pusat, adanya
karena dari internal
dan bertukar
suatu konflik
IPEKA sendiri
pikiran.
internal antara
sudah memiliki
Guru BK dengan
pusat
pimpinan
pengembangan dan
yayasan, rekan
pelatihan guru
sesama Guru BK,
sendiri, sehingga
rekan guru mata
seluruh kegiatan
pelajaran,
dilaksanakan di
karyawan,
yayasan IPEKA.
dan/atau staff.
Tapi apabila pihak
Selain itu, ada 2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 521
luar membutuhkan
Guru BK yang
para guru dari
yang mengalami
IPEKA untuk
kesulitan untuk
hadir, maka pihak
memahami
luar dan pihak guru
konsep dasar,
yang diundang
filosofi, tujuan,
harus membuat
teknik, metode
surat izin terlebih
dan bentuk
dahulu, tetapi hal
layanan dalam
tersebut tidak
BK karena
mudah untuk
seorang Guru BK
mendapatkan izin
merupakan
dari pihak yayasan
seorang pendeta
karena harus
dan Guru Agama
menunggu
dengan lulusan
keputusan.
S1/S2 Teologi, sedangkan seorang Guru BK lainnya merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 521
lulusan psikologi dan murni berkiprah di bidang ke–BK– an. 3.
Dampak negatif
Tidak bersemangat, Ketinggalan
Bingung dan
Sebagian kecil
Timbul keraguan
Dampak negatif
yang Guru BK
tidak dihargai,
informasi yang
hampir tidak bisa
pihak tidak setuju
Ketika peserta
yang pernah Guru
dapatkan, ketika
terkadang harus
berkembang dan
memahami makna
dengan
didik tidak
BK di yayasan
mengalami
berselisih paham
tidak terlalu
BK itu sendiri.
pendapatnya dan
memahami
IPEKA Puri
hambatan dalam
dengan rekan Guru
familiar dengan
selalu disalah
penjelasannya,
Indah, Jakarta
meningkatkan
BK lainnya. Tapi
perkembangan BK
mengerti.
beliau mengalami
Barat alami atau
kompetensi
ada dampak
masa kini.
kesulitan untuk
dapatkan adalah
profesional di
positifnya, yaitu
mengendalikan
berselisih paham
sekolah.
dapat belajar dari
emosi.
dengan pihak
orang lain tentang
yayasan, rekan
cara menangani
sesama Guru BK,
permasalahan yang
rekan guru mata
terjadi di sekolah,
pelajaran,
di lingkungan
karyawan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 531
sekitar, dan
dan/atau staff,
masyarakat.
ketinggalan informasi yang berkembang di luar dan tidak terlalu familiar dengan perkembangan masa kini, mengalami kebingungan untuk memahami konsep dasar BK, mengalami kesulitan untuk mengelola emosi pada saat mengajar karena para peserta didik yang tidak bisa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 535
diajak untuk tenang. 4.
Proses Guru BK
Mengikuti seminar,
Mengikuti seluruh
Mencari,
Mempelajari cara
mempelajari
Proses Guru BK
dalam
pelatihan, dan uji
rancangan sistem
mempelajari,
berkomunikasi
buku–buku
yang mengajar di
mengupayakan diri
kompetensi Guru
yang dimiliki
memikirkan,
yang efektif.
tentang bimbingan
yayasan IPEKA
untuk
BK, baik yang
IPEKA, berusaha
menghayati, dan
dan konseling,
Puri Indah,
meningkatkan
diadakan di dalam
mempelajari
memahami buku
mengikuti
Jakarta Barat
kompetensi
maupun di luar
banyak hal yang
literatur tentang
seminar, berusaha
dalam
profesional di
yayasan IPEKA.
dianggap masih
BK, serta berproses
memahami
mengupayakan
sekolah.
Tapi pihak yayasan
kurang, dan
untuk menemukan
karakteristik
diri untuk
IPEKA tidak
meminta pendapat
relasi BK dengan
peserta didik,
meningkatkan
memfokuskan
dari kepala sekolah
kerohanian yang
mengupayakan
kompetensi
seluruh guru
agar dapat
sesuai dengan
menguasai teknik,
profesionalnya
IPEKA untuk
menyeimbangkan
pemahaman yang
metode, dan
adalah mengikuti
mengikuti
diri dengan
dimiliki oleh
konsep dalam
seminar,
kegiatan–kegiatan
kegiatan–kegiatan
yayasan IPEKA
memberikan
pelatihan, dan uji
tersebut di luar
diselenggarakan.
sebagai yayasan
layanan ke–BK–
kompetensi guru,
IPEKA. Apabila
Kristen yang
an, serta
serta mengikuti
pihak luar
menjunjung tinggi
melibatkan Tuhan
seluruh rancangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 532
mengundang pihak
Firman Tuhan,
dalam segala tugas sistem pendidikan
IPEKA untuk hadir
yaitu konseling
dan pekerjaan
dan kurikulum
dalam kegiatan–
pastoral.
sebagai Guru BK.
yang dirancang
kegiatan tersebut,
Pemahaman ini
oleh pihak
maka yang hadir
wajib dimiliki oleh
yayasan IPEKA,
adalah staff ahli
setiap guru,
pusat,
atau koordinator
termasuk Guru BK.
mempelajari
atau pimpinan yang
sumber–sumber
berada di kantor
buku yang
pusat yayasan
mendukung
IPEKA karena
profesi Guru BK,
IPEKA sudah
menghayati
memiliki lembaga
panggilannya
pengembangan dan
sebagai Guru BK,
pelatihan khusus
dan berusaha
bagi para guru
mengendalikan
yang mengajar di
emosi, serta
yayasan IPEKA.
memahami karakteristik setiap orang,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 533
termasuk peserta didik. 5.
Kekuatan Guru BK
Keyakinan, kerja
Menanamkan
Memiliki kesiapan
Keyakinan, kerja
keyakinan, kerja
Kekuatan yang
dalam
keras, berserah diri
keyakinan,
hati dan pikiran,
keras, komitmen,
keras, dan doa,
dimiliki oleh para
meningkatkan
pada Tuhan, dan
kepercayadirian,
jiwa dan raga,
dan percaya diri,
serta motivasi dari
Guru BK di
kompetensi
motivasi dari para
kerja keras,
jasmani dan rohani, serta menjalin
dalam diri sendiri,
yayasan IPEKA
profesional sebagai
peserta didik.
kedisiplinan, dan
serta ilmu dan
relasi dengan
keluarga, rekan
Puri Indah,
Guru BK di
menghayati
talenta dalam
Tuhan dalam
kerja, kepala
Jakarta Barat
sekolah.
panggilannya
mempelajari
setiap pekerjaan
sekolah, dan
dalam
sebagai Guru BK,
banyak hal yang
secara terus
peserta didik, serta meningkatkan
serta memperoleh
ada disekitarnya,
menerus.
yang paling utama
kompetensi
dukungan dari
sehingga pada saat
adalah Tuhan,
profesionalnya,
keluarga, rekan
memberikan
sehingga beliau
yaitu:
kerja, dan peserta
layanan BK tidak
mampu
menanamkan
didik.
menimbulkan
mengerjakan
keyakinan, kerja
perasaan yang
seluruh tugas dan
keras,
negatif. Selain itu,
pekerjaan dengan
kepercayadirian,
tanamkan pada diri
baik.
kedisiplinan,
bahwa menjadi
kesiapan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 531
Guru BK adalah
ketulusan,
sebuah panggilan
penghayatan
dari Tuhan. Tuhan
suatu panggilan,
akan akan
dan penyerahan
memanggil siapa
diri kepada Tuhan
saja yang merasa
dalam setiap
dirinya berharga
menjalankan
untuk menjadi
tugas dan
seorang Guru BK.
tanggung jawab,
Apabila sudah
serta motivasi
terpanggil, maka
dari dalam diri
harus juga siap
sendiri dan orang
sedia, dan tulus
lain agar mampu
memberikan nilai–
memberikan hal
nilai kehidupan
yang terbaik bagi
kepada peserta
dunia pendidikan.
didik yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
LAMPIRAN 2
KUESIONER UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL
Disusun Oleh: Hikmat Kristian Jian NIM. 111114001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
A. Kata Pengantar Salam Guru Bimbingan dan Konseling Indonesia, terkhususnya bagi Bapak/ Ibu Guru BK yang berada di sekolah–sekolah swasta Kristen di wilayah Jakarta Barat. Terimakasih atas kesediaan waktu Bapak/Ibu dalam berpartisipasi mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini berisi tentang upaya–upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional. Kuesioner ini bertujuan untuk menganalisis upaya–upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional sebagai konselor sekolah. Kuesioner ini bersifat rahasia dan tidak mempengaruhi status profesi Bapak/Ibu. Atas kesediaan Bapak/Ibu, saya mengucapkan terimakasih lagi. Salam Peneliti. B. Identitas 1. Jenis Kelamin 2. 3. 4. 5.
:
Laki–Laki Perempuan Umur : …………………………… Jenjang Mengajar : TK SD SMP SMA Latar Belakang Pendidikan : S1 BK S1 non BK Lain–Lain Lama Bekerja sebagai Guru BK : ……………………………
C. Petunjuk Pengisian Berikut ini akan disajikan 40 pernyataan tentang upaya peningkatan kompetensi profesional Guru BK. Setiap pernyataan diberikan skor yang telah tersedia. Jawablah secara jujur dengan cara melingkari nomor yang sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu.
Saya datang mengajar tepat waktu Tidak Pernah
1
2
3
4
5
Sangat Sering
6
7
8 8 9
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
1. Saya mempelajari secara mandiri konsep dan praksis asesmen dalam BK.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
2. Saya setengah–setengah mempelajari konsep dan praksis asesmen dalam BK secara mandiri.
Tidak Pernah
10
3.
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Saya mengikuti studi banding bimbingan dan konseling ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis asesmen dalam BK.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
4. Saya malas mengikuti MGBK yang membahas tentang konsep dan praksis pembuatan asesmen BK.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
5. Saya mempelajari konsep dan praksis asesmen melalui sumber buku yang relevan.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
6. Saya kurang berminat untuk mengadakan studi literatur dalam menguasai konsep dan praksis asesmen dalam BK.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
7. Saya mempelajari sendiri kerangka teori dan praksis bimbingan dan konseling.
Tidak Pernah
1
8.
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
Saya kurang mampu mempelajari sendiri teori dan praksis BK.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
9. Saya melakukan pendalaman kerangka teori dan praksis BK bersama dengan rekan sesama Guru BK dalam kegiatan MGBK.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
10. Saya kurang berminat mempelajari teori dan praksis BK bersama orang lain.
Tidak Pernah
10
9
Sangat Sering
8
7
6
5
4
3
2
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11.
139
Saya membaca kembali buku perkuliahan untuk memahami kembali konsep dasar bimbingan dan konseling.
Tidak Pernah
1
12.
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
Saya malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK.
Tidak Pernah
10
13.
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
14.
1
Saya belajar merancang program BK secara mandiri.
Tidak Pernah
1
2
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
Saya kurang percaya diri mempelajari rancangan program bimbingan dan konseling secara mandiri.
Tidak Pernah
10
15.
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Saya mengikuti seminar BK di kampus–kampus dalam mempelajari penyusunan rancangan program BK.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
16. Saya memodifikasi program BK dari teman sesama Guru BK di sekolah lain.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
17. Saya mempelajari komprehensif.
6
sendiri
5
4
3
implementasi
program
Tidak Pernah
1
2
2
1
BK
yang
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
18. Saya kurang percaya diri dalam mengimplementasikan program BK yang komprehensif secara mandiri.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
19. Saya mempelajari implementasi program BK komprehensif dari rekan sesama Guru BK.
Tidak Pernah
1
20.
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
Saya kurang berminat mempelajari implementasi program BK yang komprehensif bersama dengan Guru BK dari sekolah lain.
Tidak Pernah
10
9
Sangat Sering
8
7
6
5
4
3
2
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21.
141
Saya mengamati secara cermat proses dan hasil kegiatan BK yang kurang efektif.
Tidak Pernah
1
22.
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
Saya membiarkan proses dan hasil kegiatan BK yang kurang efektif.
Tidak Pernah
10
23.
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
24.
2
1
Saya memperbaiki proses dan hasil kegiatan BK yang kurang efektif.
Tidak Pernah
1
10
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
Saya mengabaikan hasil evaluasi proses dan hasil kegiatan BK yang kurang efektif.
Tidak Pernah
10
25.
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Saya berperan aktif sebagai personil dalam organisasi BK dan nonBK.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
26. Saya kurang berminat mengikuti kegiatan organisasi BK dan non-BK. Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
27. Saya giat meneliti tentang ke–BK–an. Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
28. Saya mengabaikan penelitian tentang ke–BK–an. Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
29. Saya antusias mengikuti setiap kesempatan seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
30. Saya melalukan setiap kesempatan seminar ke–BK–an dan non ke– BK–an.
Tidak Pernah
10
9
Sangat Sering
8
7
6
5
4
3
2
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
31. Saya melibatkan diri dalam kegiatan MGBK. Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
32. Saya menghindari pertemuan MGBK. Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
33. Saya mengikuti PPG–BK. Tidak Pernah
1
34.
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
Saya tidak mengikuti kegiatan PPG–BK.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
35. Saya melakukan pendalaman secara mandiri tentang konsep dan praksis penelitian dalam BK.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
36. Saya kurang berminat mendalami konsep dan praksis penelitian dalam BK secara mandiri.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
37. Saya memberdayakan Guru BK dari sekolah lain sebagai nara sumber untuk meningkatkan penguasaan konsep dan praksis penelitian BK.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
38. Saya kurang memanfaatkan Guru BK dari sekolah lain sebagai sumber belajar dalam menguasai konsep dan praksis penelitian BK.
Tidak Pernah
10
Sangat Sering
9
8
7
6
5
4
3
2
1
39. Saya menggali konsep dan praksis penelitian BK melalui buku–buku literatur yang relevan.
Tidak Pernah
1
2
Sangat Sering
3
4
5
6
7
8
9
10
40. Saya menyingkirkan buku–buku literatur yang berkaitan dengan penguasaan konsep dan praksis penelitian dalam BK.
Tidak Pernah
10
9
Sangat Sering
8
7
6
5
4
3
2
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 3 Tabel 6 Valid dan Tidak Valid Pengolahan Data Kuesioner Corrected ItemValid/tidak No. Item Keterangan Total Correlation Valid VAR00001
0.417
Valid
Di atas 0,30
VAR00002
0.08
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00003
0.647
Valid
Di atas 0,30
VAR00004
0.434
Valid
Di atas 0,30
VAR00005
0.398
Valid
Di atas 0,30
VAR00006
0.471
Valid
Di atas 0,30
VAR00007
0.598
Valid
Di atas 0,30
VAR00008
0.738
Valid
Di atas 0,30
VAR00009
0.684
Valid
Di atas 0,30
VAR00010
0.248
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00011
0.647
Valid
Di atas 0,30
VAR00012
0.666
Valid
Di atas 0,30
VAR00013
0.429
Valid
Di atas 0,30
VAR00014
0.558
Valid
Di atas 0,30
VAR00015
0.314
Valid
Di atas 0,30
VAR00016
-0.021
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00017
0.467
Valid
Di atas 0,30
VAR00018
0.579
Valid
Di atas 0,30
VAR00019
0.364
Valid
Di atas 0,30
VAR00020
0.212
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00021
0.484
Valid
Di atas 0,30
VAR00022
0.388
Valid
Di atas 0,30
VAR00023
0.561
Valid
Di atas 0,30
VAR00024
0.364
Valid
Di atas 0,30
VAR00025
0.632
Valid
Di atas 0,30
VAR00026
0.5
Valid
Di atas 0,30
VAR00027
0.309
Valid
Di atas 0,30
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI VAR00028
0.39
Valid
Di atas 0,30
VAR00029
0.11
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00030
0.428
Valid
Di atas 0,30
VAR00031
0.569
Valid
Di atas 0,30
VAR00032
0.186
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00033
0.482
Valid
Di atas 0,30
VAR00034
0.458
Valid
Di atas 0,30
VAR00035
0.537
Valid
Di atas 0,30
VAR00036
0.721
Valid
Di atas 0,30
VAR00037
0.286
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00038
0.249
Tidak Valid
Di bawah 0,30
VAR00039
0.607
Valid
Di atas 0,30
VAR00040
0.524
Valid
Di atas 0,30
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI