PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR MANCHESTER TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh: Oktaviani Chandra Dewi 111134111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Kedua orangtuaku tercinta (Sugiyanto dan Sri Wiji Eni) yang selalu menyemangati peneliti dan selalu mengorbankan banyak hal untuk peneliti.
Segenap keluarga besarku
Fadhilatul Nurkonita, terima kasih untuk kebersamaan kita, doa dan semangat yang tak henti-hentinya diberikan kepadaku.
Annisa Zulfah, yang selalu memberikan dukungan dan semangat, terima kasih sudah menjadi tempatku berkeluh kesah.
Almamater Sanata Dharma
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Janganlah kamu putus asa, kalau daya upayamu tidak lekas memperlihatkan hasil yang nyata. ( Tan Malaka)
Ia membuat segalanya indah pada waktuNya (Pengkhotbah 3:11)
Ketika hidup berubah menjadi semakin sulit, ubahlah dirimu menjadi semakin kuat
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diterapkan oleh Pemerintah Indonesia pada bulan Juli 2013 lalu sampai dengan Desember 2014. Praktisi pendidikan menyambut pro dan kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013. Pengalaman yang tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, menimbulkan kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013 (2) persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi (3) upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Informasi yang diperoleh peneliti berasal dari partisipan yang terkait dengan proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah transkripsi, organisasi data, analisis, interpretasi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan persepi guru SD Manchester terkait pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah positif dari segi teoritis. Secara teori, konsep ideal Kurikulum 2013 itu bagus, tetapi pelaksanaannya tidak mudah seperti teorinya. Guru sudah mengupayakan berbagai hal untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013 seperti mengikuti pelatihan atau workshop, menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Kata kunci: Persepsi, guru, pembelajaran, kurikulum 2013
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Dewi, Oktaviani Chandra. (2015). Perception of the primary school teachers of Manchester against the learning of curriculum 2013. The Curriculum 2013 has been applying by the Government of Indonesia in July 2013 and up to December 2014. The education practitioners welcome the pros and the cons on the implementation of the curriculum 2013. A different experience and a different ability of thinking probably cause the different perception between one teacher and other teachers in giving perception about the curriculum 2013. Based on the background, this study attempts to describe: (1) the primary school teachers Manchester’s understanding about the purpose of the curriculum 2013 (2) the primary school teachers Manchester’s perception relate to the learning of the curriculum2013 from the process of planning, the implementation, and the evaluation (3) the effort of the primary school teachers of Manchester in supporting the application of the curriculum 2013. This research is descriptive case study research with a qualitative approach. The data collection method used is observation in-depth interviews, and documentation study. The information obtained from the participant associated with a learning process. The data analysis technique used in this research is a transcription, an organization data, an analysis, an interpretation, and a conclusion. The result shows that the perception of the primary school teachers of Manchester relate to the learning of the curriculum 2013 is positive in terms of the theoretical side. In the theory, the ideal concept of the curriculum 2013 is good, but the implementation is not as easy as the theory. The teachers already tried various things to support the implementation of the curriculum 2013 by joining a training or workshop, preparing RPH whenever they want to teach, using reference books to support the material that does not exist, divide tasks with other teachers to cope with the amount of an administration, and engage the students in learning.
Keywords: perception, teacher, learning, curriculum 2013
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1.
Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2.
Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3.
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4.
Sri Agustini S., M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5.
Eny Winarti, Ph.D., Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi., Dosen Pembimbing Akademik.
7.
Kepala Sekolah beserta Bapak dan Ibu guru SD Manchester yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.
8.
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk material maupun moril serta doa yang tidak pernah berhenti untuk penulis.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
iv
MOTTO .........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .....
vii
ABSTRAK .....................................................................................................
viii
ABSTRACT ....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
6
C. Batasan Masalah...................................................................................
6
D. Rumusan Masalah ...............................................................................
7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ...............................................................................
8
G. Definisi Operasional ............................................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ........................................................................................
10
1. Konsep Dasar tentang Persepsi .....................................................
10
a. Pengertian Persepsi .................................................................
10
b. Syarat Terjadinya Persepsi ......................................................
12
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ......................................
13
2. Pengertian dan Peran Guru ............................................................
15
3. Tinjauan Umum tentang Pembelajaran .........................................
18
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Kurikulum SD ................................................................................
19
a. Pengertian Kurikulum .............................................................
19
b. Struktur Kurikulum .................................................................
19
c. Komponen Kurikulum ............................................................
21
1) Komponen Tujuan ............................................................
22
2) Komponen Isi ...................................................................
25
3) Komponen Metode ...........................................................
27
4) Komponen Evaluasi .........................................................
27
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................
33
C. Kerangka Berpikir ...............................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................................
38
B. Setting Penelitian ..............................................................................
39
C. Desain Penelitian ..............................................................................
40
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................
41
1. Wawancara ..................................................................................
41
2. Observasi .....................................................................................
43
3. Dokumentasi ...............................................................................
43
E. Instrumen Penelitian .........................................................................
44
F. Teknik Keabsahan Data ....................................................................
45
1. Uji Kredibilitas ............................................................................
45
2. Uji Transferabilitas .....................................................................
47
3. Pengujian Dependability .............................................................
47
4. Pengujian Konfirmability ............................................................
48
G. Teknik Analisis Data..........................................................................
48
1. Transkripsi ..................................................................................
48
2. Organisasi Data ...........................................................................
49
3. Analisis .......................................................................................
50
4. Tahap Interpretasi .......................................................................
50
5. Penarikan Kesimpulan ................................................................
51
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................
52
1. Hasil Temuan ................................................................................
52
2. Identitas Partisipan ........................................................................
54
3. Hasil Wawancara ..........................................................................
55
B. Pembahasan .........................................................................................
91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................
102
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................
103
C. Saran ....................................................................................................
103
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
105
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD ...................................................................
20
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Lulusan ..........................................................
24
Tabel 2.3 Pengembangan Struktur Kurikulum SD .........................................
26
Tabel 2.4 Kesenjangan pada kurikulum 2006 .................................................
30
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum ....................
22
Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ..............................
35
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................
37
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Pedoman Wawancara ...............................................................
108
Lampiran 1.2 Transkrip Hasil Wawancara .....................................................
109
Lampiran 1.3 Transkrip Observasi Penelitian .................................................
130
Lampiran 1.4 Hasil Triangulasi Data ..............................................................
133
Lampiran 1.5 Daftar Coding ...........................................................................
134
Lampiran 1.6 Organisasi Data .........................................................................
148
Lampiran 1.7 Contoh Bagan Analisis Data .....................................................
151
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang masalah membahas tentang alasan peneliti mengadakan penelitian ini. Identifikasi masalah adalah pengenalan terhadap suatu permasalahan yang ada dalam penelitian. Batasan masalah adalah membatasi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini yang terlalu luas. Rumusan masalah memuat pokok permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian berisikan tentang keinginan yang dicapai oleh peneliti, dan manfaat penelitian berisikan uraian kegunaan hasil penelitian yang dilakukan.
A.
Latar Belakang Kurikulum 2013 telah ditetapkan oleh sistem pendidikan di Indonesia pada bulan Juli 2013 lalu dan sampai dengan saat ini. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, perubahan kurikulum di sekolah-sekolah merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan non-guru, maupun peserta didik sangat berkepentingan dan akan terkena imbasnya secara langsung dari setiap perubahan kurikulum. Menurut Nasution (2009: 252), perubahan kurikulum meliputi tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut mengubah manusia, yaitu guru pembina
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
pendidikan dan guru-guru yang mengasuh pendidikan. Oleh karena itu perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, suatu social change. Perubahan kurikulum juga disebut development (pembaharuan) atau inovasi kurikulum (Arifin, 2012). Menurut mantan Mendikbud Muhammad Nuh, penerapan kurikulum 2013 penting dan genting terkait bonus demografi pada 2010-2035. Generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Abduhzen dalam Kompas, 21 Februari 2013). Mendikbud juga mengatakan pada kurikulum 2013 mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD) diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Pengintegrasian ini dilakukan karena penting, serta menyesuaikan zaman
yang
terus
mengalami
perkembangan
pesat
(www.kemdikbud.go.id/uji public kurikulum 2013). Pengintegrasian ini penting karena anak melihat dunia sebagai suatu keutuhan yang terhubung, bukannya penggalan-penggalan lepas dan terpisah. Praktisi
pendidikan
menyambut
pro
dan
kontra
terhadap
pemberlakuan kurikulum 2013 mulai tahun ajar 2013/2014. Pihak yang mendukung kurikulum baru menyatakan kurikulum 2013 memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, pihak yang kontra menyatakan penerapan kurikulum 2013 pada Juli atau kapan pun dalam format yang ada tampaknya tidak menimbulkan efek kualitatif yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Praktisi pendidikan yang lain mengatakan: “Sikap pemerintah itu terasa berlebihan karena sejatinya pengaruh kurikulum 2013 tidaklah sedahsyat yang dibayangkan. Asumsi-asumsi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
teoritisnya memang tinggi, tetapi yang riil berubah dan mudah dilaksanakan hanya pengurangan jumlah mata pelajaran dan penambahan durasi pembelajaran di sekolah” (Abduhzen dalam Kompas, 21 Februari 2013). Artinya konsep ideal suatu kurikulum dari pemerintah memang bagus, pandangan teoritisnya tinggi tetapi dalam kenyataannya tidak semua sekolah mampu mewujudkan konsep ideal itu. Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Respon pro dan kontra dari praktisi pendidikan merupakan bentuk akibat dari persepsi yang diambil oleh individu. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Adanya stimulus yang sama mengenai pemahaman pembelajaran Kurikulum 2013, tetapi karena pengalaman, kemampuan berpikir, dan kerangka acuan tidak sama, ada kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu partisipan, beliau mengungkapkan: “Tujuan kurikulum 2013 bagus tetapi perangkatnya tidak mendukung, kesiapan SDMnya tidak mendukung karena terkesan dipaksakan” (Partisipan 4). Ungkapan ini menunjukkan bahwa persepsi partisipan terhadap tujuan atau konsep dari kurikulum 2013 bagus, tetapi untuk penerapan di lapangan masih mengalami kesulitan. Persiapan perangkat pembelajaran seperti buku ajar dinilai kurang mendukung. Kesiapan guru juga dinilai kurang karena mereka baru mendapat pelatihan sebelum penerapan kurikulum selama 5 hari dengan metode yang kurang sesuai, yaitu mengerjakan lembar kerja dan analisis struktur kurikulum. Metode ini kurang menjawab apa yang ingin diketahui para guru. Ada
dua
hal
yang
harus
dilakukan
dalam
rangka
mengimplementasikan kurikulum 2013 ini. Hal pertama adalah diklat bagi guru-guru pada satuan pendidikan di sekolah sasaran beserta para kepala sekolah masing-masing dan distribusi buku-buku pegangan untuk siswa. Hal yang kedua adalah pemberian pengertian bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan akademik atau kecerdasan, kompetensi dasar, dan nilai sikap perilaku. Dalam hal ini, proses pembelajaran bisa mengintegrasikan antara kemampuan kecerdasan intelektual atau ranah kognitif, kecerdasan afektif berupa sikap perilaku, dan psikomotoris atau keterampilan (Mulyasa, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
Berbagai latar belakang dikemukakan oleh pemerintah berkaitan dengan pentingnya penerapan kurikulum 2013 antara lain akhlak generasi muda yang semakin brutal, tidak jujur, tidak disiplin, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Disamping isu moral, juga dikemukakan isu ekonomi, yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan pangan. Sebenarnya ada yang lebih penting dari semua itu. Hal ini sebagaimana diungkapkan mendikbud yaitu
bonus demografi-jumlah
penduduk yang meledak harus bisa terserap pasar. Artinya pendidikan hanya menciptakan buruh-buruh pabrik- pasar tenaga kerja sistem kapitalisme. Perubahan kurikulum, dimana pun, sebetulnya hampir sama, selalu membutuhkan penyesuaian pola pikir para pemangku kepentingan. Demikian pula yang terjadi pada kurikulum 2013 ini, yang hanya mungkin sukses bila ada perubahan paradigma atau lebih tepatnya pola pikir para guru dalam proses pembelajaran (Darmaningtyas dalam Tempo, 10 Juli 2013). Substansi perubahan dari kurikulum 2006 (KTSP) ke kurikulum 2013 ini adalah perubahan proses pembelajaran. Pola pembelajaran gaya bank, yaitu guru menulis di papan tulis dan murid mencatat di buku, serta guru menerangkan sedangkan murid mendengarkan diubah menjadi proses pembelajaran yang lebih mengedepankan murid untuk melakukan pengamatan, bertanya, mengeksplorasi, mencoba, dan mengekspresikannya. Proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif tersebut hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
mungkin terwujud bila pola pikir guru telah berubah. Perubahan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 akan membuat guru tidak lagi memiliki pola pikir bahwa mengajar harus di dalam kelas dan menghadap ke papan tulis. Tetapi mengajar bisa dilakukan di luar kelas seperti perpustakaan, kebun, tanah lapang, atau juga di sungai. Media pembelajaran pun tidak harus buku, alat peraga, atau komputer. Tanam-tanaman dan pohon di kebun, sungai, dan sejenisnya juga dapat menjadi media pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Manchester Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013”.
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut : 1.
Adanya pro kontra terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 mulai tahun ajar 2013/2014.
C.
2.
Pola pikir guru untuk menyesuaikan perubahan kurikulum.
3.
Kesiapan guru mengimplementasikan kurikulum 2013.
Batasan Masalah Dalam penulisan penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah agar dalam penjelasannya nanti akan lebih mudah, terarah dan sesuai dengan yang diharapkan serta terorganisir dengan baik. Pembuatan penelitian ini dibatasi hanya pada masalah sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Persepsi guru SD Manchester terhadap pembelajaran Kurikulum 2013 terkait buku ajar dan proses pembelajaran serta upaya mendukung penerapan Kurikulum 2013.
D.
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013?
2.
Bagaimana
gambaran
persepsi
guru
SD
Manchester
terkait
pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi? 3.
Bagaimana upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013?
E.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.
Mendeskripsikan pemahaman guru SD Manchester mengenai tujuan kurikulum 2013
2.
Mendeskripsikan gambaran persepsi guru SD Manchester terkait pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi
3.
Mendeskripsikan upaya guru SD Manchester mendukung penerapan kurikulum 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
F.
8
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk pengembangan kurikulum dan sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a.
Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada praktisi pendidikan supaya memperhatikan konsepsi yang jelas mengenai substansi pendidikan yang dapat dijadikan kompas bagi begitu banyak kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah Air.
b.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi pengalaman secara langsung dalam bidang penelitian dan sebagai referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang kurikulum.
c.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan
pemikiran
serta
informasi
dalam
menghadapi
perkembangan kurikulum.
G.
Definisi Operasional Berdasarkan judul dari penelitian, istilah penting yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini adalah:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
1. Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan alat indera yang dimiliki oleh individu untuk menginterpretasikan stimulus yang diterima. 2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 3. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan tertentu 4. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 5. Tematik
terpadu
merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai tema
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab II ini akan dibahas tiga sub bab, yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir. Pada kajian teori peneliti akan membahas tentang Kurikulum SD, serta teori-teori yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap
pembelajaran
pada
kurikulum
2013.
Penelitian
yang
relevan
memaparkan tentang penelitian dari orang lain yang sesuai dengan permasalahan yaitu tentang persepsi guru terhadap pembelajaran Kurikulum 2013. Kerangka pikir pada landasan teori ini akan menggiring pembaca untuk memahami penelitian yang akan dilakukan. A. Kajian Teori 1. Konsep Dasar tentang Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
10
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
Sugihartono (2007: 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi
manusia
terdapat
perbedaan
sudut
pandang
dalam
penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif, ada juga persepsi negatif, yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Berdasarkan hal tersebut, perasaan,
kemampuan
berpikir,
pengalaman-pengalaman
yang
dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi, baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Dalam pikiran seseorang tersimpan persepsi positif maupun negatif, ketika seseorang melihat atau merasakan suatu kejadian dengan alat indera yang dimiliki, maka persepsi itu akan muncul dengan sendirinya, persepsi positif atau negatif tergantung sudut pandang individu tersebut. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118). Jalaluddin (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian. b. Syarat Terjadinya Persepsi Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut: a) Adanya objek yang dipersepsi; b) Adanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi; c) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; d) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon. c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut : a.
Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b.
Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. Menurut Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu: a)
Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. b) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang. c)
Perhatian Untuk
menyadari
atau
dalam
mengadakan
persepsi
diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan alat indera yang dimiliki oleh individu untuk menginterpretasikan stimulus yang diterima. Persepsi muncul jika ada objek yang dipersepsi, alat indera, dan perhatian. Setiap orang dapat memiliki persepsi yang berbedabeda karena dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal muncul dari dalam diri individu misalnya perasaan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
sikap, keinginan. Faktor eksternal merupakan hal diluar individu yang dapat mempengaruhi persepsi misalnya latar belakang seseorang, pengetahuan, dan informasi yang diperoleh.
2.
Pengertian dan Peran Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Uno (2009) menyatakan guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Guru merupakan unsur dominan dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan
tugasnya di
masyarakat (Mustofa, 2007). Guru adalah suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh orang di luar bidang pendidikan. Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
Miarso (2008) menyatakan guru yang berkualitas atau yang berkualifikasi, adalah yang memenuhi standar pendidik, menguasai materi/isi pelajaran sesuai dengan standar isi, dan menghayati dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan standar proses pembelajaran.
Pemerintah
telah
melakukan
upaya
untuk
meningkatkan kualitas guru baik melalui pelatihan, seminar, dan melalui pendidikan formal terkait pelaksanaan pembelajaran di Indonesia. Dengan usaha tersebut diharapkan akan meningkatkan kualitas guru dan pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai kondisi guru yang profesional, para guru harus menjadikan orientasi mutu dan profesionalisme guru sebagai etos kerja mereka dan menjadikannya sebagai landasan orientasi berperilaku dalam tugas-tugas profesinya (Karsidi, 2005). Peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. UndangUndang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 4 menegaskan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam melaksanaan pembelajaran. Berbagai hal yang dilakukan guru dalam dunia pendidikan, dapat diidentifikasi sedikitnya ada 19 peran guru, antara lain guru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sebagai
pendidik,
pengajar,
pembimbing,
pelatih,
17
penasehat,
pembaharu (inovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerjaan rutin, “pemindah kemah”, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator (Mulyasa,2009). Peran tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki peran penting dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, membentuk kepribadian anak didik untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dapat mensejahterakan rakyat, negara dan bangsa. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru (Uno, 2009). Jika kemampuan guru tinggi, maka guru akan cepat menangkap dan beradaptasi dengan kurikulum yang ada sehingga kurikulum dapat diterapkan secara maksimal. Namun bila kemampuan guru rendah maka guru tidak akan dengan mudah beradaptasi dengan kurikulum yang ada sehingga pelaksanaan kurikulum menjadi terhambat. Jadi, guru berperan menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Selain itu, keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
18
Tinjauan Umum tentang Pembelajaran Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seorang individu berorientasi dengan informasi dan lingkungan (Hidayat, 2013:146). Pembelajaran berarti mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Menurut Yunanto (2004:4) dalam Hidayat (2013:146), pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Sardiman (1986:7) dalam Djamarah (2010:324) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik. Sedangkan Miarso (2004:528) dalam Djamarah (2010:324) mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk dirinya secara positif dalam kondisi tertentu. Bagi Gagne dan Briggs (1979: 3) dalam Djamarah (2010: 325), pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar anak didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana agar terjadi proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 4.
Kurikulum SD a. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan
pendidikan
tertentu
(UU
No.
20/2003).
Singkatnya, kurikulum adalah suatu pedoman atau acuan yang digunakan untuk proses pembelajaran. Menurut Nasution (2009) kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Hamalik (2008) menyatakan kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran namun semua hal yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa. Kurikulum merupakan suatu prencanaan yang memuat isi dan bahan pelajaran, cara, metode atau strategi pembelajaran, dan merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. b. Struktur Kurikulum Bunyi Pasal 77B ayat (1) PP No. 32 Tahun 2013 menjelaskan bahwa
struktur
kurikulum
merupakan
pengorganisasian
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan Pembelajaran, mata
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Struktur kurikulum untuk satuan pendidikan dasar berisi muatan umum. Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan: a. Pendidikan agama; b. Pendidikan Kewarganegaraan; c. Bahasa; d. Matematika; e. Ilmu pengetahuan alam; f. Ilmu pengetahuan sosial; g. Seni budaya;
h.
Pendidikan
jasmani
dan
olahraga;
i.
Keterampilan/kejujuran; dan j. Muatan lokal. Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD tahun I, II dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk tahun IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD adalah 40 menit. Struktur kurikulum SD adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD MATA PELAJARAN
ALOKASI MINGGU
Kelompok A 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia Matematika Kelompok B 1. Seni Budaya dan keterampilan (termasuk muatan lokal) 2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan (termasuk muatan lokal) Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
= Pembelajaran Tematik Terintegrasi Sumber : Draft Kurikulum 2013
WAKTU
BELAJAR
PER
I
II
III
IV
V
VI
4 5
4 6
4 6
4 6
4 6
4 6
8 5
8 6
10 6
10 6
10 6
10 6
4
4
4
6
6
6
4
4
4
4
4
4
30
32
34
36
36
36
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor. Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran sebagai organisasi konten, dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan. c. Komponen Kurikulum Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki komponenkomponen penting dan sebagai penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Komponen-komponen pembentuk ini satu sama lainnya saling berkaitan. Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum, yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi. Komponen satu sama lain ini saling berkaitan (Sudrajat : 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
Gambar 2.1 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum Sumber : Draft Kurikulum 2013
Adapun uraian dari masing-masing komponen tersebut ialah sebagai berikut: 1) Komponen Tujuan Komponen
tujuan
merupakan
komponen
pembentuk
kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: a) Tujuan Pendidikan Nasional Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. b) Tujuan Institusional Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut. 1) Tujuan
pendidikan
dasar
adalah
meletakkan
dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2) Tujuan
pendidikan
menengah
adalah
meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Jadi, tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di sini diklasifikasikan ke dalam tingkat satuan pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar, menengah, dan menengah kejuruan. Tujuan institusional merupakan cerminan dari standar kompetensi lulusan yang diharapkan dari setiap tingkat satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan terbagi menjadi tiga domain, yakni domain kognitif
(pengetahuan),
afektif
(sikap),
dan
psikomotor
(keterampilan). Pada kerangka kurikulum 2013, rincian dari tujuan tingkat satuan pendidikan, antara lain: Tabel 2.2 Standar Kompetensi Lulusan Domain Kognitif Memiliki pengetahuan
Memiliki perilaku
Domain Psikomotorik Memiliki
faktual dan konseptual
yang mencerminkan
kemampuan
dalam ilmu pengetahuan,
sikap orang beriman,
pikir dan tindak
teknologi, seni, dan
berakhlak mulia,
yang efektif dan
budaya dengan wawasan
percaya diri, dan
kreatif dalam
kemanusiaan, kebangsaan,
bertanggung jawab
ranah abstrak
kenegaraan, dan
dalam berinteraksi
dan konkret
peradaban terkait
secara efektif dengan
sesuai
fenomena dan kejadian di
lingkungan sosial dan
yang ditugaskan
lingkungan rumah,
alam disekitar rumah,
kepadanya
sekolah, dan tempat
sekolah, dan tempat
bermain
bermain
Sumber : Draft Kurikulum 2013
Domain Afektif
dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
c) Tujuan Kurikuler Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan setiap mata pelajaran akan berbeda-beda, tetapi tujuan kurikuler ini merupakan turunan dari standar kompetensi lulusan. d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Jadi sama halnya dengan tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran dari setiap bahasan akan berbeda-beda, namun masih merupakan bagian dari tujuan kurikuler. 2) Komponen Isi Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut. Bidang studi yang diajarkan pada kurikulum 2013 disajikan pada tabel 2.3.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 2.3 Pengembangan Struktur Kurikulum SD Struktur Kurikulum Sekarang No Komponen A Mata pelajaran 1 Pend.Agama 2 Pend. Kewarganegaraan 3 Bahasa Indonesia 4 Matematika 5 IPA 6 IPS 7 Seni Budaya& Ketrpln. 8 Pend. Jasmani. OR & Kes. B Muatan Lokal C Pengembangan Diri Jumlah
I
26
II
27
III
IV
V
VI
28
3 2 5 5 4 3 4 4 2 2 32
3 2 5 5 4 3 4 4 2 2 32
3 2 5 5 4 3 4 4 2 2 32
Usulan: Pemisahan IPA dan IPS (Kelas IV-VI) No Komponen Kelompok A A 1 Pend. Agama 2 Pend. Pancasila&Kewarganegaraan 3 Bahasa Indonesia 4 Matematika 5 IPA 6 IPS Kelompok B B 1 Seni Budaya & Prakarya 2 Pend. Jasmani, OR & Kes. Jumlah
I
II
III
IV
4 5 8 5 -
4 6 8 6 -
4 6 10 6 -
3 4 7 6 3 3
V VI Tematik 3 3 4 4 7 7 6 6 3 3 3 3
4 4 30
4 4 32
4 4 34
6 4 36
6 4 36
6 4 36
Usulan: Pemisahan IPA dan IPS (Kelas V-VI) No Komponen Kelompok A A 1 Pend. Agama 2 Pend. Pancasila&Kewarganegaraan 3 Bahasa Indonesia 4 Matematika 5 IPA 6 IPS Kelompok B B 1 Seni Budaya & Prakarya 2 Pend. Jasmani, OR & Kes. Jumlah Sumber : Draft Kurikulum 2013
I
II
III
IV
4 5 8 5 -
4 6 8 6 -
4 6 10 6 -
4 6 10 6 -
V VI Tematik 3 3 4 4 7 7 6 6 3 3 3 3
4 4 30
4 4 32
4 4 34
6 4 36
6 4 36
6 4 36
26
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
3) Komponen Metode Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Strategi pembelajaran berkaitan dengan cara atau sistem penyampaian isi kurikulum
dalam
rangka
penyampaian
tujuan
yang
telah
dirumuskan. Sujana dalam Herry (2003 : 1.23) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien. Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai. 4)
Komponen Evaluasi Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
untuk
memeriksa
kinerja
kurikulum
secara
keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Tyler dalam Herry (2003 : 1.25) mengemukakan bahwa proses evaluasi merupakan proses yang sangat esensial guna mengetahui apakah tujuan scara nyata telah terealisasikan. Sementara itu, Taba dalam Herry (2003 : 1.25) berpendapat bahwa secara prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi ini adalah tingkatan di mana siswa mencapai tujuan. Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil. Adanya rancangan kurikulum 2013 ini merupakan bentuk pembaharuan kurikulum, dimana telah dilaksanakannya evaluasi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Adapun permasalahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2006, antara lain konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. Kurikulum 2006 dianggap belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Selain itu kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan.
Beberapa
kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
(misalnya
pendidikan
karakter,
metodologi
pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. Kurikulum 2006 juga dinilai belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun
global.
menggambarkan
Standar urutan
proses
pembelajaran
pembelajaran yang
rinci
belum sehingga
membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas, menuntut adanya remediasi secara berkala. Menggunakan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir. Selain itu, ada pula kesenjangan yang terdapat pada kurikulum 2006 dibandingkan dengan konsep ideal diharapkan pemerintah (Tabel 2.4).
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
Tabel 2.4 Kesenjangan pada kurikulum 2006 Kondisi saat ini
Konsep ideal
A. Kompetensi Lulusan
A. Kompetensi Lulusan
1. Belum sepenuhnya
1. Berkarakter mulia
menekankan pendidikan karakter 2. Belum menghasilkan
2. Keterampilan
keterampilan sesuai
yang
relevan
kebutuhan 3. Pengetahuan-pengetahuan lepas
3. Pengetahuanpengetahuan terkait
B. Materi Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
1. Belum
1. Relevan
relevan
kompetensi
dengan yang
dibutuhkan
dengan
kompetensi
yang
dibutuhkan
2. Beban belajar terlalu berat
2. Materi esensial
3. Terlalu
3. Sesuai dengan tingkat
luas,
kurang
mendalam
perkembangan anak
C. Proses Pembelajaran 1. Berpusat
pada
C. Proses Pembelajaran guru
1. Berpusat pada peserta
(teacher-centered learning)
didik (student-centered active learning)
2. Sifat pembelajaran yang berorientasi
pada
buku
2. Sifat
pembelajaran
yang kontekstual
teks 3. Buku teks hanya memuat materi bahasan
3. Buku materi
teks
memuat
dan
proses
pembelajaran,
sistem
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
penilaian
serta
kompetensi
yang
diharapkan D. Penilaian
D. Penilaian
1. Menekankan
aspek
kognitif
1. Menekankan
aspek
kognitif,
afektif,
psikomotorik
secara
proporsional 2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan
2. Penilaian
tes
portofolio
dan saling
melengkapi E. Pendidik dan Tenaga kependidikan 1. Memenuhi
E. Pendidik dan Tenaga kependidikan
kompetensi
profesi saja 2. Fokus pada ukuran kinerja PTK F. Pengelolaan Kurikulum
1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 2. Motivasi mengajar F. Pengelolaan Kurikulum
1. Satuan pendidikan
1. Pemerintah Pusat dan
mempunyai kebebasan
Daerah memiliki
dalam pengelolaan
kendali kualitas dalam
kurikulum
pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan
2. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan,
2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
kebutuhan peserta didik,
pendidikan, kebutuhan
dan potensi daerah
peserta didik, dan potensi daerah
3. Pemerintah hanya
3. Pemerintah
menyiapkan sampai
menyiapkan semua
standar isi mata pelajaran
komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman
Sumber : Draft Kurikulum 2013
Tabel di atas kesenjangan yang terjadi pada kurikulum 2006 dengan konsep ideal yang ada. Kemudian pada penelitian ini peneliti akan menggunakan konsep ideal sebagai acuan dalam pengumpulan data saat ini yang menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, komponen kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya akan menjadi materi pokok peneliti dalam wawancara. Singkatnya, kurikulum adalah suatu pedoman atau acuan yang digunakan untuk proses pembelajaran. Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan Pendidikan
agama,
Pendidikan
Kewarganegaraan,
Bahasa,
Matematika, Ilmu pengetahuan alam, Ilmu pengetahuan sosial, Seni budaya, Pendidikan jasmani dan olahraga, Keterampilan/kejujuran, dan Muatan lokal. Kurikulum mempunyai komponen pembentuk yang saling berkaitan yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
B. Penelitian yang Relevan Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain skripsi yang bejudul “Kompetensi Profesionalisme Guru SD N 1 Penyangkringan Kendal pada Proses Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
2013”
oleh
Atika
Tri
Widyati
(2014).
Penelitian
ini
dilatarbelakangi oleh guru masih merasa kesulitan mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013. Guru belum maksimal menerapkan kompetensi profesional dalam
merencanakan,
pembelajaran.
Hasil
melaksanakan, wawancara
maupun
mengevaluasi
proses
guru berkaitan dengan kompetensi
profesionalisme guru pada proses pembelajaran adalah guru berusaha mengembangkan kompetensi profesionalisme dalam setiap pembelajaran dengan menguasai materi, menggunakan metode yang bervariasi, dan memanfaatkan media yang ada di sekitar. Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran sudah terpadu tetapi guru masih kesulitan dalam hal penilaian siswa. Peneliti memberikan saran kepada guru dan sekolah agar lebih mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013. Sekolah dapat memberikan fasilitas sarana dan prasarana bagi guru agar dapat mengembangkan kompetensi profesional pada proses pembelajaran dengan lebih baik lagi. Maghfirah Ngabalin (2014) melakukan penelitian berjudul “Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara”. Kurikulum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan persepsi dan upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan berbagai media serta mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap peserta didik. Penelitian yan telah dilakukan oleh Ahmad Shofa (2014) dengan judul penelitian yaitu “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara”. Kurangnya pemahaman guru sekolah dasar dalam penilaian yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 akan berpengaruh pada persepsi guru terutama dalam hal langkah-langkah penilaian autentik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 di Kabupaten Jepara terhadap perencanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaksanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaporan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, acuan kualitas tugas untuk penilaian unjuk kerja adalah sangat baik, dan kriteria rubrik penilaian unjuk kerja adalah sangat baik. Peneliti memberikan saran kepada guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Jepara untuk memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
bahan referensi dan mengikuti sejumlah kegiatan yang mendukung terkait dengan adanya Kurikulum 2013 sehingga dalam implementasinya di lapangan dapat berjalan secara optimal. Ketiga penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti ini mengungkapkan fakta bahwa pembelajaran pada kurikulum 2013 tergantung dari kompetensi profesional guru. Fakta lain yang diungkapkan bahwa guru masih memiliki kesulitan dalam hal penilaian siswa baik penilaian autentik maupun penilaian unjuk kerja. Guru juga belum maksimal menerapkan kompetensi profesional dalam merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi guru sekolah dasar Manchester terhadap pembelajaran kurikulum 2013 dari proses merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi proses pembelajaran. Berikut bagan literatur dan penelitianpenelitian sebelumnya: Atika Tri Widyati (2014) dengan judul “Kompetensi Profesionalisme Guru SD N 1 Penyangkringan Kendal pada Proses Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum 2013”
Maghfirah Ngabalin (2014) dengan judul “Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara”
Ahmad Shofa (2014) dengan judul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara”
Persepsi guru terhadap pembelajaran Kurikulum 2013 Gambar 2.2 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
C. Kerangka Berpikir Pengimplementasian kurikulum KTSP dianggap kurang maksimal seiring munculnya anggapan bahwa KTSP hanya berpusat pada kognitif, belum peka pada perubahan sosial dan penilaian belum berbasis kompetensi. Untuk menjawab tantangan jaman dan hasil penelitian PISA serta pemenuhan kompetensi maka pemerintah mengubah kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Perubahan yang dilakukan pada kurikulum 2013 antara lain penambahan jam pelajaran, pengurangan mata pelajaran, melanjutkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan penilaian berpusat pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Keputusan pemerintah memberlakukan kurikulum 2013 menimbulkan pro dan kontra. Pihak pro mengungkapkan bahwa hasil uji publik lebih dari 50% positif, kebutuhan jaman dalam peningkatan mutu dan pelatihan guru sudah dilakukan sejak pelaksanaan UKG. Sedangkan pihak yang kontra mengungkapkan bahwa persiapan implementasi kurikulum baru terlalu mendesak, perlu ada evaluasi KTSP terlebih dahulu sebelum dilakukan perubahan serta perlu adanya perbaikan mutu guru. Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama pada penerapan kurikulum 2013 ini pola pikir guru perlu diubah, pembelajaran yang biasanya berpusat pada guru sekarang menjadikan
guru
sebagai
fasilitator
dalam
pembelajaran.
Untuk
mensukseskan penerapan kurikulum 2013 diperlukan sosialisasi ke setiap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
daerah, perlu kesiapan dan pelatihan guru, persiapan dalam proses pembelajaran dan penyediaan buku ajar. Untuk lebih mempermudah kerangka pemikiran tersebut, penulis gambarkan dalam bentuk bagan kerangka penelitian sebagai berikut:
Implementasi KTSP kurang maksimal 1. Tantangan zaman 2. Hasil penelitian PISA 3. Pemenuhan kompetensi
Pro 1. Hasil Uji Publik lebih dari 50% positif. 2. Kebutuhan zaman dalam peningkatan mutu. 3. Pelatihan guru sudah dilakukan sejak pelaksanaan UKG
Perubahan Kurikulum 2013
1. Penambahan jam pelajaran 2. Pengurangan mata pelajaran 3. Melanjutkan KBK 4. Penilaian berpusat pada sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
Guru memiliki peran penting
1. Sosialisasi ke setiap daerah 2. Kesiapan dan pelatihan guru 3. Proses pembelajaran 4. Buku ajar
Analisis pendapat guru terhadap penerapan kurikulum 2013 Gambar 2.3 Bagan kerangka berpikir
1. Berpusat pada kognitif 2. Belum peka pada perubahan sosial 3. Penilaian belum berbasis kompetensi
Kontra 1. Persiapan terlalu mendesak. 2. Perlu ada evaluasi KTSP terlebih dahulu. 3. Perlu adanya perbaikan mutu guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III ini menguraikan metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini serta alasan yang digunakan. Setting penelitian menjelaskan tentang situasi atau keadaan tempat dan waktu yang dilakukan selama penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Instrumen penelitian ini akan membahas tentang peneliti sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data. Teknik keabsahan data akan menjelaskan
tentang
uji
kredibilitas,
transferabilitas,
dependability
dan
konfirmability, sedangkan teknik analisis data menjelaskan tentang proses awal hingga akhir dalam penelitian ini.
A.
Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Data hasil penelitian deskriptif lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
38
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Sugiyono, 2008). Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting karena mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Hal tersebut digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau menentukan suatu tindakan yang memerlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui penelitian deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan teknik pseudonym yaitu penyamaran nama sekolah maupun partisipan yang terlibat dalam penelitian, hal ini digunakan untuk menjaga keamanan privasi agar tidak tercemar maupun disalah gunakan. Pemilihan pendekatan ini berdasarkan alasan bahwa permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah persepsi guru terhadap penerapan pembelajaran kurikulum 2013 pada suatu sekolah (SD Manchester). Penelitian ini mendeskripsikan fenomena implementasi kurikulum 2013 kaitannya dengan pembelajaran. Informasi dalam penelitian ini diperoleh dari guru koordinator kelas pada kondisi yang alamiah atau tanpa rekayasa.
B.
Setting Penelitian Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dilakukan pada semester ganjil, tepatnya pada bulan September sampai November 2014. Penelitian ini dilaksanakan di SD Manchester yang telah menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Sekolah ini terletak di Kabupaten Sleman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
Sekolah memilki 2 gerbang utama yang berhadapan langsung dengan jalan, tidak jarang terjadi kemacetan ketika pagi hari. Lingkungan sekitar sekolah dikelilingi bangunan seperti kampus, perumahan maupun toko, serta TK yang menjadi satu dengan SD. Sekolah ini memiliki kelas paralel yaitu a, b, dan c. Dalam satu kelas terdapat minimal 26 siswa. Guru-guru yang mengajar di SD Manchester sebagian besar merupakan pengajar muda, mereka mengajar antara 3-9 tahun dan merupakan lulusan S1. Ada 2 guru yang merupakan lulusan SPG SD dan telah mengajar selama 26-33 tahun. Sebagian besar guru yang mengajar merupakan guru tetap. Guru kelas 1, 2, 4, dan 5 yang telah menerapkan kurikulum 2013 serta kepala sekolah SD Manchester akan terlibat pada penelitian ini. Guru yang terlibat adalah masing-masing guru koordinator kelas paralel.
C.
Desain Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan dan pengambilan kesimpulan. 1) Persiapan Penelitian Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah. a)
Melaksanakan observasi awal untuk identifikasi masalah dan
analisis akar penyebab masalah melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru, serta pencarian data online dari website resmi Kemendikbud maupun koran online mengenai kurikulum 2013. b)
Menentukan subjek penelitian dan sampel. Peneliti menetapkan SD
tempat peneliti melakukan kegiatan PPL sebagai sampel. Subyek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
penelitian merupakan kepala sekolah dan guru koordinator kelas yang menerapkan kurikulum 2013.
c)
Menyusun instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan berupa
pedoman wawancara. Selain itu didukung pula dengan dokumentasi untuk memperoleh data tentang kurikulum 2013 dari Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan. Dokumentasi juga digunakan sebagai rekap seluruh kegiatan penelitian baik berupa foto kegiatan pembelajaran, hasil wawancara, bukti guru telah melakukan sosialisasi atau seminar mengenai kurikulum 2013 serta surat ijin penelitian.
2) Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan disalah satu SD di Kota Yogyakarta dengan menggunakan subyek penelitian sebanyak 5 partisipan. Peneliti melakukan observasi, wawancara, dan mengumpulkan dokumentasi dari kepala sekolah serta guru kelas yang menjadi partisipan.
3) Tahap Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan Melakukan pembahasan dan menyimpulkan hasil penelitian secara deskriptif dari analisis data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
D.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian
dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif
ini
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1.
Wawancara Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, karena dalam proses pengumpulan data menekankan pada wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
mendalam terhadap partisipan untuk mendapatkan pemahaman sesuai topik penelitian yaitu pembelajaran terkait penerapan kurikulum 2013. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview. Dalam pelaksanaannya wawancara lebih bebas dan tujuannya untuk menemukan permasalahan lebuh terbuka (Sudjana dan Ibrahim, 2007) Tujuan dari wawancara adalah peneliti ingin menggali informasi mengenai pendapat guru terhadap penerapan kurikulum 2013 saat ini dengan konsep ideal yang telah ditetapkan pemerintah. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara agar mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus ditanyakan (Lampiran 1.1 : 108). Selain menggunakan konsep ideal kurikulum sebagai pedoman peneliti juga menggunakan pertanyaan mendasar pengembangan kurikulum yang diungkapkan Tyler dalam Herry (2003 : 1.14) sebagai acuan dalam membuat pedoman. Adapun pertanyaan tersebut adalah : 1.
What education purpose should the school seek to attain?
2.
What education experiences can be provided that are likely to attain these purpose?
3.
How can these education experiences be effectively organized?
4.
How can we determine wether these purpose are being attained? Pertanyaan pertama hakikatnya merupakan arah dari suatu
program atau tujuan kurikulum, pertanyaan kedua berkenaan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
isi atau bahan ajar yang harus diberikan untuk mencapai tujuan, pertanyaan ketiga berkenaan dengan strategi pelaksanaan, dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasi atau penilaian pencapaian tujuan. 2.
Observasi Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari guru yang menjadi sumber data penelitian. Penggunaan observasi partisipan ini akan menghasilkan data yang lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono 2008).
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara
melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di kelas rendah yaitu kelas I, II dan di kelas tinggi yaitu kelas IV dan V. Peneliti juga terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari guru seperti mengajar, membuat administrasi dan mengoreksi. 3.
Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data seperti peraturan pemerintah dan materi pelatihan guru yang berkaitan dengan pelaksanaan penerapan kurikulum 2013. Dengan studi dokumentasi ini peneliti mendapat suatu penjelasan yang akurat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tujuan, pembelajaran, dan sebagainya. Penelitian ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
juga menggunakan dokumentasi berupa hasil lembar wawancara dan observasi. E.
Instrumen Penelitian Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dapat memahami makna interaksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden. Pengalaman peneliti sebelum memasuki lapangan untuk melakukan penelitian diantaranya pada semester 2 peneliti pernah mengajar pramuka di SDK Tegalmulyo selama satu semester. Kegiatan pramuka diadakan seminggu sekali dan dilaksanakan pada hari Sabtu. Pada semester 3, peneliti pernah melakukan bimbingan belajar kelas atas di SDN Tegalmulyo selama satu semester, bimbingan belajar dilaksanakan di kelas 5 setiap hari Senin dan Kamis. Materi yang diajarkan meliputi mata pelajaran pokok yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn. Pada semester 4 peneliti juga melakukan bimbingan belajar kelas bawah selama satu semester. Bimbingan belajar kelas bawah dilaksanakan di desa Sabranglor, Klaten, dan diterapkan untuk anak-anak kelas 1-3. Kegiatan bimbingan belajar kelas bawah dilaksanakan seminggu dua kali pada hari Senin dan Kamis. Pada semester 5, peneliti melakukan program oengakraban lingkungan I (Probaling I), yang bertempat di SDK Jomegatan. Probaling I dilakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
selama satu semester, dan diadakan setiap hari Kamis mulai pukul 7 pagi hingga pukul 1 siang. Selama probaling I peneliti berkesempatan belajar mengenai tugas-tugas guru, observasi guru mengajar, praktek membuat RPP dan mengajar mandiri. Pada semester 6, peneliti melakukan program pengakraban lingkungan II (Probaling II) yang bertempat di SDK Sorowajan selama satu semester. Probaling II dilaksanakan setiap hari Kamis mulai pukul 07.00 sampai pukul 13.30. Dalam Probaling II ini, peneliti belajar untuk lebih memahami tugas dan kewajiban Kepala Sekolah. Pada semester 7, peneliti melakukan PPL (Program Pengalaman Lapangan) selama 3 bulan, berproses bersama guru mengenal tentang administrasi sekolah, membuat RPP, mengajar terbimbing dan mengajar mandiri.
F.
Teknik Keabsahan Data 1.
Uji Kredibilitas
a.
Perpanjangan pengamatan Perpanjangan
pengamatan
akan
memungkinkan
derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi proses belajar mengajar di kelas sebanyak dua pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk pembiasaan guru dan siswa di kelas dengan keberadaan peneliti. Selanjutnya hanya satu pertemuan yang digunakan untuk proses analisis
data
yang lebih
rinci
mengenai
analisis
perangkat
pembelajaran yang diimplikasikan dalam proses belajar mengajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
46
Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005:330). Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yang dilakukan peneliti
adalah
dengan
menggunakan
observasi
partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data. Pertama data diperoleh dari dokumentasi, kemudian dicek dengan observasi dan wawancara. Data akan menjadi kredibel jika pengujian data dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang sama. Sedangkan triangulasi sumber yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data tersebut. c.
Bahan referensi Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk proses pembelajaran guru dan rekaman untuk bukti hasil wawancara. Catatan lapangan dalam penelitan dan perekaman tersebut digunakan untuk mendukung hasil analisis data. Selain itu digunakan juga berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Berbagai teori
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
pada penelitian ini telah dijelaskan pada bab II dipergunakan untuk menguji terkumpulnya data tersebut.
2.
Uji Transferabilitas Pengujian
transferabilitas
atau
keteralihan
menunjukkan
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke sekolah dimana penelitian dilaksanakan. Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif maka peneliti membuat laporan yang rinci, jelas, dan sistematis. Laporan penelitian ini dibuat dengan rinci dan jelas berisi data-data lengkap mengenai hasil penelitian mulai dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi serta menggunakan kata-kata efektif dalam penyajian data sehingga mudah dibaca. Laporan hasil penelitian juga dibuat sistematis dengan isi dari laporan disampaikan secara urut sesuai dengan fokus penelitian dimulai dari tujuan, persiapan
sampai pelaksanaan pembelajaran dalam
implementasi
Kurikulum 2013. 3.
Pengujian Dependability Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh kedua dosen pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Setiap peneliti melakukan konsultasi, dosen pembimbing melakukan evaluasi secara lisan tentang bagaimana peneliti melakukan penelitian, kesulitan danpengalaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
yang diperoleh ketika mengumpulkan data. Selain evaluasi secara lisan, dosen pembimbing juga akan meneliti hasil printout penelitian.
4.
Pengujian Konfirmability Pengujian konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
G.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif kualitatif, dimana peneliti membahas mengenai hasil penelitian pendapat terhadap penerapan kurikulum 2013. Beberapa tahapan dalam menganalisa data kualitatif yaitu : 1.
Transkripsi Hasil pengumpulan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian diubah ke dalam bentuk teks atau transkripsi. Dalam membuat transkripsi apa yang dikatakan partisipan pada wawancara harus ditulis sama persis tanpa mengubah apapun, misalnya partisipan mengatakan anu atau ee pada transkip tetap harus ditulis. Selanjutnya, data yang dihasilkan dari analisis hasil wawancara, buku ajar, dan kurikulum 2013 dibandingkan berdasarkan tingkat kesesuaian dengan kurikulum (Lampiran 1.2 : 109). Sudjana dan Ibrahim (2007) mengungkapkan pembuatan teks dasar dilakukan dengan mengubah transkripsi yang diperoleh dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
penghalusan teks. Penghalusan teks ini dilakukan dengan cara penghapusan dan penyisipan pada kalimat tanpa mengurangi makna dan tujuan dari kalimat tersebut. Tujuan dari penghalusan untuk memperbaiki kalimat agar lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami untuk keperluan analisis selanjutnya dengan catatan tidak mengubah isi dan makna dari teks tersebut. Sedangkan penyisipan dilakukan supaya proposisi yang ada lebih tajam dan mengacu pada makna yang dimaksud oleh kalimat tersebut (Sudjana dan Ibrahim, 2007). 2.
Organisasi Data Data kualitatif yang sangat beragam dan banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya dengan rapi, sistematis, dan selengkap mungkin. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah (catatan lembar observasi dan hasil rekaman). Peneliti melakukan organisasi data dari transkripsi dengan mengelompokan sesuai dengan kronologinya. Data dikelompokkan sesuai dengan waktu pengambilan data pertama yaitu observasi, wawancara kemudian dokumentasi. Untuk data wawancara, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana yang berbeda dari beberapa sumber data tersebut. (Lampiran 1.6 : 148)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
50
Analisis Hasil dari pengumpulan data akan dianalisis berdasarkan persepsi guru terhadap pembelajaran kurikulum 2013 di SD Manchester dengan konsep ideal dari pemerintah, apakah kondisi saat ini sesuai dengan konsep ideal yang ada. Konsep ideal disini tertuang dalam permendiknas, kemudian data observasi dan wawancara dianalisis untuk mengetahui pembelajaran kurikulum 2013 yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai dengan peraturan pemerintah. Tahap ini terdapat dalam hasil penelitian dan pembahasan. (Lampiran 1.7 : 151)
4.
Tahap Interpretasi Dalam penelitian kualitatif istilah ‘analisis’ dan ‘interpretasi’ sering digunakan bergantian, Kvale dalam Poerwandari (2005) menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut, pada tahap interpretasi ini, dari hasil pengolahan data-data yang didapat, peneliti mengolahnya dalam bentuk deskriptif. Pandangan dan pemahaman yang dimiliki peneliti tentang apa yang sedang diteliti digunakan untuk mengolah data yang telah didapat. Tahap ini terdapat dalam pembahasan, data yang telah dianalisis kemudian diinterpretasi berdasarkan pandangan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
dimiliki peneliti. Jadi, pada tahap ini peneliti memasukkan pandangan atau pemahaman yang dimiliki peneliti untuk mengolah data. 5.
Penarikan Kesimpulan Proses analisis data dari data yang didapatkan di lapangan dibuat dalam bentuk deskriptif. Penulisan yang diperoleh selama penelitian dapat
membantu
peneliti
untuk
memeriksa
kembali
apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Penulisan yang dipakai dalam penelitian ini adalah transkripsi data yang didapat berdasarkan wawancara mendalam dan observasi. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dibaca berulang kali, sehingga penulis mengerti benar permasalahannya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengamalan dari subjek, selanjutnya dilakukan interpretasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini peneliti membahas dua topik pada hasil penelitian dan pembahasan, yaitu deskripsi hasil penelitian dan pembahasan. Deskripsi hasil penelitian berisi tentang hasil temuan, identitas responden, dan hasil wawancara. Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data.
A.
Deskripsi Hasil Penelitian 1.
Hasil Temuan Penelitian ini mengambil tempat di SD Manchester. Partisipan penelitian ini yaitu guru koordinator kelas paralel beserta Kepala Sekolah. Selama penelitian peneliti terlibat langsung dalam proses pembelajaran sampai penilaian hasil kerja siswa karena saat itu peneliti juga melaksanakan kegiatan PPL. Pada awal kegiatan PPL peneliti melakukan observasi di setiap kelas untuk melihat proses pembelajaran. Guru kelas menggunakan pendekatan tematik dalam proses pembelajaran dan terlihat pada kelas I dan V guru melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Selain melakukan pengamatan peneliti juga melakukan praktek mengajar, disitu peneliti dibimbing oleh guru kelas yang bersangkutan dalam proses perencanaan pembelajaran. Ketika membimbing peneliti guru tidak menggunakan RPP tetapi untuk rencana pembelajaran guru
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
menggunakan RPH (Rencana Pelaksanaan Harian), guru menuliskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada buku kerja mereka. Peneliti mengembangkan sendiri dari RPH menjadi RPP sesuai dengan panduan yang ada dibuku guru, begitu juga dengan proses pembelajaran memuat langkah-langkah pendekatan saintifik dari mengamati sampai mengkomunikasikan. Penilaian proses pembelajaran peneliti menggunakan panduan buku guru dan guru juga memberi buku Bupena untuk referensi. Peneliti tidak mengajar satu kali tapi delapan kali dan masuk di kelas yang berbeda. Selama tiga bulan PPL sekaligus penelitian, peneliti tidak hanya mengajar tetapi juga diminta membantu tugas guru melengkapi administrasi kelas. Selain itu, peneliti juga membantu guru untuk mengkoreksi hasil kerja siswa, tidak mudah ketika mengkoreksi jawaban terbuka dari siswa. Siswa menggunakan berbagai jawaban yang terkadang tidak ada dibuku guru, sehingga peneliti maupun guru harus aktif mencari referensi untuk mengetahui apakah jawaban siswa ini benar atau tidak. Buku guru lebih banyak memuat langkah-langkah pembelajaran dan minim materi, bahkan ada beberapa Kompetensi Dasar dan indikator yang kurang sinkron. Pada buku siswa peneliti juga pernah menemukan kesalahan konsep dalam muatan Matematika. Peneliti meminta beberapa guru untuk meninjau ulang materi tersebut dan memang benar terjadi kesalahan. Berbagai hal yang terjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
membuat peneliti ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana persepsi guru mengenai pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Landasan teori menyebutkan bahwa peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam melaksanaan pembelajaran. 2.
Identitas Partisipan Dari hasil observasi diperoleh data sebagai berikut: Partisipan 1 adalah Kepala Sekolah SD Manchester. Beliau berjenis kelamin laki-laki dan berumur 51 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Beliau sudah mengajar selama 32 tahun. Sebelum menjadi Kepala Sekolah SD Manchester beliau pernah mengajar dibeberapa SD antara lain SDK Ganjuran, SDK Kadirojo, SDK Kalasan. Partisipan 2 adalah Guru kelas I A SD Manchester dan merupakan koordinator kelas paralel untuk kelas I. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 35 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Beliau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
telah mengajar selama 9 tahun 9 bulan dan pernah mengajar dibeberapa SD antara lain SDK Kotabaru 1, SDK Wirobrajan 1. Partisipan 3 adalah Guru kelas II A SD Manchester dan merupakan koordinator kelas paralel untuk kelas II. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 37 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Beliau telah mengajar selama 7 tahun dan sebelum menjadi guru di SD Manchester beliau pernah mengajar di SDK Gayam. Partisipan 4 adalah Guru kelas IV A SD Manchester dan merupakan koordinator kelas paralel untuk kelas IV. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 34 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Partisipan 5 adalah Guru kelas V A SD Manchester dan merupakan koordinator kelas paralel untuk kelas V. Beliau berjenis kelamin laki-laki dan berumur 52 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah SPG dan sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Beliau telah mengajar selama 33 tahun. Pada awalnya beliau menjadi guru honorer di SD Manchester, kemudian diangkat sebagai CPNS dan menjadi PNS di SD Manchester sampai sekarang. 3.
Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan partisipan yaitu guru koordinator kelas paralel dan Kepala Sekolah, dapat dipaparkan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
a. Terhadap pertanyaan mengenai tujuan Kurikulum 2013 diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. “Kurikulum 2013 ini mengedepankan pendidikan karakter, jadi lebih humanisme yaitu memanusiakan manusia” (Partisipan 1). Menurut partisipan 1, pada kurikulum sebelumnya yang penting adalah materi tetapi pada kurikulum 2013 ini lebih memperhatikan pendidikan karakter siswa dan pelaksanaannya juga tidak semudah yang dibayangkan. “Kurikulumnya itu bagus dan cara pembelajaran itu bagus membuat anak lebih kreatif tetapi tetap tergantung fasilitatornya, guru tetap memfasilitasi terus tetapi juga mengarahkan” (Partisipan 2). Partisipan lain menjawab “Tujuan kurikulum 2013 bagus tetapi perangkatnya tidak mendukung, kesiapan SDMnya tidak mendukung karena terkesan dipaksakan” (Partisipan 3). Partisipan lain menjawab “Tujuannya bagus, Kurikulum 2013 tidak hanya menilai secara kognitifnya saja artinya tidak hanya sisi pengetahuannya saja tetapi ada sisi sikap yang harus ditampilkan, ditonjolkan disini” (Partisipan 4). Partisipan 2, 3 dan 4 menyatakan hal yang sama bahwa tujuan Kurikulum 2013 bagus. Guru SD Manchester menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sehingga anak lebih kreatif. Penilaian yang mereka gunakan dalam setiap pembelajaran terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Partisipan 3 mengungkapkan walaupun tujuannya bagus tetapi SDMnya tidak mendukung, karena memang para guru hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
mendapat pelatihan selama 5 hari untuk menerapkan Kurikulum 2013 ini. Partisipan lain menjawab “Terus terang saya mengenai kurikulum 2013 kalau masalah yang teori semacam itu sampai sekarang bisa dikatakan tidak paham, tapi kalau secara garis besarnya kita bisa melaksanakan Kurikulum 2013 itu memang baik, karena jelas kerangka dasarnya dalam membentuk manusia yang berkualitas dan juga didasari karakter yang baik” (Partisipan 5). Partisipan 5 merupakan guru yang sudah memiliki pengalaman mengajar selama 33 tahun dan merupakan lulusan SPG. Ketika peneliti meminta ijin untuk melakukan wawancara beliau sempat menolak karena merasa tidak paham tentang teori pada Kurikulum 2013. Pendapat partisipan 5 tidak berbeda dengan pendapat partisipan lain yang mengungkapkan bahwa tujuan Kurikulum 2013 itu baik jika diterapkan karena didasari dengan karakter yang baik pula. Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat Kurikulum 2013 memiliki tujuan yang bagus karena mengedepankan pendidikan karakter, tidak menilai secara kognitif saja serta kerangka dasarnya jelas membentuk manusia yang berkualitas. b.
Terhadap pertanyaan keefektifan Kurikulum 2013 membentuk karakter siswa diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan pemerintah pada tahun ajar 2013/2014 dibeberapa sekolah pilihan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Kemudian pada tahun ajar 2014/2015 semua sekolah wajib menerapkan Kurikulum 2013 termasuk satu diantaranya SD Manchester. Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi nilai sikap perlu ditonjolkan juga. Berikut pendapat partisipan 1 ketika peneliti bertanya tentang pembentukan karakter pada Kurikulum 2013: “Kalau betul dilaksanakan dan kurikulum itu digarap sungguh-sungguh, menurut saya kurikulumnya ini masih mentah, kalau memang digarap sungguh-sungguh itu sangat efektif jadi kita lebih menggali masukan dari anak” (Partisipan 1). Kurikulum 2013 adalah hal baru bagi SD Manchester karena tahun 2014 merupakan tahun pertama menerapkan Kurikulum 2013. Menurut partisipan 1 Kurikulum 2013 akan efektif membentuk karakter siswa karena guru lebih menggali masukan dari anak. SD Manchester sendiri memiliki mata pelajaran pendidikan karakter yang dijadikan satu dengan mata pelajaran Agama. Kesiapan guru dan sarana prasarana di sekolah juga akan membantu pembentukan karakter siswa karena pada Kurikulum 2013 ini siswa diberi kesempatan lebih untuk berpikir dan pembelajaran lebih banyak penerapan atau praktek, seperti yang diungkapkan partisipan 5: “Kalau kita semuanya siap dalam artinya siap sumber daya manusianya dan juga peralatan atau sarana prasarananya mungkin itu sangat bisa karena dari awal itu anak sudah diberi kesempatan untuk berpikir, banyak praktek, banyak penerapanpenerapan menggali potensi yang ada, anak lebih bisa paham tahan lama daripada hanya diberi catatan diberi penjelasan” (Partisipan 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
Walaupun dinilai cukup efektif, tetapi ada kendala atau kekurangan yang dirasakan partisipan 2 dan partisipan 4: “Kendalanya itu terlalu banyak mengamati dan mengeksplorasi, anak-anak diminta mencari idenya, cenderungnya untuk kelas 1 itu masih yang sederhana mungkin kelas besar bisa mencari di internet, bisa mandiri, tapi untuk anak kecil mungkin masih dibimbing orangtua” (Partisipan 2). “Cukup efektif tetapi memang ada kekurangannya karena lebih ideal K-13 penilaiannya per tiap pembelajaran ada penilaian sikapnya tetapi guru juga mengalami keteteran untuk menilai per pembelajaran sikap mana yang harus ditonjolkan menilai yang setiap aktivitas anak kita nilai, tapi kalau secara garis besar untuk penilaian sikap bisa dicapai di K-13 ini sudah hampir mirip dengan PPR yang sudah kami lakukan” (Partisipan 4). Tidak hanya itu partisipan 3 menganggap pembentukan karakter siswa tidak bergantung pada kurikulum: “Tidak bergantung kurikulum saat membentuk karakter murid tetapi apa yang sudah menjadi visi misi bahwa murid-murid jelas harus tahu sopan santun tahu tanggung jawab, kerja sama, disiplin itu apapun kurikulumnya yang akan dipakai, jadi yang lebih penting adalah bagaimana mengenali karakteristik anak secepat mungkin” (Partisipan 3). Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat Kurikulum 2013 cukup efektif membentuk karakter murid jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh serta didukung dari kesiapan sumber daya manusia dan juga peralatan atau sarana prasarananya walaupun memang masih ada beberapa kendala. c.
Terhadap pertanyaan pendekatan tematik terpadu pada Kurikulum 2013 diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Kurikulum 2013 mengunakan pendekatan tematik dalam setiap pembelajarannya, yaitu menggunakan satu tema yang mencakup beberapa materi dari berbagai mata pelajaran yang bersangkutan. Pemahaman tentang pendekatan tematik secara teori dikatakan bagus dan mendukung pembelajaran, tetapi pada prakteknya guru masih mengalami kesulitan, seperti yang diungkapkan partisipan 1 berikut: “Secara teori sangat mendukung dengan tematik integratif tetapi itu sangat sulit dilaksanakan karena semua materi itu kadang-kadang pelaksanaannya masih per-mapel, tematik integratif itu harusnya dibungkus dengan ceritera, lalu materi juga disesuaikan seperti yang dilaksanakan misalnya anakanak Matematika kemarin, Matematika diolah dengan cerita-cerita rakyat, harusnya seperti itu tetapi tidak gampang untuk membuat seperti itu, tapi ini menjadi ujian dari guru-guru juga untuk mencoba” (Partisipan 1). Ada beberapa kesulitan atau kekurangan yang dirasakan guru ketika pembelajaran, mereka mengungkapkan materi yang harus disampaikan kepada siswa tidak sesuai dengan batasannya: “Kalau masih kelas kecil itu tadi lebih mudah mungkin kalau dirasakan saat ini memang lebih mudah bagi saya, menurut cerita yang dari kelas besar itu kesulitan, terlalu luas bahannya, kalau yang kelas kecil misalnya mengenai diri sendiri itu masih kegiatan mengenai dirinya sendiri masih bisa tapi kalau sudah menyangkut masyarakat luas, internasional itu kan padahal lingkupnya dibatasi. Kalau mendengar itu dibatasi hanya lingkup keluarga, sekolah, masyarakat sekitar tapi kenyataannya misalnya di Jogja itu dibukunya ada masyarakat Minang , luar Negeri itu sudah tidak sesuai batas-batasannya” (Partisipan 2). “Kalau pendekatannya bagus tetapi yang menjadi rancu adalah bahwa di kelas II sudah akar dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
pangkat 3 itu sudah masuk, jadi contohnya begini 27 itu berapa kali berapa kali...(titik titik). Sedang muridmurid 7x8 saja masih lama dan disana juga ada berapa kali berapa supaya hasilnya 120, saya belum pernah mengajari selama dari awal saya mengajar sampai hari ini, baru kali ini dapat angka di atas 100” (Partisipan 3). Materi pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik dikemas dalam suatu cerita, sehingga tidak terlihat saat itu kita sedang belajar mata pelajaran apa. Menurut partisipan 4, tematik terpadu memberikan gambaran secara menyeluruh kepada siswa, dalam satu tema anak bisa mempelajari bebarapa muatan sekaligus. “Pendekatan tematik terpadu ini memang lebih memberikan gambaran ke anak secara menyeluruh jadi kalau misalnya disini tidak ditampilkan per-muatan mapelnya jadi anak diharapkan lebih paham dari per-tema yang diberikan anak bisa mempelajari beberapa muatan” (Partisipan 4). Selain itu pembelajaran dengan tematik terpadu membuat anak tidak jenuh, tetapi untuk mengemas materi pelajaran menjadi suatu cerita dirasakan tidak mudah: “Untuk tematik ini kalau kita bisa mengemasnya itu anak-anak terasa belajar tidak jenuh tapi terus terang ini membuat guru SD itu berat. Ini jelas, jadi harus betul-betul persiapan dengan sungguh-sungguh untuk tematik ini. Dan saya kira sampai saat ini saya sebagai guru SD itu untuk pendekatan tematik ini belum bisa berjalan mulus, misalnya akan beralih dari muatan satu ke muatan lain itu untuk mengemas dalam suatu ceritera itu saya sendiri juga belum bisa dengan mulus untuk mengemas itu. Menurut saya tematik ini bagus membuat anak tidak jenuh tapi kadang-kadang ini menuntut sungguh-sungguh guru dan menurut saya ini berat bagi guru SD” (Partisipan 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat pendekatan tematik untuk kurikulum 2013 itu lebih memberikan gambaran menyeluruh ke anak dan membuat anak tidak jenuh dalam belajar tetapi penerapannya cukup sulit bagi guru SD. d.
Terhadap pertanyaan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Kurikulum 2013 selain menggunakan pendekatan tematik juga menerapkan pendekatan saintifik. Siswa diharapkan mendapat pengalaman
belajar
mengumpulkan
pokok
informasi,
seperti
mengamati,
mengolah
menanya,
informasi
dan
mengkomunikasikan. Menurut partisipan 1 pendekatan saintifik baik diterapkan untuk kelas-kelas kecil tetapi memang ada kelemahannya: “Pendekatan saintifik dari mengamati sampai pada mengkomunikasikan untuk kelas-kelas kecil ini sangat baik. Idealnya pembelajaran seperti itu jangan sampai kita menerima mentah tetapi kita harus menggali. Idealnya secara umum guru mengajarkan buku, yang ada di dalam buku itu yang diajarkan urut, padahal tidak seperti itu, apalagi sekarang buku tematik itu hanya poin-poinnya, memang ada kelemahannya, tingkat kedalamannya itu tidak sama dari guru yang satu dengan guru yang lain” (Partisipan 1). Ungkapan partisipan 1 didukung dengan ungkapan positif dari partisipan 2, partisipan 4 dan partisipan 5. Partisipan 5 juga menambahkan jika pendekatan saintifik hampir sama dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang beliau lakukan ketika masih menjadi guru mapel. “Guru bertugas memfasilitasi misalnya anak diminta mengamati jadi semua jawaban itu dari anak, dari mengamati terus menanya sampai 9M, sampai nanti mencipta harapannya anak itu dapat mencipta karyanya sendiri” (Partisipan 2). “Pendekatan saintifik ini anak lebih paham jadi anak bisa mengamati sesuatu bisa menggali sendiri informasi dari sesuatu yang memang dia pelajari kemudian dia bisa menjawab sendiri dari dia mengamati, menalar dan seterusnya sampai nanti mengkomunikasikan dari hasil rangkaian tahapan dari pendekatan ini bahkan kalau dimungkinkan sampai mencipta” (Partisipan 4). “Pendekatan saintifik pada garis besarnya anak harus bisa setelah membaca, mengamati, melihat dan sebagainya kemudian bisa mengemukakan pertanyaan yang mungkin menjadi masalah anak, kalau saya mengemukakan pertanyaan yang menjadi masalah yang mungkin anak itu tidak jelas dimintakan penjelasan kepada yang lebih bisa kalau di dalam kelas mungkin dengan gurunya, kemudian nanti di tempat yang lain ya ada, sekarang kan ada kerjasama dengan orangtua dan sebagainya. Pendekatan saintifik itu saya kira tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang saya lakukan ketika kurikulum yang lalu dengan mata pelajaran IPA” (Partisipan 5). Satu tema dalam Kurikulum 2013 memiliki 3 subtema, dalam 1 subtema memiliki 6 pembelajaran (PB). Satu pembelajaran (1 PB) harus dihabiskan dalam satu hari, karena hari berikutnya diajarkan pembelajaran selanjutnya, sehingga diharapkan satu minggu akan selesai satu subtema. Menurut partisipan 3 pembelajaran dengan pendekatan tematik dan saintifik yang dibatasi waktu sehari harus selesai membuat pemahaman anak menjadi mengambang. Kemampuan memahami materi seorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
anak berbeda satu sama lain, tentu anak akan mengalami kesulitan jika dituntut memahami materi dalam waktu satu hari. Pada kurikulum sebelumnya materi diajarkan sesuai alur dan sampai anak paham akan materi tersebut. “Karena kesannya yang terburu-buru itu dan harus menghabiskan dalam satu hari 1 PB itu yang penting materi disampaikan jadi mengambang pemahaman anak, dulu walaupun tematik kami tetap menggunakan sesuai alur jadi kalau semester 1 itu perkalian semester 2 pembagian, jadi anak-anak benar-benar paham, fasih terkonsep tentang perkalian kalau ini tidak, dalam satu buku ada perkalian langsung ke pembagian jadi agak bermasalah juga buat saya membuat anak-anak paham” (Partisipan 3). Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 baik untuk diterapkan, membuat anak lebih paham dari mengamati sampai
mengkomunikasikan
bahkan
dimungkinkan
sampai
mencipta tetapi pelaksanaannya tidak semudah seperti teorinya. e.
Terhadap
pertanyaan
buku
guru
dan
buku
siswa
dapat
meningkatkan efektivitas dalam proses pembelajaran diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Permerintah menyiapkan buku guru dan buku siswa untuk mendukung proses belajar mengajar. Buku siswa memuat materi dan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik bersama guru maupun teman sekelasnya. Buku guru hampir sama dengan buku siswa, bedanya dalam buku guru memuat kompetensi yang akan dicapai (KD), tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
penilaian. Partisipan 1 menganggap buku dari pemerintah belum layak keluar tetapi sudah dikeluarkan dipaksakan keluar sehingga ada beberapa materi yang salah: “Bisa. Tapi bukunya itu buku yang belum layak keluar sudah dipaksakan keluar sehingga ada materi-materi yang memang itu salah fatal. Kemudian dari buku yang satu dari tema 1 ke tema 2 yang materinya masih sama tidak ada batasan kedalaman. Jadi, tingkat kedalaman itu yang sulit, ini perlu berlatih kalau misalnya buku murid, buku guru itu cakupannya sekilas seperti itu pengembangan guru yang sulit” (Partisipan 1). Partisipan 2 menilai buku dari pemerintah tidak efektif dalam proses pembelajaran. Waktu yang tidak disesuaikan dengan materi ajar membuat guru mencari cara sendiri untuk mensiasati masalah tersebut: “Tidak. Karena satu PB itu harus selesai hari itu terkadang mungkin ada hal-hal yang tidak kita duga kita merasa seperti dikejar-kejar waktu. Mengajar itu yang penting saya mengajar PB ini selanjutnya PB ini, tidak tahu nanti anak paham atau tidak tapi kalau kami guru kelas I mensiasatinya yang penting anak paham dulu. Kadang dibuku itu tidak ada kita mencari buku lain yang penting itu KDnya apa, misalnya KD mengenai penjumlahan, kalau bisa anak-anak penjumlahan itu udah paham tidak mengejar itu (PB) selesai” (Partisipan 2). Hal yang sama diungkapkan partisipan 3, beliau menemukan banyak salah cetak dalam buku siswa maupun buku guru. Partisipan
3
menggunakan
buku
Erlangga
sebagai
buku
pendukung: “Kalau efektivitas masih kurang karena ternyata banyak salah cetak buktinya kami masih menggunakan Bupena buatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Erlangga, tetap buatan swasta itu lebih baik daripada buatan Negeri” (Partisipan 3). Partisipan 4 mengungkapkan bahwa buku dari pemerintah masih terlalu dangkal. Tingkat kedalaman evaluasi tidak sesuai dengan tingkat kedalaman materi yang ada di buku. Target satu pembelajaran untuk satu hari juga membuat guru kesulitan untuk memperdalam materi: “Buku yang dari pemerintah itu masih terlalu dangkal. Memang diharapkan dengan K-13 ini mengurangi beban anak dalam belajar tapi pada waktu evaluasi yang tadinya belajar hanya permukaan saja dievaluasi ternyata lebih detail. Jadi kami mau tidak mau masih memberikan pembelajaran yang tidak hanya sebatas dibuku guru dan buku siswa kami memberikan pengayaan yang lain. Sebenarnya kalau tujuannya untuk mengurangi beban belajar anak seharusnya ada kesinambungan antara si pembuat soal dengan yang dimateri itu sehingga ada keterkaitan dengan waktu pembelajaran, misalnya di targetkan satu PB satu hari, kalau hanya menurut dibuku itu masih terbatas sekali, yang harus dipelajari anak masih kurang, kalau yang diharapkan seperti itu bisa kami capai sehari tapi kalau misalnya dengan tuntutan yang lain seperti yang dievaluasi kami juga tidak bisa menambah waktu” (Partisipan 4). Partisipan 5 mengatakan bahwa buku yang tersedia tidak lebih dari kerangka. Materi yang termuat pada buku guru sama dengan materi yang ada pada buku siswa. Guru harus lebih aktif mencari referensi dari buku lain atau internet untuk membantu siswa lebih memahami dan memperdalam materi. Partisipan 5 juga mengaku kesulitan dalam hal IT ketika mencari referensi lain: “Buku yang tersedia itu kalau saya lihat saya cermati tidak lebih dari kerangka. Jadi kalau kita tidak aktif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
mencari referensi sumber yang lain tidak bisa. Jadi tidak bisa sekarang mendadak membuka buku di depan kelas langsung kita pelajari ini tidak bisa. Apalagi untuk kelas 5 tema 3 ini banyak hubungannya dengan kerjasama luar negeri, banyak organisasi-organisasi dunia yang dimunculkan dan kita harus pelajari diberikan pada anak-anak, ini sekali lagi saya kesulitan atau keterbatasan saya karena saya tidak terampil dalam IT. Tapi kalau betul-betul ini harus dilaksanakan K-13 sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh pemerintah dengan materi seperti itu, untuk daerah-daerah yang jauh dari IT itu akan sangat kesulitan” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat buku guru maupun buku siswa yang disediakan oleh pemerintah kurang efektif dalam meningkatkan proses pembelajaran karena dinilai masih terlalu dangkal dan terdapat kesalahan dari segi materi maupun pencetakan. f.
Terhadap pertanyaan apakah buku guru dapat membantu dalam merencanakan proses pembelajaran diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Buku guru selain memuat materi juga memuat kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang akan dicapai. Terdapat pula tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian untuk membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Partisipan 1 mengatakan bahwa buku guru sangat membantu walaupun tingkat kedalaman materi agak rendah: “Sangat membantu karena buku guru itu pengembangan dari buku murid, buku murid yang tingkat kedalaman rendah kemudian didalami ditambahkan materi dibuku guru meskipun juga tingkat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
kedalamannya agak rendah mugkin karena ini hal yang baru” (Partisipan 1). Menurut partisipan 2 buku guru membantu tetapi tidak harus terpaku pada buku guru saja: “Buku guru dapat membantu. Tiap hari kami panduannya memakai itu tapi kalau misalnya disitu kesulitan nanti kami pakai ide kami sendiri, tidak harus patokannya buku guru” (Partisipan 2). Partisipan 3 menjawab buku guru membantu karena tidak ada panduan lain: “Membantu, karena memang harus dengan itu karena kami tidak ada panduan yang lain” (Partisipan 3). Hal yang sama diungkapkan partisipan 4 bahwa buku guru membantu tetapi tetap menggunakan referensi lain: “Membantu, karena disitu memang sudah ada langkahlangkahnya tapi kami tidak terpaku disitu kami menggunakan sumber belajar yang lain misalnya kami menggunakan dari penerbit lain, kami menggunakan sumber belajar dari internet, kami googling untuk mencari apa yang tidak ada disitu kadang-kadang jawabannya anak macam-macam mau tidak mau kami harus mencari informasi jawaban anak ini benar atau tidak karena memang kalau di K-13 terbuka dengan jawaban anak” (Partisipan 4). Partisipan 5 melihat buku guru lebih banyak memuat tujuan dan langkah mengajar, memuat sedikit materi yang harus dikuasai guru, menurutnya ini kurang membantu: “Buku guru itu saya lihat hanya banyak memuat tujuan dan harapan dan langkah-langkah mengajar saja itu yang paling banyak. Lebih menguntungkan, lebih sangat membantu buku guru seandainya buku guru itu memuat materi yang tidak ada dalam buku murid, jadi buku murid mungkin sedikit kemudian di dalam buku guru itu ada uraian materi yang perlu dikuasai oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
guru. Untuk buku guru itu tidak ada atau sedikit sekali pengayaan materi yang harus dikuasai oleh guru, ini berati secara materi tidak atau kurang membantu guru, hanya langkah-langkah mengajarnya saja” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka
berpendapat
buku
guru
cukup
membantu
dalam
merencanakan proses pembelajaran karena memang tidak ada panduan yang lain kecuali para guru mencari referensi dari penerbit lain, selain itu buku guru memuat tujuan dan langkah-langkah mengajar tidak banyak memuat materi yang harus dikuasai guru. g.
Terhadap pertanyaan kesesuaian antara KI, KD, dan indikator dalam buku guru diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Buku guru yang disediakan pemerintah sudah memuat kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. Partisipan 1 mengungkapkan bahwa secara teori KI dan KD sudah sesuai, tetapi untuk penerapannya tergantung pengembangan dari gurunya: “KI KD itu secara teori sesuai, tergantung pengembangan dari gurunya karena semua guru itu harus belajar dulu dan tingkat kemampuan berbeda dengan berbagai macam latar belakang guru. Dan memang itu bisa sesuai jika guru betul-betul tahu dan sampai saat ini guru-guru saya ikut sertakan diklat” (Partisipan 1). Partisipan 2 mengatakan KD dan indikator masih ada beberapa yang salah: “Sudah sesuai tapi kalau KD-indikator masih ada beberapa yang salah kalau saya lihat kemarin itu ada yang salah maksudnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
tidak sesuai, jadi kami patokannya tidak pada buku tapi pada silabus” (Partisipan 2). Tidak jauh berbeda dengan partisipan 2, partisipan 3 pun menjawab: “Sesuai, hanya terkadang ada beberapa yang salah tempat saja, hanya meletakkan dalam cetakan buku pembelajaran karena memang buku itu juga terburu-buru membuatnya, tidak terkonsep dengan baik” (Partisipan 3). RPP pada sekolah Kanisius harus memasukkan kekhasan Kanisius pada indikator, karena KI dan KD tidak bisa diubah-ubah. Untuk kesesuaiannya, partisipan 4 mengatakan secara garis besar KI dan KD sudah sesuai: “Ada beberapa dibuku itu yang tidak sinkron, kami pernah kemarin waktu pelatihan ada yang mencermati dari KD itu ada yang tidak sinkron dibuku gurunya tapi kalau memang untuk kemarin membuat RPP, KI dan KD kami tidak bisa merubah itu memang sudah pakemnya kemudian kami hanya memasukkan diindikatornya apa yang bisa kami masukkan kekhasannya Kanisius. Kalau kesesuaiannya menurut saya ada beberapa yang tidak sesuai tapi memang secara garis besar sudah sesuai dengan KI dan KDnya” (Partisipan 4). Partisipan 5 menyatakan bahwa lebih mengutamakan menguasai
dan
mempelajari
materi
bukan
pada
struktur
kurikulumnya: “Sekali lagi kalau masalah yang seperti itu tidak banyak mencermati, untuk masalah administrasi saya tidak banyak mencermati. Pada prakteknya tidak bisa yang namanya guru hanya akan melihat KI KD terus kemudian dibawa ke kelas, kalau saya lebih mengutamakan, menguasai, mempelajari materi yang akan saya sampaikan kepada anak-anak bukan pada struktur kurikulumnya” (Partisipan 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat KI, KD dan indikator sebagian besar sudah sesuai hanya ada beberapa seperti KD dan indikator yang tidak sinkron atau salah meletakkan dalam cetakan buku pembelajaran. h.
Terhadap pertanyaan apakah buku guru memberikan panduan yang jelas tentang penerapan pembelajaran saintifik dan tematik diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Mengacu pada struktur kurikulum yang telah dirumuskan, pembelajaran pada Kurikulum 2013 menuntut menggunakan pendekatan tematik dan saintifik. Pendekatan tematik yaitu mempelajari semua mata pelajaran secara terpadu melalui tematema
kehidupan
yang
dijumpai
peserta
didik
sehari-hari.
Pendekatan saintifik sendiri memuat pengalaman belajar sepeti mengamati,
menanya,
mengeksplorasi,
mengasosiasi
dan
mengkomunikasikan. Menurut partisipan 1 tidak semua materi dalam buku guru memberikan panduan yang jelas: “Ada yang jelas ada yang tidak jelas, jadi semuanya itu karena materi belum tentu dengan pengamatan misalnya matematika. Jadi pendekatan saintifik itu tidak semua untuk mapel tetapi akan lebih banyak itu adalah hal-hal yang ada hubungannya dengan IPA dan sebagainya dan lebih banyak akan cocok di kelas bawah, kelas di atas itu semua menggunakan pengamatan itu harusnya lebih baik tetapi kenyataannya masih terbawa nanti ada ujian atau tidak?” (Partisipan 1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Buku guru memberikan arahan tentang penerapan pendekatan tematik dan saintifik. Semua mata pelajaran bisa dikemas dalam satu tema termasuk mata pelajaran PJOK dan SBdP. Pembelajaran tematik akan menjadi terkendala jika kelas tidak diampu oleh guru kelas penuh, seperti SD Manchester yang memiliki guru mata pelajaran PJOK dan SBdP. “Kalau saya lihat arahannya sudah kesana tapi kadang terlalu tergesa-gesa, harusnya yang ini bisa memakai cara lain kalau guru kelas mungkin bisa tapi guru kelas penuh, kalau kami mapel olahraga ada sendiri jadi beda” (Partisipan 2). Selain itu tidak semua materi pada buku dapat diterapkan di sekolah, misalnya membuat anyaman, karena SD Manchester termasuk daerah perkotaan akan cukup sulit mencari bahan, dan tidak setiap saat bahan yang dibutuhkan tersedia: “Jelas tetapi kadang tidak semua bisa diterapkan, seperti contohnya membuat anyaman dari pohon kelapa itu tidak saya berikan karena saya tidak bisa memanjat pohon kelapa untuk mengambil itu, tidak setiap saat pohon kelapa ada janurnya” (Partisipan 3). Partisipan 4 juga mengatakan bahwa buku guru sudah memandu tetapi tidak semua materi pada buku sesuai dengan konteks yang ada di sekolah: “Kalau untuk itu saya rasa sudah tapi memang kita juga harus tidak terpaku disitu karena kadang-kadang konteks yang dibuku tidak sesuai dengan konteks yang ada di sekolah, misalnya kemarin ada panduan kemudian siswa disuruh mengamati pohon, pohon kemudian untuk pecahan burung pelatuk kalau dikonteks siswa tidak ada di sini burung pelatuk. Jadi memang untuk memandu iya itu membantu sekali tapi tetap kita harus melihat kekonteksannya yang di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
lingkungan sekitar, tidak harus pakem gambar yang ada di situ kami bisa kadang-kadang mencari gambar sendiri atau anak suruh mengamati yang ada disekitar sekolah tidak harus pakem yang dicontohkan disitu” (Partisipan 4). Hal yang sama diungkapkan oleh partisipan 5 bahwa langkah-langkah sesuai dan membantu: “Ada memang langkah-langkahnya sesuai untuk masalah pendekatan dengan tematik dan saintifik memang itu membantu, tapi sekali lagi ada yang saya katakan di depan untuk pengembangan materi itu minim” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat buku guru memberikan panduan yang jelas tentang penerapan pembelajaran saintifik dan tematik tetapi tidak semua bisa diterapkan karena tidak sesuai dengan konteks yang ada di sekolah selain itu pengembangan materi dibuku guru masih minim. i.
Terhadap pertanyaan apakah buku guru memberikan panduan yang jelas tentang penilaian otentik diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Penilaian otentik adalah pendekatan, prosedur, dan instrumen penilaian proses dan capaian pembelajaran peserta didik dalam penerapan
sikap
spiritual
dan
sikap
sosial,
penguasaan
pengetahuan, dan penguasaan keterampilan yang diperolehnya dalam bentuk pelaksanaan tugas perilaku nyata atau perilaku dengan tingkat kemiripan dengan dunia nyata, atau kemandirian belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Buku guru sudah memuat panduan penilaian otentik seperti yang diungkapkan partisipan 2: “Iya sudah ada panduannya” (Partisipan 2). Partisipan lain mengungkapkan bahwa mereka menggunakan buku Bupena yang dianggap lebih jelas dibanding panduan yang ada dibuku guru: “Menurut saya belum maka kalau dipanduan buku penilaian otentik itu kami menambahkan dengan buku Bupena sebagai referensi” (Partisipan 1). “Kalau saya memakai Bupena karena di situ jelas seumpama membuat kliping apa yang dinilai di situ langsung dicantumkan, kalau dibuku guru menggunakan lampiran dibelakang jadi kurang efisien” (Partisipan 3). “Sepertinya ada disitu, tapi menurut saya enak yang Erlangga, yang Bupena itu lebih enak lebih jelas” (Partisipan 4). Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat buku guru belum memberikan panduan yang jelas mengenai penilaian otentik, para guru menggunakan buku Bupena sebagai referensi karena dianggap lebih jelas. j.
Terhadap pertanyaan apakah para guru membuat RPP ketika akan mengajar diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. RPP
merupakan
perangkat
pembelajaran
yang
harus
disiapkan sebelum mengajar. RPP memuat kompetensi dan indikator yang akan dicapai, tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran hingga penilaian. Semua guru di SD Manchester membuat RPP sebelum mengajar tetapi belum sempurna, karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
masih penyesuaian dengan Kurikulum 2013 yang baru diterapkan, seperti yang diungkapkan partisipan 1: “Semua membuat tetapi belum sempurna, karena ini hal yang baru ada yang sudah diprint ada yang belum. Memang idealnya RPP itu rencana, tetapi karena ini hal baru masih banyak pembaharuan dan RPPnya pemerintah itu tidak langsung kami gunakan karena harus ada nilai-nilai PPRnya dimasukkan disitu dulu (RPP)” (Partisipan 1). RPP tidak setiap hari dibuat oleh guru di SD Manchester karena administrasi yang cukup banyak, tetapi mereka membuat persiapan mengajar: “Kalau RPP belum, tapi persiapan mengajar itu sudah, jadi sebelumnya saya sudah membuat. Kalau RPP ini baru ngedit hasil dari guru-guru se-Kanisius, tema 2 itu masih proses edit soalnya 1 tema itu ada 6 PB berarti ada 6 RPP padahal mengurus administrasi lain lebih penting kalau menurut saya” (Partisipan 2). Tidak jauh berbeda dengan partisipan 3, partisipan 4 membuat RPP secara bergantian dengan guru kelas 4 yang lain, tetapi untuk harian mereka membuat RPH: “Idealnya iya tapi memang administrasinya ini banyak, jadi kami membuatnya kadang2-kadang gantian misalnya kami paralel jadi membuatnya hanya satu orang nanti untuk bertiga, nanti membuatnya gantian, kami lebih mengedepankan yang pelaksana hariannya dari RPPnya jadi kami menuangkan dibuku kerja kami itu langkah-langkahnya apa daripada RPP yang sifatnya administratif semua itu, tapi memang idealnya iya tapi kami kadang-kadang gantian tapi kalau untuk RPH kami buat setiap hari” (Partisipan 4). Partisipan 3 dan 5 mengungkapkan hal yang sama bahwa sekolah Kanisius mempunyai kesepakan untuk membuat RPP secara bersama yang kemudian akan di share:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
“Kami membuat RPP di awal semua jadi kalau yang Kanisius sebetulnya sudah dibagi kami yang Sleman timur itu membuat tema 2 yang Sleman barat tema 1 karena memang sudah kesepakatan dari pihak Yayasan pembuatan RPP sama jadi kami share, dari daerah Bantul, Kota dan Gunung Kidul belum bisa mengumpulkan sampai hari ini akhirnya kami pedomannya Bupena dan buku guru” (Partisipan 3). “RPP sampai saat ini secara pribadi saya belum membuat, jujur. Karena sudah membuat bersama-sama sampai 3 kali sampai sekarang juga belum dijadikan satu, katanya akan dikirim tapi kalau secara pribadi saya belum membuat” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru tidak selalu membuat RPP ketika akan mengajar, karena administrasinya yang cukup banyak dan memakan waktu, mereka menggunakan RPH untuk persiapan mengajar. k.
Terhadap pertanyaan pemahaman guru-guru tentang komponen RPP yang sesuai dengan kurikulum 2013 diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. RPP pada sekolah Kanisius berbeda dengan sekolah Negeri, RPP sekolah Kanisius harus memuat nilai-nilai Kanisius. “Kalau pemahaman RPP dari buku itu belum ada pengembangan jadi RPP yang harus dikembangkan ke dalam RPP yang bernuansa PPR dan ada nilai-nilai Kanisiusnya itu, bisa kalau hanya sekedar memberikan tetapi belum sesuai dengan RPP yang kita harapkan” (Partisipan 1). Komponen RPP pada Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan PPR yang sudah diterapkan di sekolah-sekolah Kanisius sebelumnya: “K-13 itu RPPnya kami kan sudah menggunakan PPR, menurut kami itu sudah biasa, sebenarnya sudah tugas sehari-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
harinya, sudah melaksanakan bedanya ada KInya kalau dulu Standar Kompetensi sekarang KI sebenarnya sama hanya beda istilah saja” (Partisipan 2). Partisipan 4 mengungkapkan bahwa terjadi perbedaan persepsi antara Yayasan dengan Dinas tentang letak kekhasan Kanisius yang harus dimasukkan dalam RPP. Yayasan meminta kekhasan Kanisius dimasukkan dalam KI dan KD, sedangkan Dinas menyatakan bahwa KI KD tidak dapat diubah karena sudah pakem: “Kami mendapat pelatihan dari Yayasan kemudian yang terakhir kemarin mendapat pelatihan di Muntilan ada perbedaan antara pembekalan yang diberikan Yayasan dan ada perbedaan yang diberikan oleh dosen Sanata Dharma pada waktu itu jadi memang ketika itu di pelatihan Yayasan KI dan KD kami diminta untuk memberikan kekhasan dari Yayasan dan kekhasan dari Kanisius, kemudian kami kemarin dibukakan pengetahuannya oleh dosen Sanata Dharma bahwa KI dan KD itu pakem tidak bisa diubah jadi kami bisa memasukkan kekhasan dari Kanisius diindikatornya saja tidak boleh di KI dan KD itu kami rubah-rubah, jadi kami masih mengalami kebingungan yang digunakan itu nanti yang mana, karena mau tidak mau kami itu punya dua tuan dari Yayasan tuntutannya seperti ini, dari Dinas seperti ini. Kadang-kadang akhirnya kami sesuai kebutuhan kalau yang membutuhkan Dinas kami membuat RPP versi Dinas kalau versi Yayasan yang meminta kami membuat versi Yayasan. Setelah dari Muntilan itu belum menemukan kata sepakat yang digunakan yang dari Negeri dan yang dari Yayasan tapi kalau kemarin di Muntilan itu diberitahukan itu sudah kombinasi artinya yang diharapkan Yayasan itu tetap masuk tapi hanya diindikatornya tapi KI KD dari pusat tidak boleh. Setelah itu kami pakai yang sudah dimatchkan artinya yang dari pemerintah tetapi tetap memasukkan nilainilai Kanisius, ciri-ciri Yayasan yang harus masuk” (Partisipan 4). ).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
Komponen RPP pada Kurikulum 2013 tidak mudah dipahami oleh partisipan 3, menurutnya setiap saat ada perubahan dan menjadikannya kendala dalam menyampaikan materi: “Jauh dari paham karena setiap saat ada perubahan seperti kemarin sewaktu membuat soal itu ada perubahan lagi tentang KDnya jadi ditengah perjalanan pun KD itu bisa diganti dan itu tidak ada dibuku, jadi bingung mau memberikan materi itu tapi dibuku tidak ada. Jadi sejauh saya tahu sepertinya itu dipaksakan diaplikasikan. Harapan saya menteri baru ganti” (Partisipan 3). Menurut partisipan 5 komponen RPP sudah sesuai karena telah dipikir oleh orang-orang ahli: “Itu mungkin sudah sesuai dengan K-13, komponen yang ada sudah sesuai itu dipikir oleh orang-orang ahli. Sampai sekarang untuk penulisan RPP masih rombongan masih kelompok, jadi belum bisa saya mengatakan ini sangat sesuai dengan yang diharapkan atau dengan tahap-tahap perkembangan anak saya belum bisa mengatakan” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua guru paham dengan komponen RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013, karena setiap saat ada perubahan selain itu terdapat perbedaan antara penjelasan dari Yayasan dan Dinas mengenai komponen RPP. l.
Terhadap pertanyaan apakah guru-guru sudah melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Tidak semua guru melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, menurut partisipan 1 kesulitan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
melaksanakan pembelajaran saintifik antara lain dikejar materi yang harus selesai dalam satu hari: “Ada yang sudah ada yang belum karena pada saat saya amati itu ada yang memang sudah melaksanakan pembelajaran saintifik tetapi kami pengamatan belum tentu dari awal hingga akhir, ada yang masih kesulitan itu tadi apalagi yang kelas-kelas besar karena dikejar oleh materi, pemahaman itu sudah paham hanya untuk mengolah dari pengamatan sampai pada dalam proses, produksi dan sampai mengkomunikasikan itu memang masih harus belajar” (Partisipan 1). Partisipan 2 mengungkapkan bahwa dalam RPP memang menggunakan pendekatan saintifik tetapi dalam prakteknya tidak selalu diterapkan: “Tidak selalu, kalau dalam RPPnya iya tapi kenyataannya itu tidak” (Partisipan 2). Hal yang sama diungkapkan partisipan 3: “Sebagian besar iya” (Partisipan 3). Sebenarnya pendekatan saintifik sudah familiar dengan guru di SD Manchester karena hampir sama dengan PPR: “Kami menggunakan, jadi kalau kami ambil intinya hampir sama PPR jadi yang aktif mereka yang mencari tahu, bertanya, menalar sampai nanti mengkomunikasikan siswa sendiri yang aktif kita sebagai fasilitator, kami sudah melaksanakan yang pendekatan saintifik” (Partisipan 4). Menurut partisipan 5 pendekatan semacam saintifik juga sudah dilakukan guru sejak dulu, baru sekarang dikenal dengan istilah pendekatan saintifik: “Harus itu, saya menyatakan itu harus kalau pendekatan saintifik. Itu istilah saja, istilah sekarang muncul saintifik, tapi banyak yang sudah dilakukan guru saya kira ini sejak dulu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
pendekatan macam itu pasti sudah dikaitkan, tapi sekarang dengan adanya istilah saintifik itu” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, pendekatan itu dinilai hampir sama dengan PPR yaitu siswa aktif dan guru sebagai fasilitatornya. m.
Terhadap pertanyaan kesulitan yang ditemui dalam membuat RPP atau melaksanakan pembelajaran saintifik dan tematik diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. SD Manchester memiliki guru yang sebagian besar berusia muda. Tentu dalam pembelajaran cara penyampaian materi akan berbeda antara guru produk baru dan guru produk lama. Menurut partisipan 1 tidak banyak kendala yang dihadapi guru, meskipun ada tetapi itu hal-hal yang praktis saja: “Kalau di dalam pembelajaran itu menurut kami tidak begitu banyak kendala hanya karena ini juga hal yang baru anak-anak juga diajak hal yang baru. Cara menyampaikan itu kadang-kadang kesulitannya, mereka harus berkreatif apalagi ini guru produk lama dengan guru produk baru, guru produk lama itu akan lebih sulit untuk menyesuaikan kita harus hati-hati pelan-pelan itu meskipun kalau dilihat dari pendekatan-pendekatan anak dalam proses pembelajaran tetap lebih berhasil dari guru-guru yang lama, dari segi kreativitas mungkin juga lebih idealnya kalau guru yang baru itu teorinya matang tetapi teori itu belum tentu sama dengan di lapangan. Kalau melihat kesulitan memang banyak kesulitan, tetapi halhal seperti itu sebetulnya hal-hal yang praktis saja” (Partisipan 1). Partisipan 2 mengungkapkan kesulitan dalam administrasi:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
“Administrasinya terlalu banyak kalau dulu satu RPP itu bisa untuk beberapa hari, sebenarnya sama kalau dulu modelnya kegiatan 1 itu untuk hari itu sekarang PB 1, sebenarnya hampir sama hanya kalau ini lebih banyak, saya membuat 1 tema saja sudah dua ratusan, baru 1 tema, lebih banyak” (Partisipan 2). Kemudian partisipan 2 mengatakan kesulitan yang ditemui adalah waktu. Waktu untuk membuat RPP dan juga kekurangan waktu ketika dalam pembelajaran: Partisipan lain menjawab “Kalau pembuatan RPP kesulitan adalah waktu, waktu itu sangat tersita banyak untuk membuat RPP yang setiap hari harus kita buat. Kalau dalam pelaksanaan kadang kekurangan waktu kalau menuruti buku guru itu sangat kurang waktunya karena harus ada penilaian-penilaian sikap setiap hari” (Partisipan 3). Partisipan 4 menyebutkan beberapa kendala yang ditemui, diantaranya adalah soal waktu mengajar, kedua administrasi yang dirasa cukup banyak, ketiga penilaian sikap, dan keempat kesulitan peralihan dari guru mata pelajaran menjadi guru kelas: “Kesulitannya pertama waktu, mau tidak mau kita tetap ada guru mapel itu tentu saja makan waktu misalnya SBDP itu adalah musik tari kemudian ada KTK padahal dibuku itu tidak setiap minggu ada KTK kemudian tidak setiap minggu ada PJOK tapi kami tetap ngeplotkan jadi mau tidak mau kami kehabisan waktu. Pertama kehabisan waktu kemudian kami ditargetkan PB 1 diselesaikan sehari kemudian PB selanjutnya yang harus ditargetkan dalam satu minggu subtema itu selesai pada kenyataan tidak selesai, kami kadang-kadang keteteran kalaupun kita masuk tematik harus selesai seperti itu nanti pengetahuan anak juga terbatas sekali. Kemudian administrasi, misalnya masuk itu satu PB itu saja 28 halaman bayangkan saja buatnya kapan, belum mengoreksi, kami membuat media, kami persiapan untuk RPH pelaksanaan harian, kemudian untuk penilaian sikap yang kami kesulitan. Kemudian karena keempat juga kami mengalami kesulitan karena kami pergantian dari guru mapel dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
mapel yang tadinya sudah diplotkan bertahun-tahun kami di bahasa Indonesia, bahasa Jawa misalnya, kmudian IPA IPS kemudian langsung dalam waktu 5 hari pelatihan langsung kami jadi guru kelas walaupun memang tuntutannya guru SD semua tapi kami juga butuh proses untuk mempelajari materi yang lainnya juga” (Partisipan 4).
Kendala utama yang dialami partisipan 5 bukan tentang pembelajarannya tetapi mengenai RPPnya, beliau mengungkapkan tidak terampil dalam IT: Partisipan lain menjawab “Kalau pembelajaran saya tidak menemukan kesulitan hanya RPPnya yang menemukan kesulitan, belum ada niat untuk membuat RPP yang baik, untuk membuat RPP dan sebagainya kendala utamanya saya tidak terampil dalam IT bahkan bisa dikatakan tidak bisa” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut dapat disimpulkan bahwa para guru tidak menemui banyak kesulitan dalam pembelajaran tetapi untuk administrasi seperti RPP para guru menemui kesulitan dalam hal waktu. Selain itu pergantian dari guru mapel menjadi guru kelas juga menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi para guru, karena membutuhkan proses belajar. n.
Terhadap pertanyaan apakah metode pelatihan sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Sebelum
Kurikulum
2013
diterapkan,
pemerintah
mengadakan pelatihan untuk guru-guru. Guru SD Manchester tidak hanya mendapat pelatihan dari Dinas tetapi juga dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Yayasan. Partisipan 1 mengatakan bahwa metode pelatihan tidak sesuai, sebagian besar kegiatannya mengerjakan lembar kerja: “Kalau metode jelas tidak, itu mungkin ada PPT kemudian dijelaskan kemudian setelah dijelaskan kita pelajari bersama, kita mencoba, seharusnya seperti itu, tidak ada penjelasan suruh mengerjakan LK. Sebenarnya ada dari pelatih itu juga sudah membawa PPT tapi tidak sampai waktu itu, sudah ada tetapi tidak disampaikan. Sebetulnya ada disitu karena itu tadi dari instruktur-instrukturnya itu memang ternyata karena ini semuanya serba mendadak, jadi sebetulnya bukan ahlinya” (Partisipan 1). Partisipan 4 mengungkapkan pelatihan yang diadakan selama 5 hari kurang bisa menjawab apa yang guru ingin ketahui: “Kami itu pelatihan 5 hari hanya mengerjakan lembar LK l terus jadi belum bisa menjawab pertanyaanpertanyaan yang kami. Kalau gambaran mengajar kami sudah sedikit banyak punya gambaran karena tidak jauh berbeda dengan PPR. Kemarin baru teori saja berarti kita belum praktek hanya mengerjakan LK, menganalisis LK jadi kurang bisa menjawab apa yang kita ingin tahu” (Partisipan 4). Partisipan 5 tidak melihat metode apa yang digunakan, menurutnya tujuan sudah selesai jika dapat dicapai, meskipun menggunakan berbagai metode: “Masalah metode pelatihannya itu macam-macam silahkan tapi kalau saya bisa ya sudah. Kalau metode itu sarana untuk mencapai tujuan, metode bisa bermacam-macam kalau tujuannya tercapai kan sudah. Mungkin metode yang saya harapkan dengan peserta yang lain bisa berbeda karena metode menurut saya itu sarana saja atau cara saja, kalau peserta atau kita meneruskan ke anak didik dan anak didik sudah bisa mencapai tujuannya kan sudah selesai, meskipun akan menggunakan beberapa metode” (Partisipan 5).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat metode yang digunakan dalam pelatihan kurang sesuai karena guru hanya diminta mengerjakan banyak LK, jadi kurang bisa menjawab apa yang guru ingin ketahui. o.
Terhadap pertanyaan apakah materi pelatihan sudah mencakup seluruh standar proses diperoleh informasi dari Partisipansebagai berikut. Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tahap kedua yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Tahap ketiga yaitu penilaian, penilaian yang digunakan adalah penilaian otentik. Agar penerapan Kurikulum 2013 berjalan efektif pelatihan guru seharusnya mencakup materi pembelajaran menurut standar proses. Partisipan menilai jika pelatihan guru belum sepenuhnya mencakup standar proses. Terutama untuk tahap penilaian masih menjadi hal yang rancu: “Pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas itu belum mencakup karena dikejar oleh waktu, harus selesai, materinya banyak dan harus ada bukti-bukti sehingga pada saat pelatihan disuruh mengerjakan LK, untuk pelatihan-pelatihan apalagi yang diberikan dari Partisipandari Dinas menurut saya belum apa-apa, lalu untuk diklat-diklat yang lain itu lebih cenderung ke aplikasi tetapi narasumber-Partisipanitu pemahamannya berbeda-beda sehingga semakin banyak pelatihan semakin bingung. Kemarin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
pelatihannya adalah raport itu berupa deskripsi di dalam Permendiknas tertulis itu ada penilaian dengan berbentuk nilai dan atau deskripsi kalau nilai saja berarti juga boleh kan? Deskripsi saja juga boleh tetapi apakah sudah mencakup semua nilai, maka disini sekarang kita coba nilai dan deskripsi. Ini masih pergulatan apalagi penialain itu masih banyak yang rancu” (Partisipan1). Menurut partisipan 2 pelatihan lebih banyak menganalisa tahap pertama yaitu perencanaan pembelajaran: “Dalam Diklat itu hanya mengerjakan LK-LK misal dibuku itu diminta menganalisis RPPnya, KDnya itu dianalisis sudah sesuai belum indikatornya dengan KDnya seperti itu, kadang tutornya kalau ditanya bingung itu darimana, tutornya saja bingung kami gurunya yang belum pernah ditatar juga bingung” (Partisipan 2). Ketika partisipan mengikuti pelatihan belum ada materi yang membahas tentang penilaian: “Belum. Penilaian saat itu belum ada, saya ingin melihat model raportnya saja tidak dijelaskan padahal yang paling penting bagi saya itu justru malah penilaian dilain sisi praktek, penilaian itu yang lebih penting jadi maksudnya yang nyata bukan yang teks. Tetapi dalam artian dari pelatih sendiri seumpama mempunyai contoh jadi ini nilai-nilainya cara menilainya aeperti ini, ternyata malah penilaian tidak banyak dilatih, jadi sekarang modelnya meraba dalam kegelapan” (Partisipan 3). Pengalaman partisipan 4 ketika mengikuti pelatihan semua standar proses sudah diberikan. Tetapi menurutnya dengan waktu yang singkat belum bisa menjawab pertanyaan yang nantinya akan dihadapi dikenyataan: “Kalau semua proses sudah, tapi masak kita mau mengajar itu hanya mendapat pelatihan 5 hari misalnya ganti kurikulum dari tadinya KTSP mau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
berubah kita hanya ditatar 5 hari saja, tetap kita tidak bisa mempunyai gambaran pasti, kemudian apa yang dipaparkan juga dalam waktu sedemikian tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang nanti kita hadapi dikenyataan. Kalau semua proses sudah diberikan tapi kami masih belum bisa memahami, masih banyak yang harus dipelajari. Memang harus butuh waktu tidak mungkin kita akan mengajar anak untuk kurikulum baru hanya mendapat pelatihan 5 hari kan tidak cukup” (Partisipan4). Jawaban partisipan 5 tidak jauh berbeda dengan partisipan 2, pelatihan banyak menganalisa struktur kurikulum: “Pelatihan yang kami terima dulu pertama yang diadakan oleh pemerintah lebih banyak menganalisa struktur Kurikulum 2013. Jadi memahami hanya menganalisa yang paling banyak itu. Kemudian belum lama ini ada pembekalan lagi untuk juga menerapkan dari awal, dari silabus sampai penilaian itu memang ada, tapi itupun kelompok” (Partisipan5). Dari ungkapan para Partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat pelatihan belum mencakup standar proses, dalam pelatihan para guru diminta mengerjakan LK, menganalisa struktur Kurikulum 2013 kemudian apa yang dipaparkan dalam waktu singkat tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang akan dihadapi dikenyataan. p.
Terhadap pertanyaan gambaran tentang proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang didapat setelah mengikuti pelatihan diperoleh informasi dari Partisipan sebagai berikut. Pelatihan guru untuk menyambut penerapan kurikulum 2013 diharapkan akan memberikan gambaran kepada guru bagaimana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
pelaksanaannya di lapangan, karena diketahui kurikulum 2013 adalah hal baru bagi para pendidik. Menurut
para
partisipan
memang
gambaran
proses
pembelajaran itu sudah ada, tetapi penerapannya tidak semudah yang dibayangkan: “Punya gambaran idealnya seperti apa, hanya penerapannya tidak segampang dengan apa yang kita bayangkan karena yang dihadapi ini anak dan ini juga kadang-kadang masih terbawa cara mengajar yang lama, gambarannya itu ada jelas hanya penerapannya itu kendalanya sangat banyak dan sarana prasarana harus lengkap dan guru juga dituntut harus mahir tentang IT” (Partisipan1). Partisipan 2 dan partisipan 3 mempunyai gambaran yang lebih jelas setelah mengikuti pelatihan, tetapi menurut partisipan 2 penerapannya akan lebih berat: “Sedikit, hanya pelaksanaannya di lapangan kalau harus membuat RPP kemudian nanti menerapkan itu sepertinya berat sekali, belum silabusnya, belum menyesuaikan jadwalnya kemudian belum hari efektifnya padahal yang lainnya seperti mengoreksi seperti itu banyak sekali, pertemuan KKG” (Partisipan 2). “Lebih jelas daripada sebelumnya” (Partisipan 3). Menurut partisipan 4 dan partisipan 5, tidak banyak masalah dengan proses pembelajaran karena sebelumnya sudah mengalami PPR yang dinilai hampir sama dengan Kurikulum 2013. Partisipan 4 menambahkan perlu adaptasi untuk penilaian: “Kalau melaksanakan pertama untuk pembelajarannya tidak terlalu banyak masalah karena sudah mengalami PPR yang kami harus adaptasi adalah penilaian. Pelaksanaan sebenarnya akan lebih mudah kalau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
memang disiapkan sebelumnya seperti RPP, RPH itu memudahkan kita, untuk penilaian kami siasati kalau kognitif kami tidak masalah karena untuk K3 K4 kami sudah sering memberikan penilaian kemudian untuk mensiasati penilaian sikap tidak setiap kali kami menilai sikap anak” (Partisipan 4). “Kalau proses pembelajaran saya yakin, saya percaya apa yang saya lakukan tidak jauh berbeda dari apa yang diharapkan oleh kurikulum” (Partisipan 5). Dari ungkapan para Partisipan tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti pelatihan mereka mempunyai gambaran mengenai proses pembelajaran pada Kurikulum 2013, tidak jauh berbeda dengan PPR tetapi pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan terutama untuk administrasi dan penilaian. q.
Terhadap
pertanyaan
upaya
untuk
mendukung
penerapan
kurikulum 2013 diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru (Uno, 2009). Jika kemampuan guru tinggi, maka guru akan cepat menangkap dan beradaptasi dengan kurikulum yang ada sehingga kurikulum dapat diterapkan secara maksimal. Partisipan
1
mengungkapkan
bahwa
guru-guru
SD
Manchester diikutsertakan workshop atau pelatihan sebagai upaya mendukung penerapan Kurikulum 2013: “Yang kami lakukan banyak kami ikut sertakan workshop-workshop karena meskipun apapun perbedaannya pasti disitu ada hal yang bisa kita ambil. Seperti kemarin itu kami juga mengirimkan di Atmajaya itu tentang pendidikan karakter, lalu di Sanata Dharma Montessori, jadi lebih banyak kami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
kirimkan guru-guru untuk pelatihan-pelatihan dan workshop-workshop dan sebagainya. Termasuk sekarang mengundang dari pengawas untuk penilaian khusus ini dan kami tidak mengajak sekolah sebelah supaya guru kami secara khusus itu bisa, itu salah satu untuk kurikulum dan yang lain paling tidak juga kita saling mengingatkan karena saya sendiri pun belum bisa menguasai sepenuhnya, karena itu kurikulum yang baru, mungkin hal yang baru kemudian harus banyak keluar dan sebagainya, bahkn laporan-laporan dari Dinas harus mendadak” (Partisipan 1). Partisipan 2 menyatakan upayanya untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013 sebagai berikut: “Tiap hari membuat persiapan mengajar misalnya hari ini membuat persiapan mengajar untuk besuk sekalian penilaiannya yang sesuai dengan Kurikulum 2013 ada 3 komponen itu, ada penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diukur” (Partisipan 2). Upaya
yang
dilakukan
partisipan
3
yaitu
dengan
menggunakan bahan referensi lain seperti buku Bupena: “Saya menggunakan buku panduan yang lain seperti Bupena jadi untuk melengkapi materi yang ada dibuku siswa dan buku guru” (Partisipan 3). Partisipan 4 mengupayakan kerja sama antara ketiga guru kelas 4 sebagai upaya mendukung penerapan Kurikulum 2013: “Upayanya untuk mengatasi banyaknya administrasi kami membagi misalnya RPH untuk pelaksanaan harian karena 3 kelas kami berusaha untuk memberikan materi yang sama tapi kami akan membagi, seperti itu akan meringankan kemudian kami berusaha memberikan apa yang diberikan ke anak itu sama dari 3 kelas, ulangan juga kami membuatnya gantian, kemudian nanti media pun kami juga akan bergantian” (Partisipan 4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Upaya yang dilakukan partisipan 5 lebih ke siswa, siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran: “Upaya yang saya lakukan untuk penerapannya itu lebih penerapan ke murid, anak juga dilibatkan untuk menyiapkan alatalat yang dibutuhkan karena kadang-kadang juga di sekolah itu tidak ada, mungkin anak juga bisa diminta untuk membawa, ini otomatis juga untuk mengenalkan atau sebagai upaya anak lebih aktif” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut dapat disimpulkan bahwa berbagai macam upaya sudah dilakukan untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013 seperti mengikuti pelatihan atau workshop, menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran. r.
Terhadap pertanyaan usulan agar implementasi kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar diperoleh informasi dari partisipan sebagai berikut. “Usulannya ini juga sulit diberikan misalnya itu pelatihan guru, tetapi tidak hanya sekedar melaksanakan tetapi betul-betul itu dibedah sampai tuntas misalnya bagaimana memahami buku, bagaimana cara memberikan pelajarannya, bagaimana mengevaluasinya sampai bagaimana memasukkan ke dalam raport lalu bagaimana membuat kriteria taraf kenaikan kelas, kalau kode pemerintah sebaiknya tidak ada anak tidak naik kelas, lalu bagaimana kalau memang tidak bisa menguasai semua. Suatu saat pelatihan secara khusus dan itu misalnya kelas II kelas II semua , kelas III kelas III semua, sampai pada bisa melaksanakan itu idealnya, tapi kalau hanya bersamaan hanya informasi-informasi akhirnya juga hanya seperti itu setengah-setengah saja, pelatihan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
yang penting itu” (Partisipan 1). Partisipan lain menjawab “Sebaiknya disosialisasikan jauh-jauh hari, mungkin memang sudah disosialisasikan jauh-jauh hari tapi hanya sekolah yang ditunjuk, dengan sekolah yang tidak ditunjuk tiba-tiba dengan pelatihan 5 hari, seharusnya paling tidak latihan terlebih dahulu kemudian melatihnya itu bertahap” (Partisipan 2). Partisipan lain menjawab “Dihabiskan tahun ajaran ini saja yang besuk ganti” (Partisipan 3). Partisipan lain menjawab “Usulannya lima hari kerja, jadi ada ideal satu hari kerja untuk membuat administrasi kalau seperti ini kita mengajarnya full sampai jam 1 setelah itu nanti kita ada ekskul-ekskul bisa selesai sekitar jam 2, nanti kita akan menyiapakan, masih mengoreksi. Karena mungkin kami masih tahap awal jadi kami masih merasa rasannya berat sekali mungkin nanti andaikan tahun kedua masih dipakai ini mungkin akan lebih mudah” (Partisipan 4). Partisipan lain menjawab “Usulannya karena ini muncul dari pemerintah kelengkapannya untuk Kurikulum 2013 ini segera merata semua daerah. Kabarnya belum merata, maka itu menambah sulit guru untuk bisa menerapkan itu, karena harus mencari sendiri macam-macam hal” (Partisipan 5). Dari ungkapan para partisipan tersebut nampak bahwa mereka berpendapat perlu adanya pelatihan yang mendalam, sosialisasi yang dilakukan jauh hari, adanya sistem 5 hari kerja juga kelengkapan Kurikulum 2013 harus segera diratakan agar implementasi Kurikulum 2013 berjalan dengan lancar.
B.
Pembahasan SD Manchester merupakan salah satu sekolah Kanisius terbaik di Yogyakarta. Memiliki jumlah siswa yang banyak karena terdiri dari 3 kelas paralel dan setiap jenjang kelas memiliki guru koordinator. Sejak pergantian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 pada tahun 2013 silam, baru tahun ajaran 2014/2015 ini SD Manchester menerapkan kurikulum 2013. Adanya stimulus yang sama mengenai pemahaman pembelajaran Kurikulum 2013, tetapi karena pengalamannya tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013, seperti berikut: 1.
Pengetahuan mengenai tujuan kurikulum 2013. Permendikbud nomor 67 tahun 2013 menyatakan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 memiliki tujuan yang bagus karena mengedepankan pendidikan karakter, tidak menilai secara kognitif saja serta kerangka dasarnya jelas membentuk manusia yang berkualitas. Guru memiliki pemahaman yang baik terhadap tujuan Kurikulum 2013. Mereka mengungkapkan bahwa secara teori tujuan itu bagus tetapi di lapangan pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan. Administrasi menjadi salah satu hal yang dianggap sebuah kendala di lapangan, selain itu perangkat dan sumber daya manusia juga dinilai tidak mendukung bahkan untuk materi belum semua sekolah menerima.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
Analisis hasil wawancara menunjukkan Kurikulum 2013 cukup efektif membentuk karakter murid jika dilaksanakan dengan sungguhsungguh serta didukung dari kesiapan sumber daya manusia dan juga peralatan atau sarana prasarananya. Peran guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 4 menegaskan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya. Guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam melaksanaan pembelajaran. 2.
Pemahaman tentang pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 Analisis hasil wawancara menunjukkan pendekatan tematik untuk kurikulum 2013 itu lebih memberikan gambaran menyeluruh ke anak dan membuat anak tidak jenuh dalam belajar tetapi penerapannya cukup sulit bagi guru SD. Selain itu para guru mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 baik untuk diterapkan, membuat anak lebih paham dari mengamati sampai mengkomunikasikan bahkan dimungkinkan sampai mencipta tetapi pelaksanaannya tidak semudah seperti teorinya. Permendikbud nomor 81A menyatakan bahwa Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik
perlu
didorong
untuk
bekerja
memecahkan
masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Guru tidak banyak mengalami kendala ketika harus mengajar menggunakan pendekatan saintifik karena sebelumnya sekolah sudah menggunakan PPR yang intinya hampir sama dengan pendekatan saintifik yaitu membuat anak aktif. Hal yang menjadi kendala guru saat
menerapkan pembelajaran tematik adalah
bagaimana mengemas pembelajaran menjadi suatu cerita agar siswa tidak mengetahui ketika terjadi peralihan muatan pelajaran. Hal lain yang rancu adalah konteks yang diajarkan tidak sesuai dengan konteks yang ada di sekolah, sehingga menjadi sebuah kendala bagi guru untuk membuat siswa paham dengan materi. Tuntutan untuk menyelesaikan satu pembelajaran selama satu hari juga dirasa kurang efektif ditambah dengan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dibutuhkan waktu yang lebih banyak. 3.
Pengetahuan tentang buku ajar kurikulum 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Permendikbud nomor 71 tahun 2013 mengatur tentang buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk pendidikan dasar dan menengah. Kemudian, Kemendikbud (2013) menyatakan Tim Penelaah Buku telah melakukan penilaian kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk digunakan dalam pembelajaran. Hasil analisis wawancara menyatakan bahwa buku guru maupun buku siswa yang disediakan oleh
pemerintah
kurang
efektif
dalam
meningkatkan
proses
pembelajaran karena dinilai masih terlalu dangkal dan terdapat kesalahan dari segi materi maupun pencetakan. Hal ini diperkuat dari observasi peneliti yang menemukan kesalahan konsep pada buku siswa kelas V tema 2 halaman 72-73. Tentu saja ini akan menjadi kesalahan fatal jika guru tidak mencermati. Kesalahan ini berkaitan dengan konsep Matematika yang pada dasarnya memang suatu konsep tidak boleh salah ditanamkan pada diri siswa agar tidak terjadi miskonsepsi. Menurut persepsi para guru, materi pada buku guru dan buku siswa kurang mendalam dan beberapa materi tidak sesuai dengan konteks yang ada di sekolah. Misalnya seperti yang diungkapkan partisipan 4, materi kelas IV tentang pecahan dan burung pelatuk. Di lingkungan sekolah maupun siswa tidak ada burung pelatuk. Hal ini membuat guru lebih aktif mencari gambar sendiri atau meminta siswa mengamati
lingkungan
disekitar
sekolah.
Partisipan
2
juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
mengungkapkan tidak semua materi yang ada di buku bisa diterapkan, misalnya membuat anyaman dari daun pohon kelapa, untuk daerah Kota akan kesulitan mencari pohon kelapa, ditambah tidak setiap saat pohon kelapa ada janurnya. Alasan tersebut membuat guru tidak memberikan materi itu kepada siswa. Maka dari itu Pemerintah perlu mencermati isi buku sebelum mengedarkan ke lapangan. Analisis wawancara juga menyebutkan bahwa buku guru membantu dalam merencanakan proses pembelajaran karena memang tidak ada panduan yang lain kecuali para guru mencari referensi dari penerbit lain, selain itu buku guru memuat tujuan dan langkah-langkah mengajar tidak banyak memuat materi yang harus dikuasai guru. Untuk KI, KD dan indikator sebagian besar sudah sesuai tapi ada beberapa seperti KD dan indikator yang tidak sinkron atau salah meletakkan dalam cetakan buku pembelajaran. Hasil wawancara yang diperkuat observasi menunjukkan bahwa buku guru juga memberikan panduan yang jelas tentang penerapan pembelajaran saintifik dan tematik tetapi tidak semua bisa diterapkan karena tidak sesuai dengan konteks yang ada di sekolah selain itu pengembangan materi dibuku guru masih minim. Selain itu, buku guru belum memberikan panduan yang jelas mengenai penilaian otentik, para guru menggunakan buku Bupena sebagai referensi karena dianggap lebih jelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
97
Pemahaman tentang pembelajaran kurikulum 2013 Permendikbud nomor 57 tahun 2014 menyebutkan prinsipprinsip dalam menyusun RPP sebagai berikut: a) setiap RPP harus memuat secara utuh memuat kompetensi sikap spiritual (KD dari KI1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4). b) memperhatikan perbedaan individual peserta didik misalnya kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuansosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. c) mendorong anak untuk berpartisipasi secara aktif. d) menggunakan prinsip berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. e) mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung. f) memberi umpan balik dan tindak lanjut untuk keperluan penguatan, pengayaan dan remedial. g) menekankan adanya keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. h) mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. i) menekankan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara integratif, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam hasil wawancara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
menunjukkan tidak semua guru paham dengan komponen RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013, karena setiap saat ada perubahan selain itu terdapat perbedaan antara penjelasan dari Yayasan dan Dinas mengenai komponen RPP. Menurut partisipan 4, pada pelatihan kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh Yayasan, guru diminta memberikan kekhasan dari Yayasan dan Kanisius dalam KI dan KD, sedangkan dalam pelatihan yang diadakan oleh Dinas menyebutkan bahwa KI dan KD itu sudah pakem dan tidak bisa diubah, jadi kekhasan dari Kanisius bisa dimasukkan dalam indikator. Hal ini diperkuat dengan pengalaman peneliti ketika akan mengajar di kelas 4 yang diampu oleh partisipan 4, terjadi perubahan RPP dari versi Yayasan menjadi RPP versi Dinas. Analisis hasil wawancara yang lain dan diperkuat dengan observasi dari peneliti menunjukkan guru tidak selalu membuat RPP ketika akan mengajar, karena administrasinya yang banyak dan memakan waktu, mereka menggunakan RPH untuk persiapan mengajar. Kemendikbud (2013) mengungkapkan di dalam Kurikulum 2013 Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan tematik terpadu dan pendekatan saintifik. Pada kegiatan inti seluruh aktivitas pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, menanya, pengumpulan data,
mengasosiasi,
dan
mengomunikasikan.
Kemudian
hasil
wawancara menunjukkan sebagian besar guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, pendekatan itu dinilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
hampir sama dengan PPR yaitu siswa aktif dan guru sebagai fasilitatornya. Para guru tidak menemui banyak kesulitan dalam pembelajaran tetapi untuk administrasi seperti RPP para guru menemui kesulitan dalam hal waktu. Selain itu pergantian dari guru mapel menjadi guru kelas juga menjadi salah satu kesulitan yang dihadapi para guru, karena membutuhkan proses belajar. Menurut Toha (2003: 154), persepsi seseorang dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. Persepsi yang diungkapkan oleh para partisipan dipengaruhi faktor internal seperti perasaan, prasangka, keinginan maupun proses belajar. Seperti ungkapan partisipan 5 yang mempersepsikan bahwa administrasi adalah sesuatu hal yang tidak dipahami. Hal ini berdampak kepada sikap partisipan misalnya ketika peneliti bertanya tentang KI dan KD, beliau mengatakan tidak banyak mencermati hal yang berhubungan dengan administrasi. Begitu juga ketika peneliti bertanya
mengenai
kesulitan
dalam
membuat
RPP,
beliau
mengungkapkan belum ada niatan untuk membuat RPP yang baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
100
Respon terhadap pelatihan guru PP RI No. 74 Tahun 2008 menyebutkan pelatihan guru adalah jenis pelatihan keprofesionalan guru yang bertujuan untuk memelihara dan/atau meningkatkan kemampuannya sebagai guru sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan perubahan kurikulum dan perkembangan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya pelatihan guru untuk menghadapi perubahan
kurikulum.
Hasil
wawancara
dengan
para
guru
menunjukkan bahwa pelatihan sudah mencakup standar proses hanya saja dalam pelatihan para guru diminta mengerjakan lembar kerja (LK), menganalisa struktur Kurikulum 2013 kemudian apa yang dipaparkan dalam waktu singkat tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang akan dihadapi dikenyataan. Untuk metode yang digunakan dalam pelatihan kurang sesuai karena guru hanya diminta mengerjakan banyak lembar kerja, jadi kurang bisa menjawab apa yang guru ingin ketahui. Setelah mengikuti pelatihan mereka mempunyai gambaran mengenai proses pembelajaran pada Kurikulum 2013, tidak jauh berbeda dengan PPR tetapi pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan terutama untuk administrasi dan penilaian. 6.
Upaya dan usulan untuk mendukung penerapan kurikulum Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa berbagai macam upaya sudah dilakukan untuk mendukung penerapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
Kurikulum 2013 seperti mengikuti pelatihan atau workshop, menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran. Kemudian dari wawancara dengan para guru, mereke memberi usulan perlu adanya pelatihan yang mendalam, sosialisasi yang dilakukan jauh hari, adanya sistem 5 hari kerja juga kelengkapan Kurikulum 2013 harus segera diratakan agar
implementasi
Kurikulum
2013
berjalan
dengan
lancar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
Bab V
ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan
penelitian, saran, dan keterbatasan penelitian. Kesimpulan berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang dilakukan, saran berisi tentang masukan bagi pemerintah dan juga guru, sedangkan keterbatasan penelitian berisi tentang keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini.
A.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan terkait dengan pembelajaran pada Kurikulum 2013. Hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalamanpengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 1.
Gambaran persepi guru SD Manchester terkait pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah positif dari segi teoritisnya. Secara teori konsep ideal Kurikulum 2013 bagus, tetapi pelaksanaannya tidak mudah seperti teorinya.
2.
Guru sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tuntuntan Kurikulum 2013 dari menggunakan pendekatan tematik dan saintifik, juga menggunakan penilaian otentik. Guru tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, tetapi kesulitan yang dihadapi adalah
102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
administrasi seperti RPP dan penilaian. Kesulitan yang dialami juga disebabkan karena pelatihan yang singkat dan metode yang digunakan kurang tepat sehingga tidak menjawab apa yang menjadi pertanyaaan guru. 3.
Guru sudah mengupayakan berbagai hal untuk mendukung penerapan Kurikulum
2013
seperti
mengikuti
pelatihan
atau
workshop,
menyiapkan RPH setiap akan mengajar, menggunakan buku referensi untuk melengkapi materi yang belum ada, membagi tugas dengan guru kelas lain untuk mengatasi banyaknya administrasi, serta melibatkan siswa dalam pembelajaran.
B.
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang dialami peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah jumlah partisipan yang digunakan hanya guru koordinator kelas yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013 sehingga dirasakan kurang mewakili seluruh guru di SD Manchester. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada satu sekolah saja yaitu SD Manchester sehingga hasil penelitiannya tidak dapat disamakan secara umum dengan sekolah lain.
C.
Saran Bagi Guru Guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis dan ilmiah. Hal ini memerlukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Guru juga perlu meningkatkan kemampuan dalam membuat administrasi. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah subyek maupun sampel penelitian karena pada penelitian ini menggunakan subyek dan sampel terbatas sehingga tidak dapat digunakan untuk acuan sekolah lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
DAFTAR PUSTAKA Abduhzen, Mohammad. 2013. Urgensi Kurikulum 2013. [Online]. (http://www.edukasi.kompas.com/read/2013/02/21/13003379/Urgensi.Kur ikulum.2013. Diakses tanggal 29 Desember 2013). Arifin, Z. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Darmaningtyas. 2013. Problematika Implementasi Kurikulum 2013. [Online]. (http://koran.tempo.co/konten/2013/07/10/315407/ProblematikaImplementasi-Kurikulum-2013. Diakses tanggal 29 Desember 2013 pukul 14.15). Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi). Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, O. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Herry, A. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [Kemdikbud] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Karsidi, R. 2005. Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan. Dewan Pendidikan Kabupaten. Wonogiri 23 Juli 2005. Miarso, Y. 2008. Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur 7 (10):66-76. Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mustofa. 2007. Upaya pengembangan profesionalisme guru di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan 4 (1):76-88 Nasution, S. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
Ngabalin, M. 2014. Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Skripsi. Jakarta: UIN Jakarta. Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. [PP RI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2008 tentang : guru. Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri. Rahmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Shofa, Ahmad. 2014. Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara. Skripsi. Semarang: IKIP PGRI Sudjana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudrajat, A. 2008. Komponen-Komponen Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponenkurikulum/. [17 Februari 2013] Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suharman. 2005. Psikologi Kognitif . Surabaya: Srikandi. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan . Jakarta: EGC. Toha, M. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Uno, HB. 2009. Profesi Kependidikan Problema, solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Waidi. 2006. The Art of Re-engineering Your Mind for Success. Jakarta: Gramedia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi offset. Widyati, A.T. 2014. Kompetensi Profesionalisme Guru SD N 1 Penyangkringan Kendal pada Proses Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum 2013. Skripsi. Semarang: IKIP PGRI Semarang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.1 Pedoman Wawancara 1.
Tujuan kurikulum 2013 a.
2.
3.
Pembentukan karakter siswa
Pendekatan pembelajaran a.
Tematik terpadu
b.
Saintifik
Buku ajar a. Buku siswa b. Buku guru
4.
Pelatihan guru a. Materi b. Pelaksanaan (metode, waktu, sarana pelatihan)
5.
Pembelajaran a. RPP b. Proses pembelajaran
6.
Upaya untuk mendukung penerapan kurikulum
7.
Usulan untuk penerapan kurikulum 2013
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.2 Transkrip Hasil Wawancara Partisipan 1 Waktu Pelaksanaan
: 29 Oktober 2014
Pukul
: 09.00 - 10.27
Pertanyaan Bagaimana pemahaman Bapak tentang tujuan kurikulum 2013?
Dari pemahaman tersebut apakah penerapan kurikulum 2013 efektif membentuk karakter murid? Kurikulum 2013 kan menggunakan pendekatan tematik terpadu. Bagaimana pemahaman Bapak terhadap tematik terpadu itu sendiri?
Jawaban Kalau kurikulum 2013 ini e pemahaman kami ini adalah kurikulum yang mengedepankan tentang pendidikan karakter, jadi memanusiakan manusia..jadi lebih humanisme. Hanya memang pelaksanaannya itu tidak segampang yang kita bayangkan. Jadi kalau kemarin kan sik penting materi nah lalu sekarang itu humanisme, jadi e.. meskipun kenyataannya materi pun juga masih terlalu mendominasi Kalau ini nanti e..betul-betul dilaksanakan dan kurikulum itu digarap sungguh, ini kan menurut saya kurikulumnya masih mentah, kalau itu memang digarap sungguh-sungguh itu sangat efektif jadi kita lebih menggali masukan dari anak, menurut saya begitu Tematik integratif atau tematik terpadu? integratif ya? Ya sama sebetulnya hanya bedanya kalau SMP itu ada IPS-IPA terpadu, kalau ini memang e..secara teori sangat mendukung dengan tematik integratif tetapi itu e..sangat sulit..sangat sulit dilaksanakan karena semua materi itu kadang-kadang itu pelaksanannya masih per mapel kalau e..tematik integratif itu kan mestinya itu dari misalnya kita dari IPA pindah ke IPS, IPS mau pindah ke Matematika itu anak jangan sampai o.. sekarang kita Matematika sekarang kita IPS kan gitu ndak, harusnya kan itu dibungkus dengan ceritera. Lalu materi itu juga disesuaikan seperti yang dilaksanakan misalnya anak-anak Matematika kemarin, ya itu ada Matematika ini yang diolah dengan cerita-cerita rakyat, iya to? ada to itu? nah itu kan seperti itu tetapi ga gampang untuk membuat seperti itu harusnya kan seperti itu, tapi ini menjadi ujian dari guru-guru juga untuk mencoba. 109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain pendekatan tematik terpadu, kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan saintifik, bagaimana pemahaman Bapak mengenai pendekatan saintifik?
Pemerintah kan menyiapkan buku guru dan buku siswa, apakah buku yang tersedia dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran?
110
Menurut Bapak, apakah buku guru membantu guru-guru dalam merencanakan proses
Pendekatan saintifik dari mengamati sampai pada mengkomunikasikan nah e..ini untuk kelaskelas kecil ini sangat baik. Itu idealnya pembelajaran itu seperti itu jangan sampai kita itu hanya..hanya istilahnya itu menerima mentah tetapi kita harus menggali. e..misal kita misalnya berkenalan, berkenalan itu juga e mungkin tidak langsung kita menjawab, saya diberi contoh kemarin itu dari Pak Nasar ya, siapa dia? silahkan amati, setelah mengamati kemudian pertanyaan kan gitu. Nah lalu pertanyaan-pertanyaan itu dijawab sekaligus untuk perkenalan gitu, jadi misalnya e pertanyaan amati, o ada orang namanya siapa kan langsung kenalan to itu, ya e tugasnya dimana anaknya berapa, itu diambil dari..dari anak atau orang lain itu sebetulnya setelah mengamati sampai sampai pada mungkin e tugasnya dan sebagainya. Itu ideal, idealnya hanya e guru-guru kita secara umum guru itu kan e secara umum mengajarkan buku ya, iya to? Mengajarkan buku, yang ada di dalam buku ya udah sik diajarkan yo itu urut kan begitu, padahal tidak seperti itu, apalagi sekarang buku tematik itu kan hanya poin-poinnya, hanya memang ada kelemahannya, tingkat kedalamannya itu kan ga sama to dari guru yang satu dengan guru yang lain. Buku pemerintah..bisanya bisa.. cuma bukunya itu buku yang belum layak keluar sudah dipaksakan keluar sehingga ada materi-materi yang memang itu salah fatal, iya to? Ada salah fatal. Kemudian dari buku yang satu dari tema 1 ke tema 2 yang materinya masih sama tidak ada batasan..tidak ada batasan kedalaman, sehingga misalnya njenengan latar belakangnya mantep Ipa ya, pada saat e.. pembelajaran Ipa njenengan dalami, iya to? sampai mendetail tetapi yang lain karena tidak mendalami itu hanya sambil lalu. Nah terus e..karena Ipa didalami sampai mendetail ditingkat diatasnya e..kelas diatasnya ada lagi e.. di sana harusnya yang di kelas bawah itu belum sampai di situ, di situ sudah diajarkan di atas tinggal mengulang, lha itu lho, jadi kalau itu tingkat kedalaman itu yang sulit jadi e..ini perlu berlatih kalau misalnya buku murid, buku guru itu e..hanya sekilas seperti itu ya pengembangan guru yang sulit. Maka ini perlu pelan-pelan lah, pelan-pelan kita latih. Ya sangat membantu karena e..dari, dari buku guru itu kan pengembangan dari..pengembangan dari buku murid, buku murid yang hanya tingkat kedalaman rendah kemudian e..didalami ditmbahkan materi di buku guru meskipun juga itu tadi e..tingkat kedalamannya juga agak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
pembelajaran?
Apakah Bapak sendiri pernah melihat dan mempelajari buku guru?
Jika Bapak sudah melihat, bagaimana kesesuaian KI, KD dan indikator dalam buku guru tersebut?
Apa buku guru itu juga memberikan panduan yang jelas tentang penerapan pembelajaran saintifik dan tematik?
111
rendah mungkin ini menjadi karena ini hal yang baru dan ini pun kami mencari-cari.. penilaian saja sampai sekarang belum clear, hari ini kami bertemu dengan guru-guru, maka perlu itu kita e.. pelajari bersama. Secara..secara ini e..detail itu memang belum, belum detail tapi poin-poinnya sudah kami cocokkan dengan buku guru dengan buku murid. Nah kemudian apa yang harus dilakukan apa yang harus dikembangkan kan guru harus mengembangkan sendiri, kalau guru ada me..memberikan sesuai dengan buku itu akhirnya juga ini e..tidak akan terkuasai semua, apalagi..apalagi ini kalau tidak diolah misalnya per mapel ya permapel dari e..per mapel itu misalnya matematika, kan secara umum kan tema 1 sekian jam, tema 2 sekian jam, tema 3 sekian jam, tetapi dalam matematika itu ada dijadwal di jam sama itu kan ada yang bisa selesai setengah jam tetapi ada yang 4 jam baru selesai. Maka itu dirata-rata sehingga materi akan menjadi tidak selesai, yaitu e..volume materi itu sebetulnya juga masih kudet, ketoke itu akan e..lebih banyak untuk pendidikan karakter, akhirnya pun juga masih..kalau itu ideal itu kalau menurut saya menuju ke idealis untuk kurikulum 2013. Kalau kita lihat KI KD itu secara teori sesuai secara teori, tergantung pengembangan dari gurunya itu nanti karena e..semua guru itu kan harus belajar, iya to? harus belajar dulu dan itu tingkat kemampuan berbeda dengan berbagai macam latar belakang guru, basicnya kan berbeda-beda itu. Dan memang itu bisa sesuai jika itu e..guru itu betul-betul tahu dan sampai saat ini e..guru-guru..kami sering mengadakan e..dimana diklat saya sertakan semakin banyak diklat itu semakin banyak bingung karena narasumbernya berbeda-beda pemahamannya berbeda-beda, lha itu. Ada, ada yang jelas ada yang tidak jelas jadi e..kan semuanya itu karena materi itu kan belum tentu e..semua dengan pengamatan misalnya matematika, bilangan itu apa bisa kita amati, iya to? jadi e..pendekatan saintifik itu tidak semua untuk mapel tetapi akan lebih banyak itu adalah hal-hal yang ada hubungannya dengan Ipa dan sebagainya dan lebih banyak di kelas bawah akan cocok di kelas bawah, kelas di atas itu semua pakek pengamatan itu ya harusnya lebih baik tetapi kenyataannya nanti masih..masih terbawa nanti ada ujian ga? Nah itu ujian itu sampe sekarang karena apa yang namanya..namanya ujian nilai itu dari orangtua, orangtua itu masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
menilai bahwa sekolah yang..sekolah yang ee..berkualitas, bermutu adalah sekolah yang ujiannya baik, kan masih diukur dengan nilai, gitu. Jadi, hal yang seperti itulah yang perlu dicermati. Apakah buku guru juga Buku guru..belum, belum, menurut saya belum maka kalau di panduan ya buku penilaian memberikan panduan yang jelas otentik itu ya..dari kami menambahkan dengan buku.. apa ya tadi? kelas 5 itu, tentang penilaian otentik? e..kelas..bupena..bupena untuk me..untuk sebagai apa ya..referensi. Menurut Bapak apakah Bapak Ee..semuanya ini e..RPP tetapi sudah semua membuat tetapi belum sempurna. Yang jelas Ibu guru disini ketika akan e..karena ini hal yang baru e..itu ada yang sudah diprint ada yang belum. Nah kemarin kami mengajar sudah membuat RPP? mencoba e..kami e..IKPG penilaian guru nah itu e..langsung e..langsung diprint diberikan. Memang idealnya itu RPP rencana ya, tetapi karena ini hal baru masih banyak banyak e.. pembaharuan dan RPP memang dari pemerintah kan ada RPP juga itu, tapi RPPnya pemerintah itu kan tidak.. tidak e..langsung kami gunakan karena PPRnya harus ada nilai-nilai PPRnya dimasukkan disitu dulu. Ini e.. semuanya hampir sudah dalam proses dan ini e..kemarin yang sudah saya IPKG itu RPPnya sudah ada semua, begitu. Lalu menurut Bapak bagaimana Kalau pemahaman RPP dari e..dari yang e..dari buku itu ya itu tadi belum ada pengembangan pemahaman guru-guru disini jadi e..kurikulum e..opo RPP yang itu harus dikembangkan ke dalam e..PPR opo ke dalam RPP tentang komponen RPP yang yang bernuansa PPR dan ada nilai-nilai Kanisiusnya itu, jadi bisa kalau hanya sekedar sesuai dengan kurikulum 2013? memberikan bisa tetapi belum sesuai dengan RPP yang kita harapkan gitu lho. jika Bapak melihat apakah guru- Ada yang sudah ada yang belum karena pada saat saya amati itu e.. ada yang memang sudah guru disini sudah mampu melaksanakan pembelajaran saintifik tetapi kami pengamatan kan belum tentu dari awal hingga melaksanakan proses akhir to itu, ada yang masih kesulitan itu tadi apalagi yang kelas-kelas besar itu karena dikejar pembelajaran saintifik? oleh materi ya itu dikejar oleh materi pemahaman itu sudah paham hanya itu tadi e..untuk mengolah dari pengamatan sampai pada dalam proses, produksi dan sampai mengkomunikasikan itu memang masih harus belajar. Apakah Bapak melihat guruKalau e..di dalam pembelajaran itu menurut kami tidak tidak begitu banyak kendala tidak guru disini mengalami kesulitan banyak kendala hanya karena ini juga hal yang baru anak-anak juga diajak hal yang baru. Nah ketika membuat RPP atau ini keterampilan-keterampilan dari guru itu yang mungkin e..cara kesulitan itu cara melaksanakan pembelajaran menyampaikan itu kadang-kadang kesulitannya itu, kan mereka harus berkreatif to kalau tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
saintifik atau tematik?
Sebelum diterapkan kurikulum 2013 kan ada pelatihan guruguru, menurut Bapak apakah materi pelatihan sudah mencakup seluruh standar proses?
113
kreatif ya..apalagi ini e..guru produk lama dengan guru produk baru, guru produk lama itu akan lebih sulit untuk menyesuaikan kita harus hati-hati pelan-pelan itu meskipun kalau dilihat dari..dari e..pendekatan-pendekatan anak e..di dalam proses pembelajaran tetap lebih berhasil dari guru-guru yang lama pandangannya dia juga punya cara sendiri kan gitu kan sekarang dari..seperti Pak Hartoyo itu ya itu SPG ya SPG tok dia akan lebih berhasil daripada e..guruguru yang sarjana karena pedagoginya lebih mantap disini yang masih yang dari SPG seperti saya, Pak Hartoyo, Bu Eny tinggal itu aja yang melalui SPG kemudian sarjana kalau yang lain kan langsung sarjana, dari segi kreativitas mungkn juga lebih idealnya e..kalau guru yang baru itu teorine mateng tetapi teori itu belum tentu sama dengan di lapangan iya to. Tetapi kalau guru yang dari SPG justru darr lapangan, maka sebetulnya dari Sadhar ini menurut saya cukup bagus lebih banyak disuruh keluar dari probaling 1, probaling 2, PPLnya cukup lumayan tetapi kan tidak semuanya maka pernah muncul yang diterima sebagai guru Kanisius itu dulu standarnya dari Sanata Dharma, UNY saja ga bisa masuk waktu itu UNY apalagi sarjana wiyata, ya kalau melihat kesulitan memang banyak kesulitan tetapi hal-hal seperti itu sebetulnya hal-hal yang praktis saja. Yang saya tanya pelatihan-pelatihan itu yang dilaksanakan oleh Dinas itu belum mencakup karena dikejar oleh waktu jadi dikejar oleh waktu, dan harus selesai, dan materinya banyak dan harus ada bukti-bukti sehingga pada saat pelatihan itu..itu hanya disuruh mengerjakan LK dan tingkat kemampuan dari narasumber..narasumber yang mungkin dikatakan narasumbernya dari nasional sebetulnya itu hanya e.. guru-guru yang direkrut kemudian dilatih sebntar dijadikan narasumber seperti saya sendiri itu e..diklat khusus untuk kepsek itu dalam waktu 2 hari atau 3 hari, 3 hari kalau ga salah itu..itu harus bisa menyelesaikan 17 LK kalau 17 LK yaitu dengan sistem kelompok itu ga mateng sehingga pada waktu pelatihan itu 1 kelompok besar itu dibagibagi kelompok lagi dibagi kelompok kecil-kecil ada misal 1 kelompok 8, 2 mengerjakan LK ini harus selesai tumpuk semua sehingga saya ga tahu hasil LK 2 LK 1 karena misalnya saya mengerjakan LK 1 yaitu jadi e..untuk pelatihan-pelatihan apalagi yang diberikan dari narasumber dari Dinas menurut saya belum apa-apa, lalu untuk diklat-diklat yang lain itu lebih cenderung ke aplikasi to tetapi ditingkat opo.. narasumber-narasumber itu pemahamannya kan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Apakah metode pelatihan sesuai dengan tujuan kurikulum 2013?
114
berbeda-beda sehingga semakin banyak e..pelatihan semakin bingung nah sekarang pelatihan ini untuk workshopnya penilaian nah nanti ada penilaian lagi beda lagi makanya kemarin pelatihannya adalah raport itu berupa deskripsi ya di dalam e..Permendiknas tertulis itu ada penilaian dengan berbentuk nilai dan atau deskripsi kalau nilai tok berarti kan juga boleh to? deskripsi tok kan boleh tetapi apakah sudah mencakup semua nilai, maka kan karen ada dan itu disini sekarang kita coba nilai dan deskripsi. Ini masih pergulatan apalagi penialain itu masih banyak yang rancu dengan penilaian contoh seperti itu Matematika mau diletakkan opo Agama mau diletakkan dimana, Bahasa Jawa mau diletakkan dimana, sebetulnya kami yang ada di lapangan itu ya kita e..memberikan pembelajaran pada anak itu akhirnya sesuai dengan kemampuan guru-guru. Acuannya adalah buku ya to termasuk KI dan KDnya itu tapi kan tidak semuanya seperti itu, sampai di sekolah kami itu e..1 minggu sebelumnya mesti ada kumpul membicarakan nanti minggu depan kita akan mau belajar apa, lalu misalnya disini paralel, paralel itu e..guru-guru kami yang terlihat di kelas 5 berputar, berputar e..bergantian tema ini aku di kelas ini, tema ini ini disini itu saja terjadi kemarin misalnya harusnya sekarang itu praktek IPA nah Pak Hartoyo yang menguasai itu praktek yang lain ga menguasai ga praktek. Nah itu lho ini ini msuk kendala itu, e..maka e..dari tingkat tadi dari tingkat kedalaman materi berbeda-beda itu tadi tidak ada batasan itu lho, tidak ada batasan. Tujuane? Kalau tujuannya sudah sesuai , hanya pelaksanaannya.. o..kalau metode jelas tidak pastinya..pastinya itu mungkin ada PPT kemudian dijelaskan kemudian setelah dijelaskan kita pelajari bersama kita mencoba, kan harusnya gitu tidak..tidak ada penjelasan suruh mengerjakan LK, belum.. sak jane yo ada,ada itu dari pelatih itu juga ada sudah membawa PPT tapi ga nyampek waktu itu, tapi kalau sudah ada tetapi ga disampaikan, misalnya saja misalnya tentang e..opo e..pramuka menjadi mulog wajib to, tentornya saja ga tau pada waktu iut malah justru dari kami-kami semua yang lebih tau pramuka bagaimana penerapan misalnya pramuka itu tetap sistem blok, sistem blok hanya dilakukan diawal tahun, awal tahun berapa jam, 32 jam, bagaimana bisa mencarikan lalu aktualisasi bagaimana regularnya kan gitu dia ga bisa menerangkan. Nah ini e..sebetulnya ada disitu ya karena itu tadi dari dari instrukturinstrukturnya itu ya memang ternyata karena ini semuanya serba mendadak itu pokoke sak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Setelah mengikuti pelatihan apakah ada gambaran yang jelas tentang proses pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum2013?
Jika Bapak lihat apa dampak kurikulum bagi guru-guru?
Itu tadi bagi guru, sekrang bagi siswa apa sudah terlihat dampaknya?
115
kecekele kan gitu lho, jadi bukan sebtulnya bukan ahlinya karena ya dari instruktur nasional itu ternyata hanya orang-orang dari wonosari situ. Gambarannya, punya gambarannya, o..idealnya seperti ini, ada.. cuma penerapannya tidak segampang dengan apa yang kita bayangkan karena apa ini yang dihadapi kan anak ya dari perubahan-perubahan itu dan ini juga kadang-kadang juga masih terbawa cara mengajar yg lama, gambarnnya itu ada jelas itu misalnya tematik integratif ini caranya ini apalagi orangorang lapangan ya e..orang-orang pramuka itu akan mengajarkan permainan apa itu semuanya dibungkus dengan lagu atau dengan cerita, gambarannya jelas cuma ini e.. penerapannya itu kendalanya sangat banyak dan sarana prasarana harus lengkap to dan guru juga dtuntut harus ini tentang IT kan juga harus mahir maka sekarang ini..ini mulai ini kami lengkapi LCD semua e.. mungkin nanti sampai kelas 3 ini sudah siap semua tinggal pasang , ha nanti setelah pasang baru kelas 1 2 tak siapkan, itu kendalanya di lapangan itu tapi sini tu wo..udah pakek ini nanti kita ada untuk mengunduh lewat internet, dan sebagainya. Dampaknya..dampak yang negatif ada yaitu akhirnya guru-guru itu banyak mengeluh, karena banyak tuntutan tetapi kalau disini efek yang paling yang positif justru lebih banyak yaitu opo.. guru harus belajar, efeknya itu belajar dari awal dan tidak ada guru menganggap paling pinter kalau dulu guru itu terkenal pinter semalam lebih semalam to itu, tapi sekarang engga, gurunya ga tau murid-muridnya tau nha ini makanya tuntuntan akhirnya gurunya harus belajar semuanya entah itu IT kemudian mengembangkan pengetahuan dan sebagainya efeknya itu menurut saya yang positif itu guru belajar dan guru tidak malu belajar tentang hal-hal yang sudah apa ya..sudah e..dianggap guru itu paling tahu ini guru paling tahu sekarang sudah ndak ada ee.. belum..belum begitu tampak sekali yang jelas itu kalau tampaknya ya minimal kalau yang bisa dilihat itu secara fisik saja ya, fisik sik sepele saja itu nek mbiyen i do nggowo buku ki tase se-koyo lemari kae sekarang kan berkurang sehingga anak cukup membawa buku 2 atau 3 kalau dulu kan 10 bahkan semua dibawa kemudian di dalam proses pembelajaran karena itu masih apa ya terkonsep dengan cara yang dulu itu anak-anak itu sekarang nilai saja masih menjadi turun karena tidak apa ya menurut saya tidak mendalam karena apa maksudnya itu dari pemerintah kurikulum itu supaya lebih ringan tetapi materinya masih dalam dan itu tingkat kedalamannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bagaimana upaya Bapak untuk mendukung penerapan kurikulum 2013?
Adakah usulan agar implementasi kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar?
116
tidak diukur sehingga nilainya menjadi kurang, anak memang belajarnya enjoy tetapi enjoynya bocah itu kan karena berpikirnya lebih ringan tetapi di dalam nanti pada evaluasi nanti akhirnya menjadi nilainya jelek jadi kalau kita lihat nilai-nilai tahun ini lebih baik dengan tahun kemarin karena apa dari tingkat pemahaman tadi yang berbeda, cara belajar masih terkonsep yang lama to, kadang-kadang itu e..anak diajak bermain anak-anak diajak bermain tetapi dipermainan itu permainan yang pendidikan itu masih kesannya bermain mainnya itu yang lebih tinggi sehingga sembrono sehingga disini nyentelnya bukan pelajaran e..tapi permainan e.. jadi misalnya saya lempar misalnya kelas 4 mengajarkan tentang misalnya daun ya to misalnya e..tulang daunnya menyirip, kemudian ada yang melengkung, lurus dan sebagainya itu dikemas dengan lagu kadang-kadang kan seperti itu itu kadang-kadang belum mengena masih terkonsep yang lama. Yang kami lakukan lebih banyak kami ikut sertakan workshop-workshop karena meskipun apapun perbedaannya pasti disitu ada hal yang bisa kita ambil. Seperti kemarin itu kami juga mengirimkan tentang di Atmajaya itu pendidikan karakter yang dilakukan oleh DED maka saya secara khusus mendapat undangan nanti pelatihan secara gratis untuk penilaian. Lalu bsuk Jumat Sanata Dharma Montessori itu kan juga masuk ke situ to lha ini sudah kami komunikasikan dan itu kami kirim 2 jadi lebih banyak kami kirimkan guru-guru itu untuk pelatihan-pelatihan dan workshop-workshop dan sebagainya. Termasuk sekarang mengundang..mengundang dari pengawas untuk penilaian khusus ini dan kami tidak mengajak sekolah sebelah karena supaya guru kami secara khusus itu bisa, itu salah satu untuk kurikulum dan yang lain itu paling tidak juga kita saling mengingatkan karena apa saya sendiri pun belum bisa menguasai sepenuhnya, karena apa ya ya itu e..kurikulum yang baru ya mungkin hal yang baru kemudian harus banyak keluar dan sebagainya, bahkn laporan-laporan dari dinas harus mendadak ini itu, bahkna ini penilaian guru saja saya belum selesai makanya ini padahal kendalanya seperti itu, kami rapat saja 2 bulan ini ga rapat cuma breafing-breafing aja. e..kalau kami e..usulannya e..tapi ini juga sulit diberikan misalnya itu pelatihan guru, tetapi it e..tidak hanya sekedar e..melaksanakan tetapi betul-betul itu dibedah sampai tuntas misalnya e..itu bagaimana memahami buku, bagaimana cara memberikan pelajarannya, bagaimana mengevaluasinya sampai bagaimana memasukkan ke dalam raport lalu bagaimana membuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kriteria taraf kenaikan kelas, kalau kode pemerintah sebaiknya kan tidak ada anak tidak naik kelas kan begitu, lho bagaimana kalau memang tidak bisa menguasai semua, suatu saat pelatihan secara khusus dan itu misalnya kelas 2 kelas 2 semua , kelas 3 kelas 3 semua. Sampai pada bisa melaksanakan itu ideal ya, tapi kalau hanya bersamaan hanya informasi-informasi akhirnya juga hanya seperti itu setengah-setengah saja, pelatihan yang penting itu.
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Transkrip Hasil Wawancara Partisipan 3 Waktu Pelaksanaan
: 30 Oktober 2014
Pukul
: 11.20 - 11.44
Pertanyaan Bagaimana pemahaman Ibu tentang tujuan kurikulum 2013? Dari pemahaman tersebut apakah penerapan kurikulum 2013 efektif membentuk karakter murid?
Kurikulum 2013 kan menggunakan pendekatan tematik terpadu. Bagaimana pemahaman Ibu terhadap tematik terpadu itu sendiri?
118
Selain pendekatan tematik terpadu, kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan saintifik, bagaimana pemahaman
Jawaban Kalau sepemahaman bagus tetapi perangkatnya tidak mendukung, kesiapan e..SDMnya tidak mendukung sangat tidak mendukung karena terkesan mblejog terkesan dipaksakan. Kalau saya tidak bergantung kurikulum saat membentuk karakter murid tetapi apa ya apa yang sudah menjadi visi misi saya bahwa murid-murid saya jelas harus tahu sopan santun tahu tanggung jawab, kerja sama, disiplin itu apapun kurikulumnya yang akan dipakai harus tetap dengan cara saya dalam artian tidak harus sesuai dengan Kurikulum 2013 yang harus begini dinilai begini dinilai, tidak. Kan kadang guru sudah saking hafalnya dengan anak ini harus bagaimana harus bagaimana jadi lebih yang lebih penting adalah bagaimana mengenali karakteristik anak secepat mungkin, begitu. kalau pendekatannya bagus tetapi yang menjadi rancu adalah bahwa di kelas 2 sudah akar dari pangkat 3 itu sudah masuk jadi contohnya begini 27 itu berapa kali berapa kali ... itupun belum sedang murid-murid saya 7x8 saja masih lama gitu lho dan disna juga ada berapa kali berapa supaya hasilnya 120 saya belum pernah mengajari selama awal dari awal saya ngajar sampai hari ini baru kali ini dapat angka di atas 100 apa ya..dalam prinsipnya begini karena kesannya yang terburu-buru itu dan harus menghabiskan dalam 1 hari 1 PB itu jadi penting materi disampaikan jadi mengambang pemahaman anak itu mengambang kalau dulu walaupun dulu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ibu mengenai pendekatan saintifik?
Pemerintah kan menyiapkan buku guru dan buku siswa, apakah buku yang tersedia dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran? Apakah buku guru membantu Ibu dalam merencanakan proses pembelajaran? Jika Ibu melihat buku guru, bagaimana kesesuaian antara KI, KD dan indikator?
tematik kami tetap menggunakan sesuai alur jadi kalau semester 1 itu perkalian semester 2 pembagian jadi anak-anak benar-benar paham fasih terkonsep tentang perkalian kalau ini engga dalam 1 buku ada perkalian langsung ke pembagian jadi opo ya..jadi agak crowded agak bermasalah juga buat saya membuat anak-anak paham jadi akhirnya yang kepontal-pontal gurunya kalau efektivitas masih kurang karena ternyata banyak salah cetak buktinya kami masih menggunakan Bupena bikinan Erlangga tetap bikinan swasta itu lebih baik daripada bikinan Negeri
119
membantu, karena memang harus dengan itu karena kami tidak ada panduan yang lain sesuai cuma kadang ada beberapa yang salah tempat saja, hanya salah tempat hanya meletakkan dalam cetakan buku pembelajaran karena memang buku itu juga buru-buru kan membuatnya tidak terkonsep dengan baik Apakah buku guru memberikan panduan jelas tetapi kadang kurang apa ya kurang..tidak semua bisa diterapkan gitu lho yang jelas mengenai pembelajaran saintifik seperti contohnya membuat anyaman dari pohon kelapa itu tidak saya berikan dan tematik? karena waduh saya tidak bisa manjat pohon kelapa untuk mengambil itu kan tidak setiap saat pohon kelapa itu ada janurnya gitu lho saat-saat tertentu saja Apakah buku guru juga memberikan panduan agak absurd agak abstrak kalau saya pakek Bupena, iya karena di situ jelas yang jelas tentang penerapan penilaian seumpama membuat kliping apa yang diniali di situ langsung dicantumkan kalau otentik? di buku guru pakek lampiran pakek di belakang itu kan jadi harus ini tadi apa mbolak balik begtu jadi kurang efisien Apakah setiap akan mengajar Ibu selalu kami membuat RPP di awal semua jadi kalau yang Kanisius sebetulnya sudah membuat RPP? dibagi kami yang Sleman timur itu membuat tema 2 yang Sleman barat 1 pokoknya sudah dibagi-bagi ternyata yang baru saya terima cuma milik kami sendiri Sleman timur, jadi kalau kami akan membuat seharusnya kami diberi dari daerah Bantul dari Kota dari Gunung Kidul kami diberi tapi sampai hari ini pun mereka belum bisa memberikan karena memang sudah kesepakatan dari pihak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bagaimana pemahaman Ibu tentang komponen RPP yang sesuai dengan kurikulum 2013?
Apakah dalam setiap RPP yang Ibu buat, Ibu mencantumkan langkah-langkah pembelajaran saintifik? Kemudian juga dilaksanakan dalam proses pembelajaran? Apakah ada kesulitan dalam membuat RPP atau melaksanakan pembelajaran saintifik dan tematik? Sebelum diterapkan kan ada pelatihan guru, menurut Ibu apakah materi pelatihan sudah mencakup seluruh standar proses?
sebagian besar iya kalau pembuatan RPP kesulitan adalah waktu, waktu itu sangat sangat tersita banyak untuk membuat RPP yang setiap hari harus kita buat. Kalau dalam pelaksanaan kadang kekurangan waktu kalau menuruti buku guru ya itu sangat kurang waktunya karena harus ada penilaian-penilaian sikap kan setiap hari belum. Penilaian saat itu belum ada, saya ingin melihat model raportnya saja tidak dijelaskan padahal yang paling penting buat saya itu justru malah penilaian dilain e..sisi praktek ya praktek kita mengajar dan RPP, penilaian itu yang lebih penting jadi apa maksudnya yang nyata bukan yang teks begini menilainya begini, tidak. Tetapi dalam artian dari pelatih sendiri seumpama mempunyai contoh jadi ini nilainilainya cara menilainya begini gitu ternyata malah itu penilaian tidak banyak dilatih..jadi sekarang modelnya meraba dalam kegelapan iya katanya tujuannya begitu 120
Apakah metode pelatihan itu sesuai dengan tujuan kurikulum 2013?
Yayasan pembuatan e..RPP sama jadi kita share gitu lho jadi ndak usah Kota itu membuat yang ini ini, kami tugasnya membuat yang ini ternyata mereka belum bisa mengumpulkan sampai hari ini akhirnya ya kita pedomannya Bupena dan buku guru jauh dari paham karena setiap saat ada perubahan seperti kemarin sewaktu membuat soal itu ada perubahan lagi tentang KDnya jadi di tengah perjalanan pun KD itu bisa diganti dan itu tidak ada di buku gitu lho jadi bingung mau memberikan materi itu tapi kok di buku tidak ada begtu jadi e se..sejauh saya tahu kayaknya ya itu tadi dipaksakan di apa..diaplikasikan. Harapan saya menteri baru ganti iya pasti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Setelah mengikuti pelatihan apakah Ibu memperoleh gambaran yang jelas bagaimana melaksanakan proses pembelajaran? Bagaimana upaya yang Ibu lakuan untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013? Apakah ada usulan agar implementasi Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar?
lebih jelas dari pada saat sebelumnya..lebih jelas
kalau seperti itu saya menggunakan buku panduan yang lain seperti Bupena jadi untuk melengkapi materi yang ada di buku siswa dan buku guru dihabiskan tahun ajaran ini saja yang besuk ganti
121
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Transkrip Hasil Wawancara Partisipan 4 Waktu Pelaksanaan
: 28 Oktober 2014
Pukul
: 11.55 – 12.25
Pertanyaan Bagaimana pemahaman Ibu tentang tujuan kurikulum 2013?
Dari pemahaman tersebut apakah penerapan kurikulum 2013 efektif membentuk karakter murid?
Kan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan tematik, bagaimana pemahaman Ibu tentang pendekatan tematik?
122
Jawaban ehm..kalau menurut saya sih tujuannya bagus kan dia kan tidak hanya menilai secara kognitifnya saja artinya tidak hanya sisi pengetahuannya saja tetapi kan memang ada sisi sikap yang harus ritual yang harus ditampilkan ditonjolkan disini tujuannya sih bagus e..sebenere karakter e.. K 13 ini kan hampir mirip dengan PPR yang sudah kami terapkan sebenernya sama hampir sama lah e jadi memang nilai-nilai sikap ini sudah sudah sedikit banyak memang sudah kami kami lakukan di pembelajaran yang kurikulum sebelumnya jadi menurut saya cukup efektif tetapi memang ada kekurangannya menurut saya karena kan disitu dia e..kan lebih ideal dia penilaiannya per tiap pembelajaran ada penilaian sikapnya ini kan e.. idealnya seperti itu tetapi kami juga mengalami keteteran untuk menilai per pembelajaran sikap mana yang harus ditonjolkan menilai yang setiap apa aktivitas anak kita nilai itu tidak mengalami kesulitan tapi kalau secara garis besar untuk penilaian sikap bisa di..di..dicapai di K13 ini sudah hampir mirip dengan yang PPR yang sudah kami lakukan kalau menurut saya pendekatan tematik terpadu ini memang lebih memberikan gambaran ke anak secara menyeluruh jadi kalau misalnya disni kan tidak ditampilkan per muatan mapelnya jadi anak..anak diharapkan diharapkan dia lebih paham dari e per tema yang diberikan dia bisa mempelajari beberapa muatan itu yang saya pahami seperti itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain pendekatan tematik kan ada pendekatan saintifik itu sendiri, bagaimana pemahaman Ibu mengenai pendekatan saintifik?
Pemerintah kan menyiapkan buku guru dan buku siswa, apakah buku yang tersedia dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran?
Apakah buku guru dapat membantu Ibu dalam merencanakan proses pembelajaran?
123
ee..menurut saya dengan pendekatan saintifik ini anak lebih paham jadi dia bisa mengamati sesuatu bisa apa ya bisa menggali sendiri informasi dari sesuatu yang memang dia pelajari kemudian dia bisa menjawab sendiri dari dia e.. pertama dia mengamati menalar dan seterusnya sampe dia nanti bisa mengkomunikasikan dari hasil e..dari rangkaian apa tahapan..tahapan dari pendekatan ini e..bahkan kalau dimungkinkan sampe mencipta kalau menurut saya buku yang dari pemerintah itu masih terlalu terlalu kulitnya saja terlalu dangkal memang kan diharapkan dengan K13 ini mengurangi beban anak dalam belajar tapi e..pada pada waktu evaluasi evaluasi ini apa ya yang tadinya belajar hanya permukaan saja di evaluasi ternyata lebih detail jadi kan kami mau tidak mau masih masih apa ya memberikan pembelajaran yang tidak hanya sebatas di buku guru dan buku siswa kami memberikan pengayaan yang lain tetapi sebenarnya kalau misalnya tujuannya untuk mengurangi beban belajar anak kan seharusnya ada e.. kesinambungan antara si pembuat soal dengan yang di apa ya di materi itu sehingg a tidak terlalu wong di bukunya saja ga terlalu berat tidak terlalu mendetail tapi kok di ujian dievaluasi terlalu mendetail kan ini jadi apa ya dilema sehingga kan e.. ini ada keterkaitan dengan waktu pembelajaran itu misalnya di targetkan 1 PB 1 hari e.. kalau hanya menurut di buku itu buku buku itu kan sebenarnya hanya masih terbatas sekali masih kurang e.. yang harus apa dipelajari anak kan kan masih kurang , nah kalau yang diharapkan seperti itu bisa kami capai sehari tapi kalau misalnya dengan tuntutan yang lain yang dievaluasi mau tidak mau evaluasi bentuknya seperti itu kan kami juga tidak bisa menambah waktu buku guru ya maksudnya? Ya membantu iya karena kan disitu memang sudah ada langkah-langkahnya tapi memang kami e.. tidak hanya terpaku disitu kami menggunakan sumber belajar yang lain misalnya kami gunakan dari penerbit lain kami menggunakan sumber belajar dari internet kami googling untuk cari apa yang ga ada disitu kadang-kadang kan jawabannya anak macem-macem misalnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
berilah contoh e.. batang basah mereka jawabannya macem-macem kalau misalnya kami mengajarkan yang lazim-lazim kayak misal e.. bayem terus tomat kemudian yang seperti itu tapi kalau jawabannya ada brokoli ada macem-macem kan mau tidak mau kami harus e..mencari informasi jawaban anak ini bener atau tidak karena kan memang kalau di K 13 kan terbuka dengan jawaban anak Jika Ibu melihat buku guru, bagaimana ehm..ada beberapa dibuku itu ada yang ndak sinkron kami kan pernah kemarin pas kesesuaian KI,KD dan indikator dalam buku pelatihan ada yang mencermati dari KD itu ada yang tidak sinkron di buku gurunya guru tersebut? tapi kalau memang e.. untuk kemarin membuat RPP kan KI sama KD kami kan tidak bisa ngobah owah itu kan memang sudah pakemnya kemudian kami hanya memsukkan diindikatornya apa yang bisa kami masukkan kekhasannya Kanisius.. kalau untuk apa tadi keterkaitan? Kesesuaiannya ya menurut saya ya ada beberapa yang tidak sesuai tapi memang secara garis besar sudah sesuai dengan KI dan KDnya Apakah buku guru memberikan panduan kalau untuk itu saya rasa sudah tapi memang kita juga harus tidak terpaku disitu yang jelas mengenai pembelajaran saintifik karena kan e.. kadang-kadang konteks yang di buku kan tidak sesuai dengan dan tematik? konteks yang ada di sekolah, misalnya kemarin ada panduan kemudian siswa disuruh mengamati pohon, pohon terus untuk pecahan burung pelatuk kalau dikonteks siswa kan ga ada di sini burung pelatuk kan ga ada jadi memang untuk memandu iya itu membantu sekali tapi tetap kita harus tetap melihat kekonteksannya yang di lingkungan sekitar kan tidak harus pakem gambar yang ada di situ kami bisa kadang-kadang mencari gambar sendiri atau anak suruh mengamati yang ada di sekitar sekolah tidak harus pakem yang dicontohkan disitu Apakah buku guru juga memberikan panduan ada..kayaknya ada disitu, tapi menurut saya kok malah enak yang Erlangganya itu, yang jelas tentang penerapan penilaian ho.o yang Bupena itu lebih enak lebih cetho gitu lho, ini nanti penilaiannya kayak otentik? ini kayak ini lebih enak di buku Erlangga menurut saya Apakah setiap akan mengajar Ibu selalu idealnya iya..iya..tapi memang administrasine ini kan mblenger banget to mbak, membuat RPP? misal e sak PB aja 23 halaman 24 halaman jadi kami kami e.. membuatnya kadang2-kadang gantian misalnya kan kita paralel e.. jadi e.. membuatnya hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Bagaimana pemahaman Ibu tentang komponen RPP yang sesuai dengan kurikulum 2013? Kan mungkin RPP kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya
125
Apakah dalam RPP atau proses pembelajaran
1 orang nanti untuk bertiga gantian nanti membuatnya gantian tapi nek untuk membuat sendiri semuanya sendiri mblenger, ra rampung gaweane, nanti pulang jam 1 menyiapkan RPH yang besuk kami malah lebih mengedepankan yang pelaksana hariannya dari RPPnya jadi kami menuangkan di buku kerja kami itu langkah-langkahnya apa-apa e.. dari pada RPP yang sifatnya administratif semua itu tapi memang idealnya iya tapi kami ya jongjling ya sok gawe sok ora dan kadang-kadang gantian tapi kalau untuk RPH kami buat setiap hari nha kemarin kan kami dapat pelatihan dari Yayasan kemudian yang terakhir kemarin kan dapat pelatihan di e.. Muntilan ada perbedaan antara pembekalan yang diberikan Yayasan dan ada perbedaan yang diberikan oleh e..dosen Sanata Dharma pada waktu itu jadi memang ketika itu di di pelatihan Yayasan KI dan KD kami diminta untuk memberikan kekhasan dari Yayasan dan kekhasan dari Kanisius nah kami kemarin dibukakan e..pengetahuannya oleh dosen Sanata Dharma bahwa KI dan KD itu kan pakem ga bisa dirubah jadi kami bisa memasukkan kekhasan dari Kanisius di indikatornya saja ga boleh di KI dan KD itu kami rubah-rubah jadi masih apa ya kami masih mengalami kebingungan yang digunakan itu nanti yang mana, karena kan mau tidak mau kami itu kan punya 2 kayak 2 tuan to kayaknya dari Yayasan tuntutannya seperti ini dari Dinas seperti ini nha ini kami juga mengalami kesulitan kadang-kadang kami akhirnya kami sesuai kebutuhan kalau yang membutuhkan Dinas kami membuat RPP versi Dinas klalau versi Yayasan yang minta kami membuat versi Yayasan, jadi kami belum..setelah dari Muntilan itu belum menemukan kata sepakat yang digunakan yang darr Negeri dan yang dari Yayasan tapi kalau kemarin di Muntilan itu diberitahukan itu sudah kombinasi artinya yang diharapkan Yayasan itu tetap masuk tapi hanya diindikatornya tapi KI KD dari pusat tidak boleh kami menggunakan jadi e.. kami yang kami buat setelah itu kami pakai yang sudah dimatchkan artinya yang dari pemerintah tetapi tetap memasukkan nilai-nilai Kanisius ciri-ciri Yayasan yang harus masuk ya kami e.. menggunakan jadi kalau kami ambil intinya hampir sama PPR jadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
Ibu selalu melaksanakan proses pembelajaran yang aktif mereka yang mencari tahu bertanya menalar sampai nanti dia saintifik? mengkomunikasikan dia sendiri yang aktif kita kan hanya sebagai fasilitator kami sudah menerapkan misalnya e.. kemarin kami belajar tentang e ..terakhir pecahan kemudian kami mereka mengamati misalnya buah apel misalnya terus mereka diminta utk mmbagi barapa anak dengan hasil yang sama mereka mencoba mengamati sendiri mencoba menanya sampe nalar nanti kok nanti bisa jadi bagian 4 sama persis itu kayak apa jadi kami sudah melaksanakan yang pendekatan yang saintifik Apa kesulitan yang Ibu temui dalam kesulitannya pertama jam waktu mau tidak mau kan kita tetap ada guru mapel nha membuat RPP atau melaksanakan itu tentu saja makan waktu kan misalnya musik SBDP itu adalah musik tari pembelajaran saintifik dan tematik? kemudian ada KTK padahal di buku itu kan tidak setiap minggu ada KTK kemudian tidak setiap minggu ada PJOK menurut di buku lho di panduan di buku tapi kan kami tetap ngeplotkan jadi mau tidak mau kan kami kehabisan waktu pertama kehabisan waktu kemudian kami ditargetkan PB 1 diselesaikan sehari kemudian PB berapa-berapa yang harus ditargetkan dalam 1 minggu sub tema itu selesai pada kenyataan kan ga selesai, kami kadang-kadang keteteran misalnya 1 pembelajaran kami hanya masuk sehari itu 2 jam atau 1 jam untuk 1 tema jelas jelas ga..apa ya kalaupun kita masuk tematik harus selesai segitu nanti pengetahuan anak juga terbatas sekali itu keterbatasan waktu. Kemudian kami juga keworogen administrasi bayangkan saja njenengan kon gawe RPP 1 kali e.. misalnya mau masuk itu 1 PB itu aja 1 PB 28 halaman bayangkan saja buate kapan cobo wis urung ngoreksi kami membuat media kami persiapan untuk RPH pelaksanaan harian itu juga administrasine marake mblenger kemudian untuk penilaian juga mblenger penilaian sikap yang kami kesulitan kalau e.. penilaian K 3 K 4 kan relatif sudah sering dilakukan KI 1 K2 ini yang perubahannya tidak bisa dihitung isone diroso tapi dinilai itu kan juga susah to dan itu kan penilaian misalnya 1 PB kita mau ambil nilai sikap yang mau disitu misale tanggung jawab atau mandiri kan kita butuh mengamati kemudian itu setiap hari mengamati seprti itu kan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sebelum diterapkan kan ada pelatihan guru, menurut Ibu apakah materi pelatihan sudah mencakup seluruh standar proses?
127
Apakah metode pelatihan sesuai dengan
administrasine marake mblenger, itu. Kemudian karena keempat juga kami mengalami kesulitan karena kami kan pergantian dari guru mapel dari mapel yang tadinya sudah diplotkan bertahun-tahun kami di bahasa Indonesia, bahasa Jawa misalnya, kmudian IPA IPS kemudian langsung dalam waktu 5 hari langsung pelatihan langsung kami jadi guru kelas walaupun memang tuntutannya guru SD semua ya tapi kan selama misalnya saya disini hampir 3 tahun megang mapel yang itu terus besuknya kan kami juga butuh proses untuk mempelajari materi yang laine juga to walaupun memang tuntutan e guru SD kudu reti kabeh tapi kan mau tidak mau kita juga harus belajar karena kan pengetahuan ga mesti sama per apa ya tiap muatan kan berubah terus jadi kan kami juga harus pertamane belajar itu juga harus siapkan kalau ngajar misal e ga membaca dulu ga belajar dulu yo gedabikan masuk kelas sik arep diwulangke opo kan juga harus mau tidak mau belajar ya persiapan kalau semua proses sudah, tapi kan mosok kita mau ngajar itu ming arep etuk pelatihan 5 hari ra mungkin to misale ganti kurikulum dari tadinya KTSP mau berubah 5 hari kita cuma ditatar 5 hari aja cuma pagi ampek sore tetep ga kita ga bisa mempunyai gambaran pasti to masih mbayang misale penialaian tu cuma ini contohe gini gini, ingatan manusia ki sepiro terus yang di apa yang dipaparkan juga dalam waktu segitu kan tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang nanti kita hadapi di apa di kenyataan to. Walaupun kemarin sudah diajari ini nanti penilaian kayak gini kayak gini gitu kan masih teori wong prakteknya belum kami juga kalau semua proses sudah diberikan iya tapi kami masih..saya terutama saya belum bisa memahami begitu, baru mbayang tapi belum belum apa ya, masih banyak yang harus dipelajari jadi ternyata oh kami menemukan kesulitan oh ternyata yo sulit jadi setiap hari itu kami menemukan oh ternyata harus seprti ini harus seperti ini nha itu kan memang harus butuh waktu ga mungkin to kita mau ngajar anak kok untuk kurikulum baru ming etuk pelatihan 5 hari kan ga cukup metode pelatihan yang dulu? kami itu kan pelatihan itu 5 hari itu cuma nggarap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tujuan kurikulum 2013?
Setelah mengikuti pelatihan apakah Ibu memperoleh gambaran yang jelas bagaimana melaksanakan proses pembelajaran?
Bagaimana upaya yang Ibu lakuan untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013?
128
lembar LK lembar tugas lembar kerja lembar kerja terus jadi opo yo belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami butuhkan jadi ki cara penilaiannya kayak apa terus nanti ngajarnya kalau gambaran mengajar kami sudah sedikit banyak punya gambaran karena kan tidak jauh beda dengan PPR tetapi yang kami masih belum belum begitu masih agak rancu itu untuk penilaiannya nanti membuatnya rapot kayak apa terus gawe soale koyo opo terus nanti sistem remedialnya seperti apa itu kan kemarin baru teori saja kan berarti kita belum praktek itu jadi kemarin itu mik kon nggarap LK LK K LK jadi kan LK nggarap menganalisis LK terus dikerjakan yasudah jadi tidak kurang bisa menjawab apa yang kita pengen tahu gitu lho jadi masih terlalu koyo ngraba-ngraba oh K 13 tu kayak gini kalau melaksanakan kami ya e..pertama untuk pembelajarannya tidak terlalu banyak masalah kan karena sudah mengalami PPR yang kami harus adaptasi penilaian jadi kami untuk penilaian sikap kami membuat kesepakatan tidak setiap hari kami menilai sikap kan idealnya iya tapi kami membuat misalnya 1 subtema nanti kami akan nilai sikap yang ditonjolkan disitu apa misale kekhasan misa e tanggung jawab nanti kami akan membuat sampelnya yang nanti dinilai hanya beberapa kali ga setiap kali kami nilai jadi ehm berarti yo melaksanakan ya sebenere akan lebih mudah kalau memang disiapkan sebelumnya seperti RPP RPH itu kan menggampangkan kita untuk penilaian ya kami siasati kalau kognitif kami ga masalah karena kan untuk K3 K4 kami sudah sering sering memberikan penilaian terus kami untuk menyiasati penilaian sikap tidak setiap kali kami menilai sikap anak tetapi dalam 1 subtema kami memberi mengambil sampel misalnya nilai apa yang harus diambil kami akan mengambil di PB berapa upayanya kami kan untuk mengatasi banyaknya administrasi kami membagi misalnya RPH untuk pelaksanaan harian karena 3 kelas kan kami berusaha untuk memberikan materi yang sama tapi kami akan membagi misale PB 1 nanti yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Adakah usulan agar implementasi kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar?
tugas 4 Bu Leni nanti PB 2 Bu Titis kemudian saya dan seterusnya seperti itu itu kan sudah meringankan to kemudian kami berusaha memberikan apa yang diberikan ke anak itu kan sama dari 3 kelas nanti ndak misalnya sana og diajarkan seperti ini kok disini engga jadi kayak gitu kami bagi bertiga kemudian ulangan juga kami buatnya gantian misalnya e.. sub 1 Bu Leni sub 2 Bu Titis kemudian saya itu mensiasati seperti itu kemudian nanti media pun kami juga akan bergantian kayak kemarin misale batang Bu Titis bawa batang rambutan itu tak pinjem nanti Bu Leni pinjem seperti itu untuk ngawekaninya, ulangan juga misale ulangan perangkatnya nanti dia juga tanggung jawab perangkatnya untuk penialaian kami membuat kami kan nanti penilaian dipecah per muatan nanti pembuat ini akan membuat e..penilaian yang nanti dibagi-bagi muatan ini ini ini mereka yang menyiapkan jadi lebih mudah misal e ulangan sub tema 1 nanti Bu Leni akan membuat soalnya kemudian perangkat penilaian dia yang menyiapkan usulane 5 hari kerja..jadi ada kan ada ideal 1 hari kerja untuk membuat administrasi kalau seperti ini kan kita ngajarnya full sampe jam 1 setelah itu nanti kita ekskul-ekskul njenengan kan tau sendiri disini ekskul nanti ekskul apa itu pramuka itu ekskul nanti kami bisa selesai sekitar jam 2, nanti kita akan menyiapakan masih ngoreksi membuat itu kan juga rodo lumayan to mbak mungkin, karena mungkin kami masih tahap awal jadi kami masih merasa kok rasane abot banget mungkin nanti andaikan tahun kedua masih dipkek ini mungkin akan lebih mudah mungkin ya karena saiki baru awal-awal rasane berat mungkin nanti di tahun kedua lebih tau oh sratenane kudune ini seperti ini kudu digawe koyo ngene, nha itu sekarang kan masih rasane aboot banget, sarane opo yo sarane yo kita harus menyesuaikan diri tetepen
129
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
Lampiran 1.3 Transkrip Observasi Penelitian
Peneliti melakukan observasi dengan rentang waktu yang berbeda. Observasi
dilakukan
seiring
dengan
pelaksanaan
Program
Pengalaman
Lingkungan (PPL) yaitu bulan Juli sampai dengan Oktober. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif aktif, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari guru di sekolah. Kegiatan sehari-hari yang diamati dan dilakukan peneliti seperti membuat RPP, mengajar, dan mengkoreksi. Observasi dilakukan di kelas-kelas yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu kelas I, II, IV dan V. Observasi diawali pada tanggal 16 Juli 2014 dengan mengamati lingkungan sekolah. SD Manchester merupakan sekolah Kanisius terbaik yang ada di Yogyakarta, informasi ini peneliti dapat ketika berbincang dengan Frater dari Yayasan. Kelas I sampai VI SD Manchester memiliki 3 kelas paralel, sehingga ada 18 kelas disini. Tidak semua kelas menerapkan kurikulum 2013, tetapi ada dua kelas yaitu kelas III dan VI menggunakan KTSP. Dengan kelas yang banyak peneliti mengambil sampel sebagai sumber penelitian yaitu guru koordinator kelas paralel. Tanggal 18 Juli 2014 peneliti melakukan wawancara dengan petugas Tata Usaha (TU). Peneliti bersama rekan PPL wawancara tentang kegiatan sekolah, jam kerja guru dan siswa. Diperoleh informasi bahwa jam kerja guru SD Manchester mulai dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang. Pada kesempatan itu juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
peneliti gunakan untuk mengumpulkan data guru yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. Kegiatan peneliti yang terlibat langsung dengan tugas sehari-hari guru sekaligus merupakan observasi untuk penelitian ini. Seiring dengan penerapan kurikulum baru dan awal tahun ajaran baru, banyak tugas yang perlu dikerjakan seperti administrasi kelas dan mengumpulkan data siswa. Selain membantu tugas guru peneliti juga melakukan observasi pembelajaran di kelas I pada tanggal 22 Juli 2014. Saat itu guru mengajar tema diriku dan siswa diajak mengenal bentuk persegi, guru terlihat mencoba menggunakan pendekatan saintifik pada siswa. Siswa diminta mengamati ruangan kelas, kemudian siswa diminta menyebutkan benda berbentuk persegi yang ada di dalam kelas. Guru juga menggunakan media potongan kertas lipat yang dibentuk persegi dalam ukuran kecil. Siswa diminta membuat gambar apa saja dari potongan kertas tersebut sesuai imajinasi mereka. Tanggal 14 Agustus 2014 peneliti melakukan praktek mengajar di kelas II. Sebelumnya peneliti melakukan beberapa kali konsultasi dengan guru kelas untuk menyusun RPP maupun menyusun pembelajaran yang harus dikemas dengan tematik dan menggunakan pendekatan saintifik. Pada tanggal 28 Agustus 2014 peneliti mengajar kelas IV dan pada tanggal 18 September 2014 peneliti mengajar kelas V. Peneliti belajar banyak dari guru untuk membuat RPP yang sesuai kurikulum 2013. Untuk sekolah Kanisius dalam RPP perlu memuat nilai atau kekhasan Kanisius. Selain mengajar peneliti juga diminta mengoreksi pekerjaan siswa, dengan jawaban terbuka dari siswa mengharuskan guru mencari informasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
tambahan untuk mengetahui jawaban tersebut benar atau tidak. Beberapa kali peneliti juga diminta untuk menggantikan mengajar ketika guru kelas berhalangan mengajar karena mengikuti pelatihan atau workshop tentang kurikulum 2013. Guru kelas akan memberikan buku kerja yang berisi langkah-langkah pembelajaran sebagai panduan peneliti untuk mengajar. Langkah-langkah pembelajaran yang tertuang di buku guru tersebut adalah RPH (Rencana Pembelajaran Harian). Tidak setiap hari guru membuat RPP sebelum mengajar tetapi dari hasil observasi guru selalu membuat RPH ketika akan mengajar. Setiap kali mengajar guru selalu meminta untuk melakukan penilaian sikap. Pembelajaran Kurikulum 2013 tidak hanya menilai kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik, jadi siswa yang menjawab pertanyaan, aktif di dalam kelas, maupun yang membuat gaduh perlu dicatat. Guru juga menyarankan untuk menggunakan buku Bupena sebagai bahan referensi mengajar karena materi yang ada di buku guru tidak begitu mendalam. Peneliti sempat menemukan salah cetak pada buku siswa ketika akan mengajar kelas V. Materi terdapat pada buku siswa tema 2 halaman 72-73, jika guru tidak cermat ini akan menjadi kesalahan fatal, karena ini menyangkut tentang konsep Matematika yang akan diajarkan kepada siswa.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
Lampiran 1.4 Hasil Triangulasi Data
a.
Riwayat mengajar (dokumen tertulis)
b.
Tujuan kurikulum dan pembentukan karakter siswa pada Kurikulum 2013 (Wawancara dengan partisipan, dokumen permendiknas)
c.
Pendekatan pembelajaran tematik terpadu dan saintifik pada Kurikulum 2013 (Wawancara dengan partisipan, observasi)
d.
Buku guru dan buku siswa pada pembelajaran Kurikulum 2013 (Wawancara dengan partisipan, observasi)
e.
Materi dan metode terkait dengan pelatihan guru untuk penerapan Kurikulum 2013 (Wawancara dengan partisipan, dokumen materi pelatihan)
f.
Perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 (Wawancara dengan partisipan, observasi, dokumen permendiknas)
g.
Upaya untuk mendukung penerapan kurikulum (Wawancara dengan partisipan)
h.
Usulan untuk penerapan kurikulum 2013 (Wawancara dengan partisipan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
Lampiran 1.5 Coding Partisipan 1
Jawaban kurikulum yang mengedepankan tentang pendidikan karakter, jadi memanusiakan manusia..jadi lebih humanisme. kalau itu memang digarap sungguhsungguh itu sangat efektif jadi kita lebih menggali masukan dari anak, menurut saya begitu secara teori sangat mendukung dengan tematik integratif tetapi itu e..sangat sulit..sangat sulit dilaksanakan karena semua materi itu kadang-kadang itu pelaksanannya masih per mapel kalau e.. harusnya kan itu dibungkus dengan ceritera. Lalu materi itu juga disesuaikan seperti yang dilaksanakan misalnya anak-anak Matematika kemarin, ya itu ada Matematika ini yang diolah dengan cerita-cerita rakyat, iya to? ada to itu? nah itu kan seperti itu tetapi ga gampang untuk membuat seperti itu harusnya kan seperti itu, tapi ini menjadi ujian dari guru-guru juga untuk mencoba. Pendekatan saintifik dari mengamati sampai pada mengkomunikasikan nah e..ini untuk kelas-kelas kecil ini sangat baik. Itu idealnya pembelajaran itu seperti itu jangan sampai kita itu hanya..hanya istilahnya itu menerima mentah tetapi kita harus menggali Itu ideal, idealnya hanya e guru-guru kita secara umum guru itu kan e secara umum mengajarkan buku ya, iya to? Mengajarkan buku, yang ada di dalam buku ya udah sik diajarkan yo itu urut kan begitu, padahal tidak seperti itu, apalagi sekarang buku tematik itu kan hanya poin-poinnya, hanya memang
Tematik Tujuan Kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 (tematik integratif dan pendekatan saintifik)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
ada kelemahannya, tingkat kedalamannya itu kan ga sama to dari guru yang satu dengan guru yang lain. Buku pemerintah..bisanya bisa.. cuma Efektivitas buku guru dan buku siswa bukunya itu buku yang belum layak Kurikulum 2013 keluar sudah dipaksakan keluar sehingga ada materi-materi yang memang itu salah fatal, iya to? Ada salah fatal. Kemudian dari buku yang satu dari tema 1 ke tema 2 yang materinya masih sama tidak ada batasan..tidak ada batasan kedalaman, jadi kalau itu tingkat kedalaman itu yang sulit jadi e..ini perlu berlatih kalau misalnya buku murid, buku guru itu e..hanya sekilas seperti itu ya pengembangan guru yang sulit. Maka ini perlu pelan-pelan lah, pelan-pelan kita latih. Ya sangat membantu karena e..dari, dari buku guru itu kan pengembangan dari..pengembangan dari buku murid, buku murid yang hanya tingkat kedalaman rendah kemudian e..didalami ditmbahkan materi di buku guru meskipun juga itu tadi e..tingkat kedalamannya juga agak rendah Secara..secara ini e..detail itu memang belum, belum detail tapi poin-poinnya sudah kami cocokkan dengan buku guru dengan buku murid. Nah kemudian apa yang harus dilakukan apa yang harus dikembangkan kan guru harus mengembangkan sendiri, kalau guru ada me..memberikan sesuai dengan buku itu akhirnya juga ini e..tidak akan terkuasai semua Kalau kita lihat KI KD itu secara teori sesuai secara teori, tergantung pengembangan dari gurunya itu nanti karena e..semua guru itu kan harus belajar, iya to? harus belajar dulu dan itu tingkat kemampuan berbeda dengan berbagai macam latar belakang guru, basicnya kan berbeda-beda itu. Ada, ada yang jelas ada yang tidak jelas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
jadi e..kan semuanya itu karena materi itu kan belum tentu e..semua dengan pengamatan misalnya matematika, bilangan itu apa bisa kita amati, iya to? jadi e..pendekatan saintifik itu tidak semua untuk mapel tetapi akan lebih banyak itu adalah hal-hal yang ada hubungannya dengan IPA dan sebagainya dan lebih banyak di kelas bawah akan cocok di kelas bawah Buku guru..belum, belum, menurut saya belum maka kalau di panduan ya buku penilaian otentik itu ya..dari kami menambahkan dengan buku.. apa ya tadi?kelas 5 itu,e..kelas..bupena..bupena untuk me..untuk sebagai apa ya..referensi. Ee..semuanya ini e..RPP tetapi sudah Pembelajaran Kurikulum 2013 semua membuat tetapi belum (parangkat pembelajaran dan proses sempurna. Yang jelas e..karena ini hal pembelajaran) yang baru e..itu ada yang sudah diprint ada yang belum. RPP memang dari pemerintah kan ada RPP juga itu, tapi RPPnya pemerintah itu kan tidak.. tidak e..langsung kami gunakan karena PPRnya harus ada nilai-nilai PPRnya dimasukkan disitu dulu. Kalau pemahaman RPP dari e..dari yang e..dari buku itu ya itu tadi belum ada pengembangan jadi e..kurikulum e..opo RPP yang itu harus dikembangkan ke dalam e..PPR opo ke dalam RPP yang bernuansa PPR dan ada nilai-nilai Kanisiusnya itu, jadi bisa kalau hanya sekedar memberikan bisa tetapi belum sesuai dengan RPP yang kita harapkan gitu lho. Ada yang sudah ada yang belum karena pada saat saya amati itu e.. ada yang memang sudah melaksanakan pembelajaran saintifik, ada yang masih kesulitan itu tadi apalagi yang kelaskelas besar itu karena dikejar oleh materi ya itu dikejar oleh materi pemahaman itu sudah paham hanya itu tadi e..untuk mengolah dari pengamatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
sampai pada dalam proses, produksi dan sampai mengkomunikasikan itu memang masih harus belajar. Kalau e..di dalam pembelajaran itu menurut kami tidak tidak begitu banyak kendala tidak banyak kendala hanya karena ini juga hal yang baru anak-anak juga diajak hal yang baru. Nah ini keterampilan-keterampilan dari guru itu yang mungkin e..cara kesulitan itu cara menyampaikan itu kadang-kadang kesulitannya itu, kan mereka harus berkreatif. ya kalau melihat kesulitan memang banyak kesulitan tetapi hal-hal seperti itu sebetulnya hal-hal yang praktis saja. Yang saya tanya pelatihan-pelatihan itu Materi pelatihan Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh Dinas itu belum mencakup karena dikejar oleh waktu jadi dikejar oleh waktu, dan harus selesai, dan materinya banyak dan harus ada bukti-bukti sehingga pada saat pelatihan itu..itu hanya disuruh mengerjakan LK dan tingkat kemampuan dari narasumber.. narasumber yang mungkin dikatakan narasumbernya dari nasional sebetulnya itu hanya e.. guru-guru yang direkrut kemudian dilatih sebntar dijadikan narasumber.. untuk pelatihan-pelatihan apalagi yang diberikan dari narasumber dari Dinas menurut saya belum apaapa, lalu untuk diklat-diklat yang lain itu lebih cenderung ke aplikasi to tetapi ditingkat opo.. narasumber-narasumber itu pemahamannya kan berbeda-beda sehingga semakin banyak e..pelatihan semakin bingung nah sekarang pelatihan ini untuk workshopnya penilaian nah nanti ada penilaian lagi beda lagi makanya kemarin pelatihannya adalah raport itu berupa deskripsi ya di dalam e..Permendiknas tertulis itu ada penilaian dengan berbentuk nilai dan atau deskripsi kalau nilai tok berarti kan juga boleh to?
137
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
deskripsi tok kan boleh tetapi apakah sudah mencakup semua nilai, maka kan karena ada dan itu disini sekarang kita coba nilai dan deskripsi. Nah itu lho ini ini masuk kendala itu, e..maka e..dari tingkat tadi dari tingkat kedalaman materi berbeda-beda itu tadi tidak ada batasan itu lho, tidak ada batasan. kalau metode jelas tidak pastinya..pastinya itu mungkin ada PPT kemudian dijelaskan kemudian setelah dijelaskan kita pelajari bersama kita mencoba, kan harusnya gitu tidak..tidak ada penjelasan suruh mengerjakan LK Yang kami lakukan lebih banyak kami ikut sertakan workshop-workshop karena meskipun apapun perbedaannya pasti disitu ada hal yang bisa kita ambil. jadi lebih banyak kami kirimkan guruguru itu untuk pelatihan-pelatihan dan workshop-workshop dan sebagainya. Termasuk sekarang mengundang.. mengundang dari pengawas untuk penilaian khusus ini e..kalau kami e..usulannya e..tapi ini juga sulit diberikan misalnya itu pelatihan guru, tetapi it e..tidak hanya sekedar e..melaksanakan tetapi betulbetul itu dibedah sampai tuntas misalnya e..itu bagaimana memahami buku, bagaimana cara memberikan pelajarannya, bagaimana mengevaluasinya sampai bagaimana memasukkan ke dalam raport lalu bagaimana membuat kriteria taraf kenaikan kelas
138
Pelaksanaan pelatihan Kurikulum 2013 (metode)
Upaya untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013
Usulan untuk penerapan Kurikulum 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
Lampiran Coding Partisipan 2
Jawaban Kalau sepemahaman bagus tetapi perangkatnya tidak mendukung, kesiapan e..SDMnya tidak mendukung sangat tidak mendukung karena terkesan mblejog terkesan dipaksakan. Kalau saya tidak bergantung kurikulum saat membentuk karakter murid tetapi apa ya apa yang sudah menjadi visi misi saya bahwa murid-murid saya jelas harus tahu sopan santun tahu tanggung jawab, kerja sama, disiplin itu apapun kurikulumnya yang akan dipakai harus tetap dengan cara saya, jadi lebih yang lebih penting adalah bagaimana mengenali karakteristik anak secepat mungkin, begitu. kalau pendekatannya bagus tetapi yang menjadi rancu adalah bahwa di kelas 2 sudah akar dari pangkat 3 itu sudah masuk jadi contohnya begini 27 itu berapa kali berapa kali ... (titik titik) itupun belum sedang murid-murid saya 7x8 saja masih lama gitu lho dan disna juga ada berapa kali berapa supaya hasilnya 120 saya belum pernah mengajari selama awal dari awal saya ngajar sampai hari ini baru kali ini dapat angka di atas 100 apa ya..dalam prinsipnya begini karena kesannya yang terburu-buru itu dan harus menghabiskan dalam 1 hari 1 PB itu jadi penting materi disampaikan jadi mengambang pemahaman anak itu mengambang kalau dulu walaupun dulu tematik kami tetap menggunakan sesuai alur jadi kalau semester 1 itu perkalian semester 2 pembagian jadi anak-anak
Tematik Tujuan Kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 (tematik integratif dan pendekatan saintifik)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
benar-benar paham fasih terkonsep tentang perkalian kalau ini engga dalam 1 buku ada perkalian langsung ke pembagian jadi opo ya..jadi agak crowded agak bermasalah juga buat saya membuat anak-anak paham jadi akhirnya yang kepontal-pontal gurunya kalau efektivitas masih kurang karena ternyata banyak salah cetak buktinya kami masih menggunakan Bupena bikinan Erlangga tetap bikinan swasta itu lebih baik daripada bikinan Negeri membantu, karena memang harus dengan itu karena kami tidak ada panduan yang lain sesuai cuma kadang ada beberapa yang salah tempat saja, hanya salah tempat hanya meletakkan dalam cetakan buku pembelajaran karena memang buku itu juga buru-buru kan membuatnya tidak terkonsep dengan baik jelas tetapi kadang kurang apa ya kurang..tidak semua bisa diterapkan gitu lho seperti contohnya membuat anyaman dari pohon kelapa itu tidak saya berikan karena waduh saya tidak bisa manjat pohon kelapa untuk mengambil itu kan tidak setiap saat pohon kelapa itu ada janurnya gitu lho saat-saat tertentu saja agak absurd agak abstrak, kalau saya pakek Bupena, iya karena di situ jelas seumpama membuat kliping apa yang dinilai di situ langsung dicantumkan kalau di buku guru pakek lampiran pakek di belakang itu kan jadi harus ini tadi apa mbolak balik begtu jadi kurang efisien kami membuat RPP di awal semua jadi kalau yang Kanisius sebetulnya sudah dibagi kami yang Sleman timur itu membuat tema 2 yang Sleman barat 1 pokoknya sudah dibagi-bagi, memang sudah kesepakatan dari pihak Yayasan pembuatan e..RPP sama jadi kita share gitu lho jadi ndak usah Kota itu
140
Efektivitas buku guru dan buku siswa Kurikulum 2013
Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
membuat yang ini ini, kami tugasnya membuat yang ini ternyata mereka belum bisa mengumpulkan sampai hari ini akhirnya ya kita pedomannya Bupena dan buku guru jauh dari paham karena setiap saat ada Pembelajaran pada Kurikulum 2013 perubahan seperti kemarin sewaktu membuat soal itu ada perubahan lagi tentang KDnya jadi di tengah perjalanan pun KD itu bisa diganti dan itu tidak ada di buku gitu lho jadi bingung mau memberikan materi itu tapi kok di buku tidak ada begtu jadi e se..sejauh saya tahu kayaknya ya itu tadi dipaksakan di apa..diaplikasikan. Harapan saya menteri baru ganti iya pasti sebagian besar iya kalau pembuatan RPP kesulitan adalah waktu, waktu itu sangat sangat tersita banyak untuk membuat RPP yang setiap hari harus kita buat. Kalau dalam pelaksanaan kadang kekurangan waktu kalau menuruti buku guru ya itu sangat kurang waktunya karena harus ada penilaian-penilaian sikap kan setiap hari belum. Penilaian saat itu belum ada, saya ingin melihat model raportnya saja tidak dijelaskan padahal yang paling penting buat saya itu justru malah penilaian dilain e..sisi praktek ya praktek kita mengajar dan RPP iya katanya tujuannya begitu lebih jelas dari pada saat sebelumnya..lebih jelas kalau seperti itu saya menggunakan buku panduan yang lain seperti Bupena jadi untuk melengkapi materi yang ada di buku siswa dan buku guru dihabiskan tahun ajaran ini saja yang besuk ganti
Pelatihan Kurikulum 2013
Upaya untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013
Usulan untuk penerapan Kurikulum 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
Lampiran Coding Partisipan 4
Jawaban ehm..kalau menurut saya sih tujuannya bagus kan dia kan tidak hanya menilai secara kognitifnya saja artinya tidak hanya sisi pengetahuannya saja tetapi kan memang ada sisi sikap yang harus ritual yang harus ditampilkan ditonjolkan disini tujuannya sih bagus menurut saya cukup efektif tetapi memang ada kekurangannya menurut saya karena kan disitu dia e..kan lebih ideal dia penilaiannya per tiap pembelajaran ada penilaian sikapnya ini kan e.. idealnya seperti itu tetapi kami juga mengalami keteteran untuk menilai per pembelajaran sikap mana yang harus ditonjolkan.. tapi kalau secara garis besar untuk penilaian sikap bisa di..di..dicapai di K13 ini sudah hampir mirip dengan yang PPR yang sudah kami lakukan kalau menurut saya pendekatan tematik terpadu ini memang lebih memberikan gambaran ke anak secara menyeluruh jadi kalau misalnya disni kan tidak ditampilkan per muatan mapelnya jadi anak..anak diharapkan diharapkan dia lebih paham dari e per tema yang diberikan dia bisa mempelajari beberapa muatan itu yang saya pahami seperti itu ee..menurut saya dengan pendekatan saintifik ini anak lebih paham jadi dia bisa mengamati sesuatu bisa apa ya bisa menggali sendiri informasi dari sesuatu yang memang dia pelajari kemudian dia bisa menjawab sendiri dari dia e.. pertama dia mengamati menalar dan seterusnya sampe dia nanti bisa mengkomunikasikan dari hasil e..dari rangkaian apa tahapan..tahapan dari
Teamtik Tujuan Kurikulum 2013
Pendekatan pembelajaran Kurikulum 2013 (tematik integratif dan pendekatan saintifik)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
pendekatan ini e..bahkan kalau dimungkinkan sampe mencipta Buku yang dari pemerintah itu masih Efektivitas buku guru dan buku siswa terlalu dangkal. Memang diharapkan Kurikulum 2013 dengan K-13 ini mengurangi beban anak dalam belajar tapi pada waktu evaluasi yang tadinya belajar hanya permukaan saja dievaluasi ternyata lebih detail. Jadi kami mau tidak mau masih memberikan pembelajaran yang tidak hanya sebatas dibuku guru dan buku siswa kami memberikan pengayaan yang lain. Sebenarnya kalau tujuannya untuk mengurangi beban belajar anak seharusnya ada kesinambungan antara si pembuat soal dengan yang dimateri itu sehingga ada keterkaitan dengan waktu pembelajaran, misalnya di targetkan satu PB satu hari, kalau hanya menurut dibuku itu masih terbatas sekali, yang harus dipelajari anak masih kurang, kalau yang diharapkan seperti itu bisa kami capai sehari tapi kalau misalnya dengan tuntutan yang lain seperti yang dievaluasi kami juga tidak bisa menambah waktu buku guru ya maksudnya? Ya membantu iya karena kan disitu memang sudah ada langkah-langkahnya tapi memang kami e.. tidak hanya terpaku disitu kami menggunakan sumber belajar yang lain misalnya kami gunakan dari penerbit lain kami menggunakan sumber belajar dari internet kami googling untuk cari apa yang ga ada disitu kadang-kadang kan jawabannya anak macem-macem, mau tidak mau kami harus e..mencari informasi jawaban anak ini bener atau tidak karena kan memang kalau di K 13 kan terbuka dengan jawaban anak Ada beberapa dibuku itu yang tidak sinkron, kami pernah kemarin waktu pelatihan ada yang mencermati dari KD itu ada yang tidak sinkron dibuku gurunya tapi kalau memang untuk kemarin membuat RPP, KI dan KD
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kami tidak bisa merubah itu memang sudah pakemnya kemudian kami hanya memasukkan diindikatornya apa yang bisa kami masukkan kekhasannya Kanisius. Kalau kesesuaiannya menurut saya ada beberapa yang tidak sesuai tapi memang secara garis besar sudah sesuai dengan KI dan KDnya kalau untuk itu saya rasa sudah tapi memang kita juga harus tidak terpaku disitu karena kan e.. kadang-kadang konteks yang di buku kan tidak sesuai dengan konteks yang ada di sekolah, misalnya kemarin ada panduan kemudian siswa disuruh mengamati pohon, pohon terus untuk pecahan burung pelatuk kalau dikonteks siswa kan ga ada di sini burung pelatuk kan ga ada jadi memang untuk memandu iya itu membantu sekali tapi tetap kita harus tetap melihat kekonteksannya yang di lingkungan sekitar kan tidak harus pakem gambar yang ada di situ kami bisa kadang-kadang mencari gambar sendiri atau anak suruh mengamati yang ada di sekitar sekolah tidak harus pakem yang dicontohkan disitu ada..kayaknya ada disitu, tapi menurut saya kok malah enak yang Erlangganya itu, ho.o yang Bupena itu lebih enak lebih cetho gitu lho, ini nanti penilaiannya kayak ini kayak ini lebih enak di buku Erlangga menurut saya idealnya iya..iya..tapi memang administrasine ini kan mblenger banget to mbak, jadi kami kami e.. membuatnya kadang-kadang gantian misalnya kan kita paralel e.. jadi e.. membuatnya hanya 1 orang nanti untuk bertiga gantian. nanti pulang jam 1 menyiapkan RPH yang besuk kami malah lebih mengedepankan yang pelaksana hariannya dari RPPnya jadi kami menuangkan di buku kerja kami itu langkah-langkahnya apa-apa. dari pada RPP yang sifatnya administratif semua
144
Pembelajaran Kurikulum 2013 (parangkat pembelajaran dan proses pembelajaran)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
itu tapi memang idealnya iya tapi untuk RPH kami buat setiap hari Kami mendapat pelatihan dari Yayasan kemudian yang terakhir kemarin mendapat pelatihan di Muntilan ada perbedaan antara pembekalan yang diberikan Yayasan dan ada perbedaan yang diberikan oleh dosen Sanata Dharma pada waktu itu jadi memang ketika itu di pelatihan Yayasan KI dan KD kami diminta untuk memberikan kekhasan dari Yayasan dan kekhasan dari Kanisius, kemudian kami kemarin dibukakan pengetahuannya oleh dosen Sanata Dharma bahwa KI dan KD itu pakem tidak bisa diubah jadi kami bisa memasukkan kekhasan dari Kanisius diindikatornya saja tidak boleh di KI dan KD itu kami rubah-rubah, jadi kami masih mengalami kebingungan yang digunakan itu nanti yang mana, karena mau tidak mau kami itu punya dua tuan dari Yayasan tuntutannya seperti ini, dari Dinas seperti ini. Kadang-kadang akhirnya kami sesuai kebutuhan kalau yang membutuhkan Dinas kami membuat RPP versi Dinas kalau versi Yayasan yang meminta kami membuat versi Yayasan. Setelah dari Muntilan itu belum menemukan kata sepakat yang digunakan yang dari Negeri dan yang dari Yayasan tapi kalau kemarin di Muntilan itu diberitahukan itu sudah kombinasi artinya yang diharapkan Yayasan itu tetap masuk tapi hanya diindikatornya tapi KI KD dari pusat tidak boleh. Setelah itu kami pakai yang sudah dimatchkan artinya yang dari pemerintah tetapi tetap memasukkan nilai-nilai Kanisius, ciri-ciri Yayasan yang harus masuk Kami menggunakan, jadi kalau kami ambil intinya hampir sama PPR jadi yang aktif mereka yang mencari tahu, bertanya, menalar sampai nanti mengkomunikasikan siswa sendiri yang
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
aktif kita sebagai fasilitator, kami sudah melaksanakan yang pendekatan saintifik Kesulitannya pertama waktu, mau tidak mau kita tetap ada guru mapel itu tentu saja makan waktu misalnya SBDP itu adalah musik tari kemudian ada KTK padahal dibuku itu tidak setiap minggu ada KTK kemudian tidak setiap minggu ada PJOK tapi kami tetap ngeplotkan jadi mau tidak mau kami kehabisan waktu. Pertama kehabisan waktu kemudian kami ditargetkan PB 1 diselesaikan sehari kemudian PB selanjutnya yang harus ditargetkan dalam satu minggu subtema itu selesai pada kenyataan tidak selesai, kami kadang-kadang keteteran kalaupun kita masuk tematik harus selesai seperti itu nanti pengetahuan anak juga terbatas sekali. Kemudian administrasi, misalnya masuk itu satu PB itu saja 28 halaman bayangkan saja buatnya kapan, belum mengoreksi, kami membuat media, kami persiapan untuk RPH pelaksanaan harian, kemudian untuk penilaian sikap yang kami kesulitan. Kemudian karena keempat juga kami mengalami kesulitan karena kami pergantian dari guru mapel dari mapel yang tadinya sudah diplotkan bertahun-tahun kami di bahasa Indonesia, bahasa Jawa misalnya, kmudian IPA IPS kemudian langsung dalam waktu 5 hari pelatihan langsung kami jadi guru kelas walaupun memang tuntutannya guru SD semua tapi kami juga butuh proses untuk mempelajari materi yang lainnya juga kalau semua proses sudah, tapi kan mosok kita mau ngajar itu ming arep etuk pelatihan 5 hari ra mungkin to misale ganti kurikulum dari tadinya KTSP mau berubah 5 hari kita cuma ditatar 5 hari aja cuma pagi ampek sore tetep ga kita ga bisa mempunyai gambaran pasti to masih mbayang misale penilaian tu cuma ini contohe
Materi pelatihan Kurikulum 2013
146
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
gini gini, ingatan manusia ki sepiro terus yang di apa yang dipaparkan juga dalam waktu segitu kan tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang nanti kita hadapi di apa di kenyataan to. metode pelatihan yang dulu? kami itu kan pelatihan itu 5 hari itu cuma nggarap lembar LK lembar tugas lembar kerja lembar kerja terus jadi opo yo belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami butuhkan jadi ki cara penilaiannya kayak apa terus nanti ngajarnya kalau gambaran mengajar kami sudah sedikit banyak punya gambaran karena kan tidak jauh beda dengan PPR tetapi yang kami masih belum belum begitu masih agak rancu itu untuk penilaiannya nanti membuatnya rapot kayak apa terus gawe soale koyo opo terus nanti sistem remedialnya seperti apa upayanya kami kan untuk mengatasi banyaknya administrasi kami membagi misalnya RPH untuk pelaksanaan harian karena 3 kelas kan kami berusaha untuk memberikan materi yang sama tapi kami akan membagi tugas usulane 5 hari kerja..jadi ada kan ada ideal 1 hari kerja untuk membuat administrasi kalau seperti ini kan kita ngajarnya full sampe jam 1 setelah itu nanti kita ekskul-ekskul njenengan kan tau sendiri disini ekskul nanti ekskul apa itu pramuka itu ekskul nanti kami bisa selesai sekitar jam 2, nanti kita akan menyiapakan masih ngoreksi membuat itu kan juga rodo lumayan to mbak
147
Metode Kurikulum 2013
Upaya untuk mendukung penerapan Kurikulum 2013
Usulan untuk penerapan Kurikulum 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.6 Organisasi Data
Masalah : Persepsi Guru SD Manchester Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Sumber
: Observasi, wawancara, dan dokumentasi
148
Tema Deskripsi Pendekatan pembelajaran tematik terpadu dan saintifik pada Dokumen Permendiknas menyatakan bahwa pembelajaran Kurikulum 2013 tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai tema. Dalam pembelajaran peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Hasil wawancara dengan semua partisipan menunjukkan bahwa SD Manchester menggunakan pendekatan tematik dan saintifik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan semacam ini pernah mereka lakukan pada kurikulum sebelumnya, mereka menggunakan PPR yang dinilai hampir sama dengan pendekatan saintifik. Dalam observasi dan praktek mengajar yang peneliti lakukan, peneliti juga menggunakan pendekatan tematik dan saintifik setiap mengajar. Buku guru dan buku siswa pada pembelajaran Kurikulum 2013 Pemerintah menyediakan buku guru dan buku siswa dalam penerapan Kurikulum 2013, hal itu sudah diatur dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Perangkat pembelajaran Kurikulum 2013
dan
proses
pembelajaran
149
Permendiknas. Hasil observasi menunjukkan semua guru menggunakan buku yang disediakan dalam proses pembelajaran. Dari wawancara yang telah dilakukan, semua partisipan mengungkapkan bahwa buku yang disediakan membantu proses pembelajaran, tetapi memang masih ada beberapa kekurangan misalnya materi yang ada dibuku guru dan buku siswa hampir sama, konteks materi yang tidak sesuai dengan sekolah, salah cetak. pada Dalam Permendiknas tertulis tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses adalah perencanaan pembelajaran, diwujudkan dengan penyusunan RPP. Pengembangan RPP di SD Manchester dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pengembangan RPP dilakukan secara berkelompok melalui MGMP antar wilayah, Sleman Timur, Sleman Barat, Kota, Gunung Kidul. Selain itu RPP juga dikembangkan dengan kerjasama antar guru paralel, karena SD Manchester terdiri dari 3 kelas paralel. Dari hasil observasi, tidak setiap hari guru membuat RPP tetapi mereka membuat RPH yang berisi langkah-langkah pembelajaran pada buku kerja masingmasing. Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran, dalam permendiknas tertulis bahwa setiap pembelajaran mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan ini dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik. Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Namun tidak semua materi dapat dilakukan menggunakan pendekatan saintifik, semua disesuaikan dengan materi yang diajarkan saat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
itu. Tahap ketiga adalah penilaian, Permendiknas menjelaskan bahwa penilaian Otentik adalah pendekatan, prosedur, dan instrumen penilaian proses dan capaian pembelajaran peserta didik dalam penerapan sikap spiritual dan sikap sosial, penguasaan pengetahuan, dan penguasaan keterampilan yang diperolehnya dalam bentuk pelaksanaan tugas perilaku nyata atau perilaku dengan tingkat kemiripan dengan dunia nyata, atau kemandirian belajar. Hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap pembelajaran guru menilai tidak hanya kognitifnya saja, tetapi juga psikomotor dan afektifnya. Mereka juga mengungkapkan bahwa buku guru tidak memberikan panduan yang jelas tentang penilaian sehingga mereka menggunakan buku Bupena sebagai pendukung.
150
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1.7 Contoh Bagan Analisis Data Catatan Lapangan
Organisasi data
Peneliti mengadakan penelitian dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari wawancara dan observasi tentang pembelajaran Kurikulum 2013 kemudian diubah menjadi transkripsi.
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, baik dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti mengkategorikan atau mentemakan apa yang menjadi temuan peneliti dari hasil pengumpulan data. Peneliti menemukan persepsi dan upaya positif dari guru tentang penerapan pembelajaran kurikulum 2013.
Penarikan Kesimpulan Analisis dan Interpretasi Hasil yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah munculnya persepsi positif tentang rancangan kurikulum 2013 dari pemerintah. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa secara teoritis kurikulum 2013 akan sangat efektif diterapkan, tetapi praktek di lapangan masih ada beberapa aspek yang rancu terkait buku ajar dan penilaian.
151
Peneliti menyimpulkan bahwa guru memahami secara teori maupun praktek tentang penerapan pembelajaran kurikulum 2013. Tetapi tuntutan dan pemahaman yang diberikan dari pemerintah membuat guru terkadang kesulitan dalam praktek di lapangan. Pelatihan guru yang kurang mendalam dan terkesan tergesa-gesa membuat penerapan kurikulum menjadi kurang efektif. Sehingga muncul berbagai persepsi terkait pelaksanaan pembelajaran. Berbagai upaya untuk mendukung penerapan kurikulum 2013 juga sudah dilakukan para guru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
RIWAYAT PENELITI
Oktaviani Chandra Dewi, lahir di Karanganyar, pada tanggal 17 Oktober 1993. Bertempat tinggal di Nglambang Rt.02/10, Jumapolo, Karanganyar. Peneliti menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1999 hingga tahun 2005 di SDN 03 Jumapolo. Kemudian peneliti melanjutakan ke jenjang menengah pertama pada tahun 2005 hingga tahun 2008 di SMP N 1 Jumapolo. Setelah lulus SMP, peneliti melanjutkan pendidikannya di SMA N Jumapolo pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Setelah lulus SMA peneliti memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dibangku kuliah. peneliti terdaftar sebagai mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, peneliti aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan kampus. Berikut adalah daftar kegiatan yang pernah peneliti ikuti selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:
No 1.
Jenis kegiatan Seminar Umum
Nama Kegiatan
Peran
Seminar Teori Belajar dan Pembelajaran (2011)
Peserta
Seminar public lecture on teaching multiculturalism to young people: Learning from post-war german experience
Peserta
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(2013) 2.
3.
Kuliah umum
Workshop, Pelatihan dan Lokakarya
English Club
Peserta
Weekend Moral
Peserta
Studium generale Family Problems and Children`s Motivation to Learn (2014)
Peserta
Kuliah umum: Learning from the past for a better future: we and the 1965 tragedy (2013)
Peserta
Pelatihan "Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar” (KMD)
Peserta
Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II
Peserta
Workshop Montessori
Peserta
Workshop Bioscience Pembuatan Awetan Tumbuhan dan Binatang
Peserta