PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Santri Ferbistina Dor NIM: 071124035
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus & Bunda Maria, Orangtuaku (Isidorus Rihi Manno & Ibu Dorkas Ndakunau), adik-adikku, Kekasihku (Arnoldus Dodi Misa) Pengurus Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, para OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan kurangnya pemahaman kaum muda mengenai makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam membangun keluarga Kritiani yang ideal. Kaum muda, yang kurang memahami makna pacaran, dapat mengalami berbagai masalah misalnya, seks bebas, hamil di luar nikah, menikah terlalu dini, dll. Hal ini membawa dampak negatif bagi masa depan pasangan muda dan keluarga yang bersangkutan dan masyarakat. Berdasarkan keprihatinan-keprihatinan diatas, penulis melalui penelitian di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, ingin memberi wacana dan informasi tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sehingga memperoleh gambaran kaum muda Katolik yang sedang berpacaran dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi beserta upaya kaum muda dalam memahami makna pacaran dan gambaran mengenai keluarga kristiani yang ideal. Berpacaran merupakan tahap sebelum bertunangan. Pacaran adalah usaha untuk memadukan dua pribadi yang berbeda agar terjadi saling kesinambungan, kecocokan, dan keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku dan keseluruhan hidup. Berpacaran tidak hanya sekedar saling berhubungan, saling berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan saling membantu. Dengan begitu pasangan muda yang sedang berpacaran sungguhsungguh dan serius dalam menjalani relasi pacaran, sehingga berpacaran mempunyai arah dan tujuan yang jelas untuk membangun keluarga Kristiani yang ideal. Usulan program katekese dengan tema umum pacaran sebagai persiapan perkawinan dan tema satunya makna cinta yang sejati. Dari tema satu yang dibuat dalam satuan pendampingan. Dalam rangka ini kaum muda membutuhkan pendampingan, melalui katekese sebagai upaya untuk membantu OMK Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur untuk menjalin relasi pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is “UNDERSTANDING THE MEANING OF HEALTHY AND RESPONSIBLE COURTSHIP THROUGH CATECHESIS AMONG CATHOLIC YOUTH OF SAINT FRANCIS XAVIER, KAMBANIRU, PARISH OF THE REEDEMER, WAINGAPU, EAST SUMBA”. The title is chosen based on the writer’s concern of the lack of understanding among youth about healthy and responsible courtship in setting up ideal Christian family. Youth, who have minimum knowledge about courtship, may experience some problems such as free sex, unwanted pregnancy, early marriage and so on. These problems bring negative effect toward young couple and their family as well as their community. Based on the mentioned concern, the writer, through research in Saint Francis Xavier, Kambaniru, Parish of The Reedemer, Waingapu, East Sumba, wants to share the discourse and information about the healthy and responsible courtship. It obtains images of Catholic youth with courtship and their problem, along with the effort to understand the meaning of courtship and images of ideal Christian family. According to the concern above, writer, through research in Saint Francis Xavier, Kambaniru, Parish of The Reedemer, Waingapu, East Sumba, want to share discourse and information about the healthy and responsible courtship. It obtains images of Catholic youth with courtship and their problem, along with the effort to understand the meaning of courtship and images of ideal Christian family. Courtship is a stage before engagement. Courtship is an effort to bind two different persons to obtain continuity, congeniality of heart, mind and desire, aspiration, behavior and the whole life. Courtship is not merely a relationship, interaction, sharing of feeling and thought, or supporting and helping. Therefore, young couple with serious and truly courtship can have the same direction to reach their goal to have an ideal Christian family. The writer proposes Catechesis program with courtship as a preparation for marriage as its main theme and the meaning of true love as the secondary theme. To realize this program, the youth needs mentoring, through Catechesis as an effort to help OMK of Saint Francis Xavier, Kambaniru, Parish of The Redeemer, Waingapu, East Sumba to have healthy and responsible courtship.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian kepada Tuhan karena keagungan cinta-Nya yang telah penulis terima, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “MEMAHAMI
MAKNA
PACARAN
YANG
SEHAT
DAN
BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”. Penulisan skripsi ini sungguh telah menyerap perhatian, dorongan serta bantuan dari orang-orang yang sungguh memiliki cinta. Oleh karena ini, secara istimewa penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen pembimbing utama, yang selalu memberi perhatian sepenuhnya dalam mendampingi penulisan skripsi ini, dan dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji kedua sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik, yang juga dengan sabar dan ketulusan hati telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji ketiga, yang dengan penuh kesabaran mendampingi penulis terutama dalam proses penulisan dalam skripsi ini. 5. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma, yang secara tidak langsung selalu memberikan semangat kepada penulis. 6. Bapak Baru Gaspar selaku ketua Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberi dukungan sepenuhnya demi pemahaman OMK (Orang Muda Katolik) akan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. 7. Keluarga tercinta: Bapak Isidorus Rihi Manno, Ibu Dorkas Ndakunau, adikadik tercinta Theresia Vebriyanti Derita Dor, Imelda Tamu Ina Dor, Alfredus Saputra Dor, Donatianus Dwiputra Dor, & Bruno Aditya Dor, yang selalu dengan ketulusan hati mendoakan dan memberikan dukungan sepenuhnya bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. 8. Kekasihku (Arnoldus Dodi Misa), yang telah dengan setia mendampingi penulis, dengan saran, perhatian serta cinta kasih yang selalu menguatkan selama menyelesaikan penulisan skripsi ini. 9. Teman-teman OMK (Orang Muda Katolik) Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, yang telah membantu penulis dalam penelitian. 10. Teman-teman angkatan 2007, angkatan 2009 dan lintas angkatan yang telah mendukung dan berdinamika bersama dalam suka dan duka sehingga menciptakan keluarga besar IPPAK yang penuh dengan persaudaraan. xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
viii
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...............................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................
xviii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
3
C. Pembatasan Masalah...................................................................
4
D. Rumusan Masalah.......................................................................
4
E. Tujuan Penulisan ........................................................................
4
F. Manfaat Penulisan ......................................................................
5
G. Metode Penulisan .......................................................................
6
H. Sistematika Penulisan .................................................................
6
BAB II. MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB BAGI KAUM MUDA MENUJU KELUARGA KRISTIANI YANG IDEAL…………
8
A. Pengertian Kaum Muda ..............................................................
8
1. Kaum Muda ...........................................................................
8
2. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda ...................................
11
3. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda Katolik ......................
13
B. Jenis-jenis Pacaran ...................................................................... xiii
15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Tahap-tahap Pacaran...................................................................
16
1. Tahap Perkenalan ...................................................................
17
2. Tahap Penjajakan ...................................................................
17
3. Tahap Pendekatan ..................................................................
18
4. Tahap Kesepakatan ................................................................
18
D. Tujuan Pacaran ...........................................................................
19
1. Ikatan Keintiman....................................................................
20
2. Ikatan Perhatian .....................................................................
20
3. Ikatan Kepercayaan................................................................
21
4. Ikatan Ketertarikan ................................................................
21
5. Ikatan Persahabatan ...............................................................
21
6. Ikatan Pengambilan Keputusan Bersama ..............................
22
E. Cinta dan Seksualitas Kaum Muda .............................................
22
1. Pengertian Cinta............. ........................................................
22
2. Cinta Agape, Philia, Storge, Eros dan Ephytymia .................
23
3. Cinta yang Dewasa ................................................................
24
a. Menerima Secara Utuh......................................................
25
b. Cinta Memperlakukan yang Lain sebagai Seorang Pribadi ...............................................................................
25
c. Saling Membagi Rasa .......................................................
26
d. Menaruh Percaya...............................................................
26
e. Senang Bersama-sama ......................................................
26
f. Cinta Memberi Hidup .......................................................
27
g. Wajar dan Kreatif ..............................................................
27
F. Pengertian Seksualitas ................................................................
27
1. Pengertian Seksualitas ...........................................................
27
2. Seksualitas Kaum Muda ........................................................
29
a. Secara Biologis..................................................................
29
1) Pria................................................................................
29
2) Wanita ..........................................................................
30
b. Secara psikologis...............................................................
30
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1) Pria................................................................................
30
2) Wanita ..........................................................................
31
3. Moral Seksualitas ...................................................................
31
G. Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal ...................................................................................
32
1. Pengertian Keluarga pada Umumnya. ...................................
33
2. Pengertian Keluarga menurut Gereja Katolik .......................
34
a. Pengertian Keluarga menurut Kitab Suci..........................
34
1) Pengertian Keluarga menurut Kitab Kejadian 2 : 24 ...
34
2) Pengertian Keluarga menurut Injil Markus ..................
34
b. Pengertian Keluarga menurut Gaudium et Spes................
35
c. Pengertian Keluarga menurut Familiaris Consortio .........
36
3. Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal ...............................................................................
36
BAB III. SITUASI ORANG MUDA KATOLIK (OMK) LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR ..........................................................................
38
A. Gambaran Situasi Orang Muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur ..............................................................
39
1. Pembagian Basis ....................................................................
41
2. Jumlah Umat ..........................................................................
41
B. Penelitian Mengenai Pemahaman Makna Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab di Kalangan OMK Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur .........................
42
1. Metodologi Penelitian ............................................................
42
a) Tujuan Penelitian ..............................................................
42
b) Manfaat Penelitian ............................................................
43
c) Metode Penelitian .............................................................
44
d) Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................
44
e) Responden Penelitian ........................................................
44
f) Instrumen Penelitian .........................................................
45
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
g) Variabel Penelitian ............................................................
45
2. Laporan Hasil Penelitian ........................................................
46
a. Identitas Responden ..........................................................
46
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan Beranggung Jawab ............................................................
47
c. Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi oleh Kaum Muda ...............................................................
48
d. Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal ......................
50
3. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................
53
a. Identitas Responden ..........................................................
53
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab ...........................................................
54
c. Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi oleh Kaum Muda ...............................................................
56
d. Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal ...........................................
58
4. Rangkuman Penelitian ...........................................................
60
5. Keterbatasan Penelitian..........................................................
63
BAB IV. MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE ..............
64
A. Pengertian dan Peranan Katekese Bagi Kehidupan Iman Kaum Muda .......................................................................
65
1. Pengertian Katekese bagi Kehidupan Iman Kaum Muda ......
65
2. Peranan Katekese bagi Pembinaan Iman Kaum Muda ..........
67
B. Tujuan Katekese .........................................................................
68
C. Ciri Khas Katekese .....................................................................
70
D. Katekese Bagi Kaum Muda dalam Masa Pacaran ......................
70
E. Usulan Program Pendampingan bagi Orang Muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius untuk Memahami Makna Pacaran Melalui Katekese ..............................................
76
1. Latar Belakang Program .........................................................
77
2. Alasan Diadakannya Program Katekese Kaum Muda ........... xvi
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Tujuan Program ......................................................................
78
4. Gambaran Program .................................................................
79
5. Uraian Tema dan Tujuan ........................................................
79
6. Penjabaran Program Pendampingan .......................................
81
F. Contoh Satuan Pendampingan bagi Kaum Muda Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur............................................................
85
BAB V. PENUTUP.....................................................................................
94
A. Kesimpulan .................................................................................
94
B. Saran ...........................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
97
LAMPIRAN ................................................................................................
100
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki........................................
(1)
Lampiran 2: Kuesioner untuk Orang Muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus Waingapu, Sumba Timur ........... Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian yang Telah Diisi oleh Responden ..........................................................
(2)
xvii
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AG
: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan missioner Gereja, 7 Desember 1965.
CT
: Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese, 16 Oktober 1979.
EN
: Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern, 8 Desember 1975.
FC
: Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Imam-imam dan umat beriman seluruh Gereja Katolik tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22 November 1981.
GS
: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
C. Singkatan Lain Art
: Artikel
Bdk
: Bandingkan
Hal
: Halaman
IPPAK
: Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KK
: Kepala Keluarga
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
No
: Nomor
OMK
: Orang Muda Katolik
SD
: Sekolah Dasar
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
Sms
: Short Message Service
St
: Santo
TK
: Taman Kanak-kanak
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia mengalami proses yang panjang, mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, kaun muda, dewasa sampai lanjut usia. Dalam proses tersebut masa muda merupakan masa yang penting karena pada masa itulah manusia mengalami perkembangan yang kompleks. Perkembangan yang dialami oleh manusia pada masa muda meliputi perkembangan fisik, emosional, perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan iman. Masa muda juga dikenal dengan masa pencarian identitas diri. reaksireaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa muda dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya (Hurlock, 1990: 208). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri (Santrock, 2007: 6). Dalam menentukan nasibnya, kaum muda sering mengalami kebimbangan untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Kaum muda perlu dibantu untuk menentukan tindakan yang harus mereka lakukan. Kaum muda juga memiliki daya imajinasi dan fantasi yang tinggi dan cenderung tidak realistik. Daya imajinasi dan fantasi pada kaum muda membuatnya menjadi kreatif jika ia dapat menyalurkannya dan bermanfaat bagi dirinya. Namun jika ia tidak dapat menyalurkan dan tidak mendapatkan pengarahan, daya imajinasi dan fantasi tersebut dapat menjadi masalah pada kaum muda karena kecenderungan tidak realistik. Kaum muda perlu dibantu dalam menyalurkan daya imajinasi dan fantasinya ke dalam situasi hidup konkret.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Pada umumnya kaum muda belum dapat memahami dan menerima diri. Banyak kaum muda yang tidak dapat mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga mereka tidak dapat menerima diri dan tidak dapat mengembangkan diri. Kaum muda juga kadangkala belum dapat membangun relasi yang baik dengan sesama, belum dapat menganalisis permasalahan yang kerap menghampiri dirinya dan juga belum dapat menentukan arah dan tujuan hidup yang pasti. Tidak hanya itu banyak kaum muda yang belum dapat mengembangkan keterampilan dan kecakapan yang ada dalam dirinya dan belum dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Masa muda adalah saat terjadinya proses peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa, suatu masa yang paling menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral, spiritual, dan fisik. Tak jarang pada masa seperti mereka ini mengalami kebimbangan atau kebingungan, karena belum memiliki kemandirian dalam menentukan sikap. Demikian juga mereka belum menyadari sepenuhnya mengenai peranannya sehubungan dengan perkembangan dan kemajuan negara, masyarakat dan Gereja. Mengingat betapa pentingnya peranan kaum muda bagi Gereja, Bapa Suci Yohanes Paulus II, meminta perhatian khusus kepada pengemban karya katekese untuk memperhatikan kaum muda. Pernyataan ini antara lain terungkap dalam amanat apostoliknya pada Catechesi Tradendae, art. 35, 39, 66. Demi terwujudnya peranan tersebut perlu ada usaha untuk mengarahkan membimbing mereka kearah yang positif demi menyongsong masa depan. Kaum muda memiliki banyak kesempatan dan pilihan untuk mencapai cita-citanya, terlebih di dalam menentukan panggilan hidupnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Tuhan memanggil pria dan wanita untuk mengabdi-Nya, melalui panggilan hidup membiara ataupun panggilan hidup untuk berkeluarga. Hidup berkeluarga adalah suatu pilihan hidup, dimana pria dan wanita bersepakat membangun persekutuan hidup. Persekutuan ini terjalin antara pria dan wanita, atas dasar rasa kasih sayang, mulai dari masa perkenalan melalui masa-masa berteman, pacaran, dan pertunangan sampai pada masa perkawinan untuk membangun keluarga berdasarkan prinsip ajaran kristiani. Dalam usaha terus-menerus yang tepat dan menyentuh hati kaum muda. Agar usaha tersebut menjadi konkret dan dapat dipraktikkan, maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul: “MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN
SANTO
FRANSISKUS
XAVERIUS,
KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”.
B. Identifikasi Masalah Masalah yang dialami dan dihadapi oleh kaum muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur antara lain: rendahnya pengetahuan akan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga Kristiani yang ideal. Permasalahan-permasalahan atau kerawanan-kerawanan yang muncul dan terjadi pada masa pacaran. Kesadaran OMK pada tahap pacaran sampai pada tahap perkawinan untuk membangun keluarga kristiani yang ideal. Bagaimana relasi pacaran memiliki orientasi untuk membangun keluarga kristiani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
C. Batasan Masalah Mengingat luasnya topik, terbatasnya waktu, biaya, jarak yang cukup jauh dan berbagai keterbatasan yang ada, penulis membatasi permasalahan ini pada
“MEMAHAMI
MAKNA
PACARAN
YANG
SEHAT
DAN
BERTANGGUNG JAWAB DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN
SANTO
FRANSISKUS
XAVERIUS,
KAMBANIRU,
PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR”.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan persoalan yang akan dibahas antara lain adalah: 1. Sejauh mana pandangan kaum muda tentang makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga Kristiani yang ideal? 2. Sejauh mana situasi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur? 3. Sejauh mana OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur?
E. Tujuan Penulisan 1. Untuk membantu orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga Kristiani yang ideal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
2. Untuk mengetahui sejauh mana situasi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. 3. Untuk memaparkan peranan katekese dalam memahami makna pacaran bagi OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, memahami makna pacaran melalui katekese. 4. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Sarjana Stata I di IPPAK USD Yogyakarta.
F. Manfaat Penulisan Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, maka penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi OMK untuk memacu OMK dalam usaha memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. 2. Para pembaca belajar serta menambah pengetahuan sehubungan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. 3. Bahan refleksi dan permenungan bagi penulis sendiri sebagai calon katekis maupun pendidik dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan di IPPAK dan menghayati tugas perutusan sebagai seorang pelaku Sabda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
G. Metode Penulisan Metode penulisan skripsi ini adalah metode analisi deskriptif yang memaparkan dan menganalisa permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode deskriptif dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003: 157). Untuk mendapatkan data-data mengenai permasalahan penulis mengadakan penelitian di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, yang berhubungan dengan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan orang muda Katolik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yakni pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian penulis deskripsikan ke dalam suatu bentuk laporan disertai analisisnya. Penulis melakukan analisis dengan memanfaatkan hasil studi pustaka, khususnya dari sumber-sumber yang relevan dengan penulisan skripsi. Hasil studi pustaka juga dipakai penulis untuk pendasaran keseluruhan pemikiran skripsi ini.
H. Sistematika Penulisan Tulisan ini mengambil judul “MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI KATEKESE DI KALANGAN ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR.” Tulisan ini dikembangkan dalam 5 bab. Bab I adalah pendahuluan. Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, identifikasi masalahan, pembatasan masalah,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan. Bab II bicara tentang makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga kristiani yang ideal. Bab ini mendiskripsikan tentang arti dan makna pacaran, tujuan pacaran, cinta dan seksualitas kaum muda dan pacaran dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal. Bab III bicara tentang situasi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus, Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Isi dari bab ini adalah situasi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Isi dari bab ini juga tentang perencanaan dan penelitian di Lingkungan St. Fransiskus, Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Hal-hal yang akan dibahas anatara lain seputar situasi yang terjadi dan hal itu berkaitan dengan orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur tersebut, hasil penelitian dan analisi. Bab IV bicara tentang memahami makna pacaran melalui katekese. Pada bagian ini akan menguraikan pengertian dan peranan katekese bagi kehidupan iman kaum muda, isi dan tujuan katekese, ciri khas katekese dan katekese bagi kaum muda dalam masa pacaran. Selanjutnya akan dibahas usulan program pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur dan contoh satuan pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Bab V merupakan Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
BAB II MAKNA PACARAN YANG SEHAT DAN BERTANGGUNG JAWAB BAGI KAUM MUDA MENUJU KELUARGA KRISTIANI YANG IDEAL
Berpacaran merupakan tahap sebelum bertunangan. Pacaran adalah usaha untuk memadukan dua pribadi yang berbeda, agar terjadi saling kesinambungan, kecocokan, dan keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku, kerja dan keseluruhan hidup. Dengan modal saling sesuai dan cocok itu, pasangan pacar dapat saling memahami, menerima, mendukung dan membantu dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, serta mengatasi kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang mereka jumpai. Pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk menjadi tunangan (Pusat Bahasa, 2003:806). Berpacaran tidak hanya sekedar saling berhubungan, saling berinteraksi, saling berbagi rasa dan pemikiran, atau saling mendukung dan saling membantu. Kita berhubungan dengan pacar dengan harapan dan maksud untuk membangun keluarga dan menjadi suami istri. Pria dan wanita mengalami jatuh cinta secara tiba-tiba, di mana saja dan kapan saja. Jika merasa cocok dan mantap, hubungan ditingkatkan menjadi pacar, lalu bertunangan dan pada akhirnya berkeluarga dengan saling mengikatkan diri melalui sumpah atau janji perkawinan.
A. Pengertian Kaum Muda 1. Kaum Muda Yang disebut kaum muda adalah mereka yang berusia antara 13 sampai 30 tahun dan belum menikah. Secara pribadi yang sedang berkembang mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
memiliki ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan, kualitas, bakat, dan minat. Mereka mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai, dan pengalaman tertentu, masalah, kebutuhan, hak dan kewajiban serta peranan sendiri. Semua itu merupakan potensi untuk dikembangkan sehingga kaum muda dapat berperan dalam kehidupan Gereja, masyarakat dan Negara (Komisi Kepemudaan KWI, 1993: 8-9). Istilah kaum muda dapat menimbulkan bermacam-macam pengertian, tergantung dari sudut peninjaunya. Dalam pandangan sosiologi, kaum muda merupakan kelompok orang yang mempunyai kedudukan dan peran tertentu sebagai kelompok yang sedang belajar menemukan tempatnya di dalam masyarakat. Sebagai pribadi konkret yang unik dengan kedudukan tertentu ini, kaum muda membutuhkan pengakuan dari masyarakat bahwa dirinya sanggup mengakui, memilih, serta mengintegrasikan bakat, sikap, dan kemahirannya sendiri. Mereka sudah bukan lagi anak-anak yang senantiasa membutuhkan perlindungan orang tua, namun mereka juga belum dapat untuk mandiri. Dari sudut pandang psikologi, kaum muda merupakan kelompok orang yang berada dalam masa transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam masyarakat Indonesia, istilah kaum muda dan remaja sulit untuk dibedakan, tetapi para ahli psikolog pada umumnya menggolongkan masa muda dalam 2 (dua) periode, yaitu: periode pubertas dan periode adolescentia. Masa pubertas mencakup usia 12-16 tahun, sedangkan masa adolescentia mencakup usia 17-22 tahun. Pada tahap pubertas masa perkembangan seseorang ditandai oleh perubahan dalam hubungan dengan masyarakat atau lingkungan hidup yang lebih luas. Dalam masyarakat mereka berusaha menemukan tempat dan menyesuaikan diri secara lebih tepat (Purwa Hadiwardoyo, 1990: ).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Pada dasarnya pandangan psikologis dan sosiologi mengenai kaum muda mempunyai kaitan erat dan saling melengkapi. Psikologi menekankan perkembangan psikis sedang sosiologi menekankan kedudukan dan peran sosial kaum muda dalam masyarakat. Tetapi keduanya menunjukkan tempat kaum muda dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian kaum muda dapat dimengerti sebagai kelompok orang yang berbeda dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, baik secara psikologi maupun sosiologi. Orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur juga termasuk kategori sebagai orang muda. Sebagai orang muda mereka juga mengalami masa perubahan yang sangat fundamental dalam bidang moralitas. Ketika memasuki usia muda mereka tidak lagi begitu saja menerima kode moral dari orang tua, guru, bahkan temanteman sebaya. Kaum muda mengalami perubahan pandangan moral individu yang semakin lama menjadi lebih abstrak dan kurang konkrit, keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong kaum muda lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dibandingkan masa kanak-kanak (Hurlock, 2005: 225). Oleh karena itu dalam pembinaan kaum muda sifat-sifat dan ciri khas mereka
harus
dihargai
dan
diperhitungkan.
Hendaknya
mereka
diberi
kemungkinan, kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab sebagai subyek dan pelaku bina diri dan saling bina. Sebagai anggota Gereja yang berusia muda di paroki-paroki, mereka adalah warga Orang Muda Katolik (OMK), yang serentak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
juga dapat menjadi anggota pelbagai wadah/ organisasi/ gerakan kategorial sesuai minat, bakat dan keinginan hatinya (Komisi Kepemudaan KWI, 1993: 8-9). Dalam topik ini penulis akan membahas mengenai pengertian kaum muda yang dideskripsikan dalam beberapa bagian yaitu siapa saja yang disebut kaum muda dan siapa saja yang disebut kaum muda Katolik yang dipaparkan oleh beberapa tokoh.
2. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda Untuk mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda kita perlu melihat kembali pengertian dari kaum muda itu sendiri. Deskripsi mengenai kaum muda sangat beragam. Pendapat dari tokoh-tokoh dan dari Kamus Bahasa Indonesia lebih jelas mendeskripsikan arti dari kaum muda tersebut. Melalui deskripsi tersebut kita dapat mengetahui siapa saja yang disebut kaum muda. Deskripsi tersebut antara lain: Kamus Besar Bahasa Indonesia (Powadarminta, 1982: 397.594) mengatakan bahwa kaum muda terdiri dari dua kata yaitu “Kaum” dan “Muda”. Kaum berarti golongan orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, sedangkan muda berarti belum sampai setengah umur. Maka kaum muda adalah orang yang sekerja, sepaham, namun belum sampai setengah umur. Deskripsi mengenai kaum muda diuraikan oleh Tangdilintin (1984: 5) dalam buku Pembinaan Generasi Muda: Visi dan Latihan, yang mengutip tulisan dr. J. Riberu dengan memakai istilah “muda-mudi”, sebagai berikut: Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (± 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Ditinjau dari segi sosiologis, sering kali patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
unsur status sosial seseorang dalam masyarakat tertentu. Status sosial yang dimaksudkan adalah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial ini seiring sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah dan status sosial berkeluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap sudah dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut tetapi masih dianggap muda-mudi. Seperti yang dipaparkan oleh Tangdilintin (1984: 5) bahwa kaum muda itu digolongkan dari 2 segi yaitu: segi umur dan segi sosiologis. Pada segi umur dikatakan bahwa yang disebut kaum muda adalah semua orang yang berumur dibawah umur 24 tahun dan bisa dikatakan masih berstatus bersekolah atau kuliah. Pada segi sosiologis kaum muda dilihat tidak hanya dari umur dan status pendidikannya tetapi lebih melihat dari status sosialnya. Status sosial yang dimaksud adalah di mana seseorang dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan yang ia tempati dan melaksanakan hak serta kewajibannya dalam masyarakat dan keluarga. Hal tersebut tidak terbatas oleh umur, bila seseorang sudah berkeluarga dan bekerja, mereka tidak bisa digolongkan sebagai mudamudi. Mereka sudah memiliki tanggung jawab dalam status sosial yang berbeda dan bisa dikatakan sudah dewasa meskipun usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi. Tetapi sebaliknya bila orang yang sudah dewasa dalam segi umurnya, namun belum dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam masyarakat, mereka masih dikatakan muda-mudi. Shelton mengatakan bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia antara 15-24 tahun dan sedang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial, moral, serta religius (Shelton, 1987: 64). Mangunharjana berpendapat bahwa istilah kaum muda dipergunakan untuk menunjuk kaum,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
golongan atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda adalah mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 24 tahun atau usia muda-mudi yang masih berstatus sebagai siswa SMA dan berstatus sebagai mahasiswa (Mangunharjana, 1986: 11-12). Memberi batasan kepada kaum muda memang sulit karena perlu memperhatikan berbagai segi di antaranya segi psikologis, sosiologis dan biologis. Kaum muda harus dilihat sebagai pribadi yang sedang berada dalam taraf tertentu yaitu dalam perkembangan hidup seorang manusia (Tangdilintin, 1984: 6).
3. Siapa Saja yang Disebut Kaum Muda Katolik Pada bagian pertama telah dijabarkan deskripsi mengenai siapa saja yang disebut kaum muda pendapat para pakar-pakar dalam bidangnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai siapa saja yang disebut kaum muda Katolik. Seperti halnya pada bagian sebelumnya, pada bagian ini juga akan dijabarkan lebih jelas siapa saja yang disebut kaum muda Katolik (OMK). Deskripsi tersebut diambil dari pendapat dan pandangan dari beberapa pakar, yang antara lain sebagai berikut: Kaum Muda Katolik (OMK) yaitu warga Gereja Katolik usia tingkat SMA dan Perguruan Tinggi yang belum menikah (Suhardiyanto, 1998: 387). Seperti yang dipaparkan pada kutipan di atas bahwa kaum muda itu terdiri dari berbagai umur dan tingkat pendidikan yang berbeda dan belum menikah. Mereka menjadi warga Gereja karena telah disahkan secara resmi melalui sakramen-sakramen yang telah diterimanya. Gereja menyebut orang muda Katolik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
dengan OMK (Orang Muda Katolik). OMK adalah organisasi di mana para kaum muda melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Gereja yang mendapatkan pembinaan dari Pastor, tokoh-tokoh orang muda maupun Dewan Paroki. Umat lebih familiar memanggil orang muda Katolik dengan sebutan OMK. Kaum muda Katolik (OMK) adalah mereka para kaum muda yang aktif dalam kegiatan Gereja. Kaum muda Katolik atau yang sering disebut OMK harus sejak dini disadarkan bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang bermartabat karena diciptakan Allah sesuai dengan citra-Nya (Kej 1:27). Mereka memiliki panggilan dasar untuk menjaga hidup dan berperilaku sebagai citra Allah, dan semakin mendekati citra Allah itu. Untuk mendekati citra Allah itu kaum muda hendaknya mampu mengenali diri dan menerima diri sebagaimana adanya. Kesadaran diri itulah yang akan melandasi kaum muda untuk membangun harga diri dan percaya kepada dirinya. Dengan dasar harga diri dan percaya diri yang dimiliki itulah maka kepribadian yang menyangkut kejujuran, sikap adil, bertanggung jawab, disiplin dan solider akan berkembang seperti pada kutipan berikut: OMK itu adalah kaum muda Katolik yang mengenal diri dan percaya diri sebagai citra Allah, berwatak jujur, adil, bertanggung jawab, terbuka, disiplin, solider, beriman kokoh-kritis dengan spiritualitas martyria, mau dan mampu berperan aktif dalam hidup menggereja, serta mengemban misi sosial membangun keadaban publik (Tangdilintin 2008: 62). Pada kutipan di atas kaum muda sungguh diharapkan dapat bertanggung jawab akan perannya sebagai orang muda Katolik. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan Gereja, melalui keterlibatannya dalam hidup menggereja. Kaum muda juga harus beriman secara kokoh dan menyadari bahwa dirinya adalah citra Allah yang memiliki sikap-sikap baik dan sesuai dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
kehendak Allah. Sikap-sikap baik misalnya terbuka terhadap lingkungan sekitar dengan melihat akan tanggung jawab dan perannya terhadap Gereja maupun masyarakat.
B. Jenis-jenis Pacaran Berkat makin kuatnya hubungan dasar, pasangan pacar bersedia untuk saling menukar nilai hidup yang dipegang masing-masing. Dengan kesediaan pasangan pacar untuk saling berubah, tenggang rasa, dan bertukar nilai, ikatan hubungan antar pacar dapat semakin diperkuat. Maka dapat disadari bahwa dalam berpacaran, digolongkan dalam dua tipe yaitu self-fulfilment (untuk kepentingan, kepenuhan,
kesenangan,
kebutuhan,
pribadi/egoisme)
dan
self-serving
(memikirkan yang baik dan benar untuk pasangan). Orang muda Katolik yang sedang berpacaran perlu berefleksi tipe mana yang digunakan (Agus Hardjana, 2002: 79). 1. Pacaran ala tebu: habis manis sepah dibuang. Pacar yang tidak lagi menyenangkan, membosankan, tidak sesuai dengan harapan akan mudah diputus dan pasangan pacar mulai mencari seseorang yang dirasanya cocok. 2. Pacaran ala badak: pacaran yang selalu monoton, tak bervariasi, tanpa kesan, terlihat resmi. Apel secara rutin, tetapi tidak ada isinya, yang penting pacaran. Pacaran seperti ini yang membuat pasangan pacar tidak betah serta mencari pasangan lain yang diharapkan. 3. Pacaran ala mimi dan mintuna: pacaran sangat mengasyikkan dan mengesan dekat, akrab, selalu berdua, keberadaan fisik menjadi tekanan, sebagai bukti saling cinta. Hal ini menutup orang lain untuk menjalin persahabatan. Jenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
pacaran seperti ini yang menjadi permasalahan dalam berpacaran karena pasangan pacar akan meminta pacarnya untuk membuktikan cintanya kepada pasangan dengan melakukan hubungan seks. 4. Pacaran ala ayam: berperan sebagai play boy. Kalau sudah bosan akan mudah putus dan mencari lagi. Karena pandangan yang dipakai banyak teman atau kenalan akan makin berpengalaman. Tipe pacaran seperti ini tidak bisa dijadikan pedoman atau panutan dalam berpacaran 5. Pacaran ala malaikat: pacaran sangat suci. Hati-hati bertindak menyelidiki mengapa orang berpacaran, perginya selalu ke Gereja, anti bioskop, anti hurahura, bahkan terkadang anti kemesraan. Setia pada partner, kalem, tanpa konflik. Jenis pacaran ini, pada zaman modern seperti ini sudah jarang dilaksanakan oleh pasangan pacar. Hal ini menjadi sangat aneh bagi kaum muda dalam menjalin relasi pacaran. 6. Pacaran ala merpati: pacaran yang dewasa, mengandalkan pengertian dan kesetiaan. Cinta yang tulus, mau berkorban, saling bertanggung jawab dan tidak lepas dari kemesraan hingga dijadikan lambang perkawinan. Jenis pacaran ini menjadi dambaan setiap pasangan pacar dalam membangun keluarga Kristiani yang diharapkan.
C. Tahap-Tahap Pacaran Dalam proses pergaulan faktor jasmani ataupun rohani dapat menyebabkan pria dan wanita saling tertarik. Dengan saling tertarik itu belum berarti bahwa kedua jenis manusia itu langsung menjadi calon pacar, bahkan pacar. Untuk sampai ke dalam tahap pacaran ada tahap-tahap yang harus dilewati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
Menurut Agus Hardjana, (2002: 23-31), ada empat tahap dalam berpacaran: tahap perkenalan, tahap penjajakan, tahap pendekatan, tahap kesepakatan.
1. Tahap Perkenalan Tahap perkenalan adalah tahap dimana calon pacar berusaha saling mengenal satu sama lain. Bagi pria dan wanita yang sudah saling mengenal sebelumnya, proses saling mengenal itu berjalan lebih cepat. Para calon pacar yang merupakan mantan teman sekolah, mantan teman kuliah, teman dalam kegiatan atau organisasi, teman sekerja atau teman dalam kegiatan lingkungan keagamaan, pada umumnya sudah saling mengenal nama, alamat, pekerjaan, dan mungkin juga bakat atau hobi khusus. Saling berkenalan berarti saling mengetahui data-data, mula-mula lahir dan kemudian batin, maka perkenalan mengandaikan suatu proses panjang, sedikit demi sedikit dan berjalan secara alami. Perkenalan dasar ini harus dilalui oleh calon pasangan pacar yang belum saling mengenal sebelumnya. Perkenalan awal menjadi dasar dikembangkannya perkenalan yang lebih mendalam dan makin menyangkut batin (Agus Hardjana, 2002: 23).
2. Tahap Penjajakan Tahap perkenalan dilanjutkan dengan tahap penjajakan. Pada tahap ini calon pacar saling melihat tanda-tanda apakah mereka mau melangkah lebih lanjut dalam hubungan mereka. Tanda-tanda itu tampak pada perhatian yang saling mereka tunjukkan: misalnya, suka berkunjung, menelpon, mengirimi hadiah, menanyakan keadaan, dan semacamnya. Tanda-tanda itu sudah berarti ada sesuatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
dalam hubungan, tetapi belum cukup untuk dijadikan pijakan untuk menyatakan rasa cinta dengan kata: “Aku Cinta Padamu” dan mengajak untuk menjadi pacar. Tahap penjajakan masih merupakan tahap penggalian lebih lanjut tentang data yang sudah diperoleh dalam tahap perkenalan. Pada tahap penjajakan itu, calon pacar saling menggali lebih dalam mengenai bakat, kemampuan, kecakapan, sikap dan prinsip hidup masing-masing (Agus Hardjana, 2002: 25).
3. Tahap Pendekatan Tahap pendekatan merupakan tahan penentuan pilihan calon pacar, sebelum sampai pada tahap kesepakatan. Maka dalam tahap pendekatan ini sudah terfokus pada satu orang calon pacar. Pada tahap ini, calon pasangan pacar merasa saling mengenal, cocok, dan “nyaman” satu sama lain. Karena itu, frekuensi hubungan, pertemuan, komunikasi, dan janji sudah meningkat. Gejala-gejala yang menyertai tahap ini adalah perasaan saling kangen atau rindu, ingin bertemu, dekat, dan saling berada disamping masing-masing. Perasaan itu diungkapkan dengan saling menelpon, saling mau bertemu, saling mengirim pesan (sms), saling menulis surat dan saling berkirim tanda-tanda hubungan berupa pemberian sesuatu/bingkisan (Agus Hardjana, 2002: 27).
4. Tahap Kesepakatan Kesepakatan
pertama-tama
mengandung
kesediaan
untuk
saling
mengucapkan dan saling menerima menjadi pacar. Ini berarti bahwa hubungan mereka bukan lagi sekedar hubungan teman, bahkan sahabat, tetapi sebagai pacar, bahkan calon suami-istri. Dengan melalui tahap-tahap perkenalan, penjajakan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
pendekatan, dan kesepakatan itu, kedua calon pacar memasuki langkah-langkah menuju ke tahap berpacaran. Langkah-langkah itu membantu kedua calon pacar untuk membuat komitmen yang disadari dan disepakati bersama. Dengan saling penjajakan diharapkan kedua calon pacar dapat belajar tenggang rasa dan saling terbuka dengan suka rela tanpa ada unsur paksanaan dalam langkah menuju ke tahap pacaran (Agus Hardjana, 2002: 29).
D. Tujuan Pacaran Berpacaran merupakan tahap sebelum bertunangan. Tujuan tahap pacaran adalah agar pasangan mendapatkan kesempatan untuk saling mengenal lebih mendalam dan saling membina kecocokan. Usaha mengenal itu merupakan kelanjutan dari proses sebelumnya, dari tahap perkenalan sampai tahap pemantapan setelah melalui proses tersebut, harus disadari oleh kedua pihak bahwa hubungan yang sudah terjalin harus dijaga dengan baik (Agus Hardjana, 2002: 35). Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan. Dua manusia yang saling mengikat diri sebagai pasangan pacar, bermaksud untuk meningkatkan kebahagiaan mereka. Dalam hubungan cinta kebahagiaan itu ditingkatkan dengan cara saling memberi dan menerima yang tercermin dalam kata-kata, sentuhan, pelukan, ciuman, dan tindakan baik dan nyata yang saling membantu meringankan hidup dan memecahkan masalah. Dengan begitu hubungan pacar dapat semakin kokoh sebagai modal/bekal untuk membangun keluarga Kristiani yang ideal. Dengan cara saling memberi dan menerima, ikatan-ikatan pacar diperdalam dan diperkuat. Menurut Agus Hardjana (2002: 69-81). Ikatan-ikatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
itu meliputi: ikatan keintiman, ikatan perhatian, ikatan kepercayaan, ikatan ketertarikan, ikatan persahabatan, ikatan pengambilan keputusan bersama.
1. Ikatan Keintiman Ikatan keintiman adalah hubungan batin antara pasangan pacar. Pasangan pacar dapat saling memperkuat ikatan keintiman dengan saling memberi informasi tentang diri dan latar belakang masing-masing yang semakin hari semakin meluas dan mendalam, juga bisa dengan saling menerima ungkapan diri. Informasi itu bukan hanya meliputi hal-hal yang baik-baik saja, melainkan juga menyangkut hal-hal yang dinilai tidak baik. Hal tersebut disebabkan karena ada perasaan tidak enak dan malu, serta karena ada rasa takut, jangan-jangan dengan menerima informasi tentang dirinya yang sebenarnya, pacar akan menolaknya (Agus Hardjana, 2002: 69).
2. Ikatan Perhatian Pacar yang saling berhubungan cinta haruslah saling penuh perhatian. Karena pada hakikatnya, hubungan antar pacar terpusat pada hati. Perhatian itu saling diberikan dengan tulus dan penuh. Dasarnya adalah saling menghormati sebagai pribadi tersendiri yang unik dan tak ada duanya. Semasa pacaran berbagai bentuk ungkapan perhatian itu perlu saling dipelajari. Masing-masing pacar perlu mengusahakan agar ungkapan-ungkapan perhatian itu semakin hari semakin lengkap, semakin kaya, saling diterima, dan saling menyenangkan (Agus Hardjana, 2002: 70).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
3. Ikatan Kepercayaan Pasangan pacar dan hidup berkeluarga kelak tidak akan lestari dan bertahan serta berkembang jika tidak ada saling kepercayaan. Percaya adalah berpegang pada ketulusan dan keandalan orang lain. Kepercayaan antara pasangan pacar menyangkut saling penerimaan dan saling kesanggupan. Pasangan pacar yang saling percaya menyediakan kemungkinan agar pacar yang dipercaya dapat berkembang menjadi diri sendiri dan mampu berbuat hal-hal yang dianggap baik untuk kemajuan dan perkembangan dirinya (Agus Hardjana, 2002: 72).
4. Ikatan Ketertarikan Selama pacaran, pasangan perlu belajar bagaimana memberi ungkapan rasa tertarik dan rasa cinta fisik satu sama lain dengan cara saling menyenangkan dan dapat saling diterima. Dengan cara itu, ungkapan saling suka tidak hanya berhenti sebagai ucapan, melainkan juga mendapat ungkapan yang saling menyenangkan dan memuaskan, karena dengan diungkapkan, rasa tertarik secara fisik itu kelihatan dan terasa, dan dapat dinikmati dan dinilai betapa besarnya cinta mereka satu sama lain. Ketertarikan tidak hanya dari segi fisik saja, misal: tertarik karena warna kulit, bentuk tubuh, wajah dan lain-lain. Ketertarikan dari segi non fisik, misal: cara berpikir, karakter, hobi, sifat ataupun hati, akan semakin memperdalam relasi pasangan pacar (Agus Hardjana, 2002: 74).
5. Ikatan Persahabatan Dua orang sahabat adalah dua orang yang mempunyai selera, minat, hobi, dan suka melakukan kegiatan bersama. Pasangan pacar sebaiknya juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
merupakan pasangan sahabat, dengan saling bersahabat, secara nyata pasangan pacar di satu pihak dapat saling mengenal kesesuaian, kecocokan antar mereka, dan di pihak lain, saling tahu akan kesediaan mereka untuk saling berkorban. Demi menyesuaikan selera, minat, hobi dan kegiatan pasangan pacar perlu saling bersedia mengorbankan tenaga, waktu, saat istirahat, kesenangan sendiri, dan kesibukan (Agus Hardjana, 2002: 76).
6. Ikatan Pengambilan Keputusan Bersama Dalam berpacaran, pasangan pacar mengadakan kegiatan bersama. Untuk kegiatan itu pasangan mengambil keputusan bersama. Dalam pengambilan keputusan bersama, kesesuaian, kecocokan, dan saling mengalah diuji. Jika misalnya, selama berpacaran, pasangan pacar tidak pernah sependapat dalam segala hal yang diputuskan dan tidak ada yang mau mengalah dan semua mau menang sendiri, mungkin itu merupakan pertanda bahwa mereka bukan calon pasangan yang baik. Tetapi jika dalam membuat keputusan bersama, pasangan pacar pada umumnya dengan jujur merasa bahwa mereka saling cocok, saling mengalah, mungkin pertanda mereka calon pasangan yang baik. Keputusan merupakan masalah keseharian dalam hidup keluarga, entah mengenai hal besar atau kecil, penting atau sepele (Agus Hardjana, 2002: 78).
E. Cinta Dan Seksualitas Kaum Muda 1. Pengertian Cinta Cinta merupakan suatu hal yang pelik dan halus, ibarat jaring laba-laba. Cinta semacam itu sudah lama ada. Dalam kitab Perjanjian Lama dikisahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Yakub yang mencintai Rahel sehingga waktu tujuh tahun harus bertandang dan bekerja di rumah Laban calon mertuanya “dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel” (Kej 29:20). Cinta sudah setua umat manusia, dan sejak semula membuat dunia ini berputar. Cinta sekekal rumput dan merupakan sumber inspirasi yang telah menghasilkan banyak keindahan, telah menciptakan berbagai nyanyian, patung, bangunan yang indah-indah. Nyanyian sukma yang erotis telah terpancar dari cinta itu: Betapa cantik, betapa jelita engkau, Hai tercinta.............. Sosok tubuhmu seumpama pohon kurma dan dua dadamu gugusannya Aku ingin memanjat pohon kurma Dan memegang gugusan-gugusannya Kiranya..............................(Kid 7:6-9). Cinta pada dasarnya murni. Tanda-tanda lahiriah atau efek-efek fisik, seperti indahnya saling beradu pandang, atau bahkan hanya pandangan sekilas, desiran ulu hati, yang menimbulkan kesenangan murni adalah fenomena naluri cinta kodrati, yang merupakan benih-benih cinta yang masih netral dan wajar. Netral karena belum bisa diberi penilain apapun. Wajar, karena setiap orang yang normal pasti mengalaminya. Baru menjadi tidak netral, kalau benih-benih itu tumbuh dalam lingkup eros atau agape. Di sini cinta menjadi sesuatu yang sudah memiliki warna dan tingkatan mutunya.
2. Cinta Agape, Philia, Storge, Eros dan Ephitymia Cinta memiliki beberapa jenis, jenis cinta yang pertama adalah cinta agape. Cinta agape diterjemahkan “kasih”. Kasih Allah kepada umat-Nya. Inilah cinta tanpa syarat (Pristio, 2003: 17). Jenis cinta yang kedua adalah philia, philia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
merupakan ikatan persahabatan. Cinta persahabatan tidak menuntut unsur sentuhan seksual sebagai elemen utama dalam membangun relasi. Jenis cinta yang ketiga adalah storge. Cinta dalam lingkup keluarga inilah yang disebut sebagai storge. Rasa cinta yang ditumbuhkan oleh orang tua membangun sikap, sifat anak untuk kemudian mencintai orang lain, termasuk mencintai orang tuanya. Meskipun begitu, unsur cinta seperti ini bisa juga diterapkan dalam relasi dengan orang lain di luar ikatan keluarga misalnya: teman akrab, dan persahabatan. Jenis cinta yang keempat adalah eros. Cinta eros merupakan cinta antara laki-laki dan perempuan. Eros dipahami sebagai dorongan untuk bersatu dengan orang lain yang dicintainya. Jadi, eros bukan sekedar rangsangan seksual atau dorongan seksual. Jenis cinta yang kelima adalah ephitymia. Ephitymia dimiliki setiap orang normal. Dalam bahasa latin dikenal istilah libido sebagai padanan ephitymia. Dalam bahasa Inggris ephitymia dikategorikan sebagai “sensual love” yaitu cinta sensual. Daya tarik itu muncul melalui indera, dan nafas seksual pun bangkit. Itulah yang dimaksud dengan libido (Setyawan, 2004: 60-70). Kelima jenis cinta tersebut tidak bisa dipisahkan, karena merupakan satu kesatuan. Misalnya saja cinta eros, dalam cinta eros juga melibatkan cinta ephitymia (ingin mencium, memeluk, dan seterusnya) tetapi itu semua dalam rangka untuk mengalami kesatuan dengan orang yang dicintainya.
3. Cinta Yang Dewasa Cinta yang sungguh-sungguh dewasa mengatasi sikap tak peduli, tidak senang dan berpura-pura. Cinta selalu mencakup penderitaan dan perjuangan. Cinta adalah kisah yang berputar, sejarah yang berlangsung terus. Jika kita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
mencintai, kita akan bersedia menderita. Cinta yang dewasa adalah pada waktu kita mencintai seseorang, sungguh-sungguh mencintainya, bukan mencintai diri sendiri dan bukan menjadikan orang yang dicintai sebagai cerminan dari dirinya sendiri, tetapi menerima keunikan pribadi yang dicintai. Cinta yang tahan kesulitan dan kekurangan, cinta yang bersedia menerima penderitaan. Cinta ini menurut semua sumber serta kekuatan dalam diri kita. Inilah cinta yang membuat kita dewasa. Menurut Evely ciri-ciri yang dewasa adalah: menerima secara utuh, cinta memperlakukan yang lain sebagai pribadi, saling membagi rasa, menaruh percaya, senang bersama-sama, cinta memberi hidup, serta wajar dan kreatif (Evely, 1974: 7-19).
a.
Menerima secara utuh Seorang pria atau gadis, menerima pasangannya secara utuh. Artinya,
penerimaan itu bukan setengah-setengah. Cintanya tidak didasarkan atas kepentingan lahiriah atau biologis melulu saja. Jika ia menikah hanya untuk kepentingan seks melulu, maka pernikahan itu tidak akan lama bertahan (Evely, 1974: 7).
b. Cinta memperlakukan yang lain sebagai seorang pribadi Hubungan cinta yang dewasa antara dua orang digambarkan sebagai hubungan (aku-kamu) di mana keduanya saling memandang sebagai pribadi. Memperlakukan orang lain sebagai (kamu), sebagai seorang pribadi, berarti menghormati dan menerima seperti apa adanya, bersedia menghargainya sebagai pribadi, yang tidak ada kembarannya sesuai dengan rencana Allah. Allah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
mengundang kita masing-masing untuk mengadakan hubungan pribadi denganNya dalam suasana “kemerdekaan mulia anak-anak Allah” ([Rm 8,21] [Evely, 1974: 9]).
c.
Saling membagi rasa Jika dua insan memadu janji akan sehidup semati, maka perasaan
merekapun akan saling bersentuhan. Mereka dapat saling membagi rasa senang maupun tidak senang. Mereka memiliki waktu bersama untuk membahas kesulitan dan kegembiraan mereka. Di dalam situasi seperti ini, rasa hormatmenghormati merupakan fondasi yang utama (Evely, 1974: 11).
d. Menaruh percaya Cinta mengantar orang kepada suasana saling percaya. Dua insan yang membisik-bisikkan suara dan gaung cintanya, akan membawa suasana rasa percaya. Suasana rasa percaya ini kemudian diikuti rasa bertanggung jawab untuk melindungi kerahasiaan cinta mereka itu. Ini mengajarkan suatu sisi lain dari cinta, yaitu rasa bertanggung jawab kepada orang lain (Evely, 1974: 13).
e.
Senang bersama-sama Salah satu unsur ciri-cinta yang dewasa ialah, kedua insan itu senang
bersama-sama dan senang tinggal bersama berlama-lama, bukan dorongan seks semata-mata. Kebersamaan inilah yang memperkuat relasi sebagai pasangan pacar. Seandainya pasangan pacar terpisah karena jarak, hal ini tidak menjadi hambatan bagi mereka. Rasa rindu membawa mereka kepada pemeliharaan jasmani dan rohani yang lebih baik dan dewasa (Evely, 1974: 15).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
f.
Cinta memberi hidup Bayi yang dilahirkan adalah anak cinta yaitu buah hubungan cinta sejati
antara ibu dan bapak. Berkat cinta Ilahi lahirlah manusia baru. Bayi menjadi sakit, bahkan mati kehabisan tenaga hidup, jika tiada kasih sayang dan perhatian atas kebutuhan-kebutuhan mereka. Karena dicintai, orang memperoleh perasaan aman yang sangat perlu sebagai dasar hidup. Pengalaman dicintai memberikan rasa aman dan rasa harga diri yang diperlukan manusia agar berani keluar dari lingkaran kepentingan sendiri (Evely, 1974: 17).
g.
Wajar dan kreatif Cinta yang dewasa akan tumbuh secara wajar, tidak dipaksakan. Ia
tumbuh dengan sewajarnya, tidak kaku dan tidak membeku karena emosi yang berubah-ubah sewaktu-waktu. Kedua insan yang berpacaran mengupayakan pelbagai cara yang kreatif, tidak mengada-ngada, dapat diciptakan untuk menyirami cinta yang sedang bertumbuh (Evely, 1974: 19).
F. Pengertian Seksualitas 1. Pengertian Seksualitas Menurut Gilarso seks berasal dari akar yang sama seperti kata latin secare, artinya: memotong atau membelah. Manusia pertama sebagai lelakiperempuan sekaligus, yang dibelah dua menjadi laki-laki dan perempuan yang pertama (Gilarso, 1996: 17-24). Jadi keduanya kurang lengkap tanpa yang lain. Kitab Kejadian 2:18 juga mengemukakan gagasan, bahwa laki-laki dan perempuan saling membutuhkan demi kesempurnaan: tidaklah baik manusia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
seorang diri saja. Akan Ku-jadikan baginya seorang yang sejajar dengan dia. Seks adalah alat “kelamin primer”, seks berarti alat atau nama jenis, seks merupakan salah satu dari sekian banyak alat yang terdapat pada tubuh manusia. Seks ikut ambil sebagai salah satu pendukung proses yang menjamin terselenggaranya tubuh yang hidup sehat. Seks atau alat kelamin ini sangat erat hubungannya dengan kejiwaan, sifat-sifat, cara berpikir dari seorang laki-laki atau perempuan. Seksualitas adalah keseluruhan ciri yang menunjukkan kepriaan atau kewanitaan antara lain: bentuk badan, gaya, suara, sifat, perasaan, kejiwaan, cara berpikir, bakat, dsb. “Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya, menurut citra Allah, ia diciptakan-Nya. Ia menciptakan mereka pria dan wanita” (Kej 1:27). Maksudnya supaya pria dan wanita saling melengkapi dan saling membahagiakan satu sama lain dan supaya setiap makluk mempertahankan jenisnya. Pria dan wanita adalah makluk “kontra-relatif”, artinya berbeda tetapi saling melengkapi. Seksualitas mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada seks. Seksualitas merupakan salah satu segi dari sekian banyak segi hidup manusia, baik cara kerjanya, tempatnya atau saatnya maupun fungsinya. Dengan cara demikian terselenggara kehidupan yang wajar dan normal (Witdarmono, 1984: 6-9). Maka
baik
seks
maupun
seksualitas
harus
diletakkan
dalam
keseimbangan berarti adanya keselarasan atau harmoni. Untuk mendapatkan keselarasan tersebut dibutuhkan kesadaran tentang seks dengan organ-organ yang lain, atau seksualitas dengan segi-segi hidup yang lain. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang dinamis, artinya dari saat ke saat dapat berubah dan berkembang. Seksualitas adalah saya kodrat untuk memberikan semangat dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
desakan jasmani rohani pada dorongan seluruh hidup, yaitu mencari kesempurnaan dengan cara: dalam persatuan dan hubungan dengan orang lain (Magnis Suseno, 1984: 10-21).
2. Seksualitas Kaum Muda Sejak semula Tuhan meletakkan perlengkapan yang berbeda pada kodrat pria
dan
wanita,
baik
perlengkapan
jasmaniah/biologis
maupun
rohaniah/psikologis. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan anugerah Tuhan, dengan maksud agar pria dan wanita dapat saling melengkapi dalam hidup berkeluarga.
Namun
perbedaan-perbedaan
itu
dapat
menjadi
sumber
permasalahan, oleh karena itu, perlu adanya proses penyesuaian diri. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi: segi biologis dan segi psikologis (Budyapranata, 1981: 30-31).
a. Secara Biologis 1) Pria Tubuh pria menonjolkan garis-garis lurus, tegak, kuat dan kekar, yang melambangkan keperkasaan dan kekuatan. Dada lapang, bahu lebar, untuk bekerja dan untuk melindungi yang lemah. Pinggul agak kecil dibandingkan dengan bahu, kaki kokoh, kuat, tegak lurus, tampak otot-ototnya. Lengan dan tangan penuh otot, kekar, kuat dan keras. Ada jakun pada leher. Alat kelamin terletak di luar rongga tubuh. Bulu rambut pada muka (kumis), pada kulit kaki, lengan dan dada (Budyapranata, 1981: 30).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
2) Wanita Tubuh wanita lebih menonjolkan garis-garis melingkar, bulat, lambang kelembutan dan kasih sayang. Bahu relatif kecil dan melengkung, buah dada berkembang dan mengembung. Pinggang kecil tapi tulang pinggul menonjol bulat. Karena tulang pinggulnya lebih besar, paha besar dan kaki meruncing kebawah lengan dan tangan lembut dan lemas, leher rata. Alat kelamin tersembunyi di dalam rongga tubuh. Tidak ada rambut di dada dan kulit. Secara biologis hubungan seks dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan (disebut segi reproduksi atau pro kreatif). Dengan cara demikian suamiistri terpanggil untuk ikut ambil bagian dalam karya penciptaan Tuhan sendiri. Maka hubungan baik seks dilakukan dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh bahwa itu merupakan pelaksanaan dari sabda Tuhan (Budyapranata, 1981: 30).
b. Secara Psikologis 1) Pria Pola dasar pandangan keluar, terarah pada dunia/obyek. Suka menjelajah dan menyelidiki alam sekitar. Suka “membongkar dan membangun”. Pria membangun dunia menjadi rumah tempat tinggal. Suka bekerja di luar, mencari nafkah dan menguasai dunia. Suka mencoba, mencari dan melihat-lihat. Aktif, mengambil inisiatif, suka mengkritik dan memprotes. Intelek dan rasio lebih utama, dapat mengendalikan perasaan dengan akalnya. Lebih melihat kenyataan obyektif, terarah pada garis-garis besar, lebih teguh dalam keputusan. Gelombang perasaan mendaftar dan stabil, gairah seksual lebih berkobar, lebih bersifat jasmani biologis (Budyapranata, 1981: 30).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
2) Wanita Pola dasar pandangan ke dalam, terarah pada subyek/manusia, lebih gemar tinggal di rumah, memelihara dan merawat. Suka menyayangi dan memelihara. Wanita pandai menciptakan suasana di rumah menjadi tempat tinggal yang membuat orang kerasan. Perhatian lebih untuk pribadi sesama manusia. Butuh diperhatikan, senang dilihat dan dicari, reaktif, menanggapi, lebih tabah dan mudah menerima. Emosi dan perasaan lebih menonjol dan hal itu mempengaruhi pikirannya. Perhatian sampai detil-detil (hal-hal kecil), cenderung intuitif, mudah mengubah keputusannya. Perasaan pasang-surut terpengaruh oleh siklus bulanan. Gairah seksual lebih rohani, lebih mementingkan cinta dan kemesraan (Budyapranata, 1981: 31).
3. Moral Seksualitas Moral adalah pedoman atau ajaran tentang “baik-buruknya,” yang mengatur sikap batin dan perilaku kita, atau pedoman bagaimana kita harus mengatur hidup kita supaya menjadi “baik”= sesuai dengan maksud Tuhan Pencipta Yang Maha Baik. Sumber moral Kristiani ada dua (yang saling melengkapi), yaitu pertama, Kitab Suci dan Ajaran Gereja; pedoman/prinsip umum yang diberikan kepada kita “dari atas”. Pedoman dasar moral menurut Kitab Suci dan Ajaran Gereja adalah Hukum Kasih. Untuk mewujudkan hukum dasar tersebut, kita diberi sejumlah besar pedoman, baik berupa perintah, nasihat maupun larangan. Yang kedua, penalaran akal budi manusia, dilengkapi dengan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang “dari bawah” (Gilarso, 1996: 30-33).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Seks dilindungi tidak karena seks itu jorok dan porno, melainkan karena menyangkut hal yang pribadi dan suci, keintiman hubungan dua orang kekasih. Yang jorok dan salah adalah penyalahgunaan, yaitu di luar perkawinan. Sebagai prinsip umum dikatakan bahwa masa pacaran adalah masa untuk belajar saling mencintai, dengan harapan kelak akan menjadi suami-istri yang berbahagia. Kasih sayang antara muda-mudi yang sedang berpacaran memuat cinta yang sejati dari hawa nafsu. Kaum muda yang sedang berpacaran perlu memahami, fungsi hubungan seks yang dilindungi, diakui, dijamin, dan sah yaitu hubungan seks setelah menikah. Dalam perkawinan Katolik hubungan seks mengarah pada prokreasi (untuk menurunkan anak). Prokreasi bukan tujuan tunggal atau utama dalam perkawinan, namun tetap merupakan suatu tugas luhur. Hubungan seks dalam perkawinan adalah baik, halal, mulia dan suci. Seks bukanlah hal yang tabu, kotor, atau memalukan, melainkan ikut disucikan oleh sakramen perkawinan, sebagai sarana pemersatu suami-istri (Purwa Hardiwardoyo, 1990: 46-48).
G. Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal Berpacaran merupakan pertemuan hati dan rasa tertarik, terarahkan kepada pertemuan pribadi seluruhnya dengan maksud untuk saling memperkaya dan membahagiakan. Beberapa yang baik dan bertanggung jawab memiliki orientasi untuk membangun sebuah keluarga Kristiani yang ideal. Dan cinta yang demikian inilah yang diperlukan dalam hidup perkawinan. Cinta inilah yang memadukan antara cinta insani dan cinta ilahi dan mendorong pasangan pacar untuk saling menyerahkan diri dalam keputusan untuk membangun keluarga Kristiani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
1. Pengertian Keluarga pada Umumnya Di masyarakat umum banyak dikenal berbagai macam istilah untuk mengartikan tentang keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan “keluarga diartikan sebagai orang-orang yang menghuni rumah, seisi rumah; bapak serta ibu dan anak-anaknya” (Umi Chulsum & Windi Novia, 2006: 360). Keluarga di Indonesia bisa dibagi menjadi keluarga inti dan keluarga besar. Keluarga inti terdiri dari bapak, ibu, serta anak-anaknya, sedangkan keluarga besar adalah, keluarga yang terbentuk dari penggabungan dari beberapa keluarga inti. Dengan kata lain keluarga adalah siapa saja yang tinggal di dalam suatu keluarga atau lingkungan rumah tangga. Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia. Eminyan (2001: 13) mengatakan keluarga adalah “sarana yang paling efektif untuk memanusiakan dan mempribadikan masyarakat, memberikan keutamaan-keutamaan (kebaikan) dan nilai-nilai, menghormati hak-hak dan martabat pribadi, yang demikian penting bagi masyarakat.” Keluarga diartikan sebagai kelompok sosial yang menampakkan persatuan orang-orang yang terikat perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang memiliki rumah sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain sesuai peran sosial masing-masing anggota, entah sebagai suami-istri, bapak-ibu, anak, saudara seraya kerja sama dalam hal ekonomi dan perkembangan keluarga (Konseng, 1995: 93).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
2. Pengertian Keluarga menurut Gereja Katolik a. Pengertian Keluarga menurut Kitab Suci Pemahaman keluarga menurut Kitab Suci sebagai dasar pedoman keluarga Katolik dalam menghayati hidup perkawinannya sebagai keluarga kristiani. Keluarga adalah suatu komunikasi cinta kasih, hidup dan keselamatan (Eminyan 2001: 20), antara lain: pengertian keluarga menurut Kitab Kejadian, pengertian keluarga menurut Injil Markus.
1) Pengertian Keluarga menurut Kitab Kejadian 2:24 Menjadi suami istri merupakan suatu panggilan, keputusan pribadi untuk menuju suatu perubahan total dalam kehidupan pribadi seseorang. Seorang yang memutuskan untuk menikah dan berkeluarga dia harus berani meninggalkan semua kebebasan pribadinya dan mengikat diri dalam suatu ikatan perkawinan dengan pasangan hidup yang telah dipilihnya. “seorang laki-laki meninggalkan ayah-ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej 2:24). Laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah sebagai manusia yang dipanggil untuk saling terikat, saling membutuhkan, bahkan hidup bersama (Martasudjita, 2003: 353).
2) Pengertian Keluarga menurut Injil Markus Dari Injil Markus 10, dapat disimpulkan pandangan Yesus mengenai hakikat keluarga sebagai berikut: keluarga adalah kesatuan erat antara seorang pria dan seorang wanita, yang dipersatukan oleh Allah sendiri, sedemikian erat sehingga keduanya bukan lagi dua melainkan satu (Halsema, 1979: 36).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
“demikianlah mereka bukanlagi dua melainkan satu” (Mrk 10:8), melalui pernyataan tersebut, tentunya kita langsung dapat memahami apa makna kesatuan tersebut. Kesatuan di sini merupakan suatu hubungan yang tidaka dapat diceraikan, Mrk 10:2-12 menyatakan dengan jelas penolakan Yesus terhadap perceraian. Dengan kata lain, Yesus mengajarkan bahwa perkawinan itu menurut kehendak Allah harus berciri “tak-terceraikan”. Karena itu, orang yang menceraikan suami atau istrinya lalu menikah lagi dengan orang lain pantas dianggap “berbuat zinah”. Ajaran Allah ini tidak hanya diperuntukkan pada para suami, melainkan juga pada para istri. Kesatuan yang diwujudkan dalam ikatan suami-istri, jangan terhenti begitu saja, melainkan kesatuan itu pula diwujudkan satu ikatan keluarga kristiani. Keluarga merupakan suatu ikatan persekutuan suci yang diberkati oleh Allah. Kesatuan tersebut bukan saja semata-mata ditunjukkan kepada suami dan istri, melainkan kesatuan penting pula diwujudkan dalam suatu ikatan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, serta anak.
b. Pengertian Keluarga menurut Gaudium et Spes Keluarga adalah persekutuan antar pribadi yang saling memberi, saling mencintai, saling melengkapi, dan berpengharapan dalam kasih yang tak terbatas (GS, art. 48). Gereja mengajarkan bahwa keluarga adalah persekutuan seluruh hidup dan kasih mesra antara suami-istri, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukum-Nya, dibangun oleh perjanjian perkawinan yang tak dapat ditarik kembali (GS, art. 48). Jadi keluarga merupakan suatu ikatan suci yang dapat memberikan kesejahteraan kepada suami-istri dan anak. Hal ini bukan saja semata-mata merupakan kehendak manusiawi, melainkan juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
merupakan kehendak Allah. Cinta kasih itu secara istimewa diungkapkan dan disempurnakan dengan tindakan yang khas bagi perkawinan. Maka dari itu, tindakan-tindakan, yang secara mesra dan murni menyatukan suami-istri, harus dipandang luhur dan terhormat. Bila dijalankan secara sungguh manusiawi, tindakan-tindakan itu dapat memupuk sikap penyerahan diri serta memperkaya satu sama lain dengan hati gembira dan rasa syukur (GS, art. 49).
c. Pengertian keluarga menurut Familiaris Consortio Pernikahan dan keluarga dibentuk oleh suatu relasi yang bersifat kompleks antar pribadi-pribadi, artinya hidup sebagai suami-istri, kebapaan dan keibuan, hubungan dengan anak dan mengutamakan persaudaraan. Melalui relasirelasi itu setiap anggota diintegrasikan ke dalam “keluarga Allah”, yakni Gereja (FC, art. 15). Pada dasarnya cinta kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama, karena tanpa “cinta kasih” keluarga tidak akan mengalami atau merasakan suatu kesatuan dan keharmonisan dalam hidup dan tidak berkembang serta tidak dapat menyempurnakan diri sebagai persekutuan-persekutuan pribadi (FC, art. 15).
3.
Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal Berpacaran yang dewasa tentu selalu menjaga kemurnian cinta.
Ungkapan cinta kemesraan dapat beraneka ragam, misalnya rangkulan, ciuman (bibir, lidah, menghisap tubuh). Yang baik adalah pipi dan dahi dan tangan. Bersetubuh, ini sudah melampaui batas, karena persetubuhan boleh dilakukan setelah menikah. Cinta memang tidak terbatas, manum kemampuan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
mencintai terkadang terbatas. Disini dibutuhkan rasa kepercayaan dan tanggung jawab dalam saling mencintai. Dalam berpacaran perlu adanya kesadaran akan tanggung jawab dari kedua belah pihak dan pemahaman akan makna pacaran dalam perspektif membangun keluarga Kristiani yang ideal. Kita diciptakan Allah dengan keunikan dan daya yang menarik. Yang diciptakan Tuhan semua indah, termasuk diri kita. Dalam diri kita bersemayam Allah yang selalu mendampingi hidup kita dalam keadaan suka mauoun duka, berhasil atau gagal dalam hidup. Sebagai umat-Nya kita perlu memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Diri kita merupakan persembahan yang sangat berharga. Sehingga pentinglah kita menghargai, menghormati, menjaga diri dari segala macam ancaman yang merusak (Rm, 12:1-8). Dalam perkawinan pria dan wanita sebagai sepasang suami-istri “menjadi satu” dalam ikatan lahir batin yang stabil dan tetap. “Mereka akan hidup bersatu-padu jiwa-raganya” atau “menjadi satu daging”. Kesatuan itu didasarkan atas “kasih setia” sebagai ikatan pemersatu dan diwujudkan secara konkret dalam persekutuan hidup bersama; tinggal serumah, makan semeja, tidur seranjang, dll. Suami-istri saling mencintai dengan kasih sayang yang “eksklusif” (satu dengan satu = monogami), untuk seumur hidup (tak terceraikan) dan dinamis. Tujuan pokok perkawinan menurut Gaudium et Spes, art. 48 adalah kesatuan dan kebahagiaan bersama suami-istri dalam cinta-mencintai. Kesatuan suami-istri itu harus dibangun kembali setiap hari, dengan saling memberi “apa-adanya”; dengan kasih sayang, kelembutan dan kesabaran tanpa paksaan; dengan rela berkorban; rela saling membantu, saling memaafkan; dengan berdoa bersama dan saling menanggung beban. Kemesraan dan tanda kasih sayang menjadi kebiasaan dalam keluarga Kristiani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
BAB III SITUASI ORANG MUDA KATOLIK LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, KAMBANIRU, PAROKI SANG PENEBUS, WAINGAPU, SUMBA TIMUR
Pada bab II telah dijelaskan tentang makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga kristiani yang ideal bagi OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Pemahaman secara teoritis tentang makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dari pandangan para ahli sungguh membantu OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur untuk semakin menemukan dan memaknai pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sehingga dapat membantu mereka dalam masa pacaran demi membangun keluarga kristiani yang ideal. Dalam bab III ini, penulis membahas tentang penelitian situasi OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur terhadap makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Dalam bab III ini penulis memulai dengan memberikan gambaran umum mengenai situasi OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Kemudian penulis menjelaskan metodologi penelitian yang nantinya akan dilaksanakan. Sesudah melaksanakan penelitian penulis membahas hasil penelitian yang telah diperoleh dalam laporan penelitian. Melalui hasil penelitian tersebut penulis berharap dapat mengetahui sejauh mana OMK mampu memahami makna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga kristiani yang ideal. Penulis kemudian mengusulkan model pembinaan iman yang cocok untuk membantu OMK dalam menemukan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga yang ideal
A. Gambaran Situasi Orang Muda Katolik di Lingkungan Santo Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur Pada masa awal kedewasaannya, kaum muda bergulat untuk menemukan dan membentuk identitas dirinya. Dalam masa perkembangan ini mereka mulai mengarahkan perhatian pada masa depan hidupnya, misalnya berupa pemilihan pasangan hidup yang terjadi pada masa-masa pacaran. Pada masa-masa pacaran itu kaum muda sering mengalami krisis dalam menghadapi masalah-masalahnya, maka dalam pemilihan pasangan hidup mereka perlu mendapatkan pendampingan agar dapat merencanakan kehidupan berumah tangga untuk menjadi keluarga kristiani yang ideal. Tak jarang kaum muda kurang menyadari makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal, akibatnya terjerumus pergaulan bebas (seks bebas). Dalam hal ini diperlukan pendampingan yang membuka wawasan dan wacana sehingga dapat mengarahkan pola pikir kaum muda mengenai pacaran, agar dalam berpacaran mereka memiliki prinsip yang jelas sehubungan dengan motivasi, tujuan atau visi serta sikap dasar beserta konsekuensinya. Pacaran adalah usaha untuk memadukan dua pribadi yang berbeda. Tujuannya adalah agar terjadi saling kesesuaian, kecocokan, dan keterpaduan hati, pikiran, kehendak, cita-cita, perilaku, kerja, dan keseluruhan hidup. Dengan modal kesesuaian dan kecocokan satu sama lain, pasangan pacar dapat saling
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
memahami, menerima, mendukung, dan membantu dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, serta mengatasi kesulitan-kesulitan dan masalahmasalah yang mereka jumpai. Tetapi kesesuaian, kecocokan, dan keterpaduan itu merupakan buah usaha dan perjuangan bersama. Dalam rangka mencapai kesesuaian, kecocokan, dan keterpaduan itu, pasangan pacar harus bersedia menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah yang datang dari luar dan juga dari dalam diri mereka sendiri. Adapun masalah-masalah yang dihadapi bisa merupakan perbedaan fisik dan psikologis, budaya, pengalaman hidup, pendidikan, serta kepribadian. Untuk mengkaji permasalahan di atas, penulis mengadakan penelitian melalui kuesioner diberikan langsung kepada OMK. Melalui penelitian ini diharapkan dapat di peroleh suatu gambaran tentang kaum muda di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, berkaitan dengan permasalahan mereka mengenai pacaran. Orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba timur merupakan kelompok kaum muda dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan menuju kedewasaan. Dalam perkembangan itu mereka mengalami bermacam-macam tantangan yang datang baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Tantangan yang datang dari dalam diri kaum muda terutama berupa gejolak seksualitas dan proses pembentukan identitas. Sedangkan tantangan yang datang dari luar diri kaum muda berupa norma-norma moral dan situasi masyarakat yang menawarkan bermacam-macam pilihan nilai. Sementara itu, banyak kaum muda yang mulai berpacaran secara serius dalam rangka mempersiapkan hidup berumah tangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
Persoalannya, dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut masih banyak kaum muda yang kurang memiliki pengetahuan memadai untuk mengatasinya. Bahayanya, mereka dapat menjadi bingung dan jatuh ke jalan yang salah. Berdasarkan data yang diperoleh dan berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis, dikatakan bahwa Gereja St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru terletak di daratan rendah dan jauh dari keramaian. Latar belakang kehidupan umat beraneka ragam. Sebagaian besar umat yang ada adalah pendatang yang berasal dari Sabu, Timor dan Flores. Umat yang ada di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, kebanyakan petani, pegawai, guru dan tukang-tukang bangunan. Umat yang ada di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius cukup berkembang dan maju dengan situasi lingkungan sosial seperti adanya TK, SD, SLTP, SMA, pertokoan kecil, dan bandar udara.
1. Pembagian Basis Awalnya Gereja St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang penebus, Waingapu, Sumba Timur terdiri atas satu lingkungan yang cukup besar dan akhirnya dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang diberi nama Basis. Dari pembagain itu terdapat lima Basis yaitu Basis 1, Basis 2, Basis 3, Basis 4, dan Basis 5.
2. Jumlah Umat Sesuai dengan data yang diperoleh dari Lingkungan bahwa Gereja St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur berjumlah 75 KK dengan pembagian sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
Tabel 1 Pembagian Basis dan Jumlah KK OMK
No
Nama Basis
Jumlah KK
LakiLaki
Perempuan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Lakilaki (6)
1 2
Basis 1 Basis 2
15 KK 15 KK
30 jiwa 32 jiwa
26 jiwa 30 jiwa
3 jiwa 2 jiwa
5 jiwa 5 jiwa
3
Basis 3
15 KK
35 jiwa
40 jiwa
3 jiwa
1 jiwa
4
Basis 4
15 KK
30 jiwa
31 jiwa
2 jiwa
2 jiwa
5
Basis 5
15 KK
40 jiwa
38 jiwa
4 jiwa
3 jiwa
Perempuan (7)
B. Penelitian Mengenai Pemahaman Makna Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab di Kalangan Orang Muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur Untuk mengetahui pemahaman makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, perlu diadakan suatu penelitian sederhana.
1. Metodologi Penelitian a) Tujuan penelitian Penelitian yang dilaksanakan ini bertujuan untuk: 1. Membantu orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur memahami makna dan kepentingan pacaran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
2. Memperkenalkan dan menawarkan bahan katekese bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, agar mengetahui rambu-rambu dan norma-norma yang perlu disadari pada tahap pacaran sampai pada tahap perkawinan untuk membangun keluarga kristiani yang ideal. 3. Membantu OMK untuk semakin memahami dan menyadari bahwa tahap pacaran perlu memiliki visi yang jelas, tujuan yang pasti, dan menyadari konsekuensinya, sehingga memiliki orientasi untuk membangun keluarga kristiani yang ideal.
b) Manfaat penelitian 1) Membantu OMK dalam membuka dan mengembangkan wawasan dan cara pandang mengenai pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sebagai perspektif untuk membangun keluarga kristiani yang ideal. 2) Membantu OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, agar semakin memahami dan menghayati makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sebagai perspektif untuk membangun keluarga kristiani yang ideal, sehingga mampu mensikapi permasalahan yang di hadapi pada masa pacaran. 3) Memperoleh gambaran tentang sejauh mana pengetahuan, pemahaman, serta usaha/upaya OMK dalam memaknai pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sebagai perspektif untuk membangun keluarga kristiani yang ideal, sehingga dapat membantu penulis untuk menemukan jalan pemecahan permasalahan yang ada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
c) Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei adalah metode pengumpulan data melalui permintaan keteranganketerangan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar pertanyaan kepada responden, datanya berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh fakta-fakta yang tidak bisa diamati secara langsung namun penting bagi pemecahan masalah (Marzuki, 1995: 58).
d) Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013.
e) Responden Responden dalam penelitian ini adalah populasi penelitian adalah kaum muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Jadi responden penelitian ini adalah populasi dengan jumlah 30 orang yang tersebar di 5 Basis. Populasi merupakan obyek atau objek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan, 2004: 54). Populasi dalam penelitian ini adalah orang muda Katolik (OMK) Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur yang berjumlah kurang lebih 30 orang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
f) Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk membantu penulis memperoleh data yang lengkap dan obyektif (Sugiyono, 2009: 305). Kuesioner merupakan daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yaitu responden. Jenis kuesioner ada yang bersifat semi tertutup dan terbuka. Semi tertutup artinya dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tetap menyediakan tempat kosong. Untuk memberi kebebasan kepada responden menjawab pertanyaan, seandainya alternatif jawaban yang disediakan tidak sesuai. Bersifat terbuka
artinya
pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan
tanpa
disediakan
kemungkinannya jawaban sehingga responden dapat menuliskan jawabannya sendiri sesuai dengan pendapatnya (Sugiyono, 2009: 199).
g) Variabel Penelitian Variabel yang akan diteliti adalah identitas responden, pengetahuan omk tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, permasalahan-permasalahan yang dialami dan dihadapi oleh kaum muda dalam berpacaran, dan upaya OMK untuk menjalin relasi pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif untuk membangun keluarga Kristiani yang ideal. Adapun variabel-variabel yang diungkapkan tertera dalam tabel berikut: Tabel 2 Variabel Penelitian No Variabel Item (1) (2) (3) 1 Identitas Responden 1,2,3,4 2 Pengetahuan OMK tentang pacaran yang 5,6,7,8,9,10 sehat dan bertanggung jawab
Jumlah (4) 4 6
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
(1) (2) (3) 3 Permasalahan-permasalahan yang dialami 11,12,13,14,15 dan dihadapi oleh kaum muda dalam berpacaran 4 Upaya OMK untuk menjalin relasi 16,17,18,19,20,2 pacaran yang sehat dan 1,22,23,24,25,26 bertanggungjawab dalam perspektif untuk membangun keluarga Kristiani yang ideal Jumlah
(4) 5 11
26
2. Laporan Hasil Penelitian Bagian ini akan menyajikan mengenai laporan hasil penelitian. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Adapun data-data yang telah diperoleh meliputi: Data mengenai identitas responden, pengetahaun orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, permasalahan-permasalahan yang dialami dan dihadapi oleh kaum muda dalam masa pacaran, dan upaya orang muda Katolik untuk menjalin relasi pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif untuk membangun keluarag Kristiani yang ideal.
a. Identitas Responden Di bawah ini disajikan data yang berkaitan dengan identitas para responden di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu Sumba Timur. Adapunn data dibawah ini antara lain: usia, jenis kelamin dan status pendidikan dari responden yaitu orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapum Sumba Timur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
Tabel 3 Identitas Responden (N=30) No item (1)
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Persen % (5)
2
Usia
a. 13-17 tahun b. 18-22 tahun c. 23-27 tahun
0 10 20
0 33,33 66,67
3
Jenis Kelamin
a. Pria b. Wanita
14 16
46,67 53,33
4
Status Pendidikan
a. SMU b. Mahasiswa
10 20
33,33 66,67
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4 Pengetahaun orang muda Katolik tentang Pacaran Yang Sehat dan Bertanggung Jawab (N=30) No item (1) 5
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Persen % (5)
0 12 18 0
0 40,00 60,00 0
Pacaran adalah dua orang berbeda jenis kelamin yang saling menyukai, berkomitmen, kedekatan dua orang yang dilandasi cinta, dan masa penjajakan (cocok atau tidak cocok) dalam mencari pasangan hidup.
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
6
Pacaran tidak berarti hubungan seksual, jadi hanya sebatas tukar pikiran, jalan bareng, lalu pegangan tangan, membelai rambut atau ekspresi kasih sayang selain hubungan seks.
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
15 15 0 0
50,00 50,00 0 0
7
“Pacaran tidak harus selalu berakhir dengan pernikahan.”
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
15 15 0 0
50,00 50,00 0 0
8
Pacaran dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih dalam lagi, maka hubungan seksual pra-nikah menjadi sah karena menandai kedekatan antara orang yang sedang jatuh cinta.
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
2 9 11 8
6,66 30,00 36,67 26,67
9
Anda mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang seksualitas.
a. b. c. d.
Orang Tua Guru Teman Kakak/saudara
8 13 9 0
26,67 43,33 30.00 0
10
Melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah sesuatu yang biasa atau wajar, bagaimana tanggapan anda.
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
11 15 4 0
36,67 50,00 13,33 0
c. Permasalahan-permasalahan yang dialami dan dihadapi oleh kaum muda dalam masa pacaran Dalam
tabel
berikut
akan
disajikan
mengenai
permasalahan-
permasalahan yang dialami dan dihadapi oleh kaum muda Katolik di lingkungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
Santo Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki sang Penebus Waingapu dalam masa pacaran.
Tabel 5 Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi oleh Kaum Muda dalam Masa Pacaran (N=30) No item (1) 11
12
13
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Persen % (5)
6
20,00
7
23,34
13
43,33
4
13,33
a. Sebatas meraba b. Sebatas berciuman c. Melakukan hubungan seks d. Belum pernah melakukan ketiganya e. Sudah pernah melalukan ketiganya.
8 12 4
26,67 40,00 13,33
0
0
6
20,00
a. b. c. d.
13 17 0 0
43,33 56,67 0 0
Hambatan yang anda rasakan dalam mengupayakan pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
Anda pernah atau sedang berpacaran sejauh mana perilaku seksual yang telah anda lakukan.
Anda Seorang Katolik, dalam menjalani masa pacaran apakah Anda menghendaki perkawinan nantinya sebagai kebersamaan dalam suka dan duka seumur hidup.
a. Pacaran hanya mengisi waktu b. Pacaran dapat merugikan pasangan c. Seks bebas sah-sah saja d. Pacaran butuh “modal”
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
(1)
(2)
14
Masa pacaran yang sedang Anda jalani atau pernah Anda jalani, sebagai orang Katolik, anda setuju dengan pendapat bahwa perkawinan nantinya bertujuan kesejahteraan (= apa yang baik bagi) suami atau istri
15
Pacaran merupakan persiapan menuju Perkawinan yang menurut kodratnya terarah pada kelahiran anak dan pendidikannya.
(3)
(4)
(5)
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
15 15 0 0
50,00 50,00 0 0
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
15 15 0 0
50,00 50,00 0 0
d. Upaya Orang Muda Katolik untuk Menjalin Relasi Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif untuk Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal Bagian ini akan menguraikan hasil penelitian di Lingkungan st. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, mengenai upaya orang muda Katolik di Lingkingan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, untuk menjalin relasi pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
Tabel 6 Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif untuk Membangun Keluarag Kristiani yang Ideal (N=30) Nomor item (1)
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jumlah
(2)
(3)
(4)
Persen % (5)
16
Anda mengalami masalah dalam berpacaran, kepada siapa anda mengungkapkan dan mencari bantuan.
a. b. c. d.
Orang tua Kakak/saudara Teman Guru
2 8 20 0
6,66 26,67 66,67 0
17
Kepercayaan iman yang anda miliki mampu membentengi diri anda dalam mengupayakan pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
13 15 2 0
43,33 50,00 6,67 0
18
Dari 10 orang teman anda (single pria atau wanita Katolik) berapa orang yang anda ketahui pernah melakukan hubungan seks.
a. b. c. d.
Tidak ada 1-3 orang 4-6 orang 7-10 orang
8 6 5 11
26,67 20,00 16,66 36,67
19
Informasi dan pendidikan seks selayaknya di berikan oleh siapa.
a. b. c. d.
Konselor ahli Guru Orang tua Tokoh agama
12 8 6 4
40,00 26,67 20,00 13,33
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
(1)
(2)
20
Kekhawatiran yang paling menonjol yang anda rasakan sebagai akibat dalam menjalin pacaran yang tidak sehat (seks sebelum menikah).
21
(3) a. Agama b. Studi dan karir c. Hubungan di dalam keluarga termasuk orang tua d. Sosial dan lingkungan
Tempat mana yang a. Pantai (laut) paling anda sukai b. Hutan (banyak untuk berpacaran. pohon) c. Gunung (berbukit-bukit) d. Tempat-tempat rekreasi/hiburan e. Di rumah saja
(4)
(5)
0 9 4
0 30,00 13,33
17
56,67
4 2
13,33 6,67
1
3,33
15
50,00
8
26,67
0 0
0 0
29 1
96,67 3,33
Kaum muda Katolik, yang menjadi prioritas sebagai kriteria calon pacar yang akan di pilih menjadi pacar.
a. Kaya b. Ganteng atau cakep c. Seiman d. Tidak ada kriteria tertentu
23
Masa pacaran adalah masa persiapan perkawinan seumur hidup, jadi perkawinan yang tak dapat diceraikan.
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
13 15 2 0
43,33 50,00 6,67 0
24
Masa pacaran merupakan titik awal sebelum membangun sebuah keluarga Kristiani yang ideal
a. b. c. d.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
15 15 0 0
50,00 50,00 0 0
22
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
25
Perilaku yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai model pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
a. Pacaran ala tebu b. Pacaran ala mimi dan mintuan c. Pacaran ala malaikat d. Pacaran ala merpati
0 0
0 0
18
60,00
12
40,00
Pribadi yang beriman kristiani usaha apa yang anda upayakan untuk mengarahkan diri menuju pacaran yang sehat dalam perspektif membangun keluarga Kristiani yang ideal.
a. b. c. d.
5 25 0 0
16,67 83,33 0 0
26
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
3. Pembahasan Hasil Penelitian Laporan penelitian yang telah disajikan di atas akan dibahas lebih lanjut guna memperjelas permasalahan dan kebutuhan orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur berkaitan dengan usaha untuk memahami
makna
pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Pembahasan disajikan berdasarkan urutan variabel meliputi:
a. Identitas Responden Gambaran yang diungkap mengenai identitas responden yaitu usia, jenis kelamain, dan status pendidikan. Kemudian dari jawaban 30 responden,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
menunjukkan bahwa usia 23-27 tahun lebih besar jumlahnya dengan 20 (66,67%). Sedangkan usia 18-22 tahun berjumlah 10 (33,33%). Responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pria. Untuk responden perempuan keseluruhan berjumlah 16 orang (53,33%). Sedangkan responden pria berjumlah 14 (46,67%). Hasil jawaban responden pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa sebagian besar mereka adalah mahasiswa dengan 20 (66,67%). Responden SMA berjumlah 10 (33,33%). Dilihat dari tingkat penggolongan usia tersebut, sebagian besar kaum muda cukup matang dan dewasa. Dan hasil dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin perempuan cukup mendominasi dalam pengisian kuesioner. Jadi berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Sedang duduk di bangku SMA, Lulus SMA maupun di Universitas. Kedudukan OMK tersebut sangat mendukung dan mempermudah upaya memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, karena sekolah dapat bekerjasama dengan para orang tua, Gereja dan masyarakat dalam mendampingi OMK.
b. Pengetahuan OMK tentang Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab Dari jawaban 18 orang responden tidak setuju bahwa sebagian OMK mengerti arti definisi pacaran (60,00%). Sedangkan 12 orang responden menjawab setuju (40,00%). Mengenai unsur-unsur yang ada dalam pacaran, 15 orang responden menjawab sangat setuju bahwa pacaran tidak berarti hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
seksual, jadi hanya sebatas tukar pikiran, jalan bareng, lalu pegangan tangan, membelai rambut atau ekspresi kasih sayang bukan hubungan seks (50,00%). Sedangkan 15 orang responden menjawab setuju (50,00%). Kemudian pada nomor item 7 pacaran tidak selalu berakhir dengan pernikahan. Dengan 15 orang responden menjawab sangat setuju (50,00%). Sedangkan 15 orang responden menjawab setuju (50,00%).
Mengenai makna pacaran yang sehat, 11 orang
responden mengungkapkan bahwa mereka tidak setuju dengan pernyataan bahwa pacaran dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih dalam lagi, maka hubungan seksual pra-nikah menjadi sah karena menandai kedekatan antara orang yang sedang jatuh cinta (36,67%). 9 orang responden menjawab setuju (30,00%). 8 orang responden menjawab sangat tidak setuju (26,67%) 2 orang responden menjawab sangat setuju (6,66%). Hal ini semakin diteguhkan dengan pernyataan bahwa responden mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang seksualitas, dari guru berjumlah 13 (43,33%). Sedangkan 9 orang responden menjawab teman (30,00%). 8 orang responden menjawab orang tua (26,67%). Terhadap pernyataan bahwa dizaman sekarang, melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah sesuatu yang biasa atau wajar, responden yang menjawab setuju berjumlah 15 (50,00%). Sedangkan yang menjawab sangat setuju 11 (36,67%). 4 orang responden menjawab tidak setuju (13,33%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa OMK di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur sudah mendapatkan pengetahuan tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Mengingat pentingnya pemahaman akan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, maka OMK Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Kambaniru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
perlu dibantu untuk semakin memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, sehingga mereka sungguh-sungguh mengerti dan memahami apa itu pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Dengan dibantu untuk memahami hal tersebut mereka tidak hanya dapat mengetahui perihal pengertian pacaran yang sehat dan bertanggung jawab belaka namun sungguh memahami makna yang terkandung di dalamnya.
c. Permasalahan-permasalahan yang Dialami dan Dihadapi oleh Kaum Muda dalam Berpacaran Dari 13 orang responden menjawab seks bebas sah-sah saja menunjukkan bahwa hambatan yang paling dirasakan dalam berpacaran adalah menyangkut seks bebas (43,33%). Sedangkan 7 orang responden menjawab pacaran dapat dikuasai sesukanya (23,34%). 6 orang responden menjawab pacaran hanya mengisi waktu (20,00%). 4 orang responden menjawab pacaran butuh modal (13,33%). Kemudian 12 orang responden mengungkapkan pernah melakukan perilaku seksual (berciuman) (40,00%). Sedangkan 8 orang responden menjawab sebatas meraba saja (26,67%). 6 orang responden menjawab sudah pernah melakukan ketiganya (20,00%). 4 orang responden menjawab melakukan hubungan seks (13,33%). Tabel diatas menunjukkan bahwa OMK sebagai orang Katolik, dalam menjalani masa pacaran, menghendaki perkawinan nantinya sebagai kebersamaan dalam suka dan duka seumur hidup, dengan jumlah 17 orang responden menjawab setuju (56,67%). Sedangkan 13 orang responden menjawab sangat setuju (43,33%). Mengenai tujuan perkawinan nantinya diarahkan kesejahteraan (= apa yang baik bagi) suami atau istri, tabel di atas menyatakan 15
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
orang responden menjawab sangat setuju terhadap pernyataan tersebut (50,00%). Sedangkan 15 orang responden menjawab setuju (50,00%). Dari jawaban 15 orang responden menunjukkan bahwa sebagian besar OMK menyatakan sangat setuju dengan pernyataan, bahwa pacaran merupakan persiapan menuju perkawinan yang menurut kodratnya terarah pada kelahiran anak dan pendidikannya (50,00%). Sedangkan 15 orang responden yang menyatakan setuju (50,00%). Keluarga berperan sebagai media untuk membantu OMK dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan dialami dalam masa pacaran. Dalam keluarga hubungan yang tercipta sangat erat. Hal ini karena keluarga merupakan tempat utama di mana OMK banyak menghabiskan waktunya bersama dengan anggota keluarga. tidak hanya keluarga yang dapat membantu OMK dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dialami dan dihadapi dalam masa pacaran, sekolah, masyarakat dan agama. Sekolah dapat membantu OMK dengan berbagai macam cara, terutama dengan berbagai peraturan dan tata tertib yang diterapkan di sekolah. Relasi yang tercipta antara OMK dengan guru dan teman-teman di sekolah juga sangat berpengaruh terhadap penyelesaian permasalahan yang dihadapi dan dialami OMK. Pengaruh dari lingkungan masyarakat juga tidak kalah kuatnya dibandingkan pengaruh yang diterima di lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini karena norma-norma dan adat istiadat yang ada di lingkungan masyarakat yang mengatur kehidupan bersama sangat besar pengaruhnya terhadap cara berpikir, bersikap dan bertindak pada diri OMK. Selain itu, lingkungan masyarakat juga merupakan lingkungan di mana OMK dapat bergaul dengan orang lain yang lebih kompleks, karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
masyarakat terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, yang tentunya banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi OMK dalam penyelesaian permasalahn yang dihadapi. Begitu juga dengan pengaruh agama. Agama yang dianut dapat memepengaruhi pola pikir dan cara berperilaku OMK. OMK akan berpikir dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang ia anut. Perbedaan agama yang ada di muka bumi ini mau tidak mau turut serta mempengaruhi penyelesaian permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh OMK. Hal ini karena masingmasing agama memiliki ajaran yang berbeda yang menjadi pedoman hidup bagi pemeluknya.
d. Upaya OMK untuk Menjalin Relasi Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Idela Tabel di atas menunjukkan bahwa teman adalah orang yang cocok menjadi tempat mencurahkan perasaan dan yang bisa membantu ketika mengalami masalah dalam berpacaran, 20 orang responden yang menjawab teman (66,67%). Sedangkan 8 orang responden menjawab kakak atau saudara (26,67%). 2 orang responden yang menjawab orang tua (6,66%). Mengenai pernyataan bahwa kepercayaan iman yang dimiliki mampu membentengi diri dalam mengupayakan pacaran yang sehat, ada 15 orang responden yang menjawab setuju (50,00%). 13 orang responden yang mengatakan sangat setuju (43,33%). 2 orang responden yang menjawab tidak setuju (6,67%). Terdapat 11 orang responden menyatakan 7-10 orang pernah melakukan hubungan seks (36,67%). 8 orang responden menyatakan 10 orang teman mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
(single pria atau wanita Katolik) di ketahui tidak pernah berhubungan seks (20,00%). Sedangkan 6 orang responden menyatakan sekitar 1-3 orang pernah berhubungan seks (20,00%). Dan 5 orang responden menyatakan 4-6 orang juga pernah melakukan hubungan seks (16,66%). 12 orang responden berpendapat bahwa informasi mengenai pendidikan seks selayaknya diberikan oleh konselor ahli (40,00%). Sedangkan 8 orang responden diberikan oleh guru (26,67%). 6 orang responden diberikan oleh orang tua (20,00%). Sedangkan 4 orang responden yang menjawab dengan tokoh agama (13,33%). Kekhawatiran yang paling menonjol yang dirasakan oleh responden sebagai akibat dalam menjalin pacaran yang tidak sehat (seks sebelum menikah) memiliki jumlah tertinggi adalah menyangkut sosial dan lingkungan. 17 orang responden menjawab sosial dan lingkungan (56,67%). 9 orang responden menjawab studi dan karir berjumlah (30,00%). 4 orang responden menyatakan hubungan di dalam keluarga termasuk orang tua (13,33%). Tempat yang paling disukai responden untuk berpacaran, 15 orang responden menjawab yaitu tempat-tempat rekreasi/hiburan (50,00%). Sedangkan 8 orang responden menjawab di rumah (27%). 4 orang responden menjawab di pantai (laut) (13,33%). 2 orang respenden menjawab di hutan (banyak pohon) (6,66%). 1 orang responden menjawab di gunung (berbukit-bukit) (3,33%). Sebagai orang muda Katolik, yang menjadi dasar kriteria calon pacar yang akan di pilih menjadi pacar, 29 orang responden menjawab seiman (96,67%). Sedangkan 1 orang responden menjawab tidak ada kriteria tertentu (3,33%). Hal ini semakin diteguhkan dengan pernyataan bahwa masa pacaran adalah masa persiapan menuju perkawinan seumur hidup, jadi perkawinan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
tak dapat diceraikan. Terhadap pernyataan tersebut 15 orang responden menjawab setuju (50,00%). 13 orang responden menjawab responden yang menjawab sangat setuju (43,33%). Sedangkan 2 orang responden menjawab tidak setuju (6,67%). Responden dengan jumlah 15 orang menjawab sangat setuju dan setuju terhadap pernyataan bahwa pacaran merupakan titik awal sebelum membangun sebuah keluarga kristiani yang ideal (50,00%). Perilaku yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai model pacaran yang sehat. 18 orang responden menjawab pacaran ala malaikat (60,00%). Sedangkan 12 orang responden yang menjawab pacaran ala merpati (40,00%). Sebagai pribadi yang beriman kristiani usaha apa yang diupayakan untuk mengarahkan diri menuju pacaran yang sehat dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal. 25 orang responden yang menjawab setuju (83,33%). Sedangkan 5 orang responden yang menjawab sangat setuju (16,67%). Melihat kenyataan yang disebutkan di atas, OMK mengharapkan suatu kegiatan yang dapat membantu mereka dalam menjalan relasi di masa pacaran agar hubungan mereka tidak sebatas pacarana saja namun kelak mereka bisa menjadi suami-istri yang sah di hadapan Gereja dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu pendampingan dari orang tua, guru, tokoh agama dan juga masyrakat sekitar sangat diharapkan agar dapat membantu OMK dalam masa-masa paracan.
4. Rangkuman Penelitian Berdasarkan laporan dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan kuesioner diberikan langsung oleh penulis kepada responden dan diisi oleh orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Sebagian besar responden yang mengisi kuesioner berusia 23-27 tahun. Dengan begitu tergolong kaum muda yang matang, terpelajar dan dewasa. Dan kuesioner ini sebagian besar diisi oleh responden perempuan. Dengan latar belakang pendidikan SMA dan mahasiswa. Akan tetapi dapat dilihat dari pembahasan di atas bahwa mahasiswalah yang terbanyak. Pengetahuan OMK tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sangat baik. Mereka menyatakan setuju bahwa pacaran adalah dua orang berbeda jenis kelamin saling menyukai, berkomitmen, kedekatan dua orang yang dilandasi cinta dan masa penjajakan (cocok atau tidak cocok) dalam mencari pasangan hidup. Sebagian besar OMK menjawab setuju. Responden juga memahami bahwa pacaran tidak berarti hubungan seksual, jadi hanya sebatas tukar pikiran, jalan bareng, lalu pegangan tangan, membelai rambut atau ekspresi kasih sayang bukan hubungan seks. Responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa pacaran dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih dalam lagi, maka hubungan seksual pra-nikah menjadi sah karena menandai kedekatan antara orang yang sedang jatuh cinta. Ternyata selama ini mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pacaran dalam kehidupan seksual dari guru, teman, dan orang tua. Pengetahuan responden tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab tidak diragukan lagi. Ini terbukti bahwa mereka tidak setuju, terhadap pernyataan bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah sesuatu yang biasa dan wajar. Jadi bisa disimpulkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang sangat baik dan benar mengenai pacaran yang sehat dan bertanggung jawab.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Selama ini responden mengalami permasalahan-permasalahan dalam berpacaran.
Hal
ini
terlihat
bahwa
mereka
merasa
terhambat
dalam
mengupayakan pacaran yang baik dan sehat. Hambatannya adalah dalam berpacaran “seks bebas sah-sah saja”. Hambatan yang lain adalah godaan pacaran dapat dikuasai sesukanya. Ini diungkapkan oleh responden bahwa sebagian dari mereka pernah berciuman, meraba, bahkan melakukan hubungan seks. Walaupun begitu responden setuju bahwa sebagian orang Katolik, dalam menjalin pacaran perlu diarahkan menuju perkawinan nantinya sebagai kebersamaan dalam suka dan duka seumur hidup. Responden juga memahami bahwa perkawinan nantinya bertujuan kesejahteraan (= apa yang baik bagi) suami atau istri. Hal ini semakin diteguhkan oleh responden, dengan pendapat bahwa pacaran merupakan persiapan menuju perkawinan yang menurut kodratnya terarah pada kelahiran anak dan pendidikannya. Dalam kenyataan responden mengalami dan menghadapi permasalahan dalam berpacaran, namun mereka juga memahami makna pacaran, arah, dan tujuannya yaitu perkawinan (dalam rangka membangun keluarga kristiani yang ideal). Jadi kekhawatiran selama ini dapat terjawab, karena OMK Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur (responden) memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai pacaran, tujuannya, permasalahannya dan memperoleh gambaran tentang perkawinan Katolik. Oleh karena itu perlu dilihat mengenai upaya OMK untuk menjalin relasi pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal. Dapat disimpulkan bahwa ketika OMK menghadapi permasalahan dalam berpacaran salah satu jalan keluarnya adalah mensharingkan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
mengkomunikasikan, dan terbuka terhadap teman, kakak/saudara, maupun orang tua. Selain itu upaya OMK itu sendiri untuk mempertebal iman akan Yesus Kristus. Belajar dari pengalaman orang lain juga dapat membantu untuk berhatihati dalam mengambil sikap, mengambil keputusan sehingga dapat membantu untuk mengontrol diri dalam berpacaran. Maka OMK dapat mengetahui sebab akibat dalam berpacaran sehingga benar-benar hati-hati dalam berpacaran. Tidak hanya itu saja OMK memiliki visi dan misi yang jelas dalam berpacaran, jadi tidak dapat bersikap seenaknya sendiri. Dengan upaya-upaya tersebut OMK diharapkan, semakin mampu meraih kebahagiaan untuk memperoleh cinta sejati dan murni sebagai bekal dan juga modal dalam membangun sebuah keluarga kristiani yang ideal.
5. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya keterbatasan dari hasil penelitian ini. Peneliti hanya mengambil sebagian kecil dari pemaknaan pacaran yang sehat dan bertanggung jawab melalui katekese di kalangan orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur sebagaimana yang tertulis dalam hasil penelitian di atas. Maka dari itu masih banyak hal yang dapat diteliti dalam penelitian selanjutnya mengenai pemaknaan pacaran yang sehat dan bertanggung jawab demi membangun keluarga kristiani yang ideal di kalangan orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
BAB IV MEMAHAMI MAKNA PACARAN YANG SEHAT MELALUI KATEKESE
Bab IV ini berisi tentang katekese bagi kaum muda sebagai usulan untuk meningkatkan pemahaman orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur akam makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga kristiani yang ideal. Tujuan katekese ini untuk membantu para OMK yang tergabung dalam kegiatan Orang Muda Katolik (muda-mudi Katolik) memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sehingga mereka dapat membangun keluarga kristiani yang ideal. Pada bab III penulis telah melaksanakan penelitian tentang pemahaman orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Terhadap makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga kristiani yang ideal. Maka dari itu sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, penulis berusaha memberikan sumbangan pemikiran mengenai model pembinaan iman dalam bentuk katekese bagi kaum muda. Katekese model biblis ini dikemas secara menarik sehingga mampu membangun minat untuk mengikuti kegiatan tersebut dan meningkatkan pemahaman tentang makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab menuju keluarga kristiani yang ideal. Setelah itu penulis akan mengusulkan 4 tema dalam katekese dan menjelaskan proses pelaksanaan katekese, serta membuat contoh satuan persiapan salah satu sesi dalam katekese.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
A. Pengertian dan Peranan Katekese bagi Kehidupan Iman Kaum Muda 1.
Pengertian Katekese bagi Kehidupan Iman Kaum Muda Dalam anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, art. 18, Sri Paus Yohanes
Paulus II menegaskan: Katekese ialah pembinaan anak-anak muda dan orangorang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup kristen. Dengan kata lain, Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Metode yang sesuai perlu dicari agar katekese dalam ragam bentuknya bergema dalam hati pendengar dan berbuah nyata. Yohanes Paulus II memandang katekese lebih dari pada sekedar pengajaran tetapi sebagai komunikasi keseluruhan rangkaian kebenaran iman Kristen yang didalamnya juga terkandung aplikasinya dan semangat bersaksi. Karenanya Katekese menjadi salah satu jalan bagi Gereja untuk menghayati dan mendewasakan iman (CT, art. 20). Pewartaan Gereja sejak semula dilaksanakan berdasarkan perintah Yesus sendiri, “Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:19-20). Pada zaman ini yang sarat dengan berbagai macam tantangan dan pengaruh globalisasi yang menimbulkan keadaan umat manusia yang serba baru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
dan modern, Gereja yang adalah garam dan terang dunia (Mat 5:13-14), dipanggil secara baru dan mendesak untuk menyelamatkan dan membarui semua ciptaan, supaya segala sesuatu dibarui dalam Kristus. Tantangan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab para gembala Gereja tetapi terlebih juga kaum beriman yang disatukan dalam suatu pembaptisan (AG, art. 41). Dengan demikian jelaslah bahwa tugas dan tanggung jawab untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa merupakan perutusan hakiki dari Gereja (EN, art. 14). Artinya semua anggota Gereja dan terutama kaum awam, karena baptisan mengemban tugas dan tanggung jawab yang sama untuk melakukan pewartaan berdasar fungsi dan peranannya masing-masing. Secara konkrit pewartaan ini harus dimulai sejak dini, yaitu dimulai dalam diri kaum muda. Segenap anggota Gereja didorong untuk turut bertanggung jawab dan mengusahakan jalan yang terbaik untuk generasi yang akan datang. Untuk itu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan kaum muda dalam bentuk apapun perlu diberikan dukungan. Katekese dipanggil untuk menjadi perantara bagi kaum muda yang merupakan kekuatan yang paling penting dalam masyarakat. Katekese mempunyai kewajiban untuk mengarahkan kaum mudanya kepada penghayatan iman sebagai hubungan pribadi dengan Allah. Penghayatan iman itu diungkapkan dalam kesatuan iman akan Yesus Kristus diwujudkan lewat kesaksian hidup di tengah masyarakat. Dengan melihat ungkapan di atas maka tujuan pembinaan yang hendak dicapai adalah supaya semakin ditumbuhkan penghayatan iman kaum muda sehingga dapat memberi kesaksian baik dalam hidup menggereja, bermasyarakat maupun bernegara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
2.
Peranan Katekese bagi Pembinaan Iman Kaum Muda Masa muda merupakan masa peralihan dari masa remaja ke masa
dewasa. Kaum muda banyak mengalami perubahan fisik dan jiwa dalam dirinya. Mereka sedang mencari tempatnya dalam masyarakat. Pencaharian ini sering menimbulkan suatu krisis keagamaan. Mereka juga belum mendapatkan kematangan iman yang cocok untuk orang dewasa. Sehingga mereka mencari suatu arah yang sesuai dengan mereka dan dimana mereka dapat mengolah hidup secara baru. Berdasarkan situasi kaum muda tersebut dapat disadari bahwa kaum muda membutuhkan pendampingan untuk membantu mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Dalam rangka itulah diperlukan katekese untuk mendampingi mereka dalam menghadapi situasi hidupnya. Tugas pokok katekese untuk orang muda adalah melanjutkan suatu pemahaman kristiani sejati tentang hidup. Katekese harus memancarkan terang warta kristiani terhadap realitas yang mempunyai dampak lebih besar bagi kaum muda. Sedangkan pewartaan tentang Yesus Kristus diterima sebagai kehadiran seorang kawan, pembimbing, dan teladan yang dikagumi tetapi dapat juga dicontoh. Katekese kaum muda menjadi menarik dan bermakna bagi kaum muda beserta keinginan-keinginan dan cita-citanya. Dengan demikian sabda Allah akan menerangi nilai-nilai hidup kaum muda dan dalam kehidupan kaum muda dapat menghayati kebenaran nilai dan sabda (Setyakarjana, 1976: 30). Dalam masa perkembangan, kaum muda memiliki kegemaran untuk meniru dan mencari idola yang menjadi kebanggaan dan pola bagi hidupnya. Katekese menanggapi kebutuhan kaum muda akan idola tersebut dengan mewartakan Yesus Kristus sebagai tokoh idola yang dapat menjadi pola yang utama dan sempurna. Yesus dapat menjadi tokoh idola kaum muda apabila
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
mereka sungguh mengenal dan merasa dekat dengan-Nya. Katekese membantu kaum muda agar mengalami hubungan yang mesra dengan Yesus. Mereka berani mengikuti Yesus sebagai teladan hidup, mempersatukan dan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada kehendak Allah (Sene,1989: 26-27).
B. Tujuan Katekese Katekese kaum muda ingin mengajak kaum muda untuk dapat mengkomunikasikan pengalaman hidupnya dalam terang iman akan Yesus Kistus. Pada proses katekese, kaum muda diberikan kebebasan untuk membagikan pengalaman imannya itu dan saling meneguhkan satu sama lain. Kaum muda memiliki permasalahan yang dialami dalam hidupnya. Permasalahan itu dapat berasal dari keluarga, teman atau lingkungan sekitarnya. Melalaui katekese kaum muda ini, mereka diharapkan dapat menghadapi permasalahannya itu dengan imannya yang dewasa. Iman yang dewasa itu adalah mereka mampu mengatasi permasalahan yang dialami dengan mengandalkan iman dan kepercayaannya akan Tuhan dan dapat menyelesaikannya dengan sikap yang positif. Tujuan katekese ini yang terpenting adalah ingin membantu kaum muda untuk dapat menghayati imannya dan memiliki kesadaran untuk dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese mengkomunikasikan sabda pengajaran, kehidupan dan seluruh misteri hidup Yesus Kristus. Misteri hidup Yesus Kristus sebagai pesan pokok katekese harus disampaikan secara utuh. Dengan demikian isi katekese tidak bersifat abstrak, melainkan merupakan pewarta kabar gembira atau gerakan yang sungguh hidup. Kebenaran yang diwartakan tidak hanya diterima melalui pikiran tetapi dengan hati (mendengarkan sabda dan menjalankannya; bdk. Luk 8:21;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
11:28; dan Yoh 15:14). Katekese harus merupakan persatuan antara ortodoksi (katekese berpusat pada “Pengajaran”) dan ortopraksis [katekese bertitik tolak dari tindakan (CT, art. 7)]. Katekese tidak bersifat berat sebelah. Mempersempit katekese hanya pada ortodoksi atau hanya pada ortopraksis akan merugikan kehidupan iman jemaat. Isi katekese adalah wahyu Allah, misteri Allah dan karyakarya-Nya yang menyelamatkan, yang terjadi dalam sejarah [sejarah umat manusia (CT, art. 22)]. Dengan demikian isi dari katekese ialah segala macam bahan yang disampaikan dalam kegiatan katekese. Bahan-bahan itu meliputi pengalaman manusia, seluruh sejarah keselamatan baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang tokoh sentralnya adalah Yesus Kristus dengan warta keselamatan-Nya yang menggembirakan. Selain itu ditambahkan lagi dengan ajaran pokok Gereja dan Sakramen-sakramen. Pelaksanaan katekese harus memahami semua isi dari katekese ini agar umat memahami dan menghayati secara penuh imannya dan bertingkah laku sebagai orang kristen yang sejati. Kendati begitu tujuan khas katekese ialah: berkat bantuan Allah, mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup kristen umat beriman, muda maupun tua (CT, art. 20). Demikianlah bahwa kegiatan katekese merupakan tahap pengajaran dan pendewasaan iman dalam seluruh proses evangelisasi. Iman yang dewasa ialah iman yang hidup, eksplisit dan aktif. Katekese bertujuan mengembangkan pengertian tentang misteri kristen dalam cahaya Firman Allah. Dengan memiliki pengertian tersebut diharapkan seluruh pribadi manusia diresapi oleh Firman itu sungguh dapat menjadi ciptaan baru. Selanjutnya diharapkan mampu membuat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
keputusan pribadi untuk mengikuti Kristus, melalui Gereja, dimana ia belajar berfikir, menilai, bertindak seperti Kristus serta memiliki harapan karena imannya. Maka katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda, yang bertujuan membuat iman umat hidup, sadar, dan aktif.
C. Ciri Khas Katekese Katekese bermaksud “mematangkan iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan Yesus Kristus” (CT, art. 19). Sasaran rangkap (mematangkan dan membina) inilah yang membedakan katekese dari awal yang mengatur kepada pertobatan. Ciri khas katekese ialah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari makin memantapkan kehidupan Kristen umat beriman, muda maupun tua (CT, art. 20). Maksudnya ialah mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya Firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh Firman itu (CT, art. 20). Kekhasan katekese terletak pada segi usahanya membantu sesama dalam proses membangkitkan dan mengembangkan penghayatan imannya dalam kenyataan sehari-hari.
D. Katekese bagi Kaum Muda dalam Masa Pacaran Katekese kaum muda adalah katekese yang diharapkan dapat membantu Kaum Muda dalam mengembangkan iman mereka. Katekese kaum muda harus peduli terhadap masalah-masalah mereka sekaligus membantu mereka menghayati nilaki-nilai Kristiani dalam kehidupan, dapat membantu dalam mengembangkan iman mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Katekese kaum muda harus memperhatikan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik, kehendak dari kaum muda. Materi katekese disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi kaum muda. Katekese itu juga harus membantu kaum muda untuk menemukan jati diri beserta dinamika batinnya serta mengolah perasaan cinta, dorongan biologis dan seksualitas. Kaum muda perlu dibantu agar tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memikirkan teman, orang tua, masyarakat dan Tuhan. Katekis harus sadar bahwa banyak remaja bingung dan cemas karena terombang-ambing oleh berbagai godaan dan pengaruh perubahan jaman. Katekese kaum muda harus berusaha menjawab setiap pernyataan dan seluruh pergulatan hidup mereka dan mendorong untuk menemukan Yesus sebagai sahabat, pemimpin, model dan teladan. Masa muda merupakan saat penting untuk mengambil keputusankeputusan besar dalam hidupnya untuk mengikuti Yesus melalui status hidup yang dipilihnya, entah sebagai calon religius atau panggilan hidup lain. Katekese harus membantu mereka untuk mensosialisasikan dan mempribadikan seluruh kekayaan iman Kristen. Tema hak-hak asasi, martabat pribadi, makna kerja, perdamaian internasional, perkembangan dan pembebasan yang utuh menjadi makin berarti bagi hidup mereka. Katekese harus mampu memberi inspirasi pada mereka supaya makin dewasa dalam iman, bersedia berkorban, terlibat dalam kehidupan masyarakat, dalam memperjuangkan perdamaian dan keadilan. Pada tahap usia ini katekese mempunyai kedudukan dan arti yang khusus, karena pada merekalah
Sabda
Allah
dapat
disajikan,
dipahami,
diterima,
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
dipersonalisasikan sebagai suatu hal yang sanggup memberi arti kepada kehidupan dan memberikan ilham bagi mereka untuk mengambil suatu keputusan penting (CT, art. 39). Katekese kaum muda menangkap “bahasa” (kelompok, persahabatan, relasi interpersonal, gejolak emosional dan afektif, serta otonomi) dari kaum muda yang sangat khas. Dengan bahasa itu, katekese berusaha menterjemahkan warta mengenai hidup Yesus dengan cara yang tepat, relevan, sabar, dan bijaksana. Kaum muda sangat rindu untuk dapat mengenal Yesus, mencintai dan mengikutiNya dengan lebih dekat (CT, art. 39). Katekese harus mampu mengisi hidup mereka, menciptakan peluang-peluang untuk saling berjumpa dalam kelompok: berkomunikasi, saling mengolah, mencari dan menemukan bersama. Katekese bagi kaum muda menjadi wacana untuk menyiapkan diri dalam menanggapi panggilan hidup, khususnya menyangkut hidup perkawinan mereka nantinya. Sehingga masa pacaran bagi orang muda Katolik merupakan tahapan penting menuju masa depan dalam perspektif perkawinan secara kristiani. Kepentingan tersebut perlu disosialisasikan dengan baik supaya kaum muda mengerti dan memahami akan pentingnya kesadaran mengenai persiapan diri dalam masa depan menuju hidup berkeluarga. Melalui ajaran dan tradisi Gereja Katolik mengenai perkawinan kristiani, dapat dijadikan pedoman dan patokan norma bagaimana pasangan muda menjalin hubungan. Dengan demikian masa pacaran sebagai masa penjajakan dan masa untuk belajar saling mencintai, menjadi semakin terjaga kemurniannya karena masing-masing pasangan saling menghormati hak dan kewajibannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
Pengalaman jatuh cinta antara seorang pria dan wanita merupakan suatu hal yang normal dan wajar. Namun ketika seseorang mengalaminya maka pengalaman jatuh cinta menjadi pengalaman yang sangat istimewa. Cinta kasih memberikan makna tersendiri di dalam hidup seseorang. Dengan disadari oleh cinta kasih dua orang yang saling jatuh cinta ingin mengabadikan cinta kasih mereka dalam hubungan yang lebih intens dan khusus. Pengalaman jatuh cinta biasanya terjadi secara alami. Memang ada berbagai bentuk pengalaman yang menjadikan seseorang jatuh cinta. Dapat terjadi seseorang tertarik kepada lawan jenis karena wajahnya yang cantik atau tampan, rambutnya indah dan panjang, tutur katanya yang baik, senyumnya yang manis dan sebagainya. Dari ketertarikan yang bersifat fisik tersebut terjadilah komunikasi dan interaksi yang lebih lanjut. Komunikasi dan interaksi yang semakin intensif antara seorang pria dan seorang wanita mendorong seseorang untuk mencintai. Karena cinta kasih, seseorang akan merasa bahwa orang yang dicintainya begitu berharga. Hal inilah yang kiranya menjadi pendorong seseorang untuk memberikan yang terbaik kepada orang yang dikasihinya. Bahkan karena cinta kasih, seseorang seringkali berani dan rela melakukan sesuatu hal yang mengandung resiko. Uraian di atas mau menunjuk bahwa cinta kasih memberikan kekuatan yang sangat besar dalam diri seseorang kepada yang dikasihinya. Cinta kasih sejati, saya yakin, adalah suatu keputusan dan suatu komitmen. Sebelum saya benar-benar dapat mencintai seseorang, saya harus mengambil keputusan batin yang mengakibatkan saya mampu memilih segala sesuatu yang terbaik bagi dia yang saya kasihi. Cinta kasih menggerakkan saya untuk mengatakan, melakukan, menjadikan apa saja yang dibutuhkan oleh dia yang saya kasihi (Powell, 1992: 96).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Masa
pacaran,
menjadi
kesempatan
untuk
menumbuhkan,
mengembangkan dan memupuk rasa cinta kasih. Sehingga pasangan pacar semakin yakin akan cinta kasih yang mereka miliki. Kedalaman cinta kasih mereka menjadi sadar dan menjadi bekal persatuan dalam ikatan perkawinan. Perkawinan merupakan tindakan yang diadakan oleh seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk persatuan cinta kasih yang penuh. Dalam perkawinan seorang pria dan seorang wanita berjanji untuk saling menerima pasangan hidupnya baik dalam untung dan malang, dalam suka dan duka. Namun perkawinan tidak semata-mata merupakan tindakan seorang pria dan seorang wanita secara manusiawi belaka. Sebab perkawinan sebenarnya dikehendaki oleh Allah sendiri. Pria dan wanita dalam perkawinan menanggapi panggilan hidup dalam kekudusan Allah yang bersifat adikodrati. “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging (Kej 2:24). Persatuan pria dan wanita menjadi suami istri hanya dapat terjadi dalam dan berdasar pada cinta kasih, bukan atas dasar suka-sama suka atau sekedar rasa senang. Manusia dapat mengalami dan memiliki kasih karena kasih itu berasal dari Allah (1 Yoh 4:7), dan karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh 4:10). Demikian persekutuan hidup dalam kasih adalah rahmat atau panggilan Allah. Panggilan tersebut mengundang makna perutusan, yakni supaya manusia hidup oleh Allah yang adalah kasih (1 Yoh 4: 89,17), agar dengan demikian kasih Allah menjadi sempurna di dalam diri manusia (1 Yoh 4:12). Salah satu cara menampakkan dan menyempurnakan kasih Allah adalah melalui perkawinan. Dalam perkawinan suami istri saling memberikan kasihnya. Di dalam perkawinan, suami istri secara intensif berusaha membentuk persekutuan hidup. Persekutuan tersebut dinyatakan dengan melaksanakan janji
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
yang mereka ucapkan. Suami istri saling berusaha mengungkapkan cintanya dengan memberikan yang terbaik kepada pasangan hidupnya. Cinta kasih mereka juga ditampakkan kepada anggota keluarga, sanak saudara, dan sesama. Di sisi lain, perkawinan merupakan saran cinta kasih Allah kepada manusia. Untuk menunjukkan cinta-Nya, Allah melimpahkan Roh Kudus kepada suami istri. Roh Kudus ini menaungi, membimbing, menganugerahi, menguatkan dan mengarahkan keluarga kristiani. Maka keluarga kristiani tidak berjalan sendiri. Allah turut di dalam hidup perkawinan umat beriman. Dalam perkawinan terjadi relasi suami istri dan relasi manusia dengan Allah. Cinta kaish suami istri bukanlah tindakan manusiawi semata melainkan juga tindakan Allah. Namun Allah menggunakan cara-cara yang manusiawi untuk mempersatukan suami istri. Rasa kangen, saling menyayangi, perhatian, merupakan cara Allah untuk semakin mempersatukan cinta kasih suami istri dalam membangun keluarga kristiani yang ideal. Masa pacaran adalah masa persiapan yang penting dan genting. Pasangan tersebut akan memutuskan menerima pasangannya sebagai pasangan seumur hidup; satu rumah, satu tempat tidur, satu kamar mandi, satu dapur, satu lemari, satu anggaran, satu visi, satu misi, dan satu iman. Maka hidup berkeluarga perlu dipersiapkan dengan baik sebab persiapan yang baik biasanya menjalin keberhasilan
hidup
berkeluarga
selanjutnya.
Keberhasilan
dalam
hidup
berkeluarga merupakan harapan dan cita-cita semua orang. Oleh karena itu, keluarga atau orang tua dan Gereja wajib terlibat dalam upaya pendampingan kaum muda pada masa pacaran, yaitu untuk mempersiapkan mereka memasuki tahap hidup berkeluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
E. Usulan Program Pendampingan bagi Orang Muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur untuk Memahami Makna Pacaran Melalui Katekese Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan megenai pengertian katekese dan peranan katekese bagi kehidupan iman kaum muda, tujuan katekese, ciri khas katekese, katekese bagi kaum muda dalam masa pacaran. Pada kenyataannya sebenarnya kaum muda ingin sekali mengembangkan imannya dan menghayati imannya, namum dalam prosesnya kaum muda mengalami kesulitan. Kesulitan itu kadang berasal dari dirinya sendiri, mereka kurang menyadari bahwa imannya itu perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dapat diketahui pula bahwa kesulitan yang dialami kaum muda itu juga disebabkan karena belum adanya kegiatan di gereja yang memotivasi mereka untuk mengikutinya. Kegiatan di gereja kebanyakan terlalu membosankan dan tidak bervariasi, sehingga kaum muda kurang menyukainya dan bahkan mereka tidak mengikuti kegiatan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner dalam bab III. Maka penulis dapat merumuskan program pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Program ini dibuat berdasarkan sitausi, kondisi, keprihatinan dan permasalahan yang dialami oleh orang muda Katolik dalam rangka mengupayakan pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Melalui program pendampingan ini diharapkan orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur dapat memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penyusunan program, tujuan program dan gambaran pelaksanaan program, matriks program.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
1.
Latar Belakang Program Setelah melakukan penelitian di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius,
Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, penulis melihat bahwa keprihatinan yang terjadi ialah mengenai pemahaman kaum muda yang masih kurang mengenai makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Saat ini banyak sekali kaum muda yang mengikuti zaman era modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman yang berubah dari waktu ke waktu membuat kaum muda zaman sekarang tidak memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab. Mereka lebih memilih mengikuti gaya hidup orang luar agar tidak dinilai ketinggalan zaman oleh teman-temannya. Padahal mereka hidup di tengah-tengah masyarakat yang masih memperhatikan moral kaum muda di sekitarnya. Melihat keprihatinan tersebut penulis tergerak untuk membantu kaum muda dalam memahami pentingnya makna pacaran yang sehat dan betanggung jawab. Penulis membuat usulan program ketekese dengan model katekese biblis. Katekese biblis ini dipilih karena dengan katekese ini kaum muda semakin memahami pesan Injil dan dapat diwujudkan dalam kehidupan mereka dalam menjalani masa pacaran.
2.
Alasan Diadakannya Program Katekese Kaum Muda Katekese senantiasa menempatkan peserta sebagai subyek yang utama.
Katekese sungguh dapat membantu umat dalam merefleksikan pengalaman hidupnya dan menemukan nilai-nilai kristiani di dalam pengalaman tersebut. Katekese menjadi sarana bagi umat kristiani untuk dapat saling bertukar pikiran dan berdialog satu sama lain. Katekese juga mengajak peserta untuk dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
menyadari serta menghayati imannya yang diwujudkan dalam kehidupan konkret sehari-hari. Katekese kaum muda dirasa sangat cocok sebagai sarana pendampingan iman bagi kaum muda. Melalui katekese, kaum muda dibimbing dan diarahkan imannya serta dibantu dalam penghayatan imannya. Katekese kaum muda ini ingin
mengajak
mereka
untuk
terbuka
mengungkapkan
permasalahan-
permasalahan yang dialami dan harapan-harapan dalam hidupnya. Yang ingin dicapai dalam proses pelaksanaan katekese ini yaitu iman kaum muda semakin berkembang dan mereka dapat menghayati imannya secara mendalam dengan kesediaannya untuk aktif dalam hidup menggereja sebagai bentuk imannya akan Yesus Kristus.
3.
Tujuan Program Tujuan dibuatnya program katekese kaum muda di Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur adalah
agar kaum muda menghayati imannya secara mendalam dan dengan
kesadarannya mereka wujudkan dalam kehidupan konkret sehari-hari. Untuk sampai pada penghayatan iman yang mendalam tersebut, kaum muda memerlukan pengarahan dan pendampingan yang tepat bagi mereka dan katekese kaum muda ini dirasa cocok bagi kaum muda di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. Katekese kaum muda ini bertolak pada kaum muda, sehingga proses dan sasaran yang ingin dicapai selalu memperhatikan situasi dan harapan dari kaum muda. Kaum muda menjadi subyek dari proses pelaksanaan katekese ini. Katekese kaum muda ini mengajak kaum muda untuk menyadari imannya dan membantu mereka pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
penghayatan iman yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat dari kenyataan bahwa kaum muda tidak menyukai kegiatan yang monoton dan membosankan, maka katekese ini dibuat sesuai dengan metode yang menarik dan sesuai dengan jiwa dan semangat kaum muda.
4.
Gambaran Program Program katekese kaum muda ini akan dilaksanakan di Lingkungan St.
Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang penebus, Waingapu, Sumba Timur. Katekese ini akan rutin dilaksanakan satu bulan dua kali yaitu pada hari jumat minggu kedua dan hari jumat minggu ke empat. Katekese kaum muda ini dimulai pada pukul 16.00-17.30 di ruang serba guna gereja St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru. Penulis akan memimpin jalannya katekese kaum muda di Lingkungan tersebut yaitu pada hari Jumat minggu kedua dan hari Jumat minggu keempat yang akan dipimpin oleh katekis setempat.
5.
Uraian Tema dan Tujuan Bedasarkan realita diketahui bahwa kaum muda kurang memahami
makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal. Untuk itu penulis mengusulkan tema umum pendampingan bagi orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur yaitu Pacaran sebagai Persiapan Perkawinan.
Melalui pendampingan ini orang muda Katolik
diharapkan dapat menyadari bahwa pacaran yang sehat dan bertanggung jawab perlu diupayakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Tema Umum
: Pacaran sebagai persiapan Perkawinan.
Tujuan Umum : Bersama
pendamping,
OMK
semakin
memahami
dan
menyadari bahwa relasi pacaran merupakan masa persiapan menuju perkawinan kristiani sehingga dalam berpacaran memiliki prinsip, sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Tema 1
: Makna Cinta yang Sejati.
Tujuan 1
: Bersama pendamping, OMK memahami cinta yang sejati sebagaimana Kristus mengasihi manusia.
Tema 2
: Pacaran yang Sehat dan Bertanggung Jawab
Tujuan 2
: Bersama pendamping, OMK dapat semakin memahami dan mampu mengupayakan pacaran yang sehat dan bertanggung jawab sehingga OMK dapat menghindari perilaku yang menyimpang seperti: seks bebas, egois, materialistis, dsb.
Tema 3
: Menggali Pengertian dan Makna Cinta, Seks dan Seksualitas.
Tujuan 3
: Bersama pendamping, OMK mampu memahami hubungan serta peranan antara cinta, seks, dalam perspektif gender.
Tema 4
: Pacaran dalam Perspektif Membangun Keluarga Kristiani yang Ideal.
Tujuan 4
: Bersama pendamping, OMK memahami dan menyadari hakekat, tujuan, dan ciri pernikahan Kristiani dalam masa pacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
6. Penjabaran Program Pendampingan Tema Umum
: Pacaran sebagai Persiapan Perkawinan
Tujuan Umum : Bersama pendamping, OMK semakin memahami dan menyadari bahwa relasi pacaran merupakan masa persiapan menuju perkawinan kristiani sehingga dalam berpacaran memiliki prinsip, sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. No Tema (1) (2) 1 Makna Cinta yang sejati
2
Pacaran yang sehat dan bertanggung jawab
Tujuan (3) Bersama pendamping, OMK memahami cinta yang sejati sebagaimana Kristus mengasihi manusia.
Bersama pendamping, OMK dapat semakin memahami dan mampu mengupayakan pacaran yang sehat dan bertanggung jawab
Uraian Materi (4) - Pengertian cinta - Berbagai jenis kisah agape, philia, storge, eros dan ephitymia - Yesus Kristus pola cinta sejati - Pengertian dan tujuan seks dan seksualitas bagi manusia.
Metode (5) - Ceramah - Dramatisasi - Sharing - Diskusi - Tanya jawab - Pleno - Refleksi
Sarana (6) - Teks lagu - Kaset dan tape - Hand Out - Kertas Flep dan Spidol - Transparansi dan OHP
Sumber Bahan (7) - Setyawan, 2004: 6067. - Komkat KAS, 1994: 8-9. - Yohanes 15: 9-17
- Ceramah - Dramatisasi - Sharing - Diskusi - Tanya jawab
- Teks lagu - Kaset dan tape - Hand Out
- Lowery, 2001: 2025 - Agus Hardjana, 2002: 23-31.
81
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
(1)
(2)
(3) sehingga OMK dapat menghindari perilaku yang menyimpang seperti: Hedonis (seks bebas), egois, materialistis, dsb.
(4) - Aktivitas seksualitas dan dampaknya. - Moralitas seksualitas dalam perspektif kristiani. - Pria sebagai calon suami dan ayah kristiani dan memahami wanita sebagai calon istri dan ibu kristiani! - Hubungan dan peranan antara cinta dan seks dalam perspektif gender.
(5) - Pleno
(6) - Kertas Flep dan Spidol
(7)
82
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
(1) 3
(2) (3) Menggali Bersama pendamping, pengertian dan OMK mampu memahami makna cinta, hubungan serta peranan seks dan antara cinta, seks, dalam seksualitas perspektif gender
(4) - Pengertian dan tujuan seks dan seksualitas bagi manusia. - Aktivitas seksualitas dan dampaknya. - Moralitas seksual dalam perspektif kristiani. - Pria sebagai calon suami dan ayah kristiani dan memahami wanita sebagai calon istri dan ibu kristiani. - Hubungan dan peranan antara cinta dan seks dalam perspektif gender.
(5) - Ceramah - Dramatisasi - Sharing diskusi - Tanya jawab - Pleno
(6) (7) - Teks lagu - Purwa Hardiwardaya, 1990: - Kaset dan 46-48. Tape - Setyawan, 2004: 60- Hand Out 70. - Kertas Flep - Komisi dan spidol Kepemudaan, 1994: 8-9. - FC, art. 22, 23, dan 25.
83
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT
(1) 4
(2) Pacaran dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal
(3) Bersama pendamping, OMK memahami dan menyadari hakekat, tujuan, dan ciri pernikahan Kristiani beserta konsekuensinya dalam masa pacaran.
(4) - Tujuan pokok dalam berpacaran - Hakekat, tujuan dan ciri pernikahan Kristiani.
(5) - Ceramah - Dramatisasi - Sharing - Diskusi - Tanya jawab - Pleno - Visualisasi
(6) - Teks Lagu - Kaset dan Tape - Hand Out - Kertas Flep dan Spidol
(7) - Purwa Hardiwardaya, 1989: 46-48. - Agus Hardjana, 2002: 69-81.
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
F. Contoh Satuan Pendampingan bagi Mudika Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur
1.
Identitas Pertemuan
a.
Tema
: Makna Cinta yang Sejati
b.
Tujuan
: Bersama pendamping, OMK memahami cinta yang sejati sebagaimana Kristus mengasihi manusia.
c.
Peserta
: Orang
muda
Katolik
Lingkungan
St.
Fransiskus
Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur. d.
Tempat
: Gereja St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
e.
Hari/Tgl
: Jumat, 24 Oktober 2014
f.
Waktu
: 16.00-17.30
g.
Model
: Biblis
h.
Metode
: - Ceramah - Dramatisasi - Sharing - Diskusi - Tanya jawab - Pleno - Refleksi
i.
Sarana
: - Teks lagu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
- Kaset dan tape - Hand Out - Kertas Flep dan Spidol - Transparansi dan OHP j.
Sumber Bahan
: - Setyawan, 2004: 60-67. - Komkat KAS, 1994: 8-9. - Yoh 15: 9-17.
2.
Pemikiran Dasar Di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang
Penebus, Waingapu, Sumba Timur, OMK mengalami permasalahan pacaran yang tidak sehat. Banyak OMK kurang mengetahui akan makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab maka mereka mengalami kehamilan di luar nikah. OMK salah menafsirkan seksualitas karena kurang adanya pendampingan dari orang tua maupun katekis yang bertangggung jawab terhadap perkembangan iman mereka. OMK berpandangan bahwa seksualitas identik dengan cinta sejati, dengan kata lain cinta disamakan dengan hubungan seks. Dampak dari kurangnya pendampingan OMK sejak dini maka mereka berpandangan bahwa cinta ada kecenderungan untuk saling memiliki. OMK yang berpacaran saling mengekang yang dicintainya. Banyak yang berpandangan: “karena kamu mencintai saya, atau karena saya mencintai kamu maka kamu harus menurut pada saya”. Kondisi seperti ini merusak makna cinta sejati yang penuh ketulusan dan pengorbanan tanpa ada paksaan satu sama lain. Dalam Injil Yohanes 15: 9-17 diungkapkan tentang makna cinta sejati. Cinta sejati itu penuh pengorbanan dan ketulusan sebagaimana Yesus telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
mengorbankan diri-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya. Ketulusan cinta sejati yang diajarkan oleh Tuhan Yesus akan menghasilkan buah yang melimpah. Injil Yohanes juga mengatakan bahwa kita hendaknya menuruti perintah Yesus dan tinggal bersama Dia di dalam kasih-Nya. Perintah Yesus adalah untuk saling mengasihi satu sama lain dan keteladanan cinta dari Yesus adalah cinta yang suci. Cinta kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah dasar yang memampukan mereka untuk mengasihi sama seperti Yesus mengasihi manusia. Dalam pertemuan kali ini, kita bersama-sama belajar untuk memahami makna cinta yang sejati seperti yang diajarkan oleh Yesus yang penuh dengan ketulusan dan pengorbanan. Kita harus memiliki semangat cinta yang sejati sebagaimana Yesus mengasihi manusia dengan mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa manusia. Dengan demikian cinta sejati dapat memampukan kita untuk berkorban kepada sesama dan dengan tulus mencintai sesama.
3.
Pengembangan Langkah-Langkah
a.
Pembukaan:
1) Pemandu memperkenalkan diri secara singkat 2) Pemandu menyampaikan pengantar mengenai tema pertemuan hari ini: Teman-teman yang terkasih dalam kesempatan sore hari ini kita mau sama-sama belajar tentang makna cinta sejati yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita berelasi satu sama lain terutama dalam menjalin hubungan tanpa kita sadari kita mengekang satu sama lain. Situasi seperti ini merusak makna cinta sejati yang penuh ketulusan dan pengorbanan tanpa ada paksaan satu sama lain. Dalam Injil Yohanes nanti kita akan menggali
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
bersama makna cinta sejati dari Yesus Kristus yang rela mengorbankan nyawaNya untuk sahabat-sahabat-Nya. Yesus yang penuh ketulusan mencintai manusia melalui karya-Nya di tengah dunia. Semoga di dalam pertemuan kali ini kita semakin mampu memaknai cinta yang sejati yang penuh ketulusan dan pengorbanan dan dengan setia menjaga kesucian cinta. Marilah kita mengawali pertemuan hari ini dengan menyanyikan lagu “Ajarilah Kami Tuhan Bahasa Cinta Kasih”. 3) Pemandu mengajak peserta untuk menyanyikan lagu “Ajarilah Kami Tuhan Bahasa Cinta Kasih”. Ajarilah Kami Tuhan Bahasa Cinta Kasih Andaikan aku lakukan, Yang luhur dan mulia Jika tanpa cinta kasih Hampa dan tak berguna Cinta itu lemah lembut Sabar dan murah hati Tidak cari keuntungan Tak memegahkan diri Reff: Ajarilah kami Tuhan Bahasa cinta kasih
4) Doa Pembukaan: Allah Bapa yang maha pengasih, terima kasih karena Engkau telah mengumpulkan kami di tempat ini untuk memaknai cinta yang sejati. Bapa kami sering salah dalam mengartikan makna cinta yang sejati. Dalam menjalin hubungan kami sering mengekang satu sama lain dan kami terjerumus dalam rasa saling memiliki. Namun sekiranya melalui Injil Yohanes kami semakin dikuatkan dalam memaknai cinta yang sejati. Kami dapat belajar tentang ketulusan dan pengorbanan cinta yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus Putra-Mu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
tunggal. Dia rela mati di kayu salib dan menyerahkan nyawa-Nya demi kami sahabat-sahaabat-Nya. Yesus mencintai kami secara utuh tanpa mengharapkan balasan dari kami. Ya Bapa utuslah Roh Kudus-Mu semoga dalam pertemuan kali ini, sehingga kami semakin memahami makna cinta yang sejati dan memiliki semangat cinta yang sejati seperti Yesus Kristus Putra-Mu. Doa ini kami haturkan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
b. Pembacaan teks Kitab Suci Yoh 15: 9-17 1) Pemandu membagikan fotokopian Kitab Suci Yoh 15: 9-17 dan mempersilahkan peserta untuk membacanya secara pribadi. 2) Pemandu membaca kembali Kitab Suci tersebut secara lantang. 3) Pemandu mengajak peserta merenungkan teks tersebut secara pribadi dalam suasana hening.
c. Pendalaman Kitab Suci 1) Pemandu mengajak peserta untuk mendalami teks Kitab Suci dengan panduan pertanyaan secara berikut: a) Ayat mana yang menunjukkan tentang kasih? b) Makna apa yang dapat diambil dari keteladanan Yesus Kristus tentang kasih? 2) Pemandu mempersilahkan peserta untuk berdiskusi dengan teman sebelah kanan dan kirinya, menjawab pertanyaan pada no 1. 3) Pemandu mempersilahkan peserta untuk menyampaikan pendapatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
4) Pemandu merangkum pendapat peserta dan memberikan peneguhan dengan interpretasi teks Yohanes 15: 9-17. Kasih yang dibicarakan Yesus adalah satu, namun sangat kaya dan mendalam. Hal ini dimulai dengan kasih Bapa terhadap anak-Nya (ay. 9), kasih ini kemudian bergerak dari Yesus kepada sahabat-sahabat-Nya ( ay. 12-13). Kasih Yesus ini dianggap dalam ketaatan kasih para murid terhadap Kristus (ay. 10, 14), dan bersinar dalam kasih mereka satu sama lain (ay. 12, 17). Kasih inilah yang akan menjadi sumber dari kegembiraan mereka (ay. 11) dan syarat mutlak persahabatan akrab mereka dengan Tuhan (ay. 14-15). Teladan kasih bagi pemuridan yang sejati bersifat total, tanpa batas. Karena, demi kasih ini, Yesus sendiri telah memberikan hidup-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya (ay. 13). Justru untuk kasih yang seperti ini Yesus memilih para murid, agar mereka saling mengasihi dan terus-menerus menghasilkan buah. Keberhasilan tersebut akan tercapai apabila para murid mengandalkan janji Yesus (ay. 16-17). Kasih yang Yesus tuntut dari murid-murid-Nya, ialah kasih yang berdasar atas kasih-Nya kepada mereka. Dan kasih-Nya kepada mereka itu berdasar pula atas kasih Bapa kepada-Nya. Dalam kasih Yesus para murid mengalami kasih Allah. Dan kasih ini yaitu kasih Bapa kepada Anak dan kasih Anak kepada murid-Nya harus di teruskan kepada orang lain. Itulah perintah yang diberikan-Nya kepada para murid. Kasih ini bukan saja adalah “contoh” atau “teladan” bagi mereka, tetapi juga dasar dari kasih mereka: dasar yang memampukan mereka untuk mengasihi sama seperti Dia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Dalam penghayatan sahabat-sahabat Yesus, tidaklah cukup menghayati kasih hanya sekedar ajaran-ajaran yang terdiri dari teori-teori dan hukum. Oleh karena itu Yohanes dalam perikop yang ini mengingatkan jemaat, bahwa Yesus sendiri telah memberikan suatu tugas yang lain kepada para murid yaitu: Tugas untuk mengasihi dan saling mengasihi.
d. Pendalaman Pengalaman Hidup 1) Pemandu membagikan teks lagu “Cintailah Cinta” dan mengajak peserta untuk bernyanyi bersama. CINTAILAH CINTA Tuhan anugerahi sebuah cinta Kepada manusia untuk dapat saling menyayangi Bila kebencian meracunimu Takkan ada jalan keluar Damai hanya jadi impian Kita takkan bisa berlari dari kenyataan Bahwa kita manusia tempatnya salah dan lupa Jika masih ada cinta dihatimu Maka maafkanlah segala kesalahan, cintailah cinta Bila kamu bisa untuk memaafkan Atas kesalahan manusia Yang mungkin tak bisa dimaafkan Tentu Tuhanpun akan memaafkan Atas dosa yang pernah tercipta Yang mungkin tak bisa diampuni
2) Pemandu mengajak peserta untuk mendalami dan memahami lagu tersebut dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: a) Apa komentar teman-teman mengenai lagu “Cintailah Cinta”? b) Apakah anda pernah jatuh cinta? c) Bagaimana pengalaman anda ketika jatuh cinta?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
3) Pemandu merangkum pendapat peserta Tadi teman-teman sudah menjawab tentang lagu yang inspiratif, menyentuh. Tadi ada yang mengatakan saat jatuh cinta dan pengalaman ketika jatuh cinta grogi ketika melihat si dia, serasa dunia milik berdua, lebih memiliki semangat belajar, bekerja, merasa ingin dekat dengan pihak yang dicintai, merasa yakin bahwa ia dapat membahagiakan atau dibahagiakan oleh pihak yang dicintai itu, dan berpikir terus-menerus bagaimana agar bisa bersatu dengan pihak yang dicintai. Jatuh cinta lebih didominasi oleh gelora perasaan. Rela berkorban waktu, tenaga.
e. Penerapan dalam Hidup Peserta 1) Pemandu mengajak peserta merenung Teman-teman tadi kita sudah membaca dan merenungkan Injil Yohanes 15: 9-17, dari Injil tadi kita memaknai cinta yang sejati, Yesus mengorbankan diri-Nya untuk kita. Kita juga sudah mendalami pengalaman jatuh cinta beranjak dari lagu “cintailah cinta” yang menginspiratif dan menyentuh kita dalam memaknai cinta yang sejati. 2) Pemandu mengajak peserta memikirkan apa yang bisa dilaksanakan dalam kehidupan konkrit sehari-hari peserta dalam situasi dan kondisi setempat. a) Sudahkah kita dapat memaknai cinta sejati seperti yang diajarkan Yesus? b) Bagaimana kita mewujudkan cinta yang sejati untuk sesama? 3) Rangkuman Belum, karena kita terlalu banyak menuntut terhadap sesama, membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan. Memberikan cinta yang sejati seperti yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
telah diberikan oleh Yesus kepada sahabat-sahabat-Nya. Mewujudkan cinta yang sejati untuk sesama dengan membantu sesama kita tanpa harus mengharapkan imbalan dari orang yang kita bantu.
f. Penutup 1) Pemandu mengawali doa permohonan dan memberikan kesempatan kepada 4-5 orang peserta untuk mengungkapkan doa permohonan, pujian atau rasa syukur secara spontan, kemudian ditutup dengan nyanyian lagu Bapa kami sambil bergandengan tangan. 2) Pemandu menutup pertemuan dengan doa penutup: 3) Doa Penutup: Bapa yang Mahakasih, terima kasih karena kami dapat semakin mengenal cinta sejati melalui Injil Yohanes. Engkau Mahakasih tetap menghendaki agar kami yang Engkau cintai mengalami kebahagiaan, bahkan bahagia abadi dalam persatuan kasih-Mu. Kami juga sudah belajar bersama-sama menggali pengalaman hidup tentang pengalaman jatuh cinta. Kami juga sudah merefleksikan sudahkah kami dapat mencintai seperti Yesus dapat mencintai sahabat-sahabat-Nya atau pengikut-Nya. Utuslah Roh-Mu ya Tuhan agar kami semakin mampu memaknai cinta yang sejati dan berbagi cinta kasih terhadap sesama. Demi Kristus yang telah mengorbankan nyawa-Nya demi kebahagiaan kami sekarang dan selama-lamanya. Amin.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
BAB V PENUTUP
Pada bagian akhir penulisan ini penulis akan menyampaikan beberapa hal sebagai kesimpulan dari keseluruhan isi dari penulisan ini. Penulis juga menyampaikan saran yang dapat digunakan bagi pemahaman mengenai makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab, khususnya di kalangan orang muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, ternyata kurang memahami definisi pacaran. 2. Orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, ternyata kurang memahami makna pacaran yang sehat dan bertanggung jawab dalam perspektif membangun keluarga Kristiani yang ideal. 3. Orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, setuju jika pacaran harus berakhir dengan pernikahan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
4. Pacaran merupakan tahap untuk mencari/ menemukan kecocokan pasangan untuk mempersiapan hubungan sampai pada tahap perkawinan. 5. Pacaran tidak selamanya harus berhubungan seksual, pacaran hanya sebatas tukar pikiran, jalan bareng, lalu pegangan tangan, membelai rambut atau ekpresi kasih sayang bukan hubungan seks. 6. Orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, setuju bahwa pacaran merupakan persiapan menuju perkawinan yang kodratnya terarah pada kelahiran anak dan pendidikannya.
B. Saran Dalam hal berpacaran dan proses menuju ke jenjang perkawinan, selama berpacaran pasangan pacar sebaiknya menjaga hal-hal sebagai berikut: 1.
Bagi orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, agar bertindak bijak dalam berpacaran dan mengetahui batasan-batasan dalam tahap pacaran sehingga bertindak secara bijak dengan tidak melakukan perbuatan yang seolah-oleh sudah menjadi suami-istri (seks bebas). Perbuatan seperti itu belum tentu merupakan ungkapan cinta, melainkan sekedar pelampiasan nafsu seks, terbakar oleh panasnya dorongan naluri, sekedar memenuhi keingintahuan atau iseng belaka.
2.
Bagi Pengurus dan umat di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, supaya selalu mendampingi OMK dalam masa pacaran, pertunangan dan sampai pada tahap perkawinan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
agar OMK tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas (seks bebas) sebelum menikah. 3.
Bagi Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur, perhatian dan dukungan serta motivasi dari pihak paroki baik (pastor paroki, dewan paroki, katekis, maupun umat yang peduli terhadap OMK) agar selalu mendampingi OMK dalam tahap pacaran dan memberikan saran kepada OMK sehingga mereka tidak merasa dibiarkan begitu saja dan pada akhirnya mereka melalukan hal-hal yang tidak pantas.
4.
Pasangan pacar hendaknya menunjukkan sikap saling hormat-menghormati. Sebab semakin mendalam hubungan cinta, seharusnya semakin tinggi pula rasa hormat dan sikap penghargaan terhadap yang dicintai. Maka janganlah membiasakan diri untuk saling memuaskan, misalnya; saling meraba-raba. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap orang muda Katolik di Lingkungan St. Fransiskus Xaverius, Kambaniru, Paroki Sang Penebus, Waingapu, Sumba Timur dan akan mengalami pengucilan di lingkungan dan sosial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Agus Hardjana, M. (2002). Kiat Berpacaran. Yogyakarta: Kanisius. Budyapranata, Al. (1981). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Eminyan, Maurice. (2001). Teologi Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. Evely, L. A. (1974). Cinta Yang Dewasa. Yogyakarta: Kanisius. Gillarso, T. (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Halsema, N. (1979). Kitab Suci tentang Perkawinan. (Seri Puskat No. 15). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan tahun 1966). Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidkan Agama Katolik. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Prodi IPPAK. Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. (1991). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia. Komisi Kepemudaan KWI. (1993). Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda. Jakarta: KWI. ____________________. (1994). Peranan Keluarga Kristiani. Jakarta: Obor. Komkat KAS. (1994). Katekese untuk Kelompok Kaum Muda II. Semarang. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. Konseng, Anton. (1995). Menyikapi Seksualitas. Jakarta: Obor. Lowery, Daniel, L. (2001). Iman Hukum dan Praktek Hidup Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Magnis Suseno. (1984). Pendidikan Seksualitas. Jakarta: Obor. Martasudjita, E. (2003). Sakramen-sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1982). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University. Porwadarminta, W.J.S. (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: P & K. Powel, John. (1992). Cinta Tak Bersyarat. Yogyakarta: Kanisius. Pristio, Adrian. (2003). Cinta itu Indah. Yogyakarta: Puskat Nusatama. Purwa Hadiwardoyo, Al. (1988). Perkawinan Dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius. ____________________. (1989). Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius. ____________________. (1990). Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Obor. Riduwan, M. B.A. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: ALFABETA. Saifudin Azwar, MA., Dr. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Santrok, J. W. (2007). Adolescence (Remaja). (Benedictine Widyasinta, Penerjemah). Jakarta: Erlangga. Sene, Alfons. (1989). Kita Berkatekese Demi Bangsa. Ende: Nusa Indah. Setyakarjana, J. (1976). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik. Setyawan, A. (2004). Seks Gadis? Memahami Seks Membuktikan Cinta. Yogyakarta: Galang Press. Shelton, Charles. (1987). Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius. Suhardiyanto, HJ. (1998). Pendidikan Hidup Menggereja. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Hidup Menggereja untuk Semester V, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukardi., Ph.D. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sumarno Ds, M. (2012). PPL PAK PAROKI. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki, untuk Mahasiswa Semestrer VI, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tangdilintin, philips. (1984). Pembinaan Generasi Muda: Visi dan Latihan. Jakarta: Obor. _________________. (2008). Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: Kanisius. Telaumbanua, Martinus. Dr. OFM.Cap. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta Gerejawi. Jakarta: Obor. Umi Chulsum & Windy Novia. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko. Witdarmono, Pr. (1984). Pendidikan Kehidupan Seksualitas. Jakarta: Obor. Yohanes Paulus II, Paus. (1992). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese) (Seri Dokumen Gerejawi No. 28). (Hardawiyarna, SJ, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen Asli diterbitkan 16 Oktober 1979). __________________. (1994). Keluarga Katolik dalam Dunia Modern: Amanat Apostolik Familiaris Consortio. (A. Widyamartaya, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen Asli diterbitkan 22 November 1981).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Lingkungan
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2: Kuesioner untuk Orang Muda Katolik Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Kambaniru, Paroki Santo Penebus Waingapu, Sumba Timur
KUESIONER PENELITIAN
Rekan muda yang terkasih, Berkaitan dengan kehidupan kaum muda sekarang, tidak disangkal, cara mengkomunikasikan pendidikan seks bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Pasalnya, banyak hal yang perlu dipertimbangkan bila seseorang diberikan pendidikan seks. Entah dari faktor usia, pola pikir, pergaulan dan juga daya tangkap orang terhadap seks itu sendiri. Berkaitan dengan pendapat tersebut bagaimana pendapatmu tentang pacaran yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan kaum muda Katolik karena pacaran menjadi bagian dari pendidikan seks yang sehat. Untuk itu saya mohon kerelaan rekan muda untuk mengisi kuesioner ini. Terima kasih atas perhatian dan kesediaan rekan muda dalam mengisi kuesioner ini. DATA RESPONDEN 1.
Nama
:_________________________________________
2.
Umur
:_________________________________________
3.
Status pendidikan
:_________________________________________
4.
Jenis kelamin
:_________________________________________
Jawablah semua pertanyaan di bawah ini dengan melingkari pilihan alternatif jawaban yang paling sesuai menurut anda! 5. Pacaran adalah dua orang berbeda jenis kelamin yang saling menyukai, berkomitmen, kedekatan dua orang yang dilandasi cinta, dan masa penjajakan (cocok atau tidak cocok) dalam mencari pasangan hidup. (2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Pacaran tidak berarti hubungan seksual, jadi hanya sebatas tukar pikiran, jalan bareng, lalu pegangan tangan, membelai rambut atau ekspresi kasih sayang selain hubungan seks. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. “Pacaran tidak harus selalu berakhir dengan pernikahan.” a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 8. Pacaran dianggap sebagai pintu masuk hubungan yang lebih dalam lagi, maka hubungan seksual pra-nikah menjadi sah karena menandai kedekatan antara orang yang sedang jatuh cinta. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Dari mana Anda mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang seksualitas? a. Orang tua b. Guru c. Teman d. Kakak/saudara 10. Di jaman sekarang, melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah sesuatu yang biasa atau wajar, bagaimana tanggapan anda? a. Sangat setuju (3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Menurut pendapat Anda hambatan manakah yang paling Anda rasakan dalam mengupayakan pacaran yang sehat? a. Pacaran hanya mengisi waktu b. Pacaran dapat dikuasai sesukanya c. Seks bebas sah-sah saja d. Pacaran butuh “modal” 12. Bila saat ini Anda pernah atau sedang berpacaran sejauh mana perilaku seksual yang telah anda lakukan? a. Sebatas meraba b. Sebatas berciuman c. Melakukan hubungan seks d. Belum pernah melakukan ketiganya e. Sudah pernah melalukan ketiganya 13. Sebagai orang Katolik, dalam menjalani masa pacaran apakah Anda menghendaki perkawinan nantinya sebagai kebersamaan dalam suka dan duka seumur hidup? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 14. Dalam masa pacaran yang sedang Anda jalani atau pernah Anda jalani, sebagai orang Katolik apakah Anda setuju dengan pendapat bahwa perkawinan nantinya bertujuan kesejahteraan (= apa yang baik bagi) suami atau istri? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju (4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15. Pacaran merupakan persiapan menuju Perkawinan yang menurut kodratnya terarah pada kelahiran anak dan pendidikannya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 16. Ketika anda mengalami masalah dalam berpacaran, kepada siapa anda mengungkapkan dan mencari bantuan? a. Orang tua b. Kakak/saudara c. Teman d. Guru 17. Setujukah anda bahwa kepercayaan iman yang anda miliki mampu membentengi diri anda dalam mengupayakan pacaran yang sehat? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 18. Dari 10 orang teman anda (single pria atau wanita Katolik) berapa orang yang anda ketahui pernah melakukan hubungan seks? a. Tidak ada b. 1-3 orang c. 4-6 orang d. 7-10 orang 19. Menurut anda, informasi dan pendidikan seks selayaknya diberikan oleh siapa? a. Konselor ahli b. Guru c. Orang tua d. Tokoh agama
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20. Kekhawatiran yang paling menonjol yang anda rasakan sebagai akibat dalam menjalin pacaran yang tidak sehat (seks sebelum menikah)? Yang paling berbahaya bagi anda! a. Agama b. Studi dan karir c. Hubungan di dalam keluarga termasuk orang tua d. Sosial dan lingkungan 21. Tempat mana yang paling anda sukai untuk berpacaran? a. Pantai (laut) b. Hutan (banyak pohon) c. Gunung (berbukit-bukit) d. Tempat-tempat rekreasi/hiburan e. Di rumah saja 22. Sebagai kaum muda Katolik, apakah yang menjadi prioritas sebagai kriteria calon pacar yang akan di pilih menjadi pacar? a. Kaya b. Ganteng atau cakep c. Seiman d. Tidak ada kriteria tertentu 23. Masa pacaran adalah masa persiapan perkawinan seumur hidup, jadi perkawinan yang tak dapat diceraikan. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 24. Masa pacaran merupakan titik awal sebelum membangun sebuah keluarga kristiani yang ideal. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju (6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25. Perilaku yang bagaimana yang dapat dikatakan sebagai model pacaran yang sehat. a. Pacaran ala tebu b. Pacaran ala mimi dan mintuan c. Pacaran ala malaikat d. Pacaran ala merpati 26. Anda sebagai pribadi yang beriman kristiani usaha apa yang anda upayakan untuk mengarahkan diri menuju pacaran yang sehat dalam perspektif membangun keluarga kristiani yang ideal? a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3: Lembar Kuesioner Penelitian yang Telah Diisi oleh Responden
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(15)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(17)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(18)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(20)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(21)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(22)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(23)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(24)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(25)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(26)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(27)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(28)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(29)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(30)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(31)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(32)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(33)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(34)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(35)