PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HUBU UNGAN PE ENGHAYA ATAN HID DUP BAKT TI DE ENGAN MINAT TER RHADAP PANGGILA P AN HIDUP P BAKTI BA AGI KAUM M MUDA DI D PAROKII SANTO YOHANES Y S RASUL PRINGWU ULUNG - YOGYAKA Y ARTA SKRIPSI Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat Memperoleeh Gelar Saarjana Pendiidikan Progrram Studi Illmu Pendiddikan Kekhuususan Penddidikan Agaama Katolikk
Oleh: E Emeliana T Takndar NIM: 111124004
PR ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK AN ILMU PENDIDIK P KAN JURUSA FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA 20155
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Para suster Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia, Para suster PBHK komunitas Deresan Yogyakarta, bapak dan ibuku yang setia mendoakanku, dan saudara-saudari yang telah mendukungku dengan caranya masing-masing dan Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
Sebab kamu tahu bahwa, ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
(Yakobus 1: 3 - 4)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul HUBUNGAN PENGHAYATAN HIDUP BAKTI DENGAN MINAT TERHADAP PANGGILAN HIDUP BAKTI BAGI KAUM MUDA DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL PRINGWULUNG YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta bahwa tarekat Putri Bunda Hati Kudus, dan tarekat lain akhir-akhir ini mengalami berkurangnya jumlah calon yang masuk biara. Ada juga keprihatinan yang dialami orang tua murid dan anak-anak mengeluh bahwa di sekolah-sekolah milik suster dan bruder mereka kurang melihat para suster dan bruder menampilkan kegembiraan itu pada saat menyapa siswa. Oleh karena itu skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti. Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati meliputi kaul kemurnian, kaul kemiskinan, dan kaul ketaatan dihayati secara konkret dalam hidup berkomunitas dan dalam melaksanakan tugas perutusan. Minat terhadap panggilan hidup bakti timbul dari hasil pengenalan dan belajar dalam keluarga, sekolah yang menimbulkan rasa ingin tahu, rasa senang, rasa tertarik dan menjadi sumber motivasi. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yakni terdapat hubungan antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara empirik maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif berbentuk korelasi. Cara pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan teknik populatif. Teknik populatif adalah seluruh jumlah populasi yaitu semua kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta yang berjumlah 108 orang sebagai responden dalam penelitian. Semua kaum muda yang berjumlah 108 ini yang mengisi kuesioner dan sebagian diwawancarai. Adapun hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang cukup nyata antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti yang ditunjukkan dengan nilai pearson correlation 0,630 pada taraf signifikansi 0,000. Sedangkan hasil analisis deskriptif statistik variabel penghayatan hidup bakti dengan nilai persentase 51 % (55 orang) lebih banyak masuk kategori setuju dan variabel minat terhadap panngilan hidup bakti dengan nilai persentase 44 % (48 orang) cukup banyak masuk kategori setuju. Berdasarkan hasil penelitian tersebut memberi gambaran bahwa semakin baik biarawan-biarawati memberi kesaksian mengenai penghayatan hidup bakti maka semakin meningkat jumlah kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti. Minat seseorang dapat ditunjukkan melalui sikap dan ekspresinya terhadap hasil pengenalan dan pengalaman yang diterima dari lingkungannya. Merujuk pada hasil penelitian ini, maka para suster Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia perlu meningkatkan semangat penghayatan hidup bakti dalam kesaksian hidup setiap hari, mengadakan kunjungan keluarga, kerjasama dengan pihak paroki, serta pihak sekolah untuk menggalakan program aksi panggilan secara rutin dengan kaum muda dalam bentuk apa saja sehingga kehadirannya dapat menginspirasi kaum muda dalam menjawab panggilan Tuhan sebagai biarawanbiarawati.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT The title of this thesis namely CORRELATION BETWEEN THE EMBODYING OF RELIGIOUS LIFE WITH THE INTEREST TO THE CALLING OF RELIGIOUS LIFE FOR YOUTHS AT PARISH OF ST JOHN THE APPOSTLE OF PRINGWULUNG YOGYAKARTA. This title was chosen base on the fact that the convent of SISTERS OF THE SACRED HEART OF MOTHER, and other convents in now days have experienced of the less of number of candidates who want to enter in a convent. There was a concern that experienced by parents and the youths who complain that at some schools which owned by sisters and brothers, they saw the sisters and brothers had not performed a happiness when greeting and welcome the students. Therefore this thesis aimed to comprehend how the relation of the embodying of religious life of the monks and nuns and the interest of the youths to the special calling. The embodying of religious life of monks and nuns involved the vows of celibate, poor and obedience which is embodied concretely in the community life and in performing the mission. The interest to the calling of religious life arouse from the introducing and learning in families, schools, which gave rise of the feel to know, happy, and interest and becomes source of motivation. The hypothetic which would be tested in this study as followed, there was a correlation between the embodying of religious life and the interest of youths to the calling of the life. In this study, it was used the quantitative method in correlation form to prove the righteousness of the empirical hypothetic. The method of choosing the sample from the population used the population technique. The technique stated that population of all youths at Parish of St John the Apostle of Pringwulung Yogyakarta amount of 108 became the sample. All the 108 youths had filled the questionnaires and part of them had been interviewed. The result of the study pointed that it had the real correlation between the embodying of religious life and the interest of the youths to the calling of religious life which it was pointed by the value of pearson correlation 0,630 by the significant rate at 0,000. While the result of descriptive statistic analyses to the variable of embodying life by the percentage value 51% (55 persons) more of those included in the agree category and the interest variable to the calling of religious life by the percentage of 44% (48 persons) and more included in agree category. Based on the result, it gave the description that better the monks and nuns give the witnessing of embodying of religious life then it more increase the number of youths who interested to the special calling. The interesting of someone could be pointed through the attitudes and expressions of the results of introduction and experiencing which had been received from the environment. By referring to the result, then the Sisters of the Sacred Heart Of Mother of Indinesia Province should increase the spirit for embodying religious life by conducting families visiting, in cooperating whit parishes and schools to perform the program of calling action routinely with the youths in various kinds of action so that their presence would become an inspiration to the youths in responding to the calling of God as monks and nuns. ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul HUBUNGAN PENGHAYATAN HIDUP BAKTI DENGAN MINAT TERHADAP PANGGILAN HIDUP BAKTI BAGI KAUM MUDA DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL PRINGWULUNG YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun
berdasarkan
keprihatinan penulis
mengenai
berkurangnya jumlah calon yang masuk biara. Kenyataan berkurangnya jumlah calon yang memilih untuk hidup membiara tidak hanya dialami oleh tarekat Putri Bunda Hati Kudus tetapi dialami juga oleh tarekat lainnya. Minat terhadap panggilan hidup bakti perlu didukung dengan kesaksian hidup biarawan-biarawati yang mengikrarkan kaul-kaul membiara. Dengan mengikrarkan kaul diharapkan biarawan-biarawati bertanggung jawab menaati nasihat Injil dalam seluruh hidup dan perutusannya sebagaimana telah diteladankan Olah Yesus Kristus. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi ini dimaksudkan untuk membantu biarawan-biarawati agar semakin meningkatkan kesaksian hidup yang makin berkualitas dalam seluruh hidup dan tugas pelayanannya dan juga kepada keluarga, lingkungan sekolah dan paroki agar dengan berbagai caranya masingmasing dapat membantu kaum muda dalam mengenali benih panggilan Tuhan sebagai biarawan-biarawati sehingga dapat bertumbuh subur serta kelak bisa terwujud sesuai kehendak Tuhan yang bekerja melalui usaha semua pihak.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini selesai disusun dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati dan syukur mengucapkan terima kasih kepada: 1. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu siap sedia memberikan dukungannya dengan penuh kesabaran dalam memberikan koreksi saat bimbingan skripsi sehingga penulis termotivasi, dan selalu mendapat wawasan baru dalam menyempurnakan skripsi ini sampai selesai. 2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ, selaku dosen penguji II yang bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk mengadakan bimbingan dalam rangka meminta pendapat dan saran pada penulisan bab II, sehingga penulis sedikit mempunyai gambaran dalam melanjutkan penulisan skripsi ini hingga selesai. 3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III, yang siap sedia mendengarkan dan memberi masukan pada penulis mengenai hal praktis sebagai dosen penguji III. Tentu dukungan yang diberikan sangat bermanfaat bagi penulis dalam proses penulisan skripsi ini. 4. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed, selaku Ketua Program Studi Prodi IPPAK yang telah memberikan persetujuan pada penulis dalam proses awal penulisan skripsi hingga selesai. xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung dan mendidik penulis selama belajar hingga menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 6. Sr. M. Immaculae PBHK, beserta Staf Dewan Provinsi PBHK Indonesia yang telah memberikan kepercayaan pada penulis dalam tugas perutusan studi Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis beryukur atas perutusan studi yang diberikan konggregasi ini yang tentunya menjadi bekal dalam tugas perutusan mendatang. 7. Para suster PBHK komunitas Deresan Yogyakarta yang telah mendukung dengan berbagai macam cara sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. 8. Romo Bonifasius Dwi Yuniarto Nugroho, PR yang mewakili romo paroki di paroki Santo Yohanes Pringwulung Yogyakarta dan Bapak Yustinus Raharjo sebagai penanggung jawab sekretariat paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta yang telah menerima dan membantu penulis dalam mengadakan penelitian dengan kaum muda. 9. Al. Agung Priyatno selaku penanggung jawab kepemudaan di paroki Santo Yohanes
Rasul
Pringwulung
Yogyakarta,
yang
telah
membantu
menghubungkan penulis dengan para ketua OMK yang berada dalam paguyuban lektor, misdinar dan kaum muda lainnya yang tidak termasuk dalam paguyuban di paroki sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar dan baik. xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ..........................................................................................................
i
PESRSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
ii
PENGESAHAN ............................................................................................
iii
PERSEMBAHAN .........................................................................................
iv
MOTTO ........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........
vii
ABSTRAK ....................................................................................................
viii
ABSTRACT ....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xxi
DAFTAR SINGKATAN ..............................................................................
xxii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................
5
D. Rumusan Permasalahan ...................................................................
6
E. Tujuan Penulisan ..............................................................................
6
F. Manfaat Penulisan ............................................................................
6
G. Metode Penulisan .............................................................................
7
H. Sistematika Penulisan ......................................................................
7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................
9
A. Penghayatan Hidup Bakti ................................................................
9
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Hidup Bakti ...............................................................................
9
a. Pengertian Hidup Bakti .........................................................
9
b. Tujuan Hidup Bakti ...............................................................
14
2. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Profesi Religius .......
16
a) Tahap Pra-Novisiat dan Novisiat ...........................................
17
b) Tahap Novisiat .......................................................................
17
c) Tahap Profesi Sementara .......................................................
18
d) Tahap Profesi Kekal ..............................................................
19
3. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Hidup Komunitas ....
23
4. Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Tugas Perutusan ......
24
B. Minat Kaum Muda terhadap Panggilan Hidup Bakti........................
26
1. Pengertian Minat ........................................................................
26
2. Ciri-Ciri Minat ...........................................................................
29
a. Minat Tumbuh Bersamaan dengan Perkembangan Fisik dan Mental ....................................................................................
29
b. Minat Bergantung pada Kesiapan Belajar .............................
29
c. Minat Bergantung pada Kesempatan Belajar ........................
30
d. Perkembangan Minat mungkin Terbatas ...............................
30
e. Minat dipengaruhi Budaya ....................................................
30
f. Minat berbobot Emosional ....................................................
30
g. Minat itu Egosentris ..............................................................
31
3. Aspek-Aspek Minat ...................................................................
31
a. Aspek Kognitif ......................................................................
31
b. Aspek Afektif .......................................................................
32
4. Bentuk-Bentuk Minat .................................................................
32
a. Minat Pribadi dan Sosial .......................................................
33
b. Minat terhadap Rekreasi ........................................................
33
c. Minat pada Agama ................................................................
34
d. Minat terhadap Sekolah dan Jabatan .....................................
36
5. Minat dan Motivasi ....................................................................
37
C. Penelitian yang Relevan ...................................................................
39
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
D. Kerangka Pikir .................................................................................
40
E. Hipotesis ..........................................................................................
43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
44
A. Jenis Penelitian ................................................................................
44
B. Desain Penelitian ............................................................................
44
C. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
45
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................
45
E. Variabel Penelitian ..........................................................................
46
1. Identifikasi Variabel ...................................................................
46
2. Definisi Konseptual Variabel .....................................................
47
a) Penghayatan Hidup Bakti ......................................................
47
b) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti .................................
47
3. Definisi Operasional Variabel ....................................................
48
a) Penghayatan Hidup Bakti ......................................................
48
b) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti .................................
49
4. Teknik dan Alat Instrumen Penelitian .......................................
49
a) Angket ...................................................................................
49
b) Wawancara ............................................................................
50
5. Kisi-Kisi Penelitian ....................................................................
51
F. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
54
G. Pengembangan Instrumen ...............................................................
54
1. Analisis Intrumen .......................................................................
54
a) Uji coba terpakai ....................................................................
54
b) Uji coba Validitas ..................................................................
54
c) Uji coba Reliabilitas ..............................................................
55
2. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis .....................................
57
a) Uji Normalitas Data ...............................................................
57
b) Uji Linearitas ..........................................................................
57
c) Analisis Deskriptif Statistik ...................................................
57
d) Uji Hipotesis ..........................................................................
59
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
60
A. Hasil Penelitian .............................................................................
60
1. Uji Persyaratan .........................................................................
60
a. Uji Normalitas ....................................................................
60
b. Uji Linearitas .....................................................................
61
2. Analisis Deskriptif Statistik .....................................................
62
a. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Penghayatan Hidup Bakti ........................................................................
62
1) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemurnian ...............
64
2) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemiskinan ..............
66
3) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Ketaatan ...................
68
b. Rangkuman Deskripsif Statistik Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti .......................................................
70
1) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Ingin Tahu ................
73
2) Deskriptif Statistik Aspek Sumber Motivasi .............
75
3) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Senang ......................
77
4) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Tertarik ....................
79
3. Analisis Korelasi ......................................................................
81
B. Hasil Wawancara dengan Kaum Muda .........................................
82
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................
86
1. Uji Normalitas dan Uji Linearitas ..........................................
86
2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti ........................................
87
a. Aspek Kaul Kemurnian ....................................................
87
b. Aspek Kaul Kemiskinan ...................................................
87
c. Aspek Kaul Ketaatan .......................................................
88
3. Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti .................................
89
a. Aspek Rasa Ingin Tahu .....................................................
89
b. Aspek Sumber Motivasi ...................................................
89
c. Aspek Rasa Senang ..........................................................
90
d. Aspek Rasa Tertarik .........................................................
90
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. Korelasi Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Kaum Muda Terhadap Panggilan Hidup Bakti ...........................................
91
D. Refleksi Kateketis .........................................................................
93
1. Pengertian Katekese ...............................................................
93
2. Biarawan-Biarawati sebagai Katekis ......................................
94
3. Aspek Katekis dalam Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
95
E. Keterbatasan Penelitian ................................................................
98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
100
A. Kesimpulan .....................................................................................
100
B. Saran ...............................................................................................
101
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
103
LAMPIRAN ........................................................................................
105
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian .......................................................
(1)
Lampiran 2: Data Hasil Penelitian .......................................................
(7)
Lampiran 3: Data Hasil Wawancara ....................................................
(10)
Lampiran 4: Data Hasil Uji Validitas ..................................................
(14)
Lampiran 5: Data Out Put Korelasi Keseluruhan ................................
(15)
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y
50
Tabel 2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti
51
Tabel 3. Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
52
Tabel 4.
Hasil Uji Reliability Statistik Variabel Penghayatan Hidup Bakti
56
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Statistik Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
56
Tabel 6. Kriteria Klasifikasi Variabel Penghayatan Hidup Bakti
58
Tabel 7. Kriteria Klasifikasi Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
58
Tabel 8. Test Of Normality
60
Tabel 9. Anova Table ( Uji Linearitas)
61
Tabel 10. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Penghayatan Hidup Bakti
62
Tabel 11. Rangkuman Analisis Frekuensi Variabel Penghayatan Hidup Bakti
63
Tabel 12. Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemurnian
64
Tabel 13. Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemurnian
65
Tabel 14. Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemurnian
66
Tabel 15. Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemiskinan
67
Tabel 16. Deskriptif Statistik Aspek Kaul Ketaatan
68
Tabel 17. Analisis Frekuensi Aspek Kaul Ketaatan
69
Tabel 18. Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Minat Terhdap Panggilan Hidup Bakti
70
Tabel 19. Analisis Frekuensi Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
71
Tabel 20. Deskriptif Statistik Aspek Rasa Ingin Tahu
xix
73
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel 21. Analisis Frekuensi Aspek Rasa Ingin Tahu
74
Tabel 22. Deskriptif Statistik Aspek Sumber Motivasi
75
Tabel 23. Analisis Frekuensi Aspek Sumber Motivasi
76
Tabel 24. Deskriptif Statistik Aspek Rasa Senang
77
Tabel 25. Analisis Frekuensi Aspek Rasa Senang
78
Tabel 26. Deskriptif Statistik Aspek Rasa Tertarik
79
Tabel 27. Analisis Frekuensi Aspek Rasa Tertarik
80
Tabel 28. Analisis Korelasi
81
Tabel 29. Hasil Wawancara dengan Kaum Muda
82
xx
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1. Diagram Penghayatan Hidup Bakti secara Keseluruhan
64
Gambar 2. Diagram Aspek Kaul Kemurnian
66
Gambar 3. Diagram Aspek Kaul Kemiskinan
68
Gambar 4. Diagram Aspek Kaul Ketaatan
70
Gambar 5. Diagram Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti secara Keseluruhan
72
Gambar 6. Diagram Aspek Rasa Ingin Tahu
75
Gambar 7. Diagram Aspek Sumber Motivasi
77
Gambar 8. Diagram Aspek Rasa Senang
79
Gambar 9. Diagram Aspek Rasa Tertarik
81
xxi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja EG
: Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 23 November 2013.
VC
: Vita Cosecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti bagi para Religius, 23 Maret 1996.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja, Dokumen Konsili Vatikan II. Diterjemahkan dari naskah resmi bahasa Latin Oleh R. Hardawiryana SJ, 12 Juli 2013.
CT
: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, klerus dan segenap umat beriman, tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Caninici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.
B. Singkatan Lain
WKC : Warta Keluarga Chevalier (Majalah Keluarga Chevalier: Tarekat MSC, PBHK, TMM, dan Asosiasi Awam Chevalier). KWI : Konferensi Waligereja Indonesia. Art
: Artikel.
Jlh
: Jumlah
xxii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Hidup bakti adalah suatu cara hidup khusus bagi mereka yang mengalami sapaan pribadi dengan Allah dan menanggapinya secara khas. Sapaan ini pada hakekatnya adalah sapaan kasih, yang menjadikan biarawan-biarawati menjadi teguh, bersemangat dan senantiasa bergembira dalam menghayati hidup baktinya. Karena cinta yang diperoleh dari perjumpaan pribadi dengan Yesus itulah biarawan-biarawati hidup bakti digerakkan oleh kasih-Nya untuk menjadi nabi yang siap menjadi pendengar dan pelaku sabda seperti orang Samaria yang baik hati terdapat dalam Luk 10 : 25 – 37. Melalui perjumpaan pribadi dengan Tuhan menjadi kekuatan yang mendorongnya untuk menghayati panggilan hidup mistik, yang nyata dalam hidup doa yang mendalam, serta peka terhadap kehadiran Tuhan dalam setiap pengalaman hidup. Biarawan-biarawati hidup bakti menghayati ketiga kaul yang meliputi kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Inti berkaul adalah menyatuhkan diri dengan Tuhan sendiri secara penuh. Dengan kaul kemurnian, biarawan-biarawati hidup bakti tidak terikat pada keluarga sehingga dapat mengikuti Tuhan secara total. Dengan kaul kemiskinan, biarawan-biarawati hidup bakti tidak mau diikat oleh harta benda dunia ini, tetapi lebih mau bebas melekatkan diri pada Tuhan. Dengan kaul ketaatan, biarawan-biarawati hidup bakti tidak mau terikat pada kedudukan dan kekuasaan, tetapi justru ingin taat kepada perintah Tuhan sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
Oleh karena itu jelas bahwa ketiga kaul secara umum menjadikan biawawan-biarawati hidup bakti tidak terikat atau lepas bebas pada berbagai hal seperti: keluarga, harta, kedudukan dan hanya terikat pada Tuhan sendiri. Semangat lepas bebas dimaksudkan agar biarawan-biarawati hidup bakti lebih mengutamakan Tuhan, ingin menyatu dengan Tuhan, dan semua hal yang lain dianggap sebagai sarana. Harapannya jika biarawan-biarawati mengembangkan sikap dan semangat lepas bebas, sehingga dapat membantu setiap pribadi untuk menerima dengan sepenuh hati perutusan apapun yang diberikan oleh para pemimpin dalam tarekat dan bisa hidup bersama dengan penuh sukacita dan damai. Semua harapan yang telah dipaparkan oleh penulis pada kenyataanya kadang kurang sesuai dengan harapan. Berdasarkan pengalaman, dan pengamatan penulis, terkadang biarawanbiarawati kurang setia menaati kaul ketaatan jika mendapat perutusan baru dengan alasan karena sudah pensiun, atau pun di tempat lain sangat membutuhkan kehadiran biarawan-biarawati yang diutus. Kenyataan ini jelas tidak sesuai dengan janji kaul yang telah diikrarkan pada Tuhan yang disaksikan oleh para pemimpin konggregasi dan juga disaksikan oleh umat dalam perayaan prasetya pertama dan prasetya kekal. Penulis melihat persoalan lain lagi yang diangkat oleh romo Paul Suparno dalam bukunya yang berjudul saat jubah bikin gerah (2007:69): Dari pengalaman, banyak orang tua murid dan anak-anak yang di sekolah-sekolah katolik milik suster atau bruder, mengeluh karena para suster dan bruder kurang menampilkan kegembiraan itu. Kadang mereka tidak melihat suster kepala sekolah tersenyum jika disapa murid, mereka tidak melihat bagaimana suster itu menyapa dengan hati gembira kepada siswa. Persoalan ini cukup jelas bahwa biarawan-biarawati tidak memberikan kesaksian yang baik kepada sesama yang dijumpai dan tidak membantu orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
melihat sisi lain dari dimensi eskatologis hidup bakti dan membuat orang tidak merasakan keindahan panggilan Allah dalam diri biarawan-biarawati tersebut. Dalam Konstitusi para suster Putri Bunda Hati Kudus bab III no. 37, berbicara mengenai asal mulanya panggilan itu yaitu sebagaimana Yesus memanggil para murid-Nya demikian juga ia telah memanggil kita untuk mengambil bagian dalam cara hidup dan tugas perutusan-Nya dari Bapa. Panggilan sebagai biarawan-biarawati merupakan karunia dari Allah. Jadi jelas bahwa Allah yang berinisiatif memanggil setiap orang untuk mengikuti-Nya dengan sukarela sebagai suster, romo, frater dan bruder. Panggilan menjadi biarawan-biarawati biasanya datang melalui hal-hal yang sederhana. Ada yang merasa terpanggil untuk menjadi suster, romo dan bruder karena sering mendapat kunjungan keluarga dari biarawan-biarawati secara rutin, bertemu dengan suster yang setia mengantar komuni kudus kepada orang sakit, orang tua sering melatih anaknya untuk mencintai Tuhan dengan cara rajin mengikuti kegitan di Gereja seperti perayaan Ekaristi, ibadat di lingkungan, mengikuti sekolah minggu dan bertugas sebagai misdinar. Sejauh pengalaman penulis dan juga membaca tulisan pengalaman biarawan-biarawati yang lain, bahwa awal mula merasa tertarik dengan panggilan hidup bakti karena sering mendapat kunjungan dari para suster, dan juga melalui perjumpaan dengan para suster, bruder, romo dan frater pada saat misa di Gereja, kegiatan sekolah minggu, mengikuti upacara kaul para suster dan peringatan berdirinya
konggregasi
yang
membuat
kaum
muda
tertarik
mempersembahkan hidupnya pada Tuhan sebagai biarawan biarawati.
untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati menurut romo Paul Suparno (2007:69) yaitu hidup membiara biarawan-biarawati sudah jelas menjadi tanda heran dan pertanyaan yang dapat membantu orang berpikir alternatif tentang hidup mendatang, namun tanda tersebut baru efektif, bermakna dan mempunyai pengaruh jika biarawan-biarawati hidup bakti sungguh hidup dalam kegembiraan dan kebahagiaan sejati karena persatuannya dengan Tuhan. Panggilan yang sudah diterima oleh biarawan-biarawati itu unik dan tiap orang yang menerima panggilan itu dan menjawabnya pun berbeda-beda. Namun menjadi persoalan yang perlu dicermati lebih jauh lagi, apakah benih panggilan itu masih dialami kaum muda di tengah arus zaman ini. Yang menjadi pertanyaan penulis, apakah biarawan-biarawati masih terus hadir bersama umat dalam kegiatan di Gereja, lingkungan, mengadakan kunjungan keluarga secara rutin dan menyediakan waktu dan tenaga bagi umat. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis ada keprihatinan mengenai jumlah calon yang semakin berkurang mendaftar menjadi biarawanbiarawati. Keprihatinan ini bisa dilihat dari adanya kesenjangan antara jumlah calon yang masuk dalam tarekat PBHK tahun 2000 dalam jumlah yang cukup banyak yaitu 25 orang, dan pada tahun 2001 jumlah calon yang masuk, makin berkurang dengan jumlah yang paling banyak 5 dan paling sedikit adalah 2 orang. Kenyataan ini sungguh memprihatinkan bagi penulis maupun para suster. Keprihatinan akan merosotnya jumlah calon yang masuk bergabung dalam biara, tidak hanya dialami oleh para suster PBHK, tetapi juga dialami para suster Carolus Boromeus,
para suster OSF Semarang juga konggregasi lainnya
mengalami hal yang sama. Penulis memaparkan permasalahan ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
Dengan adanya berbagai persoalan ini, muncul berbagai pertanyaan mendasar bagi penulis apakah kehadiran biarawan-biarawati hidup bakti masih mempunyai arti bagi kaum muda sekarang ini atau tidak. Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai “Hubungan Penghayatan Hidup Bakti Dengan Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dialami oleh kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta? 2. Bagaimana minat kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta terhadap panggilan hidup bakti? 3. Bagaimana Hubungan Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta? 4. Mengapa jumlah panggilan hidup bakti menurun? 5. Mengapa biarawan-biarawati kurang bahagia?
C. PEMBATASAN MASALAH Mengingat luasnya topik penelitian dan keterbatasan yang ada, maka peneliti membatasi penelitian pada Hubungan Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
D. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana hubungan penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
E. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan skripsi adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
F. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi tentang, hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti sebagai berikut: 1. Bagi Penulis, agar menambah pemahaman dan wawasan mengenai penghayatan hidup bakti sehingga dapat meningkatkan kesaksian yang baik dalam tugas perutusan sehingga mampu membantu kaum muda yang berminat memilih untuk hidup bakti. 2. Bagi semua biarawan-biarawati, khususnya biarawan-biarawati di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta dan para suster Putri Bunda Hati Kudus agar semakin memperkaya
pengetahuan dan pemahamannya
mengenai hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti sehingga melalui kesaksian hidupnya dapat memberi inspirasi bagi kaum muda mengenai indahnya panggilan Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
3. Bagi tim promosi panggilan semua konggregasi, agar terus menerus mengadakan aksi panggilan dalam bentuk apa pun, agar bisa membantu kaum muda mengenali panggilan Tuhan sebagai biarawan-biarawati. 4. Bagi mahasiswa-mahasiswi dan kepentingan perpustakaan Prodi IPPAK USD Sanata
Dharma
Yogyakarta,
untuk
menambah
wawasan
mengenai
penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dan minat kaum muda terhadap panggilan hidup.
G. METODE PENULISAN Penulisan ini menggunakan metode deskripritif analisis yaitu penulis memaparkan pokok-pokok Penghayatan Hidup Bakti dalam Hubungannya dengan Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta. Kemudian penulis memahami dan menjelaskan kenyataan yang terjadi melalui penelitian mengenai penghayatan Hidup Bakti biarawan-biarawati dan menghubungkannya dengan berkurangnya jumlah calon yang masuk dalam biara yang dialami oleh konggregasi lain, khususnya para suster Putri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia.
H. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I, menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan mengenai penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
Bab II berisi kajian teori mengenai hidup bakti dan penghayatannya dalam konteks profesi religius yang dimulai dari tahap-tahap pembinaan, hidup bersama dalam komunitas, tugas perutusan dan pengertian minat
serta
menghubungkannya dengan minat terhadap panggilan hidup bakti, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesa. Bab III berisi mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitan, populasi dan sampel, teknik dan alat pengumpulan data serta teknik analisis data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian yang terdiri dari uji normalitas data, uji linearitas, analisis deskriptif statistik, pembahasan dan refleksi kateketis mengenai variabel penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta. Bab V berisi mengenai kesimpulan dan saran agar penulisan ini dapat bermanfaat dan bisa diterapkan oleh biarawan-biarawati dan sebagai acuan dalam membantu biarawan-biarawati, orang tua, pihak sekolah dan paroki agar saling mendukung dalam berbagai cara masing-masing sehingga dapat membantu kaum muda dalam mengenali dan menumbuhkan benih panggilan yang telah ditanamkan dalam diri mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas tentang: A. Hidup bakti dan penghayatannya dalam konteks profesi religius, hidup bersama dalam komunitas dan tugas perutusan di tengah masyarakat, bagian B. mengenai minat yang meliputi unsurunsur yang mempengaruhi minat, aspek-aspek minat, bagian C. Penelitian yang relevan, bagian D. Mengenai kerangka pikir dan bagian E. Mengenai Hipotesa.
A. Penghayatan Hidup Bakti 1. Hidup Bakti a.
Pengertian Hidup Bakti Hidup bakti adalah karunia dari Allah, dimana Yesus memanggil siapa
saja untuk mengikuti-Nya secara lebih dekat sebagai romo, suster, frater dan bruder. Karunia panggilan hidup bakti diberikan pada manusia dan dari pihak manusia diberi kebebasan untuk menanggapinya. Menurut Darminta, (2007:17) manusia merasa adanya panggilan itu: Melalui salah satu kekuatan terdalam manusia, yaitu hati. Hati yang berpikir merupakan rahmat eksternal sebagai bantuan untuk menghayati panggilan dan sapaan Tuhan dalam dimensi mistik intelektual. Hati yang merasa merupakan rahmat eksternal sebagai bantuan untuk menghayati panggilan dan sapaan Tuhan dalam dimensi afektif. Hati yang berkehendak merupakan rahmat eksternal sebagai bantuan untuk menghayati panggilan dan sapaan Tuhan untuk menghayati dimensi mistik volutif. Hati manusia dipahami sebagai rahmat eksternal yang dapat membantu manusia untuk menghayati panggilan Tuhan. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa Allah mencurahkan rahmat panggilan itu ke dalam hati manusia. Melalui hati inilah manusia dapat merasakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
daya kekuatan Allah yang mendorong serta menginspirasinya kepada panggilan sebagai biarawan-biarawati, panggilan untuk hidup berkeluarga dan sebagainya. Dalam hal ini hati manusia dipandang penting dalam membantu manusia untuk mengenali kehadiran Allah serta memampukan manusia untuk menghayati panggilannya dengan tekun dan setia. Kenyataan bahwa hati yang berpikir, merasa dan berkehendak secara nyata dibentuk melalui lingkungan, pengalaman, serta perjumpaan dengan sesama manusia dan sebagai pintu masuk sapaan dan panggilan Allah (Darminta, 2010:18). Manusia adalah pribadi yang tidak lepas dari kelebihan dan kekurangannya dalam menghayati hidupnya, begitu pula dengan biarawanbiarawati yang menerima rahmat panggilan itu juga membutuhkan usaha terusmenerus untuk menanggapinya. Panggilan hidup bakti biarawan-biarawati merupakan salah satu cara yang memiliki karakter khas dan khusus untuk berpartisipasi menuju ke kepenuhan dalam Allah. Panggilan hidup bakti menurut Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostoliknya mengenai hidup bakti yaitu: Hidup bakti yang berakar mendalam pada teladan dan ajaran Kristus Tuhan, merupakan karunia Allah Bapa kepada Gereja-Nya melalui Roh Kudus. Melalui pengikraran nasihat-nasihat Injili ciri-ciri khas Yesus-Dia murni, miskin dan taat, tiada hentinya “ditampilkan” di tengah dunia, dan pandangan umat beriman diarahkan kepada misteri Kerajaan Allah yang sudah berkarya dalam sejarah, meskipun masih mendambakan perwujudan sepenuhnya di surga. (VC.1). Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa biarawan-biarawati dalam seluruh hidupnya mengikuti Kristus yang murni, miskin dan taat. Mengikrarkan ketiga nasihat Injil berarti biarawan-biarawati menyatakan kesanggupannya untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11
bertanggung jawab menaati kaul-kaul dalam seluruh hidup dan perutusannya. Dalam (LG.44) dikatakan bahwa dengan mengikrarkan kaul-kaul atau nasihat Injil biarawan-biarawati terikat untuk mengabdi Allah saja serta meluhurkan-Nya karena alasan yang baru dan istimewa. Menurut Mardi Prasetya. (2001:9) hidup bakti dan hidup imamat adalah anugerah khusus dan berdasar pada anugerah iman yang dimulai dalam pembaptisan. Yang dimaksud dengan anugerah iman dalam pembaptisan yaitu dengan dibaptis manusia mati dan dikuburkan serta dibangkitkan bersama Kristus. Melalui baptis manusia menerima Roh pengangkatan menjadi anak (Iman Katolik, KWI,
1996:425).
Prinsip-prinsip
hidup
Kristiani
yang
diterima
dalam
pembaptisan ini juga menjadi dasar untuk panggilan dan penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati. Yang menjadi ciri khas hidup bakti biarawan-biarawati yaitu secara khusus mau menjadikan semangat Injili sebagai pilihan hidup dan dihayati secara total, radikal, dan konsekuen dengan hati yang tidak terbagi dan terpusat pada Tuhan, maka ditandai dengan pengikraran triprasetya (Mardi Prasetya, 2001:9). Menurut romo Johanes Mangkey MSC dalam majalah warta keluarga Chevalier, (2014:4), para pemeluk hidup bakti adalah orang-orang yang dikuduskan atau yang disendirikan untuk maksud suci. Mereka adalah orangorang yang dipanggil untuk secara khusus memberi diri ditransformasikan oleh cinta Allah agar mereka memiliki hati yang dibaktikan kepada Allah dan sesama manusia. Biarawan-biarawati hidup bakti yang memilih untuk hidup tidak menikah, miskin, dan taat mempunyai dimensi eklesial. Menurut Paul Suparno,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
(2011:136) ketiga kaul yang diikrarkan adalah bentuk nyata sebagai perlawanan terhadap budaya gila harta, kehormatan, dan kekuasaan. Dengan ketiga kaul ini, biarawan-biarawati hidup bakti belajar untuk tidak mencari kenikmatan dunia ini, tetapi lebih mau meyerahkan diri kepada Tuhan sendiri lewat tugas perutusan yang diberikan tarekat. Selain itu dengan mengikrarkan ketiga kaul berarti biarawan-biarawati diharapkan semakin mampu menghayati semangat lepas bebas hanya untuk Tuhan. Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dan perwujudannya menurut Paul Suparno, (2011:136) yaitu: Hidup membiara yang diwujudkan dengan penghayatan tiga kaul menunjukkan bahwa pendewaan terhadap gelar, pangkat dan derajat duniawi, tidak ada nilainya. Dalam hidup membiara, yang diutamakan adalah Tuhan dan kemuliaan Allah bukan kehormatan diri sendiri. Oleh karena itu pendewaan gelar demi gengsi diri sendiri tidak pada tempatnya dan bertentangan dengan semangat berkaul. Panggilan Hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi pengikraran nasihat Injil pun mempunyai dimensi eklesial. Dasar dan ajarannya adalah cinta kasih kepada Allah, maka dinamika cinta kasih ini membawa biarawan-biarawati ke kesatuan yang lebih mendalam dengan Kristus dan mempersatukannya secara khusus pada Gereja dan misterinya. Oleh karena itu hidup bakti mesti dihayati demi kebaikan seluruh umat Allah (Mardi Prasetya, 1992:190). Hidup bakti dibedakan dari status dan cara hidup lain dalam Gereja karena kemurnian (keprawanan) yang menuntut bentuk khusus dari cinta kasih yaitu penyerahan diri total kepada Allah dengan hati tidak terbagi. Penyerahan diri total biarawan-biarawati diibaratkan sebagaimana kemartiran tidak dianugerahkan pada semua orang, begitu pula kemurnian (keprawanan) tidak dianugerakan pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
semua orang, sehingga termasuk anugerah khusus, yaitu suatu cara khas dalam mencintai Allah. Cinta dengan hati yang tidak terbagi ini menyertakan pribadi secara menyeluruh dalam seluruh kemampuannya untuk mencinta. Inilah sebabnya biarawan-biarawati, melalui persembahan hidup kemurnian (keprawanan) dipersatukan secara intim dengan Kristus, dan digerakkan oleh dinamika cinta tersebut untuk mengikuti jejak Kristus, juga dalam kemiskinan dan ketaatannya. Cintanya yang total pada Kristus mendorongnya untuk ikut ambil bagian dalam kemiskinan dan ketaatan Kristus dengan sukarela. Yang pokok dalam hidup bakti biarawan-biarawati adalah penyerahan total pada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Kristus dan juga terus menerus semakin mengarahkan diri pada Kristus, khususnya dalam hidup doa (Iman Katolik, 1996:376). Dari beberapa pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa hidup bakti adalah karunia Allah Bapa kepada Gereja-Nya melalui Roh Kudus yang ditandai dengan pengikraran nasehat-nasehat Injili. Dengan caranya yang khas biarawanbiarawati hidup bakti mewajibkan diri untuk hidup menurut tiga nasihat Injili tersebut dengan mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah. Maksud dari karunia Allah atau anugerah khusus hidup bakti berdasar pada anugerah iman yang dimulai dalam pembaptisan. Dasar kepercayaan itu yaitu pada Kristus. Dengan iman yang kokoh pada Kristus yang sudah diterima dalam baptisan, biarawanbiarawati mampu menghayati hidupnya dan menjadikan semangat Injili sebagai pilihan hidup dan dihayati secara total, radikal, serta konsekuen dengan hati yang tidak terbagi dan hanya terpusat pada Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
Hidup bakti secara khusus dibedakan dari status dan cara hidup lain seperti hidup berkeluarga dalam Gereja karena kemurnian (keprawanan) yang menuntut bentuk khusus dari cinta kasih yaitu penyerahan diri total kepada Allah dengan hati tidak terbagi. Dengan demikian biarawan-biarawati yang telah dikuduskan atau yang disendirikan untuk maksud suci itu khusus dibaktikan kepada Allah dan sesama manusia. Kehidupan biarawan-biarawati dengan segala karya kerasulannya tidak bisa dipisahkan dari perutusan Gereja yaitu mewartakan kabar gembira Kristus kepada semua orang. Bentuk keterlibatan biarawanbiarawati dalam perutusan Gereja yaitu melalui karya kerasulan dibidang pendidikan, karya kesehatan, karya sosial dan karya pastoral.
b. Tujuan Hidup Bakti Dalam Dokumen Konsili Vatikan II Dekrit tentang Pembaruan dan Penyesuaian Hidup Religius art. , dikatakan demikian: Sejak awal mula Gereja terdapat pria dan wanita, yang mengamalkan nasihat-nasihat Injil bermaksud mengikuti Kristus secara lebih bebas, dan meneladanNya dengan lebih setia. Dengan cara mereka masing-masing, mereka menghayati hidup yang dibaktikan pada Allah. Hidup bakti biarawan-biarawati yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat Injili adalah bentuk hidup yang tetap, dan berkat dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh pada Allah, demi kehormatan bagi-Nya dan juga demi pembangunan Gereja serta keselamatan dunia (KHK, 2006:573 § 1). Hidup bakti dan kepentingannya dalam Gereja berkat kaul dan ikatan suci lainnya, kaum religius atau hidup bakti mewajibkan diri untuk menaati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
nasehat-nasehat Injil dan seluruh hidupnya dibaktikan kepada kesejahteraan seluruh Gereja (LG. 44). Oleh karena itu unsur kewajiban ini membedakannya dari orang-orang lain yang menaati nasehat Injil dengan sukarela. Demikian biarawan-biarawati menjadikan nasihat sebagai suatu perintah, sehingga kegagalan di sini berarti mengingkari keputusan yang telah diambil sendiri dengan bebas. Meski tidak terkena sanksi dosa, tetapi menurunkan kesetiaan terhadap cinta Allah yang menjadi inspirasi dalam pengikraran nasihat Injil atau undangan Tuhan (Mardi Prasetya, 2000:319). Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati melalui kesaksian hidupnya begitu penting di dalam melaksanakan tugas perutusan, lebih-lebih pada mereka yang dilayani dan bekerjasama dalam karya kerasulan tarekat seperti: di sekolah, rumah sakit, karya pastoral di paroki, dan karya sosial. Dalam hal ini Mardi Prasetya, (1992:195) mengemukakan bahwa: Mutu kerohanian biarawan-biarawati sangatlah ditentukan oleh mutu penghayatan hidup kaul menurut ketiga nasehat Injil. Ketiga kaul ini merupakan kenyataan organis yang saling kait-mengkait dan membentuk seluruh hidup orang yang mengucapkan kaul. Maka hidup bakti biarawan-biarawati perlu dihayati dengan seluruh pribadi dan dalam lingkup hidup manusia. Dalam arti ini, ditekankan adanya unsur kesatuan seluruh pribadi yang meliputi pikiran, tenaga dan dengan sepenuh hati dalam melayani dan dalam melaksanakan tugas perutusan. Semua orang Kristiani yang dipanggil mengikuti Kristus, terutama biarawan-biarawati hidup bakti yang mengikrarkan nasihatnasihat Injil diharapkan sungguh-sungguh berusaha, supaya bertahan dan semakin maju dalam panggilan yang diterimanya dari Allah, demi kesuburan Gereja, serta kemuliaan Allah Tritunggal (Iman Katolik, 1996:377).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan hidup bakti tidak lain adalah mengikuti Kristus secara khusus dan dipersatukan dengan Allah melalui pengikraran kaul atau nasehat-nasehat Injil. Berkat kaul dan ikatan suci, biarawan-biarawati mau bertanggung jawab dan menaati nasehat-nasehat Injil serta melaksanakannya dengan setia. Artinya bahwa di sini ada unsur kewajiban yang membedakannya dari orang-orang lain. Oleh karena itu diandaikan ada rasa tanggung jawab, dan kesetiaan dari setiap pribadi untuk menaatinya dengan sukarela. Maksud dari ketiga kaul yang saling kait mengait artinya ketiga kaul ini haruslah dihayati dengan baik. Jika pada kenyataan bahwa ada biarawan-biarawati lalai dalam memberi kesaksian yang kurang baik mengenai salah satu kaul tersebut maka akan mempengaruhi kaul-kaul yang lain.
2.
Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Profesi Religius Istilah profesi dan religius menurut Mardi Prasetya, (2000:316) yaitu
profesi menunjuk pada tindakan pengucapan kaul atau ikatan suci lainnya yang mewajibkan diri untuk hidup sesuai dengan nasehat-nasehat Injil. Sedangkan religius merangkum semua persembahan hidup lewat kaul. Dalam profesi religius biarawan-biarawati menerima dengan kaul publik tiga nasihat Injili untuk ditepati. Mereka dibaktikan kepada Allah lewat pelayanan Gereja dan digabungkan ke dalam tarekat dengan hak serta kewajiban yang ditetapkan oleh hukum (KHK, 2006:654). Di dalam tindakan profesi religius, merupakan tindakan Gereja melalui wewenang orang yang menerima kaul-kaul itu, tindakan Allah dan jawaban pribadi digabungkan. Yang dimaksud dengan tindakan dalam profesi religius adalah para imam yang mewakili Gereja menerima pengikraran kaul dari biarawan-biarawati. Ketika biarawan-biarawati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
menyatakan kesanggupannya dalam menaati kaul-kaul maka ia dianggap mampu dan diterima untuk bergabung dalam lembaga dan para anggota di dalam lembaga itu serta menghayati suatu hidup persaudaraan dalam kebersamaan dan lembaga itu menjamin mereka, bantuan untuk cara hidup Kristiani yang lebih mantap dan teguh. Dengan demikian biarawan-biarawati mampu untuk hidup dengan aman dan mengamalkan hidup religius yang sudah dijanjikan dengan setia (Konggregasi untuk Lembaga Hidup Bakti, 1992:16). Sebelum profesi religius, ada tahap-tahap pembinaan yang harus dilalui oleh biarawan-biarawati hidup bakti maupun calon hidup bakti. Tahap-tahap pembinaan profesi religius menurut Lembaga Hidup Religius, (1992:4-45) sebagai berikut:
a.
Tahap Pra-Novisiat dan Novisiat Tahap persiapan sebelum memasuki novisiat memang tidak dituntut
bahwa seorang calon religius harus mampu secara langsung memikul semua kewajiban hidup religius, namun dia harus dipandang mampu melakukannya tahap demi tahap. Inilah tujuan tahap persiapan untuk pra-novisiat atau postulat. Demikian ditekankan oleh Mardi Prasetya, (2001:42-43) mengenai masa postulat atau masa pra-novisiat yaitu selama masa ini, calon hidup bakti menyesuaikan diri, dari segi rohani dan psikologis dengan gaya hidup membiara yang masih baru baginya.
b. Tahap Novisiat Hidup dalam lembaga hidup bakti dimulai dalam novisiat. Tujuannya ialah agar para novis lebih memahami panggilan ilahi, khususnya yang khas dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
lembaga yang bersangkutan, mengalami cara hidup lembaga, serta membentuk budi dan hati dengan semangatnya, agar terbukti niat serta kecakapan mereka. Novisiat merupakan masa untuk masuk ke dalam hidup membiara sebagaimana dihayati dalam tarekat. Pada masa ini, para novis melibatkan diri untuk menjalankan hidup berkomunitas, hidup menurut Injil dan dituntut untuk mulai melaksanakan nasehat-nasehat Injili. Tahap novisiat diharapkan agar pembinaan harus mengantar para novis ke dalam hidup berkomunitas sebagai unsur hakiki hidup bakti atau hidup religius. Seluruh pembinaan selama novisiat harus terjadi dalam suasana persaudaraan, sehingga
para
novis
dapat
menghargai
hidup
berkomunitas
dan
menumbuhkannya. Masa novisiat menurut Mardi Prasetya, (2001:44-45) yaitu pembinaan dalam novisiat mencakup inisiasi untuk hidup menurut nasihat-nasihat Injili, yaitu kemurnian, kemiskinan dan ketaatan sebagai ungkapan pembaktian diri kepada Allah dan sebagai sarana untuk mencapai cinta kasih yang sempurna demi datangnya dunia dan manusia baru dalam Yesus Kristus. Dalam novisiat dipelajari riwayat hidup santo santa atau riwayat pendiri konggregasi, pembinaan mengenai kepribadian, tulisan-tulisan pendiri, sejarah tarekat, kharisma tarekat dan nilainilai yang tercantum di dalamnya, pedoman hidup dan direktorium tarekat. Pendidikan novisiat mencakup juga pendidikan pastoral tertentu dapat membantu supaya dibangkitkan dan dimatangkan kepekaan yang sungguhsungguh akan perutusan tarekat dan akan kebutuhan umat dan rakyat.
c.
Tahap Profesi Sementara Tahap profesi sementara atau pengikraran kaul pertama dilangsungkan
dalam perayaan liturgis Gereja, melalui pemimpin yang berwewenang, menerima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
kaul mereka yang mengucapkan profesinya, dan mempersatukan persembahan mereka dengan kurban Ekaristi. Tindakan liturgis ini memperlihatkan bahwa profesi itu berakar dalam Gereja. Dengan berangkat dari misteri yang dirayakan sedemikian itu, akan menjadi mungkinlah mengembangkan penghargaan yang lebih hidup dan mendalam terhadap pembaktian diri. Tahap profesi sementara terdapat dalam Dokumen Gerejani mengenai Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga Religius art. 54, yaitu profesi kaul-kaul pertama menyebabkan orang yang baru berprofesi ambil bagian dalam pembaktian diri sesuai dengan status hidup religiusnya. Masa profesi sementara secara liturgi Gereja, upacara pengikraran kaul dilangsungkan sebelum penerimaan Tubuh dan Darah Kristus. Dalam perayaan liturgi prasetya pertama dan prasetya kekal biarawan-biarawati mengucapkan janji kaul pada Tuhan di hadapan para saksi yaitu para pemimpin konggregasi, imam dan umat yang hadir dengan sebuah pernyataan sebagai berikut: sambil berlutut di hadapan Sakramen Maha Kudus, dan disaksikan oleh para pemimpin tarekat, saya (masing-masing pribadi) berjanji untuk hidup miskin, murni dan taat di dalam tarekat.
d. Tahap Profesi Kekal Profesi kekal memerlukan persiapan yang panjang dan pemagangan yang tekun. Hal itu membenarkan tuntutan Gereja bahwa profesi kekal harus didahului oleh masa profesi sementara. Dengan tetap mempertahankan ciri khasnya yang bersifat percobaan berdasarkan kenyataan bahwa profesi itu sementara. Berprasetya atau berkaul adalah kehendak pribadi yang ingin memautkan hati secara tidak terbagi pada Allah. Kaul-kaul dihayati secara pribadi tetapi sekaligus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
dihayati dan dihidupi secara bersama dengan anggota komunitas secara nyata (Mintara Sufiyadi, 2010:64-65). Pengikraran kaul atau profesi religius biarawan-biarawati hidup bakti mempunyai tiga dimensi yaitu: dimensi Eklesial, dimensi Paska dan dimensi Eskatologis. Dimensi-dimensi hidup bakti tersebut diuraikan sebagai berikut: •
Dimensi Eklesial Profesi Religius Dasar dan nasihat Injil adalah cinta kasih kepada Allah dan sesama, maka
pertumbuhan dalam cinta kasih dan dinamikanya membawa religius ke kesatuan yang lebih mendalam dengan Kristus, dan mempersatukannya secara khusus pada Gereja dan misterinya. Biarawan-biarawati itu mengikrarkan nasihat Injil dalam hidup religius, harus tetap bertumbuh dalam kesucian pribadinya, hubungan kesatuannya dengan Tuhan lewat proses penyempurnaan diri, tetapi sekaligus ia juga anggota tubuh mistik Kristus, yaitu Gereja dan membaktikan diri di dalamnya. Keduanya merupakan dimensi yang tak terpisahkan (Mardi Prasetya, 2000:20). Penekanan pada kesatuan dan dimensi di atas, juga dimaksudkan untuk menghindari pembatasan dimensi Eklesial semata-mata pada kerasulan eksternal. Berhubungan dengan tugas atau kewajiban biarawan-biarawati. Konsili secara eksplisit mengatakan bahwa itu sesuai dengan kekuatan dan panggilan khusus seseorang. Ciri khas masing-masing institut dijaga serta didukung oleh Gereja. Ini ditegaskan untuk menghindari penafsiran, bahwa tujuan apostoliknya hanyalah aktif, melupakan hidup kontemplatif, serta eremit. Hal ini juga dimaksudkan untuk melindungi kharisma khusus serta kekhasan macam-macam institut, yang semuanya merupakan anugerah Tuhan yang memperkaya Gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
•
Dimensi Paska Profesi Religius Dimensi paska dalam (VC.24) dikemukakan bahwa hidup bakti
memantulkan cemerlangnya cinta kasih, sebab karena kesetiaannya terhadap misteri salib mengakui, bahwa beriman dan hidup berkat cinta kasih Bapa, Putera dan Roh Kudus. Hidup bakti membantu Gereja untuk tetap menyadari, bahwa salib merupakan kelimpahan cinta kasih Allah yang dicurahkan atas dunia, dan bahwa salib itu merupakan tanda agung kehadiran Kristus yang menyelamatkan, khususnya di tengah aneka kesukaran dan cobaan. Itulah kesaksian yang tiada hentinya dan dengan keberanian yang amat mengaggumkan diberikan oleh banyak anggota hidup bakti, pada hal banyak di antara mereka hidup dalam situasi-situasi yang sukar, bahkan menderita penganiayaan dan menjadi martir. •
Dimensi Eskatologis Profesi Religius Peranan hidup bakti sebagai lambang Eskatologis (akhir zaman). Hidup
bakti merupakan antisipasi di masa mendatang. Konsili Vatikan II menyatakan bahwa, pentakdisan secara lebih jelas mewartakan kebangkitan yang akan datang serta kemuliaan Kerajaan surgawi. Terutama itu dijalankannya melalui kaul kemurnian, yang oleh tradisi selalu dimengerti sebagai antisipasi dunia yang akan datang, yang sekarang sudah mulai mewujudkan transformasi manusia seutuhnya. Biarawan-biarawati yang telah membaktikan hidup mereka kepada Kristus sudah semestinya hidup dalam kerinduan akan menjumpai-Nya, untuk menyatu dengan Dia selamanya. Oleh karena itu harapan penuh semangat dan keinginan untuk diceburkan ke dalam api cinta kasih, yang berkobar dalam diri mereka dan tidak lain ialah Roh Kudus. Penantian itu seperti diungkapkan oleh Rasul Paulus kepada umat di Kolose 3:1 karena itu, kalau kamu dibangkitkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Artinya bahwa penantian dan keinginan yang dihidupkan oleh karunia-karunia, yang oleh Tuhan dengan murah hati dilimpahkan atas mereka yang mendambakan perkara-perkara yang di atas. Dimensi Eskatologis mempunyai unsur penantian aktif yaitu komitmen dan sikap berjaga (Wahyu, 22:20). Jelas dalam sejarah hidup bakti, selalu menghasilkan buah berlimpah juga bagi dunia ini terutama dalam Gereja, melalui kharisma-kharisma tiap institut, para anggota hidup bakti menjadi isyarat-isyarat Roh Kudus, yang menunjuk ke arah masa depan baru yang diterangi oleh iman dan harapan Kristiani. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan mengikrarkan kaul di hadapan Tuhan dan disaksikan oleh para pimpinan tarekat dan umat, biarawan-biarawati secara sadar, sukarela dan penuh kebebasan menanggapi panggilan Allah dengan memberikan diri seutuhnya kepada Allah yang dicintainya untuk kepentingan banyak orang. Semangat lepas bebas memampukan biarawan-biarawati tidak ingin terikat oleh keluarga, harta kekayaan, kedudukan, tempat tinggal dan apa pun yang menghalanginya sebagaimana Yesus yang telah memberikan diri, waktu, dan seluruh hidup-Nya, bahkan sampai wafat dan bangkit demi keselamatan banyak orang. Biarawan-biarawati yang menerima panggilan itu ikut terlibat dalam perutusan Gereja dan menghayati sifat kekudusan itu dalam seluruh kesaksian hidupnya di tengah masyarakat. Kesaksian hidup biarawan-biarawati mempunyai dimensi Eklesial, dimensi Paska dan dimensi Eskatologis. Artinya bahwa seluruh hidup dan pelayanannya melulu demi kemuliaan Tuhan semata dan demi sesama umat yang dilayani. Dalam seluruh hidup dan pelayanannya menjadikan misteri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
hidup Yesus melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya yang selalu menjadi sumber kekuatan, penghiburan dan harapan dalam memaknai suka duka hidup sehingga kehadirannya dapat menginspirasi orang lain.
3.
Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Hidup Komunitas Menurut Darminta, (1982:7) penghayatan kaul dalam konteks hidup
bersama atau hidup berkomunitas merupakan salah satu ciri pokok hidup religius. Penghayatan konkret sehari-hari terlaksana dalam suatu komunitas. Dalam komunitas ini, hidup bersama mendapatkan bentuk konkret dan pengaturan yang menunjang tumbuh dan berkembanganya hidup rohani maupun terlaksana dalam tugas perutusan. Hidup berkomunitas biarawan-biarawati ada syarat yang menjadi patokan dalam hidup bersama. Salah satu syarat untuk dapat bergabung dan diterima dalam satu tarekat hidup bakti ialah tidak adanya hambatan yang berat untuk membangun dan menghayati hidup bersama. Dituntut adanya kemampuan untuk hidup bersama. Dalam hal ini Darminta, (1982:7) mengatakan bahwa: Dalam hidup bersama terjadilah suatu pertemuan dalam iman dimana orang menghayati spiritualitas dan kharisma tarekat yang sama, mengikuti Kristus bersama-sama, merasul dalam kebersamaan, berdoa bersama, berbagi rasa hidup dan pengalaman, berbagi milik harta benda, berbagi kesedihan dan kemauan untuk mengabdi Kristus. Dalam kebersamaan itu setiap pribadi diharapkan, sanggup dan rela untuk saling membantu, menopang, menghibur dan memberi semangat maupun saling memberi koreksi. Dasar dari hidup berkomunitas biarawan-biarawati itu adalah cinta. Hidup bersama dalam komunitas merupakan panggilan kepada kesuciaan sendiri hanya terlaksana dalam hidup bersama. Oleh karena itu berhasil atau tidaknya seorang religius menghayati kharisma dan panggilannya tergantung pula dari berhasil dan tidaknya dalam membangun hidup bersama dalam suatu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
komunitas (Darminta, 1982:7). Dari sini tampak jelas bahwa hidup bersama dalam komunitas itu sedemikian rumit dan konkret karena masing-masing pribadi datang dari berbagai latar belakang keluarga, budaya, bahasa, watak dan pendidikan yang berbeda-beda, sehingga tiap-tiap orang diharapkan cukup kreatif untuk membangun hidup bersama dalam suatu komunitas. Di lain pihak orang juga semakin sadar dan mengalami bahwa dirinya tidak dapat hidup dan berkembang secara penuh tanpa orang lain. Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi nasehatnasehat Injili memperoleh bentuk dan ungkapan yang lebih konkret, lebih menantang dan lebih tetap, bila dihayati dalam satu persekutuan rohani dan latihan dengan orang lain dalam satu kelompok yang dipersatukan dalam Kristus. Oleh karena itu masa yuniorat sangat penting bagi biarawan-biarawati karena merupakan kelanjutan eksperimen, pendalaman semangat serta hidup tarekat secara mendalam sehingga pihak tarekat mempunyai dasar untuk menerimanya secara defenitif sebagai anggota tarekat dalam profesi pertama dan profesi kekal.
4.
Penghayatan Hidup Bakti dalam Konteks Tugas Perutusan Selama hidup-Nya Yesus selalu mendahulukan Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah yang dimaksud adalah, kerajaan dimana ada pengampunan, belarasa, kedamaian, keadilan, penghargaan dialami oleh semua manusia. Tugas misioner pertama anggota hidup bakti ialah terhadap diri mereka sendiri dan menjalankannya dengan membuka hati bagi bimbingan Roh Kudus. Melalui kesaksian hidupnya para religius membantu seluruh Gereja mengingat bahwa yang paling penting yakni mengabdi Allah dengan sukarela,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
berkat rahmat Kristus, yang dikaruniakan kepada umat beriman melalui karunia Roh. Demikian para religius mewartakan kepada dunia damai yang berasal dari Bapa, dedikasi yang nampak pada kesaksian Putera, dan kegembiraan yang merupakan buah Roh Kudus. Biarawan-biarawati hidup bakti diutus menjadi misionaris, terutama dengan tiada hentinya memperdalam kesadarannya dipanggil dan dipilih oleh Allah. Oleh karena itu hendaklah mengarahkan dan mempersembahkan seluruh hidup dan apa yang ada padanya kepada Allah, dan membebaskan diri dari hambatan-hambatan yang dapat menghalangi keutuhan jawabannya. Pola hidup biarawan-biarawati hendaklah menunjukkan dengan jelas cita-cita yang diikrarkannya, dan dengan demikian tampil sebagai tanda hidup Allah serta sebagai pewartaan Injil yang menyentuh hati, kendati pun sering secara diam-diam. Tugas khusus hidup bakti ialah mengingatkan umat yang dibaptis akan nilai mendasar Injil, dengan memberi kesaksian yang cemerlang dan luhur bahwa dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah tanpa semangat Sabda bahagia. Hidup bakti tiada hentinya memupuk pada umat Allah kesadaran akan perlunya menanggapi dengan kekudusan cinta kasih Allah yang dicurahkan ke dalam hati mereka oleh Roh Kudus (VC.33). Kehadiran biarawan-biarawati di dalam tugas kerasulan konggregasi, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan karya sosial, mencerminkan sifat khas Gereja yang selalu mengutamakan cinta kasih kepada siapa saja tanpa melihat latar belakang umat yang dilayani. Selain itu selalu siap sedia bergerak menjumpai siapa pun melalui kujungan-kunjungan pastoral di tengah keluarga, kaum muda, anak-anak dan partisipasi aktif dalam kegiatan apa pun di masyarakat dan di lingkungan Gereja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
B. Minat Kaum Muda Terhadap Panggilan Hidup Bakti 1. Pengertian Minat Menurut Winkel (1996:188), minat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Antara minat dan berperasaan senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang, juga akan kurang berminat, dan sebaliknya. Minat, besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan-kesulitan dalam belajar menyelesaikan soalsoal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Andi Mappiare (1982:62) mengemukakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari dua campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Sehubungan dengan jangkauan masa depan dalam mana seseorang merencanakan, dan menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan, teman hidup, dan sebagainya. Minat dalam konteks hidup manusia terutama dalam masa remaja, minat dan cita-cita berkembang, dan hal itu bersifat pemilihan dan berarah tujuan. Pilihan remaja pada suatu minat tertentu atau cita-cita tertentu dalam suatu jangka waktu, maka perasaan dan pikiran mereka tertuju atau terarahkan pada objek tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
Tim Pustaka Familia, (2006:134) berpendapat lain lagi yaitu minat atau interest adalah kecenderungan anak menyukai sesuatu dalam bidang tertentu. Minat ini biasanya berhubungan dengan trend yang sangat bergantung pada kondisi saat itu. Minat bisa ditumbuhkan. Sebagai contoh bagaimana menumbuhkan minat baca. Jika lingkungan mendukung tercipatanya iklim baca, seperti bapak ibu senang membaca maka anak pun akan mempunyai minat yang tinggi terhadap bacaan. Jadi minat adalah sesuatu yang berharga. Jika ada minat maka rasa ingin tahu terhadap sesuatu terpupuk terus. Menurut Elisabeth Hurlock, (1978:114) mengemukakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu yang akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Sebaliknya kesenangan merupakan minat yang sementara. Jadi kesenangan berbeda dari minat bukan dalam kualitas melainkan dalam ketetapan (persistence). Artinya bahwa selama kesenangan itu ada, mungkin intensitas dan motivasi yang menyertainya sama tinggi dengan minat. Namun kesenangan mulai berkurang karena kegiatan yang ditimbulkannya hanya memberi kepuasan yang sementara (Hurlock, 1978:114). Jadi minat lebih tetap (persistence) karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Hal ini terutama selama masa kanak-kanak. Jenis pribadi anak sebagian besar ditentukan oleh minat yang berkembang selama masa kanak-kanak. Sepanjang masa kanak-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar (Hurlock, 1978:114). Minat cukup berpengaruh terhadap aspirasi anak. Menurut Elisabeth Hurlock, (1978:116) minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Ketika anak mulai berpikir tentang pekerjaan mereka di masa mendatang misalnya, mereka menentukan apa yang ingin mereka lakukan bila mereka dewasa. Semakin yakin mereka mengenai pekerjaan yang diidamkan, semakin besar minat mereka terhadap kegiatan, di kelas atau di luar kelas yang mendukung tercapainya aspirasi itu. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa setiap pribadi pasti memiliki minat. Minat yang dimiliki seseorang bisa dilihat lewat ungkapan ekspresinya dengan rasa tertarik, senang, penuh perhatian pada satu objek yang dilihat, didengar, dialami dan diketahui. Dikatakan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan yang menetap. Setiap pribadi dapat mengenali minatnya sesuai apa yang dirasa menguntungkan dan berguna bagi masa depannya entah itu pekerjaan di masa depan yang menguntungkan bagi dirinya. Sebagai pendidik baik orang tua, guru di sekolah, para biarawan-biarawati yang mendampingi anak, di sekolah dan di rumah perlu mengenali minat anak dan kaum muda sehingga dapat membantu menumbuhkan minat mereka. Minat timbul dari hasil pengenalan dengan lingkungan, atau hasil berinteraksi dan belajar dengan lingkungannya. Bila minat terhadap sesuatu sudah dimiliki seseorang, maka ia akan menjadi potensi bagi orang yang bersangkutan untuk dapat meraih sukses di bidang itu. Sebab minat akan melahirkan energi yang luar biasa untuk berjuang mendapatkan apa yang diminatinya. Jadi minat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
dapat dimengerti sebagai bagian dari campuran perasaan senang, tertarik, yang mendorong individu untuk nenetukan pilihan berdasarkan rasa suka, senang atau sebaliknya tidak suka jika hal itu mengungtungan atau kurang menguntungkan baginya dan merasa senang dan tertarik menyelaminya lebih jauh lagi. Minat juga bisa menjadi sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.
2. Ciri-Ciri Minat Menurut Elisabeth Hurlock (1978:115), untuk mengetahui dan mengerti peran minat yang penting dalam kehidupan anak perlu diketahui ciri-ciri minat sebagai berikut:
a. Minat Tumbuh Bersamaan dengan Perkembangan Fisik dan Mental Minat disemua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang lambat matang, sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.
b. Minat Bergantung pada Kesiapan Belajar Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
c. Minat Bergantung pada Kesempatan Belajar Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat anakanak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat mereka tumbuh dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.
d. Perkembangan Minat mungkin Terbatas Ketidak mampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.
e. Minat dipengaruhi Budaya Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot Emosional Bobot emosional aspek afektif dari minat menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
g. Minat itu Egosentris Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya minat anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.
3. Aspek-Aspek Minat Menurut Elisabeth Hurlock (1978:116), semua minat mempunyai dua aspek yaitu: a. Aspek Kognitif Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat, misalnya aspek kognitif dari minat anak terhadap sekolah. Bila mereka menganggap sekolah sebagai tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan rasa ingin tahu, mereka akan mendapat kesempatan untuk bergaul dengan teman sebaya yang tidak didapat pada masa prasekolah. Minat mereka terhadap sekolah akan sangat berbeda dibandingkan bila minat itu didasarkan atas konsep sekolah dan kerja keras untuk menekankan frustrasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran. Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman
pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat, serta dari berbagai jenis media masa. Dari sumber tersebut anak belajar apa saja yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak. Yang pertama kemudian akan berkembang menjadi minat dan yang kedua tidak. Misalnya anak-anak melihat bahwa rasa ingin tahu mereka tentang apa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
terjadi di dalam tubuh mereka, dapat dipuaskan dengan pertanyaan dan dengan membaca. Selama kegiatan ini memberi mereka kepuasan, minat mereka akan menetap. Sebaliknya minat pada kesehatan tidak memuaskan kebutuhan pribadi selama anak itu sehat atau tidak mempunyai keluhan.
b. Aspek Afektif Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan-kegiatan yang ditimbulkan minat. Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman-teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media masa terhadap kegiatan itu. Sebagai contoh, anak yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan para guru, biasanya mengembangkan sikap yang yang positif terhadap sekolah. Karena pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat mereka pada sekolah diperkuat. Sebaliknya, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan guru dapat dan sering mengarah ke sikap tidak positif yang mungkin kelak akan memperlemah minat anak terhadap sekolah. Kedua aspek ini penting peranannya namun aspek afektif lebih penting dari pada aspek kognitif. Alasannya pertama aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan (Hurlock, 1978:118).
4. Bentuk-Bentuk Minat Bentuk-bentuk minat menurut Andi Mappiare (1982:63-67) sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
a.
Minat Pribadi dan Sosial Minat pribadi dan sosial merupakan kelompok minat yang paling kuat
dimiliki oleh banyak remaja awal. Minat pribadi timbul karena remaja menyadari bahwa penerimaan sosial sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang dinampakan oleh si remaja itu kepada sekitarnya, karena adanya kesadaran remaja awal bahwa lingkungan sosial menilai dirinya dengan melihat kesan miliknya, sekolahnya, keuangannya, benda-benda lain yang dimilikinya, teman-teman sepergaulannya. Sebagai contoh minat ini ditunjukkan dengan bersolek, merawat tubuh, pakaian atau perhiasan yang sesuai dengan nilai kelompoknya. Perbedaan bentuk minat dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang daerah (kota atau desa), tingkat ekonomi dan status sosial lain, juga jenis kelamin.
b. Minat terhadap Rekreasi Minat terhadap rekreasi pada masa remaja umumnya kuat. Namun bagi beberapa remaja, karena adanya keterbatasan dari segi waktu, tugas-tugas rumah, sekolah, sehingga mereka sangat selekif. Mereka memiliki apa yang disenangi dan merupakan hobby. Kegiatan-kegiatan olah raga yang banyak membutuhkan energi fisik seperti sepak bola, badminton, basket ball, dan semacamnya diminati oleh banyak remaja pria. Bagi wanita olah raga renang, senam, dan semacamnya umumnya lebih digandrungi. Bagi pria maupun wanita olah raga lebih merupakan kegiatan rekreatif dibanding menganggapnya sebagai kegiatan sport. Cerita-cerita film, buku (novel dan komik), sandiwara radio juga diminati oleh remaja awal pada umumnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
c.
Minat pada Agama Minat pada agama dipupuk oleh pendidikan anak di rumah, sekolah
minggu, gereja, dalam rangka diberikan untuk mengajarkan anak agar patuh terhadap peraturan agama dalam kehidupan sehari-hari, anak belajar patuh pada kehidupan beragama dari linkungan keluarga. Menurut Elisabeth Hurlock, (1978:131) jika anak dibesarkan dengan kebiasaan berdoa sebelum makan, tidur, dan dibiasakan dengan membacakan atau menceritakan cerita-cerita Alkitab, maka anak cenderung mempunyai minat yang lebih besar pada agama dibandingkan mereka yang kehidupan beragamanya terbatas pada kunjungan ke sekolah minggu seminggu sekali. Minat anak terhadap agama dipengaruhi juga oleh lingkungan sosial dalam hal ini adalah kebanyakan anak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. sebagai contoh: dalam pergaulan dengan teman-teman sebaya yang sering berbincang-bincang mengenai agama, dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama. Justru sebaliknya jika anak tidak pernah atau jarang menemukan hal yang sama jarang berbincang mengenai agama dan peraturan agama akan mempunyai sikap negatif pada agamanya (Hurlock, 1978:132). Oleh karena itu sangat penting bagaimana cara orang tua, para pendamping sekolah minggu, guru dan katekis diharapkan memberikan pemahaman yang benar kepada anak dalam setiap kegiatan di sekolah minggu, di rumah dan di sekolah. Minat merupakan gabungan rasa hormat dan rasa ingin tahu. Dalam hubungannya dengan kegiatan agama, ada unsur-unsur agama yang diminati anak yaitu kepatuhan pada agama. Anak mempunyai minat besar terhadap agama maka ia akan menghabiskan banyak waktu untuk kegiatan agama seperti ibadat atau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
misa di Gereja, menarik bagi anak kecil, karena kesemarakan tata caranya. Upacara keagamaan mempesona mereka dan mereka senang ikut serta bernyanyi. Mereka juga senang melihat orang sekeliling mereka selama misa, dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Anak lebih besar menyukai perkumpulan anak muda di Gereja misalnya untuk olah raga dan pertemuan ramah tama dalam kelompok kecil, piknik, perayaan hari besar wisata. Minat mereka seperti ini bersifat sosial dan bukan keagamaan. Usia 8 tahun minat anak memahami bahwa berdoa merupakan cara berbicara dengan Tuhan. Mereka yakin bahwa Tuhan menjawab doa mereka. Dengan bertambahnya usia, minat pada doa biasanya berkurang. Mereka merasa bahwa doa mereka untuk meminta sesuatu, bantuan atau bimbingan tidak terjawab dan tidak membawa keutungan baginya. Sebagai contoh peralihan yang khas dalam doa anak: pada usia pra sekolah “saya tidak tahu mengapa saya harus berdoa” pada usia enam tahun “bantulah aku dalam membuat pekerjaan rumahku” pada usia sepuluh tahun “Tuhan tidak perna menjawab doaku”. Sebaliknya perayaan keluarga pada hari besar keagamaan, tetap menarik baginya karena perayaan-perayaan ini lebih bersifat sosial dari pada keagamaan. Misalnya perayaan hari natal dan paska karena di sini berkumpul seluruh keluarga dan kerabat, dilengkapi dengan persiapan makanan, dan hiasan meriah natal dan sebagainya. Minat terhadap ibadat keluarga, misalnya doa sebelum makan, membaca Alkitab dan berdoa cepat berkurang. Kebiasaan ini hanya diteruskan karena tekanan orang tua. Oleh karena itu keyakinan-keyakinan religius anak mencerminkan ajaran yang diterima di rumah, di sekolah minggu dan di Gereja. Cara anak menunjukkan minat pada agama ialah dengan bertanya dan membaca antara usia 3 sampai 4 tahun, kebanyakan anak mulai bertanya tentang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
agama, misalnya “siapakah Tuhan? di mana Surga itu?, apakah malikat itu? dan sebagainya. Ketika anak mampu memahami arti cerita yang dibacakan atau diceritakan dan mereka akan mampu bertanya (Hurlock, 1978:134).
d. Minat terhadap Sekolah dan Jabatan Menurut Andi Mappiare, (1982:65) minat atau cita-cita terhadap sekolah dan jabatan remaja awal banyak dipegaruhi oleh minat orang tua dan minat kelompoknya. Jika orang tua dan kelompoknya “work-oriented” maka seringkali remaja meminati sekolah yang mengarah pada pekerjaan (sekolah kejuruan). Jika orang tua atau kelompoknya “college-oriented” maka remaja terpengaruhi meminati sekolah-sekolah yang dapat mengantarkannya ke perguruan tinggi, menuju cita-cita jabatannya. Persoalan sering muncul manakala ada perbedaan yang tajam antara orientasi sekolah atau jabatan orang tuanya dengan orientasi sekolah atau jabatan kelompok teman sebayanya. Sebagai suatu proses, pengembangan minat cita-cita jabatan seseorang mengalami perubahan sepanjang garis perkembangannya. Khusus dalam masa remaja, dapat dikatakan bahwa dalam masa remaja awal minat atau cita-cita terhadap sekolah dan jabatan seseorang berubah-rubah. Terutama parohan pertama masa remaja awal. Setelah mendekati masa remaja akhir, minat cita-cita tersebut dapat lebih jelas, dan beberapa remaja telah dapat menentukan dan mengarahkan minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaannya. Setiap orang pasti mempunyai keinginan, cita-cita dan tujuan hidup yang ingin dicapai. Begitu pula minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti bisa dialami oleh setiap orang terutama kaum muda. Oleh karena itu minat dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
konteks ini berhubungan dengan motivasi. Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika setiap pribadi memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya.
5. Minat dan Motivasi Menurut Winkel (1986:166), mengartikakan bahwa motivasi adalah motor penggerak yang mengaktifkan seseorang untuk melibatkan diri. Motivasi sebagai keadaan mental sesaat dan melalui keterlibatan yang berkesinambungan dan
secara
berangsur-angsur
menumbuhkan
dorongan
tetap
untuk
mengembangkan diri sehingga motivasi bisa disebut juga sebagai ciri kepribadian. Motif (motive) berasal dari bahasa latin “movere”, yang kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu. Sedangkan motivasi berarti pemberian
atau
penimbulan
motiv
atau
hal
yang
menjadi
motiv
(Rachman,1993:114). Pengertian lain lagi seperti dikemukakan oleh Atkison yang dikutif oleh Rachman, (1994:114) yaitu motivasi mengacu pada faktor-faktor yang menggerakkan dan menggerakkan tingkah laku. Jadi motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Dorongam bisa disebut sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Arti lain dari motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
tertentu. Secara psikologi motivasi merupakan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau suatu kelompok tertentu, tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan kepuasan dengan apa yang dilakukannya atau mencapai tujuan yang diinginkannya (Nini Subini, 2012:88). Motivasi dibagi menjadi dua yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Semua faktor yang berasal dari dalam diri individu memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangan tetapi bisa jadi telah menjadi kebutuhannya. Motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi luar (ekstrinsik). Pendapat lain lagi mengenai motivasi intrinsik yang dikutip oleh Nini Subini, (2012:89) yang termasuk dalam motivasi intrinsik adalah: dorongan ingin tahu, dan menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju, adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, seperti orang tua, saudara, guru atau teman-teman dan sebagainya, adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu yang berguna baginya. Faktor yang datang dari luar diri individu motivasi (ekstrinsik) tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua dan sebagainya. Kurangnya respon dari lingkungan secara positif akan membuat semangat belajar seseorang menjadi lemah. Selain itu motivasi erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi yang tinggi tercermin ketekunan yang tidak mudah patah semangat untuk mencapai kesuksesan. Ia akan tetap belajar meskipun sulit demi meraih apa yang menjadi tujuan dari cita-citanya selama ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa motivasi dipahami sebagai suatu daya penggerak yang mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan karena ada satu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapainya. Selain itu motivasi juga diartikan sebagai dorongan ingin tahu, membuat orang kreatif, adanya keinginan yang kuat untuk maju dan berprestasi. Jadi motivasi mempunyai peranan penting dalam diri seseorang demi mencapai tujuan atau cita-cita yang ingin dicapainya begitu pula dengan minat terhadap panggilan hidup bakti dan cita-cita terhadap hidup bakti biarawan-biarawati, meskipun berbagai rintangan dan kesulitan yang menghadang ia tidak mudah menyerah untuk mencapainya.
C. Penelitian yang Relevan Penghayatan hidup bakti merupakan bagian dari kegiatan karya misioner Gereja yang dirintis oleh lembaga-lembaga hidup bakti pada masa sekarang dan masa yang mendatang. Sehubungan dengan penghayatan kaul, dan minat, para peneliti terdahulu yang sudah mencoba meneliti tentang pengaruh penghayatan kaul kemiskinan terhadap persaudaraan yang dilakukan oleh Margaretha Bulan Lejiu dan dilaksanakan di biara suster-suster MASF Indonesia pada bulan Desember 2013. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan sebesar 0,783 dari variabel (X) penghayatan kaul kemiskinan terhadap perasaudaraan sebesar 78, 3 %
variabel (Y), sedangkan 48, 7 %
dipengaruhi oleh faktor lain. Peneliti yang kedua oleh Fransisca Wayana Meila Candraningsih dengan NIM 091124039, Program Studi IPPAK Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
judul: Pengaruh Sosok Katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan Paroki St. Antonius Kota Baru Yogyakarta. D. Kerangka Pikir Biarawan-biarawati hidup bakti dipilih oleh Allah dan menghayati seluruh hidupnya secara khusus hanya untuk memuliakan Allah melalui sesama yang dilayani dalam tugas perutusan yang diterimanya. Ciri khas hidup bakti biarawan-biarawati yaitu penyerahan diri secara total kepada Kristus, yang dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Dia, ingin membuka diri bagi Roh Kudus sehingga semakin memampukannya dalam menghayati hidupnya setiap saat. Kesediaan dalam mengikuti-Nya serta mengarahkan diri kepada-Nya, terus menerus dipupuk melalui hidup doa dan diwujudkan dalam kehidupan bersama dan dalam melaksanakan karya kerasulan. Hidup bakti biarawanbiarawati meliputi penghayatan tiga kaul atau nasihat Injil yaitu: •
Kaul kemiskinan berarti gaya hidup yang sederhana, pengosongan diri dari harta benda, agar orang dipenuhi Roh Tuhan untuk mengabdi sesama dengan gembira tanpa pamrih serta dengan kerelahan hati menyumbangkan tenaga, waktu, keahlian dan ketrampilan, segala kemampuan dan seluruh kehidupan demi kemuliaan Tuhan dan sesama tanpa membeda-bedakan.
•
Menghayati kaul ketaatan berarti pengosongan diri dari kehendak dan keinginan pribadi agar siap melaksanakan kehendak Tuhan dengan gembira dalam hidup bersama, dan dalam melaksanakan kerasulan bersama sesuai dengan ciri khas masing-masing tarekat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
•
Menghayati kaul kemurnian berarti pengosongan diri dari cinta yang terpusat pada diri atau orang tertentu saja, agar mencintai Tuhan dan sesama dengan cinta yang dermawan dan terbuka kepada siapa pun. Dengan menghayati ketiga kaul tersebut secara publik, secara kelihatan
sebagai kesaksian bagi setiap pribadi dan dalam kebersamaan menjadi tanda Kerajaan Allah di tengah dunia. Sebab melalui penghayatan ketiga kaul ditekankan bahwa apa yang paling dasariah dan paling bernilai di dunia ini hanya bersifat sementara dan belum kekal. Minat merupakan suatu kondisi afektif seseorang yang berintesitas tinggi dan terorganisir melalui pengalaman. Kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati yang ditunjukkan dengan sikap gembira dalam melaksanakan tugas kerasulan dan dalam perjumpaan maupun keterlibatannya di tengah umat menjadi daya penggerak yang membangkitakan rasa tertarik, rasa ingin tahu, merasa senang dan menjadi sumber motivasi bagi orang lain khususnya bagi kaum muda. Oleh karena itu ketika kaum muda mengalami suasana yang membawa kegembiraan, penerimaan, dan pengertian, maka pengalaman itu dialami sebagai pengalaman yang berharga, mengesan, bermakna dan menguntungkan serta terbuka kemungkinan baginya untuk berusaha melakukan semua kegiatan apapun untuk memperoleh yang diminatinya. Minat merupakan suatu kondisi jiwa seseorang yang sangat bergairah untuk memperoleh sesuatu. Ini merupakan suatu kondisi yang amat penting bagi kaum muda dalam mempelajari sesuatu. Adanya keinginan yang sangat tinggi ini melahirkan suatu tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan sesuatu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
menarik baginya. Maka antara penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati yang ditunjukkan melalui kesaksian hidup sehari-hari, merupakan suatu model dan daya tarik yang diharapkan mampu membangkitkan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti. Kesaksian hidup biarawan-biarawati perlu dilakukan dengan berbagai kegiatan yang dapat dilihat, dialami oleh kaum muda yaitu secara rutin terlibat aktif dalam kegiatan kepemudaan di paroki, lingkungan, dan dalam kesempatan kunjungan keluarga. Melalui kehadiran dalam berbagai kegiatan dan kesempatan ini sedikit demi sedikit memberi inspirasi bagi kaum muda mengenai panggilan hidup bakti. Dengan demikian kerangka pikir mengenai hubungan dari variabel bebas (X) Penghayatan Hidup Bakti dengan variabel terikat (Y) Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Y Variabel X Pengahayatan Hidup Bakti
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta
Dalam penelitian ini peneliti akan mencoba untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
E. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir, dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji pada taraf signifikansi sebesar 5 % : 1.
Hipotesis alternatif (Ha) : ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
2.
Hipotesis nihil (Ho) : tidak ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitan, populasi dan sampel, teknik dan alat pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif berbentuk korelasi. Menurut Sugiyono, (2013:35) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, bertujuan untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan yang nyata, yang harus didasarkan pada hal-hal yang positivisme. Penelitian korelasi betujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel penghayatan hidup bakti dan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
B. Desain Penelitian Desain penelitian ini berbentuk korelasi yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel (Zuriah, 2005:207). Variabel (X) dalam penelitian ini adalah penghayatan hidup bakti dan variabel (Y) minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Dalam perhitungan korelasi akan didapat koefisien korelasi yang menunjukkan keeratan hubungan antar dua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai 0 atau 0 sampai 1. Jika nilai koefisien korelasinya semakin mendekati 1, atau -1, maka hubungan dari dua variabel tersebut akan semakin erat. Tetapi jika mendekati 0, maka hubungannya semakin lemah. Menurut Priyatno, (2012:59), macam koefisien korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS 20. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta periode 2015. Adapun hubungan variabelnya digambarkan dalam bentuk gambar di bawah ini: X
Y
Keterangan Gambar: 1.
(X) Variabel Bebas yaitu Hubungan Penghayatan Hidup Bakti.
2.
(Y) Variabel Terikat yaitu Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta pada tanggal 23 Agustus 2015.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang menjadi kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:148). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakeristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:149). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan teknik populatif. Teknik populatif berarti peneliti dalam peneltian menggunakan seluruh jumlah populasi yang ada sebagai sampel dalam penelitian. Seluruh jumlah populasi adalah seluruh kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta yang berjumlah 108. Jumlah perincian kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta sebagai berikut: ada 17 kaum muda yang tergabung dalam paguyuban lektor, kaum muda yang tinggal di asrama Santa Angela milik para suster Ursulin yang berjumlah 21 dan 70 kaum muda yang tidak tergabung dalam paguyuban lektor dan misdinar.
E. Variabel Penelitian 1.
Identifikasi Variabel Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel penghayatan hidup
bakti (X) disebut sebagai variabel independen dan variabel minat terhadap pannggilan hidup bakti kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta, (Y) disebut variabel dependen (Sogiyono, 2013:263). Kedua variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala likert dalam bentuk Checlist. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial melalui instrumen berdasarkan masing-masing variabel (Sugiyono, 2013:168-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
169). Hasil data yang diperoleh dari kedua variabel dianalisis untuk menguji hipotesis melalui penelitian kuantitatif berbentuk korelasi dengan bantuan SPSS versi 20.0 for windows 2007.
2.
Defenisi Konseptual Variabel Berdasarkan kajian pustaka pada bab II, dapat dirumuskan defenisi
konseptual dari kedua variabel sebagai berikut: a) Penghayatan Hidup Bakti Variabel (X) hidup bakti dipahami sebagai anugerah dari Allah kepada Gereja secara khusus diberikan kepada setiap pribadi yang memilih untuk mempersembahkan seluruh hidup kepada Allah dan sesama dan dalam kesetiaan mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil yang meliputi kaul ketaatan, kemurnian, dan kaul kemiskinan. Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati secara konkret diwujudkan dalam hidup berkomunitas dan dalam melaksanakan tugas perutusan di tengah masyarakat.
b) Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari dua campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderngankecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Sehubungan dengan prospek (jangkauan masa depan) dalam mana seseorang merencanakan, dan menentukan pilihan terhadap pendidikan, jabatan, teman hidup, panggilan sebagai biarawan-biarawati hidup bakti dan sebagainya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
3.
Defenisi Operasional Variabel Rumusan defenisi operasional variabel bebas (X) penghayatan hidup
bakti dan variabel terikat (Y) minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Pringwulung Yogyakarta sebagai berikut: a) Penghayatan Hidup Bakti Hidup bakti merupakan karunia dari Allah kepada biarawan-biarawati yang secara khusus menghayati seluruh hidupnya dengan menaati nasihat-nasihat Injil. Nasihat-nasihat Injil tersebut antara lain: Kaul Kemurnian Dengan kaul kemurnian membuat biarawan-biarawati menghayati hidupnya dengan penuh kegembiran, menguasai diri, mengendalikan diri, dewasa dalam bertutur kata, serta memberikan diri tanpa menghitung untung rugi demi kemuliaan Tuhan yang hadir dalam diri sesama. Kaul Kemiskinan Biarawan-biarawati menghayati kaul kemiskinan dengan hidup apa adanya, hemat dan bertanggung jawab dalam menggunakan fasilitas yang disediakan oleh institut atau kongregasi, mampu mengendalikan diri dari keinginan yang tidak teratur dan mau menjadikan semangat hidup Yesus yang peka dan peduli terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain terutama mereka yang miskin dan tertindas serta membantu sesama tanpa membeda-bedakan. Kaul Ketaatan Menerima sesama dalam hidup berkomunitas, siap sedia menerima tugas perutusan serta siap sedia ditempatkan di mana saja.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
b) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti Minat merupakan bagian dari rasa ingin tahu, sumber motivasi, perasaan senang dan merasa tertarik terhadap kesaksian hidup biarawan-biarawati hidup bakti yang membuat individu ingin menyelaminya lebih jauh lagi tentang panggilan hidup bakti. Panggilan hidup bakti merurupakan karunia Allah yang menjiwai setiap biarawan-biarawati dalam menghayati dan mengamalkan kaulnya dalam hidup bersama dan dalam melakukan tugas kerasulannya. Melalui kesaksian hidup inilah yang dapat dilihat serta dialami oleh orang lain terutama kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
4.
Teknik dan alat Instrumen Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field
researc), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a) Angket (kuesioner) Angket
adalah
suatu
alat
pengumpul
informasi
dengan
cara
menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Oleh karena itu penulis menggunakan kuesioner yang didasarkan pada skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenemena sosial (Sugiyono, 2013:168). Skala likert yang akan diukur dalam penelitian ini adalah penghayatan hidup bakti variabel (X) yang meliputi pernyataan tertulis mengenai penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi aspek kaul kemurnian, kaul
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
kemiskinan dan kaul ketaatan dan variabel (Y) yaitu minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta. Adapun rincian pernyataan variabel X dan Y sebanyak 25. Pada variabel X dan variabel Y terdapat 47 alternatif jawaban sangat setuju-sangat tidak setuju dengan bobot nilai berjenjang 5,4,3,2,1 kecuali 3 pernyataan negatif yaitu sangat setuju-sangat tidak setuju dengan bobot nilai 1,2,3,4,5 yaitu pernyataan no12,21,23 dari variabel X. Setiap item pernyataan terdapat nilai dengan skor maksimum adalah 5 dan nilai skor minimum adalah 1. Pada tabel-1 di bawah ini memuat keterangan tentang skor alternatif jawaban variabel penghayatan hidup bakti dan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti sebagai berikut: Tabel-1: Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y Alternatif Jawaban Pernyataan Negatif
Skor 1–5
Sangat Setuju - Sangat Tidak Setuju Pernyataan Positif
5–1
Sangat Setuju - Sangat Tidak Setuju
b) Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara. Menurut Sugiyono, (2013:384) mengatakan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstrusikan makna dalam suatu topik tertentu. Untuk mengetahui secara detail
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
dan mendalam mengenai topik yang akan diapakai dalam wawancara tersebut, maka peneliti menggunakan jenis wawancara tak berstruktur. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara merupakan teknik atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dialog dengan sumber data (Wina Sanjaya, 2013:267). Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa dialog dengan responden yang berjumlah 7 orang kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta yang telah mengisi kuesioner penelitian.
5.
Kisi-Kisi Penelitian Tabel 2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti Variabel
Aspek
Penghayatan
Kaul
Hidup Bakti
Kemurnian:
Indikator
Item
- Mampu bersyukur atas
1, 2, 3,
bersyukur,
pengalaman suka duka
4, 5
dewasa dalam
sebagai hidup bakti.
Bergembira dan
membina relasi dan komunikasi dengan sesama,
- Mampu menjalin relasi dengan siapa pun. - Menguasai diri serta
total dalam
bijaksana dan dewasa
pelayanan.
dalam bertutur kata dan bersikap.
6, 7, 8,
Jlh Soal
5
4
9 10, 11,12
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 - Memberi diri tanpa
13
1
14
1
15, 16
2
17
1
- Membantu sesama
18, 19,
3
tanpa membeda-
20
menghitung untung rugi. Kaul Kemiskinan: Hidup apa
- Totalitas dalam bekerja
adanya, mampu
- Mampu untuk hidup
mengendalikan
sederhana apa adanya. - Menggunakan sarana
diri, peka dan peduli pada
dan prasarana dengan
orang lain tanpa
bijaksana dan
membeda-
bertanggung jawab.
bedakan orang.
bedakan. Kaul Ketaatan: Bersikap gembira
- Mampu menerima
dalam hidup
perbedaan satu sama
berkomunitas dan
lain dalam hidup
tugas perutusan,
bersama.
tarekat, serta siap
- Siap sedia di utus
sedia
- Terlibat dalam kegiatan
ditempatkan di
menggereja
21
1
22, 23
2
24, 25
2
manapun.
Tabel 3. Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti. Variabel
Aspek
Indikator - Bertanya mengenai
Minat
Rasa
Terhadap
Ingin
bagaimana kehidupan
Panggilan
Tahu:
membiara biarawan-
Hidup Bakti
biarawati.
Item 26, 27, 28, 29
Jlh Soal 4
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 - Rajin berkunjung ke biara.
30
1
31, 32
2
33, 34
2
35
1
36
1
37
1
Senang melihat kegiatan
38, 39,
3
kerasulan dan cara kerja
40
- Berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan aksi panggilan. Sumber Motivasi
-
Mengikuti kegiatan rekoleksi dan kegiatan aksi panggilan.
-
Senang melihat biarawanbiarawati rajin.
-
Senang melihat jubah biarawan-biarawati
Rasa
-
Senang melihat hidup disiplin biarawan biarawati.
Senang -
biarawan-biarawati. -
Senang mengikuti renungan
41
1
42
1
43
1
44, 45,
2
Mengikuti kegitan acara
46, 47,
5
konggregasi.
48, 49,
dan homili yang dipimpin oleh biarawan-biarawati. -
Senang melihat biarawanbiarawati mengadakan kunjungan keluarga.
Rasa
-
Senang melihat jubah yang digunakan oleh kaum hidup
Teratrik
bakti. -
Mencari informasi mengenai panggilan hidup bakti dari orang tua maupun majalah dan internet
-
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket atau kuesioner. Pelaksanaanya dengan cara menyebarkan angket kepada kaum muda yang berjumlah 150 orang yang ada di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta pada tanggal 23 Agustus 2015, dengan maksud untuk memperoleh informasi mengenai penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati berdasarkan pengalaman dan persepsi mereka. Instrumen yang kembali sebanyak 108. Peneliti menggunakan istrumen yang kembali sebanyak 108 yang telah diisi oleh responden sebanyak 108 orang dipakai oleh peneliti sebagai sampel dan populasi penelitian.
G. Pengembangan Instrumen 1.
Analisis Instrumen
a) Uji coba Terpakai Pengembangan intrumen ini adalah penghayatan hidup bakti dan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti dengan menggunakan uji coba terpakai. Artinya data yang diterima dari responden melalui kuesioner yang diberikan peneliti langsung dipakai untuk menganalisis intrumen. Jika ada data yang tidak valid dibuang dan sebaliknya data yang valid dipakai untuk menguji hipotesis.
b) Uji coba Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keadaan atau kesihihan suatu alat ukur. Jika intrumen dikatakan valid berarti menujukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Riduwan, 2004:97). Jumlah responden dalam penelitian adalah 108 orang kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta yang telah mengisi kuesioner. Pengolahan data dengan menggunakan bantuan SPSS 20.0 for windows 2007. Hasil validitas intrumen pada setiap variabel penghayatan hidup bakti dan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti sebanyak 25. Setelah diuji validitasnya terdapat 1 butir pernyataan yang tidak valid dari variabel (X) yaitu pernyataan no 23, dinyatakan tidak valid karena tidak memenuhi kriteria signifikan 0,037 dan variabel (Y) pernyataan no 33 dengan nilai signifikansi 0,690. Data yang tidak valid tidak dipakai karena tidak memiliki koofisien korelasi. Sedangkan data yang valid dari variabel (X) peghayatan hidup bakti yang berjumlah 24 dan variabel (Y) minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti berjumlah 24 dipakai dalam penelitian ini karena terdapat koofisien korelasi lebih kecil dari 0,05.
c) Uji coba Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner artinya apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas dimana item yang masuk pengujian adalah item yang valid dengan menggunakan batasan 0,6 apakah intrumen reliabel atau tidak. Reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Uji reliabilitas dengan teknik Cronbach Alpha untuk mengetahui alat ukur dengan program SPSS 20.0. for windows 2007. Tabel di bawah ini adalah hasil uji reliabilitas variabel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti berdasarkan hasil pengolahan dengan bantuan SPSS, 20.0
Tabel-4 Hasil Uji Reliability Statistik Variabel Penghayatan Hidup Bakti Cronbach's Alpha
N of Items
.923
24
Dari hasil analisis, memberikan nilai Alpha Cronbach untuk keseluruhan pengukuran variabel (X) Penghayatan Hidup Bakti sebesar 0,923 nilai Alpha Cronbach ini berada pada batas 0,9 sehingga dapat disimpulkan untuk variabel Penghayatan Hidup Bakti (X) mempunyai reliabilitas baik atau sangat tinggi. N adalah jumlah no item menunjukkan bahwa 24 item yang teruji. Tabel-5 Hasil Uji Reliability Statistik Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Cronbach's Alpha
N of Items
.910
24
Hasil analisis alpha Cronbach untuk keseluruhan pengukuran variabel (X) Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti sebesar 0,910 nilai Alpha Cronbach ini berada pada batas 0,9 sehingga dapat disimpulkan untuk variabel Penghayatan Hidup Bakti (Y) mempunyai reliabilitas baik atau sangat tinggi. N adalah jumlah no item menunjukkan bahwa 24 item yang teruji.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
2.
Teknik Analisis Data dan uji Hipotesis
a) Uji Normalitas Data Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dalam pembahasan ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan metode Lilliefors dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih dari 5 % atau 0,05 (Priyatno, 2012:34).
b) Uji Linearitas Uji linearitas dengan tujuan untuk mencari ada tidaknya hubungan linear dari dua variabel tersebut secara signifikan. Dua variabel tersebut adalah penghayatan hidup bakti (X) dengan minat terhadap panggilan hidup bakti (Y) dengan taraf signifikansi 0,05, dengan bantuan SPSS 20.0 for windows 2007.
c)
Analisis Deskriptif Statistik Penelti dalam penilitian ini menggunakan analisis stastik deskriptif.
Menurut Sugiyono, (2011:29) analisis statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau pupulasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Objek yang dimaksud adalah hubungan penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti melalui data sampel atau populasi yang berjumlah 108 kaum muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
Analisis statistik deskriptif yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk melihat serta mengemukakan apakah data berdistribusi dengan normal atau tidak, dengan mengetahui mean (rata-rata), standar deviasi persentase data interval dan membuat klasifikasi data dalam lima tingkatan. Kriteria klasifikasi didapatkan dengan cara sebagai berikut: Rentang sakala 5 X 24 (jumlah item) = 120 (skor maksimal). Jadi skor maksimum (120 – 24) skor minimum : (dibagi) 5 (rentang skala) = 19,2. Hasil klasifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel-6 Kriteria Klasifikasi Variabel Penghayatan Hidup Bakti. Variabel dan
Skor
Skor
Aspek
Max
Min
Penghayatan
120
Kaul Kemurnian Kaul
Skala
STS
TS
N
S
SS
24
5
24-43
44-62
63-81
82-100
101-120
65
13
5
13-23
24-33
34-44
45-54
55-65
35
7
5
7-12
13-18
19-23
24-29
30-35
20
4
5
4-7
8-10
11-13
14-16
17-20
Hidup Bakti secara Keseluruhan
Kemiskinan Kaul Ketaatan
Tabel-7. Kriteria Klasifikasi Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bkti. Variabel dan
Skor
Skor
Aspek
Max
Min
Minat Terhadap
120
24
Panggilan Hidup Bakti secara Keseluruhan
Skala
STS
TS
N
S
SS
5
24-43
44-62
63-81
82-100
101-120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
Rasa Ingin Tahu
35
7
5
7 - 13
14-19
20-25
26 – 31
32 – 35
Sumber
20
4
5
4–7
8-10
11-13
14 – 16
17 – 20
Rasa Senang
25
5
5
5–9
10 -13
14-17
18 – 21
22 – 25
Rasa Tertarik
40
8
5
8 - 14
15-20
21-27
28 - 33
34 – 40
Motivasi
d) Uji Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti. Berdasarkan tujuan ini, maka peneliti menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan SPSS 20.0 untuk pengujian hipotesis (Priyatno, 2012:59).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang uji persyaratan, uji normalitas data, uji linearitas, analisis deskriptif statistik, uji korelasi, hasil penelitian dan pembahasan serta refelksi kateketis.
A. Hasil Penelitian 1. Uji Persyaratan a. Uji Normalitas Uji data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis korelasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu data penting karena dengan data yang berdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. (Priyatno:2012:3). Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada table-8 di bawah ini. Tabel-8 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. * .060 108 .200 .984 108 .212
Penghayatan Hidup Bakti Minat Terhadap .048 108 .200* .992 Panggilan Hidup Bakti *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
108
.762
Hasil uji test of Normality pada tabel-8 di atas menunjukkan nilai signifikansi untuk nilai data variabel (X) Penghayatan Hidup Bakti mempunyai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
nilai signifikansi di atas 0,05 dan variabel (Y) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti mempunyai nilai signifikansi di atas 0,00,) maka dapat disimpulkan bahwa keduanya berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu (Penghayatan Hidup Bakti) dan variabel terikat (Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta) mempunyai hubungan yang Linear atau tidak. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel-9 di bawah ini: Tabel-9 ANOVA Table Sum of
df
Mean
Squares (Combined) Penghayatan Hidup Bakti * Between Groups
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
11436.784
F
Sig.
Square 41
278.946
2.705 .000
1 7249.598
70.311 .000
Linearity
7249.598
Deviation
4187.186
40
104.680
6805.095
66
103.108
18241.880
107
1.015 .470
from Linearity
Within Groups Total
Dari hasil output di atas dapat diketahui nilai signifikansi pada Lineritas sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel Penghayatan Hidup Bakti dan variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup
Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul
Pringwulung Yogyakarta terdapat hubungan yang Linear.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
2. Analisis Deskriptif Statistik Analisis
deskriptif
statistik
digunakan
dengan
maksud
untuk
menggambarkan statistik data, seperti mean, sum, standar deviasi, variance, range serta untuk mengukur distribusi data dengan skweness dan kurtosis. Sedangkan analisis frekuensi dugunakan untuk menghitung frekuensi data pada variabel penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
a.
Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Penghayatan Hidup Bakti
Tabel-10 Deskripsi Statistik Penghayatan Hidup Bakti N
Valid Missing
108 0
Mean
91.8981
Std. Error of Mean
1.25641
Median
93.0000
Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis
84.00 13.05698 170.485 -.303 .233 -.346 .461
Range
62.00
Minimum
55.00
Maximum
117.00
Sum
9925.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Tabel-10 menjelaskan tentang deskriptif statistik untuk data penghayatan hidup bakti secara keseluruhan yaitu N adalah jumlah data. Data valid 108 dan tidak ada yang hilang (missing). Nilai rata-rata (mean) 91,8981, standar deviasi 13,5698. Untuk range 62,00 dengan skor minimum 55,00 dan skor maksimum 117,00 Nilai tengah (median) adalah 93,0000, nilai yang sering muncul (mode) 84,00 dan sum adalah 9925,00. Untuk menentukan frekuensi dan persentase data variabel penghayatan hidup bakti secara keseluruhan bisa dilihat pada lampiran analisis frekuensi dengan bantuan SPSS. 20.0 dan hasilnya pada tabel-11 di bawah ini. Tabel-11 Analisis Frekuensi Penghayatan Hidup Bakti Secara Keseluruhan Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
100,9 – 120
31
29 %
Setuju
81,7 – 100,8
55
51 %
Netral
62,5 – 81,6
21
19 %
Tidak Setuju
43,3 – 62,4
1
1 %
Sangat Tidak Setuju
24 – 43,2
0
0 %
108
100 %
Jumlah
Pada tabel-11 menunjukkan bahwa penghayatan hidup bakti biarawanbiarawati terdapat skor maksimal 120, skor minimal 24. Hasilnya sebagai berikut 29 % (31 orang) menyatakan biarawan biarawati menghayati hidup bakti dengan baik dan masuk dalam kategori sangat setuju, 51 % (55 orang) dengan kategori setuju, 19 % (21 orang) menyatakan biarawan-biarawati kadang kurang menghayati hidup bakti dengan baik masuk kategori netral, 1 % (1 orang) menyatakan biarawan-biarawati tidak menghayati hidup bakti dengan baik masuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
dalam kategori tidak setuju, dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penghayatan dan kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi kaul kemurnian, kaul kemiskinan dan kaul ketaatan termasuk baik dan tergolong dalam kategori setuju. Diagram- 1 Penghayatan Hidup Bakti secara Keseluruhan
1) Deskriptitif Statistik Aspek Kaul Kemurnian Tabel-12 Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemurnian
N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness
108 0 50.7870 .71647 51.0000 47.00 7.44582 55.440 -.379 .233
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
Kurtosis
-.030
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
37.00
Minimum
28.00
Maximum
65.00
Sum
5485.00
Pada tabel 12 aspek kaul kemurnian diketahui N jumlah data valid 108 dengan jumlah instrumen 13. Jumlah mean sebesar 50,7870, median sebesar 51,0000, standar deviasi sebesar 7,44582, range sebesar 37,00 serta mode sebesar 47,00 skor minimum 28,00 skor maksimum 65,00 dan sum sebesar 5485,00. Pada tabel 13 dan tabel lainnya di bawah ini adalah deskriptif statistik frekuensi, dan diagram pie mengenai ketiga aspek dari variabel penghayatan hidup bakti dan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti, berdasarkan skor nilai tertinggi dan nilai terendah. Tabel-13 Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemurnian Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
54,7 - 65
33
30 %
Setuju
44,3 – 54,6
54
50 %
Netral
33,9 – 44,2
19
18 %
Tidak Setuju
23,5 – 33,8
2
2 %
Sangat Tidak Setuju
13 - 23,4
0
0 %
108
100 %
Jumlah
Pada tabel 13 deskripsi frekuensi data aspek kaul kemurnian dengan skor maksimal 65 dan skor minimal 13. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 30 % (33 orang) menyatakan biarawan-biarawati menghayati dan memberikan kesaksian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
tentang kaul kemurnian dengan sangat baik masuk kategori sangat setuju, 50 % (54 orang) menyatakan biarawan-biarawati menghayati kaul kemurnian dengan baik masuk dalam kategori setuju, 18 % (19 orang) menyatakan bahwa kadang biarawan-biarawati kurang menghayati kaul kemurnian dengan baik dan masuk kategori netral, 2 % (2 orang) menyatakan biarawan-biarawati tidak menghayati kaul kemurnian dengan baik masuk kategori tidak setuju dan tidak ada orang yang menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa biarawan-biarawati memberi kesaksian tentang kaul kemurnian dengan baik masuk kategori setuju. Diagram-2: Aspek Kaul Kemurnian
2) Deskriptif Statistik Aspek Kaul Kemiskinan Tabel-14 Deskritif Statistik Aspek Kaul Kemiskinan N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median
108 0 26.4167 .49103 27.0000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
Mode
32.00
Std. Deviation
5.10291
Variance
26.040
Skewness
-.527
Std. Error of Skewness
.233
Kurtosis
-.120
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
22.00
Minimum
13.00
Maximum
35.00
Sum
2853.00
Pada tabel 14 aspek kaul kemiskinan diketahui N jumlah data 108 valid dengan jumlah instrumen 7 butir soal. Jumlah mean sebesar 26,4167, median sebesar 27,0000, standar deviasi sebesar 5,10291, range sebesar 22,00 serta mode sebesar 32,00 skor minimum 13,00 skor maksimum 35,00 dan sum sebesar 2853,00. Tabel-15 Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemiskinan Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
29,5 – 35
31
29 %
Setuju
23,9 – 29,4
49
45 %
Netral
18,3 – 23,8
20
19 %
Tidak Setuju
12,7 – 18,2
8
7 %
Sangat Tidak Setuju
7 – 12,6
0
0 %
108
100 %
Jumlah
Pada tabel deskriptif frekuensi aspek kaul kemiskinan terdapat skor maksimal 35 dan skor minimal 7. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 29 % (31
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
orang) menyatakan bahwa biarawan-biarawati menghayati kaul kemiskinan dengan sangat baik masuk kategori sangat setuju, 45 % (49 orang) menyatakan biarawan-biarawati menghayati kaul kemiskinan dengan baik masuk dalam kategori setuju, 19 % (20 orang) menyatakan bahwa kadang biarawan-biarawati kurang menghayati kaul kemiskinan dengan baik kategori netral, 7 % (8 orang) menyatakan biarawan-biarawati tidak memberi kesaksian yang baik mengenai kaul kemiskinan dan termasuk dalam kategori tidak setuju dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biarawan-biarawati menunjukkan kesaksian yang baik tentang kaul kemiskinan dengan kategori setuju. Diagram- 3: Aspek Kaul Kemiskinan
3)
Deskriptif Statistik Aspek Kaul Ketaatan Tabel-16 Deskriptif Statistik Aspek Kaul Ketaatan N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean
108 0 14.6944 .18811
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Median
15.0000
Mode
16.00
Std. Deviation
1.95490
Variance
3.822
Skewness
.073
Std. Error of Skewness
.233
Kurtosis
-.101
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
10.00
Minimum
10.00
Maximum
20.00
Sum
1587.00
Pada tabel 16 aspek kaul ketaatan diketahui bahwa jumlah data (N) 108 valid dengan jumlah instrumen 4. Jumlah mean sebesar 14,6944, median sebesar 15,0000, standar deviasi sebesar 1,95490, range sebesar 10,00 serta mode sebesar 16,00 skor minimum 10,00 skor maksimum 20,00 dan sum sebesar 1587,00.
Tabel-17 Analisis Frekuensi Aspek Kaul Ketaatan Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
16,9 – 20
17
16 %
Setuju
13,7 – 16,8
60
55 %
Netral
10,5 – 13,6
29
27 %
Tidak Setuju
7,3 – 10,4
2
2 %
Sangat Tidak Setuju
4 – 7,2
0
0 %
108
100 %
Jumlah
Pada tabel deskripsi frekuensi aspek kaul ketaatan terdapat skor maksimal 20 dan skor minimal 4. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 16 % (17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
orang) menyatakan bahwa biarawan-biarawati menghayati kaul ketaatan dengan sangat baik masuk kategori sangat setuju, 55 % (60 orang) menyatakan biarawanbiarawati menghayati kaul ketaatan dengan baik masuk kategori setuju, 27 % (29 orang) menyatakan bahwa kadang-kadang biarawan-biarawati kurang menghayati kaul ketaatan dengan baik masuk kategori netral, 2% (2 orang) menyatakan biarawan-biarawati tidak menghayati kaul ketaatan dengan baik masuk kategori tidak setuju. Pada kategori sangat tidak setuju tidak ada orang yang memberikan pendapatnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa rata-rata biarawan-biarawati menghayati dan memberi kesaksian tentang kaul ketaatan dengan baik dan tergolong dalam kategori setuju. Keterangan tersebut bisa dilihat pada diagram 4 aspek kaul ketaatan. Diagram- 4: Aspek Kaul Ketaatan
b.
Rangkuman Deskriptif Statistik Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Tabel-18 Deskriptif Statistik Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti N
Valid Missing
108 0
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
Mean
83.1574
Std. Error of Mean
1.23706
Median
84.0000
Mode
81.00
Std. Deviation
12.85590
Variance
165.274
Skewness
-.014
Std. Error of Skewness
.233
Kurtosis
.343
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
71.00
Minimum
43.00
Maximum
114.00
Sum
8981.00
Berdasarkan kriteria klasifikasi deskripsi statistik variabel minat terhadap panggilan hidup bakti yaitu N (jumlah data) 108 dan jumlah intrumen 24. Diketahui nilai rata-rata mean 83,1574, standar deviasi 13,1285590, range 71,00 dengan skor minimum 43.00 dan skor maksimum 114.00 Nilai tengah (median) adalah 84,0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah 81,00 dan sum adalah 8981,00. Tabel-19 Analisis Frekuensi Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Secara Keseluruhan Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
100,9 – 120
10
9%
Setuju
81,7 – 100,8
48
44 %
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
Netral
62,5 – 81,6
43
40 %
Tidak Setuju
43,3 – 62,4
6
6 %
Sangat Tidak Setuju
24 – 43,2
1
1 %
108
100 %
Jumlah
Pada tabel dekriptif frekuensi variabel minat terhadap panggilan hidup bakti secara keseluruhan dengan skor maksimal 120, skor minimal 24. Hasilnya sebagai berikut 9 % (10 orang) menyatakan kaum muda mempunyai minat terhadap panggilan hidup bakti masuk dalam kategori sangat setuju, 44 % (48 orang) mempunyai minat terhadap panggilan hidup bakti dengan kategori setuju, 40 % (43 orang) menyatakan kadang-kadang mereka kurang berminat dengan panggilan hidup bakti, masuk kategori netral, 6 % (6 orang) menyatakan tidak mempunyai minat terhadap panggilan hidup bakti dengan kategori tidak setuju, dan 1 % (1 orang) menyatakan sama sekali tidak berminat dengan panggilan hidup bakti masuk dalam kategori sangat tidak setuju. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kaum muda mempunyai minat terhadap panggilan hidup bakti karena termasuk dalam kategori setuju dan sangat setuju. Keterangan berikutnya bisa dilihat pada diagram 5 variabel minat terhadap panggilan hidup bakti. Diagram-5 Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti secara Keseluruhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
1) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Ingin Tahu
Tabel-20 Deskriptif Statistik Aspek Rasa Ingin Tahu Valid
108
N Missing Mean Std. Error of Mean Median
0 22.8611 .43062 22.5000
Mode Std. Deviation Variance
21.00 4.47518 20.027
Skewness
.116
Std. Error of Skewness
.233
Kurtosis
.076
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
25.00
Minimum
10.00
Maximum
35.00
Sum
2469.00
Pada tabel 20 aspek rasa ingin tahu diketahui bahwa N jumlah data valid 108 dengan jumlah instrumen 7. Jumlah mean sebesar 22,8611, median sebesar 22,5000, standar deviasi sebesar 4,47518, range sebesar 25,00 serta mode sebesar 21,00 skor minimum 10,00 skor maksimum 35,00 dan sum sebesar 2569,00. Tabel di bawah ini adalah hasil analisis frekuensi aspek rasa ingin tahu berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per aspek dari variabel minat terhadap panggilan hidup bakti, dengan kalsifikasi sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Tabel-21 Analisis Frekuensi Aspek Rasa Ingin Tahu Jumlah Kaum Kriteria
Interval
Muda
Persentase
Sangat Setuju
32 - 35
5
5 %
Setuju
26 – 31
26
24 %
Netral
20 – 25
51
47 %
Tidak Setuju
14 – 19
25
23 %
Sangat Tidak Setuju
7 – 13
1
1 %
108
100 %
Jumlah
Pada tabel deskriptif frekuensi aspek rasa ingin tahu terdapat skor maksimal 35 dan skor minimal 7. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 5 % (5 orang) menyatakan bahwa ingin mengetahui tentang kehidupan membiara atau hidup bakti tergolong dalam kategori sangat setuju, 24 % (26 orang) menyatakan ingin tahu mengenai panggilan hidup bakti dengan kategori setuju, 47 % (51 orang) kadang-kadang kurang ingin mengetahui panggilan hidup bakti biarawanbiarawati dan masuk kategori netral, 23 % (25 orang) tidak ingin mengetahui panggilan hidup bakti dengan kategori tidak setuju dan 1 % (1 orang) sama sekali tidak ingin mengetahui panggilan hidup bakti masuk kategori sangat tidak setuju. Hasil deskripsi frekuensi tersebut menujukkan bahwa kaum muda dalam aspek rasa ingin tahu tentang panggilan hidup bakti merasa kadang-kadang kurang ingin mengetahuinya. Pada tabel 6 diagram pie di bawah ini mengenai hasil persentase frekuensi aspek rasa ingin tahu dari variabel minat terhadap panggilan hidup bakti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
Diagran- 6: Aspek Rasa Ingin Tahu
2) Deskriptif Satistik Aspek Sumber Motivasi
Tabel-22 Deskriptif Statistik Aspek Sumber Motivasi N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation
108 0 14.7870 .19954 15.0000 15.00 2.07365
Variance
4.300
Skewness
-.581
Std. Error of Skewness
.233
Kurtosis
.363
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
11.00
Minimum
8.00
Maximum
19.00
Sum
1597.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
Pada tabel 22 deskriptif aspek sumber motivasi menunjukkan bahwa jumlah data (N) 108 dengan jumlah instrumen 4. Diketahui rata-rata nilai mean 14,7870, standar deviasi
2,07365. Untuk range adalah 11,00 dengan skor
minimum 8,00 dan skor maksimum 19,00 Nilai tengah (median) 15,00 nilai yang sering muncul (mode) adalah 15,00 dan sum 1597,00. Pada tabel 23 di bawah ini adalah hasil analisis frekuensi aspek sumber motivasi.
Tabel-23 Analisis Frekuensi Aspek Sumber Motivasi Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
16,9- 20
22
20 %
Setuju
13,7 – 16,8
60
56 %
Netral
10,5 – 13,6
23
21 %
Tidak Setuju
7,3 – 10,4
3
3 %
Sangat Tidak Setuju
4 – 7,2
0
0 %
108
100 %
Jumlah
Pada tabel deskriptif frekuensi aspek sumber motivasi terdapat skor maksimal 20 dan skor minimal 4. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: 20 % (22 orang) menyatakan bahwa kesaksian hidup biarawan-biarawati menjadi sumber motivasi bagi kaum muda termasuk kategori sangat setuju, 56 % (60 orang) menyatakan bahwa kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati memberi sumber motivasi bagi kaum muda dan masuk kategori setuju, 21 % (23 orang) kaum muda menyatakan bahwa kesaksian hidup biarawan-biarawati kadang kurang memberi sumber motivasi bagi mereka dengan kategori nertal, 3 % (3 orang) kaum muda menyatakan bahwa kesaksian hidup biarawan-biarawati tidak menjadi sumber motivasi bagi hidup mereka dan masuk dalam kategori tidak setuju dan tidak ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
kaum muda yang menyatakan kesaksian hidup biarawan-biarawati sama sekali tidak memberi sumber motivasi bagi hidup mereka dan juga untuk panggilan hidup bakti. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa rata-rata kesaksian hidup biarawan-biarawati memberi sumber motivasi bagi hidup mereka. Keterangan berikutnya bisa dilihat pada diagram 7 aspek sumber motivasi. Diagram-7 Aspek Sumber Motivasi
3) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Senang Tabel-24 Deskriptif Statistik Aspek Rasa Senang Valid
108
N Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance
0 19.0370 .30823 19.0000 17.00 3.20317 10.260
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
Skewness
-.119
Std. Error of Skewness
.233
Kurtosis
.032
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
16.00
Minimum
9.00
Maximum
25.00
Sum
2056.00
Pada tabel 24 deskriptif statistik aspek rasa senang menunjukkan bahwa N jumlah data 108 dan 5 butir soal diketahui nilai rata-rata aspek rasa senang (mean) sebesar 19,0370, standar deviasi 3,20317. Untuk range adalah 16,00 dengan skor minimum adalah 9,00 dan skor maksimum adalah 25,00 Sedangkan nilai tengah (median) adalah 19,0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah 17,00 dan sum adalah 2056,00. Pada tabel 18 dan diagram 25 di bawah ini adalah hasil analisis frekuensi aspek rasa senang. Tabel-25 Analisis Frekuensi Aspek Rasa Senang Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
22 – 25
20
18 %
Setuju
18 – 21
52
48 %
Netral
14 - 17
31
29 %
Tidak Setuju
10 - 13
4
4%
Sangat Tidak Setuju
5–9
1
1%
108
100 %
Jumlah
Pada aspek rasa senang terdapat skor maksimal 25 dan skor minimal 9.
Hasilnya sebagai berikut: 18 % (20 orang) menyatakan sangat senang dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
panggilan hidup bakti dengan kategori sangat setuju, 48 % (52 orang) menyatakan senang dengan panggilan hidup bakti masuk kategori setuju, 29 % (31 orang) menyatakan kadang-kadang merasa kurang senang dengan panggilan hidup bakti masuk kategori netral, 4 % (4 orang) menyatakan tidak senang dengan panggilan hidup bakti masuk kategori tidak setuju, 1 % (1 orang) menyatakan sangat tidak senang dengan panggilan hidup bakti dengan kategori sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan kaum muda merasa senang dengan panggilan hidup bakti dan termasuk dalam kategori setuju dan sangat setuju. Keterangan berikutnya bisa dilihat pada diagram 8 aspek rasa senang. Diagram-8 Aspek Rasa Senang
4) Deskriptif Statistik Aspek Rasa Tertarik Tabel-26 Deskriptif Statistik Aspek Rasa Tertarik N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Mode
108 0 26.4722 .52001 27.0000 27.00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Std. Deviation
5.40415
Variance
29.205
Skewness
-.154
Std. Error of Skewness
.233
Kurtosis
.572
Std. Error of Kurtosis
.461
Range
29.00
Minimum
11.00
Maximum
40.00
Sum
2859.00
Pada tabel 26 deskripsi aspek rasa tertarik menunjukkan bahwa N jumlah data 108 dan 8 butir soal diketahui nilai rata-rata aspek rasa tertarik sebesar (mean) 26,4722, standar deviasi 5,40415. Untuk range adalah 29,00 dengan skor minimum 11,00 dan skor maksimum 40,00 Sedangkan nilai tengah (median) adalah 27,0000, nilai yang sering muncul (mode) adalah 27,00 dan sum adalah 2859,00. Pada tabel 27 di bawah ini hasil anasis frekuensi aspek rasa tertarik. Tabel-27 Analisis Frekuensi Aspek Rasa Tertarik Kriteria
Interval
Jumlah Kaum Muda
Persentase
Sangat Setuju
33,7 - 40
8
8%
Setuju
27,3 – 33,6
37
34 %
Netral
20,5 – 27,2
52
48 %
Tidak Setuju
14,5 – 20,8
9
8 %
Sangat Tidak Setuju
8 – 14,4
2
2 %
108
100 %
Jumlah
Pada aspek rasa tertarik diperoleh skor maksimal 40 dan skor minimal 8. Hasilnya sebagai berikut: 8 % (8 orang) menyatakan sangat tertarik dengan panggilan hidup bakti dengan kategori sangat setuju, 34 % (37 orang) menyatakan merasa tertarik dengan panggilan hidup bakti dengan kategori setuju, 48 % (52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
orang) menyatakan kadang kurang tertarik dengan panggilan hidup bakti dengan kategori netral, 8 % (9 orang) menyatakan tidak tertarik dengan panggilan hidup bakti termasuk kategori tidak setuju dan 2 % (2 orang) menyatakan sangat tidak tertarik dengan panggilan hidup bakti dengan kategori sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan kaum muda merasa kadang-kadang kurang tertarik dengan panggilan hidup bakti masuk kategori netral dengan jumlah persentase cukup banyak yaitu 48 % (52 orang). Keterangan mengenai persentase tersebut dapat dilihat pada diagram 9 aspek rasa tertarik. Diagram-9 Aspek Rasa Tertarik
3. Analisis Korelasi Tabel-28 Analisis Correlations Variabel Penghayatan Hidup Bakti dan Variabel Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti Penghayatan Hidup Bakti
Penghayatan Hidup Bakti
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti .630**
108
.000 108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 Pearson .630** Correlation Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Sig. (2-tailed) .000 N 108 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1
108
Pada tabel di atas terdapat korelasi antara penghayatan hidup bakti dan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti sebesar 0,630 dengan nilai signifikansi 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup nyata dan signifikan antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti.
B. Hasil Wawancara dengan Kaum Muda Peneliti dalam penelitian ini mewawancarai 7 orang kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta untuk melengkapi hasil kuesioner yang sudah diisi oleh responden. Hasil wawancara dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan lampiran. Tabel. 29 Hasil Wawancara dengan Kaum Muda Pertanyaan 1. Bagaimana
Jawaban Responden Responden A
pengalamanmu
Sejak SD sampai SMA saya sudah kenal dengan
mengenai
suster, romo dan beruder. Waktu SD suster-suster
penghayatan hidup
yang mengajar kami. Suster-suster yang mengajar
bakti biarawan-
kami itu ramah, dan mengayomi anak-anak. Pada jam
biarawati?
istirahat kalau susternya lewat depan kelas pasti menyapa kami. Ketika SMA ada bruder yang mengajar kami. Saya malah kenal dengan biarawanbiarawati karena ada bruder ikut mendampingi kami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
pada saat mengikuti kegiatan camping maupun kegiatan lain seperti pada waktu itu disebut kelompok ikatan siswa-siswi katolik antar sekolahsekolah di tempat saya sekolah dulu. Saya melihat bruder enjoy, asyik dan menyenangkan saat berada diantara teman-teman. Responden B Saya mengenal biarawan biarawati itu pada saat saya mengikuti sekolah minggu. Saya senang melihat suster, frater saat mengajar. Saya melihat biarawanbiarwati itu hidupnya tenang mungkin karena sudah niat mempersembahkan diri pada Tuhan. Ketika saya bertemu di asrama milik suster saya disambut baik sekali oleh suster, ditanya bagaimana kabar saya dan sebagainya. Saya merasa senang karena susternya masih kenal dan ingat nama saya. Sejak kecil saya sudah mengenal biarawan-biarawati karena orang tua saya aktif di lingkungan dan di gereja sehingga saya tidak merasa asing jika ada kegiatan yang melibatkan romo dalam mendampingi kami di EKM maupun pendampingan di kampus. Responden C Kagum, salut, senang dengan suster, bruder, romo, frater, yang memberi pelajaran agama, yang benarbenar menguatkan iman, terutama pelajaran agama. Saya kagum dengan biarawan-biarawati yang berani hidup membiara dengan meninggalkan kelurga. Bahkan ketika masih sekolah, saya pernah tertaik, pengin sekali untuk hidup sebagai romo dan bahkan sudah sampe nginap di biara selama tiga hari. Sejauh pengalamanku biarawan-biarawati itu ramah dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
suka menyapa saat bertemu entah di pasar atau pun di lingkungan. 2. Bagaimana
Responden A
kesaksian hidup
Saya melihat biarawan-biarawati hidupnya sederhana
bakti biarawan-
apa adanya dan bisa dilihat secara langsung yaitu
biarawati dalam
pakaiannya. Meskipun pakaian hanya itu-itu saja
menghayati kaul
namun bahagia dalam hidup. Ada juga biarawan-
kemurnian, kaul
biarawati yang tidak bisa hidup sederhana seperti
kemiskinan dan
saya lihat ada romo, kalau ke rumah makan pasti beli
kaul ketaatan dalam
makanan yang terbilang mahal, punya mobil yang
melaksanakan
bagus dan handphone yang tidak kalah saing dengan
tugas-tugas mereka? umat. Pikiran saya mungkin saja agar tidak kalah saing dengan umat. Kalau soal kaul kemurnian, saya melihat ada bairawan-biarwati bisa bertahan dengan hidup menyendiri dan bisa berkarya dengan gembira. Tetapi ada juga biarawan-biarawati yang melanggar kaul kemurnian itu, dengan punya relasi yang khusus dengan orang tertentu dan bisa membahayakan panggilan. Responden B Kalau selama ini saya melihat biarawan-biarawati itu menghayati hidup bakti dengan mudah. Mereka sangat menikmati hidupnya meskipun itu tidak mudah. Kadang-kadang dengan melihat mereka sangat menikmati hidupnya itu yang membuat saya jadi berangan-angan, mereka saja bisa kok kenapa kadang saya tidak bisa menikmati hidup saya dengan enjoy. Paling tidak saya bisa berkaca dari biarawanbiarawati ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
Responden C Sejauh pengalaman saya biarawan-biarawati hidup apa adanya, mereka memiliki barang-barang duniawi seperti
handphone,
laptop
tetapi
itu
mereka
pergunakan dengan baik dan saya belum pernah melihat suster bruder, frater dan romo memiliki barang-barang mewah seperti mobil handphone dan lainnya seperti istilah orang zaman sekarang hidup glamor dengan tampilan dari luar. Justru saya malah merasa sah-sah saja kalau mereka punya sarana seperti handphone dan mobil kan untuk membantu tugas pelayanan, saya melihat biarawan-biarawati bijaksana kok dalam menggunakannya. 3. Apakah kamu
Responden A
mempunyai minat
Ya, saya pernah tertarik dengan panggilan hidup
terhadap panggilan
bakti
hidup bakti?
hidupnya disiplin, ramah dan momen yang membuat
Mengapa? Faktor
saya merasa tersentuh pada saat menjadi misdinar,
apa saja yang
saya melihat romo memimpin misa saat berada di
membuat kamu
depan altar. Dari situ saya merasa tertarik. Tetapi
berminat dengan
ketika saya mau memutuskan untuk mendaftar masuk
panggilan hidup
biara, saya merasa ada ketakutan dalam diri saya,
bakti?
apakah nanti saya bisa menjalani hidup sendiri atau
karena
melihat
biarawan-biarawati
yang
tidak. Kadang-kadang saya berpikir sendiri dan harus memantapkan diri atau menata hati dulu. Responden B Pernah tertarik menjadi romo, karena mendapat inspirasi dari kehidupan suster-suster yang hidupnya tenang dan menikmati hidupnya itu. Alasan lain lagi karena orang tua saya aktif dan rajin terlibat dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
kegiatan di Gereja dan lingkungan. Hanya saja pada waktu itu saya belum berani menyampaikan itu kepada orang tua dan itu menjadi pertimbangan saya sendiri. Responden C Dulu ketika SMA saya tertarik ingin menjadi romo. Ketika lulus SMA saya mendaftar ke biara Xaverian. Tiga hari saya menginap di biara bersama para romo. Namun tidak lama saya memutuskan untuk keluar. Untuk saat ini saya belum punya minat lagi untuk jadi pastor. Entah kenapa saya tidak berminat, mungkin bukan panggilan saja atau memang belum.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas dan Uji Linearitas Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lewat penyebaran kuesioner kepada kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta, setelah dianalisis, membuktikan bahwa uji normalitas dan uji linearitas terpenuhi. Hasil uji normalitas dengan menggunakan mentode Lilliefors diketahui data berdistribusi normal karena nilai signifikansinya ˃ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji linearitas menggunakan Test Of Linearity untuk melihat hubungan secara linear antara variabel penghayatan hidup bakti dan variabel minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang linear antara variabel
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
penghayatan hidup bakti dan minat terhadap panggilan hidup bakti dengan nilai signifikansi ˂ 0,05. 2. Variabel Penghayatan Hidup Bakti Hasil analisis deskriptif variabel penghayatan hidup bakti secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata kaum muda mengalami biarawanbiarawati menghayati hidup bakti dengan baik dan masuk dalam kategori setuju. Hal tersebut diperkuat dengan deskripsi setiap aspek dari variabel penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati yang meliputi aspek kaul kemurnian, kemiskinan dan kaul ketaatan.
a.
Aspek Kaul Kemurnian Pada asepek kaul kemurnian biarawan-biarawati menghayati kaul dengan
baik terdapat persentase 50 % (54 orang) masuk dalam kategori setuju. Artinya bahwa biarawan-biarawati menghayati dan memberi kesaksian akan kaul kemurnian dengan baik yaitu dengan menujukkan sikap gembira, dewasa dalam menjalin relasi dengan sesama dan total dalam pelayanan di tengah masyarakat terutama kepada mereka yang miskin, menderita, difabel dengan tidak membedabedakan orang. Kesaksian hidup biarawan-biarawati ini bagi kaum muda sangat baik dan berharga bagi hidup mereka di zaman ini yang penuh dengan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin mendunia.
b. Aspek Kaul Kemiskinan Pada aspek kaul kemiskinan kaum muda melihat biarawan-biarawati memberi kesaksian yang baik dengan persentase 45 % (49 orang) masuk kategori
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
setuju. Hasil ini menjukkan bahwa biarawan-biarawati dalam padangan kaum muda berdasarkan pengalaman mereka, biarawan-biarawati mampu meneladan hidup Yesus yang miskin, sederhana dan penuh totalitas dalam pelayanan terutama kepada mereka yang miskin, tertindas, dan menderita lewat karya kerasulan tarekat.
c.
Aspek Kaul Ketaatan Pada aspek kaul ketaatan terdapat persentase yang cukup banyak yaitu
55% (60 orang) masuk kategori setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa biarawanbiarawati mendapat tanggapan yang baik dari kaum muda bahwa melalui kesaksian hidupnya, dapat melaksanakan dengan setia tugas perutusan yang dipercayakan padanya dengan sukacita dan menunjukkan rasa tanggung jawab dalam menjalaninya. Biarawan-biarawati hidup bakti secara khusus menjadikan semangat Injili sebagai pilihan hidup yang dihayati secara total, radikal, dan konsekuen dengan hati yang tidak terbagi dan terpusat pada Tuhan, dan ditandai dengan pengikraran kaul-kaul. Ketiga kaul ini adalah bentuk nyata sebagai perlawanan terhadap budaya gila harta, kehormatan, dan kekuasaan. Dengan ketiga kaul ini, biarawan-biarawati hidup bakti belajar untuk tidak mencari kenikmatan dunia ini, tetapi lebih mau meyerahkan diri kepada Tuhan lewat tugas perutusan yang diberikan tarekat. Kesaksian
hidup
biarawan-biarawati
dalam
melaksanakan
tugas
perutusan ditunjukkan dengan sikap gembira, totalitas, menjalin relasi yang baik tanpa membeda-bedakan, menerima tugas apa pun yang diberikan sebagai wujud
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
cintanya pada Tuhan yang tentunya sangat menentukan mutu penghayatan hidup kaul menurut nasihat Injil. Kesaksian hidup biarawan-biarawati itu terbukti bahwa hidupnya sesuai dengan janji kaul yang
telah diikrarkan kepada Tuhan dan
disaksikan oleh pihak gereja dan para penanggung jawab konggregasi serta umat yang hadir dalam perayaan liturgi prasetya pertama dan prasetya kekal.
3. Variabel Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti a. Aspek Rasa Ingin Tahu Pada aspek rasa ingin tahu, kaum muda kadang-kadang merasa ingin mengetahui panggilan hidup bakti dan kadang tidak ingin mengetahui panggilan hidup bakti melalui media kumunikasi seperti: internet, majalah serta proaktif ikut terlibat dalam kegiatan aksi panggilan, rekoleksi kaum muda serta proaktif bertanya pada biarawan-biarawati. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis data terdapat presentase 47 (51 orang) masuk dalam kategori netral. Faktor lain yang mempengaruhi rasa ingin tahu kaum muda mengenai panggilan hidup bakti telah dipaparkan pada kajian pustaka bab dua bahwa minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan-kegiatan yang ditimbulkan minat. Dalam hal ini aspek afektif minat berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman-teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa dan lainnya. Jika kaum muda mempunyai pengalaman atau hubungan
yang
menyenangkan
dengan
biarawan-biarawati
maka
ia
mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan membiara biarawanbiarawati.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
b. Aspek Sumber Motivasi Pada aspek sumber motivasi kaum muda menemukan dalam diri biarawan-biarawati sikap disiplin, rajin yang menjadi sumber inpirasi dan motivasi bagi hidup mereka. Data deskripsi yang memperkuat pernyataan ini terdapat persentase 56 % (60 orang) masuk kategori setuju.
c. Aspek Rasa Senang Pada aspek rasa senang kaum muda merasa senang dengan melihat jubah
yang digunakan oleh biarawan-biarawati, rajin mengunjungi umat, mengadakan kegiatan rekoleksi. Hasil analisis deskriptif aspek sumber motivasi tersebut terdapat persentase 48 % (52 orang ) masuk kategori setuju.
d. Aspek Rasa Tertarik Pada aspek rasa tertarik terdapat persentase 48 % (52 orang) masuk kategori netral. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kaum muda kadang-kadang teratrik dan kadang-kadang kurang tertarik dengan panggilan hidup bakti. Jika kaum muda merasa senang dengan panggilan hidup bakti maka ia akan berusaha untuk mencari tahu tentang panggilan hidup bakti, namun sebaliknya jika ia tidak senang maka ia tidak tertarik untuk mengetahui tentang panggilan hidup bakti. Minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti juga tergantung pada kesiapan belajar dan kesempatan untuk belajar pada lingkungan. Jika individu mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental dan dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Berdasarkan hasil deskripsi analisis variabel minat terhadap panggilan hidup bakti secara keseluruhan rata-rata kaum muda mempunyai minat terhadap panggilan hidup bakti. Melalui kesaksian hidup yang makin baik maka semakin banyak kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti. Minat merupakan suatu perangakat mental atau kecenderungan dari dalam diri setiap orang untuk mengetahui apa yang dirasakan mengesan, menyenangkan, menguntungkan, bermakna, dan bernilai, memberi sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan, terdorong untuk melakukan apa pun untuk mencapainya. Kesaksian hidup biarawan-biarawati secara keseluruhan dalam bertutur kata, dalam membangun relasi kerjasama yang baik dengan siapa pun, tidak membuat perbedaan terhadap sesama yang dilayani, ikut serta dalam kegiatan paroki dan lingkungan yang merupakan model yang tidak secara langsung menjadi objek yang menarik, menjadi sumber motivasi, membuat kaum muda merasa senang dan tertarik untuk mengetahui dan mencari informasi serta mendalaminya lebih jauh tentang panggilan hidup bakti.
4. Korelasi Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Kaum Muda Terhadap Panggilan Hidup Bakti Berdasarkan
hasil
penelitian,
terdapat
hubungan
nyata
antara
Penghayatan Hidup Bakti variabel (X) teruji kebenaran hipotesis alternatif (Ha) dengan variabel (Y) Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Prinwulung Yogyakarta dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 ˂ 0,005. Maka Hipotesis nihil (Ho) dalam kajian pustaka bab II ditolak yaitu tidak ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti. Hasil penelitian melalui analisis korelasi membuktikan bahwa besar hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta adalah 0,630. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti. Data hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik penghayatan hidup bakti maka semakin meningkat jumlah kaum muda yang berminat terhadap panggilan hidup bakti. Dari data tersubut terjadi hubungan yang positif antara variabel penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti. Hasil yang diperoleh memberi gambaran mengenai keeratan hubungan antara variabel penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta. Data hasil wawancara dengan kaum muda, menunjukkan bahwa biarawan-biarawati menghayati hidup baktinya dengan baik melalui kehadirannya dalam karya perutusan serta kesaksian hidupnya yang dapat memberi motivasi, inspirasi bagi mereka. Selain hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara kedua variabel tersebut, ada faktor lain dari minat kaum muda yang berhubungan dengan panggilan hidup bakti yaitu minat terhadap panggilan hidup bakti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah. Allah-lah yang berinisiatif memanggil setiap orang dan kepada setiap pribadi untuk mengikuti-Nya sebagai biarawan-biarawati. Oleh karena itu dibutuhkan kepekaan hati untuk melihatnya, memahami dan menanggapinya. D. Refleksi Kateketis. 1.
Pengertian Katekese Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II tentang katekese masa kini yaitu
dalam art. 18 tentang katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, dan penyampaian ajaran Kristen, yang diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar peserta memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dari pengertian tersebut katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese dipahami sebagai bagian utuh pastoral Gereja dan
memiliki hubungan erat dengan
evangelisasi baru. Arah utama seluruh kegiatan pastoral Gereja adalah demi pembangunan hidup umat. Tujuan utama katekese adalah pengembangan hidup beriman umat agar secara bersama-sama ikut berjuang mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia. Dalam semua karya pastoral yang diusahakan oleh Gereja diarahkan agar semua umat makin mengasihi dan mengimani Yesus Kristus sebagai jantung dan hati umat beriman Kristiani. Karena itu, arah evangelisasi dan katekese adalah membantu umat supaya menjadikan Yesus Kristus sebagai acuan hidup baik secara pribadi maupun komuniter (CT. 5). Arah evangelisasi adalah membantu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
umat supaya lebih mengenal, mengasihi dan mengikuti Yesus Kristus dari hari ke hari, seperti Kristus lebih dulu telah menjukkan kasih-Nya itu kepada manusia melalui sengsara wafat dan bangkit demi keselamatan semua umat manusia. Evangelisasi bukan membawa umat untuk masuk ke dalam Gereja tetapi lebihlebih mendorong umat supaya berdasar imannya memberikan kesaksian konkret di tengah-tengah hidup masyarakat agar kehadiran umat sungguh mendatangkan berkat bagi sesama di sekitarnya. Seluruh umat pada prinsipnya secara bersama-sama ikut memiliki katekese dan sungguh-sungguh secara aktif bertanggung jawab terhadap perkembangan katekese. Di samping itu, seluruh segi hidup dan kegiatan umat dapat bernilai kateketis. Komunitas umat beriman mejadi asal, tempat dan tujuan katekese. Komunitas mencakup keluarga, lingkungan, sekolah, dan gerakan umat lainnya bekerjasama dalam membangun iman umat.
2.
Biarawan-Biarawati Hidup Bakti sebagai Ketekis Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan
penganiayaan, begitu pula Gereja dipanggil untuk menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia (LG. 8, 9). Dalam hal ini terdapat dalam (Luk 19:10; 18), Kristus diutus oleh Allah untuk menyampaikan kabar baik kepada orangorang
miskin,
menyembuhkan
mereka
yang
putus
asa,
mencari
dan
menyelamatkan yang hilang. Dalam Injil Matius 28:19 berbicara mengenai semua umat yang telah dibaptis menjadi murid-murid yang dipanggil dan diutus. Artinya semua orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
yang telah dibaptis apapun kedudukannya dalam Gereja atau tingkat pendidikan adalah pelaku-pelaku evangelisasi. Di dalam konteks ini, setiap pribadi perlu menyadari bahwa semua kegiatan karya kerasulan dan bentuk keterlibatan di paroki dapat bernilai kateketis. Karena itu, setiap anggota yang dengan sepenuh hati menghayati imannya dan mengambil bagian secara aktif di dalam kegiatan beriman umat dapat berperan sebagai “katekis”. Kesaksian iman umat tersebut meneguhkan, memberi ilham, memperkaya dan mendorong sesama umat untuk juga berkembang di dalam iman. Seluruh kehidupan dan pelayanan bernilai katekis. Ini cocok dengan katekese umat yang Kristosentris. Artinya katekese benar-benar dari, oleh dan untuk umat.
3.
Aspek Katekis dalam Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Kaum muda pada zaman ini, hidup dalam konteks budaya globalisasi.
Kehadiran globalisasi membawa banyak kemudahan. Salah satu contoh dampak dari kehadiran globalisasi seperti kemajuan teknologi komunikasi dapat membantu orang dalam membangun relasi dan berkomonikasi, serta memberi banyak informasi mengenai pengetahuan dalam hidup. Kehadiran dan kesaksian hidup biarawan-biarawati berjalan seiring dengan budaya globalisasi tersebut. Sangat menarik bahwa di tengah maraknya budaya globalisasi ini, kesaksian hidup biarawan-biarawati tidak terlepas dari tugasnya sebagai ketekis sekaligus sebagai pewarta dapat membantu kaum muda zaman ini dengan berbagai kegiatan pastoral baik di sekolah, di Gereja, dan di mana pun serta didukung pula dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
kesaksian hidup yang baik
sehingga kehadirannya bermakna dan bisa
menginspirasi hidup orang lain. Kesaksian hidup yang baik merupakan tindakan awal pewartaan Injil. Kehadiran semua umat, lebih-lebih biarawan-biarawati hidup bakti yang menunjukkan sikap saling berbagi, kesetiakawanan, juga merupakan unsur hakiki dan pada umumnya itu yang pertama ditunjukan dalam pewartaan Injil. Semua orang Kristiani dipanggil untuk memberi kesaksian itu, dan dengan demikian mereka dapat menjadi pewarta Injil yang sejati. Kerygma atau pewartaan adalah salah satu dari tugas Gereja bagi semua umat yang sudah dibaptis. Kerygma, dalam konteks yang lebih luas dapat juga berarti kemampuan untuk melihat setiap persoalan dalam perspektif iman. Hanya iman yang tanggap yang akan mampu mewujudkan bukti nyata membantu di dalam memaknai permasalahan hidup. Begitu pula dengan minat terhadap panggilan hidup bakti terjadi karena pengalaman pribadi sesorang terhadap apa yang dilihat dan dialami. Pengalaman pribadi itu dialami dalam lingkup keluarga, sekolah dan sebaginya. Jika kesaksian hidup yang makin baik dari keluarga, lingkungan sosial, dan sekolah, akan menguntungkan bagi mereka yang menyaksikan, khususnya kaum muda yang cenderung merasa terdorong untuk mengikutinya. Justru sebaliknya tidak maka ia akan melupakan karena tidak menguntungkan bagi dirinya. Minat mulai tumbuh karena pengalaman pribadi seseorang dengan objek yang mempengaruhinya. Objek yang dimaksudkan adalah kesaksian hidup biarawan-biarawati yang ramah, gembira, rajin, disiplin, jujur dan membantu orang tanpa membeda-bedakan. Minat terhadap panggilan hidup bakti terjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
karena dukungan dari keluarga. Dalam hal ini orang tua juga ikut berperan serta dalam memberikan kesaksian hidup yang baik dan ada relasi kerjasama yang baik antara biarawan-biarawati hidup bakti dengan keluarga. Jika orang tua mempunyai perhatian terhadap kehidupan membiara maka anak pun akan meneladan orang tuanya. Kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati dan keluarga serta pihak sekolah mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan minat terhadap panggilan hidup bakti dalam diri kaum muda. Mutu keberhasilan seseorang atau komunitas baik keluraga dan komunitas biara dalam suatu karya perutusan, dan bertambahnya minat terhadap panggilan hidup bakti terletak dalam mutu hidup rohani setiap pribadi dalam menghayati hidupnya baik sesebagai biarawanbiarawati dan sebagai orang tua dan anak-anak. Pengalaman penulis selama ini, sebagai calon katekis dan sekaligus sebagai biarawati menyadari bahwa kehadiran dan perjumpaan dengan sesama serta dalam kegiatan apa pun, ada unsur kesaksian hidup yang didukung pula dengan pendekatan secara rutin dengan simpatisan kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti. Pendekatan secara personal dengan kaum muda, bagi penulis sebagai pintu masuk untuk mengenal mereka secara mendalam tentang keprihatianan dan pergulatan mereka, sehingga dapat membuka wawasan mereka mengenai kehidupan membiara diperkaya. Pengalaman penulis mengenai minat terhadap panggilan hidup bakti, mulai tumbuh melalui hal-hal yang sederhana seperti dukungan dari orang tua dengan cara bertanya mengenai apa cita-citamu. Bentuk dukungan ini diperkuat dengan kunjungan keluarga dari biarawan-biarawati ke rumah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Maka sangat tepatlah penulis mengutip kata-kata Paus Frasiskus dalam Evangelii Gaudium art. 46 berbicara mengenai Gereja dipanggil untuk menjadi rumah Bapa, dengan pintu-pintu yang selalu terbuka lebar sehingga jika seseorang digerahkan oleh dorongan Roh, datang ke sana untuk mencari Allah dan tidak mendapati sebuah pintu tertutup. Dengan demikian setiap orang dengan cara tertentu dapat mengambil bagian dalam kehidupan menggereja. Gereja merupakan rumah Bapa dimana ada tempat untuk setiap orang dengan permasalahan hidup mereka. Gereja seluruhnya harus keluar menjumpai setiap orang tanpa kecuali, namun terutama pada mereka yang miskin, sakit, mereka yang dihina dan diabaikan dan mereka yang tidak bisa membalasmu (EG. 48). Paus menegaskan sekali lagi bahwa marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar mewartakan kepada setiap orang hidup Yesus Kristus. Paus Fransiskus mengimbau kepada seluruh umat, para imam dan umat awam dan juga biarawanbiarawati hidup bakti dengan mengatakan bahwa saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan dari pada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa aman sendiri (EG. 49). Kehadiran biarawan-biarawati hidup bakti mempunyai aspek katekis dan itu diwujudkan melalui berbagai karya kerasulan tarekat. Kesaksian yang dimaksud tidak lain adalah menghadirkan Tuhan yang penuh sukacita dan belaskasih seperti pengalaman nabi Zefannya yang menghadirkan Tuhan dengan umatnya di tengah perayaan yang berlagsung dengan sukacita keselamatan (Zef 3:17-18), dan inilah sukacita yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup, sebagai tanggapan atas undangan kasih Allah kepada kita. (GE.4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
E. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami beberapa kesulitan, tantangan dan keterbatasan sebagai berikut: 1. Penulis menyadari bahwa ada instrumen yang tidak bisa mengungkap maksud dari aspek variabel dalam penelitian ini. 2. Dalam membuat kisi-kisi dan instrumen variabel penghayatan hidup bakti, penulis merasa tertantang karena tidak semua kaum muda yang mengetahui kehidupan membiara. 3. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami kesulitan dalam mengatur waktu dengan kaum muda sehingga pada saat pengisian angket peneliti tidak bisa hadir mengawasi responden sehingga petunjuk yang ada dalam angket bisa kurang dimengerti oleh responden atau bisa terjadi kekeliruan dalam mengisi setiap pernyataan dari variabel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pendahuluan pada bab satu pemaparan permasalahan, dan pada kajian pustaka bab dua sehubungan dengan penghayatan hidup bakti dan minat terhadap panggilan hidup bakti, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Penghayatan hidup bakti biarawan-biarawati meliputi kaul kemurnian, kaul kemiskinan dan kaul ketaatan. Hasil analisis statistik penghayatan hidup bakti diketahui jumlah persentase 51 % (55 orang). Artinya biarawan-biarawati menghayati hidup bakti dengan baik dan masuk kategori setuju dan minat terhadap panggilan hidup bakti 44 % (48 orang) dengan jumlah persentase menunjukkan bahwa ada minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti. Hasil analisis data terdapat hubungan yang cukup erat dan signifikan antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti yang ditunjukkan dengan nilai Analisis correlations 0,630 pada taraf signifikansi 0,000. Penemuan ini memberi gambaran pada peneliti bahwa semakin baik penghayatan hidup bakti maka semakin banyak minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti. Populasi penelitian ini adalah kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta sebanyak 108 orang. Penulis memperoleh data tersebut melalui penyebaran kuesioner kepada kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta pada tanggal 23 Agustus 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
Sedangkan minat merupakan sumber motivasi, rasa ingin tahu, rasa senang dan rasa tertarik terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun pekerjaaan. Oleh karena itu sebagai biarawan biarawati, guru di sekolah, terutama orang tua, yang mendampingi anak di rumah, di sekolah, dan kegiatan apapun di Gereja dan lingkungan, agar dapat menngkatkan kesaksian hidup yang baik dalam bertutur kata, bertindak terhadap anak-anak. Kesaksian hidup yang baik bisa menjadi media pembelajaran yang baik untuk menumbuhkan minat anak, terutama kaum muda. Minat timbul dari hasil pengenalan dengan lingkungan, atau hasil interaksi belajar dengan lingkungannya.
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis melihat hal-hal yang perlu
perhatikan oleh biarawan-biarawati, orang tua, penanggung jawab kepemudaan di paroki. Oleh karena itu penulis memberikan usulan sebagai upaya meningkatkan pendekatan dengan kaum muda agar dapat membatu mereka dalam menumbuhkan benih panggilan yang sudah Tuhan taburkan dalam diri mereka sehingga tetap terpelihara dan berbuah sebagaimana Tuhan kehendaki. 1. Adanya kerjasama biarawan-biarawati dengan penanggung jawab kepemudaan di paroki sehingga ada program secara rutin mengadakan kegiatan rekoleksi dengan kaum muda. 2. Biarawan-biarawati mengadakan kerjasama dengan pihak paroki, agar mengadakan program aksi panggilan dengan kaum muda dan dilakukan dalam bentuk apa saja seperti: open house dan Liv-in di tengah keluarga sehingga bisa mensosialisasikan kepada umat terutama orang tua dan kaum muda mengenai hidup bakti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
3. Para Suster Putri Bunda Hati Kudus (PBHK) Provinsi Indonesia, agar semakin meningkatkan semangat pelayanan pastoral dengan cara mengadakan kunjungan keluarga sehingga kehadirannya bisa menjadi sumber inspirasi bagi kaum muda yang tergerak hatinya mau mengikuti panggilan Tuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiare. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Darminta. J. (1982). Berbagai Segi Penghayatan Hidup Religius Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius. ______________. (2010). Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius. Duwi Priyatno. (2012). Yogyakrta: CV. Andi OFFSET. Elizabeth B. Hurlock. (1978). Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta: Erlangga. Fransiskus. (Paus). (2013). Evangelii Gaudium. (F.X Adisusanto, & Bernadeta Hariani Tri Prasasti). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013). Kongregasi Untuk Lembaga Hidup Bakti. (1992). Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga Religius. (Marcel Beding, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1992). Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Konverensi Waligereja Indonesia. (2006). Kitab Hukum Kanonik: Edisi Resmi Bahasa Indonesia. Jakarta: KWI. Mardi Prasetya. F. (1992). Psikologi Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius ______________. (2000). Unsur-Unsur Hakiki dalam Pembinaan. Yogyakarta : Kanisius. ______________. (2001). Tugas Pembinaan Demi Mutu Hidup Bakti. Yogyakarta: Kanisius. Mintara Sufiyanta. A. (2010). Kisah – Kisah Dibalik Jubah. Jakarta: Obor Nini Subini. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka. Nurul Zuriah. A. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Panut Panuju. H. & Ida Umami. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana. Paul Suparno. (2007). Saat Jubah Bikin Gerah. Yogyakarta: Kanisius ______________. (2011). Hidup Membiara di Zaman Moderen. Malang: DIOMA Putri-Putri Bunda Hati Kudus (2013). Konstitusi dan Direktorium. Rachman Abror. Abd. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ______________. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. Singgih Santoso. (2014). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Tim Pustaka Familia. (2006). Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingnya.Yogyakarta: Kanisius. Wina Sanjaya. H. (2013). Penelitian Pendidikan: jenis, metode dan prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Yohanes, Paulus II (Paus). (1979). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. ______________. (1996). Vita Consecrata. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
Petunjuk pengisian angket: 1. Bacalah secara cermat dan teliti sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini 2. Pilihlah salah satu kolom di bawah ini yang sesuai dengan pengalaman Anda: dengan memberi tanda cek list ( ) 3. Keterangan alternatif jawaban SS
= Sangat setuju /Selalu
S
= Setuju/Sering
N
= Ragu-Ragu/Kadang-Kadang/Netral
TS
= Tidak Setuju/hampir tidak pernah
STS
= Sangat Tidak Setuju/Tidak pernah
4.
No.
X
Contoh cara menjawab:
PERNYATAAN
Keluarga saya dikunjungi oleh kelompok Legio Maria
(1)
SS
S
N
TS
STS
5
4
3
2
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Nama
: _____________________________________
Paroki
: _____________________________________
No 1.
Pernyataan
SS S N TS STS
Saya melihat biarawan biarawati bergembira dalam melaksanakan tugas perutusannya.
2.
Biarawan – biarawati menunjukkan ekspresi wajah gembira saat bertemu dengan umat.
3
Biarawan biarawati tidak mudah mengeluh jika mengalami kesulitan dan tantangan.
4.
Tugas dan pelayanan biarawan biarawati memberi inpirasi hidup bagi saya.
5.
Menurut saya biarawan biarawati setia pada panggilannya karena mampu menerima segala tantangan hidup tidak menikah.
6.
Biarawan biarawati bersikap sabar terhadap semua orang.
7
Saya melihat biarawan biarawati bersikap tegas terhadap siapapun tanpa membeda bedakan.
8.
Biarawan
biarawati
mudah
bersosialisasi
dengan siapapun. 9.
Biarawan biarawati tidak membedakan dalam persahabatan.
10.
Biarawan biarawati mudah mengendalikan emosinya.
11.
Biarawan biarawati
dipercaya umat karena
bijaksana dalam memberikan nasehat, kritik, saran, dan sulusi pada semua orang.
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12.
Biarawan biarawati sulit bekerjasama dengan orang lain.
13.
Biarawan biarawati mengutamakan orang yang tersingkir, kecil, miskin dalam pelayanannya.
14.
Biarawan biarawati totalitas dalam bekerja.
15.
Biarawan biarawati tidak memiliki fasilitas berlebihan seperti:
pakaian,
Handphone,
laptop, uang dan lainnya. 16.
Biarawan biarawati tidak mudah mengeluh dengan berbagai kesulitan hidup.
17.
Biarawan biarawati menunjukkan sikap hemat dalam menggunakan uang.
18.
Biarawan
biarawati
meneladani
kehihidup
Yesus yang miskin apa adanya. 19.
Biarawan biarawati tidak membeda-bedakan orang yang membutuhkan pertolongan.
20.
Biarawan
biarawati
murah
hati
kepada
siapapun dalam pelayanannya. 21.
Biarawan biarawati sulit menerima perbedaan satu sama lain di tempat tugas dan di biara.
22.
Biarawan biarawati, siap sedia jika dipindahkan ke tempat tugas yang baru.
23.
Saya melihat biarawan biarawati bersedih hati jika dipindahkan ke tempat tugas yang baru.
24.
Biarawan
biarawati
terlibat
dalam
kepengurusan dewan pastoral paroki. 25.
Biarawan biarawati rajin mengunjungi umat.
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
Sejak kecil saya sudah mengenal biarawan biarawati
27.
Saya
sudah
terbiasa
dengan
kehidupan
biarawan biarawati. 28.
Saya merasa senang bila berada diantara biarawan biarawati.
29.
Jika
bertemu,
saya
suka
biarawan biarawati
bertanya
pada
mengenai kehidupan
membiara atau hidup bakti. 30.
Saya rajin bersama teman-teman berkunjung ke biara
31.
Saya merasa tergerak menjadi romo, suster, bruder jika melihat biarawan biarawati.
32.
Saya rajin mengikuti kegiatan rekoleksi dan aksi panggilan.
33.
Saya senang mengikuti kegiatan rekoleksi dan aksi
panggilan
tetapi
orang
tua
tidak
mendukung. 34.
Saya tahu bahwa panggilan hidup bakti indah namun saya tidak menemukan keindahan itu yang mendorongku menjadi suster, romo, frater dan bruder.
35.
Saya terkesan dengan biarawan biarawati yang rajin mengikuti misa dan doa lingkungan.
36.
Dalam setiap perjumpaan dengan biarawan biarawati saya melihat ada rahmat terselubung dibalik jubah yang dipakai.
37.
Saya senang dengan
hidup disiplin para
biarawan biarawati.
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38.
Saya tergerak meneladan biarawan biarawati karena jujur, adil dan baik hati kepada siapaun.
39.
Saya
merasa
kagum
melihat
cara
kerja
biarawan biarawati 40.
Saya merasa terkesan dengan kegiatan aksi panggilan dan rekoleksi karena berfariasi dan menyenangkan
41.
Saya terkesan dengan renungan dan homili biarawan biarawati.
42.
Saya senang melihat biarawan biarawati yang secara rutin mengunjungi orang sakit.
43.
Saya
terkesan
dengan
jubah
biarawan
biarawati. 44.
Saya tertarik dengan panggilan hidup bakti karena keluraga saya dekat dengan biarawan biarawati.
45.
Saya tertarik dengan panggilan hidup bakti dan mencari informasi di majalah, internet, dan buku – buku rohani.
46.
Saya senang dengan panggilan hidup bakti karena melihat biarawan biarawati dalam kegiatan PIA, OMK, kegiatan doa di paroki dan lingkungan.
47.
Saya tertarik menjadi biarawan biarawati karena mereka ramah dan tidak sombong.
48.
Saya
tertarik
dengan
kehidupan
disipilin
biarawan biarawati. 49.
Saya tertarik dengan kehidupan biarawan biarawati
karena
dalam
pelayanannya
mendahulukan orang lain.
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50.
Saya tertarik menjadi biarawan biarawati karena bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan pelayanannya.
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3 : Data Hasil Wawancara Pertanyaan 1. Bagaimana
Jawaban Responden Responden D
pengalamanmu
Biarawan biarawati merupakan teladan hidup serta
mengenai penghayatan
dapat menjadi inspirasi melalui karya nyata
hidup bakti biarawan-
misalnya pelayanan terhdap kaum miskin, anak-
biarawati?
anak terlantar dan difabel serta sangat peduli terhadap sesama manusia. Responden E Pengalaman saya, waktu kecil ikut sekolah minggu, kagum karena biarwan-biarwati rela meningglkan kesenangan dunia untuk melayani Tuhan, dari situ memberi motivasi bagi saya untuk rajin berdoa. Saya kenal dengan biarawan biarawati sejak kecil karena rumah saya dulu banyak suster romo datang ke rumah kalau acara ibadat bahkan kami sudah anggap keluarga. Sejauh pengalaman saya komunikasi dengan suster bagus, kalau ketemu dengan saya atau mama pasti ajak bercerita dan memberi nasehat yang memotivasi saya agar nurut sama orang tua. Kalau melas ke gereja dan ketemu suster pasti ditanya kenapa tidak ke gereja. Saya merasa termotivasi agar tidak malas dan harus rajin. Responden G Dari kecil saya sudah dekat dengan lingkungan biara, pastoran, susteran. Orang tua dekat dengan suster dan romo. Waktu SMP saya di asrama. Suster suster lebih membantu aku untuk berkembang baik (10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
seperti misalkan rajin dan displin. Menurut aku hidup membiara seperti suster, romo, walaupun tidak bisa bebas seperti kami namun mereka juga menikmati sekali hidupnya. Waktu misa di gereja melihat romo memberkati anak rasanya senang nampak dari wajahnya bahagia. 2. Bagaimana kesaksian
Responden D
biarawan-biarwati
Pengalamanku, biarawan biarwati selalu taat dan
dalam menghayati
melaksanakan kaul kaulnya dengan baik. Mereka
kaul ketaatan, kaul
selalu hidup sederhana dalam berpakain, bersikap
kemiskinan dan kaul
ramah terhadap siapa saja. Saya melihat itu dari
ketaatan dalam
kaka saya sendiri yang selalu mengedepankan
menjalani tugas-tugas
kehidupan rohani, seperti rajin dalam mengikuti
mereka?
misa meskipun kadang gerejanya jauh dari rumah, juga setiap hari sebelum berkativitas diawali dengan berdoa dulu. Responden E Kalau menurut pengalamanku kesaksian biarawan biarawati dengan kaul kaulnya, baik. Mereka itu bisa hidup apa adanya. Punya pakaian sederhana, makan seadanya, bergaul baik dengan siapa saja tanpa membedakan orang dan saya salut mereka rela kalau pindah tugas ke ke tempat lain dan sering saya lihat suster suster yang ada di lingkungan kami kadang selalu berganti anggota yang lain dan selalu tidak sama.
Responden F Pengalaman saya suster yang sudah dipanggil hidup (11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mebiara tidak mewa. Dalam hidup sering memilih hidup sederhana, netral dalam bertegaul, tidak memilih orang, merangkul orang susah. Mereka menjalankan hidup dengan serius maksudnya taat pada panggilan dan aturan biara.
Kalau ada
kegiatan membaur. Kehidupan mereka itu sering memberi semacam motivasi bagi saya untuk bisa hidup baik. Responden G Pengalamanku
biarawan-biarawati
menhghayati
kaul ketaatan emang sesuai dengan panggilan mereka dengan baik. Aku lihat biarawan-biarawati itu sederhana, merangkul orang lain yang susah, mengunjungi orang sakit juga.
3. Apakah kamu
Responden D
mempunyai minat
Saya tertarik dengan panggilan membiara karena
terhadap panggilan
bagi saya bekerja di ladang Tuhan itu sangat mulia
hidup bakti?
dan mendalami kehidupan rohani, seperti berdoa,
Mengapa? Faktor apa
membaca kitab suci dan berkarya melayani orang
saja yang membuat
miskin, tersingkir seperti Tuhan Yesus sediri. Saya
kamu berminat dengan
tertarik ingin menjadi suster karena melihat sendiri
panggilan hidup bakti?
kesaksian kaka saya sampai saat ini berkarya meskipun kadang 4 tahun sekali baru berlibur ke rumah. Responden E Kalau saya secara jujur saya belum tertarik atau berminat dengan panggilan hidup membiara, karena saya berpikir selama ini bahwa kalau mau
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
menjalani panggilan membiara harus benar-benar siap. Responden F Dulu masih SMP ingin jadi suster. Kalau jadi suter bagus, karena tidak keluarga, hidup kita cuman satu saja yaitu ke Tuhan saja. Melakukan apa pun dengan sederhana termasuk memilih pakaian. Dan tidak memiliki pakaian yang mewah seperti awam pilih pakaian mewa mewa. Faktor-faktor yang membuat saya ingin jadi susterr karena biara dekat dengan rumah saya, jadi sering saya curhat dengan suster dan merasa suster dan pastor seperti keluarga sendiri. Responden G Dulu waktu SD, pernah pingin jadi sr gak tau setelah itu hilang. Faktor-faktor yang membuat saya ingin menjadi suster karena menurut aku panggilan hidup membiara itu cantik dan indah, pingin pake krudung dan baju biara, seiring berrjalannya waktu hilang. saya perna bilang ke orang tua juga dan orang tua tidak mengatakan apa apa. Namun waktu SMP dapat nilai bagus dalam satu pelajaran tertentu misalnya mata pelajaran IPA terus pengin masuk ke jurusan itu karena pengaruh melihat teman.
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4: Datal Hasil Uji Validitas
Variabel X No Hasil Item
Variabel Y No Hasil Item
Hasil
No Item
Hasil
1
0,000
16
0,000
26
0,000
41
0,000
2
0,000
17
0,000
27
0,003
42
0,000
3
0,000
18
0,000
28
0,000
43
0,000
4
0,000
19
0,000
29
0,000
44
0,000
5 6
0,000 0,000
20 21
0,000 0,001
30 31
0, 000 0,000
45 46
0, 000 0, 000
7 8 9
0,000 0,000 0,000
22 23 24
0,000 0,037 0,003
32 33 34
0,000 0,690 0,007
47 48 49
0, 000 0,000 0, 000
10 11 12 13 14 15
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
25
0,000
35 36 37 38 39 40
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
50
0,000
No Item
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5: Data Out Put Korelasi Keseluruhan
Correlations Penghayatan
Minat Terhadap
Hidup Bakti
Panggilan Hidup Bakti
Pearson Correlation Penghayatan Hidup Bakti
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
1
108
108
**
1
.630
.000
N
108
(15)
**
.000
Sig. (2-tailed)
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.630
108
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ANOVA Table Sum of
(Combined)
Between Linearity
Deviation
* Minat Terhadap
from
Panggilan Hidup Bakti
Linearity
Within Groups
Squar
s
e
F
11436.
41 278.94
784
6
7249.5
1 7249.5
98
98
4187.1
40 104.68
86
0
6805.0
66 103.10
95
8
18241.
Total
Mean
Square
Groups Penghayatan Hidup Bakti
df
Sig.
2.705
.000
70.311
.000
1.015
.470
107
880
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Penghayatan Hidup Bakti
.060
108
.200
*
.984
108
.212
Minat Terhadap
.048
108
.200
*
.992
108
.762
Panggilan Hidup Bakti *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
(16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penghayatan Hidup Bakti Secara Keseluruhan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
55.00
1
.9
.9
.9
64.00
1
.9
.9
1.9
65.00
1
.9
.9
2.8
69.00
2
1.9
1.9
4.6
70.00
2
1.9
1.9
6.5
71.00
3
2.8
2.8
9.3
72.00
2
1.9
1.9
11.1
74.00
1
.9
.9
12.0
76.00
2
1.9
1.9
13.9
77.00
1
.9
.9
14.8
78.00
2
1.9
1.9
16.7
81.00
4
3.7
3.7
20.4
83.00
1
.9
.9
21.3
84.00
7
6.5
6.5
27.8
85.00
4
3.7
3.7
31.5
86.00
5
4.6
4.6
36.1
87.00
3
2.8
2.8
38.9
88.00
1
.9
.9
39.8
89.00
2
1.9
1.9
41.7
90.00
4
3.7
3.7
45.4
91.00
2
1.9
1.9
47.2
(17)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92.00
2
1.9
1.9
49.1
93.00
3
2.8
2.8
51.9
94.00
5
4.6
4.6
56.5
95.00
2
1.9
1.9
58.3
96.00
3
2.8
2.8
61.1
97.00
1
.9
.9
62.0
98.00
5
4.6
4.6
66.7
99.00
3
2.8
2.8
69.4
100.00
2
1.9
1.9
71.3
101.00
4
3.7
3.7
75.0
102.00
1
.9
.9
75.9
103.00
3
2.8
2.8
78.7
104.00
4
3.7
3.7
82.4
105.00
1
.9
.9
83.3
106.00
2
1.9
1.9
85.2
107.00
4
3.7
3.7
88.9
108.00
4
3.7
3.7
92.6
109.00
1
.9
.9
93.5
113.00
3
2.8
2.8
96.3
114.00
1
.9
.9
97.2
115.00
1
.9
.9
98.1
116.00
1
.9
.9
99.1
117.00
1
.9
.9
100.0
108
100.0
100.0
Total
(18)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penghayatan Hidup Bakti Stem-and-Leaf Plot
Frequency
Stem &
Leaf
1.00 Extremes
(=<55)
1.00
6 .
4
3.00
6 .
599
8.00
7 .
00111224
5.00
7 .
66788
12.00
8 .
111134444444
15.00
8 .
555566666777899
16.00
9 .
0000112233344444
14.00
9 .
55666788888999
14.00
10 .
00111123334444
12.00
10 .
566777788889
4.00
11 .
3334
3.00
11 .
567
(19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Stem width: Each leaf:
10.00 1 case(s)
(20)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemurnian
(21)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
28.00
1
.9
.9
.9
32.00
1
.9
.9
1.9
36.00
1
.9
.9
2.8
38.00
1
.9
.9
3.7
39.00
6
5.6
5.6
9.3
40.00
2
1.9
1.9
11.1
41.00
1
.9
.9
12.0
42.00
3
2.8
2.8
14.8
43.00
4
3.7
3.7
18.5
44.00
1
.9
.9
19.4
45.00
3
2.8
2.8
22.2
46.00
3
2.8
2.8
25.0
47.00
9
8.3
8.3
33.3
48.00
1
.9
.9
34.3
49.00
6
5.6
5.6
39.8
50.00
7
6.5
6.5
46.3
51.00
7
6.5
6.5
52.8
52.00
3
2.8
2.8
55.6
53.00
7
6.5
6.5
62.0
54.00
8
7.4
7.4
69.4
55.00
3
2.8
2.8
72.2
56.00
4
3.7
3.7
75.9
(22)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57.00
3
2.8
2.8
78.7
58.00
7
6.5
6.5
85.2
59.00
3
2.8
2.8
88.0
60.00
3
2.8
2.8
90.7
61.00
4
3.7
3.7
94.4
62.00
1
.9
.9
95.4
63.00
1
.9
.9
96.3
64.00
2
1.9
1.9
98.1
65.00
2
1.9
1.9
100.0
Total
108
100.0
100.0
(23)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Analisis Frekuensi Aspek Kaul Kemiskinan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
13.00
2
1.9
1.9
1.9
14.00
1
.9
.9
2.8
15.00
1
.9
.9
3.7
17.00
3
2.8
2.8
6.5
18.00
1
.9
.9
7.4
19.00
2
1.9
1.9
9.3
20.00
5
4.6
4.6
13.9
21.00
2
1.9
1.9
15.7
22.00
8
7.4
7.4
23.1
23.00
3
2.8
2.8
25.9
24.00
6
5.6
5.6
31.5
25.00
8
7.4
7.4
38.9
26.00
10
9.3
9.3
48.1
27.00
7
6.5
6.5
54.6
28.00
9
8.3
8.3
63.0
29.00
9
8.3
8.3
71.3
30.00
5
4.6
4.6
75.9
31.00
4
3.7
3.7
79.6
32.00
11
10.2
10.2
89.8
33.00
5
4.6
4.6
94.4
Valid
(24)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34.00
3
2.8
2.8
97.2
35.00
3
2.8
2.8
100.0
Total
108
100.0
100.0
Kaul Ketaatan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
10.00
2
1.9
1.9
1.9
11.00
2
1.9
1.9
3.7
12.00
10
9.3
9.3
13.0
13.00
17
15.7
15.7
28.7
14.00
19
17.6
17.6
46.3
15.00
19
17.6
17.6
63.9
16.00
22
20.4
20.4
84.3
17.00
9
8.3
8.3
92.6
18.00
5
4.6
4.6
97.2
19.00
2
1.9
1.9
99.1
20.00
1
.9
.9
100.0
Total
108
100.0
100.0
Valid
(25)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
43.00
1
.9
.9
.9
57.00
1
.9
.9
1.9
58.00
1
.9
.9
2.8
61.00
2
1.9
1.9
4.6
62.00
2
1.9
1.9
6.5
65.00
1
.9
.9
7.4
66.00
1
.9
.9
8.3
68.00
1
.9
.9
9.3
69.00
3
2.8
2.8
12.0
70.00
3
2.8
2.8
14.8
71.00
4
3.7
3.7
18.5
72.00
2
1.9
1.9
20.4
73.00
5
4.6
4.6
25.0
74.00
1
.9
.9
25.9
75.00
3
2.8
2.8
28.7
76.00
2
1.9
1.9
30.6
77.00
3
2.8
2.8
33.3
78.00
4
3.7
3.7
37.0
80.00
3
2.8
2.8
39.8
81.00
7
6.5
6.5
46.3
83.00
2
1.9
1.9
48.1
(26)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84.00
6
5.6
5.6
53.7
85.00
3
2.8
2.8
56.5
86.00
4
3.7
3.7
60.2
87.00
6
5.6
5.6
65.7
88.00
4
3.7
3.7
69.4
89.00
3
2.8
2.8
72.2
91.00
4
3.7
3.7
75.9
92.00
4
3.7
3.7
79.6
94.00
2
1.9
1.9
81.5
95.00
2
1.9
1.9
83.3
96.00
4
3.7
3.7
87.0
97.00
1
.9
.9
88.0
98.00
1
.9
.9
88.9
99.00
2
1.9
1.9
90.7
102.00
1
.9
.9
91.7
103.00
2
1.9
1.9
93.5
104.00
2
1.9
1.9
95.4
105.00
1
.9
.9
96.3
108.00
1
.9
.9
97.2
113.00
1
.9
.9
98.1
114.00
2
1.9
1.9
100.0
108
100.0
100.0
Total
(27)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1.00 Extremes
(=<43)
2.00
5 . 78
4.00
6 . 1122
6.00
6 . 568999
15.00
7 . 000111122333334
12.00
7 . 555667778888
(28)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18.00
8 . 000111111133444444
20.00
8 . 55566667777778888999
10.00
9 . 1111222244
10.00
9 . 5566667899
5.00
10 . 23344
2.00
10 . 58
3.00
11 . 344
Stem width: Each leaf:
10.00 1 case(s)
(29)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
(30)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rasa Ingin Tahu Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
10.00
1
.9
.9
.9
14.00
1
.9
.9
1.9
15.00
3
2.8
2.8
4.6
16.00
2
1.9
1.9
6.5
17.00
3
2.8
2.8
9.3
18.00
7
6.5
6.5
15.7
19.00
9
8.3
8.3
24.1
20.00
5
4.6
4.6
28.7
21.00
15
13.9
13.9
42.6
22.00
8
7.4
7.4
50.0
23.00
6
5.6
5.6
55.6
24.00
9
8.3
8.3
63.9
25.00
8
7.4
7.4
71.3
26.00
11
10.2
10.2
81.5
27.00
4
3.7
3.7
85.2
28.00
4
3.7
3.7
88.9
29.00
5
4.6
4.6
93.5
30.00
1
.9
.9
94.4
31.00
1
.9
.9
95.4
32.00
4
3.7
3.7
99.1
35.00
1
.9
.9
100.0
Total
108
100.0
100.0
(31)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Sumber Motivasi Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8.00
1
.9
.9
.9
10.00
2
1.9
1.9
2.8
11.00
6
5.6
5.6
8.3
12.00
6
5.6
5.6
13.9
13.00
11
10.2
10.2
24.1
14.00
15
13.9
13.9
38.0
15.00
25
23.1
23.1
61.1
16.00
20
18.5
18.5
79.6
17.00
15
13.9
13.9
93.5
18.00
5
4.6
4.6
98.1
19.00
2
1.9
1.9
100.0
Total
108
100.0
100.0
Valid
(32)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rasa Senang Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
9.00
1
.9
.9
.9
13.00
4
3.7
3.7
4.6
14.00
3
2.8
2.8
7.4
15.00
6
5.6
5.6
13.0
16.00
6
5.6
5.6
18.5
17.00
16
14.8
14.8
33.3
18.00
13
12.0
12.0
45.4
19.00
9
8.3
8.3
53.7
20.00
15
13.9
13.9
67.6
21.00
15
13.9
13.9
81.5
22.00
4
3.7
3.7
85.2
23.00
4
3.7
3.7
88.9
24.00
5
4.6
4.6
93.5
25.00
7
6.5
6.5
100.0
Total
108
100.0
100.0
(33)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Rasa Tertarik Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
11.00
2
1.9
1.9
1.9
16.00
1
.9
.9
2.8
17.00
4
3.7
3.7
6.5
18.00
1
.9
.9
7.4
19.00
3
2.8
2.8
10.2
21.00
6
5.6
5.6
15.7
22.00
6
5.6
5.6
21.3
23.00
5
4.6
4.6
25.9
24.00
9
8.3
8.3
34.3
25.00
7
6.5
6.5
40.7
26.00
8
7.4
7.4
48.1
27.00
11
10.2
10.2
58.3
28.00
9
8.3
8.3
66.7
29.00
8
7.4
7.4
74.1
30.00
7
6.5
6.5
80.6
31.00
1
.9
.9
81.5
32.00
6
5.6
5.6
87.0
33.00
6
5.6
5.6
92.6
34.00
2
1.9
1.9
94.4
35.00
1
.9
.9
95.4
(34)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36.00
1
.9
.9
96.3
37.00
1
.9
.9
97.2
39.00
2
1.9
1.9
99.1
40.00
1
.9
.9
100.0
108
100.0
100.0
Total
(35)