PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEJARAH YANG INOVATIF
MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh: Maria Felicia NIM: 081314006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Makalah ini saya persembahkan kepada: 1. Tuhan YME atas berkat penyertaan dan penguatan-Nya. 2. Ayah dan Bunda untuk doa, cinta, kebebasan memilih, dan aksesibilitas serta Adek untuk hiburan yang selalu diberikan. 3. Dibya Pradipta, Puji Wijaya, Lucia Nino, Dicky Sugianto, Sinta Triyani, Luki Primaningtias, dan Wieana Oktami untuk doa, semangat, dan energi yang telah dibagikan. 4. Para guru TK Gradika, TK St. Bellarminus II, SD St. Bellarminus II, SMP St. Vincentius, dan SMA St. Ursula untuk bimbingan, dukungan, dan teladan yang diberikan. 5. Yosefin Fitri, Yoel Febriantoro, Thomas Cahyo, Nova Utomo, Elisabeth Yulian, dan segenap rekan-rekan Pendidikan Sejarah 2008 untuk kebersamaan yang telah dilalui.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa Anda gunakan untuk mengubah dunia.” “Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tapi kemenangan atasnya. Seorang pemberani bukanlah ia yang tidak merasa takut, tetapi ia yang menaklukkan rasa takut tersebut.” (Nelson Mandela)
“Masih banyak hal untuk dipelajari dan selalu ada hal-hal luar biasa di luar sana. Bahkan kesalahan-kesalahan pun bisa menjadi indah.” (Robin Williams)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEJARAH YANG INOVATIF
Maria Felicia Universitas Sanata Dharma 2015 Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan bentuk bahan ajar sejarah inovatif yang dibutuhkan siswa kelas XI IPS di SMA BOPKRI 2, Yogyakarta. Makalah ini disusun menggunakan Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) yang telah dimodifikasi, yaitu tahap analisis potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, dan validasi desain. Makalah ditulis secara deskriptif analitis. Hasil penulisan menunjukkan bentuk bahan ajar inovatif yang dibutuhkan oleh siswa kelas XI IPS di SMA BOPKRI 2, Yogyakarta adalah modul pembelajaran sejarah. Modul pembelajaran yang dihasilkan berjudul “Membangun Republik Indonesia: Modul Pembelajaran Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia”. Aspek inovasi dari modul pembelajaran yang dikembangkan adalah penggunaan model pembelajaran Pedagogi Reflektif, penerapan konsep historiografi modern dalam penulisan materi, serta pemanfaatan media video sosio-drama untuk memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa. Kata kunci: pengembangan, bahan ajar inovatif, bahan ajar sejarah
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT DEVELOPING INNOVATIVE HISTORY TEACHING MATERIAL Maria Felicia Sanata Dharma University 2015 This study is aimed to analyze and describe the suitable form of innovative teaching material for the students of XI IPS class of SMA BOPKRI 2, Yogyakarta. This study used modified Research and Development method using the following steps: potency and problem analysis, data gathering, product design, and design validation. The report was presented in analytical-descriptive writing. The result of this study showed that the suitable innovative teaching material for the students of XI IPS class of SMA BOPKRI 2, Yogyakarta was a history learning module. The module developed was entitled “Membangun Republik Indonesia: Modul Pembelajaran Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia (The Building of the Republic of Indonesia: Learning Module about the Establishment of the First Governmental Body and Other State Organizations of the Republic of Indonesia)”. The innovation aspects of the learning module were the use of Reflective Pedagogy learning model, the application of modern historiography concept in the material writing process, and the use of socio-drama video to enhance students’ learning experience.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEJARAH YANG INOVATIF”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari batuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; 2.
Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini;
3. Drs. Sutarjo Adisusilo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan banyak pengarahan, saran, serta masukan selama penyusunan makalah ini; 4. Kepala Sekolah dan guru pengampu mata pelajaran sejarah SMA BOPKRI 2, Yogyakarta yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan pengambilan data di sekolah; 5. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma; 6. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber penulisan makalah ini; 7. Kedua orang tua penulis dan adik penulis yang telah memberikan dorongan spiritual dan material selama proses penulisan makalah ini; 8. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008 yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini; x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Konten
Hlm.
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………..
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………...
iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………...
vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………...
vii
ABSTRAK …………………………………………………………
viii
ABSTRACT ……………………………………………………….
ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………..
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
xiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………...
6
1.3 Tujuan Penulisan Makalah …………………………………….
6
1.4 Manfaat Makalah ………………………………………………
7
1.5 Batasan Pengembangan ………………………………………..
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………...
11
2.1 Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dalam Kurikulum 2013 ……
11
2.2 Bahan Ajar ………………………………………………..……
14
2.3 Pembelajaran Reflektif ………………………………………...
21
2.4 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif ………………………
23
2.5 Tahap Perkembangan Psikologis Siswa ………………………..
29
2.6 Konsep Historiografi Modern dalam Penulisan Bahan Ajar Sejarah Indonesia ………………………………………………
33
2.7 Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia ……………………………….
xii
35
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.8 Kerangka Berpikir ……………………………………………...
38
2.9 Langkah-langkah Penulisan Bahan Ajar ……………………….
39
BAB III BAHAN AJAR SEJARAH INOVATIF ………………….
42
3.1 Penerapan Teori dalam Pembuatan Bahan Ajar Inovatif……….
42
3.2 Sistematika Isi Bahan Ajar ……………………………………..
43
3.3 Tampilan Bahan Ajar …………………………………………..
44
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN …………………………..
45
4.1 Kesimpulan …………………………………………………….
45
4.2 Saran …………………………………………………………....
47
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...
48
LAMPIRAN ………………………………………………………..
50
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Hlm.
Konten Lampiran 1: Silabus ………………………………………………..
51
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………….
56
Lampiran 3: Tampilan Modul Pembelajaran Sejarah ……………...
68
Lampiran 4: Intisari Hasil Wawancara Guru ……………………...
91
Lampiran 5: Intisari Hasil Angket Kebutuhan Siswa ……………...
93
Lampiran 6: Video Sosiodrama Rapat PPKI 18 Agustus 1945 ……
94
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sebagai mata pelajaran yang diajarkan sejak tingkat SD sampai SMA, mata pelajaran sejarah memiliki peran dalam upaya pembangunan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki daya saing tinggi dalam era globalisasi. Pelajaran sejarah menjadi mata pelajaran yang ideal dalam penanaman karakter karena sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau. Pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.1 Pada kenyataannya pengajaran sejarah di sekolah-sekolah di Indonesia mengalami banyak tantangan dalam mewujudkan pembelajaran sejarah Indonesia yang ideal. Salah satu contohnya terjadi di SMA BOPKRI 2, Yogyakarta. Dari hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran sejarah untuk kelas XI IPS di SMA BOPKRI 2, Yogyakarta, ditemukan bahwa ada dua kesulitan utama yang dialami dalam proses pembelajaran 1
Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2011, hlm. 56-57.
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
sejarah. Pertama, keterbatasan akses siswa terhadap sumber bahan ajar karena buku paket sejarah hanya bisa digunakan saat berada di sekolah dan tidak bisa dibawa pulang. Kedua, meski guru pengampu sudah menggunakan metode yang bervariasi saat mengajar dengan meminimalisasi ceramah dan menggiatkan presentasi kelompok serta menggunakan berbagai media ajar seperti slide presentasi, film, maupun gambar, siswa masih mudah bosan dengan materi dan mengeluhkan materi yang dirasa kurang relevan dengan situasi masa kini. Sementara itu, para siswa melalui kuesioner kebutuhan menyatakan bahwa mereka menyukai pembelajaran yang menggunakan media bervariasi. Dari wawancara dan survei di SMA BOPKRI 2 tersebut, dapat dilihat bahwa hambatan yang paling menonjol adalah hambatan terkait materi pelajaran sejarah. Siswa memiliki akses yang terbatas terhadap sumber bahan ajar dan materi yang terkandung dalam bahan ajar itu sendiri dikemas dengan cara yang kurang menarik. Akibatnya siswa mudah bosan dan merasa tidak menemukan relevansi materi pelajaran dengan kehidupannya di masa kini. Oleh karena itu, solusi yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan bahan ajar sejarah inovatif yang bisa mengakomodasi kebutuhan dan kondisi siswa untuk bisa mengalami pembelajaran sejarah yang menarik serta relevan bagi hidupnya, dengan tetap memperhatikan kaidah penulisan sejarah modern. Pengembangan bahan ajar inovatif, layaknya pengembangan bahan ajar pada umumnya, bisa dilakukan dengan mempertimbangan situasi dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
kondisi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk situasi di kelas kelas XI IPS SMA BOPKRI 2, ada tiga aspek yang bisa dijadikan pertimbangan pengembangan bahan ajar, yaitu bagaimana kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, bagaimana materi bisa ditulis sedemikian rupa sehingga terasa aktual bagi siswa, dan bagaimana media
bisa dimanfaatkan secara efektif sehingga aktivitas pembelajaran
menjadi menarik bagi siswa. Pertama, dari aspek kegiatan pembelajaran. Aktivitas pembelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 yang telah berlangsung selama ini dapat dilihat dengan Teori Brain-based Teaching. Teori ini menjelaskan bahwa otak manusia mengembangkan lima sistem pembelajaran, yaitu sistem pembelajaran emosional, sistem pembelajaran sosial, sistem pembelajaran kognitif, sistem pembelajaran fisik, dan sistem pembelajaran reflektif 2. Dari hasil wawancara guru dan kuesioner siswa, terlihat bahwa sebenarnya proses pembelajaran di kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 sudah mencakup kegiatan yang merangsang perkembangan sistem pembelajaran emosional (siswa sudah bisa ditarik perhatiannya lewat penggunaan berbagai media), sistem pembelajaran sosial (siswa sudah terbiasa bekerja dalam kelompok), sistem pembelajaran kognitif (siswa sudah diberi berbagai macam tugas dan tes), serta sistem pembelajaran fisik (siswa sudah didorong untuk berpartisipasi aktif lewat presentasi dan tanya-jawab). Dengan kata lain, model pembelajaran sejarah yang dibutuhkan di kelas ini adalah model
2
Barbara K. Given, Brain-based Teaching, Penerbit Kaifa, Bandung, 2007, hlm. 64-66.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
pembelajaran yang mampu merangsang perkembangan sistem pembelajaran reflektif sehingga perkembangan siswa dalam keempat sistem pembelajaran lainnya bisa lebih dimaksimalkan hasilnya dan siswa juga bisa dibiasakan untuk mengenali dirinya dengan lebih baik, terutama bila dikaitkan dengan pembelajaran sejarah yang diharapkan juga melatih dan membentuk sikap, watak, dan kepribadian luhur siswa. Untuk mengakomodasi perkembangan sistem pembelajaran reflektif siswa, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Pedagogi Reflektif. Pedagogi Reflektif adalah model pembelajaran yang menekankan peran guru dalam pendampingan siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman yang telah ia peroleh dalam selama proses pembelajaran. Pedagogi Reflektif diterapkan melalui proses yang terdiri atas lima langkah, yaitu konteks belajar, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.3 Kedua, aspek aktualisasi peristiwa sejarah yang disampaikan dalam pelajaran. Siswa mengeluhkan peristiwa sejarah yang mereka pelajari di sekolah kurang terasa relevansinya dengan kehidupan mereka saat ini. Oleh karena ini, materi yang disampaikan bisa dibuat supaya terasa lebih aktual bagi siswa dengan menerapkan prinsip penulisan sejarah atau historiografi modern dalam penulisan materi. Sartono Kartodirdjo4 menjelaskan bahwa penyusunan bahan ajar sejarah Indonesia tidak lepas dari penulisan sejarah
3
Subagya (penerj.), Paradigma Pedagogi Reflektif, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 2265. 4 Sartono Kartodirdjo et. al., Sejarah Nasional Indonesia 1, Depdikbud, Jakarta, 1975, hlm. pengantar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
nasional Indonesia itu sendiri. Pada tahun 1970-an, para sejarawan Indonesia telah merintis usaha penulisan sejarah nasional Indonesia yang bersifat Indonesia-sentris melalui pembuatan buku pedoman Sejarah Nasional Indonesia yang salah satu tujuannya adalah agar bisa dijadikan acuan bagi penulisan buku-buku ajar sejarah di sekolah. Penulisan sejarah yang Indonesia-sentris ini juga harus proporsional, ditulis apa adanya sesuai pasang surut perjalanan bangsa Indonesia dengan harapan bisa mempertinggi kesadaran bangsa Indonesia sebagai suatu nasion serta bisa membangkitkan rasa kebanggaan pada generasi muda, memantapkan kepribadian bangsa, serta identitasnya. Ketiga, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran sejarah. Salah satu upaya untuk menarik minat siswa untuk menikmati pembelajaran sejarah di sekolah adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai bentuk media yang cocok untuk mendukung penyampaian materi. Perlu juga ditekankan bahwa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sejarah ini hanya merupakan salah satu elemen dari sebuah strategi yang holistik untuk memfasilitasi pencapaian tujuan belajar sejarah. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sejarah sebaiknya mempertimbangkan tiga prinsip utama yaitu apakah penggunaan TIK mendukung praktik pembelajaran sejarah yang baik atau tidak, penggunaan TIK harus memfasilitasi pencapaian tujuan belajar, dan TIK yang digunakan harus membantu guru maupun siswa untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
mencapai sebuah tujuan yang tidak bisa dicapai tanpa penggunaan teknologi tersebut serta membantu siswa untuk belajar dengan lebih efisien5. Berdasarkan kondisi dan situasi yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar sejarah yang selayaknya dikembangkan untuk mengakomodasi kebutuhan siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 adalah bahan ajar inovatif dengan menggunakan model pembelajaran reflektif,
menerapkan
memanfaatkan
prinsip
teknologi
penulisan
informasi
historiografi
modern,
komunikasi
dalam
dan
serta proses
pembelajaran.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: Bagaimana bentuk bahan ajar inovatif untuk mata pelajaran sejarah yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah Tujuan dari penelitian ini adalah: Menganalisis dan mendeskripsikan bentuk bahan ajar inovatif yang dibutuhkan oleh siswa kelas XI IPS BOPKRI 2;
5
Rob Phillips, Reflective Teaching of History 11-18, Continuum, London, 2002, hlm. 128.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
1.4. Manfaat Makalah Adapun manfaat dari makalah ini yaitu: 1.4.1. Bagi guru sejarah Memfasilitasi guru dengan tambahan referensi bahan ajar sejarah serta mendorong
guru
untuk
mendampingi
siswa
lewat
kegiatan
pembelajaran yang lebih kreatif serta sebagai alternatif persiapan menyongsong kemungkinan penerapan kembali Kurikulum 2013 pasca evaluasi oleh Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah. 1.4.2. Bagi siswa Memfasilitasi siswa kelas XI IPS dengan bahan ajar sejarah yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajarnya dan memfasilitasi siswa dalam belajar secara mandiri. 1.4.3. Bagi penulis Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan bahan ajar inovatif sejarah serta berkontribusi bagi pengembangan bahan ajar sejarah secara umum.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
1.5. Batasan Pengembangan Batasan pengembangan yang mendasari makalah ini adalah sebagai berikut: 1.5.1. Subyek penulisan makalah Subyek penulisan makalah ini adalah siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2, Yogyakarta. Siswa berasal dari kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 dengan total 36 orang siswa. 1.5.2. Bahan ajar sejarah inovatif Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran
dengan
tujuan
perencanaan
dan
penelaahan
implementasi pembelajaran. Aspek inovasi dari bahan ajar yang dikembangkan dalam makalah ini adalah penggunaan model pembelajaran Pedagogi Reflektif, penerapan prinsip historiografi modern dalam penulisan bahan ajar, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. 1.5.3. Prosedur pengembangan bahan ajar Prosedur pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam makalah ini adalah
metode
Research
and
Development
(Penelitian
dan
Pengembangan). 1.5.4. Desain produk bahan ajar Desain produk yang dihasilkan dari makalah ini adalah modul bahan ajar sejarah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.5.5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Desain produk bahan ajar yang dibuat dalam makalah ini merujuk pada Kurikulum 2013 mata pelajaran sejarah Indonesia untuk SMA Kelas XI Kelompok Wajib, dan dibatasi pada: Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Kompetensi Dasar 1.1 Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan yang Mahaesa terhadap bangsa dan negara Indonesia. 2.4 Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.5 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.8 Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
4.8 Menalar peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dalam Kurikulum 2013 Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi untuk SMAMA mengatur tentang kompetensi yang harus dicapai siswa kelas XI dalam mata pelajaran sejarah Indonesia untuk kelompok Wajib sebagai berikut: 1) Memahami nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah. 2) Meneladani kepemimpinan tokoh sejarah dalam kehidupan masa kini. 3) Membangun semangat kebangsaan, persatuan, dan kesatuan. 4) Menganalisis peristiwa sejarah berdasarkan hubungan sebab akibat. 5) Menulis cerita sejarah. Dalam makalah ini dikembangan produk bahan ajar yang didasarkan pada Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran sejarah (wajib) untuk kelas XI yang mencakup Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagai berikut: Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
11
Kompetensi Dasar 1.1 Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan yang Mahaesa terhadap bangsa dan negara Indonesia. 2.4 Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.5 Berlaku jujur dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
12
bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
3.8 Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini.
4. Mengolah, menalar, dan 4.8 Menalar peristiwa menyaji dalam ranah pembentukan pemerintahan konkret dan ranah abstrak pertama Republik Indonesia dan terkait dengan maknanya bagi kehidupan pengembangan dari yang kebangsaan Indonesia masa kini dipelajarinya di sekolah dan menyajikannya dalam secara mandiri, bertindak bentuk cerita sejarah. secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan (Tabel 1: Batasan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) Produk bahan ajar yang dikembangkan dalam makalah ini akan berfokus pada materi dengan topik pembentukan negara dan kelengkapan negara Republik Indonesia berikut dinamikanya pada periode 18 Agustus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
hingga November 1945, yang masih merupakan bagian dari peristiwa di sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Tujuan dari materi ini adalah agar siswa bisa melihat makna, hubungan, dan dampak dari peristiwa yang terjadi pada periode tersebut terhadap kehidupan nyata siswa di masa kini. Arti penting dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada periode 18 Agustus hingga November 1945 telah dijelaskan oleh Suwarno (2003). Pasca proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia secara formal telah merdeka, namun tujuan negara, bentuk negara, serta dasar negara Indonesia masih belum didefinisikan dengan jelas. Proklamasi Kemerdekaan telah mengawali kekuasaan de jure Indonesia, namun kekuasaan de facto Indonesia justru belum jelas. Oleh karena itu para pemimpin bangsa berusaha memperjelas kekuasaan de facto Indonesia lewat perumusan Undang-Undang Dasar 1945, pembentukan pemerintahan eksekutif dan legislatif Indonesia, pembatasan dan pembagian wilayah Indonesia, serta pembentukan angkatan bersenjata. 6 Peristiwa-peristiwa di sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 ini akan dikemas dalam bentuk bahan ajar yang menekankan pada model pembelajaran Pedagogi Reflektif. Selain untuk membantu siswa memahami materi dengan lebih mudah, juga untuk membantu siswa menemukan hubungan antara peristiwa-peristiwa yang dibahas dengan peristiwa aktual yang terjadi di kehidupan mereka saat ini.
6
P.J. Suwarno, Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern, Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2003, hlm. 124.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
2.2 Bahan Ajar 2.2.1 Definisi Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala hal yang digunakan oleh para guru atau para siswa untuk memudahkan proses pembelajaran. Bahan ajar bisa berupa kaset, video, CD-ROM, kamus, buku bacaan, buku kerja, atau fotokopi latihan soal. Bahan juga bisa berupa koran, paket makanan, foto, perbincangan langsung dengan mendatangkan penutur asli, instruksiinstruksi yang diberikan oleh guru, tugas tertulis atau kartu atau juga diskusi antar siswa.7 Kemendiknas (2008) juga memberikan beberapa definisi bahan ajar, antara lain : 1) Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanan dan penelahan implementasi pembelajaran; 2) Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas; 3) Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis, dan 4) Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehinga tercipta lingkungan / suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.8 Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik
7
Ajat Sudrajat, Pengembangan Bahan Ajar Materi Pembelajaran PAI, Makalah (tidak diterbitkan), hlm.1. 8 Ifdhal, et.al.,“Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Komik Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung (IBG) Kelas X SMK Negeri 5 Padang”, Journal of Civil Engineering & Vocational Education (November 2013), hlm. 212.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
tertulis maupun tidak tertulis, yang digunakan baik oleh guru maupun siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. 2.2.2 Langkah Pembuatan Bahan Ajar Langkah langkah untuk membuat bahan ajar adalah sebagai berikut9: 1) Melakukan analisis kebutuhan bahan ajar Langkah pertama dalam analisis kebutuhan bahan ajar adalah analisis kurikulum. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan kompetensi-kompetensi yang memerlukan bahan ajar. Terdapat lima hal yang harus diperhatikan dalam analisis kurikulum, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator ketercapaian hasil belajar, materi pokok, dan pengalaman belajar. Setelah melakukan analisis kurikulum, langkah selanjutnya adalah menganalisis sumber belajar, dengan kriteria analisis terhadap sumber belajar tersebut berdasarkan ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Langkah ketiga adalah memilih dan menentukan bahan ajar. Langkah ini ini bertujuan memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Dalam pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan pedoman. Pertama, prinsip relevansi, yaitu bahwa bahan ajar yang dipilih hendaknya ada relasi dengan pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi, 9
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Diva Press, Yogyakarta, 2012., hlm. 49-65.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
yaitu bahan ajar harus memiliki kesamaan dan keselarasan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Ketiga, prinsip kecukupan, yaitu hendaknya bahan ajar yang dipilih memadai untuk membantu siswa menguasai kompetensi yang diajarkan. 2) Memahami kriteria pemilihan sumber belajar Dalam penyusunan bahan ajar, ada dua kriteria yang bisa digunakan dalam pemilihan sumber belajar, yaitu kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria umum pemilihan sumber bahan ajar meliputi empat hal, yaitu sumber belajar harus ekonomis, praktis dan sederhana, mudah diperoleh, serta fleksibel. Ekonomis berarti sumber belajar tidak mahal. Praktis dan sederhana berarti sumber belajar tidak memerlukan pelayanan atau pengadaan sampingan yang sulit atau langka. Mudah diperoleh berarti sumber belajar dekat dan mudah dicari. Sementara fleksibel berarti sumber belajar kompatibel dengan berbagai tujuan pembelajaran. Sementara itu, kriteria khusus yang harus diperhatikan dalam pemilihan sumber belajar yaitu sumber belajar dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, mendukung kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan, sumber belajar hendaknya bisa dikaji dan dianalisis secara ilmiah untuk penelitian, sumber belajar sebaiknya dapat mengatasi problem belajar yang dihadapi siswa dalam kegiatan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
belajar mengajar, dan sumber belajar sebaiknya bisa berfungsi sebagai alat, metode, atau strategi penyampaian pesan. 3) Menyusun peta bahan ajar Menurut Diknas (2004), setidaknya ada tiga kegunaan penyusunan peta kebutuhan bahan ajar, yaitu mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis, mengetahui urutan bahan ajar, serta menentukan sifat bahan ajar. Setelah membuat peta kebutuhan bahan ajar, maka tahap berikutnya adalah menyusun bahan ajar menurut strukturnya masing-masing. Oleh karena itu, penting untuk memahami struktur masing-masing bahan ajar. 4) Memahami struktur bahan ajar Bahan ajar terdiri atas susunan bagian-bagian yang dipadukan menjadi sebuah kesatuan utuh. Oleh karena itu, bahan ajar harus memenuhi tujuh komponen dasar yang wajib ada dalam setiap bahan ajar, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. 2.2.3 Pengembangan Bahan Ajar Modul 1) Definisi Modul Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004) yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Sementara itu, Surahman (2010:2) mengatakan bahwa modul adalah satuan program pembelajaran terkecil yang dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
dipelajari oleh peserta didik secara perorangan (self instructional). Setelah peserta menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta dapat melangkah maju dan mempelajari satuan modul berikutnya. Sedangkan modul pembelajaran, sebagaimana yang dikembangkan di Indonesia, merupakan suatu paket bahan pembelajaran (learning materials) yang memuat deksripsi tentang tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk pengajar atau instruktur yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi peserta, lembaran kunci jawaban pada lembar kertas kerja peserta, dan alat-alat evaluasi pembelajaran.10 Dari beberapa pandangan di atas dapat dipahami bahwa modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Dengan modul, peserta didik juga dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mereka terhadap materi yang dibahas pada setiap satu satuan modul, sehingga apabila telah menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan pada satu satuan modul tingkat berikutnya. Sebaliknya jika peserta didik belum mampu menguasai, maka mereka akan diminta untuk mengulangi dan mempelajari kembali. Oleh karena itu, modul harus menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, serta disajikan dengan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan ilustrasi.
10
Ibid., hlm. 103-107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
2) Penulisan Modul Dalam penulisan modul, terdapat lima hal penting yang dijadikan acuan, yaitu11: a.
Perumusan Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai Rumusan kompetensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi kualitas yang semestinya telah dimiliki oleh siswa setelah mereka berhasil menyelesaikan modul tersebut. Jika siswa tidak berhasil menguasai tingkah laku sebagaimana yang dirumuskan dalam kompetensi dasar tersebut, maka kompetensi dasar pembelajaran dalam modul itu harus dirumuskan ulang.
b.
Penentuan Alat Evaluasi atau Penilaian Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu kompetensi dasar dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi dapat langsung disusun setelah ditentukan kompetensi dasar yang akan dicapai, sebelum menyusun materi dan lembar kerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal tersebut bertujuan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan siswa.
c.
Penyusunan Materi Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Untuk penulisannya, materi modul tidak harus ditulis
11
Ibid., hlm. 120-131.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
secara lengkap. Pembuat modul dapat menunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Tugas-tugas juga harus ditulis secara jelas dan tidak membingungkan untuk mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang semestinya dapat mereka kerjakan. Selain itu, gambar-gambar yang dapat mendukung dan memperjelas isi materi juga sangat dibutuhkan. Selain untuk memperjelas uraian, gambar juga dapat menambah daya tarik dan mengurangi kebosanan siswa untuk mempelajarinya. d.
Urutan Pengajaran Urutan pengajaran dapat disertakan dalam petunjuk penggunaan modul. Pencantuman urutan pengajaran dapat dibedakan dalam petunjuk untuk guru dan petunjuk untuk siswa. Petunjuk bagi siswa lebih berisi tentang hal-hal yang harus maupun yang tidak boleh dilakukan, sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya dan guru juga tidak perlu banyak menjelaskan sehingga bisa berfungsi sepenuhnya sebagai fasilitator.
e.
Struktur Bahan Ajar (Modul) Struktur modul paling tidak harus memuat tujuh komponen utama yaitu judul modul, petunjuk belajar, materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Meski demikian, struktur modul dapat bervariasi tergantung kenyataan di lapangan seperti karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
2.3 Pendekatan Saintifik Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pada Lampiran IV tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran menjelaskan bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: Langkah pembelajaran Mengamati (observing)
Deskripsi kegiatan
Menanya (questioning)
membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan
Mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting)
mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat
Kompetensi yang dikembangkan perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Mengomunikasi menyajikan laporan dalam menyajikan hasil kajian kan bentuk bagan, diagram, atau (dari mengamati sampai (communicating) grafik; menyusun laporan menalar) dalam bentuk tertulis; dan menyajikan laporan tulisan, grafis, media meliputi proses, hasil, dan elektronik, multi media kesimpulan secara lisan dan lain-lain (Tabel 2: 5 pengalaman belajar dalam Pendekatan Saintifik) Menalar/ Mengasosiasi (associating)
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
2.4 Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif Pedagogi Reflektif adalah model pembelajaran yang menekankan peran guru untuk mendampingi siswa dalam pertumbuhan dan perkembangan akademik maupun kepribadian dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman yang telah ia peroleh, yang bertujuan untuk membentuk siswa menjadi manusia yang kompeten, bertanggung jawab, dan berkepedulian12. Penerapan Pedagogi Reflektif dilakukan melalui 5 langkah sebagai berikut 13: 1) Konteks Belajar Guru dituntut untuk memahami konteks kehidupan dari siswanya supaya bisa memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan situasi siswa dan untuk menciptakan hubungan yang otentik keterbukaan antara guru dan siswa dituntu sikap saling mempercayai dan saling menghargai. Baik guru atau anggota lain dari komunitas sekolah harus memperhatikan: a. Konteks nyata dari kehidupan siswa yang mencakup keluarga, kelompok baya, keadaan sosial, lembaga pendidikan dan pengajaran, politik, ekonomi, suasana kebudayaan, media, musik, dan kenyataan-kenyataan hidup lain. Ada baiknya siswa didorong untuk berefleksi atas faktor-faktor kontekstual yang mereka alami dan bagaimana hal-hal itu mempengaruhi
12
Subagya (penerj.), Paradigma Pedagogi Reflektif, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 22-29. 13 Ibid., hlm. 42-65.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
sikap-sikap, tanggapan-tanggapan, penilaian-penilaian, pilihan-pilihan mereka. b. Konteks sosio-ekonomik politis, dan kebudayaan yang merupakan lingkungan hidup pelajar dapat amat mempengaruhi perkembangan pelajar sebagai orang yang peduli terhadap situasi orang lain di sekitarnya. Konteks yang negatif bisa mempengaruhi cara pandang siswa terhadap kehidupan menjadi negatif juga, dan sebaliknya konteks yang positif bisa membuat siswa memiliki cara pandang dan keterlibatan positif di lingkungan masyarakatnya. c. Suasana kelembagaan sekolah, yaitu jaringan kompleks yang terdiri dari norma-norma, harapan-harapan, dan lebih-lebih hubungan-hubungan yang menciptakan suasana kehidupan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suasana atau iklim sekolah merupakan prasyarat yang harus dipenuhi sebelum pendidikan nilai dapat dimulai. Unsur-unsur suasana sekolah diwujudkan dalam: perhatian kepada mutu akademik sekolah, kepercayaan, penghargaan, akan orang lain kendati berbeda pendapat, perhatian satu sama lain, saling mengampuni, usaha membantu para pelajar menjadi pribadi dewasa, suatu ungkapan iman yang jelas di sekolah terhadap Tuhan. d. Pengertian-pengertian yang dibawa seorang pelajar ketika memulai proses belajar, berupa pendapat-pendapat dan pemahaman-pemahaman yang mereka peroleh dari studi sebelumnya atau dari lingkungan hidup mereka merupakan konteks belajar yang harus diperhatikan. Selain itu juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
perasaan mereka, sikap, dan nilai-nilai mereka mengenai bidang studi yang akan dipelajari merupakan konteks nyata proses belajar mereka. 2) Pengalaman Istilah pengalaman merujuk pada setiap kegiatan yang memuat pemahaman kognitif bahan yang disimak yang juga memuat unsur afektif yang juga dihayati oleh pelajar. Pada setiap pengalaman ada data yang diserap secara kognitif. Lewat menanyakan, membayangkan, menyelidiki unsur-unsurnya dan hubungan-hubungan antara data tersebut, pelajar menyusun data membentuk gambaran mengenai yang disimak atau suatu hipotesis. Pengalaman dapat berupa pengalaman langsung atau tidak langsung. Pengalaman langsung diperoleh melalui proses yang dijalani sendiri oleh siswa, dalam situasi akademiki bisa melalui pengalaman interpersonal seperti diskusi, penelitian, proyek pelayanan, dan sebagainya. Sementara pengalaman tidak langsung biasanya berlangsung lewat pengalaman pengganti melalui membaca atau mendengarkan, yang menantang siswa untuk menggunakan imajinasi dan inderanya sehingga seolah dapat langsung memasuki kenyataan yang sedang dipelajari. 3) Refleksi Refleksi merupakan proses menyimak kembali dengan penuh perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide, usul, atau reaksi spontan supaya dapat menangkap maknanya lebih mendalam. Jadi refleksi adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi dengan: a. memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik; b. mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami dalam menelaah sesuatu; c. memperdalam pemahaman tentang implikasi yang telah dimengerti bagi diri sendiri dan bagi orang lain; d. berusaha menemukan makna bagi diri pribadi tentang kejadiankejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan dari kebenaran dan sebagainya; dan e. mulai memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya sikapnya terhadap orang lain. 4) Aksi Aksi merujuk pada pertumbuhan batin seseorang yang didasarkan pada pengalaman yang telah direfleksikan dan juga pada manifestasi lahiriahnya. Istilah ini mencakup dua langkah, yaitu: a. Pilihan-pilihan batin Setelah berefleksi, siswa mempertimbangkan pengalamannya dari sudut pandang pribadi dan manusiawi. Kemauan baru akan tergerakkan, setelah terjadi pemahaman kognitif mengenai pengalaman tersebut yang disertai perasaan-perasaan afektif, baik positif maupun negatif. Makna yang tertangkap dan dinilai akan menyajikan pilihan yang harus diambil, yang dapat muncul saat siswa memutuskan bahwa suatu kebenaran harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
menjadi pegangan yang akan mempengaruhi semua keputusan lebih lanjut. Ini bisa dalam bentuk makin jelasnya prioritas hidup siswa. Inilah saat memilih kebenaran itu sebagai miliknya, sambil tetap membiarkan diri ke arah mana ia akan digiring oleh kebenaran itu. b. Pilihan yang dinyatakan secara lahiriah Pada satu saat ketika makna hidup, sikap, dan nilai terlah menjadi bagian dari diri siswa, ia akan terdorong untuk berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinannya yang baru. Kalau makna itu positif, si pelajar akan meningkatkan keadaan yang menimbulkan pengalaman yang bermakna positif tersebut. Misalnya, kalau ia beranggapan bahwa membantu sesama teman adalah hal yang baik, ia akan menawarkan diri untuk ikut dalam program membantu siswa lain yang membutuhkan. Sebaliknya jika ia mengalami
pengalaman
negatif,
ia
akan
berusaha
memperbaiki,
mengubah, mengurangi, atau menghindari apa yang menimbulkan pengalaman negatif itu. 5) Evaluasi Semua guru menyadari bahwa kadang-kadang mengevaluasi kemajuan akademik pelajar memang penting. Tes, ulangan, ujian merupakan alat evaluasi untuk menilai seberapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan keterampilan sudah diperoleh. Evaluasi berkala juga mendorong guru maupun siswa untuk memperhatikan pertumbuhan intelektual dan juga apakah ada kekurangan yang perlu ditangani. Umpan balik macam ini dapat menjadi pertimbangan bagiguru apakah ia perlu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
mencari cara atau metode mengajar yang lain. Selain itu membantu juga untuk lebih memperhatikan tiap pelajar apakah memerlukan perbaikan dalam cara belajar mereka. Pedagogi Reflektif berusaha mendorong tidak hanya kemajuan akademik tetapi juga pertumbuhan siswa secara menyeluruh menjadi pribadi bagi sesamanya. Ada banyak cara untuk menilai perkembangan menyeluruh tersebut, dengan memperhitungkan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat perkembangan masing-masing siswa. Pedagogi Reflektif memiliki tiga aspek khas dalam konteks evaluasinya yang sering disingkat menjadi 3C yaitu competence, conscience, dan compassion14. Competence (kompetensi) mencakup spektrum dari berbagai jenis kemampuan akademis, keterampilan teknis, apresiasi seni, olahraga, hiburan, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif. Dalam konteks Pedagogi Reflektif, competence secara khusus merujuk pada aspek pengetahuan dan keterampilan siswa (kognitif dan psikomotorik). Penilaian aspek ini dilakukan melalui tes tertulis maupun tidak tertulis, yang menguji pemahaman dan keterampilan siswa. Conscience (suara hati) adalah kemampuan menggunakan kesadaran moral untuk membedakan mana yang benar dan baik, serta keberanian untuk melakukan hal yang berintegritas. Evaluasi aspek ini dapat dilakukan dengan merumuskan perilaku siswa yang dapat diobservasi dan diukur, misalnya menggunakan skala Likert. Perilaku yang menunjukkan 14
P3MP LPM USD, Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian, Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran, Yogyakarta, 2012, hlm. 38-42, 52-53.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
kualitas conscience adalah perilaku yang sifatnya intrapersonal, antara lain seperti kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keberanian mengambil risiko, dan ketekunan. Compassion (bela rasa) adalah kemampuan untuk berbela rasa kepada orang lain dan lingkungan sekitar. Sama dengan conscience, penilaian aspek compassion juga dilakukan dengan dilakukan dengan merumuskan perilaku siswa yang dapat diobservasi dan diukur dengan skala Likert. Yang membedakan adalah perilaku yang diobservasi, yaitu perilaku yang sifatnya interpersonal. Contoh perilaku interpersonal tersebut antara lain kerja sama, kepedulian terhadap orang lain, keterlibatan dalam kelompok, dan penghargaan terhadap sesama.
2.5 Tahap Perkembangan Psikologis Siswa 2.5.1 Lima Sistem Pembelajaran yang Dikembangkan Otak Manusia Otak manusia mengembangkan lima sistem pembelajaran, yaitu sistem pembelajaran emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif. Pemahaman akan perkembangan kelima sistem ini dapat membantu guru membangun kegiatan belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa15. Sistem pembelajaran emosional adalah sistem pembelajaran yang terkait dengan hasrat individu untuk belajar. Sistem pembelajaran ini bersifat pribadi, internal, dan berpusat pada diri individu. Untuk mengembangkan sistem pembelajaran emosional, guru harus menciptakan
15
Barbara K. Given, Brain-based Teaching, Penerbit Kaifa, Bandung, 2007, hlm. 58-66.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
iklim belajar yang kondusif, mendorong siswa untuk menanamkan hasrat belajar, serta menantang siswa untuk mengembangkan kemampuannya lebih jauh lagi. Sistem pembelajaran sosial merupakan sistem pembelajaran yang terkait dengan hasrat individu untuk untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok, untuk dihormati, dan untuk menikmati perhatian dari yang lain. Sistem pembelajaran sosial berpusat pada interaksi dengan orang lain dan pengalaman interpersonal. Untuk mengembangkannya, guru dituntut untuk mengelola sekolah sebagai komunitas pelajar tempat guru dan siswa bekerja sama secara setara sebagai mitra dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah dan meningkatkan toleransi serta pemahaman akan keberagaman. Sistem pembelajaran kognitif adalah sistem pembelajaran yang terkait dengan kemampuan siswa memproses dan memahami informasi dalam pengembangan kecakapan akademis. Sistem pembelajaran ini baru akan berkembang jika guru memberikan informasi dalam satuan pembelajaran bertema yang terkait kehidupan siswa. Guru memfokuskan diri sebagai fasilitator pembelajaran, sementara siswa menjadi pemecah masalah dan pengambil keputusan nyata dan dipenuhi kebutuhannya untuk mengetahui lebih banyak lagi informasi. Sistem pembelajaran fisik merupakan sistem pembelajaran yang terkait dengan keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan belajar. Sistem pembelajaran fisik dapat diwujudkan dalam tugas akademis yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
menantang, dengan guru melatih, mengilhami, dan mendukung partisipasi aktif siswa dalam proses belajar. Sistem pembelajaran reflektif sendiri adalah sistem pembelajaran yang
melibatkan
pertimbangan
pribadi
siswa
terhadap
hasil
pembelajarannya melalui berbagai cara pembelajaran, di mana siswa dapat belajar membuat penilaian tentang kinerjanya sendiri. Secara biologis, sistem pembelajaran reflektif berkembang paling akhir dalam diri individu, namun merupakan sistem pembelajaran yang paling manusiawi dibanding yang lainnya dan bertindak sebagai organisator eksekutif dalam memadukan semua kerja otak yang dilakukan oleh keempat sistem pembelajaran lainnya. Apabila sistem pembelajaran reflektif siswa tidak dikembangkan, hasil dari keempat sistem pembelajaran yang telah berkembang sebelumnya tidak akan maksimal. Sistem pembelajaran reflektif membutuhkan instruksi eksplisit dalam pemantauan diri dan analisis kerja untuk bisa berkembang dengan baik. Dalam sistem pembelajaran reflektif, guru didorong untuk menjadi pencari bakat yang bisa mengenali kelebihan siswa dan membimbing siswa mengembangkan kelebihan tersebut. 2.5.2 Tahap Perkembangan Psikososial Siswa Psikolog Erik Erikson merumuskan tahap-tahap perkembangan kepribadian, atau dikenal juga dengan tahap perkembangan psikososial. Rumusan Erikson menemukan bahwa manusia memiliki dorongan bawaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
untuk meraih sistem pembelajaran yang semakin kompleks seiring berjalannya usia. Siswa SMA di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia antara 15 – 18 tahun. Berdasarkan teori Erikson, maka mereka berada pada tahap perkembangan sebagai berikut16: Tahap (Perkiraan Usia) Remaja (Usia 13-18 tahun)
Kualitas yang terlibat
Hasil Positif
Aktivitas yang diasosiasikan dengan Tahap ini Identitas vs. Kesetiaan Setia pada citra diri; Pencampuradukan mencapai identitas peran seksual; mencari nilainilai baru. (Tabel 3: Tahap perkembangan psikososial remaja 13-18 tahun) Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa subyek penelitian yang berusia antara 16-17 tahun berada pada tahap fokus perkembangan “identitas diri versus pencampuradukan peran”. Tahapan perkembangan ini ditandai dengan beberapa hal, yaitu:
-
Siswa mulai berpikir dalam persepsi subyektif dan realitas obyektif, terutama terkait dengan identitas dirinya. Siswa sudah bisa memedakan perasaan dan emosi dalam dirinya dan orang lain, siswa bisa melihat dari sudut pandang orang lain, memahami makna simbolis, memerankan skenario “seandainya” (berandai-andai), mengembangkan empati dan altruisme;
-
Siswa masih memiliki egosentrisme yang cukup besar, dan menunjukkan hal tersebut dengan mengimajinasikan keyakinan yang mendalam tentang
16
Ibid., hlm. 317-335
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
identitas pribadinya dan mengidentifikasi dirinya sesuai dengan imajinasi tersebut. -
Siswa menginginkan afiliasi dan mengidentifikasi dirinya dalam kelompok teman sebaya dan cenderung setia ke dalam kelompoknya. Siswa jadi lebih peduli pada kata-kata teman sebayanya dibandingkan orang yang lebih tua seperti guru, kerabat, atau orang tua. Semakin siswa dikonfrontasi atau digurui, semakin negatif reaksi siswa.
-
Siswa sudah bisa menyadari, secara sadar memantau dan mengendalikan pikiran mereka sehingga siswa bisa memilih dan menentukan strategi belajar yang sesuai dengan kondisi dirinya. Melihat ciri-ciri tahapan perkembangan siswa ini, maka guru diharapkan mengembangkan kurikulum yang berfokus pada upaya membantu siswa memahami diri sendiri dan orang lain tanpa menggurui. Pada tahapan ini, guru bisa mengajar dengan cara yang implisit, tidak secara langsung memberikan informasi atau wejangan kepada siswa, tetapi lebih menggiring siswa untuk memahami dan memaknai informasi secara personal.
2.6 Konsep Historiografi Modern dalam Penulisan Bahan Ajar Sejarah Indonesia Penyusunan bahan ajar sejarah Indonesia tidak lepas dari penulisan sejarah nasional Indonesia itu sendiri. Pada tahun 1970-an, para sejarawan Indonesia telah merintis usaha penulisan sejarah nasional Indonesia yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
bersifat Indonesia-sentris untuk menghapus paradigma Neerlando-sentris melalui penulisan buku pedoman Sejarah Nasional Indonesia. Salah satu alasan utama pengerjaan buku ini adalah supaya bisa dijadikan acuan bagi penulisan buku-buku ajar sejarah di sekolah. Para sejarawan Indonesia saat itu menyadari bahwa pengajaran sejarah merupakan dasar bagi pendidikan dalam masa pembangunan bangsa, terutama untuk menggembleng jiwa generasi muda dengan membangkitkan pada mereka suatu kesadaran bahwa mereka adalah anggota dari suatu bangsa. Oleh karena itu, penulisan kembali sejarah Indonesia pun memiliki beberapa syarat: a.
sejarah Indonesia yang wajar ialah sejarah yang mengungkapkan “sejarah dari dalam” di mana bangsa Indonesia sendiri memegang peranan pokok;
b.
proses perkembangan masyarakat Indonesia hanya dapat diterangkan sejelas-jelasnya dengan menguraikan faktor atau kekuatan yang mempengaruhinya, baik ekonomis, sosial, maupun politik atau kulturil;
c.
erat berhubungan dengan kedua pokok di atas perlu ada pengungkapan aktivitas dari pelbagai golongan masyarakat, tidak hanya para bangsawan atau ksatriya, tetapi juga dari kaum ulama dan petani serta golongan-golongan lainnya;
d.
untuk menyusun sejarah Indonesia sebagai suatu sintese, di mana digambarkan proses yang menunjukkan perkembangan ke arah kesatuan geo-politik maka prinsip integrasi perlu dipergunakan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
mengukur seberapa jauh integrasi itu dalam masa-masa tertentu telah tercapai. Meskipun demikian, ditekankan pula bahwa penulisan sejarah yang sifatnya Indonesia-sentris juga harus proporsial. Sejarah bangsa Indonesia tidak
boleh
digambarkan
dalam
serba
keagungan
belaka
hingga
mengorbankan objektivitas. Sejarah Indonesia harus ditulis apa adanya, lengkap dengan pasang surutnya kegiatannya, maju-mundurnya karya dan kebudayaannya,
timbul-tenggelamnya
lembaga-lembaganya,
unggul-
kalahnnya perjuangannya, yang semuanya diharapkan akan mempertinggi kesadaran bangsa Indonesia sebagai suatu nasion. Melalui penggambaran seperti itu, diharapkan sejarah Indonesia bisa membangkitkan rasa kebanggaan pada generasi muda, memantapkan kepribadian bangsa, serta identitasnya. Dengan demikian akan tercapai pula apa yang diharapkan dari pelajaran Sejarah Nasional, tanpa mengurangi tuntutan-tuntutan ilmu sejarah.17
2.7 Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran Sejarah Indonesia 2.7.1 Prinsip Penggunaan TIK dalam Pembelajaran Sejarah Pemanfaatan
TIK
dalam
pembelajaran
sejarah
sebaiknya
mempertimbangkan tiga prinsip utama yaitu apakah penggunaan TIK mendukung praktik pembelajaran sejarah yang baik atau tidak, 17
Sartono Kartodirdjo et. al., Sejarah Nasional Indonesia 1, Depdikbud, Jakarta, 1975, tanpa no. halaman.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
penggunaan TIK harus memfasilitasi pencapaian tujuan belajar, dan TIK yang digunakan harus membantu guru maupun siswa untuk mencapai sebuah tujuan yang tidak bisa dicapai tanpa penggunaan teknologi tersebut serta membantu siswa untuk belajar dengan lebih efisien18. 2.7.2 Penggunaan Video dalam Bahan Ajar Video dalam Kamus Merriam-Webster didefinisikan sebagai gambar-gambar bergerak yang dapat dilihat dalam sebuah rekaman atau siaran. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006) mendefinisikan video sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan pesawat televisi. Dalam konteks bahan ajar, video termasuk dalam kategori bahan ajar audiovisual atau bahan ajar pandang-dengar. Bahan ajar audiovisual merupakan bahan ajar yang mengombinasikan materi visual, yaitu materi yang merangsang indra penglihatan, dan materi audio, yang merangsang indra pendengaran. Dengan kombinasi kedua materi ini, guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas karena komunikasi berlangsung secara lebih efektif 19. Hasil survei dari Corporation for Public Broadcasting terhadap para guru (2004) menunjukkan bahwa penggunaan tayangan video dalam aktivitas belajar di kelas memiliki dampak sebagai berikut: 20 1) menstimulasi diskusi kelas
18
Rob Phillips, Reflective Teaching of History 11-18, Continuum, London, 2002, hlm. 128. Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Diva Press, Yogyakarta, 2012, hlm. 300-301 20 EDC's Center for Children and Technology, Television goes to school: The impact of video on student learning in formal education, Corporation for Public Broadcasting, Washington DC, 2004, hlm.10 19
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
2) memperkuat materi ceramah dan bacaan, 3) memberikan pengetahuan dasar yang sama bagi semua siswa, 4) membantu guru mengajar dengan lebih efektif, 5) meningkatkan pemahaman dan diskusi siswa dalam materi terkait, 6) dapat mengakomodasi keragaman gaya belajar, 7) meningkatkan motivasi dan antusiasme siswa untuk belajar. 2.7.3 Video Fragmen Sidang PPKI 1945 Video yang digunakan sebagai media dalam modul pembelajaran yang disusun dalam makalah ini adalah video sosio-drama Fragmen Sidang PPKI produksi Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (PSP UGM), dengan melibatkan Teater Gamatua Keluarga Alumni UGM sebagai para pemeran tokoh sejarah di dalamnya. Penulisan naskah sosiodrama ini didasarkan dari berbagai sumber, dengan sumber utama dari buku “Lahirnya Undang-undang Dasar 1945” karya A.B. Kusuma serta wawancara langsung dengan A.B. Kusuma. Supervisi naskah juga dilakukan oleh Prof. Dr. Sutaryo selaku staf ahli PSP UGM.21 Dalam video ini terdapat dua bagian besar. Bagian pertama berisi reka ulang peristiwa pembahasan rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dilakukan oleh Panitia Sembilan dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 22 Juni 1945 (dalam teks pengantar video terdapat kesalahan ketik menjadi 22 Juli 1945, seharusnya yang benar 22 Juni 1945), yang menghasilkan Piagam Jakarta. Sementara 21
Berdasarkan hasil korespondensi dengan Drs. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc., dosen FMIPA UGM sekaligus anggota Seksi Kesenian Keluarga Alumni Gadjah Mada yang turut memprakarsai pembuatan video ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
bagian kedua berisi reka ulang peristiwa sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945, dengan menekankan pada bagian musyarawah di mana para Bapak Pendiri Bangsa melakukan pengubahan pada rumusan sila pertama Pancasila yang terkandung di dalam teks Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dari “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
2.8 Kerangka Berpikir Berdasarkan hasil wawancara guru, diketahui bahwa guru sudah menggunakan bahan ajar berbasis teknologi dengan sumber bahan ajar yang juga beragam. Selain itu, guru juga sudah menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dengan meminimalisasi ceramah dan menggiatkan aktivitas presentasi siswa. Meski demikian, proses pembelajaran terkendala oleh keterbatasan akses siswa terhadap bahan ajar karena buku paket yang menjadi pegangan hanya bisa digunakan di sekolah sehingga menjelang ulangan siswa biasanya hanya mengandalkan buku catatan sebagai sumber belajar. Diungkapkan pula bahwa siswa mudah merasa bosan dan mengeluhkan bahwa materi pelajaran dirasa kurang relevan dengan kehidupan mereka di masa kini. Sementara itu, dari angket kebutuhan siswa, diketahui bahwa siswa menginginkan bahan ajar dengan bahasa yang mudah dimengerti dan disertai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
dengan berbagai media pendukung seperti gambar atau film supaya pembelajaran tidak membosankan. Dari hasil studi kebutuhan guru dan siswa, maka peneliti mengembangkan bahan ajar inovatif. Inovasi dalam bahan ajar diwujudkan dalam tiga hal, yaitu penggunaan model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk melengkapi aspek pembelajaran yang selama ini sudah berlangsung serta membantu siswa menemukan relevansi pelajaran dengan hidupnya sehari hari, penerapan konsep historiografi modern dalam penulisan bahan ajar untuk mengaktualisasikan peristiwa masa lampau dalam pembangunan karakter dan identitas siswa, serta pemanfaatan TIK untuk memenuhi kebutuhan siswa akan media belajar yang bervariasi dan menarik. Pengembangan bahan ajar inovatif ini diwujudkan dalam bentuk desain produk berupa modul bahan ajar. Bahan ajar modul dipilih karena selain bisa memfasilitasi akses siswa terhadap bahan ajar, modul juga bisa memberikan petunjuk kepada siswa untuk belajar lebih mandiri dan juga mengevaluasi perkembangannya setelah melewati proses pembelajaran.
2.9 Langkah-langkah Penulisan Bahan Ajar Langkah penulisan bahan ajar dalam makalah ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (dari bahasa Inggris Research & Development), yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
produk dan menguji keefektifan produk tersebut. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada gambar berikut22: Potensi dan Masalah Ujicoba pemakaian
Revisi Produk
Pengumpulan Data
Revisi Produk
Desain Produk
Validasi Desain
Ujicoba Produk
Revisi Desain
Produksi Massal
Sehubungan dengan tujuan penulisan makalah yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan bentuk bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2, maka prosedur pengembangan bahan ajar sejarah dalam makalah ini dibatasi hanya sampai pada tahap desain produk sebagai berikut: Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Tahap Hasil penelitian dan pengembangan Potensi - Potensi yang ditemukan dari pembelajaran sejarah dan di kelas XI IPS SMA Bopkri 2 selama ini adalah Masalah metode dan sumber ajar yang digunakan oleh guru sudah sesuai dengan konteks situasi siswa. Guru 22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 408-416.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
-
Pengumpulan Data
-
-
-
-
Desain Produk
-
-
Validasi Desain
-
sudah biasa menggunakan metode presentasi untuk mendorong siswa lebih aktif dan menggunakan sumber bahan ajar yang beragam untuk melengkapi informasi siswa. Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS adalah keterbatasan akses siswa terhadap bahan ajar karena buku paket yang menjadi pegangan utama tidak bisa dibawa pulang. Selain itu, siswa juga kerap mengeluhkan kurangnya relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dari hasil angket siswa, ditemukan bahwa siswa menyukai bahan ajar yang mengintegrasikan bermacam-macam media. Dari wawancara guru, guru mengharapkan siswa bisa lebih tertarik untuk belajar sejarah dan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk membuat siswa lebih tertarik belajar sejarah dan memahami relevansi materi dengan kehidupan nyata mereka, maka dipilih teori Sistem Pembelajaran Reflektif dan model pembelajaran Pedagogi Reflektif. Untuk mendorong ketertarikan dan keaktifan siswa belajar sejarah, maka bahan ajar yang cocok adalah modul karena modul tidak hanya berisi materi tapi juga petunjuk bagi siswa untuk dapat belajar dengan lebih mandiri dan guru cukup menjadi pendamping. Mempelajari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dikembangkan menjadi bahan ajar inovatif. Menyusun silabus dan RPP yang menggunakan model pembelajaran Pedagogi Reflektif, dengan menerapkan langkah khas Pedagogi Reflektif yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Merancang desain produk bahan ajar inovatif mata pelajaran sejarah berupa modul pembelajaran sejarah Indonesia. Melakukan validasi desain kepada dosen pembimbing penelitian.
Validasi desain produk dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian. (Tabel 4: Deskripsi hasil tiap tahap prosedur penulisan bahan ajar)
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III BAHAN AJAR SEJARAH INOVATIF
3.1 Penerapan Teori dalam Pembuatan Bahan Ajar Inovatif Bentuk bahan ajar yang disusun dalam makalah ini adalah modul pembelajaran sejarah dengan judul “Membangun Republik Indonesia: Modul Pembelajaran Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia”. Pemilihan bentuk modul didasari pertimbangan bahwa modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dapat mendukung siswa untuk belajar dengan lebih aktif dan mandiri. Adapun struktur dasar dari kegiatan pembelajaran modul ini dibuat dengan mengikuti tahapan model pembelajaran Pedagogi Reflektif sebagai berikut: 1) Konteks, yang berisi materi apersepsi sebagai pengantar bagi siswa untuk memasuki materi yang akan dibahas. 2) Pengalaman, berupa aktivitas penyampaian materi pembelajaran kepada siswa melalui berbagai metode pembelajaran. 3) Refleksi, berupa proses menyimak kembali dan pemaknaan lebih mendalam dari pengalaman belajar siswa 4) Aksi, berupa tindakan nyata sebagai lanjutan dari hasil refleksi siswa. 5) Evaluasi, berisi penilaian kinerja siswa.
42
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
Prinsip penulisan sejarah Indonesia yang modern diterapkan dalam dua hal Pertama, penulisan narasi sejarah dalam modul bersifat Indonesiasentris dan proporsial. Peristiwa pembentukan pemerintahan dan lembaga kelengkapan RI lainnya diceritakan kembali dengan pasang-surutnya, konflik maupun kompromi yang terjadi dalam interaksi para Bapak Pendiri Bangsa, dengan didasarkan pada sumber-sumber yang relevan. Kedua, penyertaan contoh kasus intoleransi aktual yang terjadi di Indonesia, dengan sumber dari media massa untuk memberikan wawasan dan konteks sejarah aktual, serta sebagai bahan refleksi siswa. Sebagai
media
pendukung
proses
pembelajaran,
modul
ini
menyertakan video sosiodrama “Fragmen Sidang PPKI” produksi Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada. Selain karena kontennya yang sesuai dengan materi, video ini digunakan untuk memberikan rangsangan visual sehingga siswa bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses Sidang PPKI beserta interaksi para Bapak Pendiri Bangsa yang terlibat di dalamnya.
3.2 Sistematika Isi Bahan Ajar Isi dari modul bahan ajar sejarah ini mencakup: 1) Halaman sampul 2) Deskripsi Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran 3) Daftar Isi 4) Petunjuk penggunaan modul
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
5) Aktivitas Pertemuan 1 a. Apersepsi: status negara Indonesia pasca Proklamasi 17 Agustus 1945. b. Mari Menyimak: pemutaran video sosiodrama rapat PPKI. c. Refleksi: refleksi siswa atas video yang telah disaksikan. d. Diskusikanlah: panduan diskusi, petunjuk pembuatan laporan diskusi, materi bahan diskusi. e. Evaluasi:evaluasi kinerja kelompok dan evaluasi kinerja diri. 6) Aktivitas Pertemuan 2 a. Apersepsi: mengingat kembali pembahasan pertemuan 1. b.
Mari Menyimak: presentasi dan tanya jawab antar siswa.
c. Refleksi: refleksi atas bacaan contoh kasus intoleransi di Indonesia. d. Diskusikanlah: panduan diskusi pembuatan majalah dinding kelas. e. Evaluasi:soal esai dan evaluasi kinerja diri. 7) Daftar Pustaka 8) Lampiran
3.3 Tampilan Bahan Ajar Tampilan modul bahan ajar dibuat sesuai dengan hasil angket siswa responden, yaitu dengan jenis tulisan Times New Roman, format teks satu kolom, dan skema warna kuning-ungu tua-biru muda.22
22
Tampilan cetak modul bisa dilihat pada Lampiran 3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Tantangan dalam proses pembelajaran sejarah yang terjadi di kelas XI IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran sejarah adalah keterbatasan akses siswa terhadap sumber bahan ajar dan materi yang terkandung dalam bahan ajar itu sendiri dikemas dengan cara yang kurang menarik, sehingga siswa mudah bosan dan merasa tidak menemukan relevansi materi pelajaran dengan kehidupannya di masa kini. Solusi yang dapat ditempuh sebagai alternatif mengatasi tantangan pembelajaran sejarah tersebut adalah melalui pengembangan bahan ajar sejarah inovatif berbentuk modul pembelajaran sejarah dengan judul “Membangun Republik Indonesia: Modul Pembelajaran Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia”. Bentuk bahan ajar modul dipilih karena modul bisa memfasilitasi siswa untuk belajar secara lebih mandiri dan guru bisa menempatkan diri sebagai fasilitator secara lebih efektif. Dari segi kegiatan pembelajaran sejarah, proses pembelajaran di kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 sudah mencakup kegiatan yang merangsang perkembangan sistem pembelajaran emosional, sistem pembelajaran sosial, sistem pembelajaran kognitif, serta sistem pembelajaran fisik sehingga model pembelajaran yang dibutuhkan adalah model yang mampu merangsang 45
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
perkembangan sistem pembelajaran reflektif siswa. Oleh karena itu model pembelajaran Pedagogi Reflektif dipilih sebagai dasar pengembangan aktivitas belajar dalam modul karena model ini menekankan peran guru dalam pendampingan siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pengetahuan dan pengalaman yang telah ia peroleh dalam selama proses pembelajaran melalui lima langkah, yaitu konteks belajar, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Dari segi aktualisasi peristiwa sejarah yang disampaikan dalam pelajaran, penulisan materi modul bahan ajar dilakukan memperhatikan prinsip penulisan sejarah atau historiografi modern. Prinsip penulisan sejarah Indonesia yang modern diterapkan dalam dua hal. Pertama, penulisan narasi sejarah dalam modul bersifat Indonesia-sentris dan proporsial. Kedua, penyertaan contoh kasus intoleransi aktual yang terjadi di Indonesia, dengan sumber dari media massa untuk memberikan wawasan dan konteks sejarah aktual, serta sebagai bahan refleksi siswa. Dari segi media pembelajaran, siswa responden menyatakan mereka menyukai pembelajaran dengan media video. Oleh karena itu, modul ini menggunakan video sosiodrama berjudul “Fragmen Sidang PPKI” produksi Pusat Studi Pancasila UGM. Pemilihan video ini didasarkan pada kesesuaian dengan topik materi di dalam modul serta manfaaat dari penggunaan video dalam pembelajaran, yaitu antara lain dapat memberikan efek visual yang tidak hanya menghibur tetapi juga membantu siswa memperoleh gambaran yang lebih nyata untuk memahami peristiwa sejarah dengan lebih baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
4.2 Saran Modul pembelajaran sejarah yang disusun dalam makalah ini dibuat berdasarkan Kurikulum 2013 yang mulai diberlakukan secara terbatas mulai tahun ajaran 2013/2014. Secara lebih detail, modul ini dibuat dengan mengacu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia untuk kelas XI untuk Kelompok Wajib. Dalam perkembangannya, pada Desember 2014 Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah menangguhkan pemberlakuan Kurikulum 2014 dan menginstruksikan sekolah-sekolah untuk menggunakan kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terlepas dari adanya perubahan peraturan ini, modul tetap bisa digunakan oleh guru yang sekolahnya kembali menerapkan KTSP. Modul ini dapat digunakan (dengan penyesuaian) dalam pembelajaran sejarah untuk kelas XII jurusan IPS semester ganjil, untuk Standar Kompetensi 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru, Kompetensi Dasar 1.1 Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. EDC's Center for Children and Technology. 2004. Television goes to school: The impact of Video on Student Learning in Formal Education. Washington DC:
Corporation
for
Public
Broadcasting
(diunduh
dari
http://www.dcmp.org/caai/nadh173.pdf ) Faizal, Achmad. 2012. “Pengikut Syiah Ditekan Tinggalkan Keyakinannya”. Kompas.com. (diunduh dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/07/ 1807205/Pengikut.Syiah.Ditekan. Tinggalkan. Keyakinannya., 9 September 2014) Given, Barbara K. 2007. Brain-based Teaching. Bandung: Penerbit Kaifa. Hatta, Mohammad. 1978. Mohammad Hatta: Memoir. Jakarta: Tintamas. Ifdhal, et.al. 2013. “Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Komik Pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung (IBG) Kelas X SMK Negeri 5 Padang”. Journal of Civil Engineering & Vocational Education, Vol.1, No.3, November 2013, hlm. 211-220. (diunduh dari http://download. portalgaruda.org/article.php?article=100189&val=1483) Kahin, George McTurnan. 1970. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press. Kartodirjo, Sartono et. al. 1975. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi. Jakarta: Kemdikbud (diunduh dari http://bsnpindonesia.org/id/?p=1239) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud Nomor 103 tahun 2013 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Lampiran IV tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran.
48
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Jakarta:
Kemdikbud
(diunduh
dari
49
http://pgsd.uad.ac.id/wp-
content/uploads/lampiran-permendikbud-no-103-tahun-2014.pdf) Kusuma, Wijaya. 2014. “Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Diserang Gerombolan Berjubah”. Kompas.com. (diunduh dari http://regional.kompas.com/read/2014/05/30/0317081/Rumah.Direktur.Pe nerbitan.Galang.Press.Diserang.Gerombolan.Berjubah, 9 September 2014) Mardikaningsih, Rini dan R. Sumaryanto. 2013. Sejarah untuk Kelas XII SMA dan MA Program IPS. Solo: Global. P3MP LPM USD. 2012.
Pedoman Model Pembelajaran Berbasi Pedagogi
Ignasian. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran. Phillips, Rob. 2002. Reflective Teaching of History 11-18. London: Continuum. Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Ricklefs, H.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Subagya. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sudrajat, Ajat. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Materi Pembelajaran PAI. Makalah: tidak diterbitkan. Disampaikan dalam Workshop Bimbingan Teknis
Penguatan
KTSP
SMP
Bagi
Tim
Pengembang
Kurikulum/Verfikator Propinsi, di Hotel Graha Dinar, Cisarua, Bogor. (diunduh dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/ PENGEMBANGAN%20BAHAN%20AJAR%20PAI%20SMP.pdf.) Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suwarno, P.J. 2003. Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Tim Penyusun. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1950. Jakarta: Tira Pustaka. ________. 1933. Montevideo Convention on the Rights and Duties of States (diunduh dari https://www.ilsa.org/jessup/jessup15/Montevideo %20Convention.pdf, 21 Juli 2014)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
50
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 1 SILABUS SMA Mata Pelajaran Kelas Alokasi waktu Kompetensi Inti
: Sejarah (Wajib) : XI : 4 x 45 menit :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator
3.8
Pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia
Competence
Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa
Rapat PPKI 18 Agustus 1945 - Penetapan konstitusi
Aktivitas Pembelajaran Pertemuan 1 (2 x 45 menit)
3.8.1 Menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan pertama RI
Mengamati 1. Menyaksikan video sosiodrama Fragmen Sidang PPKI
3.8.2
Menanya
Penilaian 1.Tes: - tes uraian dengan rubrik penilaian
2. Non-tes: - Observasi diskusi dengan skala likert dan catatan harian guru.
Sumber dan Media Belajar Media: - Video sosiodrama Fragmen Sidang PPKI - Slide presentasi Sumber: - Modul bahan 51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kini. 4.8
- Penetapan presiden dan wakil presiden
Menalar peristiwa pembentukan pemerintahan Rapat PPKI 19 pertama Republik Agustus 1945 Indonesia dan - Pembentukan maknanya bagi kabinet kehidupan pertama kebangsaan - Pembagian Indonesia masa daerah RI kini dan menyajikannya Rapat PPKI 22 dalam bentuk Agustus 1945 cerita sejarah. - Pembentukan KNIP - Pembentukan PNI - Pembentukan BKR
Menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI 3.8.3 Menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara 4.8.1 Menyajikan hasil analisis terkait Pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis
2. Diskusi kelompok: - Siswa mendiskusikan pertanyaan panduan diskusi dalam kelompok Mengeksplorasi 3. Siswa mencari dan membahas sumbersumber yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan panduan diskusi Mengasosiasi 4. Siswa menggunakan dan menganalisis informasi dari sumber untuk membuat laporan hasil diskusi.
ajar sejarah - Observasi presentasi dengan skala likert dan rubrik - Laporan diskusi kelompok dengan skala likert - Portofolio esai refleksi dengan rubrik penilaian - Proyek majalah dinding kelas dengan rubrik penilaian
Mengkomunikasikan 5. Siswa menyusun laporan hasil diskusi dalam
52
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.4
2.5
Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
Conscience 2.4.1 Mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan pertama Indonesia 2.4.2 Membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang. 2.4.3 Menunjukkan perilaku
bentuk laporan tertulis kelompok: - Kelompok presenter membuat laporan kelompok dan slide presentasi. - Kelompok nonpresenter membuat laporan diskusi tertulis saja. 6. Siswa mengisi refleksi pribadi Pertemuan 2 (2 x 45 menit) Mengamati 1. Siswa menyimak presentasi materi pembentukan pemerintahan pertama RI oleh kelompok presenter Menanya 2. Tanya-jawab dan klarifikasi antara kelompok presenter dan siswa lainnya. 53
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi dan presentasi 2.5.1 Menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat waktu
Mengeksplorasi 3. Siswa membaca contoh kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia saat ini Mengasosiasikan 4. Siswa membandingkan dan merefleksikan pengamalan nilainilai luhur hidup berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dan di masa sekarang berdasarkan kasus yang dibaca. Mengkomunikasikan 5. Siswa menampilkan hasil refleksi dalam bentuk esai dan majalah dinding. 6. Siswa mengerjakan evaluasi akhir bab.
54
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.1
Menghayati nilainilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan yang Mahaesa terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Compassion 1.1.1 Mendeskripsikan pendapat/keprihati nan terkait pengamalan nilainilai persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini 1.1.2 Mendekripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari.
55
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Tema Alokasi waktu
: SMA BOPKRI 2 Yogyakarta : Sejarah (Wajib) : XI/1 : Pembentukan Pemerintahan Pertama Republik Indonesia : 4 x 45 menit
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan B. Kompetensi Dasar 1.1. Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan yang Mahaesa terhadap bangsa dan negara Indonesia. 2.4. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.5. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah. 3.8. Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini. 4.8. Menalar peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
C. Indikator Pembelajaran Competence 3.8.1 Menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan pertama RI 3.8.2 Menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI 3.8.3 Menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara 4.8.1 Menyajikan hasil analisis terkait pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis Conscience 2.4.1 Mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan pertama Indonesia 2.4.2 Membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang. 2.4.3 Menunjukkan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi dan presentasi 2.5.1 Menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat waktu Compassion 1.1.1 Mendeskripsikan pendapat/keprihatinan terkait pengamalan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini 1.1.2 Mendekripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari. D. Tujuan Pembelajaran Competence 3.8.1 Siswa mampu menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan pertama RI 3.8.2 Siswa mampu menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI 3.8.3 Siswa mampu menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara 4.8.1 Siswa mampu menyajikan hasil analisis terkait pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis Conscience 2.4.1 Siswa mampu mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan pertama Indonesia 2.4.2 Siswa mampu membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang. 2.4.3 Menunjukkan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi dan presentasi 2.5.1 Siswa mampu menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat waktu Compassion 1.1.1 Siswa mampu mendeskripsikan pendapat/keprihatinan terkait pengamalan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
1.1.2 Siswa mampu Mendekripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari. E. Materi Pokok Pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama RI F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran: pendekatan saintifik Model pembelajaran: pedagogi reflektif Metode pembelajaran: tanya-jawab, diskusi, presentasi, dan refleksi G. Langkah Pembelajaran 1. Pertemuan 1 No. Kegiatan Kegiatan Pembuka a. Konteks: Guru memandu siswa dalam kegiatan apersepsi tentang konsep negara dan kaitannya dengan kondisi Indonesia pada 17 Agustus 1945. Kegiatan Inti b. Pengalaman: Siswa menonton video sosiodrama Fragmen Sidang PPKI. c.
d.
e.
f.
Waktu 5’
20’
Refleksi: Siswa menuliskan kesan dan pelajaran yang ditangkap setelah menonton video.
10’
Aksi: Siswa melakukan diskusi kelompok mengikuti panduan diskusi di modul.
40’
Kegiatan Penutup Evaluasi: Siswa mengisi evaluasi kerja kelompok dan evaluasi kinerja diri.
10’
Guru menyimpulkan topik pembelajaran hari ini yaitu situasi Indonesia pasca proklamasi serta dinamika para Bapak Pendiri Bangsa dalam rapat PPKI dan mengingatkan siswa untuk mengumpulkan laporan diskusi di pertemuan berikutnya dan bagi kelompok presenter untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
5’ 90’
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Pertemuan 2 No. Kegiatan Kegiatan Pembuka a. Konteks: Guru mengingatkan kembali siswa tentang topik yang dibahas di pertemuan berikutnya dan mempersilakan kelompok presenter untuk menyiapkan presentasi.
b.
c.
d.
e.
f.
59
Waktu
5’
Kegiatan Inti Pengalaman: Kelompok presenter mempresentasikan materi Siswa melakukan tanya jawab dengan kelompok presenter setelah presentasi selesai
20’ 10’
Refleksi: Siswa menyimak panduan refleksi pribadi di modul sebagai persiapan pembuatan esai di rumah.
15’
Aksi: Siswa berdiskusi untuk merencanakan pembuatan majalah dinding berisi hasil refleksi dengan dipimpin ketua kelas.
20’
Kegiatan Penutup Evaluasi: Siswa menyimak panduan evaluasi materi akhir bab untuk dikerjakan di rumah Siswa mengisi evaluasi penampilan kelompok presenter dan evaluasi kinerja diri.
15’
Guru menyimpulkan hasil presentasi dan mengingatkan siswa untuk mengumpulkan tugas evaluasi akhir bab dan memasang majalah dinding untuk pertemuan berikutnya
5’
90’ H. Media dan Sumber Belajar Media: Video sosiodrama Fragmen Sidang PPKI Slide presentasi siswa Sumber: Modul pembelajaran sejarah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
I. Penilaian 1. Teknik: tes dan non-tes 2. Bentuk: a. Tes: esai (terlampir) b. Non-tes: portofolio, observasi, proyek (terlampir) J. Instrumen Penilaian 1. Tes tertulis: esai 2. Non-tes: a. Lembar penilaian laporan diskusi kelompok b. Lembar pengamatan presentasi c. Lembar pengamatan sikap d. Lembar penilaian refleksi
Yogyakarta, … Januari 2015 Mengetahui,
Maria Felicia (Guru mata pelajaran)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
LAMPIRAN INSTRUMEN PENILAIAN A. Kunci Jawaban Esai (soal terdapat dalam modul) 1. Indonesia belum bisa disebut sebagai sebuah negara pada 17 Agustus 1945 karena: - Indonesia belum memenuhi syarat de facto pendirian suatu negara (skor 1) - Indonesia sudah memiliki populasi rakyat, namun batasan wilayah Indonesia belum jelas dan Indonesia belum memiliki struktur pemerintahan/kabinet yang berdaulat (skor 2) 2. Pada 18 Agustus 1945, Moh. Hatta mengajak beberapa perwakilan PPKI untuk berdiskusi sebelum rapat dimulai. Apa latar belakang dan hasil dari pembahasan Moh. Haatta bersama beberapa perwakilan PPKI pada 18 Agustus adalah: - Latar belakang: adanya informasi bahwa masyarakat Indonesia dari komunitas non muslim keberatan dengan rumusan sementara Pembukaan UUD yang memuat poin kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya (skor 2) - Hasil pembahasan menyepakati rumusan yang menjadi masalah tersebut diganti menjadi Ketuhanan yang Mahaesa untuk mengakomodasi komuntias non muslim (skor 2) 3. Latar belakang Maklumat 3 November 1945 tentang pembentukan partai politik di Indonesia: - pembentukan PNI sebagai partai tunggal bertentangan dengan paham demokrasi dan identik dengan paham fasis yang sifatnya otoriter. (skor 2) - sebagian besar anggota PNI merupakan bekas anggota organisasi Jawa Hokokai bentukan Jepang, sehingga diperkirakan pihak asing seperti Sekutu akan menganggap PNI sebagai organisasi buatan Jepang. Kesalahpahaman seperti ini bisa merugikan posisi Indonesia sebagai negara baru yang membutuhkan dukungan internasional. (skor 2) 4. Latar belakang pertimbangan Pemerintah pada awalnya membentuk BKR sebagai organisasi semimiliter dan reaksi golongan pemuda terhadap keputusan Pemerintah tersebut: - Latar belakang: Pemerintah berpendapat bahwa pembentukan tentara nasional di tengah kondisi Indonesia yang masih belum menentu justru berisiko mengundang serangan dari tentara Sekutu dan Jepang, dan jika hal tersebut sampai terjadi diperkirakan kekuatan nasional belum akan mampu menghadapi serangan tersebut. (skor 2) - Reaksi pemuda: Keputusan pemerintah membentuk BKR hanya sebagai badan semimiliter kemudian menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pemuda yang menginginkan dibentuknya organisasi tentara nasional. Sebagai respons , para pemuda kemudian membentuk badan-badan perjuangan mandiri. (skor 2) Nilai:
Keterangan nilai : A = 80-100 : Baik Sekali B = 70-79 : Baik C = 60-69 : Cukup D = 60 : Kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
B. Lembar Penilaian Laporan Diskusi Kelompok Aspek Format
Tata Bahasa
Sumber
1 Format laporan sama sekali tidak sesuai dengan 5 poin ketentuan. Laporan memiliki lebih dari 15 kesalahan eja atau tata bahasa.
2 Format laporan hanya sesuai dengan 2 dari 5 poin ketentuan. Laporan memiliki 10 15 kesalahan eja atau tata bahasa.
3 Format laporan sesuai dengan 3 atau lebih dari 5 poin ketentuan. Laporan memiliki 5 - 9 kesalahan eja atau tata bahasa.
Isi laporan hanya bersumber pada modul.
Isi laporan bersumber pada modul dan sumber online.
Isi laporan bersumber pada modul, sumber online, dan sumber buku tambahan.
4 Format laporan sesuai dengan 5 poin ketentuan. Laporan memiliki kurang dari 5 kesalahan eja atau tata bahasa. Laporan menggunakan sumber modul, sumber online, dan lebih dari 1 sumber buku tambahan.
Isi: (skor maksimal 58) 1. Latar belakang pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia : a. Indonesia belum memenuhi persyaratan pembentukan negara (2 poin) b. Syarat yang sudah terpenuhi: rakyat dan wilayah (2 poin) c. Syarat yang belum terpenuhi: pemerintah yang berdaulat (1 poin) 2. Bagaimana kronologi pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? a. Rapat PPKI 1 Penetapan UUD (3 poin) Presiden dan Wapres (2 poin) b. Rapat PPKI 2 Pembentukan kabinet (2 poin) Pembagian wilayah RI ( 2 poin) c. Rapat PPKI 3 Pembentukan KNIP: Posisi awal KNIP di pemerintahan, (3 poin) Pembentukan PNI: keputusan pemerintah terkait pembentukan PNI, status PNI sebagai partai tunggal (3 poin) Pembentukan BKR: status BKR semimiliter, tugas BKR (3 poin) 3. Bagaimana dampak dari proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? a. Rapat PPKI 1 Penetapan UUD: perubahan rumusan pembukaan UUD (5 poin) Presiden dan Wapres: Indonesia memiliki sistem presidensial, Soekarno sebagai presiden, Hatta sebagai wapres (3 poin) b. Rapat PPKI 2 Indonesia memenuhi syarat de facto pendirian negara dan bisa mulai melakukan diplomasi untuk memperoleh pengakuan dari negara lain (5 poin)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
c. Rapat PPKI 3 Pembentukan KNIP: Maklumat 16 Oktober, KNIP jadi badan legislatif sementara (4 poin) Pembentukan PNI: muncul reaksi dari golongan Sjahrir, PNI dibatalkan (4 poin) Pembentukan BKR: muncul reaksi dari pemuda, berubah jadi TKR (4 poin)
4. Nilai-nilai luhur kehidupan apa saja yang telah ditunjukkan para Bapak Pendiri Bangsa selama proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? Jelaskan dalam situasi atau peristiwa apa saja nilai-nilai luhur tersebut ditunjukkan! (minimal 2) Menyebut 1 nilai luhur (1 poin) Penjelasan konteks nilai luhur (4 poin) Skor laporan diskusi :
Nilai:
Keterangan nilai : A = 80-100 : Baik Sekali B = 70-79 : Baik C = 60-69 : Cukup D = 60 : Kurang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C. Lembar Pengamatan Presentasi Kelompok Aspek 1 Penguasaan Siswa hanya materi membaca isi teks materi presentasi, poin yang disampaikan masih ada yang kurang sesuai dengan panduan presentasi.
Tutur kata dan tata bahasa
Tutur kata dan tata bahasa siswa didominasi penggunaan bahasa non formal saat menyampaikan materi maupun menjawab pertanyaan peserta.
Tampilan media presentasi
Media presentasi dibuat sama sekali tidak sesuai dengan prinsip audio visual
Interaksi tanyajawab
Siswa tidak terlalu memperhatikan tanggapan peserta, jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan pertanyaan.
2 Siswa masih banyak membaca teks materi dengan sesekali menggunakan bahasa sendiri, poin yang disampaikan masih ada yang kurang sesuai dengan panduan presentasi. Siswa menggunakan tutur bahasa baik saat menyampaikan materi, namun menjawab pertanyaan peserta masih banyak menggunakan bahasa non formal. Media presentasi belum menerapkan prinsip audio visual pada setiap slide/aspek presentasi Siswa mendengarkan tanggapan peserta dengan penuh perhatian, jawaban yang diberikan belum sesuai dengan pertanyaan.
3 Siswa masih banyak membaca teks materi dengan sesekali menggunakan bahasa sendiri, poin yang disampaikan sesuai panduan presentasi.
4 Siswa dapat menyampaikan sebagian besar materi dengan bahasa sendiri, poin yang disampaikan sesuai.panduan presentasi.
Siswa menggunakan tutur bahasa yang baik saat menyampaikan materi maupun menjawab pertanyaan peserta, hanya menggunakan sedikit bahasa non formal.
Siswa menggunakan tutur kata dan tata bahasa yang baik saat menyampaikan materi maupun menjawab pertanyaan peserta.
Media presentasi sudah menerapkan prinsip audia visual sebagian besar (>70%) slide/aspek presentasi. Siswa mendengarkan tanggapan peserta dengan penuh perhatian, jawaban sudah sesuai pertanyaan namun kurang mendalam
Setiap slide media /semua aspek presentasi dibuat sesuai prinsip audio visual.
Siswa mendengarkan tanggapan peserta dengan penuh perhatian, jawaban mengena sesuai pertanyaan dan dibahas mendalam.
64
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bahasa tubuh
Siswa tidak melakukan kontak mata dengan audiens, sikap tubuh tidak siap/tegap.
Skor observasi guru: Nilai:
Keterangan nilai: A = 80-100 : Baik Sekali B = 70-79 : Baik C = 60-69 : Cukup D = 60 : Kurang
Siswa sesekali melakukan kontak mata, sikap tubuh tidak siap/tegap,
Siswa banyak melakukan kontak mata, sikap tubuh masih kurang baik (sesekali tegap sesekali tidak).
Siswa banyak melakukan kontak mata dengan peserta, sikap selalu tubuh siap/tegap.
65
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
D. Lembar Pengamatan Sikap No. Na ma
Observasi Sikap Sikap religius Sikap Reflekdoa tif baik
Sopan
Keterampilan sosial Bertanggung Asertif Kooperatif Jawab
Keterangan pengisian skor: 4 = Sangat baik; 3 = Baik; 2 = cukup; 1 = kurang Nilai:
Keterangan nilai : A = 80-100 : Baik Sekali B = 70-79 : Baik C = 60-69 : Cukup D = 60 : Kurang
Total Skor
Nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI E. Lembar Penilaian Refleksi 1. Penilaian Refleksi pribadi Aspek Isi alinea 1 Isi alinea 2 Isi alinea 3 Isi alinea 4 Isi alinea 5 Kesesuaian format penulisan esai Identitas penulis Tata Bahasa
Skor maksimal pribadi
Poin Pendapat siswa ya/tidak = 1 poin Penjelasan pendapat siswa = 4 poin Contoh sikap/nilai = 1 poin Penjelasan sikap/nilai = 4 poin Contoh sikap/nilai = 1 poin Penjelasan sikap/nilai = 4 poin Contoh tindakan nyata = 1 poin Penjelasan tindakan nyata = 4 poin Contoh tindakan nyata = 1 poin Penjelasan tindakan nyata = 4 poin 1 poin 1 poin Kesalahan eja/tata bahasa ≤ 4 = 3 poin Kesalahan eja/tata bahasa 5 – 9 = 2 poin Kesalahan eja/tata bahasa ≥10 = 1 poin 30 poin
2. Penilaian Mading Kelas Aspek Kesesuaian format Semua siswa mengumpulkan Contoh kasus dimuat Kreativitas
Ketepatan waktu Skor maksimal mading Nilai: (Skor pribadi + skor mading) x 2 Keterangan nilai : A = 80-100 : Baik Sekali B = 70-79 : Baik C = 60-69 : Cukup D = 60 : Kurang
Poin 3 poin 5 poin 2 poin Kerapian = 2 poin Kebersihan = 2 poin Kemudahan membaca = 2 poin Gambar/ornamen lainnya = 1 poin 3 poin 20 poin
67
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MODUL PEMBELAJARAN
Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama Republik Indonesia
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
KOMPETENSI DASAR 1.1.
2.4.
2.5.
Menghayati nilai-nilai persatuan dan keingi- 3.8. nan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan yang Mahaesa terhadap bangsa dan negara Indonesia. 4.8. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini. Menalar peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
INDIKATOR Competence 3.8.1 Menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan pertama RI. 3.8.2 Menguraikan kronologi pembentukan pemerintahan pertama RI. 3.8.3 Menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI bagi kehidupan berbangsa dan bernegara 4.8.1 Menyajikan hasil analisis terkait Pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis Conscience 2.4.1 Mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan per2.4.2 tama Indonesia Membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam kehidupan berbangsa dan 2.4.3 bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang. Menunjukkan perilaku kerjasama, 2.5.1 tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi dan presentasi Menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat waktu Compassion 1.1.1 Mendeskripsikan pendapat/keprihatinan terkait pengamalan nilai-nilai persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini 1.1.2 Mendeskripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari.
TUJUAN PEMBELAJARAN Competence 3.8.1 Siswa mampu menganalisis latar belakang pembentukan pemerintahan per3.8.2 tama RI. Siswa mampu menguraikan kronologi 3.8.3 pembentukan pemerintahan pertama RI. Siswa mampu menganalisis dampak dari pembentukan pemerintahan pertama RI 4.8.1 bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Siswa mampu menyajikan hasil analisis terkait Pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dalam bentuk presentasi lisan dan laporan tertulis Conscience 2.4.1 Siswa mampu mengidentifikasi contoh perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai yang ditunjukkan para pejuang selama proses pembentukan pemerintahan pertama Indonesia 2.4.2 Siswa mampu membandingkan pengamalan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa awal kemerdekaan dengan di masa sekarang. 2.4.3 Siswa mampu menunjukkan perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai dalam proses diskusi dan presentasi 2.5.1 Siswa mampu menyelesaikan tugas laporan diskusi dan presentasi dengan usaha sendiri dan tepat waktu Compassion 1.1.1 Siswa mampu mendeskripsikan pendapat/ keprihatinan terkait pengamalan nilainilai persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini 1.1.2 Siswa mampu mendekripsikan sikap dan bentuk keterlibatan yang bisa diterapkan untuk mengamalkan nilai-nilai persatuan dalam hidup sehari-hari.
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI Konten
Hlm.
Kompetensi Dasar …………………………………………………………………
2
Indikator …………………………………………………………………………..
2
Tujuan Pembelajaran ……………………………………………………………..
2
Daftar isi …………………………………………………………………………..
3
Petunjuk Penggunaan Modul ...……………………………………………………
4
PERTEMUAN 1 …………………………………………………………………..
5
A. Apersepsi ……………………………………………………………………... B. Mari Menyimak ………………………………………………………………. - Video Sosiodrama Fragmen Sidang PPKI C. Refleksi……………………………………………………………………….. D. Diskusikanlah ………………………………………………………………… - Petunjuk Diskusi …………………………………………………………….. - Materi Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama RI … E. Evaluasi ……………………………………………………………………….
6 6 6 7 7 8 15
PERTEMUAN 2 …………………………………………………………………..
16
A. Apersepsi ……………………………………………………………………... B. Mari Menyimak ………………………………………………………………. - Petunjuk presentasi dan diskusi C. Refleksi …………………………………………………………………….…. - Contoh kasus ………………………………………………………………... - Panduan refleksi …………………………………………………………….. D. Diskusikanlah ………………………………………………………….……… - Petunjuk diskusi Rangkuman ……………………………………………………………………….. E. Evaluasi ……………………………………………………………………….
17 17
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………..
23
17 17 19 19 20 21
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul ini disusun menurut Kurikulum 2013 dengan menggunakan model pembelajaran reflektif, yang membagi aktivitas belajar dalam lima aspek utama yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. 2. Aktivitas belajar dalam konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi ditandai dengan blok warna biru. Contoh: APERSEPSI
MARI MENYIMAK
3. Untuk bisa mendapatkan manfaat maksimal dari setiap aktivitas belajar, siswa dapat:
Mengikuti alur kegiatan pembelajaran sesuai urutan di dalam modul ini.
Membaca setiap instruksi aktivitas dengan teliti dan mengikutinya.
Mengisikan dan mencatat ide, jawaban, pertanyaan, kesan, evaluasi, maupun hasil refleksi yang dipikirkan selama proses pembelajaran dalam kolom yang telah disediakan.
Bertanya pada guru apabila ada instruksi atau isi materi yang belum jelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERTEMUAN 1 (2 X 45 menit )
KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Konteks: Apersepsi, siswa bersama guru mengingat kembali konteks situasi nasional dan internasional saat proklamasi kemerdekaan Indonesia dan syarat-syarat terbentuknya Negara. B. Pengalaman: Siswa menyimak video sosiodrama rapat PPKI C. Refleksi: Siswa mengerjakan refleksi tentang video sosiodrama D. Aksi: Siswa berdiskusi kelompok E. Evaluasi: Siswa mengerjakan evaluasi kinerja kelompok dan evaluasi kinerja diri.
72
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
A. APERSEPSI
Pada 17 Agustus 1945, Soekarno telah memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Meski demikian, sudahkah Indonesia menjadi negara merdeka sepenuhnya? Bangsa (nation): sekelompok manusia yang dipersatukan oleh ikatan batin/spiritual karena memiliki kesamaan sejarah masa lalu serta cita-cita masa depan, terlepas dari keragaman ras, bahasa, letak geografis, agama, dan identitas lain yang terdapat di dalamnya. negara (state): sekelompok manusia yang mendiami suatu teritori dengan batas yang jelas dan memiliki pemerintahan sendiri. Berdasarkan hasil Konvensi Montevideo tentang Hak dan Kewajiban Negara tahun 1933,disebutkan syarat berdirinya sebuah negara berdaulat sebagai berikut:
Syarat terbentuknya negara berdaulat
Memiliki populasi rakyat permanen Memiliki teritori/wilayah yang jelas Memiliki pemerintahan
Memiliki kapasitas untuk menjalin hubungan dengan negara lain
} }
Syarat de facto, bersifat mutlak dan wajib dipenuhi. Syarat de jure, baru bisa dipenuhi setelah syarat de facto terpenuhi.
Per 17 Agustus 1945, sudahkah Indonesia memenuhi semua syarat de facto pendirian sebuah negara berdaulat? Jika sudah, berikan buktinya. Jika belum, tunjukan syarat mana yang belum terpenuhi. Jawaban: ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………................................................................ ........................................................................................................................................................................
B. MARI MENYIMAK Saksikan dan perhatikanlah interaksi para tokoh dalam video sosio-drama yang diputarkan guru Anda: Pada paruh pertama video, akan disajikan potongan drama rapat Panitia Sembilan BPUPKI pada 22 Juni 1945 untuk menyegarkan ingatan Anda tentang apa saja yang sudah dipersiapkan para Bapak Pendiri Bangsa sebelum proklamasi 17 Agustus 1945. Pada paruh kedua video, Anda akan menyaksikan rapat PPKI 18 Agustus 1945 ketika para Bapak Pendiri Bangsa melakukan pembahasan terakhir sebelum mengesahkan Pembukaan UUD 1945. C. REFLEKSI Tuliskanlah kesan Anda terhadap proses rapat yang ditampilkan dalam video tersebut. Anda bisa menuliskan hal-hal yang menurut Anda menarik, hal yang tidak Anda mengerti, kesan terhadap kejadian atau interaksi antar tokoh dalam video, dan sebagainya. Kesan saya setelah menyaksikan video rapat PPKI adalah ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………...….
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Menurut saya, hal atau sikap yang bisa saya teladani dari para Bapak Pendiri Bangsa berdasarkan video yang telah saya saksikan adalah ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………...
D. DISKUSIKANLAH... Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dalam kelompok beranggotakan 3-4 orang : 1. Bagaimana situasi yang melatarbelakangi pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? 2. Bagaimana kronologi pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? 3. Bagaimana dampak dari proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia ? 4. Nilai-nilai luhur kehidupan apa saja yang telah ditunjukkan para Bapak Pendiri Bangsa selama proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia? Jelaskan dalam situasi atau peristiwa apa saja nilai-nilai luhur tersebut ditunjukkan! (minimal 2 nilai luhur) Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, Anda bisa membaca dan memahami materi yang sudah dimuat dalam modul ini. Anda juga bisa mencari jawabannya dari sumber-sumber lain, dengan tetap mempertimbangkan reliabilitas dan kredibilitas sumber yang Anda gunakan. Petunjuk pengerjaan laporan diskusi dan presentasi PETUNJUK PEMBUATAN LAPORAN DISKUSI
1. Tiap kelompok wajib membuat satu laporan hasil diskusi. 2. Aspek yang akan dinilai adalah kesesuaian format, tata bahasa, sumber, serta konten/jawaban hasil diskusi 3. Laporan diskusi dibuat dengan format sebagai berikut: Judul disertai nama anggota kelompok dan nomor absen Pendahuluan: berisi latar belakang pembuatan laporan dan rumusan permasalahan yang dibahas dalam laporan (pertanyaan diskusi) Isi: berisi penjabaran jawaban dari permasalahan/pertanyaan yang didiskusikan Penutup: berisi kesimpulan dari hasil diskusi Daftar pustaka: berisi daftar rujukan sumber yang digunakan untuk dalam diskusi PETUNJUK PEMBUATAN SLIDE PRESENTASI
1. Slide presentasi wajib dibuat hanya oleh kelompok yang memperoleh giliran presentasi. 2. Aspek yang akan dinilai dari slide presentasi adalah format, tata bahasa, serta tampilan slide presentasi (tampilan teks dan media pendukung seperti gambar, tabel, peta, dan sebagainya). 3. Slide presentasi dibuat dengan format sebagai berikut: Judul disertai nama anggota kelompok dan nomor absen Pendahuluan: berisi poin inti latar belakang pembuatan laporan dan rumusan permasalahan yang dibahas dalam laporan (pertanyaan diskusi) Isi: berisi poin inti jawaban dari permasalahan/pertanyaan yang didiskusikan Penutup: berisi poin inti kesimpulan dari hasil diskusi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN DAN KELENGKAPAN NEGARA PERTAMA REPUBLIK INDONESIA 1. Rapat PPKI 18 Agustus 1945 Meski telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia dalam praktiknya belum memiliki pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyelenggarakan rapat pertamanya pada 18 Agustus 1945 di Gedung Kesenian Jakarta untuk mengesahkan pemerintahan dan undang-undang dasar yang akan mengatur segala aspek hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Perubahan rumusan dan pengesahan rancangan UUD 1945 Sebelum rapat ini dimulai, Muh. Hatta sempat mengajak beberapa anggota PPKI yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku Hasan untuk mendiskusikan rancangan pembukaan UUD 1945 yang telah disusun oleh BPUPKI, terutama pada bagian kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Muh. Hatta mengadakan pertemuan pendahuluan ini karena pada malam sebelumnya, Muh. Hatta bertemu dengan seorang opsir Angkatan Laut Jepang yang menginformasikan bahwa wakil-wakil warga Protestan dan Katolik di wilayah Indonesia Timur keberatan dengan rumusan tersebut dan merasa bahwa rumusan kalimat tersebut hanya mengikat warga yang beragama Islam. Jika rumusan yang demikian tetap tercantum dalam UUD, hal tersebut akan dianggap sebagai suatu bentuk diskriminasi dan warga non-Muslim lebih memilih untuk berdiri di luar Republik Indonesia.
Gambar 1: Suasana rapat PPKI 18 Agustus 1945
Dalam musyawarah bersama beberapa perwakilan PPKI ini, disepakati bahwa semangat Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI tidak akan hilang bila rumusan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti dengan “Ketuhanan yang mahaesa”. Perubahan ini disepakati oleh kelima anggota yang bermusyawarah, untuk kemudian disampaikan dalam rapat PPKI dan disetujui secara bulat oleh anggota lengkap PPKI.
Catatan:
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pemilihan presiden dan wakil presiden Selain membahas UUD 1945, rapat PPKI pertama juga memilih presiden dan wakil presiden pertama RI. Salah satu peserta rapat, Otto Iskandardinata mengusulkan Soekarno sebagai presiden dan Muh. Hatta sebagai wakil presiden. Usulan Otto Iskandardinata ini disambut positif oleh seluruh peserta PPKI, sehingga akhirnya Soekarno dan Hatta dipilih sebagai presiden dan wakil presiden secara aklamasi. 2. Rapat PPKI 19 Agustus 1945 Pembentukan kabinet dan pembagian wilayah RI Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI kembali mengadakan rapat untuk membahas kelengkapan pemerintahan RI. Dalam sidang ini, anggota PPKI membicarakan soal struktur pemerintahan dan pembagian wilayah RI. Dari rapat kedua ini, disepakati bahwa kabinet pertama RI kan terdiri dari 12 departemen (kementerian) dan wilayah RI akan dibagi menjadi delapan provinsi. Adapun susunan pemerintahan pertama RI adalah sebagai berikut: Kabinet terdiri atas 12 menteri departemen dan 5 menteri negara: Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo Menteri Keuangan : Dr. Samsi Sastrowidagdo (per 26 September 1945 digantikan A.A. Maramis) Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Soepomo Menteri Kemakmuran : Ir. R.P. Surachman Menteri Keamanan Rakyat: Soeprijadi Menteri Pertahanan : belum diangkat Menteri Kesehatan : dr. Boentaran Martoatmodjo Menteri Pengajaran : Ki Hadjar Dewantara Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifuddin Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri Menteri Perhubungan : R. Abiskoesno Tjokrosoejoso Menteri Menteri Menteri Menteri Menteri
Negara Negara Negara Negara Negara
: K.H. Wahid Hasyim : Dr. M. Amir : Mr. R.M. Sartono : Otto Iskandardinata : Mr. A.A. Maramis
Gambar 2: Kabinet pertama Republik Indonesia
Catatan:
76
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Selain menteri, ditunjuk pula beberapa pejabat tinggi negara: Ketua Mahkamah Agung: Mr. Dr. Kusuma Atmadja Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja Sekretaris Negara : Mr. Gafar Pringgodigdo Juru Bicara Negara : R. Soekarjo Wirjopranoto
Catatan:
Sementara itu, pembagian wilayah RI dan gubernur pertamanya sebagai berikut: Provinsi Sumatra : Mr. Teuku Mohammad Hassan Provinsi Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo Provinsi Jawa Tengah : R. Pandji Soeroso Provinsi Jawa Timur : R.M. Soerjo Provinsi Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja Provinsi Maluku : Mr. J. Latuharhary Provinsi Sulawesi : Dr. G.S.S.J. Ratulangie Provinsi Kalimantan : Ir. Pangeran Mohammad Noor Indonesia memenuhi syarat pembentukan negara Dengan terbentuknya kabinet pemerintahan dan pembagian wilayah , maka Indonesia sudah memenuhi syarat pembentukan negara yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Dengan terpenuhinya syarat-syarat tersebut, maka Indonesia sudah bisa mulai bisa menjalankan fungsi sebagai negara dan berusaha memenuhi syarat de jure pendirian negara, yaitu pengakuan dari negara lain. Masa lima tahun pertama kemerdekaan Indonesia juga merupakan masa yang menentukan dalam perjuangan penegakan kemerdekaan Indonesia, yang turut menentukan karakter dari kebijakan politik luar negeri Indonesia. Pada lima tahun pertama ini, Kementerian Luar Negeri Indonesia memiliki tugas antara lain untuk mengusahakan simpati dan dukungan masyarakat internasional, menggalang solidaritas temanteman di segala bidang dan dengan berbagai macam upaya memperoleh dukungan dan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia. KESULTANAN YOGYAKARTA BERGABUNG DENGAN REPUBLIK INDONESIA Di Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono IX selaku Sultan Yogyakarta mengeluarkan sebuah pernyataan yang berbunyi sebagai berikut: 1. Bahwa Negeri Ngayogyakarto hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia. 2. Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat mulai saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya. 3. Bahwa perhubungan antara Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggungjawab atas Negeri kami langsung Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Presiden Republik Indonesia. Kami memerintahkan supaya segenap penduduk dalam negeri Ngayogyakarto Hadiningrat mengindahkan amanat kami ini. Nyayogyakarto Hadiningrat, 28 Puasa, Ehe, 1876 (5 September 1945) HAMENGKUBUWONO IX
77
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Rapat PPKI 22 Agustus 1945
Pada 22 Agustus 1945, PPKI kembali mengadakan rapat. Rapat ini menghasilkan 3 keputusan, yaitu: Pembentukan Komite Nasional Indonesia dari tingkat pusat hingga daerah Pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI) Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) 3.1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Komite nasional Indonesia (KNI) dibentuk sebagai upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kemerdekaan yang berdasarkan kedaulatan rakyat. KNI terdiri atas Komite Nasional Indonesia Pusat yang berada di Jakarta serta KNI lokal di setiap provinsi di Indonesia, dengan tugas utama membantu presiden dalam menjalankan pemerintahan. KNIP diresmikan dan dilantik anggotanya pada 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta. Dalam sidang pertamanya, KNIP membentuk struktur kepemimpinan sebagai berikut: Ketua : Mr. Kasman Singodimejo Wakil Ketua I : Sutardjo Kartohadikusumo Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary Wakil Ketua III: Adam Malik
Gambar 3: Presiden Soekarno menyampaikan amanat dalam pelantikan anggota KNIP di Gedung Kesenian Jakarta, 29 Agustus 1945
KNIP Menjadi Badan Legislatif Sementara Dalam perkembangannya, muncul ketidakpuasan terhadap sistem kabinet presidensial dari golongan pemuda pimpinan Sutan Sjahrir. Golongan ini kemudian mendorong anggota KNIP lainnya untuk mengajukan petisi kepada Soekarno dan Hatta, yang berisi tuntutan pemberian status Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) kepada KNIP. KNIP kemudian menyelenggarakan rapat pleno pada 16 Oktober 1945, yang kemudian mendesak Hatta untuk mengeluarkan Maklumat no. X Tahun 1945 pada tanggal yang sama. Maklumat no. X tahun 1945 yang dikeluarkan pada 16 Oktober ini berisi ketetapan bahwa sebelum terbentuknya MPR dan DPR, kekuasaan legislatif berada di tangan KNIP. KNIP juga turut menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pelaksanaan tugas harian KNIP akan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP), yang akhirnya dibentuk dan dipimpin oleh Sutan Sjahrir sebagai ketua dan Amir Syarifuddin sebagai wakil.
Catatan:
78
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 BP-KNIP kemudian mengeluarkan Pengumuman No. 5 Tanggal 11 November 1945 yang berisi peralihan pertanggungjawaban para menteri, dari awalnya kepada presiden menjadi kepada BP-KNIP. Presiden Soekarno kemudian menyetujui dan menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945. Dampak dari maklumat ini adalah sistem kabinet presidensial berganti menjadi sistem kabinet parlementer. BP-KNIP lalu mencalonkan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri, diikuti dengan jatuhnya kabinet presidensial Soekarno-Hatta dan digantikan dengan kabinet parlementer dengan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri. Gambar 4: Suasana rapat Badan Pekerja KNIP pada Oktober 1945. 3.2. Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada rapat tanggal 22 Agustus 1945, PPKI menyetujui pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan pada tanggal pada 29 Agustus 1945 diumumkan pengurus lengkapnya yaitu Ir. Soekarno (Pemimpin Besar Pertama), Drs. Moh. Hatta (Pemimpin Besar Kedua), Mr. Gatot Tarunamihardja (Pemimpin Umum atau Ketua Partai), Abikusno Tjokrosoejoso (Ketua Umum Seksi Politik), dan dr. Moewardi (Ketua Seksi Organisasi). Penolakan PNI sebagai partai tunggal Pembentukan PNI sebagai partai tunggal di Indonesia mengundang reaksi penolakan dari banyak pihak. Penolakan paling keras berasal dari Sutan Sjahrir dan kelompoknya dengan alasan: pembentukan PNI sebagai partai tunggal bertentangan dengan paham demokrasi dan identik dengan paham fasis yang sifatnya otoriter. sebagian besar anggota PNI merupakan bekas anggota organisasi Jawa Hokokai bentukan Jepang, sehingga diperkirakan pihak asing seperti Sekutu akan menganggap PNI sebagai organisasi buatan Jepang. Kesalahpahaman seperti ini bisa merugikan posisi Indonesia sebagai negara baru yang membutuhkan dukungan internasional. Karena besarnya reaksi penolakan, pada 1 September 1945 pembentukan PNI dibatalkan dan gagasan satu partai ini tidak pernah dibahas kembali. RI menganut sistem multipartai Pada akhir Oktober 1945, Soekarno, Hatta, beserta beberapa tokoh nasional memutuskan untuk mendukung usulan Sjahrir selaku ketua BPKNIP untuk membuat sistem multipartai di Indonesia. Pemerintah kemudian mengeluarkan Maklumat Pemerintah yang ditandatangi wakil presiden pada 3 November 1945. Dikeluarkannya maklumat ini juga bertujuan untuk menunjukkan kepada pihak asing,
Catatan:
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
terutama Sekutu, bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, bukan negara boneka Jepang yang menganut fasisme. Adapun isi maklumat ini adalah: 1. Pemerintah menghendaki timbulnya partai-partai politik karena untuk memimpin segala aliran yang ada dalam masyarakat ke jalan yang teratur. 2. Pemerintah berharap supaya partai-partai politik telah tersusun sebelum dilangsungkan pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat pada bulan Januari 1946. 3.3. Pembentukan Angkatan Bersenjata
BKR sebagai badan semimiliter Pemerintah menyepakati pembentukan lembaga yang bertugas menjaga kemanana rakyat, yang kemudian diberi nama Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 22 Agustus 1945. BKR dibentuk sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), yaitu organisasi yang berujuan memelihara keselamatan masyarakat dan merawat para korban perang. Dengan demikian, BKR bukan angkatan bersenjata atau badan militer, melainkan hanya semimiliter. Pertimbangan Pemerintah terkait status BKR ini karena Pemerintah berpendapat bahwa pembentukan tentara nasional di tengah kondisi Indonesia yang masih belum menentu justru berisiko mengundang serangan dari tentara Sekutu dan Jepang, dan jika hal tersebut sampai terjadi diperkirakan kekuatan nasional belum akan mampu menghadapi serangan tersebut. Keputusan pemerintah membentuk BKR hanya sebagai badan semimiliter kemudian menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pemuda yang menginginkan dibentuknya organisasi tentara nasional. Sebagai respons , para pemuda kemudian membentuk badan-badan perjuangan mandiri seperti Komite van Aksi yang bermarkas di Jalan menteng 31 Jakarta, Barisan Banteng, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Pemuda Indonesia Maluku (PIM), Hizbullah, Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), Tentara Pelajar (TP), Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), serta berbagai badan perjuangan di berbagai wilayah Indonesia. BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Situasi yang semakin genting akibat kedatangan tentara Sekutu untuk melucuti sisa-sisa kekuatan Jepang di Indonesia akhirnya mendorong Pemerintah untuk mengeluarkan maklumat pada 5 Oktober 1945 yang berisikan peningkatan fungsi BKR menjadi angkatan militer dengan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Wapres Muh. Hatta kemudian memanggil mantan perwira KNIL, Mayor Oerip Soemohardjo untuk menyusun organisasi ketentaraan ini. Mantan perwira PETA, Suprijadi, diangkat Pemerintah menjadi Menteri Keamanan Rakyat dan Oerip Soemohardjo diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR. Sampai dengan 20 Oktober 1945 Suprijadi masih belum hadir untuk memenuhi tugasnya sebagai menteri, sehingga akhirnya jabatan Menteri Keamanan Rakyat ad interim diisi oleh Moh. Suljoadikusumo. Situasi yang semakin genting kemudian mendorong diadakannya konferensi TKR di Yogyakarta pada 12 November 1945.
Oerip Soemohardjo (1893-1948) adalah seorang jenderal (anumerta) dan kepala staf umum Tentara Nasional Indonesia pertama. Karier militernya dimulai dengan menjadi letnan dua di KNIL pada era penjajahan Belanda. Setelah Indonesia merdeka dan BKR kemudian diubah menjadi TKR, Oerip ditetapkan sebagai kepala staf umum pada 20 Oktober 1945. Oerip juga menjadi sosok yang mengusulkan agar Markas Tertinggi TKR yang awalnya direncanakan di Purwokerto dipindahkan ke Yogyakarta, yang kini sudah menjadi Museum Dharma Wiratama di Jalan Jenderal Sudirman no. 75, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dalam konferensi ini, Kolonel Soedirman selaku Panglima Divisi V/Banyumas terpilih sebagai Pimpinan Tertinggi TKR. TKR kemudian mengalami dua kali perubahan nama, yaitu menjadi Tentara Keselamatan Rakyat menurut Penetapan Pemerintah tanggal 1 Januari 1946 dan berubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) berdasarkan Maklumat pemerintah 24 Januari 1946. TRI sendiri terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut Republik Indonesia, dan Angkatan Udara Republik Indonesia.
Kronologi Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara Pertama RI
18 Agustus 1945 Rapat PPKI 1: - Pengesahan UUD 1945 - Pemilihan presiden dan wapres
19 Agustus 1945 Rapat PPKI 2: - Pembentukan kabinet - Pembagian wilayah RI
22 Agustus 1945 Rapat PPKI 3: - Keputusan pembentukan KNIP, PNI, dan BKR
5 Oktober 1945 BKR (semimiliter) diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (militer)
1 September 1945 - PNI sebagai partai tunggal dibatalkan
29 Agustus 1945 - Peresmian KNIP - Peresmian PNI
Maklumat 16 Oktober 1945 - KNIP menjadi badan legislatif sementara
Maklumat 3 November 1945 - RI menganut sistem multipartai
81
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
EVALUASI
Evaluasilah kinerja teman sekelompok Anda dalam proses diskusi kelompok. Berilah tanda centang () pada kolom yang Anda rasa sesuai. Evaluasi Diskusi Kelompok Nama teman anggota kelompok dan nomor absen
Keaktifan menyumbangkan ide selama diskusi 1
2
3
4
5
Kemauan untuk berkompromi atau menerima masukan lain dari teman
Kontribusi dalam proses penyu-sunan laporan diskusi
1
1
2
3
4
5
2
3
4
Total Skor
Skor akhir = (Total skor x 20) 3
5
Acuan: 1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = netral/biasa saja; 4 = baik; 5 = sangat baik
Evaluasi Kinerja Diri No
Pernyataan
1.
Saya memahami isi video sosiodrama rapat PPKI dengan baik. Saya mampu mendeskripsikan kesan yang saya peroleh setelah menonton video. Saya memahami panduan diskusi yang diberikan. Saya memahami isi teks materi yang disajikan. Saya terlibat secara aktif dalam proses diskusi kelompok. Saya dapat menyimpulkan nilai-nilai atau teladan hidup dari rangkaian peristiwa dan interaksi para Bapak Bangsa dalam proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama Indonesia.
2. 3. 4. 5. 6.
Sangat sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak sesuai
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERTEMUAN 2 (2 X 45 menit )
KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Konteks: Apersepsi, mengulas kembali materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya B. Pengalaman: Siswa melakukan presentasi dan tanya jawab C. Refleksi: Siswa mengerjakan esai refleksi personal D. Aksi: Siswa merencanakan pembuatan majalah dinding klasikal E. Evaluasi: Siswa mengerjakan evaluasi akhir bab, mengisi evaluasi presentasi dan evaluasi kinerja diri.
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
A. APERSEPSI
Masih ingatkah Anda: Apakah Indonesia sudah memenuhi syarat sebuah negara pada 17 Agustus 1945? Apa alasannya? Perubahan apa yang terjadi pada rumusan UUD 1945, yang disepakati dalam rapat PPKI 18 Agustus 1945? Jawaban: ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……................................................................................................................................................................
B. MARI MENYIMAK 1. Saksikan dan perhatikan presentasi dari kelompok presenter dengan seksama. Catatlah hal-hal yang Anda rasa penting, misalnya informasi yang belum ada dalam laporan diskusi kelompok Anda, informasi yang berbeda dengan yang Anda peroleh, informasi yang belum jelas atau ingin Anda klarifikasi, dan sebagainya. 2. Secara berkelompok, evaluasilah penampilan kelompok presenter dengan mengisi tabel evaluasi sesuai format yang diberikan pada bagian evaluasi halaman 21. 3. Setelah menyaksikan presentasi, silakan ajukan pertanyaan kepada kelompok presenter. Pertanyaan dapat berupa informasi yang belum jelas, informasi yang ingin Anda klarifikasi, informasi yang ingin Anda tambahkan atau lengkapkan pada materi yang sudah disajikan, dan sebagainya. C. REFLEKSI Berikut ini tersaji dua contoh kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia. Bacalah dengan seksama, buatlah refleksi pribadi berdasarkan panduan yang sudah disediakan. Anda bisa mencari tahu lebih banyak untuk memperdalam pemahaman terkait contoh kasus secara pribadi dan bisa bertanya kepada guru apabila ada hal yang kurang Anda pahami dari contoh maupun panduan refleksi. Contoh Kasus 1
Pengikut Syiah Ditekan Tinggalkan Keyakinannya Rabu, 7 November 2012 | 18:07 WIB SURABAYA, KOMPAS.com - Selain diberhentikan pasokan bantuan makanan dan minumannya, ternyata komunitas Syiah yang mengungsi di GOR Kabupaten Sampang juga mengalami tekanan dalam bentuk lain. Yakni berupa tekanan untuk pindah keyakinan dan meninggalkan Syiah. Hasil laporan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya menyebutkan, 9 orang diantaranya adalah kepala keluarga yang mewakili keluarganya, telah didesak untuk membuat surat pernyataan keluar dari Syiah. Dalam surat pernyataan itu, diketahui dan disaksikan oleh sejumlah pejabat dan tokoh agama setempat seperti Polres Sampang, Kemenag Sampang, Bakesbang Pol, Sat Brimob Polda Jatim, dan camat setempat. "Kami
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI juga mendapatkan laporan bahwa surat pernyataan tersebut dibuat oleh warga Syiah karena mereka merasa terancam, bahwa apabila mereka tidak keluar dari keyakinan agamanya, maka rumah mereka juga akan dibakar seperti dalam peristiwa pada 26 Agustus lalu," kata Koordinator Badan Pekerja, KontraS Surabaya, Andy Irfan, Rabu (7/11/2012). Upaya-upaya itu, kata Andy, jelas melanggar Pasal 28 E dan 28 I UUD 1945 Amandemen Kedua dan Pasal 22 UU No. 39 tahun 2009 tentang HAM. Secara khusus, bagi petugas kepolisian yang terlibat mendukung upaya mengeluarkan pengikut Syiah dari keyakinannya, maka hal tersebut melanggar ketentuan pasal 5 ayat (2) Perkap Polri No. 8/2009, tentang Implementasi Prinsip dan Standar HAM dalam Pemelanggaraan Tugas Kepolisian Negara RI. Karena itu, pihaknya mendesak pemerintah melakukan sosialisasi efektif dan meluas kepada seluruh masyarakat di Sampang agar menghormati hak-hak kelompok minoritas Syiah, tidak tunduk kepada desakan tokoh agama yang menyerukan syiar kebencian terhadap komunitas Syiah. "Kami juga meminta pemerintah menghentikan segala aktivitas individu atau kelompok yang mengancam dan mengintimidasi warga Syiah di Sampang, termasuk dalam hal ini aktivitas beberapa tokoh agama yang mendesak agar warga Syiah keluar dari keyakinannya," tutupnya.
Contoh Kasus 2
Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Diserang Gerombolan Berjubah Jumat, 30 Mei 2014 | 03:17 WIB
Beberapa motor yang terparkir di depan rumah yang dirusak gerombolan orang
Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Julius Felicianus diserang dan dirusak oleh sekelompok orang, Kamis (29/5/2014) malam. Penyerangan terjadi ketika rumah tersebut dipakai untuk ibadat doa rosario. "Anak saya telepon kalau rumah diserang. Lalu saya bersama tiga teman langsung meluncur ke rumah," ujar Julius di rumahnya, Kamis malam. Rumah ini berlokasi di kompleks perumahan STIE YKPN Nomor 07 Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Julius bertutur, saat penyerangan terjadi, dia masih berada di kantor Galang Press. Di kantornya sedang berlangsung doa bersama umat beragama. Dia menerima telepon dari anaknya perihal penyerangan itu pada pukul 21.00 WIB.
85
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Begitu tahu ada Julius di situ, sekelompok orang tersebut langsung memukuli dia, bahkan menjatuhkan pot bunga ke kepalanya. "Mereka juga memukul bahu saya dengan besi," kata dia. Menurut Julius, pemukulan juga terjadi terhadap para peserta kegiatan doa di rumahnya. "Ibuibu juga ada yang dipukuli. Total ada 7 korban, salah satunya wartawan," kata dia. Soal alasan penyerangan, Julius mengaku tak bisa memperkirakannya. Dia merasa tak punya masalah dengan siapa pun. Menurut dia, selama ini warga di sekitar rumahnya juga tak mempermasalahkan kegiatan doa bersama di rumahnya. "Tidak tahu apa alasannya, tetapi saya mengenali beberapa pelaku penyerangan," kata Julius. Saat ini, kasus tersebut sudah ditangani kepolisian. Para saksi sudah dimintai keterangan.
Panduan Refleksi Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebagai panduan Anda menulis refleksi pribadi. Anda tidak perlu menulis kembali nomor pertanyaan, cukup tuliskan jawaban dari masing-masing pertanyaan dalam alinea/paragraf yang berbeda. 1. Menurut Anda, apakah terjadinya peristiwa Sampang dan penyerangan rumah warga di Sleman sesuai dengan semangat yang diperjuangkan para Bapak Pendiri Bangsa dahulu? Berikan alasan atas jawaban Anda. (alinea 1) 2. Menurut Anda, nilai-nilai atau sikap apa saja yang bisa dicontoh dari para Bapak Pendiri Bangsa oleh rakyat Indonesia saat ini untuk mengatasi terjadinya berbagai konflik berlatar SARA yang marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini? Berikan 2 contoh nilai atau sikap serta jelaskan bagaimana tiap nilai atau sikap tersebut bisa diterapkan sebagai solusi konflik. (alinea 2 dan 3) 3. Sebagai generasi muda, tindakan nyata apa yang telah Anda lakukan atau bisa Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih rukun di tengah keberagaman warga Indonesia? Jelaskanlah dua contoh tindakan nyata tersebut. (alinea 4 dan 5) D. DISKUSIKANLAH... Dengan dipimpin ketua kelas, diskusikanlah penyajian tulisan hasil refleksi Anda bersama temanteman sekelas dalam bentuk majalah dinding. Bahaslah konsep apa yang ingin diwujudkan, pembagian tugas dalam proses pembuatan, bahan yang dibutuhkan, waktu pembuatan, dan sebagainya. Adapun poin-poin penilaian dari majalah dinding ini adalah: 1. Format: - semua esai dalam satu kelas harus ditulis dalam format yang sama (tulis tangan atau ketik, jika diketik jenis dan ukuran font harus sama sesuai kesepakatan kelas) - tiap esai diberi nama dan nomor absen penulisnya 2. Kelengkapan: - mading harus memuat ulang kedua contoh kasus yang telah diberikan dalam modul ini sebagai acuan bagi pembaca untuk memahami konteks isi esai yang dimuat. - mading harus memuat esai karya seluruh siswa dalam satu kelas 3. Kreativitas: - tiap esai boleh memuat foto atau gambar yang relevan dengan isi esai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
- tiap esai harus merupakan tulisan original buah pemikiran masing-masing siswa - mading harus dihias atau diberi ornament yang menarik, dengan tetap memperhatikan kerapian, kebersihan, dan kemudahan membaca isi mading. 4. Ketepatan waktu: - mading harus sudah dipajang di kelas pada batas waktu yang telah ditentukan guru.
RANGKUMAN 1. Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa, namun belum bisa dikatakan sebagai sebuah negara karena belum memiliki pemerintahan yang berdaulat. 2. Indonesia membentuk pemerintahan dan kelengkapan pertama negara Indonesia melalui rapat PPKI dengan hasil: - 18 Agustus 1945 : Pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi RI serta pengangkatan Soekarno dan Muh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden RI - 19 Agustus 1945: Pembentukan kabinet pertama RI dan pembagian provinsi RI - 22 Agustus 1945: Pembentukan Komite Nasional Indonesia dari tingkat pusat hingga daerah, pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI), serta pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) 3. Pada rapat PPKI 18 Agustus 1945: - Sebuah komite kecil yang diprakarsai Muh. Hatta merumuskan kembali sila pertama Pancasil yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, dari “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan yang mahaesa” untuk mengakomodasi rakyat Indonesia yang nonmuslim. - Otto Iskandardinata memprakarsai pemilihan presiden dan wakil presiden secara aklamasi, yang disetujui oleh seluruh peserta rapat. Hasilnya Soekarno dan Muh. Hatta terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. 4. Dengan terbentuknya kabinet pertama RI, Indonesia sudah memenuhi syarat de facto sebagai sebuah negara sehingga bisa memulai jalan untuk memenuhi syarat de jure, yaitu mencari dukungan dan pengakuan dari negara lain. 5. Komite Nasional Indonesia awalnya dibentuk sebagai lembaga yang membantu presiden menjalankan pemerintahan. Namun setelah dikeluarkannya Maklumat no. X pada 16 Oktober 1945, KNI menjadi badan dengan kuasa legislatif. 6. Pada 29 Agustus 1945 Pemerintah mengumumkan pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai partai tunggal, yang kemudian memicu protes dari golongan Sjahrir karena dianggap bertentangan dengan paham demokrasi serta identik dengan paham fasis yang sifatnya otoriter, yang bisa mempengaruhi citra Indonesia sebagai negara baru di mata dunia internasional pasca Perang Dunia II. 7. Pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah yang ditandatangi wakil presiden pada 3 November 1945 yang menyatakan Indonesia sebagai negara yang menganut sistem multipartai. Dikeluarkannya maklumat ini juga bertujuan untuk menun-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
jukkan kepada pihak asing, terutama Sekutu, bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. 8. Pemerintah awalnya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai organisasi semimiliter yang bertugas menjaga kemanan rakyat. Meski demikian, situasi yang semakin genting akibat dimulainya kedatangan tentara Sekutu untuk melucuti sisa-sisa kekuatan Jepang di Indonesia akhirnya mendorong Pemerintah untuk mengeluarkan maklumat pada 5 Oktober 1945 yang berisikan peningkatan fungsi BKR menjadi angkatan militer dengan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). 9. Dari proses pembentukan pemerintahan dan kelengkapan negara pertama RI, para Bapak Pendiri Bangsa telah menunjukkan sikap-sikap yang patut menjadi teladan, antara lain toleransi, penuh inisiatif, kemauan berkompromi untuk mencapai mufakat, serta nasionalisme untuk meletakkan dasar yang kuat bagi Indonesia sebagai bangsa dan negara baru.
E. EVALUASI Evaluasi Akhir Bab Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa, namun Indonesia belum bisa disebut sebagai sebuah negara. Jelaskan alasan mengapa Indonesia saat itu belum bisa disebut sebagai sebuah negara! (Skor 3) 2. Pada 18 Agustus 1945, Moh. Hatta mengajak beberapa perwakilan PPKI untuk berdiskusi sebelum rapat dimulai. Apa latar belakang diskusi ini dan apa hasil dari pembahasan tersebut? (Skor 4) 3. Jelaskan latar belakang dikeluarkannya Maklumat 3 November 1945 tentang pembentukan partai politik di Indonesia! (skor 4) 4. Jelaskan latar belakang pertimbangan Pemerintah pada awalnya membentuk BKR sebagai organisasi semimiliter dan bagaimana reaksi golongan pemuda terhadap keputusan Pemerintah tersebut! (Skor 4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Evaluasi Presentasi
Berilah tanda centang () pada kolom yang Anda rasa sesuai No Aspek evaluasi 1 1. 2. 3. 4.
5.
Skor 2
3
4
Penguasaan materi oleh anggota kelompok presenter secara keseluruhan Tutur kata dan tata bahasa yang digunakan kelompok presenter Kesesuaian isi media presentasi (teks, gambar, tabel, grafik, dsb) dengan isi materi presentasi Tampilan media presentasi (mudah/sulitnya isi media dilihat atau dibaca, sesuai/tidaknya penempatan teks atau gambar, terlalu banyak teks/tidak, dsb) Cara kelompok presenter menanggapi pertanyaan, saran, atau tanggapan lainnya dari audiens Total skor Skor akhir (Total skor x 5)
Acuan: 1 = buruk; 2 = kurang; 3 = baik; 4 = sangat baik
Identitas anggota kelompok penilai (nama dan nomor absen) 1. 2. 3. 4.
Evaluasi Kinerja Diri Berilah tanda centang () pada kolom yang Anda rasa sesuai No . 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Pernyataan Presentasi yang disajikan kelompok presenter membantu saya memahami materi dengan lebih baik. Saya terlibat aktif dalam proses tanya jawab. Saya memahami panduan refleksi personal yang diberikan. Saya bisa mengerjakan esai refleksi personal saya dengan baik . Saya aktif terlibat dalam proses pembuatan majalah dinding kelas. Tugas refleksi pribadi membantu saya memahami hubungan nilai kehidupan dan teladan yang diberikan para Bapak Pendiri Bangsa dengan kehidupan saya di masa sekarang Saya bisa mengerjakan tes uraian akhir bab dengan baik secara mandiri.
Sangat sesuai
Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak sesuai
89
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
DAFTAR PUSTAKA
Faizal, Achmad. 2012. “Pengikut Syiah Ditekan Tinggalkan Keyakinannya”. Kompas.com. (diunduh dari http://regional.kompas.com/read/2012/11/07/1807205/Pengikut.Syiah.Ditekan. Tinggalkan. Keyakinannya., 9 September 2014) Hatta, Mohammad. 1978. Mohammad Hatta: Memoir. Jakarta: Tintamas. Kahin, George McTurnan. 1970. Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press. Kusuma, Wijaya. 2014. “Rumah Direktur Penerbitan Galang Press Diserang Gerombolan Berjubah”. Kompas.com. (diunduh dari http://regional.kompas.com/read/2014/05/30/0317081/ Rumah.Direktur.Penerbitan.Galang.Press.Diserang.Gerombolan.Berjubah, 9 September 2014) Mardikaningsih, Rini dan R. Sumaryanto. 2013. Sejarah untuk Kelas XII SMA dan MA Program IPS. Solo: Global. Ricklefs, H.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suwarno, P.J. 2003. Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Tim Penyusun. 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1950. Jakarta: Tira Pustaka. ________. 1933. Montevideo Convention on the Rights and Duties of States (diunduh dari https:// www.ilsa.org/jessup/jessup15/Montevideo%20Convention.pdf, 21 Juli 2014)
SUMBER VIDEO Teater Gamatua Keluarga Alumni UGM. 2012.Fragmen Sidang PPKI.Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
LAMPIRAN 3
INTISARI HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PENGAMPU MATA PELAJARAN SEJARAH
1. Metode mengajar yang biasa digunakan: - ceramah bervariasi, karena mata pelajaran sosial mau tidak mau tetap harus ada penjelasan supaya siswa mengerti. - presentasi kelompok, siswa diberi topik, buat powerpoint, presentasi dan saling tanya jawab, guru memoderatori, menarik kesimpulan bersama. 2. Bahan ajar: - guru biasa menyajikan dalam bentuk powerpoint, materi disadur dari berbagai buku paket di pasaran. - anak-anak memegang buku paket yang hanya bisa dipinjam dari perpustakaan selama jam pelajaran. - anak-anak biasa memperoleh tambahan bahan dari sumber lain yang dicari sendiri untuk membuat powerpoint, seperti dari internet. - guru pernah berinisiatif meminta anak-anak membeli LKS karena praktis dan murah, namun kurang efektif karena anak-anak malas membayar. 3. Penggunaan media: - powerpoint - film yang berkaitan dengan materi, diputar lalu dibahas bersama-sama - gambar 4. Tipe evaluasi: - ulangan harian berbentuk esai, supaya siswa masih bisa dapat poin walaupun jawaban kurang akurat - penilaian presentasi - tugas-tugas: membuat peta, mencari tambahan materi lewat internet, merangkum. 5. Penilaian: - kognitif dari ulangan dan tugas. - afektif: dari sikap, keaktifan, respon terhadap pelajaran 6. Tantangan mengajar di kelas XI IPS: - input siswa yang mayoritas secara kognitif agak kurang - perilaku siswa yang agak sulit, misalnya ramai, nakal, suka tidur. Diatasi dengan menegur, memberi pertanyaan, disuruh maju membahas topik pelajaran.(sanksi yang membangun) - anak-anak mudah bosan dan merasa materi kurang relevan (kadang-kadang anak sering kali mengatakan, “pak itu kan masa lalu kenapa kok dipelajari di masa-masa sekarang.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
Sedangkan yang masalah sekarang aja banyak kok pak, malah bapak mengajarkan masa lalu.”)
7. Potensi siswa kelas XI IPS: - anak-anak sosialnya tinggi, pintar berkomunikasi dan bergaul, solidaritas tinggi, kesetiakawanan tinggi. - pernah menang lomba grafiti/mural. 8. Harapan untuk KBM di kelas XI IPS: - interaksi guru dengan anak didik bisa baik - siswa bisa tertarik ke materi yang dipelajari sesuai kurikulum dan bisa memahami materi dengan baik.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 4
INTISARI HASIL KUESIONER KEBUTUHAN SISWA No. Konten materi belajar sejarah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Terdapat naskah/narasi peristiwa sejarah Materi disertai foto/gambar Info khusus biografi tokoh sejarah Materi menyisipkan info menarik tambahan/trivia Materi disertai bagan/peta konsep Materi disertai kronologi Terdapat rangkuman materi di akhir bab
Suka 26 33 32 22 33 31 31
Tidak suka 10 3 4 14 3 5 5
Jenis tulisan (font) Skema warna Tampilan kolom Times New Contoh Contoh Contoh 1 2 3 Calibri Tahoma Roman 1 2 3 kolom kolom kolom 7 13 16 6 16 14 21 11 4
Rangkuman deskripsi bahan ajar menarik menurut siswa: -
Materi disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami Dilengkapi media gambar atau film yang menarik Ada rangkuman materi yang jelas Dikemas dengan tampilan dan warna yang menarik supaya enak dibaca
93
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
LAMPIRAN 5 VIDEO SOSIODRAMA RAPAT PPKI 18 AGUSTUS 1945 (VIDEO TERLAMPIR DALAM CD)
Ringkasan hasil korespondensi dengan staf produksi video Fragmen Sidang PPKI Bapak Tri Kuntoro Priyambodo, 31 Maret 2015 Fragmen PPKI merupakan serial dari beberapa Fragmen yang dibuat Pusat Studi Pancasila UGM. Fragmen yang pertama kali dibuat adalah Sidang BPUPKI terkait dengan lahirnya Pancasila. Ide awalnya berasal dari Seksi Kesenian KAGAMA (didukung para alumni Teater Gadjah Mada) yang ingin menghadirkan fakta berdasarkan catatan sejarah lahirnya Pancasila. Pada awalnya memang Tim diminta oleh Panitia Kongres Pancasila (2011) untuk mementaskan proses lahirnya Pancasila. Naskah yang menjadi acuan pementasan kemudian diolah agar muncul struktur dramaturgi yang baik, ada konflik dan ada klimaksnya, yang kemudian tertuang dalam naskah dialog. Setelah pementasan yang pertama, ternyata respon audiens sangat positif, emosional, dan penuh kenangan,sampai beberapa tokoh yang hadir dalam Kongres mengatakan bahwa Kongres sudah selesai dan sudah ada kesimpulannya. Oleh karena itu kemudian ide tersebut disempurnakan sehingga menjadi sosio-drama dengan tujuan agar pengenalan dan penghayatan sejarah menjadi lebih mengena kalau setiap individu bisa terlibat dan memainkan peran salah satu tokoh sejarah tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Selanjutnya digaraplah fragmen Sidang PPKI untuk menggambarkan Proses lahirnya Undang-undang dasar, terutama Pembukaan UUD 1945 (asli). Fragmen lain juga menggarap penggalan sejarah Kebangkitan Nasional melalui terbentuknya organisasi Boedi Oetomo. Naskah atau skenario dikembangkan berdasarkan risalah sidang BPUPKI tulisan AB Kusuma (berjudul “Lahirnya Undang-undang Dasar 1945”) dan beberapa sumber yang ada, sehingga penyusunan skenario dan naskah dilakukan dengan melalui tahapan diskusi yang cukup panjang. Tokoh ahli yang diwawancarai dan terlibat dalam pembuatan naskah diantaranya adalah penulis naskah risalah sidang BPUPKI yaitu bapak AB Kusuma (Jakarta). Selain beliau ada tokoh dari UGM Prof. Dr. Sutaryo, yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Senat Akademik UGM serta aktif di Pusat Studi Pancasila UGM sebagai staff ahli.