PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN JUDUL
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS REMAJA TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS TEMATIK CERITA MIMPI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Clothilde Arum Jayatri Rejeki 119114080
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN JUDUL
PSYCHOLOGICAL NEEDS AND PSYCHOLOGICAL PRESSURES FOR VISUALLY IMPAIRED ADOLESCENT ACKNOWLEDGED BY USING THE THEMATIC ANALYSIS OF DREAM A Final Thesis Presented as Partial Fulfillment of The Requirements To Obtain Sarjana Psikologi Degree In Psychology Study Program
By: Clothilde Arum Jayatri Rejeki 119114080 PSYCHOLOGY STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF PSYCHOLOGY FACULTY OF PSYCHOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2015
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS REMAJA TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS TEMATIK CERITA MIMPI
Disusun oleh: Clothilde Arum Jayatri Rejeki 119114080
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Tjipto Susana, M.Si
Tanggal:
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS REMAJA TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS TEMATIK CERITA MIMPI Dipersiapkan dan disusun oleh: Nama
: Clothilde Arum Jayatri R.
NIM
: 119114080
Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 16 November 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji: Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Tjipto Susana M.Si
_____________
Sekretaris
: C. Siswa Widyatmoko M.Si
_____________
Anggota
: C. Wijoyo Adinugroho M.Psi
_____________
Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,
(Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si). M.Sc)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN Don’t let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith, and in purity. 1 Timothy 4 : 12
Tulisan ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus yang Maha Baik, Bapak, Mama, Ibu, Mbak Ayu, dan Mas Lian! How wonderful the Lord is putting the people we need in our life to shape us and mold us to be just the way we should be.
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Oktober 2015 Penulis,
Clothilde Arum Jayatri Rejeki
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
GAMBARAN KEBUTUHAN DAN TEKANAN PSIKOLOGIS REMAJA TUNANETRA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS TEMATIK CERITA MIMPI Clothide Arum Jayatri Rejeki ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra. Analisis penelitian ini menggunakan metode analisis tema yang dibuat oleh Murray dengan menggunakan cerita mimpi dengan tema tertentu. Analisis tematik cerita mimpi dipilih karena sesuai dengan pernyataan yang telah dikemukakan oleh Freud bahwa mimpi memiliki kemampuan untuk mengungkap gambaran mengenai kebutuhan dan kecemasan. Subjek berjumlah 3 orang yang berusia antara 16-18 tahun dengan kriteria tunanetra yang tinggal di asrama. Data yang dikumpulkan berupa cerita mimpi para penyandang tunanetra dengan tema-tema yang sudah ditentukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja penyandang tunanetra memiliki kebutuhan akan penerimaan, kebutuhan menyerang orang lain serta kebutuhan bebas untuk dirinya sendiri. Tekanan yang dimiliki oleh remaja penyandang tunanetra adalah perlakuan tidak baik, ketidakmampuan serta kesendirian. Berdasarkan pada dinamika yang dimiliki oleh remaja penyandang tunanetra, terlihat bahwa penyandang tunanetra cenderung memiliki anxious-ressistant attachment, self accusation, dan mengalami deprivasi emosi. Kata Kunci: kebutuhan, tekanan psikologis, mimpi, remaja penyandang tunanetra
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
PSYCHOLOGICAL NEEDS AND PSYCHOLOGICAL PRESSURES FOR VISUALLY IMPAIRED ADOLESCENT ACKNOWLEDGED BY USING THE THEMATIC ANALYSIS OF DREAM Clothilde Arum Jayatri Rejeki ABSTRACT
This study aims to find out the psychological needs of young people with visual impairment. Analysis of this study is using the thematic analysis made by Murray. Analysis is carried out on the dream story of the subject with the specific theme which is created by the researcher. Thematic analysis of the dream story is chosen because it is correspond with the statement that has been put forward by Freud that dreams are the expression of the needs and pressures. Subjects were 3 people aged between 16-18 years with the criteria of visually impaired adolescents who lives in dormitories. The data collected is in the form of a dream story of the visually impaired adolescent with the themes that have been determined by the researcher. The results showed that visually impaired adolescents have a need for acceptance, the need to attack others as well as the need to free him-self. Not treated well, incompetence and loneliness are the psychological pressures by these young people with visual impairment. Based on the dynamics that are owned by young people with visual impairments, it appears that visually impaired adolescent tend to have anxious-resistant attachment, selfaccusation, and experienced emotional deprivation. Key Words: Need, Press, Dream, Visually Impaired Adolescent.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Clothilde Arum Jayatri Rejeki
Nomor Mahasiswa
: 119114080
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Gambaran Kebutuhan Dan Tekanan Psikologis Remaja Tunanetra Menggunakan Metode Analisis Tematik Cerita Mimpi” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 3 Desember 2015 Yang menyatakan
(Clothilde Arum Jayatri Rejeki)
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kebutuhan dan Tekanan Psikologis Remaja Tunanetra Menggunakan Metode Analisis Tematik Cerita Mimpi”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana psikologi program studi S1 jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran penting berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati serta rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Pada proses penulisan tugas akhir ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang diberikan dari awal sampai akhir penulisan skripsi. 2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku pembimbing yang memberikan pengarahan serta solusi dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai. Terimakasih atas pertanyaan-pertanyaan yang membimbing saya untuk semakin mendalami secara lebih baik. 3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si atas bimbingannya serta diskusi
dalam melakukan analisis tematik dan pembahasan. Terimakasih atas masukan yang telah diberikan. 4. Ibu dan Bapak Wiyoto selaku Kepala Yayasan Yaketunis atas kesempatan, bimbingan, dan diskusinya selama pengambilan data.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. Bapak, Mama, Ibu, Mbak Ayu, dan Mas Lian yang telah mendukung penulis dalam segala hal serta memberikan motivasi. Terima kasih yang tak terhingga buat kalian. Love you! 6. Kekasih hati Aluisius Bachtiar Bayu S. , serta Ibu, Bapak, Mas Pungki, Zeta, dan Rere yang selalu menemani penulis dan memberikan dukungan selama penulisan ini. 7. Sahabat seperjuangan Silla, Hervy, Yoan, Netty, Jojo, Mbak Tirza, Clara, Suster Petra, Anita, Wila, Mandana, dan Bella. Dinamika selama penulisan skripsi ini tidak akan seru tanpa kalian guys!!! 8. Seluruh dosen di Jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berguna selama penulis duduk di bangku kuliah dan seluruh karyawan Jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma (Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gik), terima kasih atas pelayanan yang diberikan sehingga penulis dapat kuliah dengan nyaman dan pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 9. Seluruh teman Psikologi USD Angkatan 2011 (Jangan Panik, Mari Piknik) terimakasih teman, kalian memberikan warna selama perkuliahan ini. 10. Semua pihak, baik langsung maupun tidak, yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Saran dan kritik diharapkan untuk perbaikan-perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Yogyakarta, 10 Oktober 2015 Penulis
Clothilde Arum Jayatri R
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN .......................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv 1.
2.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
1.4
Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 12 2.1
Kebutuhan Psikologis ............................................................................. 12
2.1.1
Pemahaman tentang Kebutuhan Psikologis ........................................ 12
2.1.2
Hal-hal yang berkaitan dengan Kebutuhan Psikologis. ...................... 14
2.1.2.1
Motivasi .......................................................................................... 14
2.1.2.2
Motif................................................................................................ 15
2.1.2.3
Press ................................................................................................ 16
2.1.2.4
Interaksi Kebutuhan dan Tekanan : Tema ...................................... 17
2.1.3
Tipe-tipe Kebutuhan Psikologis ......................................................... 18
2.1.4 Review Literatur tentang Metode Asesmen Kebutuhan Psikologis Tunanetra........................................................................................................... 30 2.2 2.2.1
Remaja Tunanetra ................................................................................... 31 Pengertian Remaja Tuna Netra ........................................................... 31
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.2.2
Tunanetra dalam Tinjauan Mendetail ................................................. 32
2.2.3
Karateristik Tunanetra ........................................................................ 34
2.2.4
Review literatur tentang Remaja Tunanetra ....................................... 40
2.3
Analisis Cerita Mimpi ............................................................................ 41
2.3.1
Pemahaman Mimpi ............................................................................. 41
2.3.1.1 2.3.2 3.
4.
Hubungan Need dapat terlihat dari Mimpi ...................................... 42 Analisis Tematik ................................................................................. 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 51 3.1
Metode Penelitian ................................................................................... 51
3.2
Fokus Penelitian ..................................................................................... 51
3.3
Subjek Penelitian .................................................................................... 52
3.4
Metode Pengumpulan Data .................................................................... 54
3.5
Analisis Data .......................................................................................... 55
3.6
Validitas Penelitian................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 57 4.1
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 57
4.2
Hasil Penelitian....................................................................................... 58
4.2.1
Subjek I ............................................................................................... 58
4.2.2
Subjek II .............................................................................................. 69
4.2.3
Subjek III ............................................................................................ 79
4.2.4 Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek 1, 2 dan 3 ........................................................................................................... 90 4.2.5 5.
Pembahasan ........................................................................................ 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 99 5.1 5.2.1.
Kesimpulan ............................................................................................. 99 Saran ................................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 102 LAMPIRAN ........................................................................................................ 107
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar bagan motivasi....................................................................... 15 Gambar 2. Interaksi kebutuhan dan tekanan ......................................................... 17 Gambar 3. Diagram need dan press ...................................................................... 44 Gambar 4. Proses need menjadi mimpi................................................................. 46
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1 Jenis Kebutuhan ....................................................................................... 19 Tabel 2 Contoh dari analisis tematik :................................................................... 50 Tabel 3 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I .................. 62 Tabel 4 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek II................. 72 Tabel 5 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III ............... 83
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Individu yang mengalami tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang yang punya penglihatan yang baik. Berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatan, tunanetra terbagi atas dua macam yaitu buta dan low vision . Dikatakan buta jika individu sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar. Sementara individu yang low vision masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21 yang artinya berdasarkan tes hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang berpenglihatan normal dapat dibaca pada jarak 21 meter, atau jika hanya mampu membaca ’headline’ pada surat kabar (Somantri, 2007). Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2009 sekitar 314 juta jiwa di seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan dengan 45 juta jiwa mengalami kebutaan atau tunanetra (Zeeshan & Aslam, 2013). Berbagai penyakit yang menyebabkan tingginya angka kebutaan di Indonesia, antara lain katarak (0,78%), glukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), sedangkan sisanya akibat penyakit kornea (0,10%), retina (0,13%), dan kekurangan vitamin A (xeroftalmia). Berdasarkan hasil survei kesehatan tahun 2008, Indonesia memiliki prosentase kebutaan sebesar 0,9% dan termasuk negara yang memiliki angka 1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
kebutaan karena katarak terbesar se-Asia Tenggara (Anna, 2011). Berdasarkan komposisi difabilitas di Indonesia, individu yang mengalami tunanetra cukup banyak yaitu sebesar 15,9%. (Yogasari, 2013) Seorang tunanetra, dalam kondisinya yang khusus atau luar biasa dengan berbagai kesulitannya, sering menghadapi berbagai masalah karena hambatan dalam fungsi penglihatannya. Para penyandang tunanetra mengalami keterbatasan dalam keanekaragaman pengalaman, interaksi dengan lingkungan, serta dalam mobilitasnya, mereka semakin terhambat karena tidak tersedianya fasilitas yang memadahi (“Fasilitas minim”, 2015). Pada akhirnya perlakuan yang diterima anak tunanetra membentuk sikap tersendiri, menurut Sukini Pradopo (dalam Somantri, 2005) terdapat beberapa gambaran sifat anak tunanetra diantaranya ialah raguragu, rendah diri, dan curiga pada orang lain. Sedangkan Sommer (dalam Somantri, 2005) mengatakan bahwa anak tunanetra cenderung memiliki sifat-sifat takut yang berlebihan, menghindari kontak sosial, mempertahankan diri dan menyalahkan orang lain, serta tidak mengakui kecacatannya. Kesehatan dan fungsi fisik seseorang juga mempengaruhi dan membentuk kesejahteraan psikologis individu, sehingga tidak semua orang dapat menjadi sejahtera, terutama kaum minoritas (Schmitt & Branscombe dalam Lianawati, 2008) yang dalam hal ini adalah kaum penyandang tunanetra. Kesejahteraan psikologis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologis positif (positive psychological functioning). Hal ini dikemukakan oleh para ahli psikologi, Ryff (dalam Amawidyati & Utami, 2007).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
Para penyandang tunanetra menunjukkan penurunan kesejahteraan psikologis yang secara spesifik berkaitan dengan fungsi visualnya, misalnya dalam hal relasi sosialnya dan penerimaan dukungan sosial (Mclivane & Reinhardt, 2001; Pinquart & Pfeiffer, 2009). Selain itu, mereka cenderung mengalami stres lebih tinggi, tingkat kepuasan perkawinan yang lebih rendah, kesehatan mental dan kendali akan kesejahteraan psikologis yang menurun (Gardner & Harmon, 2002). Bahkan apabila dibandingkan dengan populasi normal, para penyandang tunanetra di usia awal cenderung memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dan kesejahteraan yang lebih rendah. Diungkapkan pada studi yang sama, pada populasi tunanetra di Eropa, terganggunya fungsi penglihatan membawa dampak negatif terbesar dalam menurunkan kesejahteraan individu (Carney, 2004; Linely & Joseph, 2005), Padahal, Mills (2010) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan indikator keseimbangan antara dampak negatif dan positif dari suatu kondisi yang dialami individu. Selain itu, kesejahteraan psikologis penting karena memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi akan mendukung kesehatan yang lebih baik, memperpanjang umur, meningkatkan usia harapan hidup, dan menggambarkan kualitas hidup dan fungsi individu (Diener dkk, 2009). Menurut Davis (dalam Kartikasari 2013), individu-individu yang mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat psychological well-being yang lebih tinggi. Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian, penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu yang didapat dari orang lain atau kelompok (Cobb, 1976; Gentry & Kobasa, 1984;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
Wallston, Alagna, DeVellis, & DeVellis, 1983; Wills, 1974, dalam Sarafino, 1990). Dukungan ini dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya pasangan keluarga, teman, rekan kerja, dokter, maupun organisasi sosial. Subjective well-being merupakan salah satu kajian dalam psikologi positif, dan pendekatan teori yang ada salah satunya menggunakan teori need and goal satisfaction (McGregor & Little, 1998). Penelitian Nayana (2013) menjelaskan bahwa kebutuhan remaja akan keberadaan dan perhatian orang tua dapat menjadi salah satu penentu kondisi well-being seorang anak. Kesejahteraan juga dapat dijelaskan dengan teori-teori klinis yang turut dijadikan dasar seperti teori Abraham Maslow mengenai aktualisasi diri, yang menjelaskan bahwa seorang akan mencapai aktualisasi diri ketika kebutuhannya telah terpenuhi secara optimal. (Alwisol, 2007) Penjelasan diatas menunjukan pengalaman dan kesejahteraan dari anakanak tunanetra ternyata berbeda dengan anak yang tumbuh normal pada umumnya. Fakta dalam kehidupan keseharian, kelompok tunanetra kurang mendapatkan perhatian dan seringkali terhambat pula dalam relasi sosialnya. Kecacatan fisik karena tidak dapat melihat menjadi kendala tersendiri bagi kelompok tunanetra untuk dapat berinteraksi dengan sesamanya. Sebagian besar dari orang tunanetra sudah tinggal di asrama sejak kecil dan hanya melakukan relasi dengan teman-teman di asrama, hal ini dapat menimbulkan keterhambatan dan kebutuhan afeksi dalam perkembangan anak. (Hurlock, 1980). Kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan psikologis, seperti tertekan (Murray dalam Hall & Lindzey, 1993). Selain itu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
Maslow (dalam Alwisol, 2007) juga mengungkapkan akibat dari kegagalan pemenuhan kebutuhan psikologis. Kegagalan memenuhi kebutuhan cinta menjadi sumber hampir semua bentuk psikopatologi, dan kegagalan memenuhi kebutuhan keamanan dapat mengakibatkan obssesive-compulsive. Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial, remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan psikologis, seperti tertekan (Murray dalam Hall & Lindzey, 1993). Selain itu, Maslow (dalam Alwisol, 2007) juga mengungkapkan akibat dari kegagalan pemenuhan kebutuhan psikologis. Kegagalan memenuhi kebutuhan cinta menjadi sumber hampir semua bentuk psikopatologi, dan kegagalan memenuhi kebutuhan keamanan dapat mengakibatkan obsesif-kompulsif. Erikson (dalam Alwisol, 2009) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa krisis. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja berusaha untuk menemukan indentitas dirinya. Kekacauan indentitas mungkin terjadi seperti terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina persahabatan yang akrab, dan lain sebagainya. Kekacauan identitas yang berlebih dapat mengakibatkan penyesuaian diri yang patologis dalam bentuk regresi ke perkembangan sebelumnya. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra. Alasan peneliti melihat kebutuhan psikologis sebagi aspek yang penting untuk diteliti karena pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
dasarnya setiap kebutuhan akan menuntut untuk dipenuhi. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2007), pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang terdorong untuk melakukan pemenuhan kebutuhan yang muncul. Pemenuhan kebutuhan ini akan membuat seseorang mendatangkan kondisi yang menenangkan maupun memuaskan. Begitu pula sebaliknya, kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi akan menimbulkan perasaan yang mengecewakan hingga kondisi menekan (Hall & Lindzey, 1993). Maka, kebutuhan-kebutuhan psikologis yang tidak dapat terpenuhi akan menimbulkan permasalahan-permasalahan psikologis, seperti cemas, depresi. Dalam melihat kebutuhan diketahui ada beberapa alat tes yang dapat menunjukan kebutuhan seseorang. Pada penelitian sebelumnya Herlina, Euis, dan Sitti (2008) mencari tentang profil kebutuhan psikologis mahasiswa tunanetra yang belajar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel penelitian berjumlah 10 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan tes psikologi yaitu tes EPPS. Alat tes psikologis seperti EPPS dianggap tidak sesuai sebagai alat ukur kebutuhan psikologis bagi remaja tunanetra, dimana EPPS belum memiliki alat tes braille untuk remaja tunanetra dan EPPS hanya mencakup 15 kebutuhan saja dan memungkinkan subjek untuk melakukan faking good. Gronlund (1997) menunjukkan bahwa ketika soal EPPS dibacakan secara lisan dalam pengerjaannya, hal ini akan menimbulkan gangguan dari suara atau pelavalan dari tester yang membacakan. Jika tidak membacakan dengan nada yang netral, maka hal ini akan menjadikan petunjuk bagi subjek dalam menjawab pertanyaannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
A. Reber dan Reber (2010) mengatakan bahwa cara paling efektif untuk melihat kebutuhan psikologis seseorang adalah dengan menggunakan alat tes projektif. Thematic Apperception Test (T.A.T). T.A.T merupakan salah satu tes projektif dengan metode analisis isi, dimana subjek diminta untuk menceritakan kejadian dalam kartu yang dirancang secara ambigu (Bellak & Abrams, 1997). Namun, pada kenyataannya TAT tidak dapat digunakan oleh anak tunanetra karena mereka tidak dapat melihat gambar kartu untuk mereka ceritakan gambaran kebutuhan mereka. Analisis Mimpi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melihat kebutuhan dan tekanan psikologis bagi remaja tunanetra dikarenakan analisis mimpi bersifat mengungkap ketidaksadaran seseorang dan dapat diterapkan oleh remaja tunanetra. Analisis mimpi dapat mengungkan kebutuhan dan tekanan seseorang, oleh karena itu analisis mimpi merupakan dasar pemikiran Murray dalam pembuatan tes projektif T.A.T (Bellak & Abrams, 1997). Penelitian sebelumnya menyebutkan fungsi mimpi seperti halnya psikoterapi yang dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Sebuah mimpi yang kita alami bisa menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan sesuatu dan juga mengetahui sesuatu yang akan terjadi (Weiss & Lillie, 1986). Ketika kita bermimpi maka kita seperti melakukan katarsis yang melibatkan rangkaian peristiwa beserta emosi yang muncul dalam mimpi tersebut, sehingga itu akan mengurangi tegangan dari dalam pikiran kita dan juga menjadi bahan refleksi dalam bertindak. (Blumer 1933; Denzin 1990)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
Mimpi merupakan salah satu dari aktivitas otak ketika kita sedang tertidur. Mimpi diciptakan oleh otak yang berfungsi untuk memikirkan kembali kejadian yang telah terlewat dan mengaturnya dalam ingatan kita. Saat kita tertidur, otak merefleksikan hal-hal yang kita ingat atau yang kita pikirkan disaat belum tidur dan membuatnya seperti film yang terlihat nyata disaat kita bermimpi. (Hunt, 1989). Tanpa kita sadari, mimpi selalu berhubungan dengan pengalaman seharihari kita. Mimpi yang muncul dalam cerita merupakan hasil konstruksi pikiran dan refleksi dari pengalaman yang kita alami. Goffman (dalam Freud, 1956) menyatakan bahwa mimpi terdiri dari konstruksi visual imagery yang melibatkan emosi dan perasaan seseorang. Sebuah mimpi adalah deretan pemikiran, citra, suara, dan emosi yang dialami pikiran saat tidur (Freud, 1956) Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa orang tunanetra dapat bermimpi, (Kirtley, 1975), ketika seseorang tidak dapat melihat dan hanya mengandalkan indera lain untuk menangkap rangsangan dan informasi sekitar, maka seseorang pasti lebih berusaha keras untuk dapat membangun sebuah rangkaian pengalaman. Bermimpi adalah pengalaman yang sangat visual untuk orang-orang yang melihat. Sekitar setengah dari semua mimpi tunanetra juga memiliki sensasi pendengaran, tapi dalam dua penelitian berskala besar kurang dari satu persen yang merasakan sensasi pembauan, penciuman, serta perabaan sensorik (Snyder, 1970; Zadra, Nielsen, & Donderi, 1998). Kerr (1993) menunjukkan bahwa sifat sangat visual dalam mimpi tunanetra. Studi peserta tunanetra yang tidur dalam laboratorium menggunakan awakenings selama periode REM untuk mengumpulkan laporan mimpi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
menunjukkan hasil serupa dengan kuesioner dan wawancara studi (Amadeo & Gomez, 1966; Berger, Olley, & Oswald, 1962; Kerr, Foulkes, & Schmidt, 1982 dalam Kerr, 1993). Substantif konten dalam laporan mimpi orang buta kurang mendapat perhatian daripada ada atau tidaknya citra visual. Dari beberapa jurnal yang ada, sebagian besar jurnal hanya menjelaskan mengenai konteks dalam mimpi tunanetra. Kurangnya penjelasan penelitian mengenai analisis konten mimpi bagi tunanetra untuk melihat kebutuhan dan tekanan yang muncul dalam ketidaksadaran menjadi perhatian tersendiri. Berdasarkan penjabaran teoritis yang ada peneliti ingin mengetahui dinamika kebutuhan siswa tunanetra. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif analisis tematik dengan cerita mimpi. Pengambilan data penelitian akan menggunakan metode wawancara terstruktur dan pengungkapan cerita mimpi dengan tema yang telah disusun oleh peneliti. Metodologi ini menitikberatkan pada analisis cerita mimpi dan intepretasi peneliti dalam mengungkapkan kebutuhan dan tekanan yang terkandung dalam cerita subjek. Intepretasi tersebut akan didukung pula dengan hasil wawancara dari significant other. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran kebutuhan dan tekanan psikologis yang dimiliki remaja penyandang tunanetra yang terungkap dalam cerita mimpi?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra dengan analisis tematik menggunakan cerita mimpi. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan dan pemahaman ilmu psikologi, terutama psikologi kepribadian dan psikologis perkembangan mengenai kebutuhan psikologis (need) dan tekanan (press) pada remaja penyandang tunanetra. 2. Manfaat Praktis a. Gambaran mengenai kebutuhan psikologis yang dimiliki oleh remaja penyandang tunanetra diharapkan dapat membantu para penyandang tunanetra untuk lebih memahami diri sendiri. b. Penelitian ini juga bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sekitar para penyandang tunanetra agar dapat lebih menyadari mengenai kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dimiliki para penyandang tunanetra sehingga dalam upaya melakukan pemenuhan kebutuhan psikologis dapat memberikan bantuan agar kebutuhan psikologis para penyandang tunanetra dapat terpenuhi secara maksimal.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kebutuhan Psikologis
2.1.1
Pemahaman tentang Kebutuhan Psikologis Menurut Murray (dalam Alwisol, 2009), pemahaman diri harus dilakukan
secara personal. Dalam prinsip ini, Murray sangat terpengaruh oleh Freud yang menekankan mengenai keunikan manusia secara individualitas. Murray melihat bahwa masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang semuanya memiliki pengaruh yang sama dalam menentukan perilaku individu dan perlu adanya pemahaman mengenai fungsi lainnya. Dalam “A need theory of personaliy” Murray menjelaskan bahwa disadari atau tidak, setiap perilaku manusia didasari oleh motivasi tertentu Ini merupakan asumsi dasar dari pandangan psikologi. Motivasi merupakan kekuatan dinamis, pemberi energi, dan pengarah perilaku manusia. Dalam pembahasan motivasi harus berbicara mengenai kebutuhankebutuhan. Teori Murray bersifat neurofisiologis, dalam arti kepribadian manusia dipahami dari akar fisiologisnya. Murray menjelaskan bahwa manusia memiliki tegangan dalam diri salah satunya dijelaskan dengan tidak tepenuhinya kebutuhan. Kebutuhan menurut Murray (dalam Alwisol, 2009 ; Hall & Lindzey, 1993) merupakan suatu konstruk pada bagian otak yang memiliki suatu kekuatan dan mengatur beberapa hal seperti persepsi, apersepsi, konasi dan mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan. Kebutuhan dapat langsung dibangkitkan melalui proses internal, tetapi lebih sering dibangkitkan oleh pengaruh 12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
lingkungan. Kebutuhan menunjukkan dirinya dengan mengarahkan individu untuk mendapatkan atau menghindari, mengarahkan perhatian dan merespon tekanantekanan tertentu. Setiap kebutuhan biasanya dibarengi oleh perasaan atau emosi tertentu yang khas dan memiliki cara tertentu untuk mengekspresikannya. Kebutuhan dapat bersifat lama atau sementara. Biasanya, kebutuhan bertahan lama dan memunculkan serangkaian perilaku yang mengubah situasi awal menjadi situasi yang menenangkan atau memuaskan individu tersebut. Adanya kebutuhan dapat disimpulkan dari: (1) hasil akhir dari tingkah laku, (2) pola-pola khusus dari tingkah laku, (3) perhatian dan respon yang terjadi terhadap kelompok stimuli tertentu, (4) ekspresi terhadap suasana emosi tertentu, (5) ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan pada hasil akhir,(6) ungkapan atau laporan subjektif mengenai perasaan, maksud dan tujuan (Alwisol, 2009 ; Hall & Lindzey, 1993). Kebutuhan-kebutuhan ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Hal ini dikarenakan tidak ada kebutuhan yang berdiri sendiri dan setiap kebutuhan memiliki kekuatan yang berbeda. Kebutuhan juga dapat dibedakan menurut kondisi kepentingannya atau keinginannya dengan yang mana ada kekuatan emosional dalam melakukan suatu tingkah laku, suatu karakteristik yang Murray sebut sebagai kebutuhan prepotency. Apabila, sebagai contoh, kebutuhan terhadap udara dan air tidak terpuaskan, hal tersebut bisa menjadi kebutuhan yang paling diinginkan dan menjadi tingkah laku yang mendominasi secara keseluruhan. Pada waktu lainnya, apabila kebutuhan primer sudah dipuaskan, kebutuhan agresi mungkin menjadi kebutuhan yang terkuat. Kebutuhan tertentu bisa saling ber-fusi,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
meskipun tidak selalu sama, bisa jadi saling melengkapi, sehingga dapat dipuaskan oleh satu tingkah laku atau satu set tingkah laku. Sebagai contoh, dengan mendapatkan popularitas dan kekayaan melalui suatu pekerjaan, pencapaian prestasi, penguasaan, dan otonomi semua kebutuhannnya akan terpuaskan. Konsep subsidiation mengacu pada situasi dimana satu kebutuhan dilakukan untuk membantu memuaskan kebutuhan lainnya. Sebagai contoh, untuk memuaskan kebutuhan afiliasi (n Aff) dengan bergabung dan berbaur bersama orang lain, mungkin menjadi penting untuk berlaku sopan dan menghargai orang lain (hanya untuk memenuhi kebutuhan dihargai). Kebutuhan untuk dihargai kemudian menjadi pelengkap bagi kebutuhan afiliasi. (Schultz, 1981) Berdasarkan pada definisi kebutuhan psikologis diatas, kebutuhan merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang dimiliki oleh setiap individu yang memiliki suatu kekuatan dan mengatur beberapa hal seperti persepsi, apersepsi, konasi dan mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan. Kebutuhan dapat muncul dari proses internal maupun eksternal. Pada dasarnya, dalam diri individu terdapat banyak kebutuhan psikologis dan kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sesuai dengan kekuatan dari masing-masing kebutuhan tersebut. 2.1.2 Hal-hal yang berkaitan dengan Kebutuhan Psikologis. 2.1.2.1 Motivasi Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Berdasarkan teori hierarki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
kebutuhan Abraham Maslow, arti motivasi adalah 'alasan' berkaitan dengan pleasure principle yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Jadi, motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku.
Dorongan (drive) Kebutuhan (need)
Perilaku
Motif
Gambar 1. Gambar bagan motivasi Sumber: “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto, 1993 2.1.2.2 Motif William G Scott (1962: 82) menerangkan tentang motive adalah kebutuhan yang belum terpuaskan yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, motive adalah dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan guna memenuhi kepuasannya yang belum terpuaskan. Selain itu, Maslow sebagaimana diungkap pada halaman sebelumnya membagi kebutuhan manusia ke dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
beberapa hirarki, yakni kebutuhan-kebutuhan fisik, keselamatan dan keamanan, sosial, penghargaan atau prestise dan kebutuhan aktualisasi diri. Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force. Motif sebagai pendorong sangat terikat dengan faktor - faktor lain, yang disebut dengan motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. 2.1.2.3 Press Tekanan dari suatu objek (bisa berupa manusia, benda, atau situasi) adalah apa yang dapat dilakukan objek itu kepada subjek (penerima tekanan), suatu kekuatan yang dimiliki oleh objek untuk mempengaruhi subjek dengan cara tertentu. Variasi tekanan yang mengenai diri seseorang tak terhingga banyaknya, atau sama dengan jumlah peristiwa yang ditemui orang setiap saat. Murray (1938) menyebut berbagai tekanan terpenting yang biasanya dialami anak-anak. Ragam tekanan pada anak-anak mudah dikenali dan diklasifikasi karena variasi pengalaman anak yang masih sempit. Ada dua jenis tekanan; tekana alfa (alfa press): kualitas lingkungan yang muncul dalam kenyataan; dan tekanan beta (Beta Press): kualitas lingkungan sebagaimana teramati oleh individu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
2.1.2.4 Interaksi Kebutuhan dan Tekanan : Tema Dinamika sebuah unit perilaku dijelaskan Murray dengan mengajukan tema , yang berkaitan dengan interaksi antara kebutuhan dan tekanan. Dalam beberapa hal, tema adalah sebuah aspek proceeding; yang terakhir mendefinisikan sebuah interaksi orang-orang atau orang objek yang dapat diamati dan dengan waktu yang terbatas; yang pertama menjelaskan motif-motif yang bekerja dalam interaksi itu.Karena beberapa proceeding dapat membentuk sebuah serial maka sejumlah tema dapat dikombinasikan untuk membentuk tema serial. Berkaitan dengan gagasan tema dan konsep kebutuhan utama Murray menyebut need integrate (kebutuhan utuh)- sebuah kebutuhan untuk jenis interaksi tertentu dengan jenis orang atau objek tertentu. Seringkali terjadi bahwa seseorang mengasosiasikan objek tertentu dengan kebutuhan tertentu. Satu contoh dari need integrate yaitu cinta pada musik klasik berhadapan dengan misalnya rock, country atau jenis musik lain. Kita akan menghadapi need integrate dalam cara yang lain nanti. Primary (Viscerogenic)
Need Secondary (Psychogenic)
Combine, Fuse, and Interact
Differentiated Behavior (Thema)
Alpha Press
Beta Gambar 2. Interaksi kebutuhan dan tekanan Sumber: “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto, 1993
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
2.1.3
Tipe-tipe Kebutuhan Psikologis Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) membedakan tipe kebutuhan ke
dalam lima kelompok, yaitu: a. Viscerogenic and Psychogenic Needs (Kebutuhan Viskerogenik atau Kebutuhan Primer dan Kebutuhan Psikogenik atau Kebutuhan Sekunder) Kebutuhan viskerogenik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan organ-organ tubuh terutama berkaitan dengan kepuasan fisik. Contoh: kebutuhan akan udara, air, makan, seks, laktasi, kencing dan defekasi. Sedangkan kebutuhan psikogenik merupakan kebutuhan yang berasal dari kebutuhan viskerogenik dan tidak memiliki hubungan dengan kepuasan fisik. Kebutuhan sekunder sebanyak 28 buah. Contoh: kebutuhan berprestasi, pengakuan, otonomi, eksibisi, dll. b. Proactive and Reactive Needs (Kebutuhan Proaktif dan Kebutuhan Reaktif) Kebutuhan proaktif adalah kebutuhan yang hampir selalu ditentukan dari dalam diri. Kebutuhan ini bergerak dengan spontan sebagai akibat dari sesuatu yang berasal dari dalam diri orang tersebut bukan akibat dari lingkungan. Sedangkan kebutuhan reaktif merupakan kebutuhan yang digerakkan dari luar diri individu sebagai akibat dari respon individu terhadap lingkungan. c. Overt and Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup) Kebutuhan overt merupakan kebutuhan yang nyata, dimana kebutuhan ini dapat dilihat secara langsung atau segera yang tercermin dalam tingkah laku motorik. Sedangkan kebutuhan covert merupakan kebutuhan yang laten atau tersembunyi, dimana kebutuhan ini biasanya dikekang, dihambat atau ditekan yang biasanya muncul dalam bentuk fantasi atau impian. Kebutuhan tertutup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
merupakan hasil dari penginternalisasian superego, dimana superego menentukan perilaku-perilaku yang pantas atau dapat diterima. d. Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar) Kebutuhan yang memusat berarti kebutuhan yang memiliki hubungan yang erat dengan objek-objek tertentu, sedangkan kebutuhan yang menyebar berarti kebutuhan ini bersifat umum yang berlaku hampir di setiap keadaan. e. Effect and Modal Types of Needs (Kebutuhan Akibat dan Kebutuhan Modal) Kebutuhan akibat adalah kebutuhan yang mengarah pada suatu keadaan yang diinginkan, sedangkan kebutuhan modal adalah kecenderungan untuk melakukan perilaku-perilaku tertentu demi perilaku itu sendiri. Tabel 1. Jenis Kebutuhan Menurut Murray Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray N Abasement
Tunduk secara pasif
Malu
Aggression (Agresi)
(merendah)
kepada kekuatan
Berdosa
Dominance
eksternal, merasa
Rendah diri
(Kekuasaan orang
bersalah bila orang lain berbuat kesalahan, menerima inferioritas, fitnahan, kesalahan,
lain )
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray kekalahan, menyalahkan atau membahayakan diri. N Achievement
Untuk
Semangat
Competing
(berprestasi)
menyelesaikan
Ambisi
Contemporary
sesuatu yang sulit
(Tugas
dan menarik,
Saingan )
menguasai, mengatasi rintangan, dan mencapai standar, berbuat sebaik mungkin, bersaing mengungguli orang lain. N Affiliation
Mendekati dan
Kepercayaan
Aloneness
(berafiliasi)
menyenangi
Afeksi
(Kesendirian)
kerjasama dengan
Cinta
Friendship
orang lain,
Empati
(Positif: banyak
mendapat afeksi dari
teman
orang yang
Negatif: tidak
disenangi, menjadi
memiliki teman)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray teman bagi orang lain, berbaik hati, berbuat sesuatu bersama dengan orang lain. N Agression
Mengatasi oposisi
Marah
Agression (Agresi)
(menyerang)
dengan kekerasan,
Mengamuk
physical danger,
berkelahi, membalas
Benci
physical Injury
penghinaan,
(Keterancaman
menghukum,
karena superioritas)
melukai,
Rejection
membunuh,
(Penolakan)
meremahkan, mengutuk dan memfitnah. Menyerang pendapat orang lain, mempermainkan orang lain. N Autonomy
Untuk menjadi
Terhambat
Physical Insupport,
(mandiri)
bebas, melawan
Marah
Coercion (Positif:
paksaan atau
toleran, terbuka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Menurut Murray
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
hambatan,
Negatif: hambatan
menghindari
fisik, kekuasaan )
kekuasaan orang lain, mandiri, tidak terikat, menolak kelaziman. Berdiri sendiri dalam membuat keputusan, menghindari urusan dan campur tangan orang lain. N Counteraction
Memperbaiki
Kebanggaan
Succorance
(mengimbangi)
kegagalan dengan
Bersalah
(Tuntutan tanggung
berjuang lagi, menghilangkan pelecehan, mengatasi kelemahan, menekan takut, mengembalikan nama baik, mempertahankan
jawab )
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray harga diri.
N Blame Avoidance
Mempertahankan
Malu
Deception
(membela diri)
diri terhadap
Kecemasan
(Ancaman moral
serangan, kritik dan
Kecil
Beban yang terlalu
celaan,
berat )
menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan, penghinaan. N Deference
Mengagumi dan
Inferioritas
Prohibition
(menghormati)
menyokong atasan,
Keamanan
(Wibawa )
memuji,
Dominance
menyanjung.
(Kekuatan
Menyuruh orang
organisasi )
lain memutuskan sesuatu mengenai dirinya, tunduk, menyesuaikan diri dengan harapan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Menurut Murray
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
orang lain, berbuat lebih baik dari contohnya. N Dominance
Mengontrol
Keyakinan diri
Inferiority
(menguasai)
lingkungan orang
Dikagumi
(Inferioritas orang
lain, mempengaruhi
lain )
dengan sugesti, persuasi atau perintah, membuat orang lain mengerjakan apa yang disuruhnya. Untuk diperlakukan sebagai pemimpin. N Recognition
Untuk
Kebanggaan
Social/Indulgence
(penonjolan diri)
mengesankan,
Superioritas
(Lingkungan yang
dilihat dan didengar,
Ekstasi
toleran
membuat orang lain kagum, bergairah, terpesona, terhibur, terkejut, terangsang, terpikat. Menjadi
Sanjungan )
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray pusat perhatian, menonjolkan prestasi, menyatakan keberhasilannya. N Harm Avoidance
Menghindari rasa
Rasa aman
physical danger,
(menghindari
sakit, luka, penyakit,
Kecurigaan
physical Injury
bahaya)
kematian. Melarikan
(Situasi yang tidak
diri dari situasi
menentu
bahaya, tindakan
Bahaya yang
pencegahan. Untuk
tersembunyi )
melindungi diri sendiri tanpa mengadakan perlawanan. N Inavoidance
Menghindari
Gamang
Superiority
(menghindari rasa
penghinaan, keluar
Takut
(Kekuatan luar yang
hina)
dari situasi yang
kuat dan tidak dapat
memalukan, kondisi
diduga )
yang bisa menimbulkan pelecehan, makian, ejekan, atau sikap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Menurut Murray
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
masa bodoh. Menahan diri untuk bertindak karena takut gagal. N Nurturance
Memberi simpati,
Kasih sayang
Succorance (Situasi
(merawat,
membantu,
Terharu
yang mengiba
memelihara)
melindungi,
Lembut hati
meminta bantuan )
Membuat semua
Tenang
Discipline (Disiplin
teratur, menjaga
Tidak terburu-buru
Kerapian )
menyenangkan orang lain yang tidak berdaya atau bayi atau orang yang lemah, membantu orang dalam bahaya. Untuk mengampuni dan berlaku dermawan untuk orang lain. N Order (teratur)
kebersihan, susunan, organisasi, keseimbangan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray kerapian, ketelitian. Untuk berbuat secara teratur dengan perencanaan yang cermat sebelumnya. N Play (bermain)
Bersenang-senang
Gembira
Sentience (Tugas
tanpa tujuan lain,
Santai
yang ringan
tertawa dan
Tanpa beban
Waktu luang)
berkelakar, relaksasi dari stress secara menyenangkan, ikut dalam permainan, sport, menari, minum dan berjudi. Untuk mentertawakan segala hal. N Rejection
Memisahkan diri
Benci
Deception
(penolakan)
dari orang yang
Menghina
(Lingkungan yang
tidak disenangi.
Tidak senang
tidak
Mengucilkan,
menguntungkan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray melepaskan, mengusir, tidak mempedulikan, menghina atau memutuskan hubungan dengan objek yang tidak dikehendaki. N Sentience
Mencari dan
Terharu
Sentience
(keharuan)
menikmati kesan
Ke-Ilahian
(Ketenteraman
yang menyentuh
Keindahan
perasaan. Untuk
Ketenangan )
memiliki dan menikmati keindahan, kesempurnaan yang abadi. N Sex (seks)
Membangun
Terangsang
Exposure
hubungan erotik,
Cinta
(Rangsangan erotik)
nelakukan hubungan seksual. Memperoleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Menurut Murray
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
rangsangan fisik dan psikologik, memuaskan libido. N Succorance
Mendapat kepuasan
Kecemasan
Nurturance
(membuat orang
dengan memperoleh
Tidak berdaya
(Positif: simpati
iba)
seimpati dari orang
Tanpa harapan
lingkungan )
lain, mendekat
Rejection
kepada
(Negatif: ditolak
pelindungnya, untuk
lingkungan )
dinasehati, dimaafkan. Membuat orang lain mengerti dan membantu dirinya. N Under-standing
Menanyakan atau
Eksplorasi
Intellectual
(memahami)
menjawab
Paranoid
(Lingkungan
pertanyaan umum,
akademik )
tertarik pada teori,
Diskusi
memikirkan, merumuskan, menganalisa dan menggeneralisir.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Daftar Kebutuhan
Batasan Singkat
Emosi yang
Press yang
Terlibat
Menyumbang
Menurut Murray Untuk memahami apa saja fenomena yang merangsang dirinya.
2.1.4 Review Literatur tentang Metode Asesmen Kebutuhan Psikologis Tunanetra. Penelitian sebelumnya mengenai kebutuhan mahasiswa tunanetra pernah dilakukan oleh Herlina, dkk (2008) mencari tentang profil kebutuhan psikologis mahasiswa tunanetra yang belajar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel penelitian berjumlah 10 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan tes psikologi yaitu tes EPPS. Data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan profil kebutuhan psikologis antara mahasiswa tunanetra yang mengalami kebutaan sejak lahir dengan mahasiswa tunanetra yang mengalami kebutaan setelah lahir. Namun, alat tes psikologis seperti EPPS dianggap masih memiliki kerkurangan sebagai alat ukur kebutuhan psikologis bagi remaja tunanetra, dimana EPPS belum memiliki alat tes braille untuk remaja tunanetra dan EPPS hanya mencakup 15 kebutuhan saja dan memungkinkan subjek untuk melakukan faking good. Gronlund (1997) menunjukkan bahwa ketika soal EPPS dibacakan secara lisan dalam pengerjaannya, hal ini akan menimbulkan gangguan dari suara atau pelavalan dari tester yang membacakan. Jika tidak membacakan dengan nada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
yang netral, maka hal ini akan menjadikan petunjuk bagi subjek dalam menjawab pertanyaannya. 2.2
Remaja Tunanetra
2.2.1
Pengertian Remaja Tuna Netra Santrock (2002) menjelaskan masa remaja merupakan masa transisi dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Hurlock (1980) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berlangsung kira-kira antara usia 13-16 tahun, dan masa remaja akhir berlangsung antara usia 16-18 tahun. Menurut Santrock (2003) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52). Sementara itu, Erikson (dalam Alwisol, 2009) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa krisis. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja berusaha untuk menemukan indentitas dirinya. Kekacauan indentitas mungkin terjadi seperti terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina persahabatan yang akrab, dan lain sebagainya. Kekacauan identitas yang berlebih dapat mengakibatkan penyesuaian diri yang patologis dalam bentuk regresi ke perkembangan sebelumnya. Pengertian Individu yang mengalami tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang yang punya penglihatan yang baik. Sementara itu, pemilihan subjek remaja yang memiliki kisaran umur 12-17 tahun yang dipilih oleh peneliti dengan asumsi bahwa remaja penyandang tunanetra sudah matang dalam berbahasa dibandingkan dengan anak penyandang tunanetra. 2.2.2
Tunanetra dalam Tinjauan Mendetail
a. Jenis-jenis Tunanetra. Berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatan, tunanetra terbagi atas dua macam yaitu buta dan low vision . Dikatakan buta jika individu sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (Somantri, 2007). Definisi ketunanetraan menurut WHO didasarkan pada ketajaman penglihatan dan lantang pandang yang dimiliki seseorang. Seseorang dikatakan buta jika ketajaman penglihatannya <3/60, sedangkan low vision jika <6/18 sampai ≥3/60, dengan lantang pandang <20 . (Mason & Mc Call, 1999). Kebutaan atau ketunanetraan memiliki beberapa istilah dan pengertian. Menurut aspek pendidikan, definisi ketunanetraan didasarkan pada fungsi penglihatan untuk kepentingan pendidikan, sehingga diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu : 1. Blind (buta): seseorang yang belajar menggunakan materi perabaan dan pendengaran 2. Low vision (kurang lihat): seseorang yang dalam belajarnya masih dapat menggunakan penglihatannya dengan adaptasi tertentu 3. Limited vision: seseorang yang mengalami gangguan penglihatan dalam belajar pada situasi yang normal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
b. Penyebab Gangguan Pengelihatan Klasifikasi dari gangguan penglihatan lazimya didasarkan pada daerah permasalahan secara anatomis. Seperti kelainan dapat dikelompokkan ke dalam struktur refraktif mata, anomali otot di dalam sistem penglihatan, dan struktur reseptif dari mata. a. Masalah-Masalah Refraktif Jenis yang paling umum dari gangguan penglihatan adalah di dalam masalah-masalah refraksi yang terjadi ketika struktur refraksi dari mata (kornea atau lensa) gagal untuk memfokuskan cahaya secara tepat ke retina. Terdapat empat jenis masalah refraktif: hyperopia (mata jauh), myopia (mata dekat), astigmatisme(penglihatan kabur), dan katarak (lensa menjadi buram atau tak tembus cahaya). b. Kelainan-Kelainan Otot Kelainan-kelainan ini timbul ketika satu atau lebih otot mata yang utama menjadi lemah dan tidak stabil, yang mengakibatkan hilangnya kontrol dan kemampuan untuk menjaga tegangan (tension). Individu-individu yang
menderita
kelainankelainan
otot
umumnya
memiliki
kesulitan/hambatan dalam menjaga fokus mereka terhadap benda tertentu bahkan untuk waktu yang sangat singkat. Terdapat tiga jenis kelainankelainan otot: nystagmus (gerakan mata cepat yang tak terkontrol), strabismus (mata juling), amblyopia (mata yang nampak normal, tetapi tidak berfungsi seharusnya).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
c. Masalah-Masalah Reseptif Kelainan-kelainan ini diakibatkan dari degenerasi atau kerusakan retina dan syaraf optik. Kelainan yang diasosiasikan denga struktur reseptif dari mata meliputi atrophy optik, retinitis pigmentosa, lepas retina, retinopathy prematur (ROP). Usia terjadinya kehilangan penglihatan secara signifikan mengubah tingkatan dan variasi dari dampak pada perkembangan seseorang. Apabila penglihatan hilang sebelum usia 5 tahun, gambaran-gambaran visual yang berguna dapat hilang dan pengaruh negatif pada fungsi secara keseluruhan cenderung menjadi yang paling besar. Apabila penglihatan terganggu atau hilang pada usia setelah 5 tahun, beberapa ingatan-ingatan visual dapat tersimpan dan dapat membantu “dalam membayangkan dan memahami konsep-konsep” (Best, 1992, hal. 3). Ingatan-ingatan visual akan tersimpan selama beberapa tahun. 2.2.3
Karateristik Tunanetra Pada dasarnya manusia menghendaki semua kebutuhan-kebutuhannya
dapat terpenuhi secara wajar baik kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan sosiologis. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut secara memadai akan mendatangkan keseimbangan dalam perkembangannya dan keutuhan integritas pribadi. Keberhasilan dalam mencapai tugas perkembangan pada suatu fase akan membawa konsekuensi kebahagiaan serta akan memperlancar tugas perkembangan pada fase berikutnya, dan sebaliknya jika pada suatu fase mengalami kegagalan maka akan mengganggu proses
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
perkembangan pada fase berikutnya. Begitu halnya dengan anak tunanetra yang mengalami keterhambatan dalam beberapa perkembangannya, hal ini dapat mempengaruhi terhambatnyaa pemenuhan kebutuhan.
1. Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra Menurut Somantri (2012: 67) “Indera penglihatan ialah salah satu indera penting dalam menerima informasi yang datang dari luar dirinya.”Setiap
manusia
membutuhkan
indera
penglihatan
untuk
mengamati objek atau untuk memperoleh suatu informasi yang berada di lingkungan sekitarnya. Melalui indera penglihatan, manusia akan memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitarnya dengan jelas, karena dengan indera penglihatan
sesuatu yang bersifat abstrak dapat
digambarkan secara konkrit. Sehingga informasi yang perolehnya dapat lebih cepat dan mudah dipahami. “Anak tunanetra memiliki keterbatasan atau bahkan ketidakmampuan dalam menerima rangsang atau informasi dari luar dirinya melalui indera penglihatannya”, Somantri (2012: 68). Seseorang yang mengalami tunanetra tidak dapat menafsirkan suatu objek atau benda dengan sempurna. Biasanya seseorang yang mengalami tunanetra menafsirkan suatu objek atau benda dengan menggunakan indera-indera yang lain, seperti indera peraba, pembau, dan pengecap, terutama indera yang sering digunakan yaitu, indera pendengaran. Dalam hal ini, proses memperoleh informasinya dengan mendengarkan dari orang lain, yaitu secara lisan (ucapan), sehingga hanya dapat melukiskan sesuatu objek atau benda dengan arahnya, ukurannya, dan tempat objek itu berada.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
Menurut Somantri (2012: 68) “Bagi tunanetra setiap bunyi yang didengarnya, bau yang diciumnya, kualitas kesan yang dirabanya, dan rasa yang dicecapnya memiliki potensi dalam pengembangan kemampuan kognitifnya.” Menurut Salsabila (2013) kemampuan kognitif anak tunanetra dapat dioptimalkan melalui fasilitas, seperti bacaan dan tulisan Braille, keyboarding, alat bantu menghitung, mesin baca Kurzweil, buku bersuara, komputer, latihan orientasi dan mobilitas, menggunakan pemandu, tongkat pemandu dan kemampuan diri dalam melakukan aktivitas.
2. Perkembangan Motorik Anak Tunanetra
Perkembangan motorik anak tunanetra menurut penjelasan Somantri (2012): Perkembangan
motorik
anak
tunanetra
cenderung
lambat
dibandingkan dengan anak awas pada umumnya, karena dalam perkembangan perilaku motorik diperlukan adanya koordinasi fungsional antara neuromuscular system (sistem persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif), serta kesempatan yang diberikan oleh lingkungan. Fungsi neuromuscular system tidak bermasalah tetapi fungsi psikisnya kurang mendukung serta menjadi hambatan tersendiri dalam perkembangan motoriknya. Secara fisik, mungkin anak mampu mencapai kematangan sama dengan anak awas pada umumnya, tetapi karena fungsi psikisnya (seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
kemungkinan
mengetahui
adanya
bahaya
dan
cara
menghadapi,
keterampilan gerak yang serba terbatas, serta kurangnya keberanian dalam melakukan sesuatu) mengakibatkan kematangan fisiknya kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam melakukan aktivitas motorik. Hambatan dalam fungsi psikis ini secara langsung atau tidak langsung terutama berpangkal dari ketidakmampuannya dalam melihat. Menurut Mestika (2012) “Pergerakan motorik anak tunanetra yang sudah dapat berjalan dapat dilatih dengan olahraga yang dilakukan untuk saluran penghubung kualitas hidup melalui sarana bantu atletik lari dengan sistem kerja line follower.” Menurut Rudiyati (2009) “Selain melakukan olahraga dapat pula diberikan kepekaan non-visual untuk melatih perkembangan motorik penderita tunanetra melalui kegiatan latihan kepekaan pendengaran, latihan kepekaan taktual, latihan kepekaan pembau, latihan kepekaan pencecap, latihan kinestetik dan latihan keseimbangan/vestabula.”
3. Perkembangan Emosi Anak Tunanetra
Menurut Somantri (2012: 80-83) perkembangan emosi anak tunanetra digambarkan sebagai berikut: Perkembangan emosi anak tunanetra akan sedikit mengalami hambatan dibandingkan dengan anak yang awas. Keterlambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan anak tunanetra dalam proses belajar. Pada awal masa kanakkanak, anak tunanetra mungkin akan melakukan proses belajar mencoba-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
coba untuk menyatakan emosinya, namun hal ini tetap dirasakan tidak efisien karena dia tidak dapat melakukan pengamatan terhadap reaksi lingkungannya secara tepat. Akibatnya pola emosi yang ditampilkan mungkin berbeda atau tidak sesuai yang diharapkan oleh diri maupun lingkungannya. Kesulitan bagi anak tunanetra ialah ia tidak mampu belajar secara visual tentang respon apa saja yang harus diberikan terhadap stimulusstimulus tersebut. Dengan kata lain anak tunanetra memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi secara emosional melalui ekspresi atau reaksi-reaksi wajah atau tubuh
lainnya untuk
menyampaikan perasaan
yang
dirasakannya kepada orang lain. Perkembangan emosi anak tunanetra akan semakin terhambat apabila mengalami deprivasi emosi, yaitu kurang memiliki kesempatan untuk menghayati pengalaman emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang, kegembiraan, perhatian dan kesenangan. Anak yang mengalami deprivasi emosi ini adalah anak-anak yang pada masa awal kehidupan atau perkembangannya ditolak kehadirannya oleh keluarga atau lingkungannya. Deprivasi emosi ini akan sangat berpengaruh terhadap aspek perkembangan lainnya seperti kelambatan dalam perkembangan fisik, motorik, bicara, intelektual, dan sosialnya. Jadi perkembangan emosi anak tunanetra harus ditangani dengan tepat agar tidak terjadi deprivasi emosi melalui kasih sayang, kegembiraan, perhatian dan kesenangan dari keluarganya. Memberikan motivasi yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
lebih agar anak tunanetra tidak memiliki rasa takut, malu, khawatir, cemas, mudah marah, iri hati, serta kesedihan yang berlebihan.
4. Perkembangan Sosial Anak Tunanetra
Perkembangan sosial anak tunanetra dijelaskan Somantri (pg 8385) sebagai berikut, yaitu: Hambatan-hambatan muncul pada anak tunanetra sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraan,
yaitu
kurangnya
motivasi,
kekuatan
menghadapi
lingkungan sosial, perasaan rendah diri, malu, penolakan masyarakat, penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, terbatasnya kesempatan belajar tentang pola tingkah laku yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya menjadi terhambat. Pengalaman sosial anak tunanetra pada usia dini yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari sikap dan perlakuan negatif orang tua dan keluarganya akan sangat merugikan perkembangan anak tunanetra. Hal ini karena usia tersebut merupakan masa-masa kritis dimana pegalaman-pengalaman dasar sosial yang terbentuk pada masa itu akan sulit untuk diubah dan terbawa sampai ia dewasa. Untuk menghindari kemungkinan
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan
dalam
perkembangan sosial anak tunanetra, sikap dan perlakuan orang tua serta keluarga tunanetra nampaknya harus menjadi perhatian terutama pada usia dini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
5. Perkembangan Kepribadian Anak Tunanetra
Pada hakikatnya perkembangan apapun mengenai anak tunanetra sangat bergantung pada orang yang menanganinya. Jika anak tunanetra didukung dan dipercaya untuk melakukan kegiatan yang positif maka perkembangannya pun akan bermakna. Sebagai orang terdekat, orang tua dan keluarga sangat berperan dalam perkembangan segala aspek anak tunanetra sehingga dianjurkan bahkan diharuskan pihak-pihak ini memberi dorongan/ motivasi, terus secara continue memberi semangat dan memberikan input yang dapat menimbulkan perkembangan positif bagi anak tunanetra termasuk dalam perkembangan kepribadian sehingga anak tunanetra dapat menyadari, mengenali dan memiliki konsep diri. Davis Kirtley, 1975 (dalam Somantri, 2012: 85-86) menyatakan mengenai proses perkembangan awal anak tunanetra, yaitu: Dalam proses perkembangan awal, diferensiasi konsep diri merupakan sesuatu yang sulit untuk dicapai sehingga untuk memasuki lingkungan baru, seorang anak tunanetra harus dibantu oleh ibu atau orang tuanya melalui komunikasi verbal, memberikan semangat dan memberikan gambaran lingkungan tersebut sejelas-jelasnya seperti anak tunanetra mengenal tubuhnya sendiri. 2.2.4 Review literatur tentang Remaja Tunanetra Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Safitri (2013) menjelaskan bahwa dukungan sosial dari keluarga khususnya orang tua yang sangat diperlukan untuk remaja tunanetra dalam mengembangkan rasa percaya dirinya. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
antara persepsi terhadap dukungan sosial orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja tunanetra. Penelitian Khoiroh dan Paramita (2013) menjelaskan bahwa bentuk dukungan sosial yang paling banyak diterima oleh remaja tunanetra di sekolah khusus adalah dari lingkungan sekolah. Remaja tunanetra menerima pendidikan mereka dalam berbagai pengaturan, termasuk kelas pendidikan umum, sumber daya kamar, kelas mandiri, dan, sekolah perumahan bagi siswa tunanetra. Bagi remaja tunanetra yang bersekolah di sekolah umum, memiliki kesempatan yang kecil untuk bertemu seseorang dengan gangguan pengelihatan tidak dapat melihat seperti dirinya. Jadi sebagian besar remaja tunanetra merasa tidak ada seorangpun yang dapat memahami tantangan seperti yang dia alami. Seperti semua remaja, ia akan membutuhkan keluarga, teman, guru dan orang dewasa lain yang mendengarkan dengan seksama dan mencoba untuk memahaminya. Remaja tunanetra mungkin mengalami perasaan terisolasi dan kekurangan model sesuai usia peran dengan siapa mereka dapat mengidentifikasi (Hutto & Hare, 1997; Peanstiehl, 1983; Sacks, 1996). 2.3
Analisis Cerita Mimpi
2.3.1
Pemahaman Mimpi Definisi mimpi menurut Freud (1956) merupakan kehidupan pikiran saat
kita tertidur, kehidupan yang menyerupai kehidupan saat kita terbangun hanya saja lebih sempit dan berbeda. Mimpi mewakili bermacam-macam bentuk pikiran dan cara kerja intelektual. Cara kerja psikoanalitik berhubungan dengan pikiran laten yang merupakan akar mimpi, tetapi berpusat pada proses pikiran bawah sadar manusia. Manifestasi konten mimpi sebagai produk kerja mimpi yaitu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
proses mental yang membentuk pikiran laten mimpi yang akan menjadi mimpi manifest serta memiliki banyak makna tersembunyi yang harus kita cari. Komponen dalam motif aktual yang membentuk mimpi adalah keinginan bawah sadar yang berusaha dipenuhi. Interpretasi mimpi berhubungan dengan pikiran laten, residu pada hari sebelumnya, sesuatu di bawah sadar, sesuatu yang direpres sehingga semuanya membentuk mimpi. Sebuah harapan akan membangkitkan mimpi yang diperkuat oleh ingatan masa kanak-kanak. Pengalaman masa kanak-kanak memainkan perannya sebagai sumber mimpi dari isi mimpi laten. Penggabungan faktor-faktor menjadikan sebuah mimpi tampak dapat dipercaya sebagai pengulangan peristiwa di masa kecil. Setiap mimpi akan terhubung dengan pengalaman yang baru saja terjadi, sementara melalui isi laten terhubung dengan pengalaman yang sangat jauh. 2.3.1.1 Hubungan Need dapat terlihat dari Mimpi Freud Freud (1956) mengatakan bahwa Id merupakan faktor pendorong (sumber energi) dari perilaku manusia, Murray menambahkan pendangan bahwa ada sifat positif (dorongan dalam diri yang diterima masyarakat) dan negatif (dorongan primitif yang tidak diterima masyarakat), besarnya Id antara manusia juga berbeda-beda. Menurut Murray, Kebutuhan manusia terkandung di dalam Id. Murray menempatkan stress yang besar dalam kekuatan yang dapat mempengaruhi lingkungan sosial, yang biasanya disebut sebagai budaya, dalam kepribadian. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2009), apabila suatu kebutuhan muncul, individu berada dalam keadaan tegang dan pemuasan kebutuhan akan membawa individu ke dalam kondisi reduksi tegangan. Seiring dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
berjalannya waktu, individu belajar untuk memperhatikan objek-objek serta akan melakukan kembali tindakan yang mengakibat tekanan. Dalam perkembangannya, individu belajar untuk tidak hanya memberikan respon demi mereduksi tekanan dan mengalami kepuasan saja, tetapi individu juga belajar untuk memberikan respon yang mengembangkan tekanan sehingga pada saat mereduksi tekanan, individu akan mengalami kepuasan yang lebih besar. Sependapat dengan Freud, ia mengartikan superego sebagai proses internalisasi nilai-nilai budaya, norma-norma, dan lainnya, yang mengatur individu untuk mengevaluasi dan menilai tingkah laku dirinya sendiri dan juga orang lain. Bentuk dan hakekat dari superego pada anak-anak ditentukan oleh orang tua dan figur-figur penting lainnya pada usia dini, seperti yang dikatakan Freud. Selagi superego berkembang, begitu juga halnya dengan ego-ideal. Egoideal ini membantu individu menetapkan tujuan jangka panjang untuk melakukan usaha keras. Ego-ideal merupakan ”gambaran seseorang ’dalam masa depan terbaiknya’”. Ideal ini sendiri mengandung ambisi dan aspirasi individu. Ini bisa saja sejalan dengan nilai-nilai dari superego atau bahkan bisa bertentangan. Ego merupakan pengatur rasionalitas dari kepribadian, dimana, dalam pandangan Freud, mencoba untuk mengubah atau menunda dorongan id yang tidak dapat diterima. Bagaimanapun juga, Murray mempertimbangkan ego melakukan lebih banyak hal daripada sekedar menjadi ”polisi” kepribadian. Dalam perannya sebagai pengatur utama seluruh tingkah laku, ego juga secara sadar menentukan dan berhasrat mengarahkan pada tingkah laku yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
positif. Ego dianggap sebagai penentu yang lebih berperan aktif dalam menentukan tingkah laku dibandingkan dengan apa yang telah disetujui Freud. Kebutuhan manusia berasal dari kesadarannya, namun sebagian berasal dari ketidaksadarannya. Upaya pemenuhan kebutuhan akan membentuk suatu kepribadian karena adanya bantuan atau hambatan dari lingkungan. Ada beberapa kebutuhan yang diloloskan dan ada yang dihambat oleh press. Kebutuhan yang muncul akan menyebabkan tegangan dalam diri manusia. Manusia akan berusaha untuk menurunkan tegangan dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Freud (1901) mengemukakan bahwa pemenuhan dalam diri terlihat dalam bentuk keseleo lidah, kekeliruan perilaku, fantasi, lamunan, dan mimpi. Penjelasan diatas dapat dilihat dari skema yang digambarkan sebagai berikut :
NEED
PRESS
“n”
Situasi yang ada di lingkungan
Tegangan
Berusaha menurunkan ketegangan dengan memenuhi kebutuhan (menuju tujuan/goal)
Gambar 3. Diagram need dan press Sumber: “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto, 1993
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
Analisis mimpi dapat mengungkan kebutuhan dan tekanan seseorang, oleh karena itu analisis mimpi merupakan dasar pemikiran Murray dalam pembuatan tes projektif T.A.T (Bellak & Abrams, 1997). Dorongan Id merupakan dorongan yang murni, belum dipengaruhi oleh kebudayaan, dan dorongan ini berada dalam ketidaksadaran. Dorongan Id meliputi dorongan untuk bertahan hidup (life instinct) yang disebut dengan Erros, yaitu dorongan seksual atau libido dan dorongan kematian (death instinct) yang disebut Thanatos. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2009), kebutuhan manusia terkandung di dalam Id. Upaya pemenuhan kebutuhan akan membentuk suatu kepribadian karena adanya bantuan atau hambatan dari lingkungan. Ada beberapa kebutuhan yang diloloskan dan ada yang dihambat oleh press. Kebutuhan yang tidak terpenuhi akan menyebabkan tegangan dalam diri manusia. Pada dasarnya manusia akan berusaha untuk menurunkan tegangan dan berusaha memenuhi kebutuhannya. Freud (1901) mengemukakan bahwa pemenuhan dalam diri terlihat dalam bentuk keseleo lidah, kekeliruan perilaku, fantasi, lamunan, dan mimpi. Studi PET (Positron emission Tomography) menunjukan penambahan dalam Hallucinatory Perception (The cortical areas of the parietal lobe) dan penurunan aktivasi pada dorsolateral prefrontal cortex sehingga mengidentifikasi memori, refleksi, diri dan membesarkan halusinasi. Dalam mimpi REM, periodik cerita yang terjadi merupakan penggabungan dari cerita aktivitas keseharian ketika terbangun. Kesesuaian antara pembentukan cerita dalam tiap episodik mimpi sesuai dengan pernyataan Murray bahwa keberadaan kebutuhan dapat disimpulkan atas dasar: Identifikasi perhatian selektif dan respon terhadap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
stimulus tertentu dengan penggambaran cerita dalam mimpi serta didukung dengan ekspresi dan emosi yang muncul ketika bermimpi. Penelitian selajutnya juga didukung oleh Gordon H.L (1952) yang menunjukan adanya korelasi positif antara studi analisis mimpi seseorang dengan hasil respon dalam cerita TAT.
Need (Id)
Super ego mengijinkan
Ego menjalankan
Super ego menolak
Ego merepres, ada ketegangan
Objek Pemuas Kebutuhan
MIMPI
Gambar 4. Proses need menjadi mimpi Dikembangkan dari “Modul TAT Universitas Surabaya”, oleh Sutyas Prihanto, 1993. Untuk membuat suatu batasan dalam penelitian menggunakan cerita mimpi, maka peneliti membuat sebuah ringkasan tema-tema yang telah disesuaikan dengan kartu TAT untuk dapat dianalisis dan dapat mengungkap 20 kebutuhan Murray serta tekanan yang muncul, yaitu : 1. Mimpi mengenai Ayah (Kartu 1 & 2) : Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiliation, n. Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance. 2. Mimpi mengenai Ibu (Kartu 1, 2, 6BM, 7 GF): Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar) contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiliation, n. Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance. 3. Mimpi mengenai Saudara (Kartu 9GF) : Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar) contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiiation, n. Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance. 4. Mimpi mengenai Teman (Kartu 2 & 9GF) : Effect and Modal Types of Needs (Kebutuhan Akibat dan Kebutuhan Modal) contoh: n. Change, n. Playmirth, n. Abasement,n. Blame avoidance, n. Cognizance, n. Retention, n. Sentience. 5. Mimpi mengenai Teman lawan jenis (Kartu 4 & 13MF) : Overt and Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup) contoh: n. Affiliation, n. Sex, n. Achievement, n. Acquisition, n. Recognition, n. Understanding, n. Deference, n. Succorance. 6. Mimpi yang paling membahagiakan (Kartu 1, 2 & 9GF) : Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar) contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiiation, n. Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
7. Mimpi yang paling menakutkan (Kartu 3BM, 3GF, & 8BM): Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar)contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiiation, n. Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance. 8. Mimpi yang paling aneh/tidak terduga (Kartu 2, 3BM, 3GF, 8BM, 13MF):
Viscerogenic
and
Psychogenic
Needs
(Kebutuhan
Viskerogenik atau Kebutuhan Primer dan Kebutuhan Psikogenik atau Kebutuhan Sekunder) 2.3.2
Analisis Tematik Dalam Bellak dan Abrams (1997) dikatakan bahwa setiap psikoterapis
memiliki tipenya sendiri dalam melakukan interpretasi. Analisis mimpi menggunakan asosiasi bebas ini akan menggunakan Analisis Tematik seperti halnya yang dilakukan dalam analisis di TAT. a. Tema Deskriptif Tema deskriptif sangat dekat dengan observasi dan merupakan rinkasan cerita yang memiliki arti untuk menjelaskan psikodinamika subjek. Tujuan dari tema deskriptif ini adalah untuk mengetahui isi mimpi dan susunan periodik mimpi subjek serta memilih kalimat-kalimat dalam cerita subjek yang memiliki arti penting. Dalam tema deskriptif ini mengandung karakteristik subjek, perilaku atau kebutuhan, tekanan baik dari orang lain maupun lingkungan, kecemasan, konflik, mekanisme pertahanan diri dan id-ego-superego. Tahapan dalam penulisan deskriptif adalah :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
1. Membuat daftar episodik-episodik cerita mimpi dari jawaban atau respon partisipan dengan menunda prasangka peneliti (bracketing) untuk memungkin cerita tersebut tampil sebagaimana adanya. Setiap cerita episodik pengalaman bermimpi partisipan diperlakukan secara sama (horizonalization). 2. Membuat klaster dan menuliskan tema terhadap episodik cerita mimpi yang konsisten, tidak berubah dan memperlihatkan kesamaan.Serta sebisa mungkin menggunakan kata-kata subjek dan membuat menggunakan kacamata dan pandangan dari subjek.
b. Tema Interpretif Tema interpretif merupakan tema yang dinyatakan dalam kalimat yang bersifat hipotesis dengan dilakukan generalisasi. Fungsi tema interpretif selain untuk mendapatkan hipotesis, juga untuk membantu interpreter menangkap arti dari yang dimaksud subjek. Pada tingkat ini, apa yang sudah dirumuskan dalam tingkat deskriptif dicoba digeneralisasikan atau dibawa ke konsep yang lebih umum. Untuk memudahkan generalisasi, digunakan awalan (jika seseorang... , bila seseorang.......) c. Tema Diagnostik Tema diagnostik merupakan penyataan yang pasti bukan lagi bersifat hipotesis. Dalam tema diagnostik ini, interpreter menemukan arti dari tema-tema interpretif yang meliputi konsep diri, kebutuhan, tekanan, kecemasan, konflik dan mekanisme pertahanan diri. Contohnya, tokoh utama yang mencintai seorang wanita tetapi wanita tersebut membencinya. Dari sini terlihat bahwa tokoh utama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
memiliki kebutuhan mencintai atau afiliasi yang bertemu dengan tekanan dari kebencian atau penolakan. Pada tingkat ini, dikemukakan pernyataan definitif yang mudah diterjemahkan dalam intepretasi klinis. Tabel 2 Contoh dari Analisis Tematik Tema Deskriptif Ada
anak
Intepretatif
laki-laki, Jika anak, yang sedang Kebutuhan
perempuan, dan laki-laki. merasa Mereka
adalah
lapar,
tiga orangtua
bersaudara. Anak- anak mengunjungi tersebut sedang lapar. Ini ada bapaknya yang lagi
ngunjungin
anaknya.
Diagnostik
anak-
untuk makan.
maka
untuk
makan (Need of oral)
akan Kebutuhan anaknya
untuk
memahami
saudara.
(Need
of
understanding) Kebutuhan
untuk
diperhatikan oleh figur otorita
(Need
of
affiliation) Pertahanan diri represi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian Analisis tematik menggunakan cerita mimpi adalah metode yang
digunakan untuk menangkap pesan alam bawah sadar terhadap alam sadar, pesanpesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari serta mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang tetapi terus mendorong keluar secara tidak disadari. Metode analisis tematik dengan cerita mimpi dapat digunakan untuk mengungkap permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap, penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan. Freud berpendapat bahwa tujuan dari mimpi-mimpi yang dialami manusia adalah untuk sarana memuaskan atau pemenuhan hasrat (wish fulfillment) dari dorongan insting alamiah yang tidak bisa diterima oleh masyarakat seperti agresi, kekerasan, atau dorongan seksual. (Hall dan Lindzey, 1985). Analisis yang ada akan menggunakan pendekatan bersifat analisis tematik untuk dapat membantu dalam mengambil kesimpulan secara lebih jernih dan mendalam. 3.2
Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat mengenai gambaran
kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang dimiliki oleh 51
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
setiap individu yang memiliki suatu kekuatan dan mengatur beberapa hal seperti persepsi, apersepsi, konasi dan mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan. Adanya suatu kebutuhan dalam diri seseorang dapat disimpulkan dari: (1) hasil akhir dari tingkah laku, (2) pola-pola khusus dari tingkah laku, (3) perhatian dan respon yang terjadi terhadap kelompok stimuli tertentu, (4) ekspresi terhadap suasana emosi tertentu, (5) ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan pada hasil akhir, (6) ungkapan atau laporan subjektif mengenai perasaan, maksud dan tujuan (Hall & Lindzey, 1993; Alwisol, 2009). Identifikasi perhatian selektif dan respon terhadap stimulus tertentu dengan penggambaran cerita yang muncul di dalam mimpi. Kesesuaian yang ada juga didukung dengan ekspresi dan emosi yang muncul ketika bermimpi. Selain itu, penelitian ini juga berfokus pada tekanan (press), untuk melihat bagaimana dinamika kebutuhan psikologis (need) dengan tekanan (press) pada remaja penyandang tunanetra. Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993; Alwisol, 2009) mengatakan bahwa “Tekanan suatu objek ialah apa yang dapat dilakukan oleh objek itu terhadap subjek atau untuk subjek – daya yang dimiliki oleh objek untuk mempengaruhi kesejahteraan subjek dengan cara tertentu”. 3.3
Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan subjek remaja awal antara usia 16-18 tahun.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat kebutuhan psikologis remaja tunanetra. Subjek remaja dipilih peneliti karena masa remaja merupakan usia bermasalah dimana individu menghadapi transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa (Hurlock, 1980). Sejalan dengan itu, Erikson (dalam Alwisol, 2009)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa krisis. Hal ini dikarenakan pada masa ini remaja berusaha untuk menemukan identitas dirinya. Kekacauan identitas yang berlebih dapat mengakibatkan penyesuaian diri yang patologis dalam bentuk regresi ke perkembangan sebelumnya. Selain itu, pemilihan subjek remaja dilakukan peneliti dengan asumsi bahwa remaja penyandang tunanetra sudah matang dalam berbahasa dibandingkan dengan anak penyandang tunanetra. Dalam penelitian ini digunakan prosedur pemilihan subjek secara purposive sampling. Dalam metode ini pemilihan kasus kaya akan informasi dan bertujuan (Poerwandari, 2005), peneliti telah menetapkan bahwa subjek yang dipilih merupakan remaja tunanetra yang tinggal di asrama.
Subjek dalam
penelitian ini adalah remaja tunanetra yang bertempat tinggal di Asrama Yaketunis terletak di kota Yogyakarta bagian selatan, yaitu di kampung Danunegaran, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Adapun alamat dari asrama ini adalah Jl. Parangtritis No. 46 Yogyakarta, 55143. Prosedur penentuan subyek dalam penelitian kualitatif menampilkan beberapa karakteristik (Sarantakos, 1993 dalam Poerwandari 2005) yaitu, tidak diarahkan pada jumlah sampel besar, melainkan kasus-kasus tipikal yang sesuai dengan konteks dan masalah penelitian. Smith (2008) mengatakan bahwa, seorang mahasiswa pemula diperbolehkan melakukan penelitian dengan jumlah subjek 3 orang, namun memiliki dampak pada kelemahan penelitian dalam transferabilitas,
yaitu belum dapat membuktikan sejauhmana penelitian ini dapat diterapkan pada kasus lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah secara tertulis
dengan menggunakan metode analisis mimpi dan asosiasi bebas. Pengumpulan data dilakukan secara tertulis dan recording. Analisis mimpi merupakan sebuah metode yang dikenalkan oleh Freud untuk melihat kebutuhan dan tekanan dalam ketidaksadaran. Tahapan dalam melakukan pengambilan data: 1. Mencari subjek remaja tunanetra yang tinggal di asrama dan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. 2. Melakukan rapport, perkenalan, menjelaskan tujuan penelitian dan memastikan kesanggupan subjek serta significan others subjek untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. 3. Membuat jadwal wawancara sesuai kesepakatan subjek, significan others subjek dan peneliti. 4. Wawancara semi terstruktur dan pengungkapan cerita mimpi dengan tema yang telah disusun oleh peneliti. Data yang diperoleh melalui wawancara dan hasil intepretasi cerita mimpi digabungkan untuk diinterpretasi lebih lanjut. Proses ini dilakukan hingga peneliti menemukan data yang mampu menggambarkan pengalaman subjek secara utuh (Creswell, 2007). Data wawancara yang dilakukan dengan subjek dibuat secara tertulis lalu hasil akan direkam menggunakan recorder lalu data wawancara yang dilakukan dengan significan others subjek direkam dengan digital recorder.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Pengumpulan data guna kepentingan penelitian dilakukan menggunakan wawancara dengan pedoman berdasarkan acuan teoretis secara lebih mendalam terhadap responden dengan karakteristik tertentu. Wawancara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna – makna subjektif yang dipahami responden dengan topik yang diteliti (Banister, dkk., 2004). Menurut Patton (1990) dalam Poerwandari (2005), wawancara dengan pedoman umum dapat berbentuk wawancara mendalam dimana peneliti mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan responden secara utuh dan mendalam. Dalam wawancara kepada responden juga dilakukan observasi guna mengetahui respon nonverbal responden. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara
mempertimbangkan
akurat,
hubungan
mencatat antar
fenomena
aspek
dalam
yang
muncul
fenomena
dan
tersebut
(Poerwandari, 2005). Data observasi akan dijadikan data penunjang bagi peneliti dalam menganalisis data hasil wawancara sehingga dapat memperkaya hasil penelitian 3.5
Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis tematik dengan
melakukan interpretasi terhadap tema-tema yang mengandung kebutuhankebutuhan subjek. Dalam (Bellak & Abrams, 1997) dikatakan bahwa analisis melalui fenomenologi interpretif dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu: a. Tema Deskriptif Dalam tema deskriptif peneliti meringkas cerita yang memiliki arti untuk sesuai dengan tujuan penelitian. b. Tema Interpretif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
Dalam tema interpretif peneliti merumuskan deskripsi cerita dalam bentuk yang lebih umum. c. Tema Diagnostik Dalam tema diagnostik peneliti membatasi tema-tema yang sesuai dengan tujuan dan fokus penelitian ini. 3.6
Validitas Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep dependabilitas.
Dalam
Poerwandari
(2005),
dikatakan
bahwa
konsep
dependabilitas
menggantikan konsep reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Bagian dari dependabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskursus. Diskursus adalah sejauh mana peneliti peka dan teliti mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang lain. Validitas, kedalaman arti dan insight yang dimunculkan dalam penelitian kualitatif lebih berhubungan dengan kekayaan informasi dan kecocokan konteks dari kasus atau sampel yang dipilih daripada tergantung pada jumlah sampel (Patton dalam Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti mendiskusikannya dengan dosen pembimbing. Selain itu, untuk menjaga validitas data, peneliti akan mendapatkan pemantauan oleh independent auditor yang berpengalaman dalam melakukan analisis mimpi menggunakan analisis tematik, yaitu Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si. Beliau merupakan dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan men gampu dalam mata kuliah Psikologi Proyektif dan TAT.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama ± 2 minggu,
yaitu : NO
Hari/Tanggal
Deskripsi Kegiatan
Tempat Pelaksanaan
1
Senin, 23 Juni 2015 Meminta ijin penelitian dengan Di Asrama kepala yayasan Yaketunis dan Yaketunis mengadakan dengan
pendekatan ketiga
subjek
penelitian. 2
Senin, 30 Juni 2015 Mengadakan
wawancara Di Asrama
dengan kedua subjek dan tes Yaketunis untuk analisis mimpi 3
Rabu, 1 Juli 2015
Wawancara dengan significant Di Ruang Kepala others ibu ketua yayasan
4
Minggu, 2 Agustus Mengadakan 2015
Yayasan Yaketunis
wawancara Di Asrama
dengan subjek ketiga dan tes Yaketunis untuk analisis mimpi
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara baik terhadap subjek maupun significant others subjek agar peneliti memiliki gambaran mengenai latar belakang subjek yang dapat membantu dalam penggalian cerita Mimpi Setelah dilakukan wawancara, peneliti memberikan 6 pertanyaan dengan
57
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
tema cerita mimpi yang telah ditentukan peneliti kepada subjek. Waktu pengambilan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh subjek yang bersangkutan. 4.2
Hasil Penelitian
Berikut adalah profil subjek dalam penelitian ini: 4.2.1
Subjek I
1. Profil Subjek I Pandangan Diri Subjek Subjek merupakan seorang remaja berusia 16 tahun dan merupakan siswa kelas 1 SMA yang bersekolah di SMAN Aliyah, Maguwoharjo. Subjek mengalami kebutaan dengan golongan low vision yaitu tahap seseorang
yang
dalam
belajarnya
masih
dapat
menggunakan
penglihatannya dengan adaptasi tertentu. Subjek memiliki hobi bermain bersama teman-temannya seperti nonton sepak bola dan konser musik. Subjek juga merupakan seorang yang taat menjalankan sholat lima waktu serta membaca al-quran.Subjek memandang dirinya merupakan sosok yang mudah bergaul dan bersosialisasi. Ia melihat kekurangan dirinya adalah sosok yang mudah marah ketika menghadapi sesuatu, seperti ketika dirinya mendapatkan ejekan dari lingkungan sekitarnya mengenai dirinya yang memiliki keterbatasan dalam melihat. Subjek sendiri sebenarnya merasa puas untuk menerima dirinya saat ini. Cita-cita yang diinginkan subjek adalah untuk menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan agama. Subjek selalu berusaha belajar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
dengan baik dan menjalankan perintah agamanya. Subjek bercerita mengenai pengalaman menyenangkannya ketika dirinya masih kecil yaitu ketika
dimanjakan
oleh
orangtua
dan
saudara
terdekat.
Ketika
menceritakan kembali pengalamannya subjek merasakan kerinduan dan ingin mengulang waktu kembali. Ketika menceritakan pengalaman yang paling menakutkan yaitu saat mengalami gempa di tahun 2006, ia masih merasa takut dan kekhawatiran jika kejadian tersebut terulang kembali. Relasi Dengan Keluarga Subjek memiliki kedua orangtua yang juga mengalami kebutaan. Subjek merasakan keharmonisan dan kedekatan di dalam keluarganya. Ayah subjek bekerja sebagai tukang pijit, sedangkan ibu berwirausaha, yaitu membuka warung. Subjek memandang ayah sebagai sosok yang penyayang dan selalu bekerja keras, namun memiliki kekurangan yaitu sering memaksakan kehendaknya dengan meminta anak agar menjadi seperti dirinya. Subjek memandang ibu sebagai sosok yang penyayang dan memiliki ketajaman perasaan tentang kejadian sekitarnya. Ketajaman perasaan yang dialami bermula ketika subjek mengalami kecelakaan ketika berboncengan dengan teman sekolahnya. Ketika ibunya berada di rumah, ibu subjek sudah mengalami perasaan tidak enak dan mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya. Menurut Ibu Asrama relasi subjek dengan orangtua sangat baik, karena orangtua subjek terkadang dating berkunjung untuk melihat kondisi anaknya di asrama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
Relasi dengan Teman Sebaya Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, di rumah, maupun di sekolah. Subjek bercerita mengenai perbedaan pengalaman ketika berkumpul dengan teman-teman sekolahnya yang kebanyakan dapat melihat dan ketika berkumpul dengan teman asramanya yang seluruhnya merupakan penyandang tunanetra. Subjek merasa lebih bebas dalam bergerak ketika berkumpul bersama dengan teman sekolahnya, seperti contohnya ketika mengajak menonton bola di stadion maguwoharjo ataupun menonton konser, teman sekolahnya langsung menyetujui dan akhirnya menonton bersama-sama. Berbeda ketika subjek mengajak teman sesama tunanetra, yang menolak karena merasa dirinya tunanetra dan memiliki banyak kecemasan ketika mereka akan melakukan suatu hal. Subjek merasa ruang geraknya lebih bebas ketika berkumpul bersama teman sekolahnya dibandingkan ketika berkumpul bersama teman asrama. Ketika subjek mengalami permasalahan dengan temannya, subjek biasanya hanya membiarkannya sampai kondisinya kembali baik seperti semula. Untuk relasi subjek dengan teman lawan jenis sendiri, subjek merasa suatu hal yang berbeda ketika berkumpul dengan teman perempuan di sekolahnya dan teman teman di asrama. Subjek merasa bahwa teman perempuan di sekolahnya lebih santai dan terbuka, sedangkan teman di asrama cenderung lebih tertutup. Subjek bercerita bahwa beberapa kali subjek dekat dengan seorang perempuan, namun mengalami penolakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Hal tersebut tidak menghentikan semangat subjek dan saat ini pun subjek sedang menjalin proses relasi pendekatan pada seorang perempuan. Ibu Asrama menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang mudah bergaul dengan teman sebaya di asrama. Subjek pun rajin dalam menjalankan kegiatan keanggotaan di asramanya. Relasi dengan Lingkungan Sekitar Ketika berelasi dengan orang sekitar, subjek tetap merasa bersyukur dan puas dengan keadaannya yang menyandang tunanetra. Subjek cukup aktif dalam kegiatan sosial misalnya dalam keagamaan. Subjek hanya terkadang merasa marah ketika orang lain memandang dirinya sebelah mata. Seperti ketika di rumahnya lingkungan sekitar berkata bahwa dirinya sebaiknya tidak boleh kemana-mana dan tidak usah berpergian, karena tempatnya hanya di rumah. Subjek pun terkadang merasa sedih dan jatuh seketika, namun tidak daat berbuat apa-apa dan hanya bisa mendiamkan saja apa yang dialami. Ketika dirinya berada di jalan subjek juga sering kali mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya. Subjek pernah suatu ketika mendapatkan ejekan dari orang sekitarnya dengan berteriak padanya “lurus, lurus, awas nabrak...” Subjek pun akhirnya membalas orang yang memperlakukan dirinya dengan tidak sopan dengan perkataan yang kasar dan tidak sepantasnnya. Subjek seringkali merasa marah dan kecewa dengan pandangan lingkungan sekitarya yang hanya memandang dirinya sebelah mata. Ibu Asrama menjelaskan bahwa subjek memiliki perilaku
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
yang sopan terhadap lingkungan sekitar dengan keterbatasan yang dia miliki. 2. Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I Tabel 3 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I Need/ Press/ Anxiety/ Defense Mechanism Need
Cluster
Keinginan
Jenis Need/ Press
- Affiliation
Tema
“Ketika sedih dan galau ayah
untuk
memeuk
saya,
ketika
ayah
Penerimaan
memeluk saya merasa bahagia” (Tema Ayah) “Suasana saat itu sedang santai dan gembira, Ibu mengajak ngobrol-ngobrol” (Tema Ibu) “Ketika kakak meninggalkan saya,
perasaan
saya
sedih”
(Tema Saudara) “Dimimpi, saya mendapatkan respon yang positif dari dari perempual yang saya sukai” (Tema Lawan Jenis) “Saya
berkumpul
keluarga
besar
bersama
dan
merasa
sangat senang” (Tema yang Membahagiakan) - Rejection
“Tidak ada sesuatu yang begitu penting yang dikatakan oleh ibu,
jadi
saya
lupa
dikatakan ibu” (Tema Ibu)
yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
- Abasement
63
“Saat itu terasa tidak seperti biasa,
dia
memarahi
saya”
(Tema Saudara) “Saya ditengah itu menjadi sasaran
lemparan”
(Tema
memeluk
dan
Teman) - Succorance
“Ayah
memberikan dukungan” (Tema Ayah) “Ketika dia meninggalkan saya, perasaan saya saat itu sedih” (Tema Saudara) Keinginan
-Harm
“Aku merasa panik saat itu
pertahanan diri Avoidance
rasanya mau bergerak dari situ”
dari Ancaman.
(Tema yang Menakutkan) -Succorance
“Posisi
saya
di
tengah
kerusuhan, tapi saya tidak bisa apa-apa” (Tema Teman) “Mendengar
suara
teriakan,
namun saya tidak dapat berbuat apa-apa” dan “Ketika panik aku tidak dapat berbuat apa-apa” (Tema yang Menakutkan)
Keinginan untuk Sendiri
-Playmirth Diri
“Setelah berkumpul bersamasama lalu jalan-jalan bersama keluarga”
(Tema
yang
Membahagiakan) “Saat itu keadaan di pasar malam ramai, banyak orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
datang bermain.” (Tema yang Aneh / Tidak Terduga) -Passivity
“Suasana saat itu sedang santai dan gembira” (Tema Ibu)
-Sex
“Saya berada disebuah kamar dengan
seorang
perempuan
memakai pakaian seksi, dan akhirnya menimbulkan hawa nafsu” (Tema Lawan Jenis - Change
“Keadaan saat itu seperti pasar malam yang berada di halaman rumahku” (Tema yang paling aneh/tidak terduga)
- Sentience
“Suasana
saat
itu
begitu
romantis, perasaan saya sangat senang” (Tema Lawan Jenis) “Suasana saat itu seperti sedang lebaran”
(Tema
Membahagiakan) Press
Keterpisahan
- Aloneness
“Saya
bermimpi
mengenai
ayah, ketika saya merasa sedih dan galau, ayah memeluk saya” (Tema Ayah) “Ketika dia meninggalkan saya, perasaan saya saat itu sedih.” (Tema Saudara) Ancaman lingkungan
dari -Aggresion
“
Posisi
saya
ditengah
kerusuhan, tapi posisi tidak
bisa
Teman)
apa-apa”
saya (Tema
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
“Ada banyak orang disitu, ada banyak teriakan disitu. Saya merasa
sangat
ketakutan
mendengarnya.
(Tema
Menakutkan) “Keadaannya Palestina.
itu Aku
seperti
di
merasakan
seperti kenyataan dihadapanku. Aku
seperti
mengalami
peperangan ada suara tembakan dan
teriakan.
Aku
merasa
kepanikan”
(Tema
Menakutkan) -Physical
“ Posisi saya ditengah tawuran
Injury
menjadi
sasaran
lemparan
mereka semua” (Tema Teman) Anxiety
Kecemasan ditinggalkan
-Succorance
“Ketika dia meninggalkan saya, perasaan saya saat itu sedih”
/
berpisah
(Tema Saudara)
Kecemasan
-p.
“Posisi saya berada ditengah
terhadap
Aggresion
kerusuhan, tapi posisi
saya
tidak
Saya
ancaman
bisa
apa-apa.
ditengah
menjadi
sasaran
lemparan
mereka
semua,
setelah itu saya terjatuh” (Tema Teman) -p.Aggresion
“Ketika itu saya mendengar suara teriakan bayi, teriakan orang
tolong-tolong..
Ada
banyak
orang
Saya
disitu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
merasa
66
ketakutan
mendengarnya.
(Tema
Menakutkan) Immature
Defense
Regression
“Saya bermimpi ketika saya merasa sedih dan galau, ayah
Mechanism
memeluk
saya
memberi
dukungan pada saya” (Tema Ayah) Blocking
“Ketika ngobrol bersama ibu, tidak ada sesuatu yang begitu penting yang dikatakan ibu. Jadi
saya
lupa
apa
yang
dikatakan oleh ibu.” (Mimpi Ibu) Anxiety
Projection
“Di
dalam
mimpi
saya
mendapatkan
respon
yang
positif dari perempuan lain. Dalam mimpi itu suasananya romantis”(Mimpi
Lawan
Jenis)
3.
Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek I Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan
yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan Affiliation didukung oleh kebutuhan Playmirth serta kebutuhan Sentience dimana subjek ingin menikmati kenangan dan melakukan hal yang menyenangkan bersama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
keluarga. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema Membahagiakan: “Suasana saat itu seperti lebearan. Saat itu saya berkumpul bersama keluarga, saudara. Seletah berkumpul bersama-sama, lalu jalan-jalan bersama keluarga. Saya merasa sangat senang saat itu.” Di sisi lain, subjek memiliki kebutuhan yang saling berlawanan, seperti dalam cerita mimpi dengan tema ibu. Subjek menggambarkan ibu sebagai seorang yang penyayang dan memiliki ketajaman perasaan terhadap kondisi yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan subjek memiliki kebutuhan memiliki kebutuhan diterima oleh figur afeksi serta kebutuhan subjek untuk bersikap mengabaikan figur afeksi yang saling berlawanan. Contohnya dalam cerita mimpi dengan tema Ibu: “Suasana saat itu sedang santai dan gembira seperti biasa. Ibu mengajak mengobrol-ngobrol. Ketika ngobrol bersama ibu, tidak ada sesuatu yang begitu penting yang dikatakan oleh ibu. Jadi, saya lupa apa yang dikatakan oleh ibu dan tidak mengingatnya.” Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan (Press), terlihat bahwa subjek melihat lingkungan sekitar sebagai sebuah ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan. Meskipun demikian, subjek hanya menerima keadaan yang ada. Subjek memiliki rasa tidak berdaya dan tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga subjek memiliki kebutuhan untuk mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema saudara, teman, dan hal yang menakutkan. Dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
keseluruhan tema cerita tersebut memiliki kesamaan isi mengenai ancaman dari lingkungan sekitar dan ketidakberdayaan subjek dalam menghadapi ancaman tersebut. Hasil ini sesuai dengan profil subjek mengenai relasi dengan lingkungan sekitar yang menyatakan bahwa, seringkali subjek mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dan mendapatkan ejekan dari lingkungan dengan memandang subjek sebelah mata. Selain itu, subjek juga memiliki kesulitan dalam penerimaan dari orang sekitar, yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk diterima dan dicintai oleh pasangan. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema lawan jenis, dimana subjek mendapatkan respon positif dari teman lawan jenis yang disukainya. Sementara itu, subjek memiliki perasaan sedih ketika harus ditinggalkan dengan orang terdekat, yang menunjukan kebutuhan afiliasi. Hal ini nampak dalam cerita mimpi dengan tema saudara, yang menceritakan kesedihannya karena kakak sepupu yang marah dan pergi meninggalkannya Subjek membutuhkan dukungan dari seorang figur otoritas, yaitu ayah. Subjek menggambarkan ayah sebagai sosok yang penyayang dan dapat mendukung ketika subjek mengalami kesedihan. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dalam tema ayah, yang bercerita bahwa ketika subjek mengalami kesedihan, maka ayah akan memeluk dan memberikan dukungan pada subjek. Subjek akan merasa senang ketika mendapatkan dukungan dari ayah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.2
69
Subjek II
1. Profil Subjek II Pandangan Diri Subjek Subjek merupakan seorang remaja berusia 16 tahun, anak pertama dari 4 bersaudara. Subjek merupakan siswa kelas 3 SMP yang bersekolah di Madrasyah Yaketunis. Subjek merupakan tunanetra dengan golongan low vision yaitu tahap seseorang yang dalam belajarnya masih dapat menggunakan penglihatannya dengan adaptasi tertentu. Subjek memiliki hobi memasak. Subjek juga merupakan seorang yang menjunjung akhlak muslim yang baik, taat sholat lima waktu, serta membaca al-quran.Subjek memandang dirinya merupakan sosok yang sangat senang membantu sesama dengan ikhlas, hal ini merupakan ajaran orangtua sejak ia masih kanak-kanak. Subjek merasa bahwa kekurangan dirinya adalah kurang mampu menghafal dan matematika. Subjek mempunyai cita-cita menjadi seorang chef, karena hobi sejak kecil untuk memasak. Subjek bercerita mengenai pengalaman menyenangkannya ketika dirinya masih kecil yaitu ketika berkumpul dengan teman, saudara, dan keluarga di rumah, ketika menceritakan kembali pengalamannya subjek merasakan kerinduan dan merasa ingin mengulang waktunya kembali. Subjek juga bercerita mengenai cerita yang paling menyedihkan yaitu, ketika ia masih kanak-kanak, ia menerima hinaan dan makian karena kebutaannya. Subjek seringkali mengalami kesedihan dan kekecewaan atas kebutaannya. Seiring berjalannya waktu subjek berusaha bangkit kembali dan menjalani kehidupan selayaknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
anak normal pada umumnya, serta ia tidak ingin tergantung pada orang lain, namun ingin menjadi seorang yang berguna dan membantu orang banyak. Relasi Dengan Keluarga Subjek memiliki kedua orangtua yang juga dapat melihat. Pada awalnya orangtua subjek tidak percaya saat dirinya terlahir dengan kondisi tidak melihat, namun saat ini mereka sudah dapat menerima. Subjek merasakan keharmonisan dan kedekatan di dalam keluarganya. Subjek sendiri memandang ayah sebagai sosok panutan, bijaksana dan memiliki ketegasan sebagai laki-laki, hal ini menjadikan patokan subjek dalam berpikir dan bertindak sebagai laki-laki. Subjek memandang ibu sebagai sosok yang penyayang karena telah melahirkan dan merawatnya sejak kecil hingga saat ini. Ketika di rumah orangtua subjek menganggap subjek tidak seperti orang tunanetra dan memperlakukannya sama dengan orang melihat pada umumnya, sehingga subjek tetap aktif dalam pekerjaan di rumahnya seperti pada umumnya orang yang dapat melihat. Ketiga adik subjek mempunyai kondisi yang dapat melihat. Subjek sering kali bertanya mengapa hanya dirinya yang tidak dapat melihat dan merasa sedih. Ketiga saudaranya sering kali berkumpul bermain bersama atau berpergian bersama. Ketika orangtua pergi, subjek dan saudaranya juga seringkali memasak bersama. Ibu asrama menjelaskan bahwa subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
memiliki relasi yang baik dengan keluarga, walaupun orangtua jarang mengunjungi karena jarak keluarga yang jauh dan kemandirian subjek. Relasi dengan Teman Sebaya Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, di rumah, maupun di sekolah. Subjek bercerita mengenai perbedaan pengalaman ketika berkumpul dengan teman-teman. Subjek bercerita tentang temanteman di rumahnya yang merupakan teman masa kecilnya. Saat ini mereka berpisah karena mereka sudah masuk SMA bahkan Kuliah, dan subjek sendiri pun saat ini tinggal di asrama. Subjek menilai teman teman di asrama lebih memahami perasaannya karena mereka sama-sama mengalami nasib serupa karena tidak dapat melihat. Untuk relasi subjek dengan teman lawan jenis sendiri, subjek merasa bahwa perempuan merupakan sosok yang ingin dimengerti dan dilindungi. Subjek pun menganggap teman perempuannya sebagai adik yang harus disayang dan dilindungi. Subjek sendiri merasa bahwa saat ini dia belum mengalami hubungan khusus dan dekat dengan perempuan. Ibu Asrama menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang mudah bergaul dengan teman sebaya di asrama. Subjek pun rajin dalam menjalankan kegiatan keanggotaan di asramanya. Relasi dengan Lingkungan Sekitar Ketika berelasi dengan orang sekitar, subjek tetap menjalankan aktivitas seperti orang normal pada umumnya. Subjek cukup aktif dalam kegiatan sosial yang diadakan di lingkungan serta dalam keagamaan di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
masjid. Subjek hanya terkadang merasa marah ketika orang lain memandang subjek sebelah mata. Seperti ketika subjek mengalami ejekan dan hinaan ketika berada di lingungan rumahnya, pada akhirnya subjek memukuli orang yang menghina keadaan yang dialaminya. Hal itu kadang membuat subjek merasa tidak bisa menerima dirinya yang terlahir dengan kondisi tunanetra, apalagi kondisinya tersebut menjadi bahan ejekan yang menyakiti keluarganya. Subjek terkadang melihat akhlak dan kesopanan orang yang dapat melihat lebih buruk dibandingkan orang yang mengalami kesamaan nasib tunanetra sepertinya. Karena kebanyakan teman di asrama menjalankan nilai sesuai ajaran al-quran dan sesuai dengan Hadish agama muslim yang baik. Ibu asrama menjelaskan pribadi subjek yang sangat ringan tangan dalam membantu kegiatan di asrama dan memiliki inisiatif yang tinggi untuk mengadakan kegiatan bagi asrama. 2.
Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek II
Tabel 4 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek II Need/ Press Need
Cluster Keinginan
Jenis Need - Affiliation
Tema “Kangen
ingin
bertemu
untuk
dengan ayah, sudah lama
Penerimaan
tidak pulang” (Tema Ayah) “Di sms dan ditelpon ibu untuk cepat pulang, saya jadi merasa kangen” (Tema Ibu)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
“Ingin cepat-cepat kumpul bersama adik-adik” (Tema Saudara) “Perasaan saya senang dan melepas kangen bersama teman-teman
yang sudah
lama tidak ketemu” (Tema Teman) “Saya
dan
teman-teman
bersama pergi boncengan menggunakan motor untuk mengunjungi teman” (Tema Paling Menyenangkan) “Saya memasak masakan yang sangat dicintai oleh banyak orang, saya begitu sennag dan tersanjung saat itu” (Tema Aneh / Tidak Terduga) “Rasanya jika bicara dengan perempuan itu lebih tenang, lebih
enjoy,
meringankan
dan beban.”
(Mimpi Lawan Jenis) - Deference
“Saya juga menelpon ayah dan
memberikan
kabar
bahwa saya akan pulang” (Tema Ayah) - Nurturance
“Motornya ternyata mogok dan temanku membutuhkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
bantuanku untuk membantu mendorongnya”
(Tema
Membahagiakan) - Acquisition
“Saya
bermimpi
saya
menjadi chef yang terkenal di restoran mewah” (Tema Aneh / Tidak Terduga) - Abasement
“Saya sedang disekap, kaki dan tanganku diikat dan disuruh
untuk
duduk”
(Tema Menakutkan) “Saya
ingin
membalas
untuk
orang
itu”
(Mimpi
Pertahanan diri
menakutkan)
Keinginan
- Aggression
dari ancaman.
- Succorance
“Saya melihat adik saya dipukuli dan saya tidak bisa berbuat apa-apa” (Mimpi Menakutkan)
Keinginan untuk Sendiri
-Playmirth Diri
“Bermain
bersama,
bercanda bersama, kemanamana bersama seperti dulu begitu
saat
ketika
saya
masih ada di rumah” (Tema Saudara) “Bermain bola, melakukan saat pergi bersama-sama.” (Tema Teman) “Saya
dan
bersama-sama boncengan
teman-teman pergi menggunakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
motor mengunjungi teman” (Tema Menyenangkan) Press
Keterpisahan
“Di sms dan ditelpon ibu
-Affiliation
untuk cepat pulang, saya jadi merasa kangen” (Tema Ibu) “Kangen
-Aloneness
ingin
bertemu
ayah, karena sudah lama tidak
pulang.”
(Tema
Ayah) “Saat kangen itu rasanya saya
ingin
cepat
cepat
pulang, tapi saya juga belum tau kapan akan pulang ke rumah.” (Tema Ibu) “Mimpi pingin cepat-cepat kumpul bersama adik-adik saya
gitu.”
(Tema
Saudara) Ancaman
“Di sms dan di telepon ibu
dari -Coercion
lingkungan
dan meminta untuk cepat pulang ke rumah” (Tema Ibu) “Lalu
-Physical Danger
& mogok
Succorance
motornya
ternyata
dan
temanku
membutuhkan
bantuanku”
(Tema Menyenangkan) -Physical Injury
“Kaki dan tanganku diikat dan disuruh untuk duduk” (Tema Menyedihkan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
-Competing
“Ketika bermain bola, pada
contemporery
akhirnya Sama
saya
menang.
halnya
ketika
kenyataan saat bermain bola bersama
teman-teman.”
(Tema Teman) Anxiety
Kecemasan
-Press Physical “Saya disekap, kaki dan
terhadap
Injury
ancaman
tangan ku diikat dan disuruh utnuk duduk. Saya merasa sangat sedih karena tidak dapat
berbuat
apa-apa”
(Tema Menakutkan) Defense
Immature
-Introyeksi
“Saya bermimpi menjadi chef terkenal di restoran
Mechanism
mewah”
(Mimpi
Aneh/
Tidak Terduga) -Blocking
“Saya pernah mengalami mimpi basah, tapi susah untuk
menjelaskannya
dengan kata-kata.” (Mimpi Lawan Jenis) Anxiety
-Repression
“Cerita
seperti
itu
(seksualitas) seharusnya kan tidak diceritakakan, jadi ya saya pendam saja.” (Mimpi Lawan Jenis)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
77
Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek II Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan Affiliation didukung oleh kebutuhan Playmirth serta kebutuhan Sentience dimana subjek ingin menikmati kenangan dan melakukan hal yang menyenangkan bersama orang terdekat. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema Saudara: “Mimpi ingin cepat cepat kumpul bersama adik-adik saya. Bermain bersama, bercanda bersama, kemana-mana pergi bersama seperti dulu saat saya masih ada di rumah.” Di sisi lain, subjek memiliki kebutuhan yang saling berlawanan atau berkonflik, seperti kebutuhan memiliki kebutuhan agresi terhadap lingkungan yang mengancam dan kebutuhan succorance karena perasaan tidak berdaya yang dimiliki subjek. Contohnya dalam cerita mimpi dengan tema menakutkan: “Saya melihat adik saya dipukuli, saya tidak terima dan ingin membalas. Tapi saya tidak dapat berbuat apa-apa, karena saya juga dalam kondisi disekap. Tangan dan kaki saya ditali, saya merasa mimpi yang sangat buruk.” Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan (Press), terlihat bahwa subjek melihat lingkungan sekitar sebagai sebuah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan. Meskipun demikian, subjek hanya menerima keadaan yang ada. Subjek memiliki rasa ingin melawan, namun tidak berdaya dan tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga subjek memiliki kebutuhan untuk mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema menakutkan dengan isi cerita pengalaman melihat saudara yang dipukuli dan ketidakberdayaan subjek untuk membalas ataupun melakukan sesuatu. Subjek juga memiliki kesulitan dalam penerimaan dari orang sekitar, yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk diterima dan dicintai oleh lingkungan. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema yang paling aneh/tidak terduga, subjek merasa menjadi cheff yang sangat dicintai oleh banyak orang. Selain itu keinginan subjek untuk penerimaan terhadap orang lain membuat subjek memiliki kebutuhan untuk dapat membantu orang disekitarnya, hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema membahagiakan, yang bercerita bahwa teman subjek membutuhkan dirinya untuk membantu dan subjek akhirnya dapat membantu mendorong motor teman yang sedang bocor ban motornya. Hal ini juga didukung dengan profil subjek dari cerita ibu asrama, yang menjealskan bahwa subjek adalah orang yang inisiatif dalam membantu lingkungan sekitarnya. Subjek membutuhkan kedekatan dari seorang figur otoritas dan figur afeksi, yaitu ayah dan ibu. Subjek menggambarkan ayah sebagai sosok panutan dan ibu sebagai sosok yang penyayang. Subjek memiliki kedekatan dengan orangtua dan saat ini terpisah jarak dan memunculkan kebutuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
afiliasi dengan ayah dan ibu. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dalam tema ayah dan ibu, yang bercerita mengenai kerinduan subjek untuk pulang ke rumah dan kembali bertemu dengan ayah dan ibu. Subjek memiliki sikap tertutup dalam relasi lawan jenis, dari hasil wawancara diketahui bahwa subjek cenderung menutupi dan menganggap bahwa relasi lawan jenis merupakan hal yang tidak seharusnya dibicarakan dengan oranglain. Tidak adanya cerita mengenai relasi lawan jenis, bukan berarti subjek tidak memiliki kebutuhan yang berkaitan dengan relasi lawan jenis, namun dikarenakan subjek cenderung memendam dan menutupi kebutuhan yang dimilikinya. 4.2.3
Subjek III
1. Profil Subjek III Pandangan Diri Subjek Subjek merupakan seorang remaja berusia 17 tahun, anak pertama dari dua bersaudara. Subjek merupakan siswi kelas 5 SD yang bersekolah di SLB Yaketunnis. Subjek mengalami kebutaan dengan golongan total blind yaitu tahap seseorang yang seseorang yang belajar menggunakan materi perabaan dan pendengaran. Subjek mengalami kebutaan sejak memasuki usia 8 tahun secara bertahap. Keadaan tersebut bermula ketika subjek mengalami panas tinggi pada umur 4 tahun, ibu ketua yayasan menjelaskan bahwa subjek mengalami kebutaan juga diakibatkan karena penyakit diabetes yang dideritanya. Subjek pada awalnya bersekolah di sekolah SD biasa, dan mulai mau bersekolah kembali di SLB pada umur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
16 tahun. Ibu asrama yang juga selaku ketua yayasan menjelaskan bahwa subjek sempat mengalami keputusasaan ketika dinyatakan sebagai tunanetra dan akhirnya mengalami gangguan dalam pergaulan maupun akademiknya. Beliau juga menambahkan bahwa perasaan putus asa dan belum dapat menerima kenyataan membuat subjek menjadi orang yang cenderung tertutup dan pendiam. Subjek merasa tidak puas pada diri sendiri dan belum dapat menerima keterbatasan yang dimilikinya. Subjek memandang bahwa diri ideal yang seharusnya adalah, seorang yang memiliki pengelihatan secara normal. Cita-cita yang diinginkan subjek adalah menjadi seseorang guru matematika. Subjek selalu berusaha belajar dengan baik untuk menggapai cita-citanya. Subjek bercerita mengenai pengalaman menyenangkannya ketika dirinya masih kecil yaitu ketika perayaan ulang tahun ke 5, karena saat itu perayaan diselenggarakan bersamaan dengan ulangtahun adiknya dan mengundang teman-teman terdekatnya. Ketika menceritakan kembali pengalamannya subjek merasakan kerinduan. Ketika menceritakan pengalaman yang paling menakutkan yaitu ketika mengalami kebutaan yang bermula ketika subjek mengalami panas tinggi. Ketika mengingat kembali kejadian itu, subjek merasa sedih dan kecewa Relasi Dengan Keluarga Subjek memiliki kedua orangtua yang dapat melihat secara normal. Subjek merasakan bahwa dirinya lebih dekat dengan ayah ketimbang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
dengan ibu. Ayah subjek bekerja sebagai karyawan swasta. Subjek melihat sosok ayah sebagai orang yang sangat penyabar. Subjek memandang ibu juga sebagai sosok yang penyabar. Subjek sempat bercerita mengenai kegiatan yang pernah dilakukan bersama ibu, yaitu ketika dirinya diajak tur dari perusahaan tempat ibunya bekerja. Subjek juga menceritakan relasi yang dekat dengan adiknya. Subjek seringkali bermain dan berfoto-foto bersama adiknya. Namun seringkali subjek merasa iri karena ibunya lebih memanjakan adiknya. Menurut pandangan dari Ibu Asrama relasi subjek dengan orangtua sangat baik, karena orangtua subjek selalu datang berkunjung untuk menjemput dan mengantarkan subjek ketika liburan telah tiba. Relasi dengan Teman Sebaya Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, maupun di sekolah. Berbeda dengan ketika di rumah, subjek hanya sering bermain bersama teman dari adiknya dan tidak memiliki teman yang sepantaran. Subjek bercerita kesamaan pengalaman ketika berelasi dengan teman di asrama dan di sekolah. Subjek menggambarkan teman sekolah sebagai sosok yang baik dan mudah bergaul. Ketika subjek berelasi dengan teman sesama tunanetra, subjek melihat bahwa mereka menerima keterbatasan yang mereka punya. Subjek terkadang merasa iri ketika melihat teman sesama tunanetra yang terlihat tidak memiliki masalah ketika berkumpul bersama dengan yang lainnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Relasi subjek dengan teman lawan jenis sendiri, subjek merasa bahwa laki-laki lebih banyak menyebalkannya dibandingkan perempuan, walaupun terkadang teman laki-laki juga bersikap baik. Subjek juga menceritakan ketika mengalami permasalahan dalam hidupnya, subjek cenderung menyimpannya di dalam hati dan meminta maaf serta berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulangi perbuatannya. Ibu asrama juga menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang pendiam ketika bergabung bersama dengan teman sekolah dan juga teman di asrama, bahkan ketika subjek memiliki masalah subjek cenderung menyimpan untuk dirinya sendiri. Relasi dengan Lingkungan Sekitar Ketika berelasi dengan orang di rumahnya subjek cenderung tertutup dan sulit bergaul. Subjek bercerita bahwa dirinya pada akhirnya memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta, karena subjek ingin mencari ketenangan. Ketika subjek masuk di asrama subjek mengalami sedikit demi sedikit perubahan yang dialami. Subjek saat ini mulai mau untuk bergaul dengan lingkungan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan di asramanya. Ibu asrama menjelaskan bahwa pada awalnya subjek sulit untuk berelasi dengan orang lain, karena tidak percaya diri dan keputusasaan yang dialami karena harus mengalami kebutaan. Hal tersebut menyebabkan subjek tertutup dalam pergaulan dengan lingkungan sekitarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
83
Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III
Tabel 5 Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III Need/ Press Need
Cluster Keinginan
Jenis Need - Affiliation
Tema “Selama
seminggu
aku
untuk
belum bertemu ayah dan
Penerimaan
merasa
kangen
ingin
bertemu” (Tema Ayah) “Seseorang dan
meneleponku
memberitahukan
bahwa ibu telah mengalami kecelakaan,
aku
menyebut
pun
astagfirullah
alhazim
dan
terbangun
mencari
mama”
(Tema
Ibu) “Pertama kali datang ke Jogja, aku merasa belum tau dan belum bisa lepas dari adik dan orangtuaku” (Tema Saudara) “Aku sedang berkumpul bersama-sama
teman
–
teman” (Tema Teman) “Saat umur 5/6 tahun, aku bermimpi
ingin
berjalan
memutari rumah seseorang yang dapat
aku
sukai,
untuk
bertemu”
dan
“Ketika bertemu dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
orang yang saya sukai saya merasa
sangat
senang”
(Tema Lawan Jenis) “saya bermimpi bertemu dengan artis idola saya yaitu Raffi Ahmad” dan “Akhirnya dapat bertemu dengannya dan salaman” (Tema Menyenangkan) - Recognition
“Hanya
mau
muter
ke
rumahnya saja, saya harus mandi sore, terus pakai baju rapi, pakai kaca mata, terus pakai topi” (Tema Lawan Jenis) “Selesai acara, saya teriakteriak Kak
untuk
memanggil
Raffi”
(Tema
Menyenangkan) - Succorance
“Ketika sadar aku hanya bermimpi, ingin
aku
merasa
menangis
karena
tidak dapat bertemu dan foto bareng dengan Kak Raffi”
(Tema
Menyenangkan) “Ketika
saya
menyadari
kenyataan saat terbangun, saya merasa sedih” ( Tema Aneh/ Tidak Terduga)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
- Cognizance
85
“Raffi Ahmad syuting di rumah ku. Saya merasa penasaran (Tema
dan
Aneh
heran” /
Tidak
Terduga) - Sentience
“Hanya mau muter tempat
dia,
saya
ke harus
mandi sore, terus pakai baju rapi, pakai kacamata, terus pakai topi.” (Tema Lawan Jenis) Keinginan
-Harm
“Tiba-tiba
untuk
Avoidance
disitu,
Pertahanan
ada
lalu
pocong
kami
pun
berlarian untuk dapat bebas dari
pocong
tersebut.”
(Tema Menakutkan) -Counteraction
“Akhirnya kami berusaha masuk ke dalam rumah, walaupun tidak
pada
awalnya
bisa
(Tema
Menakutkan) Keinginan untuk Sendiri
-Playmirth Diri
“Ketika liburan sekolah, aku pergi berkunjung ke rumah
mbah
ku
di
purworejo.” (Tema Ayah) “Aku
bermimpi
sedang
berkumpul bersama temanteman di asrama. kami bermain-main, canda,
bercanda-
ketawa,
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
ngobrol” (Tema Teman)
Press
Keterpisahan
-Insupport
“Bermimpi
sedang
Family
berpamitan dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja dan
kami
menangis
pun
saling
karena
akan
berpisah” (Tema Saudara) “Ada
seseorang
menelpon
ku
yang dan
memberitahukan bahwa ibu telah
mengalami
kecelakaan.” (Tema Ibu) - Friendship
“berkumpul teman-teman kami
bersama di
bermain-main,
bercanda-canda, tawa
asrama.
ngobrol.”
ketawa(Tema
Teman) -Loss
“aku
merasa
ingin
Companionship
menangis karena tidak bisa bertemu dan foto bareng dengan Kak Raffi.” (Tema Menyenangkan)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Ancaman
dari -Aggression
Lingkungan
“Ketika
aku
87
bermain
bersama adik ku, keadaan saat itu gelap. Tiba-tiba ada pocong disitu, lalu kami pun berlarian dai pocong tersebut”
(Tema
Menakutkan) -Claustrum
“Ketika kami berlarian ke utara, di depan sudah ada pocong
lagi,
selatan,
balik
ada
ke
pocong,
kemana pun tidak bisa. (Tema menakutkan) Anxiety
Kecemasan ditinggalkan
-p.Affiliation /
“Aku
bermimpi
sedang
berpamitan dengan adikku
berpisah
saat akan berpisah ke Jogja dan
kami
menangis
pun
saling
karena
akan
berpisah” (Tema Saudara) Kecemasan
-p. Aggression
“Ketika
aku
bermain
terhadap
bersama adikku keadaan
ancaman
saat itu sangat gelap. Tibatiba ada pocong disitu, lalu kami pun berlarian untuk dapat bebas dari pocong tersebut.”
(Tema
Menakutkan) Defense Mechanism
Immature
-Regresi
“Aku
bermimpi
sedang
berpamitan dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dan
kami
menangis
88
pun
saling
karena
akan
berpisah” (Tema Saudara) -Introyeksi
“Raffi Ahmad syuting di daerah kawasan rumah ku. Saya merasa heran dan penasaran” (Tema Aneh/ Tidak Terduga)
Mature
-Sublimasi
“Saya teriak-teriak untuk memanggil Kak Raffi, lalu akhirnya
dapat
bertemu
dengannya dan salaman” (Mimpi Menyenangkan)
3.
Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan Affiliation didukung oleh kebutuhan Playmirth dimana subjek ingin menjalin kedekatan dan melakukan hal yang menyenangkan bersama dengan orang lain. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema Teman: “Aku bermimpi sedang berkumpul bersama teman-teman di asrama. kami bermain-main, bercanda-canda,ketawa, ngobrol. Aku merasa senang karena bisa berkumpul bersama teman-teman.”
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
Di sisi lain, subjek memiliki kebutuhan yang saling berlawanan atau berkonflik, seperti kebutuhan memiliki kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan affiliation karena masih ingin dekat dengan keluarga. Contohnya dalam cerita mimpi dengan tema Saudara: “Pertama kali datang ke Jogja, aku merasa belum tau dan belum bisa lepas dari adik dan orangtuaku. Aku bermimpi sedang berpamitan dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja dan kamipun saling menangis karena akan berpisah..” Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan (Press), terlihat bahwa subjek melihat lingkungan sekitar sebagai sebuah ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan. Meskipun demikian, subjek hanya menerima keadaan yang ada. Subjek memiliki rasa tidak berdaya dan tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga subjek memiliki kebutuhan untuk mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema saudara, teman, dan hal yang menakutkan. Dari keseluruhan tema cerita tersebut memiliki kesamaan isi mengenai ancaman dari lingkungan sekitar dan ketidakberdayaan subjek dalam menghadapi ancaman tersebut. Hasil ini sesuai dengan profil subjek mengenai relasi dengan lingkungan sekitar yang menyatakan bahwa, seringkali subjek mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dan mendapatkan ejekan dari lingkungan dengan memandang subjek sebelah mata. Selain itu, subjek juga memiliki kesulitan dalam penerimaan dari orang sekitar, yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk diterima
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
dan dicintai oleh pasangan. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dengan tema lawan jenis, dimana subjek berusaha menarik perhatian orang lain untuk mendapatkan penerimaan. Sementara itu, subjek memiliki perasaan sedih ketika harus ditinggalkan dengan orang terdekat, yang menunjukan kebutuhan afiliasi. Hal ini nampak dalam cerita mimpi dengan tema saudara, tema ayah, dan tema ibu yang menceritakan kesedihannya ketika harus berpisah ataupun kehilangan orang terdekat. Subjek membutuhkan kedekatan dari seorang figur otoritas dan figur afeksi, yaitu ayah dan ibu. Subjek menggambarkan ayah sebagai sosok panutan dan ibu sebagai sosok yang penyayang. Subjek memiliki kedekatan dengan orangtua dan saat ini terpisah jarak dan memunculkan kebutuhan afiliasi dengan ayah dan ibu. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dalam tema ayah dan ibu, yang bercerita mengenai kerinduan subjek dengan figur ayah dan kecemasan subjek ketika harus kehilangan sosok ibu. 4.2.4
Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek
1, 2 dan 3 Ketiga responden dalam penelitian ini memiliki beberapa ciri kebutuhan yang cenderung sama. Berdasarkan wawancara terhadap 3 responden nampak kebutuhan yang terbagi dalam tiga cluster, yaitu keinginan akan penerimaan, keinginan pertahanan diri dari ancaman dan keinginan bebas untuk dirinya sendiri. Keinginan bebas untuk diri sendiri muncul dari ketiga subjek. Hal ini terlihat dalam tema saudara, teman, dan tema yang menyenangkan. Kebutuhan yang muncul antara lain tentang kebutuhan utnuk bermain, kebutuhan menikmati
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
kenangan ataupun keindahan, serta kebutuhan perubahan. Seperti contoh dalam cerita subjek pertama : “Suasana saat itu seperti lebaran. Saat itu saya berkumpul bersama keluarga, saudara. Seletah berkumpul bersama-sama, lalu jalan-jalan bersama keluarga. Saya merasa sangat senang saat itu.” Kebutuhan yang paling menonjol dari ketiga responden adalah kecenderungan dalam kebutuhan akan afeksi, penerimaan, dan kebutuhan untuk menjalani kedekatan dengan sekitarnya. Keinginan untuk penerimaan orang lain pada ketiga subjek muncul melalui tema ayah, tema ibu, tema saudara, tema lawan jenis, dan tema yang membahagiakan. Keinginan akan penerimaan orang lain muncul dalam kebutuhan untuk diperhatikan. Seperti contohnya dalam cerita subjek ketiga melalui tema lawan jenis: “Waktu aku berumur 5 tahun/ 6 tahun aku ingin berjalan memutari rumah seorang teman yang saya sukai, untuk dapat bertemu. Rumahnya berada di belakang musollah di dekat rumah ku. Hanya mau muter ke tempat dia, saya harus mandi sore, terus pakai baju rapi, pakai kacamata, terus pakai topi. Berdasarkan pada dinamika kebutuhan yang muncul dari ketiga subjek diantaranya kebutuhan untuk membentuk pertemanan dan untuk bersosialisasi, untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain, untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain dengan cara bersahabat, dan untuk jatuh cinta. Wrigthsman (1977) menyebutkan bahwa sebenarnya afiliasi merupakan kebutuhan manusia yang teramat kuat dan harus dipenuhi sesering mungkin. Menurut Schachter (dalam Deaux dkk, 1993) faktor yang menyebabkan individu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
berafiliasi adalah karena bila berada di sekitar orang lain secara langsung dapat mengurangi kecemasan. Kecemasan akan keterpisahan dan ditinggalkan pun muncul pada cerita subjek pertama dan ketiga. Di sisi lain, ketiga subjek juga memiliki kebutuhan yang saling berlawanan atau berkonflik. Pada subjek 1, terlihat dalam tema ibu Subjek memiliki kebutuhan afiliasi dengan ibu, namun di sisi lain subjek juga memiliki kebutuhan mengabaikan terhadap ibu karena perkataan yang tidak begitu penting. Pada subjek 2, kebutuhan yang saling berkonflik terlihat dalam tema menakutkan, dimana subjek kebutuhan subjek untuk bersikap agresif terhadap lingkungan sekitarnya, namun juga memiliki kebutuhan untuk menerima tekanan yang berasal dari lingkungannya. Sedangkan pada subjek 3, kebutuhan yang saling berkonflik terlihat dalam tema saudara, dimana subjek memiliki kebutuhan untuk dekat dengan keluarga, namun disisi lain subjek memiliki kebutuhan untuk mandiri dalam kehidupannya. Berdasarkan pada dinamika kebutuhan yang berkonflik ini, terlihat bahwa ketiga subjek memiliki kebutuhan yang ambivalen, dimana kedua subjek memiliki keinginan untuk diterima tetapi juga memiliki keinginan untuk menyerang terhadap figur yang bersangkutan. Anxious-resistant attachment menurut Mary Ainsworth
(dalam
Santrock,
1995)
dicirikan
dengan
memperlihatkan
ketidakamanan dengan menolak figur kelekatan terutama ibu. Contohnya, seseorang yang bersandar pada figur kelekatannya tetapi juga menolak keterikatannya misalnya mengabaikan sosok ibu disaat yang bersamaan. Wenar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
dan Kerig (2000) mengatakan bahwa individu dengan resistant attachment akan menunjukkan ambivalensi ketika berpisah dengan figur lekatnya. Ketiga responden memiliki keinginan untuk pertahanan diri dari ancaman, muncul melalui tema teman dan tema yang menakutkan. Ketika subjek menghadapi kesulitan, maka subjek cenderung mencoba lari dari masalah dan ancaman yang ada, namun seringkali subjek merasa tidak berdaya dan pada akhirnya hanya menerima kenyataan yang ada. Ketiga subjek cenderung memandang ancaman dari sekitar sebagai superior sehingga mereka cenderung kesulitan dan merasa tidak berdaya dalam menghadapi. Seperti contoh pada cerita tema menakutkan pada subjek kedua : “Saya melihat adik saya dipukuli, saya tidak terima dan ingin membalas. Tapi saya tidak dapat berbuat apa-apa, karena saya juga dalam kondisi disekap. Tangan dan kaki saya ditali, saya merasa mimpi yang sangat buruk.” Menurut Murray, cerita mengenai reaksi orang lain dapat memberi informasi tentang situasi, sehingga memberi kejelasan terhadap pikiran-pikiran (kognisi) individu, orang lain merupakan pembanding. Seorang yang cenderung membutuhkan kedekatan dengan orang lain dapat mengevaluasi dirinya berdasarkan perilaku orang tersebut. Menurut Adler (1956) kebutuhan akan kasih sayang (needs for affection) yang tidak terpenuhi seseorang cenderung melakukan self accusation ditandai dengan rasa bersalah bahkan dorongan untuk menyiksa diri sendiri. Rasa bersalah seringkali memunculkan tindakan penuduhan diri sendiri, seperti contohnya ketidakmampuan yang dimiliki. Penuduhan diri merupakan sebuah cara mencapai keunggulan pribadi. Orang ini akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
merendahkan diri sendiri agar memunculkan rasa penderitaan bagi orang lain sembari melindungi rasa percaya diri mereka yang lemah. Orang dengan kecenderungan ini membutuhkan sosok yang dominan yang mampu melindungi dan membimbing. Mereka akan cenderung memandang orang lain sebagai orang yang superior, bahkan pada hal-hal yang mereka kuasai mereka akan memandang orang lain lebih superior (Schultz, 1998). Kecemasan yang muncul ketika menghadapi masalah terjadi dikarenakan ketiga subjek mengalami press physical danger, physical Injury ,dan press claustrum. Tekanan yang dihadapi subjek berupa ancaman dari luar, merasa orang lain lebih dominan, serta ancaman yang membuat merasa terjebak. Seperti contoh cerita subjek pertama: “Teman saya berlarian, berteriak,dan saling melempar. Saya ditengah itu menjadi sasaran lemparan mereka semua. Setelah itu saya terjatuh..” Dari jenis tekanan yang muncul, menunjukan bahwa ketiga subjek cenderung merasa dirinya terancam terhadap lingkungan sekitarnya. Para remaja tunanetra masih menganggap lingkungan sekitar sebagai ancaman mereka. Hal ini sesuai dengan keadaan para tunanetra yang belum mendapatkan kesetaraan dalam hal pemenuhan fasilitas dan aksebilitas untuk aktivitas kesehariannya. Lingkungan bahkan negara belum menyediakan dan belum memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi difabel terutama tunantera. Sesuai dengan wawancara yang menjelaskan keadaan seorang tunantera yang tidak dapat melihat menyebabkan para penyandang tunanetra kesulitan dan merasa terancam secara fisik dikarenakan masih merasa tidak aman, serta terbatas dalam mobilitasnya .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
Kecemasan akan keterpisahan dan kesendirian juga muncul dari cerita diantaranya Press aloneness, press friendship, press family insupport, press loss companionship dan press coercion.
Tekanan dirasakan pula dari lingkungan
sekitar subjek seperti cerita subjek ketiga yaitu : “Ketika aku sedang di rumah, dan ibu bekerja tiba-tiba ada seseorang yang menelpon ku dan memberitahukan bahwa ibu telah mengalami kecelakaan. Aku pun langsung menyebut astagfirullah alhazim dan terbangun untuk mencari mama.” Dinamika
dalam
cerita-cerita
subjek
menunjukan
kecemasan,
ketergantungan dan keinginan penerimaan para remaja tunanetra terhadap orang lain dan mereka memiliki kepatuhan terhadap tokoh yang lebih dominan. Kecemasan yang terdapat dalam diri remaja tunanetra juga membuat diri mereka cenderung untuk memiiki mekanisme dalam mempertahankan diri salah satunya dengan regresi, sublimasi, proyeksi, represi, blocking, dan introyeksi. Dinamika keseluruahan cerita subjek menunjukan kesesuain dengan teori Adler (1927) yang mengatakan setiap pribadi yang lahir ke dunia selalu “diberkati” dengan kelemahan-kelemahan fisik tertentu, dan kelemahankelemahan ini selalu mengarah kepada perasaaan-perasaan inferioritas. Manusia yang membesar-besarkan kelemahan tubuhnya, kadang-kadang mengembangkan perasaan inferioritas secara berlebih-lebihan, karena ingin mengompensasikan secara besar-besaran perasaan ketidaktepatan mereka. Mereka akan cenderung merasa hidup di negeri musuh, rasa takut dan kecemasan sudah mengalahkan mereka lebih daripada hasrat untuk mencapai keberhasilannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Dari keseluruhan cerita ketiga subjek terlihat pula emosi subjek yang akan cenderung sedih ketika mengalami keterpisahan ataupun ketidakberdayaan, sehingga akan cenderung membutuhkan bantuan orang lain disekitarnya. Emosi ketakutan juga akan muncul ketika mengalami ancaman dari lingkungan sekitar. Ketiga subjek akan mengalami perasaan bahagia ketika mendapatkan penerimaan dari lingkungan sekitar. Gambaran emosi yang muncul dari keseluruhan cerita subjek menunjukan bahwa ketiga subjek yang merupakan remaja tunanetra mengalami deprivasi emosi, yaitu keadaan dimana anak tunanetra kurang memiliki kesempatan untuk menghayati pengalaman emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang, kegembiraan, perhatian, dan kesenangan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara terhadap ketiga subjek yang merasakan penolakan ketika masih kecil dan harus mengalami keterpisahan dengan orangtua dan keluarga sejak dini karena harus masuk asrama ketika masih kanak-kanak. Ketiga subjek mengalami keterhambatan dalam pengalaman sosialnya. Somantri (2007) menjelaskan bahwa deprivasi emosi terjadi karena pada tahap anak-anak, pada masa awal kehidupan atau perkembangan anak tunantera ini mengalami penolakan kehadiran dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
Kecenderungan
bahwa
anak
tunanetra
pada
masa
awal
perkembangannya mengalami deprivasi emosi akan membuat kecenderungan bersifat menarik diri, mementingkan diri sendiri, serta sangat menuntut pertolongan atau perhatian kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.2.5
97
Pembahasan Ketiga responden seperti telah dijelaskan diatas memiliki beberapa
kesamaan. Pertama, kebutuhan yang muncul melalui analisis cerita mimpi jika diklasifikasikan ketiga subjek memiliki kebutuhan yang ambivalen, dimana kedua subjek memiliki keinginan untuk diterima tetapi juga memiliki keinginan untuk menyerang terhadap figur yang bersangkutan. Anxious-resistant attachment. Penemuan kedua dalam analisis cerita mimpi menggunakan teori Adler (1956) yang merupakan kelanjutan dari kebutuhan akan kasih sayang (needs for affection) yang tidak terpenuhi seseorang cenderung melakukan self accusation ditandai dengan rasa bersalah bahkan dorongan untuk menyiksa diri sendiri. Rasa bersalah seringkali memunculkan tindakan penuduhan diri sendiri, seperti contohnya ketidakmampuan yang dimiliki. Penuduhan diri merupakan sebuah cara mencapai keunggulan pribadi. Orang ini akan merendahkan diri sendiri agar memunculkan rasa penderitaan bagi orang lain sembari melindungi rasa percaya diri mereka yang lemah. Orang dengan kecenderungan ini membutuhkan sosok yang dominan yang mampu melindungi dan membimbing. Mereka akan cenderung memandang orang lain sebagai orang yang superior, bahkan pada halhal yang mereka kuasai mereka akan memandang orang lain lebih superior (Schultz, 1998). Penemuan ketiga menjelaskan gambaran emosi yang muncul dari keseluruhan cerita subjek menunjukan bahwa ketiga subjek yang merupakan remaja tunanetra mengalami deprivasi emosi, yaitu keadaan dimana anak tunanetra kurang memiliki kesempatan untuk menghayati pengalaman emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang, kegembiraan, perhatian, dan kesenangan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Somantri (2007) menjelaskan bahwa deprivasi emosi terjadi karena pada tahap anak-anak, pada masa awal kehidupan atau perkembangan anak tunantera ini mengalami penolakan kehadiran dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Selain temuan dan kelebihan-kelebihan ini, penelitian ini memiliki kelemahan dalam mencari subjek yang bersedia, sehingga penelitian ini belum dapat membuktikan penelitian dapat ditransfer pada kasus lainnya. Kurangnya pendekatan significant others subjek juga mempengaruhi hasil wawancara, dimana wawancara kurang dapat menghasilkan data yang mendalam baik keadaan subjek maupun relasi subjek dengan keluarga. Hal ini dikarenakan keluarga ketiga subjek yang berada di luar kota, yang membuat peneliti tidak dapat mewawancarai secara langsung. Kelemahan lainnya adalah terbatasnya ruang untuk mewawancarai subjek sehingga adanya gangguan dari sekitar ketika melakukan wawancara, seperti teman yang tiba-tiba datang dan mengajak bercanda. Tetapi gangguan tersebut tidak sepenuhnya berpengaruh besar terhadap hasil pengambilan data wawancara.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Kebutuhan psikologis remaja penyandang tunanetra yang dominan muncul
adalah kebutuhan diterima. Kebutuhan akan penerimaan muncul dari banyak figur baik itu ayah, ibu,
keluarga, teman, maupun lingkungan sekitar. Selain itu,
kebutuhan akan rasa untuk menghindari ancaman juga muncul dominan dengan berbagai variasi, seperti kebutuhan rasa aman dengan menghindari pelaku kekerasan, bahkan dengan menunjukan ketidakberdayaan. Terdapat pula kebutuhan lain yang muncul dalam bentuk yang agresif, yaitu kebutuhan agresi. Selain itu, keinginan untuk diri sendiri juga muncul dalam bentuk kebutuhan otonomi, maupun mencari kesenangan diri dan menikmati keadaan sekitar. Sementara itu, lingkungan sekitar yang menekan menimbulkan tekanan (press). Tekanan yang dominan muncul pada remaja penyandang tunanetra adalah press physical danger, physical Injury, coercion,dan press claustrum. Tekanan tersebut memunculkan kecemasan pula didalam diri anak tunanetra. Selain itu, penemuan lain dari penelitian ini terlihat dari konflik antar kebutuhan serta ambivalensi sikap subjek terhadap tekanan yang dialaminya menunjukkan bahwa ketiga subjek mengalami anxious-resistant attachment. Kebutuhan akan rasa kasih sayang yang tidak terpenuhi menimbulkan perasaan self accusation. Perasaan ini akan memunculkan tindakan penuduhan diri sendiri, seperti contohnya ketidakmampuan yang dimiliki. Anak tunanetra
99
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
juga mengalami deprivasi emosi, hal ini membuat kecenderungan bersifat menarik diri, mementingkan diri sendiri, serta sangat menuntut pertolongan atau perhatian kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. 5.2.1. Saran Beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti: 1. Bagi peneliti selanjutnya a. Berdasarkan pada kelemahan penelitian ini, peneliti mengusulkan supaya peneliti selanjutnya melakukan pendekatan yang mendalam, serta menambah jumlah bagi subjek maupun significan others subjek sehingga hasil wawancara dapat lebih mendalam dan kuat dalam pembuktian transferabilitas (pengeneralisasian) penelitian. b. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan melihat secara lebih spesifik mengenani hubungan penyandang tunanetra dan hubungan keluarga maupun lingkungan sekitar terkait dengan peningkatan kesejahteraan, anxious-resistant attachment, self accusation, dan deprivasi emosi yang telah terungkap pada remaja penyandang tunanetra. 2. Bagi keluarga Kebutuhan psikologis yang muncul sangat tergantung dari relasi subjek dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, agar remaja penyandang tunanetra dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya serta mengurangi tekanan yang dialaminya, sebaiknya keluarga dan lingkungan melakukan penerimaan, perhatian, dan kasih sayang. Seperti yang dikatakan
oleh
Adler,
kegagalan
memenuhi
kebutuhan/keinginan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
mengalami penolakan sejak masa kanak-kanak menjadi sebab hampir semua bentuk psikopatologi, contohnya dalam penelitian ini adalah anxious-resistant attachment, self accusation, dan deprivasi emosi. Oleh karena itu, penerimaan tidak bersyarat penting untuk diberikan kepada penyandang tunanetra. 3. Bagi Lingkungan Sekitar Kondisi anak dengan kebutuhan tunanetra membutuhkan penerimaan berupa keberadaan fasilitas yang adil dari lingkungan. Dukungan dan penerimaan dari lingkungan sangat penting bagi perkembangan anak tunanetra. Ketidakadilan merupakan salah satu bentuk kurang siapnya lingkungan terhadap penerimaan para penyandang tunanetra dan hal ini dapat menyebabkan anxious-resistant attachment, self accusation, dan deprivasi emosi. 4. Bagi praktisi klinis Melihat kondisi yang dialami oleh remaja penyandang tunanetra, praktisi klinis dapat melakukan penyuluhan dan pengertian terhadap orang tua yang memiliki anak tunanetra serta lingkungan sekitar akan pentingnya penerimaan dan rasa aman sehingga tidak menimbulkan anxious-resistant attachment, self accusation, dan deprivasi emosi yang akan menetap hingga dewasa dan dapat menyulitkan kehidupan anak tunanetra.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
DAFTAR PUSTAKA Adelson E. & Fraiberg S. (1974). Gross Motor Development in Infants Blind from Birth. Wiley on behalf of the Society for Research in Child Development Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Amawidyati, S. A. G & Utami, M. S. (2007). Religiusitas dan Psychological WellBeing Pada Korban Gempa. Jurnal Psikologi, 3(2), 165-171. Anna, K. L. (2011). Katarak penyebab utama kebutaan. Diambil dari Kompas Online http://health.kompas. com/read/2011/06/23/06230534/Katara k.Penyebab.Ut ama.Kebutaan Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E., & Bern, D. (1987). Pengantar Psikologi (Edisi 11). Batam: Interaksara. Bellak, L., & Abrams, D. (1997). The TAT, The CAT, The SAT in Clinical Use. 6th ed. Boston: Allyn & Bacon. Blumer, Herbert 193 1: Science without Concepts. American Journal of Sociology, 36, 515-33 Charney, D. S. (2004). Psychological mechanism of resilience and vulnerability: Implication for successful adaptation to extreme stress. American Journal of Psychology, 161(2), 195-216. Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches. California: Sage Pulications, Inc. Denzin, Norman K. 1969. Symbolic Interactionism and Ethnomethodology : A Proposed Synthesis. American Sociological Review, 34, 922-34 Dewi K.S. & Harimukthi M.T. (2014) Eksplorasi Kesejahteraan Psikologis Individu Dewasa Awal Penyandang Tunanetra. Jurnal Psikologi Undip Vol.13 No.1 Dewi U. & Rahayu S. (2012) Pelayanan Publik Bagi Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas Di Kota Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Diener, E., Wirtz, D., Biswas-Diener, R., Tov, W., Kim-Prieto, Chu, Choi, Dong-won, & Oishi, S. (2009). New measures of well-being. E. Diener (ed.), Assessing wellbeing: The collected works of Ed Diener, Social Indicators Research Series 39, doi: 10.1007/978-90-481-2354-4 12.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
Fitriyah, C. & Rahayu S.A. (2013). Konsep Diri Pada Remaja Tunanetra Di Yayasan Pendidikan Anak Buta (Ypab) Surabaya Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 04, No. 01, 46-60 Foster G.M. & Maccoby M. (1970). Methods Of Studying Mexican Peasant Personality: Rorschach, Tat And Dreams. The George Washington University Institute For Ethnographic Research Freud S. (1920). Dream Psychology, Psychoanalysis For Beginners. New York : The James A. McCann Company. Gardner, J., & Harmon, T. (2002). Exploring resilience from parent’s perspective: A qualitative study of six resilient mothers of children with intellectual disability. Australian Social Work, 55(1), 60-68. Gottesman M. (1973). Conservation Development In Blind Children. Wiley On Behalf Of The Society For Research In Child Development Green, Andre (2012) On construction in Freud’s work. Int J Psychoanal 93:1238–1248 Gronlund, N. E. (1999). How to write and use instructional objectives (6th ed.). Bellevue, WA: Merril Press. Hall, C.S., & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Holistik (Organismik Fenomenologis); Editor A. Supratiknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
–
Hallam, F. M.& Weed ,S. C. (1896). A Study of the Dream-Consciousness. The American Journal of Psychology, Vol. 7, No. 3, pp. 405-411 Herlina, Dkk (2008). Profil Kebutuhan Psikologis Mahasiswa Tunanetra Di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia Fasilitas publik minim akses bagi penyandang disabilitas. (2015, 26 Juni). KOMPAS. Diunduh dari : http://print.kompas.com/baca/2015/06/26/Fasilitas-Publik-Minim-Akses-bagiPenyandang-Disabilitas Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Suatu Pendekatan
Sepanjang
Hurovitz, C., Dunn, S., Domhoff, G. W., & Fiss, H. (1999). The dreams of blind men and women: A replication and extension of previous findings. Dreaming, 9, 183193. Hutto, M.D., & Hare, D. (1997). Career advancement for young women with visual impairments. Journal of Visual Impairment and Blindness, 91, 280-295.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
Kartikasari, N,Y. (2013). Body Dissatisfaction terhadap Psychological Well Being pada Karyawati. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang. Khalimah S. (2014). Pembentukan Perilaku Sosial Difabel Netra Di Slb-A Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Kerr, N., & Domhoff, G. W. (2004). Do the blind literally "see" in their dreams? A critique of a recent claim that they do. Dreaming, 14, 230-233. Kerr, N.H., Foulkes, D., & Schmidt, M. (1982). The structure of laboratory dream reports in blind and sighted subjects. Journal of Nervous and Mental Disease, 170, 286-294. Kirtley, D. (1975). The Psychology of Blindness. Chicago: Nelson-Hall. Lianawati, E. (2008). Kesejahteraan Psikologis Istri ditinjau Dari Sikap PeranGender Pasutri Muslim. Jurnal Psikologi, 2(1), 29-30. Linely, P. A. & Joseph, S. (2005). The human capacity for growth through adversity. The American Psychologist, 60(3), 262-264. Matsumoto D. & Willingham B. (2008) Spontaneous Facial Expressions Of Emotion Of Congenitally Andnoncongenitally Blind Individuals. Attitudes And Social Cognition Mazidah, Lutfiyah (2012) Kesejahteraan Tuna Netra Dewasa ini. Universitas Sunan Kalijaga. McGregor, I., & Little, B. R. (1998). Personal projects, happiness, and meaning: On doing well and being yourself. Journal of Personality and Social Psychology, 74, 494–512. Mclivane, J. M. & Reinhardt, J. P. (2001). Interactive effect of support from family and friends in visually impaired elders. The Journals of Gerontology, B series, Psychological Sciences and Social Sciences, 56(6), 374-382. Mestika, P.Addina (2012) Sarana Bantu Atletik Lari Tuna Netra Dengan Sistem Kerja Line Follower. Institut Teknologi Bandung Mills. (2010). Psychological well-being in long term care. Diambil dari http://gerospychology.wordpress.com/2 010/01/psychological-well-being-inlong-term-care/ Monroe, Will S. (1905) Mental Elements of Dreams. The Journal of Philosophy, Psychology and Scientific Methods, Vol. 2, pp. 650-652
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
Morewedge C.K. & Norton M.I (2008) When Dreaming Is Believing: The (Motivated) Interpretation Of Dreams. Attitudes And Social Cognition Mujimin W.M. (2007) Penyediaan Fasilitas Publik Yang Manusiawi Bagi Aksesibilitas Difabel. Dinamika Pendidikan No. 1/ Th. XIV Nayana F.N. (2013) Kefungsian Keluarga Dan Subjective Well-Being Pada Remaja. Issn: 2301-8267vol. 01, No.02, Nelson, J. (1888). A Study of Dreams. The American Journal of Psychology, Vol. 1, No. 3, pp. 367-401 Pelangi, Samira (2014). Gambaran Psikologi Remaja Penyandang Tunarungu Diungkap dengan Thematic Apperception Test (T.A.T.). Universitas Sanata Dharma. Peanstiehl, M.R. (1983). Role models for high-achieving visually impaired women. Journal of Visual Impairment and Blindness, 77, 259-261. Pinquart, M. & Pfeiffer, J. P. (2009). Psychological well-being in visually impaired and impaired individuals. British Journal of Visual Impairment, 29(1), 27-45. Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia. Reber, A., & Reber, E. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sacks, S.2. (1996). Psychological and social implications of low vision. In A.L. Corn & A.J. Koenig (Eds.), Foundations of low vision: Clinical and functional perspectives (pp.26-42). New York: AFB Press. Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (Edisi 5). Jakarta: Erlangga. Sarafino, E.P. 1998. Health Psychology. New York: Biopsychology Interaction. Savary L.M., dkk (1984). Dreams and Spiritual Growth: A Judeo-Christian Way of Dreamwork. Paulus Press. Schultz, D., & Schultz, S. E. (1998). Theories of Personality (6th Edition ed.). California: Brooks/Cole Publising Company. Smith, Jonathan A. (2008). Qualitative Psychology : A Practical Guide To Research Methods (2nd Ed). London: Sage Publication. Snyder, F. (1970). The phenomenology of dreaming. In L. Madow & L. Snow (Eds.), The psychodynamic implications of the physiological studies on dreams (pp. 124– 151). Springfield, IL: Thomas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Wardani, M.Candra (2012). Motivasi Perilaku Merokok Pada Mahasiswi.Universitas Sanata Dharma Weiss , Lillie (1987). Dream Analysis in Psychotherapy. Family Relations, Vol. 36, No. 1p. 108 Yogasari R. S. (2013) National Geographic Indonesia.. Jakarta : Gramedia Indonesia Zadra, A. L., Nielsen, T. A., & Donderi, D. C. (1998). Prevalence of auditory, olfactory, and gustatory experiences in home dreams. Perceptual and Motor Skills, 87, 819– 826.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
LAMPIRAN SUBJEK I Mimpi Mengenai Ayah Saya pernah mimpi mengenai Ayah. Ehmm.. Sebentar mbak saya ingat ingat dulu. Saya dulu ingat Ayah ketika itu memeluk saya, dan saat itu posisi saya sedang galau dan sedih. Saya merasa bahagia karena ayah mendukung saya. Inquiry Apakah pada kenyataannya ayah mu memelukmu ketika kamu sedang dalam masalah? Iya, ayah saya sering memeluk saya ketika saya sedang ada masalah. Tema Deskriptif Saya
Tema Intepretatif
bermimpi Jika
mengenai ketika
subjek
ayah, merasa sedih dan saya galau, maka ayah
merasa sedih dan akan galau,
memeluk
ayah saya.
memeluk saya Ayah
Tema Diagnostik
Kesimpulan
- Pelukan/Perhatian
- Saat
dari figur otoritas. (n.
memiliki
Affiliation)
masalah
- Perasaan sedih.
butuh
- MD Regression
dukungan
- P. Aloneness
memeluk Jika
ayah
- Pelukan/Perhatian
dan memberikan memeluk
saya,
dari figur otoritas. (n.
dukungan
ayah
Affiliation),
saya
pada maka
mendukung saya.
- Dukungan dari figur otoritas.
(n.
Succorance) Saya bahagia ayah untuk
merasa Jika
ayah
ketika mendukung saya, memeluk maka saya akan merasa bahagia
- Pelukan/Perhatian
- Ketika
dari figur otoritas. (n.
mendapat
Affiliation),
dukungan
- Dukungan dari figur
akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memberikan dukungan
otoritas. untuk
(n.
108
bahagia
Succorance)
saya.
- Perasaan bahagia.
Mimpi Mengenai Ibu Ehmm.. Aku agak lupa soalnya.. Pernah sih sekilas mimpi tentang Ibu. Kata-kata dan kejadiannya aku agak lupa mbak. Ibu seperti mengatakan sesuatu kayanya. Saya lupa apa yang dikatakan, tapi posisinya dan keadaan sedang santai-santai namun gembira. Inquiry Bagaimana kah cerita lengkap mengenai kejadian mimpi tersebut? Ehmm,, Ya kaya ngobrol-ngobrol santai biasa sih mbak. Tapi gak ada sesuatu pesan yang penting gitu. Tema Deskriptif Saya
Tema Intepretatif
pernah Jika kumpul santai
Tema Diagnostik
Kesimpulan
- Berkumpul akrab
- Butuh dekat
bermimpi tentang dengan ibu, ,akan
dengan
ibu, suasana saat ibu akan mengajak
afeksi
itu sedang santai ngobrol.
(n.Affiliation),
dan
gembira
figur
orang tua
- Bersantai-santai
seperti biasa. Ibu
(n. Passivity).
mengajak
- Perasaan
mengobrol-
subjek
gembira.
ngobrol. Ketika
ngobrol Jika ibu mengajak
bersama ibu, tidak ngobrol, sesuatu
yang tidak
begitu
penting penting
maka ada
hal yang
dengan
- Anggapan penting (n.Rejection)
tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
yang
109
dikatakan dikatakan ibu
oleh ibu. Jadi saya lupa apa Jika tidak ada hal yang
dikatakan penting
- Mengabaikan
yang
pembicaraan
oleh ibu dan tidak dikatakan,
maka
Rejection)
mengingatnya
akan
subjek
- Butuh (n.
mengabaikan hal
- MD. Blocking
yang
tidak
melupakannya.
penting.
Mimpi Mengenai Saudara Saya mimpi tentang kakak sepupuku. Ya,, apa ya agak lupa sih. tapi saat itu suasananya suasananya itu mbak ku itu gak biasanya kaya apa ya marahin aku apa gimana,, mau ninggalin aku apa gimana gitu. Terus, dia itu kayanya apa itu mau ninggalin aku lah intinya gitu. Perasaanya saat itu sedih. Namun, ketika terbangun saya sadar bahwa itu gak mungkin. Inquiry Apakah pada kenyataannya kamu dekat dengan kakak sepupumu? Iya, saya dekat dengan mbak saya. Karna saya anak tunggal, jadi sejak kecil saya menganggap dia seperti kakak saya sendiri. Tema Deskriptif Saya
Tema Intepretatif
bermimpi Jika mbak marah,
mengenai
kakak maka itu bukan hal
Tema Diagnostik - Menerima kemarahan
sepupu saya. Saat yang biasa.
kakak
itu
Abasement)
terasa
tidak
seperti
biasanya.
Dia
memarahi
saya. Ketika dia marah Jika mbak marah,
Kesimpulan
- Menerima
- Kecemasan dari (n.
ketika ditinggalkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
padaku, dia ingin maka
dia
akan
kemarahan
meninggalkan saya meninggalkan
kakak
pergi.
Abasement),
subjek.
110
dari (n.
- Hubungan dekat dengan kakak (n. Affiliation) Ketika
dia Jika
meninggalkan saya,
subjek
- Menerima
ditinggalkan mbak,
kemarahan
perasaan maka
saya saat itu sedih.
subjek
merasa sedih.
- Ditinggalkan dari
kakak
menjadi sedih
(n.
Abasement), - Hubungan dekat dengan kakak (n. Affiliation) - Kehilangan ketika ditinggalkan (n.Succorance) - P. Aloneness - Perasaan sedih.
Mimpi tentang Teman Saya pernah mimpi lihat teman saya berkelahi itu pernah. Saya dulu itu kayanya, ehmm kayak itu lebih kayak tawuran gitu deh mbak. Aku mimpi tawuran. Posisi aku itu kayaknya gimana ya, kayanya aku tuh ada ditengah- tengah kerusuhan gitu. Tapi aku gak berbuat apa-apa. Temen ku yaudah cuma pada lari-lari, teriakteriak, terus lempar-lempar gitu aja. Kaya orang-orang tawuran gitu. Walaupun aku ditengah itu tapi tetep tetep aku kaya dijadikan sasarannya gitu dilemparlemparin, kayanya pas itu aku mau jatuh kaya gimana ya? Pas jatuhnya itu aku langsung sadar.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Inquiry Bagaimana perasaan yang kamu alami ketika mimpi itu? Apa yah,, Panik sih. Lalu ketika bangun kaget dan keringat mengucur. Hehehe. Apakah sebelumnya kamu pernah melakukan hal itu? Enggak sih mbak, hanya meihat di tv saja ada cerita tawuran. Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Mimpi
lihat Ketika
subjek
teman
saya berada
ditengah
Tema Diagnostik - Merasa dapat
tidak
- Tak
berdaya
berbuat
saat
ada
berkelahi. Mereka kerusuhan tawuran,
apa-apa
tawuran.
Posisi subjek tidak dapat
Succorance).
saya
berada melakukan
ditengah
tengah apa.
kerusuhan
apa-
bisa
ancaman
- Press Aggresion tidak
berdaya (Rendah
Tapi posisi saya tidak
(n.
- Perasaan
itu.
Kesimpulan
Diri)
apa-
apa. Teman
saya Ketika
teman-
teman
mengalami
berlarian, berteriak,
dan kerusuhan, subjek
saling melempar. merasa
menjadi
Saya ditengah itu sasaran
sampai
menjadi
sasaran membuatnya
lemparan mereka terjatuh. semua. Setelah itu saya terjatuh.
- Merasa
tidak
dapat
berbuat
terhadap
(n.
ancaman
apa-apa Succorance). - Menerima sakit
rasa (n.
Abasement) - Ingin menghindar dari serangan (n. Harm Avoidance) - Press Injury
- Kecemasan
Physical
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Mimpi Mengenai Teman Lawan Jenis Wahh,, ini.. Pubertas sih sebenarnya. Hehehe.. Jujur wae aku. Jujur ya mbak. Terus pernah aku tuh Makk. Mbak, yang mimpi itu aku tuh lebih ke hubungan gitu. Dia pakai pakaiannya ya seksi gitu. Tapi jangan bilang-bilang ya mbak. Biasa sih lelaki kalo mau itu, ya biasa sih nganu itu ya nafsu sih. hahaha. Ya gitu mbak. Ya hampir banget melakukan kayak gitu terus aku bangun ya udah kayak gitu ceritanya. Itu kondisinya di kamar. Yah, pokoknya begitu lah kondisinya. Pernah juga aku lagi mimpi bertemu seseorang yang aku suka. Dimimpi itu aku mendapatkan respon yang positif dari dia. Dalam mimpiku itu suasananya romantis gitu mbak. Perasaan saya ya sangat senang saat itu. Inquiry Apakah pada kenyataan sesuai dengan mimpi itu? Pada kenyataanya itu enggak mbak. Aku suka dia tapi dia kayanya gak suka sama aku. Tema Deskriptif Mimpi
Tema Intepretatif
pubertas Jika subjek berada
Tema Diagnostik - Hubungan dekat
yang
berkaitan di kamar bersama
dengan
dengan
hubungan dengan
jenis
seorang
badan. Saya berada perempuan di
sebuah
dengan
kamar berpakaian
- Hubungan
seorang subjek akan merasa
seksualitas
memakai
nafsu pakaian berhubungan
seksi, dan akhirnya badan.
untuk
dengan
(n.
lawan
nafsu. Saya merasa
cinta.
dan
cinta
dan penerimaan
jenis
- Perasaan terangsang
- Butuh
dari
jenis (n. Sex).
menimbulkan hawa
hampir melakukan
lawan
Affiliation), seksi,
perempuan
Kesimpulan
lawan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
hubungan
113
badan
namun tidak terjadi karena terbangun
Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Pernah juga mimpi Ketika
subjek
Tema Diagnostik - Hubungan dekat
bertemu seseorang mengalami respon
dengan
yang
jenis
saya
suka. positif
dari
Dimimpi itu aku seorang
yang
Affiliation),
mendapatkan
maka
- Menikmati
dicintai,
respon yang positif subjek
akan
dari perempuan itu. merasa senang
Kesimpulan
lawan (n.
- Butuh
cinta
dan penerimaan dari
lawan
jenis.
suasana romantis (n. Sentience),
Dalam mimpi itu
- Perasaan bahagia
suasananya
- MD. Proyeksi
romantis gitu mbak.
- Perasaan cinta
Perasaan ku sangat senang.
Mimpi yang Membahagiakan Pernah aku mimpi membahagiakan tapi aneh. Padahal mimpinya itu masih jauh dari bulan puasa, masih jauh dari lebaran, tapi aku mimpinya lebaran mbak. Kayaknya itu kaya lebaran sebelumnya ramai kumpul-kumpul sama keluarga terus jalan-jalan gitu. Saat bangun, wah kok lebaran masih lama malah mimpi lebaran ya? Inquiry Bagaimana perasaanmu ketika itu? Ehm, ya senang sih. kaya suasana lebaran beneran. Ketemu keluargaku, saudara-saudaraku, ya lengkaplah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema Deskriptif Mimpi saat
Tema Intepretatif
suasana Ketika
itu
lebaran,
seperti maka subjek akan
lebaran. Saat itu bersama keluarga saya
berkumpul besar.
Tema Diagnostik - Hubungan
114
Kesimpulan
dekat
- Keinginan
dengan keluarga (n.
dekat dengan
Affiliation),
keluarga
- Menikmati
bersama keluarga,
kenangan bersama
saudara.
keluarga
(n.
Sentience) Setelah
Ketika berkumpul
berkumpul
dan jalan bersama
membahagiakan (n.
bersama-sama,
keluarga,
Playmirth),
lalu
maka
jalan-jalan subjek
akan
- Melakukan
- Hubungan
hal
dekat
bersama keluarga. merasa senang.
dengan keluarga (n.
Saya
merasa
Affiliation),
sangat
senang
saat itu.
- Mengingat kenangan bersama keluarga
(n.
Sentience). - Perasaan senang.
Mimpi yang paling Menakutkan Sering banget kalo mimpi buruk e mbak. Ketika tidur sehabis sahur, Aku mimpi suara teriakan bayi, teriakan orang tolong-tolong, dan aku sama sekali tidak bisa apa-apa. Ada banyak sekali orang disitu, ada banyak teriakan. Pernah juga mimpi kaya di Palestina itu. Sepertinya aku mengalami beneran dan itu ada di depanku gitu. Aku tuh kaya mengalami kejadian perangnya ada tembak tembakan, ada suara orang teriak-teriak gitu mbak. Posisiku sedang tidak jelas, tapi aku tuh mau bergerak itu sulit sekali.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
Inquiry Bagaimana perasaan mu ketika itu? Saya merasakan kepanikan saat itu. Apakah ada hubungan dengan dunia nyata? Ya saya sering melihat itu di berita di tv. Tema Deskriptif Ketika
itu
Tema Intepretatif Tema Diagnostik
saya Ketika
- Ketidak mampuan
mendengar
suara mendengar suara
teriakan
bayi, teriakan,
teriakan
orang subjek
Kesimpulan
maka merasa
tolong-tolong, dan tidak bisa apa-
(n. Succorance).
- Merasa
tak
berdaya
- Press Aggression
ketika
- Perasaan
ancaman
tidak
ada
berdaya
saat itu aku tidak apa. bisa apa-apa. Ada banyak orang Ketika
- Ketidakmampuan
- Kecemasan
disitu, ada banyak mendengar
tidak mampu (n.
terhadap
teriakan
Succorance).
ancaman
disitu. teriakan banyak
Saya
merasa orang,
maka
ketakutan
subjek
merasa
mendengarnya.
ketakutan.
Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Keadaannya
itu Jika
ada
- Press Aggression
Tema Diagnostik - Menghindar dari
seperti di negara peperangan, maka
ancaman
Palestina.
Harm
Aku subjek
merasakan
seperti kepanikan.
merasa
Kesimpulan
(n.
Avoidance),
kenyataan
- Press Aggression
dihadapanku. Aku
- Perasaan
seperti mengalami peperangan suara
ada
tembakan,
kecemasan
- Kecemasan terhadap ancaman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
ada suara teriakteriak.
Aku
merasakan kepanikan saat itu. ketika
panik, Ketika
panik,
posisiku
sedang subjek ingin pergi
- Menghindar dari ancaman
(n.
tidak jelas saat itu, dari situ.
Harm
aku rasanya mau
Avoidance),
bergerak dari situ.
- Press Aggression
Namun, aku tidak Ketika
kondisi
dapat bergerak dan panik,
subjek
berbuat apa-apa
tidak
dapat
berbuat apa-apa.
- Menghindar dari ancaman
(n.
- Merasa berdaya
Harm
ketika
Avoidance),
ancaman
- Tidak berbuat
tak
ada
dapat apa-apa
(n. Succorance) , - Press aggression - Perasaan
tidak
berdaya.
Mimpi yang paling Aneh (yang tidak terduga) Pernah sih mimpi di halaman rumahku ada pasar malam, tapi kok ya ada gitu. Padahal biasanya ada di lapangan. Ramai ada banyak orang datang main. Aku hanya merasa heran, tapi senang juga. Inquiry Adakah pengalaman khusus dengan pasar malam? Ada, di kampungku sering ada pasar malam mbak, tapi di lapangan. Aku sering main kesana.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Keadaan saat itu Jika
ada
pasar
Tema Diagnostik - Melakukan
117
Kesimpulan hal
- Keinginan
seperti
pasar malam di rumah,
yang
dekat dengan
malam
yang maka
menyenangkan (n.
orang
Playmirth),
sekitar
itu
tidak
berada di halaman biasa rumahku.
dan
membuat heran.
Biasanya
di
- Merasakan
pasar
pengalaman
malam itu berada
(n. Change).
baru
di lapangan. Saya merasa heran. Saat itu keadaan Jika banyak teman
- Melakukan
hal
- Jika
dekat
di pasar malam datang ke rumah
yang
dengan orang
ramai,
banyak untuk
bermain,
menyenangkan (n.
sekitar
orang
datang maka
subjek
Playmirth),
senang
bermain.
saya merasa senang.
merasa senang
akan
- Merasakan pengalaman
baru
(n. Change). - Perasaan senang.
SUBJEK II Mimpi Mengenai Ayah Yaa.. Kangen ingin bertemu dengan ayah gitu mbak. Soalnya udah lama ini belum pulang gitu. Jadi ya pingin pulang. Di mimpi itu apa ya, kondisinya itu aku lagi nata nata barang pingin pulang begitu. Pingin ketemu ayah gitu. Ayah saya di rumah, tapi ya saya komunikasi telepon saya pingin pulang begitu. Inquiry Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya saya bahagia bercampur dengan senang begitu bahwa nanti bisa bertemu dengan ayah dan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
lain. Apakah pada kenyataan kamu merasakan hal yang sama? Iya, saya memang sudah lama tidak pulang ke rumah saya di daerah Jawa Timur. Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Kangen
ingin Ketika
bertemu
ayah, pulang,
lama
tak
Tema Diagnostik
Kesimpulan
- Kedekatan
- Keinginann
maka
dengan
figur
karena sudah lama subjek akan merasa
otoritas
(n.
tidak pulang.
Affiliation)
kangen
untuk
bertemu ayah. akan
barang
maka
dengan
akan
otoritas.
ingin
pulang ke subjek
rumah. Saya juga memberitahu ayah menelpon dan
keluarga
- P. Aloneness
Saya menata-nata Ketika karena pulang,
dekat dengan
ayah terlebih dahulu.
memberikan
- Kedekatan figur (n.
Affiliation), - Melapor
pada
figur otoritas. (n.
kabar bahwa saya
Deference).
akan pulang. Ketika pulang,
akan Ketika
perasaan bertemu ayah dan
saya sangat senang keluarga, karena bertemu
akan
maka
akan subjek akan sangat dengan senang.
- Kedekatan dengan otoritas.
- Ketika dekat figur (n.
Affiliation),
dengan keluarga akan senang
- Perasaan senang.
ayah dan keluarga.
Mimpi Mengenai Ibu Ibu ya juga sama. Ya sekangen itu, kangen ingin bertemu juga. Ya mimpinya belum lama ini. Beberapa kali ini kan saya juga gak pulang, jadi ya kangen gitu mbak pingin ketemu. Bedanya ibu yang sering sms telepon telepon suruh cepat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
pulang begitu. Tapi ya saya bilang saya bilang belum tahu kapan seperti itu. Tapi ya apa ya, saya udah kepingin pulang. Inquiry Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya saya itu rasanya ya memang kepingin cepat-cepat pulang begitu. Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Mimpi di sms dan Ketika
ibu
sms/
Tema Diagnostik - Kedekatan
ditelpon ibu dan telpon,
maka
dengan
diminta
akan
afeksi
untuk subjek
cepat pulang ke merasa kangen.
Kesimpulan - Keinginan
figur (n.
- Press of coercion
merasa kangen.
- Perasaaan Afeksi kangen,
- Kedekatan
rasanya saya ingin maka subjek akan
dengan
cepat
afeksi
cepat merasa
ingin
pulang, tapi saya pulang ke rumah. juga
belum
tau
keluarga
Affiliation).
rumah. Saya jadi
Saat kangen itu Ketika
dekat dengan
figur (n.
Affiliation). - P. Aloneness
kapan akan pulang ke rumah.
Mimpi Mengenai Saudara Ya ceritanya hampir- hampir sama seperti itu. Saya pingin cepat-cepat kumpul bersama adik-adik saya gitu. Ya bermain bersama, bercanda bersama, kemanamana bersama ya kan seperti dulu begitu saat ketika saya masih ada di rumah. Inquiry Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya, rasanya itu kepingin kumpul kepingin pulang, tempatnya sama tapi suasananya berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema Deskriptif Mimpi
pingin Ketika
subjek
kangen
dengan
cepat-cepat kumpul adik-adik gitu.
Tema Intepretatif
bersama saudara,
maka
Tema Diagnostik - Hubungan dengan
saya subjek
teringat
Affiliation),
Bermain ketika
dulu
- Melakukan
Kesimpulan
dekat orang
terdekat
(n.
bermain dan pergi
menyenangkan (n.
bercanda
bersama-sama.
Playmirth).
mana seperti
bersama dulu
- Keinginan dekat dengan keluarga
hal
bersama,
bersama, kemana-
120
- Menikmati kenangan
(n.
Sentience)
begitu saat ketika
- Perasaan afeksi
saya masih ada di
- P. Aloneness
rumah.
Mimpi Mengenai Teman Teman juga hampir sama, mimpi bermain bola, melakukan saat pergi bersama sama. Perasaan saya senang dan melepas kangen bersama teman-teman gitu lho mbak udah lama gak ketemu gitu. Ketika bermain bola, allhamdullillah seringnya menang mbak. Mau mimpi maupun gak bermimpi. Inquiry Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Merindukan saatsaat berkumpul bersama. Apakah pada kenyataan kamu merasakan hal yang sama? jadi saya dulu itu punya teman ya sering main bersama, main sepak bola bersama. Kumpul bersama, kemana-mana bersama tapi sekarang kan sudah enggak, sudah jarang berkumpul.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tema Deskriptif Mimpi
Tema Intepretatif
bermain Ketika
rindu
melakukan dengan
teman-
saat pergi bersama teman,
maka
bola,
sama.
Perasaan subjek
Tema Diagnostik - Hubungan dengan
orang (n.
melepas
Affiliation),
saya senang dan kerinduan dengan
- Melakukan
melepas
kangen pergi
bermain
bersama
teman- sepak
bola
Kesimpulan
dekat
terdekat
121
- Keinginan dekat dengan orang sekitar
hal
menyenangkan (n. Playmirth).
teman yang sudah bersama. lama tidak ketemu gitu. Ketika
bermain Ketika
bermain
bola,
pada bola
bersama
akhirnya
saya teman,
maka
menang.
Sama subjek
akan
halnya
ketika menang
dalam
- Sikap
kompetitif
(n. Achievement), - Melakukan
hal
menyenangkan (n. Playmirth).
kenyataan
saat permainan.
- Perasaan Ambisius
bermain
bola
- P.
bersama
teman-
Competing
contemporery
teman.
Mimpi Mengenai Teman Lawan Jenis. Saya tidak pernah mengalami mimpi bersama teman-teman perempuan, seringkali bermimpi bersama teman laki-laki yang merindukan saat-saat dulu bersama. Inquiry Apakah benar kamu belum pernah bermimpi mengenai teman perempuan? Belum pernah mbak. Bagaimana kamu melihat perempuan? Apa ya, ya pengertian yang luas itu kan, ya yang seperti kita lihat itu kan bagus, istimewa,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
salah satu anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita ya jika kita bisa melihat seorang perempuan. Apalagi bisa berbicara, berkomunikasi gitu kan enak. Apalagi jika kita ada masalah gitu kan kalo kita bicara sama laki-laki tuh beda rasanya kalo kita bisa berbicara ke perempuan. Apa perbedaan yang kamu rasakan? Rasanya itu lebih tenang gitu kalo sama perempuan, lebih enjoy, apa ya meringankan beban. Kamu saat ini berusia 17 tahun, apakah kamu pernah mengalami mimpi basah? Pernah sih mbak, dua tahun yang lalu. Bagaimana kamu menanggapi tentang pubertas yang kamu alami? Ya pertamanya itu ya ngerasa ya agak gimana gitu ya. Ya gimana ya mimpi yang kaya begitu gitu. Mau menjelaskan tuh bingung gitu dengan kata-kata bingung mau menjelaskannya. Bagaimana perasaan mu ketika mengalami hal itu? Saya merasa lebih besar sedikit, sudah dewasa. Bagaimana kamu menanggapi seksualitas? Ya kalo itu kan laki-laki dan perempuan pasti punya rasa nafsu, tapi kan gak mungkin menceritakan atau memperlihatkan ke orang lain, jadi ya seharusnya dipendam saja. Kalo sama laki-laki, ya buka bukaan, tapi kalo sama perempuan ya jangan diceritakan. Tema Deskriptif Pengertian luas
yang Jika
kita
salah satu anugerah anugerah Tuhan diberikan
yang tertinggi. kepada
kita jika kita bisa
menjadi yang
Kesimpulan
Hubungan - Keinginan dekat
itu perempuan, maka
istimewa, itu
Tema Diagnostik
bisa -
mengenai melihat
perempuan bagus,
Tema Intepretatif
dengan
dekat
dengan
orang terdekat
sosok
lawan
(n. Affiliation)
jenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
melihat
123
seorang
perempuan. Apalagi
bisa Jika kita memiliki - Hubungan
berbicara,
masalah,
berkomunikasi gitu akan
maka
dekat
lebih
orang terdekat
kan enak. Apalagi menyenangkan jika
kita
(n. Affiliation)
ada berkomunikasi
- Perasaan
masalah gitu kan dengan kalo
kita
dengan
senang
bicara perempuan.
sama laki-laki tuh beda rasanya kalo kita bisa berbicara ke perempuan. Rasanya jika bicara Jika bicara dengan - Hubungan dengan perempuan perempuan, maka
dekat
itu
orang terdekat
lebih
lebih
tenang, akan meringankan
enjoy,
dan beban.
dengan
(n. Affiliation)
meringankan beban.
- Perasaan tenang
Saya
pernah Jika
mengalami
mimpi mengalami mimpi
basah,
tapi
saya - Hubungan
susah basah, maka saya
untuk
menjadi
menjelaskannya
dan
dengan
sulit
seksualitas (N.
cerita
yang
Sex)
tidak
sesuai
dewasa - MD. Blocking untuk
kata-kata. menjelaskannya.
Saya menjadi sudah dewasa. Cerita
seperti
(seksualitas) seharusnya
itu Jika
ada
cerita - Hubungan
mengenai kan seksualitas,
seksualitas (N. maka
- Memendam
Sex)
dengan norma
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
tidak diceritakakan, dipendam.
124
- MD.
jadi ya saya pendam
Repression
saja.
Mimpi yang Paling Menyenangkan Apa ya? Mimpi Apa ya? Mimpi saya bisa saat itu ada teman yang membutuhkan saya. Dan apa? Saya bisa menolongnya. Ya terus apa, yang senang banget juga apa bisa ketemu adik lamaa banget. Ketika bermimpi teman saya itu sedang membutuhkan saya, bantuan untuk membantu dia gitu. Dia ada kesulitan gitu. Dia sepertinya memerlukan bantuan tenaga saya gitu untuk menolong kendala dia dalam beraktivitas. Agak agak terkendala gitu. Itu pas hari itu kan, apa ya itu kan baru naik motor gitu ya mbak ya. Boncengan motornya mogok. Nah, itu. Pas itu saat nya juga sore pas anak-anak juga sedang bermain bola. Kita tuh intinya mau menghampirin temen gitu lho. Tapi malah motornya mogok. Lalu saat itu ya saya ndorong. Inquiry Bagaimana perasaan mu saat itu? Ya saya sangat senang dapat membantu teman yang sedang membutuhkan dan dapat berguna bagi orang lain. Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Pada sore hari saya Jika dan
subjek
teman-teman berkumpul
bersama-sama pergi bersama
teman,
maka subjek akan
menggunankan
mengajak
untuk lain
- Hubungan dengan
boncengan
motor
Tema Diagnostik
teman untuk
terdekat
Kesimpulan
dekat orang (n.
Affiliation), - Melakukan
hal
menyenangkan (n.
- Keinginan dekat dengan orang lain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengunjungi teman, bermain bersama. dan
saat
bertepatan
125
Playmirth).
itu dengan
saat orang bermain sepak bola. Lalu
motornya Jika teman dalam
- Hubungan
ternyata mogok dan kesulitan,
maka
dengan
teman
akan
terdekat
ku subjek
membutuhkan
membantu.
dekat orang
berdaya dan
(n.
berguna bagi
Affiliation),
bantuan ku untuk
- Keinginan
orang lain
- Membantu sesama
membantu
(n. Nurturance),
mendorong.
- Press. Succorence.
Saya sangat senang Jika karena
bisa membantu
membantu
dan berguna
subjek dan
- Hubungan dengan
untuk
terdekat
berguna bagi orang oranglain,
maka
Affiliation),
lain yang kesulitan
akan
subjek senang
dekat orang (n.
- Membantu sesama (n. Nurturance). - Perasaan senang
Mimpi yang Paling Menakutkan Apa ya? Ya juga belum lama lama ini mimpi buruk mbak. Mimpi eee.. ya mimpi hantu ato mimpi orang yang kita cintai dan kita sayangi di sakiti oleh orang lain. Dilukai gitu. Saya juga pernah, ya kalo yang disakiti itu adik saya itu di apa ya ada yang mukulin adik saya gitu. Saya gak terima ya saya juga ya ingin membalas. Kalo yang mimpi buruk itu ya mimpi setan mimpi apa yang sewajarnya orang mimpikan juga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
Inquiry Ketika mimpi mengenai adikmu yang dilukai bagaimana cerita lengkapnya? Ketika adik saya dipukuli, saya itu gak bisa apa-apa, karena saya juga sedang di sekap. Ya saya di di duduk, tangan kaki saya di tali, tapi saya lihat adik saya dipukuli gitu. Jadikan saya merasa itu mimpi yang sangat buruk, sedih karena merasa kenapa sampai saya saya tidak bisa membantu begitu. Tema Deskriptif Mimpi
Tema Intepretatif
orang Jika orang yang
yang saya sayangi disayangi
oleh
dan
cintai subjek
terancam,
tersakiti.
Saya maka subjek ingin
melihat adik saya membalas namun
Tema Diagnostik - Merasa
Kesimpulan
tidak
dapat berbuat apa-
terhadap
apa
ancaman
(n.
Succorance). - Membalas
orang
dipukuli
oleh tidak
bisa
yang melukai (n.
orang
lain. melakukan
apa-
Aggression)
Rasanya
saya apa.
ingin
- Menerima
membalas
sakit
orang itu tetapi saya
tidak
berbuat
- Kecemasan
rasa (n.
Abasement)
bisa
- Melindungi orang
apa-apa
yang kesulitan (n.
saat itu.
Nurturance) - Press
Physical
Injury - Perasaan
tidak
berdaya Saya
sedang Ketika
subjek
- Merasa
tidak
- Tidak berdaya
disekap, kaki dan tidak dapat berbuat
dapat berbuat apa-
ketika
tanganku
untuk
apa
ancaman
maka
Succorance).
diikat apa-apa
dan disuruh untuk menolong,
(n.
ada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
duduk.
Saya subjek
akan
merasa
sangat merasa
sangat
- Menerima
rasa
sakit
sedih karena tidak sedih.
127
(n.
Abasement)
dapat berbuat apa-
- Melindungi orang
apa
yang kesulitan (n. Nurturance) - Press
Physical
Injury
Mimpi yang Paling Aneh/Tidak Terduga Mimpi apa ya? Ya mimpi masa depan saya sih. di dalam mimpi saya itu wuahhh, saya itu sudah menjadi chef yang yang amat terkenal begitu dan sangat apa ya, masakannya itu sangat sangat dicintai oleh banyak orang gitu lho. Saya sedang ya saya sedang memasak saat itu. Untuk restoran yang mewah begitu. Chef restoran mewah begitu. Inquiry Bagaimana perasaanmu ketika itu? Ya saya bahagia ya mbak, sekaligus rasa tersanjung
kok bisa bisa seperti itu dan impian saya bisa terwujud begitu di
waktu yang akan datang. Tema Deskriptif Saya
Tema Intepretatif
bermimpi Jika
masa depan saya menjadi terwujud. bermimpi
Saya maka
subjek chef, impian
sudah subjek terwujud.
Tema Diagnostik - Bekerja mencapai tujuan
(n.
Achivement), - Mencapai mobilitas
terkenal
(n. Acquisition)
restoran mewah.
- Keinginan dicintai
sosial
- MD Introjection
dan
diterima oleh orang lain
menjadi chef yang di
Kesimpulan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Saya
memasak Jika subjek dicintai
makanan
yang banyak
orang,
- Dicintai
dicintai maka subjek akan
sekitar
oleh
banyak senang
Affiliation)
orang. Saya begitu tersanjung. senang
dan
tersanjung saat itu.
oleh
lingkungan
sangat
dan
128
(n.
- Bekerja mencapai tujuan
(n.
Achivement), - Mencapai mobilitas
sosial
(n. Acquisition) - Perasaan senang, dan tersanjung. - MD Introjection
Subjek III Mimpi Mengenai Ayah Kalo mimpi tentang ayah ehmm.. lupa lupa inget.. ehhm. Oh aku ingat. Sebenarnya itu mimpi seneng ya.. jadi kan waktu itu aku lagi di kampung sama mbah ku. Aku kan lagi libur. Lah, aku tuh sudah seminggu gak ketemu ayah ku. Lha kangen. Terus mereka tuh, kan hari itu malam minggu. Mereka tuh gak bilang kalo hari minggu mau datang, dalam mimpi aku lihat ayah datang ke kampung itu, ke tempat mbahku itu. Eh, ternyata besok nya mereka benar sampai disitu di daerah purworejo Inquiry
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
129
Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya senang ya mbak. Apakah pada kenyataan kamu merasakan hal yang sama? Iya, saya memang sedang kangen dan ingin ayah pulang saat itu.. Tema Deskriptif Ketika
Tema Intepretatif
liburan Jika libur, maka
Tema Diagnostik - Kebutuhan untuk
sekolah, aku pergi subjek akan pergi
liburan
berkunjung
Playmirth)
ke ke kampung mbah.
rumah mbah ku di
Kesimpulan
(n.
- Keinginan dekat dengan keluarga
- Kedekatan
purworejo
dengan
figur
otoritas
(n.
Affiliation) Selama seminggu Jika subjek tidak aku liburan, aku bertemu belum
ayah
bertemu selama seminggu,
dengan ayah dan maka merasa
subjek
kangen merasa kangen.
ingin bertemu.
- Kebutuhan untuk liburan
(n.
Playmirth) - Kedekatan dengan otoritas.
figur (n.
Affiliation), - Perasaan Afeksi Mereka tuh gak Jika subjek kangen
- Kedekatan
bilang kalo hari ayah, subjek ingin
dengan
minggu
otoritas.
datang,
mau ayah untuk datang. dalam
figur (n.
Affiliation),
mimpi aku lihat ayah
datang
ke
kampung itu, ke tempat
mbahku
itu. Eh, ternyata besok Jika ayah datang,
- Kedekatan
- Ketika dekat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
nya mereka benar maka subjek akan
dengan
figur
sampai disitu di merasa senang.
otoritas.
daerah purworejo.
Affiliation),
(n.
130
dengan keluarga akan senang
- Perasaan senang.
Mimpi Mengenai Ibu Kalo sama ibu itu.. ehm. Aku pernah mimpi ibu tuh kaya gini. Terjadi ini. Ehh, ini sih mimpi buruk. Ya aku tuh lagi di rumah. Trus aku kan lagi di rumah, trus ibu ku kan kerja, ya aku tiba-tiba dapat telpon katanya mama mu kecelakaan nah, aku langsung bangun langsung aku menyebut astagfirullah alhazim. Terus aku langsung bangun mencari mama. Alhamdullilah mama ku ada. Aku tuh benerbener wahhh.. Inquiry Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Kayanya tuh aku kaget gitu, kayanya di hati gimana gitu yah. Kaya pingin nangis gitu. Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Ketika aku sedang di Jika rumah,
dan
ibu mendapat
bekerja tiba-tiba ada buruk seseorang menelpon
tentang maka
dan subjek
akan
ku
ibu
kabar
yang mama,
memberitahukan bahwa
subjek
terbangun untuk
telah memastikan dan
mengalami kecelakaan. Aku pun langsung menyebut astagfirullah alhazim
mencari mama
Tema Diagnostik
Kesimpulan
- Kedekatan
- Kecemasan
dengan
figur
afeksi
(n.
Affiliation). - Mengungkap rasa ingin
tahu.
(n.
Cognizance) - P. Insupport
Family
ditinggalkan oleh orangtua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
dan terbangun untuk mencari mama. Kayanya
tuh
aku Jika
kaget gitu, kayanya mendapat di hati gimana gitu buruk yah.
subjek kabar tentang
Kaya
pingin mama,
maka
nangis gitu.
subjek
akan
- Kedekatan dengan
- Ketika figur
afeksi
(n.
ditinggalkan akan sedih
Affiliation). - Perasaan sedih
merasa kaget dan sedih.
Mimpi Mengenai Saudara Ya kalo sama adik sih pernah, jadi aku kan pas mau ke sini nih. Ke jogja. Aku tuh mimpi aku tuh pamitan adik ku tuh nangis. Itu tuh aku pertama-tama kesini, jadi kan aku juga belum tau, belum bisa lepas gitu dari adik aku, orangtua aku. Nah aku tuh pas lagi tidur di kereta tuh aku mimpi masih sama adik aku gitu. Eh, pamitan ya mau nangis itu. Eh, pas aku bangun aku tuh lagi di kereta gak lagi sama adik ku. Inquiry Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya sedih mbak pisah sama adik ku. Tema Deskriptif Pertama
Tema Intepretatif
kali Jika subjek akan
Tema Diagnostik - Hubungan dekat
datang ke Jogja, pergi, maka subjek
dengan
aku merasa belum merasa
terdekat
belum
tau dan belum bisa dapat berpisah dari lepas dari adik dan keluarga orangtua ku.
Kesimpulan
orang (n.
Affiliation), - Perasaan Afeksi
- Kecemasan berpisah dengan keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
aku
bermimpi Jika
subjek
sedang berpamitan berpisah dengan
dengan
adikku adik, maka mereka
saat akan berpisah akan
menangis
ke Jogja dan kami karena sedih.
- Hubungan dekat dengan
orang
terdekat
(n.
Affiliation), - Menikmati
pun
saling
kenangan
menangis
karena
Sentience)
akan berpisah.
132
(n.
- Press Affiliation - MD. Regression
Mimpi Mengenai Teman Kan saya kalo lagi sama teman kan ya kumpul, ya main. Nah abis itu kan tidur, eh pas tidur tuh masih berasa main gitu sama teman-teman. Bangun- bangun, yah pagi udah waktunya sekolah lagi. Di mimpi tuh aku main-main, bercanda-canda, ketawa-tawa ngobrol. Itu kondisinya lagi disini di asrama. Inquiry Perasaan yang kamu rasakan saat bermimpi seperti apa? Ya senang mbak bisa kumpul sama teman-teman ku. Apakah pada kenyataan kamu merasakan hal yang sama? Iya sama dengan saat kenyataan di asrama. Tema Deskriptif Aku
Tema Intepretatif
bermimpi Jika
subjek
sedang berkumpul berkumpul bersama
teman- bersama
main, canda,
- Hubungan dengan
teman-
terdekat
subjek
Affiliation),
bermain- akan bermain dan
- Melakukan
teman di asrama. teman, kami
Tema Diagnostik
bercanda- bercanda bersama ketawa-
Kesimpulan
dekat orang (n.
hal
menyenangkan (n. Playmirth).
- Keinginan dekat dengan orang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
tawa ngobrol. saya
merasa Jika
senang
karena berkumpul
bisa
subjek
berkumpul bersama
bersama
(n. Recognition). teman,
teman maka subjek akan
teman
- Mencari perhatian
- Perasaan senang - P. Friendship
merasa senang
Mimpi Mengenai Teman Lawan Jenis. Apa ya. Pernah sih, ya biasa lah. Aku tuh masih inget banget, itu waktu aku umur 5 tahun/6 tahun ya. Ya apa ya.. ya mau main aja, bukan mau main sih sebenarnya cuma mau muterin rumah doang. Itu tuh temen cowo yang aku suka itu tuh rumah nya kan di apa yah itu namanya di sebelah, bukan sebelahh rumah sih di belakang musolah. Itu kan sebenarnya rumah ku di dalam gang. Tapi kalo mau ke tempat dia muter. Lah aku tuh Cuma mau muter ke tempat dia tuh gaya gaya udah mandi sore, terus pakai baju rapi, pakai kacamata, terus pakai topi. Ahahahaa. Gituu. Cuma pingin muter ke tempat dia yaa, harus dandan kaya gitu. Ternyata cuma mimpi. Heheheee. Inquiry Kamu mimpi mengunjungi rumah orang yang kamu suka ya? Bukan, itu Cuma pingin supaya dilihat aja gitu. Hahahaa. Bagaimana perasaan mu ketika bertemu orang yang kamu suka? Ya seneng banget mbak. hehehee Tema Deskriptif
Tema Intepretatif
Waktu aku umur Jika
subjek
5 tahun/6 tahun dengan ya
aku
suka
seseorang,
ingin maka subjek ingin
Tema Diagnostik - Hubungan dengan jenis
Kesimpulan
dekat lawan (n.
- Keinginan untuk diperhatikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
berjalan
berjalan agar dapat
memutari rumah bertemu dan dilihat seorang
teman oleh
orang
yang
Affiliation),
134
dan dicintai.
- Mencari perhatian (n. Recognition),
yang saya sukai, disukai. untuk
dapat
bertemu. Rumahnya berada
di
belakang musolah di dekat rumah ku. Hanya
mau Jika ingin bertemu
- Hubungan
muter ke tempat dengan orang yang
dengan
dia , saya harus disukai,
maka
jenis
mandi sore, terus subjek
akan
Affiliation),
pakai baju rapi, mempersiapkan diri pakai kacamata, sebaik mungkin. terus pakai topi.
dekat lawan (n.
- Mencari perhatian (n. Recognition) - Mencari
kesan
yang menyenangkan (n. Sentience, - Perasaan kebanggaan Ketika
aku Jika subjek bertemu
- Hubungan
bertemu dengan dengan orang yang
dengan
orang yang saya disukai,
jenis
maka
sukai saya akan subjek akan senang merasa senang
sangat
dekat lawan (n.
Affiliation), - Perasaan bahagia
- Ketika orang lain mencintai akan senang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
Mimpi yang Paling Menyenangkan Wuah, dimimpi membahagiakan di kenyataan enggak e mbak. Ehm, jadi kan aku ngefans sama Raffi Ahmad. Itu tuh ya Allah, aku pingin banget ketemu sama dia, sampai-sampai kebawa mimpi. Nah itu tuh aku di dalam mimpi tuh seselesai nya acara ya aku lari-lari ngejar dia. Kak Raffi, Kak Raffi! Terus ih, ketemu,salaman, ngobrol-ngobrol. Eh pas itu kan, eh gak ding cuma salaman doang. Itu juga dia buru-buru. Dia buru-buru pergi. Akhirnya tuh pas aku. Aku tuh manggil manggil. Teriak-teriak di dalam mimpi itu tapi. Tapi aku ngigau atau gak aku nggak ngerti. Untung di kamar itu gak ada siapa-siapa. Gak ada yang denger, tekutnya nyebutnyebut terus teriak teriak begitu. Pas bangun aku kepingin nangis beneran. Inquiry Kenapa saat itu ingin menangis? Karena tuh aku pingin ketemu, pingin ngobrol, foto bareng gitu gak bisa. Hahahaaa. Tema Deskriptif Saya bertemu
Tema Intepretatif
bermimpi Jika dengan memiliki
subjek artis
Tema Diagnostik - Hubungan dengan
artis idola saya idola, maka subjek
terdekat
yaitu
Affiliation),
Raffi ingin
sekali
Ahmad. Aku ingin bertemu. sekali
bertemu
dengan Ketika
- Melakukan
dekat
- Keinginan
orang
diterima
(n.
hal
Playmirth).
aku
melihat dia selesai acara. Saya teriak-teriak Jika
subjek
untuk memanggil melihat artis idola,
- Hubungan dengan
orang
yang
dikagumi
menyenangkan (n.
dia. itu
Kesimpulan
dekat orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kak
Raffi,
akhirnya
lalu maka subjek akan dapat berusaha
bertemu dengannya
untuk
Affiliation),
dapat bertemu dan
- Melakukan
dan bersalaman
(n.
hal
menyenangkan (n.
salaman tetapi dia buru-buru
terdekat
136
Playmirth).
untuk
pergi. Ketika sadar aku Jika
subjek
- Hubungan
dekat
hanya bermimpi, menyadari bahwa
dengan sosok idola
aku merasa ingin tidak
(n. Affiliation),
dapat
menangis karena bertemu
artis
- Merasa
tidak
tidak bisa bertemu idola, maka sujek
berdaya
(n.
dan foto bareng akan merasa sedih.
Succorance)
dengan Kak Raffi.
- Perasaan sedih - MD. Sublimation - P.
Loss
Companionship
Mimpi yang Paling Menakutkan Wah, kalo ini aku inget banget ini. Jadi aku kan lagi main sama adik ku. Tapi tuh tempatnya tuh gelap banget. Gelaap banget. Eh, tiba-tiba tuh ada pocong gitu loh mbak. Pocong. Kita tuh udah lari-larian untuk bebas dari pocong itu tuh tapi tuh tetep. Apa. Kita kan lari misalkan lari ke utara itu tuh di depan kita ada pocong lagi. Terus kita balik lagi ke selatan, ada pocong lagi. Gitu loh. Kita udah lari kemana aja gak bisa. Dan itu kan ke dalam rumah, tadinya gak bisa. Ya alhamdulilah akhirnya bisa masuk ke dalam rumah terus aku langsung bangun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
Abis bangun aku tuh alhamdulilah karna Cuma mimpi. Heheheee. Habis bangun tuh saya seperti orang habis berlari gitu mbak engap, kecapekan gitu. Inquiry Bagamaina perasaan mu ketika mengalami hal itu? Saya merasa ketakutan karena terjebak dan bertemu dengan pocong. Tema Deskriptif Ketika
Tema Intepretatif
aku Jika ada ancaman
Tema Diagnostik - Tindakan
bermain bersama yang menakutkan,
merangsang
adik ku, keadaan maka subjek akan
ketegangan
saat
Excitance),
itu
gelap.
sangat berlari untuk lepas
Tiba-tiba dari ancaman.
- Melarikan
Kesimpulan
yang
terhadap (n.
dari ancaman (n.
lalu
Harm avoidance)
pun
berlarian
ancaman
diri
ada pocong disitu, kami
- Kecemasan
untuk
dapat bebas dari pocong tersebut. Namun,
ketika Ketika
terjebak
kami berlari ke ancaman, utara, di depan subjek sudah ada pocong mencari lagi,
balik
selatan,
maka
merangsang
berusaha
ketegangan
tempat
Excitance),
ke perlindungan. ada
pocong,
- Tindakan
- Melarikan
yang
terlepas (n.
diri
dari ancaman (n. Harm avoidance)
kemanapun tidak
- Mencari
jalan bagi
bisa.
Akhirnya
keluar
kami
berusaha
permasalahan (n.
masuk ke dalam
Counteracntion)
rumah, walaupun
- Press Claustrum
pada
awalnya
- Keinginan
ancaman
dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
tidak bisa. Ketika
terjebak Ketika
bertemu
dan
bertemu dengan
ancaman,
merangsang
saya maka subjek akan
ketegangan
pocong,
merasa ketakutan
- Tindakan
sangat ketakutan.
yang
(n.
Excitance), - Perasaan takut
Mimpi yang Paling Aneh/Tidak Terduga Salah satunya mimpi yang Raffi Ahmad itu. Itu aneh, anehnya apa yaa. Aneh karena apa ya masa tempat studio dia syuting itu tuh gak ada mobil dan itu tu dia tuh naik motor. Itu tuh motornya dia gitu lho. Dan selesai syuting ada artisnya ya dia doang gitu lho. Aneh gitu lho. Dan itu tuh kawasannya kaya kawasan ditempat ku gitu lho. Kaya kawasan rumah aku. Ya aku tuh pas bangun tuh ya merasa sedih tapi tuh kaya penasaran, kaya heran. Kok bisa gitu lho. Inquiry Bagaimana perasaanmu ketika itu? Ya aku tuh pas bangun tuh ya merasa sedih tapi tuh kaya penasaran, kaya heran. Kok bisa gitu lho. Tema Deskriptif Ketika
Tema Intepretatif
bertemu Jika
dengan
artis
Raffi hanya seorang diri
Ahmad, di studio dan tempat
idola
menaiki
syuting motor,
maka
disana tidak ada subjek
akan
mobil
dan
dia merasa
hanya mengendarai aneh. motor.
Selesai
syuting hanya ada
sangat
Tema Diagnostik
Kesimpulan
- Menyimak
- Keinginan
keadaan sekitar (n.
dekat dengan
Cognizance)
orang
- Hubungan dengan idola Affiliation)
dekat sosok (n.
yang
dikagumi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
dia
sendiri
139
artis
yang hadir. Saya merasa
sangat
aneh. Raffi
ahmad Jika
artis
idola
- Menyimak
syuting di daerah syuting di daerah
keadaan sekitar (n.
kawasan rumah ku. rumah,
maka
Cognizance)
Saya
akan
merasa subjek
penasaran heran
dan merasa heran dan penasaran.
- Hubungan dengan
dekat sosok
idola
(n.
Affiliation) - Perasaan penasaran. - MD. Introjection Ketika
saya Jika
subjek
- Hubungan
menyadari
menyadari bahwa
kenyataan
saat impiannya bukan
idola
terbangun,
saya kenyataan,
Affiliation)
merasa sedih.
maka
subjek merasa sedih.
akan
dengan
dekat sosok (n.
- Ketika tidak dapat
dekat
dengan orang yang
- Merasa
tidak
berdaya
(n.
Succorance) - Perasaan sedih - P. Companionship
dikagumi akan sedih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
No.
Panduan Pertanyaan Wawancara Untuk Subjek Pertanyaan Tujuan Pertanyaan 1.
Apa saja kelebihan dan kelemahan yang anda dimiliki?
Untuk melihat konsep diri subjek.
2.
Cita-cita anda ingin menjadi apa? Serta apa yang sudah anda lakukan untuk meraih cita-cita anda?
Untuk melihat harapan masa depan serta usaha dalam pencapaian.
3.
Pengalaman apa yang paling menyenangkan dan menyedihkan yang anda ingat dari masa kecil? Ceritakanlah secara lengkap.
Untuk melihat bagaimana subjek menyikapi masa lalu yang menyenangkan maupun tidak.
4.
Ceritakan bagaimana orangtuamu? (Anda cenderung dekat dengan ayah atau ibu? Apa kelebihan dan kelemahan dari ayah dan ibu anda?)
Untuk melihat relasi subjek dengan orang tuanya serta pandangan subjek mengenai orang tuanya.
140
Hubungan dengan kemunculan Needs Viscerogenic and Psychogenic Needs (Kebutuhan Viskerogenik atau Kebutuhan Primer dan Kebutuhan Psikogenik atau Kebutuhan Sekunder) Overt and Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup) contoh: n.Achievement, n.Acquisition, n.Recognition, n.Understanding, n.Deference, n.Succorance. Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar)contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n.Affiiation, n.Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance. Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar) contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n. Affiiation, n. Nurturance, n.Couteraction, n.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
Dominance. 5.
Ceritakanlah mengenai saudara anda (kakak atau adik)? Apa saja yang sering kalian lakukan?
Untuk melihat relasi subjek dengan saudaranya serta persaingan persaudaraan dalam keluarga.
6.
Ceritakanlah hubungan anda dengan temanteman anda? (Apakah anda termasuk orang yang mudah bergaul? Bagaimana anda memilih teman?)
Untuk melihat relasi interpersonal subjek.
7.
Apakah anda memiliki teman lawan jenis? Ceritakan relasi anda dengan teman lawan jenis anda.
Untuk melihat relasi subjek dengan lawan jenisnya.
8.
Menurut anda, orang yang menyandang tuna netra itu seperti apa?
Untuk melihat pandangan subjek mengenai ketunanetraan yang dialaminya dari pandangan subjek sendiri.
Focal and Diffuse Types of Needs (Kebutuhan yang Memusat dan Kebutuhan yang Menyebar) contoh: n. Deference, n. Harm avoidance, n.Affiiation, n.Nurturance, n.Couteraction, n. Dominance. Effect and Modal Types of Needs (Kebutuhan Akibat dan Kebutuhan Modal) contoh: n. Change, n. Playmirth, n. Abasement, n.Blame avoidance, n.Cognizance, n.Retention, n.Sentience. Overt and Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup) contoh: nAchievement, n.Acquisition, n.Recognition, n.Understanding, n.Deference, n.Succorance. Overt and Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup) contoh: n. Achievement, n.Acquisition, n.Recognition, n.Understanding, n.Deference, n.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
142
Succorance. 9.
Menurut anda, bagaimana pandangan orang lain yang bukan tunanetra terhadap orang yang menyandang tunanetra?
pandangan orang lain mengenai tunanetra menurut subjek.
10.
Masalah apa yang sedang anda hadapi saat ini? Dalam diri sendiri, sekolah, keluarga, dan teman sekitar. (Bagaimana anda menyelesaikannya?)
Untuk melihat cara pemecahan masalah subjek.
Overt and Covert Needs (Kebutuhan Terbuka dan Kebutuhan Tertutup) contoh: n.Achievement, n.Acquisition, n.Recognition, n.Understanding, n. Deference, n. Succorance. Proactive and Reactive Needs (Kebutuhan Proaktif dan Kebutuhan Reaktif) contoh: n. Understanding, n. Dominance, n, rejection, n. Passivity, n. Counteraction.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
Panduan Pertanyaan Wawancara Untuk Significan Others Subjek No. Pertanyaan Tujuan Pertanyaan Hubungan dengan kemunculan Needs 1. Apa saja kelebihan dan Untuk melihat pandangan Viscerogenic and kelemahan yang dimiliki significan others terhadap Psychogenic Needs subjek? Bagaimana subjek dari beberapa (Kebutuhan perilaku subjek di rumah, setting. Viskerogenik atau sekolah maupun Kebutuhan Primer komunitas? dan Kebutuhan Psikogenik atau Kebutuhan Sekunder) 2. Ceritakanlah mengenai Untuk melihat hubungan Effect and Modal subjek! Apa saja kegiatan subjek dengan significan Types of Needs yang sering kalian others. (interpersonal) (Kebutuhan Akibat lakukan bersama dan dan Kebutuhan teman sebaya lain? Modal) n. Change, n. Playmirth, n.Abasement,n. Blame avoidance, n.Cognizance, n.Retention, n.Sentience. 3. Ceritakan bagaimana Untuk melihat cara Proactive and subjek ketika menghadapi pemecahan masalah Reactive Needs permasalahan nya? subjek. Dilihat dari (Kebutuhan Proaktif significan others. dan Kebutuhan Reaktif) contoh: n.Understanding, n.Dominance, n,rejection, n.Passivity, n.Counteraction. 4. Menurut anda, orang Untuk melihat pandangan Overt and Covert yang menyandang tuna significan others terhadap Needs (Kebutuhan netra itu seperti apa? ketunanetraan yang Terbuka dan (Menurut anda, dialami oleh subjek. Kebutuhan Tertutup) bagaimana pandangan contoh: n. penyandang tuna netra Achievement, terhadap n.Acquisition, ketunanetraannya?) n.Recognition, n.Understanding, n.Deference, n.Succorance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146