PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
POLA DAN MOTIVASI PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh: Natalia Putri Arumsari NIM : 128114146
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
POLA DAN MOTIVASI PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi
Oleh: Natalia Putri Arumsari NIM : 128114146
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
POLA DAI{ MOTTVASI PENGGT]NAAN OBAT I]NTI]K PENGOBATAI\I MANDIRI DI KALAITGAI\I MASYARAKAT DESA DIENG KECAMA'TAI\I KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
Skripsi yang diajukan oleh:
NataliaPuti Arumsari NIhlI: 128114L46
Telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
tu
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. ranggal .. *P'-.N.W.qmh*..*P.
.t5
1t
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pengoorh*n Skrip*i Beriudul
P'OLA I}AIII MOTTYASI PENGGI,I{AAI\T OBAT ITNTI,K PENGOBATAN KALANGANT MASYARAKAT }ESADIENG KECAMATAI{ KATAJAR KABIJPATEN WONOSOBO JAWA TtrNGAII
MANI}Iil I}I
Oleh: NataliaPuni Anrmsai
NIM : l28t 14146
5#qeffi,."#
tr@ ffi##$ Panitia P€r€r4ii Skripsi
1.
Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
2.
Ipang Djunrko, M.Sc., ^Apt
3.
Dita tvlaria Virgini4 lvLsc., Apt
tll
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAI\ KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sestrngguhnya bahwa
slripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagran karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi
sesuai peraturan perundang-
undanganyang berlaku.
Yoryakarta, 25 November 201 5 Penulis
r0\Ee Natalia Futri Arumsari
't
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PTJBLIKASI KARYA ILMIAII LINTUK KEPENTINGAN AKAI}Eh{IS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama
:
NomorMahasiswa
: 1281T4146
Natalia Putri Arumsari
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul POLA DAN MOTTVASI PENGGT]NAAN OBAT I]NTUKPENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DTENG KECAMATAN KEJAJAR KABT}PATEN WONOSOBO JAWA TENGAH yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan perangkat beserta kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, ffiongalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. :
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat
di
Yogyakarta
Padatanggal :25 Januari 2016
Yang menyatakan
rd,,#" ( Natalia
Putri Arumsari )
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur ke hadirat Tuhan Allah Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PENGGUNAAN
skripsi OBAT
yang
berjudul
UNTUK
“POLA
DAN
PENGOBATAN
MOTIVASI
MANDIRI
DI
KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini: 1.
Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta, pembimbing utama dan dosen penguji yang telah memberikan informasi, bimbingan, pengarahan, saran, nasehat, dan koreksi selama pelaksanaan penelitian.
2.
Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kritik dan saran, serta dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan naskah skripsi ini.
3.
Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kritik dan saran, serta dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan naskah skripsi ini.
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Bapak Jeffry Julianus, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, masukan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
5.
Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian dan memberikan ethical clearance.
6.
Bapak Kepala Kecamatan Kejajar yang membantu memberikan informasi dalam menentukan lokasi penelitian.
7.
Bapak Kepala Desa Dieng yang membantu selama pengambilan data penelitian.
8.
Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang telah bersedia mengikuti penelitian dari awal sampai akhir.
9.
Bapak Stefanus Mardjono dan Ibu Christina Asiati yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, dukungan, teladan dan kepercayaan kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan penelitian ini.
10. Kedua kakak penulis, mas Robertus Dhamar Mudho Prasetyo dan Robertus Wahyu Fajar Sasongko, terima atas dukungan yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis dan selalu menjadi panutan bagi penulis. 11. Yohanes Arsadewa, terimakasih untuk segala dukungan, semangat, motivasi, doa dan cinta tiada henti yang diberikan kepada penulis. 12. Sahabat terbaik yang pernah ada: S Intan Ary Prayogi, Nadia Sanaz Agatha, Rifky Wilyan Dea Riswazy, Ayu Ismi Kartikasari, Dika Rachmawati, dan
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Wahyu Teguh Santoso. Terimakasih untuk suntikan semangat yang diberikan dan selalu ada dalam suka maupun duka sampai saat ini. 13. Teman-teman sekelompok penelitian dan seperjuangan sekaligus keluarga bagi penulis: Lusia Jois Mariana, Veronika Purba dan Yenni Mardiati Pasaribu. Terimakasih untuk dukungan, semangat, motivasi, dan suka duka selama ini. 14. Keluarga Cemara: Cyndi, Yeni, Lusia, Maria, Boni, Sisca, Atik, Adit, Nanda, Mona, Trisna, Vero, Rahayu, Rury, Satrio, Sona, Itin, dan Ida. Terimakasih atas keceriaan, kebersamaan dan semangat luar biasa yang selalu diberikan pada penulis. 15. Teman-teman KKN Angkatan L Universitas Sanata Dharma Kelompok 21 Watugajah, Yasinta Osy Petriana, Ruth Dewi Santana, dan Tamara Anjani Utomo. Senang bisa mengenal kalian, terimakasih semangatnya! 16. Teman-teman kelas FSM D 2012 dan FKK B 2012, terimakasih atas segala perjuangan yang telah kita lewati bersama dalam proses belajar ini. Pengalaman yang sangat luar biasa mengenal kalian semua. 17. Teman-teman farmasi angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma yang luar biasa, terimakasih untuk setiap perjuangan, semangat, motivasi dan kebersamaan kita selama ini. 18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis hingga penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vi PRAKATA ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi INTISARI......................................................................................................... xvii ABSTRACT ....................................................................................................... xviii BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.
Perumusan masalah .................................................................. 4
2.
Keaslian penelitian ................................................................... 5
3.
Manfaat penelitian .................................................................... 7 a. Manfaat teoritis .................................................................... 7 b. Manfaat praktis .................................................................... 7
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7 1.
Tujuan umum............................................................................ 7
2.
Tujuan khusus ........................................................................... 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 9 A. Pengobatan Mandiri .......................................................................... 9 B. Obat ................................................................................................... 12 1.
Obat Bebas (OB) ...................................................................... 13
2.
Obat Bebas Terbatas (OBT) ..................................................... 13
3.
Obat Keras (OK)....................................................................... 14
4.
Obat Wajib Apotek (OWA)...................................................... 15
C. Pola Penggunaan Obat ..................................................................... 16 D. Motivasi ........................................................................................... 21 E. Keterangan Empiris ........................................................................ 22 BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 23 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 23 B. Variabel Penelitian ............................................................................ 23 C. Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 24 D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian ............................................. 24 E. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 26 F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 26 G. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 27 H. Instrumen Penelitian ........................................................................ 28 I.
Tata Cara Penelitian......................................................................... 28
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
J.
1.
Studi Pustaka ............................................................................ 28
2.
Penentuan Lokasi Penelitian..................................................... 28
3.
Perizinan dan Etika Penelitian .................................................. 29
4.
Pembuatan Panduan Wawancara .............................................. 30
5.
Pengumpulan Data.................................................................... 30
6.
Pengolahan Data ....................................................................... 31
Analisis Hasil................................................................................... 31 1.
Hasil data karakteristik ............................................................. 31
2.
Hasil data kualitatif................................................................... 32
K. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 32 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33 A. Karakteristik Responden ................................................................... 33 1.
Usia ........................................................................................... 34
2.
Jenis kelamin ............................................................................ 34
3.
Jenis pekerjaan.......................................................................... 35
4.
Status pernikahan...................................................................... 35
5.
Pendidikan terakhir ................................................................... 36
6.
Pendapatan per bulan ................................................................ 37
B. Pola Penggunaan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng .................................................................... 38 1.
Frekuensi penggunaan dalam satu bulan terakhir .................... 38
2.
Lokasi pembelian obat .............................................................. 40
3.
Jarak pembelian obat ................................................................ 42
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
Harga obat ................................................................................ 43
5.
Pengguna obat untuk pengobatan mandiri ............................... 44
6.
Nama-nama obat ....................................................................... 45
7.
Frekuensi dalam mengkonsumsi obat ...................................... 47
8.
Cara pemakaian obat ................................................................ 48
9.
Bentuk-bentuk obat .................................................................. 49
10. Keluhan/sakit yang diobati ....................................................... 50 11. Pengalaman penggunaan obat sebelumnya .............................. 52 12. Efek samping yang dirasakan................................................... 52 13. Sumber informasi ..................................................................... 53 14. Frekuensi kesembuhan ............................................................. 55 C. Motivasi Penggunaan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng .............................................................. .... 56 1.
Alasan memilih obat untuk pengobatan mandiri ...................... .56
2.
Alasan menggunakan obat untuk mengatasi penyakit yang dialami dibandingkan memeriksakan diri ke puskesmas/RS/dokter ............................................................... 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 60 A. Kesimpulan ...................................................................................... 60 B. Saran ................................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62 LAMPIRAN ..................................................................................................... 68 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 90
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Karakteristik Responden..................................................................... 33
Tabel II.
Jarak pembelian obat untuk pengobatan mandiri ................................ 42
Tabel III.
Frekuensi harga obat untuk pengobatan mandiri ................................. 44
Tabel IV.
Nama-nama obat untuk pengobatan mandiri ....................................... 46
Tabel V.
Frekuensi konsumsi obat untuk pengobatan mandiri .......................... 47
Tabael VI.
Cara pemakaian obat untuk pengobatan mandiri ................................ 48
Tabel VII.
Keluhan/sakit yang dialami responden ................................................ 51
Tabel VIII.
Efek samping obat yang dirasakan ...................................................... 53
Tabel IX.
Persentase sumber informasi obat ....................................................... 54
Tabel X.
Persentase alasan memilih obat ........................................................... 57
Tabel XI.
Persentase alasan tidak memeriksakan diri ke dokter/RS ................... 58
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lambang obat bebas (OB)........................................................................ 13 Gambar 2. Lambang obat bebas terbatas (OBT) ........................................................ 14 Gambar 3. Lambang obat keras (OK) ........................................................................ 15 Gambar 4. Skema pencarian subjek penelitian .......................................................... 25 Gambar 5. Skema kajian penelitian payung ............................................................... 27 Gambar 6. Frekuensi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam satu bulan terakhir .................................................................................................... 39 Gambar 7. Presentase lokasi pembelian obat ............................................................. 40 Gambar 8. Presentase pengguna obat untuk pengobatan mandiri ............................. 45 Gambar 9. Persentase bentuk-bentuk obat untuk pengobatan mandiri ...................... 50 Gambar 10. Frekuensi pengalaman penggunaan obat sebelumnya untuk pengobatan mandiri ..................................................................................................... 52 Gambar 11. Presentase kesembuhan responden......................................................... 55
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Farmasi ......................... 69
Lampiran 2.
Surat Permohonan Izin Penelitian Daerah DIY ................................. 70
Lampiran 3.
Ethical Clearance............................................................................... 71
Lampiran 4.
Informed Consent ............................................................................... 72
Lampiran 5.
Panduan Wawancara .......................................................................... 74
Lampiran 6.
Peta Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah ................................................................................................ 79
Lampiran 7.
Daftar OWA No.1, OWA No.2 dan OWA No.3 ................................ 80
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI
Pengobatan mandiri adalah upaya dalam mengobati gejala sakit tanpa nasehat dokter. Pengobatan mandiri menggunakan obat sudah menjadi kebiasaan masyarakat sebagai alternatif untuk mengatasi sakit bagi diri sendiri dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Responden penelitian adalah masyarakat setempat yang berusia ≥18 tahun, dipilih secara accidental sampling dan pernah melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat sebulan terakhir dan bersedia diwawancarai. Data karakteristik responden dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan data kualitatif hasil wawancara diolah secara content analysis. Pola penggunaan obat dengan frekuensi 1x dalam sebulan. Obat diperoleh di warung terdekat dengan jarak dan harga yang dapat dijangkau. Pengobatan mandiri banyak dilakukan untuk diri sendiri. Bentuk obat yang dikonsumsi adalah tablet dengan Bodrex® dan Paramex® paling banyak digunakan untuk keluhan pusing. Penggunaan dengan diminum langsung dan obat tidak menimbulkan efek samping sehingga sembuh setelah menggunakan. Sumber informasi diperoleh dari TV (iklan). Pengalaman penggunaan obat sebelumnya sudah pernah dilakukan. Motivasi penggunaan obat adalah merasa cocok dan untuk mengatasi penyakit ringan sehingga tidak memeriksan diri ke dokter.
Kata kunci: pengobatan mandiri, obat, pola penggunaan, motivasi, masyarakat Desa Dieng.
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Self medication is an attempt to treat the symptom of illnesses without doctor’s advice. Self medication using medicine has become the habit of people to treat illnesses for themselves and their family. The aim of this study is to identify the pattern and motives of self medication using medicines among people at Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. This study was an observational, with desciptive design and cross sectional design. Subject of the study were people with age ≥18 years old, selected using Accidental sampling and have ever done self medication using medicine for the last 1 month and willing to be interviewed. Subject characteristic were analyzed using descriptive statistic and qualitative data from interview were analyzed by Content Analysis. The pattern of using medicine is 1x in a month. Medicines were acquied from nearby store. Self medication mostly done for themselves. Medicines that are use for self medication are Bodrex® dan Paramex® mostly use for treating headache. Those drugs was used directly and there was no side effects, so subjects were cured after taking drugs. The information was acquired from TV(commercial). Medicines use have ever been done. Motive for using medicines for self medication is beacause they feel that the drug is suitable for treating the illnesses, so they don’t have to go to doctor.
Key words: self medication, medicine, patterns, motivations, people at Desa Dieng.
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Sehat merupakan impian ideal setiap manusia. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika tidak sedikit orang saat ini yang berupaya menjalani hidup sehat dengan menerapkan prinsip “Lebih baik mencegah datangnya penyakit daripada mengobati” (Zeenot, 2013). Dewasa ini masyarakat sudah lebih menyadari kesehatan diri dan keluarganya sehingga dirasakan adanya kebutuhan informasi yang jelas dan tepat mengenai penggunaan obat-obat yang dapat dibeli bebas di apotik atau toko obat secara aman dan tepat guna bagi pengobatan sendiri (Tan dan Rahardja, 2010). Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari nenek moyangnya ialah melakukan pengobatan mandiri jika menderita sakit. Pengobatan mandiri di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obatobat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas terbatas (Sartono, 1993). Dengan meningkatknya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan, penggunaan obat dalam rangka pengobatan sendiri (selfmedication atau self-care) yang juga merupakan salah satu unsur dari Kebijaksanaan Obat Nasional akan meningkat (Tan dan Rahardja, 2010). Pengobatan mandiri merupakan tindakan mengobati diri sendiri dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990). Penelitian yang dilakukan oleh Widayati (2012) mengungkapkan bahwa self care,
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
terutama melakukan penyembuhan tanpa obat, istirahat dan pengobatan mandiri dengan produk herbal tradisional merupakan pilihan utama masyarakat urban dalam upaya pencarian pengobatan. Pelaksanaan pengobatan mandiri didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan mandiri cukup mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan. Hasil Susenas tahun 2009, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan pengobatan mandiri (Kartajaya dkk, 2011). Berdasarkan Jurnal Ilmiah Farmasi Pharmacon (Meriati dkk, 2013) dituliskan bahwa pengobatan mandiri menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk
meningkatkan
keterjangkauan
pengobatan.
Pada
pelaksanaannya
pengobatan mandiri dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Sekarang ini dimanapun dia berada, konsumen akan berusaha mengatasi sendiri masalah kesehatannya yang sifatnya sederhana dan umum diderita. Masyarakat melakukan hal itu karena cara ini dianggap lebih murah dan lebih praktis. Mereka sering merasa kondisi yang dirasakannya belum memerlukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan, atau karena memang mereka tidak mempunyai kesempatan atau tidak ada pilihan lain (InfoPOM, 2004). Satibi dan R.A. Oetari (2001), dalam penelitiannya menuliskan bahwa pengobatan sendiri mempunyai beberapa kerugian jika tidak didasari pengetahuan yang cukup mengenai obat. Seperti peristiwa salah dalam penggunaan obat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
sehingga keracunan, akibat kesalahan diagnosa terhadap penyakit yang diderita. Disamping bahaya tersebut pengobatan sendiri juga mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: biaya yang dikeluarkan pasien relatif murah, sehingga menurunkan biaya pelayanan kesehatan. Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan, dimana seseorang akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Berdasarkan pendapat diatas disebutkan bahwa motivasi dapat menyebabkan seseorang melakukan tingkah laku (Nurdiyana, dkk 2010). Desa Dieng merupakan salah satu desa di kawasan wisata alam pegunungan di dataran tinggi Dieng di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Dieng merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa yang berada di ketinggian 2100 mdpl. Desa Dieng terletak di lembah yang dikelilingi oleh beberapa bukit. Untuk akses kesehatan sendiri, seperti puskesmas dan apotek berada di luar Kecamatan Kejajar yaitu di Kecamatan Garung, dengan jarak yang relatif jauh kurang lebih 10 km. Hal ini membuat akses masyarakat setempat terhadap pelayanan kesehatan tersebut menjadi terbatas karena pelayanan kesehatan utamanya apotek hanya dapat diakses dengan transportasi umum (Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Jawa Tengah mengenai pola dan motivasi penggunaan obat sebagai salah satu upaya pengobatan mandiri. Hal ini terkait dengan belum pernah adanya penelitian sejenis pada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, sehingga menarik untuk dijadikan sebagai model dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi mengenai pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
1.
Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: a.
Seperti apa karakteristik masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?
b.
Seperti apa pola penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang meliputi frekuensi penggunaan, lokasi pembelian, jarak pembelian, harga obat, pengguna obat, nama-nama obat, frekuensi dalam
mengkonsumsi,
cara
pemakaian,
bentuk-bentuk
obat,
keluhan/sakit yang diobati, pengalaman penggunaan obat, efek samping yang dirasakan, sumber informasi, dan frekuensi kesembuhan? c.
Seperti apa alasan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
5
Keaslian penelitian Beberapa penelitian mengenai pola dan motivasi penggunaan pengobatan mandiri yang telah dilakukan adalah penelitian dengan judul: a.
“Kajian Motivasi, Pengetahuan, Tindakan, Dan Pola Penggunaan Obat Tradisional Cina Pada Pengunjung Dari 8 Toko Obat Berizin Di Yogyakarta Periode April-Mei 2004” (Liliani, 2004). Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan rancangan dekriptif non analitik dengan pendekatan waktu sesaat dan menggunakan teknik
purposive
non
random
sampling.
Instrumen
penelitian
menggunakan kuesioner dan wawancara pribadi. Hasil diolah secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan menggunakan visual grafik dan tabel. b.
“Pola Perilaku Pengobatan Mandiri Di Antara Pria Dan Wanita Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta” (Angkoso, 2006). Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif. Data yang digunakan diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III dan diambil sebanyak 350 mahasiswa sebagai responden. Data yang diperoleh dianalisis statistik deskriptif dalam bentuk persentase, jawaban yang sama dikelompokkan dan dihitung persentasenya kemudian ditampilkan dalam bentuk diagram dan tabel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
c.
6
“Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional Dan Cara Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri Di Indonesia” (Supardi, Jamal, Raharni, 2005). Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder hasil SUSENAS 200 berupa kuesioner KOR. Populasi penelitian adalah penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan. Sampel adalah penduduk yang mengeluh sakit yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional atau cara tradisional. Dari responden tesebut diketahui penduduk yang mempunyai keluhan sakit dalam sebulan sebelum survey sebanyak 225.057 orang (25,3%). Kemudian dari penduduk yang mengeluh sakit sebanyak 129.836
orang
(57,7%)
melakukan
pengobatan
sendiri,
yaitu
menggunakan obat 107.380 orang (82,7%), menggunakan obat tradisional 41.129 orang (31,7%), dan menggunakan cara tradisional 12.772 orang (9,8%). Perbedaan penelitian yang telah disebutkan di atas dengan penelitian yang sekarang terletak pada tujuan penelitian, subjek atau responden penelitian, lokasi penelitian, waktu pelaksanaan penelitian, teknik pengambilan responden penelitian, dan analisis data. Penelitian ini dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, pada tahun 2015, dimana responden penelitian adalah masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, yang berusia ≥18 tahun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3.
7
Manfaat Penelitian a.
Manfaat Teoritis Memberikan gambaran mengenai pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri pada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
b.
Manfaat Praktis Dapat menjadi sumber informasi yang berguna mengenai pola dan motivasi penggunaan obat bagi masyarakat.
B. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola penggunaan dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui karakteristik masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
b.
Mengetahui gambaran mengenai pola penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo,
Jawa
Tengah,
yang
meliputi
frekuensi
penggunaan, lokasi pembelian, jarak pembelian, harga obat, pengguna obat, nama-nama obat, frekuensi dalam mengkonsumsi, cara pemakaian, bentuk-bentuk obat, keluhan/sakit yang diobati, pengalaman penggunaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
obat, efek samping yang dirasakan, sumber informasi, dan frekuensi kesembuhan. c.
Mengetahui gambaran mengenai motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Mandiri Menurut World Health Organization (WHO) 1998, pengobatan mandiri diartikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat, termasuk pengobatan herbal dan tradisional, oleh individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit. Pengobatan mandiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan penyakit ringan yang sering dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Keuntungan pengobatan mandiri menurut World Self-Medication Industry (2010), adalah membantu mencegah dan mengobati gejala dan penyakit yang tidak membutuhkan dokter, mengurangi pelayanan-pelayanan medis untuk meringankan penyakit-penyakit ringan, khususnya ketika keuangan dan sumber daya manusia terbatas, dan untuk meningkatkan adanya pelayanan kesehatan untuk penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil. Proses pengobatan sendiri melibatkan 5 tahap tindakan, yaitu: 1.
Mengenali gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit.
2.
Menentukan kebutuhan obat sesuai dengan daya kerja dan golongan.
3.
Memilih nama dagang berdasarkan komposisi dan zat berkhasiat, indikasi, kontra indikasi, dosis pemakaian serta efek samping obat.
4.
Menggunakan obat.
5.
Memantau hasil pengobatan (Donatus, 1997).
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
Menurut Zeenot (2013), ada beberapa faktor penyebab pengobatan mandiri yang keberadaanya hingga saat ini mengalami peningkatan, antara lain sebagai berikut: 1.
Faktor sosial ekonomi Seiring dengan semakin meningkatnya pemberdayaan masyarakat, yang berdampak pada semakin meningkatnya tinggi tingkat pendidikan, sekaligus semakin mudahnya akses untuk memperoleh informasi, maka semakin tinggi pula tingkat ketertarikan masyarakat terhadap kesehatan. Sehingga, hal itu kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan dalam upaya untuk berpartisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan kesehatan oleh masing-masing individu tersebut.
2.
Gaya hidup Kesadaran tentang adanya dampak beberapa gaya hidup yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan, mengakibatkan banyak orang yang memiliki kepedulian lebih untuk senantiasa menjaga kesehatannya daripada harus mengobati ketika sedang mengalami sakit pada waktu-waktu mendatang.
3.
Kemudahan memperoleh produk obat Saat ini tidak sedikit dari pasien atau pengguna obat lebih memilih kenyamanan untuk membeli obat dimana saja bisa diperoleh dibandingkan dengan harus mengantri lama di Rumah Sakit maupun klinik.
4.
Faktor kesehatan lingkungan Dengan adanya praktik sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang benar sekaligus lingkungan perumahan yang sehat, berdampak pada semakin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk senantiasa menjaga dan mempertahankan kesehatannya sekaligus mencegah terkena penyakit. 5.
Ketersediaan produk baru Sekarang, produk baru yang sesuai dengan pengobatan sendiri atau pengobatan mandiri semakin mengalami peningkatan. Selain itu, terdapat pula beberapa produk lama yang keberadaanya juga sudah cukup populer dan semenjak lama sudah memiliki indeks keamanan yang baik, juga telah dimasukkan dalam kategori obat bebas. Secara tidak langsung, hal tersebut langsung membuat pilihan produk obat untuk pengobatan sendiri atau pengobatan mandiri semakin banyak tersedia. Di dalam melakukan pengobatan mandiri dengan benar, masyarakat perlu
mengetahui informasi yang jelas dan terpercaya mengenai obat-obat yang digunakan. Apabila pengobatan mandiri tidak dilakukan dengan benar, maka dapat berisiko munculnya keluhan lain karena penggunaan obat yang tidak tepat (InfoPOM,
2004).
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
919/Menkes/Per/X/1993 dituliskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional. Pengobatan mandiri membawa beberapa risiko, yaitu gejala tersamarkan dan tidak dikenali sebagai penyakit serius, selain penggunaan obat yang kurang tepat (Tan dan Rahardja, 2010). Menurut World Self-Medication Industry (2010), kekurangan pengobatan mandiri adalah kurangnya perawatan kesehatan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
profesional dan kurangnya pengawasan untuk penyakit kronis, kurangnya kesempatan berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang profesional, dan tidak tepat obat.
B. Obat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Menurut Putra (2012), secara umum obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan (obat) untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk untuk memperoleh tubuh atau bagian tubuh manusia. Adapun menurut bentuk sediaannya, obat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1.
Bentuk padat, seperti serbuk, tablet, pil, kapsul, dan supositoria.
2.
Bentuk setengah padat, seperti salep, krim, pasta, cerata, gel, dan salep mata.
3.
Bentuk cair/larutan, seperti potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, ijeksi, infirs intravena, lotio, dan lain-lain.
4.
Bentuk gas, seperti inhalasi, spray, atau aerosol (Putra, 2012).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Untuk penggolongan obat di Indonesia berdasarkan data dari Depkes RI, 2008, penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 5 golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras (termasuk di dalamnya obat wajib apotek), psikotropik dan narkotika. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan kategori obat yang digunakan masyarakat dalam upaya pengobatan mandiri, karena obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep dokter (Anonim, 2006). 1.
Obat Bebas (OB) Obat bebas merupakan sejenis obat yang bisa secara bebas dijualbelikan,
baik di apotek, toko obat maupun di warung-warung kecil yang biasa menjajakan berbagai jenis obat dan tidak termasuk dalam jenis narkotika dan psikotropika. Obat bebas bisa dibeli tanpa harus menggunakan resep dari dokter. Obat sejenis ini biasa ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam (Zeenot, 2013).
Gambar 1. Lambang Obat Bebas (Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014).
2.
Obat Bebas Terbatas (OBT) Obat bebas terbatas merupakan jenis obat keras yang dalam takaran
tertentu masih bisa diperjualbelikan di apotek tanpa harus menggunakan resep dari dokter. Biasanya obat golongan ini ditandai dengan lingkaran biru bergaris tepi hitam (Zeenot, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir. Djen/S.K/69 tanggal 28 Oktober 1969, harus dicantumkan tanda peringatan pada wadah dan kemasannya. Sesuai obatnya, pemberitahuan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
P. no. 1. Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam.
2.
P. no. 2. Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
3.
P. no. 3. Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
4.
P. no. 4. Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
5.
P. no. 5. Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
6.
P. no. 6. Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan (Sartono, 1993).
Gambar 2. Lambang Obat Bebas Terbatas (Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014).
3.
Obat Keras (OK) Obat keras merupakan jenis obat berkhasiat keras yang untuk
memperolehnya harus dengan menggunakan resep dokter. Biasanya, obat sejenis ini ditandai dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf “K” di dalamnya (Zeenot, 2013). Menurut Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (2014), obat jenis ini tidak dapat dikonsumsi sembarangan karena bisa
berbahaya,
memperparah
penyakit,
meracuni
tubuh,
atau
bahkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
menyebabkan kematian. Obat keras ini juga merupakan obat golongan wajib apotek dengan simbol yang sama. Salah satu contoh obat keras yang termasuk obat tanpa resep (OTR) untuk pengobatan mandiri adalah OWA (Obat Wajib Apotek).
Gambar 3. Lambang Obat Keras (Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014).
4.
Obat Wajib Apotek (OWA) Pada dasarnya, obat wajib apotek merupakan sejenis obat keras, yang
keberadaannya bisa diperjualbelikan di apotek tanpa harus menggunakan resep dari dokter dan harus diserahkan oleh apoteker sendiri. Sampai saat ini, daftar obat wajib apotek sudah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Nomor: 347/MenKes/SK/VII/1990, tanggal 16 Juli 1990, yaitu OWA. No.1, OWA. No.2, dan OWA. No.3. Contoh OWA sendiri meliputi Antalgin 500 mg, Asam mefenamat 500 mg, dan Piroxicam 10 mg. Pertimbangan kebijakan obat wajib apotik, yaitu: a.
Bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b.
16
Bahwa peningkatan pengobatan mandiri secara tepat, aman, dan rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan mandiri sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional;
c.
Bahwa oleh karena itu, peran apoteker di apotik dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri;
d.
Bahwa untuk itu, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik (KepMenKes, 1990).
C. Pola Penggunaan Obat Penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologis yang benar dari suatu penyakit atau gejala-gejalanya. Obat yang digunakan harus tepat dosis, tepat penderita, tepat indikasi, tepat cara pemakaian, tepat jumlah dan frekuensi serta lama pemakaian, terpilih untuk penyakitnya, tepat kombinasi, dan tepat informasinya, serta waspada terhadap adanya efek samping obat. Penggunaan dikatakan tidak rasional jika boros, berlebihan, kurang, salah, majemuk atau polifarmasi (Ikawati, 1994). Perilaku masyarakat dalam pengobatan mandiri disebut juga sebagai perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
sistem pelayanan kesehatan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Pengobatan mandiri mempunyai kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan tidak bisa disangkal bahwa setiap individu pernah melalukan pengobatan mandiri, baik untuk diri sendiri, keluarga, ataupun teman. Menurut Perwitasari (2009), obat tanpa resep dapat diperoleh mulai dari apotek hingga warung-warung kecil. Obat tanpa resep yang ada di apotek dan toko obat lebih beragam jumlahnya lebih terjamin daripada di warung, tetapi kebenaran informasi yang diberikan tergantung dari siapa yang memberikan informasi. Warung merupakan outlet obat yang paling mudah dicapai oleh masyarakat. Biasanya obat-obat yang dijual di warung adalah untuk keluhan sakit yang diketahui jelas oleh orang awam seperti demam, batuk, pegal linu, sakit kepala, dan lain-lain. Jarak merupakan faktor utama dalam pertimbangan membeli obat. Seperti yang dituliskan Perwitasari (2009) dalam penelitiannya, bahwa faktor jarak yang relatif dekat menjadi pilihan utama dibandingkan dengan jarak yang harus ditempuh jauh. Masyarakat lebih memilih pengobatan mandiri daripada dokter karena biaya lebih murah. Hal tersebut didukung dengan teori Djunarko dan Hendrawati (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, klinik, dokter, dan dokter gigi menyebabkan masyarakat memilih melakukan pengobatan mandiri untuk memperoleh biaya yang terjangkau dan lebih murah untuk mengobati penyakit yang dialaminya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Menurut Sarwono (1997), dalam menganalisa kondisi tubuhnya biasanya orang melalui dua tingkat analisa, yaitu: 1.
Batasan sakit menurut orang lain Orang-orang di sekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri individu tersebut dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu mendapat pengobatan. Penilaian orang lain ini sangat besar artinya pada anak-anak dan bagi orang dewasa yang menolak kenyataan bahwa dirinya sakit.
2.
Batasan sakit menurut diri sendiri Individu tersebut mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dirinya akan mencai pengobatan atau tidak. Analisa orang lain dapat sesuai atau bertentangan dengan analisa individu, namun biasanya analisa itu mendorong individu untuk mencari upaya pengobatan. Penggunaan obat tanpa resep pada hakekatnya ditujukan untuk gejala-
gejala penyakit ringan dan mudah diobati (Donatus, 2000). Perwitasari (2009), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa responden yang pengetahuan tentang obat-obatnya terbatas, rentan terjadi ketidakrasionalan dalam memilih dan menggunakan obat tanpa resep, terutama karena pengaruh persuasif dari iklan semata. Bentuk-bentuk sediaan yang banyak dikenal oleh masyarakat meliputi: 1.
Kapsul Kapsul merupakan bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Ada dua jenis kapsul, yaitu kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
19
Larutan Larutan merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut
3.
Pulvis dan Pulveres Pulvis dan pulveres termasuk sediaan obat dalam bentuk serbuk. Serbuk adalah sediaan dalam bentuk setengah padat (Putra, 2012). Ada juga sediaan berbentuk tablet. Tablet merupakan sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet sendiri dibagi menjadi beberapa macam, yaitu tablet kunyah, tablet lepas-lambat, dan tablet hisap (Lozenges) (Anonim, 2015). Rute penggunaan obat dapat melalui beberapa cara: 1.
Oral Obat dimasukkan melalui mulut, kemudian melewati tenggorokan dan ke perut. Penggunaan obat melalui oral adalah yang paling menyenangkan, murah, dan paling aman
2.
Topikal Obat digunakan untuk daerah luar, yaitu kulit. Penggunaan obat pada kulit dimaksudkan untuk memperoleh efek pada atau di dalam kulit
3.
Parenteral Arti parenteral adalah suatu rure yang tidak melalui usus. Istilah umum yang lain adalah injeksi (Anief, 1995).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
Dalam melakukan pengobatan mandiri, ada beberapa masyarakat yang sebelumnya pernah menggunakan obat tanpa resep tersebut dan ada juga masyarakat yang belum pernah menggunakannya sama sekali. Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), pengalaman adalah proses ketika konsumen (manusia) menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya. Hasil dari pengalaman individu akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu produk sehingga akan menciptakan proses pengamatan dan perilaku pembelian yang berbeda-beda. Dalam pelaksanaan pengobatan mandiri, obat-obat yang dikonsumi dapat menimbulkan efek samping. Namun ada juga beberapa individu yang tidak merasakan adanya efek samping obat. Anief (1995) menjelaskan bahwa efek samping obat merupakan efek yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan tidak ikut pada kegunaan terapi. Sumber informasi yang didapat masyarakat terkait dengan pengobatan mandiri juga menjadi hal yang perlu untuk diketahui. Pada kebanyakan penelitian dan pengalaman, sumber informasi yang paling berperan adalah TV (iklan) dan keluarga sendiri. Penyampaian iklan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan membahayakan kesehatan, karena informasi dari iklan obat tersebut kurang lengkap. Pakar komunikasi Amerika Serikat menyatakan bahwa televisi merupakan media yang telah berhasil mengubah kehidupan sehari-hari manusia atau masyarakat (Biagi, 2010). Begitu pula dengan keluarga, dimana keluarga menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) menyatakan bahwa keluarga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
memainkan peran terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia.
D. Motivasi Perilaku manusia merupakan proses pembentukan atau perubahan perilaku yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar individu. Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor-faktor internal yang meliputi motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap (Wawan, 2011). Perilaku manusia dimulai dengan adanya suatu motivasi. Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Sumber yang mendorong terciptanya suatu kebutuhan tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri atau dari lingkungan sekitarnya (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Menurut Sarwono (1997), motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk keinginan yang harus dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai. Motivasi yang rendah biasanya menghasilkan tindakan yang kurang kuat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
E. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pola penggunaan dan motivasi pengunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian berjudul “Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah” merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Menurut Bog dan Taylor (1993), (cit., Prastowo, 2014), observasional desktiptif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Saryono, 2011).
B. Variabel Penelitian Variabel pada penelitian ini meliputi: pola dan motivasi masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai penggunaan obat untuk pengobatan mandiri.
23
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
C. Definisi Operasional Penelitian Definisi operasional: 1. Pengobatan mandiri didefinisikan sebagai penggunaan obat-obat tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri dalam waktu satu bulan terakhir. 2. Obat didefinisikan sebagai golongan obat seperti obat bebas dan obat bebas terbatas yang dapat diperoleh atau dibeli tanpa resep dokter. 3. Pola penggunaan obat didefinisikan sebagai tindakan responden dalam menggunakan obat untuk pengobatan mandiri dalam waktu satu bulan terakhir, meliputi frekuensi penggunaan, lokasi pembelian, jarak pembelian, harga obat, frekuensi yang menggunakan, nama obat, cara pemakaian, bentuk-bentuk obat, keluhan/sakit yang diobati, frekuensi penggunaan sebelumnya, efek samping, sumber informasi, dan frekuensi kesembuhan. 4. Motivasi penggunaan adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu penggunaan, yang dapat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis.
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian Subjek penelitian adalah masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi penelitian adalah masyarakat dewasa di Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, yang pernah melakukan pengobatan mandiri dalam waktu satu bulan terakhir dan bersedia diwawancarai dengan menandatangani informed consent.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Skema pencarian subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar. 4, yaitu sebagai berikut:
52 responden yang bersedia diwawancara
17 responden dikeluarkan
4 responden melakukan pengobatan mandiri dengan obat
Responden penelitian
26 responden melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dan obat
30 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat
5 responden melakukan pengobatan mandiri dengan obat tradisional
31 responden yang melakukan pengobatan mandiri dengan obat tradisional
Gambar 4. Skema Pencarian Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian payung yang bersedia untuk diwawancarai ini adalah sebanyak 52 responden. Namun terdapat responden yang dikeluarkan (dieksklusi) yaitu 17 responden, dimana 6 responden setelah dilakukan wawancara lebih lanjut ternyata responden melakukan pengobatan ke dokter dan mendapat resep dari dokter, dan 11 responden lainnya tidak melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir. Berdasarkan hasil data responden yang dikeluarkan tersebut diperoleh responden yang pernah melakukan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
pengobatan mandiri menggunakan obat adalah sebanyak 30 responden. Jumlah minimal sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, dengan alasan jumlah tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal bila akan dilakukan penelitian dengan analisis statistika seperti penelitian komparasi dan korelasi (Krithikadatta, 2014; Hardon, et al, 2004).
E. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2015. Waktu pengumpulan data dilakukan dua kali. Pengambilan data pertama dilakukan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua yang dilakukan pada tanggal 13-15 Juni 2015.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan dua judul utama yaitu “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah (Upaya Awal untuk Pelestarian Lingkungan dan Mempertahankan Kearifan Lokal)”. Penelitian ini telah memperoleh ijin dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh 4 mahasiswa dengan kajian yang berbedabeda. Kajian penelitian payung ini meliputi: pengetahuan, sikap, dan tindakan penggunaan obat; pengetahuan, sikap, dan tindakan penggunaan obat tradisional;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
pola dan motivasi penggunaan obat; dan pola dan motivasi penggunaan obat tradisional. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah “Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Berikut merupakan kajian penelitian payung yang dapat dilihat pada Gambar.5.
Penggunaan Obat
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pola dan Motivasi
Kajian penelitian peneliti
Kajian Penggunaan Obat Tradisional
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pola dan Motivasi
Gambar 5. Skema Kajian Penelitian Payung
G. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan data kualtitatif dilakukan dengan wawancara mendalam. Responden adalah penduduk dewasa Desa Dieng, yang berusia
18 tahun, baik
laki-laki ataupun perempuan yang bersedia berpartisipasi di dalam penelitian ini dengan mengikuti wawancara yang dipilih secara accidental sampling. Teknik sampling purposif dilakukan dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada di suatu tempat atau keadaan tertentu (Notoatmojo, 2010).
H. Instrumen Penelitian Wawancara untuk memperoleh data kualitatif dilakukan dengan bantuan alat berupa panduan wawancara, alat perekam (audio taped), dan catatan hasil wawancara. Panduan wawancara sudah divalidasi dengan metode expert judgement, dalam hal ini divalidasi oleh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, sehingga panduan wawancara dapat digunakan untuk pengambilan data.
I. Tata Cara Penelitian 1. Studi pustaka Studi pustaka dilakukan terlebih dahulu mengenai pengobatan mandiri, obat, pola penggunaan obat di kalangan masyarakat Desa Dieng, motivasi penggunaan obat oleh masyarakat Desa Dieng, metode penelitian teknik pengambilan sampel, dan besar sampel penelitian. 2. Penentuan lokasi penelitian Lokasi penelitian ditentukan dan dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
3. Perizinan dan etika penelitian Perizinan penelitian dilakukan dengan mengajukan rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Badan Kesbanglinmas) Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah. Pengurusan etika penelitian diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedoketran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sehingga setelah pegurusan izin dan etika penelitian sudah diterima, penelitian dapat dilaksanakan. Pengurusan dan pengajuan ethical clearance diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ethical clearance diperoleh pada tanggal 17 Juni 2015 dengan nomor Ref: KE/FK/706/EC/2015. Ethical clearance dibuat untuk menjamin terpenuhinya etika dalam melakukan penelitian. Inform consent merupakan bukti tertulis dari pernyataan kesediaan calon subjek penelitian untuk bisa ikut terlibat di dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini terlebih dahulu diberikan penjelasan singkat tentang penelitian sebelum diminta kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya responden menandatangani informed consent tanpa adanya unsur paksaan dalam proses mengrekrut responden. Semua data diri dalam penelitian respoden dirahasikan untuk menjamin privasi dari responden.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
4. Pembuatan panduan wawancara Panduan wawancara divalidasi terlebih dahulu dengan metode expert judgement dilakukan oleh dosen pembimbing. Tujuan validasi panduan wawancara untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan tujuan yang akau dicapai dan menunjukkan tingkat kesahihan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengambilan data penelitian. Panduan wawancara yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kuesioner penelitan yang sudah ada, namun terdapat perbedaan karena ada penambahan pertanyaan untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian. 5. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dengan responden. Wawancara dilakukan langsung dengan bantuan panduan wawancara dan alat perekam (audio-video taped). Panduan wawancara berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun, sehingga pertanyaan yang ditanyakan saat wawancara berlangsung sudah terstruktur. Calon responden yang bersedia mengisi dan menandatangani inform consent yang diikutkan sebagai responden dan sebagai tanda persetujuan responden tersebut mengikuti penelitian. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dua kali. Pada pengambilan data kedua juga dilakukan verifikasi data responden yang didapatkan pada pengambilan data pertama. Verifikasi ini dilakukan karena ada beberapa data hasil wawancara yang perlu diperjelas.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
6. Pengolahan data Data diolah dengan cara mentranskripsikan data hasil wawancara melalui alat perekam (audio taped). Peneliti pertama melakukan transkripsi data hasil wawancara, kemudian menyesuaikan dengan catatan
yang ditulis saat
pengambilan data. Peneliti kedua melakukan proses yang sama dengan peneliti pertama agar proses transkripsi oleh peneliti pertama dan data hasil wawancara lebih akurat. Data hasil wawancara yang telah ditranskripsikan kemudian dikualifikasikan sesuai dengan pertanyaan yang ada di panduan wawancara dengan menghitung persentase dan mendeskripsikan hasil penelitian dari setiap pertanyaan pada panduan wawancara tersebut.
J. Analisis Hasil 1.
Hasil data karakteristik Hasil data karakteristik responden yang mengunakan obat dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis hasil adalah teknik perhitungan persentase, yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: P : Persentase jawaban dalam satuan persen a : Jumlah jawaban b : Total jumlah responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
32
Hasil data kualitatif Hasil data kualitatif dari wawancara mendalam mengenai pola dan motivasi penggunaan obat dianalisis dengan teknik content analysis. Data kualitatif hasil wawancara dikategorikan dan dihitung persentasenya, disetiap kategori disertai dengan pembahasan dan deskripsi mendalam.
K. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: a. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah secara non-random karena peneliti hanya merekrut masyarakat Desa Dieng yang kebetulan ditemui saat pengambilan data dan memenuhi kriteria inklusi, sehingga setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan subjek penelitian. b. Pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dengan respoden yang ditemui dan pada keadaan tertentu, sehingga adanya keterbatasan waktu dan suasana yang kurang nyaman saat melakukan wawancara. c. Instrumen yang digunakan pada penelitian hanya panduan wawancara, sehingga tidak terdapat skala dalam mengukur variabel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Sebanyak 30 responden bersedia diwawancarai pada penelitian ini. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan per bulan. Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah Karakteristik responden
Persentase (%) n=30
Usia 18 – 24 25 – 31 32 – 38 39 – 45 46 – 52 53 – 59 Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Jenis pekerjaan Belum bekerja Guru Ibu rumah tangga Karyawan Petani Wiraswasta/pedagang Status pernikahan Belum menikah Menikah Pendidikan terakhir SD SLTP (SMP) SLTA (SMA/SMK) S1 Pendapatan per bulan Belum ada pendapatan Kurang dari Rp 300.000,00 Rp 300.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00 ≤ pendapatan < Rp 2.000.000,00 Lebih dari Rp 2.000.000,00
33
26 17 26 17 7 7 70 30 3 3 11 14 36 33 20 80 20 33 40 7 3 20 27 23 10 17
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
34
Usia Seperti yang terlihat pada Tabel I responden penelitian yang ditetapkan
sebagai kriteria inklusi adalah responden yang berusia lebih dari atau sama dengan 18 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rentang usia responden yang mengikuti penelitian adalah 18-59 tahun. Dari rentang usia responden tersebut, dibagi menjadi enam kelas dimana rentang usia yang mengikuti penelitian terbanyak adalah 18-24 tahun dan 32-38 tahun dengan persentase 26%. Undang-Undang nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyebutkan, pada usia 18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang. Menurut Baharuddin (2009), periodisasi perkembangan umur 17-24 tahun dapat disebut masa academia, saat seseorang memasuki perguruan tinggi atau akademik. Tahap ini merupakan tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, self direction, dan self control. Seorang remaja dapat mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, disamping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan. Umur tersebut dapat juga dikatakan sebagai umur dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Pada penelitian ini responden dapat dikatakan berusia dewasa sehingga dapat mengambil keputusan sendiri, dalam hal ini adalah keputusan untuk melakukan pengobatan mandiri. 2.
Jenis kelamin Dari Tabel I diketahui karakteristik jenis kelamin responden pada
masyarakat Desa Dieng yang bersedia dan menyetujui menjadi responden dengan menjawab pertanyaan saat wawancara terstruktur yaitu sebesar 70% adalah jenis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
kelamin perempuan dan sebesar 30% adalah jenis kelamin laki-laki. Menurut Noviana (2011), kaum wanita lebih banyak melakukan pengobatan mandiri dan lebih peduli terhadap kesehatan. Selain itu menurut Anna dan Chandra (2011), pada dasarnya wanita lebih peduli terhadap kesehatan dibanding kaum pria sehingga pengetahuan mengenai kesehatan lebih banyak dimiliki kaum wanita dibanding kaum pria. 3.
Jenis pekerjaan Menurut Kurniasari (2007), jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi
tingkat sosial dan interaksi sosial seseorang dengan orang lain yang berasal dari lingkungan yang berbeda. Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan responden yang terlihat pada Tabel I menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden masyarakat Desa Dieng adalah sebagai petani dengan persentase 36%. Hasil pertanian yang berkembang dan menjadi tanaman andalan masyarakat Desa Dieng adalah carica dan kentang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suryo (2010), bahwa jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di antara konsumsi makanan dan pemeliharaan kesehatan. 4.
Status pernikahan Status pernikahan mempunyai pengaruh terhadap pola tindakan self-care,
termasuk melakukan pengobatan mandiri dengan obat (Widayati, 2012). Pada penelitian mengenai karakteristik status pernikahan responden diperoleh hasil bahwa masyarakat Desa Dieng yang bersedia dan menyetujui menjadi responden dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
menjawab pertanyaan saat wawancara terstruktur yaitu sebesar 20% belum menikah dan sebesar 80% sudah menikah. Status pernikahan ini penting karena bekaitan dengan pengalaman dan informasi yang diperoleh tentang pengobatan mandiri. Responden yang sudah menikah khususnya para ibu biasanya pernah mengikuti penyuluhan kesehatan, sehingga lebih mendapatkan informasi mengenai pengobatan mandiri yang lebih mendalam. 5.
Pendidikan terakhir Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang
lebih tinggi (Joko, 2005). Pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk meningkatkan kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian Adikuntati (2008), tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang tentang swamedikasi. Berdasarkan penelitian (Tabel I) diperoleh hasil tingkat pendidikan terakhir responden paling banyak adalah SLTA (SMA/SMK) dengan persentase sebesar 40% dan tingkat pendidikan terakhir responden paling sedikit adalah S1 (Strata I) dengan persentase sebesar 7%. Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas informasi kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA (SMA/SMK) ini merupakan responden paling banyak melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
37
Pendapatan per bulan Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel I diperoleh
pendapatan per bulan responden, dimana pendapatan responden dibagi menjadi enam kelas. Presentase responden terbesar yang pendapatannya Rp 300.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000,00/bulan sebesar 27% dan responden yang belum memiliki pendapat sebesar 3%. Pendapatan masyarakat berhubungan dengan status sosial ekonomi mereka. Masyarakat dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan lebih mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan melakukan pengobatan mandiri, sedangkan masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah bahkan yang belum memiliki pendapatan sendiri akan lebih cenderung untuk menjadikan biaya sebagai pertimbangan utama dalam mencari pelayanan kesehatan dan pencarian pengobatan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Lubis (2009), bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk mengambil suatu tindakan, dengan kata lain bahwa tingkat pendapatan yang tinggi maka motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan juga tinggi, demikian juga sebaliknya jika tingkat penghasilan rendah maka motivasi untuk melakukan suatu tindakan juga rendah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
B. Pola Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri Di Kalangan Masyarakat Desa Dieng Pola penggunaan obat dalam penelitian ini meliputi: frekuensi penggunaan obat dalam satu bulan terakhir, lokasi pembelian obat, jarak pembelian obat, harga obat, pengguna obat, nama-nama obat, frekuensi menggunakan obat, cara pemakaian obat, bentuk-bentuk obat, keluhan/sakit yang diobati responden dengan obat, pengalaman penggunaan obat sebelumnya untuk pengobatan mandiri, efek samping yang dirasakan setelah menggunakan obat, sumber informasi mengenai obat, dan frekuensi kesembuhan responden setelah diobati dengan obat. 1.
Frekuensi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam satu bulan terakhir Pengobatan mandiri mempunyai kecenderungan meningkat dari waktu ke
waktu. Bahkan tidak bisa disangkal bahwa setiap individu pernah melalukan pengobatan mandiri untuk diri sendiri, keluarga, ataupun teman. Penelitian ini ingin melihat dan mengetahui seberapa sering responden melalukan pengobatan mandiri dalam satu bulan terakhir. Rentang waktu yang diberikan hanya satu bulan karena untuk bertujuan memberikan batasan waktu agar mempermudah responden dalam mengingat obat apa yang mereka konsumsi untuk pengobatan mandiri dan untuk menghindari terjadinya bias. Menurut Perwitasari (2009), batasan sakit pada diri seseorang dapat berupa batasan sakit menurut orang lain dan batasan sakit menurut diri sendiri. Batasan sakit menurut orang lain adalah pernyataan dari orang-orang di sekitar individu yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
mengatakan bahwa dia sakit dan perlu pengobatan. Batasan sakit menurut diri sendiri adalah bahwa individu itu mengenal gejala penyakitnya dan menentukan apakah akan mencari pengobatan atau tidak (Sarwono, 1997). 80% 70% 60% 50% 40% 30%
67%
20% 10% 10%
10%
2x sebulan
3x sebulan
0% 1x sebulan
10% 3% 4x sebulan > 5x sebulan
Gambar 6. Frekuensi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam satu bulan terakhir, n=30 Hasil penelitian menunjukkan dalam satu bulan terakhir, dari 30 responden diperoleh sebesar 67% (Gambar 6) responden menggunakan obat untuk pengobatan mandiri sebanyak satu kali. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cristiana (2014), dimana pengobatan mandiri cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
40
Lokasi pembelian obat untuk pengobatan mandiri Berdasarkan lokasi pembelian obat untuk pengobatan mandiri, responden
paling sering membeli di warung-warung dengan persentase sebesar 80% sedangkan di apotek dengan persentase 17%. Gambar 7 menunjukkan persentase lokasi pembelian obat untuk pengobatan mandiri. 90% 80% 70% 60% 50% 40%
80%
30% 20% 10% 0%
17% 3% Bidan
3% Sales
Apotek
Warung
Gambar 7. Persentase lokasi pembelian obat untuk pengobatan mandiri, n=30
Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa responden cenderung membeli obat di warung-warung terdekat yang dapat dijangkau dengan jarak rumah mereka. Hal ini juga memperlihatkan bahwa pengetahuan mereka untuk membeli obat hanya di warung terdekat saja, padahal apabila dalam melakukan pengobatan mandiri responden dapat memperoleh obat di apotek atau toko obat yang menyediakan lebih beragam obat untuk keluhan sakit mereka dan mendapatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
kebenaran informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut tidak menjadi masalah apabila responden sudah paham betul mengenai kesehatan yang sedang dialami, dan terkait indikasi dan bentuk sediaan obat yang akan mereka beli dan konsumsi. Penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari (2009) dan Pangastuti (2014) sebelumnya bahwa kebanyakan masyarakat membeli obat di warung-warung terdekat. Namun selain membeli obat di warung, ada responden yang menyatakan bahwa mereka memperoleh obat tersebut dari bidan dan sales. Berikut merupakan hasil wawancara dengan responden yang memperoleh obat dari bidan dan sales: “Saya, memperoleh obatnya dari orang yang menjual obat-obat dari rumah ke rumah mbak. Obatnya saya pakai untuk daya tahan tubuh karena saat itu saya merasa sangat capek.” “Saya udah pakai obatnya dari lama mbak, pertama kali saya periksa ke bidan dan dikasih obat itu dan obatnya cocok. Jadi jika maag saya kambuh saya tidak periksa lagi ke bidan tapi langsung menebus obatnya saja di bidan.” Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tersebut, dapat dilihat bahwa responden yang memperoleh obat dari sales termasuk melakukan pengobatan mandiri karena membeli obat tanpa resep dokter. Namun, perlu diperhatikan dan ditinjau lebih lanjut lagi apabila membeli obat di sales, karena fenomena sales seperti obat rentengan sedang marak dikalangan masyarakat, dan saat diwawancara lebih lanjut responden lupa nama obat yang dibeli dari sales tersebut. Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan responden yang menjawab memperoleh obat dari Bidan, menujukkan bahwa sebelumnya memang responden
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
memeriksakan terlebih dahulu ke bidan. Namun, karena responden tersebut sudah lama menggunakan obat tersebut dan merasa cocok, saat merasakan penyakitnya kambuh maka responden tersebut kembali membeli obat tersebut. Hal ini juga masih termasuk dalam pengobatan mandiri karena responden menggunakan obat tersebut apabila penyakitnya kambuh saja tanpa harus memeriksakan diri ke bidan lagi, jadi responden tahu tentang keadaannya sendiri. 3.
Jarak pembelian obat untuk pengobatan mandiri Berdasarkan wawancara peneliti dengan responden, didapatkan hasil bahwa
jarak yang paling banyak ditempuh responden memperoleh obat untuk pengobatan mandiri adalah ±10 – 50 meter dengan presentase 39%. Ada juga responden yang tidak mengetahui seberapa jauh antara rumah mereka dengan tempat memperoleh obat tersebut, dimana persentasenya sebesar 7%. Hasil jarak pembelian obat untuk pengobatan mandiri dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Jarak pembelian obat untuk pengobatan mandiri, n=30 Persentase Jarak (%) ± 10 – 50 meter 39 ± 100 – 500 meter 17 ± 2 – 5 meter 16 ± 26 km 13 ± 26 km 13 ± 1,5 km 3 Tidak tahu 7
Jarak juga merupakan faktor dalam masyarakat melakukan pengobatan mandiri. Terlihat dari hasil penelitian bahwa responden memperhitungan jarak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
pembelian obat yang akan mereka konsumsi. Apabila keluhan sakit yang mereka alami seperti batuk, sakit kepala, flu, demam dan pegal linu, maka mereka akan memperoleh obat di warung dengan jarak yang dekat dengan rumah mereka. Dimana selain menjual kebutuhan sehari-hari warung juga menjual obat-obatan yang dapat dibeli masyarakat tanpa resep dengan nama dagang yang sudah dikenal oleh masyarakat. Namun dapat dilihat juga bahwa adapun responden yang membeli obat dengan jarak yang tidak dekat yaitu di apotek yang berada di Kabupaten Wonosobo yang berjarak sekitar 26 km (13%). Responden yang memperoleh obat dengan jarak yang lumayan jauh tersebut, yaitu di apotek yang berada di luar Kecamatan Kejajar saat itu sedang pergi dan memutuskan membeli obat sekalian untuk mengatasi keluhan sakit yang dialami responden saat itu. 4.
Harga obat yang digunakan untuk pengobatan mandiri Alasan terbanyak yang dipilih responden saat melakukan pengobatan
mandiri adalah karena biaya lebih murah, dimana sebanyak 44% responden dapat membeli obat dengan biaya murah. Salah satu faktor yang mempengaruhi praktik swamedikasi adalah kondisi ekonomi (Djunarko, 2011). Menurut Pangastuti (2014), mahalnya pelayanan kesehatan (dokter, klinik, rumah sakit), merupakan penyebab masyarakat berusaha mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit ringan, yaitu pengobatan mandiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
Tabel III. Frekuensi harga obat untuk pengobatan mandiri Harga obat Persentase (Rp) (%) 500 – 1.500 40 2.000 – 7.000 44 15.000 – 75.000 13 Tidak dapat menyebutkan 3
Dari hasil (Tabel III) tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat lebih memilih membeli obat yang relatif murah dan harga terjangkau dibandingkan mendapatkan pelayanan kesehatan yang relatif mahal. Hal ini juga terkait dengan karakteristik responden dimana sebagian besar responden berpenghasilan rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angkoso (2006), bahwa harga obat yang digunakan dalam swamedikasi relatif lebih murah dibandingkan jika harus pergi ke dokter dan pelayanan kesehatan yang lainnya. Selain itu, ada juga responden yang memperoleh obat dengan harga yang lumayan mahal, yaitu berkisar antara Rp 15.000,00-75.000,00 dengan presentase 13%. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, obat yang diperoleh responden ini merupakan obat penurun kolesterol yang dibeli dari sales dengan harga yang mahal. 5.
Pengguna obat untuk pengobatan mandiri Menurut penelitian Pangastuti (2014), pengobatan mandiri dapat dilakukan
oleh seseorang untuk teman maupun keluarga yang mengalami keluhan sakit. Dalam penelitian ini demikian juga, terdapat 70% responden melakukan pengobatan mandiri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
untuk dirinya sendiri, dan sebanyak 30% responden melakukan pengobatan mandiri untuk keluarganya.
Keluarga; 30% Diri sendiri; 70%
Gambar 8. Persentase pengguna obat untuk pengobatan mandiri, n=30 Dari hasil dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi obat dalam pengobatan mandiri untuk dirinya sendiri. Responden yang menggunakan obat untuk dirinya sendiri ini dipastikan sudah mengetahui tentang keadaan kesehatannya sehingga mampu menggunakan obat tersebut sendiri. 6.
Nama-nama obat untuk pengobatan mandiri Produk obat yang beredar di pasaran sangat beragam dan banyak dijumpai di
media cetak maupun media elektronik. Tersedianya banyak produk obat tersebut menjadi bagian penting dalam pengobatan mandiri. Tabel IV menunjukkan bahwa 23% responden menggunakan obat Bodrex® dan Paramex® dalam pengobatan mandiri untuk mengatasi keluhan sakit mereka. Sebanyak 7% responden menggunakan obat Bodrexin®, Neuromacyl® dan Ultraflu®. Sisanya sebanyak 3% responden menggunakan obat Cataflam® dan lain sebagainya yang dapat dilihat pada Tabel IV.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Tabel IV. Nama-nama obat untuk pengobatan mandiri Persentase Nama obat (%) Bodrex® 23 ® Paramex 23 ® Bodrexin 7 Neuromacyl® 7 ® Ultraflu 7 ® Natureindo 3 Inzana® 3 ® Oskadon 3 ® Hufamag plus 3 Ponstan® 3 ® Promag 3 ® Woods 3 Vitamin 3 ® Cataflam * 3 Tidak dapat menyebutkan 3 ® Keterangan : *Cataflam merupakan obat keras (OK) Menurut Donatus (2000), penggunaan obat tanpa resep pada hakekatnya ditujukan untuk gejala-gejala penyakit ringan dan mudah diobati. Pengetahuan yang cukup seharusnya dimiliki oleh penderita sakit sehingga dapat memilih obat dengan tepat (Perwitasari, 2009). Berdasarkan nama-nama obat yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan responden, paling banyak obat-obat tersebut adalah golongan obat bebas. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak membahayakan bagi si pemakai. Terdapat tanda lingkaran hijau dengann garis tepi hitam (Wibowo, 2010). Obat yang banyak dibeli responden dan tergolong obat bebas adalah Bodrex® dengan persentase 23%. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Primantana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
(2001), obat sakit kepala yang paling sering diperhatikan adalah Bodrex® dengan persentase 23,09%. Namun ada juga responden yang menggunakan Cataflam®, dimana kandungan obat ini adalah natrium diklofenak. Cataflam® merupakan golongan obat keras dimana untuk memperolehnya harus dengan resep dokter dan harus diserahkan oleh apoteker sendiri. Pada kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan responden obat Cataflam® dapat diperoleh dan digunakan oleh responden untuk keluhan sakit responden tersebut tanpa menyerahkan resep dari dokter. Berdasarkan pernyataan dari responden tersebut, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan responden agar responden tau obat mana yang bisa digunakan untuk pengobatan mandiri 7.
Frekuensi dalam mengkonsumsi obat tersebut untuk pengobatan mandiri Dari Tabel V diketahui sebanyak 67% menyatakan kadang kala dalam
mengkonsumsi obat untuk pengobatan mandiri. Kadang kala disini dapat diartikan seperti saat capek saja, hanya sekali, jika tidak ada keluhan sakit lagi, dan saat penyakit kambuh/sakit. Tabel V. Frekuensi konsumsi obat untuk pengobatan mandiri Persentase Frekuensi konsumsi (%) Kadang kala 67 1x sebulan 20 2x sebulan 7 3x sebulan 7
Berdasarkan keputusan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), cara penggunaan obat yang benar adalah minum sesuai dengan petunjuk/aturan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
terdapat dalam kemasan obat bebas dan bebas terbatas tersebut dan tidak untuk digunaka secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Hal ini sudah sesuai dengan jawaban responden, yaitu jika responden mengkonsumsi tidak secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang panjang, namun apabila responden merasakan keluhan sakit saja. 8.
Cara pemakaian obat tersebut untuk pengobatan mandiri Untuk cara pemakaian obat, responden sebanyak 20 responden (67%) (Tabel
VI) melakukan dengan cara langsung diminum dengan menggunakan air putih. Kemudian ada juga responden mengkonsumsi obat dengan cara dioles (sediaan topikal), diminum setelah dan sebelum makan, pagi dan sore hari, malam hari dan digerus (untuk anak dari responden). Tabel VI. Cara pemakaian obat untuk pengobatan mandiri Persentase Cara pemakaian (%) Langsung diminum 67 Malam hari 13 Digerus 3 Dioles 3 Sebelum makan 3 Setelah makan 3 Pagi dan sore hari 3 Tidak dapat menyebutkan 3
Langsung diminum disini sama dengan pemberian secara per oral. Pemberian obat secara per oral merupakan pemberian obat melalui mulut. Pemberian obat melalui per oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek sistemik, yaitu obat beredar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh (Anief, 1995).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
Menurut Depkes RI (2008), semua obat harus digunakan sesuai dengan aturan pakai yang terdapat dalam kemasan obat tersebut. Penggunaan obat harus sesuai dengan aturan pakai yang tertera dalam kemasan, sehingga penggunaan obat menjadi rasional. Dari hasil penelitian, sebagian besar responden menjawab “langsung diminum”. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memahami dengan aturan pakai obat yang digunakan. Terdapat juga responden yang menjawab “dioles” dan “sebelum makan”, yang menunjukkan responden mengetahui bahwa obat tersebut termasuk obat untuk pemakaian luar dan obat golongan antasida bila dikonsumsi sebelum makan. Responden sudah dapat memilih obat dengan baik dan benar untuk mengatasi keluhannya dengan melihat terlebih dahulu indikasi dan aturan pakai dalam kemasan. 9.
Bentuk-bentuk obat yang digunakan responden saat melakukan pengobatan mandiri Menurut Depkes RI (2008), terdapat beberapa bentuk sediaan obat, yaitu
kapsul, tablet, pulvis, puyer, sirup dan larutan obat luar (tetes hidung dan mata). Dalam hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian responden tahu dan paham macam-macam bentuk sediaan obat yang dikonsumsi untuk pengobatan mandiri. Yang paling banyak digunakan oleh responden dalam pengobatan mandiri adalah obat dengan bentuk tablet, yaitu sebesar 87% (Gambar 9).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kapsul 7%
50
Salep 3% Sirup 3%
Tablet 87%
Gambar 9. Persentase bentuk-bentuk obat untuk pengobatan mandiri Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Anonim, 2015). Tablet sendiri dibagi menjadi beberapa macam, yaitu tablet kunyah, tablet lepas-lambat, dan tablet hisap (Lozenges). 10. Keluhan/sakit yang diobati responden dengan obat untuk pengobatan mandiri Pengobatan mandiri dilakukan untuk mengatasi keluhan sakit yang dirasakan dan dialami oleh penderita. Terdapat banyak keluhan dan penyakit yang dapat diatasi dengan pengobatan mandiri, seperti batuk, demam, flu, pusing, pegal, maag, dan lain sebagainya. Tabel VII menunjukkan keluhan responden ketika melakukan pengobatan mandiri. Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa keluhan terbanyak yang dialami oleh patisipan adalah sakit kepala, yaitu dengan persentase sebesar 54%.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
Tabel VII. Keluhan/sakit yang dialami responden Persentase Keluhan/sakit (%) Sakit kepala 54 Pegal 10 Demam 7 Maag 7 Sakit gigi 7 Pilek 3 Batuk berdahak 3 Batuk dan pilek 7 Daya tahan tubuh 3 Kolesterol 3
Sakit kepala merupakan suatu rasa nyeri yang dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi dan kebanyakan menyebar ke wajah dan daerah dis ekitar wajah lainnya. Sakit kepala termasuk dalam nyeri somatik, rasa nyeri ini terasa di bagian dalam sehingga disebut sebagai nyeri somatik dalam (nyeri yang datang mendadak). Rasa sakit kepala yang dirasakan bisa bervariasi; beberapa mengalami sakit kepala yang amat sakit sehingga membutuhkan pengobatan, sementara yang lainnya tidak (Arif, 2008). Secara umum, berdasarkan hasil nama-nama obat yang diperoleh atau dibeli oleh responden jika dikaitkan dengan keluhan/sakit yang dialami responden, menunjukkan bahwa responden mampu dalam melakukan pengobatan mandiri dengan tepat dan baik dalam mengenali penyakit yang mereka alami dengan memilih obat secara mandiri. Namun demikian, untuk evaluasi ketepatan pemilihan obat untuk pengobatan mandiri perlu dikaji lebih mendalam lagi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
11. Pengalaman penggunaan obat sebelumnya untuk pengobatan mandiri Pada hasil Gambar 10, diketahui bahwa responden dengan persentase 77% pernah menggunakan atau mengkonsumsi obat untuk pengobatan mandiri. Sebaliknya,
sebanyak
23%
responden
belum
pernah
mengkonsumsi
atau
menggunakan obat tersebut untuk pengobatan mandiri. Tidak pernah 23%
Pernah 77%
Gambar 10. Frekuensi penggunaan obat sebelumnya
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Liliani (2004), dijelaskan bahwa pengguna yang merasa puas atas hasil utama obat yang digunakan, maka ia akan memutuskan untuk menggunakan kembali obat yang sama untuk keluhan yang sama juga. 12. Efek samping yang dirasakan setelah menggunakan obat untuk pengobatan mandiri Menurut Aziz, dkk (2008), efek samping obat merupakan setiap respon yang merugikan dan tidak diharapkan muncul pada dosis terapi. Respon yang merugikan tersebut dapat berupa nyeri lambung, mual, muntah, mengantuk, ruam kulit, gatalgatal dan sebagainya. Anief (1995) juga menjelaskan bahwa efek samping obat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
merupakan efek yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan tidak ikut pada kegunaan terapi. Tabel VIII. Efek samping obat yang dirasakan Persentase Efek samping (%) Tidak ada 77 Mengantuk 10 Tidak dapat menyebutkan 10 Berdebar 3
Hasil dari penelitian (Tabel VIII) didapatkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak mengalami efek samping dalam penggunaan obat dengan persentase sebesar 77%. Namun ada juga responden yang menjawab mengalami efek samping mengantuk dan berdebar setelah mengkonsumsi obat tersebut untuk pengobatan mandiri. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian responden telah tahu efek samping yang muncul pada saat menggunakan obat dan pengetahuan responden mengenai efek samping obat adalah baik. 13. Sumber informasi mengenai obat untuk pengobatan mandiri Tabel IX memperlihatkan bahwa sebanyak 54% menyatakan memperoleh informasi obat tersebut dari TV (iklan). Kemudian sebanyak 23% responden menyatakan bahwa mereka memperoleh informasi obat tersebut dari keluarga. Sedangkan sisanya sebanyak 13% responden memperoleh informasi obat dari kemasan obat dan sebanyak 10% responden memperoleh informasi dari tetangga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
Tabel IX. Persentase sumber informasi obat Persentase Sumber informasi (%) TV (iklan) 54 Turun-temurun/keluarga 23 Kemasan 13 Tetangga 10
Iklan adalah salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang. Sedangkan iklan obat adalah pesan yang disampaikan melalui komunikasi media massa oleh perusahaan farmasi tertentu untuk meningkatkan pemasaran
(Morissan,
2010).
Fungsi
iklan
meliputi
fungsi
informasi
(menginformasikan informasi produk, ciri-ciri, dan memberitahu konsumen tentang produk-produk baru); fungsi persuasif (membujuk konsumen untuk membeli merekmerek tertentu); dan fungsi pengingat (terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk, sehingga konsumen akan membeli produk yang diiklankan) (Lee dan Johnson, 2004). Tujuan iklan supaya membantu konsumen dalam membuat keputusan yang rasional pada penggunaan obat yang ditetapkan sebagai obat tanpa resep. Jadi apabila responden mengetahui informasi obat melalui TV (iklan) adalah bersifat wajar, asalkan TV (iklan) tersebut memberikan informasi yang akurat adanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti (2014), diketahui bahwa responden melakukan pengobatan mandiri dan memperoleh obat yang digunakan dari berbagai macam tempat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2010) bahwa informasi terbanyak yang mempengaruhi sikap seseorang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
dalam hal kesehatan berasal dari iklan pada media cetak maupun elektronik, sehingga pemberian informasi kesehatan lewat media tersebut sebaiknya sesuai dan benar agar masyarakat tidak salah menerima informasi. 14. Frekuensi kesembuhan responden setelah diobati dengan obat untuk pengobatan mandiri Hasil pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak responden setelah diobat obat untuk pengobatan mandiri adalah sembuh dengan persentase 83%. Sisanya adalah dengan menjawab belum sembuh dengan presentase 17%.
Belum sembuh 17%
Sembuh 83%
Gambar 11. Presentase kesembuhan responden setelah menggunakan obat untuk pengobatan mandiri
Berdasarkan hasil persentase terbanyak responden yang berhasil sembuh dalam menggunakan obat untuk pengobatan mandiri, membuktikan bahwa responden mampu dalam menggunakan obat secara baik dan benar, sesuai dengan aturan pakai yang mereka lakukan, sehingga obat tetap efektif dan aman untuk digunakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
C. Motivasi Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri di kalangan Masyarakat Desa Dieng Motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam penelitian ini meliputi alasan mengapa memilih obat untuk pengobatan mandiri dan alasan mengapa menggunakan obat untuk pengobatan mandiri dibandingkan memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/Dokter. 1.
Alasan memilih obat untuk pengobatan mandiri Motivasi terbesar responden memilih obat untuk pengobatan mandiri adalah
“cocok”, yaitu sebesar 37%. Pada tabel X dapat dilihat juga bahwa beberapa motivasi responden menyatakan seperti adanya hanya obat tersebut, cepat meredakan sakit, diberitahu teman, gampang/prakris, hari minggu puskesmas tutup, jarak dengan rumah dekat, keadaan darurat, keinginan anak, mendingan setelah mengkonsumsi obat tersebut, mudah di dapat, tidak mau periksa ke dokter, sudah ada yang menggunakan sebelumnya, dan menyatakan sakit ringan. Menurut Murniati (1997), (cit, Angkoso, 2006), masyarakat memilih untuk mengobati penyakitnya sendiri karena beberapa alasan. Pertama, alasan ekonomi karena biaya dokter atau rumah sakit mahal. Kedua, alasan budaya karena sebelum percaya atau takut kepada dokter dan masih mempertahankan pengobatan tradisional. Ketiga, karena sudah biasa mengkonsumsi jenis obat tertentu, hingga merasa aman mengkonsumi terus. Keempat, karena informasi mulut ke mulut serta pengaruh iklan. Kelima, karena pengerahuan tentang kesehatan masih rendah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti (2014). Penelitian yang dilakukan Pangastuti (2014), menyatakan bahwa alasan terbanyak yang dipilih responden ketika melakukan pengobatan mandiri adalah karena biaya lebih murah. Sedangkan penelitian ini menyatakan bahwa responden merasa lebih cocok. Hal tersebut didasarkan atas frekuensi responden yang sebelumnya pernah menggunakan obat untuk pengobatan mandiri. Tabel X. Persentase alasan memilih obat Alasan memilih obat Cocok Jaraknya dengan rumah dekat Keadaan darurat Sakit ringan Gampang/praktis Hari minggu puskesmas tutup Cepat meredakan sakit Adanya hanya obat tersebut Keinginan anak Mendingan setelah mengkonsumsinya Mudah di dapat Panas/demam biasa Pusing berkurang Diberitahu teman Sudah ada yang menggunakan sebelumnya Tidak mau periksa ke dokter
2.
Persentase (%) 37 7 7 7 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Alasan menggunakan obat untuk mengatasi penyakit yang dialami, dibandingkan memeriksakan diri ke puskesmas/RS/dokter. Alasan terbesar yang dipilih responden saat melakukan pengobatan mandiri
adalah sakit ringan, yaitu dengan persentase sebesar 33% (Tabel XI). Dari alasan tersebut, responden berpikir karena penyakit ringan saja maka dari itu dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
disembuhkan atau diatasi hanya dengan obat yang dibeli secara langsung dan instan. Selain itu ada juga responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai uang untuk pergi ke dokter/RS/Puskesmas, yaitu sebanyak 3%. Hal ini dikaitkan dengan karakteristik pendapatan responden. Tabel XI. Persentase alasan tidak memeriksakan diri ke Dokter/RS/Puskesmas Persentase Alasan tidak periksa ke dokter/RS/puskesmas (%) Sakit ringan 37 Cocok 17 Pertolongan pertama 7 Tidak ada waktu 7 Panas/demam biasa 3 Pusing biasa 3 Puskesmas tutup 3 Praktis 3 Kebanyakan obat 3 Terlanjur sakit 3 Obat dari bidan tidak cocok 3 Tidak kepikiran 3 Tidak punya uang 3 Tidak dapat menyebutkan 3
Djunarko (2011), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi praktik swamedikasi adalah kondisi ekonomi. Mahalnya pelayanan kesehatan (dokter, klinik, rumah sakit), merupakan penyebab masyarakat berusaha mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit ringan, yaitu swamedikasi. Menurut Pal (2004), ketika pasien mengalami masalah atau penyakit yang masih tergolong ringan/minor (sesuai anggapan pasien itu sendiri) maka mereka memutuskan untuk pergi bertanya ke apoteker sehubungan dengan OTR yang mereka gunakan. Namun pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
kenyataannya, responden dalam penelitian ini tidak melakukan hal tersebut. Mereka justru melakukan pengobatan mandiri tanpa bertanya terlebih dahulu kepada apoteker terkait obat yang akan mereka gunakan dalam mengatasi keluhan sakit untuk pengobatan mandiri. Selain itu, dikarenakan karena akses kesehatan, yaitu jauhnya apotek dari rumah, membuat responden melakukan pengobatan mandiri tanpa bertanya kepada apoteker terlebih dahulu. Motivasi terbesar pasien mengenai alasan tidak memeriksakan diri ke dokter sama dengan alasan saat memilih obat untuk pengobatan mandiri, yaitu responden cenderung merasa “cocok” dalam menggunakannya. Namun demikian, perlu digali lebih lanjut lagi apa yang dimaksud dengan “cocok” oleh responden tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1.
Karakteristik responden yang pada penelitian ini yang menggunakan obat untuk pengobatan mandiri yaitu pada rentang usia 18-24 tahun dan 32-38 tahun (26%), dengan jenis kelamin perempuan (70%), dengan jenis pekerjaan petani (36%), dengan status pernikahan sudah menikah (80%), dengan pendidikan terakhir adalah SLTA (SMA/SMK) (40%), dan dengan pendapatan per bulan sebesar Rp 300.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000,00 (27%).
2.
Pola penggunaan obat responden untuk pengobatan mandiri pada penelitian ini adalah dengan frekuensi penggunaan obat 1x dalam sebulan (67%). Lokasi pembelian terbesar adalah di warung (80%) dengan jarak yang paling banyak ditempuh adalah ±10-50 meter (39%). Harga yang dikeluarkan berkisar Rp 2.000,00-Rp 7.000,00 (44%). Penggunaan dilakukan untuk diri sendiri (70%) dengan obat yang paling banyak digunakan adalah Bodrex® dan Paramex® (23%); dimana frekuensi penggunaan obat yaitu kadang kala (67%). Cara pemakaian adalah dengan cara “langsung diminum” (67%) dengan bentuk adalah tablet (87%). Keluhan yang paling banyak dialami responden saat melakukan pengobatan modern adalah pusing (54%). Frekuensi penggunaan obat sebelumnya untuk pengobatan mandiri terbesar adalah pernah melakukan (77%). Efek samping yang dirasakan responden tidak ada (77%). Sumber informasi yang responden dapatkan tentang obat untuk pengobatan 60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
mandiri adalah melalui TV (iklan) (54%); dan frekuensi kesembuhan responden setelah diobat dengan obat untuk pengobatan mandiri adalah sembuh (83%). 3.
Motivasi terbesar penggunaan obat untuk pengobatan mandiri adalah responden merasa cocok (37%) karena penyakit ringan, sehingga responden tidak memeriksakan diri ke puskesmas/RS/dokter (37%) dan memilih melakukan pengobatan mandiri.
B. Saran 1.
Perlu dilakukan kajian mengenai hubungan karakteristik responden terhadap pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri.
2.
Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan dari Dinas Kesehatan terkait terkait penggunaan obat muntuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, agar masyarakat lebih memahami betul penggunaan obat modern untuk pengobatan mandiri dan tidak salah dalam memilih obat.
3.
Perlu meningkatkan peran apoteker dalam pelayanan obat kepada masyarakat dan untuk mengatasi kesehatan terkait pengobatan mandiri yang tepat, aman dan rasional.
4.
Perlu adanya penelitian yang mendalami alasan ketidaktahuan masyarakat terhadap pengobatan mandiri dan obat untuk pengobatan mandiri.
5.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik responden terhadap pola dan motivasi dalam pengobatan mandiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Adikuntati, Y. M., 2008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Andhika, 2010, Analisis Permintaan Penggunaan Layanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah Di Kabupaten Semarang, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Anief, M., 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 14, 19-20. Angkoso, J. T. F., 2006, Pola Perilaku Pengobatan Mandiri Di Antara Pria Dan Wanita Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Anna,
L., K., A., 2011, Kaum Lelaki Kurang Peduli Kesehatan, http:/health.kompas.com/read/2011/02/1715371631/www.kompas.com, diakses pada tanggal 28 Oktober 2015.
Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta, hal. 20, 24. Anonim., 2015, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departeman Kesehatan Republik Indonesia, hal. 52. Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta. Aziz, S., dkk., 2008, Kembali Sehat dengan Obat (Mengenal Manfaat dan Bahaya Obat), Pustaka Popler Obor, Jakarta, hal. XXII. Baharuddin, 2009, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 21. Biagi, S., 2010, Media Impact, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta, hal. 201. Chistiana, E., 2014, Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Mengenai Obat Tradisional Dan Obat Modern Terhadap Tindakan Pemilihan Obat Pada Pengobatan Mandiri Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 5.
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengerahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. Dewar, Diane M., 2009, The Essential Of Health Economics, First Edition. USA: Jones & Bartlett Publishers. Dharmmesta, B, S., dan Handoko, H, T., 2000, Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta, hal. 25-54. Djunarko, I., dan Hendrawati, Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT Intan Sejati, Klaten, hal.6-9, 56, 58. Donatus, I. A., 1997, Pola Pengobatan Sendiri Oleh Masyarakat, Survei kesehatan Rumah Tangga 1980, Buletin Penelitian Kesehatan 13, hal. 3-4. Donatus, I. A., 2000, Globalisasi dan Orientasi Baru Pelayanan Farmasi Komunitas, Upaya Peningkatan Peran Apoteker, Seminar Sehari Dampak Globalisasi Ekonomi dan Farmasi Terhadap Hak dan Kewajiban Farmasis dan Konsumen, Lembaga Kajian Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Fauzia, R., Respati, T., dan Nurhayati, E., 2015, Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengoabatn Sendiri Pada Kelompok Ibu Rumah Tanga di Kabupaten Purwakarta Tahun 2014, Prosiding Penelitian SPeSIA, Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Univesitas Islam Bandung, Bandung. Hardon A, Hodgkin C, Fresle D., 2004, How to investigate the use of medicines by consummers, World Health Organisation, Swit-zerland, p.64. Holt, G.A., and Hall, E.L., 1990, The Self Care Movement in Feldmann, E.G., (Ed), Handbook of Non Prescription Drug, 9th ed, 1-10, APHA, New York. Ikawati, Z., 1994, Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu tentang Cara Penggunaan ObatObatan di Wilayah Purwokerto, Laporan Penelitian, 15-20, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Joko Mariyono et al., 2005. Ketimpangan Jender dalam akses Pelayanan Kesehatan Rumah Tangga Petani Pedesaan : Kasus Dua Desa di Kabupaten Tegal, Jawa tengah. Kartajaya, H., Taufik, Mussry, J., Setiawan, I., Asmara, B., Winnasis, N.T., Satrio, B.E., et al., 2011, Self-Medication: Who Benefits and Who is at Loss?, PT MarkPlus Indonesia, Jakarta, hal. 3. Kartika, Nana., 2010, Pengaruh Ceramah Dan Pemberian Leaflet Terhadap Perilaku Dalam Memilih Dan Menggunakan Obat Batuk Anak Oleh Ibu-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
ibu Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1969, Tanda Khusus Untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kurniasari, V., Y., 2007, Hubungan Antara Pengerahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kotler, Philip. dan Amstrong, Gary., 2001, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi II, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 45. Krithikadatta, J., 2014, Normal Distribution, J Conserv Dent., 17(1), 96-97. Liliani, N. D., 2004, Kajian Motivasi, Penetahuan, Tindakan dan Pola Penggunaan Obat Tradisonal Cina pada Pengunjung dari 8 Toko Obat Berizin di Yogyakarta Periode April-Mei 2004, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Lee, M., dan Johnson, C., 2004, Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan dalam Pespektif Global, Prenada Media, Jakarta, hal. 10, 11. Lubis, A.F., 2009, Ekonomi Kesehatan, Penerbit USU Press, Medan, hal. 11. Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014, Mengenal Simbolsimbol Pada Kemasan Obat, http:// http://www.bpjs.info/kesehatan/Mengenal_Simbol_simbol_Pada_Kemas an_Obat-5849/ diakses tanggal 10 November 2015. Meriati., Goenawi., dan Wiyono W., 2013, Dampak Penyuluhan Pada Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat Batuk Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, Vo.2 No.03, Universitas Sam Ratulangi Manado, hal.101. Murniati, A. N. O., 1997, Harapan Konsumen Terhadap Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas, Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Fak 3-10, Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 23. Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 15-62. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 125.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Morissan, M. A., 2010, Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu, Kencana, Jakarta, hal. 16-18. Noviana, Fenny., 2011, Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada Pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pal, S., 2004, Self Care and Nonprescription Drugs Pharmacotherapy, Handbook of Non Prescription Drugs, 14th .ed., AphA, New York, pp. 3-15. Pangastuti, M. R., 2010, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Mengenai Obat Tradisioanl Dan Obat Modern Dengan Tindakan Pemilihan Obat Untuk Pengobatan Mandiri Di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogayakarta. Putra, R.S., 2012, Buku Pinta Apoteker, DIVA Press, Banguntapan, Jogjakarta, hal. 305, 309, 312, 320, 339. Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1176/Menkes/Per/X/1999 Tentang Daftar Obat Keras Yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep Dokter Oleh Apoteker di Apotik (Daftar Obat Wajib Apotek No. 3), Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat Yang Dapat Diserahan Tanpa Resep, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Obat Keras Yang Dapat Diserahkan Tapa Resep Dokter Oleh Apoteker Di Apotek (Obat Wajib Apotek No. 2), Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 347/MenKes/SK/BII/1990 Tentang Obat Keras Yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep Dokter Oleh Apoteker Di Apotik (Obat Wajib Apotek No. 1), Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Perwitasari, E., A., 2009, Pengaruh Pemberian Informasi Obat Terhadap Peningkatan Perilaku Pengobatan Mandiri Pada Penyakit Batuk Di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Primantana, Y. B. A., 2001, Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala Di Televisi Terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala Di Kalangan Mahasiswa Angkatan 1997-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Pokja Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012, Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Santere., Rexford, E., and Neun Stephen P., 2000. Health Economics (Theories, Insight, and Indistry Studies) Revised Edition. USA : Harcourt College Publisher. Sartono., 1993, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang: Obat-obat Bebas dan Bebas Terbatas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.1, 4-5. Sartono., 1993, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang: Obat Wajib Apotek, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.105-112. Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 54-78. Saryono, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan : Penuntun Praktis Bagi Pemula, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, hal.49. Satibi, dan Oetari R.A., 2001, Pengaruh Informasi Obat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat Batuk Pada Pengobatan Sendiri Di Kecamatan Godean, Majalah Farmasi Indonesia, Universitas Gadjah Mada, hal.194. Sumarsono, T., 2015, Pengantar Studi Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 59-68. Supardi, S., Sukasediati, N., dan Azis, S., 1997, Pola Penggunaan Obat dan Obat Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Tanjung Bintang, Lampung, Buletin Penelitian Kesehatan, 25 (3&4), 45-52. Suryo, J., 2010, Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan, Bentang Pustaka, Yogayakarta, hal. 53. Syamsuni, H., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 17. Tan, T.H., dan Rahardja K., 2010, Obat-obat Sederhana Untuk Gangguan Seharihari, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. vii dan ix. Tim Penyusun, 2004, Pengobatan Sendiri, InfoPOM, Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Vol.5 No.6, Jakarta, hal.1. Tim Penyusun, 2014, Topik Sajian Utama: Menuju Swamedikasi yang Aman, InfoPOM, Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Vol.15 No.1, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan, hal. 3.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
Wawan, A., Dewi, M., 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Mulia Medika, Yogyakarta, hal. 54, 60-62. Wibowo, A., 2010, Cerdas Memilih Obat & Mengenali Penyakit, PT. Lingkar Pena Kerativa, Jakarta, hal. 25-26. Widayati, A., 2012, Health Seeking Behavior di Kalangan Masyarakat Urban di Kota Yogyakarta, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, pp. 59-65. WHO, 1998, The Role of The Pharmacist in Self Care and Self Medication, 3, Departement of Essential Drug adn Other Medicines World Health Prganization, WHO, Geneva. World
Self-Medication Industry, 2010, About Self-Medication, http://www.wsmi.org/aboutsm.htm, diakses tanggal 10 November 2015.
Zeenot, S., 2013, Pengelolaan & Penggunaan Obat Wajib Apotek, D-Medika, Jogjakarta, hal.7, 111-113
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
68
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Farmasi
69
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian Daerah DIY
70
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Ethical Clearance
71
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
Lampiran 4. Informed Consent
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (Inform Consent)
“PROFIL PERILAKU PENGOBATAN MANDIRI MENGGUNAKAN TUMBUHAN OBAT DI KALANGAN MASYARAKAT DESA SEMBUNGAN DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH (UPAYA AWAL UNTUK PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL)”
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:
Alamat
:
Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN pada penelitian tentang “Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Tumbuhan Obat”, yang akan dilakukan oleh: Nama
: Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. (dkk)
NIDN
: 0530077401
Dosen dari Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dengan ini saya juga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa: 1. saya telah diberi informasi secara detail mengenai penelitian tersebut, 2. saya telah diberi hak untuk didampingi oleh orang yang saya tunjuk pada saat informasi tersebut disampaikan kepada saya, 3. saya telah diberi kesempatan bertanya mengenai informasi penelitian yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
disampaikan kepada saya, 4. saya telah dijelaskan bahwa saya mungkin tidak akan secara langsung menerima manfaat dari hasil penelitian tersebut dan saya paham bahwa hasil penelitian akan digunakan untuk peningkatan perilaku swamedikasi di masyarakat, 5. saya juga telah diinformasikan bahwa data yang saya berikan akan digunakan sepenuhnya hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak ada aspek komersial, 6. saya juga telah diinformasikan bahwa data pribadi saya tidak akan dipublikasikan. jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka data terkait diri saya akan dalam bentuk anonim (tanpa nama), 7. saya telah diberi tahu bahwa penelitian ini adalah dalam pelaksanaannya telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang, 8. saya tahu bahwa data yang saya berikan akan disimpan oleh peneliti selama setidaknya dua tahun dan akan dimusnahkan setelah itu.
Wonosobo,………..…………..2015 Yang menyatakan,
(…………………………………) Tanda tangan dan nama jelas
Saksi,
(………………………………….)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Lampiran 5. Panduan Wawancara
PANDUAN WAWANCARA “PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN UNTUK PENGOBATAN MANDIRI”
Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah masyarakat dewasa di kawasan dataran tinggi Dieng yang berusia ≥ 18 tahun yang pernah melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir, baik laki-laki ataupun perempuan dan bersedia wawancara. Kunci Komponen Pendahuluan
Perkenalan wawancara
Ucapan terimakasih atas kesediaannya berpartisipasi sebagai responden
Tujuan datang ke responden dengan menguraikan secara garis besar tentang penelitian
Penjelasan mengenai kerahasiaan responden
Penjelasan bagaimana wawancara akan dilakukan dan durasi wawancara
Data diri responden a. Nama
:
b. Alamat dan No.Telp
:
c. Usia
:
d. Jenis kelamin
:
e. Pekerjaan
:
f. Status pernikahan
:
g. Pendidikan terakhir
:
h. Pendapatan per bulan
:
a.Kurang dari Rp 300.000,00 b.Antara Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00 c.Antara Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
d.Antara Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00 c.Lebih dari Rp 2.000.000,00
1. Apakah
Anda
pernah
mendengar
istilah
pengobatan
mandiri
atau
swamedikasi? 2. Jika Anda pernah mendengar istilah tesebut, dari mana Anda mendapatkan informasinya? 3. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan pengobatab sendiri? 4. Apakah semua obat dapat dibeli untuk pengobatan sendiri tanpa periksa ke Puskesmas/RS/dokter praktek? ======= 5. Apakah Anda pernah mendengar tentang obat bebas atau bebas terbatas? Jika pernah: a. Dimanakah obat tersebut bisa dibeli? b. Apakah ketika membeli obat tersebut harus dengan resep dari dikter? c. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tersebut? (tablet, kapsul, serbuk, cairan, dll) 6. Apakah Anda pernah melihat lambang pada kemasan obat tersebut? a. Jika pernah, seperti apa lambang tersebut dan arti dari lambang tersebut, gambarkan lambanganya? ===== 7. Apakah Anda pernah menggunakan obat atau memperoleh obat dari orang
lain
untuk
digunakan
mengatasi
sakit
(tanpa
perksa
Puskesmas/RS/dokter praktek) dalam satu bulan terakhir ini? APABILA PERNAH: a. Berapa kali dalam satu bulan terakhir ini? b. Apakah Anda menggunakan atau memperoleh/diberi orang lain?
ke
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
i. Jika Anda memperoleh obat tersebut dengan cara membelinya, dimanakah obat tersebut Anda beli? Berapa jarak antara tempat tinggal Anda dengan tempat untuk membeli obat tersebut? Berapa harganya? ii. JIka Anda memperoleh obat tersebut dari orang lain, siapakah yang meemberikanya? c. Untuk siapakah obat tersebut? (apakah untuk diri sendiri atau orang lain/keluarga, dll… mohon sebutkan) d. Apa nama obatntya? e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut? f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat tersebut? Cara pakai obat tersebut? g. Dalam bentuk apa obat tersebut (tablet, sirup, serbuk, dll)? h. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut? i. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya? j. Apakah ada efek samping yang dirasakan? k. Mengapa Anda memilih obat tersebut? l. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai obat yang Anda beli (atau yang diberi oleh orang lain) tersebut? m. Mengapa Anda (atau orang yang menggunakan oabt tersebut) tidak memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/dokter, tetapi memilih meminum obat tersebut? n. Apakah Anda (orang yang mengguakan obat tersebut) sembuh setelah diobati dengan obat tersebut? ======= 8. Apakah Anda mengenal obat tradisional? a. Mohon bisakah dijelaskan, apakah yang dimaksud dengan obat tradisional menurut Anda?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
b. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tradisional yang Anda kenal (tablet, pil, kapsul, serbuk, cairan, dll) c. Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka? Jika mengenal, mohon dijelaskan. i.
Apakah Anda mengenal lambang JAMU pada kemasan/bungkus jamu? Jika iya, mohon digambarkan. PERTANYAAN SERUPA JUGA UNTUK HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA.
9. Sebutkan satu contoh obat tradisional, manfaatnya dan cara penggunaannya. 10. Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping? 11. Apakah Anda (atau keluarga Anda) pernah menggunakan obat tradisional untuk mengobati penyakit selama satu bulan terakhir? JIKA PERNAH: a. Seberapa sering Anda menggunakan obat tradisional (dalam satu bulan terakhir)? b. Apakah nama obat tradisional yang Anda gunakan? c. Untuk siapa obat tradisional tersebut? d. Dalam bentuk apa obat tradisional tersebut? e. Untuk mengobati penyakit apa? f. Darimana
Anda
memperolehnya?Kalau
membeli,
membeli
obat
tradisional dimana? Jarak antara tempat tinggal dan temapt membeli obat tradisional?Berapa harganya? g. Bagaimana Anda menggunakannya? (ATURAN PAKAI DAN CARA PAKAI) h. Berapa lama Anda menggunakannya? i. Apakah Anda sembuh setelah menggunakan obat tradisional tersebut? j. Adakah efek samping yang Anda rasakan? k. Apakah obat tradisional tersebut pernah digunakan sebelumnya? l. Dari manakah Anda mengetahui mengenai obat tradisional yang Anda gunakan tersebut?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
m. Apakah alasan Anda menggunakan obat tradisional tersebut? n. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut untuk mengatasi penyakit yang dialami (dibandingkan memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau dokter praktek? ====== 12. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat tradisional jika Anda sakit? 13. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat modern jika Anda sakit? 14. Apakah Anda menyukai menggunakan obat tradisional? 15. Apakah Anda menyukai menggunakan obat modern? 16. Apakah menurut Anda menggunakan obat tradisional bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang Anda alami? 17. apakah menurut Anda menggunakan obat modern bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit yang anda alami? ====== 18. Apakah Anda akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami? 19. Apakah Anda akan menggunakan obat modern untuk mengatasi gejala/sakit yang anda alami?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Peta Kabupaten Wonosono, Jawa Tengah
79
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
Lampiran 7. Daftar OWA No. 1, OWA No. 2, dan OWA No. 3
Tabel 1. Daftar Obat Wajib Apotek No. 1 No
Kelas Terapi
I
Oral Kontrase psi
II
Obat Saluran Cerna
Nama Obat
Tunggal Linestrenol
Indikasi
Kontrasepsi
Kombinasi a. etinodiol diasetat – mestranol b. Norgestrel – etinil estradiol c. Linestrenoil – etinil estradiol d. Etinodiol Kontrasepsi diasetat – etinil estradiol e. Levonogestrel – etinil estradiol f. Norethindrone – mestranol g. Desogestrel – etinil estradiol Antispasmodik Kejang Papaverin/hiosin saluran cerna butil bromide/ atropin SO4/ekstrak beladon Anti mual Metoklopramid
Jumlah Catatan Tiap Jenis Obat Per Pasien 1 siklu Untuk s siklus pertama harus dengan resep dokter. Akseptor dianjurkan kontrol ke dokter tiap 6 bulan Aseptor dianjurkan kontrol ke dokter tiap 6 bulan. Untuk akseptor lingkaran 1 siklus biru wajib menunjukk an kartu.
Maksimal 20 tablet
Maksimal 20 tablet
Bila mual, muntah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HCl
III
IV
81
berkepanja ngan, pasien dianjurkan agar kontrol ke dokter
Laksan Bisakodil Konstipasi Supp Obat Hexetidin Sariawan, mulut dan radang tenggorok tenggorokan an Triamcinolonr Sariawan acetonide berat Obat Obat asma Asma saluran Aminofilin supp napas
Ketotifen
Asma
Terbutalin SO4
Asma
Salbutamol
Asma
Sekretolitik; mukolitik Bromheksin
Mukolitik
Karbosistein
Mukolitik
Maksimal 3 supp Maksimal 1 botol
Maksimal 1 tube Maksimal 3 Pemberian supp obat asma hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Maksimal 10 tablet sirup 1 botol Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol’ inhaler 1 tabung Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol; inhaler 1 tabung Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol Maksimal 20 tablet; sirup 1 botol
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Asetilsistein Oksolamin sitrat
V
Obat yang mempeng aruhi sistem neuromus kulas
Analgetik, antipiretik Metampiron
Mukolitik
Maksimal 20 dus Mukolitik Maksimal sirup 1 botol Sakit kepala, Maksimal pusing, 20 tablet panas, sirup 1 demam, nyeri botol haid
Asam mefenamat
Sakit kepala/gigi Metampiron + Sakit kepala Diazepam yang disertai ketegangan Antihistamin Antihistamin/ Mebhidrolin alergi Pheniramin Antihistamin/ hidrogen maleat alergi
Dimenthiden maleat
Antihistamin/ alergi
Astemizol
Antihistamin/ alergi
Oxomemazin
Antihistamin/ alergi
Dexchlorphenirami Antihistamin/ ne malet alergi
VI
Antiparas it
Obat cacing Cacing Mebendazol kremi,
Maksimal 20 tablet Maksimal 20 tablet Maksimal 20 tablet Maksimal 20 tablet biasa; 3 tablet lepas lambat Maksimal 20 tablet biasa; 3 tablet lepas lambat Maksimal 20 tablet biasa; 3 tablet lepas lambat Maksimal 20 tablet biasa; 3 tablet lepas lambat Maksimal 20 tablet biasa; 3 tablet lepas lambat Maksimal 6 tablet; sirup
82
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
VI I
tambang, gelang, cambuk Obat kulit Antibiotik Infeksi topikal Tetrasiklin/oksitetr bakteri pada asiklin kulit (lokal) Kloramfenikol Infeksi bakteri pada kulit (lokal) Framisetine SO4 Infeksi bakteri pada kulit (lokal) Neomisin SO4 Infeksi bakteri pada kulit (lokal) Gentamisin SO4 Infeksi bakteri pada kulit (lokal) Eritromisin Akne vulgaris Kortikosteroid Alergi dan Hidrokortison peradangan lokal Flupredniliden Alergi dan peradangan lokal Triamsinolon Alergi dan peradangan lokal Betametason Alergi dan peradangan lokal Fluokortolon/diflu Alergi dan kortolon peradangan kulit Desoksimetason Alergi dan peradangan kulit Antiseptik Lokal Desinfeksi Heksaklorofen kulit Antifungi Infeksi jamur Mikonazol nitrat lokal Nistatin Infeksi jamur lokal Tolnaflat Infeksi jamur
1 botol
Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube Maksimal 2 lembar Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube Maksimal 1 botol Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube Maksimal botol Maksimal tube Maksimal tube Maksimal
1 1 1 1
83
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
lokal Infeksi jamur lokal Anestesi lokal Anestetikum Lidokain HCl lokal Enzim antiradang topikal kombinasi Heparinoid/Hepari Memar n Na dengan Hialuronidase ester nikotinat Pemucat kulit Hiperpigment Hidroquinon asi kulit Hidroquinon Hiperpigment dengan PABA asi kulit Ekonazol
84
tube Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube
Maksimal 1 tube
Maksimal 1 tube Maksimal 1 tube
Tabel 2. Daftar Obat Wajib Apotek No. 2
1
Albendazol
2
Bacitracin
Jumlah maksimal tiap jenis obat per pasien Tab 200 mg, 6 tab Tab 400 mg, 3 tab 1 tube
3
4
Benorilate Bismuth subcitrat karbinoxamin Klindamisin
10 tablet 10 tablet 10 tablet 1 tube
5
Deksametason
1 tube
6
Dekspanthenol
1 tube
7
Diklofenak
1 tube
8 9 10
Diponium Fenoterol Flumetason
10 tablet 1 tabung 1 tube
11
Hidrokortison butirat
1 tube
No
Nama Generik Obat
Pembatasan
Sebagai obat luka untuk infeksi bakteri pada kulit
Sebagai obat untuk obat akne Sebagai obat untuk inflamasi Sebagai obat untuk kulit Sebagai obat untuk inflamasi
luar luar luar luar
Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk inflamasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
Ibuprofen
13 14
Isokonazol Ketokonazol
15 16
Levamizole Metiprednisolon
Tab 400 mg, 10 tab Tab 800 mg, 10 tab 1 tube Kadar <2%: Krim 1 tube Scalp sol, 1 btl Tab 50 mg, 3 tab 1 tube
17
Niklosamid Noretisteron Omeprazol Oksikonazol
Tab 500 mg, 4 tab 1 siklus 7 tablet Kadar < 2%, 1 tube
20
Pipazetate Piratiasin kloroteofilin Pirenzepin Piroksikam
Sirup 1 botol 10 tablet 20 tablet 1 tube
21
Polimiksin B sulfat
1 tube
22
Prednisolon
1 tube
23 24
Skopolamin Silver sulfadiazin
10 tablet 1 tube
25 26
Sukralfat Sulfasalazin Tiokonazol
20 tablet 1 tube
27
Urea
1 tube
18
19
85
Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi
Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kuliat Sebagai obat luar untuk infeksi jamur loka Sebagai obat luar untuk hiperkeratosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Tabel 3. Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 No
1
Kelas terapi
Nama generik obat
Saluran Famotidin pencernaa n dan metabolis me
Indikasi
Antiulkus peptik
Jumlah maksimal tiap jenis obat per pasien Maksimal 10 tablet 20 mg/40 mg
Ranitidin
3
4
Obat kulit Asam azeleat Asam fusidat Motretinida Toiskilat Tretinosin Antiinfek 1. Kategori I si umum (2hrze/4H3R3)
Antiulkus peptik
Maksimal 10 tablet 150 mg
Antiakne Antimikroba Antiakne Antifungi Antiakne
Maksimal 1 tube 5 mg
Kombipak II Fase awal Isoniazid 300 mg Rifampisin 450 mg Antituberkulo Satu paket Pirazinamid 1500 sis mg Etambutol 750 mg
Kombipak III Fase lanjutan Isoniazid 600mg Rifampisin 450mg
Catatan
Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter
Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter
Kategori I Penderita baru BTA positip Penderita baru BTA negatif dan rontgen positip yang sakit erat Penderita ekstra palu berat Sebelum fase lanjutan, penderita harus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
kembali ke dokter 2. Kategori II (2HRZES/5H3R 3E-3) Kombipak II Fase awal Isoniazid 300mg Rifampisin 450mg Pirazinamid 1500mg Etambutol 750mg Streotomisin 0,75 mg Kombipak IV Fase lanjutan Isoniazid 600mg Rifampisin 450mg Etambutol 1250mg
Satu paket
3. Kategori III (2HRZ/4H3R3) Kkombipak I Fase awal Isoniazid 300mg Rifampisin 450mg Pirazinaid 1500mg
Satu paket
Kombipak III Fase lanjutan Isoniazid 300mg Rifampisin 450mg
4
Sistem mukulosk eletai
Alopurinol
Antigout
Maksimal 10 tablet 100 mg
Diklofenak natrium
Antiinflamasi dan
Maksimal 10 tablet 25
Kategori II: Penderita kambuh (relaps) BTA positip Penderita gagal pengobatan BTA positip Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter Kategori III: Penderita baru BTA negatif/ront gen Penderita ekstra paru ringan Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
antirematik
mg
Antiinflamasi dan antirematik
Maksimal 10 tablet 10 mg
Antihistamin
Maksimal 10 tablet
Mequltazin
Antihistamin
Maksimal 10 tablet atau botol 60 ml
Orsiprenalin
Antiasma
Maksimal 1 tube inhaler
Prometazin teoklat
Antihistamin
Maksimal 10 tablet atau botol 60 ml
Setlrizin
Antihistamin
Maksimal 10 tablet
Siproheptadin
Antihistamin
Maksimal 10 tablet
Piroksikam
5
Sistem Klemastin saluran pernapasa n
88
atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gentamisin
Obat mata
Kloramfenikol
Obat mata
Kloramfenikol
Obat telinga
89
Maksimal 1 Pemberian tube 5g atau obat hanya botol 5 ml atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Maksimal 1 Pemberian tube 5g atau obat hanya botol 5 ml atas dasar pengobatan ulangan dari dokter Maksimal 1 Pemberian botol 5 ml obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Natalia Putri Arumsari merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dalam keluarga pasangan Bapak Stefanus Mardjono dan Ibu Christina Asiati. Penulis lahir di Nganjuk, pada tanggal 25 Desember 1993 dan mengawali masa pendidikannya di TK Katolik Budi Luhur (1998-2000) kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar di SD Katolik Budi Luhur (2000-2006). Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dilanjutkan penulis ke SMP Negeri 5 Nganjuk (2006-2009) kemudian melanjutkan pendidikan tinggi menengah atas di SMA Negeri 1 Nganjuk (2009-2012). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2012. Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis aktif dalam beberapa kegiatan, seperti Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai pendamping kelompok (2013), Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) sebagai pendamping kelompok (2014), Penyuluhan dan Pengenalan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Untuk Penyakit Hipertensi dan Asam Urat di Dusun Burikan, Sumberadi, Sleman (2012) sebagai volunteer, Desa Mitra II Penyuluhan Hipertensi “Pola Hidup Sehat, Tekanan Darah Terkendali” (2014) sebagai divisi acara, Desa Mitra III & IV Senam Sehat, Penyerahan Toga, dan Pengobatan Gratis “Pola Hidup Sehat, Tekanan Darah Terkendali” (2014) sebagai divisi acara. Selain itu penulis juga aktif dalam mengikuti seminar yang diadakan oleh universitas dan fakultas, seperti Seminar Motivasi dan Insipirasi Untuk Meningkatkan Leadership Competencies (2014), Seminar Perkembangan Dunia Marketing Farmasi Indonesia dan Mempersiapkan Diri Memasuki Dunia Kerja (2014), dan Seminar Nasional Interprofessional Health Care (2014).
90