PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERJUANGAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
Disusun Oleh: Fransisca Heni Lestari NIM: 091224019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu menyertai perjalananku Bapak, Emak, dan Adekku Yohanes Bayu Prasetyo, yang mendoakan dan memberi motovasi untuk terus berjuang Teman-teman PBSI 2009, atas doa, semangat, dan kebersamaannya Dosen PBSI, yang telah berbagi ilmu dan pengalaman
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” ( II Korintus 12:9 )
“Mencintai Hidup dengan Berani” (Donny Dhirgantoro)
“Hanya yang menabur dengan menangis tahu arti yang sebenarnya dari suka cita saat ia menuai. Orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai” (Mazmur 125: 5)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Lestari, Fransisca Heni. 2013. Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan alur, tokoh, penokohan, latar, tema untuk melihat perjuangan tokoh utama, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, latar, dan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama adalah Gusni dan tokoh tambahan yang mempengaruhi perjuangan tokoh utama adalah Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, dan Pak Pelatih. Perjuangan tokoh utama dilihat dari unsur intrinsik (alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema) yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merancang silabus dan RPP yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Implementasi silabus dan RPP digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi Membaca, yaitu memahami buku biografi, novel, dan hikayat dengan Kompetensi Dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
Lestari, Fransisca Heni. 2013. The Struggle of the Main Character in the Novel 2, Written by Donny Dhirgantoro and the Relevancy in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University. This research examined the main character’s struggle in the novel 2, written by Donny Dhirgantoro. The approach used in this research was structural approach. This research was aimed to describe the plots, characters, characterization, settings, and themes to see the main character’s struggle, and the relevancy in the literature learning in Senior High Schools. The method used in this research was descriptive analysis method. This method was used to describe the plots, characters, characterization, settings, the main character’s struggle in the novel 2, written by Donny Dhirgantoro in the forms of words and languages. The analysis results showed that the main character was Gusni, and the additional characters that influenced the main character’s struggle were Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, and Pak Pelatih. The struggle of the main character could be seen from the intrinsic elements (plots, characters, characterizations, settings, and themes) in the novel 2 written by Donny Dhirgantoro. Based on the results of this research, the researcher made syllabus and Lesson Plans that could be used as the literature learning materials in Senior High Schools, class XI semester II. The implementation of the syllabus and Lesson Plans could be used to meet the Reading Competency Standard i.e. comprehending biographies, novels, and tales with the Basic Competency to disclosure the interesting things to be followed.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel 2, karya Donny Dhirgantoro dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSI. 2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi. 3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing penulis dalam menyusun skripsi. 4. Para dosen PBSI yang selama ini telah memberikan ilmunya yang sangat berharga kepada penulis. 5. Bapak dan Ibuku tercinta, N. Sukamto dan L. Juminten untuk doa, motivasi, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. 6. Adikku tercinta, Yohanes Bayu Prasetyo atas dukungan selama penulis melaksanakan studi dan selesainya skripsi. 7. Teman-teman PBSI angkatan 2009, atas kerja sama, bantuan, motivasi, dan kebersamaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
iv
MOTTO .........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................
vii
ABSTRAK .....................................................................................................
viii
ABSTRACT ....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................
4
E. Batasan Istilah ............................................................................................
4
F. Sistematika Penyajian .................................................................................
6
BAB II
LANDASAN TEORI ....................................................................
8
A. Penelitian Relevan .......................................................................................
8
B. Kerangka Teori ...........................................................................................
9
1. Sruktur Karya Sastra ..............................................................................
9
a. Alur ...................................................................................................
10
b. Tokoh dan Penokohan .......................................................................
11
c. Latar ..................................................................................................
12
d. Tema .................................................................................................
14
2. Pendekatan Struktural ............................................................................
15
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Perjuangan .............................................................................................
16
4. Relevasi dalam Pembelajaran Sastra .....................................................
16
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ...............................
16
b. Silabus ...............................................................................................
19
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
25
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................................
25
B. Metode Penelitian ....................................................................................
26
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................
26
D. Sumber Data .............................................................................................
27
E. Teknik Analisis Data ................................................................................
27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
28
A. Deskripsi Data ..........................................................................................
28
B. Analisis Alur, Tokoh, Penokohan, Latar, dan Tema ................................
28
1.
2.
Alur ...................................................................................................
28
1) Tahap Awal .................................................................................
29
a. Paparan (exposition) ..............................................................
29
b. Rangsangan (inciting moment) ..............................................
30
c. Gawatan (rising action) .........................................................
30
2) Tahap Tengah ..............................................................................
31
a. Tikaian (conflict) ...................................................................
31
b. Rumitan (complication) .........................................................
32
c. Klimaks .................................................................................
33
3) Tahap Akhir ................................................................................
35
a. Leraian (falling action) .........................................................
35
b. Selesaian (denouement) .........................................................
36
Tokoh dan Penokohan Novel 2 .........................................................
39
1) Tokoh ..........................................................................................
39
a. Gusni .....................................................................................
39
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
b. Papa .......................................................................................
40
c. Mama ....................................................................................
41
d. Gita ........................................................................................
41
e. Harry .....................................................................................
42
f. Nuni .......................................................................................
42
g. Ani .........................................................................................
43
h. Dokter Fuad ..........................................................................
43
i. Pak Pelatih ............................................................................
44
2) Penokohan ...................................................................................
44
a. Gusni .....................................................................................
45
b. Papa .......................................................................................
48
c. Mama ....................................................................................
50
d. Gita ........................................................................................
51
e. Harry .....................................................................................
52
f. Nuni .......................................................................................
53
g. Ani .........................................................................................
54
h. Dokter Fuad ..........................................................................
55
i. Pak Pelatih ............................................................................
56
3) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan ..........................................
57
Latar ..................................................................................................
58
1) Latar Tempat ...............................................................................
58
2) Latar Sosial .................................................................................
63
a. Keluarga ................................................................................
63
b. Sahabat ..................................................................................
65
c. Keluarga Harry.......................................................................
65
d. Pak Pelatih ............................................................................
66
3) Latar Waktu ................................................................................
68
Tema .................................................................................................
75
C. Keterkaitan Unsur dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro ................
78
D. Perjuangan Tokoh Utama .........................................................................
83
E. Relevansi Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA .........
86
3.
4.
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1. Bahasa ................................................................................................
87
2. Psikologi ............................................................................................
88
3. Latar Belakang Budaya ......................................................................
89
4.
Silabus ......................................................................................................
90
5.
RPP ..........................................................................................................
92
BAB V
PENUTUP .....................................................................................
110
A. Kesimpulan ..............................................................................................
110
B. Implikasi ...................................................................................................
113
C. Saran .........................................................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
115
LAMPIRAN ...................................................................................................
117
BIODATA .......................................................................................................
122
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bentuk karya sastra yang dekat dengan kehidupan manusia. Karya sastra yang telah ada tidak sekedar hadir untuk ditulis dan dinikmati, tetapi juga terdapat nilai kehidupan yang diambil. Karya sastra yang dihasilkan pastinya dekat dengan kehidupan manusia. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial (Damono, 2002: 1). Damono juga menuturkan, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Pandangan tentang manusia dan kehidupan sosialnya dapat hadir dalam karya sastra. Sastra yang dihadirkan merupakan cermin dari berbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain (Saraswati, 2003: 4). Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, yaitu usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu (Damono, 2002: 9). Sastra, karenanya, merupakan suatu refleksi lingkungan budaya dan merupakan suatu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektif yang dikembangkan dalam karya sastra (Langland dalam Fananie, 2002: 132). Pandangan yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa karya sastra tidak terlepas dari kehidupan sosial yang berhubungan dengan kebudayaan dalam
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
suatu masyarakat. Tokoh yang dihadirkan dalam karya sastra menggambarkan secara jelas kehidupan masyarakat dan berbagai persoalan sosial yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas aspek sosial dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, yang menekankan pada perjuangan yang dialami tokoh utama. Peneliti memilih novel tersebut karena mempunyai nilai-nilai kehidupan yang sangat bagus dalam kehidupan sekarang ini, terlebih dalam menghadapi kekurangan yang ada dalam diri tokoh utama. Latar sosial yang digambarkan dalam novel tersebut berkaitan dengan kenyataan di mana tokoh utama berada. Keadaan masyarakat yang menekan tokoh utama menjadi sorotan di mana dirinya dibentuk. Latar cerita yang membangun tokoh utama tersebut tergambar dalam lingkungan keluarga. Novel 2 karya Donny Dhirgantoro ini menggambarkan pada 2 segi kehidupan, bahwa kehidupan ini dibentuk 2 kali, melalui imajinasi (daya khayal) dan kenyataan (realita). Peneliti mencoba mencermati unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam (alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema), serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan penulis mengangkat novel 2 karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan kajian skripsi, karena pertama sesuai dengan kehidupan sehari-hari manusia dalam memperjuangkan hidup. Kedua, cerita dalam novel tersebut diangkat dari kisah nyata. Dengan demikian, pembaca mampu mendapat inspirasi secara langsung dari kisah nyata yang dilukiskan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
seorang pengarang dalam novel tersebut. Ketiga, novel 2 karya Donny Dhirgantoro merupakan best seller. Pendidikan merupakan salah satu tempat untuk memperkenalkan kepada anak (siswa) untuk mengetahui perkembangan sastra, selain itu juga dapat memberikan nilai-nilai untuk dipelajari anak (siswa) dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai sumbangan pemikiran untuk pembelajaran sastra di SMA, maka penulis akan mencoba memberikan suatu alternatif pembelajaran sastra di SMA dengan masalah yang diteliti, yakni unsur-unsur ekstrinsik dalam novel tersebut dengan menghubungkan kenyataan yang melingkupinya. Dunia kenyataan atau dunia sekitar yang melingkupi pengarang atau tempat karya sastra itu dibuat dapat mempengaruhi isi dari karya sastra itu sendiri (Saraswati, 2003: 19).
B. Rumusan Masalah a. Bagaimana alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema yang membangun novel 2 karya Donny Dhirgantoro? b. Bagaimana perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro? c. Bagaimana relevansi novel 2 karya Donny Dhirgantoro dengan pembelajaran sastra di SMA?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
C. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. b. Mendeskripsikan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. c. Mendeskripsikan relevansi novel 2 karya Donny Dhirgantoro dengan pembelajaran sastra di SMA.
D. Manfaat Penelitian a. Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini pembaca diharapkan dapat memahami dan menafsirkan karya sastra pada umumnya, terkhusus novel 2 karya Donny Dhirgantoro. b. Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif sebagai bahan pembelajaran di SMA. c. Dalam bidang sosial, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dalam meningkatkan apresiasi sastra Indonesia terlebih tentang perjuangan dalam suatu masyarakat.
E. Batasan Istilah 1. Tema dapat diartikan gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap maupun tidak (Sudjiman, 1990: 78). 2. Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
3. Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan disajikan dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990: 61). 4. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 2007: 165). 5. Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton dalam Nurgiyantoro, 2007: 113). 6. Latar (setting) disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa
yang
diceritakan
(Abrams
dalam
Nurgiyantoro, 2007: 216). 7. Sastra merupakan kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau alat pengajaran yang baik (Ratna, 2003: 1). 8. Pendekatan strktural adalah pendekatan yang menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984: 135). 9. Perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 590). 10. Relevansi adalah hubungan atau kaitan setiap mata pelajaran, harus adanya dengan keseluruhan tujuan pendidikan (Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, 2005: 1159).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
11. Kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011:1) 12. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2003:57). 13. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, pencapaian indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber atau relevansi belajar (Haryati, 2008: 194). 14. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007:10). 15. RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:45).
F. Sistematika Penyajian Sistematika hasil penelitian ini adalah Bab I pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori, berisi teori-teori yang relevan dan teori yang digunakan sebagai dasar penelitian. Bab III tentang metodologi penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, serta teknik analisi data.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Selanjutnya bab IV berisi pembahasan, akan membahas mengenai analisis unsur alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema yang menyebabkan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, serta membahas menganai hasil penelitian dan analisis tentang perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Serta akan dipaparkan tentang relevansi hasil analisis perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab V penutup, berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang diteliti.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian mengenai analisis sosial yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro khususnya mengenai perjuangan tokoh utama ini belum pernah diteliti. Karya sastra ini merupakan karya sastra yang baru diterbitkan pada cetakan pertama Juni 2011. Peneliti menemukan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu (1) penelitian karya Mirna Herawati, berjudul “Kadarwati Sosok Wanita Pejuang dan Relevansinya Bagi Pembelajaran Sastra di SMU (Telaah Sosiolois Novel Kadarwati: Wanita dengan Lima Nama Karya Pandir Kelana)” tahun 1999, (2) karya Marcellina Elfiana, berjudul “Perjuangan Manusia di Dalam Mencari Diri dalam Cerpen Negeri Kabut dan Cerpen Tempat yang Terindah untuk Mati dalam Kumpulan Cerpen Negeri Kabut Karya Seno Gumira Ajidarma Sebuah Tinjauan Kontekstual” tahun 1999, dan (3) karya Sigit Permadi Wibowo, berjudul “Wujud Perjuangan Perempuan dalam Pendidikan pada Antologi Cerita Pendek Seribu Impian Perempuan Buru Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra” tahun 2008. Penelitian pertama, hasil kajian yang ditemukan oleh peneliti yaitu keberanian dalam berjuang merebut kambali hak dan martabat wanita dari ketidakadilan gender, serta relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMU. Penelitian kedua, hasil kajian yang ditemukan yaitu struktur, persamaan dan perbedaan, serta proses pencarian diri manusia melalui tokoh-tokohnya ditinjau
8
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
dari sudut intertekstual. Selanjutnya penelitian ketiga, hasil kajian yang ditemukan yaitu kondisi sosiokultural yang tercermin pada antologi cerita pendek yang melatarbelakangi wujud perjuangan perempuan dalam pendidikan. Ketiga penelitian terdahulu di atas, menunjukkan perjuangan dan pendekatan struktural dalam pembelajaran sastra sudah pernah digunakan. Penelitian mengenai analisis struktural yang menekankan perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro melalui pendekatan struktural dalam pembelajaran di SMA belum pernah diteliti sebelumnya. Pendekatan struktural yang peneliti gunakan untuk meneliti novel tersebut yaitu dengan menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam (alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema), serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut untuk melihat perjuangan tokoh utama dalam novel tersebut.
B. Kerangka Teori 1. Struktur Karya Sastra Karya sastra terkhusus novel memiliki unsur yang dapat membangun karya sastra tersebut. Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis struktur yang membangun novel 2 karya Donny Dhirgantoro untuk melihat perjuangan tokoh utama dalam novel tersebut. Unsur intrinsik yang akan peneliti kaji yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
a. Alur Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan disajikan dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990: 61). Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2007: 113) alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Sejalan dengan pemikiran di atas Aminuddin (2004: 83) berpendapat, alur dalam cerpen atau karya sastra fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita. Alur dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu alur kronologis dan alur tidak kronologis (Nurgiyantoro, 2007: 153-156). Alur kronologis disebut juga alur lurus atau alur maju, yaitu struktur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis; peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan, konflik), tahap tengah (konflik meningkat, klimaks), dan tahap akhir (penyelesaian). Alur tidak kronologis disebut sebagai alur sorot balik (flash back) atau alur mundur, yaitu urutan kejadian tidak tersusun atau dimulai dari tahap awal, melainkan disusun dari akhir atau tengah cerita, baru kemudian ke tahap awal cerita. Pengkategorian alur menjadi alur lurus dan alur sorot balik, lebih didasarkan pada alur yang lebih menonjol. Dengan demikian, alur dalam cerita
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11
dapat memperkuat penceritaan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Struktur umum alur (Sudjiman, 1990: 30) dapatlah digambarkan sebagai berikut: Awal:
Tengah: Akhir:
1. Paparan (exposition) 2. rangsangan (inciting moment) 3. gawatan (rising action) 4. tikaian (conflict) 5. rumitan (complication) 6. klimaks 7. leraian (falling action) 8. selesaian (denouement)
b. Tokoh dan Penokohan Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Istilah “tokoh” menujuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165). Karya fiksi akan terasa hidup dengan hadirnya tokoh yang menjadi pembangun dalam menghadirkan sebuah peristiwa. Teknik untuk menggambarkan watak tokoh ada dua, yaitu secara langsung (telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik). Penggambaran watak secara langsung, pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh. Selanjutnya secara tak langsung watak tokoh digambarkan melalui beberapa cara, yaitu (1) penamaan tokoh (naming), (2) cakapan, (3) penggambaran pikiran tokoh, (4) arus kesadaran, (5) pelukisan perasaan tokoh, (6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
perbuatan tokoh, (7) sikap tokoh, (8) pandangan seseorang atau banyak tokoh terhadap tokoh tertentu, (9) pelukisan fisik, dan (10) pelukisan latar (Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:32). Tokoh dalam sebuah cerita dihubungkan dengan penokohan atau perwatakan yang menjadi pengembang dalam sebuah cerita. Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 61). Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2007: 165). Sejalan dengan pemikiran tersebut Jones dalam Nurgiyantoro (2007: 165) berpendapat, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikian, penokohan atau perwatakan merupakan perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. c. Latar Latar (setting) disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 216). Latar diartikan sebagai segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48). Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang imajiner. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita (Kosasih, 2012: 67).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga pokok unsur yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial (Nurgiyantoro, 2007: 227-233). a) Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama jelas. b) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. c) Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan sikap. Ketiga unsur latar tersebut menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, namun ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, suasana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
terjadinya suatu peristiwa yang dilukiskan membangun sebuah latar cerita. Latar dalam sebuah cerita hadir sebagai pendukung untuk menampilkan secara jelas gambaran cerita yang disajikan oleh pengarang. d. Tema Tema dapat diartikan gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap maupun tidak (Sudjiman, 1990: 78). Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya sastra fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007: 68). Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna tentang kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya (Nurgiyantoro, 2007: 70). Dengan demikian, tema yang diangkat oleh pengarang tentu saja berdekatan dengan kehidupan sehari-hari dan dekat dengan pengarang. Masalah yang diangkat dalam sebuah karya fiksi mengangkat pengalaman yang bersifat individu maupun sosial.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
2. Pendekatan Struktural Struktur merupakan keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks (Hartoko, Dick & B. Rahmanto, 1989: 135 ). Pendekatan struktural meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan tersebut mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masingmasing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984: 135). Sruktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur-unsur alur, penokohan, tema, latar, dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991: 54). Penelitian struktural pada dasarnya berangkat dari pendekatan objektif sebagaimana dikemukakan Abrams, yang menekankan karya sastra sebagai struktur yang bersifat otonom. Struktur pada dasarnya merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai-bagai unsur, yang tidak satu pun di antaranya dapat melakukan perubahan tanpa berpengaruh pada unsur-unsur yang lain (Zaidan, 2002: 20 – 21). Pendekatan struktural dari paparan di atas dapat disimpulkan suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan struktural yang penulis gunakan dalam melihat perjuangan tokoh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, dikhususkan pada empat unsur yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema.
3. Perjuangan Perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 590). Pemahaman manusia terhadap perjuangan hidup yang ditempuh akan membuat mereka dapat melihat hidup apa adanya bukan menurut keinginan mereka (Goble, 1993: 51). Pencapaian nilainilai hidup itu harus ditempuh lewat mawas diri yang merupakan salah satu tujuan utama untuk menjadi jalan yang benar menuju ke pemahaman diri, penyerahan diri, dan ahirnya penyadaran diri (Jatman, 1997: 35). Jadi dapat disimpulkan bahwa perjuangan manusia itu berhubungan dengan hidup, yaitu berjuang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan pada akhirnya sampai pada penyadaran diri.
4. Relevansi dalam Pembelajaran Sastra a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2007:10). Hamalik (dalam Joko Susilo, 2008:78) memberikan tafsiran kurikulum dalam tiga hal, yaitu (1) Kurikulum memuat Isi dan Materi Pembelajaran
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. (2) Kurikulum sebagai Rencana Pembelajaran Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. (3) Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar. Kurikulum
merupakan
serangkaian
pengalaman
belajar.
Kegiatan
kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pengajaran Sastra di SMA merupakan pengajaran yang penting diberikan kepada siswa. Pengajaran sastra dapat memberikan banyak pelajaran bagi siswa tentang bagaimana memahami masalah-masalah kehidupan. Pengajaran sastra akan dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengambangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16-19). Rahmanto (1988: 27-33) berpendapat bahwa ada tiga aspek tingkat yang perlu dipertimbangkan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu 1. Bahasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Agar pengajaran sastra dapat berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesua dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. 2. Psikologi Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. 3. Latar Belakang Budaya Dalam memilih bahan pengajaran sastra, hendaknya guru mengutamakan karya sastra yang latar ceritanya dikenal siswa dan memahami karya sastra apa yang hendak diminati. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan KTSP memiliki empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur dan muatan KTSP, (3) Kalender Pendidikan, dan (4) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran. Pembelajaran sastra di sekolah dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi siswa. Dalam memilih bahan pengajaran sastra, guru sebaiknya juga mempertimbangkan tiga aspek, yaitu tingkat penguasaan bahasa siswa, tahap-tahap perkembangan psikologis siswa, dan latar belakang budaya karya sastra yang diminati siswa. Pembelajaran sastra, khususnya novel dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran ini dapat digunakan di kelas XI semester II
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
aspek membaca. Kelas XI semester II memiliki standar kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel terjemahan dan kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik
dan ekstrinsik novel Indonesia atau
terjemahan. b. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, pencapaian indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber atau relevansi belajar (Haryati, 2008: 194). Silabus disusun berdasarkan Standar Isi seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut (Panduan Pengembangan Silabus dan RPP, 2006) : a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai yang dirumuskan oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). b. Materi pokok atau pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk mencapai standar isi. c. Kegiatan pembelajaran apa saja yang seharusnya diterapkan oleh guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar. d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian SK dan KD. e. Bagaimana cara menetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
f. Berapa lama yang diperlukan untuk mencapai standar isi tertentu. g. Sumber belajar apa saja yang dapat diberdayakan untuk mencapai standar tertentu. Format silabus berbasis KTSP minimal mencakup (1) standar kompetensi, (2) kompetensi standar, (3) indikator, (4) materi standar, (5) standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan (6) standar penilaian (Mulyasa, 2007: 191-195). Menurut Muslich (2007:39), pengembangan silabus dapat dikemas ke dalam tiga jenis format. Pengembangan silabus dapat memilih satu diantara jenis berikut: Silabus Format 1 Nama Sekolah
:...................................................................................
Mata Pelajaran
:...................................................................................
Kelas/ Semester
:...................................................................................
Standar Kompetensi :.................................................................................... Kompetensi Materi Kegiatan Indikator Penilaian Alokasi Sumber/ Dasar Pokok Pembelajaran Waktu Bahan/ Alat
Silabus Format 2 Nama Sekolah
:...................................................................................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
Mata Pelajaran
:...................................................................................
Kelas/ Semester
:...................................................................................
Standar Kompetensi :.................................................................................... Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalam an Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Silabus Format 3 Nama Sekolah
:...................................................................................
Mata Pelajaran
:...................................................................................
Kelas/ Semester
:...................................................................................
I. II.
Standar Kompetensi :......................................................... Kompetensi Dasar
:.........................................................
III.
Materi Pokok
:.........................................................
IV.
Pengalaman Belajar :.........................................................
V.
Indikator
:.........................................................
VI.
Penilaian
:..........................................................
Sumber/ Bahan/ Alat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
VII. VIII.
Alokasi Waktu
:..........................................................
Sumber/ Bahan/ Alat :..........................................................
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:45). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun sebelum seorang guru melakukan pembelajaran di kelas. RPP ini digunakan sebagai dasar seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. RPP disusun berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan. Seorang guru tidak boleh melenceng dari RPP yang telah disusunnya berdasarkan pembelajaran yang akan diajarkan. Penyusunan RPP ini tentu saja tidak terlepas dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasa (KD) yang ditetapkan. Bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari SK dan KD, materi pembelajaran, indikator, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran (awal, inti, dan akhir), alokasi waktu, sumber belajar/bahan/alat, dan penilaian. Contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
:........................................................................
Mata Pelajaran
:........................................................................
Kelas/ Semester
:........................................................................
Standar Kompetensi :........................................................................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Indikator
:.........................................................................
Alokasi Waktu
:............ x ............ ( ... pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran ........................................................................................................................ B. Materi Pembelajaran ........................................................................................................................ C. Metode Pembelajaran ........................................................................................................................ D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Awal: (Dilengkapi dengan alokasi waktu) ........................................................................................................................ Kegiatan Inti: (Dilengkapi dengan alokasi waktu) ........................................................................................................................ Kegiatan Penutup: (Dilengkapi dengan alokasi waktu) ........................................................................................................................ Pertemuan 2 ........................................................................................................................ Dan seterusnya E. Sumber Belajar (Disebutkan secara konkret) ........................................................................................................................ F. Penilaian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
Teknik ........................................................................................................................
Bentuk Instrumen ........................................................................................................................ Contoh Instrumen (Soal/ Tugas): (Ditambah Kunci Jawaban atau Pedoman Penilaian ........................................................................................................................ ........................., ............ Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
.......................
.............................
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Struktur
merupakan
keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks (Hartoko, Dick & B. Rahmanto, 1989: 135 ). Pendekatan struktural meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan tersebut mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984: 135). Sruktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur-unsur alur, penokohan, tema, latar, dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991: 54). Pendekatan struktural yang penulis gunakan dalam melihat perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, dikhususnya pada empat unsur yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini menemukan fakta-fakta atau mendeskrepsikan suatu kasus dengan menggunakan teori.
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang dikemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis, deskrepsi dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2009: 53). Dengan demikian, penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, menganalisis unsur intrinsik yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, serta relasinya antarunsur tersebut. Tahap kedua, menerapkan hasil analisis pada tahap pertama untuk melihat perjuangan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Dengan metode ini, peneliti akan menguraikan secara jelas dan sistematis sehingga dapat menjawab pertanyaan dari pokok masalah penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendukung penelitian ini yaitu menggunakan studi pustaka. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data secara konkret. Pelaksanaan teknik ini, menelaah pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian yang diteliti. Novel yang diteliti, diidentifikasi, dianalisis, dan diklasifikasi unsur-unsur intrinsiknya kemudian data dicatat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
D. Sumber Data Judul Buku
:2
Pengarang
: Donny Dhirgantoro
Penerbit
: Grasindo
Tahun Terbit
: 2012
Tebal Buku
: 418 halaman
Cetakan
: kelima Januari 2012
E. Teknik Analisis Data a. Peneliti menganalisis unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, alur, serta latar) dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, untuk melihat perjuangan tokoh utama dalam novel tersebut. b. Peneliti menganalisis tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro, untuk menemukan perjuangan tokoh utama yang ditinjau dengan pendekatan struktural. c. Peneliti menganalisis aspek sosial dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro untuk mengetahui perjuangan tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra. d. Peneliti merelevansikan novel 2 karya Donny Dhirgantoro dalam pempelajaran sastra di SMA.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Pada bagian ini peneliti akan menganalisis alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema dalam novel 2, karya Donny Dhirgantoro. Peneliti lebih menekankan analisis pada keempat unsur tersebut, karena untuk menemukan perjuangan tokoh utama dalam novel tersebut. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis novel ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan struktural yang penulis gunakan dalam melihat perjuangan tokoh utama novel 2 karya Donny Dhirgantoro, dikhususnya pada empat unsur yaitu alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
B. Analisis Alur, Tokoh, Penokohan, Latar, dan Tema 1. Alur Secara umum, alur atau plot dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro adalah alur kronologis disebut juga alur lurus atau alur maju, yaitu struktur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis; peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian atau secara runtut cerita
28
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
dimulai dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut:
1) Tahap Awal a. Paparan (exposition) Paparan merupakan fungsi utama awal cerita. Novel 2 karya Donny Dhirgantoro pada awal cerita dipaparkan kelahiran Gusni di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Gusni waktu bayi sudah memiliki badan yang besar, tidak seperti bayi normal pada umumnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (1) Jakarta, 27 Oktober 1986. Malam itu hujan turun deras sekali, di sebuah rumah sakit besar di Jakarta sebuah peristiwa besar akan segera terjadi. (hlm. 1) (2) Sang Dokter menggendong bayi berukuran besar sekali. Besarnya bayi itu hampir menutupi seluruh dada dokter tua, yang sekarang meyeringai heran sekaligus takjub. (hlm. 7) (3) “Gus...ni...Annisa Puspita...?” tanya Kakek takjub, matanya melihat ke Papa mencoba meyakinkan. (hlm. 10) (4) “ 27 Oktober 1986?...” (hlm. 10) (5) “Berat 6,25 kilo...?” (hlm. 10) (6) “Panjang 59 cm...?” Nenek ikutan membaca. (hlm. 11) Selanjutnya dipaparkan keluarga Gusni, ia tinggal bersama Papa, Mama, dan Kak Gita di sebuah rumah sederhana. Ditunjukkan dalam kutipan berikut: (7) Sebuah sedan keluaran tahun 1986 berhenti di depan sebuah rumah sederhana dengan taman di halaman depan yang kecil dan asri. (hlm. 15) (8) Setelah Gita, anugerah pertama mereka, sekarang Gusni hadir dan mengisi hari mereka dengan keindahan baru yang unik. Lama Papa dan Mama menatap Gusni dan Gita. (hlm. 19)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
b. Rangsangan (inciting moment) Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dalam cerita muncul ketika Papa, Mama, Kakek, dan Nenek membawa pulang Gusni. Gita kecil waktu itu belum bisa menerima keberadaan Gusni yang memiliki badan lebih besar darinya. Ditunjukkan dalam kutipan berikut: (9) “Emangnya Gita minta adek? Gita kan nggak minta! Kok tau-tau ada adek!” jawab Gita lagi. (hlm. 25)
Papa dan Mama dengan sabarnya mendampingi Gita, hingga akhirnya ia dapat menerima Gusni. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan: (10) “Adek diam yaa...nanti kalau udah gede main sama Kakak Gita.” Gita terus membelai-belai pipi Gusni yang tembem dengan lembutnya. Tidak menyerah, ia terus mencoba mendiamkan Gusni yang perlahanlahan tangisnya mulai mereda dan akhirnya benar-benar berhenti. Gita tersenyum, membelai Gusni yang sekarang sudah kembali tertidur. (hlm. 34)
c. Gawatan (rising action) Gawatan adalah tahapan yang ditimbulkan oleh rangsangan. Gawatan terjadi ketika kenyataan berat harus dialami keluarga tersebut, Papa dan Mama mengetahui keadaan Gusni yang sebenarnya. Papa sebagai tulang punggung keluarga begitu berat menghadapi semua ini. Gusni begitu bersyukur hadir di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya dari ketidakadilan yang ia alami. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan: (11) Kakek menunjuk sebuah foto dan menjelaskan. Seperti melihat sebuah bukti nyata, wajah Papa kaget bukan kepalang. Mama tiba-tiba
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
memegang tangan Papa erat dan menangis di bahu Papa. (hlm. 20 – 21) (12) Anak-anakmu,... Papa membuka matanya, tahu semuanya harus berlanjut. Sebuah awal perjuangan baru bagi keluarganya, amanah kepadanya sebagai pemimpin keluarga, bersyukur atassegala anugerah dan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya. Sebagai laki-laki harus berdiri paling depan untuk keluarganya. Papa berdiri dari duduknya dan berjalan ke halaman rumah... anak-anakmu menyembuhkanmu... (hlm. 23) 2) Tahap Tengah a. Tikaian (conflict) Konflik adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Tikaian terjadi ketika keluarga Gusni berkumpul untuk mengatakan yang sebenarnya, waktu itu Gusni berumur 18 tahun, Papa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Gusni. Suatu kenyataan yang harus dihadapi, Gusni harus mengetahui semuanya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (13) Papa mengumpulkan keberaniannya, siap mengetuk pintu kamar Gusni, tetapi lagi-lagi Papa tertunduk dan menggelengkan kepalanya. Untuk sesaat ia ragu apakah yang akan dilakukannya ini benar adanya; Apakah Gusni siap menerima semuanya. Bulir keringat menetes pelan di keningnya. (hlm. 203) (14) “Mereka menjadi begitu besar karena sebuah penyakit genetis...penyakit keturunan...,” Aliran darah di badan Gusni seperti terhenti mendengar kalimat Papa. (hlm. 206) (15) “Mereka berdua...tidak hidup lama... ...tidak pernah... ... mencapai... ...usia dua puluh lima tahun ...” (hlm. 207)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Gusni tidak percaya semua akan terjadi seperti ini. Kenyataan yang berat harus ia terima, hanya bersama keluarganyalah ia bisa menerima semuanya. Ditunjukkan dalam kutipan berikut: (16) Gusni tidak mempercayai pendengarannya, terenyak, tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menjadi kaku, jantungnya yang tadi berdegup kencang seperti berhenti sesaat. Gusni menatap Papa tidak percaya, genggaman Papa ditelapaknya bergetar dan terus mengeras. Sementara, Gusni merasakan telapak tangannya di pipi Mama sudah basah oleh air mata. Papa mengangkat kepalanya dan menatap Gusni, lalu mengangguk. Gusni memejamkan matanya, nafasnya kembali memburu, manatap orang-orang yang dicintainya seakan tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. (hlm. 207) b. Rumitan (complication) Rumitan adalah perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks. Rumitan dalam cerita ini terjadi ketika Gusni kembali menatap ke depan mengumpulkan semangat dalam dirinya untuk mengahadapi penyakit tersebut. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (17) “Dengan penuh hormat Dok, jujur sejak saya tahu semuanya ada citacita dalam diri saya, ada kekuatan harapan dalam pikiran saya, kalau saya harus berjuang melawan penyakit saya... saya harus percaya citacita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?” (hlm. 215)
Gusni lahir kembali menjadi manusia yang terus berjuang dalam hidupnya melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Setiap pagi Gusni berjalan kaki dari rumah ke GOR sejauh lima kilometer. Hari kesembilan puluh dua selama setelah hari itu, Pak Pelatih memutuskan untuk pertama kalinya Gusni akan bertanding. Pertandingan ketujuh berturut-turut kemenangan berhasil diraih Gusni. Pertandingan Gusni kedelapan ia merasakan sesak, rongga dadanya menyempit. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
(18) “ARGH! AH” Sesak, rongga dadanya seakan menyempit sesak sekali...jangan Tuhan..., jangan..., Gusni mencoba bernafas, tetapi tidak bisa. Ia mencoba lagi tetapi tidak bisa. Tubuh besar itu tercekat aliran darahnya yang tadinya cepat naik tiba-tiba berhenti dan gelap, kembali terang, dan gelap. Gusni merasakan tubuhnya melayang ringan, raketnya jatuh, bersama dirinya, langit-langit gelanggang yang tiba-tiba di atasnya. (hlm. 291) Begitu berat tantangan yang harus dihadapi keluarga tersebut. Tidak bisa dibayangkan seorang ayah dan seorang ibu menyaksikan anaknya tergeletak kesakitan tidak sadarkan diri. Saat kejadian itulah Gusni tidak boleh bermain bulutangkis lagi. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (19) Semuanya pernah dibayangkan, sepanjang hidupnya, mengendap di benaknya bertahun-tahun lamanya. Sesuatu yang seharusnya tidak pernah seorang ayah dan seorang ibu bayagkan dalam hidupnya, menyaksikan anaknya sendiri, buah hatinya, terbujur kaku di depannya seperti saat ini. Putih sekali wajah itu, tidak ada lagi pipi merah seperti dua buah apel, hanya pucat, tidak berrgerak. (hlm. 292) (20) “Enggak ada lagi bulutangkis buat Gusni... enggak ada bulutangkis lagi buat Gusni..., enggak boleh Gusni... Gusni... enggak boleh, Gusni enggak boleh main bulutangkis lagi!” Mama berbicara sendiri dan menangis. (hlm. 292)
c. Klimaks Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya (Sudjiman, 1998: 35). Klimaks bagian ini terjadi ketika Gusni tetap ingin bermain bulutangkis agar ia bisa bertahan hidup. Hati Papa, Mama, dan Gita begitu berat ketika Gusni tidak ingin berhenti bermain bulutangkis. Keinginannya begitu keras, meski berat Gusni harus melewatinya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: (21) “Terus Gusni mau ngapain, Ma? Mau diam aja? Nungguin badan ini meledak...dan selesai?” Gusni menggeleng lagi dan akhirnya sambil
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
mengusap air matanya berjalan meninggalkan Papa, Mama, dan Kak Gita di ruang keluarga. “Semua ini Gusni lakuin karena Gusni mau hidup. Percaya sama Gusni Ma, Pa, Kak Gita!” Gusni mengusap air matanya. “Besok Gusni mulai latihan bulutangkis lagi, mulai lari lagi, seminggu Gusni sakit, tiduran terus di tempat tidur, berat Gusni sekarang seratus tigapuluh, kalau ada cara lain pasti Gusni udah dikasih tahu kan?” Gusni menatap orang-orang yang dicintainya..., “ Gusni ke kamar dulu.” (hlm. 293 – 294)
Gita tiba-tiba emosional melihat kelakuan Gusni malam itu. Gita menghampiri Gusni ke kamarnya marah. Hal tersebut ditujukkan dalam kutipan berikut: (22) “Elo itu bikin Papa sama Mama nangis terus..., gue nggak rela. ELO... bener-bener ngak punya hati!” “Kak tolong jangan bilang gue nggak punya hati buat Papa-Mama, tolong Kak...ini masalah gue, gue harus bisa selesain ini semua.” (hlm. 295) (23) “LO EGOIS! NGGAK PUNYA HATI!!!” Gita membalas teriakan Gusni. (hlm. 295)
Gita semakin marah ke Gusni. Gusni tidak terima Kakaknya marah seperti itu, Gusni mencoba melawan perkataan Kakaknya. Hal tersebut ditujukkan dalam kutipan berikut: (24) Gusni menatap Gita tajam. “HEH! Yang nggak punya hati tuh siapa GUE? Atau ELO? AMBISIUS! EGOIS! Hidup di lapangan doang! Emang lo siapa? Bilang gue nggak punya hati? Sekarang yang gendut tuh siapa? Yang nggak normal tuh siapa? Yang dikatain kegedean sama orang –orang tuh siapa? Punya penyakit tuh siapa? ELO APA GUE?! Kenapa gue lo bilang egois? Gue bilangkan gue lagi binggung, bingung banget... gue udah minta maaf, tolong gue lagi syok dan bingung, tolong jangan bilang gue nggak punya HATI jangan bilang gue nggak sayang sama Papa-Mama, jahat lo, KAK!” “LEBIH JAHAT ELO! ELO bikin PAPA-MAMA nangis terus...ELO nggak punya hati!” Telunjuk Gita kembali mendarat tepat di depan wajah Gusni. (hlm. 295-296)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
Sikap emosional yang dimiliki Gita, membuat Gusni kesal dan marah pada kakaknya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (25) Gusni memandang tajam kakaknya. “ternyata begini ya orang hidup nggak punya temen, temennya Cuma raket sama lapangan doang, bilang orang lain egois, nggak tahu dirinya sendiri yang egois, orang udah minta maaf, nggak didenger juga...nge-judge orang seenaknya, lo tuh egois banget Kak! NGACA KAK!!!” Lo tuh nggak punya temen kan? Makanya hidup lo begini nge-judge orang seenaknya! Temen lo tuh raket doang, mana pernah lo ngerti perasaan orang lain, yang lo kejar Cuma piala doang, besi doang! LO tau nggak KAK?! Sepanjang gue hidup sama elo, mana pernah gue lihat lo bawa temen ke rumah? Mana pernah? Temen lo tuh raket doang,...mana pernah lo ngerti perasaan orang lain. Lo kejar tuh piala lo, medali lo dari besi itu, sampai lo nggak bisa ngerti perasaan orang lain, temen aja nggak punya mana bisa ngerti perasaan orang lain...!” (hlm. 296)
3) Tahap Akhir a. Leraian (falling action) Leraian merupakan bagian sruktur alur sesudah klimaks meliputi leraian yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1998: 35). Leraian terjadi ketika Gita manangis deras saat itu. Pertama kali itu Gusni melihat kakaknya yang memiliki sifat keras menangis seperti itu. Hal tersebut terdapat dalam kutian berikut: (26) “Gue punya temen... gue punya sahabat...!” Gita menjawab pertanyaan Gusni sambil menangis deras. Gusni ikut menangis melihat air mata Gita jatuh. Untuk pertama kalinya Gusni melihat kakaknya yang tangguh menangis sesenggukan di depannya. Gita beranjak keluar dari kamar, masih terus menangis. (hlm. 297) Suasana haru terjadi malam itu, kedua kakak beradik berpelukan erat malam itu. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: (27) “Emang nggak boleh ya, Dek? Gue punya adek, sekaligus sahabat gue? Enggak boleh ya?” Gita menghapus air matanya dan pergi berlalu, meninggalkan Gusni yang terkejut bukan kepalang mendengar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
kalimat Gita. Saat iru juga Gusni langsung berlari mengejar dan memeluk Gita, memeluk Gita erat sekali. (hlm. 297) Konflik kembali terjadi pada diri Gusni, ia memutuskan untuk putus dari Harry, lelaki yang sangat ia cintai. Ketidakadilan fisik yang dihadapi Gusni membuatnya untuk mengambil keputusan tersebut. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (28) Gusni terdiam manatap Harry dalam-dalam, “Gusni sayang sama Harry, Gusni mau Harry bahagia, walau bukan sama Gusni...masih banyak yang pantas terima semua sayangnya Harry, tapi bukan Gusni, Gusni masih banyak,... masih banyak yang harus Gusni perjuangkan, banyak juga yang harus perjuangkan, impian kamu, restoran kamu, keluarga kamu, semuanya. Gusni percaya akan ada perempuan lain yang datang, yang pantas buat Harry...kamu akan jatuh cinta lagi, kamu kenalin ke Gusni.” (hlm. 300)
b. Selesaian (denouement) Penyelesaian merupakan bagian akhir atau penutup cerita. Penyelesaian dalam novel 2 diceritakan tentang semangat Gusni dalam menerima segala kenyataan hidup yang sulit. Ia terus berjuang agar ia tetap hidup untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya, dan yang telah memberi kesempatan padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (29) “Seorang anak yang ingin membuat orang tuanya senang dengan bermain bulutangkis....” Mendengar kalimat Pak Pelatih, Papa mengangguk dan tertunduk. “Waktu dia minta izin untuk latihan bulutangkis lagi, subuh-subuh sebelum dia lari ke sini, Gusni bilang sesuatu yang nggak pernah saya dan mamanya lupa, Pak. Da bilang,...biar Mama sama Papa jadi saksi kalau nanti Gusni pergi, Gusni pergi dalam keadaan berjuang, bukan dalam keadaan menyerah....” (hlm. 308 – 309)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
Pak Pelatih melihat semangat Gusni yang luar biasa mengahadapi penyakit yang ada pada tubuhnya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan: (30) “Anak perempuan itu menunjukkan ke saya, ke orang-orang disekitarnya, kalau ia adalah perempuan yang tidak pernah putus asa, bahkan saat ia tahu kalau umurnya tidak akan panjang, bahkan saat ia tahu kalau hidup tidak berpihak padanya....” (hlm. 310)
Semua yang dialami oleh Gusni menjadi kekuatan kepada Pak Pelatih untuk mempercayainya dalam mengikuti seleksi Pelatnas. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan : (31) “Saya ingin sekali anak itu masuk dan ikut seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan siapa-siapa, ranking pun tidak punya, tetapi dia, dengan segala keterbatasannya menciptakan harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada...” (hlm. 309) Gusni bergabung dalam Tim Nasional Indonesia. Sesuatu yang luar biasa Gusni tunjukkan pada semua orang yang menyayanginya bahwa Gusni bisa melewati hidupnya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (32) “Selamat datang di Tim Nasional Indonesia, Gus. Jadi mulai sekarang kamu berjuang untuk tiga hal sekaligus, buat diri kamu, keluarga kamu, dan buat Tanah Air kamu...,” ujar Pak Pelatih bangga. (hlm. 326)
Keikhlasan untuk menjalani semuanya ada di benak Gusni, melawan dan berjuang untuk tetap hidup. Berjuang dan terus percaya, itulah yang ingin ditunjukkan Gusni, dan saat itulah kebahagiaan akan datang. Harry kembali lagi pada Gusni, kenyataan pahit yang dialami Gusni, Harry juga ingin bersamanya melewati saat-saat suka maupun duka nantinya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
(33) Harry terus menatap Gusni, menggenggam tangannya itu lebih erat lagi terus meyakinkan dengan berani, “Jangan pernah, Gus...Jangan pernah...karena Tuhan sedikit pun tidak pernah.” Perempuan itu terpejam, perempuan itu tahu ia mengizinkannya, membalas genggaman laki-laki di hadapannya. Langsung ia memeluk laki-laki di hadapannya, menangis bahagia dalam pelukan laki-laki yang amat dicintainya. Mencintainya mencintai hidup dengan berani. (hlm. 332) Cita-cita Gusni membawa energi positif pada dirinya untuk melawan penyakitnya, menjadi pemain bulutangkis seperti kakaknya. Cita-cita itu muncul dari hatinya untuk membuat Papa, Mama, dan Gita bangga padanya, bahwa ia bisa dan pantas melakukannya. Seperti dalam kutipan berikut: (34) Istora bergemuruk meledak. Tim Nasional Putri Indonesia bersama Andi Hariyanto Maulana naik ke podium. Air mata bahagia jatuh, bersamaan mereka mengangkat medali dan piala, Gusni dan Gita masih berkalung Sang Dewi Warna, berbarengan mereka mengangakat piala Khatulistiwa Terbuka. (hlm. 408) Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro diakhiri dengan bahagia. Pada Januari 2011, Gusni dan Harry menikah. Perjuangan Gusni terus ada hingga saat ini. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (35) Harryanto Dharmawan menikahi Gusni Annisa Puspita pada Januari 2011. (hlm. 416) (36) Gusni Annisa Puspita terus melawan penyakitnya dengan berlari setiap pukul 05.00 sampai hari ini....(hlm. 417) Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan alur yang terdapat dalam novel 2
karya Donny Dhirgantoro adalah alur kronologis atau maju.
Pengarang menceritakan berdasarkan urutan waktu, diceritakan dari awal hingga akhir secara jelas. Mulai dari Gusni lahir, berada dalam keluarga, di sekolah, bersama sahabatnya, mulai bercita-cita, menerima segala kenyataan bahwa hidupnya tidak bertahan lama, melawan segala penyakitnya dengan bermain
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
bulutangkis, dan akhirnya dia menikah dengan Harry teman laki-laki yang dicintainya dan selalu ada untuk Gusni. Alur tersebut begitu jelas diceritakaan oleh pengarang, dan ceritanya mengalir dari awal hingga akhir cerita.
2. Tokoh dan Penokohan Novel 2 1) Tokoh Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Istilah “tokoh” menujuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165). Karya fiksi akan terasa hidup dengan hadirnya tokoh yang menjadi pembangun dalam menghadirkan sebuah peristiwa. Peneliti menemukan adanya beberapa tokoh yang membentuk cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Gusni Tokoh Gusni dalam novel ini sejak lahir sudah memiliki tubuh yang besar (gendut). Ketika berumur 18 tahun, Gusni mengetahui penyakit genetik yang dideritanya. Kenyataan berat harus dialaminya. Kasih sayang dari keluarganya membuatnya bertekat untuk menjadi wanita dewasa yang pantang menyerah untuk tetap hidup dan membuat orang-orang yang dicintainya bangga padanya. Hal tersebut ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik melalui kutipan berikut: (1) Pemandangan yang tidak pernah ia lihat seumur hidupnya kini terpampang di depan Papa. Sang Dokter menggendong bayi berukuran besar sekali. Besarnya bayi itu hampir menutupi seluruh dada dokter tua, yang sekarang menyeringai heran sekaligus takjub. Papa dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
bengongnya terkejut bukan main dia besar sekali. Badannya masih keriput dan merah seperti dua buah apel, rambutnya lebat. (hlm. 7) (2) “Saya nggak mau diam aja dan nyerah. Kalau Dokter bilang saya pantas menerima ini semua, saya mau...,” Gusni menyeka air matanya yang jatuh, “saya juga...,” Gusni menatap Papa, “saya juga mau berjuang untuk Papa, Mama, dan Kak Gita, untuk keluarga saya, saya mau diri saya sendiri tahu... kalau saya pantas menerima itu semua.” (hlm. 214) (3) “Dengan penuh hormat Dok, jujur sejak saya tahu semuanya ada citacita dalam diri saya, ada kekuatan harapan dalam diri saya, kalau saya harus berjuang melawan penyakit saya... saya harus percaya cita-cita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya hidup? Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?” (hlm. 215)
b. Papa Papa adalah ayah dari Gusni dan Gita. Nama lengkapnya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tetapi semenjak anak pertamanya lahir, nama panggilannya berganti Papa. Papa merupakan seorang ayah yang baik, tulus, dan apa adanya. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik analitik melalui kutipan berikut: (4) Laki-laki itu berusia dipertengahan tiga puluh, ada keramahan di wajah persegi bersih tak berkumis itu. Sejenak ia berdiri dari duduknya, tingginya sedang, tubuhnya sedikit berisi tapi cenderung kurus, rambut lurusnya dipotong pendek, ada kilas yang baik dan dalam terpancar dari sorot matanya. Melihat raut wajahnya, sosok seorang ayah akan langsung terlintas. Seorang ayah yang baik, tulus, dan apa adanya. Namanya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tetapi semenjak anak pertamanya lahir, nama panggilannya berganti-Papa. (hlm. 1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
c. Mama Mama merupakan ibu dari Gusni dan Gita. Mama memiliki sifat penuh kasih sayang dan keibuan. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut: (5) “Gita, mau dipeluk sama Papa....” Papa langsung mamangku Gita dan memeluknya. “Peluk sama Mama juga...,” Gita menatap Mama. Mama memeluk Gita dipangkuan Papa. “Iya, sayang ya...nanti Kakak peluk Dek Gusni juga sama-sama Mama, sama Papa.” Mama membelai lembut kepala Gita. (hlm. 21)
d. Gita Gita merupakan kakak dari Gusni. Gita waktu kecil belum bisa menerima Gusni. Papa dan Mama dengan penuh kesabaran mendampingi Gita agar mau menerima Gusni, hingga akhirnya bisa menerima Gusni. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut: (6) “Emangnya Gita minta adek? Gita kan nggak minta! Kok tau-tau ada adek!” jawab Gita lagi. (hlm. 25) (7) Gita tiba-tiba perlahan membereskan susu yang tadi dilemparnya ke bawah lantai mobil, memasukkan ke dalam kantong plastik, mengikatnya rapi dan memeluk kantong plastik berisi susu adiknya, lalu pandangan Gita kembali ke jalanan di luar. (hlm. 29)
Gita memiliki sifat tegas, sedikit keras, dan ambisius, selain itu ia juga berprestasi dalam bidang bulutangkis. Hal tersebut digambarkan pengarang melalui teknik dramatik yang ditunjukkan dalam kutipan berikut: (8) Di tahun 1998 ini usia Gita baru menginjak 16 tahun, tetapi koleksi piala dan mendali telah melebihi usianya. Gita sudah menapak tinggi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
di dunia bulutangkis, olahraga yang telah membawa Indonesia berkibar tinggi di dunia. (hlm. 83) (9) Gusni melihat Kakaknya, rahang di pipi Gita sedikit mengeras, ia memang tegas, sedikit keras, dan ambisius. (hlm. 240)
e. Harry Harry adalah seorang laki-laki yang gendut tetapi ramah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (10) “Kamu mau onde-onde?” anak laki-laki besar itu menyapa Gusni ramah. (hlm. 57) Harry menjadi teman laki-laki yang selalu dekat dengan Gusni. Ia jugalah yang mengenalkan Gusni tentang cita-cita. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (11) “Kata Papa Harry, orang hidup itu harus punya cita-cita... kalau kamu gak punya cita-cita berarti kamu nggak hidup, kamu orang mati namanya...” (hlm. 71)
f. Nuni Nuni adalah sahabat Gusni dan Ani dari kecil mereka memiliki badan yang sama-sama besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (12) “Ini Nuni, yang ini Ani. Nuni sama Ani, ini yang namanya... Harry...” Gusni takut-takut mengenalkan Harry kepada Nuni dan Ani, dua sahabat dekatnya. Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. (hlm. 63) Nuni dan kedua sahabatnya itu selalu bersama-sama. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
(13) Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. (hlm. 141)
g. Ani Ani adalah sahabat Gusni dan Nuni yang selalu bersama-sama. Ani juga memiliki badan yang besar, berambut panjang, dan manja. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (14) Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. (hlm. 141) (15) Ani adalah semangka berambut panjang sepinggang suka pakai bando pink juga, dengan mata siap bergosip wajahnya lemah lembut siap nangis kalau disentuh. (hlm. 63)
h. Dokter Fuad Dokter Fuad adalah sahabat Papa yang dikenal sejak lama, mereka pernah bertetangga. Ia juga menjadi teman kepercayaan Papa untuk mengetahui keadaan dan perkembangan penyakit Gusni. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (16) Pandangan Papa menatap tajam Dokter Fuad, sahabat yang dikenalnya sejak lama, mereka pernah bertetangga. Rumah keluarga Dokter Fuad hanya berjarak beberapa rumah dari rumah keluarga Papa, persahabatan sudah terjalin sejak mereka kecil. (hlm. 110) (17) Dokter Fuad hanya melirik tumpukan file di lemarinya. Di tumpukan file itu tertulis nama Gusni Annisa Puspita. Papa ikut melihat tumpukan file itu, setiap file mewakili tahunnya, total ada 12 file. Papa memejamkan matanya lelah, memijit keningnya. (hlm. 110)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
i. Pak Pelatih Pak pelatih memiliki nama asli Andi Hariyanto. Ia adalah pelatih Gita, yang masih kuat di usia 50 tahun. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (18) Orang yang berjaya besar menemukan Gita adalah Pak Andi, ia adalah pelatih Gita. Semenjak menjadi pelatih Pak Andi tidak pernah dipanggil berdasarkan namanya lagi, orang-orang memanggilnya Pak Pelatih, bukan Pak Andi. Pak Pelatih berusia di awal 50 tahun, wajahnya tajam penuh karakter, rambutnya yang mulai memutih sedikit keluar dari topi merahnya. (hlm. 82) Berkat Pak Pelatih Gusni dapat bermain bulutangkis seperti cita-citanya waktu itu. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (19) “Jadi gimana, Pak? Boleh Gusni ikut latihan?” “Ok, boleh, saya akan latih dia...” Pak Pelatih mengangguk, matanya tidak lepas memandang Gusni. (hlm. 118)
2) Penokohan Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 61). Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2007: 165). Teknik untuk menggambarkan watak tokoh ada dua, yaitu secara langsung (telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:32). Berikut ini peneliti akan memaparkan hasil analisis penokohan Gusni, Gita, Papa, Mama, Harry, Nuni, Ani, Pak Pelatih, dan Dr. Fuad dalam novel 2 sebagai objek kajian penelitian ini. Penokohan dari masing-masing tokoh akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
ditunjukkan melalui kutipan-kutipan yang menampilkan ciri-ciri para tokoh tersebut. a. Gusni Gusni menjadi sorotan utama dalam penceritaan keseluruhan isi novel. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan Gusni dalam berbagai peristiwa dari awal cerita hingga akhir cerita. Gusni dalam novel ini digambarkan sebagai seorang anak yang memiliki bentuk tubuh yang besar (gendut) tetapi lincah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (20)
Tersangka duduk di sebelahnya, seorang anak perempuan gendut berukuran XXXL, umurnya 12 tahun pipinya besar dan memerah seperti dua buah apel, wajahnya pipi semua. (hlm.54)
(21)
WUSSSH...!!! cepat sekali Gusni berlari. “Si Gusni, jajaaaaan melulu.” Ibu guru geleng-geleng kepala melihat Gusni yang besar tapi lincah. (hlm. 55)
Gusni memiliki sifat yang periang, lincah, dan sangat suka dengan makanan. Setiap melihat makanan Gusni tidak lagi berfikir panjang tentang badannya yang ekstra. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (22) Gusni tersenyum dan melihat sekitar, Gusni suka sekali sekolah, ia banyak bertemu teman dan warung jajan. (hlm. 55) (23) “Si Gusni, jajaaaaan melulu.” Ibu guru geleng-geleng kepala melihat Gusni yang besar tapi lincah. (hlm. 55) (24) Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. Bertiga mereka sama-sama seperti semangka sama dan sebangun. Gusni adalah semangka berkuncir dua yang lincah, Nuni adalah semangka yang sedikit agak galak berambut pendek berbando pink, Ani adalah semangka berambut panjang sepinggang suka pakai bando pink juga, dengan mata siap bergosip wajahnya lemah lembut siap nangis kalo disentuh. (hlm. 63)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
Gusni ini merupakan anak yang apa adanya, polos, dan sangat menyayangi keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (25) “Kalau kamu tanya aku senangnya apa? Aku senangnya itu...,” jawab Gusni polos. (hal. 72) (26) “Waktu nonton bulutangkis di televisi itu, kamu senang ya? Lihat Papa-Mama kamu senang juga?” Gusni mengangguk lagi. “Kamu mau bikin Papa-Mama kamu senang kan? Bukan mau main bulutangkis, iya gak?” Harry mengerling cerdas. Gusni menatap Harry, terdiam lama. (hal. 73) Pandangan aneh orang-orang saat melihat Gusni, terkadang membuatnya minder dengan keadaan dirinya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (27) Gusni cemberut dan sendirian, mulai banyak orang di GOR bulutangkis yang menatapnya aneh, bahkan tidak sedikit yang senyum-senyum sendiri melihat kelakuan Gusni. Gusni tertunduk, kali ini Papa, Mama, dan Kak Gita salah, pikir Gusni. Ia merasa menjadi bahan ledekan di sini. (hlm. 115) (28) Ia melihat tiga anak perempuan sebayanya membawa raket bulutangkis. Ketiganya mendekat dan tersenyum mengejek. Gusni tertunduk, takut sekali diledek, tapi tiba-tiba ia teringat pesan Mama, ia bukan anak kecil lagi yang takut diledek. (hlm. 115) Berkat keluarganya, Gusni mencoba untuk melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya, termasuk ejekan dari teman-temannya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (29) Gusni menarik nafas kata-kata Mama tadi terus terngiang-ngiang di benaknya... Kamu perempuan Gus, Mama mau kamu kuat dan berani, Gus. Ketiga anak perempuan itu semakin dekat, suara tertawa cekikikan itu semakin jelas. Gusni memejamkan matanya, kuat dan berani Gus.... Saat itu juga Gusni menguatkan hatinya, memberanikan diri mengangkat kepalanya... “Hai....Aku Gusniii...!” sapa Gusni ramah sambil memberikan senyumnya. (hlm. 115)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
Seiring bergantinya waktu Gusni mulai bisa menerima keadaan dirinya yang memiliki badan besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (30) Semuanya terlalu rumit di usia tujuh belas, adakah yang tidak membingungkan? Dunia terlalu rumit di masa-masa dengan tantangan “hei aku di sini, dan aku berbeda”; berbeda di antara kumpulan kenormalan yang ada, kadang mereka tidak tahu harus bersikap seperti apa. Gusni menyadari di usia remaja ini dengan berat bobot lebih dari 100 kilogram setiap hari adalah tantangan untuk menemukan siapa ia sebenarnya. Tantangan itu menjadi semakin berat, karena semua di usia tujuh belas, melihat normal adalah normal, lan tidak. Gusni tidak pernah berhanti bersyukur, selalu ada Nuni dan Ani di sampingnya, bisa saling menertawakan “kelebihan” mereka sendiri, bisa terus bergembira melewati masa-masa rikuh penuh rona yang sering mereka tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. (hlm. 143)
Ketika berumur 18 tahun, Gusni mengetahui penyakit genetik yang dideritanya. Tantangan yang begitu berat harus dijalani Gusni. Ketika mengetahui penyakitnya, ia bertekat untuk berjuang melawan penyakitnya. Saat itulah Gusni menjadi wanita dewasa yang pantang menyerah untuk tetap hidup dan membuat orang-orang yang dicintainya bangga pada dirinya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (31) “Terima kasih Dok, ya udah Gusni mau coba lawan penyakit Gusni, mulai hari ini.” Gusni tersenyum menatap Dokter Fuad. “Saya nggak mau diam aja dan nyerah. Kalau Dokter bilang saya pantas menerima ini semua, saya mau...,” Gusni menyeka air matanya yang jatuh, “saya juga...,” Gusni menatap Papa, “saya juga mau berjuang untuk Papa, Mama, Kak Gita, untuk keluarga saya, saya mau diri saya sendiri tahu... kalau saya pantas menerima itu semua.” (hlm. 214)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
Berdasarkan kutipan (20) – (31) di atas, dapat disimpulkan bahwa Gusni adalah seorang perempuan yang dari lahir sudah memiliki badan yang besar. Gusni memiliki sifat periang, lincah, bersahabat, penuh semangat, pantang menyarah, dan menyayangi keluarga yang senantianya mendampinginyanya baik suka maupun duka. Gusni memiliki badan yang terus membesar dan belum pernah mengalami penurunan berat badan. Kenyataan pahit harus ia hadapi bahwa hidupnya tidak bertahan lama. Hal tersebut membuat Gusni untuk terus berjuang dan bersemangat untuk tetap hidup. Bulutangkis menjadi semangat baginya untuk tetap hidup dan mewujudkan cita-citanya.
b. Papa Papa adalah ayah dari Gusni, seorang ayah yang baik, tulus dan apa adanya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (32) Laki-laki itu berusia di pertengahan tiga puluh, ada keramahan di wajah persegi bersih tak berkumis itu. Sejenak ia berdiri dari duduknya, tingginya sedang, tubuhnya sedikit berisi tapi cederung kurus, rambut lurusnya dipotong pendek, da kilas yang baik dan dalam terpancar dari sorot matanya. Melihat raut wajahnya, sosok seorang ayah akan langsung terlintas. (hlm. 1) (33) Namanya Galuh Nugraha, sering dipanggil Galuh, Mas Galuh, Pak Galuh, tapi semenjak anak pertamana lahir, nama panggilannya berganti-Papa.Sebuah panggilan penuh tantangan, sebuah panggilan yang membuat ia lengkap sebagai seorang laki-laki. (hlm. 1) Papa
merupakan
seorang
yang
penyayang
terlebih
terhadap
keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
(34) Bayi besar di hadapan mereka masih menangis keras. Papa mencium kening Mama penuh kasih sayang.(hlm 9) (35) HUP! Papa menyambut dan menggendongnya. Malabuhkan kasih sayang di Pipi Gita. (hlm. 16) Papa mengalami saat yang sulit sebagai seorang kepala keluarga setelah mengetahui semua kenyataan yang harus dialami anak keduanya yaitu Gusni. Saat itu terlihat kebingungan di hati Papa, sedih akan semua yang terjadi pada Gusni mengenahi penyakit keturunan itu yang dialaminya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik secara tidak langsung (dramatik) dalam kutipan berikut: (36) Papa duduk di teras, cerita kakek semalam masih bergelimang di benaknya. Papa mengusap keningnya, begitu berat semuanya. (hlm. 23) Papa sebagai kepala keluarga harus tetap tegar menghadapi kanyataan yang terjadi pada keluarganya dan harus terus berdiri untuk keluarganya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik secara tidak langsung (dramatik) dalam kutipan berikut: (37) Anak-anakmu,... Papa membuka matanya, tahu semuanya harus berlanjut. Sebuah awal perjungan baru bagi keluarganya, amanah kepadanya sebagai pemimpin keluarga, bersyukur atas segala anugrah dan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya. Sebagai laki-laki harus berdiri paling sepan untuk keluarganya. Papa berdiri dari duduknya dan berjalan ke halaman rumah... anak-anakmu menyembuhkanmu... (hlm. 23) Papa adalah sosok yang sabar. Ketika Gita kecil belum bisa menerima Gusni. Papa terus bersabar menenangkan Gita dan memberi penjelasan kepada Gita. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (38) “Iya biar badannya gede tapi kan Dek Gusni masih kecil belum bisa apa-apa, masih harus dibantu Papa-Mama, Kakak kalau mau bantuin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
Papa-Mama jagain Adek Gusni juga boleh. Kan dulu Gita juga kayak adek bayi, nggak bisa apa-apa, ke mana-mana harus digendong Papa-Mama.” Papa membelai lembut rambut Gita, tersenyum bijak, kali ini Gita tidak menepis tangan Papa. (hlm. 27) Papa berusaha tegar mengahadapi semuanya, terus menuntun Gusni, mendampinginya, dan terus berjuang untuk keluarganya. Cita-cita Gusni menjadi pemain bulutangkis, meski Papa begitu berat untuk mengizinkan Gusni tapi Papa tidak mau melihat anaknya itu bersedih. Keberanian Papa untuk bercerita kepada Pak Pelatih dan membantu Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Ketegaran terus terlintas di hati Papa. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (39) Pak Pelatih mengusap wajahnya dengan rasa tak percaya. Papa bercerita perlahan tetapi lancar, tidak ada nada suram dan kesedihan dalam dan kesedihan dalam tutur Papa. (hlm. 120) Berdasarkan kutipan (32) – (39) di atas, dapat disimpulkan bahwa Papa adalah seorang ayah yang sabar, baik, penyayang, dan tegar menghadapi setiap permasalahan yang menimpa keluarganya. Keluarga sederhana itu menjadikan Papa terus bersemangat bersama ketiga perempuan yang sangat dicintainya.
c. Mama Mama merupakan sosok seorang ibu bagi Gusni dan Gita yang memiliki sifat penuh kasih sayang dan keibuan. Mama tidak pernah lelah memberi nasehat kepada anak-anaknya, supaya menjadi perempuan yang kuat dan berani. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (40) “Lapar, Pa... dia cuma lapar...” Mama menggendong bayinya. Tangis sang bayi langsung berhenti saat Mama menggendongnya. (hlm. 9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51
(41) “Tahu ini umur kamu 12 tahun, buat mama-mama lain mungkin kamu masih kecil, tapi buat mama..., kamu sekarang perempuan, Gus, bukan anak kecil.” Mama menatap Gusni tajam dan meneruskan. “Anak kecil nangis kalo diledek, perempuan nggak, banyak yang kamu hadapi di depan nanti, Gus, ingat kamu perempuan, kalau kamu mau nanggis, nangis aja,... tapi kamu harus punya alasan kuat untuk itu, banyak perempuan menangis unuk sesuatu yang sia-sia, kamu perempuan Gus, kalau kamu mau nangis, nangis aja,... tapi menangislah untuk sesuatu yang baik, bukan sesuatu yang sia-sia...” Mama bertumpu pada lututnya, memegang bahu Gusni. (hlm. 114)
Mama memiliki perawakan kecil dan kurus. Hal tersebut ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (42) Mama berusia di awal 30, wajahnya bulat, dengan dagu sedikit runcing, berbibir tipis dan panjang, bertubuh mungil dan berkulit sawo matang. (hlm. 2) Berdasarkan kutipan (40) – (42) di atas, dapat disimpulkan bahwa Mama memiliki perawakan mungil, dan merupakan sosok ibu yang lembut, penyayang, dan keibuan. Mama tidak pernah lelah untuk berada di samping keluarganya terlebih anak-anaknya untuk memberikan nasehat dan perhatian, supaya dapat menjadi seorang perempuan yang kuat dan berani.
d. Gita Gita merupakan kakak dari Gusni. Ia memiliki badan normal seperti anak perempuan pada umumnya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (43) Seorang anak perempuan berkucir dua berteriak dan berlari kencang sekali manuju Papa dan Mama. Anak perempuan itu bernama Gita, umurnya 4 tahun, cepat sekali ia berlari. Gita berperawakan seperti anak normal, sedikit mungil dibanding anak sebayanya. (hlm. 15 – 16)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
Gita tumbuh menjadi anak yang berambisi dan berprestasi dalam dunia bulutangkis. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (44) Di tahun 1998 ini usia Gita baru menginjak 16 tahun, tetapi koleksi piala dan mendali telah melebihi usianya. Gita sudah menapak tinggi di dunia bulutangkis, olahraga yang telah membawa Indonesia berkibar tinggi di dunia. (hlm. 83) Gita juga memiliki sifat tegas, sedikit keras, dan ambisius. Hal tersebut ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (45) Gusni melihat Kakaknya, rahang di pipi Gita sedikit mengeras, ia memang tegas, sedikit keras, dan ambisius. (hlm. 240) Berdasarkan kutipan (43) – (45) di atas, dapat disimpulkan bahwa Gita merupakan seorang anak perempuan yang tegas, keras, berambisi, dan berprestasi. Gita meskipun memiliki sifat keras ia juga memiliki hati yang lembut untuk terus menerima Gusni apa adanya, dan menyayangi keluarganya.
e. Harry Harry adalah seorang laki-laki yang gendut yang murah senyum dan ramah. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (46) “Ya udah kalo gak mau enggak apa-apa kok...,” anak laki-laki gendut itu berbicara datar dan tersenyum ramah. (hlm. 58) (47) Lagi-lagi dan lagi Harry tersenyum, senyumnya besar dan ramah. “Gusni....” Mereka berkenalan, senyum Harry begitu ramah. Membuat Gusni tak hentinya tersenyum senang. (hlm. 59)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
(48) “Kamu mau onde-onde?” anak laki-laki besar itu menyapa Gusni ramah. (hlm. 57) Onde-onde yang menjadi makanan kesukaan Harry dan Gusni, berkat onde-onde mereka berdua menjadi sahabat. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (49) “Gusni-Gusni mau kan jadi teman Harry-harry?” Senyum basar dan baik itu datang lagi. Gusni mengangguk cepat. Dua sahabat besar itu berjalan lagi. (hlm. 60) Berdasarkan kutipan (46) – (49) di atas, dapat disimpulkan bahwa Harry adalah seorang laki-laki yang juga memiliki badan gendut seperti Gusni, dan mereka memiliki makanan kesukaan yang sama, yaitu onde-onde. Harry memiliki sifat ramah dan murah senyum.
f. Nuni Nuni adalah sahabat Gusni dan Ani dari kecil mereka memiliki badan yang sama-sama besar. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (50) “Ini Nuni, yang ini Ani. Nuni sama Ani, ini yang namanya... Harry...” Gusni takut-takut mengenalkan Harry kepada Nuni dan Ani, dua sahabat dekatnya. Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. (hlm. 63) Nuni adalah sahabat Gusni yang berambut pendak dan memiliki sifat yang sedikit galak. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (51) Nuni adalah semangka yang sedikit galak berambut pendek berbando pink. (hlm. 63)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
Nuni adalah sahabat Gusni yang banyak bicara dan berfikir positif terhadap berat badannya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (52) Nuni adalah si gendut yang selalu positif tetapi sangat berisik, yang membuat ia selalu kerepotan, padahal nggak ada apa-apa. Nuni yang positif selalu memandang kegendutannya adalah anugerah yang berlebihan. (hlm. 142) Berdasarkan kutipan (50) – (52) di atas, dapat disimpulkan bahwa Nuni adalah sahabat Gusni sejak kecil yang juga sama-sama besarnya. Nuni memiliki sifat banyak bicara, agak galak, dan selalu berfikir pisitif dari bentuk badannya yang besar.
g. Ani Ani adalah sahabat Gusni dan Nuni yang selalu bersama-sama. Ani juga memiliki badan yang besar, berambut panjang, dan kurang bersemangat, karena saat berbicara cenderung lemas, pelan, dan datar. Ia cenderung berfikir negatif memandang keadaannya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (53) Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. (hlm. 141) (54) Ani adalah semangka berambut panjang sepinggang suka pakai bando pink juga, dengan mata siap bergosip wajahnya lemah lembut siap nangis kalau disentuh. (hlm. 63) (55) Lain halnya dengan Ani, yang adalah kebalikannya Nuni, kalau ngomong lemas, pelan, dan datar. Ani juga selalu membatasi pikirannya dengan hal-hal negatif tentang keadaannya. Ani mencoba segala cara untuk menjadi kurus. (hlm. 142)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Berdasarkan kutipan (53) – (55) di atas, dapat disimpulkan bahwa Ani merupakan sahabat Gusni dan Nuni yang sama-sama berbadan besar dan selalu bersama-sama. Ia memiliki sifat kurang bersemangat karena saat berbicara cenderung lemas, pelan, dan datar. Selain itu ia selalu berfikir negatif tentang keadaan dirinya yang memiliki badan besar.
h. Dokter Fuad Dokter Fuad merupakan sahabat Papa. Dokter Fuad lah yang membantu Papa mengetahui keadaan dan perkembangan Gusni mengenai penyakit yang dideritanya. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (56) “Jadi,... Gusni mau latihan bulutangkis?” Dokter Fuad menatap Papa yang terdiam tak menjawab pertanyaan itu. Pandangan Papa menatap tajam Dokter Fuad, sahabat yang dikenalnya sejak lama, mereka pernah bertetangga. (hlm. 109) Dokter Fuad menjadi dokter pribadi Gusni. Ia merupakan dokter yang bijaksana, menghargai, dan membuat Gusni mampu mengahadapi penyakit yang dideritanya. Ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (57) “Lo udah bilang iya” Papa mengangguk. “Lo yakin?” “Enggak makanya hari ini gue langsung ke sini...” jawab Papa sambil terus menatap sahabatnya. (hlm.110) (58) “....kenapa baru sekarang saya dikasih tahu?” “Kami tidak mau kamu tahu, kalau kamunya lagi sakit, karena kalau orang dinyatakan sakit, pikiran dia akan bilang dia sakit, dan dia akan sakit. Kekuatan imajinasi, kekuatan harapan dari pikiran manusia itu luar biasa. 20 tahun saya jadi dokter, penyembuhan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
paling besar adalah kekuatan pikiran manusia. Jadi, kita tidak pernah mau bilang ke kamu kalau kamu sakit,” Dokter Fuad mengusap wajahnya dan meneruskan, “Tetapi setelah kamu beranjak dewasa tentunya kamu berhak untuk tahu kalau...” “Kalau saya masih punya kesempatan, Dok?” potong Gusni cepat. Gusni menatap Dokter Fuad dan Papa. “Kesempatan untuk sembuh selalu ada, Gus, sudah kita cari dengan segala daya dan usaha saya, kita, terutama keluarga kamu.” (hlm.212) (59) “Buat diri kamu pantas untuk menerima semua itu, Gus... buat keluarga kamu bahagia, percaya sama saya, saya sudah cari informasi sebanyak-banyaknya sambil melihat kamu tumbuh...sampai detik ini pun saya masih mencari dan tidak ada yang bisa saya lakukan selain mensyukuri semuanya, mempunyai pasien yang dapat membuat saya mencintai keluarga saya lebih setiap saat setiap waktunya. Saya adalah saksi cinta orang tua yang begitu besar seperti papa dan mama kamu. Kamu syukuri itu semuanya, Gus” Dokter Fuad berbicara sambil menatap Gusni dalam-dalam. (hlm. 213) Berdasarkan kutipan (56 – 59) di atas, dapat disimpulkan bahwa Dokter Fuad adalah sahabat Papa, memiliki sifat bijaksana, menghargai, dan membuat Gusni mampu mengahadapi penyakit yang dideritanya, serta menjadi teman kepercayaan Papa untuk mengetahui keadaan dan perkembangan penyakit Gusni.
i. Pak Pelatih Pak pelatih memiliki nama asli Andi Hariyanto. Ia adalah pelatih Gita, yang masih kuat di usia 50 tahun. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan berikut: (60) Orang yang berjaya besar menemukan Gita adalah Pak Andi, ia adalah pelatih Gita. Semenjak menjadi pelatih Pak Andi tidak pernah dipanggil berdasarkan namanya lagi, orang-orang memanggilnya Pak Pelatih, bukan Pak Andi. Pak Pelatih berusia di awal 50 tahun, wajahnya tajam penuh karakter, rambutnya yang mulai memutih sedikit keluar dari topi merahnya. (hlm. 82)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
Berkat Pak Pelatih Gusni dapat bermain bulutangkis seperti cita-citanya waktu itu. Hal itu ditunjukkan pengarang melalui teknik dramatik dalam kutipan berikut: (61) “Jadi gimana, Pak? Boleh Gusni ikut latihan?” “Ok, boleh, saya akan latih dia...” Pak Pelatih mengangguk, matanya tidak lepas memandang Gusni. (hlm. 118) Berdasarkan kutipan (60) – (61) di atas, dapat disimpulkan bahwa Pak Pelatih adalah orang yang berjaya dalam keluarga Gusni karena telah menganalkannya pada bulutangkis.
3) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Berdasarkan kutipan mengenai tokoh dan penokohan, dapat terlihat dengan jelas tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Dalam novel tersebut ditemukan satu tokoh utama yaitu Gusni. Penelusuran ini didasarkan pada intensitas keterlibatan tokoh tersebut dalam peristiwa yang membangun cerita. Tokoh yang berfungsi mendukung tokoh utama dalam novel ini yaitu Gita, Papa, Mama, Harry, Nuni, Ani, Pak Pelatih, dan Dr. Fuad, ditunjukkan dalam kutipan (4 – 19) dan (32 – 61). Tokoh tambahan yang terdapat dalam novel ini tidak peneliti bahas seluruhnya, tetapi peneliti hanya membahas tokoh tambahan yang berpengaruh dalam Gusni melawan penyakitnya. Setiap tokoh yang diceritakan pengarang memiliki karakter yang berbada-beda dan mendukung keberadaan tokoh utama.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58
3.
Latar 1) Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Dalam novel 2 karya Dony Dhirgantoro terdapat beberapa lokasi yang dipergunakan sebagai landas tumpu penceritaan, antara lain : rumah sakit besar di Jakarta, rumah sederhana, sekolah, taman kecil, Restoran Bakmi Nusantara, dan Gelanggang Olahraga. Peneliti menganalisis keenam latar tempat tersebut, karena mempengaruhi ketidakadilan yang dialami tokoh utama. Latar tempat pertama adalah rumah sakit. Pengarang menampilkan tempat rumah sakit besar di Jakarta sebagai awal penceritaan untuk memperkenalkan tokoh utama, yaitu Gusni. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (1) Malam itu hujan turun deras sekali, di sebuah rumah sakit besar di Jakarta sebuah peristiwa besar terjadi. (hlm. 1) Rumah sakit tersebut menjadi tempat kesaksian lahirnya seorang anak perempuan dengan berat 6,25 kilo dan panjang 59 cm yang lahir 27 Oktober 1986. Selain itu juga rumah sakit tersebut menjadi saksi ketika Gusni harus terus semangat dan tegar dalam menghadapi penyakit keturunan yang dideritanya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (2) “Dengan penuh hormat Dok, jujur sejak saya tahu semuanya ada cita-cita dalam diri saya, ada kekuatan harapan dalam pikiran saya, kalau saya harus berjuang melawan penyakit saya... saya harus percaya cita-cita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya hidup? Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?” (hlm. 215) Latar tempat yang selanjutnya adalah rumah sederhana, tempat tinggal Gusni. Rumah adalah salah satu tempat bagi Gusni merasakan kehangat dan kasih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
dalam keluarga, bersama Papa, Mama, dan Gita. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (3) Gusni mengedarkan pandangan ke sekitarnya, belum pernah ia merasakan sesuatu yang luar biasa seperti ini. Senyumnya mengembang melihat Susi Susanti di televisi, melihat Papa, Mama, dan Gita tersenyum bahagia. (hlm. 42) Di rumah tersebut Gusni dapat menemukan cita-citanya ketika ditanya Harry tentang cita-cita, cita-cita itu tidak lain hanya untuk membuat keluarganya bahagia. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (4) “Enggak...! cita-cita aku, suatu hari nanti aku mau jadi pemain bulutangkis.” “Huuu...ikut-ikutan kakak kamu dong...payah.” “Enggak! Kata kamu cita-cita itu sesuatu yang aku suka kan? Waktu kecil aku ingat, aku, Papa, Mama, aku Kak Gita, nonton pertandingan bulutangkis di televisi, pertandingannya di luar negeri. Waktu itu Papa, kita hormat bendera Merah Putih bareng-bareng di depan televisi. Papa, Mama, Kak Gita, semuanya senang, aku juga senang, aku nggak bisa lupa...” Gusni menatap Harry. “Kalau kamu tanya aku senangnya apa? Aku senangnya itu...,” jawab Gusni polos. (hlm. 72) Di rumah itu jugalah Gusni mengetahui penyakit genetik atau penyakit keturunan. Papa, Mama, dan Gita merasakan kesedihan yang mendalam, menerima kenyataan yang dialami Gusni tentang penyakit genetik atau penyakit keturunan. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (5) “Gus..., saat seperti ini sudah kita tunggu bertahun-tahun lamanya,.. Papa sama Mama, Kak Gita. Pertama-tama Gusni harus tahu, kalau kita sayang banget sama Gusni, semenjak Gusni lahir sampai sekarang...” (hlm. 205) (6) “Ini Kakek Buyut kamu, papanya Kakek...” Papa menunjuk seorang anggota keluarga yang badan sangat besar. “”...dan ini kakaknya Kakek...,” Papa menunjuk seorang anggota keluarga lagi, seorang wanita yang juga sangat besar. Gusni memperhatikan kedua anggota keluarganya yang baru saja ditunjuk Papa, begitu jelas perbedaan ukuran badan mereka berdua dengan anggota keluarga yang lain.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
Pandangan Gusni langsung beralih ke sebuah foto keluarga yang menempel pada dinding rumahnya, lagi-lagi ia terenyak, melihat dirinya sewaktu kecil bersama anggota keluarga yang lain. Gusni seperti melihat dirinya dalam foto tua itu, berbeda sekali dengan anggota keluarga lain yang berukuran normal. (hlm. 206) (7) “Mereka Kakek Buyut kamu...dan Kakak Perempuan Kakek...,” Papa menggenggam tangan Gusni keras, Papa yang biasanya tegar, kini bahu keras itu meringkih turun, tertunduk tidak berani menatap mata Gusni, hanya genggaman tangan Papa yang mengeras terus berbicara dan akhirnya sebuah kalimat terdengar pelan. “Mereka berdua...tidak hidup lama... ...tidak pernah... ...mencapai... ...usia dua puluh lima tahun...” (hlm. 207) Latar tempat yang selanjutnya adalah sekolah. Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi Gusni, karena ia bisa bertemu banyak teman dan warung jajan. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (8)
Gusni tersenyum dan melihat sekitar, Gusni suka sekali sekolah, ia banyak bertemu teman dan warung jajan. (hlm. 55)
Di sekolah jugalah Gusni menganal Harry, pria yang dicintainya. Mereka memiliki banyak kesamaan, terlebih mengenai badan yang besar dan makanan kesukaan yaitu onde-onde dan choki-choki. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (9)
“Karena kita sama-sama suka onde-onde dan choki-choki...jadinya aku panggil kamu Gusni-Gusni.” Gusni mengangguk cepat, senang sekali. (hlm. 59)
(10) “Gusni-Gusni mau kan jadi sahabat Harry-Harry?” senyum besar dan baik itu datang lagi. Gusni mengangguk cepat. Dua sahabat besar itu berjalan lagi. Gusni tertunduk, senyumnya mengembang malirik Harry yang berjalan di sampingnya. Gusni menghela nafas, mungkin hari ini Gusni Cuma makan satu onde-onde, tapi Gusni yakin sekali kalau hari ini, onde-onde yang Gusni makan adalah onde-onde paling enak di seluruh dunia. (hlm. 60)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
Latar tempat yang selanjutnya adalah taman kecil yang lataknya tidak jauh dari sekolahnya. Di tempat tersebut Gusni memiliki banyak kenangan, terlebih dia mulai memikirkan tentang cita-citanya saat ditanya Harry. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (11) “Kata Papa Harry, orang hidup itu harus punya cita-cita...kalau kamu ngak punya cita-cita berarti kamu nggak hidup, kamu orang mati namanya...” ...Orang hidup itu harus punya cita-cita? Bingung. Gusni menatap Harry penuh tanya. (hlm. 71) Latar tempat selanjutnya adalah Restoran Bakmi Nusantara milik papa Harry. Di tempat tersebut Gusni merasakan senyum yang tulus timbul dari hati keluarga Harry. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : (12) “Gusni, kamu pernah tanya Papa kan? Apa bukti kalau hati itu baik?” Gusni mengangguk, ia mengerenyitkan keningnya bingung. “... Di dini kamu bisa dapat buktinya...,” tutur Papa lembut sambil melihat sekitar Gusni. Mama dan Gita ikut mengikuti pandangan Papa, senyum keluarga Harry dan para pelayan bertebaran di manamana, pada keluarga yang sedang bercengkrama riang sambil menikmati bakmi. Ucapan terima kasih dari keluarga Harry dan juga para pelanggan mengalir tulus tanpa dibuat-buat, tidak ada seorang pelanggan pun meninggalkan restoran itu dengan wajah cemberut. Rasa nyaman penuh kehangatan terus tersebar. (hlm. 86 – 87)
Latar tempat terakhir adalah Gelanggang Olahraga. Di tempat ini Gusni menyaksikan kakaknya yaitu Gita bermain bulutangkis dalam pertandingan memperebutkan Piala Merdeka 1998. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (13) Gelanggang olah raga besar itu penuh sesak dengan penonton. Gusni duduk di tribun diapit Papa dan Mama. PIALA MERDEKA 1998. Sebuah spanduk besar terbentang vertikal dari atap gelanggang. “Ayo KAK GITAAA...!” Papa berteriak-teriak. “Ayo Kak GITAAA...!” Gusni ikut berteriak-teriak sambil mengacungkan raket nyamuknya. Mama tersenyum geli melihat tingkah mereka berdua. (hlm. 79)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
Gusni merasa sangat senang saat melihat kakaknya bermain bulutangkis, apalagi ketika Gita mendapatkan Juara, saat itu ia melihat Papa dan Mama bahagia. Gusni juga berharap dia dapat bermain bulutangkis seperti kakaknya dan mendapatkan juara, dengan harapan Papa dan Mama bahagia dan bangga melihatnya. Tetapi penyakit yang diderita Gusni membuat Papa merasa berat ketika Gusni bertanya kapan dia bisa bermain bulutangkis. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut : (14) Mama melihat Gita, semua orang tiba-tiba mengerubunginya meminta tanda tangan. Papa dan Mama tersenyum, saling berpegangan tangan erat. Di tahun 1998 ini usia Gita baru menginjak 16 tahun, tetapi koleksi piala dan medali telah melebihi usianya. Gita sudak menapak tinggi di dunia bulutangkis, olahraga yang telah membawa Indonesia berkibar tinggi di dunia. Papa dan Mama berpegnagan erat, memandang uah hati mereka penuh kebanggaan. Mama menyandarkan kepalanya ke bahu Papa, Gusni ikut tersenyum melihat kedua orang tuanya begitu bahagia. (hlm. 83) (15) “Kapan Gusni bisa main bulutangkis, Pa?” Gusni menarik kemeja Papa, menatap Papa Mama penuh harap. (hlm. 84)
Gelanggang olagraga menjadi saksi bagi Gusni akan perjuangannya yang keras menjadi pemain bulutangkis untuk mewujudkan cita-citanya dan untuk bertahan hidup. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: (16) Senyum Gusni mengembang teduh, Pak Pelatih mengangguk beriring semangat dalam tatapannya untuk Gusni sore itu. Perempuan besar itu pun mulai berlari mengelilingi kompleks gelanggang yang mulai menyepi bersama semburat jingga yang menghias awan di atasnya. Seperti manusia yang ingin selalu hidup menghirup udara dengan tanpa sengaja, langkah kaki itu mulai bergerak cepat, tahu ia harus bekerja lebih keras lagi menopang berat badan di atasnya, kali ini bersama senyum yang terlintas tanpa bibir itu memintanya. (hlm. 321)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
2) Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro ini ditunjukkan dalam:
a. Keluarga Latar sosial ditunjukkan dalam lingkungan keluarga Gusni. Keluarga sederhana yang selalu ada untuk Gusni. Keluarga yang harus menerima Gusni saat mengetahui penyakit yang dialami Gusni. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 1) Kakek terus berbicara dan berbicara, papa dan Mama bertambah bingung mendengar segala penjelasan Kakek. Akhrnya, Kakek mengeluarkan beberapa lembar foto dan menjelaskan. Seperti melihat bukti nyata, wajah Papa kaget bukan kepalang. (hlm. 20) 2) Kakek menunjuk senuah foto dan menjelaskan. Seperti melihat sebuah bukti nyata, wajah Papa kaget bukan kepalang. Mama tiba-tiba memegang tangan Papa erat dan menangis di bahu Papa. (hlm. 20 – 21) 3) Semua pernah Papa bayangkan, sepanjang hidupnya, mengendap di benaknya bertahun-tahun lamanya. Sesuatu yang seharusnya tidak pernah seorang ayah atau seorang ibu bayangkan dalam hidupnya, menyaksikan anaknya sendiri, buah hatinya, terbujur kaku di depannya seperti saat ini. (hlm. 292) Gusni yang dilahirkan dengan berat 6,26 kilo mendapat pandangan aneh dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Kekurangan yang dimiliki Gusni sejak lahir sepintas Gita, kakaknya, waktu kecil belum bisa menerima kehadiran Gusni dalam keluarganya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan : 4) “Tuh, adek bayinya diem...” Mama tersenyum. Gita melihat Gusni ketus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
“Adek bayi jahat...! Gita nggak mau adek bayi! Adek bayi jahat...!”(hlm. 18) 5) “GITA! Nama aku tuh GITA, bukan Kakak!” Gita menjawab ketus. Papa dan Mama sesaat terdiam. Gita berujar ketus lagi. “Nama aku th Gita, aku nggak mau dipanggil Kakak!” (hlm. 25) 6) “Emangnya Gita minta adek? Gita kan nggak minta! Kok tau-tau ada adek!” jawab Gita lagi. (hlm. 25) Papa
dan
Mama
terus
berjuang
menerima
Gusni
dari
segala
kekurangannya, dan terus mendampingi Gita untuk dapat menerima keadaan adiknya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 7)
Gita tiba-tiba perlahan membereskan susu yang tadi dilemparnya ke bawah lantai mobil, memasukkannya ke dalam kantong plastik, mengikatnya rapi dan memeluk kantong plastik berisi susu adiknya, lalu pandangan Gita kembali ke jalanan luar. Papa melirik sedikit, pura-pura tidak melihat. Papa menarik nafas, membawa apa yangbarusan ia lihat ke dalam hatinya. (hlm. 29)
8)
“Adek diam yaa...nanti kalau udah gede main sama Kakak Gita.” Gita terus membelai-belai pipi Gusni yang tembem dengan lembutnya. Tidak menyerah, ia terus mencoba mendiamkan Gusni yang perlahan-lahan tangisnya mulai mereda dan akhirnya benarbenar berhenti. Gita tersenyum, membelai Gusni yang sekarang sudah kembali tertidur. (hlm. 34)
Papa sebagai kepala keluarga terus mencoba bersabar menghadapi persoalan demi persoalan yang menimpa keluarganya. Terdapat dalam kutipan berikut : 9)
“Susunya Gusni minggu ini udah mau habis lagi lho, Pa...,” Papa mengangguk pelan. “Gita juga,... minggu depan, kita harus bayar uang pangkal untuk sekolah Gita...” Mama menyandarkan kepalanya ke bahu Papa. “Nanti Papa cari cara...” Papa, melihat tumpukan slop kok menatap lalu Mama tenang. Sambil Papa terus berusaha membetulkan mesin, memutar kunci di tangannya dengan keras. (hlm. 33)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
b. Sahabat Gusni tidak hanya disayangi dalam keluarganya, tetapi ia juga memiliki kedua sahabat yang baik, dan ia juga kenal dengan seorang laki-laki yang dekat dengan Gusni waktu kecil, yang selalu menguatkan dan mengenalkan cita-cita padanya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: 10)
“Ini Nuni, yang ini Ani. Nuni sama Ani, ini yang namanya...Harry...” Gusni takut-takut mengenalkan Harry kepada Nuni dan Ani, dua sahabat dekatnya. Nuni dan Ani adalah sahabat yang sama panjang, lebar, dan tingginya dengan Gusni. (hlm. 63)
11)
“Kamu dikatakan gendut ya?” Gusni mengangguk. Harry menatap Gusni tulus dan bertutur lembut. “Kata Mama Harry... lebih enak jadi orang gendut, karena ukuran hatinya pasti lebih besar.” (hlm. 70)
12)
“Kata Papa Harry, orang hidup itu harus punya cita-cita...kalau kamu nggak punya cita-cita berarti kamu nggak hidup, kamu orang mati namanya...” (hlm. 71)
c. Keluarga Harry Keluarga Harry mengenalkan Gusni tentang arti sebuah senyuman dan hati yang baik. Gusni dapat terus belajar dari setiap peristiwa yang ia hadapi, belajar untuk mengenal dirinya lewat sesama dari ketidakadilan yang belum ia ketahui. Di Restoren Bakmi Nusantara tempat keluarga Harry berjualan, Gusni mengajak keluarganya bertemu dengan keluarga Harry dan merasakan bakmi yang lezat. Gusni merasakan senyuman yang tulus dan kekuatan besar datang memenuhi restoran tersebut dan meninimbulkan energi positif. Hal tersebut ditunjukkan langsung oleh pengarang dalam kutipan tersebut : 13)
Senyum besar yang terus membuka hati seseorang dan membiarkan energi positif yang ada masuk dan menular. Ya, sebuah senyum memang menular. Papa mengangguk-angguk sendiri. Tidak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
mengherankan restoran bakmi ini selalu penuh dengan pelanggan di Restoran Bakmi Nusantara ini kita tidak cuma menikmati bakmi, tetapi udara bersama rasa positif dari senyum yang ditularkan membuat rasa nyaman selalu datang. (hlm. 86)
d. Pak Pelatih Pak Pelatih adalah orang yang melatih Gita bulutangkis, dan sekaligus sahabat Papa, ia adalah Andi Hariyanto. Bulutangkis menjadi tempat bagi Gusni untuk melawan ketidakadilan dari penyakit yang dideritanya. Berkat Pak Pelatih untuk menerima Gusni menjadi anak didiknya, Gusni terus bersemangat dan berjuang dan tidak ingin mengecewakan orang-orang yang mencintainya dan memberi kesempatan padanya untuk terus berjuang. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan : 14)
“Ok, boleh, saya akan latih dia....” Pak pelatih mengangguk, matanya tidak lepas memandang Gusni. (hlm. 118)
15)
“Saya suka tantangannya...,” sambung Pak Pelatih, seperti tahu yang ada di pikiran Papa. (hlm. 118)
16)
“Kamu tau gak saya ada di sini malatih, membagi ilmu setiap hari semampu saya bisa. Ada satu kalimat yang selalu saya pegang...” “Apa, Pak?” “Jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia, karena Tuhan sedikit pun tidak pernah!” (hlm. 124)
17)
“Semua ini Gusni lakuin karena Gusni mau hidup. Percaya sama Gusni Ma, Pa, Kak Gita!” Gusni mengusap air matanya. “Besok Gusni mulai latihan bulutangkis lagi, mulai lari lagi, seminggu Gusni sakit, tiduran terus di tempat tidur, berat Gusni sekarang seratus tiga puluh, kalau ada cara lain pasti Gusni udah tahu kan?” Gusni menatap orang-orang yang dicintainya..., “Gusni ke kamar dulu.” (hlm. 294)
Pak Pelatih yang memiliki sosok tegas ini tidak hanya sekedar melatih bulutangkis kepada anak didiknya, tetapi juga memberikan motivasi dalam hidup
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
untuk tidak pernah menyerah terhadap mimpinya. Seperti halnya dengan Gusni, Pak Pelatih ingin Gusni kuat melawan penyakitnya dari latihan-latihan keras yang diberikan. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: 18)
“Sekarang saya tanya, jujur sama saya Gus, apa yang kamu mau?” “Saya mau hidup, Pak...,” jawab Gusni tegas. “Saya pelatih bulutangkis...saya bukan dokter atau Tuhan, saya nggak bisa buat kamu hidup.” Gusni terdiam. Pak Pelatih menatap Gusni tajam, menunggu jawaban. “Saya mau latihan bulutangkis, Pak,...supaya... saya bisa,... terus hidup.” Hening sejenak meliputi gelanggang lengang itu. (hlm. 244)
Gusni selalu mengingat ajaran-ajaran dari Pak Pelatih saat ia latihan bulutangkis. Kata-kata yang sangat bermakna dalam hidupnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut: 19)
“Kamu tahu nggak Ry? Pak Pelatih selalu bilang satu kalimat yang buat semangat aku terus ternakar kalau lagi latihan....” “Apa Gus?” “Jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia, karena Tuhan sedikit pun tidak pernah.” (hlm. 260)
20)
“Tetapi hari ini saya bilang sama kalian semua bahwa mimpi kalian yang telah membawa kalian ke sini adalah omong-kosong. Bermimpi saja tidak cukup! Saya akan meminta lebih dari omong kosong, khayalan, impian dan cita-cita kalian.” (hlm. 314)
21)
“Ke setiap diri di depan saya...hari ini, saya bilang...jika kamu punya impian, impian besar dan begitu bermakna, kekuatan imajinasi manusia yang luar biasa, tetapi kamu tidak sedikit pun meneteskan keringat untuk memperjuangkan impian kamu,...buat saya kamu hanyalah pembual nomor satu bagi diri kamu sendiri.” “Juga...ke setiap diri di depan saya hari ini, saya bilang..., jangan coba-coba bekerja keras, tetapi tanpa impian, tanpa impian yang membakar diri dan benak kamu setiap hari, berkeringat, lelah,...tetapi tanpa makna, melangkah tapi tanpa tujuan, bangun di pagi hari menyesali apa yang kamu lakukan, bekerja keras tanpa impian, buat saya..., kamu hanyalah pembual nomor satu bagi dunia.” (hlm. 314)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68
3) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro ini pertama diceritakan tentang kelahiran Gusni. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut : 22)
Jakarta, 27 Oktober 1986. Malam itu hujan turun deras sekali, di sebuah rumah sakit besar di Jakarta sebuah peristiwa besar akan segera terjadi. (hlm. 1)
Latar waktu selanjutnya menunjuk pada kepulangan Gusni, Gusni diyatakan boleh dibawa ke rumah. Ditunjukkan dalam kutipan : 23)
Dua hari kemudian setelah membuat repot seisi rumah sakit, hari ketiga pagi Gusni dinyatakan boleh pulang. (hlm. 12)
Latar waktu selanjutnya ditunjukkan dalam kutipan : 24)
Malam di Jakarta telah datang, para kerabat sudah pulang, tinggal kakek dan nenek yang memutuskan untuk menginap. (hlm. 19)
Waktu itulah Kakek mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Gusni. Papa dan Mama harus menerima kenyataan bahwa Gusni memiliki penyakit genetik dan Gusni tidak bisa bertahan lama untuk tetap hidup. Kenyataan pahit yang harus dialami keluarganya, tetapi hal itu harus dihadapi dan tetap menyayangi Gusni sampai kapan pun. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 25)
Setelah menarik nafas panjang, Kakek akhirnya berbicara, terdengar sangat hati-hati dalam memilih kata-kata, suaranya sedikit berat layaknya orang yang sedang memendam kesedihan yang dalam. Kakek terus berbicara dan berbicara. Papa dan Mama bertambah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
bingung mendengar segala penjelasan Kakek. Akhirnya, Kakek mengeluarkan beberapa lembar foto lama yang warnanya mulai kekuningan. Kakek menujuk sebuah foto dan menjelaskan. Seperti melihat bukti nyata, wajah Papa kaget bukan kepalang. (hlm. 20) Meskipun begitu Gusni begitu beruntung, di tengah kekurangan yang ia dihadapi, keluarganya selalu mendampingi dan melindungi Gusni. Latar waktu selanjutnya ditunjukkan dalam kutipan : 26)
Jakarta 1992 (35)
Waktu tersebut menunjukkan peristiwa di mana Gusni bersama keluarganya menyaksikan pertandingan bulutangkis di televisi, Olimpiade Barcelona 1992. Gusni merasakan kebahagian ketika melihat Papa, Mama, dan Gita tersenyum bahagia menyaksikan pertandingan bulutangkis. Waktu itu juga terjadi peristiwa di mana Gusni dilihat banyak orang dengan pandangan yang aneh. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan : 27)
Gusni seperti sudah melupakan peristiwa malam sebelumnya. Ia bercanda dengan Gita, berlarian di lorong toko. Beberapa pengunjung kadang tertawa, heran melihat anak perempuan berkuncir dua yang putih dan besar dengan bintik-bintik merah di wajahnya. Gusni tahu, beberapa pengunjung melihatnya dengan pandangan aneh dan menyelidik. Gusni berusaha cuek, hari ini terlalu indah untuk dilewati dengan kesedihan. Papa yang melihat pandangan aneh orang-orang pada Gusni melirik Mama. Dalam hati ia mengagumi bagaimana Mama melihat kuat, walaupun tetap bagi Papa semuanya berlebihan. Papa memperhatikan Gusni. Setiap pandangan aneh orang kepada dirinya, selalu dibalas Gusni dengan melirik Mama yang menjawabnya dengan senyuman. Senyum Mama selalu bisa menguatkan Gusni. (hlm. 49)
Waktu yang selanjutnya ditunjukkan dalam kutipan : 28)
Jakarta 1998 (hlm. 53)
Waktu tersebut menunjukkan peristiwa ketika Gusni berada di sekolah kelas 6 SD. Gusni merasa bahagia saat di sekolah, karena dapat bertemu banyak teman
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
dan warung jajan. Ketika itu Gusni mendapat kenalan yang menjadi teman akrabnya yaitu Harry. Gusni juga memiliki sahabat yang sama besar, lebar, dan tingginya dengan Gusni, namanya Nuni dan Ani. Ketika itu mereka diganggu dan diolok-olok oleh tiga teman laki-laki. Gusni mencoba melawan dengan raket nyamuknya, tetapi tiba-tiba raket nyamuknya kehabisaan baterai. Anak laki-laki tersebut kembali menyerang Gusni, tetapi Harry datang menolong dan menguatkan Gusni. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 29)
“Kamu dikatakan gendut ya?” Gusni mengangguk. Harry menatap Gusni tulus dan bertutur lembut. “Kata Mama Harry... lebih enak jadi orang gendut, karena ukuran hatinya pasti lebih besar.” Gusni mengerenyitkan keningnya bingung. (hlm. 70)
Berkat Harry, Gusni berani bercita-cita. Ia juga dapat belajar banya dari keluargan Harry tentang arti sebuah senyuman yang tidak dibuat-buat. Di tahun itu juga, Gusni bersama Papa dan Mama menyaksikan Gita dalam pertandingan bulutangkis di gelanggang olah raga memperebutkan Piala Merdeka 1998. Betapa senangnya Gusni ketika melihat Papa dan Mama bahagia, Gita mendapatkan Juara Piala merdeka 1998. Suatu saat Gusni juga ingin seperti kakaknya, membuat Papa dan Mama bahagia. Di tahun 1998, Gusni membawa keluarganya ke warung bakmi Papa Harry, Restoran Bakmi Nusantara. Berkat Gusni, Papa mengahadirkan Andi Hariyanto Maulana, pemain bulutangkis yang digemari oleh Papa Harry. Selain kebahagian yang dialami Gusni, di waktu itu juga terjadi peristiwa malapetaka Jakarta 1998. Ditunjukkan dalam kutipan berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
30)
Gusni kecil tergeletak lemah di tanah, di antara sesaknya asap hitam malapetaka Jakarta 1998. (hlm. 97)
Saat itu Gusni juga harus menerima kenyataan pahit yang dialami keluarga Harry, dan ia harus kehilangan Harry karena harus pindah ke suatu tempat. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 31)
Gusni hampir tidak mempercayai penglihatannya. Gerobak bakmi besar di depan habis terbakar dan hanya menyisakan bau karet ban yang sesak menyengat. Papan bertuliskan Restoran Bakmi Nusantara sudah hangus dan tumbang tepat di depan bangunan yang sekarang sudah hampir rata dengan tanah. Tidak terasa air mata Gusni menetes, keluarga Harry terdiam membatu di depan rumah mereka, Restoran Bakmi Nusantara. (hlm. 99)
32)
Gusni tidak kuat melihat semuanya, tangannya sudah ikut basah mengusap air mata yang jatuh terus-neberus. “Harry...!” Gusni berlari memanggil Harry. Harry di atas mobil pikup menoleh lemah. Gusni menatap Harry mengusap air matanya. (hlm. 101)
33)
Pagi itu, hari di bulan Mei 1998 Gusni menatap langit Jakarta yang bersih dengan awan putih putih bergerombol. Asap hitam membumbung di mana-mana. (hlm. 102)
Kesedihan yang Gusni alami, keluarganya terlebih Papa, Mama, dan Gita selalu mendampingi dan memberi semangat kepadanya. Waktu yang selanjutnya ditunjukkan dalam kutipan : 34)
Jakarta 2003 (hlm. 136)
Waktu tersebut menjukkan Gusni berada di SMA. Dia merasakan banyak orang yang menyayanginya, selain keluarga ia juga memiliki sahabat yang sangat baik dan tulus sejak SD, dan terus bersama-sama hingga SMA. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 35)
Di bangku belakang Gusni tersenyum melihat kelakuan kedua sahabatnya. Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. (hlm. 141) Di tahun 2003 tersebut Gusni bertemu kembali dengan Harry, laki-laki yang selalu ada buat Gusni waktu ia kecil dulu. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan : 36)
Gusni melihat pemuda besar itu akan beranjak pergi, Gusni menguatkan hatinya, menghela nafas panjang dan sedikit berlari mendekati pemuda itu. (hlm. 162)
Latar waktu selanjutnya ditunjukkan dalam kutipan berikut : 37)
Jakarta 2004 (hlm. 201)
Pada tahun tersebut Gusni mengetahui penyakit yang selama ini ia derita. Kenyataan pahit yang harus Gusni alami dan terima. Begitu berat juga bagi keluarganya untuk menerima ini semua, dan merasa berat untuk bercerita kepada Gusni. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 38)
Papa mengumpulkan keberaniannya, siap mengetuk pintu kamar Gusni, tetapi lagi-lagi Papa tertunduk dan menggelengkan kepalanya. Untuk sesaat ia ragu apakah yang akan dilakukannya ini benar adanya; Apakah Gusni siap menerima semuanya. Bulir keringat menetes pelan di keningnya. (hlm. 203)
39)
“Mereka menjadi begitu besar karena sebuah penyakit genetis...penyakit keturunan...,” Aliran darah di badan Gusni seperti terhenti mendengar kalimat Papa. (hlm. 206)
40)
“Mereka berdua...tidak hidup lama... ...tidak pernah... ... mencapai... ...usia dua puluh lima tahun ...” (hlm. 207)
Di tahun ini juga Gusni menunjukkan bahwa ia mampu melawati semuanya. Gusni terus berjuang dan berjuang untuk tetap bertahan hidup. Hari kesembilan puluh dua setelah Gusni mampu menerima kenyataan yang harus ia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73
terima, akhirnya ia mulai bertanding bulutangkis pertama kalinya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 41)
Setibanya di Gelanggang, kabar itu pun datang untuknya, setelah tiga bulan lebih berlatih, Pak Pelatih memutuskan untuk pertama kalinya Gusni akan bertanding. Kabar di gelanggang beredar begitu cepat. Si Besar Gusni akan menjalani pertandingan pertamanya. (hlm. 261)
Waktu itu Gusni diberi kepercayaan kepada Pak Pelatih untuk berada pada pertandingan yang sebenarnya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan : 42)
“Mungkin sudah saatnya dia berada pada pertandingan sebenarnya,” ujar Pak Pelatih tegas, matanya tidak pernah lepas memperhatikan Gusni. (hlm. 280)
Semua yang dialami oleh Gusni menjadi kekuatan kepada Pak Pelatih untuk mempercayainya dalam mengikuti seleksi Pelatnas. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan : 43)
“Saya ingin sekali anak itu masuk dan ikut seleksi Pelatnas, tetapi dia bukan siapa-siapa, ranking pun tidak punya, tetapi dia, dengan segala keterbatasannya menciptakan harapan, menunjukkan kalau harapan itu ada...” (hlm. 309)
Waktu selanjutnya ditunjukkan dalam kutipan : 44)
Tiga hari menjelang Khatulistiwa Terbuka (hlm. 324)
Waktu tersebut menunjukkan bahwa Gusni bergabung dalam Tim Nasional Indonesia. Sesuatu yang luar biasa Gusni tunjukkan pada semua orang yang menyayanginya bahwa Gusni bisa melewati hidupnya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut : 45)
“Selamat datang di Tim Nasional Indonesia, Gus. Jadi mulai sekarang kamu berjuang untuk tiga hal sekaligus, buat diri kamu, keluarga kamu, dan buat Tanah Air kamu...,” ujar Pak Pelatih bangga. (hlm. 326)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa ketiga latar tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mendukung jalannya suatu cerita. Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan di atas. Pada kutipan (1) dan (38) menunjukkan peristiwa di mana dan kapan Gusni lahir. Kutipan (3) dan (43), terdapat kehangatan dalam keluarga Gusni yang mau menerima keadaannya dan senantiasa menyayangi serta mendukung Gusni. Kutipan (2) menunjukkan Gusni dapat menerima penyakit yang ada dalam tubuhnya dan ingin melawannya. Kutipan (4) dan (11), Gusni kecil mulai bercita-cita dan memiliki mimpi. Kutipan (5 – 7) dan (54 – 56), Gusni mengetahui penyakit genetik yang dialaminya, suatu tantangan berat bagi Gusni menghadapi semuanya. Kutipan (12) dan (29), Gusni dapat belajar tentang arti sebuah senyuman dan hati yang baik. Kutipan (16), Gusni tidak pernah putus asa dari kenyataan pahit yang ada pada dirinya, ia terus menunjukkan semangat untuk terus berjuang melawan penyakitnya. Kutipan (17 – 19) dan (41), Papa dan Mama mengetahui kenyataan pahit yang terjadi pada Gusni dan tantangan berat yang harus dihadapi keluarga mereka. Kutipan (20 – 22 ), Gita waktu kecil belum bisa menerima kehadiran Gusni dalam keluarganya. Berkat kesabaran Papa dan Mama, Gita bisa menerima dan menjaga Gusni, kutipan (23) dan (24). Kutipan (25), ketegaran Papa sebagai kepala keluarga tetap berdiri untuk keluarga yang sangat ia cintai. Kutipan (26 – 28) dan (51) menunjukkan kebersamaan Gusni bersama kedua sahabatnya dan mengenal laki-laki yang sangat ia cintai. Kutipan (48) dan (49) menunjukkan peristiwa Gusni harus berpisah dengan Harry akibat malapetaka Jakarta 1998.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
Kutipan (30 – 37), (57 – 59), dan (61), Gusni sangat bersyukur mengenal Pak Pelatih bersedia melatih bulutangkis dan memberi semangat padanya untuk terus berjuang dan bertahan hidup. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar mempunyai hubungan erat dengan sosiologi sastra. Hadirnya latar dalam suatu cerita memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita.
4. Tema Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang menawarkan makna tentang kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya (Nurgiyantoro, 2007: 70). Tema dapat diartikan gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap maupun tidak (Sudjiman, 1990: 78). Tema, walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang “disembunyikan”, walau belum tentu dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya sastra fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007: 68). Tema dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dinyatakan secara implisit (tersirat) yang didukung oleh pelukisan latar dan tersirat dalam lakuan tokoh atau dalam penokohan. Pengarang mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76
menghayati makna (pengalaman) kehidupan dengan menampilkan tokoh utama yaitu Gusni sebagai sumber cerita dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya. Jakarta, 27 Oktober 1986 di sebuah rumah sakit besar terjadi peristiwa besar. Seorang anak perempuan lahir dengan berat 6, 25 kilo, tidak seperti bayi pada umumnya. Anak perempuan itu bernama Gusni, ia lahir dari seorang ibu yang memiliki perewakan kecil, kurus. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: (1) Jakarta, 27 Oktober 1986. Malam itu hujan turun deras sekali, di sebuah rumah sakit besar di Jakarta sebuah peristiwa besar akan segera terjadi. (hlm. 1) (2) “Gus...ni... Annisa Puspita...?” tanya Kakek takjub, matanya melihat ke Papa mencoba meyakinkan. “Lahir 27 Oktober 1986?...” “Berat 6.25 kilo....?” “Panjang 59 cm...?” Nenek ikutan membaca. (hlm. 10 – 11) (3) Beberapa pengunjung rumah sakit seakan tidak ercaya melihat seorang ibu mungil menggendong bayi yang begitu besarnya. (13) Gusni sanggat bersyukur ia berada di lingkungan keluarga yang begitu mencintainya dan mendukungnya meski kenyataan pahit harus dialami Gusni dan keluarganya. Gusni harus menerima keadaan dirinya yang sesungguhnya, ia tidak dapat bertahan hidup lama, ia hanya dapat bertahan di usia 25 tahun, itu pun bisa kurang. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: (4) “Tidak ada maksud jelek menunda berita ini untuk kamu, kita hanya menunggu... sampai kamu bisa mengerti semuanya,... yaitu setahun yang lalu saat usia kamu tujuh belas,” Papa diam sebentar dan menatap Gusni, “tetapi sampai sekarang usia kamu delapan belas...ternyata kamu juga belum tahu tentang ini semua...tentang hidup kam selanjutnya...” Gusni mengerenyitkan keningnya, jengah terus melanda. (hlm. 205)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
(5) “Mereka, Kakek Buyut kamu..., dan Kakak perempuan Kakek...,” Papa menggenggam tangan Gusni keras, Papa yang biasanya tegar, kini nahu keras itu meringkih turun, tertunduk tidak berani menatap mata Gusni, hanya genggaman tangan Papa yang mengeras terus berbicara dan akhirnya sebuah kalimat terdengar pelan. “Mereka berdua...tidak hidup lama... ...tidak pernah... ... mencapai... ... usia dua puluh lima tahun ...” (hlm. 207) Tantangan seorang wanita bertubuh besar ini terus saja datang, pandangan aneh selalu tertuju padanya. Ketegaran hatinya dan kasih sayang dari keluarganya menguatkan langkahnya. Ia tidak pernah menyerah, berjuang dan berusaha melawan keberadaan fisik untuk bertahan hidup. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: (6) “Saya nggak mau diam aja dan nyerah. Kalau Dokter bilang saya pantas meneriman ini semua, saya mau...,” Gusni menyeka air matanya yang jatuh, “saya juga...,” Gusni menatap Papa, “saya juga mau berjuang untuk Papa, mama, kaka Gita, untuk keluarga saya, saya mau diri saya tahu... kalau saya pantas menerima itu semua” (hlm. 214) (7) “Anak Perempuan itu menunjukkan ke saya, ke orang-orang di sekitarnya, kalau ia adalah perempuan yang tidak pernah putus asa, bahkan saat ia tahu kalau umurnya tidak akan panjang, bahkan saat ia tahu kalau hidup tidak berpijak padanya...” (hlm. 310) (8) Gusni Annisa Puspita terus melawan penyakitnya dengan berlari setiap pukul 05.00 sampai hari ini.... (hlm. 417) Cita-citanya membawa energi positif pada Gusni untuk melawan penyakitnya, menjadi pemain bulutangkis seperti kakaknya. Cita-cita itu muncul dari hatinya untuk membuat Papa, Mama, dan Gita bangga padanya, bahwa ia bisa dan pantas melakukannya. Seperti dalam kutipan berikut: (9)
Pertandingan pertama, kemenangan diraih Gusni. Penonton terus bertepuk tangan riuh menatap Gusni, perempuan besar penuh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
peluh di lapangan bulutangkis itu mengepalkan tangannya penuh semangat, langsung berlari menghambur ke pelukan Papa dan Gita yang ada di pinggir lapangan. Ia bahagia sekali. (hlm. 278) (10) Skor 21 – 16. Pertandingan kembali dimenangkan oleh Gusni. (hlm. 279) (11) Istora bergemuruk meledak. Tim Nasional Putri Indonesia bersama Andi Hariyanto Maulana naik ke podium. Air mata bahagia jatuh, bersamaan mereka mengangkat medali dan piala, Gusni dan Gita masih berkalung Sang Dewi Warna, berbarengan mereka mengangakat piala Khatulistiwa Terbuka. (hlm. 408) Dari pernyataan dan kutipan (1) – (11) di atas, dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro adalah melawan keterbatasan untuk terus berjuang mencapai impian dan mencintai hidup dengan berani. Makna cerita itu digambarkan melalui tokoh Gusni menerima kenyataan tentang penyakit genetik yang ada dalam dirinya untuk terus berjuang mempertahankan hidup dan berusaha disisa hidupnya dapat membahagiakan orang-orang yang mencinainya, keluarga dan sahabat-sahabatnya.
C. Keterkaitan Unsur dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang menganalisis unsurunsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pada penjelasan di atas penulis sudah memaparkan tentang keempat unsur intrinsik karya sastra (alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema) dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Unsur-unsur tersebut memiliki keterkaitan yang merupakan sarana penyampaian tema yang dilakukan pengarang terhadap pembaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
Unsur alur yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro adalah alur kronologis disebut juga alur lurus atau alur maju, yaitu struktur yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis; peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Pada tahap awal dipaparkan kelahiran Gusni di sebuah rumah sakit besar di Jakarta, 27 Oktober 1986. Gusni waktu bayi sudah memiliki badan yang besar, tidak seperti bayi normal pada umumnya, dengan berat 6,25 kilo dan panjang 59 cm. Gusni tinggal bersama Papa, Mama, dan Kak Gita di sebuah rumah sederhana. Rangsangan dalam cerita muncul ketika Papa, Mama, Kakek, dan Nenek membawa pulang Gusni. Gita kecil waktu itu belum bisa menerima keberadaan Gusni yang memiliki badan lebih besar darinya. Papa dan Mama dengan sabarnya mendampingi Gita, hingga akhirnya ia dapat menerima Gusni. Gawatan terjadi ketika kenyataan berat harus dialami keluarga tersebut, Papa dan Mama mengetahui keadaan Gusni yang sebenarnya. Papa sebagai tulang punggung keluarga begitu berat menghadapi semua ini. Tahap tengan terjadi tikaian ketika keluarga Gusni berkumpul untuk mengatakan yang sebenarnya, waktu itu Gusni berumur 18 tahun, Papa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Gusni. Gusni tidak percaya semua akan terjadi seperti ini. Kenyataan yang berat harus ia terima, hanya bersama keluarganyalah ia bisa menerima semuanya. Rumitan dalam cerita ini terjadi ketika Gusni kembali menatap ke depan mengumpulkan semangat dalam dirinya untuk mengahadapi penyakit tersebut. Gusni lahir kembali menjadi manusia yang terus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
berjuang dalam hidupnya melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Setiap pagi Gusni berjalan kaki dari rumah ke GOR sejauh lima kilometer. Hari kesembilan puluh dua selama setelah hari itu, Pak Pelatih memutuskan untuk pertama kalinya Gusni akan bertanding. Pertandingan ketujuh berturut-turut kemenangan berhasil diraih Gusni. Pertandingan kedelapan ia merasakan sesak, rongga dadanya menyempit. Begitu berat tantangan yang harus dihadapi keluarga tersebut. Tidak bisa dibayangkan seorang ayah dan ibu menyaksikan anaknya tergeletak kesakitan tidak sadarkan diri. Saat kejadian itulah Gusni tidak boleh bermain bulutangkis lagi. Klimaks bagian ini terjadi ketika Gusni tetap ingin bermain bulutangkis agar ia bisa bertahan hidup. Hati Papa, Mama, dan Gita begitu berat ketika Gusni tidak ingin berhenti bermain bulutangkis. Keinginannya begitu keras, meski berat Gusni harus melewatinya. Gita tiba-tiba emosional melihat kelakuan Gusni malam itu. Gita menghampiri Gusni ke kamarnya dengan marah. Gita semakin marah kepada Gusni. Gusni tidak terima Kakaknya marah seperti itu, Gusni mencoba melawan perkataan Kakaknya. Sikap emosional yang dimiliki Gita, membuat Gusni kesal dan marah pada kakaknya. Pada tahap akhir terjadi leraian ketika Gita manangis deras saat itu. Pertama kali itu Gusni melihat kakaknya yang memiliki sifat keras menangis seperti itu. Suasana haru terjadi malam itu, kedua kakak beradik berpelukan erat malam itu. Konflik kembali terjadi pada diri Gusni, ia memutuskan untuk putus dari Harry, lelaki yang sangat ia cintaipenyakit yang ada pada tubuh Gusni membuatnya untuk mengambil keputusan tersebut.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Penyelesaian dalam novel 2 diceritakan tentang semangat Gusni dalam menerima segala kenyataan hidup yang sulit. Ia terus berjuang agar ia tetap hidup untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya, dan yang telah memberi kesempatan padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Pak Pelatih melihat semangat Gusni yang luar biasa mengahadapi penyakit yang ada pada tubuhnya. Semua yang dialami oleh Gusni menjadi kekuatan kepada Pak Pelatih untuk mempercayainya dalam mengikuti seleksi Pelatnas. Gusni bergabung dalam Tim Nasional Indonesia. Sesuatu yang luar biasa Gusni tunjukkan pada semua orang yang menyayanginya bahwa Gusni bisa melewati hidupnya. Keikhlasan untuk menjalani semuanya ada di benak Gusni, melawan dan berjuang untuk tetap hidup. Berjuang dan terus percaya, itulah yang ingin ditunjukkan Gusni, dan saat itulah kebahagiaan akan datang. Harry kembali lagi pada Gusni, kenyataan pahit yang dialami Gusni, Harry juga ingin bersamanya melewati saat-saat suka maupun duka nantinya. Cita-cita Gusni membawa energi positif pada dirinya untuk melawan penyakitnya, menjadi pemain bulutangkis seperti kakaknya. Citacita itu muncul dari hatinya untuk membuat Papa, Mama, dan Gita bangga padanya, bahwa ia bisa dan pantas melakukannya. Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro diakhiri dengan bahagia. Pada Januari 2011, Gusni dan Harry menikah. Perjuangan Gusni terus ada hingga saat ini. Berdasarkan alur di atas dapat terlihat dengan jelas tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Dalam novel tersebut ditemukan satu tokoh utama yaitu Gusni. Penelusuran ini didasarkan pada intensitas keterlibatan tokoh tersebut dalam peristiwa yang membangun cerita.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
Tokoh yang mendukung tokoh utama dalam novel ini yaitu Gita, Papa, Mama, Harry, Nuni, Ani, Pak Pelatih, dan Dr. Fuad. Tokoh-tokoh tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Gusni memiliki sifat periang, lincah, bersahabat, penuh semangat, pantang menyerah, dan menyayangi keluarga yang senantiasa mendampinginya baik suka maupun duka. Papa merupakan seorang ayah dari Gusni dan Gita yang memiliki sifat sabar, baik, penyayang, dan tegar dalam menghadapi berbagai persoalan keluarganya. Mama merupakan ibu dari Gusni dan Gita yang memiliki sifat lembut, penyayang, dan keibuan. Gita adalah kakak dari Gusni yang bersifat tegas, keras, berambisi, dan berprestasi. Harry adalah teman laki-laki yang dekat dengan Gusni waktu SD, memiliki tubuh gendut bersifat ramah dan murah senyum. Nuni adalah sahabat Gusni dan Ani yang sama-sama memiliki tubuh gendut, bersifat banyak bicara, agak galak, dan selalu berfikir positif dari bentuk badan yang dimikinya. Ani memiliki sifat kurang bersemangat karena saat berbicara cenderung lemas, pelan, dan datar, serta selalu berfikir negatif dengan bentuk tubuhnya yang besar. Dokter Fuad adalah sahabat dari Pada yang bersifat bijaksana, menghargai, dan menjadi teman kepercayaan Papa untuk mengetahui keadaan dan perkembangan penyakit Gusni. Pak Pelatih memiliki sifat galak tetapi tegas. Paparan dari alur, tokoh, dan penokohan tersebut dapat dilihat latar cerita yang menunjukkan perjuangan tokoh utama (Gusni). Latar tempat yang diceritakan antara lain: rumah sakit besar di Jakarta, rumah sederhana, sekolah, taman kecil, Restoran Bakmi Nusantara, dan Gelanggang Olahraga. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
masyarakat di suatu tempat yang membentuk perjuangan Gusni dalam melawan penyakitnya, yaitu keluarga, sahabat, keluarga Harry, dan Pak Pelatih. Latar waktu pada bagian awal cerita diceritakan tentang kelahiran Gusni di Jakarta, 27 Oktober 1986, Jakarta 1992, Jakarta 1998 , Jakarta 2003, dan Jakarta 2004. Tema dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dinyatakan secara implisit (tersirat) yang didukung oleh pelukisan alur, latar, dan tersirat dalam lakuan tokoh atau dalam penokohan. Tema novel tersebut adalah perjuangan untuk melawan keterbatasan dalam mencapai impian dan mencintai hidup dengan berani.
D. Perjuangan Tokoh Utama Perjuagan tokoh utama, yaitu Gusni dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dapat dilihat dari keempat unsur (alur, tokoh dan penokohan, latar, dan tema) yang telah dipaparkan di atas, terlebih pada tema dari novel ini yaitu melawan keterbatasan untuk terus berjuang mencapai impian dan mencintai hidup dengan berani. Gusni menjadi cermin salah satu wanita yang tidak pernah menyerah dan selalu berjuang untuk melawan penyakit yang membawanya pada kematian. Perjuangan Gusni berada di tubuh besarnya tidaklah mudah. Pandangan aneh selalu tertuju padanya sejak kecil. Keberadaannya dalam keluarga bersama Papa. Mama, dan Gita membuatnya kuat menghadapi kenyataan. Cita-cita Gusni menjadi mimpi baginya untuk terus hidup. Pikiran positif senantiasa ia bangun untuk menghadapi kehidupan yang ada di depannya, berjuang dan tidak menyerah. Penyakit yang ada pada dirinya tidak membuatnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
menyerah untuk membuat orang-orang yang ia cintai bangga dan bahagia padanya. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan: (1)
“Seorang anak yang ingin membuat orang tuanya senang dengan bermain bulutangkis....” Mendengar kalimat Pak Pelatih, Papa mengangguk dan tertunduk. “Waktu dia minta izin untuk latihan bulutangkis lagi, subuh-subuh sebelum dia lari ke sini, Gusni bilang sesuatu yang nggak pernah saya dan mamanya lupa, Pak. Da bilang,...biar Mama sama Papa jad saksi kalau nanti Gusni pergi, Gusni pergi dalam keadaan berjuang, bukan dalam keadaan menyerah....” (hlm. 308 – 309)
Bermain bulutangkis dengan berat badan 125 kilo, sangatlah tidak mudah, tetapi Gusni tidak pernah putus asa. Ia mencoba melawan ketidakadilan yang ada pada dirinya. Semangatnya selalu ia tunjukkan dalam setiap langkahnya. Ditunjukkan dalam kutipan: (2)
“FUH!”Gusni membuang gelisahnya–ia bisa merasakan ratusan kilo berat tubuhnya membebani telapak kakinya. (hlm.233)
Gusni harus menghadapi kenyataan dan harus siap suatu saat penyakit itu menyeragnya kapan saja. Kegigian dan semangatnya terus tumbuh dalam setiap perjuangannya,
tidak
ada
yang
bisa
menghentikan
perjuangan
itu.
Keterbatasannya menjadikan kelebihan bagi dirinya, karena tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut: (3)
“Anak perempuan itu menunjukkan ke saya, ke orang-orang di sekitarnya, kalau ia adalah perempuan yang tidak pernah putus asa, bahkan saat ia tahu kalau umurnya tidak akan panjang, bahkan saat ia tahu kalau hidup tidak berpihak padanya....” (hlm. 310)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
Semangat Gusni melawan penyakitnya terlihat dari perjuangannya untuk terus hidup dari bermain bulutangkis, cita-cita yang bisa terwujud dengan usaha keras. Hal tersebut ditunjukkan Gusni dalam kutipan: (4)
Istora bergemuruk meledak. Tim Nasional Putri Indonesia bersama Andi Hariyanto Maulana naik ke podium. Air mata bahagia jatuh, bersamaan mereka mengangkat medali dan piala, Gusni dan Gita masih berkalung Sang Dewi Warna, berbarengan mereka mengangakat piala Khatulistiwa Terbuka. (hlm. 408)
Perjuangan Cerita dalam novel 2 ini diangkat pengarang dari kisah nyata. Terlihat dari akhir cerita novel ini, ditunjukkan dalam kutipan: (5)
Gusni Annisa Puspita terus melawan pemyakitnya dengan berlari setiap pukul 05.00 sampai hari ini.... Bila mata kita jeli, setiap subuh datang kita bisa melihatnya berlari dari rumahnya ke Kemang, menuju Gelanggang Olahraga Cilandak, Jakarta Selatan. (hlm. 417)
Perjuangan Gusni tidak pernah mati, dan terus tumbuh dari setiap nafasnya. Perjuangan itu tidak lepas dari orang-orang disekitarnya, Papa, Mama, Gita, Harry, kedua sahabatnya (Nuni dan Ani), Dokter Fuad, dan Pak Pelatih. Dalam novel ini pengarang berusaha menampilkan perjuangan Gusni malalui permasalahan sosial yang dialami sebuah keluarga sederhana, yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungannya. Peneliti berusaha mendekati perjuangan tokoh utama melalui pendekatan struktural, melihat permasalahan dari dalam karya sastra itu sendiri. Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro ini diangkat dari kisah nyata. Kisah perjuangan seorang perempuan berbadan besar, yang hidupnya dengan bulutangkis. Semangat dan perjuangannya terus ada hingga saat ini. Gusni
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
Annisa Puspita, yang “kelebihannya” adalah keterbatasannya. Kenyataan pahit yang datang pada dirinya, terasa bahwa hidup tidak berpihak padanya. Perempuan besar itu berusaha melawan penyakitnya dengan segala keterbatasannya, memutuskan untuk terus berjuang demi impiannya dan mencintai hidup dengan berani.
E. Relevansi Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA Pembelajaran sastra di SMA khususnya pembelajaran novel, guru sebaiknya juga mempertimbangkan tiga aspek, yaitu tingkat penguasaan bahasa siswa, tahap-tahap perkembangan psikologis siswa, dan latar belakang budaya karya sastra yang diminati siswa (Rahmanto, 1988: 26-33). Aspek bahasa, keberhasilan pengajaran juga ditentukan dari bahasa yang digunakan oleh pengajar, maka dari itu guru perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesua dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Sedangkan aspek psikologi, aspek ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Terakhir aspek latar belakang budaya, dalam memilih bahan pengajarang sastra guru hendaknya mengutamakan karya sastra yang latar ceritanya dikenal siswa dan memahami karya sastra apa yang hendak diminati. Berikut ini akan dipaparkan contoh pembelajaran sastra dengan mempergunakan novel 2 karya Donny Dhirgantoro. Bahan ini dapat diberikan di SMA kelas XI semester 1 aspek membaca.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
1. Bahasa Novel 2 karya Donny Dhirgantoro cocok dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Bahasa yang digunakan dalam novel ini ringan karena merupakan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan pengarang dalam penceritaannya tidak jauh dari bahasa orang muda zaman sekarang, banyak katakata tidak baku karena dekat dengan kehidupan orang muda. Hal tersebut tampak dalam kutipan: (1) Papa langsung bengong bego, nggak tahu mau marah. Diam, atau langsung nonjok. (hlm. 3)
Gaya bahasa penceritaan yang ringan ini mengandung nilai-nlai positif untuk siswa, yaitu dari pemikiran, semangat, perjuangan, dan cinta yang ditunjukkan tokoh utama, yaitu Gusni. Hal tersebut tampak dalam kutipan: (2) “Dengan penuh hormat Dok, jujur sejak saya tahu semuanya ada citacita dalam diri saya, ada kekuatan harapan dalam pikiran saya, kalau saya harus berjuang melawan penyakit saya... saya harus percaya citacita saya, harapan saya, impian saya. Kalau tidak, untuk apa saya pergi nantinya kalau waktu saya tiba?” (hlm. 215)
Berdasarkan kutipan (1) dan (2), bahasa yang digunakan pengarang sangat dekat dengan kehidupan siswa dan terdapat majas yang dapat digunakan sebagai pembelajaran. Isi ceritanya dapat memberi motivasi siswa untuk belajar dari tokoh utama tersebut dalam melawan ketidakadilan yang ada pada dirinya. Siswa tidak hanya belajar bahasa tetapi juga dapat belajar dari kehidupan lewat karya sastra yang mereka baca, termasuk novel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
2. Psikologi Ditinjau dari aspek psikologi novel 2 karya Donny Dhirgantoro memiliki kesesuaian dengan perkembangan psikologi siswa, karena banyak mengandung nilai-nilai pendidikan positif dari kehidupan sehari-hari siswa. Nilai-nilai positif yang dapat diteladani dari novel tersebut adalah perjuangan, kerja keras, semangat, kekeluargaan, dan persahabatan. Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan:
(1) “Anak perempuan itu menunjukkan ke saya, ke orang-orang disekitarnya, kalau ia adalah perempuan yang tidak pernah putus asa, bahkan saat ia tahu kalau umurnya tidak akan panjang, bahkan saat ia tahu kalau hidup tidak berpihak padanya....” (hlm. 310) (2) Di bangku belakang Gusni tersenyum melihat kelakuan kedua sahabatnya. Gusni menatap sahabat-sahabatnya, sama-sama tinggal berdekatan, juga terus sama-sama semenjak SD sampai SMA. (hlm. 141) (3) Istora bergemuruk meledak. Tim Nasional Putri Indonesia bersama Andi Hariyanto Maulana naik ke podium. Air mata bahagia jatuh, bersamaan mereka mengangkat medali dan piala, Gusni dan Gita masih berkalung Sang Dewi Warna, berbarengan mereka mengangakat piala Khatulistiwa Terbuka. (hlm. 408)
Berdasarkan kutipan (1 – 3), dapat dilihat dengan jelas perjuangan Gusni melawan penyakitnya dan menerima dari segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Perjalanan yang berat tidak membuatnya putus asa, tetapi tetap berusaha dari kesempatan hari demi hari yang ia lewati. Siswa dapat belajar dari perjuangan Gusni melawan penyakitnya, nilai-nilai positif tersebut sangat membangun siswa untuk tidak kenal menyerah meraih mimpi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
3. Latar Belakang Budaya Ditinjau dari aspek latar belakang budaya, novel 2 karya Donny Dhirgantoro ini sesuai dengan latar belakang budaya siswa, karena menceritakan tentang latar belakang sebuah keluarga sederhana di Jakarta yang mengalami sebuah permasalahan, dan permasalahan tersebut dekat dengan kehidupan siswa. Latar belakang budaya yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari ini dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra bagi siswa di daerah mana pun, karena bahasanya umum dan mudah dimengerti. Selain itu, penceritaan dalam novel ini ringan, jadi siswa tidak kesulitan dalam mengimajinasikan setiap alur dalam novel ini. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan novel 2 karya Donny Dhirgantoro sangat cocok digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA. Hal tersebut ditinjau dari aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya siswa. Ditinjau dari aspek bahasa, novel 2 menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kebahasaan siswa SMA kelas XI semester II. Dari aspek psikologi, novel tersebut sesuai diajarkan pada tingkat SMA karena mereka dapat belajar untuk mengenal diri mereka baik dari setiap cerita yang disampaikan pengarang. Selanjutnya dari aspek latar belakang budaya siswa, novel 2 menceritakan tentang latar belakang sebuah keluarga sederhana di Jakarta, bahasa yang digunakan umum dan dapat dimengerti oleh siswa di daerah mana pun di Indonesia.
F. Silabus G. RPP
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 90
SILABUS
Nama Sekolah
: SMA/ MA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: XI/II
Standar Kompetensi : Membaca 15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat
Kompetensi Dasar 15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
Materi Pokok
Indikator
• Tema, Tokoh, Penokohan, Alur, dan Latar
Jenis • Siswa mengidentifikasi Tagihan tokoh, • Tugas penokohan, dan kelompok latar • Tugas • Siswa individu menganalisis perjuangan tokoh utama Bentuk
• Perjuangan yang dialami tokoh utama • Hal-hal yang menarik dari tokoh utama
• Siswa
Penilaian
instrumen
Alokasi Sumber waktu 4 x 45’
Pendidikan Karakter
• Novel 2 karya • Kerja sama Donny • Logis Dhirgantoro • Kritis • Nurgiyantoro, Burhan. 2007. • Kreatif Teori • Sopan Pengkajian santun Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 91
• Hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh utama
mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh utama
• Uraian Bebas
University Press. • Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. • Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. • Darminta. 2006. Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah
: SMA/ MA
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: XI/ II
Waktu
: 4 x 45’ (4 jam pelajaran)
A. Standar Kompetensi : Membaca 15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat B. Kompetensi Dasar: 15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
C. Indikator 1. Siswa mampu mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar 2. Siswa mampu menganalisis perjuangan tokoh utama 3. Siswa mampu mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh utama
D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar dengan kritis. 2. Siswa dapat mengidentifikasi perjuangan tokoh utama dengan cermat. 3. Siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari tokoh dengan baik. 4. Siswa mampu menemukan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dengan logis. A. Materi Pembelajaran a.
Tema Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok sebuah karya sastra
(Tarigan, 2002: 7). Tema pada dasarnya merupakan pokok sebuah cerita. Jika tidak terdapat tema, cerita akan kabur. Tema adalah sesuatu yang menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
dasar cerita. Tema akan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti: masalah cinta, rindu, maut, perjuangan hidup, dan sebagainya. b.
Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Pada dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama atau tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam suatu cerita (Stanton, 1965: 17). Tipe tokoh seperti yang digambarkan tersebut disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh bawahan sering disebut tokoh antagonis. Tokoh menurut Supriyadi (1997: 411) dibedakan menjadi tiga karakter yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. Protagonis adalah tokoh yang ingin menghadapi berbagai persoalan dalam mencapai cita-cita. Antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Tritagonis adalah tokoh sebagai pendamai protagonis dan antagonis. “Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau individu rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh dan penciptaan citra tokoh.” (Sudjiman, 2002: 58). Setiap pengarang ingin membaca atau memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh yang ditampilkannya. c.
Latar/ Setting M. Atar Semi (2004: 46) berpendapat bahwa “latar atau landasan tumpu
(setting) adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.” Sejalan dengan itu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
Tarigan (2002: 136) berpendapat bahwa yang dimaksud “latar atau setting adalah latar belakang fiksi, unsur tempat dan ruang adalah sebuah cerita.” Nurgiyantoro (2000: 230) mengatakan unsur-unsur setting dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu setting tempat, setting waktu dan setting sosial. Setting tempat adalah setting yang menggambarkan lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting waktu adalah setting yang berhubungan dengan masalah “kapan” waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Setting sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan dalam sebuah cerita. d.
Plot/ Alur Menurut Nurgiyantoro (2000: 110), plot/ alur adalah rangkaian peristiwa
yang tersaji secara berurutan sehingga membentuk sebuah cerita. Plot atau alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah dalam suatu cerita. Alur bukan sekedar urutan cerita, melainkan merupakan hubungan sebab akibat peristiwa yang satu dengan yang lainnya dalam sebuah cerita. Plot merupakan jalan cerita yang bergerak dari suatu permulaan (beginning), melalui suatu tengahan (meddle) menuju suatu permulaan (ending). ‘Plot adalah struktur gerak atau laku yang terdapat ddalam fiksi atau drama.’ (Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2002: 126).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
Berdasarkan urutan waktu, plot dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu kronologis dan tak kronologis. Yang pertama disebut sebagai plot lurus, maju atau dapat dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot balik, mundur, flashback, atau juga disebut sebagai regresi. Plot pada cerpen dikatakan progresif jika pristiwa-pristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian. Selanjutnya sebuah novel dikatakan regresi jika urutan kejadian tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhri, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Struktur Umum Alur (Sudjiman, 1990: 30) Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut: Awal:
1. Paparan (exposition) 2. rangsangan (inciting moment) 3. gawatan (rising action) 4. tikaian (conflict)
Tengah:
5. rumitan (complication) 6. klimaks
Akhir:
7. leraian (falling action) 8. selesaian (denouement)
e. Sinopsis Novel 2 karya Donny Dhirgantoro Novel 2 karya Donny Dhirgantoro menceritakan tentang perjuangan seorang anak perempuan berbadan besar melawan ketidakadilan fisik yang ada pada dirinya. Perempuan itu bernama Gusni. Gusni lahir di sebuah rumah sakit besar di Jakarta pada 27 Oktober 1986. Sejak bayi ia sudah memiliki badan yang besar, tidak seperti bayi normal pada umumnya, berat 6,25 kilo dan panjang 59 cm.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
Gusni tinggal di sebuah rumah sederhana. Ia tinggal bersama Papa, Mama, dan Kak Gita. Gita kecil waktu itu belum bisa menerima Gusni bayi. Papa dan Mama dengan sabarnya mendampingi Gita untuk dapat menerima Gusni. Kenyataan berat harus dialami keluarga tersebut, Papa dan Mama mengetahui keadaan Gusni yang sebenarnya. Papa sebagai tulang punggung keluarga begitu berat menghadapi semua ini. Gusni begitu bersyukur hadir di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya dari ketidakadilan yang ia alami. Gusni sanggat suka sekolah, karena ia bisa bertemu dengan banyak teman dan warung jajan. Makanan favorit Gusni adalah choki-choki dan onde-onde. Di sekolah tersebut Gusni memiliki kedua sahabat yang sama-sama besarya dan terus bersama-sama dari SD – SMA. Gusni juga kenal dengan Harry, seorang laki-laki yang dekat dengan Gusni waktu kecil, yang selalu menguatkan dan mengenalkan cita-cita padanya. Mereka berdua sama-sama berbadan besar. Berkat Harry, Gusni mulai memikirkan cita-cita dan memiliki impian. Di tahun 1998, Gusni membawa keluarganya ke warung bakmi Papa Harry, Restoran Bakmi Nusantara. Berkat Gusni, Papa mengahadirkan Andi Hariyanto Maulana, pemain bulutangkis yang digemari oleh Papa Harry. Selain kebahagian yang dialami Gusni, di waktu itu juga terjadi peristiwa malapetaka Jakarta 1998. Saat itu Gusni juga harus menerima kenyataan pahit yang dialami keluarga Harry, dan ia harus kehilangan Harry karena harus pindah ke suatu tempat. Peristiwa malapetaka Jakarta 1998, membuat keceriaan Gusni pergi dan banyak melamun sendiri. Sejak saat itu, Papa dan Mama memutuskan untuk selalu lebih dekat dengan Gusni. Ketika pulang dari sekolah, Gusni melewati taman kecil tidak jauh dari sekolah, ia memberi tahu Papa dan Mama bahwa ia dan Harry sering ngobrol di taman cita-cita. Papa berhenti di tempat tersebut. Sejak saat itu, Papa dan Mama mengetahui cita-cita Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Papa mengizinkan Gusni bermain bulutangkis, meski di hatinya begitu berat, itu semua dilakukan untuk membut Gusni tersenyum kembali. Keberanian Papa untuk bercerita kepada Pak Pelatih dan membantu Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Ketegaran terus terlintas di hati Papa. Pak
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
Pelatih akhirnya menerima Gusni untuk menjadi anak didiknya. Kebahagian luar biasa datang pada Gusni dan keluarganya. Badan besar tidak menjadi halangan Gusni untuk meraih cita-citanya. Pada tahun 2003, Gusni berada di SMA. Dia merasakan banyak orang yang menyayanginya, selain keluarga ia juga memiliki sahabat yang sangat baik dan tulus sejak SD, dan terus bersama-sama hingga SMA. Kedua sahabat itu adalah Nuni dan Ani. Ketika Gusni SMA, ada seorang teman yang tertarik pada Gusni namanya Ktut, tetapi karena Gusni memiliki badan besar ia tidak jadi menyukai Gusni. Di tahun 2003 tersebut Gusni bertemu kembali dengan Harry, laki-laki yang selalu ada buat Gusni waktu ia kecil dulu. Konflik batin dirasakan oleh keluarga Gusni, ketika Gusni berumur 18 tahun, Papa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Gusni. Suatu kenyataan yang harus dihadapi, Gusni harus mengetahui semuanya. Pergulatan batin terjadi di hati Gusni, mengapa semua terjadi pada dirinya. Kenyataan itu harus ia hadapi dan lawan. Gusni lahir kembali menjadi manusia yang terus berjuang dalam hidupnya melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Setiap pagi Gusni berjalan kaki dari rumah ke GOR sejauh lima kilometer. Hari kesembilan puluh dua selama setelah hari itu, Pak Pelatih memutuskan untuk pertama kalinya Gusni akan bertanding. Pertandingan ketujuh berturut-turut kemenangan berhasil diraih Gusni. Pertandingan Gusni yang kedelapan, ia merasakan sesak, rongga dadanya menyempit. Begitu berat tantangan yang harus dihadapi keluarga tersebut. Tidak bisa dibayangkan seorang ayah dan seorang ibu menyaksikan anaknya tergeletak kesakitan tidak sadarkan diri. Saat kejadian itulah Gusni tidak boleh bermain bulutangkis lagi, tetapi niatnya sungguh kuat, ia tetap ingin bermain bulutangkis agar bisa bertahan hidup. Hati Papa, Mama, dan Gita begitu berat ketika Gusni tidak ingin berhenti bermain bulutangkis. Keinginannya begitu keras, meski berat Gusni harus melewatinya. Gita ketika itu tiba-tiba emosional melihat kelakuan Gusni malam itu. Gita menghampiri Gusni ke kamarnya dan marah. Gita semakin marah ke Gusni.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
Gusni tidak terima Kakaknya marah seperti itu, Gusni mencoba melawan perkataan Kakaknya. Sikap emosional yang dimiliki Gita, membuat Gusni kesal dan marah pada kakaknya. Gita yang memiliki sifat keras, ia manangis deras saat itu. Pertama kali itu Gusni melihat kakaknya menangis seperti itu. Suasana haru terjadi malam itu, kedua kakak beradik berpelukan erat malam itu. Konflik kembali terjadi pada diri Gusni, ia memutuskan untuk putus dari Harry, lelaki yang sangat ia cintai. Ketidakadilan fisik yang dihadapi Gusni membuatnya untuk mengambil keputusan tersebut. Meskipun tantangan yang dihadapi Gusni sangat berat, ia tetap ingin berjuang hidup, membahagiakan orang-orang yang dicintainya dan yang telah memberi kesempatan padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Pak Pelatih melihat semangat Gusni yang luar biasa mengahadapi ketidakadilan fisik yang ada pada dirinya. Semua yang dialami oleh Gusni menjadi kekuatan kepada Pak Pelatih untuk mempercayainya dalam mengikuti seleksi Pelatnas. Gusni bergabung dalam Tim Nasional Indonesia. Sesuatu yang luar biasa Gusni tunjukkan pada semua orang yang menyayanginya bahwa Gusni bisa melewati hidupnya. Keikhlasan untuk menjalani semuanya ada di benak Gusni, melawan dan berjuang untuk tetap hidup. Berjuang dan terus percaya, itulah yang ingin ditunjukkan Gusni, dan saat irulah kebahagiaan akan datang. Harry kembali lagi pada Gusni, kenyataan pahit yang dialami Gusni, Harry juga ingin bersamanya melewati saat-saat suka maupun duka nantinya. Cita-cita Gusni membawa energi positif pada dirinya untuk melawan penyakitnya, menjadi pemain bulutangkis seperti kakaknya. Cita-cita itu muncul dari hatinya untuk membuat Papa, Mama, dan Gita bangga padanya, bahwa ia bisa dan pantas melakukannya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99
Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro diakhiri dengan bahagia. Pada Januari 2011, Gusni dan Harry menikah. Perjuangan Gusni terus ada hingga saat ini.
B. Metode 1. Tanya Jawab 2. Diskusi 3. Presentasi 4. Penugasan
C. Langkah-langkah Pembelajaran PERTEMUAN 1
No Kegiatan 1 Kegiatan Awal Apersepsi ¾ Guru memberikan salam dan menanyakan kabar ¾ Guru menanyakan kepada siswa yang pernah membaca novel ¾ Guru menanyakan hal-hal yang terdapat dalam sebuah novel ¾ Siswa mengungkapkan pendapatnya ¾ Guru merangkum pendapat siswa ¾ Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2 Kegiatan Inti Eksplorasi ¾ Siswa menjelaskan secara logis mengenai unsur intrinsik ¾ Siswa menjelaskan secara logis mengenai tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar ¾ Siswa menyebutkan secara jelas salah satu contoh novel yang pernah dibaca ¾ Siswa menceritakan secara singkat dan jelas tentang isi novel yang pernah dibacanya. Elaborasi ¾ Siswa membentuk kelompok diskusi yang beranggota 3-5 orang secara tertib dan teratur ¾ Siswa berdiskusi untuk menganalisis tema,
Alokasi Waktu 10 menit
60 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI100
3
tokoh, penokohan, alur, dan latar dalam novel 2, karya Donny Dhirgantoro secara cermat dan teliti ¾ Siswa menganalisis perjuangan tokoh utama dengan cermat ¾ Siswa mencatat hasil diskusi dengan rapi dan jelas ¾ Siswa membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan santun Konfirmasi ¾ Siswa lain memberi tanggapan atau komentar terhadap teman yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan kritis Kegiatan Akhir ¾ Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari secara singkat dan jelas ¾ Siswa diberi tugas rumah untuk menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh secara cermat
20 menit
PERTEMUAN 2 No Kegiatan 1 Kegiatan Awal Apersepsi ¾ Guru menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya ¾ Guru dan siswa saling bertanya jawab tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar 2 Kegiatan Inti Eksplorasi ¾ Siswa maju di depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita novel 2, karya Donny Dhirgantoro secara singkat dan jelas ¾ Siswa mengungkapkan perjuangan tokoh secara jelas dan santun ¾ siswa mengungkapkan hal-hal menarik tentang tokoh secara santun Elaborasi ¾ Siswa membentuk kelompok diskusi yang beranggota 3-5 orang secara tertib dan teratur ¾ Siswa berdiskusi untuk menemukan hal-hal menarik yang dapat dteladani dari tokoh
Alokasi Waktu 10 menit
60 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI101
secara logis dan cermat ¾ Siswa mencatat hasil diskusi dengan rapi dan jelas ¾ Siswa membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan santun Konfirmasi ¾ Siswa lain memberi tanggapan atau komentar terhadap teman yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan kritis Kegiatan Akhir ¾ Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari secara singkat dan jelas ¾ Siswa diberi kesempatan mengenai materi yang belum jelas
3
20 menit
D. Sumber dan Media Pembelajaran Dhirgantoro, Donny. 2012. 2. Jakarta: Gramedia. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. E. Penilaian Penilaian kognitif •
Bentuk: tes tertulis
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jelas dan tepat! 1. Analisislah tokoh dalam novel 2! 2. Analisislah penokohan dalam novel 2! 3. Analisislah latar dalam novel 2! 4. Analisis tema dalam novel 2! 5. Analisislah perjuangan tokoh utama dalam novel 2! 6. Sebutkan dan jelaskan hal-hal menarik tentang tokoh (Gusni, Papa, Mama, Gita)!
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI102
7. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh (Gusni, Papa, Mama, Gita)!
Kunci Jawaban 1. Tokoh utama: Gusni Tokoh tambahan: Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, dan Pak Pelatih. 2. Tokoh utama Gusni
Penokohan Gendut Penyayang Tegar dan Kuat Periang Bersahabat Pantang menyerah
Tokoh tambahan Papa
Penokohan Penyayang Sabar
Mama
Penyayang Lembut Sabar Perhatian
Gita
Keras kepala Ambisius Penyayang
Harry
Gendut Murah senyum
Nuni
Gendut Berfikir positif dari bentuk badannya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI103
Galak Bersahabat Ani
Gendut Berfikir negatif dari bentuk badannya Manja Bersahabat
Dokter Fuad
Sabar Memberi dukungan Gusni untuk melawan penyakitnya
Pak Pelatih
Galak Tegas Memberi
masukan
Gusni
untuk
melawan penyakitnya
3. Latar Latar tempat
Rumah sederhana, rumah sakit, sekolah, taman kecil, Restoran Bakmi Nusantara, dan GOR
Latar waktu
27 Oktober 1986, dua hari kemudian, malam di Jakarta, Jakarta 1992, Jakarta 1998, Jakarta 2003, dan Tiga hari menjelang Khatulistiwa Terbuka
Latar sosial
Keluarga, sahabat, keluarga Harry, Dokter Fuad, dan Pak pelatih
4. Tema Novel 2 karya Donny Dhirgantoro Melawan keterbatasan untuk terus berjuang mencapai impian dan mencintai hidup dengan berani. Makna cerita itu digambarkan melalui tokoh Gusni menerima kenyataan tentang peyakit genetik yang ada dalam dirinya untuk terus berjuang mempertahankan
hidup
dan
berusaha
disisa
membahagiakan orang-orang yang mencintainya.
hidupnya
dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI104
5. Hal-hal yang menarik tentang tokoh Tokoh Gusni
Hal yang menarik Terus berjuang untuk melawan penyakitnya, tidak pernah putus asa untuk bertahan hidup, dan membuat bangga keluarga dan orang-orang yang menyayanginya dengan bermain bulutangkis.
Papa
Sebagai kepala keluarga tetap tegar dan sabar menghadapi cobaan yang terjadi dalam keluarga.
Mama
Selalu mendampingi anak-anak agar tumbuh menjadi anak yang dewasa, dan selalu berfikir positif serta berani dalam hidup
Gita
Meski memiliki sifat keras dan ambisius, Gita juga bersifat penyayang.
6. Hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh Tokoh Gusni
Hal yang dapat diteladani dari tokoh Keberaniannya untuk melawan penyakit, perjuangannya yang keras untuk tetap hidup, keterbatasannya tidak mengahalanginya untuk mewujudkan cita-citanya sebagai pemain bulutangkis.
Papa
Kesabaran dan ketegaran Papa dalam mengadapi cobaab demi cobaan.
Mama
Penyayang dan memberikan nasehat yang positif untuk anakanaknya.
Gita
Pantang menyerah, gigih
Rubrik Penilaian Aspek Kognitif No. 1.
Kriteria
Skor
a. Siswa mampu menganalisis tokoh
3
Bobot
Skor x Bobot
3
9
dengan lengkap, benar, dan dengan bahasa yang formal b. Siswa mampu menganalisis tokoh dengan lengkap, benar, tetapi bahasanya tidak formal
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI105
c. Siswa mampu menganalisis tokoh dengan benar, tetapi tidak
1
lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang formal 2.
a. Siswa mampu menganalisis
3
penokohan dengan lengkap, benar, dan dengan bahasa yang formal b. Siswa mampu menganalisis
2
3
9
3
9
penokohan dengan lengkap, benar, tetapi bahasanya tidak formal c. Siswa mampu menganalisis
1
penokohan dengan benar, tetapi tidak lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang formal 3.
a. Siswa mampu menganalisis latar
3
dengan lengkap, benar, dan dengan bahasa yang formal b. Siswa mampu menganalisis latar
2
dengan lengkap, benar, tetapi bahasanya tidak formal c. Siswa mampu menganalisis latar
1
dengan benar, tetapi tidak lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang formal 4.
a. Siswa mampu menganalisis perjuangan tokoh utama dengan benar, lengkap, dan dengan bahasa yang formal
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI106
b. Siswa mampu menganalisis perjuangan tokoh utama dengan
2
3
9
2
6
2
6
benar, lengkap, tetapi bahasanya tidak formal c. Siswa mampu menganalisis perjuangan tokoh utama dengan benar, tetapi tidak lengkap dan
1
tidak menggunakan bahasa yang formal 5.
a. Siswa mampu menyebutkan dan
3
menjelaskan hal-hal menarik tentang tokoh dengan logis, detail, dan dengan bahasa yang formal b. Siswa mampu menyebutkan dan
2
menjelaskan hal-hal menarik tentang tokoh dengan logis dan detail, tetapi bahasanya tidak formal c. Siswa mampu menyebutkan dan
1
menjelaskan hal-hal menarik tentang tokoh dengan logis, tetapi tidak detail dan tidak menggunakan bahasa yang formal 6.
a. Siswa mampu menyebutkan dan
3
menjelaskan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dengan logis, detail, dan dengan bahasa yang formal b. Siswa mampu menyebutkan dan
2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI107
menjelaskan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dengan logis dan detail, tetapi bahasanya tidak formal 1
c. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan hal-hal dapat diteladani dari tokoh dengan logis, tetapi tidak detail dan tidak menggunakan bahasa yang formal Total skor
48
:
Rubrik Penilaian Aspek Afektif No. Aspek yang Dinilai
Skor
1.
Keaktifan
4: sangat baik
2.
Minat belajar
3: baik
3.
Kesiapan menerima pelajaran
2: cukup
4.
Ketepatan mengerjakan tugas
1: kurang
5.
Etika/ sopan santun
Rubrik Penilaian Aspek Psikomotorik Aspek
Deskripsi
Skor
Bobot
Skor x Bobot
Presentasi
a. Siswa mampu mempresentasikan jawaban secara lisan di depan kelas dengan artikulasi dan intonasi yang jelas serta mampu menjawab pertanyaan/tanggapan dari kelompok
3
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI108
lain. b. Siswa mampu mempresentasikan
2
4
12
jawaban secara lisan di depan kelas dengan artikulasi dan intonasi yang cukup jelas serta cukup mampu menjawab pertanyaan/tanggapan dari kelompok lain. c. Siswa mampu mempresentasikan
1
jawaban secara lisan di depan kelas dengan artikulasi dan intonasi yang kurang jelas serta kurang mampu menjawab pertanyaan/tanggapan dari kelompok lain Total skor
:
12
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI109
Catatan Refleksi
Yogyakarta,
2013
Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran,
NIP.
NIP.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Unsur intrinsik novel 2 karya Donny Dhirgantoro yang dianalisis antara lain alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema. Alur yang diteliti ada tiga tahapan yaitu tahap awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks), dan akhir (leraian, selesaian). Bagian awal cerita dalam novel tersebut dipaparkan kelahiran Gusni di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Gusni waktu bayi sudah memiliki badan yang besar, tidak seperti bayi normal pada umumnya. Selanjutnya dipaparkan keluarga Gusni, ia tinggal bersama Papa, Mama, dan Kak Gita di sebuah rumah sederhana. Kemudian rangsangan dalam cerita muncul ketika Papa, Mama, Kakek, dan Nenek membawa pulang Gusni. Gita kecil waktu itu belum bisa menerima keberadaan Gusni yang memiliki badan lebih besar darinya. Papa dan Mama dengan sabarnya mendampingi Gita, hingga akhirnya ia dapat menerima Gusni. Gawatan terjadi ketika kenyataan berat harus dialami keluarga tersebut, Papa dan Mama mengetahui keadaan Gusni yang sebenarnya. Tikaian terjadi ketika keluarga Gusni berkumpul untuk mengatakan yang sebenarnya, waktu itu Gusni berumur 18 tahun, Papa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Gusni. Rumitan dalam cerita ini terjadi ketika Gusni kembali menatap ke depan mengumpulkan semangat dalam dirinya untuk mengahadapi penyakit tersebut. Begitu berat tantangan yang harus dihadapi
110
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI111
keluarga tersebut. Tidak bisa dibayangkan seorang ayah dan seorang ibu menyaksikan anaknya tergeletak kesakitan tidak sadarkan diri. Klimaks bagian ini terjadi ketika Gusni tetap ingin bermain bulutangkis agar ia bisa bertahan hidup. Hati Papa, Mama, dan Gita begitu berat ketika Gusni tidak ingin berhenti bermain bulutangkis. Gita yang melihat semua itu menghampiri Gusni dan marah padanya. Leraian terjadi ketika Gita manangis deras saat itu. Pertama kali itu Gusni melihat kakaknya yang memiliki sifat keras menangis seperti itu. Gusni menghampiri kakaknya dan memeluknya. Penyelesaian dalam novel 2 diceritakan tentang semangat Gusni dalam menerima segala kenyataan hidup yang sulit. Ia terus berjuang agar ia tetap hidup untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya, dan yang telah memberi kesempatan padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Berdasarkan analisis tokoh dan penokohan, dapat diketahui bahwa tokoh utamanya adalah Gusni dan tokoh tambahannya adalah Papa, Mama, Gita, Harry, Nuni, Ani, Dokter Fuad, dan Pak Pelatih. Tokoh Gusni memiliki intensitas keterlibatan yang tinggi dalam cerita. Sedangkan tokoh tambahan yang telah disebutkan tersebut tidak terlalu sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat mendukung tokoh utama dalam perjuangannya melawan penyakit yang ada pada dirinya untuk tetap hidup. Latar novel 2 karya Donny Dhirgantoro diawali dengan kelahiran Gusni, di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Kemudian cerita pindah ke rumah sederhana, di mana rumah tersebut adalah rumah Gusni. Di tempat tersebutlah Gusni merasakan kehangatan sebuah keluarga yang selalu menguatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI112
langkahnya dalam menghadapi ketidakadilan fisik yang ada dalam dirinya. Kemudian di sekolah, Gusni merasakan persahabatan yang terus ia jalin sampai SMA hingga lulus. Waktu itu ia juga bertemu dengan Harry, teman laki-laki yang dekat dengan Gusni. Di taman kecil dekat sekolah, Harry mengenalkan Gusni tentang cita-cita. Selain itu juga di GOR, ia berjuang melawan penyakitnnya. Semangatnya tumbuh ketika ia berani bercita-cita waktu kecil dan terus ia wujudkan dengan semangat yang besar. Keterbatasannya tidak mengurangi semangatnya dalam berjuang membahagian orang-orang yang sangat ia cintai. Tema dalam novel 2 ini adalah perjuangan melawan keberadaan fisik dalam mencapai impian dan mencintai hidup dengan berani. Keterbatasan menjadi kelebihan untuk mengukir semangat dan tidak menjadi penghalang dalam mewujudkan mimpi. Makna cerita itu digambarkan melalui tokoh Gusni menerima kenyataan tentang penyakit genetik yang ada dalam dirinya untuk terus berjuang
mempertahankan
membahagiakan
hidup
orang-orang
yang
dan
berusaha
mencinainya,
disisa
hidupnya
keluarga
dan
dapat
sahabat-
sahabatnya. Hasil penelitian ini dapat direlevansikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Pembelejaran sastra yang direlevansikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA kelas XI Semester II pada Standar Kompetensi (SK): Membaca, yaitu Memahami buku biografi, novel, dan hikayat, serta Kompetensi Dasar (KD): Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI113
5.2 Implikasi Penelitian terhadap novel 2 Karya Donny Dhirgantoro ini diharapkan dapat berimplikasi terhadap peningkatan pemahaman pembaca khususnya membaca karya sastra. Hasil penelitian ini juga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan, moral, dan kehidupan sehari-hari. Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra, sekaligus untuk membantu membentuk kepribadian siswa. Dalam bidang moral, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penanaman sikap siswa terhadap nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam melihat permasalahan-permasalahan kehidupan dan menambah wawasan melalui kegiatan membaca terkhusus karya sastra.
5.3 Saran Hasil penelitian mengenai ketidakadilan tokoh utama dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro semoga dapat memberikan pengetahuan kepada guru bahasa Indonesia, mahasiswa, peneliti lain, dan ilmu sastra mengenai perjuangan tokoh dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro dengan menggunakan pendekatan struktural. Silabus yang disusun peneliti hanya satu buah dan belum diujicobakan kepada siswa, diharapkan guru, mahasiswa calon guru, atau peneliti lain dapat mengembangkannya lebih sempurna lagi sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Peneliti mengharapkan dan menyarankan agar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI114
penelitian selanjutnya dapat mengangkat permasalahan yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2004. PengantarApresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka. _________. 2006. Pedoman Model Penilaian Kelas: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Cipta Jaya. Elfiana, Marcellina. 1999. Perjuangan Manusia di Dalam Mencari Diri dalam Cerpen Negeri Kabut dan Cerpen Tempat yang Terindah untuk Mati dalam Kumpulan Cerpen Negeri Kabut Karya Seno Gumira Ajidarma Sebuah Tinjauan Kontekstual. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Fananie, Zainudin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara. Haryati, Mimin. 2008. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan. Herawati, Mirna. 1999. Kadarwati Sosok Wanita Pejuang dan Relevansinya Bagi Pembelajaran Sastra di SMU (Telaah Sosiolois Novel Kadarwati: Wanita dengan Lima Nama Karya Pandir Kelana). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Mulyasa. 2008. Implementasi Jakarta:Bumi Aksara.
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan.
Muslich, Mansur. 2007. KTSP: Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara. _____________. 2007. KTSP: Dasar Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. __________________. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta Press.
115
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI116
Siahaan, Jokre. 2009. Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi. Jakarta: Indeks. Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia. ______________. 1990. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sumardjo, Jakob & Saini. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Pustaka Jaya: Jakarta. Wibowo, Sigit Permadi. 2008. Wujud Perjuangan Perempuan Dalam Pendidikan Pada Antologi Cerita Pendek Seribu Impian Perempuan Buru Sebuah Pendektan Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka. Zaidan, Abdul Rozak. 2002. Pedoman Penelitian Sastra Daerah. Departeman pendidikan Nasional.
Jakarta:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
SINOPSIS
Novel 2 karya Donny Dhirgantoro menceritakan tentang perjuangan seorang anak perempuan berbadan besar melawan ketidakadilan fisik yang ada pada dirinya. Perempuan itu bernama Gusni. Gusni lahir di sebuah rumah sakit besar di Jakarta pada 27 Oktober 1986. Sejak bayi ia sudah memiliki badan yang besar, tidak seperti bayi normal pada umumnya, berat 6,25 kilo dan panjang 59 cm. Gusni tinggal di sebuah rumah sederhana. Ia tinggal bersama Papa, Mama, dan Kak Gita. Gita kecil waktu itu belum bisa menerima Gusni bayi. Papa dan Mama dengan sabarnya mendampingi Gita untuk dapat menerima Gusni. Kenyataan berat harus dialami keluarga tersebut, Papa dan Mama mengetahui keadaan Gusni yang sebenarnya. Papa sebagai tulang punggung keluarga begitu berat menghadapi semua ini. Gusni begitu bersyukur hadir di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya dari ketidakadilan yang ia alami. Gusni sanggat suka sekolah, karena ia bisa bertemu dengan banyak teman dan warung jajan. Makanan favorit Gusni adalah choki-choki dan onde-onde. Di sekolah tersebut Gusni memiliki kedua sahabat yang sama-sama besarya dan terus bersama-sama dari SD – SMA. Gusni juga kenal dengan Harry, seorang laki-laki yang dekat dengan Gusni waktu kecil, yang selalu menguatkan dan mengenalkan cita-cita padanya. Mereka berdua sama-sama berbadan besar. Berkat Harry, Gusni mulai memikirkan cita-cita dan memiliki impian.
117
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI118
Di tahun 1998, Gusni membawa keluarganya ke warung bakmi Papa Harry, Restoran Bakmi Nusantara. Berkat Gusni, Papa mengahadirkan Andi Hariyanto Maulana, pemain bulutangkis yang digemari oleh Papa Harry. Selain kebahagian yang dialami Gusni, di waktu itu juga terjadi peristiwa malapetaka Jakarta 1998. Saat itu Gusni juga harus menerima kenyataan pahit yang dialami keluarga Harry, dan ia harus kehilangan Harry karena harus pindah ke suatu tempat. Peristiwa malapetaka Jakarta 1998, membuat keceriaan Gusni pergi dan banyak melamun sendiri. Sejak saat itu, Papa dan Mama memutuskan untuk selalu lebih dekat dengan Gusni. Ketika pulang dari sekolah, Gusni melewati taman kecil tidak jauh dari sekolah, ia memberi tahu Papa dan Mama bahwa ia dan Harry sering ngobrol di taman cita-cita. Papa berhenti di tempat tersebut. Sejak saat itu, Papa dan Mama mengetahui cita-cita Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Papa mengizinkan Gusni bermain bulutangkis, meski di hatinya begitu berat, itu semua dilakukan untuk membut Gusni tersenyum kembali. Keberanian Papa untuk bercerita kepada Pak Pelatih dan membantu Gusni untuk menjadi pemain bulutangkis. Ketegaran terus terlintas di hati Papa. Pak Pelatih akhirnya menerima Gusni untuk menjadi anak didiknya. Kebahagian luar biasa datang pada Gusni dan keluarganya. Badan besar tidak menjadi halangan Gusni untuk meraih cita-citanya. Pada tahun 2003, Gusni berada di SMA. Dia merasakan banyak orang yang menyayanginya, selain keluarga ia juga memiliki sahabat yang sangat baik dan tulus sejak SD, dan terus bersama-sama hingga SMA. Kedua sahabat itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI119
adalah Nuni dan Ani. Ketika Gusni SMA, ada seorang teman yang tertarik pada Gusni namanya Ktut, tetapi karena Gusni memiliki badan besar ia tidak jadi menyukai Gusni. Di tahun 2003 tersebut Gusni bertemu kembali dengan Harry, laki-laki yang selalu ada buat Gusni waktu ia kecil dulu. Konflik batin dirasakan oleh keluarga Gusni, ketika Gusni berumur 18 tahun, Papa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Gusni. Suatu kenyataan yang harus dihadapi, Gusni harus mengetahui semuanya. Pergulatan batin terjadi di hati Gusni, mengapa semua terjadi pada dirinya. Kenyataan itu harus ia hadapi dan lawan. Gusni lahir kembali menjadi manusia yang terus berjuang dalam hidupnya melawan segala kemungkinan yang terjadi pada dirinya. Setiap pagi Gusni berjalan kaki dari rumah ke GOR sejauh lima kilometer. Hari kesembilan puluh dua selama setelah hari itu, Pak Pelatih memutuskan untuk pertama kalinya Gusni akan bertanding. Pertandingan ketujuh berturut-turut kemenangan berhasil diraih Gusni. Pertandingan Gusni yang kedelapan, ia merasakan sesak, rongga dadanya menyempit. Begitu berat tantangan yang harus dihadapi keluarga tersebut. Tidak bisa dibayangkan seorang ayah dan seorang ibu menyaksikan anaknya tergeletak kesakitan tidak sadarkan diri. Saat kejadian itulah Gusni tidak boleh bermain bulutangkis lagi, tetapi niatnya sungguh kuat, ia tetap ingin bermain bulutangkis agar bisa bertahan hidup. Hati Papa, Mama, dan Gita begitu berat ketika Gusni tidak ingin berhenti bermain bulutangkis. Keinginannya begitu keras, meski berat Gusni harus melewatinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI120
Gita ketika itu tiba-tiba emosional melihat kelakuan Gusni malam itu. Gita menghampiri Gusni ke kamarnya dan marah. Gita semakin marah ke Gusni. Gusni tidak terima Kakaknya marah seperti itu, Gusni mencoba melawan perkataan Kakaknya. Sikap emosional yang dimiliki Gita, membuat Gusni kesal dan marah pada kakaknya. Gita yang memiliki sifat keras, ia manangis deras saat itu. Pertama kali itu Gusni melihat kakaknya menangis seperti itu. Suasana haru terjadi malam itu, kedua kakak beradik berpelukan erat malam itu. Konflik kembali terjadi pada diri Gusni, ia memutuskan untuk putus dari Harry, lelaki yang sangat ia cintai. Ketidakadilan fisik yang dihadapi Gusni membuatnya untuk mengambil keputusan tersebut. Meskipun tantangan yang dihadapi Gusni sangat berat, ia tetap ingin berjuang hidup, membahagiakan orang-orang yang dicintainya dan yang telah memberi kesempatan padanya untuk berjuang melawan penyakitnya. Pak Pelatih melihat semangat Gusni yang luar biasa mengahadapi ketidakadilan fisik yang ada pada dirinya. Semua yang dialami oleh Gusni menjadi kekuatan kepada Pak Pelatih untuk mempercayainya dalam mengikuti seleksi Pelatnas. Gusni bergabung dalam Tim Nasional Indonesia. Sesuatu yang luar biasa Gusni tunjukkan pada semua orang yang menyayanginya bahwa Gusni bisa melewati hidupnya. Keikhlasan untuk menjalani semuanya ada di benak Gusni, melawan dan berjuang untuk tetap hidup. Berjuang dan terus percaya, itulah yang ingin ditunjukkan Gusni, dan saat irulah kebahagiaan akan datang. Harry kembali lagi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI121
pada Gusni, kenyataan pahit yang dialami Gusni, Harry juga ingin bersamanya melewati saat-saat suka maupun duka nantinya. Cita-cita Gusni membawa energi positif pada dirinya untuk melawan penyakitnya, menjadi pemain bulutangkis seperti kakaknya. Cita-cita itu muncul dari hatinya untuk membuat Papa, Mama, dan Gita bangga padanya, bahwa ia bisa dan pantas melakukannya. Cerita dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro diakhiri dengan bahagia. Pada Januari 2011, Gusni dan Harry menikah. Perjuangan Gusni terus ada hingga saat ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIODATA
Fransisca Heni Lestari dilahirkan di Klaten, 26 Maret 1991. Riwayat pendidikan yang ditempuh antara lain: Lulus TK pada tahun 1996 di TK Pertiwi Pakisan, Cawas, Klaten, Lulus SD pada tahun 2004 di SD Negeri 3 Pakisari Cawas, Klaten, Lulus SMP Pangudi Luhur Cawas, Klaten tahun 2006, Lulus SMA pada tahun 2009 di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Pada tahun 2009 melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma dengan jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Mengakhiri kuliah dengan menyelesaikan skripsi pada tahun 2013 yang berjudul Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.
122