PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Theresia Bekti Lestari NIM: 091124047
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Theresia Bekti Lestari NIM: 091124047
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN Dengan penuh kebahagiaan, saya persembahkan skripsi ini kepada Yesus, keluarga, dan kampusku.
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Baik dan Jahat bertarung di hati mereka, sama seperti di dalam setiap jiwa yang ada di muka bumi ini. Tak ada perbedaan dalam hal ini. Semua hanya masalah pengendalian diri. Dan pilihan. Tidak kurang, tidak lebih.” (Paulo Coelho, Iblis dan Miss Prym)
“Urip iku urup” (Semar)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Penulis, 30 Juli 2015
Theresia Bekti Lestari
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya, mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Theresia Bekti Lestari NIM
: 091124047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, membentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin maupun memberikan royalti, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikianlah, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 2 Juli 2015 Yang menyatakan,
Theresia Bekti Lestari
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul BELAJAR DARI NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM: MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA DALAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP). Skripsi ini ditulis berdasarkan fakta bahwa ritus korban merupakan bagian dari masyarakat. Ritus korban muncul dalam banyak hal, di antaranya adalah dalam karya sastra. Penulis mengulas teori tentang fiksi sebagai salah satu bentuk karya sastra. Novel merupakan salah satu karya sastra fiksi. Penulis menggunakan novel “The Devil and Miss Prym” sebagai sumber data utama dalam penulisan skripsi ini. Penulis mencoba mengaitkan konflik tentang korban dan pengorbanan dalam novel ini dengan kisah tentang pengorbanan Yesus. Dengan demikian, akan terlihat pula unsur-unsur teologi dalam sastra. Fokus utama dalam skripsi ini adalah menemukan makna teologi tentang pengorbanan Yesus yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym”. Oleh karena itu, penulis menggunakan metodologi penelitian sastra dengan teknik analisis hermeneutika Paul Ricoeur. Metode hermeneutika digunakan untuk menemukan makna yang paling optimal dalam karya sastra dengan bantuan beberapa teori sebagai batas-batas proses analisis. Teknik analisis hermeneutika bergerak dalam tiga langkah kerja, yaitu langkah objektif (analisis unsur-unsur pembangun karya sastra), langkah reflektif (menghubungkan dunia objektif teks dengan dunia yang diacu), kemudian langkah filosofis (pemahaman pada tingkat keberadaan makna). Proses analisis bergerak dengan tokoh pastor sebagai sampelnya. Dalam langkah objektif, penulis menemukan karakter pastor yang taat, cerdas, namun sombong. Pastor ingin memperlihatkan bahwa dirinya adalah hamba Tuhan yang baik dengan berbuat jahat. Pada langkah reflektif, penulis menemukan bahwa Berta merupakan korban dari hasrat segitiga yang muncul dalam diri pastor. Sedangkan dalam langkah filosofis penulis menemukan keterkaitan antara korban dalam novel dengan kisah pengorbanan Yesus. Korban dalam novel dimaknai sebagai kambing hitam seperti Yesus yang menjadi korban pembunuhan para pemimpin agama Yahudi. Dengan demikian, segi historis pengorbanan Yesus menjadi makna yang terkandung dalam novel. Penemuan makna dalam proses analisis novel ini selanjutnya digunakan sebagai bahan dalam proses katekese model Shared Christian Praxis (SCP).Teks sinopsis novel digunakan sebagai sarana untuk membantu umat mengungkapkan pengalaman hidupnya. Dengan SCP ini, umat diharapkan semakin mendalami makna pengorbanan Yesus dan mampu melakukan tindakan pengorbanan sejati yang membawa perdamaian.
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT This small thesis title is LEARNING FROM THE NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM: INTERPRET JESUS’ SACRIFICE AND ITS APPLICATION IN CATECHESIS MODEL OF SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP). This small thesis was written based on the fact that the sacrifice rites were part of the community. The sacrifice rites appears in many ways, among which is the literary work. The writer reviewed the theory of fiction as a form of literary work. The novel is one of the literary works of fiction. The writer uses the novel “The Devil and Miss Prym” as the primary data source in writing this small thesis. The writer tried to link the conflict on victims and sacrifices in this novel with the story of Jesus’ sacrifice. Thus, it will be seen also elements of theology in the literature. The main focus of this small thesis is to find the meaning of the theology of the Jesus’ sacrifice which is contained in the novel “The Devil and Miss Prym”. Therefore, the writer uses literature research methodology with analysis techniques of Paul Ricoeur’s hermeneutic. Hermeneutical method is used to find the most optimal meaning in literature with the help of several theories as the boundaries of the analysis process. Hermeneutics analysis technique has three working steps, namely objective measures (analysis of elements of the literature), reflective step (linking the objective world with the world of the text referred to), then the philosophical step (understanding the meaning). The analysis process took the priest as the sample figure. In objective measures, the writer found that the priest character was devout, intelligent, but arrogant. The priest wanted to show that he was a servant of God who was good by evil doing. In reflective step, the writer found that Berta was the victim of the triangular desire that arose in a priest. While the philosophical step, the writer found a link between the victims in the novel with the story of Jesus’ sacrifice. The victim in the novel was interpreted as a scapegoat as Jesus being the victim of the murder of the Jewish religious leaders. Thus, the historical sacrifice of Jesus in was found its meaning in the novel. The discovery of the meaning in the process of further analysis of this novel was used as a component part in the process of catechesis model of Shared Christian Praxis (SCP). Text synopsis of the novel was used as a means to help the faithful expressing their life experiences. With the SCP, the faithful are expected to further deepen the meaning of Jesus’ sacrifice and to be able to do true sacrificial act that brings peace.
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: BELAJAR DARI NOVEL THE DEVIL AND MISS PRYM: MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP). Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menemui banyak hal yang mendukung maupun yang membuat tersendatnya penulisan. Pergulatan dari dalam diri maupun faktor-faktor dari luar diri membuat penulis semakin tangguh. Pengalaman suka yang penulis dapatkan adalah adanya kesesuaian yang penulis temukan antara teori yang terdapat dalam skripsi ini dengan realitas yang penulis alami secara pribadi. Sedangkan pengalaman duka yang penulis alami adalah pengalaman ketika penulis sempat kehilangan semangat selama proses penulisan skripsi ini. Berbagai pengalaman suka duka tersebut membawa pengaruh besar bagi perkembangan kepribadian maupun spiritualitas penulis. Dengan segala suka duka yang penulis alami, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Dr. B.A. Rukiyanto S.J., sebagai dosen pembimbing utama yang telah memberikan bantuan, perhatian, kesabaran, waktu, dan masukan serta kritik yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2.
F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik, dosen penguji II yang membantu penelitian dan yang selalu memberikan semangat, masukan, dan kritikan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi serta selama menjalani kuliah di Prodi IPPAK.
3.
Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji ke III yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan semangat bagi penulis dalam perjalanan kuliah dan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4.
Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed., selaku Kaprodi IPPAK-USD yang telah mendukung dan memberi kesempatan kepada penulis untuk mempertanggungjawabkan skripsi ini.
5.
Keluarga Menur 100, terutama Bapak Agus Karno, yang telah memberikan bantuan dalam bentuk doa dan finansial bagi penulis hingga penulis mendapatkan kesempatan untuk kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Agus, Mas Anka, Mbak Tasya, Mas Ringgo, Marcellos, Maura, Mbak Ika Mendez, Christo, Mbak Diah, Mbak Ari, Puri, Kak Corry, Eni, Clara, Mbak Tris.
6.
Keluargaku tercinta, bapak, mamak, mas Frans, mas Handi, mbok Ichi, buk Erla, kak Asep, Hendy, Donny, Rere, tante Pri, bapak Marno dan mamak, mbak Tutik, mbak Dwik, bang Pitua, El, mas Agus, mbak Rina, Sr. Marlisa, CB., Sr. Liani, CB., yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7.
Sahabat tercinta, Clement Wahyu Yuliono, yang selalu menginspirasi, menemani, mengingatkan, menyemangati dan mendampingi penulis selama kuliah dan proses penulisan skripsi ini.
8.
Segenap Staff Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa Prodi IPPAK, Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, membimbing, serta mendukung penulis selama belajar sampai selesainya skripsi ini.
9.
Teman-teman angkatan 2009 yang telah memberi perhatian dan dukungan dalam semangat perjuangan dan persahabatan selama kuliah dan proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Terutama untuk Oom Alex Guruh, Marga, Dhanie, Lia dan Sisca.
10. Para sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dengan caranya masing-masing. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala kritikan dan saran yang membangun, sehingga dapat menerima skripsi ini dengan senang hati. Penulis berharap semoga skripsi ini memberi manfaat dan inspirasi bagi pembaca. Yogyakarta, 2 Juli 2015 Penulis
Theresia Bekti Lestari
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................
iv
MOTTO ..................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
viii
ABSTRACT ..............................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...........................................................................
x
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
7
C. Tujuan Penulisan .........................................................................
7
D. Manfaat Penulisan .......................................................................
8
E. Sistematika Penulisan .................................................................
9
BAB II. KAJIAN TEORI .......................................................................
11
A. Fiksi ............................................................................................
11
Novel ..........................................................................................
12
Bentuk Percakapan dalam Novel ...............................................
14
1. Narasi dan Dialog ..................................................................
14
2. Unsur Pragmatik dalam Percakapan ......................................
15
3. Tindak Ujar ............................................................................
15
B. Kajian Fiksi .................................................................................
17
1. Kajian Struktural dan Postruktural .........................................
17
Tokoh dan Penokohan ............................................................
18
2. Kajian Semiotik ......................................................................
20
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Kajian Intertekstual ................................................................
21
C. Teologi ........................................................................................
22
1. Teologi Kristiani ....................................................................
24
2. Teologi dalam Sastra .............................................................
26
3. Kurban dalam Pandangan Teologi Kristiani .........................
27
D. Kristologi ....................................................................................
31
Yesus ..........................................................................................
31
1. Sejarah Yesus ........................................................................
35
2. Yesus sebagai Manusia .........................................................
41
3. Yesus yang Ilahi ....................................................................
44
4. Pengorbanan Yesus ................................................................
46
a. Alasan secara Historis ...................................................
46
b. Alasan secara Ilahi ........................................................
48
c. Makna Pengorbanan Yesus ...........................................
49
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
51
A. Latar Belakang Penelitian ...........................................................
51
B. Tujuan Penelitian ........................................................................
52
C. Manfaat Penelitian ......................................................................
52
D. Metodologi Penelitian .................................................................
52
1. Data ........................................................................................
52
a. Sumber Data Primer ..........................................................
53
b. Sumber Data Sekunder ......................................................
53
2. Pendekatan .............................................................................
53
3. Populasi ..................................................................................
53
4. Sampel ....................................................................................
54
5. Metode Penelitian ...................................................................
54
E. Landasan Teori ...........................................................................
55
1. Teori Hermeneutika ...............................................................
55
a. Pemikiran Ricoeur: dari simbol ke teks ............................
57
b. Appropriasi .......................................................................
59
2. Teori Hasrat Segitiga dan Teori Kambing Hitam ..................
60
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
a. Teori Hasrat Segitiga .........................................................
60
b. Teori Kambing Hitam .......................................................
65
F. Teknik Analisis ...........................................................................
66
1. Langkah Objektif …………………………………………..
67
2. Langkah Reflektif ………………………………………….
67
3. Langkah Filosofis ………………………………………….
67
BAB IV: ANALISIS NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM” DENGAN TEKNIK ANALISIS HERMENEUTIKA DAN CONTOH PERSIAPAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI BENTUK APLIKASI................................................. A. Analisis Novel “The Devil and Miss Prym” dengan Teknik Analisis Hermeneutika ................................................................
68
1. Langkah Objektif ....................................................................
68
2. Langkah Reflektif ...................................................................
77
3. Langkah Filosofis ...................................................................
85
B. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Bentuk Aplikasi....................................................
94
1. Latar Belakang Contoh Persiapan Katekese ..........................
95
2. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan .....................................
96
3. Contoh Persiapan Katekese ..................................................
97
68
BAB V: PENUTUP ................................................................................
109
A. Kesimpulan .................................................................................
109
B. Saran ...........................................................................................
111
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
113
LAMPIRAN ............................................................................................
115
Lampiran 1: Sinopsis Novel “The Devil and Miss Prym” ..............
(1)
Lampiran 2 : Kutipan Sisnopsis sebagai Bahan SCP ......................
(15)
Lampiran 3 : Teks Kitab Suci ..........................................................
(16)
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia tidak akan pernah bisa lepas dari sejarah. Sejarah dalam setiap aspek hidup
manusia memiliki
peranan
yang penting
dalam
perkembangan hidup manusia itu sendiri. Baik dari segi ilmu, pengetahuan, kebudayaan, cara hidup, maupun pola pikir. Manusia hidup dari apa yang ada di masa lalu. Dengan mengikutinya mentah-mentah ataupun mengubahnya ke arah yang menurut mereka mungkin akan lebih baik hasilnya. Namun pada dasarnya, sejarah merupakan suatu pengalaman yang bersifat pribadi yang mempunyai konteks dalam kehidupan bersama. Dalam kehidupan bersama, terdapat hal-hal yang memiliki peranan besar yang berhubungan dengan pengalaman religius asali. Hal-hal tersebut bersifat verbal, yakni mitos dan sesuatu yang dikerjakan bersama dalam suatu upacara, yakni ritus korban (Banawiratma, 1986: 44). Sejarah pula yang membawa manusia pada suatu ritus atau upacara tertentu yang menjadikannya hal penting dalam keselamatan umat manusia. Salah satu diantaranya adalah upacara korban. Dalam bukunya, JB. Banawiratma (1986: 48) mendeskripsikan bahwa upacara korban merupakan peristiwa pengosongan kekerasan secara kolektif, sehingga masyarakat mengalami hidup yang damai dan selamat. Dengan dasar itu tentu dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa korban atau pengorbanan memang perlu dilakukan. Dengan alasan untuk mendapatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2
keselamatan yang bersifat universal. Beberapa contoh bentuk upacara korban atau pengorbanan dapat dilihat dalam banyak hal. Salah satunya adalah upacara korban yang terjadi di Flores, Indonesia. Di kecamatan Soa dan Kecamatan Riung, Kabupaten Ngadha, Flores, masih ada upacara korban yang telah lama dilaksanakan hingga saat ini. Upacara korban itu desebut para atau sese. Para atau sese merupakan upacara upacara yang khas di daerah-daerah ini. Oleh karena itu, banyak di setiap pelaksanaannya banyak orang yang datang untuk mengikuti upacara korban tersebut. Upacara korban ini sebenarnya merupakan perayaan syukur atas keberhasilan seseorang atau atas hasil panen yang didapat warga kampung. Karena itu, perayaan ini dilasanakan setelah panen (Banawiratma, 1986: 47). Halaman rumah diberi pagar sebagai pembatas antara rumah dan halaman kampung. Pagar ini dibuat sedemikian rupa hingga kuat untuk menahan amukan kerbau. Dalam perayaan ini, kerbaulah yang digunakan sebagai “korban”. Tetua Adat dan pemimpin upacara menempati tempat khusus di halaman. Satu persatu kerbau yang dijadikan korban dibawa oleh setiap orang ke hadapan ketua adat dan pemimpin upacara. menyampaikan ujud
pemilik kerbau tanpa
Pemimpin upacara akan lupa menyebutkan
“demi
kesejahteraan masyarakat kampung; permohonan ampun dan maaf untuk semua tindakan masyarakat kampung (Banawiratma, 1986: 47). Setelah pembacaan ujud selesai, kemudian dahi kerbau itu dilempari dengan sebutir telur. Tali yang mengikat kerbau pun dilepaskan sehingga kerbau bebas. Sorak sorai dari orang-orang yang di sana, juga suara gong dan gendang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3
terus digemakan untuk merangsang amarah kerbau agar kerbau itu mengamuk. Para lelaki yang merasa dirinya cukup berani memiliki kesempatan untuk melukai kerbau. Meski begitu, para lelaki ini dilarang keras untuk membunuh kerbau. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh luka ditubuh kerbau itu membuat kerbau semakin mengamuk dan mengejar orang-orang yang berkeliling ditengah halaman kampung. Lambat laun kerbau akan rebah karena kehabisan darah dan rasa sakit yang dideritanya. Kerbau yang telah roboh tetap dibiarakan seperti itu sampai seluruh kerbau yang dikorbankan selesai dipotong (Banawiratma, 1986: 48). Inti dari upacara ini adalah pembersihan kampung dan seluruh isi nya dengan binatang korban. Dengan korban ini diharapkan warga kampung akan mendapatkan panen yang baik, hewan peliharaan terhindar dari wabah, kesejahteraan warga kampung dan tentunya keselamatan (Banawiratma, 1986: 48). Selain korban hewan, sepertinya terjadi pula korban manusia. Dalam bukunya, Banawiratma (1986: 50) mengutip tulisan Rachmat Subagya tentang korban manusia pada zaman kuno. Dalam perang Brotoyudo, akan dipilih seorang korban untuk disembelih sebelum perang agar memperoleh kemenangan. Dalam Babad Tanah Jawi (±1750) diberitakan tentang korban manusia untuk Roh Bumi yang bahurekso atau disebut dengan wadal. Ada pula nama-nama lain (selain wadal yang digunakan untuk merajuk kea rah korban manusia, yakni tawur, bebanten, tumbal dan landhesan. Di Sulawesi Tengah, anak-anak bangsa To Seko, tandasong ada pula korban manusia di sana. Sebelum ia dibunuh, ia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4
diantar untuk keliling di seluruh daerah dengan alasan agar daya hidupnya menguntungkan seluruh daerah itu. Pada puncak perayaan akhirnya ia dibunuh untuk memancarkan daya hidupnya. Banjir lahar menimpa desa-desa di sekitar lereng merapi pada tahun 1929. Dan untuk menentramkan kemarahan Kyai Semar, keempat lurah dari desa-desa yang dilanda banjir itu melemparkan diri mereka ke dalam kawah merapi. Tahun 1972, pipa minyak bawah tanah dipasang dari Cilacap sampai Yogyakarta. Dan untuk hasil yang baik dari pembangunan itu, orang-orang memiliki keyakinan bahwa di Kedu Selatan seorang anak telah diculik untuk dijadikan korban persembahan (tumbal) (Banawiratma, 1986: 51-52). Korban, ternyata tak hanya terjadi dalam dunia nyata saja. Dalam novel “The Devil and Miss Prym” karya Paulo Coelho yang penulis baca, juga memuat kisah tentang korban. Dikisahkan bahwa seorang musafir yang mengaku bernama Carlos datang ke sebuah desa yang damai dan terpencil bernama Viscos. Kedatangan Carlos ke Viscos tak hanya sekedar untuk berlibur. Ia memiliki misinya sendiri, yakni untuk menemukan jawaban atas pergulatan hidupnya tentang sisi hidup atau jati diri manusia, yaitu “baik” atau “jahat”. Dengan membawa 11 batang emas, ia mempertaruhkan segalanya untuk menemukan jawaban atas pergulatannya itu. Ia menanam 1 batang emas di satu tempat, dan 10 batang emas di tempat lainnya. Carlos memanfaatkan seorang gadis termuda di desa itu, Chantal Prym untuk melaksanakan misinya dengan imbalan 1 batang emas yang ia tanam. Carlos meminta Chantal untuk memberitahukan kepada penduduk desa yang berjumlah 281 orang itu, bahwa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5
ada 10 batang emas di gunung. Semua emas itu akan menjadi milik penduduk jika dalam waktu 1 minggu ada serang penduduk yang meninggal sebagai korban. Dengan emas 10 batang yang masing-masing beratnya sekitar dua kilogram, tentu dapat menjamin kesejahteraan penduduk Viscos. Selain itu juga dapat menjadikan desa yang telah dianggap tidak memiliki masa depan itu berkesempatan mengembangkan dirinya dari berbagai aspek. Baik dari segi kehidupan, pertaniannya maupun pariwisata. Pertanyaan besar bagi penduduk adalah siapakah yang hendak dikorbankan ? Apakah Chantal Prym, gadis yang telah membawakan kabar mengenai keberadaan emas itu? Ataukah Berta, orang paling tua di Vicos yang dianggap penduduk sebagai seorang penyihir? Ataukah Pastor, yang memiliki keyakinan bahwa mengorbankan satu orang dapat menyelamatkan banyak orang? Ataukah emas itu dibiarkan tetap pada tempatnya hingga batas waktu yang ditentukan tanpa seorangpun yang dikorbankan, dan itu artinya emas itu tetap menjadi milik pria asing? Selama berhari-hari penduduk mengadakan pertemuan untuk menemukan hal terbaik yang dapat mereka pilih dan lakukan demi kepentingan bersama (Coelho, 2005: 15-179). Dalam sejarah keselamatan Kristiani, umat tentu menyakini akan Pengorbanan Yesus. Ia yang rela wafat di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Yesus menjadi kurban kebencian dan permusuhan para pemimpin agama Yahudi. Atas nama hukum Allah, Yesus disingkirkan. Yesus dianggap berbahaya bagi kedudukan dan kuasa para pemimpin agama Yahudi karena pewartaan yang dilakukan-Nya (KWI, 2012: 274).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6
Dari berbagai contoh di atas, baik tentang upacara korban, maupun “korban” yang diceritakan dalam novel “The Devil and Miss Prym”, dapat dilihat bahwa pada dasarnya pengorbanan itu dilakukan untuk mendapatkan keselamatan universal. Namun ada beberapa fakta lain yang tidak dapat terpisahkan dari beberapa contoh di atas, yakni tentang kekerasan. Pengorbanan tidak lepas dari kekerasan entah fisik maupun mental juga dalam beberapa hal dapat dilihat pula unsur ketidakadilan. Pada kenyataannya, hidup bersama dalam masyarakat memang memiliki hubungan dengan mitos dan upacara korban. Kekerasan yang terkandung dalam upacara korban sengaja ditutupi bahkan dilaksanakan secara kolektif untuk memenuhi kepuasan masyarakat akan kehidupan yang damai dan selamat. Tidak jarang pula pada akhirnya muncul tokoh yang disebut sebagai “kambing hitam” dalam upacara korban. Baik apa yang dilakukan pastor dalam kisah “The Devil and Miss Prym”, maupun kisah pengorbanan Yesus, satu hal yang terlihat di sana adalah adanya mekanisme kambing hitam. Mekanisme kambing hitam ini tak hanya menandai religi-religi dan kebudayaan-kebudayaan sederhana, namun tetap terjadi sampai saat ini. Sayangnya mekanisme ini dapat disembunyikan. Dalam kehidupan bermasyarakat modern, praktek mekanisme kambing hitam yang akhirnya menuju kepada upacara korban memang tampak masih ada. Misalnya dalam kekuasaan yang sewenang-wenang (Banawiratma, 1986: 52-53) Menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penulis bahwa menemukan makna pengorbanan Yesus dalam suatu novel adalah suatu hal yang mungkin
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7
terjadi. Bagi penulis, novel memiliki jiwanya tersendiri. Di balik kemelut para tokoh yang memainkan perannya masing-masing, pengarang memberikan suatu gambaran yang luar biasa mengenai jiwa yang dimiliki novel itu. Novel karya Paolo Coelho yang berjudul “The Devil and Miss Prym” memberikan daya tarik tersendiri bagi penulis. Alur cerita yang jelas dan pergulatan batin dari setiap tokoh di dalamnya memberikan inspirasi nyata bagi penulis untuk menemukan makna pengorbanan. Untuk menanggapi hal ini, penulis akan menggali makna pengorbanan dari novel karya Paolo Coelho yang berjudul “The Devil and Miss Prym” menggunakan sudut pandang teologi. Penulis juga menjabarkan contoh program katekese yang relevan bagi umat katolik melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Untuk itu penulis memilih judul untuk skripsi ini: BELAJAR DARI NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM”: MEMAKNAI PENGORBANAN YESUS DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana memaknai nilai pengorbanan yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym” secara teologis? 2. Bagaimana sebuah karya sastra diaplikasikan dalam berkatekese? C. Tujuan Penulisan Skripsi ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8
1. Dapat mengungkapkan makna tentang pengorbanan yang terkandung dalam novel The Devil and Miss Prym dari sudut pandang teologi. 2. Memaparkan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai bentuk pengaplikasian sebuah karya sastra.
D. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Dari segi akademis, penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan pembaca untuk dapat menemukan makna pengorbanan yang terdapat dalam novel karya Paolo Coellho, “The Devil and Miss Prym”. Skripsi ini juga memberikan wawasan baru bagi pembaca tentang teologi dalam sastra. 2. Dari segi praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan informasi sehubungan dengan pengorbanan Yesus dan memberikan gambaran bahwa suatu karya fiksi seperti novel dapat membantu umat menjadi sarana praktis untuk mendalami makna pengorbanan. Selain itu, penulisan skripsi ini juga dapat memberikan gambaran bahwa katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dapat digunakan sebagai aplikasi praktis dengan sumber bahan sebuah karya sastra. 3. Dari segi penulis, penulisan skripsi ini dapat menemukan ilham dan inspirasi sebagai calon katekis untuk memaknai secara sungguh-sungguh dan mendalam tentang pengorbanan Yesus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9
E. Sistematika Penulisan Judul skripsi yang dipilih adalah “Belajar dari Novel “The Devil and Miss Prym”: Memaknai Pengorbanan Yesus dan Aplikasinya Melalui Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP). Penulis akan menguraikan judul ini dalam 4 bab. Bab I : Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Teori Dalam bab dua ini penulis akan memaparkan teori-teori tentang novel, kajian fiksi dan teologi dalam sastra. Penulis juga akan memaparkan teori tentang korban, Yesus dan Pengorbanan Yesus. Bab III : Metodologi Penelitian Dalam bab tiga ini penulis akan memaparkan metodologi penelitian untuk menemukan makna yang terkandung dalam novel The Devil and Miss Prym. Bab IV: Analisis Novel “The Devil and Miss Prym” dan Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Bentuk Aplikasi Dalam bab empat ini penulis akan memaparkan hasil kajian analisis atas novel berdasarkan metodologi penelitian pada Bab III dan kajian teori dalam Bab II untuk menemukan makna pengorbanan. Selain itu, penulis juga akan memaparkan contoh aplikasi katekese model Shared Christian Praxis berdasarkan analisis novel.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10
Bab V : Penutup Dalam bab ini penulis akan menutup penulisan skripsi ini dengan membuat kesimpulan dan saran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan teori-teori tentang fiksi, novel, kajian fiksi dan teologi dalam sastra. Penulis juga akan memaparkan teori tentang kurban, Yesus dan Pengorbanan Yesus. A. Fiksi Istilah fiksi dapat berarti cerita rekaan atau cerita khayalan sebab fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. Dengan demikian, karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Meski begitu, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Oleh karena itu, fiksi juga dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imaginatif, namun bisa masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan karya imaginatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreatifitas sebagai karya seni. Melalui sarana cerita, pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang ditawarkan
pengarang. Cerita fiksi akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12
mendorong pembaca untuk merenungkan masalah hidup dan kehidupan dan oleh karenanya terkadang karya fiksi dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”. Dunia kesastraan tidak hanya mengenal karya fiksi imaginer saja, namun terdapat juga suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Karya sastra jenis ini disebut juga fiksi historis (historical fiction), fiksi biografis (biographical fiction), dan fiksi sains (science fiction). Disebut fiksi historis jika yang menjadi dasar penulisannya adalah sejarah. Fiksi biografis jika dasar penulisannya adalah biografis, dan fiksi sains jika dasar penulisannya adalah ilmu pengetahuan. Ketiga jenis karya fiksi ini disebut dengan sebutan fiksi nonfiksi (nonfiction fiction) (Burhan, 2007: 1-4).
Novel Novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Dalam perkembangannya, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Sedangkan fiksi itu sendiri diartikan sebagai cerita rekaan yang dibatasi pada karya yang berbentuk prosa, prosa naratif dan teks naratif. Dari segi formalitas bentuk dan segi panjang cerita, novel memiliki ciri khas cerita yang panjang, berjumlah ratusan halaman. Karena novel memiliki ciri cerita yang panjang, maka novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Meski begitu, novel memiliki unsur-unsur cerita yang membangun novel itu. Unsur-unsur tersebut disebut sebagai unsur
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13
cerita atau unsur intrinsik meliputi plot, tema, penokohan, dan latar. Setiap unsur ini akan saling berhubungan secara saling menentukan dan menyebabkan novel menjadi sebuah karya yang bermakna dan hidup (Burhan, 2007: 8-12, 31). Skripsi ini menggunakan salah satu karya sastra berjudul “The Devil and Miss Prym” karya Paulo Coelho sebagai buku pokok. “The Devil and Miss Prym”, merupakan salah satu bentuk karya sastra novel karena dari segi panjang cerita karya sastra ini memuat 250 halaman. Dalam karya sastra ini juga terdapat berbagai macam unsur pembangun (unsur intrinsik) yang akan penulis uraikan dalam bagian Kajian Fiksi. Paulo Coelho juga dikenal sebagai seorang novelis yang telah diakui dunia dan mendapat berbagai macam penghargaan lewat karya-karyanya. Novel “The Devil and Miss Prym” (Iblis dan Nona Prym) pertama kali dicetak pada tahun 2000 dan dipublikasikan oleh Sant Jordi Asociados di Barcelona, Spanyol. Pada tahun 2005, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama menerbitkan novel ini dengan bahasa Indonesia untuk pertama kali dan Rosi L. Simamora mengerjakan alih bahasa atas buku ini. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama bekerjasama dengan PT. Ikrar Mandiriabadi, Jakarta dalam hal percetakannya (Coelho, 2005:4). Novel “The Devil and Miss Prym” (Iblis dan Nona Prym) adalah salah satu masterpiece novelis terkemuka Paulo Coelho. Buku yang masuk dalam daftar 1001 Books You Must Read Before You Die ini merupakan buku ketiga dari trilogi “And on The Seventh Day”. Dua buku sebelumnya adalah By the
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14
River Piedra I Sat Down and Wept dan Veronika Decides to Die. Seperti dua novel sebelumnya, novel The Devil and Miss Prym mengisahkan tentang tujuh hari dalam kehidupan manusia yang sarat pesan dan nilai-nilai filosofis kehidupan. Plot novel ini menyajikan pilihan dalam keseharian hidup manusia, di mana ada pertempuran tersendiri antara baik dan jahat. Hingga pada akhirnya, setiap orang memiliki pilihan yang berbeda, namun mereka tetap harus mempertanggungjawabkan setiap pilihan masing-masing (Collins, 2001). Bentuk Percakapan Dalam Novel 1. Narasi dan Dialog Sebuah karya fiksi pada umumnya dikembangkan dalam dua bentuk penuturan, yaitu narasi dan dialog. Kedua hal tersebut hadir secara bergantian sehingga cerita yang ditampilkan terasa variatif, segar dan tidak monoton. Pengungkapan bahasa dengan gaya narasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah semua penuturan yang bukan bentuk percakapan, sering dapat menyampaikan sesuatu secara lebih singkat dan langsung, pengungkapan yang bersifat menceritakan (telling). Jika dilihat dari segi hubungan antara tokoh cerita dengan pembaca, komunikasi yang dilakukan jadi bersifat tidak langsung. Sedangkan pengungkapan bahasa dalam bentuk percakapan disebut dengan dialog. Seolah-olah pengarang membiarkan pembaca untuk melihat dan mendengar sendiri kata-kata seorang tokoh, percakapan antar tokoh, bagaimana wujud kata-katanya dan apa isi percakapannya. Penuturan bentuk dialog tidak mungkin hadir sendiri tanpa disertai bentuk narasi. Sebaliknya, bentuk narasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15
dapat hadir tanpa dialog, walau mungkin terasa dipaksakan (Burhan, 2007: 310311). 2. Unsur Pragmatik Dalam Percakapan Istilah pragmatik diartikan pada beberapa pengertian berbeda, namun intinya adalah mengacu pada (telaah) penggunaan bahasa yang mencerminkan kenyataan. Bentuk percakapan yang bersifat pragmatik adalah percakapan yang hidup dan wajar; sesuai dengan konteks pemakainya; percakapan yang mirip dengan situasi nyata penggunaan bahasa meskipun terdapat dalam sebuah novel. Penggunaan bahasa secara pragmatik melihat tiga jenis unsur ketepatan, yaitu ketepatan leksial, ketepatan sintaksis, dan ketepatan sesuai dengan konteks pembicaraan. Ketepatan penggunaam bahasa percakapan adalah ketepatan konteks situasi, maka bentuk percakapan dalam sebuah situasi belum tentu tepat untuk situasi yang lain. Novel dapat menghadirkan konteks situasi yang bermacam-macam. Dalam artian ini, penyesuaian penggunaan unsur-unsur kalimat menjadi penting. Unsur-unsur kalimat bisa digunakan secara lengkap, tapi juga bisa dihilangkan sebagian tergantung dari konteks atau situasinya untuk menghindari percakapan yang bersifat kaku dan tidak pragmatis. Penghilangan unsur-unsur kalimat dalam percakapan tidak akan mengaburkan informasi sebab penuturan yang bersangkutan didukung oleh konteks (Burhan, 2007: 312-316). 3. Tindak Ujar Konsep tindak ujar (speech acts) menjadi salah satu hal penting dalam interpretasi percakapan secara pragmatik karena konsep ini menghubungkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16
antara makna percakapan dengan konteks. Adanya kenyataan bahwa pengucapan kalimat-kalimat dalam percakapan umumnya disertai oleh adanya perform acts yang berbeda-beda, mengakibatkan adanya konsep tindak ujar ini. Konteks percakapan yang tergantung pada “keperluan” menentukan bagaimana dan apa wujud penampilan tindak ujar para pelaku percakapan. Bentuk penampilan tindak ujar dapat diketahui dari makna kalimat (-kalimat) yang bersangkutan, namun sering juga pembicara menekankannya dalam wujud kata kerja tertentu. Penampilan tindak ujar dibedakan dalam tiga macam tindak ujar, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak bahasa lokusi (locucionary speech acts) adalah suatu bentuk ujaran yang mengandung makna adanya hubungan antara subjek dengan predikat, pokok dengan sebutan, atau antara topik dengan penjelasan. Tindak ujar ilokusi merupakan bentuk-bentuk ujaran yang dibedakan berdasarkan intonasi kalimat. Walau hanya berwujud kalimat-kalimat tulisan yang bisu, pada hakikatnya kalimat-kalimat percakapan dalam sebuah novel merupakan rekaman dan visualisasi kalimat ujaran yang menyaran pada intonasi tertentu. Tindak bahasa perlokusi (perlocutionary speech acts) melihat pada adanya bentuk pengucapan yang menyaran pada makna yang lebih dalam, yang tersembunyi di balik ucapan itu sendiri. Makna itu secara tidak langsung disampaikan lewat percakapan dan dapat ditafsirkan berdasarkan konteks percakapan yang bersangkutan. Tindak perlokusi menyawan pada penafsiran makna yang tersirat daripada yang tersurat. Dengan demikian, tindak perlokusi lebih mengandalkan kemampuan penafsiran pembaca (Burhan, 2007: 316-319).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17
B. Kajian Fiksi Pada hakikatnya, kajian fiksi berarti penelaahan, penyelidikan atau mengkaji, menelaah, menyelidiki suatu karya fiksi. Pengkajian dilakukan terhadap unsur-unsur pembentuk karya sastra yang disertai oleh kerja analisis. Maksud dari analisis ini adalah sebagai sarana untuk lebih memahami karya kesastraan sebagai suatu kesatuan yang padu dan bermakna (Burhan, 2007: 3032). 1. Kajian Struktural dan Postruktural Dalam kajian kesastraan, dikenal adanya analisis struktural. Dalam pendekatan struktural, hubungan antar unsur menjadi hal yang terpenting. Menurut kaum strukturalisme, sebuah karya sastra adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang secara bersama membentuk suatu kesatuan yang utuh. Analisis struktural karya fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan, dalam hal ini novel. Analisis struktural juga dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks. Analisis unsur mikroteks itu misalnya berupa analisis kata-kata dalam kalimat, atau kalimat-kalimat dalam alinea atau konteks wacana yang lebih besar (Burhan, 2007: 35-38).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18
Dalam skripsi ini penulis tidak akan menggunakan teori strukturalisme, namun penulis akan menggunakan teori postrukturalisme di mana teori ini merupakan hasil kritisisasi atas teori strukturalisme (Ratna, 2012: 145). Dasar teori poststrukturalisme adalah strukturalisme sendiri. Persamaan antara strukturalisme dan postrukturalisme terletak pada cara pandang mereka akan struktur, yaitu unsur-unsur dengan mekanisme antar hubungannya sebagai masalah utama (Ratna, 2012: 158-161). Alasan utama penulis tidak menggunakan teori strukturalisme dalam skripsi ini adalah karena teori strukturalisme
cenderung
mengabaikan
makna
dalam
bahasa
dan
menempatkannya di bawah struktur atau sistem yang lebih mementingkan keterpaduan internal dari objek bahasa yang dianalisis (Bambang, 1993: 70). Mengingat pokok utama skripsi ini adalah menemukan makna dari novel The Devil and Miss Prym, maka penulis lebih memilih teori postrukturalisme yang tidak terlalu kaku. Penulis akan membatasi pembahasan kajian fiksi dalam pokok-pokok penting, yaitu unsur postrukturalisme novel yang akan membahas mengenai tokoh dan penokohan.
Tokoh dan Penokohan Istilah “tokoh” menunjuk pada orang atau pelaku dalam cerita. Menurut Abrams (dalam Burhan, 2007: 165), Tokoh cerita (character) adalah orang (orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif , atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19
Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca (Burhan, 2007: 165-167). Sementara itu, menurut Jones (dalam Burhan, 2007:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikian, istilah “penokohan” memiliki pengertian yang lebih luas daripada istilah “tokoh” dan “perwatakan” karena ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan juga menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam cerita (Burhan, 2007:166). Tokoh-tokoh dalam sebuah novel memiliki peran yang berbeda-beda dalam membentuk keseluruhan cerita. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya, tokoh dibedakan menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel yang bersangkutan, tokoh yang dianggap penting sehingga ditampilkan terus-menerus sehingga mendominasi sebagian isi cerita. Tokoh utama dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari satu orang walau kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keberadaan tokoh(-tokoh) utama dalam sebuah novel inilah yang menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan dalam porsi penceritaan yang lebih pendek (Burhan, 2007: 176-177).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20
Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dibedakan menjadi dua bagian, yaitu tokoh sederhana (Simple atau Flat Character) dan tokoh kompleks atau bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Tokoh sederhana tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek
kejutan bagi pembaca, cenderung bersifat datar, monoton, hanya
mencerminkan satu watak tertentu. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, jati dirinya. Pengkategorian seorang tokoh kedalam sederhana atau bulat harus didahului dengan analisis perwatakan (Burhan, 2007: 181-183). 2. Kajian Semiotik Teori Saussure memandang semiotik dalam bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda, bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Bahasa sebagai suatu sistem tanda dalam teks kesastraan menyaran pada dua sistem makna, yaitu first-order semiotic system dan secondorder semiotic system. Secara
definitif, semiotik adalah ilmu atau metode
analitis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lainlain. Dewasa ini teori semiotik dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu semiotik
komunikasi
dan
semiotik
signifikasi.
Semiotik
komunikasi
menekankan diri pada teori produksi tanda dan mensyaratkan adanya pengirim informasi, sumber, tanda-tanda, saluran, proses pembacaan, dan kode.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21
Sedangkan semiotik signifikasi menekankan bidang kajiannya pada segi pemahaman tanda-tanda serta bagaimana proses kognisi atau interpretasinya. Dengan kata lain dapat diartikan sebagai bentuk pemberian makna suatu tanda (Burhan, 2007: 39-41). 3. Kajian Intertekstual Kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu. Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha untuk menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya sebelumnya pada karya yang lebih muncul kemudian dengan tujuan untuk memberikan makna secara lebih penuh terhadap suatu karya tersebut. Makna keseluruhan sebuah karya, biasanya, secara penuh baru dapat digali dan diungkap secara tuntas dalam kaitannya dengan unsur kesejarahan. Karya sastra yang ditulis lebih kemudian biasanya mendasarkan diri pada karya sastra yang sebelumnya telah ada dan hal itu menunjukkan keterikatan suatu karya dari karya-karya lain yang melatar belakanginya (Burhan, 2007: 50-51). Karya sastra yang dijadikan dasar penulisan bagi karya yang kemudian disebut sebagai hipogram (hypogram). Wujud hipogram mungkin berupa penerusan konvensi, sesuatu yang telah bereksistensi, penyimpangan dan pemberontakan konvensi, pemutarbalikan esensi dan amanat teks-teks sebelumnya. Adanya karya (-karya) yang ditransformasikan dalam penulisan karya sesudahnya ini yang menjadi perhatian utama kajian intertekstual. Meski mengambil unsur tertentu dari teks(-teks) yang dianggap sebagai hipogramnya,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22
namun suatu karya baru itu tetap mengandung dan mencerminkan sifat kepribadian pengarangnya karena pengarang mengolah dengan pandangan dan daya kreativitas dengan konsep estetika dan pikiran-pikirannya sendiri. Sebuah teks yang dihasilkan dengan cara kerja demikian dapat dipandang sebagai karya yang baru (Burhan, 2007: 51-53). Prinsip utama kajian intertekstual adalah prinsip memahami dan memberikan makna yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari karya-karya yang lain. Hubungan intertekstual dapat dikaitkan dengan teori resepsi. Penunjukan terhadap adanya unsur hipogram pada suatu karya dari karya(-karya) lain pada hakikatnya merupakan penerimaan atau reaksi pembaca. Dengan prinsip utama itu, pembacalah yang berperan memecahkan masalah intertekstual dengan memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi hipogramnya (Burhan, 2007: 54).
C. Teologi Teologi dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan adikodrati yang objektif lagi kritis dan yang disusun secara metodis, sistematis dan koheren; pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang diimani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu. Pengetahuan iman bersifat adikodrati karena didasarkan pada wahyu Allah yang mengatasi daya kemampuan insani. Sifat adikodrati ini berlaku juga bagi teologi yang berbentuk ilmiah. Kebenaran yang dicari oleh teologi, yang direnungkan dan diuraikan olehnya bukanlah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23
kebenaran yang dapat dibuktikan secara empiris, bukan juga kebenaran yang dengan sendirinya jelas karena masuk akal, melainkan kebenaran yang diterima dalam iman berdasarkan wahyu Allah. Manusia menerima wahyu Tuhan karena iman dan karena manusia percaya kepada Tuhan itu. Kepercayaan ini merupakan anugerah sendiri dari Tuhan. Anugerah ini jauh melebihi kemampuan yang dimiliki manusia demi kodratnya untuk mengetahui. Karena anugerah iman bersifat adikodrati, maka teologi yang merupakan refleksi ilmiah atas iman itu bersifat adikodrati juga (Dister, 2007: 33). Sifat
ilmiah
teologi
tampak
dari
cara
teolog
mengadakan
penyelidikannya. Secara metodis dicarilah kebenaran mana yang diwahyukan dan apa wahyu itu sebenarnya. Terdapat sistem karena diadakan susunan dari kebenaran tersebut. Para teolog juga mengusahakan objektivitas, sebab ingin mengenal dan mengetahui objeknya sebagaimana adanya dan bukan hanya sebagaimana dibayangkan oleh manusia. Namun, landasan pembuktian bukanlah pengalaman inderawi seperti dalam ilmu empiris dan pembuktiannya juga tidak berlangsung malalui budi belaka seperti dalam filsafat. Dalam teologi pembuktian terjadi melalui budi yang diterangi oleh iman kepercayaan berkat wahyu Allah. Dengan budinya manusia mencoba memahami hal-hal yang diwahyukan, lalu berusaha untuk mengambil kesimpulan darinya. Karena semuanya itu dilakukan sambil memperhatikan tuntutan pekerjaan ilmiah, teologi adalah betul-betul sebuah ilmu iman (Dister, 2007: 33-34). Teologi sebagai ilmu iman mempelajari wahyu Allah, maka objek material teologi ialah apa yang diwahyukan Allah. Namun isi iman tergantung
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24
pada agama yang dianut oleh orang yang bersangkutan. Oleh sebab itu, teologi juga memiliki perbedaan sudut pandang yang ditentukan oleh masing-masing agama. Perbedaan sudut pandang inilah objek formal masing-masing teologi (Dister, 2007: 34). 1. Teologi Kristiani Teologi Kristiani adalah refleksi ilmiah orang Kristen atas iman yang dihayati sebagai orang beragama Kristiani. Isi iman Kristen adalah bahwa Allah telah memasuki sejarah umat manusia secara istimewa, yakni dalam pewahyuan diri-Nya, mulai dari panggilan Abraham dan memuncak dalam peristiwa Yesus. Yesus Kristus itulah Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia. Oleh karena itu, Kristus juga pusat iman (dan pusat teologi) kristiani (Dister, 2007: 35). Iman kepada Kristus itu diterima umat kristiani melalui sejarah umat manusia, khususnya sejarah keselamatan yang terdiri dari dua pokok periode. Pertama, sejarah umat Israel yang berabad-abad lamanya dengan tekun menantikan kedatangan Mesias. Kedua, sejarah Gereja akan “umat baru” yang telah menjelma dalam diri Yesus dari Nazaret. Dalam Gereja itulah iman tumbuh dan berkembang serta dikomunikasikan dengan sesama warga Gereja, sesama anggota Tubuh Kristus di bawah bimbingan dan naungan Roh Kudus yang menjiwai Gereja demi kemuliaan Allah Bapa (Dister, 2007: 35-36). Dalam lintasan sejarah Gereja, iman dan refleksi ilmiah atasnya semakin peka dan berbelit selaras dengan perkembangan Gereja dan jumlah warganya. Orang menjadi amat peka terhadap rumusan ajaran Gereja, dan penghayatan juga semakin beraneka. Tapi, keanekaragaman penghayatan ini menimbulkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25
berbagai kemungkinan refleksi. Dengan demikian terjadi berbagai macammacam cabang refleksi iman dan penghayatannya. Mengingat bahwa refleksi itu dilakukan secara metodis, sistematis dan koheren, maka timbullah berbagai cabang teologi, yaitu teologi dasar, tafsir Kitab Suci, teologi dogma, dan teologi praktis. Teologi Dasar membahas apa yang menjadi dasar (asas, prinsip) pengetahuan di bidang teologi, yakni wahyu dan iman. Teologi dasar juga bertugas mempertanggungjawabkan iman terhadap akal dan budi, dan membelanya terhadap mereka yang menolak atau menyangkalnya. Tafsir Kitab Suci atau “Eksegese” menafsirkan secara Ilmiah iman Yahudi-Kristiani sejauh terungkap dalam Alkitab. Teologi Dogma menguraikan ajaran-ajaran pokok dalam iman Kristen. Teologi Dogma membahas apa dan siapa Allah itu, Kristologi, Pneumatologi, antropologi teologis, Eklesiologi, dan Sakramentologi. Sementara Teologi Praktis tidak membahas mengenai “apa itu?” karena tujuannya tidak ke arah teoritis, melainkan ke arah praktis. Teologi ini memiliki empat cabang, yaitu Teologi Moral yang menanyakan norma-norma untuk menilai perbuatan manusia dan menentukan baik-buruknya kelakuan manusia, dipandang dalam terang wahyu Allah. Kedua, Teologi Spiritual yang bertujuan meningkatkan hidup rohani dan karya Roh Kudus dalam hidup manusia. Ketiga, Teologi Pastoral yang membicarakan penggembalaan dalam Gereja. Keempat, Teologi Kerygmatik yang cabangnya antara lain Homiletika (tentang pewartaan Sabda dalam rangka perayaan liturgis) dan Kateketik (tentang pewartaan di luar perayaan) (Dister, 2007: 37-39).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26
2. Teologi Dalam Sastra Naben (2006: 114), dalam tulisannya memaparkan bahwa sastra dapat menjadi suatu media ekspresi pengalaman manusia dengan Tuhan. Ia berpendapat bahwa perlunya menggali karya sastra dalam kaitannya untuk menemukan ungkapan iman atau pengalaman religius seseorang dan masyarakat bersama Tuhan. Hermeneutik, adalah sarana atau kerangka acuan untuk menggali kekayaan pengalaman religius atau ungkapan iman yang ada dalam sebuah karya sastra. Hermeneutik menjadi jembatan penghubung antara teologi dan sastra agar keduanya mendapat pemaknaan demi memperkaya hidup manusia. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan untuk berteologi, dan teologi dapat menjadikan sastra sebagai sarana pewartaan untuk memperdalam religiositas kaum beragama. Sastra memiliki hubungan yang erat dengan manusia dan kebudayaan. Sastrawan adalah bagian dari masyarakat. Menurut Maman S. Mahayana (dalam Naben, 2006:115), mengatakan bahwa sastra adalah roh kebudayaan yang lahir dari proses yang rumit kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sastra juga ditempatkan sebagai potret sosial yang mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Hubungan antara sastra, masyarakat dan kebudayaan dapat dijelaskan dengan tiga hal. Pertama, hubungan sebab akibat, yaitu pengaruh-pengaruh sosial merupakan sebab akibat yang menghasilkan karya sastra. Di sini karya sastra berperan sebagai refleksi atau pantulan kembali situasi masyarakatnya berdasarkan struktur sosial di mana pengarang menghasilkan karyanya. Kedua,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27
hubungan fungsional, di mana sastra dianggap sebagai salah satu fungsi dari perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Ketiga, hubungan simbolik. Simbol adalah ekspresi budaya yang selalu memanggul ambivalensi dalam dirinya. Ketiga hal ini menegaskan bahwa sastra adalah suara yang berbicara tentang apa yang terjadi pada zamannya (Naben, 2006: 115-116). Mangunwijaya (1982: 11), menegaskan bahwa segala sastra adalah religius. Dalam religiositas itu ada kedalaman relasi manusia dengan Tuhan. Menurut Mangunwijaya, karya sastra yang baik adalah karya sastra yang selalu menuntun pembacanya kepada sesuatu hal yang baik dan bermakna. Disinilah letak kereligiositasan sebuah karya sastra. Naben (2006: 118), menggunakan dasar reigiositas mangunwijaya sebagai pintu masuk untuk mempertautkan teologi dan sastra. Teologi dipahami sebagai refleksi sistematis-ilmiah tentang wahyu Ilahi yang diimani. Pengungkapan iman seseorang akan Allah dan bagaimana agama membentuk jati diri dan keimanan seseorang menjadi pokok perhatian dalam teologi. Sastra bisa menjadi sarana untuk mengungkapkan sisi kereligiositasan hidup. Demikian juga berbagai nilai dan penghayatan keagamaan dapat ditemukan dalam karya sastra. 3. Kurban dalam pandangan Teologi Kristiani Kurban merupakan bentuk ibadat kuno dan penting, sesuatu yang dipersembahkan secara total atau sebagian pada kekuasaan gaib. Hampir semua agama dan kepercayaan memiliki tradisi kurban ini. Kurban dipersembahkan oleh para kaum Imam untuk memulihkan hubungan dengan Dewa-Dewi atau Tuhan. Menurut maksud pembawaannya, kurban dibedakan menjadi empat jenis,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28
yakni kurban permohonan, kurban syukuran, kurban pujian dan kurban silihan. Sementara menurut bentuknya, kurban dibedakan menjadi tiga jenis, yakni kurban darah, kurban bakaran dan kurban pemberian (Heuken, 2005: 95) Perbedaan antara kurban binatang dan kurban manusia merupakan masalah yang cukup problematik bagi para ahli. Yoseph de maistre mengatakan bahwa prinsip substitusi kurban tidak dapat dikenakan pada kurban manusia: Orang tidak dapat membunuh orang untuk menyelamatkan orang. Hubert dan Mauss tampaknya enggan membicarakan masalah kurban manusia ini dalam teorinya, meski dalam penyelidikannya mereka tak mengecualikan kurban manusia. Dan banyak ahli lain yang terlalu moralis mendekati kurban manusia ini, sehingga terbenam dalam aspeknya yang sadis dan biadab. Menurut Girard, dalam suatu ritus kurban perbedaan kurban binatang dan manusia itu tidak relevan. Pelaksanaan ritus kurban tidak bertolak dari suatu pandangan nilai, tapi bertolak dari kenyataan adanya kekerasan yang menjangkiti masyarakat (Sindhunata, 2006: 108-109).
Sindhunata, pada kutipan di atas memaparkan pandangan para ahli tentang pendapat-pendapat mereka sehubungan dengan arti kurban. Pembedaan antara kurban hewan dan kurban manusia menjadi hal pokok di dalamnya. Manusia tak dapat dikurbankan dengan alasan apapun. Baik kurban manusia maupun kurban hewan tak dapat lepas dari unsur kekerasan, oleh karena alasan itu beberapa ahli tak dapat membenarkan kurban manusia. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, kurban merupakan penyerahan sesuatu hanya kepada Yahwe yang berdaulat atas segala-galanya. Manusia mempersembahkan kurban kepada-Nya untuk memperoleh pengampunan dan penghapusan atas dosa mereka sehingga manusia menjadi bersih dan selamat. Terdapat berbagai macam kurban dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Kurban bakar, kurban tumpahan dan kurban santapan. Menurut pandangan orang dahulu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29
darah binatang adalah kurban yang mengandung kehidupan dan oleh karena itu, kurban darah menjadi kurban yang paling bernilai serta menjadi milik Tuhan. Bagi umat Israel, darah tidak boleh dimakan. Darah harus ditumpahkan di kaki altar untuk melambangkan keilahian. Sementara daging kurban itu dibakar di atas altar entah sebagian atau seluruhnya dan sisanya diberikan kepada pembawa kurban untuk disantap sebagai santapan kurban. Santapan ini melambangkan persekutuan Yahwe dengan bangsa-Nya dan karenanya mempersatukan umat. Berdasarkan Kitab Keluaran 12: 21-27, Musa memanggil tua-tua Israel dan menyuruh mereka untuk menyembelih anak domba paskah. Domba paskah merupakan satu-satunya kurban santapan yang termasyur pada waktu itu. Kurban disembelih di Bait Allah dan dimakan oleh keluarga di rumah dengan mengingat pembebasan dari perbudakan di Mesir berkat kekuatan Allah pada waktu paskah pertama. Namun pengertian kurban semacam ini ditentang oleh Nabi Amos dan Nabi Yesaya. Kedua Nabi ini mengkritik cara dan sikap orangorang yang mempersembahkan kurban, karena menurut mereka kurban yang sesungguhnya adalah syukur. Dalam Kitab Mazmur 50, 23 dikatakan bahwa “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, dia memuliakan Allah” (Heuken, 2005: 96) Pengertian kurban dalam Perjanjian Baru sama sekali berbeda dengan pengertian kurban dalam Perjanjian Lama. Di sini kurban berarti pendekatan Tuhan dengan manusia. Bukan manusia yang mendamaikan diri dengan Tuhan, tetapi Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia dalam Kristus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30
Sindhunata memaparkan bahwa tindakan kekerasan dalam kurban, baik dalam hal pembunuhan binatang atau manusia, mirip dengan tindakan kekerasan di luar ritus kurban. Dalam praktiknya, kurban harus mempunyai kemiripan dengan apa yang digantikannya. Jika hal ini tidak ada, maka pelampiasan kekerasan tidak terpuaskan karena merasa tidak menemukan sasarannya. Meski begitu, kekerasan itu menyangkut manusia, maka kurban juga harus mempunyai kategori-kategori “manusiawi” yang menjamin kemiripan dengan manusia yang digantikannya. Tidak hanya kurban manusia, kurban binatang juga perlu mempunyai kategori-kategori “manusiawi” (Sindhunata, 2006: 107-109). Kehidupan dalam masyarakat selalu ada konflik keinginan dan kepentingan antara kelas yang satu dan kelas yang lain, kelompok yang satu dan kelompok yang lain, pribadi yang satu dan yang lainnya. Analisis R. Girard memaparkan bahwa konflik itu berasal dari saingan antar manusia yang muncul karena dalam diri manusia ada hasrat untuk meniru dan menjadikan model yang mereka tiru itu sekaligus menjadi rival. Amarah yang membutakan rivalitas memicu timbulnya kekerasan. Dan kekerasan ini tampak sebagai sesuatu yang pantas ditiru sebagai tanda hidup yang berhasil (Banawiratma, 1986: 55-56). Pada kehidupan masyarakat-masyarakat sederhana semula ada seseorang yang menjadi kambing hitam, dibunuh sebagai peluapan kekerasan seluruh kelompok. Melalui pengosongan kolektif tersebut kambing hitam sekaligus menjadi sakral. Dia nampak sebagai yang terkutuk sekaligus mendatangkan keselamatan. Dari kambing hitam itu muncul suasana sakral yang menakutkan-mengerikan sekaligus menarik-mempesonakan. Di sekitar kambing hitam itu lahirlah tabu dan tata sosial baru. Kambing hitam yang asli itu selanjutnya menjelma dalam situasi kurban; yang dikurbankan misalnya tawanan, budak, anak kecil atau binatang atau barang-barang alam yang dirusak. Pengosongan kekerasan secara kolektif yang pertama diulangi dalam kurban-kurban dengan kerangka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31
ritual yang ketat. Dengan demikian, agresi timbal balik intern diluapkan keluar dan dihindari kehancuran hidup bersama. Kurban hanya efektif kalau mekanisme kambing hitam itu tetap tersembunyi, tidak disadari. Begitu dalam masyarakat sederhana institusi kurban menjamin hidup damai bersama. Dalam masyarakat modern dengan institusi-intitusi yang kompleks kambing hitam dan kurban masih ada dan semakin kompleks juga; selalu ada orang, kelompok, kelas tertentu, yang dijadikan kambing hitam (dikambinghitamkan), dijadikan kurban, tempat meluapnya penindasan dan kekerasan (Banawiratma, 1986: 56-57).
Kutipan di atas menerangkan bahwa kurban dapat muncul karena ia dikambinghitamkan. Kambing hitam inilah yang nanti pada akhirnya akan dikurbankan demi keselamatan masyarakat atau kelompok tertentu. Mekanisme kambing hitam banyak muncul tidak hanya di lapisan masyarakat sederhana, namun juga mencapai tingkatan yang tinggi (pemerintahan). Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa mekanisme kambing hitam dapat muncul di manapun. D. Kristologi Kristologi merupakan salah satu cabang dari Teologi Dogma yang membahas apa dan siapa Allah itu, dan apa dan siapakah Yesus yang disebut Kristus (Dister, 2007: 38). Yesus Dua puluh abad silam, Yesus dilahirkan di Betlehem pada zaman Raja Herodes (Mat 2:1; Luk 2:4-7). Ia dibesarkan di desa Galilea daerah Palestina. Dari sini muncullah dalam sejarah dunia, Yesus dari Nazaret. Segala peristiwa tentang kelahiran Yesus memang serba Istimewa. Mulai saat Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel bahwa Ia akan mengandung dari Roh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32
Kudus. Dan meski mengadung, Maria tetaplah seorang perawan. Anak yang akan dilahirkannya harus diberi nama Yesus, sebab Ia Penyelamat, anak Daud karena Yusuf yang adalah tunangan Maria yang merupakan keturunan Daud (Luk 1: 26-38). Masa sebelum Yesus tampil di depan umum kurang begitu jelas diperlihatkan oleh para penginjil. Namun jika dilihat dari konteks zaman masa kanak-kanak Yesus, dapat diandaiakan Ia mendapat pendidikan yang lazim pada zaman itu. Pertama-tama pendidikan itu merupakan tugas orang tua (Ams 1:8). Demikian juga dengan Yesus, pertama-tama pendidikannya diperoleh dari Ibu Nya, Maria. Kemudian ketika Yesus mulai tumbuh besar, pendidikan menjadi tanggung jawab ayah-Nya, Yusuf. Oleh Yusuf, tampaknya Yesus diajari juga bagaimana cara untuk mencari nafkah dan cara membawakan diri dalam masyarakat. Dalam Injil juga diceritakan bahwa Yesus hidup tersembunyi di Nazaret dan mencari nafkahnya sebagai tukang, sama seperti ayah-Nya (KWI, 1996: 256). Awal karya Yesus dimulai dari pembaptisan-Nya di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3;13; Mrk 1:9). Dalam Injil Yohanes, Yesus diakui oleh Allah sebagai pemimpin dan penebus semua orang yang berdosa. Peristiwa pembaptisan ini bagaikan “pelantikan” Yesus dalam tugas perutusan-Nya. Segera setelah pembaptisan, Yesus akan “memberitakan Injil Allah: Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Ia tampil sebagai “pengantara antara Allah dan manusia” (1Tim 2:4) dengan menyatakan kesatuan dengan orang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33
berdosa dan penyerahan total dan radikal kepada kehendak Bapa (KWI, 1996: 259-260). Yesus, seorang Pengkhotbah yang berkeliling hingga mempengaruhi dunia sedemikian rupa. Ia menghabiskan sepanjang waktu hidupnya di jalanan Palestina yang berdebu. Injil yang ditulis sesudah kematian-Nya menjadi bukti akan keberadaan dan identitas diri-Nya. Namun, itu bukan satu-satunya sumber untuk meyakini bahwa Yesus benar-benar ada (Zannoni, 2001: 1-2). Flavius Josephus (± 37-100 M) menyebut nama Yesus dalam bukunya Antiquites of the Jews, yang ditulis sekitar tahun 93-94 M. Josephus adalah seorang Yahudi yang juga merupakan anggota Mahkamah Kerajaan Roma. Josephus tak mungkin menerima kenyataan historis Yesus tanpa ada bukti-bukti yang kuat. Ia menulis tentang kekacauan yang dilakukan orang Yahudi pada saat Pontius Pilatus menjadi produkator Yudea (26-36 M). Ia menyebut Yesus sebagai “Orang Bijak” dalam refleksinya (Zannoni, 2001: 2). Suetonius (69 M), seorang sejarahwan dan ahli hukum Roma, menyusun biografi beberapa kaisar Roma setelah tahun 120 M. Suetonus mengatakan bahwa Claudius mengusir orang Yahudi dari Roma karena mereka terlibat dalam pemberontakan melawan Christos. Meski belum ada kesepakatan, namun para ahli pada umumnya menganggap Christos merujuk pada Kristus, nama yang diberikan kepada Yesus oleh pengikut-Nya (Zannoni, 2001: 3). Seorang sejarahwan Roma bernama Tacitus (55-117 M) menyebut Yesus dalam tulisannya yang berjudul Annals. Ia menulis tentang pembakaran kota Roma tahun 64 M di mana orang Kristen yang dituduh sebagai dalangnya oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34
Kaisar Nero. Tacitus memperlihatkan diri sebagai orang yang kurang simpatik terhadap orang Kristen. Baginya, orang Kristen adalah orang yang menerima nama mereka dari Kristus yang dihukum mati oleh Ponsius Pilatus pada masa kekuasaan Tiberius (Zannoni, 2001: 3) Lucien Samosota (120-180 M) adalah seorang pengajar dan bijak. Ia berbicara tentang Yesus sebagai pemberi hukum pertama kepada orang Kristen yang telah meyakinkan mereka bahwa mereka semua adalah saudara. Lucien menyebut orang Kristen sebagai orang yang menyembah Yesus yang disalibkan dan hidup seturut hidup-Nya. Peristiwa-peristiwa historis yang riil akan kebenaran keberadaan Yesus di masa lampau merupakan sebuah mantra yang mutlak diperlukan. Isi suatu kisah bukanlah cerita suatu simbol tentang kebenaran historis, tetapi berdasarkan sejarah yang terjadi di bumi ini. Menurut Ratzinger, mengenal Yesus secara historis kritis memang penting, namun unsur iman tetap harus dipegang (Ratzinger, 2008: xv). Zannoni juga menegaskan bahwa ada satu kenyataan yang tidak dapat dijugagkiri jika kita ingin mengetahui tentang Yesus, kita harus kembali kepada Kitab Suci, khususnya Injil (Zannoni, 2004: 4). France (1996: 168-170) mendeskripsikan Yesus sebagai “seorang” yang menarik dalam bukunya yang berjudul “Yesus Sang Radikal”. Menurutnya, Yesus memiliki jiwa “kepemimpinan” yang tampak di dalam tindakan dan pengajaran-Nya, dan jiwa ini lebih besar dari jiwa “kepemimpinan” seorang panglima besar. Dalam pengajaran-Nya, Yesus banyak berbicara mengenai diriNya sendiri dengan membuat berbagai pertanyaan yang mengejutkan. Wibawa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35
Yesus tidak didasarkan hanya atas suatu kepribadian yang kuat, melainkan atas pernyataan-Nya bahwa Ia mempunyai kedudukan yang unik. Yesus menekankan bahwa wibawa-Nya berasal dari Allah, dan tanpa itu Ia tidak dapat berbuat apaapa. Dalam setiap tindakan Yesus selalu muncul ke permukaan tentang hubungan-Nya yang khas dengan Allah, yang merupakan dasar kuasa-Nya. Hubungan yang khas ini tampak jelas pada saat Yesus menyapa Allah. Ia memanggil Allah dengan sebutan “Abba”, yang merupakan sapaan seorang anak bagi ayahnya. Tidak ada Yahudi yang berani menyapa Allah dengan sapaan seperti itu. Yesus mengajarkan agar murid-murid-Nya mempercayai Allah seperti Bapa mereka, dan berdoa kepada-Nya sebagai anak kepada Bapa-Nya. Hubungan Yesus dengan Bapa-Nya merupakan hubungan keluarga di antara satu pribadi Ilahi dengan pribadi yang lainnya, antara Anak yang Tunggal dengan Bapa-Nya. 1. Sejarah Yesus Iman katolik mempercayai bahwa seluruh kehidupan Yesus merupakan suatu misteri. Tak semua misteri hidup Yesus dapat ditemukan dalam Injil. Kehidupan-Nya di Nazaret hampir tidak diberitakan, malahan mengenai sebagian besar kehidupannya di muka umum tidak diberitakan apa-apa (KGK, art. 514). Namun dengan bantuan Kitab Suci kita dapat melihat dan menemukan kehidupan Yesus dan melihat karya-Nya di dunia. Yesus datang ke dunia merupakan suatu kejadian dahsyat yang telah disiapkan Allah selama berabad-abad. Segala ritus dan kurban, bentuk dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36
lambang “perjanjian pertama” (Ibr 9:15) diarahkan-Nya kepada Yesus. Para Nabi memberitakan kedatangan Yesus secara susul-menyusul di Israel, sementara Allah menggerakkan hati para kafir satu pengertian yang samarsamar mengenai kedatangan Penyelamat ini (KGK art. 522). Maka datanglah Putera. Ia diutus oleh Bapa, yang sebelum dunia terjadi telah memilih kita dalam Dia, dan menentukan, bahwa kita akan diangkat-Nya menjadi putera-putera-Nya. Sebab Bapa berkenan membaharui segala-sesuatu dalam Kristus (lih Ef 1: 4-5 dan 10). Demikian untuk memenuhi kehendak Bapa, Kristus memulai kerajaan surga di dunia, dan mewahyukan rahasia-Nya kepada kita, serta dengan ketaatan-Nya Ia melaksanakan penebusan kita (LG art. 3). Konstitusi dogmatis Lumen Gentium Dokumen Konsili Vatikan II pada artikel 3 (tiga) menerangkan bahwa kehadiran Yesus ke dunia merupakan utusan dan kehendak Bapa. Kedatangan Yesus merupakan bentuk kasih Allah kepada manusia. Wujud kasih Allah nampak dari perbuatan dan pewartaan Yesus Kristus di dunia. Dengan penuh ketaatan, Ia mewahyukan rahasia Allah dan mewartakan kerajaan surga agar manusia dapat diangkat juga menjadi anakanak Allah. Kerajaan Allah merupakan tema pokok dari seluruh pewartaan Yesus. Ia menyatakan bahwa kedatangan Allah sebagai Raja Penyelamat akan segera terjadi dan ini merupakan ciri khas pewartaannya. Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 1:15; 13:29; Mat 10:7) dan tidak akan ditunda lagi. Bagi Yesus, kedatangan Kerajaan Allah sudah mendesak, karena kemalangan manusia hampir tidak tertahankan lagi. Oleh karena itu, belas kasih dan kerahiman Allah tidak dapat ditunda lagi. Yesus mengajak umat manusia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37
untuk bertobat karena itulah arti kemalangan pada zaman itu untuk-Nya. Kemalangan menjadi tanda kedatangan Allah yang maharahim (KWI: 260-261). Allah datang dalam diri Yesus (Luk 11:20 dsj.) lewat pewartaan-Nya yang merupakan suatu bentuk pengharapan. Yesus sendiri adalah kerajaan yang di maksud. Kerajaan surga bukanlah benda maupun wilayah kedaulatan duniawi seperti layaknya kerajaan duniawi. Kerajaan itu adalah seorang pribadi dalam diri Yesus. Dalam diri Yesus, Allah hadir di antara manusia (Ratzinger, 2008: 48-49). Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan dan untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan (KWI: 261) yang sebelumnya telah mendahului menguasai dunia ini. Kedatangan Kerajaan Allah adalah kekalahan kerajaan setan (KGK art. 550). Dalam diri Yesus, kuasa kerajaan setan dikalahkan. Yesus tidak hanya berbicara tentang Kerajaan Allah namun Ia bersaksi dengan perbuatan-perbuatan-Nya. Sabda-Nya Ia wujud nyatakan lewat tindakantindakan yang menjadikan Sabda dan tindakan itu menjjadi satu unsur kesatuan. Yesus menampakkan kebenaran akan Sabda-Nya dengan tindakannya itu. Berbagai macam tanda-tanda dan mukjizat Ia kerjakan; Ia bergaul dengan siapa saja baik itu kaum pendosa, orang miskin maupun wanita; Yesus juga membebaskan manusia dari beban hukum (KWI: 265-269). Sabda maupun tindakan-tindakan Yesus ini merupakan bentuk kasih dan ketaatan-Nya akan tugas perutusan Allah. Ia memanggil semua orang untuk masuk dalam Kerajaan Allah. Pertama-tama adalah anak-anak Israel, kemudian
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38
seluruh bangsa. Mereka yang dapat masuk kerajaan surga adalah yang mendengarkan Sabda Allah (KGK art. 543). Mereka yang ingin masuk dalam kerajaan surga harus seperti anak-anak yang datang kepada Bapa-Nya (Mat 18: 4-5). Kerajaan itu adalah milik kaum miskin dan kecil, artinya mereka yang menerimanya dengan rendah hati. Yesus diutus, “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin” (Luk 4:18). Ia menyebut mereka bahagia, karena “merekalah yang mempunyai Kerajaan surga (Mat 5:3). Kepada orang kecil, Bapa hendak menyatakan apa yang Ia sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai. Ia mengidentikkan Diri dengan segala jenis orang miskin dan menetapkan cinta yang aktif kepada mereka sebagai persyaratan untuk penerimaan di dalam Kerajaan-Nya (KGK art. 544). Katekismus Gereja Katolik artikel 544, menegaskan bahwa Yesus datang ke dunia dan berbaur dengan mereka yang miskin. Ia menekankan bahwa kerajaan Allah adalah milik mereka yang miskin di hadapan Allah. Yesus membawa kabar baik bagi orang-orang miskin dan kecil. Demi tercapainya Kerajaan surga di dunia, Ia bahkan hidup berbaur bersama orang-orang miskin dan kecil dan bentuk cinta yang aktif kepada mereka ini digunakan sebagai suatu persyaratan dalam penerimaan manusia ke Kerajaan Surga. Yesus mengundang para pendosa ke meja Kerajaan surga. Ia mengajak manusia berdosa untuk bertobat. Tanpa pertobatan, orang tidak dapat masuk dalam Kerajaan surga. Yesus menunjukkan kepada orang-orang melalui perbuatan dan tindakan-Nya bahwa kasih Allah kepada manusia adalah kasih yang tak terbatas dan membahagiakan. Seruan-Nya mengajak manusia untuk bertobat adalah ajakan untuk masuk dalam Kerajaan surga (KGK art. 545)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39
kerena dosa menghalang-halangi manusia dalam panggilannya menjadi anakanak Allah dan membawa mereka dalam ketergantungan untuk terus berbuat dosa (KGK art. 549). Yesus yang diutus Bapa untuk mewartakan kerjaan Allah di dunia melaksanakan karya-Nya dengan dikelilingi orang-orang yang mengikuti-Nya. Secara historis, lama-lama banyak orang yang berkumpul di sekitar Yesus untuk mendengarkan Sabda-Nya hingga membentuk suatu kelompok. Bagi Yesus, Kerajaan Allah bukanlah pengudusan perorangan, melainkan milik semua manusia yang saling berhubungan satu dan yang lain. Yesus yang tinggal bersama manusia bertindak secara manusiawi juga. Ia hidup dan tinggal bersama-sama dengan mereka (KWI 270). Sekelompok murid menyertai Yesus dalam perjalanan-Nya. Di antara para murid ini terdapat kelompok inti yang disebut duabelas rasul. Mereka adalah orang-orang terpilih, yang rela meninggalkan milik mereka demi menggikuti perjalanan karya keselamatan Yesus. Keberadaan keduabelas rasul ini sangat penting dalam sejarah Yesus (KWI 270-271). Yesus menyebut keduabelas murid-Nya “Rasul”. Keberadaan para Rasul disekeliling Yesus tidak hanya sebagai “penonton” ataujuga pengikut saja. Lebih dari itu, mereka mengambi bagian dalam hidup Yesus maupun dalam tugas-Nya. Penginjil Markus menuliskan dalam Injilnya,: “Ia menetapkan duabelas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil. Kebersamaan para Rasul sebagai murid Yesus adalah untuk belajar pada-Nya bagaimana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40
mengambil bagian dalam perutusan dan kekuasaan-Nya (Bergant, 2002: 87). Yesus mengajarkan kepada mereka untuk menjadi bentara sebuah peristiwa dan mereka juga diberi kuasa yang besar sebagai utusan Yesus. Meski begitu, para Rasul yang diberi kuasa oleh Yesus tidak pernah menjadi Dia yang memberi kuasa seperti yang tertulis dalam Injil Matius 23: 3-10 (Nico, 1987: 125-126). Yesus mengalami perjalanan hidup yang tidak mudah. Sejak awal kehidupan Yesus di muka umum, orang Farisi, dan pengikut Herodes bersama para Imam dan Ahli Taurat bersepakat untuk membunuh Dia. Mereka menuduh Yesus sebagai penghujat Allah. Mereka juga menyebut Yesus sebagai Nabi palsu. Tuduhan ini dianggap sebagai bentuk kejahatan melawan agama, sehingga Yesus akan dijatuhi hukuman mati dengan lemparan batu (KGK art. 574). Di usia-Nya yang kurang lebih 30 tahun, Yesus dijual oleh salah satu murid-Nya seharga 30 keping perak. Kemudian Ia dibawa kepada Pilatus untuk diadili. Pada akhirnya Pilatus memutuskan untuk membebaskan tahanan bernama Barnabas dan sebagai gantinya Yesus akan disalibkan sesuai dengan permintaan orang-orang yang mencekal Dia. Yesus disiksa dan akhirnya disalibkan di gunung Golgota hingga wafat. Sesudah wafat-Nya, jenasah Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh Yusuf dari Arimatea (KWI, 272276). Setelah kematian-Nya di kayu salib, Yesus bangkit pada hari ketiga. Misteri kebangkitan Yesus adalah suatu kejadian yang sesungguhnya secara historis menurut Perjanjian Baru (KGK art. 639). Ia juga menampakkan diri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41
kepada orang-orang setelah peristiwa kebangkitan-Nya. Pertama-tama kepada Maria dari Magdala dan wanita-wanita saleh yang datang ke makam Yesus untuk meminyaki jenazah-Nya. Kemudian Ia juga menampakkan diri-Nya kepada para Rasul (KGK art. 642). 2. Yesus sebagai Manusia Seorang perawan bernama Maria yang bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud mendapat kabar gembira dari seorang malaikat Allah bernama Gabriel. Maria yang masih perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang harus dinamainya Yesus (Luk 1: 26-31). Yesus lahir pada waktu Kaisar Agustinus mengeluarkan suatu perintah bagi seluruh penduduk untuk mendaftarkan diri. Begitujuga dengan Yusuf dan Maria, tunangannya, mendaftarkan diri mereka dari kota Nazaret di Galilea ke Bethlehem, Yudea. Ketika mereka sampai di Bethlehem, tibalah waktu bagi Maria untuk melahirkan. Ia melahirkan seorang anak laki-laki dan menempatkan anak itu di sebuah palungan karena tidak ada penginapan bagi mereka (Luk 2: 1-6). Kisah Kitab Suci di atas menggambarkan bahwa Yesus lahir dari seorang perawan bernama Maria yang merupakan tunangan Yusuf, keturunan Daud. Yesus lahir di Bethlehem, Yudea. Yesus tidak hadir begitu saja di dunia. Ia datang dari rahim seorang perempuan bernama Maria. Kelahiran Yesus di sini menggambarkan bahwa Ia sama seperti layaknya manusia di dunia yang lahir dari seorang perempuan. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus benar-benar Anak Manusia.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42
Para pewarta Injil menyadari bahwa arti siapakah Yesus dan apa yang Ia lakukan, tidak dapat diungkapkan sepenuhnya dengan sebuah gelar, sehingga mereka menggunakan berbagai nama ketika mereka berbicara tentang Yesus. Salah satu gelar yang berasal dari zaman Yesus adalah gelar Yesus sebagai “Putra Manusia”. Istilah Putra Manusia (Son of Man) berasal dari bahasa Ibrani ben’adam atau bahasa Aram bar anesh yang berarti “manusia”. Dalam Kitab Suci Ibrani, gelar ini memiliki dua arti. Pertama, dalam Kitab Yehezkiel, Kitab Mazmur dan Kitab Ayub, Allah menyebut para nabi dengan gelar ini untuk membedakan kemanusiaan nabi yang tidak kekal, utusan Allah, dari keilahian Allah yang kekal yang memberikan pesan. Arti yang kedua ada dalam Kitab Daniel di mana dalam Kitab ini berbicara tentang “Seorang Manusia” (Putra Manusia” yang menghadap takhta “Yang Lanjut Usianya”. Mengikuti interpretasi Kitab Daniel yang merupakan tulisan apokaliptik, maka “Putra Manusia” berarti manusia istimewa yang mewakili bangsa Israel. Dalam literatur Yahudi, gelar ini digunakan untuk hakim yang akan muncul pada akhir zaman. Dalam Injil, hanya Yesus yang menggunakan „Putra Manusia” untuk diri-Nya. Maksud penulis Injil memberikan Gelar “Putra Manusia” kepada Yesus adalah untuk menunjukkan Yesus sebagai seorang manusia atau tokoh akhir zaman yang akan datang mengadili orang hidup dan mati (Zannoni, 2004: 53-54). Ratzinger (2008: 341) menuliskan tentang tiga kelompok kata tentang anak manusia. Kelompok pertama terdiri dari kata-kata mengenai anak manusia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43
yang akan datang. Kelompok pertama menggunakan Kitab Daniel sebagai dasar intepretasi untuk menggambarkan arti Putra Manusia. Dalam kelompok pertama ini, “Putra Manusia” merujuk pada kedatanganNya mendatang. Kelompok kedua dibentuk oleh kata-kata tentang karya Putra Manusia di bumi. Kelompok ketiga bicara tentang derita dan kebangkitan-Nya. Konstitusi Dogmatis Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam dunia Modern, Gaudium et Spes pada artikel 22 menuliskan bahwa Ia (Yesus) bekerja memakai tangan manusiawi, Ia berfikir memakai akal budi manusiawi, Ia bertindak atas kehendak manusiawi, Ia mengasihi dengan hati manusiawi. Ia telah lahir dari Perawan Maria, sungguh menjadi salah seorang di antara kita, dalam segalanya sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Artikel ini menunjukkan bahwa Yesus yang kita kenal adalah seorang manusia sama seperti kita manusia. Yesus lahir dari seorang perempuan, Ia bekerja, berfikir, bertindak dan mengasihi selayaknya manusia. Jiwa manusiawi Yesus benar-benar dilengkapi dengan kemampuan untuk mengetahui secara manusiawi. Kemampuan ini secara historis memiliki batas ruang dan waktu. Karena itu, ketika Yesus menjadi manusia bertambah juga “dalam kebijaksanaan dan usia dan rahmat” (KGK art. 472). Kodrat manusiawi Putra Allah mengenal dan menyatakan dalam diri-Nya-bukan dari diri sendiri, melainkan berdasarkan hubungan-Nya dengan Sabda. Sabda telah menjadi manusia dalam ketaatan-Nya sebagai manusia terhadap Bapa-Nya menghendaki segala sesuatu (KGK art. 473). Kehendak manusiawi Yesus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44
adalah “patuh dan tidak melawan dan tidak menentang, tetapi menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya yang ilahi dan mahakuasa (KGK art. 475). Karena Sabda menjadi manusia dan menerima kodrat manusia yang sesungguhnya, maka Kristus “terbatas dalam tubuh”. Karena itu, wajah manusiawi Yesus dapat dilukiskan dengan terang-terangan dalam gambar-gambar kudus (KGK art. 476). 3. Yesus yang Ilahi Yesus memiliki salah satu gelar yang disebut “Kristus” yang berarti “terurapi”. Kristus menjadi nama bagi Yesus karena Ia secara sempurna memenuhi perutusan ilahi (KGK art 436). Tahbisan Yesus menjadi Mesias menyatakan perutusan-Nya yang ilahi. Bapalah yang mengurapi, Putra yang diurapi, dalam Roh, yang adalah urapan itu sendiri (KGK art. 473). Keilahian Yesus juga tampak setelah peristiwa kebangkitanNya. Ia dinyatakan sebagai Putra Allah dalam kekuasaaan-Nya sesuai dengan Roh kekudusan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati (KGK art. 445). Kyrios yang berarti „Tuhan” merupakan terjemahan dalam bahasa Ibrani untuk menyebut nama Allah (YHWH). Kata “Kyrios” merupakan ungkapan paling kuat dalam bahasa Yunani untuk menegaskan keilahian Allah Israel (Zannoni, 2004: 57-58). Bagi Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus, pernyataan iman semacam ini memerlukan kuasa Roh Kudus (1Kor 12:3). Kalau diilhami oleh Roh Kudus, kelihatanlah dalam sapaan “Tuhan” pengakuan akan misteri Ilahi Yesus (KGK art. 448). “Tuhan” menyatakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45
kekuasaan penguasa ilahi. Mengakui Yesus sebagai Tuhan atau berseru kepadaNya berarti percaya kepada ke-Allah-an-Nya (KGK art. 455). Perjanjian Baru mengatakan kepada kita bahwa Yesus adalah “Tuhan” lewat berbagai cara. Yesus menyatakan keberadaan-Nya jauh sebelum Ia berada dalam rahim Maria (bdk. Yoh 8:58b). Dengan menyebut diri-Nya “TELAH ADA”, Yesus menyamakan diri-Nya dengan nama Allah dan karena itu Ia bersama dengan Allah. Penulis surat kepada umat di Ibrani menggambarkan Putra Allah sebagai Sabda. 1
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, 2 maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. 3Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan penopang segala yang ada dengan firan-Nya yang penuh kekuasaan (Ibr 1: 1-3a). Kutipan di atas merupakan prolog Kitab Ibrani yang berisikan ungkapan Allah (Allah telah berbicara). Memperhatikan isinya, beberapa ayat tersebut bergerak dari penasiran singkat firman Allah dalam Perjanjian Lama kepada ringkasan tentang apa yang terpenuhi dalam peristiwa Yesus Kristus. Gagasan selanjutnya menunjukkan bahwa “firman” merupakan perwahyuan Allah kepada manusia. Tema yang menjiwai seluruh khotbah dalam prolog ini adalah bagaimana mendengar dan menjawab perwahyuan Allah. Sejak dulu, Allah berbicara dengan berbagai cara dalam Alkitab; sekarang, pada akhir zaman Ia telah memberi pesan baru dalam Putra-Nya, Yesus. Ayat 2 dan 3 bermaksud
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46
menekankan hubungan ilahi yang akrab antara Putra dengan Allah Bapa, bahkan juga pra ada-Nya dan peranan-Nya dalam penciptaan (Bergant, 2002: 417).
4. Pengorbanan Yesus a. Alasan secara Historis Yesus dikhianati oleh sahabat-Nya dengan ciuman. Ia dijual dan ditangkap. Dihadapkan ke pengadilan agama dan didakwa secara bertubi-tubi. Atas nama seluruh bangsa, para rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah penjajah supaya diadili dan Yesus harus mati. Demi alasan politik dan stabilitas, akhirnya Yesus dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu juga berjalan mulus dan itulah akhir perjalanan Yesus (KWI, 2012: 272). Alasan mengapa Yesus dihukum mati pada waktu itu pada akhirnya harus dikatakan bahwa Yesus menjadi kurban kebencian dan permusuhan para pemimpin agama Yahudi. Yesus disingkirkan atas nama hukum Allah. Dapat dikatakan bahwa apa yang dialami Yesus ini merupakan suatu tindak pembunuhan keagamaan. Perwataan Yesus merupakan dasar atas segala rencana dan pelaksanaan pembunuhan ini. Para pemimpin agama Yahudi menganggap pewartaan Yesus berbahaya bagi kedudukan dan kuasa mereka. Namun, berdasarkan tulisan yang dipasang di papan salib Yesus (INRI) menunjukkan bahwa alasan hukuman mati yang diterima Yesus dari Pilatus adalah alasan politik. (KWI, 2012: 273-274).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47
Pengadilan di muka Pilatus berakhir dengan hasil hukuman mati dengan cara disalib bagi Yesus dan pembebasan untuk Barnabas (Mrk 15:15; 27:26). Yesus didera serta dimahkotai duri. Dilanjutkan dengan peristiwa “jalan salib” dan penyaliban yang diceritakan dengan caranya sendiri oleh setiap pengarang Injil. Sesudah wafat-Nya, Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh Yusuf dari Arimatea (KWI, 2012: 275-276). Yesus dihukum mati dan disalibkan sebagai seorang “penjahat”. Meski Yesus dimakamkan secara hormat seletah Ia wafat, namun hal itu tidak menutupi hinaan dan kerendahan kematianNya di kayu salib. Salib merupakan suatu penghinaan yang luar biasa karena menurut arti sosialnya, orang yang disalibkan
kehilangan
semua
kehormatan
dan
penghargaannya
dalam
masyarakat. Penyaliban selalu memiliki arti sosial-politik. Peristiwa ini menunjukkan kebencian dari para lawan Yesus yang luar biasa dalam dan ingin membinasakan Yesus secara total. Bukan membinasakan Yesus sebagai pribadi melainkan sebagai tokoh masyarakat (KWI, 2012: 276-277). Melihat apa yang dilakukan oleh para pemuka agama maupun orangorang Yahudi terhadap Yesus, Gereja menganggap orang Yahudi secara kolektif tidak bertanggung jawab atas kematian Yesus. Kalau memperhatikan proses pengadilan Yesus yang berbelit-belit, sebagaimana tampak jelas dalam cerita-cerita Kitab Suci, dan dosa pribadi dari orang-orang yang terlibat dalam proses itu (Yudas, Majelis Agung, Pilatus) yang hanya diketahui oleh Allah sendiri, maka kita tidak dapat meletakkan tanggung jawab mengenai pengadilan itu pada keseluruhan orang-orang Yahudi di Yerusalem, walaujuga ada teriakan dari sekelompok orang yang direkayasa dan meskipun tuduhan semacam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48
itu termuat dalam seruan para Rasul untuk bertobat sesudah Pentakosta. Yesus sendiri, ketika dari salib mengamjugai mereka, dan kemudian Petrus, memaafkan baik orang-orang Yahudi di Yerusalem yang “tidak tahu”, maupun para pemimpin mereka (Kis 3: 17). Lebih lagi kita tidak dapat melimpahkan tanggung jawab kepada orang-orang Yahudi lainnya dari zaman dan tempat-tempat lain, semata-mata didasarkan pada teriakan khalayak: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami “ (Mat 27: 25), suatu rumusan untuk mensahkan satu putusan pengadilan (KGK art. 597). Kutipan dari Katekismus Gereja Katolik artikel 597 di atas menunjukkan bahwa kita tidak dapat menyalahkan peristiwa penangkapan, penganiayaan, penyaliban hingga wafat Yesus itu kepada seluruh bangsa Yahudi. Artikel selanjutnya (KGK art. 598) menegaskan kembali bahwa semua orang berdosa turut menyebabkan kesengsaraan Allah. Karena dosa semua oranglah yang mengantar Kristus menuju ke penderitaan-Nya. b. Alasan secara Ilahi Kisah Para Rasul bab 2 ayat 23 menuliskan: “ Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya,...”. Kutipan ini memberi petunjuk bahwa apa yang terjadi atas Yesus di dunia merupakan maksud dan rencana Allah. Inilah misteri rencana Allah. Dari kutipan ini juga dapat dilihat bahwa mereka yang telah “menyerahkan” Yesus hanya merupakan pelakon tidak bebas dari sebuah skenario yang telah ditentukan oleh Allah (KGK art. 599). Rencana ilahi untuk mendatangkan keselamatan melalui kematian keji Yesus sudah dimaklumkan lebih dahulu dalam Kitab Suci, yaitu sebagai misteri penebusan yang mencakup segala sesuatu, artinya sebagai tebusan, yang membebaskan manusia dari perhambaan dosa. Wafat Yesus yang menebuskan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49
ini merupakan pemenuhan nubuat mengenai hamba Allah yang menderita (KGK art. 601). Dengan menyerahkan Putera-Nya karena dosa kita, Allah menunjukkan bahwa rencana-Nya untuk kita adalah satu keputusan cinta yang penuh kebaikan dan kasih (KGK art. 604). c. Makna Pengorbanan Yesus Kisah sengsara adalah drama moral yang tidak akan pernah berarti jika tidak diimani. Kisah sengsara adalah pergumulan antara kebaikan dan kejahatan. Makna dari semua kisah ini adalah untuk mengalahkan kekuasaan amoral dan kejahatan atas kehidupan. Yesus membunuh kematian dengan menghilangkan kebuntuannya,
bukan
dengan
menghilangkan
kematian
itu
sendiri
(McBride,2003: 195). Kematian Kristus adalah kurban Paska, di mana “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” melaksanakan penebusan umat manusia secara defintif. Yesus adalah kurban Perjanjian Baru yang menempatkan kembali manusia dalam persekutuan dengan Allah (KGK art. 613). Kurban Kristus ini menyempurnakan dan mengakhiri segala kurban. Kurban itu merupakan satu anugerah
Allah
Bapa
sendiri.
Bapa
menyerahkan
Putra-Nya
supaya
mendamaikan kita dengan diri-Nya (KGK art. 614). Yesus menjadi Hamba Allah yang menderita, yang sebagai ganti menyerahkan diri-Nya untuk kurban pemulihan sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada Allah. Yesus telah menebus dosa-dosa kita dan memberi pemulihan kepada Allah Bapa untuk kita (KGK art. 615).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50
“Cinta sampai kepada kesudahannya” (Yoh 13:1) memberi nilai khusus kepada kurban Kristus dan mengakibatkan bahwa Ia menebus dan memperbaiki, mendamaikan dan menyilih. Pada waktu menyerahkan kehidupan-Nya untuk kita, Yesus mengenal kita semua dan mencintai kita semua. “Kasih Kristus menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa kalau satu orang sudah mati untuk semua orang, maka semua sudah mati” (2 Kor 5: 14). Tidak seorang manusia, malahan orang kudus terbesar sekalijuga, yang mampu menanggung dosa semua manusia dan menyerahkan diri sebagai kurban untuk semua. Tetapi berkat Pribadi Putera ilahi di dalam Kristus, yang melampaui semua pribadi manusiawi dan sekaligus merangkulnya dan membuat Kristus menjadi kepala seluruh umat manusia, maka kurban Kristus dapat menebus semua orang (KGK art. 616).
Artikel di atas menunjukkan kepada kita bahwa sengsara dan kematian Yesus merupakan wujud cinta Yesus kepada Allah. Kurban Yesus membawa nilai khusus untuk manusia, yaitu kurban penebusan. Keilahian Yesus sebagai Putera Allah mengakibatkan pengorbanan Yesus ini menjadi kurban keselamatan untuk semua orang berdosa. Jadi makna pengorbanan Yesus itu adalah bentuk cinta-Nya kepada Allah secara total dan sadar dengan melaksanakan karya Keselamatan Allah hingga wafat demi menebus dosa semua orang. Allah mengasihi manusia dan telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa manusia (1 Yoh 4: 10). Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus (2 Kor 5: 19).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Belakang Penelitian Sastra dapat menjadi suatu media ekspresi pengalaman manusia dengan Tuhan. Dalam upaya untuk menemukan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra, dibutuhkan kerangka acuan atau sarana untuk menggali kekayaan pengalaman religius atau pengalaman iman (Naben, 2006: 114). Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dibaca oleh orang-orang di berbagai daerah dan zaman yang berbeda-beda. Hal ini tentu dapat menimbulkan banyak interpretasi yang berbeda pula. Faktor penyebab timbulnya perbedaan ini dikarenakan dalam suatu karya sastra jauh lebih banyak mengandung berbagai keungkinan dari pada di dunia nyata, juga karena pada hakekatnya manusia memiliki perbedaan pola pikir berdasarkan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi maupun budaya. Penelitian diperlukan untuk menggali makna yang terkandung dalam karya sastra agar pemaknaan tersebut lebih terarah dan berunsur ilmiah. Sejauh yang penulis ketahui, telah ada penelitian dengan menggunakan novel The Devil and Miss Prym ini. Namun penelitian itu berbeda dengan penelitian yang akan penulis laksanakan. Penelitian itu menggunakan novel The Devil and Miss Prym sebagai bahan untuk menemukan nilai-nilai kebenaran suara hati (Sitepu, 2001: viii). Selain itu, ada pula penelitian yang membahas mengenai pelabelan Chantal Prym sebagai penyimpangan akibat pengaruh keberadaan nilai-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52
nilai tradisi dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam pembahasan (Yudita Larasatiningrum, 2008: xii). Penelitian dalam skripsi ini merupakan suatu sarana untuk menemukan makna teologis yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym” karya novelis Brazil, Paulo Coelho. Penelitian ini sekaligus sebagai sarana untuk menemukan relevansi atas keterkaitan antara teologi dan sastra. Ketika unsur teologis dalam karya sastra ditemukan, maka penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan dalam berkatekese.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menemukan makna teologis tentang pengorbanan yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym”.
C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu keilmuan dan kepraktisan. Dari segi keilmuan, penelitian ini bermanfaat untuk memperkuat teori tentang teologi dalam sastra. Dari segi kepraktisan, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk berteologi. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai bahan untuk berkatekese dengan metode Shared Christian Praxis (SCP).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53
D. Metodologi Penelitian 1. Data Penulis menggunakan dua sumber data pustaka dalam penelitian ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer Judul
: The Devil and Miss Prym
Penulis
: Paulo Coelho
Alih Bahasa
: Rosi L. Simamora
Penerbit
: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan/ Tahun terbit : Pertama/ 2005 Tebal buku
: 250 halaman
b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yang penulis gunakan untuk mendukung penelitian ini berupa artikel-artikel dari internet dan buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian.
2. Pendekatan Dalam penelitian ini, penulis memilih pendekatan pragmatis untuk menghampiri objek. Pendekatan Pragmatis merupakan pendekatan yang memberikan perhatian utama terhadap pembaca. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, pendekatan pragmatis bertujuan untuk memberikan manfaat kepada pembaca (Ratna, 2012: 71-72).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54
3. Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek yang dijadikan bahan penelitian (Adi, 2001: 28). Dalam penelitian ini, populasinya adalah data primer yang berupa sebuah novel karya Paulo Coelho dengan judul “The Devil and Miss Prym”.
4. Sampel Sampel artinya keseluruhan objek yang memiliki ciri-ciri yang terkandung pada keseluruhan (Adi, 2001: 28). Sampel dalam penelitian ini adalah tokoh Pastor.
5. Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode hermeneutika. Pada dasarnya, medium pesan adalah bahasa, jadi penafsiran disampaikan lewat bahasa. Karya sastra perlu ditafsikan karena di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa dan di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan. Metode hermeneutika tidak mencari makna yang benar, melainkan makna yang paling optimal (Ratna, 2012: 45-46). Penulis memilih hermeneutika sebagai metode dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa metode ini merupakan metode yang paling tepat untuk memahami unsur teologis dalam karya sastra. Teologi Kristiani merupakan refleksi ilmiah orang kristen atas iman yang dihayati sebagai orang beragama kristiani (Dister, 2007: 35), itu berarti isi iman kristiani tergantung pada agama kristen itu sendiri. Agama dan sastra adalah bahasa, baik lisan maupun tulisan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55
Jadi baik agama maupun sastra yang terdiri atas bahasa tidak dapat dibuktikan karena ini menyangkut keyakinan dan imaginasi, tapi dapat (harus) ditafsirkan.
E. Landasan Teori Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah (Adi Triyono, 2001: 29). Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori yang akan penulis gunakan untuk menemukan makna teologis yang terkandung dalam novel The Devil and Miss Prym. Teori-teori tersebut adalah teori hermeneutika Paul Ricoeur dan teori hasrat segitiga (triangular desire) dan teori kambing hitam Rene Girard. 1. Teori Hermeneutika Hermeneutika secara umum dapat diartikan sebagai teori atau filsafat tentang interpretasi makna. Kata hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani “hermeneuein” yang berarti menafsirkan (Triatmoko, 1993: 61). Banyak filsuf yang membahas mengenai teori atau filsafat ini, seperti Martin Heidegger, Hans George Gadamer, sampai pada Paul Ricoeur. Dalam skripsi ini, penulis memilih menggunakan teori atau filsafat Paul Ricoeur dengan alasan teori atau filsafat Ricoeur sesuai dengan metodologi dalam penelitian. Hermeneutika adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks. Gagasan utama teori ini adalah pemahaman (understanding) pada teks. Menurut Ricoeur, teks adalah wacana yang dibakukan lewat bahasa. Apa yang dibakukan oleh tulisan adalah wacana yang dapat diucapkan, tetapi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56
wacana ditulis bukan karena tidak diucapkan, oleh karena itu teks berdiri secara otonom (Ikhwan, 2010:151-152). Ricoeur mengembangkan teks sebagai wacana dengan mengacu pada dialektika antara peristiwa dan makna, yaitu peristiwa sebagai proposisi yang dianggap sebagai fungsi predikatif yang digabung dengan identifikasi. Jadi, wacana diaktualisasikan sebagai peristiwa; dan semua wacana dipahami sebagai makna. Seperti dua fungsi sebagai identifikasi dan predikasi, makna atau sense berarti menunjukkan pada isi proposisional. Penekanan dan pelampauan peristiwa dalam makna inilah ciri utama wacana hermeneutika Paul Ricoeur (Ikhwan, 2010:153). Makna teks ini mengacu pada apa yang dilakukan pembaca dan apa yang dilakukan kalimat. Makna teks sebagai proposisi merupakan sisi “objektif” makna ini. Penjelasan mengenai sisi objektif wacana dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dapat diartikan “apa”-nya wacana (sense) dan “tentang apa” wacana (reference). Jika sense imanen terhadap wacana dan objektif dalam arti ideal, dengan kata lain sense berkolerasi dengan fungsi identifikasi dan fungsi predikatif dalam kalimat. Sedangkan reference mengungkap gerak ketika bahasa melampaui dirinya sendiri, maka reference menghubungkan bahasa dengan dunia (Ikhwan, 2010: 153). Dialektika sense dan reference memiliki kaitan dengan dialektika peristiwa dan makna karena “mengacu” pada apa yang dituju kalimat dalam situasi tertentu seperti apa yang dilakukan pembicara ketika ia menerapkan katakatanya dalam realitas. Peristiwa ujaran terjadi ketika seseorang mengacu pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57
suatu waktu tertentu. Akan tetapi, peristiwa itu menerima strukturnya dari apa makna sebagai sense yang dilewati oleh intensi yang mengacu pembicara. Ricoeur membedakan arti reference setiap proposisi. Arti adalah objek ideal yang dimaksudkan oleh proposisi sehingga bersifat imanen. Reference adalah nilai kebenaran dari proposisi sehingga tuntunannya menjangkau kebenaran. Referensi membedakan wacana dari bahasa sebagai language. Bahasa sebagai language tidak memiliki kenyataan dan hanya dengan kata-kata leksikal belaka. Hanya wacana yang memaksudkan kenyataan, menerapkan dirinya pada kenyataan, dan menyatakan dunia (Ikhwan, 2010: 153-154). Ricoeur menekankan kajian hermeneutikanya pada pemahaman teks (otonomi semantik teks), yang interpretasinya didasarkan pada teks. Jadi konsep ini tidak lagi berhubungan dengan psikologi pengarangnya karena tali-tali antara pengarang dan karyanya telah diputuskan. Teks mempunyai dunianya sendiri yang terlepas dari beban psikologis mental pengarangnya. Interpretasi bergerak pada dua wilayah karena teks adalah bahasa tulis yang memenuhi dirinya sendiri. Wilayah itu adalah “kedalam” sense yang berupa “penjelasan” (explanation) terhadap dunia dalam teks yang bersifat objektivasi dan “keluar” reference yang berupa pemahaman terhadap dunia luar yang diacu oleh teks yang bersifat subjektivasi (Ikhwan, 2010: 154:155).
a. Pemikiran Ricoeur: dari simbol ke teks Pemikiran Ricoeur tentang simbol-simbol sering dianggap sebagai titik tolak analisis hermeneutikanya. Ricoeur mendefinisikan interpretasi sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 “usaha akal budi untuk menguak makna tersembunyi dibalik makna yang langsung tampak, atau untuk menyingkap tingkat makna yang diandaikan dalam makna harafiah”. Dari definisi ini, Ricoeur melihat struktur simbol sebagai intensionalitas
ganda,
yaitu
makna
harafiah
dan
makna
tersembunyi.
Intensionalitas inilah yang mengundang interpretasi. Hermeneutika, dengan demikian menjadi suatu proses penguraian yang memunculkan arti dan makna dari keadaan semula yang tersembunyi. Interpretasi atas simbol mengandaikan bahwa simbol itu di satu pihak harus di mengerti atas dirinya dan di lain pihak juga harus di pahami sebagai sesuatu yang mengatasi dirinya, karena simbolisme berakar dalam fungsi simbolik yang umum untuk semua kata-kata, berakar dalam fungsi universal dari bahasa (Triatmoko, 1993:70 dan 72). Simbol-simbol memiliki arti lebih dari pada yang dikatakannya. Ekspresi simbolik mengekspresikan (menandai) sekaligus mengindikasikan (menunjuk pada) sesuatu itu. Sebuah ekspresi simbolik adalah sebuah fungsi ganda, yaitu apa yang dimaksudkan subjek dan apa yang ditunjukkan simbol tersebut. Simbolisme mengandaikan hermeneutika karena ia merupakan sebuah ekspresi bermaknaganda sementara hermeneutika adalah seni untuk menguraikan simbol-simbol. Ekspresi bermakna ganda mendefinisikan sebuah simbol dengan struktur semantik di mana makna pada tatanan pertama menunjuk pada makna tatanan kedua yang dapat digapai pada makna tatanan pertama tadi. “Kekuatan pengungkap” (revealing power) dari simbol-simbol itu adalah apa yang mengikat pada makna, dan makna pada saya. Kita dapat turut berpartisipasi dalam simbol ketika kita memahaminya, dengan kata lain, kita percaya bahwa sebuah simbol memiliki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59
kemampuan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada kita. Pemahaman merupakan sebentuk partisipasi karena untuk bisa memahami seseorang harus siap untuk mempercayai. Keyakinan bahwa simbol memiliki kekuatan pengungkap untuk menyampaikan dan memulihkan makna yang hilang atau tersembunyi menghidupi hermeneutika, sehingga dalam pengertian ini, interpretasi adalah sebuah ingatan akan makna (a recollection of meaning) (Kaplan, 2010: 30-31).
b. Appropriasi Appropriasi menjadi tujuan utama dari semua hermeneutika. Ricoeur melihat pendekatan struktural sebagai suatu kutub objektif dalam proses interpretasi yang mempersiapkan kutub subjektif yang dinamakan appropiasi. Pendekatan struktural dan pemahaman hermeneutik dilihat oleh Ricoeur secara dialektik sebagai dua hal yang saling melengkapi. Teks memiliki struktur imanen yang membutuhkan cara pendekatan struktural dan teks juga memiliki referensi luar yang mengatasi bidang filsafat bahasa. Struktur imanen dari teks ini membuat teks menjadi otonom oleh karena adanya proses distansi. Konsekuensi proses distansi inilah yang menjadi lahan bagi proses appropriasi, sehingga appropriasi berarti membuat apa yang asing menjadi milik sendiri lewat pembacaan kembali teks yang membuka cakrawala/ dunia teks baru yang harus dimengerti dalam arti esensial, yakni sebagai suatu cara baru untuk memahami realitas (Triatmoko, 1993:73-74).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60
2. Teori Hasrat Segitiga dan Teori Kambing Hitam a. Teori Hasrat Segitiga Hasrat segitiga merupakan teori fase pertama yang ditemukan oleh Rene Girard berdasarkan hasil analisis novel karya Gustave Flaubert (1821-1880), Stendhal (1783-1842), Marcel Proust (1871-1922), dan Fyodor Dostojevsky (1821-1881) (Sindhunata, 2007: 22). Girard menolak adanya garis linear yang menghubungkan secara langsung antara objek dengan subjek, melainkan karena ada mediator hasrat (mediator of desire) yang memilihkan dan menentukan objekobjek dari hasrat subjek. Jadi, subjek dan objek tidak berada dalam satu garis linear langsung, melainkan dalam hubungan segitiga di mana mediator sebagai titik tengahnya (Sindhunata, 2007: 19-21), model inilah yang disebut hasrat segitiga (triangular desire). Girard berpendapat bahwa semua pengetahuan manusia itu adalah sistematik. Realitas manusia meskipun terlihat tidak menentu, irasional, dan tidak sistematis, namun memiliki kekuatan untuk membentuk dirinya sebagai realitas tertentu. Realitas manusia itu mempunyai logika untuk membentuk dirinya sebagai realitas. Dalam artian inilah realitas manusia merupakan suatu sistem, yaitu pandangan dasar tertentu dalam perilaku manusia, yang menghasilkan pola hubungan antar manusia yang menentu pula. Pola hubungan ini berakibat pada setiap aspek kehidupan, termasuk dalam karya sastra. Teori hasrat segitiga merupakan pengetahuan sistematis yang eksplisit atas sistematika karya sastra. Dengan teori hasrat segitiga dapat terlihat dengan jelas bagaimana pola hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61
manusia dalam masyarakat. Hasrat segitiga adalah sistem dari masyarakat itu sendiri (Sindhunata, 2007: 21-22). Girard menemukan bahwa hasrat segitiga itu selalu ada, tidak terelakkan, karena mediator selalu hadir dalam setiap objek yang diinginkan subjek. Hasrat segitiga bukanlah pola mati. Hasrat segitiga ini tidak dapat ditentukan dan dilihat jelas pada suatu tempat, dan ia tampak tidak memiliki realitas. Ia adalah sistem yang dikejar, dihayati, dan dihidupi oleh subjek. Dalam artian ini, subjek tidak lagi menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi peniru mediator. Dari sini terbukalah kenyataan dalam masyarakat yang kehidupannya berjalan berdasarkan sistem tiru-meniru (Sindhunata, 2007: 22-23). Girard menemukan adanya dua jenis mediasi berdasarkan hasil penelitiannya, yaitu mediasi ekstern dan mediasi intern. Mediasi ekstern keadaan di mana adanya jarak spiritual yang sangat jauh antara subjek dan mediator yang membuat subjek merasa rendah diri padahal hatinya terbakar untuk meniru mediator. Jarak spiritual yang dimaksud di sini adalah perbedaan derajat atau pangkat. Sedangkan mediasi intern adalah keadaan di mana subjek dan mediator berada pada lingkungan yang satu dan sama dan hampir tidak memiliki perbedaan derajat. Subjek atau si peniru dapat mendekati objek yang dibela atau diinginkan mediator, bahkan bisa merebutnya (Sindhunata, 2007: 25). Mediasi intern ini pada akhirnya memunculkan rivalitas antara subjek dan mediator. Hal ini terjadi karena baik subjek maupun mediator sama-sama mengingkari peniruannya, menjaga gengsi keaslian dirinya, dan menyembunyikan imitasinya. Subjek tidak mau dikatakan meniru mediator meskipun dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62
tindakannya terlihat ia meniru mesdiator. Sementara mediator yang dikagumi penirunya itu lama-lama takut tersaingi, sehingga murid yang belajar padanya kini dibencinya, jadi musuhnya. Kebencian mediator ini memecahkan perasaan subjek, menjadi benci dan kagum terhadap mediator. Perasaan seperti ini disebut hatred, dengki. Dalam kedengkian itu, yang pertama kali muncul adalah rasa kagum terhadap mediator. Namun rasa kagum itu disembunyikan hingga berakibat subjek hanya melihat mediator sebgai penghalang. Dengan demikian terjadi pembalikan peran oleh subjek terhadap mediator yang tadinya sebagai panutan untuk ditiru menjadi penghalang. Karena kedengkian ini pula, terjadi pembalikan proses terjadinya hasrat. Bagi subjek, kini mediator adalah rival karena ia menghalangi hasrat subjek yang menurutnya hasrat itu timbul asli dari dirinya, spontan, padahal hasrat itu timbul dari dan karena mediator (Sindhunata, 2007: 25-26). Menurut girard, fenomena kedengkian pada zaman modern ini mengarah pada pengertian keirihatian. Hakikat keirihatian adalah kegagalan dan kelumpuhan. Pengertian iri hati itu akan komplet jika kita tidak melupakan mediasi intern dari hasrat segitiga yang menjadi sistem masyarakat modern. Emosi-emosi yang melanda masyarakat modern kini adalah buah hasil vanity (hasrat yang ikut-ikutan) (Sindhunata, 2007: 26-27). Mencintai dengan mencemburu muncul kemudian setelah keirihatian. Subjek menjadi budak orang yang ditirunya padahal orang yang ia tiru itu dibencinya setengah mati. Mediator tidak disembunyikan lagi. Maka kebencian dan keirihatian tidak tertutupi lagi (Sindhunata, 2007: 30-34).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63
Hasrat segitiga itu satu, tapi ia bisa menciptakan dua ujung korban karena mediasi ekstern dan mediasi intern. Hasrat segitiga adalah satu dan sama. Subjek (peniru) yang menurunkan keirihatian, kesombongan, cinta dan cemburu, hingga pada cinta dan benci. Kedengkian, iri hati, dan ketidakberdayaan diri adalah hasil ilusi akan spontanitas individu yang sebenarnya ada dalam cengkraman tirani mediator (Sindhunata, 2007: 37). Hasrat segitiga adalah suatu sistem yang metafisik, karena ia merupakan struktur dasar pengalaman manusia yang menjelma dalam gejala-gejala pengalaman konkret yang satu sama lain sebenarnya satu dan seragam. Sistem itu menentukan pola hubungan manusia yang diceritakan para novelis. Perbedaan secara individual (watak, pribadi, kualitas para tokoh) maupun secara sosialhistoris (kehidupan para tokoh dalam masyarakat dan kurun waktu tertentu) tidak bisa meniadakan kemiripan pola tingkah laku mereka, karena mereka bersumberkan pada sistem metafisik yang satu dan sama, yaitu hasrat segitiga (Sindhunata, 2007: 39). Hasrat segitiga membuat orang mentransfigurasikan objek-objek yang abstrak seakan-akan konkret. Dalam artian ini memaksa diri agar objek-objek itu sungguh-sungguh ada secara konkrit. Mediator adalah surya yang memancarkan cahaya misterius, yang membuat objek-objek bersinar terang. Padahal itu adalah suatu bentuk hasutan dan tipuan moderator agar subjek menganggap keinginan akan objek-objek itu adalah spontan yang orisinil (passion). Passion dapat muncul juga dalam suatu novel, namun pasion itu mandul. Passion tidak pernah bisa mengubah objek. Pada akhirnya karena desakan mediator, vanity menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64
berkuasa karena vanity muncul dari tokoh-tokoh yang disebut paling passionate sehingga passion itu tidak dapat lagi disebut passion (Sindhunata, 2007: 41-43). Hasrat segitiga Girard pada akhirnya dapat disebut sebagai teori literer Rene Girard yang menjadi isi dari pengertian “mimesis”. Dalam karya-karya Girard kemudian, ia tidak ragu-ragu lagi menyebut hasrat segitiga sebagai mimesis. Dan teori hasrat segitiga atau mimesis Girard ini mengandung dua pokok pikiran berikut: Pertama, hasrat manusia itu tidak pernah otonom secara sempurna. Mediator menjadi jalan bagi subjek untuk menuju kepada objek. Jadi, hasrat itu mengikuti pola segitiga. Subjek menghasratkan objek lewat mediator. Kedua, hasrat segitiga itu, mau tidak mau menyimpan rivalitas. Mediator yang semula adalah model (untuk ditiru), lama-lama dianggap menjadi rival yang menghalangi hasratnya. Hubungan subjek dan mediator sungguh kompleks dan ruwet. Ketika persaingan mereka semakin ketat, makin model dianggap rival yang menghalangi, makin subjek menginginkan rival yang penghalang itu jadi modelnya (Sindhunata, 2007: 85-86). Teori Girard tentang mimesis adalah semacam structural geometry, yang sangat rasional. Mimesis adalah suatu status metafisik yang dinamis, yang mendahului individu dan masyarakat, dan menjerat individu, dan masyarakat. Mimesis bisa dianggap irasional (negatif), tapi sebagai suatu status, ia sangat sistematis dan rasional (positif). Mimesis Girard menyediakan dan mencakup kemungkinan perpaduan antara model dan peniru. Girard tidak menghindarkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65
kemungkinan konflik antara keduanya. Konflik itulah yang menjadi salah satu unsur yang dinamis dalam mimesis (Sindhunata, 2007: 87-90).
b. Teori Kambing Hitam Teori kambing hitam adalah fase kedua teori Girard setelah teori hasrat segitiga atau mimesis. Girard memperluas rivalitas dalam teori mimesis yang bersifat individual ke arah luar, yaitu rivalitas mengenai relasi-relasi sosial dalam masyarakat. Di sinilah ia menemukan bahwa mimesis hasrat itu mau tidak mau membuahkan
mekanisme
kambing
hitam.
Berikut
adalah
kilas
balik
perkembangan pemkiran Girard, mulai dari teori mimesisnya sampai ke teori kambing hitam dalam bentuk butir-butir ringkasan Raymund Schwager (dalam Sindhunata, 2007: 204-205): a) Hasrat manusia pada pokoknya tak terarahkan pada sebuah objek yang spesifik. Hal ini karena adanya hasrat segitiga atau mimesis. b) Hasrat yang lahir karena mimesis itu mau tak mau mengakibatkan konflik. Makin hasrat meningkat, makin orang memfokuskan dirinya pada rival yang harus dilawannya. Rivalitas ini mau tidak mau mengarah pada kekerasan untuk memperjuangkan hasratnya dan mempertahankan hidupnya. c) Karena semua manusia itu mencenderungi tindakan kekerasan, hidup damai dalam masyarakat tidak dapat diandaikan akan terjadi dengan sendirinya. Akal sehat maupun maksud baik tidak menjadi jaminan bagi kedamaian itu. Namun peluang bagi kedamaian itu tetap ada dengan cara mengalihkan agresi yang saling bermusuhan itu ke dalam kekerasan yang satu dan seragam, kekerasan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66
dari semua melawan
satu.
Maka semua
orang lalu mengerahkan
permusuhannya dan kekerasan pada kambing hitam, yang dipilih mereka secara sewenang-wenang. Sekarang kesalahan ada pada pihak kambing hitam, bukan pada mereka. Itulah mekanisme kambing hitam. d) Mimesis mengakibatkan hasrat mereka berbenturan satu sama lain mengakibatkan konflik dan rivalitas, juga melahirkan kekerasan. Sedangkan kambing hitam meredamkan rivalitas, menghilangkan konflik dan kekerasan, dan masyarakat kembali ke dalam ketenangannya. Lewat pengosongan kolektif terhadap hassrat mimetis yang saling menghancurkan itu, kambing hitam yang tadinya dianggap jahat dan penyebab kekerasan, kini disakralkan dan dianggap sebagai pembawa keselamatan. Karena dialah lahir kekerasan sakral yang dipraktekkan dalam ritual. e) Dalam praktik korban, kekerasan kolektif yang asali dialihkan menjadi kekerasan pada kambing hitam. Hal itu diatur dan dikontrol dengan ketentuan dan aturan ritus yang ketat dan keras. Dengan demikian, agresi internal dikosongkan keluar , dan masyarakat dipulihkan dari kehancuran diri.
F. Teknik Analisis Penelitian dalam skripsi ini menggunakan teknik analisis hermeneutika Paul Ricoeur sebagai acuan untuk melakukan analisis novel “The Devil and Miss Prym”. Teknik analisis dengan menggunakan paradigma teori hermeneutika Paul Ricoeur mencakup tiga langkah kerja analisisnya (dalam Ikhwan, 2010: 163-164), yaitu:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67
1.
Langkah objektif Langkah objektif (penjelasan), yaitu menganalisis dan mendeskripsikan
unsur-unsur pembangun karya sastra. Unsur-unsur pembangun sebuah karya sastra terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Fakta cerita terdiri atas alur, tokoh, dan latar. Sedangkan sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa dan suasana, simbol-simmbol, imagi-imagi, dan cara-cara pemilihan judul. Dalam penelitian ini, penulis tidak akan mendeskripsikan seluruh unsurunsur struktur pembangun novel “The Devil and Miss Prym” mengingat model pendekatan yang penulis gunakan adalah resepsi sastra – postrukturalisme, maka penulis akan menganalisis unsur struktur pembangun novel, yaitu analisis tokoh dan penokohan.
2.
Langkah Reflektif
Langkah Reflektif (pemahaman), yaitu menghubungkan dunia objektif teks dengan dunia yang diacu (referrence).
3.
Langkah Filosofis
Langkah Filosofis yaitu langkah pemahaman pada tingkat being atau keberadaan makna itu sendiri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV ANALISIS NOVEL “THE DEVIL AND MISS PRYM”DENGAN TEKNIK ANALISIS HERMENEUTIKA DAN CONTOH PERSIAPAN KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) SEBAGAI BENTUK APLIKASI
Dalam bab ini, penulis akan membagi menjadi dua bagian utama. Pada bagian pertama, penulis akan mendeskripsikan analisis novel “The Devil and Miss Prym”. Sedangkan bagian kedua adalah contoh aplikasi atas analisis novel dalam bentuk program katekesemodel Shared Christian Praxis (SCP).
A. Analisis Novel “The devil and Miss Prym” dengan Teknik Analisis Hermeneutika Analisis novel dengan menggunakan teknik analisis hermeneutika bergerak dari langkah objektif (analisis unsur-unsur pembangun karya sastra), lalu reflektif (menghubungkan dunia objektif teks dengan dunia yang diacu), kemudian langkah filosofis (pemahaman pada tingkat keberadaan makna). 1.
Langkah Objektif Langkah objektif merupakan langkah awal dari analisis teks dengan teknik
analisis hermeneutika. Langkah objektif bekerja dengan cara menganalisis dan mendeskripsikan unsur-unsur pembangun karya sastra. Unsur pembangun karya sastra yang akan penulis analisis adalah tokoh dan penokohan pastor.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69
Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif (karya sastra). Pembicaraan mengenai tokoh dengan segala perwatakan dengan berbagai citra jati dirinya, dalam banyak hal, menarik banyak perhatian orang. Tokoh dan penokohan menjadi penting dan menarik karena tokohlah yang diceritakan dalam suatu karya sastra, tokohlah yang melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu, tokohlah yang membuat konflik. Segala hal ini adalah urusan tokoh dan penokohan (Nurgiyantoro, 2005: 164). Tokoh „pastor‟ merupakan tokoh utama tambahan dalam novel ini. Tokoh utama tambahan adalah tokoh yang tergolong penting dan memiliki kadar keutamaan lebih banyak dari pada tokoh-tokoh tambahan yang lain namun tidak sebanyak tokoh utama (yang) utama (Nurgiyantoro, 2005: 176-178). Tokoh pastor tidak banyak muncul seperti halnya tokoh orang asing maupun Miss Prym, namun tokoh pastor memiliki peranan penting dalam perkembangan plot novel ini. Bahkan, Paulo Coelho juga menuliskan kisah tentang tokoh pastor ini dalam bab tersendiri. Nama „pastor‟ memiliki arti atau makna yang cukup jelas. English Dictionary menuliskan Priest, a person authorized to perform sacred rites; ... Roman Catholic clergyman ranking below a Bishop (1999, 335). Jadi, pastor adalah seorang yang bekerja sebagai pendeta katolik dibawah uskup dan ia berwenang melakukan ritual sakral/ keagamaan katolik. (1) Sejak masih belia, ia telah disiapkan menjalani kehidupan pastor, dan itulah panggilan hidupnya. Ketika usianya dua puluh satu tahun, ia telah ditahbiskan sebagai pastor. Semua orang mengagumi talentanya sebagai pastor pembantu. Ia mengucapkan doanya setiap malam,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70
mengunjungi orang-orang sakit dan orang-orang yang dipenjara, serta memberi makan orang yang kelaparan – seperti yang diperintahkan Kitab Suci. Tak lama kemudian ketenarannya menyebar ke seluruh wilayah dan sampai ke telinga uskup, orang yang terkenal bijaksana dan adil. (Coelho, 2005: 185-186) Kutipan teks di atas menunjukkan bahwa pastor adalah seorang katolik. Pastor terkenal sebagai seorang yang cerdas dan beriman. Ia telah menjalani kehidupan sebagai seorang pastor sejak kecil dan ini membantunya untuk menjadi imam yang taat setelah ia ditahbiskan. Kecerdasan dan gaya hidupnya itu terdengar sampai ke telinga Uskup. Kata “Uskup” dalam kutipan tersebut menunjuk pada suatu jabatan dalam susunan hierarki agama Katolik. Katekismus Gereja Katolik artikel 881 menuliskan, jabatan gembala dari Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar Gereja di bawah kekuasaan tertinggi (primat) Paus, wewenang itu dilanjutkan oleh para Uskup. Sebagai pastor muda, ia sangat menginginkan kebijaksanaan. Ia merasa sudah bijaksana dengan semangat berderma dan kerendahan hati. Di Viscos pastor menyadari bahwa kebijaksanaannya itu telah membawanya pada kesombongan. (2) “Tidak,” sahut pastor, “aku hanya menginginkan kebijaksanaan” (Coelho, 2005: 188) (3) Sepuluh tahun berlalu. Pada akhir tahun ke sepuluh, pastor menyadari kesalahannya: pencariannya terhadap kebijaksanaan telah menjadi kesombongan. Ia begitu yakin terhadap keadilan ilahi, sehingga gagal menyeimbangkannya dengan kemampuan diplomasi. (Coelho, 2005: 189) Kehidupan sebagai seorang pastor tentu mempercayai kehadiran Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan. Hal ini yang mendorong pastor untuk terus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71
mencari kebijaksanaan. Mengingat bahwa sejak kecil pastor telah menjalani kehidupan sebagai seorang pastor, menjadi pastor di usianya yang masih muda, dan mampu menjadi pastor pembantu yang baik telah membuat pastor merasa dirinya mampu mengubah masyarakat Viscos. Namun ketika dihadapkan pada kehidupan masyarakat Viscos yang tidak membiarkan Tuhan hadir dalam hidup mereka, pastor mulai menyadari bahwa pencariannya selama ini berubah menjadi kesombongan. Pastor terpengaruh oleh keadaan yang tidak berubahdari waktu ke waktu. Ia mulai putus asa dan merasa hidupnya di Viscos menjadi sia-sia. (4) Setelah dua puluh tahun, pada suatu malam ia terbangun dalam keadaan putus asa: hidupnya benar-benar sia-sia. Ia tahu betapa besar kemampuannya dan betapa sedikit yang telah dicapainya. Ia teringat dua carik kertas yang selalu di simpannya di saku, dan sadar kini ia selalu merogoh ke saku kanan. Ia ingin menjadi bijaksana, tapi tidak memiliki kemampuan berpolitik. Ia ingin bersikap adil, namun tidak memiliki kearifan. Ia ingin menjadi politikus, tapi tidak mempunyai keberanian. (Coelho, 2005: 190) Kutipan di atas semakin memperjelas karakteristik tokoh pastor dalam hal kebijaksanaan dan keadilan. Pada saku kanan pastor, terdapat secarik kertas yang bertuliskan “Aku bukan apa-apa selain debu dan abu” (Coelho, 2005:118). Kalimat ini menunjuk pada kesadaran diri dan kepasrahan diri manusia sebagai ciptaan Allah. Dasar dari sikap manusiawi adalah manusia itu sendiri. Menjadi bijaksana tentu membutuhkan keseimbangan dalam pemikiran dan bersikap. Sebagai seorang katolik yang taat, pastor percaya bahwa Tuhan telah menjawab doa-doanya. Untuk mengembalikan Viscos sebagai desa yang religius, pastor merelakan diri untuk menjadi alat jahat Tuhan. Pastor menunjukkan sifat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72
jahatnya untuk menjadikan dirinya baik di mata Tuhan. Itulah sifat rendah diri pastor yang ditujukan untuk Tuhan. (5) Baru ketika miss Prym mengutarakan tentang tawaran itulah ia menyadari doa-doanya telah terjawab. (Coelho, 2005: 192) (6) “Kejahatan perlu mewujudkan dirinya agar penduduk Viscos mengerti nilai kebaikan.” Sebagaimana pengkhianat di Alkitab memahami apa yang telah dilakukannya segera setelah ia mengkhianati Yesus, orangorang di desa inipun akan menyadari perbuatan mereka. Mereka akan merasa sangat menyesal, hingga satu-satunya tempat mereka mengadu adalah Gereja. Dan setelah bertahun-tahun, Viscos sekali lagi akan menjadi desa Kristiani. (Coelho, 2005: 192) (7) Perannya adalah menjadi alat Jahat; itulah tindakan paling rendah hati yang bisa dipersembahkannya kepada Tuhan. (Coelho, 2005: 192) Kutipan pada nomor 5 mengacu pada peristiwa ketika Miss Prym mengungkapkan tentang emas dan pembunuhan yang diinginkan tokoh pria asing (Coelho, 2005: 98-103).Perlu diketahui, kedatangan pria asing ke Viscos adalah untuk menemukan pencarian atas pertanyaan dalam dirinya tentang sifat dasar manusia apakah baik atau jahat. Pria asing datang dengan membawa sebelas batang emas sebagai imbalan bagi penduduk Viscos jika ada seorang penduduk yang dikorbankan (dibunuh) (Coelho,2005: 18-33). Alasan inilah yang memunculkan hasrat dalam diri pastor untuk menjadi alat jahat Tuhan. Pastor adalah seorang hamba Tuhan yang sangat patuh pada agamanya. Ia adalah seorang katolik yang taat dan mempercayai kisah pengorbanan Yesus sebagai kisah penyelamatan umat manusia. (8) “Satu-satunya yang kutahu adalah agamaku. Dalam agamaku, pengorbanan satu orang manusia menyelamatkan seluruh manusia” (Coelho, 2005: 139)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 Kata “agamaku” dalam kutipan di atas jelas menunjuk pada agama katolik yang dianut oleh pastor. Dalam agama katolik, “pengorbanan satu orang manusia” yang dapat menyelamatkan seluruh manusia adalah pengorbanan Yesus (bdk. KGK art 517). Tokoh pastor ingin membuktikan keberadaannya sebagai orang yang saleh di desa itu. Ia tetap mengadakan berbagai ritual keagamaan meski ia tahu bahwa penduduk Viscos tidak benar-benar religius. (9) Yang jelas, hanya sedikit yang mau repot-repot menghadiri misa yang diadakan dua kali seminggu, satu pada hari Sabtu dan satu lagi hari Minggu, keduanya dimulai pukul sebelas pagi. Meski demikian, pastor selalu memastikan misa ini ini tetap diadakan, meski hanya sebagai pembenaran atas keberadaannya di Viscos. Ia ingin memberi kesan dirinya orang saleh yang sibuk. (Coelho, 2005: 161) Pastor
dapat
melihat
ketakutan
penduduk
desa,
karena
itu
ia
memanfaatkan situasi tersebut untuk menunjukkan sifatnya sebagai seorang pemimpin yang pandai berdiplomasi. (10) “Biar aku saja yang memimpin pertemuan,” sahut pastor (Coelho, 2005: 193) (11) “Lagi-lagi rasa takut,” pikir pastor. “kalau ingin mengendalikan seseorang, kau hanya perlu membuat mereka takut,” (Coelho, 2005: 193) Pastor tidak bisa mengatakan dengan terus terang siapa yang akan dikorbankan meskipun ia telah memiliki korban itu sendiri. Ia mengusulkan tiga nama termasuk dirinya. Pasor menyusun seolah-olah dia ingin mengorbankan dirinya. (12) Semua orang di desa ini memiliki seseorang yang akan merasa kehilangan bila sesuatu terjadi kepada mereka, dan tak satupun dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74
kita ingin sesuatu menimpa orang-orang yang kita kasihi. Hanya tiga orang yang tidur sendirian di desa ini: aku sendiri, Berta, dan Miss Prym.” (Coelho, 2005: 177) (13) “
“Apakah kau menawarkan dirimu sendiri untuk berkorban, pastor?
“ Jika itu demi kebaikan semua” (Coelho, 2005: 177) (14) Hanya beberapa jam sebelumnya, ia menawarkan dirinya sendiri untuk menjadi martir. Tindakan itu penuh resiko, tapi ia sudah mempersiapkan diri nya kalau saja orang-orang itu berfikiran panjang dan tidak mudah dimanipulasi. (Coelho, 2005: 185) Cerdik adalah gambaran sifat yang dapat menjelaskan tokoh pastor dalam kutipan di atas. Pastor memilih orang-orang yang tidak memiliki kerabat di desa itu untuk dijadikan korban. Sebagai pastor, ia adalah orang asing yang datang untuk melakukan pelayanan secara total kepada umat di Viscos. Dengan alasan ini, ia menunjukkan kepada penduduk bahwa dirinya siap menjadi korban. Namun hal ini
hanyalah
manipulasi
belaka.
Pastor
tidak
sungguh-sungguh
ingin
mengorbankan dirinya. Jika ia mati maka ia tidak dapat menikmati eksistensinya sebagai pastor. Terlebih lagi, ia tidak dapat mempertobatkan penduduk Viscos seperti harapannya. Pastor meyakinkan mereka bahwa membunuh hamba Tuhan adalah dosa besar. Ia menginginkan Berta sebagai korban. Namun ia tidak bisa mengusulkannya langsung hingga orang lain yang mengusulkannya dan ia meyakinkan pilihan mereka itu. Dari sini muncullah sifat licik tokoh pastor, bahkan ia menuduh Berta membiarkan Jahat masuk, maka Bertalah yang pantas menjadi korban. (15) “Aku tidak bisa melakukannya.” Ujar pastor. “Para martir mengorbankan diri jika orang-orang ingin membunuh mereka. Mereka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75
tidak pernah mengusulkan kematian mereka sendiri, karena Gereja mengatakan hidup ini adalah hadiah dari Tuhan. Kalianlah yang harus menjelaskan kepada orang banyak.” (Coelho, 2005: 178) (16) “Sebaliknya,” kata pastor, “seperti kata kalian, orang yang membiarkan Jahat masuk, dia jugalah yang harus mengusirnya.” (Coelho, 2005: 179) Martirium adalah kesaksian teragung yang dapat diberikan orang untuk kebenaran iman hingga mati. Seorang martir memberikan kesaksian untuk Kristus. Ia memberikan kesaksian untuk kebenaran iman dan ajaran iman kristen dan menerima kematian dalam kekuatan kristen (KGK art. 2473). Seorang martir memang tidak bisa mengusukan kematiannya sendiri. Yesus pun tidak pernah mengusulkan kematian-Nya di salib meskipun Ia sudah tahu apa yang akan terjadi pada-Nya. Alasan ini dimanfaatkan oleh pastor untuk membebaskan dirinya menjadi seorang korban. Pastor
dapat
melihat
ketakutan
penduduk
desa,
karena
itu
ia
memanfaatkan situasi tersebut untuk menunjukkan sifatnya sebagai seorang pemimpin yang pandai berdiplomasi. (17) “Biar aku saja yang memimpin pertemuan,” sahut pastor (Coelho, 2005: 193) (18) “Lagi-lagi rasa takut,” pikir pastor. “kalau ingin mengendalikan seseorang, kau hanya perlu membuat mereka takut,” (Coelho, 2005: 193) Hidup di Viscos selama dua puluh tahun membuat pastor merasa seperti hidup dalam neraka. Ia merasa kecewa dan lelah terhadap penduduk Viscos, karenanya ia menginginkan balas dendam. Peristiwa pengorbanan yang diinginkan orang asing itu menjadi jawabannya. Pastor merasa menjadi orang baik dengan berbuat jahat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 (19) “Belum. Tapi aku pernah ke neraka dan aku tahu betapa mengerikannya tempat itu, seindah apapun kelihatannya dari luar.” (Coelho, 2005: 219) (20) “Memang terkutuk,” ujar pastor. “Selama lebih dari dua puluh tahun aku berusaha memberkati desa ini, tapi tak seorang pun mendengar seruanku. Selama dua puluh tahun ini aku mencoba menanamkan kebaikan di dalam hati semua orang, sampai akhirnya aku menyadari bahwa Tuhan memilihku untuk menjadi tangan kiriNya dan menunjukkan kejahatan yang ada pada diri manusia. Mungkin dengan cara ini penduduk Viscos akan takut, dan akhirnya mau menerima kepercayaan itu.” (Coelho, 2005: 221) Kutipan nomor 20 menunjukkan sikap pastor yang pantang menyerah. Selama lebih dari 20 tahun ia berusaha untuk melayani penduduk Viscos sebagai pastor. Namun ketika pastor sampai pada titik keputusasaan, ia memilih menjadi alat jahat Tuhan sebagai cara untuk mewartakan keagungan Tuhan. Berdasarkan
analisis
dari
kutipan-kutipan
diatas,
penulis
dapat
merangkumnya sebagai berikut: Tokoh pastor digambarkan sebagai seorang katolik yang taat. Sejak kecil ia sudah diarahkan untuk menjalani kehiduan seorang pastor, dan oleh karena itu pula, di usianya yang masih muda ia sudah ditahbiskan menjadi seorang pastor. Tokoh pastor terkenal sebagai seorang pastor yang pandai dan cerdas. Bahkan di kisahkan ia pernah memimpin sebuah paroki penting. Sepanjang hidupnya, pastor ingin mejadi seorang yang bijaksana. Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang dianggapnya membawa kepada kebijaksanaan, namun akhirnya ia menyadari bahwa pencariannya itu membuatnya sombong. Setelah tinggal di Viscos, pastor menyadari keberadaannya di sana sia-sia. Pastor merasa dirinya gagal membawa penduduk Viscos untuk percaya kepada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77
Tuhan. Namun kegagalannya itu tidak membawanya lari dari Tuhan. Ia tetap menjadi hamba Tuhan yang percaya hingga akhirnya Chantal Prym menceritakan permainan yang dibuat oleh orang asing dan menganggap itu adalah jawaban dari Tuhan atas dosa-dosanya. Pastor menggunakan kecerdasan dan kemampuannya sebagai seorang pemimpin untuk mempengaruhi penduduk Viscos. Pastor ingin memperlihatkan bahwa dirinya adalah hamba Tuhan yang baik dengan berbuat jahat. Berdasarkan analisis di atas, tokoh pastor termasuk tokoh bulat atau kompleks. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya (Nurgiyantoro, 2005: 183). Melihat pergulatan yang dialami tokoh pastor ini, penulis melihat kekayaan yang terungkap dari sisi hidupnya. Bermula dari seorang pastor yang pandai dan terkenal, berubah menjadi pastor yang putus asa. Tokoh pastor yang ingin mencari kebijaksanaan, namun berubah menjadi seorang pastor yang sombong. Tokoh pastor ini memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan dan juga sering memberikan kejutan. Hal ini tampak dari sikap pastor menanggapi tawaran orang asing dan sikap pastor yang menggunakan nama Tuhan untuk berbuat jahat demi menunjukkan keberadaannya di Viscos. 2.
Langkah Reflektif Langkah kedua dalam teknik analisis hermeneutika adalah langkah
reflektif. Langkah reflektif atau pemahaman yaitu menghubungkan dunia objektif teks dengan dunia yang diacu (reference). Dunia objektif teks merupakan hal-hal
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78
yang terkandung dalam teks itu sendiri. Sementara dunia yang diacu (reference) merupakan pemahaman yang mendalam mengenai hal-hal yang terkandung dalam teks tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa langkah ini mencari tahu “tentang apa” teks tersebut berbicara. Dalam kutipan teks nomor 1, dituliskan bahwa pastor menyadari tujuan hidupnya sejak ia masih belia. Kata “panggilan hidupnya” menunjuk pada suatu kesadaran diri akan pilihan arah hidup yang bermakna. Sebagai seorang pastor, ia telah menemukan makna dalam penghayatan hidupnya. Menjalani kehidupan seorang pastor sejak masih usia belia membawa pengaruh besar dalam pemaknaan pada panggilan hidupnya. Dengan kata lain, kehidupan sebagai seorang pastor telah membudaya dalam dirinya. Poros kebudayaan tersebut adalah Tuhan, melalui agama dan hatinya; kegiatannya dalam menjalani hidup sehari-hari; dan akhirnya ia masih terus-menerus berkonfrontasi dengan dirinya sendiri karena ia berkembang dalam ikatan kebudayaan itu (KWI, 4). Kemudian, penghayatan akan panggilan hidupnya sebagai seorang pastor terwujud setelah ia benar-benar ditahbiskan menjadi seorang pastor. Hakikat hidup seorang pastor berdasar pada semangat perutusan Yesus Kristus. Sebagai seorang pastor berarti turut mengeban tugas para rasul untuk menjadi pelayan Yesus Kristus. Tujuan dari pelayanan ini maupun hidup pastor adalah untuk kemuliaan Allah Bapa dalam Kristus. Hal ini dapat terlakasana jika secara
sadar,
bebas,
dan
penuh
syukur
menerima
karya
Allah
dan
menampakkannya melalui hidup mereka (PO art. 2). Maka, sikap pastor yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79
bersedia meluangkan waktu untuk berdoa dan sembah sujud, mewartakan sabda, melayani orang miskin, berarti ia telah hidup seturut hakikat seorang pastor. Kutipan teks nomor 2 dalam skripsi ini menyebutkan bahwa dalam kehidupannya, pastor menginginkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan sifat dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, akal sehat dan wawasan yang dalam. Kebijaksanaan dalam hidup seorang pastor merujuk pada penghayatan dan
aplikasi pesan Kitab Suci dalam kehidupan
sehari-hari. Kebijaksanaan menurut Kitab Suci selalu berasal dari Allah. Kitab Suci merupakan sumber inspirasi, peneguhan, dan dorongan bagi orang Kristen guna mengembangkan keterlibatan sosial atau aturan keadilan. Keadilan dalam masyarakat dimulai dengan kejujuran dan cinta akan kebenaran, terutama dalam relasi pribadi. Keadilan menuntut bahwa tidak semua ditentukan oleh orang di puncak (KWI, 110-113). Kutipan teks nomor 5 mengacu pada peristiwa ketika Miss Prym mengungkapkan tentang emas dan pembunuhan yang diinginkan pria asing (Coelho, 2005: 98-103). Pada kutipan selanjutnya, (nomor 6) hasrat segitiga mulai terbentuk. Hasrat segitiga merupakan suatu pola yang terbentuk karena adanya mediator yang menghubungkan subjek dan objek (Sindhunata, 2007: 21). Dalam hal ini, pastor merupakan subjek dengan mediator pria asing dan objeknya adalah pertobatan penduduk Viscos. Pola ini dibentuk berdasarkan pada kutipan teks nomor 6
yang menyebutkan bahwa pastor merasa perlu untuk mewujudkan
kejahatan agar penduduk Viscos bertobat. Hal ini semakin diperjelas pada kutipan teks nomor 7.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80
Pastor memutuskan menjadi alat jahat Tuhan bukan karena ia menginginkan pertobatan penduduk Viscos (objek) bukan pula karena pastor (subjek) menghasratkannya. Pastor menjadi alat jahat Tuhan karena pria asing yang memberinya kesempatan untuk melakukannya. Mediator menentukan objek bagi subjek. Kedatangan pria asing ke Viscos dengan rencananya memberikan peluang bagi pastor untuk menunjukkan eksistensinya di desa itu. Kedatangan pria asing ke Viscos adalah untuk menemukan pencarian atas pertanyaan dalam dirinya tentang sifat dasar manusia apakah baik atau jahat. Pria asing datang dengan membawa sebelas batang emas sebagai imbalan bagi penduduk Viscos jika ada seorang penduduk yang dikorbankan (dibunuh) (Coelho,2005: 18-33). Alasan inilah yang memunculkan hasrat dalam diri pastor untuk menjadi alat jahat Tuhan. Kisah pengorbanan Yesus berawal dari penghianatan yang dilakukan Yudas Iskariot dengan cara menjual Yesus kepada tentara Romawi (bdk. Mrk 14:10). Pada kutipan teks nomor 7 dan 8, hasrat yang muncul dalam diri subjek (pastor) dari mediator (pria asing) adalah menjadikannya (subjek-pastor) sebagai alat jahat Tuhan. Alat jahat Tuhan inilah yang mengacu kepada sosok Yudas Iskariot. Sebagai seorang pastor, pemahaman akan peristiwa penderitaan dan wafat Yesus tentu bukan hal yang baru. Alasan inilah yang memperkuat hasrat pastor untuk merencanakan pembunuhan dengan alasan “pengorbanan”. Dengan adanya korban, maka seluruh penduduk akan terlepas dari penderitaan ekonomi. Pastor pun akan menunjukkan eksistensinya di desa itu sebagai penyelamat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81
Kutipan teks nomor 9 menunjukkan bahwa pastor menjalankan tugasnya dengan baik. Pastor mengetahui bahwa tidak semua penduduk Viscos mau merayakan perayaan ekaristi setiap minggunya, namun ia tetap menyiapkan dan merayakannya. Presbyterorum Ordinis art. 5 menuliskan bahwa Allah mentakdiskan imam supaya mereka secara istimewa ikut menghayati imamat Kristus, dan dalam merayakan Ekaristi bertindak sebagai pelayan-Nya, yang dalam Liturgi tiada hentinya melaksanakan tugas Imamat-Nya melalui Roh-Nya demi keselamatan umat. Dalam khotbahnya (bdk. Coelho, 2005: 163-166), pastor memberikan dasar kitab suci tentang sifat manusia. Meski ia meragukan tafsirannya, tetapi pastor tetap melanjutkan khotbahnya. Khotbah merupakan pewartaan keajaibankeajaiban Allah dalam sejarah keselamatan atau misteri Kristus, yang selalu hadir dan berkarya di tengah kita, teristimewa dalam perayaan-perayaan Liturgi (SC art. 35.2). Pastor memimpin perayaan ekaristi kudus dengan homili yang berisi khotbah tentang sosok manusiawi Yesus (bdk. Luk 18: 18-19). Yesus menolak dirinya sebagai orang yang baik dan hanya Allah yangMaha Baik. Pastor menjadikan hal ini sebagai alasan yang ia gunakan untuk meyakinkan penduduk Viscos
dalam
melakukan
pembunuhan.
Sisi
manusiawi
Yesus
berarti
menampilkan sosok Yesus sebagai manusia. Sisi manusiawi inilah yang memungkinkan manusia untuk berbuat jahat. Secara implisit, khotbah pastor telah mengajak penduduk Viscos untuk berbuat kejahatan. Kutipan teks nomor 12-14 menunjukkan kecerdikan pastor untuk memanipulasi beberapa penduduk Viscos. Sebagai pastor, ia adalah orang asing
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82
yang datang untuk melakukan pelayanan secara total kepada umat di Viscos. Dengan alasan ini, ia menunjukkan kepada penduduk bahwa dirinya siap menjadi korban. Pastor tidak sungguh-sungguh ingin mengorbankan dirinya. Jika ia mati maka ia tidak dapat menikmati eksistensinya sebagai pastor. Terlebih lagi, ia tidak dapat mempertobatkan penduduk Viscos dan subjek hasratnya tak akan terjadi. Kalimat “Gereja mengatakan hidup ini adalah hadiah dari Tuhan” pada kutipan teks nomor 15 sebenarnya mengacu kepada semua mahkluk hidup. Gereja merupakan umat yang Allah himpun di seluruh dunia (KGK art 752). Jika penduduk Viscos cermat, maka mereka dapat mengurungkan niat mereka untuk melakukan pembunuhan setelah mendengar kata-kata pastor ini. Penduduk Viscos yang akan dikorbankan, siapapun itu dan dengan alasan apapun, ia juga seorang mahkluk hidup. Melakukan pembunuhan atasnya sama saja dengan tidak mensyukuri pemberian Tuhan. Kutipan selanjutnya mengungkapkan pendapat pastor tentang siapa yang layak untuk dijadikan korban. Kutipan “Orang yang membiarkan masuk, dia jugalah yang harus mengusirnya”, menunjuk pada orang pertama yang mengetahui kedatangan pria asing ke Viscos. Orang tersebut adalah Berta (Coelho: 2005: 11-15). Dalam hal ini, sebenarnya Berta sama sekali tidak ada urusannya. Namun, justru karena hal inilah Berta dipilih menjadi korban. Dari ketika pilihan yang dianjurkan pastor, hanya Berta lah yang tidak akan menimbulkan resiko pembalasan dendam. Jika diperhatikan, orang yang membiarkan “jahat” masuk ke Viscos adalah pastor sendiri. Ia yang memanfaatkan kesempatan ini untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83
mencapai keinginannya. Merencanakan pembunuhan dengan alasan sebagai korban dan menghasut penduduk Viscos agar tetap melakukannya. Perihal mengenai ketakutan yang terdapat pada kutipan teks nomor 18 dapat diartikan sebagai suatu kecemasan yang realistis. Kecemasan ini muncul sesuai dengan keadaannya. Secara umum, kecemasan ini berorientasi pada saat sekarang dan memberitahukan kepada kita bahwa ada suatu ancaman di sini dan saat ini (Bruno, 1998: 4-7). Menurut Freud, dalam Burger (Introduction to personality, 2011: 124), reality anxiety is a response to a perceived threat in the real world. In cases of reality anxiety, you are aware of the source of your emosional reaction. Jika kalimat tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka akan berbunyi seperti ini: kecemasan realistis merupakan suatu respon terhadap ancaman yang dirasakan di dunia nyata. Dalam kasus ini, anda menyadari sumber reaksi emosional anda. Pastor mengetahui bahwa kepala desa memiliki kecemasan jenis ini sehingga ia memanfaatkan kecemasan tersebut untuk melaksanakan hasratnya. Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan kepala desa jika suatu saat nanti polisi mengungkap pembunuhan di Viscos (Coelho, 2005: 193). Jika kepala desa yang mengungkapkan proses perencanaan pembunuhan tersebut, maka ia yang akan disalahkan. Dalam kutipan teks nomor 19, pastor menyebut neraka dalam pembicaraannya. Neraka berarti keterpisahan dari Allah atau penolakan total terhadap Allah. Dalam kehidupan manusia, keneradaan neraka menjadi tidak mustahil. Manusia dapat menutup diri dari rahmat dan belas kasih Tuhan. Tanpa Allah manusia tidak dapat hidup bahagia (KWI, 2012: 466-467). Pada kutipan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84
nomor 22, pastor menggambarkan Viscos sebagai neraka. Sikap penduduk yang lebih mempercayai tradisi leluhur dan peradaban Celticmembuat penduduk lupa akan Tuhan. Mereka meninggalkan ajaran Tuhan. Tidak banyak orang yang mau repot-repot datang dalam perayaan ekaristi setiap minggunya. Bahkan keberadaan pastor di Viscos selama 20 tahun tidak dapat mengubah sikap religius penduduk Viscos. Kalimat “seindah apapun kelihatannya dari luar” pada kutipan teks nomor 19 merujuk kepada kekayaan Alam di Viscos. Viscos dikenal sebagai desa kecil tempat untuk beristirahat bagi para pemburu. Kutipan nomor 20 mengungkapkan kekecewaan pastor pada dirinya sendiri dan penduduk Viscos. Pastor kecewa pada diri sendiri karena ia tidak mampu
mengembangkan
iman
katolik
penduduk
Viscos.
Sementara
kekecewaannya pada penduduk karena mereka tidak dapat menerima maksud baik dari pastor yang telah menjadi pemimpin keagamaan di tempat itu selama 20 tahun. Jika diperhatikan, kegagalan pstor dalam mengembangkan iman penduduk Viscos ini berujung kepada kemarahan dan hasrat untuk membalas dendam. Penulis menggunakan kata balas dendam berdasarkan kepada sikap pastor yang “memaksa” penduduk untuk melakukan pembunuhan. Perlu diingat, pastor memilih untuk menjadi tangan kiri Tuhan berarti pastor menyadari dengan jelas peran yang ia pilih tersebut. Ia mengajak penduduk Viscos untuk jatuh dalam dosa. Setelah melakukan dosa yang berat, pastor ingin mengajak penduduk kembali kepada Tuhan lewat pertobatan. Jika melihat dari tujuan akhirnya, sikap pastor ini sangat mulia, yaitupertobatan dan kembali kepada Allah. Namun jika melihat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85
proses peristiwa ini secara keseluruhan, maka ini adalah dampak dari kekecewaan dan kemarahan. 3.
Langkah Filosofis Langkah ketiga dalam teknik analisis hermeneutika adalah langkah
filosofis. Langkah Filosofis, yaitu langkah pemahaman pada tingkat being atau keberadaan makna itu sendiri. Dalam langkah ini, penulis menggunakan unsur teologi dalam sastra sebagai tekanan dalam mencapai tingkat keberadaan makna. Novel The Devil and Miss Prym mengutip beberapa teks dan kisah Kitab Suci sebagai acuan dalam pengembangan novel ini. Jika kita membuka novel ini, maka kita akan menemukan kutipan Kitab suci dari Injil Lukas 18: 18-19 pada halaman 5. Kutipan ayat tersebut berbunyi, “Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: „Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?‟ Jawab Yesus: „Mengapa kau katakan aku baik? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja.‟”. Teks Kitab Suci tersebut juga akan ditemukan kembali dalam novel halaman 162-163. Berdasarkan analisis tokoh dan penokohan di atas, kutipan teks Kitab Suci tersebut digunakan oleh pastor sebagai dasar untuk menghasut dan meyakinkan penduduk dalam melakukan pengorbanan. Sementara itu, dalam buku tafsir Alkitab tertulis bahwa Yesus enggan disebut „yang baik‟ bukan karena untuk menununjukkan sisi manusiawi-Nya. Sebutan itu digunakan Yesus untuk membedakan Allah dan diri-Nya. Yesus datang untuk mencari kehormatan bagi Bapa. Bapa akan menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86
kehormatan bagi Anak, tetapi Yesus tidak pernah mencari kehormatan-Nya secara langsung (Lembaga Biblika Indonesia, 1990: 94-95). Jika melihat perbandingan pemaknaan teks Injil Lukas tersebut,terdapat perbedaan yang sangat besar antara pemaknaan pastor dengan pemaknaan tafsir Lembaga Biblika Indonesia. Hasrat pastor menginginkan adanya pertobatan penduduk Viscos. Pertobatan tersebut menjadi hal yang dapat ia persembahkan agar kehormatan Allah sebagai pengampun dapat terwujud. Pastor bersedia menjadi alat jahat Tuhan dengan penuh kesadaran agar penduduk Viscos kembali kepada Allah. (21) “Bertahun-tahun saya merenungkan ayat ini, mencoba mengerti apa yang dikatakan Tuhan kita: Bahwa Dia tidak baik? Bahwa seluruh ajaran Kristen, dengan konsep mengasihi sesamanya, didasarkan pada pengajaran orang yang menganggap diri-Nya tidak baik. Akhirnya, saya mengerti maksud-Nya: Kristus, pada waktu itu sedang berbicara mengenai sifat-Nya sebagai manusia. Sebagai manusia, Dia tidak baik, namun sebagai Tuhan, Dia baik.” (Coelho, 2005: 163)
Kutipan
tersebut
menggambarkan
bagaimana
pandangan
pastor
mengenai Yesus. Pastor menafsirkan sikap Yesus yang “tidak baik” berasal dari sifat manusiawi-Nya, sementara sikap Yesus yang baik berasal dari sifat keTuhanan-Nya. Untuk memperdalam makna kutipan tersebut, penulis menemukan dua teks dari Katekismus Gereja Katolik sebagai dasar pembanding. Pertama, teks dari Katekismus Gereja Katolik artikel 466. Dalam teks tersebut, pandangan pastor mengenai sifat Yesus ini mengarah kepada pandangan kaum Nestorian. Nestorian melihat pribadi dalam Kristus satu pribadi manusiawi yang digabungkan dengan Pribadi Putera Allah yang ilahi. Pengertian ini penulis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87
perjelas dengan teks dari kamus Teologi Inggris-Indonesia halaman 223, Nestorianisme adalah bidah Kristen abad ke-5, yang mengajarkan bahwa di dalam oknum Kristus terdapat dua pribadi yang berbeda-beda, yaitu Allah dan manusia. Dari sini cukup jelas bahwa pastor melihat sosok Yesus sebagai dua pribadi yang berbeda. Pertama, sebagai seorang manusia yang memiliki sifat jahat, dan kedua adalah pribadi ilahi Yesus yang memiliki sifat baik. Teks kedua yang digunakan sebagai pembanding adalah artikel 475. Dalam artikel ini tertulis, Gereja mengakui imannya bahwa menurut kodratNya,Kristus mempunyai dua macam kehendak dan tindakan – satu ilahi dan satu manusiawi berdasarkan konsili ekumenis ke enam (Konsili Konstantinopel III pada tahun 661). Kedua macam kehendak dan tindakan Yesus ini tidak bertentangan satu sama lain, tetapi bekerja sama sedemikian, sehingga sabda yang telah menjadi manusia taat terhadap Bapa-Nya. Kehendak manusiawi Kristus patuh, tidak melawan, dan tidak menentang, tetapi menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya yang ilahi dan maha kuasa. Kedua teks dari Katekismus Gereja Katolik tersebut sama-sama memiliki kemungkinan untuk menjelaskan makna kutipan nomor 24. Baik teks pertama maupun kedua sama-sama menjelaskan bahwa Yesus memiliki sisi manusiawi dan ilahi. Namun, teks KGK yang pertama lebih tepat untuk memaknai kutipan nomor 24 karena bidah Nestorian benar-benar menganggap Yesus memiliki dua pribadi yang berbeda-beda (kepribadian ganda). Kalimat terakhir dalam kutipan nomor 24-lah yang menegaskan pandangan pastor melihat Yesus memiliki dua kepribadian, yaitu baik dan jahat. Teks KGK yang kedua tidak dapat memaknai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88
kutipan nomor 24 karena jelas tertulis bahwa kehendak dan tindakan Yesus tidak bertentangan satu sama lain- manusia dan ilahi. Selain kutipan dari Injil Lukas, terdapat juga kutipan dari kitab Ayub yang tertuliskan secara eksplisit. Coelho tidak menuliskan pasal maupun ayat kutipan yang di maksud, ia hanya menuliskan bahwa kutipan tersebut diambil dari bagian awal kitab Ayub. Pastor menggunakan kutipan tersebut dengan maksud untuk meyakinkan penduduk Viscos bahwa Tuhan pun menerima tawaran iblis, dan ganjaran yang diterima Ayub karena telah melakukan dosa kesombongan dengan percaya bahwa dirinya baik (Coelho, 2005: 164-165). Jika diperhatikan, khotbah pastor yang berisi kutipan kitab Ayub ini mirip dengan pengalaman hidup pastor sendiri. Pada kutipan nomor 3 dalam analisis tokoh dan penokohan, tertulis bahwa pencarian pastor akan kebijaksanaan telah berubah menjadi kesombongan. Dari sini penulis dapat mengaitkan bahwa isi khotbah pastor merupakan hasil refleksi atas kehidupan yang ia alami. J. Sidlow Baxter, dalam bukunya „Menggali Isi Alkitab‟(1999: 35-39), memberikan kesimpulan yang menarik mengenai percakapan dalam awal kitab Ayub. Dalam teks kitab Ayub, Iblis hadir ke hadapan Allah karena memiliki suatu maksud
terselubung.
Pada
hari-hari
tertentu,
Iblis
harus
memberikan
pertanggungjawaban tentang segala yang dilakukannya sebagai pemenuhan kedaulatan perintah Kuasa Yang Mahatinggi. Iblis harus takluk kepada kedaulatan kuasa Allah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89
Iblis berdiri di belakang segala kejahatan yang melaknati dunia. Allah mengetahui rencana jahat yang tersembunyi dalam hati Iblis. Iblis menyatakan bahwa ia sudah melakukan tipu dayanya untuk menyerang Ayub namun gagal karena Allah sangat melindungi Ayub. Iblis tidak dapat berbuat suatu apapun jika Tuhan tidak mengizinkannya. Segala gerak-geriknya senantiasa di bawah pengawasan kuasa Yang Mahatinggi. Karena Iblis tidak dapat berbuat suatu apa pun jika Tuhan tidak mengizinkannya, maka sering perbuatan Iblis itu dipakai oleh Tuhan untuk mendatangkan hikmah dan kebajikan justru bagi orang-orang yang hendak dibinasakan Iblis. Setiap izin Tuhan selalu disertai batas tertentu. Iblis tidak dapat berbuat sekehendak hatinya terhadap orang-orang saleh. Ia tidak dapat bertindak di luar apa yang diizinkan Tuhan. Tuhan tidak pernah membiarkan umatnya sendirian, terutama dalam masa sengsara dan pencobaan. Tuhan senantiasa menaruh Ayub dalam hati-Nya. Sebutan „hamba-Nya‟ terhadap Ayub menyatakan bahwa Tuhan memuji watak Ayub dan ibadatnya. Berdasarkan kedua pemaknaan terhadap teks tentang kitab Ayub di atas, penulis melihat bahwa sebagaimana Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub, demikian pula Iblis hadir mencobai pastor. Iblis hadir, menguasai hati pastor untuk menghasut penduduk Viscos melakukan pembunuhan. Meski begitu, kuasa Allah Yang Mahatinggi pada akhirnya tidak pernah membiarkan Iblis menang. Meskipun perencanaan pembunuhan sudah dilakukan dengan sangat rapi, bahkan korban telah dipilih dan akan dieksekusi, namun pada akhirnya peristiwa pembunuhan tersebut tidak pernah terjadi (bdk. Coelho: 2005: 233-243).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90
Kutipan teks nomor 8 dalam skripsi ini mengungkapkan pandangan agama katolik mengenai kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus. Pengorbanan satu orang manusia mampu menyelamatkan seluruh manusia, hal inilah yang menjadi dasar bagi pastor untuk meyakinkan penduduk Viscos melakukan pembunuhan dengan dalih pengorbanan. Pengorbanan seorang penduduk menyelamatkan seluruh penduduk desa. Korban dapat diartikan sebagai persembahan oleh para kaum Imam untuk memulihkan hubungan denganTuhan. Dalam teologi kristiani, makna korban berdasarkan Kitab suci Perjanjian Lama memiliki perbedaan dengan makna korban berdasarkan Kitab suci Perjanjian Baru. Berdasarkan Kitab suci Perjanjian Lama, korban merupakan penyerahan sesuatu hanya kepada Yahwe yang berdaulat atas segala-galanya sebagai bentuk pendekatan diri manusia kepada Tuhan (Heuken, 2005: 95-96). Sedangkan dalam Perjanjian baru, makna korban berbanding terbalik dengan pemaknaan korban berdasarkan Perjanjian Lama. Korban berdasarkan Kitab suci Perjanjian Baru merupakan pendekatan Tuhan dengan manusia. Bukan manusia yang mendamaikan diri dengan Tuhan, tetapi Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia dalam Kristus (KGK art 613). Sementara
itu,
pengorbanan
dalam
Kristologi
dimaknai
sebagai
penyerahan diri secara total atas kehendak Allah. Persembahan tubuh Yesus Kristus telah menguduskan manusia satu kali untuk selama-lamanya (Ibr 10:5-10). Sejak pertama penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesus menghayati rencana keselamatan ilahi mengenai perutusan-Nya sebagai penebus. Kerinduan untuk menghayati rencana kasih penebusan dari Bapa, menjiwai seluruh kehidupan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91
Yesus (KGK art. 606-607). Yesus menyongsong kematiannya dengan kebebasan penuh. Seperti yang tertuliskan dalam Yohanes 10:18, “Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, tetapi Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Dalam novel “The Devil and Miss Prym”, korban dimaknai sebagai seorang terpilih yang pada akhirnya akan dibunuh sebagai ganti atas 10 batang emas yang telah disiapkan oleh pria asing. Korban tidak datang atas kesadarannya sendiri sebagai bentuk kebebasan pribadi, akan tetapi korban dipilih oleh beberapa penduduk desa atas usulan pastor. Korban dalam novel ini merupakan kambing hitam. Untuk menjelaskan makna korban di sini, penulis akan menguraikannya dengan menggunakan teori kambing hitam Rene Girard. Penulis akan memulai bagian ini dengan melihat kembali kutipan nomor 8 pada bagian analisis tokoh dan penokohan. Kutipan tersebut berbunyi: “Satusatunya yang kutahu adalah agamaku. Dalam agamaku, pengorbanan satu orang manusia menyelamatkan seluruh manusia” (Coelho, 2005: 139). Pokok utama yang akan penulis bahas pertama kali adalah kata “agamaku”. Sindhunata (2005: 97) menuliskan, Agama bukan hanya gejala adikodrati tapi juga gejala kodrati. Sebagai institutio divina, agama tidak dapat diterangkan begitu saja secara ilmiah dan rasional. Namun sebagai institutio humana, agama dapat juga dikupas dan diterangkan secara ilmiah dan rasional. Agama ada karena fenomena kekerasan yang mimetis, dan keberadaannya dapat diterangkan secara rasional dari kekerasan yang mimetis itu. Ini adalah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92
hipotesis pokok Girard tentang asal usul agama dari mekanisme kambing hitam. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kekerasan. Dalam mempertahankan eksistensinya, agama menggunakan satu praktek yang terpenting yaitu ritus kurban (Sindhunata, 2007:97-98). Sebagai seorang pastor, tentu maksud dari kata “agamaku” pada kutipan tersebut adalah agama Katolik. Dalam agama Katolik, umat mengenal adanya peristiwa penebusan dosa lewat kematian Yesus. Dalam peristiwa penebusan dosa ini, terjadi dua tindakan yang saling berlawanan. Di satu pihak, wafat Yesus sebagai suatu kewajiban suci, di lain pihak, wafat Yesus menjadi suatu tindakan kriminal, karena Yesus menjadi korban pembunuhan demi kepentingan politik Yahudi dan Romawi. Meski demikian, pada akhirnya, peristiwa kematian Yesus ini menjadi ajakan bagi umat Kristiani untuk melakukan pertobatan. Kalimat pastor pada kutipan nomor 8 ini mendasari seluruh rencana pastor yang menginginkan adanya pengorbanan di Viscos. Kutipan sebelumnya, yaitu kutipan nomor 5, 6, dan 7 menjelaskan dari mana asal keinginan tersebut. Keinginan pastor untuk mengadakan pengorbanan muncul sebagai akibat dari hasrat segitiga yang ia alami. Pastor menghasratkan pengorbanan karena pria asing menghasratkan pengorbanan tersebut. Pastor meniru dan hasratnya dihasratkan oleh orang lain yaitu penduduk desa. Hasrat yang lahir karena mimesis ini mengakibatkan konflik antara penduduk desa dan pastor. Maka, kini semua orang mengerahkan permusuhan dan kekerasan yang mencenderungi setiap pribadi pada kambing hitam yang dipilih secara sewenang-wenang, yaitu Berta, sebagai korban. Inilah mekanisme kambing hitam.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93
Kehadiran Berta sebagai kambing hitam, mampu meredakan rivalitas antara pria asing, pastor, dan penduduk desa. Lewat pengosongan kolektif terhadap hasrat mimetis yang saling menghancurkan itu, Berta sebagai kambing hitam yang tadinya dianggap jahat dan penyebab kekerasan, kini disakralkan dan dianggap sebagai pembawa kedamaian. Hal ini diperjelas dengan kutipan nomor 19: “seperti kata kalian, orang yang membiarkan Jahat masuk, dia jugalah yang harus mengusirnya.”(Coelho, 2005: 179). Mekanisme kambing hitam adalah mekanisme yang menyembunyikan kekerasan yang nyata supaya mekanisme ini bisa efektif. Jadi, dengan menjalankan ritus korban, orang-orang mengiyakan, bahwa kambing hitam itu penyebab kekerasan, bukan masyarakat (Sindhunata, 2011: 206). Pastor memanfaatkan ketidaktahuan penduduk untuk mengelabuhi mereka. Ketidaktahuan di sini mengacu kepada pengetahuan iman umat akan makna pengorbanan Yesus. Penulis mengungkap hal ini mengingat latar belakang penduduk Viscos yang lebih mempercayai tradisi Ahab dan bangsa Celtic dan tidak adanya kesadaran penduduk akan pentingnya mengikuti perayaan ekaristi. Pengelabuhan ini terjadi dalam suatu transtendensi, dan transtendensi inilah yang menyebabkan ritus korban bisa efektif. Maksud dari hal ini adalah keselamatan penduduk desa dengan imbalan yang akan mereka terima, 10 batang emas. Hal ini diperjelas dengan kutipan di bawah ini: (22) “tapi ada satu hal yang harus aku katakan: hanya lewat pengorbanan dan penitensi, kita bisa memperoleh keselamatan. Dan sebelum ada yang menyela perkataanku lagi, yang kubicarakan ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94
adalah pengorbanan satu orang, penitensi semua orang, dan keselamatan seluruh desa ini.” (Coelho, 2005: 208) Atas nama transtendensi itu, kekerasan yang tidak adil, tidak legal dan tidak sah, serta kriminal bisa menjadi kekerasan yang adil, sah, legal dan suci. Pengorbanan satu orang penduduk yang berarti pembunuhan atas Berta mampu menyelamatkan penduduk Viscos. Keselamatan yang pertama adalah keselamatan yang dihasratkan oleh pastor, yaitu pertobatan penduduk desa. Keselamatan yang kedua adalah keselamatan seluruh desa secara ekonomis dari 10 batang emas yang akan penduduk terima setelah pelaksanaan ritus korban. Berdasarkan analisis di atas, makna korban yang terkandung dalam novel “The Devil and Miss Prym”adalahkorban sebagai kambing hitam akibat dari hasrat segitiga atau mimetis. Sementara itu, penulis memaknai pengorbanan yang sering diungkapkan pastor dalam novel ini sebagai suatu tindakan kriminal dalam bentuk pembunuhan. Pastor hendak menyamakan makna pengorbanan yang diharapkannya sama dengan makna pengorbanan Yesus secara historis. Kedua hal ini memiliki satu kesamaan, yaitu pembunuhan seorang manusia sebagai korban politik. B. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Bentuk Aplikasi Katekese merupakan pembinaan iman yang pada khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, dan diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen. Katekese bertujuan untuk membantu umat agar dapat percaya bahwa Yesus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95
adalah Putera Allah, supaya dengan perantaraan iman itu mereka memperoleh kehidupan dalam nama-Nya. Dengan demikian, katekese merupakan usaha Gereja untuk menjadikan manusia menjadi murid-murid Kristus (KGK art. 4-5). Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu alternatif katekese yang menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif. Hal ini bermaksud untuk mendorong peserta baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis bermula dari pengalaman hidup peserta, yang direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani sehingga memunculkan motivasi pada keterlibatan baru dengan penuh kesadaran (Sumarno, 2013: 14-15).
1.
Latar Belakang Pemilihan Contoh Persiapan Katekese Umat Model Shared Christian Praxis (SCP) Sastra memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat dan kebudayaan.
Sastrawan yang merupakan bagian dalam masyarakat mampu memunculkan roh kebudayaan yang lahir dari proses yang rumit dari kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra berperan sebagai refleksi atau pantulan kembali situasi masyarakatnya berdasarkan struktur sosial di mana pengarang menghasilkan karyanya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96
Teologi dipahami sebagai refleksi sistematis-ilmiah tentang wahyu Ilahi yang diimani. Pengungkapan iman seseorang akan Allah dan bagaimana agama membentuk jati diri dan keimanan seseorang menjadi pokok perhatian dalam teologi.Demikian juga berbagai nilai dan penghayatan keagamaan dapat ditemukan dalam karya sastra. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang selalu menuntun pembacanya kepada sesuatu hal yang baik dan bermakna. Disinilah letak kereligiositasan sebuah karya sastra. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang juga memiliki kemampuan untuk menampilkan unsur teologis dalam sastra. Salah satu novelis yang terkenal dalam menghasilkan karya-karya religius adalah Paulo Coelho. Lewat analisis dari salah satu novelnya yang berjudul The Devil and Miss Prym, penulis telah menemukan unsur teologisnya. Melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini, penulis berharap dapat membagikan hasil analisis yang penulis temukan atas novel tersebut. Memanfaatkan teks dalam novel sebagai salah satu sarana dalam katekese SCP diharapkan dapat memudahkan umat dalam memahami makna pengorbanan Yesus. Dengan demikian, diharapkan umat semakin mendalami imannya akan Yesus Kristus.
2.
Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Pokok utama dalam berkatekese ada pada diri Yesus Kristus. Yesus
sebagai pemenuhan perjanjian Allah dengan umat-Nya hadir ke dunia sebagai penyelamat. Kehidupan Yesus sendiri merupakan suatu misteri yang rumit untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97
dipahami tanpa iman. Oleh karena itu, umat perlu melakukan pendekatan khusus untuk semakin mengenal dan memahami misteri Yesus Kristus. Salah satu peristiwa terbesar dalam perjalanan hidup Yesus adalah kisah sengsara hingga wafat-Nya. Yesus yang terlahir sebagai Putera Allah pada akhir hidup-Nya mengalami penderitaan yang sangat berat hingga wafat di kayu salib. Peristiwa ini dapat dimaknai lewat dua jalan, yaitu secara historis dan ilahi. Namun, tidak semua umat menyadari pemaknaan ini. Tema yang akan penulis angkat dalam program ini adalah pengorbanan Yesus. Tema ini diangkat untuk menyegarkan dan meneguhkan kembali iman umat kristiani akan pemaknaan kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus. Melalui katekese model SCP ini, umat dapat berbagi pengalaman iman mereka dan saling meneguhkan satu sama lain sehingga pemaknaan peristiwa kehidupan Yesus ini dapat semakin meneguhkan iman mereka.
3.
Contoh Persiapan Katekese
a.
Identitas Katekese
1) Tema 2) Tujuan Tema
: Wafat Yesus Menyelamatkan : Membantu umat untuk lebih mendalami makna kisah
sengasara dan wafat Yesus yang menyelamatkan, sehingga mampu membuat umat lebih peka terhadap penderitaan sesama 3) Judul Pertemuan : Pengorbanan sejati membawa perdamaian 4) Tujuan Pertemuan
: Bersama pendamping, peserta mau melakukan
tindakan pengorbanan sehingga membawa perdamaian dalam hidup bersama
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98
5) Peserta: Mahasiswa IPPAK-USD semester 6 6) Tempat: Ruang sanggar kampus IPPAK-USD 7) Waktu: 18.00-20.00 8) Model: Shared Christian Praxis (SCP) 9) Metode: -
Informasi
- Tanya jawab - Diskusi kelompok - Sharing kelompok - Refleksi pribadi 10) Sarana: - Teks lagu - Teks sinopsis novel “The Devil and Miss Prym” - Teks Kitab Suci - Salib - Lilin 11) Sumber bahan: - Kitab Suci 2 Korintus 5: 15; 18-19 - Coelho, Paulo. (2005). The Devils and Miss Prym. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. - Skripsi ini halaman 42-43; 72-75; 81-85; 88-89 b. Pemikiran Dasar Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendengar kata “korban”. Dalam berita-berita yang kita lihat atau dengar, terlebih dalam beberapa kasus kriminal, kata “korban” pasti akan muncul. Korban pembunuhan, korban pelecehan, korban pencurian, bahkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan kasus
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 kriminal pun muncul, seperti “korban sinetron”. Korban selalu hadir dalam masyarakat karena ia adalah bagian dari proses kehidupan. Kata korban ini menunjuk pada orang atau kelompok tertentu yang dirugikan. Korban dapat muncul karena ia di kambing hitamkan. Hasil akhir yang di dapat dari rujukan kata “korban” ini selalu mengacu pada penderitaan. Sementara kita terlalu sering mendengar kata “korban”, namun jarang sekali kita mendengar kata “pengorbanan”. Meskipun berdiri dari satu suku kata yang sama, namun dua kata ini memiliki perbedaan makna yang cukup besar. Berkorban berarti bersedia dengan penuh kesadaran untuk merelakan atau melakukan suatu perbuatan yang pada akhirnya membuat kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga demi orang lain. Tak jarang perbuatan berkorban ini membawa penderitaan atau kepedihan bagi diri sendiri. Namun, berkorban merupakan suatu bentuk perbuatan kasih sejati. Dalam Kitab Suci 2 Korintus 5: 15; 18-19, Rasul Paulus mengungkapkan cinta kasih dan kesetiaan Yesus kepada Allah Bapa dan manusia. Cinta kasih dan kesetiaan Yesus dalam melaksanakan Karya Keselamatan Allah telah mebawa perdamaian bagi Allah dan manusia. Perdamaian itu di dapat justru melalui kisah penderitaan yang harus di alami oleh Yesus Kristus Putera Allah. Dalam pertemuan kali ini, kita diajak untuk dapat melihat pengorbanan sejati mampu membawa perdamaian bagi diri sendiri dan orang lain khususnya bagi mahasiswa IPPAK-USD semester 6. Ketika kita sampai pada suatu titik di mana harus menentukan suatu perbuatan pengorbanan, kita dapat memaknainya dengan bijaksana dan menemukan kedamaian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100
c.
Pengembangan Langkah-Langkah
1) Pembukaan a)
Pengantar Teman-teman yang terkasih, hampir setiap hari ketika kita melihat,
membaca atau mendengar berita dari televisi maupun surat kabar tentang suatu kasus kriminalitas, seringkali kita mendengar kata korban di dalamnya. Seolaholah hampir setiap hari kita menerima kenyataan bahwa ada pihak tertentu yang dirugikan karena perbuatan orang lain. Meski kita sering mendengar kata korban, namun jarang sekali kita mendengar, membaca, ataupun melihat kata pengorbanan. Baik itu korban maupun pengorbanan, keduanya cenderung berakhir pada suatu penderitaan, pelepasan, atau sesuatu yang mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus, ia mengajak kita untuk meninjau kembali makna pengorbanan lewat peristiwa pengorbanan Yesus. Belajar dari Yesus yang menderita dan wafat, Paulus mengajak kita untuk berfikir bahwa tindakan pengorbanan dapat membawa sukacita bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Teman-teman yang terkasih, untuk memulai pertemuan kita hari ini, marilah kita menyanyikan lagu “Kasih setia-Mu ya Tuhan”. b) Lagu pembukaan : “Kasih setia-Mu ya Tuhan” c)
Doa pembukaan Allah Bapa yang Maha Baik, kami bersyukur atas berkat yang selalu
Engkau berikan kepada kami. Terimakasih karena pada kesempatan ini Engkau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101
telah mengizinkan kami berkumpul di tempat ini untuk kembali mengenang cinta kasih Mu yang besar kepada Putera dan umat-Mu. Bapa, dalam kehidupan kami sehari-hari kami selalu mendengar banyak korban karena ulah manusia, namun jarang sekali kami mendengar pengorbanan bagi sesama kami manusia. Bapa, kini kami menghadap-Mu untuk belajar tentang arti pengorbanan sejati yang kau ajarkan kepada kami melalui Putera-Mu Yesus Kristus. Bantulah kami untuk mampu melihat bahwa dibalik pengorbanan sejati Putera-Mu, terdapat perdamaian yang telah menanti. Bantulah kami untuk dapat belajar dari PuteraMu. Doa ini kami haturkan kepada-Mu lewat perantaraan Tuhan Kami Yesus Kristus. Amin.
2) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman hidup peserta a)
Mengajak peserta untuk membaca kutipan sinopsis novel “The Devil and Miss Prym” (Lampiran)
b) Intisari Cerita Pastor mengetahui panggilan hidupnya dan telah menjalani kehidupan sebagai seorang pastor sejak usianya masih belia. Ia ditahbiskan saat usianya masih sangat muda, dan banyak orang mengakui dan mengagumi kecerdasannya sebagai seorang pastor. Salah satu orang yang mengagumi kepiawaiannya adalah seorang Uskup terkenal hingga akhirnya ia di tempatkan untuk berkarya pada suatu paroki dan mendapatkan posisi yang penting. Setelah Uskup tersebut wafat, pastor ditempatkan di suatu desa bernama Viscos oleh Uskup yang baru. Dengan penuh semangat dan kerendahan hati, ia
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102
mulai berkarya di desa itu. Namun hingga tahun yang ke 20, ia mendapati usahanya sia-sia. Hingga pada suatu hari salah seorang penuduk desa mengungkapkan suatu permainan yang diajukan oleh seorang pria asing. Pada saat itulah pastor merasa seluruh doa dan penantiannya terjawab. Ia bersedia menjadi alat jahat Tuhan untuk membawa perdamaian dan pertobatan bagi seluruh penduduk desa. c) Pengungkapan pengalaman: peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan -
Ceritakan pengorbanan apa yang akan dilakukan pastor dalam kisah tersebut!
-
Ceritakan pengalaman pengorbanan yang pernah saudara-saudari lakukan!
d) Suatu Contoh Arahan Rangkuman Dalam kutipan sinopsis novel yang telah teman-teman baca, kita telah menemukan tokoh seorang pastor yang cerdas dan melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Namun karena sikap iri hati seorang Uskup baru, ia di pindahkan di tempat di mana Tuhan tidak begitu di percaya. Karyanya selama puluhan tahun tidak menghasilkan apapun hingga suatu hari terdapat tawaran yang ia rasa merupakan jawaban atas pencariannya. Pada akhirnya, pastor memutuskan untuk menjadi alat jahat Tuhan, demi perdamaian dan keselamatan penduduk di sana. Pastor yang menjadi korban iri hati Uskup baru tersebut memiliki suatu pemikiran bahwa untuk mendapatkan suatu kedamaian dalam masyarakat, maka pengorbanan itu perlu. Pastor rela menjadi alat jahat Tuhan supaya peristiwa pengorbanan dapat terlaksana dan penduduk mendapatkan perdamaian.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103
Dalam kehidupan kita sehari-hari tentu kita pernah dihadapkan pada situasi di mana kita harus memutuskan suatu keutusan penting dan tak jarang keputusan itu memerlukan suatu pengorbanan dari diri kita. Begitu pun dalam kehidupan bermasyarakat. Pengorbanan sejati memerlukan tanggung jawab dan pemikiran yang tajam, terlebih pada dampak yang akan terjadi. Dampak atau pengaruh itu buka hanya untuk kita pribadi, melainkan juga untuk masyarakat luas. 3) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta a)
Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:
-
Mengapa pengorbanan sejati itu diperlukan dalam hidup bemasyarakat?
b) Dari jawaban yang telah di ungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arahan rangkuman singkat, misalnya: Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, terkadang pengorbanan diperlukan dalam hidup bermasyarakat. Pengorbanan ini sebagai bentuk kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Allah telah memberikan suatu contoh nyata dalam diri Putera-Nya. Yesus sebagai teladan bagi kita telah mengajarkan suatu pengorbanan sejati sebagai bentuk kesetiaan dan cinta-Nya. 4) Langkah III: Menggali Pengalaman Kristiani a)
Salah seorang peserta diminta untuk membacakan perikop Kitab Suci, 2 Korintus 5: 15; 18-19 dari teks yang dibagikan.
b) Masing-masing
peserta
diberi
kesempatan
untuk
hening
sejenak,
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyan sebagai berikut:
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104
-
Ayat mana yang menunjukkan bahwa pengorbanan sejati membawa perdamaian?
-
Perdamaian seperti apa yang didapatkan lewat pengorbanan Yesus?
c)
Pendamping memberi tafsiran dari perikop Kitab Suci 2 Korintus 5: 15; 1819 Ayat 15: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang
hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah di bangkitkan untuk mereka”, perikop ini merupakan suatu ajakan bagi umat untuk hidup bagi Yesus. Hidup bagi Yesus berarti hidup dengan murni. Kita di ajak untuk senantiasa bertobat. Kematian Kristus bagi dosa-dosa kita juga merupakan suatu janji bahwa bersama-Nya semua sungguh akan dibangkitkan. Ayat 18: “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan perdamaian itu kepada kami.” Perikop ini mengajak kita untuk merenungkan kembali kisah sengsara dan wafat Yesus dari sudut pandang ilahi. Umat di Korintus pada waktu itu menilai Kristus dan orang lain dari sudut pandang manusiawi. Kemudian Santo Petrus mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang rohani di mana segala peristiwa yang dialami Yesus Kristus merupakan rencana Allah. Dalam Kristus semua menjadi baru. Allah yang sama, yang menciptakan dari ketiadaan, jelas mampu menciptakan kembali dan membuat kita ambil bagian dari karyanya. Ayat 19 “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 berita pendamaian itu kepada kami.” Pada perikop ini, menuliskan bahwa Allah merukunkan dunia dengan diri-Nya dalam Kristus. Dalam Kristus, Allah mengalahkan halangan dari pelanggaran-pelanggaran sehingga kita mampu menjadi mitra kerja dalam pelayanan. Makna kalimat “Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus” menuju kepada kebesaran cinta kasih Allah kepada manusia. Manusia jauh dari Allah karena dosa, dengan wafat Kristus kita diajak kembali untuk bersatu dengan-Nya. Perdamaian ini mengarah ke pertobatan manusia. Hal yang ingin ditekankan dari perikop-perikop di atas adalah bahwa kasih Allah kepada manusia sungguh besar. Allah mengutus putera tunggal-Nya untuk menderita dan wafat demi menghapus dosa-dosa mausia. Segala hal yang terjadi pada diri Yesus Kristus bukan karena kehendak-Nya sendiri melainkan karena rencana Allah. Pengorbanan Yesus ini membawa perdamaian bagi manusia dan Allah lewat pertobatan. Manusia diajak untuk bertobat, dengan demikian perasaan damai itu mengarungi hidup manusia. Manusia terbebas dari belenggu dosa. Manusia hidup kembali dalam Allah sebagaimana Yesus Kristus bangkit dari kematiannya. 5) Langkah IV: Menerapkan Iman dalam Situasi Konkret Peserta a)
Pengantar Teman-teman, dalam sharing kita tadi, kita sudah mendalami kutipan
sinopsis dari novel “The Devil and Miss Prym”. Kita juga telah mendalami teks Kitab Suci dari Surat Rasul Paulus yang ke dua kepada jemaat di Korintus.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106
Kita sering mendengar kata korban namun jarang mendengar kata pengorbanan. Kita telah mendengar bersama bahwa tindakan pengorbanan sejati mampu membawa perdamaian, sebagaimana Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia. Peristiwa ini dapat menjadi modal teladan bagi kita sebagai calon pewarta. Sebagai bahan refleksi agar kita bisa menciptakan perdamaian dalam pengorbanan, mari kita merenungkan pertanyaan ini: -
Sejauh mana pengorbanan yang telah teman-teman lakukan mampu membawa perdamaian dalam diri teman-teman dan orang lain?
b) Saat hening diiringi dengan musik instrumental dari laptop. Kemudian peserta diberi kesempatan secukupnya untuk mengungkapkan hasil permenungannya. c)
Arahan rangkuman Peristiwa pengorbanan tidak lepas dari suatu kesedihan, oleh karena itu
orang cenderung enggan mendengarnya. Namun tidak demikian. Pengorbanan sejati mampu memberikan kedamaian dalam diri kita dan orang lain. Allah telah memberikan suatu gambaran kepada kita lewat kisah putera-Nya, Yesus Kristus. Ketegaran dan menyerahkan hidup kita secara penuh kepada rencana Allah mampu membawa kedamaian dalam diri kita. Dengan demikian, kita mampu membawa kedamaian bagi orang-orang di sekitar kita. 6) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit a)
Pengantar Teman-teman yang terkasih, kita telah menggali pengalaman lewat teks
resensi novel “The Devil and Miss Prym”. Kita telah melihat bagaimana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107
pergulatan seorang pastor hingga akhirnya memilih menjadi alat jahat Tuhan. Allah tidak pernah menyuruh manusia untuk berbuat demikian. Pengorbanan sejati dilakukan dengan tulus dari dalam diri tiap pribadi. Kita juga telah sharing pengalaman peristiwa pengorbanan yang pernah kita lakukan. Kita mendengar bermacam-macam kisah yang telah teman-teman alami. Selanjutnya, kita juga telah mendengar bacaan Kitab Suci dari surat rasul Paulus kepada umat di Korintus. Santo Paulus menekankan kembali bahwa Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya lewat putera-Nya, Yesus Kristus. Pengorbanan Yesus merupakan bentuk cinta kasih Allah kepada manusia. Mendamaikan di sini berarti pertobatan. Pertobatan mampu membawa perdamaian dan hidup baru bagi umat. Dalam kehidupan kita, kita juga menyadari bahwa suatu pengorbanan mampu membawa perdamaian dalam diri kita dan sesama. b) Marilah sekarang kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita lakukan sehingga kita dapat dengan yakin mau melakukan tindakan pengorbanan sehingga menciptakan perdamaian untuk diri kita dan sesama. Selanjutnya pendamping memberikan waktu bagi peserta untuk merenung dalam suasana hening selama 3 menit untuk memikirkan sendiri niat-niat yang akan di lakukan dengan panduan pertanyaan: -
Niat apa saja yang dapat dilakukan untuk menciptakan perdamaian dalam suatu pengorbanan?
c)
Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama untuk kemudian konkret.
menemukan niat bersama yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 108
7) Penutup a)
Setelah itu, pendamping mempersiapkan salib dan menyalakan lilin.
b) Kesempatan doa umat spontan yang diawali oleh pendamping. Setelah itu doa umat disusul secara spontan oleh peserta yang lain. Kemudian semua doa tersebut disatukan dengan doa Bapa kami. Akhirnya doa ditutup dengan doa spontan dari pendamping. c)
Doa penutup Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterimakasih atas
penyertaan-Mu pada pertemuan hari ini. Kami telah bersama-sama belajar dari novel “The Devil and Miss Prym”. Kami menemukan bahwa pergulatan dalam diri kami terkadang membawa kami dalam suatu dosa. Kami juga telah belajar dari surat rasul Paulus kepada umat di Korintus. Dari sanalah kami diyakinkan bahwa pengorbanan sejati mampu membawa perdamaian. Kami juga diyakinkan bahwa Engkau sangat mengasihi kami dan seluruh rencana-Mu adalah baik adanya. Dan kini, kami telah menentukan niat pribadi dan niat bersama. Berkatilah apa yang telah kami sepakati dalam pertemuan ini sehingga kami dapat mewujudkannya dalam kehidupan kami secara pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat sebagai calon pewarta. Amin d) Sesudah itu, pertemuan diakhiri dengan menyanyikan lagu “betapa hatiku”.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Novel sebagai salah satu bentuk karya fiksi mampu menyuguhkan kehidupan manusia dalam interaksinya dengan Tuhan. Salah satu novelis ternama dengan ke-khasan spiritualitas karyanya adalah Paulo Coelho. Novelis asal Brazil ini mampu memberikan inspirasi bagi pembacanya terutama dalam semangat spiritualitas. Salah satu karya Paulo Coelho yang terkenal adalah “The Devil and Miss
Prym”. Novel
ini
menarik karena
pembaca membahas
tentang
kecenderungan utama dalam jiwa manusia, yaitu baik dan jahat. Dalam novel ini pula pembaca diajak untuk melihat bagaimana memaknai suatu kurban. Setelah melakukan analisis atas novel tersebut, penulis menemukan bahwa korban dalam novel tersebut merupakan kambing hitam. Pastor menjadikan Berta sebagai korban untuk dibunuh secara sewenang-wenang. Alasan mengapa Berta adalah kambing hitam terungkap setelah penulis menemukan adanya hasrat segitiga dalam diri pastor. Hasrat segitiga pastor muncul dengan pria asing sebagai mediatornya. Pastor menjadi alat jahat Tuhan bukan karena ia menginginkan adanya pertobatan penduduk Viscos, namun karena pria asing memberinya kesempatan untuk itu. Dengan menjadi alat jahat Tuhan, ia memutuskan untuk merencanakan suatu pembunuhan dan memilih Berta sebagai korban. Berta dipilih karena ia satu-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 110
satunya penduduk yang tidak memiliki potensi pembalasan dendam mengingat hidupnya sebatang kara. Berdasarkan analisis pula, penulis dapat menyimpulkan bahwa pastor menyamakan dirinya dengan Yudas Iskariot. Ia merencanakan pembunuhan dan memilih korbannya sebagaimana Yudas menghianati Yesus. Dari hasil analisis pula, penulis menemukan bahwa dalam novel tersebut, Pengorbanan Yesus dimaknai secara historis sebagaimana Yesus dijadikan kambing hitam oleh bangsa Yahudi. Yesus sebagai korban pembunuhan. Yesus dibunuh sebagai korban politik. Penulis merasa perlu mengungkapkan unsur teologi dalam sastra ini sebagai media referensi untuk semakin mengenal Yesus. Proses interaksi antara manusia dengan Tuhan yang dikemas dalam bentuk novel dapat dijadikan sebagai sarana dalam berkatekese. Untuk mengoptimalkan hal ini, maka katekese model Shared Christian Praxis (SCP) menjadi model katekese yang paling optimal. Sinopsis atas novel ini digunakan sebagai sarana dalam katekese SCP untuk mengungkapkan pengalaman hidup peserta. Dengan hadirnya novel ini sebagai sarana dalam katekese SCP, diharapkan mampu membantu umat untuk semakin memahami pengorbanan Yesus. Selain itu, umat juga diharapkan mampu untuk menafsirkan makna teks secara optimal. Dengan demikian, pemahaman ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan tindakan pengorbanan sejati dalam kehidupan bermasyarakat.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memiliki beberapa saran yang dapat dimanfaatkan bagi perkembangan studi pustaka bagi mahasiswa IPPAK, Universitas Sanata Dharma. 1.
Perlunya metodologi dalam skripsi studi pustaka Kehadiran metodologi dalam studi pustaka mampu memberikan
gambaran pertanggungjawaban ilmiah dalam sebuah skripsi. Dengan demikian, proses penulisan skripsi lebih logis dan terarah. 2.
Mahasiswa IPPAK, Universitas Sanata Dharma Melakukan analisis atas suatu teks adalah tindakan yang sewaktu-waktu
dapat dilakukan oleh siapapun. Salah satunya adalah mahasiswa IPPAK sebagai calon pewarta. Mengingat bahwa umat mengenal Yesus dari teks Kitab Suci, maka akan lebih baik bagi calon pewarta untuk mampu menafsirkan teks dengan baik. Teks tersebut tidak hanya sebatas Kitab Suci, namun teks-teks lain yang mengandung unsur teologis. Selain itu, dalam proses analisis novel The Devil and Miss Prym, penulis menemukan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai bahan acuan penulisan skripsi. Hal-hal tersebut adalah: a.
Moral dalam Kitab Suci. Hal ini penulis temukan berdasarkan kutipan teks dalam novel yang diambil dari Injil Lukas 18:18-19 tentang kisah Yesus dan orang kaya. Pergulatan antara baik dan jahat selalu dijumpai siapapun dan di mana pun.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112
b.
Pergulatan batin pria asing dalam menemukan jati diri manusia dapat dijadikan sebagai bahan untuk menggali semangat spiritualitas Kristiani.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adi Triyono. (2001). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Prasetia Widya. Bambang Triatmoko. (1993). “Hermeneutika Fenomenologis Paul Ricoeur” dalam Hakikat Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Banawiratma, J.B. (1986). Kristologi dan Allah Tritunggal. Yogyakarta: Kanisius. Baxter, Sidlow J. (1999). Menggali Isi Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF. Burger, Jerry M. (2011). Introduction to Personality (8th Edition).Belmont: Wadsworth Cengage Learning. Burhan Nurgiyantoro. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Coelho, Paulo. (2005). The Devil and Miss Prym: Iblis dan Miss Prym. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Collins, Harper. http: //wisdomwithinconsultancy.files.wordpress.com/13579108642 accesed on March 18, 2014. Dianne Bergant, CSA. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Dister, Nico Syukur . (1987). Kristologi : Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius. __________.(1991). Pengantar Teologi. Yogyakarta: Kanisius. Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra : Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. France, R.T. (1996). Yesus Sang Radikal. Jakarta: BPK Gunung Mulia Heuken, Adolf. (2004). Ensiklopedi Gereja-Jilid IV: J-Ke. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. __________. (2005). Ensiklopedi Gereja-Jilid V: Ko-M. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Ikhwan Rosyidi, dkk. (2010). Analisis Teks Sastra : Mengungkap Makna, Estetika, dan Ideologi dalam Perspektif Teori Formula, Semiotika, Hermeneutika dan Strukturalisme Genetik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jabrohim. (2001) Metodologi Penelitian SastraI. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. Kaplan, David M. (2013). Teori Kritis Paul Ricoeur. Yogyakarta: Pustaka Utama. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Jakarta: Obor Konsili Vatikan II. (2008). Dokumen Konsili Vatikan II. Cetakan 9. Jakarta: Obor. Lembaga Biblika Indonesia. (1990). Tafsir Perjanjian Baru 1: Injil Matius. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114
__________. (1991). Tafsir Perjanjian Baru 1: Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius. Macdonald, A. M. (1974). Chambers Essential English Dictionary. London: Pan Books Ltd. Mangunwijaya, Yusuf Bilyarta. (1982). Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar Harapan. McBride, Alfred. (2003). Images of Jesus: Menyelami 10 Rahasia Pribadi Yesus. Jakarta: Obor. Naben. (2006). “Teologi, Sastra, dan Hermeneutika” dalam Seri Buku Vox. Maumere: STFK Ledalero. Naoel, Henk Ten. (2009). Kamus Teologi Inggris-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Ratna Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratzinger, Joseph. (2008). Yesus dari Nazaret. Jakarta: Gramedia. Sindhunata. (2007). Kambing Hitam, Teori Rene Girard. Jakarta: Gramedia. Sitepu, Apridawati BR. (2011). “Memanfaatkan Kisah Miss Prym pada Buku Paulo Coelho The Devil and Miss Prym bagi Pembinaan Novis Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) Medan dalam Pengambilan Keputusan Berdasarkan Suara Hati” Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Sumarno Ds., M. (2013). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. ________. (2013). Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester IV, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Yudita Larasatiningrum, Agnes . (2008). “Deviant Character of Chantal Prym as Seen in Paulo Coelho’s The Devil and Miss Prym” Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Zannoni, Arthur. (2004). Jesus of the Gospels. Jakarta: Obor.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 1: Sinopsis Novel “The Devil and Miss Prym” Viscos, desa kecil yang dihuni oleh 281 orang terletak di pegunungan yang cukup jauh dari kota. Penduduk di sana tahu bahwa mereka hidup di dunia yang nyaris hancur. Desa-desa lain di daerah itu sudah hancur karena telah dijual kepada perusahaan multinasional kemudian dijadikan resort sky. Namun Viscos dapat bertahan dengan semangat tradisi yang dipegang penduduknya. Jauh sebelum hari ini tiba, Viscos merupakan tempat pelarian bagi para penjahat. Di sanalah tempat tinggal perampok, pelacur, penipu kelas kakap bahkan pembunuh yang sedang beristirahat sebelum membunuh lagi. Desa itu dikuasai oleh seorang penjahat yang sangat kejam dan memungut pajak yang sangat tinggi kepada petani. Namanya Ahab. Bertahun-tahun lalu seorang yang dikenal dengan nama St. Savin tinggal di gua dekat desa itu. Suatu hari St. Savin meninggalkan gua dan tiba dirumah Ahab. Ia memohon untuk menginap satu malam di rumah orang terjahat di desa itu. Mereka sempat bercakap-cakap sebelum St. Savin tertidur. Keesokan paginya St. Savin menemukan Ahab menangis di sisinya. Untuk pertama kali sepanjang hidup Ahab ada orang yang berani tidur disampingnya. St. Savin tidak takut dan tidak menghakiminya. Keramahan nya membuat Ahab percaya bahwa ia bisa berbuat baik. Semenjak kejadian itu Ahab bertobat dan menjadi seorang katolik. Viscos tidak lagi menjadi sarang penjahat. Viscos menjadi pusat perdagangan penting di perbatasan antar dua negara. Berta seorang wanita tua yang selalu duduk di luar pintu rumahnya selama lima belas tahun terakhir melihat seorang laki-laki asing menapaki lereng curam menuju satu-satunya hotel di desa Viscos, tempat tinggalnya. Apa yang diakukan Berta dengan duduk di luar pintu rumahnya setiap hari itu bukan tanpa alasan. Ia memiliki suatu misi tertentu. Dia menanti. Dan dia menemukan apa yang dinantikannya pada hari itu, hari ketika orang asing itu datang ke Viscos. Ia melihat Iblis dalam wujud manusia dan berpakaian musafir. Alam telah meyakinkannya meski ia tidak terlalu percaya takhayul maupun peradaban Celtic yang sangat berpengaruh di Viscos. Orang asing itu dengan hati-hati membaca formulir yang harus diisinya di hotel. Dari aksennya, orang akan tahu bahwa ia berasal dari Negara Amerika Selatan. Pada kolom alamat ia menuliskan Colombia Street, Argentina dan pada kolom nama ia menuliskan nama Carlos, nama seorang teroris terkenal. Dalam waktu singkat, seluruh penduduk tahu bahwa orang asing itu bernama Carlos dan tinggal di Buenos Aires. Wisatawan yang mengunjungi Viscos di luar musim berburu pasti menarik perhatian penduduk, dan itulah yang diinginkan pendatang itu. Carlos naik ke kamarnya, mengeluarkan isi ranselnya yang berupa beberapa pakaian, peralatan bercukur, sepasang sepatu, vitamin penangkal pilek dan sebelas batang emas masing-masing seberat dua kilogram. Setelah selesai membereskan semua nya, ia tertidur karena kelelahan. Keesokan harinya ia
(1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memasukkan sebelas batang emasnya ke ransel dan pergi ke gunung di sebelah timur desa. Sesampainya di hutan, ia hanya berdiri tanpa melakukan apapun hampir selama satu jam. Setelah ia merasa tidak seorangpun ada di sana, ia mengali lubang di dekat tanah berbatu berbentuk huruf Y dan menanam satu batang emasnya di sana. Kemudian ia naik lagi ke atas, berdiam diri seperti orang yang sedang bermeditasi selama satu jam. Kemudian ia menemukan tanah berbatu lainnya yang terlihat seperti burung elang dan menggali di sana. Kali ini ia menanam ke sepuluh batang emasnya di sana. Ketika ia turun dan akan kembali ke desa, orang pertama yang dilihatnya adalah seorang perempuan muda yang sedang membaca buku di tepian sungai. Gadis itu terlihat acuh, namun Carlos menyapanya. Gadis itu memperkenalkan diri, namanya Chantal Prym dan dia bekerja di bar di hotel tempat Carlos menginap. Carlos akan mengajak Chantal ke suatu tempat. Namun Chantal menolak dengan sopan, dengan alasan ia lebih banyak mengenal Viscos dari pada orang asing itu. Chantal terlihat terkejut ketika pria itu mengaku bahwa namanya bukan Carlos dan data yang ditulisnya di formulir hotel itu palsu. Ia datang bukan untuk melihat-lihat Viscos, namun untuk memperlihatkan sesuatu yang belum pernah dilihat perempuan itu sebelumnya. Chantal mengancam akan melaporkan pria itu ke polisi jika ia tidak mengaku siapa dia sebenarnya. Namun pria itu meyakinkan Chantal bahwa ia akan mengaku siapa dia sebenarnya jika Chantal mau ikut dengannya. Dengan semangat petualangannya akhirnya Chantal mengikuti pria itu. Pria itu berjalan ke batu berbentuk huruf Y, menudingkan jari ke gundukan tanah yang terlihat seperti habis digali dan meminta Chantal untuk menggalinya. Dengan patahan dahan pohon Chantal menggali tanah itu. Sekitar lima menit ia menggali, ia melihat sesuatu berwarna kuning mengkilat dan ia yakin itu emas. Pria yang bersamanya membenarkan anggapan Chantal bahwa itu memang emas dan dialah pemiliknya. Setelah menutup lubangnya kembali, pria itu mengajak Chantal ke tanah berbatu yang berbentuk elang dan meminta Chantal untuk melakukan hal yang sama. Chantal heran kenapa pria itu menunjukkan emas-emasnya kepadanya. Berbagai pertanyaan keluar dari bibir Chantal namun pria itu seolah acuh. Chantal jadi berfikir kalau sebenarnya pria itu menginginkan seks darinya. Ia panik sekaligus senang karena ia akan dihargai emas sebanyak itu. Sebisa mungkin Chantal mengulur waktu dengan mengatidakan hal-hal yang sebenarnya dia sendiri ragu. Ia berkata bahwa ia pernah membaca seluruh Alkitab dan dia tidak pernah melakukan kesalahan seperti yang dilakukan hawa. Ia merasa tinggal di Viscos sudah seperti di surga. Dengan beberapa umpan yang dilemparkan Chantal, pria itupun mulai bercerita. Dia adalah seorang pengusaha kaya raya yang merasa hidup diantara surga dan neraka. Kedatangannya ke Viscos memang bukan untuk menikmati
(2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
keindahan pegunungan di sana. Ia datang untuk mencari “kebenaran” tentang sifat manusia atas teori yang ditemukannya tetapi tidak pernah ia praktekkan. Dia ingin menciptakan permainannya sendiri dengan datang ke desa kecil di mana penduduknya memandang kehidupan dengan perasaan bahagia, damai dan penuh kasih sayang. Dengan seksama pria itu menjelaskan kepada Chantal tentang permainan yang dibuatnya. Pria itu meminta Chantal untuk memberitahukan kepada seluruh penduduk desa bahwa ada emas di pegunungan sebelah timur desa. Dan secara otomatis akan menjadi milik penduduk jika mereka dapat melakukan sesuatu hal yang belum pernah mereka bayangkan. Melanggar salah satu dari sepuluh perintah Allah, ayat yang menyebut tentang “pembunuhan”. Jika dalam waktu satu minggu ada salah seorang penduduk yang meninggal, satu batang emas itu akan menjadi milik Chantal dan ke sepuluh batang emas itu akan menjadi milik penduduk desa. Kisah satu manusia adalah kisah seluruh umat manusia. Pria itu memikirkan dirinya sendiri atas segala pergulatan batinnya tentang sifat manusia, yang pada dasarnya baik atau jahat. Bahwa hal apapun yang dihadapinya sekarang maupun yang dihadapi Chantal merupakan rencana Tuhan. Dan jika mereka terlarut dalam sebuah pencobaan berarti Tuhan lah yang menyeret mereka dalam kegelapan. Chantal terkejut dan ketakutan. Ia bisa saja kabur. Namun pria itu mengancamnya lebih dahulu bahwa ia akan memberitahukan kepada penduduk desa tentang apa yang terjadi hari ini dan kemungkinan yang terjadi adalah Chantal sendiri yang akan dijadikan korban oleh penduduk. Penduduk mulai terbiasa dengan rutinitas orang asing itu. Mereka tahu bahwa orang asing itu akan menetap di sana selama tujuh hari dan telah memesan tiket pesawat menuju Afrika setelah kunjungannya ke Viscos. Pria itu juga telah melunasi biaya penginapan dan makanan yang telah dan akan ia makan. Ia membayarnya tunai. Ia berbincang dengan beberapa penduduk di bar dan mentraktir minum seluruh pengunjung bar. Dua hari telah lewat semenjak kejadian di hutan siang itu. Hari demi hari dilewati Chantal dengan penuh kebingungan. Kadang ia ditemani si baik, kadang ia ditemani si jahat. Suatu kali ia ke gunung ke tempat di mana sebatang emas di tanam pada tumpukan batu berbentuk huruf Y. Ia menggali tempat di mana emas itu ditanam, dikeluarkannya emas itu dan betapa terkejutnya ia mendapati berat emas itu dalam genggamannya. Chantal mulai panik dan menimbang-nimbang berbagai kemungkinan yang akan dilakukannya terhadap emas itu. Ia merasa lemas, putus asa dan takut. Akhirnya ia memutuskan untuk menanam kembali emas yang dari tadi dipeluknya lalu kembali ke desa. Lewat satu hari setelah kepergiannya ke gunung itu, Chantal benar-benar merasa putus asa. Pada malam ketiga ia merasa benar-benar ditemani si jahat. Dengan lembut jahat membelai pipinya. Ia tahu bahwa baik dan jahat memiliki wajah yang sama. Kemudian ketika ia akan pergi ke bar hotel tempatnya bekerja,
(3)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ia melewati rumah Berta dan wanita tua itu memintanya untuk singgah sejenak. Mereka berbincang mengenai kedatangan orang asing itu juga tanda-tanda alam yang membawa perubahan pada desa itu seperti yang dirasakan Berta. Chantal tergoda untuk menceritakan tentang keberadaan emas itu pada Berta, namun diurungkannya niat itu. Kemudian Berta bercerita tentang Ahab, pahlawan desa Viscos. Bagaimana Ahab bisa melihat bahwa tindakan paling sepele sekalipun tujuannya baik dapat menghancurkan segalanya. Berta juga menceritakan kisah kematian suaminya yang merupakan pemburu terbaik di desa itu. Suatu hari ketika memberikan pelajaran menembak kepada salah seorang muridnya, ia berkata bahwa untuk mencapai sesuatu, bukalah mata lebar-lebar, pusatkan pikiran, dan pastikan apa yang benar-benar diinginkan karena tidak seorangpun dapat membidik sasaran dengan mata terpejam. Dan ketika ia meletakkan kaleng diatas batu, ia tertembak oleh muridnya yang mencoba untuk membidik sasaran dengan mata tertutup. Setelah berbincang selama beberapa waktu, Chantal berpamitan. Malam itu Chantal mendapat secarik kertas dari pria asing ketika pria itu membayar minuman yang diminumnya bersama beberapa pengunjung bar. Chantal memasukkan pesan itu ke saku celananya dan membaca surat itu ketika ia telah di kamar tidur dalam rumahnya. Dalam pesannya, pria asing itu meminta Chantal untuk menemuinya di tempat pertama kali mereka bertemu. Ia ingin berbicara empat mata dengan Chantal, namun ia tidak keberatan jika Chantal kesana bersama orang banyak. Chantal merasa terancam dengan isi surat itu. Tapi ia tidak memperdulikannya dan ia tertidur. Hari berikutnya Chantal menemui pria itu ditempat mereka pertama kali bertemu. Chantal membawa senjata dengan alasan untuk jaga diri dari serigala buas. Chantal mengajak pria asing itu ke tenda tempat para pemburu beristirahat karena hujan turun dan mereka basah. Mereka berbincang tentang yang baik dan yang jahat. Pria itu mengira Chantal akan membunuhnya karena ia melihat Chantal memasukkan beberapa peluru di senapannya. Namun ia keliru. Chantal memberikan senapannya ke pria asing itu dan memintanya untuk membunuh Chantal. Selayaknya pemburu profesional, pria asing itu mengarahkan senapannya ke Chantal tanpa berkedip. Lama mereka berdiri dengan posisi seperti itu. Hingga pria asing itu menurunkan senapannya dan berkata bahwa ia dapat mencium bau ketakutan Chantal. Chantal berkata bahwa pria asing itu adalah seorang pengecut yang membiarkan orang lain memainkan peran untuk menemukan jawaban yang dicarinya. Namun pria itu menyangkal dengan bersumsi bahwa seorang filsuf Jerman pernah berkata: “Bahkan Tuhanpun memiliki neraka, yaitu kasih-Nya pada umat manusia”. Kemudian pria asing itu melanjutkan bicaranya dengan menceritakan siapa dia sebenarnya. Seorang pria katolik yang jujur, patuh akan hukum dan selalu mematuhi perintah Allah. Ia menjadi direktur sebuah perusahaan senjata yang memproduksi berbagai macam jenis senjata untuk berbagai negara. Ia juga menceritakan bagaimana istri dan anaknya tewas
(4)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ditembak dengan senjata yang dibuatnya oleh beberapa teroris. Dan kejadian itulah yang membuat hidupnya beruabah hingga menjadi seperti sekarang. Pria yang berjalan di atas bumi dengan Iblis di sisinya. Dan untuk mengusir atau menerima Iblis itu sekali dan selamanya, ia membutuhkan Chantal untuk membantunya mengetahui jawaban atas beberapa pertanyaan tertentu. Seluruh pandangan menuju kepada Chantal Prym ketika ia mengetuk gelas anggur beberapa kali di bar pada jumat malam itu. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Ketika ia memulai berbicara, orang asing itu memberi interupsi dan memohon untuk merekam apa yang diucapkan Chantal. Tanpa berkata apapun Chantal melanjutkan ceritanya tentang Salib besar yang terletak di tengah desa itu. Dahulunya, Salib besar yang terdapat di tengah-tengah desa itu adalah tiang gantungan yang lengkap dengan tali dan pintu perangkap. Ahab tidak mengatidakan sepatah katapun tentang tiang gantungan itu. Ia hanya mengatidakan tentang peraturan-peraturan baru di Viscos. Selama sepuluh tahun tiang gantungan itu di sana, tidak pernah sekalipun digunakan. Keberadaannya di sana cukup untuk mengubah keberanian menjadi rasa takut, rasa percaya menjadi curiga, dan omong besar menjadi bisikan menyerah. Kemudian Ahab meminta bantuan beberapa tukang kayu untuk membongkar tiang gantungan itu dan menggunakan kayu nya untuk membuat salib. Tidak ada suara sedikitpun di bar itu kecuali tepuk tangan tamu asing itu. Ia terlihat terkesan dengan cerita Chantal dan mengatidakan bahwa Ahab benarbenar mengetahui sifat manusia. Bukan keinginan untuk patuh pada hukum yang membuat orang berperilaku seperti yang dituntut masyarakat, melainkan rasa takut pada hukuman. Tiap manusia membawa tiang gantungannya masingmasing. Chantal melanjutkan ceritanya dengan alasan atas permintaan orang asing yang mengaku bernama Carlos. Chantal menceritakan tentang keberadaan emas dan memberitahukan pula tentang pembunuhan yang harus dilakukan untuk mendapatkan emas-emas itu. Chantal Prym telah menegakkan kembali tiang gantungan di tengah desa. Namun kali ini, tiang gantungan itu di sana bukan untuk mencegah kejahatan melainkan supaya seorang manusia tidak berdosa digantung sehingga pengorbanannya membawa kemakmuran pada Viscos. Semua orang menoleh pada orang asing itu. Ia mematikan alat perekamnya seraya berkata bahwa Chantal Prym menceritakan kisah yang bagus. Keadaan bar hening setelah Chantal menceritakan apa yang ada di kepalanya. Satu per satu orang keluar dari bar hingga menyisakan dua orang saja di sana, Chantal dan orang asing itu. Akhirnya Chantal memungut jaket dan tasnya. Sebelum beranjak, ia menoleh ke orang asing itu dan berkata bahwa Iblis yang menemaninya telah tersenyum. Dari caranya menyusun rencana ini, hanya jahat-lah yang akan menang. Jika tidak ada yang dibunuh, baik hanya akan mendapat pujian. Chantal juga berkata bahwa sebenarnya pria asing itu tidak sedang mencari jawaban. Ia sangat ingin menegaskan bahwa pada dasarnya semua manusia itu jahat. Ekspresi wajah pria itu tidak berubah, namun suara nya
(5)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
bergetar ketika menanyakan apa maksud Chantal sebenarnya. Chantal menginginkan sepuluh emas itu tetap menjadi milik penduduk Viscos walaupun ada atau tidak orang yang dibunuh. Dan bagian Chantal tetap menjadi bagian Chantal. Setelah meyakinkan bahwa Chantal tidak akan kabur, pria asing itu menyetujui permintaan Chantal ini. dan Chantal pun pergi meninggalkan pria asing itu sendiri di bar. Keesokan harinya, pria itu merasa bahwa Iblis didalam tubuhnya terusik oleh perkataan Chantal semalam. Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, ia merasa Iblis dalam dirinya melemah. Ia tahu bahwa Iblis itu tidak pergi jauh. Ia jadi teringat ketika pertama kali mendapatkan Iblis itu dalam dirinya. Baik itu tidak ada. Kalau manusia menyadari hal itu, mereka akan sadar bahwa dunia ini hanya lelucon kecil yang dimainkan Tuhan atasnya. Iblis menunjukkan pada orang asing itu bahwa ketakutan ada di setiap diri manusia. Hidup adalah teror di bawah bayang-bayang pisau gagal. Entah bagaimana perkataan Iblis ini dapat menghiburnya. Seolah-olah penderitaan orang lain dapat meringankan penderitaannya sendiri. Mulai dari sanalah ia terbiasa ditemani Iblis dalam hariharinya. Iblis enggan berbicara tentang dirinya. Orang asing itu menutuskan untuk mencari berbagai referensi yang dapat ditemuinya mengenai neraka. Ia menemukan hampir semua agama memiliki sesuatu yang disebut “tempat penghukuman”. Dan dari sekian banyak referensi yang dibacanya, ia tertarik dengan keberagaman neraka yang dipercayai orang-orang Cina. Hanya orangorang Cina yang menawarkan penjelasan meyakinkan mengenai asal-usul Iblis. Mereka jahat karena mereka memiliki pengalaman pribadi mengenai jahat, dan sekarang mereka ingin meneruskan kepada sesama mereka dalam lingkaran balas dendam. Orang asing itu merasa bahwa inilah yang mungkin terjadi padanya. Untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun, ia menyebut nama Tuhan. Namun ia menghujatnya. Ia merasa tidak layak mengalami semua ini. Jika Tuhan yang melakukan semua ini padanya, maka ia juga bisa melakukan itu pada sesamanya. Itulah keadilan untuknya. Chantal meyakinkan dirinya bahwa penduduk Viscos tidak mungkin sanggup membunuh demi uang. Ia bahkan membayangkan dirinya sendiri sebagai pahlawan yang membawa perubahan pada Viscos. Pagi ketika ia membeli roti, tidak seperti biasanya penduduk terlihat diam. Salah seorang penduduk berkata bahwa keanehan yang terjadi di sini adalah kesalahan Chantal. Mereka beranggapan bahwa Chantal lah yang harus disalahkan karena menerima tawaran untuk memainkan peran seperti yang diinginan orang asing itu. Chantal tercekam rasa takut, ngeri dan teror. Tanpa pikir panjang, ia pergi ke gunung. Dalam perjalanan, Berta yang duduk di depan rumahnya memanggil Chantal untuk singgah. Awalnya Chantal enggan memenuhi keinginan wanita tua itu, tapi ia sadar satu-satunya orang yang tetap bersikap baik padanya setelah kejadian malam itu adalah Berta. Mereka berbincang tentang apa yang terjadi di
(6)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
desa. Berta yakin bahwa orang-orang tahu bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan Chantal tapi mereka perlu orang untuk disalahkan. Kemudian Berta bercerita tentang surga dan neraka yang dikisahkan Ahab bertahun-tahun yang lalu. Surga adalah tempat di mana orang-orang mempertahankan sahabatnya. Sedangkan neraka, adalah tepat di mana orang dapat meninggalkan sahabatnya demi sesuatu. Berta mengisyaratkan pada Chantal bahwa penduduk sedang mencari orang untuk dijadikan korban. Chantal tidak percaya. Penduduk desa tidak mungkin melakukan itu. Berta memeluk Chantal cukup lama, kemudian ia berkata bahwa Chantal perlu menjernihkan pikirannya. Di waktu yang bersamaan, tuan tanah mengajak orang-orang berpengaruh di Viscos untuk berkumpul di sankristi gereja. Mereka adalah pastor, kepala desa dan istrinya, wanita pemilik hotel, dan tukang besi. Mereka membincangkan tentang apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Wanita pemilik hotel mengusulkan untuk menghubungi polisi. Tetapi usulan itu tidak disetujui oleh tuan tanah. Tuan tanah berpikir untuk masa depan Viscos. Yang mereka butuhkan saat ini adalah membuat seluruh penduduk diam, tentang hal mengerikan yang mungkin akan mereka lakukan. Wanita pemilik hotel meminta pendapat pastor. Dna menurut pastor, satu-satunya hal yang diketahui dalam agamanya adalah pengorbanan satu manusia dapat menyelamatkan seluruh manusia. Keheningan merebak. Setelah cukup lama mereka terdiam, pastor memecah keheningan karena akan menyiapkan misa. Ia telah menemukan kotbah yang bagus dan meminta mereka untuk mengajak penduduk mendatangi misa hari itu. Chantal pergi ke tempat di mana sebatang emas yang akan menjadi miliknya ditanam. Ia menggali tanah itu dan akan mengambilnya. Ia tahu segala resiko yang akan diterimanya, tapi ia tidak peduli. Belum selesai ia menggali, serigala ganas menghampirinya. Ia ketakutan dan panik hingga tidak dapat bergerak. Tidak disangka, orang asing yang mengaku bernama Carlos itu menolongnya. Mereka lolos dari maut. Namun ia juga melihat apa yang akan dilakukan Chantal tadi. Mereka memutuskan untuk kembali ke desa. Dalam perjalanan kembali ke desa, pria asing itu membenarkan apa yang diucapkan Chantal di bar sebelum ia pergi. Ia juga mengungkit kembali soal pertemuan kedua mereka di mana pria asing itu berkata tentang filsuf Jerman tentang Tuhan. Filsuf itu mengatidakan sesuatu yang lain, katanya: “untuk mencapai yang terbaik dalam dirinya, manusia membutuhkan yang terburuk dari dirinya”. Chantal tidak mengerti apa maksud pria itu maupun arti dari ucapan filsuf itu. Pria itu menjelaskan kepada Chantal bahwa selama ini yang ada dipikirannya hanyalah balas dendam. Ia merasa terlalu lelah untuk melihat dari sudut pandang yang lebih positif : bahwa ia gagal. Namun sekarang ia merasa memiliki keberanian; ia telah sampai pada titik terendah dan di sana pun ada cahaya. Kini ia merasa bahwa apa yang menimpanya ini memang seharusnya terjadi. Ia pantas mendapatkannya karena ia jahat. Pria asing itu ingin membuktikan bahwa Tuhan itu adil.
(7)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Chantal terlihat tidak banyak bicara. Tetapi ketika pria asing itu menanyakan pendapat Chantal tentang keadilan Tuhan, gadis itu menceritakan tentang kisah Ahab. Melihat situasi Viscos yang dulunya dikenal sebagai desa para penjahat, Ahab menjadi sangat cemas akan kedatangan seorang pastor di desa. Meski Viscos telah di Kristenkan oleh St.Savin, namun dengan keberadaan pastor dan ancaman dosanya justru akan membawa penduduk kembali menjadi penjahat. Ahab tidak kehilangan akal. Ia melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang Yahudi, yaitu hari raya perdamaian. Sekali dalam setahun semua penduduk akan berdiam diri di rumah dan membuat dua macam daftar. Daftar pertama berisikan uraian dosa yang pernah mereka lakukan. Sedangkan daftar yang ke dua adalah uraian dosa yang dilakukan Tuhan. Setelah kedua daftar itu dibacakan, mereka menutup ritual dengan berkata: “aku telah bersikap tidak adil kepada Engkau, dan Engkau telah bersikap tidak adil terhadapku. Tapi karena ini Hari Raya Perdamaian, kita akan saling melupakan kesalahan-kesalahan kita dan kita melanjutkan kebersamaan kita satu tahun lagi”. Orang asing yang berjalan disebelah Chantal merasa kurang sependapat dengannya, terutama dalam hal “memaafkan Tuhan”. Sementara itu, keadaan Gereja di Viscos terihat tidak seperti biasanya. Seluruh penduduk datang untuk menghadiri misa siang itu, kecuali Chantal Prym dan Berta tua. Pastor tahu Viscos bukanlah tempat yang benar-benar religius. Biasanya hanya sedikit orang yang mau repot-repot datang untuk merayakan misa yang diadakan dua kali dalam seminggu itu. Namun yang terjadi hari ini benar-benar membuat pastor terkejut. Bahkan ia harus mengijinkan umat duduk di undagan Altar karena selurung bangku sudah penuh. Pastor memulai liturgi sucinya dengan khidmat. Kemudian ia memulai khotbahnya yang sesuai dengan bacaan Injil pilihannya, Lukas. Ada seorang pemimpin yang bertanya kepada Yesus, “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”. Dan betapa mengejutkannya jawaban Yesus kemudian: “mengapa kau katakan Aku baik? Tidak ada seorang pun yang baik selain Allah saja.” Selama bertahun-tahun, pastor merenungkan ayat ini hingga ia menemukan jawabannya. Tuhan tidak menyebut dirinya “baik” karena ia sedang berbicara mengenai sifat-Nya sebagai manusia. Sebagai manusia sifat-Nya “tidak baik”, namun sebagai Allah sifta-Nya “baik”. Sebenarnya pastor sedang membohongi dirinya sendiri karena sampai sekarang ia pun belum mengerti apa maksud perkataan Yesus itu. Isi khotbah pastor kemudian adalah bahwa menjadi manusia adalah menerima sifat yang tidak baik dari dalam diri, dan tahu bahwa satu-satunya alasan sifat manusia yang tidak baik ini tidak membuat kita jatuh dalam hukuman abadi adalah karena Yesus mengorbankan diri-Nya sendiri untuk menyelamatkan umat manusia. Pengorbanan satu orang manusia menyelamatkan semuanya. Kemudian pastor menutup khotbahnya dengan mengangkat kisah Ayub. Bagaimana Allah menerima tantangan Iblis untuk mencobai Ayub, hambanya yang paling setia. Dan ketika Ayub jatuh dalam penderitaan, ia mulai memberontak dan menghujat Allah. Setelah itu, Allah
(8)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengembalikan apa yang dimiliki Ayub kembali. Pastor mengaitkan kisah Ayub dengan kehancuran Viscos yang lambat-laun telah terjadi. Allah telah memaksa Ayub bertindak sejauh, itu artinya waktu untuk Viscos melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Ayub, memberontak. Allah ingin menunjukkan bahwa pada hakikatnya Ayub tidak baik. Ayub melakukan dosa kesombongan karena ia merasa dirinya baik oleh karena itu ia menderita. “Tidak ada yang baik”, kata Tuhan. Pastor mengajak umatnya untuk berhenti bersikap pura-pura baik. Jika suatu hari kelak mereka harus menerima tantangan Iblis, biarlah mereka ingat bahwa Bapa di surga melakukan hal yang sama demi menyelamatkan jiwa hamba-Nya, Ayub. Setelah khotbah selesai pastor melanjutkan liturgi sucinya dan berharap penduduk Viscos menangkap baikbaik pesan yang disampaikannya dalam khotbah siang itu. Enam orang berkumpul di sakristi hari itu juga. Mereka adalah Tuan tanah, pastor, kepala desa dan istrinya, wanita pemilik hotel dan tukang besi. Tuan tanah merasa diyakinkan lewat khotbah pastor dalam misa tadi. Semua sepakat bahwa mereka akan melakukan pembunuhan, namun pastor lebih senang menyebutnya dengan “mempersembahkan pengorbanan”. Mereka berlutut dan berdoa bersama. Meskipun dengan rasa enggan karena mereka semua tahu tidak ada gunanya memohon ampun pada Tuhan atas dosa yang dilakukan dengan menyadari sepenuhnya kejahatan yang terkandung dalam perbuatan itu. Setelah itu, istri kepala desa bangkit berdiri dan mengajak mereka mendiskusikan hal-hal praktisnya, yaitu siapakah yang akan dijadikan korban. Tuan tanah memilih Chantal Prym, karena ia merasa Chantal Prym lah yang membawa iblis itu ke Viscos. Tiga orang setuju dengan usul tuan tanah. Tapi istri kepala desa tidak setuju dengan alasan bahwa Chantal Prym lah yang mengetahui keberadaan harta karun itu. Pastor tidak ingin mengusulkan siapa-siapa, tapi ia tahu siapa yang seharusnya menjadi korban. Ia hanya perlu memastikan bahwa semua setuju. Pastor memulai pembicaraannya, ia menyadari bahwa semua orang di Viscos memiliki keluarga yang akan merasa kehilangan jika terjadi sesuatu pada salah satu kluarganya. Hanya ada tiga orang yang tidur sendirian di Viscos, yaitu Chantal Prym, Berta dan dirinya sendiri. Wanita pemilik hotel menangkap pembicaraan pastor ini sebagai pengorbanan diri. Pastor akan mengorbankan dirinya sebagai korban untuk menyelamatkan desa. Semua orang yang di sankristi merasa lega. Tapi pastor mengatidakan ada masalah lain jika ia yang dikorbankan. Kelima orang itu harus meyakinkan penduduk bahwa membunuh hamba Tuhan bukanlah suatu dosa besar. Pastor tidak mungkin mengumbar pengorbanannya pada penduduk Viscos. Bagaimanapun juga para martir tidak pernah mengusulkan kematian mereka. Lalu, satu-satunya orang yang tersisa adalah Berta. Ketegangan yang hening dirasakan oleh orang-orang yang ada di sankristi itu, kecuali satu orang. Pastor memecah keheningan di sana. Ia berkata bahwa Berta pasti sangat menderita hidup sendirian selama bertahun-tahun. Yang dikerjakannya hanyalah duduk di depan pintu rumahnya bahkan terkadang ia terlihat sedang berbicara sendiri. Kemudian mereka mengingat-ingat kembai
(9)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
keadaan Berta saat ini. Kesepian, menderita dan selalu menunggu di depan pintu rumahnya. Akan lebih baik jika Berta cepat bertemu dengan suaminya yang telah meninggal. Lagi-lagi semua orang di sankristi diam. Mereka tahu korban telah dipilih, permasalahannya sekarang adalah bagaimana caranya. Pastor memberikan suatu usulan, ia mengusulkan untuk mengadakan pertemuan di lapangan pada pukul 09.00 malam. Pastor memiliki suatu rencana, namun ia ingin seluruh penduduk mengetahuinya. Dan selama pertemuan malam nanti berlangsung, pastor ingin agara ada dua orang wanita pergi ke rumah Berta dan membuatnya terus berbicara. Ia tidak ingin mengambil resiko apapun. Chantal tiba di bar tempat ia bekerja malam itu. Tidak ada siapapun di sana kecuali wanita pemilik hotel dan dirinya. Menurut wanita pemilik hotel, para pria sedang mengadakan pertemuan di lapangan. Chantal tidak mengatidakan apapun tentang itu. Ia justru berkata bahwa penduduk harus memastikan emas-emas itu sebelum mereka melaksanakan rencana mereka. Awalnya wanita pemilik hotel itu tidak setuju, tapi ia menjadi ragu dan merasa tidak ada salahnya jika ia mendengarkan perkataan gadis itu. Ia pergi ke kamar pria asing pemilik emas-emas itu, dan pria asing itu setuju menunjukkan emasemasnya. Wanita pemilik hotel itu kembali ke bar tempat Chantal berada. Ia memancing Chantal dengan beberapa percakapan tentang hal-hal yang mungkin akan dilakukan para pria di lapangan. Wanita pemilik hotel itu ingin melihat reaksi Chantal. Tapi Chantal tidak menunjukkan reaksi apapun. Pastor duduk sendirian di salah satu bangku gereja sembari menunggu kepala desa yang akan datang beberapa menit lagi. Ia menekuri dinding-dinding putih, Altar dan barang-barang seni lain dalam gereja yang dibawa oleh para santo yang dulu pernah tinggal di sana. Tapi pennduduk Viscos melupakan semua itu dan malah berkonsentrasi pada Ahab, pada bangsa Celtic, pada takhayul yang usia nya berabah-abad, dan gagal memahami bahwa untuk memperoleh keselamatan hanya butuh satu tindakan: yaitu menerima Yesus sebagai satu-satunya Penyelamat manusia. Beberapa jam sebelumnya, ia menawarkan dirinya sebagai martir. Tindakan yang penuh resiko, namun ia sudah mempersiapkan diri jika orangorang itu tidak berpikir panjang dan tidak mudah dimanipulasi. Lewat sikap diam dan kata-kata cerdik mereka berhasil membuat pastor mengatidakan apa yang ingin mereka dengar: pengorbanan yang membebaskan, korban yang menyelamatkan, kematian yang diubah menjadi kemuliaan. Ia membiarkan dirinya diperalat oleh orang-orang itu, namun sebenarnya ia mengatidakan halhal yang benar-benar diyakininya. Sejak masih belia, ia disiapkan untuk menjalani kehidupan pastor, dan itulah panggilan hidupnya. Ia ditahbiskan pada usia dua puluh satu tahun. Semua orang mengagumi kepandaian dan khotbahnya. Cerita tentangnya sampai pada telinga Uskup dan Uskup mengundangnya untuk makan bersama pastor-pastor muda lainnya. Ketika Uskup menawarkan minum kepada mereka yang hadir dalam makan malam itu, hanya dialah yang menerima tawaran uskup. Salah
(10)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
seorang dari pastor-pastor itu mencela perbuatan pastor muda ini. Tapi uskup justru merasa bahwa hanya pastor muda inilah yang mengijinkan Baik bekerja atas dirinya. Setelah kejadian itu, uskup dan pastor muda ini teman baik. Pastor muda ini juga ditempatkan di paroki yang penting sebagai pastor kepala. Beberapa tahun kemudian, uskup yang bijaksana ini wafat. Betapa terkejutnya pastor muda ini ketika mendapati bahwa orang yang menggantikan uskupnya adalah pastor yang mencela perbuatannya tentang air pada waktu makan bersama beberapa tahun silam. Pastor muda ini dipanggil dan dipindahkan ke desa kecil bernama Viscos. Ia dapat melihat sikap iri hati pada uskup barunya. Namun karena ia ingin mendapatkan “kebijaksanaan” diri, maka ia tetap menerima apapun yang diutuskan uskup baru itu kepadanya. Ia berangkat ke Viscos dengan penuh semangat dan kerendahan hati. Ini adalah tantangan baru yang harus dihadapinya. Namun setelah lima tahun dia tinggal di sana, ia belum berhasil menambah umatnya. Penduduk lebih percaya kepada Ahab dari pada Tuhan. Setelah sepuluh tahun berlalu, ia menyadari kesalahannya. Pencarian terhadap kebijaksanaan berubah menjadi kesombongan. Limabelas tahun kemudian, ia menyadari bahwa ia tidak akan meninggalkan Viscos. Sedangkan uskup yang mengutusnya pindah itu telah menjadi seorang kardinal penting, yang bekerja di Vatikan. Ia tidak mungkin menyebarkan cerita bahwa dirinya telah disingkirkan karena perasaan iri dan serakah. Dari kejadian yang menimpanya ini, ia mulai mempertanyakan kemurahan hati Tuhan. Ia ingin meminta kesempatan sekali lagi pada-Nya. Ia membuka Alkitab secara acak untuk mencari jawaban. Ia membuka bagian yang mengisahkan tentang perjamuan terakhir, ketika Kristus berkata kepada penghianat untuk menyerahkan diri-Nya kepada prajurit Romawi yang mencari-cari-Nya. Berjamjam lamanya pastor memikirkan apa yang dibacanya. Mengapa Yesus meminta si penghianat untuk melakukan dosa? Yesus takkan melakukan itu. Sebenarnya, penghianat itu adalah korban, seperti layaknya Yesus sendiri. Jahat harus mewujudkan diri dan melakukan perannya, supaya pada akhirnya Baik datang dan menang. Jika tidak ada penghianatan, tidak akan ada salib, kata-kata dalam Kitab Suci tidak akan digenapi, dan pengorbanan Yesus tidak bisa menjadi teladan. Keesokan harinya, orang asing tiba di Viscos. Tapi ia tidak menganggap penting hal itu. Baru ketika Chantal Prym mengutarakan tentang tawaran itulah ia menyadari doa-doanya dijawab. Jika Baik ingin menggerakkan hati orangorang ini, jahat perlu mewujudkan diri terlebih dahulu. Pastor ingin mengkristenkan kembali desa ini dan untuk itu ia perlu memerankan perannya dengan baik, sebagai alat Jahat. Itulah pekerjaan paling rendah hati yang bisa dipersembahkannya kepada Tuhan. Kepala desa tiba sesuai janji. Kepala desa ingin tahu apa yang akan ia katakan kepada penduduk dari rencana pastor. Tapi pastor ingin berkata langsung kepada penduduk. Meski kepala desa merasa itu bukan tindakan yang bagus, namun pastor berhasil membuatnya takut sehingga pada akhirnya pastorlah yang memimpin pertemuan itu.
(11)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Kedua wanita itu tiba di rumah Berta, beberapa menit sebelum pertemuan di lapangan dilakukan. Berta sedang menyulam di ruang tamunya yang kecil. Berta mengatidakan bahwa hari ini berbeda dari hari-hari biasanya, termasuk kenapa dua wanita itu mengunjunginya. Kedua wanita itu, istri kepala desa dan wanita pemilik hotel mayakinkannya bahwa mereka hanya berkunjung. Meski begitu, terlihatnya Berta tahu apa yang akan mereka lakukan. Kedatangan Iblis, pertemuan rahasia, pengorbanan konyol dan kematian. Berta berbicara seolah ia mengetahui semua rencana pastor. Hal ini membuat wanita pemilik hotel dan istri kepala desa cemas. Setelah meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja, Berta meminta kedua wanita itu berjaga di luar pintu rumahnya, hawatir jika sewaktu-waktu serigala ganas datang ke rumahnya. Pertemuan di lapangan dimulai. Pastor berdiri di atas kursi agar semua orang dapat melihatnya. Ia mengawali bicaranya dengan mengatidakan sesuatu tentang gereja. Namun ada penduduk yang memotong pembicaraan pastor dan berkata bahwa mereka butuh kepastian masa depan Viscos, bukan untuk mendengar soal gereja. Kepala desa menyela percakapan itu dan mulai mengambil alih pertemuan. Ia mengatidakan bahwa pria asing itu akan menunjukkan emas-emasnya esok pagi dan mereka akan bertindak setelah melihat emas-emas itu. Kepala desa mulai mengatidakan janji-janji kemakmuran dengan emas-emas itu, juga tentang siapa yang akan dijadikan korban. Tidak ada protes dari penduduk ketika nama Berta di ucapkan. Tapi pastor berpikir panjang. Diam tidak selalu berarti setuju. Oleh karena itu pastor ingin kepastian mereka dan satu persatu penduduk berkata setuju. Setalah semua orang mengutarakan bahwa mereka setuju, pastor melanjutkan dengan rencana pembunuhan yang akan mereka lakukan. Pastor meminta penduduk untuk membawa sebuah senapan berisi satu peluru ke sankristi esok pagi. Dengan tidaktik regu tembak menjalankan tugasnya, begitu pula mereka akan melaksanakan rencana pembunuhan itu. Delapan puluh tujuh senapan akan dikosongkan, sedangkan delapan puluh enam senapan tetap dibiarkan terisi. Semua senapan akan diledakkan serempak, tapi tidak seorangpun akan mengetahui siapa yang memegang senapan berisi peluru. Dengan begitu, semua penduduk bisa beranggapan mereka semua tidak bersalah. Kecuali satu, pastor memastikan bahwa senapannya tetap terisi. Ia juga mengtidakan bahwa ia tidak akan mengambil emas bagiannya karena ia memiliki alasan lain. Pastor menunjuk tiga orang sukarelawan bertubuh besar untuk membawa korbannya. Kepala desa merasa posisinya akan terancam dengan rencana pastor ini, maka ia menyela pembicaraan itu dan berkata bahwa ialah yang pantas untuk menentukan tempat dilaksanakannya pengorbanan itu. Ia memilih tugu Celtic, pada waktu malam hari seperti pertemuan kali ini sebagai tempat untuk melaksanakan segala rencana itu. Pastor turun dari kursinya dan pertemuan selesai. Semua kembali kerumah mereka masingmasing dan pastor menghabiskan malam itu dengan berdoa di gereja.
(12)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hari telah berganti, Chantal menyantap sarapan paginya dan melihat para pria berjalan membawa senapan menuju sankristi dan pulang tanpa membawa apapun. Ia merasa cemas karena masih ada kemungkinan dirinyalah yang akan menjadi korban. Namun ia merasa sedikit lega ketika ia bertemu wanita pemilik hotel ketika ia bekerja sore harinya. Wanita pemilik hotel itu menceritakan tentang hasil pertemuan semalam dan siapa yang akan dikorbankan. Wanita pemilik hotel itu juga berkata bahwa pagi tadi orang asing itu pergi ke hutan dengan membawa ransel kosong. Ia akan mengambil emas-emasnya dan menunjukkan nya pada penduduk desa. Berta sedang memperhatikan matahari tenggelam ketika pastor dan tiga orang bertubuh besar datang mendekat ke rumahnya. Pastor menyapa Berta, dan masuk ke beranda rumahnya sementara tiga orang bertubuh besar lainnya menunggu ditempat yang agak jauh. Pastor dan Berta mulai bercakap-cakap. Berta tahu segala rencana pastor dan pastor tidak mengelak bahwa ia juga ikut menyusun segala rencana ini. Pastor merasa tidak perlu lagi berpanjang-lebar membahas sesuatu. Ia mengeluarkan beberapa butir pil tidur. Berta menolak pilpil itu, kemudian pastor mengundang ketiga pria bertubuh besar itu dan meminumkan pil-pil yang dibawanya dengan paksa. Berta mulai merasa lemas dan tiga orang bertubuh besar itu membawanya pergi. Tugu Celtic itu jauhnya setengah jam perjalanan kaki dari Viscos. Dua ratus delapan puluh satu nyala api berbaris dalam gelap berarak menuju tugu itu. Semua berjalan kaki kecuali Berta yang tertidur pulas di tandu yang diangkat dengan susah payah oleh dua orang tukang kayu. Sesampainya di tugu tempat pengorbanan akan dilakukan, para tukang kayu meletakkan tubuh Berta di atas batu yang bentuknya menyerupai meja itu dengan posisi berlutut membelakangi penduduk yang berdiri membentuk setengah melingkar. Seratus tujuh puluh empat senapan dikokang serentak. Secara naluriah, para wanita mundur dan para pria mengarahkan senapannya ke tubuh tua Berta. Ketika kepala desa bersiap memberikan aba-aba, terdengar suara perempuan menyela, Chantal Prym. Ia bertanya apakah penduduk telah melihat emas-emas itu. Dan saat itu pula pria asing yang menjadi pelaku utama segala rencana ini berjalan ke depan kerumunan, meletakkan tasnya dan mengeluarkan emas-emasnya. Chantal bersama Sembilan orang penduduk wanita memeriksa emas-emas itu sementara para pria kawatir kalau salah satu senapan meletus. Istri kepala desa meyakinkan penduduk bahwa batangan yang dipegang di tangannya itu adalah benar-benar emas. Chantal meminta istri kepala desa untuk tetap memegang emas itu sementara ia akan berbicara. Tapi kepala desa tidak setuju dengan tindakan Chantal ini dan menyuruh mereka menyingkir karena para pria akan menyelesaikan rencana ini. Chantal Prym geram, seluruh tubuhnya gemetar, matanya membelalak dengan kebencian mendalam. Penduduk menyadari situasinya dan rasa takut merekapun bertambah, perasaan bersalah mereka merebak, perasaan malu mulai menguasai, tangan mereka turut gemetar dan mereka mencari-cari alasan untuk
(13)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mengubah keadaan. Ketika Chantal mendapatkan ketenangannya kembali, ia mulai berbicara tentang ketakutan yang dirasakannya ketika ia akan mencuri emas di gundukan batu berbentuk huruf Y untuk pertama kalinya. Chantal mengungkapkan hal-hal yang mungkin terjadi jika nantinya emas-emas itu ditukarkan di bank. Terjadi percakapan sengit antara Chantal, tuan tanah dan kepala desa. Bahkan kepala desa berjanji akan rela dipenjara jika asal-usul keberadaan emas itu dipertanyakan. Terdengar suara senapan diletakkan, dan begitulah seterusnya. Kini hanya tersisa dua senapan, satu di tangan kepala desa sedangkan satu senapan lain ditangan pastor. Kedua senapan itu diarahkan pada dua target yang berbeda, pada tubuh roboh Berta, dan satunya pada tubuh Chantal Pyrm. Dengan cepat, salah satu dari tukang kayu yang tadinya mengangkat tubuh Berta mendekati kepala desa dan pastor. Ia melucuti senjata kedua orang itu dengan mudah. Chantal Prym benar: mempercayai orang lain sangat berbahaya. Terlihatnya orang-orang di sana juga mempercayai hal itu. Akhirnya, seorang demi seorang pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke desa tanpa suara. Hanya tiga orang dan dua obor yang tersisa di tanah itu, yaitu Chantal Pyrm, Berta dan orang asing yang mengaku bernama Carlos. Setelah beberapa waktu, orang asing itu memecah keheningan dan berkata bahwa emas-emas itu menjadi milik desa. Tapi Miss Pyrm mengelak, dan berkata bahwa emas-emas itu termasuk emas yang ditanam di tanah berbatu berbentuk huruf Y itu adalah miliknya. Chantal mengatidakan bahwa ia tahu sifat manusia, dan ia telah mendapatkan jawaban atas pertanyaan orang asing itu. Pria asing itu tentu tidak akan melakukan apa yang diminta Chantal, tapi orang asing itu ingin mendengar perkataan Chantal. Chantal mengungkapkan apa yang ada dikepalanya sembari melepaskan tali yang mengikat tubuh Berta. Chantal menceritakan tentang kisah pertemuan pertama Ahab dan St. Savin. Yang diceritakannya kali ini adalah percakapan antara Ahab dan St. Savin sebelum ia pergi tidur. Konon percakapan itu memiliki peran penting dalam menjadikan Ahab penganut katolik. Chantal tidak perlu menjelaskan kisah itu karena ia yakin orang asing itu mengerti. Ahab dan St. Savin memiliki naluri yang samaBaik dan Jahat bertarung di hati mereka. Ketika Ahab menyadari Savin tidak berbeda darinya, ia pun menyadari dirinya tidak berdaya dengan Savin. Semuanya hanya masalah pengendalian diri. Begitulah akhirnya. Pria asing itu mengurus semua dokumen yang menyatidakan bahwa emas-emas itu menjadi milik Chantal Pyrm. Chantal mengunjungi Berta dan berbincang sejenak dengannya. Berta berkata bahwa hidup bisa terasa amat panjang atau sangat singkat, tergantung bagaimana dijalaninya. Chantal tersenyum dan mengecup perempuan tua itu. Ia pergi meninggalkan Berta dan Viscos untuk selamanya.
(14)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2 : Kutipan sinopsis sebagai bahan SCP Sejak masih belia, ia disiapkan untuk menjalani kehidupan pastor, dan itulah panggilan hidupnya. Ia ditahbiskan pada usia dua puluh satu tahun. Semua orang mengagumi kepandaian dan khotbahnya. Cerita tentangnya sampai pada telinga Uskup dan Uskup mengundangnya untuk makan bersama pastor-pastor muda lainnya. Ketika Uskup menawarkan minum kepada mereka yang hadir dalam makan malam itu, hanya dialah yang menerima tawaran uskup. Salah seorang dari pastor-pastor itu mencela perbuatan pastor muda ini. Tapi uskup justru merasa bahwa hanya pastor muda inilah yang mengijinkan Baik bekerja atas dirinya. Setelah kejadian itu, uskup dan pastor muda ini teman baik. Pastor muda ini juga ditempatkan di paroki yang penting sebagai pastor kepala. Beberapa tahun kemudian, uskup yang bijaksana ini wafat. Betapa terkejutnya pastor muda ini ketika mendapati bahwa orang yang menggantikan uskupnya adalah pastor yang mencela perbuatannya tentang air pada waktu makan bersama beberapa tahun silam. Pastor muda ini dipanggil dan dipindahkan ke desa kecil bernama Viscos. Ia dapat melihat sikap iri hati pada uskup barunya. Namun karena ia ingin mendapatkan “kebijaksanaan” diri, maka ia tetap menerima apapun yang diutuskan uskup baru itu kepadanya. Ia berangkat ke Viscos dengan penuh semangat dan kerendahan hati. Ini adalah tantangan baru yang harus dihadapinya. Namun setelah lima tahun dia tinggal di sana, ia belum berhasil menambah umatnya. Penduduk lebih percaya kepada Ahab dari pada Tuhan. Setelah sepuluh tahun berlalu, ia menyadari kesalahannya. Pencarian terhadap kebijaksanaan berubah menjadi kesombongan. Limabelas tahun kemudian, ia menyadari bahwa ia tidak akan meninggalkan Viscos. Sedangkan uskup yang mengutusnya pindah itu telah menjadi seorang kardinal penting, yang bekerja di Vatikan. Ia tidak mungkin menyebarkan cerita bahwa dirinya telah disingkirkan karena perasaan iri dan serakah. Dari kejadian yang menimpanya ini, ia mulai mempertanyakan kemurahan hati Tuhan. Ia ingin meminta kesempatan sekali lagi pada-Nya. Ia membuka Alkitab secara acak untuk mencari jawaban. Ia membuka bagian yang mengisahkan tentang perjamuan terakhir, ketika Kristus berkata kepada penghianat untuk menyerahkan diri-Nya kepada prajurit Romawi yang mencari-cari-Nya. Berjamjam lamanya pastor memikirkan apa yang dibacanya. Mengapa Yesus meminta si penghianat untuk melakukan dosa? Yesus takkan melakukan itu. Sebenarnya, penghianat itu adalah korban, seperti layaknya Yesus sendiri. Jahat harus mewujudkan diri dan melakukan perannya, supaya pada akhirnya Baik datang dan menang. Jika tidak ada penghianatan, tidak akan ada salib, kata-kata dalam Kitab Suci tidak akan digenapi, dan pengorbanan Yesus tidak bisa menjadi teladan. Keesokan harinya, orang asing tiba di Viscos. Tapi ia tidak menganggap penting hal itu. Baru ketika Chantal Prym mengutarakan tentang tawaran itulah ia menyadari doa-doanya dijawab. Jika Baik ingin menggerakkan hati orangorang ini, jahat perlu mewujudkan diri terlebih dahulu. Pastor ingin mengkristenkan kembali desa ini dan untuk itu ia perlu memerankan perannya dengan baik, sebagai alat Jahat. Itulah pekerjaan paling rendah hati yang bisa dipersembahkannya kepada Tuhan.
(15)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 3: Teks Kitab Suci 2 Korintus 5: 15; 18-19 15. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah di bangkitkan untuk mereka 18. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan perdamaian itu kepada kami. 19. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
(16)