PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius L. PADA MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Diajukan oleh : Antonia Vidya Kartika NIM : 128114082
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius L. PADA MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
Diajukan oleh : Antonia Vidya Kartika NIM : 128114082
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus kehilangan semangat” – Winston Chucill
Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kekuatan dan harapanku Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang yang tak terhingga Adik-adikku terkasih dan para sahabat atas dukungan dan motivasinya Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius L. PADA MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2.
Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini
3.
Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini
4.
Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5.
Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
6.
Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan dan keberlangsungan skripsi tersebut
7.
Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. yang telah memberikan bantuan dalam melakukan determinasi Macaranga tanarius L.
8.
Bapak Heru, Bapak Pardjiman, Bapak Kayat, Bapak Agung, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungannya kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini
9.
Keluarga tercinta Bapak Antonius Kartolo, M.Pd., Ibu Fransiska Romana Rusmiyati, S.Pd., Adik Fansiscus Brilian Adhi Kartika dan Cicilia Madha Tria Kartika, atas segala cinta, nasihat, dukungan, dan doa yang selalu mengiringi penulis
10. Rekan-rekan Tim Macaranga tanarius L. yaitu Nurul Kusumawardani, Silvia Dwi Puspa Susanti, dan Kristiyani Irawati atas segala kerja sama, dukungan dan bantuan dalam melaksanakan penelitian 11. Yoseph Seno Triadiasworo, S.T., yang selalu menemani penulis dengan doa, semangat, kasih sayang, kesabaran, dan bantuan yang diberikan demi tersusunnya skripsi ini 12. Teman-teman FKK B 2012 dan teman-teman Fakultas Farmasi USD 2012 atas kebersamaan dan dukungannya
vii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah ikut membantu selama proses penyusunan skripsi ini Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat.
Yogyakarta, 6 Januari 2016 Penulis
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………….…………
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………..
v
PRAKATA ……………………………………………….…………
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………
ix
DAFTAR ISI …………………………………………….………….
x
DAFTAR TABEL ……………………………………….………….
xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………….…………
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………….………….
xix
INTISARI ……………………………………………….…………..
xxiv
ABSTRACT ……………………………………………….…………
xxv
BAB I. PENGANTAR …………………………………….………..
1
A. Latar Belakang Penelitian …………………………….………..
1
1. Permasalahan ……………………………………………….
5
2. Keaslian Penelitian ……………………………….…………
6
3. Manfaat Penelitian ………………………………………….
7
B. Tujuan Penelitian ………………………………………………
8
1. Tujuan Umum ………………………………………………
8
x
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2. Tujuan Khusus ……………………………………………..
8
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .…………………….……….
9
A. Macaranga tanarius L. ………………………………………..
9
1. Taksonomi …………………………………………………
9
2. Keterangan Botani ……………………………….…………
9
3. Morfologi ……………………………………….………….
10
4. Kandungan Kimia ……………………………….…………
11
5. Khasiat dan Kegunaan …………………………….……….
13
6. Ekologi Penyebaran dan Budidaya ………………………..
14
B. Inflamasi …………………………………………………..……
14
1. Definisi ………………………………………………..…….
14
2. Jenis Inflamasi ………………………………………….…..
15
3. Gejala Inflamasi ………………………………………….…
17
4. Mekanisme ……………………………………………….…
19
C. Antiinflamasi …………………………………………………...
23
D. Kalium Diklofenak ……………………………………………..
25
E. Senyawa Fitokimia ……………………………………………..
27
F. Karagenin ………………………………………………………
30
G. Metode Penyarian ……………………………………………...
32
H. Metode Pengujian Efek Antiinflamasi ……………………......
33
I.
Landasan Teori …………………………………………………
38
J.
Hipotesis ………………………………………………………..
40
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………
41
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………….
41
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………………
41
1. Variabel Utama ……………………………………………..
41
2. Variabel Pengacau …………………………………………..
41
3. Definisi Operasional ………………………………………..
42
C. Bahan Penelitian …………………………………………...…..
44
1. Bahan Utama ………………………….………………….....
44
2. Bahan Kimia ………………………………………………...
45
D. Alat Penelitian ………………………………………………….
45
1. Alat Pembuatan Serbuk Kering Daun Macaranga tanarius L. …………………………………………………..
45
2. Pembuatan Dekokta Daun Macaranga tanarius L. ……….
45
3. Alat Induksi Udema Telapak Kaki Belakang Mencit ……..
46
E. Tata Cara Penelitian ……………………………………………
46
1. Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. …………….
46
2. Pengumpulan Bahan Uji ……………………………………
46
3. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Macaranga tanarius L. …………………………………………………..
47
4. Penetapan Kadar Air pada Serbuk Kering Daun Macaranga tanarius L. …………………………………………………..
47
5. Pembuatan Dekokta Macaranga tanarius L. ………………
48
6. Pembuatan Larutan Karagenin 1% sebagai Penginduksi
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Udema ………………………………………………………
48
7. Pembuatan Larutan Diklofenak sebagai Obat Antiinflamasi ...……………………………………………...
49
8. Penentuan Kontrol Negatif ………………………………….
49
9. Pembuatan Inflamasi ………………………………………..
49
10. Uji Pendahuluan …………………………………………….
49
11. Penyiapan Hewan Uji ……………………………………….
52
12. Pengelompokan Hewan Uji …………………………………
52
13. Pengukuran Aktivitas Antiinflamasi ……………………….
55
14. Identifikasi Kandungan Kimia Dekokta Daun Macaranga tanarius L. …………………………………………………..
56
F. Tata Cara Analisis Hasil ……………………………………….
58
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………..
60
A. Hasil Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. ………….
60
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius L. …...
61
C. Dekokta Daun Macaranga tanarius L………………………….
63
D. Hasil Uji Kandungan Kimia Dekokta Macaranga tanarius L. ...
64
E. Uji Pendahuluan ………………………………………………..
68
F. Uji Efek Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga tanarius L...
77
G. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga tanarius L. ……………………………………………………...
80
1. Kontrol negatif (aquadest) …………………………………
89
2. Kontrol positif (kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB) …
92
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833.33; 1667,67; 3333,33 mg/kg BB pada mencit galur Swiss yang terinduksi karagenenin 1% ……………...
93
a. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB ……………………
93
b. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB ……………….....
95
c. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB ………………… d. Perbandingan
efek
antiinflamasi
antar
96
kelompok
perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. ………
97
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………
107
A. Kesimpulan …………………………………………………….
107
B. Saran ……………………………………………………………
108
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
109
LAMPIRAN ………………………………………………………..
117
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………..
164
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Keaslian penelitian pada Macaranga tanarius L ……..
Tabel II.
Analisis kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L. ……………………………………………..
Tabel III.
6
65
Rata-rata AUC tebal udema (mm.menit pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% (n=5)…………………………………….
Tabel IV.
71
Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin
antara
kelompok
kontrol
negatif
dan
kelompok diklofenak rentang 15 menit ……………… Tabel V.
73
Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit ………………………………………..……….
Tabel VI.
Rata-rata AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi (n=5) ……………………………………..
Tabel VII.
81
Hasil uji Mann-Whitney AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) ……………………
Tabel VIII.
75
83
Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n=5) ……..………………
xv
84
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tabel IX.
Hasil uji Mann-Whitney persen (%) penghabatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) ……..
Tabel X.
Rata-rata persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n=5)…………………
Tabel XI.
85
87
Hasil uji Mann-Whitney persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) …
xvi
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Struktur kandungan yang diisolasi dari M. tanarius L….
Gambar 2.
Struktur prenylflavonoid yang diisolasi dari M.
12
tanarius L. ………………………………………………
13
Gambar 3.
Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dan kronik ...
15
Gambar 4.
Diagram mediator inflamasi dan tempat aksi obat antiinflamasi …………………………………………….
23
Gambar 5.
Struktur kimia kalium diklofenak ………………………
26
Gambar 6.
Flowchart
pengelompokan
hewan
uji
pada
uji
pendahuluan ……………………………………………. Gambar 7.
Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. ……
Gambar 8.
53
54
Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit ………….
Gambar 9.
73
Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit ………………………………
Gambar 10.
Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada
xvii
75
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
kelompok uji antiinflamasi ……………………………. Gambar 11.
Diagram batang rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi …………….
Gambar 12.
86
Diagram batang rata-rata persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ………...
Gambar 13.
82
89
Kurva tebal udema (mm) masing-masing kelompok uji antiinflamasi …………………………………………….
90
Gambar 14.
Proses pengeluaran radikal bebas pada inflamasi ………
104
Gambar 15.
Daun dan serbuk Macaranga tanarius L. ………………
118
Gambar 16.
Dekokta daun Macaranga tanarius L. ………………….
118
Gambar 17.
Udema pada telapak kaki kiri mencit …………………..
119
Gambar 18.
Pengukuran udema pada kaki mencit menggunakan jangka sorong …………………………………………...
119
Gambar 19.
Uji Alkaloid …………………………………………….
120
Gambar 20.
Uji Flavonoid …………………………………………...
120
Gambar 21.
Uji Glikosida …………………………………………...
120
Gambar 22.
Uji Saponin ……………………………………………..
120
Gambar 23.
Uji Tanin ………………………………………………..
121
Gambar 24.
Uji Terpenoid …………………………………………...
121
Gambar 25.
Uji Fenolik ……………………………………………...
121
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Daun
Macaranga
tanarius
L.
dan
dekokta
Macaranga tanarius L. ……………………………... Lampiran 2.
Cara pembuatan dan pengukuran udema pada kaki mencit ……………………………………………….
Lampiran 3.
119
Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L………………..
Lampiran 4.
118
120
Surat pengesahan determinasi Macaranga tanarius L. ………………………………………….
122
Lampiran 5.
Surat Ethical Clearance (EC) ………………………
123
Lampiran 6.
Surat kalibrasi jangka sorong (Digital Caliper) …….
124
Lampiran 7.
Sertifikat
penetapan
kadar
air
serbuk
daun
Macaranga tanarius L. …………………………….. Lampiran 8.
Cara menetapkan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. …………………………………………..
Lampiran 9.
125
126
Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data secara statistik ………………………
127
Lampiran 10. Perhitungan Dosis …………………………………..
128
Lampiran 11. Hasil
analisis statistika data orientasi penentuan
dosis dan selang waktu pemberian kalium diklofenak antara kelompok kontrol negatif dan kelompok
xix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
diklofenak rentang 15 menit ………………………..
131
Lampiran 12. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit ………………………………………………………..
132
Lampiran 13. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai AUC total pada kelompok uji pendahuluan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit ……………………….
134
Lampiran 14. Hasil analisis statistika data orientasi penentuan dosis dan selang waktu pemberian kalium diklofenak antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit ………………………………………………………..
135
Lampiran 15. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error (SE)
pada
uji
pendahuluan
antara
kelompok
diklofenak rentang 15 dan 30 menit ………………..
136
Lampiran 16. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD
pada
kelompok
uji
pendahuluan
antara
kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit ……
138
Lampiran 17. Hasil analisis uji statistik nilai AUC total pada uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. ………..
140
Lampiran 18. Rata-rata AUC tebal udema dan standard error (SE) pada uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. ..
xx
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 19. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis nilai AUC total pada kelompok uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. ………………………………………
143
Lampiran 20. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. …………………………
144
Lampiran 21. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok kontrol positif uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. …………………………
145
Lampiran 22. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. ………………….………………
146
Lampiran 23. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. …………………………
147
Lampiran 24. Hasil uji statistik nilai persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi dekokta M.tanarius L. ……………………………………….
148
Lampiran 25. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi dan standard error (SE) pada kelompok uji antiinflamasi ……………………………………………………….
149
Lampiran 26. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ………….
xxi
151
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 27. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi
pada
kelompok
kontrol
negatif
uji
antiinflamasi …………………………………………
152
Lampiran 28. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi
pada
kelompok
kontrol
positif
uji
antiinflamasi …………………………………………
153
Lampiran 29. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi ………………………………………………………..
154
Lampiran 30. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi ………………………………………………………..
155
Lampiran 31. Hasil uji statistik nilai persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ……
156
Lampiran 32. Rata-rata dan standard error (SE) nilai persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ………………………………………..
157
Lampiran 33. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ...
159
Lampiran 34. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi ………………………………………… Lampiran 35. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif
xxii
160
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
daya antiinflamasi pada kelompok kontrol positif uji
161
antiinflamasi ………………………………………… Lampiran 36. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi …………………………………………
162
Lampiran 37. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi …………………………………………
xxiii
163
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
INTISARI Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya gangguan atau kerusakan dalam jaringan. Macaranga tanarius L. merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap penurunan udema telapak kaki belakang mencit yang diinduksi karagenin. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Dua puluh lima ekor mencit dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Kelompok I diberikan aquadest, kelompok II diberikan larutan diklofenak, sedangkan kelompok III, IV, dan V diberikan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1667,67; serta 3333,33 mg/kgBB secara oral. Udema pada kaki mencit diukur menggunakan jangka sorong selama enam jam setelah mencit terinduksi karagenin 1% secara subplantar. Analisis hasil dilakukan dengan menghitung AUC ketebalan udema kaki mencit kemudian dianalisis secara statistik dengan uji Shapiro-Wilk dilanjutkan analisis KruskalWallis dan uji Mann-Whitney taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi. Persen penghambatan inflamasi oleh dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB berturut-turut adalah 25,72; 30,26; dan 23,49%. Persen potensi relatif daya antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB berturut-turut adalah 47,14; 55,93; dan 43,42%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat kekerabatan antara peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan efek antiinflamasi yang ditimbulkan.
Kata kunci : Antiinflamasi, Dekokta, Daun Macaranga tanarius L.
xxiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Inflammation is a body response to substance interference or damaged body tissue. Macaranga tanarius L. is one of plants that can be used as antiinflammatory agents. This research aimed to prove the anti-inflammatory effect of Macaranga tanarius L. leaves decoction in reducing edema in carrageenan induced hind paw edema. This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total twenty five Swiss mice were divided randomly into five treatment groups. Group I was given aquadest, group II was given diclofenac, and group III, IV, V were given decoction of Macaranga tanarius L. leaves dosed of 833.33; 1667.67; and 3333.33 mg/kg BW orally. Hind paw udema in mices was measured using a digital caliper for six hours started after mice were induced by carrageenan 1%. Analysis of the data had done by calculating the AUC of the thickness of hind paw edema, then the data had been statistically analyzed by Shapiro-Wilk test continued by using the analysis of Krusskal-Wallis test and Mann-Whitney test with the 95% trust scale. The result of this research showed that Macaranga tanarius L. leaves decoction had an anti-inflammatory effect. The percentage of inflammation inhibition by Macaranga tanarius L. leaves decoction from the smallest dose to the largest dose 833.33; 1667.67; and 3333.33 mg/kg BW were 25.72; 30.26; and 23.49%. The relative potency of anti-inflammatory power of Macaranga tanarius L. leaves decoction from dose 833.33; 1667.67; and 3333.33 mg/kg BW were 47.14; 55.93; and 43.42%. This research showed that there was no relation between the dose and the anti-inflammatory effects.
Keyword
: Antiinflammation, Decoction, Macaranga tanarius L. leaves
xxv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENGANTAR
A.
Latar Belakang
Inflamasi atau peradangan adalah suatu respon protektif tubuh terhadap cedera. Peradangan dapat disebabkan oleh adanya luka atau infeksi mikroba, virus, atau yang lainnya. Adanya reaksi imun pada manusia akan menyebabkan timbulnya suatu peradangan sebagai reaksi perlindungan terhadap luka maupun infeksi mikroba tersebut (Necas dan Bartosikova, 2013). Respon inflamasi akan memicu keluarnya mediator-mediator inflamasi dan ditandai dengan lima tanda klasik yaitu kemerahan, panas, udema, nyeri dan hilangnya fungsi. Adanya kemerahan dan panas pada permukaan tubuh disebabkan oleh aliran darah yang meningkat pada daerah cedera, adanya udema karena peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke daerah interstitial serta rasa nyeri karena penekanan jaringan akibat adanya udema (Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta, 2002). Inflamasi atau peradangan cenderung dianggap sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi sebenarnya merupakan keadaan yang membantu netralisasi, penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan pada proses penyembuhan (Price dan Wilson, 2005). Respon inflamasi yang berlebihan atau kerusakan jaringan yang hebat tidak boleh dibiarkan. Oleh sebab itu, reaksi inflamasi perlu diatasi agar keluhan dan gejala berkurang (Meliala dan Pinzon, 2007).
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Pemberian obat antiinflamasi non steroid (OAINS) secara per oral sering dilakukan untuk menangani inflamasi. Mediator yang keluar pada saat inflamasi cenderung diperantarai oleh siklooksigenase-2 yang bersifat indusibel. Akan tetapi, mayoritas obat antiinflamasi non steroid bekerja tidak selektif dengan menghambat pada siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Penghambatan pada COX-1 yang merupakan isoform konstitutif yang diekspresikan dalam lambung akan mengakibatkan senyawa proteksi lambung yang seharusnya dihasilkan oleh COX-1 dihambat pembentukannya sehingga dapat mengiritasi lambung (Schror dan Meyer-Kircharth, 2000). Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang luas dan banyak digunakan sebagai obat tradisional. Eksplorasi tanaman yang berefek antiinflamasi semakin berkembang untuk pengembangan dunia pengobatan. Oleh karena itu, timbul kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan tanaman sekitar sebagai pengobatan tradisional yang berkhasiat (back to nature) untuk mengatasi penyakit dan dianggap relatif lebih aman daripada produk obat sintetik. Upaya pengobatan secara tradisional telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat dan hingga saat ini masih diakui keberadaannya yang cukup potensial dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Tanaman yang jarang dikenal oleh sebagian besar masyarakat namun masih dapat dieksplorasi sebagai alternatif pengobatan yaitu Macaranga tanarius L. Menurut Magadula (2014), genus Macaranga (Euphorbiaceae) terdiri dari 300 spesies yang banyak ditemukan di daerah tropis seperti Afrika, Asia, Australia, dan wilayah Pasifik. Tanaman dengan genus ini telah memiliki sejarah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
panjang dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi luka, bengkak, bisul, dan memar. Ekstrak tumbuhan tersebut memiliki aktivitas diantaranya antikanker, antiinflamasi,
antioksidan,
antimikroba,
antiplasmoidal,
dan
antioksidan.
Pengujian fitokimia metabolit sekunder pada spesies yang berbeda dari genus ini menghasilkan senyawa hasil isolasi seperti flavonoid, kumarin, terpenoid, tannin, dan senyawa lainnya. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa kandungan dari spesies Macaranga tanarius L. meliputi terpen, steroid, hydrolysable tannins, dan prenylflavanones (Sutthivaiyakit, Unganont, Sutthivaiyakit, dan Suksamrarn, 2002). Telah banyak dilakukan penelitian tentang efek antiinflamasi dari metabolit sekunder yang berasal dari tanaman, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat aktivitas penghambatan pada siklooksigenase. Golongan utama dari senyawa penghambat siklooksigenase adalah flavonoid, fenolik, dan beberapa stibenoid (Jachak, 2006). Agen antiinflamasi dari bahan alam yang telah dilaporkan terlibat dalam penghambatan inflamasi adalah berbagai macam senyawa seperti polifenol, flavonoid, terpenoid, alkaloid, antrakuinon, lignan, polisakarida, saponin dan peptida (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Pelepasan mediator inflamasi juga dipicu oleh radikal bebas. Radikal bebas yang berlebihan akan menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan inflamasi. Tjay dan Rahardja (2007) menyatakan bahwa ada kaitan antara penangkapan radikal bebas dengan penghambatan mediator-mediator nyeri dan peradangan. Antioksidan akan menghambat inisiasi pembentukan radikal bebas atau menginaktifkan radikal bebas, sehingga dapat menghentikan kerusakan yang diakibatkan adanya radikal bebas. Phommart, Sutthivaiyakit, Nitirat,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005), melaporkan konstituen dari ekstrak nheksan dan kloroform daun Macaranga tanarius L. berupa flavonoid mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas yang dihasilkan oleh DPPH (1,1-difenil-2pikrilhidrazil) dan siklooksigenase-2.
nymphaeol B sebagai agen Senyawa
glikosida
berupa
antiinflamasi pada uji
macarangioside
A-C
dan
mallophenol B yang diisolasi dari ekstrak metanol Macaranga tanarius L. mempunyai gugus karbonil yang mampu menangkap radikal bebas sehingga jalur pembentukan prostaglandin dapat dihambat Matsunami dkk. (2006; 2009). Jika mediator inflamasi tidak terbentuk, maka peradangan tidak terjadi. Wulandari dan Hendra (2011) melaporkan bahwa infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit dengan persen proteksi geliat sebesar 57,6; 64,5; dan 73,7 % masing-masing pada dosis 666,7; 3333,4; dan 1666,0 mg/kgBB. Adanya efek analgesik yang dihasilkan oleh infusa daun Macaranga tanarius L. dalam menghambat nyeri yang diperantarai oleh prostaglandin, memunculkan dugaan adanya efek antiinflamasi pada sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. yang menggunakan penyari berupa air dalam menghambat keluarnya mediator inflamasi. Sediaan dekokta berbeda dengan sediaan infusa yang juga menggunakan penyari berupa air, perbedaan terlihat dari lamanya waktu penyarian. Dekokta mempunyai waktu penyarian lebih lama yaitu 30 menit, sedangkan infusa hanya memerlukan waktu 15 menit (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010). Dipilihnya sediaan dekokta pada penelitian ini diharapkan senyawa glikosida yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas dapat tertarik lebih banyak dan akhirnya dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
menghambat terjadinya inflamasi. Supriyatna, Moelyono, Iskandar, dan Febriyanti (2014) mengatakan bahwa senyawa glikosida merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut organik dan lebih mudah larut dalam air. Senyawa flavonoid juga memiliki sifat larut air (Astuti, 2001). Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengujian efek antiinflamasi terhadap dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss. Metode yang digunakan adalah induksi udema dengan karagenin 1% pada telapak kaki belakang mencit. Pada penelitian ini, dilakukan pula skrining fitokimia secara kualitatif dengan uji tabung untuk mengetahui adanya kandungan metabolit sekunder pada dekokta daun Macaranga tanarius L. yang diduga berperan terhadap efek antiinflamasi. Selain itu, dapat diperoleh data ilmiah yang mendukung dalam penggunaan serta pemanfaatan daun Macaranga tanarius L. sebagai obat tradisional. 1. Permasalahan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : a.
Apakah pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi pada mencit galur Swiss ?
b.
Berapa besar persentase penghambatan inflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss ?
c.
Berapa besar persentase potensi relatif daya antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss ?
d.
Apakah terdapat kekerabatan antara dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. dan efek antiinflamasi yang dihasilkan ?
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
2. Keaslian Penelitian Penelitian terkait Macaranga tanarius L. dan aktivitasnya sebagai berikut: Tabel I. Keaslian penelitian terkait Macaranga tanarius L. Nama Peneliti dan Judul Penelitian Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005) dalam penelitian berjudul “Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius”
Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto, Kondo, Otsuka, Takeda (2006) dalam penelitian berjudul “RadicalScavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) Mull.-Arg.”. Putri dan Kawabata (2010) dalam penelitian berjudul “Novel ΑGlucosidase Inhibitor from Macaranga tanarius Leaves”.
Metode Metode penyarian menggunakan nheksan dan ekstrak kloroform daun Macaranga tanarius L.
Ekstrak metanol Macaranga tanarius L. yang dipuri- fikasi heksan dan dipartisi dengan etil asetat dan butanol
Ekstraksi metanol-air Macaranga tanarius L.
Hasil Ekstrak n-heksan dari daun Macaranga tanarius L. mengandung 3 kandungan senyawa baru berupa flavonoid yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C dan D bersama dengan 7 kandungan yang telah diketahui yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavon B, blumeol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone E. Daun Macaranga tanarius L. mengandung flavonoid sebagai antioksidan terhadap uji DPPH serta nymphaeol B sebagai agen antiinflamasi pada uji siklooksigenase-2. Melaporkan empat kandungan glikosida dari Macaranga tanarius L. yaitu macarangiosida A-C, dan malofenol B, yang diisolasi dari ekstrak methanol Macaranga tanarius L. yang menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH. Ekstrak metanol Macaranga tanarius L. mengandung ellagitanin yaitu mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, macatanin A dan B dengan aktivitas potensial menghambat αglukosidase yang dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
Tabel I. (lanjutan) Nama Peneliti dan Judul Penelitian Wulandari dan Hendra (2011) dalam penelitian berjudul “Efek Analgesik Infusa Daun kandungan dari Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss” Kurniawaty (2011) dalam penelitian berjudul “Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss”
Metode
Hasil
Infudasi serbuk daun Macaranga tanarius L., penggunaan secara peroral.
Infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik dengan persen proteksi geliat sebesar 57,6; 64,5; dan 73,7% masingmasing pada dosis 666,7; 3333,4; dan 1666,0 mg/kg.
Ekstraksi metanol-air, penggunaan secara peroral.
Persen penghambatan inflamasi esktrak metanol air daun Macaranga tanarius L. pada dosis 0,71; 2,1; dan 6,4 g/kgBB secara berurutan adalah 23,3; 35,3; dan 47 %.
Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss terinduksi karagenin 1% secara subplantar belum pernah dilakukan. 3. Manfaat Penelitian a.
Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu kefarmasian mengenai pengobatan inflamasi menggunakan bahan alam yaitu dekokta daun Macaranga tanarius L.
b.
Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek antiinflamasi serta ada atau tidaknya kekerabatan antara dosis dan efek antiinflamasi dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui efek antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui pengaruh pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek antiinflamasi pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1% .
b.
Mengetahui persentase dekokta daun Macaranga tanarius L. dalam memberikan efek penghambatan inflamasi akibat injeksi karagenin 1% pada udema kaki belakang mencit galur Swiss.
c.
Mengetahui persentase potensi relatif daya antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss.
d.
Mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. dan efek antiinflamasi yang dihasilkan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Macaranga tanarius L. 1.
Taksonomi Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo
: Malpighiales
Famili
: Euphorbiaceae
Sub Famili
: Acalyphoides
Bangsa
: Acalypheae
Sub Bangsa
: Macaranginae
Genus
: Macaranga
Spesies
: Macaranga tanarius (L.) Benth. Mull. Arg (Magadula, 2014).
2.
Keterangan Botani Macaranga tanarius L. termasuk dalam famili Euphorbiaceae
dengan sinonim Ricinus tanarius L., Macaranga molliuscula Kurz., Macaranga tomentosa Druce, Mappa tanarius Blume (Starr, Starr, dan Loope, 2003). Tanaman Macaranga tanarius L. dikenal dengan beberapa nama daerah antara lain Tutu Ancur (Jawa), Mapu (Batak), Mara (Sunda) (Anonim, 2015), Madau
9
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
(Lampung), Totop Lakek (Madura), Dahan (Minahasa), Hanuwa (Ambon), Same (Ternate) (Zuhud, Siswoyo, Sandra, Hikmat dan Adhiyanto, 2013). 3. Morfologi Macaranga tanarius L. merupakan pohon kecil sampai sedang dengan ketinggian hingga ± 24 m. Daun dengan tangkai ranting dan bagian permukaan bawah daun licin tetapi permukaan atas daun mempunyai bulu halus. Helai daun pada pokok kecil memiliki panjang hingga 35 cm, helai daun pada pokok matang sepanjang 7,5-23 cm, lebarnya hampir sama, daun berwarna hijau muda dan lembut bila disentuh, tangkai daun sepanjang 20 cm. Bunga dengan jambak sepanjang 10-20 cm, warna hijau pucat, dihasilkan pada ketiak daun. Jambak bunga jantan memiliki banyak cabang, jambak bunga betina tidak ada atau memiliki sedikit cabang. Buah terdapat 2 atau 3 bahu, mempunyai bulu kasar yang lembut dan serbuk yang berwarna kuning, dengan panjang 0,6-1,2 cm dan lebar 1,2 cm (Chooi, 2004). Kulit luar batangnya berwarna agak abu-abu atau coklat muda, berbulu jika tumbuh di dataran rendah atau lokos jika tumbuh di pegunungan. Tajuk pohonnya tidak lebat dan berbangun hati agak bulat. Daun tunggal bercaping tiga, bertangkai nyata dan berwarna coklat kotor, bila masih muda berwarna merah darah. Kulit tangkai daun jika dikupas atau dipotong mengeluarkan cairan yang berwarna coklat bening dan lekat. Bunga kecil, tersusun dalam malai yang berbulu halus. Buah berupa buah kotak, bulat dan berpasangan (Zuhud dkk.,, 2013)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4.
11
Kandungan Kimia Uji kimia dari tannin dalam daun Macaranga tanarius L. dilaporkan
mengandung 7 hydrolyzable tannin yang baru, bersama dengan 21 tanin yang telah diketahui sebelumnya (Lim, Nonaka, dan Nishioka, 1990). Ekstrak metanol Macaranga tanarius L. mengandung mallotinic-acid, corilagin, macatannin A, chebulagic acid, dan macatannin B yang mempunyai aktivitas potensial menghambat α-glukosidase yang dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes (Putri dan Kawabata, 2010). Dilaporkan ekstrak n-heksan dari daun Macaranga tanarius L. mengandung 3 kandungan senyawa baru yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C dan tanariflavanon D bersama dengan 7 kandungan yang telah diketahui yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavon B, blumeol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone E (Phommart et al., 2005). Daun Macaranga tanarius L. yang disari dengan ekstraksi metanol-air dilaporkan memiliki empat kandungan baru megastigman glucoside, dinamai macarangiosida A-D bersama dengan campuran mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate,hyperin, dan isoquerceitrin (Matsunami et al., 2006),
serta
lignin
glukosida,
(+)-pinoresinol
4-O-[6n-O-galloyl]β-D-
glucopyranoside, dan 2 megastigman glukosida, dinamai macarangiosida E dan F, bersama dengan 15 komponen lain yang telah dilaporkan terdapat pada daun Macaranga tanarius L. (Matsunami et al., 2009). Berikut struktur kimia dari senyawa yang diisolasi dari Macaranga tanarius L. (Gambar 1 dan 2).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Tanariflavanon non C
12
Malofenol B
Tanariflavanon D
Macarangiosida A
Macarangiosida B
Macarangiosida C
Macarangiosida D
Lauroside E
methyl brevifolin carboxylate
R=Glc : Hyperin R=Gal : Isoquercitrin
Tanariflavanon
Gambar 1. Struktur kandungan yang diisolasi dari M. tanarius L. (Phommart et al., 2005 dan Matsunami et al., ., 2006)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Gambar 2. Struktur prenylflavonoid yang diisolasi dari M. tanarius L. (Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto, 2014) 5.
Khasiat dan Kegunaan Daun Macaranga tanarius L. digunakan secara tradisional pada produk
tempe dan juga untuk pakan hewan (Puteri dan Kawabata, 2010). Daun Macaranga tanarius L. kaya akan tannin dan secara empiris digunakan sebagai obat di masyarakat seperti obat diare, luka dan juga sebagai antiseptik (Lim, Nonaka, dan Nishioka, 1990). Dekok akar Macaranga tanarius L. digunakan sebagai antipiretik dan antitusif dalam pengobatan tradisional di Malaysia dan Thailand, sedangkan ekstraknya digunakan sebagai campuran pasta gigi. Akar keringnya digunakan sebagai agen emetik, sementara daun segarnya digunkaan sebagai penutup luka guna mencegah terjadinya inflamasi. Di Cina, Macaranga tanarius L. menjadi tumbuhan yang komersil dan dijadikan produk minuman kesehatan sebagai teh herbal (Lim, Lim, dan Yule, 2009). Dekok batang Macaranga tanarius L. digunakan untuk membasuh luka dan diminum sebagai tonik pada wanita (Sutthivaiyakit dkk., 2002). Ekstrak Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
memiliki
aktivitas
biologis
sebagai
alelopati,
antiulcer,
dan
14
inhibitor
siklooksigenase (Kawakami, Harinantenaina, Matsunami, Otsuka, Shinzato, dan Takeda, 2008). 6.
Ekologi Penyebaran dan Budidaya Tumbuhan Macaranga tanarius L. merupakan tanaman pada daerah
tropis dan tersebar luas di Afrika, Madagaskar, Asia Tenggara, dan Pasifik. Di Malaysia, sekitar 40 spesies Macaranga dapat tumbuh di hutan sekunder dan daerah kosong (Lim dkk., 2009). Tumbuhan ini dapat ditemukan di sepanjang Asia Timur dan Selatan, khususnya Cina Selatan, Korea dan Jepang (Matsunami et al., 2006). B. Inflamasi 1.
Definisi Inflamasi atau peradangan adalah respon terhadap
rangsangan fisik,
kimiawi, biologis (infeksi akibat mikroorganisme atau parasit), dan kombinasi ketiga agen tersebut. Rangsangan ini menyebabkan pelepasan mediator kimiawi, seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi. Eikosanoid, pada dasarnya terdiri dari prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003). Terdapat hubungan antara inflamasi dan infeksi, tetapi istilah tersebut tidak bisa dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan inflamasi, sedangkan tidak semua inflamasi disebabkan oleh infeksi. Pada saat proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
cairan, elemen-elemen elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat jaringan jar atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Kee dan Hayes, 1996). 2.
Jenis enis inflamasi Inflamasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan waktu terjadinya, yaitu
inflamasi akut dan inflamasi kronik. Manifestasi pada kedua jenis radang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dan kronik (Kumar, Abbas, dan Aster, 2014) Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan dan agen yang merugikan. Inflamasi akut terjadi pada waktu yang singkat yaitu beberapa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
menit hingga hari. Inflamasi akut ditandai dengan 5 tanda utama (Rhoades dan Bell, 2013). Terjadinya inflamasi akut ditandai dengan adanya kemerahan yang akan menyebar di sekitar area cedera, panas pada daerah yang meradang, bengkak karena adanya cairan eksudasi protein plasma maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan, dan nyeri (Greene dan Harris, 2008). Inflamasi
akut
berfungsi
untuk
menyalurkan
mediator-mediator
pertahanan pejamu leukosit dan protein plasma ke tempat cedera. Karakteristik utama dalam peradangan akut adalah eksudasi cairan dan protein plasma serta emigrasi leukosit terutama neutrofil. Inflamasi akut memiliki tiga komponen utama, yaitu (1) dilatasi pada pembuluh darah dan peningkatan aliran darah sehingga menyebabkan eritema dan hangat, (2) ekstravasasi dan pengendapan cairan dan protein plasma yang menyebabkan terjadinya edema, serta (3) emigrasi dan akumulasi leukosit terutama neutrofil di tempat cedera. Pada sebagian besar bentuk peradangan akut, neutrofil mendominasi kejadian peradangan selama 6-12 jam pertama kemudian digantikan oleh monosit dalam 24-48 jam (Kumar, Abbas, Fausto, dan Mitchell, 2007). Inflamasi kronik terjadi karena respon terhadap senyawa asing dan dapat berlangsung dalam hitungan minggu, bulan, bahkan tahun (Kumar et al., 2007). Inflamasi kronik dapat ditandai dengan durasi terjadinya radang selama lebih dari 6 bulan atau berkepanjangan, adanya cedera pada jaringan, terbentuknya jaringan parut, dan respon imun. Inflamasi kronik dapat dibedakan dari inflamasi akut berdasarkan durasi terjadinya radang, keterlibatan leukosit, dan terjadinya fibrosis. Leukosit yang terlibat dalam inflamasi kronik adalah makrofag, yang akan segera
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
menggantikan neutrofil pada tahap awal terjadinya inflamasi akut (Greene dan Harris, 2008). Inflamasi proliferatif kronik melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak begitu berperan dalam respon akut seperti interferon, platelet-derived growth factor (PDGF) serta interleukin-1,2,3 (Katzung, 2001). Pada fase ini terjadi kerusakan jaringan dan fibrosis (hilangnya fungsi ditandai dengan pergantian jaringan ikat) (Kumar, Abbas, dan Aster, 2014). 3.
Gejala inflamasi Respon inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya
permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Inflamasi akut disertai beberapa gejala, seperti kemerahan (rubor), panas (calor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), dan gangguan fungsi (Wilmana dan Gan, 2007). Proses inflamasi terdapat dua tahap yaitu tahap vaskular yang terjadi 10-15 menit setelah terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap vaskular berkaitan dengan vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas kapiler dimana substansi darah dan cairan meninggalkan plasma dan menuju ke tempat cedera. Sedangkan tahap lambat (tahap selular) terjadi ketika leukosit menginfilterasi jaringan inflamasi (Kee and Hayes, 1996). Kemerahan (rubor) terjadi karena terjadi peningkatan aliran darah pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh dan histamin yang mendilatasi arteriol. Keadaan ini yang bertanggungjawab atas warna merah lokal yang tampak pada peradangan akut dan terjadi pada tahap pertama dari inflamasi (Rhoades dan Bell, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
Panas (calor) disebabkan oleh metabolisme dari leukosit dan makrofag, serta peningkatan aliran darah ke permukaan yang mengalami radang lebih banyak daripada darah yang disalurkan ke daerah yang tidak mengalami radang. Panas dan kemerahan terjadi secara bersamaan pada reaksi radang akut. Panas merupakan suatu sifat reaksi peradangan pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih rendah dari 37oC, yaitu suhu di dalam tubuh (Wilmana dan Gan, 2007). Pembengkakan (tumor) merupakan gejala paling nyata pada peradangan akut, hal ini terjadi karena kinin mendilatasi arteriol sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler. Adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera mengakibatkan protein plasma merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat cedera. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat (Rhoades dan Bell, 2013). Nyeri (dolor) dapat disebabkan oleh (1) adanya peregangan jaringan akibat adanya edema (pembengkakan) sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri, (2) adanya pelepasan mediator nyeri seperti prostaglandin, histamin, dan bradikinin yang dapat merangsang syaraf perifer di sekitar radang sehingga timbul rasa nyeri, (3) terjadi perubahan pH lokal menjadi lebih rendah atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujungujung syaraf (Wilmana dan Gan, 2007). Hilangnya fungsi (function laesa) merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi dan di sekitarnya akibat proses inflamasi (Wilmana dan Gan, 2007). Hal ini disebabkan oleh penumpukan cairan pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada daerah yang mengalami inflamasi (Rhoades dan Bell, 2013). 4.
Mekanisme Inflamasi diawali dari rusaknya membran sel secara mekanis, fisik,
maupun kimia dan menyebabkan teraktivasi enzim fosfolipase yang mengubah fosfolipid menjadi asam arakidonat (Tjay dan Rahardja, 2007). Senyawa yang berperan dalam pelepasan mediator inflamasi adalah asam arakidonat yang merupakan substrat utama pada jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase. Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh 20-karbon dengan 4 ikatan rangkap yang merupakan prekusor dari prostaglandin. Kejadian vaskular melibatkan beberapa mediator inflamasi yang diawali dengan dilatasi pada arteriola kecil yang menyebabkan meningkatnya aliran darah menuju daerah yang mengalami gangguan. Vasodilatasi terjadi karena terlepasnya mediator inflamasi seperti prostaglandin (PG) E1 dan I2 serta histamin lalu diikuti dengan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler yang menyebabkan eksudasi cairan. Sistem kinin merupakan salah satu dari rangkaian enzim, yang mengakibatkan produksi beberapa mediator inflamasi, pada umumnya bradikinin. Sel yang terlibat dalam peradangan (sel-sel endothelial vaskular, sel mast, dan makrofag jaringan) secara normal berada dalam jaringan, sementara peningkatan aliran darah akan meningkatkan akses platelet dan leukosit ke area inflamasi (Rang et al., 2003). Respon inflamasi sitandai dengan mediator yang akan segera dilepas termasuk amin (histamine, 5-HT), lipid (prostgladin, leukotrien, dan platelet
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
activating factor) yang muncul beberapa menit dan protein (sitokin seperti interleukin dan TNF) yang membutuhkan lebih dari 30 menit untuk keluar (Supriyatna, Febriyanti, Dewanto, Wijaya, dan Ferdiansyah, 2015). Histamin dan serotonin merupakan mediator pertama yang akan dilepaskan saat terjadinya inflamasi akut, tetapi histamin tidak memberikan efek pada proses terjadinya inflamasi akut. Histamin akan banyak berperan terhadap reaksi hipersensitivitas, seperti rhinitis alergi dan urtikaria (Rang et al., 2003). Eicosanoid (metabolit asam arakidonat) merupakan senyawa yang dihasilkan dari fosfolipid melalui jalur de novo.
Senyawa ini terlibat dalam
pengaturan banyak proses fisiologis dan termasuk di antaranya yang paling penting mediator-mediator dalam reaksi inflamasi. Sumber utama dari eicosanoid adalah asam arakidonat, yang terbentuk dari proses esterifikasi fosfolipid. Eicosanoid utama antara lain prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien, meskipun derivat lain dari asam arakidonat seperti lipoksin juga dihasilkan. Langkah
awal
dan
batas
laju
sintesis
eicosanoid
bergantung
pada
pembebasan asam arakidonat, baik dalam satu tahap (dengan bantuan fosfolipase A2) maupun dua tahap (dengan bantuan IP, inositol, fosfat, DAG, dan diasilgliserol). Jalur fosfolipase A2 (PLA2) memiliki pengaruh besar dalam pembentukan asam arakidonat intraseluler. Kerusakan sel umumnya memicu proses pembebasan asam arakidonat (Kumar et al., 2007). Asam arakidonat yang berperan dalam proses terjadinya inflamasi dapat dimetabolisme melalui dua jalur, antara lain :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
a. Jalur siklooksigenase (COX) Siklooksigenase (COX) terdiri dari dua bentuk, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 berperan dalam tubuh untuk menghasilkan prostaglandin yang diperlukan oleh tubuh dan sebagai respon terhadap inflamasi, selain itu COX-1 ditemukan pada banyak sel sebagai enzim konstitutif yang keberadaannya selalu tetap dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan. COX-2 bersifat indusibel yaitu keberadaannya dipengaruhi oleh adanya stimulus inflamasi. Pada jalur siklooksigenase akan mengawali biosintesis prostanoid yaitu prostasiklin (PGI2),
prostaglandin D2
(PGD2), prostaglandin E2 (PGE2), dan tromboksan A2 (TXA2). Setiap produk tersebut berasal dari prostaglandin H2 (PGH2) oleh pengaruh kerja enzim yang spesifik. PGH2 sangat tidak stabil dan merupakan prekusor hasil akhir biologi aktif jalur siklooksigenase (Kumar et al.,2007). Prostasiklin akan menyebabkan vasodilatasi dan menghambat agregasi platelet. PGE2 dan PGD2 menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Tromboksan A2 (TXA2) bekerja berlawanan dengan prostasiklin yaitu dapat menyebakan vasokonstriksi dan agregasi platelet, tetapi TXA2 akan segera diubah menjadi TXB2 yang bersifat tidak aktif (Rang et al., 2003). b. Jalur lipooksigenase Jalur lipooksigenase akan mengawali sintesis leukotrien, lipoksin, dan komponen penyebab inflamasi lainnya (Rang et al., 2003). 5-lipooksigenase ialah enzim yang mengubah asam arakidonat menjadi 5-hydroperoxyeicosatetraeoic acid (5-HPTE) yang kurang stabil kemudian direduksi menjadi 5-HETE (5-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
hydroxyeicosatetraenoic acid) sebagai kemotaksis untuk neutrofil atau diubah menjadi golongan leukotrien (LT). Produk dari 5-HPTE adalah leukotrien A4 (LTA4), LTC4, LTD4, dan LTE4. Leukotrien mempunyai efek kemotaktik yang kuat pada eosinofil, neutrofil, dan makrofag dan mendorong terjadinya bronkokonstriksi dan perubahan permeabilitas vaskuler. Kinin dan histamin juga dikeluarkan di tempat kerusakan jaringan, sebagai unsur komplemen dan produk leukosit serta platelet lain. Stimulasi membran neutrofil menghasilkan oxygen free radicals. Anion superoksid dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu produksi molekul lain yang reaktif, seperti hidrogen peroksida dan hydroxyl radicals.
Interaksi
substansi-substansi
ini
dengan
asam
arakidonat
menyebabkan munculnya substansi kemotaktik, oleh karena itu memperlama proses inflamasi (Wibowo dan Gofir, 2001). Lipoksin juga termasuk hasil dari jalur lipoksigenase yang disintesis melalui jalur transelular dengan bantuan 12-lypoxygenase. Lipoksin memiliki aksi baik dan antiinflamasi. Aktivitas lipoksin menghambat kemotaksis neutrofil dan perlekatan monosit (Kumar et al., 2007). Pembentukan dari metabolit-metabolit asam arakidonat dan zat-zat yang memiliki peran dalam proses peradangan dapat dilihat pada Gambar 4.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
Gambar 4. Diagram mediator inflamasi dan tempat aksi obat antiinflamasi (Rang et al., 2003) C. Antiinflamasi Obat antiinflamasi dibagi dalam dua golongan menurut mekanisme kerjanya, yaitu obat antiinflamasi golongan kortikosteroid dan obat antiinflamasi golongan non steroid (OAINS). Mekanisme penghambatan inflamasi dari golongan obat kortikosteroid yaitu dengan menginduksi inhibitor fosfolipase A2 yaitu lipocortin ipocortin dan mengikat lipooksigenase serta mengurangi terbentuknya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
leukotrien, sedangkan mekanisme penghambatan inflamasi dari OAINS yaitu dengan mengikat siklooksigenase (COX) sehingga dapat mengurangi peradangan yang terjadi (Priyanto, 2010). Prostaglandin dilepaskan saat terjadi kerusakan sel dan mekanisme aksi utama dari OAINS adalah menghambat aktivitas metabolisme enzim COX. Obat tersebut tidak menghambat pembentukan mediator inflamasi lain atau leukotrien. Enzim pertama dalam jalur pembentukan prostaglandin adalah prostaglandin G/H sintetase, atau yang dikenal dengan nama siklooksigenase (COX). Enzim ini mengubah asam arakhidonat (AA) menjadi prostaglandin G2 (PGG2) dan prostaglandin H2 (PGH2), yang akan diubah menjadi tromboxan (TXA2) serta prostasiklin yang akan merangsang timbulnya tanda-tanda inflamasi (Rang et al., 2003). Terdapat dua bentuk COX, yaitu cyclooxigenase-1 (COX-1) dan cyclooxigenase-2 (COX-2). COX-1 merupakan suatu isoform konstitutif yang terdapat dalam kebanyakan sel dan jaringan normal yang berperan dalam menjaga homeostasis jaringan. COX-2 terinduksi saat berkembang peradangan oleh sitokin dan mediator radang (Goodman dan Gilman, 2007). Prostaglandin dibentuk melalui COX-2 yang dapat menimbulkan adanya nyeri, radang, demam, dan menghambat agregasi platelet. Berdasarkan pada selektivitasnya terhadap COX, OAINS dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan, yaitu (1) OAINS yang bekerja dengan menghambat pada COX-1 dan COX-2 yang disebut OAINS non selektif, sedangkan (2) OAINS yang kerjanya didominasi dengan menghambat COX-2 disebut COX-2 selektif inhibitor (Day dan Graham, 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Keluarnya mediator inflamasi juga dipicu oleh adanya radikal bebas yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Senyawa seperti glikosida dan flavonoid memiliki aktivitas antiinflamasi dengan adanya aktivitas penangkapan terhadap radikal bebas. Senyawa glikosida dapat diisolasi dari ekstrak metanol Macaranga tanarius L., dengan gugus karbonil yang menunjukkan kemampuan menangkap radikal bebas pada DPPH (Matsunami et al., 2006). Metode DPPH adalah metode untuk mengukur kemampuan suatu senyawa antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Kemampuan penangkapan radikal
berhubungan
dengan
kemampuan
komponen
senyawa
dalam
menyumbangkan elektron atau hidrogen (Toripah, Abidjulu, dan Wehantouw, 2014). Senyawa flavonoid dapat ditemukan pada ekstrak n-heksan dan kloroform dari daun Macaranga tanarius L. yang terbukti mempunyai aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH dan nymphaeol B sebagai agen antiinflamasi pada uji siklooksigenase-2 (Phommart, et.al., 2005). Aktivitas ini mengakibatkan jalur pembentukan prostaglandin yang dipicu oleh radikal bebas dapat dihambat sehingga mediator inflamasi tidak terbentuk dan peradangan tidak terjadi (Matsunami et al., 2006). D. Kalium Diklofenak Serbuk Cataflam Fast® berisi kalium diklofenak dengan kekuatan 50 mg. Kalium diklofenak adalah turunan asam benzenasetat, termasuk golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang memiliki nama kimia 2-[(2,6dichlorophenyl)amino]benzeneacetic acid, monopotassium salt, bobot molekul sebesar 334,25 dan rumus molekul C14H10Cl2NKO2 (Novartis, 2009). Obat ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
merupakan senyawa yang menghambat siklooksigenase (COX) relatif non-selektif dan kuat. Kalium diklofenak memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. (Katzung, 2001). Struktur kimia kalium diklofenak ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur kimia kalium diklofenak (Novartis, 2009). Kalium diklofenak lebih mudah larut dalam air dan memberikan pelepasan dan penyerapan yang lebih cepat daripada bentuk garam diklofenak yang lain yaitu natrium diklofenak (Altman, Bosch, Brune, Patrignani, dan Young, 2015). Absorbsi kalium diklofenak melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap yang terikat 99% pada protein plasma yang mengalami efek lintas awal (firstpass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh (t1/2) singkat yakni 1-3 jam, diklofenak diakumulasikan di cairan sinovilia sehingga efek terapi sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Kemungkinan efek samping adalah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau tiga dosis (Gunawan, 2010). Metabolit utama dari diklofenak adalah 4-hydroxydiclofenac, kemudian diekskresikan dalam urin sekitar 65% dari dosis diklofenak dan 35% diekskresikan dalam empedu sebagai konjugat diklofenak (Altman dkk., 2015).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Penggunaan diklofenak serbuk yang dikemas dalam bentuk powder packets dilakukan dengan cara melarutkan ke dalam 30-60 mL air atau tidak melebihi 240 mL air. Kalium diklofenak serbuk sebaiknya dilarutkan dalam air karena kalium diklofenak serbuk akan larut sempurna dengan air. Kontraindikasi obat ini untuk penderita yang hipersensitivitas terhadap diklofenak atau penderita asma, urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau OAINS lainnya, serta penderita tukak lambung (Wilmana, 2007). E. Senyawa Fitokimia Beberapa senyawa fitokimia inti telah dilaporkan sebagai agen antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, antara lain senyawa seperti polifenol, flavonoid, terpenoid, alkaloid, antrakuinon, lignan, polisakarida, saponin, dan peptida (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Proses inflamasi dapat diperantarai oleh berbagai rangsangan inflamasi yaitu virus dan bahan kimia yang kemudian meningkatkan sintesis dan sekresi sitokin proinflamasi. Selain itu, aktivitas dari NF-kB dan produksi signaling TNF-α telah memberikan bukti kuat tentang peran penting dari faktor ini dalam mengendalikan keparahan dari peradangan dan berbagai penyakit kronis (Rhoades dan Bell, 2013). Senyawa fitokimia telah menunjukkan aktivitas untuk memodulasi berbagai titik dalam proses inflamasi. Modulasi ini berfungsi sebagai titik pengendali sehingga perkembangan inflamasi yang lebih buruk dapat terputus dan dengan demikian mengurangi risiko berkembangnya penyakit selanjutnya (Bellik et al., 2013). Banyak mekanisme aksi telah dikemukakan untuk menjelaskan aktivitas antiinflamasi dari senyawa fitokimia, antara lain: (1) Antioksidan dan aktivitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
penangkapan radikal bebas; (2) Modulasi aktivitas seluler dari proses inflamasi yang terkait sel (sel mast, makrofag, limfosit, dan neutrofil); (3) Modulasi aktivitas enzim proinflamasi seperti fosfolipase A2 (PLA2), cyclooxygenase (COX), dan lipoxygenase (LOX) dan oksida nitrat (NO) yang diproduksi oleh nitrat oksida sintase (NOS); (4) Modulasi produksi molekul proinflamasi lainnya; dan (5) Modulasi dari ekspresi gen proinflamasi (Bellik et al., 2013). Fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Fenolik pada tanaman terdiri dari asam fenolat, flavonoid, dan tannin, serta sedikit ligan (Dai dan Mumper, 2010). Senyawa fenolik dan flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, hal ini karena senyawa tersebut merupakan senyawa fenol yaitu senyawa dengan gugus –OH yang terikat pada karbon cincin aromatik. Senyawa fenol ini mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan atom hidrogen, sehingga radikal DPPH dapat tereduksi menjadi bentuk yang lebih stabil (Kurniati, 2013). Senyawa fenolik dan flavonoid juga memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik. Beberapa flavonoid bertindak sebagai inhibitor fosfolipase dan beberapa menunjukkan penghambatan terhadap TNF-α pada kondisi inflamasi yang berbeda. Investigasi biokimia juga menunjukkan bahwa flavonoid dapat menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase dari metabolisme asam arakidonat berdasarkan struktur yang dimilikinya (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Glikosida terdiri atas dua bagian yaitu molekul gula dan aglikon. Glikosida larut dalam air dan alkohol tetapi sedikit larut dalam eter. Glikosida memiliki aktivitas penghambatan terhadap siklooksigenase, sehingga mencegah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
terbentuknya PG-2 dan memberikan efek analgesik ringan serta diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Tannin merupakan kelompok utama lainnya dari polifenol yang terdiri dari dua kelompok yaitu tannin terhidrolisis dan tannin terkondensasi. Tannin terhidrolisis merupakan senyawa yang mengandung inti pusat dari glukosa atau polyol lain yang teresterifikasi dengan gallic acid, yang biasa disebut dengan gallotanins atau teresterifikasi dengan hexahydroxydiphenic acid yang biasa disebut dengan ellagitanin (Dai dan Mumper, 2010). Senyawa alkaloid dapat terbentuk pada daun yang merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Alkaloid banyak ditemukan dalam pelarut semipolar (Kurniati, 2013). Beberapa senyawa alkaloid yang terisolasi dapat memberikan efek analgetika dan narkotika, mempengaruhi peredaran darah dan pernapasan, anastetika lokal, antioksidan dan antiparasit (Sirait, 2007). Alkaloid dikaitkan dengan tipe rantai berdasarkan sistem cincin piridin menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang berarti (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Saponin adalah glikosida dari triterpen dan sterol. Senyawa ini mempunyai sifat aktif permukaan dengan sifat seperti sabun dan dapat dideteksi dari terbentuknya busa dan untuk menghemolisis sel darah (Sirait, 2007). Saponin terdiri dari sapogenin yaitu bagian yang bebas dari glikosida yang disebut aglikon. Saponin memiliki kepolaran yang lebih tinggi dari sapogenin. Saponin mempunyai efek antioksidan (Kurniati, 2013). Saponin menghambat kedua fase dari udema. Dilaporkan bahwa mekanisme saponin dalam aktivitas antiinflamasi dengan memediasi penghambatan aktivasi Nuclear Factor-kB, sehingga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
mengakibatkan penurunan ekspresi protein NF-kB yang diatur seperti diinduksi nitrat oksida sintetase (iNOS) (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). F. Karagenin Karagenin merupakan senyawa iritan yang diperoleh dari ekstrak Chindrus crispus atau rumput laut merah dan termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang banyak ditemukan di Samudera Atlantik, Eropa, dan Amerika Utara (Necas dan Bartosikova, 2013). Karagenin merupakan mukopolisakarida tersusun dari monomer unit galaktosa sulfat. Bentuknya berupa serbuk berwarna putih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus berwarna kecoklatan, tidak berbau, tidak berasa, serta memberi rasa berlendir di lidah. Karagenin menginduksi reaksi inflamasi yang bersifat akut, lokal, non-imun, dan dapat diamati dengan baik dengan reprodusibilitas tinggi (Morris, 2003). Karagenin dapat digunakan dalam berbagai aplikasi sebagai pembentuk gel, stabilizing, thickening, formulasi pada kosmetik, dan aplikasi industri. Selain itu karagenin memiliki kegunaan khusus sebagai senyawa iritan yang digunakan untuk pengujian obat antiinflamasi dan merupakan senyawa penginduksi inflamasi akut pada tikus atau mencit tanpa adanya kerusakan pada kaki yang meradang (Necas dan Bartosikova, 2013). Karagenin yang digunakan untuk menginduksi udema pada kaki tikus pada umumnya menggunakan larutan dengan konsentrasi 1-3% dengan cara dilarutkan ke dalam garam fisiologis (NaCl fisiologis 0,9%) (Necas dan Bartosikova, 2013). Karagenin diberikan secara intraplantar dengan volume 0,1 mL untuk tikus, sedangkan untuk mencit menggunakan volume 0,05 mL
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
(Suleyman, Demircan, Karagoz, dan Ozta, 2004). Karagenin dipilih dalam pembentukan udema karena dapat menstimulasi pelepasan prostaglandin setelah disuntikkan ke hewan uji. Pelepasan mediator inflamasi akibat karagenin akan menyebabkan terjadinya edema yang bertahan hingga 6 jam dan akan berangsurangsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi (Suleyman et.al., 2004). Mekanisme aksi karagenin sebagai senyawa penginduksi inflamasi sinergis dengan beberapa mediator inflamasi seperti bradikinin, serotonin, histamin,
prostaglandin,
leukotrien,
dan
chemotactic
agents.
Karagenin
mengiduksi inflamasi (udema) secara biphasic, tergantung usia dan berat badan yang melibatkan beberapa mediator secara berurutan untuk menghasilkan respon inflamasi. Fase awal adalah pelepasan histamine, serotonin dan bradikinin. Fase akhir dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan adanya induksi siklooksigenase (COX-2) yang meningkatkan permeabilitas vaskular dan infiltrasi neutrofil yang menghasilkan radikal bebas yang dapat menimbulkan udema. Terjadinya peradangan lokal atau sistemik dikaitkan dengan peningkatan sitokin pro-inflamasi TNF-α, IL-1, dan IL-6 (Necas dan Bartosikova, 2013). Fase awal akan berakhir setelah 60 menit dan fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah 3 jam (Suleyman et.al., 2004). Zat yang dapat digunakan untuk memicu terbentuknya udema, antara lain: mustard oil 5%, dextran 1%, egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin sulfat, lambda karagenin 1% yang diinjeksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus. Terdapat beberapa tipe karagenin, yaitu karagenin lambda (λ), karagenin iota (i), dan karagenin kappa (k). Pengelompokan karagenin tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
berdasarkan atas kelarutannya pada kalium klorida dan kandungan sulfat serta potensi pembentukan gel. Karagenin lambda(λ)
paling cepat menyebabkan
inflamasi dan memiliki bentuk gel yang baik dan tidak keras (Rowe, Sheskey, dan Weller, 2003). Keuntungan dari penggunaan karagenin, antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan, dan memberikan respon yang peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto dan Nurulita, 2005). G. Metode Penyarian Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut (Depkes RI, 1989). Proses penarikan zat aktif dalam simplisia nabati atau hewani dapat dilakukan dengan metode maserasi, infudasi, dekoksi, perklorasi, maupun pemerasan simplisia segar. Pemilihan metode dan jenis penyari yang digunakan tergantung dari zat aktif yang akan disari (Badan POM RI, 2013). Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak sediaan herbal dengan air pada suhu 90oC selama 30 menit. Dekokta dibuat dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, dipanaskan di atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu 90oC sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, dan tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekokta yang dikehendaki (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
Pada umumnya, dekokta yang termasuk dalam metode penyarian infudasi adalah hasil proses penyarian yang digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Depkes RI, 1989). Sediaan dekokta berbeda dengan sediaan infusa yang juga menggunakan air, perbedaan terlihat dari lamanya waktu penyarian. Dekokta mempunyai waktu penyarian lebih lama yaitu 30 menit dibandingkan dengan infusa yang hanya memerlukan waktu 15 menit (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010). Dekokta digunakan untuk simplisia yang tahan terhadap pemanasan. Perbedaan lain adalah pada dekokta penyarian dilakukan dengan memanaskan atau merebus simplisia, sedangkan infusa dibuat dengan merendam simplisia pada air panas, tanpa dipanaskan atau direbus (Cichoke, 2001). H. Metode Pengujian Efek Antiinflamasi Pengujian antiinflamasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Metode yang dapat dilakukan antara lain : 1.
In vitro Metode pengujian secara in vitro merupakan metode pengujian yang
dilakukan di luar tubuh makhluk hidup. Percobaan secara in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh substansi-substansi fisiologis dalam inflamasi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-lain. Metode pengujian secara in vitro antara lain 3H-Bradykinin receptor binding, 3H-substance P receptor
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
binding, uji kemotaksis polymophonuclear (PMN) leukosit in vitro, dan Constitutive cellular arachidonic acid dan metabolism in vitro (Vogel, 2002). 2.
In vivo Metode pengujian secara in vivo merupakan metode pengujian yang
dilakukan di dalam tubuh makhluk hidup. Metode pengujian aktivitas secara in vivo dibedakan menjadi tiga yaitu model inflamasi akut, subakut dan kronis. a. Induksi udema pada telapak kaki belakang (paw udema) Salah satu metode pengujian efek antiinflamasi adalah induksi udema telapak kaki belakang hewan uji. Dasar metode ini adalah kemampuan agen dalam menghambat terjadinya udema pada telapak kaki belakang hewan uji setelah pemberian bahan-bahan pembuat radang (iritan) seperti seperti brewer’s yeast, formaldehid, dextran, albumin, kaolin, serta polisakarida sulfat (Vogel, 2002). Pada penelitian ini, metode induksi udema dilakukan pada kaki hewan percobaan yaitu mencit jantan atau betina, dengan cara penyuntikan suspensi karagenin secara subplantar pada telapak kaki kiri bagian belakang (Khanna dan Sarma, 2001). Penggunaan metode induksi udema telah dilakukan pada penelitian Gandhimathi (2013), penelitian ini menggunakan jangka sorong untuk pengukuran udema, tanpa harus mengorbankan hewan uji. Aktivitas antiinflamasi obat ditunjukkan oleh kemampuan mengurangi udema yang diinduksi pada kaki hewan uji (Vogel, 2002). COX-2 mencapai maksimal setelah 1 jam penginjeksian karagenin. Penggunaan metode induksi karagenin pada kaki tikus telah semakin banyak digunakan untuk menguji obat antiinflamasi baru serta digunakan untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
mempelajari mekanisme yang terlibat dalam peradangan. Sekitar 400 penelitian telah menggunakan metode udema kaki tikus. Berdasarkan analisis literatur yang telah dilakukan Posadas et al. (2004), menggambarkan bahwa injeksi karagenin 1% pada kaki mencit menyebabkan udema yang sama selama waktu pengamatan. Keuntungan metode induksi udema antara lain: cepat, pengukuran udema dapat dilakukan dengan dengan lebih akurat dan objektif, serta mudah dilakukan karena mudah diamati atau visible. Kekurangan metode ini adalah teknik penyuntikan telapak kaki hewan uji menggunakan karagenin secara suplantar yang tidak menjamin pembentukan volume udema yang seragam, dapat mempengaruhi nilai simpangan pada masing-masing kelompok hewan uji yang cukup besar (Ma, Li, Li dan Wu, 2013). b.
Induksi asam asetat (permeabilitas vaskular) Metode ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas inhibisi terhadap
peningkatan permeabilitas vaskular yang diinduksi oleh asam asetat secara intraperitonial dengan melepaskan mediator-mediator inflamasi. Sejumlah pewarna (Evan Blue 10%) disuntikkan secara intravena untuk melihat terjadinya infiltrasi pada area kulit yang terinjeksi. Aktivitas inhibisi obat uji terhadap peningkatan permeabilitas vaskular ditunjukkan oleh kemampuan obat uji dalam mengurangi konsentrasi pewarna yang menempel dalam ruang abdomen yang disuntikkan sesaat setelah induksi asam asetat (Vogel, 2002). c.
Induksi xylene pada udema daun telinga Metode ini menggunakan xylene sebagai agen penginduksi inflamasi.
Pemaparan xylene melalui dermal menyebabkan kulit mengalami kerusakan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
karena karakteristik xylene yang mudah larut dalam lemak. Induksi dilakukan menggunakan mikropipet pada kedua permukaan daun telinga hewan uji dan telinga kiri sebagai kontrol. Terdapat dua parameter pengukuran pada metode ini, yaitu ketebalan udema dari daun telinga hewan uji yang diukur menggunakan jangka sorong digital dan bobot dari daun telinga hewan uji yang diukur dengan cara dipotong kemudian ditimbang, masing-masing pengukuran dibandingkan dengan telinga kiri sebagai kontrol (Suralkar, 2008). d. Modifikasi metode udema buatan dengan granuloma pouch Metode ini merupakan induksi inflamasi subakut yang dilakukan dengan cara mencukur bulu pada punggung hewan uji dengan diameter ± 3 cm. Pada punggung yang dicukur, disuntikkan dengan udara 5 mL secara subkutan sehingga membentuk kantong udara, selain itu juga diinjeksi karagenin sebanyak 0,1 mL dalam NaCl fisiologis. Kantong udara yang terbentuk kemudian dihisap hingga kempes setelah 24 jam. Ditambahkan larutan karagenin 2% sebanyak 2 mL pada daerah yang terdapat kantong udara tersebut. Sediaan yang akan diuji diberikan dengan cara mengoleskan pada daerah yang dicukur segera setelah pemberian karagenin 2%. Pengukuran volume radang dilakukan pada hari ke lima, eksudat yang terbentuk diambil dengan menggunakan jarum suntik dan diukur volumenya (Verawati, Aria dan Novicaresa, 2011). Persen inhibisi granuloma dihitung dengan membandingkan volume cairan eksudat kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Model percobaan ini lebih responsif untuk uji obat antiinflamasi steroid (Khanna dan Sarma, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
e. UV-erythema Metode ini merupakan pengujian untuk inflamasi menggunakan ultraviolet (UV) yang paling sering digunakan untuk menyelidiki potensi antiinflamasi dermatologis topikal secara in vivo. Prinsip dari metode ini adalah hewan uji yang telah diberi bahan uji, disinari dengan sinar UV selama selang waktu tertentu, setelah dua jam maka eritema diamati dan diberi skor nol hingga empat. Kelebihan metode ini adalah sederhana, tetapi peneliti memerlukan pelatihan untuk melakukan metode ini karena penilaian bersifat subyektif namun tetap valid. Tes eritema UV hanya cocok untuk bahan dengan efek kortikosteroid, sehingga obat-obat antiinflamasi yang bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin tidak digunakan untuk pengujian ini (Vogel, 2002). f.
Induksi arthritis Metode ini digunakan untuk induksi arthritis rheumatoid yang
merupakakan inflamasi kronik. Metode induksi ini bertujuan untuk menghasilkan reaksi imun yang menyebabkan inflamasi dengan menginjeksikan antigen ke dalam hewan uji. Pada penelitian yang dilakukan Gupta, Bharadwaj, Lata, Sharma, Kacker, dan Sharma (2013), digunakan formaldehid sebagai adjuvant penginduksi arthritis. Agen antiarthritis diberikan secara berturut-turut selama 21 hari. Perubahan volume telapak kaki berupa udem diukur dengan menggunakan plethysmometer kemudian dibandingkan antara perlakuan dengan kontrol (Khanna dan Sarma, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
I. Landasan teori Inflamasi adalah bentuk respon proteksi tubuh akibat adanya benda asing yang masuk ke dalam tubuh, infeksi bakteri atau virus, maupun kerusakan pada sel atau jaringan di dalam tubuh. Inflamasi menandakan mekanisme perlindungan di dalam tubuh untuk membasmi agen yang berbahaya dan untuk memperbaiki jaringan (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003). Rusaknya membran sel secara kimia, mekanis, maupun fisik akan mengaktivasi enzim fosfolipase dan dibantu oleh radikal bebas yang mengubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Adanya ikatan antigen dengan antibodi menyebabkan
pelepasan
mediator inflamasi seperti
histamin,
serotonin,
prostaglandin, kinin, dan ion kalsium. Asam arakidonat adalah substrat utama dari mediator-mediator inflamasi yang dihasilkan dengan jalur lipooksigenase dan siklooksigenase. Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan inflamasi. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakidonat dikonversi menjadi endoperoksida melalui jalur sikloksigenase dan hidroperoksida melalui jalur lipooksigenase sehingga
terjadi
pelepasan mediator inflamasi. Biosintesis prostaglandin
berlangsung dengan bantuan radikal bebas. Jika radikal bebas tersebut tidak ditangkap, maka prostaglandin akan terus terbentuk dan menyebabkan terjadinya inflamasi (Wulandari dan Hendra, 2011). Beberapa senyawa telah berhasil diisolasi dari Macaranga tanarius L. yaitu diterpenoid, flavonoid, megastigmane glucoside gallate, dan hydrolizable tannin. Kandungan flavonoid dan megastigmane glucoside gallate dilaporkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas (Kawakami dkk., 2008). Matsunami,
dkk.
(2006) melaporkan
adanya
senyawa
glikosida,
yaitu
macarangioside A-C dan mallophenol B yang diisolasi dari ekstrak metanol Macaranga tanarius L. menunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Dilihat dari pendekatan struktur, macarangioside A-C dan mallophenol B mempunyai gugus karbonil yang mampu menangkap radikal bebas sehingga mediator inflamasi tidak terbentuk dan peradangan tidak terjadi. Glikosida merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut organik dan lebih mudah larut dalam pelarut air (Supriyatna, dkk., 2014). Oleh karena itu, diharapkan dengan menggunakan air sebagai pelarut dekokta, sehingga dapat diperoleh lebih banyak senyawa yang memiliki aktivitas dalam menangkap radikal bebas. Adanya aktivitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas diduga dapat membantu menghambat pembentukan inflamasi yang menghambat prostaglandin dengan menangkap radikal-radikal bebas yang berperan terhadap pembentukan mediatormediator inflamasi. Wulandari dan Hendra (2011) telah melaporkan infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit. Adanya efek analgesik yang ditimbulkan oleh infusa daun Macaranga tanarius L. memunculkan dugaan adanya efek antiinflamasi pada dekokta daun Macaranga tanarius L. Penelitian kali ini dilakukan pengujian efek antiinflamasi menggunakan metode induksi udema, metode ini dipilih karena telah digunakan oleh banyak peneliti dan telah terbukti cocok untuk skrining evaluasi mendalam (Vogel, 2002). Pemilihan metode ini disebabkan oleh cakupan untuk menguji efek antiinflamasi cukup luas,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
sehingga sekalipun belum diketahui secara spesifik bagaimana mekanismenya namun efek dapat terlihat melalui metode ini. Pada penelitian ini, dilakukan pula skrining fitokimia dengan menggunakan metode uji tabung, sehingga dapat memberikan penegasan secara kualitatif terhadap golongan senyawa berupa alkaloid, fenolik, flavonoid, glikosida, terpenoid, dan saponin yang terdapat pada dekokta daun Macaranga tanarius L. sehingga diduga dapat berperan dalam memberikan aktivitas antiinflamasi.
J. Hipotesis Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat memberikan efek antiinflamasi pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1 %.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni karena dilakukan dengan adanya perlakuan dan belum ada penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah karena setiap hewan uji memiliki kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok uji serta faktor yang diuji dalam penelitian ini hanya pengaruh pemberian dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap udema pada telapak kaki mencit yang diinduksi karagenin 1% dengan pengukuran menggunakan jangka sorong.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel utama a.
Variabel bebas. Dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
b.
Variabel tergantung. Besarnya tebal udema telapak kaki belakang pada mencit galur Swiss yang terinduksi karagenin
2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah :
41
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
42
1. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur Swiss, berat badan 20-30 gram, jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan, dan subyek uji dalam keadaan sehat. 2. Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanarius L., yang berasal dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah keadaan patofisiologis dari hewan uji, kemampuan tubuh hewan uji untuk mengabsorpsi dekokta daun Macaranga tanarius L., serta kemampuan hewan untuk beradaptasi dengan peradangan (inflamasi). 3. Definisi operasional a. Daun Macaranga tanarius L. merupakan daun yang diambil dari tumbuhan Macaranga tanarius L. Daun yang digunakan yaitu daun yang berwarna hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang kecil. Daun diperoleh dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Serbuk daun Macaranga tanarius L. diperoleh dengan mengumpulkan lalu mencuci daun Macaranga tanarius L. menggunakan air mengalir lalu ditiriskan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 45-50oC selama 24 jam hingga daun benar-benar kering dan dapat diserbuk dengan mesin penyerbuk. Serbuk diayak menggunakan ayakan nomor 40. c. Dekokta daun Macaranga tanarius L. diperoleh dengan menginfudasi 10,0 g serbuk daun Macaranga tanarius L. dalam air sebanyak 20,0 mL, lalu dipanaskan dalam 100,0 mL air pada suhu 90oC selama 30 menit.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
d. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. (mg/kg BB) didapat berdasarkan perhitungan menggunakan konsentrasi dekokta yang dapat dibuat (10%) dan volume maksimal secara peroral pada mencit (1 mL) serta berat badan maksimal mencit (30 gram). e. Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya benda asing. Respon inflamasi berupa merah, nyeri, bengkak, perubahan fungsi, dan panas. Dalam penelitian ini, tanda inflamasi yang diamati berupa udema (bengkak) pada telapak kaki belakang mencit. f. Tebal udema adalah tebal telapak kaki mencit yang diinduksi oleh larutan karagenin 1% yang diinjeksikan secara subplantar dan diukur dengan jangka sorong digital dalam satuan millimeter. Pengukuran dilakukan di bagian telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong vertikal. g. Efek antiinflamasi merupakan kemampuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis tertentu dalam mengurangi tebal udema telapak kaki belakang pada mencit galur Swiss yang terinduksi karagenin. h. Uji antiinflamasi merupakan uji pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1% sehingga terjadi peradangan pada telapak kaki belakang mencit dan tebal udema diukur menggunakan jangka sorong digital selama 6 jam, kemudian kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan peroral dekokta daun Macaranga tanarius L. i. AUC (Area Under Curve) menggambarkan tebal udema kaki belakang mencit yang telah diukur menggunakan jangka sorong, AUC ditentukan dengan rumus trapezoid dimana selisih udema antara kaki kiri (diberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
karagenin 1% secara subplantar) dan kaki kanan (tanpa karagenin) mencit dikali dengan selisih waktu pengukuran (mm.menit). j. Penghambatan inflamasi (PI) merupakan kemampuan bahan uji untuk mengurangi pembengkakan pada kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1% secara suplantar terhadap kontrol negatif aquadest. k. Potensi relatif daya antiinflamasi (PRDA) merupakan merupakan kemampuan bahan uji untuk memberikan penghambatan inflamasi terhadap kontrol positif diklofenak. l. Pemberian peroral merupakan pemberian peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. melalui mulut hewan uji menggunakan spuit injeksi oral yang jarumnya tumpul. Pemberian peroral dekokta daun Macaranga tanarius L. dilakukan sebelum kaki mencit diinjeksikan dengan karagenin 1% secara subplantar dengan rentang waktu pada hasil orientasi. m. Injeksi subplantar merupakan injeksi di bawah kulit telapak kaki belakang hewan uji, arah jarum harus menuju ke jari-jari hewan uji.
C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama a. Hewan uji berupa mencit galur Swiss yang memiliki jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan, dan berat badan 20-30 gram diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
2. Bahan kimia a. Zat inflamatogen berupa Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co.) yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Serbuk Cataflam Fast® (Novartis Indonesia) yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek Kimia Farma, Yogyakarta. c. NaCl fisiologis 0,9 % (Ossuka) sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek Kimia Farma, Yogyakarta. d. Aquadest sebagai pelarut diperoleh dari Toko Brataco Chemica, Jl. Letjen Suprapto 70, Ngampilan, Yogyakarta. e. Ketamin 0,5 mL untuk melakukan euthanasia pada mencit setelah penelitian
selesai,
diperoleh
dari
Laboratorium
Farmakologi
dan
Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Alat Penelitian 1. Alat pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Alat-alat yang digunakan antara lain oven (Memmert), mesin penyerbuk (Retsch), dan ayakan nomor 40. 2. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, labu ukur, corong, dan pipet tetes.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
Timbangan analitik Mettler Teledo®, panci enamel, penangas air, kain flannel, termometer, dan stopwatch. 3. Alat induksi udema telapak kaki belakang mencit Seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan analitik Mettler Toledo®, stopwatch, spuit (syringe), needle, dan jangka sorong Digital Caliper “Wipro”.
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. Determinasi tanaman menggunakan ciri-ciri yang terdapat pada tanaman Macaranga tanarius L. yang dilakukan secara benar berdasarkan herbarium Macaranga tanarius L. yang telah dilakukan determinasi sebelumnya dan disimpan di Laboratorium Botani Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Pengumpulan bahan uji Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. yang telah dipanen saat pagi hari (antara pukul 07.00-10.00) pada bulan April 2015. Bahan uji didapatkan dari tempat yang sama yaitu di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Bila tempat tumbuh berbeda (perbedaan pada kualitas tanah, kadar air, sinar matahari) akan mengakibatkan perbedaan kandungan senyawa aktif (Agoes, 2007). Daun yang dipanen adalah daun yang masih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
segar berwarna hijau, tidak berlubang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, serta tidak terdapat kotoran binatang kecil. 3. Pembuatan simplisia dan serbuk daun Macaranga tanarius L. Pembuatan simplisia daun Macaranga tanarius L. dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain daun yang telah dipanen dan dikumpulkan kemudian dicuci dengan menggunakan air mengalir lalu ditiriskan untuk meniadakan air pada daun. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L. dilakukan di Laboratorium Pengujian “LPPT-UGM”, sebelum dilakukan penyerbukan, daun kembali dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 45-50oC selama 24 jam hingga daun benar-benar kering dan dapat diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan diameter lubang saringan 1 mm. Serbuk simplisia yang didapatkan kemudian diayak kembali menggunakan ayakan nomor 40. 4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Penetapan kadar air dari serbuk bertujuan untuk mengetahui serbuk yang digunakan telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Penetapan kadar air dilakukan dengan menimbang krus kosong terlebih dahulu (A), kemudian serbuk kering dari daun Macaranga tanarius L. yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam krus porselen (B) dan diratakan. Bobot serbuk kering daun tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan, setelah itu dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam hingga dicapai berat konstan yaitu perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
0,25% (Departemen Kesehatan RI, 1995). Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam eksikator lalu ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (C). Kemudian dilakukan perhitungan terhadap kadar air serbuk daun Macaranga tanarius dengan rumus : Kadar air =
(
)
100%
5. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang 10,0 g dan dimasukkan ke dalam 20,0 mL pelarut aquadest sebagai pembasah serbuk, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100,0 mL. Setelah itu, dipanaskan pada heater dengan suhu 90oC dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 30 menit sambil beberapa kali diaduk. Waktu 30 menit dihitung ketika suhu campuran mencapai 90oC. Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas menggunakan kain flannel kemudian ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok daun Macaranga tanarius L. yang diinginkan yaitu 100 mL, sehingga didapat konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. sebesar 10%. 6. Pembuatan larutan karagenin 1% sebagai penginduksi udema Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat penginduksi radang dibuat dengan cara melarutkan 100 mg karagenin dalam larutan NaCl fisiologis 0,9% hingga volume 10 mL, diperoleh konsentrasi karagenin 1 % (b/v) setara dengan dosis 25 mg/kgBB menurut Williamson, Okpako dan Evans (1996), dimana konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1%
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
49
dengan volume 0,05 mL yang diinjeksikan pada mencit dengan berat badan 20 gram. 7. Pembuatan larutan diklofenak sebagai obat antiinflamasi Serbuk Cataflam Fast® mengandung kalium diklofenak dengan kekuatan 50 mg tiap sachet. Diambil serbuk Cataflam Fast® untuk ditimbang sebesar 0,05 gram, lalu serbuk dilarutkan dalam aquadest hingga volume 100 mL. Diperoleh konsentrasi diklofenak sebesar 0,5 mg/mL. 8. Penentuan kontrol negatif Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek antiinflamasi sehingga dapat digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji. Pada penelitian digunakan aquadest sebagai kontrol negatif yang merupakan pelarut dalam pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan pelarut kalium diklofenak. 9. Pembuatan inflamasi Kaki mencit sebelah kiri diinduksi dengan larutan karagenin 1% secara subplantar, sedangkan kaki sebelah kanan disuntik tanpa larutan karagenin. 10. Uji pendahuluan a. Penetapan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. Penetapan peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. didasarkan pada : 1) Bobot tertinggi mencit adalah 30 g
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
2) Pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. menggunakan volume maksimal pemberian secara peroral pada mencil yaitu 1 mL (Harmita dan Radji, 2008) 3) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dapat dibuat yaitu 10% (serbuk dapat terendam sempurna dalam air) Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius L. yaitu : D x BB
=CxV
D x 30 g
= 10 g/100 mL x 1 mL
D x 30 g
= 100 mg/ mL x 1 mL
D
= 3,3333 mg/gBB
D
= 3333,33 mg/kgBB
Keterangan : D
= Dosis (mg/kgBB)
BB
= Bobot badan mencit (gram)
C
= Konsentrasi (mg/mL)
V
= Volume (mL) Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dari dosis
3333,33 mg/kgBB kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu 3333,33; 1667,67; dan 833,33 mg/kgBB. b. Penetapan dosis diklofenak. Dosis diklofenak dipilih berdasarkan penelitian yang dilakukan Djunarko, Donatus, dan Noni (2003). Menurut penelitian, dosis untuk tikus dengan berat badan 200 g adalah 32 mg/kgBB, lalu dikonversikan ke mencit dengan berat badan 20 gram
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
sehingga didapatkan dosis sebesar 4,48 mg/kg BB. Digunakan pula dosis lain yaitu dosis kalium diklofenak untuk manusia dengan berat badan 50 kg adalah 50 mg (Manurung, 2013), maka dosis untuk manusia 70 kg adalah sebesar 70 mg. Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 g adalah 0,0026. Didapatkan dosis untuk mencit 20 g sebesar 9,1 mg/kg BB mencit. c.
Penentuan waktu pemberian karagenin 1% b/v secara subplantar. Waktu pemberian dosis efektif diklofenak dipilih berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu 15 menit (Esvandiary, 2006; Martin, 2010; Gunawan, 2010) dan 30 menit (Hidayat, 2010). Dalam penetapan rentang waktu ini digunakan 15 ekor mencit yang terbagi dalam 5 kelompok. Kelompok I, II, III, dan IV secara berturut-turut diberikan pemberian peroral kalium diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 30 menit, dan dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% secara subplantar. Kelompok V diberikan aquadest sebagai kontrol negatif. Pengukuran udem dilakukan pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 setalah diinjeksikan karagenin 1% secara subplantar. Rata-rata penurunan udema kemudian dihitung pada berbagai selang waktu tersebut. Waktu efektif pemberian diklofenak merupakan rentang waktu antara sesaat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
setelah pemberian kalium diklofenak sampai saat injeksi karagenin yang mampu menurunkan udema secara berarti. 11. Penyiapan hewan uji Hewan uji yang digunakan dalam uji antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. adalah mencit galur Swiss sebanyak dua puluh lima ekor, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram. Hewan uji yang digunakan pada uji pendahuluan sebanyak lima belas ekor mencit galur Swiss, umur 2-3 bulan, dan berat badan 20-30 gram. Sebelum digunakan, hewan uji diadaptasikan dengan lingkungan penelitian dan dipuasakan selama 18-24 jam dan hanya diberikan air minum. 12. Pengelompokan hewan uji Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan dan uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. Hewan uji yang digunakan sebanyak lima belas ekor mencit untuk uji pendahuluan yang terbagi menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari tiga ekor mencit. Pada pengujian efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. digunakan lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit, sehingga total mencit yang digunakan adalah dua puluh lima ekor mencit. Rincian kelompok penelitian beserta perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada flowchart, sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
a. Pengelompokkan hewan uji pada uji pendahuluan Lima belas ekor mencit
Kelompok I (Kontrol negatif)
Kelompok II (Perlakuan)
Kelompok III (Perlakuan)
Kelompok IV (Perlakuan)
Kelompok V (Perlakuan)
Aquadest (peroral)
Kalium diklofenak 4,48 mg/kg BB (peroral)
Kalium diklofenak 4,48 mg/kg BB (peroral)
Kalium diklofenak 9,1 mg/kg BB (peroral)
Kalium diklofenak 9,1 mg/kg BB (peroral)
Rentang waktu 15 menit
Rentang waktu 15 menit
Rentang waktu 30 menit
Rentang waktu 15 menit
Rentang waktu 30 menit
Kaki kiri hewan uji diinjeksikan karagenin 1% secara subplantar dan kaki kanan disuntik tanpa suspensi karagenin Udema diukur selama 6 jam pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 210, 240, 270, 300, 330 dan 360 menggunakan jangka sorong digital
Dihitung selisih tebal udema kaki kiri dan kaki kanan lalu dilakukan perhitungan AUC masing-masing kelompok
Dilakukan pemilihan dosis dengan selang waktu yang efektif dalam menurunkan udema yang berarti pada telapak kaki mencit yang telah terinduksi karagenin 1%
Gambar 6. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji pendahuluan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
b. Pengelompokan hewan uji pada uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. dua puluh lima ekor mencit
Kelompok I (Kontrol negatif)
Kelompok II (Kontrol positif)
Kelompok III (Perlakuan)
Kelompok IV (Perlakuan)
Kelompok V (Perlakuan)
Aquadest (peroral)
Kalium diklofenak 4,48 mg/kg BB (peroral)
Dekokta daun M.tanarius 833,33 mg/kgBB (peroral)
Dekokta daun M.tanarius 1667,67 mg/kgBB (peroral)
Dekokta daun M.tanarius 3333,33 mg/kgBB (peroral)
Rentang waktu 15 menit
Rentang waktu 15 menit
Rentang waktu 15 menit
Rentang waktu 15 menit
Rentang waktu 15 menit
Kaki kiri hewan uji diinjeksikan karagenin 1% secara subplantar dan kaki kanan disuntik tanpa suspensi karagenin Udema diukur selama 6 jam pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 210, 240, 270, 300, 330 dan 360 menggunakan jangka sorong digital
Dihitung selisih tebal udema kaki kiri dan kaki kanan lalu dilakukan perhitungan AUC masing-masing kelompok (mm.menit)
Dilakukan perhitungan % penghambatan inflamasi dan % potensi relatif daya antiinflamasi pada masing-masing kelompok, lalu dilakukan analisis statistik
Gambar 7. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
13. Pengukuran aktivitas antiinflamasi Pengukuran aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan metode pengukuran tebal udema telapak kaki belakang mencit dengan menggunakan jangka sorong digital selama enam jam mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 setelah terinduksi karagenin 1% dengan rentang waktu pemberian dari hasil orientasi. Nilai selisih udema dihitung menggunakan luas area dibawah kurva (AUC-Area Under Curve) dari ketebalan udema telapak kaki mencit terinduksi karagenin pada masing-masing perlakuan di setiap rentang waktu pengukuran dengan metode trapezoid. Rumus perhitungan sebagai berikut : AUC0-x =(
x t1-t0 ) + (
x t2-t1 ) + …. + (
x tn-tn-1 )
Keterangan : AUC0-x Cn – Cn-1 tn – tn-1
= Area Under Curve dari ketebalan udema telapak kaki mencit pada menit ke-0 sampai menit ke-360 = Besarnya tebal udema dari menit ke-0 sampai menit ke-360 = Lamanya waktu pengukuran mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-360 (Ikawati, Suparjan, dan Asmara, 2007).
Adanya aktifitas antiinflamasi dapat dilihat dari persen (%) penghambatan inflamasi (PI). Kemampuan suatu bahan dalam mengurangi udema pada kaki hewan uji dinyatakan sebagai daya antiinflamasi. Daya antiinflamasi diperoleh dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva tebal udema kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan kontrol positif dengan luas daerah bawah kurva kontrol negatif (Hidayati, Listyawati, dan Setyawan, 2005). Rumus perhitungannya sebagai berikut :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Penghambatan inflamasi (%) =
(
) ( (
) )
56
x 100 %
Keterangan : (AUC0-x)0 (AUC0-x)n
= AUC0-x rata-rata dari AUC ketebalan udema telapak kaki mencit pada kelompok kontrol negatif (mm.menit) = AUC0-x total dari AUC ketebalan udema telapak kaki mencit yang diberi senyawa uji dengan dosis sebesar n (mm.menit) (Ikawati dkk., 2007).
Persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi (PRDA) dekokta daun Macaranga tanaius L. dapat diketahui dengan membandingkan terhadap kelompok kalium diklofenak sebagai kontrol positif. Rumus perhitungannya sebagai berikut : Potensi relatif daya antiinflamasi (%) =
100 %
Keterangan : DAp = Persen (%) penghambatan inflamasi kelompok perlakuan DAd = Persen (%) penghambatan inflamasi kalium diklofenak (Hemamalini et al., 2010). Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik untuk menemukan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dapat menurunkan udema kaki mencit secara signifikan. 14. Identifikasi kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L. Skrining fitokimia adalah tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia, hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung pada tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia pada penelitian ini dilakukan dengan melihat perubahan warna pada reaksi pengujian dengan menggunakan suatu pereaksi warna
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
(Kristianti, Aminah, Tanjung dan Kurniadi, 2008). Identifikasi kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L. secara kualitatif menggunakan metode
yang dimodifikasi
dari
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia (1980). Uji Alkaloid dilakukan dengan cara mengambil 9 mL air dekokta daun Macaranga tanarius L. dan 1 mL HCl 2 N. Campuran dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, 10 tetes filtrat dipindahkan dan ditambah 2 tetes Dragendrof (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014). Uji Flavonoid menggunakan air seduhan sebanyak 2 mL dipindahkan dalam tabung reaksi dan ditambah 0,1 gram sebuk Mg, 1-2 mL etanol 95%, dan 10 tetes HCl pekat (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014). Uji Glikosida dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 0,1 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 mL aquades, 5 tetes Molisch, dan 2 mL H2SO4 pekat secara hati-hati melalui dinding tabung reaksi (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014). Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu mengambil air seduhan sebanyak 10 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014). Uji Tanin dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 1 mL dan dipindahkan ke atas plat tetes lalu ditambah beberapa tetes FeCl3 1% (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
Uji Triterpenoid/steroid dilakukan dengan mengambil 1 mL air seduhan yang diuapkan hingga kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchad (Kurniati, 2013). Uji Fenolik dilakukan dengan mengambil sebanyak 2 mL ekstrak ditambahkan dengan 10 mL aquades lalu dididihkan selama 10 menit dalam penangas air. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 3 tetes FeCl3 1% (Kurniati, 2013).
F.
Tata Cara Analisis Hasil
Analisis hasil pengujian efek antiinflamasi dilakukan dengan menghitung AUC total dari ketebalan udema telapak kaki mencit pada rentang waktu pengukuran untuk menghitung persen (%) penghambatan inflamasi serta persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi. Hasil pengukuran dianalisis secara statistik dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data mempunyai distribusi normal atau tidak secara analitis karena penelitian ini merupakan deskriptif numerik. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel yang digunakan sedikit yaitu kurang dari 50, bila nilai probabilitas (p)>0,05 maka data terdistribusi normal. Keunggulan penggunaan metode analitis sebagai metode untuk menguji normalitas data karena lebih objektif karena data tidak hanya disajikan dalam bentuk plot atau histogram (Dahlan, 2008). Pada penelitian ini, data yang didapat pada kelompok uji pendahuluan dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan antar kelompok tidak berpasangan yang lebih dari
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
dua kelompok karena data memiliki distribusi normal dan menunjukkan varian data sama pada Levene’s test. Pada uji ANOVA menghasilkan nilai p<0,05 yaitu paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna kemudian dilakukan analisis Post-Hoc menggunakan uji LSD (memilih alternatif uji manapun, hasilnya relatif sama) diperoleh nilai p<0,05 maka diartikan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data tersebut (Dahlan, 2008). Pada kelompok uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L., data yang diperoleh dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis yaitu merupakan alternatif uji non parametrik dari uji ANOVA satu arah karena data tidak terdistribusi normal dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna kemudian dilakukan analisis Post-Hoc dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui kelompok yang berbeda secara bermakna yang diperoleh nilai p<0,05 maka diartikan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data tersebut (Dahlan, 2008).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk daun Macaranga tanarius L. dengan sediaan berupa dekokta. Pada penelitian ini, dipilih bagian daun dari tumbuhan Macaranga tanarius L. Menurut Kumazawa dkk.
(2014), pada bagian daun Macaranga tanarius L. mengandung
prenylflavonoids (nymphaeol B, isonymphaeol B, nymphaeol A, 3’-geranylnaringenin, dan nymphaeol C) yang memiliki aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Bagian daun dipilih karena dapat dikumpulkan dengan mudah daripada bagian lain yang juga mengandung prenylflavonoids, seperti pada trikoma glandular (Kumazawa dkk., 2014). Pada penelitian sebelumnya juga telah terbukti bahwa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi dengan bentuk sediaan ekstrak pada pemberian secara peroral (Kurniawaty, 2011) dan topikal (Gilda, 2014). Sebelum daun Macaranga tanarius L. tersebut digunakan dalam pengujian efek antiinflamasi maka diperlukan determinasi tanaman untuk memastikan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah benar tanaman Macaranga tanarius L., yang biasa dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai tanaman Senu. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian batang, daun, biji, dan bunga.
60
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
Determinasi dilakukan sesuai dengan buku acuan (Steenis, Hoed, Blommbergen dan Eyma, 1992) hingga kategori jenis (spesies) dan dicocokkan pula dengan herbarium yang disimpan di Laboratorium Botani Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Herbarium yang digunakan sebagai acuan telah dilakukan determinasi sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa batang, daun, biji, dan bunga yang dilakukan determinasi adalah benar Macaranga tanarius L. Berdasarkan hasil determinasi maka terbukti bahwa tanaman yang diuji adalah benar merupakan tanaman Macaranga tanarius L. (Lampiran 4).
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius L. Pengujian efek antiinflamasi pada penelitian ini dibuat menggunakan serbuk daun Macaranga tanarius L. Daun Macaranga tanarius L. dipanen pada waktu pagi hari, penentuan waktu panen erat kaitannya dengan tingkat zat aktif yang terdapat dalam suatu simplisia. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat tanaman memiliki kandungan zat aktif paling tinggi. Pada penelitian ini, pemanenan dilakukan pagi hari karena kandungan zat aktif dalam tanaman tinggi dan belum terlalu lama terkena paparan sinar matahari. Metabolit sekunder berperan untuk sistem pertahanan tanaman itu sendiri, salah satunya adalah untuk proteksi terhadap sinar ultraviolet dari matahari yang dapat menghasilkan radikal bebas (Sutini, 2005). Bagian daun akan dipanen setelah bunga mulai muncul atau mekar, pemanenan daun sebaiknya dilakukan pada saat cuaca kering. Pemanenan saat cuaca hujan akan mengakibatkan daun yang dipanen basah dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
62
mengakibatkan kualitas simplisia daun berkurang bahkan rusak (Juanda dan Cahyono, 2000). Daun yang dipilih adalah daun yang masih segar dan berwarna hijau, tidak berlubang, dan tidak ada binatang kecil atau kotorannya. Daun Macaranga tanarius L. yang telah terkumpul, kemudian dicuci menggunakan air mengalir lalu dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam untuk melindungi terurainya kandungan kimia yang cukup mudah terpengaruh oleh sinar matahari secara langsung, menghindari debu, dan mencegah agar tidak terbawa angin ketika sudah kering. Pengeringan terhadap sinar matahari sangat umum untuk bagian daun (Soegihardjo, 2013). Simplisia daun yang telah setengah kering, lalu dikeringkan kembali di dalam oven dengan suhu 40-50oC hingga kering. Keringnya daun ditandai dengan perubahan warna daun menjadi kecoklatan dan mudah dihancurkan. Daun Macaranga tanarius L. kering kemudian diserbukkan dengan mesin penyerbuk dan kemudian diayak kembali menggunakan ayakan nomor mesh 40. Pengayakan ditujukan agar diperoleh ukuran serbuk yang homogen dengan luas permukaan yang besar, sehingga interaksi pelarut dengan serbuk akan semakin besar dan proses ekstraksi akan semakin efektif (Agoes, 2009). Penetapan kadar air ini dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menggunakan metode gravimetri dengan alat moisture balance. Serbuk daun Macaranga tanarius L. dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam sehingga akan diperoleh bobot tetap. Tujuan pemanasan pada suhu tersebut agar kandungan air sudah bisa menguap seluruhnya dan diperoleh serbuk dengan kadar air yang tetap.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam serbuk sehingga dapat diketahui apakah serbuk daun Macaranga tanarius L. memenuhi salah satu persyaratan serbuk yang baik atau tidak. Salah satu syarat serbuk yang baik adalah memiliki kadar air kurang dari 10% (Direktorat
Jenderal
Pengawasan
Obat
dan
Makanan,
1995).
Dengan
berkurangnya kadar air, diharapkan serbuk dapat lebih tahan terhadap pertumbuhan kapang serta tahan terhadap kemungkinan reaksi kimia yang diperantarai oleh air, seperti reaksi redoks atau reaksi enzimatis. Selain itu, nilai kadar air dari serbuk penting dalam pembuatan sediaan dekokta. Hal ini karena kadar air akan ikut mempengaruhi konsentrasi yang dihasilkan, apabila nilai kadar air melebihi persyaratan dikhawatirkan konsentrasi dekokta tidak sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam penelitian adalah 6,66% b/b (Lampiran 7), hal tersebut menunjukkan bahwa serbuk daun Macaranga tanarius L. telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
C. Dekokta Daun Macaranga tanarius L. Sebanyak 10 gram serbuk daun Macaranga tanarius L. ditambahkan 20 mL air sebagai pembasah, kemudian ditambahkan air 80-100 mL. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam panci enamel (panci bertingkat) dan dipanaskan di atas heater pada suhu 90oC selama 30 menit sambil sesekali diaduk. Waktu 30 menit dapat dihitung setelah campuran mencapai suhu 90oC. Selama pemanasan, panci dalam keadaan tertutup agar suhu saat pemanasan tidak terpengaruh oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
suhu lingkungan atau suhu kamar. Campuran lalu diserkai menggunakan kain flannel selagi panas hingga diperoleh volume 100 mL. Bila belum mencapai volume 100 mL, dapat ditambahkan air panas melalui ampas. Konsentrasi dekokta yang didapatkan adalah 10%. Hasil pembuatan dekokta didapatkan cairan berwarna coklat, tidak berbau, dan rasanya pahit. Sediaan dekokta yang menggunakan penyari berupa air dipilih karena diharapkan senyawa-senyawa glikosida dan flavonoid yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas dapat tertarik lebih banyak ke dalam sediaan dekokta dan menghasilkan efek antiinflamasi pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1%.
D. Hasil Uji Kandungan Kimia Dekokta Daun Macaranga tanarius L. Pengujian terhadap kandungan kimia dari dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dilakukan secara kualitatif bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. sehingga dapat diketahui pula senyawa yang diduga bertanggungjawab dalam menimbulkan efek antiinflamasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap adanya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, polifenolik, glikosida, tannin, dan steroid/triterpenoid dengan metode uji tabung dengan mengamati perubahan warna yang terjadi. Senyawa yang diuji pada penelitian ini berdasarkan pada kandungan metabolit sekunder yang memiliki efek antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Hasil skrining fitokimia pada dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat dilihat pada Tabel II.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel II, dapat dilihat bahwa pada sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. mengandung senyawa yang tergolong dalam alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tannin dan fenolik. Kelima hasil uji kandungan kimia menunjukkan reaksi yang positif dengan melihat intensitas warna yang terbentuk. Tabel II. Analisis kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L.
1 2
Kandungan Senyawa Alkaloid Flavonoid
3
Glikosida
4
Saponin
5
Tannin
6 7
Fenolik Terpenoid
No
Tanda positif Endapan merah Kuning-Jingga Cincin berwarna biru-ungu pada batas cairan Buih > 1 cm dan bertahan selama 30 menit Hijau - Biru kehitaman Hijau-biru Merah
Hasil Uji Hasil Endapan merah Kuning
Tanda +++ +++
Cincin ungu pada batas cairan
++
Buih > 1 cm selama 30 menit
+++
Biru kehitaman
+++
Biru kehitaman Coklat
+ -
(Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014). Keterangan : (-) (+) (++) (+++)
= Hasil pengujian negatif terhadap kandungan yang diujikan = Hasil pengujian positif dengan intensitas warna rendah = Hasil pengujian positif dengan intensitas warna sedang = Hasil pengujian positif dengan intensitas warna kuat Pengujian terhadap alkaloid menghasilkan hasil positif yang dibuktikan
dengan adanya endapan merah di dasar tabung reaksi. Adanya flavonoid dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi kuning jingga. Pada uji glikosida dibuktikan dengan adanya cincin ungu pada batas cairan. Adanya saponin dibuktikan dengan terbentuknya buih dengan tinggi >1 cm pada tabung reaksi, dan uji tanin dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi biru
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
kehitaman. Pada uji fenolik dibuktikan dengan adanya perubahan warna menjadi biru kehitaman. Uji terpenoid menunjukkan hasil negatif, hal ini menunjukkan bahwa terpenoid tidak dapat terambil pada sediaan dekokta yang menggunakan pelarut polar berupa air karena sebagian besar terpenoid mempunyai struktur siklik dengan satu atau lebih gugus fungsional seperti hidroksi dan karbonil, sehingga terpenoid pada umumnya merupakan senyawa yang larut dalam lipid. Terpenoid merupakan senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintesis dan terdistribusi luas dalam dunia tumbuhan maupun hewan (Sirait, 2007). Beberapa senyawa fitokimia inti telah dilaporkan sebagai agen antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, antara lain senyawa seperti polifenol, flavonoid, terpenoid, alkaloid, antrakuinon, lignan, polisakarida, saponin, dan peptida (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Senyawa fitokimia tersebut ditemukan dalam pengujian secara kualitatif terhadap kandungan senyawa pada dekokta daun Macaranga tanarius L. Hasil pengujian secara kualitatif terhadap kandungan senyawa pada dekokta daun Macaranga tanarius L., didapatkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. mengandung golongan senyawa flavonoid dan glikosida. Kedua golongan senyawa tersebut diduga bertanggung jawab terhadap efek antiinflamasi. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Phommart et al.(2005), telah
ditemukan
bahwa
daun
Macaranga
tanarius
L.
mengandung
tanarifuranonol, tanariflavonon C, tanariflavanon D dan ketujuh senyawa yang telah dilaporkan sebelumnya yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanon B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8-dihydrovomifoliol),
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
dan annuionone E yang termasuk golongan senyawa flavonoid. Flavonoid dapat diambil pada sediaan dekokta karena sifatnya yang larut air (Astuti, 2001). Senyawa flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan, hal ini karena senyawa tersebut merupakan senyawa fenol yang mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan atom hidrogen, sehingga dapat menstabilkan radikal bebas yang terbentuk pada proses inflamasi (Kurniati, 2013). Investigasi biokimia juga menunjukkan bahwa flavonoid menimbulkan efek antiinflamasi dengan menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase dari metabolisme asam arakidonat berdasarkan struktur yang dimilikinya (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Golongan senyawa
glikosida merupakan senyawa
yang diduga
bertanggung jawab pula dalam menghasilkan efek antiinflamasi pada dekokta daun Macaranga tanarius L. Matsunami et al. (2006), menemukan kandungan daun
Macaranga
tanarius
L.
berupa
megastigmane
glycoside
yaitu
macarangiosida A-D dan tujuh flavanone terprenilasi, macaflavones A-G bersama dengan campuran mallophenol B, lauriside E, methyl brevifolin carboxylate, hyperin, dan isoquercitri, macarangioside E, dan F, dan (+)-pinoresinol 4-O-[6”O-galloyl]-β-D-glucopyranoside yang merupakan golongan senyawa glikosida yang juga terkandung dalam sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. Glikosida memiliki aktivitas penghambatan terhadap siklooksigenase, sehingga mencegah terbentuknya PG-2 dan memberikan efek analgesik ringan serta memiliki aktivitas antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
Kandungan lain yang ditemukan pada dekokta daun Macaranga tanarius L. adalah tannin. Pada Macaranga tanarius L. ditemukan senyawa ellagitanin yaitu mallotinic acid, corilagn, macatannin A, dan macatannin B yang memiliki efek antidiabetes (Putri dan Kawabata, 2010). Macaranga tanarius L. memiliki banyak kandungan tannin. Lim dkk. (1990), melaporkan berhasil mengisolasi tujuh hydrolysable tannins bersama dengan dua puluh satu tannin yang diketahui dari daun Macaranga tanarius L. Hasil penelitian Valdes, Figueroa, Carbo, Barragan, Herrera, dan Aguilar (2011) menunjukkan bahwa senyawa ellagitanin memiliki kemampuan penangkapan radikal bebas yang berperan pada inflamasi. Golongan senyawa alkaloid dan saponin juga ditemukan dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. Alkaloid mengandung nitrogen dan banyak ditemukan dalam pelarut semi polar (Supriyatna, dkk., 2014). Alkaloid dikaitkan dengan tipe rantai berdasarkan sistem cincin piridin menunjukkan aktivitas antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Saponin adalah glikosida dari triterpen dan sterol. Saponin mempunyai efek antioksidan (Kurniati, 2013). Saponin memiliki efek antiinflamasi dengan menghambat kedua fase dari udema (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
E. Uji Pendahuluan Serangkaian uji pendahuluan perlu dilakukan terlebih dahulu, sebelum dilakukan perlakuan uji antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius L. Uji pendahuluan (orientasi) dilakukan untuk menetapkan hal-hal yang akan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
dilakukan pada pengujian sebenarnya. Uji pendahuluan pada penelitian ini meliputi penetapan dosis diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1%. Orientasi dosis kalium diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% bertujuan untuk menetapkan dosis diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% yang paling efektif sebagai antiinflamasi dalam mengurangi tebal udema pada kaki mencit. Dosis diklofenak yang digunakan untuk mencit dengan berat badan 20 gram dalam orientasi adalah 4,48 mg/kgBB berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Djunarko dkk., 2003) dan dosis 9,1 mg/kgBB berdasarkan dosis yang banyak digunakan di masyarakat (Manurung, 2013). Pengujian rentang waktu pemberian karagenin 1% dipilih berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu 15 menit (Gunawan, 2010; Martin, 2010) dan 30 menit (Hidayat, 2010). Rentang waktu pemberian karagenin merupakan jeda antara pemberian zat uji secara peroral dengan pemberian injeksi karagenin secara subplantar. Pada rentang waktu tersebut, zat uji diharapkan telah terabsorbsi sehingga dapat memberikan efek antiinflamasi secara optimal. Konsentrasi karagenin sebagai agen penginduksi inflamasi didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu 1% (Kurniawaty, 2010; Manurung, 2013). Karagenin tipe λ dipilih karena karagenin merupakan salah satu zat inflammatogen udema pada kaki mencit yang paling banyak digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial terapeutik dari obat-obat antiinflamasi, baik dari golongan steroid maupun non-steroid. Selain itu, karagenin juga tidak menimbulkan kerusakan jaringan pada kaki mencit. Menurut Necas dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70
Bartosikova (2013), karagenin akan menginduksi cedera sel sehingga sel yang cedera melepaskan mediator yang mengawali proses inflamasi akut seperti histamin, serotonin, bradikinin dan prostaglandin. Udema yang terbentuk mampu bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi karagenin. Pada uji pendahuluan ini, hewan uji terbagi menjadi lima kelompok. Pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak (random), maksudnya adalah setiap unit dasar (individu) memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Masing-masing kelompok secara berturut-turut diberikan aquadest dosis 25 g/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit sebagai kontrol negatif, larutan diklofenak secara peroral dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit, dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit, dan dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% secara subplantar. Adanya kontrol negatif ditujukan untuk memastikan bahwa pelarut untuk diklofenak tidak memberikan efek antiinflamasi dan digunakan untuk mengetahui apakah pemberian diklofenak dengan dosis dan rentang waktu tersebut dapat memberikan efek antiinflamasi dalam menurunkan tebal udema dibandingkan dengan kontrol negatif. Rata-rata AUC total pada kelompok orientasi dosis efektif dan rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak dapat dilihat pada Tabel III.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Tabel III. Rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% (n = 5) Kelompok Kontrol negatif aquadest waktu pemberian 15 menit Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit
Rata-rata AUC total (mm.menit) (X ± SE)
Nilai p (N)
711,20 ± 6,41
0,390
181,63 ± 15,92
0,726
267,15 ± 16,26
0,772
280,35 ± 25,81
0,605
246,50 ± 11,15
0,790
(N)
(N) (N) (N)
Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√ ) N = Distribusi data normal (p>0,05) Pengujian secara statistik terhadap nilai AUC total dilakukan dengan dua tahap untuk menentukan dosis diklofenak dan waktu pemberian karagenin yang efektif. Tahap pertama dilakukan pengujian terhadap kelompok kontrol negatif aquadest dengan waktu pemberian 15 menit dibandingkan dengan kelompok yang diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB dengan waktu pemberian 15 menit dan kelompok yang diberikan diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB dengan waktu pemberian 15 menit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah efek antiinflamasi yang dapat dihasilkan oleh diklofenak memiliki perbedaan dengan aquadest sebagai kontrol negatif yang memiliki rentang waktu pemberian senyawa uji yang sama sehingga memiliki kesempatan yang sama untuk diabsorbsi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Hasil
dianalisis
dengan
menggunakan
uji
Shapiro-Wilk,
72
untuk
mengetahui distribusi data. Berdasarkan uji tersebut didapatkan hasil bahwa kelompok memiliki distribusi normal (p>0,05) (Tabel III), maka selanjutnya dilakukan uji varian. Uji varian menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,250 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa varian data yang diuji adalah sama atau seragam. Dilanjutkan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan rerata AUC total yang bermakna pada dua kelompok uji pendahuluan. Perbedaan antar kelompok uji pendahuluan dapat diketahui berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna dengan melakukan analisis Post Hoc menggunakan uji LSD. Hasil dari uji LSD pada kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel IV dan Gambar 8. Berdasarkan hasil uji LSD (Tabel IV), masing-masing kelompok perlakuan yang diberikan kalium diklofenak dosis 4,48 dan 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit berbeda secara signifikan (p>0,05) terhadap kontrol negatif aquadest, yang merupakan pelarut diklofenak. Hal tersebut menandakan bahwa kalium diklofenak yang diberikan dengan dosis 4,48 dan 9,1 mg/kgBB dengan selang waktu pemberian karagenin selama 15 menit telah dapat menurunkan tebal udema pada telapak kaki belakang mencit yang diinduksi karagenin 1% atau memiliki aktivitas antiinflamasi. Dilihat dari tabel rata-rata nilai AUC (mm.menit), nilai AUC aquadest menunjukkan nilai paling besar yaitu sebesar 711,20 ± 6,41 (mm.menit), aquadest memberikan udema yang paling besar dibandingkan perlakuan diklofenak. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian aquadest tidak memberikan penurunan udema dibandingkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
kelompok perlakuan dengan pemberian kalium diklofenak pada dosis 4,48 dan 9,1 mg/kgBB dengan waktu pemberian karagenin 15 menit. Tabel IV. Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit Kelompok Kontrol negatif aquadest waktu Diklofenak dosis 4,48 pemberian 15 menit mg/kgBB waktu Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB pemberian 15 menit waktu pemberian 15 menit Kontrol negatif aquadest waktu pemberian 15 menit Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB waktu Diklofenak dosis 4,48 pemberian 15 menit mg/kgBB waktu pemberian 15 menit
Nilai p (BB)
0,000
(BB)
0,008
(BB)
0,000
(BB)
0,008
Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p < 0,05)
711,20 ± 6,41
181,63 ± 15,92
280,35 ± 25,81
Gambar 8. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
74
Kelompok perlakuan dengan pemberian kalium diklofenak pada dosis 4,48 dan 9,1 mg/kgBB dengan waktu pemberian karagenin 15 menit telah terbukti memberikan efek antiinflamasi, selanjutnya untuk melihat kelompok yang memiliki dosis diklofenak dan waktu pemberian karagenin paling efektif dilakukan dengan pengujian tahap kedua. Tahap kedua dilakukan pengujian terhadap kelompok yang diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit dan dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit terhadap kelompok yang diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit dan dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit. Kelompok uji pendahuluan tersebut memiliki data berditribusi normal, kemudian dilakukan uji varian yang menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,562 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa varian data yang diuji adalah sama atau seragam. Oleh karena itu, dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,020 (p<0,05) yang menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan rerata AUC total yang bermakna pada dua kelompok uji pendahuluan. Perbedaan antar kelompok uji pendahuluan dapat diketahui berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna dengan melakukan uji Post Hoc menggunakan uji LSD. Hasil dari uji LSD pada kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel V dan Gambar 9.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
Tabel V. Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit Kelompok Perlakuan Diklofenak Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit Dosis 4,48 mg/kgBB Dosis 4,48 mg/kgBB waktu waktu pemberian 15 menit pemberian 30 menit Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit Dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit Dosis 4,48 mg/kgBB Dosis 9,1 mg/kgBB waktu waktu pemberian 30 menit pemberian 30 menit
Nilai p (BB)
0,005
(BB)
0,010
(BB)
0,035
(BTB)
0,620
(BTB)
0,222
(BTB)
0,443
Keterangan : BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) BB = Berbeda bermakna (p < 0,05)
181,63 ± 15,92
280,35 ± 25,81
267,15 ± 16,26
246,50 ± 11,15
Gambar 9. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji LSD pada masingmasing kelompok uji pendahuluan (Tabel V), didapatkan bahwa nilai rata-rata AUC total pada dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit berbeda secara signifikan (p<0,05) terhadap dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit, dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit, dan dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit sebelum mencit diberikan karagenin 1% secara subplantar. Pada kelompok yang diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05) terhadap kelompok yang diberikan diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit dan dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit. Pada dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (p>0,05) terhadap dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit. Pada penelitian ini, kelompok perlakuan yang diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang waktu 15 menit tersebut mampu memberikan penurunan udema yang lebih besar daripada kelompok perlakuan dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit, dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit, dan dosis 9,1 mg/kgBB rentang waktu 30 menit dilihat dari nilai rata-rata AUC total, yaitu sebesar 181,63 ± 15,92 (mm.menit). Pada penelitian kali ini, dipilih diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB rentang pemberian 15 menit karena hanya dengan pemberian diklofenak pada dosis yang rendah dan rentang waktu pemberian yang singkat telah dapat memberikan penurunan tebal udema yang berbeda secara bermakna terhadap kontrol negatif (p<0,05) sehingga dosis
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
77
4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit dipilih untuk digunakan pada langkah penelitian selanjutnya.
F. Uji Efek Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga tanarius L. Pengujian efek antiinflamasi dilakukan
untuk
mengetahui efek
antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L., mengetahui persentase penghambatan inflamasi dan persen potensi relatif daya antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius L. pada udema telapak kaki belakang mencit yang diinduksi karagenin 1%, serta mengetahui ada atau tidaknya hubungan kekerabatan antara dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.dan efek antiinflamasi yang dihasilkan. Inflamasi ditandai dengan terjadinya udema pada suatu bagian, dalam penelitian ini adalah udema pada telapak kaki belakang mencit akibat injeksi suspensi karagenin 1%. Antiinflamasi adalah suatu senyawa uji yang memiliki kemampuan untuk mengurangi pembengkakan (udema), dalam penelitian ini adalah sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. Hewan uji yang digunaan pada penelitian ini adalah mencit jantan galur Swiss. Mencit jantan dipilih karena mudah didapatkan daripada mencit betina dan tidak terdapat pengaruh siklus estrus serta kehamilan. Adanya pengaruh siklus estrus perlu dipertimbangkan karena pada siklus estrus terdapat peran dari prostaglandin yaitu PG-F2α yang menyebabkan lisisnya korpus luteum (Romich, 2005). Hewan uji yang digunakan juga mempunyai keseragaman pada berat badan (antara 20-30 gram) dan umur (2-3 bulan). Hal ini bertujuan untuk memperkecil variabilitas biologis antar hewan uji yang digunakan sehingga dapat memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
respon yang relatif seragam (Yusuf, Agus, dan
78
Ekardius, 2005). Sebelum
mendapatkan perlakuan, masing-masing mencit dipuasakan selama kurang lebih 8-12 jam dan hanya diberikan minum berupa air untuk menghindari kemungkinan adanya pengaruh makanan terhadap kandungan bahan yang berkhasiat pada zat uji yang dapat mempengaruhi efek antiinflamasi yang dihasilkan. Pada pengujian efek antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L., dua puluh lima hewan uji dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan aquadest sebagai pelarut sediaan dekokta Macaranga tanarius L. sebelum injeksi karagenin 1% sebagai penginduksi udema. Kelompok kedua, ketiga, keempat dan kelima, secara berturut-turut diberikan larutan kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB sebagai kontrol positif, sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB, sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB, sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB pada waktu 15 menit sebelum diberikan karagenin 1% sebagai penginduksi udema. Metode pengukuran efek antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari Mahmood, Aorahman, Tariq, dan Hussain (2009), yaitu pengukurannya terletak pada ketebalan kaki mencit (dari telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong vertikal). Udema yang terbentuk diukur menggunakan jangka sorong digital selama enam jam. Metode pengukuran dengan jangka sorong merupakan salah satu metode yang seringkali digunakan dalam uji antiinflamasi disamping metode potong kaki atau metode pengukuran volume udema dengan pletismometer. Alasan pemilihan metode ini adalah karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
79
metode ini relatif sederhana, baik dari instrumen yang dibutuhkan, proses perlakuan, pengamatan, pengukuran hingga pengolahan hasil. Sebelum memulai rangkaian penelitian, alat jangka sorong yang akan digunakan dikalibrasi terlebih dahulu untuk memastikan kelayakan, akurasi, dan presisi dari alat tersebut dalam melakukan pengukuran (dalam millimeter). Kalibrasi alat dilakukan di PT. Atmi Solo yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada kelompok kontrol negatif, hewan uji diberikan aquadest dengan dosis 25 g/kgBB lalu diberikan injeksi karagenin 1% secara subplantar. Aquadest digunakan sebagai kontrol negatif karena merupakan pelarut dari dekokta daun Macaranga tanarius L. dan kalium diklofenak. Tujuannya untuk membandingkan hasilnya dengan kelompok perlakuan, sehingga dapat dipastikan bahwa pelarut sediaan dekokta Macaranga tanarius L. dan kalium diklofenak yang berupa air tidak memberikan efek antiinflamasi pada mencit yang diinduksi karagenin 1%. Pada kelompok kontrol positif, hewan uji diberikan Cataflam Fast® yang mengandung kalium diklofenak 50 mg lalu diberikan injeksi karagenin 1% setelah 15 menit secara subplantar. Adanya kontrol positif digunakan untuk membandingkan seberapa besar aktivitas antiinflamasi yang ditimbulkan oleh dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap kalium diklofenak yang telah terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi. Kalium diklofenak dipilih karena produk ini telah beredar di pasaran dan banyak digunakan oleh masyarakat, serta telah teruji aktivitas antiinflamasinya yang merupakan golongan OAINS yang dapat menghambat sintesis prostaglandin. Bentuk garam kalium dipilih karena lebih mudah larut dalam air dan memberikan pelepasan dan penyerapan yang lebih
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
cepat daripada bentuk garam diklofenak yang lain yaitu natrium diklofenak (Altman dkk., 2015). Pada kelompok perlakuan, masing-masing kelompok hewan uji diberikan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. Peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. berturut-turut adalah 3333,33 mg/kgBB; 1667,67 mg/kgBB; dan 833,33 mg/kgBB. Pemberian peringkat dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan khasiat dekokta daun Macaranga tanarius L. pada setiap peringkat dosis sebagai antiinflamasi terhadap kontrol.
G. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga tanarius L. Efek antiinflamasi ditunjukkan dengan penurunan tebal udema pada kaki mencit tiap satuan waktu setelah pemberian suspensi karagenin 1% yang digambarkan dari penurunan nilai AUC total (mm.menit), selain itu efek antiinflamasi juga dapat dilihat dari kemampuan penghambatan inflamasi dari masing-masing kelompok perlakuan terhadap kontrol. Tebal udema kaki mencit diukur menggunakan jangka sorong selama 6 jam pada menit ke-0, 15, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 sehingga dapat diketahui penurunan udema tiap satuan waktu (menit). Tebal udema kaki mencit didapat dari selisih antara tebal udema kaki kiri mencit yang disuntikkan suspensi karagenin 1% dengan tebal udema kaki kanan mencit yang disuntikkan jarum tanpa karagenin pada tiap menit pengukuran.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Hasil selisih tebal udema pada kaki mencit yang menunjukkan adanya udema dari pengukuran 0-360 menit kemudian digunakan untuk menghitung luas area bawah kurva atau AUC dari masing-masing kelompok. Hasil perhitungan AUC masing-masing kelompok perlakuan beserta kontrol digunakan untuk menentukan rata-rata AUC total. Nilai rata-rata AUC total adalah luas daerah di bawah kurva yang menunjukkan rata-rata selisih tebal udema kaki mencit dari menit ke-0 hingga menit ke-360 (mm.menit). Semakin besar nilai rata-rata AUC totalnya, maka semakin kecil penurunan selisih tebal udema kaki mencit. Oleh karena itu, senyawa yang diduga memiliki efek antiinflamasi diharapkan memiliki nilai rata-rata AUC total yang kecil dan berbeda secara signifikan terhadap kontrol negatif. Hasil rata-rata AUC total pada kelompok perlakuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. beserta kelompok kontrol negatif dan kontrol positif dapat dilihat pada Tabel VI dan Gambar 10. Tabel VI. Rata-rata AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) Kelompok Kontrol negatif aquadest Kontrol positif diklofenak Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
Rata-rata AUC total (X ± SE) 696,99 ± 9,39
0,423
319,94 ± 2,64
0,917
517,74 ± 4,08
0,782
486,09 ± 3,10
0,214
533,30 ± 7,40
0,020
Keterangan : X = Mean (rata-rata) SE = Standard error (SD/√ ) N = Distribusi data normal (p>0,05) TN = Distribusi data tidak normal (p<0,05)
Nilai p (N) (N) (N) (N)
(TN)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
Hasil AUC total pada masing-masing kelompok uji kemudian dilakukan analisis secara statistik menggunakan uji Shapiro Wilk dan didapatkan hasil kelompok uji antiinflamasi memiliki distribusi data tidak normal dengan nilai p<0,05 (Tabel VI). Dilanjutkan dengan analisis Kruskal-Wallis. Dari hasil analisis diketahui nilai probabilitasnya 0,021 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa paling tidak terdapat perbedaan AUC total antara dua kelompok. Selanjutnya untuk mengetahui kebermaknaan (p<0,05) dari perbedaan antar kelompok, dilanjutkan dengan analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil analisis MannWhitney dapat dilihat pada Tabel VII dan Gambar 10.
696,99 ± 9,39
319,94 ± 2,64
517,74 ± 4,08
486,09 ± 3,10
533,30 ± 7,40
Gambar 10. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Tabel VII. Hasil uji Mann-Whitney AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) Kelompok Kontrol positif diklofenak Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis Kontrol negatif aquadest 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis Kontrol positif diklofenak 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius Dekokta daun M.tanarius dosis dosis 1667,67 mg/kgBB 3333,33 mg/kgBB
Nilai p (BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,047
(BB)
0,009
Keterangan : BB
= Berbeda bermakna (p < 0,05) Hasil perhitungan AUC dari masing-masing kelompok kemudian
digunakan untuk menentukan persen penghambatan inflamasi untuk masingmasing kelompok. Persen (%) penghambatan inflamasi (PI) dapat diperoleh karena nilai AUC pada kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan kelompok kontrol positif lebih kecil daripada kelompok kontrol negatif. Persen PI didapatkan dengan membandingkan selisih rata-rata AUC total kelompok kontrol negatif dan AUC total pada masing-masing kelompok perlakuan dengan rata-rata AUC total kontrol negatif. Perhitungan persen PI bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan senyawa uji untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
menurunkan udema pada kaki belakang mencit akibat injeksi karagenin dibandingkan kelompok kontrol negatif. Rata-rata persen penghambatan inflamasi pada setiap kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. berserta kontrol dapat dilihat pada Tabel VIII dan Gambar 11. Tabel VIII. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) Kelompok Kontrol negatif aquadest Kontrol positif diklofenak Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
Rata-rata % PI (X ± SE)
Nilai p (N)
0,00 ± 1,35
0,423
54,10 ± 0,38
0,918
25,72 ± 0,59
0,782
30,26 ± 0,57
0,214
23,49 ± 1,06
0,020
(N) (N)
(N)
(TN)
Keterangan : PI X SE N TN
= Penghambatan Inflamasi = Mean (rata-rata) = Standard error (SD/√ ) = Distribusi data normal (p>0,05) = Distribusi data tidak normal (p<0,05) Hasil persen (%) penghambatan antiinflamasi masing-masing kelompok
uji kemudian dianalisis secara statistik sama seperti yang dilakukan pada hasil AUC total. Hasil dianalisis menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna terhadap kemampuannya untuk memberikan efek antiinflamasi yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel IX dan Gambar 11.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
Tabel IX. Hasil uji Mann-Whitney persen (%) penghabatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) Kelompok Kontrol positif diklofenak Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis Kontrol negatif aquadest 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis Kontrol positif diklofenak 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius Dekokta daun M.tanarius dosis dosis 1667,67 mg/kgBB 3333,33 mg/kgBB Keterangan : BB
= Berbeda bermakna (p < 0,05)
Nilai p (BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,047
(BB)
0,009
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
0,00 ± 1,35
54,10 ± 0,38
25,72 ± 0,59
30,26 ± 0,57
86
23,49 ± 1,06
Gambar 11. Diagram batang rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi Dari hasil persen penghambatan inflamasi yang telah diperoleh pada kelompok uji antiinflamasi maka dapat dilakukan penghitungan untuk mendapatkan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi (PRDA). Hal ini karena nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan kelompok kontrol negatif lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif. Tujuan dilakukannya perhitungan terhadap persen potensi relatif daya antiinflamasi adalah untuk membandingkan kemampuan bahan uji dalam menghambat inflamasi yang terjadi terhadap kontrol positif, dalam penelitian ini adalah kalium diklofenak. Potensi relatif daya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
antiinflamasi didapatkan dari hasil perbandingan antara persen penghambatan inflamasi kelompok perlakuan uji antiinflamasi dengan persen penghambatan inflamasi kelompok kalium diklofenak sebagai kontrol positif yang merupakan suatu obat antiinflamasi. Hasil rata-rata persen potensi relatif daya antiinflamasi masing-masing kelompok uji dapat dilihat pada Tabel X. Tabel X. Rata-rata persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) Kelompok Kontrol negatif aquadest Kontrol positif diklofenak Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
Rata-rata % PRDA (X ± SE) 0,00 ± 2,49
0,423
100,00 ± 0,70
0,918
47,54 ± 1,20
0,783
55,93 ± 1,06
0,212
43,42 ± 1,96
0,020
Nilai p (N) (N) (N)
(N)
(TN)
Keterangan : PI X SE N TN
= Penghambatan Inflamasi = Mean (rata-rata) = Standard error (SD/√ ) = Distribusi data normal (p>0,05) = Distribusi data tidak normal (p<0,05) Hasil pengujian nilai PRDA pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
memiliki distribusi data tidak normal setelah diuji secara statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk, maka analisis dilanjutkan seperti yang dilakukan pada hasil AUC total dan hasil persen penghambatan inflamasi. Dilakukan pengujian untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
mengetahui kebermaknaan dari perbedaan antar kelompok dengan menggunakan uji Mann-Whitney yang dapat dilihat pada Tabel XI dan Gambar 12. Tabel XI. Hasil uji Mann-Whitney persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5)
Kelompok Kontrol positif diklofenak Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis Kontrol negatif aquadest 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis Kontrol positif diklofenak 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Dekokta daun M.tanarius Dekokta daun M.tanarius dosis dosis 1667,67 mg/kgBB 3333,33 mg/kgBB Keterangan : BB
= Berbeda bermakna (p < 0,05)
Nilai p (BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,009
(BB)
0,047
(BB)
0,009
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
0,00 ± 2,49
100,00 ± 0,70
47,54 ± 1,20
55,93 ± 1,06
89
43,42 ± 1,96
Gambar 12. Diagram batang rata-rata persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
1.
Kontrol negatif (Aquadest) Pada kelompok kontrol negatif yang diberikan aquadest dan injeksi
karagenin 1% secara subplantar mengakibatkan terjadinya udema lokal yang merupakan inflamasi akut. Tebal udema pada masing-masing kelompok tiap menit dapat dilihat pada Gambar 13.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
Gambar 13. Kurva tebal udema (mm) terhadap waktu (menit) pada masingmasing kelompok uji antiinflamasi Berdasarkan kurva tebal udema tiap satuan waktu pada masing-masing kelompok uji antiinflamasi (Gambar 13), terlihat bahwa kelompok kontrol negatif yang diberikan aquadest lalu disuntik dengan karagenin 1% tidak terjadi penurunan udema yang signifikan terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya dan menghasilkan tebal udema yang paling tinggi dibandingkan kelompok kontrol positif kalium diklofenak dan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. Beberapa penurunan kecil tebal udema yang terjadi pada kontrol negatif dapat disebabkan oleh respon alami dari tubuh berupa antioksidan endogen yang berupaya untuk mempertahankan dan memulihkan tubuh dari peradangan, namun respon tubuh tersebut tidak dapat mengatasi udema yang dapat dibandingkan kelompok uji lainnya. Adanya kenaikan udema cukup besar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
yang terjadi pada menit ke 60-90 dalam masing-masing kelompok karena senyawa penginduksi udema berupa karagenin telah melewati fase awal pada menit ke-60 dan memulai fase akhir dengan merangsang keluarnya mediator berupa prostaglandin yang menyebabkan udema yang bertahan hingga 6 jam. Karagenin yang digunakan pada penelitian ini adalah karagenin tipe λ yang mengakibatkan cedera sel sehingga mediator inflamasi akan dilepaskan dan mengawali kejadian inflamasi akut. Karagenin menginduksi udema dengan dua fase (biphasic). Fase awal ditandai dengan pelepasan pelepasan histamin dan serotonin yang akan berakhir hingga menit ke-60 dan fase kedua berhubungan dengan pelepasan prostaglandin yang mengakibatkan terjadinya peningkatan COX. Fase kedua berlangsung antara menit ke-60 setelah injeksi dan berakhir setelah menit ke-180. Setelah pelepasan mediator inflamasi maka udema akan bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur akan berkurang dalam waktu 24 jam (Suleyman dkk., 2004). Hasil pengujian terhadap nilai AUC total pada setiap kelompok menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol negatif menghasilkan rata-rata AUC total yang paling besar yaitu 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Hal ini menunjukkan kelompok kontrol negatif tidak dapat memberikan efek antiinflamasi, terlihat dari nilai persen penghambatan inflamasi pada kontrol negatif sebesar 0,00 ± 1,35 %. Hasil penelitian sebelumnya oleh (Kurniawaty, 2010), melaporkan bahwa penggunaan kontrol negatif yang diberikan aquadest secara peroral lalu diberikan karagenin 1% secara subplantar didapatkan hasil rata-rata bobot udema hampir sama dengan kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan karagenin 1% secara
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
subplantar yang menunjukkan bahwa kedua kontrol negatif tersebut tidak memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi. Hal ini berarti bahwa karagenin dapat menimbulkan inflamasi yang terjadi dengan peningkatan tebal udema pada kaki mencit sedangkan pelarut yang digunakan untuk dekokta daun Macaranga tanarius L. dan pelarut kalium diklofenak yaitu aquadest tidak memiliki efek dalam menurunkan udema pada kaki mencit atau tidak memiliki aktivitas antiinflamasi. 2.
Kontrol positif (Kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB) Pada kelompok kontrol positif yang diberikan kalium diklofenak, rata-
rata AUC total yang dihasilkan adalah paling kecil dan berbeda secara signifikan pada uji Mann Whitney (Tabel VI) dibandingkan dengan kelompok aquadest, yaitu sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit). Kelompok kontrol positif menunjukkan nilai persen penghambatan inflamasi yang paling tinggi yaitu 54,10 ± 0,38 % (X ± SE) dan memiliki perbedaan secara signifikan terhadap kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB telah terbukti memiliki penghambatan antiinflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif yang menunjukkan tidak memiliki potensi penghambatan inflamasi. Diklofenak merupakan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang memiliki efek menurunkan udema yang terbentuk akibat induksi karagenin. Kalium diklofenak yang digunakan sebagai kontrol positif pada penelitian ini merupakan golongan OAINS. Mekanisme kerja OAINS meliputi reduksi sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX). Suatu obat dapat menjadi inhibitor kompetitif terhadap asam arakidonat untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
dapat berikatan dengan enzim COX, maka obat tersebut harus memiliki lipofilisitas yang tinggi serta properti asam untuk menyerupai substrat alami dari COX (Mehanna, 2003). Diklofenak merupakan turunan asam asetat yang memiliki fungsionalitas asam sehingga dapat berikatan dengan enzim COX untuk menghambat biosintesis prostaglandin. 3.
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833.33; 1667,67; 3333,33 mg/kg BB pada mencit galur Swiss yang terinduksi karagenin 1% Kemampuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dalam
memberikan efek antiinflamasi dapat dilihat dari adanya penurunan tebal udema pada telapak kaki mencit yang ditunjukkan dengan penurunan rata-rata nilai AUC total (mm.menit), peningkatan persen penghambatan inflamasi, dan persen potensi relatif daya antiinflamasi. a. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB dapat memberikan nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 517,74 ± 4,08 (mm.menit) yang lebih kecil dari kontrol negatif dengan nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 25,72 ± 0,59 % , dan menunjukkan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 47,54 ± 1,20 % yang lebih besar dari kontrol negatif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
94
sebesar 0,00 ± 1,35 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 0,000 ± 2,49%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kontrol negatif. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki efek penghambatan inflamasi yaitu dapat menurunkan udema pada telapak kaki kiri mencit yang terinduksi karagenin. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai AUC total yang lebih besar daripada kontrol positif yang memiliki nilai AUC sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit), sedangkan nilai persen penghambatan inflamasi dan nilai persen potensi daya antiinflamasi lebih kecil dari kontrol positif yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 54,10 ± 0,38 % dan nilai persen potensi daya antiinflamasi sebesar 100,00 ± 0,70%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kontrol positif. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat memberikan efek penghambatan inflamasi dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu kelompok yang diberikan aquadest, tetapi efek yang dihasilkan lebih rendah daripada kontrol positif yaitu kelompok yang diberikan diklofenak sebagai obat antiinflamasi (OAINS).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
b. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 486,09 ± 3,10 (mm.menit) yang lebih kecil dari kontrol negatif dengan nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 30,26 ± 0,57 %, dan menunjukkan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 55,93 ± 1,06 % yang lebih besar dibandingkan kontrol negatif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 0,00 ± 1,35 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 0,00 ± 2,49%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kedua kelompok tersebut. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki efek penghambatan inflamasi. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai AUC yang lebih besar daripada kontrol positif yang memiliki nilai AUC sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit), sedangkan nilai persen penghambatan inflamasi dan nilai persen potensi daya antiinflamasi lebih kecil dari kontrol positif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 54,10 ± 0,38 % dan nilai persen potensi daya antiinflamasi sebesar 100,00 ± 0,70%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kontrol positif. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki potensi penghambatan inflamasi lebih rendah daripada kalium diklofenak yang merupakan obat antiinflamasi (OAINS). c. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 533,30 ± 7,40 (mm.menit) yang lebih kecil dari kontrol negatif dengan nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 30,26 ± 0,57 % dan menunjukkan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 55,93 ± 1,06 % lebih besar dibandingkan kontrol negatif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 0,00 ± 1,35 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 0,00 ± 2,49 %. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, didapatkan nilai probabilitas (p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB dan kelompok kontrol negatif tersebut. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,3 mg/kgBB memiliki efek penghambatan inflamasi.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki nilai AUC yang lebih besar daripada kontrol positif yang memiliki nilai AUC sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit), sedangkan nilai persen penghambatan inflamasi dan nilai persen potensi daya antiinflamasi lebih kecil dari kontrol positif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 54,10 ± 0,38 % dan nilai persen potensi daya antiinflamasi sebesar 100,00 ± 0,70%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, didapatkan nilai probabilitas (p<0,05) menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kedua kelompok tersebut. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki potensi penghambatan inflamasi lebih rendah daripada kalium diklofenak yang merupakan obat antiinflamasi (OAINS). d. Perbandingan efek antiinflamasi antar kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. Pada penelitian ini, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. pada ketiga peringkat dosis memiliki efek antiinflamasi ditunjukkan dengan adanya nilai persen penghambatan inflamasi, meskipun kemampuan yang dihasilkan lebih kecil dari penghambatan inflamasi yang ditimbulkan oleh kelompok kontrol positif diklofenak. Adanya efek penghambatan inflamasi yang dihasilkan oleh masing-masing kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius
L.
tersebut,
maka
dapat
dibandingkan
antiinflamasinya dengan diklofenak sebagai kontrol positif.
potensi
relatif
daya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 517,74 ± 4,08 (mm.menit), yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB yang memiliki nilai AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar 486,09 ± 3,10 (mm.menit), diperoleh hasil analisis secara statistik menggunakan uji Mann Whitney memiliki probabilitas (p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua kelompok tersebut. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 25,72 ± 0,59% dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 47,54 ± 1,20 % yang lebih kecil dari kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 30,26 ± 0,57 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 55,93 ± 1,06 %. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki potensi penghambatan inflamasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memberikan nilai AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
486,09 ± 3,10 (mm.menit), lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar 533,30 ± 7,40 (mm.menit), diperoleh hasil analisis secara statistik menggunakan uji Mann Whitney memiliki probabilitas (p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua kelompok tersebut. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 30,26 ± 0,57 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 55,93 ± 1,06 % yang lebih besar dari kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 23,49 ± 1,06 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 43,42 ± 1,96 %. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB menunjukkan potensi penghambatan inflamasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memberikan nilai AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar 517,74 ± 4,08 (mm.menit), lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar 533,30 ± 7,40 (mm.menit), diperoleh hasil analisis secara statistik menggunakan uji Mann Whitney memiliki nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua kelompok tersebut. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 25,72 ± 0,59 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 47,54 ± 1,20 % yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 23,49 ± 1,06 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 43,42 ± 1,96 % %, diperoleh hasil analisis secara statistik menggunakan uji Mann Whitney menghasilkan nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua kelompok tersebut. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB menunjukkan potensi penghambatan inflamasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB. Kelompok perlakuan yang diberikan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang dapat dilihat dari kemampuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dalam menimbulkan penghambatan inflamasi. Penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB, berturut-turut sebesar 25,72 ± 0,59; 30,26 ± 0,57; 23,49 ± 1,06 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memberikan nilai persen penghambatan inflamasi yang paling tinggi yaitu 30,26 ± 0,57 %. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L., pada dosis 3333,33 mg/kgBB terjadi penurunan persen penghambatan inflamasi dan penurunan persen potensi relatif daya antiinflamasi yang menunjukkan bahwa semakin besarnya dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. tidak menghasilkan efek penghambatan inflamasi yang semakin besar pula, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kekerabatan antara kenaikan dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan efek antiinflamasi yang dihasilkan. Hal tersebut diduga karena adanya senyawa dari dekokta daun Macaranga tanarius L. yang mengalami perubahan dari sifat antioksidan menjadi prooksidan. Prooksidan adalah sifat senyawa yang dapat mendorong oksidasi pada komponen sel yang melibatkan radikal bebas dan berujung pada reaksi rantai sedangkan antioksidan merupakan sifat senyawa yang dapat melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif (Ardhie, 2011). Prooksidan ini justru menimbulkan efek yang merugikan. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang kontroversional mengenai antioksidan eksogen, yaitu meliputi jenis, dosis, dan matriks antioksidan ini dapat menjadi faktor penentu yang mempengaruhi keseimbangan antara efek menguntungkan dan merugikan dari senyawa alami (Yordi, Perez, Matos dan Villares, 2012). Senyawa bioaktif seperti polifenol yang terdapat pada sediaan dekokta Macaranga tanarius L. dapat bertindak sebagai prooksidan, dalam kondisi tertentu, seperti dosis pemberian yang tinggi dan adanya ion logam. Senyawa fenolik dapat bertindak sebagai prooksidan dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
sistem yang mengandung logam reduksi aktif. Kehadiran O2 dan logam transisi seperti besi dan tembaga mengkatalisis reaksi redoks fenolat dan dapat menyebabkan pembentukan ROS dan phenoxyl radical yang akan merusak DNA, protein dan lipid yang menyebabkan kematian sel (Galati dan O’Brien, 2004). Penelitian lebih lanjut mengenai jumlah kandungan senyawa fenolik dari dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat dilakukan untuk menegaskan peran senyawa fenolik yang memiliki kemungkinan berubah menjadi sifat prooksidan terhadap efek antiinflamasi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini, dapat dikembangkan penelitian lebih lanjut mengenai dosis optimum dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dapat memberikan efek antiinflamasi pada rentang dosis yang dipersempit yaitu di antara dosis 833,33 sampai1667,67 mg/kgBB atau antara dosis 1667,67 sampai 3333,33 mg/kgBB. Pada penelitian ini, dosis yang dapat dianjurkan untuk digunakan dalam memberikan efek antiinflamasi adalah pada dosis 1667,67 mg/kgBB mencit, bila dikonversikan pada dosis manusia adalah sebesar 13,862 g/50 kgBB manusia untuk sekali pemberian. Penelitian lebih lanjut mengenai efek antiinflamasi pada infusa daun Macaranga tanarius L. dapat dilakukan pula untuk membandingkan efek antiinflamasi yang dihasilkan antara dua sediaan yang menggunakan pelarut air. Sediaan dekokta yang menggunakan pelarut berupa air telah marak digunakan oleh masyarakat karena pembuatannya yang praktis. Oleh karena itu perlu dilakukan uji toksisitas terhadap pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam jangka panjang (dosis berulang). Hal ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pada organ tubuh dengan melihat ciri histologis, misalnya lambung. Hal yang perlu diamati pula dalam pengujian toksisitas adalah kemungkinan terjadinya perdarahan akibat dari penghambatan mediator inflamasi yaitu tromboksan yang memiliki peran dalam memicu agregasi platelet (Katzung, 2001). Uji toksisitas ini juga ditujukan untuk pengembangan sediaan dekokta yang digunakan untuk melihat keamanan pemakaiannya. Inflamasi disebabkan oleh adanya kerusakan yang terjadi pada membran sel akibat rangsangan kimiawi, fisik, ataupun mekanik dan dipengaruhi oleh adanya pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak serta terjadinya migrasi sel. Kerusakan dari sel inilah yang akan memicu terjadinya pembebasan asam arakidonat dan dapat diuraikan menjadi prostaglandin, suatu mediator inflamasi yang diperantarai oleh enzim siklooksigenase (COX) (Rang et al., 2007). Oksidan reaktif seperti radikal bebas yang bersifat relatif tidak stabil (reaktif) juga dihasilkan pada daerah peradangan yang berkontribusi pada kerusakan jaringan. Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya sehingga relatif tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya, molekul yang bersifat reaktif tersebut mencari pasangan elektronnya, sehingga disebut juga sebagai reactive oxygen species (ROS) (Ardhie, 2011). Sumber utama radikal bebas pada mamalia diantaranya pada proses sintesis prostaglandin. Radikal bebas yang berlebih akan menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan peradangan. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakidonat dikonversi menjadi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
endoperoksida melalui jalur siklooksigenase dan hidroperoksida melalui jalur lipooksigenase sehingga terjadi pelepasan mediator inflamasi. Ketika terjadi kerusakan jaringan, jumlah radikal bebas meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh memproduksi antioksidan endogen yang terbatas, seperti superoksida dismutase (SOD) yang bekerja menstabilkan radikal. Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan endogen tidak mampu lagi mengatasinya secara efektif sehingga dibutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) (Wulandari dan Hendra, 2011).
Gambar 14. Proses pengeluaran radikal bebas pada inflamasi (Tjay dan Raharja, 2007). Efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. diduga karena adanya senyawa glikosida yaitu macarangioside A-C dan mallophenol B yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
larut dalam air dan memiliki kemampuan dalam menangkap oksidan reaktif seperti radikal bebas (free radical scavenger) (Matsunami et al., 2006). Dilihat dari pendekatan struktur, macarangioside A-C dan mallophenol B mempunyai gugus karbonil yang mampu menangkap radikal bebas sehingga jalur pembentukan prostaglandin terhambat. Keberadaan glikosida quersetin, yaitu hiperindan isoquersitrin yang dikenal sebagai flavonoid antioksidan (Matsunami et al., 2006) juga mampu menangkap radikal bebas. Kandungan flavonoid seperti tanarifuranonol, tanariflavanone C, dan tanariflavanone D memiliki aktivitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas (Phommart et al., 2005). Adanya aktivitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas diduga juga mampu memberikan efek antiinflamasi yang membantu menghambat pembentukan prostaglandin
dengan
menangkap
radikal
bebas
yang
berperan
dalam
pembentukan inflamasi. Antioksidan akan menghambat inisiasi pembentukan radikal bebas atau menginaktifkan radikal bebas dan menghentikan kerusakan yang diakibatkan oleh adanya radikal bebas (Ardhie, 2011). Flavonoid juga dapat berperan pada penghambatan degranulasi netrofil sehingga secara langsung akan mengurangi pelepasan asam arakidonat oleh netrofil. Beberapa senyawa flavonoid dapat menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur siklooksigenase secara tidak langsung akan menyebabkan penghambatan biosintesis eikosanoid sehingga menurunkan kadar prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi sehingga inflamasi pada jaringan berkurang. Flavonoid juga berperan sebagai penstabil Reactive Oxygen Spesies (ROS), melalui reaksinya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
106
dengan senyawa reaktif dari radikal sehingga menyebabkan radikal penyebab kerusakan jaringan sel tersebut menjadi inaktif (Hidayati, Listyawati, dan Setyawan, 2005). Penelitian ini merupakan penelitian skrining awal farmakologi untuk mengetahui ada tidaknya efek antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss yang membuktikan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi, namun informasi yang terkait dengan senyawa yang bertanggungjawab terhadap efek antiinflamasi serta bagaimana mekanisme efek antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius L. tersebut belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa lebih spesifik yang bertanggungjawab terhadap aktivitas antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1.
Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1%.
2.
Efek penghambatan inflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB yang dinyatakan oleh persen (%) penghambatan inflamasi berturut-turut adalah 25,72; 30,26; dan 23,49%.
3.
Potensi relatif daya antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB yang dinyatakan oleh persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi berturut-turut adalah 47,14; 55,94; dan 43,42%.
4.
Tidak terdapat hubungan kekerabatan antara pemberian peringkat dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek antiinflamasi yang dihasilkan.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian tentang :
107
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
1.
108
Penelitian lebih lanjut mengenai efek antiinflamasi pada rentang dosis yang dipersempit yaitu antara dosis 833,33 mg/kgBB sampai 1667,67 mg/kgBB dan rentang dosis antara 1667,67 mg/kgBB sampai 3333,33 mg/kgBB untuk mengetahui dosis optimum dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
2.
Penelitian lebih lanjut mengenai senyawa spesifik yang bertanggungjawab terhadap efek antiinflamasi dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. menggunakan metode kromatografi kolom.
3.
Penelitian lebih lanjut terhadap efek antiinflamasi dari daun Macaranga tanarius L. dalam bentuk sediaan infusa dengan metode induksi udema pada kaki belakang hewan uji agar dapat dibandingkan efek antiinflamasinya terhadap sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
4.
Penelitian mengenai toksisitas pada pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Daftar Pustaka Anonim, 2015, Prosea - Macaranga tanarius, http://www.proseanet.org/prohati4 /browser.php?docsid=162, diakses tanggal 28 April 2015. Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2), Edisi revisi dan perluasan, Penerbit ITB, Bandung, hal. 10-20. Agnihotri, S., Wakode, S., dan Agnihotri, A., 2010, An Overview on Antiinflammatory Properties and Chemo-profiles of Plants Used in Traditional Medicine, Indian Journal of Natural Products and Resources, 1(2), 150-167. Altman, R., Bosch, B., Brune, K., Patrignani, P., Young, C., 2015, Advances in NSAID Devlopment: Evolution of Diclofenac Product Using Pharmaceutical Technology, Drugs, 75, 859-877. Ardhie, A.M., 2011, Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan, Medicinus, 24(1), 4-9. Astuti, M., 2001, Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan, Bag. Biokimia, Bagian Biokimia FKUI, Jakarta, hal. 1-15. Azizah, N., Endang, S., dan Sitoresmi, P., 2014, Analisis Kandungan Kimia Infusa Tanaman Sangket (Basilicum Polystachyon (L.) Moench) Dan Uji Efektivitas Antifungal Infusa Tanaman Sangket Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro, Skripsi, 3, Universitas Negeri Malang, Malang. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, hal. 3-4. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2013, Pedoman Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak, Vol. 2, Badan POM RI, Jakarta, hal. 10. Bellik, Y., Boukra, L., Alzahrani, H.A., Bakhotmah, B.A., Abdellah, F., Hammoudi, S.M., Iguer-Quada, M., 2013, Mollecular Mechanism Underlying Anti-inflammatory and Anti-allergic Activities of Phytochemicals : An Update, Molecules, 18, 322-353. Chooi, O.H., 2004, Tumbuhan Liar Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain, Utusan Publications & Distributors Sdn. Bhd., Kuala Lumpur, p. 125. Cichoke, A., 2001, Secrets of Native American Herbal Remedies, Penguin Putnam Inc., New York, p. 14.
109
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
Dahlan, M.S., 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta, hal. 53-58, 85-105. Dai, J., dan Mumper, R.J., 2010, Plant Phenolics: Extraction, Analysis and Their Antioxidant and Anticancer Properties, Molecule, 15, 7313-7352. Day, R.O., dan Graham, G.G., 2013, Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs), BMJ, 346, 3195. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 8-25. Derle, D.V., Gujar, K.N., dan Sagar, B.S.H., 2006, Adverse Effect Associated with the Use of Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs : An Overview, Indian J. Pharmacol, 68(4), 409-414. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 46. Djunarko, I.,Donatus, I.A., dan Noni, 2003, Pengaruh Perasan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Daya Antiradang Diklofenak pada Mencit Jantan, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 1, 10-17. Esvandiary, J., 2006, Efek Analgetik dan Anti Inflamasi Beta Karoten pada Mencit, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Galati, G., dan O’Brien, P.J., 2004, Potential Toxicity of Flavonoids and Other Dietary Phenolics : Significance for Their Chemopreventive and Anticancer Properties, Free Radic. Biol. Med., 37, 287-303. Gandhimathi, R., 2013, Evaluation of Antiinflammatory Activity of Macaranga Peltata Roxb., Journal of Pharmaceutical Biology, 3(1), 36-39. Greene, R.J., and Harris, N.D., 2008, Pathology and Therapeutics for Pharmacist; A Basis for Clinical Pharmacy Practice, 3thed, Pharmaceutical Press, USA, pp. 46-63. Gilda, T., 2014, Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Gunawan, T., 2010, Efek Analgesik-Antiinflamasi Sari Buah Nanas pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Gupta, A.K., Bharadwaj, V., Lata, S., Sharma, R., Kacker, S., dan Sharma, A.K., 2013, To Evaluate The Activity of Glycyrrhiza Glabra Linn and Vanda Roxburghi in Animal Model of Arthritis, Medical Science, 2(5), 405-406. Harmita, dan Radji, M., 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 66-67. Hemamalini, K., Naik, K., dan Ashok, P., 2010, Antiinflammatory and Analgesic Effect of Methanolic Extract of Anogeissus acuminate leaf, Int.J.Pharm.Biomed.Res, 1 (3), 98-101. Hidayat, R., 2010, Efek Analgesik dan Antiinflamasi Jus Buah Nanas (Ananas comosus L.) pada Mencit Betina galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Hidayati, N.A., Listyawati, S., dan Setyawan, A.D., 2005, Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1), 10-17. Ikawati, Z., Supardjan, A.M., Asmara, L.S., 2007, Pengaruh Senyawa Heksagamavunon-1 terhadap Inflamasi Akut Akibat Reaksi Anafilaksis Kutaneus Aktif pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi Ovalbumin, Laporan Penelitian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 34-36. Jachak, S.M., 2006, Cyclooxygenase Inhibitory Natural Product: Current Status, Current Medical Chemistry, 13, 659-678. Juanda, D., dan Cahyono, B., 2000, Ubi Jalar : Budi Daya dan Analisis Usaha Tani, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal. 69. Kawakami, S., Harinantenaina, L., Matsunami, K., Otsuka, H., Shinzato, T., dan Takeda, Y., 2008, Macaflavones A-G, Prenylated Flavonones from the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod.,71, 1872-1876. Katzung, B.G., 2001, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, edisi 8, buku 3, Salemba Medika, Jakarta, hal. 449-426, 636. Kee, J. L., dan Hayes, E. R., 1996, Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan, EGC, Jakarta, hal. 310. Khana N., dan Sarma, S.B., 2001, Antiinflammatory and Analgesic Effect of Herbal Preparation: Septilin, Indian J. Med. Sci., 55, 195-202.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
Kristianti, A. N, N. S., Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi., 2008, Buku Ajar Fitokimia Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA, Universitas Airlangga, Surabaya, P.47-48. Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., dan Mitchell, R.N., 2007, Robbins Basic Pathology, Philadelpia, Saunders Alsevier, hal. 29, 37-41, 53-54. Kumar, V., Abbas, A.K., dan Aster, J.C., 2014, Pathologic Basis of Disease, 9th edition, Philadelphia, Elsavier Health Sciences, pp. 84,90,91. Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., dan Fukumoto, S., 2014, Analysis of antioxidant prenylflavonoids in different parts of Macaranga tanarius, the plant origin of Okinawan propolis, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 16-20. Kurniati, R.I., 2013, Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Daun Buas-Buas (Premna cordifolia Linn.) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1pikrilhidrazil), Skripsi, 6-7, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Kurniawaty, A.Y., 2011, Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L., Skripsi, 56, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Lim, T.Y., Lim, Y.Y., Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant, antibacterial and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species, Food Chemistry, 114, 594-599. Lim, J., Nonaka, G., dan Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds. XCIV. Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannins from the Leaves of Macaranga tanarius (L.) MUELL., et ARG., Chem. Pharm. Bull.,38(5), 1218-1223. Ma, Y., Li, Y., Li, X., dan Wu, Y., 2013, Anti-Inflammatory Effects of 4Methylcyclopentadecanone on Edema Models in Mice, Int. J. Mol. Sci., 14, 23980-23992. Magadula, J.J., 2014, Phytochemistry and Pharmacology of the Genus Macaranga: Review, Journal of Medical Plant Research, 8 (2), 489-503. Mahmood, K., Aorahman, Z.A., Tariq, I.N., dan Hussain, S.A.R., 2009, DoseDependent Anti-Inflammatory Effect of Silymarin in Experimental Animal Model of Chronic Inflammation, African J. of Pharm. And Pharmacol., 3(5), 242-247. Manurung, D.Y.S., 2013, Efek Antiinflaasi Infusa Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) pada Udema Telapak Kaki Mencit Betina Terinduksi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
Karagenin dengan Pengukuran Jangka Sorong, Skripsi, Universitas Sanata Dharna, Yogyakarta. Martin, J.B., 2010, Efek Analgesik dan Antiinflamasi Jus Buah Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H., et al., 2006, Radical-Scavanging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MUL(L.)-ARG., Chem. Pharm. Bull(L.), 54(10), 1403-1407. Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K., et al., 2009, Absolute Configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[600-Ogalloyl]-b-D-glucopyranoside, Macarangiosides E, and F Isolated from the Leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry, 70, 1277-1285. Mehanna, A.S., 2003, Absorbtion of Anthocyanins from Blueberries and Serum Antioxidant Status in Human Subjects, J.Agric. Food Chem., 50, 77317737. Meliala, L., dan Pinzon, R., 2007, Breakthrough in Management of Acute Pain, Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi, 4(20), 151-155. Morris, C.J., 2003, Carragenin Induced Paw Edema in The Rat and Mouse Inflammation Protocols, Methods in Molecular Biology, 2, 7731-7737. Necas, J., dan Bartosikova, L., 2013, Carragenan : a review, Veterinarni Medicina, 58, 187-205. Novartis, 2009, Cataflam®, www.pharma.us.novartis.com/product/pi/pdf/ Cataflam.pdf, diakses tanggal 19 Maret 2015. Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Nitirat, C., Ruchirawat, S., dan Sutthivaiyakit, S., 2005, Constituents of the leaves of Macaranga tanarius, J.Nat.Prod., 68,927-930 Posadas, I., Bucci, M., Roviezzo, F., Rossi, A., Parente, L., Sautebin, L., Cirino, G., 2004, Carrageenan-induced Mouse Paw Oedema is Biphasic, Ageweight Dependent and Displays Differential Nitric Oxide Cyclooxygenase-2 Expression, British Journal of Pharmacology, 142 (2), 331–338. Price, S.A., and Wilson, L.M.C., 2005, Patophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes, diterjemahkan oleh Pendit, B.U.,dkk., Edisi 6, Vol.2, hal. 1063, EGC, Jakarta.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
Pringgoutomo, S.S., Himawan, dan Tjarta, 2002, Buku Ajar Patologi, Edisi Pertama, Sagung Seto, Jakarta. Priyanto, 2010, Farmakologi Dasar, edisi II, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi, Jakarta, hal. 118-120. Puteri, M. D. P. T. G., dan Kawabata, J., 2010, Novel Α-Glucosidase Inhibitor from Macaranga tanarius Leaves, Food Chemistry, 123, 384-389. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., dan Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th edition, Churchill Livingstone, London, pp. 231-237, 244-250, 562-567. Rhoades, R.A., dan Bell, D.R., 2013, Medical Physiology : Principles for Clinical Medicines, 4th edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 201-202. Romich, J.A., 2005, Fundamentals of Pharmacology for Veterinary Technicians, Thomson Delmar Learning, New York, pp. 165. Rowe, C.R., Sheskey, J.P., dan Weller, J.W., 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipien, Edisi IV, Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical, pp. 101-103. Schror, K., dan Meyer-Kircharth, J., 2000, Cyclooxygenase-2 Inhibition and Side Effects of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs in the Gastrointestinal Tract, Curr. Med. Chem., 7, 1121-1129. Sirait, M., 2007, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, Penerbit ITB, Bandung, hal. 54-62. Siswanto, A., dan Nurulita, N.A., 2005, Daya Antiinflamasi Infus Daun Makkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus), Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII, Batu, 177-181. Soegihardjo, C.J., 2013, Farmakognosi, Penerbit Citra Aji Parama, Yogyakarta, hal. 11. Starr, F., Starr, K., and Loope, L., 2003, Biological Resources Division Ppeakala Field Station, Maui, Hawai’I, United States Geological Survey, 1. Steenis, C.G.G.J.van., Hoed, D., Blommbergen, S., dan Eyma, P.J., 1992, Flora: Untuk Sekolah di Indonesia, cetakan keenam, diterjemahkan oleh Moeso, S., dkk., PT Pradnya Paramita, Jakarta, pp. 35, 36, 37, 49-50. Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., dan Ozta, N., 2004, Antiinflamattory Effect of Selective COX-2 Inhibitors, J.Pharmacol., 56 (6), 775-780.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
Supriyatna, Moelyono, M.W., Iskandar, Y., Febriyanti, R.M., 2014, Prinsip Obat Herbal : Sebuah Pengantar Untuk Fitoterapi, Edisi 1, Deepublish, Yogyakarta, hal. 31. Supriyatna, Febriyanti, R., Dewanto, Wijaya, I., dan Ferdiansyah, F., 2015, Fitoterapi Sistem Organ: Pandangan Dunia Barat terhadap Obat Herbal Global, Ed. 2, Cet. 2, CV Budi Utama, Yogyakarta, pp. 223-224. Suralkar, A., 2008, In-vivo Animal Models for Evaluation of Antiinflammatory Activity, Article Review, Vol.6, Issue 2. Sutini, 2015, Kajian Hasik Riset Beberapa Metabolit Sekunder dari Kultur In Vitro Tanaman Camelia Sinensis, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Sutthivaiyakit, S., Unganont, S., Sutthivaiyakit, P., dan Suksamrarn, A., 2002, Diterpenylated and Prenylated Flavonoids from Macaranga deniculata, Tetrahedron, 58, 3619-3622. Tjay, T.H., dan Raharja, K., 2007, Obat-Obat Penting: Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Ed. 6, Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta, hal. 233, 327-330. Toripah, S.S., Abidjulu, J., Wehantouw, F., 2014, Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Total Fenolik Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera LAM.), Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, 3(4), 2302-2493. Valdes, J.A.A., Figueroa, J.J.B., Carbo, A.A., Barragan, A.P., Herrera, R.R., dan Aguillar, C.N., 2011, Ellagitannins: Biosynthesis, Biodegradation, and Biologycal Properties, Journal of Medicinal Plants Research, 5(19), 4696-4703. Verawati, Aria, W., Novicaresa, M., 2011, Aktifitas Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia. A. Gray) Terhadap Mencit Putih Betina, Scientia Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 1 (1), 47-51. Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation : Pharmacological Assays, 2nd edition, Springer, New York, pp. 669-691, 725, 751-756. Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi dalam Neurologi, Edisi I, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal. 113-115. Williamson, S.M., Okpako, D.T., dan Evans, F.J., 1996, Pharmacological Method in Phytotherapy Research Volume 1 : Selection, Preparation, and
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
Pharmacologycal Evaluation of Plant Material, John Willey and Sons Ltd., England, pp. 131-136. Wilmana, P. F. & Gan, S., 2007, Farmakologi dan Terapi, Ed. 5, Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 230, 231, 233. Wulandari, D., dan Hendra, P., 2011, Efek analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Jurnal Bionatura, 13( 2), 108-117. Yordi, E.G., Perez, E.M., Matos, M.J., 2012, Anthocyanins and Their Role in Cancer Prevention, Carcer Lett., 269, 281-290. Yusuf, Y., Agus, S., dan Ekardius, 2005, Penilaian Viabilitas Iskemia Usus Intra Operatif dengan Angiografi Fluoreseince, Majalah Kedokteran Andalas, 1(29), 30. Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Sandra, E., Hikmat A., dan Adhiyanto E., 2013, Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IX – Macaranga tanarius L. Muell. Arg., http://apps.cs.ipb.ac.id/ipbiotics/user/organism/detail/ detail_organisme_obat.php?id=749, diakses pada tanggal 8 Agustus 2015.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
LAMPIRAN
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
118
Lampiran 1.Daun Macaranga tanarius L. dan dekokta Macaranga tanarius L.
Gambar 15. Daun dan serbuk Macaranga tanarius L.
Gambar 16. Dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Cara pembuatan dan pengukuran udema pada kaki mencit
Gambar 17. Udema pada telapak kaki kiri mencit
Gambar 18. Pengukuran udema pada kaki mencit menggunakan jangka sorong
119
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
120
Lampiran 3. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L.
Gambar 19. Uji Alkaloid (+++)
Gambar 21. Uji Glikosida (++)
Gambar 20. Uji Flavonoid (+++)
Gambar 22. Uji Saponin (+++)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Gambar 23. Uji Tanin (+++)
121
Gambar 24. Uji Terpenoid (-)
Gambar 25. Uji Fenolik (+)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi Macaranga tanarius L.
122
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance (EC)
123
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Lampiran 6. Surat kalibrasi jangka sorong (Digital Caliper)
124
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
Lampiran 7. Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
126
Lampiran 8. Cara menetapkan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
Lampiran 9. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data secara statistik
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
128
Lampiran 10. Perhitungan Dosis a. Dosis aquadest Dosis pemberian aquadest menggunakan ½ volume maksimal yaitu 0,5 ml. Berat jenis aquadest adalah 1 g/ml. Dosis aquadest yang digunakan adalah 25 g/kg BB mencit. Perhitungan dosis untuk aquadest sebagai berikut : ,
= 0,5 mg/20 g BB mencit = 0,025 mg/kgBB mencit = 25 g/kg BB mencit
b. Dosis karagenin Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan penelitian Williamson, et.al. (1996), yaitu menggunakan konsentrasi 1% yang dilarutkan dalam NaCl fisiologis 0,9% lalu disuntikkan secara subplantar pada telapak kaki mencit sebesar 0,05 ml. Berat badan mencit adalah 20 gram. Dosis yang diperoleh adalah 25 mg/kg BB mencit. Dosis karagenin =
,
,
= 25 mg/kg BB mencit
c. Dosis kalium diklofenak Dosis dipilih berdasarkan hasil orientasi, dimana didapatkan dosis 4,48 mg/kgBB dengan selang waktu pemberian 15 menit yang efektif menurunkan udema pada telapak kaki mencit yang telah terinduksi karagenin 1%. Berikut perhitungan dosis kalium diklofenak yang mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Djunarko, Donatus, dan Noni, 2003) : Dosis kalium diklofenak pada tikus dengan BB 250 gram adalah 40 mg/kgBB tikus. Sehingga, dosis untuk tikus dengan BB 200 gram adalah :
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Dosis kalium diklofenak =
/
129
= 32 mg/kgBB tikus
Dosis yang dapat diberikan pada mencit dengan BB 20 gram, didapatkan dari konversi dosis kaliumm diklofenak pada tikus dengan BB 200 gram menggunakan faktor konversi 0,14 (Harmita dan Radji, 2008) : Dosis kalium diklofenak = 0,14 x 32 mg/kgBB = 4,48 mg/kgBB mencit d. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. Penetapan peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. didasarkan pada : 4) Bobot tertinggi mencit adalah 30 g 5) Pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L.
menggunakan
volume maksimal pemberian secara peroral yaitu 1 ml 6) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan yaitu 10% (serbuk dapat terendam sempurna dalam air) Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius L. yaitu : D x BB
=CxV
D x 30 g
= 10 g/ 100ml x 1 ml
D x 30 g
= 100 mg/ml x 1 ml
D
= 3,3333 mg/gBB
D
= 3333,33 mg/kgBB
Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dari dosis 3333,33 mg/kgBB kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu 3333,33 mg/kgBB, 1667,67 mg/kgBB, 833,33 mg/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia Faktor konversi dari mencit 20-30 gram ke manusia 70 kg = 387,9 (Harmita, 2008). Rata-rata berat badan manusia Indonesia = 50 kg. Rumus : Dosis manusia = dosis mencit 30 gBB x angka konversi ke manusia
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB Dosis mencit
= 0,00083333 g/gBB = 0,025 g/30gBB
Dosis manusia
= 0,025 g/30 gBB x 387,9 = 9,697 g/70 kgBB = 6,927 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB Dosis mencit
= 0,00166767 g/gBB = 0,050 g/30gBB
Dosis manusia
= 0,050 g/30 gBB x 387,9 = 19,407 g/70 kgBB = 13,862 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB Dosis mencit
= 0,00333333 g/gBB = 0,099 g/30gBB
Dosis manusia
= 0,099 g/30 gBB x 387,9 = 38,790 g/70 kgBB = 27,707 g/50 kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
131
Lampiran 11. Hasil analisis statistika data orientasi penentuan dosis dan selang waktu pemberian kalium diklofenak antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit Uji Normalitas
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok AUC Kontrol negatif rentang 15 menit Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig. .390
.308
3
.
.901
3
.232
3
.
.980
3
.726
3
.
.986
3
.772
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 .221 menit a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
132
Lampiran 12. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit Descriptives Kelompok AUC Kontrol negatif rentang 15 menit
Statistic Std. Error Mean 95% Confidence Interval for Mean
7.1120E2 Lower Bound
6.8364E2
Upper Bound
7.3877E2
5% Trimmed Mean
.
Median
7.0718E2
Variance
123.127
Std. Deviation
1.10962E 1
Minimum
702.68
Maximum
723.75
Range
21.07
Interquartile Range
.
Skewness Kurtosis Diklofenak dosis 4,48 Mean mg/kgBB rentang 15 95% Confidence menit Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
1.225
.
.
1.8163E2 15.92476 Lower Bound
1.1311E2
Upper Bound
2.5015E2 . 1.7708E2 760.794 2.75825E 1 156.60
Maximum
211.20
Interquartile Range Skewness Kurtosis Diklofenak dosis 9,1
1.417
Minimum Range
Mean
6.40642
54.60 . .722
1.225
.
.
2.8035E2 25.81832
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
mg/kgBB rentang 15 95% Confidence menit Interval for Mean 5% Trimmed Mean
133
Lower Bound
1.6927E2
Upper Bound
3.9144E2 .
Median
2.7420E2
Variance
2.000E3
Std. Deviation
4.47186E 1
Minimum
239.03
Maximum
327.83
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
88.80 . .607
1.225
.
.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
134
Lampiran 13. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai AUC total pada kelompok uji pendahuluan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit Test of Homogeneity of Variances AUC Levene Statistic 1.761
df1
df2 2
Sig. 6 .250 ANOVA
AUC Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
475830.123 5767.357 481597.480
Df
Mean Square 2
F
Sig.
237915.062 247.512
.000
6 961.226 8 Multiple Comparisons
AUC LSD
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Kontrol negatif Diklofenak dosis 4,48 rentang 15 menit mg/kgBB rentang 15 menit
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
529.57667* 25.31437 .000 467.6346 591.5187
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 430.85000* menit Diklofenak dosis Kontrol negatif -529.57667* 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit rentang 15 menit Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 -98.72667* menit Diklofenak dosis Kontrol negatif -430.85000* 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit rentang 15 menit Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 98.72667* menit *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
25.31437 .000 368.9080 492.7920 25.31437 .000 -591.5187 -467.6346 25.31437 .008 -160.6687
-36.7846
25.31437 .000 -492.7920 -368.9080 25.31437 .008
36.7846 160.6687
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
135
Lampiran 14. Hasil analisis statistika data orientasi penentuan dosis dan selang waktu pemberian kalium diklofenak antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok AUC Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig. .726
.232
3
.
.980
3
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
.221
3
.
.986
3
.772
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 30 menit
.260
3
.
.958
3
.605
3
.
.988
3
.790
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 30 .217 menit a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
136
Lampiran 15. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit Descriptives Kelompok
Statistic Std. Error
AUC Diklofenak dosis Mean 4,48 mg/kgBB 95% Confidence rentang 15 menit Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
1.8163E2 15.92476 Lower Bound 1.1311E2 Upper Bound 2.5015E2 . 1.7708E2 760.794 2.75825E 1
Minimum
156.60
Maximum
211.20
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Diklofenak dosis Mean 9,1 mg/kgBB 95% Confidence rentang 15 menit Interval for Mean 5% Trimmed Mean
54.60 . .722
1.225
.
.
2.8035E2 25.81832 Lower Bound 1.6927E2 Upper Bound 3.9144E2 .
Median
2.7420E2
Variance
2.000E3
Std. Deviation
4.47186E 1
Minimum
239.03
Maximum
327.83
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Diklofenak dosis Mean
88.80 . .607
1.225
.
.
2.6715E2 16.26102
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4,48 mg/kgBB 95% Confidence rentang 30 menit Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
Lower Bound 1.9719E2 Upper Bound 3.3712E2 . 2.7383E2 793.263 2.81649E 1
Minimum
236.25
Maximum
291.38
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Diklofenak dosis Mean 9,1 mg/kgBB 95% Confidence rentang 30 menit Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
55.13 . -1.007
1.225
.
.
2.4650E2 11.15279 Lower Bound 1.9852E2 Upper Bound 2.9449E2 . 2.4405E2 373.154 1.93172E 1
Minimum
228.53
Maximum
266.93
Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
137
38.40 . .562
1.225
.
.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
138
Lampiran 16. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai AUC total pada kelompok uji pendahuluan antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit Test of Homogeneity of Variances AUC Levene Statistic .730
df1
df2 3
Sig. 8
.562
ANOVA AUC Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
17262.924
3
5754.308
7853.937 25116.861
8 11
981.742
F 5.861
Sig. .020
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
Multiple Comparisons AUC LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
Diklofenak dosis 9,1 -98.72667* 25.58310 .005 -157.7214 mg/kgBB rentang 15 menit
-39.7319
Diklofenak dosis 4,48 -85.52667* 25.58310 .010 -144.5214 mg/kgBB rentang 30 menit
-26.5319
Diklofenak dosis 9,1 -64.87667* mg/kgBB rentang 30 menit Diklofenak Diklofenak dosis 4,48 98.72667* dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit mg/kgBB Diklofenak dosis 4,48 13.20000 rentang 15 mg/kgBB rentang 30 menit menit Diklofenak dosis 9,1 33.85000 mg/kgBB rentang 30 menit Diklofenak Diklofenak dosis 4,48 85.52667* dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit mg/kgBB Diklofenak dosis 9,1 -13.20000 rentang 30 mg/kgBB rentang 15 menit menit Diklofenak dosis 9,1 20.65000 mg/kgBB rentang 30 menit Diklofenak Diklofenak dosis 4,48 64.87667* dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit mg/kgBB Diklofenak dosis 9,1 -33.85000 rentang 30 mg/kgBB rentang 15 menit menit Diklofenak dosis 4,48 -20.65000 mg/kgBB rentang 30 menit *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
25.58310 .035 -123.8714 25.58310 .005
-5.8819
39.7319 157.7214
25.58310 .620
-45.7947
72.1947
25.58310 .222
-25.1447
92.8447
25.58310 .010
26.5319 144.5214
25.58310 .620
-72.1947
45.7947
25.58310 .443
-38.3447
79.6447
25.58310 .035
5.8819 123.8714
25.58310 .222
-92.8447
25.1447
25.58310 .443
-79.6447
38.3447
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
Lampiran 17. Hasil analisis uji statistik nilai AUC total pada uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L.
Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok AUC Kontrol Negatif Aquadest 0.5mL/20gBB
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.236
5
.200*
.902
5
.423
Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB
.161
5
.200*
.977
5
.917
Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB
.228
5
.200*
.956
5
.782
Kelompok Perlakuan Dosis 1667.67mg/kgBB
.239
5
.200*
.856
5
.214
5
.038
.732
5
.020
Kelompok Perlakuan .355 Dosis 3333.33mg/kgBB a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
141
Lampiran 18. Rata-rata AUC tebal udema dan standard error (SE) pada uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. Kelompok AUC Kontrol Negatif Aquadest 0.5mL/20gBB
Statistic Mean
6.9699E2
95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
6.7094E2
5% Trimmed Mean
6.9673E2
Median
7.0268E2
Variance Std. Deviation
440.417 2.09861E1 674.93
Maximum
723.75
Range
48.82
Interquartile Range
39.78 .043
.913
-1.941
2.000
Mean
3.1994E2
2.64041
95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
3.1261E2
5% Trimmed Mean
3.1985E2
Median
3.1973E2
Kurtosis Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB
9.38527
7.2305E2
Minimum
Skewness
Std. Error
Variance Std. Deviation
3.2727E2
34.859 5.90413
Minimum
313.20
Maximum
328.20
Range
15.00
Interquartile Range
11.02
Skewness
.423
.913
Kurtosis
-.699
2.000
5.1774E2
4.07806
Kelompok Mean Perlakuan Dosis 95% Confidence Interval Lower Bound 833.33mg/kgBB for Mean Upper Bound
5.0642E2 5.2906E2
5% Trimmed Mean
5.1772E2
Median
5.1698E2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Variance
142
83.153
Std. Deviation
9.11881
Minimum
505.20
Maximum
530.70
Range
25.50
Interquartile Range
14.59
Skewness
.114
.913
Kurtosis
1.575
2.000
4.8609E2
3.99894
Kelompok Mean Perlakuan Dosis 95% Confidence Interval Lower Bound 1667.67mg/kgBB for Mean Upper Bound
4.7499E2 4.9719E2
5% Trimmed Mean
4.8613E2
Median
4.8810E2
Variance
79.958
Std. Deviation
8.94191
Minimum
476.25
Maximum
495.15
Range
18.90
Interquartile Range
17.70
Skewness
-.264
.913
Kurtosis
-2.974
2.000
5.3330E2
7.40351
Kelompok Mean Perlakuan Dosis 95% Confidence Interval 3333.33mg/kgBB for Mean
Lower Bound
5.1274E2
Upper Bound
5.5385E2
5% Trimmed Mean
5.3295E2
Median
5.2185E2
Variance Std. Deviation
274.060 1.65548E1
Minimum
520.28
Maximum
552.45
Range
32.18
Interquartile Range
30.49
Skewness Kurtosis
.612
.913
-3.271
2.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
143
Lampiran 19. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis nilai AUC total pada kelompok uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. Ranks Kelompok AUC Kontrol Negatif Aquadest 0.5mL/20gBB
N
Mean Rank 5
23.00
Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB
5
3.00
Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB
5
13.60
Kelompok Perlakuan Dosis 1667.67mg/kgBB
5
8.00
Kelompok Perlakuan Dosis 3333.33mg/kgBB
5
17.40
Total
25
Test Statisticsa,b AUC Chi-Square 22.590 Df 4 Asymp. .000 Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
144
Lampiran 20. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. Ranks Kelompok
N
AUC Kontrol Negatif Aquadest 0.5mL/20gBB Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB Total
Mean Rank Sum of Ranks 5
8.00
40.00
5
3.00
15.00
10
Test Statisticsb AUC Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.611
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok kontrol negatif aquadest menghasilkan nilai p = 0,009, masing masing terhadap kelompok kontrol positif kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kg BB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kg BB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kg BB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol negatif aquadest terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
145
Lampiran 21. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok kontrol positif uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. Ranks Kelompok
N
Mean Rank Sum of Ranks
AUC Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB
5
3.00
15.00
Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB
5
8.00
40.00
Total
10
Test Statisticsb AUC Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.611
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok kontrol positif kalium diklofenak menghasilkan nilai p = 0,009, masing masing terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol positif diklofenak terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
Lampiran 22. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. Ranks Kelompok
N
AUC Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB Kelompok Perlakuan Dosis 1667.67mg/kgBB Total
Mean Rank Sum of Ranks 5
8.00
40.00
5
3.00
15.00
10
Test Statisticsb AUC Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.611
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
147
Lampiran 23. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L.
Ranks Kelompok
N
AUC Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB Kelompok Perlakuan Dosis 3333.33mg/kgBB Total
Mean Rank Sum of Ranks 5
3.60
18.00
5
7.40
37.00
10
Test Statisticsb AUC Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 18.000 Z -1.984 Asymp. Sig. (2-tailed) .047 Exact Sig. [2*(1-tailed .056a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
148
Lampiran 24. Hasil uji statistik nilai persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi dekokta M.tanarius L.
Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok PI
Statistic
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Kontrol negatif aquadest
.236
5
.200*
.902
5
Kontrol positif diklofenak
.161
5
.200*
.977
5
.918
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
.228
5
.200*
.956
5
.782
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
.239
5
.200*
.856
5
.214
5
.038
.732
5
.020
Dekokta M.tanarius .355 dosis 3333,33 mg/kgBB a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
.423
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
149
Lampiran 25. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi dan standard error (SE) pada kelompok uji antiinflamasi Kelompok PI Kontrol negatif aquadest
Statistic Mean 95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound 5% Trimmed Mean
1.34656
-3.7386 3.7386 .0374
Median
-.8160
Variance
9.066
Std. Deviation
Kontrol positif diklofenak
.0000
Std. Error
3.01099
Minimum
-3.84
Maximum
3.17
Range
7.00
Interquartile Range
5.71
Skewness
-.043
.913
Kurtosis
-1.941
2.000
Mean
54.0976
.37878
95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
53.0459
5% Trimmed Mean
54.1098
Median
54.1270
Variance Std. Deviation
55.1493
.717 .84698
Minimum
52.91
Maximum
55.06
Range
2.15
Interquartile Range
1.58
Skewness
-.423
.913
Kurtosis
-.698
2.000
25.7182
.58500
Dekokta Mean M.tanarius dosis 95% Confidence Interval Lower Bound 833,33 mg/kgBB for Mean Upper Bound
24.0940 27.3424
5% Trimmed Mean
25.7216
Median
25.8280
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Variance Std. Deviation
150
1.711 1.30809
Minimum
23.86
Maximum
27.52
Range
3.66
Interquartile Range
2.09
Skewness
-.115
.913
Kurtosis
1.575
2.000
30.2592
.57375
Dekokta Mean M.tanarius dosis 95% Confidence Interval Lower Bound 1667,67 mg/kgBB for Mean Upper Bound
28.6662 31.8522
5% Trimmed Mean
30.2530
Median
29.9710
Variance Std. Deviation
1.646 1.28294
Minimum
28.96
Maximum
31.67
Range
2.71
Interquartile Range
2.54
Skewness
.264
.913
-2.974
2.000
23.4862
1.06225
Kurtosis Dekokta Mean M.tanarius dosis 95% Confidence Interval Lower Bound 3333,33 mg/kgBB for Mean Upper Bound
20.5369 26.4355
5% Trimmed Mean
23.5351
Median
25.1280
Variance Std. Deviation
5.642 2.37526
Minimum
20.74
Maximum
25.35
Range
4.62
Interquartile Range
4.37
Skewness
-.612
.913
Kurtosis
-3.271
2.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
Lampiran 26. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
Ranks Kelompok PI
N
Mean Rank
Kontrol negatif aquadest
5
3.00
Kontrol positif diklofenak
5
23.00
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5
12.40
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
5
18.00
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
5
8.60
Total
25
Test Statisticsa,b PI Chi-Square 22.590 df 4 Asymp. .000 Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
Lampiran 27. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi Ranks Kelompok PI
N
Mean Rank Sum of Ranks
Kontrol negatif aquadest
5
3.00
15.00
Kontrol positif diklofenak
5
8.00
40.00
Total
10
Test Statisticsb PI Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed .008a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok kontrol negatif aquadest menghasilkan nilai p = 0,009, masing masing terhadap kelompok kontrol positif kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kg BB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kg BB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kg BB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol negatif aquadest terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
Lampiran 28. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok kontrol positif uji antiinflamasi Ranks Kelompok PI
N
Mean Rank Sum of Ranks
Kontrol positif diklofenak
5
8.00
40.00
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5
3.00
15.00
Total
10
Test Statisticsb PI Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.611
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok kontrol positif kalium diklofenak menghasilkan nilai p = 0,009, masing masing terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol positif diklofenak terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
154
Lampiran 29. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi Ranks Kelompok PI
N
Mean Rank Sum of Ranks
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5
3.00
15.00
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
5
8.00
40.00
Total
10
Test Statisticsb PI Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed .008a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
Lampiran 30. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi Ranks Kelompok PI
N
Mean Rank Sum of Ranks
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5
7.40
37.00
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
5
3.60
18.00
Total
10
Test Statisticsb PI Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 18.000 Z -1.984 Asymp. Sig. (2-tailed) .047 Exact Sig. [2*(1-tailed .056a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai p = 0,047 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
Lampiran 31. Hasil uji statistik nilai persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok PRDA Kontrol negatif aquadest
Statistic
Df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.236
5
.200*
.902
5
.423
Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
.161
5
.200*
.977
5
.918
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
.228
5
.200*
.956
5
.783
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
.240
5
.200*
.855
5
.212
5
.038
.733
5
.020
Dekokta M.tanarius .355 dosis 3333,33 mg/kgBB a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
157
Lampiran 32. Rata-rata dan standard error (SE) nilai persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi Kelompok
Statistic
PRDA Kontrol negatif Mean aquadest 95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound 5% Trimmed Mean
2.48912
-6.9107 6.9111 .0693
Median
-1.5080
Variance
30.979
Std. Deviation
5.56585
Minimum
-7.10
Maximum
5.85
Range
12.95
Interquartile Range
10.55
Skewness
-.043
.913
Kurtosis
-1.941
2.000
99.9988
.70024
Kontrol positif Mean diklofenak 95% Confidence Interval Lower Bound dosis 4,48 for Mean Upper Bound mg/kgBB 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
.0002
Std. Error
98.0546 1.0194E2 1.0002E2 1.0005E2 2.452 1.56579
Minimum
97.81
Maximum
101.79
Range
3.98
Interquartile Range
2.92
Skewness
-.420
.913
Kurtosis
-.702
2.000
Mean
47.5402
1.08157
95% Confidence Interval Lower Bound for Mean Upper Bound
44.5373
5% Trimmed Mean
47.5464
Median
47.7430
50.5431
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Variance Std. Deviation
158
5.849 2.41847
Minimum
44.10
Maximum
50.87
Range
6.76
Interquartile Range
3.87
Skewness
-.114
.913
Kurtosis
1.575
2.000
55.9350
1.06118
Dekokta Mean M.tanarius 95% Confidence Interval Lower Bound dosis 1667,67 for Mean Upper Bound mg/kgBB 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation
52.9887 58.8813 55.9236 55.4010 5.630 2.37287
Minimum
53.53
Maximum
58.54
Range
5.01
Interquartile Range
4.70
Skewness
.264
.913
-2.976
2.000
43.4140
1.96408
Kurtosis Dekokta Mean M.tanarius 95% Confidence Interval Lower Bound dosis 3333,33 for Mean Upper Bound mg/kgBB 5% Trimmed Mean
37.9608 48.8672 43.5046
Median
46.4500
Variance
19.288
Std. Deviation
4.39182
Minimum
38.33
Maximum
46.87
Range
8.54
Interquartile Range
8.09
Skewness
-.612
.913
Kurtosis
-3.270
2.000
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
159
Lampiran 33. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi Ranks Kelompok PRDA Kontrol negatif aquadest
N
Mean Rank 5
3.00
Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
5
23.00
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5
12.40
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
5
18.00
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
5
8.60
Total
25
Test Statisticsa,b PRDA Chi-Square 22.590 df 4 Asymp. .000 Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
160
Lampiran 34. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi Ranks Kelompok
N
PRDA Kontrol negatif aquadest Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB Total
Mean Rank Sum of Ranks 5
3.00
15.00
5
8.00
40.00
10
Test Statisticsb PRDA Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.611
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol negatif aquadest menghasilkan nilai p = 0,009, masing masing terhadap kelompok kontrol positif kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kg BB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kg BB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kg BB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol negatif aquadest terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
161
Lampiran 35. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok kontrol positif uji antiinflamasi Ranks Kelompok
N
PRDA Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Total
Mean Rank Sum of Ranks 5
8.00
40.00
5
3.00
15.00
10
Test Statisticsb PRDA Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed .008a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol positif kalium diklofenak menghasilkan nilai p = 0,009, masing masing terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol positif diklofenak terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
Lampiran 36. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi Ranks Kelompok
N
PRDA Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB Total
Mean Rank Sum of Ranks 5
3.00
15.00
5
8.00
40.00
10
Test Statisticsb PRDA Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.611 Asymp. Sig. (2-tailed) .009 Exact Sig. [2*(1-tailed .008a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
Lampiran 37. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
Ranks Kelompok
N
PRDA Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB Total
Mean Rank Sum of Ranks 5
7.40
37.00
5
3.60
18.00
10
Test Statisticsb PRDA Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 18.000 Z -1.984 Asymp. Sig. (2-tailed) .047 Exact Sig. [2*(1-tailed .056a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai p = 0,047 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi dengan judul “Uji Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga tanarius L. Pada Mencit Galur Swiss Terinduksi Karagenin” yang memiliki nama lengkap Antonia Vidya Kartika, lahir di Klaten pada tanggal 3 Februari 1995. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Antonius Kartolo, M.Pd. dan Ibu Fransiska Romana Rusmiyati, S.Pd. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pokoh Kidul 1 (1999-2001), pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD N 1 Pokoh Kidul (20012007), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1 Wonogiri (20072009), dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Wonogiri (20092012). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2012). Semasa menempuh pendidikan sarjana, penulis mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dari Dikti (2014). Penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan, antara lain menjadi sekretaris pada Desa Mitra I (2013), anggota divisi acara pada Cara Belajar Ibu Aktif (2014), dan pelaksana pada Penyuluhan Ebola (2015). Penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa tingkat Nasional dengan judul “Memanfaatkan dan Mengolah Tanaman Obat Keluarga sebagai Alternatif Pengobatan bagi Keluarga Mandiri di Dusun Pundong, Srihardono, Pundong, Bantul Yogyakarta (2014). Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biokimia (2014), Anatomi Fisiologi Manusia (2014), dan Farmakologi Toksikologi (2015).
164