PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PROSES SUAMI MEMAAFKAN ISTRI YANG BERSELINGKUH DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh: Nathalia Nindi Kristyaningrum NIM: 089114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PROSES SUAMI MEMAAFKAN ISTRI YANG BERSELINGKUH DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh: Nathalia Nindi Kristyaningrum NIM: 089114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013
i
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
TENTANG KEHIDUPAN........ HIDUP ADALAH BELAJAR Belajar BERSYUKUR meski TAK CUKUP Belajar IKHLAS meski TAK RELA Belajar TAAT meski BERAT Belajar SABAR meski TERGODA Belajar MEMBERI meski TAK SEBERAPA Belajar MENGASIHI meski DISAKITI Belajar TENANG meski GELISAH Belajar PERCAYA meski SUSAH (Anonym) Dari AIR kita belajar KETENANGAN Dari BATU kita belajar KETEGARAN Dari TANAH kita belajar KEHIDUPAN Dari KUPU-KUPU kita belajar MERUBAH DIRI Dari PADI kita belajar RENDAH HATI Dari KASIH TUHAN kita belajar tentang KASIH YANG SEMPURNA (Anonym) Bila TUHAN menjawab doamu, DIA menambahkan imanmu Bila DIA menunda, DIA menambahkan kesabaranmu Tapi...... Bila DIA menjawab tidak , DIA menyediakan sesuatu yang lebih baik dari yang kamu harapkan (Anonym)
iv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
TENTANG CINTA........ “Kita di dunia ini bukan mencari orang yang sempurna untuk dicintai, tetapi untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna....”
(Anonym)
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..... Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.......... Seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..........” (Anonym)
“Cinta datang........ Kepada orang yang masih mempunyai harapan, walau meraka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walau mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walau mereka telah disakiti sebelumnya. Dan..... Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan.....” (Anonym)
v
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN TUHAN YESUS KRISTUS,
Karya yang jauh dari sempurna ini kusembahkan kehadirat-Nya yang selalu
mendampingiku dan mencurahkan karunia-karunia di saat aku merasa tidak dapat melakukan apa pun.
Papa dan Mama, Banyak hal yang telah Papa dan Mama lakukan untukku tetapi seringkali aku lupa untuk mengucapkan terima kasih dengan tulus. Terima kasih Papa dan Mama atas segala bimbingan, dukungan dan kasih yang selalu tercurahkan
untukku. Terima kasih untuk semua yang Papa dan Mama berikan untukku.
Mas Bram dan Mba Nia,
Terima kasih atas dukungan semangat dan doa yang selalu dipanjatkan untuku, sehingga aku dapat menyelesaikan perjuanganku sampai akhir.
Ponakan kecilku Kara,
Terima kasih atas tawa kecil, tangisan manja, dan keceriaan yang ditunjukkan. Semua itu, merupakan penghiburanku di saat aku merasa patah semangat.
Seluruh keluarga besar Herman Suwargo dan Hadi Sudarmo
Terima kasih atas dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama ini.
I love you all.....
vi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PROSES SUAMI MEMAAFKAN ISTRI YANG BERSELINGKUH DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN Nathalia Nindi Kristyaningrum ABSTRAK Kehidupan perkawinan tidaklah mudah untuk dijalani. Terdapat berbagai macam permasalahan yang muncul dapat menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga. Salah satu permasalahan yang dapat menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga adalah perselingkuhan. Perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh para suami, tetapi istri juga dapat melakukan perselingkuhan. Jika istri berselingkuh maka perselingkuhan tersebut akan membawa dampak psikologis terhadap suami. Dampak psikologis yang dirasakan suami adalah berupa perasaan kehilangan identitas diri dan kehilangan keistimewaan diri. Perasaan seperti ini membuat suami sulit untuk tetap mempertahankan perkawinan. Namun, pada kenyataannya masih ada beberapa suami yang berusaha mempertahankan perkawinannya dengan istri yang berselingkuh yaitu dengan memaafkan perbuatan istri mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses suami memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka mempertahankan perkawinan. Ada 4 tahap memaafkan yang dilalui oleh suami, yaitu tahap terluka, tahap membenci, tahap penyembuhan, dan tahap kembali bersama. Peneliti memilih metode naratif untuk melihat cara subjek menggambarkan diri dan menjalani kehidupan dalam menghadapi permasalahan perselingkuhan. Penelitian ini melibatkan 2 subjek penelitian yang mempunyai pengalaman dalam berproses memaafkan istri mereka yang berselingkuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek berupaya untuk menyembuhkan perasaan terluka yang dialami akibat perselingkuhan istri mereka yaitu dengan refleksi diri. Upaya kedua subjek dalam merefleksikan peristiwa yang mereka alami membuat mereka dapat melihat istri mereka dengan cara pandang yang baru dan menerima istri mereka kembali. Upaya refleksi diri yang dilakukan kedua subjek disebut sebagai bedah spritual membuat mereka pada akhirnya dapat memaafkan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan istri. Kata kunci: perselingkuhan, suami, memaafkan
viii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
THE PROCESS OF FORGIVING HUSBAND TOWARDS WIFE’S IN AFFAIR IN ORDER TO KEEP MARRIAGE Nathalia Nindi Kristyaningrum ABSTRACT Marriage is not easy to live. There are various kinds of problems that can be the trigger a rift in the household. One of the problems that can lead to cracks in the household is infidelity. Infidelity itself is not only dominated by the husband, but the wife can also do infidelity. If the wife was having an affair then the affair will bring the psychological impact of the husband. The psychological impact that is felt by the husband is a sense of loss of identity and loss of self privileges. The husband feelings such as these make it difficult to maintain marriage. However, in reality there are still some husbands are still working on his marriage with his wife who is having an affair by forgiving the wife. This study aims to describe the process of forgiving by the husband towards his wife who cheated in order to maintain a marriage. There are 4 phases of forgiving traversed by the husband, they are: the injured phase, the hate phase, the recovery phase, and the back together phase. The researcher chose the method of narrative to see how subjects describe themselves and live a life in facing infidelity problems. The study involved 2 subjects who had experience in proceeds to forgive their wives infidelity. The results showed that the two subjects were trying to heal hurt feelings experienced by their wives infidelity is by self-reflection. The second attempt in the subjects they reflect on the events that caused them to be able to see their wives with a new perspective and accept their wives back. The self-reflection efforts that were through by the two subjects referred as the spiritual treatment finally can make them forgive and still maintain a marriage with his wife. Keywords: infidelity, husband, forgiving
ix
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat limpahan karunia dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih Tuhan, karena Engkau telah mendampingiku dalam penyelesaian Skripsi yang berjudul Proses Suami Memaafkan Istri Yang Berselingkuh Dalam Rangka Mempertahankan Perkawinan Di Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2.
Almarhumah Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. yang telah memberikan teladan dan inspirasi untuk terus tetap berjuang dalam kondisi apa pun.
3.
Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar memberikan masukan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
4.
Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. dan Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanta, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran sehingga skripsi saya menjadi lebih baik.
5.
Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang selama 8 semester telah memberikan banyak ilmu, baik secara teori maupun pengalaman hidup kepada penulis.
xi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6.
Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Pak Gie, Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Doni dan Mas Muji) yang telah memberikan banyak bantuan, nasihat dan juga dukungan selama penulis menjalani harihari di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
7.
Papa dan Mama yang selalu aku sayangi, terima kasih atas segala cinta, nasihat, dukungan yang besar baik secara materi dan spritual. Terima kasih atas semua yang telah diberikan. Aku tidak bisa membalas semua itu, yang hanya bisa kuberikan adalah dengan membuat Papa Mama bangga dengan kelulusanku ini.
8.
Mas Bram dan Mba Nia, kedua kakakku yang selalu medukungku dalam meyelesaikan skripsi ini.
9.
Aurelia Ayukara, keponakanku yang membuat aku sering malas mengerjakan skripsi karena kelucuannya. Terima kasih atas segala penghiburan yang diberikan ketika aunty mu ini kesulitan dalam mengerjakan skripsi.
10. Kedua subjekku Bapak ES dan Bapak DN, terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk membagikan pengalaman dalam berproses mempertahankan perkawinan. 11. Teman-temanku di Psikologi angkatan 2008: Desi, Nita, Martha, Meili, Siska, Dian, Mitha, Fany, Irin, Rosa, Lita, Intan, Icha, Nana, Dewi, Henry, Pudji, Cory, Budi, Agung, Rio, Alberto, Priska, Abet, Wawan, Ade, Lusi, Risa, Shinto dan teman-teman yang lain yang tidak dapat aku sebutkan satu per satu, ada perjuampaan pasti ada perpisahan, terima kasih atas kebersamaan yang dilalui selama 8 semester.
xii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12. Teman-teman seperjuangan (Intan, Meili, Icha, Rio, Nana, Mba Jina, dan Mas Komeng), terima kasih atas segala dukungan bersama. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Yogyakarta, 24 September 2013 Penulis,
Nathalia Nindi Kristyaningrum
xiii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...….….............
ii
HALAMAN PENGESAHAN……….……………………………..........
iii
HALAMAN MOTTO….....................…………………………………...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................
vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………..............
vii
ABSTRAK………………………………………………………….........
viii
ABSTRACT………………………………………………………………
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH..............
x
KATA PENGANTAR…………………………………………………...
xi
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
xiv
DAFTAR SKEMA………………………………………………………
xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….
xviii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...............
1
B. Rumusan Masalah ……………………….…………...............
9
C. Tujuan Penelitian …………….……………………................
9
D. Manfaat Penelitian ………………...………………................
10
1. Manfaat Teoretis ……………………………………………
10
2. Manfaat Praktis ……………………………………………..
10
xiv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..
11
A. Perkawinan …………………………………………….............
11
1. Definisi Perkawinan .....……………………………..............
11
2. Alasan Orang Menikah ……………………………..............
13
3. Komunikasi Dalam Keluarga ……………………................
16
4. Permasalahan Dalam Perkawinan .................……….............
19
B. Perselingkuhan ......................………………………..…...........
23
1. Definisi Perselingkuhan .........................................................
23
2. Penyebab Perselingkuhan ......................................................
25
3. Jenis-jenis Perselingkuhan .....................................................
27
4. Dampak Perselingkuhan ........................................................
30
C. Memaafkan .................................................................................
36
1. Definisi Memaafkan ..............................................................
36
2. Proses Memaafkan ................................................................
38
3. Manfaat Memaafkan ..............................................................
41
D. Budaya Patriarki .........................................................................
42
E. Proses Suami Memaafkan Istri Yang Pernah Selingkuh ………
43
F. Kerangka Penelitian ....................................................................
47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………......... .. 49 A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian ……………………… .. 49 B. Subjek Penelitian ……………………………………………….
51
C. Fokus Penelitian ………………………………………………..
51
D. Metode Pengambilan Data ……………………………………. .. 53
xv
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
E. Analisis Data .....………………………......................................
53
F. Keabsahan Data ………………………………………….......... ... 59 1. Kredibilitas ............................................................................... 59 2. Dependabilitas .......................................................................... 60 3. Konfirmabilitas ........................................................................
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….......... … 62 A. Proses Penelitian .………………………….................................. 62 B. Profil Subjek ……………………………………………………. 65 1. Subjek 1 (ES) ……………………………………………....... 65 2. Subjek 2 (DN) ……………………………………………….. 69 C. Hasil Analisis Data Penelitian .…………………………............... 72 1. Subjek 1 (ES) …………………………………………….......
72
2. Subjek 2 (DN) ……………………………………………….. 89 D. Pembahasan ………………………………………………….......
108
BAB V PENUTUP ....................................................................................
118
A. Kesimpulan………………......…………………………………. 118 B. Saran……………………………….....…………………………
119
1. Bagi Pasangan Suami-Istri ………………………………….. 119 2. Bagi Peneliti Selanjutnya…………………………………….. 119 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
120
LAMPIRAN-LAMPIRAN.………………………………………………
126
xvi
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Penelitian: Proses Suami Memaafkan Istri yang Pernah Selingkuh untuk Mempertahankan Perkawinan ........................... 48 Skema 2. Dinamika Memaafkan Subjek 1 (ES) ............................................ 88 Skema 3. Dinamika Memaafkan Subjek 2 (DN) ......................................... 106 Skema 4. Dinamika Memaafkan Subjek ES dan DN................................... 107
xvii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2010 .............................................................
127
Lampiran 2. Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2011 .............................................................
130
Lampiran 3. Data Perkara Cerai Talak, Cerai Gugat dan Perkara Lain yang Diterima Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2010 ........................... 133 Lampiran 4. Koding Subjek 1 (ES) .................................................................
136
Lampiran 5.Koding Subjek 2 (DN) ................................................................
157
xviii
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Memilih pasangan hidup dan menikah merupakan keputusan yang penting bagi kebanyakan orang (McFall, 2011). Seseorang memutuskan untuk menikah karena berbagai alasan, misalnya hukum, sosial, emosional, ekonomi, agama atau untuk meneruskan garis keturunan dan memiliki anak (Fatima & Ajmal, 2012). Beberapa pasangan yang memutuskan untuk menikah terkadang berpikir dan merasa bahwa mereka begitu mirip dan dapat bekerja sama, melayani bersama, hidup bersama, serta membesarkan anak bersama-sama dengan hampir tidak ada konflik (Piper, 2009). Namun, dalam pernikahan dan keluarga justru akan menemukan banyak tantangan berupa permasalahan yang terkadang dapat menimbulkan konflik dan keretakan pada pasangan dalam keluarga. Konflik yang tejadi terkadang dapat mengancam keharmonisan dan kelangsungan hubungan pasangan serta hubungan antaranggota keluarga. Terdapat beragam kasus yang terjadi dalam kehidupan perkawinan dan keluarga di Indonesia yang dapat menjadi pemicu keretakan hubungan dan perceraian. Adapun kasus-kasus tersebut adalah adanya pria dan wanita idaman lain (PIL dan WIL) atau perselingkuhan, kehidupan pasangan yang tinggal dengan mertua, pertengkaran antaranggota dalam keluarga, anak cacat, penyimpangan hubungan seksual pada salah satu pasangan, dan perbedaan agama (Kertamuda, 2009).
1
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
2
Berdasarkan hasil penelitian, perceraian telah terbukti berdampak negatif pada perkembangan anak-anak dalam keluarga yang bersangkutan. Anak-anak dengan orangtua yang telah bercerai akan memiliki trauma, cenderung kurang memiliki kepercayaan diri, kepuasan terhadap kehidupan dan sekolah, rentan untuk
merokok,
minum
alkholol
dan
memakai
obat-obatan
(www.kainsutera.com). Sepanjang tahun 2005 hingga 2010 tercatat telah terjadi peningkatan angka perceraian di Indonesia sebesar 70% (www.republika.co.id). Pada tahun 2010 Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat telah terjadi 285.184 kasus perceraian di seluruh Indonesia. Berdasarkan data yang menjadi penyebab pisahnya pasangan antara lain yaitu faktor ketidakharmonisan sebanyak 91.841 perkara, tidak ada tanggungjawab 78.407 perkara, masalah ekonomi 67.891 perkara, perselingkuhan (gangguan pihak ketiga) 20.199 perkara, dan masalah lain (misal: KDRT, salah satu pasangan cacat, serta masalah lain) 26.846 perkara (www.badilag.net, Lampiran 1). Peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
terhadap
kasus
perselingkuhan yang berpotensi mengakhiri hubungan perkawinan. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan angka perceraian akibat perselingkuhan yang meningkat setiap tahun, dengan angka yang cukup besar. Pada tahun 2011 angka perceraian akibat perselingkuhan meningkat menjadi 20.563 perkara (www.badilag.net, Lampiran 2). Berdasarkan data mengenai perceraian di Indonesia, kebanyakan pihak yang mengajukan perceraian adalah istri. Pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
3
tahun 2010 tercatat bahwa 190.280 kasus perceraian diajukan oleh istri sedangkan 94.099 diajukan oleh suami. Kasus perceraian yang diajukan istri pada
umumnya
meliputi
masalah
ekonomi
dan
perselingkuhan
(http://www.lensaindonesia.com, Lampiran 3). Banyak kasus perselingkuhan yang terjadi di Indonesia pada akhirnya berujung pada perceraian suami istri. Kasus perceraian yang dapat diketahui dan menjadi konsumsi publik adalah perceraian pasangan artis. Misal, pada tahun 2007 ramai dibicarakan di berbagai media bahwa pasangan artis ME dan AD mengguggat cerai AD dikarenakan ada orang ketiga. ME mengguggat cerai AD karena dia mengetahui bahwa AD telah berselingkuh dengan pasangan duet ME (http://life.viva.co.id). Pada tahun 2009 juga tidak lepas dari kasus perceraian para artis yang diakibatkan salah satu pasangan berselingkuh. Diberitakan bahwa artis A mengguggat cerai K karena mengetahui kalau K telah berselingkuh dengan salah satu pengusaha kaya (http://life.viva.co.id). Kasus pria dan wanita idaman lain (PIL dan WIL) pada dasarnya dikenal sebagai istilah affair, selingkuh, ketidaksetiaan, perzinahan, serong, atau seks di luar pernikahan yang dilakukan oleh satu atau keduanya dari pasangan suami istri. Perselingkuhan secara umum dipahami sebagai pelanggaran perjanjian perkawinan, suatu pengkhianatan kepercayaan yang dilakukan oleh seseorang, dan ancaman terhadap ikatan perkawinan. Layton (dalam Zaka al Farisi, 2008) menyebutkan bahwa perselingkuhan dapat terjadi karena berbagai antara lain seperti konflik dalam rumah tangga yang tidak kunjung selesai, situasi lingkungan tempat bergaul atau bekerja, atau pun hubungan jarak jauh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
4
Selama ini, penelitian yang dilakukan lebih membahas mengenai dinamika istri dalam menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh suami mereka. Penelitian yang pernah dilakukan Ratih (2007) mahasiswa Universitas Indonesia menunjukkan bahwa istri menilai perselingkuhan yang dilakukan oleh
suami
mereka
merupakan
suatu
hal
yang
menyakitkan
(www.lontar.ui.ac.id). Jayaprawira (2005) mahasiswa Psikologi Universitas Sanata
Dharma
juga
membahas
dinamika
istri
dalam
menghadapi
perselingkuhan suami. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bagaimana perilaku coping stress yang dilakukan oleh istri dalam proses pemulihan hubungan setelah perselingkuhan suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya istri dalam menghadapi stress setelah perselingkuhan suami dengan memaanfaatkan sumberdaya yang berupa dukungan sosial yang berasal dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Perselingkuhan tidak selalu dilakukan oleh seorang pria (suami), tapi wanita (istri) juga dapat melakukan perselingkuhan (Mao & Raguram, 2009). Dalam skripsi mengenai Latar Belakang Suami Mempertahankan Perkawinan oleh Yuniarti (2009) juga menyebutkan bahwa perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh
para pria, tetapi juga wanita sehingga dalam
perselingkuhan tidak menutup kemungkinan siapa yang berselingkuh, bisa suami ataupun istri. Yuniarti (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa jika istri berselingkuh maka perselingkuhan itu akan membawa dampak moral yang harus ditanggung suami. Masyarakat secara umum, khususnya pada masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat patriarki memang belum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
5
dapat mentoleransi perselingkuhan yang dilakukan oleh istri. Perselingkuhan yang dilakukan istri membuat posisi suami sebagai kepala rumah tangga terancam. Suami menjadi merasa malu dan harga diri direndahkan, dimana kehormatannya sebagai laki-laki dan sebagai suami terancam. Perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pasangan atau keduanya dalam perkawinan akan memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan perkawinan. Selain akan menjadi penyebab berakhirnya perkawinan atau perceraian, perselingkuhan juga mempengaruhi kondisi psikologis pasangan yang bersangkutan. Dampak psikologis yang muncul seperti hilangnya harga diri, rasa hormat, rasa aman, kenyamanan dan kepercayaan yang telah bertahun-tahun dibangun serta rasa dilecehkan oleh pasangannya yang melakukan perselingkuhan (Spring, 2006). Ketika perselingkuhan terjadi, hal ini sering dikaitkan dengan sejumlah hasil merugikan bagi pernikahan dan individu yang bersangkutan (Atkins, D. & Kessel, D., 2008). Dalam artikel mereka disebutkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
perselingkuhan
berhubungan positif dengan perceraian. Betzig (dalam Shackelford, Buss, & Bennett, 2002) menjelaskan bahwa perselingkuhan mungkin menjadi faktor tertinggi sebagai sumber pembubaran hubungan. Dalam sebuah studi dari 160 budaya, perselingkuhan adalah alasan yang paling sering dikutip untuk perceraian. Mengakhiri suatu hubungan perkawinan atau bercerai tampak menjadi salah satu solusi umum untuk masalah perselingkuhan yang telah dilakukan oleh pasangan. Selain itu, perselingkuhan juga dikaitkan dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
6
kualitas perkawinan yang buruk. Shackelford et al. (2008) dalam penelitian yang mereka lakukan menunjukkan bahwa perselingkuhan terjadi dikarenakan faktor kepribadian dan kepuasan perkawinan. Namun, perselingkuhan tidak selalu diakhiri dengan perceraian. Ada beberapa
pasangan
yang
mengalami
perselingkuhan,
pada
akhirnya
memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh
Yuniarti
(2009)
menunjukkan
bahwa
alasan
suami
mempertahan perkawinannya dengan istri yang berselingkuh adalah karena merasa harapan terhadap perkawinanya telah terpenuhi, keberadaan anak, subjek yakin bahwa istri tidak akan berselingkuh lagi dan rasa cinta. Ketika
seseorang
mengetahui
mengenai
pengkhianatan
atau
perselingkuhan yang telah dilakukan oleh pasangannya, pilihan utama yang dihadapi adalah untuk memaafkan pasangan dan tetap bersama-sama atau untuk mengakhiri hubungan (Shackelford et al., 2002). Lawson (dalam Shackelford et al., 2002) menyebutkan bahwa tidak semua pasangan mengakhiri hubungan perkawinan mereka setelah mengetahui telah terjadi perselingkuhan. Berdasarkan hasil survey Lawson, terhadap pasangan yang salah satu dari pasangan telah melakukan perselingkuhan menyebutkan bahwa pasangan yang terlibat perselingkuhan menjelaskan alasan mengapa mereka berselingkuh kepada pasangan yang lain. Beberapa dari pasangan memutuskan untuk mengikuti terapi pasangan dalam upaya untuk menemukan akar masalah dan memperbaiki perkawinan mereka. Beberapa pasangan yang lain berusaha untuk menggali dan membuat rincian mengenai permasalahan dalam rangka
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
7
mengenali acaman dan dampak akibat perselingkuhan. Beberapa pasangan pada akhirnya memutuskan untuk memaafkan pasangan mereka. Gilbert et al. (dalam Pearlman, 2010) menyebutkan bahwa penelitian mengenai peran penting memaafkan dalam perkawinan telah menjadi pembahasan psikologis, terlebih memaafkan berfungsi sebagai stabilitas keutuhan rumah tangga. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa memaafkan
dapat
menjadi
faktor
penting
dalam
membantu
untuk
menyembuhkan dan memulihkan hubungan yang bermasalah. Memaafkan dalam perkawinan telah terbukti bermanfaat ketika pasangan suami istri dihadapkan pada pelanggaran sehari-hari, dan memaafkan juga sangat penting ketika pasangan suami istri dihadapkan dengan pengkhianatan besar, seperti perselingkuhan. Berdasarkan penelitian dan observasi klinis yang telah dilakukan memaafkan merupakan terapi yang tepat dalam pemulihan hubungan perkawinan pada pasangan setelah terjadi perselingkuhan (Spring, 2006). Memaafkan juga bermanfaat untuk diri sendiri, hubungan interpersonal (Suwartono & Viktoria, 2010) dan mengurangi konflik yang telah terjadi (Suwartono & Viktoria, 2010; McNulty, 2008). Memaafkan pelanggaran yang terjadi dalam suatu perkawinan merupakan salah satu faktor pendukung untuk menciptakan kehidupan perkawinan yang bahagia (Fatima & Ajmal, 2012). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkkan bahwa memaafkan juga berkaitan dengan kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis (Witvliet, 2001). Di lain pihak, perilaku tidak memaafkan berkorelasi positif dengan indikator stres dan psikopatologi (Berry & Worthington, 2001; Witvliet, 2001).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
8
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa memaafkan atau mengakhiri suatu hubungan perkawinan tergantung pada jenis kelamin dan sifat atau jenis dari perselingkuhan (Shackelford et al., 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Fisher et al. (2008) menunjukkan bahwa baik suami atau istri percaya pasangan mereka akan memiliki waktu yang lebih sulit untuk memaafkan perselingkuhan seksual daripada perselingkuhan emosional, tetapi hal tersebut tidak menunjukkan bahwa perselingkuhan seksual akan lebih cenderung mengarah pada pembubaran hubungan atau perceraian. Penelitian yang juga banyak dilakukan adalah mengenai usaha terapis klinis membantu pasangan memunculkan sikap memaafkan terhadap pasangannya yang melakukan perselingkuhan (Bird, Butler, & Fife, 2007; Fife, Weeks, & Gambescia, 2008; Olmstead, Blick, & Mills, 2009; Parker, Berger, & Campbell, 2010). Peneliti merasa tertarik untuk melihat dan mengkaji mengenai memaafkan
dalam
lingkup
yang
lebih
spesifik
yaitu
memaafkan
perselingkuhan yang terjadi dalam perkawinan. Memaafkan merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan, terlebih pelanggaran yang dilakukan merupakan suatu pengkhianatan yang dilakukan oleh pasangan yang dicintai. Di sisi lain, memaafkan merupakan cara bagi pasangan yang memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan. Penelitian mengenai memaafkan perselingkuhan di Indonesia pernah dilakukan oleh Sa’adah et al. (2012). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa proses istri memaafkan suami yang berselingkuh terjadi bertahap dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
9
berulang-ulang. Proses memaafkan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti permintaan maaf suami, dukungan dari keluarga, dan kepedulian anak terhadap permasalahan, membantu seorang istri dalam proses memafkan suami yang melakukan perselingkuhan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat bahwa kebanyakan penelitian yang dilakukan membahas mengenai dinamika istri dalam menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh suami mereka. Pada faktanya, tidak menutup kemungkinan bahwa istri juga dapat melakukan perselingkuhan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk membahas mengenai dinamika suami dalam menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh istri mereka. Peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai bagaimanakah proses suami memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka mempertahankan perkawinan.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian adalah: Bagaimanakah proses suami memaafkan
istri
yang
berselingkuh
dalam
rangka
mempertahankan
perkawinan?
C. Tujuan Peneltian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi proses suami memaafkan perkawinan.
istri
yang
berselingkuh
dalam
rangka
mempertahankan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
10
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu psikologi, khususnya psikologi keluarga dan psikologi well-being, mengenai proses suami memaafkan istri yang pernah selingkuh sebagai upaya mempertahankan perkawinan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi pasangan suami-istri Penelitian ini diharapkan dapat mejadi referensi kepada suami dalam upaya mempertahankan perkawinan dengan cara memaafkan ketika terjadi perselingkuhan yang dilakukan oleh istri. b. Bagi psikolog, konselor dan terapis Penelitian ini diharapkan dapat membantu para psikolog, konselor dan terapis dalam melakukan konseling atau terapi memaafkan pada pasangan suami istri yang sedang menghadapi masalah perselingkuhan dalam rangka mendampingi pasangan mempertahankan perkawinan. c. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa solusi dari perselingkuhan dalam perkawinan tidak selalu harus berakhir dengan perceraian, tetapi ada solusi lain yaitu memaafkan perkawinan.
yang
pada
akhirnya
dapat
tetap
mempertahankan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini peneliti menjabarkan lebih lanjut mengenai landasan teori yang mendasari penelitian “Proses Suami Memaafkan Istri yang Berselingkuh dalam Rangka Mempertahankan Perkawinan”. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian perkawinan, perselingkuhan, memaafkan, dan proses memaafkan dalam perkawinan yang salah satu pasangan pernah melakukan perselingkuhan.
A. Perkawinan 1. Definisi Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Walgito, 2000). Menurut Fatima dan Ajmal (2012) perkawinan merupakan lembaga sosial di mana seorang pria dan seorang wanita membangun keputusan mereka untuk hidup sebagai pasangan suami istri dengan komitmen hukum dan upacara keagamaan. Perkawinan merupakan kontrak yang sah antara dua orang yang memungkinkan mereka untuk bereproduksi atau melakukan hubungan intim yang sah dalam hukum dan agama. Seseorang
11
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
12
memutuskan untuk menikah karena berbagai alasan, misalnya hukum, sosial, emosional, ekonomi, agama atau untuk meneruskan garis keturunan dan memiliki anak. Sigelman
(dalam
Fatima
&
Ajmal,
2012)
mendefinisikan
perkawinan sebagai sebuah hubungan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami istri. Dalam hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari suami dan istri yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua. Berikut ini definisi perkawinan menurut beberapa agama, antara lain: Perkawinan dalam Islam ialah suatu akad atau perjanjian mengikat antara seorang laki-laki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak dengan suka rela dan kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman atau sakinah dengan cara-cara yang di ridhoi Allah SWT (http://definisipengertian.com). Dalam
Katolik
perkawinan
didefinisikan
sebagai
persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita, yang terjadi karena persetujuan pribadi, yang tak dapat ditarik kembali, dan harus diarahkan kepada saling mencintai sebagai suami istri, dan pada pembangunan keluarga, dan oleh karenanya menuntut kesetiaan yang sempurna, dan tidak mungkin dibatalkan lagi oleh siapapun, kecuali oleh kematian (http://www.imankatolik.or.id).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
13
Agama Hindu mendefinisikan perkawinan sebagai ikatan sekala niskala atau lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal atau satya Alaki rabi (http://www.babadbali.com). Perkawinan dalam pengertian Buddhisme adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia sesuai dengan Dhamma atau ajaran Sang Budha (http://artikelbuddhist.com). Dari definisi mengenai perkawinan di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa perkawinan merupakan suatu ikatan sah baik secara hukum dan agama, antara pria dan wanita yang dilakukan berdasarkan persetujuan pribadi serta dilandasi rasa saling mencintai sebagai pasangan suami istri dan dituntut adanya tanggung jawab yang melibatkan keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua serta kesetiaan kepada pasangan.
2. Alasan Orang Menikah Ada banyak alasan ketika seseorang memutuskan untuk menikah. Setiap orang mempunyai alasan yang berbeda-beda ketika memutuskan untuk menikah. Bagi orang-orang yang memutuskan untuk menikah, mereka memiliki motivasi yang mendorong mereka untuk memenuhi kebutuhan sosial, dalam hal ini menikah. Secara garis besar Turner dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
14
Helms (1995) menyebutkan beberapa alasan seseorang memutuskan untuk menikah, yaitu: a. Cinta Cinta dan komitmen menjadi salah satu alasan utama seseorang memutuskan untuk menikah. Melalui perkawinan pasangan yang saling mencintai dan memiliki komitmen dapat berbagi satu dengan yang lain dalam hubungan yang lebih intim dan abadi. b. Persahabatan Persahabatan juga merupakan alasan penting seseorang untuk menikah. Melalui perkawinan, pasangan yang saling mencintai memiliki kesempatan untuk menghabiskan hidup bersama dengan dilandasi ikatan emosional, perasaan aman dan nyaman sebagai pasangan suami istri. Perasaan sebagai sahabat pada pasangan yang saling mencintai menyediakan kesempatan untuk saling berbagi dalam menjalani keseharian hidup berkeluarga. c. Konformitas Bagi kebanyakan orang pernikahan merupakan suatu hal yang harus dilakukan atau tahap perkembangan alami yang dilalui dalam membangun hubungan. Setelah melalui tahap berpacaran dan bertunangan, menikah dipandang sebagai tahap akhir dari proses memilih pasangan hidup. Alasan ini biasanya juga didukung oleh adanya dorongan sosial seperti dari keluarga, teman, dan hal-hal pribadi lain yang mendorong pasangan untuk menikah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
15
d. Legitimasi untuk berhubungan seks Status pernikahan memberikan persetujuan sosial kepada pasangan untuk melakukan hubungan seksual, meskipun besar kemungkinan hubungan seksual dapat dilakukan di luar pernikahan. Tetapi hal ini didasari oleh nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat. e. Legitimasi untuk mendapatkan anak Seorang anak lahir dalam hubungan perkawinan memiliki identitas yang sah. Pada beberapa masyarakat sangat merasa bahwa seorang anak yang lahir di luar nikah adalah tidak bermoral. Faktanya, kebanyakan pasangan yang memutuskan untuk menikah karena mereka ingin memiliki keturunan atau anak secara sah di mata hukum dan agama. f. Kesiapan Kebanyakan pasangan melaporkan bahwa mereka memutuskan untuk menikah setelah mereka memang benar-benar merasa siap. Kebanyakan pasangan yang telah siap untuk menikah merasa bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang mereka inginkan sebelum menikah. Hal-hal tersebut biasanya meliputi pendidikan yang sudah selesai, pencapaian karir, dan hal yang bersifat pribadi. g. Mendapatkan manfaat lain Alasan lain yang membuat pasangan memutuskan untuk menikah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Walaupun, alasan ini
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
16
bukan merupakan alasan utama atau yang sering diungkapkan tetapi secara tidak langsung pasangan yang telah menikah akan secara bersama-sama meningkatkan kesejahteraan hidup dalam hal ini ekonomi. Jadi,
peneliti
menyimpulkan
bahwa
alasan
pasangan
yang
memutuskan untuk menikah seperti yang telah dijabarkan di atas, yaitu cinta, rasa persahabatan, dorongan dari berbagai pihak, legitimasi untuk berhubungan seks, keinginan untuk memiliki anak, kesiapan, dan peningkatan kesejahteraan hidup. Selain itu ada juga alasan yang pernah diungkapkan bahwa pasangan yang memutuskan untuk menikah karena mereka tidak mau hidup sendiri. Mereka memutuskan untuk menikah karena ingin menemukan teman hidup dan keluarga serta merasakan kebahagian hidup bersama pasangan (Turner, 1996).
3. Komunikasi dalam Keluarga Komunikasi merupakan hal yang penting dalam hubungan perkawinan dan keluarga. Komunikasi dapat dilihat sebagai suatu simbol, proses timbal balik, atau secara sederhana, merupakan proses menciptakan dan berbagi makna. Komunikasi sebagai simbol yang dimaksud adalah bahwa simbol digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. Komunikasi verbal adalah simbol yang paling sering diggunakan, tetapi komunikasi verbal juga melibatkan perilaku nonverbal, seperti ekspresi wajah, kontak mata, gerak tubuh, posture tubuh, penampilan, dan jarak spasial. Pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
17
suatu keluarga terkadang mungkin menggunakan ciuman, makanan spesial, mainan, benda atau puisi sebagai suatu simbol untuk menunjukkan cinta (Galvin & Brommel, 1982). Galvin dan Brommel (1982) menjelaskan mengenai sistem karakteristik yang ada dalam suatu keluarga, yaitu adanya: a. Saling bergantung: dalam suatu keluarga, setiap anggota memiliki keterikatan satu sama lain. Ketika anggota yang lain sedang mengalami kesulitan atau sedang sakit, anggota keluarga yang lain akan membantu menjaga dan memberikan dukungan serta kekuatan sehingga anggota tersebut dapat menghadapi kesulitan tersebut. b. Aturan: setiap keluarga memiliki aturan dan pola komunikasi dalam berinteraksi dengan anggota keluarga. Aturan dan pola komunikasi yang dimiliki suatu keluarga dapat menunjukkan cara keluarga tersebut dapat memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. c. Penyesuaian:
setiap
keluarga
memiliki
kemampuan
dalam
merestrukturisasi diri mereka kembali untuk mengatasi perkembangan dan perubahan situasi di sekitar mereka. Keluarga memiliki kemampuan penyesuaian untuk menghadapi situasi-situasi yang mereka alami. d. Keterbukaan: setiap anggota keluarga saling membutuhkan satu sama lain. Mereka saling bergatung satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, keterbukaan sangat diperlukan dalam menjalin komunikasi antar
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
18
anggota keluarga. Keterbukaan membantu suatu keluarga dalam memahami siatuasi yang dialami setiap anggota keluarga. Berdasarkan hasil penelitian (Navran, dalam Galvin & Brommel, 1982)
menunjukkan
bahwa
pasangan
suami
istri
yang
sering
berkomunikasi satu dengan yang lain akan menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan yang bahagia. Pasangan yang berbahagia lebih sering melakukan komunikasi, seperti: a. Mereka lebih sering membicarakan hal-hal yang menyenangkan yang terjadi selama hari itu. b. Mereka merasa lebih saling memahami satu sama lain dengan pasangan mereka. c. Mereka mendiskusikan hal-hal yang menarik. d. Mereka selalu berusaha untuk tetap berkomunikasi setiap hari. e. Mereka lebih sering membicarakan satu sama lain mengenai masalah pribadi yang sedang dialami. f. Mereka membuat kata-kata pribadi yang hanya dipahami oleh mereka berdua. g. Mereka sering berdiskusi mengenai berbagai peristiwa, berkaitan dengan diri mereka berdua. h. Mereka lebih sensitif terhadap perasaan yang dialami oleh pasangan mereka dan melakukan penyesuaian diri untuk berbicara dengan pasangan mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
19
i. Mereka secara bebas membicarakan hal-hal yang intim tanpa merasa malu. j. Mereka lebih dapat menyampaikan seberapa baiknya pasangan mereka hari ini. k. Mereka juga lebih banyak melakukan komunikasi nonverbal untuk menunjukkan perasaan cinta terhadap pasangan. Gottman et al. (dalam Galvin & Brommel, 1982) menyimpulkan bahwa perilaku atau komunikasi nonverbal adalah hal yang penting. Mereka menunjukkan ada kemungkinan bahwa pasangan yang sedang mengalami suatu tekanan akan lebih mengekspresikan perasaan mengenai permasalahan
yang
sedang
dihadapi,
hal
yang
dipikirkan,
dan
ketidaksetujuan, dengan perilaku atau komunikasi nonverbal yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal serta pola komunikasi berperan penting dalam menjaga kestabilan suatu keluarga.
4. Permasalahan dalam Perkawinan Kertamuda (2009) menjelaskan bahwa dalam perkawinan dan hidup berkeluarga tidak lepas dari adanya permasalahan. Banyak kasus yang disebabkan
oleh
permasalahan
dalam
perkawinan
yang
dapat
menimbulkan konflik dan keretakan pada pasangan. Permasalahan yang terjadi seringkali mengancam keharmonisan, kelangsungan hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
20
pasangan dan hubungan antaranggota keluarga sehingga terkadang dapat menyebabkan perceraian. Permasalahan tersebut antara lain: a. Pria Idaman Lain (PIL) dan Wanita Idaman Lain (WIL) Istilah PIL dan WIL yang sering diggunakan pada masyarakat umum pada dasarnya menunjuk pada istilah affair, selingkuh, ketidaksetiaan, perzinahan, serong atau seks di luar pernikahan yang dilakukan oleh salah satu atau keduanya dari pasangan suami istri. b. Tinggal dengan mertua Beberapa pasangan suami istri yang telah menikah seringkali memilih untuk tetap tinggal dengan salah satu orangtua mereka. Terdapat banyak alasan yang membuat pasangan suami istri tetap tinggal dengan orangtua ataupun mertua. Masalah yang muncul adalah tidak cukup mudah untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru sebagai tempat tinggal. Permasalahan yang sering timbul adalah mengenai komunikasi, budaya, nilai-nilai, persepsi, serta masalahmasalah yang terkait dengan pola asuh di keluarga tersebut. c. Pertengkaran antaranggota keluarga Adakalanya hubungan antaranggota tidak berjalan dengan mulus, banyak faktor yang menjadi penyebab perselisihan. Faktor tersebut dapat muncul baik dari dalam maupun luar keluarga tersebut. Masalah yang tidak dapat dikendalikan akan memunculkan konflik yang berkepanjangan sehingga sering mengakibatkan pertengkaran antaranggota keluarga.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
21
d. Anak cacat Dalam keluarga yang memiliki anak cacat, baik itu secara fisik maupun mental dapat menimbulkan permasalahan tersendiri terutama bagi orangtua. Permasalahan yang ada akan mempengaruhi keluarga tersebut di dalam lingkungan keluarga itu sendiri dan lingkungan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi keluarga dengan anak yang mengalami dan menderita cacat adalah tidak mudah untuk menerima dan menghadapi lingkungan sosialnya. e. Penyimpangan hubungan seksual pada salah satu pasangan Masalah seksual terkadang juga dapat menjadi pemicu munculnya
konflik
dalam
perkawinan.
Ketidakpuasan
dalam
hubungan seksual dapat menjadi salah satu indikator yang memunculkan permasalahan dalam perkawinan. Ada orang-orang tertentu yang memiliki penyimpangan seksual, seperti contoh homoseksual, pedofilia (penyimpangan seksual dimana seorang dewasa menyukai orang yang usianya jauh terpaut dibawahnya), dan promiscuity (hubungan seksual dengan dua atau lebih pasangan). Penyimpangan seksual yang terjadi dalam perkawinan dapat menimbulkan konflik dan perasaan-perasaan yang dapat mengganggu hubungan suami istri. f. Perbedaan agama Perbedaan agama dapat menjadi konflik pasangan dalam perkawinan.
Konflik
yang
terjadi
dapat
muncul
karena
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
22
ketidakpahaman, ketidaktahuan atau ketidaksesuaian dengan yang dikerjakan oleh pasangannya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dapat menyebabkan perceraian di atas, peneliti berfokus pada permasalahan perselingkuhan. Banyak kasus perceraian akibat perselingkuhan (gangguan pihak ketiga) yang terjadi di Indonesia. Peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai kasus perceraian akibat perselingkuhan yang banyak terjadi di Indonesia. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil pencatatan oleh Badilag telah terjadi peningkatan perceraian sepanjang tahun 2005 hingga 2010 sebesar 70%. Perselingkuhan merupakan salah satu alasan yang menjadi penyebab utama pasangan suami istri bercerai. Pada tahun 2010 sendiri menunjukkan bahwa perselingkuhan menempati posisi keempat sebagai alasan pasangan bercerai. Tercatat sebanyak 20.199 perkara perceraian yang diputuskan akibat perselingkuhan. Pada tahun 2011 kasus perceraian akibat perselingkuhan yang dicatat Badilag juga mengalami peningkatan sebesar 20.563 perkara. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk menggali lebih lanjut mengenai perselingkuhan yang terjadi dalam perkawinan karena perselingkuhan berpotensi untuk mengakhiri suatu hubungan perkawinan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
23
B. Perselingkuhan 1. Definisi Perselingkuhan Perselingkuhan pada umumnya dipahami sebagai pelanggaran terhadap perjanjian perkawinan, suatu pengkhianatan kepercayaan seseorang, dan merupakan ancaman terhadap ikatan perkawinan (Mao & Raguram, 2009). Stephen (2005) menyebutkan bahwa perselingkuhan bertentangan dengan aturan umum dasar perkawinan. Perselingkuhan melibatkan pengkhianatan terhadap pasangan dan sumpah atau janji perkawinan. Secara umum, perselingkuhan dianggap sebagai tanda bahwa ada sesuatu yang salah dalam hubungan perkawinan. Perselingkuhan menunjukkan bahwa tidak ada kasih dan kebahagiaan dalam hubungan perkawinan (Kristee, 2011). Then (2008, terj.) dalam buku yang berjudul Kisah-kisah Perempuan yang Bertahan dalam Perkawinan menjelaskan perselingkuhan sebagai suatu bentuk pelanggaran terhadap eksklusifitas hubungan seks antara seorang
laki-laki
dan
seorang
perempuan
yang
telah
menikah.
Perselingkuhan terjadi ketika seorang yang telah menikah melakukan hubungan seks dengan seseorang yang bukan pasangannya. Hackathorn et al. (2011) dalam artikel Practicing What You Preach: Infidelity Attitudes as a Predictor of Fidelity menjelaskan bahwa perselingkuhan secara umum dikenal sebagai setiap tindakan seksual yang dilakukan di luar hubungan komitmen pasangan, yang juga merupakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
24
pelanggaran perjanjian yang telah dibuat. Namun, definisi tersebut tidak selalu tepat untuk digunakan, karena ada banyak cara di mana seseorang mungkin melakukan perselingkuhan tanpa melibatkan tindakan seksual. Seseorang dapat melakukan perselingkuhan dengan melibatkan interaksi seksual dan atau dengan membentuk hubungan emosional yang dalam dan bermakna dengan pasangan selingkuh. Definisi mengenai perselingkuhan terkadang masih cukup ambigu, dengan melihat perilaku yang dilakukan dalam perselingkuhan. Weis dan Felton (dalam Hackathorn et al., 2011) mengemukakan bahwa, meskipun ada anggapan umum bahwa aktivitas seksual yang dilakukan dengan pasangan di luar pernikahan adalah perselingkuhan, ada ketidaksetujuan tentang apakah perilaku ambigu (misalnya pergi ke bioskop dengan orang lain yang bukan pasangan) juga dapat dianggap sebagai perselingkuhan. Feldman dan Cauffman (dalam Hackathorn et al., 2011) mengemukakan bahwa perilaku perselingkuhan yang ambigu seperti minum kopi dan pergi ke bioskop dengan orang lain yang bukan pasangan merupakan perilaku yang dapat diterima dan dipertimbangkan. Di sisi lain, perilaku seperti menggoda dan berfantasi tentang orang lain yang bukan pasangan merupakan perilaku yang kurang dapat diterima. Hackathorn (dalam Hackathorn et al., 2011) menunjukkan bahwa perilaku online, seperti chatting, dapat dianggap sebagai perselingkuhan dengan konsekuensi yang cukup kuat dapat merusak hubungan perkawinan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
25
Dari definisi di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa perselingkuhan dapat diartikan sebagai bentuk pelanggaran terhadap janji dan komitmen perkawinan yang dilakukan oleh salah satu atau kedua orang dari pasangan tersebut, dimana pelanggaran yang dilakukan melibatkan perilaku seksual dan atau perasaan emosional yang mendalam dengan orang lain.
2. Penyebab Perselingkuhan Shackelford et al. (2008) dalam penelitian yang mereka lakukan menunjukkan
bahwa
perselingkuhan
terjadi
dikarenakan
faktor
kepribadian dan kepuasan perkawinan. Dalam penelitian mereka menunjukkan bahwa orang dengan pasangan yang tidak menyenangkan dan tidak bisa diandalkan akan cenderung merasa kurang puas dengan pernikahan mereka. Hal tersebut yang pada akhirnya menjadi faktor yang berpotensi seseorang melakukan perselingkuhan. Ginanjar (2009) menyimpulkan sejumlah alasan perselingkuhan dari berbagai sumber (contoh, Blow, 2008; Eaves & Robertson-Smith, 2007; Subotnik & Harris, 2005; Weiner-Davis, 1992) yaitu: 1. Perselingkuhan terjadi karena ada kesempatan untuk melakukan perselingkuhan, seperti kemudahan bertemu dengan lawan jenis di tempat kerja, ada sarana hotel dan apartemen yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan rahasia, dan tersedianya sarana komunikasi modern saat ini.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
2. Ketidakharmonisan rumah tangga yaitu ditunjukkan dengan tidak tercapainya harapan-harapan perkawinan yang justru harapan-harapan tersebut diperoleh dari pasangan selingkuh. 3. Kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dalam perkawinan. 4. Kebutuhan yang besar akan perhatian yang tidak dapat diperoleh dari pasangan perkawinan, kebutuhan akan perhatian justru dapat diperoleh dari pasangan selingkuh. 5. Hubungan jarak jauh dengan pasangan, misal pasangan memiliki pekerjaan yang mengharuskan selalu keluar kota. Hal ini yang juga akan memunculkan perasaan kesepian pada pasangan yang ditinggal pergi untuk pekerjaan. Layton (dalam Zaka al Farisi, 2008), seorang ahli psikologi meneliti mengenai alasan seseorang melakukan perselingkuhan. Dalam penelitian Layton terhadap pasangan yang melakukan perselingkuhan disebutkan beberapa alasan yang selalu diungkapkan seseorang ketika mereka terlibat perselingkuhan. Alasan-alasan tersebut, yaitu: 1. merasakan ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan 2. adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut 3. problem pribadi di masa lalu 4. kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual 5. sulit untuk menolak “godaan” 6. marah terhadap pasangan 7. tidak lagi bisa mencintai pasangan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
8. kecanduan alkohol atau pun obat-obatan 9. seringnya hidup berpisah lokasi 10. ingin membuat pasangan menjadi cemburu Dari penyebab perselingkuhan yang telah dijabarkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat 2 (dua) faktor yang menyebabkan seseorang berselingkuh, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa kepribadian dan kondisi dalam hubungan perkawinan, sedangkan faktor eksternal dapat berupa kesempatan untuk bertemu dengan pasangan selingkuh.
3. Jenis-jenis Perselingkuhan Perselingkuhan pada umumnya dipahami sebagai suatu pelanggaran terhadap perjanjian perkawinan, suatu pengkhianatan kepercayaan seseorang, dan merupakan ancaman terhadap ikatan perkawinan. Penelitian mengenai perselingkuhan telah menjawab terdapat 3 (tiga) jenis pengkhianatan yang terjadi, yatu: perselingkuhan seksual, emosional, dan perselingkuhan secara online yang merupakan penelitian terbaru. a. Perselingkuhan seksual Perselingkuhan seksual, dapat didefinisikan sebagai hubungan seks yang dilakukan bukan dengan pasangan dalam perkawinan. Pada konteks hubungan monogami, perselingkuhan seksual dianggap menjadi salah satu ancaman yang paling signifikan terhadap stabilitas hubungan orang dewasa, termasuk perkawinan (Mark, Janssen, &
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
Milhausen, 2009). Perselingkuhan seksual cenderung dilakukan oleh pria (Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001). Alasan yang dikemukanan pria ketika melakukan perselingkuhan, yaitu ketidakpuasan hubungan seksual dengan istri dan keinginan untuk mencari variasi kehidupan seksual (Cann & Baucom, 2004). b. Perselingkuhan emosional Brase et al. (dalam Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001) menjelaskan bahwa perselingkuhan emosional terjadi ketika seseorang yang berada dalam hubungan berkomitmen (perkawinan) menjadi terlibat secara emosional (misalnya, perasaan cinta romantis) dengan orang lain selain pasangan mereka. Perselingkuhan emosional cenderung dilakukan oleh perempuan (Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001). Alasan yang sering diungkapkan oleh istri ketika berselingkuh yaitu karena merasa kurang adanya perhatian dari suami mereka (Kristee, 2011). c. Perselingkuhan secara online Penelitian yang dilakukan oleh Mao dan Raguram (2009) menjelaskan
bahwa
dengan
perkembangan
internet
saat
ini,
perselingkuhan yang merupakan hubungan romantis, seksual, dan perasaan emosional dengan orang lain selain pasangan, dapat dilakukan melalui kontak online dan percakapan elektronik yang terjadi melalui email dan chat room. Perselingkuhan melalui media elektornik ditekankan pada proses ketika individu sudah terlibat dalam hubungan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
29
interaktif dengan anggota lawan jenis melalui media tersebut. Hubungan melalui dunia maya dapat menjadi suatu hubungan yang berkelanjutan khususnya bagi seseorang yang bekerja menggunakan media online atau chat room. Terdapat
perdebatan
tentang
apakah
chatting
merupakan
perselingkuhan. Perdebatan yang muncul adalah melihat sifat dari media chatting yang bersifat pribadi dan rahasia. Mileham (dalam Mao & Raguram, 2009) telah mendefinisikan bahwa sebagian besar perselingkuhan terjadi berdasarkan tiga faktor: Pertama, lembaga perkawinan yang melibatkan keberadaan ikatan emosional dan seksual, ketika terjadi hubungan yang melibatkan perilaku seksual dengan orang lain selain pasangan tersebut dianggap sebagai perselingkuhan. Kedua, perselingkuhan biasanya terjadi secara rahasia, dan disembunyikan dari pasangannya. Ketiga, sifat dari penghubung chat room yang pribadi dapat menyebabkan terjadi perselingkuhan. Kebanyakan pasangan merasa dikhianati, marah, dan sakit hati dengan perselingkuhan online karena mereka mengganggap bahwa aktivitas online yang dilakukan secara pribadi dan sembunyi-sembunyi menandakan telah terjadi perselingkuhan. Mileham juga menetapkan bahwa dalam kasus ketika kegiatan chat room dilakukan tidak tersembunyi dari pasangan, maka hal tersebut bukan merupakan perselingkuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
30
4. Dampak Perselingkuhan Perselingkuhan kebanyakan pada akhirnya berujung pada perceraian pasangan suami istri. Selain itu, Spring (2006) dalam bukunya After the Affair menjelaskan bahwa perselingkuhan yang terjadi akan membawa dampak psikologis bagi pasangan yang telah dikhianati. Dampak psikologis tersebut, adalah: a. Kehilangan identitas diri Seseorang yang mengetahui pasangannya telah berselingkuh dapat mengalami perubahan konsep terhadap diri sendiri. Seseorang akan mengganggap dirinya sebagai orang yang telah hancur dan dilecehkan. Seseorang yang pada awalnya mengganggap bahwa dirinya adalah orang yang punya kemampuan, baik, bersahabat, mandiri, humoris,
dan
menarik,
ketika
mengetahui
pasangannya
telah
berselingkuh dapat seketika berubah pandangan terhadap diri sendiri. Seseorang yang mengetahui pasangannya telah berselingkuh akan memiliki gambaran negatif terhadap diri sendiri. Seseorang akan menggaggap dirinya sebagai seseorang yang pencemburu, pemarah, pendedam, tidak dapat mengendalikan diri, terlecehkan, penakut, kesepian, terhina, buruk, curiga, dan telah dipermalukan secara sosial. Seseorang yang telah dibutakan oleh pengkhianatan pasangannya akan kehilangan diri yang dikenalnya, dia menjadi meragukan kebaikan yang dilakukkannya, serta kehilangan kemampuan untuk memahami lingkungan sekitarnya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
31
b. Kehilangan rasa keistimewaan dalam diri Pada awalnya seseorang merasa bahwa dia adalah orang yang paling berarti bagi pasangannya. Tetapi, ketika seseorang mengetahui bahwa
pasangannya
telah
mengkhianatinya
dengan
melakukan
perselingkuhan, maka munculah perasaan tidak berguna dalam diri orang tersebut. Seseorang akan merasa bahwa dirinya tidak ada artinya lagi. Salah satu klien dari Spring (2006) mengungkapkan bahwa ketika dia mengetahui bahwa suaminya telah berselingkuh dengan sekretaris, dia merasa telah kehilangan orang yang selama ini dicintai dan dipercayai. Klien dari Spring (2006) merasa bahwa dia tidak berguna lagi, kehilangan semangat dalam menjalani hidup dan seperti “sampah”. c. Hilangnya harga diri karena telah mengorbankan nilai-nilai yang dipercayai Seseorang
yang
mengetahui
bahwa
pasangannya
telah
berselingkuh akan muncul perasaan tak berdaya dalam diri. Ada beberapa orang yang berusaha untuk tetap mempertahankan pasangan dengan merebut kembali pasangan dari teman berselingkuh. Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk merebut kembali pasangan mereka hingga mengorbankan nilai-nilai yang mereka percayai. Spring (2006) menjelaskan lebih lanjut bahwa kebanyakan klien yang datang kepadanya merasa putus asa setelah mengetahui pasangan mereka telah berselingkuh. Kebanyakan klien merasa bahwa suami mereka yang berselingkuh telah melanggar nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
32
perkawinan yang mereka jalani. Salah seorang klien mengatakan bahwa dia mengalami depresi yang berat ketika mengetahui suaminya berselingkuh. Klien tersebut kehilangan napsu makan dan mengalami penurunan berat badan sampai 10 (sepuluh) kilogram. d. Hilangnya harga diri karena gagal menyadari kekeliruan yang telah terjadi Pada saat kasus perselingkuhan belum terungkap jelas dalam perkawinan, tetapi seseorang mengetahui bahwa pasangannya telah berselingkuh mengganggap harga dirinya akan hancur, sehingga terkadang mereka berusaha untuk menyembunyikan kecurigaan mereka dan menyimpan di dalam hati. Salah
seorang
klien
dari
Spring
(2006)
bernama
Tom
mengungkapkan bahwa sebelum dia pada akhirnya bercerai dengan istrinya, suatu waktu dia pernah memergoki istrinya berpelukan dengan atasan. Tom berusaha untuk tidak mempercayai pengelihatannya dan membuang pikiran negatif mengenai ada kemungkinan istrinya berselingkuh dengan atasan. Tom kemudian mencoba menanyakan hal tersebut kepada istrinya, tetapi istrinya menjawabnya dengan nada mengejek. Perilaku yang ditunjukkan istri Tom, membuat dia menjadi percaya bahwa memang benar istrinya telah berselingkuh. Pada saat suatu perselingkuhan terungkap, seseorang berharap untuk tidak menjadi terlalu waspada terhadap pasangannya. Kecurigaan yang dimiliki seseorang terhadap pasangannya terkadang terlalu mendalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
33
dan tajam. Apa pun yang dikatakan dan dilakukan oleh pasangan menjadi sulit dibedakan antara yang merupakan kebenaran atau hanya karangan saja. Seseorang menjadi tidak mempercayai pasangan dan juga tidak mempercayai kebenaran kecurigaannya selama ini. e. Kehilangan kontrol atas pikiran dan perasaan Setelah perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan terungkap, seberapa pun besar usaha seseorang untuk mengurai apa yang telah terjadi, baik pikiran mau pun perilaku yang ditunjukkan menjadi di luar kontrol diri seseorang. Seseorang akan menjadi lebih obsesif terhadap kebohongan pasangannya, detail perselingkuhan, dan peristiwa yang menyebabkan perselingkuhan. Seseorang menjadi lebih bekerja keras untuk menekan kecemasan yang muncul akibat perselingkuhan. f. Kehilangan perasaan aman dan keadilan Seseorang
mungkin
mengganggap
bahwa
dirinya
dapat
memahami bagaimana dunia bekerja, dan merasa dapat mengendalikan kehidupan yang dijalani. Namun, ketika seseorang mengetahui pasangannya telah berselingkuh, dia menjadi memiliki kayakinan dan mengganggap bahwa dunia akan berakhir. Asumsi yang dimiliki seseorang terhadap perkawinannya akan langgeng menjadi hancur. Seseorang menjadi merasa tidak nyaman lagi dengan perkawinan yang dijalani dan mengganggap bahwa kehidupan ini tidak adil baginya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
34
g. Kehilangan kepercayaan akan Tuhan Setelah perselingkuhan yang telah dilakukan oleh pasangan seseorang terkuak, seseorang berusaha untuk mencoba memahami penderitaan yang dialami. Beberapa orang yang menjadi korban perselingkuhan oleh pasangannya merasa seperti telah dihukum dan ditinggalkan oleh Tuhan. Seseorang menjadi memiliki anggapan bahwa Tuhan itu kejam. Seseorang menjadi meragukan kepercayaannya akan Tuhan. h. Kehilangan keterikatan dengan orang lain atau orang disekitar Setelah perselingkuhan yang dilakukkan oleh pasangan seseorang terkuak di muka umum, seseorang akan menjadi malu dan merasa rendah diri. Seseorang merasa bahwa orang-orang disekitarnya akan menjadi membicarakan dan menghindarinya karena aib yang dialami. Pada saat seseorang ingin mengungkapkan perasaan yang dideritanya, seseorang tidak dapat melakukan karena merasa sendiri. Seseorang menjadi merasa ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya. i. Kehilangan tujuan dan kemauan untuk hidup Seseorang yang menjadi korban perselingkuhan menjadi tidak dapat menggambarkan bagaimana dia harus mencintai dan dicintai lagi. Seseorang menjadi kehilangan kemampuan untuk menilai diri sendiri dan memaknai kehidupan yang dijalani. Seseorang menjadi merasa bahwa hidup lebih menyakitkan daripada tidak hidup. Respon yang sering banyak ditunjukkan adalah keinginan untuk bunuh diri.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
35
Seseorang merasa tidak mempunyai keinginan untuk menjalani hidup lagi karena pengkhianatan yang dilami. Satiadarma
dalam
buku
Menyikapi
Perselingkuhan
(2001)
menjelaskan bahwa dampak negatif sebenarnya juga dirasakan oleh pasangan yang melakukan perselingkuhan berupa tekanan dari kesadaran moral yang membuatnya sangat bersalah, dan berdampak pada fisik serta tekanan psikologis. Dampak psikologis yang dirasakan oleh pasangan yang melakukan perselingkuhan biasanya berupa perasaan malu dan tersisih, sehingga seringkali muncul upaya untuk melarikan diri dan rasionalisasi terhadap kesalahan yang dilakukan. Dampak perselingkuhan dalam perkawinan juga akan dirasakan oleh anak dalam keluarga. Anak akan mengalami konflik dalam diri melihat kedua orangtua yang mengalami perselingkuhan. Anak menjadi merasa terbebani dan memiliki perasaan yang tidak menentu. Di sisi lain, anak membutuhkan kedua orangtua mereka sebagai figur panutan, tetapi ketika mereka mengetahui permasalahan perselingkuhan pada orangtua mereka menjadi meragukan apakah kedua orangtua mereka dapat dijadikan figur panutan. Jadi, selain memiliki potensi untuk mengakhiri suatu hubungan perkawinan, perselingkuhan juga membawa dampak negatif pada psikologis pasangan yang disakiti, terhadap pelaku perselingkuhan yang berupa perasaan bersalah, dan juga dampak negatif pada anak-anak pasangan yang mengalami perselingkuhan berupa pikiran yang terbebani serta perasaan yang tidak menentu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
36
C. Memaafkan 1. Definsi Memaafkan Memaafkan merupakan suatu konsep yang sebelumnya selalu dikaitkan dengan agama dan praktek keimanan seseorang. Seiring berjalannya waktu konsep mengenai memaafkan kemudian diterima dalam studi empiris di luar literatur agama, dalam hal ini literatur psikologi (Idemudia & Mahri, 2011). Dalam literatur psikologis, memaafkan bukanlah kondisi yang mengarah pada melupakan peristiwa yang telah terjadi pada seseorang. Sebaliknya, memaafkan adalah suatu bentuk tanggapan terhadap ketidaksesuaian yang menyebabkan berkurangnya perasaan dendam dan marah terhadap pelaku dan peristiwa, serta memunculkan perasaan, pemikiran dan perilaku yang lebih positif (Worthington, 2001). Yamhure Thompson et al. (dalam Lopez & Synder, 2003) mendefinisikan memaafkan sebagai proses reframing atau pemaknaan kembali suatu pelanggaran yang dapat bersumber dari diri sendiri, orang lain atau, situasi diluar kendali yang dirasakan seseorang, sehingga respon yang diberikan terhadap pelanggar, pelanggaran, dan dampak dari pelanggaran tersebut berubah dari negatif menjadi netral atau positif. Mereka
juga
menjelaskan
bahwa
memaafkan
merupakan
proses
intrapersonal. Enright et al. (dalam Lopez & Synder, 2003) mendefinisikan memaafkan sebagai suatu kesediaan untuk membuang kemarahan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
37
judgment yang negatif, dan perilaku menarik diri terhadap seseorang yang telah melukai perasaan, ketika seseorang tidak seharusnya memberikan rasa kasihan, kemurahan hati, dan juga cinta terhadap orang yang telah menyakiti. Mereka juga merumuskan bahwa memaafkan merupakan perbuatan baik terhadap pelaku sebagai kebutuhan bagian dalam memaafkan. Younger et al. (dalam Sharon, 2009) menyebutkan bahwa memaafkan sebagai proses relasional yaitu melepaskan dampak negatif dengan tujuan untuk tetap mempertahankan hubungan. Tsarenko dan Toijib (dalam Kymenlaakso, 2012) mendefinisikan memaafkan sebagai proses berkembangnya emosional dan kognitif seseorang yang membutuhkan usaha pada setiap tahap. Setelah emosi negatif sudah dilepas dan kemauan untuk menghukum atau membalas dendam kepada pelaku telah diselesaikan, maka proses memaafkan dari mengubah ke dalam bentuk tindakan dikatakan bahwa memaafkan telah diberikan kepada pelaku. Dari definisi mengenai memaafkan di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa memaafkan merupakan proses pengolahan emosional dan kognitif seseorang setelah orang tersebut mengalami suatu pelanggaran (dalam hal ini perselingkuhan), sehingga emosi negatif yang muncul dapat diubah dalam bentuk perilaku yang positif, kebencian dan keinginan untuk membalas dendam terhadap pelaku hilang, serta adanya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
38
keinginan untuk tetap mempertahankan hubungan dengan orang yang telah melukai.
2. Proses Memaafkan Gani (2011) dalam buku yang berjudul Forgiveness Therapy menyebutkan bahwa beberapa ahli yang meneliti mengenai memaafkan juga telah menuliskan tahapan untuk memaafkan. Jika diamati lebih lanjut, setiap proses yang dilakukan pada dasarnya sama, tetapi para ahli memutuskan untuk memisahkannya menjadi satu proses yang juga menjadi bagian proses yang lain. Fred Luskin (dalam Gani, 2011) menjelaskan terdapat 4 (empat) tahap dalam memaafkan, yaitu: Tahap 1: Seseorang menyadari emosi kemarahan yang ada dalam diri Tahap 2: Seseorang menyadari perasaan negatif yang dimiliki dapat berbahaya bagi diri Tahap 3: Seseorang kemudian memilih untuk bertindak lebih bermanfaat Tahap 4: Seseorang memutuskan untuk mengambil tindakan proaktif Enright (dalam Gani, 2011) juga menjelaskan bahwa untuk dapat memaafkan, seseorang akan melalui 4 (empat) tahapan, yaitu: Tahap 1: Seseorang dapat mengungkap apa yang menjadi sumber kemarahan,
bagaimana
menghindari
dan
menghadapi
kemarahan,
kesadaran bahwa kemarahan berpengaruh pada kesehatan, bagaimana kemudian seseorang membandingkan situasi yang dialami sendiri dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
39
yang dialami pelaku, serta melihat apakah luka yang ditimbulkan mempengaruhi perubahan kehidupan dan cara pandang terhadap dunia. Tahap 2: Seseorang berkeinginan untuk melakukan proses memaafkan, kemudian memutuskan memilih untuk memaafkan. Tahap 3: Seseorang melakukan pemaafan dengan mencoba memahami, melakukan hal yang baik, menerima rasa sakit dengan hati yang tulus, dan memberikan hadiah kepada pelaku berupa pemaafan tersebut. Tahap 4: Seseorang melakukan pendalaman dengan menemukan makna penderitaan, menemukan kebutuhan untuk memaafkan, menemukan bahwa seseorang yang merupakan korban tidak sendirian, menemukan tujuan hidup, dan menemukan kebebebasan memaafkan. Smedes juga menyebutkan dalam buku Forgive and Foget (1996) bahwa perilaku memaafkan berasal dari diri sendiri. Perilaku memaafkan merupakan tindakan yang sangat sederhana, tetapi juga akan melibatkan pergolakan emosi yang sangat dalam. Hal ini merupakan cara yang tersulit dalam semua hubungan personal. Menurut Smedes (1996) untuk dapat memaafkan orang harus dapat jujur satu dengan yang lainnya. Seseorang harus dapat menurunkan ego masing-masing, berbicara satu dengan yang lain dengan tenang dan dapat melihat permasalahan dengan bijak. Lewis menambahkan terdapat 4 (empat) tahapan memaafkan, yaitu: Tahap 1: Tahap terluka. Seseorang merasa telah terluka sangat dalam akibat perilaku orang lain. Seseorang merasa bahwa dia tidak akan dapat
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
40
melupakan perilaku orang tersebut. Pada situasi seperti ini seseorang berada pada masa krisis untuk memaafkan. Tahap 2: Tahap membenci. Seseorang tidak dapat menghilangkan ingatan mengenai seberapa dalam dia sangat terluka. Seseorang yang telah terluka berharap orang yang melukainya tidak dapat hidup dengan baik. Seseorang yang telah terluka terkadang berharap orang yang telah melukainya juga merasakaan penderitaan yang sama. Tahap 3: Tahap penyembuhan. Seseorang dapat melihat permasalahan yang diahadapi dengan bijak. Seseorang dapat melihat permasalahan dengan cara dan sudut pandang yang baru. Seseorang dapat melihat seseorang yang telah melukainya dengan sudut pandang yang lebih positif. Ingatan seseorang mengenai rasa sakit yang dideritanya akan hilang dan akan terbebas. Pada tahap ini seseorang memutuskan untuk memaafkan pelanggaran yang terjadi. Tahap 4: Tahap kembali bersama. Seseorang yang telah melalui tahap penyembuhan, dia sudah terlepas dari rasa sakit hati dan tidak ada dendam lagi kepada orang yang telah menyakitinya. Seseorang dapat mengundang kembali orang yang telah menyakitinya untuk bersama-sama lagi membangun hubungan dan rasa cinta yang baru. Jadi, memaafkan tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi memaafkan memiliki proses yang cukup panjang dan bertahap. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tahapan memaafkan menurut Smedes. Menurut peneliti tahapan memaafkan yang telah dijabarkan Smedes
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
41
menggambarkan proses terluka ketika salah satu pasangan dalam perkawinan mengetahui adanya perselingkuhan hingga keinginannya untuk memaafkan dan kembali menjalani hidup bersama dengan pasangannya.
3. Manfaat Memaafkan Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa memaafkan berkaitan dengan kesehatan fisik dan kesejahteraan psikologis (Mauger et al., 1992; Witvliet, 2001). Para peneliti membuktikan bahwa terdapat hubungan antara memaafkan dengan kesehatan fisik. World Health Organization
(WHO)
mendefinisikan
kesehatan
sebagai
keadaan
kesejahteraan antara aspek fisik, mental, dan sosial individu. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa tidak adanya penyakit dalam diri orang yang bersangkutan (Witvliet, 2001). Anderson (dalam Witvliet, 2001) mendefinisikan kesehatan sebagai kemampuan untuk mengatasi stres dan tidak adanya penyakit serta kematian dini. Kesehatan bergantung pada keberhasilan atau kegagalan dari tubuh untuk merespon dengan cara yang adaptif dalam menghadapi tantangan dari lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa benci atau permusuhan merupakan faktor utama yang memberikan efek pada fisik seseorang terhadap kesehatan yang berkaitan dengan memaafkan. Bukti empiris menunjukkan permusuhan sebagai faktor risiko penyakit
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
jantung koroner. Oleh karena itu, memaafkan
42
secara tidak langsung
berhubungan dengan penyakit jantung koroner. Jadi, dapat disimpulkan bahwa memaafkan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Memaafkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi seseorang yang melakukannya serta dapat membantu seseorang untuk lebih sehat secara fisik dan psikologis yang terkait dengan kesejahteraan hidup.
D. Budaya Patriarki Budaya patriarki adalah budaya dimana kaum pria memiliki pengaruh yang besar dan lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan wanita. Setelah sorang pria menikah, dia akan menjadi suami yang bertanggung jawab penuh sebagai seorang pemimpin dalam keluarga. Dalam budaya patriarki seorang suami yang berhak mengambil keputusan ketika ada masalah dan juga yang menentukan iya atau tidaknya sesuatu yang dilakukan oleh keluarganya itu, boleh dilakukan atau tidak. Dalam budaya Indonesia sendiri, kaum pria (dalam hal ini suami) dianggap sebagai pemimpin dan penanggung jawab dalam rumah tangga. Suami dituntut untuk dapat bertanggung jawab penuh dan mengayomi keluarganya sehingga jauh dari penderitaan. Seorang suami juga dituntut harus mapan, dapat diandalkan dan juga mampu menjadi tulang punggung keluarganya ketika membutuhkan sesuatu (http://www.scribd.com). Young dalam artikel A Dawsonian View of Patriarchy (2007) menjelaskan bahwa dalam kehidupan perkawinan, seorang suami sebagai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
43
pemimpin dituntut dapat melindungi istri dan anak-anaknya. Pada saat muncul permasalahan dalam perkawinan, seorang suami sebagai kepala rumah tangga diharapkan dapat dengan bijak menyelesaikan permasalahan yang ada. Mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam melihat bahwa kedudukan seorang suami sebagai pemimpin dan pengambil keputusan juga terlihat dalam penentuan perceraian. Maksudnya, bahwa seorang suami mempunyai kekuasaan dan pemegang keputusan dalam masalah pengajuan perceraian. Hal ini terlihat jelas dalam agama Islam yang menggunakan istilah talak dalam pengajuan perceraian. Talak merupakan bahasa Arab yang bermakna melepas, mengurai, atau meninggalkan. Melepas dalam hal ini adalah melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri atau dikenal dengan perceraian. Dalam Islam hak menjatuhkan talak (menceraikan istri) merupakan hak suami, sedangkan istri tidak diberikan hak talak untuk menceraikan suami (http://asysyariah.com). Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, menempatkan suami sebagai penentu keputusan dalam hal ini pemutusan perceraian yang merupakan hak suami.
E. Proses Suami Memaafkan Istri Yang Pernah Selingkuh Memutuskan untuk menikah berarti memutuskan untuk memasuki kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupan ketika masih melajang. Dalam kehidupan perkawinan pasangan suami istri akan menemukan banyak peramasalahan, seperti adaptasi, komunikasi, dan relasi baik dengan pasangan maupun orang-orang disekitar seperti keluarga besar dan tetangga (Kertamuda,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
44
2009). Konflik dan permasalahan komunikasi dalam perkawinan telah dibahas cukup lama dalam penelitian psikologi. Perselingkuhan merupakan salah satu konflik dan permasalahan yang menjadi fenomena umum dalam suatu perkawinan (Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perselingkuhan terjadi karena berbagai faktor seperti ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan, ketidakharmonisan rumah tangga, adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut, problem pribadi di masa lalu, kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual, sulit untuk menolak “godaan”, marah terhadap pasangan, tidak lagi bisa mencintai pasangan, kecanduan alkohol atau pun obat-obatan, seringnya hidup berpisah lokasi, ingin membuat pasangan
menjadi
cemburu
dan
ada
kesempatan
untuk
melakukan
perselingkuhan (Shackelford et al., 2008; Ginanjar, 2009; Layton, dalam Zaka al Farisi, 2008). Pada umumnya, masyarakat memandang bahwa pria (dalam hal ini suami) merupakan orang yang melakukan perselingkuhan. Tetapi pada faktanya, wanita (dalam hal ini istri) juga mempunyai potensi untuk melakukan perselingkuhan (McDougall, tanpa tahun; Mao & Raguram, 2009). Berdasarkan penelitian, kebanyakan perselingkuhan yang dilakukan oleh istri lebih bersifat emosional. Dalam perselingkuhan yang dilakukan oleh istri lebih karena kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang tidak didapatkan dari suami mereka (Kristee, 2011).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
45
Dalam budaya patriarki yang ada di Indonesia, menempatkan pria (dalam hal ini suami) sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Seorang suami memegang kuasa untuk mengambil suatu keputusan dalam keluarga. Suami juga memiliki tanggung jawab besar dalam mengayomi keluarga agar terhindar dari bahaya dan permasalahan yang dapat mengancam keutuhan rumah tangga. Pada masyarakat dengan budaya patriarki, menempatkan wanita (dalam hal ini istri) pada posisi kedua. Pada saat seorang istri diketahui telah berselingkuh, masyarakat memandang sebagai hal yang tabu. Perselingkuhan yang dilakukan seorang istri akan membuat suami menjadi berpikir mengenai tanggapan masyarakat sekitar. Suami akan merasa gagal sebagai pemimpin dan penanggung jawab dalam rumah tangga. Perselingkuhan telah terbukti membawa dampak yang merugikan dalam suatu
hubungan,
khususnya
hubungan
perkawinan.
Selain
seringkali
perselingkuhan yang terjadi dalam perkawinan diakhiri dengan perceraian, perselingkuhan juga membawa dampak negatif bagi psikologis pasangan yang tersakiti (Spring, 2009), pelaku perselingkuhan, dan juga anak-anak dalam perkawinan tersebut (Satiadarma, 2001). Hubungan perkawinan yang telah disahkan baik secara hukum maupun agama, seringkali berakhir karena ada perselingkuhan. Bagi kebanyakan pasangan yang telah tersakiti karena perselingkuhan, mereka memilih untuk mengakhiri hubungan perkawinan. Dampak psikologis yang didapatkan oleh korban perselingkuhan berupa rasa sakit hati, harga diri yang direndahkan sehingga membuat perubahan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
46
kehidupan, membuat pasangan yang tersakiti memilih untuk memutuskan hubungan mereka. Namun, cukup banyak pasangan tetap mempertahankan perkawinan mereka ketika salah satu pasangan yang lain melakukan perselingkuhan (Shackelford et al., 2002). Pasangan yang tersakiti lebih memilih untuk berusaha memaafkan pelanggaran (perselingkuhan) dalam perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang lain. Usaha untuk memaafkan yang dilakukan oleh pasangan yang tersakiti memerlukan proses yang tidak mudah. Pasangan yang tersakiti karena perselingkuhan akan memasuki tahap-tahap yang pada akhirnya
membuat
mereka
memaafkan
pasangan
yang
melakukan
perselingkuhan. Menurut Smedes (1991, terj.) dalam proses memaafkan suatu pelanggaran, pertama-tama seseorang harus menyadari terlebih dulu bahwa dia telah terluka oleh suatu pelanggaran. Seseorang menyadari bahwa dia tidak dapat melupakan orang yang telah menyakiti hatinya. Pada tahap kedua, seseorang mulai merasakan perasaan benci terhadap orang yang telah menyakitinya. Seseorang mulai berharap bahwa orang yang telah melukainya akan menderita seperti dirinya. Pada tahap ini, terkadang seseorang akan timbul keinginan untuk membalas dendam terhadap orang yang menyakitinya. Tahap ketiga, yaitu tahap penyembuhan, seseorang mulai melihat lebih bijak pelanggaran yang dialami. Seseorang mulai mengubah pandangan negatif terhadap permasalahan yang dialami. Seseorang pada tahap ini telah memaafkan pelanggaran yang dialami. Pada tahap terakhir, yaitu tahap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
47
keempat seseorang telah dapat membuang pikiran negatif, dan membangun keinginan untuk kembali menjalani kehidupan baru dengan orang yang melakukan pelanggran. Penelitian ini mengambil subjek suami yang pernah mengalami perselingkuhan yang dilakukan oleh istri. Peneliti mengambil subjek suami karena selama ini kebanyakan penelitian lebih berfokus pada dinamika istri yang mengalami perselingkuhan yang dilakukan oleh suami. Oleh karena itu, peneliti ingin menggali dan mengenali proses suami sehingga pada akhirnya berhasil memaafkan istri yang pernah selingkuh. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses suami memaafkan istri yang berselingkuh dalam rangka mempertahankan perkawinan.
F. Kerangka Penelitian Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan di atas, peneliti membuat suatu gambar atau kerangka penelitian yang menunjukkan mengenai proses suami memaafkan istri yang pernah berselingkuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
48
Skema 1. Kerangka Penelitian: Proses Suami Memaafkan Istri yang Pernah Selingkuh untuk Mempertahankan Perkawinan PERKAWINAN
Faktor penyebab perselingkuhan: 1. ketidakpuasan dalam kehidupan perkawinan. 2. Ketidakharmonisan rumah tangga 3. adanya kekosongan emosional dalam kehidupan pasangan tersebut. 4. problem pribadi di masa lalu. 5. kebutuhan untuk mencari variasi dalam kehidupan seksual 6. sulit untuk menolak “godaan” 7. marah terhadap pasangan 8. tidak lagi bisa mencintai pasangan 9. kecanduan alkohol atau pun obat-obatan 10. seringnya hidup berpisah lokasi 11. ingin membuat pasangan menjadi cemburu 12. ada kesempatan untuk melakukan perselingkuhan
AWAL
PERSELINGKUHAN
TAHAP DISAKITI
TENGAH
TAHAP MEMBENCI
TAHAP PENYEMBUHAN AKHIR TAHAP KEMBALI BERSAMA
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
metode
kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh peneliti karena penelitian yang akan dilakukan melibatkan pengumpulan data dalam bentuk laporan verbal berupa transkrip wawancara atau pertanyaan tertulis serta analisis yang dilakukan bersifat tekstual. Interpretasi yang akan dilakukan dibuat dalam suatu laporan naratif terinci mengenai persepsi, pemahaman, atau pemaknaan subjek penelitian tentang fenomena (Smith, 2009). Penelitian kualitatif dilakukan untuk meneliti mengenai latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif. Penelitian yang akan dilakukan mengenai Proses Suami Memaafkan Istri yang Berselingkuh merupakan suatu fenomena pengalaman kehidupan yang lebih dapat digali melalui pendekatan kualitatif. Oleh karena itu, pendekatan kualitatif membantu peneliti dalam mengungkap proses seseorang dalam hal ini memaafkan pasangan yang pernah berselingkuh. Penelitian kualitatif dapat menggali lebih dalam mengenai latar belakang seperti motivasi, peran, nilai, sikap, dan persepsi. Penelitian kualitatif juga membantu untuk mengungkapkan isu-isu yang sensitif dan memerlukan evaluasi lebih mendalam (Moleong, 2007), dalam hal ini memaafkan perselingkuhan yang pernah dilakukan oleh pasangan dalam perkawinan.
49
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
50
Penelitian ini menggunakan metode narasi. Metode narasi dipilih sebagai metode penelitian karena penelitian yang dilakukan melingkupi kehidupan manusia sehari-hari. Kehidupan sehari-hari dalam penelitian ini adalah kehidupan
dalam
perkawinan
dengan
permasalahan
yang
berupa
perselingkuhan. Metode narasi menggambarkan bahwa manusia terlahir melalui
narasi,
menjalani
kehidupan
melalui
narasi,
dan
kemudian
mendeskripsikan diri dalam bentuk narasi (Smith, 2009). Metode narasi memiliki struktur yang tuntas yaitu ada alur keterhubungan yang disampaikan oleh subjek sebagai narator dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, peneliti memilih metode ini untuk melihat cara subjek menggambarkan diri dan menjalani kehidupan dalam menghadapi permasalahan perkawinan dalam hal ini perselingkuhan. Metode narasi memberikan kesempatan kepada subjek penelitian untuk menyampaikan kisah mengenai pengalaman kehidupan dalam hal ini pengalaman suami berproses memberikan maaf terhadap istri yang pernah melakukan perselingkuhan. Metode narasi dalam penelitian ini berfungsi untuk melihat bagaimana proses suami menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh istri dari awal membangun kehidupan berumah tangga dengan istri, lalu dinamika perasaan yang dialami ketika mengetahui istri berselingkuh hingga akhir yaitu memutuskan untuk memaafkan istri dan membangun kembali hubungan yang baru dengan istri. Metode narasi bertujuan supaya subjek penelitian dapat menyampaikan narasi mengenai pengalaman yang berisi mengenai peran subjek dalam hal ini proses subjek memaafkan pasangan yang pernah melakukan perselingkuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
51
B. Subjek Penelitian Peneliti menggunakan metode proposive sampling dalam menetapkan subjek penelitian. Metode proposive sampling dipilih karena peneliti sebelumnya telah menetukan karakterisktik subjek penelitian terlebih dahulu untuk suatu tujuan yang juga telah ditetapkan (Moleong, 2007). Peneliti menetapkan beberapa kriteria dalam pemilihan subjek, yaitu: 1. Subjek dalam penelitian ini adalah suami yang memiliki istri yang pernah selingkuh. 2. Subjek dalam penelitian ini adalah pasangan yang tetap mempertahankan perkawinan kendati istri pernah melakukan perselingkuhan. 3. Subjek bersedia untuk membagikan pengalaman dalam penelitian.
C. Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada proses suami memaafkan istri yang pernah melakukan perselingkuhan. Memaafkan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai proses pengolahan emosi dan kognitif seorang suami setelah mengalami suatu pelanggaran (istri melakukan perselingkuhan), sehingga emosi negatif yang muncul dapat diubah dalam bentuk perilaku yang positif, kebencian dan keinginan untuk membalas dendam terhadap istri yang telah melakukan perselingkuhan menjadi hilang, serta adanya keinginan untuk tetap mempertahankan hubungan dengan istri yang telah melukai. Proses memaafkan adalah suatu tahapan yang dilalui oleh seseorang dalam hal ini suami dalam melepaskan emosi negatif dan mengubahnya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
52
menjadi positif sehingga suami dapat membangun hubungan yang baru dengan istri yang telah melakukan perselingkuhan. Penelitian ini menggunakan tahapan memaafkan menurut Smedes (1996), yaitu sebagai berikut: Tahap 1: Tahap terluka. Seseorang merasa telah terluka sangat dalam akibat perilaku orang lain. Seseorang merasa bahwa dia tidak akan dapat melupakan perilaku orang tersebut. Pada situasi seperti ini seseorang berada pada masa krisis untuk memaafkan. Tahap 2: Tahap membenci. Seseorang tidak dapat menghilangkan ingatan mengenai seberapa dalam dia sangat terluka. Seseorang yang telah terluka berharap orang yang melukainya tidak dapat hidup dengan baik. Seseorang yang telah terluka terkadang berharap orang yang telah melukainya juga merasakaan penderitaan yang sama. Tahap 3: Tahap penyembuhan. Seseorang dapat melihat permasalahan yang diahadapi dengan bijak. Seseorang dapat melihat permasalahan dengan cara dan sudut pandang yang baru. Seseorang dapat melihat seseorang yang telah melukainya dengan sudut pandang yang lebih positif. Ingatan seseorang mengenai rasa sakit yang dideritanya akan hilang dan akan terbebas. Pada tahap ini seseorang memutuskan untuk memaafkan pelanggaran yang terjadi. Tahap 4: Tahap kembali bersama. Seseorang yang telah melalui tahap penyembuhan, dia sudah terlepas dari rasa sakit hati dan tidak ada dendam lagi kepada orang yang telah menyakitinya. Seseorang dapat mengundang kembali orang yang telah menyakitinya untuk bersama-sama lagi membangun hubungan dan rasa cinta yang baru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
53
D. Metode Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dengan tekhnik wawancara semi terstruktur. Teknik wawancara semi terstruktur merupakan gabungan antara wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam tekhnik wawancara ini, peneliti sudah memiliki daftar pertanyaanpertanyaan sebagai pendoman wawancara. Namun, peneliti dapat secara fleksibel mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dengan tetap berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti menggunakan tekhnik ini karena dengan menggunakan pedoman pertanyaan-pertanyaan peneliti dapat berfokus pada hal yang menjadi pokok pembahasan. Selain itu, peneliti juga dapat dengan fleksibel menggali informasi lebih lanjut dengan tetap berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat.
E. Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis narasi. Narasi secara khusus diggunakan untuk memahami ketidakberaturan yang ditemui seharihari. Setiap individu akan menghadapi berbagai ketidakberaturan dalam rutinitas sehari-hari. Ketidakberaturan tersebut antara lain berupa permasalahan pribadi, keluarga, finansial, dan kesehatan. Penelitian ini akan membahas mengenai permasalahan pribadi yang berupa pengalaman subjek penelitian dalam berproses memberikan maaf terhadap perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangan mereka sehingga subjek dapat tetap mempertahankan perkawinan. Melalui narasi, subjek peneliti diminta untuk menceritakan kisah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
54
hidupnya dalam proses memaafkan perselingkuhan, dalam penyampaian kisah mengenai kehidupannya subjek berusaha untuk memberikan makna terhadap pengalamannya tersebut (Smith, 2009). Gergen dan Gergen (dalam Smith, 2009) mengidentifikasi 3 (tiga) struktur analisis dalam narasi, yaitu: 1. Progresi, narasi yang digambarkan oleh subjek penelitian mengandung suatu usaha ke arah tujuan. Subjek penelitian menyampaikan narasi dengan menggambarkan kehidupan sebagai suatu rangkaian tantangan yang mengandung kesempatan untuk maju. 2. Regresi, narasi yang digambarkan oleh subjek penelitian mengandung bahwa
sesuatu
tidak
diharapkan
akan
terjadi.
Subjek
penelitian
menggambarkan kehidupan sebagai rangkaian dari kesengsaraan. 3. Stabil, narasi yang digambarkan oleh subjek penelitian mengandung bahwa sesuatu yang dialami hanya merupakan perubahan kecil. Subjek penelitian lebih cenderung menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami dengan istilah biasa-biasa saja. Dalam menganalisis uraian narasi yang telah disampaikan oleh subjek penelitian akan melalui 2 (dua) fase, yaitu: 1. Fase deskriptif Pada fase ini peneliti membaca uraian narasi sehingga menjadi familiar dengan struktur dan isinya. Analisis yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah dengan menyoroti isu-isu penting dalam narasi yang telah disampaikan oleh subjek penelitian, mengidentifikasi keterkaitan naratif
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
55
yang menghubungkan berbagai bagian yang berbeda. Analisis yang dapat juga dilakukan adalah dengan mencermati subalur dalam narasi dan memerhatikan berbagai keterkaitan di antaranya. Peneliti kemudian dapat membuat ringkasan dengan menyoroti ciri-ciri tertentu yang dirasa menarik bagi peneliti. Ringkasan tersebut dapat digunakan untuk memperoleh gagasan mengenai isu-isu utama yang muncul. Melalui proses pembacaan secara mendetail, membantu peneliti dalam mengembangkan kerangka coding yang dapat diterapkan dalam berbagai narasi. Kerangka coding dibuat untuk menangkap makna menyeluruh dari berbagai narasi yang ada, serta beragam isu khusus yang muncul pada masing-masing narasi. Oleh karena itu, sebelum dilakukan penelitian dengan metode naratif, peneliti mempersiapkan strategi untuk membantu mempersiapkan ringkasan dan analisis dari narasi yang disampaikan oleh subjek penelitian. Strategi tersebut terdiri dari tiga komponen, yaitu: awal, tengah, dan akhir. Komponen tersebut akan diggunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Awal: kehidupan perkawinan subjek penelitian sebelum mengetahui perselingkuhan. Setiap suami akan memiliki pengalaman yang berbedabeda dalam menjalani kehidupan perkawinan. Perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang istri juga bukan suatu hal yang dapat diduga oleh suami. Suami sebagai subjek penelitian diminta untuk menceritakan pengalaman-pengalaman awal yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadi perselingkuhan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
56
b. Tengah: subjek penelitian diminta untuk menceritakan pengalaman mereka ketika mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh istri mereka,
hal
yang
membuat
mereka
mengetahui
telah
terjadi
perselingkuhan, dan perasaan serta perilaku yang muncul setelah mengetahui perselingkuhan tersebut. c. Akhir: subjek penelitian diminta untuk menceritakan pengalaman dalam melakukan proses pemulihan setelah merasakan berbagai emosi negatif akibat mengetahui perselingkuhan, bagaimana subjek pada akhirnya memutuskan untuk memaafkan dan kembali membangun hubungan yang baru dengan istri yang pernah melakukan perselingkuhan.
2. Fase interpretatif Pada tahap kedua ini, peneliti kemudian mengaitkan narasi dengan literatur teoretis yang sebelumnya telah ditentukan sehingga dapat diggunakan untuk menginterpretasi kisah yang telah disampaikan oleh subjek penelitian. Pada fase ini peneliti dapat mengarahkan pada pelabelan suatu uraian sebagai berjenis tertentu, yang menggambarkan isi teoritisnya. Dalam pembacaan narasi, perhatian utama tertuju pada bagaimana subjek penelitian mendeskripsikan berbagai krisis dalam kehidupan mereka. Bagaimana subjek penelitian mendapatkan sumber dukungan, dan bagaimana mereka membuat arah kisah kepada pendengar, dalam hal ini peneliti sendiri. Setelah itu, peneliti memeriksa masing-masing kisah atas elemen-elemen naratif tertentu, bagaimana elemen-elemen narasi tersebut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
saling terkait, isu-isu apa yang ditekankan dan perumpamaan-perumpamaan apa yang digunakan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat theory-led thematic analysis. Dalam model analisis ini, kajian literatur ditargetkan untuk membuat pemetaan referensi-referensi yang relevan atau mirip atau mendekati topik penelitian. Namun, selain itu peneliti juga secara sengaja memilih teori atau rujukan pustaka tertentu untuk dijadikan acuan pelaksanaan penelitian (pengambilan data, analisa data, dan pembahasan hasil penelitian). Theory-led thematic analysis adalah pemilahan informasi berdasarkan tema-tema yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengambilan data yang mengacu pada teori psikologi tertentu.
Tabel 1. Pedoman Wawancara dan Pengkodean Panduan Analisis Wawancara Aspek
Deskripsi
Tujuan
Awal
Situasi perkawinan Mengetahui
(A)
sebelum
terjadi penyebab
perselingkuhan (A1)
Pertanyaan 1. Ceritakanlah tentang istri Anda, dari
perselingkuhan.
sebelum terjadi perselingkuhan? (A1.1) 2. Ceritakan keseharian Anda dan istri
Anda
sebelum
terjadi
perselingkuhan? (A1.2) 3. Ceritakan
permasalahan
yang
sering muncul dalam kehidupan perkawinan
Anda,
sebelum
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
58
peristiwa perselingkuhan? (A1.3) 4. Bagaimana Anda menyelesaikan permasalahan yang terjadi? (A1.4) Tengah 1. Mengetahui (T)
Mengetahui
perselingkuhan dampak (T1)
dirasakan
1. Ceritakan yang subjek
2. Tahap terluka setelah mengetahui (T2) 3. Tahap
mengetahui
bagaimana
Anda
istri
telah
Anda
berselingkuh? (T1.1) 2. Apa yang ada dalam pikiran Anda
perselingkuhan
setelah
mengetahui
istri.
selingkuh? (T2.2; T3.2)
istri
Anda
3. Bagaimana perasaan Anda saat itu?
membenci (T3)
(T2.3; T3.3) 4. Ceritakan apa yang Anda lakukan setelah mengetahui perselingkuhan itu? (T2.4; T3.4)
Akhir (AK)
1. Tahap
Mengetahui proses
1. Apa
yang
membuat
Anda
untuk
tetap
penyembuhan
subjek memaafkan
memutuskan
(AK1)
perselingkuhan
mempertahankan
2. Tahap
kembali istri.
bersama (AK2)
perkawinan?
(AK1.1) 2. Bagaimana
anggapan
Anda
terhadap istri setelah memutuskan tetap
mempertahankan
perkawinan? (AK1.2)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
59
3. Bagaimana perasaan Anda saat itu, setelah Anda membuat keputusan demikian? (AK1.3) 4. Kesulitan apa yang Anda hadapi ketika memutuskan untuk tetap mempertahankan
perkawinan?
(AK1.4) 5. Apa yang Anda pelajari dari peristiwa perselingkuhan? (AK1.5) 6. Bagaimana perasaan Anda saat ini dalam
menjalani
kehidupan
perkawinan bersama istri? (AK2.6) 7. Setelah peristiwa perselingkuhan tersebut telah berlalu, saat ini bagaimana
Anda
menilai
istri
Anda? (AK2.7) 8. Apa yang biasa Anda lakukan sekarang bersama istri? (AK2.8)
F. Keabsahan Data 1. Kredibilitas (kepercayaan) Istilah kredibilitas digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan istilah validitas dalam penelitian kuantitatif. Kredibilitas
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
60
dalam penelitian kualitatif yang dimaksudkan adalah menyangkut kualitas penelitian kuliatatif yang telah dilakukan. Kredibilitas penelitian kulitatif dilihat dari keberhasilan peneliti dalam mencapai maksud penelitian yaitu mengeksplorasi masalah, mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interkasi. Penelitian yang telah dilakukan dapat menunjukkan deskripsi mendalam mengenai aspek-aspek terkait dan interaksi dari berbagai aspek. Penelitian yang dilakukan juga menjamin bahwa subjek penelitian diidentifikasikan dan dideskripsikan secara akurat (Poerwandari, 2005). Validitas penelitian kulitatif dilihat dari orientasi dan upaya peneliti melalui penelitian yang dilakukan, mendalami dunia empiris, dengan menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data (Sarantakos, dalam Poerwandari 2005). Dalam penelitian ini validitas yang diggunakan adalah validitas argumentatif, yakni hasil dan kesimpulan penelitian dapat dipahami secara rasional serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah. Validitas lain yang digunakan adalah validitas ekologis, yakni menunjuk pada sejauh mana penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah dari partisipan yang diteliti, sehingga justru kondisi apa adanya dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian. 2. Dependabilitas (kebergantungan) Istilah dependenbilitas digunakan dalam penelitian kulitatif untuk menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Hal-hal yang dianggap penting dalam menentukan dependabilitas, antara lain: (1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
61
koherensi, yakni metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan, (2) keterbukaan, yakni sejauh mana peneliti membuka diri dengan memanfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai tujuan, (3) diskursus, yakni sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang-orang lain. Melalui konstruk dependabilitas peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti (Poerwandari, 2005). 3. Konfirmabilitas Konsep mengenai konfirmabilitas dalam penelitian kulitatif ini diggunakan untuk menggantikan konsep objektivitas dalam penelitian kuantitatif. Objektivitas dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai sesuatu yang muncul dari hubungan subjek-subjek yang berinteraksi. Objektivitas dalam penelitian kulitatif yang penting adalah mengenai transparansi, yakni kesediaan peneliti mengungkapkan secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya, sehingga memungkinkan pihak lain melakukan penilaian. Objektivitas dalam penelitian kulitatif dilihat dalam kerangka kesamaan pandangan atau analisis terhadap objek atau topik yang diteliti. Dalam hal ini objektivitas ditampilkan melalui sejauh mana diperoleh kesetujuan di antara peneliti-peneliti mengenai aspek yang dibahas (Poerwandari, 2005).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Penelitian 1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dulu mempersiapkan pedoman wawancara sesuai dengan permasalahan yang menjadi topik penelitian. 2. Peneliti kemudian melakukan uji coba wawancara terhadap pasangan pacaran yang pernah mengalami permasalahan yang menjadi topik penelitian. Hal ini ditujukkan untuk memastikan pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti dapat dipahami oleh subjek penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. 3. Peneliti merevisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak dipahami oleh subjek berdasarkan dari hasil uji coba wawancara. 4. Peneliti memilih subjek berdasarkan kriteria penelitian yang telah ditetapkan yaitu subjek memiliki pengalaman dengan istri yang pernah selingkuh, pasangan tersebut tetap mempertahankan perkawinan, dan subjek bersedia untuk membagikan pengalaman dengan peneliti. 5. Peneliti menghubungi subjek melalui via telepon untuk melakukan pendekatan dan membangun rapport. 6. Peneliti bertemu dengan subjek untuk melakukan pendekatan, membangun rapport dan menentukan jadwal pertemuan untuk melakukan wawancara.
62
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
63
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan wawancara dengan subjek 1 (ES) dan subjek 2 (DN):
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara dengan Subjek Penelitian SUBJEK ES
TEMPAT
TANGGAL
Rumah
Selasa,
Peneliti
26 Maret 2013
WAKTU 10.00-11.00
KETERANGAN Membangun
rapport
dan wawancara latar belakang.
Selasa,
10.00- 13.00
Wawancara mengenai proses
7 Mei 2013
subjek
memaafkan istri yang pernah
selingkuh
(Tahap 1). Jumat,
10.00- 13.30
Wawancara mengenai proses
17 Mei 2013
subjek
memaafkan istri yang pernah
selingkuh
(Tahap 2). DN
Rumah
Sabtu,
Subjek
11 Mei 2013
10.00- 13.30
Membangun wawancara belakang
rapport latar dan
Wawancara mengenai proses
subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
64
memaafkan istri yang pernah
selingkuh
(Tahap 1). Minggu,
11.00- 13.00
2 Juni 2013
Wawancara mengenai proses
subjek
memaafkan istri yang pernah
selingkuh
(Tahap 2).
7. Setelah proses wawancara terhadap subjek selesai, kemudian peneliti menentukan coding dan membuat kategorisasi dengan mengacu pada tematema di pedoman wawancara. 8. Setelah data mentah dari wawancara telah dikategorisasikan kemudian peneliti membuat rangkuman narasi berdasarkan kategorisasi yang telah dibuat. Tahap ini merupakan tahap deskriptif dalam metode naratif yang digunakan peneliti sebagai metode penelitian. 9. Peneliti kemudian mengaitkan rangkuman narasi dengan literatur teoritis yang telah ditentukan. Peneliti menggunakan literatur teoritis untuk mengiterpretasi narasi tersebut. Tahap ini disebut sebagai tahap interpretatif yang dilakukan oleh peneliti setelah tahap deskriptif. 10. Setelah masing-masing narasi yang disampaikan oleh subjek penelitian telah diinterpretasi, peneliti kemudian peneliti melakukan pembahasan berdasarkan hasil yang diperoleh. Pada tahap ini, peneliti telah mencapai
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
65
validitas argumentatif, yakni hasil dan kesimpulan penelitian dapat dipahami secara rasional serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah.
B. Profil Subjek 1. Subjek 1 (ES) a. Identitas Subjek Nama
: ES
Usia
:71 tahun
Jenis kelamin
: Pria
Pendidikan
: Lulusan KPAA (setara SMA)
Pekerjaan
: Pesiunan
Agama
: Katholik
Usia perkawinan
: 37 tahun
b. Latar Belakang Subjek Subjek ES merupakan anak 3 dari 6 bersaudara. Subjek ES mempunyai 2 saudara tiri yang berbeda ibu. Sebelum ayah subjek menikah dengan ibunya, ayah subjek pernah menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Tetapi, kemudian istri pertama ayah subjek ES meninggal karena sakit, kemudian setelah itu ayah subjek ES bertemu dengan ibu ES dan menikah. Subjek ES lahir pada tahun 1942. Subjek ES lahir di keluarga muslim. Pada masa kecil subjek ES tinggal menetap di Kota
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
66
Gedhe, bersama dengan ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Subjek ES merasa
bahwa
dulu
ayahnya
adalah
seseorang
yang
selalu
melindunginya dan orang yang sangat disiplin. Pada saat subjek ES duduk di kelas 1 SD, ibu ES meninggal. Walau subjek ES hanya sebentar diasuh oleh ibu, beliau tetap ingat bahwa dulu ibunya sangat sayang terhadap dirinya. Setelah ibu ES meninggal, kemudian ES diasuh oleh kakak pertama ES. Setelah kakak pertama ES menikah, ES kemudian diasuh oleh bulek dari pihak ibu sampai lulus SMP. Selama bersama bulek ES tinggal menetap di Wonosobo. Pada saat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA pada tahun 1960, ES pindah dan tinggal menetap di Yogyakarta. Pada saat menetap di Yogyakarta subjek ES tinggal bersama dengan neneknya dari tahun 1960 sampai 1977. Pada saat itu, karena faktor ekonomi ES hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA kelas 1. ES kemudian memutuskan untuk mengikuti kursus ngetik dan pada tahun 1963 menjadi pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Profinsi DIY. Sambil bekerja, pada tahun 1967 sampai dengan 1969, ES kemudian melanjutkan pendidikan di KPAA (Kursus Pendidikan Administrasi Atas). KPAA sendiri merupakan tempat kursus yang pada waktu itu dianggap setara dengan pendidikan di SMA. Pada tahun 1965, subjek ES diangkat menjadi pegawai negeri. Istri ES merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Ayahnya bekerja di PJKA, dan ibunya bekerja sebagai pedagang pakaian di pasar. Istri ES lahir pada tahun 1951. ES mengenal istrinya karena dikenalkan oleh
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
67
salah seorang dari temannya. Setelah dikenalkan, ES mulai dekat dengan istri yang dinikahinya tersebut. Pada masa membina hubungan berpacaran dengan istri, ES menyampaikan bahwa masa berpacaran adalah masa yang biasa-biasa saja. ES mengatakan bahwa ketika berpacaran merupakan masa-masa yang sulit dalam hal ekonomi, dibandingkan dengan masa sekarang sangatlah jauh. Oleh karena itu, ES merasa ketika berpacaran dengan istrinya dilalui dengan kesederhanaan. Pada tanggal 25 Agustus 1975, ES kemudian menikah dengan istrinya saat ini. ES memutuskan untuk menikahi istrinya karena dia merasa sudah siap untuk membangun kehidupan berkeluarga. ES juga memunyai keinginan untuk melanjutkan hidup bersama dengan istrinya. Setelah menikah, ES tetap bekerja di Dinas Pekerjaan Umum DIY, sedangkan istri ES bekerja sebagai ibu rumah tangga. Setelah menikah, ES dan istrinya tinggal menetap di Kota Gedhe. Pada saat menetap di Kota Gedhe, ES dan istrinya tinggal di rumah yang dipinjamkan oleh salah seorang saudara. Pada masa-masa ini, merupakan masa yang sulit, karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi. Selain itu, ES merasa tidak nyaman karena setiap hari ada saja keluarga yang datang berkunjung. ES menyadari bahwa rumah yang ditinggalinya saat itu merupakan rumah pinjaman. ES dan istrinya pun bersama-sama melalui masa-masa sulit tersebut. Pada tahun 1977,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
68
istri ES kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai pegawai di Unit Perencanaan Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun 1982, ES dan istrinya pindah dan menetap di Sidoarum hingga saat ini. Masa-masa perkawinan dilalui dengan cukup berat oleh ES dan istrinya, dalam hal ini khususnya masa-masa panjang untuk memiliki anak. Selama masa-masa tersebut ES dan istrinya dipercayai untuk mengasuh dan mendidik kedua ponakan yang dititipkan kepada mereka. Pada masa-masa penantian untuk memiliki seorang anak dengan mengusahakan segala cara untuk mendapatkan anak, ES dan istrinya mengetahui jika istrinya tidak dapat hamil karena ada penyumbatan pada saluran indung telur. ES dan istrinya mengetahui hal tersebut setelah mereka memeriksakan diri pada salah seorang dokter. Ada kemungkinan istri ES bisa hamil tetapi dengan resiko kehamilan istrinya akan berbahaya bagi nyawa istrinya. ES pun memutuskan untuk istrinya tidak hamil, dia memilih untuk tetap mempertahankan istrinya daripada memaksa untuk hamil. ES terlihat begitu menyayangi istrinya walaupun dalam kondisi yang mereka hadapi. Setelah itu selang beberapa hari, ES ditawari untuk mengangkat anak dari salah seorang ibu yang masih sangat muda. ES pun mengganggap bahwa ini mungkin jalan Tuhan, maka dari itu ES dan istrinya
memutuskan
untuk
mengangkat
anak
mengganggapnya sebagai anak kandung mereka sendiri.
tersebut
dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
69
ES merupakan orang yang mandiri, sabar, dan ketika ada permasalahan dia tidak ingin melibatkan orang lain. Pada saat permasalahan muncul ES lebih ingin menyelesaikan permasalahan tersebut sendiri. ES mengganggap istrinya sebagai orang yang bekerja keras, dan mau diajak rekoso. ES juga menggaggp istrinya sebagai orang yang mandiri dan keibuan. ES menyadari bahwa dirinya adalah orang yang pendiam dan sulit untuk menyampaikan perasaannya. Subjek ES menyadari sikapnya tersebut dipengaruhi oleh pola asuh dari bulek dan neneknya ketika tinggal bersama mereka. Subjek ES melihat bahwa bulek dan neneknya memang orang yang pendiam tapi pekerja keras dan bertanggungjawab. Subjek ES ingat bahwa neneknya selalu mengajarkan bahwa dadi wong ki ora mung waton omong wae, nanging ono nyatane, mending dadi wong sing menengan trimo anteng, nanging tumindak becik lan duwe tanggung jawab. Ajaran neneknya itulah yang mempengaruhi pemikiran dan sikap subjek. Ajaran neneknya itu juga dijadikan sebagai prinsip hidup subjek ES.
2. Subjek 2 (DN) a. Identitas Subjek Nama
: DN
Usia
: 58 tahun
Jenis kelamin
: Pria
Pendidikan
: S2
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Pekerjaan
: Dosen
Agama
: Islam
Usia perkawinan
: 28 tahun
70
b. Latar Belakang Subjek Subjek DN merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara. Subjek DN lahir pada tahun 1955 dalam keluarga muslim. Ayah subjek DN bekerja sebagai guru SMP di Yogyakarta, sedangkan ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Subjek DN menceritakan walaupun ibunya hanya ibu rumah tangga, tapi beliau juga pintar untuk mencari tambahan uang. Ibu subjek DN membuka jasa jahitan dari tetangga sekitar dan temantemannya, dan pada waktu itu langganan ibu subjek DN juga banyak. Subjek DN menceritakan bahwa beliau sangat dekat dengan ibunya. Subjek melihat ibunya adalah orang yang sangat menyanyangi anakanaknya dan juga dapat bersikap adil kepada anak-anaknya. Subjek DN mengenal ayahnya sebagai orang yang keras dan disiplin. Subjek DN sangat ingat sekali ketika dulu ada anak-anak dari ayahnya yang melakukan kesalahan, pasti mendapat hukuman dipukul dengan rotan. Tapi, subjek DN juga sangat mengganggumi ayahnya sebagai seorang guru. Subjek DN menceritakan kalau ayahnya itu guru yang sangat tegas, jujur dan disiplin. Ayah subjek DN selalu mengajarkan subjek untuk selalu jujur dalam bertindak dan dapat bertanggungjawab terhadap segala perbuatan yang dilakukan.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
71
Kedua orangtua subjek DN selalu mengajarkan kepada anakanaknya bahwa pendidikan sangat penting. Oleh karena itu, subjek DN selalu berusaha untuk mendapatkan nilai yang terbaik di sekolahnya. Subjek DN ingin membuat kedua orangtuanya bangga terhadap prestasi yang dicapainya. Subjek DN menunjukkan prestasinya dengan ranking yang diperoleh di sekolahnya. Subjek menceritakan bahwa beliau sejak SD hingga SMA selalu mendapatkan ranking. Pada tahun 1975 subjek DN melanjutkan studinya dan mengambil jurusan tekhnik informatika di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Pada tahun 1980 subjek DN telah menyelesaikan studinya. Setelah berhasil menyelesaikan studi, subjek DN kemudian bekerja sebagai pengajar di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Sembari bekerja, subjek DN memutukan untuk melanjutkan studi S2 dan lulus pada tahun 1983. Kemudian pada tahun 1984 subjek DN diangkat menjadi pegawai negeri. Subjek DN bertemu dengan istrinya ketika beliau masih menempuh pendidikan di bangku kuliah. Istri subjek DN merupakan adik dari teman dekatnya. Pada waktu itu, subjek DN sering datang ke rumah temannya, sehingga sering bertemu dengan istrinya. Pertemuan subjek DN dan istrinya membuat subjek menyukai istrinya. Hingga pada akhirnya subjek DN mengungkapkan perasaannya kepada istrinya. Ternyata istri subjek DN juga memiliki perasaan yang sama dengan subjek, sehingga mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Pada
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
72
1985 subjek DN dan istrinya memutuskan untuk menikah. Pada waktu itu usianya sudah 30 tahun dan istrinya sudah 25 tahun, mereka merasa sudah siap untuk menikah, maka dari itu subjek DN melamar istrinya tersebut. Dalam pernikahan subjek DN dan istrinya tersebut, mereka dikaruniai 2 orang anak. Subjek DN menyadari bahwa beliau adalah orang yang tegas dan keras. Ajaran ayah subjek DN yang sangat disiplin membuat subjek terbiasa untuk melakukan segala sesuatu sesuai aturan yang telah dibuat. Sebagai kepala rumah tangga dan imam dalam keluarga subjek DN mengganggap bahwa dirinya memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap keluarganya. Oleh karena itu, sebelum subjek DN mengalami permasalahan perselingkuhan yang dilakukan istrinya, subjek selalu menunjukkan sikap yang selalu mengatur dan memutuskan segala sesuatu yang terjadi dalam rumah tangganya.
C. Hasil Analisis Data Penelitian 1. Subjek 1 (ES) a. Kategorisasi data 1. Penilaian subjek terhadap istri sebelum terjadi perselingkuhan (A1.1). No Baris 1-5
Kata Kunci Subjek menilai istrinya sebagai istri yang baik dan mau untuk diajak hidup susah.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
73
2. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri sebelum terjadi perselingkuhan (A1.2). No Baris
Kata Kunci
29-35
Kegiatan keseharian subjek dan istri berupa pembagian tugas dalam
mengurus
rumah
tangga:
istri
mempersiapkan sarapan sedangkan suami
bangun
pagi
membantu
membersihkan rumah dan memanaskan motor untuk berangkat kerja 35-37
Pada hari Minggu kegiatan yang dilakukan subjek dan istri pada waktu pagi adalah pergi ke Gereja setelah itu subjek dan istri lebih sering
menghabiskan waktu bersama di
rumah untuk menonton TV dan membersihkan rumah. 503-513
Subjek tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta kepada
522-528
istrinya, subjek lebih menunjukkan tindakan nyata untuk menunjukkan rasa cintanya kepada istri.
3. Permasalahan yang muncul dalam perkawinan subjek sebelum peritiwa perselingkuhan (A1.3). No Baris 44-49
Kata Kunci Permasalahan dalam perkawinan yang dihadapi subjek dan istri adalah dalam hal mengurus kepentingan rumah tangga dan anak-anak.
62-64
Subjek merasakan ada perubahan sikap istri setelah bekerja
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
70-99
74
menjadi lebih cepat marah dan tidak menghormati subjek.
530-534 406-471
Subjek dan istri tidak dapat memiliki anak karena istri mengalami penyumbatan saluran indung telur.
4. Cara subjek dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam perkawinan (A1.4). No Baris
Kata Kunci
64-69
Subjek memahami dan memaklumi bahwa perubahan sikap
99-102
istri terhadap dirinya dikarenakan istri memerlukan adaptasi dengan pekerjaan kantor dan rumah tangga.
400-404
Subjek
sebagai
kepala
rumah
tangga
yang
selalu
413-417
memutuskan cara menyelesaikan yang terjadi dalam
455-471
perkawinan.
5. Hal yang membuat subjek mengetahui istri telah berselingkuh (T1.1). No Baris 104-115
Kata Kunci Subjek mengetahui istrinya telah berselingkuh setelah diberitahu oleh teman dan mendapatkan surat kaleng dari teman selingkuhan istrinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
75
6. Pikiran subjek yang muncul setelah mengetahui istri telah berselingkuh (T2.2; T3.2). No Baris 153-158
Kata Kunci Anggapan subjek terhadap istri menjadi berubah.
7. Perasaan yang dialami subjek setelah mengetahui istri telah berselingkuh (T2.3; T3.3). No Baris 160-166
Kata Kunci Subjek merasa kecewa, bingung, sedih, marah dan diseplekan oleh istrinya setelah mengetahui bahwa istrinya telah berselingkuh.
8. Tindakan yang dilakukan subjek setelah mengetahui istri telah berselingkuh (T2.4; T3.4). No Baris 173-180
Kata Kunci Subjek berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan permasalahan perselingkuhan tersebut.
548-560
Subjek berkomunikasi melalui telepon dengan istri pasangan selingkuh istrinya untuk mengajak bersama-sama bertemu menyelesaikan permasalahan tersebut.
201-203
Subjek secara perlahan menanyakan kepada istrinya mengenai kebenaran perselingkuhan tersebut.
275-305
Subjek
mengajak
istrinya
untuk
menemui
laki-laki
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
76
548-560
selingkuhan untuk segera mengakhiri hubungan antara istri
564-579
dan laki-laki selingkuhan.
574-582
Subjek
menasihati
dan
mengingatkan
istrinya
bahwa
perbuatannya itu salah.
9. Hal yang membuat subjek tetap mempertahankan perkawinan (AK1.1). No Baris 231-241
Kata Kunci Subjek tetap mencintai istrinya dan menerima apa adanya walau istrinya telah berselingkuh.
245-253
Subjek merasa bahwa dengan doa yang selalu dia lakukan
334-335
pada waktu itu memberikan kekuatan untuk menghadapi
339-341
permasalahan perselingkuhan tersebut.
315-316
Istri subjek juga sudah mengakui dan meyesali kesalahan yang diperbuat serta meminta maaf kepada subjek.
10. Penilaian
subjek
terhadap
istri
setelah
memutuskan
tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.2). No Baris 592-595
Kata Kunci Subjek melihat istri sebagai seseorang yang membutuhkan perhatian, bimbingan dan kasih sayang darinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
11. Perasaan
subjek
setelah
membuat
keputusan
untuk
77
tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.3). No Baris 307-311
Kata Kunci Subjek merasa lebih tenang dalam menghadapi permasalahan perselingkuhan.
12. Kesulitan yang dialami subjek ketika memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan (AK1.4). No Baris 326-338
Kata Kunci Kesulitan yang dihadapi subjek bahwa subjek tidak bisa melupakan peristiwa perselingkuhan tersebut dan tidak mempunyai orang untuk mencurahkah segala perasaan negatif yang
dialami
ketika
subjek
mengalami
permasalahan
perselingkuhan tersebut. 384-386
Subjek sempat menjadi tidak mempercayai istrinya lagi.
13. Pelajaran yang subjek pahami setelah peristiwa perselingkuhan berlalu (AK1.5). No Baris 343-351
Kata Kunci Subjek menyadari bahwa selama ini dia kurang memberikan perhatian
terhadap
istri,
sehingga
setelah
mengalami
permasalahan tersebut subjek berusaha merubah sikap menjadi lebih perhatian dengan istrinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
78
595-602
Subjek memutuskan untuk meluangkan lebih banyak waktu
605-610
bersama istri dengan mengajak istri setiap malam untuk berdoa dan mengobrol bersama mengenai perasaan dan kejadian yang dialami sepanjang hari itu.
14. Perasaan subjek saat ini menjalani perkawinan setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu (AK2.6). No Baris 353-359
Kata Kunci Subjek merasa lebih lega dan bersyukur karena dapat mempertahankan perkawinan setelah mengalami peristiwa perselingkuhan tersebut.
15. Penilaian subjek terhadap istri setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu (AK2.7). No Baris 361-373
Kata Kunci Subjek melihat istrinya telah mengalami banyak perubahan positif setelah peritiwa tersebut berlalu.
16. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri saat ini setelah peristiwa perselingkuhan berlalu (AK2.8). No Baris
Kata Kunci
389-395
Subjek dan istri saat ini lebih banyak mempunyai waktu untuk
611-620
bersama, istri subjek sering memasakan makanan kesukaan,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
membuat
roti
untuk
dimakan
79
bersama-sama
dan
mendengarkan lagu-lagu kenangan bersama. 595-602
Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan sharing mengenai perasaan masing-masing.
b. Analisis deskriptif 1. Awal Pada awalnya sebelum subjek ES memutuskan untuk menikah dengan istrinya, subjek ES melihat istrinya sebagai orang yang bersedia untuk menjalani hidup bersama dengan subjek. Pada waktu itu, kondisi ekonomi subjek ES hanya biasa-biasa saja tetapi subjek merasa bahwa istrinya dapat menerima kondisi dirinya apa adanya. Oleh karena itu, subjek ES merasa yakin bahwa istrinya adalah orang yang tepat untuk dijadikan pendamping hidupnya. Hingga pada akhirnya subjek ES memutuskan untuk menikah dengan istrinya karena subjek ES melihat istrinya sebagai seseorang yang baik dan mau diajak untuk hidup susah (ES, pp 1-5). Setelah memutuskan untuk
menikah, dalam menjalani
kehidupan berumah tangga subjek ES dan istrinya melakukan pembagian tugas dalam mengurus rumah tangga. Istri subjek bertugas sebagai ibu rumah tangga yang mempersiapkan segala keperluan subjek seperti mempersiapkan sarapan untuk subjek sebelum berangkat kerja. Sementara itu, subjek ES juga membantu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
80
membersihkan rumah dan memanaskan motor sebelum berangkat kerja (ES, pp 29-35). Sedangkan pada hari Minggu subjek ES dan istrinya mengawali kegiatan dengan pergi ke Gereja pada pagi hari. Setelah itu, subjek ES dan istrinya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk menonton TV bersama (ES, pp 35-37). Selama menjalani kehidupan berumah tangga sehari-hari subjek ES tidak pernah mengungkapkan perasaan sayang kepada istrinya dengan kata-kata verbal. Subjek ES lebih senang menunjukkan rasa sayang terhadap istrinya dengan perbuatan. Subjek ES menyadari bahwa sikapnya yang pendiam dipengaruhi oleh didikan dari bulek dan nenek subjek. Semasa subjek ES duduk di bangku SD hingga lulus SMP subjek pernah diasuh oleh buleknya. Ketika tinggal bersama dengan buleknya ini, subjek melihat bahwa buleknya adalah orang yang tidak banyak berbicara tapi lebih banyak menunjukkan perbuatan (ES, pp 492-500). Begitu juga ketika subjek ES tinggal bersama dengan neneknya, subjek juga dididik untuk lebih banyak menunjukkan perbuatan nyata daripada omongan (ES, pp 500-503). Didikan yang diperoleh subjek dari bulek dan neneknya ini membuat subjek mempunyai prinsip bahwa ucapan mempunyai tuntutan untuk membuktikan. Prinsip yang dipegang oleh subjek ES membuat subjek lebih senang langsung menunjukkan tindakan nyata untuk membuktikan perasaan sayang terhadap istrinya (ES, pp 503513; ES, pp 522-528).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
81
Subjek ES merasa bahwa dalam menjalani kehidupan perkawinan subjek ES dan istrinya tidak pernah mengalami permasalahan yang membuat mereka bertengkar (ES, pp 39-44). Namun, subjek ES dan istrinya pernah mengalami masa-masa yang berat yaitu ketika istri subjek tidak kunjung mempunyai anak. Banyak cara yang telah diusahakan oleh subjek dan istrinya untuk mendapatkan seorang anak (ES, pp 413-448). Hingga pada suatu hari subjek ES dan istrinya memeriksakan diri pada salah seorang dokter yang menyatakan bahwa istri subjek ES mengalami permasalahan pada saluran reproduksi berupa penyempitan saluran indung telur (ES, pp 443-446). Mengalami situasi demikian subjek ES memutuskan tidak memaksa istrinya untuk mengandung karena akan membahayakan nyawa istrinya (ES, pp 448-457). Seminggu setelah subjek ES dan istrinya mengetahui bahwa mereka tidak dapat mempunyai anak, mereka ditawari untuk mengangkat seorang anak dari ibu yang waktu itu hamil di luar nikah dan masih kecil. Melihat situasi itu, subjek ES dan istrinya memutuskan untuk mengangkat anak tersebut (ES, pp 458-471). Menurut subjek ES permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga yang dijalaninya dengan istri lebih kepada mengurus kepentingan rumah tangga dan bersikap adil terhadap
anak-anak
(ES,
pp
44-56).
Dalam
menghadapi
permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga, subjek ES selalu berdiskusi dengan istrinya. Namun, sebagai kepala rumah tangga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
82
subjek ES yang selalu memutuskan cara penyelesaian masalah (ES, pp 400-404; ES, pp 413-417; ES, pp 455-471). Subjek ES merasakan mulai muncul permasalahan sehingga membuat subjek bertengkar dengan istrinya setelah istri subjek kembali dari diklat di Bandung (pp 62-64; ES, pp 83-85). Istri subjek ES menjadi mudah marah (ES, pp 92; ES, pp 95-99), tidak menunjukan sikap hormat kepada diri subjek (ES, pp 93-94), bicaranya yang lembut berubah menjadi keras (ES, pp 530-532), dan selalu menyalahkan subjek (ES, pp 532-534). Namun, melihat perubahan sikap pada diri istri, subjek ES berusaha untuk memahami dan memaklumi. Subjek ES berpikir bahwa istrinya memerlukan adaptasi untuk bekerja sekaligus mengurus pekerjaan rumah tangga (ES, pp 64-69; ES, pp 99-102).
2. Tengah Seiring berjalannya waktu, subjek ES mengetahui bahwa perubahan-perubahan pada diri istrinya dikarenakan istrinya telah berselingkuh. Subjek ES mengetahui perselingkuhan istrinya setelah ada seorang teman subjek ES yang juga merupakan teman sekantor istrinya menyampaikan mengenai perselingkuhan yang dilakukan istri subjek. Selain itu, subjek ES juga mendapatkan surat kaleng dari pasangan
selingkuh
istrinya
yang
perselingkuhan mereka (ES, pp 104-115).
isinya
menceritakan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
83
Mengetahui perselingkuhan tersebut, anggapan subjek ES terhadap istrinya berubah. Pada awalnya subjek ES mengganggap bahwa istrinya adalah ibu yang baik, setia dan mau diajak hidup susah, tetapi setelah mengetahui perselingkuhan tersebut subjek ES menjadi merasa disepelekan oleh istrinya (ES, pp 153-158). Subjek ES merasa kecewa, bingung, sedih, marah dan membenci perbuatan istrinya (ES, pp 160-166). Setelah subjek ES mengetahui perselingkuhan tersebut, subjek berpikir dan bertindak untuk mencari cara penyelesaian masalah yang dihadapi (ES, pp 173-180). Hal yang dilakukan oleh subjek pertama kali adalah dengan menanyakan permasalahan tersebut kepada istrinya (ES, pp 201-203). Pada saat subjek ES menanyakan permasalahan tersebut kepada istrinya, subjek berusaha untuk berbicara secara perlahan mengingat bahwa istrinya pernah mengalami
kecelakaan
yang
berdampak
jika
mengalami
permasalahan yang berat akan jatuh sakit dan juga subjek tidak ingin melukai istrinya (ES, pp 201-211). Ketika subjek ES menanyakan perselingkuhan tersebut, istri subjek ES mengakui perbuatannya (ES, pp 211-217). Setelah subjek ES mengetahui kebenaran dari istrinya secara langsung subjek ES memutuskan untuk menemui teman selingkuhan istrinya. Hal ini dilakukan subjek agar istri dan teman selingkuhan segera memutuskan hubungan (ES, pp 275-305; ES, pp 548-560; ES, pp 564-579). Selain itu, subjek ES juga memberikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
84
nasihat dan selalu mengingatkan istrinya untuk tidak berselingkuh lagi (ES, pp 574-582).
3. Akhir Perasaan terluka yang dialami subjek ES seperti kecewa, bingung, sedih, marah dan membenci perbuatan istrinya (ES, pp 160166) membuat subjek sulit untuk mempercayai istrinya lagi (ES, pp 584-586). Perasaan terluka yang dialami subjek ES juga membuat subjek tidak dapat melupakan perselingkuhan istrinya. Apalagi, pada waktu itu yang membuat subjek ES merasa sulit untuk menghadapi permasalahan itu karena subjek tidak mempunyai orang yang dijadikan tempat mengungkapkan perasaannya (ES, pp 326-338). Situasi yang dialami subjek ES seperti ini yang membuat subjek pada awalnya sulit untuk menerima istrinya kembali. Namun, pada akhirnya subjek ES membuat keputusan untuk tetap mempertahankan perkawinannya dengan istrinya. Keputusan untuk tetap mempertahankan perkawinannya dengan istrinya dikarenakan subjek ES telah berhasil melupakan rasa sakit yang dialami dan dapat menerima kembali istrinya. Subjek ES merasa bahwa keputusan ini dipilihnya karena subjek masih memiliki perasaan cinta kepada istrinya (ES, pp 231-241; ES, pp 264-266). Subjek juga merasa mendapatkan kekuatan doa untuk menghadapi permasalahannya (ES, pp 245-253; ES, pp 334-335; ES, pp 339-
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
85
341). Selain itu, ungkapan maaf dari istri subjek membuat subjek untuk kembali mempercayai istrinya yang mau berubah dan menerima istrinya kembali (ES, pp 315-316). Setelah subjek ES memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan, subjek merubah pandangannya kembali terhadap istri ketika mengetahui perselingkuhan. Subjek ES melihat istri sebagai seseorang yang memerlukan kasih sayang dan bimbingan dari diri subjek (ES, pp 592-595).Setelah subjek memilih untuk menerima kembali istri dan mempertahankan perkawinan mereka, subjek ES menjadi
lebih
tenang
dalam
menjalani
permasalahan
yang
dihadapinya (ES, pp 307-311). Peristiwa yang dialami oleh subjek ES tersebut membuat subjek sadar bahwa dirinya juga memiliki kekurangan. Subjek ES kemudian mengambil pelajaran dari peristiwa yang telah dialaminya. Subjek ES yang sebelumnya kurang memperhatikan istrinya menjadi lebih memperhatikan istrinya (ES, pp 343-351). Menyadari kekurangan yang ada dalam diri, subjek ES juga meluangkan waktu di malam hari untuk doa malam dan sharing bersama (ES, pp 595602; ES, pp 605-610). Subjek ES berharap dengan dirinya menyediakan waktu untuk doa malam dan sharing bersama, subjek dan istrinya dapat saling memahami kesulitan dan kebutuhan masing-masing (ES, pp 605-610).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
86
Setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu, ada perasaan lega (ES, pp 354-356)
yang dialami subjek ES karena dapat
mempertahankan perkawinannya. Subjek ES juga merasa bersyukur karena keluarganya tetap utuh setelah mengalami persitiwa tersebut (ES, pp 353-359). Seiring berjalannya waktu, subjek ES telah melupakan luka yang pernah dialami akibat perselingkuhan yang pernah dilakukan istrinya. Selain subjek ES berusaha untuk melupakan perasaan terluka akibat perselingkuhan istrinya, subjek juga berusaha membimbing istrinya untuk dapat merubah sikap menjadi lebih baik dengan meluangkan waktu berdoa bersama di malam hari (ES, pp 595-602; ES, pp 605-610). Usaha yang dilakukan subjek ES berhasil, lambat laun istrinya juga dapat merubah sikap yang sebelumnya keras menjadi lembut lagi (ES, pp 586-588) dan menjadi perhatian lagi dengan subjek dan anak-anak (ES, pp 588-589). Selain itu, istri subjek ES juga menjadi lebih aktif kegiatan rohani bersama subjek (ES, pp 361-373). Dalam menjalani masa tua, saat ini subjek ES dan istrinya lebih mempunyai waktu untuk bersama dan melakukan kegiatan bersama (ES, pp 389-395; ES, pp 611-620). Berdasarkan cerita subjek ES mengenai pengalamannya dalam berproses menghadapi persitiwa perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya, subjek ES menunjukkan narasi dengan struktur atau alur progresif. Walaupun pada awal penceritaan subjek ES menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
87
narasi yang regresif yaitu subjek ES menemui kesulitan ketika memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinannya. Subjek ES merasa belum dapat melupakan rasa sakit yang dialami akibat perbuatan istrinya, terlebih pada waktu itu juga subjek tidak mempunyai seseorang yang dapat memberinya dukungan. Namun, narasi yang disampaikan oleh subjek ES berubah menjadi progresif dengan melihat perjuangan subjek dalam usaha untuk melupakan rasa sakit akibat perbuatan istri dan melihat istri dengan cara pandang yang baru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skema 2. Dinamika Memaafkan Subjek 1 (ES) AWAL SITUASI PERKAWINAN
TENGAH Dinamika Subjek Saat Terjadi Perselingkuhan
Penilaian subjek terhadap istri: - Istri yang baik - Setia - Mau diajak c. hidup susah
Cara mengatasi permasalahan dalam perkawinan: - Melihat permasalahan dengan perasaan positif yang tampak dalam perilaku memahami dan memaklumi perubahan sikap istri - Sebagai kepala rumah tangga mentukan keputusan penyelesaian masalah
PERSELINGKUHAN
AKHIR Proses Subjek dalam Memaafkan
Perubahan perasaan: - Kecewa - Sedih - Bingung - Marah - Merasa disepelekan oleh istri
Respon subjek yang muncul: - Tidak menunjukkan tindakan kekerasan - Sulit melupakan perselingkuhan - Tidak mempercayai istrinya lagi
Kegiatan keseharian subjek bersama d. istri: - Mengurus kebutuhan rumah tangga - Pada hari minggu: pergi ke Gereja dan setelah itu membersihkan rumah dan menonton TV - Menunjukkan perasaan cinta langsung ke tindakan nyata. Permasalahan yang muncul: - Pengurusan kebutuhan rumah tangga - Perubahan sikap istri: istri menjadi lebih cepat marah dan tidak menghormati subjek - Istri tidak dapat mempunyai keturunan
Perubahan penilaian: - Istri menyepelekan subjek sebagai suami
Tindakan yang dilakukan: - Menemukan cara penyelesaian masalah - Komunikasi dengan istri pasangan selingkuhan istrinya - Bertanya kepada istri mengenai kebenaran perselingkuhan - Mengajak istrinya untuk bertemu dengan lakilaki selingkuhan - Mengajak istrinya berdoa untuk menenangkan diri - Menasihati dan mengingatkan istrinya bahwa perbuatannya itu salah
Faktor yang mempengaruhi tindakan subjek: - Perasaan cinta - Kekuatan doa - Permintaan maaf istri - Kesadaran subjek akan kekurangan diri sebagai suami kurang memberi perhatian pada istri
Perubahan penilaian: - melihat istri sebagai seseorang yang membutuhkan perhatian, bimbingan dan kasih sayang Perubahan perasaan: - merasa lebih lega dan bersyukur karena dapat mempertahankan perkawinan
Perubahan aktivitas: - Subjek dan istri saat ini lebih banyak mempunyai waktu untuk bersama - Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan sharing mengenai perasaan masingmasing
88
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
89
2. Subjek 2 (DN) a. Kategorisasi data 1. Penilaian subjek terhadap istri sebelum terjadi perselingkuhan (A1.1). No Baris
Kata Kunci
1-8
Subjek menilai istrinya sebagai orang yang baik, penyayang,
18-19
perhatian dan dapat mengurus keperluan subjek serta anakanak.
2. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri sebelum terjadi perselingkuhan (A1.2). No Baris 32-36
Kata Kunci Kegiatan keseharian subjek dan istri berupa pembagian tugas dalam mengurus rumah tangga: istri bangun pagi mempersiapkan sarapan sedangkan suami membantu membersihkan rumah.
462-467
Kegiatan yang dilakukan oleh subjek dan istri setelah selesai bekerja yaitu menonton TV dan mengobrol.
50-54
Kegiatan di hari libur yang dilakukan subjek dan istri lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, seperti: membersihkan rumah, memasak,dan mendengarkan radio.
451-460
Subjek menunjukkan perasaan sayang terhadap istri dengan kata-kata verbal dan juga tindakan nyata.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
90
3. Permasalahan yang muncul dalam perkawinan subjek sebelum peritiwa perselingkuhan (A1.3). No Baris
Kata Kunci
65-72
Permasalahan yang dihadapi oleh subjek dan istri adalah
430-436
mengurus kebutuhan rumah tangga dan anak-anak.
4. Cara subjek dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam perkawinan (A1.4). No Baris 81-83
Kata Kunci Cara yang dilakukan subjek dan istri untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga adalah dengan saling pengertian satu dengan yang lain.
442-445
Subjek yang selalu mengambil keputusan dan tindakan dalam menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga.
5. Hal yang membuat subjek mengetahui istri telah berselingkuh (T1.1). No Baris 104-107
Kata Kunci Subjek mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya dari tetangga sekitar rumah.
113-123
Subjek mencoba membuktikan perselingkuhan istrinya dengan mengikuti istrinya saat pergi. Subjek kemudian melihat dengan mata kepala sendiri kalau istrinya telah berselingkuh.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
91
6. Pikiran subjek yang muncul setelah mengetahui istri telah berselingkuh (T2.2; T3.2). No Baris
Kata Kunci
174-175
Subjek berpikir untuk menceraikan istrinya.
257-259
Subjek berpikiran bahwa istrinya telah menyakiti dan mengecewakan dirinya.
7. Perasaan yang dialami subjek setelah mengetahui istri telah berselingkuh (T2.3; T3.3). No Baris 121-123
Kata Kunci Subjek merasa campur aduk setelah melihat dengan mata kepala sendiri istrinya berselingkuh.
134-136
Subjek merasa benci, marah, bingung, sedih, sakit hati, kecewa,
143-151
kesal, diremehkan, ditipu, harga dirinya diinjak-injak oleh
158-171
istrinya dan merasa gagal sebagai imam dalam mendampingi
222-226
keluarganya.
231-236 244-246 255-259 477-481 520-521
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
92
8. Tindakan yang dilakukan subjek setelah mengetahui istri telah berselingkuh (T2.4; T3.4). No Baris
Kata Kunci
153-155
Subjek menanyakan kepada istrinya mengenai perselingkuhan
158-160
yang telah dilakukan.
187-189
Subjek mengungsikan anak-anak ke rumah nenek mereka.
201-203
Subjek bercerita kepada ibunya mengenai perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya.
263-269
Subjek berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan menemui
321-325
ulama.
330-337
Subjek mengajak istrinya berbicara untuk menyelesaikan
532-537
permasalahan.
338-348
Subjek meminta istrinya untuk mengakhiri hubungan dengan laki-laki selingkuhan.
9. Hal yang membuat subjek tetap mempertahankan perkawinan (AK1.1). No Baris
Kata Kunci
239-241
Subjek melihat anak-anak yang masih kecil.
210-216
Dukungan dan nasihat dari ibu subjek.
264-309
Nasihat ulama
292-309
Subjek menyadari bahwa dirinya belum menjadi kepala rumah
489-491
tangga yang baik.
577-585
Subjek mencintai istrinya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
93
330-337
Permintaan maaf dari istri subjek.
540-547
Janji yang dibuat oleh subjek dan istrinya untuk saling memperbaiki sikap.
10. Penilaian
subjek
terhadap
istri
setelah
memutuskan
tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.2). No Baris 529-532
Kata Kunci Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang butuh didengarkan dan diperhatikan.
547-549
Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang memerlukan suami yang bisa melindungi dan menjaga kehormatannya.
11. Perasaan
subjek
setelah
membuat
keputusan
untuk
tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.3). No Baris 361-363
Kata Kunci Subjek merasa lebih ringan dalam menghadapi permasalahan.
12. Kesulitan yang dialami subjek ketika memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan (AK1.4). No Baris
Kata Kunci
350-353
Subjek sulit untuk membangun kepercayaan lagi terhadap
370-373
istrinya.
514-516
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
354-355
94
Subjek masih terbayang-bayang istrinya jalan dengan laki-laki lain.
13. Pelajaran yang subjek pahami setelah peristiwa perselingkuhan berlalu (AK1.5). No Baris 376-394
Kata Kunci Subjek menyadari belum menjadi seorang imam yang baik bagi istri dan anak-anak.
394-399
Subjek ingin menjaga dan melindungi kehormatan istri.
553-561
Subjek mengubah komunikasi dalam keluarga menjadi dua arah.
567-573
Subjek menyadari istrinya bukan orang yang sempurna.
577-581
14. Perasaan subjek saat ini menjalani perkawinan setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu (AK2.6). No Baris 403-408
Kata Kunci Subjek bersyukur karena telah berhasil menghadapi permasalahan yang mengancam keutuhan rumah tangganya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
95
15. Penilaian subjek setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu (AK2.7). No Baris 415-418
Kata Kunci Subjek melihat istrinya telah berubah setelah peristiwa tersebut berlalu. Istri subjek juga mulai mengenakan jilbab.
16. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri saat ini setelah peristiwa perselingkuhan berlalu (AK2.8). No Baris
Kata Kunci
410-412
Subjek dan istri menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk
418-423
bersama.
599-602 606-610
Ada waktu untuk nonton film berdua.
611-614
Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua.
b. Analisis deskriptif 1. Awal Subjek DN mengisahkan bahwa sebelum terjadi peristiwa perselingkuhan, subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang baik, penyayang dan dapat mengurus keperluan subjek serta anak-anak (DN, pp 1-8). Sikap istri subjek DN yang baik dan perhatian tersebut yang membuat subjek tertarik dan memutuskan untuk menikahi istrinya (DN, pp 18-19).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
96
Setelah subjek DN dan istrinya menikah, mereka menjalani keseharian dengan melakukan pembagian tugas dalam mengurus rumah tangga. Setiap hari subjek DN dan istrinya saling bekerjasama dalam mempersiapkan segala kebutuhan mereka.
Istri subjek DN
setiap harinya bertugas mempersiapkan sarapan sebelum mereka berangkat bekerja sementara itu subjek DN membantu membersihkan rumah (DN, pp 32-36). Aktivitas yang dilakukan oleh subjek DN bersama dengan istrinya kembali berlanjut setelah mereka berdua pulang dari bekerja. Setelah pulang dari bekerja subjek DN dan istrinya biasanya akan menghabiskan waktu dengan menonton TV dan mengobrol mengenai permasalahan di kantor masing-masing (DN, pp 462-467). Sedangkan aktivitas di hari libur yang subjek DN lakukan bersama dengan istri sebelum mempunyai anak, lebih banyak dilakukan di rumah. Pada hari libur biasanya sembari mendengarkan musik subjek DN akan membersihkan rumah sedangkan istrinya memasak (DN, pp 50-54). Kegiatan di hari libur subjek DN dan istrinya sedikit berbeda setelah mereka mempunyai anak pertama. Setelah mempunyai anak pertama, setiap pagi subjek DN dan istrinya meluangkan waktu untuk jalan-jalan bersama dengan anak mereka keliling kampung (DN, pp 56-59). Dalam hal mengungkapkan rasa sayang kepada istri, subjek DN menyampaikan bahwa dia bukan merupakan orang yang romantis. Walaupun bukan tipe orang yang romantis, namun subjek DN tetap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
97
menunjukkan perasaan sayang kepada istri melalui perkataan seperti “papa sayang mama” (DN, pp 454-455). Selebihnya subjek DN menunjukkan perasaan sayang kepada istrinya dengan tindakan seperti mengajak istrinya makan bersama ketika hari ulang tahun pernikahan (DN, pp 456-460). Subjek DN merasa bahwa selama menjalani kehidupan perkawinan sebelum peristiwa perselingkuhan, subjek dan istrinya tidak pernah mengalami permasalahan. Permasalahan yang terjadi seperti mengurus kebutuhan rumah tangga dan anak-anak menurut subjek DN merupakan hal yang biasa terjadi dalam menjalani kehidupan perkawinan (DN, pp 65-72; DN, pp 430-436). Dalam menghadapi permasalahan mengurus keperluan rumah tangga seperti menjaga kerapian dan kebersihan rumah, subjek DN dan istrinya akan menyelesaikan masalah tersebut dengan saling pengertian satu dengan yang lain (DN, pp 81-83). Di sisi lain, ketika permasalahan yang dihadapi menuntut pengambilan keputusan, subjek DN yang selalu berperan sebagai pengambil keputusan dan tindakan penyelesaian masalah. Dalam menghadapi permasalahan demikian, subjek DN jarang mengajak istrinya berdiskusi mengenai cara penyelesaian masalah yang terjadi (DN, pp 442-445).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
98
2. Tengah Memasuki usia 11 tahun perkawinan, kehidupan rumah tangga subjek DN terusik oleh perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya. Subjek DN tidak pernah menyangka bahwa dia akan menghadapi permasalahan yang mengacam keutuhan rumah tangganya. Selama menjalani kehidupan perkawinan, subjek DN mengganggap bahwa rumah tangganya dalam kondisi yang baik tanpa ada permasalahan yang mengganggu. Hingga pada suatu ketika, seorang tetangga meyampaikan
kepada
subjek
DN
bahwa
istri
subjek
telah
berselingkuh (DN, pp 104-107). Informasi yang disampaikan oleh tetangga subjek DN tersebut, tidak begitu saja dipercayai oleh subjek (DN, pp 107-108). Namun, semakin hari banyak tetangga subjek DN yang membicarakan permasalahan tersebut (DN, pp 109-110). Situasi tersebut, membuat subjek DN pada akhirnya ingin membuktikan kebenaran perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya (DN, pp 113114). Subjek DN kemudian memutuskan untuk mengikuti istrinya pergi. Pada hari itu, subjek DN akhirnya mengetahui bahwa istrinya telah berselingkuh. Pada waktu itu, subjek DN melihat sendiri bahwa istrinya telah pergi dengan laki-laki lain (DN, pp 113-123). Pada saat subjek DN melihat sendiri perselingkuhan istrinya tersebut, subjek berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan kemarahannya di depan umum (DN, pp 124-129). Subjek DN kemudian
memutuskan
untuk
pulang
dan
menyelesaikan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
99
permasalahan tersebut di rumah (DN, pp 140-142). Selama subjek DN menunggu istrinya pulang ke rumah, banyak perasaan yang berkecamuk dalam diri subjek. Perselingkuhan yang dilakukan oleh istri subjek DN membuat subjek memiliki perasaan yang campur aduk (DN, pp 121-123). Subjek DN merasa marah (DN, pp 134-136; DN, pp 144; DN, pp 150), sedih (DN, pp 144), kecewa (DN, pp 144; DN, pp 477-481), dan bingung bagaimana harus betindak (DN, pp 148150). Melihat secara langsung perselingkuhan istri, subjek DN juga timbul perasaan benci kepada istrinya (DN, pp 520-521). Setelah subjek DN menunggu, akhirnya istrinya pulang. Subjek DN kemudian segera menanyakan kepada istrinya apa yang dilakukan hari itu (DN, pp 153-155). Istri subjek DN menjawab kalau dia hari itu pergi bersama teman-temannya. Mendengar kebohongan istri, subjek DN bertambah marah (DN, pp 158), kemudian menyampaikan bahwa hari itu subjek mengikuti istrinya pergi. Subjek DN semakin bertambah marah (DN, pp 162; DN, pp 166; DN, pp 168) ketika istrinya malah menyalahkan subjek sebagai suami yang tidak perhatian. Subjek DN merasa sakit hati (DN, pp 167) mendengar perkataan istrinya tersebut. Perasaan marah subjek DN terhadap istrinya membuat subjek berpikir untuk menceraikan istrinya (DN, pp 174-175; DN, pp 234-235). Dalam kondisi yang sangat marah, subjek DN mengucapkan kata cerai kepada istrinya (DN, pp 167-171).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
100
Namun, setelah mengucapkan kata perceraian kepada istri, subjek DN teringat akan anak-anak yang masih kecil (DN, pp 177179). Subjek DN menyadari bahwa dengan meceraikan istrinya tidak akan menyelesaikan masalah. Perceraian yang terjadi justru akan melukai anak-anak. Subjek DN kemudian memutuskan untuk mencoba berbicara satu sama lain dengan istrinya. Sebelum subjek DN memulai pembicaraan dengan istrinya, subjek mengungsikan anak-anak ke rumah ibunya terlebih dahulu (DN, pp 187-189). Subjek DN tidak ingin anak-anaknya mengetahui permasalahan yang terjadi dalam keluarga mereka (DN, pp 191-192). Setibanya subjek DN dan anak-anak di rumah ibu subjek, subjek DN kemudian menceritakan mengenai permasalahan yang terjadi dalam rumah tangganya (DN, pp 201-203). Setelah subjek DN mendapatkan nasihat dari ibunya, subjek memutuskan untuk segera pulang ke rumah dan menyelesaikan masalah tersebut dengan istrinya. Dalam perjalanan pulang, perasaan subjek DN masih berkecamuk. Subjek DN merasa kecewa kepada istrinya (DN, pp 224-226) dan gagal dalam mendampingi keluarganya (DN, pp 222-224). Selain itu, subjek DN sebagai imam dalam keluarga juga merasa telah diremehkan dan ditipu oleh istrinya (DN, pp 231-233). Setelah tiba di rumah, subjek DN mencoba menanyakan kepada istrinya mengenai perselingkuhan yang telah dilakukan. Istri subjek DN beralasan bahwa dia melakukan perselingkuhan itu karena merasa kurang mendapat perhatian dari subjek. Istri subjek DN juga
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
101
mengganggap bahwa subjek bukan suami yang dapat mengerti dirinya. Subjek DN merasa kesal dan kecewa (DN, pp 255-259) mendengar alasan dari istrinya tersebut. Pada waktu itu, subjek DN membuat keputusan bahwa subjek dan istrinya memerlukan waktu untuk saling introspeksi (DN, pp 261-263). Pada saat itu, subjek DN merasa memerlukan bantuan dari orang lain untuk membimbingnya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Keesokan hari, subjek DN memutuskan untuk menemui seorang ulama (DN, pp 263-269; DN, pp 321-325). Ulama tersebut kemudian memberikan beberapa nasihat yang membuat subjek DN menyadari kekurangnya sebagai kepala rumah tangga. Setelah mendapatkan nasihat dari ulama, subjek DN kembali ke rumah dan mengajak istrinya untuk berbicara mengenai penyelesaian masalah tersebut (DN, pp 330-337; DN, pp 532-537). Setelah subjek DN berbicara dengan istrinya, subjek meminta istrinya untuk segera mengakhiri hubungan dengan teman selingkuh (DN, pp 338-348).
3. Akhir Dalam mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan perkawinan, subjek mengalami banyak kesulitan. Pada awalnya, subjek DN merasa sulit untuk menerima istrinya kembali. Walaupun, subjek DN sudah mendapatkan nasihat dari seorang ulama, subjek masih membutuhkan waktu untuk merefleksikan peristiwa yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
102
dialami. Pada waktu itu, subjek DN juga sempat berpisah ranjang dengan istrinya (DN, pp 504-508). Subjek DN merasa masih belum dapat melupakan kejadian saat melihat istrinya dengan laki-laki lain (DN, pp 345-355). Kejadian yang dilihat sendiri oleh subjek DN, membuat subjek kesulitan untuk membangun kepercayaan kepada istrinya (DN, pp 350-353; DN, pp 370-373; DN, pp 514-516). Pada akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat dihadapi oleh subjek DN melalui masa-masa merefleksikan diri. Banyak hal yang membuat
subjek
DN
memutuskan
untuk
mempertahankan
perkawinan. Pada waktu itu, yang membuat subjek DN bertahan adalah melihat anak-anak yang masih kecil (DN, pp 239-241). Subjek DN sendiri juga menyadari bahwa dia masih mencintai istrinya (DN, pp 577-585) sehingga dia ingin memberi kesempatan istrinya untuk berubah. Selain itu, permintaan maaf (DN, pp 330-337) dari istri subjek DN membuat subjek merasa tenang dan yakin kalau istrinya dapat berubah. Dukungan dan nasihat dari ibu subjek DN (DN, pp 210-216) juga membuat subjek kuat dalam menghadapi permasalahan tersebut. Subjek DN menyadari bahwa dia belum dapat menjadi kepala rumah tangga yang baik (DN, pp 292-309; DN, pp 489-491). Kesadaran subjek DN ini, membuat subjek ingin memperbaiki kekurangan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan istri. Selain itu juga, subjek DN dan istrinya telah saling berjanji untuk
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
103
memperbaiki diri masing-masing dan saling mengingatkan satu sama lain ketika terjadi suatu permsalahan (DN, pp 540-547). Setelah memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan, pandangan subjek DN terhadap istrinya berubah. Pada awalnya, ketika subjek DN mengetahui perselingkuhan istrinya, subjek sempat membenci istrinya dan berkeinginan untuk menceraikan istrinya. Namun, setelah subjek DN mencoba merefleksikan diri, subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang membutuhkan perhatian (DN, pp 529-532). Subjek DN juga merasa bahwa istrinya adalah orang yang butuh dilindungi dan dijaga kehormatan sebagai istri (DN, pp 547-549). Setelah subjek DN memutuskan untuk kembali menerima istrinya, subjek merasa lebih ringan dan berpikiran postif dalam menghadapi permasalahan tersebut (DN, pp 361-363). Setelah merefleksikan diri, subjek DN menjadi dapat memaknai dengan positif peristiwa yang hampir mengancam keutuhan rumah tangga. Subjek DN mengambil pelajaran setelah peristiwa itu berlalu. Subjek DN menjadi belajar bahwa dia harus dapat menjadi imam yang baik bagi keluarganya (DN, pp 376-394). Mengalami peristiwa tersebut, subjek DN menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, termasuk istrinya (DN, pp 567-573; DN, pp 577-581). Siapa saja bisa melakukan kesalahan, oleh karena itu subjek DN menyadari bahwa dia juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga dan melindungi kehormatan istrinya (DN, pp 394-399). Selain itu,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
104
subjek DN menjadi sadar bahwa selama ini dia telah bersikap otoriter dalam keluarga. Setelah mengalami peristiwa tersebut, subjek DN belajar untuk mengubah komunikasinya menjadi lebih terbuka. Subjek DN menjadi memberikan kesempatan pada istrinya untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan (DN, pp 553-561). Saat ini, subjek DN dalam menjalani kehidupan perkawinan merasa
bersyukur
(DN,
pp
403-408)
karena
telah
berhasil
mempertahankan perkawinannya. Setelah menghadapi permasalahan yang mengancam keutuhan rumah tangga, subjek DN merasa lega karena dapat menghadapi permasalahan tersebut. Subjek DN juga merasa senang karena setelah peristiwa itu berlalu banyak perubahan dalam dirinya dan istrinya. Subjek DN melihat istrinya saat ini menjadi lebih santun dengan mengenakan jilbab (DN, pp 415-418). Selain itu, saat ini subjek dan istrinya juga lebih banyak meluangkan waktu untuk berdua untuk bercerita dan bercanda (DN, pp 410-412; DN, pp 418-423; DN, pp 599-602). Setelah peristiwa tersebut, subjek DN dan istrinya juga menjadi mempunyai waktu untuk menonton film berdua (DN, pp 606-610) dan makan malam berdua di luar (DN, pp 611-614). Berdasarkan cerita subjek DN mengenai pengalamannya dalam berproses menghadapi persitiwa perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya, subjek DN menunjukkan narasi dengan struktur atau alur progresif. Walaupun pada awal penceritaan subjek DN menunjukkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
105
narasi yang regresif yaitu subjek DN menemui kesulitan ketika memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinannya. Subjek DN merasa belum dapat melupakan rasa sakit yang dialami akibat perbuatan istrinya. Subjek DN juga mengalami pertentangan batin antara menceraikan atau tetap mempertahankan perkawinan dengan istri. Subjek DN yang sudah terlanjur mmebenci istrinya menjadi sulit untuk
mempercayai
kembali
istrinya.
Namun,
narasi
yang
disampaikan oleh subjek DN berubah menjadi progresif dengan melihat perjuangan subjek dalam usaha untuk melupakan rasa sakit akibat perbuatan istri dan melihat istri dengan cara pandang yang baru.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Skema 3. Dinamika Memaafkan Subjek 2 ( DN) AWAL SITUASI PERKAWINAN
TENGAH Dinamika Subjek Saat Terjadi Perselingkuhan
Perubahan perasaan: - Benci, Marah, Bingung, Sedih, Sakit hati, Kecewa, Kesal - Diremehkan dan ditipu - Harga dirinya diinjak-injak oleh istrinya - Merasa gagal sebagai imam dalam mendampingi keluarganya
Penilaian subjek terhadap istri: - Istri yang baik - Penyayang - Perhatian - Dapat mengurus keperluan subjek serta anak-anak Kegiatan keseharian subjek bersama istri: - Mengurus kebutuhan rumah tangga - Menonton TV dan mengobrol bersama setelah pulang kerja - Menunjukkan perasaan cinta dengan verbal maupun nonverbal Permasalahan yang muncul: - Pengurusan kebutuhan rumah tangga - Pengurusan kebutuhan anak-anak Cara mengatasi permasalahan dalam perkawinan: - Melihat permasalahan dengan perasaan positif yang tampak dalam perilaku saling pengertian satu dengan yang lain - Sebagai kepala rumah tangga mentukan keputusan dan tindakan penyelesaian masalah
Perubahan penilaian: - Istrinya telah menyakiti dan mengecewakan dirinya
Respon subjek yang muncul: - Tidak mempercayai istrinya lagi - Sulit melupakan perselingkuhan - Muncul keinginan untuk menceraikan istrinya
PERSELINGKUHAN
Tindakan yang dilakukan: - Bertanya kepada istri mengenai kebenaran perselingkuhan - Mengungsikan anak-anak ke rumah ibu - Pisah ranjang dengan istri sementara waktu untuk meredakan emosi - Meminta istrinya untuk mengakhiri hubungan dengan pasangan selingkuh - Membuat janji dengan istrinya untuk saling memperbaiki sikap Faktor yang mempengaruhi tindakan subjek: - Perasaan cinta - Sholat - Nasihat ibu - Nasihat ulama - Permintaan maaf istri - Kesadaran subjek akan kekurangan diri sebagai suami kurang memberi perhatian pada istri
AKHIR Proses Subjek dalam Memaafkan
Perubahan penilaian: - Melihat istrinya sebagai seseorang yang butuh didengarkan dan diperhatikan - Melihat istrinya sebagai seseorang yang memerlukan suami yang bisa melindungi dan menjaga kehormatannya Perubahan perasaan: - Bersyukur karena telah berhasil menghadapi permasalahan yang mengancam keutuhan rumah tangganya
Perubahan aktivitas: - Subjek dan istri menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk bersama - Ada waktu untuk nonton film berdua - Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua
106
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
107
Skema 4. Dinamika Memaafkan Subjek ES dan DN
AWAL SITUASI PERKAWINAN
Penilaian positif kedua subjek terhadap istri
Akitivitas keseharian dalam berumah tangga yang terpola
PERSELINGKUHAN
Perasaan terluka/ dampak psikologis: marah, kecewa, sedih, bingung, marah, disepelekan oleh istri, sulit melupakan perselingkuhan, tidak mempercayai istrinya lagi
Perubahan penilaian
terhadap istri:
TENGAH Dinamika Subjek Saat Terjadi Perselingkuhan
TAHAP TERLUKA: Perasaan terluka/ dampak psikologis Perubahan penilaian terhadap istri
- Istri menyepelekan subjek sebagai suami - Istrinya telah menyakiti dan mengecewakan dirinya
Respon spontan yang muncul: - Membenci perbuatan istri karena telah menyepelekan subjek sebagai suami - Membenci istri dan perbuatannya sehingga muncul keinginan untuk menceraikan
TAHAP PENYEMBUHAN Tindakan yang dilakukan: - Berdoa - Meminta nasihat pada ibu dan ulama Respon istri: meminta maaf pada subjek
AKHIR Proses Subjek dalam Memaafkan
Perubahan pikiran: - Menyadari bahwa ada kekurangan sebagai suami - Menyadari bahwa istri memerlukan perhatian - Menyadari bahwa istri butuh dijaga dan dilindungi kehormatannya
TAHAP KEMBALI BERSAMA
Perubahan aktivitas: - Subjek dan istri saat ini lebih banyak mempunyai waktu untuk bersama - Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan sharing mengenai perasaan masing-masing - Ada waktu untuk nonton film berdua - Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
108
D. Pembahasan Kisah mengenai pengalaman dalam mempertahankan perkawinan yang disampaikan oleh kedua subjek merupakan narasi personal dengan struktur atau alur yang progresif. Narasi bertujuan untuk memahami ketidakberaturan yang dalam hal ini proses subjek penelitian dalam menghadapi permasalahan rumah tangga. Narasi menjadi alat untuk menghadirkan keteraturan dan memberikan makna terhadap peristiwa yang terjadi. Narasi yang disampaikan oleh subjek ES dan DN menunjukkan proses mereka dalam mengatasi permasalahan perselingkuhan yang dilakukan oleh istri mereka. Berbagai perasaan negatif yang dirasakan oleh subjek ES dan DN hingga timbul keinginan untuk menceraikan istri menunjukkan struktur yang regresif. Namun, struktur regresif tersebut berubah menjadi struktur progresif ketika subjek ES dan DN dapat merefleksikan peristiwa yang dialami dan membuka pandangan terhadap kekurangan mereka serta kebutuhan-kebutuhan istri. Pandangan positif kedua subjek terhadap istri dan kehidupan perkawinan membuat mereka tidak pernah menduga akan mengalami permasalahan perselingkuhan. Situasi perkawinan dapat menjadi faktor penyebab istri subjek ES dan DN melakukan perselingkuhan. Walaupun subjek ES dan DN menggambarkan bahwa kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja sebelum terjadi perselingkuhan (ES, pp 39-44; DN, pp 64-72), namun yang menjadi permasalahan bukan tidak ada masalah yang muncul dalam perkawinan, tetapi melihat akitivitas keseharian subjek ES dan DN dengan istri mereka yang telah terpola. Rutinitas yang dilakukan berupa pengurusan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
109
kebutuhan rumah tangga dan anak-anak. Subjek ES dalam narasinya juga menyampaikan bahwa subjek tidak pernah menunjukkan perasaan sayang dengan kata-kata verbal terhadap istrinya. Subjek ES merasa bahwa tindakan nyata yang dilakukan sudah cukup untuk menunjukkan perasaan sayangnya terhadap istri (ES, pp 503-513; ES, pp 522-528). Berbeda dengan subjek ES, subjek DN dapat menunjukkan perasaan sayang terhadap istri dengan kata-kata verbal dan juga tindakan nyata (DN, pp 451-460). Hal yang menjadi kendala adalah subjek tidak pernah melibatkan istrinya dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangga (DN, pp 442-445). Komunikasi merupakan hal yang penting dalam hubungan perkawinan dan keluarga. Pasangan suami istri memerlukan komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal, dalam menjalani hidup bersama sehari-hari. Penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal serta pola komunikasi berperan penting dalam menjaga kestabilan suatu keluarga. Galvin dan Brommel (1982) menjelaskan bahwa dalam keluarga memiliki karakteristik yaitu saling bergantung, ada aturan, penyesuaian dan keterbukaan. Cara berkomunikasi subjek ES dan DN dengan istri mereka belum menunjukkan ada keterbukaan satu dengan yang lain. Sikap subjek ES dan DN menjadi faktor penyebab istri mereka melakukan perselingkuhan. Shackelford et al. (2008) menunjukkan bahwa perselingkuhan terjadi dikarenakan faktor kepribadian dan kepuasan perkawinan. Berdasarkan narasi yang telah disampaikan oleh subjek ES dan DN menunjukkan bahwa istri mereka cenderung merasa kurang puas terhadap kehidupan perkawinan. Sikap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
110
subjek ES dan DN yang dirasa tidak menyenangkan dan tidak dapat diandalkan oleh istri membuat istri berpaling kepada laki-laki lain. Ginanjar (2009) menjelaskan bahwa perselingkuhan dapat terjadi karena pasangan yang selingkuh memiliki kebutuhan yang besar akan perhatian. Subjek ES yang cenderung tidak dapat menunjukkan perhatian terhadap istrinya, membuat istri mencari laki-laki lain yang dapat memberikan perhatian yang lebih. Sama halnya, dengan subjek DN yang tidak melibatkan istrinya dalam pengambilan keputusan membuat istrinya juga cenderung mencari perhatian dari laki-laki lain. Selain itu, perselingkuhan terjadi juga karena ada kesempatan untuk melakukan perselingkuhan tersebut. Ketidakpuasan istri subjek ES dan DN terhadap suami mereka, membuat mereka mencari kesempatan untuk bertemu dengan laki-laki lain. Kesempatan itu didukung dengan adanya sarana seperti tempat kerja, hotel, restoran hingga tersedianya alat komunikasi modern saat ini. Berdasarkan situasi di atas, dapat dilihat bahwa perempuan lebih cenderung melakukan perselingkuhan emosional (Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001). Brase et al. (2004) menjelaskan bahwa perselingkuhan emosional terjadi ketika seseorang yang berada dalam hubungan berkomitmen (perkawinan) menjadi terlibat secara emosional (misalnya, perasaan cinta romantis) dengan orang lain selain pasangan mereka. Kristee (2011) menjelaskan bahwa perempuan yang selingkuh beralasan merasa kurang ada perhatian dari suami mereka.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
111
Terungkapnya perselingkuhan yang dilakukan oleh istri subjek ES dan DN, menempatkan kedua subjek pada tahap pertama yaitu tahap terluka atau merasa disakiti. Smedes (1991, terj.) menjelaskan bahwa rasa sakit yang mendalam sehingga tidak dapat dilupakan menempatkan seseorang pada tahap krisis pemberian maaf. Smedes (1991, terj.) menyebutkan terdapat 3 (tiga) karakteristik rasa sakit yang menimbulkan krisis kesedian memberikan maaf, yaitu: menyangkut pribadi manusia, perlakuan tidak adil, dan sangat menikam perasaan. Dalam hal ini, perselingkuhan termasuk rasa sakit yang sangat menikam perasaan. Perselingkuhan merupakan suatu bentuk ketidaksetiaan dan pengkhianatan. Pada saat subjek ES dan DN dengan istri yang saling mencintai mengikat janji setia dalam suatu perkawinan, mereka mempunyai kepercayaan satu dengan yang lain. Namun, ketidaksetiaan yang dilakukan oleh istri subjek ES dan DN, menjadikan kepercayaan tersebut hancur. Ketidaksetiaan yang terjadi akan menimbulkan dua pilihan yaitu berpisah dengan perasaan terluka atau memaafkan pasangan yang telah tidak setia. Hubungan suami istri yang telah didasarkan pada saling percaya dapat menjadi hancur ketika terjadi pengkhianatan. Subjek ES dan DN yang telah mengalami pengkhianatan akan sulit untuk menerima kembali istri yang telah mengkhianati mereka. Dampak psikologis atau perasaan terluka yang dirasakan oleh subjek ES dan DN merupakan faktor yang menyebabkan mereka sulit untuk memaafkan perbuatan yang dilakukan oleh istri mereka. Spring (2006) menjelaskan bahwa perselingkuhan yang terjadi akan membawa dampak psikologis bagi pasangan yang telah dikhianati. Dampak psikologis yang dirasakan oleh subjek ES dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
112
DN seperti kehilangan indentitas diri. Subjek ES merasa bahwa dirinya telah hancur dan dilecehkan sebagai seorang kepala rumah tangga (ES, pp 161-164). Hal yang sama juga dirasakan oleh subjek DN yaitu subjek DN merasa telah diremehkan dan ditipu oleh istrinya (DN, pp 232-233). Subjek ES dan DN yang awalnya menganggap bahwa diri mereka adalah kepala rumah tangga yang baik berubah menjadi seseorang yang terlecehkan karena perbuatan istri mereka. Selain itu, dampak psikologis yang juga dirasakan oleh subjek ES dan DN berupa perasaan kehilangan keistimewaan diri. Subjek ES merasa bahwa dirinya tidak pernah menyangka akan mengalami permasalahan tersebut. Penilaian subjek ES terhadap istrinya yang selama ini baik berubah menjadi perasaan kecewa dengan perbuatan istrinya yang telah mengkhianatinya (ES, pp 153-158). Hal yang sama juga dirasakan oleh subjek DN. Subjek DN merasa telah gagal sebagai imam dalam mendampingi keluarganya (DN, pp 222-224). Subjek DN merasa bahwa sebagai seorang suami tidak ada artinya lagi dimata istrinya. Tahap kedua, yaitu tahap membenci. Pada saat subjek ES dan DN menyadari bahwa mereka telah terluka karena perselingkuhan istri, maka akan muncul perasaan membenci. Smedes menjelaskan bahwa perasaan membenci merupakan tanggapan spontan terhadap perasaan terluka yang dialami seseorang. Dalam narasi yang telah disampaikan oleh subjek ES dan DN, perasaan benci yang ditunjukkan oleh subjek ES dan DN terlihat berbeda. Pada tahap membenci ini, subjek ES tidak menyampaikan secara jelas bahwa beliau membenci istrinya. Subjek ES hanya mengungkapkan perasaan sedih, marah,
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
113
dan kecewa terhadap perbuatan istrinya (ES, pp 160-162). Hal ini menunjukkan bahwa subjek ES mempunyai kebencian yang pasif. Sedangkan subjek DN menyampaikan secara jelas bahwa beliau begitu membenci istrinya setelah mengetahui perselingkuhan tersebut (DN, pp 520-521). Perasaan benci terhadap istri membuat subjek DN mempunyai keinginan untuk menceraikan istrinya (DN, pp 166-171). Hal ini menunjukkan bahwa subjek DN mempunyai kebencian yang agresif. Smedes menjelaskan bahwa ada dua rasa benci yaitu yang sifatnya pasif dan agresif. Rasa benci yang pasif adalah ketika seseorang kehilangan dorongan cinta untuk mengharapkan keberhasilan orang yang dibenci. Sedangkan, rasa benci yang agresif adalah ketika rasa benci tersebut bersifat menghukum. Dalam hal ini, subjek DN ingin menghukum istrinya dengan cara bercerai. Rasa benci yang dimiliki menunjukkan bahwa subjek ES dan DN sedang sakit dan memerlukan pengobatan atau penyembuhan. Tahap ketiga, yaitu tahap penyembuhan. Pada tahap ini subjek ES dan DN menunjukkan bahwa mereka berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka alami. Subjek ES dan DN berupaya untuk menyembuhkan perasaan terluka yang dialami akibat perselingkuhan istri mereka. Hal yang dilakukan oleh subjek ES yaitu dengan berdoa (ES, pp 245-253; ES, pp 334335; ES, pp 339-341). Subjek ES menyampaikan bahwa dengan berdoa beliau mendapatkan kekuatan untuk menyembuhkan perasaan terluka akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya (ES, pp 248-250). Kekuatan doa membantu subjek ES lebih tenang dalam menghadapi permasalahan yang terjadi (ES, pp 250-251). Selain itu, subjek ES dapat berpikiran positif dengan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
114
menyadari segala kekurangan istrinya dan menerima kekurangan istrinya tersebut (ES, pp 251-253). Sedangkan subjek DN berupaya untuk meminta nasihat terlebih dahulu kepada salah seorang ulama (DN, pp 263-269). Subjek DN berpikir dengan menemui ulama beliau dapat menemukan solusi mengobati rasa sakit hatinya (DN, pp 321-325). Pada saat mendapatkan nasihat dari ulama, subjek DN menyadari bahwa beliau belum menjadi kepala rumah tangga yang baik (DN, pp 292-309). Setelah subjek DN mendapatkan nasihat dari ulama tersebut, subjek DN mencoba merefleksikan kembali peristiwa yang dialaminya (DN, pp 500-502). Pada masa merefleksikan diri ini, subjek DN menyampaikan bahwa beliau sempat pisah ranjang dengan istrinya (DN, pp 504-508). Pada waktu itu, subjek DN mencoba merefleksikan diri dengan sholat dan bercerita kepada ibunya mengenai perasaan-perasaan yang dirasakan (DN, pp 522-524). Dalam masa merefleksikan diri tersebut, subjek DN merasa dapat berpikiran jernih dan menyadari bahwa dirinya selama ini adalah orang yang keras dan otoriter. Subjek DN menjadi sadar bahwa sikapnya selama ini menjadi penyebab istrinya berpaling (DN, pp 526-528). Setelah subjek DN menyadari kekurangan yang ada pada dirinya, subjek menjadi dapat melihat bahwa istrinya adalah seseorang yang butuh didengarkan dan diperhatikan (DN, pp 529-532). Smedes menjelaskan bahwa untuk memaafkan orang yang telah menyakiti diperlukan bedah spiritual dalam jiwa seseorang yang tersakiti. Bedah spiritual dilakukan dengan cara membatasi diri dengan mengatur pikiran dan perasaan, sehingga menjadi lebih jernih. Setelah pikiran dan perasaan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
115
menjadi jernih maka seseorang dapat terbebas dari perasaan sakit dan terluka. Hal tersebut, telah dilakukan oleh subjek ES dan DN dengan merefleksikan peristiwa yang mereka alami. Morin (dalam Anantasari, tanpa tahun) menyebutkan bahwa refleksi merupakan kemampuan manusia untuk melakukan introspeksi dan kemauan untuk belajar lebih dalam mengenai sifat dasar manusia, tujuan dan esensi hidup. Dengan melakukan refleksi diri seseorang dapat memperoleh pemahaman diri yang lebih baik guna memecahkan persoalan kehidupannya. Refleksi juga didasari oleh niat murni untuk menganalisis diri demi peningkatan diri. Seseorang yang dapat melakukan refleksi, dia akan mendapatkan pemahaman diri yang baik dan secara otomatis akan membawa orang tersebut pada tindakan nyata yang lebih positif (Anantasari, tanpa tahun). Dalam merefleksikan peristiwa yang dialami, subjek ES dan DN telah memotong bagian yang sakit sehingga dapat melihat istri mereka dengan cara pandang yang baru. Memaafkan berarti dapat memisahkan orang yang bersalah dengan perbuatan yang dilakukan. Subjek ES dan DN melihat istri mereka adalah orang yang masih mereka cintai. Selain itu, subjek ES dan DN juga melihat istrinya sebagai orang yang membutuhkan perhatian, dukungan dan perlindungan dari mereka (ES, pp 592-595; DN, pp 529-532; DN, pp 547-549). Pandangan baru subjek ES dan DN terhadap istri mereka juga melahirkan perasaan baru. Setelah subjek ES dan DN mempunyai pandangan baru terhadap istri mereka, perasaan baru juga akan dirasakan. Keputusan untuk menerima kembali istri, membuat subjek ES dan DN memiliki perasaan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
116
lega dan lebih ringan dalam memulai kehidupan kembali bersama dengan istri mereka (ES, pp 307-311; DN, pp 361-363). Tahap keempat, yaitu tahap kembali bersama. Pada tahap ini subjek ES dan DN kembali mengundang istri mereka untuk memperbaiki hubungan mereka. Subjek ES mulai memperbaiki hubungan dengan meluangkan waktu setiap malam untuk sharing dan berdoa bersama (ES, pp 595-602). Selain itu, subjek ES dan istrinya mulai sering menyediakan waktu untuk berdua dan melakukan kegiatan kerohanian bersama-sama (ES, pp 389-395; ES, pp 611620). Hal yang sama juga terjadi pada subjek DN, pada awalnya subjek DN mengajak istrinya untuk saling berjanji kembali memperbaiki sikap dan saling mengingatkan satu sama lain dalam memperbaiki hubungan mereka (DN, pp 540-547). Subjek DN dan istrinya juga menjadi memiliki kegiatan yang dilakukan bersama seperti menonton film dan makan malam berdua (DN, pp 410-412; DN, pp 418-423; DN, pp 599-602; DN, pp 606-610; DN, pp 611614). Smedes menjelaskan bahwa keinginan untuk membangun kembali hubungan bersama (kehidupan perkawinan) bukan saja berasal dari seseorang yang telah terluka (subjek ES dan DN), tetapi orang yang melukai (istri) juga menyambut penerimaan subjek kembali. Hal tersebut didasari oleh kejujuran dan ketulusan hati untuk kembali bersama membangun kehidupan rumah tangga yang baru dengan harapan-harapan yang lebih baik. Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat bahwa bagi suami perselingkuhan emosional lebih mudah untuk dimaafkan. Diana Vilibert dan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
117
Abraham Lloyd menjelaskan lebih lanjut bahwa para suami beranggapan perselingkuhan seksual lebih dirasa menyakitkan daripada perselingkuhan emosional yang dilakukan oleh istri mereka. Hal ini berkaitan dengan saluran reproduksi atau pemenuhan kebutuhan seksual sebagai suami istri. Para suami akan cenderung lebih posesif dan protektif berkenaan dengan saluran reproduksi pada istri mereka. Para suami tidak akan keberatan jika istri mereka pergi dengan laki-laki lain untuk sekedar mengobrol dan berbelanja, walaupun itu dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan mereka. Sebagian suami cenderung berterima kasih karena perhatian yang tidak dapat mereka berikan dapat diperoleh oleh istri mereka melalui laki-laki lain. Di lain pihak, para suami akan merasa sakit hati ketika perselingkuhan yang dilakukan istri telah melibatkan hubungan seksual. Para suami, mungkin tidak peduli dengan siapa istri mereka pergi, mengobrol, berbelanja atau makan, tetapi para suami sangat peduli mengenai cara istri mereka berdandan, harum badan istri, memegang tangan istri dan membawa mereka ke tempat tidur. Bagi para pria permasalahan yang paling penting adalah hubungan seksual, ketika istri mereka telah berhubungan seksual dengan laki-laki lain, hal tersebut akan memunculkan
penolakan
dan
(www.marieclaire.com/sex-love).
perasaan
sakit
hati
yang
mendalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subjek mempunyai pengalaman dalam berproses memaafkan istri mereka yang pernah melakukan perselingkuhan. Narasi yang disampaikan oleh kedua subjek memiliki struktur atau alur progresif sesuai dengan tahapan memaafkan menurut Smedes yang menunjukkan bahwa pada akhirnya kedua subjek dapat menjalani hidup perkawinan kembali bersama dengan istri mereka. Proses memaafkan yang dilalui oleh kedua subjek ada 4 (empat) tahap, yaitu: 1) Tahap terluka atau merasa disakiti, 2) Tahap membenci, 3) Tahap penyembuhan, dan 4) Tahap kembali bersama. Keempat tahap yang dilalui oleh kedua subjek menunjukkan bahwa mereka telah berhasil merefleksikan peristiwa yang dialami. Dalam struktur narasi dikenal dengan istilah redefinisi tujuan, yaitu ketika kedua subjek dapat melihat dunia dengan cara yang berbeda. Hal ini dilihat dari upaya kedua subjek dalam merefleksikan peristiwa yang mereka alami sehingga dapat melihat istri mereka dengan cara pandang yang baru dan menerima istri mereka kembali. Upaya refleksi diri yang dilakukan kedua subjek oleh Smedes disebut sebagai bedah spritual membuat mereka pada akhirnya dapat memaafkan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan istri.
118
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
119
B. Saran 1. Bagi Pasangan Suami-Istri Perselingkuhan memang sesuatu pengkhianatan yang menyakitkan dalam hubungan perkawinan. Terkadang perceraian dianggap sebagai suatu solusi seseorang untuk menyembuhkan perasaan terluka akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangannya. Bagi suami yang mengalami permasalahan perselingkuhan ini, sebaiknya dapat melakukan refleksi diri atau bedah spiritual sehingga dapat melihat permasalahan secara lebih positif. Dengan refleksi diri atau bedah spiritual yang dilakukan dapat melihat hal yang menjadi penyebab perselingkuhan terjadi dan membuka pemahaman baru terhadap istri yang telah melakukan perselingkuhan. Bedah spiritual yang dilakukan juga membantu untuk memaafkan istri yang melakukan perselingkuhan dan menerima kembali istri dalam menjalani kembali kehidupan perkawinan.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti topik yang sama dapat meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memberikan kontribusi kepada suami sehingga tetap mempertahankan perkawinan walaupun istri telah berselingkuh. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai topik yang sama dengan variasi subjek yang berbeda seperti dalam hal agama atau budaya.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Anantasari, Maria Laksmi. (tanpa tahun). Mencari Kawruh Jiwa: Refleksi Diri pada Remaja, Langkah Menuju Pribadi Sejahtera. Faculty of Psychology, Sanata Dharma University Yogyakarta. Atkins, D., Baucom, D., & Jacobson, N. (2001). Understanding Infidelity: Correlates in a National Random Sample. Journal of Family Psychology, 15(4), 735-749. Atkins, David & Kessel, Deborah. (2008). Religiousness and Infidelity: Attendance, but not Faith and Prayer, Predict Marital Fidelity. Journal of Marriage and Family, 70, 407-418. Beno
Junianto. (2009). Aurel Cerita Miminya Selingkuh di Bali. http://life.viva.co.id/news/read/86811aurel_cerita_miminya_selingkuh_di _bali. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
Bird, Butler, & Fife. (2007). The Process of Couple Healing Following Infidelity: A Qualitative Study. Journal of Couple & Relationship Therapy, 6(4), 1-25. Berry, J. W., & Worthington, E. L. Jr. (2001). Forgiveness, relationship quality, stress while imagining relationship events, and physical and mental health. Journal of Counseling Psychology, 48, 447–455. Cann, A., Baucom, T. (2004). Former partners and new rivals as threats to a relationship: Infidelity type, gender, and commitment as factors related to distress and forgiveness. Personal Relationships, 11, 305-318. Fatima, Maria & Ajmal, M. Asir. (2012). Happy Marriage: A Qualitative study. Journal of Social and Clinical Psychology, 9(2), 37-42. Fife, Weeks, & Gambescia. (2008). Treating Infidelity: An Integrative Approach. The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, 16(4), 316-323. Fisher, Voracek, Rekkas, & Cox. (2008). Sex Differences in Feelings of Guilt Arising from Infidelity. Evolutionary Psychology, 6(3), 436-446. Galvin, Kathleen M. & Brommel, Bernard J. (1982). Family Communication: Cohesion and Change. America: Scott, Foresman and Company. Gani, A.H. (2011). Forgiveness Therapy. Yogyakarta: Kanisius.
120
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Ginanjar. (2009). Proses Healing Pada Istri Yang Mengalami Perselingkuhan Suami. Sosial Humaniora, 13(1), 66-76. Hackathorn, J., Mattingly, B., Clark, E., & Mattingly, M. (2011). Practicing What You Preach: Infidelity Attitudes as a Predictor of Fidelity. Curr Psychol, 30, 299–311. Idemudia, Erhabor S. & Mahri, Saajida. (2011). Can Gender, Religion, Education, Age and Personality Predict Willingness to Forgive? Gender & Behaviour, 9(1), 3765-3779. Jayaprawira. (2005). Coping Stress Pada Perempuan Dalam Proses Pemulihan Hubungan Pasca Perselingkuhan Suami. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Kertamuda, Fatchiah. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika. Kodrati, Finalia. (2010). Perjalanan Kisah Cinta Maia & Ahmad Dhani. http://life.viva.co.id/news/read/175810-perjalanan-kisah-cinta-maia--ahmad-dhani. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013). Kristee. (2011). A Socio-Emotional Relational Framework for Infidelity: The Relational Justice Approach. Family Process, 50(4), 516-528. Kymenlaakso, Ilkka Virolainen. Forgiveness as a Leadership Tool. Global Conference on Business and Finance Proceedings, 7(1), 432-445. Lindsay. (2008). http://genkeis.multiply.com/journal/item/2 68?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. (diunduh Jumat, 15 Februari 2013). Lodro, Wawan. (2012). Perceraian Selalu Berdampak Negatif Bagi Anak. http://www.kainsutera.com/info-remaja/perceraian-selalu-berdampaknegatif-bagi-anak.html. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013). Lopez, S., & Synder, C. (2003). Positive Psychological Assessment. Washington: World Composition Services, Inc. Mao, Angelina & Raguram, Ahalya. (2009). Online infidelity: The new challenge to marriages. Indian J Psychiatry, 51(4), 302-304. Maltby, J., Macaskill, A., & Day, L. (2001). Failure to forgive self and others: A replication and extension of the relationship between forgiveness, personality, social desirability and general health. Personality and Individual Differences, 30, 881–885.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
122
Mark, Janssen, & Milhausen. (2009). Infidelity in Heterosexual Couples: Demographic, Interpersonal, and Personality-Related Predictors of Extradyadic Sex. Archives of Sexual Behavior, 40, 971-982. Mauger, P. A., Perry, J. E., Freeman, T., Grove, D. C., McBride, A. G., & McKinney, K. E. (1992). The measurement of forgiveness: Preliminary research. Journal of Psychology and Christianity, 11, 170–180. McFall, Michael T. (2011). Living Dogma and Marriage. Philosophia, 39, 657–672. McNulty. (2008). Forgiveness in Marriage: Putting the Benefits Into Context. Journal of Family Psychology, 22(1), 171–175. Moleong. (2007). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhammad, Abu Abdillah. (2012, 26 April). Difinisi dan Hukum Talak. http://asysyariah.com/difinisi-dan-hukum-talak.html. (diunduh Kamis, 15 Februari 2013). Noviyanto. (2011, 4 Agustus). Dari 285 Ribu Kasus Perceraian, Wanita Paling Getol Menggugat Cerai Ketimbang Pria. http://www.lensaindonesia.com/2011/ 08/04/dari-285-ribu-kasusperceraian-wanita-paling-getol-menggugat-cerai-ketimbang-pria.html. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013). Olmstead, Blick, & Mills. (2009). Helping Couples Work Toward the Forgiveness of Marital Infidelity: Therapists’ Perspectives. The American Journal of Family Therapy, 37, 48–66. Parker, Berger, & Campbell. (2010). Deconstructing Couples’ Experiences With Infidelity. Journal of Couple & Relationship Therapy, 9, 66–82. Pearlman, Kenneth S. (2010). Marriage: Roles, Stability and Conflict. New York: Nova Science Publishers, Inc. Piper, John. (2009). This Momentary Marriage. United States of America: Crossway Books. Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pengembangan Psikologi UI.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
123
Pramana, Ivan. (tanpa tahun). Pengertian Budaya Patriarkhi. http://www.scribd.com/doc/58728320/Pengertian-budaya-patriakhi. (diunduh Kamis, 15 Februari 2013).
Putra, Erik P. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70 Persen. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/ lya2yg-angka perceraian-pasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013). Ratih Cinthyadevi Erviantini. (2007). Proses Pengambilan Keputusan Pada Istri Untuk Mempertahankan Perkawinan Setelah Perselingkuhan Suami. www.lontar.ui.ac.id. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rosmadi. (2011). Informasi Keperkaraan Peradilan Agama Tahun 2010. http://www.badilag.net./data/ditbinadpa/FAKTORFAKTOR%20PENYE BAB%20TERJADINYA%20PERCERAIAN%20tahun%202010.pdf . (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013). Rosmadi. (2012). Informasi Keperkaraan Peradilan Agama Tahun 2011. http://www.badilag.net./data/ditbinadpa/Subdit%20Stadok/Rekap%20fak tor%20perceraian%20tabel%20IV.pdf. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013). Sa’adah, E., Sakti, H., & Sakti, D. (2012). The Wife’s Forgiveness Toward Husband’s Infidelity. Jurnal Psikologi, 1(1), 106-119. Satiadarma. (2001). Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. http://books.google.co.id/books?id=yAyvoA03_VYC&printsec=frontcov er&hl=id#v=onepage&q&f=false. (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013). Shackelford, Buss, & Bennett. (2002). Forgiveness or breakup: Sex differences in responses to a partner’s infidelity. Cognition and Emotion, 16 (2), 299–307. Shackelford, Besser, & Goetz. (2008). Personality, Marital Satisfaction, and Probability of Marital Infidelity. Individual Differences Research, 6(1), 13-25. Sharon, A. (2009). Communicating Forgiveness. Thesis. Cleveland State University. Smedes. (1996). Forgive and Forget. http://www.harpercollins.com/ browseinside/index.aspx?isbn13=9780061285820 (diunduh Sabtu, 10 Februari 2013).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
124
Smedes, Lewis B. (1991, terj.). Memaafkan Kekuatan Yang Membebaskan. Yogyakarta: Kanisius. Smith, Jonathan A. (2009). Psikologi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stephen. (2005). A Clinical Perspective On Infidelity. Sexual and Relationship Therapy, 20(2), 143-153. Spring, Janis Abraham. (2006). After the Affair. United States of America: HarperCollins Publisher. Suwartono, Christiany & Viktoria, Venie. (2010). Seeking Forgiveness Among University Students in Jakarta. Book of Abstracts the First International Conference of Indigenous & Cultural Psychology, 27d, 196-197. Suwartono, Christiany & Viktoria, Venie. (2010). Granting Forgiveness among University Students in Jakarta. Book of Abstracts the First International Conference of Indigenous & Cultural Psychology, 39d, 283-284. Then, Debbie. (2008). Kisah-kisah Perempuan yang Bertahan dalam Perkawinan.http://books.google.co.id/books?id=gRuKRpnoxb4C&pg=P A17&lpg=PA17&dq=definisi+perselingkuhan&source=bl&ots=RLXKn cVD2&sig=5wVS04j4Scu8GCpVcwRcJOIolo&hl=en&sa=X&ei=agws UfW5EsytrAeOoIGoAQ&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=definisi% 20perselingkuhan&f=false. (diunduh Jumat, 15 Februari 2013). Triatmo, Fransiskus Agis. (tanpa tahun). Pemahaman Perkawinan Menurut Gereja Katolik. http://www.imankatolik.or.id/ pemahaman-perkawinanmenurut-gereja-katolik.html. (diunduh 25 februari). Turner & Helm. (1995). Encyclopedia of Relationships Across the Lifespan. http://books.google.co.id/books?id=xto5as2BfoC&pg=PA272&lpg=PA2 72&dq=reason+to+marry+by+turner+and+helms&source=bl&ots=L6ux Nois88&sig=BZ6Wzcj2q16dlbDICW7gzhOiCo&hl=en&sa=X&ei=tF09 UcSNDon3rQfxxYCoCw&redir_esc=y#v=onepage&q=reason%20to%2 0marry%20by%20turner%20and%20helms&f=false. (diunduh Jumat, 15 Februari 2013). Vilibert, Diana & Lloyd, Abraham. (2010).http://www.marieclaire.com/sexlove/advice/emotional-physical-cheating. (diunduh Jumat, 20 September 2013). Walgito, B. (2000). Bimbingan & Konseling Perkawinan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
125
Witvliet, C. V. O. (2001). Forgiveness and health: Review and reflections on a matter of faith, feelings, and physiology. Journal of Psychology and Theology, 29, 212–224. Worthington, E. L. Jr. (2001). Forgiveness, relationship quality, stress while imagining relationship events, and physical and mental health. Journal of Counseling Psychology, 48, 447–455. Yang Mulia Bhikkhu Khantidharo. (tanpa tahun). Pandangan Agama Buddha Tentang Pernikahan. http://artikelbuddhist.com/2011/05/pandanganagama-buddha-tentang-pernikahan.html. (diunduh 25 februari). Young, R.V. (2007). A Dawsonian View of Patriarchy. In Defense Of Patriachy, 417-424 Yuniarti, Hepi. (2009). Latar Belakang Suami Mempertahankan Perkawinan (Studi Kasus Pada Suami Korban Perselingkuhan). Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah. Zaka
al Farisi. (2008). When I Love You. http://books.google.co.id/books?id=figI8CaeZbQC&pg=PA137&lpg=PA 137&dq=psikolog+layton&source=bl&ots=ZCcjM6PHp2&sig=4WcXq0 yf6t61LKMGHyf4dzjQ-Ko&hl=en&sa=X&ei=6Ws UYfKAYeHrAfPk4CoAg&redir_esc=y#v=onepage&q=psikolog%20layt on&f=false (diunduh Jumat, 15 Februari 2013).
http://definisipengertian.com/2011/pengertian-perkawinan/ februari).
(diunduh
25
http://www.babadbali.com/canangsari/hkt-perkawinan.htm. februrari).
(diunduh
25
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
126
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
127
LAMPIRAN 1 Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2010
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Edited by Foxit Reader Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008 For Evaluation Only.
REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN YURISDIKSI MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA TAHUN 2010 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Tidak ada
Kawin dibawah
Menyakiti Jasmani
Menyakiti Mental
Di Hukum
Cacat Biologis
Politis
Gangguan Pihak
Tidak ada
Lain-lain
Jumlah
Keterangan
keharmonisan
Ekonomi
Ketiga
Kawin Paksa
umur
Cemburu
2
Krisis Akhlak
1
Terus menerus berselisih
Poligami Tidak
No.
MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI/ PENGADILAN TINGGI AGAMA
Sehat
Moral
Menyakiti Jasmani/Rohani
Tanggung Jawab
Meninggalkan kewajiban
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
Aceh
23
60
86
1
184
1,073
3
42
8
6
17
1
104
1,275
0
2,883
2
Medan
56
166
88
8
778
1,645
34
80
51
17
15
0
406
2,229
6
5,579
3
Padang
31
6
45
4
465
1,853
0
20
4
2
6
0
166
1,619
0
4,221
4
Pekanbaru
41
238
267
15
944
2,302
7
59
6
11
15
13
592
2,282
3
6,795
5
Jambi
3
16
20
0
171
1,326
8
6
0
2
4
0
42
779
51
2,428
6
Palembang
49
349
152
27
468
839
74
151
9
30
21
2
274
1,684
3
4,132
7
Bangka Belitung
0
105
138
1
144
518
0
20
0
0
0
0
221
422
0
1,569
8
Bengkulu
2
8
1
2
18
292
0
4
1
5
10
1
20
901
1
1,266
9
Bandar Lampung
3
65
185
3
703
608
6
68
15
3
7
0
329
1,481
3
3,479
10
Jakarta
38
57
497
43
1,437
1,685
8
28
24
0
10
0
1,158
1,933
385
7,303
11
Banten
118
131
224
19
864
1,045
0
34
0
18
7
0
543
1,425
0
4,428
12
Bandung
347
980
1,432
125
33,684 17,348
35
362
65
58
95
51
3,650
25,846
6
84,084
13
Semarang
100
1,449 1,239
650
12,019 21,648
191
50
119
70
98
36
2,503
13,904
29
54,105
14
Yogyakarta
4
1
40
12
6
5
1
385
1,783
5
3,925
108
439
53
95
237
221
7,172
22,766
188
68,092
0
10
0
3
4
1
239
1,415
8
2,365
15
Surabaya
134
16
Pontianak
33
53
34
2,215 4,060 33
47
18
420
1,158
1,046 12,326 17,032 1
233
338
128
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
Edited by Foxit Reader Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008 For Evaluation Only.
REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN YURISDIKSI MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA TAHUN 2010 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Cacat Biologis
Politis
Tidak ada
Lain-lain
Jumlah
Keterangan
keharmonisan
Di Hukum
Ketiga Menyakiti Mental
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
127
531
0
1
0
2
2
0
80
496
0
1,314
Gangguan Pihak
Menyakiti Jasmani
6
0
Tidak ada
5
54
Ekonomi
4
20
Kawin Paksa
Kawin dibawah
umur
Terus menerus berselisih
3
Cemburu
2
Krisis Akhlak
1
Poligami Tidak
No.
MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI/ PENGADILAN TINGGI AGAMA
Sehat
Moral
Menyakiti Jasmani/Rohani
Tanggung Jawab
Meninggalkan kewajiban
Palangkaraya
1
18
Banjarmasin
31
376
83
27
607
1,751
1
32
24
9
8
0
255
1,422
16
4,642
19
Samarinda
74
121
174
22
516
1,080
20
150
67
20
13
1
588
1,737
26
4,609
20
Manado
3
69
5
15
23
200
0
11
2
0
0
0
97
316
12
753
21
Gorontalo
0
37
22
3
12
130
0
4
6
1
0
0
78
387
1
681
22
Palu
0
76
16
4
88
641
0
42
0
2
5
1
73
747
0
1,695
23
Kendari
9
97
99
8
129
210
8
8
3
39
3
0
63
545
0
1,221
24
Makassar
154
573
591
113
802
1,691
35
385
79
17
82
2
606
2,476
67
7,673
25
Mataram
116
273
412
21
681
1,028
10
106
11
2
3
1
354
1,007
20
4,045
26
Kupang
0
0
2
1
11
35
0
2
0
0
3
0
18
124
0
196
27
Ambon
4
19
14
2
9
64
1
12
0
0
1
0
42
98
36
302
28
Maluku Utara
15
34
34
2
6
83
0
8
0
0
2
0
43
196
0
423
Jayapura
0
15
8
4
22
253
0
17
1
0
5
2
98
546
5
976
2,191
560
334
20,199
91,841 871
285,184
17
29
1,389 7,641 10,029 2,185 67,891 78,407 JUMLAH
19,059
148,483
550
2,751
418
678
112,374
129
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
130
LAMPIRAN 2 Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2011
EditedTERPUJI by Foxit Reader PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAK TERPUJI Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008 For Evaluation Only. REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN PADA MAHKAMAH SYAR'IYAH PENGADILAN AGAMA YURISDIKSI MAHKAMAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA TAHUN 2011 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Politis
Gangguan Pihak Ketiga
Tidak ada keharmonisan
Lain-lain
Jumlah
Keterangan
19 20
Cacat Biologis
17 18
Di Hukum
15 16
Menyakiti Mental
13 14
Menyakiti Jasmani
11 12
Kawin dibawah umur
9 10
Tidak ada Tanggung Jawab
7 8
Ekonomi
5 6
Kawin Paksa
3 4
2 Mahkamah Syar'iyah Aceh Medan Padang Pekanbaru Jambi Palembang Bangka Belitung Bengkulu Bandar Lampung Jakarta Banten Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado
Terus menerus berselisih
Cemburu
1 1 2
MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI/ PENGADILAN TINGGI AGAMA
Menyakiti Jasmani/Rohani
Krisis Akhlak
No.
Meninggalkan kewajiban
Poligami Tidak Sehat
Moral
3 40 47 47 5 0 37 0 1 11 249 77 164 51 0 116 5 0 49 78 1
4 69 130 101 213 45 231 83 5 120 67 135 426 1,078 81 2,568 44 23 351 108 62
5 58 182 144 316 64 178 112 5 157 407 188 820 1,373 45 3,921 51 147 57 217 18
6 5 3 11 5 1 10 0 2 3 6 15 110 508 7 909 1 0 20 69 0
7 160 796 501 920 280 623 250 40 1,041 1,503 1,042 23,913 11,939 453 14,735 248 215 531 676 5
8 1,318 1,971 1,904 2,593 1,451 1,320 618 444 588 1,881 1,121 7,971 24,379 1,409 16,478 626 1,226 1,785 1,057 170
9 8 52 1 5 0 0 0 1 2 12 41 10 115 0 170 0 0 5 7 0
10 64 109 46 128 38 137 0 9 38 400 39 137 6 84 690 5 27 46 159 17
11 11 27 3 45 0 8 0 3 5 3 0 4 204 9 108 1 0 54 86 1
12 12 16 1 9 1 37 1 3 3 2 17 13 35 6 58 1 6 5 21 1
13 28 28 13 13 5 14 0 5 11 6 2 43 99 10 255 6 4 18 29 0
14 0 0 0 1 0 3 0 1 9 0 0 49 6 1 568 0 0 9 0 0
15 135 435 224 794 62 310 153 59 326 1,000 581 2,463 2,577 364 7,533 218 348 468 744 64
16 1,510 2,548 1,753 2,725 738 2,197 625 986 1,552 2,258 1,542 14,761 15,645 1,715 24,539 1,742 1,101 2,172 1,824 432
17 0 17 0 3 48 0 0 0 11 0 0 35 7 22 299 1 0 18 30 16
18 3,418 6,361 4,749 7,775 2,733 5,105 1,842 1,564 3,877 7,794 4,800 50,919 58,022 4,206 72,947 2,949 3,097 5,588 5,105 787
19
131
EditedTERPUJI by Foxit Reader PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAK TERPUJI Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008 For Evaluation Only.
REKAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN PADA MAHKAMAH SYAR'IYAH PENGADILAN AGAMA YURISDIKSI MAHKAMAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA TAHUN 2011 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
475
3,507
12 0 0 5 13 9 0 0 0 0
13 0 15 7 101 12 3 0 1 2
275
730
14 0 0 0 3 0 0 0 0 1 651
15 104 157 58 646 482 25 41 69 123 20,563
16 434 839 475 2,747 1,106 164 99 205 658 89,092
110,306
Keterangan
138,452
11 1 0 35 59 29 0 3 0 1 700
Jumlah
18,405
10 4 95 9 388 97 4 13 7 11 2,807
Lain-lain
JUMLAH
9 0 0 0 41 4 0 1 0 0
Tidak ada keharmonisan
8 149 478 181 1,946 1,021 34 63 114 233 74,529
Gangguan Pihak Ketiga
7 23 139 135 1,049 845 12 10 12 26 62,122
Politis
6 2 8 2 78 23 0 1 1 1 1,801
Cacat Biologis
5 29 59 148 674 357 2 9 24 7 9,769
Terus menerus berselisih
Di Hukum
4 48 152 165 690 284 3 28 23 14 7,347
Menyakiti Mental
3 1 0 16 213 76 0 2 3 0 1,289
Kawin dibawah umur
2 Gorontalo Palu Kendari Makassar Mataram Kupang Ambon Maluku Utara Jayapura
Menyakiti Jasmani/Rohani
Menyakiti Jasmani
29
Tidak ada Tanggung Jawab
27 28
Ekonomi
25 26
Kawin Paksa
23 24
Cemburu
1 21 22
MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI/ PENGADILAN TINGGI AGAMA
Krisis Akhlak
No.
Meninggalkan kewajiban
Poligami Tidak Sehat
Moral
17 0 0 0 84 38 0 1 0 14
18 795 1,942 1,236 8,732 4,383 247 271 459 1,091
19
644
272,794
132
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
133
LAMPIRAN 3 Data Perkara Cerai Talak, Cerai Gugat dan Perkara Lain yang Diterima Yuridikasi Mahkamah Syar'iyah Profinsi / Pengadilan Tinggi Agama Seluruh Indonesia Tahun 2010
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
TABEL III DATA PERKARA CERAI TALAK, CERAI GUGAT DAN PERKARA LAIN YANG DITERIMA YURISDIKSI MAHKAMAH SYAR'IYAH PROPINSI / PENGADILAN TINGGI AGAMA SELURUH INDONESIA TAHUN 2010
NO
MSY.PROP/PTA
CERAI TALAK
CERAI GUGAT
PERKARA LAIN
JUMLAH
1
Aceh
1,061
2,379
2,071
5,511
2
Medan
2,166
5,022
767
7,955
3
Padang
1,672
3,257
2,613
7,542
4
Pekanbaru
2,525
5,826
840
9,191
5
Jambi
748
2,024
225
2,997
6
Palembang
1,699
3,749
335
5,783
7
Bangka Belitung
590
1,329
90
2,009
8
Bengkulu
547
968
79
1,594
9
Bandar Lampung
1,101
2,890
261
4,252
10
Jakarta
2,813
5,754
888
9,455
11
Banten
1,698
3,765
1,748
7,211
12
Bandung
16,628
32,923
7,015
56,566
13
Semarang
20,576
41,348
3,293
65,217
14
Yogyakarta
1,398
3,036
645
5,079
15
Surabaya
28,268
49,259
7,843
85,370
16
Pontianak
851
2,222
438
3,511
17
Palangkaraya
458
1,249
131
1,838
18
Banjarmasin
1,256
4,081
1,324
6,661
19
Samarinda
1,755
4,094
1,964
7,813
20
Manado
254
632
48
934
21
Gorontalo
265
603
137
1,005
22
Palu
632
1,376
222
2,230
23
Kendari
480
1,013
130
1,623
24
Makassar
2,411
6,497
1,742
10,650
25
Mataram
1,364
3,462
1,283
6,109
26
Kupang
102
156
67
325
KET.
134
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
27
Ambon
145
209
110
464
28
Maluku Utara
210
287
57
554
29
Jayapura
426
870
43
1,339
94,099
190,280 36,409
320,788
Jumlah
284,379
135
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 4 KODING SUBJEK 1 (ES)
136
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
137
KODING SUBJEK 1 (ES) NO. BARIS
VERBATIM
KATA INTI
1
Ya... gini ya... mba mungkin ya... sebelum ada
Penilaian subjek
2
permasalahan itu, ya saya melihat istri saya sebagai
terhadap istri sebelum
3
istri yang baik, mau diajak rekoso lah istilahnya
terjadi perselingkuhan
4
mba..... soalnya gini mba saya kan... dari orang yang
(A1.1).
5
gak punya. Apalagi orangtua saya juga sudah
6
meninggal semua, ketika saya mau menikah dengan
7
istri saya itu. Dulu ketika saya hendak ee... mau
8
melamar istri saya itu, ya sempat tidak boleh dengan
9
orangtua istri saya itu. Tapi istri saya bilang ke
10
orangtuanya kalau dia wis kadung tresno sama saya
11
he..he.... (tersenyum). Ya dulu ketika saya datang ke
12
rumah orangtua istri saya itu, mau melamar...
13
orangtuanya istri saya itu tidak mengijinkan. Tapi ya
14
setelah istri saya bilang seperti itu dan saya juga bilang
15
kalau saya bisa mencukupi kehidupan istri saya itu
16
dengan pekerjaan saya, ya... akhirnya orangtuanya
17
mengijinkan saya menikah dengan istri saya he..he...
18
(tersenyum dan tertawa).
19 20
Emmm.... (terdiam sebentar, mata subjek menerawang) Kegiatan keseharian
21
ya pada waktu itu ya jamane rekoso ya mba.... rumah
yang dilakukan subjek
22
juga masih dipinjami. Yang bekerja pada waktu itu
bersama dengan istri
23
juga cuman saya (menghela napas, mata subjek
sebelum terjadi
24
menerawang). Ya kalau diingat-ingat ya waktu itu
perselingkuhan
25
saya bekerja dan istri saya ibu rumah tangga, istri
(A1.2).
26
saya bekerja juga baru 2 tahun setelah menikah. Ya...
27
kalau ditanyakan kegiatan sehari-hari ya biasa-biasa
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
28
saja, ya layaknya suami istri.
29
Ya aktivitasnya kalau bekerja ya bekerja. Ya
30
biasanya dari mulai masih jadi ibu rumah tangga
31
sampai pada akhirnya istri saya memutuskan bekerja,
32
ya biasa dia bangun pagi mempersiapkan sarapan.
33
Lalu saya nanti yang biasanya bantu
34
membersihkan rumah, lalu memanaskan motor
35
untuk berangkat kerja nanti. Kalau hari minggu ya
36
biasanya pagi kita ke Gereja dulu, lalu habis itu ya
37
biasanya aktivitas di rumah, nonton TV bareng.
138
38 39
Kalau ada permasalahan di rumah ya diatasi
Permasalahan yang
40
bersama ya.... dalam kehidupan bersama itu tu.. ya
muncul dalam
41
kita saling mengatasi bersama. Ya kalau kita itu ya
perkawinan subjek
42
tidak ada masalah yang berat dalam menjalani hidup
sebelum peritiwa
43
bersama. Ya kalau masalah sampai kita bertengkar itu
perselingkuhan
44
kita tidak pernah mengalami ya. Kalau misal ya
(A1.3).
45
mengurus kepentingan rumah tangga.. kepentingan
46
bersama ya kita (subjek dan istri) bersama-sama
47
untuk menyelesaikannya. Mungkin kalau masalah
Cara subjek dalam
48
mengurus anak, kami kan juga sempat dititipin
mengatasi
49
dua ponakan WR dan ST. Ya pada waktu itu
permasalahan yang
50
ketika masih cuman ada WR dan ST ya berusaha
terjadi dalam
51
mencukupi kebutuhan mereka. Nah mungkin
perkawinan (A1.4).
52
kemudian setelah sepuluh tahun kami kan baru
53
punya DT, mungkin yang jadi permasalahan
54
mungkin jadi bersikap adil. Jadi, mereka semua
55
tetap anak-anak kami, dan kami berusaha untuk
56
mencukupi kebutuhan mereka semua. Ya
57
selebihnya kami tidak pernah ada permasalahan.
58
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
139
59
Ya dalam menjalani hidup perkawinan ya biasa-biasa
60
saja, maksudnya ya tidak ada masalah yang berat
61
(diam sebentar, melepas kacamata, mengenakan
62
kacamata lagi). Mungkin ya baru muncul
Permasalahan yang
63
permasalahan itu setelah istri saya mulai bekerja.
muncul dalam
64
Ya istri saya sedikit berubah sikapnya. Cuman,
perkawinan subjek
65
pada waktu itu saya bisa memahami karena dia
sebelum peritiwa
66
bekerja juga masih mengurusi pekerjaan rumah
perselingkuhan
67
tangga. Ya.... saya bisa paham kalau istri saya
(A1.3).
68
pastinya juga memerlukan adaptasi dengan
69
pekerjaannya dan juga pekerjaan rumah tangga.
Cara subjek dalam
70
Jadi ya pada waktu itu dia mulai bekerja tahun
mengatasi
71
1979, iya tahun 1979 istri saya mulai bekerja, lalu
permasalahan yang
72
baru tahun 1981 diangkat jadi PNS itu, saya mulai
terjadi dalam
73
merasakan perubahan-perubahan sikap istri saya
perkawinan (A1.4).
74
itu. Ya lalu baru tahun 91 itu muncul permasalahan
75
itu. Sebetulnya itu gini ya mba... ya sebelum istri saya
76
bekerja itu ya biasa-biasa saja mba, ya dalam
77
menjalani hidup perkawinan ya tidak ada
78
permasalahan sama sekali. Ya... tapi perubahan itu
79
ya.. setelah mulai bekerja itu. Setelah mulai bekerja muncul dalam
80
itu ya ada perubahan-perubahan. Dan dari 79 ke
perkawinan subjek
81
81 itu ya biasa-biasa saja, tapi ya setelah 81 itu... ya
sebelum peritiwa
82
setelah jadi pegawai negeri itu baru ada
perselingkuhan
83
perubahan-perubahan. Ya kalau tidak salah ingat
(A1.3).
84
ya pas tahun 88 itu setelah pulang diklat dari
85
Bandung itu baru ada perubahan-perubahan. Lalu,
86
ya setelah pulang dari diklat di Bandung itu ya ada
87
perubahan-perubahan, ya mungkin waktu diklat di
88
sana banyak kenalan-kenalan gitu mungkin. Ya itu
89
jadi habis dari diklat di Bandung banyak kenalan
Permasalahan yang
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
140
90
terus jadi ada perubahan-perubahan.
91
Ya perubahan sikap mba (menghela napas,
92
menerawang). Ya jadi mudah marah gitu lah mba,
93
lalu saya juga merasa seolah-olah dia menjadi tidak
94
menghormati saya seperti itu. Ya, hal-hal kecil gitu.
95
Pada waktu itu seperti saya lupa memasukan
96
pakaian kotor saya ke tempat cucian, istri saya itu
97
terus marah-marah seharian. Lalu, juga ketika
98
saya tidak sengaja memecahkan piring ketika saya
Cara subjek dalam
99
mencuci, istri saya juga marah-marah. Ya pada
mengatasi
100
waktu itu saya mikirnya ya karena istri saya itu
permasalahan yang
101
capek bekerja, makanya saya memaklumi saja
terjadi dalam
102
seperti itu mba....
perkawinan (A1.4).
104
Ya itu pada tahun 91 itu pas kejadian saya
Hal yang membuat
105
mengetahui perselingkuhan itu. ya mengetahui
subjek mengetahui
106
perselingkuhan itu, ya... pada waktu itu... ada
istri telah
107
teman saya dan juga teman istri saya
berselingkuh (T1.1).
108
menyampaikan permasalahan itu terhadap saya
109
(diam). Iya, lalu dengan ada, ada surat kaleng juga
110
yang sampai pada saya. Ya awalnya waktu itu saya
111
dan teman saya itu cuman ngbrol-ngbrol bisa aja
112
kayak gini mba, terus ya tiba-tiba dia
113
menyampaikan kalau dia pernah melihat beberapa
114
kali kalau istri saya itu jalan dengan teman
115
sekantornya itu. Lalu, ya saya heran saja pada waktu
116
itu karena kan temannya sekantor istri saya itu kan
117
sama-sama Katolik. Ya jadi saya tidak mempunyai
118
pikiran ke arah sana, ya saya tidak mau membatasi
119
pergaulan istri saya, saya memberikan kebebasan dia
120
untuk bergaul dengan siapa saja seperti itu mba..
103
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
121
Padahal laki-laki itu pindahan dari Irian, ya sebenarnya
122
orang sini juga, cuman laki-laki itu pernah bekerja di
123
Irian. Tapi kemudian dipindahkan ke sini karena ketika
124
bekerja di Irian dia melakukan korupsi puluhan juta
125
seperti itu cerita teman saya dan saya juga pernah
126
menanyakan sendiri pada laki-laki itu. Lah itu,
127
mungkin ketika pindah ke sini dia kan tidak ada
128
temannya kemudian mungkin kenal dengan istri saya
129
itu.
130 131
Ya iya, dia kan teman istri saya, ya sebelum saya
132
diberitahui oleh teman saya kalau ada masalah itu. Ya
133
laki-laki itu pernah datang ke rumah. Ya tapi pada
134
waktu itu.. seperti yang sudah saya bilang tadi, saya
135
tidak mau... saya tidak mau membatasi pergaulan istri
136
saya. ya jadinya saya anggap teman biasa saja seperti
137
itu. Saya tidak berpikiran kalau ada apa-apa..
138
Ya itu, kalau surat kaleng itu, laki-laki itu yang
139
mengirimkannya melalui pos. Mungkin dia sebagai
140
laki-laki ya.. ya mungkin orang laki-laki itu yang
141
namanya laki-laki itu mata keranjang ya.. he...he......
142
(tertawa) ya mungkin tipenya laki-laki itu mata
143
keranjang. Mungkin dia ada cewek yang dia cintai ya
144
istri saya itu tapi tidak kesampaian, ya makanya itu
145
menyampaikan surat kaleng itu kepada saya. Dan surat
146
kaleng itu disampaikan kepada saya dan juga atasan
147
istri saya juga, kan kebetulan atasan istri saya itu juga
148
dulu merupakan teman saya lama juga, jadi dia juga
149
cerita kalau mendapatkan surat kaleng dari laki-laki itu
150
juga.Ya isinya laki-laki itu menceritakan dalam
151
suratnya itu ya.. surat yang dikirimkan ke saya itu
141
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
152
kalau dia sering pergi ke penginapan, pergi-pergi ke
153
mana-mana seperti itu dengan istri saya. Yang saya
154
pikirkan pada waktu itu ya saya merasa kecewa
155
dengan istri saya itu, selama ini saya mengganggap
156
dia sebagai ibu yang baik, setia dan mau diajak
157
rekoso, tapi kenapa malah seperti menyepelekan
158
saya sebagai suami.
142
Pikiran subjek yang muncul
setelah
mengetahui istri telah berselingkuh
(T2.2;
T3.2).
159 160
Ya perasaan saya, pada waktu itu ya bingung,
Perasaan yang dialami
161
sedih, marah kenapa istri saya bisa berbuat
subjek setelah
162
demikian dan juga kecewa. Yah... saya sebagai
mengetahui istri telah
163
istilahnya di sini kan saya sebagai kepala rumah
berselingkuh (T2.3;
164
tangga merasa disepelekan oleh istri sendiri.
T3.3).
165
Karena pada waktu itu saya juga tidak menyangka
166
akan mengalami permasalahan itu sendiri. Apalagi
167
kan juga saya bekerja di dinas sosial yang juga
168
mengurusi permasalahan keluarga yang juga rata-rata
169
kebanyakan juga menangani kasus perselingkuhan itu
170
(menghela napas, dengan mata berkaca-kaca tapi tidak
171
menangis).
172 173
Ya mba gimana ya.. gini mba pada waktu itu saya
Tindakan yang
174
sebagai seorang laki-laki dan juga sebagai seorang
dilakukan subjek
175
suami ya setelah mendapatkan surat itu juga
setelah mengetahui
176
berpikir bagaimana caranya mengatasi
istri telah
177
permasalahan itu. Caranya bagaimana seperti yang berselingkuh (T2.4;
178
saya pikirkan cara menyelesaikan masalah itu,
179
apalagi saya sebagai seorang Katolik dan juga
180
diakon (red. prodiakon) pada waktu itu. Dan saya
181
sendiri juga pernah mendapatkan telepon dari istri laki-
182
laki itu ke rumah pada waktu malam-malam itu. Lalu
T3.4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
183
saya angkat telepon itu pada waktu itu, ya yang
184
menelepon itu bilang kalau dia istri dari laki-laki itu.
185
Ya saya menjawab telepon itu dengan bilang kalau
186
suami anda itu pembohong (nada suara penuh
187
tekanan). Suami anda itu juga tukang perayu dan
188
seiring mengajak istri saya pulang sampai sore (nada
189
suara penuh tekanan). Hingga pada waktu itu DT (anak
190
dari subjek) sendiri juga mencari-cari ibunya koq tidak
191
pulang-pulang begitu tanya anak saya kalau ibunya
192
belum pulang-pulang sampai sore.
143
193 194
Ya setelah saya mengetahui dengan penuh, lalu
Tindakan yang
195
dengan saya mendapat teguran dari istrinya laki-
dilakukan subjek
196
laki itu juga mengingatkan saya, saya juga sudah
setelah mengetahui
197
mengatakan kepada istri laki-laki itu kalau
istri telah
198
suaminya adalah seorang pembohong, perayu
berselingkuh (T2.4;
199
seperti itu. Ya saya ingin menyelesaikan masalah
T3.4).
200
tersebut. Ya awalnya saya berpikir bagaimana
201
menyelesaikan masalah tersebut. Saya kemudian
202
menanyakan kepada istri saya itu mengenai
203
permasalahan itu. Sebenarnya agak berat mba
204
menanyakan masalah itu (menghela napas),
205
soalnya istri saya kan juga pernah mengalami
206
kecelakaan yang membuat dia koma, jadi kalau
207
ada permasalahan yang membuat dia kepikiran,
208
istri saya itu bisa kambuh pusingnya. Makanya
209
pada waktu itu, saya pelan-pelan menanyakan
210
permasalahan itu kepada istri saya. Saya tidak mau
211
melukai istri saya juga. Ya pada waktu itu istri saya
212
mengakui kalau dia memang ada hubungan dengan
213
laki-laki itu. Tapi tidak seperti yang disampaikan di
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
214
surat kaleng itu sampai pergi ke penginapan. Ya istri
215
saya mengakui kalau dia memang sering jalan berdua
216
dengan laki-laki itu untuk pergi belanja-belanja dan
217
jalan-jalan. Ya pada waktu itu, mungkin karena gaji
218
saya kecil dan laki-laki itu lebih besar gajinya dari
219
saya, jadi istri saya tertarik dengan laki-laki itu, kan
220
ketika mereka, istri saya dan laki-laki itu jalan berdua,
221
istri saya sering dibelikan baju-baju bagus. Sedangkan
222
saya mungkin dengan gaji yang saya punyai tidak bisa
223
membelikan baju bagus untuk istri saya itu. Pada
224
waktu saya menanyakan itu, istri saya juga menangis
225
dan meminta maaf pada saya. Ya pada waktu itu saya
226
juga berpikir mungkin pada waktu itu, ketika laki-laki
227
itu dipindah ke sini karena permasalahan korupsi itu
228
kemudian bertemu dengan istri saya, lalu istri saya itu
229
seperti memberi pencerahan kepada dia, makanya dari
230
itu laki-laki itu jadi mengejar-ngejar istri saya itu.
231
Ya pada waktu itu saya tidak mau keras dan
232
marah pada istri saya itu, ya karena sakitnya itu.
233
Ya saya tetap mencintai istri saya apa adanya, ya
234
dengan pengalaman saya di tempat kerja
235
menghadapi kasus-kasus demikian juga (menghela
236
napas). Saya berusaha sebagai laki-laki dan
237
seorang suami dan juga sebagai kepala rumah
238
tangga ya... istilahnya itu ngemong lah mba, karena
239
bagaimana pun sikap istri saya dia tetap orang
240
yang saya cintai dan saya menerima dia apa
241
adanya. Ya ketika dia menangis, ya pada waktu itu
242
saya memeluk dia dan menenangkan dia dan
243
mengajaknya berdoa.
244
Hal
yang
144
membuat
subjek
tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.1) .
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
245
Ya itu kan sudah.... dalam pernikahan itu untung
246
dan malang, suka dan duka ditanggung bersama
247
he..he... (tertawa) ya apa yang sudah diberikan
248
Tuhan ya jangan dipisahkan oleh manusia. Ya
249
pada waktu itu yang menguatkan saya hanya doa
250
mba... ya dengan berdoa saya jadi lebih loss dan
251
plong. Kekuatan doa itu membantu saya untuk
252
berpikiran positif dan menerima segala
253
kekurangan yang ada pada istri saya itu
254
(tersenyum). Ya memang pada awalnya saya merasa
255
sebagai kepala rumah tangga merasa disepelekan oleh
256
istri saya pada saat itu. Pada waktu itu saya sempat
257
terpikirkan jika misalkan pun laki-laki itu memang
258
benar-benar mencintai istri saya dan bisa
259
membahagiakan istri saya, akan saya berikan istri saya
260
itu kepada laki-laki itu. Tapi saya teringat kalau laki-
261
laki itu sudah punya istri apalagi dia juga pernah
262
ada kasus korupsi itu. Saya jadi tidak rela jika saya
263
harus merelakan istri saya dengan laki-laki seperti
264
itu. Di sisi lain saya juga mencintai istri saya apa
265
adanya. Ya walaupun ada masalah demikian, saya
266
tetap mencintai istri saya apa adanya. Ya melihat
267
segala kekurangan baik dari saya sendiri yang
268
mungkin tidak bisa mencukupi kebutuhan istri
269
saya dan juga ya.. mungkin karena istri saya yang
270
mungkin sempat tergoda karena dia bisa
271
mendapatkan baju-baju bagus. Tapi kan istri saya
272
itu juga sudah menyesali perbuatannya juga. Saya
273
juga bisa memaklumi ya mungkin karena tadi itu
274
saya tidak bisa mencukupi kebutuhannya istri saya
275
itu… (diam, menerawang). Nah, gini mba pada
Hal
145
yang
membuat
subjek
tetap
mempertahankan perkawinan (AK1.1).
Hal yang membuat subjek tetap mempertahankan perkawinan (AK1.1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
146
276
waktu itu setelah saya dan istri saya saling..
Tindakan yang
279
istilahnya gimana ya mba.. jadi setelah kami apa ya
dilakukan subjek
280
sharing satu sama lain, ya bicara satu sama lain
setelah mengetahui
281
mengenai permasalahan itu, ya kemudian saya
istri telah
282
memutuskan sebagai kepala rumah tangga dan
berselingkuh (T2.4;
283
juga suami ya saya waktu itu kemudian mengajak
T3.4).
284
istri saya utuk bertemu dengan laki-laki itu.
285
Awalnya istri saya tidak mau, tapi setelah saya
286
bilangin kalau supaya laki-laki itu juga tidak terus
287
mengganggu istri saya, dia akhirnya mau juga. Ya
288
kemudian kami berdua datang ke rumah laki-laki
289
itu, ya di sana kami juga langsung bertemu dengan
290
laki-laki itu dan istrinya. Ya saya pada waktu itu
291
tetap bersikap tenang dan tidak emosi, saya waktu
292
itu mengatakan dengan tegas untuk tidak
293
mendekati istri saya lagi. Ya pada waktu itu
294
situasinya serba tengang lah mba, karena pada
295
waktu itu istri laki-laki itu agak emosi, ya saya
296
pada waktu itu berusaha menenangkan, dan
297
menyuruh mereka untuk bisa berbicara satu sama
298
lain dan juga menyuruh mereka berdoa juga
299
mohon keteguhan seperti itu.Iya, mba.. soalnya
300
saya tidak mau kalau dia mengusik keutuhan
301
rumah tangga saya dan istri saya, makanya itu mba
302
saya berani untuk mendatangi laki-laki itu. Ya saya
303
pikir biar masalahnya selesai kalau saya langsung
304
ngomong ke laki-laki itu, ya biar dia tidak lagi
305
mendekati istri saya lagi gitu he..he…..
306 307
Perasaan saya ya... ya pada waktu itu saya hanya
308
bisa banyak berdoa untuk keutuhan keluarga
Perasaan
subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
309
kami, ya dengan berdoa perasaan saya jadi lebih
310
tenang dalam menghadapi situasi yang saya hadapi
311
itu.
312
Ya sebenarnya tidak terlalu banyak berubah ya mba,
313
memang pada waktu itu saya sempat kecewa dengan
314
istri saya itu karena telah istilahnya itu melanggar janji
315
perkawinan ya mba, tapi istri saya juga sudah meminta
316
maaf dan menyesali perbuatannya. Ya.. pikir saya yah..
317
dengan istri saya mengakui perbuatannya itu dan minta
318
maaf ya berarti dia juga tau kalau dia salah dan mau
319
berubah to mba…. Saya sebagai seorang suami dan
320
kepala rumah tangga yang juga sangat mencintai
321
istri saya itu, ya berusaha membantu dia untuk
322
berubah juga ya ngemong lah mba istilahnya, dan
323
juga saya juga berusaha untuk mengubah apa yang
324
kurang dalam diri saya juga.
setelah
147
membuat
keputusan untuk tetap mempertahankan perkawinan (AK1.3).
325 326
Ya kalau kesulitan itu menurut saya ya sudah
327
menjadi perjalanan hidup saya ya mba.. ya
328
mungkin pada awalnya memang sulit melupakan
329
peristiwa itu, ya memang tidak bisa dilupakan ya
330
mba peristiwa itu. Apalagi peristiwa itu hampir
331
mengancam keutuhan rumah tangga yang telah
332
kami bina lama. Ya tapi menurut saya ya kesulitan
333
itu merupakan perjalanan hidup saya yang harus
334
saya lalui, tentu saja dengan bantuan doa saya bisa
335
melalui kesulitan itu. Ya karena pada waktu itu
336
tidak ada orang juga yang bisa saya jadikan tempat
337
untuk mengungkapkan perasaan sedih dan kecewa
338
saya (menghela napas) ya saya pada waktu itu
339
hanya bisa berdoa saja. Kekuatan doa yang
Kesulitan yang dialami subjek ketika memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan (AK1.4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
340
membantu saya dalam menjalani situasi-situasi
341
yang sulit demikian.
148
342 343
Ya mungkin setelah peristiwa itu saya jadi lebih
Pelajaran yang subjek
344
memperhatikan istri saya, sering berdiskusi dan
pahami setelah
345
menanyakan kebutuhan-kebutuhan dia. Ya kalau
peristiwa
346
punya kelebihan uang saya berusaha untuk
perselingkuhan berlalu
347
mebelikan apa yang istri saya itu senangi. Ya
(AK1.5).
348
mungkin dengan begitu istri saya juga jadi
349
memahami kekurangan saya juga dan keterbatasan
350
saya tidak bisa membelikan semua yang dia
351
inginkan juga he..he..... (tertawa).
352 353
Ya perasaan saya saat ini, ya saya merasa ingin
Perasaan subjek saat
354
kalau keluarga itu semua bisa utuh, saya merasa
ini setelah peristiwa
355
lega dapat mempertahankan keutuhan keluarga
perselingkuhan
356
saya dengan melalui peristiwa tersebut…. Ya…
tersebut berlalu
357
apalagi sekarang kami tinggal menikmati hari tua
(AK2.6).
358
kami ya mba, ya saya mensyukuri apa yang telah
359
diberikan Tuhan terhadap saya dan keluarga saya.
360 361
Ya kalau sekarang ini ya saya menilai kami bisa
Penilaian subjek
362
hidup bersama dengan baik, menjalani masa tua
terhadap iastri setelah
363
kami dengan baik. Ya saya menginginkan itu akhir
peristiwa
364
yang baik, bukan akhir yang berantakan. Ya
perselingkuhan
365
semuanya berjalan dengan yang menjadi harapan
tersebut berlalu
366
saya, akhirnya tetap utuh. Ya saya menilai istri
(AK2.7).
367
saya ya.. sekarang ini sudah banyak perubahan
368
yang baik. Apalagi sekarang ini ada persekutuan
369
doa KTM, dulu kan saya yang aktif mengikuti
370
kegiatan tersebut, tapi istri saya sekarang juga ikut
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
371
aktif mengikuti persekutuan doa tersebut bersama
372
saya. Ya Puji Tuhan ya mba ya banyak perubahan
373
yang telah terjadi menjadi lebih positif lah mba.. ya
374
itu tadi karena kekuatan doa. Ya itu mba sekarang ini
375
saya lebih berpikir bahwa menjalani hidup itu tidak
376
mudah harus menjalani krikil-krikil tajam, ya krikil-
377
krikil tajam itu seperti peristiwa yang telah saya lalui
378
itu, tapi ya bagaimana saya bisa melalui semua itu ya
379
karena itu semua berkat Tuhan Yesus ya terus selalu
380
mendampingi saya dan keluarga saya.
381
iya mba tapi mungkin selain kekuataan doa juga
382
karena pengalaman saya di tempat kerja itu kan sering
383
menangani kasus-kasus yang juga sama. Jadi, ya...
384
mungkin saya juga dikuatkan juga melalui kasus-kasus
385
yang juga saya pernah tangani sebelumnya. Ya maka
386
dari itu ya mba, saya tetap tenang dalam menangani
387
masalah perselingkuhan yang saya alami itu.
149
388 389
Ya kalau saat ini ya karena kami sudah pensiun
390
semua, ya kami lebih punya banyak waktu Kegiatan keseharian
391
bersama. Ya istri saya sekarang sering memasakan yang dilakukan subjek
392
makanan kesukaan saya. Lalu, juga sering bikin- bersama dengan istri
393
bikin roti untuk dimakan bersama-sama. Juga saat ini setelah
394
sering mendengarkan lagu-lagu kenangan bersama peristiwa
395
he..he.... (tertawa).
396
perselingkuhan berlalu (AK2.8).
397
Ya sebenarnya kita tidak pernah ada masalah ya mba
398
hee...he.... ya tidak pernah ada masalah yang sampai
Cara subjek dalam
399
bertengkar gitu...hee....he....
mengatasi
400
Ya biasanya yang mengambil keputusan suami, ya
permasalahan yang
401
saya... ya setelah didiskusikan dengan istri saya, ya
terjadi dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
402
mari kita (pak ES dan istrinya) tangani bersama....
403
ya setelah itu saya yang menentukan harus seperti
404
apa nantinya.
150
perkawinan (A1.4).
405 406
He...he.... (menghela napas) iya itu kalau mau di rekap
407
ya gimana ya mba he...he.. namanya jalan Tuhan juga
Permasalahan yang
408
kita juga tidak tau juga kan he...he...
muncul dalam
409
Ya gimana ya mba he..he... (menghela napas)
perkawinan subjek
410
sebenarnya itu kalau mau dibuka secara terbuka
sebelum peritiwa
411
itu ee.... sebenarnya mba DT itu… anak angkat
perselingkuhan
412
hee....he... gitu...
(A1.3).
413
Ya jadi gini mba nindi kalau mau diceritakan itu
414
dulu ya saya dan istri saya itu ya usaha sudah
Cara subjek dalam
415
banyak sekali ya mba untuk punya anak ya mba,
mengatasi
416
ya sampai datang ke mana-mana lah ya mba
permasalahan yang
417
(menghela napas). Dulu waktu itu ya mba ya sudah
terjadi dalam
418
banyak cara ya… untuk saya dan istri saya itu
perkawinan (A1.4).
419
mempunyai anak… kalau secara medis ya periksa-
420
periksa saja ya mba kalau secara medis lalu.. kalau
421
yang secara non medis ya saya pernah itu datang ke
423
bruder waktu itu mana ya itu bruder PR namanya di
424
Wonosari. Terus juga pernah ke Kotagedhe juga
425
sampai waktu itu... sampai disuruh mandi kembang air
426
apa itu... 7 sumber gitu mba... tuk air sumber air 7 ee....
427
7 sumber air gitu....juga pernah. Pokoknya macem-
428
macem lah.. saya dan istri saya itu mencari ya
429
berusaha mba.... lalu istri saya itu sudah saya
430
periksakan juga ya.. ini... mungkin suatu perjalanan
431
hidup saya ya.... pernah istri saya... saya priksakan ke
432
dokter.... e... di ngampilan itu dokter DY, dokter DY
434
itu. ya awalnya itu sebelum bekerja saya ajak istri saya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
151
435
untuk periksa-periksa orang itu kan gak mau, ya
436
setelah bekerja ya saya ketemu orang... teman saya itu
437
kalau pakleknya bisa mengusahakan, ya saya dan istri
438
saya itu pergi berobat ke pakleknya teman saya itu, tapi
439
kok tidak lama setelah itu pakleknya teman saya itu
440
meninggal... ya pengobatan juga jadi berhenti. Setelah
441
itu ya saya dan istri saya itu baru periksa ke dokter DY
442
itu di Sardjito.
443
Lalu hasil pemeriksaannya itu katanya ada
444
penyempitan saluran indung telur. Ya oleh dokter
Permasalahan yang
445
DY itu diambil saluran penyempitan indung telur
muncul dalam
446
itu... ya setelah diambil itu let beberapa waktu itu
perkawinan subjek
447
dokternya juga meninggal.
sebelum peritiwa
448
Lalu periksa lagi ke dokter YN di Patangpuluhan,
perselingkuhan
449
ya lalu periksa...periksa.. periksa lalu dokter YN
(A1.3).
450
bilang kalau bisa punya anak tapi nanti ada resiko
451
kalau mau melahirkan anak nanti, lalu saya tanya
452
resikonya apa dok... ya dokternya bilang kalau
453
melahirkan nanti ibunya bisa tidak selamat, lalu
454
nanti kalau ee..... anaknya lahir ibunya tidak
455
selamat. Ya waktu itu saya milih istri saya saja
456
yang sudah ada he...he..... ya ketika dokter YN
457
bilang begitu, saya tetap milih istri saya yang sudah mengatasi
458
ada bersama saya lama. Ya kemudian setelah
permasalahan yang
459
pulang dari dokter YN, seminggu setelah itu ya lalu
terjadi dalam
460
ada berita teman istri saya itu punya anak, eee..
perkawinan (A1.4)..
461
tapi ibunya masih biasa ya masih kecil gitu, ya
462
waktu itu ceritanya anak dari teman istri saya itu
463
punya anak tapi belum menikah ya hamil di luar
464
nikah gitu mba. ya ibunya itu masih bocah gitu....
465
ya lalu melihat seperti itu saya dan istri saya
Cara subjek dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
466
memutuskan untuk mengambil mba DT itu, ya
467
kemudian kami rawat seperti anak sendiri ya
468
waktu itu DT sendiri umurnya belum ada 1 tahun
469
ya hampir 1 tahun... ya itu ya mba mungkin
470
namanya rahasia hidup itu di luar jangkauan
471
manusia ya mba he....he....
472
Ya sampai sekarang saya tidak ee... belum
473
menyampaikan hal itu ya, tapi gak tau juga kalau DT
474
sendiri juga sudah tau dari orang-orang luar, ya mau
475
gimana pun juga sejak awal saya sudah memutuskan
476
yaa...ee.. sejak mengambil mba DT itu ya saya dan istri
477
saya kan menganggap DT itu sebagai anak kandung
478
kami... ya waktu itu ibunya mba nindi juga
479
memberikan saya buku itu KUHP nomor 288 itu
480
tentang pengangkatan anak itu mba, ya saya waktu itu
481
saya sudah.. mengusahakan untuk dibuatkan akte
482
kelahirnya DT, ya sama dukuhnya sini juga menyuruh
483
demikian. Ya ketika mengambil DT itu ya pak dukuh
484
sini itu menyuruh saya mengusahakan untuk
485
mendapatkan akte kelahiran. Ya kemudian dibantu
486
oleh ibu DR itu membuatkan akte kelahirannya DT.
487
Ya itu namanya ya mba perjuangan hidup itu seperti
488
itu itu mba... ya perjalanan hidup yang harus saya
489
jalani, ya tapi saya bersyukur ya mba bisa menjalani
490
semua itu.
491 492
Ini..ini kalau mengambil latar belakang seperti itu,
493
kalau mau dilihat yang dulu-dulu itu... saya
494
memahami... memahami seperti apa... ya saya
495
memahami dulu dididik oleh bulek saya itu orangnya
496
ee... apa itu... orangnya itu gak banyak bicara gak
152
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
153
497
banyak bicara tapi banyak petuah gitu nasihat.. lalu
498
dijalani... he..he.. lalu dijalani... ya ini lalu seperti itu
499
saya ya saya secara personil saya amati pesan-pesan
500
dari bulek dan orang-orang yang lebih tua ya sampai
501
saya ikut dengan nenek saya di sini ya saya dididik
502
untuk lebih banyak menunjukkan perbuatan nyata saya
503
seperti itu dari pada omongan. Jadi kalau ditanya
504
bagaimana mengungkapkan itu ya mba sayang
505
saya ke istri saya itu, saya tidak pernah sampai
Kegiatan keseharian
506
sekarang, saya tidak pernah ee.. bilang aku cinta
yang dilakukan subjek
507
padamu aku sayang padamu gitu mba eee.. soalnya
bersama dengan istri
508
kalau mengatakan seperti itu pasti ada tuntutan, ya
sebelum terjadi
509
tuntutannya pastinya yang diucapkan itu ya apa
perselingkuhan
510
buktinya hee....he... saya lebih ke tindakan nyata
(A1.2).
511
saya saja, lebih ke perbuatan saya itu, ya itu
512
prinsip saya mungkin mba seperti itu dalam saya
513
menjalani hidup saya ini.
514
Ya tindakan nyata saya yang saya lakukan untuk
515
menunjukkan rasa sayang saya ke istri itu ya ketika
516
istri ada permasalahan ya saya dampingi terus
517
membantu menyelesaikan permasalahan yang dia
518
alami itu, ya kayak dulu gini mba nindi contohnya
519
ketika dulu itu kakak istri saya itu hendak menikahkan
520
anaknya tapi kesulitan ekonomi ya saya bantu waktu
521
itu untuk menikahkan anaknya itu hee.....he.....
522
Kalau itu ya kalau itu ya menunjukkan rasa sayang
523
saya kepada istri ya membantu dia dalam
524
menyelesaikan pekerjaan rumah itu....., kadang
525
saya yang memasakan makanan untuk dimakan
526
bersama itu menurut saya tindakan yang saya
527
lakukan itu sudah menunjukkan rasa sayang saya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
528
154
itu.
529 530
Ya kalau perubahan yang saya rasakan dari diri
531
istri saya itu saat itu yang saya rasakan ya merasa
532
yang awalnya istri saya itu lembut jadi keras, ya Permasalahan yang
533
seolah-olah saat itu itu saya banyak salahnya muncul dalam
534
dimata dia itu... ya tapi waktu itu ya sebelum saya perkawinan subjek
535
tau ee.. diberitahu oleh teman saya itu kalau istri sebelum peritiwa
536
saya itu berselingkuh, ya saya merasakan itu ya perselingkuhan
537
merasakan sikap istri saya itu terhadap saya ya (A1.3).
538
saya memaklumi saja karena dia juga bekerja dan
539
harus mengurus rumah dan juga anak-anak juga
540
he..he....
541 542
Lah itu kalau itu ceritanya dulu kan belum ada
543
handphone tow masih long call dulu itu ya ketika itu
544
kalau malam kan sering ada telepon tapi kalau saya
545
angkat itu kq tidak dijawab.... lama-lama saya tanya itu
546
sapa yang telepon terus ternyata istrinya sana,
547
menanyakan apa suaminya ada di situ atau tidak
548
seperti itu lalu ya lama-lama lalu istrinya sana bisa
549
bertemu dengan saya ngomong-ngomong untuk
550
menyelesaikan masalah ini lewat telepon to, waktu Tindakan yang
551
itu
552
mengungkapkan
553
mengungkapkan perasaan sana.
554
suatu saat ada telepon itu mau diselesaikan berselingkuh (T2.4;
555
bagaimana.. mau diselesaikan bagaimana gitu, mau T3.4).
556
dengan romo atau gimana kalau dengan romo ya
557
akan saya panggilkan gitu tapi sana tidak mau. Ya
558
lalu pada suatu saat saya mengajak istri saya itu ke
saya
yang
menghubungi perasaan
sana
saya
ya
sana
saya dilakukan subjek juga setelah mengetahui
Akhirnya pada istri telah
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
155
559
rumahnya mereka, untuk bertemu menyelesaikan
560
permasalahan itu, ya itu karena ganggu DT juga tow
561
(nada kesal) kalau ibunya belum pulang selalu
562
menanyakan kemana ibunya kq belum pulang-pulang
563
ya makanya itu saya ngajak istri saya ke sana.
564
Ya situasi waktu itu pagi-pagi hari sabtu itu saya
565
dan istri saya itu pergi ke sana
566
bertemu istrinya sana mengungkapkan perasaan
567
dia itu sikap suaminya itu.. suaminya itu seorang
568
playboiy ya lalu saya mengatakan bagaimana ya
569
gimana juga harus berhenti seperti itu, ya waktu
570
itu istri saya diam saja gak banyak bicara yang
571
banyak bicara saya waktu itu, ya waktu itu
572
pokoknya dengan keras saya bilang ke laki-laki itu
573
untuk tindak mendekati istri saya lagi seperti itu...
574
Waktu itu sebenarnya laki-laki itu ya masih
575
mengejar-ngejar istri saya itu, tapi saya selalu
576
menasihati dan mengingatkan istri saya itu supaya
577
tidak jalan lagi dengan laki-laki itu ya ngemong lah
578
mba... Ya menasihati istri saya pelan-pelan ya Tindakan yang
579
mengingatkan dia juga, soalnya saya juga gak mau dilakukan subjek
580
keras juga dengan istri saya itu soalnya melihat kondisi setelah mengetahui
581
istri saya yang kalau dikerasi nanti malah sakit seperti istri telah
582
itu he..he....
ya lalu ketika
berselingkuh (A1.4).
583 584
Ya waktu awal-awal itu saya menjadi kurang Kesulitan yang
585
percaya lagi dengan istri saya itu, jadi kalau pergi- dialami subjek ketika
586
pergi selalu saya antar terus, tapi seiring berjalannya memutuskan untuk
587
waktu istri saya kemudian ya puji Tuhan ya mba jadi tetap mempertahankan
588
banyak perubahan-perubahan menjadi lembut lagi, perkawinan (AK1.4).
589
perhatian dengan saya dan anak-anak dan juga mau
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
156
590
mengikuti KTM itu bersama-sama dengan saya.
591
Kalau mengungkapkan rasa sayang itu ya dengan pahami setelah
592
perbuatan itu tadi mba, saya membimbing istri peristiwa
593
saya untuk menjadi lebih baik itu mba ya dengan perselingkuhan berlalu
594
berdoa itu mba ya dengan kekuatan doa itu saya (AK1.5).
595
membimbing istri saya itu. Setelah kejadian itu Penilaian subjek
596
saya dan istri saya itu, saya ajak untuk meluangkan terhadap istri setelah
597
waktu setiap malam untuk berdoa bersama lalu memutuskan tetap
598
menceritakan kejadian apa ya kejadian yang mempertahankan
599
terjadi hari ini, ya bagaiman perasaan yang dialami perkawinan (AK1.2).
600
hari ini, ada masalah atau tidak, ya kita (pak ES
601
dan istri pak ES) jadi ada waktu setiap malam
602
untuk ngobrol bersama. Kalau dulu-dulu kita (pak
603
ES dan istri pak ES) tidak seperti itu, kalau malam
604
ya sekedar makan malam, lihat televisi lalu tidur.
605
Tapi ya setelah kejadian itu ya saya kemudian
606
berpikir bagaimana caranya membimbing istri Pelajaran yang subjek
607
saya, ya supaya istri saya itu tidak jalan dengan pahami setelah
608
laki-laki itu atau pun laki-laki lain, ya saya pikir peristiwa
609
dengan ada waktu di malam itu untuk kita berdoa perselingkuhan berlalu
610
bersama ya istri saya jadi sadar seperti itu mba...
611
Kalau istri saya itu senangnya mendengarkan lagu- Kegiatan keseharian
612
lagu
613
mendengarkan radio, biasanya istri saya sambil bersama dengan istri
614
memasak,
615
membersihkan sawang-sawang di atap rumah... ya peristiwa
616
habis itu biasanya kita makan bersama lalu ya perselingkuhan
617
ngobrol-ngobrol
618
sedang terjadi ya kalau tidak ya biasanya kalau
619
pagi-pagi itu kita jalan-jalan pagi olahraga pagi-
620
pagi itu.....
di
radio
lalu
ya
jadi
kami
saya
berita-berita
Pelajaran yang subjek
(AK1.5).
bersama-sama yang dilakukan subjek
sambil
yang
menyapu saat ini setelah
apa
yang berlalu.
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN 5 KODING SUBJEK 2 (DN)
157
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
158
KODING SUBJEK 2 (DN) NO. BARIS
VERBATIM
KATA INTI
1
Menilai istri saya ya... emm.. ya sebelum ada Penilaian subjek
2
permasalahan perselingkuhan itu ya... saya melihat terhadap istri sebelum
3
kalau istri saya itu orang yang sangat sayang terjadi perselingkuhan
4
dengan keluarga, sayang dengan anak-anak, ya (A1.1).
5
bisa mengurus keperluan saya dan anak-anak juga.
6
Ooo.. kalau itu ya... karena itu tadi ya ketika saya
7
pertama kali kenal dengan istri saya, ya saya melihat
8
dia orang yang baik dan penyayang. Ya.. dulu kan
9
saya sering main ke rumah istri saya itu ee.... dulu itu
10
saya eee.... jadi kakaknya istri saya itu merupakan
11
teman kampus satu angkatan terus saya juga dekat
12
dengan kakaknya itu, jadi ee.... ya sering main ke
13
rumah teman saya itu he...he.... Karena sering main ke
14
rumah teman saya itu hee..he.... terus ya jadi sering
15
ketemuan itu ya mungkin.... mungkin... waktu itu...
16
jadi ada benih-benih cinta gitu he..he.... (tertawa). Ya
17
setelah dulu itu eeee.... saya sudah mengenal lama
18
karena sering main ke rumah istri saya itu dan saya
19
juga lihat dia orang yang baik dan perhatian,
20
kemudian ya saya berani mengungkapkan perasaan
21
saya itu dengan dia he.....he...... (tertawa) ya untungnya
22
dia mau dengan saya he..he.. (tertawa) menerima
23
perasaan saya gitu hehe.... (tertawa).
24 25
Ya iya... saya kemudian melamar dan menikahi istri
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
26
saya tahun 1985 itu. Ya karena waktu itu saya rasa
27
sudah cukup umur soalnya usia saya juga sudah 30
28
tahun dan istri saya juga sudah 25 tahun. Kami juga
29
sudah sama-sama bekerja, jadi kami juga sudah siap
30
untuk menikah juga.
159
31 32
Kalau kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan, Kegiatan keseharian
33
kalau hari biasa ya kita bekerja, ya kalau pagi istri yang dilakukan subjek
34
saya sudah masak mempersiapkan untuk sarapan bersama dengan istri
35
pagi, ya terus saya nanti yang membersihkan sebelum terjadi
36
rumah kalau pagi. Tapi itu sebelum punya si RD perselingkuhan
37
(anak pertama subjek) ya mba, yah.... pada tahun 1986 (A1.2).
38
itu setelah RD (anak pertama subjek) lahir ya jadi rame
39
tapi juga tambah agak ribet. Mungkin ee... pada waktu
40
itu... namanya juga pas itu punya anak pertama, jadi
41
ketika awal-awal ya mengurus sendiri agak ribet.
42
Apalagi istri saya kan juga bekerja, jadi setelah selesai
43
masa cutinya ya saya kasihan juga kalau lihat istri saya
44
mengerjakan pekerjaan rumah semua. Ya saya waktu
45
itu manggil pembantu untuk membantu istri saya, jadi
46
ya kalau saya dan istri saya bekerja ya si RD di rumah
47
bersama mbaknya itu... tapi neneknya, ya ibunya istri
48
saya itu juga sering datang ke rumah untuk membantu
49
menjaga RD (anak pertama subjek) he..he.... (tertawa).
50
Ya kalau libur, sebelum punya RD (anak pertama Kegiatan keseharian
51
subjek) ya biasanya lebih sering di rumah mba.... yang dilakukan subjek
52
ya bersih-bersih rumah, terus nanti istri biasanya bersama dengan istri
53
bikin masakan apa gitu, terus sambil ndengerin sebelum terjadi
54
lagu-lagu di radio. Kalau.. setelah punya RD (anak perselingkuhan
55
pertama subjek), ya jadi lebih banyak waktu main (A1.2).
56
sama RD (anak pertama subjek). Ya kalau pagi ya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
57
biasa jalan-jalan pagi kalau libur, saya, istri saya
58
dan RD (anak pertama subjek) kalau libur ya
59
jalan-jalan keliling kampung gitu..
160
60 61
Ya, permasalahan perselingkuhan itu yang paling berat
62
dan ya menurut saya tidak bisa dilupakan sampai
63
kapan pun mba...
64
Ya kalau melihat yang dulu-dulu saya rasa tidak ada Permasalahan yang
65
masalah sama sekali mba, kalau pertengkaran kecil muncul dalam
66
itu ya pastinya ada dalam kehidupan berumah perkawinan subjek
67
tangga ya mba... tapi kalau saya dan istri saya sebelum peritiwa
68
bertengkar pada waktu itu sebelum perselingkuhan perselingkuhan
69
ya mba, ya mungkin cuman karena kami kecapaian (A1.3).
70
setelah pulang kerja terus lihat rumah berantakan,
71
ya karena waktu itu… anak-anak kami juga masih
72
kecil-kecil, pas tahun 91 itu kami juga punya AI (anak
73
kedua subjek) ketambahan mungkin juga tugas-tugas
74
di kantor juga lagi banyak, ngurus kurikulum, ya
75
banyak lah... jadi kalau sudah capek kayak gitu
76
pulang ke rumah lihat rumah berantakan ya
77
kadang bikin bertengkar kecil aja mba, tapi ya
78
setelah itu biasa aja karena lihat anak-anak jadi
79
capeknya hilang gitu mba....
80 81
Saya dan istri saya pada waktu itu... kalau Cara subjek dalam
82
menyelesaikan masalah kayak gitu ya biasanya mengatasi
83
saya dan istri saya saling ngerti aja mba... ya bagi- permasalahan yang
84
bagi tugas dan juga lihat kondisi juga, kalau misalnya terjadi dalam
85
saya
86
membereskan, terus nanti kalau saya lihat istri saya
87
yang capek banget ya saya yang membereskan rumah,
yang
capek
banget
ya
istri
saya
yang perkawinan (A1.4).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
88
ya juga sambil mengajarkan anak-anak juga sih mba,
89
jadi kalau habis selesai bermain ya saya mengajarkan
90
untuk membereskan mainanya, tapi yang mungkin
91
namanya anak-anak mba kalau sudah main ya lupa
92
mba, jadi perlu diingatkan he...he....
161
93 94
Oo..
ya
peristiwa
perselingkuhan
itu
terjadi
95
pertengahan tahun 96, (diam sambil mengingat) waktu
96
itu anak yang saya si RD baru 10 tahun terus yang
97
kecil si AI baru ya 5 tahunan kalau tidak salah ingat,
98
mereka masih kecil waktu itu (menghela napas).
99
Ya jadi gini mba... teman selingkuh istri saya itu si
100
WW namanya kan WW (nada suara agak ditekan)
101
mba.... dulu itu teman istri saya waktu SMA ya kalau
102
diingat lagi saya sangat tidak suka dengan si WW itu
103
karena telah berani mengganggu rumah tangga saya ya
104
mba (menghela napas). Awalnya itu.. sebelumnya Hal yang membuat
105
saya juga diberitahu tetangga sekitar rumah sini subjek mengetahui
106
kalau istri saya itu... ada yang melihat dia bertemu istri telah
107
dengan laki-laki. Mendengar itu saya tidak langsung berselingkuh (T1.1).
108
percaya gitu mba, saya pikir ee..... mungkin waktu itu
109
istri saya sedang bertemu dengan temannya. Tapi
110
semakin hari koq tentangga banyak yang ngrasani
111
gitu... karena semakin banyak tentangga yang bilangin
112
saya, saya jadi risih rasanya mba.. terus makanya ee...
113
dari itu saya mencoba membuktikannya dengan Hal yang membuat
114
mengikuti istri saya waktu itu (menghela napas). subjek mengetahui
115
Jadi waktu itu pas.... hari minggu mba, jadi istri istri telah
116
saya itu pamitnya itu…. mau pergi dengan teman- berselingkuh (T1.1).
117
temannya kemana.. gitu…, ya kemudian saya
118
ikutin saja dengan motor waktu itu. Waktu itu saya
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
162
119
ikutin istri saya yang juga naik motor, ya istri saya
120
waktu itu berhenti rumah makan mba, ya ternyata
121
dia menemui si WW itu mba... ya saya waktu itu Perasaan yang dialami
122
melihat dengan mata kepala saya sendiri ya subjek setelah
123
campur aduk lah mba rasanya (diam, menghela mengetahui istri telah
124
napas). Sempat terpikir untuk mendatangi mereka itu, berselingkuh (T2.3;
125
tapi ya saya mikir waktu itu juga di tempat umum. T3.3).
126
Eee... waktu itu gimana pun saya mencoba menahan
127
diri aja mba, soalnya waktu itu saya pikir kalau saya
128
marah-marah di tempat umum seperti itu juga akan
129
bikin malu mba.. (menghela napas).
130 131
Emmm... (menghela napas) mengenal secara pribadi
132
sih.. ee... saya tidak mengenal. Saya tau dia ketika
133
menemani reunian SMA istri saya itu.
134
Ya gimana ya gak marah tow mba wong ya di Perasaan yang dialami
135
depan mata saya lihat istri saya gandengan tangan subjek setelah
136
dengan laki-laki lain, makan bareng, apalagi istri mengetahui istri telah
137
saya pamitnya mau bertemu dengan teman-temannya berselingkuh (T2.3;
138
(dengan nada ditekan).
T3.3).
139 140
Pada waktu itu eeya.... karena saya tidak mau marah-
141
marah di depan umum, ya saya waktu itu pulang ke
142
rumah.
143
Ya piye ya mba waktu itu rasanya campur aduk, Perasaan yang dialami
144
marah banget, sedih, kecewa ya campur aduk lah subjek setelah
145
mba... ya rasanya dalam pikiran itu penuh mba, mengetahui istri telah
146
rasanya banyak hal yang mau saya luapkan ke istri berselingkuh (T2.3;
147
saya itu (menghela napas).
148
Ya banyak lah mba, rasanya bingung waktu mba
149
saat itu, mikir saya harus gimana, mikir anak-anak
T3.3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
163
150
di rumah, serba bingung, marah, campur aduk
151
waktu itu. Ya setelah pulang ke rumah saya Tindakan yang
152
menunggu istri saya pulang. Istri saya pada waktu itu dilakukan subjek
153
pulang ya sore-sore gitu lah... ya kemudian saya setelah mengetahui
154
langsung ajak masuk ke kamar dan menanyakan istri telah
155
dari mana saja dia. Ya dia bilang kalau habis bertemu berselingkuh (T2.4;
156
dengan teman-temannya.
T3.4).
157 158
Ya saya tambah marah mba waktu itu, saya Perasaan yang dialami
159
kemudian bilang kalau hari ini saya mengikuti istri subjek setelah
160
saya itu. Waktu itu….. istri saya kelihatan terkejut mengetahui istri telah
161
setelah saya bilang seperti itu, tapi ya waktu itu berselingkuh (T2.3;
162
yang bikin saya tambah marah, istri saya malah T3.3).
163
menyalahkan saya sebagai suami yang tidak
164
perhatian lah..., dan banyak hal yang waktu itu
165
istri saya katakan (diam, menghela napas).
166
Wah.... ya tambah marah mba (nada ditekan), sakit
167
hati saya dikatakan seperti itu, ya waktu itu saya
168
sangat marah dan sempat terucapkan kalau saya
169
akan menceraikan istri saya itu, waktu itu... saya
170
benar-benar marah ketika mengucapkan kata cerai
171
kepada istri itu (menghela napas, diam).
172
(menghela napas) Ya seperti yang sudah saya
173
sampaikan tadi, (diam sebentar) emm.. ya waktu itu
174
saya benar-benar marah dan waktu itu hanya Pikiran subjek yang
175
kepikiran untuk menceraikan istri saya itu, setelah muncul
176
saya mengatakan demikian lalu.. saya keluar kamar mengetahui istri telah
177
tapi… pada waktu itu saya kemudian jadi kepikiran berselingkuh
178
anak-anak mba.... Saya jadi kepikiran anak-anak yang T3.2).
179
masih kecil, rasanya... saya jadi merasa bersalah
180
kepada anak-anak, ee... juga campur aduk lah mba..
setelah
(T2.2;
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
181
perasaan saya mba waktu itu.... marah juga dengan
182
perbuatan istri saya itu. Ya waktu itu saya masuk lagi
183
ke kamar dan mengatakan kepada istri saya kalau kita
184
harus bicara satu sama lain untuk menyelesaikan
185
masalah ini (diam).
164
186 187
Yang saya lakukan kemudian pada waktu itu…. Tindakan yang
188
mengungsikan RD dan AI ke tempat ibu saya di dilakukan subjek
189
pojok beteng wetan itu. Waktu itu ya... waktu itu setelah mengetahui
190
saya mengatakan kepada istri saya ya setelah saya istri telah
191
masuk kembali ke kamar itu, ya saya tidak mau anak- berselingkuh (T2.4;
192
anak tau permasalahan ini. Kebetulan anak-anak pada T3.4).
193
waktu itu masih TPA (red. Tempat Pembelajaran
194
Alquran), jadi ya tidak tau pertengkaran saya dengan
195
istri saya (diam). Setelah anak-anak pulang dari TPA
196
saya bilang kalau mereka akan tinggal beberapa hari di
197
rumah eyang mereka. Eee.... Waktu itu saya yang
198
mengantarkan langsung RD dan AI ke rumah eyang
199
mereka. Ya setelah sampai di rumah orangtua saya, ya
200
saya menyuruh anak-anak untuk mandi membersihkan
201
diri dulu. Kemudian saya bercerita kepada ibu saya
202
mengenai perselingkuhan yang dilakukan istri saya
203
itu (menghela napas). Waktu itu ya mba... saya
204
bersyukur sekali masih punya ibu, waktu itu.... waktu
205
itu
206
mengingatkan saya kalau saya dan istri saya masih
207
punya anak-anak yang harus dirawat (diam, menghela
208
napas).
ibu
saya
hanya
menenangkan
saya
dan
209 210
Iya mba, ya pada waktu itu emmm.... saya merasa ibu
211
merupakan satu-satunya orang yang bisa mengerti
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
212
saya. ya ibu kemudian menasihati dan mengingatkan
213
saya kalau masih punya anak-anak yang harus dirawat.
214
Ya waktu itu ibu kemudian menyuruh saya ambil air
215
wudhu dan sholat, sebelum pulang ke rumah dan
216
menemui istri saya (diam, menerawang).
165
217 218
Ya setelah dari rumah ibu saya saya pulang untuk Perasaan yang dialami
219
bertemu dengan istri saya. ya selama perjalanan pulang
220
saya juga masih sangat marah, banyak hal yang saya
221
pikirkan, ya saya ceekkkk…. gimana ya mba saya…
222
(menghela napas) sebagai imam dalam keluarga berselingkuh
223
gimana ya mba seperti merasa gagal dalam
224
mendampingi keluarga. Saya juga merasa kecewa
225
kepada istri saya dengan perbuatan dan perkataan
226
terhadap diri saya (diam).
227
Eemmm.. (menghela napas) pada waktu itu setelah
228
sampai rumah pun.... saya masih percaya tidak percaya
229
akan apa yang telah dilakukan istri saya itu, ya
230
bingung gimana ya mba mau menceritakannya, waktu
231
itu saya benar-benar merasa kecewa dan sebagai
232
seorang imam dalam keluarga saya merasa
233
diremehkan… dan ditipu… oleh ibunya anak-anak.
234
Waktu itu saya merasa sangat marah dan yang
235
terpikirkan benar-benar ingin menceraikan ibunya
236
anak-anak, tapi…. saya juga kepikiran anak-anak
237
nanti juga gimana nasibnya kalau saya menceraikan
238
istri saya (diam, menghela napas). Jadi ee... mungkin,
239
saat itu awalnya yang membuat saya tetap bertahan Hal yang membuat
240
karena anak-anak yang masih kecil-kecil mba.. subjek tetap
241
(diam).
242
subjek
setelah
mengetahui istri telah (T2.3;
T3.3).
mempertahankan perkawinan (AK1.1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
166
243
Ee... lalu.. kemudian saya langsung mengajak bicara
244
istri saya itu, ya dengan perasaan yang campur aduk, Perasaan yang dialami
245
marah, kesal, kecewa, sebagai imam merasa harga subjek setelah
246
diri saya diinjak-injak. Kemudian saya bertanya mengetahui istri telah
247
kepada istri saya itu, eee.. sejak kapan dia menjalin berselingkuh (T2.3;
248
hubungan dengan si WW itu, ya istri saya mengatakan T3.3).
249
kalau dia sering pergi bersama WW sejak setelah
250
reunian itu sekitar 5 bulan cerita istri saya pada waktu
251
itu. Lalu saya tanya lagi kenapa dia berbuat demikian,
252
istri saya waktu itu menjawab karena dia merasa
253
kurang diperhatikan oleh saya, saya dianggap tidak
254
pengertian dan lain sebagainya lah mba (menghela
255
napas), saya kesal sekali waktu itu saya merasa Perasaan yang dialami
256
sudah memberikan yang terbaik buat keluarga subjek setelah
257
saya..... ya istri dan anak-anak saya. Tapi melihat mengetahui istri telah
258
jawaban istri saya itu, saya tidak habis pikir.... berselingkuh (T2.3;
259
sangat kecewa sekali (diam, menghela napas).
T3.3).
260 261
Malam itu….. setelah saya berbicara dengan istri saya,
262
saya mengatakan untuk saling introspeksi dulu ya Tindakan yang
263
waktu itu….. saya kemudian paginya berpikir dilakukan subjek
264
untuk menemui seorang ulama. Ya... kepada ulama setelah mengetahui
265
itu saya menceritakan mengenai permasalahan saya istri telah
266
itu, kekecewaan saya terhadap istri saya, penghinaan berselingkuh (T2.4;
267
ya harga diri saya sebagai seorang imam dalam T3.4).
268
keluarga seperti terinjak-injak. Ee… waktu itu…. ee…
269
setelah
270
mengatakan kalau saya disuruh mengingat apa tujuan
271
saya menikah dengan istri saya itu. Ya waktu itu saya
272
bingung harus jawab apa, karena… waktu itu yang
273
saya rasakan dan pikiran saya…. hanya perasaan
saya
bercerita…
kemudian
ulama
itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
167
274
marah, kesal dan ingin menceraikan istri saya
275
(menghela napas). Pada waktu itu.... ya kemudian..
276
kemudian ulama itu mengatakan kepada saya dia
279
menanyakan kepada saya apakah eee..... saya telah
280
melakukan tanggung jawab saya sebagai imam dalam
281
rumah tangga. Lalu….. waktu itu saya merasa sudah
282
bertanggung jawab apa ya... melakukan tanggung
283
jawab sebagai seorang suami dan juga ayahnya anak-
284
anak. Lalu… kemudian… ee… ulama itu terus
285
memberikan pertanyaan lagi kepada saya apakah saya
286
sudah melaksanakan tanggung jawab memberikan
287
nafkah baik lahir maupun batin, lalu apakah saya
288
sudah menyediakan tempat tinggal selayaknya... ya
289
saya menjawab kalau saya sudah melakukan itu
290
semua…
291
seorang suami dan imam dalam keluarga bukan hanya
292
sekedar itu saja, eee... pada waktu itu ulama itu
293
mengatakan bahwa saya juga harus bisa mendidik
294
akhlak dan agama dengan baik heemmmm..
295
(menghela napas) ketika... ceekkk... ketika ulama mempertahankan
296
itu mengatakan itu ya saya ingat kalau selama itu
297
sebelumnya.... saya juga tidak apa ya dulu waktu
298
itu ckk... tidak pernah mengajak anak-anak ya
299
mengajarkan bagaimana cara sholat ya waktu itu
300
sebenarnya
301
mengurus anak-anak lebih banyak istri saya. lalu
302
ya kemudian yang membuat saya tersadar untuk
303
pada ya...eee... tidak menceraikan istri saya...
304
hemmm.. waktu itu ulama itu juga mengatakan
305
bahwa
306
mengayomi....
Ulama itu mengatakan lagi bahwa tugas
waktu
saya
juga
bersama
anak-anak
mempunyai
melindungi
tugas
kehormatan
tugas
untuk dan
Hal
yang
membuat
subjek
tetap
perkawinan (AK1.1)
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
307
keselamatan istri… itu hal yang dikatakan ulama
308
yang membuat saya tidak jadi berniat untuk
309
menceraikan istri saya... (diam)
168
310 311
Hem... ketika.. waktu malam itu setelah saya
312
menanyakan kepada istri saya kenapa dia pergi
313
bersama laki-laki lain, hemmm.. (menghela napas)
314
saya memang sangat marah, tapi ya ketika itu saya
315
ingat nasihat ibu saya.... waktu saya mengantarkan
316
anak-anak ke tempat ibu saya kalau... saya harus
317
memikirkan anak-anak yang masih kecil-kecil. Ee...
318
malam itu saya berpikir kalau gimana pun saya adalah
319
kepala keluarga ya gimana caranya saya harus
320
bertanggung jawab atas masalah ini.
321
Ya saya kepikiran untuk mecari solusi mengobati
322
rasa sakit hati saya dulu, saya ingin mencari Tindakan yang
323
pencerahan ke orang yang bisa ee... yang lebih bisa dilakukan subjek
324
memberikan nasihat atau ya jalan keluar masalah setelah mengetahui
325
saya... ya pergi ke tempat ulama itu.
326
Yang saya lakukan setelah itu, ya berbicara dengan berselingkuh (T2.4;
327
istri saya lagi, ya saya mencoba untuk bersikap tenang T3.4).
328
dan tidak bertindak emosi supaya tidak terucap kata
329
cerai lagi. Ketika saya berbicara dengan istri saya, ee...
330
saya menanyakan bagaimana perasaan dia saat ini
331
ya istri saya ketika saya tanyakan demikian
332
menjawab kalau dia merasa sedih dan juga
333
bersalah karena telah menyakiti saya dan anak-
334
anak. Waktu itu dia meminta maaf juga, meminta
335
maaf perbuatan yang salah.... saya melihat istri
336
saya
337
kesalahannya saat itu ya merasa tenang.
sudah
meminta
maaf
dan
istri telah
mengakui
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
169
338
Dan pada waktu itu juga saya meminta istri saya
339
untuk mengakhiri hubungan dengan si WW itu. Tindakan yang
340
Eemm... ceekk.... Ya pada waktu itu saya meminta dilakukan subjek
341
istri untuk menelepon si WW itu, saya langsung setelah mengetahui
342
berbicara dengan tegas kalau dia tidak boleh istri telah
343
berhubungan dengan istri saya lagi, waktu itu saya berselingkuh (T2.4;
344
sempat mengancam dia, kalau ya.. dia masih ngeyel T3.4).
345
mencoba mendekati istri saya, saya bilang ee..
346
waktu itu saya akan menyelesaikan secara laki-
347
laki... ee... maksud saya itu saya tidak segan-segan
348
untuk bertindak keras pada si WW itu he.....he......
349 350
Memang awalnya sulit ya mba... jadi ya yang saya
351
rasakan waktu itu awal-awal ya setelah saya Kesulitan yang
352
memutuskan tidak menceraikan istri saya, ya sulit dialami subjek ketika
353
ya mba untuk percaya lagi dengan istri saya itu. memutuskan untuk
354
Cekkk.. rasanya itu masih terbayang-bayang tetap mempertahankan
355
melihat istri saya jalan dengan laki-laki lain. Ya perkawinan (AK1.4).
356
tapi yang saya ingat juga ee... perkataan ulama yang
357
memberikan nasihat kepada saya itu, ya saya ingin apa
358
ya mba melindungi kehormatan istri saya juga sebagai
359
imam dalam keluarga. Hemmm... Setelah mencoba
360
melaksanakan apa yang dinasihatkan ya mungkin
361
rasanya jadi lebih ringan perasaanya tidak seemosi Perasaan
362
ketika saya mengatakan akan menceraikan istri
363
saya. ya mencoba lebih bisa memperbaiki diri juga
364
gitu mba he.....he...... (tertawa).
365 366 367 368
setelah
subjek membuat
keputusan untuk tetap mempertahankan perkawinan (AK1.3).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
170
369
Itu tadi mba seperti yang sudah saya katakan tadi itu ya Kesulitan yang
370
awal-awal saya jadi tidak percaya dengan apa yang dialami subjek ketika
371
dikatakan istri saya. Saya ee.. jadi lebih sering memutuskan untuk
372
menanyakan kalau dia mau pergi kemana-mana tetap mempertahankan
373
gitu pada waktu itu.
perkawinan (AK1.4).
374 375 376
Hemmm.... setelah kejadian itu yang saya pelajari Pelajaran yang subjek
377
ee.... apa ya yang saya pelajari waktu itu saya pahami setelah
378
mungkin jadi tersadarkan belum menjadi seorang peristiwa
379
imam yang baik bagi istri dan anak-anak mungkin perselingkuhan berlalu
380
ya he...he... ya setelah kejadian itu dan saya minta (AK1.5).
381
nasihat dari ulama, ya saya jadi sadar belum
382
melaksanakan tugas untuk mengayomi istri dan
383
anak-anak he..he..... ya selain itu ehhmm.... gimana
384
ya mba memang istri saya itu ee.... pada waktu itu
385
telah berselingkuh... ee... setelah.. setelah saya
386
mendengar nasihat ulama itu ya rasanya jadi
387
tersadarkan juga mba gimana ya tersadarkan
388
untuk... untuk apa ya istilahnya itu ee... melindungi
389
dan ee... menyelamatkan kehormatan istri saya itu.
390
Ketika.... setelah dari ulama itu saya jadi berpikir
391
sebagai seorang imam dalam keluarga memang
392
mungkin saya masih banyak kurang, mungkin
393
waktu itu yang membuat istri saya melakukan
394
perbuatan itu, tapi ketika itu ee.... saya juga berpikir
395
setelah dari ulama itu kalau saya sebagai seorang imam
396
harus menjaga dan melindungi kehormatan istri, ee...
397
istri saya itu memang telah berselingkuh tapi.. saya
398
sebagai
399
kehormatannya sebagai seorang istri. Ee... dalam
seorang
imam
ingin
menyelamatkan
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
400
agama saya sendiri eee... juga dikatakan kalau cerai
401
juga merupakan hal yang dibenci oleh Alloh mba....
171
402 403
Ya saya menjalani sekarang ini dengan penuh Perasaan subjek saat
404
syukur aja mba ee... karena juga sudah bisa ini setelah peristiwa
405
melewati
406
menghancurkan kehidupan rumah tangga saya dan tersebut berlalu
407
istri saya... saya bersyukur bisa melewati itu semua (AK2.6).
408
he..he... (tersenyum).
masalah
yang
istilahnya
hampir perselingkuhan
409 410
Kegiatan yang dilakukan bersama ya.... eemm..... Kegiatan keseharian
411
ya mungkin jadi lebih punya waktu untuk yang dilakukan subjek
412
berduaan ya mba he...he.... anak pertama saya DR itu bersama dengan istri
413
juga sudah mentas dan bekerja di Jakarta, anak saya saat ini setelah
414
yang kedua juga sudah mau selesai juga kuliahnya.
415
Ya banyak yang berubah ya mba, kami.. saya dan perselingkuhan berlalu
416
istri jadi banyak berubah, istri saya juga jadi (AK2.8).
417
mengenakan jilbab ya walau belum lama juga dia
418
memutuskan memakai jilbab he....he.... ya kami jadi
419
makin
420
mba....he....he.... ya jadi lebih sering cerita-cerita,
421
lebih sering bercanda-canda gitu lah mba...
423
he...he.....
mengerti
satu
sama
lain
peristiwa
juga
424 425
kalau sebelum kejadian itu sih... saya rasa hubungan
426
kami baik-baik saja... ya seingat saya tidak ada
427
masalah sama sekali (diam).
428
Emm.. kalau masalah rumah tangga mungkin kalau
429
ada hanya masalah-masalah kecil lah.... yang namanya
430
rumah tangga pasti ada konflik-koflik. Tapi waktu Permasalahan yang
431
itu, konflik yang ada paling cuman konflik-konflik muncul dalam
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
172
432
rumah
434
permasalahan paling masalah rumah tangga biasa sebelum peritiwa
435
seperti mengurus kebutuhan-kebutuhan sehari- perselingkuhan
436
hari dan kebutuhan anak. Yang saya ingat dulu.. (A1.3).
437
sebelum ada peristiwa perselingkuhan itu, saya dan
438
istri saya tidak pernah ada masalah, rumah tangga saya
439
baik-baik saja.....
tangga
biasa
juga.
Kalau
ada perkawinan subjek
pun
440 441
Kalau sebelum ada kejadian istri saya selingkuh itu...
442
saya yang selalu mengambil keputusan dan Cara subjek dalam
443
mengambil tindakan harus seperti apa gitu. Ketika mengatasi
444
dulu sebelum ada peristiwa itu.... saya jarang kalau permasalahan yang
445
berdiskusi dulu dengan istri... (diam). Emmm.. terjadi dalam
446
mungkin sikap saya seperti itu dulu ya... yang mungkin perkawinan (A1.4).
447
otoriter, tidak... mau berdiskusi kalau ada masalah itu
448
mungkin yang jadi penyebab istri saya selingkuh.
449 450
Oo.... kalau dulu itu saya mengucapkan sayang kepada Kegiatan keseharian
451
istri saya itu dulu... sebelum ada peristiwa itu, kalau yang dilakukan subjek
452
seperti mengucapkan kata-kata yang romantis bersama dengan istri
453
kayak anak muda jaman sekarang... saya tidak sebelum terjadi
454
seperti
455
mengucapkan seperti papa sayang sama mama gitu (A1.2).
456
he..he... selebihnya sih lebih ke tindakan sih mba
457
kalau saya menunjukkan rasa sayang saya seperti
458
kalau pas hari ulang tahun pernikahan kita, saya
459
sering mengajak makan sekeluarga seperti itu
460
mba....
itu
he..he....
ya
mungkin
kalau perselingkuhan
461 462
Kegiatan seperti apa dulu nih... he...he... kalau Kegiatan keseharian
463
kegiatan berdua ya dulu sebelum ada permasalah yang dilakukan subjek
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
173
464
itu ya biasanya kalau misal habis pulang dari bersama dengan istri
465
kantor gitu ya biasanya nonton TV bareng, sebelum terjadi
466
ngobrol-ngobrol santai kayak ngomongin masalah perselingkuhan
467
kantor atau apa gitu... kalau dulu jarang sih mba (A1.2).
468
kami berdua jalan pergi berdua, mungkin kalau pergi
469
keluar kalau ada yang pas ulang tahun kayak ulang
470
tahun pernikahan kami atau ulang tahun anak-anak itu
471
kami biasanya makan di luar...
472 473
Kalau perubahan-perubahan itu malah saya tidak
474
merasakan itu mba... saya dulu sebelum mengetahui
475
bahwa istri saya berselingkuh itu ya biasa-biasa saja
476
mba... kami menjalaninya tanpa ada permasalahan-
477
permasalahan. (menghela napas) Maka dari itu mba Perasaan yang dialami
478
ketika dulu itu setelah saya tau kalau istri saya subjek setelah
479
berselingkuh sangat kecewa sekali dan merasa mengetahui istri telah
480
bahwa selama saya dan istri saya menjalani hidup berselingkuh (T2.3;
481
bersama itu sia-sia... (menghela napas). Saya waktu T3.3).
482
itu tidak pernah kepikiran akan mengalami masalah
483
demikian.
484
menjalani kehidupan berumah tangga kami itu baik-
485
baik saja, tetapi malah sebaliknya..... Istri saya malah
486
berselingkuh dan malah menyalahkan saya sebagai
487
suami yang tidak perhatian dan pengertian (diam).
Saya
mengganggap....
kalau
dalam
488 489
Ya mungkin setelah saya mendapat nasihat dari Hal
490
ulama saya itu.... jadi tersadarkan juga mba.... subjek
491
kalau saya itu belum menjadi imam yang baik. mempertahankan
492
Kalau mau diingat dulu itu saya termasuk orang yang perkawinan (AK1.1).
493
keras dan kalau sudah menentukan suatu keputusan
494
anak-anak
dan
istri
saya
harus
menurutinya.
yang
membuat tetap
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
495
Mungkin... sikap saya itu karena didikan ayah saya
496
dulu juga... mungkin ya..... ayah saya dulu orang yang
497
keras dan sangat disiplin. Jadi karena sikap saya
498
seperti itu, istri saya jadi tertekan.. merasa tidak
499
dihargai dan tidak dianggap sebagai seorang istri dan
500
ibu.... ya setelah saya merenungi nasihat dari ulama
501
yang saya temui itu.. saya mencoba merefleksikan diri
502
saya mba waktu itu..... (diam)
174
503 504
Jujur saja mba dulu ceritanya setelah saya meminta
505
nasihat dari ulama itu, saya sempat pisah dengan istri
506
saya itu, tapi bukan pisah rumah hanya pisah kamar
507
saja, sempat beberapa hari saya bicara ketus dengan
508
istri saya. Kalau mau diingat dulu pertentangan
509
batin juga mba.... antara sakit hati saya dan
510
mempertahankan
511
berat mba.... di sisi lain saya juga kepikiran anak-anak
512
mba.... istri saya memang sudah meminta maaf dan
513
saya juga sudah berbicara untuk segera memutuskan
514
hubungan dengan si WW itu, tapi rasanya waktu itu Kesulitan yang
515
untuk membangun rasa percaya lagi kepada istri dialami subjek ketika
516
saya itu berat mba...
perkawinan
mba....
rasanya
memutuskan untuk
517
tetap mempertahankan
518
perkawinan (AK1.4).
519 520
waktu itu saya sempat membenci istri saya, Perasaan yang dialami
521
menyalahkan dia.... kerena tega mengkhianati saya. subjek setelah
522
Tapi, dengan saya merefleksikan diri.. juga dengan mengetahui istri telah
523
sholat dan bercerita pada ibu saya mengenai perasaan berselingkuh (T2.3;
524
saya, jadi lebih ringan dan membantu saya untuk T3.3).
525
berpikiran secara jernih....
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
175
526
Waktu itu, setelah saya dapat berpikiran jernih ya.. Penilaian subjek
527
saya rasa bahwa diri saya yang keras dan otoriter terhadap istri setelah
528
yang menyebabkan istri saya sempat berpaling. memutuskan tetap
529
Setelah... saya menyadari kekurangan saya, waktu mempertahankan
530
itu saya melihat istri saya sebagai orang yang butuh perkawinan (AK1.2).
531
didengarkan
532
diperhatikan.... Waktu itu saya dan istri saya saling
533
koreksi diri juga, jadi setelah saya sempat mendiamkan
534
istri saya itu, kemudian... saya mencoba mengajak dia
535
jalan keluar untuk makan bareng berdua.... ya waktu
536
itu saya dan istri saling share mengungkapkan
537
perasaan kami masing-masing. Mulai waktu itu kami
538
jadi lebih terbuka lah mba.. saya jadi sadar kekurangan
539
saya dan saya juga berusaha memahami istri saya juga.
540
Kemudian setelah kami saling share waktu itu, lalu
541
kami saling berjanji untuk saling mengubah sikap,
542
saling mengingatkan juga kalau ada yang salah, lalu
543
juga kami saling janji untuk saling mendukung dalam
544
menjalani hari ke depannya. Yah... mulai waktu itu
545
kami jadi lebih terbuka lah mba.. saya jadi sadar
546
kekurangan saya dan saya juga berusaha memahami
547
istri saya juga. Saya jadi melihat bahwa istri saya Penilaian subjek
548
memerlukan saya sebagai suami yang melindungi terhadap istri setelah
549
dan menjaganya, dan juga saya membutuhkan istri memutuskan tetap
550
saya yang bisa memahami dan menerima saya apa mempertahankan
551
adanya he..he... gitu mba....
juga
pendapatnya,
butuh
perkawinan (AK1.2).
552 ya, Pelajaran yang subjek
553
Kalau
554
komunikasi dalam keluarga jadi dua arah mba, pahami setelah
555
kalau dulu saya yang jadi penentu keputusan dan peristiwa
556
semua yang saya putuskan harus dilaksanakan, perselingkuhan berlalu
istilahnya
setelah
peristiwa
itu
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
176
557
jadi... cuman satu arah saja dulu komunikasinya (AK1.5).
558
cuman dari saya. Setelah saya menyadarinya dan
559
mengalami peristiwa yang demikian, saya mencoba
560
mengubah komunikasi saya seperti melibatkan istri
561
dan anak-anak juga dalam menentukan keputusan.
562
Setelah saya merubah sikap demikian, ya saya jadi
563
mengetahui perasaan-perasaan istri saya, apa yang
564
dirasakan istri saya, ya... saya jadi bisa menerima dia
565
kembali mba.... setelah... mengalami peristiwa itu saya
566
ingin menjadi imam yang baik juga buat istri dan anak-
567
anak, seperti nasihat ulama yang membuat saya Pelajaran yang subjek
568
sadar juga kalau saya juga mempunyai tugas pahami setelah
569
mengayomi,
570
keselamatan istri... saya juga berpikir bahwa di perselingkuhan berlalu
571
dunia ini tidak ada orang yang sempurna, semua (AK1.5).
572
orang... pasti pernah melakukan kesalahan juga
573
tow mba. Kalau misal setiap orang yang melakukan
574
kesalahan dihindari ya kasihan tow mba. Seperti
575
halnya mba nindi juga calon psikolog juga harus bisa
576
menerima baik itu orang baik atau jahat yang datang
577
konsultasi ke mba nindi tow. Istri saya juga seperti
578
itu, melakukan suatu kesalahan tapi karena saya
579
sudah memilih dia sebagai seorang istri ya saya
580
bertanggung jawab untuk mengingatkan dan
581
membimbing dia kalau melakukan kesalahan.
582
Apalagi, istri saya adalah orang yang sangat saya Hal
583
cintai, saya memilih dia sebagai istri karena subjek
584
melihat dia adalah orang yang baik dan penuh mempertahankan
585
perhatian.
586 587
melindungi
kehormatan
dan peristiwa
yang
membuat tetap
perkawinan (AK1.1).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
588
He..he... kalau itu, gini ya mba.. he....he.. seperti yang
589
saya bilang kalau saya bukan orang yang romantis
590
mba.. he..he... ya kalau manggil sayang seperti
591
sebelum-sebelumnya ya bilang papa sayang mama
592
gitu... he....he... mungkin yang berubah jadi sering
593
memperhatikan penampilan istri sih mba setelah
594
peristiwa itu ya mba, jadi sering muji istri saya cantik
595
gitu he..he... trus kalau mau pergi-pergi juga ngasih
596
pendapat kalau dia cantiknya pakek baju yang ini atau
597
yang itu he.....he....
177
598 599
Setelah peristiwa itu, jadi lebih banyak meluangkan Kegiatan keseharian
600
waktu berdua kalau malem lebih jadi sering cerita- yang dilakukan subjek
601
cerita juga. Sampai sekarang juga seperti itu lebih bersama dengan istri
602
banyak waktu untuk ngobrol, apalagi anak-anak juga saat ini setelah
603
sudah pada besar dan punya kesibukan sendiri-sendiri. peristiwa
604
Ya satu-satunya yang bisa diajak ngobrol ya istri saya perselingkuhan berlalu
605
juga he.....he.....
606
Kegiatan yang lain apa ya.. he..he.. mungkin nonton
607
film, ya gara-gara anak saya nih saya dan istri saya
608
juga suka nonton film he..he.... kadang kalau hari libur
609
itu saya dan istri saya pinjam film untuk dilihat
610
bersama. Kadang anak saya yang meminjamkan juga
611
untuk ditonton bareng-bareng he...he..... kegiatan yang
612
lain mungkin kalau sore apa hari minggu atau pas libur
613
gitu ya kita jalan bareng atau pergi ke mana gitu
614
berdua, biasanya pergi makan malam gitu... he..he.....
(AK2.8).
PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI
178