PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
OPTIMASI KOMPOSISI POLYSORBATE 80 DAN SORBITAN MONOOLEAT 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM FORMULA MOISTURIZING LOTION VIRGIN COCONUT OIL (VCO): APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh: Shinta Dian Asmara NIM: 038114110
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 1
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Karya kecil ini kupersembahkan bagi: Allah SWT pembimbing jalan hidupku. Ayah dan Ibuku atas kasih sayang, harapan, dan doa Kakakku : Shantanu dan Shanti Harapan dan Mimpi-Mimpiku Almamater tercinta
4
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PRAKATA Puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT, yang telah memberkahi penulis,
dan
senantiasa
membimbing
hingga
penulis
akhirnya
dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm). Skripsi ini berjudul Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan Sorbitan Monooleat 80 sebagai Emulsifying Agent dalam Formula Moisturizing Lotion Virgin Coconut Oil (VCO) : Aplikasi Desain Faktorial. Selama proses penelitian hingga penyusunan skripsinya, banyak sekali orang yang telah turut berperan bagi penulis, baik dalam dukungan moral, material, saran dan kritik. Kesuksesan penulis tidak berarti apapun tanpa dukungan dari mereka semua. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terimakasih dan hormat bagi mereka semua. Adapun pihakpihak yang membantu penulis antara lain: 1.
Ibu Sri Hartati Yuliani,M.Si.,Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan banyak sekali arahan, saran, dan kritik yang sangat memacu semangat penulis.
2.
Bapak Ign.Y.Kristio Budiasmoro,M.Si., selaku pembimbing akademik yang tak pernah berhenti membangun semangat penulis, terima kasih untuk semua nasehat dan bimbingan spiritualnya.
3.
Segenap staf dan karyawan laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Cair Semipadat atas kemudahan sarana, bimbingan dan bantuan selama di bekerja laboraturium.
5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4.
Para responden, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang ikut berpartisipasi dalam subjective assessment yang penulis lakukan.
5.
Semua teman yang telah memberikan pertolongan dan dukungan; yang selalu ada saat dibutuhkan. Secara khusus, teman-teman seperjuangan: Willy, Shinta Lucia, Erma, Marlinna, Yenny, Ratna, Tirza, Eva, Reni.
6.
Para sahabat : Icha, Rini, Nurwi, Donny, Gallaeh, Ankga, Surya, Rinto tanpa kalian aku bukan apa-apa. Secara khusus untuk teman-teman ’TotoYank’,,aku bangga jadi bagian dari kalian.
7.
Secara khusus, terima kasihku untuk Randy Rosdana yang senantiasa membantu dan menemani dalam proses penyusunan, yang mampu mendongkrak semangatku kembali.
8.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada akhirnya penulis ingin mengungkapkan bahwa skripsi ini masih
memiliki kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis membuka diri terhadap semua saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya, dan bagi bidang farmasi pada khususnya.
Penulis
6
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
7
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
INTISARI Penelitian mengenai Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan Sorbitan monooleat 80 sebagai Emulsifying Agent dalam Formula Moisturizing Lotion dari Virgin coconut Oil (VCO): Aplikasi Desain Faktorial telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui manakah di antara Polysorbate 80, Sorbitan monooleat dan interaksinya yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim, mengetahui komposisi optimum dari emulsifying agent yang dapat menghasilkan sifat fisik lotion yang dikehendaki. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni, dengan menggunakan metode desain faktorial. Optimasi dilakukan dengan melihat parameter sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar dan viskositas setelah pembuatan, dan % stabilitas lotion setelah penyimpanan satu bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sorbitan monooleat 80 dominan dalam mempengaruhi daya sebar, viskositas setelah pembuatan, dan stabilitas lotion. Perubahan viskositas selama penyimpanan dipengaruhi secara dominan oleh interaksi Polysorbate 80 dan Sorbitan monooleat 80. Pada contour plot super imposed dapat ditemukan area komposisi optimum emulsifying agent pada level penelitian yang menghasilkan karakter fisik lotion yang dikehendaki. Area tersebut diprediksi sebagai formula optimum Moisturizing Lotion Virgin Coconut Oil terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Kata kunci :Virgin Coconut Oil, emulsifying agent, Polysorbate 80, Sorbitan monooleat 80, desain faktorial
8
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT
The research about Optimization of Polysorbate 80 and Sorbitan Monooleat 80 Composition as Emulsifier in Moisturizing Lotion Formula of Virgin Coconut Oil (VCO) : Factorial Design Application is held. This research hold to determine which of the factors: Polysorbate 80, Sorbitan Monooleat 80, and their interaction which predominantly affects the physical properties dan physical stability, to determine the emulsifier’optimum composition which results wanted physical properties. This research was a pure experimental research, using the factorial design method. The optimization was done by measuring lotion’s physical properties including spreadability, lotion viscosity after preparation, and lotion’s physical stability which is the viscosity change after 1 month of storage. The results of this research exhibit that Sorbitan Monooleat 80 predominantly affects spreadability, lotion viscosity after preparation, and stability of lotion. Viscosity change was affected predominantly by interaction of Polysorbate 80 and Sorbitan Monooleat 80. At the contour plot super imposed graphic, there was a emulsifier’ optimum composition area at the research level, which results wanted physical properties. That area was estimated as the optimum formula of Moisturizing Lotion of Virgin Coconut Oil (VCO). Keyword: Virgin Coconut Oil, emulsifying agent, Polysorbate 80, Sorbitan monooleat 80, factorial design
9
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv PRAKATA ........................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vii INTISARI .......................................................................................................... viii ABSTRACT ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv BAB I PENGANTAR ....................................................................................... 1 A.
B.
Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.
Perumusan Masalah ............................................................................. 3
2.
Keaslian Penelitian .............................................................................. 4
3.
Manfaat Penelitian ............................................................................... 4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................... 6 A.
Virgin Coconut Oil ................................................................................. 6
B.
Kulit ........................................................................................................ 9
10
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
C.
Lotion ..................................................................................................... 15
D.
Moisturizer ............................................................................................. 17
E.
Emulsi. .................................................................................................... 18
F.
Emulsifying Agent ................................................................................. 23 1. Polysorbate 80 ............................................................................ 26 2. Sorbitan monooleat 80................................................................ 27
G.
Sistem HLB ............................................................................................ 28
H.
Gliserin. .................................................................................................. 29
I.
Asam Stearat ........................................................................................... 31
J.
Trietanolamina........................................................................................ 32
K.
Metil Paraben ......................................................................................... 33
L.
Metode Desain Faktorial ........................................................................ 34
M.
Sensory Assessment ............................................................................... 37
N.
Landasan Teori ....................................................................................... 38
O.
Hipotesis ................................................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 25 A.
Jenis Rancangan Penelitian .................................................................... 42
B.
Variabel Penelitian ................................................................................. 42
C.
Definisi Operasional ............................................................................... 43
D.
Alat dan Bahan ....................................................................................... 46
E.
Tata Cara Penelitian ............................................................................... 47 1.
Formula ......................................................................................... 47
2.
Alur Penelitian ............................................................................... 49
11
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
F.
Analisis Data dan Optimasi .................................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 53 A.
Pembuatan Lotion Virgin Coconut Oil .................................................. 53
B.
Penentuan Tipe Emulsi Lotion Virgin Coconut Oil ............................... 56
C.
Sifat Fisik dan Stabilitas Lotion Virgin Coconut Oil ............................. 63
D.
Optimasi Formula ................................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 86 A.
Kesimpulan ............................................................................................. 86
B.
Saran ....................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87 LAMPIRAN ....................................................................................................... 90 BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ xvi
12
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ...................................................................................... 36
Tabel II. Rancangan desain faktorial Polysorbate 80 dan Sorbitan monooleat 80................................................................48 Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan...........................................................49 Tabel IV. Hasil pengukuran sifat fisik lotion VCO...........................................64 Tabel V. Hasil perhitungan efek untuk tiap faktor dan interaksi......................65
13
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Penampang kulit ............................................................................. 10 Gambar 2. Penampang lapisan epidermis ........................................................ 11 Gambar 3. Pembentukan sistem emulsi............................................................ 24 Gambar 4. Struktur molekul polysorbate 80 .................................................... 26 Gambar 5. Struktur Sorbitan Monooleat 80 ..................................................... 27 Gambar 6.
Struktur gliserin ............................................................................. 29
Gambar 7.
Struktur Asam Stearat .................................................................... 31
Gambar 8. Struktur Trietanolamin .................................................................. 32 Gambar 9.
Struktur Metil Parabean ................................................................. 33
Gambar 10. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan fase eksternal berlebih........................................ 57 Gambar 11. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan fase eksternal berlebih dan diaduk merata ........................ 58 Gambar 12. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan zat warna yang larut dalam fase eksternal ........................ 59 Gambar 13. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan zat warna yang larut fase eksternal ................................... 60 Gambar 14. Gambar kertas saring yang ditetesi dengan lotion VCO ................ 61 Gambar 15. Gambar kertas saring yang telah dikeringkan setelah dioleskan dengan lotion VCO ........................................................ 62 Gambar 16 (a). Grafik hubungan daya sebar-Polysorbate 80 ........................... 67
14
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 16(b). Grafik hubungan daya sebar-Sorbitan monooleat 80 ................ 67 Gambar 17(a). Grafik hubungan viskositas-Polysorbate 80 .............................. 70 Gambar 17(b). Grafik hubungan viskositas-Sorbitan monooleat 80 .................. 70 Gambar 18(a). Grafik hubungan pergeseran viskositas-Polysorbate 80 ............ 73 Gambar 18(b). Grafik hubungan perubahan viskositas-Sorbitan monooleat 80 ............................................................................................................................ 73 Gambar 19(a). Grafik hubungan stabilitas lotion-Polysorbate 80 ...................... 77 Gambar 19(b). Ggrafik hubungan stabilitas lotion-Sorbitan monooleat 80 ....... 77 Gambar 20. Contour plot daya sebar lotion ....................................................... 80 Gambar 21. Contour plot viskositas lotion ........................................................ 81 Gambar 22. Contour plot pergeseran viskositas lotion ..................................... 83 Gambar 23. Contour plot stabilitas lotion.......................................................... 84 Gambar 24. Contour Plot Super Impose ............................................................ 85
15
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Lampiran 1.Data penimbangan .......................................................................... 88 Lampiran 2. Data Fisis Lotion ............................................................................ 89 Lampiran 3. Perhitungan Persamaan desain Faktorial ....................................... 95 Lampiran 4. Persamaan Regresi ......................................................................... 99 Lampiran 5. Penampang Virgin Coconut Oil .................................................... 107 Lampiran 6 Penampang Fisik Lotion Virgin Coconut Oil ................................. 108
16
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelapa merupakan salah satu buah tropis Indonesia yang memiliki berbagai manfaat. Bagian yang sangat bermanfaat sebagai pengobatan penyakit dan perawatan kulit yaitu minyaknya yang dihasilkan dari daging buah kelapa. Minyak kelapa atau minyak klentik sudah lama dikenal masyarakat tropis sebagai kosmetik untuk melembutkan, melembabkan kulit, dan melebatkan rambut. Di negara tropis seperti Indonesia masyarakatnya cenderung berkulit kering, karena adanya pemanasan oleh paparan sinar matahari yang berlebihan. Untuk mencegah kekeringan tersebut, minyak kelapa sering digunakan sebagai krim perawatan kulit yang memberikan efek melembabkan kulitnya kembali. Minyak kelapa yang diolah tanpa pemanasan yang disebut VCO (Virgin Coconut Oil) akan memberikan efek yang baik pada semua jaringan tubuh, khususnya jaringan ikat yang memberikan elastisistas pada kulit. Struktur molekul VCO yang sangat kecil memudahkan kulit dan rambut untuk menyerapnya. Selain itu VCO juga sangat baik untuk melembutkan kulit yang kasar dan keriput, sehingga minyak ini sering digunakan pada kulit untuk mencegah penuaan dini (Sukartin, 2005). VCO memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang paling tinggi (92%) dibanding minyak kelapa biasa, sehingga lebih tahan terhadap ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi selama proses penyimpanan. Dengan demikian VCO
17
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dapat lebih stabil pada penyimpanan dibanding minyak kelapa biasa bila dibuat dalam sediaan semi-solid seperti lotion. Selain itu VCO mengandung asam laurat, asam kaprat, yang bersifat sebagai antibakteri yang dapat menambah kestabilan terhadap kontaminasi mikroba pada penyimpanan (Mary Enig,2001). Kandungan asam lemak jenuh dalam minyak kelapa didominasi oleh asam laurat sebesar 44 52 % (Sukartin,2005). Penggunaan sabun sebagai pelembab secara konsisten cenderung menginduksi kulit menjadi kering. Sedangkan lotion biasanya digunakan setelah penggunaan sabun untuk mendapatkan kelembaban kulit kembali (Rawling,2002). Sediaan lotion cocok digunakan untuk kulit daerah tropis yang cenderung kering, karena lotion dapat menjaga kelembaban kulit lebih lama. Lotion VCO diformulasikan sebagai emulsi dengan sistem minyak dalam air (O/W) dimana fase minyak terdispersi merata dalam fase airnya. Karena medium dispersi pada emulsi ini merupakan fase air yang bersifat larut air, maka lotion tersebut dapat mudah tercuci air. VCO ini tidak diformulasikan dalam bentuk krim maupun unguenta, sebab akan terasa tidak nyaman bila diaplikasikan pada kulit setiap hari. Sedangkan penggunaan sediaan minyak tanpa diformulasikan dalam bentuk lain akan terasa sangat lengket dan licin pada kulit. Hal tersebut menjadi alasan diformulasikannya lotion VCO. Dalam
formulasi
tersebut
digunakan
kombinasi
emulgatoragent
Polysorbate 80 yang memiliki sifat fisis kental namun larut dalam fase air, dan Sorbytan Monooleate 80 yang berupa minyak kental, beraroma seperti minyak kacang yang larut dalam fase minyak. Kombinasi keduanya yang akan
18
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
menentukan sifat fisis dari sediaan lotion yang akan dihasilkan. Parameter sifat fisis yang akan diukur antara lain daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas, dan persen stabilitas. Sedangkan penentuan efek moisturizer lotion dilakukan dengan menggunakan metode sensory assessment. Metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran efek moisturizer dan kenyamanan lotion saat digunakan konsumen. Kombinasi Polysorbate 80 dan Sorbytan Monooleate 80 dioptimasi agar didapatkan lotion Virgin Coconut Oil yang optimal baik dari segi kualitas fisik dan kestabilan lotion. Pada dasarnya Polysorbate 80 cenderung larut dalam air, dan merupakan emulgator yang baik untuk sediaan lotion bentuk emulsi tipe O/W, sehingga menghasilkan sediaan lotion yang sangat encer. Sedangkan Sorbytan Monooleate 80 larut dalam minyak dan sulit larut dalam air. Emulgator tersebut cenderung membentuk sediaan lotion yang sangat kental menyerupai bentuk sediaan krim. Oleh karena itu, kedua emulgator dengan dua sifat berbeda tersebut dikombinasikan agar didapatkan komposisi masing – masing emulgator yang optimal untuk sediaan lotion yang tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental. Kombinasi kedua emulgator tersebut dioptimasi dengan metode desain faktorial agar didapatkan sediaan optimal dan acceptable. Desain faktorial merupakan salah satu metode optimasi formula. Metode ini merupakan aplikasi persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Persamaan desain faktorial : Y = B0 + B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2). Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot dijadikan satu dalam contour plot super imposed untuk mendapatkan formula yang optimal
19
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
sebatas level emulgator yang diteliti. Metode ini dapat menjelaskan efek tiap-tiap faktor maupun interaksi antar faktor secara langsung (James, 1999). 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manakah di antara emulgatoragent Polysorbate 80, dan Sorbytan Monooleate 80, maupun interaksi keduanya yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisik dan efek moisturizer lotion Virgin Coconut Oil? b. Dapatkah ditemukan area komposisi optimum Polysorbate 80 dan Sorbytan
Monooleatee 80 dengan sifat fisik lotion yang dikehendaki
dalam pembuatan lotion Virgin Coconut Oil? 2. Keaslian penelitian Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang optimasi formula dari lotion moisturizer Virgin Coconat Oil dengan menggunakan kombinasi emulgatoragent Polysorbate 80 dan
Sorbytan
Monooleate 80 belum pernah dilakukan. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang bentuk sediaan lotion dengan zat aktif yang berasal dari minyak nabati dengan menggunakan emulgatoragent yang berupa Polysorbate 80 dan Sorbytan Monooleate 80.
20
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Manfaat praktis Menghasilkan bentuk sediaan kosmetik berupa lotion Virgin Coconut Oil yang berkhasiat sebagai moisturizer, praktis, dan dapat diterima oleh masyarakat. c. Manfaat metodologis Mengetahui efek dominan yang menentukan sifat fisik dan efek moisturizer lotion, mengetahui formula optimum berdasarkan contour plot superi mposed sifat fisik lotion dan efek moisturizer lotion.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan lotion dengan zat aktif Virgin Coconut Oil yang mempunyai sifat fisik yang stabil dan dapat memberikan efek moisturizer pada kulit. 2. Tujuan khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah : a. Mengetahui pengaruh Polysorbate 80, dan Sorbytan Monooleatee 80, maupun interaksi keduanya yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisik dan efek moisturizer lotion Virgin Coconut Oil. b. Mengetahui area komposisi optimum Polysorbate 80 dan
Sorbytan
Monooleatee 80 pada contour plot superimposed sifat fisik lotion dalam pembuatan lotion Virgin Coconut Oil.
21
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A.
Virgin Coconut Oil
Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera). VCO hanya dapat diperoleh dari pengolahan daging kelapa segar atau disebut non kopra. Penggunaan bahan-bahan kimia dan panas yang tinggi tidak digunakan pada pemurnian lebih lanjut seperti halnya pada minyak kelapa biasa (Shivaly,2005). VCO memiliki sifat fisik berwarna jernih hingga kekuningan, dengan rasa dan aroma khas kelapa. VCO yang berkualitas tinggi harus tidak memiliki residu, dan tidak beraroma asap. Minyak tersebut memiliki titik beku pada 20° – 25° C dan menguap pada suhu 170° C (350° F). Asam lemak yang terkandung di dalamnya antara lain asam laurat 45,1 - 53,2 % ; asam miristat 16,8 - 21%; asam palmitat 7,5 -10,2 %; asam oleat 5,0 - 10,0%; asam linoleat 1,0 – 2,5%; asam kuprat 5,0 – 8,0%; dan asam lemak yang lain (Shivaly, 2005). VCO merupakan minyak kelapa yang diolah tanpa pemanasan atau dengan pemanasan terbatas sehingga dihasilkan minyak jernih (bening) dan beraroma khas kelapa. Pembuatan VCO yang dibuat tanpa pemanasan menggunakan teknik fermentasi atau teknik minyak pancing. Pemanasan terbatas menggunakan suhu antara 60°-80°C dilakukan untuk menghasilkan VCO karena jika dipanaskan hingga lebih dari 100°C akan dihasilkan minyak yang berwarna kuning tua atau kecoklatan yang merupakan minyak goreng biasa. Untuk menjaga
22
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
sifat aslinya, pembuatan VCO tidak melalui proses kimiawi seperti penjernihan, pemutihan, dan pengharuman. Dalam prosesnya selalu mempertahankan kadar vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya (Anonim, 2006b). VCO mengandung asam laurat, asam kaprat, dan asam lainnya yang bersifat sebagai antibakteri. Karena asam laurat dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang membran selnya berasal dari asam lemak. Dari hasil penelitian ilmiah telah terbukti bahwa asam laurat dalam tubuh manusia dirubah menjadi monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat anti virus, anti bakteri, anti protozoa dan anti fungal (Sukartin, 2005). VCO dapat diperoleh melalui 3 metode yang umum dilakukan, yaitu : 1. Quick Drying Daging buah kelapa segar dikeringkan hingga benar – benar kering seperti kopra, lalu kelapa kering tersebut dihaluskan, dan diperas diambil minyaknya. Lalu minyak dari kelapa kering tersebut ditekan (di –press) kembali menggunakan mesin dengan tekanan yang sangat tinggi, sehingga didapatkan minyak murni (VCO) -nya. Proses pengeringan disini digunakan panas yang rendah agar minyak murni yang didapatkan tidak hitam (gosong). 2. Wet Milling Pada metode ini, daging buah kelapanya tidak dikeringkan, sehingga minyak yang didapatkan diekstrak langsung dari buah segarnya. Buah kelapa segar dihaluskan, lalu diperas dan diambil santannya, yang sering disebut “coconut milk”. Minyaknya didapatkan dengan cara memisahkan antara fase air dan komponen padatnya yang berupa protein. Cara pemisahannya sedikit
23
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
sulit, sehingga dibutuhkan beberapa cara seperti dengan pendidihan, fermentasi, pembekuan, pemberian enzim, dan sentrifugasi. 3. Fermentation Metode ini merupakan cara tradisional. Santan yang diambil langsung dari daging buah kelapa segar difermentasikan selama 1 – 3 hari dengan bantuan penambahan enzim fermentasi. Selama proses tersebut, fase air akan terpisah dari fase minyaknya. Kemudian minyak yang telah terpisah tersebut dipisahkan dan dipanaskan dengan pemanasan sedang di bawah titik didihnya selama 10 – 15 menit. Pemanasan tersebut bertujuan untuk menghilangkan kandungan air dan kelembabannya. Setelah dipanaskan, minyak tersebut disaring berkali – kali hingga didapatkan minyak yang jernih, dengan bau khas kelapa, dan tidak berasa (Anonim, 2006c). VCO memiliki banyak kegunaan baik dalam pengobatan maupun kecantikan. VCO merupakan moisturizer sempurna, karena dapat digunakan untuk menghaluskan kulit normal maupun kulit bersisik yang mudah terinfeksi. Selain itu dapat mencegah munculnya jerawat dan komedo, serta dapat digunakan sebagai lip balm. Penggunaan VCO secara teratur dapat membuat kulit terlihat lebih muda, karena dapat menarik jaringan kulit yang mengerut, serta dapat mengangkat sel kulit yang mati, sehingga mencegah garis keriput wajah. VCO dapat
mencegah
kerusakan
kulit
akibat
sinar
matahari,
kemampuan
antioksidannya dapat mencegah penuaan dini, dan bintik – bintik hitam yang menyebabkan kanker kulit. VCO memiliki kemampuan sebagai antimikroba, sehingga dapat membantu mencegah infeksi bakteri dan jamur. MCFAs (Medium
24
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Chain Fatty Acids) yang terkandung di dalamnya akan membentuk lemak bebas dan mampu melawan bakteri, virus dn jamur (Anonim, 2006b).
B.
Kulit
Kulit terdiri dari lapisan sel yang bermacam jenis, yang membentang secara paralel saling bertumpuk satu sama lain membentuk permukaan (Jellinek, 1970). Kulit merupakan organ terluas yang menutupi seluruh permukaan tubuh. Kulit memiliki kekakuan yang bervariasi di setiap bagian yang berbeda. Daerah yang paling kaku dan tebal adalah telapak kaki dan telapak tangan serta sela-sela jari. Kulit menjadi lebih tipis dan berkeriput pada usia tua dan kelihatan kekuningan bahkan keabu-abuan, sering disebut penuaan kulit. Pada kulit wajah, sel-selnya sangat tipis, sehingga memungkinkan sediaan kosmetik dapat berpenetrasi ke dalam sel (Allen, 2002). Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh dari pengaruh luar baik secara fisik maupun imunologik. Kulit juga berperan penting dalam interaksi antar individu dengan lingkungan, karena merupakan indera yang sensitive terhadap sentuhan yang kadang membuat perasaan emosional (Rawling,2002). Kulit membentuk lapisan berupa jaringan epitel, yang melindungi organ, pembuluh darah dan otot yang ada di bawahnya. Fungsi utama kulit yaitu sebagai pengatur suhu tubuh dan sirkulasi kelembaban, serta sintesis vitamin D dan vitamin B (Allen, 2002).
25
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 1.penampang kulit manusia (diakses dari http://www.wikipedia/skin/pic). Kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu : 1. Epidermis Merupakan lapisan kulit yang paling luar, membentuk lapisan waterproof dan bertindak sebagai barrier terhadap infeksi, dan membentuk lapisan epitel skuamosa. Epidermis terdiri dari pembuluh darah yang memberi nutrisi untuk lapisan dermis di bawahnya. Tipe sel yang membentuk lapisan epidermis yaitu keratinosit, melanosit, sel Langerhans , dan sel Merkels. Sel tersebut dibentuk memalui proses mitosis yang terjadi di lapisan basal. Epidermis tersusun atas stratum corneum, stratum lucidum, Rein’s barrier, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum germinativum (Allen, 2002).
26
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 2. penampang lapisan epidermis (diakses dari
http://www.wikipedia/skin/pic). Stratum corneum berada pada lapisan paling luar dari epidermis, sehingga suatu bentuk sediaan topikal harus dapat melewati stratum corneum sebelum menimbulkan efek yang diinginkan. Stratum corneum merupakan lapisan sel corneal (sel tanduk) yang datar dan tidak berwarna, tanpa inti sel sehingga disebut sebagai sel mati. Lapisan ini mempunyai kelembaban rendah (sekitar 10%). Walaupun kelembabannya rendah, tapi berperan penting dalam menentukan kelembutan dan fleksibilitas kulit. Permukaan stratum corneum tertutup oleh sebum dan keringat. Sebum ini berfungsi untuk menjaga fleksibilitas kulit dan mengatur kelembaban lapisan kulit yang berada di bawahnya (Jellinek, 1970). Sel kulit mati yang ada pada stratum corneum, selalu digantikan dengan sel kulit baru dari stratum germinativum sekitar 1300 sel/cm2/jam. Lapisan ini terdiri dari keratin, protein yang tidak larut air yang
27
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dapat membantu menjaga hidrasi kulit, dengan mencegah penguapan kandungan air (Allen, 2002). Stratum lucidum berada di bawah stratum corneum, yang merupakan kumpulan dari droplet – droplet cairan minyak yang disebut eleidin. Lapisan ini menebal di daerah telapak tangan dan telapak kaki (Jellinek, 1970). Lapisan ini tipis, berwarna jernih, dan cenderung transparan di bawah mikroskop. Setiap sel keratinositnya terisi oleh cairan minyak (eleidin) yang dihasilkan dari pecahnya lysosome, sehingga membentuk lapisan yang tahan air (Jellinek, 1970) Stratum granulosum berada diantara stratum lucidum dan stratum spinosum yang terdiri dari 1 – 3 sel skuamosa sehingga terlihat lebih tebal (Anonim, 2007 l). Sel pada lapisan ini memiliki inti yang berupa substansi padat (keratohyalin) dalam protoplasmanya sehingga terlihat lebih keruh. Keratohyalin disini berfungsi untuk memantulkan sinar yang mengenai kulit, dan nantinya akan membentuk keratin (Jellinek,1970). Stratum spinosum merupakan lapisan yang terdiri dari sel kuboid. Sel yang berdekatan bergabung dengan desmosome memberikan tampilan lapisan berduri (spiny), yang menyebabkan kulit lebih tahan terhadap abrasi (Anonim, 2007 l). Sel pada lapisan ini dapat terlihat dengan mudah, karena di dalam intinya terkandung granul pigmen warna coklat yang disebut melanin (jellinek, 1970). Stratum basale/germinativum merupakan lapisan keratinosit yang membentang tepat di atas dermis, terdiri dari lapisan tunggal yang tebal
28
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
berupa sel epitel columnar yang berbentuk silinder. Sekitar 25% sel berupa melanosit yang akan memproduksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut (Jellinek, 1970). 2. Dermis (corium) Terdiri atas jaringan pengikat dan serabut kolagen yang menentukan elastisitas kulit. Antara epidermis dan corium dihubungkan dengan lapisan papiler yang akan menjadi pipih seiring bertambahnya usia sehingga elastisitas kulit berkurang. Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf terdapat pada bagian corium, tepatnya pada lapisan retikuler (Jellinek, 1970). Lapisan ini mengandung banyak ujung saraf yang mendukung indera peraba dan panas. Di dalamnya terdapat folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebaceous, kelenjar apocrine, dan pembuluh darah. Pembuluh darah tersebut mensuplai nutrisi dan menghilangkan kotoran dari sel itu sendiri (Jellinek, 1970). 3. Hypodermis Terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung banyak sel adipose yang berfungsi sebagai pelindung organ dari benturan mekanik dan sebagai tempat cadangan lemak (Jellinek, 1970). Kulit memiliki jenis yang berbeda-beda satu individu dengan individu lain, secara garis besar kulit terbagi dalam 4 tipe, antara lain sebagai berikut :
29
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
a. Kulit normal (normal skin) Tipe kulit tersebut memiliki sifat lembab, lembut, warna dan bintik – bintik pigment sehat. Pori – pori di sekitar pipi dan dagu terlihat lebar, dan cenderung memiliki garis tipis sekitar mata, mulut, dan dahi. b. Kulit berminyak/basah (oily skin) Tipe kulit tersebut memiliki sekresi lemak dari kelenjar sebaseus yang berlebihan dari dahi, hidung, dan dagu. Pori – pori kulitnya sangat lebar, dan cenderung berkeringan berlebihan di sekitar hidung, dan memiliki sifat kimia sangat alkali. c. Kulit kering (dry skin) Tipe kulit tersebut bertekstur sangat halus, mudah mengerut, dan memiliki garis tipis pada daerah mata, dahi dan mulut yang lebih jelas. Kulit tersebut sangat dipengaruhi oleh proses asimilasi tubuh terhadap makanan, dan kelembabannya tergantung pada asupan nutrisi dan air ke dalam tubuh. d. Kulit sangat kering (very dry skin) Tipe kulit tersebut terlihat sangat halus, karena teksturnya sangat halus, kadang mudah pecah atau terluka, sensitiv terhadap suhu, baik pada suhu dingin maupun rendah. Kulit tersebut cenderung kehilangan kelembaban pada wajah, dan garis kerutnya terlihat sangat tajam (Rawling,2002). Kecantikan kulit dipengaruhi oleh keadaan keratinisasi (pigmentasi lebih gelap) pada permukaan sel, aktivitas kelenjar sekresi, dan keadaan jaringan lemak. Kelembabab kulit yang rendah menyebabkan kulit kering, kasar, dan tidak
30
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
menarik. Pada tingkatan yang lebih buruk menyebabkan kulit pecah-pecah dan mudah teriritasi, atau bahkan terluka (Rawling, 2002). Untuk menjaga kecantikan kulit, dibutuhkan nourishing cream dan moisturizing lotion untuk menjaga kelembabannya. Kulit membutuhkan banyak nutrisi selain dari asupan makanan, maka kulit juga membutuhkan nourishing cream yang dapat dipakai sebagai tambahan nutrisi sekaligus lapisan pelindung wajah baik dari sinar matahari, cuaca, suhu, bakteri, maupun kotoran. Untuk kulit yang menua dengan kandungan air yang mulai hilang, dapat digunakan moizturizing lotion untuk memperlambat laju evaporasi kelembaban kulit. Nourishing cream memiliki kandungan minyak sangat tinggi, sedangkan moisturizing
lotion
memiliki
kandungan
minyak
yang
lebih
ringan
(Rawling,2002). Adanya penuaan kulit disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada lapisan dermis. Kulit menjadi keriput karena hilangnya elastisitas serat kolagen yang disebabkan oleh hilangnya kelembaban. Penuaan juga disebabkan oleh meningkatnya pigmentasi kulit, nampak bintik-bintik coklat karena perubahan sekresi estrogen pada ovarium. Banyaknya sinar matahari juga dapat memicu kulit terlihat menjadi lebih tua. Adanya gejala penuaan kulit tersebut dapat dicegah dengan penggunaan krim emollient dan moisturizing untuk menjaga kulit terluar tetap lembut dan dan fleksibel (Rawling, 2002)
31
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
C.
Lotion
Lotion merupakan media dengan viskositas rendah hingga medium, baik untuk pengobatan maupun bukan untuk pengobatan yang diaplikasikan pada kulit yang tertutup (tidak infeksi/luka terbuka). Kebanyakan lotion adalah emulsi minyak dalam air walaupun lotion air dalam minyak juga diformulasikan. Lotion diaplikasikan pada kulit luar, langsung dengan tangan, dengan kain bersih, kapas, maupun kain kasa. Lotion berupa cairan emulsi atau suspensi yang mempunyai efek melembabkan sehingga dapat diaplikasikan pada kulit yang mengelupas, antara jari, dan kulit telapak (Allen, 2002). Lotion bersifat lebih encer dibanding krim maupun salep, sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan pada daerah kulit yang berambut seperti kulit kepala. Lotion juga mempunyai keuntungan dapat menyebar tipis dibandingkan krim atau salep, sehingga dapat lebih luas menutup permukaan kulit (allen, 2002). Lotion selain sebagai sediaan kosmetik, juga dapat digunakan sebagai sediaan pengobatan kulit. Lotion sebagai sediaan obat dapat berupa antibiotik, antiseptik, antifungi, sediaan kortikosteroid, obat jerawat, repelant nyamuk, dan soothing agent (contoh : calamine) (Anonim, 2006a). Komponen lotion terdiri dari fase cair dan fase minyak, serta emulgator untuk mencegah kedua fase tersebut terpisah. Bahan tambahan pada lotion umumnya berupa pengharum, glyserol, petroleum jelly, pewarna, pengawet, protein, dan stabilizing agent (Anonim, 2006a). Lotion yang berbasis alkohol sangat merugikan, karena adanya kandungan alkohol di dalamnya dapat mengeringkan fase minyak sehingga lotion
32
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
cepat kering. Adanya alkohol yang berlebih juga akan menyebabkan fase minyak dalam sistem emulsi memisah dan akan muncul di permukaan atau bahkan mengendap di dasar wadah (Jellinek, 1970).
D.
Moisturizer
Moisturizer adalah suatu campuran kompleks dari bahan kimia yang secara khusus untuk membuat lapisan terluar kulit menjadi lebih lunak dan lebih kenyal dengan meningkatkan (hidrasi) kandungan airnya (Anonim, 2006a). Moisturizier bekerja pada lapisan terluar kulit, yang disebut stratum korneum, yang sebagian besar dibentuk dari squamus cells atau keratinocytes. Kebanyakan, agen yang terdapat dalam moisturizing tidak bisa menembus lapisan yang lebih dalam seperti dermis dan hypodermis (Jellinek, 1970). Moisturizier selain mencegah hidrasi pada kulit juga dapat memperbaiki efek yang ditimbulkan dari hidrasi tersebut, yaitu dengan membentuk lapisan yang mampu menghambat hilangnya kandungan air yang melewati epidermis, memperbaiki kulit bersisik, kerusakan kulit akibat pengaruh lingkungan maupun hormon (seperti jerawat), dan memperbaiki efek penuaan pada kulit (Jellinek, 1970). Moisturizer adalah produk emollient yang diformulasikan secara khusus sebagai krim yang bersifat non-greasy dan lotion yang dapat menyuplai pelunak kulit yang melembabkan kulit kering. Produk ini biasanya digunakan sepanjang hari, kadang-kadang digunakan sebelum memakai make up. Sedangkan produk emollient dapat melunakkan dan melicinkan kulit, mencegah dan menghilangkan
33
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
kekeringan. Jadi, kadang emollient sering disebut sebagai pelembut kulit, pelembab kulit, pelicin, atau nourishing cream (Michael & Irene Ash,1997). Moisturizer
memberikan
efek
yang berbeda dengan emollient.
Moisturizer berefek menambah kelembaban kulit, sedangkan emollient cenderung melembutkan kulit. Moisturizer sering digambarkan sebagai hasil produk jadi, sedangkan emollient lebih dikenal sebagai komponen tunggal (Michael & Irene Ash,1997).Dilihat dari aksi kerjanya, moisturizer dan emmolient memiliki dua aksi kerja yang sama. Yaitu sebagai humectants dan occlusive. Sebagai humectant dimana subtansinya dapat menembus stratum corneum untuk meningkatkan kapasitas air yang berada di kulit. Dan sebagai occlusive dimana memberikan lapisan minyak di permukaan kulit untuk memperlambat hilangnya air dan meningkatkan kelembaban pada stratum corneum (Anonim, 2006a). Dalam penggunaannya, moisturizer juga dapat memberikan efek samping seperti reaksi alergi terhadap beberapa komponen di dalamnya, iritasi kulit, dermatitis kontak ditandai dengan kulit kemerahan, gatal – gatal, kulit mengelupas, timbul sensasi seperti terbakar. Penggunaan ekstrak tanaman, alkohol, dan protein mampu meningkatkan bahaya efek samping tersebut (Ansel, 1989).
E.
Emulsi
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari kurang lebih satu cairan yang terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk “droplet” /”globul” dengan diameter 0,1 µm (Allen,2002). Emulsi merupakan campuran dua atau lebih
34
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
substansi yang tidak dapat campur, dimana substansi yang satu terdispersi merata ke dalam substansi yang lain (Anonim, 2006a). Emulsi nampak berwarna keruh, bentuknya tidak stabil secaara thermodinamika, karena sistem emulsi tidak terbentuk secara spontan. Sistem emulsi dibuat melalui proses yang membutuhkan energi, seperti pengojogan, pengadukan, homogenisasi, dan proses spray emulsion (Anonim,1993) Emulsi terdiri dari fase terdispersi (fase internal), fase disperse (fase eksternal), dan emulgatoragent sebagai penyangganya. Emulsi diaplikasikan untuk pemberian minyak dan obat cair bersama, dengan tujuan menyamarkan bau, rasa, dan penampilan yang tidak menyenangkan, bahkan kadang untuk mendukung absorbsi pada obat-obat tertentu (Allen,2002). Emulsi dapat dibuat melalui beberapa metode, yaitu : 1. English methode Sering disebut metode gum basah dengan perbandingan minyak : air : dan emulgator (2/4 : 2 : 1) untuk membentuk emulsi primer. Sedikit air ditambah emulgator, diaduk sampai merata, lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan cepat, hingga kaku dan mengental, sisa air yang ada ditambahkan dengan pengadukan yang lambat, lalu emulsi yang telah terbentuk diaduk cepat hingga homogen. 2. Continental methode Sering disebut metode gum kering dengan perbandingan minyak : air : emulgator (4 : 2 : 1) untuk membentuk emulsi primer. Emulgator dan minyak serta sebagian air sekaligus diaduk dengan cepat dan kuat. Saat emulsi primer
35
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
terbentuk, maka tambahkan kelebihan air dan diaduk dengan cepat hingga emulsi homogen terbentuk. 3. Bottle methode Metode ini dikhususkan untuk emulsi yang mengandung komponen minyak menguap dan minyak encer untuk mencegah hilangnya kandungan minyak tersebut. Emulgator ditambah minyak, lalu dikocok dalam botol dengan cepat dan kuat, lalu ditambah sebagian air sama banyak dan dikocok hingga emulsi primer terbentuk, kelebihan air ditambahkan dan terus dikocok kuat hingga emulsi yang homogen terbentuk. Emulgator dan minyak tidak dibiarkan kontak lebih lama, karena akan menyebabkan emulgatornya bersifat waterproof. 4. Beaker methode Metode tersebut umumnya menggunakan emulgator sintetik. Formula yang ada dibagi dua menurut kelarutannya, fase minyak dan fase air. Masing – masing fase dipanaskan pada suhu 60° – 70° C, dan suhu tetap dipertahankan. Fase internal emulsi dicampur ke dalam fase eksternal di atas pemanas, lalu campuran tersebut diturunkan dari pemanas dan diaduk dengan kecepatan sedang dan teratur hingga dingin dan terbentuk emulsi yang homogen. 5. Mechanical methode Metode ini menggunakan variasi alat pisau pengaduk (impeller). Campuran formula emulsi ditempatkan tepat di bawah pisau pengaduk seperti
36
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
mixer, lalu proses pengadukan emulsi dilakukan sampai emulsi yang homogen terbentuk. 6. Hand homogenizer Metode ini dilakukan dengan memecah campuran cairan melalui lubang inlet kecil yang ada dibagian bawah alat, dengan bantuan tekanan tinggi. Aksi gesekan yang timbul menyebabkan globul minyak dan air terpecah, sehingga kedua fase tersebut dapat tercampur homogen membentuk emulsi. Alat ini disebut homogenizer (Allen,2002). Sediaan emulsi tidak stabil dalam penyimpanan yang sangat lama, yaitu lebih dari 30 hari setelah kemasan dibuka/dirusak. Setelah 30 hari kemasan dibuka sistem emulsinya akan rusak, dan fase minyaknya dapat terpisah dari fase airnya. Karena masa penyimpanannya yang singkat, maka banyak sediaan lotion di pasaran dikemas untuk pemakaian tidak lebih dari 30 hari/1 bulan saja. Fenomena ketidakstabilan yang dapat terjadi selama penyimpanan antara lain, coalescen yaitu terpisahnya droplet - droplet kecil minyak maupun air yang membentuk suatu droplet besar, yang kemudian muncul ke permukaan sehingga nampak memisah dari sistem emulsinya. Fenomena yang lain adalah creaming yaitu berpindahnya suatu fase keluar dari sistem emulsinya, kemudian memisah baik ke atas maupun ke bawah tergantung dari bobot jenisnya. Dapat juga terjadi cracking yaitu pecahnya suatu sistem emulsi, sehingga terlihat kedua fase tidak tercampur dengan baik (Ansel, 1989). Tipe emulsi ditentukan dari proporsi fase minyak dan fase air yang digunakan, serta dari tipe emulgator yang digunakan. Jika proporsi fase air lebih
37
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
banyak daripada fase minyaknya, maka fase minyak akan terdispersi ke dalam fase air, sehingga disebut sebagai sistem minyak dalam air (o/w). Jika fase minyak lebih banyak daripada fase airnya, maka fase air terdispersi ke dalam fase minyak, sehingga disebut sebagai sistem air dalam minyak (w/o) (Jellinek,1970). Emulsi yang menggunakan emulgator larut minyak akan membentuk emulsi tipe (w/o), sedangkan emulsi dengan emulgator larut air akan membentuk emulsi tipe (o/w). Sistem emulsi (o/w) kurang licin daripara emulsi (w/o), sebab air sebagai fase eksternalnya. Emulsi (o/w) mudah larut dalam air dan mudah dicuci dengan air. Selain itu, karena fase eksternalnya air, maka emulsi (o/w) dapat menghantarkan listrik dengan baik (Jellinek,1970). Tipe emulsi dapat diketahui melalui metode uji berikut : 1. Indicator methode Pewarna larut air akan larut dalam emulsi o/w, sedangkan pewarna larut minyak terlarut di dalam emulsi w/o. Untuk pewarna larut air umumnya digunakan methylene blue, sedangkan untuk pewarna larut minyak digunakan sudan III. 2. Dilution methode Metode ini berdasarkan bahwa emulsi o/w dapat larut sempurna dalam air, sedangkan emulsi w/o mudah larut dalam minyak. Sehingga untuk menguji tipe emulsi, cukup dengan melarutkan emulsi uji ke dalam minyak maupun dalam air, dan dilihat kelarutannya.
38
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Washing test Tipe emulsi w/o tidak dapat hilang dari permukaan kulit hanya dengan pencucian dengan air murni, sedangkan emulsi o/w sangat mudah dicuci dengan air. Untuk menguji tipe emulsi, bilas permukaan kulit yang telah dioles lotion, apabila mudah dibilas maka tipe emulsi tersebut o/w, sebab fase eksternalnya berupa air. 4. Electrical conductivity Cairan polar merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan lemak non-polar tidak dapat menghantarkan listrik. Tipe emulsi dapat dilihat dari
besarnya
kemampuan
konduktivitas
(penghantar)
listriknya.
Konduktivitas listrik tipe emulsi o/w lebih tinggi dibanding tipe emulsi w/o. 5. Filter methode Sejumlah emulsi dioleskan pada kertas filter, maka untuk tipe emulsi o/w akan segera menyebar membentuk daerah basah yang luas di sekitar olesan, namun untuk tipe emulsi w/o hanya menghasilkan daerah basah yang sempit (Jellinek, 1970).. Dalam sistem emulsi (o/w) membutuhkan kandungan asam lemak lebih banyak dibanding sistem emulsi (w/o). Asam lemak tersebut mampu mencegah adanya penguapan air yang berlebihan, sebab sistem emulsi (o/w) lebih banyak mengandung fase air, sehingga zat aktif yang terdapat dalam lotion masih dapat bertahan di permukaan kulit. Selain itu asam lemak dapat memberikan efek emollient pada kulit (Jellinek, 1970).
39
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
F.
Emulgator
Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk (Allen,2002). Emulgator dapat juga disebut agen pengental dan/atau agen pengikat yang ditambahkan dalam formula untuk mengubah komposisi fisisnya, dicampurkan ke dalam dua atau lebih bahan yang lain. Contohnya untuk mengubah konsistensi dari bentuk sediaan lotion menjadi cream (Anonim, 2006a). Dalam penyimpanan tipe emulsi dapat berubah, baik dari tipe emulsi (o/w) ke tipe emulsi (w/o) maupun sebaliknya. Perubahan sistem ini tergantung dari volume fraksi masing - masing fase, dan juga tergantung dari tipe emulgatorya. Karena baik fase emulsi maupun emulgator memegang peranan penting dalam dispersi atau tidaknya masing – masing fase dalam sistem emulsi (Anonim, 2006a)
40
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 3. pembentukan sistem emulsi (diakses dari http://www.wikipedia/emulsifying_agent/pic). Emulgator bekerja dengan membentuk film atau lapisan di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah (Anief,2003). Pada gambar A menunjukkan dua fase cairan saling terpisah, tidak membentuk emulsi. Gambar B menunjukkan suatu emulsi dimana fase II terdispersi ke dalam fase I. Gambar C menunjukkan suatu emulsi yang tidak stabil, dan akan segera memisah. Sedangkan gambar D menunjukkan surfaktan (tepi lingkaran biru) menempatkan diri di antara permukaan kedua fase, merupakan emulsi yang stabil (Lieberman, 2006). Emulgator berupa molekul dengan salah satu ujungnya berupa hidrokarbon non-polar, dan ujung lainnya polar. Bentuk molekul tersebut memudahkan memegang kedua fase minyak dan fase air sehingga dapat mempertahankan tegangan antar muka kedua fase. Stabilitas emulsi disebabkan
41
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
oleh besarnya muatan di permukaan antar fase, dan (penataan) packing dari molekul emulgator itu sendiri (Lieberman, 2006). Fungsi dari emulgator hampir sama dengan surfactant (Surface Active Substances). Surfaktan juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan dari suatu larutan dan menurunkan tegangan antar muka antara dua larutan, namun emulgator tidak berfungsi sebagai agen pembasah. Surfaktan dalam suatu emulsi dapat meningkatkan stabilitas kinetika (Lieberman, 2006). Efektifitas emulgator dapat dilihat dari tipe emulsi yang dihasilkan. Pemakaian emulgatoragent sebaiknya tidak berlebihan, karena fungsinya menjadi tidak efektif. Emulgator tersebut tidak akan berada pada permukaan antar fase, tetapi justru akan naik membentuk lapisan terpisah dari sistem emulsinya (Jellinek, 1970). Penggunaan campuran dua macam emulgator biasanya lebih stabil dibanding penggunaan emulgator tunggal dengan menjumlahkan HLB secara langsung. Emulgator dapat dicampurkan dengan perbandingan dan proporsi yang sesuai (Allen,2002). Emulgator yang larut dalam air memiliki rantai lemak lebih pendek, baik untuk digunakan pada emulsi O/W. Emulgator yang baik untuk emulsi W/O memiliki rantai lemak lebih panjang, sehingga larut dalam minyak (Anonim, 2007o).
42
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
1. Posorbate 80 HO
O O O O O
O
O
HO
OH
Gambar 4. struktur molekul polysorbate 80 (diakses dari http://www.wikipedia/polysorbate/pic). Polysorbate 80 memiliki nama sistematika polyoxyethylene (20) sorbytan monooleate dan formula molekul C64H124O26, dengan berat molar 1310 g/mol, bobot jenis 1,06 – 1,09 g/mL, termasuk dalam fase minyak (hydrophobe), viskositas sebesar 300 – 500 centistokes (Anonim, 2006a). Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol dimana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida (anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1:20). Polysorbate 80 berupa cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning sawo (Anonim, 1993), berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing (Greenberg, 1954), panas dan kadang-kadang pahit (Anonim, 1993). Polysorbate 80 sangat larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan etilasetat P, tidak larut dalam parafin cair P (Anonim, 1993), tidak larut dalam alkohol polihidrik (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 mempunyai titik lebur yang berada pada suhu 5°-6°C, nilai pH 6.0-8.0, dan stabil dalam larutan
43
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dengan pH 2-12 (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 digunakan sebagai emulsifier pada krim dan lotion, pelarut minyak esensial dalam air (Greenberg, 1954). Polysorbate 80 (Polysorbate 80) memiliki nilai HLB antara 9,616,7, dimana mempunyai sifar larut air, dapat terdispersi dalam air. Sehingga lebih dominan berada pada fase air, dan cenderung membentuk emulsi O/W (Allen,2002). Konsentrasi polysorbate 80 yang biasa digunakan sebagai emulsifier tunggal pada emulsi tipe W/O sebesar 1-15%. Sedangkan polysorbate 80 yang dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik dalam emulsi tipe O/W biasanya memiliki konsentrasi sebesar 1-10% (Boylan, Cooper, and Chowhan, 1986). Polysorbate 80 merupakan emulgator yang baik untuk tipe emulsi O/W (Anonim, 1995). 2.
Sorbytan Monooleate 80
OH
O
OH O
O
OH
Gambar 5. struktur Sorbytan Monooleate 80 (diakses dari http://www.wikipedia/sorbytan/pic). Sorbytan
monooleate memiliki nilai HLB antara 1,8-8,6 dimana
bersifat larut minyak, dapat terdispersi dalam minyak. Dalam emulsi akan dominan berada pada fase minyaknya dan cencerung membentuk emulsi w/o (Allen,2002).
44
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Sorbytan monoaleate 80 (dikenal sebagai 80) merupakan ester dari
Sorbytan
termasuk dalam emulgator non-ionik,
Sorbytan monooleate®
(turunan sorbitol) dan asam stearat, aroma seperti minyak kacang, dan
berwarna kuning sampai kecoklatan. Tersedia dalam bentuk cairan kental dan umumnya digunakan sebagai emulgator dalam pembuatan makanan, kosmetik, pestisida, dan plastik (Anonim, 2006a).
G.
Sistem HLB
Sistem HLB ( Hydrophile Lipophile System ) biasanya digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari emulgator. Jika nilai HLB rendah, berarti jumlah gugus hidrofilik pada emulgator kecil, sehingga sifat emulgator lebih cenderung lipofil (larut minyak) daripada hidrofil (larut air) (Allen,2002). Nilai HLB lebih dari 10 berarti bahwa emulgatornya bersifat hydrophilic dan emulgatoryang baik untuk emulsi tipe O/W , sedangkan nilai HLB kurang dari 10 berarti bersifat lipophilic dan emulgator yang baik untuk emulsi tipe W/O (Allen,2002). Suhu HLB yaitu suhu saat proses emulsifikasi terjadi yaitu sekitar 60° 70° C, dimana pada saat suhu ini sistem emulsi sangat stabil, hal ini berlaku untuk semua jenis emulgator. Pada suhu yang lebih rendah, emulgator cenderung melarut dalam fase air, sedangkan pada tingkat suhu yang lebih tinggi dari suhu HLB emulgator akan cenderung bergabung dalam fase minyak. Untuk mendapatkan emulsi dengan HLB optimal, maka dibutuhkan pemanasan suhu sedang, diikuti dengan pendinginan yang cepat (Jellinek, 1970).
45
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Penggunaan emulgatoragent dapat berupa campuran dua macam emulgatoragent. Adapun perhitungan HLB campurannya yaitu : y x × B HLB = × A + x+ y x+ y dimana : x
: jumlah/volume emulgatoragent 1
y
: jumlah/volume emulgatoragent 2
x + y : jumlah/volume total kedua emulgatoragent A
: nilai HLB emulgatoragent agent 1
B
: nilai HLB emulgatoragent agent 2
H.
(Allen,2002)
Gliserin
Gambar 6. struktur gliserin (diakses dari http://www.wikipedia/gliseryn/pic). Gliserin atau glycyl alcohol mempunyai nama kimia propane-1,2,3-triol dengan formula C3H5(OH)3, berat molekul 92,09382 g/mol, berat jenis 1,261 g/cm3, viskositas sebesar 1,5 Pa.s, titik didih 290° C, dan titik lebur 18° C (Anonim, 1993) Gliserin berupa sirup cair, agak manis (sekitar 0.6 kali gula tebu), bersifat higroskopis yaitu mengabsorpsi lembab dan H2S di udara. Gliserin dapat campur dengan air dan alkohol. Satu bagian gliserin larut dalam 11 bagian etil asetat, larut dalam 500 bagian etil eter. Gliserin tidak larut dalam benzen, 46
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
kloroform, CCl4, petroleum eter, dan minyak. Gliserin digunakan sebagai pelarut, humektan, plasticizer, emollient, pemanis, bahan kosmetik, dan lubrikan (Windholz, 1976). Gliserin merupakan moisturizer alami dengan konsentrasi rendah yang jika berada dalam konsentrasi tinggi dapat menyerap lembab. Gliserin dapat membantu menjaga kondisi kulit yang biasanya digunakan dalam krim dan lotion (Anonim, 2006a) Gliserin banyak digunakan dalam lotion. Dalam sebuah penelitian menyimpulkan, kadar gliserol kurang dari 1% tidak menunjukkan efektivitas dalam melembabkan kulit (Rawling,2002). Gliserin digunakaan dalam preparasi medis dan farmasetis, pada umumnya digunakan untuk meningkatkan kehalusan dengan berperan sebagai lubrikan dan humektan, serta dapat menurunkan tegangan intracranial, dan intraocular (Jellinek, 1970). Dalam pembuatan sediaan topikal yang mengandung emollient penggunaan gliserin dengan konsentrasi tinggi sangat dihindari, sebab kandungan emollient dan gliserin dalam bersamaan dapat meningkatkan kekuatan higroskopis. Adanya bahan higroskopik yang berlebihan tidak menarik lembab dari udara untuk melembabkan kulit, justru sebaliknya akan menarik lembab dari dari kulit dan akan menyebabkan kulit mengalami hidrasi berlebihan (Jellinek, 1970)
47
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
I.
Asam Stearat
Gambar 7. struktur Asam Stearat (diakses dari http://www.wikipedia/stearic_acid/pic). Asam stearat memiliki nama kimia octadecanoic acid, dengan formula kimia CH3(CH2)16COOH, dengan berat molekul 284,47 g/mol, bobot jenis 0,847 g/cm3, titik lebut 69,6° C, titik didih 383° C, titik beku 49,5° C. Asam stearat asam lemak yang berasal dari lemak dan minyak dari tumbuhan dan hewan. Pada umumnya tersedia dalam bentuk ester maupun garamnya (Anonim, 1995). Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam stearat (C18H36O2) dan asam palmitat (C16H32O2) (Boylan et al.,1986) Pemeriannya keras mengkilat, hablur, putih atau kuning pucat, dan mirip lemak lilin. Asam stearat praktis tidak larut dalam air (Anonim,1979). Asam stearat mempunyai nilai HLB sebesar 15 (Rieger, 1996). Asam stearat digunakan sebagai campuran pembuatan lilin, sabun, plastik, crayon, dan kosmetik. Penggunaan bersama dengan ethylene glycol, glycol stearate, dan glycol distearate dapat menghasilkan efek seperti mutiara pada sediaan shampo, sabun, lotion, dan krim. Asam stearat dicampurkan dalam formula dalam bentuk lunaknya, lalu setelah tercampur merata dibiarkan mengkristal (Anonim, 2006a)
48
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
J.
Trietanolamin
Gambar 8. Struktur Trietanolamin (diakses dari http://www.wikipedia/triethanolamine/pic). Trietanolamin memiliki nama IUPAC 2,2’,2”-Nitrilotriethanol biasa disingkat TEA, rumus formulanya C6H15NO3, berat molekul 149,188 g/mol, bobot jenis 1,26 g/cm3, titik lebur 20,5° c, titik didih 335,4° C, titik uap 179° C. Merupakan senyawa amina yang memiliki 3 ikatan hidroksil, tergolong basa lemah, karena memiliki pasangan elektron bebas pada atom nitrogen. (Anonim, 1995). Trietanolamin adalah campuran alkanolamina terdiri dari sejumlah besar trietanolamin [N(C2H4OH)3], dietanolamin [NH(C2H4OH)2], dan monoetanolamin [NH2(C2H4OH)]. Bentuk cairan kental agak higroskopis, tidak berwarna sampai kuning muda, bau amoniak. Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol, larut dalam kloroform (Anonim, 1995). Trietanolamin digunakan sebagai penyeimbang pH dalam sediaan kosmetik seperti lotion untuk kulit, gel mata, moizturizers, shampo, dan krim cukur. Trietanolamin berpotensi membentuk nitrosamine dengan konsentrasi rendah, yang diketahui penggunaan dalam kosmetik sangat sulit menembus kulit (Anonim, 2006a).
49
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Hanya monoetanolamin murni yang mempunyai efek toksik yang nyata jika terabsorpsi di kulit. Dietanolamin dan trietanolamin sangat tidak tosik jika terabsorpsi di kulit (Boylan et al., 1986).
K.
Metil Paraben
Gambar 9. Struktur Metil Parabean (diakses dari http://www.wikipedia/methyl_paraben/pic). Metil paraben memiliki nama sistematis methyl 4-hydroxybenzoate, dengan rumus formula CH3(C6H4(OH)COO). Merupakan pengawet makanan dan kosmetik yang mampu menghambat berkembangnya jamur (fungisida) (Anonim, 2007 ). Metil paraben berbentuk serbuk hablur kecil, tidak berwarna, atau putih, tidak berbau, memiliki sedikit rasa terbakar. Sukar larut dalam air, benzena, dan kloroform, mudah larut dalam etanol dan eter (Anonim, 1995). Paraben merupakan pengawet yang efektif di banyak formula. Paraben dan bentuk garamnya umumnya digunakan sebagai bakterisida. Paraben dapat ditemui dalam shampo, moisturizer, shaving gel, lubrikan, sediaan topikal dan pasta gigi. Paraben dianggap aman karena toksisitasnya rendah dan sejarah
50
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
penggunaan paraben yang sudah sejak lama digunakan sebagai pengawet (Anger, Rupp, Lo, and Takruri, 1996).
L.
Metode Desain Faktorial
Desain faktorial adalah pendekatan eksperimental kuno yang dilakukan dengan meneliti efek dari suatu variebel eksperimental dengan menjaga variabel lain konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Signifikan berarti perubahan dari level rendah ke level tinggi pada faktor – faktor menyebabkan perubahan besar pada responnya.(Bolton, 1990) Perencanaan percobaan faktorial (factorial design) merupakan suatu metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk. (Voigt, 1984) Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level, efek, respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon. (Voigt, 1984). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau interaksi merupakan rata – rata respon pada level tinggi dikurangi rata – rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990). Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk
51
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
mengetahui faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon. Desain faktorial dengan dua faktor dalam suatu percobaan memberikan pertanyaan sebagai berikut : a. Apakah faktor A memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? b. Apakah faktor B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? c. Apakah interaksi faktor A dan B memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu respon? (Bolton, 1990) Desain faktorial merupakan pilihan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. model yang dipilih dari analisis tersebut adalah model matematika (Bolton, 1990). Jumlah percobaan dalam desain faktorial adalah 2n, 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri dari kombinasi semua level dari faktor. Desain percobaan yang paling sederhana adalah percobaan dengan 2 faktor dan 2 level (22). Dari percobaan dengan desain faktorial 22 dapat diperoleh persamaan dengan konsep : Y = B0 + B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2)............................................(1) dimana : Y
= respon hasil percobaan
X1 , X2
= level, yang nilainya mulai (-1) sampai (+1)
B0, B1, B2, B12
= koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan
52
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
B0
= rata – rata hasil semua percobaan
B1, B2, B12
=
∑ xy 2n
(Bolton, 1990)
Untuk penerapan rumus ini diperlukan empat percobaan, yaitu X1 dan X2 pada level rendah, X1 pada level tinggi dan X2 pada level rendah, X1 pada level rendah dan X2 pada level tinggi, X1
dan X2 pada level tinggi. Untuk
mempermudah perhitungan, level tinggi dari faktor diubah menjadi +1 dan level rendah dari faktor diubah menjadi –1 (Bolton 1990). Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor). Yaitu formula (1) untuk percobaan I, formula (a) untuk percobaan II, formula (b) untuk percobaan III, dan formula (ab) untuk percobaan IV. Tabel I. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Formula 1 a b ab
Faktor A + +
Faktor B + +
Interaksi + +
Keterangan : Formula 1
= faktor A level rendah, faktor B level rendah
Formula a
= faktor A level rendah, faktor B level tinggi
Formula b
= faktor A level tinggi, faktor B level rendah
Formula ab = faktor A level tinggi, faktor B level tinggi
53
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Berdasarkan persamaan diatas, dengan substitusi secara matematis, dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi dengan menggunakan rumus :
(a − (1) ) + (ab − b )
1.
Efek A =
2.
Efek B =
3.
Efek interaksi A dan B =
2
(b − (1) + (ab − a )) 2
………………………..…………............(2) ………………………….…………........(3)
(ab − b ) + ((1) − a ) 2
………………….…...…(4) (Bolton, 1990)
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1990). Selain faktor dominan yang berpengaruh yang dapat diketahui dari metode ini, dapat juga diketahui komposisi optimum melalui contour plot super imposed pada level yang diteliti (Bolton, 1990).
M.
Sensory Assessment
Penelitian pancaindera (rasa pada kulit) dilakukan dengan cara pendekatan untuk mengevaluasi krim dan lotion dengan 29 voulenter yang
54
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
menilai. Sukarelawan mencoba formula pada lengan bawah bagian dalam dan menilainya dengan angka (Garg,A et al., 2002) Larutan, salep, krim dan krim dengan viskositas rendah (lotion) dicobakan pada 29 sukarelawan sehat yang diberi sejumlah tertentu (0.1gram) pada bagian perut yang diperkirakan merupakan pembawa yang paling baik dalam terapi secara topikal (Garg,A et al., 2002). Sediaan tersebut diaplikasikan pada kulit voulenter secara merata, dicuci dengan air, dan diamati hasil olesannya. Perlakuan tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat dioleskan dengan mudah, dapat menyebar merata, dan mudah menyerap, serta memberikan efek melembabkan pada kulit.
N.
Landasan Teori
Virgin Coconut Oli (VCO) dibuat dari daging buah kelapa segar tanpa melalui proses pemanasan, mengandung asam laurat yang menurut hasil penelitian ilmiah membuktikan bahwa asam laurat dalam tubuh manusia dapat diubah menjadi monolaurin dan dapat menjadi paling kuat dalam membunuh virus, bakteri, cendawan, dan protozoa. Minyak kelapa itu sendiri sudah sejak lama digunakan pada kulit untuk melembutkan dan mengencangkan kulit, dan lapisan lemak di bawahnya. Dapat juga digunakan untuk mencegah keriput, kulti kendor, dan menghilangkan bercak – bercak penuaan. Pada rambut, minyak kelapa digunakan untuk meningkatkan kesuburan dan memberikan penampilan rambut yang sehat tidak kusam, dan kering.
55
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Negara tropis seperti Indonesia, masyarakatnya cenderung memiliki kulit dengan tipe dry skin atau bahkan very dry skin. Kulit tersebut memiliki penampilan yang kering, kusam, bersisik, memiliki garis keriput, tidak elastis, dan mudah terkelupas. Hal ini disebabkan oleh hilangnya kelembaban dan kandungan air dari dalam kulit akibat paparan panas dan sinar matahari yang berlebihan di daerah tropis. Keadaan tersebut memicu terjadinya penuaan dini pada kulit, untuk mengatasinya kulit harus diberi nutrisi dan suplai air yang cukup, dan dengan mencegah hidrasi yang berlebihan pada permukaan kulit. Sediaan moisturizer lotion dari VCO sangat tepat untuk mengatasi gejala penuaan dini yang terjadi. Sediaan moisturizer mampu mengembalikan kelembaban kulit dengan menarik lembab dari udara dan memasukkan ke dalam stratum corneum (efek humectant), dan menjaga agar kelembabannya tidak mudah menguap lagi (efek occlusive). Molekul VCO yang berukuran sangat kecil mampu menembus lapisan kulit, sehingga sangat efektif memberikan lembab (moist). Selain itu bentuk sediaan yang berupa lotion memudahkan kita dalam pemakaian, tidak begitu encer seperti minyak murni, namun juga tidak begitu kaku dan lengket seperti krim atau salep. Sediaan lotion tersebut dibuat dengan sistem emulsi O/W (oil in water) agar lotion nyaman digunakan setiap hari dan mudah dibilas dengan air. Stabilitas fisik emulsi didefinisikan sebagai kondisi emulsi dimana kedua fase cairnya saling terdistribusi satu sama lain secara merata, tidak terjadi pemisahan fase. Bila terjadi droplet besar fase terdispersi terpisah dari medium dispersinya maka dapat terdispersikan kembali dengan penggojokan kuat. Stabilitas fisik emulsi
56
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
tergantung pada emulgator yang digunakan. Emulgator disini selain digunakan untuk menyatukan fase terdispersi dengan medium dispersinya, juga berguna untuk mempertahankan agar kedua fase tersebut tidak terpisah kembali (berkoalesen). VCO mempunyai afinitas tinggi terhadap gugus hidrofob karena VCO sendiri merupakan minyak yang bersifat hidrofob. Sedangkan aquadest afinitasnya besar terhadap gugus hidrofil, karena sifatnya yang polar. Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 sebagai kombinasi emulgator mempunyai gugus hidrofil pada satu ujung dan gugus hidrofob pada ujung lainnya. Gugus hidrofob emulgator ini akan berinteraksi dan berikatan dengan VCO. Sedangkan gugus hidrofil emulgator akan berikatan dengan aquadest. Adanya emulgator tersebut akan saling mengikat kedua fase untuk saling terdispersi. Untuk memperkuat efek moisturizer Virgin Coconut Oil digunakan gliserin yang merupakan moisturizer alami yang berasal dari minyak dan lemak tumbuhan dan hewan. Asam stearat ditambahkan dalam formula untuk meningkatkan konsistensi dari sediaan, serta membantu mempertahankan stabilitas sistem emulsi. Sifat asam akibat penambahan asam stearat dapat dinetralkan dengan menambahkan trietanolamin (TEA). Untuk menghilangkan bau tidak sedap dari penggunaan emulgator, maka ditambahkan campuran fragance yaitu minyak melati dan minyak citrus. Optimasi formula lotion VCO menggunakan emulgator dengan level yang berbeda ditentukan secara simulasi menggunakan metode desain faktorial. Polysorbate 80 lebih bersifat sebagai emulgator tipe O/W, sedangkan Sorbytan
57
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
monooleate 80 bertindak sebagai emulgator yang cenderung W/O lebih kental dari Polysorbate 80. Diharapkan kombinasi keduanya akan menghasilkan sediaan emulsi tipe O/W yang stabil. Penentuan efek moisturizer dilakukan dengan menggunakan metode sensory assessment. Metode sensory assessment yang digunakan diharapkan dapat memberikan gambaran tentang efek moisturizer dan kenyamanan lotion saat digunakan konsumen.
O.
Hipotesis
Hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah diduga ditemukan faktor yang dominan antara polysorbate 80, Sorbytan monooleate 80 atau interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan efek moisturizer lotion Virgin Coconut Oil, serta diduga ditemukan komposisi emulgatoragent yang optimum dalam menghasilkan lotion VCO dengan sifat fisik yang dikehendaki.
58
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni yang bersifat eksploratif dengan menggunakan variabel eksperimental ganda (desain faktorial), yaitu mencari komposisi emulgatoragent antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 dalam formula lotion Virgin Coconut Oil yang optimun dan dapat berfungsi sebagai moisturizer dan mempunyai sifat fisik dapat diterima konsumen.
B.
Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah level tinggi dan level rendah emulgatoragent yang digunakan, yaitu Polysorbate 80 dan
Sorbytan
monooleate 80. 2. Variabel Tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion setelah penyimpanan. 3. Variabel Pengacau Terkendali dalam penelitian ini adalah alat percobaan, wadah penyimpanan, suhu pencampuran, letak lotion saat pengukuran daya sebar, dan tinggi letak viscometer.
59
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali dalam penelitian ini adalah kecepatan dan lama pengadukan, suhu penyimpanan, kontaminasi debu dan mikroba, dan kelembaban udara.
C.
Definisi Operasional
1. Virgin Coconut Oil adalah minyak hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) tanpa penggunaan bahan kimia dan pemanasan, sebagian besar merupakan minyak jenuh, mengandung asam laurat paling tinggi diantara minyak kelapa lainnya. 2. Lotion adalah suatu sediaan topikal yang nonviscous yang diaplikasikan pada kulit sehat yang berambut dan mempunyai daya sebar yang luas dengan membentuk lapisan tipis pada kulit, dan biasanya diformulasikan dalam bentuk emulsi minyak dalam air agar mudah tercuci. 3. Moisturizer adalah suatu campuran kompleks dari bahan kimia yang secara khusus untuk membuat lapisan terluar kulit menjadi lebih lunak dan lebih kenyal dengan meningkatkan kandungan air 4. Emulgatoragent merupakan suatu senyawa yang dapat mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air, dan meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk serta mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. 5. Sifat fisik lotion adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisik lotion yang dalam penelitian ini meliputi daya sebar,
60
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas setelah penyimpanan selama 1 bulan. 6.
Daya sebar yang optimum adalah daya sebar lotion dengan diameter penyebaran dengan range diameter 6,6 cm sampai 6,8 cm setelah 1 gram lotion diberi beban 125 gram dan didiamkan selama 1 menit.
7. Viskositas optimum adalah viskositas yang memudahkan lotion diisikan ke dalam wadah, dikeluarkan dari wadah saat digunakan, dan memiliki daya sebar yang baik saat diaplikasikan ke kulit. Viskositas yang optimum dalam penelitian ini adalah berkisar antara 36 dPa.s sampai 39 dPa.s 8. Perubahan viskositas optimum adalah selisih viskositas lotion setelah disimpan selama 1 bulan (η2) pada suhu kamar dengan viskositas segera setelah pembuatan yang telah dirata-rata (η1), dibandingkan dengan viskositas segera setelah pembuatan adalah < 26% (Zatz, Berry, and Alderman, 1996). Perubahan viskositas dihitung menurut rumus sebagai berikut : δ viskositas =
η 2 - η1 η1
× 100% ...................................................................(5)
9. Stabilitas lotion menunjukkan seberapa stabil lotion selama penyimpanan dengan parameter stabilitas yang berupa ada tidaknya pemisahan fase selama penyimpanan. Stabilitas lotion yang optimum dalam penelitian ini berkisar antara 99,5% sampai 100%. Stabilitas lotion dihitung dengan rumus sebagai berikut : stabilitas lotion =
volume lotion stabil pada hari ke − n × 100 % .............(6) volume lotion mula − mula 61
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
10. Desain faktorial merupakan pendekatan eksperimental sederhana yang dilakukan dengan meneliti efek dari suatu variabel eksperimental dengan menjaga variabel lain konstan Penelitian ini menggunakan desain faktorial dua faktor (Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80) dan dua level (level rendah dan level tinggi). 11. Respon adalah hasil percobaan yang perubahannya diamati secara kuantitatif dalam penelitian, dalam hal ini sifat fisik lotion yaitu daya sebar, viskositas setelah pembuatan, perubahan viskositas selama penyimpanan, dan stabilitas lotion. 12. Faktor adalah tiap besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon kuantitatif dan kualitatif. Faktor pertama dalam penelitian ini yaitu Polysorbate 80 dan faktor kedua yaitu Sorbytan monooleate 80. 13. Level adalah jumlah atau banyaknya faktor yang nilainya dinyatakan secara numerik. Penelitian ini menggunakan dua level yaitu level rendah dan level tinggi baik untuk Polysorbate 80 maupun untuk
Sorbytan
Monooleate 80. 14. Efek adalah pengaruh perubahan faktor terhadap respon karena adanya variasi level, dapat dihitung secara matematis berdasarkan rumus desain faktorial dengan menghitung selisih rata-rata respon level tinggi dikurangi respon level rendah. 15. Contour plot adalah grafik yang berasal dari persamaan desain faktorial yang dapat memprediksi level optimum kedua faktor dengan menunjukkan respon yang optimum
62
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
16. Contour plot super imposed adalah grafik yang dapat memprediksi area optimum formula berdasarkan semua parameter sifat fisik lotion Virgin Coconut Oil yang didapat dengan cara memplotkan masing-masing contour plot sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion. 17. Daerah optimum dalam penelitian ini adalah sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar lotion 6,6 cm sampai 6,8 cm, viskositas lotion 36 dPa.s sampai 39 dPa.s, dan stabilitas lotion 99% sampai 99,5% yang terdapat dalam daerah pada contour plot super imposed. 18. Stabilitas fisik merupakan kondisi lotion (emulsi) dengan kedua fase tetap terdispersi merata, tidak mengalami koalesen, pemisahan fase, maupun perubahan sistem emulsi.
D.
Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Virgin Coconut Oil (VCO), gliserin (kualitas farmasetis), minyak melati dan minyak lemon (kualitas farmasetis), Asam stearat (kualitas farmasetis), Polysorbate 80 (kualitas farmasetis),
Sorbytan
monooleate 80 (kualitas farmasetis),
Trietanolamin (kualitas farmasetis), Metil paraben (kualitas farmasetis), dan aquadest.
63
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Alat penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini mortir dan stamfer, glasswares (PYREX-GERMANY), gelas ukur (Iwaki TE-32 Pirex® Japan Under lic.), waterbath, termometer, timbangan analitik (Precise 2000C – 2000D1), horizontal double plate, pipet tetes, penangas air, stopwatch (Casio®), tabung berskala (Fortuna® Germany CH-BI 45-2), dan Viscometer Rion seri VT 04 (RION-JAPAN).
E. Tata Cara Penelitian 1. Formula Formula yang digunakan sebagai moisturizer lotion Virgin Coconut Oil mengacu pada The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second Edition (Allen, 2002) dengan formula sebagai berikut : R/ A. Virgin Coconut Oil
30 ml
Polysorbate 80
1 ml
Glyceryl monostearate
1 ml
B. Gliserin
20 ml
Nipagin
1 ml
MinyakMawar
2 ml
Aquades
qs
100 ml
Formula setelah penyesuaian untuk 100 gram adalah sebagai berikut: R/ A. Virgin Coconut Oil B. Polysorbate 80
27,6 g (5 – 7) g
64
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Sorbytan monooleate 80 (4 – 6) g C. Asam stearat
5g
D. Gliserin
12,5 g
Trietanolamin
1,25 g
Nipagin
1,36 g
Minyak lemon
0,5 g
Aquades
qs
35 g
Formula di atas dibuat lotion Virgin Coconut Oil yang mempunyai efek moisturizer dengan emulgatoragent yang berupa Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80. Level rendah Polysorbate 80 adalah 5 gram dan level tinggi Polysorbate 80 adalah 7 gram. Level rendah
Sorbytan
monooleate 80 adalah 4 gram dan level tinggi Sorbytan monooleate 80 adalah 6 gram. Berikut adalah rancangan desain faktorial Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate yang digunakan dalam penelitian : Tabel II. Rancangan desain faktorial Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 Sorbytan monooleate 80 Formula Polysorbate 80 (gram) (gram) 1 5 4 A 5 6 B 7 4 ab 7 6 Masing-masing jumlah bahan yang digunakan untuk level rendah level tinggi tercantum dalam tabel di bawah ini :
65
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Tabel III. Jumlah bahan yang digunakan Formula 1 A b VCO (gram) 110,4 110,4 110,4 Gliserin (gram) 50 50 50 Minyak lemon (gram) 2 2 2 Polysorbate 80 (gram) 20 20 28 Sorbytan monoleat 80 16 24 16 (gram) Nipagin (gram) 5,44 5,44 5,44 Asam stearat (gram) 20 20 20 TEA (gram) 5 5 5 Aquadest (gram) 140 140 140
ab 110,4 50 2 28 24 5,44 20 5 140
2. Alur penelitian a. Pembuatan lotion Bagian A dipanaskan di atas waterbath hingga 60°C. Bagian B dicampur rata dan dipanaskan di atas waterbath hingga 60°C. Setelah suhu bagian A dan bagian B sama, campur kedua bagian tersebut di ataas waterbath sambil terus diaduk. Panaskan bagian C di atas waterbath dengan suhu 50° hingga meleleh sempurna. Turunkan campuran A dan B dari waterbath, masukkan bagian C ke dalamnya sambil terus diaduk membentuk fase minyak. Campur bagian D menjadi satu dalam beker glas menjadi fase air. Masukkan fase minyak dalam mortir, disertai pengadukan kontinu dan konstan masukkan fase air sedikit demi sedikit. Setelah emulsi terbentuk, tambahkan sisa aquadest sedikit demi sedikit. Terakhir tambahkan minyak lemon sambil diaduk.
66
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Penentuan tipe emulsi lotion VCO 1) Sejumlah kecil emulsi diteteskan di atas permukaan air dan amati yang terjadi. Jika emulsi menyebar dan bercampur dengan air menunjukkan bahwa air merupakan fase eksternal dari emulsi tersebut. 2) Sejumlah kecil zat warna yang larut air diteteskan di dalam emulsi dan amati yang terjadi. Jika zat warna menyebar di dalam emulsi menunjukkan bahwa air merupakan fase eksternal. 3) Sejumlah kecil emulsi diteteskan di atas kertas saring yang bersih dan amati yang terjadi. Jika tetesan emulsi menyebar dengan cepat menunjukkan bahwa emulsi tersebut bertipe O/W. c. Pengujian daya sebar Uji daya sebar lotion dilakukan segera setelah pembuatan dengan cara menimbang lotion seberat 1 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas lotion diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya. Dilakukan sebanyak 3 kali. d. Pengujian viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer seri VT 04 (RIONJAPAN) dengan cara : lotion dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas lotion diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu (1)
67
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
segera setelah gel selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan. Masing-masing uji dilakukan sebanyak 3 kali. e. Pengujian stabilitas Masukkan lotion ke dalam tabung berskala. Amati pemisahan fase yang terjadi pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 14, 21, 28, dan 30. f. Sensory assessment Lotion dicobakan pada 29 sukarelawan dengan mengaplikasikan sejumlah lotion (0,1 gram) pada permukaan kulit. Kemudian sukarelawan memberikan penilaian terhadap masing-masing formula lotion berdasarkan penilaian per individu.
F. Analisis Data dan Optimasi Data yang terkumpul berdasarkan uji sifat fisik yang meliputi daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Menghitung daya sebar lotion dengan mengukur diameter rata-ratanya. 2. Menghitung viskositas lotion segera setelah pembuatan. 3. Menghitung perubahan viskositas dengan rumus pada persamaan (5). 4. Menghitung stabilitas lotion dengan rumus pada persamaan (6). 5. Menentukan faktor dominan dalam menentukan respon sifat fisik dengan mempertimbangkan 2 hal sebagai berikut : a. Perhitungan efek rata-rata untuk tiap faktor dan interaksi berdasarkan persamaan (2), (3), dan (4).
68
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Interpretasi grafik hubungan respon-polysorbate 80 dan grafik hubungan respon- Sorbytan monooleate 80. 6. Membuat persamaan desain faktorial dengan rumus pada persamaan (1). 7. Membuat grafik contour plot untuk tiap-tiap respon yang diperoleh. 8. Membuat grafik contour plot super imposed untuk menentukan daerah optimum.
69
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Lotion Virgin Coconut Oil Virgin Coconut Oil (VCO) ini diformulasikan dalam bentuk sediaan lotion, yang dibuat dengan sistem emulsi dengan tipe oil in water (O/W). Lotion VCO tersebut nantinya akan berfungsi sebagai moisturizer yang berefek melembabkan kulit. Zat aktif yang berfungsi sebagai moisturizer disini adalah kandungan asam laurat dari VCO. Dalam formula ditambahkan gliserin untuk memperkuat efek moisturizer dan meningkatkan konsistenssi dari lotion tersebut. Pembuatan lotion VCO tersebut menggunakan beaker methode yang telah dimodifikasi. Dasar dari metode tersebut adalah pencampuran fase minyak dan fase air dengan bantuan pemanasan suhu sedang dan pengadukan cepat dan searah. Pembuatan lotion VCO ini diawali dengan pembagian bahan menjadi dua fase, yaitu fase air dan fase minyak, kemudian masing – masing dipanaskan di atas waterbath pada suhu 60° C. Asam stearat berbentuk kristal padatan, untuk mencampurnya terlebih dahulu dilelehkan di atas waterbath dengan suhu 50° C. VCO dipanaskan terpisah secara terpisah dengan Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80, masing-masing 60° C di atas waterbath, kemudian keduanya dicampur dalam satu wadah. Asam stearat yang telah meleleh sempurna ditambahkan ke dalam campuran fase minyak tersebut. Fase air yang berupa sebagian aquadest, gliserin, triethanolamine, dan metil parabean dipanaskan terpisah pada suhu 60° C. Campurkan fase minyak dan fase air yang telah
70
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dipanaskan ke dalam mortir, dan diaduk cepat hingga terbentuk emulsi, sambil terus diaduk tambahkan sisa aquadest dan perfume yang diinginkan secukupnya. Lotion yang terbentuk selanjutnya dikemas dan dilakukan uji fisik. Emulgator yang digunakan dalam pembuatan lotion ini antara lain Polysorbate 80 dan
Sorbytan
monooleate 80. Polysorbate 80 merupakan
emulgator yang bersifat nonionik, dan hidrofilik yang ditambahkan ke dalam fase minyak untuk membantu menurunkan tegangan permukaan fase air. Sorbytan monooleate 80 cenderung bersifat lipofilik dan mampu menurunkan tegangan permukaan fase minyak. Kombinasi keduanya diharapkan mampu menurunkan tegangan antar muka masing-masing fase, sehingga fase minyak dapat lebih mudah terdispersi merata ke dalam fase airnya. Kombinasi emulgator tersebut juga berfungsi untuk mempertahankan stabilitas sistem emulsi yang telah terbentuk. Gliserin dalam formula tersebut berfungsi untuk meningkatkan konsistensi lotion, agar lebih kental. Gliserin selain itu juga berfungsi sebagai pelembab alami yang memberikan efek emollient. Efek melembabkan tersebut mampu menambah efek lembab yang sudah ada dari VCO itu sendiri, namun efek yang ditimbulkan tetap lebih rendah dibanding VCO. Gliserin bersifat larut air, sehingga dalam formula ini ditambahkan dalam fase air bersama trietanolamin, dan metil paraben. Asam stearat berbentuk kristal padat, sehingga untuk mencampurnya harus dilelehkan terlebih dahulu secara terpisah. Asam stearat disini berfungsi sebagai thickening agent yang berfungsi sepagai pengental dalam sediaan. Adanya
71
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
asam stearat tersebut mampu mengubah konsistensi sediaan dari bentuk emulsi encer menjadi sediaan lotion yang lebih kental. Penggunaan asam stearat lebih dari 10% mampu membentuk sediaan krim. Asam stearat dapat meleleh dengan pemanasan suhu >50° C, dan cepat memadat kembali pada suhu ruangan. Saat memadat, asam stearat mampu mengikat air dalam jumlah banyak sehingga sediaan dapat segera mengental setelah didinginkan. Trietanolamin bersifat basa, sehingga digunakan dalam formula tersebut untuk menetralkan sediaan yang bersifat asam akibat penambahan asam stearat. Sediaan topikal yang terlalu asam mampu mengiritasi kulit, dan menyebabkan alergi pada kulit. Trietanolamin larut air, sehingga dalam formula ditambahkan ke dalam fase air lebih dahulu. Reaksi penetralan trietanolamin terhadap adanya asam stearat dapat menghasilkan sabun stearat, yang secara tidak langsung akan berfungsi sama seperti emulgator. Pengadukan kuat dan cepat mampu memecah droplet minyak menjadi lebih kecil, kemudian sabun stearat tersebut akan menyelubungi droplet minyak tersebut dan mendispersikan ke dalam fase air. Adanya proses penyabunan tersebut dapat menambah stabilitas sistem emulsi. Aquadest yang digunakan terlebih dahulu dipanaskan dengan suhu yang sama dengan fase minyaknya yaitu 60° C. Tujuannya agar dalam pencampuran kedua fase tidak terjadi perbedaan suhu yang terlalu jauh, dan agar sistem emulsi lebih mudah terbentuk. Fase minyak dan fase air sulit bercampur pada suhu rendah. Penambahan minyak melati dan minyak lemon sebaiknya dilakukan setelah sistem emulsi terbentuk, dalam keadaan dingin. Minyak atsiri bila ditambahkan dalam keadaan panas akan kehilangan harumnya, karena minyak
72
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
atsiri cepat menguap pada suhu tinggi. Penambahan minyak tersebut sebaiknya tidak berlebihan, karena akan merusak keseimbangan sistem emulsi. Mortir dan stamper yang akan digunakan sebaiknya direndam dahulu dengan air panas, agar dalam proses pencampuran tidak terjadi penurunan suhu yang drastis. Penurunan suhu secara mendadak mampu memadatkan asam stearat secara tiba-tiba sebelum sistem emulsinya terbentuk sempurna.
B. Penentuan Tipe Emulsi Lotion Virgin Coconut Oil Lotion yang baik, adalah lotion yang mudah dan nyaman diaplikasikan pada kulit. Tipe lotion yang tidak lengket di kulit dan mudah dicuci dengan air adalah lotion tipe O/W. Air sebagai fase eksternalnya menyebabkan lotion ini mudah terlarut dalam air karena viskositasnya menjadi encer, sehingga dapat dengan mudah dihilangkan dari permukaan kulit. Kandungan air yang lebih banyak menyebabkan lotion tersebut tidak lengket dan basah pada kulit. Fase eksternal dari lotion tersebut adalah air yang akan berada di permukaan kulit, dan menjaga kelembaban kulit dengan cara terus mensuplai air dan lembab dari permukaan. Fase internal lotion adalah minyak yang mampu menembus lapisan kulit stratum korneum melewati pori-pori dan folikel rambut, dan selanjutnya akan menjaga kelembaban kulit dengan mencegah pengupan berlebihan dari dalam kulit. Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan 3 macam cara, antara lain yaitu:
73
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
1. Penambahan fase eksternal secara berlebihan. Masing-masing formula lotion VCO diteteskan di atas air dalam jumlah berlebihan yang merupakan fase eksternal dari sediaan lotion tersebut, kemudian dilihat kelarutannya terhadap fase eksternalnya. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
a) Formula 1
b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab Gambar 10. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan fase eksternal berlebih Gambar 10 menunjukkan bahwa penambahan air yang berlebihan dapat menurunkan viskositas dan melarutkan sediaan lotion, sebab fase eksternal dari lotion akan menyebar bercampur bersama air. Hal tersebut membuktikan bahwa keempat formula lotion tersebut termasuk dalam sistem emulsi o/w dimana air berfungsi sebagai fase eksternalnya.
74
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Untuk melihat lebih jelasnya, maka keempat lotion tersebut diaduk merata dengan air yang berlebihan sampai merata hingga didapatkan lotion yang sangat encer. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
a) Formula 1
b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab Gambar 11. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan fase eksternal berlebih dan diaduk merata Gambar 11 menunjukkan bahwa keempat formula lotion tersebut dapat melarut sempurna di dalam air yang berlebih, membentuk larutan kental putih susu. Hal tersebut membuktikan bahwa sediaan lotion tersebut termasuk dalam tipe emulsi o/w, sebab lotion tersebut dapat melarut sempurna dengan air tanpa ada yang menggumpal. 2. Penambahan zat warna yang larut dalam fase eksternal. Masing-masing formula lotion VCO ditetesi zat warna yang larut dalam fase eksternalnya. Dalam hal ini, zat warna yang digunakan adalah methylen blue.
75
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Hasilnya dapat dilihat dengan membandingkan kelarutan methylen blue tersebut di dalam masing-masing formula. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
a) Formula 1
b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab Gambar 12. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan zat warna yang larut dalam fase eksternal Gambar 12 menunjukkan bahwa methylen blue dapat menyebar dan melarut di dalam lotion. Methylen blue merupakan pewarna larut air dan tidak larut dalam fase minyak, sedangkan pada keempat formula tersebut menunjukkan methylen blue tersebut mampu menyebar bersama fase eksternalnya. Sehingga dapat dibuktikan bahwa dalam keempat formula lotion tersebut yang berfungsi sebagai fase ekternal adalah air. Methylen blue yang telah diteteskan tersebut kemudian diaduk sebagian dengan lotion tersebut untuk memudahkan pengamatan. Hasil pengamatannya dapat dilihat sebagai berikut : 76
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
a) Formula 1
b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab Gambar 13. Gambar penampilan fisik lotion VCO setelah ditambah dengan zat warna yang larut dalam fase eksternal dan diaduk sebagian Gambar 13 menunjukkan bahwa methylen blue yang diaduk dapat bercampur merata dengan sediaan lotion. Hal tersebut membuktikan bahwa lotion tersebut termasuk dalam tipe emulsi o/w dimana air berfungsi sebagai fase eksternalnya karena mampu melarutkan methylen blue. 3. Pengolesan pada kertas saring. Masing-masing formula lotion VCO diteteskan pada kertas saring yang bersih dan kering, kemudian dilihat kecepatan penyebarannya. Hasil pengamatan dapat dilihat sebagai berikut :
77
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
a) Formula 1
b) Formula a
c) Formula b d) Formula ab Gambar 14. Gambar kertas saring yang ditetesi dengan lotion VCO Gambar 14 menunjukkan formula 1 dan formula ab fase eksternalnya tidak cepat menyebar, sedangkan formula a dan formula b fase eksternalnya menyebar cepat
pada permukaan kertas saring. Formula 1 dan formula ab
memiliki kandungan air lebih sedikit dibanding formula a dan formula b. Lotion VCO yang telah diteteskan kemudian dioleskan merata ke seluruh permukaan kertas saring, dan ditunggu sampai mengering, Setelah mengering maka dapat dilihat noda bekas olesan yang ditimbulkan.
78
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Hasil pengamatan dapat dilihat sebagai berikut :
a) Formula 1
b) Formula a
a) Formula b b) Formula ab Gambar 15. Gambar kertas saring yang telah dikeringkan setelah dioleskan dengan lotion VCO Berdasarkan gambar 15, terbukti bahwa keempat formula lotion tersebut merupakan emulsi dengan tipe o/w. Saat setelah dioleskan seluruh permukaan kertas saring terbasahi oleh lotion. Saat dikeringkan permukaan kertas saringnya mengering, dan terdapat noda minyak tertinggal di tengah kertas, namun dalam jumlah yang sedikit di tengah. Hal ini menunjukkan bahwa lotion yang dibuat memiliki fase eksternal berupa air dan fase internal berupa minyak, dimana fase air lebih mudah menguap daripada fase minyaknya. Adanya noda minyak yang masih tertinggal tersebut disebabkan karena pengolesan pada kertas saring tidak merata (tebal di bagian tengah), sehingga saat dikeringkan bagian tengahnya sulit mengering.
79
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
C. Sifat Fisik dan Stabilitas Lotion Virgin Coconut Oil Parameter sifat fisik lotion yang akan dievaluasi adalah daya sebar dan viskositas lotion setelah pembuatan. Sedangkan parameter stabilitas lotion dievaluasi dari perubahan viskositas dan stabilitas lotion setelah penyimpanan selama satu bulan. Lama penyimpanan tiga puluh hari (satu bulan ) diasumsikan sebagai lamanya penggunaan lotion setelah kemasan pertama kali dibuka oleh sebagian besar konsumen. Selain itu sediaan lotion yang berada di pasaran sebagian besar dikemas untuk 30 hari pemakaian, sebab setelah lebih dari 30 hari kemasan dibuka/dirusak, sediaan lotion tidak stabil, kedua fasenya saling memisah. Besarnya daya sebar lotion menggambarkan tingkat kemudahan lotion diaplikasikan pada permukaan kulit. Daya sebar lotion tersebut berhubungan erat dengan besarnya viskositas lotion. Daya sebar lotion diukur dengan menggunakan 1 gram lotion yang diletakkan di tengah kaca bulat kemudian ditimpa dengan kaca bulat lain dan diberi beban hingga 125 gram. Setelah didiamkan selama 1 menit, diameter rata-rata yang terbentuk dari hasil penyebaran lotion diasumsikan sebagai panjangnya daya sebar gel yang menunjukkan penyebaran lotion saat diaplikasikan di kulit (Garg et al., 2002). Viskositas lotion diukur untuk mengetahui tingkat kekentalan lotion, yang dilakukan dengan melihat skala yang tertera pada viscometer RION seri VT 04. Pengukuran tersebut dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat setelah pembuatan dan setelah masa penyimpanan selama satu bulan, dengan maksud agar dapat mengetahui perubahan viskositas yang terjadi. Stabilitas lotion dilihat
80
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dari pemisahan kedua fase emulsi yang terjadi selama penyimpanan. Perubahan viskositas dan pemisahan fase emulsi yang terjadi dalam penyimpanan menggambarkan ketidakstabilan sediaan lotion. Penurunan viskositas berarti viskositas menjadi lebih kecil dan daya sebar akan menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan viskositas berbanding terbalik dengan daya sebar. Semakin kecil viskositas sediaan maka daya sebar akan semakin besar, demikian pula sebaliknya (Garg et al., 2002). Pada dasarnya emulsi merupakan sistem yang tidak stabil secara termodinamika (Allen,2002), namun sediaan lotion yang baik seharusnya tidak mengalami perubahan viskositas dan pemisahan fase selama masa penyimpanan. Sediaan lotion layak digunakan apabila kedua indikator ketidakstabilan tersebut masih wajar sehingga dapat diterima oleh konsumen, sehingga perlu untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi. Berikut ini merupakan data hasil pengukuran sifat fisik dan stabilitas lotion dalam penelitian : Tabel IV. Hasil pengukuran sifat fisik lotion VCO Formula 1 a b ab
Daya sebar (cm) 7,85 ± 0,05 6,75 ± 0,06 7,50 ± 0,44 6,45 ± 0,05
Viskositas (dPas) 20,58 ± 0,72 37,91 ± 0,20 26,91 ± 1,11 44,16 ± 0,25
viskositas (%) 16,35 ± 0,57 11,65 ± 1,44 10,83 ± 2,49 37,96 ± 0,20
Stabilitas Lotion (%) 99,16 ± 1,12 99,39 ± 0,15 98,82 ± 1,22 100 ± 0
Menurut data pada tabel 4, dapat dilihat bahwa tiap formula memberikan respon berbeda terhadap daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion. Formula lotion dengan komposisi Polysorbate 80 level rendah
81
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
dan Sorbytan monooleate 80 level rendah memiliki daya sebar paling besar dan viskositas paling kecil, sedangkan formula lotion dengan komposisi Polysorbate 80 level tinggi dan Sorbytan monooleate 80 level tinggi memiliki daya sebar paling
kecil dan viskositas paling besar. Dengan demikian dapat dibuktikan
bahwa besar daya sebar berbanding terbalik dengan besar viskositas. Pada tabel di atas perubahan viskositas paling rendah terjadi pada formula b dengan komposisi Polysorbate 80 level tinggi dan Sorbytan monooleate 80 level rendah, namun stabilitas emulsi paling tinggi justru terjadi pada formula ab dengan komposisi Polysorbate 80 level tinggi dan Sorbytan monooleate 80 level tinggi. Data yang diperoleh dari uji sifat fisik lotion kemudian diolah menggunakan desain faktorial untuk mengetahui faktor mana yang paling dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas lotion. Hasil perhitungannya tercantum dalam tabel berikut : Tabel V. Hasil perhitungan efek untuk tiap faktor dan interaksi Efek Daya sebar Viskositas Stabilitas viskositas lotion Polysorbate │-0,3│ 6,29 10,39 0,13 80 Sorbytan │- 1,1│ 17,29 11,20 0,70 monooleate 80 Interaksi 0,05 15,91 0,47 │- 0,04│
1. Daya Sebar Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 serta interaksi keduanya terhadap daya sebar lotion dapat dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungan dengan desain faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek Polysorbate 80 terhadap daya sebar sebesar |-0,30|; untuk efek Sorbytan 82
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
monooleatee 80 sebesar |-1,10|; dan untuk efek interaksi keduanya sebesar 0,05. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa
Sorbytan
monooleatee 80 mempunyai efek yang dominan terhadap daya sebar lotion daripada Polysorbate 80 maupun interaksi keduanya. Diketahui bahwa efek yang diberikan Polysorbate 80 bernilai negatif yang artinya bahwa adanya Polysorbate 80 akan menurunkan daya sebar lotion. Begitu juga efek yang diberikan
Sorbytan
monooleatee 80 bernilai negatif, sehingga adanya
Sorbytan monooleatee 80 akan menurunkan daya sebar lotion. Sedangkan interaksi keduanya memberikan nilai positif yang artinya kombinasi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 akan meningkatkan daya sebar lotion. Daya sebar lotion lebih dipengaruhi oleh Sorbytan monooleatee 80 dibanding Polysorbate 80 walaupun keduanya memiliki fungsi yang sama sebagai emulgator. Secara teoritis Polysorbate 80 akan larut dalam air dan cenderung membentuk sistem emulsi O/W, sedangkan Sorbytan monooleatee 80 akan larut dalam minyak dan cenderung membentuk sistem emulsi W/O (Anonim 2007) Dilihat secara fisik,
Sorbytan
monooleatee80 memiliki
konsentrasi yang lebih kental dibanding Polysorbate 80 . Sehingga dalam jumlah yang sama Sorbytan monooleatee 80 akan cenderung membentuk emulsi dengan sistem W/O yang lebih kental. Hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 terhadap daya sebar lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
83
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
8
7
level tinggi Sorbitan monooleat 80
6.5
Daya Sebar (cm)
Daya Sebar
7.5
8 level rendah Sorbitan monooleat 80
7.5 7
level rendah polysorbate 80
level tinggi Poltsorbate 80
6.5 6
6 18
22
26
14
30
18
22
26
Sorbitan m onooleat 80 (gram )
Polysorbate 80 (gram )
(16 A) (16 B) Gambar 16. Grafik hubungan antara daya sebar-Polysorbate 80 (16a) dan grafik hubungan antara daya sebar- Sorbytan monooleatee 80 (16b) Grafik
hubungan
antara
daya
sebar-Polysorbate
80
(16a)
menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak Polysorbate 80 yang digunakan) akan menurunkan daya sebar lotion baik pada penggunaan
Sorbytan
monooleatee 80 level rendah maupun pada
penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 mempengaruhi daya sebar lotion. Pada grafik kedua respon tidak membentuk garis sejajar, berarti terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam lotion. Grafik hubungan antaradaya sebar- Sorbytan monooleatee 80 (16b) menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 baik pada penggunaan Polysorbate 80 level rendah maupun pada penggunaan level tinggi akan menurunkan daya sebar lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 akan mempengaruhi daya sebar lotion. Pada grafik kedua respon tidak membentuk garis sejajar, berarti terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam lotion.
84
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Dilihat dari penurunan daya sebar lotion dari kedua grafik tersebut (16a) dan (16b), maka
Sorbytan
monooleatee 80 lebih dominan dalam
mempengaruhi daya sebar lotion. Selain itu juga dari perhitungan desain faktorial menunjukkan Sorbytan monooleatee 80 memberikan efek daya sebar yang lebih negatif dibanding Polysorbate 80. Semakin banyak Sorbytan monooleatee 80 yang digunakan maka akan menghasilkan lotion dengan daya sebar yang semakin kecil. Hal ini terbukti dari data daya sebar yang didapatkan yaitu pada formula (1) dan formula (a) dengan jumlah Polysorbate 80 yang sama pada level rendah namun menghasilkan daya sebar yang lebih besar pada formula (1) daripada formula (a), karena pada formula (1) digunakan Sorbytan monooleatee 80 lebih sedikit dibanding dengan formula (a). Hal itu terjadi pula pada formula (b) dan (ab) dengan penggunaan Polysorbate 80 yang sama pada level tinggi, dihasilkan daya sebar yang lebih besar pada formula (b), karena formula (b) digunakan Sorbytan monooleatee 80 lebih sedikit dibanding formula (ab). Oleh karena Sorbytan monooleatee 80 diketahui lebih dominan menurunkan daya sebar lotion, maka dengan sedikit saja perubahan level Sorbytan
monooleatee 80 akan sangat mempengaruhi daya sebar lotion.
Sehingga bila diinginkan lotion dengan daya sebar yang lebih besar dapat dilakukan dengan sedikit menurunkan level Sorbytan monooleatee 80, dan berlaku sebaliknya.
85
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Viskositas Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 serta interaksi keduanya terhadap viskositas lotion dapat dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungan dengan desain faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek Polysorbate 80 terhadap viskositas sebesar 6,29;
untuk efek
Sorbytan
monooleate 80 sebesar 17,29; dan untuk efek interaksi keduanya sebesar │0,04│. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Sorbytan monooleate 80 mempunyai efek yang paling dominan terhadap viskositas lotion daripada Polysorbate 80 maupun interaksi keduanya. Diketahui bahwa efek yang diberikan Polysorbate 80 bernilai positif yang artinya bahwa adanya Polysorbate 80 akan meningkatkan viskositas lotion. Begitu juga efek yang diberikan
Sorbytan
monooleatee 80 bernilai positif, sehingga adanya
Sorbytan monooleatee 80 akan meningkatkan viskositas lotion. Sedangkan interaksi keduanya memberikan nilai negatif yang artinya kombinasi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 akan menurunkan viskositas lotion. Viskositas lebih dipengaruhi oleh Sorbytan monooleate 80 daripada Polysorbate 80, karena secara fisik Sorbytan monooleatee 80 jauh lebih kental dibanding dengan Polysorbate 80. Sorbytan monooleatee 80 memiliki sifat-sifat kekentalan yang dimiliki oleh golongan minyak sehingga lebih larut di dalam air (Anonim 2007) Hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 terhadap viskositas lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
86
50
50
45
45
40 35 30
level tinggi Sorbitan monooleat 80
Viskositas
Viskositas
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
level rendah Sorbitan 80
25 20
40
level rendah Poltsorbate 80
level tinggi Sorbitan monooleat 30 80 25 35
20
18
22
26
30
Polysorbate 80 (gram )
14
18
22
26
Sorbitan m onooleat 80 (gram )
(17a) (17b) Gambar 17. Grafik hubungan antara viskositas-Polysorbate 80(17a) dan grafik hubungan antara viskositas- Sorbytan monooleatee 80 (17b) Grafik
hubungan
antara
viskositas-Polysorbate
80
(17a)
menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak penggunaan Polysorbate 80) baik pada penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level rendah maupun level tinggi akan meningkatkan viskositas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 mempengaruhi viskositas lotion. Namun respon yang diberikan pada penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level tinggi dan penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level rendah membentuk garis yang sejajar, berarti tidak terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam lotion. Grafik hubungan antara viskositas- Sorbytan monooleatee 80 (17b) menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 (semakin banyak penggunaan
Sorbytan
monooleatee 80)
baik pada penggunaan
Polysorbate 80 level rendah maupun level tinggi akan meningkatkan viskositas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 mempengaruhi viskositas lotion. Namun respon yang diberikan pada penggunaan Polysorbate 80 level tinggi dan penggunaan 87
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Polysorbate 80 level rendah membentuk garis yang sejajar, berarti tidak terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam lotion. Dilihat dari penurunan viskositas lotion dari kedua grafik tersebut (17a) dan (17b), maka
Sorbytan
monooleatee 80 lebih dominan dalam
mempengaruhi viskositas lotion. Selain itu juga dari perhitungan desain faktorial menunjukkan Sorbytan monooleatee 80 memberikan efek viskositas yang lebih positif (lebih besar) dibanding Polysorbate 80. Semakin banyak Sorbytan monooleate 80 yang digunakan maka akan menghasilkan lotion dengan viskositas yang semakin besar. Hal ini terbukti dari data viskositas yang didapatkan yaitu pada formula (1) dan formula (a) dengan penggunaan Polysorbate 80 yang sama pada level rendah namun menghasilkan viskositas yang lebih besar pada formula (a) daripada formula (1), karena pada formula (a) digunakan Sorbytan monooleatee 80 lebih banyak dibanding dengan formula (a). Hal itu terjadi pula pada formula (b) dan (ab) dengan penggunaan Polysorbate 80 yang sama pada level tinggi, dihasilkan viskositas yang lebih besar pada formula (ab), karena formula (ab)
digunakan
Sorbytan
monooleatee 80 lebih banyak dibanding formula (b). Sorbytan monooleatee 80 memiliki konsentrasi yang kental dan larut minyak, maka akan cenderung membentuk emulsi sistem W/O, sehingga lotion yang terbentuk akan semakin kental. Sehingga semakin besar penggunaan
Sorbytan
monooleatee 80 akan semakin kental lotion yang
dihasilkan. Oleh karena Sorbytan monooleatee 80 diketahui lebih dominan
88
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
meningkatkan viskositas lotion, maka dengan sedikit saja perubahan level Sorbytan
monooleate 80 akan sangat mempengaruhi viskositas lotion.
Sehingga bila diinginkan sediaan lotion dengan viskositas yang lebih besar maka dapat dilakukan dengan menaikkan level Sorbytan monooleatee 80 yang digunakan. Sebaliknya bila diinginkan lotion dengan viskositas rendah maka dapat dengan menurunkan level Sorbytan monooleate 80 sedikit saja. 3. Pergeseran Viskositas Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 serta interaksi keduanya terhadap pergeseran viskositas lotion selama penyimpanan dapat dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungan berdasarkan desain faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek Polysorbate 80 terhadap viskositas sebesar 10,39; untuk efek Sorbytan monooleate 80 sebesar 11,20; dan efek interaksi keduanya sebesar 15,91. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa interaksi keduanya ( Sorbytan monooleate 80 dan Polysorbat 80) mempunyai efek yang paling dominan terhadap pergeseran viskositas lotion daripada Polysorbate 80 maupun Sorbytan monooleate 80. Diketahui bahwa baik Polysorbate 80, Sorbytan monooleate 80, maupun interaksi keduanya memberikan efek yang bernilai positif, berarti ketiganya dapat meningkatkan pergeseran viskositas pada lotion selama masa penyimpanan. Besarnya pergeseran viskositas selama penyimpanan merupakan salah satu faktor ketidakstabilan, semakin besar pergeseran viskositasnya maka semakin tidak stabil sediaan tersebut dalam penyimpanan. Sediaan emulsi dalam keadaan tidak stabil akan mengalami pemisahan antara fase
89
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
internal dengan fase eksternalnya. Apabila hal tersebut terjadi pada emulsi o/w maka fase minyak (fase internal) akan keluar dari sistem emulsi karena ikatan dengan emulgatornya sudah lemah, memisah dari fase air (fase eksternalnya). Karena air disini adalah fase eksternalnya, maka dalam keadaan terpisah fase air akan lebih banyak daripada fase minyaknya. Hal tersebut menjadiakan viskositas sediaan akan lebih kecil (encer) dibandingkan viskositas sediaan saat masih stabil. Fenomena tersebut juga berlaku kebalikan pada emulsi tipe w/o, dimana minyak sebagai fase eksternalnya memiliki komposisi lebih besar dibanding air sebagai fase internalnya. Sehingga pada saat terjadi pemisahan besarnya viskositas akan menjadi lebih besar (kental) dibandingkan viskositas sebelumnya saat masih stabil. Adanya pergeseran viskositas tersebut menunjukkan bahwa sediaan tersebut tidak stabil, sehingga sangat berpengaruh dalam p0erhitungan stabilitas emulasi. Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 terhadap pergeseran viskositas lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
90
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
40 level tinggi Sorbitan monooleat 80
35 30 25 20 15
level rendah Sorbitan monooleat 80
Pergeseran Viskositas
Pergeseran Viskositas
40
35
level tinggi Polysorbate 80
30 25 20
level rendah polysorbate 80
15 10
10 18
22
26
30
14
18
22
26
Sorbitan monooleat 80 (gram)
Polysorbate 80 (gram )
(18a) (18b) Gambar 18. Grafik hubungan antara pergeseran viskositas-Polysorbate 80 (18a) dan grafik hubungan antara perubahan viskositas- Sorbytan monooleatee 80 (18b) Grafik hubungan antara pergeseran viskositas-Polysorbate 80 (18a) menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak penggunaan Polysorbate 80) pada penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level rendah akan menurunkan pergeseran viskositas lotion. Sedangkan peningkatan level Polysorbate 80 pada penggunaan Sorbytan monooleatee 80 level tinggi akan meningkatkan pergeseran viskositas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 mempengaruhi pergeseran viskositas lotion. Dilihat dari grafik yang terbentuk, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan
Sorbytan
monooleatee 80, karena kedua garis yang dihasilkan tidak membentuk garis sejajar justru saling berpotongan. Grafik
hubungan
antara
pergeseran
viskositas-
Sorbytan
monooleatee 80 (18b) menunjukkan bahwa peningkatan level
Sorbytan
monooleatee 80 (semakin banyak penggunaan Sorbytan monooleatee 80) pada penggunaan Polysorbate 80 level rendah akan menurunkan pergeseran
91
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
viskositas lotion. Sedangkan peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 pada penggunaan Polysorbate 80 level tinggi akan meningkatkan pergeseran viskositas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleatee 80 mempengaruhi viskositas lotion. Dilihat dari grafik yang terbentuk, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80, karena kedua garis yang dihasilkan tidak membentuk garis sejajar justru saling berpotongan. Dilihat dari kedua gambar grafik di atas (18a) dan (18b) maka dapat dilihat adanya interaksi yang memberikan respon yang besar terhadap pergeseran viskositas lotion. Selain itu berdasarkan data perhitungan desain faktorial interaksi keduanya (Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80) memberikan efek pergeseran viskositas yang paling (positif) besar diantara Polysorbate 80 maupun Sorbytan monooleatee 80 itu sendiri. Dari data pergeseran viskositas didapatkan bahwa pada formula (ab) dengan komposisi penggunaan Polysorbate 80 level tinggi dan penggunaan
Sorbytan
monooleatee 80 level tinggi memberikan pergeseran viskositas paling besar dibanding dengan formula yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 dalam jumlah besar justru akan mengakibatkan pergeseran viskositas yang sangat besar, sehingga lotion cenderung tidak stabil dalam penyimpanan. Oleh karena interaksi keduanya (Polysorbate 80 dan
Sorbytan
monooleatee 80) mendominasi pergeseran viskositas lotion, maka untuk mendapatkan sediaan lotion dapat dilakukan dengan meningkatkan maupun
92
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
menurunkan level baik Polysorbate 80 maupun Sorbytan monooleatee 80 secara optimal sampai didapatkan lotion dengan pergeseran viskositas yang paling minimal. 4. Stabilitas Lotion Efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80 serta interaksi keduanya terhadap pergeseran viskositas lotion selama penyimpanan dapat dilihat pada tabel 5. Hasil perhitungan berdasarkan desain faktorial menunjukkan bahwa besarnya efek Polysorbate 80 terhadap viskositas sebesar 0,13; untuk efek Sorbytan monooleatee 80 sebesar 0,70; dan untuk efek interaksi keduanya sebesar 0,47. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa efek Sorbytan monooleatee 80 terhadap stabilitas lotion bernilai positif paling besar diantara efek Polysorbate 80 maupun efek dari interaksi keduanya (efek Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleatee 80). Dengan demikian berarti Sorbytan monooleatee 80 paling dominan dalam mempengaruhi stabilitas lotion. Dari ketiganya baik Polysorbate 80, Sorbytan monooleate 80, maupun interaksi keduanya memberikan efek yang bernilai positif, berarti adanya Polysorbate 80, Sorbytan monooleate 80, maupun interaksi keduanya dapat meningkatkan stabilitas lotion. Berdasarkan data stabilitas lotion yang didapatkan, terbukti bahwa Sorbytan
monooleate 80 paling dominan mempengaruhi stabilitas lotion.
Pada formula (1) dan (a) dengan level Polysorbate 80 yang sama didapatkan stabilitas lotion pada formula (a) lebih besar dibanding formula (1), sebab formula (a) menggunakan
Sorbytan
monooleate 80 dengan level tinggi,
93
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
sedangkan formula (1) dengan penggunaan Sorbytan monooleate 80 level rendah. Stabilitas lotion diukur dengan mengukur besarnya endapan emulsi yang masih utuh dan belum terpisah. Lotion yang tidak stabil ditandai dengan terjadinya fenomena selama penyimpanan seperti coalesen, creaming, cracking (Anonim, 2007,wikipedia) yang akan menyebabkan lotion tampak pecah dan fase pembentuknya saling terpisah. Lotion yang stabil diharapkan tidak mengalami fenomena tersebut selama masa penyimpanan. Sediaan emulsi tidak stabil dalam penyimpanan yang sangat lama, lebih dari 30 hari (Anonim,2008). Lebih dari masa penyimpanan, maka sediaan dengan sistem emulsi akan mengalami fenomena ketidak stabilan. Emulsi bentuknya tidak stabil secara thermodinamika, karena sistem emulsi tidak terbentuk secara spontan, namun dibuat melalui proses yang membutuhkan energi (Anonim,2007). Sehingga setelah proses pembuatan dan didiamkan, maka emulsi dengan sendirinya akan memisah kembali membentuk fase air dan fase minyaknya secara perlahan. Semakin lama didiamkan dalam penyimpanan semakin banyak fase yang terpisah dari sistemnya. Untuk melihat hubungan pengaruh peningkatan level Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 terhadap stabilitas lotion, dapat dilihat pada grafik berikut :
94
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
100.5
level tinggi Sorbitan monooleat 80
100.0 99.5 99.0
level rendah Sorbitan 80
98.5
Stab ilitas (% )
Stab ilitas (% )
100.5
level tinggi Polysorbate 80
100
level rendah 99.5 Polysorbate 80 99 98.5
18
22
26
30
14
18
Polysorbate 80 (gram)
22
26
Sorbitan monooleat 80 (gram)
(19a) (19b) Gambar 19. Grafik hubungan antara stabilitas lotion-Polysorbate 80 (19a) dan grafik hubungan antara stabilitas lotion- Sorbytan monooleate 80 (19b) Grafik hubungan antara stabilitas lotion-Polysorbate 80 (19a) menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 (semakin banyak penggunaan Polysorbate 80) pada penggunaan Sorbytan monooleate 80 level rendah akan menurunkan stabilitas lotion. Sedangkan peningkatan level Polysorbate 80 pada penggunaan Sorbytan monooleate 80 level tinggi akan meningkatkan stabilitas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Polysorbate 80 mempengaruhi viskositas lotion. Respon yang diberikan pada peningkatan leven Polysorbate 80 baik pada penggunaan
Sorbytan
monooleate 80 level rendah maupun pada level tinggi membentuk garis yang tidak sejajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 di dalam lotion. Grafik hubungan antara stabilitas lotion- Sorbytan monooleate 80 (19b) menunjukkan bahwa peningkatan level (semakin banyak penggunaan
Sorbytan
Sorbytan
monooleate 80
monooleate 80)
baik pada
penggunaan Polysorbate 80 level rendah maupun pada penggunaan 95
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Polysorbate 80 level tinggi akan meningkatkan stabilitas lotion, namun peningkatannya jauh lebih besar pada penggunaan Sorbytan monooleate 80 level tinggi dibanding pada penggunaan
Sorbytan
monooleate 80 level
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan level Sorbytan monooleate 80 mempengaruhi viskositas lotion. Respon yang diberikan pada peningkatan leven Sorbytan monooleate 80 baik pada penggunaan Polysorbate 80 level rendah maupun pada Polysorbate 80 level tinggi membentuk garis yang tidak sejajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 di dalam lotion.
D. Optimasi Formula Optimasi formula bertujuan untuk mendapatkan formula dengan sifatsifat fisik yang optimal dan menghasilkan sediaan yang stabil. Sediaan lotion diharapkan dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit dan dapat dengan mudah dituang dari kemasan. Kemampuan sediaan lotion diaplikasikan pada kulit dipengaruhi oleh daya sebar lotion, sedangkan kemampuan sediaan lotion dapat dituang dari kemasan dipengaruhi oleh viskositas lotion. Stabilitas lotion dapat dilihat dari besarnya pergeseran viskositas lotion dan stabilitas lotion selama masa penyimpanan. Hasil optimasi diharapkan mendapatkan formula lotion yang memiliki daya sebar optimal, viskositas optimal, pergeseran viskositas yang minimal, dan stabilitas maksimal. Dari hasil pengukuran sifat fisik lotion yang meliputi daya sebar lotion, viskositas lotion, perubahan viskositas lotion, dan stabilitas lotion dapat dibuat
96
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
contour plot. Contour plot dibuat berdasarkan perhitungan persamaan desain faktorial. Dari contour plot masing-masing uji sifat fisik tersebut ditentukan area optimum untuk memperoleh respon seperti yang dikehendaki. Area tersebut kemudian digabungkan dalam grafik contour plot super imposed sifat fisik lotion, kemudian ditentukan area komposisi optimum emulgator yang memenuhi semua respon sifat fisik yang diinginkan yakni: daya sebar, viskositas, perubahan viskositas, dan stabilitas lotion. 1. Daya Sebar Daya sebar lotion yang optimal adalah apabila lotion cukup mudah diaplikasikan di permukaan kulit, sehingga lotion dapat menempel merata dan dapat bertahan di permukaan kulit lebih lama. Daya sebar lotion akan tergantung dari kekentalan lotion itu sendiri. Lotion yang kental (daya sebar lotion rendah) akan sulit diaplikasikan sehingga daerah yang teraplikasi akan sempit dan tebal. Hal tersebut akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan lengket pada konsumen. Sedangkan, lotion yang terlalu encer memiliki daya sebar yang sangat tinggi sehingga mudah menyebar di permukaan kulit dan tidak bertahan lama setelah diaplikasikan. Persamaan desain faktorial untuk daya sebar lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = 11,525 – 0,175 x1 – 0,0687 x2 + 0,0015x1 x2. Persamaan ini kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
97
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 20. Contour plot daya sebar lotion Daya sebar lotion diharapkan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, agar menjamin pemerataan efek moisturizing lotion pada kulit. Untuk itu telah ditetapkan daya sebar yang optimum lotion Virgin Coconut Oil dalam penelitian adalah 6,6 cm – 6,8 cm menurut hasil subjective assesment. Kriteria daya sebar optimum ini ditetapkan dengan mempertimbangkan penilaian responden terhadap daya sebar lotion Virgin Coconut Oil yang diperoleh melalui subjective assesment, dengan cara membagikan quisioner pada 29 voulenter yang telah terpilih. Responden lebih menyukai formula a dengan diameter rata-rata daya sebar formula a sebesar 6.70 cm yang berada dalam rentang daya sebar 6,6 cm – 6,8 cm. Rentang daya sebar tersebut merupakan rentang optimal yang diharapkan memberikan kemudahan penyebaran lotion dan memberikan efek moisturizing yang merata sesuai keinginan konsumen.
98
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Viskositas Viskositas lotion yang optimal adalah apabila lotion dapat dengan mudah dituang dari kemasannya, dan dapat dioleskan merata di permukaan kulit, selah tidak menyulitkan pengemasan. Lotion yang baik bila secara fisik viskositasnya tidak terlalu kental maupun tidak terlalu encer. Lotion yang terlalu encer (viskositas terlalu rendah) akan mudah tumpah saat dituang dan menempel tipis di kulit, sedangkan lotion yang terlalu kental (viskositas terlalu tinggi) akan sulit keluar dari kemasannya dan tidak tersebar merata saat diaplikasikan di kulit. Persamaan desain faktorial untuk viskositas lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = -30,3334 + 2,1927 x1 + 0,8125x2 – 0,0013 x1x2. Persamaan ini kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
Gambar 21. Contour plot viskositas lotion Viskositas lotion diharapkan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, agar menjamin kemudahan lotion dalam pengaplikasiannya di kulit. Untuk itu
99
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
telah ditetapkan viskositas yang optimum lotion Virgin Coconut Oil dalam penelitian adalah 36 dPas - 39 dPas. Kriteria viskositas optimum ini ditetapkan dengan mempertimbangkan penilaian responden terhadap viskositas lotion Virgin Coconut Oil yang diperoleh melalui subjective assesment, dengan cara membagikan quisioner pada 29 responden yang telah terpilih. Responden lebih menyukai formula a dengan viskositas rata-rata formula a sebesar 37,91666667 dPas yang berada dalam rentang viskositas 36 dPas – 39 dPas. Rentang viskositas tersebut diharapkan memberikan kemudahan pengaplikasikan lotion dan memberikan rasa nyaman seperti yang diinginkan konsumen. 3.
Pergeseran Viskositas Pergeseran viskositas lotion berhubungan erat dengan kestabilan lotion.
Lotion yang baik harus mempunyai pergeseran viskositas yang seminimal mungkin. Pergeseran viskositas lotion yang besar selama penyimpanan mengindikasikan bahwa lotion tersebut memiliki kestabilan yang rendah. Persamaan desain faktorial untuk perubahan viskositas lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = -132,200154 – 10,53670123 x1 – 7,398613855 x2 + 0,497410538 x1.x2. Persamaan tersebut kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
100
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Pergeseran Viskositas 28
Polysorbates 80
27 26 25 24 23 22 21 20 12.5
12.6
12.7
12.8
12.9
13
Sorbytan m onooleate 80 8 dPas
11 dPas
14 dPas
17 dPas
20 dPas
23 dPas
27 dPas
30 dPas
33 dpas
36 dpas
39 dpas
Gambar 22. Contour plot pergeseran viskositas lotion Gambar contour plot tersebut menunjukkan bahwa tidak ada respon pergeseran viskositas yang diberikan pada penggunaan Polysorbate 80 dengan rentang level 20 sampai 28 terhadap penggunaan
Sorbytan
monooleate 80
dengan rentang level 16 sampai 24. Respon pergeseran viskositas antara Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 tetap terjadi, namun berada di luar rentang level yang diteliti yaitu terjadi pada penggunaan Sorbytan monooleat 80 dengan rentang level 12 sampai 13. Dengan demikian respon tersebut tidak dapat ditunjukkan dalam contour plot tersebut. 4. Stabilitas Lotion Stabilitas lotion menggambarkan keutuhan suatu lotion secara fisik maupun kimiawi, baik pada saat pembuatan maupun setelah penyimpanan. Lotion yang baik memiliki kestabilan yang maksimal, salah satunya tidak berubah bentuk maupun berkurang jumlahnya pada saat masa penyimpanan (30 hari untuk sediaan lotion). Hal itu menjadi parameter dalam menentukan kestabilan lotion.
101
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Persamaan desain faktorial untuk stabilitas lotion Virgin Coconut Oil adalah Y = 104,2500– 0,2662x1 – 0,2777 x2 + 0,0147 x1.x2. Persamaan tersebut kemudian dibuat contour plot sebagai berikut :
Gambar 23. Contour plot stabilitas lotion Lotion yang baik memiliki stabilitas lotion maksimal (≈ 100%), semakin mendekati 100% berarti lotion semakin tinggi stabilitasnya. Untuk itu telah ditentukan stabilitas yang optimum lotion Virgin Coconut Oil dalam penelitian adalah 99,5 % - 100%. Menurut pengisian quisioner sebagian besar memilih formula (a) sebagai formula yang paling nyaman digunakan, namun dalam menentukan kestabilan formula ditentukan dari besarnya stabilitas sediaan yang paling tinggi bukan berdasarkan kenyamanan produk digunakan. 5. Contour Plot Super Imposed Formula lotion yang optimum dapat diprediksi dengan melihat area optimum dari tiap-tiap uji sifat fisik yang telah digabungkan menjadi satu contour plot yang disebut contour plot super imposed. Dari contour plot super imposed 102
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
tersebut dapat diperoleh daerah dengan komposisi Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 yang akan memberikan daya sebar optimum, viskositas yang optimum, pergeseran viskositas yang mimimum, dan stabilitas lotion yang maksimum.
Gambar 24. Contour Plot Super Impose Berdasarkan contour plot super imposed dapat diperkirakan area komposisi optimum lotion Virgin Coconut Oil dengan sifat fisik yang dikehendaki dalam batas jumlah penggunaan Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80 yang diteliti. Jumlah emulgator yang digunakan sangat mempengaruhi sifat fisik lotion terutama daya sebar lotion dan viskositas lotion. Lotion yang baik dan memenuhi acceptability masyarakat memerlukan komposisi yang optimum dari Polysorbate 80 dan Sorbytan monooleate 80. Area yang diwarnai pada contour plot super imposed merupakan formula optimum yang memenuhi acceptability konsumen.
103
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan penelitian dengan metode desain faktorial dapat disimpulkan bahwa Sorbytan monooleate 80 dominan dalam menentukan daya sebar, viskositas, dan stabilitas lotion, sedangkan interaksi antara Polysorbate 80 dengan Sorbytan monooleate 80 dominan dalam menentukan perubahan viskositas (selama penyimpanan). 2. Ditemukan area komposisi optimum emulgator melalui contour plot super imposed pada faktor dan level yang diteliti yaitu pada area dengan daya sebar antara 6,6 – 6,8 cm, pada viskositas sebesar 36 dPas – 39 dPas, serta stabilitas sebesar 99,5% - 100%. Namun pergeseran viskositas tidak memberikan respon pada area komposisi emulgator tersebut.
B. Saran 1. Perlu dilakukan standarisasi kadar asam laurat dalam Virgin Coconut Oil agar benar-benar mengandung 45 % asam laurat. 2. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan emulgator yang sama namun dengan rentang level penggunaan Sorbytan monooleate 80 yang lebih dipendekkan, agar area optimum yang ditemukan lebih tepat dan spesifik. 3. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menambahkan antifoaming agent untuk menghilangkan busa yang terbentuk saat pembuatan yang dapat
104
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
mengacaukan saat perhitungan viskositas (setelah pembuatan) sehingga lotion menjadi lebih kental. 4. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan peralatan yang lebih modern (tidak manual), sehingga dapat mengurangi faktor human error yang terjadi selama proses pembuatan. 5. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menambahkan fragrant atau perfume dan zat warna untuk menyamarkan bau dan warna Sorbytan monooleate 80 yang khas sehingga tidak dapat diterima konsumen. 6. Perlu dilakukan penelitian sejenis terhadap proses optimasi pembuatan lotion Virgin Coconut Oil dengan menggunakan komposisi emulgator pada area yang telah diperoleh dalam penelitian ini. 7. Perlu dilakukan uji iritasi primer pada hewan uji untuk meyakinkan bahwa formula yang dibuat tidak mengiritasi kulit.
105
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Allen, L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second Edition, 263, 268, 274, 276, American Pharmaceutical Association, USA. Anger, C.B., Rupp, D., Lo, P., and Takruri, H., 1996, Preservation of Dispersed Systems, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 2, Second Edition, Revised and Expanded, 397, Marcel Dekker, Inc., New York. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 378, Departemen Kesehatan Republik Indonesi, Jakarta. Anonim, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume I, 389-390, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 72, 413, 687, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2006 a, Glossary, http://www.lamasbeauty.com/glossary.html. Diakses pada 23 Mei 2007. Anonim, 2006 b, Virgin Coconut Oil, http://www.coconutoil.com_oil_production. Diakses pada 23 Desember 2006. Anonim, 2006 c, Cara Produksi VCO , http://www.vico/home/cocoil/public_html select.php. Diakses pada 23 Desember 2006. Anonim, 2006 d, Methode Fermentasi Virgin Coconut Oil, http://www.tropic/home/vco_howmake_methode_html.php.Diakses pada 23 Desember 2006. Anonim, 2008, Lotiom, http://www.beauty_glossary/storage. Diakses pada tanggal 5 juni 2008. Ansel, H.C., 1989, Intoduction to Pharmaceutical Dosage Forms, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV, 390, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Ash, I. and Michael, 1977, A Formulary of Cosmetic Preparations, 278-279, Chemical Publishing Co., New York. Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd Edition, 308-553, Marcel Dekker, Inc., New York.
106
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Boylan, J.C., Cooper, J., and Chowhan, Z.T., 1986, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 63-65, 227, 299-300, 334-335, American Pharmaceutical Association, Washington. Enig, Mary G, 2002, Coconut In Support of Good Health in 21th Century, Nexus Magazine, Volume 9, No.2. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology, September, 90, http://www.pharmtech.com. Diakses pada 22 April 2006. Greenberg, L.A., 1954, Handbook of Cosmetic Materials, 325, Interscience Publishers, Inc., New York. James, E.D.M., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Aplications, 265-269, Marcel Dekker, Inc., New York. Jellinek, J.S., 1970, Formulation and Function of Cosmetics, 4-10, 351-352, John Wiley & Sons, Inc., USA. Rawling, A., 2002, The Skin Moisturizer, 245, 259, 560, Marcel Dekker, Inc., New York. Rieger, M.M., Surfactants, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 1, Second Edition, Revised and Expanded, 267, Marcel Dekker, Inc., New York. Shilhavy, B., 2005, Virgin Coconut Oil, Tropical Traditional, Inc., Philipines. Sukartin, J.K., dan Sitanggang, M., 2005, Gempur Penyakit dengan VCO, 4, 1417, 22-25, AgroMedia Pustaka, Jakarta. Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, 141, 316-343, 381382, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Windholz, 1976, Merck Index, 9th Edition, 581-582. Merck & Co., Inc., USA. Zatz, J.L., Berry, J.J., and Alderman, D.A., 1996, Viscosity-Imparting Agents in Disperse Systems, in Lieberman H.A., Rieger, M.M., and Banker, G.S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Volume 1, Second Edition, Revised and Expanded, 290-291, Marcel Dekker, Inc., New York.
107
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penimbangan Data Penimbangan Formula VCO Gliserin Twenn 80 Span 80 Asam Stearat TEA Metil Parabean Aqua Ad
1 110,4 50 20 16 20 5 5,44 140
a 110,4 50 20 24 20 5 5,44 140
b 110,4 50 28 16 20 5 5,44 140
ab 110,4 50 28 24 20 5 5,44 140
Total
366,84
374,84
374,84
382,84
Notasi Level tinggi
= +
Level rendah = Faktor A
= Polysorbate 80
Faktor B
= Sorbitan 80
FORMULA 1 a b ab
FAKTOR A + +
FAKTOR B + +
INTERAKSI + +
108
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 2. Data Fisis : Daya Sebar, Viskositas & Pergeseran Viskositas dan Stabilitas Lotion. 1. Daya Sebar (satuan cm) Formula 1 2 3 4 5 6 X SD
1 7,90 7,80 7,90 7,90 7,80 7,80 7,85 0,054772
a 6,75 6,65 6,80 6,65 6,70 6,65 6,70 0,063245
b 7,45 7,50 7,55 7,45 7,50 7,55 7,50 0,447213
ab 6,40 6,50 6,50 6,40 6,50 6,40 6,45 0,054772
2. Viskositas (satuan : dPa.s) dan Perubahan Viskositas (satuan : %) a. Formula 1 Replikasi 1 2 3 4 5 6 x SD
Setelah dibuat 21,75 20,75 20,00 20,00 21,00 21,00 20,58333333 0,71879528
1 bulan 17.30 17,30 17,20 17,00 17,30 17,20 17,21666667 0,11690452
δ viskositas 15,95141699 15,95141699 16,43724695 17,40890687 15,95141699 16,43724695 16,35627529 0,567957181
Setelah dibuat 37,50 38,00 38,00 38,00 38,00 38,00 37,91666667 0,20412414
1 bulan 34,00 34,00 34,00 33,00 33,00 33,00 33,500 0,54772255
δ viskositas 10,32967034 10,32967034 10,32967034 12,96703297 12,96703297 12,96703297 11,64835166 1,444543005
b. Formula a Replikasi 1 2 3 4 5 6 x SD
109
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
c. Formula b Replikasi 1 2 3 4 5 6 x SD
Setelah dibuat 25,00 26,50 27,00 27,00 28,00 28,00 26,91666667 1,11430097
1 bulan 23,00 25,00 24,00 24,00 24,00 24,00 24,000 0,63245553
δ viskositas 14,55108356 7,120743046 10,83591332 10,83591332 10,83591332 10,83591332 10,83591331 2,349679982
Setelah dibuat 44,00 44,50 44,00 44,00 44,00 44,50 44,16666667 0,25819889
1 bulan 27,50 27,50 27,40 27,40 27,30 27,50 27,43333333 0,08164965
δ viskositas 37,73584906 37,73584906 37,96226416 37,96226416 38,18867925 38,18867925 37,96226416 0,202511816
d. Formula ab Replikasi 1 2 3 4 5 6 x SD
110
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Stabilitas Lotion (satuan %) a. Formula 1 Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x
1 20,0 20,0 20,0 20,0 19,9 19,7 19,7 19,5 19,5 19,81111
1 100 100 100 100 99,5 98,5 98,5 97,5 97,5 99,05555 5
Volume lotion stabil pada tabung (ml) 2 3 4 5 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 19,8 20,0 20,0 20,0 19,8 20,0 19,8 20,0 19,8 20,0 19,6 20,0 19,8 20,0 19,6 19,6 19,5 19,8 19,4 19,4 19,5 19,6 19,4 19,4 19,80000 19,93333 19,75555 19,82222
Persentase lotion stabil pada tabung (%) 2 3 4 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99,0 100 100 100 99,0 100 99,0 100 99,0 100 98,0 100 99,0 100 98,0 98,0 97,5 99,0 97,0 97,0 97,5 98,0 97,0 97,0 99,00000 99,66666 98,77777 99,11111 0 6 7 1
x tota l
SD SD total
6 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 19,4 19,4 19,86666
6 100 100 100 100 100 100 100 97,0 97,0 99,3333 3
99,157407 1,073674
0,968245
0,707106
1,301708
1,364225
1,32287 5
1,122972
111
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Formula a Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x
Volume lotion stabil pada tabung (ml) 1 2 3 4 5 6 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 19,8 20,0 20,0 20,0 19,8 20,0 19,8 19,9 20,0 20,000000 19,977778 20,000000 19,955555 19,988889 20,000000
1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,000 0
x total
SD SD total
0
Persentase lotion stabil pada tabung (%) 2 3 4 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99,0 100 99,0 100 99,0 99,5 99,88888 100,0000 99,77777 99,94444 9 0 8 4 99,388885 0,333333 0 0,440958 0,166666
6 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,0000 0 0
0,156826
112
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
c. Formula b Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x
Volume lotion stabil pada tabung (ml) 1 2 3 4 5 6 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 19,8 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 19,8 20,0 20,0 19,7 19,6 19,8 19,8 20,0 19,6 19,4 19,5 19,8 19,4 19,8 19,6 19,4 19,5 19,8 19,4 19,6 19,4 19,4 19,4 19,6 19,4 19,6 19,4 19,2 19,4 19,888889 19,733333 19,888889 19,777777 19,677777 19,711111
1 100 100 100 100 100 99,0 99,0 99,0 98,0 99,4444 4
Persentase lotion stabil pada tabung (%) 2 3 4 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99,0 100 100 100 99,0 100 100 98,5 99,0 100 98,0 97,0 97,0 99,0 98,0 97,0 97,0 98,0 97,0 97,0 97,0 98,0 97,0 96,0 98,66666 99,44444 98,88888 98,38888 7 4 9 9
x tota l
SD SD total
6 100 100 100 100 98,0 97,5 97,5 97,0 97,0 98,55555 6
98,824074 0,72648 3
1,322875
0,881917
1,364225
1,654119
1,401883
1,225250
113
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
d. Formula ab Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x
Volume lotion stabil pada tabung (ml) 1 2 3 4 5 6 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,000000 20,000000 20,000000 20,000000 20,000000 20,000000
Hari ke0 1 3 5 7 14 21 28 30 x x total SD SD total
1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0
Persentase lotion stabil pada tabung (%) 2 3 4 5 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0
6 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0
114
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 3. Perhitungan Persamaan Desain Faktorial Daya Sebar 1. Daya Sebar Formula 1 a b ab
Span 80 + +
Twenn 80 + +
Interaksi + +
Formula 1 a b ab
Span 80 16 24 16 24
Twenn 80 20 20 28 28
Twenn 80 20 28
LR Span 80 7,85 7,50
LT Span 80 6,70 6,45
Respon 7,85 6,70 7,50 6,45
Respon 7,85 6,70 7,50 6,45
a. Efek Span 80 =
( a − 1) + ( ab − b) 2
=
6,70 − 7,85 + 6,45 − 7,50 = −1,1 2
b. Efek Twenn 80 =
(b − 1) + ( ab − a ) 2
=
7,50 − 7,85 + 6,45 − 6,70 = −0,3 2
c. Interaksi =
( ab − b) − ( a − 1) 2
=
6,45 − 7,50 − 6,70 + 7,85 = 0,05 2
2. Viskositas 115
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Formula 1 a b ab
Span 80 + +
Twenn 80 + +
Interaksi + +
Formula 1 a b ab
Span 80 16 24 16 24
Twenn 80 20 20 28 28
Twenn 80 20 28
LR Span 80 20,58333333 26,91666667
LT Span 80 37,91666667 44,16666667
Respon 20,58333333 37,91666667 26,91666667 44,16666667
Respon 20,58333333 37,91666667 26,91666667 44,16666667
a. Efek Span 80 =
( a − 1) + ( ab − b) 2
=
37,91666667 − 20,58333333 + 44,16666667 − 26,91666667 = 17,29166667 2
b. Efek Twenn 80 =
(b − 1) + ( ab − a ) 2
=
26,91666667 − 20,58333333 + 44,16666667 − 37,91666667 = 6,29166667 2
c. Interaksi =
( ab − b) − ( a − 1) 2
=
44,16666667 − 26,91666667 − 37,91666667 + 20,58333333 = −0.04166667 2
3. Pergeseran Viskositas 116
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Formula 1 a b ab
Span 80 + +
Twenn 80 + +
Interaksi + +
Formula 1 a b ab
Span 80 16 24 16 24
Twenn 80 20 20 28 28
Twenn 80 20 28
LR Span 80 16,35627529 10,83591331
LT Span 80 11,64835166 37,96226416
Respon 16,35627529 11,64835166 10,83591331 37,96226416
Respon 16,35627529 11,64835166 10,83591331 37,96226416
a. Efek Span 80 =
( a − 1) + ( ab − b) 2
=
11,64835166 − 16,35627529 + 37,96226416 − 10,83591331 = 11,20921361 2
b. Efek Twenn 80 =
(b − 1) + ( ab − a ) 2
=
10,83591331 − 16,35627529 + 37,96226416 − 11,64835166 = 10,39677526 2
c. Interaksi =
( ab − b) − ( a − 1) 2
=
37,96226416 − 10,83591331 − 11,64835166 + 16,35627529 = 15,91713724 2
4. Stabilitas Fisik 117
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Formula 1 a b ab
Span 80 + +
Formula 1 a b ab Twenn 80 20 28
Twenn 80 + +
Span 80 16 24 16 24
Twenn 80 20 20 28 28
LR Span 80 99,157407 98,824074
LT Span 80 99,388885 100
Interaksi + +
Respon 99,157407 99,388885 98,824074 100
Respon 99,157407 99,388885 98,824074 100
a. Efek Span 80 =
( a − 1) + ( ab − b) 2
=
99,388885 − 99,157407 + 100 − 98,824074 = 0,703702 2
b. Efek Twenn 80 =
(b − 1) + ( ab − a ) 2
=
98,824074 − 99,157407 + 100 − 99,388885 = 0,138891 2
c. Interaksi =
( ab − b) − ( a − 1) 2
=
100 − 98,824074 − 99,388885 + 99,157407 = 0,472224 2
Lampiran 4 : Persamaan Regresi 118
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PLOT Persamaan Umum : Y = b0 + b1 x1 + b2 x2 + b12 x1 x2 Keterangan : Y = respon hasil atau sifat yang diamati. x1, x2 = level bagian x1, bagian x2. b0, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaan. b0 = rata-rata hasil semua percobaan. 1. Daya Sebar (1)
7,85 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20) = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12 6,70 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20)
(a)
= b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12 (b)
7,50 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + b12 (16) (28) = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 6,45 = b0 + 24 b1 + 28 b2+ b12 (24) (28)
(ab)
= b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12 Eliminasi (1) dan (a) (1)
7,85 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a)
6,70 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12 1,15 = -8 b1 – 160 b12 ....................................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab) (b) 7,50 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 (ab) 6,45 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12 1,05 = -8 b1 – 224 b12....................................................(II) Eliminasi (I) dan (II) (I)
1,15 = -8 b1 – 160 b12
(II)
1,05 = -8 b1 – 224 b12 0,10 = 64 b12 b12 = 0,0015625
Substitusi b12 ke (I) 119
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
(I)
1,15 = -8 b1 – 160 b12 1,15 = -8 b1 – 160 (0,0015625) 1,15 = -8 b1 – 0,25 1,4 = -8 b1 b1
= -0,175
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b) (I)
7,85 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12 7,85 = b0 + 16 (-0,175) + 20 b2 + 320 (0,0015625) 7,85 = b0 - 2,8 + 20 b2+ 0,5 7,85 = b0+ 20 b2 - 2,3 10,15= b0 + 20 b2 ...............................................................(III)
(b)
7,50 = b0 + 16 b1 + 28 b2+ 448 b12 7,50 = b0 + 16 (-0,175) + 28 b2 + 448 (0,0015625) 7,50 = b0- 2,8 + 28 b2 + 0,7 7,50 = b0 + 28 b2 – 2,1 9,6
= b0+ 28 b2...............................................................(IV)
Eliminasi persamaan (III) dan (IV) (III)
10,15 = b0 + 20 b2
(IV)
9,6
(V)
= b0 + 28 b2
0,55 = - 8 b2 b2 = -0,06875
Substitusi ke persamaan (III) (III)
10,15 = b0 + 20 b2 10,15 = b0 + 20 (-0,06875) 10,15 = b0 - 1,375 b0
= 11,525
Y = 11,525 – 0,175 x1 – 0,06875 x2 + 0,0015625 x1 x2
2. Viskositas 120
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
(1)
20,58333333 = b0+ 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20) = b0+ 16 b1 + 20 b2+ 320 b12
(a)
37,91666667 = b0+ 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20) = b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12 26,91666667 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + b12 (16) (28)
(b)
= b0+ 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 (ab)
44,16666667 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + b12 (24) (28) = b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
Eliminasi (1) dan (a) (1)
20,58333333 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a)
37,91666667 = b0 + 24 b1 + 20 b2+ 480 b12 -17,33333334 = -8 b1 – 160 b12 17,33333334 = 8 b1 + 160 b12......................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab) (b)
26,91666667 = b0+ 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab)
44,16666667 = b0 + 24 b1 + 28 b2+ 672 b12 -17,25
= -8 b1 – 224 b12
17,25
= 8 b1 + 224 b12......................................(II)
Eliminasi (I) dan (II) (I)
17,33333334 = 8 b1 + 160 b12
(II)
17,25
= 8 b1 + 224 b12
0,08333334 = -64 b12 b12
= -0,001302083438
Substitusi b12 ke (I) (I)
17,33333334 = 8 b1 + 160 b12 17,33333334 = 8 b1 + 160 (-0,001302083438) 17,33333334 = 8 b1 + 0,20833335 17,54166669 = 8 b1 b1 = 2,192708336
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b) 121
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
(1) 20,58333333 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12 20,58333333= b0 + 16 (2,192708336) + 20 b2 + 320 (-0,001302083438) 20,58333333 = b0 + 35,08333338 + 20 b2 + 0,4166667 20,58333333 = b0+ 20 b2 +34,66666668 -14,08333335 = b0 + 20 b2 ..........................................(III) (b) 26,91666667 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 26,91666667= b0 + 16 (2,192708336) + 28 b2 + 448 (-0,001302083438) 26,91666667 = b0 + 35,08333338+ 28 b2 + 0,58333338 26,91666667 = b0 + 28 b2+ 34,5 -7,58333333 = b0 + 28 b2........................................(IV) Eliminasi persamaan (III) dan (IV) (III)
-14,08333335 = b0 + 20 b2
(IV)
-7,58333333
= b0 + 28 b2
-6,50000002 = - 8 b2 b2
= 0,812500002
Substitusi ke persamaan (III) (IV)
-14,08333335 = b0 + 20 b2
(V)
-14,08333335 = b0 + 20 (0,812500002) -14,08333335 = b0+ 16,25000005 b0 = -30,3333334 Y = -30,3333334 + 2,192708336 x1 + 0,812500002 x2 – 0,001302083438 x1 x2
3. Pergeseran Viskositas (1)
16,35627529 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20) = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a)
11,64835166 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20) = b0+ 24 b1 + 20 b2 + 480 b12
(b)
10,83591331 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + b12 (16) (28) = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12
(ab)
37,96226416 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + b12 (24) (28) 122
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
= b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12 Eliminasi (1) dan (a) (1)
16,35627529 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a)
11,64835166 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12 4,70792363
= -8 b1 - 160 b12........................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab) (b)
10,83591331 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 b12
(ab)
37,96226416 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12 -27,12635085 = -8 b1 – 224 b12.....................................(II)
Eliminasi (I) dan (II) (I)
4,70792363
= -8 b1 - 160 b12
(II)
-27,12635085 = -8 b1 - 224 b12 31,83427448 = 64 b12 b12
= 0,497410538
Substitusi b12 ke (I) (I)
4,70792363 = -8 b1 - 160 b12 4,70792363 = -8 b1 - 160 (0,497410538) 4,70792363 = -8 b1 – 79,5856862 84,29360983 = -8 b1 b1
= -10,53670123
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b) (1) 6,35627529 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12 6,35627529 = b0 + 16 (-10,53670123) + 20 b2 + 320 (0,497410538) 6,35627529 = b0 – 168,5872197 + 20 b2 + 159,1713722 6,35627529 = b0+ 20 b2 – 9,41584754 15,77212283 = b0 + 20 b2 .........................................................(III) (b) 10,83591331 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 10,83591331 = b0 + 16 (-10,53670123) + 28 b2+ 448 (0,497410538) 10,83591331 = b0 – 168,5872197 + 28 b2 + 222,839921 10,83591331 = b0 + 28 b2 + 54,25270132 123
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
-43,41678801 = b0 + 28 b2........................................................(IV) Eliminasi persamaan (III) dan (IV) (III)
15,77212283 = b0 + 20 b2
(IV)
-43,41678801 = b0 + 28 b2 59,18891084 = - 8 b2 b2
= -7,398613855
Substitusi ke persamaan (III) (III)
15,77212283 = b0 + 20 b2 15,77212283 = b0 + 20 (-7,398613855) 15,77212283 = b0 – 147,9722771 b0
= -132,200154
Y = -132,200154 – 10,53670123 x1 – 7,398613855 x2 + 0,497410538 x1.x2
4. Stabilitas Fisik (1)
99,157407 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + b12 (16) (20) = b0+ 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a)
99,388885 = b0 + 24 b1 + 20 b2 + b12 (24) (20) = b0 + 24 b1 + 20 b2 + 480 b12 98,824074 = b0+ 16 b1 + 28 b2+ b12 (16) (28)
(b)
= b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 100 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + b12 (24) (28)
(ab)
= b0 + 24 b1 + 28 b2+ 672 b12 Eliminasi (1) dan (a) (1)
99,157407 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12
(a)
99,388885 = b0 + 24 b1 + 20 b2+ 480 b12 -0,231478 = -8 b1 – 160 b12 ........................................(I)
Eliminasi (b) dan (ab) 124
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
(b)
98,824074 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 100 = b0 + 24 b1 + 28 b2 + 672 b12
(ab)
-1,175926 = -8 b1 - 224 b12.....................................(II) Eliminasi (I) dan (II) (V)
-0,231478 = -8 b1 - 160 b12
(VI)
-1,175926 = -8 b1 - 224 b12 0,944448 = 64 b12 b12
= 0,014757
Substitusi b12 ke (I) (I)
-0,231478 = -8 b1- 160 b12 -0,231478 = -8 b1- 160 (0,014757) -0,231478 = -8 b1 - 2,36112 8 b1 b1
= -2,129642 = -0,26620525
Masukkan b1 dan b12 dalam persamaan (1) dan (b) (1) 99,157407 = b0 + 16 b1 + 20 b2 + 320 b12 99,157407 = b0 + 16 ( -0,26620525) + 20 b2 + 320 (0,014757) 99,157407 = b0 – 4,259284 + 20 b2 + 4,72224 99,157407 = b0+ 20 b2 + 0,462956 98,694451 = b0 + 20 b2 .........................................................(III) (b) 98,824074 = b0 + 16 b1 + 28 b2 + 448 b12 98,824074 = b0 + 16 (-0,26620525) + 28 b2 + 448 (0,014757) 98,824074 = b0 – 4,259284 + 28 b2+ 6,611136 98,824074 = b0 + 28 b2+ 2,351852 96,472222 = b0 + 28 b2.........................................................(IV) Eliminasi persamaan (III) dan (IV) (VII)
98,694451 = b0 + 20 b2
(VIII) 96,472222 = b0 + 28 b2 2,222229 = - 8 b2 b2 = -0,277778625 Substitusi ke persamaan (III) 125
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
(IV)
98,694451 = b0 + 20 b2 98,694451 = b0 + 20 (-0,277778625) 98,694451 = b0 – 5,5555725 b0 = 104,2500235
Y = 104,2500235 – 0,26620525 x1 – 0,277778625 x2 + 0,014757 x1.x2
Lampiran 5. Gambar Virgin Coconut Oil yang Digunakan dalam Penelitian 126
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
(a)
(c)
(b)
(d)
Lampiran 6. Gambar Penampilan Fisik Lotion Virgin Coconut Oil
127
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
(formula 1)
(formula a)
(formula b)
(formula ab)
BIOGRAFI PENULIS
128
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Skripsi berjudul: Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan Sorbitan Monooleat 80 sebagai Emulsifier dalam Formula Moisturizing Lotion Virgin Coconut Oil (VCO): Aplikasi Desain Faktorial ini ditulis oleh seorang putri bernama lengkap Shinta Dian Asmara anak ketiga dari pasangan Soekirman Dhanu Asmoro dan Upik Supiyati. Penulis dilahirkan di Kebumen, 28 Juli 1985. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya di SD Katolik Pius Bhakti Utama I Gombong tahun 1997, penulis meneruskan pendidikannya ke SMP Negeri II Gombong. Kemudian pada tahun 2003 setelah menempuh pendidikan menengah di SMU Negeri I Gombong, penulis meniti pendidikan lebih lanjut ke Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis lulus sebagai Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada tahun 2008. Selama menjalani studi di Fakultas Farmasi, penulis aktif sebagai pengurus organisasi sebagai Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF), dan pernah beberapa kali menjadi asisten mata kuliah Praktikum, antara lain: Farmakologi (2005), dan Formulasi Teknologi Sediaan Cair Semipadat (2006).
129